Pencarian

Totokan Jari Tunggal 11

Totokan Jari Tunggal It Yang Cie Karya Sin Liong Bagian 11


Phang Sun Kongcu yang melihat ancaman bahaya buat orang-orang nya itu, jadi murka bukan main, dia membentak nyaring. Tubuhnya melesat cepat sekali, kedua tangannya bergerak hendak menghantam ketiga orang pemukul gembreng itu.
Hanya saja, usahanya gagal.
Dengan gerakan yang aneh dan tampaknya mudah sekali, ketiga orang itu, Sam-toa, Jie-toa dan Toa it menghindarkan diri dari serangan yang dilakukan Phang Sun Kongcu. Malah diwaktu itu, mereka masih terus membentur-benturkan gembreng mereka
Phang Sun Kongcu penasaran sekali, dia tahu bahaya yang tengah mengancam pihaknya. Dia bersiul beberapa kali dengan suara melengking tinggi dan nyaring sekali. Maksudnya hendak perintahkan ular-ularnya itu agar bergerak untuk mengepung tiga orang pemukul gembreng itu.
Namun ular-ular peliharaan Phang Sun Kongcu seperti telah mati daya, mereka hanya mendekam tanpa bisa bergerak, mereka diam saja. Kali ini ular-ular itu tidak mematuhi perintah dari majikan mereka.
Phang Sun Kongcu penasaran sekali, dia bersiul lebih nyaring. Tetap saja ular-ular nya tidak memenuhi perintahnya.
Diwaktu itu Kauwcu Sah Tok Kauw, si gadis yang wajahnya sangat jelita, tertawa tawar, mukanya tetap dingin.
"Sudah kukatakan bahwa kami sangat menyukai ular-ular itu dan hendak memilikinya, kukira kau tentu tidak keberatan menyerahkan ular-ular peliharaanmu itu kepada kami?!" dan setelah berkata begitu, Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut tersenyum simpul dengan sikap mengejek.
Phang Sun Kongcu sangat murka, dia menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat menyambar kearah Kauwcu Sah Tok Kauw. Hanya saja, belum lagi tubuhnya bisa meluncur didekat kauwcu yang masih muda dan cantik jelita itu, justeru dua sosok bayangan telah menerjang memapakinya. Dan tangan kedua sosok itu menghantam ke tubuh Phang Sun Kongcu. Hal ini memaksa Phang Sun Kongcu harus berpoksay di tengah udara, kemudian turun agak jauh dari tempat beradanya Kauwcu Sah Tok Kauw itu..
Bukan kepalang penasaran dan marahnya Phang Sun Kongcu. Dia berteriak dengan suara mengandung kemurkaan yang sangat, dia menerjang lagi. Toch tetap saja dia tidak berhasil mendekati Kauwcu Sah Tok Kauw. Setiap kali dia melompat di tengah udara, tubuhnya akan disambuti oleh kedua sosok tubuh itu yang ternyata adalah dua orang laki-laki bermuka angker berusia diantara limapuluh tahun. Yang memiliki kepandaian tidak rendah. Mereka rupanya adalah pengawal-pengawal pribadi Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut.
Hebat sekali cara penyerangan Phang Sun Kongcu, hanya saja sama hebatnya pencegahan yang dilakukan oleh kedua orang itu. Dalam keadaan seperti itu, jelas sekali terlihat bahwa Phang Sun Kongcu sudah berhasil dibuat tidak berdaya untuk mendekati Kauwcu Sah Tok Kauw itu.
Dengan suara dingin Kauwcu Sah Tok Kauw bilang :" Kau menyerah saja ... !"
Phang Sun Kongcu berdiri dengan muka merah padam.
"Kami dari istana Liong Hong San tidak akan menyudahi sampai disini persoalan ini. Nanti kami akan datang bertamu dan berkenalan dengan Sah Tok Kauw ...!" Setelah berkata begitu, dengan ringan sekali tampak tubuh Phang Sun Kongcu telah melompat dengan lincah, dia hendak pergi. Dia juga telah teriakkan keenam dayangnya agar berlalu.
Namun, enam orang gadis yang menjadi dayangnya Phang Sun Kongcu sudah tidak bergerak lagi, karena mereka menggeletak diam diatas tanah dengan muka meringis menahan sakit.
Ternyata, keenam gadis yang jadi dayangnya Phang Sun Kongcu telah putus napas. Darah yang mengalir semakin lama semakin deras kekepala mereka. Membuat pembuluh darah di kepala mereka putus, sehingga mereka mati seketika itu juga dengan menderita kesakitan hebat sebelumnya.
Phang Sun Kongcu jadi pucat mukanya, tanpa memperdulikan pasukan ularnya yang masih mendekam diam tidak bergerak, dia segera berkelebat pergi.
Kauwcu Sah Tok Kauw tidak bermaksud menghalangi kepergian Phang Sun Kongcu. Justeru kedatangannya memang hanya untuk berurusan dengan si Rase Terbang. Dia ingin meminta agar si Rase Terbang menyerahkan pedang mustika itu kepadanya..
Phang Sun Kongcu dalam waktu singkat telah lenyap dari pandangan semua orang disitu. Sedangkan si Rase Terbang telah memasukkan pedang mustika kedalam sarungnya, dia merangkapkan tangannya memberi hormat: "Terima kasih atas bantuan Kauwcu... !"
"Bantuan?!" Tanya Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut. "Bantuan apa?!"
"Kalau memang Kauwcu tidak datang, niscaya aku sudah menjadi korban pagutan ular-ular berbisa itu oleh lagak dan kesombongan si bocah busuk she Phang itu!"
"Hemmm, seseorang yang telah terpagut oleh ular, tentu saja akan binasa oleh bisa ular yang bekerja didalam tubuhnya, kalau memang orang itu tidak memperoleh pengobatan. Bukankah begitu?!"
Si Rase Terbang mengangguk.
"Benar!" Katanya. "Dan memang selama ini telah terjadi salah paham antara aku dan anak buahmu. Kauwcu, aku ingin meminta maaf!"
"Hemmm, tapi sekarang kau telah kami selamatkan, sebab kau tidak sampai terpagut ular. Bukankah begitu?!"
Si Rase Terbang mengangguk.
"Dan kau tidak sampai mati, bukan?"
Muka si Rase Terbang berobah. Tadi memang sengaja dia mengambil sikap lunak, karena dia melihat, percuma saja dia mengadakan perlawanan pada Sah Tok Kauw yang berjumlah banyak dan tampaknya tangguh-tangguh itu. Dia memang tidak jeri, hanya saja dia tengah lelah sekali habis melakukan perlawanan terhadap ular-ular nya Phang Sun Kongcu. Karena itu dia pikir dalam saat-saat seperti itu dia mengalah dulu. Namun Kauwcu Sah Tok Kauw ini terlalu memojokkan dirinya. Dia masih menyabarkan diri.
"Ya. Memang aku tidak sampai terpagut ular-ular itu !" menyahuti si Rase Terbang.
"Nah, berarti kau berhutang nyawa satu pada kami!" kata Kauwcu Sah Tok Kauw dengan suara yang dingin, tidak memperdulikan perubahan muka si Rase Terbang. "Dan kami menginginkan, budi kebaikan kami itu dibalas oleh kau!"
"Baik! Katakanlah, dengan cara apa aku bisa membalas budi kebaikan kalian?!"
"Serahkan pedang mustika itu kepada kami!"
"Apa!?" teriak si Rase Terbang. Tapi kemudian dia tertawa dingin, dia bilang "Hemmm, baiklah. Baiklah! Terimalah!" sambil berkata begitu dia telah menghunus pedang mustikanya itu, dia mengangsurkan kepada Kauwcu Sah Tok Kauw.
Tapi gadis cantik jelita Kauwcu Sah Tok Kauw itu tidak menyambuti pedang itu dia bilang : "lemparkan saja kemari!"
Tapi si Rase Terbang tidak melemparkan, dia melangkah mendekati Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut, mendadak pedangnya itu telah berkelebat, dia menikam dengan tiba-tiba sekali kepada dada Kauwcu itu.
Memang si Rase Terbang yang jadi gusar sekali mendengar Kauwcu itu meminta pedang mustikanya, dia bermaksud membokongnya dengan satu tikaman yang mematikan. Dia melihat Kauwcu itu masih berusia muda sekali, mustahil dia bisa memiliki kepandaian tinggi. Yang terpenting buat si Rase Terbang, menurut perkiraannya, dia harus berada dekat dengan Kauwcu itu.
Namun siapa sangka, justeru waktu pedang mustika itu meluncur menyambar kepada Kauwcu Sah Tok Kauw itu mendadak sekali tubuh Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut berkelebat lenyap dari depan mata si Rase Terbang!
Tidak kepalang kaget dan herannya si Rase Terbang, karena itu menunjukkan bahwa ginkang si gadis yang jadi Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut sangat tinggi sekali.
Dia memutar tubuhnya, sambil mengibaskan pedangnya. Maksudnya ingin menikam lagi, kalau ternyata Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut melesat kebelakangnya..
Tapi pedang si Rase Terbang hanya menikam tempat kosong lagi! Waktu itu kast telah berkelebat ke tempat lain lagi. Gesit bukan main Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut.
Tentu saja si Rase Terbang jadi heran bercampur mendongkol dan penasaran. Berulang kali ia mengulangi tikaman pedangnya. Hanya saja, selalu ia gagal.
Waktu itu malah terdengar Kauwcu Sah Tok Kauw mendengus, dan satu kali akhirnya Kauwcu Sah Tok Kauw itu bilang dengan suara mengejek. "Hemmm, manusia seperti kau belum termasuk tingkatan yang cocok dan pantas menjadi lawanku!"
Membarengi dengan ejekan itu, Kauwcu Sah Tok Kauw sudah melompat menjauhi si Rase Terbang. Tubuhnya bergerak lincah sekali, dia sudah bisa meninggalkan lawannya empat lie. Waktu itu malah telah disertai perintahnya : "Giam In Kay, layani dia!"
Si Rase Terbang melihat Kauwcu Sah Tok Kauw lompat menjauhi dia, segera ingin menyusulnya, pedangnya sudah dilintangkan didekat, dada dengan tangan kirinya diatas pedangnya, karena si Rase Terbang ingin membuka serangan yang benar-benar ampuh untuk merubuhkan musuhnya, yang masih berusia muda tapi tampaknya demikian tangguh. Disaat itulah berkelebat sesosok bayangan, tangan sosok bayangan itu menyambar ke arah batok kepalanya. "In Kay siap melaksanakan perintah, Kauwcu!" sosok bayangan itupun sudah berseru.
Kaget si Rase Terbang. Tenaga serangan itu kuat sekali. Dia menahan gerakan tubuhnya, agar tidak maju lebih jauh. Dia juga berusaha untuk mengibaskan pedangnya, guna mendesak mundur sosok tubuh yang baru datang itu.
Orang itu, yang tidak lain Giam In Kay, melihat tabasan pedang lawan, segera berkelit kesamping sambil memperdengarkan tertawa mengejek.
Si Rase Terbang sudah melihat bahwa orang yang berdiri didepannya adalah seorang pengemis. Diapun sudah sering mendengar nama Giam In Kay, seorang pengemis yang terkenal dan kepandaiannya sangat tinggi. Namun si Rase Terbang tidak memandang sebelah mata padanya. Dengan disertai: "Hemm!" dengusan yang nyaring, si Rase Terbang tanpa membuang waktu sedikitpun telah melesat maju ke depan, pedangnya berkelebat, dia sudah menikam berulang kali maksudnya memang tidak mau memberikan kesempatan kepada si pengemis untuk mengelakkan diri atau mengadakan persiapan.
Cuma saja Giam In Kay memang liehay dan dia bisa menghindarkan tiga tikaman si Rase Terbang yang beruntun itu. Malah, kemudian dia sudah mengeluarkan sesuatu dari sakunya, dilemparkan kepadat si Rase Terbang. "Terimalah ini!"
Kaget tidak terkira si Rase Terbang, karena dan tidak keburu untuk menabas berang yang dilontarkan kepadanya, sehingga dia mempergunakan tangan kirinya dengan kedua jari tangannya menjepit barang itu. Begitu kedua jari tangannya menjepit, dia tambah kaget. Karena benda itu lunak, dan dia bisa segera melihat jelas, itulah seekor ular yang lumayan besar! Tadinya si Rase Terbang menyangka bahwa yang dilemparkan Giam In Kay adalah senjata rahasia. Namun siapa sangka, justeru itulah ular berbisa. Tidak buang waktu lagi, seketika itu juga si Rase Terbang melemparkannya kesamping.
Hanya saja, ular yang dilemparkan kesamping bukannya jatuh ketanah, tahu-tahu telah balik menyambar lagi ke arah muka si Rase Terbang! Tidak terkira kagetnya si Rase Terbang yang cepat-cepat mengelakkannya, dia melompat ke samping kanan, pedangnya dikibaskan. Dia mau menabas ular itu. Hanya saja, ular tersebut seperti sudah terlatih baik, dia bisa menghindar dari tabasan pedang si Rase Terbang. Dan kesempatan ini membuat si Rase Terbang bisa menjauhi diri lebih dari empat tombak.
Giam In Kay tertawa-tawa.
"Ayo, kau hadapilah aku!" teriaknya, tubuhnya sudah melesat kedepan. Dia merupakan pengemis yang memiliki kepandaian yang tinggi sekarang memang dia sudah menyerang hebat, maka tidak mengherankan, biarpun si Rase Terbang tangguh, tokh dia harus hati-hati menghadapi pengemis yang tampaknya ugal-ugalan iut.
"Hemmm, kalau memang kau tidak mau menyerahkan pedang mustika itu kepada kami, Rase Terbang. Berarti hari ini adalah hari kematianmu!" Kauwcu Sah Tok Kauw sudah berkata dengan suara nyaring. Sambil berdiri menyaksikan jalannya pertempuran.
"Aku akan mengadu jiwa dengan manusia-manusia rendah seperti kalian!" teriak si Rase Terbang murka dan penasaran sekali. Pedangnya sudah diputar untuk melindungi dirinya, sinar pedangnya seperti mengurung tubuhnya, sampai ingin dibilang setetes airpun sulit menerobos sinar pedang yang bergulung melindungi tubuh si Rase Terbang.
Giam In Kay pun, yang mengetahui si Rase Terbang memiliki kepandaian tinggi dan bukan lawan sembarangan, tidak berani bertindak ceroboh. Sambil menerjang, tangan kanannya pun sudah mengeluarkan senjatanya, yaitu sebatang seruling. Serulingnya itu terbuat dari besi campuran yang kuat sekali, yang dipergunakan untuk menghadapi pedang mustika di tangan lawannya. Kalau terbuat dari besi biasa, niscaya seruling itu tidak akan sanggup saling bentrok dengan pedang mustika ditangan si Rase Terbang, sebab akan terlibas kutung. Cuma saja, seruling Giam In Kay pun merupakaan seruling mustika yang langka dalam dunia ini, di mana tidak mempan untuk ditebas kutung oleh pedang lawannya.
Demikianlah, Giam In Kay berdua si Rase Terbang terlibat dalam pertempuran seru. Jelas tampak, Giam In Kay berusaha merangsek keras kepada lawannya, sedangkan si Rase Terbang juga telah mengeluarkan ilmu andalannya. Dia juga berusaha merubuhkan Giam In Kay secepat mungkin.
Saat-saat seperti itu sebetulnya merupakan detik-detik yang menguntungkan buat orang-orang Sah Tok Kauw, karena bisa saja Kauwcu Sah Tok Kauw perintahkan anak buahnya yang lain untuk ikut maju mengepung dan mengeroyok si Rase Terbang dan nanti mengambil pedang mustika ditangan lawan itu, juga memang si Rase Terbang bukankah tengah lelah? Tapi, Kauwcu Sah Tok Kauw itu berpikir lain. Kepandaian si Rase Terbang sangat tangguh sekali. Kalau memang dikeroyok oleh orang-orang yang berkepandaian dibawah kepandaian si Rase Terbang, niscaya hanya akan menjatuhkan korban tidak sedikit dipihak Sah Tok Kauw. Karenanya Kauwcu Sah Tok Kauw tidak mengeluarkan perintahnya kepada anak buahnya, walaupun semua anak buahnya sudah mengambil sikap bersiap-siap untuk sembarang waktu menyerbu maju mengeroyok si Rase Terbang.
