Pencarian

Puing Puing Dinasti 5

Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp Bagian 5


bayangan rantai dan bola-bola besinya dengan
berbagai macam variasi serangan.
Tetapi Helian Kong seperti segumpal asap
yang sulit disentuh, ia seperti sehelai kapuk yang
melayang-layang oleh gerakan angin sekecil
apapun. Deru angin yang diakibatkan gerak rantai
420 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
dan bandringan itu malah dimanfaatkan oleh
Helian Kong sebagai "tenaga pendorong" untuk
tubuhnya yang bergerak cepat kian kemari.
Jenggot putih palsunya melambai-lambai bersama
jubahnya. Meski kelihatannya sekedar "menunggangi
angin" namun apabila Helian Kong balas
menggempur gencar dengan anggota-anggota
badannya, deru angin yang lebih keras akan
bangkit dan membuat rantai lawan "berkibar" sulit
dikendalikan. Si Serba Hitam sendiri dipaksa
berlompatan menghindari pukulan Helian Kong
dengan panik, sambil mencarikan ruang gerak
bagi bandringannya yang tidak bisa untuk
pertempuran jarak dekat. Baik para pembunuh bayaran maupun
pengawal-pengawal Jenderal The sekarang tidak
lagi bertempur, melainkan sibuk merawat yang
luka-luka atau tewas di kedua pihak, kemudian
menonton pertarungan antara Helian Kong dan Si
Serba Hitam itu. Ada juga pertempuran lain
antara Im Hai-lip dan Giam Bin-tong, namun kalah
seru dibandingkan Helian Kong dan Si Serba Hitam
itu. 421 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Para pembunuh bayaran kehilangan nafsu
untuk melanjutkan pertempuran, sebab toh
sasaran mereka yaitu Jenderal The Ci-liong
ternyata tidak ada di tempat itu. Mereka akan
kehilangan upah yang dijanjikan si "pemberi
order" namun mereka tidak mau kehilangan
kesempatan menonton pertarungan dahsyat itu.
Sebenarnya Si Serba Hitam sendiri sudah
sangat memaksakan diri hingga bisa bertahan
sampai detik itu. Ia memaksakan diri karena
ditonton kawan-kawannya, malu kalau sampai
kalah padahal ia adalah yang paling dijagokan dan
diberi tugas terpenting yaitu menjadi algojo bagi
nyawa Jenderal The. Namun sekarang ia merasa
di bawah tekanan yang makin berat menghadapi
Jenderal The gadungan ini.
Helian Kong sering berhasil menampar bolabola besi itu dengan telapak tangannya sehingga
berbalik mengancam tuannya sendiri, atau
arahnya jadi kacau. Kadang-kadang bola besi itu
hampir menghantam jidatnya sendiri, atau
rantainya hampir membelit diri sendiri, dan selagi
ia harus mengendalikan itu maka Helian Kong
422 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
sudah menyerbu dengan pukulan-pukulan dan
tendangan-tendangan gencar.
Dan pada gebrakan yang ke sekian puluh,
malah Helian Kong bisa menebak siapa Si Serba
Hitam. Kata Helian Kong sambil tertawa namun
tanpa mengendorkan serangannya, "kau adalah
Hek-yan-cu (Si Walet Hitam) Nyo Tiang-le, bukan"
Rupanya di tempat asalmu tenagamu sudah tidak
laku kau tawar-tawarkan, lalu kau cari pasaran di
Lam-khia ini. Tetapi hari ini pun akan kubuat
rusak pasaranmu!" Itulah penghinaan tidak kepalang-tanggung,
sekaligus juga membuat Si Serba Hitam itu
merasa kalah. Lawannya sudah berhasil menyebut
siapa dirinya, sebaliknya ia belum tahu siapa
lawannya yang menyamar seperti Jenderal The
Ci-liong itu. Si Walet Hitam Nyo Tiang-le akhirnya
memutuskan untuk kabur saja. Ia memperpendek
pegangannya atas rantai bandringnya, gerakgeraknya sekarang adalah gerak-gerak bertahan
dengan lebih banyak rantai digulung di lengan
sendiri. 423 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Di suatu kesempatan, sepasang bandring
yang rantainya sudah dipegang pendek itu
menyerang bertubi-tubi, namun serangan tidak
dilanjutkan, sebab Nyo Tiang-le segera melompat
kabur. Kawan-kawannya ditinggal begitu saja.
Bisa dimaklumi, yang disebut "kawan" itu
hanyalah sesama orang upahan yang tidak terikat
rasa setia-kawan sedikitpun.
Kawan-kawannya yang lain pun kabur
berhamburan. Yang tidak bisa kabur adalah Si Pedang
Secepat Angin Giam Bin-tong yang bertarung
dengan Si Kipas Prahara Im Hai-lip.
Pertarungan kedua jagoan itu sebenarnya
seimbang benar, tapi jadi tidak seimbang sebab
semangat Giam Bin-tong merosot setelah melihat
kawan-kawannya kabur meninggalkannya begitu
saja. Ia segera merasa kewalahan.
Sedang Im Hai-lip tidak mau melepaskannya.
Pendekar berjubah sastrawan yang sangat
berambisi mengangkat nama itu, kini merasa agak
kalah pamor oleh Helian Kong yang sudah
menunjukkan kepandaian begitu tinggi. Untuk
"mengembalikan pamor" ia ingin menunjukkan
424 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
kemenangan mutlak atas lawannya, artinya
pertarungan harus diakhiri dengan terbunuhnya
salah satu. Baru saja Helian Kong hendak memohon agar
Im Hai-lip berusaha menangkap hidup-hidup Giam
Bin-tong agar bisa ditanyai, mendadak sudah
terdengar Giam Bin-tong memekik perlahan lalu
terkapar. Ternyata untuk mempercepat tercapainya
kemenangan, Im Hai-lip melepaskan senjata
rahasianya. Dengan sebuah tekanan khusus di
tangkai kipasnya, sebatang jeruji kipas melompat
keluar dari tempatnya dan langsung menancap di
leher Giam Bin-tong yang tidak menduganya.
Menatap mayat lawannya, Im Hai-lip
mengipas-ngipas dirinya, dengan sikap bangga
berkata, "Julukannya saja yang seram, Si Pedang
Secepat Angin. Ternyata kemampuannya cuma
begini saja." Sementara itu, para pembunuh yang lari
berpencaran itu pun ternyata tidak bisa lari jauh,
sebab dari arah depan di seberang jembatan,
tiba-tiba muncul regu pengawal pribadi Pangeran
Hok-ong yang menghadang mereka. Komandan
425 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
regu pengawal pribadi itu berteriak, "Menyerahlah! Jangan ada yang lari! Atau kami
tembak!" Regu pengawal pribadi Pangeran Hok-ong itu
memang membawa senjata-senjata api buatan
Portugis. Pembawa senjata api segera berderet
dan berjongkok dalam posisi menembak, sumbu
senjata apinya sudah dinyalakan.
Para pembunuh bayaran itu jadi tambah
panik. Si Walet Hitam Nyo Tiang-le memang
berkepandaian paling tinggi, dengan gerak
cepatnya dia berhasil menghilang ke arah
pepohonan di kedua tepi jalan. Tetapi pembunuhpembunuh yang sudah terlanjur lari ke jembatan,
jadi panik karena ujung jembatan sebelah sana
sudah tersumbat moncong-moncong senapan.
Yang kurang berpikir panjang langsung
menerjang sambil berteriak dan mengangkat
senjatanya, tentu saja sebelum senjata mereka
mengenai para pengawal Pangeran Hok-ong itu,
peluru sudah lebih dulu menembus tubuh mereka.
Ada juga yang melompati pagar jembatan
dan mencebur ke sungai, lalu berenang menjauh.
Namun mereka pun banyak yang menjadi mangsa
426 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
peluru, sehingga tubuh-tubuh mereka mengambang di sungai. Hanya dua tiga orang
yang dapat berenang dengan cepat atau
menyelam, yang dapat lolos lewat air.
Lewat hutan kecil itu juga ada empat lima
orang yang lolos, selebihnya kalau tidak terbantai
peluru, ya menyerah karena masih ingin hidup.
Ada kira-kira sepuluh orang yang tertangkap
hidup-hidup, di antaranya adalah si "serigala
kedua" Cong Seng dan Si Golok Kepala Setan Hap
Yu-hoat, sedangkan si "serigala pertama" agaknya
berhasil kabur karena mayatnya tidak ada di
antara mayat-mayat yang tertembak.
Komandan regu senjata api dari istananya
Pangeran Hok-ong itu seorang pemuda gagah,
jubah biru lautnya diikat sabuk keemasan lebar di
pinggangnya, dengan pedang indah tergantung di
lambung kanannya. Ia memakai topi berbentuk
kubus hitam dengan hiasan batu giok hijau di
jidatnya dan bulu burung menghiasi topinya.
Dengan langkah gagah dia mendekati para
jenderal, lalu memberi hormat sambil memperkenalkan dirinya, "Namaku Mo I-thian,
komandan pengawal pribadi Pangeran Hok-ong.
427 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Aku mohon maaf akan keterlambatan kami
sehingga cecunguk-cecunguk ini sempat menyusahkan Tuan-tuan."
Li Teng-kok yang mewakili para jenderal,
"Terima kasih, Saudara Mo. Bagaimana Saudara
bisa mendengar yang terjadi di sini, sedang
kediaman Pangeran Hok-ong masih jauh?"
"Jenderal The sudah tiba di istana dalam
keadaan menyamar. Pangeran kaget, Jenderal
The menceritakan semuanya, lalu Pangeran
mengirim kami ke sini."
"Apakah Ayahku selamat?" tanya Laksamana
The Seng-kong. "Dia selamat, sekarang sedang bersama
Pangeran menunggu Tuan-tuan."
Helian Kong belum mau melucuti kumis dan
jenggot palsunya, sebab di antara tawanan masih
ada "serigala kedua" Cong Seng dan Golok Kepala
Setan Hap Yu-hoat yang mungkin mengenalinya.
Kata Helian Kong, "Tawanan-tawanan itu mau
diapakan?" "Pangeran Hok-ong menyuruh sebisa-bisanya
menangkap mereka hidup-hidup. Untuk diperas
keterangannya." 428 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Dengan sebuah tekanan khusus ditangkai kipasnya, sebatang
jeruji kipas melompat keluar dari tempatnya dan langsung
menancap di leher Giam Bin-tong yang tidak menduganya.
429 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong tahu usaha itu takkan
menghasilkan apa-apa. Si "pemberi order"
pembunuh-pembunuh bayaran itu pastilah
bersembunyi rapat-rapat di belakang tirai. Namun
Helian Kong diam saja, tidak ingin mengecilkan
hati. Mereka kemudian meninggalkan tempat itu
dalam rombongan gabungan yang besar. Helian
Kong berjalan kaki, tidak berada dalam joli lagi
karena sungkan kepada jenderal-jenderal yang
lebih senior. Lagi pula jolinya sudah dijebol
atapnya oleh Helian Kong sendiri tadi.
Baru rombongan itu melewati jembatan,
kembali sudah terjadi peristiwa, namun kali ini
tidak berbahaya, bahkan agak "menghibur".
Sebab di tempat itu tiba-tiba berlari-lari
datang tiga pemuda berdandan keren dan
membawa pedang yang bagus pula. Satu orang
beralis tebal, satu lagi bermuka tembem


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemerah-merahan seperti bayi raksasa, yang
terakhir bermuka kuning pucat. Namun mereka
mendatangi dengan sikap gagah sambil bertanya
keras-keras, "Mana penjahatnya" Mana 430 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
penjahatnya" Kurang ajar, berani beroperasi di
siang hari bolong! Biar kami tangkap mereka!"
Helian Kong diam-diam menarik napas karena
mengenali mereka sebagai tiga pemuda hijau
yang baru keluar dari perguruan, dan berambisi
mengangkat nama di Lam-khia tanpa tahu
bahayanya. Di suatu warung di luar Lam-khia,
Helian Kong pernah melihat mereka terbirit-birit
ketakutan setelah melihat Si Pedang Buruk
mendemonstrasikan kemahiran pedangnya dengan
memotong permukaan mangkuk. Tapi pengalaman
itu rupanya belum membuat mereka kapok, di
dalam kota Lam-khia di sebuah warung lain,
Helian Kong juga pernah menjumpai mereka
sedang membual dan menghamburkan kata-kata
gagah bak pendekar, tanpa tahu ujung pangkal
persoalannya. Mo I-thian yang menyongsong mereka,
katanya dengan hormat tapi waspada, "Saudara
bertiga ini siapa?" "Kamilah tiga pendekar yang dijuluki Tiga
Elang Pegunungan Barat Laut, yang siap
mengamankan kota Lam-khia ini dari orang-orang
jahat!" sahut Si Alis Tebal dengan gagah. "Aku
431 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
adalah saudara tertua, namaku Oh Yang-hi dan
rekan-rekan di rimba persilatan menjuluki aku
Keng-thian-kiam (Pedang Mengguncangkan langit), dan ini....."
Oh Yang-hi menunjuk saudara seperguruannya yang bermuka tembem kemerahmerahan dengan matanya yang berkedip-kedip
seperti marmut, ".....
ini adalah adik seperguruanku yang kedua, namanya Po Boanseng,
julukannya Kai-san-kiam (Pedang Meruntuhkan Gunung), dan itu adikku yang ketiga
bernama Song Sin-pa berjuluk Lo-hai-kiam
(Pedang Mengaduk Lautan)."
Waktu menyebutkan julukan-julukan itu,
nampak benar mereka begitu bangga.
Sementara Helian Kong menahan rasa
gelinya. Dulu waktu pertama kali melihat ketiga
"anak kambing tak takut harimau" ini, mereka
sedang sibuk mengarang julukan apa yang cocok
buat mereka. Sekarang agaknya mereka sudah
mendapatkannya dan langsung mempublikasikannya. Mo I-thian juga agak tercengang mendengar
julukan-julukan dahsyat dan terkesan dibuat-buat
432 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
itu, namun ia berbasa-basi menjawab, "Aku sudah
lama mendengar nama-nama Tuan yang menggemparkan. Beruntunglah para penjahat ini
bahwa mereka tidak jatuh ke tangan Tuan-tuan.
Bagaimanapun, kami dari pihak Penguasa Lamkhia ini tetap berterima kasih dengan adanya
pendekar-pendekar yang ikut bertanggung-jawab
atas keamanan, seperti Tuan bertiga ini."
Begitulah Mo I-thian mengaku "sudah lama
mendengar nama" meskipun julukan-julukan
dahsyat itu barangkali baru kemarin sore
ditemukannya. Hebatnya, ketiga "pendekar" itu
mengangguk-angguk, menerima penghargaan itu.
Im Hai-lip yang tidak tahan, berkata dengan
dingin, "Tiga tikus kecil, sekarang ini Lam-khia
terlalu berbahaya untuk dijadikan arena bermain
pendekar-pendekaran."
"Siapa kau?" tanya si "pedang mengguncang
langit" Oh Yang-hi dengan garang sambil
menggenggam gagang pedangnya.
Im Hai-lip melangkah maju sambil berkipaskipas, "Cabut pedangmu, kau akan tahu siapa
aku!" 433 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Im Hai-lip melangkah maju sambil berkipas-kipas, "Cabut
pedangmu, kau akan tahu siapa aku!"
