Pencarian

Cinta Dan Tipu Muslihat 6

Cinta Dan Tipu Muslihat Karya Widi Widayat Bagian 6


Untung Sarini segera sadar keadaan. Ia menggunakan jari tangannya untuk membuka tali pengikat. terbuat dari otot kerbau itu. Namun walaupun sudah berusaha begitu rupa. tali itu tidak dapat dibukanya.
"Gigitlah. Gigit seperti yang aku lakukan tadi!" Prayoga gelisah.
Sarini menurut. Tetapi kekuatan giginya tidak sama dengan kekuatan gigi Prayoga. Sekalipun sudah berusaha. hasilnya belum juga memadai. Tali dari otot kerbau itu belumjuga mau putus.
Prayoga tak sabar lagi, lalu berkata,
"Sudahlah, sekarang menyingkirlah... ."
Prayoga memutuskan hati, untuk dapat menolong diri sendiri dengan mengerahkan tenaga yang ada. Ia teringat akan petunjuk Ndara Menggung. cara mengerahkan tenaga yang disebut Aji Bandung Bandawasa.
Krak krak... dan akhirnya putuslah semua tali pengikat pada kaki dan tangannya. Prayoga gembira bukan main setelah berhasil memutuskan tali pengikat pada kaki dan tangannya. 'Tatapi diam-diam iapun menyesal sendiri. mengapa ia tidak berbuat seperti itu sejak tadi. Kalau ia lakukan sejak tadi, tentunya dalam menolong Sarini tidak kesulitan.
Sesudah bebas ia cepat menyambar lengan Sarini dan lalu dibimbing keluar. Sarini menurut saja. malah dara ini bermanja-manja, merapatkan tubuh kepada kakak seperguruannya.
Mendadak Sarini tersentak kaget dan berkata,
"Kakang. bagaimanakah caranya kita dapat keluar dari tempat ini?"
Prayoga baru sadar keadaan. Tempat ini gelap dan dirinya tidak tahu di mana jalan untuk keluar. Jangan lagi jalan untuk keluar, bagian ataspun tidak tampak oleh mata sama sekali.
Sadar akan keadaan, dan daripada tergesa-gesa lebih baik istirahat dulu. kemudian Prayoga bertanya.
"Sarini! Apakah sebabnya engkau bisa berada di sini?"
"Huh. memang mbakyu Mariam itu seorang... kutu busuk!" sahutnya marah.
"Apa sebabnya?" Prayoga kaget.
"Aku bilang kutu busuk. ya memang kutu yang tidak sedap..." sahut Sarini tambah marah.
"Huh... tidak perduli siapa dia. Sekali kutu busuk tetap saja kutu busuk... ."
Tentu saja Prayoga melongo tak mengerti. sebabnya Sarini menyebut Mariam sebagai kutu busuk. Akan tetapi dalam hati. ia dapat menduga, kalau Sarini marah seperti itu, tentunya ada sebabnya.
"Sarini. apakah engkau bertemu dengan mbakyu Mariam?"
"Kalau bertemu. lalu kau mau apa?" Sarini menjawab sengit.
"Buktinya dia sudah tidak ingat lagi akan cinta kasih saudara seperguruan."
Prayoga berdebar tak keruan. Ia ingin mendengar penjelasan. tetapi celakanya Sarini bicara tidak jelas.
Karena gelap dan tak tahu perobahan wajah Sarini. Ia kemudian memijat lengan gadis itu. Perintahnya.
" Bicaralah yang jelas... ."
"Aduh..." Sarini menjerit.
"Cerita ya cerita, tetapi apa sebabnya engkau memijat lengan orang semau sendiri?"
"Ya ya aku bersalah. Sekarang berceritalah."
Sarini menyeringai mengejek. Tetapi karena gelap. Prayoga tidak melihat. Jelas bahwa sesungguhnya gadis ini ingin mengejek kakak seperguruannya.
"Ketika engkau masuk ke tempat orang tak senonoh tadi malam.." Sarini berhenti, tak sanggup mengatakan telanjang". Baru beberapa jenak kemudian melanjutkan.
"aku mondar-mandir melihat keadaan. Tiba-tiba aku melihat seseorang mondar-mandir tak jauh dari tempat kita... ."
"mBakyu Mariam?" tukas Prayoga.
"Bukan! Tetapi laki-laki. Kemarahanku timbul seketika. Begitu dekat, kuayunkan kakiku untuk menendang!"
"Huh. bukankah aku minta agar engkau tak pergi, tetapi mengapa malah ngeluyur semau sendiri?"
"Huh. tetapi kalau aku tidak ke sana. tidak mungkin dapat bertemu dengan mbakyu Mariam si kutu busuk..." Sarini membela diri.
Setiap adu kepandaian bicara, Prayoga memang selalu kalah. Begitu pula sekarang ini, Prayoga menjadi bungkam. Sarini mencibirkan bibir. tetapi tidak sempat dilihat oleh Prayoga, karena gelap. Kemudian gadis ini meneruskan ceritanya.
"Sesudah berhasil aku bereskan prajurit itu, tibatiba aku mendengar suara seseorang menghela napas panjang. dan dari nadanya jelas wanita. lalu cepat cepat aku melangkah menyelidik, karena aku khawatir! Kalau dia itu tawanan... ."
Prayoga yang hampir tidak dapat menahan sabarnya, sudah akan menukas. Tetapi karena ingat watak Sarini yang selalu mau menang sendiri. ia batalkan maksudnya dan mendengarkan.
"Hemm... tetapi setelah aku sampai di sana, tidak menemukan seorangpun,
" Sarini meneruskan sambil menyesal.
"Dan sekalipun jelas suara tadi amat dekat namun kucari lama sekali belum juga bisa ketemu. Saking jengkel tak juga dapat menemukan orang yang menghela napas tadi. aku lalu mencaci maki dengan maksud agar orang itu mau menampakkan diri."
Sarini menghela napas. Sesudah itu ia meneruskan.
"Belum juga habis caci-makiku mendadak serangkum angin menyambar dari belakang. Ah... ternyata mereka itu orang-orang yang pernah aku kalahkan dalam pertandingan di Mayong waktu itu. Huh, mereka bukan lain Gondang Jagad dan Lintang Trenggono. Wajah dua orang itu pucat seperti mayat, membuat aku ngeri melihatnya. Akan tetapi karena mereka pernah aku kalahkan. merekapun tidak berani menyerang aku..."
Nada ucapannya penuh rasa bangga. Karena nyatanya waktu itu Sarini benar-benar dapat mengalahkan Lintang Trenggono dan Gondang Jagad. Sekalipun sesungguhnya waktu itu. Sarini dibantu secara gelap oleh Jim Cing-cing Goling.
Tetapi dasar Sarini seorang gadis pemberani. sekalipun sering kurang melihat gelagat. Melihat orang tidak segera berani menyerang. ia malah mempermainkan senjata bandringannya dan mengejek.
"Hai. keledai-keledai panggung!" hardiknya.
"Aku tadi mendengar suara wanita yang menghela napas panjang. Apakah kamu menyiksa wanita?"
Gondang Jagad dan Lintang Trenggono marah sekali. Akan tetapi mereka tidak berani gegabah. khawatir kalau gadis ini tidak seorang diri. Mereka belum lupa kepada peristiwa yang sudah lalu. Munculnya gadis ini di atas panggung pertandingan, dilindungi seorang sakti mandraguna.
"Hai bocah!" tegur Gondang Jagad.
"Engkau terlalu sombong. dan apa sebabnya berani masuk ke tempat ini?"
"Huh. apa yang harus aku takutkan?" ejek Sarini.
Ucapan gadis ini membuat Gondang Jagad dan Lintang Trenggono lebih hati-hati. karena salah tafsir. Mereka menduga gadis ini tentu ada yang melindungi, dan karena itu dua orang ini tidak berani turun tangan.
Sebaliknya karena dua orang itu tampak ragu. Sarini tambah mabuk. dan merasa lawan jeri menghadapinya. Gadis ini tambah garang. sehingga menjadi lupa diri. Kalau saja Sarini berhati-hati. kiranya akan selamat. Tetapi karena lupa diri. menjadi terbuka kedoknya.
Sarini yang garang itu mencaci-maki Gondang Jagad dan Lintang Trenggono. Yang dicaci-maki hanya meringis saja karena ragu dan tidak berani berbuat. Dalam mencaci maki ini. Sarini tak kuasa lagi menahan mulut, dan menuduh mereka telah menodai kehormatan wanita dengan kekerasan.
Tuduhan ini membuat Gondang Jagad dan Lintang Trenggono amat marah. Sejak mula mereka telah mempunyai nama cukup tenar. dan sesudah menghambakan diri kepada Mataram. mereka dihormati dan selalu diperhatikan kepentingannya. Bukan saja para prajurit. bahkan Tumenggung Wiroguno maupun Kliwon Prawiromantri selalu menghormati.
Betapapun sabarnya. tentu ada batasnya pula. Dicaci-maki dan dituduh yang tidak-tidak. Lintang Trenggono menjadi marah. Tiba-tiba saja ia meloncat dan langsung mencengkeram. Karena tak berjaga diri, sekali serang Sarini sudah dalam cengkeraman Lintang Trenggono. Akan tetapi khawatir kalau Sarini dilindungi seorang tokoh sakti maka Lintang Trenggono tidak berani berbuat lebih jauh, dan jiwa Sarini selamat.
Diam-diam Sarini kaget dan mengeluh. karena tak mungkin dapat melepaskan diri. Namun dasar gadis cerdik. Lalu ia memperoleh akal dalam usahanya melepaskan diri.
"Hai orang tua!" hardiknya garang.
"Apakah engkau benar-benar besar kepala dan tidak takut?"
"Takut apa?" sahut Lintang Trenggono memancing. Dalam hati memang khawatir kalau orang sakti yang melindungi Sarini muncul lagi.
"Hi-hik. engkau lupa kepada peristiwa di Mayong?"
Lintang 'Trenggono terkejut bukan main. Baru akan membuka mulut. Sarini sudah berpaling ke belakang sambil berseru.
"Kakek, cepatlah kemari."
Seruan Sarini mempengaruhi keadaan. Lintang Trenggono takut dan mundur selangkah. Kesempatan ini tak disia-sia Sarini. sekali meronta Sarini berhasil melepaskan diri dari cengkeraman lawan.
Kalau saja begitu lepas. Sarini tahu diri dan tahu gelagat. kemudian melarikan diri. kiranya dua orang sakti itu tidak berani mengejar. Tapi dasar gadis yang sok. Ia bukannya lari malah meloncat dan menyerang Lintang Trenggono.
Duk !! Lintang Trenggono meringis terpukul secara tepat pada pundaknya.Sesudah berhasil memukul. Sarini berusaha melarikan diri. tetapi sudah terlambat. Lintang Trenggono yang malu dan marah sudah melesat. tangannya mencengkeram lengan Sarini. Karena cengkeraman itu keras membuat Sarini kesakitan.
Karena tidak ada akibat lebih lanjut dari serangannya terhadap gadis ini. maka sadarlah Lintang Trenggono bahwa dirinya sudah dipermainkan.
Sekali dorong tubuh gadis itu terpental ke dalam kubu. terjerembab dan terbanting dengan keras. Sarini meringis saking sakit. Akan tetapi begitu bangkit dan melihat sekeliling, Sarini lupa sakitnya malah berseru gembira,
"mBakyu Mariam."
Dalam kubu ini laki-laki setengah baya duduk di bangku. Wajahnya angker dan pakaiannya indah. Dari cara mengenakan pakaian. Sarini dapat menduga orang ini tentu pembesar Mataram.
Tetapi pembesar itu tidak menarik perhatian Sarini. Dan yang menarik perhatian bukan lain Mariam yang saat itu sedang beriba kepada laki-laki tua itu. dengan mata merah dan air mata membasahi pipi.
Mariam memalingkan muka tetapi tidak menyahut. Pertemuannya dengan Sarini tidak memberi kesan apa-apa. seakan belum pernah kenal. Melihat sikap kakak seperguruannya itu Sarini tercengang heran. Apa sebabnya Mariam berobah seperti ini?!
Sesudah itu Mariam kembali menghadapi laki-laki tersebut, berkata halus setengah meratap.
"Ndara Kliwon. sebenarnya kemana kakang Suara Manis pergi? Saya selalu berharap cemas dan rindu. Mengapa dia pergi terlalu lama dan tak ingat kepada diriku yang kesepian ini?"
Mendengar ucapan Mariam itu, merahlah wajah Sarini. ia tahu siapa orang yang disebut-sebut itu. Namun begitu, dugaan Sarini tidak sejauh itu dan menduga kalau Meriam sekarang ini ditawan musuh.
'Teriakuya. "mBakyu Mariam, apa sebabnya engkau di sini? Apakah engkau senasib dengan aku dan ditangkap orang tua tadi?"
Tetapi Mariam yang saat ini rindu kepada Swara Manis, mendadak tidak senang.
"Sarini! Engkau jangan mengganggu aku. Aku sedang bicara soal penting sekali dengan Ndara Kliwon."
Sesudah membentak Sarini, lalu ia berkata lagi kepada laki-laki itu,
"Ndara kliwon. Apabila ndara tak sedia menerangkan ke mana kakang Swara Manis pergi, baiklah! Akupun tidak mau tunduk lagi kepadamu!"
Kliwon Prawiromantri batuk-batuk kecil, tetapi belum menjawab. Sebaliknya Sarini. sekarang menjadi sadar akan semuanya. Laki-laki setengah baya itu jelas Kliwon Prawiromantri, wakil Panglima Mataram. Di samping itu, mendengar ucapan Mariam tadi, ia segera teringat penuturan gurunya. Bahwa Mariam telah pergi bersama Swara Manis dan tak mau menurut nasihat ayahnya. Jelas sekarang Mariam menuntut kepada Kliwon Prawiromantri agar mau memberita-hukan ke mana Swara manis pergi. Karena Kliwon Prawiromantri tak menyahut. Mariam mengancam tidak mau tunduk lagi. Ia menduga. ucapan Mariam itu sebagai ancaman untuk membocorkan rahasia pasukan Mataram. 'Teriaknya.
"mBakyu Mariam, bagus! Bongkar saja rahasia pasukan Mataram."
Tiba-tiba Mariam bertanya kepada Sarini,
"Sarini. Tahukah engkau kakang Swara Manis sekarang ini berada?"
Sarini melongo. Mariam tidak memperhatikan sikap Sarini. lalu melanjutkan,
"Telah beberapa hari lamanya. kakang Swara Manis pergi dan tanpa kabar berita. Aku... aku menjadi sangat khawatir... gelisah... rindu... ."
Karena dirinya mengira Swara Manis masih ditawan dalam kubu pertahanan Wasi Jaladara maka Sarini menjawab seenaknya,
"Manusia laki-laki macam dia. mengapa mbakyu selalu memperhatikan dan memikirkan. Hemm, biar sajalah manusia macam itu dipukuli orang seperti anjing kudisan... dan melolong lolong minta ampun...
Mendadak Mariam telah melompat dan sekarang berhadapan dengan Sarini. Bentaknya kemudian,
"Sarini! Engkau berani membuka mulut seperti itu?"
"Hik hik Ketahuilah bahwa sekarang Swara Manis dalam cengkeraman ayahmu sendiri. Huh tidak mungkin dapat selamat lagi!" ejek Sarini.
Seperti terbanglah semangat Mariam mendengar keterangan itu. Ia khawatir sekali akan keselamatan Swara Manis. Ia menatap Prawiromantri katanya,
"Ndara Kliwon, Mengapa engkau membiarkan Swara Manis ditawan oleh musuh, dan tidak berusaha membebaskan?"
Dengan sabar Kliwon Prawiromantri menjawab,
"swara Manis memikul tugas penting. menyelidiki keadaan musuh. Aku di sini dan Swara Manis di sana. Mana mungkin aku bisa tahu keadaannya?"
