Pencarian

Bayangan Bidadari 10

Bayangan Bidadari Karya Kho Ping Hoo Bagian 10


pasang pakaian dari kain kasar. Sedangkan pakaian dalam almari itu dari sutera halus, dan masih baru
pula! Setelah mandi bersih dan merasa segar, untuk menghormati tuan rumah, terpaksa Han Lin
mengenakan sepasang pakaian yang tersedia dalam almari.
Dia memilih yang berwarna biru. Baru saja dia selesai berpakaian dengan rapi, daun pintu kamarnya
diketuk dari luar. Ketika dia membuka daun pintu, pelayan mengatakan bahwa makan malam telah siap
dan dia ditunggu di kamar makan. Han Lin mengikuti pelayan menuju ke ruangan makan di mana
terdapat sebuah meja bundar yang penuh masakan yang masih mengepul panas sehingga baru masuk
saja bau sedap membuat perutnya terasa lapar sekali! Baru saja dia masuk ruangan makan dan belum
mengambil tempat duduk, dari dalam muncul Jenderal Ouw, Nyonya Ouw, dan Ouw Swi Lan. Gadis itu
mengenakan pakaian indah berwarna merah muda dan tampak cantik jelita seperti bidadari dalam
lukisan! Sejenak Han Lin terpesona dan matanya melekat pada gadis itu. Swi Lan tersenyum manis dan
menegur,
"Si-Taihiap, apakah engkau tidak mengenal aku?"
"Nona Ouw, engkau... cantik sekali...!" Mendengar ini, sepasang pipi halus berbedak tipis itu berubah
kemerahan.
"Ha-ha-ha, dan engkau juga tampak tampan dan gagah, Si Han Lin!" kata Jenderal Ouw.
"Mari duduk, kita makan bersama!" Mereka makan minum, di layani empat orang pelayan wanita yang
muda dan cantik lagi cekatan dengan sikap hormat. Masakan-masakan itu memang lezat, terutama
sekali beberapa macam masakan daging kijang. Han Lin juga tidak malu-malu lagi dan makan
sekenyangnya karena selain perutnya sudah lapar, selamanya belum pernah dia makan masakan-
masakan selezat itu! Karena dia memang tidak biasa minum banyak arak, maka setelah selesai makan
mukanya menjadi merah dan bicaranya lepas. Agak terlalu banyak arak dia minum atas suguhan
Jenderal Ouw. Sehabis makan, Jenderal Ouw mengajak Han Lin melanjutkan percakapan mereka di
ruangan dalam, sedangkan Swi Lan memasuki kamarnya, diikuti oleh Ibunya.
"Swi Lan, kalau aku tidak salah duga agaknya engkau tertarik sekali kepada Si Han Lin itu. Benarkah?"
kata Nyonya Ouw sambil memegang tangan puterinya. Mereka berdua duduk di tepi pembaringan.
"Aih, Ibu. Baru semalam kami berkenalan! Akan tetapi, menurut pandangan Ibu, bagaimana kesan Ibu
dengan Pendekar Si Han Lin itu?" Nyonya Ouw termenung sejenak.
"Hemm, menurut penglihatanku, Si Han Lin itu seorang pemuda yang amat baik. Usianya masih muda,
paling banyak dua puluh empat tahun. Wajahnya tampan gagah dan manis. Menurutmu, kepandaiannya
tinggi dan dia telah menyelamatkan mu dari maut. Sikapnya juga lembut dan halus tutur sapanya, ramah:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 307
:: CerSil KhoPingHoo :
dan sopan. Aku harus mengakui bahwa dia seorang pendekar muda yang amat baik. Hanya sayang, dia
seorang pemuda Han, seorang pemuda pribumi."
"Mengapa, Ibu? Bukankah Ibu juga seorang peranakan pribumi? Seorang keturunan campuran antara
Mongol dan Han?"
"Benar, Nenekmu seorang wanita Han, akan tetapi Kakekmu seorang Mongol aseli! Bagi bangsa Mongol,
yang terpenting adalah keturunan dari Ayah! Wanita tidak masuk hitungan. Andaikata engkau ini
seorang laki-laki, tentu Ayahmu tidak keberatan kalau puteranya menikah dengan seorang wanita Han.
Akan tetapi engkau wanita, Swi Lan, aku yakin Ayahmu tidak suka mempunyai mantu laki-laki berbangsa
pribumi Han."
"Akan tetapi aku melihat Ayah tampaknya tertarik dan suka sekali kepada Si Taihiap, Ibu. Belum pernah
Ayah menjamu makan kepada seorang tamu bersama dengan kita berdua. Itu berarti Si Taihiap
dianggap keluarga sendiri!" Nyonya Ouw menghela napas panjang.
"Dia suka kepada Si Han Lin karena melihat bahwa pemuda itu akan dapat menjadi pembantunya yang
baik dan menguntungkan. Begitulah sifat pria Mongol. Mereka mau mendekati dan berbaik kepada suku
bangsa lain kalau orang itu dapat mereka manfaatkan. Ayahmu tentu akan suka sekali memanfaatkan
kelihaian Si Han Lin untuk membantu tugasnya yang berat, akan tetapi untuk menjadi mantunya, aku
yakin dia tidak akan setuju. Karena itu, sebelum terlambat, jauhkan saja hatimu dari pemuda itu,
Anakku." Swi Lan tersenyum dan kedua pipinya berubah merah.
"Aih, Ibu! Siapa sih yang memikirkan urusan jodoh? Akan tetapi, aku ingin sekali mendengar pendapat
Ibu tentang jodoh. Kalau menurut Ibu, laki-laki yang bagaimana yang pantas untuk menjadi calon
suami?"
"Pertama-tama, tentu saja harus didasari cinta kasih. Akan tetapi kalau cinta kasih itu timbul hanya
karena kekaguman keadaan lahir saja, itu berarti cinta yang mengandung nafsu dan cinta seperti itu
mudah luntur. Tertarik oleh ketampanan saja harus disadari bahwa ketampanan itu hanya sementara
sifatnya. Kalau sudah terbiasa, maka keburukannya akan tampak karena tidak ada manusia yang elok
secara sempurna, pasti ada cacat. Ada bagian yang tampan pasti ada bagian yang buruk. Maka, cinta itu
harus lebih mendalam, bukan hanya tertarik rupa di luar, melainkan juga kecocokan watak dan kebaikan
watak. Akan tetapi bukan hanya ini yang diperlukan. Seorang calon suami haruslah seorang laki-laki yang
mempunyai rasa tanggung jawab, dan biarpun tidak harus kaya-raya, akan tetapi harus dapat memiliki
penghasilan yang tetap. Kekurangan akan mendatangkan penderitaan yang dapat menggoyahkan cinta.
Jadi, menurut Ibumu ini, seorang calon suami yang baik harus ada rasa saling mencinta, watak yang baik,
penuh tanggung jawab, dapat mencukupi kebuTUHAN rumah tangga, begitulah, Swi Lan."
"Terima kasih, Ibu. Akan kucatat dalam hati walaupun saat ini aku sama sekali belum berpikir tentang
perjodohan." Ibu dan anak ini bercakap-cakap sampai larut malam. Akhirnya Nyonya Ouw meninggalkan
kamar puterinya dan Swi Lan tidur. Pada keesokan harinya, pagi-pagi ia sudah bangun dan setelah mandi
dan bertukar pakaian, ia pergi ke kamar tamu di mana semalam Han Lin tidur.
Ia mengetuk daun pintu, dan menunggu jawaban. Namun jawaban tak kunjung ada. Ia mengetuk lagi
lebih keras dan mengulangnya sampai tiga kali. Namun tetap saja tidak ada jawaban dari dalam. Swi Lan
merasa heran dan ketika ia mencoba untuk mendorong, ternyata daun pintu kamar itu tidak terpalang
dari dalam sehingga langsung terbuka. la menjenguk ke dalam kamar dan ternyata kamar tamu itu:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 308
:: CerSil KhoPingHoo :
kosong! Tentu saja Swi Lan merasa heran. Ia memasuki kamar, membuka daun pintu dan daun
jendelanya dan mendapat kenyataan bahwa pembaringan itu tak pernah ditiduri orang! Tidak ada
tanda-tanda bahwa Han Lin semalam tidur dalam kamar ini. Ketika ia bertanya-tanya kepada para
pelayan, tidak seorang pun mengetahui ke mana perginya pemuda itu.
"Semalam dia bercakap-cakap dengan Ouw Goanswe (Jenderal Ouw) sampai jauh malam, Nona."
Demikian laporan mereka. Yang dapat menjawab hanya Ayahnya! Swi Lan terpaksa menanti sampai
Ayahnya bangun dari tidur. Begitu melihat Ayahnya keluar kamar, Swi Lan segera menjumpainya.
"Ayah, ke manakah perginya Si Han Lin?" Jenderal Ouw menatap wajah puterinya.
"Ke mana? Bukankah dia berada di dalam kamar tamu?"
"Tidak ada, Ayah. Bahkan pembaringannya juga tidak ada tanda bekas ditiduri orang. Bukankah
semalam dia bercakap-cakap dengan Ayah di ruangan dalam?" Jenderal Ouw mengangguk.
"Ya, kami bercakap-cakap dan setelah aku mengantuk, aku minta dia mengaso di kamarnya dan aku
masuk kamarku sendiri. Hemm, anak itu agaknya memang tidak ingin berhubungan dengan kita.
Sudahlah, memang dia seorang kang-ouw, banyak orang kang-ouw berwatak aneh-aneh. Kalau dia tidak
mau bekerja membantuku, tidak mengapa. Masih banyak orang mau bekerja membantuku."
Setelah berkata demikian, Jenderal Ouw pergi mandi, sikapnya sama sekali tidak mengacuhkan tentang
hal itu lagi. Akan tetapi diam-diam Swi Lan merasa heran dan penasaran. Mengapa pemuda yang amat
menarik perhatiannya itu tiba-tiba saja pergi menghilang tanpa pamit? Pasti telah terjadi sesuatu antara
Si Han Lin itu dengan Ayahnya. Akan tetapi apa yang telah terjadi, yang menyebabkan pemuda itu pergi
secara diam-diam begitu saja? Ia merasa penasaran sekali dan tiga hari kemudian, Ouw Swi Lan yang
pamit kepada Ayah Ibunya untuk pergi berburu, diam-diam membawa buntalan pakaian dan bekal uang,
dan ia tidak pulang. Sampai berhari-hari Jenderal Ouw menyuruh para perajurit mencari, akan tetapi
tanpa hasil dan jenderal itu bersama isterinya menjadi khawatir sekali. Terutama Nyonya Ouw. la
menangis siang malam.
"Sudahlah, jangan menangis terus. Percayalah, anak kita itu bukan seorang gadis yang lemah. Swi Lan
memiliki kepandaian yang sudah tinggi dan tidak sembarang orang mampu mengalahkannya. Ia mampu
menjaga diri. Percayalah!" Jenderal Ouw menghibur isterinya.
"Bagaimana aku dapat yakin bahwa ia tidak akan mengalami bencana. Baru beberapa hari ia hampir saja
tewas di tangan Ciu Kak Le!" Isterinya membantah sambil menyusut air matanya.
"Hemm, justeru peristiwa beberapa hari yang lalu itu merupakan pelajaran baik baginya. Kalau jahanam
Ciu itu tidak bertindak curang, dia tidak akan mampu mengalahkan anak kita. Tentu pengalaman itu
membuat Swi Lan menjadi lebih dewasa dan matang, lebih berhati-hati sehingga tidak sampai terjebak
lagi. Selain itu, apa kau kira aku akan tinggal diam saja? Aku akan menghubungi para pejabat di daerah-
daerah agar membantu untuk mencari anak kita." Mendengar ucapan suaminya yang penuh
kesungguhan dan dengan nada yang membesarkan hati itu, akhirnya Nyonya Ouw menjadi tenang juga
dan terhibur.
Yo Kang berjalan seorang diri menuju See-Ciu tempat tinggal Ayah-Ibu dan Kakeknya, juga sekarang
Bibinya, Yo Ciu Hwa tinggal di sana. Tadinya ia hendak kembali ke Bu-Tong-Pai membawa surat balasan:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 309
:: CerSil KhoPingHoo :
ketua Siauw-Lim-Pai untuk Gurunya, Tiong Li Seng-jin ketua Bu-Tong-Pai. Akan tetapi selain surat itu
tidak berapa penting, hanya pernyataan ketua Siauw-Lim-Pai bahwa dia akan mencari pembunuh dan
akan menerima pertanggungan jawab pada hari ulang tahun Siauw-Lim-Pai, juga dia harus mulai
melakukan penyelidikan sendiri mewakili Bu-Tong-Pai. Dalam perjalanan itu, teringatlah dia akan semua
pengalamannya di masa lalu, sekitar dua tahun yang lalu, tentang sepak terjang Kwee In Hong. Biarpun
dengan hati pedih, harus dia akui bahwa In Hong merupakan seorang di antara mereka yang patut di-
curigai.
Bukankah kedua orang Guru In Hong, yaitu suami-isteri Bhutan Koai-jin dan Hek Moli yang kini sudah
tiada, dahulu merupakan musuh-musuh dari Siauw-Lim-Pai dan Bu-Tong-Pai? Mereka itu seringkali
bertempur dan bahkan saling bunuh. Bhutan Koai-jin dibuntungi kaki tangannya, kabarnya oleh ketua
Siauw-Lim-Pai dibantu ketua Bu-Tong-Pai, para pimpinan Kun-Lun-Pai dan Go-Bi-Pai. Bahkan dia ingat
betapa In Hong sendiri juga dulu memusuhi Go-Bi-Pai dan Kun-Lun-Pai, bahkan membunuh beberapa
orang tokoh. Juga pernah mengacau Siauw-Lim-Pai ingin mencuri kitab I-Kin-Keng. Gadis itu
bagaimanapun juga masih merasa tidak suka kepada empat partai persilatan besar yang pernah
bermusuhan dengan kedua orang Gurunya itu.
Maka tidaklah aneh kalau kini dia merasa betapa perasaannya tertekan hebat. Jangan-jangan gadis yang
dicintanya itu yang kini melakukan pembunuhan-pembunuhan untuk mengadu domba antara Empat
Partai Persilatan Besar itu? Kalau ada orang yang menuduh In Hong, rasanya dia akan menentang dan
tidak percaya, namun di lubuk hatinya terdapat keraguan karena dia tahu bahwa gadis itu memiliki
watak yang amat kaku dan keras. Bukan hal yang tidak mungkin kalau In Hong yang melakukan
pembunuhan-pembunuhan itu. Teringat akan hal ini, hati Yo Kang terasa pedih. Bagaimana kalau
keraguannya ini ternyata benar? Dia yang mewakili Bu-Tong-Pai untuk menyelidiki dan mencari
pembunuh itu, apakah tega untuk menangkap In Hong?
Rasanya tidak mungkin dia sampai hati untuk mencelakai gadis itu. Dia sudah jatuh cinta kepada In Hong
sejak pertemuan pertama. Selain ada rasa cinta yang mendalam, gadis itu adalah juga Adik misannya,
puteri Bibinya. Hatinya menjadi bimbang dan bingung. Kalau benar In Hong yang melakukan karena
dendamnya terhadap empat perguruan silat itu, maka dia akan sukar memastikan, apa yang akan dia
lakukan. Membiarkan saja? Berarti dia berkhianat terhadap Bu-Tong-Pai dan bersalah besar terhadap
Siauw-Lim-Pai yang terkena fitnah. Menentang In Hong? Rasanya hatinya tidak akan sanggup! Hati Yo
Kang bimbang dan ragu. Dia akan selalu tersiksa dengan kebimbangan ini. Dia harus segera dapat
bertemu kembali dengan In Hong dan terus terang minta kepastian dari gadis itu apakah ia benar yang
melakukan semua pembunuhan itu, ataukah bukan.
Dia tahu bahwa In Hong adalah seorang gadis yang gagah, biarpun agak liar dan berhati baja. Kalau
memang gadis itu yang melakukan pembunuhan, dia yakin In Hong akan mengakuinya. la bukan seorang
yang berwatak pengecut. Sejauh yang dikenalnya, In Hong adalah seorang gadis yang berani
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pikiran inilah yang membuat dia tidak langsung kembali ke
Bu-Tong-Pai, melainkan menuju ke See-Ciu. Pada pertemuannya yang terakhir dengan In Hong, ketika
saling berpisah, dia tahu bahwa gadis itu hendak pergi ke Beng-San untuk menemui para pimpinan Hek I
Kaipang dan membujuk pimpinan Hek I Kaipang untuk berunding dengan pihak Bu-Tong-Pai tentang
pembunuhan tiga puluh orang anggauta Hek I Kaipang yang katanya dilakukan oleh seorang murid Bu-
Tong-Pai.