434 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong mencemaskan nasib tiga pemuda
hijau yang berhadapan dengan Im Hai-lip yang
lagi haus nama besar itu. Si tiga "pendekar" dan
Im Hai-lip sebenarnya sama-sama haus nama
besar, bedanya Im Hai-lip punya bekal cukup,
kalau perlu bertindak kejam seperti kepada Giam
Bin-tong tadi, sedang bekal si "tiga pendekar"
kelihatannya cuma mulut besarnya.
Maka Helian Kong menghadang langkah Im
Hai-lip sambil berkata pelan agar tidak terdengar
si "tiga pendekar", "Sudahlah, Tuan Im. Buat apa
menyibukkan diri dengan pemuda-pemuda yang
bisanya baru petentengan itu?"
Terhadap Helian Kong, Im Hai-lip sungkan,
gentar dan diam-diam juga iri, maka dia pun tidak
melanjutkan langkahnya ke arah tiga pemuda
hijau itu. Sementara Oh Yang-hi bertiga pun berlalu
sambil membusungkan dada.
Helian Kong geleng-geleng kepala melihatnya, pikirnya, "kapan-kapan kuberi hajaran keras mereka, demi keselamatan nyawa
mereka sendiri." *** 435 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Mereka tiba di puri Pangeran Hok-ong yang
megah, letaknya agak tinggi dengan telundakan
batu sampai puluhan anak tangga batu. Pangeran
Hok-ong didampingi Jenderal The Ci-liong yang
sudah tiba lebih dulu, menyambut mereka dan
menanyakan keselamatan mereka. Wajah Pangeran Hok-ong menunjukkan kegusaran hebat,
katanya, "Pembunuh-pembunuh bayaran itu
benar-benar tidak memandang mukaku, di daerah
kekuasaanku mereka berani main gila!"
Sementara Jenderal The juga prihatin waktu
dilapori beberapa pengawal pribadinya tewas.
Di hadapan para jenderal, Pangeran Hok-ong
kemudian berkata kepada Mo I-thian, "Siksa para
tawanan itu sampai mereka mengaku siapa yang
menyuruh mereka!" Lalu Pangeran Hok-ong mengajak tamutamunya masuk ke dalam. Di dalam, barulah
Helian Kong mencopoti kumis dan jenggot
putihnya serta alis putihnya juga.
Pangeran Hok-ong menjamu tamu-tamunya
di bagian tengah istananya yang megah dan luas
itu. Di suatu tempat di tengah-tengah kolam
teratai yang indah, bangunan tanpa dinding
436 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
sehingga orang di situ leluasa memandang ke
segala arah. Dan karena tempatnya yang tinggi,
bisa terlihat atap dari bangunan-bangunan lain di
kompleks yang sama namun letaknya lebih
rendah, bahkan sebagian kota Lam-khia juga bisa
nampak dari situ. Sungguh suatu tempat yang
nyaman. Di tengah-tengah perjamuan, Pangeran Hokong tiba-tiba berdiri, menyuruh musik berhenti
dan para jenderal pun serempak diam karena
tahu pangeran itu hendak berbicara.
Setelah suasana sunyi, Pangeran Hok-ong
mengelus jenggotnya lalu katanya, "Pertamatama, terima kasih buat kedatangan Tuan-tuan.
Karena aku tahu Tuan-tuan bukan orang yang
menyukai omongan bertele-tele, aku akan
langsung saja." Beberapa jenderal nampak tegang menunggu
apa yang hendak dikatakan Pangeran Hok-ong,
beberapa orang sudah menebak Pangeran Hok-ong
tentu hendak mengangkat-angkat dirinya sendiri
dan mohon dukungan menjadi kaisar.
Inilah yang dikatakan Pangeran Hok-ong
kemudian, "Singkat saja, situasi gawat yang
437 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
sekarang ini tidak boleh berlarut-larut karena
akan membahayakan sisa negeri yang masih kita
kuasai ini. Bayangkan, separuh negeri di utara
sudah dikangkangi musuh, kota Yang-ciu yang
demikian kuat sudah jatuh pula ke tangan musuh
dan Jenderal Su Kho-hoat sudah gugur. Sementara
kita di Lam-khia sini masih ngotot pegang gengsi,
dan singgasana leluhur masih kosong. Tak ada
yang mau mengalah karena harga diri yang
kekanak-kanakan." Pangeran Hok-ong diam sejenak, ada
jenderal yang menduga sebentar lagi Pangeran
Hok-ong akan berkata, "Dukunglah aku menjadi
Kaisar." Namun yang berprasangka begini, kaget
waktu mendengar kata-kata Pangeran Hok-ong
berikutnya, "Harus ada yang berani membuat
terobosan untuk keadaan macet begini. Harus ada
yang mengorbankan harga dirinya, dan biarlah
aku menjadi orang itu! Aku nyatakan di hadapan
Tuan-tuan, demi keutuhan kekuatan kita, demi
terhindarnya terpecah-belahnya kita, aku menolak untuk dicalonkan jadi Kaisar! Biarlah
yang lain saja!" 438 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Keruan para jenderal tercengang. Tadinya
mereka menyangka Pangeran Hok-ong akan
menuntut ikrar dukungan mereka, malahan
ternyata mengundurkan diri.
Ruangan sunyi senyap, para jenderal saling
menoleh ke rekan masing-masing dengan
kebingungan. Lalu terdengarlah suara Laksamana The Sengkong membuyarkan cengkaman kesunyian, "Maaf,
Pangeran, kami belum pasti mendengar apa yang
Pangeran katakan tadi."
"Baik, kuulangi. Supaya kita tidak terpecahbelah semakin parah, aku menyatakan keluar dari
gelanggang persaingan para calon Kaisar. Cukup
jelaskah, Laksamana The?"
The Seng-kong mengangguk-angguk namun
kentara kalau gerakannya hampa.
Helian Kong kemudian bertanya, "Maafkan
kalau pertanyaanku tidak enak Pangeran. Apakah
Pangeran ini mengundurkan diri karena ditekan
oleh salah satu pihak lain?"
"Ya....." sahut Pangeran Hok-ong, membuat
pendengar-pendengarnya tambah tegang. Helian
Kong diam-diam menyesal pertanyaannya sendiri
439 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
tadi. Kalau jawaban Pangeran Hok-ong menjurus
ke nama salah seorang pangeran yang lain,
jawaban itu bisa memanaskan hati para jenderal
dan bisa menambah ruwetnya situasi.
Ternyata jawaban Pangeran Hok-ong melegakan Helian Kong. "Ya. Aku mengundurkan
diri karena ditekan. Tetapi bukan tekanan dari
luar, melainkan tekanan dari dalam hati nuraniku
sendiri, tekanan oleh tanggung-jawabku kepada
negeri leluhurku. Aku bisa mati merana kalau
melihat negeri ini terpecah-pecah oleh ambisi
pribadi, maka aku lakukan terobosan ini."


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Helian Kong menarik napas, perasaannya
tidak enak tetapi tidak tahu kenapa. The Sengkong masih menoleh ke sana-sini, ayahnya The Ciliong mengusap-usap jenggotnya tanpa tahu harus
berbuat apa. Li Teng-kok garuk-garuk kepala.
Yang kemudian tidak sungkan adalah
Jenderal Thio Hong-goan dari Ciat-kang, "Maaf,
Pangeran, kalau Pangeran tidak mencalonkan diri
menjadi Kaisar, jadi apa maksud Pangeran dengan
mengundang pangeran-pangeran yang lain kemari,
juga dengan mengambil hati rakyat dengan
tempat-tempat pembagian bubur gratis itu?"
440 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong mengangguk-angguk menyetujui
pertanyaan itu, meski ia terlalu sungkan untuk
menanyakannya sendiri. Ia pernah menikmati
bubur gratis itu, tidak ada rasanya namun sangat
berarti buat pengungsi-pengungsi kelaparan yang
kehabisan bekal. Pangeran Hok-ong menjawab dengan sikap
amat bersungguh-sungguh, "Jaman ini adalah
jaman yang paling tepat untuk tidak mempercayai
ketulusan hati, tetapi aku akan menjawab dengan
tulus, terserah apakah dipercaya atau tidak.
Kuundang keponakan-keponakanku dan kalian
para jenderal, ke Lam-khia ini, agar dapat
ditetapkan satu pemimpin untuk menyatukan
kekuatan dan menyelamatkan negeri. Tetapi aku
tidak ikut berebut. Soal perhatianku yang tidak
seberapa kepada saudara-saudara sebangsa kita
yang kurang beruntung itu, haruskah ditafsirkan
sebagai mencari muka dan dukungan untuk
merebut tahta" Sekali lagi, terserah apakah kalian
percaya atau tidak, aku tidak bermaksud begitu."
Thio Hong-goanlah yang pertama kali
tersentuh oleh kata-kata itu, katanya sambil
menarik napas, "Pangeran mengambil langkah
441 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
yang paling berani dan paling patriotik
dibandingkan semua yang berkumpul di Lam-khia
ini." Pangeran Hok-ong duduk kembali, menggeleng-geleng kepala dan berkata dengan
sikap rendah hati, "Jangan menyanjungku,
Jenderal Thio. Aku kecil sekali dibandingkan
Jenderal Thio Hian-tiong yang dengan gagah
menghadang pasukan penjajah di barat laut, atau
Laksamana The Seng-kong yang armada lautnya
menghadang raksasa-raksasa berambut merah
dari benua barat, atau Helian Cong-peng yang
mempertaruhkan nyawa menentang Co Hua-sun
yang korup sampai si korup itu jatuh, belum lagi
mempertaruhkan nyawa membongkar komplotan
Pelangi Kuning. Oh, tidak, aku tak sebanding
mereka. Apalagi dengan Jenderal Su Kho-hoat
yang gugur dengan amat terhormat mempertahankan Yang-ciu."
Sampai di situ, suara Pangeran Hok-ong jadi
agak parau. Orang-orang yang dipuji itu ada di ruangan
itu, kecuali Su Kho-hoat yang sudah gugur dan
Thio Hian-tiong yang diwakili Li Teng-kok. Sebagai
442 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
manusia biasa, ada juga sedikit rasa haru bahwa
jerih-payah mereka diingat dan dihargai.
Kata Helian Kong, "Sekarang, bagaimana
dengan pangeran-pangeran yang lain?"
Pangeran Hok-ong berkata, "Mereka masih
mencurigai aku. Mereka tidak mau datang
menghadap kemari, meski aku ini Paman mereka,
takut kalau kedatangan mereka itu ditafsirkan
sebagai tanda menakluk atau mengakuiku sebagai
kekuasaan yang lebih tinggi. Karena itu, aku
mohon kalian menjumpai pangeran-pangeran itu,
dan memberitahu mereka tentang keputusanku
ini. Kalau mereka ingin berunding satu dengan
yang lain, aku menyediakan tempatku ini sebagai
tempat yang netral. Bahkan kalau mereka masih
kurang percaya, akulah yang akan lebih dulu
mengunjungi mereka biarpun aku lebih tua."
"Itu kurang baik di mata rakyat, Pangeran."
The Ci-liong menukas. Ia adalah orang tua yang
memegang teguh adat, tidak setuju kalau seorang
paman lebih dulu merendah kepada keponakankeponakannya. "Pangeran, biar kami yang
menemui mereka untuk menyampaikan pesan
Pangeran." 443 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Ya, mudah-mudahan kita dapat segera
bersatu dan mengusir musuh." kata Pangeran Hokong. Lalu ia mempersilahkan tamu-tamu untuk
melanjutkan menikmati hidangannya.
Kemudian dari arah jembatan kayu di atas
kolam luas itu, kelihatanlah Mo I-thian, komandan
pengawal pribadi Pangeran Hok-ong, melangkah
datang. Wajahnya bersungguh-sungguh.
Tadi Pangeran Hok-ong memang sudah
memesan kalau sudah selesai menanyai para
tawanan agar segera melapor, tidak peduli di
tengah-tengah perjamuan sekalipun.
Mo I-thian memberi hormat kepada Pangeran
Hok-ong dan melapor, "Pangeran, para tahanan
itu sudah selesai diperiksa semua. Segala alat
siksaan untuk memaksa mereka bicara, sudah
kami gunakan. Tetapi hasilnya nihil."
Pangeran Hok-ong menunjukkan sikap gusar,
"Nihil bagaimana?"
"Mereka tidak dapat memberi keterangan
sedikit pun tentang orang yang menyuruh
mereka." "Keparat....." desis Pangeran Hok-ong.
"Mereka hampir mencelakakan seorang jenderal
444 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
senior dinasti Beng, lalu enak saja mereka
mengaku tidak tahu siapa yang menyuruh
mereka." "Kata mereka semua, dalam keadaan terpisah
ternyata pengakuan mereka sama. Yang
menyuruh mereka hanya kelihatan sesosok tubuh
berpakaian serba hitam dalam kegelapan malam,
suaranya pun dibuat-buat dan bukan suara
aslinya. Bahkan mereka tidak tahu apakah si
penyuruh itu tua atau muda, lelaki atau
perempuan, potongan tubuhnya juga terlalu
umum." "Ya, jelas itu....." tanpa sadar Helian Kong
menyeletuk. Pangeran Hok-ong lalu menoleh kepada
Helian Kong, "Helian Cong-peng, apakah memang
begitu?" Helian Kong mengangguk, simpatinya kepada
Pangeran Hok-ong tumbuh sedikit. Jawabnya,
"Aku sedikit mengetahui cara kerja orang-orang
bawah tanah macam mereka. Mereka banyak
dimanfaatkan tenaganya dengan bayaran, tetapi
si pembayar pasti tak mau muncul terangterangan di depan mereka, berjaga-jaga kalau
445 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
orang-orang suruhannya gagal, tertangkap dan
ditanyai." "Kalau begitu, tidak ada gunanya menangkap
orang-orang itu?" Li Teng-kok tiba-tiba bersuara, "Aku punya
akal, Pangeran." "Coba katakan, Li Cong-peng."
"Biarpun sifatnya agak untung-untungan.
Begini, sebarkan saja desas-desus bahwa pihak
istana ini bersama-sama pihak kami, sudah dapat
menduga siapa yang menyuruh orang-orang
bayaran itu. Tentu si penyuruh akan gelisah
rahasianya terbongkar, dan mungkin akan
mengirim orang bayaran lain untuk mengambil
tindakan, misalnya membebaskan atau membunuh
tawanan-tawanan di tempat ini." kata Li Tengkok.
Pangeran Hok-ong sudah menganggukangguk, tetapi Im Hai-lip yang suka mengejek itu
pun kini berkata pula dengan sinis, "Atau, si
penyuruh itu tetap tidur dengan pulas, karena
yakin bahwa desas-desus itu bohong, si penyuruh
yakin dirinya tidak dapat disebut identitasnya
oleh para tawanan itu."
446 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Li Teng-kok menjawab dengan sabar,
menjaga hubungan baik dengan utusan bangsawan
penguasa Hun-lam yang cukup berkuasa itu,
"Tentu saja itu mungkin. Bukankah tadi juga
sudah kukatakan, sifatnya agak untung-untungan?"
Im Hai-lip cuma tersenyum mengejek sambil
menggoyang kipasnya. Namun dalam benaknya
tiba-tiba muncul sebuah gagasan. Gagasan yang
tidak diucapkannya di depan pendukungpendukung dinasti Beng itu.
