Pencarian

Tamu Dari Gurun Pasir 22

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 22


Lalu terdengar jawaban Pek-tok Hui-mo: "Anak haram itu benar2 hebat, lohu hampir saja celaka di bawah tangannya. Tapi dia sendiri juga terluka parah".
Khiu-pan-po meski sudah tahu kalau Lim Tiang Hong sudah sembuh dari luka2nya, tapi ia tidak mau
memberitahukan hal ini kepada Pek-tok Hui-mo. Kemudian ia menanya soal lainnya: "Apakah Im Heng sudah berhasil mempelajari ilmu dari kitab Tat-mo-keng?"
"Hanya sedikit saja, dan bagaimana dengan ilmu Im-mo-keng yang kau pelajari, tentunya sudah mendapat banyak kemajuan?"
"Bukankah serupa saja".
Demikianlah dua orang itu sama2 tidak mau memberi keterangan yang sebenarnya, hingga dua2nya pada tertawa.
Kemudian terdengar pula suaranya Khiu-pan-po, "Kali ini Hong-lui-po mengeluarkan undangan kepada semua partai persilatan dari daerah Tionggoan, yang minta supaya setiap partai mengutus seorang yang terkuat sebagai wakil ciangbunjin, untuk datang ke barat, entah apa maksudnya?"
"Mudah saja ditebak. Hong-lui-po yang memang
mengandung maksud hendak pentang sayap ke daerah Tionggoan. Tindakannya kali ini tentunya ada mengandung dua maksud. Pertama hendak menguji ilmu kepandaian dari berbagai partai persilatan daerah Tionggoan, sampai dimanakah tingginya" Kedua ialah mereka ada
mengandung maksud keji, hendak membasmi orang2 kuat yang datang memenuhi undangan itu, supaya mengurangi 317
rintangan bagi Hong-lui-po, yang hendak tancap kaki ke Tionggoan".
"Kalau begitu, bagaimanakah akhirnya pertemuan ini nanti?"
"Dua2nya hancur!" tiba2 terdengar suara tertawa Pek-tok Hui-mo, dan kemudian melanjutkan perkataannya:
"Kekuatan Hong Lui-po meski sangat besar, tapi orang2
berbagai partai persilatan daerah Tionggoan, mempunyai riwayat sudah lama. Umpama binatang kelabang, meski sudah mati, tapi tidak kaku. Kalau Hong-lui-po hendak menundukkan mereka, mana ada begitu gampang....".
Kembali terdengar ketawanya terbahak bahak, lalu berkata pula: "Kali ini kita boleh menyaksikan saja sambil berpeluk tangan. Kalau mereka kedua belah pihak sudah lumpuh benar2, ilmu yang aku pelajari dan ilmumu sendiri mungkin juga sudah berhasil, saat itu apa bila kita turun tangan, bukankah sangat mudah sekali?"
Khiu-pan-po juga perdengarkan tertawanya. "Bagus!
Kiranya maksudmu membubarkan Thian-cu-kauw dan datang ke Hong-lui-po ini, bukanlah untuk menyingkiri musuh, melainkan ada mengandung lain maksud!"
"Sebagai laki2 harus berani bertindak, tapi juga harus berani tahan sengsara. Untuk sementara bernaung dirumah orang sambil menunggu kesempatan untuk bergerak, apa salahnya?"
Keduanya pada tertawa, barulah mereka meninggalkan kelenteng tersebut.
Lim Tiang Hong segera lompot keluar dari tempat persembunyiannya, ia hendak mengejar tapi ditarik oleh si orang tua.
318 "Apa perlunya kau kejar mereka" Tempat tujuan mereka toh Hong-lui-po juga!" demikian katanya.
Lim Tiang Hong terpaksa hentikan kakinya.
Orang tua ibu berkata lagi sambil tersenyum: "Sekarang seharusnya percaya perkataanku?"
"Sungguh tidak disangka kalau mereka ada
mengandung maksud begitu keji, Hm! berita ini telah terjatuh ditanganku, sudah tentu aku tidak dapat membiarkan mereka mencapai cita-citanya. Hong-lui-po yang hendak menjagoi dunia kang-ouw, sebelum
maksudnya tercapai mungkin bentengnya sendiri akan hancur berantakan"
Orang tua itu nampak gemetar, lama ia baru bisa membuka mulutnya: "Malam ini kita sudah harus masuk kebenteng Hong-lui-po, sehingga dimulainya pertemuan itu, tapi aku harap supaya kau ingat betul janjimu".
"Janjiku ada mempunyai satu kecualian, ialah: disaat Hong-lui-pocu hendak mencelakakan orang2 kuat dari daerah Tionggoan, tidak boleh tidak aku harus turun tangan. Aku tidak dapat menyaksikan orang2 itu mati secara konyol dengan berpeluk tangan saja.''
Menyaksikan sikap Lim Tiang Hong yang gagah berani itu, orang tua itu mendadak berubah sikapnya, dengan ramah tamah ia menepok pundak si anak muda dan berkata dengan suara lemah-lembut: "Tentang ini kau boleh legakan hatimu. Jika benar telah terjadi seperti apa yang kau kuatirkan, sudah tentu ada orang yang akan mencegahnya, agar jangan sampai terjadi bencana hebat, rasanya tidak perlu kau turut campur tangan!"
Hati Lim Tiang Hong tergerak mendengar perkataan itu.
Ia merasa bahwa orang tua di hadapan matanya ini bukan 319
saja sangat tinggi kepandaian ilmu silatnya, setiap perkataannya juga seperti ada mengandung maksud tersembunyi, benar2 sulit untuk diduga, siapakah sebetulnya orang tua itu" Dan ada hubungan apa dengan Hong-lui-po"
Dua orang itu menantikan datangnya malam di dalam kelenteng kecil itu, hingga hari sudah gelap betul barulah mereka berangkat menuju ke Hong lui-po.
Orang tua itu kini telah mengetahui bahwa ilmu lari pesatnya Lim Tiang Hong ternyata tidak di bawah kepandaiannya sendiri, maka dengan tanpa ragu2 lagi.
Begitu keluar dari kelenteng, segera kerahkan ilmu lari pesatnya, untuk melakukan perjalanannya.
Dalam waktu sekejap mata saja, di atas tanah yang putih karena salju, hanya tertampak melesatnya dua bayangan orang, yang makin lama makin jauh dan akhirnya menghilang ke dalam daerah pegunungan.
Lim Tiang Hong yang mengikuti jejak orang tua sangat aneh itu kira2 satu jam lamanya, telah tiba di suatu lembah yang dikitari oleh barisan gunung, setelah melalui sebuah rimba lebat, tibalah di suatu tempat yang merupakan sarangnya Hong-lui-po.
Lim Tiang Hong yang mempunyai daya penglihatan sangat tajam, segera dapat lihat bahwa tempat itu banyak terdapat pesawat jebakan yang dipasang oleh orang2 Hong-lui-po. Tapi orang tua aneh itu agaknya kenal betul keadaan tempat tersebut. Dengan jalan ber-liku2 sebentar ke kanan dan sebentar ke kiri, dengan tanpa banyak kesukaran telah tiba ke depan benteng Hong-lui-po.
320 Tempat tersebut meski dinamakan satu bentengan, tapi bangunannya mirip dengan istana kerajaan yang sangat megah.
Orang tua aneh itu mengajak Lim Tiang Hong kesuatu tempat sunyi. Dengan satu lompatan, dinding tembok kira2
3-4 tombak telah dilalui dengan mudahnya. Setelah melalui pula beberapa buah kamar, lalu menuju ke tengah sebuah bangunan yang tinggi besar.
Dalam bangunan itu nampak sunyi senyap, tiada
kelihatan seorangpun jua. Tapi disitu terdapat banyak patung dewa dan abu leluhur. Mungkin itu ada satu tempat pujaan bagi leluhur orang2 Hong lui-po.
Orang itu mengajak Lim Tiang Hong kesatu kamar, lalu berkata padanya dengan suara pelahan: "Seluruh bentengan ini penuh pesawat jebakan. Hanya di sini yang merupakan satu tempat yang paling tentram. Kau boleh istirahat sebentar, aku akan membuat sedikit hidangan".
Setelah itu ia lantas menghilang. Lim Tiang Hong merasa bahwa orang tua itu segala tindak-tanduknya sangat aneh. Terhadap keadaan dalam Hong-lui-po agaknya mengetahui dengan jelas. Entah peranan apa yang dipegang oleh orang tua itu di dalam kalangan Hong-lui-po! Tapi, satu hal yang ia boleh merasa lega, ialah orang tua itu tidak ada mengandung maksud jahat.
(dw^kz) 321 Jilid ke 6 Tidak antara lama, orang tua itu sudah balik kembali dengan membawa satu keranjang kecil yang penuh dengan barang hidangan.
Sambil tersenyum ia berkata: "Hidangan dalam
keranjang ini, cukup untuk kita makan dua hari, lekas makan! sehabis makan kita boleh beristirahat dan besok kita boleh bekerja lagi".
"Apakah malam ini kita tidak perlu bergerak?" tanya Lim Tiang Hong sambil mengganyang sepotong paha ayam.
"Beritanya toh sudah kita dapatkan, sudah tentu tidak perlu bertindak". jawabnya si orang tua sambil menganyang daging ayam, "para tamu dari berbagai partai daerah Tionggoan, besok mulai tiba. Menurut pandanganku, mereka pasti lebih dulu menjalankan peraturan menurut kebiasaan dunia kang-ouw, satu sama lain bertanding secara persahabatan untuk menguji kepandaian masing2, setelah dapat meraba kepandaian sebenarnya dari orang2
daerah Tionggoan. lalu menggunakan.... menggunakan....".
"Menggunakan akal rendah dan keji untuk membasmi mereka sekaligus, bukankah begitu maksudmu" Hm!...."
memotong Lim Tiang Hong. "Ucapanmu memang benar, tapi entah akal apa yang mereka hendak gunakan" Menurut dugaanku, mungkin akan menggunakan 'Ngo-pou-bie-hun-cian-jit-cui!"
"Barang apakah itu?"
"Ini ada sebuah pohon yang hanya terdapat di daerah barat saja. Daun pohon itu dicampuri dengan beberapa ramuan obat, menjadi semacam bubuk halus. Kalau ditebar 322
di tengah udara, tiada kelihatan bentuknya atau baunya, hanya sedikit bau arak harum. Bau itu begitu masuk ke dalam hidung manusia maupun binatang, tidak peduli betapa kekuatan tenaga dalam orang itu, dalam lima langkah, pasti akan mabuk dan jatuh tidak ingat dirinya lagi. Jika tidak diobati dengan menggunakan obat yang khusus untuk memunahkan obat mabuk itu, baru akan mendusin setelah seribu hari".
"Suatu perbuatan yang sangat rendah dan memalukan, besok pagi aku pasti akan membuka rahasia mereka, kemudian aku ubrak-abrik sampai puas".
"Kau tidak perlu tergesa-gesa, itu hanya dugaanku saja, belum tentu mereka akan berbuat demikian. Lagipula, Hong-lui-po ada mempunyai banyak orang kuat. Kalau sampai terjadi pertarungan hebat, dalam pertempuran itu entah berapa banyak jiwa akan melayang, bukankah itu akan menyia-nyiakan maksud kita yang hendak
menyelesaikan pertikaian itu" Kau bo!eh legakan hatimu, pada saatnya aku sudah tentu mempunyai akal untuk membereskan soal ini".
Lim Tiang Hong diam, tapi terus memikirkan soal tersebut.
Selagi keduanya duduk diam, mendadak terdengar desiran angin yang meniup pakaian. Lim Tiang Hong yang mempunyai daya pendengaran amat tajam, segera
dongakan kepala dan berkata: "Ada orang jalan malam masuk ke dalam benteng!"
"Malam ini keadaan benteng Hong-lui-po memang amat gawat. Tapi ini ada gerakan orang Hong-lui po.'' jawabnya si orang tua sambil gelengkan kepala.
323 "Bagaimana kalau kita pergi melihatnya?" berkata Lim Tiang Hong sambil lompat bangun.
Orang tua itu nampak bersangsi sejenak, kemudian baru berkata: "Keluar untuk melihat saja, boleh sih boleh tapi kau harus pegang janjimu, tidak boleh turun tangan. Selain daripada itu, ada dua patah perkataan, kau harus ingat baik2: ketemu warna merah jangan maju, berjumpa dengan warna hijau belok kekanan, warna putih tanda aman, warna hitam tanda kematian"
"Semuanya ku akan turut!" jawabnya, dan kemudian ia melesat keluar dari lubang jendela, lalu melayang turun dari sebuah loteng tinggi 4-5 tombak. Orang tua itu juga bergerak mengikuti padanya. Dengan menggunakan ilmunya meringankan tubuh, mereka mengitari seluruh benteng. Orang tua itu mendadak hentikan kakinya. Sambil menunjuk loteng merah ia berkata: "Itu adalah tempat kediaman Pocu. Merupakan tempat terpenting dari benteng Hong-lui-po. Di situ terdapat banyak pesawat jebakan.
Sembarang orang sukar untuk melaluinya"
Tapi sebelum habis ucapannya, mendadak tertampak sesosok bayangan orang melesat keluar dari jendela, seolah2 seekor kuda terbaik bayangan orang itu setelah melakukan gerakan memutar, lalu melayang ke arah tenggara.
"Eh"! Siapakah orang itu?" berseru orang tua itu.
Dengan tanpa mengajak Lim Tiang Hong lagi, ia lantas bergerak, mengejar bayangan orang tadi.
Selagi Lim Tiang Hong masih belum mengambil
keputusan, kembali ada dua bayang orang keluar dari loteng dan melayang keluar benteng. Gerakan dua orang yang tersebut belakangan ini meski juga sangat pesat, tapi kalau 324
dibanding dengan bayangan orang yang pertama, masih kalah setingkat.
Lim Tiang Hong lalu pasang mata, lapat2 seperti dapat lihat bahwa dua bayangan orang itu satu adalah seorang wanita muda cantik dan seorang perempuan tua yang rambutnya sudah putih semua laksana perak. Hatinya lalu bercekat, karena gerakan badan wanita itu ia rasa seperti pernah kenal.
Dua wanita itu dengan cepat sudah berada di bawah tembok warna merah dan wanita muda itu selagi hendak melalui tembok tersebut, mendadak terdengar suaranya perempuan tua rambut putih: "Jangan lewat dari situ!"
Wanita muda itu ketika mendengar perkataan itu, lalu balikkan badannya yang sudah lompat tadi ke arah kanan, kemudian lompat miring sejauh tujuh kaki.
Tepat pada saat wanita muda itu tiba2 ke kanan, dari dalam tembok warna merah tadi melesat keluar segumpal awan warna merah, mengurung tempat dimana wanita muda tadi telah bergerak, hanya selisih kira2 dua kaki Saja, awan merah itu akan menutup kepala wanita muda itu, hingga Lim Tiang Hong yang menyaksikan semua kejadian itu merasa kuatir keselamatan wanita muda tadi.
Tapi perempuan tua rambut putih itu sudah mundur, segera kebutkan lengan bajunya yang lantas
menghembuskan angin dingin, meniup angin merah tadi, hingga membuat sebagian dari awan merah tadi jatuh ke dalam tembok.
Setelah terdengar suara jeritan kaget dari dalam tembok itu mendadak melompat keluar sepuluh lebih orang laki2
berpakaian kulit warna merah. Satu diantaranya lantas 325
keluarkan suara bentakan: "Sahabat dari mana berani mati malam2 masuk ke Hong-lui-po?"
