Pencarian

Misteri Pangeran Asing 1

Pasukan Mau Tahu 09 Misteri Pangeran Asing Bagian 1


Misteri Pangeran Asing
Serial Pasukan Mau Tahu
Karya Enid Blyton
Pembuat Djvu : Syauqy_Arr
Edit teks & Pdf : Saiful Bahri Situbondo
Selesai di edit : 11 September 2018
Selamat Membaca ya !!!
*** Enid Blyton
Pasukan Mau Tahu
MISTERI PANGERAN ASING
ilustrasi oleh Jenny Chapple
Penerbit PT Gramedia Jakarta 1983
"THE MYSTERY OF THE VANISHED PRINCE"
by Enid Blyton
First published in Great Britain 29th November 1951
by Methuen & Co Ltd
Copyright ? 1951 Enid Blyton
New edition copyright ? 1973 Darrel Waters Ltd
All rights reserved
"MISTERI PANGERAN ASING"
Alihbahasa: Agus Setiadi
GM 83052 Hak cipta terjemahan Indonesia PT Gramedia, Jakarta
Hak cipta dilindungi oleh Undang undang Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia. Jakarta 1983 Anggota IKAPI
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia Jakarta
DAFTAR ISI
SAYANG LIBURANNYA ....
FATTY TIBA....
BERBAGAI SAMARAN....
ERN, SID DAN PERCE....
PAK GOON TERCENGANG ....
ADA PANGERAN HILANG ....
ERN DAN PAK GOON ....
PEMBICARAAN YANG TIDAK ENAK....
BER-'BANTUN BANTUN'....
DI TEMPAT BERKEMAH ....
PENYELIDIKAN....
SID MEMBUKA MULUT....
PAK GOON MENERIMA KABAR....
MENGATUR RENCANA....
PAGI YANG MENARIK....
KE PEKAN RAYA....
DI PAMERAN BAYI....
PIP MENEMUKAN SESUATU ....
ROLLO MEMBUKA RAHASIA ....
FATTY PULANG....
PAK GOON GELISAH....
PAK GOON LENYAP....
RUMAH DI TENGAH RAWA ....
FATTY BERAKSI....
AKHIR PETUALANGAN.
... *** SAYANG LIBURANNYA
"liburan sekali ini sama sekali tidak asyik," kata Bets pada abangnya, Pip.
Ia merasa sedih.
"Tidak ada Larry dan Daisy, tidak ada Fatty -percuma saja liburan musim panas ini!"
"Tapi kan ada aku," kata Pip.
"Apakah aku tidak mengajakmu berjalan-jalan naik sepeda, berpiknik dan macam-macam lagi?"
"Ya, betul tapi karena disuruh Ibu," kata Bets, yang masih tetap sebal.
"Maksudku -kau terpaksa mengajakku, karena Ibu selalu bilang aku kesepian. Kau baik hati tapi aku tahu kau melakukannya karena itu tugasmu. Pokoknya begitulah!"
"Kau ini tidak tahu terima kasih," tukas Pip dengan nada jengkel.
Bets mengeluh.
"Nah sekarang kau jengkel lagi, Pip," katanya.
"Aku kepingin sekali teman-teman ada di sini sekarang .Baru sekali ini semuanya bepergian, kecuali kita."
"Beberapa hari lagi mereka akan kembali," kata Pip.
"Setelah itu kan masih ada waktu dua tiga minggu, sebelum kita harus bersekolah lagi."
"Tapi masih adakah waktu untuk suatu misteri?" tanya Bets.
Ia berguling di rumput, ke tempat lebih
teduh. "Dalam liburan sebelum ini, kita hampir selalu menghadapi misteri yang perlu diselidiki. Aku tidak selalu menyukainya tapi kalau tidak ada, rasanya seperti ada yang kurang!"
"Kalau begitu cari saja misteri," kata Pip
"Kalau aku, yang paling kurindukan adalah Buster."
"Ya, aku juga rindu padanya," kata Bets, sambil membayangkan anjing kecil yang kocak dan bandel milik Fatty.
"Satu-satunya yang selalu kujumpai adalah Pak Goon. Padahal aku tidak kepingin melihatnya"
Pak Goon adalah polisi desa itu.
Orangnya angkuh dan sok.
Ia selalu cekcok dengan Pip, Bets serta ketiga sahabat mereka. Selama liburan itu Bets saban hari sering berjumpa dengannya, berkeliaran naik sepeda sambil mendering deringkan bel pada setiap sudut jalan
"Ah tukang pos datang," kata Pip.
"Coba lihat sebentar, Bets, barangkali ada yang untuk kita. Siapa tahu, mungkin Fatty mengirim kartu pos."
Bets berdiri sambil mengeluh.
Saat itu ia hanya memakai pakaian santai yang terbuat dari kain tipis. Tapi matahari bersinar terik sekali, sehingga ia masih tetap kepanasan. Ia menyongsong tukang pos yang bersepeda memasuki pekarangan.
"Halo, Pak Pos," sapa Bets.
"Berikan saja surat-suratnya padaku."
"Ini, ada dua kartu pos -satu untukmu, sedang yang satu lagi untuk abangmu," kata tukang pos.
"Hanya itu saja."
Bets menerima surat-surat itu.
"Wah, asyik!" katanya dengan gembira.
"Satu dari Fatty -untukku!"
Ia bergegas kembali.
"Ini, ada kartu pos untukmu, dari Larry dan Daisy," katanya pada Pip.
"Yang satu lagi untukku, dari Fatty. Kita lihat saja apa yang mereka tulis...."
Pip langsung membaca surat untuknya, keraskeras.
"Lusa kami kembali, syukurlah! Ada misteri yang timbul di sana? Kalau kita tidak cepat-cepat, nanti tidak ada waktu lagi. Kulit kami sudah coklat sekali, karena setiap hari berjemur sinar matahari. Kau takkan mengenali kami lagi. Tentu saja ini penyamaran yang ' baik sekali. Nah, sampai berjumpa. Salam pada Bets. _ Larry dan Daisy."
"Asyik, asyik, asyik!"
Bets berseru-seru dengan gembira.
"Jadi lusa mereka sudah ada lagi di sini. Sekarang kubacakan surat Fatty, Pip."
Bets membaca dengan suara lantang.
"Apa kabar, Bets? Mudah-mudahan kau menemukan misteri hebat untukku, supaya otakku bisa bekerja menyelidiki apabila aku kembali lusa. Kapan Larry dan Daisy pulang? Sudah waktunya Pasukan Mau Tahu beraksi lagi. Senang rasanya bisa berkumpul lagi dengan kalian. Salam Fatty."
Bets menggosok-gosokkan kedua tangannya, tanda gembira.
Wajahnya berseri-seri.
"Sebentar lagi Pasukan Mau Tahu sudah lengkap kembali," katanya.
"Dan walau saat ini sama sekali tak tercium bau misteri, tapi kurasa
begitu Fatty pulang, ia pasti akan langsung menemukan."
"Mudah mudahan kau benar," kata Pip.
Ia berbaring lagi di rumput
"Liburan sekali ini membosankan rasanya. Aku kepingin bisa mengakhirinya dengan suatu misteri yang asyik."
"Misteri yang mana?" tanya Bets bingung.
Pip tidak menjawab.
Sambil berbaring dibayangkannya segala misteri yang pernah diselidiki, bersama Bets, Larry, Daisy dan Fatty. Misalnya saja Misteri Pondok Terbakar, lalu Kucing Siam yang Hilang, Misteri Gedung Tua wah, semuanya asyik!
Kepingin sekali rasanya bisa terjun menyelidiki misteri selanjutnya. Pip duduk, lalu memandang Bets.
"Yuk, kita perikSa koran pagi ini." katanya.
"Siapa tahu mungkin ada berita menarik, tentang peristiwa yang terjadi di dekat-dekat sini. Kalau ternyata ada, kita bisa segera memberi tahu Fatty, begitu ia datang. Dengan begitu ia bisa mengatur tugas-tugas kita."
Bets merasa bergairah.
Ia pergi mengambil surat kabar, lalu membacanya dengan seksama bersama Pip. Tapi kelihatanya saat itu sama sekali tidak ada kejadian yang luar biasa.
"Yang ada cuma foto-foto wanita dengan dandanan macam-macam, lalu berita tentang balap kuda serta keadaan cuaca yang panas sekali, dan -"
"Dan hasil pertandingan sepak bola. . ." sambung Bets, yang juga merasa sebal seperti Pip.
"Kalau pertandingan sepak bola, itu menarik," kata Pip dengan segera.
"Coba kaubaca ulasan pertandingan ini!" '
Tapi Bets sama sekali tidak tertarik membaca berita sepak bola. Ia membalik halaman surat kabar.
"Dasar anak perempuan," kata Pip, dengan nada semakin sebal.
"Satu-satunya berita yang menarik hari ini hanya berita tentang sepak bola, tapi kau sama sekali tidak peduli!"
"He ini ada berita mengenai Peterswood. Tentang desa kita," kata Bets.
Perhatiannya terarah pada suatu berita singkat, yang ditempatkan di p0jok halaman.
"Di dalamnya juga disebut-sebut tentang desa Marlow."
"Tentang apa beritanya?" tanya Pip tertarik.
Tapi begitu sudah membacanya, ia mendengus.
"Huh ini kan bukan misteri! Menarik saja pun tidak!"
Bets membaca berita itu.
"Cuaca cerah mengiringi acara Perkemahan Sekolah yang dilangsungkan di bukit-bukit yang terletak antara Peterswood dan Marlow. Minggu ini perkemahan itu dikunjungi sejumlah tamu menarik. Seorang di antaranya Pangeran Bongawah dari negara Tetarua. Para peserta perkemahan geli melihat bangsawan cilik itu datang dinaungi Payung Kerajaan. Sebagai akibatnya, ia tidak pernah lagi muncul berpayung!"
"Biar Fatty sekalipun, takkan mungkin bisa menghasilkan misteri dan kejadian sepele ini." kata
Pip mengejek
"Bahkan tertarik saja, juga tidak! Siapa mau peduli tentang Pangeran Bong abang abing itu?"
"Pangeran Bongawah," kata Bets membetulkan.
"Negara Tetarua itu di mana, Pip?"
Pip tidak tahu, dan ia juga tidak peduli. Ia membalikkan tubuh, berbaring menelungkup.
"Aku ingin tidur sekarang," katanya.
"Malas rasanya bicara, kalau hawa sepanas ini. Sudah lima minggu matahari bersinar terus. Lama-lama bosan juga. Payahnya cuaca di Inggris ini, kalau sudah panas -panas terus. Kalau hujan, tidak henti-hentinya mengucur dari langit. Apalagi kalau sedang turun kabut!"
"Masa bodoh dengan cuaca," kata Bets dengan gembira.
"Mau jadi bagaimanapun silakan -pokoknya kawan-kawan sebentar lagi pulang!"
Larry dan Daisy lebih dulu datang. Mereka sudah kembali keesokan paginya. Setelah membantu ibu mereka mengeluarkan pakaian dari koper, mereka langsung pergi ke rumah Pip dan Bets.
"Larry! Daisy!" seru Bets dengan gembira, ketika melihat keduanya muncul di kebun.
"Tak kusangka kalian sudah kembali. Wah coklat sekali warna kulit kalian sekarang!"
"Kau juga tidak bisa dibilang pucat, Bets," kata Daisy, sambil merangkul temannya yang lebih kecil itu.
"Wah sudah lama kita tidak berjumpa, ya! Sayang liburannya. jika kita tidak bisa bersama sama berburu misteri!" _
"Halo, Bets, halo, Pip," kata Larry.
"Ada kabar baru? Kalian ini malas sekali berkirim surat. Empat kartu pos kukirim pada kalian, tapi satu pun tak ada yang dibalas!"
"Kau yang mengirim? Huh -enak saja kalau ngomong!" tukas Daisy.
"Semuanya, aku yang menulis, tahu! Menulis alamat saja kau tidak pernah!"
"Tapi kan aku yang membeli kartu-kartunya," kata Larry tidak mau kalah.
"He -sudah ada kabar dari Fatty atau belum? Atau mungkin ia sudah kembali?"
"Ia akan datang hari ini," kata Bets.
"Sedari tadi aku sudah memasang telinga, kalau-kalau terdengar dering bel sepedanya. atau gonggongan Buster. _Asyik ya, kalau kita berlima sudah bersama-sama kembali, dengan Buster!"
Anak-anak sependapat dengannya, Bets memandang mereka. Ia merasa senang karena Larry dan Daisy sudah ada lagi. Tapi rasanya masih belum lengkap, selama Fatty tidak ada. Fatty yang jenaka, bandel, tapi berotak cerdas. Bets senang sekali membayangkan teman itu sebentar lagi sudah kembali.
"Nah -itu kan bunyi telepon," kata Pip, ketika di dalam rumah terdengar bunyi deringan nyaring.
"Mudah-mudahan saja bukan untukku. Aku malas bangun sekarang."
Saat itu Bu Hilton, ibu Pip dan Bets, menjengukkan kepala dari jendela rumah.
"Itu tadi Frederick," katanya.
"Ia menelepon untuk mengatakan bahwa ia sudah kembali, dan sebentar lagi akan datang kemari. Ia meminta kalian agar memperhatikan baik-baik. Katanya ia sudah coklat sekali sekarang jadi ada kemungkinan kahan tidak mengenalinya nanti. Kurasa ia juga takkan mengenali kalian, karena kalian juga sudah hampir hitam sekarang!"
Anak-anak langsung bangun mendengar berita itu.
"Wah coba aku yang menerima telepon tadi," kata Bets menyesal.
"Fatty kalau menelepon, suaranya selalu kocak. Seperti tertawa terus."
"Ya, betul!" kata Larry.
"Aku kepingin bisa bersikap seperti dia, selalu yakin pada diri sendiri. Tidak pernah kelihatan kaget, atau takut!"
"Apa pun yang terjadi, Fatty selalu tahu apa yang harus dikerjakan," sambung Bets.
"He _mungkinkah ia nanti muncul dengan menyamar, untuk mempermainkan kita?"
"Ya _ tentu saja itu akan dilakukannya," kata Larry.
"Ia pasti sudah mengumpulkan berbagai tipuan dan samaran baru sekarang dan ia tentu ingin mencobakannya pada kita dengan segera. Aku kenal sifat Fatty!"
"Kalau begitu kita perlu siaga, kalau nanti kelihatan seorang bertampang aneh,-" kata Daisy bergairah.
"Jangan sampai kita tertipu lagi olehnya, begitu ia kembali!"
Fatty memang paling jago, kalau disuruh menyamar. Pipinya yang gemuk bisa dibuatnya
nampak lebih gemuk lagi, dengan jalan menyelipkan sumpal di sela gusi dan sisi dalam pipi. Ia juga memiliki kumpulan gigi palsu yang bisa dipasangkan menutupi gigi aslinya. Ia mempunyai alis palsu yang lebat, serta berbagai rambut palsu.
Sebagian besar dari uang sakunya yang tidak sedikit dipakainya untuk membeli barang-barang
seperti itu. Teman-temannya sering tertawa terkekeh-kekeh jika Fatty muncul dengan samarannya, untuk mempermainkan mereka atau orang lain.
"Kita berjaga-jaga sekarang," kata Pip.
"Setiap orang yang masuk kemari perlu kita curigai tak peduli laki-laki, wanita atau anak-anak. Mungkin itu Fatty yang menyamar!"
Beberapa saat kemudian terdengar langkah terseret-seret, dari arah depan kebun. Anak anak melihat topi besar berhiaskan bulu-bulu bergerak terangguk-angguk, muncul dari balik pagar semak yang membatasi jalan menuju pintu dapur. Di bawah topi itu nampak wajah seseorang yang gemuk, berkulit kecoklatan. Di telinga orang itu tergantung anting-anting emas yang besar berbentuk lingkaran. Rambut hitam ikal tersembul keluar dari bawah topi.
Sementara anak-anak memandang sambil membisu, wajah yang muncul itu tersenyum. Mulutnya bergerak
"Mau beli bunga padang?" kata wanita yang baru datang itu.
"Bunga ini membawa untung!"
wanita Itu muncul dari balik semak. Tubuhnya gemuk. Ia memakai gaun panjang berwarna hitam, blus putih yang kelihatan sudah dekil. serta syal merah. Sementara ia berjalan mendekat, topi besarnya yang berhiaskan bulu bergerak gerak seirama dengan rambutnya yang ikaL
"Fatty!"