Kauwcu Sah Tok Kauw itu cuma berdiri dengan sebentar-sebentar tersenyum mengejek menyaksikan jalannya pertempuran itu.
Si Rase Terbang melihat keadaan dan situasi tidak menguntungkan dirinya, kondisinya waktu itupun tengah buruk sekali. Dia tengah lelah bukan main. Maka, setelah menyerang belasan jurus pada Giam In Kay, dia berusaha untuk mencari jalan melepaskan diri dari orang-orang Sah Tok Kauw. Sejauh itu Giam In Kay yang tangguh pun, melihat lawannya dengan ketat.
Suatu kali, waktu melihat Giam In Kay tengah bersiap-siap akan menggempur dia dengan ujung serulingnya, yang hendak menotok beruntun beberapa kali, si Rase Terbang yang memang berpengalaman, seketika menjejakkan kedua kaki tubuhnya berjumpalitan ke belakang. Kemudian tubuhnya seperti meteor telah melompat ke atas genting.
Giam In Kay kaget mengetahui lawannya lenyap, segera dia menjejak kedua kakinya untuk mengejar. Namun waktu itu dia hinggap diatas genting, justeru lawannya itu telah lenyap. Dia celingukan mengawasi kesana kemari, tapi tidak dilihatnya si Rase Terbang. Bukan main tangguh dan mahirnya ginkang si Rase Terbang, sebab hanya dalam waktu yang begitu singkat telah berhasil lenyap dari pandangan matanya.
Kauwcu Sah Tok Kauw melompat ke atas genting.
"Dia sudah melarikan diri, Kauwcu!" memberitahukan Giam In Kay dengan perasaan kuatir, kalau saja Kauwcunya gusar dan dia dihukum berat.
Muka Kauwcu Sah Tok Kauw yang cantik itu berobah.
"Kejar dan cari, tidak mungkin dia bisa pergi jauh!" Perintah Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut.
Seketika semua anak buah Sah Tok Kauw berpencar untuk mengejar dan mencari jejak si Rase Terbang.
Tapi, selama setengah harian mereka mencari-cari jejak si Rase Terbang, tetap saja mereka tidak berhasil menemukan jejaknya, seakan juga si Rase Terbang telah lenyap dan masuk kedalam permukaan tanah, seperti jarum yang jatuh kedalam samudera, sulit untuk dicari jejaknya
Bukan main mendongkol dan penasaran Kauwcu Sah Tok Kauw. Mangsa sudah didepan matanya, dimana saat itu juga berkumpul anak buahnya dalam jumlah yang banyak, yang semuanya memiliki kepandaian tinggi, tokh si Rase Terbang masih bisa menghindarkan dan meloloskan diri! Benar-benar peristiwa ini merupakan pukulan yang tidak kecil buat hati Kauwcu Sah Tok Kauw, sampai dia uring-urangan dan satu harian mengerahkan anak buahnya mencari terus jejak si Rase Terbang disekitar tempat itu.
Cuma saja, si Rase Terbang sudah lenyap dan memang tidak bisa dicari oleh orang-orang Sah Tok Kauw tersebut, dan sia-sia belaka orang Sah Tok Kauw mencari sampai satu harian jejak si Rase Terbang disekitar tempat itu. Hal ini malah membuat mereka semakin tidak mengerti. Kemana menghilangnya si Rase Terbang, yang dalam waktu sekejap mata bisa lenyap dari depan mata mereka? Bukankah waktu itu semua orang-orang Sah Tok Kauw yang berkumpul disitu merupakan orang-orang yang liehay semuanya, yang keseluruhannya memiliki kepandaian dan ilmu yang tinggi.?
(^dewi-kz$aaa^) SI MESUM melihat hari itu Giam In Kay seperti uring-uringan, mukanya murung sekali. Tentu saja hal ini membuat si Mesum jadi heran.
"Lopeh, tampaknya ada urusan yang menyusahkan hatimu?" Tanya si Mesum ketika melihat Giam In Kay duduk bermuram diri saja.
Pengemis itu menoleh, mengangguk.
"Benar aku telah gagal melaksanakan perintah Kauwcu!" Katanya dengan suara yang perlahan. Mukanya tetap muram.
"Gagal melaksanakan perintah? Perintah apakah itu, Lopeh?!"
"Untuk membekuk si Rase Terbang. Waktu itu Kauwcu telah mempercayakan kepadaku untuk membekuknya, waktu bertempur dengan si Rase Terbang justeru aku telah melakukan kealpaan, sehingga dia bisa meloloskan diri!"
"Memang telah kudengar tentang si Rase Terbang!" kata si Mesum, suaranya bimbang.
Mata Giam In Kay bersinar, dia mengawasi calon muridnya tersebut.
"Apa yang kau ketahui tentang si Rase Terbang?" tanyanya.
"Katanya dia memiliki pedang mustika dan semua orang menginginkan pedang mustika itu. Banyak orang yang ingin merampas pedang mustika itu!"
"Hemmm, kalau demikian memang kau telah mengetahui duduk persoalannya!" Kata Giam In Kay.
"Itu menurut cerita dari guruku entah bagaimana bentuk pedang mustika itu. Tapi yang terjadi justru banyak orang yang menjadi korban di tangan si Rase Terbang yang memiliki kepandaian yang tinggi sekali, sehingga sulit untuk dihadapi!?"
Giam In Kay diam sejenak, tapi akhirnya ia mengangguk perlahan.
"Benar dia memang tangguh. Kalau tidak tangguh bagaimana dia bisa meloloskan diri dari tanganku?!"
"Apakah Lopeh pun ingin merampas pedang mustikanya?!"
Giam In Kay mengangguk. "Benar !" jawabnya. "Justru pedang mustika itu memiliki arti dan paedah yang sangat besar untuk perkumpulan kami!"
"Sebetulnya Lopeh, apa sih keguanaan pedang mustika itu?!"
Giam In Kay mengawasi calon muridnya itu, sampai akhirnya dia menghela napas panjang.
"Sebetulnya pedang mustika itu memiliki riwayat yang sangat panjang, jelasnya pedang itu merupakan pedang yang bisa mengangkat martabat seseorang atau juga pintu perguruan. Karena siapa yang berhasil memiliki pedang mustika itu, maka orang atau pintu perguruan tersebut akan dianggap sebagai satu-satunya pemimpin dalam Rimba persilatan!"
"Oooo, begitu. Semula kukira pedang mustika itu memiliki paedah yang berguna, tidak tahunya hanya untuk bersombong-sombongan belaka.!" Kata si Mesum.
"Bukan untuk sombong-sombongan, tapi memang benar siapa saja yang memegang pedang itu akan menjadi orang yang disegani oleh seluruh jago di dalam Rimba Persilatan. Tapi, yang jelas orang itupun memang harus memiliki kepandaian yang tinggi"
"Lalu, mengapa si Rase Terbang tidak dianggap sebagai pemimpin Rimba persilatan lopeh? Bukankah si Rase Terbang pun memiliki kepandaian tinggi, di samping itu memang diapun sudah memiliki pedang mustika itu?!"
Ditanya begitu, Giam In Kay jadi ragu-ragu, tapi akhirnya dia menjawab juga: "si Rase Terbang bukan orang yang sesuai menjadi pemimpin Rimba persilatan!"
"Lalu siapa yang cocok, Loopeh?!"
"Kauwcu kami !"
"Ooooo.!" "Kauwcu kami memiliki kepandaian sangat tinggi, juga memang Kauwcu memiliki perkumpulan yang sangat besar dan berkuasa, yaitu Sah Tok Kauw! Siapakah sekarang ini yang berani bermain gila dengan Sah Tok Kauw? Sedangkan tanpa pedang mustika itu, Sah Tok Kauw sudah disegani, apalagi setelah pedang mustika itu berhasil kami miliki!"
Si Mesum mengangguk-anggukan kepalanya tanpa bilang apa-apa lagi, tapi di dalam hatinya dia berpikir :"Hemmm, demikianlah orang-orang dalam dunia persilatan, selalu berlomba untuk menonjolkan diri, sebagai jago yang tiada tanding, sebagai jago yang paling nomor satu, sebagai jago yang paling disegani dan dihormati tapi, tanpa mereka sadari, mereka telah saling membunuh, mereka hanya melakukan dosa belaka!"
Giam In Kay menoleh mengawasi si Mesum.
"Apa yang kau pikirkan, Mesum?!" tegurnya.
Si Mesum tergagap sejenak, namun akhirnya ia menjawab juga: "Aku tengah memikirkan keadaan guruku, apakah guruku itu dapat hidup terus, mengingat waktu aku berpisah dengannya, keadaannya sangat parah sakit, lukanya berat, dan tampaknya kalau tidak memperoleh pengobatan yang baik, niscaya dia akan mengalami halangan, jiwanya terancam!"
Giam In Kay menghela napas.
"Sudah kukatakan kepadamu, kalau kita mengetahui dimana beradanya gurumu itu, kita akan pergi mencarinya. Aku akan berusaha mengobati lukanya itu. Tapi apa mau dikata? Justru dia telah menghilang dan kita tidak berhasil mencari jejaknya. Tidak ada serorangpun yang mengetahui kemana perginya gurumu itu!"
Si Mesum mengangguk sambil menghela napas. Memang benar apa yang dikatakan si pengemis, bahwa sekarang ini tipis kesempatan buat si Mesum bertemu dengan Li Put Hwesio gurunya tersebut.
Melihat si Mesum berdiam diri. Giam In Kay menghela napas.
"Sudahlah, tentang gurumu nanti kita cari lagi, tentu kita bisa mencarinya sampai ketemu!" katanya. "Sekarang lebih baik kau pelajari dan melatih semua ilmu yang kuturunkan kepadamu! Nah, sekarang coba kau perlihatkan, pelajaran yang telah kuajarkan kepadamu, sudah berapa jauh kau latih?!"
"Aku berlatih sekarang?!"
"Ya !" Si Mesum lompat berdiri, kemudian bersilat. Dia mempergunakan jurus-jurus yang diajarkan Giam In Kay.
Bukan main! Giam In Kay sendiri sampai kagum! Karena si Mesum bisa membawakan semua gerak dan jurus-jurus yang diajarkan olehnya dengan sangat baik.
Justru dia baru beberapa hari saja mengajarkan bocah ini, tapi boacah tersebut sudah bisa bersilat demikian baik.
"Memang bocah ini luar biasa! Satu tahun saja aku sempat mendidiknya, dia sudah bisa menguasai seluruh kepandaianku!" Pikir si pengemis. "Memang bocah ini memiliki kelainan dari bocah-bocah umumnya dia memiliki keistimewaan!"
Setelah si Mesum selesai berlatih, Giam In Kay bertepuk tangan sambil memuji: "Bagus! Bagus! Kau memang hebat!"
Lalu Giam In Kay juga telah mengajarkan lagi beberapa jurus pada si Mesum.
Semua pelajaran yang diberikan Giam In Kay dapat diterima si Mesum dengan mudah dan cepat, tanpa kesukaran sedikutpun juga. Dan ini benar-benar menggembirakan Giam In Kay.
Harapannya jadi dicurahkan kepada si Mesum, karena Giam In Kay tahu, jika dia memiliki murid seperti si Mesum, kelak bisa mengangkat naik namanya, dimana bocah ini akan menjadi jago yang luar biasa. Bukankah sekarang saja sudah terlihat tanda-tandanya, bahwa dia bisa menerima seluruh pelajaran yang diberikan olehnya dengan mudah sekali.
"Bagus!" kata Giam In Kay. "Kalau kau belajar dengan tekun, kelak kau pasti memiliki kepandaian yang jauh lebih hebat dari kepandaianku !"
Mendengar pujian Giam In Kay, si Mesum tersipu.
"Lopeh terlalu memuji !" Katanya.
"Tapi aku memuji dari hal yang sebenarnya!"
"Terima kasih Lopeh!"
"Ingat Mesum selanjutnya kau harus berlatih baik-baik, karena harus disayangkan benar, jika bakat sebagus seperti yang kau miliki ini tidak disalurkan dengan sebaik-baiknya! Jarang sebenarnya seorang bocah memiliki bakat sebaik engkau!"
"Baik, Lopeh!" "Nah, sekarang kau berlatih lagi!" Perintah Giam In Kay. "Tapi ingat, jangan mencampuri jurus-jurus yang kuajarkan dengan jurus-jurus yang pernah kau terima dari Li Put Hweshio, kalau hal itu terjadi, niscaya jalan darahmu akan kacau balau dan itu bisa membahayakan keselamatan dirimu!"
"Aku akan mengingatnya baik-baik, Lopeh!" kata si Mesum.
Giam In Kay tampak puas. Dia keluar dari kamar untuk pergi mengurusi urusannya. Sedangkan si Mesum ditinggalkannya didalam, untuk berlatih terus
(^dewi-kz$aaa^) Kini kita kembali kepada Thia lam San berdua dengan Souw Cui Seng, sepasang muda-mudi, yang sebetulnya pada diri mereka berdua tengah terbeban tugas yang tidak kecil.
Memang waktu mereka ingin turun gunung, guru mereka telah memberitahukan bahwa mereka boleh membinasakan siapa saja, dari pintu perguruan manapun juga, asal jangan dua pintu perguruan, yaitu Lam Gak dan Say Gak.
Justeru tanpa disadari oleh sepasang muda-mudi tersebut, justeru mereka akan melahirkan peristiwa besar dalam Rimba persilatan.
Gadis itu bersama suhengnya tiba disebuah kampung. Mereka tengah berdiri ragu dipintu kampung itu, waktu tiba-tiba ada seorang yang berkata: "Kalian harus menghadapi semua ini Dengan penuh kegagahan, sedikitpun kalian tidak boleh mundur oleh keadaan yang cukup menegangkan dalam perjalanan kalian!"
Lam San dan Cui Seng kaget. Mereka menoleh sekelilingnya. Tapi selain mereka berdua, tidak tampak orang lain.
Lam San mengawasi Cui Seng.
"Siapa yang berbicara seperti itu, Suheng?" Tanya Lam San dengan hati penuh tanda tanya.
Cui Seng, suhengnya yang selalu bersikap polos dan ketolol-tololan itu, jadi bengong.
"Aku mana tahu...?" Jawabnya.
"Hemm!" Lam San jadi mendongkol. "Aku juga tidak bilang kau mengetahui, tapi siapa tahu kau melihat orang yang bicara seperti tadi?!"
"Aku tidak melihat siapa-siapa!" menyahuti Cui Seng sambil menggelengkan kepalanya.
Tentu saja Lam San tambah mendongkol.
Sedangkan Cui Seng masih mengawasi sekitarnya. Waktu itu justeru sudah mendekati magrib, maka Cui Seng teringat sesuatu, maka dia bilang: "Apakah apakah memang yang bicara tadi adalah! Adalah hantu penasaran?!"
Dengan mendongkol Lam San menjawab "Apakah didunia ada hantu?"
Melihat sikap sumoaynya seperti itu, Cui Seng jadi bengong.
"Kau tidak percaya hantu, Sumoay ?!"
Lam San tambah mendongkol.
"Aku tidak tanya pada kau tentang hantu! Aku tanya, apakah kau melihat orang yang tadi berkata-kata seperti itu!" menjawab Lam San dengan sikap ketus. Sedangkan didalam hatinya semakin mendongkol, karena melihat ketololan suhengnya yang semakin menjadi.
Cui Seng mengangkat bahunya.
"Aku tidak melihat orang yang berkata-kata seperti tadi, kaupun tidak melihatnya! Tapi, aku bilang apakah mungkin yang bicara seperti itu adalah hantu, kau tampaknya marah! Habis aku harus bilang apa?!"