Mariam menangis karena khawatir akan keselamatan Swara Manis. Ia tahu bagaimana sikap ayahnya kepada pemuda yang dicintainya itu. Ketika di Tengah laut. kalau tidak ditolong oleh perempuan aneh. Swara Manis maupun dirinya belum tentu dapat menyelamatkan diri dari ancaman ayahnya.
Sarini tidak perduli dengan semuanya. Yang terpikir olehnya sekarang. melihat hubungan yang erat antara Mariam dengan Kliwon Prawiromantri, ia lalu mendesak kepada kakak seperguruannya itu agar mau menolong. Agar mau membujuk kepada Kliwon Prawiromantri, membebaskan dirinya. Namun celakanya segala perhatian dan pikiran Mariam sedang tertuju kepada Swara Manis seorang. ia tak menjawab permintaan Sarini kemudian malah melompat ke luar dan tidak memperdulikan Sarini. Oleh sikap Mariam seperti ini. Sarini marah dan mencaci-maki kalang-kabut.
"Gondang Jagad dan Lintang Trenggono!" teriak Kliwon Prawiromantri tiba-tiba.
"Lekas bawa dan simpan bocah ini dalam penjara!"
Bercerita sampai di sini, Sarini menepuk pahanya sendiri, lalu berkata,
"Kakang Pray-oga, benar. Huh, tempat ini memang penjara!"
Akan tetapi Prayoga tidak menyahut. Sarini yang tak dapat melihat kaget dan berteriak,
"Kakang Prayoga. Di mana kau?"
Namun Prayoga tetap tak menyahut. Sarini yang gelisah berteriak lagi. tetapi tetap tak ada jawaban dari Prayoga. Berkali-kali memanggil tiada jawaban, kemudian Sarini meraba-raba. Ah. baru sadarlah ia sekarang, penjara ini tidak luas dan tanpa sudut. Kalau
begitu.jelas penjara ini sumur mati. Dengan demikian, dirinya dalam penjara di bawah tanah.
"Ih....." Sarini berseru tertahan. Sebab jari tangannya berhasil menyentuh lengan Prayoga, dan ia kaget. Lengan itu kemudian ditarik sambil bertanya
" Kakang ada apa dengan engkau ?"
Prayoga gelagapan. Pemuda ini menjadi sedih dan hatinya hancur. setelah mendengar cerita Sarini, bahwa gadis yang dicintai. Mariam, tergila-gila kepada Swara Manis. Keadaan ini membuat Prayoga menjadi seperti tidak ingat diri, dan tidak mendengar pula kata-kata Sarini.
Dalam dunia ini yang ada hanya dua masalah, yang selalu berlawanan. Ada gelap ada terang, baik dan buruk. cinta dan benci dan seterusnya. Kalau dipikir. kasihan juga nasib Prayoga ini. mencintai seorang gadis tetapi bertepuk sebelah tangan. Namun cintanya kepada Mariam. bisa disebut "cinta membuta". Jelas gadis itu tidak peduli, dan memilih pria lain. akan tetapi Prayoga seperti linglung dan tidak mau menyadari keadaan. Ia selalu berpegang pada tanda mata yang diterima, tetapi diluar tahunya tanda mata yang diterima itu bukan dari Mariam, melainkan dari tangan Sarini. Siapa yang bersalah dalam hal ini, Prayoga yang membuta tuli ataukah Sarini yang sembrono? Dua-duanya mempunyai alasan. Sarini yang mengkhawatirkan keadaan Prayoga, yang saat itu menderita luka berat, bermaksud menghibur. Sebaliknya Prayoga yang tidak tahu. berangapan Mariam mengimbangi cintanya. Karena Mariam mengikuti Swara Manis, maka Prayoga berangapan Mariam sudah berkhianat.
Prayoga baru sadar setelah lengannya ditarik oleh Sarini. Namun ia belum dapat yakin benar tentang pengkhianatan Mariam terhadap dirinya. Betapapun besar kesalahan Mariam yang sudah tergila-gila kepada Swara Manis. dan malah mengikuti ke mana Swara Manis pergi. ia masih dapat memaafkan semua itu. Dan tiba-tiba saja ia menjadi khawatir. Ia menduga, Mariam tentu pergi dan menyusul Swara Manis yang ditawan di kubu pertahanan Wasi Jaladara. Dan kalau benar demikian.
celaka! Kubu pertahanan Wasi Jaladaralah dihujani peluru meriam oleh pasukan Mataram. Kalau saat itu Mariam masih di sana... ah, keringat dingin membasahi tubuh Prayoga.
"Sarini! Marilah kita cepat-cepat keluar dari penjara ini kemudian menyusul mbakyu Mariam. Ah... kita harus dapat menolongnya..." katanya gugup.
"Hem... mbakyu Mariam sudah tidak memperdulikan engkau. Mengapa engkau masih berkeras untuk menolong?" sahut Sarini sambil membantingkan kaki saking jengkel.
Tetapi Prayoga seorang jujur dan cara berpikirnya sederhana. Sahutnya.
"Sarini! Apakah engkau tahu antara aku dengan mbakyu Mariam sudah ada ikatan... dan berjanji sehidup-semati...? Huh... bagaimana. bisa jadi dia dalam bahaya... aku berdiam diri tidak menolong?"
"Hi-hik" Sarini ketawa cekikikan.
Prayoga melongo. Ia heran mengapa Sarini malah cekikikan. Tegurnya,
"Sarini! Apa sebabnya engkau cekikikan seperti itu?"
Semula terpikir oleh gadis ini untuk segera membuka rahasia, bahwa sebenarnya bukan Mariam yang sudah memberi tanda mata itu. Namun kemudian ada pikiran menyusul bahwa lebih haik ia tidak membuka rahasia ini dulu. Karena jika Prayoga tahu rahasia itu, ia khawatir Prayoga menjadi sangat menyesal, kemudian berbuat yang tidak diharapkan.
"Kakang .. aku sedih sekali melihat cintamu membuta kepada wanita seperti itu. Huh cinta apa itu ..?"
"Apa? Siapa yang buta? Aku hanya berbuat sesuai dengan tanggungjawabku. Tahu? Sebab antara aku dan mbakyu Mariam sudah terikat janji untuk sehidup semati selama di dunia ini."
Diam-diam kagum juga gadis ini, akan kesetiaan Prayoga kepada gadis yang dicintanya. Namun demikian kalau rasa setia itu kelewat ukuran. menurut pendapatnya tidak baik.
Hanya saja berbantahan dalam keadaan seperti saat ini tidak tepat. Kemudian jawabnya halus
"Marilah kakang, secepatnya pergi dari tempat ini lebih baik"
Mereka segera berundirig mencari cara untuk dapat keluar dari tempat ini dengan selamat. Namun hasilnya hanya nol besar. karena mereka tidak tahu jalan untuk dapat keluar dari sumur mati ini. Disaat mereka bingung mencari jalan ini, tiba-tiba bekelebat lampu di atas mereka.
" Ssst .. agaknya ada orang yang hendak turun ke mari. Kakang kita harus bersembunyi." bisik Sarini. Cepat mereka merapatkan tubuh mereka ke dinding sumur. Sejenak kemudian ternyata benar. apa yang diduga Sarini. Terbukti terdengar suara orang dari arah atas.
"Hai apa sebab tidak tampak orang di dalam? Hmmm, kita harus hati-hati agar dua bocah liar itu tidak lolos."
"Jangan ngoceh tidak karuan. Mereka telah diikat kencang dengan tali otot kerbau. Mulutnya disumbat dan diikat pada tiang kayu. Manakah mungkin mereka mampu melawan dan lolos" sahut yang lain.
Jelas sekali bahwa yang hendak turun ke penjara ini. dua orang. Lalu terdengar orang yang pertama berkata lagi.
"Wah, bocah perempuan itu sungguh cantik. Heh-heh-heh.. kakang, bukankah maksudmu turun sekarang ini, hendak mencumbu bocah perempuan itu?"
Kawannya tertawa terkekeh. lalu.
"Hem adi... engkau harus pandai menutup mulut dan rahasia ini. Aku tertarik, dan bukankah engkaujuga mau?"
"Tentu," jawab kawannya.
"Nah, kita sama-sama mau bukan? Hemm... kita jauh dengan isteri... heh-heh-heh-heh. dia cantik dan menyala... Bukankah menyenangkan sekali?"
Prayoga marah sekali mendengar percakapan yang kurangajar itu. Tetapi ia tak dapat berbuat apa apa karena mereka masih di atas.
Tiba-tiba Sarini sambil. berjingkat menghampiri lalu berbisik,
"Kakang, mereka mengatakan aku ini cantik dan menyala. Lalu bagaimanakah pendapatmu?"
Prayoga melongo tapi juga mengkal. Sahutnya kemudian.
"Sarini! Dalam keadaan seperti ini, mengapa engkau masih bergurau?"
"Engkau mau bilang apa tidak? Katakanlah. aku cantik atau buruk seperti nini towok?" Sarini mendongkol dan membentak.
Prayoga selalu kalah apabila bicara dengan Sarini. Di samping itu agar Sarini tidak ngambek ia menyahut.
"Sudah tentu engkau tidak buruk seperti nini towok, tetapi seorang gadis yang cantik."
Sarini ketawa puas, lalu merapatkan tubuh kepada Prayoga dan berbisik lagi.
"Kalau saja engkau memandang diriku ini. bagaimanakah perasaanmu? Apakah hati dan perasaanmu tidak tergerak sedikitpun?"
Prayoga kelabakan dan kewalahan menghadapi pertanyaan ini. Ia mendelik. maksudnya akan marah. Tetapi sinar lampu dari atas itu mencapai dasar sumur. dan nyatanya wajah Sarini nampak cantik. sekalipun
pakaian dan rambutnya kusut. Darah mudanya menggelora, lalu timbul keinginannya dapat lebih rapat lagi dan ingin pula mencium. Hemm .bctapa menyenangkan mencium dara genit dan nakal ini.
"Ya memang tergerak .." sahutnya tanpa sadar. Tetapi dilain saat ia sadar akan ucapannya. Buru-buru menyusuli.
"Ah bukan Sarini, bukankah engkau sudah tahu, bahwa aku sudah terlanjur mengikat janji dengan mBakyu Mariam? Tentu saja sekalipun tergerak. tetapi tidak dapat ........"
Sarini geli dalam hati. Tetapi karena khawatir di dengar orang di atas, ia menahan ketawa. Akan tetapi justru menahan ketawanya, tubuh Sarini bergerak gerak seperti orang kedinginan. Dan merasakan ini, Prayoga menjadi heran dan melongo. Sebelum dapat membuka mulut dan bertanya. Sarini sudah berkata
"Huh, engkau memang pemuda tolol! Siapa yang ingin engkau jadikan isteri? Huh ....jangan seperti si punguk merindukan bulan ..."
Prayoga menundukkan kepalanya. dan tampak malu-malu. Melihat ini Sarini menyesal dalam hati. Begitu murni cinta pemuda ini kepada Mariam. Lalu bagaimanakah kelak kemudian hari, apabila kakak seperguruannya ini tahu. bahwa semua yang pernah terjadi adalah perbuatannya?
Dara yang baru menginjak usia 17 tahun, itu selama ini selalu malu memikirkan cinta. Tetapi saat sekarang ini, perhatian Sarini benar-benar tercurah kepada kakak seperguruannya yang tolol dan cinta membuta.
Dari atas telah meluncur seutas tali yang besar. Seutas tali tersebut mencapai dasar sumur mati. dua orang tersebut meluncur ke bawah. Setelah memperhatikan, Prayoga dan Sarini lega. Ternyata dua orang ini perajurit Mataram.
Sarini dan Prayoga berdiam diri tidak berbuat apa-apa. Akan tetapi sesudah dua orang itu hampir mencapai dasar sumur. Prayoga telah meloncat ke atas dan memukul.
Buk buk !! dua orang itu terpukul tepat sekali. terlempar ke dasar sumur tanpa berkutik lagi.
Tanpa menghiraukan dua orang itu, Prayoga telah mengajak.
"Lekas kita pergi!"
Dengan tangkas Sarini menyambar tali itu. Dan dengan bantuan tali ini dengan mudah dua orang itu naik ke atas. Setiba di atas. baru mereka tahu kalau tali tersebut diikatkan pada sebatang pohon besar di dekat sumur.
Ketika itu sudah sore hari. Perut mereka berkeruyuk dan melilit kelaparan. Ketika memandang sekeliling, beberapa bagian kubu pertahanan telah dibongkar. Bisa diduga kalau pastikan Mataram akan berpindah lebih maju lagi.
"Sarini, secepatnya kita harus pergi ke Muria," ajak Prayoga.
Walaupun perut terasa lapar. tetapi gadis ini berusaha menahan. Jawabnya kemudian,
"Kakang.. kalau benar pasukan Mataram menang dan pertahanan Muria hancur, tidak ada gunanya lagi kita ke sana."
Untuk sejenak Prayoga berdiam diri. Tetapi kemudian pemuda itu membantingkan kakinya, berkata,
"Ketika mbakyu Mariam pergi ke sana, pasukan Mataram menghujani serangan meriam ke kubu pertahanan Wasi Jaladara itu. Ah aku khawatir sekali kalau dia celaka. Hayo ke sana, kita harus menolong mbakyu Mariam."
Sarini tak dapat lagi mencegah kemauan Prayoga. Mereka kemudian berlarian menuju ke Muria, di mana Wasi Jaladara membuat kubu pertahanan. Tiba di tempat itu mereka sedih menyaksikan kubu pertahanan sudah hancur. di sana sini bekas terjadi kebakaran. dan banyak mayat bergelimpangan tak terurus. serta tampak lubang menganga bekas peluru meriam mele-dak.
Mereka menghela napas panjang dengan perasaan yang ngeri. Baru semalam mereka pergi dari markas ini. Tetapi keadaannya sudah amat menyedihkan. lalu ke manakah sisa pasukan Wasi Jaladara maupun yang lain? Apakah mereka semua sudah mati? Untuk beberapa saat lamanya kakak beradik seperguruan ini berdiri mematung. Apa yang harus dilakukan menghadapi kenyataan ini?
Untung Sarini seorang gadis cerdik. Timbullah pendapatnya bahwa sejumlah korban ini, belum tentu semuanya sudah mati. Siapa tahu di antara korban masih ada yang hidup, dan bukankah orang itu dapat ditanya?
Pikirannya itu kemudian dikemukakan kepada Prayoga. Ternyata Prayoga setuju. Mereka segera memeriksa mayat-mayat yang berserekan itu. Akan tetapi sampai lelah. mereka hanya berhadapan dengan orang yang benar-benar sudah menjadi mayat. Yang membuat dua orang muda ini ngeri, di antara korban itu ada yang tidak berkepala lagi. ada yang kakinya hilang. tangan buntung dan tubuh hampir hancur....
Diantara korban perang itu terdapat juga beberapa perajurit Mataram. Tetapi sebagian besar korban. terdiri anak buah Wasi Jaladara dan juga anak buah Sarini sendiri.
Dalam jengkel tak menemukan yang masih hidup Sarini lalu berteriak,
"Hai mayat-mayat! Mengapa sebabnya kamu membisu seperti sudah mati?"
Prayoga geli dan ketawa. Sudah tentu mayat itu mati dan tidak bisa bicara lagi. Namun mengapa sebabnya Sarini berteriak seperti itu?
Tetapi sungguh diluar dugaan. Teriakan Sarini tadi segera disambut oleh suara rintihan orang. Mendengar
ini Sarini dan Prayoga segera menghampiri. Kemudian Sarini terkejut. karena orang yang merintih itu malah anak buahnya sendiri. Dengan suara tersendat, napas terengah dan campur rintihan, orang itu berkata.