Kini pasti In Hong sudah melaksanakan tugas itu. Kalau In Hong pulang ke dusun Hok-Te-Cung, gadis itu
tentu akan mendengar bahwa Ibunya telah pindah ke See-Ciu dan ia pasti akan menyusul ke rumah:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 310
:: CerSil KhoPingHoo :
Kakeknya. Maka Yo Kang langsung saja pulang ke See-Ciu karena dia ingin sekali dapat bicara dengan In
Hong yang akan dibujuknya untuk mengaku tentang pembunuhan-pembunuhan itu. Pada suatu siang,
Yo Kang tiba di jalan simpang tiga, dan dia berhenti sejenak. Dia memandang jalan simpang ke kanan
menuju dusun Hok-Te-Cung yang pernah dia kunjungi untuk menjemput Bibinya, Yo Cui Hwa, dan
mengajaknya pindah ke See-Ciu.
Dusun itu tidaklah begitu jauh lagi, hanya sekitar lima 11 (mil). Tiba-tiba tampak serombongan orang
berkuda datang dari depan. Debu tebal membuat Yo Kang tidak dapat melihat jelas siapa orang-orang
berkuda itu. Akan tetapi di antara mengebulnya debu tebal, dia melihat pakaian seragam mereka
beserta topi mereka tampak dan tahulah dia bahwa yang datang itu adalah serombongan pasukan
Mongol! Yo Kang tidak ingin mencari keributan yang hanya akan menghambat perjalanannya. Akan
tetapi untuk melarikan atau menyembunyikan diri dia tidak sudi. Bagaimanapun juga, dia tidak takut
menghadapi mereka. Maka dia tetap berdiri di situ, hanya menepi dan memandang ke arah berlawanan
agar mukanya tidak terkena debu. Akan tetapi begitu rombongan itu tiba tak jauh darinya, mereka
menghentikan kuda.
"Pasukan berhenti dan turun dari kuda!" terdengar aba-aba nyaring.
"Hai, orang muda! Menghadaplah ke sini!" bentak suara kedua yang lebih menyeramkan daripada suara
pertama. Yo Kang mendongkol. Dia maklum bahwa pasukan Mongol memang bersikap galak dan
sombong terhadap rakyat, akan tetapi dia merasa heran karena bentakan dua suara tadi jelas
menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki dialek orang Mongol. Maka dia pun memutar tubuh
menghadapi mereka. Dua orang itu memang bukan perajurit ataupun perwira Mongol. Yang seorang
berusia sekitar enam puluh tahun, tubuhnya kurus agak bongkok,
Mukanya halus tanpa kumis jenggot, pakaiannya terbuat dari sutera putih, dan di punggungnya
tergantung sebatang pedang. Ada pun orang kedua, usianya juga sekitar enam puluh tahun, tubuhnya
gemuk pendek dan mukanya seperti muka kanak-kanak yang periang, mulutnya selalu tersenyum lebar.
Pakaiannya seperti jubah Pendeta, berwarna kuning. Tangan kirinya memegang seuntai tasbih hitam.
Biarpun Yo Kang belum pernah bertemu dengan dua orang Kakek ini, namun melihat penampilan dan
ciri-ciri mereka, dia terkejut dan menduga bahwa kiranya dua orang inilah yang amat terkenal di dunia
kang-ouw sebagai Datuk Setan Utara dan Datuk Dewa Selatan! Dugaan Yo Kang memang tepat. Mereka
adalah Pak Lo-Kui (Setan Tua Utara) yang bertubuh kurus bongkok, dan Lam Sian (Dewa Selatan) yang
bertubuh gemuk pendek.
Di belakang dua orang Datuk ini tampak dua puluh empat orang perajurit Mongol. Diam-diam Yo Kang
mengerti bahwa kalau mereka berniat buruk terhadap dirinya, maka berarti dia terancam bahaya maut.
Dua orang Datuk itu merupakan lawan-lawan yang amat tangguh, masih ditambah dua puluh empat
orang perajurit. Bagaimana mungkin dia dapat menandingi lawan yang demikian lihai dan banyak
jumlahnya? Walaupun maklum bahwa dia menghadapi bahaya, namun jiwa kependekarannya membuat
dia tetap tegar dan sedikit pun tidak merasa takut. Bagi seorang pendekar sejati, jauh lebih baik mati di
atas jalan kebenaran daripada hidup mewah di atas jalan kejahatan. Jalan kebenaran menuju ke Tempat
Suci dirahmati TUHAN, sebaliknya jalan kejahatan menuju ke jurang kotor dikutuki Setan!
"Hai, orang muda, benarkah engkau yang bernama Yo Kang, berjuluk Bu-Tong Sin-To (Golok Sakti Bu-
Tong), murid Bu-Tong-Pai?" Seorang pendekar tidak lari dari kenyataan.
"Benar sekali, dan kalau aku tidak salah kira, Ji-wi (Kalian Berdua) tentulah Pak Lo-Kui dan Lam Sian.":: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 311
:: CerSil KhoPingHoo :
"He-he-ha-hah! Yo Kang, ternyata matamu yang muda awas juga sehingga dapat mengenal kami
berdua! Apakah otakmu juga cukup cerdas untuk mengetahui mengapa kami menghadangmu di sini?
Untuk menjawab ini, selain cerdas engkau harus jujur juga, ha-ha-ha!" Si gendut Lam Sian berkata. Yo
Kang tersenyum pahit dan berkata,
"Lam Sian dan Pak Lo-Kui, sepanjang ingatanku, aku belum pernah bertemu dengan kalian berdua,
apalagi berurusan. Karena itu, andaikata kalian berdua berniat buruk terhadap diriku, hal itu pasti bukan
karena permusuhan pribadi."
"Hemm," Pak Lo-Kui berkata dengan nada mengejek.
"Memang engkau tidak ada urusan dengan kami berdua, akan tetapi apakah engkau juga hendak
menyangkal bahwa engkau tidak mempunyai kesalahan terhadap Kerajaan Goan?"
"Ha-ha, orang muda, akuilah saja kesalahanmu!" Lam Sian menambahkan. Yo Kang mengerutkan
alisnya.
"Aku tidak merasa memberontak atau melanggar hukum pemerintah Kerajaan Mongol!"
"Sayang, kegagahanmu itu palsu. Engkau tidak berani mengakui kesalahan, apakah berarti engkau
hendak mengingkari bahwa engkau murid Bu-Tong-Pai?"
"Aku tidak pernah mengingkari! Aku adalah murid Bu-Tong-Pai!" kata Yo Kang marah karena
kehormatannya tersinggung.
"He-heh, sekarang katakan, sebagai murid Bu-Tong-Pai apakah engkau tidak merasa bersalah kalau ada
murid Bu-Tong-Pai membunuh tiga puluh orang anggauta Hek I Kaipang di An-Hui? Hayo jawab, jangan-
jangan pembunuhnya malah engkau sendiri!" Diam-diam Yo Kang terkejut. Bagaimana mereka dapat
mengetahui hal itu? Ah, berita itu pasti tersebar dan nama baik Bu-Tong-Pai terancam. Tidak aneh kalau
mereka mengetahui karena dia mendengar bahwa pemerintah Kerajaan Mongol memiliki banyak kaki
tangan terdiri dari bangsa Mongol dan suku-suku bangsa di utara dan barat, bahkan banyak pula suku
pribumi Han yang menjadi kaki tangan mereka. Mereka tentu menyebar mata-mata sehingga segala
gerak-gerik orang yang mereka curigai, dapat mereka ketahui.
"Hemm, Lam Sian dan Pak Lo-Kui, bukan aku yang melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Hek I
Kaipang itu, juga aku yakin bahwa hal itu tidak dilakukan oleh murid Bu-Tong-Pai, melainkan oleh orang
lain yang mengaku saja sebagai murid Bu-Tong-Pai!"
"Ha-ha-ha, pandainya menggerakkan lidah memutar balikkan kenyataan! Murid-murid Bu-Tong-Pai
hanya namanya saja terkenal gagah, akan tetapi sesungguhnya berwatak pengecut, tidak berani
bertanggung jawab atas perbuatannya. Tiga puluh orang anggauta Hek I Kaipang itu dibunuh dengan
pukulan Tong-Sim-Ciang dari Bu-Tong-Pai!" Lam Sian berkata dengan suara mengejek.
"Terserah apa yang kalian katakan, akan tetapi tetap aku menyangkal bahwa murid Bu-Tong-Pai yang
melakukan. Aku yang mewakili Bu-Tong-Pai untuk menyelidiki dan menangkap pembunuh yang
menggunakan nama Bu-Tong-Pai itu!":: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 312
:: CerSil KhoPingHoo :
"Cukuplah semua pura-pura ini, Yo Kang. Sekarang, menyerahlah engkau, kami tangkap sebagai orang
yang kami curigai melakukan pembunuhan itu!" kata Pak Lo-Kui yang sudah mencabut pedangnya. Para
Datuk Besar itu jarang sekali menggunakan senjata mereka dalam perkelahian. Biasanya mereka cukup
menggunakan tangan kosong saja untuk mengalahkan lawan-lawan mereka. Pak Lo-Kui juga biasanya
cukup menggunakan pukulan tangan kosong yang amat ditakuti lawan, yaitu Hek-Tok-Ciang (Tangan
Racun Hitam). Akan tetapi kini dia maklum bahwa menghadapi tokoh Bu-Tong-Pai yang terkenal amat
lihai dengan ilmu goloknya itu, dia tidak boleh memandang ringan. Sementara itu, Lam Sian juga sudah
memutar-mutar tasbih dan memainkannya.
"Aku tidak merasa bersalah. Untuk apa aku harus menyerah?" jawab Yo Kang dengan sikap gagah
perkasa.
"Kalau begitu mampuslah!" Pak Lo-Kui berseru dan pedangnya sudah menyambar dahsyat.
"Singgg...!" Pedang itu membabat ke arah leher, namun dengan gerakan ringan dan cepat Yo Kang
sudah mengelak ke belakang. Pada saat itu, tasbih di tangan Lam Sian menyambar sebagai sinar hitam.
Ketika mengelak dari sambaran pedang tadi, Yo Kang sudah mencabut goloknya. Kini dia menggunakan
golok menangkis sinar hitam yang menyambarnya itu.


Bayangan Bidadari Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Singgg... tranggg...!!" Bunga api berpijar ketika golok di tangan Yo Kang bertemu dengan tasbih hitam,
yang kini dipegang tangan kanan Lam Sian. Keduanya merasa betapa tangan yang memegang senjata
tergetar hebat.
"Trriik, triiikk...!" Tasbih itu berputar-putar mengeluarkan suara nyaring.
"Singgg...!" kembali pedang Pak Lo-Kui menyambar lewat ketika dielakkan oleh Yo Kang. Yo Kang segera
mengeluarkan ilmu goloknya yang hebat. Ilmu golok Bu-Tong-Pai memang hebat sekali, seperti juga ilmu
pedangnya. Yo Kang selama hampir dua tahun belakangan ini digembleng secara istimewa oleh Tiong Li
Seng-jin sendiri, maka ilmu goloknya sudah memperoleh kemajuan pesat sekali.
Selain ilmu goloknya menjadi lebih sempuma, juga dia menerima gemblengan ilmu tenaga dalam
sehingga dia memiliki sinkang (tenaga sakti) yang kuat. Akan tetapi, kini Yo Kang menghadapi keroyokan
dua orang Datuk Besar yang amat lihai. Dalam hal tenaga sakti, dia masih lebih kuat sedikit. Andaikata
dia hanya menghadapi seorang dari mereka, menghadapi Pak Lo-Kui misalnya, mungkin dia akan dapat
menang. Kalau menghadapi Lam Sian, keadaannya berimbang karena Lam Sian merupakan Datuk
terkuat di antara Empat Datuk Besar. Senjata tasbihnya itu luar biasa sekali. Selain amat kuat dan dapat
menahan segala macam senjata tajam, juga biji-biji tasbih hitam itu mengandung racun yang jahat
sekali. Mungkin karena tubuhnya yang gemuk pendek, dia lebih banyak menyerang, dari bawah dan
justeru ini yang amat berbahaya dan merepotkan Yo Kang.
Serangan-serangan pedang Pak Lo-Kui merupakan serangan yang mengancam tubuhnya bagian atas,
dan selagi dia mencurahkan perhatian untuk melindungi bagian tubuh atas, serangan-serangan tasbih
hitam dari bawah itu sungguh membuat dia kerepotan sekali. Pada saat yang amat gawat bagi Yo Kang
itu, tampak seorang penunggang kuda datang dari arah dusun Hok-Te-Cung. Setelah tiba di tempat
pertempuran, melihat Yo Kang kerepotan dikeroyok dua orang Datuk itu, gadis penunggang kuda sudah
melompat seperti seekor burung garuda. Tubuhnya melayang di atas kepala para perajurit yang
membuat lingkaran lebar mengepung Yo Kang yang bertempur. Setelah membuat poksai (salto) tiga kali,:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 313
:: CerSil KhoPingHoo :
dengan ringan tubuh gadis itu turun di tengah kepungan. Ternyata ia adalah Ong Lian Hong, gadis
remaja berusia enam betas tahun lebih itu!
"Tidak tahu malu! Tuabangka-tuabangka beraninya melakukan keroyokan!" Gadis itu membentak dan
sekali kedua tangannya bergerak ke punggung, ia telah mencabut sepasang pedangnya! Kemudian
melihat betapa Yo Kang agaknya kewalahan dikeroyok dua, terutama sekali repot oleh serangan tasbih
hitam yang berubah menjadi gulungan sinar hitam yang menyambar-nyambar dari bawah, ia langsung
menggerakkan sepasang pedangnya, menyerang Lam Sian. Lam Sian terkejut bukan main ketika ada
sepasang sinar menyambar ke arah kepala dan lambungnya. Cepat dia membalik sambil memutar
tasbihnya menangkis.
"Cringg! Tranggg!!" Sepasang pedang itu tertangkis, akan tetapi bukan main kagetnya hati Lam Sian
ketika merasa betapa tangannya yang memegang tasbih tergetar hebat. Bukan main, pikirnya. Gadis
remaja ini memiliki tenaga sinkang yang amat kuat!
Sebetulnya, hal ini tidaklah mengherankan karena Lian Hong memang digembleng secara istimewa oleh
Bu Kek Tianglo, ketua Siauw-Lim-Pai yang sakti Bahkan dalam usia begitu muda, Lian Hong telah
menguasai Tat-Mo Sin-Kun sampai enam bagian! Ia dapat dikatakan kini mencapai tingkat ke dua dalam
perguruan Siauw-Lim-Pai, yaitu sesudah tingkat Bu Kek Tianglo sendiri! Lian Hong juga mengerti bahwa
Kakek gendut pendek itu memang lihai sekali. Tangkisan tasbih tadi membuktikan bahwa Kakek itu
memiliki sinkang yang kuat. Maka, ia lalu memainkan ilmu pedang pasangan yang secara khusus
dirangkai oleh Bu Kek Tianglo untuknya, yang diberi nama Lo-Hai Siang-Kiam (Sepasang Pedang Kacau
Lautan). Lam Sian menjadi semakin kaget. Dia mengenal gerakan-gerakan yang berdasarkan ilmu silat
aliran Siauw-Lim-Pai.
"Tahan!" serunya sambil menggelinding ke belakang. Memang, gerakan Lam Sian yang bertubuh gemuk
pendek ini seolah menggelinding seperti bola. Sebagai seorang pendekar yang tahu aturan, Lian Hong
menghentikan gerakannya. Sepasang pedangnya disembunyikan di balik kedua lengannya dan ia
menatap wajah Lam Sian dengan sinar mata mencorong.
"Hemm, Kakek gentong! Engkau secara pengecut mengeroyok seorang, sekarang kita bertanding satu
lawan satu engkau menahan perkelahian. Mau bilang apalagi engkau?" Lian Hong berkata ketus, akan
tetapi Lam Sian terkekeh mendengar dirinya disebut "Kakek gentong" Heran, mengapa kalau yang
mengejeknya itu seorang gadis remaja cantik, dia tidak menjadi marah? Padahal kalau orang lain yang
menyebutnya begitu, tentu dia akan tersinggung.
"Nona kecil yang manis, agaknya engkau murid Siauw-Lim-Pai, betulkah? Jangan mencampuri, Nona.
Kami atas nama pemerintah Kerajaan Goan harus menangkap murid Bu-Tong-Pai ini karena ada murid
Bu-Tong-Pai yang membunuh tiga puluh orang anggauta Hek I Kaipang. Dia ini seorang pembunuh yang
jahat dan berbahaya."
"Tidak ada murid Bu-Tong-Pai atau Siauw-Lim-Pai yang jahat. Kalian yang jahat. Kalian Empat Datuk
Besar yang menghamba kepada penjajah mengkhianati bangsa sendiri. Dulu Tung Giam-Lo dan See Te-
Tok mengeroyok Suheng Ceng Seng Hwesio dan Saudara Yo Kang ini, juga mereka membawa pasukan
pemerintah. Sekarang aku dapat menduga siapa kalian. Engkau tentu Kakek gentong yang disebut Lam
Sian dan dia itu tentu Pak Lo-Kui!"
