Pencarian

Seruling Haus Darah 6

Seruling Haus Darah Hiat Tiok Sian Jin Karya Chin Yung Bagian 6


Pada saat itu Tabib tersebut telah tertawa dingin lagi, sikapnya sangat tawar.
"Aku dapat menyembuhkan jiwa cucumu ini.....!" katanya tawar, "Tetapi kau sendiri, aku tak tahu mau atau tidak meluluskan permintaanku ?!"
"Sebutkanlah Sin-she.....!!" kata Khu Sin Hoo cepat. "Kalau memang untuk kebaikan cucuku ini, walaupun harus melakukan segala sesuatu yang sulit, aku pasti akan meluluskan permintaan Sin-she.....!"
Kembali tabib itu ketawa dingin.
"Bukankah kau Jiauw-pie Jie-lay Khu Sin Hoo?" tanyanya mendadak, matanya juga mencilak.
Khu Sin Hoo sendiri sampai terkejut orang dapat mengenali dirinya, dia sampai mengangkat kepalanya mengawasi tabib itu. Tetapi Sin Hoo tak dapat mengenali siapa tabib itu adanya.
'"Benar" dia menyahut sambil mengangguk. "Loo-lap memang si orang she Khu .....! Siapakah Sin-she?!"
"Hmmm.....kukira namaku tak perlu kau ketahui !!" menyahuti si tabib dengan suara yang dingin. "Hanya aku sangsi, apakah setelah kusebutkan permintaanku itu kau akan menelan perkataanmu yang: telah kau ucapkan itu!"
Wajah Khu Sin Hoo jadi berubah merah. Dia jadi medongkol.
"Katakanlah Sin-she..... aku pasti akan meluluskan permintaanmu itu!" katanya agak keras.
"Betul? Kau pasti akan meluluskan permintaanku?!" tanya si-tabib menegaskan.
Tiba-tiba hati Khu Sin Hoo terkesiap, dia tak lantas menyahuti.Tadi dia main menyanggupi saja setiap permintaan si tabib, bagaimana kalau sampai akhirnya si tabib ternyata meminta dia, membunuh diri ?! Kan bisa berabe.....!"
"Maka dari itu," katanya "Sebutkanlah permintaanmu itu, kalau memang tak melanggar Gie, budi, dan tak lepas dari permintaan yang pantas, aku Khu Sin Hoo pasti akan meluluskan."
Tabib itu telah ketawa dingin lagi, sikapnya tawar sekali.
"Baiklah orang she Khu!!" katanya. "'Jiwa cucumu itu akan kutolong sampai sembuh, tapi kau juga harus memberikan padaku Pek-hek-sia!!" Pek-hek-sia ialah katak hitam dan katak putih.
Mendengar disebutnya Pek Hek Sia, wajah Khu Sin Hoo jadi berubah hebat, matanya juga berkilat bengis. Namun sesaat kemudian dia teringat bahwa dirinya sedang meminta pertolongan tabib yang luar biasa ini agar menyembuhkan Han Han, maka hatinya jadi lemas lagi.
"Baiklah,'' sahutnya menyanggupi. "Asal kau benar-benar dapat menyembuhkan penyakit cucuku ini,' maka Pek Hek Sia akan kuberikan kepadamu "
Tabib itu ketawa tawar. "Soal menyembuhkan penyakit si-bocah ini sangat mudah, sama mudahnya dengan membalikkan telapak tanganku, tapi yang meragukan aku, apakah setelah kusembuhkan penyakit cucumu ini, kau akan memegang kata-katamu itu ?!"
Wajah Khu Sin Hoo sampai berubah hebat, alisnya sampai berdiri ketika mendengar perkataan orang.
"Hmm.....walaupun aku orang she Khu tak pernah melakukan perbuatan baik, tapi tak nantinya aku sehina itu ! " kata-katanya tegas. "Kalau memang benar-benar kau dapat menolong jiwa Han-jie, maka Pek Hek Sia pasti akan kuberikan kepadamu !"
"Bagus! Mari kalian ikut aku !" kata si tabib yang lalu sudah memutar tubuhnya dan berjalan dengan dituntun oleh Tie-jie, si-bocah yang dipanggil sebagai Anak ayam itu.
Han Han yang hanya menyaksikan saja dengan menutup mulut, tiba-tiba menarik ujung baju Khu Sin Hoo.
"Tay-soe, tak usah kau membelaku sampai begini macam !" katanya terharu. "Biarlah tabib itu tak mau mengobati penyakitku ini, karena aku tak mau kalau barang Tay-soe, Pek Hek Sia, harus jatuh ketangan dia !!"
Jiauw Pie Jie Lay tersenyum ramah, penuh kasih sayang.
"Biarlah Han-jie.....Pek Hek Sia tak ada harganya, hanya merupakan dua ekor katak, maka asal kau bisa sembuh, hatiku telah gembira !" katanya halus. Lalu tanpa mengatakan apa-apa lagi, dia menuntun tangan si-bocah she Han ini mengikuti tabib itu.
Han Han jadi tak tenang, dia terharu melihat paderi ini telah membela dirinya sampai begitu macam. Maka dari itu, walaupun tabib itu telah menjanjikan dirinya akan disembuhkan, tokh bocah ini telah mengambil keputusan untuk menampiknya nanti! !
Tabib itu menuju keluar dusun, dia mengajak Khu Sin Hoo dan Han Han ke sebuah hutan.
"Ya disini !!" kata tabib itu sambil tertawa dan membalikkan tubuhnya menatap Khu Sin Hoo. "Aku akan mulai melakukan pengobatan pada bocah ini, begitu berhasil, kau harus menyerahkan Pek Hek Sia padaku !!"
"Tunggu dulu Sin-she.....!" tiba-tiba Han Han berteriak. "Aku tak mau kau obati, biarlah penyakitku ini bertambah berat, tapi aku tak akan meminta pertolongan Sin-she !!"
Wajah Sin-she itu jadi berubah merah padam, rupanya dia mendongkol. Sedangkan Sin Hoo sendiri jadi gugup, dia berusaha membujuk si bocah.
Akhirnya, karena dipaksa oleh Khu Sin Hoo, maka mau juga Han Han diobati oleh tabib itu.
Sedangkan tabib luar biasa itu memerintahkan Tie-jie, si-bocah yang tadi menuntunnya untuk menggelar selembar tikar yang lebar, kemudian dia perintahkan Han Han untuk tidur rebah ditikar rumputnya itu.
Han Han menolak, sehingga Khu Sin Hoo jadi repot membujuk.
"Bocah!" kata si-tabib mendongkol. "Kalau memang kau sudah ingin cepat-cepat pergi keneraka, ya sudah ! Aku juga tak bisa memaksamu !" dan dia sudah menggulung tikar rumputnya itu untuk berlalu.
Sin Hoo jadi gugup, cepat-cepat dia menghampiri tabib itu.
"Sin-she.....kuminta kau mau mengobati cucuku ini seperti yang kita bicarakan tadi!" kata Sin Hoo. "Pek Hek Sia pasti akan kuserahkan padamu!"
"Hmmm.....aku memang ingin menyembuhkan bocah itu, tapi bocah itu terlalu tahan harga ! Biarlah dia mampus!"
Wajah Kho Sin Hoo jadi berubah.
"Jadi Sin-she tak mau menolong cucuku itu?" tanyanya dan dihati Jiauw Pie-Jie Lay telah mengambil keputusan lainnya, kalau saja si Sin-she ini menolak menolongi Han Han, dia pasti akan menggunakan kekerasan untuk memaksa si-tabib menolongi Han Han.
Si tabib mengawasi Jiauw Pie Jie Lay sesaat, kemudian dia menoleh kepada Han-Han.
"Hei bocah ..... apakah kau tetap menolak maksud baikku yang ingin menyembuhkan penyakitmu yang tak menggembirakan itu?" tegurnya.
Han Han mendelik pada si-tabib.
"Hmmm..... kau adalah tabib jahat, karena menolongku dengan mengandung sesuatu maksud, mengincer barang Khu Tay-soe!" menyahuti Han Han berani, "Sudalah! Aku juga tak jeri untuk mati!"
Khu Sin Hoo menghampiri Han Han, dia gugup sekali.
"Han-jie.....kau harus mau Shin-she itu mengobatimu.....karena begitu kau sembuh, aku akan mengajakmu ke Thian-san untuk bermain-main di gunung itu ! Bagaimana ? Kau mau bukan diobati oleh Sin-she itu?"
Si bocah menatap Khu Sin Hoo. Dilihatnya wajah orang yang begitu gugup, menunjukkan kekuatiran, sehingga si bocah jadi terharu dan berterima kasih pada paderi yang baik hati ini.
"Baiklah Tay-soe.....!!" akhirnya dia menyahuti sambil mengagguk. Dia sudah lantas menghampiri si tabib. "Ayo Sin-she, mulailah kau mengobati penyakitku ini ! "
Tabib itu sudah mendongkol, dia juga lantas ketawa mengejek.
"Hmmm..... belum pernah ada orang yang memohon pertolonganku dengan cara kau, bocah!!" katanya bengis. "Apakah kau kira kalau aku tak mau mengobatimu kau bisa memaksaku ?"
"Shin-she .....cepatlah kau memulai psngobatanmu, karena kalau terlambat, jiwa cucuku ini akan berbahaya sekali !"
Tabib itu ketawa dingin. "Begini saja kita atur !" katanya tawar. "Kukira sekarang ini kau tak membawa Pek Hek Sia, bukan ? Nah, si bocah kau titipkan saja padaku, nanti setelah berselang tiga bulan, setelah bocah ini sembuh, aku akan mengantarkannya padamu! Kita bertemu di kota Ciong An. Nanti kuserahkan cucumu ini dan kau menyerahkan Pek Hek Sia padaku ! Bagaimana, akur?"
Sin Hoo mengangguk cepat.
"Baik ! Begitupun boleh !" katanya dengau suara yang gugup, "Aku akan menantikan kau di Ciong Sia untuk mengembalikan cucuku itu ! Tapi kalau sampai selembar rambutnya saja terganggu, kau akan kubunuh ! Biarpun kau melarikan diri ke bulan, tokh aku akan tetap mengejarmu !!"
"Jangan kuatir!" menyahut si tabib tawar. "Jiwa cucumu ini akan selamat! Percayalah !! Asal ingat, begitu aku menyerahkan kembali bocah ini padamu, kaupun harus menyerahkan Pek Hek Sia milikmu itu !"
"Boleh !" menyahuti Khu Sin Hoo cepat. "Tapi kalau sampai cucuku ini mengalami sesuatu yang tak menggembirakan, aku akan mencarimu untuk melakukan perhitungan !"
Si tabib hanya ketawa tawar, dia menggapei tangannya pada Han Han.
"Ayo kita berangkat !!" katanya nyaring, dia bukan hanya berkata, karena tabib itu telah memutar tubuhnya dan mulai melangkah pergi dengan mulutnya meneriaki:
"Tabib dewa, dapat menyembuhkan segala macam penyakit, berat dan ringan, semuanya pasti akan sembuh.....! Tabib dewa!! Tabib dewa .....!!"
Melihat si-tabib akan berlalu, Khu Sin Hoo memerintahkan Han Han untuk ikut pada tabib itu. Entah kenapa, dalam keadaan panik Khu Sin Hoo jadi main mempercayai tabib itu saja.
Sebetulnya Han Han berat berpisah dengan paderi yang baik hati itu, tapi karena Khu Sin Hoo mendesaknya, terpaksa akhirnya dia menyusul tabib luar biasa itu dan mengikuti di belakangnya si tabib ..... !
Khu Sin Hoo sendiri menghela napas. Dia jadi berduka. Karena Han Han yang menderita penyakit yang begitu membahayakan jiwanya, kedua si tabib telah meminta Pek Hek Sia sebagai imbalannya dan Jiauw Pie Jie-lay ini telah main menyanggupi saja !! Padahal, Han Han sendiripun tahu bahwa Pek HeK Sia itu sebetulnya adalah binatang yang langka dan jarang sekali orang memilikinya, karena kedua katak hitam putih itu dapat mengobati orang yang keracunan..... itulah sebabnya Khu Sin Hoo sangat menyayangi kedua binatang yang luar biasa itu. Namun disebabkan dia ingin menolong jiwa Han Han, terpaksa dia harus mengorbankan katak pusaka itu.
Setelah menghela napas berulangkali, akhirnya Sin Hoo kembali ke hotelnya. Karena dalam beberapa malam terakhir ini dia kurang tidur disebabkan menjagai terus Han Han yang sering jatuh pingsan, maka begitu rebah di pembanngan, dia tertidur nyenyak .....di hatinya dia sudah mengambil keputusan untuk menuju ke kota Ciong An untuk menunggui kedatangan si-tabib luar biasa itu !
Tapi, yang membikin Sin Hoo tak mengerti, siapakah sebetulnya tabib yang luar biasa itu ?! Apakah dia seorang tokoh persilatan yang. sedang manyembunyikan diri?! Entahlah! Sin Hoo tak mengenalinya.....!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 16 SI TABIB yang luar biasa ini mengajak Han Han ke dalam hutan. Selama itu dia tak mengatakan sepatah katapun pada si-bocah she Han itu, dia menutup mulutnya rapat-rapat. Sedangkan Han Han juga tak banyak bertanya, dia hanya mengikuti dengan mendongkol di belakang si tabib,
Jauh juga mereka melakukan perjalanan di dalam hutan tersebut, sampai akhirnya tiba di muka hutan yang sebelah lainnya. Di situ terdapat sebuah lapangan rumput yang luas sekali, tak tampak sebuah rumah penduduk di daerah tersebut. Tabib luar biasa dan Tie-jie, si bocah yang menuntunnya, telah duduk di bawah pohon, dengan mata mendelik tabib itu menatap Han Han.
"Duduk, bocah !!" bentaknya nyaring.
Han Han jadi mengerutkan alisnya, sejak bertemu dia memang mempanyai kesan yang kurang baik pada tabib ini. Juga yang membikin dirinya heran, mengapa si Hwee-shio, Khu Sin Hoo, main mempercayai tabib ini dan menyerahkan dirinya dibawa oleh si-tabib begitu saja ! Lebih-lebih sekarang, di kala melihat kelakuan si tabib yang ugal-ugalan maka kesan buruk yang bersemi dihati si bocah jadi kian membesar.
Han Han duduk agak menjauh dari tabib itu, dia duduk di bawah sebuah pohon lainnya.
Tabib itu ketawa dingin, wajahnya tak enak dilihat.
"Hmmm bocah bertingkah ! " katanya dingin. Dia menoleh kepada Tie-jie "Coba kau lihat, bocah itu terlalu bertingkah tidak ?"
Tie-jie mengangguk. "Bocah semacam dia memang harus dimampusi !" menyahuti Tie-jie. "Dengan memberikannya dia makan racun barulah puas hati kita !"
"Bagus ! Kita memang harus memberikan racun pada bocah bau yang bertingkah ini!! " menyahuti si tabib menimpali perkataan Tie-jie.
Hati Han Han jadi mencelos mendengar perkataan kedua orang itu. Seketika itu juga dia menduga bahwa ?si pengemis' tentunya orang jahat. Walaupun Han Han termasuk seorang bocah yang tabah, tapi mendengar dirinya akan diracuni, diberi makan racun, tokh hatinya jadi kebat-kebit. Dengan tak sengaja, dia melirik kearah si tabib dan si bocah Tie-jie, kebetulan kedua orang itu sedang, menatapnya juga dengan mata mendelik, sehingga Han Han jadi menggidik melihat pancaran mata kedua orang itu. Han Han jadi mempunyai maksud untuk kabur.....!!