Bets langsung menjerit, lalu lari menyongsong.
"Kau kan Fatty! Mengaku sajalah aku mengenali suaramu kau kurang baik mengubahnya!"
FATTY TIBA
Anak-anak yang lain tidak ikut lari menyongsong.
Mereka diam saja.
Menurut perasaan mereka, wanita yang datang itu tidak mungkin Fatty, karena terlalu tinggi meski Fatty sekarang sudah tinggi. Sementara itu wanita yang kelihatannya tergolong kaum pengembara itu kaget, melihat Bets berlari lari menyongsong sambil berseru-seru.
"Apa-apaan ini?" kata wanita itu dengan suara parau.
"Siapa yang kau sebut-sebut Fatty?"
Kini Bets tertegun.
Ditatapnya wanita yang memandang dirinya dengan mata setengah terpejam. Tahu-tahu wanita itu menyodorkan seberkas bunga padang ke arah Bets, nyaris saja mengenai muka anak itu.
"Belilah bunga ini, Gadis cilik," kata wanita itu dengan suara minta dikasihani.
"Bunga-bunga ini membawa untung. Tolonglah sedari kemarin belum seberkas pun berhasil kujual!"
Bets mundur selangkah, lalu berpaling ke arah anak-anak yang lain. Mereka masih berada di tempat semula. Semuanya nyengir, melihat Bets ketakutan.
Muka Bets memerah.
Ia kembali ke tempat mereka.
Wanita tak dikenal itu mengikutinya. Berkas bunga liar yang digenggamnya digoncang goncangkannya dengan sikap mengancam.
"Kalau tidak mau beli bunga. sini kuramalkan nasibmu," kata wanita itu mendesak.
"Aku pandai membaca gariS-garis tangan. Tidak baik menolak tawaran kaum pengembara! Nanti kau ditimpa kesialan!"
"Omong kosong!" tukas Larry.
"Sana pergi!"
"Tapi kenapa ia tadi mengata-ngatai aku?"
Kini wanita tak dikenal itu memasang aksi marah.
Ia menuding nuding Bets.
"Aku dikatakannya 'Fatty' Gendut! Aku tidak suka dihina anak-anak macam kalian, tahu?!"
Saat itu juru masak muncul dari dapur. Ia membawa baki dengan beberapa gelas berisi limun untuk anak-anak.
"Mau apa kau kemari!" tukas juru masak, ketika ia melihat wanita asing itu menuding-nuding Bets.
"Ayo pergi! Aku sudah bosan melihat kau datang melulu, meminta-minta!"
"Belilah karangan bunga padang ini, Bu!"
Wanita kaum pengembara itu berkeluh-kesah lagi. sambil menyodorkan berkas bunga yang dipegangnya ke muka juru masak.
"Bets! Bilang ayahmu, ada gelandangan datang lagi!" kata juru masak.
Bets lari masuk ke rumah. Wanita tak dikenal itu tidak menunggu ayah Bets muncul. Dengan segera ia pun lari ke luar. Sesaat kemudian hanya topi besar berhias bulu-bulu saja
yang masih nampak tersembul menyusur pagar semak di balik pekarangan depan.
Anak-anak tertawa.
"Dasar Bets," kata Pip.
"Cuma dia saja bisa melakukan kekeliruan sekonyol itu. Bayangkan wanita tua sedekil itu dikiranya Fatty! Tapi suaranya memang agak berat dan parau, tidak cocok kalau dikatakan suara wanita. itu yang menyebabkan Bets salah tebak."
"Aku pun nyaris terkecoh," kata Daisy.
"He itu ada lagi yang datang!"
"Pesuruh tukang daging," kata Pip.
Seorang anak laki-laki datang naik sepeda, memasuki pekarangan. Anak itu bersepeda sambil bersiul siul. Dalam keranjang yang terpasang di bagian depan sepedanya ada sebongkah daging terbungkus rapi.
"Mungkin dia ini Fatty," kata Bets.
Anak itu sudah menggabungkan diri lagi. Sikapnya kini lebih berhati-hati.
"Sebaiknya kita amati saja dengan teliti. Fatty kan memiliki samaran pesuruh tukang daging yang hebat "
Anak anak berdiri, memperhatikan pesuruh yang kini sudah sampai di pintu dapur.
Ia bersiul dengan nyaring.
"Di mana pun aku pasti mengenalmu, Tom Lane!" seru juru masak dari dalam dapur.
"Aku sudah hafal siulanmu itu. Tolong taruh daging itu di
atas meja, ya!"
Bets, Pip, Larry dan Daisy memperhatikan anak yang sedang berdiri membelakangi mereka. Ya -
bisa saja itu Fatty, yang memakai rambut palsu ikal berwarna coklat.
Bets memicingkan mata.
Ia berusaha mengenali lebih jelas, apakah rambut itu asli atau palsu. Sedang Pip memperhatikan kaki anak itu. ia menduga-duga. mungkinkah seukuran dengan kaki Fatty.
Pesuruh tukang daging merasa dirinya diperhatikan, lalu berpaling Ia mengernyitkan mukanya.
"Belum pernah melihat anak seperti aku, ya?" katanya.
Ia berputar putar, beraksi seperti peragawan.
"Perhatikanlah sepuas-puas kalian. Beginilah potongan pembantu tukang daging yang paling hebat. Bagaimana -sudah puas sekarang?"
Anak-anak hanya bisa memandang dengan bingung. Mungkin saja itu Fatty ukuran badannya kurang lebih sama. Tapi giginya tersembul menyolok sekali, seperti gigi kelinci. Aslikah itu _ atau merupakan bagian dari penyamaran?
Pip maju selangkah, agar bisa melihat lebih jelas. Anak yang dihampiri cepat-cepat mundur. Tiba tiba ia agak ngeri, karena ditatap dengan begitu seksama oleh keempat anak itu.
"He! Ada apa dengan diriku?" katanya.
Diperhatikannya dirinya sendiri, kalau-kalau ada yang tidak beres.
"Aslikah rambutmu?" tanya Bets,
Ia merasa pasti bahwa itu rambut palsu. Dan kalau dugaannya benar, anak itu pasti Fatty!
Pesuruh tukang daging itu tidak menjawab Pertanyaan Bets. Dengan tampang bingung, ia
mengangkat tangannya.
Maksudnya hendak meraba rambut.
Tapi karena seram melihat air muka anak-anak yang begitu serius, ia lantas cepat-cepat meloncat ke atas sadel, lalu mengayuh sepedanya meninggalkan tempat itu. Ia begitu terburu-buru, sampai lupa bersiul.
Pip serta ketiga anak yang lain hanya bisa melongo.


Pasukan Mau Tahu 09 Misteri Pangeran Asing di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau ia itu Fatty, sekali ini ia menang," kata larry setelah beberapa saat.
"Aku benar-benar tidak tahu apakah ia itu benar-benar dia, atau bukan."
"Coba kita periksa bungkusan yang ditinggalkannya tadi di atas meja dapur," kata Pip.
"Kalau ia tadi itu Fatty, takkan mungkin ia berkeliaran membawa-bawa daging sungguhan. Fatty sekali pun takkan seroyal itu. Susis kan lebih murah!"
Anak-anak pergi ke dapur, untuk memeriksa bungkusan yang terletak di dapur. Juru masak heran melihat mereka memperhatikan daging itu dengan seksama.
"Astaga! Kalian sudah sangat lapar rupanya," katanya, sambil menyuruh anak-anak mundur.
"Tapi masa sampai kau memakan daging mentah, Pip!"
Pip saat itu kelihatannya memang seperti hendak menggigit daging. Padahal ia hanya memperhatikan dengan teliti, apakah daging itu bukan daging palsu. Fatty memiliki berbagai benda tiruan, untuk menyempurnakan penyamarannya. Tapi daging di atas meja itu ternyata daging asli!
Ketika mereka keluar dari dapur, terdengar pintu depan diketuk berulang ulang.
"ltu pasti Fatty!" pekik Bets.
Ia berlari mengitari rumah, menuju pintu depan. Dilihatnya seorang pengantar telegram berdiri di situ. Anak itu memegang sepucuk sampul berisi surat telegram.
"Fatty!" seru Bets dengan gembira.
Fatty sering menyamar sebagai tukang antar telegram. Sudah beberapa kali samarannya itu ternyata berhasil. Dan kali ini Fatty pasti menyamar lagi sebagai pengantar telegram, pikir Bets. Ia lari menghampiri, lalu merangkul tubuh gemuk yang berdiri membelakanginya.
Begitu dirangkul, pengantar telegram itu cepat cepat berpaling.
Bets kaget setengah mati.
Astaga ternyata ia bukan Fatty!
Pengantar telegram itu bermuka kurus seperti orang tua, dan matanya kecil sekali. Sehebat-hebatnya Fatty menyamar, takkan mungkin ia bisa mengubah mukanya sampai nampak seperti pengantar telegram itu. Muka Bets merah padam, karena malu.
"Aduh, maaf," katanya terbata-bata, sambil mundur.
"Saya -saya kira kau temanku "
Sementara itu pintu depan terbuka. Bu Hilton, ibu Bets dan Pip muncul di ambangnya.
Ia tercengang.
Kenapa Bets merangkul tukang antar telegram itu?
Anak itu menyodorkan telegram pada Bu Hilton, tanpa mengatakan apa-apa. Ia merasa malu, seperti Bets.
"Jangan suka iseng, Bets," kata Bu Hilton dengan nada marah.
"Kasihan kan dia kaupermainkan seperti itu!"
Bets menyelinap pergi, dengan perasaan malu. Sedang pengantar telegram masih memandangnya terus sambil melongo. Larry, Pip dan Daisy tertawa terpingkal-pingkal.
" Kalian enak saja tertawa," kata Bets sedih,
"tapi aku diomeli lbu. Sungguh, anak itu kelihatannya persis Fatty yang sedang menyamar."
"Wah kalau kau beranggapan semua pengantar telegram pasti Fatty, hanya karena Fatty kebetulan memiliki seragam pengantar telegam. kita akan bisa mengalami kejadian-kejadian kocak nanti," kata Pip.
"Aku ingin Fatty segera datang, karena sudah lama sekali sejak ia menelepon. Orang berikut yang datang pasti Fatty!"
Ternyata memang benar!
Fatty bersepeda memasuki pekarangan. Ia masih tetap gemuk seperti biasa. Cengiran lebar menghiasi mukanya, sementara Buster berlari-lari mengiringi di samping sepeda.
"Fatty! Fatty!" seru anak-anak serempak menyambutnya.
Mereka langsung mengerubung, begitu anak itu turun dari sepeda yang disandarkannya dengan begitu saja di pagar semak. Buster melonjak-lonjak sambil menggonggong-gonggong dengan gembira. Anak-anak menepuk-nepuk bahu Fatty, sementara Bets merangkulnya lalu menariknya masuk ke kebun.
"Lama sekali kau baru muncul, Fatty!" kata Bets.
"Kami mengira kau akan menyamar. Karenanya sedari tadi kami berjaga-jaga terus."
"Dan Bets beberapa kali salah tebak!" kata Pip menambahkan.
"Bayangkan, sampai pengantar telegram dirangkulnya, karena ia menyangka anak itu kau, Fatty?"
"Pantas ia masih nampak kaget dan bingung, ketika berpapasan denganku tadi di depan," kata Fatty.
Ia memandang Bets sambil nyengir.
Berulang kali ia menoleh ke belakang. Rupanya ia khawatir Bets akan mengejar dan merangkulnya lagi.
"Aduh senang sekali hatiku, kau sudah ada di ini lagi," kata Bets dengan senang.
"Aku sendiri heran sekarang, kenapa aku tadi sampai bisa salah duga. Wanita kelana, pesuruh tukang daging, lalu pengantar telegram _ semua kusangka kau yang sedang menyamar."
"Kami memang mengira kau akan muncul secara menyamar," kata Larry.
"Aduh, coklatnya kulitmu, hampir hitam kelihatannya. Orang yang tidak mengenalmu, bisa mengira kau orang asing! Kau kan tidak memakai cat, kan? Soalnya, aku belum pernah melihat dirimu secoklat sekarang ini."
"Tidak -ini warna kulitku yang asli," kata Fatty.
'Aku sama sekali tidak memakai samaran. Kulit, alis, bulu mata, semuanya asli. Tapi kalian semua juga coklat kelihatannya!"
"Guk," gonggong Buster.
Anjing kecil itu berusaha meloncat ke pangkuan Bets.
"Ia mengatakan bahwa ia pun sering berjemur sinar matahari," kata Bets, yang selalu merasa bisa memahami gonggongan Buster.
"Tapi ia tidak kelihatan coklat, karena bulunya sudah hitam. Ya, Buster kami pun sangat rindu padamu!"
Fatty memandang teman-temannya sambil tertawa nyengir. Kemudian ia mengucapkan sesuatu yang tak disangka-sangka.
"Wah Pasukan Mau Tahu ternyata tak sepintar yang kusangka. Kalian tak mengenali diriku tadi, ketika datang secara menyamar!"
Anak anak yang lain menatapnya dengan tercengang.
Menyamar? Apa maksudnya?
"Samaran yang mana? Kau sama sekali tidak menyamar," kata Larry.
"Apa lagi maksudmu? Kau main-main, ya!"
"Tidak, aku tidak main-main," bantah Fatty, sambil minum limun dari gelas yang kebetulan ada di dekatnya.
"Aku tadi datang sambil menyamar kemari, untuk menguji pasukan penyelidikku yang setia tapi kalian ternyata tak mengenali pimpinan kalian. Malu, ah! Tapi aku agak khawatir, jangan jangan Bets bisa mengenali."
Pip dan Bets berusaha mengingat-ingat, siapa saja yang muncul di rumah sejak saat sarapan pagi itu.
"Bu Lucy? Tidak, kau tidak menyamar sebagai dia, Fatty. Tukang pos? Mustahil. Tukang membetulkan atap tidak, giginya sudah ompong
semua. Wanita kelana tadi juga tidak, karena
orangnya terlalu tinggi lagipula ia lari terbirit birit, ketika aku masuk ke rumah karena menyangka aku akan memanggil Ayah."
"Pesuruh tukang daging juga bukan," kata Larry.
"Kami juga tahu bahwa pengantar telegram pasti juga bukan kau, karena anak itu mukanya kelihatan tua dan keriput," kata Daisy.
"Ah, kau ini hanya hendak mempermaikan kami saja, Fatty! Kau sama
sekali tidak datang kemari tadi pagi. Ayo mengaku sajalah!"
"Tidak, aku sungguh-sungguh," kata Fatty
Sambil meneguk limun lagi.
"Wah enak sekali rasanya limun ini. Aku tadi benar-benar datang kemari dan hanya Bets saja yang kusangka pasti bisa menebak diriku yang sedang menyamar saat itu."
Anak-anak memandangnya dengan sikap tak percaya.
"Kalau begitu, kau tadi datang sebagai apa?" tanya Larry kemudian.
"Wanita kelana!" jawab Fatty sambil nyengir.
'Kalian benar-benar tertipu olehku!"
"Ah, masa itu tadi kau," kata Daisy, yang masih belum mau percaya.
"Kau mau membohongi kami. Kalau kau tadi melihat wanita itu, kau pasti akan tahu bahwa kau takkan mungkin dia .Orangnya jelek sekali."
Fatty merogoh kantongnya, mengeluarkan sepasang anting-anting panjang terbuat dari emas
suasa, lalu memasangnya ke telinga. Setelah itu dikeluarkannya rambut palsu ikal berwarna hitam berminyak dari kantongnya yang lain, lalu diselubungkan ke kepalanya. Ia juga mengeluarkan seberkas bunga padang yang sudah layu, lalu disodorkannya ke muka Daisy.
"Belilah bunga padang ini!" katanya mengiba iba dengan suara parau.
Tahu-tahu tampangnya sudah berubah, kini nampak persis wanita kelana tadi. Anak anak hanya bisa melongo memandangnya. Tanpa topi besar, syal, keranjang dan gaun hitam yang panjang pun, Fatty sudah menjelma menjadi wanita kelana tadi!
"Kau ini benar benar luar biasa!" kata Daisy.
Ditepiskannya karangan bunga yang menggelitik hidungnya.
"Aku jadi ngeri terhadapmu sekarang. Sebentar kau Fatty, tapi tahu-tahu detik berikutnya sudah menjelma menjadi wanita kelana yang dekil. Buka ah rambut palsu jelek itu!"
Fatty melepaskan rambut palsu yang menutupi kepalanya.