Sementara itu, setelah kini melawan Yo Kang seorang diri, Pak Lo-Kui menjadi jerih dan dia pun:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 314
:: CerSil KhoPingHoo : :: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 315
:: CerSil KhoPingHoo :
menghentikan perkelahian dan melompat dekat Lam Sian. Yo Kang yang tadi melihat bahwa gadis yang
membantunya adalah Ong Lian Hong, diam-diam menjadi kagum bukan main. Gadis remaja itu ternyata
mampu menandingi Lam Sian yang amat lihai! Sekarang baru dia menyadari bahwa gadis remaja itu
merupakan murid tersayang dari Bu Kek Tianglo. Dia pun menghampiri dan berdiri di dekat Lian Hong,
goloknya masih di tangan.
"Hemm, bagus. Murid Bu-Tong-Pai dan murid Siauw-Lim-Pai hendak memberontak terhadap
pemerintah?" kata Pak Lo-Kui, lalu dia memberi aba-aba kepada para perajurit.
"Tangkap dua orang ini, kalau mereka melawan, bunuh saja!" Mendengar aba-aba ini, dua puluh empat
orang perajurit Mongol yang sudah mengepung tempat itu lalu mencabut senjata dan siap untuk
mengeroyok. Lam Sian maklum bahwa gadis remaja itu memiliki kepandaian tinggi, maka dia pun sudah
menerjang sambil memutar tasbihnya, menyerang ke arah kepala Lian Hong. Gadis ini cepat menangkis
dengan pedang kirinya, disusul serangan balasan dengan pedang kanannya yang menusuk ke arah
tenggorokan lawan. Lam Sian cepat menghindar dengan elakan ke belakang. Sementara itu, Pak Lo-Kui
juga sudah menyerang Yo Kang dengan pedangnya. Yo Kang menangkis serangan dengan goloknya, lalu
balas menyerang. Ketika melihat dua lusin perajurit itu mulai bergerak untuk mengeroyok, Yo Kang
maklum bahwa keadaan dia dan Lian Hong dalam bahaya. Maka dia cepat berkata lantang.
"Nona, tidak perlu melayani para pengecut curang ini. Mari kita pergi!" Lian Hong memang masih muda
remaja dan wataknya keras, namun ia memiliki kecerdasan dan tidak hanya menuruti nafsu hatinya saja.
Ia memang marah, penasaran dan ingin memberi hajaran kepada dua orang Datuk Besar itu. Akan tetapi
ia pun tahu benar bahwa kalau ia dan Yo Kang nekat melawan dua orang Datuk Besar dan dua lusin
perajurit Mongol itu, mereka berdua pasti akan mengalami kesulitan, bahkan terancam bahaya maut.
Maka, ketika Yo Kang mengajaknya melarikan diri, ia pun mengangguk lalu keduanya melompat ke kiri
dan mengamuk di antara para perajurit. Sebentar saja mereka sudah merobohkan enam orang perajurit
sehingga terbuka jalan keluar dari kepungan.
"Tunggangi kudamu!" Yo Kang berseru. Lian Hong segera melompat ke atas punggung kudanya yang
masih berada di tempat ia tinggalkan tadi. Adapun Yo Kang juga melompat ke atas sebuah kuda milik
perajurit Mongol. Mereka berdua lalu membalapkan kuda mereka. Yo Kang berada di depan dan Lian
Hong yang tidak mengenal jalan, hanya mengikuti saja. Tidak ada perajurit yang berani mengejar.
Mereka sudah merasa gentar sekali melihat betapa mudahnya dua orang itu merobohkan dan
menewaskan enam orang rekan mereka.
Dua orang Datuk Besar itu pun tidak melakukan pengejaran, karena selain kalau bertanding satu lawan
satu belum tentu mereka menang, juga dua orang itu sudah membalapkan kuda mereka sampai jauh.
Untuk mengejar dengan berlari, sukar untuk dapat menyusul, dan kalau menunggang kuda, mereka
berdua tidak biasa, sehingga merasa ngeri kalau harus membalapkan kuda. Yo Kang dan Lian Hong
beberapa kali menoleh ke belakang dan setelah mereka melarikan kuda cukup jauh dan yakin bahwa
mereka tidak dikejar, Yo Kang menghentikan kudanya sambil memberi isyarat kepada gadis itu untuk
berhenti. Mereka turun dari atas kuda mereka dan membiarkan kuda-kuda itu mengaso dan makan
rumput. Lian Hong duduk di atas batu, menyusut keringat yang membasahi muka dan lehernya.
"Kalau aku tidak salah, bukankah engkau ini gadis murid Lo-Cianpwe... Bu Kek Tianglo ketua Siauw-Lim-
Pai?":: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 316
:: CerSil KhoPingHoo :
"Apakah engkau pura-pura lupa padaku yang pernah kau sebut nona cilik ketika kita saling berjumpa di
Siauw-Lim-Pai?"
"Ah, maaf, aku tidak berniat buruk menyebutmu seperti itu karena menurut pandanganku, engkau
masih remaja. Aku tidak lupa padamu, Nona, hanya lupa namamu."
"Aku tidak lupa namamu, akan tetapi engkau lupa namaku. Hemm, ini membuktikan bahwa engkau
murid Bu-Tong-Pai memang sombong. Yo Kang, dulu sudah kukatakan bahwa aku tidak yakin engkau
akan mampu mewakili Bu-Tong-Pai mencari pembunuh itu. Ternyata sekarang, baru bertemu dua orang
Datuk Besar saja engkau sudah tidak mampu melawan."
"Nona, aku beruntung mendapatkan bantuanmu. Terima kasih atas kebaikan budimu. Memang engkau
benar. Menyelidiki pembunuh itu tidak mudah karena kita belum tahu benar siapa orangnya dan
bagaimana macamnya. Kalau saja engkau mau bekerja sama dengan aku, kiranya kita berdua dapat
berbuat lebih banyak atau bahkan mungkin dapat memecahkan rahasia ini. Maukah bekerja sama
dengan aku, Nona'?"
"Hemm, aku sendiri sudah ditugaskan Suhu untuk mewakili Siauw-Lim-Pai mencari pembunuh itu! Jadi,
kalau ada soal bantu-membantu dalam usaha ini, engkaulah yang membantuku, bukan aku yang
membantumu. Mengerti?" Yo Kang memandang heran.
"Hebat! Lo-Cianpwe Bu Kek Tianglo menyerahkan tugas berat ini kepadamu? Bukan main! Kukira
tadinya tentu Ceng Seng Hwesio yang mengemban tugas itu."
"Suheng Ceng Seng Hwesio diperlukan di Siauw-Lim-Pai, maka akulah yang diberi tugas itu. Bagaimana,
mau engkau membantuku?"
"Tentu saja aku siap, Nona! Aku tahu biarpun engkau masih remaja...."
"Sudahlah, aku Ong Lian Hong bukan anak kecil lagi! Bahkan melaksanakan tugas ini seorang diri pun
aku tidak takut!"
"Harap jangan marah dan maafkan aku, Nona Ong Lian Hong. Kita berdua adalah wakil-wakil dua
perguruan besar yang menjadi korban perbuatan jahat. Bu-Tong-Pai kehilangan sembilan orang murid
yang terbunuh orang dan Siauw-Lim-Pai terkena fitnah karena pembunuh itu meninggalkan ciri sebagai
murid Siauw-Lim-Pai. Kami pihak Bu-Tong-Pai lebih parah lagi karena selain kehilangan sembilan orang
murid, juga mendapat fitnah dituduh membunuh tiga puluh orang anggauta Hek I Kaipang dengan
menggunakan pukulan Tong-Sim-Ciang dari perguruan kami. Demi menjaga nama baik Siauw-Lim-Pai
dan membalaskan kematian para murid Bu-Tong-Pai, kita berdua harus dapat membongkar rahasia ini
dan menangkap pembunuhnya. Maka, sekali lagi aku menyatakan siap sedia untuk membantumu, Nona
Ong Lian Hong."
Mendengar ucapan yang lembut dan sikap yang ramah dari Yo Kang, kekakuan Lian Hong mencair. Gadis
ini memang memiliki watak yang keras, akan tetapi menghadapi sikap yang lembut ia segera berubah
menjadi ramah dan senang. Kalau tadi ia bersikap kaku terhadap Yo Kang adalah karena pemuda ini dulu
mendatangkan kesan tidak menyenangkan dan seolah memandang rendah padanya dengan sebutan
Nona Cilik! Juga ia menganggap Yo Kang sombong dengan pernyataan hendak menangkap:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 317
:: CerSil KhoPingHoo :
pembunuhnya. Lebih mendongkol lagi rasa hati gadis ini karena Bu-Tong-Pai menuduh Siauw-Lim-Pai
yang melakukan pembunuhan terhadap sembilan orang murid Bu-Tong-Pai.
"Nanti dulu, Yo Kang. Aku hendak bertanya lebih dulu. Apakah engkau masih mempunyai dugaan bahwa
murid Siauw-Lim-Pai yang melakukan pembunuhan-pembunuhan itu?" Mendengar pertanyaan ini, Yo
Kang merasa ragu-ragu untuk menjawab. Karena lama pemuda itu tidak menjawab, Lian Hong berkata
lagi.
"Kalau engkau masih menduga demikian, berarti engkau mencurigai Siauw-Lim-Pai dan tidak mungkin
aku sebagai murid Siauw-Lim-Pai bekerja sama denganmu. Jangan-jangan engkau juga akan mencurigai
aku!" Yo Kang menghela napas panjang.
"Persoalan ini memang pelik sekali dan mengandung penuh rahasia, Nona. Pembunuh itu menggunakan
ilmu pukulan Tiam-Hiat-Hoat dan tendangan Siauw-Cu-Twi. Juga melihat bekas luka pukulan pada
jenazah para murid Bu-Tong-Pai, dapat diketahui bahwa pembunuh itu memiliki tenaga sakti I-Kin-Keng.
Semua itu merupakan ilmu-ilmu tingkat tinggi dari Siauw-Lim-Pai sehingga dengan mudah orang
menaruh curiga kepada murid Siauw-Lim-Pai. Akan tetapi kalau diingat bahwa antara Siauw-Lim-Pai dan
Bu-Tong-Pai bukan saja terdapat tali persahabatan yang kokoh, juga kalau ditelusuri masih ada kaitan
saudara seperguruan. Lo-Cianpwe Tiong Li Seng-jin, ketua Bu-Tong-Pai itu masih Sute (Adik
Seperguruan) Bu Kek Tianglo, maka rasanya tidak mungkin kalau ada murid Siauw-Lim-Pai membunuhi
sembilan orang murid Bu-Tong-Pai tanpa sebab."
"Nah, jalan pikiranmu terakhir itu lebih tepat! Kalau kita menjatuhkan tuduhan hanya dengan bukti
bahwa pembunuhan dilakukan orang yang memiliki ilmu-ilmu Siauw-Lim-Pai yang kau sebutkan tadi,
maka mungkin saja pembunuhan itu dilakukan oleh Tiong Li Seng-jin sendiri, bukan? Beliau tentu juga
menguasai ilmu-ilmu itu! Maka, jangan menjadikan ilmu untuk membunuh itu sebagai bukti." Yo Kang
mengangguk-angguk, kagum karena jalan pikiran gadis itu menunjukkan bahwa gadis remaja ini memiliki
pandangan jauh dan cerdik.
"Jadi, menurut dugaanmu, siapakah yang melakukan pembunuhan itu, Nona?"
"Kita singkirkan dulu tuduhan berdasarkan ilmu pukulan agar kita tidak saling mencurigai. Setelah itu,
mari kita selidiki dari sudut pandangan lain. Pertanyaan pertama, mengapa ada orang membunuh
sembilan orang murid Bu-Tong-Pai, di antaranya yang terbunuh adalah Bu-Tong Sam-Lo yang berilmu
tinggi? Aku kira jawaban pertanyaan ini cukup mudah, bukan?"
"Benar, jawabannya mudah. Orang yang membunuh sembilan orang murid Bu-Tong-Pai itu tentu
memiliki ilmu kepandaian tinggi dan tentu dia membenci Bu-Tong-Pai, juga pembunuh itu menguasai
ilmu-ilmu tingkat atas dari Siauw-Lim-Pai."
"Tepat sekali! Dengan catatan bahwa dia bukan murid Siauw-Lim-Pai, melainkan orang luar yang entah
secara bagaimana dapat mencuri dan menguasai ilmu-ilmu itu." Dalam hatinya, Yo Kang tersenyum.
Gadis itu bersikeras menolak anggapan bahwa pembunuhnya seorang murid Siauw-Lim-Pai! Padahal
kemungkinan itu tentu saja ada. Akan tetapi dia diam saja, khawatir kalau gadis remaja itu marah lagi.
"Lalu apa pertanyaan berikutnya, Nona?":: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 318
:: CerSil KhoPingHoo :
"Pertanyaan ke dua, mengapa pula pembunuh itu sengaja meninggalkan ciri-ciri murid Siauw-Lim-Pai
ketika melakukan pembunuhan? Sehingga dengan demikian, Siauw-Lim-Pai yang dituduh melakukan
pembunuhan itu?" Yo Kang menjawab.
"Kukira jawabannya juga sama, yaitu bahwa pembunuh itu tentu membenci Siauw-Lim-Pai pula. Dia
menggunakan siasat Sekali Tepuk Membunuh Dua Ekor Lalat! Dengan pembunuhan itu, dia memperoleh
dua keuntungan. Bu-Tong-Pai kehilangan sembilan orang murid dan Siauw-Lim-Pai menjadi tertuduh
sebagai pelaku pembunuhan."
"Pendapatmu tepat, akan tetapi kurang lengkap. Mendengar ceritamu tadi bahwa Bu-Tong-Pai dituduh
membunuh tiga puluh orang anggauta Hek I Kaipang, semakin besar kecurigaanku bahwa di balik semua
ini terdapat unsur-unsur pengadu-dombaan! Pembunuh itu pasti orang yang amat membenci Siauw-
Lim-Pai dan Bu-Tong-Pai maka ingin mengadu domba dua perguruan itu!"
"Siancai! Tepat sekali pendapat Nona Muda itu!" Tiba-tiba terdengar orang berkata dan muncullah
seorang Kakek berusia sekitar enam puluh dua tahun, bertubuh tinggi kurus dengan jenggot panjang dan
dari pakaian dan gelung rambutnya, mudah diketahui bahwa dia seorang Tosu (Pendeta Agama To). Yo
Kang segera mengenal Kakek itu karena sekitar tiga tahun yang lalu dia pernah bertemu dan bahkan
mendapatkan petunjuk-petunjuk ilmu silat darinya.
"Kiranya Wu Wi Thaisu yang datang!" Dia berseru sambil bangkit berdiri dan memberi hormat yang
dibalas oleh Wu Wi Thaisu, wakil ketua Go-Bi-Pai. Akan tetapi Lian Hong yang juga sudah bangkit berdiri
mengerutkan alis-nya lalu berkata dengan ketus.
"Sungguh tidak patut bagi seorang Tosu (Pendeta To) mengintai dan mendengarkan pembicaraan orang
lain!" Wu Wi Thaisu yang sudah berusia enam puluh dua tahun itu memang memiliki watak yang keras.
Maka melihat sikap dan mendengar ucapan Lian Hong, dia mengerutkan alisnya.
"Siancai! Yo-Sicu (Orang Muda Gagah Yo), siapakah Nona muda ini?" Yo Kang yang merasa tidak enak
cepat menjawab.
"Perkenalkan, Wu Wi Thaisu, ini adalah Nona Ong Lian Hong murid Lo-Cianpwe Bu Kek Tianglo yang
mewakili Siauw-Lim-Pai untuk mencari dan menangkap pembunuh itu. Nona Ong, Totiang ini adalah Wu
Wi Thaisu, wakil ketua Go-Bi-Pai." Mendengar ini, Wu Wi Thaisu diam-diam merasa heran dan kagum.
Gadis remaja ini sudah diserahi tugas oleh Bu Kek Tianglo untuk mewakili Siauw-Lim-Pai menyelidiki dan
menangkap orang rahasia yang melakukan pembunuhan-pembunuhan itu!
"Siancai...! Nona Ong, harap jangan salah sangka. Sejak tadi, sebelum kalian berdua menghentikan kuda
dan mengaso sambil bercakap-cakap di sini, Pinto sudah berada di sini, mengaso dan melepaskan lelah
di balik batu besar itu. Kemudian Pinto terbangun dari kantuk karena mendengar percakapan kalian
berdua. Tadinya Pinto tidak peduli dan tidak ingin mencampuri urusan dua orang muda, akan tetapi
ketika mendengar kalian membicarakan urusan pembunuhan-pembunuhan itu, tentu saja Pinto tertarik
sekali. Ketahuilah bahwa Pinto juga telah berkunjung ke Siauw-Lim-Pai menghadap Bu Kek Tianglo,
bersama Im Yang Siang Tojin dari Kun-Lun-Pai. Ketahuilah bahwa pembunuh itu juga telah membunuh
murid kami Wi Tek Tosu, dan juga telah membunuh banyak murid Kun-Lun-Pai. Semua pembunuhan itu
dilakukan dengan ilmu simpanan Siauw-Lim-Pai, yaitu Tat Mo Sin-Kun dengan tenaga sakti I-Kin-Keng.
