Pencarian

Bayangan Bidadari 11

Bayangan Bidadari Karya Kho Ping Hoo Bagian 11


melayaniku..."
Yo Kang merasa kecelik. Bagaimana dia pernah mencurigai Gan Bouw sebagai pembunuh misterius itu?
Ternyata Gan Bouw malah menjadi korban kejahatan Empat Datuk Besar yang jelas menjadi antek
Kerajaan Mongol karena Gan Bouw pernah membela tokoh-tokoh Empat Partai Persilatan Besar yang
dimusuhi Kerajaan Mongol. Kini, bukan saja perkumpulan yang dipimpinnya, Thian-Te-Pang,
dimusnahkan musuh, juga Gan Bouw sendiri menderita luka parah sehingga kedua kakinya lumpuh!
Untuk membalas kebaikan Gan Bouw yang pernah membantu dia dan Ceng Seng Hwesio ketika mereka
dikeroyok Dua Datuk Besar dan pasukan Mongol, juga sekalian untuk menyelidiki apakah benar-benar
Gan Bouw terluka dan lumpuh sehingga tidak pantas dicurigai sebagai pembunuh misterius, Yo Kang
bangkit dari kursinya lalu menghampiri pembaringan.
"Gan Pangcu, mari, biarkan aku memeriksa keadaanmu. Siapa tahu aku dapat membantu meringankan
penderitaanmu."
"Silakan, Yo-Taihiap, sungguhpun aku menyangsikannya karena pukulan-pukulan yang kuterima amat
dahsyat..." Yo Kang memeriksa denyut nadi untuk memastikan detak jantung Gan Bouw dan dia
terkejut. Detak jantungnya kacau tidak karuan, sebentar cepat dan terkadang lambat sekali. Tubuhnya
terasa panas dan ketika kedua tangannya memijit bagian kaki, dia mendapatkan bahwa jalan darah di
bagian kedua kaki itu seperti berhenti atau lemah sekali. Tidak aneh kalau kedua kaki itu menjadi
lumpuh! Dia mencoba untuk menotok pusat-pusat jalan darah, namun tidak ada hasilnya. Keadaan jalan
darah tubuh Gan Bouw sudah rusak dan kacau oleh pukulan yang benar-benar aneh, asing, dan tidak
dapat dipulihkan dengan totokan dan pijatan cara Bu-Tong-Pai! Akhirnya Yo Kang yakin bahwa Gan
Bouw benar-benar telah menjadi lumpuh tak berdaya. Jelas bahwa orang ini sama sekali bukan si
pembunuh misterius! Dia menghentikan usahanya, menghela napas dan berkata dengan nada menyesal.
"Ah, maafkan aku, Gan Pangcu. Lukamu amat berat dan aku yang bodoh tidak mampu mengobatinya.
Silakan Pangcu datang ke Siauw-Lim-Pai, mungkin Bu Kek Tianglo Lo-Cianpwe mampu mengobatinya.
Pengobatan Siauw-Lim-Pai biasanya yang paling ampuh untuk menyembuhkan luka akibat pukulan
beracun."
"Terima kasih, Yo-Taihiap. Biarlah, aku akan berusaha mencari tabib yang pandai untuk menyembuhkan:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 342
:: CerSil KhoPingHoo : :: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 343
:: CerSil KhoPingHoo :
kedua kakiku yang lumpuh. Sementara ini aku ingin beristirahat di sini untuk menenteramkan hatiku.
Akan tetapi, bagaimanapun juga, aku menghaturkan banyak terima kasih atas kebaikan hatimu, Yo-
Taihiap."
Yo Kang merasa malu dan menyesal sekali bahwa dia pernah mencurigai pemuda yang amat baik ini
sebagai si pembunuh misterius! Dia teringat akan Lian Hong, lalu berpamit dari Gan Bouw dan empat
orang pembantunya yang setia. Yo Kang ingin tahu bagaimana hasil penyelidikan Lian Hong ke Hek I
Kaipang untuk mencari tahu perihal Kwee In Hong yang termasuk dalam daftar orang-orang yang
tersangka sebagai si pembunuh misterius. Hek I Kaipang sendiri tentu saja tidak mungkin dia curigai,
karena Hek I Kaipang sudah jelas menjadi korban kematian tiga puluh orang anggautanya di cabang
perkumpulan pengemis itu di An-Hui. Dia pun ingin menceritakan kepada Lian Hong betapa
kecurigaannya terhadap Gan Bouw ternyata keliru dan pemuda yang malang itu dapat dihapus dari
daftar orang-orang tersangka.
Tidak sukar bagi Lian Hong untuk menemukan perkampungan Hek I Kaipang. Dari jauh saja sudah
tampak perkampungan di lereng gunung itu. Sebuah perkampungan yang dikelilingi pagar bambu
runcing dan di sekitar situ tampak orang-orang yang berpakaian serba hitam penuh tambalan. Pakaian
pengemis, namun orang-orang itu sama sekali bukan tampak sebagai pengemis-pengemis yang tua dan
lemah, melainkan orang-orang yang bertubuh sehat dan kekar, membayangkan tubuh orang-orang yang
ahli silat.
Memang sebetulnya para anggauta Hek I Kaipang bukanlah pengemis-pengemis biasa. Mereka
mengemis hanya untuk menjadi tanda anggauta perkumpulan mereka. Hek I Kaipang terkenal sebagai
perkumpulan orang-orang yang selalu menentang kejahatan, bahkan juga diam-diam menentang
penjajahan Mongol. Ketika Lian Hong tiba di depan pintu gerbang, lima, orang anggauta perkumpulan
itu yang sedang bertugas jaga di pintu gerbang, segera menyambutnya. Seorang di antara mereka, yang
berusia sekitar empat puluh lima tahun, berjenggot lebat dan bermata tajam, segera bertanya.
"Siapakah Nona dan apakah Nona mempunyai keperluan dengan perkumpulan kami?" Lian Hong senang
melihat sikap mereka itu sopan dan ramah, tidak kasar atau ugal-ugalan seperti kebanyakan anggauta
perkumpulan lain.
"Paman, aku Ong Lian Hong. Aku ingin bertemu dengan ketua kalian, Pat-Jiu Sin-Kai untuk menanyakan
tentang Kakakku yang bernama Kwee In Hong, yang dulu pernah datang ke sini."
"Kwee In Hong...?" Pengemis berjenggot lebat itu mengerutkan alisnya.
"Ah, maksud Nona Sian-Li Eng-Cu (Si Bayangan Bidadari)? Benar, ia pernah menjadi tamu Pangcu
(Ketua). Silakan, Nona. Mari kuantar Nona menghadap." Lian Hong lalu mengikuti pengemis berjenggot
lebat itu memasuki perkampungan Hek I Kaipang. Ia melihat keadaan dalam perkampungan itu dengan
heran dan kagum. Biarpun para anggauta itu mengenakan pakaian hitam tambal-tambalan, namun
dalam kampung itu tampak rapi dan bersih. Pondok-pondoknya juga lumayan bersih dan teratur, sama
sekali tidak seperti perkampungan kumuh seperti yang biasa menjadi tempat tinggal para pengemis dan
gelandangan.
Dan ternyata perkampungan itu luas sekali, di bagian belakangnya terdapat bagian lereng atas yang
dijadikan semacam kebun sayur. Pengemis berjenggot lebat itu membawa Lian Hong memasuki sebuah
bangunan induk yang berada di bagian belakang perkampungan dan itulah tempat tinggal Sang Ketua.:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 344
:: CerSil KhoPingHoo :
Pat-Jiu Sin-Kai duduk di ruangan depan yang luas. Dia juga berpakaian hitam-hitam akan tetapi tanpa
tambalan dan di atas meja di depannya terdapat sebatang tongkat hitam. Jenggot dan kumisnya sudah
putih semua dan karena kumis dan jenggot itu lebat, maka sebagian mukanya tertutup rambut putih.
Matanya bersinar tajam dan kakek ini berusia sekitar enam puluh lima tahun. Ketika mendengar langkah
Si pengemis jenggot lebat dan Lian Hong, dia mengangkat mukanya memandang dan tampak heran.
"Lapor, Pangcu. Nona ini bernama Ong Lian Hong dan ia datang untuk bertanya kepada Pangcu tentang
Nona Kwee In Hong."
"Ah, silakan masuk, Nona Ong Lian Hong." terdengar ketua Hek I Kaipang itu menyambut dengan ramah
sambil berdiri dan mem persilakan Lian Hong yang sudah masuk itu untuk duduk. Sementara itu,
pengemis berjenggot lebat itu sudah memberi hormat dan keluar lagi, meninggalkan Lian Hong yang
berada di ruangan itu berdua saja dengan Pat-Jiu Sin-Kai.
"Apakah aku berhadapan dengan Pat-Jiu Sin-Kai, ketua dari Hek I Kaipang?" tanya gadis itu. Kakek itu
tersenyum dan mengangguk.
"Benar, Nona. Apa yang dapat kami lakukan untuk membantumu?" tanyanya dengan ramah sekali. Lian
Hong merasa senang dan langsung percaya kepada kakek yang bicaranya lembut, sopan dan sikapnya
ramah itu.
"Begini, Pangcu, aku hendak mencari keterangan tentang Nona Kwee In Hong. Bukankah ia belum lama
ini datang ke sini untuk membicarakan urusan Hek I Kaipang dan Bu-Tong-Pai?"
"Benar, Nona. Urusan antara Hek I Kaipang dan Bu-Tong-Pai sudah kami selesaikan. Nona Kwee In Hong
berjasa besar untuk perdamaian antara Bu-Tong-Pai dengan kami."
"Yang ingin kuketahui, Pangcu, setelah dari sini, ke manakah ia pergi? Aku ingin sekali menemuinya.
Apakah Pangcu mengetahui ke mana ia pergi?"
"Nanti dulu, Nona Ong, terus terang saja, kami sudah berjanji untuk merahasiakan di mana adanya Nona
Kwee In Hong. Akan tetapi kalau Nona mau menceritakan, apa urusan Nona dengannya, mungkin kami
dapat memberitahu." Lian Hong berpikir sejenak. Ketua Hek I Kaipang ini jelas bukan termasuk orang
yang dicurigai, maka tidak ada salahnya mengaku apa tugas dan keperluannya. Apalagi, tampaknya
semakin mencurigakan keadaan Kwee In Hong yang agaknya sengaja bersembunyi dan Kakek ini
mengetahui tempat persembunyiannya!
"Begini, Pangcu. Tentu Pangcu sudah mendengar akan kekacauan yang terjadi karena adanya pembunuh
misterius yang membunuhi para anggauta Bu-Tong-Pai, Kun-Lun-Pai, dan Go-Bi-Pai." Kakek itu
mengangguk-angguk.
"Tentu saja kami telah mendengarnya, Nona. Berita itu telah tersiar luas dan kabarnya, pembunuh itu
adalah murid Siauw-Lim-Pai yang lihai sekali."
"Hemm, agaknya tidak mungkin kalau murid melakukan pembunuhan itu, Pangcu. Karena itu aku,
seorang murid Siauw-Lim-Pai, menerima perintah dari Suhu Bu Kek Tianglo untuk menyelidiki peristiwa
ini, mencari dan menangkap pembunuhnya. Aku mencurigai beberapa orang dan aku ingin sekali
bertemu Kwee In Hong untuk menanyakan banyak hal kepadanya. Nah, Pangcu tahu betapa pentingnya:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 345
:: CerSil KhoPingHoo :
ini, maka harap suka memberitahu kepadaku, di mana adanya Kwee In Hong?" Pat-Jiu Sin-Kai Gu Liat
menggerakkan alisnya yang putih dan memandang heran.
"Jadi Nona Ong Lian Hong ini murid Ciangbunjin (Pimpinan) Bu Kek Tianglo sendiri? Bukan main! Kalau
begini engkau yang masih muda remaja begini, telah memiliki tingkat yang tinggi sekali, Nona! Terimalah
hormat kami!" Kakek itu bangkit berdiri dan ketika Lian Hong juga bangkit berdiri, dia menangkap kedua
tangan depan dada lalu memberi hormat sambil membungkuk ke arah gadis itu. Lian Hong maklum
bahwa Kakek itu menjura sambiI mengerahkan sinkang (tenaga sakti). Maka ia pun maklum bahwa itu,
seperti biasa dilakukan orang-orang yang tingkat kepandaiannya sudah tinggi, merupakan cara menguji
kepandaian orang dengan halus, bukan menguji secara keras dan kasar. Maka ia pun cepat merangkap
kedua tangan dan menjura sambil berkata.
"Ah, aku tidak berani menerima penghormatan Pangcu!" Hawa dorongan yang amat dahsyat
menyambar dari sepasang tangan Pat-Jiu Sin-Kai Gu Liat ke arah Lian Hong. Akan tetapi dari kedua
tangan gadis itu juga menyambar tenaga dorongan yang amat kuat karena ia menggunakan tenaga sakti
I-Kin-Keng.
"Wuuuttt... dessss...!!" Lian Hong merasa kedua lengannya tergetar, akan tetapi tubuh Pat-Jiu Sin-Kai Gu
Liat juga tergetar. "Bukan main! Nona Ong Lian Hong semuda ini agaknya engkau telah meiliki tenaga
sakti I-Kin-Keng yang amat hebat! Kami kagum sekali, Nona!"
"Ah, Pangcu terlalu memuji. Sekarang, harap katakan di mana adanya Kwee In Hong?"
"Tentu, tentu!" Ketua Hek I Kaipang itu memandang ke kanan kiri lalu berkata lirih.
"Ini merupakan rahasia, Nona, dan aku sudah berjanji kepada Nona Kwee In Hong untuk
merahasiakannya. Bahkan tidak ada anggauta kami yang mengetahui. Aku satu-satunya orang yang
mengetahui. Nona Kwee In Hong sedang bersembunyi di sini."
"Di sini...?"
"Ya, di sini, di tempat rahasia bawah tanah dan hanya aku yang mengetahui."
"Pangcu, aku ingin bertemu dengannya!"
"Baiklah, Nona Ong, akan tetapi aku hanya dapat mengantar sampai ke mulut terowongan dan
selanjutnya engkau masuk sendiri dan menemuinya. Akan tetapi benarkah engkau kenal baik
dengannya? Aku tidak ingin ia menyalahkan aku karena membuka rahasia ini."
"Jangan khawatir, Pangcu. Sesungguhnya, aku adalah saudaranya, aku adalah Adik tirinya, satu ibu
berlainan ayah."