Ia masih nyengir terus.
"Kalian percaya sekarang?" katanya.
"Tapi nyaris saja pergelangan kakiku terpelecok tadi, ketika lari keluar dari sini. Aku benar-benar menyangka Bets hendak memanggil ayahnya. Padahal aku hampir-hampir tidak bisa lari, karena memakai sepatu bertumit tinggi." .
"Karena itu kau kelihatannya jangkung," kata Pip
"Ah, tentu saja kakimu tadi tidak kelihatan, karena tertutup gaun panjang. Yah kami memang terkecoh olehmu Kau hebat, Fatty!"
Saat itu Bu Hilton muncul dari dalam rumah. Ia mendengar suara Fatty, dan hendak mengucapkan
selamat datang padanya. Fatty berdiri dengan cepat. Anak itu memang tahu aturan.
Bu Hilton mengulurkan tangan.
Maksudnya hendak menyalami Fatty. Tapi ia tertegun, karena kaget melihat tampang anak itu.
"Wah kau sekarang senang berdandan rupanya," kata Bu Hilton.
Bets tertawa.
"Fatty! Kau masih memakai anting anting," katanya.
Kasihan Fatty, mukanya merah padam karena malu. Dengan segera dicopotnya anting-anting dari telinga, sambil terbata-bata hendak mengatakan sesuatu dan berusaha menyalami Bu Hilton sekaligus. Bets memandangnya dengan perasaan senang. Fatty selalu ada ada saja, pikir gadis cilik itu. Ia merasa senang, karena sahabat yang baik hati itu sudah pulang. Kalau ada Fatty, selalu ada saja kejadian yang menarik!
BERBAGAI SAMARAN
Bets mengira dengan segera akan ada petualangan atau misteri. karena Fatty kini sudah kembali. Keesokan paginya ia bangun dengan bergairah. seakan-akan akan ada kejadian yang mengasyikkan.
Anak-anak sudah berjanji akan berkumpul pagi itu di kamar main di rumah Fatty. Kamar main itu sebenarnya gudang yang kosong di ujung kebun rumah orang tuanya. Di tempat itu ia menyimpan kumpulan alat-alat penyamaran.
Di situ pula biasanya ia mencobakan ide-idenya yang baru.
Sudah sering anak-anak kalau datang ke situ disambut oleh gelandangan tua yang dekil, atau pesuruh yang nyengir lebar dengan gigi tersembul ke depan, atau bahkan wanita tua memakai rok berlapis-lapis dan pipi' kerut-merut serta gigi ompong satu atau dua.
Ya -' Fatty bisa membuat giginya seolah-olah tanggal beberapa buah. Caranya dengan menghitami gigi-giginya yang hendak dibuatnya kelihatan seolah-olah tidak ada lagi. Dengan begitu apabila ia tersenyum, akan nampak beberapa lubang hitam, persis seperti ompong.
Bets kaget sekali ketika pertama kali melihatnya dengan tiga gigi depan seakan-akan tidak ada lagi.
Tapi pagi itu Fatty dalam wujud aslinya membukakan pintu. Di lantai nampak buku-buku berserakan. Anak-anak melangkah masuk melewati Buster yang ribut menggonggong, lalu memperhatikan buku-buku yang berserakan.
"Sidik jari! Cara memeriksa saksi! Berbagai
samaran!" kata Bets sambil membaca judul beberapa buku.
"Wah, Fatty! Apakah kau sudah menemukan misteri lagi?"
"Belum," jawab Fatty.
Ia menutup buku-buku yang terbuka dan mengembalikan dengan rapi ke rak buku yang terdapat di ujung ruangan gudang itu.
"Tapi selama aku berlibur aku merasa kurang latihan _ jadi sekarang aku ingin menyegarkan pengetahuanku kembali. Ada di antara kalian yang melihat Pak Goon belakangan ini?"
Ternyata tidak ada yang tidak melihat polisi desa itu. Bahkan pagi itu pun mereka berjumpa dengannya, ketika mereka bersepeda beramairamai menuju rumah Fatty. Seperti biasa polisi desa itu asyik mendering deringkan bel sepedanya, sehingga tidak mendengar dering bel sepeda anak-anak. Sebagai akibatnya ia menabrak mereka.
"Ia terjatuh," kata Daisy menceritakan kejadian itu.
"Aneh, padahal kami sama sekali tidak ada yang jatuh. Jatuhnya tidak setengah-setengah. Bergedebuk bunyinya. Wah -ia marah sekali tadi. Kami tidak ada yang berani berhenti untuk menolongnya bangkit. Jadi ia terduduk saja di tengah jalan, sambil berteriak-teriak "
"Senangnya memang begitu," kata Fatty.
"Mudah-mudahan saja ia masih tetap duduk sambil berteriak-teriak di situ. Dengan begitu ia takkan merecoki kita."
"Guk," gonggong Buster, menyatakan persetujuannya.
"Apa yang akan kita lakukan untuk mengisi sisa liburan kita, jika tidak ada misteri muncul?" tanya Pip.
"Maksudku -kita semua pasti sudah bosan berpiknik, pesiar dan macam-macam lagi yang selalu kita lakukan selama ini. Apalagi desa kita ini dalam musim panas sepi sekali. Nyaris tak pernah terjadi apa-apa di sini."
"Kalau begitu kita mengganggu Pak Goon saja," kata Fatty.
Anak-anak langsung nyengir mendengar usul itu.
Tapi Fatty meneruskan.
"Atau bagaimana jika aku menelepon Inspektur Jenks, untuk menanyakan barangkali ia memerlukan bantuan kita!"
"Aduh! Jangan ah," kata Bets dengan cepat.
Ia tahu, Fatty berani melakukan apa saja, kalau sudah bertekad.
"Tapi di pihak lain, aku kepingin juga bertemu lagi dengannya."
Inspektur Jenks adalah teman baik anak-anak. Mereka sudah beberapa kali berhasil membantunya memecahkan misteri yang aneh-aneh.
Pak Inspektur merasa senang karenanya.
Tapi Pak Goon tidak!
Polisi desa yang pemarah itu sering membayangkan, betapa senangnya jika kelima anak itu tinggal jauh sekali dari Peterswood.
Beratus-ratus kilometer!
Harapannya itu juga
melibatkan Buster, anjing Fatty yang bandel dan suka mengganggu Pak Goon.
"Ah -mungkin lebih baik Pak Inspektur tidak dihubungi dulu -sampai kita mencium jejak salah .itu misteri," kata Fatty.
"Tapi kurasa ada baiknya jika kita berlatih memakai samaran atau melakukan kesibukan penyelidikan. Sudah berminggu minggu kita tidak melakukannya. Nanti kalau ada misteri dan kita tidak pernah berlatih sebelumnya, jangan-jangan penyelidikan kita akan kacau balau!"
"Ya, betul! Yuk, kita berlatih menyamar," kata Bets dengan gembira.
"Kita semua, Fatty?"
"Tentu saja," jawab Fatty.
"Aku mempunyai beberapa samaran baru, yang kubeli selama pelayaran pesiarku."
Dalam liburan musim panas itu. Fatty ikut rombongan pesiar dengan kapal, dan sempat singgah di beberapa tempat yang menarik. Ia membuka sebuah peti, lalu memperlihatkan berbagai pakaian yang serba ragam pada teman temannya.
"Yang ini kubeli di Maroko," katanya.
"Aku pergi berbelanja sendiri ke pasar di sana. Bukan main murahnya barang'barang yang dijual di situ. Aku membeli pakaian untuk kita semua. Rasanya asyik untuk dipakai kalau ada karnaval. Tapi untuk dipakai menyamar sebagai orang asing juga bisa!"
"Wah kita coba sekarang yuk!" kata Daisy bersemangat.
Di ambilnya sepotong gaun sutra
halus berwarna coklat merah cerah, dengan garis garis putih.
"Pasangan gaun itu blus putih," kata Fatty, sambil mengambil barang yang dikatakannya itu.
"Lihatlah -dihiasi sulaman bunga mawar merah. Kau pantas memakainya. Daisy!"
"Apa yang kau belikan untukku, Fatty?" tanya Bets.
Ia tidak sabar menunggu.
Dikeluarkannya beberapa potong pakaian lagi dari dalam peti.
"Kau memang luar biasa selalu melakukan hal hal yang tak terpikir oleh orang lain. Aku yakin, Pip takkan teringat untuk membawakan oleh-oleh pakaian seperti ini untukku, jika ia yang pergi ke Maroko."
"Tentu saja tidak," kata Pip sambil nyengir.
"Aku kan bukan jutawan, seperti sobat kita Fatty ini!"
Fatty nampaknya memang selalu banyak uang.
Menurut perasaannya, dalam hal itu Fatty sudah persis orang dewasa. Kelihatannya banyak sekali sanak keluarganya yang kaya dan sering memberinya uang.
Tapi Fatty anak yang murah hati.
Ia selalu mau membagi kekayaannya dengan teman temannya.
Bets mendapat oleh-oleh pakaian berbentuk jubah, yang panjang berjela-jela sampai ke mata kakinya .Anak-anak memandangnya memakai jubah yang harus diikatkan di bagian pinggang itu dengan perasaan kagum.
"Bets kelihatannya seperti putri dari negeri asing!" kata Larry
"Mukanya coklat sekali.
sehingga nampak seperti putri India. Ia bisa saja mengaku berbangsa India. Wah _ini penyamaran yang sangat baik untuknya!"
Bets asyik sendiri, berjalan mondar-mandir dalam ruangan. Ia kaget ketika melihat bayangannya dalam cermin besar yang dipasang Fatty di situ.
Soalnya ia benar-benar kelihatan seperti orang asing saat itu!
Bets menutupi kepalanya dengan tudung yang merupakan pelengkap jubah itu. Ia memandang berkeliling dengan mata setengah terpejam.
Fatty bertepuk gembira.
"Hebat sekali -persis putri dari India!" katanya.
"Nih, Larry coba kaupakai ini. Dan ini untukmu, Pip."
Kedua anak itu mengenakan jubah berwarna warni yang disodorkan pada mereka. Fatty mengajari bagaimana caranya melilitkan serban. Dengan segera mereka sudah menjelma menjadi anak-anak berbangsa lain, karena kulit mereka begitu coklat saat itu. Takkan ada yang mengira mereka sebenarnya anak Inggris.
Fatty nyengir sambil memperhatikan keempat anak yang mondar-mandir di depannya.
Otaknya berputar, mengatur rencana untuk memanfaatkan penyamaran meriah itu. Bagaimana kalau mereka mendatangi Pak Goon dengan pakaian begitu?
Mengaku bahwa mereka rombongan bangsawan dari luar negeri?
Fatty mencari-cari gagasan yang
menarik "Kita bisa saja mengaku saudara-saudara Pangeran Bongawah, dari negara Tetarua," kata
Bets tiba tiba.
"Aku yakin, kita pasti mirip mereka saat ini!"
"Bonga siapa katamu tadi itu. siapa dia?" tanya Larry.
"Ia seorang pangeran muda dari luar negeri, yang saat ini sedang mengikuti perkemahan sekolah di bukit bukit antara Peterswood dan desa Marlow," kata Bets menjelaskan.
"Kami membaca berita mengenainya dalam surat kabar. Pangeran itu datang membawa Payung Kerajaan. Tapi menurut berita itu. ia hanya sekali saja memakainya. Setelah itu tidak mau lagi, karena malu ditertawakan orang'"
"Ya tentu saja," kata Larry sambil meringis.
"Kau punya payung kebesaran, Fatty?"
"Sayang tidak." kata Fatty dengan nada menyesal .
Ia memandang teman-temannya dengan perasaan kagum.
"Tapi sungguh, kalian semua hebat sekali. Kulit muka kalian yang coklat terbakar sinar matahari menyebabkan kalian nampak cocok sekali dengan pakaian asing itu. Orang pasti akan menyangka kalian bukan anak Inggris. Coba kalian bisa muncul di tengah desa dengan pakaian begini _ pasti hebat!"
"Kau berdandan juga dong, Fatty! Setelah itu kita mengadakan pameran di luar!" kata Bets mengajak.
Fatty tidak sempat menjawab, karena saat itu Buster tiba-tiba menggonggong dengan ribut, lalu melesat lari ke luar lewat pintu gudang yang terbuka.
'Kenapa dia'?" tanya Fatty kaget.
"Wah jangan-jangan Pak Goon ada di luar!"
Bets mengintip ke luar, memandang ke arah depan rumah.
"Ada tiga orang anak laki-laki datang," katanya.
"Mereka menuju kemari. Astaga' Yang satu itu kan kukenal? Ya, betul itu ERN'"
"Ern!" seru anak anak yang lain, lalu bergegas ke pintu. Mereka melihat tiga orang anak laki-laki itu jalan dalam kebun menuju gudang. Buster menandak-nandak mengelilingi Ern, sambil menyambar-nyambar mata kakinya. Fatty cepat-cepat menutup pintu, lalu menatap teman-temannya dengan mata berkilat kilat.
"Benar itu Ern Goon, keponakan Pak Goon!" katanya.
"Yuk, kita berpura-pura kalian ini bangsawan asing yang sedang bertamu di tempatku. Nanti kalian kalau berbicara dalam bahasa Inggris, yang patah patah ya! Lalu kalau aku mengajak kalian bicara dalam bahasa ngawur, kalian harus menjawab dengan cara yang sama. Kita berpura-pura itu bahasa asli kalian. Aku kepingin tahu, apakah Ern akan terkecoh karenanya atau tidak!"
Seperti kata Fatty, Ern itu keponakan Pak Goon. Ia pernah tinggal di rumah pamannya itu beberapa waktu yang lalu semasa libur pula. Ia saat itu ikut terlibat dalam suatu kejadian misterius. Pak Goon bersikap kasar pada keponakannya itu, berlainan dengan Pasukan Mau Tahu, walau mereka Juga sempat mempermainkan Ern. Ern sangat mengagumi Fatty.
Dan kini anak itu datang bertamu, bersama dua anak lagi. Ini kesempatan yang baik, untuk mencoba samaran 'asing' itu!
Di luar terdengar langkah kaki menghampiri pintu. Sesaat kemudian terdengar Ern berbicara dengan nada serius pada kedua anak yang menyertainya.
"Ingat ya -nanti kalian berdua harus tahu aturan," kata Ern.
"Buang permen yang sedang kaukulum itu, Sid!"
Anak-anak yang berada di dalam gudang tidak tahu, apakah anak yang bernama Sid menuruti perintah Ern atau tidak.
Tiba-tiba Bets terkikik, karena tidak mampu lagi menahan geli.
Pip menyikut adiknya dengan marah.
Pintu diketuk dari luar. Fatty membukakannya. Ia menatap Ern, pura-pura tidak langsung mengenali anak itu. Tapi kemudian ia mengubah tarikan air mukanya, menunjukkan perasaan tercengang bercampur gembira. Ia mengulurkan tangan sambil tersenyum gembira.
"Wah Ern! Ern Goon!" katanya.
"Ini benar-benar tak kusangka. Apa kabar? Ayo, masuklah nanti kukenalkan pada tamu-tamuku dari luar negeri!"
ERN, SID DAN PERCE
Ern masih kelihatan sama seperti dulu.
Montok, bermuka merah dengan mata agak melotot seperti pamannya, tapi tidak sampai kelihatan seperti mata sendok. Ern memandang Fatty sambil tersenyum malu-malu. Setelah itu ia menoleh pada keempat tamu 'asing' berpakaian warna-wami. yang selama Ini tidak mengatakan apa-apa. Ia merasa kagum melihat penampilan mereka.
"Apa kabar, Fatty?" katanya sambil menggoncang-goncang tangan Fatty.
Setelah itu ia berpaling kepada kedua anak laki-laki yang berdiri di belakangnya. Muka kedua anak itu seperti pinang dibelah dua. Keduanya agak muda sedikit daripada Ern.
"Mereka ini adik-adikku. Mereka kembar," kata Ern menjelaskan.
"Yang ini bernama Sid dan yang ini Perce. Ayo, buka mulut, Sid dan Perce. Tahu aturan sedikit dong! Ayo, bilang how do you do, seperti yang kuajarkan!"
Kebiasaan orang Inggris kalau diperkenalkan, selalu menyebut how do you do. Maknanya kurang lebih sama seperti 'Apa kabar'.
"How do you do," kata Perce patuh, sambil menganggukkan kepalanya yang berambut kusut
Mukanya merah padam. Rupanya ia tidak biasa berbasa basi.