Mendengar ocehan suhengnya, Lam San tambah mendongkol. Dia segera melanjutkan perjalanannya untuk memasuki kampung itu.
Cui Seng mengikuti, sedangkan hati sipemuda tambah cemburu saja. Memang Cui Seng cemburu jangan-jangan sumoaynya tengah jatuh cinta pada pemuda yang memiliki pasukan ular itu Phang Sun Kongcu tapi, Cui Seng tentu saja tidak bisa memperlihatkan perasaan cemburunya itu secara berterang.
Hanya saja, sekarang melihat sikap Sumoaynya yang begitu ketus kepadanya, rasa cemburunya semakin besar.
"Hemmm, kau mencintai pemuda lain tentu saja kau tidak mau meladeni aku!" pikir Cui Seng.
Karena berpikir begitu, muka Cui Seng jadi muram. Dia jadi uring-uringan.
Kalau saja memang Cui Seng tidak takut pada sumoaynya itu, niscaya dia sudah akan mengumbar penasaran hatinya, untuk mengamuk dan menghantam apa saja yang ada disekitarnya.
Sedangkan orang yang berkata-kata tadi, tidak terdengar lagi. Juga, ketika Lam San dengan Cui Seng sudah tiba di rumah makan, tidak terjadi sesuatu lagi.
Di dengar dari kata-kata orang yang tidak terlihat ujudnya tersebut, tampaknya memang orang itu tidak bermaksud buruk pada mereka. Malah, dari kata-kata nya bisa ditarik kesimpulan bahwa orang itu mungkin bermaksud untuk membangunkan semangat sepasang muda-mudi itu.
Hanya saja, Lam San jadi memikirkannya terus. Dia berpikir keras, karena tidak diketahuinya siapakah orang itu. Apakah pihak kawan atau pihak lawan? Malah, dia juga berpikir, mengapa selama ini dia turun gunung, dia selalu juga berdua suhengnya mengalami peristiwa-peristiwa hebat? Dan inilah yang tidak dimengerti oleh Lam San.
Semula, waktu pertama kali dia turun gunung, pikiran si gadis hanya berpikir untuk nanti menikmati keindahan alam yang menarik hati. Tidak pernah dipikirkannya bahwa dia berdua suhengnya akan mengalami peristiwa-peristiwa hebat itu.
Karena berpikir seperti itu, semakin dipikirkannya, dia semakin mendongkol serta tidak senang pada suhengnya. Mala dia segera juga teringat, mungkin juga dia menghadapi semua peristiwa hebat itu disebabkan tingkah laku suhengnya yang ketolol-tololan! Coba suhengnya itu seorang yang cerdas, tentu dia berdua suhengnya tidak akan mengalami peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan tersebut.
Semakin berpikir Lam San semakin tidak menyukai suhengnya. Dan dia jadi teringat pemuda yang tampan itu, Phang Sun Kongcu hatinya jadi berdebar.
Waktu itu mereka tengah menghadapi santapan diatas meja, Cui Seng yang memang tengah cemburu, sering secara diam-diama mencuri pandang mengawasi wajah sumoaynya.
Dia melihat sumoaynya selalu berdiam diri dengan muka masam. Dan juga Lam San berdiam diri tidak mengajaknya bicara sama sekali. Cuma tampak mukanya sering berubah-ubah. Dan malah akhirnya muka sumoaynya itu bersemu merah agak tersenyum-senyum, rupanya dia tengah memikirkan sesuatu yang menyenangkan.
Hati Cui Seng jadi tambah terbakar oleh cemburu.
"Hemmm, tentu dia tengah memikirkan bocah itu!" Pikirnya didalam hati. "Dia tentu tengah memikirkan tentang pertemuannya dengan pemudah yang telah menarik perhatiannya! Hai! Hai! Memang nasibku sial. Adi seperguruanku ini sama sekali tidak tertarik padaku! Apakah ini disebabkan mukaku terlalu buruk?!"
Karena berpikir begitu Cui Seng jadi sedih, dia menunduk dan menghela napas dalam-dalam.
Dia juga berpikir didalam hatinya, kalau memang dia bertemu dengan pemuda yang sudah berhasil menarik perhatian Lam San, akan dibunuhnya pemuda itu tanpa berpikir dua kali lagi.
Disaat Lam San mendengar helaan napas panjang suhengnya, jadi mengangkat kepalanya.
Dia lihat muka suhengnya yang murung. Maka tegurnya, "Suheng! Mengapa kau tidak makan?!"
Cui Seng waktu itu memang tidak memiliki selera makan, Cuma menggeleng saja.
"Makanlah sumoay aku tidak berselera!"
"Kalau kau tidak makan, nanti perut kosong pasti akan membuat kau masuk angin serta sakit!"
"Biarlah!" "Biar? Kok biar?!" Tanya Lam San menegasi.
"Biarlah aku sakit, lalu mati!"
Lam San tertegun. "Mengapa begitu?!"
"Aku manusia yang paling malang!"
"Mengapa kau bilang begitu suheng? Bukankah selama ini kau bilang bahwa kau seorang yang beruntung, telah dididik oleh suhu dan memiliki kepandaian yang tinggi mengapa sekarang kau malah bilang bahwa engkau tidak beruntung ?!"
Cui Seng diam saja. "Suheng..!" Hati Cui Seng sakit sekali, dia jadi sedih bukan main. Dia tetap diam.
Kalau saja Cui Seng tidak malu, tentu dia akan menangis didepan sumoaynya. Hanya saja didalam hatinya justru bilang, "Kau tidak boleh menangis! Cui Seng! Cui Seng! Kau tidak boleh menangis! Nanti sumoaymu menertawakan kau lagi kau tidak boleh menangis!"
Karena berpikir seperti itu, mati-matian Cui Seng menahan mengucurkan airmata.
Lam San jadi heran melihat gerak-gerik suhengnya. Namun dia tidak banyak bertanya lagi. Gadis itu telah melanjutkan makannya, hanya sekali-sekali saja melirik.
Hati Cui Seng jadi semakin mendongkol.
"Heem, kau tidak memiliki perasaan!" Pikir Cui Seng didalam hatinya. "Engkau tidak menanyakan mengapa aku jadi bersedih hati, tidak berselera makan juga tidak bersemangat kau enak-enak saja meneruskan makanmu! Sungguh engkau tidak memiliki perasaan! Engkau tidak mengetahui bagaimana perasaanku terhadap kau, sumoay!"
Tentu saja Cui Seng hanya berani mendumel didalam hati belaka, karena dia tidak berani mengutarakan didepan si gadis apa yang dipikirkannya itu. Malah, dia hanya menunduk saja.
Lam San telah menghabisi santapannya, akhirnya dia bilang, "Mungkin kau lelah, suheng pergilah kau beristirahat!"
"Kau ?!" tanya suheng itu sambil mengangkat kepalanya mengawasi Lam San. "Apakah engkau tidak mau beristirahat juga?!"
"Aku masih mau menikmati makanan kecil disini..!"
"Kalau begitu biarlah aku duduk disini menemani kau!"
"Untuk apa?!!" tanya Lam San tidak senang.
Cui Seng kaget. "Untuk apa ditemani aku?!" tanya Cui Seng. "Kok kau bertanya seperti itu kepadaku? Bukankah ada baiknya kalau memang aku menemani kau disini, selama engkau belum bermaksud untuk pergi ke kamarmu beristirahat!"
Lam San tertawa tawar. "Hemmm, kalau yang menemani aku seorang yang enak untuk diajak ngobrol tentu mengasyikkan sekali, tapi kalau yang menemani aku hanya patung bisu belaka untuk apa? Bukankah lebih baik kau pergi saja ke kamarmu untuk beristirahat..?!"
Cui Seng kaget bercampur heran. Sampai dia tertegun mengawasi Lam San dengan perasaan tidak mengerti.
"Sumoay" Panggilnya waktu melihat Lam San, sang sumoay berdiam diri saja.
"Hemmm?!" tawar Lam San melirik padanya.
"Jadi jadi kau menganggap aku sebagai patung bisu belaka?!" tanya Cui Seng.
"Nah, untuk itu engkau saja yang memutuskannya, apakah perkataanku benar atau tidak! Apakah kau sendiri merasa dirimu sebagai patung itu atau tidak? Atau memang engkau merasa bukan sebagai patung bisu?!"
"Tentu saja aku bukan patung bisu!"
"Lalu mengapa kau diam saja sejak tadi?!"
"Pikiranku tengah ruwet!" menyahuti Cui Seng seenaknya, agak gugup mencari alasan.
"Kalau begitu, pergi kau beristirahat mengapa harus berdiam disini. Dengan mukamu yang ruwet seperti itu, apakah engkau ingin memperlihatkan kepadaku, betapapun juga aku harus ikut ruwet seperti engkau?!"
Kembali Cui Seng tertegun.
"Tentu saja tidak, bukan begitu maksudku, Sumoay! Kau jangan salah paham!" kata Cui Seng cepat-cepat.
"Lalu apa maksudmu?!"
"Aku aku" "Hemm, sudahlah! Pergilah kau masuk ke kamar untuk istirahat. Mungkin keruwetanmu akan lenyap atau sedikitnya nanti juga bisa berkurang dan tidak ruwet seperti sekarang! Justeru aku melihat mukamu, hati dan pikiranku yang jadi ruwet!"
Cui Seng menghela napas. "Sumoay, engkau benar-benar tidak tidak" tapi Cui Seng tidak bisa melanjutkan perkataannya.
"Aku kenapa?" "Kau tidak berperasaan!"
"Apa ?" tanya Lam San sambil membuka matanya lebar-lebar. "Kau bilang aku tidak berperasaan? Kalau memang aku tidak berperasaan, sama saja aku sudah mati dan menjadi mayat !"
Agak gentar hati Cui Seng melihat mata sumoaynya yang terbuka lebar-lebar seperti itu. Kalau memang sumoaynya marah, tentu urusan akan jadi tambah runyam.
"Bukan bukan begitu maksudku!" Cui Seng coba menjelaskan maksud perkataannya.
"Lalu apa maksudmu..!?"
"Maksudku maksudku sebetulnya ada orang yang perhatikan kau, tapi kau kau" Cui Seng tidak meneruskan perkataannya tersebut, dia tergagap.
Lam San sebetulnya mengetahui kearah mana perkataan Cui Seng, akan tetapi ia pura-pura tidak mengerti.
"Memang jika aku pergi kemana saja tentu ada orang yang memperhatikan aku!" kata Lam San. "Aku mempunyai mata, merekapun mempunyai mata. Maka aku boleh memperhatikan siapa sja, siapapun boleh memperhatikan aku. Apa bedanya?"
Cui Seng benar-benar mendongkol, karena si gadis tidak mengerti apa yang dimaksudkannya.
"Sudahlah sumoay, memang kau pintar bicara..!" kata Cui Seng kemudian.
"Aku pintar bicara?!"
"Ya!" "Memang kenapa? Apa hubungannya antara aku pintar bicara dengan orang yang memperhatikan aku?!"
"Walaupun aku menjelaskan bagaimana, kau tentu tidak akan mengerti!" Kata Cui Seng jengkel.
"Oooo, kalau demikian suheng menganggapku sebagai manusia yang paling bodoh bukan?!"
"Ehhh, eh, aku tidak bilang begitu.!"
"Lalu, tadi suheng bilang aku tidak akan mengerti walaupun kau menjelaskan sesuatu, bukankah itu merupakan tanda aku ini seorang yang sangat bodoh, karena dijelaskan bagaimana tokh tidak akan mengerti. Bukankah dengan berkata begitu sama saja suheng menganggap aku sebagai gadis yang paling bodoh di dunia ini, walaupun suheng menyebutnya tidak secara langsung?!"
Cui Seng memang agak ketolol-tololan, sekarang dipojokkan seperti itu oleh si gadis tentu saja dia jadi tergagap dan segera juga ia jadi menemui kesulitan untuk menjelaskan maksud perkataannya yang sebenarnya.
"Sebetulnya.. sebetulnya.." katanya tergagap gugup sekali.
"Sebetulnya kenapa, suheng?!" tanya Lam San sambil tersenyum, dia merasa lucu dan geli di dalam hati.
"Sebetulnya aku tidak pernah menganggap kau bodoh.. malah aku .. aku.. menganggap kau.. menganggap kau.."
"Oooo, aku tahu sekarang!" kata Lam San.
Cui Seng mengangkat kepalanya mengawasi si gadis.
"Kau sudah mengerti maksudku, sumoay?!" Tanyanya dengan muka berseri.
"Ya, aku sudah mengerti! Aku tidak anggap bodoh kau, tapi lebih dari itu, kau tentu menganggap aku manusia yang paling bloon, dungu dan berotak udang! Bukankah begitu?!"
Cui Seng kaget. "Oooo, bukan! Bukan begitu!"
"Lalu apa maksudmu?!"
"Kukira tadi kau mengatakan telah mengerti maksudku, kau tentunya sudah tahu, bahwa selama ini selama ini aku memperhatikan kau"
"Memperhatikan aku? Suheng selalu memperhatikan aku?!" tanya Lam San pura-pura tidak mengerti.
Cui Seng mengangguk. "Be benar, sumoay kau jangan marah!" katanya dengan suara tergagap.
Lam San tertawa. "Terima kasih suheng kukira memang itu kewajibanmu, karena sebagai suhengku, tentu saja kau harus memperhatikan kepentinganku.!"
"Bukan itu maksudku!"
"Lalu apa maksudmu?!"


Totokan Jari Tunggal It Yang Cie Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku aku akh, sulit buat aku menjelaskannya!"
"Ooo, aku tidak akan mengerti walaupun kau jelaskan?!"
Cui Seng tersenyum pahit.
"Sumoay, terus terang saja kukatakan padamu, bahwa aku aku merasa iri"
"Kok, sekarang kau bilang kau jadi iri kepadaku? Kenapa?!" tanya Lam San.
"Bukan bukan kepada kau!"
"Lalu kepada siapa?"
Sebetulnya Cui Seng menjelaskan bahwa dia merasa iri hati pada Phang Sun Kongcu yang tampaknya baru pertama kali bertemu dengan Lam San, tapi sang sumoay ini seperti jatuh hati. Karenanya juga Cui Seng merasa iri hati sekali.
Tapi untuk menjelaskan hal yang sebenarnya dia menemui kesulitan. Memang Cui Seng tidak pandai bicara, karenanya sekarang untuk mencurahkan isi hatinya, dia semakin menemui kesulitan.
"Sebetulnya sebetulnya aku mengiri iri" Cui Seng tidak bisa bicara dengan lancar.
Lam San tertawa. "Kau ini lucu suheng bicara yang benar, suheng. Kau tampaknya tergagap dan bicara berputar-putar berbelit tidak karuan, aku jadi bingung karenannya!"
"Aku aku merasa iri hati melihat kau memiliki kepandaian yang lebih tinggi dariku!" kata Cui Seng akhirnya berdusta.
"Oooo, soal itu? Kukira suhengpun memiliki kepandaian yang tinggi kalau saja suheng mau tekun mempelajari dan berlatih, tentu kelak suheng akan memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali!"
Cui Seng Cuma mengangguk. Hatinya seperti kosong. Otaknya juga seperti kosong. Dia jadi seperti sepotong balok. Dia diam memandang bengong kedepan
Lam San merasa lucu melihat sikap suhengnya seperti itu. Walaupun bagaimana memang dia tahu. Suhengnya sangat mencintainya. Tapi bagaimana mungkin dia bisa membalas cinta suhengnya, karena dia melihat suhengnya sering ketolol-tololan seperti itu?"
Malah tidak jarang tindakan dan perbuatan suhengnya itu telah membuat dia mendongkol. Karenanya juga, sekarang melihat keadaan suhengnya seperti itu, walaupun dia mentertawai kelakukan suhengnya, tokh tidak urung dia merasa kasihan juga.
"Suheng, sudahlah kau pergi beristirahat! Tampaknya kau lelah sekali!" kata Lam San.
