Pencarian

Pedang Wucisan 5

Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung Bagian 5


saja, Lemparlah ke atas, dan kau boleh merebut lagi. Aku bertepuk
tangan sehingga seratus kali, setelah itu. Siapa yang dapat, itulah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
orang yang harus memilikinya. Cara memperebutkan kitab ilmu
pedang seperti usulku ini tidak akan mengganggu, bukan?"
Su-to Yan tertegun, Tidak disangka bahwa Pek-ie Kauwcu Bong
Bong Cu mengajukan tawaran yang sangat menguntungkan dirinya,
Berani dia bertepuk sehingga seratus kali" Bukankah kitab ini sudah
pulang kandang lagi"
Melihat keragu-raguan pemuda itu, Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu
tertawa. "Kau jangan tidak percaya," Dia berkata, "Seratus gebrakan
tangan itu hanya berlangsung didalam sekejap mata, bila aku tidak
berhasil merebut kitab ilmu pedang Maya Nada, untuk selanjutnya,
aku tidak mau berurusan denganmu lagi."
"Baik." Su-to Yan menerima tantangan. Dia mengeluarkan kitab
ilmu pedang Maya Nada. Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu mengangguk kan kepala.
"Nah, boleh kau mulai." Dia berkata. Su-to Yan menimbangnimbang berat kitab yang dijadikan rebutan semua orang itu, lalu
dia melempar keatas. Secepat kilat, Pek-ie Kauwcu Bong-Bong Cu bertepuk tangan
sehingga belasan kali. Su-to Yan mempunyai banyak kesempatan dia tidak segera
menutulkan dirinya membiarkan kitab itu sampai puncak tinggi, dan
dikala hendak menukik turun, baru dia membentang ke dua belah
tangannya, menutulkan kedua kaki, meluncur tinggi.
Disaat yang sama, Pek ie Kauwcu Bong-Bong Cu sudah melesat
bertepuk tangan sehingga seratus kali, Tubuh jago purbakala inipun
meluncur keatas. Hanya terpaut beberapa meter saja dari Su-to
Yan. Dua tubuh itu meluncur cepat,
Dikala tangan diri Su-to Yan dan Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu
hampir memperebutkan kitab itu. Tiba-tiba meluncur benda merah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
yang sangat kecil, inilah seekor burung berbulu merah, bercahaya
terang sekali, sangat gesit, mendahului gerakan kedua orang yang
memperebutkan kitab pusaka, dia sudah mematuknya.
Dia terbang pergi. Su-to Yan menubruk tempat kosong, Demikianpun, raihan Pek-ie
Kauwcu Bong Bong Cu, jago purbakala inipun tidak berhasil
mendapat catatan ilmu pedang Maya Nada.
Burung berbulu merah itu sudah meluncur jauh, Paruhnya
menjepit kitab Maya Nada kencang-kencang.
Tubuh Su-to Yan melayang turun, dan akhirnya menginjak tanah.
Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu mempunyai gerakan yang lebih
gesit, tanpa membiarkan dirinya melayang jatuh, mengempos
beberapa tenaga, diapun meluncur kearah burung yang mencuri
kitab ilmu pedang Maya Nada. Dia mengadakan pengejaran.
Su-to Yan sadar akan kekalahannya, mengikuti gerakan Pek-ie
Kauwcu Bong Bong Cu.. sebentar kemudian jarak mereka semakin
jauh dan akhirnya lenyap tidak terlihat.
Dia kehilangan jejak lawannya. Kehilangan jejak burung kecil
berwarna merah itu, juga kehilangan kitab ilmu pedang Maya Nada,
Su-to Yan menghentikan pengejarannya, diam-diam tidak bisa
berbuat apa-apa. Apa yang harus dilakukan" perjalanan kearah
lembah Hui in bertujuan untuk mengembalikan ilmu catatan pedang
Maya Nada, kitab itu masih menjadi hak milik Ie Han Eng. Tetapi
kini kitab itu sekarang sudah lenyap dibawa lari oleh seekor burung
merah, Bagaimana dia dapat memberi pertanggungan jawabnya"
Malampun tiba, Su-to Yan memandang ke arah lembah Hui in,
pikirannya kosong melompong, Apa yang dapat dikerjakan olehnya"
Selama menerjunkan diri kedalam rimba persilatan, orang-orang
yang dijumpai bertambah banyak, satu-persatu lebih lihay dari
lainnya. Dia menganggap dirinya sendiri masih kurang pandai, dia
wajib menekunkan diri lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan melanjutkan perjalanan dimalam hari. Demikian
sehingga dia lelah, memilih satu pohon yang agak besar dia
nangkring dan tidur diatas pohon itu.
Terkenang kepada Cin Bwee, gadis itu berada didalam tangan Jie
Ceng Peng, tentu saja tidak dapat memberi usul lain.
Si Pendekar Bayangan Sie An tidak ada kabar berita dan entah
bagaimana dengan keadaannya.
Seorang lagi yang dapat membantu adalah si Anak Srigala Lee
Pin, adanya pasukan itu dapat membantu banyak, saat ini, Lee Pin
juga tidak berada disampingnya.
Su-to Yan penat memikirkan kejadian itu, akhirnya ia jatuh pulas.
Badan yang penat lebih cepat pulas, melakukan perjalanan dan
pertempuran-pertempuran yang terus-menerus, menjadikan sipemuda tidak mengenal lelah, dan adanya waktu untuk istirahat
begitu penting, Dia tidur lama sekali.
Matahari pagi menembus sela-sela daun menyinari pemuda itu,
Masih juga Su-to Yan belum bangun.
Satu bayangan menghampiri Su-to Yan, tidak bersuara sama
sekali, orang ini adalah bayangan seorang tua, pada tangannya
menjinjing alat khim, dia membaringkan diri disamping sipemuda,
Mengikuti suara ngorok Su-to Yan. orang tua inipun mengeluarkan
suara ngorok yang keras. Su-to Yan mencelat bangun, Kaget sekali, menengok kiri, dan dia
lebih-lebih terkejut lagi.
"Aaaaa..." Adanya orang tua yang terhalang tidur disamping
sisinya itu mengagetkan dirinya.
Orang tua itu membuka kedua matanya, tertawa kearah Su-to
Yan. "Kau sudah bangun?" Dia bertanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan menganggukkan kepala, dia masih berpikir-pikir,
siapakah orang tua ini" Apa maksud tujuannya tidur disamping
dirinya" Mengapa tidak disadari sama sekali " Tentunya tokoh silat
yang berkepandaian tinggi,
"Su-to Yan," panggil orang tua itu. "Urusan ilmu pedang Maya
Nada bukanlah urusan anak muda, itulah urusan orang-orang yang
sudah tua, Tidak perlu kau menyusahkan diri. Biarkan saja diambil
orang." "Aaa . . . ." Su-to Yan kaget, Orang tua ini juga mengikuti
perkembangan ilmu Pedang Maya Nada "
"Bagaimana ?" orang tua itu melirikkan matanya.
"Kitab catatan ilmu pedang Maya Nada bukan hak milik
boanpwee," Su-to Yan memberi keterangan. "Itulah milik orang lain,
boanpwee wajib mengembalikan kepadanya."
"Kau hendak mengetahui jejak burung yang melarikan kitab itu?"
bertanya siorang tua itu.
"Boanpwee sangat berterima kasih kepada petunjuk cianpwee."
berkata Su-to Yan. "Pergilah kearah utara sejarak lima lie, disana kau akan
mengetahui, siapa yang melarikan kitab pusakamu." berkata orang
tua itu, menenteng tubuhnya, dia meluncur pergi.
"Cianpwee . . ." Su-to Yan memanggil.
Si Tabuh Maut tidak menghiraukan panggilan Su-to Yan.
Untuk mengejar, tentu saja tidak mungkin, dan tiada guna sama
sekali, Su-to Yan mengambil putusan untuk mengikuti petunjuk
menuju kearah utara. Lima lie kemudian, Su-to Yan dapat menyaksikan api merah yang
mencorong keluar dari semak-semak rimba.
Secara berindap-indap, Su-to Yan menyelinap kearah rimba itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pada tumpukan kayu yang membara, bergelimpangan suatu
benda, Dikala Su-to Yan memasang mata betul-betul, dia mengenali
burung merah yang menyambar kitab ilmu pedangnya. Burung
merah itu sedang bermain di atas api, aneh, tidak selembar bulupun
yang hangus terbakar. Belum pernah Su-to Yan menyaksikan pemandangan yang seperti
baru dilihatnya, yaitu adanya seekor burung yang bermandi api, ini
adalah suatu kejadian yang sangat janggal sekali.
Teringat kepada kitab catatan ilmu pedangnya, burung ini bukan
burung biasa" maka dapat menyambar kitab catatan itu, kini dia
sedang bermandi api, gerak-geriknya sangat gesit, begitu lincah,
menandakan kepuasan hatinya.
Su-to Yan memperhatikan gerak-gerik burung merah itu, Untuk
menemukan kitab catatan ilmu silatnya, dia harus menangkap
burung ini sehingga dapat menemukan jejak kitab ilmu Pedang
Maya Nada. Perlahan-lahan, Su-to Yan mendekati.
Burung merah masih bermain diatas bara api, sehingga api itu
mengecil. Sebentar lagi, api pembakaran menjadi padam,
Su-to Yan mengambil keputusan, cepat2 menyedot pernapasan
dalam-dalam, dia harus segera bergerak, bila tidak, manakala
menunggu sampai burung aneh itu puas mandi api dan terbang
pergi, kemana lagi harus melakukan pengejaran.
Su-to Yan meluncar cepat, tujuannya adalah burung kecil yang
berwarna merah. Sang burung menoleh, begitu tenang, seolah-olah sudah biasa
berhadapan dengan manusia, dia tidak segera terbang pergi, dan
menunggu serangan Su-to Yan. Sepasang sayapnya masih
bergibrik-gibrik diatas lidah api.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan merentangkan kelima jarinya, dengan harapan satu
kali sergapan dia dapat menangkap burung aneh itu.
Menunggu sampai jarak dekat, secara tiba-tiba saja, burung aneh
berwarna merah mengibaskan sayap, mementalkan percikan api ke
arah Su-to Yan. Si pemuda mengepulkan alisnya, dia marah atas kelicikan sang
burung, tangannya dibalikkan, menghindari percikan api merah,
berganti arah, dia menyergap kembali.
Sang burung bercicit-cicit, tidak henti-hentinya melempari Su-to
Yan dengan percikan api. Kemarahan Su-to Yan semakin menjadi-jadi, dia begitu sengit
sekali, tenaga dalamnya disalurkan kearah telapak tangan "Hut.."
memukul burung merah itu.
Maksudnya memukul jatuh burung merah yang gesit, kemudian,
dia tidak takut kehilangan kitab ilmu silat.
Cara Su-to Yan adalah cara yang paling tepat, tidak mungkin
burung merah itu dapat mengelakkan diri.
Tiba-tiba, punggung Su-to Yan menerima serangan.
Telapak tangan si pemuda ditarik pulang dan memukul serangan
gelap itu. Berganti posisi, dia menyingkir kesamping, segera
membalikkan badan, hendak dilihat, siapa gerangan yang
menyerang secara gelap itu"
Seorang gadis berpakaian putih memandang Su-to Yan dengan
mata bersinar, inilah Pek Leng Soat.
"Hei, mengapa kau memukul si Merah?" Sigadis menegur lebih
dahulu. Su to Yan berkerut alis. "Burung aneh ini yang kau artikan
dengan Si Merah?" Dia tidak mengerti.
"Siapa lagi?" Pek Leng Soat adalah seorang gadis yang manja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kejadian ini membingungkan Su-to Yan, jelaslah sudah bahwa
orang yang mencuri kitab catatan ilmu pedangnya adalah sigadis
berbaju putih. "Tidak kusangka." Dia berkata.
"Jangan kau mengganggunya lagi.!" berkata Pek Leng Soat, dia
sangat sayang kepada si Merah.
"Aku tidak ada maksud untuk mengganggu si Merah." Berkata
Su-to Yan, "Kembalikanlah kitab catatan ilmu pedangku."
"Kitab itu berada ditangan ayahku." Pek Leng Soat memberikan
keterangan. Suto Yan mengerutkan alis lagi, Dia berkata:
"Dapatkah kau menolong memintanya kembali ?"
"Adat ayahku tidak bisa diselami." Berkata Pek Leng Soat. "Aku
tidak berani." "Tolong kau ajak aku menemuinya." Su-to Yan meminta.
"Lebih baik jangan, Dia akan marah kepadamu." Pek Leng Soat
mengirim satu senyuman. "Kitab itu bukan milikku." Berkata lagi Su-to Yan. "Kitab catatan
ilmu pedang Maya Nada adalah kitab Ie Han Eng, aku harus
mengembalikan kepadanya, Kuharap kau dapat mengembalikannya." Pek Leng Soat tidak memberi jawaban, dia tersenyum sambil
menggelengkan kepalanya. "Biar bagaimana aku harus menjumpai ayah mu." Berkata Su-to
Yan marah. Pek Leng Soat meremehkan permintaan itu, masih saja sigadis
menggoyang kepala. Disaat ini, satu bayangan melesat datang, menyambung katakata Su-to Yan:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau hendak bertemu denganku ?"
Disana bertambah seorang tua berbaju kuning, inipun termasuk
salah satu dari empat jago silat golongan tua dari jaman purbakala,
dia menduduki urutan kedua, namanya Pek Tong Hie, orang yang
menjadi ahli waris dari Gua kematian.
Su-to Yan berbalik cepat.
"Ayah." berteriak si gadis kolokan, dia menubruk orang tua
berbaju kuning itu dan tenggelam didalam pelukannya.
Orang toa berbaju kuning Pak Tong Hie mengelus-elus rambut
sang putri, kemudian dia mendorong tubuhnya, memandang Su-to
Yan dan berkata: "Si Telor Busukkah yang memberi tahu kepadamu, bahwa aku
berada ditempat ini?"
Su-to Yan tidak dapat menjawab pertanyaan itu, dia tidak tahu,
siapa yang diartikan dengan sebutan "Telor Busuk" itu. Mungkinkah
orang tua yang membawa tabuh khim"
"Aku tidak tahu nama julukannya." bertanya si pemuda.
"Huh," Pek Tong Hie mengeluarkan suara dari hidung, "Dengan
kedudukanmu tentu tidak mengetahui namanya."
"Entah bagaimana sebutan cianpwee yang mulia?" bertanya Suto Yan.
"Hendak mengetahui namaku?" Orang tua berbaju kuning itu
tertawa." "Maksud boanpwee..."
"Maksudmu?" "Meminta kembali Catatan ilmu pedang Maya Nada."
"Bagus. Akupun hendak membikin perhitungan kepadamu."


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Perhitungan?" Suto Yan tidak mengerti..
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ng, dengan maksud tujuan apa kau membuat kitab Maya Nada
yang palsu?" Su-to Yan lebih tidak mengerti lagi, apa yang dimaksudkan
dengan kitab Maya Nada yang palsu?"
Disaat itu, orang tua berbaju kuning sudah mengeluarkan kitab,
dilempar kearah Su-to Yan.
"Nah, ambillah kitab pusaka palsumu." Dia berkata marah.
Su-to Yan menyanggah datangnya kitab itu, inilah kitab yang
menjadi rebutan banyak orang, dia menyimpannya kedalam saku
baju, memberi hormat dan hendak berjalan pergi.
"Boanpwee meminta diri." Dia berkata.
"Tunggu dulu!" bentak orang tua berbaju kuning itu.
"Ada apa?" Su-to Yan batal berangkat. "Dimana kau sembunyikan
catatan ilmu pedang Maya Nada?" Orang tua Berbaju kuning
menatapnya dengan wajah merah.
"Catatan ilmu pedang Maya Nada?" Su-to Yan bingung sekali.
"Betul." Orang tua baju kuning Pek Tong Hie menganggukkan
kepalanya "Dimana kau simpan ?"
Su-to Yan memegang saku bajunya.
"Bukan itu yang kumaksudkan." Berkata Pek Tong Hie lagi.
Su-to Yan mengeluarkan kitab ilmu pedang Maya Nada. Pada
kulit muka kitab tersebut ada tertulis: ilmu pedang Maya Nada.
"Bukalah lembaran isinya." Pek Tong Hie memberi perintah.
Su-to Yan menerima catatan ilmu pedang Maya Nada dari tangan
Ie Han Eng, setelah itu, dia belum pernah memeriksa. Mendapat
perintah tadi, dia memeriksa lembaran-lembaran kitab.
"Aaaa..." Su-to Yan berteriak, kitab yang berada ditangannya
adalah lembaran-lembaran yang putih, tidak ada isi sama sekali.