"Ahhh... begitukah? Kalau begitu, aku tidak ragu lagi. Mari, Nona." Pat-Jiu Sin-Kai Gu Liat mengajak Lian
Hong memasuki kamar tidurnya yang luas. Dia menutup dan memalang daun pintu kamarnya, lalu
mengajak Lian Hong ke sebuah almari besar yang berdiri di sudut kamar. Dengan kedua tangannya, Pat-
Jiu Sin-Kai mendorong almari itu sehingga tergeser ke tengah dan di belakang almari itu terdapat sebuah
dinding tembok biasa seperti di bagian lain. Akan tetapi ketika Pat-Jiu Sin-Kai menekan sesuatu di bagian:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 346
:: CerSil KhoPingHoo :
sudut tembok, tiba-tiba saja dinding itu terbuka selebar setengah tombak dan di belakang tembok itu
terdapat sebuah jalan terowongan yang agak gelap.
"Nah, mari kita menuju ke tempat persembunyian rahasia itu, Nona." Lian Hong mengikuti Kakek itu
memasuki terowongan dan setelah melangkah sejauh sekitar dua puluh langkah, terowongan itu tiba di
depan sebuah pintu.
"Dari sini engkau harus masuk sendiri, Nona, dan engkau akan bertemu dengai Nona Kwee In Hong.
harus cepat keluar agar jangan ada anak buahku yang menaruh curiga. Tempat ini amat kurahasiakan."
Dia lalu menekan tombol kecil di sebelah pintu dan daun pintu itu terbuka. Di belakargnya terdapat
sebuah kamar sekitar satu tombak persegi. Masuklah Lian Hong melalui pintu.
"Nona, di sudut kanan terdapat sebuah tombol. Tekanlah dan sebuah pintu akan terbuka, menuju ke
tempat persembunyian Nona Kwee In Hong." Liang Hong yang sudah percaya betul kepada Ketua Hek I
Kaipang lalu mencari tombol itu. Dia menemukan tombol lalu menekannya.
Tiba-tiba terdengar suara keras dan daun pintu dari mana Lian Hong masuk tadi tertutup dengan cepat
dan lantai kamar itu pun mendadak terbuka sehingga tak dapat terhindarkan lagi tubuh Lian Hong
terjerumus ke bawah! Gadis itu terkejut, akan tetapi tidak dapat menghindar lagi. Ia hanya dapat
mengerahkan ginkang (ilmu meringankan diri) sehingga tubuhnya dapat tiba di lantai bawah dengan
ringan. Begitu kedua kakinya hinggap di lantai bawah, lantai kamar di atasnya itu tertutup kembali
dengan cepatnya! Tinggi lantai atas itu dari tempat ia berpijak lebih dari dua tombak. Lian Hong masih
tidak mengerti betul apakah Pat-Jiu Sin-Kai menjebaknya, ataukah imemang ia diberi kesempatan
bertemu dengan In Hong. la merasa penasaran dan mencabut sebatang pedang. Ia melompat ke atas
dan membacokkan pedangnya ke langit-langit yang tadi terbuka dan tertutup kembali.
"Tranggg...!" Bunga api berpijar dan ternyata langit-langit yang dicat putih itu terbuat dari baja yang
tebal dan kuat! Lian Hong mulai merasa curiga. la ialu memeriksa ruangan di mana ia terjatuh itu.
Sebuah ruangan yang luas sama dengan ruangan di atas dari mana ia tadi terjeblos ke bawah. Tidak ada
pintu di Situ. Setelah mencari-cari tombol dan tidak menemukan, ia lalu menggunakan sepasang
pedangnya untuk membacoki dinding di empat penjuru ruangan itu. Terdengar suara berdenting
berulang-ulang disertai bunga api berpijar-pijar.
Akan tetapi ternyata dinding baja tebal itu terlampau kuat untuk dirusak sepasang pedang Lian Hong!
Gadis itu kini maklum bahwa ia telah terjebak! Tidak ada jalan keluar baginya. la terkurung dalam
ruangan tertutup. Ia merasa heran bukan main. Mengapa Pat-Jiu Sin-Kai yang bersikap baik itu
menjebaknya? Apakah Kakek yang menjadi Ketua Hek I Kaipang itu yang menjadi Si Pembunuh
misterius? Atau barangkali menjadi pembantunya? Bersekongkol dengan Si Pembunuh misterius
ataukah dia Si Pembunuh misterius sendiri? Benarkah keterangan Pat-Jiu Sin-Kai bahwa Kwee In Hong
bersembunyi di sini, ataukah itu hanya keterangan palsu belaka? Ah, apakah Pat-Jiu Sin-Kai
bersekongkol dengan Kwee In Hong melakukan pembunuhan-pembunuhan itu? Lian Hong menjadi
bingung dan sampai lama ia duduk di tengah ruangan itu, melepas lelah.
"Tenang," pikirnya. "Engkau terjebak dan berada dalam ancaman bahaya, tenanglah jangan bingung dan
takut!" demikian ia berbisik kepada diri sendiri. la memutar otaknya mencari jalan keluar, akan tetapi
selalu gagal. Ia sudah menyelidiki ruangan itu berkali-kali, namun belum juga menemukan jalan untuk
lolos dari tempat itu.:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 347
:: CerSil KhoPingHoo :
Ruangan itu mendapatkan penerangan dari lubang kecil memanjang di sudut atas, tepi langit-langit. Dari
situ pula datangnya hawa udara. Ia tidak tahu apakah penerangan itu sinar matahari ataukah lampu
besar yang menerobos melalui celah-celah memanjang di tepi langit-langit itu. la yakin bahwa di bagian
di mana ada celahnya itu, pasti ada ruangan lain. Akan tetapi dindingnya amat kokoh, tidak bergeming
ketika ia bacoki dengan sepasang pedangnya, juga ketika ia menggunakan tenaga sakti I-Kin-Keng
sekuatnya untuk memukul dengan kedua telapak tangannya, dinding itu hanya tergetar sedikit, agaknya
tidak mungkin digempur. Tidak ada jalan lain bagi Lian Hong kecuali menanti dan ia duduk bersila di
sudut ruangan itu untuk menghimpun tenaga. Tubuhnya harus tetap siap dan kuat untuk menghadapi
bahaya yang sewaktu-waktu dapat mengancam keselamatannya.
Yo Kang melakukan perjalanan cepat menuju perkampungan Hek I Kaipang. Matahari telah mulai
condong ke barat ketika akhirnya dia dapat menemukan perkampungan Hek I Kaipang yang belum
pernah dia kunjungi. Dia belum pernah bertemu dengan Pat-Jiu Sin-Kai yang menjadi Ketua Hek I
Kaipang, akan tetapi sudah lama dia mendengar akan narna besar dan nama baik Pat-Jiu Sin-Kai sebagai
seorang tua yang gagah perkasa dan segolongan dengan para perkumpulan pendekar. Setelah tiba di
depan pintu gerbang perkumpulan itu, kembali murid Hek I Kaipang yang berjenggot lebat bersama
beberapa orang anggauta perkumpulan itu menyambutnya.
"Siapakah engkau, sobat? Dan ada keperluan apakah datang berkunjung ke perkampungan kami?" tanya
pengemis berjenggot lebat itu dengan ramah dan lembut. Yo Kang mengangkat tangan memberi
hormat.
"Maafkan kalau kedatanganku mengganggu Cu-wi (Anda Sekalian). Aku adalah seorang she Yo dan
kedatanganku ini hendak menyusul seorang adik misanku yang kemarin datang ke sini, namanya Ong
Lian Hong. Dapatkah Cu-wi memberitahukan di mana adanya gadis itu sekarang?"
"Ah, benar, Saudara Yo. Kemarin memang ada seorang tamu, seorang gadis muda bernama Ong Lian
Hong. la menjadi tamu Ketua kami, akan tetapi kami tidak tahu ke mana ia pergi. Tentu saja hanya
Pangcu yang mengetahui ke mana perginya Nona itu."
"Kalau begitu, harap Cu-wi suka membawaku menghadap Locianpvie Pat-Jiu Sin-Kai karena aku perlu
sekali bertemu dengan adik misanku itu."
"Baiklah, mari ikut denganku menghadap Pangcu kami." Yo Kang mengikuti pengemis berjenggot lebat
itu dan mereka memasuki ruangan depan di mana kemarin Lian Hong diterima Ketua Hek I Kaipang itu...
Setelah menghadapkan Yo Kang kepada I Sang Ketua, pengemis jenggot lebat itu pun pergi
meninggalkan mereka berdua, bercakap-cakap. Pat-Jiu Sin-Kai menyambut kedatangan Yo Kang dengan
ramah seperti ketika dia menerima Lian Hong kemarin. Setelah Yo Kang memperkenalkan dirinya, Pat-Jiu
Sin-Kai mengerutkan alisnya dan tampak terkejut.
"Ah, apakah Sicu yang berjuluk Bu-Tong Sin-To, pendekar muda Bu-Tong-Pai yang terkenal itu?" Yo Kang
mengangguk.
"Benar, Pangcu. Aku menghadap Pangcu untuk bertanya tentang Adik misanku Ong Lian Hong yang
kemarin datang berkunjung ke sini."
"Ya, ya. la mencari Nona Kwee In Hong, apakah Sicu juga mencari Nona Kwee In Hong?":: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 348
:: CerSil KhoPingHoo :
"Terus terang saja, memang aku dan Nona Kwee In Hong yang mengurus kesalah-pahaman antara Hek I
Kaipang dan Bu-Tong-Pai. Nona Kwee In Hong mengunjungi Pangcu untuk menganjurkan agar Pangcu
berunding dengan Bu-Tong-Pai mencari pembunuh yang keji itu, yang jelas bukan murid Bu-Tong-Pai."
"Ya, kami sudah mengetahui semua itu dan kami telah mengirim utusan untuk berunding dengan pihak
Bu-Tong-Pai. Jadi Sicu mencari Nona Ong Lian Hong dan juga Nona Kwee In Hong?"
"Benar, Pangcu. Dapatkah Pangcu memberitahukan di mana mereka berdua berada?" Dia cepat
menambahkan.
"Kalau Pangcu tidak tahu di mana adanya Kwee In Hong karena mungkin sudah agak lama ia datang ke
sini, cukup Pangcu memberitahu di mana adanya Ong Lian Hong yang kemarin datang ke sini?"
"Sebetulnya ini merupakan rahasia dan kami sudah berjanji kepada Nona Kwee In Hong untuk
merahasiakannya. Hanya karena Nona Ong Lian Hong mengaku sebagai adik tiri Nona Kwee In Hong,
maka akhirnya kami mau memberi tahu kepadanya di mana adanya Nona Kwee In Hong. Sekarang,
karena Sicu adalah Kakak misan mereka berdua, maka kami juga mau memberitahu kepada Sicu.
Sebetulnya, Sicu, Nona Kwee In Hong sejak dulu datang ke sini itu lalu minta kepada kami untuk tinggal
dan bersembunyi di sini. Sekarang Nona Ong Lian Hong sudah berkunjung dan menemaninya."
"Tinggal di sini? Bersembunyi? Mengapa harus bersembunyi, Pangcu?" Kakek itu menggeleng-gelengkan
kepalanya sambil tersenyum, senyum bibir yang tertutup jenggot dan kumis lebat.
"Aku tidak ingin mencampuri urusan Nona Kwee In Hong yang kami hormati, Sicu. Nona Ong Lian Hong
juga bertanya demikian, maka kami persilakan ia bertanya sendiri, kepada Kakaknya. Kalau Sicu ingin
tahu, mengapa tidak bertanya saja sendiri kepada Nona Kwee In Hong?"
"Ah, tentu saja, Pangcu. Aku akan senang sekali kalau dapat bertemu Adik Kwee In Hong dan Ong Lian
Hong."
"Baiklah, Yo-Sicu, akan tetapi engkau harus masuk sendiri pada pintu pertama, karena aku sudah
berjanji kepada Sian-Li Eng-Cu untuk tidak mengganggunya di tempat peristirahatannya. Aku tidak ingin
ia marah kepadaku. Mari, ikuti aku, Sicu." Yo Kang mengikuti Ketua Hek I Kaipang memasuki kamar


Bayangan Bidadari Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketua itu. Seperti apa yang dialami Lian Hong kemarin, Pat-Jiu Sin-Kai menggeser almari dan menekan
tombol sehingga dinding itu terbuka. Mereka memasuki lorong sampai tiba di depan sebuah pintu.
Dengan menekan tombol, daun pintu terbuka dan tampak sebuah ruangan.
"Nah, mulai dari ruangan ini engkau harus masuk sendiri, Yo-Sicu. Di sudut kanan dinding ruangan ini
terdapat sebuah tombol. Tekanlah tombol itu dan sebuah pintu akan terbuka, menuju ke tempat
persembunyian Nona Kwee In Hong yang sekarang ditemani Nona Ong Lian Hong. Akan tetapi tunggu,
aku harus cepat pergi dari sini agar Nona Kwee In Hong tidak melihatku." Setelah berkata demikian Pat-
Jiu Sin-Kai lalu meninggalkan tempat itu. Yo Kang sama sekali tidak menaruh curiga, bahkan diam-diam
dia menjadi semakin curiga kepada In Hong.
Mengapa In Hong harus menyembunyikan diri di tempat ini? Hal ini saja menunjukkan bahwa gadis itu
agaknya merasa bersalah dan bersembunyi. Benarkah In Hong yang menjadi pembunuh misterius itu
dan kini ia menyembunyikan diri karena takut akan pembalasan para partai besar? Akan tetapi mengapa
Pat-Jiu Sin-Kai membantu In Hong? Agaknya Ketua Hek I Kaipang itu takut terhadap In Hong. Dia lalu:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 349
:: CerSil KhoPingHoo :
mencari di sudut kanan dan benar saja, dia melihat sebuah tombol kecil. Tanpa prasangka buruk dia lalu
menekan tombol itu. Terdengar bunyi keras dan daun pintu yang tadi terbuka dari mana dia masuk,
tiba-tiba tertutup. Yo Kang terkejut akan tetapi tiba-tiba lantai yang diinjaknya terbuka dan tanpa dapat
dia hindarkan lagi tubuhnya terperosok ke bawah! Dia mengerahkan ginkang sehingga tidak terbanting
ke atas lantai ruangan bawah itu.
"Yo-Twako...!" Lian Hong berseru, kaget akan tetapi juga girang. Ia semalam tidak dapat tidur karena
merasa semakin khawatir. Semua usahanya untuk mencari jalan keluar gagal dan ia benar-benar
terkurung dinding tebal dan tidak mungkin dapat lolos. Kemudian tiba-tiba terdengar bunyi gaduh dan
Yo Kang meluncur dari atap yang terbuka sebentar itu. Begitu tubuh Yo Kang terperosok atap itu sudah
tertutup kembali.
"Lian Hong...!" Yo Kang berseru ketika melihat gadis itu. "Mana Adik Kwee In Hong?"