Cui Seng mengangguk. Dia menuju kekamarnya. Dia ingin merebahkan dirinya, untuk berpikir dalam khayalan yang memedihkan hati. Karena Lam San sebegitu jauh tidak juga mengerti isi hatinya.
Dalam keadaan sepeti itu, suheng ini ingin rasanya menjerit berteriak sekuat suaranya untuk melapangkan dadanya. Dia juga ingin menangis sekuat suaranya bukankah sangat memedihkan hati disaat dia mencintai seseorang, tapi orang itu justeru memperlihatkan sikap acuh tak acuh tidak mengerti juga perasaannya.
Waktu itu Lam San masih tetap duduk di mejanya. Piring mangkok telah dibereskan pelayan yang merapihkan meja. Dan si gadis masih duduk bengong, pikiran si gadis jadi tidak tenang.
Dia teringat kepada Phang Sun Kongcu. Betapa tampan dan gagahnya Phang Sun Kongcu, berbeda dengan Cui Seng. Hanya saja, tingkah laku Phang Sun Kongcu memperlihatkan dia seorang pemuda yang agak tersesat. Dia juga menyesali mengapa pemuda yang bisa menarik hatinya itu tampaknya seperti bukan pemuda baik-baik.. tapi hatinya sudah tercuri dengan sendirinya membuat dia pun benar-benar jadi tertarik sekali, terlibat jerat cinta, yang membuat dia semakin terperangkap oleh panah asmara.
Berpikir tentang Cui Seng, Lam San menghela napas. Kalau saja suhengnya itu tidak begitu ketolol-tololan, mungkin dia bisa juga mencintai suhengnya. Tapi sekarang dia memperoleh kenyataan, justeru dia tidak bisa mencintai suhengnya, malah paling tidak dia hanya bisa merasa kasihan belaka. Cuma itu saja. Sama sekali dia tidak bisa mencintai Cui Seng.
Biarpun Lam San mengetahui dengan jelas bahwa suhengnya mencintai keras padanya. Sulitnya justeru si gadis tidak bisa membalas cinta suhengnya itu. Dia hanya bisa menghormati suhengnya itu belaka.
Tengah Lam San duduk termenung ditempatnya dengan pikiran yang melayang-layang, di waktu itu tampak dari luar melangkah masuk ke rumah penginapan yang merangkap rumah makan itu, seseorang. Dialah seorang nenek-nenek tua. Tingkah lakunya sangat menghibahkan, karena dia melangkah dengan tindakan kaki yang lemah.
Melihat si nenek yang melangkah dengan susah payah, tampak Lam San merasa kasihan. Dia mengawasi si nenek.
Sedangkan si nenek menghampiri meja Lam San.
"Nak, boleh Popo duduk disini?!" tanya si nenek.
Lam San cepat mengangguk.
"Silahkan silahkan!" Kata si gadis mempersilahkan si nenek duduk semeja dengannya.
"Nak, kau baik sekali! Sekarang Popo ingin meminta belas kasihan kau juga. Sudah seminggu Popo tidak makan.. maukah kau membelikan Popo makanan, karena Popo tidak mempunyai uang?!"
"Oooo, kasihan!" kata Lam San."Silahkan Popo memesan makanan yang Popo inginkan biar nanti kubayar!"
"Ya terima kasih atas kebaikan hatimu!"
Dan nenek tua itu memanggil pelayan, memesan beberapa macam makanan.
Mendengar makanan yang dipesan si nenek, terkejutlah Lam San, karena semuanya merupakan makanan yang mahal-mahal harganya. Juga nenek tua itu memesan makanan dalam jumlah yang sangat banyak sekali, seakan juga untuk makan lima atau enam orang!
Diam-diam Lam San melirik kepada nenek tua itu. Dia menduga-duga, apakah makanan sebanyak itu yang dipesan si nenek bisa dimakan habis?
Tengah Lam San terheran-heran memperhatikan sin nenek, justeru di waktu itu tampak si nenek sudah menghela napas, kemudian katanya kepada Lam San, "Nak siapa namamu?!"
"Aku she Thia bernama Lam San!" menjelaskan Lam San.
"Oooo, nona Thia! Tampaknya kau gagah sekali! Melihat cara berpakaianmu, jelas kau seorang rimba persilatan yang memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Bukankah tepat dugaan Popo?!"
Lam San mengangguk. "Benar Popo!" tapi biarpun aku bisa dan mengerti ilmu silat, perkataan memiliki kepandaian yang tinggi tidak tepat untukku. Aku hanya mengerti ilmu silat saja!"
"Kalau memang demikian kau nona Thia, paling pandai untuk merendahkan diri! Karena menurut penglihatanku, justeru kau merupakan seorang pendekar wanita, yang walaupun berusia masih sangat muda, tokh kau pasti seorang yang berkepandaian tinggi sekali dan sulit untuk ditandingi oleh sembarangan orang!"
Mendengar si nenek tua selalu bicara seperti itu, membuat Lam San jadi bercuriga juga.
Mengapa si nenek tua ini, yang tidak dikenalnya, selalu menekankan bahwa dia memiliki kepandaian yang tinggi? Lagi pula cara memesan makanan dalam jumlah yang banyak, padahal si nenek telah minta ditraktir dan dibayarkan oleh Lam San, yang begitu mengejutkan dan mengherankan? Benar-benar nenek tua ini seorang yang aneh dan setidak-tidaknya telah mendatangkan kecurigaan dihati Lam San.
Saat itu si nenek telah tertawa lagi.
"Nona Thia, apakah kau berkelana seorang diri?!" tanyanya lagi.
Lam San menggeleng. "Tidak aku berdua dengan suhengku!"
"Di mana suhengmu? Aku tidak melihatnya?!"
"Dia sudah masuk kamar lebih dulu, dia sangat lelah!"
"Oooo. Kalian murid dari pintu perguruan mana?!
Hati Lam San semakin tidak menyukai si nenek, karena nenek tua ini terlalu cerewet sekali. Banyak yang ditanyakannya. Tentu saja hal ini membuatny jadi kurang gembira.
"Sebetulnya, walaupun kujelaskan. Popo tidak akan mengerti!" kata Lam San dengan perasaan tidak senang.
"Oooo, mengapa aku tidak mengerti? Biarpun popo tidak memiliki ilmu silat, popo bersahabat dengan orang-orang rimba persilatan dalam jumlah yang tidak sedikit. Karenanya Popo mengerti sedikit banyak tentang dunia persilatan!"
"Nanti saja akan kujelaskan! Bukankah Popo sekarang ingin makan? Nah, lihatlah, makanan yang dipesan Popo telah datang!"
Nenek tua itu tertawa. Dia tidak bilang apa-apa lagi. Makanan yang dipesan si nenek memang banyak sekali hampir memenuhi satu meja bermacam-macam masakan dan sayur.
Dengan lahap dia mulai memakannya. Tampaknya rakus sekali. Lam San Cuma memperhatikan saja.
Sambil makan, si nenek rupanya tidak enak kalau tidak bicara, maka akhirnya dia menoleh kepada Lam San dan bertanya lagi, "Nona Thia, apakah kau sering bertempur selama kau berkelana dengan suhengmu?!"
Lam San mengangguk jengkel.
"Tentu saja.. dealam rimba persilatan selalu ada saja orang jahat, karena sering bertempur dengan mereka itu untuk menegakkan keadilan!" menyahuti Lam San.
(^dewi-kz$aaa^) Jilid 19 "OOOO, kalau begitu mata Popo tidak salah dan belum lamur, memang nona Thia ternyata seorang pendekar wanita yang mengutamakan keadilan !"
Lam San sudah semakin jemu, dia tidak bilang apa-apa, dia berdiam diri saja, walaupun si nenek masih banyak bertanya ini dan itu.
Si nenek juga rupanya telah merasakan bahwa dia tidak dilayani bicara oleh Lam San.
Namun dia mengoceh terus. Sampai suatu kali, tiba-tiba dia mengulurkan tangannya.
"Coba kulihat tanganmu, nona Thia ! Aku mengerti sedikit sedikit ilmu meramal! Aku akan meramalkan nasibmu !"
Lam San menarik tangannya. Tidak sudi tangannya dipegang oleh si nenek tangannya berlepotan minyak.
Si nenek mencenteng maunya lebar-lebar.
"Kenapa ?!" Tanyanya. "Apakah nona Thia tidak percaya bahwa aka pandai meramalkan nasib ?"
Lam San menggeleng kesal.
"Bukan tidak percaya, tapi saja kalau Popo sudah selesai makan !" Kata si gadis.
Si nenek menunduk, dia memperhatikan tangannya, sampai akhirnya dia tertawa.
"Oooo, benar-benar aku pikun! Tanganku berlepotan minyak seperti ini, kotor sekali ! Mana mau seorang gadis seperti Kau dkotori tangannya ?!" Setelah menggumam begitu dia tertawa lagi. Tapi, tangannya itu tidak ditarik pulang, melainkan diulurkan. Malah, sekarang dia mengulurkan tangannya cepat sekali secepat kilat.
Lam San terkejut. Jarak mereka terpisah dekat sekali, karena mereka duduk semeja dan sebelah menyebelah. Dan sekarang tangan nenek tua itu pun menyambar dengan cepat sekali, karenanya tahu-tahu jari tangan si nenek tua itu sudah hampir menempel pada lengannya, yang hendak dicengkeram.
Lam San cepat-cepat memiringkan pundaknya, maka loloslah cengceraman tangan si nenek.
Buat kagetnya si gadis, justeru dia melihat si nenek tidak menyudahi sampai disitu belaka, dia telah meneruskan uluran tangannya, akan mencengkeram pundaknya.
Terkesiap Lam San. Melihat cara si nenek untuk mencengkeram itu maka jelas dia merupakan seorang yang memiliki kepandaian yang tidak rendah, sebab cengkeraman tangannya itu memang mengandung kekuatan lwekang yang dahsyat. mungkin kalau sampai Lam San tidak keburu untuk menghindarkan diri dari cengkeraman itu, akan membuat dia patah tulang piepienya. Inilah yang tidak disangka-sangka oleh Lam San.
Semula si gadis melihat nenek tua itu sangat lemah, dimana dia melangkah saja dengan kaki yang lemah dan tertatih-tatih. Tampakpya sulit sekali untuk bertindak maju. Namun sekarang waktu dia menyerang dengan cengkeraman tangannya itu sangat cepat, malah lebih cepat dari gerakan tangan jago2 kelas menengah karena tangan si nenek tua itu secepat kilat. Dalam sekejap mata waktu Lam San mengelak cengkeram pertama dia telah bisa menyusuli dengan cengkeraman berikutnya.
Karenanya juga. hal ini membuat Lam San seketika tersadar, betapapun juga nenek tua itu tentunya seorang yang memiliki kepandaian sangat tinggi dan tidak boleh di buat main-main. Dengan segera Lam San melompat bangun. Hanya saja, belum lagi sepasang kakinya menginjak lantai, di saat itu si nenek tua telah melesat menyambar kepadanya, jari tangannya terpentang, kedua tangannya telah menyambar ke arah dada Lam San !
Lam San mengeluarkan seruan tertahan, dia mengelak ke samping dan kemudian balas menyerang.
Dalam keadaan seperti itu, memang Lam San tidak memiliki pilihan lain, walaupun dia belum yakin sepenuhnya bahwa si nenek bermaksud jahat padanya, tokh dia harus balas menyerang dengan dorongan yang kuat.
Anehnya, nenek tua yang tampaknya lemah tersebut, tidak juga rubuh malah nenek tua itu bisa berdiri tegak, tanpa kurang suatu apapun juga. Tidak bergeming, walaupun tenaga dorongan yang dilakukan Lam San sangat kuat sekali.
Sebetulnya tidak sembarangan orang yang bisa membendung tenaga dorongan yang dilakukan Lam San seperti yang dilakukan si nenek tua, karena dia sama sekali tidak mengelak, menyambuti serangan itu dengan berdiam diri. Toh dia tidak bergeming sadikitpun juga !
Sedang Lam San tertegun mengawasi si nenek, justeru di waktu itu si nenek sudah bersuara nyaring, dengan pekik yang menyakiti telinga, tubuhnya sudah melesat dengan pesat sekali menyambar ke arah Lam San bagaikan seekor burung elang.
Tamu-tamu lain yang berada di dalam ruang makan rumah penginapan tersebut, dan juga para pelayan, jadi berdiri di pinggir ruangan untuk menyaksikan keramaian,
Semua mereka heran, seorang gadis saling serang dengan seorang nenek tua yang sudah rentah dan lemah. Namun setelah mereka menyaksikan sendiri, bahwa nenek tua itu memang memiliki kepandaian yang tinggi, karena biarpun sudah lemah, tangannya yang satu menyerang Lam San. di mana gadis itu bisa mengelakkan diri dari serangannya, menghantam hancur meja atau kursi. Itu saja sudah menunjukkan betapapun kekuatan tangan atau pukulan si nenek memang sangat mengejutkan sekali.
Lam San diam-diam berpikir. Dalam beberapa gebrakan dia sudah bisa mengukur kepandaian si nenek. Yang mengejutkannya, justeru kepandaian si nenek tidak berada di sebelah bawah kepandaiannya. Dan yang dia rasakan, justeru kemungkinan nenek tua itu memang satu tingkat darinya !
Sekarang melihat si nenek melompat ke arahnya, tubahnya tengah melesat ke arahnya
Lam San berani sakali ! Dia juga seorang gadis yang nekad. karena gusar dimana nenek tua ini tanpa hujan tanpa angin, juga telah ditraktir makan, bisa menyerangnya. Dengan kedua tangannya dia menyambut! tubuh si nenek tua.
Melihat si pemudi mengayunkan kedua tangannya akan menyambuti tubuhnya, nenek tua itu mendengus. Dia juga mempergunakan kedua tangannya yang dikibaskannya berulangkali.
Serangkum angin pukulan yang kuat menyerang pada Lam San. Gadis itu terkejut, hampir' saja kuda-kuda kakinya Tergempur.
Untung saja Lam San dapat berlaku cepat. Dia tidak menjadi gugup biarpun menghadapi keadaan seperti itu. Hanya dia membatalkan ingin menyambut tubuh si nenek dengan kedua telapak tangannya. Dia melompat ke samping dan menghindar dari pukulan si nenek tua ini.
Waktu itu si nenek tua telah hinggap dilantai, dia berdiri sambil tertawa. Sama sekali dia tidak melanjutkan serangannya,
"Hebat kau, nona!" Pujinya; "Ternyata memang kau memiliki kepandaian yang tinggi!"
Lam San mengawasi mendongkol pada nenek tua itu.
"Siapa kau sebenarnya !" Tegurnya. "Apa maksud kau menyerangku tanpa keruan juntrungan?"
Nenek tua itu tertawa- "Aku hanya ingin melihat berapa tinggi kepandaianmu ! Hemm, bukankah tadi kau bilang bahwa aku tidak memiliki kepandaian yang tinggi! Tapi sekarang aku sudah membuktikan bahwa kau memang memiliki kepandaian yang tinggi sekali! Aku juga kagum untuk ilmu silat dari aliran Lam San Gie Kong (Orang Tua Bodoh Dari gunung Selatan)"
Kaget Lam San, muka si gadis juga berobah. Inilah yang benar-benar tidak disangkanya. karena terlibat dalam gebrakan-gebrakan yang beberapa kali saja sudah bisa melihat dia murid siapa.
Cepat-cepat Lam San merangkapkan kedua tangannya. dia tidak berani berlaku tidak hormat lagi, karena selain melihat kepandaian si nenek yang tinggi dia juga menyangka bahwa si nenek tua ini mungkin sahabat gurunya.
"Siapakah Locianpwe ? Bolehkah Boanpwe mengetahui gelaran Locianpwe yang harum dan nama besar Locianpwe ?!" Tanya Lam San. sikapnya jadi menghormat. "Lalu San Gie Kong adalah guru Boanpwe.,.!"