Kitab putih " Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan memeriksa dengan teliti, tidak ada bekas-bekas
sobekan atau sesuatu yang mencurigakan, inilah kitab yang didapat
dari tangan Ie Han Eng, yang menjadi rebutan banyak orang,
"Mengapa tanpa kata-kata atau keterangan keterangan lainnya ?"
"Dimana kau sembunyikan kitab yang asli?" Pek Tong Hie
membentak lagi. Mungkinkah dipalsu orang "
Su-to Yan bingung. Dia mematung ditempat. Pada tangannya
masih terpegang kitab ilmu pedang Maya Nada yang tiada isi itu.
Tiba-tiba, dari jauh terdengar satu suara tertawa besar:
"Ha, ha, ha... Pek Tong Hie, sudah lama kita tidak bertemu."
Disana melayang masuk satu orang, dia adalah lelaki setengah
umur, jago keempat dari tokoh-tokoh silat jaman purbakala, Pek-ie
Kauw cu Bong Bong Cu. Ahli waris Gua Kematian Pek Tong Hie menghadapi Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu.
Baru sekarang Su-to Yan tahu, bahwa orang tua berbaju kuning
itupun sudah berumur diatas satu abad.
Pek Tong Hie berhadapan dengan jago sederajat, dia membuka
suara: "Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu, kemana larinya ketiga murid
pusakamu itu ?" "Mereka segera datang." jawab Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu,
"Ha, ha, ha...." Pek Tong Hie tertawa, "Apa maksudmu ?"
"Apa lagi, bila bukan karena catatan ilmu pedang Maya Nada"
Aku hanya memiliki sebagian dari sepuluh ilmu silat jaman
purbakala yang ditinggalkan Thian Kho Cu, maukah kau membantu
urusan untuk mengumpulkan semua ilmu-ilmu itu ?"
Pek Tong Hie tertawa tawar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Belum pernah aku ketarik dengan usul yang kau kemukakan."
Dia menolak ajakan itu. "Puluhan tahun kita tidak berjumpa." Berkata Pek-ie Kauw-cu
Bong Bong Cu. "Sikapmu masih seperti sediakala. Kau belum mau
membuang rasa sentimen itu ?"
"Kau hendak memperebutkan sejilid kitab kosong?" Pek Tong Hie
memberi peringatan. "Aku tidak percaya."
menggoyangkan kepala. Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu "Terserah." Berkata Pek Tong Hie, "Aku tidak memaksa kau
percaya. Kau kira dapat mengalahkan aku dengan ilmu Kut-hie Sinkang yang kau pelajari ?"
"Ha ha . . . ilmu Thiat-tan Kie-kang memang lihay, tapi aku tidak
takut kepadamu." Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu memandang
rendah. "Bagus, sudah lama aku hendak menjajal ilmu kepandaian Kuihie Sin kang." Berkata Pek Tong Hie, dia tidak mau kalah.
Kedua jago purbakala itu berhadap-hadapan. Mereka segera
akan mengadu ilmu itu. Su-to Yan berdiri disamping, adanya kesempatan itu tidak mudah
didapat, dia segera dapat menyaksikan bagaimana dua jago dan
jaman purbakala mengeluarkan ilmu simpanan masing-masing.
Ahli Waris Gua Kematian Pek Tong Hie memasang kuda-kuda, dia
mengerah tenaga dalamnya. Tubuh kakek ini segera berselubung
kabut putih yang tipis. Sikap Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu juga menjadi tegang, dia
siap mengalahkan tandingan itu.
Pek Tong Hie bergerak lebih dahulu, tubuhnya melompat tinggi,
kemudian menyerang kearah lawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu menggoyangkan tangan, perlahan
sekali, didorong ke-depan.
Su-to Yan segera mengenali cara-cara si pelajar Tua Kong-yat
Chiu-jit menghadapi dirinya, hampir-hampir dia dikalahkan oleh
murid Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu itu.
Pek Tong Hie mengenal baik kepada ciri-ciri khas lawannya, dia
tidak berani melibatkan diri kedalam pertempuran berjarak dekat,
tubuhnya bergeser ke samping, jauh sekali.
Pek-ie Kauw cu Bong Bong Cu menyeret serangannya kearah
posisi baru lawan itu. Kabut putih yang menyelubungi tubuh Pek Tong Hie semakin
tebal, dia membikin penjagaan yang kuat.
Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu menyerang sampai beberapa kali
semakin lama semakin cepat, akhirnya tubuh itu berubah menjadi
seekor bianglala biru, berputar disekitar tubuh Pek Tong Hie.
Akhli Waris Gua Kematian Pek Tong Hie membikin perlawanan
yang semakin hebat. Dua ekor bianglala jelmaan mereka bergerak
begitu cepat, hampir tidak dapat dilihat dengan mata.
Suatu saat Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu mengipaskan tangan,
sepuluh jalur serangan jari berdesir keras. Setelah itu, tubuhnya
mundur kebelakang, Bayangannyapun terpeta kembali. Dia tertawa
puas. Pek Tong Hie juga mundur ke belakang, memperpanjang jarak
perpisahan mereka. Kabut putih itu menipis lagi, dan akhirnya
lenyap sama sekali. Wajahnya menunjukkan rasa kemarahan yang
tidak terhingga. Menyaksikan akhir babak pertama dari pertandingan itu, Su-to
Yan mengetahui bahwa Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu telah
mendapat kemenangan diatas angin. Dengan ilmu Kit thian cie
jaman- purbakala berhasil mendesak lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dua jago tua dari jaman purbakala ini masih berhadap-hadapan
berjarak aman mereka masih hendak meneruskan pertandingannya.
Tiba-tiba, terdengar suara alat tabuh khim yang didendang
perlahan. Semakin lama semakin keras, datangnya kearah tempat
itu. Wajah Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu berubah.
"Wie Biauw juga hendak mengikuti keramaian ini." Dia berkata,
"Berani kau meneruskan pertandingan dilain tempat ?"
Dia menantang Pek Tong Hie.
Setelah itu, tanpa menunggu jawaban sang akhli waris dari Gua
Kematian, Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu bergerak meluncur jauh.
Gerakan ini tidak dibiarkan oleh Pek Tong Hie, baja kuningnya
berkibar-kibar, dia juga lari menyusul.
Dua jago dari jaman purbakala pergi meninggalkan tempat itu.
Pek Leng Soat menoleh kearah Su-to Yan
mengkhawatirkan keselamatan ayahnya diapun dibelakang. sebentar, mengintil Diatas udara, turut terbang burung ajaib yang aneh api Si merah.
Bayangan abu-abu, kuning, putih dan merah kecil itu meluncur
jauh. Meninggalkan Su-to Yan seorang diri.
Su-to Yan mengalami kegagalan. Dia berhasil meminta pulang
kitab ilmu pedang Maya Nada. Ternyata hanya kitab kosong dengan
lembaran kertas putih. Apa yang harus dilakukan olehnya" Satu bayangan meluncur
datang, berpakaian tosu, inilah murid Pek ie Kauwcu Bong-Bong Cu
yang nomor dua, si tosu Tukang sado Giok Hie.
Su-to Yan siap menyambut kedatangan tosu itu.
Giok Hie memperhatikan Su-to Yan beberapa saat kemudian
berkata: Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Lagi-lagi kita berjumpa kembali."
Su-to Yan melentikkan sepasang alisnya yang hitam.
"Ada apa?" Dia bertanya dengan suara yang membawakan sikap
adem. "Guruku pernah berkata, untuk mendapatkan kitab Maya Nada,
hanya boleh menuju ke arah dua jalan, Kemungkinan pertama jatuh
ke dalam tangan Pek Tong Hie, dan kemungkinan berikutnya masih
berada didalam tanganmu, Guruku masih bersitegang dengan Pek
Tong Hie, apa boleh buat, aku harus meminta dari tangan mu."
"Kitab Maya Nada memang berada pada-ku," Berkata Su-to Yan
terus terang, Dia tidak menyebut bahwa kitab itu adalah sejilid kitab
yang kosong. "Bagus." kepadaku." Berteriak Giok Hie girang, "Serahkan kitab itu "Begitu enak meminta benda kepunyaan orang lain?" Su-to Yan
menjebikan bibirnya yang tipis.
"Mau hendak mempersulit kedudukanku?" Berkata Giok Hie
memainkan istilah tata bahasa halus, "Bagaimana aku dapat
memberikan pertanggung jawabku, bila guruku menegur tentang
kitab Maya Nada itu?"
Su-to Yan menyedot napasnya dalam-dalam, dia maklum bahwa
Giok Hie memiliki dua macam ilmu silat dari jaman purbakala, ilmu
Bambu Bung Han-tiok kang dan ilmu Kaki kepiting Mo-liong-ti- tidak
boleh dipandang ringan. Menyaksikan cara cara Su-to Yan menghadapi dirinya, Giok Hie
tidak buka suara lagi, langsung memainkan tangan, menyodok
kedepan. Untuk menghindari desakan Giok Hie yang bertubi tubi, Su-to
Yan harus memelihara jarak jauh, karena itu, tanpa menunggu
datangnya serangan, dia terbang keatas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Giok Hie menubruk tempat kosong, Su-to Yan menjatuhkan
dirinya dibelakang lawan itu, dengan kedua tangan direntangkan,
dia menyergap murid Pek-ie Kauw Cu Bong-Bong Cu. inilah tipu
gerakan iblis Sakti Menampilkan Diri.
Giok Hie sudah membalikan badan, datangnya kedua tangan Suto Yan begitu cepat, untuk mengimbangi daya perputaran Giok-Hie
mengirim dua tendangan. Su-to Yan mengayun badan, tipu iblis Sakti Menampilkan Diri
berubah menjadi iblis Sakti Menenteng Gendongan, begitu tepat
manis sekali. Sepasang tangannya berhasil menangkap kedua kaki
Giok Hie. Kedua-duanya terayun ke atas udara.
Giok Hie tidak menjadi takut, tubuhnya dijungkir balikkan, dia
memiliki ilmu Bambu Bung Han tiok kang, karena itu melengkung
panjang, dengan sepasang tangan yang masih ada bebas, dia
menyerang punggung Su-to Yan.
Serangan ini datangnya dari bawah keatas, tanpa menghiraukan
sepasang kakinya yang masih terpegang, dia menyerang hebat.
Su-to Yan melemparkan kedua kaki lawan nya, lagi-lagi dia
menjauhkan diri. Giok Hie mendapat kebebasan kembali.
Babak berikutnya diteruskan dengan pertempuran
benturan-benturan tenaga tidak dapat dielakan lagi.
cepat, Giok Hie menendang sampai beberapa kali, Su-to Yan
mengendekkan badan, menerjang maju, dan mengancam jalan
darah Yauw-hu-hiat si tosu Tukang Sado.
Wajah Giok Hie menunjukkan senyuman, inilah akibat totokan
Su-to Yan, jalan darah Yauw-hu-hiat mengandung perasaan geli,
karena itu dia tertawa. Pada detik-detik yang bersamaan, tendangan Giok Hie mengenai
dada Su-to Yan, inilah ilmu Kaki Kepiting Mo-liong-tui. Darah Su-to
Yan dirasakan bergolak, tubuhnya terhuyung kebelakang, begitu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
hebat ilmu dari jaman purbakala itu, sebelah badan sipemuda
dirasakan panas, dan lain bagian menjadi dingin, inilah siksaan luar
biasa, dia mendapat gencetan hawa dingin dan hawa panas
berbareng. Giok Hie bersorak girang, dia menyusuli dengan serangan
berikutnya. Su-to Yan mendorongkan kedua telapak tangan, hawa panas dan
hawa dingin bergulung, mempelintir tubuh si tosu Tukang Sado.
Giok Hie hanyut dibawah pusaran tenaga gaib itu.
Su-to Yan pernah diberi makan obat perekat Tong-hay Sin-ciauw,
dan secara kebetulan, dia menyedot hawa dingin ketua lembah Cuigoat-kok Kiu-han Sinkun Kho Cio dan hawa panas Hoan-hian Mokun Thiat Kiam Seng.
Tendangan Kaki Kepiting si Tosu Tukang Sado Giok Hie
memecahkan tempat penampungan kedua tenaga luar biasa itu
maka Su-to Yan kehilangan kekuatan tempur.
Begitu berhasil mendorong lawannya, Su-to Yan membalikkan
badan, dia melarikan diri.
Giok Hiok melawan kedua kekuatan hawa panas dan dingin,
walaupun sudah payah, diapun berhasil menekannya.
Su-to Yan sudah lari sejauh puluhan tombak.
Giok Hie tidak mengenal lelah dia mengejar


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terjadi kejar mengejar terus menerus, Giok Hie masih gesit, dia
berhasil memperpendek jarak pengejaran.
Semakin lama semakin dekat.
Su-to Yan menyeruduk ke depan, tanpa memilih jalan yang lebih
baik untuknya, Kini dia memasuki sebuah lembah.
Giok Hie juga tiba dimulut lembah itu, dia mendongakkan kepala,
wajahnya berobah disana, didepannya ada tanda pedang kecil pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pohon yang agak tinggi juga terlihat tergantung sebatang pedang
mungil. Giok Hie tidak berani memasuki lembah itu, membalikkan diri,
pergi ngeloyor. Apa boleh buat, dia belum berani membangkitkan
kemarahan orang yang memasang tanda kecil dimulut lembah.
Su-to Yan tidak memperhatikan adanya tanda-tanda itu, dia
memasuki lembah semakin jauh.
Pohon-pohon bambu yang berwarna kuning memenuhi seluruh
tempat, Su-to Yan masuk ke-dalam rimba bambu kuning.
Didalam daerah pohon bambu berwarna kuning itu Su-to Yan
sesat jalan, Kemanapun dia pergi, tidak berhasil menemukan jalan
keluar, semua adalah jalan mati, jalan buntu.
Dia melongok kebelakang, tidak ada tanda-tanda yang memberi
tahu, bahwa Giok Hie mengejar sampai ditempat itu. Hati Su-to Yan
agak lega, Dia duduk bersila, mengatur peredaran jalan darahnya.
Kekuatan Kiu-han Sin-kun Kho Chio bersifat dingin, kekuatan
Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng bersifat panas, dikala kedua
jago ini mengadu kekuatan dilembah Cui-goat-kok, Su-to Yan
menyelak masuk, tepat dibawah gencetan kedua orang itu. Tanpa
disengaja, obat perekat Tong hay Sin-ciauw telah menyedot
kekuatan kedua orang. Kini kekuatan itu dipecahkan oleh tendangan Giok Hie. Su-to Yan
harus mengatur kembali, Memberi wadah yang wajar kepada
mereka. Penyaluran yang seperti itu memakan waktu setengah hari.
Berkat latihan tenaga dalamnya yang tekun, Su-to Yan berhasil
memisahkan kekuatan panas dan dingin.
Dia membuka kedua mata yang dirapatkan Kanan, kiri, depan
dan belakang ada tumbuh pohon bambu, semua bentuk dan ukuran
pohon itu sejenis. Tidak dapat membedakan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Mungkinkah memasuki daerah seseorang tokoh silat yang pandai
soal tim barisan" Su-to Yan memilih satu arah, dia bangkit dan menuju lurus
kedepan. Betapa jauh-pun dia melewati pohon-pohon bambu itu,
masih belum juga berhasil keluar darinya.
Su-to Yan balik kembali, menuju kearah utara, dia hendak
meninggalkan rimba bambu kuning,
Adanya bambu-bambu kuning yang ditanam di lembah ini adalah
khusus ditanam oleh seorang tokoh silat dari jaman purbakala, dia
sudah buta, karena itu membutuhkan sesuatu yang dapat menjamin
jiwanya. Dia mengatur bambu-bambu ini sedemikian rupa, sehingga
tidak mudah untuk mencelakainya.
Untuk memberi tanda kepada orang-orang yang tidak sengaja,
pada mulut lembah diberi tanda pedang kecil.
To-su Tukang Sado Giok Hie melihat adanya tanda itu, dia tidak
berani lancang masuk kedalam lembah Bambu Kuning.
Demikianlah Su to Yan buntu
meninggalkan rimba bambu kuning.
jalan, dia tidak berhasil Setengah harian Su-to Yan terputar-putar didalam lembah itu.
Tiba-tiba dia dikejutkan oleh adanya sebatang pedang kecil yang
tergantung disuatu pohon bambu.
"Aaaa.,." Su-to Yan berteriak kaget, inilah tanda khas dari
Pendekar Rajawali Mas Kie Eng.
