Pencarian

Warisan Jenderal Gak Hui 5

Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung Bagian 5


karena melanggar peraturan Kuk Li Kun dipersalahkan menyerang orang tanpa
kesalahan. Setelah mendengar kata-kata kakek itu yang akan menjatuhkan hukuman
kepada puterinya dan orang orang Kim-sai dengan hukuman yang amat berat.
Kiam Ciu melangkah kedepan dan memberi hormat.
"Locianpwee, aku anak muda yang bodoh ini menghargai kebijaksanaan
serta keluhuran budi locianpwee. Setelah aku mendengar penuturan locianpwee
tadi, maka kini aku dapat menarik kesimpulan mengapa orang-orang partai silat
Kim-sai dan puterimu selalu berusaha menyerang diriku. Maka setelah itu aku
Oey Liong Kiam 7 11 memohonkan kepada locianpwee untuk mempertimbangkan hukuman itu" seru
Kiain Ciu dengan hormat. Tetapi Kuk Kiat terperanjat mendengar seruan dan penuturan Kiam Ciu itu,
Dengan dahi berkerut dan mata melotot dia membentak.
"Tong Siauwhiap ! Ini adalah urusan partai silatku, kau tidak berhak turut
campur tangan dalam urusan ini ! Dikalangan kang-ouw orang harus memegang
janji. Orang-orangku telah melanggar peraturan partai, mereka harus menerima
hukuman karena pelanggarannya itu !"
Mendengar dirinya dibentak itu Tong Kiam Ciu dapat menekan kesabarannya,
kemudian dia menghormat lagi kearah Kuk Kiat serta berseru.
"Locianpwee maafkan aku anak muda yang bodoh ini ! Locianpwee sebagai
ketua partai Kim-sai, sudah selayaknya berhak atas segala orang-orang Kim-sai
tanpa ada orang luar dapat turut campur tangan. Tetapi aku Tong Kiam Ciu
memberitahukan kepada locianpwee sukalah kiranya untuk mengurus segala
sesuatunya itu dengan kebijaksanaan. Orang-orangmu bertindak demi tegaknya
partai Kim-sai. Dia telah menyerangku karena mereka tahu bahwa saya ini
murid Pek-hi-siu-si, kalau seandainya Pek-hi-siu-si dapat terbunuh bukankah
kau dapat bebas dari pengasingan ? Maka disitulah yang kumaksudkan dengan
kebikjaksanaan. Kuk Socia menyerangku demi untuk menolong membebaskan
ayahnya dari pengasingan", seru Kiam Ciu yang mengharap agar hati Kuk Kiat
menjadi lunak dan membatalkan hukumannya terhadap orang-orang Kim-sai.
Apa yang dikatakan oleh Tong Kiam Ciu itu adalah suatu alasan untuk
membebaskan Kuk Li Kun dan orang-orang Kim-sai dari hukuman partai. Diamdiam mereka telah memuji keluhuran hati pemuda yang akan dicelakakan itu.
Kuk Li Kun adalah seorang gadis, seorang perempuan yang walaupun
bagaimana mudah sekali merasa terharu. Maka ketika mendengar pembelaan
Kiam Ciu itu dia sangat menyesal dan terharu sekali.
"Tong Siauwhiap ! Aku peringatkan kepadamu sekali lagi ! Kalau kau masih
hendak turut campur dalam urusan Kim-sai ini. aku terpaksa harus memberikan
pelajaran padamu !" seru Kuk Kiat dengan suara marah dan gusar. Tetapi apa
yang diucapkan oleh Kiam Ciu diluar dugaan mereka.
Oey Liong Kiam 7 12 "Locianpwee, kau telah terlanjur berbuat keliru. Mengapa akan membuat
kekeliruan sekali ini ?! Sebenarnya apa untungnya aku turut campur dalam
urusan partai Kim-sai yang akan membunuhku itu ? Tetapi aku merasa bahwa
perbuatanmu itu tidak adil dan tidak bijaksana ! Lagipula sangat disayangkan
seandainya partai silat Kim-sai yang telah didirikan dan dibina dengan susah
payah itu akan menjadi hancur dan berantakan !" seru Kiam Ciu dengan nada
tenang dan hormat, "kehancuran yang diakibatkan. karena locianpwee terburu
nafsu" Semua orang yang mendengarkan segala tutur kata Kiam Ciu itu menjadi
kagum dan khawatir. Mereka khawatir kalau sampai Kuk Kiat menjadi gusar dan langsung
bertindak untuk menghajar Kiam Ciu. Bahkan Ji Tong Bwee yang sejak tadi telah
diam dan memperhatikan segala pembicaraan itu, kini telah siaga pula untuk
memberikan bantuan kepada kekasihnya bilamana dipandang perlu nanti.
Sampai sesaat suasana menjadi tenang. Sedangkan Kuk Kiat hanya diam
tetapi memandang kepada Kiam Ciu dan memberikan kesempatan kepada
pemuda itu untuk berbicara dan mengeluarkan isi hatinya.
"Lagi pula,, Kuk Siocia tidak melanggar peraturan Kim-sai" seru Kiam Ciu
dengan suara tenang dan pasti.
Justru kata-kata terakhir inilah yang membuat Kuk Kiat menjadi terheranheran karena dia sama sekali tidak mengetahui apa maksud pemuda itu
"Tong Siauwhiap, aku tidak mengerti penjelasanmu" kata Kuk Kiat.
Tong Kiam Ciu tersenyum mendengar seruan kakek iu. Dia juga merasa
mempunyai harapan karena menyebabkan kelunakan wajah Kuk Kiat saat ini.
Maka sambil menghormat terlebih dahulu, Kiam Ciu meneruskan
pembicaraannya. "Locianpwee bagaimanakah perjanjiannya dengan suhuku Pek-hi-siu-si
dulu?" tanya Kiam Ciu
"Yang kalah harus menyingkir dari kalangan Kang-ouw, selama yang
menang masih hidup" seru Kuk Kiat sambil kerutkan kening.
Oey Liong Kiam 7 13 "Oh, kalau begitu . . . ." sambung Kiam Ciu tetapi tertahan kata-katanya.
Dipandangnya Ji Tong Bwee dan gadis itu tersenyum, mengangguk tetapi
tampak sinar matanya redup.
Perbuatan kedua orang itu menjadikan Kuk Kiat lebih ingin tahu. Belum
sampai ketua partai Kim-sai itu bersuara, telah didahului oleh Kiam Ciu
meneruskan penuturannya serta menghormat dan dengan kalimat-kalimat yang
berhati-hati sekali. "Barusan adikku Ji Tong Bwee memberikan kabar padaku, bahwa suhu Pekhi-siu-si tiga tahun yang lalu telah meninggal dunia" Tong Kiam Ciu tidak
sanggup untuk berbicara lebih panjang lagi, karena tertahan oleh ganjelan di
tenggorokannya, karena pemuda itu kembali teringat kebaikan-kebaikan hati
suhunya selama dia dalam asuhannya.
"Hah ? Apa betul kata-katamu itu Tong Siauwhiap ?" seru Kuk Kiat terperanjat
dan matanya terbeliak. Tetapi Tong Kiam Ciu tidak menjawab, pemuda itu hanya mengangguk.
"Ai ! . . . . . ." Kuk Kiat menghela nafas kemudian melanjutkan kata-katanya
dengan nada rawan, "tidak kuduga kalau dia telah mendahuluiku, Jika seandainya
dia masih hidup, aku akan menjumpainya dan akan menghaturkan rasa terima
kasihku bahwa ternyata nasehatnya itu benar"
"Nah karenanya kini sudah kujelaskan kepada locianpwce bahwa Kuk Siocia
dan orang-orang partai Kim-sai ternyata tidak bersalah dan tidak ada yang
melanggar janji atau peraturan . . . . . . ." seru Kiam Ciu.
Tidak menunggu jawaban dari Kuk Kiat terlebih dahulu, Kiam Ciu telah
memutar tubuh dan menyambar tangan adiknya untuk diajak berlalu.
"Ayolah kita pergi !" seru Kiam Ciu sambil menarik tangan Ji Tong Bwee untuk
diajak berlalu" "Tong Siauwhiap tunggu ! Jika saat ini partai Kim-sai masih utuh. Ini adalah
jasamu. Dahulu aku menghormati Pek-hi-siu-si dan sekarang akupun
menghormatimu yang ternyata tidak kalah luhur budimu" seru Kuk Kiat dengan
suara ramah dan enak didengar.
Oey Liong Kiam 7 14 "Locianpwee semua perbuatanku itu adalah sewajarnya, lagi pula Locianpwe
jangan mempersamakan perbuatanku itu dengan suatu jasa" seru Kiam Ciu
sambil berhenti dan memutar tubuh menghadap kearah kakek itu.
Lalu kakek itu berpaling kepada orangnya serta memberikan perintah
kepada mereka untuk meoghormat Tong Kiam Ciu.
"Ayoh kalian memberi hormat dan terima kasih kepada Tong Siauwhiap !"
seru Kuk Kiak dengan suara perintah.
Begitu selesai perintah itu maka tampaklah orang-orang Kim-sai dan
termasuk juga Ceng Yun Leng dan Kuk Li Kun memberi hormat. Tong Kiam Ciu
merasa kikuk sekali diperlakukan semacam itu. Maka pemuda itu lalu
membongkokkan tubuhnya serta berseru.
"Baiklah. . . . sampai kita berjumpa lagi !" seru Kiam Ciu.
Kemudian Kiam Ctu mengangkat wajahnya dan menarik tangan adiknya
untuk diajak berlalu dari tempat itu. Baru saja Kiam Ciu melangkah, tiba-tiba
terdengar sebuah seruan lantang dan berwibawa.
"Tunggu !" Kemudian tampak dua telah berloncat dan berdiri diantara mereka. Dua
orang itu berpakaian sebagai tojin, kedua-duanya telah lanjut usianya dan
mengenakan jubah panjang berwarna abu-abu. Salah seorang dari kedua tojin
itu mengangkat tangan dan memberi hormat kepada Tong Kiam Ciu.
"Aku bernama Hian Cin Tianglo. Aku adalah suhu dari Hiong Hok Totiang,
pemimpin partai silat Bu-ting, Hiong Hok Totiang telah tewas dalam keadaan
yang mengerikan, kematiannya itun sampai sampai padaku. Maka aku sengaja
turun gunung untuk menyelidiki seluk beluk kematiannya itu, kemudian aku akan
mengadakan perhitungan yang setimpal. Kini di tempat ini kebetulan aku
menjumpai orang-orang Kim-sai-pay dan Tong Siauwhiap. Mungkin juga
diantara kalian aku akan mendapat keterangan yang pasti tentang kematian
muridku Hiong Hok Totiang itu ?"
Kemudian kakek itu berpaling kearah Tong Kiam Ciu dengan sorot mata
tajam menuduh dan membentak kearah Tong Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 7 15 "Tong Siauwhiap, apakah kau yang telah menganiaya Hiong Hok Totiang ?"
seru kakek itu dengan wajah mengerikan dan mata memancar.
Teiapi karena Tong Kiam Ciu merasa tidak berbuat salah maka pemuda itu
dengan tenang menjawabnya.
"Locianpwee. kalau menanyakan masalah kematian Hiong Hok Totiang. Aku
pernah menceritakan kepada Li Hok Tian murid kesayangan Bu-tong-pay itu.
Jauh hari aku telah merasa khawatir kalau sampai aku yang dituduh sebagai
pembunuhnya. Tetapi Hiong Hok Totiang telah memberikan suatu tanda padaku
yang berupa pening partai Bu-tong. Tetapt sayang ketika pertemuanku dengan
Li Hok Tian itu . . . ." belum lagi selesai kata-kata Tong Kam Ciu telah ditukas oleh
kakek itu. "Baiklah ! Tunjukkan pening partai Bu-tong itu padaku !" seru Hian Cin Tianglo
sambil menyodorkan tangannya kearah Kiam Ctu.
Tong Kiam Ciu merogoh sakunya dan mengeluarkan pening partai Bu-tong
kemudian mengulurkannya ke tangan Hian Cin Tianglo.
Hian Cin Tianglo menerima pening kuningan itu kemudian memeriksanya
sejenak, ketika megamati itu dia telah yakin bahwa pening itu adalah pening
partai Bu-tong sebenarnya.
"Baiklah, kau telah bebas dari tuduhanku. Tetapi pening ini kuminta kembali"
seru kakek itu sambil menyimpan pening itu kedalam sakunya.
Kemudian Hian Cin Tianglo menghadap kearah Kuk Kiat memandang dengan
pandangan penuh tanda tanya. Kuk Kiat tahu apa yang akan ditanyakan oleh
orang itu. Tetapi dia tidak mau mendahului maksud seseorang,
"Pangcu Kim-sai-pai apakah muridku Hiong Hok Totiang telah dianiaya oleh
orang-orangmu ?" seru Hian Cin Tianglo.
Kematian Hiong Hok Totiang tidak diketahui oleh Kuk Kiat. Karena pada saat
itu Kuk Kiat telah menjalani pengasingan diri. Maka dia lalu memanggil-manggil
putrinya untuk minta keterangan.
"Li Kun ! Li Kun" seru Kuk Kiat.
Oey Liong Kiam 7 16 Li Kun telah melangkah mendekati ayahnya untuk memberikan keterangan.
Tetapi tojin yang menyertai Hian Cin Tianglo terdengar tertawa gelak-gelak
dengan wajah penuh ejekan sambil berseru :
"Hey Kuk Kiat. kau adalah pemimpin partai Kim-sai yang telah malang
melintang di kalangan Kang-ouw kau telah lama merajai. Sekarang kau tidak
mengetahui tindak tanduk anak buahmu, apakah memang kau berlagak pilon ?"
seru Cok Hok Lo to. Tojin yang gegabah bicaranya itu adalah adik seperguruan Hiong Hok
Totiang. Memang kadang-kadang senang berbicara seenaknya dan sedikit
blcaranya tetapi kalau mulai bicara senang menyakiti hati orang yang diajak
bicara. Kata-kata yang diucapkan oleh tojin itu membuat hati Kuk Kiat menjadi
sangat gusar. "Sebenarnya kau akan berbuat apa terhadap partai Kim-sai ?!" seru Kuk Kiat
dengan suara gusar. Ciok Hok Lo-to masih mencibir dan menuding kearah Kuk Kiat dia berseru
dengan kata-kata yang tajam :
"Hutang uang dibayar dengan uang, hutang nyawa harus dibayar dengan
nyawa pula. Sekarang kalau kau dapat menyeret sipembunuh keluar, maka aku
akan merasa berterima kasih padamu !" seru Ciok Hok Lo-to.
Sesaat suasana menjadi sepi. Kuk Kiat tampak memandang kearah Tong
Kiam Ciu seolah-olah minta pertimbangan. Tetapi belum lagi pemuda itu
membuka suara Kuk Kiat telah berbicara.
"Baik ! Aku akan segera menyelidiki dan menyeret pembunuhnya !"
"Kau pergilah sekarang !" seru Ciok Hok Lo-to
Mendengar kata-kata itu Kuk-Kiat menjadi sangat gusar. Kemudian
memperlihatkan wajah kurang senang dan membentak kearah Ciok Hok Lo-to
dengan kata-kata keras, bersifat menantang
"Kau terlalu menghina ! Apakah kau anggap bahwa aku takut untuk
melawanmu ?" Oey Liong Kiam 7 17 "Aku ingin kau mengikuti kami kepegunungan Bu-tong dan menanti disana
sampai pembunuhnya tertangkap I" seru Ciok Hok Lo-to.