"Eh," gumam Sid, hampir-hampir tanpa membuka mulutnya.
Ern memandang adiknya dengan mata melotot.
"Kau masih saja mengulum permenmu, Sid. Bukankah tadi sudah kukatakan kau harus meludahkannya?"
Sid mengernyitkan muka.
Ia menggeleng sambil menuding mulutnya.
"Ia hendak mengatakan bahwa permen itu lengket ke giginya, sehingga ia tidak bisa ngomong." kata Perce menjelaskan.
"Kemarin pun, sepanjang hari ia tidak bisa membuka mulut."
"Kasihan," kata Fatty dengan nada ikut prihatin.
"Rupanya ia hidup dari permen, ya!"
"Eh," gumam Sid.
Nampak jelas bahwa ia berusaha mengatakan sesuatu tapi tidak bisa.
"Eh itu artinya ya atau tidak?" tanya Fatty.
"Aduh, sekarang aku yang tidak tahu kesopanan. Ern, perkenalkan -ini kawan kawanku yang
sangat terhormat!"
Tanpa berkejap Ern, Sid dan Perce menatap keempat anak yang memakai pakaian yang aneh-aneh itu. Sedikit pun ketiganya tidak menduga bahwa Bets, Pip, Larry dan Daisy sebenarnya anak Inggris biasa.
Bets cepat-cepat memalingkan muka. karena takut kalau terkikik
"Kalian tentu sudah mendengar atau membaca kabar tentang Pangeran Bongawah, dari negara Tetarua," kata Fatty serius.
"Nah -ini adik
pengeran itu, Putri Bongawee."
Sambil berkata begitu Fatty melambaikan tangannya dengan sikap hormat ke arah Bets.
Bets kaget, karena tidak menyangka secara tiba-tiba menjadi adik Pangeran Bongawah.
"Astaganaga!" seru Ern, sementara matanya masih terus menatap.
"Jadi dia ini adik perempuan pangeran itu, ya! Kami sudah melihat Pangeran Bongawah, Fatty ! sebelum ini kami berkemah di lapangan yang bersebelahan dengan perkemahannya. Orangnya kecil, dengan wajah yang kelihatan aksi."
Ern berpaling pada kedua adiknya.
"Kelihatan jelas bahwa mereka kakak beradik, ya?" katanya.
Bets tersinggung mendengar ucapan itu, tapi ia diam saja.
Ern meneruskan.
"Seperti pinang dibelah dua!"
"Betul. Ern," kata Perce.
"Eh," kata Sid.
Ia merenggangkan gerahamnya dengan susah payah, sebab masih lengket karena permen.
Bets menganggukkan kepala dengan anggun. Dipandangnya ketiga anak yang sedang terkagum kagum itu dengan mata setengah terpejam.
"Bala lulu kusumusu," katanya dengan suara yang disengajanya terdengar angkuh.
"Apa katanya?" tanya Ern bingung.


Pasukan Mau Tahu 09 Misteri Pangeran Asing di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Putri mengatakan, 'rambutmu acak-acakan'." kata Fatty.
Ia tertawa dalam hati
"Aduh," kata Ern agak malu.
Ia cepat cepat menyisir rambutnya yang berdiri dengan jari jarinya.
"Aku tadi tidak tahu akan berjumpa
dengan tamu-tamu bangsawan. Coba aku tahu, pasti rambutku kusisir rapi. Lalu yang lain lain itu siapa, Fatty?"
"Ini Pua-Tua," kata Fatty.
Ia melambaikan tangannya dengan bergaya lagi, sekali ini ke arah Daisy.
"Ia saudara sepupu Putri Bongawee, dan bertugas sebagai pengiringnya. Ia baik hati."
Ern membungkukkan badan, karena dilihatnya Daisy berbuat begitu. Perce ikut membungkuk Tapi Sid tidak, karena ia sibuk menggerakkan geraham yang masih tetap lengket. Jadi ia tidak sempat memperhatikan peraturan sopan-santun menghadapi kaum bangsawan!
"Lalu yang dua lagi bernama Kim Pippy-Tik dan Kim Larryana Tok," kata Fatty menambahkan kata-kata aneh pada nama Pip dan Larry.
Bets harus menahan diri, jangan sampai tertawanya tersembur ke luar.
Pip maju selangkah, sehingga mukanya mendekati muka Ern. Lalu digosok gosokkannya hidungnya ke hidung anak itu. Ern terloncat mundur, karena kaget
"Jangan kaget," kata Fatty menenangkan.
"Begitu cara mereka memberi salam pada teman."
Sid dan Perce cepat cepat menjauh, karena takut disalami dengan cara begitu.
"Apa kabar," kata Ern terbata-bata.
Kemudian ia memandang Fetty dengan kagum.
"Bukan main! Temanmu orang-orang hebat," katanya.
"Mana teman-temanmu yang lain Larry, Daisy, Pip dan si cilik Bets?"
"Mereka tidak jauh dari sini," kata Fatty tanpa berbohong.
"Kau tadi bilang, kau selama ini berkemah, Ern?"
"Ya, betul," kata Ern.
"Kami bertiga mendapat kesempatan berkemah. Kami mendapat pinjaman tenda, dan Ibu mengatakan kepingin sekali-sekali tidak melihat kami bertiga selama beberapa waktu. Kami lantas berangkat, lalu berkemah di lapangan yang bersebelahan dengan tempat perkemahan sekolah. Wah. asyik deh kami berkemah di situ."
"Tul," kata Perce.
"Eh," tambah Sid.
Tiba-tiba ia merogoh kantongnya, mengeluarkan sebuah kaleng berbentuk bundar. Dibukanya kaleng itu, lalu disodorkan pada Fatty. Fatty memandang isinya. Nampak hampir penuh dengan permen berwarna coklat tua.
Kelihatannya menjiiikkan!
"Terima kasih, tapi tidak sajalah," katanya menolak.
"Aku takut, nanti tidak bisa makan. Dan jangan kautawarkan pada teman temanku. Mereka nanti siang mungkin harus berpidato, dan aku tidak Ingin mereka tidak bisa bicara karena gigi mereka lengket karena permenmu."
"Eh," kata Sid penuh pengertian.
Ditutupnya lagi kaleng permennya.
"Dari mana ia memperolehnya?" tanya Fatty
'Aku belum pernah melihat permen semacam itu?"
"Itu hadiah yang dimenangkannya di stand lempar gelang, di Pasar Malam yang diadakan
dekat perkemahan," kata Perce menjelaskan.
"Sid ini paling jago, kalau disuruh melempar gelang. Setiap hari ia memenangkan sekaleng permen."
"Eh," kata Sid bangga.
Mukanya berseri-seri.
"Tiklipikli oien pojen', puh," kata Larry dengan tiba-tiba.
Ern, Sid dan Perce melongo.
"Apa katanya?" tanya Perce.
"Katanya, Sid sendiri kelihatannya mirip permen," kata Fatty dengan segera.
"Permen yang sudah dikunyah-kunyah."
Sesaat semuanya terdiam.
Tapi dalam hati, paling sedikit lima orang anak sudah nyaris tersembur tertawa.
"Kata-katanya agak menyakitkan," kata Ern kemudian.
"Yah kurasa kami harus pergi lagi sekarang. Senang rasanya bisa bertemu denganmu, Fatty. Sayang anak anak yang lain tidak ada."
"Kalian sudah berjumpa dengan paman kalian, Pak Goon?" tanya Fatty.
"Tidak," kata Ern.
"Kalau aku melihatnya di kejauhan, aku akan cepat cepat lari bersembunyi. Masa kau sudah lupa, bagaimana ia memperlakukan diriku ketika aku menginap di rumahnya tahun lalu? Sid dan Perce juga tidak suka padanya. He, Fatty -kalian sekarang menghadapi kejadian misterius lagi?"
"Belum," kata Fatty.
"Tapi siapa tahu, mungkin tahu-tahu ada yang muncul."
"Tukiula rikiti wimiwu," kata Pip menyela dengan serius, lalu menyambung terbata-bata,
"Kita -pergi beli es krim."
"Huah _dia bisa ngomong Inggris!" kata Ern takjub.
"Kalian dengar kan? Ya kenapa kita tidak beramai-ramai membeli es krim? Dekat sungai tadi kulihat ada penjual es krim. Aku tidak mau pergi ke desa nanti bertemu dengan Paman."
Fatty nyengir sambil memandang keempat kawannya yang sedang menyamar. Mereka membalas pandangannya dengan Sikap menunggu. Mereka ingin pergi ke luar dengan samaran mereka, yang ternyata telah berhasil mengecoh Ern
serta kedua adiknya.
Dan Fatty tidak berkeberatan.
Maka mereka mengambil jalan yang melalui sungai, takkan banyak orang yang akan berpapasan dengan mereka dan mereka takkan menjadi tontonan ramai. Tapi pasti asyik melihat air muka orang orang yang berpapasan nanti!
"Ikki piki, tomini, wrpliwop, Kim Pippy-Tok," kata Fatty sambil membungkuk dengan sopan ke arah Pip serta melambaikan tangan menyilakan mereka itu ke luar lebih dulu.
"Kita pergi bersama-sama, membeli es krim dekat sungai .Tapi Putri harus kita persilakan berjalan di depan, Ern."
"Tentu saja," kata Ern.
Ia bergegas menepi.
"Kalau ia sekarang berjalan dinaungi Payung Kerajaan seperti abangnya, pasti hebat. Putri memang pantas dihormati seperti itu. Aku mau saja disuruh mengiringi dengan payung .Aduh, manis sekali kelihatannya!"
Bets cepat-cepat menutupi mukanya dengan tudung, untuk menyembunyikan tawanya.
Fatty menatap Ern, seolah-olah mendapat ide baik,
sementara anak-anak lainnya menunggu apa yang akan terjadi.
"Ah ya betul juga katamu. Aku lupa, Putri Bongawee kalau keluar harus selalu dinaungi Payung Kerajaan," kata Fatty.
"Untung kau mengingatkan, Ern!"
"Astaganaga! Jadi ia juga punya payung begitu?" tanya Ern.
Fatty masuk lagi ke dalam gudang, sementara anak-anak yang lain menunggu dengan perasaan ingin tahu.
Payung Kerajaan' macam bagaimana yang sedang diambil Fatty?
Sesaat kemudian anak itu muncul lagi, membawa sebuah payung besar yang berwarna warni. Payung itu sebenarnya kepunyaan ibunya yang dipakai kalau main golf. Tapi karena Ern dan kedua adiknya belum pernah melihat payung golf, mereka sungguh-sungguh menyangka bahwa itu 'Payung Kerajaan' yang hebat sekali.
"Nih, Ern kalau kau memang kepingin, payungilah Putri dengan payung ini," kata Fatty.
Ern memerah mukanya karena bangga bercampur kaget.
"Maukah dia kupayungi?" katanya terbata-bata.
"Dimini duli tiblitOk," kata Bets dengan serius, lalu tersenyum.
Ern memerah lagi mukanya.
Ia menoleh pada Fatty.
"Apa katanya?" tanya Ern.
"Kata Putri, ia suka padamu dan ia meminta agar kau mau memayunginya," kata Fatty 'menerjemahkan'.
"Kau hebat sekali, bisa memahami bahasa mereka," kata Ern kagum.
"Tapi kau memang anak luar biasa, Fatty! Nah jelas aku bangga mendapat kehormatan memayungi Putri Yang Mulia. Begitu kan cara menyebut tamumu ini? Sid dan Parce, kalian berdua berjalan di belakangku."
Para anggota Pasukan Mau Tahu sudah tiada kuat lagi menahan perasaan geli.
Muka Pip ungu, karena menahan napas.
Dengan begitu ia masih mampu membendung tawanya yang sudah menggelitik dada.
Fatty memandangnya.
"Killekileekoo, jini peranya uk!" katanya, lalu tertawa keras-keras, seolah-olah baru saja menceritakan sesuatu hal yang lucu. Anak Aanak yang lain langsung memanfaatkan kesempatan itu.
Larry, Daisy, Pip dan juga Bets tertawa terpingkal pingkal.
Mereka saling berpegangan, agar jangan sampai terguling.
Sementara itu Ern, Sid dan Perce hanya bisa melongo.
"Apa sih yang lucu?" tanya Ern dengan nada curiga.
"Aduh sulit menerjemahkanya," kata Fatty yang masih tertawa.
"Sudahlah! kita berangkat saja sekarang. Putri di depan diiringi Ern yang membawa payung -lalu Pua-Tua, saudara sepupu Putri -sedang kita beramai-ramai mengiring di belakang."
Arak-arakan pendek itu menyusur jalan dalam kebun, lewat di depan pintu dapur. Saat itu
pembantu bagian dalam sedang ada di situ. mengibaskan debu dari selembar hamparan lantai.
Gadis itu melongo melihat anak-anak lewat.
Ern berjalan dengan kepala terdongak. Ia merasa dirinya penting sekali.
Sayang, dalam perjalanan ke tepi sungai tidak begitu banyak orang yang berpapasan. Seorang di antaranya Bu Winstanton. Wanita tua itu codok sekali matanya. Ia hanya samar samar melihat payung berukuran besar.
Ia langsung menyangka saat itu hujan mulai turun. Karenanya ia bergegas-gegas pulang, karena takut basah!
Anak-anak itu juga berjumpa dengan pesuruh toko bahan pangan.
Anak itu memandang mereka.
Ia tidak mengatakan apa-apa. karena heran bercampur bingung .
Bets terkikik pelan.
Ern membungkuk dengan sikap anggun ke arah pesuruh, sehingga anak itu semakin bingung .
Apa-apaan ini, pikirnya.
Ia mengikuti arak-arakan itu sebentar. Setelah itu ia meneruskan tugasnya, mengantarkan barang-barang pesanan pada para pembeli. Pada seorang pembantu rumah tangga diceritakannya tentang 'orang asing berpakaian aneh, berjalan dinaungi payung besuaar sekali'. Tentu saja pembantu rumah tangga yang mendengar cerita itu takjub.
Hanya mereka itu saja yang dijumpai rombongan 'Putri' Bets beserta para 'pengiringnya'.
Sesampai di tepi sungai. mereka lantas menyusurnya.
"Itu dia tukang es krimnya!" kata Ern, ketika melihat penjual itu di kejauhan .
"Kasihan Sid _ giginya masih lengket kena permen! Jadi ia tidak bisa ikut makan es krim!"
PAK GOON TERCENGANG
Penjual es krim itu sedang berbaring di atas rumput.
Ia tidur pulas.
Sepeda gerobaknya ditaruh di tempat teduh. Fatty mendekati orang itu, lalu membangunkannya.
Orang itu terbangun.
Sejenak matanya berkedip-kedip, kaget melihat rombongan anak-ana berpakaian aneh-aneh mengelilinginya. Sementara seorang gadis cilik dipayungi. Ern nampak sudah capek memegang payung besar itu.
"Apa-apaan ini?" tanya penjual es krim.
"Ada karnaval, ya?"
Ern sudah hendak memperkenalkan Putri Bongawee pada orang itu, tapi tidak jadi _karena Fatty memandangnya dengan kening berkerut.
Fatty khawatir kalau penjual es krim nanti marah, karena merasa dipermainkan.
Kalau itu terjadi.
Ern pasti akan menyadari persoalan sebenarnya. Sementara itu Ern, Sid dan Perce masih tetap berseri-seri. Mereka merasa bangga, karena mendapat kesempatan berjalan-jalan bersama 'putri asing? serta para pengiringnya.
"Minta sembilan, Pak," kata Fatty.
"Maksudmu delapan," kata Ern membetulkan.
Mereka memang berdelapan.
"Kau lupa. kan masih ada Buster," bantah Fatty.
"Huah, betul juga," kata Ern.
Ia teringat.
Buster memang menyukai es krim. Anjing kecil itu seolah-olah mengetahui apa yang sedang terjadi, karena.sedari tadi ia mengikuti iring-iringan itu dengan sikap serius sekali. Ia bahkan tidak menyapa anjing-anjing lain yang dilihatnya di tengah jalan. .
Tukang es krim menyodorkan sembilan es krim, sambil nyengir.
"HUjan lebat, ya?" katanya pada Ern, yang masih selalu menaungi Bets dengan payung besar, meski tangannya sudah mulai gemetar karena capek.
"Hati-hati, jangan sampai basah."
"Bapak ini mau melucu rupanya," kata Ern dengan sebal.
"Tidak selucu tampangmu," balas tukang es krim.