Orang2 itu lalu menerjang dua wanita tadi dengan senjata masing2.
Orang2 berpakaian kulit berwarna merah itu ternyata adalah orang2 Hong-lui-po yang sudah terlatih baik. Begitu turun tangan, segera menggunakan barisan pedang. Dalam geiap seperti malam ini, hanya tertampak kelebatnya sinar pedang yang berkilauan!
Wanita rambut putih itu perdengarkan suara ketawa dingin, kemudian berkata: "Dengan mengandal beberapa potong besi karatan ini, adakah kalian kira mampu mengurung diriku?"
Sepasang tangannya lalu dipentang. Dengan gaya seperti burung elang hendak menyambar ayam, mendadak
lengannya diputar laksana titiran, hingga mengeluarkan angin santer, kemudian dengan cara itu ia nerobos masuk ke dalam rombongan orang2 Hong-lui-po, sekejap kemudian lantas terdengar suara jeritan ber-ulang2.
Sepuluh lebih orang2 Hong-lui-po yang berpakaian kulit berwarna merah, dalam waktu sekejapan saja sudah pada rubuh bergelimpangan.
Setelah itu, sesosok bayangan orang sambil
perdengarkan suara ketawa dingin, nampak melesat tinggi dan tidak antara lama sudah menyusul wanita muda cantik itu dan menghilang ke tempat gelap melalui tembok luar.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan itu semua lantas berkata dengan perasaan heran: "Perempuan tua itu entah siapa" Mengapa perbuatannya begitu ganas?"
326 Selagi hendak maju melihat keadaan orang2 Hong-lui-po yang sudah pada binasa itu tiba2 datang lagi beberapa orang yang datang untuk menolong kawan2nya yang mati atau terluka. Beberapa diantara mereka setelah menyaksikan keadaan kawan2nya lantas berseru: "Ini adalah perbuatannya orang Ban-ciong-mu dari Lam-bong, lekas beritahukan kepada Pocu, sudah ada orang dari Lam-bong yang menyelundup masuk ke Hong-lui-po!"
Mendadak terdengar suara orang menegur: "Ada urusan apa begitu ribut tidak keruan?"
Matanya lalu mengawasi beberapa orang yang sudah mati, kemudian berkata pula sambil ketawa dingin: "Hanya urusan sekecil ini saja, juga perlu melaporkan kepada Pocu.
Sesungguhnya tidak patut dipuji, lekas kubur saja!"
Beberapa orang yang datang duluan, agaknya sangat takut terhadap orang itu. Berulang-ulang mereka mengatakan baik baik, lantas pergi memondong beberapa jenazah yang menggeletak di tanah, kemudian dibawa pergi.
Lim Tiang Hong memperhatikan keadaan orang itu, ternyata adalah seorang laki2 mulut monyong, pelipisnya sangat menonjol tinggi, sepasang matanya bersinar tajam, tapi sikapnya sangat dingin.
Orang itu mengawasi saja keadaan sekitarnya sejenak, lalu lompat melesat ke arah loteng genteng merah.
Lim Tiang Honglantas juga bergerak,ia hendak
menguntit gerakan orang itu, tapi mendadak satu tangan yang kuat menekan pundaknya kemudian terdengar suara orang di belakangnya: "Harap kau suka pegang janjimu, jangan bergerak sembarangan! sudah waktunya kita pulang"
327 Tidak usah diduga, bahwa orang yang menghalangi maksudnya itu sudah tentu adalah itu orang tua yang sepak terjangnya sangat aneh. Ia tidak memberikan kesempatan bagi Lim Tiang Hong untuk membuka mulut, sudah ditarik dan diajak pulang ke tempat mereka sembunyikan diri.
Setiba di tempat perabuan itu, Lim Tiang Hong pura2
tidak senang, ia berkata dengan suara agak marah.
"Mengapa kau selalu menghalangi aku?"
Dengan nada seperti membujuk anak kecil, orang tua itu menjawab sambil tersenyum: "Malam ini kau sudah melihat begitu banyak apakah masih belum merasa puas"
Besok kau akan dapat lihat lebih banyak keramaian lagi!"
Lim Tiang Hong gelengkan kepala, tapi ia tidak menjawab.
Orang tua itu mendadak berkata pula sambil menghela napas panjang "Dulu lohu selalu beranggapan, bahwa kepandaian ilmu silat daerah barat cukup untuk menandingi ilmu kepandaian silat daerah Tionggoan. Baru tahu bahwa perbedaan itu masih jauh sekali!....".
Lim Tiang Hong tidak tahu apa yang dimaksud oleh orang tua itu, maka ia diam saja, dengan mata terbuka lebar mengawasi padanya.
Setelah terdiam sekian lama orang tua itu berkata lagi:
"Dari kepandaian ilmu meringankan tubuh itu orang yang barusan lohu kejar, dengan sejujurnya, lohu sedikitpun tidak menempil kepandaian orang itu".
Lim Tiang Hong sejak kenal dengan orang tua itu, ia tahu benar bahwa kepandaian orang tua itu sangat tinggi sekali. Tapi ia telah mengatakan demikian, dapat diduga, bahwa orang yang datang itu tentunya bukan orang 328
sembarangan, maka ia segera menanya: "Apakah kau dapat lihat, bagaimana wajahnya orang itu?"
"Aku hanya dapat lihat dari belakangnya saja, ia ada seorang berdandan seperti satu pelajar, perawakannya tinggi".
"Oh! mungkin dia si orang tua".
"Apa kau kenal padanya?".
Lim Tiang Hong tahu telah kelepasan omong baru2
menjawab sambil ketawa hambar: "Aku hanya menduga-duga saja".
Sebetulnya ia memang tahu benar, dalam rimba
persilatan pada dewasa itu, kecuali ayahnya sendiri, mungkin tiada orang lagi yang dihargakan begitu tinggi kepandaiannya oleh orang tua aneh itu.
Saat itu, kentongan malam sudah berbunyi tiga kali, orang tua itu mendadak teringat sesuatu, ia lalu berkata:
"Aku sangat kuatir kalau2 besok pagi benar2 akan digunakan obat mabuk, Ngo-pou-bie-hun-cian-jie-cui, kau mengasolah dulu, lohu akan pergi sebentar.''
Sehabis berkata ia lantas melesat keluar melalui jendela, hingga sekejap saja sudah tidak kelihatan.
Lim Tiang Hong merasa bahwa orang tua itu, sepak terjangnya sangat aneh. Ia keluar masuk dalam benteng Hong-lui-po seperti di rumahnya sendiri. Ia menduga orang tua itu kalau bukannya orang tingkatan tua dari Hong-lui po, setidak tidaknya tentu ada mempunyai hubungan erat dengan orang2nya.
Mendadak ia teringat loteng genteng merah. Di situ tentunya ada tersimpan rahasia apa2 mengenai benteng Hong-lui po. Jikalau tidak, tidak nanti itu laki2 berpakaian 329
pelajar dan itu dua wanita sampai begitu perlu datang ke tempat tersebut. Barusan karena ia sendiri dihalangi oleh orang tua aneh itu, maka tidak mendapat kesempatan untuk pergi melihat dan kini setelah orang tua itu berlalu dari sampingnya, mengapa tidak pergi melihat ke sana"
Setelah mengambil keputusan, ia lantas lompat keluar melalui jendela, lari menuju ke loteng genteng merah itu.
Benteng Hong-lui-po, di daerah barat merupakan suatu tempat, keramat, jadi jarang ada orang berani masuk ke dalamnya. Barusan tiga orang itu ternyata bisa masuk secara leluasa. Pertama karena kepandaiannya yang sudah sangat tinggi dari ketiga orang itu. Kedua karena penjaganya agak lalai, sebab dianggapnya selama itu tiada orang yang berani masuk ke Hong-lui-po. Tapi setelah datangnya tiga tetamu yang tidak diundang itu, orang2
Hong-lui-po lantas bergerak semua. Penjagaan diperkuat maka tindakan Lim Tiang Hong itu se-olah2 masuk sendiri ke dalam perangkap.
Baru saja ia mendekati loteng tersebut, tiba2 terdengar suara orang tertawa aneh, kemudian disusul munculnya dua bayangan orang yang segera memegat padanya sembari berkata: "Bocah, sungguh besar nyalimu, rangon In-yan-kok apa kau kira dapat kau masuki secara sesukamu saja?".
Dua orang itu adalah Thian-cao Suncu dan Pak-kek Suncu, yang masing2 sudah dikenal olehnya.
Meski dua orang kuat dari Hong-lui-po itu sudah pernah menjadi pecundangnya, tapi karena saat itu ia ada memakai kedok kulit manusia, maka tidak dapat dikenali oleh mereka.
Lim Tiang Hong sungguh tidak menduga hahwa baru saja ia bertindak sendirian, perbuatannya sudah dipergoki 330
oleh dua jago kuat itu. Dalam kagetnya, ia lantas menjawab sambil ketawa: "Hong-lui-po toh bukan sarangnya naga atau gua harimau. Tuan mudamu kalau mau datang apa salahnya?"
Thian-cao Suncu yang adatnya sangat berangasan, lantas membentak dengan suara keras: "Kalau begitu kau sudah bosan hidup!"
Ia lalu angkat tangannya yang panjang, dengan
dibarengi oleh hembusan angin keras menyerang si anak muda.
"Jiwamu yang baru lolos dari lubang jarum kini masih coba berlagak gagah!'' berkata Lim Tiang Hong sambil ketawa panjang. Kemudian ia ulur tangannya, dengan menggunakan tenaga 7 bagian, ia sambuti serangan Thian-cao Suncu.
Setelah kedua kekuatan saling beradu, Thian-cao Suncu lantas terdorong mundur sampai lima tindak, baru bisa berdiri tegak.
Sungguh tidak nyana bahwa satu anak muda yang di dalam matanya tidak berarti apa2, ternyata ada mempunyai tenaga dalam hebat. Dalam kagetnya kembali ia marah2
dengan keluarkan geraman hebat, ia lantas lompat menerjang.
Dilain pihak, senjata payungnya Pak-kek Suncu juga sudah bergerak, menyerang jalan darah 'Hian-kie', 'Kie-kuat'
dau 'Ciang-thay' di badan Lim Tiang Hong.
Dengan menggunakan ilmunya Sam-sam-po-hoa, Lim Tiang Hong berputaran untuk menghindarkan serangan payung Pak-kek Suncu.
331 Sambil ketawa terbahak-bahak ia berkata: "Kau juga menjadi pecundangku, sekarang tuan mudamu tidak mempunyai kegembiraan untuk ber-main2 denganmu, lain hari main2 lagi!"
Ia lantas menotol kakinya, melesat tinggi ke atas.
Mendadak dari tempat jauh, terdengar suara orang berkata: "Kedatangan tamu dari tempat jauh, aku si orang she Kouw lalai menyambut, mengapa hendak pergi lagi?"
Dari atas loteng genteng merah itu lalu melayang turun satu bayangan orang. Dengan satu serangan tangan kosong, orang itu melancarkan serangannya kepada Lim Tiang Hong. Serangannya orang itu ternyata ada demikian hebatnya, sebelum hembusan angin sampai, sudah membuat orang susah bernapas.
Lim Tiang Hong terperanjat. Sambil lekukkan lututnya, satu tangannya diangkat ke atas, sedang badannya lantas melesat ke samping sejauh lima kaki, kemudian melayang turun ke bawah. Ketika ia mengawasi orang yang menyerang padanya, bukan lain daripada itu orang yang mulutnya monyong dan berpakaian baju panjang.
Gerakan orang itu ternyata gesit sekali, baru saja Lim Tiang Hong dapat berdiri, orang itu sudah berada di depannya.
Sambil mengangkat tangan memberi hormat orang itu berkata: "Tuan siapa" Ada keperluan apa tengah malam buta datang ke Hong-lui-po?"
Lim Tiang Hong dongakan kepala, ia menjawab dengan nada dingin: "Hanya untuk belajar kenal dengan kepandaian ilmu silat Hong-lui-po".
332 Orang itu nampak sedikit terperanjat, mendadak ia tertawa terbahak-bahak dan berkata pula: "Aku yang rendah adalah Kouw Sam, sekarang ini menjabat jabatan Cong-koan (kepala pengurus) Hong-lui-po. Dengan sikapmu yang gagah berani ini, sudah cukup membuat aku si orang she Kouw merasa kagum. Entah tuan ada orang kuat dari golongan apa?"
"Sekedar main2 saja, buat apa harus menyebutkan nama segala".
"Kalau begitu, apakah tuan anggap bahwa aku si orang she Kouw tidak ada harga untuk belajar kenal denganmu?"
Lim Tiang Hong yang sengaja hendak membikin marah orang itu, lantas berkata sambil ketawa terbahak-bahak
"Begitulah kiranya".
Orang she Kouw ini, sejak kanak2 sudah mendapat pengalaman gaib. Ia dapat latihan pelajaran ilmu golongan Kim-bun dari jaman kerajaan Tay-chong kepandaiannya hanya di bawah Pocu seorang saja. Oleh karenanya, maka ia sangat sombong, tidak pandang mata orang lain. Orang2
dalam Hong-lui-po semua memanggil padanya Souw Sam-ya, karena kepandaian dan kedudukannya yang sangat tinggi, biasanya jarang sekali menguji kepandaiannya dengan orang lain.
Kini setelah diejek oleh Lim Tiang Hong, seketika lantas naik darah, sambil ketawa dingin ia berkata: "Aku si orang she Kouw, karena pandang kau sebagai tetamu, maka berlaku merendah terhadap kau. Tidak nyana begitu jumawa, baiklah! kalau kau pandang dirimu sendiri terlalu pandai, aku si orang she Kouw ingin main2 beberapa jurus denganmu".
333 Ia berhenti sejenak, kemudian berkata pula dengan suara keras: "Majulah! kalau dalam tiga jurus kau bisa lolos dari bawah tanganku, aku Kou Sam-ya bukan terhitung congkoan dari Hong-lui-po".
Lim Tiang Hong berkata dengan acuh tak acuh: "Aku lihat sebaiknya sudahi saja. Jika dalam tiga jurus kau tidak dapat mengalahkan aku, bukankah kau akan kehilangan sesuap nasimu" Aku tidak suka berbuat begitu keterlaluan".
Kouw Sam rasanya sudah hampir meledak dadanya.
Dengan mata beringas, ia kerahkan kekuatannya dikedua tangan. Mendengar perkaan itu, ia semakin gusar, sambi!
membentak dengan suara keras, ia lantas melakukan serangan.
Serangannya itu ternyata tidak mengandung hembusan angin, juga tidak kelihatan bertenaga. Tapi, serangan semacam itulah justru yang tidak boleh dipandang ringan.
Lim Tiang Hong di luarnya nampak tenang2 saja, tapi diam2 ia sudah kerahkan ilmunya Sian-thia-cin-it-khie-kang. Selagi hendak menyambuti serangan tersebut, mendadak hatinya tergerak, maka ia lantas berpikir "Aku benar2 gelo, kedatanganku ini hanya menyelidiki keadaan dalam loteng genteng merah itu, bukan untuk berkelahi, mengapa harus bertempur dengannya?"
Oleh karena berpikir demikan, maka ia lantas geser kakinya, mendadak lompat mundur sampai lima kaki.
