Pencarian

Misteri Surat Kaleng 1

Pasukan Mau Tahu 04 Misteri Surat Kaleng Bagian 1


Misteri Surat Kaleng
Karya Enid Blyton
Seri Pasukan Mau Tahu
Pembuat Djvu : Tag-dgn
Edit teks dan Pdf : Saiful Bahri Situbondo
Selesai edit : 9 Oktober 2018,Situbondo
Selamat membaca ya !!!!!
******* MISTERI SURAT KALENG
Karya Enid Blyton
"MISTERI SURAT KALENG"
Alihbahasa: Agus Setiadi
Hak cipta terjemahan Indonesia
PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Pertama kali diterbitkan oleh Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta 1981
Anggota IKAPI
Cetakan pertama: Desember 1981
Cetakan kedua: Oktober 1982
Cetakan ketiga: Februari 1985
Cetakan keempat. Oktober 1990
******* TELEGRAM ANEH
Pip dan Bets sudah tidak sabar lagi. Keduanya menunggu kedatangan Larry, Daisy dan Fatty. Bets duduk di ambang jendela kamar main. Ia memandang ke luar dengan perasaan gelisah.
"Lambat benar mereka." katanya.
"Padahal mereka sudah kemarin pulang! Jadi sudah waktunya mereka muncul sekarang. Aku ingin tahu, apakah Fatty punya alat-alat penyamaran yang baru."
"Kau tentunya mengira dalam liburan ini akan ada lagi misteri hebat." kata Pip.
"Bukan main kejadian yang kita selidiki selama liburan Natal yang lalu, benar-benar asyik. ya?"
"Ya," kata Bets.
"Bahkan agak terlalu tegang, menurut pendapatku! Aku sama sekali tak keberatan, apabila dalam liburan ini kita tidak mengusut kejadian apa pun juga yang misterius."
"Eh -kusangka kau gemar menjadi detektif, Bets!" kata abangnya dengan heran.
"Jadi kau tidak mau lagi menjadi anggota Pasukan Mau Tahu?"
"Bukan begitu tentu saja aku mau." kata Bets.
"Ya. aku tahu kau menganggap aku tidak banyak gunanya. karena baru berumur sembilan sedang kalian semua sudah sekian belas tahun! Tapi ketika kita mengusut rahasia kamar tersembunyi waktu itu, jasaku kan cukup besar!"
Pip sebenarnya hendak mengatakan sesuatu untuk mengejek Bets.
Tapi tidak jadi, karena saat itu adiknya berseru dengan gembira.
"Itu mereka datang! Larry dan DaiSy! Yuk. kita songsong mereka ke bawah."
Keduanya lantas bergegas turun. lalu lari ke pekarangan depan. Bets merangkul kedua anak yang datang, sementara Pip melihat saja sambil nyengir gembira.
"Halo. Larry! Halo, Daisy! Kalian sudah berjumpa dengan Fatty?"
"Belum," kata Larry.
"Jadi ia tidak ada di sini? Sialan! Kalau begitu kita tunggu saja kedatangannya di depan. Aku juga kepingin berjumpa lagi dengan Buster! Aku kangen melihat ekornya yang selalu bergerak gerak itu!"
Keempat anak itu pergi ke gerbang depan dan memandang ke jalan. Tapi baik Fatty maupun Buster masih tetap belum kelihatan.
Tukang roti lewat dengan gerobaknya.
Lalu seorang wanita naik sepeda.
Setelah beberapa saat, muncul sosok tubuh yang dikenal baik oleh anak anak.
Orang itu Pak Goon. polisi desa.
Atau si Ayo Pergi. menurut julukan yang diberikan anak-anak padanya.
Saat itu ia sedang patroli.
Ia sama sekali
tidak senang. ketika melihat keempat anak itu berdiri dekat pagar rumah. sambil memperhatikan dirinya.
Pak Goon tidak menyukai anak anak itu.
Tapi anak anak juga tidak suka padanya.
Sudah beberapa kali mereka berhasil menyelidiki kejadian misterius.
Dan setiap kali mereka itu mendului Pak Goon!