"Dari mana kau memperoleh payung itu? Dari tukang loak?"
"Anda sendiri yang dari tukang loak," balas Ern dengan segera.
"Sudah, Ern," kata Fatty cepat-cepat, karena melihat gejala akan terjadi pertengkaran sengit antara Ern dengan tukang es krim.
"Yuk kita berjalan lagi sedikit, mencari tempat yang lebih teduh."
Tukang es krim masih belum puas. Ia mengatakan lagi, bahwa ia tahu di mana Ern bisa memperoleh topi badut sebagai pelengkap pakaiannya.
Tapi Fatty cepat-cepat menarik tangan Ern dan mengajaknya menjauh, supaya tidak bisa menjawab. Karena gerakan tiba-tiba itu, ujung atas
payung tersangkut ke ranting pohon. Bets terpaksa berdiri seperti patung sementara Ern Sibuk berusaha melepaskan payung yang tersangkut itu. Telinganya makin lama makin merah, mendengar kata kata ejekan yang terus dilontarkan tukang es krim padanya.
Akhirnya ujung payung bisa dilepaskan dari ranting yang mengait. Anak-anak meneruskan perjalanan. sambil memegang mangkuk es krim yang dingin .
Sid Juga mendapat bagian.
Anak anak ingin tahu bagaimana cara makan es krim. sementara mulutnya maSih lengket pada permen yang seperti tidak habis-habisnya. Sepanjang pengetahuan mereka. yang dikulumnya masih permen yang tadi juga.
Tiba-tiba seorang pengendara sepeda muncul dari balik tikungan jalan. Seseorang bertubuh gempal dan berwajah merah, dengan pakaian seragam biru lengkap dengan topi dinas kepolisian!
"itu kan Paman!" kata Ern kaget
"Pak Goon!" kata Fatty.
"Si Ayo Pergi! Wah -bisa kocak ini nanti!"
Buster menggonggong dengan gembira, begitu melihat Pak Goon muncul. Anjing kecil itu melesat lari menghampiri sepeda yang ditunggangi polisi desa itu, lalu melonjak hendak menyambar kakinya.
Pak Goon buru-buru turun, lalu menyepak ke arah anjing kecil yang bandel itu.
"Ayo pergi!" bentak Pak Goon.
"He, panggil anjingmu ini, kalau tidak ingin ia kutendang masuk ke dalam sungai. Dasar anjing bandel!"
"Apa kabar, Pak Goon," sapa Fatty dengan sopan.
"Sudah lama kita tidak berjumpa. Sini. Buster! Sini -kataku!"
Walau dengan segan, tapi Buster datang juga dipanggil Fatty. Saat itu barulah Pak Goon sempat memperhatikan rombongan yang berdiri di depannya .Mulutnya langsung ternganga karena heran .
Wah ada rombongan orang asing dan Ern ada bersama mereka.
Ern? Ia sama sekali tidak tahu bahwa keponakannya ada di daerah Situ. Pak Goon maju menghampiri Ern, yang karena kaget nyaris saja menjatuhkan payung yang sedang dipegang.
"ERN! Sedang apa kau di sini?" bentak Pak Goon dengan suara menggeledek.
"Astaga ternyata Sid dan Perce juga ada! Apa-apaan ini? Dan payung itu untuk apa kaubawa bawa?"
"Aduh, Paman jangan berteriak. teriak dong," kata Ern dengan perasaan tidak enak.
"Gadis Cilik ini putri bangsawan, dan karena itulah aku menaunginya dengan payung. Ini Payung Kerajaan, Paman! Masa Paman tidak tahu?"
Pak Goon belum pernah melihat payung golf -apalagi Payung Kerajaan.
Ia menatap Ern dengan Sikap tak percaya. sementara keponakannya itu meneruskan kata-katanya dengan cemas.
"Paman, Paman kan pasti sudah mendengar tentang Pangeran Bongawah, yang saat ini sedang ikut berkemah di bukit-bukit sebelah sana itu. Nah, gadis Cilik ini adiknya, Putri' Bongawee -dan yang ini saudara sepupunya, lalu...."
Pak Goon tercengang.
Ia memandang Bets yang berselubung Jubah panjang, dengan tudungnya agak menutupi wajah yang coklat terbakar sinar matahari. Pak Goon merasa seakan akan mengenah wajah gadis cilik itu. Tapi ia sama sekali tidak teringat pada Bets Hilton. Sementara itu Bets berdiri dengan sikap agak angkuh. Padahal dalam hati anak itu agak takut.
Karenanya ia membisu saja.
Pak Goon mendehem dehem.
Ditatapnya Fatty. yang juga tidak mengatakan apa-apa.
"Mereka ini tamu Fatty." kata Ern menjelaskan.
"Dan tentu saja aku bercerita pada mereka tentang Pangeran Bongawah, yang berkemah di lapangan yang bersebelahan dengan tempat kami, Paman -dan aku seharusnya tahu putri ini saudara kandungnya, karena wajah mereka begitu mirip."
"Tapi bagaimana kau sampai bisa ikut dengan mereka?" tanya Pak Goon curiga.
"Soalnya biasa saja, Pak Goon. Ern tadi datang menjenguk kami," sela Fatty.
Ia merasa senang mendengar Ern bercerita macam-macam pada Pak Goon.
"Lalu karena Putri Bongawee suka pada Ern, ia lantas memintanya agar mau memegangkan payung -eh, Payung Kerajaan untuk menaunginya. Ern kan terkenal sopan santunnya. Jadi karena itulah ia sekarang ada di sini."
Pak Goon sebenarnya meremehkan sopan santun keponakannya. Menurutnya, Ern bahkan sama sekali tidak tahu adat.
Pak Goon menatap Ern, lalu berpindah memandang putri Cilik yang
nampaknya angkuh itu, lalu akhirnya memperhatikan Fatty .Fatty membalas tatapan mata polisi desa itu tanpa berkedip.
"Jadi dia itu putri sejati?" tanya Pak Goon setengah berbisik pada Fatty.
Sebelum anak itu sempat menjawab, Bets sudah mengatakan sesuatu dengan gaya meninggi.
Fatty geli mendengarnya.
"Ikkiula poti wikki tok," kata Bets dalam bahasa ngawur-nya.
"Apa katanya?" tanya Pak Goon penuh minat
"Putri bertanya, Anda ini polisi asli atau gadungan," kata Fatty dengan segera.
"Apa yang harus kukatakan padanya?"
Pak Goon mendekat ke arah Fatty, sementara Bets menyela lagi.
"Ribelrukati padlipul," katanya.
"Apa lagi artinya itu?" tanya Pak Goon.
Fatty memasang tampang kikuk.
"Wah tidak enak mengatakannya, Pak," katanya.
"Lo, kenapa?" tanya polisi desa itu dengan heran.
"Yah soalnya, pertanyaan itu bersifat pribadi," kata Fatty.
"Ah lebih baik jangan kuterjemahkan."
"Ayo katakan," kata Pak Goon.
Ia mulai marah.
"Ya, katakan saja," desak Ern dengan nada senang, karena membayangkan mungkin 'Putri Bongawee' mengatakan sesuatu yang tidak enak mengenai diri pamannya.
"Eh," kata Sid dengan tiba tiba.
Pak Goon langsung berpaling padanya
"Untuk apa kau ikut campur? Dan kau ini bagaimana. berdiri di depan kaum bangsawan dengan mulut penuh! Sana bersihkan dulu mulutmu _jangan mengunyah-ngunyah terus!"
"Eh," guman Sid ketakutan, sementara mulutnya semakin sibuk bergerak-gerak, berusaha melepaskan permen yang lengket ke geraham
"Itu permen, Paman," kata Ern.
"Sid mengunyah permen lengket, tidak bisa diludahkan "
Tahu-tahu Bets tertawa, lalu cepat-cepat mengatakan sesuatu.
"Wongabonga smilifdli tok"
"Nah, dia sudah mulai lagi," keluh Pak Goon.
"Tolong katakan apa maksudnya. Frederick."
"Tak usah sajalah, Pak," tolak Fatty, sehingga Pak Goon semakin menjadi rasa ingin tahunya.
Mukanya berubah warna menjadi ungu. matanya semakin melotot Ia menatap 'putri' cilik yang terkikik-kikik lagi.
"Saya cuma bilang -kenapa dia bermuka KODOK!" kata Bets dengan logat bicara seperti orang asing.
Seketika itu Juga anak anak tersembur tawanya. kecuali Sid yang masih saja belum bisa membuka mulut.
Pak Goon juga tersembur. tapi bukan karena geli.
Ia marah sekali!
Pak Goon melangkah maju.
Dengan cepat Ern menurunkan payung ke depan, sehingga Bets terlindung. Ujung payung hampir menyentuh hidung Pak Goon yang merah.
"Putri jangan disakiti, Paman," kata Ern dengan nada gemetar dari balik payung
Saat itu Buster ikut campur lagi.
Anjing kecil itu menyambar pergelangan kaki Pak Goon, berusaha menggigit jepit Ujung celana yang selalu dipakai polisi itu apabila bersepeda.
"Kulaporkan anjing ini!" amuk Pak Goon.
"Kau juga akan kulaporkan, Ern, karena mencoba mencocok hidungku dengan ujung payung!"
"Aduh, Pak Goon -janganlah merusak
hubungan baik negara kita dengan Tetarua," kata Fatty pura-pura cemas
"Jangan sampai Pangeran Tetarua mengajukan protes bahwa Anda membuat Adiknya ketakutan. Negara Tetarua bersahabat dengan lnggns. Jika kejadian ini dilaporkan sambil marah-marah oleh Pangeran Bongawah pada Perdana Menteri wah, jangan-jangan..."
Tapi Pak Goon sudah pergi, sehingga tidak mendengar kelanjutan kata-kata Fatty. Polisi desa itu tahu bahwa ia tidak bisa berbuat apa-apa saat itu. Ia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang negara Tetarua. tapi ia tahu bahwa negara kecil pun mempunyai harga diri.
Karenanya ia kaget sekali ketika mendengar ucapan Fatty tentang kemungkinan Pangeran Bongawah akan mengadukan dirinya pada Perdana Menteri. Pak Goon buru buru naik ke sadel sepedanya. Sambil mengayunkan kaki untuk menendang Buster, kaki yang satu lagi menginjak pedal kuat-kuat dan polisi desa itu pergi dengan sepedanya.
"Masih ada yang hendak kukatakan padamu, Ern," teriaknya sambil mengayuh sepeda melewati anak-anak, sementara Buster berlari-lari dekat di belakangnya, sehingga Pak Goon nyaris saja tercebur ke dalam sungai.
"Kau akan kudatangi ke perkemahan. Awas saja nanti!"
Ern takut setengah mati mendengar ancaman itu. Tapi ia masih memegang payung dengan mantap.
Anak-anak roboh ke rumput sambil tertawa terpingkal-pingkal. Bahkan Sid pun berhasil membuka mulutnya dengan paksa, untuk menyemburkan gelak yang sejak tadi sudah menyesakkan dadanya.
"Aduh sayang es krim kita," kata Bets, yang tiba-tiba teringat.
Ia berbicara dalam bahasa Inggris dengan logat biasa, karena perhatiannya terarah pada es krim yang mulai lumer. Anak anak yang lain ikut memandang es krim masing masing. sehingga tidak menyadari kejadian itu.
Hanya Fatty saja yang menangkap kata-kata yang diucapkan oleh Bets dalam bahasa Inggris biasa. Ia mengerutkan kening, untuk mengingatkan Bets pada peranannya.
Anak anak mulai sibuk makan es krim.
Sebenarnya lebih cocok kalau disebut minum, karena es krim itu sudah encer. Bahkan Sid pun berhasil menuangkan es krimnya ke dalam mulut, lewat celah di antara gigi yang terkatup.
Fatty memandang berkeliling sambil nyengir gembira.
"Selamat, Putri ! Anda hebat tadi," katanya pada Bets.
"Binga bonga banga," kata Bets dengan Sikap
anggun. "Siapa mau es krim lagi?" tanya Fatty.
Tapi Ern serta kedua adiknya tidak bisa tinggal lebih lama lagi di situ. Ern mendengar lonceng gereja berdentang dua belas kali. Ia kepingin lekas lekas kembali ke tempat perkemahan, karena tetangga .yang berkemah dengan caravan di sebelah tempatnya tadi berjanji akan memberi makan, apabila ia bersama adik adiknya sudah kembali pukul setengah satu.
Ern membungkukkan badan dengan sopan kepada Bets, lalu menyerahkan 'payung kerajaan' pada Fatty.
"Saya senang sekali mendapat kesempatan berkenalan dengan Anda," katanya pada Bets.
"Nanti akan saya ceritakan pada abang Anda bahwa kita sudah berkenalan, apabila saya melihatnya di seberang pagar. Anda berdua benar benar seperti pinang dibelah dua!"
Sid dan Perce menganggukkan kepala, untuk minta diri. Kemudian ketiga anak itu bergegas pergi ke tempat perahu tambang yang akan membawa mereka ke seberang sungai.
Dari mana mereka masih harus berjalan kaki, menuju perbukitan tempat berkemah.
"Wah untung kita bisa lagi bicara seperti biasa," kata Larry.
"Aduh, Fatty asyik sekali kita pagi ini. Sudah lama aku tidak mengalami kejadian kocak tadi!"


Pasukan Mau Tahu 09 Misteri Pangeran Asing di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ADA PANGERAN HILANG
Dua hari kemudian anak anak mengalami kejadian yang sangat mengagetkan.
Saat itu Fatty baru saja selesai sarapan bersama orang tuanya. Ia menuangkan kopi untuknya sendiri, lalu mengambil kedua lembar surat kabar langganan keluarga Trotteville.
Surat kabar itu dibawanya ke kamar.
Maksudnya hendak membaca di situ dengan tenang.
Tapi ketenangnnya langsung lenyap, begitu membaca kepala berita yang tertulis dengan huruf-huruf besar di halaman depan.
"Seorang Pangeran Lenyap dari Perkemahan. Kejadian Malam Hari. Pangeran Bongawah Hilang."
Di rumah Larry, anak itu juga sedang membacakan kepala berita yang sama pada Daisy, setelah mengambil surat kabar yang terletak di tangga depan rumah dan membawanya masuk.
Sedang di rumah keluarga Hilton, Pip seperti biasa mencoba membonceng ayahnya yang sedang membaca surat kabar. Karena ayahnya membaca dari depan ke belakang. Pip selalu mulai dari halaman belakang dulu. Halaman itu Jarang menarik perhatiannya, karena isinya sebagian besar tentang olahraga balap kuda, pertandingan
golf atau tenis yang sama sekali tidak menarik
baginya. Sedang catatan hasil pertandingan sepak bola ditulis dengan huruf kecil-kecil, sehingga sulit bisa dibaca dari jarak agak Jauh.
Karena itu ia menunggu dengan sabar sampai ayahnya mengalihkan perhatian pada berita berita pertandingan sepak bola di halaman akhir.
Dengan begitu Pip akan bisa membaca halaman depan.
Ketika saat itu tiba, perhatiannya langsung tertumbuk pada kepala berita menarik.
"Pangeran Lenyap. Negara Tetarua Diberi tahu. Anak-anak di Perkemahan Diperiksa."
Pip menyenggol Bets, sambil menganggukkan kepala ke arah surat kabar yang masih dipegang ayahnya.
Bets ikut membaca kepala berita itu.
Astaga! Yang hilang itu pasti Pangeran Bongawah, yang pernah diangkat menjadi 'abangnya', untuk mempermainkan Ern serta kedua adiknya. ini benar-benar luar biasa!
Bets sibuk berpikir.
Adakah hubungan antara lenyapnya pangeran itu dengan samarannya sebagai adiknya beberapa hari yang lalu?
Ah mana mungkin!
Ia kan melakukannya hanya untuk mengecoh Ern saja.
Masih ada lagi orang yang sangat tertarik membaca berita itu.
Orang itu tentu saja Pak Goon.
Beberapa menit setelah membacanya, ia menerima berita yang sama lewat telepon dari kantor pusat.
Pak Goon sibuk berpikir.
"Astaga beberapa hari yang lalu aku berjumpa dengan adik perempuan pangeran itu," katanya dalam hati.
"Jika kita bisa menghubunginya, mungkin bisa diperoleh keterangan penting. Sebaiknya kulaporkan saja pada Pak Inspektur!"
Pak Goon kaget sendiri, karena teringat pada sesuatu.