Kami dari Go-Bi-Pai dan Kun-Lun-Pai minta pertanggungan jawab Bu Kek Tianglo dan beliau minta waktu:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 319
:: CerSil KhoPingHoo :
sampai pada hari ulang tahun Siauw-Lim-Pai beberapa bulan yang akan datang. Nah, setelah mendengar
pendapat kalian berdua tentang pembunuhan-pembunuhan itu, Pinto sekarang merasa yakin siapa yang
melakukan semua pembunuhan itu!"
"Siapakah menurut pendapat Totiang yang melakukan semua pembunuhan itu?" tanya Yo Kang ingin
tahu. Juga Lian Hong mendengarkan penuh perhatian karena hatinya semakin penasaran mendengar
bahwa orang yang menyamar sebagai murid Siauw-Lim-Pai itu bukan hanya membunuhi murid Bu-Tong-
Pai, akan tetapi juga murid Kun-Lun-Pai dan Go-Bi-Pai! Semua pembunuhan dilakukan dengan ilmu-ilmu
dari Siauw-Lim-Pai!
"Siancai! Memang jahat sekali orang itu! Dia memusuhi empat partai persilatan terbesar, menyebar
maut dan meninggalkan ciri-ciri murid Siauw-Lim-Pai. Memang tentu saja bermaksud mengadu domba
dan melampiaskan nafsu kebenciannya kepada empat buah perguruan kita. Tentu kalian berdua sudah
mendengar bahwa dulu sekali, dua orang yang memusuhi Empat Partai Persilatan Besar adalah
mendiang suami-isteri Bhutan Koai-jin dan Hek Moli. Suami-isteri iblis itu sudah tewas, akan tetapi
mereka meninggalkan seorang murid yang sudah pernah membunuhi murid-murid Kun-Lun, mengacau
di Go-Bi-Pai dan Siauw-Lim-Pai. Pinto yakin sekali bahwa pembunuh itu adalah Kwee In Hong!" Tiba-tiba
Liang Hong mengeluarkan bentakan nyaring dan menudingkan telunjuknya ke arah hidung Wu Wi
Thaisu.
"Tosu bau! Tosu keparat! Sembarangan saja menuduh orang! Pembunuh itu jelas seorang berpakaian
sebagai Hwesio dan kepalanya gundul! Bagaimana bisa menuduh wanita yang melakukannya?"
"Hemm, Nona, kepala gundul dapat saja menggunakan topeng penutup rambut di kepala sehingga
tampak gundul dan pakaian Hwesio itu mudah didapatkan dan dipakai. Engkau agaknya tidak mengenal
siapa Kwee In Hong! Ia seorang wanita yang ganas dan kejam. Julukannya memang Si Bayangan
Bidadari, akan tetapi sesungguhnya ia adalah bayangan iblis yang jahat dan kejam sekali!"
"Tosu bau!" Lian Hong semakin marah. "Jangan sembarangan menuduh orang tanpa bukti. Apakah
engkau melihat sendiri bahwa pembunuhan-pembunuhan itu dilakukan oleh Kwee In Hong?"
"Siancai! Buktinya memang belum ada, akan tetapi dugaan Pinto itu pasti tidak salah lagi. Pembunuh


Bayangan Bidadari Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang menyamar murid Siauw-Lim-Pai itu selalu bergerak dalam gelap sehingga mukanya tidak dapat
dikenal dengan baik. Pinto sudah mengenal keganasan dan kekejaman iblis betina Kwee In Hong, maka
Pinto yakin bahwa ialah yang melakukan semua pembunuhan ini. Pinto akan berusaha keras untuk
menangkap!"
"Tosu jahanam! Engkau jahat!" Lian Hong sudah bergerak maju dan memukul dengan dorongan
tangannya ke arah Wu Wi Thaisu. Tosu itu terkejut ketika gadis remaja itu menyerang dengan tiba-tiba,
maka dia pun mengerahkan tenaga saktinya untuk menyambut dengan dorongan tangannya pula.
"Desss...!" Tubuh Wu Wi Thaisu terpental ke belakang sedangkan tubuh gadis itu hanya bergoyang
sedikit. Tosu Go-Bi-Pai itu memandang dengan mata terbelalak heran.
"Tenaga I-Kin-Keng... begitu kuatnya... hemm, jangan-jangan engkau sendiri yang menjadi pembunuh
itu!":: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 320
:: CerSil KhoPingHoo :
"Tosu bau lancang mulut! Sekali lagi membuka mulutmu yang bau, lehermu akan kupenggal dengan
sepasang pedangku!" Setelah berkata demikian, sekali kedua tangannya bergerak ke atas pundaknya, ia
telah mencabut sepasang pedang itu.
"Hemm, makin besar kemungkinan nya engkau yang menjadi pembunuh itu! Yo-Sicu, hayo kita tangkap
iblis betina ini!" teriak Wu Wi Thaisu sambil mencabut pedang pula. Akan tetapi Yo Kang melompat dan
menengahi mereka.
"Totiang, percayalah, semua ini hanya merupakan salah paham saja. Harap Totiang meninggalkan kami
agar jangan terjadi keributan antara kita sendiri. Nona Ong, simpan pedangmu. Wu Wi Thaisu bukan
bermaksud menghina. Ini hanya salah paham belaka." Wu Wi Thaisu menghela napas panjang dan
menyimpan kembali pedangnya.
"Siancai! Kalau tidak ada Yo-Sicu, tentu Pinto akan bertanding mati-matian terhadap gadis Siauw-Lim-Pai
yang menghina Pinto ini. Biarlah, Pinto mengalah dan kini jumlah tersangka bagi Pinto bertambah
seorang lagi." Setelah berkata demikian, Wu Wi Thaisu melompat jauh dan pergi dari situ. Lian Hong
juga menyimpan Siang-Kiamnya.
"Huh, kalau tidak kau lerai, tentu sudah kupenggal leher Tosu bau yang menjengkelkan itu!"
"Nona, kalau hal itu terjadi, pasti tidak akan menambah baik keadaan. Bahkan Siauw-Lim-Pai akan
semakin buruk namanya. Bayangkan saja kalau ada berita bahwa engkau, seorang murid Siauw-Lim-Pai,
membunuh wakil ketua Go-Bi-Pai!"
"Hemm, memang benar akan tetapi Tosu bau itu sungguh menjemukan! Sembarangan saja menuduh
orang tanpa bukti!" kata Lian Hong, mulutnya yang manis bersungut-sungut. Yo Kang tersenyum.
"Sudahlah, Nona, jangan marah lagi. Semua itu hanya salah paham belaka. Akan tetapi aku heran,
mengapa engkau menjadi begitu marah mendengar Kwee In Hong dituduh sebagai pelaku
pembunuhan?"
"Tentu saja! Aku yakin Kwee In Hong bukan pembunuh itu. la tidak akan melakukan pembunuhan-
Pembunuhan itu!"
"Hemm, agaknya engkau mengenal baik Nona Kwee In Hong itu."
"Mengenal baik? Lebih dari itu karena ia adalah Enciku (Kakak perempuanku)!"
"Ah, tidak mungkin...!!" Yo Kang berseru sambil membelalakkan matanya, memandang gadis itu penuh
curiga karena dianggap gadis itu berbohong. Lian Hong mengerutkan alisnya dan sepasang mata yang
bening itu memancarkan sinar kemarahan kepada Yo Kang.
"Kau kira aku bohong? Apakah engkau juga hendak menganggap Enci In Hong yang melakukan
pembunuhan-pembunuhan itu?"
"Bukan begitu maksudku, Nona Ong Lian Hong. Aku merasa heran dan tidak percaya engkau mengaku
bahwa Kwee In Hong itu encimu. Ketidak-percayaanku ini bukan ngawur atau tidak beralasan, Nona.
Pertama, In Hong bermarga Kwee sedangkan engkau bermarga Ong. Bagaimana mungkin ia menjadi:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 321
:: CerSil KhoPingHoo :
Encimu? Dan ke dua, aku mengenal balk dan tahu benar siapa Kwee In Hong dan ia tidak pernah
memiliki seorang pun Kakak atau Adik!" Lian Hong masih mengerutkan alisnya. Kini sebaliknya ia yang
menjadi curiga dan ia tidak percaya bahwa pemuda tokoh Bu-Tong-Pai itu mengenal encinya.
"Hemm, Yo Kang. Engkau tidak percaya kepadaku dan aku berhak pula untuk tidak percaya kepadamu.
Nah, sekarang. coba engkau memberi gambaran bagaimana rupa Kwee In Hong!"
"Itu mudah saja." jawab Yo Kang,
"Kwee In Hong berusia... sekitar dua puluh satu tahun, wajahnya cantik, wataknya... hemm, agak keras
dan pemberani seperti engkau."
"Ah, kalau cuma ngawur dan kira-kira begitu semua orang juga bisa. Katakan, siapa nama Ayah dan
Ibunya dan di mana tinggalnya."
"la puteri Paman Kwee Seng yang sudah meninggal dunia, dan Ibunya adalah Bibi Yo Cui Hwa. Dahulu
Ayah-Ibunya tinggal di Tiang-An, setelah Ayahnya tewas terbunuh gerombolan penjahat, Ibunya
melarikan diri bersamanya dan tinggal di dusun Hok-Te-Cung..."
"Hei! Bagaimana engkau bisa mengetahui itu semua? Apakah engkau bersahabat dengan Enci In Hong?"
"Bukan hanya bersahabat, Nona. Kwee In Hong itu adalah Adik misanku! Kalau engkau Adiknya,
mengapa engkau she Ong dan tidak tahu tentang diriku? Ketahuilah, Ibu dari In Hong adalah Bibiku, Adik
misan dari Ayahku. Ayahku bernama Yo Hang Tek dan Kakekku bernama Yo Tang. Kami tinggal di See-
Ciu. Nah, jelas bukan bahwa aku kenal baik Adik Kwee In Hong? Sekarang jelaskan bagaimana engkau
dapat mengatakan bahwa engkau ini Adiknya."
"Hemm, mendengar ceritamu agaknya engkau tidak berbohong, apalagi shemu (margamu) Yo, sama
dengan marga Ibuku. Ibuku adalah Yo Cui Hwa, akan tetapi Ayahku bukan Kwee Seng. Aku dan Enci In
Hong satu Ibu berlainan Ayah."
"Ah, kalau begitu setelah Paman Kwee Seng terbunuh penjahat, Bibi Yo Cui Hwa menikah lagi dengan
seorang pria she Ong? Mengapa Bibi Yo Cui Hwa tidak pernah bercerita tentang hal ini kepada kami?"
Kini mereka berdiam diri, tenggelam ke dalam lamunan masing-masing. Lalu Lian Hong berkata,
"Kalau begitu, yang mengajak Ibu pergi dari Hok-Te-Cung adalah engkau?"
"Benar, Nona... eh, Siauw-moi (Adik Perempuan). Aku mengajak Bibi Yo Cui Hong pindah ke See-Ciu dan
hidup bersama kami karena Kakek Yo Tang sakit-sakitan dan selalu menanyakan Bibi Cui Hwa. Engkau
juga mengetahui kepindahan Ibumu?" Lian Hong mengangguk. Kini ia merasa yakin bahwa Yo Kang ini
memang keponakan Ibunya, jadi masih Kakak misannya! la merasa terharu dan juga senang mempunyai
Kakak misan yang begini gagah perkasa.
"Sekitar dua tahun yang lalu aku tinggal berdua dengan Ibu di Hok-Te-Cung, Twako (Kakak Laki-laki).
Kemudian Suheng Ceng Seng Hwesio datang mengajak aku ke Siauw-Lim-Pai untuk memperdalam ilmu
silatku, langsung di bawah bimbingan Suhu Bu Kek Tianglo. Setelah engkau datang berkunjung ke Siauw-
Lim-Pai, Suhu lalu memberi tugas padaku untuk mewakili Siauw-Lim-Pai melakukan penyelidikan
tentang pembunuhan itu. Aku meninggalkan Siauw-Lim-Si (Kuil Siauw-Lim) dan yang pertama kulakukan:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 322
:: CerSil KhoPingHoo :
adalah mengunjungi lbu di Hok-Te-Cung. Akan tetapi ternyata Ibu tidak ada dan menurut seorang
tetangga, Ibu telah pergi pindah ke See-Ciu, dibawa keluarganya. Tetangga itu tidak tahu namanya,
hanya mengatakan bahwa yang mengajak Ibu pergi adalah seorang pemuda yang... tampan. Kiranya
engkau pemuda itu! Aku lalu meninggalkan Hok-Te-Cung dan hendak menyusul ke See-Ciu dan tadi
dalam perjalanan aku melihat engkau dikeroyok oleh dua Datuk Besar dan pasukan Mongol, maka aku
lalu membantumu. Kini aku bersukur bahwa yang kubantu ternyata adalah Kakak misanku sendiri!" Kini
pandang mata gadis itu berseri dan mulutnya tersenyum manis!
"Aku merasa bangga bahwa engkau adalah Adikku sendiri, Lian Hong! Siapa tidak akan berbangga hati
memiliki Adik misan yang begini cantik jelita, lihai dan menjadi utusan ketua Siauw-Lim-Pai! Mari,
Adikku, mari kita cepat ke See-ciu. Bibi Yo Cui Hwa tentu akan merasa girang sekali melihatmu!" Tiba-
tiba wajah Lian Hong yang tadinya berseri itu berubah muram. Alisnya berkerut dan ia tampak bersedih.
Terjadi pertentangan dalam pikirannya karena pada saat itu ia teringat akan keadaan dirinya. Memang,
ia mempunyai hubungan saudara dengan Yo Kang melalui Ibunya, akan tetapi Ayahnya...! Ayah
kandungnya adalah Ong Tiang Houw, orang yang membunuh Kwee Seng! Biarpun sekarang Ong Tiang
Houw sudah mati, namun keluarga Yo sudah pasti tidak suka melihat ia, puteri kandung orang yang dulu
membunuh Kwee Seng, suami pertama Ibunya!
Mungkin Ibunya dan juga In Hong merahasiakan hal yang memalukan ini, akan tetapi ia tidak bisa
menyimpan rahasia. Ia terlalu jujur untuk mengingkari keadaan dirinya yang sebenarnya. Sebelum
melanjutkan hubungannya dengan Yo Kang dan keluarga Yo sebagai keluarga, ia harus berterus terang
kepada Yo Kang. Tidak peduli apakah Yo Kang akan menganggapnya keturunan pembunuh dan
membencinya, hal yang akan amat menyakitkan hatinya. Akan tetapi tiba-tiba ia teringat. Kwee In Hong
sendiri, orang yang semestinya paling sakit hati dan membenci Ayah kandungnya yang membunuh Ayah
kandung In Hong, ternyata tidak membencinya bahkan sayang padanya! la mendapatkan keberanian
dan tanpa ragu lagi ia memutuskan untuk menceritakan keadaan dirinya kepada Yo Kang.
"Yo-Twako, agaknya Ibu dan Enci In Hong belum menceritakan tentang diriku kepadamu dan juga
kepada keluarga Yo di See-Ciu. Agaknya mereka berdua merahasiakannya untuk melindungi nama baik
Ibuku. Akan tetapi aku berpendapat lain. Aku harus membuka semua tabir rahasia itu agar semua
kenyataan dapat terlihat. Aku yakin engkau sebagai seorang pendekar yang membela kebenaran dan
keadilan akan dapat mengerti dan melihat bahwa Ibu kandungku tidak dapat disalahkan dalam hal ini."
"Lian Hong, aku percaya padamu, aku percaya bahwa engkau puteri kandung Bibi Yo Cui Hwa. Kalau
memang keadaanmu perlu dirahasiakan, maka tidak usah engkau menceritakannya padaku. Aku tidak
memaksamu."
"Tidak, Yo-Twako. Harus kuceritakan karena kalau tidak, akan selalu menjadi bahan kecurigaan dan
pergunjingan, terutama bagi keluarga Yo. Nah, ceritanya begini. Dahulu Ong Tiang Houw hidup bahagia
bersama Ayah-Ibunya, isterinya, dan seorang puteranya bernama Ong Teng San. Ong Tiang Houw ikut
berjuang menentang pemerintah penjajah, yaitu Kerajaan Goan. Ketika pada suatu hari dia pulang, dia
mendapatkan isterinya mati bunuh diri setelah dipaksa dan diperkosa oleh seorang hartawan jahat yang
sewenang-wenang. Ong Tiang Houw juga kehilangan Ayah-Ibunya yang meninggal dunia karena berduka
atas peristiwa itu. Puteranya, Ong Teng San yang ketika itu berusia enam tahun juga hilang. Ong Tiang
Houw hancur hatinya, dipenuhi dendam. Setelah dia dapat menemukan puteranya yang melarikan diri
ketakutan, dia lalu menyerbu rumah hartawan itu, membunuh Si Hartawan dan membakar gedungnya.