"Selamat pagi." sapa Larry dengan sopan. ketika Pak Goon lewat di depan mereka.
Terdengar napas polisi desa itu terengah engah.
Itu tidak mengherankan, karena Pak Goon bertubuh gendut.
"Ternyata kalian sudah muncul lagi." kata Pak Goon. sambil menatap anak anak dengan matanya yang membelalak seperti mata kodok.
"Hah _tentunya kalian akan mulai lagi mau tahu urusan orang lain!"
"Tentu saja." jawab Pip dengan nada riang.
Pak Goon masih hendak menjawab dengan ketus. ketika tiba-tiba terdengar bunyi bel sepeda berdering dering. Dari balik tikungan jalan muncul seorang anak laki-laki yang mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaga.
"Itu pengantar telegram." kata Pip.
"Awas. Pak Goon! Awas!"
Sepeda pengantar telegram membelok ke arah polisi desa itu.
Kelihatannya seperti hendak mubruknya.
Pak Goon terpekik karena kaget.
Ia meloncat ke tepi.
Gerakannya seperti anak biri biri gendut yang terkejut.
"He! Kalau naik sepeda hati hati sedikit!" bentak Pak Goon.
"Kalian ini membahayakan keamanan umum!"
"Maaf Pak, tapi tiba tiba sepedaku terpeleset ke samping," kata anak yang baru datang itu.
"Anda tadi kaget, Pak? Maaf Ya!"
Kemarahan Pak Goon agak mereda, karena pengantar telegram itu bersikap sopan.
"Kau mencari rumah siapa?" tanyanya.
"Aku harus mengantarkan telegram untuk Tuan Philip Hilton,
" kata pengantar telegram, sambil membaca alamat yang tertulis pada sampul telegram yang sedang dipegangnya.
"0, untuk Pip! Ini dia anaknya,
" kata Bets
"Wah, Pip, ada telegram untukmu!"
Pengantar telegram menyandarkan sepedanya ke tepi trotoar. Tapi ternyata letaknya kurang teguh, karena dengan tiba-tiba sepeda itu terguling. Setangnya mengenai tulang kering Pak Goon.
Anak anak terlompat karena kaget mendengar polisi desa itu berteriak. Ia melonjak lonjak sambil memegangi kakinya yang sakit. Bets tertawa terkikik melihat Pak Goon seperti menandak nandak dengan satu kaki.
"Aduh. maaf Pak!" seru pengantar telegram menyesal.
"Sepeda ini memang sial, bisanya cuma jatuh melulu! Jangan marah ya, Pak! Saya jangan dilaporkan, ya? Sungguh -saya menyesal sekali!" .
Muka Pak Goon yang biasanya memang sudah selalu merah. menjadi semakin merah.
Menjadi ungu!
Matanya semakin membelalak. menatap anak pengantar telegram. sementara tangannya masih mengusap usap mata kakinya yang terasa nyeri.
"Cepat-serahkan telegram itu, lalu pergi dari sini!" bentaknya.
"Kau ini, cuma membuang buang waktu kerja yang berharga saja!"
"Baik. Pak." kata anak itu menurut. lalu menyodorkan sampul berwarna oranye pada Pip.
Pip membukanya dengan segera. karena ingin tahu isinya.
Ia belum pernah menerima kabar lewat telegram.
Ternyata telegram itu dari Fatty.
Pip membacakannya keras keras.
'SAYANG TIDAK BISA PULANG LIBURAN INI TITIK HARUS MENYELIDIKI MISTERI Dl TlPlLULU TITIK HARI INI BERANGKAT DENGAN PESAWAT TERBANG TITIK SALAM
FATTY' Anak anak berkerumun mengelilingi Pip.
Semua ingin membaca sendiri isi telegram itu. karena ingin meyakinkan sendiri bahwa bunyinya memang begitu. Bahkan Pak Goon pun tidak bisa menahan keheranannya.
"Coba kulihat." katanya sambil menarik kertas telegram dari tangan Pip.
Lalu dibacanya
Keras keras.
"Ini kan dari anak yang bernama Frederick Trotteville itu?" katanya meminta ketegasan.