Dia telah memasuki daerah terlarang jago dari jaman purbakala
itu. Su-to Yan bingung, pendekar Rajawali Mas Kie Eng adalah orang
pertama dari empat jago tua dari jaman purbakala, umurnya sudah
seratus delapan tahun, kecerdikannya tidak ada yang dapat
memadai. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Untuk ilmu kepandaian, dia hanya kalah oleh Pek ie Kauwcu Bong
Bong Cu, Si Tabuh Maut Wie Biauw dan Akhli waris dari Gua
Kematian Pek Hong Hie tiga orang.
Mengetahui dirinya berada dibawah kekuasaan seorang jago tua
dari jaman purbakala, Su-to Yan menyerahkan diri. Dia
mengeluarkan helahan napas panjang.
Disaat inilah tiba-tiba terdengar suara yang serak bertanya:
"Su-to Yan kah yang datang?"
Sipemuda terkejut, untuk tidak mengganggu usahanya, dia
berkata hormat. "Betul, Boanpwee Su-to Yan."
"Sudah kuduga." Berkata suara yang serak itu, "Datanglah
kedekatku." "Boanpwee tak dapat menemukan jalan." Berkata Su-to Yan.
"Kau melihat tanda pedang kecil?" Bertanya orang ini, wajahnya
belum terlihat. "Ada." Berkata Su-to Yan.
"Nah, majulah kearahnya, Melewati pohon bambu yang ada
tanda pedang kecil, kau ke kiri 15 langkah, Maka kau dapat melihat
wajahku." Mengikuti petunjuk orang itu, Su-to Yan menggeser langkah
kakinya, Tiba-tiba pemandangan dihadapannya bersinar terang, Dia
membelakangi rumpun pohon bambu, disana duduk seorang tua
berambut panjang. Duduk disebuah batu besar, kedua matanya
lurus memandang kedepan, hanya berupa layar putih, tidak terlihat
hitamnya, orang tua ini sudah buta.
"Su-to Yan, mataku tidak dapat melihat, jangan kau menjadi
kaget." Su-to Yan memperhatikan orang tua berambut panjang, begitu
panjang sehingga menutupi seluruh tubuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau adalah orang pertama yang memasuki barisan tin pohon
bambu kuningku ini." Berkata lagi orang tua itu.
Su-to Yan membungkukkan setengah badan, dia bertanya:
"Cianpwee tentunya Pendekar Rajawali Mas Kie Eng."
"Aku memang Kie Eng." Berkata orang tua itu, terlihat
senyumnya yang serius sekali, "Sudah ku perhitungkan, kau bakal
datang ketempatku, sengaja kubangun barisan tin bambu kuning,
khusus menunggu kedatanganmu dan betul-betul kau datang."
Su-to Yan lebih terkejut, ternyata kedatangannya
diperhitungkan oleh orang tua berambut panjang.
sudah "Aku adalah kawan baik kakekmu," Berkata orang tua berambut
panjang Kie Eng. "Aaaa...!" Cepat-cepat Su-to Yan memberi hormat dalam.
"Ha, ha . . ." Si pendekar Rajawali Mas Kie Eng tertawa, "Jangan
banyak peradatan bangun !"
Dia tidak dapat melihat, tapi telinganya cukup tajam,
pendengarannya luar biasa sekali, segala gerak-gerik Su-to Yan
tidak lepas dari penilaiannya.
Betul-betul Su-to Yan takluk.
Membelalakkan mata putihnya, Kie Eng menatap kearah
sipemuda, dan dia mengajukan pertanyaan "Kudengar, ayahmu
telah menyerahkan kau kepada Ciok Pek Jiak, apakah benar berita
itu?" Su-to Yan sangat girang, inilah untuk pertama kalinya ada orang
yang menyebut tentang diri sang ayah, cepat-cepat dia berkata:
"Betul, Boanpwee mendapat didikan langsung dari Suhu."
"Sudah kuduga. . . Sudah kuduga." berkata Kie Eng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tentang ayah boanpwe," berkata Su-to Yan. "Dimanakah
cianpwe bertemu dengan beliau" Dapatkah memberi sedikit
keterangan." Kie Eng mengoyang-goyangkan kepalanya maka rambutnya yang
panjang itu terurai kekanan dan kekiri.
"Ayah dan kakek tuamu sudah mati semua."
Su-to Yan tertegun. "Dan ibu boanpwee?" Dia bertanya tentang ibunya.
"Juga turut mengorbankan dirinya." berkata Kie Eng.
Su-to Yan berdiri seperti patung, matanya lurus memandang
depan. Terkenang kepada orang tuanya, teringat bagaimana sang
ayah dan ibu membawa dia ke tempat kakek tuanya, kemudian
menyerahkannya kepada Ciok Pek Jiak, hanya itu yang masih dapat
diingat, kemudian, lenyaplah ayah bunda itu.
Sang kakek tuapun tidak terkecuali. Lenyap tanpa bekas, Tidak
seorangpun yang tahu, kemana perginya ketiga orang itu.
Disini, dia mendapat keterangan dari jejak orang tua dan
kakeknya. Dan berita yang didapat adalah berita kesedihan, ketiga
orang itu sudah berada dialam baka.
Orang tua berambut panjang Kie Eng turut mengheningkan cipta,
beberapa saat kemudian, dia berkata lagi:
"Kudengar gurumu telah mencucikan diri, tentunya belum
menceritakan duduk perkara keluargamu, bukan ?"
"Suhu tidak mau membuka rahasia." berkata Su-to Yan.
"Nah, kulihat sudah waktunya kau mengetahui kejadian ini."
Orang tua meluruskan pandangan mata putihnya, seolah-olah
hendak menembus jaman yang lalu. Dia mengenang kejadian lama.
Su-to Yan menunggu cerita si Pendekar Rajawali Mas Kie Eng,
Membiarkan orang tua itu melamun lama, dia menantikan dengan
penuh kesabaran. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dengan suara tandas, mengajukan pertanyaan: sepatah demi sepatah, Kie Eng "Kau telah mendapatkan kitab Maya Nada ?"
"Sudah." "Tahukah bahwa kitab itu hanya berupa kitab samaran, kitab
kosong yang hendak memalsukan catatan ilmu pedang Maya Nada?"
Su-to Yan terkejut Lagi-lagi orang tua ini dapat memperhitungkan
adanya kitab kosong itu. "Baru saja boanpwe ketahui." Dia berkata.
Kie Eng menghela napas. "ilmu pedang Maya Nada adalah ilmu pedang kelas satu, belum
ada yang dapat menandingi ilmu pedang ini, didalam kecepatan dan
juga didalam soal perubahan-perubahannya. Tanah bisa merekah,
sungaipun dapat pecah, mana kala dia bergemuruh gunungpun
dapat dihancurkan. Selama ratusan tahun terakhir, turun menurun
tersebar didalam rimba persilatan. Karena adanya keampuhan ilmu
pedang itu, banyak yang memperebutkannya, terutama para jagojago kepalang tanggung, agar menjadikan dirinya sebagai manusia
Super Tanpa Tandingan, dengan segala jerih payah, mereka
mengorbankan tetesan darah yang berharga, tidak sedikit jiwa yang
dikorbankan untuknya."
Pendekar Rajawali Kie Eng kenal banyak tentang ilmu pedang
Maya Nada, Su-to Yan mendengar keterangan itu dengan hati
patuh. Kie Eng menghela napas lagi, dia meneruskan ceritanya:
"Murid bontot Thian Kho Cu yang bernama Kong-su Put-hay
mengantongi ilmu pedang Maya- Nada masuk kedaerah Tionggoan,
dia pribadi mati bersama-sama dengan sembilan saudara-saudara
seperguruannya, maka ilmu pedang Maya Nada turut lenyap
sementara, Kong-sun Put-hay mati disuatu tempat yang tidak
diketahui orang." Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan berguru kepada Ciok Pek Jiak dan jago ini sudah bosan
kepada keramaian dunia, dia menyucikan diri, menutup semua
sumber berita yang mempunyai hubungan dengan ilmu pedang
Maya Nada yang membawa malapetaka itu. Dengan maksud agar
Su-to Yan tidak melibatkan diri dalam persengketaan berdarah.
Apa mau, takdir sulit dielakkan, Su-to Yan tidak berhasil lari dari
kenyataan ilmu Pedang Maya Nada itu selalu membayangi dirinya,
sehingga terjadi tragedi-tragedi yang sudah kita tuturkan diatas.
Orang tua itu berambut panjang Kie Eng melanjutkan ceritanya:
"Kakek tuamu Su-to Pek Eng berhasil menemukan ilmu pedang
Maya Nada, kitab itu didapat dari seorang asing yang berpakaian
belang2, kemudian terjadi persengketaan. Kakek tuamu
menyerahkan kitab Maya Nada kepada keluarga dilembah Hui-in
digunung Bu-san. Demikian urusan ilmu pedang Maya Nada dapat
diredakan." Su-to Yan mengangguk-anggukkan kepalanya, dia mendapat
gambaran jelas dari asal mula ilmu pedang Maya Nada.
Orang tua berambut panjang Kie Eng mengatup-ngatupkan
sepasang matanya yang buta, dan dia meneruskan cerita yang
terputus tadi: "Orang asing berpakaian belang adalah jago istana Khong-kiokkiong yang melarikan dirinya dari tekanan dan kejaran bangsanya,
Hal ini diketahui juga, setelah terjadi pengambilan ahli kitab Maya
Nada oleh keluaga Ie. Jago-jago istana Khong-kiok-kiong membikin
penyelidikan mereka mengintimidasi kakek dan kedua orang tuamu,
pertempuran-pertempuran tidak dapat dielakkan, untuk memberi
pertanggung jawabannya, kakek tuamu pergi ke istana Khong kiokkiong. Disusul oleh kepergian kedua orang tuamu, akhirnya mereka
mati didalam istana belang itu."
Su-to Yan mendongakkan kepala, dia mendamba-dambakan
kehadiran sepasang orang tua-nya, kini harapan itu lenyap sama
sekali, buyar terbawa angin lalu, dan kakek tuamu pun sudah tiada,
mereka itu mati dibawah tangan Istana Khong-kiok-kiong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Airmata membasahi pipi sipemuda.
Pendekar Rajawali Mas Kie Eng menarik napas, dia berkata lagi:
"Dikala kakek tuamu membikin perjalanan ke istana Khong-kiokkiong, dia pernah meminta diri dariku, Dan manakala kedua orang
tuamu menyusul, juga bertemu denganku, generasi ketiga dari
keluarga Su-to, kau juga menjumpaiku janganlah kau menyusul
jejak keluargamu itu."
Su-to Yan mengadukan kepala, kakek tua nya Kiay-hay Kiamkhek Su-to Pek eng begitu lihay, tokh tidak dapat mengalahkan jago
istana Khong-kiok-kiong, maka Kie Eng memberi bujukan halus,
agar dia tidak menuju ke-istana belang itu. Dengan suara yang
serak, Kie Eng meneruskan keterangannya.
"Kukira, ilmu pedang Maya Nada sudah jatuh kedalam tangan
istana Khong kiok-kiong, maka kakek tuamu tidak dapat
mengalahkan mereka. Bila betul ada kejadian yang seperti ini,
urusan lebih tidak mudah diselesaikan."
"Boanpwee kira belum tentu." Su-to Yan mengemukakan
pendapatnya, "Sehingga saat ini. belum pernah terdengar cerita
tentang orang-orang dari istana Khong-kiok-kiong."
"Mendapat serangan kakek dan kedua orang tuamu, tentu istana


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belang menderita banyak kerugian, besar kemungkinan para jago
kelas satunya telah binasa, maka istirahat untuk sementara,
menunggu sampai kekuatan mereka pulih kembali. Segera
mengadakan gerakan serentak perhatikan betul-betul tentang
kejadian ini." "Begitu lihaykah jago-jago dari istana Khong-kiok-kiong?" Su-to
Yan mengajukan pertanyaan.
"Bayangkan sendiri, bila mereka tidak mempunyai kekuatan yang
cukup hebat. Mungkinkah kakek dan kedua orang tuamu dapat
dikalahkan." "Kau juga tidak dapat menandingi mereka?" Su-to Yan menatap
orang tua berambut panjang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ha, ha..." pendekar Rajawali Mas tertawa, "Aku sudah tua, tiada
guna." "Suatu hari, boanpwee akan menjajal kepandaian istana Khongkiok-kiong." berkata Su-to Yan gagah.
Kie Eng, menunjukkan wajahnya yang girang, dia berkata:
"Aku tahu, kau memiliki aneka macam ilmu kepandaian silat yang
hebat, sayang kau masih terlalu muda, belum dapat menyatukan
semua ilmu itu. Berusahalah untuk membikin ilmu gabungan yang
sehat, dan itu waktu, kukira tidak ada orang yang dapat
mengalahkan mu." Pikiran Su-to Yan terbuka lebar, apa yang dikemukakan oleh
orang tua ini adalah tujuan yang menjadikan harapannya, bila saja
dia dapat menyatukan semua ilmu kepandaian dan tenaga orang
yang berada didalamnya, siapakah yang dapat mengalahkan Su-to
Yan" Kie Eng berkata: "Aku tidak melarang kau menggulungkan diri
didalam persengketaan ilmu pedang Maya Nada, Aku turut
bergembira, bila melihat kau menjadi orang, tapi bukan sekarang,
Tekunkan-lah semua ilmu-ilmu itu."
Su-to Yan sedang mengurung kembali semua ilmu kepandaian
yang ada padanya, dia sedang mencari jalan bagaimana harus
menyatukan ilmu-ilmu kepandaian yang acak-acakan itu.
Kata-kata Kie Eng hampir tidak masuk kedalam telinganya.
Sebagai seorang yang berpengalaman menggunakan pendengaran telinganya, Kie Eng dapat mengetahui, bahwa pemuda
itu sedang menekunkan ilmu-ilmunya. Dengan perlahan-lahan,
Sijago purbakala berkata:
"Alam semesta tercipta olehnya, hanya satu yang berkuasa, lima
yang bertaburan diseluruh angkasa, menyelinap diantara yang ada
dan yang tiada. Setiap gerakan berpangkal di pusat, menyusun
jalur-jalur naluri terjadilah suatu kebahagian. Hancurlah semua
kekotoran-kekotoran duniawi yang berani menggangu kelancaran
kerja insan didunia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Hati Suto Yan tergerak, inilah kunci yang sulit didapat, Sam kie
Ju-Su In Hong memberi pelajaran "Hui Eng cap-pat-San dan koatkong-cit-hian. Ayah angkat itu tidak memberi kunci-kunci
pemecahannya, dan dari orang tua berambut panjang Kie Eng, Suto Yan menemukan kunci-kunci temuan baru.
Si pemuda berlompat girang, Dia menari-nari membawakan ilmu
silat yang ada. Pendekar Rajawali Mas Kie Eng menganggukkan kepala dia
girang, Membiarkan pemuda itu bersilat beberapa saat, dia berkata:
"Aku ada urusan, dan hendak meninggalkan rimba bambu kuning
ini, baik-baiklah kau melatih diri. Bila kau hendak keluar, perhatikan
tanda pedang kecil itu, kau harus belok kekiri sebanyak lima belas
langkah, Maka barisan bambu kuning tidak banyak mengganggumu." Tubuh melesat, dan lenyap dari pandangan. Su-to Yan mendapat
kemajuan maju selangkah ditempat itu. Petunjuk Kie Eng masuk
tepat kedalam lembahnya. Didalam lembah Bambu Kuning, Su-to Yan mendapat setengah
hari. Kemudian mengikuti petunjuk Kie Eng, dia melanjutkan
perjalanannya. Hari mulai gelap... Telinga Su-to Yan yang tajam dapat menangkap datangnya suara
pertempuran. Mengikuti datangnya suara-suara itu, dia meluncurkan
kakinya. Belasan orang berbaju hitam sedang mengurung seorang anak
muda yang berambut kusut, anak muda itu membikin perlawanan
yang hebat, dia main terkam dan seruduk, main sesak dan
menerjang hebat, inilah si Anak Srigala Lee Pin.
Dikala Su-to Yan memasang mata betul-betul, dia mendapat
suatu kepastian, bahwa orang berbaju hitam adalah anak buah
golongan Thian-lam Lo-sat. Dibawah kurungannya para jago Thianlam Lo-sat, Lee Pin tidak dapat menembus pertahanan musuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan sedang berpikir-pikir, mengapa Lee Pin tidak minta
bantuan pasukan srigalanya "
Disaat itu, Lee Pin mengamuk semakin hebat, dia mengeluarkan
suara jeritan, srek, menerkam salah satu pengurungnya, perut
orang itu berhasil disodok pecah berdarah, ususnya berceceran
panjang, tubuh orang itu terhuyung sebentar dan jatuh, jiwanya
mengucapkan selamat tinggal.