"Bocah !." terdengar tabib itu telah memanggilnya.
Han Han menoleh, tapi dia tak menyahuti.
"Kau mau mampus atau hidup ?" tanya tabib itu.
"Mau mampus ?" menyahuti Han Han mendongkol, dia sengit orang mempermainkan dirinya sampai begitu macam. "Kalau memang kau tak mau mengobatiku, untuk apa kau pura-pura mengajakku kemari ?"
Si tabib yang aneh itu ketawa gelak-gelak.
"Kau mau mampus! Baik. Begitu juga boleh!" kataraya aseran. "Kau memang seorang bocah yang bertingkah! Nah Tie-jie. hajar dulu dia !!"
Si bocah yang dipanggil Tie-jie mengiyakan, lalu tahu-tahu tubuhnya telah melompat ringan, sehingga Han Han jadi terkejut ketika tiba-tiba si bocah Tie-jie telah berada di hadapannya.
"Bukkk.....!" tahu-tahu dada Han Han telah kena ditojos oleh Tie-jie.
Han Han merasakan dadanya yang sakit luar biasa, dia sampai mengeluarkan jerit kaget waktu tubuhnya terjungkal.
"Hajar lagi Tie-jie!!" terdengar si-tabib berseru nyaring.
Tie-jie berusia lebih kecil dari Han Han tapi karena dia mengerti ilmu silat, maka dia jadi mempunyai tenaga yang cukup besar dan gesit sekali. Mendengar perintah si tabib, dia telah mengayunkan tangannya dan 'Plak, plok, plak, plok', yang n yaring sekali, pipi Han Han telah kena dihajar pulang pergi.
Han Han jadi melengak, tapi dia tak dapat lama-lama berdiam dari pukulan-pukulan si-bocah Tie-jie. Darah bocah ini jadi meluap. Memang sejak pertama dia sudah tak menyenangi kedua orang ini, apa lagi sekarang dirinya seperti dijadikan bulan-bulanan kedua orang itu, dihajar pulang pergi.
Sedangkan Tie-jie telah mengayunkan tangan kirinya akan menghajar dada Han Han lagi. Tapi kali ini Han Han jadi nekad, walaupun dia tak bisa bersilat, tokh sebagai seorang manusia yang terdesak begitu macam, maka dia menggerakan tangannya untuk menangkis. Tapi karena gerakan-gerakan Tie-jie gesit sekali, maka Han Han menangkis angin, sedangkan tangan Tie-jie telah menyelusup dari bawah tangan Han Han dan "Bukkk!" terdengar suara gebukan pada diri Han Han yang nyaring sekali, sehingga si bocah she Han tersebut jadi terjungkel lagi.
Si tabib yang luar biasa itu ketawa gelak-gelak. Tubuhnya, juga ikut tergoncang karena dia tertawa keras sekali.
"Hajar lagi Tie-jie.....bikin dia terkuing-kuing seperti anjing !! "perintah si tabib. Tie-jie mengiyakan lagi, lalu tubuhnya mencelat, mencengkeram baju Han Han di bagian dadanya, kemudian tubuh Han Han diangkataya dan dibanting pula dengan keras, sehingga Han Han jadi nyungsep mencium tanah. Ketika dia berbangkit, dari hidungnya telah mengucur darah segar.....!
Tie-jie telah ketawa mengiringi suara ketawa tabib, wajah mereka luar biasa, sangat bengis. Walaupun masih kecil sekali, tapi wajah Tie-jie membayangkan hawa pembunuhan. Sikapnya juga mengancam sekali.
"Dibunuh saja, Soe-hoe?" tanyanya kemudian dengan suara riang.
Si tabib yang ternyata Soe-hoenya, guru, dari Tie-jie, masih tetap tertawa, tapi waktu mendengar pertanyaan Tie-jie, dia mengulap-ulapkan tangannya.
"Jangan.....!" katanya cepat. "Jangan dibunuh !! Aku bisa repot nantinya pada si tua she Khu itu ! Siksa saja!"
"Baik !" menyahuti Tie-jie, dia sudah melompat lagi dan terdengar kembali suara 'bukkkkk !' yang nyaring luar biasa, tampak Han Han yang sedang berusaha bangkit itu telah rubuh terjungkel lagi, karena dadanya dirasakan sakit sekali. Namun, walaupun menimbulkan perasaan sakit, tapi setiap Tie-jie memukul dirinya, Han Han merasakan semacam hawa hangat yang luar biasa bergolak di dalam perutnya. Semakin dipukul oleh Tie-jie, dia jadi semakin segar.
Tetapi, biarpun begitu, si bocah she Han ini jadi gusar sekali orang telah menyiksanya demikian rupa. Maka dari itu, waktu tubuhnya rubuh terguling, cepat-cepat dia bangun untuk berdiri. Di saat itulah Tie-jie tengah mengayunkan tangannya akan menjotos dada Han Han lagi, tapi sekarang Han Han telah bersiap-siap. Dengan sekuat tenaganya dia menangkis serangan Tie-jie, sehingga kedua tangan mereka saling bentur dan berbareng dengan itu Han Han menggunakan tangan kirinya untuk mendorong:
Tie jie melihat serangannya dapat ditangkis Han Han, malah tangan kiri Han Han mendorong dadanya, dia jadi berseru marah sambil berusaha mengelakkan tangan kiri Han Han yang mengincar dadanya itu. Tapi terlambat, dengan tak terduga, tangan Han Han mengenai tepat dadanya, sehingga terdengar suara 'Bukkkk!', 'kreeeek' yang nyaring sekali, yang kemudian disusul oleh suara jeritan Tie-jie yang tubuhnya terpental, dada Tie-jie ternyata telah kena dihajar oleh Han Han.
Tie-jie ambruk di tanah tanpa dapat berkutik lagi, wajahnya pucat dan matanya mendelik lebar, napasnya telah berhenti. Ternyata dia telah mati !
Si-tabib yang menjadi guru Tie-jie jadi terkejut, dia melompat pada muridnya itu. Diperiksanya keadaan Tie-jie, dilihatnya dada si bocah telah hangus dan bocah ilu sendiri sudah tak bernapas, karena nyawanya telah terbang menuju keneraka ! Si tabib jadi murka luar biasa, dia sampai berjingkrak.
"Bocah setan.....! Kau menggunakan ilmu siluman apa membunuh muridku itu, heh ? " bentak si tabib dengan matanya mendelik bengis.
Han Han sendiri tadi waktu berhasil mendorong dada Tie-jie, dia merasakan dari telapak tangannya mengalir hawa yang dingin sekali, yang disusul oleh suara jeritan Tie-jie. Maka dari itu, setelah melibat Tie-jie terpental dan terbinasakan disebabkan dorongan tangan kirinya itu, Han Han sendiri jadi bingung dan ketakutan, karena dia tak menduga bahwa akibat dari dorongannya itu menyebabkan kematian Tie-jie.
Si tabib sendiri telah melompat dan mengayunkan tangannya menghajar pundak Han Han. Bocah itu tak mengerti ilmu silat, maka di saat tangan si tabib meluncur memukul pundaknya itu, dia tak bisa mengelakkannya.
"Bukkk !!" terdengar suara yang nyaring sekali, tubuh Han Han terpental jauh sekali, ambruk di tanah tak sadarkan diri. Dia pingsan,
Si tabib cepat-cepat menghampirinya, dia duga hasil seranganuya itu paling sedikit pundak si bocah hancur remuk, sebab jangankan tubuh manusia, batu gunung kalau dihajar oleh tabib itu biasanya hancur menjadi tepung .....!!
Tapi untuk kagetnya dia melihat si-bocah telah bergerak lagi. Rupanya dia tak jatuh pingsan, tadi dia hanya merasakan dadanya menyesak dan pandangan matanya berkunang-kunang, sehingga untuk sekian lama dia hanya meringkuk, namun setelah pusingnya lenyap, di kala si tabib sedang menghampirinya si bocah telah merayap bangun tarpa kurang suatu apapun.
Tabib itu jadi penasaran sekali, dia mengayunkan tangannya lagi sambil mengerahkan tenaga Lwee-kangnya, menghajar dada Han Han.
Pada saat itu Han Han sedang merayap bangun, dia mengetahui bahwa si tabib telah menyerang dirinya, tapi dia tak bisa mengelakkannya, maka dadanya terhajar telak oleh si pengemis.
Namun untuk kagetnya pengemis itu, tangannya seperti memukul kapas dan kepalannya itu menempel di dada si bocah she Han tanpa dapat ditarik pulang. Si-tabib sampai mengeluarkan seruan.
Han Han sendiri, tadi waktu pundaknya terhajar oleh si tabib, dia merasakan hawa dingin dan panas yang biasanya bergolak menimbulkan penderitaan baginya, mendadak naik kepundaknya, sehingga waktu tangan si-tabib mengenai pundaknya, dia hanya merasakan nyeri yang luar biasa, tapi tulang-tulang Pi-peenya seperti terbungkus dan terlindung oleh hawa Im dan Yang yang ada di dalam tubuhnya, sehingga tak sampai hancur terhajar oleh si-tabib. Dan sekarang di kala tabib itu memukul dadanya lagi, dia juga merasakan kedua hawa itu bergerak dengan sendirinya, sehingga waktu tangan si tabib mengenai dadanya, dia tak merasakan sesuatu apapun, malah tangan si tabib menempel pada dadanya, sehingga Han Han jadi heran, dia duga si tabib sedang menggunakan ilmu siluman!
"Tabib jahat .! " Bentak si bocah she Han ini mendongkol. "Kau terlalu bengis sekali !" dan Han Han menggerakkan tangann ya untuk menjotos perut si tabib.
"Bukkk !" perut tabib itu dapat dihajarnya tanpa pengemis itu dapat mengelakkannya, dan berbareng dengan hajaran tangan bocah she Han ini, tangan si tabib yang melekat di dada Han Han terlepas, dia menjerit sambil memegangi perutnya, karena dirasakan perutnya itu seperti terhajar oleh godam, keras sekali, sampai melilit dan sakit luar biasa !
Han Han ketawa mengejek, bocah ini puas dan melihat keadaan si tabib.
"Tabib jahat..... kau baru merasakan tangan tuan kecilmu ini!!'' katanya mengejek.
Namun belum lagi Han Han menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba si-tabib menubruk, lalu merangkul Han Han dan mencekeknya sedangkan kedua tangan Han Han ditindihkan dengan dengkulnya, sehingga si bocah jadi tak berdaya. Dengan dicekek lehernya pernapasan si bocah seperti terhenti, dia berusaha meronta, tapi tenaga si tabib besar sekali, maka dari itu, sesaat kemudian, mata Han Han jadi berkunang-kunang dan dadanya seperti mau meledak, sebab pernapasannya jadi tersumbat .....!
Han Han jadi mengeluh didalam hatinya, dan dia menyesai harus mati di tangan tabib jahat ini. Tapi karena lehernya dicekik keras sekali, si bocah tak berdaya apa-apa, hanya satelah mengeluarkan suara ?ngeeekkk' yang cukup panjang, Han Han tak sadarkan diri.....!
Si-tabib mencekek terus dengan sekuat tenaganya, dia bermaksud untuk membinasakan si bocah.
Tetapi, di saat yang membahayakan jiwa Han Han, tiba-tiba berkelebat sesosok bayangan, yang begitu sampai, sudah lantas mencengkeram punggung si tabib, lalu melemparkannya ke samping, sehingga si tabib jadi terbanting keras sekali. Sedangkan sosok tubuh yang baru datang itu telah memeriksa keadaan Han Han.
Si tabib jadi terkejut, dia menjerit kesakitan waktu tubuhnya terbanting Tapi di samping sakit, dia juga murka. Cepat-cepat bangun berdiri lagi dan mencelat akan menyerang orang yang sedang berjongkok membelakanginya memeriksa keadaan Han Han.
Tangan si tabib terulur kepunggung orang itu, tapi dengan tenang tanpa menoleh orang itu mengibaskan lengan bajunya, kembali si tabib merasakan serangkum tenaga serangan yang kuat sekali menerjang dirinya, sehingga tanpa ampun lagi tubuhnya terpental dan terbanting lagi !
Sedangkan orang itu telah membalikkan tubuhnya dengan wajah yang bengis dan waktu si tabib melihat wajah orang, dia jadi manjerit kaget, tubuhnya sampai menggigil.
"Jiauw Pie Jie lay!" serunya gemetar. Dan orang yang baru datang itu Jiauw-Pie Jiy lay Khu Sin Hoo. Tadi waktu di?
rumah penginapan, dia hampir tertidur, tapi tiba-tiba di kepalanya berkelebat suatu ingatan. Dia jadi kaget sendirinya Sebab sekarang Khu Sin Hoo baru menyadari, dia telah begitu sembrono menyerahkan Han Han pada tabib yang tak dikenalnya itu.....karena dalam keadaan panik, dia jadi tak dapat berlaku teliti. Coba kalau Han Han dicelakai tabib itu, bukankah persoalan jadi tambah hebat?! Maka dari itu cepat-cepat Sin Hoo keluar dari rumah penginapannya itu dan mencari si tabib yang tak diketahui asal usulnya itu. Karena dia berkepandaian tinggi dan kosen sekali, maka dalam waktu yang singkat, dia telah dapat memutari kampung itu, sampai akhirnya dia memasuki hutan yang ada di pinggir kampung tersebut. Diperolehnya tanda-tanda bahwa si tabib mengambil jalanhutan ini. Dan di saat Sin Hoo sampai di situ, dilihatnya Han Han sedang terancam keselamatannya.....!
"Hmmm..... sudah kudaga kau bukan tabib baik-baik!!" kata Khu Sin Hoo murka dan tubuhnya mencelat mencengkeram baju si tabib. "Siapa kau sebenarnya? Mengapa kau mau menipuku ?!"
Tabib itu ketakutan setengah mati.
"Ampun Tay-hiap.....Siauw-jin hanya menerima perintah dari Thian-san Sian-eng.....!" kata si tabib dengan suara gemetar.
Sin Hoo, jadi meiengak, wajahnya semakin bengis.
"Thian-san Sian-eng?" bentaknya. "Mereka yang telah memerintahkanmu untuk mencelakai Han-jie ?"
Si tabib mengangguk, dia ketakutan sekali.
"Ya Tay-hiap .....mereka yang memerintahkan agar membunuh si.....si ..... anak itu!" sebetulnya dia mau menyebut Han Han dengan sebutan si bocah, tapi achirnya dirobah dengan perkataan 'anak'. "Karena kata mereka sebab bocah itulah kawanan mereka, orang Mo-in-shia, jadi dibebaskan oleh Tay-jin.....!"
"Jadi kau orang Pek Bwee Kauw?" bentak Sin Hoo dengan suara yang bengis, sampai janggutnya bergerak-gerak dan jenggotnya seperti berdiri.
"Ya..... Siauw-jin hanya orang bawahan saja!!" sesambat tabib itu. "Ampunilah selembar jiwa Siauw-jin ini .....janganlah Tay-hiap membunuhku ....."
Sin Ho murka sekali, selain orang ialah menipu dirinya yang hampir saja mencelakai Han Han, juga si tabib ini, yang temyata orang Pek Bwee Kauw, anak buah Thian-san Sian-eng, ternyata seorang pengecut! Maka dari itu, dengan bengis dia mengangkat tubuh orang, lalu dibantingnya keras sekali, sehingga seketika itu juga melayanglah jiwa si tabib, sebab kepalanya pecah keluar polonya.....!