"Hmm! kalau memang demikian benar kau murid Lam San Gie Kong !" Kata si nenek sambil tersenyum dan melangkah menghampiri. Tapi. Waktu sudah menghampiri dekat, tahu-tahu tangan kanannya menyambar kearah leher Lam San,
Tentu saja Lam San kaget tidak terhingga. Angin serangan tangan si nenek menyambar kuat sekali. Dia tengah lengah, sama sekali tidak bersiap sedia, karena juga dia jadi agak lengah.
Untung juga Lam San memang memiliki kepandaian yang tinggi dan dia pun seorang gadis yang cerdik, karenanya dalam keadaan seperti itu, dia tidak kehilangan akal sehatnya. Dia cepat2 angkat tangan kanannya menyampar searah tangan si nerek, satu tangannya yang satu meluncur akan menotok biji mata nenek tua itu !
Tangan Lam San membentur keras tangan si nenek, sedangkan dengan jari tangannya dielakkan si nenek dengan menggesr kepalanya, barulah kemudian si nenek melompat mundur.
Waktu itu Lam San membarengi dengan tendangan Kakinya, hanya saja si nenek tua telah melompat mundur, membuat tendangannya itu mengenai tempat kosong dan gagal.
Lam San yang berdiri tegak dengan sikap bersiap sedia. Sekarang dia tahu bahwa nenek tua itu bukan sahabat gurunya, juga memang nenek tua itu tampaknya tidak bermaksud baik padanya.
"Hemm. siapakah kau nenek tua ?!" Bentak Lam San dengan suara mengandung kegusaran. "Apakah maksudmu...?!"
"Maksudku ? Aku ingin membekuk kau, nona manis." Kata nenek tua itu dengan mata yang dingin "Tentang siapa aku, tidak perlu kau ketabui, karena nanti pun kau akan mengetahuinya." Setelah berkata begitu, tanpa membuang waktu lagi, nenek tua itu berkelebat, tubuhnya jadi gesit sekali, sangat berbeda dengan beberapa waktu yang lalu, tampaknya untuk jalanpun sangat sulit sekali. Kedua tangannya berkelebat kelebat menyerang Lam san.
Lam San melayani si nenek dengan mengerahkan kepandaiannya. Setelah lewat belasan jurus, si gadis merasakan bahwa kepandaian si nenek memang menang satu tingkat dari dia,
Waktu ini, dia berpikir keras, apakah dia hahus mempergunakan pedangnya? Sedangkan si nenek bertangan kosong dan Lam Sin merasa bimbang, karena jika dia mempergunakan pedang, dia merasa malu, karena nanti dianggap menghina seorang nenek tua, sebab selain nenek itu tampak sudah tua rentah, juga memang di saat itu tampaknya si nenek biarpun tangguh, toh dia bertangan kosong. Diwaktu itulah tampak Lam San semakin bimbang saja, berulang kali dia terdesak oleh rangsekan si nenek.
Mendadak terdengar seruan nyaring sekali : "Siapa yang berani menghina Sumoayku ?"
Tampak muncul Cui Seng ! Rupanya ada seorang pelayan yang telah memberitahukan pada Cui Seng, bahwa kawannya tengah bertempur dengan seorang nenek tua.
Cui Seng begitu diberitahukan, jadi kaget bukan main. Cepat-cepat dia melompat turun dari pembaringan dan keluar. Malah belum masuk orangnya, suaranya sudah terdengar.
Lam San diam-diam jadi girang. Dengan adanya sang Suheng itu, walaupun si nenek memiliki kepandaian yang tinggi tentu mereka berdua bisa menghadapinya dengan baik sekali.
Waktu itu Cui Seng sudah tiba ditempat tersebut, dia mementang matanya lebar-lebar. Sebelum dia menyangka Samoaynya tengah bertempur dengan seorang laki-laki bertubuh tinggi besar dan galak tidak tahunya seorang nenek tua yang sudah rentah. Karenanya juga, membuat Cui Seng jadi tertegun heran.
Lam San melihat Cui Seng muncul, tapi tidak segera menerjang ketengah kalangan, jadi mendongkol. Terlebih lagi melihat Cui Seng hanya bengong saja.
"Sekarang, kau layani dulu nenek tua ini.." Lam San akhirnya terpaksa meneriaki Cui Seng.
Waktu itu Cui Seng pun sudah melihat, biar pun si nenek tua rentah tokh dia memiliki kepandaian yang tinggi. Setiap serangannya selalu mengandung maut. Dengan demikian perasaan bimbangnya jadi lenyap. Apa lagi telah di dengarnya anjuran Sumoaynya. maka tanpa membuang Waktu lagi dia telah melompat ketengah kalangan. Tangannya diulurkan buat menjambak rambut putih si nenek tua tersebut.
Lam San melihat kesempatan si nenek tengah mengelakkan diri dari tangan Cui Seng. maka melompat mundur. Dan ingin melihat apakah Cui Seng bisa menghadapi nenek tua itu, disamping mempelajari ilmu silat si nenek untuk melihat si nenek berasal dari aliran mana!
Cui Seng waktu itu tidak hanya melancarkan serangan satu kali saja karena jambretan tangannya gagal, dia telah menyerang lagi beruntun tiga Kali.
Si nenek tertawa dingin. "Bocah kau tidak tahu diri ! Kepandaianmu masih lebih rendah dari Sumoaymu, berani kau mencari mampus ditanganku!" Kata si nenek dengan suara yang dingin.
Cui Seng jadi kaget bercampur heran, dia malah sampai berdiam diri tertegun.
"Ihhh, dari mana kau mengelahui Lam San adalah Sumoayku ?!" Tanyanya heran.
Si nenek tertawa geli mengejek,
"Bukankah tadi kau sendiri yang mengatakan siapa yang berani menghina Sumoaymu ??"
"Ooooo, benar!" Kata Cui Seng kemudian, "Kau benar!"
"Bodoh!" Menggerutu si nenek tua itu, dia sudah menerjang lagi.
Cui Seng pun melayani lagi. Tapi dia kalah cepat dengan tangan si nenek.
"Bukkkk " Dada Cui Seng kena dihantam keras oleh tangan si nenek. Keras dan kuat tenaga pukulan itu.
Namun si nenek tidak berhasil merubuhkan Cui Seng, karena pemuda itu hanya terhuyung belaka, mundur beberapa langkah.
Waktu itu tampak Cui Seng sudah berusaha mengendalikan kuda2 kedua kakinya. Dia juga berseru nyaring, dengan nekad dia menerjang lagi penuh kemerahan.
"Hemtm, bocah ini bodoh dan juga kepandaiannya di bawah kepandaian si gadis... lagi tampaknya dia kedot sekali, nekad dan tidak kenal mampus!" Pikir si nenek.
Apa yang diduga si nenek memang tidak meleset terlalu jaah, karena di Waktu itu justeru Cui Seng telah berulang kali menerjang kepada si nenek seakan juga tidak memperdulikan lagi keselamatan dirinya. Kelakuan Cui Seng seperti itu telah membuat si nenek sering jadi kelabakan.
Benar kepandaian Cui Seng terpaut di sebelah bawah kepandaian Lam San, namun Lam San kalah nekad dibandingkan dengan Cui Seng, dimana pemuda ini bagaikan kerbau edan yang menyeruduk maju terus tanpa memperdulikan keselamatan dirinya. Dengn sendirinya si nenek tua itu pun tidak berani terlau mendesaknya, Dia harus hati2 menghadapi terjangan Cui Seng yang nekad itu, Beberapakali si nenek hampir kena diterjang Cui Seng, untung juga si nenek memang memiliki ginkang yang mahir, sehingga dia bisa menghindarkan diri dengan mudah,
Cui Seng melihat nenek tua ini memang berkepandaian tinggi. Tapi dia tengah membela Sumoaynya, yang dicintainya. Dan waktu itu Sumoaynya pun tengah menyaksikannya. Semangatnya jadi terbangun. Dia melirik, dilihatnya mata Lam San bersinar, seakan juga tengah mengharapkan kemenangannya. Maka dengan segera di hati Cui Seng berpikir : "Hemmm, aku harus dapat merubuhkan nenek tua bangka ini, kalau sampai aku tidak bisa merubuhkan si nenek tua bangka ini, tenta aku akan malu sekali pada Sumoay,,,!"
Karena berpikir seperti itu, dengan tekad dan semangat yang terbangun, maka Cui Seng sudah berteriak nyaring, seakan juga suara teriakannya itu menggetarkan ruangan tersebut, malah dibarengi dengan tendangannya, sepasang tangannya bergerak-gerak cepat dan berkekuatan beratus kati, dimana sulit sekali diterka kearah mana sasaran dari kedua tangannja tersebut.
Si nenek juga terkejut. Sebetulnya kepandaian Cui Seng di matanya biasa saja. Malah juga. lebih bawah dari Lam San. Sebetulnya si nenek tidak memandang sebelah mata. Hanya saja, yang membuat dia jadi terkejut, justeru memang di waktu itu Cui Seng seakan juga bertempur dengan cara mengadu jiwa. Dan diwaktu mulai tampak dia berulang kali telah berusaha menghindar dari tinju tangan Cui Seng. Tapi suatu saat dia melihat kesempatan. Tanpa membuang buang waktu si nenek telah menyentil tangan Cui Seng yang kanan dan membarengi dengan terpentalnya tangan itu, sambil mengeluarkan suara "Ihhh !" yang tidak begitu nyaring, kaki si nenek telah menendang.
Tidak ampun lagi pinggul Cui Seng kena tertendang, malah dia pun telah terpelanting.
Cepat sekali Cui Seng melompat bangun. Seakan juga dia tidak merasa kesakitan.
Padahal, dengan terguling, Cui Seng merasa kesakitan yang sangat. Dia juga sempat melirik ke arah Lam San. dilihatnya wajah Lam San seakan juga memancarkan kekecewaan. Karenanya Cui Seng melupakan rasa sakit itu, dia melompat bangun dan menerjang lagi kepada si nenek tua yang tangguh itu.....
Nenek tua itu pun harus berpikir dua kali menghadapi pemuda yang nekad ini, karena kalau sampai dia kena diterjang oleh pemuda itu, Walaupun dia memiliki kepandaian yang memang lebih tinggi dari si pemuda nekad tersebut tokh kondisi tubuhnya sudah terlalu tua sekali. Karenanya juga si nenek memutuskan bahwa dia tidak boleh membuang-buang waktu lagi, kalau sampai dia kehabisan napas, akan celakalah dia !
Ketika itu, dilihatnya Cui Seng tengah menerjang lagi kepadanya, dengan sepasang tangan yang menyerangnya dari pukulan-pukulannya itu mengeluarkan kesiuran angin yang dahsyat.
Si nenek menantikan sampai Cui Seng sudah dekat, barulah dia menghindar kesamping. Kemudian mengulurkan tangannya, menepuk pundak si pemuda.
Cui Seng mengaduh, tubuhnya terhuyung ke depan.
Maksud si nenek tua ingin menotok si pemuda, tetapi justeru di waktu itu dia cuma berhasil menepuk, menyerempet jalan darah yang diincarnya. karenanya juga, Cui Seng tidak sampai rubuh, cuma menderita kesakitan pada pundaknya.
Lam San melihat keadaan suhengnya seperti itu, sudah tidak bisa menahan diri lagi. Segera dia mencabut pedangnya, Dan dengan suara teriakan nyaring, dia melompat menikam beruntun pada punggung, pinggang dan perut si nenek tua tersebut.
Nenek tua itu menghindar gesit sekali, dia juga mendengus memperdengarkan suara tertawa dingin, Waktu suatu kali pedang Lam San menyambar lagi, dia tidak menghindar. Hanya menantikan sampai pedang si gadis sudah dekat sekali dengannya, maka si nenek mengulurkan tangannya. Luar biasa, Dia menjepit pedang itu, malah kemudian menghentaknya, maka pedang tersebut jadi patah.
Saat itu Lam San kaget merasakan telapak tangannya pedih sekali dan melihat pedangnya jadi patah. Dengan menahan kemurkaan yang meluap di hati, si gadis mengawasi si nenek, karena dia bimbang untuk menerjang maju terus, karena memang telah dibuktikannya betapapun juga nenek tua itu sangat tangguh sesali. Waktu itu nampak Cui Seng sudah bisa berdiri tetap. Pemuda ini juga melihat pedang Somoaynya telah patah.
Cepat-cepat Cui Seng menghunus pedangnya, dilemparkannya kepada si gadis.
"Sumoay, kau pergunakan pedang ini." Serunya.
Sedangkan saat itu Cui Seng sendiri telah menerjang lagi dengan sepasang tangan kosong
Lam San menyambuti pedang yang dilempar suhengnya, kemudian mulai menyerang lagi.
Si nenek sekarang di kepung Cui Seng dan Lam San. Berbeda seperti tadi waktu dia menghadapi Lam San seorang atau pun Cui Seng sendirian. Sekarang dia Sibuk juga.
Kepandaian si nenek tua itu boleh lebih tinggi dari sepasang muda-mudi ini, namun sekarang dia dikeroyok berdua, maka dia jadi repot juga, sibuk sekali menghindar ke sana ke mari.
Akhirnya, setelah terdesak, nenek tua itu mengambil keputusan untuk angkat kaki.
"Nanti aku akan datang lagi, bocah-bocah!" Serunya. "Sekarang kalian boleh hidup lebih lama beberapa hari, nanti aku akan datang membekuk kalian untuk dimasak dan kumakan hati jantung kalian!" Setelah berkata begitu, tangan si nenek mengibas.
"Bleess. busss!" Beberapa kali terdengar suara merebes, dan asap telah mengepul tebal.
Ternyata nenek tua itu memiliki senjata rahasia yang bisa mementahkan asap. Dalam kepulan asap dia menghilang.
Lam San dan Cui Seng kaget, mereka kuatir asap itu adalah asap beracun, mereka melompat menjauhi diri, keluar dari gumpalan asap tersebut.
Setelah asap itu merejah dan menipis, waktu itulah Lam San dan Cui Seng sudah tidak melihat si nerek tua musuh mereka, yang telah lenyap melarikan diri.
Lam San membanting-banting kakinya, jengkel sekali.
Cui Seng cepat2 menghampiri sumoayonya.
"Sumoay, apakah kau tidak apa-apa?" ia tanya.
Lam San menggeleng saja. "Siapakah nenek tua itu ? Mengapa kalian bertempur" tanya Cui Seng lagi.
"Aku sendiri tidak tahu siapa dia !"
"Kau tidak tahu ?!" Tanya Cui Seng heran.
'Hemmm, kau kenal dengannya ?!" Tanya Lam San mendongkol, sambil mendelik mata pada Cui Seng.
Cui Seng tertegun, "Aku mana kenal dengannya ?!" Menyahut Cui Seng. "Justru aku diberitahukan pelayan bahwa kau tengah bertempur, maka aku keluar untuk membantumu !"
"Makanya sama saja seperti kau! Aku pun tidak tahu siapa dia, karena dia telah datang kemari minta ditraktir makan kemudian tahu2 dia menyerang diriku....?"
"Tampaknya nenek tua itu memang bukan sebangsa manusia baik-baik !" Menggumam Cui Seng,
"Memang sudah dilihat bukan manusia baik-baik, kok. pakai bilang tampaknya, tampaknya" Kata Lam San, sengit.
Cui Seng jadi berdiri salah tingkah, karena dia selalu salah bicara.
Lam San menuju kemejanya. Dia duduk.
Cui Seng mengikuti dan duduk juga, Keduanya berdiam diri, tidak ada yang buka suara lagi.
Sedangkan para pelayan telah membereskan meja kursi yang tadi terbalik dalam pertempuran itu.
Lam San sedih bukan main, karena pedangnya telah dipatahkan si nenek, Lam San perintahkan seorang pelayan mengambil patahan pedangnya, dia memperhatikan patahan pedangnya tersebut.
"Entah siapa nenek jahat itu ?" menggumam Lam San perlahan sekali, waktu itu dia meng-amat2i patahan pedangnya.
"Ya, siapakah nenek tua itu ?!" Menimpali Cui Seng.