"0 jadi kalian menjulukinya Fatty! Apa maksud berita ini? Berangkat dengan pesawat terbang ke Tipi eh. apa ini? 0 ya, Tipilulu! Aku belum pernah mendengar tempat yang kayak begitu namanya."
"Letaknya di Cina Selatan." sela pengantar telegram dengan tiba tiba.
"Aku punya paman di sana. Karena itu aku tahu."
"Tapi tapi -kenapa Fatty ke sana .kenapa ia harus menyelidiki misteri -"
Anak anak sampai terbata bata karena sangat heran.
"Kalau begitu kita tidak bisa berjumpa dengan dia selama liburan ini," keluh Bets
Ia sangat senang pada Fatty dan sudah rindu sekali padanya.
"Syukur!" tukas Pak Goon, sambil mengembalikan kertas telegram pada Pip.
"Untung saja ia tidak jadi kemari! Anak itu mengesalkan! Berlagak jadi detektif, melakukan penyamaran untuk mengelabui Hukum. dan mengutik utik persoalan yang tidak boleh dicampuri. Mudah mudahan saja keadaan agak tenang selama liburan ini, karena anak bandel itu pergi ke Tipi -Tipi -ah, aku lupa lagi nama tempat itu!"
"Tipilulu. Pak," kata pengantar telegram.
Ia kelihatannya juga ikut tertarik pada persoalan itu.
"Jadi telegram itu dari Tuan Trotteville yang pintar itu. Pak? Aku pernah mendengar kabar tentang dirinya." '
"Tuan Trotteville? Hah!" tukas Pak Goon dengan kesal.
"Dia kan masih anak anak! Kalau
aku aku lebih senang menjulukinya Si Fatty Iseng!"
Bets cekikikan lagi karena melihat muka Pak Goon nampak ungu kembali.
Muka polisi desa itu selalu berubah warna, apabila marah.
"Maaf, Pak! Bukan maksudku tadi hendak membuat Anda merasa gerah." kata pengantar telegram.
Ia kelihatannya paling jago kalau disuruh minta maaf.
"Tapi bagaimanapun juga, kami semua memang tahu tentang anak itu, Pak. Kelihatannya ia sangat cerdas dan pintar. Pak. Kan dalam masa liburan yang lalu ia berhasil menyelidiki suatu kejadian besar, mendului polisi?"
Pak Goon sama sekali tidak senang mendengar bahwa Fatty ternyata tersohor namanya ke mana mana.
Ia mendengus.
"Lebih baik kau kembali saja cepat-cepat ke kantor pos daripada mendengarkan ocehan omong kosong kayak begitu." katanya pada pengantar telegram
"Si Fatty itu anak yang kerjanya hanya mengganggu dan merepotkan saja. Anak-anak ini ikut ikutan menjadi bandel. karena dia! Kurasa orang tua mereka pasti senang. apabila mendengar bahwa anak itu pergi ke Tipi -Tipi eh..."
"Tipilulu. Pak." sela pengantar telegram untuk kesekian kalinya.
"Hebat sekali ia diminta datang ke sana. untuk menyelidiki suatu misteri. Wah rupanya ia pintar sekali!"
Keempat anak teman Fatty senang mendengar kata kata itu, karena mereka tahu bahwa polisi desa itu benci sekali apabila Fatty dipuji puji.
"Sudahlah pergi saja sekarang." kata Pak Goon.
Ia mulai jengkel terhadap pengantar telegram itu.
"Ayo pergi! Sudah terlalu lama kau membuang-buang waktu di sini!"
"Ya, Pak, baik. Pak!" kata anak yang sopan itu.
"Bayangkan. anak itu berangkat ke Tipilulu naik pesawat terbang lagi! Sebaiknya aku menulis surat pada pamanku yang ada di sana. Akan kuminta padanya untuk bercerita tentang kesibukan Tuan Trotteville di Tipilulu. Bukan main -hebat sekali anak itu!"
"Ayo pergi!" sergah Pak Goon.
Pengantar telegram melambaikan tangannya ke arah anak anak. lalu mengambil sepedanya. Anak anak langsung merasa senang padanya.
Tampangnya kocak.
Rambutnya merah. begitu pula alisnya.