Setelah mendengus, cepat-cepat Khu Sin Hoo menghampiri Han Han. Dia menotok jalan darah Cioe Tiong Hiatnya si bocah untuk menyadarkannya.
PerIahan-lahan Han Han membuka kelopak matanya, tapi pandangan matanya masih kabur, ingatannya juga kacau sekali. Begitu dia ingat apa yang tadi terjadi, dia meronta dari cekalan Khu Sin Hoo
"Lepaskan cekalanmu.....oh, aku tak bisa bernapas!!" teriaknya sambil berusaha berdiri.
Sin Hoo terharu melihat keadaan si bocah. "Han-jie....." panggilnya dengan suara tergetar, dia juga memeluk si bocah.
Mendengar namanya dipanggil, si bocah jadi tersadar. Dia mementang matanya lebar-lebar dan melihat yang berada dihadapannya ternyata Khu Sin Hoo, bukannya si tabib yang tadi mencekeknya. Tanpa dapat ditahan lagi, si bocah jadi menangis dan memeluk Hwee shio ini erat-erat.
"Tay-soe ..... hampir saja tabib jahat itu bersama muridnya mencelakaiku!!" katanya terisak.
Jiauw Pie Jie-lay menghiburnya. Akhirnya si bocah dapat ditenangkan. Han Han juga menceritakan bagaimana dia disiksa oleh Tie-jie, sampai akhirnya bocah si-anak ayam itu mati didorong olehnya. Si bocah juga menceritakan bagaimana si tabib menghajarnya berulang kali, sampai achirnya hampir saja dia mati tercekek.
Selama mendengarkan cerita si bocah she Han itu, Jiauw Pie Jie Lay Khu Sin Hoo jadi heran. Dia juga tak mengerti mengapa sekali didorong saja Tie-jie terbinasakan ?! Maka dari itu, setelah Han Han menuturkan habis segalanya pada Sin Hoo, maka si-paderi she Khu ini memeriksa keadaan si bocah Tie-jie.
Untuk kagetnya, dia melihat dada orang hangus dan tulang-tulang dadanya remuk. Dia seorang achli Lwee-keh, seorang achli tenaga dalam, maka dengan cepat dia tersadar, bahwa itu adalah pengaruh dari hawa dingin dan panas yang berada di dalam tubuh Han Han, sehingga karena hawa itu menerobos keluar dari telapak tangan si bocah, maka Tie-jie jadi terhajar mati .....! Lagi pula Cioe-kie-hiat dan It-hiatnya Han Han telah terbuka, sehingga kedua macam tenaga yang berlawanan itu leluasa keluar masuk ke Thay-yang-hiatnya, dan tersalur ketelapak tangannya, menyebabkan kematian Tie-jie.
Juga tentang tadi waktu si tabib memukul dada Han Han dan tangannya melekat pada bocah itu sebetulnya bukan apa-apa, hanya karena ditubuh si-bocah she Han itu telah mengalir dua tenaga berlawan, lm dan Yang, maka dadanya itu seperti terlindung oleh iapisan baja yang tak akan terembus oleh apapun..... maka itu, tak heran si tabib jadi mengambil jalan mencekek untuk membinasakan Han Han, sebab dia mengetahui, kalau dia menghajar si bocah, hal itu tak akan membawa kefaedahannya..... !
Khu Sin Hoo yang telah melihat mayat Tie-jie, jadi menarik napas. Dia berduka sekali. Coba kalau jalan darah Cioe kie-hianya si bocah she Han ini dapat ditutup kembali dan penyakit yang mengeram di dalam dirinya disebabkan hawa panas dan dingin itu dapat disembuhkan, maka si bocah akan menjadi manusia yang luar biasa sekali. Dalam usia sepuluh tahun, Han Han seperti telah mempunyai latihan tenaga Lwee-kang selama belasan tahun.....!
Tapi sayangiiya, penyakit yang mengeram di tubuh si bocah sangat sulit disembuhkan, pula Cioe-kie-hiat si bocah tak dapat ditutup kembali, sehingga kalau hawa Im dan Yang sedang mengamuk, kedua tenaga negatif dan positif itu akan membahayakan jiwa si bocah sendiri .....! Malah, Sin Hoo sendiri menduga umur si bocah paling lama hidup di dunia selama satu bulan lebih lagi .....karena kalau sampai pintu Thay-yang-hiatnya kena didobrak oleh kedua tenaga yang berlawanan, yang berada di dalam tubuhnya, maka pada saat itulah Han Han berhenti jadi manusia .....!
Dengan berduka Jiauw Pie Jie Lay Khu Sin Hoo mengajak si bocah kembali ke rumah penginapan. Dia jadi tambah iba dan sayang pada diri bocah she Han ini ..... !
Tadi, karena dia sedang panik dan berduka, hampir saja dirinya dapat ditipu oleh si tabib yang ternyata orangnya Pek Bwee Kauw, yang mengingini jiwa Han Han. Maka dari itu, Khu Sin Hoo bermaksud untuk mencari Thian-san Sian-eng, untuk membunuh kedua orang yang tak berbudi itu.....!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 17 BESOK harinya Khu Sin Hoo mengajak Han Han untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Hong-san, gunung burung Hong. Gunung itu mempunyai nama begitu sebab bentuknya melebar seperti juga buntut burung cenderawasih. Hong ialah cenderawasih.
Sin Hoo mengajak Han Han menuju ke gunung cenderawasih itu ialah untuk berkumpul dengan enam jago luar biasa lainnya, karena setiap lima tahun sekali, di malaman Cap-go di bulau sepuluh, ketujuh jago luar biasa yang menguasai daratan Tiong-goan mengadakan pertemuan di gunung itu. Mereka adalah Kim-see Hui Hong, It Kiam Chit-tong Su Tie Kong, Gin Tiok Su Seng Gauw Lap, Sian Lie Lie, yang bergelar Hek Coa Tok Mo, Khu Sin Hoo, Tok Sian Sia Yan Hoa Piek dan Sian-jin Kiu Lo Heng Ciauw Liong. Selain dari ke tujuh jago itu yang akan mengadakan pertemuan, juga berdatangan jago-jago rimba persilatan yang ingin menyaksikan keramaian, karena selama seminggu ketujuh pendekar yang menguasai daratan Tiong-goan itu akan memperebutkan gelar jago nomor wahid didalam kalangan Kang-ouw. Siapa yang dapat memenangkan pertandingan selama empat kali berturut-turut, maka dia berhak memakai gelar It Thian Kiam-jiet, tunggal langit dan pedang tandingan, yaitu tanpa tanding di kolong jagad ini ..... !
Sekarang adalah Peh-gwee Cap-jie, bulan delapan tanggal dua belas, jadi waktu perjalanan mereka kegunung Hong-san, yaitu gunung cenderawasih masih mempunyai waktu dua bulan. Maka itu, Khu Sin Hoo tak terlalu kesusu, sambil melakukan perjalanan, dia naengajak Han Huan untuk menikmati pemandangan di sekitar tempat yang mereka lalui.
Han Han sendiri sering kumat sakitnya, dia sering menggigil kedinginan dan kadang-kadang kepanasan, namun setelah berselang dua jam perasaan yang menyiksanya itu lenyap dengan sendirinya. Sampai malah pada akhirnya perasaan itu sering timbul dan mudah lenyapnya, karena hanya dalam waktu seperempat jam saja, perasaan itu telah lenyap. Namun kalau dulu setelah berselang satu hari penyakitnya itu bisa kumat, tapi kalau sekarang satu bisa enam tujuh kali kumat. Khu Sin Hoo sendiri yang menyaksikan hal itu jadi tambah berduka. Semakin pendek waktu penyiksaan dari perasaan dingin dan panas itu pada diri si bocah, maka makin pendek pula batas waktu kematian si bocah ..... nanti kalau sudah hawa panas dan dingin itu timbul hilang dalam waktu dua tiga menit, maka pada saat itulah si bocah tak bisa tertolong lagi !! Walaupun memperoleh Sian-tan, obat dewa, tokh tak mungkin tertolong lagi !
Pada hari itu, Khu Sin Hoo dan Han Han sedang berada di tepi telaga Kie-po-ouw yang berada di propinsi Soe-coan. Sin Hoo dan Han Han menikmati pemandangan di sekitar telaga Kie-po-ouw yang indah itu, untuk sejenak mereka melupakan kedukaan mereka. Tapi disebabkan bahwa telaga itu yang dingin dan tiupan angin yang bertiup santer, tiba-tiba Han Han rubuh terjungkel, dia mengeluarkan suara seruan, lalu menggigil, giginya terdengar berkerot.
Sin Hoo yang menyaksikan hal itu jadi terkejut. Cepat-cepat dia memeriksa keadaan si bocah. Dilihatnya wajah Han Han telah berobah hijau bersemu hitam .....hati Sin Hoo jadi mencelos, karena biasanya kalau muka orang telah berubah hijau bersemu hitam, maka jiwanya sudah tak dapat tertolong lagi.....! Maka itu, cepat-cepat Sin Hoo menotok kedua jalan darah yang ada di iga si bocah, kemudian menepuk lambung Han Han. Hal itu untuk mengurangi penderitaan yang diderita olah si bocah, rasa dingin dan panas masih mengaduk di dalam diri si bocah she Han itu, sehingga Sin Hoo jadi gugup sekali.
Untuk membawa ke kota, terang jauh, karena kota Kiepo-an, terletak tujuh belas lie dari Kie-po-ouw ini ..... maka itu, Khu Sin Hoo meletakkan si bocah dirumput-rumput, kemudian dia mengambil selimutnya, dibalutnya tubuh Han Han, sehingga dalam waktu yang singkat dia telah lenyap, Memang aneh, penyakitnya itu semakin cepat datang, dan juga semakin cepat sembuh. Han Han girang memperoleh kenyataan bahwa sekarang akhir-akhir ini kalau kedua hawa negatip dan positip itu sedang mengamuk, maka tak usah memakan waktu yang terlalu lama, perasaan yang menyebabkan si bocah menderita, akan lenyap dengan cepat.
Namun bagi Khu Sin Hoo, hal itu membuatnya tambah berduka. Karena umur si bocah semakin pendek, kesempatan hidup si bocah tinggal sedikit saja.....! Namun Khu Sin Hoo tak mengatakan hal itu kepada Han Han. dan untuk menyenangkan hati si bocah dalam hidupnya yang terakhir itu Khu Sin Hoo sering mengajaknya mengelilingi tempat-tempat indah .....!
Han Han senang sekali menikmati pemandangan yang indah, mampir ke rumah makan yang besar dan masakannya enak luar biasa, menyaksikan tempat-tempat hiburan lainnya, semua biaya itu diperoleh Khu Sin Hoo dengan menyatroni rumah-rumah hartawan yang kikir dan jahat pada penduduk sekitarnya, maka untuk ala kadarnya Sin Hoo sering mengambil beberapa puluh tahil emas .....!
Namun karena dia kosen sekali, maka kedatangannya mencuri uang - uang hartawan kikir itu, tak pernah dipergoki oleh orang-orang hartawan itu, yang khusus disediakan untuk menjaga kamarn ya. Tapi tak urung Sin Hoo tetap saja dapat mencomot uang mereka dengan mudah ..... !
H?n Han sering menanyakan kepada Khu Sin Hoo mengenai uang yang berjumlah banyak yang selalu dipakai oleh Jiauw Pie-Jie Lay dengan cara yang boros dan sering memberikan persenan kepada para jongos dan pelayan ..... sehingga banyak rumah-makan yang menanti-nanti kedatangan Khu Sin Hoo lagi, yang dianggap oleh mereka sebagai 'baron' yang royal sekali ..... !
Sin Hoo sendiri sering tersenyum kalau si bocah menanyakan soal penghasilannya. Karena Khu Sin Hoo memang sudah biasa sejak dia mulai mengembara kalau kurang perbekalan, tentu menyatroni rumah pembesar jahat atau rumah hartawan kikir dan bengis. Dan memang kenyataan, pada saat itu orang-orang yang mengembara di dalam dunia kang-ouw, kalau kurang perongkosan, maka mereka meminta bantuan si pendeta she Khu ini dan umumnya selalu dapat saja, karena orang she Khu ini terbaka tangannya terhadap para sahabatnya.....!
Melihat si bocah telah tersadar, lamunan Khu Sin Hoo buyar, cepat-cepat dia mengeluarkan sebutir pil yang berwarna hitam atau kecoklat-coklatan tua, menyerupai warna hitam, dimasukkan ke dalam mulut Han Han yaug lalu ditelan oleh si bocah.
Setelah menelan pil itu, Han Han merasakan tubuhnya jauh lebih segar, maka dari itu, dia sudah lantas bisa melompat berdiri.
"Terima kasih Tay-soe.....!" katanya sambil menekuk kedua kakinya berlutut di hadapan Hwee-shio itu, "Entah berapa kali aku telah marepotkanmu ..... membikin susah Tay-soe saja!"
Khu Sin Hoo telah tertawa penuh kasih sayang.
"Bangunlah Han Han.....!" katanya sambil memimpin bangun si bocah. "Jangan terlalu banyak peradatan. Lagi pula, apa yang kulakukan semua itu haayalah untuk menjaga kesehatanmu, bukan bermaksud apa-apa .....!"
Han Han mengangguk. "Ya Tay-soe walaupun begitu, tapi aku tetap sajalah merepotkan Tay-soe, sehingga perjalanan Tay-soe agak terlambat."
Mendengar perkataan si bocah she Han itu, dia ketawa gelak-gelak sampai tubuhnya tergoncang.
Han-jie ..... kau terlalu sungkan ! " kata Jiauw Pie Jie-lay ketawa. "Berdirilah ! !" Janganlah kau membuatku jadi tak enak hati karena apa yang kulakukan bukanlah suatu perbuatan yang dapat disebut sebagai budi ..... aku hanya melakukan kewajibanku sebagai seorang beribadat yang harus saling tolong menoloug kepada semua umat manusia yang sedang mengalami kesulitan atau kesengsaraan hidup!"
Han Han berdiri, dia lalu membungkukkan tubuhnya menjura pada Jiauw Pie-Jie Lay Khu Sin Hoo.
"Tay-soe ..... mudah-mudahan budi amal kebaikanmu mendapat berkah dan pembalasan dari Thian .....!" kata si-bocah. "Mungkin di dalam dunia yang fana ini aku tak bisa membalas budi kebaikan Tay-soe yang telah diberikan kepadaku, mudah-mudahan saja nanti di sorga aku bisa membalasnya ..... "
Kembali Jiauw Pie Jie Lay ketawa. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Han Jie ..... sudahlah ! Mari kita melanjutkan perjalanan kita!" katanya.
Han Han mengangguk, lalu mengikuti Khu Sin Hoo meninggalkan telaga Kie-po-ouw.
Baru saja si kakek dan si bocah berjalan beberapa meter, tiba-tiba terdengar suara teriakan 'Cong-wie Ciong Piauw-tauw melintang empat meminta jalan'!! Cong-wie Ciong Piauw-tauw melintang empat meminta jalan .....!!"
Han Han heran mendengar teriakan-teriakan itu, dia menoleh kepada Sin Hoo.
"Apa yang dilakukan orang itu, Tay-soe?" tanyanya. "Mereka berteriak tak hentinya." Khu Sin Hoo ketawa.