Orang-orang berbaju hitam mengurung semakin rapat, mereka
berhati-hati sekali, tidak satupun yang berani lengah, Karena itulah
keadaan Lee Pin semakin terjepit.
Su-to Yan menyedot napas, tubuhnya melesat tinggi terjun
kedalam kalangan pertempuran itu.
"Saudara Lee Pin, jangan takut." Dia berteriak- "Aku datang
membantu." Orang-orang berbaju hitam mengenali si Pedang Baru Suto Yan,
serentak mereka membubarkan diri.
Menggunakan kelengahan mereka, Lee Pin membunuh seorang
lagi. Kurungan itu pecah segera, Mengajak Lee Pin, Su-to Yan
berkata: "Mari kita meninggalkan tempat ini." Si Anak Srigala Lee
Pin setuju saja, dia menganggukkan kepala.
"Mari." Mereka siap meninggalkan tempat itu.
Tiba-tiba. . . . Terdengar satu suara, besar berkata:
"Ha, ha.... Mau pergi... Ha. ha. . . sudah terlambat."
Su-to Yan memandang kawan itu. Dan Lee Pin memberi
keterangan: "Mereka menabur bisa jahat disekitar tempat ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan mengerti, mengapa Lee Pin tidak memanggil pasukan
srigalanya, dia sayang kepada binatang-binatang itu, karena adanya
racun2 jahat disekitar tempat itu, agar para srigala tidak mati
konyol, Lee Pin membiarkan dirinya dikurung oleh orang-orang
Thian lam-Lo-sat. "Bagaimana ?" Terdengar lagi suara tadi, "Masih hendak
melarikan diri?" Disana sudah bertambah seorang, inilah ketua golongan Thianlam Loo-sat yang bernama Lam Kiong It.
Su-to Yan menghadapi ketua golongan berbaju hitam itu, Dia
berkata: "Lam Kiong It, berani kau bertanding satu lawan satu?"
"Ha, ha... Mengapa harus satu lawan satu " Rombongan srigala
dari kawanmu itu dapat menakutkan anak buahku,"
"Kau masih ingat akan kitab Maya Nada, bukan?" Bertanya lagi
Su-to Yan. "Ng, bagaimana?" Lam Kiong It melirikkan mata.
"Kau dapat memenangkan hadiah kitab, bila
memenangkan aku," Su-to Yan mengeluarkan tantangan.
dapat "Baik." Lam Kiong It maju seorang diri.
"Bubarkan orang-orangmu itu," Su-to Yan mengajukan syarat.
"Jangan banyak omong !" Bentak Lam Kiong It keras, Tubuhnya
mumbul tinggi, dan dia segera menerkam Su-to Yan.
Si pemuda bergeser kesamping.
Lam Kiong It menubruk tempat kosong.
Sret, tangannya menyebarkan sesuatu, itulah lima utas tali
berwarna merah, putih, hijau, kuning dan biru. Dengan tali-tali
itulah, dia meneruskan serangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Senjata yang lain daripada yang lain, senjata khas ketua
golongan Thian-lam Lo-sat.
Su-to Yan bermain diantara sela-sela lima utas tali lima warna,
Lawannya gesit, diapun sangat lincah, terjadi pertarungan cepat.
Lam Kiong It sangat terkejut menyaksikan kemajuan ilmu
kepandaian pemuda itu, dia harus memberi penilaian lain, inilah
ilmu kepandaian Hui-eng-cap-pat-san dari pulau Tong hay.
Tentu saja Lam Kiong It tidak tahu, bahwa Sam-kie Ju-Su In
Hong telah menurunkan ilmu itu kepada anak angkatnya.
Su-to Yan sudah menyatukan ilmu kepandaian praktek yang
didapat dari Sam-kie Ju-Su In Hong dan teori sang pendekar
Rajawali Mas Kie Eng. Lee Pin dan anak buah Thian-lam Lo-sat dapat menyaksikan
suatu pertandingan itu, sehingga mereka melupakan maksud
tujuannya. Sebagai seorang ketua golongan, Lam Kiong It memang
mempunyai ilmu keistimewaannya, dengan menggunakan lima utas
tali berwarna-warni, dia hendak mengaburkan sinar pandangan
lawannya. Su-to Yan tidak dapat disengkelit begitu mudah, dia dapat
membedakan warna mana yang berbahaya, dan warna mana yang
berupa warna ancaman, dengan mudah, dia dapat memilih warna
yang agak lemah, dan menerobos kian kemari.
Pertempuran itu berjalan lagi belasan jurus, Lam Kiong It
meletakkan lima tali Thian lam Lo-sat pada tangan kanan, dengan
menggunakan tangan kiri, dia menyodok ke depan.
-ooo0dw0ooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Jilid 11 SUTO YAN mempunyai kegesitan yang luar biasa, tanpa
menunggu perubahan yang berikutnya, dia sudah berhasil
menangkap tangan itu. Lam Kiong It menyeret lima tali Thian-lam Lo-sat, dia hendak
melepaskan diri dari keadaan buruk itu.
Tangan Su-to Yun seperti memegang seekor belut, sangat licin
sekali. Dia terkejut, cepat-cepat melepaskan pegangan itu, tubuhnya
melejit kebelakang. Thian-lam Lo-sat adalah ahli bisa dan racun,
sangat berbahaya sekali, bila membiarkan persentuhan kulit terjadi,
yang akan dirugikan tentu diri sendiri.
Lam Kiong It juga menarik diri dari pertempuran itu, dia segan
kepada ilmu kepandaian pemuda tangguh itu. Harapannya yang
hendak memiliki ilmu pedang Maya Nada kandas begitu saja. Untuk
mengalahkan lawannya, apa boleh buat, dia harus meminta bantuan
banyak orang. Mulutnya dikecilkan, memekik panjang, inilah tanda
gerakan serentak. Su-to Yan dan Lee Pin menggabungkan diri, mereka harus
menghadapi segala kemungkinan yang dapat terjadi.
Lam Kiong It berdiri diatas sebuah batu besar, dia menunggu
reaksi dari instruksi penyerangan.
Lama sekali tidak ada tanda-tanda adanya gerakan pihak Thianlam Lo-sat.
Lam Kiong It mengerutkan keningnya, Su-to Yan dan Lee Pin
menunggu dengan perasaan tidak sabar.
Tiba-tiba, terdengar suara orang yang menyebut Budha, Disaat
yang bersamaan disana bermunculan para hwesio Siauw-lim-sie.
Datangnya dari seluruh penjuru. Mengurung beberapa orang yang
ada ditempat itu. Lam Kiong It mengalami kegagalan, barisannya telah dikucarkacirkan oleh hwesio ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tiga puluh hwesio berbaju merah mengurung datang,
Su-to Yan terkejut, inilah 36 hu-hoat dari gereja Siauw-lim-sie,
tugasnya menjaga keamanan gereja, Untuk urusan bagian luar,
biasa nya 18 Lohanpun sudah cukup. Hari ini terkecuali 36 hwesio
berbaju merah keluar gereja serentak, tentu ada sesuatu urusan
besar. Seorang hwesio tua menampilkan diri, inilah ketua partay Siauwlim-pay, In-ie Taysu.
In-ie Taysu menghampiri Lam Kiong It dan berkata kepada ketua
golongan Thian Lam Lo-sat itu:
"Maafkan kepada kami yang telah merusak barisan Bisa
Racunmu." "Bagus," Lam Kiong It berdengus, "Budi Siauw lim-pay tidak akan
kulupakan, jangan lupa kejadian dihari ini. Aku Lam Kiong It
bersumpah untuk menuntut balas."
Mengajak sisa anak buahnya, ketua golongan Thian-lam Lo-sat
itu meninggalkan mereka. MakSud tujuan Siauw-lim-pay ketempat
itu bukan mau membasmi Thian-lam Lo-sat, pokok tujuan adalah
ilmu pedang Maya Nada yang berada ditangan Su-to Yan.
Bentrokan dengan Thian lam Lo-sat adalah jalan untuk
meratakan ke tempat tujuan, Kini mereka menyingkirkan diri dari
persengketaan, In-ie Taysu tidak mencegah.
Bayangan Lam Kiong It beserta anak buahnya sudah lenyap tidak
terlihat. In-ie Taysu menghadapi Su-to Yan dan Lee Pin.
"Sicu yang bernama Su-to Yan?" In-ie Taysu bertanya kepada
pemuda kita. "Betul." Su-to Yan menganggukan kepala, "Dan bagaimana
sebutan sicu ini?" In-ie Taysu memandang Lee Pin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Anak Srigala Lee Pin," Su-to Yan memperkenalkan nama dan
gelar kawannya. "Aaaa...." In-ie Taysu mengeluarkan suara kaget. Nama Anak
Srigala pernah menggemparkan rimba persilatan, sedikit banyak, dia
pernah dengar nama ini. "Ada apa?" Lee Pin mengeluarkan suara tantangan. Kepada
Thian-lam Lo-sat, dia boleh takut memanggil pasukan binatang
srigalanya, karena orang-orang itu pandai menggunakan racun, tapi
rombongan kepala gundul ini, tidak dianggap mata sama sekali.
"Tidak ada urusan dengan Lee sicu." berkata In-ie Taysu tenang
"Urusan hanya menyangkut diri Su-to Sicu."
"Hm . . ." Lee Pin mengeluarkan suara dari hidung, "Dia belum
ada waktu pergi kegerejamu, sudah begitu terburu2 kau menyusul
datang" Begitu tidak sabar ?"
In-ie Taysu tidak mau melibatkan dirinya dengan kerewelan Lee
Pin, dia langsung berurusan dengan Su-to Yan, katanya:
"Sicu berguru kepada Ciok Pek Jiak ?"
"Betul." jawab Su-to Yan segera.
In-ie Taysu menyedot napasnya dalam-dalam, dan berkata lagi:
"Sedikit banyak, tentu Sicu pernah dengar tentang sepak terjang


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang yang menjadi guru sicu itu, bukan" Seorang saudara kami
yang bernama In-khong Taysu mati dibawah tangan Ciok Pek Jiak
dan kami datang untuk urusan ini."
Sebelum Su-to Yan memberikan reaksinya, tiba-tiba terdengar
suara Lee Pin yang melolong panjang.
Wajah Su-to Yan berubah, itulah suara isyarat untuk panggilan
kepada pasukan srigala. Didalam sekejap mata, ribuan binatang itu akan menerjang
datang, tentu dari seluruh penjuru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Demikian juga keadaan In-ie Taysu, dia tahu, apa kode dari
lolongan panjang si Anak Srigala. secara spontan, diapun menyebut
nama Budha, Suara ini disambung saling susul oleh 36 hwesio baju
merah Siauw-lim-sie. Persiapannya begitu rapi sekali disaat yang sama, ratusan hwesio
berkepala gundul menampilkan diri, mereka datang dari semua
penjuru Lebih cepat dari gerakan rombongan srigala.
Su-to Yan dan Lee Pin kaget sekali. In-ie Taysu membawakan
suara yang dingin, dia berkata:
"Lebih baik kau tarik pulang pemanggilan para srigalamu itu,
Adanya bentrokan secara besar-besaran akan tidak menguntungkan
semua orang." Melihat adanya persiapan Siauw-lim-pay yang begitu rapi. Lee Pin
mengetahui, pasukan srigala akan menderita kerugian besar.
Masih suara-Suara hweesio yang menyebut nama Budha itu
mengalun diseluruh lembah.
Su-to Yan membikin perhitungan yang masak, segera dia berkata
kepada sang kawan: "Saudara Lee Pin, tolong kau tarik mundur pasukan srigalamu
itu." Lee Pin sedang berada didalam polisi kejepit, mendengar bujukan
Su-to Yan, segera dia berlolong kembali, panjang dan pendek dua
kali. Suara lolongan dari pasukan Srigala menyambung suara lolongan
Lee Pin, tapi mereka tidak menyuruduk masuk. Adanya anjinganjing hutan diluar kurungan Siauw-lim-pay adalah jaminan kuat.
Su-to Yan berhadapan dengan In-ie Taysu lagi.
"Segala urusan boleh taysu selesaikan dengan aku."
"Sicu dapat memberikan jaminan yang pasti?" bertanya In-ie
Taysu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ketahuilah." berkata lagi In-ie Taysu, "Gurumu itu mendapat
ilmu pelajaran Siauw-lim-pay dari seorang murid murtad kami, maka
dia begitu lihay, tujuan Siauw-lim-pay tidak membenarkan adanya
seorang diluar partay yang memahami ilmu silat kami. dengan ini,
atas nama ketua partay Siauw-lim-pay, aku meminta kembali ilmu
silat yang bernama Cui-pie-chiu dan Taygin-nu-chiu itu."
"Kukira urusan ini sebagai tameng alasan saja." berkata Su-to
Yan. "Mengapa taysu tidak menyebut ilmu pedang Maya Nada?"
In-ie Taysu membudekkan kuping tentang soal itu, dia berkata
lagi: "Ciok Pek Jiak telah membunuh seorang anak murid Siauw limpay. dengan ini kami menuntut ganti jiwa." Su-to Yan membikin
pembelaan. "Guruku itu telah menyucikan diri, mungkinkah taysu tidak dapat
memberi pengampunan kepada seorang yang sudah bertobat?"
"Ha, ha... Enak saja kau menggoyang lidah." berkata In-ie Taysu,
"Bila semua orang yang sudah melakukan kejahatan boleh bertobat
dan dihari pengampunan, bila mana dia dibebaskan dari segala dosa
yang sudah dilakukan olehnya, kemana pula larinya keadilan dan
kebenaran" Boleh saja kita melakukan kejahatan-kejahatan, dan
setelah itu ramai-ramai ku bertobat dan menyucikan diri, meminta
pengampunan yang berkuasa. Setelah itu impaslah dosa kita, Ha,ha
ha. . ." "Maksud taysu?" Su-to Yan makin naik darah.
"Kau adalah muridnya, segala tanggung jawab seorang guru
wajib jatuh kepada orang yang dididik olehnya. Tanggung jawab ini
harus jatuh keatas kedua pundakmu." In-ie Taysu menudingkan
jarinya kearah Su-to Yan.
"Baik." Sipemuda menerima tuduhan itu. "Bagaimana Siauw-limPay hendak meminta tanggung jawab?"
"Hutang jiwa harus dibayar dengan jiwa." berkata In-ie Taysu,
"Mungkinkah sicu tidak mengerti?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tentu saja mengerti," berkata Su-to Yan.
"Segala sesuatu diselesaikan dengan kekerasan, Aku siap
menerima tantangan kalian."
Dua hwesio berbaju merah menampilkan diri.
"Ciang-bun jin," serentak mereka meminta tugas, "Serahkan
orang ini kepada kami, biar kami berdua yang menangkapnya."
In-ie Taysu menganggukkan kepalanya,
permintaan kedua hwesio baju merah itu.
"Berhati-hatilah kepada
memberi peringatan. ilmu dia kepandaian mengabulkan tangannya," Dia Dua huhoat baju merah dari gereja Siauw lim-sie menghampiri
Su-to Yan. Lee Pin tertawa, mendahului gebrakan sang kawan, dia berkata:
"Biar aku yang mengusir mereka."
"Mereka adalah huhoat Siauw-lim-sie." Su-to Yan memberi
peringatan. "Aku tahu." Lee Pin sudah meluncurkan dirinya.
Tugas kedua huhoat itu adalah menangkap orang-orang
persilatan Su-to Yan. tetapi yang muncul di hadapan mereka adalah
si Anak Srigala. Karena itu, mereka menoleh kebelakang
memandang In ie Taysu, meminta putusan ketua partay itu.
"Terimalah beberapa jurus pelajaran Lee-Pin sicu." In-ie Taysu
tidak melarang mereka menggempur si Anak Srigala.
Lee Pin tertawa nyengir-nyengir, dihadapan kedua hwesio
berjubah merah itu, tidak sedikitpun rasa gentar menguasainya
Sebentar-bentar menengok kesalah satu dari orang-orang itu,
sikapnya selalu memandang enteng.
Kedudukan kedua hwesio berjubah merah sangat tinggi, tujuan
mereka meringkus Su-to Yan, maka mereka maju berbareng, kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dipermainkan seperti itu, tentu saja marah besar, sret, sret,
mengeluarkan golok, membacok kearah si Anak Srigala yang
dianggap terlalu kurang ajar.
Lee Pin sengaja memanaskan kedua lawan-lawannya, dengan
demikian, dia lebih mudah mendesak mereka.
Datangnya dua bacokan itu begitu cepat, gerakan Lee Pin lebih
cepat lagi, duk, duk. membenturkan kedua tangannya sendiri,
gerakan ini membingungkan orang yang menyaksikannya.