Mukanya penuh bintik.
Sedang mulutnya selalu mengerenyot
Ia naik ke atas sepedanya yang kemudian tergoyang goyang seperti hendak menubruk Pak Goon. Tapi ternyata tidak, dan sesaat kemudian meluncur pergi. Terdengar bunyi bel berdering dering makin lama makin jauh.
"Nah itu anak yang tahu Sopan santun. bersikap hormat terhadap petugas Hukum." kata Pak Goon pada anak anak yang masih tinggal di situ
"Anak kayak dia patut dijadikan teladan"
Tapi anak anak tidak memperhatikan kata katanya lagi. Mereka sibuk membaca isi telegram sekali lagi. Mereka masih tetap heran karenanya. Fatty memang anak yang mengherankan tapi bayangkan, berangkat ke Cina Selatan dengan pesawat terbang!
Itu sudah luar biasa namanya!
"Ibuku takkan mau mengijinkan. jika Fatty itu aku," kata Pip.
"Umurnya kan baru tiga belas tahun! Benar-benar luar biasa!"
Bets menangis.
"Padahal aku ingin ia pulang dalam liburan ini, supaya bisa menemukan kejadian misterius lagi." keluhnya. '
"Diam. Bets! Kau ini, kayak anak kecil saja." tukas Pip.
"Tanpa Fatty pun, kita kan bisa saja mengusut misteri!"
Tapi dalam hati, semua sadar bahwa tidak banyak yang bisa mereka lakukan apabila Fatty tidak ada.
Fatty itu pemimpin mereka yang sebenarnya.
Ia yang berani melakukan segala macam hal.
Ialah yang menjadi otak Pasukan Mau Tahu!
"Tanpa Fatty, kita ini kayak bistik ayam tanpa ayam," kata Daisy lesu.
Ucapannya itu kocak kedengarannya.
Tapi teman-temannya tidak ada
yang tertawa. Mereka semua tahu apa maksud Daisy. Tanpa Fatty, semuanya terasa hambar dan kurang menarik.
"Aku masih tetap belum bisa membayangkannya." kata Larry, sambil berjalan bersama yang lain lain kembali ke rumah Pip.
"Fatty. pergi ke
Cina Selatan! Lalu misteri kayak apa yang harus diusutnya di sana? Kenapa ia tidak menyempatkan diri sebentar. bercerita mengenainya pada kita?"
"Anak yang tadi mengantar telegram, kelihatannya ia sangat mengagumi Fatty." kata Bets.
"Bayangkan Fatty ternyata sudah termasyhur sekarang namanya!"
"Ya. betul. Dan si Ayo Pergi tadi kentara sekali
tidak suka mendengar Fatty dipuji-puji." kata Larry sambil tertawa geli.
"Aku suka pada anak itu tadi. Tampangnya mengingatkan aku pada seseorang tapi tidak tahu siapa!"
"He kalau begitu. bagaimana dengan Buster sekarang?" kata Bets dengan tiba-tiba.
Ia berhenti berjalan.
"Fatty pasti tidak diijinkan membawa anjingnya itu! Dan Buster pasti sedih sekarang, karena ditinggal sendiri. Apa yang terjadi dengan anjing itu? Bagaimana jika kita yang mengurusnya, selama Fatty tidak ada?"
"Kurasa Fatty tentu setuju," kata Pip.
"Yuk. kita ke rumahnya. Kita tanyakan pada ibunya, tentang Buster. Sekarang saja kita ke sana."
Anak-anak langsung berangkat.
Bets merasa agak terhibur.
Lumayan biarpun Fatty tidak ada. tapi mereka akan bisa bermain-main dengan anjingnya nanti. Anjing itu selalu ikut dalam petualangan Pasukan Mau Tahu selama ini.
Anak-anak sampai di rumah Fatty, lalu langsung masuk ke pekarangan. Nyonya Trotteville ibu Fatty ada di situ. sedang memetik bunga
untuk ditaruh dalam vas nanti. Ia tersenyum melihat anak-anak datang.
"Kalian sudah libur semuanya?" tanya Nyonya Trotteville.
"Eh ada apa? Kenapa tampang kalian begitu serius kelihatannya?"