"Itulah iring-iringan Piauw..... !!" Dia menerangkan. "Dan iring-iringan Piauw ini berasal, dari Cong Wie Piauw Kiok yang dipimpin oleh Ciong Sam Cia, bergelar Sam-to Sam-sim, atau tiga golok tiga hati. Itulah menandakan kelihaian orang she Ciong itu, karena goloknya dapat bergerak cepat sekali sekali gerak dapat membolongi dada tiga musuhnya .....!!"
"Hebat Ciong Piauw-tauw itu !!" memuji Han Han.
"Itulah..... kalau dilihat dari kepandaiannya itu, walaupun luar biasa, tapi tokh masih banyak yang lebih kosen. Tapi disebabkan Ciong Piauw-tauw orangnya terbuka dan senang bersahabat, sehingga orang-orang Liok-lim, rimba hijau, jarang yang mempunyai niat untuk mengganggu iring-iringan piauw yang dikawal oleh Cong Wie Piauw Kiok. Malah pada akhir-akhir ini, kalau piauw yang diantar itu tak meliputi jumlah yang besar Ciong Piauw-tauw malah tak ikut serta, dia hanya mewakilkan beberapa orang wakilnya dengan membawa kartu namanya.....dan Piauw akan tiba di tempat dalam keadaan selamat, karena tak akan ada orang yang berani mengganggunya .....!!"
Pada saat itu masih terdengar terus teriaknya 'Cong Wie Ciong Piauw-tauw melintang empat meminta jalan..... melintang empat meminta jalan ..... suara teriakan itu semakin lama semakin mendekat, sampai akhirnya Han Han dapat melihat iring-iringan Piauw yang berderet panjang itu, kira-kira dikawal oleh dua puluh lima orang Piauw itu dengan pakaian yang kotor dekil, karena telah melakukan peijaianan yang jauh sekali. Waktu lewat didekat Khu Sin Hoo daa Han Han, semua orang-orang Piauw itu melirik dan menatap curiga pada kakek pendeta Khu Sin Hoo. Tapi, salah seorang telah berteriak lagi: 'Cong Wie Ciong Piauw-Tauw melintang empat meminta jalan ..... melintang empat meminta jalan..... Cong Wie Ciong Piauw-tauw ..... melintang empat meminta jalan.
Suara teriakan itu semakin lama semakin perlahan, karena iring-iringan kereta barang bergerak terus. Jadi tegasnya, iring-iringan piauw itu seperti meninggalkan Khu Sin Hoo dan Han Han, mereka mengambil jalan jurusan timur.
Tiba-tiba, baru saja orang-orang Piauw-tauw Cong Wie Cong Piauw Tauw itu lewat, tiba-tiba terdengar derap kaki kuda. Waktu Khu Sin Hoo dan Han Han menoleh, maka tampak sepasang kuda, dengan di atasnya tampak dua orang berwajah bengis, sedang mencongklang kearah mereka, berhenti di dekat si-kakek dan si-bocih. Mungkin kedua orang berwajah bengis ini menganggap Khu Sin Hoo hanyalah seorang beribadat, seorang paderi miskin, lagi pula Han Han yang telah di anggapnya sebagai pengemis cilik. Itulah sebabnya kedua orang itu tak memperhatikan Khu Sin Hoo dan Han Han, mereka hanya mengawasi menghilangnya kereta-kereta Piauw yang terakhir di tikungan sebelah kanan lalu salah seorang di antara mereka mengeluarkan semacam bahan kembang api, kemudian dibakar dan dilemparkannya keatas. Kembang api itu meluncur cepat sekali, lalu tahu-tahu kembang api itu telah meledak dan pecah menimbulkan sinar di udara .....
Khu Sin Hoo ketawa tawar melihat sikap orang, dia menarik tangan Han Han untuk menyingkir ke samping, sedangkan kedua orang bermuka bengis itu telah mengedut tali les kuda mereka, melaratkan kuda mereka kejurusan rombongan Piauw-hang itu lewat. Dalam waktu sebentar saja, mereka telah Ienyap, yang tertinggal hanyalah debu yang mengepul tinggi.....
Dan baru saja kedua penunggang bermuka bengis itu berlalu, dari jurusau mana tadi mereka muncul, telah tampak tiga penunggang lainnya. Wajah mereka juga bengis-bengis dan mata mereka berkilat melihat Khu Sin Hoo dan si bocah itu, namun mereka tak memperdulikan kedua orang itu, mereka hanya mendengus dan melarikan terus kuda tunggangan mereka.
Dalam waktu yang singkat, mereka jaga telah Ienyap ditelan oleh mengepulnya debu yang membubung tinggi..... ! Begitulah berturut-turut muncul beberapa penunggang kuda lainnya, yang semuanya bersikap seperti penunggang-penunggang kuda yang terlebih dahulu ..... !
"Hmmm..... perampok-perampok yang tak tahu diri !" menggumam Khu Sin Hoo tawar, dia memegang tangan Han Han. "Mari kita berangkat, Han-jie..... !."
Han Han menyahuti, dia mengikuti pendeta tua she Khu itu untuk berlalu. Tetapi baru saja mereka berjalan beberapa tindak, tiba-tiba di jurusan muka mencongklang cepat sekali beberapa ekor kuda dengan beberapa orang laki-laki bermuka garang sebagai penunggangnya. Mereka menarik tali kekang kuda itu dan dengan gerakan yang enteng serta lincah, kelima orang la?ki2 bermuka garang itu melompat dari kuda tunggangan mereka.
"Hai pendeta butut.....!" bentak salah seorang di antara mereka. "Mau apa kalian sejak tadi berdiri di situ ?"
Khu Sin Hoo ketawa dingin, matanya mencilak,
"Jalan ini jalan umum, bukan dibuat oleh Cauw-congmu !" dia balas membentak dengan suara tawar. "Mau apa kalian terlalu usil mengurusi diriku?!"
Wajah kelima orang itu berubah, malah yang tadi bertanya, telah berjingkrak.
"Pendeta butut.....!" bentaknya bengis. "Apakah kau tak mengenai kenatian?"
"Hmmm..... bagi Loo-lap kematian adalah biasa..... kalau memang kalian mempunyai kemampuan untuk membunuh Loo-lap, bunuhlah ......!" menyahuti Jiauw Pie Jie-lay Khu Sin Hoo nyaring, dia juga ketawa dingin.
Wajah kelima orang itu jadi berubah lagi, dan yang tadi membentak sudah mencelat tinggi, tangan kanannya diulurkan menyerang si Hwee-shio dengan jurus 'Kim Liong Tam Jiauw' atau 'Naga emas mengulurkan cakarnya', dia bermaksud untuk mencengkeram kepala Khu Sin Hoo yang gundul.
Tanpa melepas cekalannya pada tangan Han Han, Khu Sin Hoo menggunakan tangan kirinya untuk menyentil dan dalam sentilanuya, mengandung hawa murni dari tenaga Lwee-kang yang kuat sekali.
Maka itu, hebat kesudahannya ! Dengan mengeluarkan suara jeritan, tubuh orang bermuka bengis itu yang sedang melayang di udara seperti tertahan oleh gelombang tenaga yang kuat sekali, tahu-tahu tubuhnya itu terpukul mental dan ambruk di tanah ! Napasnya seketika juga tehenti di tenggorokan, jiwanya melayang melayang menghadap Giam-lo-ong.....!
Keempat kawannya yang juga rata-rata bermuka bengis, jadi terkejut, mereka sampai memandang kesima pada mayat kawan mereka itu, yang sudah membujur kejang .....!
Khu Sin Hoo telah ketawa dingin lagi.
"Pergilah kalian sebelum aku mempunyai niat untuk membunuh..... ! " kata si Hwee-shio tawar
Seketika itu juga keempat orang bermuk a bengis itu jadi tersadar;, mata mereka jadi mencilak bengis,
"Hwee-shio gundul keparat ..... siapa kau yang telah berani membunuh Pie Toako kami ? " bentak salah seorang di antara keempat orang bermuka bengis itu dengan suara yang galak sekali. Walaupun dia jeri melihat Pie Toakonya dirubuhkan si paderi hanya satu kali sentilan saja, tapi tokh dia berani, karena dia berempat, dan orang ini yakin, kalau dikeroyok, tentu Hwee-shio itu akan dapat dibunuhnya .....
"Kau menanyakan namaku, apakah kalian sudah berpikir untuk mampus?" bentak Khu Sin Hoo bengis. "Hmmm..... diberi jalan hidup, tapi memilih kematian !"
Keempat oraag itu gusar sekali, mereka berteriak membentak galak dan mereka bukan hanya membentak, karena keempat orang ini telah melompat untuk menyerang sekali berbareng.
"Kurcaci yang tak tahu gelagat!" gumam Khu Sin lio tawar, dia tak mengelakkan serangan keempat orang itu, juga dia tak melepaskan cekalan tangan kanannya pada Han Han, hanya tangan kirinya bergerak cepat dan bertenaga, dia membuat, setengah lingkaran, sehingga tangan kiri si pendeta ini melengkung ke dalam, lalu dengan mengeluarkan suara bentakan yang perlahan, tangannya itu menyentil empat kali sekelilingnya terdengar suara jeritan yang menyayatkan.
Tampak tubuh keempat orang penyerang Khu Sin Hoo itu terpelanting dan ambruk di tanah tanpa bergeming lagi.....! Mereka juga sudah lantas putus jiwa. dikala tangan kiri Khu Sin H o itu manyentil dengan disertai oleh tenaga Lwee-kang.....!
Han Han yang melihat hal itu, jadi menggidik.
"Tay-soe..... apakah..... apakah tak lebih baik kalau tadi keempat orang ini diberi hajaran saja ?" tanyanya sambil mengerutkan alisnya.
Khu Sin Hoo tertawa gelak-gelak mendengar pertanyaan bocah she Han ini.
"Han-jie .....!" katanya dengan suara yang berubah lembut. "Mereka ini sangat jahat, maka kalau tak dimampusi, tentu dibelakang hari akan membikin, kesulitan pada masyarakat yang lemah tak berdaya .....! Mereka adalah perampok-perampok yang akan membegal piauw hang tadi.....!!"
Han Han tak menyahuti, dia hanya mengawasi kelima mayat orang yang bermuka, bengis itu yang menggeletak kejang di tanah.....!
"Mari kita pergi, Han-jie.....!!" ajak Khu Sin Hoo sambil menuntun tangan si bocah.
Han Han mengangguk saja, mereka lalu meninggalkan kelima mayat orang-orang yang bermuka bengis itu, juga meninggalkan kelima binatang tunggangan kelima orang itu yang kala itu sedang memakan rerumputan yang terdapat di situ !
Belum berselang lama Khu Sin Hoo dan.Han Han meninggalkan tempat tersebut, tampak mencongklang pesat sekali dua ekor kuda. Ternyata penunggang itu orang yang tadi melepaskan kembang api. Mereka dengan cepat tiba di tempat kelima mayat itu menggeletak. Untuk kaget mereka, segera juga mereka mengenali bahwa kelima mayat itu adalah kawan mereka !
Dengan cepat mereka melompat turun dari kuda tunggangan mereka itu, memeriksa kelima mayat yang terbujur kejang..... !
"Tak ada tanda-tanda, bekas luka pada tubuh mereka ini, CieToa-ko kata salah seorang di antara kedua panunggang kuda itu dengan seruan herannya. "Aneh.....! Mereka binasa dengan mata mendelik dan mulut terpentang lebar, seakan-akan sebelum menemui kebinasaan, mereka berlima menderita kesakitan yang hebat !"
Orang yang dipanggil Cie Toa-ko itu bernama Cie Siang, mengerutkan kedua alisnya.
"Inilah aneh. .....!" gumamnya, dia juga tak kalah herannya. "Siapa yang telah turun tangan membunuh mereka?!" Dan Cie Siang memeriksa kelima mayat kawannya itu, juga dia tak memperoleh tanda-tanda luka pada kelima mayat itu, sampai diapun tak mengerti dengan cara apa kelima kawannya itu terbinasa!!
"Bo-tee .....!!" katanya kemudian sambil berdiri. "Mari kita melaporkan hal ini kepada Hauw Loo-tangkeh.....!"
Kawannya yang dipanggil Bo-tee itu bernama Bo Cin, dia mengangguk. "Ya ..... kita harus memberikan laporan kepada Hauw Loo-tangkeh.....!!" sahutnya. "Di dalam hal ini tentu ada sesuatu yang luar biasa..... tentu ada orang kosen yang membantui Cong Wie Piauw-kiok secara menggelap"
Dengan sebat mereka menaiki kuda tunggangan mereka itu, yang lalu dilaratkan cepat sekali menuju kearah selatan, kemudian membelok tiga tikungan, tibalah mereka di depan sebuah rumah, di mana tampak banyak orang.
Cepat sekali Bo Cin dan Cie Siang melompat turun dari kuda tunggangan mereka itu.
"Mana Hauw Loo-tangkeh..... ?" tanya Cie Siang kepada salah seorang yang berada didekat situ.
"Di dalam ..... " menyahuti orang itu, yang sudah lantas membukakan pintu masuk Cie Siang dan Bo Cin.
Waktu memasuki ruangan itu, dilihatnya Hauw Loo-tangkeh sedang berdiri membelakangi pintu, memandang keluar jendela. Dengan cepat Ceng Siang dan Bo Cin menjatuhkan dirinya berlutut.
"Siauw-jia membawa berita. Hauw Loo-tanggkeh .....!!" kata Cie Siang tanpa berani mengangkat kepalan ya
Hauw Loo-tangkeh Cin Sie Ong mendengus, tapi dia tak membalikkan tubuhnya, dia tetap berdiri di tempatnya memandang keluar jendela, membelakangi kedua orang bawahannya itu.
"Berita apa .....?" tanyanya dingin
"Rombongan Piauw-hang itu sedang beristirahat di dusun Ming-an-chung, rupanya mereka telah mengetahui bahwa rombongan mereka itu sedang diincer oleh kita orang .....! Dan juga ..... " Cie Siang tak meneruskan perkataannya, dia mengangkat kepalanya memandang punggung Hauw Loo-tangkeh, pimpinannya itu.
"Hmm ..... kenapa ?" tegur Hauw Loo-tangkeh Cin Sia Ong dingin waktu mendengar orang tak meneruskan perkataannya, dia juga memutar tubuhnya. Matanya mencilak kedua alisnya berkerut. "Apa yang telah terjadi ?"
"Kelima orang-orang kita yang melakukan penguntitan untuk jurusan timur telah terbinasa secara aneh, mereka terbinasa dengan tak ada tanda-tanda luka pada tubuh mereka .....!"
Mendengar laporan itu, wajah Hauw Loo-tangkeh jadi bengis.
"Siapa yang telah membunuh mereka"? Bentaknya.
"Siauw-jin tak mengetahui Loo-tangkeh, ..... kami berdua menemukan mereka dalam keadaan tak bernyawa .....!!" menyahuti Cie Siang cepat, rupanya dia takut sekali melihat Hauw Loo-tangkeh mereka itu sedang dalam keadaan gusar.
Hauw Loo-tangkeh mendengus, rupanya dia murka sekali. Sepasang alisnya berkerut dia jadi memutar otak untuk menduga-duga orang yang telah membunuh kelima orangnya itu.
"Lalu bagaimana dengan penguntitan jurusan barat?'' tegur Cin Sia Ong setelah berselang beberapa saat lamanya.