Siapa nyana gerakan Kouw Sam-ya tadi ternyata cuma merupakan satu tipu saja, yang dapat digunakan untuk memancing lawannya, tapi juga dapat digunakan untuk melakukan serangan benar2. Ketika badannya Lim Tiang Hong baru bergerak, ia sudah mengikuti jejaknya, 334
kemudian dengan secara tiba2 bayangan tangan orang she Kouw itu sudah mengancam kepala anak muda itu.
Lim Tiang Hong dapat merasakan bahwa serangan
orang she Kouw ini ternyata sangat luar biasa anehnya.
Jalan darah di sekujur badannya seolah olah di bawah ancaman serangannya. Sekalipun hendak menyingkir kemana saja, rasanya sukar untuk meloloskan diri dari ancamannya, hingga diam2 ia merasa kaget.
Karena gerakan itu terjadi di luar dugaannya, maka seketika itu timbullah pikirannya hendak menguji kepandaian orang she Kauw itu.
Kedua tangannya lalu diangkat ke atas. Badannya memutar dengan cepat, dalam keadaan memutar itu, sekaligus ia melancarkan serangan sampai tujuh kali.
Setelah terdengar suara beradunya kekuatan dua pihak, dua orang itu lantas memisahkan diri dan berhadapan satu sama lain.
Saat itu, orang she Kauw itu sudah tidak berani bersikap sombong lagi. Dengan perasaan ter-heran2 ia mengawasi Lim Tiang Hong. Karena serangannya pertama yang menggunakan tipu gerakan yang paling ampuh tadi, tidak mendapatkan hasil yang diharapkan.
Lim Tiang Hong juga nampak sungguh2 dengan sinar mata tajam ia mengawasi lawannya.
Dalam waktu sekejap saja, suasana lantas menjadi tegang. Kedua pihak sama2 mengerti, bahwa satu sama lain telah menemukan lawan kuat selama itu. Kalau nanti pertandingan itu dilangsungkan lagi, pasti akan terjadi pertempuran mati2an.
335 Tepat pada saat demikian, tiba2 terdengar suara siulan nyaring, dari atas loteng genteng merah tampak melayang turun lima bayangan orang, dengan per-lahan2
menghampiri Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang menyadari bahwa dirinya berada dalam sarang harimau, meski sedang menghadapi musuh kuat, tapi mata dan telinganya tetap waspada. Dari suara siulan tadi, ia sudah dapat menduga bahwa orang yang akan datang itu kalau dibanding dengan orang she Kauw ini, ternyata masih lebih tinggi satu tingkat, maka diam2
hatinya berdebar. 00dw00kz00 Bab 58 DALAM rombongan lima orang itu, satu diantaranya yang berjalan paling depan, ada seorang laki2 berusia kira2
empatpuluh tahunan. Wajahnya tampan, pakaiannya perlente, tangannya memegang kipas bergagang emas, yang kala itu sedang di-kibas2kan. Di balik wajah yang tampan itu, ternyata ada tersembunyi wataknya yang angkuh, dingin dan kejam. Di belakang laki2 itu diikuti oleh empat wanita keturunan Wie-ngo, yang masing2 membawa pedang di punggungnya.
Rombongan orang itu setiba di kalangan, tampak Pak-kek dan Thian-cao Suncu segera berdiri tegak memberi hormat. Sedang Kauw Sam-ya juga segera tarik kembali sikapnya yang sombong. Ia juga segera memberi hormat kepada laki2 yang baru tiba itu.
Laki2 berpakaian parlente itu hanya anggukkan
kepalanya untuk membalas hormat. Kemudian dengan 336
sinar mata tajam ia mengawasi Lim Tiang Hong dan menegurnya: "Tuan dengan seorang diri pada waktu tengah malam buta seperti ini telah masuk ke Hong-lui-po. Dengan keberanianmu ini saja, sudah cukup membuat aku Bo-yong Pek merasa sangat kagum. Entah tuan ada orang kuat dari partai persilatan apa di daerah Tionggoan?"
Sambil ketawa dingin Lim Tiang Hong menjawab:
"Kalau dugaanku tidak keliru, tuan ini tentunya adalah Pocu dari Hong-lui-po yang namanya amat kesohor di daerah barat. Aku yang rendah cuma merupakan salah satu siauwcut (perajurit kecil) dalam dunia kang-ouw, buat apa perlu menyebutkan nama" Sedang kedatanganku ke barat ini, se-mata2 hanya hendak minta keterangan beberapa soal kepada tuan".
Bo-yong Pek, Pocu dari Hong-lui-po itu, meski dalam hati merasa sangat mendongkol, tapi biar bagaimana ia ada sebagai ketua dari satu perkumpulan besar yang ternama, sudah tentu harus memegang derajatnya.
"Silahkan, aku Bo-yong Pek nanti akan perhatikan dengan seksama.'' demikian sahutnya.
"Pertama, To-liong Kongcu dari Hong-hong-tie dengan Hong-lui-po se-olah2 air sungai yang tidak mengganggu air sumur, mengapa Hong-lui-po mengutus orang2nya
menyerang padanya, apakah maksudnya" Kedua, duabelas Hongcu dari gunung Bu-san, selamanya tidak pernah mengganggu Hong-lui-po, mengapa pada suatu malam buta dibasmi oleh orang2 Hong-lui-po" Ketiga, enam partai dari golongan Hian-bun, ada merupakan partai golongan orang baik2 di daerah Tionggoan, tidak pernah melakukan perbuatan di luar garis kepantasan, juga tidak pernah bermusuhan dengan Hong-lui-po. Tapi Pak-kek dan Lam-tao kedua Suncu telah memimpin banyak orang2 kuat dari 337
Hong-lui-po, pada malam buta melakukan serangannya di gunung Heng-san. Bahkan sudah merampas pula panji persekutuan mereka, apakah artinya ini" Pendek kata, sepak terjang orang2 Hong-lui-po pada waktu belakangan ini, semua melanggar tata tertib dunia rimba persilatan, hingga tiada bedanya dengan perbuatan penyamun. Inilah yang aku ingin mendapat keterangan dari Pocu sendiri".
Bo-yong Pek dengan tenang mendengarkan keterangan Lim Tiang Hong yang diucapkan dengan bersemangat dan ber-api2, ternyata sedikitpun tidak tergerak hatinya, siapa malah ketawa dan menjawab: "Semua persoalan ini, tidak dapat dijelaskan dengan hanya sepatah dua saja. Baiknya kami sudah mengundang orang2 kuat berbagai partai persilatan dari daerah Tionggoan, besok pagi mereka akan berkumpul di sini. Pada saat itu aku Bo-yong Pek sudah tentu akan memberikan keterangannya".
"Dalam pertemuan besok pagi itu, menurut dugaanku, barangkali juga tidak akan berlangsung dengan baik"
Pocu dari Hong-lui-po itu mendadak berubah wajahnya.
Dengan sinar mata tajam ia mengawasi Lim Tiang Hong, kemudian berkata dengan nada suara dingin: "Jangan sembarangan menuduh orang, aku Bo-yong Pek tidak akan berbuat begitu rendah".
Lim Tiang Hong ingat pesan orang tua aneh itu, maka ia cuma tertawa hambar dan menjawab: "Mudah-mudahan saja begitu, besok kita berjumpa lagi!"
Ia lalu memutar tubuh, hendak berlalu.
Bo-yong Pek tiba2 perdengarkan suara ketawa dingin, kemudian berkata: "Sahabat, apakah kau hendak berlalu begitu saja" Tahukah kau peraturan dalam benteng Hong-lui-po?"
338 Lim Tiang Hong merandek, ia berkata dengan suara nada dingin: "Bagaimana kalau tidak berlalu. Apa harus berdiam di sini saja?".
Kauw Sam mendadak maju ke depan dan berkata
padanya: "Siapa yang berani masuk sembarangan di benteng Hong-lui-po, harus mati! masih untung kau bisa berdiam di sini!"
Lim Tiang Hong ketawa terbahak-bahak: "Kalau begitu malam ini aku kepingin tahu, entah siapa yang akan mati di sini, aku ataukah kau?"
Serta merta ia keluarkan senjatanya seruling emas, berpantulan dengan salju, maka seruling itu memancarkan sinar berkilauan.
Thian-cao dan Pak-kek kedua Suncu lantas berseru kaget: "Dia adalah To-liong Kongcu!"
Keduanya lantas lompat melesat kekanan kiri Lim Tiang Hong.
Karena disebutnya nama To-liong Kongcu itu, membuat suasana pada saat itu lantas berubah tegang.
Bo-yong Pek yang semula tidak pandang mata kepada pemuda yang wajahnya seperti penyakitan itu, kini mendadak berubah wajahnya ia lalu melompat ke depannya dan berkata dengan suara nada dingin: "Kiranya tuan adalah To-liong Kongcu yang namanya telah
menggemparkan seluruh jagat. Bo-yong memang sudah lama kepingin belajar kenal dengan kepandaianmu yang hebat itu. Malam ini jika tuan tidak suka mengunjukkan sejurus dua jurus, orang tentunya akan mengatakan bahwa Hong-lui-po terlalu tidak pandang mata kepada sahabatnya!
Ha...ha...!" 339 Lim Tiang Hong saat itu juga sudah mulai merasa gusar, sambil getarkan seruling emasnya ia berkata: "Benar aku adalah Lim Tiang Hong, apa yang kalian bisa berbuat terhadap diriku" Hendak main keroyok" Bagi aku si orang she Lim, perkara itu sudah terlalu banyak mengalaminya!"
Bo-yong Pek yang sebagai ketua atau pimpinan Hong-lui-po, pada waktu biasanya seolah-olah satu raja dari satu kerajaan, belum pernah ada orang yang berani
mengucapkan perkataan begitu rupa di hadapannya! tidak heran kalau kala itu ia lantas menjadi murka.
Kauw Sam yang sudah lama mengikuti junjungannya itu. sudah tentu segera mengetahui isi hati junyungannya pada saat itu, maka ia lantas maju setindak dan berkata dengan suara keras: "Untuk memotong ayam, tidak perlu menggunakan golok besar. Biarlah aku Kauw Sam yang mencoba dulu kepandaiannya bocah ini".
Karena melihat Kauw Sam bertangan kosong maka Lim Tiang Hong juga lantas simpan lagi senjatanya. Ia sudah siap untuk melakukan suatu pertempuran sengit.
Pada saat itu, mendadak satu suara halus masuk ke dalam telinganya "Anak muda, ingatlah janjimu. Saat ini sekali kali tidak boleh turun tangan".
Ia tahu itu adalah suaranya orang tua aneh itu, maka hatinya lantas bimbang, baik mundur saja, ataukah mencoba dulu kepandaian orang she Kauw ini"
Selagi masih belum dapat mengambil keputusan,
kembali terdengar suara ditelinganya. "Anak muda, lekas mundur ke arah barat selatan. Disana lohu menunggu kau.
Lekas! apakah hanya beberapa jam saja, kau tidak sabar menunggunya?"
340 Lim Tiang Hong kini terpaksa menurut perkataan si orang tua. Ia ketawa panjang, kemudian berkata: "Malam ini aku si orang she Lim sudah tidak mempunyai kegembiraan ber-main2 dengan kau, sekarang hendak pergi dulu, sampai besok pagi kita bertemu kembali!"
Ia segera enjot kakinya, lompat melesat ke arah barat daya.
Kauw Sam rupanya masih penasaran. Ia membentak dengan suara keras: "Begitu gampang kau hendak kabur?"
Lalu ia enjot kakinya, seolah olah burung elang mementang sayap, ia mengejar Lim Tiang Hong. Gerakan itu segera ditelad oleh Thian-cao Suncu dan Pak-kek Suncu.
Hanya itu laki2 berpakaian perlente yang mengaku bernama Bo-yong Pek, karena harus pegang derajatnya, ia tidak mengejar. Hanya berpaling dan berkata kepada empat wanita Wie-ngo: "Sampaikan perintahku! malam ini biar bagaimana tidak boleh lepaskan bocah itu, sedapat mungkin suruh mereka binasakan saja padanya!"
Empat wanita itu setelah menerima baik pesan


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

junjungannya, lantas melayang berpencaran ke empat penjuru, seolah olah empat ekor kupu2.
Lim Tiang Hong setelah berlalu, mendadak mengetahui bahwa Kauw Sam bertiga mengejar dari belakang. Selagi ia hendak berhenti untuk memberi hajaran kepada mereka, kembali terdengar suaranya si orang tua: "Anak muda ingat baik2 janjimu, kau kemari! lohu ada akal untuk menghalau mereka".
Dengan tanpa ragu2 lagi ia lantas melayang turun ke arah gang kecil.
341 Tiba2 terdengar suaranya Kauw Sam: "Malam ini kalau aku Kauw Sam membiarkan kau terlepas dari tanganku, percuma aku menjadi congkoan di Hong-lui-po!"
Ia segera putar tubuhnya, melayang ke jurusan Lim Tiang Hong tadi.
Mendadak ia rasakan hembusan angin hebat menyerang padanya. Meski ia sudah cukup tinggi kepandaiannya, tapi dalam keadaan tiba2 secara itu, sudah tentu ia tidak berani menyambuti serangan hebat itu. Hanya ia kerahkan kekuatan tenaga dalamnya untuk mencegah lajunya gerak badannya ia kemudian berjumpalitan ke samping sejauh lima kaki. Pada saat itu, Thian-cao dan Pak-kek Suncu sudah tiba.
Sambil marah2 Kauw Sam berkata: "Bocah itu ada mempunyai kambrat yang menyambut. Kau berdua tunggu di sini, aku akan ke sana".
Cepat ia bergerak ke arah satu gang yang lain. Thian-cao dan Pak-kek suncu melihat Kauw Sam dipukul mundur oleh kekuatan hembusan angin dari dalam gang yang gelap, mereka tidak mau percaya ada kekuatan begitu aneh.
Setelah saling berpandangan sejenak, dua2nya lantas menerjang, masuk ke dalam gang.
Tiba2 dari dalam gang itu terdengar orang ketawa dingin, kemudian disusul oleh serangan yang lebih hebat dari pada yang pertama.
Pak-kek Suncu segera pentang payungnya untuk
melindungi badannya, kemudian lompat mundur.
Sebaliknya dengan Thian-cao Suncu yang tidak percaya kekuatan gaib itu, sambil keluarkan geraman hebat, ia menyambuti serangan tersebut.
342 Setelah terdengar gempuran hebat, badan Thian-cao Suncu tertampak mundur, hingga genteng yang diinjak oleh kakinya pada pecah. Ia sendiri terhuyung-huyung hampir jatuh ke tanah.
Pada saat itu, dalam benteng Hong-lui-po nampak penuh barisan manusia lengkap dengan senjata masing2.
Tapi, tiada seorangpun yang berani memasuki ruangan tempat pujaan abu leluhur itu. Keadaan semacam ini, merupakan satu kejadian yang pertama kalinya dalam sejarah Hong-lui-po, dimana orang2 Hong-lui-po sendiri tidak berani masuk ke dalam kamar yang termasuk di bawah pengaruhnya. Thian-cao Suncu setelah mengatur jalan pernapasannya sebentar, kembali hendak lompat maju, tapi mendadak terdengar suaranya Kauw Sam-ya yang memerintahkan supaya mereka segera mundur!
Selanjutnya, segumpal awan merah menutupi seluruh gang kecil itu, tapi, dalam gang yang kecil itu nampak sunyi senyap, tidak tertampak gerakan apa2.