"Kami datang untuk menanyakan. apakah Buster bisa dititipkan di tempat kami selama liburan ini." kata Larry.
"Ah, itu dia! Buster! Buster! Kemari. Buster!"
******** FATTY BENAR-BENAR MENGHERANKAN
Buster mendatangi anak anak sambil oenan lari.
Ia menggonggong dengan ribut, sementara ekornya mengibas kian kemari dengan cepat .
Anak anak disambutnya satu persatu.
"Buster yang malang!" kata Pip.
"Kau tentunya rindu pada tuanmu, ya?"
"Kami tadi kaget sekali ketika mendengar bahwa Fatty berangkat ke Cina," kata Daisy pada Nyonya Trotteville.
Ibu Fatty itu kelihatan tercengang mendengarnya.
"Naik pesawat terbang lagi!" kata Larry.
"Anda tentu akan rindu padanya. Bu?"
"Apa sebetulnya maksud kalian?" tanya Nyonya Trotteville.
Anak anak dipandangnya, seolah-olah menyangka mereka tiba tiba tidak waras lagi.
"Astaga! Jangan jangan Fatty sama sekali tidak mengatakan padanya!" bisik Bets .
Tapi bisikannya terlalu keras, sehingga terdengar oleh Nyonya Trotteville.
"Apa yang tidak dikatakan padaku?" tanya wanita itu agak jengkel.
"Ada apa sebetulnya? Apa lagi yang diperbuat Fatty sekarang?"
"Jadi jadi _ Anda belum tahu?" kata Larry dengan gugup.
"Ia kan pergi ke Tipilulu. dan."
"Tipilulu? Apa-apaan lagi itu?" kata Nyonya Trotteville, lalu berseru keras keras.
"Frederick! Coba kemari sebentar!"
Anak anak menahan napas sambil menoleh ke arah rumah. Seorang anak laki laki muncul dari pintu depan, lalu berjalan dengan santai ke arah mereka.
Astaga! Itu kan Fatty!
Benar itu Fatty, yang datang sambil nyengir. Bets berseru dengan gembira sambil lari menyongsong. lalu merangkul anak gendut itu.
"Aduh. kusangka kau sudah berangkat ke Tipilulu! Tidak jadikah kau berangkat ke sana? Aku senang sekali kau ada di sini. Fatty!"
Anak anak yang lain memandang dengan bingung.
"Kaukah yang mengirim telegram pada kami?" tanya Daisy kemudian.
"Kau main-main rupanya!"
"Eh! Telegram apa?" tanya Fatty.
Ia kelihatan
seperti tidak tahu apa apa.
"Aku baru saja hendak pergi mendatangi kalian!"
"ini -- telegram ini!" kata Pip. lalu menyodorkan kertas telegram itu pada Fatty. Fatty tercengang ketika membaca isinya.
"Ah. rupanya ada yang hendak mempermainkan
Kalian." katanya.
"Ini perbuatan konyol!
Kalian juga keterlaluan. mau saja percaya bahwa aku pergi ke Tipilulu!"
"Kalian ini selalu ada ada saja." kata Nyonya Trotteville.
"Mana mungkin aku mengijinkan Frederick berangkat seorang diri ke Cina atau entah ke mana pokoknya ke Tipilulu seperti kata kalian tadi! Sekarang kalau kalian ingin mengobrol dengan Frederick. masuklah ke dalam rumah. Atau pergi berjalan-jalan."
Anak-anak masuk ke rumah.
Teman teman Fatty masih merasa bingung.
"Siapakah yang mengantarkan telegram ini?" tanya Fatty.
"Pengantar telegram." kata Pip.
"Anaknya berambut merah, sedang mukanya penuh bintik. Cara bicaranya bandel! Dia tadi menyebabkan sepedanya jatuh, sehingga setangnya membentur tulang kering si Ayo Pergi. Wah kau mesti melihat dia tadi menandak nandak kesakitan!"
'Hm.' kata Fatty.
"Ada sesuatu yang aneh dengan anak yang mengantarkan telegram tadi! Mengantar telegram. yang sama sekali tidak kukirimkan. Yuk, kita cari dia. Kalau ketemu akan kita ajukan beberapa pertanyaan padanya!"