Sementara itu, Pangeran Hok-ong juga
melangkah lebih lanjut dalam rencananya yang
rumit. Kepada Mo I-thian, ia berkata, "Komandan
Mo, bagaimana hasil laporan orang-orangmu
tentang berkeliarannya para pembunuh bayaran
di Lam-khia ini?" Sahut Mo I-thian, "Jumlahnya terlalu banyak,
Pangeran. Mereka berbahaya karena berilmu
tinggi namun tidak memiliki kesetiaan, mereka
cuma setia kepada uang. Mereka mudah saja
berganti majikan, mudah disuruh membunuh atau
mengkhianati siapa saja."
"Ya, contohnya hari ini. Hanya demi
beberapa keping uang, mereka hendak membunuh
447 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
salah satu tiang penyangga dinasti Beng, yaitu
Jenderal The Ci-liong. Mereka tidak berpikir
panjang tentang akibatnya di masa datang.
Mereka juga tidak memandang mukaku sebagai
penguasa di Lam-khia ini." kata Pangeran Hokong. "Karena itu, Lam-khia harus bersih dari
orang-orang macam mereka yang masih banyak
berkeliaran! Agar kita bisa dengan tenang
memikirkan masalah besar tanpa gangguan
mereka!" "Apa yang harus hamba lakukan?" tanya Mo Ithian.
"Aku akan menarik beberapa pasukan yang
dari luar kota untuk memasuki Lam-khia,
memperkuat pasukan yang sudah di Lam-khia ini
kemudian mengadakan pembersihan kepada
pendekar-pendekar bayaran itu!"
Helian Kong diam-diam merasa tidak enak
mendengar itu. Kalau di Lam-khia berkumpul
pasukan yang amat kuat di bawah perintah
Pangeran Hok-ong, bukankah para pangeran
lainnya dan juga para jenderal dari berbagai
daerah yang sedang berpisah dengan pasukan
448 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
mereka itu akan jadi seperti ikan dalam bubu"
Tergenggam total di tangan Pangeran Hok-ong"
Di antara tokoh-tokoh militer, hanya Helian
Kong yang berpikir jauh itu, sebab dulu di Pakkhia, menjelang runtuhnya dinasti Beng, Helian
Kong juga terlibat dalam "permainan" macam itu.
Bagaimana antara Co Hua-sun melawan pihak
yang setia kepada Kaisar Cong-ceng termasuk
Helian Kong, sama-sama mengerahkan pasukanpasukan dari luar Ibukota untuk masuk ke Ibukota
secara besar-besaran. Tentu dengan berbagai
dalih, tapi sesungguhnya untuk menekan lawanlawan politik mereka. Waktu itu si dorna Co Huasun bahkan sampai berani menyandera Kaisar
Cong-ceng (baca "Kembang Jelita Peruntuh
Tahta"). Sekarang Helian Kong curiga, "jangan-jangan
'pembersihan pembunuh bayaran' hanya alasan
agar Pangeran Hok-ong dapat mengerahkan
pasukan besarnya ke dalam kota, untuk
menyandera tokoh-tokoh dinasti Beng yang
sedang berkumpul di situ?"
Helian Kong curiga namun tidak punya alasan
yang baik untuk mencegah tindakan Pangeran
449 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Hok-ong itu. Para jenderal rekan-rekan Helian
Kong juga masih terpengaruh oleh pernyataan
Pangeran Hok-ong tentang tidak berambisi
merebut tahta tadi. Kata Pangeran Hok-ong kepada Mo I-thian,
"Komandan Mo, temui Sekretaris Kwa, siapkan
surat-surat untuk beberapa komandan pasukan
kita di luar kota. Selesai perjamuan ini segera aku
cap dan langsung dikirim."
"Baik, Pangeran."


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Helian Kong mencoba membuka peluang
untuk mencegah niat itu, "Maaf, Pangeran, kalau
dianggap aku ikut campur. Sebaiknya pasukanpasukan yang di luar kota tetap kuat untuk
menjaga kalau Manchu menyerang. Jangan terlalu
banyak ditarik ke dalam kota."
Mo I-thian mengerutkan alis, nampak kurang
senang akan campur-tangan Helian Kong itu,
tetapi ia tidak melancangi tuannya. Pangeran
Hok-ong menjawab sabar, "Helian Cong-peng, aku
tidak memindahkan semua pasukan ke kota.
Jangan khawatir. Pasukan yang di luar kota akan
tetap kuat menahan serangan."
450 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Mo I-thian menambahkan, "Lagi pula, setelah
selesai membersihkan pengacau-pengacau dalam
kota, pasukan-pasukan itu akan kembali
menempati pos-posnya di luar kota."
Helian Kong tidak punya alasan lagi untuk
mencegah tindakan itu. Sementara Im Hai-lip
bertanya, "Aku menyetujui tindakanmu itu,
Pangeran. Aku bahkan menyediakan diriku dan
orang-orangku untuk bekerja sama pasukan itu
membersihkan Lam-khia. Kapan pasukan-pasukan
itu datang?" "Butuh waktu tiga atau empat hari. Ada yang
letaknya agak jauh."
Mo I-thian pergi menjalankan perintah
Pangeran Hok-ong. Perjamuan dilanjutkan,
beberapa macam hidangan baru dikeluarkan. Tapi
Helian Kong sudah tidak bisa terlalu menikmati
hidangannya lagi, tak peduli dimasak oleh tukang
masak kelas wahid. Sampai hari hampir sore, barulah perjamuannya selesai. Mereka lalu berpamitan
kepada Pangeran Hok-ong sambil berjanji akan
menyampaikan pesan Pangeran Hok-ong kepada
pangeran-pangeran lainnya. Pangeran Hok-ong
451 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
dengan keramahan yang berlebihan, mengantar
sampai ke depan gerbang istananya.
Istana Pangeran itu terletak di suatu tempat
yang agak tinggi, maka para tamu itu harus
menuruni dulu ratusan anak tangga batu sebelum
sampai ke jalanan. Mereka harus berjalan pelanpelan supaya tidak meninggalkan Jenderal The Ciliong yang harus melangkah hati-hati karena
usianya yang lanjut. Sambil melangkah turun, tidak hentihentinya para jenderal itu membicarakan
keputusan Pangeran Hok-ong yang luar biasa,
diluar dugaan itu. Mengundurkan diri dari
persaingan memperebutkan tahta.
"Semoga tindakan Pangeran Hok-ong ini
membuat sadar keponakan-keponakannya." kata
Jenderal Thio Hong-goan. "Bukan berarti
semuanya beramai-ramai mengundurkan diri dari
pencalonan, melainkan menyadarkan mereka
bahwa singgasana bukan tempat untuk memanjakan nafsu berkuasa, melainkan tempat
berbakti dan ditunggu setumpuk tanggung-jawab
berat." 452 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong melangkah bersama mereka,
namun alisnya berkerut terus memikirkan
sesuatu. Ia juga bungkam terus, tidak ikut bicara
tentang keputusan Pangeran Hok-ong tadi.
Ketika mereka sampai di bawah undakan
batu yang bersambung dengan jalan raya, mereka
siap berpisah satu sama lain untuk pergi pulang ke
kediaman masing-masing dengan pengiring
masing-masing. Namun sebelum mereka berpisah, tiba-tiba
Helian Kong berkata, "Tuan-tuan, tunggulah
sebentar." Semuanya menoleh ke arah Helian Kong.
Kata Helian Kong hati-hati, "Sekedar berjagajaga, ada baiknya Tuan-tuan ini masing-masing
menempatkan penghubung-penghubung rahasia di
luar tembok kota Lam-khia."
Helian Kong memberi tekanan kuat pada
kata-kata "di luar tembok kota Lam-khia" ini, lalu
lanjutnya, "..... penghubung rahasia yang setiap
saat bisa dihubungi dari dalam kota dengan
burung merpati, panah api atau panah bersuara."
"Untuk apa?" tanya Jenderal The Ci-liong
heran. 453 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Begitu penghubung itu mendapat isyarat,
mereka akan langsung berangkat secepatnya ke
pangkalan masing-masing. Untuk membawa berita
apa saja. Ini untuk berjaga-jaga sekiranya.....
sekiranya..... tiba-tiba saja ada perubahan di
mana kita tidak dapat keluar masuk kota dengan
leluasa lagi, terkurung di kota ini."
Sedikit pun Helian Kong tidak bicara terangterangan
tentang kecurigaannya terhadap Pangeran Hok-ong yang hendak mengerahkan
pasukan-pasukannya ke dalam kota Lam-khia. Ia
hanya ingin memperingatkan namun tidak mau
bikin gempar lebih dulu. Toh peringatannya itu sudah membikin
pendengar-pendengarnya tercengang. Tanya Jenderal Thio, "Helian Cong-peng, kenapa kau
punya pikiran seburuk itu" Siapa yang kau
curigai?" Helian Kong mencoba bersikap setenang
mungkin, "Tidak curiga kepada siapa-siapa. Sudah
kukatakan tadi, sekedar berjaga-jaga apa
jeleknya. Dalam keadaan macam ini situasi
mudah berubah di luar perhitungan kita."
454 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Li Teng-kok serta-merta menyahut, "Aku
akan menjalankan usulmu, Saudara Helian."
Ternyata hanya Li Teng-kok seoranglah yang
menjalankan usul itu. Helian Kong agak masygul
namun tidak marah, mungkin yang lain-lainnya
menganggap usul itu berlebihan.
Mereka berpisah ke kediaman masingmasing.
Helian Kong yang sendirian tanpa pengiring
itu juga kembali ke rumah sewaannya. Namun ia
tetap berjaga-jaga agar jangan sampai ada
tambahan orang yang mengetahui tempatnya,
setelah Kongsun Giok terlanjur mengetahuinya
karena keadaan daruratnya. Saat itu pakaian yang
dikenakan Helian Kong adalah jubah dan topi
pembesar yang indah karena samarannya sebagai
Jenderal The tadi, dandanan yang menyolok mata
seandainya ada yang membuntutinya. Maka Helian
Kong sengaja menyelinap di suatu tempat
tersembunyi, mencopoti jubah dan topinya untuk
dibungkus dengan jubahnya sendiri yang
dirangkapkan di dalam. Sekarang ia bertelanjang
dada dan memikul bungkusannya pulang ke
rumahnya, hari sudah mulai gelap. Dan ia
455 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
memasuki rumah sewaannya dengan melompati
tembok belakang seperti biasanya.
Siangkoan Heng, Siangkoan Yan serta
Kongsun Giok yang sudah bisa bangkit dari tempat
tidur itu pun menyambutnya dengan pertanyaanpertanyaan.
Helian Kong menceritakannya, dan pendengar-pendengarnya kelihatan lega.
"Huuuh, untung bandit-bandit itu gagal. Tak
terbayangkan nasib sisa negeri ini kalau Jenderal
The terbunuh, lalu semua orang saling
mencurigai." kata Siangkoan Heng lega.
Siangkoan Yan menghembuskan napas lega,
sambil menggoyang-goyang pelan bayinya yang
dipangkuannya, tidur pulas.
Sedang Kongsun Giok pun berkata lega, "Aku
merasa cukup berharga atas pengorbananku.
Agaknya para bandit itu tidak mengubah rencana
mereka, mungkin mereka menyangka aku akan
mati oleh pukulan salah satu dari mereka, dan
aku takkan mungkin mengatakannya kepada
siapa-siapa. Hem, mereka salah duga."
"Dinasti Beng masih besar rejekinya." kata
Helian Kong, tapi sambil berpikir. Kongsun Giok
456 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
terluka oleh pukulan Tiat-se-ciang (Telapak Pasir
Besi), tetapi dalam pertempuran tadi Helian Kong
kok tidak melihat seorang pun yang memainkan
Tiat-se-ciang di antara para bandit"
Meski demikian, Helian Kong tidak sertamerta mencurigai Kongsun Giok. Bahkan
kemudian apa yang dilakukan Kongsun Giok
membuat Helian Kong tak punya alasan lagi
mencurigai Kongsun Giok. Sebab gadis pendekar berpakaian serba biru
itu kemudian memberi hormat Helian Kong
dengan sungguh-sungguh sambil berkata, "Tuan
Penolong, Tuan telah menolong nyawaku yang
hampir ditelan maut, hutang budiku kepada Tuan
tidak terbayar seumur hidupku. Aku juga patut
memberimu hormat karena tahu Tuanlah
pahlawan besar Helian Kong yang terkenal itu.
Terimalah hormatku."
Terus Kongsun Giok hendak berlutut meski
geraknya sempoyongan karena tubuhnya belum
benar-benar kuat. Helian Kong cepat menahan
pundak dan lengan gadis itu, mencegahnya
berlutut, "Jangan bersikap begitu, Nona Kongsun.
Dongeng tentang diriku agak dilebih-lebihkan. Aku
457 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
tidak sehebat kata orang, dan Nona juga tidak
usah ikut melebih-lebihkannya."
Siangkoan Heng dan Siangkoan Yan kemudian
membantu Kongsun Giok untuk duduk kembali di
kursinya. Helian Kong yang sudah terlanjur terbuka
identitasnya, bahkan tempat persembunyiannya
pun sudah diketahui, terpaksa harus bersikap
ramah dan belajar menyingkirkan segala
prasangka buruk. "..... dan untuk selanjutnya aku
mohon kepada Nona Kongsun, aku ini sedang
berusaha tidak dikenali orang banyak di Lam-khia
ini. Mohon Nona tidak sembarangan menceritakan
diriku, apalagi sampai memberitahukan tempat
ini." Kongsun Giok menggeleng, "Tidak, Tuan
Helian. Aku justru ikut merasa aman dan
terlindungi dengan kerahasiaan tempat ini. Terusterang saja, aku takut diketemukan oleh
komplotan pembunuh yang kejam itu, meskipun
aku tidak tahu mereka dari golongan mana. Bukan
saja Tuan Helian tidak ingin diketahui, bahkan
aku pun jangan sampai diketahui orang kalau
bersembunyi di sini menyembuhkan luka-lukaku."
458 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong mengangguk, katanya, "Kita akan
bersama-sama merahasiakan tempat ini. Tetapi
kalau Nona terbiasa menyebutku 'Tuan Helian'
maka orang pun akan memperhatikan tempat ini.
Panggil saja aku A-kong. Nama itu sangat umum di
kalangan rakyat kecil."
Kongsun Giok mengangguk dan menjawab,
"Aku pun minta dipanggil 'A-giok' saja, kalau
kalian sudi menganggapku sebagai adik kalian."
"Tentu saja kami mau!" yang menjawab
paling bersemangat adalah Siangkoan Heng, yang
lalu tersipu-sipu malu ketika melihat Siangkoan
Yan menahan tertawanya. "Tetapi, A-giok....." kata Helian Kong mulai
membiasakan diri dengan panggilan itu.
"Pakaianmu yang serba biru itu juga mudah
dikenali." "Mulai sekarang aku akan berpakaian biasa,
kelak kalau aku muncul kembali sebagai Lam-kin
Sianli (Bidadari Selendang Biru) barulah pakaian
itu kukenakan kembali."
Helian Kong mengangguk-angguk, namun
dalam hatinya mengeluh, "Nama yang sudah


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terlanjur diperoleh di dunia persilatan, kadang459
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
kadang merupakan belenggu juga. Susah
dilepaskan, bahkan ada yang rela mati demi nama
julukannya." Helian Kong kemudian membersihkan diri.
Malam itu ia punya waktu untuk bersantai
bersama keluarganya. Tetapi pikirannya belum
tenteram benar membayangkan pengerahan
besar-besaran pasukan oleh Pangeran Hok-ong.