"Ah, celaka, Twako? Kita telah tertipu dan terjebak! Sejak kemarin aku terjebak di ruangan ini dan tidak
ada jalan keluar sama sekali!" Gadis ini lalu menceritakan semua pengalamannya kemarin sejak ia
menghadap Pat-Jiu Sin-Kai lalu dijebak jatuh ke ruangan bawah tanah itu. Kemudian Yo Kang juga
menceritakan pengalamannya yang sama.
"Jahanam!" Lian Hong memaki gemas. "Kiranya Pat-Jiu Sin-Kai adalah seorang penjahat yang amat licik
dan curang!"
"Hemm, kalau melihat begini, jelas bahwa besar kemungkinan dia yang menjadi Si Pembunuh misterius
itu, Siauw-moi Entah apa yang terjadi dengan Adik In Hong. Dia pasti berbohong ketika mengatakan
bahwa Adik In Hong bersembunyi di sini!" Kemudian, karena penasaran walaupun Lian Hong sudah
menceritakan bahwa ke empat dinding, lantai dan atap ruangan itu terbuat dari baja yang tebal dan
kuat, Yo Kang mencoba dengan goloknya, membacoki semua bagian ruangan itu. Namun hasilnya sia-
sia, hanya suara berdentang-dentang dan muncratnya bunga api. Karena maklum bahwa mereka
terancam bahaya mati kelaparan, Lian Hong menjadi marah dan ia mengerahkan tenaga saktinya lalu
memekik nyaring. Suaranya melengking dan memang ia menghendaki agar suaranya menembus
ruangan itu dan dapat terdengar Pat-Jiu Sin-Kai.
"Heii! Jahanam keparat Pat-Jiu Sin-Kai! Kalau memang kamu orang gagah, keluarkan kami dan mari kita
bertanding sampai seorang di antara kita mati!" Suaranya melengking dan mendatangkan gema yang
nyaring. Yo Kang juga mengerahkan sinkang dan berteriak mengguntur.
"Pat-Jiu Sin-Kai manusia pengecut! Aku tantang kau untuk mengadu ilmu silat! Engkau tentu yang
melakukan pembunuhan-pembunuhan itu! Pengecut busuk, tidak malukah engkau sebagai seorang
Ketua berbuat begini curang menjebak kami?" Tiba-tiba terdengar suara pada dinding di mana terdapat
lubang memanjang itu. Suara berderit dan tiba-tiba terbuka sebuah lubang sehasta lebarnya.
"Hemm, jangan sembarangan menuduh Pat-Jiu Sin-Kai yang bukan-bukan!" Seorang gadis muda muncul
dari lubang itu.
"Enci In Hong...!" Lian Hong lalu merangkul In Hong dan Yo Kang memandang dengan girang sekali.
"Ah, sukurlah engkau berada dalam keadaan selamat dan sehat, In Hong-moi! Aku amat
mengkhawatirkan keadaanmu. Akan tetapi, Hong-moi, mengapa engkau bersembunyi di sini?":: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 350
:: CerSil KhoPingHoo : :: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 351
:: CerSil KhoPingHoo :
"Siapa yang bersembunyi? Aku juga terjebak di sini seperti kalian!" Lian Hong memandang encinya
dengan mata terbelalak.
"Lha, kalau begitu mengapa engkau tadi melarang kami memaki Pat-Jiu Sin-Kai?" In Hong tersenyum
memandang adik tirinya lalu berkata,
"Mari, kalian ikut aku dan kalian akan melihat dan mengerti sendiri." Dua orang itu mengikuti In Hong
memasuki ruangan yang menembus tempat mereka terjebak itu. Ternyata ruangan ini luas sekali,
merupakan ruangan yang mendapat penerangan dari lampu-lampu besar yang tergantung di mana-
mana. Di situ terdapat pula tumpukan ransum, beras gandum dan bahkan daging kering, juga dapur
tempat masak dengan semua prabotnya. Terdapat pula kamar mandi dengan air sumber yang mancur
bening dan airnya membuat sebuah sungai kecil yang menghilang kedalam celah-celah batu. Ruangan
itu berada di bawah tanah, namun kering dan agaknya memang sengaja dibuat orang yang pandai untuk
tempat bersembunyi. Yo Kang dan Lian Hong mengikuti In Hong yang membawa mereka memasuki
kamar dan begitu keduanya masuk, Lian Hong cepat mencabut sepasang pedangnya dan memaki.
"Jahanam busuk!" Yo Kang juga siap menyerang ketika dia melihat... Pat-Jiu Sin-Kai rebah telentang di
atas sebuah pembaringan dalam kamar itu! Akan tetapi In Hong cepat melompat dan menghadang di
depan mereka.
"Tenanglah kalian berdua! Pat-Jiu Sin-Kai yang ini bukanlah dia yang menjebak kita! Pat-Jiu Sin-Kai yang
ini adalah Ketua Hek I Kaipang yang aseli dan dia juga menjadi korban seperti kita!" Lian Hong dan Yo
Kang saling Pandang dengan heran. Kemudian Yo Kang berkata,
"Hong-moi, apa artinya semua ini? Apakah engkau maksudkan bahwa yang menjebak kami itu adalah
Pat-jiti Sin-kai palsu dan yang ini adalah Pat-Jiu Sin-Kai aseli? Apa yang telah terjadi dan siapakah Pat-Jiu
Sin-Kai palsu yang di atas itu?"
"Benar, Enci In Hong. Aku juga bingung dan ingin tahu. Sekarang ceritakanlah."
"Mari kita keluar kamar agar jangan mengganggu. Biarkan dia tidur, dia luka parah dan perlu istirahat."
Mereka bertiga keluar dari kamar lalu duduk di luar kamar, di atas bangku-bangku yang berada di situ.
Kwee In Hong lalu menceritakan pengalamannya. Ketika ia berpisah dari Yo Kang dan menuju ke Hek I
Kaipang untuk membujuk Ketuanya, Pat-Jiu Sin-Kai agar mengadakan perundingan dengan pihak Bu-
Tong-Pai untuk menyelidiki dan menangkap orang yang mengaku murid Bu-Tong-Pai dan telah
membunuh tiga puluh orang anggauta Hek I Kaipang di An-Hui, ia diterima sendiri oleh Pat-Jiu Sin-Kai.
Ketua Hek I Kaipang itu bersikap ramah sekali, bahkan In Hong diterima sebagai seorang tamu agung dan
Pat-Jiu Sin-Kai mengadakan pesta dan melayani In Hong makan minum. Dia menyatakan penyesalannya
bahwa ada anak buah Hek I Kaipang yang menyerang orang-orang Bu-Tong-Pai dan berjanji untuk
mengadakan perundingan dengan Ketua Bu-Tong-Pai.
"Karena sikapnya yang baik, aku menjadi lengah, tidak tahu bahwa dalam arak itu terkandung obat
pembius. Aku menjadi mabok dan dalam keadaan setengah sadar dia menyerangku. Aku melawan
namun dalam keadaan seperti itu, aku tidak dapat menghindarkan totokannya. Setelah aku tertotok
roboh, dia lalu membawa aku ke ruangan ini, katanya aku dapat menemani Pat-Jiu Sin-Kai di sini, lalu dia
meninggalkan aku.":: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 352
:: CerSil KhoPingHoo :
"Wah, licik dan curang sekali penjahat itu!" seru Lian Hong marah dan penasaran.
In Hong melanjutkan ceritanya. Setelah ditinggalkan orang yang menjebloskan ke ruangan bawah tanah
itu dan kesehatannya pulih kembali, ia mendapatkan bahwa di situ terdapat seorang Kakek yang mirip
dengan Pat-Jiu Sin-Kai yang menawannya. Kakek ini dalam keadaan terluka parah sekali sehingga
ingatannya hilang, bicaranya tidak karuan dan tubuhnya amat lemah. Biarpun bicaranya tidak karuan,
namun In Hong akhirnya dapat menduga bahwa Kakek inilah adanya Pat-Jiu Sin-Kai yang aseli sedangkan
yang di atas itu adalah Pat-Jiu Sin-Kai palsu. Agaknya penjahat itu menangkap Pat-Jiu Sin-Kai, melukainya
sehingga ingatannya hilang dan tubuhnya lemah, lalu dia menyamar sebagai Pat-Jiu Sin-Kai, mungkin
tanpa diketahui anak buahnya karena penyamaran itu memang presis sekali dan penjahat itu pandai
meniru gerak-gerik Pat-Jiu Sin-Kai.
"Aku sudah memeriksa semua keadaan di sini dan ternyata tidak ada jalan keluar sama sekali! Semua
jalan tertutup dan dinding-dindingnya dilapis baja tebal. Yang menembus ke sini hanya ruangan di mana
kalian terjebak itu, yang dapat dibuka dari sini dengan menekan tombol. Berminggu-minggu aku
merawat Pat-Jiu Sin-Kai agar dia dapat mengingat kembali dan dapat menunjukkan jalan keluar, namun
dia tetap linglung. Tadi aku mendengar teriakanmu yang melengking-lengking maka aku lalu membuka
pintu tembusan itu dan ternyata kalian berdua yang terjebak." Setelah In Hong selesai bercerita, mereka
bertiga merasa lebih lega biarpun tidak ada jalan keluar, karena mereka kini bertiga. Mereka masih terus
mencari kalau-kalau menemukan jalan keluar, namun sia-sia. Mereka lalu bercakap-cakap tentang Si
Pembunuh misterius. Yo Kang mengemukakan pendapatnya.
"Melihat semua yang terjadi terhadap kita bertiga, agaknya sudah jelas sekarang bahwa pembunuh
misterius itu adalah orang yang menyamar sebagai Pat-Jiu Sin-Kai dan berada di atas sebagai Ketua Hek I
Kaipang itu. Orang yang dapat menyamar sedemikian pandainya, menyamar sebagai Pat-Jiu Sin-Kai
tanpa ada yang mengetahuinya, tentu pandai pula menyamar sebagai Hwesio Siauw-Lim-Pai dan lain-
lain. Akan tetapi, siapakah kiranya orang yang menyamar sebagai Pat-Jiu Sin-Kai dan menjadi pembunuh
misterius itu?"
"Mari kita teliti satu demi satu di antara mereka yang kita curigai, Yo-Twako. Bagaimana kalau Ketua
Thian-Te-Pang seperti yang kau ceritakan dan kau curigai itu?"
"Lian Hong, maksudmu Gan Bouw Ketua Thian-Te-Pang? Hemm, aku pun menaruh curiga kepadanya.
Aku mengenalnya, bahkan pernah menjadi tamunya dan malapetaka hampir menimpaku ketika aku
berada di sana." In Hong lalu menceritakan apa yang ia alami ketika bermalam di Thian-Te-Pang sebagai
tamu Gan Pangcu (Ketua Gan). Betapa ia dibius orang melalui air pencuci muka dan diculik oleh penjahat
yang menurut orang Thian-Te-Pang berjuluk Tok Coa Moko. Aku ditolong oleh Gan Bouw yang
membunuh penculik itu. Nah, sekarang aku ingat bahwa ada kemungkinan Gan Bouw bermain
sandiwara dan dia yang mengatur penculikan itu."
"Tapi dia telah menyelamatkanmu dan membunuh penjahat itu, Enci In Hong!" Lian Hong membantah.
"Benar juga, aku menjadi ragu. Akan tapi sikapnya terlalu ramah dan baik, hal ini justeru membuat aku
curiga walaupun kecurigaanku tanpa dasar yang kuat."
"Memang tadinya aku sendiri mencurigainya, akan tetapi sekarang kalian tidak perlu mencurigainya.
Gan Bouw bersih dan tidak bersalah sama sekali, bahkan dia seorang pendekar yang baik hati dan malah
menjadi korban. Dia sekarang menderita luka dalam yang parah dan membuat dia menjadi lumpuh:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 353
:: CerSil KhoPingHoo :
kedua kakinya, bahkan menurut pemeriksaanku, jalan darahnya kacau balau yang amat membahayakan
hidupnya."
"Ihh! Apakah yang telah terjadi, Twako?" tanya In Hong, heran, juga Lian Hong memandang Yo Kang
dengan heran mendengar berita ini.
"Aku dan Adik Lian Hong berpisah. Ia hendak mencarimu dengan bertanya kepada Hek I Kaipang tentang
engkau, Hong-moi, akan tetapi ia terjebak. Aku sendiri yang memang menaruh curiga kepada Gan Bouw
pergi ke Thian-Te-Pang untuk menyelidiki. Akan tetapi apa yang kudapatkan di sana? Baru kemarin
Thian-Te-Pang diserbu Empat Datuk Besar bersama pasukan Mongol. Sebagian besar anggauta Thian-Te-
Pang dibunuh, perkampungannya dibakar habis dan Gan Pangcu sendiri terluka dalam yang amat parah
sehingga kini dia menggeletak dalam pondok darurat, tak berdaya dan dirawat empat orang
pembantunya yang setia."
"Akan tetapi mengapa Empat Datuk Besar dan pasukan Mongol membasmi Thian-Te-Pang?" tanya In
Hong.
"Tentu saja Empat Datuk Besar itu dendam kepadanya. Ketika aku dan Ceng Seng Hwesio dari Siauw-
Lim-Pai diserang oleh Tung Giam-Lo-Ong dan See Te-Tok bersama pasukan Mongol dan kami berdua
terancam bahaya. Gan Bouw muncul dan menolong kami, membantu kami mengusir dua orang Datuk
Besar dan pasukannya itu. Kemudian, ketika Im Yang Siang To-jin dari Kun-Lun-Pai dan Wu Wi Thaisu
dari Go-Bi-Pai diserang Pak Lo-Kui dan Lam Sian bersama banyak pasukan Mongol, juga Gan Bouw yang
muncul dan menolong mereka. Gan Bouw telah menolong orang-orang dari Siauw-Lim-Pai, Bu-Tong-Pai,
Kun-Lun-Pai, dan Go-Bi-Pai, dan menentang Empat Datuk Besar, maka mereka datang bersama pasukan
besar Mongol membalas dendam dan membasmi Thian-Te-Pang, melukai Gan Bouw sehingga cacad dan
lumpuh."
"Aduh, kasihan...!" kata dua orang gadis itu berbareng.
"Menyesal sekali aku pernah mencurigai orang sebaik itu!" kata In Hong yang teringat betapa sikap Gan
Bouw amat baik kepadanya, bahkan pemuda itu memperlihatkan dengan jelas bahwa dia jatuh hati
kepadanya!
"Memang patut disesalkan, Hong-moi. Akan tetapi kita memang harus mencurigai semua orang." kata
Yo Kang.
"Sekarang ini jelas sudah bahwa Gan Bouw, tidak mungkin pembunuh misterius yang kita cari.
Pembunuh itu pasti bukan Gan Bouw, melainkan orang yang kini menyamar sebagai Pat-Jiu Sin-Kai!"