"Kukira... dia memang hendak mencelakai kita...dan dia rupanya musuh Suhu...... karena dia mengetahui aku adalah murid Suhu... tentunya ada apa-apa dalam peristiwa ini!'
"Benar Sumoay... kalau tidak ada sebabnya tidak mungkin nenek tua itu menyerangmu! tidak mungkin dia berlaku seperti itu, lain kalau memang dia orang gila !"
Mendengar perkataan Suhengnya, Lam San mengangguk,
Sekali ini memang apa yang diutarakan Cui Seng ada benarnya. Kalau saja nenek tua itu tidak ada sebab dan tidak mempunyai maksud tertentu padanya, niscaya tidak terjadi peristiwa ini. Dan entah mengapa. sekali ini otak Cui Seng tampaknva terang, dia bisa menduga seperti itu. Tapi Lim San tidak memuji. dia hanya berdiam diri saja.
Cui Seng menghela napas. "Kalau Suhu mengetahui pedangmu di patahkan orang, niscaya orang tua itu akan di patahkan kedua kakinya oleh Suhu !" Kata Cui Seng lagi.
Lam San mengheia napas dalam-dalam. "Semula kukira, kepandaianku telah cukup tinggi! Tapi sejak turun gunung, selalu juga aku menghadapi lawan yang tangguh-tangguh dan selalu dihina orang ! Hai ... Hai! Tampaknya kepandaian yang kupelajari belum lagi berarti apa-apa !'"
Mendengar suara si gadis yang mengandung penyesalan seperti itu, cepat-cepat Cui Seng menghiburnya.
"Seharusnya aku yang menyesal, karena untuk bicara soal kepandaian, dibandingkan dengan kau saja, aku terpaut jauh sekali disebelah bawah kepandaian Sumoay ! Yang harus menyesal adalah aku! Justeru aku seorang bodoh yang tidak bisa menguasai semacam ilmu silat dengan cepat, berbeda sekali dengan kau! Kalau kelak kau sudah sempat berlatih sepuluh tahun lagi!, niscaya kau bisa memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi lagi dari yang sekarang !"
"Tentu saja" Menyahuti si gadis mendongkol. "Kalau memang aku sudah berlatih sepuluh tahun lagi, niscaya kepandaianku jauh lebih tinggi dari kepandaianku yang sekarang.,..Tapi diwaktu itu aku sudah jadi nenek-nenek dan tua!"
"Akh, usia tiga puluh tahun belum tua. kau.,... kau akan tetap Cantik. Sumoay!"
Kata Cui Seng tergagap. Sebetulnya dia ingin memuji lebih banyak, namun dia seorang yang tidak pandai bicara, dia jadi gugup sekali tidak bisa meneruskan kata-katanya, walaupun dihatinya tersimpan banyak sekali kata-kata pujian yang hendak disampaikannya.
Lan San menghela napas dalam-dalam.
"Malam ini kita harus hati-hati." Kata Lam San. "Kau juga Suheng, tidak boleh tidur terlalu nyenyak .... jangan-jangan ada musuh yang akan satroni kita !"
Cui Seng mengangguk. Mereka kembali ke kamar masing-masing. Si gadis tidak bisa segera tertidur, dia memikirkan entah siapa nenek tua yang tangguh itu dan apa maksud si nenek menyerangnya dan hendak membekuknya?
Malam semakin larut juga .......
-oooodw-kzOaaaoonoo- SI MESUM memang sangat rajin sekali beratih. Dia rupanya sudah menyadari, betapa pun juga memang sangat diperlukan sekali untuk memiliki kepandaian yang tinggi. Bukankah selama ini dia telah dibina orang tanpa dia berdaya ? Kalau memang dia memiliki kepandaian yang tinggi, jelas dia bisa mengadakan perlawanan.
Karenanya juga, ilmu silat yang diajarkan oleh Giam In Kay, telah dipelajari dengan baik.
Tapi sangat luar biasa sekali, justeru dia bisa menerima semua pelajaran yang diberikan Giam In Kay dengan sangat baik, Dalam waktu satu bulan saja dia sudah bisa mempelajari semua teori kepandaian Giam In Kay, latihannya ini cukup baik.
Ini merupakan suatu kejadian yang mengherankan sekali, terutama besar buat Giam In Kay, karena dia pun tidak habis mengerti, mengapa bocah ini bisa demikian cepat menguasai ilmu silat yang diajukan olehnya, tidak ada kesulitan apa-apa padanya. Malah yang tidak masuk dalam akal, justeru jika orang lain mempelajari setiap jurus ilmu silat selama satu bulan, maka buat si Mesum cukup satu hari, dia sudah menguasainya dengan sempurna. Karena itu, jika orang mempelajarinya satu tahun, cukup buat si Mesum mempelajari sepuluh hari. Dan dalam satu bulan saja, bocah ini sudah memiliki kepandaian seperti juga dia sudah melatih dua tiga atau empat tahun! Kepandaiannya mengalami kemajuan yang pesat sekali.
Malah Giam In Kay sendiri yang menyaksikan kemajuan yang terjadi pada diri bocah ini, berbalik jadi ngeri. Kalau memang si Mesum sudah mempelajari ilmu silatnya selama setahun, niscaya si bocah seperti telah mempelajari ilmu silat sepuluh atau lima belas tahun ! Itulah suatu kemujijatan yang hampir tidak bisa dipercaya oleh Giam In Kay.
Hanya saja, justeru dia menghadapi kenyataan, bahwa memang si Mesum bisa melakukan semua itu dengan mudah, dalam waktu satu bulan saja kepandaiannya sudah demikian baik
Dan, kini Giam In Kay mulai mengajarkan latihan lwekang kepada si bocah. Ilmu tenaga dalam.
Justeru, untuk satu kali lagi Giam In Kay kaget. Waktu dia menyalurkan tenaga dalamnya lewat pundak si Mesum, dia merasakan telapak tangannya seperti menempel di pundak si bocah dan tenaganya seperti mengalir tidak bisa dihadang lagi, telah tersedot ke dalam tubuh si bocah !
Giam In Kay coba menahan mengalir hawa murninya, tapi tidak berhasil, karena lwekangnya seperti juga menerobos tersedot ke dalam tubuh si bocah.
Giam In Kay jidi mandi keringat dingin. Dia kemudian merasakan tubuhnya lemas dan barulah telapak tangannya terlepas dari tempelan tubuh si bocah! Ini merupakan kejadian yang sangat menakjubkan sekali !
Si Mesum melihat keadaan "guru tak resmi itu", yang duduk lemas dan muka pucat pasi, jadi heran.
"Kenapa kau, Lopeh ?!" Tanyanya.
Giam In Kay mengawasinya.
"Kau .... kau ...?!" Suaranya tidak lancar.
Si Mesum cepet2 berjongkok disamping Giam In Kay, dia memegang tangan si pengemis.
"Lopeh kenapa kau ? Apakah kurang sehat ?!" Tanya si bocah kemudian yang jadi kuatir juga.
Giam In Kay menggeleng. "Tidak ... tapi tenagaku habis!" Jawabnya.
Si bocah bernapas lega. "Kalau demikian, mungkin Lopeh terlalu lelah ... silahkan Lopeh mengasoh dulu, besok-besok kalau Lopeh sudah sehat, barulah mengajarkan aku lagi ilmu lwekang !"
Giam In Kay menggeleng. "Tidak ! Tidak ! Bukan disebabkan aku terlalu lelah ... justeru ada sesuatu yang aneh !"
"Aneh ? Apa yang aneh, Lopeh ?!"
"Kau !" "Aku, lopeh ?!" Tanya si Mesum kaget bercampur dengan perasaan heran tidak terhingga.
Giam In Kay mengangguk, tampaknya lemas tidak bertenaga sekali.
"Sebetulnya, pada dirimu ada sesuatu yang aneh!" Menjelaskan Giam In Kay. "Tadi waktu aku berusaha membantumu. dengan menyalurkan tenaga dalamku kepundakmu, agar engkau bisa berlatih dengan baik. menenangkan pikiranmu, tapi tak kusangka-sangka, justera tenaga dan hawa murniku seperti mengalir terus keluar ke dalam tubuhmu ... tersedot masuk ke dalam pundakmu ....!"
"Mengapa bisa terjadi begitu, Lopeh ?!" Tanya si Mesum, yang heran bukan main.
"Aku sendiri tidak tahu! Waktu aku berusaha menbendung mengalir keluarnya hawa murni itu, aku gagal ...!" Kata Giam In Kay. "Pasti pada tubuhmu terdapat sesuatu yang tidak beres!"
Si Mesum memperlihatkan wajah yang berkuatir sekali.
"Apakah dengan keluarnya tenaga dan hawa murni Lopeh ke tubuhku, tidak akan membahayakan diri Lopeh?!"
Giam In Kay menghela napas dalam-dalam,
"Aku telah kehilangan sebagian dari tenaga dalamku!" menjelaskan Giim In Kay.
"Apa, Lopeh?!" si Mesum tambah kaget.
"Bukankah tadi telah kuberitahukan bahwa tenaga murniku tersedot ke dalam tubuhmu? Nah, sekarang aku telah kehilangan sebagian tenaga dalamku ! Justeru kau sendiri sekarang tanpa latihan lagi. telah memilki hawa murni yang cukup kuat ....!"
"Oo, benarkah itu, Lopeh?!" Tanya si Mesum seakan juga tidak akan mempercayai.
Giam In Kay mengangguk. "Ya, kau coba hantam pilar itu !" perintah Giam In Kay sambil menunjuk kepada pilar batu yang ada di muka mangan tersebut.
Si Mesum ragu-ragu. "Kau laksanakan perintahku! Sebelum memukul, kau menarik napas dalam-dalam, kejangkan otot lenganmu, kemudian salurkan hawa murni kepada jalan darah Tie hiat di dekat lenganmu ! Kau sudah tahu bukan letak jalan darah Tie-hiat yang kumaksud ?!"
Si Mesum mengangguk, memang sebelumnya dia telah diberitahukan tentang letak-letak jalan darah sekujur tubuh.
"Hayo coba tenagamu ... jangan berdiri diam ragu-ragu seperti itu !" Kata Giam In Kay lagi.
Si Mesum akhirnya berdiri. Dia menghampiri pilar, kemudian menyedot napasnya dalam-dalam, seperti petunjuk yang diberikan Giam In Kay. Lalu dia menghantam pilar itu.
Terdengar suara menggelegar. Pilar itu sampai hancur, dan bubuknya berhamburan !
Giam In Kay memandang dengan muka pucat, apa yang diduganya terjadi sekarang, bahwa tenaga dalamnya memang sudah tersedot ke dalam tubuh si Mesum. Sekarang tenaga si Mesum jadi kuat sekali.
Sedangkan si Mesum, sambil menguruti tangannya yang terasa agak sakit, berdiri dengan sikap tidak percaya. Bagaimana mungkin, sekarang dia menghantam pilar batu itu sampai hancur ? Itulah kekuatan yang sangat besar, yang tidak pernah terpikir olehnya.
Akhirnya setelah tersadar, tampak si Mesum menghampiri Giam In Kay dengan sikap ragu2.
"Lopeh ... aku ... aku ... jadi memiliki tenaga yang kuat!" Kata si bocah kemudian dengan suara bimbang.
Giam In Kay menghela napas.
"Itulah disebabkan nasibmu yang beruntung dan baik sekali!" Kata Giam In Kay. "Walaupun aku telah kehilangan sebagian dari latihan tenaga dalamku, aku tidak terlalu menyesal, karena kau sudah bisa terlatih demikian baik! Aku ikut bergirang hati! Hanya saja, yang membuat aku heran, apakah benar-benar di tubuhmu terdapat sesuatu yang istimewa dan mujijat sehingga tenaga dalamku bisa tersedot ke dalam tubuhmu ?"


Totokan Jari Tunggal It Yang Cie Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba si Mesum teringat sesuatu.
'Memang dulu guruku pernah menceritakan kepadaku, ada sesuatu yang terjadi pada diriku. Dan memberitahukan."
Muka Gim In Kay menjadi terang.
"Apa itu ?!"Tanyanya ingin mengetahui.
"Jalan2 darah terpenting di tubuhku telah dibuka seseorang, menurut Suhu, dalam beberapa hari aku akan tersiksa sekali." Menjelaskan si Mesum, "Tapi sampai sekarang tidak juga aku pernah menderita seperti yang diramalkan Suhuku itu !"
Muka Giam In Kay jadi terang.
"Oooo, kiranya begitu ! Ternyata ada seorang pandai yang telah membuka jalan-jalan terpenting peredaran darahmu! Pantas kalau memang begitu, dimana tenaga dalamku jadi mengalir deras kedalam tubuhmu !"
"Ya... tapi aku menyangka bahwa urusan yang dulu itu bisa memiliki hubungan dengan kejadian hari ini!" Kata si Mesum. "Aku menyesal telah mencelakai Lopeh.... coba kau beri tahukan sejak dulu, bukankah Lopeh tidak perlu kehilangan tenaga dalammu ?"
Giam In Kay menghela napas dalam2. "Sudahlah ! Anggap saja itulah nasibmu yang baik! Kiranya kau merupakan seorang SinTong yang benar-benar menakjubkan! Hemmm, kalau memang demikian, kelaK kau bisa menjadi hebat sekali, karena selanjutnya, selain kau cepat bisa memiliki lwekang yang tinggi, juga kau bisa menerima latihan lwekang dengan gampang sekali, tidak mudah orang menyerang kau dengan lwekangnya, dimana tenaga serangan itu malah akan terhisap oleh kau dan orang itu akan kehilangan tenaga dalamnya...... walaupun tidak keseluruhannya, tapi akan membuat kau menjadi lebih kuat saja lwekangmu....!"
Setelah menjelaskan seperti itu Giam In Kay menghela napas dalam-dalam. Dia pun telah meneruskan keterangannya.
"Sebetulnya, dalam urusan ini kau seorang bodoh yang sangat beruntung sekali. Sebab dalam waktu hanya beberapa bulan saja kau sudah berlatih sempurna lwekangmu! Kalau sampai kau berlatih dengan baik selama satu tahun, diwaktu itu kukira jarang ada orang yang bisa menandingimu ! Hemmm, dalam usia sedemikian muda kau sudah memiliki kepandaian lwekang yang tinggi sekali, bukankah merupakan hal mujijat yang mengagumkan ?!"
Waktu berkata begitu, tampaknya Giam In Kay sangat takjub sekali, mengawasi si bocah dengan mata tidak berkedip.
Di dalam hatinya si pengemis berpikir: "Kalau memang bocah ini sudah berlatih satu tahun, dan kelak ternyata d?a berdiri di pihak lawan. terhadap Sah Tok kauw, maka pihak Sah Tok Kauw akan mengalami kesulitan.....tapi, bocah ini memang memiliki nasib bagus sekali, biarlah ! Aku akan terus menerus menanam budi padanya, mustahil dia akan melupakan budiku dan tidak berbalik menjadi lawanku ?"
Karena berpikir begitu, segera juga Giam In Kay bilang kepada si bocah: "Kau teruskan latih lwekangmu! Aku akan beristirahat untuk memulihkan semangatku...!"
Si Mesum mengangguk. "Baik Lopeh... tapi...tapi.." Kata si Mesum tidak lancar dan tampaknya dia bimbang.
"Kenapa ?" "Apakah Lopeh tidak apa-apa?!"
Giam In Kay menggeleng. "Tidak.... pergilah kau latih tenaga dalam menurut yang telah kuajarkan, duduk bersemedi disitu."
Si Mesum mengiyakan. Dia duduk di tempat yang ditunjuk oleh Giam In Kay.
Waktu itu dia mulai mengatur jalan pernapasannya. Demikian juga halnya dengan Giam In Kay, si pengemis telah berusaha memulihkan semangatnya. Tapi disebabkan latihan lwekangnya telah lenyap sebagian terhisap kedalam tubuh si Mesum, maka biarpun dia berusaha untuk memulihkan kesegarannya, tokh tidak bisa pulih keseluruhannya. Sedikitnya dia harus berlatih lima tahun lagi untuk memperoleh kembali kekuatan tenaga dalam dan hawa murninya yang terhisap kedalam tubuh si Mesum.