"Puteri meriam-meriam itu hebat sekali yang lain melarikan diri "
"Guruku ke mana?" tanya Sarini.
Dengan susah payah orang itu menuding ke arah puncak Muria. Mulutnya bergerak tetapi tidak terdengar suaranya. Lalu kepalanya terkulai. lemas....
Sarini terharu menyaksikan nasib anak buahnya ini. Air matanya berlinang-linang membasahi pipinya. Untuk mengurangi perasaannya kemudian Sarini mengajak Prayoga. lari ke puncak Muria.
Prayoga benar-benar bingung dan tidak mengerti. Semalam ia sudah menggulingkan semua meriam Mataram, membuang mesiu dan bubuknya. Tetapi mengapa meriam itu masih dapat menimbulkan puluhan korban mengerikan seperti ini? Belum jauh mereka berjalan. tiba-tiba mata Prayoga menangkap bayangan seseorang. berdiri di salah satu puncak Muria. Prayoga terkejut. Sebab ia tahu bahwa di puncak di mana Mariam sekarang berdiri. terdapat sebuah jurang yang dalam sekali. Maka diamatinya orang itu dengan seksama. Lalu teriaknya kaget,
"Hai Sarini! Bukankah dia itu mbakyu Mariam?"
Sarini juga mengamati dengan penuh perhatian. Orang itu berdiri mematung dan membelakangi. Tampak orang itu mendekap dua pipi dengan telapak tangan dan memandang ke arah puncak Muria yang tertinggi. Sarini mempunyai dugaan yang sama. Bahwa orang itu bukan lain Mariam. Menduga demikian, Sarini sudah menjerit dan memanggil,
"mBakyu Mariam... mengapa di situ?"
Akan tetapi orang itu tetap berdiri mematung. Sarini mengulangi teriakannya namun Mariam tidak menggubris. Karena khawatir teriakan Sarini kurang keras. Prayoga mencerahkan tenaga dalam ajaran Ndara Menggung. ia berteriak.
"mBakyu Mariam... ."
Karena pada saat itu tenaga dalam Prayoga sudah hampir mencapai tataran tinggi. maka suara teriakan Prayoga seperti guntur membelah angkasa. Rupanya suara yang mengguntur itu menggerakkan hati Mariam. Ia memalingkan mukanya ke belakang. dan ternyata memang Mariam. Mendadak saja Sarini dan Prayoga kaget. Mereka melihat wajah Mariam tampak pucat, dan sayu, sedang butir air mata berderai turun dari sudut matanya.
Begitu bertemu dengan orang yang dirindukan siang malam. Prayoga ingin sekali menumpahkan isi hatinya. Akan tetapi celakanya, mulut seperti terkancing. Makin hatinya mendesak. semakin rapatlah mulut Prayoga terkancing.
Sesudah mengamati dua orang adik seperguruannya tanpa membuka mulut. Mariam memutarkan tubuhnya memandang ke arah puncak lagi.
"mbakyu Mariam!" teriak Prayoga lagi.
Tetapi Mariam tidak mengacuhkan sama sekali. Melihat itu meluaplah kemendongkolan Sarini. Serunya,
"Hai mbakyu Mariam. Engkau sedang melamunkan apa?"
Ia berusaha membuat dirinya lebih tinggi. sambil mengangkat tumit melongok ke sana. Akan tetapi ia tidak melihat apa-apa. Kemudian dipanjatlah sebatang pohon yang tinggi. Namun tidak melihat apa-apa kecuali mulutjurang yang menganga.
Prayoga meniru Sarini memanjat pohon. Melihat jurang yang menganga. gemetarlah tubuh pemuda. ini. ia tahu. Mariam tentu akan membuang diri ke jurang.
"mBakyu Mariam... jangan..." teriak Prayoga yang khawatir.
Akan tetapi Mariam tidak menggubris peringatan Prayoga, ia hilir mudik di puncak itu. Menyadari gawat nya keadaan. Prayoga dan Sarini sangat gelisah dan khawatir. Sekali melompat, tentu tubuh Mariam jatuh berkeping-keping dalam jurang. Berulang kali Prayoga berteriak memperingatkan di samping, meratap agar Mariam mengurungkan maksudnya. Akan tetapi semuanya tak digubris. dan sekarang Mariam sibuk menyeka air matanya yang berderai membasahi pipi.
Prayoga yang gandrung kepada gadis itu kelabakan setengah mati. ibarat seekor cacing kepanasan. Ia ingin menghampiri Mariam di puncak. akan tetapi tidak mungkin karena dibatasi oleh jurang yang cukup lebar.
Namun mendadak terkilaslah pikiran pemuda ini. Kaluu Mariam dapat mencapai puncak itu. mengapa dirinnya tidak bisa? Mendadak saja ia seperti ketularan Ndara Menggung. ia menampar kepalanya sendiri. kemudian menggerutu.
Huh, Prayoga tolol! Pemuda macam engkau ini memang tidak ada harganya menjadi kekasih Mariam. apabila nyalimu seperti tikus. Hayo, engkau harus berani melompat ke sana, menyusul dia..."
Melihat tingkah laku Prayoga yang menampar kepala sambil bicara sendiri, Sarini menjadi keheranan. Ia ingin menegur. tetapi melihat keadaan Prayoga, mengurungkan niatnya.
Prayoga ketika itu memang seperti orang gila. Pemuda ini sudah tidak perduli kepada dirinya sendiri. lalu mengambil ancang-ancang dan sekali menjejakkan kaki ke tanah. tubuhnya sudah terapung di udara. Menyusul terdengar suara Sarini yang menjerit keras.
Ia memandang ke bawah, Hih... bulu kuduknya berdiri tegak. Jurang itu dalam sekali dan tertutup kabut. Ia menabahkan hati. tetapi berbareng saat itu telinganya mendengar suara mendesing. Lima titik sinar Dutih menyambar ke arahnya.
Semangat Prayoga terbang. Ketika itu tubuhnya agak menurun ke bawah. Buru-buru ia menginjakkan kaki kiri ke kaki kanan. Dan sambil meminjam tenaga injakan itu ia mengeliat. lalu melambung lagi. Akan tetapi celaka. Saat itu lima titik sinar putih. senjata rahasia orang telah menyambar ke arah dirinya. Mendadak benda itu berpisah ke arah tiga jurusan. ke arah kepala. dada dan kaki.
Prayoga kaget sekali. Jelas benda itu senjata rahasia yang dilepaskan orang. Dan menilik cara melepaskan begitu hebat. ia menduga gadis itu sendiri yang sudah menyerang. Karena Mariam memang mendapat pelajaran khusus dari ayahnya, tentang melempar senjata rahasia. berujut pisau kecil. Dalam usahanya menyelamatkan diri, Prayoga jungkir balik di udara. Akan tetapi karena latihannya masih belum sempurna sekalipun dapat menghindarkan diri dari senjata rahasia. tubuhnya meluncur ke bawah. Hanya dalam sekejap. tubuh pemuda itu sudah lenyap tertutup kabut... .
"Kakang..." Sarini menjerit nyaring.
Sarini tadi sudah akan mencegah Prayoga yang berbuat nekat itu. tetapi sudah tak keburu. karena Prayoga sudah melompat. Sekarang semuanya sudah terlanjur. Yang dapat dilakukan oleh gadis ini hanya berdoa supaya kakak seperguruannya itu selamat, tidak hancur berkeping-keping di dasarjurang.
Tiba-tiba Sarini kaget mendengar suara orang menangis. Ketika mengangkat kepala dan memandang ke depan, ternyata yang menangis itu Mariam. Pada mulanya ia tidak ingin mencampuri urusan Prayoga dan Mariam. ia menjadi tidak enak sendiri. Karena pertukaran tanda mata waktu itu.justru dirinya yang telah berbuat. Akan tetapi sekarang. ia menyaksikan keganasan tangan Mariam terhadap adik seperguruannya sendiri. Ia menjadi kasihan. marah dan membenci gadis itu.
"Hai. gadis cantik!" teriaknya mengejek.
"Orang yang sudah kau serang dan jatuh ke jurang, tetapi mengapa engkau pura-pura menangis? Huh-huh, engkau jangan pura-pura seperti seekor tikus yang menangisi matinya si kucing"
Ejekan itu didengar oleh Mariam. Gadis itu mengangkat kepala dan menyahut.
"engkau tak perlu campur urusanku... ."
"Apa? Huh. siapa yang melarang?"
Mariam membanting-bantingkan kakinya. Lalu.
"Walaupun orang berusaha mencegah. tetapi aku tetap akan membunuh diri di tempat ini. Huh. kalau ada seorang ayah yang dibolehkan tidak mengakui anak kandungnya sendiri. mengapa aku tidak boleh mengusir saudara seperguruanku?"
Sarini menganggap jawaban Mariam itu seperti 0cehan orang gila. Padahal memang benar, Ali Ngumar tidak mau mengakui lagi Mariam sebagai anaknya. karena sudah berkhianat. Karena tak tahu apa yang terjadi. Sarini bertanya.
"Di mana guru?"
"Tak tahu." dan Mariam kembali tenggelam dalam tangisnya.
Hati Sarini seperti dibakar, mendengar jawaban acuh tak acuh. Dalam jengkelnya. gadis ini lalu mengejek.
"Kepada ayahnya sendiri engkau tidak tahu. Tetapi sebaliknya engkau malah tahu di mana orang bernama Swara Manis yang kau gandrungi... ."
Karena nama Swara Manis disebut. Mariam melangkah ke tepian bertanya,
"Hai, engkau tahu Kakang Swara Manis sekarang ini? Katakanlah, di mana dia sekarang?"
Dalam hati Sarini ingin sekali mendamprat kakak seperguruannya yang tak berguna itu. Akan tetapi melihat keadaannya, tiba-tiba saja ia merasa kasihan juga.
Tiba-tiba terlintas dalam benaknya. apa salahnya Mariam mencintai Swara Manis? Yang seorang masih gadis dan yang seorang lagi bujangan. Bukankah percintaan antara gadis dan pemuda merupakan hal yang wajar? Dan tiba-tiba saja a merasa malu sendiri. teringat perasaannya sendiri kepada Prayoga. Kalau dirinya mencintai Prayoga. mengapa Mariam tidak boleh mencintai Swara Manis?
Teringat keadaannya sendiri, kemuddian ia menyadari persoalan gawat yang dialami Mariam. Jelas bahwa gurunya tidak setuju Mariam menjalin cinta kasih dengan Swara Manis. Dan karena Mariam menentang, Ali Ngumar marah dan tak mau lagi mengakui sebagai anaknya. Padahal saat ini Mariam sedang bingung mencari Swara Manis. Karena pepat tak tahu di mana pemuda yang dicintai sekarang berada. Mariam menjadi cupat pikir ingin membunuh diri.
Berpikir sejauh ini. tiba-tiba saja Sarini menjadi kasihan dan ingin menghibur.
"mBakyu Mariam. bagaimana caranya engkau bisa sampai di situ?" teriak Sarini.
"Tunjukkan jalan, agar aku dapat menyusulmu ke situ."
"Jangan datang kemari!" Mariam mencegah.
"Apa sebabnya?"
"Tak perlu tahu. Hemm. jika engkau berani menyusul kemari. aku akan menyerang dengan senjata rahasia." Mariam mengancam.
Akan tetapi Sarini seorang gadis keras kepala. Makin dilarang malah menjadi nekat. 'Teriaknya kemudian,
"Tetapi aku akan menyusulmu!"
Sehabis berkata. "Sarini segera mengambil anamgancang untuk melompat. Akan tetapi yang dilakukan itu tidak sungguh-sungguh. Ia hanya ingin memancing. bagaimanakah sikap kakak seperguruannya itu.
Mariam terpancing. Demi melihat Sarini sudah ancang-ancang akan melompat, ia segera menyambitkan lima batang pisau kecil. Sarini sudah siaga. Begitu pisau menyambar. ia sudah menjejakkan kaki untuk melesat ke belakang. Akan tetapi celaka... tanah yang diinjak longsor dan Sarini tak kuasa lagi menahan tubuhnya terseret ke jurang. Berbareng dengan jerit Sarini. suara tanah longsor itu gcmeresak... .
Masih untung. Dalam saat berbahaya. mata Sarini masih awas dan sempat melihat serumpun pohon kecil yang tumbuh dibibir jurang. Secepat kilat tangannya menyambar. Akan tetapi karena pohon itu hanya kecil. tidak kuasa menahan beban tubuh Sarini. Pohon itu hanya dapat menahan sementara, kemudian tercabut berikut akarnya.
Sungguh celaka! Tubuh Sarini melayang turun ke bawah. Untungnya Sarini masih dapat menguasai ketenangan hatinya. Sedianya ia akan meminjam tenaga lalu mengapungkan diri. Akan tetapi tiba-tiba angin halus menyambar. dan lima batang pisau menyambar atas kepalanya. Mau tak mau tubuhnya melayang ke dasar jurang. sambil menjerit.
"mBakyu Mariam... aku mati sekarang... ."
Suara itu menyayat hati. dan tentu menggerakkan hati manusia kejam sekalipun. Akan tetapi Mariam yang sedang menderita batin. tidak diakui anak oleh Ali Ngumar, dan ditinggal pergi kekasihnya. hatinya menjadi dingin dan seakan mati. Ia tidak perduli kepada adiknya yang masuk kejurang. dan kalau toh mati malah lebih baik dari keadaannya sendiri sekarang ini.
"Hemm... engkau mati habis perkara." desahnya.
"Dan engkau masih lebih menyenangkan daripada hidupku sekarang ini."
Mariam kemudian kembali berdiri mematung dan matanya tak berkedip memandang ke depan. Hati ingin segera meloncat ke dalam jurang dan mati. Akan tetapi pikiran berpendapat lain. mengajak meninggalkan tempat itu. Akibatnya gadis ini menjadi ragu. tak tahu apa harus dilakukan. Matikah Prayoga dan Sarini yang masuk ke dalam jurang dalam itu? Entahlah! Mati dan hidupnya manusia. yang menentukah Tuhan sendiri. 'Tak mengherankan. apa yang terjadi sekeliling-nya. Sarini tidak dapat mengetahui lebih lanjut. Seke-liling gelap oleh kabut, mata pedas dan kepala pening. Dalam waktu singkat. gadis ini sudah pingsan. Ia tidak merasakan apa-apa dalam waktu lama. Ketika Sarini membuka mata dan sadar dari pingsannya. tiba-tiba telinganya menangkap suara orang sedang berbicara. ia dapat mendengar dengan jelas. yang seorang laki-laki dan yang seorang perempuan. Menyusul kemudian ia mendengar suara menderu-deru tak pernah putus. dan ia dapat menduga dua orang itu sedang berkelahi mati-matian. Namun yang membuat gadis ini heran, mengapa ucapan yang keluar dari mulut tiada nada adanya permusuhan?
Ia menggerakkan kepala menghilangkan rasa pening dan rasa heran yang menyelimuti seisi dada. Masih jelas di ingatnya. ia tadi terperosok masuk ke dalam jurang sesudah Prayoga lebih dahulu masuk jurang. Akan tetapi mengapa sebabnya dirinya tidak cidera sedikitpun? Kalau begitu apakah dirinya sekarang ini sudah mati. dan ia mendengar suara orang-orang di akhirat?
"Ha-ha-ha..." terdengar suara ketawa laki-laki yang bekakakan mengejek. Kemudian.
"Itu jurus ke berapa? Dan adakah masih ada jurus lain lagi?"
"Jangan banyak mulut!" lengking si wanita.
"Terimalah yang ini!
Setelah memandang sekeliling Sarini terkejut bukan main. dan ia hampir berteriak. Tidak jauh dari tempatnya menggeletak. tampak Prayoga duduk di. atas batu dan tidak terluka sedikitpun. Dan ia


Cinta Dan Tipu Muslihat Karya Widi Widayat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melihat pula. saat itu kakak seperguruannya sedang mengama-ti dirinya tak berkedip.