"Semuanya 'berjalan lancar ....., hanya orang kosen yang membantu pihak Piauw-hang itu telah mengadakan persiapan karena mereka telah memecah diri menjadi dua rombongan, yang terdiri dari rombongan belakang dan muka !!"
"Hmmm ..... kirim sepuluh lagi untuk melakukan penguntitan terus secara bergilir .....!!" kata Hauw Loo-tangkeh dingin.
'"Jangan melakukan gerakan apa-apa yang dapat membikin pihak Piauw-hang itu mengerdil s pihak kita! Sebelum ada perintah da?ri ku, tak searangpun kuijinkan untuk men-coba2 melakukan penyerangan!"
"Baik Loo-tangkeh' ..... !" menyahuti Cie Siang dan Bo Cin hampir berbareng.
"Nah ..... pergilah kalian melakukan tugas yang telah kuberikan ! Juga jangan lupa mengirim dua orang kita untuk melakukan enyelidikan siapa orangnya yang telah membunuh kelima orang-orang kita itu !! "
"Baik Hauw Loo-tangkeh .....!" menyahuti Cie Siang dan Bo Cin lagi, setelah menganggukkan kepala mereka tiga kali, maka kedua orang ini mengundurkan diri dari ruangan itu.
Hauw Loo-tangkeh Cin Sia Ong sendiri telah membalikkan badannya menuju kejendela lagi, dia menatap keluar dengan sepasang alis berkerut.
"Siapa orang yang telah membantu pihak. Piauw-hang itu ? " pikirnya. "Apakah orang benar-benar kosen seperti apa yang dikatakan oleh Cie Siang .....?!" dan Hauw Loo-tangkeh, pimpinan Harimau ini yang berasal dari perkumpulan Pek Bwee Kauw, perkumpulan bunga Bwee putih, jadi memutar otak. "Hmmm ..... biar bagaimana Piauw-hang dari Cong Wie Piauw-kiok ini harus jatuh ketangan Pek Bwee Kauw ..... kalau perlu aku akan meminta pada Kauw-coe untuk mengirimkan bala bantuan, mengirimkan Kim-soe Loo-tangkeh dan Pek Wie Too-jin .....!"
Perlahan-lahan Hauw Loo-tangkeh ini memutar tubuhnya, dengan kepala tertunduk dia menuju kepembaringan dan duduk di situ sambil memikirkan rencana penyergapan pada rombongan Cong Wie Piauw-kiok.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya


Seruling Haus Darah Hiat Tiok Sian Jin Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

JIAUW PIE JIE LAY Khu Sin Hoo mengajak Han Han mengambil jurusan barat, perlahan-lahan mereka menyusuri jalan itu dengan berdiam diri. Karena, keduanya sedang tenggelam dalam alam pikiran mereka masing-masing.
Han Han sedang memikirkan keadaan kedua orang tuanya dan keempat Soe-heng, Soe-cienya, yang sekarang entah berada di mana ..... sedangkan Khu Sin Hoo sendiri sedang memutar otak untuk memikirkan pengobatan bagi Han Han ..... !
Tiba-tiba di antara kesunyian yang mencekam sekitar daerah itu, terlihat enam sosok bayangan yang sedang berlari-lari dengan mengeluarkan suara tertawa yang berisik sekali. Keenam sosok bayangan itu lari kearah Khu Sin Hoo dan Han Han.
Waktu keenam bayangan itu sudah datang mendekati, Han Han jadi mengeluarkan seruan tertahan, lubuhnya menggigil. Kenapa ?!
Itulah ayah ibunya dan keempat murid ayahnya ..... dan yang lari paling muka adalah Han Swie Lim, di belakangnya mengikuti Han Hoe-jin, Soe Niang, Hi Lay, Hi Beng dan Tang Siu Cauw.
Han Man jadi menjerit dan melepaskan tangannya dari cekalan Jiauw Pie Jie Lay, berlari-lari ke arah kedua orang tuanya itu.
"Thia ..... Ma ..... !" serunya.
Keenam bayangan itu berhenti di depan si bocah, mereka berhenti tertawa dan saling pandang sesaat, namun kemudian mereka telah ke tawa lagi.
"Thian mau bertamasya ..... Wftfoas
mau bertamasya---!!" seru Han Swie Lim sambil menari-nari, dia sudah tak mengenal putera tunggalnya itu, sedangkan pakaiannya telah koyak-koyak dan kotor sekali. Begitu juga dengan Han Hoe-jin dan keempat murid dari orang she Han yang telah gila itu.
"Ya, ya, ya, Giok Lie akan ikut serta dengan Thian !!" Han Hoe-jin juga berteriak-teriak sambil tertawa-tawa dan menari. Matanya jelalatan menyeramkan sekali ..... !
Melihat itu, Han Han menubruk ibunya antuk memeluk Han Hoe-jin, dia juga menangis sedih sekali.
"Ma ! Ma ! Ini aku, Han-jie ..... !" teriaknya bagaikan kalap. "Ini aku Ma ..... kenapa kau ?. Kenapa kau Ma ?!"
Han Hoe-jin sendiri begitu melihat si bocah menubruk dan memeluk dirinya, jadi berseru marah.
"Bocah kurang ajar ..... kau berani berlaku ceriwis pada Giok Lie ..... !!" dan karena dia sudah tak dapat mengenali puteranya, diangkat tangannya, sekali tepak saja pada bahu si bocah tubuh Han Han terpental dan ambruk di tanah sambil mengerang sakit. Namun bocah ini kalap sekali, dia menangis kencang dan melompat bangun lagi akan menubruk ibunya.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
(Bersambung) JILID VII KHU SIN HOOO Jiauw Pie Jie-lay yang sejak kedatangan keenam orang itu, jadi berdiri menjublek seperti orang kesima, dan dia jadi terkejut waktu melihat Han Han dihajar terpental oleh Han Hoe-jin, ibunya si bocah itu, dia sampai mengeluarkan seruan dan melompat ke arah si bocah. Pada saat itulah Han Han sedang melompat bangun untuk menubruk dan memeluk Han Hoe-jin lagi, maka Khu Sin Hoo mengulurkan tangannya menjambret tangan si bocah. yang dicekalnya erat-erat.
"Han-jie ..... '!" bentaknya keras.
Tapi Han Han berontak dari cekalan Jiauw Pie Jie-lay sambil menangis,
"Lepaskan! Lepaskan aku !" teriaknya di antara sendat tangisnya. "Ma ! Ini Han-jie, Ma ! Ma! Maaaa !!"
"Han Han ..... !" bentak Khu Sin Hooo lagi sambil mengerutkan sepasang alisnya, dia mempererat cekalannya agar si bocah tak dapat terlepas dari cekalannya, "Dengarlah Han-jie.....! Orang-orang itu gila semua..... diamlah Han-jie ..... ! "
"Lepaskan ! Lepaskan !!" teriak Han Han kalap. "Itu ayah dan ibuku !! Lepaskan .....! Maaa ! Ini Han-jie, Ma !!" dan si bocah, meronta terus, tapi mana dia bisa melepaskan cekalan Jiauw Pie Jie Lay Khu Sin Hooo, seorang tokoh persilatan yang mempunyai kepandaian luar biasa itu ?
Khu Sin Hooo sendiri jadi melengak mendengar perkataan si bocah, dia sampai mengawasi keenam orang itu dengan tubuh menjublek.
Pada saat itu Han Swie Lim dan yang lain-lainnya telah menari-nati sambil tetap mengeluarkan suara tertawa yang menyeramkan, sebentar pendek, lalu disusul dengan suara tertawa yang panjang sekali, yang dapat mendirikan bulu tengkuk.....mata mereka juga melancarkan sinar yang mengerikan. Mereka sudah tak mengenali Han Han lagi, mereka juga tak mengetahui lagi bahwa bocah itu sebetulnya adalah putranya sendiri ..... semua itu disebabkan karena mereka telah gila.....!
Kasihan bocah she Han itu !!
Mungkin saking sedih dan berduka melihat keadaan kedua orang tuanya dan keempat murid ayahnya itu, lagi pula dia tak bisa melepaskan cekalan tangan Khu Sin Hooo, maka setelah meronta sesaat lamanya lagi, setelah mengeluarkan suara keluhan, dia rubuh pingsan dengan air mata masih membanjiri pipinya ..... !
Orang tua she Khu itu sendiri jadi terkejut waktu melihat bocah she Han tersebut jatuh pingsan tak sadarkan diri, cepat-cepat dia membawanya ketepi jalan dan merebahkannya di rumput yang banyak bertumbuhan di sekitar daerah tersebut.
Sedangkan Han Swie Lim dan kelima orang gila lainnya itu jadi berlompat-lompat sambil menghampiri, lalu mengiringi Khu Sin Hoo dan Han Han.
Jiauw Pie Jie Lay Khu Sin Hoo jadi mendongkol waktu melihat Tang Siu Cauw mengulurkan tangannya untuk menjambak rambut Han Han, orang she Khu ini mengeluarkan seruan marah, kemudian menggerakkan tangannya mengibas dengan ujung lengan jubahnya, maka tanpa ampun lagi Tang Siu Cauw terpental dengan mengeluarkan suara jeritan yang menyeramkan, kemudian ambruk di tanah dengan menjerit-jerit kesakitan.
Han Swie Lim dan orang-orang lainnya yang gila itu jadi mendelik pada Khu Sin Hooo dengan tatapan mata yang bengis, tahu-tahu orang she Han dan Han Hoe-jin telah melompat berbareng menggerakkan tangan mereka menyerang Khu Sin Hoo.
Ternyata, walaupun mereka telah gila, tokh kepandaian ilmu silat mereka tidak hilang. Dengan secara mambabi buta Han Hoe-jin dan suaminya itu menyerang Khu Sin Hoo, tapi setiap serangannya pasti menimbulkan angin serangan yang keras sekali dan berbahaya. Coba kalau yang menghadapi suami-isteri gila itu manusia biasa, pasti orang itu akan hancur kepalanya terhajar oleh tangan Han Swie Lim serta isterinya itu.....!
Tapi bagi Khu Sin Hoo lain. Mana dia anggap kepandaian yang dimiliki oleh Han Swie Lim dan Han Hoe-jin ?! Maka dari itu, melihat orang menyerang dirinya, bukannya dia menyingkir, malah Khu Sin Hoo menggerakkan tangannya menangkis kedua serangan itu, dan di saat terdengar suara 'Dukkk!' dua kali yang keras, maka tampak tubuh Han Swie Lim dan Han Hoe-jin terpental.
Khu Sin Hooo cepat-cepat mengurut tubuh Han Han untuk membikin si bocah tersadar, sedangkan Han Swie Lim dan Han Hoe-jin telah ambruk di tanah sambil menjerit-jerit kesakitan dan memegangi tangan mereka yang dirasakan sakit luar biasa dan tulang-tulang tangan mereka dirasakan seperti mau patah !
Namun, ketika mereka bangun kembali, mereka telah tertawa-tawa sambil menari-nari. Han Swie Lim sendiri telah berteriak-teriak:
"Thian mau bertamasya .....! Thian mau berangkat ! Hayo siapa yang mau ikut ?!"
"Hek-seng ingin ikut bersama Thian !!" Tang Siu Cauw dan ketiga Soe-teenya telah berteriak dengan suara yang keras, mereka membahasakan diri Hek-seng, murid, yang biasanya dipergunakan oleh sastrawan.
Han Swie Lim telah tertawa keras.
"Bagus ! Bagus! Mari kita berangkat ! Hayo kita berangkat!!" dan setelah berteriak begitu, Han Swie Lim menjejakkan kakinya, mencelat jauh sekali meninggalkan tempat itu. Kelima orang gila lainnya juga ikut menjejakkan kaki mereka dan tubuh mereka mencelat pesat menyusul Han Swie Lim..... !
Khu Sin Hoo jadi menarik napas melihat kelukan enam orang gila itu. Dia sangat berduka, diawasinya wajah Han Han yang masih terbaring di atas rumput, wajah bocah itu pucat sekali, disudut matanya tampak bekas-bekas air mata yang sudah mulai mengering. Keadaannya harus dikasihani. Muka bocah tersebut telah berubah kehijau-hijauan, gelap-kelabu. Dan, dengan keadaannya, demikian, maka menandakan bahwa jiwa bocah she Han itu sedang dalam keadaan yang sangat gawat sekali.
Setelah menarik napas berulang kali, maka Khu Sin Hoo mengulurkan tangannya me notok jalan darah Ciang-hie-hiatnya si bocah. Tepat totokan jago tua she Khu tersebut, karena begitu jalan darahnya si bocah tertotok, tampak seketika itu juga tubuh si bocah bergerak-gerak perlahan sekali, wajahnya juga berangsur-angsur berobah merah,
Khu Sin Hoo menggeleng-gelengkan kepalanya dengan hati berduka waktu melihat keadaan si bocah. Semakin cepat bocah ini tersadar, maka bathin kematian yang mengancam dirinya akan semakin cepat menjelang datang. Semua ini disebabkan semakin pendek jarak antara pingsan dan sadar, dan akan menyebabkan semakin cepatnya saat-saat kematian si bocah, dia tak akan tahan melawan serangan Im dan Yang yang sedang mengamuk di dirinya. Lebih-lebih sekarang dia mendapat pukulan bathin yang hebat, menyaksikan keadaan orang tuanya yang telah gila, dan tak mengingatnya lagi dirinya sebagai putra mereka. Sebagai seorang bocah yang baru berusia di antara sepuluhan tahun, sebetulnya apa yang telah dialaminya selama itu luar biasa sekali dan tak wajar, karena biar bagaimana kuatnya daya tahan dari tubuh seorang bocah, tokh dia masih tetap seorang bocah cilik yang lemah.
Jago tua she Khu itu sendiri, sangat kebingungan, dia ingin sekali menyalurkan tenaga Lwee-kangnya untuk membantu bocah itu menggempur dan melawan dua serangan hawa Im dan Yang yang mengendap dalam tubuhnya si bocah, tapi tokh dia jeri kalau-kalau sampai hal itu malah nanti membuka jalan darah Thay-yang-hiatnya si bocah, sehingga hawa Im dan Yang dapat menerobos ke dalam jalan darah itu dan kalau sampai hal itu terjadi, tentu jiwa si bocah tak akan tertolong lagi. Itulah sebabnya, sampai detik itu, orang tua she Khu itu hanya berani memberikan pertolongan darurat belaka, dengan jalan memberikan beberapa totokan saja kepada bocah she Han tersebut.
"Di.....di mana kita, Tay-soe?" tanya Han Han waktu dia membuka rnatanya melihat Khu Sin Hoo. Matanya memancarkan perasaannya yang sedang dalam kebingungan dan keadaan si bocah harus dikasihani benar.
"Tenanglah Han-jie.....berbaringlah se saat lagi untuk mengasoh! Kau terlalu letih !!" bujuk Khu Sin Hoo terharu.
Akan tetapi, baru saja jago tua she Khu tersebut berkata begitu, tiba-tiba Han Han telah melompat dan berteriak seperti orang kalap.
"Mana ayahku? Mana ? Mana ibuku? Mana Thia-thiaku ?" dan bocah ini berlari-lari.
Khu Sin Hooo jadi terperanjat, dia melompat untuk menubruk dan mencekal lengan si bocah erat-erat.
"Han-jie.....! Tenang Han-jie!!" bentaknya dengan suara yang keras.
"Lepaskan!! Lepaskan.! Aku ingin mencari ibu dan ayanku!" teriak Han Han seperti orang kalap. "Lepaskan.....! Ohlepaskanlah.....!!"