*** Di sebuah tempat belukar yang sepi, di luar
tembok Lam-khia namun tidak jauh dari tembok,
nampak beberapa orang berkumpul di sekeliling
sebuah api kecil. Semuanya berpakaian ringkas
dan menyandang senjata. Nampaknya mereka
adalah sekelompok orang yang bersiap-siap
melakukan "operasi malam hari" yang biasa di
kalangan rimba hijau. Baju mereka mulai dibasahi embun malam,
tetapi mereka belum bergerak juga, meskipun
beberapa dari mereka sudah nampak gelisah.
460 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Semuanya berpakaian ringkas dan menyandang senjata.
Nampaknya mereka adalah sekelompok orang yang bersiapsiap melakukan "operasi malam hari" yang biasa di kalangan
rimba hijau. 461 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Kenapa Kakak Im belum datang-datang
juga?" gerutu seorang bertubuh tegap dengan
sepasang liu-yap-to (golok tipis) di pinggangnya.
Seorang temannya yang memanggul kapak,
menjawab dengan suaranya yang parau, "Tidak
mudah bagi Kakak Im untuk pergi meninggalkan
tempat kediamannya lalu pergi menemui kita di
sini. Dalam kedoknya sebagai pemimpin
rombongan dari Hun-lam yang setia kepada
dinasti Beng, tidak mudah untuk pergi begitu
saja. Bisa dicurigai teman-temannya sendiri."
"Bagaimana kalau kita berangkat sendiri
saja?" tanya seorang lelaki kurus yang duduk
bersandar pohon sambil memangku pedangnya
dengan gaya acuh tak acuh.
Yang menyandang sepasang golok tipis
geleng-geleng kepala, "Kalau kita nekad
menyerbu ke sana, sedang kita belum tahu selukbeluk tempatnya, tak ubahnya kita ini seperti
ikan-ikan yang melompat masuk ke wajan
penggorengan alias cari mampus. Hanya Kakak Im
yang bisa memberitahu seluk-beluk tempat
kediaman Pangeran Hok-ong."
462 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Buat apa kita menyerang kediaman
cecunguk keturunan Keluarga Cu itu?" dengus
seorang berewokan yang membawa golok Koan-to
(Golok Bertangkai Panjang) namun tangkainya
dipotong tinggal satu meteran.
Yang dimaksud "Keluarga Cu" adalah keluarga
yang memerintah dinasti Beng selama berabadabad. Raja-raja dinasti Beng memang keturunan
Cu Goan-ciang. Tetapi disebutnya "cecunguk
Keluarga Cu" membuat salah seorang temannya
gusar dan membentak, "He, jaga mulutmu! Aku
juga she Cu!" Yang membawa Koan-to tadi buru-buru minta
maaf, "Bukan kau yang kumaksudkan, Saudara Cu.
Tetapi anak cucunya Cu Goan-ciang itu."
Yang lain lagi menerangkan, "Kita menyerang
Si Hok-ong itu agar kita dikira orang-orangnya Si
Kui-ong. Dengan demikian para anak cucu Cu
Goan-ciang itu akan panas hubungannya, hingga
cakar-cakaran dan hancur sendiri. Dengan
demikian pula akan puaslah arwah Baginda Tiongong junjungan kita!"
463 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Jilid IX Tiba-tiba dari kegelapan terdengar suara
yang berat, "Tidak! Arwah Baginda Tiong-ong
tidak akan puas, melainkan meratap melihat
negeri leluhurnya diinjak-injak bangsa Manchu.
Arwah Baginda akan mengutuk kalian!"
Orang-orang itu terkejut, serempak mereka
bersiaga dengan senjata masing-masing dan
menghadap ke asal suara itu. Jumlah orang-orang
yang berkumpul itu ada belasan orang, dan
terlihat dari gerakan mereka bahwa rata-rata
mereka itu orang-orang yang tangguh. Mereka
juga bukan pembunuh-pembunuh bayaran yang
cuma cari duit, melainkan orang-orang yang setia
kepada cita-cita tertentu. Dalam hal ini mereka
tidak cari untung, bahkan berani berkorban. Dan
yang mereka dukung adalah Kaisar Tiong-ong alias
Li Cu-seng, gembong kaum Pelangi Kuning yang
sempat menduduki singgasana di Pak-khia, namun
kemudian tergusur oleh tentara Manchu. Kaisar
Tiong-ong alias Li Cu-seng gugur di Pegunungan
Kiu-kiong-san. Gugur bukan oleh senjata musuh,
464 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
melainkan karena terperangkap oleh perangkap
binatang buas yang dipasang para pemburu di
pegunungan. Pengikutnya tercerai-berai, kehilangan garis perjuangan yang pasti. Sebagian
kecil dari pengikutnya hanya menuruti dendam di
hati mereka, tetap memusuhi dinasti Beng sambil
juga tetap memusuhi Manchu. Itulah orang-orang
yang berkumpul di tempat itu, dan merencanakan
menyerbu puri Pangeran Hok-ong dengan berpurapura sebagai suruhannya Pangeran Kui-ong.
Tujuannya adalah adu domba antara sesama
keturunan dinasti Beng itu.
Namun sebelum mereka bergerak, karena
masih menunggu Im Hai-lip, tiba-tiba malah
muncul orang lain yang tidak menyetujui tindakan
mereka. Orang yang bersenjata sepasang golok tipis
itu, membentak ke asal suara tadi, "Siapa yang
bicara tadi" Jangan hanya berani memperdengarkan suara, perlihatkan juga
mukamu!" Dari antara gelagah-gelagah di tepi sungai
itu, bangkit berdiri sesosok tubuh tegap di
bayangan malam. Biarpun malam hari, ia
465 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
mengenakan tudung bambu atau caping. Dari
balik kedua pundaknya juga mencuat garang
gagang sepasang pedangnya. Langkahnya perlahan
tapi pasti, tidak menunjukkan keraguan sedikit
pun ketika mendekati sisa-sisa pejuang-pejuang
Pelangi Kuning itu. Bahkan dia menyapa lebih dulu, "Selamat
malam, teman-teman seperjuangan. Maaf, aku
mengagetkan kalian."
Dekat cahaya api, orang itu mencopot
capingnya sehingga kelihatanlah wajahnya. Wajah
seorang pemuda berusia dua puluh tujuh tahun,
rahangnya keras, alisnya tebal, sorot matanya
tajam. Orang-orang di sekitar api unggun tadi
terkejut. Beberapa orang dari mereka sudah
mengenalnya, dan langsung menyebut namanya,
"Perwira Yo!" Yang belum kenal lalu bertanya kepada yang
sudah kenal, "Siapakah dia?"
"Dialah Yo Kian-hi, tangan kanannya Jenderal
Li Giam kita." Buat orang-orang Pelangi Kuning, nama Li
Giam adalah "jaminan mutu". Itulah seorang
466 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
jenderal kaum Pelangi Kuning yang menunjukkan
jasa besar dalam merobohkan dinasti Beng. Kalau
kemudian yang berhasil merebut Pak-khia paling
dulu adalah jenderal Pelangi Kuning lainnya, Lau
Cong-bin, itu bukan berarti Lau Cong-bin jauh
lebih hebat dari Li Giam, tetapi karena akal
liciknya saja. Li Giam adalah pahlawan besar
kaum Pelangi Kuning, hampir sama dikaguminya
dengan Li Cu-seng sendiri. Maka begitu orangorang itu mendengar bahwa yang datang ini
adalah tangan kanannya Li Giam, semuanya
bungkam, seakan Li Giam sendiri hadir di situ.
Yo Kian-hi mengambil duduk dekat perapian
tanpa sikap permusuhan, katanya dengan santai,
"Sobat-sobat seperjuangan, apakah kalian mau
mendengarkan aku" Kalau mau, marilah, duduk
mendekat." "Apa yang akan Perwira Yo katakan?" tanya Si
Sepasang Golok Tipis yang agaknya adalah
pimpinan. "Pesan terakhir Sri Baginda junjungan kita,
Kaisar Tiong-ong." Sisa-sisa kaum Pelangi Kuning kebanyakan
memang masih tetap menghormati Kaisar Tiong467
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
ong alias Li Cu-seng yang sudah meninggal itu.
Sekarang nama itu disebutkan oleh Yo Kian-hi,
tetapi orang-orang itu tidak gampang percaya.
"Maaf, Perwira Yo, bukannya kami meragukanmu. Tetapi sekarang ini banyak temanteman seperjuangan kita yang sudah berganti
kiblat. Ada yang jadi antek-anteknya Keluarga Cu,
bahkan ada yang sudah jadi anjingnya Manchu.
Misalnya seorang perwira di Ibukota yang dulu
bernama Ang Bik." Yo Kian-hi tertawa masygul sambil gelenggeleng kepala. Katanya, "Aku pun kenal orang
yang bernama Ang Bik itu, salah seorang perwira
bawahannya Jenderal Gu Kim-sing bukan?"
"Betul. Satu tangsi denganku dulu," sahut Si
Sepasang Golok Tipis. Yo Kian-hi berkata pula, "Bagus, kalau begitu
Sobat ini pasti bisa menangkap penjelasanku. Ang
Bik itu bunglon. Sebelum kaum kita menguasai
Pak-khia, dia bernama Ting Hoan-wi, orang yang
suka memanfaatkan kesempatan saat-saat kisruh
pergantian kekuasaan, kalau perlu dengan 'gantikulit' dan ganti identitas. Dia pernah jadi kaki
tangannya Co Hua-sun. Setelah Co Hua-sun
468 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
ambruk, ia menghilang entah kemana. Waktu kita
kuasai Pak-khia, ia muncul dengan nama baru dan
entah dengan cara bagaimana berhasil menyusup
sampai menjadi salah satu orang kepercayaannya
Jenderal Gu Kim-sing."
"Pantas....." Si Sepasang Golok Tipis menarik
napas. "Pantas apanya, Sobat?"
"Bertahun-tahun aku berjuang di bawah panji
Pelangi Kuning, tetapi belum pernah kulihat
tampang orang yang namanya Ang Bik itu, meski
menurut pengakuannya, dia pun berjuang di front
yang sama. Bualannya saja yang dahsyat, tetapi di
medan perang belum pernah kulihat bukti
bualannya itu." "Karena dia tidak pernah berperang di
manapun bersama dengan kita, sobat." sambung
Yo Kian-hi. "Bahkan, Ting Hoan-wi yang ganti
nama jadi Ang Bik ini, kemudian menjadi matamata Manchu."
"Keparat! Orang itu pantas dicincang!"
Dan macam-macam caci-maki lainnya.
Yo Kian-hi meneruskan keterangannya, "Ia
menjadi mata-mata Manchu bersama kepala
469 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
stafnya Jenderal Gu Kim-sing yang bernama Cong
Ek-hi. Ternyata Cong Ek-hi ini adalah orang
Manchu asli yang bernama Ha Cao, bahkan
seorang perwira intelijen. Komplotannya adalah si
pemilik warung bakmi di depan tangsi yang
mengaku bernama Go Liong, padahal nama
sebenarnya adalah Goh Lung, juga perwira
Manchu." Orang-orang itu terdiam mendengar penjelasan Yo Kian-hi yang begitu komplit. Kata
Yo Kian-hi pula, "Apakah sobat-sobat ini
menyamakan aku dengan Ting Hoan-wi alias Ang
Bik alias entah siapa lagi, yang memang bunglon
itu?"

Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang-orang masih bungkam. Yo Kian-hi
kemudian menurunkan bungkusan kain dari
gendongannya, lalu membuka bungkusan, ternyata isinya adalah sebuah guci perunggu yang
bertutup kain merah. Dengan khidmat ia
mengangkat guci perunggu itu dan berkata,
"Sobat-sobat, tahukah apa isi guci ini?"
Pikiran orang-orang sudah mulai diarahkan.
Cara Yo Kian-hi memegang guci itu begitu
470 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
hormat, mungkin isinya abu dari jenazah seorang
yang dihormati. "Apakah isinya abu jenazah?" tanya orang
berkapak. Yo Kian-hi mengangguk. Tanyanya pula,
"Tahukah jenazah siapa ini?"
Orang-orang terdiam, sehingga Yo Kian-hi
sendiri yang harus menjawabnya, "Ini jenazah Sri
Baginda." Seorang mulai menangis, lalu berlutut ke
arah guci perunggu itu dan bersujud berulangulang. Yang lain terpengaruh dan mengikuti
jejaknya. Yang emosinya paling terkendali pun,
mau tak mau ikut basah matanya, termasuk Yo
Kian-hi. "Bagaimana abu itu bisa ada padamu, Perwira
Yo?" Yo Kian-hi kembali membungkusnya dan
menggendongnya. Katanya, "Karena akulah yang
mendampingi Sri Baginda saat ia menghembuskan
napas terakhirnya di Pegunungan Kiu-kiong-san."
"Bagaimana bisa" Bukankah Perwira Yo
adalah tangan kanan Jenderal Li Giam yang
senantiasa harus berada di samping Jenderal Li"
471 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Sedang kami dengar beritanya, bahwa Jenderal Li
ditugaskan ke wilayah barat laut?"
Yo Kian-hi sadar, kalau pertanyaan ini belum
dijawab secara memuaskan, orang-orang ini akan
sulit mempercayainya. Maka ia menjawab hatihati sekali, "Benar, Jenderal Li Giam memang
ditugaskan ke barat laut. Di tengah perjalanan,
ada sekelompok pembunuh bayaran digerakkan
oleh Kun-su (Penasehat Militer) Manchu, Kat Huyong. Jenderal Li hampir terbunuh, tetapi seorang
bekas panglima dinasti Beng yang bernama Helian
Kong, muncul membantu kami sehingga dapat
mengusir pergi Penasehat Militer yang berilmu
tinggi itu." "Aneh, kenapa seorang bekas Panglima Beng
menolong Panglima Pelangi Kuning, musuh
bebuyutannya?" Sambil menjawab Yo Kian-hi sekalian
menanamkan gagasan persatuan bangsa Han ke
benak orang-orang itu. "Helian Kong berpikiran
luas. Ia memperhitungkan, kalau Jenderal Li Giam
terbunuh, bangsa Han kehilangan satu penyangga
kuatnya, dan ini menguntungkan Manchu. Maka
472 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
tanpa mempedulikan golongan Jenderal Li, ia
menolongnya." "Setelah itu bagaimana?"
"Jenderal Li sadar bahwa jaringan mata-mata
Manchu sebenarnya sudah bekerja dengan giat di
Pak-khia, dan membahayakan Sri Baginda.
Jenderal Li ingin kembali ke Pak-khia untuk
memperingatkan Sri Baginda, namun kalau
kembali berarti melanggar perintah Sri Baginda.
Lalu Jenderal Li mengutus aku diam-diam kembali
ke Pak-khia. Aku tidak langsung menghadap Sri
Baginda, melainkan lebih dulu menyamar sambil
berkeliling Pak-khia untuk menyelidiki dan
mengumpulkan bukti-bukti kegiatan mata-mata
Manchu. Mana bisa aku menghadap Sri Baginda
tanpa menunjukkan bukti" Setelah kudapatkan
bukti, kulaporkan kepada guruku yang ada di
istana. Itulah sebabnya aku lalu tidak di samping
Jenderal Li Giam di barat laut, malahan terus
bersama Sri Baginda."
"Tolong lengkapi ceritamu, Perwira Yo,"
mohon Si Sepasang Golok Tipis, "Sampai saat-saat
meninggalnya Sri Baginda."