Secepat itu pula, tubuh si Anak Srigala melejit, tangannya
terentang kekanan dan kekiri. "Sret.. Sret" sebagian jubah dari
kedua hwesio merah itu sobek.
Dua hwesio Siauw lim-sie menarik golok mereka, dengan wajah
malu, menghentikan pertempuran. Dengan golok ditangan, dengan
kekuatan dua orang, mereka tidak dapat menundukkan lawan,
lebih2 dari pada itu, hampir saja jiwa mereka melayang. Tentu saja
harus menyerah kalah. In-ie Taysu mengeluarkan suara pujian. "Hebat! ilmu kepandaian
yang hebat." Anak Srigala Lee Pin tertawa berkakakan, dengan jumawa dia
berkata: "Mengapa tidak menampilkan beberapa orang lain lagi?"
Sebelum In-ie Taysu memberi putusan untuk mengajukan calon
tandingan yang lain, terdengar suara beradunya senjata, kurungan
Siauw lim pay bobol disatu tempat. disana muncul seorang berbaju
kelabu, inilah Jie Han Liu, ayah si Pedang Emas Jie Ceng Peng.
"Ha, ha, ha, " Jie Han Liu tertawa riang.
In-ie Taysu kenal kepada jago silat itu, menghadapi Jie Han Liu,
Sang ketua partay mengajukan pertanyaan:
"Jie sicu ada urusan apa" Dapatkah menunggu selesainya
perkara ditempat ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Jie Han Liu tertawa lagi.
"Ada keramaian apakah ditempat ini" Mengapa begitu banyak
hweesio yang menghadang kedatanganku?" Dia mengajukan
pertanyaan. "Siauw lim pay sedang berurusan dengan ahli waris Ciok Pek
Jiak." In-ie Taysu memberi keterangan.
"Tahukah Taysu, siapa yang menjadi ahli waris Ciok Pek Jiak itu
?" Bertanya Jie-Han Liu.
"Nah, itulah orangnya." Menunjuk kearah Su-to Yan, sang ketua
partay berkata "Namanya Su-to Yan."
"Tahukah Taysu, bagaimana hubunganku dengan Su-to Yan ini?"
Bertanya lagi Jie Han-Liu.
In-ie Tay su, mengerutkan sepasang alisnya, tahulah dia, bahwa
kedatangan Jie Han Liu hendak menolong Su-to Yan.
"Bagaimana hubungan Jie Sicu dengan Su-to Yan?" Dia bertanya.
"Seharusnya taysu tahu, bahwa Su-to Yan adalah cucu dari Kiathay Kiam khek Su-to Pek Eng, Dan hubunganku dengan Su-to Pek
baik sekali." Berkata Jie Han Liu yang membeberkan kedudukan
dirinya. "Su-to Yan bersedia memberi pertanggungan jawabnya, kuharap
Jie sicu tidak menyampurkan diri didalam urusan ini." Berkata In-ieTaysu.
"Mana boleh?" Berkata Jie Han Liu menantang. "Kakek tuanya
bukan orang asing bagi Siauw lim-pay, mengapa begitu cepat
melupakan budi orang."
"Dia bertanggung jawab atas tindakan Ciok Pek Jiak, Bukan
kakek tuanya." Berkata In ie Taysu.
"Baik." Berkata Jie Han Liu." Kalau Siauw lim Pay berani mengusir
orang, tentu tahu cara-cara bagaimana harus mengusir aku, siapa
yang hendak mengantar aku meninggalkan tempat ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Alis In ie Taysu berkerut tajam, Jie Han Liu bukan jago biasa,
tidak mudah untuk mengusirnya. Kecuali dia turun tangan sendiri,
hal ini dapat menurunkan martabatnya sebagai seorang ketua
partay agung. Menunggu beberapa waktu, Jie Han Liu berkata lagi:
"Ha, ha, ha. . . . Tidak ada orang yang mengantar aku keluar dari
tempat ini?" Empat hwesio berjubah merah menampil kan diri, memberi
hormat kepada In-ie Taysu dan berkata:
"Kami meminta perkenan Ciang-bun jin untuk mengantar Jiesicu."
In-ie Taysu memperhatikan keempat orang itu, apa boleh buat,
dia menganggukkan kepalanya.
"Kalian harus berhati-hati." Dia memberi pesan.
Keempat hwesio itu mengurung Jie Han Liu.
Disaat yang sama, terdengar satu suara yang sangat dingin:
"Mengapa harus menggunakan begitu banyak orang mengantar
dia?" Disana bertambah seseorang, berpakaian tosu, dengan kebut
ditangan, dia menghampiri Jie Han Liu.
"Biar aku yang mengantar kau." Dia berkata.
Inilah murid si jago purbakala Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu,
namanya Giok Hie, dengan gelar si Tosu Tukang Sado.
In-ie Taysu, Su-to Yan dan Lee Pin terkejut. Mereka bingung
akan kehadiran Giok Hie. In-ie Taysu bingung, dia tidak mengerti dengan cara apa, dan
bagaimana Giok Hie dapat menembus pertahanan kurungannya
para hwesio Siauw-lim-pay.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan dan Lee Pin bingung, bagaimana si Tosu Tukang Sado
dapat menembus pertahanannya pasukan srigala"
Jie Han Liu belum pernah bertemu muka dengan tosu pembawa
pecut ini, segera dia mengajukan pertanyaan:
"Bagaimana sebutan totiang yang mulia?"
Disaat itu empat hwesio Siauw-lim-pay mengundurkan diri lagi.
Giok Hie berhadapan dengan Jie Han Liu, dengan suaranya yang
dingin dia berkata: "Aku Giok Hie mendapat perintah Suhu, agar kau mau
menyingkirkan diri dari persengketaan ini."
Giok Hie tidak menyebut nama dan gelar gurunya, Karena itu Jie
Han Liu salah paham dia menduga bahwa orang yang dihadapannya
itu tidak berkepandaian hal ini terbukti karena kehadirannya
hanyalah tugas dari Sang guru, Tentu saja Jie Han Liu tidak tahu,
bahwa orang yang menjadi guru si Tosu tukang Sado adalah
seorang akhli silat dari jaman purbakala Pek ie Kauwcu Bong Bong
Cu yang ternama. . In-ie taysu juga tidak kenal kepada Giok Hie, Dia mempunyai
penilaian yang sama dengan apa yang dipikirkan oleh Jie Han Liu.
Hanya seorang yang terkejut, orang ini adalah jago kita Su-to
Yan. Menurut pengakuan Giok Hie, dia mendapat tugas dari
gurunya, suatu bukti bahwa Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu masih
berada didaerah sekitar tempat itu.
Ini sangat berbahaya ! Di samping mereka masih ada seorang jago tua dari jaman
purbakala, dengan sepasang matanya yang tajam, mengincar kitab
Maya Nada. Inilah yang Su-to Yan khawatirkan.
Giok Hie memandang Jie Han Liu dan berkata kepada jago tua
itu: Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Boleh aku yang mengantar kau pergi dari tempat ini?"
"Boleh saja." Berkata Jie Han Liu tersenyum ewah.
"Wuttt..." Giok Hie mengayun kebutnya, serangan itu berupa
serangan pembukaan, hanya variasi permainan tipu silat, tidak
hanya mengandung unsur berbahaya. Creettt, jari tangan lain turut
menyertai pembukaan acara perang, serangan dengan tenaga
dalam Kabut Hijau It Bok Cin-khie.
Jie Han Liu mengegos kekiri, dia memandang ringan lawannya,
didalam hati dia berpikir, Huh, hanya inikah ilmu kepandaianmu"
Hanya sekali pukul, aku dapat mengalahkanmu.
Dengan sepasang jari yang diluncurkan keras, Jie Han Liu
mengincar sepasang mata lawan itu.
Giok Hie menutulkan kakinya, dia mengancam perut Jie Han Liu.
Jie Han Liu bukan jago biasa, dia memotong serangan itu,
Demikian dua jago mengadu jiwa.
Semakin lama, mata In-ie Taysu terpentang semakin lebar, tidak
disangka seorang tosu tidak ternama dapat mengimbangi kekuatan
Jie Han Liu. Suatu saat, Jie Han Liu berada didalam posisi samping,
tangannya menyeret angin memasuki pertahanan perut orang.
Giok Hie mementilkan sepasang kakinya, inilah ilmu Kaki Kepiting
Mo-liong-tui, salah satu ilmu silat dari jaman purbakala yang dapat
dibanggakan olehnya. "Hek" Pukulan Jie Han Liu mengenai sasaran, bagaikan karet,


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tempat yang dipukul mementilkan tangannya. Dia terkejut, inilah
ilmu Bambu Bung Han-tiok-kang. Disaat yang sama, kaki kepiting
Giok Hie menyepak pantat, kontan Jie Han Liu diterbangkan,
menggunakan adanya daya lemparan itu, Jie Han Liu terbang
melayang meninggalkan tempat kejadian. Dia menderita kekalahan.
In-ie Taysu semakin bingung, siapakah tosu ini, mengapa begitu
lihay " Dapat memainkan ilmu silat dari jaman purbakala "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Giok Hie telah mengalahkan Jie Han Liu, kini dia menghadapi
ketua partay Siauw-lim pay.
In-ie Taysu mendahului orang, dia membuka mulut:
"Siapakah yang menjadi guru totiang?"
Giok Hie memberikan jawaban.
"Suhu kami adalah Pek-ie-kauw-cu Bong-Bong Cu."
In-ie Taysu terkejut. Ternyata dia sedang berhadapan dengan
murid seorang jago silat dari jaman purbakala " Pantas saja Jie Han
Liu dapat dikalahkan olehnya.
"Apakah maksud tujuan totiang ke tempat ini?" bertanya lagi In
ie Taysu. "Kedatanganku atas perintah guruku," Berkata Giok Hie
"Apakah yang dikatakan olah guru sicu?" Berkata lagi In-ie
Taysu. "Dikatakan olehnya, bawa aku harus membawa Su-to Yan."
Berkata Giok Hie. "Su-to Yan?" In-ie Taysu bingung sekali.
"Perintah guruku adalah meminta orang," Berkata Giok Hie cepat,
"Berani kau membantah perintah ini?"
Wajah In-ie Taysu berubah.
"Kurang ajar." Dia membentak "jangan kau terlalu menghina
Siauw-lim-pay." "Mengapa tidak?" Giok Hie pantang menyerah "Berani kau
menghina suhu kami."
In-ie Taysu serba salah, Menyerahkan Su-to Yan berarti
kekalahan baginya. Tidak menyerahkan pemuda itu akan membawa
buntut panjang. Apa boleh buat, ia harus berani menantang, Dia
mundur kebelakang dan menganggukan kepalanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Wut, wut, wut." empat hwesio telah mengurung Giok Hie
ditengah. Memandang kearah sang ketua partay, ke empat orang
itu berkata: "Kami berempat tersedia menerima pelajaran dari murid Pek ie
kauw-cu Bong Bong Cu yang ternama."
"Jangan membikin malu Siauw-lim pay." berkata In-ie Taysu,
Tapi dia tidak mencegah gerakan keempat orang itu.
Giok Hie memperhatikan keempat pengurungnya.
"Kalian hanya berempat?" Dia memandang rendah.
In-ie Taysu dipaksa membikin perlawanan, tapi dia masih
mempunyai banyak anak buah, karena itu dia berkata.
"Merekapun sudah cukup untuk menghadapimu."
Giok Hie tertawa berkakakan: "Ha, ha . . . ."
Tangan dan kakinya bergerak, menyerang keempat hwesio dari
Siauw-lim pay itu. Keempat hwesio itu mengurung lawannya. berpencar, secara teratur, mereka Kekanan dan kekiri, ke timur dan kebarat Giok Hie menerjang
keempat lawannya. Tetapi ternyata tidak berhasil menjatuhkan salah satu dari
keempat hwesio itu. Pihak Siauw-lim-pay tidak dapat menarik napas lega, keempat
jago merekapun tidak dapat menundukkan lawannya.
Pertempuran seperti itu berjalan sangat lama, Giok Hie hilang
sabarnya, tetapi semakin dia berhati panas, semakin sulit pula
menjatuhkan lawan-lawannya.
Tiba-tiba, satu bayangan putih meluncur datang, langsung
memasuki arena pertempuran itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Keempat hwesio Siauw-lim-pay meninggalkan pertempuran,
mereka berdiri diempat sudut jalan.
Ternyata seorang tua berpakaian pelajar sudah berada disana,
inilah murid pertama dari Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu. Namanya
Kong yat Ciu-jit, dengan gelar si Pelajar Tua.
"Toa-suheng." Giok Hie memanggil girang, Kong-yat Ciu-jit
menganggukkan kepalanya, Dia berkata:
"Kau satu orang, sedangkan mereka berjumlah empat kali dirimu,
Dapatkah kau memenangkan pertandingan ini?"
"Untuk memenangkan pertandingan harus menunggu kelengahan
mereka." berkata Giok Kie.
Kong yat Ciu jit tertawa lagi katanya:
"Diantara kita bertiga saudara, kau khusus menekunkan diri
didalam pertahanan. Daya tahanmu memang hebat, tapi kau kurang
penyerangan, Lebih cocok untuk dikerubuti orang, Maka merekapun
tidak dapat mengganggu selembar rambutmu, begitu bukan?"
"Betul." jawab Giok Hie.
"Dan Bwee Goat adalah orang terlemah, maka suhu tidak
memberi tugas keras kepadanya."
"Suhu kita memang sudah dapat memperhitungkan semua
kejadian." Berkata Giok Hie menimpali suara toa Suhengnya.
Tiba-tiba masuk lagi seseorang diapun seorang hwesio berkepala
gundul, tapi bukan hwesio Siauw-lim-sie. Dia adalah si Hwesio
Tukang Pacul Bwee Goat. Kong yat Cia-jit menggapaikan tangannya, "Bwee Goat, kemari
kau." Dia berkata, Bwee Goat menggabungkan diri, jumlah mereka
menjadi tiga orang. In-ie Taysu memberi kerlingan mata kepada keempat orangnya,
maka hwesio-hwesio itu mengundurkan diri.
Kong-yat Chiu-Jit berkata kepada Giok Hie dan Bwee Goat:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kalian berdua membawa Su-to Yan. Biar aku yang menghadapi
para jago Siauw-lim-pay."
Tiga orang memecahkan diri.
"Tunggu dulu." In-ie Taysu berteriak keras.
Si Pelajar Tua Kong-yat Chin Jit, Hwesio tukang pacul Bwee Goat
dan Tosu tukang Sado Giok Hie menahan langkah langkah mereka.
"Seratus perintah. delapan Lohan bergerak." In-ie Taysu memberi Rombongan kepala gundul saling bantu, mengurung ketiga murid
Pek-ie Kauw-cu Bong-Bong Cu.
Secepat kilat, Kong-yat Chiu Jit sudah mengeluarkan pedangnya
"sret sret, sret, sret !" beberapa kali, dua hwesio Siauw lim Sie
kehilangan tangan dan kaki.
Wajah In-ie Taysu berubah, Srat srat, srat lagi empat kali, tiga
hwesio Siauw lim-pay kehilangan kepala mereka.
In ie Taysu melayangkan badan, dia turut serta menerjunkan
dirinya kedalam arena pertarungan.
Kong yat Chiu-Jit hendak menghadapi sang ketua partay tapi
Bwe Goat lebih cepat, dia memapaki kedatangan In-ie Taysu.
"Toa-suheng, serahkan hwesio ini kepadaku." Dia meminta
persetujuan suhengnya. Dari jauh Kong yat Chiu-Jit berkata: "Bwee Goat, kau jangan
berkepala batu." "Aku tahu." Sahut Bwe Goat. "Tidak mungkin kita kalah."
Menyerahkan In ie Taysu kepada Bwee Goat, Si pelajar Tua
Kong-yat Chiu Jit dan Tosu Tukang Sado Giok Hie lari kearah Su-to
Yan. Lawan lama, Su to Yan mengeluarkan
berhadapan dengan Kong yat Chiu Jit.
pedangnya, dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Anak Srigala Lee Pin berhadapan dengan Tosu Tukang Sado Giok
Hie. Keadaan menjadi begitu tegang sekali, Tiba-tiba . . .
Terdengar suara tabuh khim yang dipukul berderum, semakin
lama semakin keras, sehingga menghentikan pertempuran
pertempuran ditempat itu.