"Hey kau jangan berbicara seenakmu ! Bukankah aku telah menyanggupi
untuk mengurus persoalan pembunuhan ini dan menyelidikinya. Kemudian
untuk menangkap pembunuhnya untuk kuserahkan kepada partai Bu-tong agar
mendapat peradilan semestinya?. Tetapi kau terlalu lancang berbicara dengan
seenakmu sendiri, kalau berani mengutik orang-orang Kim-sai maka aku akan
menyapu bersih partai Bu-tong ! seru Kuk Kiat dengan suara keras dan gusar.
Memang partai silat Kim-sai itu adalah partai silat yang besar serta kuat,
lagi pula telah lama menjagoi kalangan Kang-ouw. Namun partai silat Bu-tong
itu tidak dapat dipandang ringan, kalau sampai Kuk Kiat terlanjur mengucapkan
kata-kata yang bersifat menantang itu hanya didorong oleh emosinya saja.
Tong Kiam Ciu yang sejak tadi hanya menyaksikan saja pertengkaran mulut
itu, kini telah dapat mempertimbangkan segala yang didengarnya itu dengan
baik. Ternyata apa yang telah dikatakan oteh Ciok Hok Lo-to ini memang terlalu
kasar dan menyinggung kehormatan seseorang. Maka dia telah mengambil
kesimpulan bahwa Ciok Hok Lo-to itu tidak benar. Walaupun Kiam Ciu
menghormati Hiong Hok Totiang, tetapi dia selama mengembara itu belum
pernah mendengar hal-hal yang baik dari partai silat Bu-tong.
Seperti juga yang telah dialaminya, pertempurannya dengan Li Hok Tian.
Salah seorang dari partai Bu-tong juga, perbuatannya ternyata sangat kejam
dan keji. Maka jika sampai terjadi pertempuran Kiam Ciu pasti akas memihak
kepada Kuk Kiat. Dalam keadaan tenang itu tiba-tiba Ciok Hok Lo-to telah meloncat
menyerang Kuk Kiat. Namun pemimpin partai Kim-sai itu dapat mengegoskan
tubuhnya hingga serangan itu tidak mengenai sasarannya.
Ciok Hok Lo-to terhuyung namun untung tidak terjungkal, sebelum Kuk Kiat
mengirimkan hantaman kearah punggung penyerangnya itu. Tiba-tiba Hian Cin
Tianglo mengebutkan lengan jubahnya kearah Kuk Kiat. Angin yang ditimbulkan
oleh kebutan lengan jubah itu menderu dan bertenaga hebat. Maka segeralah
Kuk Kiat meloncat kesamping dengan mengirimkan pukulan untuk menangkis
serangan jarak jauh itu. Oey Liong Kiam 7 18 Kini terjadilah suatu pertempuran dua orang mengerubuti seorang. Untuk
sesaat lamanya orang-orang yang berada ditempat itu hanya sebagai penonton.
Tetapi ketika Kiam Ciu meloncat ke gelanggang membantu Kuk Kiat. Orang-orang
dari partai Kim-sai segera berloncatan pula menyerang kedua tojin itu.
Maka dalam waktu sebeniar saja telah terjadu keributan. Sebenarnya Kuk
Kiat akan mencegah pengeroyokan itu. Namun setelah dipertimbangkan bahwa
hal itu telah dimulai dulu oleh orang-orang Bu-tong itu maka dibiarkannya
keadaan itu terjadi. Bahkan Kuk Kiat sendiri telah meloncat keluar dari
gelanggang. Namun beberapa saat kemudian tampaklah bayangan dua orang yang
langsung masuk ke gelanggang pertempuran itu. Bahkan mereka menyerang
orang-orang Kim-sai yang telah mengepung Hian Cin Tianglo dan Ciok Hok Loto. Mereka itu ialah Li Hok Tian dan Hian Biauw Cinjin, orang-orang dari Bu-tong
yang telah datang membantu.
Ketika itu Kiam Ciu telah memperhatikan kelebatan sinar pedang yang
dibawa oleh Li Hok Tian. Pemuda itu sangat terperanjat menyaksikan pedang


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang dipegang oleh Li Hok Tian, karena pedang yang dibawa oleh Li Hok Tian
itu tiada lain adalah pedang Oey Liong Kiam.
Padahal pedang Oey Liong Kiam beraba di tangan Cit Siocia atau siwanita
jelita yang selalu berkereta itu. Apakah gadis itu telah dapat dibinasakan oleh Li
Hok Tian ? Atau dengan cara bagaimana maka hingga pedang pusaka itu dapat
jatuh ketangan orang Bu-tong itu.
Setelah menyaksikan yang datang itu adalah Li Hok Tian dan Hian Biauw Cin
jin maka Kiam Ciu berseru girang.
"Bagus kau datang !"
"Susiok l Akhirnya aku berhasil menjumpai Susiok. Apakah pening Bu-tong
sudah diambil kembali dari tangan orang she Tong itu ?" seru Li Hok Tian dengan
suara lantang. "Sudah ! Mengapa kau tanyakan hal itu ?"" seru Hian Cin Tianglo.
Oey Liong Kiam 7 19 "Syukurlah !" seru Li Hok Tian dengan wajah berseri-seri, "Kini serahkanlah
pening itu kepadaku Susiok. Karena menurut keputusan Dewan Tertinggi
pimpinan partai Bu-tong kini aku yang diangkat menjadi ketua partai . . . . ."
Hian Gin Tianglo dan Ciok Hok Lo-to menjadi terperanjat mendengar
pernyataan itu, Karena mereka tahu bagaimana peraturan partainya dalam
pemilihan ketua partai silat Bu-tong itu. Maka Hian Cin Tianglo lalu menyahutnya
dengan nada terperanjat. "Apa ? Dewan telah memilihmu sebagai ketua partai Bu-tong"
"Kau sekarang yang memimpin Bu-tong Pay ?" sambung Ciok Hok Lo to.
Menurut peraturan dari partai silat Bu-tong, setelah ketua partai meninggal
maka akan digantikan oleh adik seperguruan ketua partai itu dan dibicarakan
dalam rapat orang-orang gagah dalam partai itu. Ciok Hok Lo-to adalah sute dari
Hiong Hok Totiang. Maka dialah yang berhak untuk memegang jabatan sebagai
ketua Bu-tong Pay itu. Tetapi kenyataannya didalam tubuh Bu-tong Pay itu ada seorang yang
berambisi untuk menjadi ketua partai. Ialah Li Hok Tian. Dia berusaha untuk
merebut kedudukan pangcu itu.
Dengan bangga orang itu berseru kepada suhu dan subengnya itu.
"Jika kau tidak percaya, silahkan tanyakan saja kepada Hian Biauw Sik kong
ini !" seru Li Hok Tian dengan menuding kearah pamannya itu.
Hian Cin Tianglo menatap adik seperguruannya itu sejenak. Ternyata Hian
Biauw Cin jin menganggukkan kepala yang berarti apa yang telah dikatakan oleh
Li Hok Tian tidak berdusta.
"Aku tidak setuju !" seru Hian Cin Tianglo dengan suara lantang.
"Aku juga tidak setuju !" seru Ciok Hok Lo-to. "Li Hok Tian tidak pantas menjadi
seorang pemimpin, dia tidak akan dapat melindungi nama partai Bu-tong dan
lagi apakah dia lebih unggul ilmu silatnya dari pada ilmu silatku ? Apakah dia
lebih berwibawa dari padaku? Pokoknya aku tidak setuju dengan keputusan itu!"
seru Ciok Hok Lo-to dengan bersemangat.
Oey Liong Kiam 7 20 Suasana dari mengurus kematian Hiong Hok Totiang kini beralih kearah
urusan partai Bu-tong. Orang-orang Kim-sai diam begitu pula Kiam Ciu. Ji Tong
Bwee dan Kuk Kiat mereka hanya mendengarkan saja pembicaraan dan
perdebatan orang-orang Bu-tong itu. Bahkan mereka seolah-olah sama sekali
telah melupakan bahwa ditempat itu sebenarnya kurang pantas untuk berdebat
tentang kedudukan. Karena didengarkan orang lain, namun mereka adalah
orang-orang yang berwatak keras dan tidak begitu memperhatikan aturan
dalam pergaulan. Terdengar Li Hok Tian tertawa terbahak-bahak kemudian berseru :
"Pada dewasa ini, dikalangan Kang-ouw aku telah mendapat banyak
sokongan, lagi pula pedang pusaka yang terkenal nomor Wahid di kolong langit
ialah Oey Liong Kiam telah berada ditanganku. Lihat !" seru Li Hok Tian sambil
mencabut pedang Oey Liong Kiam dari sarungnya.
Kemudian Li Hok Tian memutar-mutarkan pedang itu, tampaklah kilauan
sinar pedang pusaka itu. Diputar-putarnya hingga terdengar suara mendesing.
Kiam Ciu menyaksikan itu semua jadi terpesona.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara nyaring mengejek Li Hok Tian dan
suara itu sanggup menembus suara tawa Li Hok Tian dan desauan angin yang
ditimbulkan oleh putaran-putaran pedang Oey Liong Kiam itu.
Li Hok Tian mendengar suara itu akhirnya menghentikan permainannya,
tampaklah wajahnya yang bangga dan gembira itu mendadak menjadi sangat
pucat dan tegang. Berdirinya jadi goyah, dia tampak gemetar kakinya, tangan
yang tadi tampak kuat dan memegang pedang Oey Liong Kiam dengan sombong
itu kini tampak menggelantung seperti tidak bertenaga.
Bukan hanya Li Hok Tian saja yang bersikap seperti Itu. Tetapi segenap
orang-orang yang berada di tempat itu tidak kecuali Kuk Kiat dan Hian Cin
Tianglo seperti kehilangan semangatnya. Tetapi ketika Kiam Ciu dapat mengatasi
pengaruh itu dia berpikir dan mengingat-ngingat.
"Nada suara ejekan itu tiada asing lagi bagiku" pikir Kiam Ciu.
Kemudian Kiam Ciu menoleh kearah datangnya suata tadi. Ternyata apa
yang diduganya benar juga.
Oey Liong Kiam 7 21 Di tempat itu tampak sebuah kereta yang sangat indah. Entah dengan cara
bagaimana kereta itu dapat tiba di tempat itu begitu saja tanpa menimbulkan
berisik kemudian tampaklah pintu kereta itu terbuka.
Semua mata memandang kearah pintu kereta yang sedang terbuka itu.
Tampaklah sepasang kaki putih mulus keluar menuruni tangga kereta,
kemudian tampaklah seorang gadis jelita yang sangat menggiurkan wajah dan
potongan tubuhnya. Semua orang mengagumi keadaan gadis itu, juga Tong Bwee sidara jelita
kekasih Tong Kiam Ciu itu merasa iri menyaksikan kejelitaan gadis yang baru
turun dari kereta indah itu. Gadis yang jelita itu ialah Cit Siocia.
Dengan suara lantang gadis itu lalu berseru :
"Minggir !""
Semua orang yang berada ditempat itu seperti terpukau. Mereka semuanya
menyibak memberikan jalan kepada wanita muda yang jelita itu. Dengan
tersenyum wanita jelita itu melangkah dengan sikapnya yang agung. Tiada
seorangpun yang berani mengeluarkan suaranya. Mereka semuanya
terbungkam, walaupun didalam hati mereka akan berbicara, namun mereka
segan untuk membuka mulutnya. Ketika Cit Siocia berjalan didepan Tong Kiam
Ciu, tampaklah dia memandang dan tersenyum kepada Tong Kiam Ciu. Tong
Kiam Ciu mengangguk pula menjawab teguran halus gadis rupawan itu.
Cit Siocia melanjutkan langkahnya dan menghampiri Li Hok Tian. Adapun Li
Hok Tian berdiri bagaikan patung yang tiada bernyawa, wajahnya pucat
bagaikan kertas. Hanya tubuhnya tampak tergoyang, dia telah tahu apa yang
akan terjadi atas dirinya.
"Li Hok Tian !" seru Cit Siocia sambil menuding kearah laki-laki yang dibentak
itu, "Ternyata sifatmu sangat curang dan keji ! Kau telah berani menganiaya
salah seorang pelayan wanitaku. kemudian kau telah berani mencuri pedang
Oey Liong Kiam ! Semuanya itu terbukti dan apakah kau akan memungkiri ?"
Semua perkataan Cit Siocia itu menggebu-gebu otak Li Hok Tian. Dia tiada
berani berbuat apa-apa lagi. Karera apa yang dituduhkan kepadanya itu adalah
Oey Liong Kiam 7 22 benar semuanya. Maka Li Hok Tian hanya pasrah dan tanpa dapat berbicara dia
telah tampak lunglai, karena dia tahu hukuman apa yang bakal diterimanya.
"Ayoh kembalikan pedang Oey Liong Kiam itu kepadaku ?" seru warita jelita
itu membeliakkan matanya sambil menuding.
Li Hok Ttan seperti anak kecil yang berbuat kesalahan, kemudian dibentakbentak dan menurut saja, dengan langkah-langkah yang tampak kaku Li Hok
Tian melangkah maju mendekati Cit Siocia. Li Hok Tian telah terkena pengaruh
Pan-yok-sin-im sehingga semua perbuatannya itu dilakukan diluar kemauannya
sendiri. Dia tidak berdaya lagi untuk menentang segala perintah Cit Siocia.
Dergan mengangkat kedua tangan Li Hok Tian mengangsurkan pedang itu
kepada Cit Siocia. "Serahkan pedang itu kemari !" perimah Cit Siocia.
"Tahan !" seru Hian Cin Tianglo
Bersamaan dengan itu tampaklah Tojin itu melompat menerkam leher Cit
Siocia. Namun gadis jelita itu telah siap siaga. Bersamaan dengan lompatan Hian
Cin Tianglo, dia telah memekik sambil menggerakkan ilmu Pan-yok-sim-im.
Hian Cin Tianglo melesat kesamping Cit Siocia terkamannya meleset bahkan
dia sendiri telah terkena pengaruh ilmu pelenyap sukma iiu. Sesaat seperti orang
linglung yang tidak mampu uutuk berpikir secara wajar, sedangkan Cit Siocia
dengan sekali loncat telah menyambar pedang Oey Liong Kiam dari tangan Li
Hok Tian. Kemudian Cit Siocia telah mencabut pedang itu dan dengan cepat pula telah
menusuk kearah Hian Cin Tianglo.
Karena terperanjat dengan datangnya serangan itu, Hian Cin Tianglo
berusaha untuk menyentil jari jemarinya. Tetapi tidak berhasil bahkan jari tangan
terkena goresan pedang Oey Liong Kiam hingga mengucurkan darah.
Bagi Cit Siocia baru untuk pertama kalinya dia turun tangan sendiri untuk
melukai lawan. Tetapi dia tidak bermaksud untuk membinasakan orang itu.
karena dia tidak merasa mempunyai ikatan permusuhan.