Kauw Sam yang menyaksikan keadaan agak aneh itu lantas berkata dengan heran: "Eh! apakah bocah itu sudah kabur"''
Ia segera lompat ke dalam gang itu. Ia tahu benar bahwa gang itu merupakan satu gang mati. Orang yang masuk kesitu, kecuali lompat naik ke atas genting, sudah tiada jalan lain untuk meloloskan diri. Tapi, setelah ia berada di dalam gang, ternyata sudah kosong, tiada kelihatan satupun bayangan manusia. Ini benar2 sangat mengherankan, hingga Kauw Sam yang terkenal banyak akalnya, cuma bisa berdiri tertegun, tidak bisa berbuat apa2.
Tidak antara lama, Thian-cao dan Pak-kek juga tiba di situ. Kauw Sam segera berkata kepada mereka: "Kalian 343
berdua lekas pimpin anak buah kalian, mengejar bocah itu secara berpencaran. Ada aku di sini, malam ini kalau betul2
bocah itu bisa lolos, dimana kita harus taruh mukaku?"
Thian-cao dan Pak-kek juga mengerti bahwa perkara ini ada hebat, maka ia lantas terima baik perintah itu.
Malam itu, semua orang Hong-lui-po dikerahkan untuk mencari Lim Tiang Hong. Thian-cao dan Pak-kek bahkan mengadakan penyelidikan sampai sejarak seratus lie di sekitar Hong-lui-po, tapi semuanya tiada berhasil menemukan jejak anak muda itu.
Mari kita balik kepada Lim Tiang Hong. Anak muda itu setiba digang kecil, benar saja segera dapat lihat orang tua aneh itu berdiri disana. Ketika ia tiba di tempat itu, segera disusul oleh Kauw Sam, tapi yang tersebut belakangan ini telah dipukul mundur oleh si orang tua dengan tangan kosong yang mengeluarkan hembusan angin hebat. Setelah orang she Kauw itu terpukul mundur, Thian-cao dan Pak-kek lantas tiba, tapi juga dipukul mundur oleh orang tua itu semuanya. Setelah itu, orang tua itu lantas menarik tangan Lim Tiang Hong, berjalan keujung gang. Dengan sangat pelahan ia mengetok tembok, kemudian terdengar suara berkeresekan, lalu terbukalah sebuah lubang gua.
Orang tua itu masuk lebih dulu, lantas diikuti oleh Lim Tiang Hong. Setelah berada di dalam gua, orang tua itu tangannya menekan dinding, gua itu tertutup lagi seperti semula.
Dalam gua itu ternyata ada jalanan berliku yang sangat panjang, setelah melalui jalanan yang panjang itu, tibalah mereka ke sebuah kamar rahasia.
Orang tua itu mendadak ketawa terbahak-bahak dan berkata kepada diri sendiri: "Jika jalanan rahasia ini 344
diketahui oleh mereka, kita terpaksa main kucing2an dengan mereka"
Kemudian ia berpaling dan berkata kepada Lim Tiang Hong: "Mengapa kau tidak dengar kata" Kau harus tahu bahwa kekuatan Hong-lui-po sesungguhnya tidak boleh dipandang ringan!''
Lim Tiang Hong cuma tertawa menyeringai, tapi tidak menjawab.
Kemudian orang tua itu berkata pula dengan sikap sungguh2: "Menurut apa yang lohu tahu, perkara ini sudah memuncak terlalu hebat. Besok pagi apabila tidak dapat penyelesaian sebaik-baiknya pertempuran hebat dan penumpahan darah di Hong-lui-po kali ini, akan merupakan suatu peristiwa yang amat berkesan. Aih! hal ini benar-benar membikin sulit aku si orang tua".
Melihat sikapnya orang tua itu, Lim Tiang Hong menanya dengan perasaan heran: "Apakah akan lebih hebat dari apa yang kita bayangkan?"
Orang tua itu hanya menghela napas panjang ia tidak menjawab. Nyata pikirannya pada saat itu sudah terlalu kabur. Setelah berdiam sekian lama, ia baru berkata:
"Tentang dirimu, lohu sudah tahu. Dalam pertemuan besok pagi, sikap dan tindakkanmu akan membawa akibat yang menentukan. Harap kau suka ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berbuatlah sekuat tenaga untuk menghindarkan penumpahan darah ini".
"Aku yang rendah cuma merupakan seorang tidak
berarti dari tingkatan muda, dimana ada itu tenaga untuk mempengaruhi semua partai rimba persilatan?"
"Tidak usah kau ber-pura2 di depanku. Ambillah barang dalam botol kecil ini. Besok kau berikan kepada semua 345
orang yang turut dalam pertemuan, supaya mereka tidak sampai dibikin mabok oleh kekuatannya obat 'Ngo-pou-bie-hun-cian-jit-cui' Dengan demikian hingga membuat keadaan akan berubah menjadi agak baik!"
Lim Tiang Hong menyambuti botol kecil itu, botol mana ternyata terisi penuh obat pil warna hijau.
Pada saat itu, orang tua itu se-olah2 tiada kejadian apa2.
Ia duduk bersila, kemudian menyuruh Lim Tiang Hong beristirahat.
^dw^kz^ Bab 59 AWAN tebal menutupi matahari, sehingga membuat cuaca gelap. Angin utara meniup kencang, membual pasir berterbangan ditengah udara, disepanjang gurun pasir Gobi, ada serombongan orang kang-ouw, dengan menempuh hawa udara seburuk itu, melakukan perjalanan ke barat.
Rombongan terdepan, terdiri dari kaum paderi yang masing2 membawa senjata golok dan sekop, rombongan itu dipimpin oieh seorang paderi tinggi besar, semuanya menunggang kuda.
Paderi tua yang tinggi besar itu berjalan sembari memperhatikan keadaan di sekitarnya. Mungkin ia mengharapkan bisa menemukan seseorang penduduk pribumi, supaya diminta keterangan tentang jalan yang hendak di tuju. Tapi, dalam keadaan seburuk itu, di mana ada orang berjalan"
Pada saat itu, dari jurusan lain kembali tertampak serombongan orang kang-ouw. Orang2 dalam rombongan 346
ini nampaknya terdiri dari pelbagai golongan, karena dandanan mereka berbeda satu sama lain. Ada yang berdandanan seperti imam, ada yang berdandan pelajar, ada yang seperti Kongcu, ada pula yang seperti orang sudah lama mengasingkan diri dari dunia luar.
Rombongan ini ketika menampak rombongan paderi, dari jauh mereka sudah memberi hormat seraya berkata:
"Taysu memerlukan melakukan perjalanan begitu jauh, apakah juga hendak memenuhi undangan Hong-lui-po?"
Paderi tua tinggi besar itu setelah memuji nama Buddha lantas menjawab: "Benar".
Paderi tua ini bukan lain daripada ketua ciangbunjin yang baru dari partai Siauw-lim-pay, Pek-lap Siansu.
Rombongan yang baru datang itu adalah orang dari enam partai golongan Hian-bun. Diantara rombongan orang2 itu terdapat ketua Heng-san-pay, Heng-san Gak-siu. Orang2
tingkat tua dari golongan Kun-lun-pay, yang cuma tinggal satu2nya, Yu-liong-cu orang dari tingkatan muda partai Khong-tong-pay. Thie-kiam, Sie-seng, pendekar wanita dari partai Ngo-bie-pay, Hian-ie lie-hiap Oh Bie Cu dan Pek-ho Totiang dari partai Bu-tong-pay, serta lain2nya.
Heng-san Gak siu kedut kudanya maju ke depan dan berkata: "Apakah Taysu sudah mencari keterangan, Hong-lui-po itu sebenanya berada di mana"''
"Tentang ini Lolap sendiri juga belum tahu. Tapi menurut pandangan Lolap, Hong-lui po yang sudah mengundang semua partai persilatan untuk mengadakan pertemuan, tentunya akan ada orang yang datang menyambut. Kalau tidak, dalam daerah yang demikian luas, kemana kita harus mencarinya?"
347 "Ucapan Taysu memang benar!" berkata Pek-ho
Totiang. Mendadak terdengar suaranya Yu-liong-cu sambil menuding kedepan: "Baru kita bicarakan Co-cho, ternyata ia sudah datang. Orang2 Hong-lui-po yang hendak menyambut kita, itulah dia sudah datang.''
Benar saja, diantara mengebulnya pasir, tertampak empat laki2 berpakaian kulit warna merah datang menuju ke arah mereka. Begitu tiba di depan orang banyak, orang2
Hong-lui-po itu lantas menahan kuda mereka, setelah memberi hormat mereka itu lantas berkata: "Tuan2 tentunya adalah tamu2 dari daerah Tionggoan, kita sekalian telah mendapat perintah untuk menjemput tuan2 sekalian".
Yu-liong-cu lantas menjawab: "Silahkan kalian jalan di muka sebagai petunjuk jalan!"
Empat laki2 itu menurut, dan mengajak para tetamunya mengikuti mereka.
Pek-lap Siansu dan kawan2nya mengikuti empat orang itu menempuh pasir hebat berjalan melalui gurun pasir yang luas itu, akhirnya tibalah mereka di depan benteng Hong-lui-po.
Didepan pintu saat itu ada berdiri seorang tua mulut monyong dengan dandanannya baju panjang warna abu2, di kedua sisinya orang tua itu ada berdiri Lam-tao, Pak-kek dan Thian-cao tiga Suncu.
Pek-lap Siansu dan kawan2nya mengira bahwa orang tua itu ada!ah Pocu dari Hong-lui-po, maka mereka segera turun dari tunggangannya sambil jalan kaki menghampiri, sedang orang tua baju panjang itu dari jauh sudah mengangkat tangan memberi hormat serta berkata: "Aku yang rendah adalah Kouw Sam, atas nama dan sebagai 348
Wakil Pocu, dengan ini menyambut kedatangan tuan2
sekalian, silahkan masuk!"
Kedudukan Yu-liong-cu di dunia rimba persilatan sangat tinggi, dibanding dengan Pek-lap Siansu atau Heng-san Cek-siu, masih tinggi setingkat.
Ketika melihat keadaan itu lantas ketawa dingin, kemudian berkata kepada Pek-lap Siansu: "Hm! baru menjadi Pocu saja, sudah begitu jumawa".
Pek-lap Siansu sebagai orang beribadat tinggi
menganggap sepi saja kejadian itu. Ia menyambut sambil ketawa hambar: "Tunggu saja di dalam, kita nanti akan lihat, apa sebetulnya yang mereka hendak lakukan?"
Rombongan orang itu landas memasuki benteng,
berjalan menuju keloteng genteng merah. Sepanjang jalan Pek-lap Siansu memperhatikan bangunan itu. tidak ubahnya sebagai satu bangunan kelenteng besar, tapi bentuk bangunannya agak aneh dan agak berbeda dengan
kelenteng biasa. Selain daripada itu, masih ada satu hal lagi yang sangat aneh. Dalam bangunan yang begitu besar, ternyata jarang bertemu dengan orang. Hawa udara di daerah barat yang sangat dingin, ditambah lagi dengan buruknya cuaca, memang sudah cukup untuk menimbulkan kesan suram.
Apalagi setelah memasuki benteng yang begitu besar tapi tidak tertampak jejak manusia, semakin menimbulkan rasa seram.
Meskipun orang2 itu masing2 ada mempunyai
kepandaian tinggi, tapi dalam hati tidak urung masih merasa kurang tenang!
349 Heng-sau Gak-siu coba sedapat mungkin hendak berlaku tenang ia batuk2 kecil, kemudian berpaling mengawasi Pek-lap Siansu.
Dengan satu tangan ditaruh depan dada dan sikap keren, seolah olah tidak mau tahu keadaan di depan matanya itu.
Sedang Yu-liong-cu nampak menggendong kedua
tangannya ke belakang, kepalanya ke atas, sikapnya sangat jumawa.
Hanya Pek-ho Totiang yang nampak agak tenang.
Wajahnya masih bisa bersenyum, tapi tiada seorangpun yang buka mulut. Beberapa orang penting satu sama lain tetap membungkam, begitu pula bagi yang lainnya, sudah tentu tidak berani membuka mulut.
Dengan cepat rombongan orang itu sudah tiba depan loteng tinggi besar itu.
Suara orang tertawa terbahak bahak mendadak
memecahkan suasana yang seram itu. Seorang pertengahan umur dengan dandanannya yang sangat perlente, dengan diiring oleh empat wanita muda Wie-ngo, berdiri di pintu loteng.
Sambil ketawa orang itu berkata: "Tamu2 yang mulia dari jauh telah memerlukan datang ke barat. Bo-yong Pek yang tidak dapat menyambut secara selayaknya,
sesungguhnya tidak pantas, maka dengan ini mohon dimaafkan".
Yu-liong-cu perdengarkan suara dihidung, sedang Pek-lap Siansu lantas menjawab sambil rangkapkan kedua tangannya: "Siecu tentunya adalah Pocu Hong-lui-po.
Sudah lama Lolap mendengar nama besar siecu, dalam hatipun merasa sangat kagum".
350 Bo-yong Pek lantas menyabut sambil membalas hormat:
"Tuan2 sudah melakukan perjalanan begitu jauh, tentunya sudah sangat letih, silahkan masuk untuk minum teh".
Rombongan tetamu itu setelah berada dalam ruangan, oleh empat wanita muda tadi disuguhi teh keluaran daerah barat. Dalam ruangan tetamu yang mewah itu, ternyata tidak kelihatan satupun pelayan yang lazimnya banyak terdapat dalam keluarga besar atau hartawan.
Pada saat selanjutnya, dari luar mulai masuk tetamu2
yang datang untuk memenuhi undangan tuan rumah, jumlahnya lebih dari seratus orang. Mereka itu semuanya merupakan orang2 terkenal dalam dunia Kangouw, maka boleh dikatakan, dalam waktu sesingkat itu sudah berkumpul hampir semuanya orang2 terkuat rimba persilatan dari daerah Tionggoan.
Tuan rumah Bo-yong Pek mendadak berbangkit dari tempat duduknya, dengan suara lantang ia lalu berkata:
"Sudah lama aku Bo-yong Pek mengagumi ilmu silat daerah Tionggoan yang sangat tinggi itu. Kalau tidak salah, masing2 partai persilatan ada mempunyai kepandaian khusus sendiri2. Sangat menyesal sekali Bo-yong Pek tidak dapat mengunjungi setiap partai untuk belajar kenal, maka hari ini atas kunjungan tuan2 di sini, Bo-yong Pek dengan kepandaiannya yang tidak berarti, ingin belajar sedikit kepandaian tuan2".
Ia berhenti sejenak, kemudian berkata pula: "Cuma, tuan2 yang datang pada hari ini, jumlahnya mungkin lebih dari seratus orang hingga aku yang rendah tidak sanggup melayaninya satu persatu, terpaksa minta tuan2 ajukan tiga orang yang berkepandaian paling tinggi. Aku yang rendah nanti akan melayani setiap orang sepuluh jurus, jika dalam 351
sepuluh jurus mereka itu dapat mempertahankan
kedudukannya, aku yang rendah akan mengaku kalah".
Tuan rumah itu setelah mengutarakan maksudnya, dalam ruangan itu lantas menjadi ramai. Karena orang2 itu merupakan orang2 pilihan dari pelbagai partai persilatan.
Siapapun tidak ada yang mau tunduk terhadap yang lainnya, hampir semuanya anggap dirinya yang paling kuat.