Anak anak berangkat diikuti oleh Buster.
"Larry dan Daisy, kalian mencarinya ke arah sana." kata Fatty mengatur siasat.
"Pip, kau ke sana bersama Bets Sedang aku ke sini. Kita periksa jalan jalan di desa ini sampai anak tadi ketemu. Nanti setengah jam lagi kita berkumpul kembali di pojok jalan dekat gereja."
"Aku ingin mencari bersamamu. Fatty." kata Bets
"Tidak, kau harus dengan Pip," kata Fatty.
Aneh sikapnya begitu keras.
Padahal biasanya ia menuruti permintaan Bets.
Bets diam saja walau dalam hati ia agak tersinggung.
Ia pergi mengikuti Pip.
***** Larry dan Daisy tidak berhasil menemukan anak yang dicari.
Mereka putus asa.
Dua puluh lima menit kemudian keduanya sudah berada di pojok jalan dekat gereja.
Mereka menunggu di situ.
Tak lama kemudian Pip muncul, bersama Bets. Mereka juga tidak berhasil menjumpai anak yang mengantarkan telegram tadi. Keempat anak itu memandang ke sana dan kemari mencari cari Fatty dan Buster.
Tiba-tiba dari balik tikungan muncul seseorang naik sepeda. Orang itu bersepeda sambil bersiul-siul. Larry berseru memanggilnya karena yang muncul itu pengantar telegram yang tadi.
"He! Kemarilah sebentar!"
Anak yang dipanggil menoleh lalu datang menghampiri dengan sepeda yang miring-miring seperti hampir jatuh. Setelah sampai di dekat anak anak ia berhenti, sambil menopangkan kaki ke tepi trotoar. Rambutnya yang merah menutupi kening. sedang topi petnya terpasang miring.


Pasukan Mau Tahu 04 Misteri Surat Kaleng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ada apa?" tanyanya.
"Tentang telegram tadi." kata Larry.
"Itu omong kosong! Teman kami Frederick Trotteville ternyata tidak berangkat ke Cina. Ia ada di sini!"
"Mana dia?" tanya pengantar telegram itu sambil memandang berkeliling.
"Maksudku ia ada di desa sini." kata Larry lagi.
"Sebentar lagi pasti muncul!"
"Wah! Aku kepingin sekali ketemu dia." kata anak berambut merah itu.
"Ia benar benar hebat! Aku heran. apa sebabnya polisi tidak mengambil dia. untuk membantu memecahkan urusan yang sulit sulit."
"Selama ini kami semua ikut membantu dalam mengusut kejadian kejadian misterius itu." kata Pip.
Menurut perasaannya sudah waktunya ia serta kawan-kawan yang lain ikut menerima pujian.
"Masa?!" kata pengantar telegram dengan nada seperti kurang percaya.
"Kusangka Tuan Trotteville itu sendiri yang cerdas di antara kalian. Aku kepingin sekali berjumpa dengan dia! Bagaimana pendapat kalian akan maukah ia memberi tanda tangan jika aku memintanya?"
Anak anak menatap pengantar telegram itu.
Menurut perasaan mereka Fatty ternyata memang sudah termasyhur sekarang.
Bayangkan, sampai pengantar telegram pun ingin mendapat tanda tangannya!
"Tapi telegram yang kauantarkan tadi ternyata palsu." kata Larry kemudian.
"Isinya bohong! Kau sendiri yang membuatnya?" :
"Aku? Membuat telegram palsu? Wah -mana mungkin? Aku kan tidak ingin dipecat!" kata pengantar telegram.
"He -mana teman kalian yang terkenal itu? Kapan dia datang? Aku kepingin sekali bertemu dengan dia tapi aku tidak bisa lama lama menunggu di sini. karena harus kembali lagi ke kantor pos."
"Kantor pos kan bisa menunggu sebentar," kata Pip.
Mereka berempat tidak berhasil mengorek keterangan dari anak itu.
Tapi mungkin Fatty bisa. pikir Pip.
Saat itu muncul seekor anjing kecil dari balik tikungan jalan.