"Sebenarnya, apakah yang terjadi di luar sana, Twako? Seperti engkau telah maklum, yang kuketahui
hanyalah tentang pembunuhan terhadap tiga puluh orang anggauta Hek I Kaipang di An-Hui yang
kabarnya dibunuh oleh orang yang menggunakan ilmu Tong-Sim-Ciang dari Bu-Tong-Pai. Kemudian Ang
Cun tokoh Hek I Kaipang itu pun bersama dua orang saudaranya terbunuh pula oleh pukulan Tong-Sim-
Ciang. Kemudian ada pembunuh gelap menyerangmu dengan ilmu Pek-Kong-Ciang dari Kun-Lun-Pai.
Nah, hanya kekacauan itu yang kuketahui sehingga kita berpisah, Yo-Twako. Aku menyelidiki ke Hek I
Kaipang dan engkau hendak Melapor ke Bu-Tong-Pai. Ketika aku datang ke sini, aku dijebak Pat-Jiu Sin-
Kai yang ternyata palsu karena yang aseli berada di sini dalam keadaan sakit terluka pukulan ampuh dan
tidak berdaya. Apakah yang telah terjadi?":: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 354
:: CerSil KhoPingHoo :
"Wah, banyak sekali yang terjadi, Enci In Hong! Terjadi kekacauan hebat yang menggegerkan dunia
kang-ouw sehingga Bu-Tong-Pai mengutus Yo-Twako dan Siauw-Lim-Pai mengutus aku untuk melakukan
penyelidikan. Juga sudah pasti pihak Kun-Lun-Pai dan juga mengutus wakilnya untuk menyelidiki perkara
ini!"
"Apa yang terjadi?" tanya In Hong heran.
"Mula-mula Bu-Tong Sam-Lo dan enam orang anggauta Bu-Tong-Pai tewas dibunuh orang yang
menggunakan ilmu-ilmu dari Siauw-Lim-Pai, seperti Tiam-Hiat-Hoat, Siauw-Cu-Twi, dan Tat-Mo Sin-Kun!
Akan tetapi orang yang hanya diketahui berkepala gundul dan berpakaian Hwesio itu tidak diketahui
jelas mukanya karena peristiwa itu terjadi dalam cuaca gelap. Kemudian tiba giliran Kun-Lun-Pai. Pada
suatu malam bayangan yang sama itu telah membunuhi beberapa orang murid Kun-Lun-Pai. Bukan itu
saja, juga murid Go-Bi-Pai bernama Wi Tek Tosu terbunuh oleh bayangan gundul berjubah Hwesio!
Semua pembunuhan itu dilakukan orang gundul berjubah Hwesio yang tidak tampak jelas wajahnya.
Tentu saja partai-partai yang kehilangan anggauta yang terbunuh itu minta pertanggungan jawab Siauw-
Lim-Pai. Suhu Bu Tek Tianglo minta waktu sampai datangnya hari ulang tahun Siauw-Lim-Pai dan
menyuruh aku untuk menyelidiki dan menangkap pembunuh itu. Akan tetapi celakanya, aku sendiri
sekarang malah terjebak di sini dan tidak dapat keluar. Padahal hari ulang tahun Siauw-Lim-Pai hanya
tinggal belasan hari lagi!"
"Hemm, kalau begitu, yang patut dicurigai, selain Empat Datuk Besar, agaknya aku lebih condong
menyangka kalau pelaku pembunuhan misterius yang kini menyamar sebagai Pan-jiu Sin-kai adalah Si
Han Lin yang pernah kau ceritakan itu, Lian Hong!" Lian Hong tertegun dan alisnya berkerut. Ah,
benarkah? Benarkah pemuda itu yang menjadi pembunuh misterius? Pemuda itu baru beberapa hari ini
bertemu dengannya, dan ia mulai tertarik, bahkan kecurigaannya terhadap Si Han Lin dan Ang Hwa
Niocu menipis. Hatinya diliputi penuh keraguan!
"Tak salah lagi." kata pula Yo Kang. "Si Han Lin murid Thian Beng Siansu itu bersama wanita yang kau
ceritakan itu, Ang Hwa Niocu, agaknya yang menjadi pembunuh misterius! Bagaimana menurut
pendapatmu, Adik Lian Hong?" Lian Hong mengerutkan alis dengan penuh keraguan.
"Ahh... entahlah, aku tidak tahu..." Ia tidak ingin menceritakan pertemuannya dengan Si Han Lin dan Ang
Hwa Niocu.
"Siapa kau bilang nama tadi...?" In Hong bertanya sambil memandang kepada Lian Hong.
"Si Han Lin...? Benarkah, ada yang bernama Si Han Lin...?"
"Benar, Enci In Hong. Dia seorang pemuda murid Thian Beng Siansu, namanya Si Han Lin. Kenalkah
engkau dengan dia, Enci?"
"Aku pernah bertemu seorang guru silat di Hak-Ciu yang tewas karena berkelahi dan dipukul oleh Pak
Lo-Kui. Sebelum meninggal dunia dia pernah pesan kepadaku puteranya yang bernama Si Han Lin.
Menurut pengakuannya, mendiang Si Hoo adalah murid Bu-Tong-Pai." In Hong memandang Yo Kang.
"Apakah Yo-Twako tidak mengenalnya?" Yo Kang menggeleng kepala.:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 355
:: CerSil KhoPingHoo :
"Kalau Si Hoo itu Ayah Si Han Lin, tentu dia merupakan murid Bu-Tong-Pai yang jauh lebih dulu dariku,
maka aku tidak mengenalnya."
"Apakah benar Si Han Lin yang menjadi pembunuh misterius itu?" tanya In Hong.
"Seingatku, Ayahnya, mendiang Si Hoo, adalah seorang guru silat yang mempunyai nama baik di Hak-
Ciu."
"Sudahlah, kukira sekarang yang paling penting bagi kita bertiga adalah bagaimana dapat keluar dari
tempat ini." kata Yo Kang. In Hong menggeleng kepalanya.
"Aku sudah mencari dan memeriksa seluruh tempat ini dan tidak menemukan jalan keluar, Twako.
Harapan kita satu-satunya hanyalah Pat-Jiu Sin-Kai. Kalau ingatannya sudah pulih, mungkin dia dapat
menunjukkan jalan keluar dari tempat ini. Dia adalah pemilik tempat ini, pasti dia mengetahui jalan
rahasia di sini. Sayang, dia tidak ingat apa-apa!"
"Hemm, kalau begitu, mari kita mencoba untuk menyatukan tenaga, barangkali dapat membangkitkan
tenaganya, mengusir hawa beracun dari tubuhnya dan membuat ingatannya dapat bekerja kembali."
Demikianlah, tiga orang itu lalu berusaha sedapatnya untuk menyembuhkan Pat-Jiu Sin-Kai yang
kehilangan tenaga dan ingatannya.
Kuil Siauw-Lim-Pai yang menjadi pusat perguruan silat Siauw-Lim-Pai berada di kaki Gunung Sung-San di
Propinsi Honan, Cina Tengah. Tempat itu memang indah dan sunyi sehingga cocok sekali untuk menjadi
tempat belajar ilmu silat dan samadhi, menenangkan pikiran dan membenamkan perhatian ke dalam
pelajaran ilmu silat dan agama. Akan tetapi pada pagi hari itu, banyak sekali orang datang berkunjung.
Hari itu adalah hari ulang tahun Siauw-Lim-Pai. Biasanya, kalau Siauw-Lim-Pai mengadakan perayaan
ulang tahun, yang datang hanya wakil-wakil dari partai-partai besar dan penting saja, dan beberapa
orang tokoh besar dunia persilatan, pemuka-pemuka agama.
Akan tetapi pagi hari itu lain sama sekali. Hari itu amat penting karena Ketua Siauw-Lim-Pai, Bu Kek
Tianglo memberi waktu pertanggungan jawab Siauw-Lim-Pai terhadap pembunuhan-pembunuhan
misterius itu sampai hari ulang tahun Siauw-Lim-Pai. Maka, kini yang berbondong-bondong datang ke
Siauw-Lim-Si adalah para Ketua Partai Persilatan, bahkan juga perguruan-perguruan yang ingin
menyaksikan apa yang akan terjadi sebagai akibat pembunuhan-pembunuhan yang terjadi, yang
kabarnya dilakukan seorang murid Siauw-Lim-Pai yang pandai. Terutama sekali mereka yang langsung
menjadi korban pembunuhan misterius itu.
Mereka merasa penasaran dan hendak menuntut Siauw-Lim-Pai, maka kini mereka datang dengan
lengkap, Ketuanya sendiri bersama para pembantu dan banyak anggautanya. Bu-Tong-Pai datang
dengan pasukan anak buah yang dipimpin sendiri oleh Tiong Li Seng-jin yang sudah berusi tujuh puluh
dua tahun! Selain sang Ketua, juga datang pula wakil Ketua Bu-Tong-Pai, yaitu Tiong Hak Tosu yang
bertubuh tinggi besar dan tujuh orang murid kepala, diikuti sekitar lima puluh orang murid! Kun-Lun-Pai
juga terdiri lebih dari lima puluh orang, dikepalai sang Ketua sendiri yaitu Pek Ciang San Lo-jin Tampak
pula Im Yang Siang To-jin, dua orang murid kepala yang terkenal itu dan beberapa orang murid lain yang
tingkatnya sudah tinggi.
Demikian pula pihak Go-Bi-Pai datang lengkap, dipimpin Sang Ketua Pek Eng Thaisu yang juga berusia
tujuh puluh dua tahun, ditemani Wu Wi Thaisu dan beberapa orang murid kepala, diikuti hampir seratus:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 356


Bayangan Bidadari Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

:: CerSil KhoPingHoo :
orang murid! Tiga partai persilatan terbesar inilah yang merasa penasaran dan hendak menuntut Siauw-
Lim-Pai karena masing-masing mereka kehilangan murid yang terbunuh oleh pembunuh misterius yang
disangka tentu murid Siauw-Lim-Pai! Selain tiga perkumpulan silat terbesar Ini, datang pula rombongan
Kong-Thong-Pai, Hoa-San-Pai, dan beberapa orang tokoh kang-ouw terkenal. Rombongan terakhir yang
muncul adalah rombongan pengemis Hek I Kaipang yang pakaiannya mencolok karena semua memakai
pakaian serba hitam tambal-tambalan. Rombongan ini dipimpin sendiri oleh Pat-Jiu Sin-Kai Gu Liat!
Setelah para tamu berkumpul di halaman depan Kuil yang amat luas itu, berjajar sekelompok-
sekelompok, maka keluarlah Bu Kek Tianglo, diiringkan Ceng Seng Hwesio, kelima murid anggauta Ngo-
Heng-Tin. Para Hwesio dan murid Siauw-Lim-Pai sudah sejak tadi berbaris di depan pintu gerbang,
berdiri tegap dan tenang walaupun hati mereka merasa tegang. Biarpun hari itu hari ulang tahun Siauw-
Lim-Pai, namun karena ada urusan yang amat penting itu, Siauw-Lim-Pai sekali ini tidak merayakan hari
ulang tahunnya. Setelah Bu Kek Tianglo berhenti melangkah dan berdiri di tepi serambi Kuil yang lebih
tinggi setengah tombak dari halaman, dia lalu mengangkat kedua tangan depan dada dan terdengar
suaranya yang lembut namun yang dapat terdengar oleh semua orang yang hadir memenuhi halaman
luas itu.
"Cu-wi To-yu (Sahabat Pendeta To) dan Beng-yu (Sahabat Sekalian), Pinceng (saya) atas nama Siauw-
Lim-Pai mengucapkan selamat datang kepada Cu-wi (Anda Sekalian), juga terima kasih atas kedatangan
di sini. Akan tetapi dengan sangat menyesal Pinceng terpaksa mohon maaf bahwa Pinceng tidak dapat
menyuguhkan hidangan seperti tahun-tahun yang lalu karena kami tidak dapat merayakan hari ulang
tahun Siauw-Lim-Pai. Kami sedang prihatin, maka maafkan kami."
"Siancai...!" Terdengar suara Pek Ciang San Lo-jin, Ketua Kun-Lun-Pai, yang nyaring.
"Bu Kek Tianglo, mengapa bicara sungkan dan berputar-putar? Kami semua datang bukan untuk minta
hidangan, ini engkau ketahui betul! Lebih baik buktikan pertanggungan-jawabmu seperti yang telah kau
janjikan!"
"Siancai..., apa yang dikatakan Pek Ciang San Lo-jin itu benar. Lebih baik Siauw-Lim-Pai bersikap terbuka
dan jujur. Tidak perlu banyak alasan karena semua orang sudah tahu belaka bahwa yang melakukan
semua pembunuhan itu, termasuk yang membunuh murid kami Wi Tek Tosu, adalah seorang murid
Siauw-Lim-Pai! Hayo, Bu Kek Tianglo, lebih baik keluarkan pembunuh itu dan jangan mencoba untuk
menyangkal atau melindungi dia!" kata Pek Eng Thaisu Ketua Bu-Tong-Pai.
"Siancai, terpaksa kami harus membenarkan mereka, Suheng!" kata Tiong Li Seng-jin kepada Bu Kek
Tianglo. "Agar perkara ini segera dapat diselesaikan secara tuntas, lebih baik kalau Suheng memberi
penjelasan bagaimana pertanggungan jawab Siauw-Lim-Pai. Apakah pembunuh misterius itu sudah
dapat di-tangkap? baik pembunuh itu murid Siauw-Lim-Pai atau bukan, pihak Siauw-Lim-Pai harus
dengan gagah dapat mempertanggung-jawabkannya. Kalau tidak, nama besar Siauw-Lim-Pai akan
hancur dan ternoda. Hayolah, Suheng Bu Kek tunjukkan kebesaran jiwamu untuk membersihkan nama
Siauw-Lim-Pai!"
"Hancurkan Siauw-Lim-Pai!" tiba-tiba terdengar suara yang lantang sekali dan ternyata Pat-Jiu Sin-Kai
Ketua Hek I Kaipang yang berteriak itu. "Melihat betapa murid Siauw-Lim-Pai melakukan semua
pembunuhan misterius itu, kini kami pun yakin bahwa pembunuh tiga puluh orang anggauta Hek I
Kaipang di An-Hui tentu dilakukan pula oleh orang Siauw-Lim-Pai itu, dengan menyamar sebagai murid
Bu-Tong-Pai untuk mengadu domba antara kami Hek I Kaipang dan Bu-Tong-Pai! Siauw-Lim-Pai sajalah:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 357
:: CerSil KhoPingHoo :
yang harus bertanggung jawab atas semua pembunuhan itu!" Ramailah mereka yang seolah berlumba
menyatakan pendapatnya dan hampir semua dari mereka menyatakan setuju bahwa Siauw-Lim-Pai
harus bertanggung jawab atas semua pembunuhan itu.
"Cuwi yang mulia, dengar pernyataan Pinceng! Siauw-Lim-Pai tidak akan lari dari tanggung jawab!