Sejak itu, Ong Tiang Houw lalu membentuk sebuah laskar rakyat yang disebut Kai-Sin-Tin, yang sebagai:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 323
:: CerSil KhoPingHoo :
pelampiasan dendamnya. Laskar rakyat itu membasmi para bangsawan dan hartawan yang menjadi
antek Kerajaan Mongol."
"Nanti dulu, Lian Hong. Bukankah Ong Tiang Houw pemimpin Kai-Sin-Tin itu murid mendiang Lo-
Cianpwe Bu Sek Tianglo yang terkenal gagah perkasa itu?"
"Memang benar dia orangnya, Twako. Pada, suatu hari, dia memimpin laskarnya menyerbu Tiang-An
dan di antara mereka yang menjadi korban serbuannya adalah Kwee Seng. Hartawan muda Kwee Seng
yang tidak berdosa ikut menjadi korban, terbunuh oleh Ong Tiang Houw sebagai akibat sikap banyak
hartawan dan bangsawan yang mau menjadi antek penjajah. Engkau tentu mendengar akan nasib
Hartawan Kwee Seng, isteri dan anaknya." Yo Kang mengangguk.
"Kami mendengar akan kematian Paman Kwee Seng dan Ayahku sudah mengurus dan mengubur
jenazahnya. Akan tetapi Bibi Yo Cui Hwa dan Adik In Hong yang melarikan diri tidak dapat kami
temukan." Dia berhenti sebentar lalu melanjutkan. "Baru setelah aku dewasa dan kebetulan bertemu
dengan In Hong, ia menceritakan pengalamannya. Ketika terjadi keributan, ia dilarikan Can Ma, seorang
pelayan pengasuh dan dibawa pergi. Kemudian Adik In Hong bertemu dengan Hek Moli dan menjadi
muridnya."
"Benar, aku juga sudah mendengar ceritanya. Tidak aneh kalau keluargamu tidak dapat menemukan
mereka. Enci In Hong dibawa pergi Hek Moli, sedangkan Nyonya Kwee Seng atau Yo Cui Hwa
diselamatkan Ong Tiang Houw."
"Hemm..." Yo Kang mengerutkan alisnya.
"Jangan salah sangka, Twako. Ayah kandungku, Ong Tiang Houw itu, sudah menebus kesalahannya
dengan penderitaan batin yang amat hebat! Ketika melihat Yo Cui Hwa, Ong Tiang Houw yang menduda
itu merasa kasihan, bahkan lalu jatuh cinta. Dia menyelamatkan Yo Cui Hwa dan membawanya pergi.
Akhirnya, wanita yang kehilangan suami, anak dan segala-galanya itu bersedia menjadi isteri Ong Tiang
Houw yang bersikap baik kepadanya. Tentu saja ia sama sekali tidak tahu bahwa laki-laki yang menjadi
suaminya itu adalah orang yang membunuh Kwee Seng, suami pertamanya. Mereka hidup bahagia dan
setahun setelah mereka menikah, lahirlah aku. Kami hidup bahagia, yaitu Ayah Ong Tiang Houw, Ibu Yo
Cui Hwa, Kakak Ong Teng San dan aku. San-Ko (Kakak San) amat sayang kepadaku seperti Adik sendiri.
Akan tetapi kebahagiaan keluarga kami itu hancur berantakan ketika aku berusia sembilan tahun. Ibuku
selalu memarahi Ayahku, menagih janji Ayah yang hendak menangkap pembunuh Kwee Seng dan
menemukan Enci In Hong. Kakak Ong Teng San yang amat mencinta Ibuku mengatakan bahwa dia yang
akan pergi mencari pembunuh Kwee Seng dan menemukan Enci In Hong. Dia akan membalaskan
kematian Kwee Seng dan menemukan Enci In Hong. Mendengar kesanggupan San-Ko untuk membunuh
orang yang membunuh Kwee Seng, Ayah tidak dapat menahan kegelisahannya dan dia pun mengaku
kepada Ibuku bahwa sesungguhnya dialah yang membunuh Kwee Seng. Mulailah kehancuran melanda
keluarga kami setelah Ayah mengucapkan kenyataan ini. Kakak Ong Teng San mengajak aku minggat
dari rumah dan menjadi murid Siauw-Lim-Pai. Ibuku membenci Ayahku dan tidak mau memaafkan
karena ia menganggap Ayahku menipunya. Ayahku lalu pergi dalam keadaan menderita tekanan batin
hebat sehingga dia merantau seperti orang gila, bahkan mengubah namanya menjadi Bu Jin Ai (Tidak
Ada Orang Mencintanya)."
Yo Kang merasa terharu. Dia dapat merasakan penderitaan empat orang itu! Bibinya, Yo Cui Hwa, jelas
merasa amat menderita, merasa malu dan berdosa karena ia menjadi isteri orang yang dulu membunuh:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 324
:: CerSil KhoPingHoo :
suaminya tercinta, walaupun hal itu ia lakukan di luar pengetahuannya. Pantas saja Bibinya itu
merahasiakan pernikahannya dengan Ong Tiang Houw. Tentu saja ia merasa malu kalau terdengar
orang, terutama terdengar keluarga Yo bahwa ia menikah dengan pembunuh suaminya! Dia juga merasa
iba kepada Ong Tiang Houw. Orang ini terkenal sebagai seorang pendekar yang menentang penjajah,
kemudian memusuhi para bangsawan dan hartawan yang kebanyakan tunduk kepada pemerintah
penjajah Mongol.
Dia membunuh Kwee Seng bukan karena kebencian atau permusuhan pribadi, melainkan sebagai akibat
perjuangannya itu. Kemudian dia menikahi bibinya yang sudah janda. Duda mengawini janda dan
dasarnya saling cinta. Dia kemudian secara jujur mengakui bahwa dialah pembunuh Kwee Seng.
Akibatnya kedua anaknya, Ong Teng San dan Ong Lian Hong, membencinya dan minggat. Isterinya juga
membencinya. Penderitaan batin ini membuat dia menjadi gila! Tentu saja dia juga merasa iba kepada
Ong Teng San dan Lian Hong. Dua bersaudara seAyah berlainan Ibu ini kehilangan kasih sayang Ayah dan
Ibu mereka.
"Siauw-moi, sekarang aku mengerti mengapa Bibi Yo Cui Hwa dan Adik Kwee In Hong merahasiakan hal
itu. Sungguh kasihan kalian berempat, menjadi permainan takdir. Teruskan ceritamu, Adikku, ceritamu
menarik sekali.
"Selama lima tahun aku berlatih di Siauw-Lim-Pai, ketika aku berusia empat belas tahun, Kakakku Ong
Teng San menyuruh aku pulang ke Hok-Te-Cung menemui Ibu, sedangkan dia sendiri pergi untuk
mencari Ayah dan Enci In Hong. Akan tetapi tidak lama aku tinggal di sana, datang Enci In Hong yang
membawa berita amat menyedihkan. Enci In Hong merasa heran melihat aku yang pernah ia temui
sebagai Adik-Kakak Ong Teng San berada di sana bersama Ibu. Kemudian Ibu mengaku bahwa aku
adalah anak kandungnya dari perkawinannya dengan Ong Tiang Houw, Ayah kandung Ong Teng San dari
Ibu pertama. Kemudian Ibu berterus terang bahwa baru beberapa tahun yang lalu Ibu mengetahui
bahwa yang menjadi suaminya yang ke dua adalah pembunuh Kwee Seng, suaminya yang pertama atau
Ayah kandung Enci In Hong! Enci In Hong terkejut bukan main dan ia sampai jatuh pingsan mengetahui
bahwa Ibu kandungnya menikah dengan pembunuh Ayahnya!"
"Ah, kasihan sekali In Hong!" Yo Kang berkata lirih. Sungguh merupakan sebuah keluarga yang bernasib
malang!
"Akan tetapi, ada berita yang lebih nimenyedihkan hatiku, Yo-Twako. Enci In Hong menceritakan bahwa
Ayah kandungku, Ong Tiang Houw telah mati dibunuh Kakak Ong Teng San sendiri!"
"Aih, mengapa seorang putera membunuh Ayah kandungnya sendiri?" seru Yo Kang heran.
"Enci In Hong tidak menceritakan sebabnya. Ia hanya bilang bahwa Ong Tiang Houw telah mati dibunuh
Ong Teng San, sedangkan Kakak Ong Teng San juga dibunuh oleh Enci In Hong. Ia hanya berkata
demikian, lalu meninggalkan kami. Tak lama kemudian, Suheng Ceng Seng Hwesio datang menjemputku
dan membawaku ke Siauw-Lim-Pai di mana selama dua tahun aku menerima gemblengan langsung dari
Suhu Bu Kek Tianglo. Nab, begitulah, Twako. Semua sudah kuceritakan sejujurnya karena kini aku tahu
bahwa engkau adalah Piauw-Ko dariku."
"Ah, Lian Hong Adik misanku yang baik. Ceritamu membuat aku merasa kasihan dan sedih. Akan tetapi
akhirnya aku menjadi senang melihat bahwa engkau selain Adik misanku, juga merupakan rekanku,
karena engkau mewakili Siauw-Lim-Pai seperti aku mewakili Bu-Tong-Pai untuk mencari dan menangkap
pembunuh itu. Sebagai Kakak dan Adik misan tentu kita dapat bekerja sama lebih baik!":: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 325
:: CerSil KhoPingHoo : :: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 326
:: CerSil KhoPingHoo :
"Aku juga girang sekali, Twako. Mudah-mudahan kita berdua dapat membongkar rahasia pembunuh
misterius ini sehingga nanti pada ulang tahun Siauw-Lim-Pai, Suhu Bu Kek Tianglo dapat terbebas dari
tanggung jawab dan sakit hati tiga perguruan besar Bu-Tong-Pai, Kun-Lun-Pai dan Go-Bi-Pai dapat
terbalas."
"Lian Hong, melihat betapa engkau marah sekali ketika tadi Wu Wi Thaisu mencurigai In Hong, membuat
aku berpikir bahwa mungkin sekali engkau tidak atau belum mengenal In Hong dengan baik."
"Ah, masa aku tidak mengenal enciku sendiri. Biarpun pertemuan antara kami hanya singkat dan
pendek, namun aku tahu dan kenal betul Enci In Hong. Ia seorang yang memiliki ilmu kepandaian yang
sangat tinggi, aku sayang dan amat kagum padanya, Twako."
"Aku juga... amat sayang padanya, Lian Hong, dan tentu saja aku tidak mau menyangka yang buruk-
buruk kepadanya. Bahkan terus terang saja aku... aku mencintanya! Akan tetapi bagaimanapun juga,
kita yang bertugas menyelidiki pembunuhan-pembunuhan itu, kita harus membuka mata melihat
kenyataan-kenyataan. Dugaan yang diucapkan Wu Wi Thaisu itu bukan sekadar fitnah, Lian Hong.
Memang harus kuakui bahwa setelah apa yang dilakukan In Hong dua tiga tahun yang lalu itu, cukup
kuat untuk membuat ia dicurigai sebagai pembunuh misterius itu."
"Perbuatan apakah yang dilakukan Enci In Hong, Yo-Twako? Yang kuketahui hanya bahwa ia pernah
mencoba untuk mencuri kitab I-Kin-Keng dari Kuil Siauw-Lim kukira dosanya itu tidak terlalu besar,
apalagi usahanya mencuri kitab itu tidak berhasil." Yo Kang menghela napas panjang.
"Mendiang Guru In Hong, yaitu suami-isteri Bhutan Koai-jin dan Hek Moli bermusuhan dengan Empat
Partai Persilatan Besar. Akhirnya Hek Moli tewas dikeroyok para Tosu Kun-Lun-Pai dan Go-Bi-Pai,
sedangkan Bhutan Koai-jin dibuntungi kaki tangannya oleh Bu Kek Tianglo dan para tokoh Bu-Tong-Pai.
Akan tetapi mereka berdua pun telah membunuh banyak tokoh Empat Partai Persilatan itu. Kemudian In
Hong membalaskan sakit hati Gurunya dan ia menyerbu Kun-Lun-Pai, membunuh tiga Kun-Lun Sam Lojin
dari Kun-Lun-Pai dan ia pernah mengacau Siauw-Lim-Pai untuk mencuri kitab. Maka, ketika terjadi
pembunuhan-pembunuhan terhadap orang-orang Bu-Tong-Pai, Kun-Lun-Pai, dan Go-Bi-Pai dengan
pelakunya menyamar sebagai murid Siauw-Lim-Pai, maka mudah saja orang menjatuhkan tuduhan
kepada In Hong." Lian Hong tertegun sebentar.
"Akan tetapi menurut keterangan pembunuh misterius itu kepalanya gundul dan pakaiannya seperti
seorang Hwesio."
"Wu Wi Thaisu berkata benar ketika mengatakan bahwa kepala gundul itu dapat dibuat dengan topeng
penutup kepala sehingga dalam cuaca gelap disangka gundul. Pembunuh itu belum tentu gundul benar
dan belum tentu seorang Hwesio. Jelas ada unsur mengadu domba dalam perkara ini. Si pembunuh
menghendaki agar Siauw-Lim-Pai diserbu dan dikeroyok tiga perguruan yang lain."
"Apakah engkau juga menyangka Enci In Hong pelakunya, Twako?" Yo Kang menggelengkan kepalanya.
"Tidak, Lian Hong. Aku mengenal In Hong terlalu baik sehingga aku tahu betul bahwa di balik semua
kekerasan dan keganasannya itu terdapat watak yang berbudi dan adiI. la seorang pendekar wanita
sejati, hanya berwatak agak liar karena ia terdidik oleh suami-isteri yang menjadi datuk sesat seperti


Bayangan Bidadari Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bhutan Koai-jin dan Hek Moli. Ingat saja betapa ia telah membunuh Ong Teng San itu, hal yang sungguh:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 327
:: CerSil KhoPingHoo :
amat mengherankan. Sekarang, mari kita lupakan dulu Adik Kwee In Hong dan kita coba selidiki, siapa
yang sekiranya patut dicurigai. Kita dapat saling mengemukakan pendapat kita untuk diperbandingkan."
"Baiklah, Twako. Pertama-tama ada seorang yang kucurigai. Dia seorang pemuda yang amat lihai dan
terus terang saja, sebetulnya melihat sikap dan penampilannya, aku tidak mencurigainya. Dia tidak
jahat, orangnya menarik walaupun sikapnya agak ugal-ugalan dan nakal. Ilmu silatnya juga tinggi sekali
karena dia adalah murid Thian Beng Siansu di Himalaya yang masih terhitung Sute (Adik Seperguruan)
dari Suhu Bu Kek Tianglo. Akan tetapi, yang terasa aneh dan mencurigakan, dia dengan sikap ugal-
ugalan, menyusup ke Siauw-Lim-Pai tanpa diketahui orang dan memaksa hendak bertemu Suhu yang
sedang bersamadhi. Dia bahkan berhasil melewati Ruangan Penguji Murid Ngo-Heng-Tin dan mampu
menandingi Ngo-Heng-Tin yang aseli. Kemudian dia disuruh nnenunggu sampai Suhu menghentikan
samadhinya. Ketika engkau datang ke Siauw-Lim-Pai, dia masih berada di kamar tamu, akan tetapi ketika
Suheng Ceng Seng Hwesio teringat kepadanya dan hendak membawanya menghadap Suhu, ternyata dia
telah hilang tanpa meninggalkan jejak!"
Gadis remaja ini tidak menceritakan betapa pemuda itu menyerah kepadanya, ia ikat dengan ujung
sabuknya namun dapat terlepas sendiri. Ia merasa malu karena di dalam hatinya, ia amat tertarik
kepada Si Han Lin.
"Hemm, siapakah pemuda itu, Lian Hong? Dan mengapa engkau mencurigainya?"
"Namanya Si Han Lin. Karena Gurunya, Thian Beng Siansu pernah meninggalkan Siauw-Lim-Pai, mungkin
saja dia merasa tidak suka atau mendendam kepada Siauw-Lim-Pai dan sengaja hendak merusak nama
baik Siauw-Lim-Pai. Aku yakin bahwa sebagai murid Thian Beng Siansu, Si Han Lin itu mahir ilmu-ilmu
silat tingkat tinggi dari Siauw-Lim-Pai. Dan mengingat bahwa pembunuh misterius itu menggunakan
ilmu-ilmu Siauw-Lim-Pai, maka timbul kecurigaanku kepadanya. Apalagi dia menghilang begitu saja dari
Siauw-Lim-Pai sebelum menghadap Suhu seperti yang dikehendakinya ketika dia menyusup ke sana." Yo
Kang mengangguk-angguk.