Ia menjadi sadar sekarang. Kalau dirinya belum mati. Ia sudah membuka mulut untuk memanggil. Tetapi tiba-tiba diurungkan karena Prayoga memberi isyarat dengan menggoyangkan tangan. Ia menjadi heran. Akan tetapi ketika ia memandang dengan seksama. hampir Sarini melonjak saking gembira.
Beberapa tombak lagi dari tempat Prajaga duduk. tampak seorang laki-laki dan seorang perempuan sedang berputaran di dasarjurang. Yang perempuan berambut panjang mencapai pantat. Sebagian dari rambut itu menutupi wajah dan pundaknya. Akan tetapi mata itu. Sarini bergidik. Sepasang mata itu mencorong seperti mata harimau di waktu malam.
Yang laki-laki juga tidak kurang menyeramkan. Laki-laki itu mengenakan pakaian dan kulit harimau tutul. Gerakan kakinya mantap. berlawanan dengan gerak kaki si wanita yang seolah-olah tidak menginjak bumi. Dan ketika wajah laki-laki itu tampak. Sarini heran. Ia serasa pernah kenal wajah laki-laki itu. tetapi di mana?
"Huh, ingatlah benar-benar," kata si wanita.
"Jurus ini yang disebut Bumi Horeg. dan kau harus hati-hati!"
Sesudah memperingatkan, wanita itu menerjang. Gerakannya seperti tatit menyambar, sehingga sulit diikuti dengan pandangan mata. Anehnya ia tidak mendengar kesiur angin pukulan, membuat Sarini melongo.
"Ih... apakah mereka itu setan dan iblis di neraka?" katanya dalam hati. Namun mereka mempunyai. bayangan. Berarti mereka itu benar-benar manusia. Untuk dapat melihat dengan jelas, kemudian Sarini bangkit dan berdiri pada dinding jurang.
"Bagus, bagus!" seru si laki-laki.
"Engkau memang seorang sakti, dan tidak aneh pula engkau jarang memperoleh tanding."
Setelah berkata demikian. laki-laki itu memalingkan muka ke arah Sarini. lalu tegurnya dengan ramah,
"Hai. cah ayu! Engkau sudah bangun?"
Mendengar suara dan tingkah laku laki-laki itu. Sarini baru sadar kalau dirinya memang sudah kenal dengan laki-laki itu. yang bukan lain Jim Cing-cing Goling. dan sudah pernah menolong dirinya di Mayong waktu itu. Ketika itu Jim Cing-cing Goling mirip seorang gelandangan dan kakinya lumpuh sebelah. tetapi sekarang ini mengenakan pakaian kulit harimau. sedang wajahnya juga tidak kotor.
Sadar bertemu dengan Jim Cing-cing Goling yang baik hati. ia cepat-cepat mengambil cincin besi dari tempat simpanannya. kemudian berseru,
"Kakek, ah... selamat bertemu... ."
Belum juga Sarini selesai berkata. wanita aneh itu memandang dirinya tajam-tajam. Sarini bergidik takut. karena pandangan mata itu sangat mengerikan. Untuk mengurangi rasa seram. kemudian gadis ini memalingkan muka memandang arah lain.
Melihat Sarini tak berani beradu pandang. wanita aneh itu berseru,
"Hai Jim Cing-cing Goling! Apakah bocah perempuan itujuga murid Ali Ngumar?"
"Huh-huh, seorang tokoh sakti seperti Ali Ngumar, mana mungkin mempunyai murid goblog macam gentong kosong seperti perempuan itu?" sahut Jim Cing-cing Goling. Dan sesudah menjawab, ia ketawa terkekeh.
Sarini mendongkol sekali disebut goblog dan gentong kosong. Namun sebelum gadis ini sempat mendamprat, ia sempat melihat gerakan mulut dan mata Jim Cing-Cing Goling. yang memberi isyarat rahasia kepada dirinya. Untung ia seorang gadis binal yang
cerdik. Kalau kakek itu bersikap aneh. tentu ada maksud tertentu yang menguntungkan dirinya. Berpendapat seperti itu. Sarini sudah membuka mulut dan berseru,
"Huh. orang macam Ali Ngumar, manakah layak aku angkat sebagai guru?"
Namun sesudah mengucapkan kata-kata itu. Sarini ketakutan sendiri. Ia sadar dirinya bisa celaka kalau gurunya sampai mendengar, sebab gurunya takkan sedia memberi ampun. Saking dibayangi rasa takut. ia. segera celingukan ke sana ke mari. Dan sesudah jelas tidak melihat orang lain. ia ketawa cekikikan sendiri.
"Sarini! Jangan kurangajar!" hardik seorang laki
Sarini kaget. Semangatnya seperti terbang, karena khawatir ditegur gurunya. Akan tetapi setelah menyadari bahwa yang menghardik tadi Prayoga. ia ketawa lalu membalas dengan bentakannya.
"Huh, siapa yang kurangajar?"
"Heh-heh-heh." Jim Cing Cing Goling terkekeh. Dan si wanita tiba-tiba bertanya.
"Bagus... bagus seka li. Memang Ali Ngumar itu manusia busuk. Akan tetapi huh siapakah gurumu?"
Pertanyaan itu membuat Sarini terpukau beberapa saat. Ia mencuri pandang ke arah Jim CingCing Goling, tetapi celakanya Jim Cing Cing Goling sedang memandang ke langit. Karena terpojok. gadis ini menjawab tanpa pikir,
"Guruku disebut si Cebol Nggayuh Lintang... ."
"Cebol Nggayuh Lintang?" perempuan itu menirukan,
"Hem, rasanya bukan manusia sakti dan mempunyai nama harum."
Sesudah berkata, wanita itu menatap Jim Cing Cing Goling dan menantang,
"Hayo kita mulai lagi. Engkau sudah berjanji akan melayani aku sampai tiga ratus jurus. Tetapi apa sebabnya baru duapuluh jurus engkau sudah berhenti?"
"Ha-ha-ha ....." Jim Cing Cing Goling ketawa bergelak-gelak.
"Apakah engkau menepuk dada sendiri, bahwa Ladrang Kuning sudah tiada tanding lagi?"
Prayoga dan Sarini terkesiap mendengar nama itu disebut. Sekarang menjadi jelas. bahwa perempuan aneh ini bukan lain isteri gurunya sendiri.
"Aku memang belum puas!" sahutnya.
"Dan apakah engkau masih berani berkelahi?"
Sejak tadi walaupun Sarini dan Prayoga tidak jauh dari tempat berkelahi. tidak merasakan sambaran angin pukulan. Tetapi sekarang sesudah Ladrang Kuning bergerak menerjang Jim Cing Cing Goling. Merasakan dorongan tenaga yang maha dahsat. Buru-buru mereka mengerahkan tenaga. Akan tetapi nyatanya Prayoga yang sudah maju ilmunya masih terhuyung huyung. dan sesaat kemudian tak kuasa berdiri lagi. Sebaliknya Sarini yang belum tinggi kepandaiannya, seperti terlempar oleh taufan. Maka diam-diam mereka kagum dan tambah takut.
Saat itu Ladrang Kuning dan Jim Cing Cing Goling sudah berkelahi lagi. Kakek itu menjulurkan jari tangannya yang runcing seperti kaitan baja melayang ke arah kepala lawan, sambil berseru lantang,
"ladrang Kuning! Inilah jurus yang disebut Garuda Mengejar Anjing."
Sarini melongo heran. Manakah mungkin ada jurus-jurus tata kelahi dengan nama aneh macam itu?
Tiba-tiba Jim Cing Cing Goling miringkan tubuh dan sepasang tangan digerakkan untuk menghantam. Teriaknya,
"Dan jurus ini disebut Anjing Menggit Garuda."
Sarini geli mendengar nama jurus yang diucapkan Jim Cing Cing Goling. akan tetapi tidak berani bersuara. Dari nada ucapannya. kakek itu masih juga bergurau meskipun berhadapan dengan wanita sakti, yang salah-salah dapat mencelakakan dirinya.
Hantaman kakek itu luput. karena secara gesit ladrang Kuning sudah melesat ke belakang. Akibatnya brak... sebatang pohon di dinding jurang menjadi patah terlanda angin pukulan Jim Cing Cing Goling.
Kemudian sambil memutarkan tubuh. kakek ini sudah menggerutu.
"Hem sungguh sial. Kepalaku sudah dilangkahi wanita itu."
Ucapan ini memancing ketawa Sar-ini. sehingga tak dapat lagi menahan. Ia ketawa cekikikan, hingga menarik perhatian Ladrang Kuning.
"Hai bocah perempuan!" bentaknya.
"Siapa yang kau ketawakan?"
Mendadak seperti kilat menyambar. tanngan Ladrang Kuning sudah bergerak dengan maksud menampar pipi Sarini. Ia kaget. untuk menghindar sudah tidak mungkin lagi. Tahu-tahu sesosok tubuh telah berkelebat di depannya dan menyambut tamparan ladrang Kuning.
"Dar ." benturan tenaga sakti itu menerbitkan letusan keras.
Kemudian dua-orang itu sudah berkelahi lagi lebih seru. Sarini dan Prayoga yang menonton amat kagum. Gerakan mereka yang cepat menyebabkan dua orang muda itu seperti melihat bayangan setan yang saling berkelebat.
"Hai Ladrang Kuning!" teriak Jim Cing Cing Goling.
"Aku mempunyai usul baru."
"Jim Cing Cing Goling!" sahut Ladrang Kuning.
"Sesungguhnya engkau termasuk manusia sakti jaman kini. Akan tetapi apa sebabnya engkau sampai hati berbuat jahat kepada bocah perempuan masih ingusan itu?"
Jim Cing Cing Goling bergelak-gelak.
"Ha-ha-ha aku ingin bertanya kepadamu. Bagaimana engkau memperlakukan bocah laki-laki itu?"
Yang dimaksud Jim Cing Cing Goling bukan lain Prayoga. Tadi ketika Praynga meluncur dari atas justru dua orang ini sedang berkelahi sengit.
Akan tetapi meskipun. sedang terlibat perkelahian. secara tangkas Jim Cing Cing Goling masih dapat menyambar tubuh Prayoga. sehingga pemuda itu tidak terbanting di dasar jurang dan celaka. Akan tetapi karena ladrang Kuning tahu. bahwa pemuda yang ditolong Jim Cing Cing Goling murid laki-laki Ali Ngumar, tanpa bicara apa-apa. ladrang Kuning sudah menghantam Prayoga. Masih untung kakek itu waspada, sehingga masih berhasil melindungi keselamatan Prayoga. Tetapi sebaliknya, ketika tubuh Sarini meluncur dari atas. yang menyambar Ladrang Kuning. karena mengira anaknya. Jim Cing Cing Goling membalas perbuatan Ladrang Kuning. akan tetapi perempuan ini melindungi. Maka atas dampratan Jim Cing Cing Goling itu Ladrang Kuning diam.
Karena tak dapat membalas. kemudian ladrang Kuning ganti haluan,
"'Hai Cing Cing Goling. Engkau ingin usul apa?"
"Menurut pendapatku. sekalipun kita berkelahi sampai seribu jurus, takkan ada yang menang dan yang kalah."
"Hemm, jangan sombong. Tak lama lagi aku akan kalah."
"Sudahlah, aku punya usul. Kau bisa menerima dan tidak, terserah."
"lekas katakan."
Jim Cing Cing Goling ketawa cekikikan sambil menudirig Prayoga dan Sarini. Kemudian katanya,
"Dua bocah ini. kepandaiannya tidak terpaut jauh. Sekarang kita mengambil salah seorang. kemudian diberi pelajaran ilmu tata kelahi secara kilat. Setelah itu, mereka kita adu. Dan sebaiknya lebih dahulu agar bocah ini berkelahi dengan tangan kosong. dan yang kedua menggunakan senjata. Hemm, siapa yang pandai nemberi pelajaran, tentu dialah yang akan menang. Setuju?"
"Hi-hik..." Ladrang Kuning ketawa mengejek.
"Setiap orang sudah mengenal engkau yang banyak tipu muslihatnya. Aku tak dapat kau tipu bahwa bocah lakilaki itu lebih pandai daripada si perempuan. Tetapi mengapa engkau katakan seimbang? Huh jelas engkau hanya mencari enak sendiri."
"Heli-heh-heh. jika kau takut kalah, ambillah bocah laki-laki itu sebagaijagomu."
Mendadak wajah ladrang Kuning berubah menyeramkan. Lalu teriaknya,
"Cing Cing Goling, sambutlah seranganku!"
Gema suaranya belum hilang. Ladrang Kuning sudah melesat di samping Cing Cing Goling. Ia mengangkat tangannya. lalu telapak tangan dibenturkan sendiri seperti orang bertepuk. Akan tetapi sejenak kemudian. tangan itu mengembang lalu mendorong tubuh lawan.
Dalam menyambut serangan ini, tingkah Jim Cing Cing Goling juga aneh. Ketika ladrang Kuning bertepuk ia berdiam diri. Tetapi ketika tangan lawan akan mendorong, cepat-cepat ia berputar tubuh sehingga baju kulit harimau itu berkibaran.
"Pukulanmu memang, hebat!" puji Cing Cing Goling sambil melesat pergi.
Prayoga dan Sarini terkejut setengah mati. Baju kulit harimau yang dipakai Cing Cing Goling sudah berlubang sebesar piring, sebagai akibat pukulan Ladrang Kuning.
Sebelum Sarini hilang rasa terkejutnya, tahu-tahu Jim Cing Cing Goling sudah berkelebat di sampingnya.
Dengan suaranya yang dikirimkan lewat Aji Pameling ia berkata.
"Hai genit! Caci makilah aku habis-habisan Jika engkau berhasil mengambil hati perempuan itu engkau akan memperoleh keuntungan yang tak ternilai harganya."
Sarini yang memang cerdas itu segera dapat menangkap maksud Cing Cing Goling. Kemudian dengan tangkas ia sudah mencaci maki.
"Hai Cing Cing Goling. Engkau sudah tua dan loyo. Mengapa tanpa malu engkau berusaha menggoda aku yang muda? Cis... gaplek pringkilan. seorang tuwek hendak petakilan... ."
Ia berhenti sejenak karena kehabisan bahan untuk mencaci. Bagaimanapun ia tidak boleh semau sendiri dan kurangajar. Maka kalau tadi ia hendak mencaci "bajingan tengik". kata-kata itu tak jadi diucapkan.
Meskipun demikian ia tidak boleh ragu-ragu agar tidak dicurigai oleh Ladrang Kurung. Maka kemudian ia menyambung makiannya.
"Huh. engkau memang orang tua linglung seperti lutung pengung!"
Jim Cing Cing Goling pernah berjumpa satu kali dengan Ali Ngumar. Begitu melihat kenakalan dan keceriwisan Sarini yang agak mirip dengan tabiatnya sendiri. ia menjadi suka dan sayang kepada dara ini. Terdorong oleh perasaan itu seketika timbullah akalnya agar Sarini bisa menjadi murid sementara Ladrang Kuning. Itulah sebabnya dengan Aji Pameling, ia sudah menyuruh Sarini mencaci maki dirinya.
Guna makin memantapkan sandiwaranya, Cing Cing Goling pura-pura marah dan segera bergerak akan menyerang Sarini. sambil membentak.
"Hai apa katamu? Kau boleh edan! Bocah goblok! Padahal aku tadi sudah bermaksud akan memberi beberapa pelajaran ilmu kesaktian. agar engkau dapat mengalahkan bocah tolol itu. Akan tetapi sekarang. huh. persetan! Bukan pelajaran ilmu yang aku berikan kepadamu, mampus."
"Huh. siapa yang sudi engkau beri pelajaran?" Sarini mencibirkan bibirnya mengejek.