Semenjak mendengar akan adanya pembunuh misterius yang melakukan banyak pembunuhan dengan
menggunakan ilmu dan nama Siauw-Lim-Pai, Pinceng telah mengutus wakil-wakil Siauw-Lim-Pai untuk
melakukan penyelidikan. Akan tetapi apa mau dikata, sampai saat ini, utusan Pinceng itu belum juga
kembali sehingga kami tidak tahu apakah usahanya menyelidiki dan menangkap pembunuh misterius itu
berhasil atau tidak. Oleh karena Pinceng sudah berjanji untuk mempertanggung-jawabkannya pada hari
ini, Pinceng tidak akan lari dari tanggung jawab dan tidak akan menjilat ludah sendiri. Nah, kalau Cu-wi
(Anda Sekalian) berkeras untuk minta pertanggungan-jawab atas kematian para murid Cu-wi, biarlah
Pinceng yang mewakili Siauw-Lim-Pai menanggung dosa pembunuh misterius itu. Silakan kalau Cu-wi
hendak membunuh Pinceng sebagai penebusan dosa. Pinceng tidak akan menghindar atau melawan.
Omitohud!"
Pada saat yang amat menegangkan itu, tiba-tiba terdengar suara gaduh dan muncullah Empat Datuk
Besar bersama seratus orang lebih pasukan Mongol! Lam Sian (Dewa Selatan) Datuk Selatan yang
gendut pendek itu mengeluarkan suara tawa yang lantang terbahak-bahak.
"Hua-ha-ha-ha! Bu Kek Tianglo hendak menebus pembunuhan puluhan orang oleh murid-muridnya
dengan menyerahkan tubuhnya yang sudah tua bangka? Sungguh enak sekali bagi Siauw-Lim-Pai! Dosa
itu terlalu berat, hutang itu terlalu banyak untuk dapat dilunasi hanya dengan nyawa seorang Kakek tua
bangka yang takkan lama lagi hidup di dunia. Ha-ha-ha!" Pat-Jiu Sin-Kai segera menyambung.
"Sejak dulu Siauw-Lim-Pai berwatak sombong, memandang rendah semua partai persilatan yang lain,
menganggap Siauw-Lim-Pai sebagai sumber utama semua ilmu silat! Ternyata sekarang terbukti hanya
berwatak pengecut, tidak berani mempertanggung-jawabkan dosa-dosa yang telah dilakukannya!"
"Omitohud! Cu-wi boleh mempunyai pendapat apa saja, akan tetapi kami bukanlah orang-orang yang
lari dari kenyataan dan tidak berani menghadapinya. Kalau Cu-wi tidak puas dengan penyerahan diri
Pinceng untuk menebus kesalahan yang dilemparkan kepada Siauw-Lim-Pai, lalu apa yang Cu-wi
kehendaki untuk kami lakukan?" kata Bu Kek Tianglo dengan suara tenang.
"Bu Kek Tianglo! Kami adalah utusan pemerintah! Karena jelas bahwa Siauw-Lim-Pai membuat
kejahatan dengan pembunuhan-pembunuhan besar sehingga mengacaukan ketenteraman, maka kami
mendapat tugas dari pemerintah untuk menangkap semua anggauta Siauw-Lim-Pai! Maka, kami
perintahkan agar semua anggauta Siauw-Lim-Pai menyerah, membuang senjata dan menjadi tawanan
kami untuk dihadapkan di pengadilan!" Pak Lo-Kui Datuk Utara itu berseru dengan garang. Tung Giam-
Lo menyambung.
"Siapa yang membela Siauw-Lim-Pai kami anggap menibantu kejahatan dan akan kami tangkap pula.
Yang melawan akan kami binasakan!"
"Omitohud!" kata Bu Kek Tianglo sambil memandang kepada empat orang Datuk Besar itu. "Kami hanya
mempunyai permasalahan dengan saudara-saudara seperguruan silat yang lain! Kami tidak mempunyai
urusan dengan Kerajaan Mongol dan tidak merasa mempunyai kesalahan apa pun terhadap pemerintah.:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 358
:: CerSil KhoPingHoo :
Sudah tentu kami tidak mau menyerahkan diri begitu saja untuk ditangkap karena kami sama sekali
tidak merasa bersalah terhadap pemerintah!"
"Wah, Siauw-Lim-Pai sombong! Kesalahannya sudah jelas masih berpura-pura alim! Kalau kalian dapat
menipu rakyat, kalian tidak mungkin dapat mengelabui kami. Kami tidak begitu bodoh untuk membela
Siauw-Lim-Pai karena itu sama saja dengan membantu kejahatan mereka. Sudah tiba saatnya Siauw-
Lim-Pai dibasmi dari permukaan bumi karena hanya akan mengotori dunia persilatan!" teriak Pat-Jiu Sin-
Kai dengan lantang. Tiong Li Seng-jin berbisik kepada Tiong Hak Tosu, wakil Ketua Bu-Tong-Pai.
"Pat-Jiu Sin-Kai itu mencurigakan. Dulu mati-matian memusuhi Bu-Tong-Pai yang dituduh membunuh
tiga puluh orang muridnya, sekarang berbalik mati-matian memusuhi Siauw-Lim-Pai. Hati-hati, jangan
mudah terbujuk olehnya. Pinto curiga olehnya." Akan tetapi para pimpinan perguruan lain tersulut
kemarahan mereka terhadap Siauw-Lim-Pai oleh ucapan Pat-Jiu Sin-Kai ini maka mereka tampak
beringas dan agaknya sudah siap untuk maju mengeroyok Siauw-Lim-Pai! Pada saat itu, enam orang
berlari menuju Siauw-Lim-Pai. Mereka adalah Pat-Jiu Sin-Kai yang masih tampak lemah sehingga dia
digandeng dua orang pemuda di kanan kirinya, dan tiga orang gadis cantik berlari mengikuti di
belakangnya. Dua orang pemuda yang menggandeng Ketua Hek I Kaipang agar dapat berlari cepat itu
bukan lain adalah Yo Kang, dan Si Han Lin.
Adapun tiga orang gadis cantik yang mengikuti di belakang adalah Ang Hwa Niocu, Kwee In Hong dan
Ong Lian Hong! Bagaimana. mereka dapat berada di sini dan menuju ke Siauw-Lim-Pai? Untuk
mengetahui hal itu, mari kita mengikuti pengalaman mereka belasan hari yang lalu. Seperti kita ketahui,
Yo Kang, In Hong dan Lian Hong menyatukan sinkang (tenaga sakti) mereka untuk menyembuhkan luka
dalant tubuh Pat-Jiu Sin-Kai. Usaha mereka berhasil. Biarpun Ketua Hek I Kaipang itu belum dapat
disembuhkan sama sekali, namun ingatannya pulih. Berkat petunjuknya, mereka dapat menemukan
terowongan rahasia di tempat mereka ditawan itu. Mereka berempat lalu mengikuti terowongan
sampai akhirnya mendapatkan guha mulut terowongan itu tertutup batu-batu besar dari luar! Jalan
keluar pun tertutup!
"Ah, mulut terowongan tertutup batu-batu besar dari luar. Kalau tidak ada bantuan dari luar
menyingkirkan batu-batu itu, kita tidak dapat meloloskan diri." kata Yo Kang setelah memeriksa keadaan
mulut terowongan, yang tertutup itu. Mereka bertiga sudah mencoba untuk mendorong pergi batu-batu
itu. Akan tetapi karena terowongan itu hanya kecil, hanya cukup untuk tubuh satu orang, maka mereka
tidak dapat menyatukan tenaga dan seorang saja tidak cukup kuat untuk mendorong pergi batu-batu
yang agaknya bertumpuk di situ. Saking kecewa dan marahnya, In Hong mengeluarkan teriakan
melengking. Disusul teriakan putus asa Lian Hong, bahkan kemudian Yo Kang yang biasanya lebih tenang
itupun mengeluarkan teriakan melengking sehingga bergema di seluruh terowongan dan ruangan
bawah tanah itu.
Tiba-tiba terdengar lengkingan panjang yang datangnya dari luar mulut terowongan yang tertutup
tumpukan batu! Lengking itu tidak mengandung arti kata-kata, akan tetapi bagi mereka sudah jelas
bahwa di luar sana terdapat orang dan orang itu dapat mengeluarkan teriakan yang mengandung
sinkang (tenaga sakti) yang kuat. Maka, mereka bertiga bergantian berteriak minta tolong. Tiba-tiba
terdengar suara gaduh di luar dan suara gedebukan! Batu-batu yang bertumpuk itu mulai bergoyang-
goyang. Ada orang membongkar tumpukan batu itu dari luar! Akhirnya batu besar terakhir didorong
minggir dan Lian Hong, In Hong, dan Yo Kang yang menggandeng Pat-Jiu Sin-Kai melompat keluar. Begitu
tiba di luar, Lian Hong segera membentak nyaring.:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 359
:: CerSil KhoPingHoo : :: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 360
:: CerSil KhoPingHoo :
"Jahanam keparat! Engkaukah pembunuh keji yang kami cari!" Dan gadis galak ini sudah mencabut
sepasang pedangnya dan menyerang Si Han Lin yang berdiri di situ bersama Ang Hwa Niocu!
"Eh, tunggu dulu. Aiiiittt...!" Han Lin mengelak dengan loncatan ke samping.
"Jangan sembarangan menuduh, Adik Ong Lian Hong!" Ang Hwa Niocu berseru. "Kami berdua justeru
menyelidiki pembunuh, dan dia... eh, dia di sini...?" Ang Hwa Niocu menudingkan telunjuknya ke arah
Pat-Jiu Sin-Kai yang muncul bersama Yo Kang.
"Tenang semua!" kata Yo Kang. "Pembunuh itu adalah orang yang menjebak dan menjebloskan kami ke
penjara bawah tanah. Dia adalah Pat- Jiu Sin-Kai palsu! Ini yang aseli, terluka dan ditahan dalam penjara
bawah tanah!"
"Wah, celaka"' kata Si Han Lin. "Justeru Pat- Jiu Sin-Kai telah pergi membawa rombongan anggauta Hek I
Kaipang menuju ke Siauw-Lim-Pai. Kalau dia itu yang palsu..."
"Pat-Jiu Sin-Kai palsu itulah pembunuhnya!" kata In Hong.
"Kalau begitu, mari kita cepat mengejar ke sana. Hari ulang tahun Siauw-Lim-Pai tinggal beberapa hari
lagi! Mungkin akan terjadi malapetaka pada Siauw-Lim-Pai kalau kita tidak cepat datang ke sana!"
"Benar, mari kita pergi cepat. Kita dapat saling cerita dalam perjalanan nanti." kata Yo Kang. Mereka
berlima lari, akan tetapi karena Pat-Jiu Sin-Kai masih lemah, terpaksa Yo Kang dan Han Lin menggandeng
Kakek itu di kanan kiri sehingga seolah-olah Kakek itu mereka bawa lari! Dalam perjalanan cepat ini
mereka saling menceritakan pengalaman dan keadaan diri masing-masing. Tentu saja secara singkat.
Namun Lian Hong, In Hong, dan Yo Kang kini mengerti bagaimana Si Han Lin dan Ang Hwa Niocu dapat
menolong mereka dengan membongkar tumpukan batu-batu besar yang menutup mulut terowongan.
Si Han Lin dengan singkat menceritakan keadaan dirinya. Ketika In Hong, Lian Hong, dan Yo Kang dalam
keadaan penasaran, marah dan kecewa berteriak-teriak, Han Lin dan Ang Hwa Niocu yang sedang
mencari jejak Lian Hong, mendengar dan mereka berdua lalu membalas teriakan itu dan membongkar
batu-batu sehingga empat orang yang terkurung itu dapat keluar. Demikianlah, ketika Yo Kang, Si Han
Lin, In Hong, Lian Hong, Ang Hwa Niocu, dan Pat- jiu Sin-kai yang aseli itu tiba di halaman Siauw-Lim-Pai
yang penuh orang dan suasana menjadi tegang karena agaknya Siauw-Lim-Pai akan dikeroyok banyak
sekali orang, membantu Empat Datuk Besar dan pasukannya vang hendak menangkapi seluruh anggauta
Siauw-Lim-Pai, Si Han Lin berseru dan suaranya yang didukung tenaga sakti amat kuat itu menggeledek
dengan dahsyat mengejutkan semua orang.
"Heil...! Para pimpinan Bu-Tong-Pai, Kun-Lun-Pai, Go-Bi-Pai, Siauw-Lim-Pai, dan semua perkumpulan
yang hadir di sini, tahan dan dengarkanlah kenyataan ini! Kami telah menemukan siapa yang menjadi
pembunuh misterius itu! Dia bukan murid Siauw-Lim-Pai, melainkan Pat-Jiu Sin-Kai palsu yang berada di
antara kalian!
Inilah Pat-Jiu Sin-Kai aseli yang diserang, dilukai kemudian dikeram dalam penjara bawah tanah oleh
penjahat yang kini menyamar sebagai Pat-Jiu Sin-Kai. Dialah pembunuh misterius itu, bersama Empat
Datuk Besar yang sesat dan mereka adalah antek-antek kerajaan penjajah Mongol untuk mengadu
domba di antara Siauw-Lim-Pai dengan partai-partai persilatan lain! Kita tangkap pembunuh misterius
itu. Tangkap Pat-Jiu Sin-Kai palsu!!" Ucapan itu mengejutkan dan lebih mengejutkan lagi karena Pat-Jiu:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 361
:: CerSil KhoPingHoo :
Sin-Kai yang tadi dengan gigih menyerang Siauw-Lim-Pai dengan ucapan-ucapan menyalahkan dan
menyudutkan, tiba-tiba melompat jauh dan melarikan diri! Orang-orang yang terdekat dengannya
adalah para anggauta Hek I Kaipang dan mereka ini tentu saja terkejut bukan main melihat munculnya
Pat-Jiu Sin-Kai bersama lima orang muda itu,
Apalagi ketika mereka mendengar ucapan Si Han Lin yang membuat mereka baru menyadari bahwa Pat-
Jiu Sin-Kai yang memimpin mereka ke Siauw-Lim-Pai adalah palsu! Maka ketika mereka melihat Ketua
mereka ini benar-benar hendak melarikan diri, mereka yakin akan kebenaran ucapan Si Han Lin.
Beberapa orang mencoba menghadang dan mencegah Pat-Jiu Sin-Kai palsu melarikan diri. Akan tetapi
dengan beberapa gerakan kaki tangan saja, enam orang anggauta Hek I Kaipang yang menghadang itu
berpelantingan dan tewas seketika! Pat-Jiu Sin-Kai palsu itu sudah melarikan diri dengan amat cepatnya
sehingga tidak mungkin dapat ditangkap lagi. Keadaan tentu saja menjadi gempar. Apalagi ketika Yo
Kang juga mengeluarkan suara yang amat nyaring.