Oey Liong Kiam 7 23 Tetapi Hian Cin Tianglo sendiri merasa heran mengapa dia tidak mampu
untuk menyerang gadis itu. Menurut perasaannya dia dalam keadaan sadar
Tetapi mengapa niatnya untuk menyerang gadis itu menjadi buyar dan tidak
bertenaga. Padahal ingatannya sadar. Apakah dirinya kena terpengaruh ilmu
Pan-yok-sin-im ? "Tua bangka gila dan curang ! Itulah adalah peringatanku ! Adakah kau masih
mau dihajar lagi ? Hayo pergi dari sini sebelum aku mengubah keputusanku !"
bentak Cit Siocia yang menjadi gusar karena diserang dengan sikap yang curang
itu. Mendapat bentakkan itu sebenarnya bagi seorang tua seperti Hian Cin
Tianglo yang sudah banyak malang melintang di dunia kang-ouw seharusnya
menjadi marah tetapi saat itu Hian Cin Tianglo tidak dapat berbuat apa-apa,
Dengan diluar kemampuannya sendiri dia telah ngeloyor pergi dan diikuti oleh
Ciok Hok Lo-to dan Hian Biauw Cin jin., Adapun Li Hok Tian masih tetap berdiri
mematung didepan Cit Siocia seolah-olah tak bernyawa lagi.
Sambil menudingkan pedang Oey Liong Kiam kearah Li Hok Tian, wanita itu
memerintahkan kepada laki-laki penghianat itu untuk berlutut.
"Hayo berlutut dihadapanku !" bentaknya
Li Hok Tian seperti kehilangan sifat kejantanannya. Telah menurut saja
segala perintah. Dia telah berlutut dengan wajah tetap menunduk. Suasana
sesaat menjadi sepi sekali. Cit Siocia juga diam dan hanya memandang kearah
Li Hok Tian. Seolah-olah wanita itu sedang memberikan kesempatan kepada Li
Hok Tian untuk berdoa atau mengingat kembali segala perbuatan laki-laki itu.
Memang betul kini Li Hok Tian telah teringat kembali segala perbuatannya.
Dia terbayang satu persatu apa yang telah diperbuat. Bermunculan peristiwaperistiwa kekejiannya. Mula-mula Pit Ki yang telah dia aniaya, kemudian pelayan
wanita Cit Siocia yang telah dia lukai, namun dia tidak berhasil untuk menguasai
Cit Siocia dengan nafsu kebinatangannya itu. Hanya mampu mencuri pedang
Oey Liong Kiam kemudian dia kabur. Sekarang semuanya berantakan, gagal !
Kemudian suasana yang sepi itu digetarkan oleh sebuah suara yang merdu
sekali. Tampaklah Cit Siocia telah menatap Li Hok Tian dan menyanyikan sebuah
Oey Liong Kiam 7 24 lagu yang sangat menyedihkan dan iramanya menyayat, Cit Siocia mengalunkan
irama lagu menyayat hati dan mengerahkan ilmu Pan-yok-sin-im, dengan
maksud untuk menyiksa Li Hok Tian.
Li Hok Tian mula-mula masih dapat bertahan mendengarkan alunan lagu itu.
Namun lama-lama tampak keringat mengucur diwajahnya. Nafasnya mulai
memburu, bibirnya kering tampak memutih dan matanya sayu memandang
kearah Cit Siocia. Kemudian tampak menggeliat-geliat bagaikan cacing
kepanasan. Dagingnya terasa bagaikan ditusuk-tusuk dengan pedang. Seluruh
tubuhnya terasa panas dan sakit sekali. Li Hok Tian terjatuh bergulung-gulung
dan melejit-lejit tak keruan, tanpa sepatah kata yang sempat dikeluarkan, lakilaki yang bersifat khianat dan keji itu lelah jatuh tertelungkup dihadapan Cit
Siocia. Jatuh tidak akan bangun untuk selamanya, Dia tewas akibat dari
kedurhakaannya. Binasa dalam keadaan yang memalukan sekali.
Keiika menyaksikan bahwa Li Hok Tian telah binasa. Maka Cit Siocia lalu
menghentikan nyanyiannya, kemudian dia memandang kearah Tong Kiam Ciu.
"Tong Siauwhiap, Bukanlah kau ingin menukar pedang Oey Liong Kiam?
Ayolah ikut aku !" seru Cit Siocia dan berlalu dari tempat itu.
Tong Kiam Ciu yang sudah waspada dan telah mengerahkan ilmu Bo-kit-sinkong, pura-pura terpengaruh ilmu Pan-yok-sin-im, Maka dia menurutkan saja
ajakan Cit Siocia menuju ke kereta yang indah itu. Begitu sampai didepan pintu
kereta maka Kiam Ciu dipersilahkan masuk kemudian disusul oleh Cit Siocia.
Ketika kedua orang itu telah berada didalam kereta maka seorang dayang telah
menutupnya pintu kereta. Kemudian kereta itu bergerak.
Orang-orang yang berada ditempat kejadian itu semuanya terkena pengaruh
ilmu Pan-yok-sin-im. Maka mereka untuk sesaat bagaikan tidak sadarkan diri,
tetapi ketika itu Ji Tong Bwee telah mendahului dapat menguasai diri. Dia sadar
bahwa selama ini dia mencari Tong Kiam Ciu. Sudah setengah tahun dia
mengembara untuk bertemu dengan kekasihnya itu. Kerena dorongan cinta
kasih itulah maka Ji Tong Bwee telah menyadari bahaya yang akan mengancam
Tong Kiam Ciu. Oey Liong Kiam 7 25 Dengan mengembangkan ilmu lari Cian-li-pauw-bouw (terbang di angkasa)
Ji Tong Bwee mengejar kereta yang membawa Tong Kiam Ciu dan Cit Siocia
tadi. Kereta itu ternyata meluncur dengan cepatnya. Bertambah cepat lagi ketika
tiba di jalan yang arak rata, ternyata bukan kereta biasa, semuanya telah terlatih
dan dikendalikan dengan ilmu yang luar biasa. Sedangkan Ji Tong Bwee telah
membentangkan Ginkang dan ilmu lari cepat untuk mengejar kereta didepannya
itu. Rupa-rupanya ilmu lari Cian-li-pauw-hong yang dikuasai sepenuhnya sejak
kecil itu dapat menandingi larinya kereta Cit Siocia.
Beberapa saat kemudian Ji Tong Bwee telah dapat mengejar hanya tinggal
beberapa langkah lagi dia telah dapat memegang kereta itu.
Ketika pengawal kereta itu melihat bahwa Tong Bwee telah dekat maka kuda
yang menarik kereta itu lalu dicambuknya dengan bertubi-tubi hingga lari
kudanya bertambah kencang. Beberapa saat kemudian Tong Bwee telah
tertinggal lagi. Tiba-tiba dari dalam kereta itu terdengar suara gemboran keras. Ji Tong
Bwee terperanjat dan menduga-duga, karena gemboran itu adalah gemboran
Kiam Ciu. Belum lagi dia dapat kepastian, tahu-tahu kereta itu terguling. Seorang
pengawal dan seorang dayang serta kusir kereta itu terpelanting. Empat ekor
kudanya meringkik-ringkik kemudian jatuh terguling pula.
Dari dalam kereta itu tampak meloncat Tong Kiam Ciu dengan
menggenggam pedang Oey Liong Kiam, kemudian meloncat menjauhi kereta
den sambil mengembangkan ilmu lari Cian-li-pauw-hong melesat masuk
kedalam hutan. Disusul kemudian oleh Cit Siocia meloncat dari kereta itu, sambil lari
beberapa langkah, kemudian menahan langkahnya dan memanggil-manggil
Kiam Ciu. Namun pemuda itu telah bertambah jauh dan tidak memalingkan
wajahnya bahkan menggubris saja tidak.
"Hemm untuk yang ketiga kalinya aku gagal menguasainya" gerutu Cit Siocia
sambil menghentak-hentakan kakinya dan memecahkan batu di jalanan itu
Oey Liong Kiam 7 26 dengan kakinya. Bibirnya memberengut dan melangkah menuju ke kereta, Cit
Siocia telah benar-benar jatuh cinta kepada Kiam Ciu.
Tetapi ketika dia telah mendekati kereta, dia melihat seorang gadis yang tadi
dilihatnya berdiri didekat Kiam Ctu. Gadis itu ialah Ji Tong Bwee.
Ji Tong Bwee menahan langkahnya dan memandang kearah Cit Siocia. Kedua
gadis itu saling berpandangan.
"Hey tunggu dulu !" seru Cit Siocia ketika melihat Tong Bwee akan berbalik
kearah dimana Kiam Ciu tadi menghilang.
"Apa maksadmu ?" seru Ji Tong Bwee sambil bertolak pinggang dan bersikap
seolah-olah menantang. "Apakah kau kekasihnya Tong Kiam Ciu?" seru Cit Siocia dengan rupa
bersikap menantang juga. "Itu urusanku. mengapa kau mau tahu?" jawab Ji Tong Bwee gusar.
"Oh aku hanya ingin tahu, apakah kau betul-betul menyintainya" sambung Cit


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siocia sambil tersenyum, Tetepi Ji Tong Bwee tidak menjawab pertanyaan itu. Gadis itu wajahnya
menjadi merah padam dan matanya melotot memandang Cit Siocia, seolah-olah
dia sangat benci dan ingin menampar pipi Cit Siocia.
"Hmm, aku sebenarnya yang terlalu tolol - Mengapa aku masih menanyakan
karena dari sinar matamu saja aku telah dapat menduga bahwa kau sangat
mencintai pemuda itu. Sayangnya, akupun mencintai dia juga" suara yang
terakhir itu diucapkan oleh Cit Siocia seolah-olah berbicara dengan dirinya
sendiri. Pengakuan yang berterus terang itu membuat Tong Bwee bertambah
cemburu. Karena menahan gejolak hatinya, gadis itu hingga bergetar tubuhnya.
Seribu satu perasaan bercampur baur dalam dirinya. Cemburu dan benci kepada
wanita jelita itu. Cit Siocia masih belum cukup berbicara begitu saja. Kemudian dengan nada
mengejek dan menantang dia berseru.
Oey Liong Kiam 7 27 "Kita berdua mencintai seorang pemuda, maka salah satu diantara kita harus
mati. Agar yang hidup dapat merebut hatinya. Aku takkan menggunakan ilmu
Pan-yok-sin-im untuk bertempur melawanmu. Aku menantang kau untuk
bertanding dengan bersenjatakan pedang" seru Cit Siocia.
"Hey aku tidak menduga, dibalik parasmu yang jelita itu ternyata hatimu
buruk sekali? Kakakku Tong Kiam Ciu tidak dapat direbut dengan senjata dan
kekerasan apa lagi mempertaruhkan nyawa. Kalau dia mencintaimu aku rela
mengalah" seru Ji Tong Bwee dengan suara serak tetapi matanya tajam
mengawasi Cit Siocia. Apa yang dikatakan oleh Ji Tong Bwee itu sebetulnya sangat menusuk
perasaannya. Kata-kata gadis itu ternyata diterima sebagai makian dan hinaan,
tetapi disamping itu dia memang membenarkan kata-kata Tong Bwee itu benar.
Dia memang merasa bahwa dialah yang telah merebut kekasih orang lain.
Merebut hati Kiam Ciu. Namun karena perasaan cinta kasihnya terhadap pemuda itu sudah terlanjur
mendalam. Walaupun dengan segala usaha ternyata oleh Tong Kiam Ciu selalu
ditolaknya. Namun dia merasakan bahwa Kiam Ciu selalu menolak itu karena
dia mempunyai kekasih yang cantik itu. Maka menurut pikiran Cit Siocia dia
harus membinasakan Ji Tong Bwee agar tidak menjadi perintang. Dia yakin
setelah Ji Tong Bwee binasa pastilah Kiam Ciu akan jatuh dalam pelukannya.
Setelah itu dengan diam-diam dia telah mencabut pedang dari sarungnya,
dan menantang Ji Tong Bwee untuk menghadapinya.
"Sudah kukatakan aku tidak akan melawanmu kalau hanya karena dia !
Bukankah sudah kukatakan kalau memang dia menyintaimu, aku rela mengalah!"
kata Ji Tong Bwee dengan suara penuh kesungguhan.
"Ji Tong Bwee ayo cabut pedangmu !" seru Cit Siocia menantang.
Namun Ji Tong Bwee tetap berdiri tegak diiempatnya, Matanya hanya
memandang Cit Siocia yang sudah tidak dapat mengendalikan dirinya lagi.
Namun wajah Ji Tong Bwee masih tetap tenang dan tidak tampak takut ataupun
marah. Seolah-olah dia telah rela untuk menerima apapun yang akan terjadi dan
akan menimpa dirinya. Oey Liong Kiam 7 28 Dalam saat itu Cit Siocia sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi. Karena
pedang sudah terlanjur dicabut, dia harus mendapatkan satu sasaran. Maka dia
dengan cepat meloncat dan berbareng dengan itu ditusukkannya kearah Ji Tong
Bwee. Ternyata gadis itu tidak mengadakan perlawanan dan menghindarpun tidak.
Maka tusukan pedang yang sedianya akan dihujankan kearah jantung Ji Tong
Bwee itu akhirnya digerakkan keatas dan mengenai pundak gadis itu, segera
tampaklah baju Ji Tong Bwee robek dan bernoda merah, darah mengucur dari
bahu Ji Tong Bwee. Tiada lama kemudian tampaklah tubuh Ji Tong Bwee condong dan jatuh.
Untuk sesaat lamanya Ji Tong Bwee jatuh pingsan. Sedangkan Cit Siocia dengan
mata terbelalak memandang kearah korbannya itu, dipandanginya mata pedang
yang masih bernoda darah, kemudian memandang kearah tubuh Ji Tong Bwee
yang menggeletak. Ketika dia menginsapi apa yang telah terjadi maka Cit Siocia
segera menubruk kearah Ji Tong Bwee dan pedangnya dilempar ke tanah.
"Adik Bwee, maafkan aku ! Maafkan aku ! Mengapa kau tidak mau
melawanku? Mengapa ? Mengapa kau tidak mengelakkan seranganku ?
Mengapa ? Adik Bwee . . . ? adik Bwee maafkan aku.. apakah kau mendapat luka
berat ?" seru Cit Siocia yang kini telah kembali sadar dan menjadi manusia yang
berperasaan dan terdiri dari darah tulang dan daging yang dilengkapi dengan
budi dan perasaan. Beberapa saat kemudian Cit Siocia telah membebaskan jalan darah Ji Tong
Bwec yang tertotok. Ji Tong Bwee membuka matanya dan tampaklah butiranbutiran air mata meluncur dari sudut mata gadis jelita itu. Hati Cit Siocia
tercekam rasa haru, kemudian timbul rasa sesalnya.
Beberapa orang dayang dan pengawalnya telah menghampiri Cit Siocia,
salah seorang dayang telah membawa kotak yang berisi obat-obatan. Setelah
itu Cit Siocia merawat luka-luka dibahu Ji Tong Bwee. Kemudian Cit Siocia
memberikan sebuitr pil kepada Ji Tong Bwee untuk segera ditelannya.
Oey Liong Kiam 7 29 Bertepatan itu pula Tong Kiam Ciu yang telah lari meninggalkan kereta Cit
Siocia langsung ke tempat pertemuannya dengan Ji Tong Bwee. Ditempat itu dia
hanya menemukan bekas tempat-tempat pertempuran saja. Tetapi Kiam Ciu
tidak menemukan Ji Tong Bwee. Maka pemuda itu menjadi bingung dan
memanggil-manggil. "Adik Ji Tong Bwee, Adik Bwee!" pemuda itu memanggil-manggil kekasihnya
dengan perasaan cemas. Namun tiada jawaban yang terdengar hanyalah suara pantulan suaranya
sendiri. Tong Kiam Ciu berlari-lari seperti orang kebingungan kemudian tinjunya
mengepal dan dipukulnya batang pohon yang berada didepannya itu dengan
sekuat tenaga untuk menghilangkan kekesalan hatinya.