"Memang aneh sekali sikapnya itu. Pasti ada apa-apanya dan kita boleh memasukkan dia sebagai
seorang di antara mereka yang patut dicurigai sebagai pembunuh misterius. Masih adakah orang lain
lagi yang patut engkau curigai, Lian Hong?" Lian Hong mengingat-ingat.
"Menurut Suhu, tentu saja banyak orang yang termasuk golongan sesat menaruh dendam dan
memusuhi Siauw-Lim-Pai karena selamanya para murid Siauw-Lim-Pai menentang mereka yang suka
melakukan kejahatan. Akan tetapi tentu sukar untuk meneliti mereka satu demi satu karena di dunia ini
terdapat amat banyak orang jahat. Akan tetapi aku ingat, ada seorang yang patut dicurigai. Ia adalah
seorang wanita yang menurut pengakuannya berjuluk Ang Hwa Niocu, dan ia juga lihai bukan main.
Ketika aku berusia empat belas tahun dan turun gunung bersama Kakakku Ong Teng San yang
menyuruhku pulang menemani Ibu di Hok-Te-Cung, dalam perjalanan kami bertemu dengan wanita itu.
Ketika itu usianya sekitar dua puluh tiga tahun. la cantik dan sikapnya genit, di rambutnya terdapat
setangkai bunga merah, mungkin hiasan bunga itu yang membuat ia memakai julukan Ang Hwa Niocu
(Nona Bungan Merah). Ketika kami bertemu dengan wanita itu, ia dengan genit sekali menggoda
Kakakku Ong Teng San. Akan tetapi San-Ko tidak melayani bujuk rayunya, malah menegurnya. Akhirnya
ia menjadi marah dan ia menyerang kami. Kami melawan dan terjadi perkelahian seru. la amat lihai,
Twako. Dengan susah payah, setelah mengeroyoknya sampai puluhan jurus, barulah Ang Hwa Niocu
melarikan diri dan berjanji kelak akan membalas kekalahannya. Nah, aku menjadi curiga, karena:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 328
:: CerSil KhoPingHoo :
mungkin saja ia yang menjadi pembunuh misterius itu untuk merusak nama Siauw-Lim-Pai." Yo Kang
termenung.
"Hemm, ada kemungkinannya juga, walaupun amat lemah alasan itu. Sayang aku tidak pernah
mendengar namanya."
"Menurut keterangan mendiang Kakak Ong Teng San, ilmu silat Ang Hwa Niocu adalah ilmu silat dengan
dasar ilmu dari Kun-Lun-Pai. Tentu ia murid Kun-Lun-Pai yang sudah tinggi tingkat kepandaiannya dan
mungkin selama dua tahun lebih ini ia telah meningkatkan lagi ilmu silatnya."
"Hemm, ia murid Kun-Lun-Pai? Kalau begitu, memang ia patut dicurigai. Ketahuilah, Lian Hong, dulu
ketika aku melakukan perjalanan bersama In Hong, aku diserang secara menggelap oleh seseorang yang
menggunakan ilmu pukulan Pek-Kong-Ciang. Nyaris aku celaka namun In Hong yang terbangun dari tidur
membantuku. Penyerang melarikan diri dan karena malam itu gelap, kami tidak dapat mengejarnya.
Melihat ia menggunakan Pek-Kong-Ciang, ilmu andalan Kun-Lun-Pai, maka besar kemungkinan ia murid
Kun-Lun-Pai dan setelah mendengar ceritamu tentang Ang Hwa Niocu, maka wanita itu memang patut
kita curigai. Apa masih ada orang lain lagi yang kau curigai, Siauw-moi?" Gadis itu menggelengkan
kepala.
"Tidak ada lagi, Twako. Kalau engkau, bagaimana? Siapa yang kau curigai?"
"Tadi sudah kuceritakan tentang riwayat In Hong dan betapapun sedihnya perasaan hatiku, namun kita
harus berani menghadapi kenyataan, betapapun pahitnya. Kita terpaksa menempatkan In Hong dalam
daftar mereka yang tersangka. Maafkan aku, Lian Hong. la Kakak tirimu, akan tetapi ia juga Adik misanku
dan aku cinta padanya."
"Baiklah, Twako. Aku mengerti perasaanmu. Kita akan menyelidiki juga Enci In Hong, mudah-mudah
bukan ia pelakunya. Lalu siapa lagi yang kau curigai?"
"Ada seseorang yang kucurigai, akan tetapi sulit aku mencari sebab kecurigaanku itu karena dia sama
sekali tidak menunjukkan hal-hal yang patut untuk dicurigai. Namanya Gan Bouw dan dia baru saja
menjadi ketua Thian-Te-Pang di kaki Pegunungan Beng-San. Dia masih muda, sebaya dengan aku, akan
tetapi ilmu kepandaiannya sangat tinggi. Dia mengaku sebagai murid para Pendeta Lama di Tibet.
Sikapnya memang lembut, sopan dan manis tutur sapanya. Bahkan dia telah menolong aku dan Ceng
Seng Hwesio ketika kami berdua diserang oleh Tung Giam-Lo-Ong Si Raja Timur dan See Te-Tok Si Racun
Barat bersama belasan orang perajurit Mongol. Gan Bouw ini membantu kami, merobohkan beberapa
orang perajurit Mongol. Akhirnya setelah Gan Bouw datang membantu, dua orang Datuk Besar itu
melarikan diri bersama para perajurit Mongol. Setelah memperkenalkan diri, dia minta kepadaku untuk
menyampaikan perkenalan dirinya sebagai ketua Thian-Te-Pang yang baru kepada pimpinan Bu-Tong-
Pai dan minta kepada Ceng Seng Hwesio untuk melaporkan kepada pimpinan Siauw-Lim-Pai. Memang
dia bermaksud untuk mengunjungi Empat Partai Besar untuk memperkenalkan diri sebagai ketua Thian-
Te-Pang yang baru."
"Akan tetapi, aku tidak melihat sesuatu yang patut membuat dia dicurigai, Twako!"
"Memang benar, kenyataannya demikian. Akan tetapi entahlah, ada sesuatu dalam sikapnya, entah apa,
yang membuat aku tidak begitu percaya padanya. Sudahlah, kita dapat menyelidikinya nanti, kalau perlu
kita datang ke Thian-Te-Pang untuk mengenal dia lebih dekat. Sekarang orang lain yang patut dicurigai.:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 329
:: CerSil KhoPingHoo :
Sangat boleh jadi pembunuh misterius itu adalah Empat Datuk Besar yang jelas telah menjadi antek
Pemerintah Mongol. Mungkin saja mereka diperalat oleh Pemerintah Kerajaan Mongol untuk mengadu
domba Siauw-Lim-Pai dengan tiga partai persitatan yang lain karena Kerajaan Mongol tentu mengetahui
bahwa kita semua tidak suka dengan penjajahan mereka terhadap tanah air kita."
"Masih ada lagi, Twako?"
"Bagiku sudah tidak ada lagi yang patut dicurigai." Lian Hong termenung sebentar, lalu berkata.
"Kalau begitu, yang masuk daftar mereka yang tersangka, ada lima orang. Pertama, Enci In Hong, ke dua
Si Han Lin, ke tiga Gan Bouw, ke empat Ang Hwa Niocu, dan ke lima Empat Datuk Besar."
"Nah, kalau menurut engkau, siapa yang pantas kita selidiki dulu di antara mereka berlima? Siapa yang
paling mencurigakan?" tanya Yo Kang. Lian Hong menghela napas panjang.
"Sesungguhnya ini amat menyakitkan, Twako. Akan tetapi kita berdua harus saling bersikap jujur.
Betapapun menyakitkan, aku harus mengakui bahwa yang paling mencurigakan bagiku adalah.... Enci In
Hong!"
"Ahh....??"
"Yo-Twako, tadi sudah kuceritakan bahwa dua tahun yang lalu Enci In Hong pulang ke Hok-Te-Cung,
bertemu dengan Ibu dan aku. la pada waktu itu baru tahu dari kami bahwa Ibu telah menikah dengan
Ayah kandungku, Ong Tiang Houw yang dulu membunuh suami pertama Ibu, atau Ayah kandung Enci In
Hong. Kemudian Enci In Hong menceritakan bahwa Ayah kandungku dibunuh oleh Kakakku, Ong Teng
San dan San-Ko kemudian dibunuh olehnya. Nah, ceritanya itulah yang amat ganjil dan sukar dipercaya."
"Mengapa?"
"la hanya bilang bahwa San-Ko membunuh Ayah, kemudian ia membunuh San-Ko, tanpa memberitahu
mengapa kedua hal itu dapat terjadi! Rasanya tidak mungkin kalau Kakak Ong Teng San, murid Siauw-
Lim-Pai yang gagah perkasa dan halus budi itu membunuh Ayah kandungnya sendiri!"
"Jadi, kau pikir... bagaimana?"
"Maaf, Twako. Aku pun membenci pikiranku sendiri ini, akan tetapi rasanya, mengingat akan watak Enci
In Hong dan semua perbuatannya seperti yang kau ceritakan tadi, mengingat pula ia adalah murid
suami-isteri yang jahat seperti iblis, lebih masuk akal kalau ia membunuh Ayahku dan San-Ko sekaligus!
Dan agaknya tidaklah aneh kalau ia yang menjadi pembunuh misterius itu, walaupun di lubuk hatiku
merasa perih membayangkan hal ini karena sesungguhnya aku mengagumi dan menyayangnya." Yo
Kang termenung.
"Aku pun merasa sedih mendengar ceritamu, Lian Hong. Aku cinta padanya dan aku siap berkorban
diriku untuk membelanya,"
"Ah, semoga saja kecurigaan kita terhadapnya tidak benar. Sekarang, marilah kita ke See-Ciu. Aku yakin,
kalau In Hong mendengar pindah ke See-Ciu, ia pasti akan pergi mengunjungi ibunya ke sana." Dua
orang itu lalu melanjutkan jalanan mereka menuju ke See-Ciu. Ketika Lian Hong dan Yo Kang tiba di:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 330
:: CerSil KhoPingHoo :
rumah keluarga Yo di See-Ciu, mereka disambut dengan girang oleh Ayah-Ibu Yo Kang, yaitu Yo Hang Tek
dan isterinya, dan Yo Cui Hwa menyambut Lian Hong dengan rangkulan bahagia. Kakek Yo Tang ternyata
masih sakit-sakitan dan belum dapat turun dari pembaringan.
"Adik Ciu Hwa, siapakah gadis itu?" tanya Yo Hang Tek kepada Adiknya.
"Ia... ia adalah Anakku, Lian Hong namanya." Jawab Yo Cui Hwa dan dari suaranya yang gugup, Yo Kang
dapat menduga bahwa bibinya pasti belum bercerita kepada keluarga Yo tentang pernikahannya dengan
mendiang Ong Tiang Houw. Yo Hang Tek dan isterinya tampak terkejut dan heran.
"Akan tetapi... bukankah Anakmu hanya seorang, Kwee In Hong itu?" tanya Yo Hang Tek. Melihat
bibinya ragu untuk menjawab, Yo Kang cepat berkata kepada orang tuanya.
"Ayah, setelah Paman Kwee Seng tewas, Bibi Yo Cui Hwa terlunta-lunta dan terancam bahaya. Untung ia
ditolong oleh seorang she Ong dan kemudian Bibi menikah dengan penolongnya itu dan mempunyai
seorang anak, yaitu Adik Ong Lian Hong ini. Akan tetapi sekarang, Ayah Lian Hong sudah meninggal
dunia. Siauw-moi, ini adalah Ayah dan Ibuku!" Yo Kang memperkenalkan.
"Lian Hong, ini adalah Paman tuamu Yo Hang Tek dan Bibimu." Cui Hwa memberitahu puterinya,
suaranya terdengar lega karena dalam keadaan yang membingungkan itu Yo Kang telah menolongnya.
"Paman, Bibi, saya Ong Lian Hong memberi hormat." kata Lian Hong dengan sikap sopan. Nyonya Yo
Hang Tek memandang kepada Yo Cui Hwa dengan alis berkerut.
"Adik Cui Hwa, mengapa engkau tidak menceritakan kepada kami tentang pernikahanmu dengan orang
she Ong itu?"
"So-so (Kakak Ipar), sejak kecil Lian Hong berguru di Siauw-Lim-Pai, dan Ayah nya pun sudah lama
meninggal dunia, maka aku tidak menceritakan, apalagi Paman sedang menderita sakit. Aku khawatir
cerita itu hanya akan menamhah beban perasaan bagi Paman."
"Sudahlah, semua itu sudah terjadi. Aku maklum kalau engkau menikah lagi, Cui Hwa, karena ketika itu
engkau sebatang kara, apalagi terancam bahaya. Sayang suamimu itu sudah meninggal dunia. Sungguh
buruk nasibmu, dua kali menjadi janda karena keniatian suami. Ong Lian Hong ini adalah anakmu, maka
ia adalah keluarga kita, tiada bedanya dengan Kwee In Hong. Nanti saja perlahan-lahan kita ceritakan hal
itu kepada Ayah, setelah Ayah benar-benar sehat kembali agar jangan terkejut." Yo Cui Hwa lalu
menggandeng tangan Lian Hong, diajak masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Yo Kang diajak masuk
oleh Ayah-Ibunya menemui Yo Tang yang masih berbaring dalam kamarnya.
"Kong-kong...!" Yo Kang berlutut di depan pembaringan Kakeknya.
"Hemm, engkau baru pulang, Yo Kang? Engkau jangan pergi terlalu lama. Bantulah Ayahmu mengurus
perusahaan. Daripada Ayahmu memakai tenaga luar, memboroskan uang saja dan belum tentu orang
luar dapat dipercaya..." Kakek itu berhenti bicara karena kalau dia bicara terlalu banyak napasnya
menjadi terengah-engah.:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 331
:: CerSil KhoPingHoo :
"Tenangkan hatimu, Kong-kong. Saya akan membantu Ayah." kata Yo Kang dan Kakek itu mengangguk-
angguk. Sementara itu, setelah menutup daun pintu kamar, Cui Hwa merangkul puterinya dan
menangis.
"Ibu, mengapa Ibu menangis? Tidak senangkah Ibu melihat aku datang?"
"Ah, bukan begitu, Anakku. Aku merasa amat berbahagia melihat engkau datang, hanya tadi aku merasa
khawatir sekali ketika Kakak Hang Tek bertanya tentang engkau. Aku menangis justeru karena lega dan
bahagia. Eh, bagaimana Yo Kang dapat bercerita tentang Ayahmu?"
"Ibu, sebetulnya aku telah berterus terang kepada Yo-Twako tentang segalanya. Tentang Ayahku yang
dulu membunuh suami Ibu yang pertama dan bahwa Ibu menikah dengannya karena tidak tahu bahwa
Ong Tiang Houw adalah pembunuh Kwee Seng. Ibu, bahkan Yo-Twako tidak terlalu menyalahkan
mendiang Ayah setelah kuceritakan bahwa Ayah mendendam sakit hati mendalam terhadap para
bangsawan dan hartawan. Mendiang Ayah membunuh Kwee Seng bukan karena urusan pribadi dan
Ayah telah menderita demikian hebatnya akibat perbuatannya itu. Yo-Twako amat bijaksana, Ibu."
"Ya, Ibu tahu akan hal itu. Bahkan Ibu juga dapat menduga dari sikap dan kata-katanya kalau kami bicara
tentang In Hong, bahwa dia jatuh cinta kepada In Hong."
"Benar sekali, Ibu! Yo-Twako juga mengaku kepadaku bahwa dia mencinta Enci In Hong."
"Ah, semoga mereka dapat berjodoh." kata Yo Cui Hwa. Mereka lalu bercakap-cakap dan Lian Hong
menceritakan semua kejadian yang menggegerkan dunia persilatan, tentang pembunuhan-pembunuhan
yang dilakukan pembunuh misterius.
"Kebetulan sekali aku diutus Suhu Bu Kek Tianglo untuk mewakili Siauw-Lim-Pai melakukan
penyelidikan, mencari dan menangkap pembunuh misterius itu. Kebetulan Yo-Twako juga mewakili Bu-
Tong-Pai untuk menangkap pembunuh, maka kami dapat bekerja sama." Yo Cui Hwa memegang tangan
puterinya dan Lian Hong merasa betapa tangan ibunya dingin dan gemetar.
"Ah, Lian Hong, berhati-hatilah karena tugasmu itu berat sekali. Menghadapi pembunuh yang demikian
kejinya melakukan banyak pembunuhan! Aih, aku hanya mempunyai dua orang anak, keduanya wanita,
akan tetapi keduanya hidup sebagai pendekar-pendekar yang selalu berhadapan dengan bahaya!" Lian
Hong merangkul ibunya dan mengalihkan percakapan.