"Nyatanya bibi ini lebih hebat dari engkau. Huh. mataku melihat sendiri buktinya. Engkau tadi sudah hampir keok, kemudian pura-pura mengajukan usul."
Sarini berhenti. lalu ketawa mengejek.
"Hi hi-hik. bukankah engkau mempunyai maksud untuk mengulur waktu. karena engkau yang loyo sudah hampir kehabisan tenaga? Ih. kemungkinan yang kau cari bukan saja ingin mengambil napas baru. Kalau bibi yang sakti dan baik hati ini lengah, engkau tentu akan lari seperti maling kesiangan. Huh, jika bibi yang baik hati ini sedia memberi pelajaran kepada diriku, engkau jangan mengharap bisa lolos dari tempat ini."
Prayoga terkejut. setengah mati dan tubuhnya basah oleh keringat dingin. Ia beranggapan kata-kata Sarini sudah keterlaluan sekali. Kalau kakek itu marah. bukankah Sarini akan celaka? Beberapa kali ia memberi isyarat dengan gentakan kaki pada batu. akan tetapi celakanya Sarini terus mencaci maki seperti burung betet ngoceh.
Apa yang dikatakan oleh Jim Cing Cing Goling memang tidak salah. kalau ladrang Kuning ini seorang wanita sakti, sesudah berhasil meyakini ilmu kesaktian warisan nenek Naga Gini. Hanya sayang, Ladrang Kuning yang dikuasai rasa dendam kesumat kepada suaminya itu. tak pernah mau melupakan sedetikpun. Karena suaminya sudah dianggap berkhianat. bertekuk lutut dan minta ampun kepada lawan. Kenangan peristiwa duabelas tahun lalu itu sangat melukai perasaan kewanitaannya. Oleh sebab itu sangat benci kepada suaminya.
Untuk pertama kalinya ia meninggalkan laut Karang. kemudian bertemu dengan Mariam yang tidur di dalam goa dan ditunggui oleh Swara Manis. Rasa ke ibuannya bangkit kembali setelah dapat bertemu dengan anak tunggalnya yang sudah menjadi gadis dewasa. Dan karena Mariam bersama dengan seorang pemuda tampan, ia setuju. Ia secara rahasia sudah mengikuti Swara Manis dan Mariam ke Demak.
Kemudian beberapa hari lalu. ia mendengar pasukan Mataram sudah bergerak mendekati Pati. Ia memperoleh keterangan pula bahwa dalam pasukan itu terdapat seorang gadis yang cantik. Lalu ia menduga gadis cantik itu tentu anakuya sendiri. Terdorong oleh keinginan dapat bertemu dengan anaknya ini. cepat cepat ia menuju Pati. Di luar dugaan. ia berjumpa dengan Jim Cing Cing Goling. Kakek ini tiba-tiba saja mencaci-maki dan memperolok ladrang Kuning. lalu memancing wanita itu masuk ke dalam jurang ini. Olok-olok dan ejekan kepada ladrang Kuning itu. kemudian diakhiri dengan perkelahian.
Memang ada maksudnya Jim Cing Cing Goling. memancing ladrang Kuning ke dalam jurang ini. Maksudnya agar dalam bertanding ilmu tersebut tidak diketahui orang lain. Sebab apabila sampai diketahui orang. kemungkinan akan ada orang yang lapor kepada Ali Ngumar. dan salah-salah bisa menimbulkan salah faham. Justru memilih tempat berkelahi di jurang ini, secara kebetulan dapat menyelamatkan Prayoga dan Sarini yang tercebur dalam jurang.
Sekarang demi mendengar ketangkasan Sarini berperang mulut dengan Cing Cing Goling, hati Ladrang Kuning menjadi terpikat. Ia amat benci kepada Jim Cing Cing Goling sebab setiap perang mulut dirinya selalu kalah. Dengan meminjam mulut gadis ini berarti dirinya akan dapat membalas kakek itu. Ia kemudian ketawa terkekeh puas. Seakan rasa kemendongkolannya hilang, mendapat wakil gadis lincah ini.
"Hai Cing Cing Goling. Sekarang engkau sudah mendengar sendiri. bukan? Baru seorang anak kecil saja sudah tahu. siapakah di antara kita yang sakti." ejek ladrang Kuning.
"Huh-huh. jika engkau seorang tua yang tahu diri. engkau harus mengakui kebenaran ucapan bocah ini."
"Heh-heh-heh... siapa yang mau percaya ocehan bocah edan itu? Sudahlah. jangan banyak omong. Engkau berani atau tidak menerima tantanganku?"
Belum juga sempat Ladrang Kuning menyahut. Sarini telah mendahului. dengan maksud membakar hati ladrang Kuning.
"Mana mungkin bibi takut tantangan-mu? Huh. cukup satu macam ilmu pukulan saja. bocah tolol itu akan dapat kupukul roboh."
Karena dirinya disebut "bocah tolol" oleh Sarini dan akan dipukul roboh. Prayoga yang berotak tumpul itu tercengang. Sama sekali pemuda ini tidak menyadari. bahwa-perang mulut antara Sarini dan Cing Cing Goling itu. merupakan siasat untuk dapat memperoleh keuntungan dari Ladrang Kuning. Karena tidak menyadari maksud itu. Prayoga sudah berseru dan menegur.
"Sari " Sarini tak mau siasatnya bocor. Belum juga ucapan itu rampung sudah diputus.
"Huh, bocah tolol! Telor busuk macam engkau. tidak pantas memanggil aku yang cantik. Tahu?"
Dampratan Sarini membuat Prayoga melongo tidak dapat membuka mulut lagi. Sebaliknya Jim Cing Cing Goling yang sudah tahu watak Prayoga yang sederhana dan jujur, tidak perlu memberi penjelasan. Ia berpikir. lain hari saja pemuda ini diberitahu. Dan guna menjaga agar rahasia tidak bocor, ia segera menyambar lengan Prayoga sambil berkata.
"Ikut aku sekarang! Biarlah engkau aku beri pelajaran ilmu pukulan saja. agar engkau dapat melabrak mulut bocah perempuan yang lancang itu."
Prayoga ingin membantah, tetapi tidak memperoleh kesempatan. Tubuhnya sudah di seret Jim Ging Cing Goling ke tempat yang agak jauh dengan Sarini dan Ladrang Kuning.
Karena sudah terpojok. Ladrang Kuning terpaksa menyerah. Katanya.
"Baik. aku terima tantanganmu.
Sekarang hari telah petang. Esok pagi pada saat matahari tepat di tengah, kita tandingkan jago siapa yang lebih hebat."
"Bagus. mari kita coba!" sahut Cing Cing Goling.
Sarini gembira bukan main. Dalam usaha mengambil hati ladrang Kuning. ia bersikap menghormat dan memanggil bibi. ladrang Kuningpun senang kepada dara lincah ini. Katanya,
"Bocah. coba engkau menunjukkan kepandaianmu lebih dahulu."
Diam-diam ia mengeluh. "Celaka! Belum juga diberi pelajaran, malah disuruh demontrasi dulu."
Akan tetapi ia tidak berani membantah. Agar keadaannya tidak diketahui Ladrang Kuning. ia mendemontrasikan ilmu Lutung Kcsarung. yang tidak dikenal oleh perempuan ini.
Sebenarnya ilmu tata kelahi yang disebut dengan nama Lutung kesarung itu merupakan pelajaran pertama yang diperoleh Ali ngumar pada saat berguru. Ketika itu guru Ali Ngumar sedang pesiar ke pegunungan Padontelu. Di tempat itu melihat kawanan lutung berloncatan dari pohon ke pohon dengan gerakan yang gesit dan tangkas. Gerakan lutung itu amat diperhatikan. kemudian diciptakanlah ilmu tata kelahi dengan dasar gerak lutung. Karena letak Gunung Padontelu itu dekat dengan pusat kerajaan Pasir Luhur yang disebut-sebut dalam cerita "Lutung Kesarung". maka ilmu tata kelahi itu diberi nama Lutung Kesarung.
Ilmu Lutung Kesarung itu ternyata sesuai sekali dengan watak dan tingkah Sarini yang lincah dan tangkas. Dengan begitu, ilmu yang diciptakan oleh kakek
guru itu. dikuasai oleh cucu muridnya dengan baik. Ilmu tersebut terdiri dari tigapuluh dua jurus. dan setiap jurus merupakan jurus serangan dan sekaligus pertahanan. Oleh sebab itu apabila orang menggunakan ilmu ini, menjadi bertubi-tubilah serangan ke arah kepala dan bagian atas yang lain, sehingga lawan tidak diberi kesempatan membalas menyerang.
Ketika Sarini mulai mendemontrasikan ilmu tersebut, tiba-tiba terdengar Jim Cing Cing Goling berseru.
"Hai ladrang Kuning. jangan terlalu dekat dengan kami. Huh. apakah engkau akan mencuri lihat ilmu pelajaran yang aku berikan bocah ini?"
Ladrang Kuning marah sekali. Saking marahnya, perempuan ini tak dapat mengucapkan kata-kata. hanya menengadah ke langit. Yang hebat, dalam keadaan marah seperti ini. tiba-tiba saja rambutnya menjadi kaku. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Sarini untuk mencuri pandang. mengamati wajah Ladrang Kuning. Kemudian ia dapat melihat jelas. perempuan ini mempunyai kemiripan wajah dengan Mariam. Sayangnya, sekalipun wajahnya cantik, tetapi pandang matanya amat mengerikan.
Akan tetapi tiba-tiba saja Sarini menjadi khawatir kalau gagal memperoleh ilmu pelajaran. Oleh sebab itu dengan halus ia bertanya.
"Bibi. bolehkah aku mewakili mendamprat kakek tuwek itu?"
Ladrang Kuning tidak menjawab, hanya mengangguk.
"Huh, sekalipun tidak kau suruh. kamipun tidak mau berdekatan dengan kamu!" damprat Sarini nyaring.
"Bukan bibiku yang ingin mencuri ilmu pelajaranmu. tetapi engkaulah yang diam-diam akan mencuri lihat ilmu bibiku yang sakti. Huh. sekali saja engkau dapai mencuri lihat kepandaian bibiku. engkau tentu menjadi, semakin sombong dan ingin merajai jagad ini."
Ladrang Kuning gembira dan puas sekali mendengar dampratan itu. Kemudian mengajak Sarini supaya menyingkir agak jauh. sampai pada kelokan jurang sehingga tidak tampak lagi dari tempat Cing Cing Goling. Kepergian mereka itu diiring oleh suara ketawa Cing Cing Guling yang terkekeh, diseling suara ketawa Prayoga.
Mendengar suara ketawa Prayoga. Sarini menjadi gembira. Gadis ini kemudian menduga. tentu kakak seperguruannya itu telah diberitahu Cing Cing Guling akan maksud yang sesungguhnya.
Pada jurang yang dibatasi kelokan itu. kemudian Ladrang Kuning memberi perintah kepada Sarini supa ya mendemonstrasikan kepandaiannya lebih dahulu. Karena tadi baru akan mulai, sudah didamprat oleh Jim Cing Cing Geling.
"Bibi, aku seorang anak perempuan yang bodoh. Harapan saya tidak lain agar bibi sudi memberi petunjuk." kata Sarini.
Sesudah berkata. Sarini lalu siap mendemonstrasikan ilmu Lutung Kesarung. Sepasang kakinya lurus ke bawah. tangan kiri menutup dahi dan tangan kanan mengepal. Tiba-tiba saja wajah ladrang Kuning berubah dan menegur.
"Hai, dari manakah engkau mempelajari ilmu tersebut?"
Nada ucapannya geram. dan melengking tajam. Sarini bergidik karena anak telinganya menjadi sakit seperti ditusuk oleh jarum. Di samping anak telinganya terasa sakit. iapun kaget setengah mati. Barulah dirinya sadar telah melakukan kesalahan. Bukankah Ilmu Lutung Kesarung itu ajaran kakek gurunya? Sebagai adik seperguruan Ali Ngumar yang kemudian menjadi isterinya, tentu saja Ladrang Kuning juga menguasai Ilmu Lutung Kesarung. Menyadari kesalahannya. kemudian gadis ini mencaci maki dirinya sendiri.
Namun bukan Sarini yang lincah dan cerdas, kalah menghadapi keadaan ini cepat menjadi bingung. Dalam waktu singkat, ia telah dapat memberi alasan yang tepat,
"Kalau bukan dari guruku si Cebol Nggayuh lintang, siapa lagi?"
Ladrang Kuning terkekeh. lalu maju selangkah demi selangkah menghampiri Sarini. Mata yang tajam berkilauan menatap gadis itu. Sedang Sarini menjadi kelabakan setengah mati, namun berusaha menenangkan diri.
"Teruskanlah!" tiba-tiba Ladrang Kuning memerintah.
Terasa longgar dada Sarini mendengar perintah itu. Sekarang ia telah menyadari kesalahannya. Maka kalau pada jurus pembukaan ia menggunakan ilmu Lutung Kesarung. tetapi jurus selanjutnya ia mengarang sendiri, sehingga jurusnya kacau tak karuan, semacam kera mabukjengkol. Kalau Prayoga dan Jim Cing Cing Goling menyaksikan gerak-gerik gadis ini, tentu akan ketawa terpingkai-pingkal. saking geli.
Sambil bergerak tidak karuan, megol-megol dan kadang terhuyung ini, Sarini masih sempat mencuri pandang ke arah ladrang Kuning. Gadis ini menjadi lega setelah melihat, wajah Ladrang Kuning kembali tenang.
"Sudah. berhentilah!" katanya.
"Sebutkan nama jurus yang kau mainkan tadi?"
Sambil menghentikan gerakannya, ia menyahut,
"Menurut keterangan guru. jurus tadi disebut dengan nama Kera mabukjengkol."
Sejak Ladrang Kuning salah paham dengan suaminya. kemudian pergi. hati dan perasaannya dikuasai oleh rasa benci dan dendam yang tidak terukur lagi. Akibatnya wanitaini watak dan tabiatnya berobah seperti orang tidak waras. Wajahnya dingin. tidak perdulian, dan bibirnya selalu terkatup. tidak pernah tersenyum. Akan tetapi begitu mendengar jawaban Sarini yang menyebut jurus "Kera mabuk jengkol", mendadak saja ia ketawa geli.
"Bocah gendeng, huh engkau sudah ditipu gurumu. Manakah di dunia ini terdapat ilmu tata kelahi macam begitu? Namanya saja sudah tidak karuan."
*** " CINTA dan TIPU MUSLIHAT "
Oleh : Widi Widayat JILID : VI *** GEMBIRA gadis ini setelah berhasil menipu Ladrang Kuning dengan permainannya. Dada yang menjadi longgar itu. menyebabkan lebih lancar dalam berpikir dan bicara. Sahutnya.
"Bibi. kalau begitu sangat tepat kalau saya memperoleh bimbingan bibi. Ah bertahun-tahun. saya menjadi tolol ditipu oleh guru Cebol Nggayuh Lintang."
Itulah hasil seorang yang pandai melihat gelagat dan menyesuaikan diri dengan keadaan saat itu. Setiap kesulitan akan dapat diatasi dengan baik. Tertolong oleh kepandaian Sarini menyesuaikan diri. tangkas bicara dan kecerdasan otak. Ladrang Kuning yang sudah marah dapat diredakan dan malah ketawa geli.
Beberapa jenak kemudian. Ladrang Kuning berkata.
"Hemm. anggap saja engkau memperoleh durian runtuh. Engkau harus menang dalam perkelahian esok pagi. Karena aku akan memberi ilmu kepandaian yang sakti kepadamu, dan yang tidak pernah engkau impikan sebelumnya."
Sarini yang gembira. berusaha sekuat tenaganya untuk merekan gejolak perasaannya. agar gerak-geriknya tidak dicurigai ladrang Kuning. Jawabnya,
"Terima kasih bibi yang baik."