Seorang tua dengan langkah lenggang memasuki gelanggang
pertempuran, pada tangan orang tua ini menenteng alat tabuh khim
yang ditendang keras, siapa lagi, bila bukan si Tabuh Maut Wie
Biauw. Seperti apa yang kita telah ketahui dari keempat jago tua
dijaman purbakala yang masih hidup sehingga saat itu, Pendekar
Rajawali Mas Kie Eng menduduki urutan pertama disusul oleh Ahli
waris Gua Kematian Pek-Tong Hie. Si Tabuh Maut Wie Biauw dan
Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu, dari sekian banyak orang yang kita
sebut diatas, ilmu kepandaian Wie Biauw adalah yang terendah,
bisanya hanya menabuh alat Khim, berdendang membawakan lagu
lagu kuno. Wie Biauw bentrok keras dengan Pek ie Kauw Cu Bong Bong Cu,
langsung dia menghadapi Kong-yat Chiu Jit, Giok Hie dan BweeGoat, Berkatalah dia kepada mereka:
"Dimana guru kalian?"
Ketua partay Siauw lim-pay In-ie Taysu belum kenal kepada Wie
Biauw, menyaksikan sikapnya yang menegurkan tiga murid dari
jaman purbakala dia terkejut, hatinya sedang berpikir-pikir.
"siapakah orang tua ini?"
Kong-yat Chiu Jit tidak berani berlaku kurang hormat, segera dia
menjawab pertanyaan. "Sebentar lagi suhupun datang."
Wie Biauw menganggukan kepalanya, Dia berpaling kearah Lee
Pin dan membentak: Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Siapa yang membawa bawa pasukan anjing hutan itu?"
Lee Pin juga tidak kenal kepada si Tabuh Maut jago tua dari
jaman purbakala, sikapnya Kong-yat Chiu Jit yang merendah diri itu
akan dinilai rendah oleh semua orang, Dia tidak mau mengikutinya,
dengan membanggakan diri, dia berkata:
"Aku, Mengapa?"
Wie Biauw mengerutkan alis, segera dia membentak:
"Lekas bawa semua binatang itu pergi diri sini!" kata-kata tadi
mengandung perintah, menyinggung perasaan si Anak Srigala Lee
Pin. "Hm . . . . " Dia berdengus. "Sehingga saat ini, belum pernah ada
orang yang memberi perintah kepadaku."
Wie Biauw memancarkan sinar matanya yang tajam.
"Akulah yang memberi perintah kepada mu." Dia berkata.
"Aku menolak perintahmu." Lee Pin menantang,
"Bagus, Segera kubikin kau mematuhi perintahku." Wie Biauw
begitu marah. Disaat itu Su to Yan menampilkan dirinya.
"Tunggu dulu." Dia berteriak.
"Ada apa?" Wie Biauw menoleh kearah sipemuda.
"Sebelumnya, aku menghaturkan terima kasih." Berkata Su-to
Yan memberi hormat, "Di dalam soal ini, Lee Pin adalah kawanku."
Dia memberi keterangan, "Bolehkah aku mewakili dirinya?"
"Su-to Yan, ini urusanku." Lee Pin tidak mau ditalangi orang.
Su-to Yan menarik napas, dia mengundurkan diri.
Lee Pin berhadapan dengan si Tabuh Maut Wie Biauw.
Wie Biauw bergerak begitu cepat sekali, dia hendak menangkap
tangan si Anak Srigala. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Lee Pin membikin perlawanan, kemanapun dia menyerang selalu
dihadang oleh tabuh Khim lawan
"Wing," tangan Wie Biauw berhasil mencekal pergelangan tangan
Lee Pin. Si Anak Srigala mati kutu, dia kena di cengkeram, lalu tidak
berdaya lagi, Begitu aneh dan begitu gesit, tanpa dapat ditolak, Wie
Biauw sudah menahan si jendral pasukan Srigala.
"Hayo." Berseru Wie Biauw, "Segera bubarkan anjing liarmu itu."
Lee Pin memeramkan matanya, dia penasaran sekali.
Wie Biauw mengangkat tinggi tangannya, dia mau memberi
hajaran kepada anak muda liar ini,
Su-to Yan masih memegang pedang, tanpa disadari, dia menusuk
kearah tokoh purbakala itu.
"Jangan." Dia menduga kepada sesuatu yang buruk, sangkanya,
Wie Biauw hendak membunuh kawan itu.
Menenteng tubuh Lee Pin, Wie Biauw
menghindari serangan Su-to Yan dan berteriak:
lompat ke atas, "Bagus." Itulah ilmu pedang Cian-san Kiam-hoat yang di dapat dari ketua
partay Cian-san-poy Su In Seng.
Su-to Yan menyerang lagi sehingga dua kali.
Wie Biauw menggunakan tubuhnya menangkis serangan itu. Dan
menginjakkan kakinya, tangannya masih menjinjing tubuh si Anak
Srigala Lee Pin. "Jangan celakakan kawanku." Su-to Yan berteriak.
Wie Biauw menganggukkan kepalanya, "Ah, kupulangkan
kawanmu." Dia berkata, melempar Lee Pin kearah Su-to Yan.
"Segera bawa anjing-anjing liar itu meninggalkan tempat ini." Dia
memberi perintah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Si Tabuh Maut menghadapi In-ie Taysu dan para hwesio Siauwlim-pay.
"Mengapa kalian mengganggu Su-to Yan?" Dia membikin
teguran. "Apa maksud sicu mengungkit urusan ini?" bertanya In-ie Taysu,
"Apa alasanmu mengganggu Su-to Yan?"
"Sicu tidak tahu urusan Ciok Pek Jiak dengan Siauw-lim-pay?"
Berkata In-ie Taysu. "Ini urusan intern kami."
Si Tabuh Maut Wie Biauw memandang ketua partay Siauw-limpay dengan sinar mata dingin, kemudian menoleh ke arah Su-to
Yan: "Kau boleh pergi, urusan disini dapat diserahkan kepadaku."
Su-to Yan mengajak Lee Pin meninggalkan daerah itu.
In-ie Taysu mengulapkan tangannya, maka rombongan hwesio
bergerak, mereka mengurung dan menghadang dua orang itu.
Wie Biauw memukul tabuh khimnya, dia berdendang dengan
membawakan lagu-lagu lama, Para hwesio memegang ulu hati
mereka, terasa sekali getaran sukma yang hendak di copot rontok
oleh suara tabuh maut itu.
Satu persatu mempertahankan diri dari siksaan itu, lupalah


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka untuk mengurung Su-to Yan.
Kong-yat Chiu-jit, Bwee Goat dan Giok Hie menghadapi Wie
Biauw. "Atas perintah suhu kami, dilarang melepaskan Su-to Yan."
Mereka berkata kepada si jago tua dari jaman purbakala.
"He, he... Dimanakah guru kalian" Mengapa tidak menampilkan
diri?" Wie Biauw mengejek ketiga orang itu.
Kong-yat Chiu-jit berkata: "Suhu segera tiba."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"He, he. . . ." Wie Biauw bergerak, tabuh khim meluncur kearah
Kong-yat Chiu-jit. Si Pelajar Tua Kong-yat Chui-jit melarikan diri dari serangan itu.
Tabuh tua itu bergerak cepat, trang, dia berhasil mengejar
larinya Kong-yat Ciu-jit, membentur pedang si Pelajar Tua.
Hampir pedang Kong-yat Chui-jit diterbangkan jauh,
Pek, terdengar lagi suara benturan, kali ini tabuh khim Wie Biauw
membentur pacul Giok Hie.
Cepat sekali, manis sekali, indah sekali, setiap serangan Wie
Biauw begitu lincah, datang tanpa diketahui lebih dahulu. Terakhir,
dia membentur pacul Bwee Goat.
Ketiga murid Pek Ie Kauwcu Bong Bong Cu dapat dikalahkan!
"Ha, ha, ha..." Wie Biauw tertawa besar "Hanya seperti inikah
ilmu kepandaian Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu ?"
Satu bayangan suaranya: putih meluncur masuk, segera membuka "Saudara Wie sedang uring-uringan dengan siapa ?"
Kong yat Chiu-jit, Bwee Goat dan Giok Hie bersorak girang,
mereka memberi hormat kepada orang itu.
Itulah jago keempat dari ahli-ahli silat di jaman purbakala, Pek Ie
Kauw cu Bong Bong Cu. Menurut aturan, Pek Ie Kauwcu Bong Bong
Cu disebut sebagai jago keempat. Sebetulnya, dinilai dari ilmu
kepandaian tidak satupun dari ketiga jago silat lainnya yang dapat
menandingi dia. Si Tabuh Maut Wie Biauw menghadang jago tandingannya.
"Kau baru tiba?" Dia menyapa.
"Bagaimana saudara Wie Biauw bisa berada ditempat ini"
mencampurkan diri didalam persengketaan orang lain ?"
Wie Biauw tertawa tawar, dia berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kulihat kau masih mempunyai omongan besar juga, Hendak
mengikuti jejak Manusia Super Tanpa Tandingan Thian Kho Cu ?"
"He. he, ha..." Pek Ie Kauwcu Bong Bong Cu tidak menyangkal
"Dari sepuluh ilmu kepandaiannya, aku telah mendapatkan empat
macam, ada harapan bertambah menjadi enam. Maukah kau
membantu usahaku ?" "Huh... tua-tua tidak tahu diri. Berapakah umur kita?" Wie Biauw
menolak tawaran itu. Tiba-tiba.... Diudara bekas terdengar suara seruling ditiup tujuh kali berturutturut, membawakan tujuh kali berturut-turut, membawakan tujuh
suara nada irama. Wajah Wie Biauw dan Pek Ie Kauwcu Bong Bong Cu berdesis.
Puluhan tahun yang lalu, rimba persilatan digemparkan oleh
munculnya seorang tokoh silat yang bernama Cit-su Mo kun, dengan
bersenjata sebuah seruling, dia sering melakukan pembunuhan
pembunuhan, maka orang menyebutnya sebagai Seruling Yang
Menggemparkan Rimba Persilatan.
Wie Biauw dan Pek Ie Kauwcu Bong Bong Cu mempunyai urutan
dan kedudukan yang lebih tinggi dari Ciu-su Mo kun, tapi belum ada
satupun dari mereka yang dapat menandinginya. Karena itu,
munculnya tokoh silat itu membawa perubahan bagi mereka.
Wie Biauw memandang Su-to Yan dan Lee Pin.
"Lekas kalian melarikan diri." Dia berkata kepada mereka.
Sudah terlambat karena disana bertambah seorang tua gemuk
pendek, berpakaian warna merah, inilah Seruling Yang
Menggemparkan Rimba persilatan Cit-su Mo-kun.
Ratusan hwesio Siauw lim-pay dan tokoh silat yang berada
ditempat itu diam2 tersirap. Keadaan menjadi hening sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Cit su Mo kun memperhatikan orang-orang ditempat itu, hadirnya
Wie Biauw dan Pek-ie-Kauw-cu Bong Bong Cu ditempat yang sama
tidak mengejutkan dirinya. Sebagai seorang yang mempunyai
kesenangan untuk membunuh, dia tidak langsung menerjang kearah
jago-jago lie-hay itu. Tubuhnya melejit, memasuki rombongan para hwesio Siauw-limpay, Serulingnya digoyang diseret, ditarik dan diulurkan ke depan,
dia mengadakan pembunuhan.
Terdengar korbannya. jeritan-jeritan para hwesio yang menjadi para Darah membanjiri tempat itu, seruling Cit Su Mo-kun bermain
begitu rupa, menadah percikan-percikan darah merah yang
bercipratan, hup, dia menyedot sampai beberapa kali.
Jeritan-jeritan para hwesio sangat pilu terdengarnya dari tempat
itu, Siauw-lim-pay mengalami hari naas, jauh-jauh mereka datang
ke sana, hanya untuk mengorbankan jiwa-jiwa anak muridnya.
Inilah akibat dari salahnya pucuk pimpinan tidak seharusnya In-ie
Taysu haus akan ilmu silat orang, Ratusan hwesio diajak perang,
tanpa membikin perhitungan yang masak, berapa banyak korban
jiwa yang akan diderita oleh partaynya.
Kejadian itu terjadi begitu cepat, dikala Wie Biauw sadar akan
kesalahannya, darah hwesio suci itu telah ditenggak oleh Cit-Su Mokun.
Demi kemanusian Wie Biauw menampikkan diri, dia menuju
kearah Cit-su Mo-kun. Disaat yang sama, In-tie TaySu mengajak anak buahnya,
membikin perlawanan nekad, di sini menyangkut hidup mati
mereka, semua orang wajib membela diri secara mati-matian.
Percikan darah masih ditenggak oleh Cit-su Mo-kun, bagaikan
minum madu saja, iblis ini masih mengamuk kalang-kabut,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tabuh khim Wie Biauw memukul punggung iblis tukang
menyedot darah itu. Cit - SU Mo - kun membalikan Seruling,, trang, mematahkan
serangan Wie Biauw. Sekali lagi Wie Biauw menyerang, inipun ditangkis kembali.
Trang, lengket tidak terpisah.
In-ie Taysu menyerang dari bagian depan.
Disaat yang sama, Pek-ie Kauw-Cu Bong Bong Cu bergerak, dia
tidak menyerang Cit-siu Mo-kun. Begitu benci rasanya kepada Wie
Biauw, menggunakan kesempatan bagus, dia menyerang si Tabuh
Maut. Su-to Yan berteriak kaget, pedang diluncurkan, berikut juga
tubuh pemuda itu, mengancam belakang Pek-Ie Kauwcu Bong Bong
Cu. Kong-yat Chiu-jit, Bwee Goat dan Giok Hie tidak tinggal diam.
Mereka meluruk kearah Su-to Yan.
Kejadian-kejadian yang seperti kita uraikan diatas berlangsung
disaat-saat yang bersamaan, sangat ricuh sekali.
Orang pertama yang ditenangkan oleh kekuatan musuh, adalah
ketua partay Siauw-lim-pay, In-ie Taysu tidak sanggup bertahan, dia
melayang kebelakang. Kejadian berikutnya, adalah tubuh Wie Biauw yang melejit
keatas, hek, dia menderita luka dalam.
Disusul oleh benturan pedang Su-to Yan dengan kekuatan tenaga
dalam Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu.
Baru terdengar teriakan-teriakan Kong-yat Chiu-jit, Bwee Goat
dan Giok Hie. In-ie Taysu, Cit-su Mo-kun, Wie Biauw, Su-to Yan dan Bwee Goat
menderita luka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Luka yang terberat adalah luka Su-to Yan, luka Wie Biauw juga
tidak ringan. Orang-orang lainnya hanya menderita luka sepele saja.
Lee Pin mementang mulut, dia melolong panjang, bantuan
pasukan srigala sangat dibutuhkan panggilan ini mendapat
sambutan yang meriah, segera terdengar lolongan-lolongan para
anjing liar itu bergema dari seluruh penjuru.
Beberapa ekor yang berukuran besar sudah lompat membela
majikannya. Dengan bantuan anjing-anjing liar ini. Lee Pin dapat menolong
Su-to Yan dan Wie-Biauw, Mereka mengundurkan diri didalam
lingkungan pertahanan Srigala.
Ratusan ekor Srigala menerjang kian kemari tidak peduli siapa.
bila ada orang asing, mereka menyergapnya.
In-ie Taysu membikin putusan cepat, mengajak sisa anak
buahnya mengundurkan diri.
Dikejar oleh Cit-su Mokun yang senang kepada darah.
Pasukan Srigala menyerang orang yang berada ditempat itu.
Didalam hal ini adalah Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu dan ketiga
muridnya mengetahui bahwa Wie Biauw dan Su-to Yan sudah
terluka, mereka merangsek hebat, banyak srigala dibunuh mati,
puluhan ekor terluka. Lee Pin memberi komando langsung, memberi perintah kepada
binatang-binatang, membela mereka bertiga.
Su to Yan dan Wie Biauw duduk bersila, mereka harus
menyembuhkan luka luka yang mereka derita.
Su to Yan mengeluarkan seruling pemberian Sam-Kie Ju Su In
Hong, perlahan-lahan meniupnya, dia membawakan lagu Han-San
Lok Bwee. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Lagu itu dapat mempercepat peredaran darahnya, sangat
bermanfaat bagi mereka yang menderita luka, perlahan lahan, Su-to
Yan menyatukan luka luka yang ada.
Wie Biauw pernah dengar tentang semacam ilmu seruling yang
dapat menyembuhkan luka dalam, inilah ilmu kepandaian dari pulau
Tong-pay yang khas, mengikuti irama yang Su-to Yan bawakan, dia
turut ambil bagian. Lagu Han San Lok-Bwee selesai ditiup, Su-to Yan menyimpan
serulingnya, Dia membuka mata, keadaannya agak lumayan,
Wie Biauw juga selesai melancarkan perputaran darahnya, dia
mempunyai latihan yang lebih hebat, betul menderita luka berat,
dengan bantuan tenaga dalamnya dengan adanya lagu Han-sin-Lokbwee. Di saat Su-to Yan menyimpan serulingnya, dia sudah bangkit
berdiri. Dengan di bantu oleh tiga muridnya, Pek-ie-Kauw-cu Bong-Bong
cu berhasil memecahkan sergapan para srigala, mereka
menghampiri Lee Pin, Wie Biauw dan Su to Yan.