"Ibu, jangan khawatir. Aku telah mendapat bekal ilmu kepandaian yang cukup untuk membela diri. Ibu,
apakah Enci In Hong belum datang menjenguk Ibu di sini?" Yo Cui Hwa menghela napas panjang.
"Ah, itulah yang menyusahkan hatiku. Encimu sudah datang, belum lama ini, akan tetapi hatinya terlalu
keras sehingga baru tiga hari saja di sini ia sudah marah-marah dan tidak betah karena mendapat
omelan dari Kakekmu. la lalu pergi, tidak dapat ditahan lagi, tidak memberi tahu ke mana perginya,
hanya pamit kepadaku hendak merantau."
"Ibu, apakah Kakek Yo itu orangnya galak?"
"Yah, memang Kakekmu berwatak keras. Dahulu, Kakekmu hidup serba kekurangan, bahkan melarat
sekali. Akan tetapi karena dia amat rajin, ulet, dan hidupnya amat hemat bahkan condong pelit, maka:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 332
:: CerSil KhoPingHoo :
dia berhasil mengumpulkan kekayaan. Mungkin karena kepahitan hidup masa mudanya, maka dia takut
kalau jatuh miskin lagi. Maka dia memaksa seluruh keluarganya untuk bekerja dengan rajin dan tidak
membuang-buang uang. Maka dia dikenal sebagai orang yang pelit dan keras hati, suka mengomel kalau
melihat anggauta keluarga menganggur."
"Pantas saja Enci In Hong tidak tahan tinggal di sini lebih lama. Aku sendiri pun tidak suka kalau
diperintah dan dipaksa harus bekerja keras seperti seorang budak."
"Jangan khawatir, Lian Hong. Kakekmu sekarang sakit-sakitan sehingga hampir tidak pernah keluar dari
kamarnya, hanya tiduran saja. Perusahaan dipimpin oleh Paman tuamu."
"Aku juga tidak akan lama tinggal di sini, Ibu."
"Aih, mengapa begitu?"
"Apakah Ibu lupa? Tadi sudah kuceritakan bahwa aku dan Yo-Twako mengemban tugas sebagai wakil
dari Partai Persilatan kami masing-masing untuk menyelidiki dan mencari pembunuh misterius itu.
Karena kami hanya mempunyai waktu terbatas, yaitu sampai sekitar dua setengah bulan lagi, gagal atau
berhasil harus kembali ke Siauw-Lim-Pai, maka kami tidak dapat lama tinggal di sini." Yo Cui Hwa
menghela napas panjang.
"Ahh, nasib. Anakku hanya dua orang akan tetapi tidak dapat lama tinggal bersamaku. Akan tetapi aku
rela, Lian Hong, hanya aku minta agar engkau berhati-hati menjaga dirimu. Aku hanya dapat berdoa di
sini semoga engkau selalu dilindungi Thian dan melangkah di atas jalan kebenaran."
Setelah tiga hari berada di rumah keluarga Yo, Lian Hong dan Yo Kang melanjutkan perjalanan untuk
melanjutkan penyelidikan mereka. Keduanya sudah sepakat untuk lebih dulu menyelidiki keadaan Gan
Bouw yang menjadi ketua Thian-Te-Pang di kaki Beng-San atas usul Yo Kang yang merasa curiga dan
tidak suka kepada ketua Thian-Te-Pang itu. Mereka melakukan perjalanan dengan menunggang kuda
karena mereka harus bergerak cepat agar dapat menangkap atau setidaknya mengetahui siapa
sesungguhnya pembunuh misterius itu. Ketika Yo Kang dan Lian Hong sudah keluar dari See-Ciu dengan
menunggang kuda, tiba-tiba Yo Kang memberi isarat kepada Lian Hong agar menghentikan kudanya.
"Ada apakah, Twako?"
"Siauw-moi, kupikir kalau kita pergi berdua, maka penyelidikian kita akan lambat sekali dan mungkin
tidak akan sempat menyelidiki lima tersangka itu sebelum hari ulang tahun Siauw-Lim-Pai tiba.
Sebaiknya kalau kita berpencar, setelah tiba di Beng-San. Engkau mencari Adik Kwee In Hong yang
hendak mengunjungi Hek I Kaipang. Di sana engkau dapat minta keterangan kepada ketua Hek I
Kaipang, mungkin dia mengetahui ke mana perginya In Hong. Sedangkan aku akan menyelidiki Gan
Bouw di Thian-Te-Pang. Hek I Kaipang berada di lereng Pegunungan Beng-San, sebelah timur sedangkan
Thian-Te-Pang berada di kaki pegunungan itu, sebelah barat."
"Baiklah, Twako. Usulmu itu baik sekali." Mereka melanjutkan perjalanan dengan cepat. Beberapa hari
kemudian mereka tiba di kaki Pegunungan Beng-San dan dari situ mereka berpencar,
Berjanji untuk bertemu kembali di tempat perpisahan itu setelah masing-masing menyelesaikan tugas
menyelidiki kedua perkumpulan itu. Mereka menitipkan kuda mereka kepada seorang petani di dusun:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 333
:: CerSil KhoPingHoo :
yang menjadi tempat mereka berpisah, lalu melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Mereka berpisah,
Yo Kang menuju ke Thian-Te-Pang yang berada di kaki pegunungan sebelah barat, sedangkan Lian Hong
menuju ke timur, mendaki lereng gunung, menuju perkampungan Hek I Kaipang. Baru saja ia mendaki
lereng terbawah, tiba-tiba dari tempat yang agak tinggi itu ia melihat dua orang sedang berjalan di kaki
gunung dan mereka agaknya juga hendak mendaki lereng. Cepat ia menyelinap ketika ia mengenal dua
orang itu. Seorang pemuda tampan dan seorang gadis cantik yang bukan lain adalah Si Han Lin dan Ang
Hwa Niocu!
la masih ingat wajah Ang Hwa Niocu yang cantik dan setangkai bunga merah menghias rambutnya.
Mereka berjalan berdampingan sambil bercakap-cakap dan tertawa-tawa, tampak demikian gembira
dan akrab. Tiba-tiba saja Lian Hong merasa dadanya panas! Entah mengapa, ia sendiri tidak tahu dan
tidak menyadari, akan tetapi ia merasa tidak enak sekali melihat kedua orang itu bergaul demikian
akrabnya. Kecurigaannya kepada Si Han Lin semakin kuat, bahkan kini ia hampir yakin bahwa si
pembunuh misterius itu pasti Si Han Lin, dan Ang Hwa Niocu adalah pembantunya! Maka, dengan dada
dan muka terasa panas, ketika dua orang itu tiba dekat, ia melompat keluar ke depan mereka. Sinar
mata Lian Hong mencorong ketika ia menatap kedua orang itu. Dua orang di antara mereka yang
dicurigai sebagai pelaku pembunuhan misterius! Tak salah lagi, agaknya dua orang tersangka ini bekerja
sama!
"Nona Ong Lian Hong...!" Han Lin berseru sambil tersenyum gembira ketika melihat munculnya gadis
yang pernah dia jumpai di taman Kuil Siauw-Lim-Si itu, gadis yang pernah mengikat kedua pergelangan
tangannya dengan ujung sabuknya!


Bayangan Bidadari Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagus, kalian kedua manusia busuk bertemu dengan aku! Bersiaplah untuk menyerah atau mati...!"
Lian Hong mencabut sepasang pedangnya, siap menyerang mereka.
"Aih, bukankah Adik manis ini Adik dari Ong Teng San yang dua tahun lalu berjumpa denganku?" Wanita
cantik itu berseru.
"Huh, kalian adalah orang-orang jahat tak tahu malu. Kiranya kalian inilah yang menjadi pelaku
pembunuhan-pembunuhan terhadap para murid Bu-Tong-Pai, Kun-Lun-Pai dan Go-Bi-Pai, dan
menyamar sebagai orang Siauw-Lim-Pai untuk mengadu domba!"
"Eiit! Nanti dulu, Nona Ong! Jangan sembarangan menuduh!" Han Lin berseru.
"Aku tidak menuduh sembarangan! Engkau datang ke Siauw-Lim-Pai, membikin ribut dan katanya
hendak menghadap Suhu Bu Kek Tianglo lalu tiba-tiba menghilang! Kiranya engkau hanya ingin
menyelidiki keadaan Siauw-Lim-Pai, bukan? Dan perempuan ini, ia dulu menggoda Kakakku dan kini
bergaul akrab denganmu. Mudah saja diduga, kalian yang berkomplot untuk memburukkan nama
Siauw-Lim-Pai dengan semua pembunuh itu! Haiiiittt...!" Tanpa memberi kesempatan untuk menjawab
tuduhannya, Lian Hong sudah menerjang maju dan menyerang dengan Lo-Hai Siang-Kiam (Sepasang
Pedang Pengacau Lautan).
"Sing-sing...!" Han Lin terkejut bukan main. Serangan sepasang pedang itu memang dahsyat sekali,
bagaikan dua kilat halilintar menyambar. Dia harus bergerak cepat ke belakang untuk menghindarkan
diri dari sambaran sepasang pedang itu.
"Nanti dulu, Nona":: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 334
:: CerSil KhoPingHoo : :: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 335
:: CerSil KhoPingHoo :
"Tidak usah banyak cakap dan mampuslah!" Lian Hong membentak dan menyerang Iebih hebat lagi.
Pedang di kedua tangannya itu menjadi dua gulungan sinar yang menyambar-nyambar ganas. Han Lin
mengelak, berloncatan ke sana sini untuk mengelak dari semua serangan itu. Dia harus mengerahkan
seluruh ginkang (ilmu meringankan tubuh) untuk dapat menghindarkan diri. Beberapa kali dia berseru
agar Lian Hong mendengar kata-katanya, namun Lian Hong yang sudah yakin berhadapan dengan
pembunuh misterius, atau juga karena hatinya panas melihat keakraban antara Han Lin dan Ang Hwa
Niocu, tidak menghiraukan dan memperhebat serangannya.
Ia hanya merasa heran mengapa pemuda itu sama sekali tidak membalas serangannya, hanya
mengandalkan keringanan tubuh dan kelincahannya untuk selalu mengelak. Ia merasa penasaran sekali.
Bagaimana mungkin ia yang mainkan jurus-jurus terampuh dari Lo-Hai Siang-Kiam itu sampai hampir
tiga puluh jurus belum juga dapat mengenai tubuh lawannya? Ini memalukan sekali, dapat menimbulkan
kesan seolah-olah ilmu pedangnya itu tingkatnya rendah saja! Karena penasaran, ia menyimpan pedang
kirinya dan menyerang dengan pedang kanan secara bertubi-tubi, kemudian tiba-tiba tangan kirinya
memukul dengan ilmu silat Tat-Mo Sin-Kun dengan pengerahan tenaga sakti I-Kin-Keng.
"Syuutt... dessss...!!" Pukulan dengan telapak tangan kiri itu mengenai dada Han Lin dan pemuda itu
terjengkang roboh dan tidak bergerak lagi. Pingsan!
"Gadis tak tahu diri, kejam dan tidak mengenal budi! Tak tahukah engkau, atau pura-pura tidak tahu
bahwa Si Han Lin sengaja mengalah padamu? Kalau dia melawan, engkau tidak akan mampu
mengalahkannya! Engkau seperti buta, tidak melihat betapa dia mencintamu!" Ang Hwa Niocu
membentak dengan marah.
"Bohong...!" Lian Hong berseru.
"Dia sendiri yang bercerita kepadaku bahwa dia mencinta seorang gadis murid Siauw-Lim-Pai yang
namanya Ong Lian Hong. Dia mencintamu seperti juga aku mencinta Ong Teng San, Kakakmu! Kalian,
Ong Teng San dan engkau, merupakan orang-orang yang tidak tahu dicinta orang, malah membalas
dengan kejam! Katakan di mana Teng San sekarang, aku mau melaporkan kekejamanmu terhadap Si Han
Lin." Lian Hong tertegun mendengar ucapan Ang Hwa Niocu sehingga seperti orang bingung ia berkata,
"Kakak Ong Teng San telah meninggal dunia."
"Ahh! Apa...?" Wajah Ang Hwa Niocu pucat sekali, matanya terbelalak, lalu ia tersedu-sedu,
menutupkan kedua tangan depan mukanya lalu ia berlari pergi sambil menangis dan terdengar
keluhnya.
"Dia mati... ohh, dia mati...!" Melihat ini, Lian Hong tertegun dan menjadi bingung. Ia memandang
kepada Si Han Lin yang tergeletak di atas tanah, telentang dan wajahnya yang tampan itu tampak pucat,
pernapasannya lemah sekali hampir tidak kentara, seperti orang mati! Tiba-tiba ia merasa khawatir.
Benarkah ia telah salah sangka? Benarkah pemuda itu mencintanya? Ia membunuh orang yang tidak
berdosa dan bahkan yang mencintanya? Tubuhnya gemetar, lalu tanpa ia ketahui mengapa, tanpa
disadarinya, ia melangkah maju sambil menyimpan pedangnya, kakinya lemas dan ia berlutut di dekat
Han Lin.
Dirabanya dada pemuda itu dan ia merasa agak lega. Pemuda itu tidak mati dan ternyata pukulannya
yang hebat tadi tidak merusak isi dadanya, hanya menimbulkan guncangan yang membuat pemuda itu:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 336
:: CerSil KhoPingHoo :
pingsan. Ini menunjukkan bahwa pemuda itu memiliki tenaga sinkang yang amat kuat sehingga mampu
menahan gempuran pukulan dengan tenaga I-Kin-Keng. Ilmu-ilmu dari Ta Mo Couwsu adalah ilmu yang
bersih, yang sifatnya sebetulnya hanya untuk bertahan dan membela diri, karena itu ilmu Siauw-Lim-Pai
tidak mengandung unsur membunuh, hanya mengalahkan atau merobohkan lawan. Entah mengapa,
melihat wajah yang tampan gagah, manis dengan kulit agak gelap itu, Lian Hong merasa iba yang
mendalam mengusik hatinya.
Pemuda seperti ini tidak mungkin jahat, demikian suara hatinya, walaupun kalau tidak sedang pingsan,
sikapnya agak ugal-ugalan dan suka berkelakar. Dengan jari-jari tangan gemetar, Lian Hong membuka
kancing baju pemuda itu sehingga dadanya tampak telanjang. Ada bekas telapak tangannya membiru di
dada yang bidang itu. Ia lalu menempelkan dua telapak tangannya ke dada Han Lin sambil duduk bersila,
lalu mengerahkan tenaga I-Kin-Keng dengan lembut untuk memulihkan guncangan pukulannya tadi.
Cukup lama ia berusaha memulihkan kesehatan Han Lin, sampai akhirnya ia merasa betapa pernapasan
pemuda itu mulai panjang dan normal, juga wajahnya tidak pucat lagi, tanda telapak hitam di dadanya
juga menghilang. Akan tetapi pemuda itu tetap memejamkan kedua mata, masih pingsan! Lian Hong
mulai khawatir, apalagi ketika tiba-tiba pemuda itu mengeluh
"Aduhh...!" dan pernapasannya terhenti! Pemuda itu mendadak menjadi pucat dan ketika ia memeriksa
denyut nadinya, tidak ada denyut, juga urat di lehernya tidak berdenyut, seolah jantungnya berhenti
bekerja! Pemuda itu mati! Lian Hong kebingungan.
Jari-jari tangannya meraba sana sini, mengurut sana-sini dan melihat pemuda itu sama sekali tidak
bernapas, ia teringat akan pelajaran untuk membantu pernapasan kepada seorang yang paru-parunya
sudah tidak berjalan. Pertolongan terakhir untuk mencegah paru-paru itu terhenti sama sekali sehingga
orangnya pasti akan mati! Ia melupakan segalanya, mengangkat leher pemuda itu sehingga kepalanya
terkulai ke belakang, kemudian tanpa ragu lagi ia menggunakan tangan kiri menutup hidung pemuda itu
dan menempelkan mulutnya pada mulut Han Lin yang ia ngangakan lalu meniup sekuatnya! Dada itu
bergerak menggembung ketika ia meniup, akan tetapi ketika ia melepaskan mulutnya, hawa itu keluar
lagi dan dada mengempis lagi, tetap tidak bernapas. Ia mengulang sampai lima kali dan jari-jari
tangannya menotok jalan-jalan darah terpenting.
"Hai... ih-ih... geli...!" tiba-tiba Si Han Lin terkekeh dan membuka matanya.
"Ihh...??" Lian Hong melompat ke belakang dan bangkit berdiri, memandang kepada pemuda itu dengan
mata terbelalak.
"Kau... kau... tidak apa-apa?" Han Lin bangkit duduk dan memandang gadis itu sambil tersenyum
gembira.
"Aku sekarang sehat dan selamat!" Wajah Lian Hong berubah merah dan matanya bersinar marah.
"Kau... kau... tadi hanya pura-pura pingsan...?!"