Tapi setelah mendengar perkataan tuan rumah, tiada satupun yang berani ajukan diri sebagai penantang, karena hal itu ada menyangkut bangun atau runtuhnya nama baik rimba persilatan daerah Tionggoan. Siapakah yang berani maju menjadi wakil mereka"
Mendadak Yu-liong-cu keluar dari tempat duduknya, dengan suara keras ia berkata: "Nanti dulu! enam partai golongan Hian-bun masih ada sesuatu hal hendak minta keterangan tuan. Aku hendak tanya padamu, enam partai golongan Hian-bun dengan Hong-lui-po tidak mempunyai permusuhan apa2, mengapa kau kirim orang diwaktu tengah malam buta menyerang Heng-san-pay dan
merampas panji persekutuan" Hari ini jika kau tidak mau memberi penjelasan, maka orang2 dari enam partai, tidak nanti akan tinggal diam begitu saja".
Bo-yong Pek goyang2kan kepalanya. Dengan sinar mata dingin ia mengawasi Yu-liong-cu sejenak, lalu berkata:
"Soal ini sangat mudah sekali. Asal dapat menangkan aku yang rendah, panji persekutuan itu pasti akan aku kembalikan padamu".
Enam partai golongan Hian-bun, dalam rimba persilatan namanya cukup terkenal. Kini panji persekutuan mereka yang dianggap sebagai benda pusaka, telah dirampas orang, ini saja sudah merupakan suatu penghinaan besar dan laki2
setengah umur itu kini dengan secara tidak pandang mata 352
menjawab dengan perkataan sangat jumawa, sudah tentu membuat Yu-liong-cu yang memang beradat berangasan tidak dapat menarik diri begitu saja. Maka ia lantas dongakan kepala dan ketawa terbahak-bahak.
Setelah itu ia baru berkata pula: "Bagus, bagus, karena ada perkataanmu ini, pinto sudah tentu mempunyai kepandaian untuk menghadapi kau".
Ia lantas maju dua tindak, dan berkata sambil gapaikan tangannya: "Mari. Pinto ingin belajar kenal dulu dengan kepandaianmu".
Tantangan Yu liong-cu itu, telah membuat suasana menjadi panas. Orang2 enam partai golongan Hian-bun, semua pada berdiri mengerubung maju ke depan. Sedang orang2 kang-ouw lainnya, lantas ramai memperbincangkan soal itu. Ada yang kata bahwa Hong-lui Pocu itu terlalu jumawa, ada pula yang kata bahwa Pocu itu sudah berani membuka mulut besar, sudah tentu mempunyai kepandaian cukup tinggi.
Diantara demikian banyak orang, hanya Pek-lap Siansu dari Siauw-lim-pay yang nampaknya tetap tenang. Dengan kepala dingin ia menganalisa perkataan Pocu tadi. Ia anggap bahwa pocu itu dengan secara besar2an telah mengundang orang2 kang-ouw pelbagai partai untuk datang ke barat, apa maksudnya hanya hendak bertanding dengan tiga orang saja" Rasanya tidak mungkin. Dalam hal ini pasti ada mengandung maksud atau rencana keji.
Dan kedatangannya sendiri kali ini, maksudnya hanya hendak menyelidiki dirinya Pek-tok Hui-mo yang sudah mencuri kitab Tat-mo-keng dan hendak diminta kembali dari tangannya. Sebisa-bisa hendak menghindarkan diri jangan sampai kebentrok langsung dengan Hong-lui-po.
353 Maka terhadap sikap ketus dari Yu-liong-cu, ia merasa tidak setuju. Karena itu, ia tetap tenang duduk di tempatnya.
Orang2 enam partai golongan Hian-bun nampaknya sudah bertekad hendak merebut kembali panji
persekutuannya, tidak perduli apapun yang akan terjadi.
Pada saat demikian itulah mendadadak seorang muda dengan dandanannya bangsa Wie, diam2 nyelundup di antara orang banyak, lalu menghampiri Pek-lap Siansu dan memberikan padanya satu bungkusan kecil, kemudian menghilang lagi.
Tatkala Pek-lap Siansu membuka bungkusan itu, di dalamnya terisi sepotong surat bersama sebotol pil warna hijau. Surat itu berbunyi seperti berikut:
"Hong-lui-po mungkin ada mengandung maksud jahat, harap Taysu bertindak hati2. Pil dalam botol ini dapat digunakan untuk mencegah semacam asap beracun yang tidak dapat dilawan dengan kekuatan tenaga manusia. Kalau hal itu nanti benar2
telah terjadi, harap bagikan kepada semua kawan2. Pada saat ini boanpwe masih perlu mencari jejaknya Pek-tok Hui-mo".
Pada akhir surat terdapat dua huruf "TO-LIONG".
"Oh! kiranya Lim Tayhiap juga sudah datang!"
demikian Pek-lap berseru sendiri setelah membaca surat itu, sementara itu hatinya lantas merasa lega.
Pada saat itu, Yu-liong-cu sudah mendesak lawannya dengan sikapnya yang galak, tapi Hong-lui Pocu sebaliknya dengan sikap dingin ia berkata: "Tuan tidak perlu ter-gesa2, sudah datang ke Hong-lui-po, sudah tentu kau nanti akan mendapat kepuasan. Bo-yong Pek masih tetap dengan perkataannya tadi, harap kalian suka ajukan tiga orang wakil".
354 Meski Yu-liong-cu sudah hampir tidak bisa kendalikan kemarahannya. Tapi dengan seorang yang mempunyai kedudukan tinggi seperti dirinya, sudah tentu tidak boleh turun tangan terhadap orang yang duduk tidak bergerak.
Maka ia lantas balikkan tubuhnya dan berkata kepada orang banyak: "Pinto sebagai orang yang tertua, ingin memelopori saudara2, untuk belajar kenal dengan kepandaian Pocu. Dua wakil yang lainnya, pinto anggap, Pek-lap Siansu dan Pek-ho Totiang adalah orang2 yang paling tepat."
Di dalam rimba persilatan, Pek-ho Totiang mempunyai kedudukan baik, sedang Pek-lap Siansu sebagai
Ciangbunjin Siauwlim-pay, yang umumnya dianggap sebagai pemimpin partai persilatan daerah Tionggoan, sudah tentu tidak perlu diragukan lagi kepandaiannya.
Maka begitu nama mereka disebut oleh Yu-liong-cu, segera mendapat sambutan hangat dari semua hadirin.
Di bawah tepuk tangan riuh, Pek-lap Siansu dan Pek-ho Totiang berjalan keluar dan berdiri berendeng dengan Yu-liong-cu.
Bo-yong Pek bangun dari tempat duduknya, setelah berhadapan dengan mereka, lalu menanya: "Kalian bertiga yang hendak mewakili mereka" Bertanding secara satu lawan satu, atau kalian bertiga maju berbareng?"
"Jangan sombong. Dengan kekuatan seorang saja, belum tentu kau sanggup melawan!" jawabnya Yu-liong-cu yang tidak kalah sombongnya.
Kemudian ia berpaling dan berkata kepada Pek-lap Siansu dan Pek-ho Totiang: "Harap jiwie bantu jaga2. Pinto akan mencoba dulu kepandaiannya bocah ini!"
355 Dengan tanpa menunggu jawaban lagi, kembali ia maju dua tindak, hingga Pek-lap Siansu dan Pek-ho Totiang terpaksa mundur.
Ruangan tamu itu ternyata luas sekali. Meski sudah diisi oleh seratus lebih tetamu, ternyata masih ada tempat cukup luas untuk tempat pertandingan.
Bo-yong Pek dan Yu-liong-cu berjalan menuju ke tengah-tengah ruangan. Bo-yong Pek masih tetap dengan slkapnya yang angkuh, dingin dan jumawa, sama sekali ia tidak pandang mata Yu-liong-cu. Tidak demikian halnya dengan Yu-liong-cu. Orang tua dari partai Kun-lun-pay ini, karena menganggap dirinya sebagai orang tertua di antara tetamu yang datang, kini setelah ajukan diri sebagai wakil mereka. Jiika sampai kalah, bukan saja akan mempengaruhi nama baiknya Kun-lun-pay, tapi juga akan membikin malu semua partai persilatan daerah Tionggoan. Maka meski di luarnya nampak galak, tapi dalam hatinya sangat tegang.
Pek lap Siansu dan Pek-ho Totiang sebagai ketua partai persilatan besar, sudah tentu mempunyai kecerdasan yang melebihi manusia biasa. Ketika mereka melihat keadaan dalam kalangan, orang Hong-lui-po kecuali Bo-yong Pek, cuma terdapat empat wanita Wie-ngo yang masing2 ada membawa pedang, maka dalam hati mereka diam2 merasa heran. Keadaan demikian dipandangnya sebagai snatu kejadian yang sangat langka, Hong-lui-po ada mempunyai banyak orang kuat, mengapa dalam pertemuan dengan orang2 kuat rimba persilatan ini banya pocunya seorang sa-ja yang keluar"
Andaikata semua orang itu mendadak mengeroyok
pocunya, bagaimana" Menurut kabar, Hong-lui-po ada banyak mengumpulkan orang2 kuat dari daerah Tionggoan, mengapa tiada satupun yang turut unjukkan diri"
356 Selagi dua orang itu memikirkan soal itu, Yu-liong-cu sudah bergerak melancarkan serangannya terhadap Bo-yong Pek, maka ia lantas tujukan perhatiannya kepada mereka.
Meski Yu-liong-cu sudah mempunyai latihan lebih dari limapuluh tahun, tapi ia turun tangan masih sangat hati2. Ia ingin mencoba dulu kekuatan lawanya. Setelah itu lalu melanjutkan serangannya dengan gerakan tipunya yang paling ampuh 'Thian-yan Sam-sek', dalam serangannya itu ada mengandung kekuatan hawa dan kekuatan tenaga dalam golongan Hian-bun yang sangat hebat, bahkan serangannya itu di tujukan ke arah lima jalan darah penting daiam badan lawannya. Tidak heran kalau gerakannya itu mendapat sambutan tepuk tangan riuh dari para hadirin.
Bo-yong Pek yang merasakan serangan sangat hebat itu, sedikitpun tidak gugup atau jerih. Malah dibibirnya tersungging senyuman menghina, kemudian ia pentang kipasnya dan dikibaskan untuk menyambuti serangan tersebut. Sungguh hebat gerakan itu. Serangan Yu-liong-cu yang begitu hebat dalam waktu sekejap telah tersapu bersih.
Kemudian kipasnya meluncur dan menotok jalan darah
'Ciok-tia-hiat' dengan kecepatan bagaikan kilat.
Mau tidak mau, Yu-!ioag-cu terpaksa menarik kembali serangannya dan mundur ke belakang tapi kekuatan serangannya tadi tidak berhenti cuma sampai disitu saja.
Meski orangnya sudah mundur, serangannya masih tatap menyusul secara ber-tubi2.
Bo-yong Pek yang mempunyai kepandaian luar biasa dari daerah barat, kipasnya nampak terbuka dan tertutup.
Kakinya melesat ke sana kemari, menghadapi serangan hebat dari lawannya, tapi ia tidak balas menyerang.
Dalam waktu sekejap saja, Yu-liong-cu sudah
melancarkan serangannya itu hingga sembilan jurus.
357 Mendadak kedua tangannya dirangkapkan, dan digunakan untuk menggempur lawarnya.
Diantara derunya suara dan gelombang angin tertampak berkelebatannya bayangan orang. Yu-liong-cu mendadak menggeram hebat, kemudian ter-huyung2 mundur sampai delapan kaki. Jenggotnya yang panjang nampak ber-gerak2, badannya sempoyongan.
Pek-lap Siansu segera memburu dan membimbing
padanya seraya menanya: "Locianpwee, bagaimana, apa terluka?"
Yu-liong-cu menyemburkan darah segar, kemudian sambil berdiri tegak ia menjawab: "Pinto masih sanggup bertahan".
Bo-yong Pek kibas2kan kipasnya, sambil ketawa dingin ia menanya: "Masih ada dua lagi pertandingan, siapa yang akan maju?"
Pek-ho Totiang dengan suara pelahan berkata kepada Pek-lap: "Biarlah pinto yang rnencoba dulu".
Pek-lap Siansu lepaskan tangannya yang memegang Yu-liong-cu dan berkata: "Lebih baik lolap yang maju dulu!"
Dua orang itu stlagi berebut siapa yang harus maju lebih dulu. Mendadak.... Dari jauh terdengar suara jeritan ngeri, kemudian disusul oleh suara tiupan nafiri (semacam terompet dari tanduk).
Bo-yong Pek yang mendengar suara itu, mendadak wajahnya berubah. Setelah itu lalu lompat melesat melalui lubang jendela, hingga sebentar saja telah menghilang dari depan mata orang banyak.
Empat wanita muda itu rupanya tidak mau ketinggalan dari samping cukongnya. Dengan cepat mereka juga 358
menelad perbuatan cukongnya, hingga dalam ruangan tetamu itu kini cuma tingga! tetamunya saja, tiada tuan rumahnya.
Semua tetamu merasa ter-heran2 atas semua kejadian itu, mereka tidak habis mengerti, mengapa tuan rumah mendadak meninggalkan mereka begitu saja"
Pada saat itu, dari empat penjuru ruangan yang luas itu, mendadak timbul kabut tipis warna merah dadu. Dalam waktu sekejap saja, kabut itu sudah memenuhi seluruh ruangan. Semua orang cuma merasakan dapat
menghembus bau arak yang sangat harum. Diantara tetamu itu, ada banyak yang gemar minuman arak, orang2 itu ketika coba menyedot dalam2, mendadak kepalanya dirasakan pusing, dan akhirnya jatuh rubuh di tanah.
Keadaan lantas menjadi kalut, banyak orang mencoba lari hendak keluar dari ruangan, begitupun daun jendelanya, entah sejak kapan sudah tertutup rapat. Saat itu, kabut dan bau harum itu nampak semakin tebal, korban yang jatuh juga makin banyak.
Semua ini menunjukkan bahwa dalam kabut itu ada mengandung semacam racun atau obat mabok yang luar biasa. Pek-lap Siansu segera ingat pesan dalam surat yang ia terima dari satu anak muda berpakaian bangsa Wie, maka ia lantas berseru dengan suara lantang. "Tuan2 harap lekas tutup jalan pernapasan masing2 lolap ada membawa obat pemunah racun yang sangat jahat ini".
Ia lalu keluarkan botol kecil yang diberikan oleh pemuda berpakaian bangsa Wie itu. Ia keluarkan sebutir dan dimasukkan ke dalam mulut Yu-liongcu, pil itu lalu diberikan setiap orang sebutir.
359 Tapi, kabut tipis warna merah dadu itu nampak semakin tebal, makin tebal....
Kita balik kepada Bo-yong Pek, itu pocu dari Hong-lui-po. Kali ini ia mengundang seluruh orang kuat dari belbagai partai persilatan daerah Tionggoan, sesungguhnya memang ada mengandung maksud tertentu. Katanya hendak melakukan pertandingan persahabatan, tapi sebetulnya hendak menjajaki ilmu silat daerah Tionggoan, apakah betul ada lebih tinggi dari pada ilmu silat daerah barat dan diantara partai persilatan itu, apakah ada orang kuat yang paling menonjol.