Lee Pin memandang Su-To Yan dan berkata:
"Pasukan serigalaku tidak berhasil membendung mereka."
Dia bersedih atas derita kerugian pasukan istimewanya, tidak
mudah untuk menernakkan Srigala-srigala yang gesit dan tangkap
seperti apa yang kini dia miliki.
Wie-Biauw membuka mulut: "Biarkan keempat orang itu maju."
Lee Pin memperhatikan keadaan Wie-Biauw dan Su-to Yan. Dia
ragu-ragu, bagaimana bila membiarkan Pek-ie Kauw-cu Bong Bong
Cu dan kawan-kawan menyerang datang"
Su-to Yan tertawa. "Jangan khawatir." Dia berkata, "Kita masih mempunyai kekuatan
untuk menggempur mereka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Lee Pin mengeluarkan perintah mundur dua kali lolongan panjang
dan dua kali lolongan pendek.
Induk srigala membawa anaknya mengundurkan diri.
Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu beserta tiga muridnya lompat ke
hadapan Su-to Yan. Wie Biauw mendampingi anak muda kita, memperhatikan
keadaan Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu sekalian, ke empat orang itu
bermandikan darah, entah darah siapa, mungkin juga darah
Serigala-serigala yang di bunuh oleh mereka, mungkin juga darah
orang yang bersangkutan, adanya serigala-serigala Lee Pin itu
sangat galak dan tangkas, bukan mustahil bila beberapa diantaranya
dapat melukai orang-orang itu.
"Wie Biauw, kita harus bertempur lagi." Berkata Pek-ie Kauw-cu
Bong Bong Cu mengejek. Wie Biauw bertepuk dada. "Pek-ie Kauw-cu Bong-Bong Cu." Dia memanggil. "Keadaan
kondisi badan kalian sudah begitu lemah, masih ada minat untuk
mengulang pertempuran?"
Wie Biauw menaruh dendam kepada jago purbakala itu, sudah
saatnya dia menuntut balas.
Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu terkejut, dapat begitu cepatkah
orang menyembuhkan luka-luka dalamnya"
Menoleh kearah Su-to Yan, dia lebih terkejut lagi, anak muda
itupun masih segar bugar, tidak ada tanda-tanda yang menyatakan
dia menderita luka dalam.
Pasukan srigala Lee Pin menderita kerugian besar, sepertiga dari
anjing-anjing hutan itu binasa dan terluka, sisanya masih
mengurung di sepanjang jalan.
Pek Ie Kauw cu Bong Bong Cu harus membikin perhitungan baru,
dapatkah dia mengatasi keadaan ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tiba-tiba... Diudara terdengar suara jeritan suara burung.. Kik... kik...kik...
Seekor rajawali kuning terbang datang dan berhenti diantara
sekian banyak orang itu. Dari punggung burung bertempat seorang
laki-laki setengah umur, inilah jago daerah Tong-hay Sam-kie Ju-Su
In-Hiong. Su-to Yan maju memapaki ayah angkatnya, dia memberi hormat.
"Jangan banyak membangunkannya. peradatan." Sam-kie Ju-su In Hong Berpaling kearah si Tabuh Maut Wie Biauw, jago Tong-hay itu
berkata: "Baru saja aku bertemu dengan Kie Eng, dia memberi tahu
kejadian kalian, Saudara Wie Biauw, atas bantuanmu aku
mengucapkan banyak terima kasih."
Suatu tenaga baru bagi pihak Su to Yan. Berarti keadaan lebih
tidak menguntungkan Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu.
"Masih ingin melanjutkan pertempuran?" Sam-kie Ju-su In Hong
menantang mereka. "Sampai berjumpa dilain hari?" Berkata Pek-ie Kauwcu Bong
Bong Cu mengajak ketiga muridnya, mereka siap menerjang
pasukan srigala lagi.

Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sam-Kie Ju-Su In-Hong memandang ke-arah Lee Pin:
"Tolong kau beri kesempatan hidup bagi kelima orang ini."
Lee Pin sedang membayangkan bagaimana dia dapat
mengumpulkan srigala srigala baru, hampir dia menangis,
menyaksikan bangkai binatang itu yang berserakan diseluruh
tempat. permintaan Sam-Kie Ju-Su segera dikabulkan Dia memekik
panjang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tanpa adanya gangguan, Pek ie Kauw cu Bong Bong Cu, Si
pelajar Tua Kong-yat Chiu-Jit, Hwesio Tukang pacul Bwee Goat dan
Tosu Tukang Sado meninggalkan tempat itu.
Keadaan sepi kembali Lee Pin memberi hormat kepada tiga orang dan berkata:
"Saudara Su-to, aku meminta diri."
Mengajak sisa-sisa binatang hutannya, Lee Pin dengan hati sedih.
Disana tinggal tiga orang, Su-to Yan, Wie Biauw dan Sam-kie Jusu In Hong.
Memandang anak angkatnya,
mengajukan pertanyaan: Sam-kie Ju-su In Hong "Bagaimana maksud tujuanmu?"
Su-to Yan memberi jawaban: "Memulangkan kitab Maya Nada
kepada Ie Han Eng." "Kemudian?" Bertanya lagi Sam-kie Ju-su In Hong.
"Membikin perhitungan dengan istana Khong kiok kong," Berkata
Su-to Yan dengan suara tandas.
Sam kie Ju-su ln Hong menghela napas dan berkata:
"Su-to Yan, sudahkah kau dengar tentang gerakan istana Belang
Khong-kiok-kiong" Mereka sedang menuju kearah Tionggoan
mencari dirimu." "Bagus, Aku tidak perlu menyusahkan diri lagi," Berkata Su-to
Yan. Dia tidak tahu, apa orang-orang dari istana Khong-kiok-kiong
mencari dirinya. Dia juga tidak perlu tahu, karena bentrokan dengan
mereka tak mungkin dapat dielakkan.
Sam-kie Ju-su In Hong berkata:
"Untuk jaman ini, kekuatan yang dapat menandingi istana Khongkiok-kiong adalah kekuatan Tong-hay. Tapi kami tidak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bentrok dengan mereka, Aku menyesal, tidak dapat membantu
dirimu." Su-to Yan memandang ayah angkatnya, dia tidak mengerti,
mengapa pulau Tong-hay tidak dapat bentrok dengan istana Khongkiok-kiong"
Sam-kie Ju su In Hong berkata lagi: "Kecuali pulau Tong-hay,
masih ada seorang yang dapat menandingi istana Khong-kiok-kiong.
Pernah dengar nama Thian-lie Koay-siu" Nah, inilah murid Manusia
Super Tanpa Tandingan Thian Kho Cu yang ke sebelas."
Su-to Yan lebih bingung lagi, hanya diceritakan bahwa Thian Kho
Ciu menerima sepuluh murid, belum pernah ada disebut nama dari
murid yang kesebelas, Kini sang ayah angkat membuka rahasia,
tentunya bukan cerita bohong.
"Thian-tie Koay-siu tinggal dipuncak gunung Kun-lun. Carilah
orang ini." Berkata lagi ayah angkat itu.
"Terima kasih." Su-to Yan sangat bersyukur "Nah, sedapat
mungkin, aku akan membantu urusanmu, Selamat jalan."
Sesudah meminta diri pada Wie Biauw, Sam-kie Ju-Su In Hong
menggapaikan tangan, burung rajawali kuning tebang menurun,
mencemplak diatas punggung tunggangannya si jago Tong-hay
terbang pergi. Kemudian Su-to Yan dan si Tabuh Maut Wie Biauw berpisahan,
kedua orang ini pun meneruskan usaha masing-masing.
Tanpa menceritakan perjalanan Si Tabuh Maut Wie Biauw, kita
langsung menceritakan langkah kaki Su-to Yan yang menuju ke arah
lembah Hui-in. Dengan adanya kitab Maya Nada, maka walaupun kitab kosong
tiada isinya, tetapi mengingat benda inilah yang di dapat dari Ie Han
Eng, dia wajib mengembalikan kepada gadis yang bersangkutan.
Mo Pak, demikian orang tua yang menjaga lembah itu berdiri di
depan Su-to Yan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tolong beri tahu kepada nona Ie Han Eng, bahwa aku Su-to Yan
datang untuk menyambanginya." Demikian Su-to Yan berkata
kepada orang tua itu. Mo Pak memperhatikan mata putihnya, dia tidak menjawab
sapaan itu, membalikkan badan, masuk kedalam lembah dan
meningggalkan si pemuda begitu saja.
Su-to Yan lari menyusul. "Hei." Dia berteriak "Aku mempunyai
urusan penting dengan nona majikanmu."
Su-to Yan menghadang dihadapan Mo Pak. Dengan marah, orang
tua itu membentak, suaranya sangat ketus:
"Masih berani kau memperlihatkan diri di lembah Hui in" Huh,
tidak kusangka, anak dari keluarga Su-to dapat melahirkan seorang
bergajul sepertimu. Aku tidak kenal kepadamu."
Dan Mo Pak menyingkirkan diri lagi. Su-to Yan bingung.
"Bergajul"!" Betul-betul membuat dia tidak mengerti. "Apakah
yang sudah terjadi?"
Untuk membikin jelas perkara itu, lagi-lagi dia menyusul Mo Pak.
"Hei, mengapa kau berlaku kurang ajar!" Su-to Yan juga marah.
"Siapa yang kurang ajar?" Mo Pak mendelikkan matanya. "Kau
sudah dijodohkan dengan nonaku, mengapa masih mengudek-udek
gadis lainnya?" -ooo0dw0ooo- Jilid 12 LAGI-LAGI MO Pak menyingkirkan diri dari depan Su To Yan.
Tentu saja Su-to Yan tidak mau menyerah, ilmu kepandaiannya
jauh diatas Mo Pak, dengan mudah, dia dapat menyusul orang tua
ini. Tiba-tiba... Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Satu bayangan hijau meluncur datang, Dia membentak:
"Su To Yan, berani kau kurang ajar?"
Disana bertambah seorang laki-laki setengah umur, inilah laki-laki
yang memberi obat Tong-hay Sin-ciauw. Jago-jago yang bernama
In Hay Hong. Su-to Yan memandang In Hay Hong dengan penuh cemburu,
diketahui bahwa laki-laki ini ada menaruh hati kepada Ie Han Eng,
maka dia rela menjadi pengawal lembah Hui-in tanpa bayaran.
"Kau masih berani masuk kedalam lembah Hui-in?" In Hay Hong
siap menempur serunya, Perjodohan keluarga Ie dan keluarga Su-to
ditetapkan oleh orang-orang tua mereka, Su-to Yan menemukan Cin
Bwee lebih dahulu, karena itu dia terpaksa menolak cinta Ie Han
Eng, dari dalam saku bajunya, dia mengeluarkan kitab maya nada,
inilah tanda pertunangannya, dilempar kearah In Hay Hong dan
berkata: "Nah, tolong kau serahkan kitab ini pada Ie Han Eng."
Selesai memberi putusan itu, Su-to Yan membalikkan badan,
pertunangannya dengan Ie Han Eng boleh dikatakan mendapat
penyelesaiannya yang wajar, dia harus pergi meninggalkan tempat
itu. Jago Tong-hay In Hay Hong sedang menunggu alasan yang tepat
untuk menempur Su-to Yan, dia hendak mengalahkan pemuda itu,
maka didepan Ie Han Hong dapat cahaya terang, siapa tahu, dia
dapat merebut hati gadis itu "
Yang berada diluar dugaan adalah sikapnya Su-to Yan yang
bermasa bodoh, melempar kitab maya nada dan berjalan pergi,
inilah pengelakan. In Hay Hong menyambut kitab maya nada, ia tertegun sebentar
dan melempar kembali kitab itu, sambil membentak keras.
"Su-to Yan, kau kembali."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kitab yang dilempar itu membawa angin desiran yang keras,
sehingga Su-to Yan menduga bahwa dia dilempari senjata rahasia,
maka dia hanya mengulurkan tangan menangkap benda itu, Hut,
ternyata kitab maya nada !
Su-to Yan membalikkan badan, Berhadap-hadapan dengan In
Hay Hong. "Apa maksudmu?" Dia juga marah,
"Su-to Yan," berkata In Hay Hong, "Ie Han Eng meninggalkan
lembah sudah beberapa waktu yang lalu, hingga saat ini dia masih
belum kembali, Kitab maya nada bukan milikku, Kau harus langsung
mengembalikan kepadanya."
In Hay Hong menyadari apa akibatnya bila pemulangan kitab
maya nada lewat dirinya, hal ini akan menimbulkan salah paham,
Tentu Ie Han Eng marah besar, mengatakan dia yang mengojokngojok perceraian itu.
Sehingga lebih sulitlah untuk dirinya mengambil alih cinta kasih
sang bidadari. Berita itu sangat mengejutkan Su-to Yan. Kemana perginya Ie
Han Eng" Gadis itu tidak berkepandaian sama sekali, Meninggalkan
lembah Hui-in berarti menerjunkan diri kedalam lembah yang sangat
berbahaya. Su-to Yan melamun ditempat itu.
Kemanakah perginya Ie Han Eng" Tiba-tiba si jago Tong-hay In
Hay Hong sudah membentak lagi:
"Lekas pergi! Mengapa kau harus lama-lama menginjak lembah
Hui-in, aku In Hay Hong akan meremukkan batok kepalamu."
Su-to Yan membalikkan badan meninggalkan lembah Hui-in.
Terbayang sikapnya Mo Pak yang dingin, terbayang kegalakan In
Hay Hong, dia segan untuk menginjakkan kaki ditempat ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Betulkah Su-to Yan tidak mau balik kelembah Hui-in" Bayangan
sibidadari dari lembah Hui in Ie Han Eng begitu menarik,
Kemanakah perginya gadis itu"
Sepasang mata Ie Han Eng yang jernih membayangi pikirannya,
Aneka macam perasaan merangsang Su-to Yan.
Lembah Hui-in di Gunung Bu-san ditinggalkan, Su-to Yan
melakukan perjalanan dengan menundukkan kepala.
Berapa lama perjalanan itu telah dilaluinya, Su to Yan tidak ingat
lagi. Keadaannya sudah seperti manusia linglung, keseimbangan
otaknya sudah susut sebagian.
Kini Su-to Yan mengayun langkah kaki-nya, memasuki sebuah
kelenteng tua. Dia tahu, bahwa dirinya memasuki tempat itu, tapi
dia tidak tahu, mengapa harus masuk ketempat itu.
Pikirannya diputar balikkan kepada kejadian-kejadian lama,
dimana dia pertama kali menerjunkan dirinya ke dalam rimba
persilatan, dia istirahat di sebuah kelenteng juga, diserang oleh
empat anak buah golongan Thian-lam Lo-sat, muncul Cin Bwee dan
kejadian-kejadian berikutnya,
Wajah Cin Bwee terbayang-bayang, tetapi akhirnya mengalahkan
wajah Ie Han Eng. Tiba-tiba muncul lain wajah, inilah wajah seorang gadis yang
keren dan gigih, wajah si Pedang Emas Jie- Ceng Peng.
Wajah Cin Bwee dan wajah Ie Han Eng diputar balikan, hanya
wajah Jie Ceng Peng yang berkuasa.
Tiba-tiba.... Terdengar satu suara yang sangat halus memanggil-manggilnya:
"Su-to Yan...Su-to Yan..."
Wajah Cin Bwee terbayang kembali, menyamarkan wajah Jie
Ceng Peng. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan mengucek-ngucek matanya, apakah yang sedang
dilihat" Mungkinkah dia sedang pusing kepala "
"Su-to Yan.,.," Panggil suara itu. Dia membuka mata, sangat
lebar, dan itulah wajah Cin Bwee.
Kemana larinya wajah kenangan Jie Ceng Peng" Kemana pula
kenangannya kepada Ie Han Eng"
Dan wajah Cin Bwee pun turut lenyap satu bayangan melesat
keluar, meninggalkan kelenteng itu.