"Maksudku bukan Inspektur, tapi Inspektur Kepala," sambungnya dalam hati.
"Pak Jenks sudah naik pangkat lagi sedang aku masih saja tetap polisi desa. Aku yakin, di kantor pusat pasti ada orang orang yang tidak suka padaku. Mereka menahan nahan pegawai bermutu, supaya jangan naik pangkat. Awas kalau aku tahu siapa mereka!"
Selama beberapa menit berikutnya Pak Goon sibuk merenungkan nasibnya, serta musuh musuhnya yang mencegah kenaikan pangkatnya.
Tapi kemudian diangkatnya gagang telepon untuk menghubungi kantor pusat. Setelah bersambung, ia minta bicara dengan Pak Inspektur Kepala.
"Ia sedang sibuk," kata pegawai polisi yang menerima.
"Anda ingin bicara tentang urusan apa dengannya, Goon?"
"Sesuatu yang berhubungan dengan lenyapnya Pangeran Bongawah," kata Pak Goon sok penting.
"Aku punya keterangan menarik."
"Baik kalau begitu tunggu sebentar," kata petugas yang menerima telepon.
Sesaat kemudian terdengar suara Inspektur Kepala. Nadanya tegas, dan agak jengkel.
"Ada apa, Goon? Aku ini sedang sibuk sekarang."
"Anu. Pak -soalnya tentang Pangeran yang kalau tidak salah bernama Bongawah itu." kata pak Goon.
"Saya pernah berjumpa dengan adik perempuannya, Pak! Putri Bongawee. Saya ingin tahu, apakah ada yang sudah memikirkan untuk memeriksa putri itu. Mungkin saja ia tahu menahu tentang lenyapnya abangnya."
Sesaat tak terdengar apa apa.
Kemudian Pak Inspektur Kepala berbicara lagi.
Suaranya kini terdengar heran.
"Adik perempuan? Adik perempuan yang mana? Baru sekali ini aku mendengar tentang dia."
Hidung Pak Goon langsung kembang kempis karena bangga.
"Betul, Pak. Saya berjumpa dengannya dua hari yang lalu. Ia bersama saudara sepupunya, yang bertugas melayaninya. Lalu masih ada lagi dua pengiringnya, semua serba terhormat dan gagah."
Sesaat tak terdengar apa-apa.
Rupanya Pak Inspektur Kepala semakin tercengang.
"Ini benar benar kau, Goon?" tanya Pak Inspektur Kepala kemudian.
"Kata katamu sangat luar biasa."
"Tentu saja ini saya, Pak," kata Pak Goon.
Ia heran, dan juga agak tersinggung.
"Kenapa Anda sangka bukan? Saya hanya hendak menyampaikan laporan, yang merupakan tugas saya. Apakah Anda menginginkan agar saya menanyai putri itu, Pak?"
"Tunggu -nanti dulu, nanti dulu," kata Pak Inspektur Kepala.
"Sebelumnya aku perlu bertanya dulu di sini. Kami sama sekali tidak menerima laporan apa apa, yang mengatakan Pangeran Bongawah punya adik perempuan dan saudara sepupu di sini. Ini perlu kuselidiki lagi."
Goon menunggu seperti diperintahkan.
Ia merasa bangga, karena ternyata kantor pusat ribut menerima laporannya. Hahh biar saja Pak Inspektur Kepala Jenks menanyai bawahannya sepuas-puasnya. Akhirnya tugas pemeriksaan itu pasti akan diserahkan juga padanya untuk ditangani.
Pada Pak Goon, polisi desa yang hebat!
Nasibnya sedang mujur, berjumpa dengan Fatty yang sedang berjalan jalan dengan para tamu dari Tetarua.
Tiba-tiba Pak Goon tertegun.
Bagaimana caranya Fatty bisa kenal dengan mereka?
"Sialan anak itu!" pikir Pak Goon.
"Kini aku menemukan pekerjaan menyelidiki sesuatu yang menarik dan ternyata dalam laporanku nanti aku aku mesti mengatakan bahwa si gendut itu yang memperkenalkan aku pada putri asing itu! Pak Jenks pasti akan menghubunginya, dan aku tidak kebagian tugas menyelidiki!"
Pak Goon terduduk merenungkan hal itu, dengan gagang telepon menempel ke telinga kirinya.
Tiba-tiba wajahnya yang suram menjadi cerah kembali.
Ia bisa saja mengatakan bahwa Ern, keponakannyalah yang memperkenalkan rombongan tamu dari Tetarua itu padanya.
Kan memang benar Ern yang bercerita panjang lebar mengenai mereka padanya.
Jadi ia tidak perlu
mengikutsertakan nama Fatty dalam laporannya nanti.
Pak Goon tersadar dari lamunannya. ketika tiba tiba terdengar suara Pak Inspektur Kepala.
"Kau masih ada di situ, Goon? Nah aku sudah -lakukan penyelidikan sedikit di sini. Ternyata tak
seorang pun tahu-menahu tentang seorang adik perempuan pangeran yang bernama Putri Bongawee. Tapi'karena rupanya kau sudah pernah berjumpa dengan dia, maka kurasa kita perlu juga meneliti ke arah situ. Bagaimana kau sampai berjumpa dengan dia, Goon?"
"Kebetulan saat itu Ern, keponakan saya, sedang berjalan bersama dia, Pak ! lalu ia bercerita pada saya siapa temannya itu," kata Pak Goon.
"Siapa, Goon?" kata Pak Inspektur Kepala dengan nada heran.
"Ern? Keponakanmu?"
Pejabat kepolisian itu masih ingat sekali pada keponakan bawahannya itu, yang bertubuh montok dan agak tolol.
Bukankah anak itu pernah terlibat dalam salah satu misteri?
Ah ya. betul dan akhirnya ia bahkan ikut berjasa menyelesaikannya.
Tapi Ern berjalan seiring dengan seorang putri dari Tetarua!
Pak Inspektur Kepala timbul kecurigaannya, jangan-jangan ia sedang dipermainkan orang.
Tapi tidak mungkin.
Ia kenal betul suara Pak Goon yang kasar!
"Apa yang dilakukan Ern?" tanya Pak Inspektur Kepala kemudian.
"Wah, bagaimana ya hm.. saat saya bertemu dengan mereka, ia sedang menaungi putri itu dengan Payung hm.. yah Payung Kerajaan." kata Pak Goon terbata-bata.
Ia mulai merasa, laporannya itu sulit bisa masuk akal.
Baik Pak Goon maupun Pak lnsektur Kepala terdiam sesaat.
Pak Inspektur Kepala berpikir-pikir. Jangan-jangan Pak Goon agak terganggu kewarasannya, karena terlalu banyak kena sinar matahari panas, pikirnya.
Kata-katanya mengenai seorang putri, Ern lalu disambung dengan Payung Kerajaan itu sulit sekali bisa dipercaya olehnya. Pak Inspektur Kepala benar-benar bingung saat itu.
"Goon," katanya,
"laporanmu ini benar-benar luar biasa tapi kurasa mungkin ada benarnya, jika kau menganggapnya cukup penting sehingga kau menelepon aku. Kurasa sebaiknya kuserahkan saja padamu untuk menghubungi -eh. putri itu dan mengajukan beberapa pertanyaan padanya. Kenapa ia ada di sini, kapan ia datang dengan siapa ia datang dan soal soal lain seperti itu. Nah kerjakanlah tugas itu. Nanti akan kukirim orang ke Peterswood, untuk mengecek hasil pemeriksaanmu "
"Baik. Pak! Terima kasih, Pak." kata Pak Goon dengan senang hati, karena diberi kesempatan untuk mengadakan penyelidikan pendahuluan.
Dikembalikannya gagang telepon ke tempatnya, lalu diambilnya topi polisinya.
Apa boleh buat, pertama-tama ia harus mendatangi anak Sialan itu, Fatty!
Frederick Trotteville.
Hahh! Tapi akan ditunjukkannya pada anak itu bahwa ia harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Pak Goon. Ia tidak mau disembarangi anak sialan itu.
Pak Goon pergi naik sepeda ke rumah Fatty. Sesampai di sana diketuknya pintu dengan sikap gagah.
Ketika pelayan membukakan pintu, Pak Goon langsung menyatakan ingin bicara dengan Fatty.
"Ia sedang tidak ada, Pak," jawab gadis pelayan yang membukakan pintu.
"Ke mana dia?" tanya Pak Goon galak.
Bu Trotteville, ibu Fatty, mendengar suara Pak Goon yang lantang, lalu datang ke depan.
"Ah, rupanya Pak Goon yang datang." katanya. '
"Anda ingin bertemu dengan Frederick? Sayang, ia tidak ada di rumah. Ada urusan apa?"
"Saya ingin bertanya sedikit, mengenai Putri Bongawee," kata Pak Goon.
"Tapi mungkin Anda juga bisa memberi keterangan. Apakah ia menginap di sini?"
Bu Trotteville melongo.
"Putri yang mana?" tanyanya.
"Saya sama sekali tidak tahu-menahu."
"Ia adik Pangeran Bongawah yang lenyap itu," kata Pak Goon menjelaskan.
Tapi keterangan itu sama sekali tidak ada artinya bagi Bu Trotteville, karena ia tidak begitu mengacuhkan berita surat kabar pagi itu tentang lenyapnya Pangeran Bongawah.
Menurut anggapannya pangeran itu
mungkin minggat karena salah suatu hal sepele, seperti tidak suka mandi air dingin di perkemahan, misalnya. Lagipula, apa hubungannya kejadian itu dengan Frederick?
"Sayang, saya rasa saya tidak bisa membantu Anda, Pak Goon," kata Bu Trotteville.
"Frederick baru saja kembali dari berlibur, dan sepanjang pengetahuan saya. Selama ini ia tidak pernah bergaul dengan putri yang mana pun juga. Kalau ia kenal dengan salah seorang putri, pasti ia akan memperkenalkannya pada saya. Selamat pagi, Pak,"
Setelah berkata begitu Bu Trotteville berbalik, hendak masuk lagi.
"Nanti dulu, Bu!" kata Pak Goon bingung.
"Kalau begitu, Anda tidak pernah mengundang putri itu kemari?"
"Untuk apa aku mengundangnya. kalau ketemu saja belum?" balas Bu Trotteville, yang mulai mengira Pak Goon sudah tidak waras lagi
"Selamat pagi!"
Bu Trotteville menutup pintu, meninggalkan Pak Goon terpaku berdiri di luar. Keringat dingin membasahi kening polisi desa itu. Sekarang ia terpaksa berkeliaran ke mana-mana, mencari anak gendut itu Di manakah kemungkinannya anak itu?
Mungkin di tempat anak-anak keluarga Hilton atau mungkin juga di tempat kedua temannya lagi, yang namanya kalau tidak salah Larry dan Daisy.
Pak Goon tidak tahu pasti, siapa nama keluarga kedua anak itu.
Mula mula Pak Goon mendatangi rumah Larry.
Tapi Fatty tidak ada di situ.
Larry dan Daisy juga tidak ada.
"Mungkin mereka di rumah keluarga Trotteville" kata pelayan yang membukakan pintu.
Tapi Pak Goon tidak mau kembali ke sana lagi, karena ia tahu di situ tidak ada anak anak.
Pak Goon kembali mengayuh sepedanya, kini menuju ke rumah Pip.
Mukanya merah kepanasan.
Ia bersepeda sampai ke pintu depan, lalu mengetuk pintu keras keras. Ia jengkel sekali, karena terpaksa mondar mandir tanpa hasil.
Saat itu anak anak sedang berada di kebun, bersama Buster. Anjing itu menggeram, ketika mendengar pintu depan diketuk .Fatty cepat-cepat memegang kalung lehernya.
Bets pergi mengintip dari balik semak pagar, untuk melihat siapa yang datang.
Begitu sudah tahu, dengan segera ia lari kembali dengan wajah ketakutan.
'Pak Goon yang datang. mukanya merah padam, kelihatannya marah sekali," katanya.
"Aduh, jangan-jangan ia datang untuk menanyai kita tentang Putri Bongawee! Pak Goon kan gampang tertipu, jadi kurasa ia mengira putri itu benar-benar ada!"
"Yuk kita cepat-cepat keluar lewat belakang," kata Fatty sambil berdiri.
"Jangan sampai Pak Goon menjumpai kita di sini. Kalau ia ingin mencari Putri Bongawee, biar saja! Mungkin ia bisa menjadi langsing, kalau sibuk berkeliaran ke sana dan
kemari. Jangan menggonggong, Buster _nanti kita ketahuan!"
Anak anak bergegas keluar, lewat gerbang kecil yang terdapat di belakang kebun.
Buster ikut, tanpa menggonggong sama sekali. Bahkan menggeram pun tidak! Ia merasa, saat itu pasti ada sesuatu yang penting. Dan ia ingin mengambil bagian didalamnya!
Jadi ketika Bu Hilton mengantarkan Pak Goon ke kebun untuk menjumpai anak anak, mereka sudah tidak ada lagi di situ. Di rumah peranginan pun tidak ada.
Aneh! "Padahal saya tahu pasti, semenit yang lalu masih terdengar suara mereka bercakap-cakap di sini," kata Bu Hilton.
Ia memanggil-manggil,
"Pip' Bets! Di mana kalian?"
Tapi tak ada yang menjawab.
Bu Hilton memanggil sekali lagi, lalu berpaling pada Pak Goon yang kini sudah ungu mukanya.
"Saya rasa Anda mungkin akan bisa menjumpai mereka di rumah Frederick Trotteville, atau di rumah Larry," kata Bu Hilton.
"Bagaimana jika Anda ke sana saja?"
Pak Goon membayangkan dirinya tidak henti hentinya naik sepeda dari rumah ke rumah mencari Fatty. Sambil merengut ia menaiki sepedanya, lalu pergi.
Ia sama sekali tidak pamitan.
"Polisi itu makin lama makin tidak tahu aturan saja," kata Bu Hilton dalam hati.
ERN DAN PAK GOON
Pagi itu ternyata ada lagi yang ikut kaget, di
samping Pak Goon dan Pasukan Mau Tahu.
Orang itu Ern!
Ia tercengang, ketika mendengar kabar bahwa Pangeran Bongawah lenyap. Kabar itu didengarnya secara luar biasa.
Sejak berjumpa dengan "Putri Bongawee' di rumah Fatty, Ern membuka mata kalau kalau Pangeran Bongawah nampak di lapangan seberang. Ia ingin bercerita pada bangsawan Tetarua itu bahwa ia sudah berkenalan dengan adik perempuannya.
Tapi selama itu Ern tidak berhasil melihat Pangeran Bongawah.
Bangsawan Tetarua itu tidak muncul-muncul.
Namun Ern belum berputus asa.
Pagi itu ia menyelusup ke lapangan seberang lewat lubang dalam pagar semak.
Ia ingin mendatangi Pangeran Bongawah.
Ern tercengang ketika sudah berada di lapangan seberang. Soalnya, tahu tahu ia disergap dua orang polisi yang menjaga di situ.
"Mau apa kau di lapangan sini?" tanya seorang di antaranya, yang mencengkeram tengkuk Ern
"Saya hanya ingin mencari seseorang," kata Ern sambil menggeliat-geliat. berusaha melepaskan diri.
"Aduh, lepaskan tengkukku. Sakit rasanya!"
"Kau akan lebih merasa sakit lagi, jika kau datang untuk merecoki," kata polisi itu dengan geram.
"Kau mungkin bahkan menghilang nanti seperti pangeran cilik itu!"
Baru saat itulah Ern mendengar tentang hal itu.
Dipandangnya kedua polisi itu dengan mulut ternganga.
"ia hilang?" katanya.
"Huah bayangkan! Kapan hilangnya?"
"Tadi malam," kata polisi yang memegangnya, sambil memperhatikan dirinya dengan seksama
"Mestinya kau yang berkemah dalam tenda di seberang itu, ya? Kau tidak mendengar apa apa?"
"Ya tidak, saya tidak mendengar apa-apa," kata Ern menjawab kedua pertanyaan yang diajukan.
"Huah bayangkan, padahal saya beberapa hari yang lalu sempat berjumpa dengan adik perempuannya!"
"O ya?" kata polisi yang satu dengan nada mengejek
"Dan kau juga diundang minum teh bersama ibunya, Ratu Tetarua dan diajak makan-makan oleh ayahnya, Sang Raja?"
"Tidak! Tapi aku makan es krim bersama adiknya," kata Ern.
"O ya?" tukas kedua polisi serempak.