Waktu saat itu terjadi suatu kejadian yang aneh lagi pada diri si Mesum. dia duduk bersemedhi dan menyalurkan jalan pernapasannya seperti petunjuk yang diberikan oleh Giam In Kay. Semula memang tidak terlihat perobahan apapun pada dirinya. Dia mengosongkan isi pikirannya. Tapi semakin lama si Mesum, merasakan tubuhnya semakin panas, malah seperti mengeluarkan uap.
Diluar tahu si bocah, juteru memang di waktu itu dari atas kepalanya telah mengeluarkan uap, yang semakin lama semakin tebal. Dan yang luar biasa, tubuh yang dalam keadaan berduduk bersemadhi. telah terangkat sedikit demi sedikit, semakin lama semakin tinggi. seakan juga tubuh si bocah terangkat oleh suatu kekuatan, perlahan-lahan, tapi pasti semakin tinggi juga.... dan itu terjadi diluar tahu si bocah.
Hanya giam in kay yang sempat menyaksikan keadaan seperti itu. mata si pengemis jadi pucat dia kaget tidak terkira karena itu juga dia menyadari jika saja si mesum memperoleh didikan lwekang pasti si bocah kelak menjadi seorang manusia yang luar biasa! yang lebih mengherankaanya dan membuat giam in kay heran, mengapa hanya berlatih dalam beberapa hari saja, si bocah sudah bisa mencapai tingkat begitu tinggi, dimana sebabnya dalam keadaan bersemedhi seperti itu bisa terangkat semakin lama semakin tinggi.
Biasanya seseorang yang telah melatih mahir lwekangnya selama tiga puluhan tahun lebih, barulah dari liang pantatnya bisa mengeluarkan semacam hawa kekuatan murni. untuk mengangkat tubuhnya semasa lama semakin tinggi, seakan juga orang itu ditunjang sesuatu yang tidak tampak, duduk melayang di tengah udara. hal itu pun terjadi pada orang-orang yang telah melatih ilmu Yoga dan sudah mencapai angka tiga puluh atau empat puluh tahun.
Namun si Mesum justeru baru mulai melatih lwekkang atas petunjuk Giam In Kay selama beberapa hari saja. Dan bocah itu sudah mencapai tingkat setinggi itu !
Karenanya juga, Giam In Kay bukan kaget saja, diapun jadi tertegun terheran-heran.
Saat itu. tampak tubuh si Mesum mulai turun perlahan-lahan, dan akhirnya si bocah membuka matanya.
Baru saja dia ingin menyudahi latihannya, mendadak si bocah menjerit nyaring.
Giam In Kay heran dan kaget, dia melihat tubuh si bocah terjongkal rubuh.
Tidak buang waktu lagi Giam In Kay melompat kesamping si Mesum, dia memeriksanya, Ternyata si bocah sudah tidak sadarkan diri....
Giam In Kay jadi gugup. "Apakah dia salah berlatih?!" Diam-diam Giam In Kay berpikir, panik sekali, karena dia kuatir benar keselamatan bocah mujijat ini. "Atau... Memang terjadi suatu keanehan lagi pada dirinya,.."
Segera juga Giam In Kay memeriksa lebih jauh. Dia berusaha menguruti beberapa jalan darah terpenting di tubuh si Mesum si bocah tetap saja pingsan tidak sadarkan diri.
Giam In Kay semakin bingung. Tapi dia tidak berdaya menolongi si bocah.
Si Mesum waktu itu rebah pingsan dengan tubuh menguap panas. Semakin lama tubuhnya itu mengeluarkan uap yang panas sekali. Seperti dipangang api. Kering. Tidak ada keringat yang keluar dari tubuh si bocah.
Hal ini membuat Giam In Kay jadi panik. Beberapa kali dia berusaha untuk menolong si bocah dengan menguruti berbagai jalan darah, malah dengan melupakan bahaya bahwa tenaga dalamnya telah terhisap lagi oleh si Mesum. tampak Giam In Kay sudah mengepos semangatnya, menyalurkan tenaga ke tubuh si bocah. Hanya saja, sekali ini dorongan semangat dan hawa murni Giam In Kay malah menolak tidak bisa memasuki tubuh si bocah.
Keringat dingin mengalir keluar dari sekujur tubuh Giam In Kay. Bagaimana kalau bocah mujijat yang tampaknya hebat dan kelak bisa menjadi seorang manusia yang paling hebat ini meninggal dan kematiannya itu akan menyesal benar dan dibuat sayang? Akhirnya karena tidak berdaya Giam In Kay telah duduK berdiam diri saja, mengawasi si Mesum yang tengah pingsan tidak sadarkan diri itu...,
Lama juga memang si Mesum pingsan tidak sadar diri, karena di waktu itu dia benar-benar seperti juga terbakar oleh hawa yang panas bukan main, bagaikan kobaran api terjadi di dalam tubuhnya, dimana dari tubuhnya telah menguap hawa yang sangat panas.
Giam In Kay melihat hawa panas pada tubuh si bocah perlahan-lahan telah mereda, karena tidak lama kemudian hawa panas itu telah lenyap. Berangsur-angsur.
Tapi yang membuat Giam In Kay jadi kaget lagi, justeru saat itu memang tampak hawa panas yang menguap di tubuh si Mesum telah lenyap hanya saja sekarang diganti oleh hawa yang dingin. Tubuh si Bocah semakin lama semakin dingin. Malah akhirnya dari tubuh si bocah mengeluarkan uap yang dingin, sedingin es !
Tentu saja hati Giam In Kay tercekat !
Kalau tadi di tubuh si bocah terjadi serangan hawa panas, sekarang hawa yang sangat dingin.
Dia memeriksa keadaan tubuh si bocah. Waktu dia memegang tubuh si Mesum, dia jadi tambah kaget, Tubuh si Mesum dingin sekali, Sedingin es. Karenanya juga membuat Giam In Kay tambah panik.
Seseorang yang tubuhnya semula panas, kemudian menjadi dingin sekali menunjukkan dirinya tengah terancam bahaya yang tidak kecil, kalau sampai orang itu tidak memliki daya tahan yang kuat benar-benar, niscaya orang itu bisa putus napas dan membuang jiwa begitu saja !
Hawa panas yang semula mengamuk di tubuh si Mesum dan kemudian diganti dengan hawa dingin yang mengamuk di tubuh si Mesum, tentu saja bisa membuat si Mesum mati di saat itu juga!
Itulah terjadinya kebocoran yang biasa terjadi pada orang-orang yang tengah melatih tenaga dalam, dimana hawa murni Yang, yang panas sekali, tidak dapat dikendalikan, membuat sekujur tubuh orang yang kebocoran hawa murni Yang-nya bisa menguap hawa panas luar biasa. Tapi sekarang tampaknya si Mesum mengalami kebocoran pada kedua macam hawa murninya, selain hawa murni Yang, juga hawa murni Im, dinginnya. Bukankah sekarang sekujur tubuhnya sudah jadi demikian dingin? Malah, dari tubuhnya telah memancarkan hawa yang sangat dingin sekali, seakan juga di saat itu memang memancarkan hawa sedingin es?
Diam-diam Giam In Kay mengalirkan hawa dingin dari dasar hatinya, karena tegangnya. Juga dia telah mandi keringat dingin. Dia menahan napas. Memperhatikan muka si Mesum.
Muka bocah itu hijau kebiru-biruan Itulah keadaan yang sangat menguatirkan sekali. Apa yang harus dilakukannya?
Giam In Kay benar-benar tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya, sebab memang dia menyadari juga, dalam keadaan si Mesum seperti itu, jelas dia tidak bisa menolonginya. Dia tidak berdaya untuk menyalurkan tenaga dalamnya kepada si bocah, karena sebagian dari tenaga dalamnya tadi telah lenyap, maka percuma saja kalau tokh dia menyalurkan tenaga dalamnya kepada tubuh si bocah, untuk membantu menghangatkan tubuh si bocah.
Mendadak sekali diluar dugaan Giam In Kay, si bocah telah menjerit keras, Malah, lebih mirip suara teriakan.
Menyusul dengan itu tubuh si Mesum sudah melesat bangun, dia mencelat gesit sekali. Sepasang tangan dan kakinya bergerak-gerak, ternyata dia telah bersilat.
Waktu itu tampak Giam In Kay cuma duduk mematung, karena dia terheran-heran dan tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya selain menonton, karena memang cuma menyaksikan belaka yang dilakukannya, menyerahkan saja pada nasib si bocah sendiri.
Si Mesum sudah bersilat terus tanpa henti2nya. Sampai akhirnya dia rubuh terjungkal lagi.
Waktu si Mesum bersilat, dari kedua telapak tangannya justeru mengalir keluar hawa panas dan hawa dingin bergantian. Dan hawa panas dan dingin itu bisa dirasakan oleh Giam In Kay, menyambar-nyambar ke tubuhnya.
Melihat si Mesum sudah terjungkal rubuh dan pingsan tidak sadarkan diri lagi membuat Giam In Kay menghela napas.
"Bocah ini benar-benar luar biasa." Pikir Giam Ia Kay di dalam hatinya. "Tampaknya dia tidak akan mengalami celaka apa-apa, hanya ini semua terjadi disebabkan reaksi didalam tubuhnya! Kalau memang jiwanya lolos dari kematian, kelak bocah ini pasti merupakan bocah mujijat yang menakjubkan sekali, karena dia akan menjadi manusia yang paling luar biasa ....!" Sambil berpikir seperti itu tampak Giam In Kay duduk bersemedhi, dia menunggu saja apa yang akan terjadi pada diri si bocah.
Si Mesum pingsan lagi beberapa saat lamanya, sampai akhirnya dia siuman, setelah hawa dingin di tubuhnya berangsur lenyap. Di buka matanya dan merangkak bangun.
Giam In Kay girang bukan main, cepat2 dia membantu si bocah untuk bangun duduk, dilihatnya keadaan si Mesum sangat lemah sekali, seakan juga si bocah baru saja melakukan pekerjaan yang berat dan mengkuras seluruh tenaganya.
"Apa yang terjadi, Lopeh ?!" Tanya si Mesum dengan suara yang perlahan, mengandung perasaan heran.
Giam In Kay mengelengkan kepalanya.
"Jangan banyak bicara dulu, kau harus beristirahat." Kata Giam In Kay. "Nanti akan kujelaskan !"
Si Mesum menghela napas. Dia merasakan tubuhnya lemas sekali.
"Lopeh ? , ." Katanya bimbang.
"Ya ?!" "Tubuhku terasa lemas tidak bertenaga ... apakah .. apakah aku telah salah berlatih diri ?!' Tanya si Mesum-
Giam In Kay menggeleng. "Tidak ... !" Jawabnya. "Teranglah! Kau malah akan menjadi manusia yang paling hebat kelak ... !"
"Manusia yang paling hebat? Apa maksud Lopeh ?!" Tanya si Mesum dengan heran dan mengawasi Giam In Kay.
"Sudahlah, kau beristirahat dulu , , .!"
"Tapi Lopeh ..!"
"Apa lagi .." "Aku .. aku ..."
"Kenapa ?" "Aku ingin buang air besar ..."
"Oooo ... apakah kau bisa jalan sendiri ?!" Tanya Giam In Kay sambil mengawasi si bocah.
Si Mesum mengangguk, Walau pun dia masih lemas, tapi dia memaksakan diri untuk bangun. Dia coba melangkah parlahan-lahan. Tenaganya benar-benar habis dan tubuhnya sangat lemah sekali.
Giam In Kay memayangnya, ke kamar kecil. Di waktu itu Si Mesum telah membuang hajat yang sangat bau sekali, yang mengandung gumpalan darah !
Si bocah kaget. Tapi, setelah itu tubuhnya tadi lebih segar. Setelah selesai, dia menceritakan kepada Giam In Kay bahwa ketika membuang hajatnya dia melihat gumpalan-gumpalan darah, dan Giam Ia Kay mengerutkan alisnya,
"Inilah aneh sekali!" Pikir si pengemis, "Benar-benar luar biasa !"
Melihat Giam In Kay terdiam begitu dengan sepasang alis yang mengkerut, si Mesum jadi heran.
"Kenapa Lopeh? Apakah akan membahayakan diriku," tanya si bocah kemudian.
Gian In Kay menggeleng sambil tersenyum
"Tidak, malah harus bersyukur! Itulah kejadian yang langka sekali dialami orang-orang sebaya engkau ! Biasanya, jika seseorang sudah berlatih selama tiga puluh tahun, barulah bisa membuang darah-darah kotor ditubuhnya, sehingga ia akan memperoleh kemahiran ginkang disamping lwekangnya yang semakin sempurna. Tapi kau ini, sungguh luar biaaa .. mengapa baru beberapa hari saja, darah kotor di tubuhmu, hawa kotor pun telah bisa disalurkan keluar! Ini sungguh aneh sekali ! Kau rasakan, apakah tubuhmu sekarang tambah ringan ?"
Si Mesum mengangkat bahunya.
"Aku mana tahu ?!" Jawabnya.
Tapi, biarpun dia menjawab seperti itu, tokh si Mesum telah menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya tahu-tahu melesat tinggi sekali, setinggi tiga tombak. Hampir saja kepalanya membentur langit-langit kamar !
Si Mesum jadi kaget, begitu juga Giam In Kay. Walaupun dia sudah menduga sebelumnya, tidak urung dia jadi kaget tercampur girang.
Tubuh si Mesum telah meluncur turun.
"Benar Lopeh, entah mengapa tubuhku jadi ringan sekali !" Memberitahukan si Mesum, Giam In Kay jadi berseri mukanya "Benar-benar kau berhasil secara menakjubkan sekali! Inilah kurunia Tuhan kepadamu! Jarang sekali ada orang yang menerima nasib baik seperti kau!" Kata Giam In Kay. "Kau harus bersyukur. Hanya saja, yang sangat mengherankan, justetu kau baru berlatih beberapa hari saja ... kalau memang kau sudah berlatih dua atau tiga tahun dan mengalami kemujijatan ini, aku tidak terlalu heran. Justeru baru berlatih beberapa hari saja kau sudah mengalami peristiwa menakjubkan seperti ini.... akch. entah apa jadinya kelak setelah engkau berlatih satu dua tahun, tentu kepandaianmu akan hebat sekali ..."
Walaupun tubuhnya masih lemas, tapi si Mesum cepat-cepat merangkapkan kedua tangannya, memberi hormat kepada Giam In Kay.
"Semua ini berkat bimbingan dan petunjuk Lopeh." Katanya. "Entah bagaimana kelak aku bisa membalas budi kebaikan Lopeh ?"
"Jangan bicara soal budi, tapi sekarang yang terpenting kau harus beristirahat. Mulai besok kau berlatih terus lwekang yang kuajarkan! Kalau memang kelak kau bisa menjadi manusia yang hebat, tokh namaku pun terangkat karenanya !"
Si Mesum mengangguk, "Apakah memang demikian keadaan orang yang berlatih lwekang akan pingsan dulu, Lopeh seperti yang dialami olehku ?!"
"Tidak semuanya .... apa yang kau alami sekali ini mungkin yang pertama satu2nya didalam dunia ini!" Menjelaskan Giam In Kay. Dia pun segera menceritakan bagaimana tadi sekujur tubuh si Mesum, waktu pingsan, sangat panas sekali, seperti terbakar api. Dan akhirnya hawa panas itu mereda, lalu robah menjadi dingin malah dinginnya melebihi dinginnya es.
Si Mesum yang mendengar cerita Giam In Kay, hanya saja mengawasi dan mendengarkan dengan takjub. Sebuah cerita yang seperti dongeng saja, dan sulit untuk dipercaya.
Tapi justeru semuanya telah terjadi, malah dirinya yang mengalaminya.
Karenanya juga si Mesum jadi girang bercampur terharu. Apakah memang yang dijelaskan Gam In Kay, bahwa kelak dia bisa menjadi seorang Berilmu yang luar biasa, bisa menjadi kenyataan?