"Tahukah engkau bahwa bocah laki-laki itu. murid Ali Ngumar alias Kilat Bimono? "kata ladrang Kuning.
"Hemm. bocah itu selalu dibanggakan oleh gurunya. dia memang agak tolol. akan tetapi bakatnya memang baik."
Sarini terbelalak heran. Mengapa sebagai isterinya, Ladrang Kuning amat membenci Ali Ngumar. Hati ingin bertanya, tetapi mulut tidak berani mengucapkan, karena takut didamprat.
"Tetapi untunglah ilmu yang dimiliki Kilat Buwono itu semuanya aku paham." katanya lagi.
"Hingga engkau tak akan sulit mengalahkan bocah itu."
"Apakah ada hubungan bibi dengan orang bernama Kilat Buwono itu?" Sarini memberanikan diri bertanya.
"Apa katamu?" bentak Ladrang Kuning dengan beringas.
Sarini kaget sekali dan keringat dingin membasahi tubuh. Namun ia cepat dapat menjawab yang bisa diterima.
"Mungkinkah benar dugaanku. bahwa bibi ini merupakan bibi perguruan Ali Ngumar. Dengan begitu tidak aneh kalau bibi tahu semua ilmu kesaktian milik Kilat Buwono."
Ladrang Kuning menghela napas panjang. dan tidak menanggapi pertanyaan Sarini. Katanya kemudian,
"Sebaiknya engkau aku beri pelajaran sebuah ilmu kepandaian yang bernama "Kalong Sakti". Jika kau memiliki ilmu tersebut. bukan lain karena aku anggap ilmu itu yang lebih tepat bagimu. Aku tahu engkau memiliki bakat dalam ilmu yang lincah. Karena itu engkau tentu cepat dapat memahami. Nah, bocah, perhatikanlah sekarang."
Sesudah berkata Ladrang Kuning menjejakkan kaki lalu tubuhnya melambung ke udara. Siut tangannya memukul ke arah bawah. Pohon-pohon kecil di bawahnya yang disambar oleh hawa pukulan bergoyang-goyang dan banyak yang patah dahannya. Daun berguguran rontok. Tubuhnya masih berputaran di udara, melayang-layang dan menerbitkan angin menderu. Gaya maupun gerak-geriknya bagai seekor kalong raksasa yang menyambar-nyambar. Gerakan itu cepat, tetapi
sedap dan indah dipandang.
"Ilmu Kalong Sakti" ini terdiri dari 26 jurus. Sarini mengamati penuh perhatian dan mencatat cemua itu dalam otak. Walaupun Ladrang Kuning dalam memberi contoh bergerak cepat. tetapi gadis cerdik ini berhasil mengingat lebih dari separo secara baik.
Setelah ladrang Kuning memberi contoh, kemudian Sarini disuruh melakukan. Berkali-kali Sarini bergerak sesuai dengan ilmu yang sedang dipelajari, sedang Ladrang Kuning memberi petunjuk mana yang perlu disempurnakan. Dalam waktu singkat. gadis ini telah berhasil mendapatkan ilmu baru yang lebih hebat dibanding dengan ilmu tata kelahi "Lutung Kesarung" yang sudah diterima dari gurunya.
Dengan hati yang amat gembira, pada esok paginya gadis ini kemudian berteriak, menantang Prayoga untuk bertanding.
"Hai telor busuk. Lekaslah ke luar dan bertanding melawan aku."
Prayoga menjawab tantangan itu. kemudian menampakkan diri sambil bersiaga. Sarini tidak memberi kesempatan kakak seperguruannya membuka mulut lagi. lalu menyerang dengan ilmu barunya "Kalong Sakti". Dan atas serangan Sarini yang menyambar-nyambar gencar itu, Prayoga menghindar sambil merendahkan tubuh.
Dalam waktu singkat dua orang anak muda itu sudah berkelahi seru. ladrang Kuning dan Jim Cing Cing Goling yang bertindak sebagai botoh, memperhatikan perkelahian itu penuh perhatian. Dan diam-diam Jim Cing Cing Goling kagum kepada Sarini yang dalam waktu singkat dapat menguasai ilmu baru itu, walaupun bisa disebut baru kulitnya.
Sarini tahu. bahwa kakak seperguruannya ini tidak akan sampai hati melukai dirinya. Mengingat itu sambil berkelahi. otak gadis nakal ini bekerja. Lalu sengaja
memancing Prayoga untuk menjauhi tempat dua orang botoh itu, untuk memberi penjelasan.
"Kakang," katanya,
"kita harus berkelahi dengan sungguh-sungguh. tetapi tidak ada yang kalah maupun menang. Semua itu dengan maksud agar kita berdua dapat memperoleh kesempatan menguras kepandaian dua orang tua itu."
Akan tetapi jawaban Prayoga ternyata lain.
"Sarini! Lupakah engkau mbakyu Mariam masih berdiri di tepijurang?"
Sulit dibayangkan betapa perasaan gadis ini mendongkol. Kakak seperguruannya ini belum juga mau sadar, bahwa harapannya tak mungkin terkabul. Saking mendongkol gadis ini mendamprat,
"Huh, engkau ini seperti seorang pemuda yang sudah menjadi sinting! Apakah sebabnya otakmu hanya mengingat mbakyu Mariam melulu? Huh-huh. apakah di dunia ini hanya terdapat seorang gadis seperti Mariam? Masih ada gadis lain yang tidak buruk seperti aku ini. Tetapi mengapa kau tak pernah memperhatikan aku... .?"
Namun sesudah mengucapkan kata-kata itu. wajah Sarini berobah merah padam. Bagaimanapun ia menjadi malu, sudah terlanjur mengucapkan kata hatinya. Dalam usaha menutup rasa malunya itu. kemudian Sarini telah menyerang lebih hebat. Menghadapi perubahan serangan ini Prayoga terkesiap. Pemuda ini benar-benar heran dan tidak mengerti. Mengapa hanya dalam waktu semalam Sarini sudah jauh maju"? Bukan saja gerak-geriknya cepat. tetapi pertahanannya juga kokoh. Padahal dirinya semalam. tidak diberi pelajaran ilmu tata kelahi yang baru. Meskipun demikian ia memperoleh keuntungan yang tidak ternilai harganya. Ia mendapatkan petunjuk tentang menghimpun dan menyalurkan tenaga dalam maupun tenaga sakti. Dan oleh petunjuk Jim Cing Cing Goling itu. dirinya sekarang menjadi orang baru. Ia menjadi
lebih faham dan lebih tahu dalam hal tenaga dalam maupun tenaga sakti.
Sarini mengulangi lagi serangannya dengan ilmu yang baru sampai tiga kali. Tetapi keadaannya tetap tidak berobah. Karena tak berhasil, kemudian Sarini melompat meninggalkan Prayoga lalu memberi laporan ke pada Ladrang Kuning. Katanya.
"Bibi... ah ternyata bocah pengung itu hebat sekali. Sekalipun aku sudah mati matian menyerang dengan ilmu Kalong Sakti, tetapi masih juga belum dapat mengalahkannya."
'Tadi Ladrang Kuning menonton penuh perhatian. ia mendapat bukti bahwa Sarini tadi sudah berjuang mati matian. menggempur lawan secara sungguh-sungguh. Sekarang melihat wajah Sarini kemerah-merahan. ladrang Kuning menduga kalau gadis ini amat penasaran. Karena itu hatinya tergerak, kemudian menghibur.
"Ya. akupun tahu bocah itu memang sudah mempunyai dasar latihan yang lebih kuat dibanding engkau. Apabila dengan Kalong Sakti engkau dapat memaksa dia bertanding sama kuat. itu sudah merupakan bukti bahwa Kalong sakti memang ilmu yang hebat. Huh. jangan takut! Engkau segera akan aku beri pelajaran yang lebih hebat lagi dibanding Kalong sakti."
Di pihak lain. Jim Cing Cing Guling segera mengajak Prayoga ke tempat semula. Dua orang tua itu segera menggembleng jago masing-masing. Akan tetapi ketika dua jago itu akan diadu lagi. petang sudah datang dan pertandingan ditunda. Jim Cing Goling menyalakan api untuk penerangan. Sesudah jurang itu diterangi dengan api unggun, barulah dua jago itu bertanding lagi. Ladrang Kuning dan Jim Cing Cing Goling memperhatikan sungguh-sungguh. Namun ternyata kemudian. hasilnya tetap seperti siang tadi. Dua-duanya sama kuat. tak ada yang kalah maupun menang.
Karena hasilnya tetap seri, Jim Cing Cing Goling segera mengejek Ladrang Kuning. Tanpa minta persetujuan Ladrang Kuning. Sarini sudah cepat menjawab dengan ejekan. Ketangkasan Sarini menjawab ejekan Jim Cing Cing Goling itu, membuat Ladrang Kurang senang sekali.
Dan di saat Sarini menjawab ejekan itu, Jim Cing Cing Goliug menggunakan kesempatan mengirimkan suaranya lewat aji Pameling.
"Hai bocah genit. dengarlah. Tentunya engkau menyadari juga bahwa perempuan itu memiliki tenaga dalam dan tenaga sakti yang sulit dicari bandingnya. Hem, sekalipun tidak mungkin dalam waktu singkat engkau menguras habis kepandaiannya, tetapi engkau harus pandai membujuk agar dia mau mengajar ilmu pedang "Bumi Gonjing". Dengan Ilmu pedang itu engkau akan menjadi manusia baru. Dan esok pagi aku akan mengusulkan, untuk bertanding dengan senjata. Itulah sebabnya engkau harus pandai membujuk. agar sedia memberi pelajaran ilmu pedang yang ampuh itu kepada dirimu."
Bisikan itu membangkitkan semangat gadis ini. Dalam bertanding dua kali tadi. ia merasakan kemajuan yang diperoleh. Kalau memperoleh kesempatan lebih luas lagi. tentu saja dirinya akan mendapat keuntungan tak ternilai harganya.
Malam itu Sarini diajak ladrang Kuning berburu untuk makan malam. Sungguh beruntung, dalam jurang ini terdapat banyak kelinci. Hingga dalam waktu singkat sudah dapat memperoleh tiga ekor kelinci yang gemuk, untuk makan malam. Sesudah selesai makan. merekapun kemudian tidur dengan alas rumput kering dan beratap langit.
Pagi benar ia telah dibangunkan oleh Ladrang Kuning. Begitu terjaga. ia sudah mendengar teriakan Jim Cing Cing Goling yang menantang.
"Hai ladrang Kuning. Hayo. suruh jagomu cepat keluar. Hari ini jagomu tentu akan tele-tele dan kalah."
Mendengar tantangan itu Sarini segera akan melangkah melayani tantangan Cing Cing Goling. Akan tetapi Ladrang Kuning mencegah, kemudian berteriak,
"Cing Cing Goling! Pagi ini aku belum sempat memberi pelajaran. Sekarang aku bertanya kepadamu, hari ini engkau ingin bertanding dengan tangan kosong apakah senjata?"
"Heh-heh-hoh," Cing Cing Goling terkekeh. Lalu.
"Pagi ini engkau benar! Memang bertanding dengan tangan kosong kurang menarik. Apakah engkau berani aku tantang, agar hari ini jago kita bertanding dengan senjata?"
"Huh. mengapa tidak?" sahut Ladrang Kuning.
Sesudah berkata. Ladrang Kuning segera ingat bahwa Prayoga merupakan kesayangan Ali Ngumar. Sudah barang tentu bocah laki-laki itu amat mahir dalam ilmu pedang Kala Prahara. Teringat akan hal itu segera terpikir oleh Ladrang Kuning. jagonya harus diberi pelajaran ilmu pedang kebanggaannya. bernama "Bumi Gonjing" agar dapat mengalahkan jago Jim Cing Cing Goling.
"Hai bocah!" katanya kemudian.
"Ambillah sebatang dahan kayu."
Sulit dilukiskan betapa gembira Sarini, mendengar perintah itu. Ia cepat mematahkan dahan pohon, dan diberikan kepada Ladrang Kuning. Perempuan ini menggunakan tangannya menabas beberapa kali, dan akhirnya dahan kayu itu berobah menjadi pipih dan runcing mirip sebatang pedang.
"Bocah, ilmu pedang yang akan engkau pelajari ini lain dari yang lain, dan hebat luar biasa. Cobalah perhatikan aku akan memberi contoh dengan gerakan lambat. Sesudah engkau berhasil memahami ilmu pedang Bumi Gonjing. bocah laki-laki itu dengan gampang akan engkau tundukkan."
Dengan pedang kayu di tangan kiri, Ladrang Kuning segera bergerak perlahan-lahan, memperagakan ilmu pedang Bumi Gonjing.
"Bibi, mengapa dengan tangan kiri?" tanya Sarini bertanya.
"Ya, ilmu pedang khusus perempuan ini memang berbeda dengan ilmu pedang yang lain. Ketahuilah ilmu pedang ini halus sesuai dengan watak dan gerak-gerik wanita. Tetapi sekalipun nampaknya halus. cukup tangkas dan berbahaya. Hem. sudahlah! Jangan banyak tanya, dan perhatikan benar-benar."
Sarini tak berani bertanya lagi. Ladrang Kuning berputar tubuh, kemudian pedang kayu itu digerakkan berbentuk lingkaran kecil, yang tidak henti-hentinya dikibaskan, dan dikunci dengan tusukan.
"Jurus ini bernama Bumi Amblong. Hayo. engkau harus mencoba dengan baik!" perintah Ladrang Kuning sambil menyerahkan pedang kayu kepada Sarini. Gadis ini menerima dengan baik. Sesudah beberapa lama Sarini bergerak menirukan gerak ladrang Kuning, maka perempuan ini masih perlu memberi petunjuk untuk kesempurnaan.
Sesungguhnya saja, baik ilmu pedang Kala Prahara maupun Bumi Gonjing. merupakan ilmu pedang yang sama-sama terdiri dari tujuh jurus. Seperti yang terjadi pada ilmu pedang Kala Prahara. ilmu pedang Bumi Gonjing ini juga mempunyai jurus yang namanya aneh. Ada Bumi Amblong, Bumi Jugrug. Bumi Horeg dan sebagainya.
Ladrang Kuning gembira sekali, Sarini dapat menangkap ilmu pedang Bumi Gonjing itu dengan cepat. Jelas sekali bahwa gadis ini memang berbakat dan berotak cerdas. Sesudah tujuh jurus selesai diajarkan. ia segera memerintahkan Sarini mengulang kembali seluruhnya. Dan sesudah menganggap. bahwa Sarini sudah cukup syarat untuk dilepas haripun sudah siang. Akan tetapi karena dua pihak lapar, lebih dahulu mereka mengisi perut.
Khawatir kalau waktu habis. sesudah meruncingkan lagi pedang kayunya, Sarini segera meloncat ke luar gelanggang sambil berseru.
"Hai telor busuk! Hayolah sekarang kita berkelahi dengan senjata. Hari ini engkau tentukan aku kirim ke akhirat. Tahu?"
Apa yang dialami Prayoga ini sama saja dengan kemarin. Pagi ini dirinya tidak mendapat pelajaran ilmu tata kelahi, dan yang diperoleh tetap seperti kemarin, dalam usaha memperdalam tentang tenaga dalam dan tenaga sakti. Akan tetapi bagaimanapun, penjelasan Jim Cing Cing Guling yang gampang diterima itu. membuat Prayoga semakin maju dalam memahami hal tersebut.
Sekarang. mendengar tantangan Sarini. ia segera berdiri, mematahkan dahan kayu kemudian dijadikan pedang. Begitu berhadapan, Sarini segera menyerang dengan jurus pertama dari ilmu pedang Bumi Ganjing. Untuk melayani serangan ini terpaksa Prayoga membela diri dengan ilmu pedang Kala Prahara.