Seorang di antaranya menggoncang goncang tubuh Ern, sehingga nyaris saja anak itu jatuh terjungkir.
"Ayo pergi sekarang," bentak polisi itu.
"Ingat jangan suka cari perkara! Kau ini, dengan bualanmu! Kepingin digampar, ya?!"
Ern cepat cepat menyusup kembali lewat lubang pagar, karena tidak ingin ditempeleng. Ia merasa sakit hati, karena ceritanya tidak dipercayai. Kini ia bermaksud hendak mendatangi Fatty, untuk menyampaikan laporan tentang lenyapnya Pangeran Bongawah.
Sama sekali tak terpikir olehnya bahwa berita itu sudah dimuat dalam berbagai surat kabar.
Ern berangkat sendiri, tanpa Sid atau Perce. Perce pagi itu sedang merasa sebal entah kenapa. Sedang Sid seperti biasa mulutnya penuh dengan permen yang lengket, sehingga tidak bisa berbicara. Ern ingin bisa berbicara agak serius pagi itu. sedang baik Sid maupun Perce tidak bisa dibilang mengasyikkan pagi itu.
Ern bermaksud meminjam sepeda dari salah -seorang yang berkemah dalam caravan di dekat itu. ia melihat ada sebuah sepeda tersandar pada caravan.
Ern mencari cari pemiliknya.
Akhirnya ditemukannya, seorang anak laki-laki yang agak lebih tua umurnya daripada dirinya.
"Bolehkah aku meminjam sepedamu sebentar?" tanya Ern.
"Enam penny," jawab pemilik sepeda.
Dengan segan segan Ern mengeluarkan uang enam penny dari kantongnya, lalu menaiki sepeda itu. Ia menyusur jalan setapak mentu pintu gerbang, terombang-ambing di atas permukaan yang tidak rata.
Saat itu Pak Goon sedang bersepeda.
Ia hendak pulang.
Perasaannya sedang sebal.
Ketika ia membelok di suatu tikungan, dilihatnya ada seorang anak laki-laki bertubuh gemuk bersepeda menuju ke arahnya.
Anak itu Ern.
Ern tidak ingin berjumpa dengan pamannya. Karena itu ia bergegas-gegas memutar haluan. lalu mengayuh sepeda secepat-cepatnya ke arah berlawanan.
Jarak antara mereka saat itu masih agak jauh. Pak Goon menyangka anak laki laki gendut yang dilihatnya itu Fatty, yang sedang menyamar lagi.
Pak Goon lantas mempercepat jalan sepedanya.
Nah! Anak kurang ajar itu hendak berbuat iseng lagi rupanya. Menyamar, agar bisa menghindarkan diri dari pertanyaan pertanyaan Pak Goon.
Awas! Ia, Pak Goon, dengan segera akan mengakhiri perbuatan itu!
Akan dikejarnya anak itu sampai dapat.
Pak Goon mengayuh sepedanya sekuat tenaga, sambil mendering deringkan belnya dengan nyaring .Orang yang melihat Pak Goon saat itu pasti berpendapat bahwa polisi desa itu sedang melakukan salah satu tugas yang sangat penting!
Ern menoleh ke belakang, ketika mendengar dering bel sepeda Pak Goon.
Ia kaget dan ngeri sekali melihat pamannya mengejar.
Ern pun semakin mempercepat lari sepeda.
"He!"
Dari belakangnya terdengar suara memanggil dengan lantang. Ern merasa jantungnya seakan nyaris putus. Nada suara pamannya terdengar begitu galak. Tapi Ern sama sekali tidak merasa berbuat apa-apa. Atau mungkinkah pamannya hendak memarahinya, karena ia
menaungi bongawee dengan payung kebesaran!
Ern terus mengayuh sepedanya dengan cepat, lalu menikung memasuki salah satu jalan samping. Pak Goon ikut membelok .Keduanya semakin merasa kepanasan, karena mengayuh sepeda dengan laju sekali .Ern semakin merasa ketakutan, sementara Pak Goon semakin memuncak kemarahannya. Ia merasa yakin sekali bahwa yang dikejarnya itu pasti Fatty, yang ingin mempermainkan dirinya. Awas, kalau nanti sudah berhasil terkejar!
Pak Goon sudah bertekad akan menjambak rambut palsu anak itu, untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak bisa diperdayai!
Ern menikung lagi di suatu belokan. Setelah menikung, barulah dilihatnya bahwa jalan yang dimasukinya itu buntu, dan berakhir di sebuah bangunan gudang.
Tapi ia sudah tidak sempat mengerem lagi. Sepeda yang dinaikinya meluncur terus, menerjang ayam dan bebek yang bertemperasan sambil berkotek dan meleter.
Akhirnya Ern roboh di lantai bangunan gelap itu.
Napasnya tersengal sengal.
Anak itu sudah hampir menangis karena takut dan kaget.
Pak Goon memasuki jalan buntu itu dengan kecepatan tinggi. Karenanya ia juga tidak sempat cepat cepat mengerem, dan meluncur masuk ke dalam gudang. Tapi ia tidak sampai terguling. Sepedanya berhasil direm, sebelum sampai menubruk Ern.
"Sekarang buka rambut palsumu!" bentak Pak Goon dengan galak
"Aku sama sekali tidak senang
dipermainkan secara begini, sementara kau tahu bahwa aku memerlukan keterangan mengenai Putri Bongawee!"
Ern memandang pamannya sambil melongo.
Apa lagi yang dimaksudkan Pak Goon sekarang?
Kenapa ia dikira memakai rambut palsu?
Di dalam bangunan itu gelap, jadi Pak Goon tidak langsung bisa melihat bahwa anak yang ada di depannya itu Ern!
Tapi setelah matanya terbiasa melihat dalam tidap, barulah ia mengenali keponakannya. Mata Tak Goon langsung mendelik.
"Ern! Apa yang kaulakukan di sini?" katanya setengah berteriak
"Kan Paman yang mengejarku tadi?" kata Ern ketakutan.
"Aku tadi ketakutan! Apakah Paman tidak tahu bahwa tadi itu aku?"
Pak Goon memaksa dirinya agar tetap tenang. Ia menatap Ern yang masih tetap terbaring di lantai.
"Kenapa kau tadi melarikan diri?" tanya Pak Goon dengan galak.
"Kan sudah kukatakan karena Paman mengejarku," balas Ern.
"Aku mengejar, karena kau lari," kata Pak Goon dengan Sikap berWibawa.
"Yah, Paman! sedang aku tadi larg karena Paman mengejarku," kata Ern sekali lagi.
"Mau kurang ajar. ya?" bentak Pak Goon dengan suara menggeledek.
"Tidak, Paman," kata Ern.
Dalam hati ia berpendapat. lebih baik ia lekas lekas berdiri saja. Ia merasa tidak berdaya dalam keadaan terkapar
itu. Pamannya nampak begitu marah, sehingga sulit diduga ia akan diapakan nanti!
Sedang Ern benar-benar bingung tidak tahu apa kesalahannya. Ia tadi kan cuma ingin menjauhi pamannya saja!
"Kau melihat anak gendut itu hari ini?" tanya Pak Goon. sambil memperhatikan Ern berusaha bangun dengan lambat dan hati hati.
"Tidak, Paman," jawab Ern.
"Kau berjumpa lagi dengan putri itu?" sambung pamannya bertanya.


Pasukan Mau Tahu 09 Misteri Pangeran Asing di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak, Paman," kata Ern ketakutan.
"Paman kan tidak sedang mencarinya?"
"Kau tahu di mana ia tinggal?" tanya Pak Goon tanpa mengacuhkan pertanyaan keponakannya.
Pak Goon berpendapat, mungkin ia bisa memperoleh keterangan dari Ern, apabila Fatty yang licin itu tidak berhasil ditemukan.
"Kenapa Paman tidak menanyakannya saja pada Fatty?" tanya Ern dengan polos.
"Fatty kenal baik dengan Putri Bongawee. Kurasa mereka bertemu setiap hari. Huah _,mungkin putri itu tahu-menahu tentang lenyapnya Pangeran Bongawah, abangnya. Tak terpikir olehku selama ini kemungkinan itu!"
"Sekarang dengar baik-baik, Ern," kata Pak Goon dengan serius.
"Kau masih ingat Inspektur Kepala Jenks, kan? Nah tadi aku meneleponnya. untuk membicarakan kasus pangeran yang lenyap itu. Oleh Pak Inspektur Kepala, aku diserahi tugas pengusutan kasus itu. Saat ini aku berusaha
mencari alamat putri itu, karena ingin mengajukan beberapa pertanyaan padanya. Untuk itu aku perlu bicara dengan anak gendut kurang ajar itu. Tapi kaukira aku bisa menemukannya? Kurasa ia juga ikut menghilang dengan sengaja!"
Ern mengangkat sepedanya, sambil mendengarkan dengan penuh perhatian.
Menurut pendapatnya, mungkin saja Fatty memang mengelakkan pertemuan dengan pamannya. Itu memang sikap Wajar, katanya dalam hati.
Jangan-jangan Fatty juga sedang mengusut kejadian itu!
Mungkin secara tiba tiba, kini muncul suatu misteri.
Aduh, asyik kalau benar begitu!
Mungkin Fatty dengan sengaja mengelakkan pertemuan dengan Pak Goon, supaya tidak bisa dipaksa mengatakan segala yang diketahuinya tentang diri Putri Bongawee.
Tiba-tiba Ern nyengir, karena membayangkan kemungkinan yang mengasyikkan itu.
Pamannya tercengang melihat air muka keponakannya berubah.
"Kenapa kau tahu-tahu meringis?" tanya Pak Goon curiga.
Ern tidak menjawab, hanya cengirannya langsung lenyap kembali.
"Dengar baik baik, Ern," kata Pak Goon lagi dengan suara keras,
"Kalau aku sampai memergoki dirimu berkeliaran di desa Peterswood ini bersama anak gendut kurang ajar itu, kau beserta kedua adik kembarmu akan kuusir pergi dari tempat perkemahan kalian. Mengerti? Kau sama sekali tidak ada urusan dengan kasus ini. jadi
jangan sekali-kali ikut campur di dalamnya! Aku tahu adatmu -senang berceloteh macam-macam! Satu satunya yang bisa kuceritakan pada anak laki-laki sialan itu kali ini hanyalah bahwa aku yang berwenang menangani kasus ini, dan jika ia tidak melaporkan padaku segala galanya yang diketahuinya tentang Putri Bongawee supaya aku bisa meneruskannya pada Pak Jenks, ia akan mengalami kesulitan besar. Kesulitan besar sekali! Ia kuberi waktu sampai saat minum teh sore nanti!"
Pak Goon kehabisan napas, setelah marah marah itu Ern beringsut-ingsut ke arah pintu. Ayam ayam yang mengintip dari luar langsung lari memencar, sambil ribut berkotek kotek.
Ern meloncat ke atas sadel sepedanya, lalu cepat cepat mengayuhnya pergi.
"Bilang pada anak itu, aku ingin bicara dengan dia!" teriak Pak Goon.
"Aku tidak mau mondar mandir lagi mencarinya!"
Ern bergegas menuju ke rumah Fatty .Ia merasa lega karena berhasil pergi tanpa dipukul atau ditempeleng pamannya. Dalam hati ia berharap harap, mudah mudahan saja Fatty ada di rumah. Dan ternyata nasib Ern saat itu sedang mujur, karena Fatty dijumpainya dalam gudang di belakang kebun.
Anak itu ada di situ bersama anak anak yang lain.
Mereka sedang berjaga jaga, kalau Pak Goon muncul.
Dengan segera Ern menceritakan pengalamannya. Ia agak kecewa, ketika ternyata anak anak sudah tahu tentang lenyapnya Pangeran Bongawah dari surat kabar.
"Bagaimana dengan putri adiknya, Fatty?" tanya Ern.
"Tidak mungkinkah ia tahu menahu tentang abangnya?"
"Ern -yang kausangka putri itu sebenarnya bukan," kata Fatty, yang merasa sudah waktunya kini untuk berterus terang.
"Dia itu kan Bets, yang mengenakan pakaian asing yang kubawa sebagai oleh-oleh dari Maroko. Sedang yang menjadi
saudara sepupunya Daisy. Lalu yang dua lagi, larry dan Pip!"
"Perkenalkan _Kim-Larriana-Tik," kata Larry sambil membungkuk
"Dan aku Kim-Pippy-Tok," kata Pip, yang juga ikut membungkukkan badan ke arah Ern.
Anak itu memandang dengan bingung.
Ia mengusap-usap matanya, lalu menatap sekali lagi
"Astaganaga!" katanya kemudian.
"Aduh sulit rasanya mempercayainya. Ternyata dia itu kau, Bets yang berdandan aneh-aneh! Kau sungguh sungguh kukira seorang putri sejati. Huahh! Pantas pamanku ingin sekali bertemu denganmu, Fatty. untuk bertanya-tanya tentang putri itu -dan pantas kau tidak ingin bertemu dengan dia! Hah ia benar-benar terkecoh oleh kita, ya! Dan aku ikut, sambil membawa Payung Kerajaan!"
Bets tertawa.
"Kau memang hebat. Ern," katanya.
"Bukan main -hebat sekali kita bercakap cakap dalam bahasa asing! Ona-mata-tikly-pop!"
"Aku heran, kalian bisa berbicara seperti itu," kata Ern kagum.
"Tapi apa kata Pak inspektur nanti tentang semua ini? Kata pamanku, ia sudah melaporkan segala galanya tentang Putri Bongawee pagi ini -dan ia sudah diserahi tugas menangani kasus ini. Katanya tadi, aku disuruh mengatakan pada kalian agar jangan ikut ikut campur! Ia pun sudah berjumpa dengan Putri, katanya, dan kau harus mengatakan di mana anak itu tinggal, supaya ia bisa menanyainya."
Fatty mengeluh.
"Sudah kusangka hal seperti ini akan terjadi," katanya.
"Aduh, kenapa aku sampai melakukan perbuatan sekonyol itu! Ini hanya karena kau saat itu muncul, Ern. Yah -kurasa lebih baik kutelepon saja Pak Inspektur Kepala, lalu menceritakan segala-galanya padanya .Mudah mudahan saja ia tidak marah mendengarnya!"
"Kalau begitu, sekarang saja kau langsung meneleponnya," kata Pip gelisah.
"Jangan sampai Pak Goon berkeliling lagi mendatangi orang tua kita. untuk mengadu. Kalau kau berhasil membuat Pak Inspektur memihak kita, kita pasti tidak akan dimarahi."
"Baiklah," kata Fatty sambil bangkit.
"Aku masuk saja sekarang! Kalau dalam waktu lima menit aku belum kembali, kalian bisa menarik
kesimpulan bahwa aku diomeli habis-habisan oleh inspektur Kepala Jenks!"
Fatty berjalan di kebun, menuju ke rumahnya. sedang anak-anak yang lain saling berpandangan dengan perasaan kecut. Apa kata Pak Inspektur Kepala nanti. ketika ia mendengar bahwa Putri Bongawee sebenarnya tidak ada?
Dan yang Iebih gawat lagi apa yang akan dikatakan Pak Goon?
Polisi desa itu pasti sudah melaporkan segala galanya tentang 'Putri Bongawee' pada Inspektur Kepala Jenks. Jadi Pak Goon udah jelas takkan senang, apabila mendengar bahwa ia dipermainkan!
PEMBICARAAN ' TIDAK ENAK
Inspektur Kepala sama sekali tidak senang mendengar cerita Fatty. Mula-mula ia bahkan bingung mendengarnya.
Tapi kemudian nada Suaranya menjadi tajam.
"Mula mula Goon mengoceh lewat telepon, tentang seorang putri yang mengaku adik Pangeran Bongawah. Dan kini kau menelepon aku, untuk mengatakan bahwa putri itu sebenarnya tidak ada, itu cuma Bets yang berdandan aneh-aneh saja." katanya.
"ini sudah keterlaluan, Frederick. Lelucon boleh saja, tapi menurut pendapatku kali ini kau sudah agak keterlaluan. Kau menyebabkan Goon membuang-buang waktu dengan sesuatu yang tak ada gunanya. Padahal ia sebenarnya bisa memanfaatkan waktu itu untuk melakukan penyidikan yang lebih berguna."
"Saya juga menyadarinya, Pak," kata Fatty.