Kalau memang dia benar-benar bisa memiliki kepandaian yang tinggi dan tangguh, jelas tidak sembarang orang berani menghinanya lagi !
Karena berpikir begitu, cepat-cepat si Mesum merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat kepada Gian In Kay, sehingga membuat si pengemis sibuk mengelakannya. Malah, akhirnya si pepgemis menganjurkan agar Si Mesum tidur lebih untuk beristirahat. Justeru bentrok hawa Yang dan Im yang tadi terjadi didalam tubuh si Mesum jadi lelah dan kehabisan tenaga. Dia perlu beristirahat.
Si Mesum juga tidak berani membantah perintah Giam In Kay, dia rebahkan tubuhnya untuk beristirahat, bibirnya tersenyum girang, karena ada harapan baik dihari-hari mendatang, dimana kelak dia bisa memiliki kesempatan memperoleh kepandaian yang tinggi,...
@-dewikz^aaa-@ KEESOKAN harinya si Mesum sudah berlatih diri lagi, dia tekun sekali dengan latihannya.
Karena menyadari betapa si Mesum seorang bocah mujijat, seorang Sin Tong, maka Giam In Kay tidak berani jauh-jauh darinya, dia mendampingi. Dan hari itu, dua kali si Mesum pingsan.
Sama seperti kemarin, dia juga dalam pingsannya mengeluarkan uap yang panas sekali dari tubuhnya, Diganti kemudian dengan hawa dingin. Tapi kesudahannya, tubuh si bocah jadi jauh lebih ringan dari yang kemarin.
Tentu saja kenyataan ini sangat membingungkan Giam In Kay karena ini merupakan sesuatu yang jarang sekali terjadi pada orang2 yang melatih lwekang secara wajar.
Karena dari itu Giam In Kay lalu mengatakan hal ini kepada Kauwcunya, yaitu Si gadis cantik manis itu.
Tentu saja Kauwcu itu pun jadi heran. "Dia ternyata benar-benar seorang Sin Tong?" Kata Kauwcu dari Sah Tok Kauw tersebut, "Tentunya kau tidak menyesal karena telah mengambil bocah tersebut menjadi muridmu ?"
Giam In Kay tersenyum pahit.
"Aku belum menerimanya secara sah, Kauwcu!" Dia mengakuinya; "Karena bocah itu belum bersedia menjadi muridku! Tapi kupikir memang ada baiknya kalau mengajarkan dia ilmu silat. Dan demikianlah keadaannya. Tampaknya dalam satu bulan dia bisa berada diatas kepandaianku sendiri... sungguh kenyataan yang hampir tidak bisa diterima oleh akal sehat ."
Kauwcu Sah Tok Kauw memeriksa tubuh si Mesum, yang waktu itu tengah menggeletak tidak sadarkan diri.
Takjub dan heran sekali Kauwcu Sah ToK Kauw tersebut, karena di waktu itu justeru dia merasakan tubuh si bocah dingin luar biasa.
"Coba saja lihat dalam beberapa hari mendatang..., mungkin kita bisa melihat perkembangan yang lebih jelas. Tapi secara keseluruhannya, memang bocah ini kelak akan menjadi manusia yang hebat sekali!" Kata sang Kauwcu tersebut.
Giam In Kay mengangguk, "Kalau memang bocah ini bisa meraih kepandaian yang luar biasa dan secara mujijat, inilah keberuntungan buat kita, walaupun bagaimana kita harus mempengaruhinya, karena memang dia harus menjadi orang kita! Jika dia menjadi orang kita, berarti tenaga kita bertambah besar, pasti bocah itu besar manfaatnya buat perkumpulan kita!"
"Benar Kauwcu!" Menganguk Giam In Kay. "Akupun berpikir seperti itu."
Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut telah berlalu, sedangkan Giam In Kay masih duduk di dalam kamar itu mengurut si Mesum yang masih rebah pingsan tidak sadarkan diri.
Di saat itu si Mesum telah tersadar.
Tapi tidak lama kemudian, waktu dia mengulangi latihannya lagi, dia pingsan pula.
Keesokan harinya, latihan dilanjutkan. Hari itu si Mesum hanya pingsan satu kali.
Hari berikutnya, si Mesum tidak pingsan lagi. Hanya tubuhnya tetap mengeluarkan uap panas dan dingin saling bergantian. Cuma saja sekarang tidak sampai membuat si bocah lupa diri.
"Nah, sekarang kau sudah memperoleh kemajuan yang lebih baik lagi !" Giam In Kay memberitahukan si Mesum. "Kau harus berlatih terus dengan rajin!"
"Terima kasih Lopeh....." Mengangguk si bocah.
Demikianlah, sampai sepuluh hari lamanya si bocah melatih diri dan selalu mengalami peristiwa seperti itu yaitu tubuhnya mengeluar hawa uap panas dan dingin bergantian,
Namun selewatnya sepuluh hari. dia sudah menjadi normal lagi. Tubuhnya sudah tidak mengeluarkan hawa panas atau dingin, maka dia pun telah bisa memiliki kekuatan lwekang serta gwakang yang tinggi sekali.
Giam In Kay waktu melihat si Mesum sudah berhasil tidak pingsan dan berlatih normal tanpa mengeluarkan uap panas dan dingin dari tubuhnya, lalu mengajak si Mesum berlatih. Guna mengukur tenaga dalamnya,
"Sekarang coba kau memukulku dengan mempergunakan lwekangmu." Kata Gaam In Kay.
"Lopeh...?!" Tampak si Mesum terkejut. "Tentu saja aku.,. aku tidak berani menyerang."
"Jangan kuatir... jangan takut, mari serang aku ! Jangan ragu-ragu, aku hanya ingin melihat berapa jauh tenaga dalam yang berhasil kau latih selama sepuluh hari ini."
Mendengar anjuran seperti itu, si Mesum jadi berkurang keraguannya, karena hatinya terdorong juga perasaan ingin tahunya, sebetulnya sudah berapa kuatkah tenaga dalamnya.
Maka si Mesum mengangguk,
"Baiklah Lopeh...harap Lopeh jangan menganggap aku berlaku kurang ajar." Katanya.
Giam In Kay tertawa. "Bukankah aku yang perintahkan kepadamu untuk menyerangku? Ayo, jangan ragu-ragu!" Kata Giam In Kay.
Si Mesum menyedot hawa udara dalam-dalam, sedangkan Giam In Kay memasang kuda-kudanya dan bersiapisiap untuk menerima serangan.
Waktu itu si Mesum sudah mengerahkan tenaga pukulan pada tangan kanannya, dia mau selangkah, kemudian meninju ke dada Giam In Kay,
Angin yang menerjang tidak begitu kuat, kesiurannya sangat halus. Giam In Kay mengangkat tangan kanannya, dia berusaha membendung tinju si bocah,
Seketika tangan itu saling bentur.
Namun, akibatnya benar2 sangat luar biasa! Waktu itu tampak tubuh Giam In Kay terpental melayang di udara, seperti di dorong suatu kekuatan yang tidak tampak oleh mata. Dan begitu kerasnya tubuh Gam In Kay tertolak, sampai punggungnya menghantam dinding. Mata Giam In Kay berkunang-kunang dia coba merangkak bangun.
Si Mesum kaget tidak terhingga.
"Lopeh ?!" Panggilnyaa cepat2 dia menghampiri dan coba membantu Giam In Kay berdiri.
Hati Giam Tn Kay terkejut bukan main, mukanya pucat pias. Bukan karena dia ketakutan tapi justeru dia kaget melihat tenaga pukulan si Mesum yang demikian dahsyat.
Benar-benar diluar dugaannya. Bagaimana mungkin, baru berlatih sepuluh hari saja si Mesum sudah memiliki kekuatan yang demikian hebat ? Tenaga dalam yang sudah tidak terbendung lagi walaupun oleh orang seperti Giam In Kay yang sebetulnya merupakan salah seorang tokoh Sah Tok Kauw yang berkepandaian tinggi dan tangguh ?
Benar! Giam In Kay tidak bisa menerima kenyataan tersebut. karena dia sungguh sulit menerima kenyataan ini. Walaupun dalam mimpi, tentu dia tidak bisa mempercayai, bahwa seorang bocah, dalam latihan sepuluh hari saja sudah bisa menghantam dia terpental hebat seperti itu.
"Apakah Lopeh tidak apa-apa ?" Tanya si Mesum dengan berkuatir sekali. "Benar-benar aku harus dihukum, aku telah memukul Lopeh sampai terpental begitu .... padahal aku telah memukul dengan lima bagian saja dari tenagaku .....!"
Giam In Kay menghela napas.
"Memang benar-benar di dunia ini aneh! Kalau kemujijatan akan terjadi, tentu tidak ada sesuatu kekuatan apa pun yang bisa membendungnya." Menggumam Giam In Kay.
Si Mesum tidak mengerti. "Lopeh ... apakah kau tidak luka?!" Tanyanya lagi, karena dia kualir Giam In Kay terluka akibat terlempar begitu kuat waktu menerima pukulannya tersebut.
Giam In Kay menggeleng. "Tidak... kau hebat sekali .. , aku benar-benar sangat girang, karena sebenar-benarnya, kelak kau bisa menjadi seorang jago yang tanpa tanding lagi di dalam dunia persilatan !"
"Oooo, benarkah, Lopeh ?!"
"Percayalah, kau akan menjadi tokoh tanpa tanding lagi dalam dunia persilatan!"
"Tapi Lopeh .... "
"Kenapa?" "Aku ... aku baru mulai melatih, bagaimana aku bisa memiliki kepandaian yang tinggi?"
"Kau memiliki keistimewaan yang hebat! Tidakkah kau lihat tadi, aku sampai terpental hebat seperti itu ?"
"Mungkin Lopeh sengaja ...."
"Sengaja ? Sengaja bagaimana ?"
"Mungkin Lopeh hanja ingin menyenangkan hatiku ...."
"Menyenangkan hatimu ? Hemm, kalau aku ingin menyenangkan hatimu, apakah aku mau kalau sampai harus membentur dan menghantam dinding dengan punggungku sendiri?"
Si Mesum terdiam, tertegun. Dia benar2 tidak mengerti. Giam In Kay selalu memuji dia akan memiliki kepandaian yang hebat. Tapi dia tidak bisa mempercayainya. Bukankah dia baru berlatih belum lama. Baru satu bulan pun belum. Tapi memang dia sendiri sudah merasakan perobahan dalam dirinya. Juga melihat hasil latihannya itu, dimana tadi dia menyerang dengan setengah dari kekuatan tenaganya saja, Giam In Kay sudah terpental hebat seperti itu. Bukankah itu suatu contoh yang nyata, bahwa dia memang sudah memiliki kekuatan lwekang yang sangat dahsyat?
Melihat Si Mesum bengong begitu, Giam In Kay telah bilang: "Kalau memang kau kelak menjadi orang tertangguh di dalam dunia persilatan, tentu kau tidak akan menyingkirkan aku dan harus mendengar juga satu dua patah perkataanku."
Si Mesum menoleh mukanya berobah. Cepat-cepat dia menjatuhkan diri berlutut.
"Aku sangat berhutang budi pada Lopeh ... bagaimana mungkin aku bisa melupakan budi kebaikan Lopeh .... Janganlah Lopeh berkata begitu, dan sampai kapanpun juga aku tidak akan melupakan budi kebaikan Lopeh, kalau memang tidak ada Lopeh. niscaya aku tidak akan bisa memperoleh kepandaian seperti sekarang, apa lagi mengharapkan kelak bisa menjadi seorang jago tanpa tanding didalam rimba persilatan...!"
"Bagus! Berdirilah! Bangunlah." Kata Giam In Kay sambih membangunkan si bocah dengan memegang kedua lengannya. "Aku puas mendengar janjimu, asal kelak kau tidak menganggap aku sebagai lawan dan kita berhadapan sebagai lawan, itupun sudah lebih dari cukup buatku."
Si Mesum tidak mengerti maksud perkataan Giam In Kay, tapi bocah itu mengangguk saja beberapa kali.
Begitulah, Giam In Kay sudah membacakan Kauwhoat, teori-teori dari ilmu lwekang, agar si bocah bisa melatih lwekang lebih jauh.
Memang pada dasarnya si Mesum memiliki bakat yang luar biasa, maka dia bisa menerima semua pelajaran itu dengan mudah. Selanjutnya sudah tidak ada kesulitan apa-apa lagi karena dia sudah bisa berlatih dengan baik dan semakin hebat kemajuan yang telah diperolehnya !
Hanya dalam waktu satu bulan, seluruh pelajaran yang telah diwarisi oleh Giam In Kay sudah bisa dikuasai dan dipelajarinya dengan baik. Malah dengan kondisi tubuhnya yang mengandung kemujijatan, membuat si bocah menjadi seorang yang luar biasa dahsyatnya !
Sekarang ini, Giam In Kay benar-benar bukan tandingan si Mesum lagi, mungkin dia berada empat tingkat di bawah kepandaian si Mesum !
Malah Giam In Kay sudah melihat, kemungkinan besar dalam dunia persilatan sudah tidak ada orang yang bisa menandingi kepandaian si Mesum, siapapun orang dan tokoh Kangouw itu, pasti sulit untuk menandingi kehebatan si bocah !
@-dewikz^aaa-@ MALAM sudah larut dan sepi sekali. Tampaknya si Mesum tengah rebah di pembaringan dengan hati yang tidak tenang.
Sejak sore tadi si bocah tidak tenang, dia tengah memikirkan, apa yang akan dilakukannya dalam hari-hari mendatang ?
Dia tengah berada di markas Sah Tok Kauw, Bahkan orang yang telah mengajarkannya ilmu silat, sampai dia memiliki kepandaian setinggi itu atas kemujijatan tubuhnya, adalah Giam In Kay, seorang anggota dari perkumpulan Sah Tok Kauw tersebut.
Di samping itu selama beberapa hari belakangan ini, Kauwcu Sah Tok Kauw telah menandingkan si Mesum dengan beberapa orang bawahannya, dimana mudah sekali dalam satu dua jurus selalu si Mesum merubuhkan lawannya,
Ketika Kauwcu Sah Tok Kauw coba bertanding dengan si bocah, dia pun dalam lima jurus saja telah di rubuhkan si bocah!
Inilah suatu kejadian yang benar-benar mengejutkan, sebab kepandaian Kauwcu Sah Tok Kauw sangat tinggi sekali, dan dia telah dapat dirubuhkan si bocah hanya dalam waktu lima jurus saja ! Bisa dibayangkan, betapa hebatnya kepandaian yang telah dimiliki si Mesum.
Justeru sejak sore tadi si Mesum tengah memikirkannya, kalau memang dia bermaksud meninggalkan markas Sah Tok Kauw, sudah tidak ada seorang pun dari Tokoh Sah Tok Kauw yang bisa merintanginya Tapi, hatinya berat melakukan hal itu, karena teringat akan budi kebaikan Giam In Kay.
Sedangkan si nenek pemakan daging manusia dan juga si kakek yang seorang makan isi perut manuisa itu, telah dihajar oleh si bocah dalam suatu pertandingan. Dalam dua jurus saja, kedua orang itu bisa dihajarnya babak belur. Mereka benar-benar sudah tidak berdaya untuk menguasai si Mesum lagi. Dan memang si Mesum pun menyadari, bahwa di Sah Tok Kauw sudah tidak ada orang yang bisa menguasainya.
Kini dalam kebebasan yang ada, dimana Kauwcu Sah Tok Kauw sendiri sudah memberikan kekuasaan penuh kepada si bocah, untuk berkeliaran bebas diseluruh markas Sah Tok Kauw, malah sudah menawarkan apakah si Mesum bersedia menjadi wakil ketua, wakil Kauwcu Sah Tok Kauw, membuat si bocah benar-benar jadi pusing memikirkannya.
Beruang Salju 14 Lauw Pang Vs Hang Ie Kejatuhan Dinasti Cin Dan Kebangkitan Dinasti Han Pecut Sakti Bajrakirana 10
^