Khu Sin Hoo jadi terharu sekali melihat keadaan si bocah demikian macam, hampir saja dia meneteskan air mata. Dirangkulnya bocah itu dengan lembut dan penuh kasih-sayang.
"Tenanglah Han-jie..... tenanglah! Duduklah'!" bujuk Khu Sin Hoo.
"Tidak ! Aku mau mencari ibu dan ayahku ! Lepaskan.....!" teriak Han Han.
"Ya, ya, ya, kita akan mencari ayah dan ibumu!! Tenanglah nak..... !" bujuk Khu Sin Hoo.
Tapi si bocah yang sedang dalam keadaan kalap seperti itu mana bisa dibujuk dan ditenangkan ?! Dia malah meronta-ronta sambil menangis.
Khu Sin Hooo membujuk beberapa kali lagi, sampai akhirnya setelah berselang sesaat, rupanya orang she Khu tersebut habis sabar, tahu-tahu dia mengayun tangannya, dan, ..... plaaakkk !' si bocah she Han telah di tamparnya keras-keras.
"Anak Han.....kau mau diam tidak?" bentaknya dengan alis berkerut.
Han Han waktu ditampar oleh Khu Sin Hoo, dia jadi kaget, sampai tangisnya terhenti mendadak. Dia tak menduga bahwa Kho Sin Hooo akan menamparnya, maka itu dia jadi memandang Khu Sin Hooo seperti orang kesima, air matanya mengalir dipipinya, dia jadi menangis tak bersuara.
Melihat keadaan si bocah, Khu Sin Hooo jadi menyesal telah menamparnya, dia terharu sekali, sampai tanpa disadarinya air mata telah membasahi kedua pipinya. Dipeluknya Han Han.
"Anak Han.....! Anak Han !!" katanya dengan suara yang parau. "Loo-lap tak sengaja menyakiti dirimu!! Maafkanlah Loo-lap !!"
Han Han juga telah memeluk Khu Sin Hooo juga.
"Ya..... aku memang mengetahui dan merasakan apa yang diderita olehmu, anak Han!" kata Khu Sin Hooo. "Mulai besok sambil menuju ke Hong-san, kita akan mencari juga kedua orang tuamu itu untuk berusaha mengobatinya, agar pikiran mereka kembali menjadi waras .....!"
"Oh Tay-soe.....budimu terlalu besar dan entah bagaimana aku harus membalasnya nanti .....?!" keluh Han-jie gembira air matanya masih menitik membasahi pipinya, matanya memandang Khu Sin Hooo dengan tatapan berterima kasih.
"Mari kita lanjutkan perjalanan lagi ..... " kata Khu Sin Hoo.
Han Han mengangguk sambil tersenyum dengan butir-butir air mata membasahi pipinya!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 18 MALAM itu Khu Sin Hoo dan Han Han bermalam di-Kung-an-chung, sebuah kampung y mg cukup besar dan ramai. Me?reka bermalam dipenginepan dimana orang-Cong Wie Piauw-kok juga menginap disi-tu. Waktu Khu Sin Hoo dan Han Han me?masuki rumah penginepan itu tadi, orang-orang Cong Wie Piauw-kiok yang sedang berkum?pul diruangan muka rumah penginepan itu hanya melirik saja, lalu tak mengacuhkan orang tua she Khu dan Han Han.
Waktu berada di dalam kamar, Jiauw Pie Jie-lay berulang-kali menarik napas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Han Han melihat kelakuan jago tua she Khu tersebut, dia menanyakannya.
"Hmmm..... piauw yang sedang mereka kawal sedang diincer oleh orang-orangnya Pek Bwee Kauw, tapi mereka masih tak mengendusnya!" Khu Sin Hoo menerangkan sambil tertawa tawar. "Biar apa saja yang terjadi nanti, Loo-lap tak nantinya turun tangan untuk membantu pihak piauw itu, paling-paling juga Loo-lap memberikan kisikan saja pada mereka.....!!"
"Mengapa begitu Tay-soe ?" tanya Han Han heran.
"Hmmm ..... selama merantau dalam dunia persilatan, selama limapuluh tahun ini, entah sudah berapa banyak orang yang kutolong dari kesulitan mereka, tapi rata-rata semuanya membalas kebaikanku itu dengan kebalikkannya, air susu dibalas dengan air tuba.....-! Hmm, tadi saja, orang-orang Pek Bwee Kauw, Thian-san Siau-eng, bisa diambil contoh.....pada hari itu kita telah menolongnya dari tangan orang-orangnya Mo-in-shia, tapi tokh mereka malah mempergunakan tipu daya untuk mencelakaimu, Han-jie !"
"Tapi Tay-soe .....sebetulnya persoalan si tabib dan Thian-san-sian-eng tak ada sangkut pautnya dengan orang-orang Piauw ini, maka tak ada salahnya kalau memang orang-orang Piauw dari Cong Wie Piauw-kiok itu mengalami kesulitan, Tay-soe mengulurkan tangan untuk menolongnya dari orang-orang jahat itu."
Khu Sin Hooo melengak mendengar perkataan si bocah, tapi hanya sesaat, karena kemudian dia telah tertawa lebar. Ditepuk-tepuknya bahu si bocah.
"Bagus! Bagus! Ternyata hatimu mulia sekali, Han-jie ! " pujinya. "Aku girang melihat keluhuran budimu, karena biarpun kau dalam keadaan menderita sekali, sedang terserang oleh hawa Im dan Yang yang entah kapan baru dapat dilenyapkan, tapi tokh kau masih memikirkan keselamatan orang lain ! Bagus ! Karena ini memang permintaanmu, maka Loo lap bersedia untuk membantu orang-orang dari Cong Wie Piauw-kiok kalau mereka menemui kesukaran !"
Han Han tertawa gembira, dia cepat-cepat mengucapkan terima kasih. Kemudian mereka, sang Hwee-shio dan si bocah itu, masing-masing mengasoh.
Ketika menjelang kentongan kedua, Khu Sin Hooo telah memberitahukan kepada Han Han bahwa penjahat-penjahat yang mengincer Piauw yang sedang dikawal oleh Ciong Wie Piauw Kiok, mungkin malam ini akan bekerja. Karena telah berpengalaman dan banyak memakan asam garamnya dunia persilatan, juga merupakan seorang tokoh dari ketujuh jago luar biasa itu, maka Khu Sin Hooo telah mempunyai perasaan yang tajam luar biasa sekali.
Sebetulnya Han Han tak mernpercayai keterangan Hwee-shio itu, tapi dia tak mau membantah atau berdebat. Dia hanya mengiyakan saja. Dalam anggapan si bocah, walaupun Khu Sin Hooo seorang beribadat, tapi tokh dia bukanlah seorang peramal yang dapat menentukan sesuatu yang belum terjadi.
Akan tetapi, dugaan Jiau Pie Jie-lay ternyaia tepat. Karena malam itu, rumah penginapan tersebut telah dikurung oleh orangnya Pek Bwee Kauw. Dan, Han Han tersadar dari tidurnya dikala dia mendengar suara bentakan-bentakan yang nyaring serta bengis. Waktu si bocah menoleh kepembaringan Khu Sin Hooo, dilihatnya Jiauw Pie Jie-lay sedang duduk bersemedi dan sedang menatapnya dengan tersenyum.
"Mereka telah datang, Han-jie.....!" kata Khu Sin Hooo perlahan.
Han Han mengangguk, dia turun dari pembaringannnya dan menghampiri orang tua she Khu itu.
"Suara mereka amat bengis, Tay-soe!" kata bocah ini. "Mungkin orang-orang Piauw-kiok itu sedang mengalami kesulitan."
Khu Sin Hoo mengangguk. "Benar.....! Selain jumlah mereka banyak, pun terdiri dari orang-orang kosen.....mungkin orang-orang Piauw-kok itu akan tergempur dan barang kawalan mereka akan ke-rampas.....!" menyahuti Khu Sin Hooo.
"Mengapa Tay-soe tak cepat-cepat menolongnya?'' tanya Han Han gelisah.
Khu Sin Hoo tersenyum lagi, dia hanya mengangguk-angguk dan tak menyahuti.
"Tay-soe..... "panggil Han Han tambah gelisah.
"Belum waktunya!" menyahuti si paderi sambil tetap tersenyum. "Pergilah kau kembali kepembaringanmu."
Si bocah masih ingin mendesak Khu Sin Hooo agar cepat-cepat menolong orang-orang Cong-Wie Piauw-kiok, tapi melihat Khu Sin Hooo mengibaskan tangannya, terpaksa dia kembali kepembaringannya.
Suara orang-orang yang sedang bertempur di luar kamar terdengar berisik sekali. Terdengar juga benturan-benturan senjata tajam dan suara jeritan yang mengerikan. Rupanya banyak yang terluka.
Han Han yang mendengar suara berisik itu. jadi tambah gelisah. Dia sering melirik Khu Sin Hooo, yang dilihatnya sedang duduk tenang-tenang. Entah berapa kali si bocah tak dapat mengendalikan perasaannya dan ingin menghampiri orang tua she Khu itu, untuk memintany a agar cepat-cepat menolong orang-orang Cong Wie Piauw-kok.
Khu Sin Hooo sendiri melihat kegelisahan yang sedang meliputi diri si bocah, dia hanya tersenyum. Sampai ketika terdengar suara jeritan yang menyayatkan menggema di sekitar tempat itu terdengar nyaring sekali dan mengerikan, barulah Sin Hooo melompat dari pembaringan dan keluar dari kamarnya. Han Han juga cepat-cepat mengikuti di belakang si Hweesio menuju ke luar dari kamar itu.
Begitu berada di luar kamar, Han Han dan Khu Sin Hooo menyaksikan pemandangan yang mengerikan. Mayat-mayat bergelimpangan dan darah merah menggenangi lantai rumah penginapan. Kasir dan pelayan rumah penginapan telah bersembunyi di-kolong-kolong meja dengan tubuh menggigil ketakutan. Sedangkan orang-orang Cong Wie Piauw-kiok telah terkurung ketat oleh orang-orang Pek Bwee Kauw. Tampak, pula di situ Hauw loo-tangkeh dan jago-jago kosen Pek Bwee Kauw lainnya, yang berdiri menghadang di depan pintu untuk mencegah orang-orang Piauw-kiok melarikan diri.
Begitu melihat Khu Sin Hooo dan Han Han keluar dari dalam kamar, Hauw Loo-tangkeh Cin Sia Ong dan orang-orangnya hanya melirik saja, lalu mereka tak mengambil perduli pada Hwee-shio dan si bocah.
Khu Sin Hooo waktu melihat orang-orang Piauw-kiok yang telah tinggal delapan orang itu sedang melindungi kereta barang mereka yang akan direbut oleh orang-orang Pek Bwee Kauw, dia hanya tersenyum dingin, lalu tahu-tahu tubuhnya berkelebat cepat kearah gelanggang pertarungan. Kedua tangannya bergerak-gerak dengan cepat sekali, dibarengi oleh suara jerit kesakitan dari orang-orang Pek Bwee Kauw yang sedang mengurung orang-orangnya Cong Wie Piauw-kiok itu, tubuh orang-orang Pek Bwee Kauw terpental dan ambruk dilantai tanpa dapat berkutik lagi. Mereka semuanya telah tertotok.
Hauw Loo-tangkeh dan jago-jago kosen dari Pek Bwee Kauw waktu melihat hal itu, mereka jadi berseru terperanjat, dan ketika melihat orang yang menggempur kepungan anak buahnya itu terhadap orang-orangnya Cong Wie Piauw-kiok adalah si Hwee-shio yang tadi keluar dari dalam kamar, wajah mereka jadi berubah bengis. Dengan gesit Hauw Loo-tangkeh telah berada di hadapannya.
"Siapa kau kepala gundul?" bentak Hauw Loo-tangkeh kasar. "Mengapa kau mau mencampuri urusan kami ?!"
Khu Sin Hoo ketawa tawar.
"Hmm.....di tempat ramai kau masih berani membegal !" katanya dingin. "Walaupun setan-iblis neraka, tapi biar bagaimana hari ini Loo-lap harus membuka pantangan membunuh.....kalian harus dilenyapkan dari permukaan bumi !!"
Wajah Hauw Loo-tangkeh jadi merah padam, dia membentak sambil menyerang dengan tangannya. Angin serangannya sangat kuat sekali.
Jiauw Pie Jie-lay Khu Sin Hoo mana pandang sebelah mata pada Hauw Loo-tangkeh Cin Sia Ong ?! Maka dari itu, di kala serangan orang akan tiba di dirinya, Khu Sin Hoo mengibaskan tangannya dan terdengar suara jeritan yang menyayatkan, tubuh Cin Sia Ong tampak terpental dan ambruk di lantai rumah penginapan dengan tangan patah dan kepala remuk. Arwahnya sudah lantas terbang ke dunia barat !
Orang-orang Pek Bwee Kauw lainnya jadi terkejut melihat Hauw Loo-tangkeh terbinasakan dalam keadaan begitu. Mereka cepat-cepat mengurung Khu Sin Hoo. Malah Bo Cin dan Cie Siang, telah maju menyerang Khu Sin Hoo sambil membentak :
"Hwee-shio gundul ! Kau mencari mampus ?!" dan kedua tangan mereka telah menyerang dengan hebat.
Kedua orang Pek Bwee Kauw ini mana dapat melukai Khu Sin Hoo ? Sedangkan Hauw Loo-tangkeh, yang kepandaiannya tinggi dan kosen melebihi kedua anak buahnya itu, masih dapat dibinasakan dengan begitu mudah oleh Khu Sin Hoo. Maka dari itu, dia jadi ketawa tawar dan mengibaskan kembali lengan jubahnya. Dengan cepat, tampak tubuh Bo Cin dan Cie Siang terpental dengan mengeluarkan jeritan yang mengerikan.
Waktu tubuh kedua orang tersebut ambruk di lantai, arwah mereka menyusul Hauw Loo-tangkeh, mereka terbinasakan dengan cara yang penasaran sekali, karena mereka tak mengetahui dengan cara bagaimana Khu Sin Hoo membunuh mereka. Hanya, tampak kepala kedua orang itu, Bo Cin dan Cie Siang pecah keluar polohnya.....!
Khu Sin Hoo ketawa dingin, dilihatnya semua orang-orang Pek Bwee Kauw dan orang-orang Cong Wie Piauw-kiok berdiri kesima menyaksikan kejadian yang hebat dan terjadi dalam beberapa detik itu. Mereka seperti melupakan keadaan sekeliling mereka.
"Cepat kalian menggelinding sebelum Loo-lap merobah pikiran!!" bentak Khu Sin Hoo dengan suara yang bengis.
Dengan cepat orang-orang Pek Bwee Kauw tersadar, mereka mendelik pada si Hwee-shio, kemudian salah seorang merogo sakunya dan tahu-tahu tangannya, bergerak dengan cepat. Seulas sinar putih melesat cepat kearah Hwee-shio diiringi oleh bentakkan orang tersebut: "Mampuslah keledai gundul !!"
Khu Sin Hoo tadi melihat orang menggerakkan tangannya, dia duga orang menyerang dia dengan menggunakan senjata rahasia, maka dari itu waktu melihat seulas sinar putih menyambar padanya dengan cepat, dia mengegoskan ke samping, tangannya bergerak menghajar telak dada orang itu, sehingga dengan memperdengarkan suara 'kreeekkk !' yang n yaring, orang itu terpental dan ambruk dengan dada melesak, karena tulang-tulang dadanya telah hancur remuk dihajar oleh si Hwee-shio Jiauw Pie Jie-lay !