"Tapi segalanya ini sebenarnya terjadi tanpa disengaja. Ketika kami berdandan dan mengangkat Bets menjadi Putri' Bongawee, kami sama sekali tidak menyangka bahwa Pangeran Bongawah kemudian akan menghilang. Ini suatu kebetulan yang sama sekali tidak kami inginkan, Pak. Maksud saya, kami sama sekali tidak menduga apa yang akan terjadi kemudian "
"Memang betul," kata Pak inspektur Kepala.
Tapi kau benar benar memiliki bakat istimewa. untuk tahu tahu terlibat dalam berbagai peristiwa!
Pak Goon pasti akan menggertakkan geraham karena perbuatanmu. Tapi aku ingin tahu kenapa keponakannya, yang kalau tidak salah .. namanya Ern bisa ikut terlibat dalam persoalan konyol ini? Maksudku, yang berhubungan dengan Putri palsu itu?"
"Secara kebetulan saja, Pak! Tiba tiba ia muncul ditempat kami, ketika kami sedang asyik berdandan," kata Fatty menjelaskan.
"Ia sedang berkemah bersama kedua adik kembarnya di lapangan yang bersebelahan dengan lapangan tempat Pangeran Bongawah berkemah. Sayang anak itu goblok! Kalau tidak, ada kemungkinan ia melihat sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk."
"Ya. betul," kata Pak Inspektur Kepala, setelah terdiam sesaat.
"Nanti akan kusuruh Goon menanyai mereka. Tapi kurasa takkan banyak keterangan yang bisa diperolehnya dari Ern. Cobalah kalau kau bisa mengetahui barang sesuatu, Frederick! walau sebenarnya tidak kuikutkan dalam kasus ini, setelah perbuatan konyolmu itu!"
"Betul, Pak," kata Fatty merendah.
Pak Inspektur Kepala hanya bisa mendengar nada suaranya saja. Ia tidak melihat bahwa Fatty saat itu nyengir lebar, karena membayangkan mendapat tugas detektif lagi.
Ternyata liburan kali ini takkan terbuang secara sia sia.
Asyik! "Baiklah," sambung Pak Jenks.
"Usahakan agar Pak Goon mau memaafkan keisenganmu terhadapnya. Setelah itu minta padanya agar menelepon aku. Ia pasti merasa tidak senang padamu, Frederick. Dan aku juga begitu! Jadi usahakanlah agar kesalahanmu bisa kauhapuskan dengan selekas mungkin!"
Pak Inspektur langsung memutuskan hubungan, tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Fatty masih termenung sebentar, sambil berpikir pikir. Ia merasa bergembira, tapi sekaligus juga agak kurang enak. Secara kebetulan saja ia terlibat dalam kasus Pangeran Bongawah. Penyebabnya hanyalah karena Ern melihat Bets yang mendandani diri sebagai putri.
Bagaimana Fatty bisa tahu bahwa Pangeran Bongawah kemudian akan menghilang, dan Pak Goon dengan segera menyebarkan berita tentang saudara perempuan pangeran itu, yang sebenarnya sama sekali tidak ada?
Yah memang begitulah Pak Goon selalu saja keliru!
Sudah jelas tidak akan menyenangkan, tugas memberi tahu Pak Goon bahwa Putri Bongawee sebenarnya tidak ada, dan hanya merupakan lelucon belaka. Putri itu sebenarnya Bets dan Pak Goon terkecoh olehnya.
"Aku ini terlalu sering berbuat iseng," kata Fatty dalam hati.
"Tapi hambar sekali hidup ini, apabila segala keisengan dan lelucon itu kuhentikan. Kurasa kita yang terlalu hebat dalam soal ini. Astaga! itu Pak Goon di depan, masuk ke
pekarangan rumah! Sekarang saja kuselesaikan
hal itu!"
Fatty bergegas ke pintu depan, sebelum Pak Goon sempat mengetuk. Fatty tidak ingin ibunya ikut mendengar apa yang harus disampaikannya pada polisi desa itu.
Pak Goon menatap Fatty dengan pandangan seolah-olah tidak bisa mempercayai matanya sendiri.
"Sedari tadi aku sibuk mencarimu ke sana kemari, tapi kini kau datang membukakan pintu sebelum aku sempat mengetuknya!" kata Pak Goon.
"Ke mana saja kau selama ini?"
"itu tidak penting, Pak," kata Fatty
"Silakan masuk, ada sesuatu yang ingin saya beri tahukan pada Anda."
Polisi bertubuh gemuk itu diajaknya masuk ke kamar kerja.
Pak Goon duduk di salah satu kursi yang ada di situ.
Ia masih agak heran.
"Banyak yang hendak kutanyakan padamu." katanya.
"Dari tadi aku mencari-cari dirimu, untuk menanyakan beberapa hal."
"Banyak sekali keterangan yang akan Anda peroleh sekarang," kata Fatty.
"Dan kemungkinannya Anda akan kaget mendengarnya. Ternyata selama ini ada salah pengertian yang merepotkan."
"Hahh!" tukas Pak Goon.
Ia jengkel mendengar gaya Fatty berbicara.
"Aku tidak mau tahu tentang salah pengertian yang merepotkan, apa pun juga hal itu! Aku cuma ingin minta keterangan mengenai Putri Bonga eh Bonga apa namanya?"
"Bongawee," kata Fatty dengan sopan.
"Justru tentang dia itulah saya ingin bercerita. Putri itu sebenarnya tidak ada."
Pak Goon memandang Fatty sambil melongo.
Ia benar-benar tidak mengerti.
Kemudian ia menuding muka Fatty, dengan jari telunjuknya yang besar.
"Kau bisa saja berpura pura putri itu tidak ada tapi aku kan melihatnya dengan mataku sendiri," tukas Pak Goon.
"Putri itu penting peranannya dalam kasus ini, tahu?! Kau bisa saja sekarang pura pura tak mengenalnya, atau tidak tahu di mana ia berada! Tapi aku tidak mau tahu! Aku yang berwenang menangani persoalan ini. dan aku menuntut agar pertanyaanku dijawab. Di mana putri itu sekarang?"
Fatty ragu ragu sebentar.
"Kan sudah kukatakan tadi, putri itu sebenarnya tidak ada," katanya kemudian.
"Tidak ada Putri Bongawee. Ia itu Bets, yang berdandan sebagai putri."
Muka Pak Goon merah padam, sementara matanya semakin melotot.
Bibirnya mengerucut ke depan.
Mau apa lagi anak gendut ini, pikirnya. Ia mengatakan, putri itu sebenarnya Bets yang berdandan.
Omong kosong!
Bukankah ia sendiri mendengar gadis cilik itu berbicara dalam bahasa asing?
"Kau mengarang-ngarang karena salah satu alasan tertentu, Frederick," kata Pak Goon setelah beberapa saat.
"Tapi aku bukan saja melihat Putri itu, aku juga mendengarnya berbicara. Tidak mungkin orang bisa bercakap cakap dalam bahasa asing, apabila tidak menguasainya"
"Ah, siapa bilang! Bisa saja," kata Fatty.
"Kalau Anda mau, aku bisa setengah jam berbicara 'asing'.
Coba dengar!"
Fatty langsung menyerocos,mengucapkan kata-kata aneh yang sama sekali tidak ada artinya di depan Pak Goon yang terheran heran. Polisi desa itu mengejap ngejapkan mata.
Apa saja yang tidak bisa dilakukan anak gendut itu. pikirnya.
"Nah begitulah," kata Fatty setelah beberapa saat mengoceh.
"Gampang sekali! Coba Anda sendiri mencobanya, Pak Goon. Longgarkan lidah Anda lalu mengoceh dengan cepat .Kata-kataku tadi tidak ada artinya sama sekali. Hanya ocehan saja. Cobalah kalau tidak percaya!"
Pak Goon tidak mau.
Setidak tidaknya di depan fatty ia tidak mau. Barangkali nanti, jika ia sudah sendiri.
Gagasan Fatty itu tidak jelek .
Mungkin saja ia pun akan bisa berbahasa 'asing', kapan saja ia mau. Kapan-kapan ia akan mencobanya, kata polisi desa itu dalam hati.
"Anda dengar sendiri, kan?" kata Fatty pada Pak Goon yang masih tetap membisu.
"Aku tadi tinggal melonggarkan lidah, lalu langsung mengoceh. Cobalah! Tapi pokoknya, seperti tadi itulah yang dilakukan Bets serta anak anak yang lain. Kami sama sekali tidak berbahasa 'asing' seperti yang Anda katakan!"
"Maksudmu iring-iringan yang diikuti Ern waktu itu, sebenarnya hanya Bets serta anak anak lain, yang berdandan aneh aneh?" kata Pak Goon, setelah mampu berbicara kembali.
"Tapi bagai mana dengan Payung Kerajaan?"
Muka Fatty memerah.
"Ah, itu!" katanya agak malu.
"Itu sebenarnya payung golf ibuku. Sungguh, Pak semuanya itu sebenarnya hanya lelucon saja. Waktu itu kami sedang iseng, mencoba mengenakan pakaian macam macam. Nah saat itulah Ern kebetulan datang. Anda tahu kan, bagaimana sifat Ern! Apa saja kata orang langsung dipercayainya. Ia percaya ceritaku, tentang Putri, dayang dan sebagainya. Ketika kami berjumpa dengan Anda, kami sedang hendak membeli es krim!"
Kini Pak Goon mengerti.
Hatinya langsung kecut.
Aduh _ padahal ia sudah menyampaikan laporan mengenai hal itu pada Pak Inspektur Kepala!
Sekarang, bagaimana ia bisa membereskan kembali kesalahannya itu?
Pak Goon menutupi mukanya dengan kedua tangannya. Ia berkeluh kesah, tanpa ingat lagi bahwa Fatty ada di depannya.
Fatty merasa sangat tidak enak saat itu. Ia tidak suka pada Pak Goon, tapi ia sama sekali tidak bermaksud menjerumuskan polisi desa itu ke dalam kesulitan yang membuat malu.
"Pak Goon" kata Fatty.
"Kesemuanya ini kekeliruan yang konyol! Payahnya Pangeran Bongawah menghilang, setelah kami berpura pura
bets sebagai adiknya. Hal itu sudah kukatakan pada Pak Inspektur Kepala. Pak Inspektur jengkel mendengarnya sama seperti perasaan Anda
sekarang. Tapi disadarinya juga bahwa hal itu terjadi secara kebetulan belaka. Kejadian yang tidak disengaja, walau merepotkan. Kami semua sangat menyesal." "
Sekali lagi Pak Goon mengeluh.
"Tapi payung golf itu pada Pak lnspektur Kepala kukatakan bahwa itu Payung Kerajaan. Pasti ia beranggapan aku ini sinting. Semua akan beranggapan bahwa aku sudah sinting. Memang sudah nasibku begini. Bersusah payah bekerja agar bisa naik pangkat, tapi semuanya buyar setiap kali aku berurusan denganmu. Kau benar-benar anak yang menyebalkan!"
"Pak Goon aku benar benar menyesal tentang kejadian ini," kata Fatty.
"Begini sajalah! Bagaimana jika sekali ini kita bekerja bahu membahu? Aku akan berusaha meluruskan kembali kejadian konyol ini. Bersama-sama kita pecahkan misteri itu. Mau, ya Pak? Ayolah!"
"Biar disuruh Pak Inspektur sekalipun, aku tidak sudi bekerja sama denganmu!" tukas Pak Goon.
Ia bangkit dengan lamban.
"Sekali menyebalkan, tetap menyebalkan! Lagipula, apa artinya bekerja sama denganmu? Akan kukatakan apa arti usulmu itu! Kau akan menyodorkan petunjuk-petunjuk palsu padaku. Aku akan kalian suruh berkeliaran malam hari, mencari orang-orang yang sama sekali tidak ada! Menangkap orang yang tidak bersalah,
sementara kau tahu siapa pelaku yang sebenarnya! Hahh akan kau begitukan diriku. jika aku mau bekerja sama denganmu!"
"Baiklah," kata Fatty.
Ia mulai marah, karena dikata-katai.
"Kalau begitu, jangan bekerja sama dengan aku. Walau begitu, jika ada informasi yang bisa kusampaikan, aku akan melakukannya untuk mengimbangi kesalahanku yang membuat Anda merasa malu!"
"Hahh!" tukas Pak Goon sambil melangkah ke luar.
"Kausangka aku mau peduli terhadap infomasi yang datang darimu. Keliru, Frederick! Ingat jangan ikut ikut mencampuri urusan ini. Aku yang berwenang menanganinya. Kalau aku sampai tidak berhasil memecahkan misteri ini, namaku bukan Theophilus Goon!"
BER-'BANTUN-BANTUN'
Pak Goon pergi untuk menelepon Inspektur Kepala.
Ia merasa sedih dan lesu .
Disesalinya dirinya. Kenapa ia selalu saja mau mempercayai kata-kata dan perbuatan Fatty? Kenapa ia tidak dari mula menyadari bahwa yang dikatakan Payung Kerajaan itu sebenarnya payung golf biasa saja?
Kenapa anak sialan itu selalu saja menimbulkan kesulitan bagi dirinya?
"Mulai sekarang aku tidak mau lagi mempercayai kata-katanya," pikir Pak Goon, sambil mengangkat gagang telepon.
"Anak itu benar benar licik. Bayangkan kenekatannya mengajak aku bekerja sama. Kurang ajar! Dikiranya."
"Di sini kantor pusat polisi. Anda ingin bicara dengan siapa?" kata petugas telepon yang dihubungi, untuk ketiga kalinya.
Tapi Pak Goon masih tetap sibuk berpikir.
"Aku disuruhnya melonggarkan lidah," pikirnya.
"Apa lagi maksudnya? Tapi baiklah kucoba saja kan tidak ada salahnya... ablabalablabla..."
"Bagaimana, Pak?" Pak Goon kaget ketika didengarnya nada suara heran lewat pesawat telepon.
Mukanya merah.
Untung tidak ada yang melihat saat itu.
"Anu -di sini Goon. Saya ingin bicara dengan Pak Inspektur Kepala Jenks," katanya.
Pembicaraan Pak Goon dengan atasannya itu singkat saja.
Dan ternyata bahkan menyenangkan, walau hal itu sama sekali tidak diduga olehnya. Rupanya Pak Jenks memang jengkel sekali saat itu terhadap Fatty. Walau Pak Jenks masih sempat melontarkan sindiran pedas mengenai orang yang mau percaya pada putri palsu dan apalagi Payung Kerajaan, tapi ia tidak mendamprat Pak Goon.
"Baiklah, Goon," kata Pak Inspektur Kepala mengakhiri percakapan.
"Sekarang kuharapkan agar kau bekerja dengan serius dan mencapai hasil. Kejadian itu kan di daerahmu .Tanyailah anak anak di perkemahan. Pergunakan otakmu. Dan yang terpenting kau harus BERHASIL!"
"Ya, Pak! siap, Pak," kata Pak Goon.
"Dan tentang anak itu, tentang Frederick Trotteville, maksud saya ia tidak boleh...."
Tapi Inspektur Kepala sudah memutuskan hubungan.
Pak Goon menatap gagang pesawat di tangannya dengan masam. Ia sebenarnya bermaksud menyampaikan laporan tentang penipuan Fatty terhadap dirinya.
Tapi terlambat!
Fatty bercerita tentang pembicaraannya dengan Pak Jenks lewat telepon pada teman-temannya.
Ia juga menuturkan percakapannya dengan Pak Goon. Bets merasa kasihan pada polisi desa itu. Ia tidak suka padanya, sama seperti anak-anak yang lain. Tapi walau begitu ia merasa bahwa sekali itu Pak Goon mengalami kesulitan bukan karena
kesalahannya sendiri.
Yang sebenarnya bersalah Bets, karena ia yang mengaku-ngaku Putri Bongawee!
"Sekali ini kita akan benar benar berusaha membantunya," kata Bets.
"Segala yang berhasil kita selidiki, kita teruskan padanya."
"Kemungkinannya, ia takkan mau percaya," kata Fatty.
"Tapi kita bisa saja menyampaikan lewat Ern. Kalau Ern, mungkin ia mau percaya"
Saat itu Ern ada di situ.
Mendengar ucapan Fatty yang terakhir, ia langsung bingung.
"He, he nanti dulu. kalian jangan bercerita apa apa padaku. yang kemudian harus kusampaikan pada pamanku." katanya panik.
"Aku sama sekali tidak mau berurusan dengan dia. Ia tidak suka padaku, dan aku juga begitu."
Pedang Buntung 2 Pendekar Mabuk 052 Gundik Sakti Twilight 3
^