Dalam pertemuan itu direncanakan suatu rencana keji, untuk membasmi orang2 kuat itu. Setelah orang2 yang terkuat terbasmi, lalu ia akan menggunakan pengaruhnya panji perserikatan enam partai golongan Hian-bun untuk menundukkan partai2 yang tergolong dalam golongan itu dan Pek-tok Hui-mo nanti akan memimpin orang Thian-cu-kauw menaklukan Siauw-lim-pay. Setelah dua aliran terkuat dari rimba persilatan daerah Tionggoan itu nanti ditundukkan, tindakan selanjutnya ialah memukul hancur satu persatu partai2 atau orang2 kuat yang tidak mau tunduk kepadanya. Dengan demikian, maka terlaksana impiannya yang hendak menguasai seluruh rimba
persilatan. Ia sebetulnya tidak akan terburu-buru menggunakan obat maboknya yang terampuh Ngo-pou-bie-hun-cian-jit-cui itu untuk menghadapi tetamunya. Tapi suara nafiri barusan, nyata adalah merupakan suatu tanda bahaya yang telah mengancam Hong-lui-po, maka menyimpang dari
rencananya yang semula, ia menggunakannya lebih dulu.
Ketika ia melesat keluar menuju ke arah nafiri tadi, benar saja segera dapat lihat Kauw Sam bersama Pak-kek, 360
Thian-cao dan lain2nya sedang bertempur dengan orang2
yang menyerbu Hong-lui-po. Orang2 ini ternyata terdiri dari pasukan campuran. Di sebelah kiri tertampak lima kawanan paderi, sedang di sebelah kanan terdiri dari delapan orang kang-ouw yang berdandan ringkas. Di atas pasir diluar benteng, ada menggeletak beberapa orang berpakaian kulit warna merah, yang sudah menjadi mayat.
Hong-lui-po yang selama ini menjagoi di daerah barat, inilah ada pertama kalinya diserang musuh dari luar, bahkan sudah ada beberapa orangnya yang jatuh binasa.
Bo-yong Pek yang menyaksikan kejadian demikian, seketika itu lantas naik pitam. Ia segera menghampiri orang2nya. Sambil perdengarkan suara di hidung ia berkata:
"Hong-lui-po mengundang semua orang dari partai persilatan daerah Tionggoan, datang ke barat, sebetulnya dengan maksud baik. Mengapa kalian dengan tanpa sebab melukai orang2ku. Apakah kalian anggap bahwa Hong-lui-po sudah tidak ada orang?".
Dari rombongan orang itu, seorang tua yang bermuka merah, dengan tangan membawa dua buah peluru besi, maju setindak dan berkata: "Lohu Cit-seng Hongcu Oey Pek To dari gunung Bu-san". Demikian orang tua itu perkenalkan diri, kemudian ia berkata pula sambil menunjuk seseorang paderi tua yang memakai jubah gedombrongan.
"Taysu ini adalah Ciangbunjin Ngo-tay-pay Khe-tek Taysu dan yang empat ini adalah empat tetua dari Ngo-tay-pay".
Selanjutnya ia berkata lagi dengan suara keras:
"Kedatangan kita hari ini, bukan untuk menghadiri pertemuan, melainkan hendak menagih utang".
361 Bo-yong Pek berubah wajahnya, sambil pentang
kipasnya ia ketawa terbahak bahak dan berkata: "Hutang uang bayar uang, hutang jiwa bayar jiwa. Entah bagaimana perhitungannya hutang itu?"
Dari belakangnya Cit-seng Hougcu mendadak
berkelebatnya satu wanita berpakaian merah. Dengan paras beringas ia menuding Bo-yong Pek dan membentak dengan suara keras: "Hutang darah bayar darah, nonamu hari ini hendak mencuci Hong-lui-po dengan darahmu!"
Bo-yong Pek kembali tertawa terbahak ba-ha, lantas berkata: "Kau benar2 besar omong....".
Setelah itu, ia rangkapkan kipasnya dan berdiri membelakangi si nona, tidak memperdulikan lagi.
Seperti apa yang telah diketahui, usaha dari dua belas Hongcu digunung Bu-san, dengan tanpa sebab telah dihancurkan oleh orang2nya Hong-lui-po. Dengan sakit hati ini, telah lama tersimpan dalam hati para Hongcu ini, maka kini setelah berhadapan dengan musuh besarnya, bagaimana mereka mau mengerti"
Wanita baju merah itu bukan lain daripada Sin-lie Hongcu yang kita sudah kenal dibagian muka. Begitu melihat sikap pocu jaug tidak pandang mata
rombongannya, dalam hati semakin gusar. Ia segera menghunus pedangnya, dengan tanpa banyak rewel lantas menikam.
Mendadak dari samping meluncur hembusan angin, lalu disusul oleh gerakan tangan Kauw Sam yang menyampok ujung pedang Sin-lie Hongcu.
Orang she Kauw itu lantas maju ke depan dan berkata dengan nada dingin: "Dengan kepandaian semacam ini, kau juga berani turun tangan terhadap pocu?"
362 Sin-lie Hongcu yang dirintangi maksudnya, lantas membentak dengan suara keras: "Kalau kau hendak talangi dia. Nah, sambutilah ini!"
Dengan secara kalap nona itu mencecer Kauw Sam dengan ujung pedangnya.
Meskipun Kauw Sam merupakan orang kuat nomor
satu yang hanya di bawah pocunya saja dalam Hong-lui-po, serta mempunyai bekalan ilmu caokhe yang sangat ampuh, tapi dicecar demikian rupa oleh Sin-lie Hongcu. terpaksa mundur sampai tiga tindak. Kemudian rambut dan jenggotnya sampai pada berdiri bahna gusarnya, rnaka ia segera balas menyerang sambi berseru: "Budak hina, kau cari mampus!"
Sin-lie Hongcu yang sedang kalap, telah terdorong mundur oleh kekuatan ilmu caokhe yang dilancarkan oleh Kauw Sam. Tapi oraug she Kauw itu ternyata tidak mau mendesak terus, malah berkata sambil ketawa dingin:
"Hanya kepandaian semacam ini, kau hendak mengganas di barat?"
Sin-lie Hongcu semakin kalap kembali menyerang dengan pedangnya. Tapi serangannya kali ini, kembali dirintangi oleh satu kekuatan lunak.
Khe-tek Taysu sudah berada di sampingnya, kemudian berkata kepada Bo-yong Pek sambil rangkapkan kedua tangannya. "Pocu, numpang tanya, apakah orang2 pelbagai partai dari Tionggoan sudah tiba di sini"''
"Mereka sudah lama tiba!"
"Bolehkah lolap menjumpai mereka?" Khe-tek taysu yang sangat cerdik, hatinya lantas timbul rasa curiga.
Orang2 dari daerah Tionggoan kalau benar sudah tiba, mengapa orang2 kuat Hong-lui-po pada berada di luar"
363 Bo-yong Pek mengawasi padanya sejenak, lalu
menjawab sambil ketawa dingin: "Dalam hidupmu ini jangan harap kau bisa berjumpa dengan mereka lagi!"
Khe-tek Taysu terperanjat. "O-Mie-To Hud, apakah mereka sudah binasa semuanya?"
Dari samping Kauw Sam nyeletuk: "Siapa yang berani masuk sembarangan ke benteng Hong-lui-po. akan dibunuh tanpa ampun!. Rombongan orang2 itu dengan kepandaian mereka yang tidak berarti, berani mati menguasai daerah Tionggoan. Kalau tidak diberi sedikit hajaran, nanti akan semakin congkak dan tidak pandang mata orang lain lagi".
Khe-tek Taysu menarik napas panjang amarahnya mulai timbul. Selagi hendak menegur lagi, Bo-yong Pek sudah berkata pula: "Kalian serombongan orang2 ini, juga jangan harap bisa pulang ke Tionggoan lagi. Ikutilah mereka, menjadi setan gelandangan di daerah gurun pasir ini!"
Ia buka kipasnya. Mulutnya mengeluarkan suara siulan nyaring dan panjang. Dari empat penjuru segera datang banyak orang2 Hong-lui-po yang semuanya mengenakan pakaian seragam kulit warna merah, hingga Cit-seng Hongcu dan lain2-nya terkurung rapat.
Khe-tek Taysu mengawasi orang2 berpakaian kulit itu, Ia mendapat kesan bahwa orang2 itu kelihatannya bukan orang2 bangsa tukang pukul biasa, maka diam2 hatinya lantas berpikir "Hong-lui-po sudah mengandung maksud jahat. Pertempuran hari ini, nampaknya akan menghadapi musuh yang terberat".
Tapi, ia dan Oey Pek To sama2 merupakan pemimpin partai persilatan. Walaupun harus korbankan jiwa, juga tidak akan mundur lagi. Maka ia lantas berkata: "Apakah ini caranya Hong-lui-po menyambut tetamunya?"
364 Bo-yong Pek tidak menyahut. Ia hanya ketawa dingin saja. Ia kibaskan kipasnya dengan pelahan, terdengarlah suara bentakan. Orang2 pakaian kulit mulai melakukan serangan dari berbagai jurusan.
Kauw Sam lebih dulu menyerbu Khe-tek Taysu, lalu disusul oleh Pak-kek dau Thian-cao kedua Suncu, dengan senjata masing2, menyerang empat orang dari Ngo-thay-pay, sedang Lam tao Suncu menerjang Cit-seng Hongcu.
Sesaat kemudian, terjadilah pertempuran mati2an, berlangsung di hadapan benteng kuno Hong-lui po.
Angin utara meniup dengan kencangnya, salju turun berterbangan.
Suara bentakan, suara jeritan, terdengar diantara menderuhnya angin kencang.
Tetesan darah seolah-olah bunga Bwee, berterbangan jatuh di atas salju yang putih meletak, tapi kemudian tertutup kembali oleh salju yang turun dari atas udara.
Empat angkatan tua dari Ngo-thay-pay dah duabelas Hongcu dari gunung Bu-san, meski masing2 mempunyai kepandaian tinggi, tapi kaanan manusia buas dari barat itu, juga merupakan tenaga pilihan dari Hong-lui-po. Apalagi jumlah orangnya ternyata jauh lebih banyak dari pada pihak tetamunya, sudah tentu lama kelamaan pihaknya Khe-tek Taysu dan kawan2nya mulai kewalahan.
Bo-yong Pek dengan tenang menyaksikan pertempuran itu dari luar kalangan. Ketika menyaksikan keadaan demikian lantas berseru: "Tahan!"
Kouw Sam dan lain2nya yang memimpin rombongan
orang2 itu lantas undurkan diri. Bo-yong Pek sambil goyang2kan kipasnya berkata kepada Khe tek Taysu dan 365
kawan2nya: "Sekarang kalian tentunya sudah tahu sendiri, betapa hebatnya kekuatan orang2 Hong-lui-po bukan" Kini hanya dua jalan untuk kalian pilih sendiri. Pertama mati, kedua menakluk. Sekarang kami berikan wattu beberapa detik buat kalian berpikir. Nanti setelah kami menggerakkan tindakan yang kedua, ini kalian barang kali juga dapat bayangkan sendiri, bagaimana akibatnya".
Serta merta Cit-seng Hongcu menjawab sambil ketawa panjang: "Satu laki2 lebih baik mati daripada dihina. Bo-yong Pek, kau jangan mengimpi di tengah hari! siapa yang akan binasa, masih belum dapat ditentukan!"
Khe-tek Taysu meski seorang beribadat, juga bisa naik darah ketika mendengar perkataan yang bersifat menghina itu.
Dengan alis berdiri ia berkata: "Karena nafsumu yang hendak menjagoi dunia kang-ouw, kau tidak segan melakukan pembunuhan besar2an. Aku kuatir impianmu yang muluk ini sebelum terbukti, kau sudah menemukan ajalmu. Saat itulah kau nanti baru merasa menyesal, tapi tentunya sudah terlambat".
Bo-yong Pek dongakan kepala dan ketawa terbahak-bahak "Sekalipun mulutmu dapat mengeluarkan bunga teratai, hari ini toh akan binasa digurun pasir".
Setelah berkata demikian, ia lalu perintahkan orang2nya sambil kibaskan kipasnya: "Turun tangan!"


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dari empat penjuru kembali terdengar suara bentakan riuh. Suatu serangan yang hebat, kembali telah dilancarkan.
Kali ini lebih hebat daripada yang pertama. Mereka menyerang bukan dengan tangan kosong saja, melainkan menggunakan rupa2 senjata.
366 Selagi pertempuran sedang berlangsung dengan
sengitnya, mendadak terdengar suara derap kaki kuda.
Bo-yong Pek nampaknya terkejut. Ia pasang mata, segera dapat lihat dari jauh ada enam ekor kuda lagi mendatangi.
Yang terdepan, penunggangnya ada seorang tua
berjenggot putih panjang, berpakaian sangat perlente. Di belakang ada seorang muda berparas tampan yang juga sangat perlente dandanannya. Sedang empat yang lainnya ada laki2 setengah tua. Satu diantaranya yang
berperawakan gemuk dan berpakaian warna kuning, yang nampak paling menyolok.
Setelah berada agak dekat, pemuda tampan itu lantas bedal kudanya ke medan pertempuran.
Pak-kek Suncu yang mengetahui itu lantas simpan payungnya dan maju menghampiri seraya menanya:
"Sahabat dari mana, berhenti dulu!"
Pemuda tampan itu mengawasi padanya sejenak dengan sorot mata dingin, tidak menjawab pertanyaannya. Ia masih tetap pasang mata ke arah medan pertempuran, ketika melihat Sin-lie Hongcu, ia lantas memanggil dengan suara nyaring: "Nona, apakah nona dapat lihat To-liong Kongcu, saudara Lim datang kemari?"
Sin-lie Hongcu yang sedang bertempur sengit, mendadak dengar orang memanggilnya. Ketika ia dongakan kepala, segera dapat lihat bahwa orang yang memanggil itu ternyata adalah Hong-gwat Kongcu, hingga hatinya merasa girang.
Ia tahu benar kemahirannya ilmu pedang kongcu itu, sehingga namanya sangat terkenal di dalam dan luar negeri.
Apalagi ia ada sahabat karibnya Lim Tiang Hong, melihat keadaan sendiri dalam bahaya, ia pasti akan turun tangan.
367 Maka ia lantas menyahut: "Menyesal sekali siauwmoay tidak lihat padanya".
Pak-kek Suncu yang tidak dihiraukan pertanyaannya Hong-gwat Kongcu, sebaliknya menanya Sin-lie Hongcu yang sedang terkurung oleh orang2nya, seketika lantas menjadi panas, dengan senjata payungnya ia menyerang kongcu kita.
Mendadak terdengar suara bentakan keras, si gemuk baju kuning yang menyusul belakangan, mendadak lompat dari atas kudanya. Dengan serangan tangan kosong yang dilancarkan dari jarak jauh, ia menggempur kepala Pak-kek Suncu.
Jika Pak-kek Suncu tidak menarik kembali serangannya, sudah pasti akan terluka oleh serangan si gemuk itu.
Terpaksa ia geser kakinya, dan tarik kembali serangannya.
Pada saat itu, orang tua jenggot panjang putih itu juga sudah tiba. Dengan matanya yang tajam ia menyapu medan pertempuran itu sejenak, segera mengetahui apa yang telah terjadi. Mendadak ia berkata dengan suara keras.: "Siapa adanya Hong-lui Pocu" Harap suka unjukkan diri untuk berbicara dengan lohu".
Dari sikap dan tindak-tanduk orang2 itu, Bo-yong Pek sudah dapat menduga bahwa rombongan orang yang baru tiba ini nampaknya lebih sulit dihadapinya daripada rombongan yang pertama. Tapi ia tidak takut.
Dengan sikap masih tetap tenang ia maju ke depan dan berkata: "Aku yang rendah Bo-yong Pek Pocu benteng Hong-lui-po ini. Tuan dari golongan mana" Dan ada keperluan apa datang kemari?"