473 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Yo Kian-hi mengangguk, lalu melanjutkan,
"Kemudian istana menerima berita yang gawat,
bahwa Panglima Beng yang masih menguasai kota
San-hai-koan di timur laut, yaitu Bu Sam-kui,
mulai tergoda untuk bersekutu dengan Manchu
dan membawa Manchu masuk ke daratan tengah
ini. Bu Sam-kui bersikap goyah demikian karena
terus digempur tanpa diberi napas oleh Jenderal
Lau Cong-bin." Dalam penceritaannya, Yo Kian-hi menghindari nada menyalahkan siapa-siapa, untuk
membangun suasana persatuan seluas mungkin di
kalangan bangsa Han. Lanjutnya, "Selain itu, Bu Sam-kui ini tergilagila kepada..... Nona Tan Wan-wan yang sudah
berjasa besar bagi kita. Berita Bu Sam-kui 'main
mata' dengan Manchu itu menggelisahkan Sri
Baginda, San-hai-koan adalah kota strategis yang
bisa dilalui oleh bala tentara besar, kalau sampai
Manchu menyerbu lewat kota itu tentu merugikan
kita. Maka Sri Baginda mengangkat Tan Wan-wan
alias Puteri Kong-hui sebagai utusan ke San-haikoan, untuk menjinakkan Bu Sam-kui agar tidak
salah langkah. Aku yang masih di istana, belum
474 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
kembali ke Jenderal Li Giam, ditugasi memimpin
pasukan pengawal Puteri Kong-hui menuju Sanhai-koan."
Sampai di sini Yo Kian-hi menarik napas
dengan berat, masygul, "Tapi terlambat. Segala
usaha untuk mencegah Bu Sam-kui tidak
memasukkan Manchu, bahkan juga usaha yang
dilakukan oleh sesama Panglima Beng sendiri,
seperti Helian Kong, ternyata terlambat. Belum
sepertiga perjalananku mengawal Puteri Kong-hui
dari Pak-khia ke San-hai-koan, di tengah jalan
sudah didengar kabar bahwa tentara Manchu
sudah membanjiri daratan tengah lewat San-haikoan. Jenderal Lau Cong-bin tidak mampu
menahan derasnya serbuan Manchu. Pasukannya
mundur terus. Aku pun buru-buru membawa
Puteri Kong-hui balik ke Pak-khia, sambil
melaporkan kepada Sri Baginda."
Pendengar-pendengarnya jadi ikut-ikutan
menarik napas. Sebagian dari mereka bahkan
pernah mengalami ikut dalam barisan Kaisar
Tiong-ong sendiri ketika mencoba membendung
tentara Manchu di It-pian-sek. Si Sepasang Golok
Tipis itu misalnya. 475 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Yo Kian-hi meneruskan, "Sri Baginda kita
adalah seorang pejuang, ia tidak terlena setelah
menjadi Kaisar. Mendengar terpukul mundurnya
Jenderal Lau, dia sendiri mengenakan pakaian
perangnya dan memimpin pasukan besar
menyongsong Manchu. Pasukannya bergabung
dengan pasukan Jenderal Lau yang sudah
tercerai"berai berkeping-keping, lalu menyusun
pertahanan di It-pian-sek."
"Pertempuran yang sulit dilupakan....." Si
Sepasang Golok Tipis tiba-tiba ikut bicara, karena
dia pun ikut dalam pertempuran itu. Kenangnya
pula, "Manchu itu musuh, tetapi aku harus memuji
mereka. Tentara mereka tidak banyak, namun
diatur sedemikian lihai sehingga seolah bisa
muncul di berbagai tempat. Pasukan kami
bertahan di dataran, tetapi pasukan Manchu yang
terdiri dari orang-orang Korea menghantam dari
pegunungan. Gila mereka. Mereka memanah
dengan busur-busur panjang yang panjangnya
sampai melebihi panjang si pemanahnya sendiri.
Anak panahnya hampir sebesar lembing."
Yo Kian-hi menukas, "Itu cara memanah
orang-orang Jepang yang disebut Kyujitsu. Waktu
476 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Jepang menjajah Tiau-sian (Korea), orang-orang
Jepang mendidik pemuda-pemuda Tiau-sian untuk
memperkuat pasukan mereka, antara lain dengan
seni memanah yang luar biasa ini. Tak terduga
akhirnya yang memetik hasilnya malah orangorang Manchu, untuk menghantam kita."
Untuk kisah pertempuran di It-pian-sek itu,
Yo Kian-hi sengaja memberi kesempatan kepada
Si Sepasang Golok Tipis untuk menceritakannya,
agar Yo Kian-hi jangan dianggap memonopoli
pembicaraan. Si Golok Tipis pun menceritakan
dengan penghayatan karena mengalami sendiri,
"Panah-panah sebesar lembing itu menjangkau
lebih jauh, dan kalau ditangkis dengan tameng
kayu, tamengnya bisa tembus. Selain orang-orang
Korea yang menghantam dari pegunungan, di
antara pasukan Manchu juga ada orang-orang
Mongol yang amat hebat dalam pertempuran di
atas kuda." Ternyata orang yang membawa golok Koan-to
itu juga terangsang untuk ikut bercerita, "Aku pun
ikut dalam pertempuran itu. Aku ada di sayap
kiri, di bawah pimpinan Jenderal Gu Kim-sing
yang pengecut itu." 477 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Kalau Yo Kian-hi berusaha untuk tidak
mengungkit-ungkit kesalahan-kesalahan di masa
lalu, demi persatuan, maka orang bersenjata
golok Koan-to itu agaknya adalah orang berwatak
polos yang tidak berpikir panjang. Kalau ingin
memaki, ia pun memakilah. Begitulah ia memaki
Gu Kim-sing, salah seorang Jenderal Pelangi
Kuning, sebagai pengecut. Namun Yo Kian-hi
mendiamkannya saja. Orang itu pun terus berbicara, "Jenderal Gu
menyuruh kami maju, tapi ia sendiri tetap di garis
belakang yang aman. Ah, alangkah bedanya
dengan Jenderal Li Giam. Seandainya Jenderal Li
ada di It-pian-sek saat itu, barangkali keadaan
negeri leluhur tidak seperti ini."
Yo Kian-hi cepat mengambil-alih kembali,
"Singkat kata, aku ikut mendampingi Sri Baginda
dalam perang di It-pian-sek. Tetapi musuh terlalu
kuat, aku sendiri terjebak di bagian pertempuran
yang paling sengit dan hampir mampus terpanah.
Namun waktu Sri Baginda memerintahkan pasukan
untuk mundur ke Pak-khia, aku berhasil
mendekatinya dan tetap mendampinginya. Luar
biasa junjungan kita itu. Ia ingin mundur paling
478 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
belakang untuk melindungi bawahan-bawahannya
dari kejaran musuh, tanpa menghiraukan
keselamatannya sendiri. Kalau tidak dipaksa oleh
pengawal-pengawal pribadinya, agaknya Sri
Baginda ingin mati di It-pian-sek itu."
Beberapa pendengar menarik napas, ada
yang mengusap matanya lagi.
Yo Kian-hi melanjutkan, "Kelanjutannya
kalian tahu. Kami bertahan setengah bulan dalam
kota Pak-khia. Pasukan Manchu mengepung di luar
kota. Suatu hari, pasukan Manchu berhasil
menerobos ke dalam kota lewat parit-parit bawah
tanah. Kembali Sri Baginda bertekad hendak
mempertahankan istana sampai titik darah
penghabisan, tetapi aku mengingatkan bahwa di
barat laut masih ada kekuatan pendukung kita
yang memerlukan Sri Baginda. Setelah dibujuk,
barulah Sri Baginda mau keluar dari istana,
bahkan dari Pak-khia, ke arah barat. Ternyata
musuh sudah menghadang di sepanjang perjalanan. Di pegunungan, bala bantuan untuk
kami dihambat oleh pasukan gunung orang-orang
Tiau-sian, di dataran, pasukan berkuda orangorang Mongol dan regu-regu senjata api Manchu
479 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
benar-benar susah ditandingi. Bu Sam-kui
ternyata sudah memakai pakaian panglima
Manchu, pakai kucir rambut segala, dialah yang
memimpin pengejaran terhadap Sri Baginda."
"Bagaimana dengan Nona Tan Wan-wan alias
Puteri Kong-hui?" "Dalam gerakan mundur kami, dia tertinggal


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di istana. Inilah satu soal yang merisaukan hati Sri
Baginda, sehingga beliau jatuh sakit dalam
perjalanannya ke barat laut. Perjalanannya yang
penuh hambatan musuh....."
Pendengar-pendengarnya ikut geregetan
mendengar cerita Yo Kian-hi itu.
"Terus bagaimana?"
"Kami dikepung oleh Bu Sam-kui dan antekanteknya dari berbagai arah, lalu kami berbelok
memasuki Pegunungan Kiu-kiong-san. Kami
berharap di pegunungan itu kami bisa membuat
kubu pertahanan sambil menunggu bantuan dari
berbagai pihak. Kalian mungkin sulit mempercayai, bahwa dalam kesulitan kami, kami
bertempur bahu-membahu dengan..... sisa-sisa
dinasti Beng. Kami lupakan permusuhan, kami
cuma ingat satu hal bahwa negeri yang sekarang
480 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
diinjak bangsa asing adalah tanah air kami
bersama." Yo Kian-hi mengatakan itu sebagai persiapan
untuk membujuk orang-orang itu agar tidak
memperkeruh Lam-khia yang sudah keruh dengan
persaingan antar pangeran itu.
Suara Yo Kian-hi menurun sedih ketika
meneruskan kata-katanya, "Agaknya memang di
Pegunungan Kiu-kiong-san itulah berakhirnya
riwayat junjungan kita ditakdirkan. Bukan oleh
senjata musuh, tetapi karena terjeblos perangkap
binatang yang dipasang oleh para pemburu di
pegunungan. Tidak ada kesengajaan dari para
pemburu itu. Mereka tidak tahu apa-apa soal
politik. Sri Baginda sendiri sebelum ajal juga
berpesan agar kami tidak membalas dendam
kepada pemburu-pemburu itu. Selain itu, masih
ada dua pesan lainnya."
"Apakah kedua pesan lainnya itu?"
"Pesan keduanya, Sri Baginda minta tubuhnya
diperabukan, lalu abu jenazahnya dibawa ke
kampung halamannya di wilayah barat laut. Itulah
sebabnya kubawa-bawa abu jenazahnya. Aku
sempatkan membelok ke Lam-khia ini, sebab aku
481 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
merasa bahwa di sini aku akan bisa menjumpai
teman-teman seperjuangan yang berceceran
sejak meninggalnya Sri Baginda. Aku ingin
menemui kalian untuk menyebar-luaskan pesannya yang ke tiga."
"Apa pesan ketiganya?"
Yo Kian-hi tidak segera mengatakannya!
melainkan memancing dulu, "Pesan ketiga ini
berat, maka Sri Baginda berkata, kalau kita tidak
sanggup, tidak usah ya tidak apa-apa. Sri Baginda
tentunya tidak tenteram arwahnya, tetapi ia
tidak memaksa." Para bekas pejuang Pelangi Kuning itu pun
terasa terbakar jantungnya. Si Golok Koan-to
menghentakkan kaki ke tanah sambil berkata
keras, "Pesan terakhir Sri Baginda akan kujunjung
tinggi! Biarpun tubuhku tercerai-berai menjadi
seribu keping, aku akan tetap berusaha
melaksanakannya!" Yang lain-lain pun berteriak-teriak mendukung. "Baik-baik, sobat-sobat seperjuangan." Yo
Kian-hi bangkit dari duduknya sambil mengangkat
482 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
kedua tangannya. "Tenanglah, supaya aku bisa
menyampaikan pesan Sri Baginda!"
Orang-orang itu langsung tenang seperti
jangkrik diinjak sarangnya. Nama Li Cu-seng alias
Kaisar Tiong-ong masih tetap memiliki wibawa,
meski orangnya sudah jadi abu dalam guci
perunggu. Yo Kian-hi lalu berkata, "Pesan ketiga itu,
kita sebagai bangsa Han diminta untuk
menggalang persatuan dengan semua bangsa Han
di seluruh negeri. Melupakan permusuhan dengan
golongan yang pernah menjadi musuh kita, demi
menghentikan gerak maju pasukan Manchu. Itu
pesannya. Sanggup?" Itu artinya mereka harus melupakan
permusuhan dengan sisa-sisa dinasti Beng yang
mereka benci. Tidak heran kalau jawabannya jadi
alot sekali. Mereka saling toleh satu sama lain.
Saat itulah dari balik sebuah pohon yang agak
jauh dari nyala api, terdengar suara tertawa
mengejek, disusul kata-kata, "Aku yang pertama
kali tidak percaya bahwa Sri Baginda berpesan
seperti itu. Aku baru percaya kalau abu itu bisa
bicara sendiri." 483 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Serempak orang-orang menoleh ke asal suara
itu, nampaklah Si Kipas Prahara Im Hai-lip yang
ditunggu-tunggu itu pun melangkah mendekat,
dengan jubah sastrawannya yang melambai dan
kipasnya yang digoyang, serasi benar dengan
bibirnya yang menyungging senyuman angkuh dan
mengejek. Orang-orang itu bingung, terombang-ambing
di antara dua tokoh Pelangi Kuning yang
bertentangan itu. Im Hai-lip agaknya tidak membiarkan
kebimbangan merasuki orang-orangnya, hasutnya,
"Kalian begitu percaya kepadanya, apakah kalian
percaya bahwa abu yang dibawanya itu benarbenar abu jenazah Sri Baginda" Jangan-jangan
cuma sembarang abu yang dikatakan sebagai abu
Sri Baginda, untuk menggoncangkan tekad kalian?"
Si Sepasang Golok Tipis berkata kepada Im
Hai-lip, "Kakak Im, aku kenal Perwira Yo Kian-hi
ini. Dia adalah kepercayaan Jenderal Li Giam."
Im Hai-lip menyipitkan matanya dengan sikap
tetap congkak. "Kalau tangan kanannya Jenderal
Li Giam, memangnya harus dipercaya begitu saja
kata-katanya yang berbisa itu" Teman-teman,
484 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
jangan gampang percaya. Jaman sekarang ini
sudah banyak orang berganti kiblat lho, padahal
orang-orang masih menyangka dia seperti dulu
ternyata tidak." Yo Kian-hi sadar, berhadapan dengan orang
sejenis Im Hai-lip ini tidak boleh terlalu sungkan.
Kalau sungkan sedikit saja pasti akan didesak
terus dengan kata-katanya yang tajam.
Namun untuk "pembukaan"nya Yo Kian-hi
bertanya dulu dengan ramah, "Saudara ini.....
siapa?" Si Golok Tipis yang memberi penjelasan,
"Perwira Yo, Kakak Im ini bersimpati kepada
perjuangan kaum kita, biarpun kediamannya jauh
di selatan. Di Hun-lam."
Penjelasan itu perlu, sebab dulu gerakan
pemberontakan Pelangi Kuning di masa jayanya
hanya terasa kuat pengaruhnya di delapan
propinsi-propinsi Cina Utara. Di Cina Selatan,
apalagi yang paling selatan seperti Propinsi Hunlam yang berbatasan dengan Birma itu, gaung
perjuangan kaum Pelangi Kuning tidak terasa
sedikit pun. Waktu kaum Pelangi Kuning menang
perang dengan merebut Ibukota Pak-khia dari
485 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
dinasti Beng, lalu mendirikan dinasti baru, maka
wilayahnya ya cuma separuh daratan Cina di
bagian utaranya. Begitu pula waktu kaum Pelangi
Kuning diserbu tentara Manchu, maka Cina Utara
kembali berpindah tangan.