Su-to Yan tersentak bangun dari lamunannya, itulah bayangan
orang. Dia tahu betul, Tidak akan salah lagi. Tubuhnya melesat,
menyusul bayangan tadi. Kecepatan Su-to Yan tidak mudah ditandingi dia berhasil
menyusul orang itu, dihadapannya berdiri seorang gadis yang
berpakaian pria, siapa lagi bila bukan sigadis manja Cin Bwee"
Su-to Yan terbelalak.. Keadaan ini begitu cocok dengan kenangannya. Seperti
pertemuannya pertama kali, Cin Bwee mengenakan pakaian lakilaki. Berbeda dengan kejadian dahulu, sekarang Cin Bwee lebih
kurus, lebih pucat dan lebih tidak bersemangat.
Cin Bwee memanggil-manggil beberapa lama, karena Su-to Yan
sedang melamun, dia tidak mendapat jawaban yang selayaknya,
karena itu dia marah, rasa sedihnya kambuh segera, melesat keluar
dan meninggalkan kelenteng.
Gerakan ini disusul oleh gerakan Su-to Yan.
Mereka berhadap-hadapan. Lama sekali, kejadian itu berlangsung
tanpa kata-kata. Tiba-tiba Cin Bwee membalikan badan, dia melarikan diri lagi.
Su-to Yan kaget, tubuhnya mencelat menyusul si gadis, dia
berhasil menghadang lagi.
"Cin Bwee...." Dia memanggil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Cin Bwee mengayunkan tangan, dia memukul Su-to Yan.
"Pergi!" Disertai oleh bentakannya.
Su-to Yan mengegos, dia menghindar dari pukulan tadi.
"Cin Bwee..." Dia memanggil lagi.
"Pergi! Aku tidak kenal denganmu." Cin Bwee menutup wajahnya
dia menangis. Su-to Yan menangkap tangan Cin Bwee mengelus-elusnya dan
berkata perlahan: "Mengapa ?" "Huh, kukira kau sudah lupa kepadaku." berkata Cin Bwee
menangis lebih sedih. "Mengapa kau mengucapkan kata-kata seperti itu ?"
"Kau sudah mempunyai seorang bidadari hidup, siapa tidak kenal
kepada bidadari dari lembah Hui-in Ie Han Eng" Secara resmi kau
adalah calon suaminya. Karena itu kau bersifat angkuh, hendak
meremehkan semua gadis yang ada ?"
"Cin Bwee, ketahuilah bahwa pertunangan itu ditetapkan oleh
kedua orang tua kami."
"Kau boleh menjadi puas, bukan?"
"Jangan kau terlalu cepat memberi putusan. Pertunanganku
dengan Ie Han Eng sudah dibatalkan."
"Dibatalkan?" Cin Bwee mendongakkan kepalanya.
"Ng . . . ." "Suhu mengatakan kepadaku, bahwa kau telah mengikat tali
perjodohan dengannya." berkata lagi Cin Bwee.
"Dimanakah suhumu itu?" Bertanya Su-to Yan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Suhu mengajak aku pulang kegunung, tentu saja aku tidak mau,
aku lari lagi, akhirnya aku berhasil menemukanmu." Berkata Cin
Bwee sedih. "Suhumu tahu, bahwa banyak bahaya yang membayangi aku,


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Demi kepentinganmu, dia melarang pergaulan kita, Kau harus
maklum kepada maksud baik gurumu itu." Berkata Su-to Yan
memberi perkiraan. "Huh, kau juga menghendaki aku pergi jauh?" Cin Bwee merah.
Su-to Yan menyerah, Dia tidak membuka mulut lagi.
"Kau tidak melarang aku menyertaimu, bukan?" Cin Bwee
memandang sipemuda. Su-to Yan menganggukan kepala, Sigadis terlompat girang, dia
menubruk dan berlompat lompatan, akhirnya menangis didalam
rangkulannya Su-to Yan. Su-to Yan mengajak Cin Bwee melakukan perjalanan kearah
barat. Disepanjang perjalanan, tidak henti-hentinya mulut Cin Bwee
nyerocos tentang kejadian-kejadian yang dialami olehnya, Sedari
diculik oleh Cut-kat Hong, mendapat pertolongan Jie-Ceng Peng,
ditahan didalam markas Thian-lam Lo sat, datangnya Cia Ciu Nio,
dibawa pulang oleh suhunya itu dan terakhir dia melarikan diri,
terlunta-lunta seorang diri, tetapi akhirnya dia berhasil menemukan
Su-to Yan. Cin Bwee begitu lincah, penuh kekuatan hidup, dia dapat
menyegarkan siapa yang kurang kesenangan.
Menjatuhkan diri dengan Cin Bwee, banyak menambah
pengalaman hidup, tapi bersatu dengan Ie Han Eng, seperti
merendengi seorang dewi yang agung, tidak mudah tercapai.
Perjalanan itu begitu memuaskan.
Tiba disebuah kota, mereka memasuki sebuah rumah makan,
Diantara pengunjungnya restoran terdapat seorang yang ukuran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bentuk tubuhnya pendek dan gemuk, dia adalah si Pendekar
Bayangan Sie An. "Aha. ." Sie An melompat dari tempat duduknya, "Lagi-lagi kita
bertemu muka." Su-to Yan sangat gembira, akhirnya dia dapat menemukan
kawan lama itu, dia menyapa:
"Sie toako kemana saja?"
Sie An melirik kearah Cin Bwee, dengan kerlingan mata penuh
arti, dia tertawa-tawa, tidak menjawab pertanyaan yang diajukan
kepada dirinya. Cin Bwee mendelikkan mata, Sifat-sifatnya sering bertentangan
dengan Sie An akan membawa buntut panjang. .
Mereka duduk menghadapi satu meja.
"Su-to Yan." berkata Sie An. "Kau memang lihay, Nama tiga ahli
pedang hanya nama kosong belaka, Tidak satupun yang dapat
menandingimu." Pedang Utara Auwyang Ie, pendekar selatan Kong-sung Giok dan
Si Pedang Bayangan Sie An adalah tiga ahli pedang ternama dimasa
itu, tapi tidak satupun dari ketiga orang ini yang dapat menandingi
Su-to Yan. "Sie toako," berkata Su-to Yan, "Jangan kau mengumpak orang."
"Ha, ha,.,Eh, mengapa kau tidak turut bicara?" Sie An menggoda
Cin Bwee. Gadis itu memonyongkan mulutnya, adu mulut Sie An selalu tidak
menguntungkan dirinya. Karena itu, lebih baik dia tutup mulut.
"Sie toako dari mana?" bertanya Su-to Yan, "Sejak berpisah
dengan Jie Ceng Peng, aku berkelana tanpa tujuan." jawaban
Pendekar pedang Bayangan.
"Jie Ceng Peng ?" Cin Bwee mendongakkan kepalanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Betul." berkata Sie An. "Eh, dia berterima kasih kepadamu."
Kata-kata yang terakhir itu ditujukan kepada Su-to Yan.
Cin Bwee menoleh kearah Sang kekasih, timbul lagi rasa
cemburunya. "Jangan salah paham." Su-to Yan memberi keterangan "Itu
waktu, Cukat Hong menculikmu, dia mengatakan hendak
membawamu ke lembah Cui-goat-kok. Karena itu, aku melakukan
perjalanan jauh, dengan maksud menolong kau dari tangannya, Jie
Ceng Peng juga berada didalam lembah itu."
"Betul." berkata Sie An. "Susah payah kita menanggung resiko
besar, terakhir berhasil menerjang lembah Cui-goat-kok, tetapi
ternyata kau tidak berada didalam lembah itu."
Mereka menceritakan pengalaman-pengalamannya
berpisah dari lembah Cui-goat-kok.
sesudah "Jie Ceng Peng berterima kasih kepadamu." Berkata lagi Sie An.
Lagi-lagi kata-kata yang menyinggung perasaan Cin Bwee, Si
gadis hampir menangis, memang bukan impian ideal, bila
mempunyai seorang kekasih gagah perkasa yang berwajah tampan.
Terlalu banyak saingan. Sie An menghela napas, dia berkata:
"Su-to toako, betapapun tinggi ilmu kepandaianmu! banyak
orang yang mengiri. Kau harus berhati-hati."
Su-to Yan merasa heran. "Aku tidak mengerti." Dia berkata terus
terang. "Segera kau mengerti." Berkata Sie An.
"Mengerti apa?" Cin Bwee turut bicara.
"Lihat." Si Pendekar pedang Bayangan Sie An menunjuk kemeja
disebelahnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan menengok kesamping, wajahnya berubah, Disana,
diatas meja tertancap sebatang tongkat tajam, pada ujung tongkat
itu terdapat permata merah, bercahaya terang.
"Apa artinya permainan ini.?" Su-to Yan mengajukan pertanyaan.
Sie An mematung ditempat, seolah-olah terkena ilmu sihir.
Su-to Yan menoleh kearah Cin Bwee, keadaan gadis inipun
seperti keadaan Sie An, matanya memancarkan cahaya kosong,
hampa tidak berisi. Su-to Yan menggoyang-goyangkan tubuh kedua orang ini.
"Hei, mengapa?" Dia berteriak.
Tidak ada jawaban, kedua orang memandang tongkat hijau
dengan batu merah di ujungnya itu.
Su-to Yan menduga sesuatu yang luar biasa melekat pada
tongkat itu, hati kedua lengan dibalikkan, memukul kearah benda
tersebut. "Plaakkk..." tongkat itu pecah dan hancur, dari dalam bumbung
mencelat suatu benda itulah ular kecil.
Ular kecil dari tongkat itu menjalar keluar, berputar disekitar
rumah makan hal, ini menimbulkan panik, para tamu lain dan
menyingkirkan diri, Kemudian ular itu menghadapi Su-to Yan.
Su-to Yan mengeluarkan suara dari hidung, tenaga dalamnya
dikerahkan, dengan ilmu Uap hijau It bok Cin-keng yang dicampur
dengan cengkeraman Maut dia menjulurkan jari-jarinya, krekek, dia
meremas hancur ular itu. Bangkai ular dilempar, Baru dia memeriksa keadaan kedua
kawannya. Sie An dan Cin Bwe mengeluarkan keluhan napas lega.
"Bagaimana perasaan kalian?" Su to Yan bertanya kepada dua
orang itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Hampir aku diperdayainya." seru Sie An.
"Aduh, kepalaku masih terasa sakit." berkata Cin Bwee.
"Sudah kubereskan tongkat sihir tadi," berkata Su-to Yan.
"Beruntung kau tidak kena tenungan mereka." berkata Sie An,
"Bila tidak, celakalah kita bertiga."
"Mari kita melanjutkan perjalanan," berkata Su-to Yan. Mengajak
kedua kawannya, dia meninggalkan rumah makan itu.
Mereka menuju ke luar kota, tiba-tiba dari samping pintu muncul
seorang tosu berpakaian merah. Memandang Su-to Yan bertiga,
tosu itu berkata: "Siapa diantara kalian yang bernama Su-to Yan?"
"Aku." Su-to Yan menampilkan diri.
"Tidak seharusnya kau merusak tongkat tenung kami." berkata
tosu itu penuh penyesalan.
Cin Bwee berteriak: "Tosu bangsat! Ternyata kau yang mempermainkan kami!"
Tangannya terayun, memukul kearah tosu berjubah merah itu,
"Ha, ha..." Tosu itu tertawa, Dia sudah siap sedia, tangannya
menaburkan sesuatu, membalikkan badan dan melarikan diri.
Gagallah serangan Cin Bwee tadi.
Disaat yang sama, benda yang ditabur oleh sitosu berkembang
biak, warnanya hitam pekat, bertaburan kearah tiga orang.
Su-to Yan bergeram, mengeluarkan bentakan, tangannya
didorong kedepan, hut, hut hut, dengan gerakan iblis Sakti Menahan
Gelombang Pasang dia menyampingkan benda bubuk hitam itu.
Asap hitam menubruk pohon. Cesss.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pohon yang berdaun hijau segera menjadi layu, tangkainya
menunduk kebawah, daun-daunnya berguguran jatuh, berubah
menjadi kuning" Rusak terkena racun jahat Tidak lama kemudian, pohon itupun
tumbang, roboh dengan suara yang menggelegar.
Su-to Yan, Sie An dan Cin Bwee lari menghindari diri.
Tosu berbaju merah melesat jauh. Terdengar suara tertawanya
yang mengejek ketiga jago kita.
Su-to Yan membentak keras:
"Jangan lari !"
Dia mengejar cepat, Diikuti oleh Sie An dan Cin Bwee.
Cin Bwee tertinggal di belakang, dia berteriak: "Su-to Yan..."
Si pemuda menghentikan pengejarannya bersama-sama dengan
Sie An, mereka menghampiri sigadis.
"Kita sedang berhadapan dengan tukang-tukang sihir." berkata
Cin Bwee, "Kita harus berhati-hati."
Sie An dan Su-to Yun menyetujui pendapat itu, sudah selayaknya
bagi mereka untuk berhati-hati. Entah golongan sesat dari mana
yang sedang sirik kepada ilmu kepandaian Su-to Yan.
Mereka melakukan perjalanan sambil bercakap-cakap, dengan
bertiga, tentu mereka lebih mudah untuk menghadapi musuh kuat.
Menjelang sore harinya, mereka berada disuatu tempat yang
agak sepi. Tiba-tiba muncul seorang anak kecil berbaju merah
memberi hormat kepada Su-to Yan bertiga seraya berkata kepada
mereka: "Paman Tenung kami mengundang tuan Su-to Yan."
Su-to Yan memperhatikan anak kecil itu, dia bertanya:
"Siapakah paman Tenung kalian?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tuan bersedia menerima undangannya?" Anak kecil berbaju
merah pandai bicara, suaranya empuk dan merdu.
"Baik." Berkata Su-to Yan, "Segera ajak kita bertiga,"
Anak kecil itu membuka jalan, mengajak ketiga tamunya, Dia
memasuki jalan yang berliku-liku, semakin lama semakin sepi.
Cin Bwee menaruh curiga, dia berteriak: "Tunggu dulu !"
Anak kecil berbaju merah itu tidak menghentikan larinya, dia
menggoyang pantat semakin cepat lari ngiprit.
Su-to Yan dan Sie An mengejar maju. Mereka kehilangan jejak
anak kecil itu, Timbul halimun biru, menutupi pemandangan mata,
terjadi sedikit keganjilan yang membingungkan semua orang.
"Su-to Yan, Sie An dan Cin Bwee terpisah?" Tiba-tiba
terdengarlah satu suara perlahan yang memanggil-manggilnya.
"Su-to Yan. . . . , . . Su-to Yan. . ."
Suara itu begitu menarik, seolah-olah hendak membetot sukma si
pemuda, Su-to Yan berusaha mempertahankan imannya, dia
berkutet, melawan suara panggilan tadi.
"Su-to Yan. . ." panggil lagi suara itu. "Mengapa kau tidak mau
datang?" Suaranya semakin menarik, penuh gairah panggilan
tersebut. Su-to Yan masih berusaha mempertahankan dirinya, Dia
menekan kemauan yang hendak mengikuti panggilan suara itu,
semakin lama, gejolak hati itu semakin keras, dia harus memberi
tambahan tenaga, baru dapat menekannya.
"Ha, ha . . . Su-to Yan pengecut." berkata suara itu. "Mengapa
tidak berani datang ketempatku ?"
Su-to Yan menggeser kakinya, dan perasaan itu segera dapat
ditekan, dia menarik pulang langkah yang sudah digerakkan itu.
"Su-to Yan . . . Su-to Yan . . . " Suara itu semakin gencar
memanggil. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Betapa kuatpun tenaga panggilan suara orang itu, dia tidak dapat
menggugurkan hati Su-to Yan. Sipemuda dapat mempertahankan
dirinya dari godaan. Terjadi perang adu iman kekuatan!
Kini muncul bayangan khayalan, dengan wajah-wajah yang
menyeramkan mencoba menerkam Su-to Yan.
Hati sipemuda tergerak, cepat-cepat dia mengerahkan ilmu Uap
Hijau It-bok Cin-khie, sekujur badannya dilindungi oleh kekuatan itu,
matanya bersinar terang. Lenyaplah semua bayangan-bayangan
tadi, kabut yang meluluhkan suasanapun turut sirna.
Keadaan dapat dijernihkan. Dikala Su-to Yan memandang dan
memperhatikan kedudukan dirinya. Dia terkejut sekali hampir dia
terjun kedasar jurang yang curam.
Dia menoleh kesamping, lagi lagi dikejutkan oleh pemandangan
lain. Sie An dan Cin Bwee berdiri kaku, mata mereka memandang
lurus kedepan, Dan dihadapan kedua orang itu, duduk seorang
kakek kecil berpakaian merah.
Su-to Yan membentak, tubuhnya meleset dan menyerang orang
Yang Paling Oke 3 Siluman Ular Putih 04 Pedang Kelelawar Putih Jodoh Si Naga Langit 1
^