Tiba-tiba terdengarlah suara tertawa. Tong Kiam Ciu terperanjat mendengar
suara tawa itu. Belum sempat dia berpikir tahu-tahu sebuah benda berwarna
putih telah melayang kearab tubuh pemuda itu. Benda itu adalah selembar
kertas yang dilipat sangat rapih.
Dipungutnya kertas yang terlipat rapih itu. Kemudian dibukanya oleh Tong
Kiam Ciu. Ternyata kertas itu bertulisan rapi.
"Aku disini.." tertera huruf-huruf yang tersusun rapi dalam guratan yang
sangat menarik sekali tetapi huruf-huruf yang itu Kiam Ciu pernah melihatnya.
Kiam Ciu tersenyum karena sekali lagi Sio Bie Hu murid dari Shin Kai Lolo. Gadis
yang menyamar sebagai seorang pemuda itu telah membayangi dirinya.
Seketika itu urusannya untuk mencari Ji Tong Bwee agak tersingkirkan.
Karena kini perhatiannya dipusatkan kepada gadis yang menyamar sebagai
seorang pemuda itu. Kiam Ciu pura-pura tidak mengetahui sandiwara itu.
Sementara itu Sio Bie Hu Sudah berada didekat Kiam Ciu seraya berseru
kepada pemuda itu dengan senyuman yang manis.
"Kita telah bertemu lagi" seru Sio Bie Hu yang telah menyamar sebagai
seorang pemuda yang rambutnya panjang terurai.
Oey Liong Kiam 7 30 "Hmmm, kita telah bertemu lagi" sambung Kiam Ciu sambil mengangguk,
"Sebenarnya aku ingin mencari kau, pertama untuk mengucapkan rasa terima
kasihku padamu karena peringatanmu tentang bahaya yang menghadangku,
kedua aku ingin mengembalikan sebuah kertas yang ada gambarnya seorang
gadis" "Kau tak usah mengucapkan rasa terima kasihmu padaku, lagi pula hal
gambar itu tak usah kau kembalikan padaku karena gambar itu tak penting. Aku
ingin menjumpai kau karena aku ingin memberitahukan tentang suatu urusan
padamu."" sambung Sio Bie Hu sungguh-sungguh.
"Oh. tetapi aku juga ingin memberitahukan padamu tentang satu urusan yang
penting. Belum lama ini aku telah dijumpai oleh Ceng Yun Leng. Dia bilang
gambar yang kau lemparkan padaku itu adalah gambar tunangannya. Apakah
kau telah mengenal gadis itu?" sambung Kiam Ciu.
Mendengar penuturan Kiam Ciu itu, wajah Sio Bie Hu menjadi merah.
"Kalau kau jumpai Ceng Yun Leng lagi tolong kau sampaikan kabar bahwa
dia tidak perlu mengambil perhatian dengan gadis tunangannya itu lagi" jawab
Sio Bie Hu dengan nada seolah-olah tertekan.
Mendengar jawaban gadis itu Kiam Ciu tersenyum. Kemudian dia
melanjutkan kata-katanya.
"Kita sudah sering bertemu, tetapi kita belum saling berkenalan. Kenalkan
aku Tong Kiam Ciu dan siapa namamu,"
"Panggil saja aku Teng Loote." jawab Sio Bie Hu. Kemudian gadis itu
melanjutkan kata-katanya "Tong Heng, bukankah kau ingin pergi ke telaga Ang
tok-ouw di kota Pek-seng di propinsi Anhwei untuk mencari kitab pusaka Pekseng? Aku mendapat kabar bahwa orang yang mencari kitab itu harus
mempunyai peta Pek-seng. Padahal menurut beritanya peta itu kini telah jatuh
ditangan Gan Hua Liong. Sedangkan Gan Hua Liong itu mempunyai ilmu silat
yang sangat lihay diatas suhuku. Saat ini orang-orang gagah telah menuju ke
telaga Ang-tok-ouw untuk mencari kota yang telah hilang itu. Juga kulihat Ciong
Taysu dan beberapa orang-orang lainnya. Kukira kau Tong Heng kalau ingin
Oey Liong Kiam 7 31 mempertahankan pedang Oey Liong Kiam kau harus juga dapat menguasai kitab
pusaka Pek-seng itu."
Mendengar keterangan itu Kiam Ciu sebenarnya tertawa dalam hati karena
sebenarnya peta Pek-seng telah berada ditangan Tong Kiam Ciu. Gan Hua Liong
telah menyerahkan peta Pek-seng sebelum dia meninggal.
Tetapi Tong Kiam Ciu merasa agak kecut juga kalaau-kalau Kwi Ong juga
telah menuju ke telaga itu ! Walaupun bagaimana dia telah mencoba kehebatan
orang itu. Ternyata pemimpin suku bangsa Biauw itu tidak dapat dipandang
ringan. Bukan saja ilmunya tinggi, tetapi sifatnya keji pula.
"Aku telah minta kepada suhu untuk membantu Tong Heng untuk menuju ke
telaga itu, bahkan sampai mendapatkan kitab pusaka Pek-seng itu. Menurut
keterangan suhu, beliau pernah tiba di telaga itu pada dua puluh tahun yang
lalu, bahkan beliau pernah menolong Ouw Hin Lee pemimpin partai silat Ouw
Pang (Bendera Hitam) di daerah tersebut, jalan menuju ke telaga Ang-tok-ouw
itu suhu masih ingat benar, lagi pula kalau Ouw Hin Lee masih hidup, dia pasti
mau membantunya !" seru Sio Bie Hu.
"Teng Lotee !" sambung Kiam Ciu sambil menghela nafas "aku telah banyak
menerima bantuan dan pertolonganmu serta Shin Kai Lolo.
"Aku sangat berterima kasih . . . ." tetapi kata-kata itu belum sampai selesai
telah dipotong oleh Sio Bie Hu.
"Sudah ! Sudah !" seru Sio Bie Hu dengan mengangkat tangannya kearah
Tong Kiam Ciu "aku sudah katakan kau tak usah mengucapkan kata-kata itu lagi.
Aku malu mendengar ! Nah kini karena aku masih banyak sekali urusan maka
kita berpisah sampai disini saja ! Sampai kita bertemu lagi di telaga Ang-tokouw !" Setelah berkata begitu tampaklah Sio Bie Hu akan pergi meninggalkan
tempat itu. "Teng Lotee tunggu !" seru Kiam Ciu sambil mengangkat tangan kanan
mencegah Sio Bie Hu pergi, "kalau kau akan pergi ke telaga Ang-tok-ouw apakah
tidak lebih baik kalau kita pergi bersama-sama saja ?".
(Bersambung Jilid 8) Oey Liong Kiam 7 32 Oey Liong Kiam 8 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 8 S EBENARNYA aku tidak berkeberatan untuk pergi bersama-sama. Tetapi aku
lebih senang berjalan seorang diri ! seru Sio Bie Hu lalu segera memutar
tubuh dan melesat pergi. Menyaksikan sikap yang ganjil dan kata-kata gadis itu maka Kiam Ciu
menyerah. Dia tidak lagi menahan atau mengejarnya. Walaupun dalam hati
pemuda itu merasa heran mengapa Sio Bie Hu bersikap terlalu baik kepadanya?
Karena Tong Kiam Ciu tidak ingin membuang-buang waktu lagi maka segaralah
dia berangkat menuju ke Telaga Ang-tok-ouw.
Ketika Kiam Ciu sampai dipinggir telaga Ang-tok-ouw keadaan agak buruk.
Langit bagian selatan tampak hitam dan mega bergulung-gulung berpindahpindah alamat akan datang angin tofan
Walaupun tahu akan bahaya itu, namun Kiam Ciu telah bertekadd harus
mcnemukan kota Pek-seng yang hilang itu. Dia hanya mengetahui bahwa yang
menjadi pedoman ialah telega Ang-tok-ouw itu. Walaupun dia belum dapat
mempelajari peta Pek-seng itu, karena harus dilihat diwaktu malam, baru
guratan-guratan dalam peta itu dapat terlihat. Kalau diwaklu siang hari, atau
keadaan terang maka gambar peta itu tidak akan terlihat.
Setelah mengurus keperluan untuk menjelajahi telaga itu, dengan menyewa
sebuah perahu kecil dan didayungkan sendiri. Kiam Ciu telah mendayung
perahunya menuju ketempat telaga. Walaupun telah banyak perahu-perahu
yang lain dan Kiam Ciu yakin bahwa Kwi Ong dan beberapa tokoh persilatan
telah berada di telaga itu, namun dia yakin bahwa mereka pasti belum
mengetahui letak kota Pek-seng dan tempat penyimpanan kitab pusaka Pekseng itu.
Oey Liong Kiam 8 1 Karena meyakinkan itu maka Kiam Ciu masih bersemangat untuk
meneruskan maksudnya. Ketika dia telah berada ditengah telaga Ang-tok-ouw
itu terkenanglah dia akan masa kanak-kanaknya dulu.
Dia kembali terkenang Ji Tong Bwee dan telaga Cui-ouw. Tetapi kenangankenangan itu segera diusirnya jauh-jauh, karena dia sedang meyakinkan diri
untuk merebut kitab pusaka Pek-seng.
Ketika kepalanya terangkat dan memperhatikan perahu layar yang berada
dihadapannya tahu-tahu perahu Kiam Ciu menumbuk buritan kapal layar
didepannya. "Brak!" terdengar suara nyaring.
"Kurang ajar, siapa berani kurang ajar!"' terdengar suara membentak dari
atas perahu layar yang ditumbuk oleh perahu Kiam Ciu.
Ketika itu tampak seseorang telah berdiri ditepi perahu. Kiam Ciu
menghantamkan dayungnya kearah orang itu, Ternyata orang itu ialah Liat Kiat
Koan. Ketika Kiam Ciu menghantamkan dayungnya kepinggir perahu layar dan
hembusan angin pukulan itu menghantam Liat Kiat Koan hingga kepala partai
silat Kong-tong itu jatuh di geladak perahunya.
"Turunkan layar!'" seru sihidung bawang itu dengan suara penuh kemarahan,
Apalagi ketika diperhatikan bahwa perahu kecil yang menubruknya itu adalah
perahu yang dinaiki oleh Kiam Ciu.
Suatu isyarat yang telah diberikan oleh Liat Kiat Koan itu lelah cukup
memberikan aba-aba kepada keempat perahu layar dari partai silat Kong-tong
itu untuk mengepung perahu kecil Kiam Ciu.
"Hey Kiam Ciu! Belum lama kita telah mengadu ilmu dalam pertemuan Bulim-tahwee untung kau tidak mati! Kita sama sekali tidak menduga ternyata kau
sangat berbaik hati mau mengantarkan pedang Oey l.iong Kiam di tengah telaga
ini ha-ha-ha!" setu Liat Kiat Koan.
Sesaat kemudian menjadi sepi. Hanya terdengar suara angin menghembus
air telaga dan membentur tepi perahu-perahu serta suara deritan tiang-tiang
perahu yang tertiup angin.
Oey Liong Kiam 8 2 Sedangkan Tong Kiam Ciu dengan waspada mengawasi satu persatu perahu
layar itu dia telah memperhitungkan segala kemungkinan yang bakal terjadi.
Diatas perahu layar itu ia menyaksikan ratusan orang-orang dari partai silat
Kong-tong yang bersenjata lengkap.
"Jik.a kalian ingin menguasai pedang Oey Liong Kiam, aku dapat menanti
sampai kalian dapat menemukan kitab pusaka Pek-seng-ki-su! Itu suatu
keputusan pada Bu-lim-ta-hwee. Tanpa kalian menguasai kitab pusaka Pekseng-ki-su jangan kalian harapkan untuk dapat merebut pedang Oey Liong
Kiam!" seru Kiam Ciu dengan suara bentakan lantang.
"Tong Kiam Ciu apakah tau tidak sayang dengan ketampananmu, dengan
usiamu yang masih muda ? Kalau kau tetap akan mempertahankan pedang Oey
Liong Kiam, kau akan mati konyol!" seru Liat Kiat Koan dengan nada suara
sombong dan nemandang rendah lawannya.
"Kau boleh mencola.. !" bentuk Kiam Ciu berani menantang ketua partai Kongtong itu. Kemudian terdengar salah seorang diantara orang-orang yang berdiri
disamping Liat Kiat Koan itu memaki Tong Kiam Ciu.
"Hey Tong Kiam Ciu, kau benar-benar kurang ajar dan bernyali besar! Aku
Liong Kauw Ji akan memberikan hajaran padamu !"
Tetapi Tong Kiam Ciu telah waspada dan siap mengdapi serangan. Maka


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika dengan selesainya kata-kata Liong Kauw Ji, tampaklah orang itu melesat
dan terjun keatas perahu Tong Kiam Ciu.
Dengan serentak pula orang itu telah mengirimkan pukulan bergandanya
mengarah dada dan ulu hati Kiam Ciu. Namun pemuda itu hanya dengan satu
gerakkan tangan kiri telah berhasil menghantam lawannya. Hingga Liong Kauw
Ji terpental dan jatuh tercebur ke dalam telaga.
"Ha. ha "ha ha ! Kukira aku menghadapi seorang jago silat ! Tidak tahunya
hanya sebuah tong tempat tuak saja !" seru Tong Kiam Ciu sengaja mengejek
menarik kemarahan orang-orang Kong-tong.
"Kauw Ji kau tidak sabaran ! Dia bukan lawanmu !" seru Liat Kiat Koan sambil
memerintahkan orang-orangnya untuk melemparkan tali kearah Liong Kauw Ji,
"ayo naik keatas perahu !"
Oey Liong Kiam 8 3 "Orang-orang Kong-tong aku masih banyak urusan. maaf aku tidak sempat
melayani kalian !" seru Tong Kiam Ciu sambil menggerakkan dayungnya
memutar perahu kecil itu tikan meninggalkqn pengepungan.
"Tong Kiam Ciu, apakah kau takut melawan aku ? Sekarang juga kita akan
mengadakan perhitungan!" seru Liat Kiai Koan menantang sambil mengirimkan
sebuah pukulan kearah kepala Kiam Ciu
Kemudian tampuk dua orang dari partai silat Kong-tong telah meloncat
kearah perahu Tong Kiam Ciu. Mereka melompat serentak untuk menerkam dan
membinasakan Kiam Ciu Liong Kauw Ji
Tiba-tiba dari atas perahu kecil yang sangat laju mendekati perahu-perahu
yang sedang mengepung perahu Kiam Ciu itu. Terdengar sebuah seruan nyaring
dan sangat berwibawa. "Tahan !" terdengar suara itu.
Kemudian semua orang yang berada ditempat itu memandang kearah
perahu yang tengah meluncur laju kearah mereka. Diatas perahu itu tampak
seorang kakek yang mengenakan kulit singa dan di dadanya tertera huruf ONG
(Raja). Dia adalah ketua partai sitai Kim-sai.
Semua orang tidak kecuali Liat Kiat Koan menjadi heran dengan kemunculan
tokoh tua yang telah lebih dari dua puluh tahun mengasingkan diri itu telah
muncul dengan tiba-tiba. Justeru kemunculannya itu bertepatan dengan bahaya
yang sedang mengancam diri pendekar muda Tong Kiam Ciu.
Lalu mereka semuanya berpikir-pikir hubungannya dengan Tong Kiam Ciu
yang kebetulan pula saat ini sedang berada diatas telaga Ang-tok-ouw dan
dalam pengepungan orang-orang Kong-tong.
Perahu kecil itu telah mendekati kapal induk orang-orang partai Kong-tong.