Mendengar Im Hai-lip datang dari propinsi di
mana kaum Pelangi Kuning tak pernah
meninggalkan jejak, Yo Kian-hi bertanya pula,
"Simpatisan ya?"
"Aku kumpulkan teman-teman seperjuangan
agar terhimpun kembali, dan mampu meneruskan
cita-cita Sri Baginda!" sahut Im Hai-lip dengan
bangga. "Merebut pemerintahan dari keturunan
Keluarga Cu?" "Bukankah memang itu cita-cita Sri Baginda?"
Yo Kian-hi geleng-geleng kepala, "Bukan itu
lagi, Sobat. Menjelang wafatnya, Sri Baginda ingin
berpesan kepada kita semua, bahwa musuh yang
sesungguhnya sekarang adalah Manchu!"
"Tak ada bukti atau saksi lain bahwa Sri
Baginda berpesan demikian. Kau mengaku
menunggui saat-saat terakhir Sri Baginda, tetapi
kami semua menyangsikanmu!" kata Im Hai-lip
486 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
sambil menuding Yo Kian-hi dengan kipasnya yang
dilempit. "Aku percaya Perwira Yo!" tiba-tiba Si
Sepasang Golok Tipis bersuara. "Aku kenal Perwira
Yo di Pak-khia, di medan perang It-pian-sek juga,
meski hanya kenal dari jauh sebab aku hanyalah
prajurit. Aku tidak percaya Perwira Yo
memalsukan perintah Sri Baginda!"
Yo Kian-hi lega sedikit. Ternyata bujukannya
tadi cukup berpengaruh, tetapi entah bagaimana
orang-orang selain Si Sepasang Golok Tipis itu"
Im Hai-lip gusar, katanya kepada Si Sepasang
Golok Tipis, "Saudara Toan. Kau sudah keluar dari
garis perjuangan kita!"
Si Sepasang Golok Tipis yang bernama Toan
Ai-liong berjulukan sama dengan namanya yaitu
Ai-liong (Naga Kate), menjawab dengan berani,
"Garis perjuangan apa" Sebenarnya sejak semula
kami sudah ragu-ragu mengikuti pimpinan Kakak
Im. Banyak tindakan Kakak Im yang tidak kami
mengerti dan Kakak tidak mau menjelaskan. Kami
jadi tidak tahu ke arah mana kami mau dibawa.
Misalnya, dalam mengadu domba antar pangeranpangeran dinasti Beng itu, kita dapat keuntungan
487 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
apa" Dulu waktu kita masih punya kekuatan besar,
maka terpecah-belahnya Keluarga Cu akan
menguntungkan kita, sebab memberi peluang kita
untuk merebut kemenangan. Tetapi kekuatan kita
sudah tercerai-berai sekarang, kalau pun kita
berhasil mengadu domba pangeran-pangeran itu,
jangan-jangan yang mengambil keuntungan malah
orang Manchu?" Im Hai-lip semakin gusar, ia melangkah ke
arah Toan Ai-liong dengan sikap mengancam,
"Saudara Toan, jadi kau menuduhku sebagai
mata-mata Manchu?" Toan Ai-liong mundur selangkah dengan
sepasang tangan bersiaga di dekat gagang
sepasang golok tipisnya. Bantahnya, "Lho! Siapa
yang menuduh Kakak Im" Aku cuma ragu-ragu aksi
kita selama ini lebih banyak berlandas dendam
lama yang membabi-buta, tapi secara keseluruhan merugikan perjuangan seluruh bangsa
Han karena terpecah-belah."
Yo Kian-hi tersenyum dan memuji, "Itu
namanya akal sehat, Sobat Toan."
488 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Bertambah gusarlah Im Hai-lip, "Toan Ailiong, jadi kau lebih percaya Si pembawa pesan
gadungan ini, daripada kepadaku?"
Sahut Toan Ai-liong enteng, "Soal dia
membawa pesan gadungan atau tidak, entahlah.
Yang kutahu, aku pernah melihat dia di medan
perang It-pian-sek, melihat kegagahan dan
kesetiaannya membela Sri Baginda."
Si pembawa golok Koan-to tiba-tiba berdiri
dari duduknya, dan menyatakan keputusannya
pula, "Kakak Toan benar. Kurang tepat saat ini
kalau kita melampiaskan dendam kepada
segelintir Keluarga Cu, tetapi melupakan nasib
jutaan bangsa Han yang bakal jadi rakyat jajahan
Manchu!" "Oh, Langit, dengarkan!" Si pembawa kapak
tiba-tiba menengadah ke langit sambil berteriak.


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Makin banyak sahabat-sahabatku yang luntur
semangat juangnya! Sri Baginda, merataplah kau
di alam sana!" Si pembawa golok Koan-to bertanya dengan
heran, "Saudara Ui, siapa yang kau maksud yang
luntur semangat juangnya dan membuat Sri
Baginda menangis?" 489 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Ui Liang si pembawa kapak itu terus-terang
saja menunjuk hidung Si pembawa golok Koan-to,
"Kau, Hoa Liu, dan juga Toan Ai-liong! Kalianlah
yang luntur semangatnya dan membuat Sri
Baginda meratap di alam baka!"
Toan Ai-liong balik bertanya, "Saudara Ui
Liang, kalau seluruh negeri berhasil diduduki
Manchu karena kita mengabaikan pesan Sri
Baginda, apakah Sri Baginda tidak menangis lebih
sedih?" Orang-orang itu pun bertengkar, ternyata
mereka terpecah dua. Yang memihak Yo Kian-hi
ternyata dua pertiga lebih dari orang-orang itu.
Rupanya selama ini mereka ragu-ragu melihat
"garis perjuangan" Im Hai-lip yang kurang masuk
akal itu, namun selama ini mereka tidak berani
membantah Im Hai-lip. Sekarang, begitu ada yang
membebaskan mereka dari "garis perjuangan"
gila-gilaan itu, mereka keluar.
Namun ada pula sepertiga yang mengikuti Im
Hai-lip. Merekalah orang-orang yang membabibuta kebencian mereka terhadap sisa-sisa dinasti
Beng, melebihi kekhawatiran mereka terhadap
terancamnya negeri oleh Manchu.
490 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Bahwa pihaknya mendapat orang berjumlah
lebih sedikit, benar-benar tidak bisa diterima oleh
Im Hai-lip. Ia merasa dipermalukan. Karena itu,
selagi ia masih mabuk kemenangan karena siang
tadi ia telah menewaskan Giam Bin-tong yang
cukup terkenal dan berjulukan Sai-hong-kiam
(Pedang Secepat Angin), maka Im Hai-lip sekarang
menantang Yo Kian-hi, "He, pemalsu pesan
terakhir Sri Baginda, kau kutantang dalam
pertarungan satu lawan satu sampai mati!"
Yo Kian-hi masih berusaha mengalah, "Sobat,
di antara kita ternyata ada perbedaan pendapat,
tetapi haruskah diselesaikan dengan cara seganas
itu!" "Ya, harus! Ini bukan masalah antar pribadi
kita, melainkan karena kau dengan pesan palsumu
yang berbisa itu sangat membahayakan perjuangan rekan-rekan yang masih setia kepada
cita-cita Sri baginda."
Yo Kian-hi tahu, orang macam Im Hai-lip ini
tidak bisa ditaklukkan hanya dengan omongan.
Lidahnya terlalu tajam. Orang macam ini harus
diberi hajaran keras. 491 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Karena itu Yo Kian-hi kemudian membuka
bungkusan di punggungnya. Pundi tembaga berisi
abu jenazah itu diserahkannya dengan sikap
khidmat kepada Toan Ai-liong, katanya, "Saudara
Toan, tolong pegangkan ini sebentar."
Toan Ai-liong menerimanya dengan hormat
pula, mengingat bahwa itulah abu jenazahnya
junjungannya. Im Hai-lip tertawa sinis, "Tidak usah dibikinbikin sikap kalian. Sok khidmat segala. Aku tidak
percaya itu abunya Sri Baginda."
Ternyata Yo Kian-hi tidak hanya melepaskan
pundi tembaga itu, melainkan sepasang pedangnya juga. Lalu melangkah ke arah Im Hailip sambil berkata, "Mari Sobat, kita bermainmain sejenak."
"Kuperingatkan, ini bukan permainan. Ini
pertarungan hidup mati, sebab aku ingin
membasmi penyebar pesan palsu yang melemahkan semangat semacam kau. Ambil
pedangmu!" "Tidak. Aku bertangan kosong saja!"
"Kau benar-benar sombong, anak muda.
Tetapi kukatakan kepadamu, kau keliru kalau
492 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
menganggap aku bakalan berlaku sungkan karena
kau tidak bersenjata. Aku tidak akan sungkan
membunuhmu, meskipun aku juga tidak akan
curang!" Im Hai-lip melipat kipasnya lalu menyelipkannya di pinggang, kemudian dengan
tangan kosong pula ia menghampiri Yo Kian-hi
dengan langkah perlahan dan waspada.
Orang-orang di sekitarnya, baik yang
memihak Yo Kian-hi maupun Im Hai-lip, serempak
minggir lalu membuat lingkaran, menyediakan
gelanggang buat sepasang jagoan yang hendak
bertarung itu. Beberapa saat kedua petarung masih
berputaran mengintai, lalu Im Hai-lip membuka
serangan. Tubuhnya melejit menutup jarak
dengan satu lompatan, sambil menggunakan jarijarinya menusuk ke mata Yo Kian-hi. Itulah gerak
tipu Kim-sian-hi-long (Katak Emas Bermain
Ombak). Yo Kian-hi waspada. Ia melihat serangan ke
mata itu hanya pemancing perhatian, ia waspadai
sepasang kaki lawan yang sedang melompat itu
bisa melakukan tendangan di udara.
493 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Namun Yo Kian-hi berlagak tidak tahu,
sebelah tangannya terangkat untuk mencengkeram pergelangan tangan lawan dengan
gerakan Kim-liong-tam-jiau (Naga Emas Mengulur
Cakar). Im Hai-lip yang masih melayang di udara itu
pun tertawa dingin dalam hati setelah melihat
tanggapan Yo Kian-hi yang sederhana itu.
Pikirnya, "Bocah kemarin sore ini masih terlalu
lugu, biarlah kupermalukan dia."
Gerakan menusuk ke mata tetap dilanjutkan,
namun setelah dekat tubuhnya miring dan kedua
kakinya menjejak berbarengan ke arah dada dan
perut. Dibarengi bentakan dahsyat.
Ternyata Yo Kian-hi tidak mengubah uluran
cengkeramannya, ia hanya menarik sebelah
kakinya ke belakang sambil berkuda-kuda rendah,
tahu-tahu salah satu pergelangan kaki Im Hai-lip
sudah berhasil dicengkeramnya. Lalu Yo Kian-hi
yang bertenaga gajah itu, menghempaskan
lawannya ke tanah seperti membanting sebuah
boneka kain saja. Im Hai-lip kaget namun terkesiap, terpaksa
yang bisa dilakukannya hanyalah mengeraskan
494 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
seluruh otot tubuhnya agar tidak cedera ketika
menghempas tanah. Sialnya, waktu tubuh itu sudah terbentur
keras di tanah, Yo Kian-hi belum melepaskan
cengkeraman kuatnya pada pergelangan kaki Im
Hai-lip, nampaknya Yo Kian-hi belum puas
"bermain-main dengan bonekanya".
Im Hai-lip gusar bukan kepalang, biarpun
tidak cedera tapi merasa dipermalukan. Kakinya
yang satu menendang-nendang serabutan untuk
membebaskan kakinya yang dicengkeram. Menendang pergelangan tangan Yo Kian-hi,
menendang ke lutut, menendang ke selangkangan
dan semuanya luput. Dalam keadaan terdesak, Im Hai-lip tidak
peduli lagi apa kata orang, ia cabut kipas yang di
pinggangnya lalu menembakkan salah satu jeruji
kipas. Itulah senjata rahasianya yang siang tadi
berhasil menamatkan riwayat Si Pedang Secepat
Angin Giam Bin-tong. Yo Kian-hi memang kaget, namun nasibnya
belum seburuk Giam Bin-tong. Dengan tangan
yang bebas ia bahkan berhasil menyambar tepat
495 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
jeruji kipas berkecepatan tinggi itu, apalagi
malam cukup gelap. Yo Kian-hi dasarnya juga bukan orang yang
terlalu sabar. Ia menjadi gusar, ia memang
melepaskan Im Hai-lip namun dengan dilontarkan
ke udara. Di udara, Im Hai-lip kelabakan
membuat beberapa gerakan agar dapat mendarat
dengan seimbang. Toh mendaratnya dengan
sempoyongan. Yo Kian-hi mengangkat jeruji kipas yang
ditangkapnya itu agar kelihatan oleh semua
orang, katanya geram, "Huh, beginilah kelakuan
orang yang mengaku setia kepada cita-cita
perjuangan kita" Menyerang secara gelap!"
Waktu Yo Kian-hi menghempaskannya ke
tanah yang keras, jeruji itu amblas tak terlihat
lagi. Bekasnya hanya kelihatan seperti mulut
lubang semut. Im Hai-lip tersudut, mukanya agak tercoreng
aib oleh kelakuannya sendiri, tetapi dengan licin
ia berkilah, "Terhadap seorang yang membahayakan semangat perjuangan, buat apa
pakai aturan segala" Kalau masih kurang, nih, aku
punya yang lainnya."
496 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Kembali ia mengibaskan kipasnya sambil
menekan alat rahasia di pangkal kipasnya, maka
enam buah jeruji kipas meluncur sekaligus. Dua
ke atas mengarah mata dan leher, dua ke tengah
mengarah dada dan perut, dua ke bawah ke arah
kaki. Ketepatannya menakjubkan karena Im Hailip sudah lama melatihnya.
Tetapi orang-orang di sekitar api unggun itu
mendadak melihat Yo Kian-hi berubah jadi
makhluk berlengan tiga pasang alias enam biji.
Hanya sedetik, kemudian kelihatan tangantangan itu menggenggam jeruji-jeruji kipas.
Tangan kanan menggenggam tiga, tangan kiri
menggenggam tiga. Tidak perlu dikatakan lagi kalau dalam
pertempuran ini Im Hai-lip sudah kalah.
Tetapi bukan Im Hai-lip namanya kalau
mengaku kalah begitu saja. Hari itu ia sedang
bangga karena berhasil membunuh Giam Bin-tong,
namun hari itu pula ia mengalami dua kejadian
yang membuat kemenangannya atas Giam Bintong jadi kelihatan kurang cemerlang. Pertama,
siang tadi di arena yang sama dengan arena
tempatnya mengalahkan Giam Bin-tong, orang497
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
orang sekaligus juga menyaksikan kehebatan ilmu
kepandaian Helian Kong yang menyamar sebagai
Jenderal The Ci-liong. Dan malam ini, apa yang
dilakukan Yo Kian-hi menghapus sama sekali
kegemilangan kemenangannya hari itu.
Bentaknya, "Malam ini, kalau bukan kau yang
mampus, akulah yang mampus!"
Lalu ia menerjang maju, kipasnya mengebut
berulang kali, maka muncullah angin besar
menerpa Yo Kian-hi. Inilah ilmu andalannya yang
membuatnya dijuluki Si Kipas Prahara.