"Aku Yo Kang menjadi utusan Suhu Tiong Li Seng-jin Ketua Bu-Tong-Pai mendukung kebenaran ucapan Si
Han Lin tadi. Pat-Jiu Sin-Kai yang lari itu palsu dan dialah pembunuh misterius!"
"Aku juga mendukung kebenaran keterangan itu!" Lian Hong kini berteriak lantang. "Aku Ong Lian Hong
ditugaskan Suhu Bu Kek Tianglo menyatakan bahwa Pat-Jiu Sin-Kai palsu yang melarikan diri itulah Si
Pembunuh misterius!" Mendengar ini, pimpinan Bu-Tong-Pai, Kun-Lun-Pai, Go-Bi-Pai dan Siauw-Lim-Pai
semua kini menghadapi Empat Datuk Besar, diikuti pula oleh rombongan perkumpulan lain!
"Omitohud! Empat Datuk Besar dari empat penjuru kiranya telah begitu hina dan tidak tahu malu,
merendahkan diri menjadi anjing penjajah untuk menyerang dan membasmi bangsa sendiri! Sungguh
dosa kalian amat besar!" kata Bu Kek Tianglo. Pak Lo-Kui yang melihat betapa keadaan kini membalik,
semua tamu itu agaknya kini bahkan membela Siauw-Lim-Pai, lalu memberi aba-aba kepada tiga orang
rekannya dan pasukan Mongol.
"Serbu! Bunuh semua orang Siauw-Lim-Pai dan mereka yang berani melawan!" Empat orang Datuk
Besar bergerak maju diikuti pasukan Mongol. Biarpun tidak dikomando, secara serentak para Ketua dari
empat perguruan besar, yaitu Bu Kek Tianglo Ketua Siauw-Lim-Pai, Tiong Li Seng-jin Ketua Bu-Tong-Pai,
Pek Ciang San Lo-jin Ketua Kun-Lun-Pai, dan Pek Eng Thaisu Ketua Go-Bi-Pai, maju menyambut Empat
Datuk Besar, yaitu Pak Lo-Kui, Tung Giam-Lo, Lam Sian, dan See Te-Tok! Adapun murid-murid empat
perguruan besar itu pun menyambut serbuan pasukan Mongol sehingga terjadi pertandingan yang amat
hebat di halaman Siauw-Lim-Pai yang luas itu. Perguruan-perguruan silat lainnya berpencar, ada yang
ikut mengeroyok pasukan, ada pula yang tidak mau mencampuri dan meninggalkan tempat itu.
"Mari kita tangkap pembunuh misterius itu!" kata Kwee In Hong kepada Lian Hong, Yo Kang, Si Han Lin,
dan Ang Hwa Niocu.
"Ke mana kita akan mencarinya?" tanya Yo Kang.
"Siapakah dia, Enci Hong?" tanya Lian Hong. "Ikutilah saja aku, nanti kalian lihat sendiri!" kata In Hong
dan Si Bayangan Bidadari ini lalu mengerahkan seluruh ilmunya berlari cepat sehingga bayangannya
berkelebat cepat sekali meninggalkan tempat itu. Lian Hong, Yo Kang, Han Lin dan Ang Hwa Niocu
terpaksa juga mengerahkan seluruh ilmu mereka untuk mengimbangi dan lima orang muda ini berlari
cepat sekali, In Hong di depan karena ia menjadi penunjuk jalan, sedangkan empat yang lain hanya
mengikutinya.:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 362
:: CerSil KhoPingHoo :
Mereka tidak sempat bercakap-cakap lagi karena mereka berlari sangat cepatnya. Beberapa hari
kemudian tibalah mereka di kaki Beng-San. Yo Kang, Lian Hong, Han Lin, dan Ang Hwa Niocu merasa
heran dan bertanya-tanya dalam hati. Ke manakah In Hong hendak membawa mereka? Di Beng-San
terdapat tiga perkumpulan. Thian-Te-Pang yang dikuasai oleh Gan Bouw, Beng-San-Pai yang di Ketuai
oleh U Gi Tosu, dan Hek I Kaipang yang di Ketuai oleh Pat-Jiu Sin-Kai. Ke manakah mereka akan menuju?
Ketika In Hong membawa mereka pergi ke perkampungan Thian-Te-Pang dekat dusun Kiok-Lim,
perkampungan yang sudah menjadi puing, terbakar habis. Ketika melihat In Hong agaknya hendak
mencari Gan Bouw, Yo yang masih berlari berkata,
"Akan tetapi Hong-moi..."
"Ssstt...!" kata In Hong sambil menunjuk ke depan, ke arah pondok kecil yang Yo Kang tahu menjadi
tempat Gan Bouw yang sakit parah dan lumpuh ltu dirawat empat orang pembantunya. In Hong
berhenti dan empat orang yang lain ikut berhenti memandang. Di depan itu terdapat sebuah joli (tandu)
dan Gan Bouw yang lumpuh duduk di dalam joli. Empat orang yang bertubuh tinggi itu berada di dekat
joli, agaknya untuk menggotong joli itu.
"Thian-Te Pangcu (Ketua Thian-Te-Pang)! Perlahan dulu, kami mau bicara!!" In Hong berseru dan Gan
Bouw bersama empat orang pembantunya itu menoleh dan memandang ke arah lima orang muda yang
datang dengan cepat. Mendengar seruan itu, Gan Bouw yang duduk di dalam joli dan empat orang
pembantu yang hendak mengusungnya itu memandang. Gan Bouw memandang ke arah In Hong dan Yo
Kang, dan wajahnya berseri.
"Ah, kiranya Yo-Taihiap dan Adik Sian-Li Eng-Cu!!" Dalam pertemuannya dengan In Hong dahulu, In
Hong mengaku bernama Put Houw Li (Gadis Tidak Berbakti) akan tetapi Gan Bouw tidak percaya akan
nama itu dan tahu bahwa In Hong adalah Sian-Li Eng-Cu, maka kini dia menyebut julukan gadis itu. Lima
orang muda itu, dipimpin In Hong dan Yo Kang, kini tiba di depan Gan Bouw yang masih duduk di dalam
joli.
"Aih, maafkan aku tidak dapat menyambut kalian dengan sebagaimana mestinya! Yo-Taihiap, dan
engkau Siauw-moi, apakah kalian ini datang hendak menolong aku? Ah, sungguh tidak kusangka akan
terjadi begini dengan diriku..." Wajah Gan Bouw tampak berduka sekali. Yo Kang memandang ragu,
masih bingung dan tidak mengerti mengapa In Hong mengajak mereka datang menemui Gan Bouw yang
agaknya mengenal In Hong sebagai Sian-Li Eng-Cu (Si Bayangan Bidadari)! Dengan alis berkerut dan sinar
mata tajam penuh kemarahan In Hong menudingkan telunjuknya ke arah muka Gan Bouw dan
membentak.
"Gan Bouw, apa yang kau lakukan terhadap Paman Pat-Jiu Sin-Kai?" Gan Bouw membelalakkan
matanya, memandang kepada In Hong dengan heran.
"Pat-Jiu Sin-Kai? Dia adalah Ketua Hek I Kaipang dan dia sahabatku. Apa yang kulakukan? Aku tidak
melakukan apa-apa, Siauw-moi..."
"Engkau melukainya, menjebloskannya ke penjara bawah tanah dan engkau menyamar sebagai dia,
menjadi Ketua Hek I Kaipang palsu! Engkau yang melakukan pembunuhan-pembunuhan itu, engkau
antek penjajah Mongol!" Wajah Gan Bouw yang putih itu menjadi kemerahan dan dia berkata dengan
suara bernada penuh kesedihan dan penyesalan.:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 363
:: CerSil KhoPingHoo :
"Sian-Li Eng-Cu, aku telah kehilangan Thian-Te-Pang yang dibasmi oleh Empat Datuk Besar dan pasukan
Mongol, bahkan kini aku menderita lumpuh, dan engkau malah menuduh aku menjadi antek Mongol?
Sungguh engkau kejam sekali dan tega menuduh yang bukan-bukan padaku..."


Bayangan Bidadari Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Gan Bouw, permainan sandiwaramu tamat sudah! Jangan berpura-pura lagi!" Tiba-tiba In Hong
menerjang dengan pukulan yang penuh mengandung tenaga sakti ke arah Gan Bouw yang duduk di
dalam joli!
"Hong-moi...!" Yo Kang maju hendak mencegah, akan tetapi Han Lin dari samping memegang lengannya,
mencegah. Pukulan In Hong itu dahsyat bukan main, penuh tenaga sakti.
"Bressss...!" Joli itu hancur berkeping-keping akan tetapi tubuh Gan Bouw berkelebat dan pemuda itu
sudah menghindar dengan amat cepatnya. Kini dia berdiri dan sepasang matanya mencorong,
menakutkan.
"Ha-ha-ha-ha! Kalian sudah tahu? Baik, bersiaplah untuk mati di sini!" Gan Bouw mengeluarkan
bentakan menantang dan empat orang pemikul joli itu pun kini memperlihatkan diri yang sebenarnya.
Mereka semua siap untuk bertanding!
"Huh, kau kira dapat menipu kami?" In Hong mengejek. "Aku bahkan tahu bahwa sembilan tahun yang
lalu, engkau yang diangkat anak oleh Hartawan Tan Yu Seng di Lam-Keng, minggat sambil mencuri
banyak emas dari orang tua angkat yang baik budi itu! Sekarang engkau harus menebus semua dosamu.
Hai-iitttt...!" In Hong menyerang dengan pukulan Pek-In-Ciang (Tangan Awan Putih). Kedua telapak
tangannya yang men-dorong ke depan itu mengeluarkan uap putih dan pukulan ini dahsyat bukan main.
Akan tetapi Gan Bouw juga mendorongkan kedua tangannya menyambut.
"Dessss...!" Tubuh In Hong terdorong mundur beberapa langkah! Ini menandakan bahwa tenaga
saktinya masih kalah kuat dan tidak dapat menandingi kekuatan Gan Bouw! Ketika In Hong hendak
menyerang lagi, di antara empat orang pembantu Gan Bouw yang kepalanya botak sudah melompat dan
menyambut. Ternyata orang botak tinggi besar ini cukup lihai sehingga terjadi perkelahian antara dia
dan In Hong yang berlangsung dengan serunya. Lian Hong menjadi marah dan ia pun sudah menerjang
maju menyerang Gan Bouw. Karena maklum betapa lihainya pemuda muka putih itu yang tadi dapat
membuat encinya terdorong ke belakang, Lian Hong sudah menggunakan jurus Tat-Mo Sin-Kun dan
mengerahkan tenaga sakti I-Kin-Keng.
"Plak-plak-desss...!" Tiga kali Gan Bouw menangkis serangan Lian Hong dan yang ke tiga kalinya,
pertemuan antara dua tangan mereka membuat Lian Hong jug terpental seperti halnya In Hong tadi. Kini
Lian Hong disambut oleh pembantu Gan Bouw yang ke dua, yang juga tinggi besar dan mukanya hitam.
Lian Hong yang marah itu segera terlibat dalam perkelahian seru melawan orang ini. Yo Kang kini
menghadapi Gan Bouw. Pemuda Bu-Tong-Pai ini tadinya heran dan terkejut. Akan tetapi sekarang dia
memandang Gan Bouw dengan alis berkerut dan sinar mata tajam menusuk.
"Keparat Gan Bouw, kiranya engkau pembunuh misterius itu? Semua pertolonganmu terhadap kami
ternyata hanya sandiwara belaka? Sungguh jahanam yang jahat sekali engkau dan sudah layak
mampus!" Yo Kang menyerang dan langsung saja menggunakan Tong-Sim-Ciang, pukulan ampuh dan
khas dari Bu-Tong-Pai. Akan tetapi sambil tersenyum mengejek Gan Bouw menyambutnya dengan
pukulan yang sama.:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 364
:: CerSil KhoPingHoo :
"Wuuuuttt... darrrr...!!" Dua tenaga sakti yang dahsyat bertemu dan akibat-nya, kalau tubuh Gan Bouw
hanya bergoyang, tubuh Yo Kang terdorong sampai tiga langkah! Ketika Yo Kang yang merasa penasaran
maju lagi, dia disambut oleh pembantu ke tiga dari Gan Bouw, seorang tinggi besar yang di pipi kirinya
terdapat codet bekas luka memanjang. Ternyata lawan Yo Kang ini juga lihai dan mereka juga sudah
saling serang dengan serunya. Kini Ang Hwa Niocu yang menghadapi Gan Bouw. Wanita cantik ini
tersenyum mengejek.
"Hemmm, inikah manusia sesat Gan Bouw, murid para Pendeta Lama Tibet yang sesat dan
menyeleweng dari agama mereka itu? Gan Bouw, engkau pernah mencuri kitab pusaka dari Kerajaan
Bhutan, bersiaplah engkau untuk menerima hukuman dariku!" Gan Bouw memandang tajam dan
melihat bunga merah di rambut Ang Hwa Niocu, dia terkejut.
"Ah, engkau Ang Hwa Niocu, puteri Istana Kerajaan Bhutan?" Han Lin melangkah maju.
"Suci (Kakak Seperguruan), biarlah aku yang menghadapi jahanam ini!" Ang Hwa Niocu mengerti.
Biarpun ia merupakan kakak seperguruan dari. Si Han Lin, sama-sama murid Thian Beng Siansu di
Himalaya, namun ia tahu bahwa Sutenya ini memiliki tingkat kepandain yang lebih tinggi dan ia pun
menyadari bahwa Gan Bouw merupakan lawan yang tangguh sekali.
"Baiklah, Sute. Engkati hati-hatilah" setelah berkata demikian, Ang Hwa Niocu bertanding melawan
pembantu Gan Bouw yang ke empat, yang mukanya penuh brewok. Han Lin kini berhadapan dengan
Gan Bouw. Gan Bouw adalah seorang pemuda yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Guru-Gurunya,
para Pendeta Lama jubah merah di Tibet, terkenal sebagai para Pendeta yang sesat, bahkan diusir oleh
pemerintah Tibet sendiri. Para Pendeta Lama jubah merah ini juga terkenal sebagai orang-orang yang
suka mencuri kitab-kitab aliran persilatan lain dan mencuri ilmu mereka. Karena merasa dirinya paling
lihai, Gan Bouw yang pandai menyamar dan pandai berlagak ini menjadi sombong. Dia tadi mendengar
betapa pemuda yang kini menghadapinya adalah sute dari Ang Hwa Niocu, maka dia memandang
rendah.
"Bocah sombong, engkau Sute dari Ang Hwa Niocu, berani melawan aku, Hayo katakan siapa namamu
agar engkau tidak mati tanpa nama!"