Kemudian tampak dengan jelas Liat Kiat Koan berdiri di tepi perahu layarnya
dan memandang dengan sikap heran kearah Kuk Kiat.
Namun Kuk Kiat telah berdiri tegak diatas perahu kecil seolah-olah sebuah
perahu tiang baja yang dipancangkan diatas perahu itu.
Oey Liong Kiam 8 4 "Liat Kiat Koan ! Apakah kau ingin mengganggu Tong Siauwhiap? Kalau kau
akan mengganggunya berarti kau harus berhadapan denganku ! Dengarkan
baik-baik kata-kataku itu !" seru Kuk Kiat dengan nada tegas dan bersikap
menantang dan gagah. Setelah kakek itu berseru dengan suara nyaring dan tegas, maka segeralah
memberi hormat kepada Tong Kiam Ciu. Kemudian kepada pemuda itu dia
berseru pula : "Tong Siauwhiap, marilah kita lekas berlalu !" seru ketua partai silat Kim-sai
itu dengan suara nyaring pula.
Tampaklah perahu Tong Kiam Ciu telah bergerak mendekati perahu Kuk Kiat.
Tetapi Liat Kiat Koan pemimpin partai silat Kong-tong merasa bergusar hati dan
tidak mau direndahkan martabatnya. Maka segeralah dia berseru dengan suara
lantang dan marah sekali.
"Kalian akan lari kemana !" seru ketua partai Kong-tong itu dengan suara
lantang dan nyaring sekali. "Hayo kalian kepung mereka !"
Maka dengan gerakan serentak perahu layar itu telah kembali mengepung
kedua perahu kecil yang ditumpangi Kiam Ciu dan Kuk Kiat.
"Kiat Koan jahanam ! Apa artiinya ini ?"seru pemimpin partai Kim-sai dengan
sikap sangat marah. "Ha-ha ha! Kuk Kiat, kau telah mengubur partaimu sendiri selama puluhan
tahun. Kau sendiri tidak tampak malang melintang lagi dikalangan Kang-ouw.
Sehingga aku mengira bahwa partaimu telah dibubarkan. Sekarang tiba-tiba saja
kau muncul dan akan turut campur tangan dalam urusan orang lain. Ku kira kau
hanya akan mencari mati saja. Kuk Kiat, aku hanya berurusan dengan Tong
Kiam Ciu ! Tetapi kalau kau orang juga akan campur tangan, maka aku tidak
akan segan-segan untuk membinasakan kamu !" bentak ketua Kong-tong itu
dengan suara gusar. Mendengar jawaban yang panas dan bersifat menantang itu ketua partai
Kim-sai terperanjat dan wajahnya bersemu merah.
"Ha-ha-ha! Liat Kiat Koan ternyata kau tidak memandang dirimu sendiri !
Apakah kau belum sadar bahwa kau berbicara dengan siapa ? Tanyakan kepada
Oey Liong Kiam 8 5 suhumu aku ini siapa, kau kini beruntung dapat menjadi ketua Kong-tong ! Tetapi
kini kau cari kematian !"
Tanpa menjawab lagi dampratan itu. Liat Kiat Koan telah meloncat keatas
perahu kecil itu sambil mengirimkan pukulan kearah Kuk Kiat. Tampak perahu
itu tergoncangn namun Kuk Kiat tetap berdiri tegap dan berkelit kesamping
sedikit menghindari serangan ketua partai Kong-tong itu.
Sedangkan Tong Kiam Ciu tidak dapat membantu Kuk Kiat karena perahunya
juga diserbu beberapa orang Kong-tong yang bersenjata tajam.
Maka segera terjadilah perkelahian yang ramai diatas perahu kecil itu.
Hampir saja perahu-perahu yang hanya kecil itu tenggelam karena dimuati oleh
sekian banyak orang dan sedang bergerak seenaknya.
Bahkan orang-orang Kong-tong ada pula yang telah mencebur kedalam
telaga Ang-tok-ouw mereka berenang dan menuju ke perahu kecil dengan
makud untuk menggulingkannya.
Tetapi Kuk Kiat tidak datang ke telaga itu seorang diri. Orang-orang dari
partai Kim-sai ternyata telah menyertainya dan membantu dalam pertempuran
itu. Maka dalam sekejap saja telah berkobar suatu pertempuran yang hebat
kekuatan melawan kekuatan. Antara partai Kong-tong dengan pariai Kim-sai.
Mereka bertempur mati-matian, hingga terdengar jerit dan rintihan karena
mereka terkena senjata atau banyak pula yang tercebur di atas telaga Ang-tokouw dengan luka parah.
Seolah-olah telaga yang airnya bening itu kini telah berubah menjadi telaga
darah. Mereka bertempur dengan pedang dan tombak serta senjata-senjata
andalan masing-masing ! Dalam keadaan yang sedang gaduh itu tiba-tiba datang pula kapal layar
besar dengan gerak yang sangat laju menuju kearah tempat pertempuran itu.
Kapal layar besar itu mengibarkan bendera hitam yang tampak megah dan
melambai-lambat tertiup angin.
"Hey kalian dari mana? Mengapa membuat kotor air telaga Ang-tok-ouw?
Jika kalian tidak menghentikan pertempuran, maka kami dari partai Ouw-ki-pang
Oey Liong Kiam 8 6 tidak segan-segan untuk menggempur bersih kalian!" seru pemimpin partai itu
dengan suara lantang yang dilambari ilmu melontarkan suara "berhenti!"
Teriakan yang dikeluarkan dengan suara yang dilambari dengan ilmu
melontarkan suara dan lwekang itu didengar oleh semua orang yang sedang
bertempur itu, walaupun keadaan sangat gaduh. Tetapi mereka tidak
menggubris teriakan itu. Mereka terus bertempur!
Karena teriakannya itu tidak digubris, maka Ouw-ki-pang yang bergelar Lauhai-teng-liong (Naga sakti dari lautan hitam) menjadi sangat marah. Diatas
perahu layar besar itu terdapat pula Shin Kai Lolo dan Sio Bie Hu. Ketika Ouw
Hin Lee menjadi sangat gusar dan akan memberikan perintah kepada anak
buahnya untuk menyerbu. Tiba-tiba Sio Bie Hu mendekati ketua partai Ouw-kipang dan menunjuk kearah Tong Kiam Ciu. Kemudian mencegahnya karena dia
khawatir kalau salah menyerang orang.
Kemudian Sio Bie Hu menghampiri suhunya dan memberitahukan bahwa
yang sedang dikerubut itu ternyata adalah Tong Kiam Ciu.
"Suhu lihat ! ternyata itu Tong heng ! Marilah kita membantunya!"
Saat itu Tong Kiam Ciu baru saja memukul seorang dari partai Kong-tong,
maka dia sangat terperanjat dengan meloncatnya Sio Bie Hu di perahu itu.
Hampir saja Tong Kiam Ciu mengirimkan sebuah pukulan.
"Teng Lotee !" seru Tong Kiam Ciu dengan suara terperanjat. Karena dengan
tiba-tiba saja gadis itu telah muncul.
Namun Sio Bie Hu hanya tersenyum. Dalam waktu sekejap itu telah terjadi
pula suatu pertemuan antara Tong Kiam Ciu dengan Sio Bie Hu ketika mereka
saling berpandangan itu, tiba-tiba Kiam Ciu menggerakkan tubuhnya berputar
dan tampak seorang Kong-tong lelah terpelanting dan sambil menjerit tercebur
kedalam telaga Orang itu memang sengaja meloncat dan akan merebut pedang Oey Liong
Kiam dipunggung Tong Kiam Ciu. Namun angin sambarannya telah dirasakan
oleh Tong Kiam Ciu. Maka dengan suatu gerak putar yang cepat sekali Tong
Kiam Ciu telah berhasil menghantam lawannya itu.
Oey Liong Kiam 8 7 Walaupun sebenarnya Tong Kiam Ciu telah mengetahui bahwa pemuda yang
berada didepannya itu adalah seorang gadis yang bernama Sio Bie Hu dan
sedang menyamar, pula pemuda itu telah mengetahui bahwa Sio Bie Hu adalah
tunangan Cen Yun Leng. namun untuk menjaga suasana itu Tong Kiam Ciu
berpura-pura tidak tahu. "Tong heng!" seru Sio Bie Hu seolah-olah akan mengucapkan sesuatu tetapi
tertahan dan tidak dapat dikeluarkannya. Hanyalah sampai disitu saja dia
berbicara dan selanjutnya hanya memandang dan tertunduk.
"Entah disebabkan karena apa tiap kali dia bertemu dengan Tong Kiam Ciu
selalu merasa kikuk dan malu, seperti juga kali itu.
Saat itu Shin Kai Lolo juga teluh meloncat ke perahu Kuk Kiat. Nenek itu telah
mengebutkan lengan jubahnya yang menimbulkan hembusan angin keras yang
hampir saja menjatuhkan kedua orang yang sedang bertempur itu.
"Liat Kiat Koan, kalau kau tidak lekas menyingkir, kau dan orang-orang Kongtong akan disapu bersih oleh Ouw Hin Lee" seru nenek Shin Kai Lolo.
Liat Kiat Koan memandang keadaan sekitarnya. timpaklah orang-orangnya
telah banyak yang binasa dan terluka. Hatinya pedih sekali. Dia yakin bahwa
orang-orangnya tidak akan mampu melawan orang-orang dari partai Kim-sai.
Apalagi kalau sampai dibantu oleh orang-orang Ouw-ki-pang. Maka setelah
menyadari hal itu segeralah dia mengangkat tangan dan menghormat.
"Oh.. . kiranya siapa yang datang.. "
Dengan berakhirnya kata-kata itu dia telah menyebarkan pasir beracun
kearah Shin Kai Lolo dan Kuk Kiat.
Baik Shin Kai Lolo maupun Kuk Kit menangkis serangan itu. Mereka telah
berloncatan dan melindungi diri bahaya pasir beracun. Kesempatan itu
dipergunakan oleh Kiat Koan untuk melarikan diri.
Pemimpin partai Kong-tong yang bersikap keji itu telah meloncat
menceburkan diri kedalam Telaga Ang-tok-ouw.
Kuk Kiat menyaksikan itu segera mengejar, tetapi baru saja dia akan terjun
kedalam ait telaga tiba-tiba ditahan oleh Shin Kai Lolo.
Oey Liong Kiam 8 8 "Biarkan dia lari..!" seru nenek itu sambil memegang lengan Kuk Kiat,
"dikemudian hari kita masih dapat bertemu lagi. Coba lihat orang-orang Kongtong sudah banyak yang luka dan yang masih selamat telah berusaha untuk
melarikan diri!" seru Shin Kai Lolo sambil menunjuk kearah telaga.
Kuk Kiat dapat menguasai diri, kemudian memandang kearah telaga.
Memang diatas air yang telah mulai tenang itu tampak beberapa orang dari
partai silat Kong-tong yang berusaha untuk berenang ketepian.
Dalam pada itu mereka lelah dikagetkan dengan bunyi lengkingan panjang
dan berkesan. Ketika mereka memperhatikan kearah datangnya suara itu
ternyata tampaklah sebuah perahu layar yang besar dan dihiasi sangat indah
sekali. Orang-orang yang berada di tempat itu semuanya memandang kearah
perahu indah itu. Mereka mengaguminya. Apalagi ketika perahu layar itu
bertambah dekat, tampaklah diatas perahu layar itu seorang wanita yang sangat
jelita dengan dua orang laki-laki tampan dan dua orang wanita jelita pula. Wanita
muda yang sangat jelita itu ialah Cit Siocia.
Tong Kiam Ciu menjadi sangat terperanjat ketika matanya menyaksikan
bahwa dengan tiba-tiba saja tampak ditepi perahu itu orang-orang yang dia
sangut kenal. Orang oring itu inilah Pek Giok Bwee. Ji Han Su, Siauw Liang dan Ji
Tong Bwee Sin-ciu-sam-kiat dengan tiba-tiba saja telah berada diatas telaga
Ang-tok-ouw. "Suhu!" seru Tong Kiam Ciu tidak dapat menahan hatinya lagi. Tahu-tahu
pemuda itu telah meloncat keatas perahu itu.
Ketika itu Shin Kai Lolo telah memalingkan wajahnya kearah Sio Bie Hu dan
berseru "malam ini kita akan meng idakan perjamuan besar Sio Bie Hu, lekaslah
kau beritahukan kepada paman Ouw Hin Lee uniuk menjamu tamu-tamu agung
kita !" Dengan cepat Sio Bie Hu sudah melesat menghadap Ouw Hin Lee dan
menyampaikan pesan itu. Kemudian setelah semuanya disanggupi oleh ketua
Ouw Ki pang maka gadis itu kembali akan menghadap kepada suhunya. Saat itu
masih banyak orang-orang dari kalangan Kim-sai.
Oey Liong Kiam 8 9 Ketika Sio Bie Hu melewati beberapa orang Kim-sai, tiba-tiba dia telah
ditegur oleh seseorang. "Siok Soat ! Akhirnya aku dapat bertemu kau juga disini ! Aku telah mencari
kau dimana-mana !" seru seorang pemuda yang tiada lain adalah Ceng Yun
Leng. Sio Bie Hu juga terkenal dengan panggilan Teng Siok Soat berhenti dan
memandang kearah pemuda yang menegurnya itu.
"Tidak perlu kau mencari-cari aku lagi, hubungan kita telah putus ! Habis !"
"Siok Soat ! Apakah kau tidak mengenali aku lagi ? Aku Ceng Yun Leng orang
yang sangat mencintaimu ! Mengapa kau begitu kejam kepadaku !" seru Yun
Leng sambil mengejar gadis itu yang telah beranjak.
"Jangan berbicara keras-keras ! Kita sudah patah areng ! Apakah kau kira
aku tidak mengetahui bahwa kau telah tergila-gila dengan puteri Kuk Kiat ?"
seru Teng Siok Soat dengan mata membelalak.
"Hah ? Mengapa kau berkata begitu ? Jika aku mencintai gadis itu, mengapa
aku mencari-cari kau sampai berbulan-bulan ?" sambung Yun Leng.
"Ah bohong" sambung Teng Siok Soat.
"Betul-betul aku hanya mencintai kau seorang" seru Yun Leng. Tetapi katakata itu terpatahkan oleh kedatangan Shin Kai Lolo dan Kuk Kiat ditempat kedua
orang itu. Kedua remaja itu memandang kearah ke datangan kedua orang tokoh yang
yang telah beridi disamping mereka. Teng Siok Soat masoh tampak cemberut,
sedangkan Ceng Yun Leng tampak tegang dan keningnya masih berkerut.
Namun ketika pandangan matanya bertemu dengan nenek Shin Kai Lolo,
pemuda itu memaksakan diri untuk tersenyum.
"Hee-he-hee, kalian anak muda.., hem.. pandai benar mengambil kesempatan
untuk berduaan hee..hee. hee..hee" seru Shin Kai Lolo.
Namun Teng Siok Siat tamhah cemberut dan memandang suhunya.
"Suhu, aku akan pergi kalau suhu menggodaku terus !" seru Teng Siok Siat
dan akan melangkahkan kakinya.
Oey Liong Kiam 8 10 Tetapi nenek itu menyandak lengan muridnya dan tertawa-tawa.
"Hee.. . hee kau anak aleman kita memang perlu cepat-cepat pergi dan
menemui tamu agung kita. He hee hari ini kita akan makan lezat bersama-sama
dengan tamu agung . . . hee he !" sambung Shin Kai Lolo.