Di tengah-tengah "angin ribut buatan" itulah
dia melompat menyergap Yo Kian-hi dengan
serangan bertubi-tubi. Di kipasnya ada dua belas
jeruji besi yang bisa dilontarkan, tujuh di
antaranya sudah dihamburkan tanpa hasil, tinggal
lima. Ia bertekad akan menggunakan yang lima
itu apabila ada kesempatan baik.
Di tengah badai, Yo Kian-hi pun makin gusar.


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pikirnya, "Orang ini benar-benar sulit disuruh
untuk tahu diri." Maka Yo Kian-hi pun mulai mengamuk seperti
gajah. Gerak-gerak silatnya memang berintikan
kekuatan dan gerak seekor gajah. Maka oleh
498 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
gurunya diberi nama Ciu-siang Sip-pat-sik
(Delapan Belas Gerak Gajah Mabuk).
Begitu Yo Kian-hi keluarkan ilmunya, maka
"badai buatan" Im Hai-lip itu jadi tak lebih dari
angin semilir yang mengusap kulit Yo Kian-hi.
Kemudian waktu Yo Kian-hi menyongsong Im Hailip, maka keduanya pun segera saling serang
dengan gencar dan sengit.
Im Hai-lip sudah dengan kipasnya, Yo Kian-hi
masih dengan tangan kosong. Belasan kali lenganlengan maupun tulang-tulang kaki mereka beradu
keras. Mula-mula Im Hai-lip sanggup beradu, namun
usianya sudah setengah abad, dua kali umur Yo
Kian-hi. Tulang dan kulitnya kalah liat, lama-lama
ia kesakitan juga dan berusaha untuk tidak
membenturkan lengan maupun kakinya yang
mulai kesakitan. Tetapi serangan Yo Kian-hi
terlalu rapat, beruntun, jarak waktu antara
serangan yang satu dengan yang berikutnya
terlalu dekat. Terlalu gencar. Mengurangi
benturan lengannya dengan lengan lawan, berarti
membiarkan tubuh atau badannyalah yang bakal
499 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
kena tangan atau kaki Yo Kian-hi sebab seranganserangannya harus ditangkis.
Ada juga cara lain kalau tidak ingin dikenai
serangan, tetapi juga tidak usah menangkis, yaitu
mundur. Namun Im Hai-lip yang congkak itu
menganggap mundur berarti ia mempermalukan
diri untuk ketiga kalinya. Yang pertama, tadi ia
sudah dibanting ke tanah. Yang kedua, waktu
jeruji-jeruji kipasnya dapat ditangkap semuanya
oleh Yo Kian-hi. Dan ia tidak mau menambahkan
yang ketiga. Daripada mundur, ia lebih suka untunguntungan berbuat curang sekali lagi. Begitulah,
tiba-tiba ia kembali menembakkan jeruji
kipasnya. Kali ini dari jarak begitu dekat, dan
lima yang tersisa dari jeruji-jerujinya diserangkan
semua. Yo Kian-hi memang sudah tahu kelicikan
lawannya, namun tidak menyangka kalau akan
melontarkan senjata rahasianya dari jarak
sedekat itu. Yo Kian-hi berhasil menghindarkan
yang empat, tetapi ada satu yang menancap di
lengan atasnya, menancap sampai tembus ke sisi
yang lain dari lengannya.
500 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Lalu ia menerjang maju, kipasnya mengebut berulang kali,
maka muncullah angin besar menerpa Yo Kian-hi. Inilah ilmu
andalannya yang membuatnya dijuluki Si Kipas Prahara.
501 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Im Hai-lip tertawa terbahak, tetapi suara
tertawanya ditelan raungan kemarahan Yo Kianhi. Bukannya melompat mundur untuk merawat
lukanya dulu, Yo Kian-hi malah memperhebat
serangannya, makin gencar.
Inilah yang diluar perhitungan Im Hai-lip. Ia
sedang di ambang kemenangan, dan kewaspadaannya sedang kendor, itulah saat tak
terduga waktu sebuah jotosan Yo Kian-hi
menyelonong datang menghajar dadanya. Tawa
Im Hai-lip terhenti, tubuhnya terpental ke
belakang dan terhempas di tanah kembali sambil
menggelogokkan darah. Pertarungan selesai. Yo Kian-hi masih berdiri
tegak meski dengan lengan ditembus jeruji kipas
Im Hai-lip. Im Hai-lip terbaring di rerumputan
dengan napas lemah. Orang-orang yang mengelilingi gelanggang itu
seolah membeku jadi patung semuanya. Orangorang yang tadi memihak Im Hai-lip, sekarang
menundukkan kepala waktu sorot mata Yo Kian-hi
yang menyala itu menyambar mereka.
Yo Kian-hi menuding Im Hai-lip sambil
berkata, "Orang ini licik sekali. Aku tidak
502 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
memfitnahnya, tetapi mata kalian sudah melihat
sendiri berulang kali, bagaimana ia tidak segansegan bertindak curang asal tujuannya tercapai"
Orang macam inikah yang berjanji memimpin
kalian meneruskan perjuangan Sri Baginda?"
Orang-orang bungkam semua. Toan Ai-liong
lalu melangkah maju, katanya, "Perwira Yo, perlu
bagimu untuk segera memperhatikan lukalukamu."
Yo Kian-hi mengangguk, lalu ia menjepit
pangkal jeruji besi yang menancap di lengannya
itu, sambil mengertak gigi ia mencabutnya.
Dahinya sampai mengeluarkan keringat karena
menahan sakit. Untung jeruji itu tidak mengenai
tulangnya. Toan Ai-liong merobek bajunya sendiri untuk
membalut luka Yo Kian-hi, namun Yo Kian-hi
mengeluarkan sebuah botol porselen kecil
diberikan kepada Toan Ai-liong sambil berkata,
"Taburi dulu mulut lukanya dengan ini. Setelah itu
baru dibalut." "Baik, Perwira Yo."
Yo Kian-hi mengeluarkan pula obat yang lain,
diberikan kepada salah seorang di situ sambil
503 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
berkata, "Ini obat luka dalam. Minumkan kepada
Im Hai-lip. Kesalahannya belum setimpal dibayar
dengan kematian." Dengan sikap itu, Yo Kian-hi berhasil
menaklukkan hati semua bekas pengikut Pelangi
Kuning yang berkumpul di situ. Termasuk orangorang yang tadinya memihak Im Hai-lip.
Usai lukanya dibalut, dengan agak susahpayah karena geraknya terganggu lukanya, Yo
Kian-hi menggendong kembali sepasang pedangnya, juga pundi tembaga tempat abu
jenazah Kaisar Tiong-ong itu. Katanya, "Aku harus
melanjutkan perjalananku, mengubur abu jenazah ini di kampung halaman Sri Baginda di
Kam-siok." "Lukamu, Perwira Yo."
"Tidak jadi soal. Saudara Toan, kau bersikap
cukup dewasa. Tolong bimbing teman-teman di
sini agar tidak mengambil sikap yang keliru. Apa
gunanya kita berhasil melampiaskan dendam dan
melihat para pangeran Beng saling menghancurkan, tetapi kemudian negeri ini
dikuasai Manchu seluruhnya?"
504 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Aku paham, Perwira Yo. Aku percaya pesan
Sri Baginda yang kau bawa itu."
"Tolong dia sampai sembuh....." kata Yo
Kian-hi sambil menuding Im Hai-lip yang sedang
dirawat orang-orang. "Tetapi jangan turuti
pikiran-pikirannya. Dia itu pahlawan kesiangan."
"Baik, Perwira Yo."
Yo Kian-hi bangkit dan kemudian melangkah
pergi, menghilang di kegelapan malam.
*** Kehidupan Lam-khia sehari-harinya kelihatan
biasa, tidak ada bedanya dengan biasanya. Namun
di balik semuanya itu, para jenderal makin sibuk
dalam berkontak di antara rekan-rekan mereka
sendiri maupun mengontak para pangeran. Agar
jangan sampai terpecah-belah.
Sikap Pangeran Hok-ong yang mengundurkan
diri dari pencalonan itu segera dipertimbangkan
oleh berbagai pihak. Mereka menyusun langkahlangkah baru yang disesuaikan dengan situasi.
Sementara itu, pasukan-pasukan yang
diundang Pangeran Hok-ong sudah mulai
505 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
berdatangan memasuki Lam-khia. Mereka sebenarnya bukan bawahan langsung Pangeran
Hok-ong, melainkan bawahan langsung Cong-tok
(Gubernur Militer) Lam-khia dan sekitarnya yang
ada sejak jaman dinasti Beng dulu. Namun si
Gubernur Militer yang bernama Wan Heng-kui itu
sudah keseringan menerima hadiah Pangeran Hokong dan sudah menjadi kaki-tangannya yang setia.
Waktu pasukan-pasukan dari sekitar Lam-khia
mulai memasuki kota, dan seakan-akan seluruh
kota penuh dengan prajurit-prajurit, maka para
jenderal yang dipimpin Jenderal The Ci-liong
mulai ragu-ragu, apakah Pangeran Hok-ong takkan
tergoda untuk mengubah keputusannya setelah
melihat kekuatan pendukung sebesar itu" Para
jenderal mulai paham akan kecemasan Helian
Kong beberapa hari yang lalu, waktu Helian Kong
mengusulkan agar para jenderal menempatkan
orang-orang terpercaya di luar kota yang setiap
saat bisa dihubungi dengan isyarat dari dalam
kota, kalau-kalau jalan keluar masuk Lam-khia
tiba-tiba saja ditutup. Para jenderal lalu menemui Pangeran Hokong sekali lagi, terang-terangan menanyakan
506 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
maksud pasukan-pasukan yang masuk kota itu.
Pangeran Hok-ong kembali menjamu dengan
ramah, dan dengan meyakinkan mengulangi katakatanya yang dulu, bahwa ia benar-benar tidak
ingin menjadi Kaisar. Ia akan membiarkan salah
satu dari keempat keponakannya yang menduduki
singgasana, asalkan terpilih yang terbaik,
katanya. Ia berjanji hanya akan menjadi
penyelenggara yang baik. Ia minta pendapat para
jenderal, bagaimana kalau tempatnya dijadikan
tempat perundingan para pangeran" Pangeran
Hok-ong juga membuktikan niat baiknya dengan
memberi semacam surat jalan kepada masingmasing panglima, surat yang memungkinkan para
panglima itu dapat tetap keluar-masuk Lam-khia
dengan bebas, bahkan seandainya kota itu sedang
ditutup sekalipun. Pangeran Hok-ong juga berjanji
akan memberikan surat yang serupa kepada para
pangeran lainnya. Pangeran Hok-ong berulang kali meyakinkan,
bahwa pengerahan pasukan itu semata-mata
ditujukan untuk membasmi para penjahat
bayaran yang sudah terlalu banyak berkeliaran di
Lam-khia dan memperkeruh keadaan. Kelak kalau
507 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
para penjahat sudah dibasmi, kata Pangeran,
pasukan-pasukan itu akan dikembalikan ke posisiposisi semula di luar kota.
"..... dan kota ini akan tenang, udaranya
segar, membuat kepala jadi dingin untuk kita
buat keputusan-keputusan penting bagi masa
depan negeri. Pikiran kita tidak akan terpecah
oleh ulah perusuh-perusuh itu."
Para panglima itu pun percaya, bahwa
pengerahan pasukan itu semata-mata untuk
membasmi para bandit. Namun sepulangnya dari kediaman Pangeran
Hok-ong, para panglima itu berunding kembali di
kediaman Jenderal The Ci-liong. Orang-orang
utusan Bangsawan Bok Thiam-po dari Hun-lam
juga hadir, namun para jenderal heran melihat
pemimpin rombongan dari Hun-lam itu, Thaihong-si Im Hai-lip, tidak nampak bersama orangorangnya.
"Di mana Tuan Im Hai-lip?" tanya Jenderal
The kepada salah seorang anggota rombongan
Hun-lam. Yang ditanya geleng-geleng kepala sambil
berkata, "Entahlah. Dua malam yang lalu dia
508 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
pergi, tidak tahu ke mana. Sampai sekarang dia
belum kembali. Kami pun gelisah memikirkannya."
"Sudah dicari?"
"Sudah. Namun kota Lam-khia begini besar,
sedangkan jumlah kami begini sedikit, dan sedikit
pula mengenal seluk-beluk kota besar ini."
"Kota Lam-khia menjadi kelewat berbahaya
dengan berkeliarannya para penjahat upahan....."
gerutu Jenderal Thio Hong-goan. "Dari alasan ini,


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku setujui tindakan Pangeran Hok-ong membasmi
para gali itu." "Asal jangan dibelokkan saja." sambung
Laksamana The Seng-kong. "Marilah kita jangan berprasangka dulu," kata
Jenderal The Ci-liong. "dan sekarang bagaimana"
Apa sikap kita selanjutnya?"
Helian Kong menjawab, "Mungkin kita perlu
lihat-lihat dulu satu dua hari ini."
"Seandainya terjadi apa-apa, sudah ada
orangku yang di luar kota kok." Li Teng-kok coba
menenteramkan hati rekan-rekannya. "Mereka
siap menerima isyarat-isyaratku dari dalam kota."
"Mudah-mudahan tidak akan terjadi apaapa."
509 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Akhirnya memang tidak ada yang bisa
dilakukan oleh tokoh-tokoh militer itu kecuali
menunggu situasi sambil saling tetap berhubungan
satu dengan yang lain. Namun buat Helian Kong, tidak berarti ia pun
ikut tinggal diam sambil menunggu saja. Helian
Kong ingin "melihat Pangeran Hok-ong dari sisi
lain", bukan dari sisi yang selalu ingin ditampilkan
oleh Pangeran Hok-ong dengan citra sebaikbaiknya. Helian Kong ingin melihat Pangeran Hokong tidak dengan mata Helian Kong melainkan
dengan "mata Ek Beng-ti".
Beberapa hari kemudian, pembersihan para
gali yang dikatakan Pangeran Hok-ong itu pun
benar-benar dilaksanakan. Kota Lam-khia tibatiba saja seolah-olah dalam suasana perang.
Regu-regu prajurit yang kuat ada di simpangsimpang jalan, pintu-pintu kota, di sekeliling
rumah orang-orang penting. Berjaga dan
memeriksa orang-orang yang lewat di jalan.
Namun bukan itu saja. Selain regu-regu yang
berjaga juga ada regu-regu yang menyerbu ke
tempat-tempat yang diperkirakan menjadi
persembunyian para pembunuh bayaran. Dalam
510 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
regu-regu itu, setiap regunya terdapat setidaktidaknya lima prajurit yang bersenjata api.
Setiap kali melihat orang membawa senjata,
prajurit-prajurit itu menghentikannya, menyuruh
orang itu meletakkan senjatanya lalu mengikat
orang itu. Entah sedang di jalan, atau sedang
duduk di warung. Sebagian dari orang-orang bersenjata itu
memang ketakutan lalu menyerah untuk diikat,
sambil menjelaskan bahwa dirinya bukan
penjahat. Tetapi penjelasannya tidak membuat
prajurit-prajurit itu memperlunak perlakuannya.
Lebih untung yang menyerah, tetapi ada juga
yang melarikan diri, dan ini menjadi tugas para
penembak. Sebagian besar roboh diterjang
peluru, tetapi ada juga yang cukup cepat larinya,
berbelok ke gang yang berliku-liku.
Ada juga yang tidak menyerah dan tidak lari,
mereka menghunus senjata dan melawan. Maka di
antara para prajurit pun ada korban yang jatuh.
Di antara para penjahat juga ada yang
keterampilan berkelahinya cukup tinggi, mereka
berhasil membubarkan kepungan para prajurit
bahkan membunuh dan melukai banyak prajurit.