Ketika mereka sama-sama menyerang, tubuh mereka sama-sama condong ke muka. Tetapi anehnya, dua senjata kayu! itu sama-sama melayang ke samping sehingga kemudian mereka berhadapan jarak dekat sekali, sehingga selintas pandang seperti orang yang sedang berbisik. sama sekali bukan seperti orang bertanding.
Sarini amat terperanjat. Ia khawatir rahasianya bocor dan diketahui Ladrang Kuning. Cepat-cepat ia meneruskan serangannya dengan jurus yang kedua. Namun lebih kaget lagi. Sebab senjata itu lewat di sisi tubuh, bahkan sekarang lengan mereka saling berpeluk.
Sarini kaget berbareng heran. Ia meneruskan serangannya dengan jurus ketiga. Tetapi akibatnya sama saja. Berturut-turut Sarini menyerang. dan sampai pada jurus keenam, tetap saja tidak memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Keadaannya tetap saja, tidak
seperti orang berkelahi. melainkan lebih mirip dengan dua orang laki-laki dan perempuan sedang memadu kasih.
Sampailah kemudian mereka memainkan jurus yang ketujuh. atau jurus yang terakhir. Pada jurus ini pedang kayu saling berbenturan. 'Tubuh Sarini condong ke belakang, sedang tangan kiri Prayoga menjulur ke depan yang amat mengejutkan, justru pada saat itu tangan kiri Prayoga sudah memeluk pinggang Sarini. Merahlah wajah Sarini karena malu. Kemudian cepat melompat ke belakang. dan lapor kepada Ladrang Kuning.
"Bibi. runyam kalau terus seperti ini ."
Ladrang Kuning sendiri juga tidak mengerti mengapa. bisa terjadi seperti itu. Wanita sakti ini hanya dapat mengerutkan dahi untuk berpikir. Tetapi beberapa saat kemudian, wanita ini menjadi kaget dan sadar akan sebabnya.
Ia tahu bahwa ilmu pedang Bumi Gonjing dan Kala Prahara merupakan sepasang ilmu pedang yang harus dimainkan oleh seorang laki-laki dan seorang wanita. Yang laki-laki memegang pedang dengan tangan kanan dan yang perempuan memegang pedang dengan tangan kiri. Ilmu pedang ini merupakan sepasang ilmu pedang yang dimainkan dalam rangka kerjasama menghadapi lawan. dan bukan untuk berkelahi sendiri. Jika saling berhadapan sendiri. tak mungkin masing-masing menderita luka atau kalah.
Apabila Ladrang Kuning sampai terlupa masalah ini memang bisa dimengerti. sebab ketika mempelajari ilmu pedang tersebut, Ladrang Kuning dan Kilat Buwono merupakan sepasang kekasih. Lebih lagi semenjak Sunan Muria masih hidup, telah memberi pesan kepada murid dan cucu murid. bahwa di antara saudara seperguruan. dilarang mencuri melihat saudara seperguruannya di saat berlatih. Akibat dari adanya larangan
ini. maka baik ladrang Kuning maupun Kilat Buwono yang sudah merupakan murid keturunan ke lima. tidak pernah mendapat kesempatan untuk mengetahui ketangguhan ilmu pedang masing-masing. Di samping itu. mereka juga tidak pernah mengerti kelemahan masing-masing.
Ladrang Kuning menghela napas panjang. Kemudian ia menimang-nimang. Agakuya pencipta ilmu pedang tersebut, jauh hari sudah memikirkan kemungkinan yang bisa terjadi. Bahwa walaupun suami-isteri. masih mungkin terjadi percekcokan. Dan percekcokan itu apabila berlanjut, bisa menjadi perkelahian. Untuk menjaga hal itu. maka dua ilmu pedang tersebut diciptakan sedemikian rupa. sehingga tidak mungkin saling dapat melukai. kalau tidak dicampur dengan ilmu yang lain. Pada saat itu tiba-tiba terdengar teriakan Jim Cing Cing Goling,
"Hai Ladrang Kuning. Bukankah kita tetap saja sama kuat? Karena itu maaf, aku tak dapat menemani engkau lebih lama lagi."
"Hai. jangan pergi dulu!" Ladrang Kuning mencegah.
"Apakah engkau kira sudah cukup dengan itu saja?"
Setelah berkata. Ladrang Kuning meloncat dan merebut pedang kayu dari tangan Sarini.
Akibat sambaran Ladrang Kuning itu, tubuh Sarini tertarik ke depan dan tring... sebuah benda jatuh dari dalam simpanan Sarini. Sarini kaget setengah mati dan pucat. Buru-buru ia hendak mengambil benda itu. Akan tetapi celaka. gerakannya kalah gesit dengan Ladrang Kuning. Benda itu sudah disambarnya. dan dengan gugup Sarini menyurut ke belakang cukup jauh, sambil tangannya melambai ke arah Jim Cing Cing Goling memberi isyarat.
Ladrang Kuning marah bukan main setelah melihat benda itu, berujut cincin besi. Sebab cincin tersebut merupakan tanda pengenal Jim Cing Cing Goling.
Mengapa marah? Karena dirinya sadar telah ditipu mentah-mentah oleh dua orang itu. Jelas bahwa dua 0rang itu telah bermuslihat agar dirinya mau memberi pelajaran ilmu pedang kepada Sarini. Menyadari soal ini, dan saking marah. tiba-tiba saja rambut Ladrang Kuning berubah menjadi kaku seperti kawat. Wajah yang cantik itu mendadak saja berobah amat menyeramkan.
"Hai setan cilik! Engkau berani mempermainkan aku?" bentakuya lantang.
Sarini mundur agak jauh lagi. Namun Ladrang Kuning menyeringai dan membentak lagi.
"Iblis sekalipun engkau dapat terbang ke langit. tentu aku susul juga. Andaikata engkau bisa masuk ke dalam bumi. aku-pun akan bisa menyusulmu. Huh, engkau mau lari ke mana?" Karena terus mundur akhirnya Sarini sudah tiba di samping Jim Cing Cing Goling. Lalu sambil beriba, ia membujuk.
"Kakek, aku memang bersalah, tetapi tolonglah aku."
Celakanya Jim Cing Cing Goling malah ketawa terkekeh sambil mengejek.


Cinta Dan Tipu Muslihat Karya Widi Widayat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Heh-heh. apakah aku bukan orang tua pikun dan si telor busuk lagi?"
Padahal saat itu ladrang Kuning sudah siap menyerang dengan sinar matanya yang mencorong. Wajah Sarini semakin pucat dan gugup. Katanya membujuk,
"Kakek... tolonglah aku. Bukan saatnya sekarang... bergurau. lagi..."
"Hem mengapa mendadak otakmu menjadi beku?" sahut Cing Cing Goling.
"Padahal biasanya engkau cerdik dan dapat mengatasi persoalan."
Kenyataan memang demikian. Akibat rasa takut nya kepada Ladrang Kuning. otak Sarini menjadi beku dan tak bisa berpikir lagi. Tetapi meskipun begitu. ucapan Jim Cing Cing Goling ini kuasa menyadarkannya. Dirinya sendiri yang telah salah berbuat, maka dirinya sendiri pula yang harus menanggung akibatnya. Sesudah menyadari keadaan ini tiba-tiba saja keberaniannya timbul kembali. Serunya kemudian
"Ibu guru. lain kali murid tidak akan berarti berbuat tanpa pikir lagi."
Mendengar dirinya disebut "ibu guru". Ladrang Kuning tertegun sejenak. Diam-diam dalam hati ia mengakui bahwa gadis itu memang cerdik, sehingga dirinya berhasil ditipu. Seharusnya ketika Sarini mendemontrasikan ilmu Lutung Kesarung, dirinya sudah harus curiga. Akan tetapi karena gadis itu pandai membawa diri menyebabkan dirinya dapat dikelabuhi, kemudian tidak segan-segan lagi memberikan pelajaran ilmu pedang Bumi Ganjing.
Apabila perkara ini pada belasan tahun lalu, mungkin Ladrang Kuning menganggap perkara ini selesai. Akan tetapi sekarang Ladrang Kuning bukan seperti dulu lagi. Dalam tubuh Ladrang Kuning sekarang ini telah dipenuhi hawa jahat warisan nenek Naga Gini. Maka menghadapi penipuan ini, tak mau memberi ampun lagi dan harus memberi hukuman kepada si penipu dengan taruhan nyawa.
Wut... sekali bergerak. Ladrang Kuning sudah berdiri tidak jauh dari tempat Sarini berdiri. Jim Cing Cing Guling dan Prayoga. Melihat sikapnya yang beringas ketiga orang ini menduga bahwa Ladrang Kurung tentu akan segera menyerang. Namun anehnya, begitu jarak menjadi dekat sekali, Ladrang Kuning tidak segera melancarkan serangannya.
Jim Cing Cing Goling tahu bahwa Ladrang Kuning sedang amat marah. Mau tidak mau jantung orang tua ini berdebar. kemudian berkata.
"ladrang Kuning. Kedua bocah ini mengakui dirimu sebagai "ibu gurunya." Apakah salahnya engkau memberi sedikit hadiah untuk kepentingannya?"
Ladrang Kuning tertegun mendengar ucapan Jim Cing Cing Goling. Dan diam-diam iapun menyadari bahwa percekcokannya dengan suami, sudah cukup lama dan sempat menjadi buah bibir orang. Namun rasa kesadaran ini hanya sejenak saja melintas dalam benaknya. Watakuya yang sudah berubah aneh dan hatinya yang menjadi dingin, ia tidak dapat dibujuk dengan kata-kata.
Tiba-tiba Sarini menjerit oleh cubitan Jim Cing Cing Goling yang cukup keras. Ladrang Kuning kaget, dan pada detik Ladrang Kuning lengah sesaat ini, secepat kilat Jim Cing Cing Goling sudah melesat ke arahnya. Serangan itu mengagetkan Ladrang Kuning. tetapi juga merangsang kemarahannya. Tangan bergerak cepat. kemudian telapak tangannya memukul Jim Cing Cing Goling.
Jim Cing Cing Goling seorang sakti, sebaliknya Ladrang Kuning juga seorang wanita jarang tandingan. Gerakan Jim Cing Cing Goling yang cepat tak terduga, memang berhasil merebut cincin besinya. Namun sebaliknya kakek ini harus menderita rugi karena pundaknya berhasil dipukul Ladrang Kuning. Begitu terpukul, mendadak saja kakek ini menggigil kedinginan.
"Sarini. sambutlah ini!" teriakuya sambil melemparkan cincin itu kepada Sarini. Sesudah itu ia segera duduk bersila dalam usahanya untuk mengusir hawa dingin yang meresap dalam tubuhnya.
Ladrang Kuning memandang kakek itu, kemudian mengejek,
"Cing Cing Goling! Engkau sudah terkena pukulanku dan kedinginan. Kalau aku menghajarmu lagi. gampangnya seperti membalik telapak tangan. Akan tetapi kalau sampai begitu, engkau tentu penasaran dan tak mau mengakui kekalahanmu. Hem. sebaiknya sekarang begini. Aku tunggu selama tujuh hari, dan sesudah itu kita bertanding lagi."
Prayoga dan Sarini amat kaget melihat Jim Cing Jing Goling terluka. Padahal kakek itu merupakan pelindung keselamatannya. Secepat kilat Prayoga segera mematahkan dahan pohon. Dengan langkah tegap ia sudah maju di depan Sarini. dengan maksud melindungi adik seperguruannya.
Sarini amat berterimakasih sekali atas sikap dan pembelaan kakak seperguruannya ini. Dara yang biasanya cerdas itu sekarang seperti tidak dapat berpikir lagi. Rasa takut yang mencekam seluruh tubuh, menyebabkan Sarini tak dapat berbuat apa-apa lagi.
Ladrang Kuning tertawa dingin. Mendadak ia meloncat menyerang Prayoga. Atas serangan ini mau tak mau Prayoga harus menyambut dengan senjata dahan pohon, ia menikam tetapi pada saat itu juga merasakan sikunya terjepit keras sekali, dan tahu-tahu dahan pohon yang tadi ia pegang telah pindah ke tangan ladrang Kuning.
Begitu berhasil merebut dahan pohon itu. Ladrang Kuning meloncat lagi ke belakang. Lalu berkata ditujukan Sarini,
"Hai bocah, engkau berdua ternyata merupakan manusia tak berguna. Huh, aku tak ingin mengotorkan tanganku. Hayo, cepatlah bocah perempuan itu mengembalikan seluruh ilmu kesaktian yang sudah aku berikan tadi. Dengan cara begitu, barulah aku dapat memaafkan kesalahanku."
Selesai berkata, dahan kayu yang dipegang melayang ke arah Sarini . Dalam kagetnya Sarini mematung dan tak dapat menghindarkan diri. Namun nyatanya kayu itu bukannya untuk menyerang. dan kayu tersebut kemudian ambles masuk ke dinding jurang.
"Bocah perempuan!" bentak Ladrang Kuning.
"Tunggu apalagi? Lekaslah selesaikan dirimu sendiri."
Sarini menyadari maksud Ladrang Kuning. Perintah mengembalikan semua ilmu yang sudah diberikan itu
berarti dirinya sendiri harus bertindak, mematahkan lengan sendiri. Manakah mungkin? Padahal Jim Cing Cing Goling yang selalu melindungi sekarang ini sedang menderita luka. Sedang Prayoga bukan tandirigan Ladrang Kuning. Kemana dirinya minta pertolongan? Saking bingung dan tak tahu bagaimana caranya menyelamatkan diri, akhirnya ia meratap.
"Ibu... aku berjanji takkan... menggunakan ilmu kepandaian... ajaran ibu tadi. Tetapi apabila aku sekarang harus membuntungi dua belah tanganku. berarti ilmu kepandaian yang sudah aku terima dari orang lain akan ikut musnah. Apakah ini namanya adil...
Prayoga tergetar hatinya mendengar ratapan Sarini. Dipandangnya ladrang Kuning dengan maksud untuk memintakan ampun. Katanya.
"Bibi kasihanilah Sarini. Dia seorang gadis yatim piatu seperti diriku. Kalau dia kehilangan tangannya. lalu bagaimana?"
Akan tetapi Ladrang Kuning tidak menggubris. lalu berkata tanpa perasaan.
"Hem... siapa berani berbuat harus berani bertanggung-jawab. Jika engkau mengulur waktu dan berlambat-lambat, huh.... jangan-menyesal kalau aku sendiri yang turun tangan. Huh... sekali aku turun tangan akibatnya akan lebih hebat lagi. Tahu?"
Ancaman itu membuat tubuh Sarini tambah menggigil. Sebaliknya Prayoga tak dapat menahan perasaannya lagi kemudian berseru,
"Bibi. Sarini sudah berjanji takkan menggunakan ilmu pelajaran yang sudah diterima dari bibi. Tetapi mengapa bibi masih juga mendesak begitu rupa? Jika bibi memaksakan kehendak seperti itu, ini berarti tanpa perasaan..."
Ladrang Kuning menengadah lalu ketawa nyaring. Sesudah itu, katanya menyeramkan.
"Kalau aku tak dapat menerima permintaanmu. engkau dapat berbuat apa? Huh... bocah perempuan itu harus cepat melaksanakan sendiri. membuntungi lengannya. Kalau tidak,
huh, akulah yang akan. .melakukan."
Menyadari bahaya, Prayoga menyerahkan pedang kayu kepada Sarini. Menerima pedang kayu ini, Sarini heran dan bertanya.
"Kakang. apakah engkau juga hendak memaksakan supaya aku melakukan perintahnya?"
Prayoga menggelengkan kepalanya. Jawabnya.
"Sarini. sedikitnya kita berdua masih dapat bertahan sampai beberapa jurus untuk mengulur waktu... ."
'"Tetapi... tak mungkin dapat menandingi... ."