"Aku Si Han Lin, aku mewakili Siauw-Lim-Pai dan Bu-Tong-Pai untuk menangkap pembunuh misterius
yang ternyata adalah engkau dan kaki tanganmu!"
"Si Han Lin, bersiaplah engkau untuk mampus!" bentak Gan Bouw dan dia sudah mencabut pedangnya.
Han Lin melompat ke samping dan mematahkan sebatang ranting pohon dan dengan ranting hijau ini
dia menghadapi ancaman pedang di tangan Gan Bouw, sebatang pedang yang mengkilap saking
tajamnya! Gan Bouw sudah menerjang dengan pedangnya. Permainan pedangnya amat dahsyat, dan
bukan hanya pedangnya yang menyambar-nyambar melainkan juga tangan kirinya melancarkan pukulan
dengan ilmu-ilmu yang tak kalah bahayanya dibandingkan pedangnya. Namun, sekali ini Gan Bouw
kecelik. Kalau tadi dia mampu membuat semua lawan terdorong, kini setiap kali tangan mereka atau
pedang bertemu ranting, dia merasa betapa lengannya tergetar hebat. Tahulah Gan Bouw bahwa sekali
ini dia bertemu Iawan yang bukan main tangguhnya dan agaknya, seperti juga dia, lawan ini menguasai
banyak macam ilmu yang tinggi.:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 365
:: CerSil KhoPingHoo :
Pertempuran antara Gan Bouw dan Si Han Lin merupakan yang paling seru, di antara empat
pertandingan yang lain. Empat orang pembantu Gan Bouw itu adalah murid-murid para Pendeta Lama
jubah merah di Tibet pula, akan tetapi tingkat kepandaian mereka berempat itu masih jauh di bawah
tingkat Gan Bouw. Maka, melawan In Hong, Lian Hong, Yo Kang, dan Ang Hwa Niocu, mereka berempat
segera terdesak hebat sekali. Yang pertama roboh adalah lawan In Hong. Orang tinggi besar berkepala
botak ini menggunakan sebatang golok yang besar dan berat dan dia memiliki tenaga yang kuat. Namun,
menghadapi In Hong yang memiliki gerakan cepat seperti bayang-bayang itu, Si Botak sebentar saja
menjadi pening dan sebelum lewat dua puluh jurus, pedang Gan-Liong-Kiam di tangan In Hong
menembus dadanya dan Si Botak itu roboh dan tewas.
Kematiannya disusul orang tinggi besar bermuka brewok yang bertanding melawan Ang Hwa Niocu.
Puteri Bhutan ini memainkan pedangnya dengan istimewa sekali. Bukan hanya cepat dan indah, namun
setiap serangan mengandung tenaga dalam yang amat kuat sehingga lawannya juga roboh dengan leher
tertembus pedang, menyusul rekannya yang baru saja roboh oleh pedang In Hong. Kemudian orang
tinggi besar bermuka hitam yang melawan Lian Hong juga roboh, lehernya terbabat sepasang pedang
Lian Hong. Dengan ilmu pedang Lo-Hai Siang-Kiam, gadis itu terus mendesak dan akhirnya, sepasang
pedangnya membuat gerakan menggunting dan terpenggallah leher Si Muka Hitam. Kematian orang ke
tiga ini disusul robohnya pembantu ke empat yang melawan Yo Kang.
Si Golok Sakti dari Bu-Tong-Pai ini pun merobohkan lawannya yang pipinya codet dengan merobek
lambungnya. Kini In Hong, Lian Hong, Ang Hwa Niocu, dan Yo Kang hanya berdiri menonton perkelahian
antara Si Han Lin melawan Gan Bouw. Mereka berdiri di empat penjuru, karena mereka tidak ingin
melihat Gan Bouw yang licik itu loloskan diri. Pertandingan ini hebat sekali, masing-masing
mengeluarkan semua jurus simpanan. Akhirnya Gan Bouw mulai terdesak oleh ranting di tangan Si Han
Lin yang bergerak bagaikan kilat menyambar-nyambar. Biarpun hanya sebatang ranting, namun
digerakkan oleh sinkang yang dahsyat, setiap serangan ranting itu merupakan cengkeraman maut.
Ranting itu menusuk-nusuk ke arah jalan darah yang mematikan, membuat Gan Bouw repot harus
menghindarkan diri. Empat orang itu, terutama Ong Lian Hong, merasa kagum sekali terhadap Si Han
Lin. Ternyata pemuda ini memiliki tingkat kepandaian yang lebih tinggi daripada mereka semua! Tentu saja
tidak mengherankan hati Ang Hwa Niocu karena Puteri Bhutan ini sudah maklum akan kelebihan yang
dimiliki Sutenya itu. Setelah lewat lima puluh jurus, Gan Bouw mulai merasa gelisah. Dia melirik ke
kanan kiri dan melihat betapa empat penjuru sudah terjaga oleh empat orang lihai itu. Juga desakan Han
Lin membuat dia tidak dapat memperoleh kesempatan untuk menjauhkan diri. Karena perhatiannya
terbagi, dia menjadi lengah. Pada suatu saat, Han Lin mengerahkan sinkang (tenaga sakti) pada ranting
di tangannya sehingga memiliki daya menggetar dan menempel. Pedang di tangan Gan Bouw tertempel
pada ranting, kemudian Han Lin memutar ranting dengan cepat sehingga pedang itu ikut terputar dan
akhirnya terenggut lepas dari tangan Gan Bouw!
"Dukk....!" Sebuah tendangan kaki Han Lin membuat tubuh Gan Bouw terpental ke arah In Hong. Gadis
ini dengan penuh kemarahan menyambut dengan pukulan Pek-In-Ciang. Gan Bouw yang terpental itu
mencoba menangkis, namun tentu saja dalam keadaan seperti itu tangkisannya tidak tepat dan meleset.
"Bukkk!!" Pukulan tangan beruap putih dari In Hong mengenai pundaknya dan tubuh Gan Bouw
terlempar dan jatuh terguling-guling ke arah Ang Hwa Niocu. Puteri Bhutan ini dengan jijik memapakinya
dengan sebuah tendangan kilat.:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 366
:: CerSil KhoPingHoo : :: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 367
:: CerSil KhoPingHoo :
"Dessss...!" Tubuh Gan Bouw kini terlempar ke arah Yo Kang yang menyambutnya dengan pukulan Tong-
Sim-Ciang.
"Desss!" Terkena pukulan Tong-Sim-Ciang, tubuh Gan Bouw kembali terlempar ke arah Lian Hong. Gadis
ini yang membenci Gan Bouw karena pemuda itu hampir saja mencelakakan Siauw-Lim-Pai, menyambut
dengan ayunan sepasang pedangnya.
"Crakk!" Terbabat putus leher Gan Bouw dan dia tewas seketika, karena sebelum lehernya terbabat pun
sebetulnya dia sudah berada dalam keadaan setengah mati menderita banyak Iuka dalam!
Pertempuran di halaman luas Siauw-Lim-Pai berjalan cepat. Empat Datuk Besar itu ternyata bukan
tandingan empat orang ketua Siauw-Lim-Pai, Bu-Tong-Pai, Kun-Lun-Pai, dan Go-Bi-Pai. Empat Datuk
besar itu roboh dan tewas. Adapun kurang lebih seratus orang pasukan Mongol juga tidak kuat melawan
para murid empat perguruan silat besar yang jumlahnya jauh lebih banyak. Mereka dibuat kocar-kacir
dan akhirnya sisanya melarikan diri meninggalkan rekan-rekan yang tewas.
Empat buah partai persilatan besar itu lalu berunding dan mereka mengambil keputusan untuk bersikap
hati-hati menghadapi ancaman pasukan Mongol. Mereka tidak akan mencari permusuhan dengan
pemerintah penjajah Mongol, akan tetapi mereka pun tidak sudi untuk diperalat penjajah. Mereka akan
lebih suka membubarkan perkumpulan dan berpencaran, bersembunyi sebagai pendekar-pendekar
penegak kebenaran dan keadilan, namun tidak langsung memberontak terhadap pemerintah karena
mereka maklum bahwa tidak mungkin menjatuhkan penjajah Mongol yang memiliki pasukan besar dan
amat kuat itu.
Di sebuah lereng Gunung Sung-San, Si Han Lin, Yo Kang, Ang Hwa Niocu, Kwee In Hong, dan Ong Lian
Hong duduk di atas batu-batu gunung, pemandangan dari lereng itu amat indahnya dan pagi hari itu pun
udara amat cerah dan sejuk bersih. Mereka baru saja meninggalkan Siauw-Lim-Si setelah diterima
menghadap Bu Kek Tianglo, berpamit untuk melanjutkan perjalanan masing-masing. Setelah mereka
tiba di lereng itu, sebelum saling berpisah, mereka duduk bercakap-cakap di lereng tinggi itu. Mereka
sating minta agar masing-masing suka menceritakan pengalaman mereka, terutama mengenai
pengejaran terhadap pembunuh misterius yang akhirnya dapat terungkap dan terbunuh itu.
"Kuharap engkau suka menjelaskan kepada kami yang masih merasa heran, bagaimana engkau dapat
begitu yakin bahwa Pat-Jiu Sin-Kai palsu itu adalah Gan Bouw yang kelihatannya sama sekali tidak
berdosa itu, "Hong-moi!, Aku sendiri mengira dia benar-benar lumpuh dan perkampungan Thian-Te-
Pang; benar-benar terbakar habis." In Hong menghela napas panjang.
"Aku sendiri pun tadinya sama sekali tidak menduganya, Twako. Aku pernah bertemu dengan Gan Bouw
dan dia tampak amat baik, mendatangkan kesan seorang pendekar yang gagah perkasa dan budiman."
In Hong lalu menceritakan pengalamannya ketika bertemu dengan Gan Bouw, bersama-sama dengan
Gan Bouw menghadapi dan menghajar para bajak. Kemudian betapa ia dibius dan dilarikan penjahat
yang berjuluk Tok Coa Mo-ko, nyaris celaka kalau tidak ditolong Gan Bouw yang membunuh Tok Coa
Moko.
"Akan tetapi sekarang baru aku tahu bahwa hal itu terjadi karena didalangi Gan Bouw sendiri! Mungkin
dia hendak, meninggalkan kesan baik padaku sehingga dia mengatur pembiusan dan penculikan itu.
Mungkin Tok Coa Moko itu anteknya sendiri, maka dibunuhnya agar tidak membuka rahasia. Manusia
itu sungguh penuh tipu muslihat busuk. Akan tetapi baru timbul kecurigaan itu dalam hatiku ketika kita:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 368
:: CerSil KhoPingHoo :
mengajak Pat-Jiu Sin-Kai ke Siauw-Lim-Pai. Dalam keadaan belum sadar ketika kurawat di dalam penjara
bawah tanah, Pat-Jiu Sin-Kai sering mengigau dan menyebut-nyebut ketua Thian-Te-Pang. Nah, aku lalu
menaruh curiga bahwa yang melukai Pat-Jiu Sin-Kai dan menyamar sebagai ketua Hek I Kaipang itu,
mungkin sekali Gan Bouw ketua Thian-Te-Pang!"
Yo Kang dan Lian Hong juga ceritakan bahwa Yo Kang diutus Ketua Bu-Tong-Pai untuk mewakili Bu-Tong-
Pai menyelidiki pembunuh misterius itu, dan Lian Hong juga menceritakan bahwa merupakan utusan Bu
Kek Tianglo Ketua Siauw-Lim-Pai. Lian Hong yang wataknya keras, galak namun jujur itu tanpa malu-lalu
mengaku siapa yang tadinya masuk ke dalam daftar orang yang patut dicurigai.
"Tadinya, Yo-Twako tetutama aku, mencurigai beberapa orang. Mula-mula aku mencurigai Gan Bouw
karena sikapnya terlalu baik dan berturut-turut dia menolong para tokoh ke empat perguruan besar
yang diserang Empat Datuk Besar dan pasukan Mongol. Akan tetapi kecurigaan terhadap Gan Bouw
otomatis hilang ketika terbukti Thian-Te-Pang diserbu dibakar Empat Datuk Besar dan Gan Bouw sendiri
dilukai sampai lumpuh. Orang ke dua yang kami... eh, mungkin Yo-Twako tidak, akan tetapi aku sendiri
aku mencurigai engkau, Enci In Hong..."
"Kamu gila...?!??" In Hong berseru marah.
"Maaf, Enci In Hong..." Lian Hong menghampiri encinya, tersenyum dan merangkul.
"Aku ditugaskan Suhu Bu Kek Tianglo untuk menyelidiki dan aku kebingungan, maka aku mengumpulkan
beberapa orang yang patut dicurigai. Ketika aku mendengar tentang permusuhanmu dahulu dengan Go-
Bi-Pai, Kun-Lun-Pai, dan juga engkau pernah menimbulkan keributan di Siauw-Lim-Pai aku bertanya-
tanya.... dengan cemas membayangkan bahwa engkau mungkin saja membalas, dendam..."
"lhh! Kau kira Encimu ini sejahat-jahatnya orang?" In Hong menegur.
"Hong-moi, harap maafkan Adik Lian Hong. la terlalu jujur sehingga mengaku apa yang ia pikirkan ketika
itu. Percaya dalam lubuk hati kami, sama sekali tidak mempunyai anggapan bahwa engkau jahat." kata
Yo Kang menghibur.
"Sekarang, sebaiknya kalau Saudara Si Han Lin menceritakan pengalamannya. Terus terang saja, aku dan
Adik Lian Hong tadinya juga memasukkan namamu sebagai salah satu seorang tersangka yang menjadi si
pembunuh misterius."
"Ha-ha-ha, menyenangkan sekali!" Si Han Lin sambil memandang ke Lian Hong.
"Memang sejak pertemuan pertama, Adik Ong Lian Hong sudah mencurigai aku, bahkan menanykap aku
Wajah Lian Hong berubah kemerahan
"Salahmu sendiri! Engkau memasuki Siauw-Lim-Pai secara menggelap dan sikapmu ugal-ugalan, Ialu
engkau pergi lagi secara menggelap pula, patut dicurigai. Lin-Ko." Han Lin tersenyum
"Bukan salahmu Siauw-moi. Aku terpaksa pergi diam-diam sesuai dengan perintah Supek (Uwa Guru) Bu
Kek Tianglo! Secara diam-diam Supek memerintahkan aku untuk membantu embersihkan nama Siauw-
Lim-Pai dengan mencari pembunuh misterius yang menggunakan ilmu silat Siauw-Lim-Pai itu. Sejak:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 369
:: CerSil KhoPingHoo :
muda, aku menjadi murid Suhu Thian Beng Siansu di Himalaya, di mana Suci Ang Hwa Niocu ini sudah
menjadi murid Beliau."
"Nanti dulu, Twako. Kalau aku tidak salah sangka, engkau ini agaknya putera Paman Si Hoo, guru silat di
Hak-Ciu, murid Bu-Tong-Pai itu. Benarkah?"