511 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Dengan begitu, perkelahian terjadi di segala
sudut kota. Gemerincing senjata tajam yang
beradu, letusan bedil, teriakan dari kedua pihak.
Di suatu jalanan terbuka, terlihat Cong Liu
sedang dikejar serombongan prajurit. Larinya
sudah agak sempoyongan, sebab belakang
pundaknya terkena tembakan. Meski sempoyongan, ia berlari-lari di kolong-kolong
sempit yang berkelok-kelok agar tidak gampang
dikejar para prajurit. Namun karena luka-lukanya, Cong Liu makin
lambat larinya, maka pengejarnya makin dekat.
Di tengah-tengah para prajurit itu nampak tiga
orang muda yang tidak berseragam prajurit tetapi
ikut mengejar, sambil mengacung-acungkan
pedang. Tiga orang itulah yang menamakan diri
masing-masing Keng-thian-kiam (Pedang Pengguncang Langit) Oh Yang-hi, Kai-san-kiam
(Pedang Peruntuh Gunung) Po Boan-seng serta Lohai-kiam (Pedang Pengaduk Lautan) Song Sin-pa.
Rupanya pihak militer tahu kalau di antara
penjahat-penjahat yang akan mereka gropyok itu
512 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
ada yang berilmu tinggi, maka pihak militer juga
meminta bantuan para pendekar.
Tiba di sebuah lorong yang kiri kanannya ada
dinding tinggi, agaknya Cong Liu hampir tidak
kuat berlari lagi. Pengejarnya makin dekat.
Saat itulah sesosok tubuh melompat turun
dari atas tembok, langsung menerjang ke arah
prajurit. Di tangan orang itu hanya ada sepotong
kayu yang asal dipungut entah dari mana, namun
potongan kayu itu menjadi senjata yang
berbahaya. Beberapa prajurit langsung roboh,
namun tidak ada yang tewas.
Prajurit-prajurit yang membawa senjata api,
tidak sempat membidik sebab bedil-bedil mereka
tahu-tahu sudah beterbangan di udara dan jatuh
di tempat jauh. Cong Liu menyandarkan punggungnya di
tembok, terengah-engah memperbaiki napasnya,
tatapan matanya yang nanar itu melihat siapa
yang menolongnya, dan ia mengenalnya.
"Ek Beng-ti....." desisnya.
Helian Kong yang sedang tampil sebagai Ek
Beng-ti itu memang punya tujuan dengan
penampilannya itu. Ia ingin kembali memasuki
513 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"arus bawah tanah" untuk mencoba mencari ada
apa di balik pengunduran diri Pangeran Hok-ong,
dan Cong Liu hendak Helian Kong jadikan batu
loncatan untuk masuk kalangan bawah tanah itu.
Kemudian waktu Helian Kong melihat di
antara para prajurit itu ada tiga "pendekar muda"
dengan julukan yang seram-seram itu. Helian
Kong muncul niat sampingannya. Yaitu ingin
menghajar ketiga orang itu, bukan karena benci,
justru karena sayang kalau sampai ketiga orang
itu kelak terbunuh oleh orang lain. Kalau jatuh ke
tangan Helian Kong, hanya akan dibuat babakbelur agar kelak kapok main pendekarpendekaran, jadi malahan akan panjang umur.
Melihat betapa gampang "Ek Beng-ti"
merobohkan para prajurit, "tiga pendekar"
sebenarnya agak kaget juga. Tetapi kalau lari
terbirit-birit, mana bisa mendapat nama di Lamkhia" Dan kalau tidak mendapat nama, mana bisa
meraih masa depan cemerlang yang didambakan"
Oh Yang-hi yang beralis tebal itu melompat
ke depan "Ek Beng-ti" sambil membentak garang,
"Bandit dari mana ini, berani bertingkah di depan
514 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Kan-hun-kiam (Pedang Penggiring Sukma) Oh
Yang-hi?" Helian Kong tercengang, geli dalam hatinya,
"Lho, jadi julukannya sudah ganti" Kemarin masih
'pedang pengguncang langit' sekarang sudah jadi
'pedang pemburu sukma' dan besok entah apa
lagi. Benar-benar hebat daya khayal anak-anak
muda ini." Sementara Helian Kong belum bertindak, Si
"pedang penggiring sukma" sudah melompat
garang sambil membabatkan pedangnya ke leher
Si "bandit". Helian Kong hendak meneruskan "hajaran
mendidik"nya kepada anak-anak muda ini, maka
ia putuskan untuk bertindak keras. Secepat kilat
ia menunduk, tahu-tahu lengan Oh Yang-hi sudah
dipelintirnya dan tubuh pemuda itu dihempaskan
ke tembok sampai mukanya pucat dan
pandangannya berkunang-kunang. Pedangnya
berhasil direbut, lalu dipatah-patahkan.
Kata Helian Kong dingin, "Pedang penggiring
sukma" Sukma apa" Hei anak-anak muda, kau bisa
ganti julukan hebat sehari sepuluh kali, tetapi
sekali nyawamu amblas takkan ada gantinya."
515 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Prajurit-prajurit yang membawa senjata api, tidak sempat
membidik sebab bedil-bedil mereka tahu-tahu sudah
beterbangan di udara dan jatuh di tempat jauh.
516 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Si pedang peruntuh gunung" Po Boan-seng
sudah menggigil lututnya melihat kakakseperguruannya dihempaskan ke tembok hanya
dalam segebrakan saja. Ingin kabur tetapi malu,
terpaksa dengan sikap digagah-gagahkan, ia
bertanya, "Sobat, dari rimba hijau, perkenalkan
namamu. Namaku sendiri Po Boan-seng,
berjulukan Jian-lui-kiam (Pedang Seribu Halilintar)." "Astaga, jadi kau pun sudah ganti julukan?"
Sementara "pendekar" ketiga tidak mau
kalah, "dan akulah Song Sin-pa, kawan-kawan
rimba persilatan menghargaiku dengan sebutan
Bu-ing-kiam (Pedang Tanpa Bayangan)."
Helian Kong geleng-geleng kepala sambil
tertawa, "Kalian sudah memperkenalkan diri,
baik, aku pun perkenalkan diriku. Namaku Ek
Beng-ti. Belum punya julukan. Tolong kalian yang
karangkan julukan bagiku, sebab kelihatannya
kalian pintar mengarang julukan. Yang kedengarannya dahsyat, begitu, berlebih-lebihan
tidak apa-apa." Agaknya para "pendekar" itu merasa agak
disindir juga. Tapi mereka tidak peduli. Po Boan517
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
seng dan Song Sin-pa kemudian menyerang
serempak dari kiri kanan. Tetapi mereka kaget
karena sasarannya tiba-tiba seperti menghilang
begitu saja. Belum sempat mereka memperbaiki posisi,
juga belum sempat melihat posisi baru lawan
mereka, tahu-tahu mereka merasa tengkuk
mereka dicengkeram lalu bersamaan mereka
"terbang" terhempas tembok.
Helian Kong merasa hajaran itu cukup buat
mereka, berharap mudah-mudahan mereka
bertiga mengesampingkan cita-cita menjadi
pendekar top dan jadi orang biasa saja, hidup
damai sampai ke anak cucu.
Helian Kong lalu meninggalkan para prajurit
dan tiga "pendekar" yang bergelimpangan sambil
mengaduh-aduh di lorong itu. Ia mendekati Cong
Liu, saudara tua dari "Sepasang Serigala" itu, dan
bertanya, "Saudara Cong, parahkah luka-lukamu?"
Cong Liu nampak begitu lega bahwa yang
menolongnya adalah Ek Beng-ti yang sudah
dikenalnya, meski belum lama. Katanya lemah,
"Syukur kau datang, Saudara Ek. Kalau tidak tentu
518 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
aku sudah mampus dicincang mereka. Belakangku
tertembak." Helian Kong memeriksa lukanya, lalu
berkata, "Untung tidak dekat jantung, Saudara
Cong. Tetapi kau harus diobati. Katakan, ke mana
aku harus membawamu?"
Tanpa kentara, Helian Kong ingin memasuki
tempat di mana para manusia sejenis Cong Liu itu
berkumpul. Tanpa curiga sedikit pun karena menganggap
Helian Kong sebagai "sesama bandit" yang juga
sedang diuber-uber prajurit. Jawabnya, "Ke
bagian utara kota nanti kutunjukkan tempatnya.
Hati-hati, jangan sampai bertemu kunyuk-kunyuk
berseragam itu." "Mari kugendong kau, Saudara Cong."
Helian Kong lalu menggendong Cong Liu
menuju ke bagian utara kota.
Sambil digendong, Cong Liu bertanya- tanya,
"Kemana saja kau pergi dalam beberapa hari ini,
Saudara Ek" Kami mencari-carimu untuk diajak
melakukan operasi besar."


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sahut Helian Kong dengan lagak pembunuh
bayaran tulen, "Aku ada order di tempat agak
519 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
jauh dari Lam-khia. Sialan. Sasarannya alot,
bayarannya sedikit. Eh, operasi besar apa yang
dilakukan di sini" Apa aku masih bisa ikut" Aku
sedang butuh uang nih."
Jawab Cong Liu, "Sudah terlambat. Operasi
itu sudah gagal. Seandainya kau ikut, Saudara Ek,
barangkali nasib kami takkan seapes saat itu.
Adikku Cong Seng tertangkap, teman kita Hap Yuhoat ....."
"Si Golok Kepala Setan?"
"Ya, ya, ternyata kau masih ingat. Teman
kita waktu kita sama-sama menyatroni Helian
Kong itu. Dia tertangkap juga. Sedangkan teman
kita Giam Bin-tong malahan terbunuh."
Mendengar keterangan itu, Helian Kong
sudah tahu "operasi besar" apa yang dimaksud,
tentunya adalah penghadangan Jenderal The Ciliong. Tetapi Helian Kong pura-pura belum tahu
dan bertanya, "Operasi besar apa, Saudara Cong?"
Tanpa menyadari siapa yang sedang
menggendongnya, Cong Liu pun bercerita, "Kami
diberi order untuk mencegat dan menghabisi
nyawa Jenderal The Ci-liong. Kalau berhasil
upahnya besar." 520 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Sayang aku tidak ikut."
"Bukan sayang, tapi untung, Saudara Ek.
Rupanya rencana kami itu bocor, entah kenapa.
Pihak yang kami hadang menyediakan Jenderal
The Ci-liong gadungan yang lihainya bukan
kepalang, bukannya kami berhasil, malahan
sebagian dari kami terbunuh dan tertangkap, aku
sendiri untung bisa lolos."
Jilid X "Jenderal The Ci-liong gadungan?"
"Betul." "Luar biasa lihainya?"
"Betul." "Jangan-jangan Helian Kong?" waktu Helian
Kong mengucapkan itu, mau tak mau terasa geli
juga dalam hati. Mempopulerkan diri sendiri.
"Barangkali saja memang dia. Sekarang ini
aku lagi susah memikirkan nasib Adikku. Entah
penderitaan macam apa saja yang dia alami di
tangan orang-orangnya Pangeran Hok-ong."
521 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Aku juga turut prihatin, Saudara Cong,"
sahut Helian Kong sekenanya. "Eh, siapa pemberi
order itu?" "Au Ban-hoa. Mudah-mudahan dia disambar
geledek. Dia hampir mencelakakan kami."
Diam-diam Helian Kong agak heran.
Bukankah Au Ban-hoa yang berjulukan Kang-thautiat-koai (Si Kepala Botak Bertongkat Besi) itu
kelihatannya orangnya Pangeran Hok-ong" Kenapa
menyewa para pembunuh bayaran untuk
membunuh Jenderal The Ci-liong" Tetapi kenapa
Pangeran Hok-ong juga mengirim pasukan pada
saat yang tepat untuk menyelamatkan Jenderal
The" Apakah tindakan Au Ban-hoa itu di luar tahu
Pangeran Hok-ong" Serangkaian pertanyaan yang bisa bercabangcabang itu memenuhi benak Helian Kong.
Sekaligus merangsang untuk mencari jawaban
yang pasti, tidak sekedar menduga-duga.
Tiba di bagian utara kota Lam-khia setelah
beberapa kali hampir berpapasan dengan reguregu prajurit, Helian Kong bertanya, "Saudara
Cong, di mana tempatnya?"
522 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Cari jembatan batu, turun ke bawah
jembatan. Sana, Saudara Ek, jalan ke sebelah
kanan." Setapak demi setapak Helian Kong menuruti
petunjuk Cong Liu itu, sampai akhirnya memasuki
sebuah terowongan air di bawah tanah yang saat
itu sedang tidak ada airnya. Terowongan air itu
dibuat di jaman Kaisar Kian-bun, mengalirkan
luapan air dari Lam-khia apabila sedang hujan
lebat agar kota Lam-khia tidak kebanjiran. Air
dialirkan ke tempat yang lebih rendah. Saat itu
terowongannya sedang kering, bahkan di sela-sela
batu-batunya yang tersusun itu ditumbuhi
rumput-rumput liar. Menurut petunjuk Cong Liu, Helian Kong
menggendong Cong Liu memasuki terowongan dan
di dalamnya ternyata ada belokan yang
menanjak, sampai di sebuah ruangan bawah tanah
yang luas. Ruang yang cukup bersih, di tempat itu
banyak orang berkumpul dengan wajah tegang
dan gelisah. Ada beberapa tubuh yang luka-luka,
bahkan ada yang terbaring diam tak bergerakgerak lagi.
523 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Melihat munculnya Helian Kong menggendong
Cong Liu, beberapa orang serempak berdiri
bersiap sambil memegangi senjatanya, tatapan
curiga ditujukan ke arah Helian Kong yang belum
mereka kenal. Cong Liu digendongan Helian Kong cepatcepat bicara, "Tenang, Sobat-sobat. Orang inilah
yang namanya Ek Beng-ti, yang pernah
kuceritakan kepada kalian. Orang yang pernah
menolongku, pernah mengalahkan Si Pedang
Buruk, dan kali ini pun dia menolongku kembali."
Beberapa orang mengendorkan sikap siaganya. Helian Kong pelan-pelan menurunkan
Cong Liu, membaringkannya lalu membuka
bajunya dan memeriksa luka-lukanya. Beberapa
orang berwajah garang yang belum Helian Kong
kenal, ikut membantu memeriksa pula.
Di ruangan itu, para pembunuh bayaran yang
biasanya saling bertentangan karena "berebut
order" maupun karena dibayar oleh "pemesan"
yang berbeda, namun kali ini mereka kompak
karena senasib. Di ruangan itu pula Helian Kong
melihat Si Walet Nyo Tiang-le yang pernah
berusaha membunuh Jenderal The, namun Helian
524 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Konglah yang saat itu menyamar sebagai Jenderal
The sehingga Nyo Tiang-le gagal. Saat itu Helian
Kong mengenali Nyo Tiang-le, tetapi Nyo Tiang-le
tidak mengenali Helian Kong.
Helian Kong melihat di tempat itu nampak
pula Jiat-so (Si Tali Maut) Duan Po, yang dulu
pernah berkelahi dengan kakak-beradik Cong Liu
dan Cong Seng alias Sepasang Serigala. Garagaranya, Duan Po dibayar untuk menyebarluaskan cerita lama yang menjelekkan Pangeran
Memanah Burung Rajawali 29 Nona Berbunga Hijau ( Kun Lun Hiap Kek ) Karya Kho Ping Hoo Pendekar Lembah Naga 7
^