Cahaya putih yang dielakkan oleh Khu Sin Hoo telah meluncur terus dan menyambar kearah Han Han.
Khu Sin Hoo sendiri yang telah dapat menghajar orang yang melepaskan cahaya rahasia itu, jadi terkejut waktu melihat cahaya putih itu menyambar kearah Han Han.
"Ihhh !" seru Khu Sin Hoo sambil mencelat kearah Han Han untuk menyambar senjata rahasia yang dilepaskan orang itu, sebelum tubuhnya dapat mendekati, dilihatnya cahaya putih itu telah menyambar dekat sekali kepada Han Han yang berdiri kesima tak dapat mengelakkan.
Khu Sin Hoo jadi tambah gugup, dia mengibaskan lengan jubahnya dan serangkum angin serangan telah menyambar kearah cahaya putih yang menyambar itu. Tapi, senjata itu hanya oleng sedikit, tahu-tahu Han Han telah menjerit sambil melompat-lompat.
Khu Sin Hoo jadi merandek, dia melengak dan mengawasi dengan mata mendelong. Kepalanya seperti disiram oleh segayung air yang sedingin es.
Han Han sendiri, setelah menjerit-jerit sesaat lamanya sambil melompat-lompat, akhirnya rubuh terjungkel dan tak sadarkan diri.
Khu Sin Hoo jadi tersadar dan dengan hati yang kebat-kebit dia memeriksa keadaan si bocah she Han.
Darahnya jadi meluap waktu melihat ?senjata rahasia' yang dilepaskan oleh orang tadi, karena ternyata itu bukan seoia-cam senjata rahasia, tapi 'Pek-coa', ular putih, yang sangat beracun sekali. Gigi ular putih yang tajam lancip itu telah terbenam dalam sekali di tangan si bocab she Han, rupanya ular putih tersebut yang terkenal akan Tok atau racunnya, telah menggigitnya keras-keras.
Dengan mengeluarkan seruan gusar. Khu Sin Hoo mengulurkan 'angannya meremas ular itu, diiemparnya xiiar yang telah mau seke?tika itujuga kesamping. Kemudian dengan cepat tangannya bergerak untuk roenotok beberapa jalan darah .si-bocafa she Han untuk membendung menjalaniya racun ke-arah jantung Han Han.
Tapi, tubuh Han Han telah berubah hijau kehitam-hitaman. Mukanya juga telah bersemu hitam.
Hati Khu Sin Hoo jadi mencelos, dia mengeluh putus asa. Karena, .selain si bocah tergigit oleh ular Pek Coa yang terke nal akan keganasan racunnya, juga si bocah sedang menderita serangan hawa Im dan Yang yang akan menerobos ke jalan darah le-hiatnya dan kalau sampai racun Pek Coa itu ikut mengalir menerobos ke jalan darah le-hiat, jiwa si bocah akan habis sampai di situ saja, sebab biar bagaimana bocah itu hanya seorang anak manusia yang terdiri dari darah daging belaka,
yang tak akan kuat menerima serangan-serangan sari berbagai racun dan hawa Im dan Yang.
Diawasinya Han Han dengan air mata menitik dari pipinya, kemudian Khu Sin Hoo menjerit mengerikan, dia murka sekali. Tubuhnya melompat tinggi, kemudian tangannya bergerak-gerak, tahu-tahu lima orang Pek Bwee Kaow rubuh terjungkal. Mereka binasa seketika itu juga dengan kepala remuk. Kemudian disusul oleh empat orang Pek Bwee Kauw lagi, yang terbinasakan juga. Begitulah, saking murkanya Khu Sin Hoo telah membunuh orang Pek Bwee Kauw. Dia murka sekali, disebabkan oleh orang-orang Pak Bwee Kau itulah maka Han Han sampai tergigit oleh ular yang sangat beracun itu. Kemudian, setelah membunuh semua orang-orang Pek Bwee Kauw yang tak sempat melarikan diri itu, Khu Sui Hoo menjatuhkan diri dan menangis sambil menatap Han Han.
Orang-orang Cong Wie Piauw-kiok jadi berdiri kesima. Sebetulnya mereka ingin menyatakan terima kasih mereka, tapi tokh mereka tidak berani menghampiri si Hwee-shio karena wajah Khu Sin Hoo pada saat itu sangat menyeramkan sekali.
Lama juga Jiauw Pie-Jie Lay mengawasi Han Han, sampai suatu ketika, dilihatnya Han Han menggigil seperti orang kedinginan. Hati Khu Sm Ho jadi semakin pedih dia tahu, tak lama lagi tentu bocah itu akan mati dan arwahnya akan terbang menuju kepintu gerbang gedungnya Giam-lo-ong.....!"
Han Han waktu tadi merasakan tangannya tergigit oleh Pek Coa, ular putih yang dilepaskan oleh orangnya Pek Bwee Kauw itu merasakan seketika itu juga tangannya menjadi gatal, kemudian tubuhnya seperti digigit beribu-ribu ular, itulah yang menyebabkan bocah. she Han tersebut melompat-lompat seperti orang yang sedang hilang ingatannya. Kemudian, setelah melompat beberapa kali dia merasakan matanya nanar, pandangannya berkunang-kunang, setelah mengeluarkan suara keluhan yang lirih, dan merasakan tubuhnya panas sekali, dia rubuh terjungkal tak sadarkan diri.
Dan sekarang, di kala dia membuka matanya tersadar dari pingsannya, si bocah merasakan tubuhnya sangat panas sekali, hawa dingin dan panas bergabung menjadi satu dan berkumpul di dekat Tan-tian, pusarnya, kemudian mendesak ke arah dadanya, seakan-akan dadanya itu tak tahan lagi akan desakan hawa yang begitu kuat dan bocah she Han tersebut merasakan dadanya seperti mau meledak !
Dengan mengeluarkan seruan yang lirih dia melompat bangun dan melompat tinggi sekali, setinggi empat tombak ! Sambil melompat, dia menjerit sekuat-kuatnya, seakan-akan ingin menyalurkan desakan hawa yang berkumpul di Tan-tiannya dan menyesakkan dadanya, kemudian di saat tubuhnya meluncur turun dan dia dapat berdiri tegak, dia tertawa keras sekali, menggoncangkan rumah penginapan tersebut. Suara tertawanya si bocah luar biasa sekali, dapat diumpamakan runtuhnya langit dan melesaknya bumi!
Khu Sin Hoo sendiri jadi berdiri kesima. Sejak tadi dia menyaksikan kelakuan bocah she Han yang luar biasa itu, sampai akhirnya dia jadi tambah terkejut waktu menyaksikan Han Han melompat setinggi empat tombak dan kemudian.tertawa dengaa suara yang luar biasa.
Dan yang apes adalah dua orang Cong Wie Piauw-kiok. Sedang Khu Sin Hoo Berdiri kesima, adalah dua orang Cong Piauw-kiok itu rubuh terjungkal. mereka tak tahan mendengar suara tertawa Han Han, dan malah nanti begitu mereka tersadar, mereka akan menjadi orang cacad, karena mereka akan menjadi tuli, yang tak dapat mendengar lagi. Selaput gendang telinga mereka telah pecsh. Sedangkan yang enam orang Cong Wie Piauw-kiok lainnya telah berdiri dengan wajah yang pucatdan menutupi telinga dengan kedua tangan mereka. Berhubung kepandaian mereka lebih tinggi kalau dibandingkan dengan kedua kawan mereka yang rubuh itu, maka mereka masih dapat berdiri tegak tak rubuh.
Lama juga Han Han tertawa begitu sampai akhirnya dia berhenti dan berdiri tegak dengan mata mendelong. Dadanya dirasakan lapang dan tubuhnya segar sekali. Wajahnya telah berubah merah kembali.
Khu Sin Hoo cepat-cepat menghampiri si bocah. "Apa yang telah terjadi, Han-jie ?" tanya jago tua ini heran,
Han Han menggelengkan kepalanya. "Entahlah!!" dia menyahuti karena dia sendiri juga heran akan kejadian yang telah menimpa dirinya. "Tapi.....tapi, tubuhku jadi ringan, Tay-soe, lihatlah.....aku dapat melompat setinggi ini!" dan Han Han melompat lagi, dia memang dapat melompat setinggi empat tombak lebih! Luar biasa sekali !!
Khu Sin Hoo sendiri jadi tak mengerti. Mengapa bisa terjadi peristiwa yang aneh begitu ?!
Ternyata, karena digigit oleh Pek Coa, ular putih, yang terkenal akan keganasan racunnya, maka racun itu mengamuk di dalam tubuh si bocah she Han tersebut. Biasanya setiap orang yang terkena racun ular Pek Coa, maka jiwanya tak dapat tertolong lagi, karena racun ular putih tersebut bekerja cepat sekali dan dalam dua atau tiga detik si korban pasti akan melayang nyawanya. Akan tetapi berlainan apa yang telah terjadi di diri Han Han. Karena dia sedang menderita dua serangan hawa Im dan Yang, hawa panas dan dingin, maka begitu racun menjalar di dalam tubuhnya mengikuti aliran darah, racun itu jadi saling tempur dengan kedua macam hawa murni, dingin dan panas yang sedang mengendap di dalam tubuh si bocah dan menyebabkan serangkum hawa panas dan dingin berkumpul di tan-tian Han Han untuk memberikan perlawanan pada racun ular Pek Coa itu. Sampai akhirnya, karena hawa dingin dan panas itu adalah hawa murni, maka racun ular jadi punah dan pada saat itulah kedua hawa Im dan Yang menerobos masuk kedalam Tay-yang-hiat dan berkumpul di situ. Coba kalau tak ada racun ular yang mengalir di dalam darahnya, tentu Han Han akan binasa, tapi di sebabkan racun ular Pek Coa itu, walaupun kedua macam hawa murni yang berlawanan itu telah berkumpul di Tay-yang-bi-atnya melalui Ie-hiat, tokh dia masih dapat hidup, karena kedua hawa murni itu telah berobah menjadi semacam hawa yang luar biasa, menyebabkan Han Han seperti juga seorang jago yang telah memakan masa latihan selama lima puluh tahun ! Lwe-kang bocah ini luar biasa sekali, tanpa disadari, dia telah menjadi seorang jago Lwee-kang tenaga dalam, yang benar-benar ajaib !
Khu Sin Hoo menggeleng-gelengkan kepalanya tak mengerti, waktu Han Han telah meluncur turun, dia menepuk-nepuk bahu si bocah.
"Apa yang kau rasakan Han-jie?" tegur jago tua she Khu ini.
Han Han menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Segar Tay-soe.....tak ada gangguan pada diriku lagi ! " Menyahuti si bocah ini.
Khu Sin Hoo menatap Han Han dengan pandangan dan mempercayai perkataan si bocah, tapi tokh dia juga tersenyum.
"Mari kita kembali ke kamar!" katanya sambil menarik tangan si bocah.
Han Han mengangguk. "Bagaimana dengan orang-orang Cong Wie Piauw-kiok, Tay-soe?" tanya si bocah she Han.
"Beres !" menyahuti Khu Sin Hoo. "Para pembegal semuanya telah kubinasakan!!"
Mereka kembali ke dalam kamar tanpa memperdulikan keenam orang Cong Wie Piauw-kiok yang sedang menatap mereka dengan pandangan heran dan kagum, juga mata keenam orang Cong Wie Piauw-kiok ini memancarkan rasa terima kasih. Sampai di saat Khu Sin Hoo dan Han Han telah lenyap dari pandangan mereka, keenam orang Cong Wie Piauw-kiok tersebut ramai membicarakan kejadian yang luar biasa tadi. Sedangkan pelayan rumah penginepan baru berani keluar untuk menyingkirkan mayat-mayat yang bergelimpangan dan keenam orang Cong Wie Piauw-kiok juga mengurus mayat kawan-kawan mereka......
Khu Sin Hoo waktu telah berada di dalam kamar, dia memeriksa keadaan luka di tangan Han Han, dilihatnya luka di tangan bocah itu tak meninggalkan tanda ya?g luar biasa hanya tampak dua luka kecil bekas gigitan ular Pek Coa. Selain itu tak tampak tanda-tanda yang luar biasa.
Khu Sin Hoo juga memeriksa peredaran darah si bocah. Dia menempelkan tangannya pada punggung Han Han, menyalurkan Lwee-kang pada Han Han. Tapi, dia begitu mengerahkan tenaga dalamnya, begitu hatinya mencelos. Wajahnya juga berubah pucat.
Mengapa ?! Ternyata, di saat Khu Sin Hoo mengerahkan tenaga Lwee-kangnya, tenaga dalamnya itu mengalir menerobos kedalam tubuh si bocah dengan lancar. Bukan itu yang mengejutkannya, tapi yang benar-benar membikin dia kaget, tenaga dalamnya itu mengalir terus tak dapat dikendalikan dan seperti tersedot oleh Han Han. Dia sebagai seorang akhli Lwee-keh, seorang akhli tenaga dalam, maka dari itu, dia jadi terkejut benar memperoleh kenyataan begitu. Dan yang lebih-lebih mengagetkannya ialah peredaran darah si bocah berlawanan sekali dengan apa yang semestinya. Kalau orang-orang normal biasanya, peredaran jalan darahnya dari kanan kekiri, maka yang aneh untuk bocah she Han itu, jalan darahnya malah dari kiri terus kekanan..... itulah yang membikin Khu Sin Hoo jadi tak mengerti. Dan yang lebih-lebih membikin Khu Sin Hoo jadi pusing tak mengerti ialah, dia seorang jago yang kosen, yang dapat mengendalikan peredaran tenaga dalamnya semau hatinya, tapi sekarang, di kala dia menyalurkan ke-tubuh si bocah, dia merasakan jalan pernapasannya seperti jadi jungkir balik. Untung saja dia masih ingat akan dirinya dan cepat-cepat menarik pulang tangannya, maka dia jadi terlepas dari tempelan tubuh si bocah. Coba kalau dia terlambat sedikit lagi, walaupun dia kosen luar biasa tokh dia pasti akan mati !! Mengapa begitu ?
Sebab, jalan darah Tay-yang-hiat si bocah telah terbuka, malah le-hiatnya juga telah terbuka sehingga hawa murni ditubuh bocah itu dapat keluar masuk ke Tay-yang hiat dengan leluasa. Kalau ada seseorang menyerang atau mengirim tenaga dalam padanya, maka tenaga dalam orang itu akan menerobos masuk dan lenyap ke Tang-yang hiat, seperti juga benda berat yang amblas di dalam lautan ..... lenyap tak keruan parannya. Pula, walaupun masih berusia muda dan tak mempunyai kepandaian ilmu silat, tapi si bocah masih murni, sehingga setiap hawa Lwee-kang. dapat keluar masuk ditubuhnya tanpa memperoleh perlawanan darinya. Dan, selama dalam beberapa hari bersama Khu Sin Hoo, entah berapa kali orang tua she Khu itu mengirimkan tenaga murninya ketubuh si bocah. Sehingga dengan sendirinya sekarang Han Han telah memiliki tenaga Lwee-kang yang luar biasa hebatoya.....tanpa disadarinya, diapun telah menjadi seorang akhli Lwee-keh yang luar biasa sekali.....!
"inilah aneh..... !!" menggumam Khu Sin Hoo sambil menatap Han Han dengan menggelengkan kepalanya.