"Aih, siapa pura-pura, Nona. Pukulanmu tadi dahsyat bukan main, kalau aku dapat hidup sampai
sekarang, itu hanya berkat pertolonganmu. Engkau adalah bidadari penyelamat nyawaku, Nona." Lian
Hong mencengkeram lengan kanan pemuda itu dan membentak dengan galak.:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 337
:: CerSil KhoPingHoo :
"Hayo mengaku, apakah engkau sadar dan mengetahui ketika aku... mengobatimu tadi?!?" Han Lin
menyeringai kesakitan.
"Aduh, jangan hancurkan lenganku, Nona. Bagaimana aku dapat mengetahui? Aku tadi terpukul olehmu
dan tidak ingat apa-apa lagi, semua gelap gulita bagiku. Agaknya aku tadi sudah dalam perjalanan
menuju ke... sorga ketika tiba-tiba aku merasa dadaku geli seperti digelitik. Aku membuka mata dan
melihat engkau menotok dan mengurut dadaku yang sudah tidak berbaju lagi." Lian Hong melepaskan
cengkeramannya.
"Jadi engkau tidak melihat ketika aku... eh, mengobatimu tadi?" Han Lin tersenyum.
"Aih, bagaimana aku dapat melihat? Kedua mataku terpejam, tidak melihat apa-apa, hanya gelap gulita
dan aku sedang melayang ke arah sorga!"
"Huh, manusia seperti engkau ini mana mungkin kalau mati ke sorga? Paling-paling ke neraka yang
paling bawah!" kata Lian Hong cemberut. Han Lin membelalakkan matanya.
"Wah, jangan begitu, Nona! Apa sih dosaku maka aku harus ke neraka?"
"Hemm, engkau orang tidak mengenal budi! Susah payah aku menyelamatkan nyawamu dan apa
balasannya? Engkau malah bicara main-main denganku. Huh, menyebalkan!" Mendengar ini, Han Lin
cepat menyambar bajunya, memakainya lalu bangkit berdiri dan mengangkat kedua tangan depan dada,
membungkuk sampai dalam sekali kepada Lian Hong dan berkata dengan suara bernada serius.
"Ah, sungguh aku manusia tak tahu diri, tak mengenal budi. Nona Ong Lian Hong, aku Si Han Lin
menghaturkan banyak terima kasih atas pertolongamu yang telah menyelamatkan nyawaku dari
cengkeraman maut. Budi kebaikanmu itu akan kujunjung tinggi selamanya, tidak akan pernah kulupakan
sepanjang hidupku!" Kemarahan Lian Hong mereda. Hatinya merasa lega karena agaknya pemuda itu
tadi benar-benar dalam keadaan pingsan ketika ia terpaksa meniupkan napas dari mulut ke mulut untuk
membantu paru-paru pemuda itu bekerja kembali. Kalau ada orang mengetahuinya, atau kalau pemuda
itu mengetahuinya, alangkah akan malunya.
"Sudahlah, jangan berlebihan. Aku tidak menolongmu, melainkan menebus kesalahanku karena aku
yang memukulmu sehingga engkau jatuh pingsan dan hampir mati."
"Akan tetapi aku masih tidak mengerti, Nona Ong Lian Hong...."
"Engkau mengenal namaku?"
"Tentu saja, ketika berada di Siauw-Lim-Pai aku bertanya-tanya. Aku tidak mengerti mengapa engkau
begitu benci kepada aku dan kepada Ang Hwa Niocu? Apakah kesalahanku dan Suciku (Kakak
Perempuan Seperguruanku)?"
"Apa? la itu Suci mu?" Hong heran. "Benar, ia lebih dulu menjadi murid Suhu Thian Beng Siansu di
Himalaya. Ketika aku diterima menjadi murid. Suhu, ia sudah berada di sana. Kemudian la pergi ke Kun-
Lun-San dan menjadi murid Siang-Te Lokai yang mengajarnya secara sembunyi karena Kakek aneh itu
tidak mau ada orang lain mengetahui bahwa ia mempunyai murid seorang puteri Bhutan.":: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 338
:: CerSil KhoPingHoo :
"Ahh? Jadi Ang Hwa Niocu itu puteri Bhutan?"
"Benar, Nona. la adalah Puteri Naromi, puteri dari Raja Bhutan, dan ia seperti Kakakku sendiri." Lian
Hong baru mengerti mengapa pemuda itu tampak akrab sekali dengan Ang Hwa Niocu. Kiranya mereka
adalah Kakak-Adik seperguruan!
"Hemm terus terang saja aku tadi menyerang kalian karena aku mencurigai kalian sebagai pembunuh-
pembunuh misterius yang sedang kuselidiki dan kucari!"
"Ah, pembunuh yang membunuhi orang-orang Bu-Tong-Pai, Kun-Lun-Pai, Go-Bi-Pai dan yang lain-lain
itu?"
"Engkau sudah tahu?"
"Tentu saja, siapa yang tidak tahu? Peristiwa yang menggegerkan dunia kang-ouw itu sudah tersiar luas.
Tapi, sungguh aneh sekali. Mengapa engkau menuduh aku dan Ang Hwa Niocu yang melakukan
pembunuhan-pembunuhan itu, Nona?"
"Hemm, pembunuh misterius itu menyamar sebagai orang Siauw-Lim-Pai dan membunuh dengan
menggunakan ilmu-ilmu Siauw-Lim-Pai. Engkau adalah murid Thian Beng Siansu yang masih sute dari
Suhu Bu Kek Tianglo, tentu engkau menguasai ilmu-ilmu Siauw-Lim-Pai pula. Dan sikapmu
mencurigakan, engkau datang ke Siauw-Lim-Pai, membuat kacau dan sebelum bertemu dengan Suhu,
engkau menghilang begitu saja! Dan aku mencurigai Ang Hwa Niocu karena dulu pernah ia mencoba
untuk merayu Kakakku, lalu aku melihat ia bersamamu!"
"Wah, engkau salah sangka sama sekali, Nona. Kecurigaanmu itu dapat dijelaskan. Kalau aku dulu
meninggalkan Siauw-Lim-Pai tanpa diketahui orang, karena aku tidak suka melihat sikap para Hwesio di
Siauw-Lim-Pai begitu keras dan galak. Nah, kecurigaanmu kepadaku tidak betul, bukan? Dan
kecurigaanmu kepada Ang Hwa Niocu juga tidak tepat, Nona. Suciku telah menceritakan perasaannya
terhadap Ong Teng San, Kakakmu. Suci Ang Hwa Niocu benar-benar jatuh cinta kepada Kakakmu itu.
Ketahuilah, bagi seorang gadis Bhutan, apalagi ia seorang puteri, bukan merupakan hal aneh kalau
seorang gadis menyatakan cintanya kepada seorang pemuda secara terbuka dan terang-terangan, bukan
seperti gadis bangsa kita yang malu-malu tapi mau! Ang Hwa Niocu benar-benar mencinta Kakakmu
dengan sungguh-sungguh, bahkan sampai sekarang ia masih mencintai Ong Teng San. Baru saja ia
mengatakannya kepadaku. Eh, baru aku ingat... ke mana perginya?" Diam-diam Lian Hong merasa
terharu. Ia menghela napas panjang, lalu menjawab.
"Ia... ia tadi melarikan diri sambil menangis..."
"Eh? la melarikan diri? Sambil menangis pula? Aneh sekali. Tidak biasa ia melarikan diri, apalagi sampai
menangis."
"Aku ceritakan kepadanya bahwa Kakak Ong Teng San telah meninggal dunia."
"Ah, kasihan Suci...!" Han Lin berkata dan Lian Hong ikut merasa iba kepada Puteri Bhutan itu. Kemudian
ia teringat akan kata-kata Ang Hwa Niocu setelah ia memukul pingsan Han Lin tadi bahwa pemuda itu
sengaja mengalah kepadanya karena pemuda itu mengaku kepada Sucinya bahwa dia mencintanya! Dan:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 339
:: CerSil KhoPingHoo :
kini ia teringat betapa tadi memang Han Lin sama sekali tidak pernah membalas serangannya. Padahal ia
tahu benar betapa lihainya pemuda itu ketika dulu berkunjung ke Siauw-Lim-Pai!
"Ahhhh..." Ia mengeluh.
"Kenapa, Nona?"
"Ti... tidak apa-a... aku hanya merasa menyesal telah salah sangka terhadap Ang Hwa Niocu..."
"Dan kepadaku, bagaimana, Nona?"
"Kepadamu juga... ah, aku tidak tahu...!"
"Nona Ong Lian Hong, aku berterima kasih sekali akan kebaikan hatimu. Engkau seorang gadis yang
amat mulia, dan aku akan merasa bahagia sekali kalau kita dapat... bersahabat!"
"Aku... aku tidak tahu, aku harus melaksanakan tugasku. Sudah, aku akan melanjutkan penyelidikanku
ke perkampungan Hek I Kaipang!"
"Biar aku ikut dan membantumu!"
"Tidak jangan! Aku akan menyelidiki sendiri..."
"Tunggu! Nona, bolehkah aku menyebutmu Adik?" Lian Hong menahan langkahnya.
"Hemm... boleh saja. Mengapa tidak?"
"Terima kasih, Adik Ong Lian Hong, terima kasih! Sekarang perkenankan Kakakmu ini membantu
Adiknya melakukan penyelidikan!"
"Kalau itu, tidak, Si Twako (Kakak Si). Aku harus menaati perintah Suhu. Selamat tinggal!" Setelah
berkata demikian, Lian Hong meloncat jauh ke depan lalu berlari cepat. Hatinya tidak karuan rasanya,
bimbang dan senang bercampur aduk. la senang telah berbaik dengan pemuda yang sejak pertemuan di
Siauw-Lim-Pai telah menarik hatinya, akan tetapi juga bimbang. Apakah Si Han Lin hanya berpura-pura?
Benarkah pemuda itu mencintanya seperti yang dikatakan Ang Hwa Niocu? Memang hal itu telah
dibuktikan dengan mengalah terhadapnya, bahkan membiarkan dirinya terpukul dan terluka sampai
pingsan. Akan tetapi ia harus berhati-hati karena selama pembunuh misterius itu belum dipegang, ia
harus meragukan semua orang yang sekiranya mampu melakukan pembunuhan itu!
Yo Kang menuju ke perkampungan Thian-Te-Pang. Dia berpikir tentang Gan Bouw atau Gan Pangcu,
ketua Thian-Te-Pang yang baru. Seorang pemuda yang lihai sekali. Dia mengenang dan membayangkan
semua yang dia alami ketika bertemu Gan Bouw. Ketika itu, dia sedang berkunjung ke Siauw-Lim-Pai
bertemu dengan Ceng Seng Hwesio. Keduanya menuju Siauw-Lim-Pai dan di tengah jalan mereka
dihadang oleh Tung Giam-Lo-Ong dan See Te-Tok yang membawa pasukan Mongol.
Mereka berdua terancam bahaya maut dan muncullah Gan Bouw membantu mereka sehingga dua
orang Datuk Besar dan pasukannya dapat diusir pergi. Gan Bouw bercerita bahwa sebagai ketua baru
Thian-Te-Pang dia hendak memperkenalkan diri kepada para pimpinan Siauw-Lim-Pai dan partai-partai:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 340
:: CerSil KhoPingHoo :
lain, akan tetapi setelah bertemu dengan Ceng Seng Hwesio dan Yo Kang, dia tidak jadi menghadap Bu
Kek Tianglo dan ketua Bu-Tong-Pai, hanya minta kepada Ceng Seng Hwesio dan Yo Kang untuk
menyampaikan kepada ketua masing-masing. Kemudian dia mendengar pula dari Wu Wi Thaisu bahwa
dua orang tokoh Kun-Lun-Pai dan Go-Bi-Pai, yaitu Im Yang Siang Tojin dan Wu Wi Thaisu, juga diserang
oleh dua orang Datuk Besar yang lain, yaitu Pak Lo-kui dan Lam Sian, juga dibantu pasukan Mongol.
Dan kembali muncul Gan Bouw secara tak diduga-duga dan pemuda ini membantu mereka mengusir
dua orang Datuk Besar dan pasukan Mongol! Sungguh luar biasa! Apakah ini hanya kebetulan saja,
ataukah memang sudah diatur? Kecurigaannya terhadap Gan Bouw semakin kuat dan dia mempercepat
larinya menuju perkampungan Thian-Te-Pang. Akan tetapi ketika dia tiba di depan perkampungan Thian-
Te-Pang, dia berhenti dan terbelalak memandang ke arah perkampungan itu. Di depan pintu gerbang itu
masih tergantung papan dengan tulisan "THIAN TE PANG", akan tetapi hanya pintu gerbang dan papan
nama itu yang masih utuh. Di sebelah dalam, perkampungan itu telah menjadi puing, bekas terbakar
habis! Bahkan di sana-sini masih ada asap mengepul dari tumpukan puing dan abu. Ini menandakan
bahwa pembakaran perkampungan itu terjadi belum lama. Mungkin baru kemarin!
Yo Kang menoleh ke kanan kiri dan tak jauh dari situ dia melihat sebuah bangunan kecil terbuat dari
kayu bambu, agak merupakan bangunan darurat yang baru saja dibangun. Cepat ia berlari menghampiri
rumah itu. Begitu dia tiba di depan rumah itu, empat sosok bayangan berkelebat keluar dari dalam
bangunan itu. Mereka adalah empat orang yang bertubuh tinggi besar dan dari gerakan mereka tahulah
Yo Kang bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki ilmu silat tinggi. Empat orang itu menghadapi
Yo Kang dengan pandang mata penuh selidik. Akan tetapi agaknya mereka lebih tenang ketika melihat
bahwa Yo Kang datang seorang diri dan sikapnya tidak bermusuhan. Seorang dari mereka lalu bertanya
dengan sikap hati-hati.
"Sobat, siapakah engkau dan ada keperluan apa datang ke sini?"
"Apakah yang telah terjadi dengan Thian-Te-Pang? Di mana adanya ketua Thian-Te-Pang Gan Bouw? Aku
mengenal Gan Bouw Pangcu..." Tiba-tiba dari dalam pondok sederhana itu terdengar suara lemah,
"Bukankah itu suara Bu-Tong Sin-To Yo Kang?" Suara itu lemah dan agak gemetar. "Kalau betul, silakan
dia masuk..." Penanya tadi kini bertanya lagi.
"Benarkah engkau yang bernama Bu-Tong Sin-To Yo Kang? Kalau betul silakan masuk." Yo Kang
mengangguk.
"Benar, aku Yo Kang dan aku mengenal suara Gan Pangcu tadi. Dia kenapakah?"
"Silakan Sicu (Orang Gagah) masuk dan bicara sendiri dengan Pangcu." Yo Kang memasuki pondok itu
dan dia melihat Gan Bouw berbaring telentang di atas sebuah pembaringan. Wajah ketua Thian-Te-Pang
itu tampak pucat dan napasnya terengah-engah. Dilihat begitu saja mudah diketahui bahwa Gan Bouw
sedang sakit dan agaknya sakitnya parah.
"Silakan duduk, Yo-Taihiap (Pendekar Yo)..." katanya lirih.
"Terima kasih, Gan Pangcu." Yo Kang duduk di atas sebuah bangku tak jauh dari pembaringan.:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 341
:: CerSil KhoPingHoo :
"Pangcu, apakah yang telah terjadi? Aku melihat perkampungan Thian-Te-Pang musnah terbakar, dan
engkau sendiri seperti sakit! Apa yang telah terjadi?" Gan Bouw menghela napas panjang.
"Aih... malapetaka besar menimpa kami, Taihiap. Karena aku pernah membantu para tokoh Siauw-Lim-
Pai, Bu-Tong-Pai, Kun-Lun-Pai, dan Go-Bi-Pai ketika diserang para Datuk Besar, kemarin Empat Datuk
Besar membawa pasukan yang besar menyerang kami. Semua anak buah Thian-Te-Pang melawan
namun tidak dapat menandingi jumlah yang banyak. Mereka tewas dan hanya sekitar sepuluh orang saja
selamat. Setelah perkampungan dibumi-hanguskan dan mereka pergi, aku sendiri terluka parah karena


Bayangan Bidadari Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melawan Empat Datuk Besar. Mereka itu kejam sekali, aku... aku dipukul sehingga menderita luka dalam
dan kedua kakiku menjadi lumpuh..."
"Ah, aku ikut berduka, Pangcu. Sayang aku datang terlambat, kalau kemarin aku datang, tentu dapat
membantumu."
"Jangan sebut aku Pangcu lagi, Taihiap. Sisa anak buah Thian-Te-Pang, setelah mengubur semua mayat,
kusuruh pergi dan Thian-Te-Pang tidak ada lagi. Hanya tinggal empat orang pembantuku itu yang
Imam Tanpa Bayangan 2 Wiro Sableng 099 Wasiat Malaikat Cahaya Bertasbih 1
^