"Itu bukan soal Yang pokok kita masih dapat melawan dan tidak mati konyol."
Walaupun dalam bicara ini mereka berbisik. tetapi Ladrang Kuning. mendengar semuanya. Ia sekarang menjadi sadar, bahwa dua orang bocah itu merupakan murid Kilat Buwono. Padahal Ladrang Kuning seorang yang amat benci kepada suaminya. Katanya kemudian,
"Hem... menghadapi kamu... aku akan mengalah sampai tiga jurus."
"Ah, tiga jurus mungkin terjadi perobahan,
" pikir Sarini. Dengan mantap Sarini segera memegang pedang kayu itu dengan tangan kiri. Segera pula ia menggerakkan pedang itu membuat lingkaran. maju selangkah menusuk sesuai dengan ilmu pedang Bumi Gonjing. Ini sungguh menggelikan. Ilmu tersebut ajaran Ladrang Kuning. dan sekarang dipergunakan menyerang pemberi ilmu itu sendiri.
Prayoga segera pula bergerak maju dan menyerang. Prayoga bergerak dengan ilmu pedang Kala Prahara. Dengan demikian sepasang orang muda ini telah menggunakan sepasang ilmu pedang sakti. Kalau yang seorang menyerang dari kanan. yang seorang menyerang dari kiri. Hingga semua serangan mengancam keselamatan lawan.
Sesuai dengan Janji Ladrang Kuning hanya menghindar ke samping. sehingga serangan sepasang pedang itu luput. Akan tetapi Prayoga tak mau membuang waktu lagi, dan secepat kilat sudah menyerang lagi, dibarengi dengan serangan Sarini yang kedua.
Akan tetapi yang mereka serang sekarang ini tokoh sakti Ladrang Kuning. Sekalipun hanya menghindar ke samping serangan itu sudah dapat dihindari. Dua kali gagal. Prayoga tidak gentar, ia cepat menyusuli dengan serangan, sedang Sarini juga melancarkan serangan dari belakang. Dengan cara demikian, Ladrang Kuning diserang dari depan dan belakang.
Serangan ini hebat benar. Dan walaupun hanya pedang kayu, namun perobahan gerak mereka hebat sekali. Karena ladrang Kuning bergerak sedikit lambat, tahu-tahu kain penutup dadanya berlubang oleh tusukan.
Peristiwa ini membuat Ladrang Kuning sangat kaget. Dan mau tak mau ia kembali terkenang akan masa lalu ketika bersama suaminya di sanjung orang. sebagai suami-isteri sakti yang tak pernah terkalahkan siapapun. Sepasang ilmu pedang Kala Prahara dan Bumi Gonjing amat terkenal. Tiap orang tidak berani sembrono. Akan tetapi kemudian sepasang ilmu pedang itu lenyap... karena suaminya berkhianat. Akibatnya ia harus menderita seperti sekarang ini, mengembara tak tahu ke mana yang dituju. Terkenang kembali masa lalu. mendadak saja kemarahannya makin memuncak.
"Hemm, tiga jurus sudah lalu." katanya.
"Sekarang aku ingin bertanya sekali lagi. Engkau menyelesaikan sendiri atau aku harus turun tangan?"
Dalam pada itu ketika ujung pedang kayu Prayoga berhasil menusuk kain penutup dada Ladrang Kuning, ia terkejut. Karena ia merasakan adanya tenaga dahsyat yang melawan. Jelas bahwa tenaga sakti ladrang Kuning sudah mencapai tataran tertinggi. Jangan lagi
hanya melawan dengan Sarini. Walaupun ditambah duapuluh orang lagi, rasanya tidak mungkin mampu melawan.
Namun urusan sudah terlanjur runyam. Bagi dirinya tak ada pilihan lain. terus melawan sampai titik darah penghabisan daripada harus menyaksikan Sarini untuk membuntungi lengan sendiri. Terdorong oleh tekat melindungi Sarini ini. kemudian Prayoga memberi isyarat untuk menyerang lagi. Lalu dua orang muda itupun sudah bergerak menyerang berbareng.
Ladrang Kuning ketawa dingin. Sekali mengebaskan tangan, ladrang Kuning sudah menyambar pedang kayu Sarini dan langsung ditarik. Untung pada saat itu Prayoga datang menolong dengan serangan ke arah tenggorokkan lawan. Akibatnya terpaksa Ladrang Kuning berputar tubuh melindungi diri. Dan kesempatan ini tidak disia-siakan Sarini untuk menarik kembali kayunya.
Ladrang Kuning mendengus dingin, ia tak mau lagi memberi hati, dan ketika ia mengebutkan tangan, Sarini merasakan dadanya dilanda oleh tenaga dahsyat tak terlawan. membuat gadis ini sulit bernapas. Sarini tidak berani menangkis dan buru-buru mundur. Prayoga memburu dengan maksud menolong. Akan tetapi karena jaraknya agakjauh, tak dapat berbuat banyak.
Ladrang Kuning memutarkan tubuhnya. kemudian. mencengkeram pedang kayu Prayoga. Saat itu juga ia merasakan tangannya kesakitan dan buru-buru ingin mundur. Karena itu usahanya mempertahankan pedang gagal. dan pedang kayu itu beralih ke tangan Ladrang Kuning. Yang kemudian oleh wanita sakti ini, pedang kayu tersebut dihancurkan.
Ketika itu Sarini jaraknya agak jauh dengan Ladrang Kuning. dalam usaha melindungi gadis itu, ia berteriak.
"Sarini. lekas lari!"
Namun gadis itu tidak tahu maksud kakak seperguruannya. Yang ia lihat hanya Prayoga melancarkan serangan secara nekat. Sarini terharu dan berterimakasih atas pembelaan kakak seperguruannya itu, dalam usaha menyelamatkan dirinya.. Tetapi justru melihat kakak seperguruannya tak gentar menghadapi maut dalam usaha membela dirinya itu, maka Sarini tidak mau pergi. Ia tidak sanggup membiarkan kakak seperguruannya berkorban.
"Kakang." serunya.
"Kalau engkau mati. biarlah kita mati bersama!"
Percakapan mereka itu didengar jelas oleh Ladrang Kuning. Mendadak saja wanita ini menduga, dua orang muda itu merupakan sepasang kekasih. Tiba-tiba saja landrang Kuning tertegun, dan menghentikan serangannya.
Ketika Prayoga tahu adik seperguruannya tak mau pergi. Prayoga tambah gelisah. Ia mencari kesempatan di saat Ladrang Kuning masih tertegun, meloncat ke arah Sarini. Gadis yang biasanya pintar bicara dan ceriwis itu. saat sekarang ini tidak kuasa menahan harunya. Mendadak saja ia menyongsong kakak seperguruannya itu dengan pelukan erat. Kepalanya disembunyikan di dada. kemudian menangis terisak... .
Ladrang Kuning termenung-menung. Ia tertegun menyaksikan keberanian Prayoga melindungi keselamatan si gadis. Dan kemudian ia lebih tertegun lagi ketika menyaksikan adegan yang romantis, dua orang muda itu berpelukan. Karena itu diam-diam timbul perasaan yang tidak keruan dalam hatinya, teringat hubungannya dengan suami pada waktu itu.
Tetapi tiba-tiba timbul rasa iri. Mengapa dirinya hidup menderita seperti ini oleh pengkhianatan suaminya. Karena iri kemudian membentak.
"Hai... mengapa engkau belum juga melaksanakan perintahku?"
Pada saat itu. Jim Cing Cing Goling telah bangkit berdiri. Usahanya menyembuhkan, luka dalam sudah berhasil, tetapi wajahnya masih pucat. Akan tetapi Ladrang Kuning tahu, walaupun Cing Cing Goling tidak mati oleh pukulannya. namun untuk menyembuhkan secara tuntas memerlukan tujuh hari lamanya.
"Hai Cing Cing Goling." Ladrang Kuning berkata dingin.
"Apakah engkau akan memaksa diri dan membantu dua bocah itu?"
"Ha-ha-ha," Jim Cing Cing Goling ketawa. Lalu,
"Ladrang Kuning engkau memang wanita sakti mandraguna. Agakuya engkau sudah mewarisi seluruh ilmu kesaktian nenek Naga Gini. Hem... hanya sayang setiap orang yang berbuat sesat dan ingin menang sendiri, takkan dapat mempunyai nama baik dan harum. Padahal seorang sakti. seharusnya melindungi yang lemah. dan menjauhkan diri dari perbuatan tidak baik."
Akan tetapi ucapan Jim Cing Cing Goling itu tidak berpengaruh apa-apa terhadap wanita yang hatinya sudah dikuasai oleh dendam kesumat terhadap suaminya ini. Lalu jawabnya kemudian,
"Aku tak ingin mendengar ucapan yang kosong melompong, seperti itu,"
"Hemm, sayang engkau menurutkan perasaanmu sendiri." Jim Cing Cing Goling menghela napas.
"Akan tetapi kalau kami bersatu padu, mana mungkin engkau sanggup mengalahkan kami?"
Sebelum Ladrang Kuning sempat menyahut, mendadak terdengarlah suara orang yang merdu tetapi penuh wibawa,
"Ah, apakah sebabnya kalian bersitegang hanya memperebutkan kemenangan kosong. Dan bukankah damai merupakan jembatan menuju kebahagiaan dan kemuliaan hati?"
Suara itu terdengar secara jelas. Prayoga dan Sarini menebarkan pandang matanya, tetapi tidak melihat orang datang. Ladrang Kuning dan Jim Cing
Cing Goling terperanjat. Mereka sadar bahwa suara itu merupakan pancaran tenaga sakti yang telah mencapai kesempurnaan. Hingga walaupun orangnya masih jauh, tetapi suaranya dapat didengar jelas sekali. Dugaan mereka segera tertuju kepada Hajar Saptabumi. Namun dugaan itu cepat dibantah sendiri. karena orang tua itu tak pernah meninggalkan padepokannya. Lalu siapakah orang sakti yang muncul sekarang ini?
Mereka tidak menunggu terlalu lama. Muncullah seorang kakek bertubuh tinggi besar. ia berjenggot lebat dan panjang sebatas dada, berkumis dan sepasang alisnyapun sudah putih. Ia mengenakan pakaian dan ikat kepala serba hitam, dan bersarung lurik yang dilingkarkan pada pinggang, kemudian ditutup dengan jubah putih. Tangan kanan memegang tongkat panjang, lebih tinggi dari tubuhnya yang sudah tinggi.
Kakek Tua ini melangkah perlahan menghampiri mereka. Wajahnya tenang. sepasang mata berkilat-kilat tajam, tetapi penuh pancaran sejuk dan welas asih. Begitu muncul perhatian kakek ini dipusatkan kepada Prayoga dan Sarini. Kemudian ia baru memalingkan muka, lalu berputar tubuh dan menghadapi Ladrang Kuning, ia mengamati sejenak, kemudian berkata dengan sabar.
"Selamat bertemu nak ajeng. hem sudah lama sekali kita tidak pernah bertemu. Heh-heh-heh, tetapi pertemuan kita kali ini sudah banyak perobahan yang terjadi."
Sebutan "nak ajeng" itu, khusus kepada wanita yang lebih muda usianya dan sekaligus menghormati. Kalau sebutan biasa, cukup dengan sebutan "nak" atau "anak".
"nok" dan juga bisa "denok" dan bisa pula "jeng".
Sebaliknya ucapan kakek itu mempunyai arti amat dalam. Mempunyai arti yang amat luas. sehingga tidak gampang diterima secara serampangan.
Ladrang Kuning mengamati kakek itu penuh perhatian. Ia memang merasa pernah kenal, tetapi ia sudah
lupa, kapan dan di mana. Sebaliknya Jim Cing Cing Goling cepat dapat mengenal kakek yang baru datang itu. yang bukan lain Kigede Jamus. guru Darmo Saroyo dan Darmo Gati.
"Bagus... tetapi apakah maksudmu datang, ke mari?"
Kigede Jamus tersenyum lalu.
"Apakah engkau sudah lupa? Dan apakah engkau tidak merasa malu?"
"Benar. Apakah saudara bisa menolong?"
Kigede Jamus mengambil sebutir obat kering dari dalam kantong. lalu diberikan kepada Jim Cing Cing Goling. Begitu menerima. obat itu segera ditelan. karena tahu obat pemberian Kigede Jamus ini amat mustajab.
Saat itu Ladrang Kuning mengenal kembali siapa kakek yang datang. Katanya ketus,
"Hai Kigede Jamus. Apakah sebabnya engkau masih suka usil? Sebelum aku marah menyingkirlah, dan jangan mengganggu urusanku."
Kakek itu tersenyum. lalu berkata dengan sabar.
"Ah. mengapa engkau cepat naik darah? Belasan tahun lalu, masih juga ada bekas-bekas heranmu kepada diriku. Waktu itu aku menderita kekalahan, melawan engkau dan suamimu. Sesudah itu aku menyiksa diri dan tekun berlatih ilmu kesaktian. Tujuanku tidak lain ingin membalas sakit hati itu. Akan tetapi hem... ternyata kemudian Tuhan telah memberi penerangan batin kepada diriku yang rendah. Sesudah mendapat petunjuk Tuhan, tidak lagi terkilas keinginan membalas dendam itu. Dan andaikata sekarang engkau masih penasaran dan ingin menyiksa diriku lagi, akupun bersedia menerima dengan senang hati, dan tidak akan membalas."
Rasanya Ladrang Kuning seperti diguyur air dingin. Ia heran, mengapa kakek ini tidak mau membalas dendamnya? Kalau saja Ladrang Kuning dapat berpikir seperti Kigede Jamus, agaknya akan lebih baik. Akan tetapi celakanya ia telah dikuasai oleh ilmu warisan nenek Naga Gini, sehingga watak menjadi berobah. Ia bukannya mau menyadari keadaan. sebaliknya marah lalu menantang.
"Huh engkau tidak bersalah mengapa aku harus menghukum engkau? Akan tetapi karena bocah perempuan ini menipu aku, dan menyebabkan aku memberi ilmu pelajaran tata kelahi, maka sudah sepatutnya kalau aku harus minta kembali ilmu tersebut."
Selesai berkata Ladrang Kuning sudah melesat ke arah Sarini. Jim Cing Cing Goliug berusaha melindungi, tetapi gerakan wanita ini aneh sekali. Serangan yang pertama luput. ia sudah menyelinap di samping Sarini lalu mencengkeram punggung.
Belum lama punggungnya dapat dicengkeram oleh ladrang Kuning, Sarini sudah menggigil kedinginan. Ternyata tangan Ladrang Kuning menyalurkan hawa yang amat dingin. Dalam usaha mengurangi penderitaannya itu. Sarini meloncat ke depan. Tetapi celakanya Ladrang Kuning tetap membayangi. Ke manapun gadis itu menghindar, punggungnya tetap dibayangi oleh telapak tangan ladrang Kuning yang dingin sekali.
"Setan cilik!" hardik Ladrang Kuning.
"Apakah engkau menginginkan aku turun tangan?"
Sarini tidak dapat, berkutik lagi. Dalam keadaan menderita itu pandang matanya ditujukan kepada Jim Cing Cing Goling, dan minta pertolongan. Akan tetapi celakanya. Jim Cing Cing Goling yang biasanya licin bagai belut itu, sekarang ini kehabisan akal.
Pada mulanya, dengan munculnya Kigede Jamus itu akan dapat mengalihkan perhatian Ladrang Kuning kepada kakek itu. dan menduga pula dua orang musuh lama itu akan berkelahi. Akan tetapi sungguh di luar dugaan. yang diharapkan tidak terjadi. Sebab sesudah peristiwa belasan tahun yang lalu. sudah terjadi perobahan dalam hati sanubari Kigede Jamus. Kakek ini
Kilau Bintang Menerangi Bumi 3 Raja Naga 03 Misteri Menara Berkabut Putri Berdarah Ungu 2
^