"Lohu Tho-hoa Tocu, karena mendengar kabar bahwa Hong-lui-po hendak menguasai rimba persilatan daerah 368
Tionggoan, maka lohu sengaja datang kemari untuk belajar kenal dengan kepandaian ilmu silat daerah barat"
Kemudian ia kerutkan keningnya dan berkata pula sambil menunjuk ke medan pertempuran: "Main keroyok untuk mencari kemenangan bukan caranya orang
bertanding mengadu kepandaian, melainkan melakukan pembunuhan dengan disengaja. lohu sangat mual melibat perbuatan ini, harap suruh mereka berhenti!"
Bo-yong Pek yang mengetahui bahwa dipihak sendiri sudah hampir merebut kemenangan, mendengar perkataan itu dalam hatinya lantas berpikir "orang2 itu sudah mendekati ajalnya, bagaimana aku dapat perintahkan berhenti hanya sepatah perkataannya orang tua ini" Tho-hoa Tocu meski kesohor nama dan kepandaiannya tapi hanya beberapa gelintir itu saja, apa gunanya?"
Karena berpikir demikian, maka ia lantas menjawab sambil angkat tangan memberi hormat: "Kiranya Tho-hoa Tocu yang berkunjung. Di sini bukan tempatnya untuk menyambut tetamu, mari kita masuk ke dalam untuk bere-mong-omong."
Tho-hoa Tocu ada seorang pintar. Barusan melihat padanya berpikir dan kemudian baru menjawab, sudah tahu kalau pocu ini ada mengandung maksud tidak baik, maka dengan masih tetap bersikap dingin ia berkata "Tidak perlu begitu merendahkan diri. Lohu masih tetap dengan permintaanku tadi, lekas suruh mereka berhenti bertempur"
"Rombongan orang2 itu sudah melanggar peraturan Hong-lui-po, dosa mereka itu sudah tidak dapat diampuni lagi"
369 "Mereka nyata2 ada orang2 rimba persilatan daerah Tionggoan, mengapa harus terikat oleh peraturan Hong-lui-po" Hal ini lohu benar tidak mengerti".
Pak-kek Suncu mendadak nyeletuk dari samping: "Siapa yang hendak menyerbu Hong-lui-po, harus dibunuh mati, tidak ada ampunnya lagi, bagi siapa saja tidak ada kecualinya".
Tho-hoa Tocu mendadak menjadi sengit, bentaknya dengan keras: "Kau macam apa, berani turut campur mulut?"
"Pak-kek Suncu dari Hong-lui-po adalah aku ini.
Apakah Tocu anggap bahwa aku sudah tidak ada harganya buat menerima pelajaranmu"
"Satu perajurit yang tiada nama, juga berani
bertingkah!" berkata Tho-hoa Tocu sambil ketawa terbahak-bahak.
Lalu ia kebutkan lengan bajunya. Dari mana kekuatan tenaga dalam yang tidak terwujud, meluncur keluar dengan hebatnya.
Pak-kek Suncu gelagapan, dengan susah payah ia baru berhasil tidak rubuh, tapi tidak urung sudah terpental mundur sampai tiga tindak. Hal ini membuat ia menjadi kalap, sambil putar payungnya, ia lompat maju.
Mendadak terdengar suara bentakan Bo-yong Pek:
"Kepandaian Tho-hoa Tocu sudah kesohor ke mana-mana, kau bukan tandingannya, lekas mundur!"
Kemudian ia berkata kepada Tho-hoa Tocu sambil ketawa dingin: "Ada sahabat dari tempat jauh, sudah selayaknya kita sambut secara hormat"
370 Setelah itu ia berkata pula kepada Pak-kek Suncu, "Kau lekas balik dan beritahukan kepada mereka, supaya siap menyambut tetamu".
Perkataan yang terakhir ia ucapkan dengan nada panjang.
Pak-kek Suncu sudah mengerti maksudnya, maka ia lantas menjawab "Baik!" dan lantas balik ke benteng.
Pertempuran antara rombongan Khe- tek Taysu dan orang2 Hong-lui-po, masih berlangsung dan kini sudah mencapai kebabak yang menentukan. Khe-tek Taysu yang berhadapan dengan Kauw Sam, meski kepandaiannya dari golongan Buddha sudah mempunyai latihan lebih dari lima puluh tahun, tapi Kauw Sam yang mempunyai kepandaian dan kekebalan, terutama ilmu pukulan tangannya yang mendapat warisan dari golongan Hian-bun kerajaan Cheng, sesunggguhnya merupakan satu lawan yang terberat.
Setelah bertempur lebih dari dua ratus jurus pundaknya telah kena terpukul oleh Kauw Sam sehingga ia mundur terhuyung-huyung sampai lima tindak.
Kauw sam yang tidak kenal kesian, dengan ketawa mengejek hendak menamatkan jiwanya paderi tua itu.
Untung Khe-tek Taysu sudah mempunyai latihan cukup lama. Meski dalam keadaan terluka ia masih dapat menghindarkan diri dari serangan orang she Kauw itu, cuma darah dalam dadanya terus bergolak.
Tho-hoa Tocu yang menyaksikan semua kejadian itu, apalagi setelah dibikin mendongkol oleh sikapnya Pak-kek Suncu, menampak kekejaman Kauw Sam itu semakin gusar, dengan satu bentakan keras ia berseru: "Semua berhenti!"
371 Suaranya seperti geledek itu menggetarkan semua orang yang sedang bertempur.
Bo-yong Pek mendadak lompat maju, sambil kibas2kan kipasnya dan dengan nada suara dingin ia berkata: "Di sini adalah tempatnya Hong-lui-po, bukan Tho-hoa-to, harap tuan jangan coba berlaku gagah2han di sini".
"Dalam hal ini lohu sudah sudah ambil keputusan akan campur tangan".
"Apa kau sudah sedia hendak dikubur di gurun pasir?"
"Lihat dulu, kau ada mempnyai itu kemampuan atau tidak?"
"Tidak halangan kita coba dulu di sini satu dua jurus saja".
Tho-hoa Tocu lantas lompat turun dari atas kudanya dan berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Itu ada cara yang paling adil.'*
Pada saat itu, pertempuran sudah berhenti. Tho-hoa Tocu meski tidak ada hubungan dengan orang2 pelbagai partai persilatan daerah Tionggoan, pada keadaan dan tempat seperti itu, ia harus bertempur dan membahu dengan orang2 dari Tionggoan.
Orang2 Ngo-thay-pay dan gunung Bu-san, karena
melihat Tho-hoa Tocu sudah bersedia campur tangan, maka mereka lantas mundur dan memulihkan kekuatan
tenaganya. Bo-yong Pek kerena sudah dengar nama besar dari Tocu itu, untuk sementara ia lepaskan maksudnya hendak menghancurkan Ngo-thay-pay dan harus pusatkan
perhatian serta kekuatannya untuk menghadapi orang2
Tho-hoa-to. 372 Tho-hoa Tocu sudah kenal baik kekuatan dan
kepandaian orang2 Hong-lui-po ketika dalam pertempuran disarangnya berandal dari tujuh propinsi. Maka kini setelah berhadapan dengan pocunya sendiri, ia tidak berani berlaku gegabah. Kedua pihak setelah masing2 berdiri terpisah kira2
lima kaki. masing2 lalu mengerahkan kekuatan, siap sedia hendak menerkam lawannya.
Kalau tadi suasana ada begitu keruh. Ribut dan mengerikan, kini telah berubah menjadi sunyi senyap. Tapi, dibalik kesunyian itu, sebetulnya ada mengandung ketegangan, dimana akan berlangsung suatu pertempuran yang lebih bebat diantara dua jago kenamaan,
Pada saat demikian, mendadak terdengar suara tiupan nafiri yang amat tajam melengking. Dari dalam Hong-lui-po, mendadak muncul serombongan orang2 kang-ouw yang berpakaian beraneka ragam, orang2 itu nampaknya sangat galak dan buas.
Sebagai pemimpin rombongan itu, ada seorang tinggi besar dengan wajah buas dan hidung melengkung serta bercaling. Ia bukan lain daripada Manusia Buas Nomor Satu, Pek-tok Hui-mo. Di sebelah kirinya ada satu nenek kurus kering yang matanya mendelong ke dalam, dan sebelah kanannya ada seorang wanita setengah tua tapi masih genit nampaknya, pakaiannya sangat reboh. Di belakang tiga orang itu, sedikitnya ada 50 atau 60 orang kang-ouw. Mereka menyerbu ke dalam medan
pertempuran. Tho-hoa Tocu nampaknya terkejut dan Bo-yong Pek telah menggunakan kesempatan telah melakukan serangan secara pengecut, kipasnya menotok jalan darah lawannya dari berbagai penjuru.
373 Serangannya yang dilakukan secara pengecut itu telah berhasil membuat Tho-hoa Tocu keteter hingga terpaksa mundur. Dalam sepuluh jurus babak permulaan itu, jago tua ini tidak berdaya sama sekali untuk melakukan serangan pembalasan.
Hong-gwat Kongcu sebagai anaknya, ketika melihat ayahnya terdesak, lantas menghunus pedangnya hendak maju membantu. Tapi ia segera ditegur oleh Kauw Sam:
"Hendak main keroyok" Tuan besarmu sudah sedia main2
beberapa jurus denganmu!"
Hong-gwat Kongcu gerakan pedangnya, ia berkata dengan suaru gusar: "Mari! kongcumu tidak takut walaupun kalian berjumlah lebih banyak".
Si gemuk Oey Kiu, walaupun orangnya kasar tapi ternyata dapat berpikir secara cermat. Ketika ia menyaksikan di sekitarnya, kecuali rombongan orang2 yang dipimpin oleh Pek-tok Hui-mo, entah sejak kapan, dari berbagai penjuru telah nyelundup banyak orang2
berpakaian kulit warna merah. Dengan demikian, maka orang2 dipihaknya sudah terkurung rapat oleh barisan yang sangat kuat. Jika pada saat itu melakukan pertempuran, tentunya mereka akan diserbu oleh pasukan manusia buas itu, maka diam2 ia menarik ujung baju Hong-gwat Kongcu dan berkata padanya: "Pocu hanya kehilangan kesempatan untuk merebut posisi, bukan kalah benar2, sebaiknya Kongcu berlaku tenang saja"
Hong-gwat Kongcu diam2 membenarkan pendapat
sigemuk itu, memanglah demikian keadaannya yang sebenarnya.
Tho-hoa Tocu sebagai satu jago tua yang tinggi kepandaiannya dan banyak pengalamannya. Meski
diserang secara pengecut oleh lawannya, hingga terpaksa 374
mundur terus menerus, tapi pe-lahan2 ia dapat
memperbaiki kedudukannya hingga menjadi berimbang.
Bo-yong Pek yang mendapat warisan dari kepandaian ayahnya, sejak masih kanak2 sudah menunjukkan bakatnya yang luar biasa, otaknyapun cerdas. Ia merupakan salah seorang terkuat dari antara leluhurnya. Sejak ia menjadi pocu atau pemimpin golongannya, telah bertekad bulat hendak pentang pengaruhnya ke daerah Tionggoan.
Ditambah lagi dengan hasutannya beberapa orang dari golongan hitam yang tidak bisa tancap kaki di daerah Tionggoan, maka semakin besar nafsunya hendak menjadi
'raja' di dunia kang-ouw.
Pertempuran hari itu, merupakan 'kunci', berhasil atau gagalnya dalam usahanya untuk menguasai dunia. Semula karena agak jeri terhadap Tho-hoa Tocu, maka selain berlaku curang, juga sangat ber-hati2 menghadapi jago tua itu. Tapi setelah berlangsung seratus jurus lagi. ia merasa bahwa lawannya itu ternyata cuma begitu saja
kepandaianya, hingga kepercayaannya terhadap kepandaian sendiri semakin tebal, kekuatan tenaganya yang semula disimpan sebagian sebagal cadangan, kini juga digunakan seluruhnya.
Setiap gerak tipunya dirubah, dengan kipas ditangan kanan dan telapakan tangan kiri, terbuka menghnyani serangan kepada lawannya secara bertubi-tubi.
Tho-hoa Tocu yang pernah menjagoi di pulaunya Tho-hoa-to hampir seumur hidup, belum pernah menghadapi lawan begitu tangguh dan serangan begitu aneh. Dalam kagetnya, ia kerahkan seluruh kepandaiannya dan kekuatannya, barulah berhasil mengelakan serangan yang begitu hebat, tapi kakinya terus mundur sampai enam langkah baru dapat berdiri tegak.
375 Bo-yong Pek tiba2 perdengarkan suara ketawanya yang panjang, kemudian mendorong kipasnya, hendak menotok jalan darah didada Tho-hoa Tocu. Serangan itu nampaknya sederhana tapi sebetulnya ada mengandung kekuatan yang sangat hebat, hampir seluruh jalan darah didada si orang tua, di bawah ancaman ujung kipas emas itu.
Tho-hoa Tocu mengerti bahwa serangan itu sulit dielakkan, maka sambil kertak gigi ia balikkan telapakan tangannya, ia telah ambil putusan tidak akan menyingkir bahkan hendak menyerang lawannya dengan sepenuh tenaga, supaya sang lawan juga jatuh terluka.
Dalam keadaan sangat berbahaya itu, mendadak secara tiba2 muncul seorang wanita muda dengan seorang bocah laki2 yang badannya tegap dan berdandan seperti gembala.
Wanita muda itu berparas cantik, se-olah2 bidadari yang baru turun dari kayangan. Sedang ditangannya ada membawa senjata berbentuk gendewa.
Mungkin karena semua perhatian sedang dicurahkan kepada dua jago yang sedang bertempur mati2an itu, hingga kedatangan dua orang itu tiada seorangpun yang mengetahuinya.
Bocah berbadan kekar dengan dandanannya seperti gembala itu begitu tiba dalam medan pertempuran, lantas berseru dengan suaranya yang menggeledek: "Hei, kau yang memegang kipas ini bukan orang baik2!"
Kepalannya lantas diayun, menyerang dengan hebat kepada Bo-yong Pek.
Bo-yong Pek yang sedang melancarkan serangannya yang mematikan terhadap lawannya, tiba2 di bawah ketiaknya merasakan sambaran angin hebat. Oleh karenanya, terpaksa ia urungkan maksudnya hendak 376
membinasakan lawannya dan lompat ke samping sejauh tiga kaki.
Ketika ia berpaling, baru dapat lihat bahwa orang yang menyerang padanya tadi ternyata ada satu bocah tolol berdandan seperti gembala. Dengan alis berdiri dan wajah penuh kemurkaan ia mengawasi bocah itu sambil ketawa dingin, tangannya perlahan2 diangkat ke atas.
Bocah itu setelah melancarkan kepalannya, ia masih belum tahu kalau orang yang diserang ladi sudah akan membunuh dirinya, hingga masih berdiri menjublak di tempatnya.
Tho-hoa Tocu yang mengetahui bahwa dirinya sudah akan terluka di bawah kipas lawannya tidak nyana ada orang yang datang memberi pertolongan padanya, hingga jiwanya terhindar dari bahaya maut. Ia menarik napas panjang dan ketika ia melihat gerakan Bo-yong Pek yang hendak membinasakan penololongnya itu, maka lantas berseru: "Jangan turun tangan kejam!".