Sambil mengakhiri kata-katanya itu mereka telah meninggalkan tempat itu
menuju kearah kapal layar milik Ouw Hin Lee.
Wajah Teng Siok Soat masih tampak kuyu dan mulutnya masih jemberut.
Sebenarnya dia adalah seorang gadis remaja yang sangat jelita seandainya dia
mengenakan pakaian wanita dan tambutnya disanggul dengan rapi. Tetapi
memang keadaannya saat itu memang disengaja, karena gadis itu memang
sengaja mengenakan samaran sebagai seorang pemuda, maksudnya agar
memudahkan dirinya dalam mengembara dikalangan Kang-ouw.
Sepanjang perjalanan menuju ke tempat pertemuan itu mereka diam
membisu, hanya mata Ceng Yun Leng yang selalu melirik kearah kekasihnya
dan tiap lirikan mereka bertemu, hati pemuda itu berdebar. Memang Ceng Yung
Leng sebenarnya sangat mencintai Teng Siok Soat dengan sepenuh hati, hanya


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gadis remaja itu menaruh syak wasangka dan cemburu buta terhadap
kekasihnya. Dia menyangksikan bahwa antara Yun Leng dan putri ketua partai
Kim-sai ada hubungan cinta.
Adapun pada saat itu memang adalah hari yang sangat luar biasa. Hari-hari
yang paling bahagta selama Kiam Ciu mengembara karena saat ilu dia telah
dipertemukan oleh Thian kepada orang-orang yang sangat diciniai. Bukan saja
adiknya dan kekasihnya yang selalu dirindukan itu ialah Ji Tong Bwee tetapi juga
Ji Han Su dan Pek Giok Bwee kedua orang tua angkat yang telah dianggap seperti
orang tuanya sendiri juga kehadiran paman angkatnya ialah Siauw Liang.
Tong Kiam Ciu tidak dapat berbicara apa-apa, karepa menahan keharuan.
Pemuda perkasa itu telah berlutut dihadapan ketiga Sin-ciu-sam-kiat. Dia telah
menghaturkan sembah dan selanjutnya hanya diam.
Ditempat itu juga tampak hadir Cit siocia. Tetapi kehadirannya seolah-olah
tidak mendapat perhatian mereka. Gadis jelita itu seolah-olah tidak ada ditempat
itu. Tapi Cit siocia juga tidak merasa sakit hati, karena gadis jelita dan liehay itu
Oey Liong Kiam 8 11 telah memaklumi bahwa mereka sedang meluapkan kerinduan dan keharuan
setelah lama saling berpisah.
Tetapi ketenangan dan kemesraan itu tiba-tiba telah dirusakan oleh
kehadirannya Shin Kai Lolo ditempai itu.
"Hee-hee-hee-kita ketemu lagi anak muda hehehe". seru Shin Kai Lolo sambil
tertawa gembira sekali. "Oh, Shin Kai Lolo . . . ." sambung Kiam Ciu sambil menghormat.
Kemudian Tong Kiam Ciu memperkenalkan kedua orang tua serta
pamannya. Mereka berempat telah saling berkenalan. kemudian Shin Kai Lolo
telah mengetengahkan bahwa dia telah menyuruh sahabatnya ketua partai Ouw
ki-pang untuk mengadakan perjamuan.
"Aku sudah minta kepada Ouw Hin Lee ketua partai Ouw-ki-pang untuk
mengadakan perjamuan" kalian Sin-ciu-sam-kiat menjadi tamu kehormatan
kami, ayohlah kita menemui Ouw Hin Lee" seru Shin Kai Lolo selesai bicara itu
sudah mau beranjak dari tempat itu.
Tetapi ketiga pendekar dari daerah Shin Ciu itu tampak ragu-ragu.
"Tetapi"." sambung Ji Han Su ragu.
"Sudahlah! Meskipun kita belum pernah berjumpa sebelum pertemuan ini,
tetapi nama kalian telah banyak kami dengar dikalangan kangouw. Cobalah
tanyakan kepada Tong Kiam Ciu. Ayolah kita berangkat sekarang !" seru Shin Kai
Lolo mengajak yang berada ditempat itu semuanya dengan tersenyum.
Semuanya mengikuti nenek itu. tetapi Cit Siocia tidak mau turut.
"Cit cici ayolah kita turut juga !" ajak Jt Tong Bwee.
Cit Siocia menggelengkan kepalanya seraya berkata :
"Tidak, kau sajalah yang pergi !" seru Cit Siocia kemudian gadis jelita itu
mengajak Tong Bwee untuk menghadap Tong Kiam Ciu.
"Kiam Ciu. meskipun kita pernah berselisih, tetapi akhirnya kuakui bahwa aku
telah jatuh cinta padamu. Entah mengapa aku dengan begitu saja telah sangat
Oey Liong Kiam 8 12 mencintaimu.. . ." Cit Siocia berbicara dengan berterus terang kepada pemuda
yang sangat didambakan itu tanpa tendeng aling-aling lagi.
Sesaat lamanya mereka saling berpandangan, kemudian Kiam Ciu
menundukkan kepala dan Cu Siocia menarik napas panjang.
"Karena kau, aku telah banyak menghamburkan waktu untuk memancing
dirimu. Karena kau pula aku telah salah tangan melukai adikmu ini. tetapi aku
juga sudah mengobatinya. Kemudian aku telah menyadarinya bahwa Ji Tong
Bwee lebih mencintaimu dan dialah yang berharga untuk mendampingimu Dia
telah mengampuiniku dan kita telah bersumpah untuk bersaudara". Sekarang
aku menyerahkan Tong Bwee kepadamu, kuharapkan kau menjaganya dengan
baik-baik. Aku senantiasa mendoakan kebahagian untuk kalian berdua, Nah,
kukira perjumpaan ini kita akhiri dulu, aku akan segera pergi dan mudahmudahan kita akan berjumpa lagi kelak" Cit siocia mengakhiri kata-katanya.
"Cici bukankah kita telah berjanji selalu akan berkumpul dan tidak akan
berpisah?" seru Tong Bwee.
"Kau jangan timbulkan urusan begitu lagi. Sudahlah kau ikut dia dan aku akan
segera pergi!' sambung Cit siocia sambil tersenyum.
"Tetapi cici, kau sudah berjanji!" Ji Tong Bwee mendesak terus.
"Ikut dia" Cit siocia membentak sambil dilambari ilmu Pan-yok-sin-im, karena
pengaruh ilmu Pan-yok-sin-im itu, maka mereka tidak benarnya seperti orang
linglung. Mereka meninggalkan Cu Siocia seorang diri.
Ketika mereka sampai diatas kapal Ouw Hin Lee, Ji Han Su menanyakan apa
sebenarnya Cit Siocia tidak ikut serta.
"Mengapa Cit Siocia tidak turut datang ?" tanya Ji Han Su kepada Tong Bwee.
"Dia telah pergi!'" jawab Tong Bwee dengan wajah keruh.
Maka orang tua itu tidak melanjutkan pertanyaan. Mereka membisu.
Sementara itu awan tipis telah tertiup angin dan menyelubungi bulan. Angin
berhembus halus dan hawa terasa sangat sejuk.
Bertepatan dengan itu pula, kapal layar yang indah milik Cit Siocia telah
mulai bergerak. Indah sekali tampaknya. Sedangkan suasana sangat tenang.
Oey Liong Kiam 8 13 Telaga Ang-tok-ouw tenang sekali, hanya sesekali air tertiup angin dan
bergelombang halus menuju ketepian.
Cit Siocia tampak menyendiri, menatap ke langit. Bulan yang berselubung
mega angin halus berhembus, kericikan air telaga yang menghantam lambung
perahu besar itu. Semuanya itu telah membuat hati gadis jelita itu bertambah sepi dan hanyut,
pikirannya telah hancur luluh berkeping-keping rasanya. Ia telah melakukan
pengorbanan yang besar, tetapi luhur. Seumur hidupnya dia belum pernah
mendapat siksaan yang berat seperti kali ini. Bukankah semua laki-laki tunduk
dihadapannya serta menuruti semua perintah dan kehendaknya ? Sekarang
suatu kenyataan yang baru saja dialaminya, dia telah benar-benar terpukul
hatinya. Dia mencintai seorang pendekar muda, cinia yang luar biasa hingga dia
banyak mengorbankan waktunya hanya untuk mengejar pemuda itu. Tetapi dia
telah berani berkorban pula demi cintanya kepada pemuda itu.
Cit siocia telah berani berkorban dan menderita karena cintanya kepada
pemuda itu juga tanpa disadarinya dia menaruh rasa sayang pula kepada gadis
saingannya. Dia telah menyerahkan semuanya, menyerahkan harapannya
kepada Tong Bwee. Kemudian membiarkan hatinya sendiri luluh karena cinta
yang kandas. Dia telah bersumpah tidak akan mencintai laki-laki lain ! Tetapi
apakah sumpah itu dapat dipenuhinya ? Entahlah keadaan yang akan
menentukan nanti! Dengan hati luluh dan hancur itu Cit Siocia menatap kelangit memandangi
bulan yang telah menyembul dari balik awan. Angin halus bertiup sejuk dan air
telaga bergelombang kemudian terdengar riakan air membentur lambung
perahu. Gadis itu tampak bertambah ayu parasnya karena tertimpa sinar
rembulan. Siapapun yang memandangnya akan terhanyut dalam godaan
asmara. Cit Siocia. Tapi saat itu dia sedang duka. Risau dan hancur luluh ha
tinya. Diatas kapal layar milik Ouw Hin Lee tampak sangat sibuk dan diliputi
suasana kegembiraaan. Karena diatas perahu besar itu sedang diadakan
perjamuan dan pesta kemenangan dari partai Ouw ki-pang dan partai Kim-sai
yang lelah berhasil menundukan partai Kong-tong. Tampaklah mereka
Oey Liong Kiam 8 14 bergembira dan tertawa gelak-gelak seria menyanyikan lagu kemenangan
bahkan ada yang menari-nari pula. Pesta yang sangat meriah itu diikuti oleh
semua orang yang berada diatas perahu besar itu.
Kalau mereka itu merayakan kemenangan dalam peperangan, tetapi lain
halnya dengan Teng Siok Soat dan Ceng Yun Leng Kedua remaja ini tampak
guratan hambar diwajahnya, sedangkan tertawanyapun hambar pula. Begitu
pula Kiam Ciu dan Tong Bwee. Mereka bercanda dalam berpikir bukan saja
dalam pertemuan itu yang mereka pikirkan. tetapi mereka mempunyai
kesibukan pikiran sendiri. Kacau dan bingung meliputi hati mereka. Hal itu
hanyalah orang-orang arif yang mengetahuinya.
Tampaklah Shin Kai Lolo sangat bergembira, nenek itu rupa-rupanya telah
banyak minum tuak hingga beberapa mangkuk maka terdengarlah dia telah
banyak berbicara dan tertawa. Memang kalau nenek itu sedang mabuk dia lelah
banyak tertawa dan bicaranya sangat ringan tak terkendali. Kemudian tampak
Shin Kai Lolo mendekati Kiam Ciu dan mengajak pemuda itu untuk bersamasama dia mengangkat mangkuk arak.
"Hari ini kita telah berkumpul disini. Kau Tong Kiam Ciu, adalah seorang anak
muda yang telah menggemparkan rimba persilatan Kau masih sangat muda
dan baru saja terjun dikalangan Kangouw, tetapi namamu telah banyak dipuji
dan dipuja orang. Bukan saja karena kelihayanmu, tetapi karena sepak terjangmu
yang suka menolong dan budiman itu yang banyak dihormati. Orang hingga aku
siorang tua bangka ini, merasa hormat padamu ! Marilah kita minum untuk
kehormatan itu !" seru Shin Kai Lolo sambil mengangkat mangkuk araknya
dihadapan Tong Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu berdiri dan menghormat kemudian mengangkat mangkuknya
sambil tersenyum dan menyahut dengan kata-kata menghormat pula.
"Kau orang tua kelewat memujiku!" seru Tong Kiam Ciu.
"Hee. . . hee. . . hee kau terlalu merendahkan diri arak muda !" sambung nenek
itu setelah selesai meneguk araknya kemudian tampik dia memperhatikan
sesuatu dan berseru dengan suara berubah nadanya Hemmm, kita kedatangan
tamu lagi. Hei tamu ! Jika kau ada urusan mengapa tidak segera datang saja
kemi !" seru Shin Kai Lolo dengan memandang ke suatu arah.
Oey Liong Kiam 8 15 Semua yang hadir di tempat itu berhenti berbicara dan tertawa, mereka
berusaha mendengarkan sesuatu, kemudian Tong Kiam Ciu telah meloncat dan
menghormat kepada orang-orang tua didekatnya.
"Biarkan aku pergi dulu untuk menyelidiki keadaan !" setu Tong Kiam Ciu.
kemudian seorang laki-laki yang bertubuh pendek dengan wajah seram dan
alisnya tebal kaku serta hidungnya yang besar. Orang itu bernama Ho Beng
wakil ketua Ouw-ki-pang tahu-tahu telah berdiri dan beranjak kedepan
"Tong siauwhiap! Aku juga turut! Aku dari sebelah kanan dan kau kesebelah
kiri" seru Ho Beng sambil melangkah keluar dari ruang pesta itu.
Setelah sampai diluar mereka berpisah, Tong Kiam Ciu membelok kekiri,
sedangkan Ho Beng kesebelah kanan Suasana diatas geladak kapal layar itu
seketika menjadi sepi. Hanya terdengar suara angin berhembus dan gerakan air
membentur lambung perahu.
Tong Kiam Ciu memanjat tiang layar, dari atas dia memandang kebawah
memeriksa keadaan perahu itu, Tetapi sampai sebegitu jauh Tong Kiam Ciu tidak
melihat ataupun mendengar suara apa-apa yang mencurigakan.
Apakah Shin Kai Lolo salah mendengar karena terlalu banyak minum?" pikir
Tonn Kiam Ciu. Ia lekas-lekas turun tangan dan ketika tiba diatas geladak dia sangat
terperanjat ketika dihadapannya terlihat Shin Kai Lolo telah berada di tempat itu
dengan tiba-tiba dan sama sekali tidak mengeluarkan suara.
"Angkatan tua, mengapa kau juga turut keluar?" tegur Kiam Ciu.
"Hehehe kau masih terlalu muda dan belum berpengalaman. Kita dalam
keadaan begini harus hati-hati . . " sambung Shin Kai Lolo dengan suara setengah
berbisik. "Ya . . " sahut Kiam Ciu.
"Apa kau tidak melihat sesuatu?" bisik Shin Kai Lolo sambil melirik ke sekitar
tempat itu. "Tidak" jawab Kiam Ciu sambil mengerutkan keningnya
"Rupa-rupanya kau juga dalam kesulitan?" tegur Shin Kai Lolo.
Oey Liong Kiam 8 16 "Biasa saja, kesulitan yang mana?" jawab Kiam Ciu gugup.
Nenek itu tersenyum mendapat jawaban Kiam Ciu. Tetapi senyuman itulah
justru yang membuat hati Kiam Ciu jadi gelisah.
"Kau masih muda dan belum berpengalaman, kau harus berhati-hati dalam
keadaan ini . ." bisik Shin Kai Lolo mengulangi kata-katanya tadi dan tersenyum.
Kiam Ciu memandang wajah nenek itu kemudian dia menarik kesimpulan
bahwa Shin Kai Lolo hanya mempermainkan dirinya, atau memang terlalu
banyak minum arak? "Memang aku dalam kesulitan, aku mencari seorang musuh besarku sampai
sekarang belum dapat kuketemukun.. ." bisik Kiam Ciu.