Bets berseru memanggilnya.
"Buster! Kemari, Buster! Mana Fatty? Suruh dia cepat cepat kemari!"
Anak anak semua menyangka bahwa Fatty pasti muncul saat itu juga dari balik tikungan.
Tapi ternyata tidak!
Buster datang sendiri.
Ia sama sekali tidak menggeram, ketika melihat pengantar telegram yang masih duduk di atas sepedanya di situ. Buster malah langsung duduk di sisinya, sambil memandangnya dengan sayang.
Bets tercengang.
Sepanjang ingatannya hanya pada Fatty saja Buster memandang dengan cara begitu.
Kalau begitu apa sebabnya anjing kecil itu nampak begitu sayang pada pengantar telegram berambut merah itu?
Tiba tiba Bets melonjak sambil berseru keras, lalu merangkul anak itu.
Anak itu kaget dibuatnya.
"Fatty!" seru Bets
"Aduh. Fatty! Kami ini memang benar-benar goblok! Fatty!" .
Pip melongo.
Sedang Daisy terbelalak matanya, seperti melihat hantu. Larry bergegas menghampiri pengantar telegram lalu memukul mukul punggung anak itu.
"Anak iseng!" katanya berkali kali.
"Kami tertipu olehmu! Dan si Ayo Pergi juga! Kau memang hebat, Fatty. Bagaimana caramu melakukannya?"
Pengantar telegram yang ternyata memang Fatty. nyengir.
Dilepaskannya alis palsunya dengan sekali sentak. Dengan sapu tangan yang sudah dibasahkan dengan air. dihapuskannya bintik-bintik coklat yang memenuhi mukanya. Rambut palsunya yang merah digesernya sedikit, sehingga teman-temannya bisa melihat rambut aslinya yang hitam dan lurus di bawahnya.
"Hebat sekali penyamaranmu yang ini. Fatty!" kata Pip dengan nada iri.
"Tapi bagaimana caramu mengerenyotkan mulut sehingga kelihatan lain. serta menyipitkan matamu?"
"Ah. itu kan cuma permainan sandiwara saja." kata Fatty.
Dadanya membusung karena bangga.
"Kan sudah pernah kuceritakan, aku ini selalu memegang peranan utama kalau di sekolah diadakan pertunjukan teater! Dan dalam semester yang lalu. aku."
Anak anak tidak kepingin mendengar kisah tentang segala kehebatan Fatty di sekolah. Soalnya mereka sudah terlalu sering mendengarnya. Karena itu Larry cepat cepat memotong perkataannya.
"Sialan! Sekarang aku mengerti apa sebabnya anak pengantar telegram tadi begitu rajin memuji muji dirimu! Konyol ah! Menyebut dirimu sendiri Tuan Trotteville. dan menunggu-nunggu untuk meminta tanda tanganmu sendiri! Sungguh. Fatty belum pernah kutemui anak sekonyol dirimu!"
Mereka kembali ke rumah Pip dan Bets. Tak lama kemudian mereka sudah berada dalam kamar main, sibuk memperhatikan segala galanya yang dipakai Fatty untuk menyamar tadi.
"Aku baru saja membelinya," kata Fatty.
"Jadi tentu saja aku ingin mencobanya. Bagus sekali rambut palsuku itu, ya? Harganya sangat mahal! Aku sampai tidak berani mengatakannya pada ibuku. Tadi aku sudah tidak sabar lagi ingin mencoba mempermainkan kalian. Kurasa aku mulai ahli menyamar dan berpura-pura jadi orang lain"
"Memang betul, Fatty." kata Bets.
"Aku tadi takkan bisa menebak. jika tidak kulihat Buster langsung duduk dekat kakimu sambil memandangmu dengan begitu kasih sayang. Dan aku tahu, cuma padamu saja ia memandang secara demikian. Fatty!"
"Dari situ rupanya kau tahu." kata Fatty.
"Hebat! Sungguh. Bets, kadang-kadang kurasa pengamatanmu lebih tajam dari yang lain lainnya!"
Bets berseri seri. tapi Pip kelihatan tidak begitu senang. Ia selalu beranggapan adiknya itu masih
kecil, dan tidak boleh terlalu dipuji puji supaya jangan menjadi sombong.