Cepat ia lompat menubruk, tapi ternyata sudah agak terlambat, sebab tangan Bo-yong Pek sudah turun dengan serangannya yang hebat, sedang bocah itu masih tetap belum sadar kalau dirinya dalam keadaan sangat berbahaya. Apalagi wanita yang datang bersama-sama dengannya tadi begitu tiba dimedan pertempuran matanya lantas celingukan agaknya sedang mencari orang, hingga tidak tahu apa yang telah terjadi dengan diri kawannya itu.
Sedikit lagi sebelum tangan Bo-yong Pek turun di atas kepala bocah tolol itu, sesosok bayangan orang mendadak meluncur ke dalam medan pertempuran. Dengan satu tangan ia mendorong tubuh si tolol, lain tangan digunakan untuk menyambuti tangan Bo-yong Pek. Tatkala kedua 377
tangan itu saling beradu, terdengarlah suara nyaring, dan kemudian Bo-yong Pek mundur dua langkah.
Orang yang haru dalang itu juga lantas melayang turun, ternyata ia ada satu pemuda muka pucat yang berdandan seperti bangsa Wie.
Kagetnya Bo-yong Pek bukan buatan, Tho-hoa Tocu juga urungkan maksudnya yang hendak menggempur musuhnya tadi, dan semua orang yang disitu juga dibikin terkejut oleh kedatangan pemuda aneh itu.
Pemuda aneh itu bukan lain daripada Lim Tiang Hong, yang selama itu bersembunyi dengan orang tua itu. Begitu melihat wanita yang datang bersama-sama bocah tolol itu adalah Yu-kok Oey-eng, dalam girangnya ia lantas maju menghampiri sembari berkata: "Enci Oey-eng, kau juga sudah datang!" suaranya itu penuh rasa kasih sayang.
(dw^kz) Jilid ke 7 Meski Oey-eng semula agak kaget, tapi dari suaranya itu ia kenali bahwa pemuda itu adalah tunangannya, maka dalam hatinya juga merasa girang dan semua prasangka serta kekuatirannya telah tersapu bersih, laksana awan tertiup angin. Tapi ia masih pura2 pelengoskan wajahnya dan berjalan menghampiri si tolol. Sambil letakkan tangannya di atas pundak si tolol, ia berbisik-bisik ditelinganya.
Bocah tolol itu adalah Hoo Ah-gu. Dasar tolol, apapun tidak meagerti, mendadak ia delikkan matanya dan 378
membentak kepada Lim Tiang Hong: "Kau juga bukan orang baik2, berani mengganggu enciku!"
Seperti menghadapi Bo-yong Pek tadi, ia juga
menyerang Lim Tiang Hong dengan tinjunya.
Lim Tiang Hong terperanjat. Ia geser kakinya dengan mudah mengeluarkan serangan tersebut. Selagi hendak menegur, Yu-kok Oey-eng sudah menarik tangannya Ah-gu dan berkata padanya: "Jangan layani dia lagi, mari kita pergi!" Setelah itu ia lalu lompat keluar kalangan.
Orang2 Hong-lui-po karena tidak dapat perintah pocunya, maka mereka tidak berani merintangi dan membiarkan mereka berlalu.
Lim Tiang Hong sebetulnya hendak memburu, tapi karena keadaan sangat gawat yang perlu segera
diselesaikan, sudah tentu tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Terpaksa ia kesampingkan dulu urusan pribadinya, kemudian balikkan badan dan berdiri ber-hadap2pan dengan Bo-yong Pek.
Bo-yong Pek barusan telah dikejutkan oleh tangkisan Lim Tiang Hong, yang sudah membikin dirinya terdorong mundur dua langkah. Karena orang yang mampu
menandingi kekuatan tenaganya, sebetulnya tidak berapa jumlahnya. Ketika ia perhatikan pemuda itu ternyata adalah itu pemuda berpakaian bangsa Wie, yang tadi malam dicari tidak ketemu. Hal ini membuat ia semakin kaget dan heran, maka ia terus berdiri kesima dan tidak perhatikan apa yang terjadi disitu. Setelah berhadapan dengan Lim Tiang Hong, ia baru terdesak.
"Dengan cara main sembunyi seperti ini, apakah itu ada perbuatannya seorang gagah?" demikian ia menegur.
379 Lim Tiang Hong membuka kedok kulitnya, sembari ketawa terbahak-bahak ia berkata: "Hatimu sungguh jahat, kau telah menggunakan racun 'Ngo-pou-Bie-hun-cian-jit-cui" hendak membasmi semua orang kuat dari daerah Tionggoan. Sayang Tuhan Allah tidak mengizinkan umatnya berbuat kejahatan, sehingga perbuatanmu itu diketahui olehku. Mungkin sebelum usahamu itu berhasil, kau akan menebus dosamu dengan darahmu sendiri, hah....
haha....". Dalam kalangan kini terdengar suara riuh: "To-liong Kongcu....!"
Bo-yong Pek benar2 merasa kaget, heran dan gusir.
Kaget, karena Lim Tiang Hong telah mengetahui semua rahasianya sendiri. Ada kemungkinan masih mempunyai kawan yang sembunyikan diri di dalam, kalau benar demikian halnya, maka ini akan merupakan satu bencana bagi dirinya.
"Bo-yong Pek juga sudah pernah dengar bahwa di daerah Tionggoan ada seorang jago muda yang bernama To-liong Kongcu. Tapi kalau di daerah Tionggoan kau dapat membuat nama, buat daerah ini, tiada tempat bagimu untuk menjadi jago".
Lim Tiang Hong melihat keadaan di sekitarnya.
Kemudian berkata dengan suara bengis: "Dengan
menggunakan barisan tempur semacam ini kau perlakukan sahabat2 dari rimba persilatan daerah Tionggoan, sudahkah kau pikirkan, bahwa dalam pertempuran yang akan berlangsung nanti, berapa jiwa akan melayang" Orang she Lim tidak suka dalam daerah gurun pasir ini akah ditambah penghuni setan keleleran, maka aku nasehatkan padamu, sebaiknya kau pikir dulu masak2 tindakanmu ini".
380 Sebelum Bo-yong Pek memberi jawabannya, kembali ia berkata sambil menuding Pek-tok Hui-mo dan kawan2nya:
"Orang2 ini, di daerah Tionggoan merupakan iblis2 yang tangannya penuh darah, dosanya ber-tumpuk2. Tapi kau telah terima mereka bernaung di bawah atap rumahmu, apakah maksudmu. Rasanya tidak sukar untuk diketahui.
Jikakau tidak segera insyaf, usaha yang didirikan oleh leluhurmu dengan susah payah, dalam waktu sekejap mata saja barangkali akan ludas dalam tanganmu".
Seorang jumawa seperti Bo-yong Pek, yang
kedudukannya di daerah barat bagaikan satu raja, belum pernah ada orang berani mengucapkan perkataan kasar di hadapannya, tapi kini ditegur demikian pedas oleh Lim Tiang Hong, dalam hati juga merasa ma|u, tapi itu hanya sepintas lalu saja, kembali sudah balik kepada asalnya yang sombong, angkuh.
Ia lalu pentang kipasnya, dikeprakkan kepada tangannya sendiri, kemudian berkata sambil ketawa dingin:
"Perkataanmu ini semua tidak ada gunanya, perkara hari ini, siapa yang kuat akan tinggal hidup, siapa yang lemah mampus. Setiap orang boleh mengandalkan kepandaian dan kukuatan masing2. Aku lihat kau agaknya mempunyai sedikit kepandaian yang cukup berarti, boleh kita lebih dulu mencari penyelesaian di bawah tangan."
Lim Tiang Hong masih tenang2 saja, sambil dongakan kepala ia menjawab dengan nada suara dingin: "Kalau kau sudah tidak mau dengar nasehatku, begitupun baik!"
Suasana segera menjadi panas. Orang2 Hong-lui-po sudah siap2 hendak menggempur, terutama Pek-tok Hui-mo dan kawan2nya, yang sejak tadi sudah meng-harap2kan agar partempuran segera dimulai.
381 Tho-hoa Tocu yang adatnya angkuh, kini telah
diperlakukan oleh orang2 Hong-lui-po begitu rupa, ia menyesal tidak membawa anak buahnya lebih banyak.
Hongcu dari gunung Bu-san dan orang2 Ngo-thay-pay, meski mereka percaya sepenuhnya kepada kepandaiannya Lim Tiang Hong, tapi kalau melihat jumlhb orang Hong-lui-po yang begitu besar, diam2 juga merasa sedikit kuatir Pertempuran ini ada merupakan suatu pertempuran yang tidak sebanding, dari pihaknya Hong-lui-po. Kekuatan anak buahnya saja lebih dari 300 orang, ditambah lagi dengan pahlawan2nya yang sangat kuat, yang jumlahnya ada beberapa puluh orang, ini saja sudah cukup untuk menghadapi orang2 dari tiga golongan. Apalagi, di samping itu masih ditambah dengan kekuatan orang-orangnya Pek-tok Hui-mo, maka sikap mereka sangat garang,
dianggapnya orang-orang dari daerah Tionggoan ini pasti akan mereka basmi seluruhnya.
Kauw Sam mendadak lompat maju di depan cukongnya seraya berkata: "Untuk menghadapi satu bocah yang tidak ada namanya ini, perlu apa pocu harus turun tangan sendiri" Biarlah Kauw Sam yang bereskan padanya!"
Setelah itu ia lantas balikkan badan dan berkata kepada Lim Tiang Hong dengan sombongnya "Bocah, kau tak usah bertingkah, majulah!"
Pada saat itu, dari luar kalangan tiba-tiba terdengar suara orang berkata: "Kau terhitung manusia macam apa?"
Dari tengah udara nampak melayang turun 6-7 sosok bayangan orang, seolah-olah burung elang yang hendak menerkam mangsanya. Yang tiba di tanah lebih dulu, ada seorang pincang yang wajahnya penuh berewok, rambutnya awut-awutan. Tangannya memegang tongkat besi, begitu 382
tiba di tanah orang itu, lantas menyerang Kauw Sam dengan tongkat besinya.
Serangan itu ada begitu hebatnya, hingga Kauw Sam yang sudah mempunyai banyak pengalaman segera
mengetahui kalau ia berhadapan dengan musuh tangguh, maka ia buru-buru lompat menyingkir dengan perasaan kaget.
Orang berewokan itu setelah memaksa Kauw-Sam
lompat mundur, kawan yang lainnya lantas tiba menyusul, mereka itu bukan lain dari pada beberapa pahlawan Hong-hong-tie yang terkenal. Cian-lie Tui-hong atau si Pengemis Pincang, Gin-sie siu atau si orang tua jenggot perak, Ceng-phao-siu atau si orang tua jubah hijau, Cong-pian Jie-lo atau dua orang tua dari perbatasan Thi-bet dan Mo-ie Kimkho atau senjata emas tidak bersayap. Mereka itu segera memberi hormat kepada Kokcunya.
Lim Tiang Hong sambut mereka sambil tersenyurn:
"Oh, kalian sudah datang semua!"
"Harap maafkan atas kelancangan lohsiu, karena hendak membantu Kokcu, telah mengeluarkan perintah dengan menggunakan tanda kepercayaan Kie-lin Lenghu, semua pahlawan kita yang terkuat, mungkin akan segera tiba".
Berkata Gin-sie-siu sambil memberi hormat.
Lim Tiang Hong nampak kerutkan keningnya, tapi kemudian dengan wajah berseri-seri ia menjawab: "Kau bertindak benar".
Cian-lie Tui-hong lantas berkata dengan suara lantang:
"Harap Kokcu suka memberi perkenan, aku si pengemis hendak hajar monyet ini."
383 "Bagus, lihat! congkoan Hong-hong-tie dengan
congkoan Hong-lui-po, sebetulnya mana yang lebih kuat?"
berkata Lim Tiang Hong. Nama Hong-hong-tie sudah sangat terkenal kedatangan beberapa pahlawannya itu saja sudah cukup
menggemparkan, apa lagi ucapan Gin-sie-siu tadi, yang demikian tegas dan nyata, juga sudah dapat didengar oleh semua orang yang ada disitu.
Khe-tek Taysu dan empat orang tua Ngo-tay-pay, diam2
pada memuji nama Buddha. Tho-hoa Tocu, Cit-seng Hongcu dan lainnya, juga merasa lega, sebab dengan kedatangannya orang2 Hong-hong-tie ini, betapapun banyaknya orang2 Hong-lui-po. juga tidak perlu ditakuti lagi.
-dwkz- Bab 60 SEMULA, oleh karena Lim Tiang Hong dan Bo-yong Pek sudah saling berhadapan, nampaknya kedua jago itu sudah akan mengadu kekuatan, maka siapapun tidak ada yang berani maju atau menyapa padanya. Kini setelah pahlawan2 Hong-hong-tie sudah datang semua, dan Cianlie Tui-hong sudah mulai bertempur dengan Kouw Sam, semua baru berani maju menanya padanya.
Pertama adalah Sin-lie Hongcu, seolah-olah kupu2
berterbangan, ia melesat menghampiri dan berkata padanya dangan suara nyaring: "Saudara Lim, kapan kau datang?"
Gadis ini meski sedapat mungkin hendak menindas perasaannya, tapi tidak terlepas dari kegembiraannya yang meluap-luap.
384 Lim Tiang Hong matanya mengawasi Cian-lie Tui-hong yang sedang bertempur dengan Kouw Sam, mulutnya menjawab dengan ramah "Sudah datang beberapa hari berselang!"
"Toako dan Khe-tek Taysu, juga sudah pada datang!"
"Maafkan aku belum bisa menjumpai mereka".
Sin-lie Hongcu melihat Lim Tiang Hong agaknya
curahan semua perhatiannya kepada Cian-lie Tui-hong yang sedang bertempur sengit, maka ia merasa tidak enak mengganggu pikirannya. Ia tidak berkata apaa lagi dan berdiri disamping anak muda.
Selanjutnya adalah Hong-gwat Kongcu, yang lantas lompat menhampiri. Sambil tertawa riang ia berkata:
"Saudara Lim benar2 seperti malaikat saja, siauwtee sangat kagum".
"Saudara terlalu memuji! Ayahmu disana, maafkan siauwtee tidak dapat memberi hormat, tolong saja sampaikan salamku kepadanya."
"Ini, di tempat apa dan keadaan bagaimana" Perlu apa begitu banyak adat peraturan" Kau dan aku, hari ini kembali hendak melakukan pertempuran besar2an dengan bahu membahu! hahaha...."
Walaupun dalam keadaan dan suasana gawat seperti itu, kongcu kita yang sangat romantis ini toh masih tetap gembira.
Sambil meghela napas Lim Tiang Hong berkata:
"Semoga bencana ini nanti akan dapat dihindarkan dan bisa berubah untuk kebaikan bersama".
Dua pemuda itu bicara sambil raemperhatikan dalam medan pertempuran saat itu nampak Pengemis Pincang 385
dengan rambut berdiri dan mata mendelik, menggunakan serangannya yang termasuk apa yang dinamakan golongan keras, setiap serangannya seolah-olah bisa membikin hancur batu daa menggempur runtuh gunung.
Hembusan angin membuat berterbangan salju yang turun dari atas langit, menambah hebatnya serangan yang keluar dari tangan Pengemis Pincang itu.
Kauw Sam yang dikenal ketangguhannya, saat itu juga kerahkan semua ilmu dan kekuatannya dikedua tangannya otot2 kelihatan menonjol keluar, sepasang matanya yang legok ke dalam. rnemancarkan sinar buas.
Naga Merah 6 Hardy Boys Komplotan Pemuja Vodoo Algojo Gunung Sutra 3
^