"Hah?" sahut nenek itu sambil memandang kearah Kiam Ciu.
"Ya, benar aku telah berusaha untuk mencari musuh besarku itu hampir
selama satu tahun, tetapi sampai saat ini belum juga kuketemukan. Karena.. . . . . "
sambung Kiam Ciu terputus lagi.
"Karena apa ? Siapakah musuh besarmu itu?" tanya Shin Kai Lolo.
Sambil menunjuk kearah bulan Kiam Ciu menyahut.
"Menurut suhuku Pek-hi-siu-si, bahwa musuh besarku itu bernama Ciam
Gwat" sahut Tong Kiam Ciu.
"Hem, Ciam Gwat ? Dia sangat sukar dilihat orang. Hanya beberapa jago silat
saja yang pernah melihatnya, ilmu silatnya sangat lihay.. ." sambung Shin Kai
Lolo tampak sebaris guratan asam di wajah nenek itu.
Tetapi Kiam Ciu mendesaknya. Pemuda itu merasakan, seolah-olah Shin Kai
Lolo pasti telah mengetahui rahasia musuh besarnya itu.
"Angkatan tua apakah kau kenal atau telah pernah mengenalnya?" tanya
Kiam Ciu mendesak dan berharap.
"Ya." jawab nenek itu sambil mengangguk.
"Lalu." sahut Kim Ciu tak sabar.
Oey Liong Kiam 8 17 "Kau sebenarnya hampir menemuinya. Kau telah mendapat suatu alat untuk
menemukan musuh besarmu tetapi karena kau belum mengenalinya maka
kesempatan itu telah kau lepaskan berlalu saja!" Shin Kai Lolo menjelaskan.
Justru karera keterangan itulah maka Kiam Ciu bertambah penasaran.
Pemuda itu bertambah gelisah. Mengapa nenek itu mengatakan bahwa dia telah
mendapat jalan dan mendapat kesempatan yang baik sekali untuk menjumpai
Ciam Gwat, yang mana kesempatan itu Yang mana jalan itu? Semuanya itu
membuai hati pemuda itu bertambah gelisah saja.
Gurunya sama sekali tidak memberikan gambaran orang yang sedang
dicarinya itu. Baik wajahnya, bentuk tubuhnya maupun kelihayannya. Dia hanya
mengenal namanya saja. Itupun nama gelar musuh besarnya itu saja dan sama
sekali dia tidak mengenal wajahnya maupun ketangguhan orang yang akan
dihadapinya itu. Kiam Ciu bertambah bingung dan mendongkol dengan keterangan Shin Kai
Lolo tadi. Kau hampir menemukannya, kau telah mendapat jalan ! Semuanya itu
menggelisahkan hatinya. "Angkatan tua, jika aku telah menemukan jalannya Maka beritahukanlah
padaku keterangan-keterangan yang jelas agar aku dapat menemukan Ciam
Gwat dengan cepat. Aku akan merasa sangat berterima kasih padamu", kata
Kiam Ciu memohon dan menghormat nenek itu.
Sesaat lamanya Shin Kai Lolo terdiam. Nenek itu memejamkan matanya,
kemudian terdengar helaan nafasnya, sikapnya kini telah berubah syahdu.
"Ciam Gwat adalah seorang pendekar yang berwatak aneh dan keji. Karena
barang siapa yaug telah melihat wajahnya maka orang itu akan binasa
ditangannya, maka aku . . ." kata-kata Shin Kai Lolo terputus, nenek itu menghela
nafas sejenak. "Maka bagaimana ?" desak Kiam Ciu dengan perasaan tidak sabar.
"Hem, aku tidak ingat lagi pada tahun apa saat itu. Aku pernah sangat
membencinya saat itu, dia adalah seorang yang sangat ajaib dan saat itu benar
aku tidak dapat berbuat apa-apa terhadapnya. Namun aku masih dapat
memberikan sedikit petunjuk kepadamu, jika seandainya dia berhasil kau cari
Oey Liong Kiam 8 18 dan lagi dia sudi mengatakan bahwa dia itu adalah Ciam Givai, maka pada saat
itulah kau akan mengetahui bagaimana sifatnya dia!" seru Shin Kai Lolo
merangkak, kemudian nenek itu memandang Kiam Ciu sejenak dan menarik
napas. Suasana sesaat lamanya menjadi hening, mereka berdua terdiam sedang
air telaga masih terus berombak dengan tenang karena hembusan angin
perlahan, sedangkan bulan masih timbul tenggelam diselubungi oleh mega di
langit. Bintang-bintang berhamburan dan hawa terasa sejuk, suara angin
menghembus tali temali menimbulkan suitan-suitan panjang seolah-olah
bagaikan rintihan. "Apakah ka n peria', dengar rentang Kim leng Ji-*u ?" tanya nenek nu sambil


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menian daug wajah Kiam ( 'm
"Angkatan tua. bukankah kau pada waktu dua puluhan tahun silam telah
banyak dikenal dan dimalui di kalangan Kang-ouw, bersama dengan Kim-leng
Ji-su ?" sambung Kiam Ciu ganti menanya.
Mendengar kenyataan jawaban Kiam Ciu itu, maka nenek itu mengangguk
dan tersenyum. Kemudian meneruskun berbicara lagi.
"Pada sekira dua puluh tahun yang silam, dia tinggal di sebuah tempat di
propinsi Yun-nan dutas puncak Jit Tiauw Hong di pegunungan Tiam-cong-san.
Mungkin juga saat ini dia masih tinggal ditempai itu. Kim-leng Ji-su terpaksa
tinggal seorang diri dan terpencil ditempai yang sepi itu juga disebabkan oleh
Ciam Gwat. Jika kau telah berhasil dapat menjumpai Kim-leng Ji-su maka kau
akan mendapatkan keterangan yang jelas tentang keadaan dari siapa adanya
Ciam Gwat itu" Shin Kai Lolo menerangkan dan memberikan sedikit gambaran
betapa pengaruh yang tidak baik pernah disebarkan oleh Ciam Gwat di kalangan
Kang-ouw. Tong Kiam Ciu setelah mendengar keterangan itu lalu menarik napas
panjang. Dia merasakan bingung dan penyesalan yang mana dia harus menepati
sebuah janjinya kepada sinenek di lembah Si kok. Juga dia harus berbuat sesuatu
untuk segera menemui Kim-leng Ji-su di puncak Jit-tiauw-hong. Dua masalah
yang mempunyai arti besar bagi hidupnya. Yang satu sebuah janji dan yang
satunya lagi untuk keperluan pribadi.
Oey Liong Kiam 8 19 Sebenarnya semuanya untuk kepentingan pribadinya juga kelakuannya.
Demi kepuasan dan tercapainya apa yang dimauinya. Untuk kepentingan pribadi.
Tetapi sama beratnya dan diatur seluruhnya agar dapat dilaksanakannya
semua. Dalam keadaan sepi dan tenang lenggang itu, tiba-tiba Shin Kai Lolo
mengerutkan kening dan sambil memutar wajahnya kearah Kiam Ciu dia
bertanya. "Barusan apakah kau tidak mendengarkan sesuatu yang laur biasa !" tanya
Shin Kai Lolo dengan suara berbisik.
Tong Kiam Ciu menggelengkan kepala, kemudian dia mencari-cari pula kalau
matanya menemukan sesutu pemandangan luar biasa atau mencurigakan Tong
Kiam Ciu merasa heran dengan kecepatan Ho Beng menghilang. Bahkan sampai
saat itu dia belum melihat kelebatan Ho Beng yang katanya akan menyelidiki
keadaan tadi ketika bersama-sama keluar dari ruang pertemuan. Tetapi Kiam
Ciu sampai saat ini sama sekali belum melihat bayangan Ho Beng. Maka mata
Kiam Ciu mengamati ke tempat-tempat gelap dibalik-balik bayangan kalau-kalau
melihat sesuatu bayangan maupun hal-hal yang patut dicurigai.
"Aku sudah menduga kalau Ho Beng itu bukanlah seorang jujur. Oh, celaka
ayolah kita cepat-cepat memberitahukan kepada kawan-kawan kita !" seru Shin
Kai Lolo dan tampaklah nenek itu gugup.
Begitu telah selesai dengan kata-katanya itu maka Shin Kai Lolo dan Kiam
Ciu segera pergi meninggalkan tempat itu menuju kearah ruangan pesta. Tetapi
mereka tertahan sejenak, karena dikejutkan oleh sebuah bayangan yang bersifat
mengejek. "Sayang sudah terlambat ! Ha ha ha ha !" suara itu menggelegar bagaikan
guruh yang menggoncangkan bumi.
Tong Kiam Ciu terperanjat, pemuda itu menahan langkahnya dan melihat
keadaan sekitarnya. Dia berusaha menemukan bayangan atau orang yang telah
melontarkan kata-kata yang mengejeknya itu.
Ketika kabut diatas telaga itu tersibak tertiup angin dan tampaklah sebuah
perahu besar yang berjarak kira-kira hanya tiga puluh meter jauhnya dari kapal
Oey Liong Kiam 8 20 Ouw Hin Lee. Diatas tiang mengintai tampaklah seorang laki-laki bertubuh tegap
dan kuat. Oraag itu tengah mengamati kearah Tong Kiam Ciu.
Tidaklah pangling lagi Kiam Ciu, bahwa orang yang mengintai dan tadi
melontarkan ejekan itu adalah Kwi Ong. Kwi Ong yang berhaii kejam dan jahat
itu. Kemudian melihat pula Ho Beng wakil ketua partai Ouw-ki-pang. Menurut
keterangan Shin Kai Lolo bahwa Ho Beng telah berkhianat kepada partainya dan
memihak kepada Kwi Ong. Dia telah sampai hati untuk membunuh serta akan
meracuni semua tokoh-tokoh yang sedang dijamu oleh Ouw Hin Lee kemudian
akan membinasakan orang-orang dari partai Ouw-ki-pang dan partai Kim-sai.
Maka Tong Kiam Ciu segera melompat kearah kapal Kwi Ong dan akan
menyerbu orang-orang yang akan berbuat tidak baik itu. Sedangkan Shin Kai
Lolo telah lari masuk kedalam ruang pesta untuk bertindak dan menyelamatkan
mereka yang berada didalam ruang pertemuan itu,
Kapal layar besar milik Kwi Ong lelah merapat pada kapal layai milik Oow
Hin Lee, Sedangkan Kiam Ciu telah berada diatas dek kapal Kwi Ong, maksudnya
akan membinasakan Kwi Ong dan menghajar Ho Beng. Tetapi begitu Kiam Ciu
tiba diatas dek kapal tampaklah air telaga berbuih.
Ternyata dari buihan itu kemudian tampak warna merah darah. Ternyata Ho
Seng telah mulai membantai orang-orang dari partai kim-sai dan orang-orang
dari partai Ouw-ki-pang. Ketika Kiam Ciu akan memanjat tiang magun, maka
tampaklah Kwi Ong telati meluncur dari tiang itu melayang kemudian mencebur
kedalam telaga. Menyaksikan hal itu maka Kiam Ciu segera terjun kedalam telaga pula untuk
mengejar Kwi Ong, kemudian akan membinasakan Ho Beng yang telah berlaku
tidak senonoh dan keji membantai orang-orang bekas anak buahnya sendiri. Ho
Beng berkhianat dan berpaling kepada Kwi Ong dengan maksud untuk
menduduki tahta kepemimpinan partai Ouw-ki-pang.
Kemudian Ho Beng rela dan sampai hati untuk merebut dari tangan
pemimpinnya sendiri. Pemimpin yang telah memberikan kemuliaan dan
kebahagiaan kepadanya selama puluhan tahun. Tetapi iblis lelah merasuki benak
Oey Liong Kiam 8 21 Ho Beng maka semua kebaikan dan kemanusiaan telah dilupakannya. Yang
terngiang dibenaknya hanya bisikan iblis keji untuk merebut kedudukan.
Rupa-rupanya Ho Beng telah memberikan isyarat siap untuk membinasakan
orang-orang perkumpulan dari partai Kim-sai dan Ouw-ki-pang. Maka Kwi Ong
telah mengerahkan anak buahnya dari suku bangsa Biauw untuk dengan diamdiam menggasak orang-orang dari kedua partai yang sedang lengah dan
berpesta diatas kapal Ouw Hin Lee itu.
Hati Kiam Ciu menjadi sangat gusar dan benci sekali dengan orang yang
berhati curang dan khianat. Maka ketika dia melihat Ho Beng berkelebat
meloncat naik keatas kapal Kwi Ong, kembalilah kemarahan pemuda itu meluapluap Dia telah mengerahkan ilmu Ceng-teng-pa-cui atau capung melompat dari
permukaan air. Langsung Kiam Ciu melompat kearah perahu Kwi Ong.
Namun kelebatan tubuh pemuda itu terlihat oleh Kwi Ong. Segeralah orang
kejam itu membentak dan mengirimkan serangan tangan mendorong kearah
tubuh Kiam Ciu yang tengah melayang.
"Kiam Ciu mengapa kau tergesa-gesa merat !?" bentak Kwi Ong.
Dalam pada itu Kiam Ciu telah melesat, tubuhnya telah melayang diatas
geladak perahu Kwi Ong. Tanpa menduga datangnya serangan itu, maka ketika
dirasakan angin pukulan yang mendampar tubuhnya, Kiam Ciu tidak sempat lagi
mengelak. Maka tiada ampun lagi tubuhnya telah terkena hembusan tenaga
pukulan yang hebat sekali.
"Hait!" terdengar seruan Kiam Ciu. Tetapi pemuda itu tidak berdaya dan tidak
dapat mengegosi serangan Kwi Ong. Maka ketika Kiam Ciu telah menginjakan
kakinya diatas papan geladak segeralah terjatuh.
Tubuhnya terasa bagaikan dicopoti tulangnya. Dengan tubuh hancur pemuda
itu jatuh terduduk dan lunglai Semangatnya telah hilang dan napasnya jadi
sesak sekali, Sebentar kemud an dia telah memuntahkan darah kental berwarna
hitam. "Celaka. iblis itu lelah meracuniku." pikir Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 8 22 "Hahaha anak kemarin sore yang berlagak mau berbuat apa kau dihadapan
tuan besarmu ini hah?!" seru Kwi Ong yang tiba-tiba telah berada didebat Kiam
Ciu. Begitu juga beberapa orang dari partai bangsa Biauw itu telah berdiri
mengepung tubuh Kiam Ciu. Juga dalam deretan orang-orang itu Kiam Ciu telah
ada beberapa orang yang dikenalnya, misalnya Pa Nu dan begitu juga si
penghianat hidung besar Ho Beng juga berada ditempat itu.
Kiam Ciu tidak dapat berbuat apa-apa karena tubuhnya terasa sangat lemah.
Karena dia tidak berhasil juga mengejarkan ilmu Bo-kit-sin-kong untuk
menghalaukan pengaruh pukulan beracun Kwi Ong.
Pemimpin suku bangsa Biauw itu tertawa dengan bangga dan memandang
rendah diri Kiam Ciu. Panas sebenarnya hati pemuda itu diperlakukan seperti
itu, namun apa boleh buat dia tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Hanya terdengar
kekuatan gigi-gigi pemuda itu pertanda menahan amarahnya. Kwi Ong juga
mengagumi sikap gagah pemuda itu.