"Eh, Adik Kwee In Hong, bagaimana engkau dapat mengetahui hal itu?"
"Aku pernah bertemu dengan mendiang Ayahmu..."
"Mendiang? Engkau hendak mengatakan bahwa Ayah... Ayahku sudah..." In Hong mengangguk.
"Menyesal sekali harus kukatakan bahwa Paman Si Hoo telah meninggal dunia, Twako." la lalu
menceritakan tentang pertemuannya dengan Si Hoo yang tewas karena terluka oleh pukulan Pak Lo-Kui
yang kini telah tewas pula dalam perkelahiannya melawan Bu Kek Tianglo. Setelah mendengar
keterangan In Hong, Han Lin menghela napas panjang.
"Ahhh... benarkah pendapat Guruku yang mengatakan bahwa seorang ahli silat itu kebanyakan tewas
terbunuh dalam perkelahian? Tewas karena kepandaiannya itu? Andaikata Ayahku bukan ahli silat,
kiranya ticlak mungkin dia tewas terbunuh." Lalu dia memberi hormat kepada In Hong dan berkata,
"Adik In Hong, banyak terima kasih atas pert olnganmu kepada Ayahku. Sekarang aku lanjutkan ceritaku.
Setelah meninggalkan Himalaya aku tidak langsung pulan ke Hak-Ciu mencari Ayahku, melainkan pergi
berkunjung ke Siauw-Lim-Pai. Suhu sudah banyak bercerita tentang Siauw-Lim-Pai sehingga aku ingin
sekali menguji kepandaianku melalui ruangan-ruangan penguji di Siauw-Lim-Pai seperti Ngo-Heng-Tin
dan lain-lain. Malam itu, diam-diam aku mengunjungi Bu Kek Tianglo Supek dan mendapat perintah agar
aku membantu mencari pembunuh misterius."
Dia lalu menceritakan tentang penyelidikannya. Betapa dia sampai menyelidiki Jenderal Ouw karena dia
menduga bahwa pembunuhan dan menjatuhkan fitnah kepada Siauw-Lim-Pai itu agaknya didalangi oleh
Pemerintah Penjajah Mongol. Kemudian tentang pertemuannya dengan Ang Hwa Niocu, melakukan
perjalanan bersama dan bertemu dengan Lian Hong yang menyerang mereka. Dia tidak menceritakan
tentang dia dilukai Lian Hong lalu diobati gadis itu.
"Untung Adik Lian Hong tidak membunuh kami. Setelah kami bertiga berpisah, aku bertemu dengan Suci
Ang Hwa Niocu dan bersama-sama menyusul Adik Lian Hong ke perkampungan Hek I Kaipang. Di sana
kami mendapatkan bahwa Pat-Jiu Sin-Kai dan anak buahnya telah pergi ke Siauw-Lim-Pai dan dari
seorang anggauta Hek I Kaipang yang masih tinggal di sana kami mendapat keterangan bahwa memang
Adik Lian Hong pernah datang menghadap Pat-Jiu Sin-Kai, akan tetapi dia tidak tahu kapan perginya.
Kami menaruh curiga lalu melakukan penyelidikan di sekitar lereng. Kebetulan kami mendengar teriakan
kalian bertiga dan dapat membongkar batu-batu yang menutup mulut terowongan. Nah, begitulah apa
yang kami alami."
Si Han Lin tidak menceritakan betapa setelah berpisah dari Lian Hong, dia menemukan Sucinya sedang
menangis. Ang Hwa Niocu menangisi kematian Ong Teng San, pemuda yang dicintanya. Ketika tiba
giliran terakhir bagi Ang Hwa Niocu untuk menceritakan keadaan dirinya, ia berkata,:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 370
:: CerSil KhoPingHoo :
"Aku adalah putri Raja Bhutan dan menjadi murid Suhu Thian Beng Siansu, kemudian aku pergi ke Kun-
Lun-Pai dan diam-diam menjadi murid Siang-Te Lokai. Aku bertugas untuk mencari murid para Pendeta
Lama jubah merah di Tibet yang mencuri pusaka Kerajaan Bhutan dan membunuh dua orang
penjaganya. Dari Tibet aku mendapat kabar bahwa orang yg kucari itu menjadi utusan para Pendeta
Lama jubah merah yang hendak membantu Kerajaan Mongol. Maka aku lalu menyusul ke sini dan
bertemu dengan Sute Si Han Lin. Aku sudah menduga bahwa Pembunuh Misterius itu pasti murid para
Pendeta Lama jubah merah itu, akan tetapi aku belum pernah melihat orangnya, aku masih ragu dan
membicarakannya dengar Sute Si Han Lin. Ketika mendengar tentang Ketua Thian-Te-Pang bernama Gan
Bouw yang kabarnya merupakan murid para Pendeta Lama di Tibet, aku sudah menaruh curiga. Akan
tetapi melihat Thian-Te-Pang dibasmi pasukan Mongol yang dipimpin Empat Datuk Besar, dan dia sendiri
terluka dan lumpuh, aku menjadi ragu lagi. Demikian pula Sute Si Han Lin. Baru setelah Adik Kwee In
Hong membongkar rahasia kelumpuhannya yang hanya pura-pura, aku juga yakin bahwa Gan Bouw
itulah yang dulu mengacau di Istana Bhutan dan dia yang menjadi Si Pembunuh Misterius!" Semua
orang berdiam diri, melamun memikirkan semua peristiwa yang menggemparkan dunia kang-ouw itu. In
Hong lalu berkata,
"Yang membuat aku tidak mengerti, apa hubungannya dengan pembunuhan terhadap tiga puluh orang


Bayangan Bidadari Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hek I Kaipang di An-Hui oleh murid Bu-Tong-Pai, lalu serangan terhadap Yo-Twako oleh penyerang gelap
yang menggunakan Pek-Kong-Ciang dari Kun-Lun-Pai. Juga terjadinya perkosaan murid Thian-Te-Pang
oleh orang Beng-San-Pai. Semua itu tidak ada sangkut pautnya dengan fitnahan terhadap Siauw-Lim-Pai!
Yo Twako, apa artinya semua kejadian itu?" Yo Kang menjawab.
"Setelah terbukti bahwa Gan Bouw Si Pembunuh Misterius itu, aku dapat menduga. Gan Bouw yang
melakukan semua itu untuk menimbulkan kekacauan dan untuk mengadu domba antar perguruan silat.
Akan tetapi sasarannya kemudian ditujukan kepada Siauw-Lim-Pai sehingga semua pembunuhan
dilakukan dengan menggunakan ilmu dari Siauw-Lim-Pai. Jadi yang membunuh murid-murid Hek I
Kaipang adalah dia juga, demikian pula yang menyerang aku dengan menggunakan Pek-Kong-Ciang, dan
yang memperkosa murid Thian-Te-Pang. Kalau bukan dia sendiri tentu dilakukan oleh para
pembantunya. Ingat, empat orang pembantunya itu juga merupakan orang-orang yang tinggi ilmu
silatnya."
"Akan tetapi, kalau benar Gan Bouw itu murid para Pendeta Lama jubah merah yang dimusuhi sendiri
oleh Pemerintah Tibet, mengapa dia menjadi utusan Pemerintah Tibet untuk membantu Kerajaan
Mongol?" tanya Lian Hong.
"Hal ini mudah dijawab." kata Si Han Lin. "Seperti diketahui, Kaisar Kerajaan Goan Kublai Khan yang
amat kejam membinasakan negara-negara di barat, tidak bersikap kejam, bahkan lunak terhadap Tibet.
Hal ini karena Tibet diharapkan sebagai negara yang mendukungnya dan merupakan pintu depan di
barat bagi penjajah Mongol. Dan untuk sikap lunak Mongol ini, Pemerintah Tibet ingin menyenangkan
hati Kaisar Mongol dengan jalan mengirim Gan Bouw untuk membantunya."
"Itu benar sekali." sambung Ang Hwa Niocu. "Agaknya dia lalu dipergunakan oleh Jenderal Ogucin untuk
melemahkan Empat Perguruan Silat terbesar dengan cara mengadu domba. Karena Siauw-Lim-Pai
merupakan pusat dan yang terbesar, maka mereka menghendaki agar tiga perguruan yang lain akan
memusuhi dan mengeroyok Siauw-Lim-Pai. Kalau Siauw-Lim-Pai sudah dapat dihancurkan, tiga yang
lainnya pasti akan mudah dibinasakan kelak. Mereka mengaturnya dengan amat licik.":: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 371
:: CerSil KhoPingHoo :
"Akan tetapi mengapa Gan Bouw selalu membantu orang-orang Empat Partai ketika diserang Empat
Datuk Besar bersama pasukan Mongol?" tanya Yo Kang.
"Hemm, Yo-Twako, kalau hal itu kukira hanya merupakan siasat Gan Bouw saja. Dia pasti bekerja sama
dengan Empat Datuk Besar, dan pura-pura menentang mereka dan menolong orang-orang Empat Partai
Besar, tentu agar dirinya tidak dicurigai." kata Lian Hong.
"Tepat sekali." kata Han Lin. "Memang semua itu merupakan siasat mereka."
"Ah, betapa lihai dan berbahayanya mereka." kata Yo Kang.
"Sekarang aku mengerti, Gan Bouw bahkan tidak ragu-ragu mengorbankan dan membunuh beberapa
orang perajurit Mongol. Semua itu tentu untuk menjauhkan kecurigaan kita semua darinya."
"Aih, alangkah liciknya!" kata Lian Hong. "Sekarang jelaslah bahwa pembasmian dan pembakaran
perkampungan Thian-Te-Pang itu tentu dilakukan oleh dia sendiri dan para pembantunya!"
"Memang demikianlah, dan hal ini pun tidak aneh. Bukankah Thian-Te-Pang terkenal sebagai
perkumpulan orang gagah yang juga tidak suka kepada Penjajah Mongol? Maka, mereka dibasmi, para
anggautanya dibunuh. Untung rahasia penyamarannya ketahuan, kalau tidak, pasti Hek I Kaipang yang
juga menentang penjajah akan dihancurkannya pula!" kata Si Han Lin. Kembali lima orang muda itu
terdiam, tenggelam dalam lamunan masing-masing, masih merasa heran, kagum dan juga penasaran
akan kelicikan dan kelihaian Gan Bouw dan kawan-kawannya.
"Masih ada yang membingungkan hatiku." kata Lian Hong. "Bagaimana jahanam itu dapat menguasai
ilmu-ilmu dari Siauw-Lim-Pai, bahkan ilmu Pek-Kong-Ciang dari Kun-Lun-Pai dan ilmu Tong-Sim-Ciang
dari Bu-Tong-Pai?"
"Adik Lian Hong yang manis." kata Si Han Lin tersenyum. "Hal itu tidak terlalu eneh. Para Pendeta Lama
jubah merah terkenal sebagai orang-orang yang suka mencuri dari perguruan lain. Pula, harus diingat
bahwa mendiang Tat Mo Couwsu adalah orang dari India yang mempunyai hubungan dekat dengan para
Lama di Tibet. Tidaklah aneh kalau para Pendeta Lama di Tibet, terutama yang berjubah merah,
menguasai banyak ilmu dari Siauw-Lim-Pai, Bu-Tong-Pai, Kun-Lun-Pai dan Go-Bi-Pai, tentu saja tidak
menguasai secara sempurna karena hanya merupakan curian atau mungkin juga tiruan." Disebut "adik
yang manis" membuat Lian Hong tersipu dan hal ini diketahui oleh In Hong dan Yo Kang sehingga
mereka tersenyum. Ang Hwa Niocu yang sudah tahu akan isi hati Sutenya, juga tersenyum laJu berkata,
"Sekarang sudah tiba saatnya bagiku untuk pulang ke Bhutan dan melaporkan kepada Ayahku Raja
Bhutan. Selamat berpisah dan selamat tinggal kalian semua! Sute, engkau tentu tidak akan kembali ke
Barat, bukan?"
"Tidak, Suci. Aku akan mengunjungi makam Ayahku dan... masih banyak yang harus kulakukan di sini."
jawab Han Lin sambil mengerling ke arah Lian Hong. Ang Hwa Niocu lalu meninggalkan tempat itu,
diikuti pandang mata empat orang muda yang merasa kehilangan karena Puteri Bhutan itu
mendatangkan kesan baik dan menyenangkan di hati mereka.
"Enci In Hong, aku akan melapor dulu kepada Suhu sebelum kembali menemui Ibu di See-Ciu." kata Lian
Hong kepada encinya.:: Bayangan Bidadari (Cerita Lepas) 372
:: CerSil KhoPingHoo :
"Apakah engkau akan langsung ke See-Ciu menemui Ibu?" Yo Kang yang menjawab.
"Adik Lian Hong, aku dan Adik In Hong tentu akan pulang ke See-Ciu, akan tetapi sebelumnya aku akan
menghadap Suhu di Bu-Tong-Pai lebih dulu, dan kuharap Adik In Hong suka menemaniku ke Bu-Tong-
Pai." In Hong mengangguk.
"Begitu pun baik, Twako." Lalu ia memandang kepada Si Han Lin.
"Dan engkau, Si-Twako, apakah akan langsung mencari Ayahmu? Dulu, Ayahmu tewas di dalam hutan
dan aku sudah memberitahu kepada murid-muridnya di Hak-Ciu untuk mengambil jenazahnya dan
menguburnya."
"Terima kasih, Adik In Hong. Aku akan mencari keterangan pada murid-murid mendiang Ayahku. Akan
tetapi sebelum itu aku akan menghadap Supek Bu Kek Tianglo untuk melapor, bersama... eh, kalau Adik
Lian Hong tidak ke beratan, kami berdua bersama menghadap beliau." Lian Hong cemberut.
"Mengapa keberatan? Nah, Enci In Hong, sekarang kita berpisah, sampai jumpa kelak dengan Ibu di See-
Ciu." Dua pasang orang muda itu lalu saling berpisah. Kwee In Hong dan Yo Kang menuju ke Bu-Tong-
Pai, sedangkan Ong Lian Hong dan Si Han Lin menuju ke Siauw-Lim-Pai.
Sampai di sini selesaiIah kisah ini, sampai jumpa di lain kisah.
Lereng Lawu, medio April 1992.
TAMAT
Penerbit : CV GEMA, Solo
Cetakan : 1992
Pelukis : Soebagyo
Sumber Image : Awie Dermawan
Kontributor : Yon Setiono
Konversi Image ke teks : Cersil KPH
Di Edit ke DOC, PDF, TXT (E-Book) oleh : Cersil KPH
https://www.facebook.com/groups/KhoPingHoo
Iblis Pulau Hitam 1 Dewa Arak 20 Pelarian Istana Hantu Pedang Golok Yang Menggetarkan 14
^