"Apa yang aneh, Tay-soe ? " tanya Han Han tak mengerti.
Jiauw Pie Jie-Iay Khu Sin Hoo tak menyahuti, dia hanya memegang pundak si bocah. Kemudian dibawanya kedekat dinding kamar.
"Berdirilah di sini, Han-jie.....!" kata jago tua Khu Sin Hoo itu. Han Han heran.
"Apa yang akan Tay-soe lakukan ?" tanyanya bingung.
Khu Sin Hoo hanya mengulap-ulapkan tangannya, kemudian dia melangkah menjauh beberapa tombak, setelah itu dia mengawasi Han Han.
"Aku akan menyerangmu, kalau kau tak tahan, cepat-cepat kau berteriak memberi tanda !" kata Khu Sin Hoo kemudian.
Han Han jadi terkejut. "Eh ..... Tay-soe, kau..... kau.....kau mau menyerangku ?" tanyanya gugup. "Aku mana tahan menahan seranganmu ?"
Khu Sin Hoo tersenyum. "Aku akau menyerang dengan diikuti perhitungan !" kata Khu Sin Hoo ccpat. "Jangan takut! Kalau memang kau tak kuat, aku akan menarik pulang tenaga dalamku! Bersiaplah !"
Walaupun masih bingung, tokh Han Han tak banyak bertanya lagi, dia hanya memandang si Hwee-shio dengan pandangan ragu. Tapi akhirnya dihati si bocah mengambil suatu keputusan. Akhir-akhir ini dia telah mengalami banyak penderitaan, tokh kalau memang ternyata Khu Sin Hoo ingin menghajarnya, dia tak akan keberatan, karena pukulan dan hajaran telah biasa baginya .....tak begitu ditakutinya lagi. Maka dari itu, hati si bocah she Han tersebut jadi tenang, dia jadi berdiri dengan menatap Khu Sin Hoo.
Tampak Jiauw Pie Jie Lay telah mengangkat tangannya, dia menyerang dalam jarak jauh, serangkum tenaga dalamnya mengalir keluar dari telapak tangannya dan menghantam Han Han.
Han Han sendiri merasakan tenaga serangan Khu Sin Hoo yang tak tampak itu, merangsek kuat sekali, bocah ini merasakan dadanya seperti tergencet oleh tenaga yarg sangat kuat, merasakan dadanya sesak. Tapi keadaannya itu tak lama, karena dia merasakan dipusarnya seperti ada sesuatu yang bergerak-gerak, lalu bergolak naik kedadanya, dan napasnya jadi lancar lagi. Serangan Khu Sin Hoo jadi punah.
Yang kaget adalah Khu Sin Hoo. Dia tadi menyerang dengan empat bagian tenaga Lwee-kangnya, tapi begitu dia mengulurkan tangannya mengirim serangkum tenaga Lwee-kang pada si bocah, untuk kagetnya dia merasakan tenaga dalamnya seperti amblas ke dalam tubuh si bocah, punah dengan sendirinya. Si Hwee-shio tua ini sampai mengeluarkan seruan tertahan.
Ternyata, tenaga murni yang berkumpul di pusar Han Han telah bekerja secara serentak begitu merasakan adanya serangan dari luar. Hawa dingin dan hawa panas yang berkumpul di tubuh si bocah bergolak dan menyedot tenaga serangan Khu Sin Hoo ke daiam Hiat-to Thay-yang-hiatnya Han Han.
Inilah hebat ! Hal itu tak pernah dipikirkan oleh Khu Sin Hoo, karena sejak dia terjun ke dalam dunia Kang-ouw dan mengangkat nama di dalam rimba persilatan, belum pernah disaksikan perihal yang luar biasa macam ini. Maka dari itu, di samping terkejut, juga butir-butir keringat dingin mengucur di keningnya.
Khu Sin Hoo mengerahkan tujuh bagian tenaga dalamnya, yang menerobos keluar dan telapak tangannya waktu dia menyerang lagi. Tapi kali inipun sama. Semakin besar dia mengerahkan tenaga dalamnya, maka semakin kuat daya sedotnya yang diterima dari bocah she Han itu. Hal ini benar-benar mengherankan sekali bagi Khu Sin Hoo, sampai berulang kali dia mengeluarkan seruan tertahan.
Han Han sendiri, berulang kali merasakan serangkum tenaga dalam yang manyerang dirinya semakin lama semakin kuat, maka dari itu, dia juga heran, karena setiap kali tenaga dalam itu menyerang dan menyesakkan dadanya, tokh akhirnya lenyap dengan sendirinya. Mau dia menduga bahwa Khu Sin Hoo telah menarik pulang tenaga serangannya itu. Tapi waktu dia melihat wajah Khu Sin Hoo yang pucat dan dipenuhi oleh butir-butir keringat dingin, dia jadi heran. Dihampiriuya jago tua she Khu itu.
"Kenapa kau, Tay-soe?" tanya bocah ini heran.
Khu Sin Hoo menarik napas.
"Luar biasa!!" katanya sambil menyatuhkan dirinya duduk di tepi pembaringan yang ada di dekatnya. "Luar biasa sekali ! Inilah benar-benar rejekimu Han-jie!!"
"Apa maksud Tay-soe ?" tanya Han Han tak mengerti, dia bingung melihat kelakuan orang.
Tiba-tiba Khu Sin Hoo tertawa keras, sampai tubuhnya tergoncang. Dia masih tertawa terus dan tak menyahuti perkataan Han Han sehingga membingungkan si bocah she Han tersebut.
"Tay-soe.....kenapa kau?" tanya si bocah cepat.
"Hanya Thian yang bisa melimpahkan rejeki demikian besar padamu, Han Han !" kata Khu Sin Hoo. "Bersyukurlah kau bahwa sekarang kau telah menjadi akhli Lwee-keh nomor satu ! Kalau tadi aku terus menyerangmu dengan mengerahkan seluruhnya tenaga dalamku, mungkin aku sudah terbujur kejang tak bernyawa !"
"Eh.....kenapa begitu Tay-soe..... ?" Tanya Han Han tetap tak mengerti.
Sekali lagi Khu Sin Hoo ketawa, dia mengulurkan tangannya.
"Selamat ! Selamat ! katanya,
Han Han masih bingung, dia tak mengerti kelakuan si Hwee-shio yang aneh ini. Dia jadi tak menyambuti uluran tangan si Hwee-shio tersebut.
"Apa yang telah terjadi Tay-soe?!" tanya si bocah lagi.
"Hmmm.....mari kau ikut aku, nanti akan kuterangkan !" kata Khu Sin Hoo dan menghampiri meja.
Walaupun masih bingung, tapi Han Han mengikuti Khu Sin Hoo menuju ke meja.
Khu Sin Hoo mengambil cawan, diletakkan ditengah-tengah meja, kemudian JiauwPie Jie Lay meletakkan tangannya di atas meja dia mengerahkan tenaga dalamnya dan cawan itu jadi melekat di atas meja seperti juga dipantek, walaupun diangkat dengan kekerasan, cawan itu tak nantinya bergeming.
"Ambillah cawan itu, Han-jie !!" kata Khu Sin Hoo.
"Untuk apa Tay-soe ?!" tanya Han Han tak mengerti, dia heran melihat kelakuan Khu Sin Hoo pada akhir-akhir ini.
"Aku ingin menguji tenaga dalammu !" menyahuti Khu Sin Hoo.
"Menguji tenaga dalamku ?" tanya Han Han heran. Jiauw Pie Jie Lay menganggnk.
"Ya..... ! Angkatlah cawan itu ! Nanti akan kuterangkan apa yang telah terjadi Han-jie !!" menyahuti jago tua she Khu itu sambil menganggukkan kepalanya.
Han Han masih bingung, tapi tokh dia mengulurkan tangannya untuk mengangkat cawan itu. Tapi, begitu dia mengangkat, hatinya kaget, karena jangankan cawan itu terangkat, bergerak saja tidak ! Dia mengerahkan tenaganya untuk menarik cawan itu dari atas meja dengan sekuat tenaganya, tapi tetap saja cawan itu menempel di permukaan meja seperti juga dipantek.
"Tarik terus Han-jie!!" menganjurkan Khu Sin Hoo.
"Tak bisa Tay-soe .....!!" menyahuti Han Han.
Khu Sin Hoo tersenyum. "Kau tahan napas setengah menit, kemudian tarik napas empat kali, dua panjang, dua kali pendek, berbareng dengan itu, kau angkatlah cawan itu." kata jago tua she Khu itu.
Han Han menuruti petunjuk-petunjuk Khu Sin Hoo. Dia merasakan semacam hawa hangat mengalir ke tangannya waktu dia menarik napas panjang dua kali dan pendek dua kali dia juga merasakan telapak tangannya panas sekali. Waktu dia menarik cawan itu .....lokh! Cawan itu dengan mudah terangkat!
Melihat itu, Khu Sin Hoo tertawa keras, dia malah berjingkrak saking gembiranya.
"Bagus! Bagus!" katanya gembira. "Kau telah menjadi seorang Lwee-keh yang benar-benar hebat! Malah tenaga dalamku jadi kalah setingkat denganmu, Han-jie !!"
Han Han jadi melengak. "Heh..... mengapa bisa begitu ?" tanya si bocah tetap heran.
Khu Sin Hoo menjelaskan apa yang telah terjadi di diri si bocah, juga menceritakan perobahan yang telah di alami oleh bocah itu.
Han Han jadi girang berbareng berduka. Girang karena dia memperoleh kemujijatan yang tak terduga. Berduka, sebab tak dapat mencari jejak kedua orang tuanya. Lagi pula, kedua orang tuanya itu telah gila.
Mengingat akan keadaan kedua orang tuanya dan keempat murid ayahnya yang tak waras otaknya itu, dia jadi menangis sesenggukan, membikin Khu Sin Hoo jadi kaget.
"Kenapa kau Han-jie ?" tegurnya.
"Ayahku .....ibuku, Tay-soe !!" kata si bocah di antara isak tangisnya. "Mereka entah di mana.....!!"
Khu Sin Hoo baru mengerti mengapa si bocah menangis, dia jadi merasa iba. Dihiburnya bocah itu.....sampai, setelah menjelang kentongan keempat, mereka baru naik ke pembaringan untuk tidur.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 19 HONG SAN atau gunung Cendrawasih merupakan gunung yang tinggi dan megah. Di gunung ini terdapat banyak tebing yang curam. Dan, setiap lima tahun sekali di gunung inilah ketujuh jago luar biasa yang menguasai daratan Tiong goan mengadakan pertemuan untuk saling bertempur demi menentukan siapa yang terkuat dan terkosen di antara mereka. Selama itu, gunung tersebut merupakan saksi bisu peristiwa berdarah yang sering terjadi di gunung tersebut disebabkan perebutan gelar orang gagah nomor wahid itu !.'
Tapi, dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, biarpun para orang-orang gagah itu telah berobah menjadi tua atau kakek-kakek dan nenek-nenek, tapi gunung Hong-san tersebut masih berdiri megah sekali tanpa ada perubahan sedikitpua. Pohon-pohon yang bertumbuhan disitupun masih tetap berwarna hijau.....dengan binatang-binatang buas yang menjadi penghunuiya.
Sebetulnya, walaupun di sebelah selatan dari gunung Hong-san terdapat sebuah kampung yang terletak hanya limapuluh tujuh lie, yang bernama Swie-san- chung, kampung air ginung, tokh dari penduduk kampung itu tak ada seorangpun yang berani mendaki gunung tersebut terlalu tinggi. Sebab, selain terlalu tinggi, gunung tersebut terkenal akan jurang-jurang yang terjal dan tebing-tebing yang curam. Selain orang-orang kosen yang sering mengadakan pertemuan di gunung tersebut, tak ada manusia biasa yang berani mendakinya terlalu tinggi, sebab bisa-bisa yang pulang nantinya hanya nama mereka saja .....sedangkan arwah mereka akan menghadapi Giam-lo-ong disebabkan oleh bahayanya jurang-jurang terjal itu atau binatang buas yang menjadi penghuni dihutan-hutan yang banyak terdapat di gunung tersebut.
Dan pada pagi itu tampak tiga sosok tubuh yang melesat cepat dan gesit sekali melompati jurang-jurang yang curam, gerakaauya lincah sekali, sehingga ketiga sosok tubuh itu lebih mirip disebut sebagai bayangan setan saja. Malah, di kala sampai didekat bukit Sioe-hay-gay, di mana terdapat sebuah jurang yang terkenal akan keangkerannya disebabkan jarak antara kedua tebing yang terpisah dalam puluhan tombak, ketika bayangan itu hanya melompat ringan dan telah berada di tebing yang satunya. Kemudian bagaikan terbang, ketiga sosok tubuh itu melesat menuju kearah puncak gunung Hong-san tersebut.
Hanya dalam waktu yang singkat, ketiga sosok bayangan itu sampai disebuah lapangan rumput di puncak gunung Hong-san itu. Luas lapangan tersebut sebesar empat puluh tombak persegi, malah di sebelah selatan dari lapangan rumput tersebut terdapat suatu jurusan yang mencuat ke dalam, merupakan lapangan kecil, yang seluas tiga belas tombak. Jadi kalau dilihat dari atas tebing, maka lapangan itu berbentuk huruf 'L'. Ketiga sosok bayangan itu berhenti di sebuah batu gunung yang menjorok keluar. Mereka memandang sekeliling lapangan rumput tersebut.
Ternyata ketiga orang itu terdiri dari tiga orang Too-jin yang masing-masing berusia di antara empat puluhan.
"Toa-ko, mungkin orang-orang itu mulai besok baru berkumpul di sini" kata salah seorang di antara mereka,
Imam yang dipanggil Toa-ko, kakak yang terbesar, hanya mendengus: Sedangkan imam yang seorangnya, telah mewakili menyahutinya : "Sha-tee.....dalam kekalutan yang akan timbul nanti, kita harus bertindak cepat-cepat!"
"Hmmm..... percuma Sam-kiam Kang-gwa kalau tak dapat menyebabkan orang-orang itu penasaran!" tiba-tiba si Toa-ko berkata. Sam-kiam Kang-gwa adalah tiga pedang dari tembok besar.
Si-imam yang dipanggil Sha-tee itu ketawa dia mengangguk.
"Benar!" dia menyahuti. "Percuma kita telah memupuk nama selama belasan tahun kalau tak dapat menimbulkan kerusuhan di antara orang-orang itu,"
"Tak percuma Sam-kiam Kang-gwa malang melintang di dalam kalangan Kang-ouw selama belasan tahun ! Biar bagaimana usaha kita harus berhasil, Sha-tee!" kata si Toa-ko. "Dan menurutmu, Jie-tee, bagaimana kalau bersembunyi di belakang batu-batu gunung itu menunggu sampai datangnya mereka?"
Si-imam yang dipanggil Jie-tee, adik kedua, menggeleng.
"Percuma kalau kita bersembunyi di situ!" katanya cepat. "Tempat itu kurang baik letaknya, juga kita tak bisa bergerak leluasa. Lebih baik ?ita menunggu di tepi jurang itu, bersembunyi di atas pohon itu .....!" dan si Jie-tee ini menunjuk kesebuah pohon Siong yang tumbuh di tepi tebing itu. Ternyata selain batang Siong tersebut sangat besar, sebesar tiga pelukan orang, juga sangat rindang, sehingga dapat dipakai untuk tempat persembunyian.
Sumpah Palapa 10 Pendekar Rajawali Sakti 118 Dukun Dari Tibet Kereta Berdarah 3
^