"Kwi Ong, Bukankah kau datang di telaga ini akan mencari kitab pusaka Pekseng Ki-su ? Peta tempat penyimpanan kitab pek-seng itu berada ditanganku !"
seru Kiam Ciu. Mendengar keterangan Kiam Ciu itu akhirnya Kwi Ong berpikir juga:
"Tanpa peta pek-seng itu akan takkan dapat menemukan kitab pek-seng kisu. Maka aku harus merebut peta itu terlebih dahulu dari Kiam Ciu".
Ia telah mengetahui bahwa kitab pusaka pek-seng ki-su tersimpan disekitar
telaga Ang-tok-ouw, maka dia telah memimpin orang-orangnya ke telaga itu. Dia
telah bersekutu dengan Ho Beng pembantu Ouw Hin Lee itu yang berambisi
untuk menjadi pemimpin dan merebut kedudukan Ouw Hin Lee. Kwi Ong telah
menjanjikan untuk membantu Ho Beng merebut kedudukan ketua partai Ouw-kipang.
Sebelum Kwi Ong turun tangan maka dia sempat mengetahui pula
bagaimana partai Kim-sai dan Ouw-ki-pang menggempur partai Kong-tong
diatas telaga Ang-tok-ouw itu.
Oey Liong Kiam 8 23 Selelah Kwi Ong memperhitungkan bahwa dia mampu untuk menggempur
dua partai itu dan mendapat bantuan pula dari dalam ialah Ho Beng yang telah
berpaling itu. Maka Kwi Ong segera memimpin anak buahnya untuk menyerbu
partai Kim-sai dan Ouw-ki-pang
Kini setelah dia berada di telaga Ang-tok-ouw dan telah membinasakan
banyak orang2 dari partai baik Ouw-ki-pang maupun dari partai Kim-sai dan kini
telah berhadapan dengan Kiam Ciu lagi. Maka kini dia akan mengambil jalan
terdekat dan termudah untuk menemukan kitab Pek-seng-ki-su. Setelah dia
pikirkan lebih dalam maka dia harus dapat merebut peta Pek-teng yang kini
disimpan oleh Kiam Ciu. Maka kini dia tertawa sendirian, hingga menimbulkan kengerian dihati orangorang yang berada disekitarnya. Karena tawa pemimpin suku bangsa Biauw itu
sangat seram dan bergidikan bulu kuduk siapapun yang mendengarkannya.
"Kiam Ciu jiwamu berada ditanganku, sedangkan peta pek-seng di tanganmu
hayo sekarang serahkan peta itu kepadaku !"seru Kwi Ong dengan wajah seram
dan mata melotot. Namun Kiam Ciu yang kini tidak berdaya dan seluruh tubuhnya lemah itu
tetap tenang. Dia memandang kearah mata Kwi Ong Kemudian tersenyum,
sebenarnya Kiam Ciu ingin bangun, tetapi tidak berhasil.
"Kau dapat mengambil sendiri didalam saku bajuku! "seru Kiam Ciu.
Kwi Ong melangkah maju mendekati Kiam Ciu Kemudian merogoh saku
jubah pemuda itu. Didalam saku jubah itu dia menemukan beberapa lembar
kertas yang bertuliskan huruf-huruf indah, kemudian selembar kertas kosong.
Sama sekali Kwi Ong tidak menemukan selembar peta didalam saku baju luar
maupun pakain dalam Kiam Ciu.
Ketua suku bangsa Biauw itu sangat marah dan merasa dirinya
dipermainkan dan perolok-olokan oleh Kiam Ciu. Maka segeralah ia membentak.
"Kurang ajar kau mempermainkan aku. Mana peta Pek-seng!" gertak Kwi Ong
dengan bergusar hati dan sambil merenggutkan leher baju Kiam Ciu menatap
wajah pemuda itu dengan mata melotot.
Oey Liong Kiam 8 24 Saat seperti itu dan dalam keadaan yang tidak berdaya itu, maka ibaratnya
nyawa diujung rambut, Dia telah jatuh ditangan dan dalam cengkeraman siiblis
itu. Maka sekali ini Kwi Ong membalikan tangan dan matilah Kiam Ciu.
"Peta Pek-seng berada ditanganmu, hanya saja kau belum mengetahui
caranya untuk melihat peta itu, Peta itu harus dibaca secara rahasia membaca
dan melihat peta itu oleh Gan Hua Liong telah dijelaskan kepadaku. Maka hanya
aku seoranglah yang dapat mengerti peta Pek-seng itu. Untuk menemukan
tempat kitab Pek-seng ki-su maka kau mencariyapun harus dengan aku" jawab
Kiam Ciu menjelaskan. Tong Kiam Ciu benar-benar telah berada ditangan Kwi Ong. Nyawanya
tinggal bergantung diujung rambut maka dia harus memutar akal untuk
mengulur waktu agar dia dapat selamat. Karena dia akan merasa penasaran
serta khawatir binasa dalam keadaan tugas-tugasnya belum dilaksanakan
semuanya. Maka dia berusaha untuk menyelamatkan diri dan mencari dayaupaya bagaimana caranya untuk membebaskan diri dari cengkeraman tangan
siiblis Kwi Ong itu. Kwi Ong yang keranjingan ingin menguasai dunia persilatan dan dia
berkeyakinan bahwa dengan memiliki kitab pusaka Pek-seng-ki-su itu berarti
dia akan mempunyai kesaktian yang langka diatas jagad ini. Maka dia berusaha
keras untuk dapa merebut kitab itu.
Maksud semula dia akan membunuh Kiam Ciu, karena dia yakin kalau
pemuda itu tetap hidup kelak akan membuat kacau keadaan. Kiam Ciu menurut
pandangan Kwi Ong kelak kalau dibiarkan hidup akan banyak mengacaukan
keadaan dan mungkin akan menyulitkan dirinya sendiri. Maka lebih haik
dibinasakan saja ! Namun ketika disadarinya, bahwa dia masih membutuhkan
tenaga pemuda itu untuk menunjukkan tempat penyimpanan kitab Pek-seng-kisu maka untuk sementara terpaksa dia membiarkan Kiam Ciu hidup. Lagi pula
menurut perhitungannya, bahwa Kiam Ciu sudah tidak berdaya untuk dapat
melarikan diri lagi. Akhirnya Kwi Ong berkesimpulan untuk pergi meninggalkan
telaga Ang-tok-ouw dan mencari kitab pusaka Pek-seng-ki-su. Maka dia berseru
kepada Ho Beng. Oey Liong Kiam 8 25 "Untuk sementara waktu, aku mengangkat kau sebagai wakilku. Aku telah
mengambil keputusan untuk mencari kitab Pek-seng-ki-su dan mempergunakan
si jahanam Kiam Ciu itu untuk mencarinya, Maka kini untuk sementara kau
bawalah dia keruang bawah, sementara itu kita mengubah haluan!"seru Kwi Ong
dengan sikap memerintah. Beberapa saat kemudian Ho Beng dan Pa Nu telah mengangkat tubuh Kiam
Ciu. Dengan cepat kedua orang itu telah membawa Kiam Ciu keruang bawah.
Disaksikan juga oleh Kim Ciu dan beberapa orang suku bangsa Biauw yang
berdiri ditempat itu. Adapun Kiam C'iu yang dalam keadan lemah dan tidak berdaya itu, sama
sekali tidak dapat berbuat apa-apa. Dia membiarkan saja segala apa-apa yang
yang dilakukan oleh orang-orang itu. Dia telah dibaringkan diatas lantai papan
pula di ruangan bawah. Kiam Ciu terlentang dan pikirannya kacau. Sama sekali
dia tidak berdaya dan tidak dapat berbuat apa-apa padahal dia harus
melaksanakan tugas-tugasnya yang masih terbengkalai, juga pada saat-saat
seperti itu dia teringat kembali kepada kedua orang tuanya, adiknya yang sangat
dicintai juga paman yang mennyintainya. Apakah mereka selamat atau telah
terkena racun ? Bingung pikiran pemuda itu, padahal dirinya sendiri masih
dalam keadaan tidak berdaya.
Dalam kegelisahannya itu, akhirnya dia menangkap suatu langkah halus
bagaikan tikus merangkaki mendekat. Kiam Ciu telah dapat membayangkan,
pastilah di bawah dan dalam ruangan yang gelap dan pengap itu banyak sekali
tikus buas dan kelaparan. Dia siap siaga untuk menghadapi segala kemungkinan
itu. "Tong Siauwhiap ! Tong Siauwhiap!" terdengar sebuah bisikan dari arah
kegelapan. Kiam Ciu membuka mata dan mengamati ke tempat itu. Lama-lama
tampaklah bentuk tubuh dan ketika orang itu mendekati dan menghampiri Kiam
Ciu maka jelaslah bahwa orang itu tiada lain adalah Pa Nu.
" Tong Siauwhiap, aku ini Pa Nu . . . Apakah kau sudah lupa ?" Aku pernah
bertemu denganmu dan pernah memberikan petuniuk untuk memasuki tempat
Oey Liong Kiam 8 26 perangkap serta keluar dari perangkap dulu di Desa Sing-kiauw-cong. Bisik
orang itu berhati-hati sekali.
"Mengapa kau dalang kesini ? Apakah kau telah disuruh oleh Kwi Ong untuk
mengorek rahasia peta Pek-seng itu ?" tanya Kiam Ciu berbisik pula.
Sebenarnya saat itu kiam Ciu akan berbicara keras, tetari Pa Nu telah
memberikan isyarat dengan jari telunjuknya. Hingga Kiam Ciu menahan tekanan
suaranya. "Tong Siauwhiap, kuharap kau jangan salah mengerti. Aku akan datang untuk


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menolongmu" Pa Nu berhenti sejenak dan menunggu reaksi Kiam Ciu.
"Aku dan Kim Ciu sangat mengagumi sifatmu yang luhur dan budiman Kau
hampir menjadi korban keganasan Kwi Ong karena kau membela Gin Ciu. Maka
kita telah bertekad untuk membalas budimu itu" sambung Pa Nu.
Ucapan-ucapan yang setengah berbisik itu diucapkan oleh Pa Nu dengan
khidmad. Maka ketika mendengar kata-kata yang meyakinkan itu percayalah
Kiam Ciu akan kata-kata Pa Nu.
"Sekarnnp aku berada dimana?" tanya Kiam Ciu berbisik kepada Pa Nu.
"Kau berada di ruang bawah dialas kapall.
Kwi Ong. Kini sedang berlayar menuju ke kota Pek-seng Kita pernah
menemukan kota yang hilang itu". jawab Pa Nu.
"Oh " sambung Kiam Ciu Sesaat suasana menjadi sepi, hanya mendengar
napas mereka yang teratur karena memang mereka sangat berhati-hati untuk
jangan sampai menarik perhatian para petugas orang-orang Biauw. Tiba-tiba
Kiam Ciu meraih lengan baju Pa Nu dan menariknya dekati benar dengan wajah
Kiam Ciu. Kiam Ciu berbisik
"Mengapa kau berusaha unluk menolongku? Aku tidak ingin melibatkan
dirimu dalam urusan ini. Menyingkirlah kalau perbuatanmu ini diketahui oleh
Kwi Ong, apakah kau tahu akibatnya?" bisik Kiam Ciu.
"Ya, aku tahu resikonya!" bisik Pa Nu.
"Perbuatanmu ini tidak ada artinya, kau hanya akan mengambil resiko saja!"
bisik Kiam Ciu dan berusaha akan mendorong Pa Nu.
Oey Liong Kiam 8 27 Tetapi orang itu tetap nekad dan berbisik kepada Kiam Ciu.
"Apapun yang akan terjadi itu adalah resiko kami sendiri. Aku telah bertekad.
Kami merasa berhutang budi kepadamu ketika kau berusaha untuk menolong
jiwa Gin Ciu, untuk itu apakah seandainya kami juga akan menolong
membebaskan kau ? Lagi pula kami sangat menggantungkan harapan
kepadamu" bisik Pa Nu.
"Apakah harapan kalian itu ?" tanya Ki- am Ciu.
"Ya, kami merasa tidak betah lagi dibawah kekejaman Kwi Ong yang benarbenar bertambah mabuk kekuasaan dan kejam sekali" bisik Pa Nu.
"Oh . . " hela Kiam Ctu menarik nafas panjang.
"Namun untuk membinasakan Kwi Ong kami tidak mampu. Maka harapan itu
kudambakan atas dirimu dan kawan-kawanmu. Kami mengharapkan kelak Tong
Siauwhiap dapat membasmi Kwi Ong" bisik Pa Nu.
"Hem . ." sambung Kiam Ciu.
Tiba-tiba Pa Nu meloncat dan menyelinap ke tempat yang paling gelap dan
tersembunyi di balik tong-tong persediaan air. Tiada lama kemudian tampaklah
kelebatan bayangan mendekati Kiam Ciu.
"Tong siauwhiap !" bisik seseorang dari tempat kegelapan. Suaranya mirip
suara wanita. Tiada lama kemudian tampaklah bayangan itu menghampiri Tong
Kiam Ciu. Ketika jarak mereka berdekatan, barulah jelas terlihat oleh Kiam Ciu ternyata
orang yang baru dalang nu tiada lai,n adalah Kim Ciu. Gadis itu tampak
tersenyum, walaupun wajahnya tidak kelihatan jelas namun saat itu Kiam Ciu
terpesona juga melihat perubahan kecantikannya.
" Mengapa kau berada disini ?" tanya Kiam Ciu berbisik.
"Kau harus mengikutiku lari dari tempat ini ?" bisik Kim Ciu, "Suhu saat ini
belum membunuhmu, hanya karena kaulah yang mengetahui rahasia peta Pekseng itu. Jika suhu telah mendapatkan kitab Pek-seng ki-su pastilah kau akan
dibunuhnya ! Kau sekarang dalam keadaan terluka parah !"
Oey Liong Kiam 8 28 Mendengar petunjuk itu Kiam Ciu tersenyum. Dipandanginya gadis itu
dengan penuh rasa terimakasih atas jerih payahnya. Tetapi kemudian wajah
Kiam Ciu tampak hampa. Tampaknya pemuda itu sama-sekali tidak mempunyai
hasrat untuk melarikan diri.
"Terima kasih atas jerih payah dan kebaikan budimu" jawab Kiam Ciu.
"Tetapi Tong siauwhiap harus turut kami keluar dari tempat ini!" bisik Kim
Ciu. Kiam Ciu sejenak memandang kearah gadis itu. Kemudian tampaklah wajah
pemuoa itu tegang, akhirnya tersenyum.
"Aku tidak dapat lari, tidak dapat mengikuti anda keluar dari tempat ini.
Karena aku memang tidak mau untuk lari. Aku telah bertekad untuk.. ." jawab
Kiam Ciu serius. Tiba2 Kim Ciu menggerakkan jari-jemarimya menotok jalan darah bagian
leher pemuda itu. Bertepatan dengan itu pula, tampaklah kelebatan Pa Nu
mencegah perbuatan Kim Ciu itu.
"Sumoi tahan! Mengapa kau menotok jalan darah Tong Siauwhiap ?" seru Pa
Nu sambil menampel tangan yang sedang menotok.
Numun Pa Nu terlambat beberapa saat lamanya, tampaklah Kiam Ciu telah
tidak berdaya. Karena totokan jalan darahnya itu, tbuh Kiam Ciu jadi lumpuh dan
lemah. Setelah Kim Ciu hilang dari rasa terkejut karena kedatangan Pa Nu yang
Golok Halilintar 10 01 Api Di Bukit Menoreh Karya S H Mintardja Imam Tanpa Bayangan 9
^