"Jadi besar kepala dia nanti." gerutu Pip.
"Siapa pun di antara kita, pasti bisa melihat Buster memandang begitu padamu."
"Tapi kenyataannya. kalian tidak melihat." kata Fatty.
"He ngomong-ngomong, Syukur si Ayo Pergi mengira aku benar benar berangkat ke Tipilulu! Kebetulan sekali ia ada di tempat kalian berkumpul ketika aku datang tadi pagi. Wah dia kaget sekali ketika kusengaja menyebabkan sepedaku terguling mengenai tulang keringnya!"
Fatty ditatap teman temannya dengan perasaan kagum.
Macam macam saja perbuatan anak itu!
Bets tertawa geli.
"Pak Goon pasti kaget, jika melihat kau tiba tiba muncul," katanya.
"Pasti ia akan mengira kau sudah kembali dari Tipilulu!"
"Nama aneh!" kata Daisy.
"Kau mendapatnya 'dari mana?"
"Ah bagiku gampang saja mengarang nama nama begitu." kata Fatty.
"Kasihan si Ayo Pergi dipercayainya mentah mentah isi telegram itu!"
"Kau nanti akan memakai penyamaran ini lagi, apabila kita menyelidiki misteri yang berikut?" tanya Bets bergairah.
"Misteri berikut itu apa?" tanya Pip.
"Kita sama sekali tidak menghadapi misteri. Kurasa dalam liburan ini sama sekali takkan terjadi apa apa yang menarik!" '
"Tapi siapa tahu?" kata Fatty.
"Kurasa pasti akan ada lagi yang muncul dan mudah mudahan kita lebih dulu mengetahuinya dari si Ayo Pergi! Kalian masih ingat. ketika dia kukurung dalam gudang batu bara sewaktu kita sibuk dengan misteri kamar tersembunyi dulu?"
Anak-anak tertawa semuanya.
Terbayang di mata mereka tampang Pak Goon sewaktu keluar terhuyung huyung dari lubang batu bara.
Hitam karena debu batu bara sambil bersin bersin terus karena pilek!
"Lalu kemudian kita mengirimkan sabun karbon padanya. supaya ia bisa mencuci badan bersih bersih," kata Daisy.
"Tapi ia sama sekali tidak merasa berterima kasih! Dan kita dimarahi ibu Pip, karena perbuatan mengirim sabun itu dikatakan menghina Pak Goon!"
"Aku kepingin bisa mengusut kejadian misterius lagi sekarang." kata Pip.
"Kita harus waspada! Pokoknya liburan ini sudah dimulai dengan baik. Fatty! bukan kami saja yang berhasil kautipu dengan penyamaranmu tadi. tapi juga Pak Goon!"
"Aku harus pergi sekarang," kata Fatty.
"Aku harus melepaskan pakaian pengantar telegram ini cepat-cepat di rumah. Tapi sementara ini kupakai lagi alis dan rambut palsuku. karena siapa tahu nanti berjumpa lagi dengan si Ayo Pergi. Nah -sampai nanti!"
****** MANA MISTERINYA?
Masa liburan sudah berjalan satu minggu. Cuaca selama itu suram, hujan terus.
Anak-anak bosan.
Tidak enak rasanya berjalan jalan. karena saban kali selalu pulang dalam keadaan basah kuyup. Tapi mereka juga tidak senang di rumah terus seharian.
Setiap hari anak anak berkumpul di kamar main di rumah Pip dan Bets Enak bermain main dalam ruangan yang lapang itu. Kadang kadang mereka berisik sekali. Kalau sudah begitu, Nyonya Hilton pasti masuk sambil marah-marah.
"Kalian kan tidak perlu begini ribut, kedengarannya seperti ada badai dan gempa bumi sekaligus!" katanya pada suatu hari.
Kemudian ditatapnya Pip dengan heran.
"Kau sedang berbuat apa, Pip?"
"Ah tidak apa apa. Bu," kata Pip.
Ia cepat-cepat melepaskan kain berwarna ungu yang melilit tubuhnya.
"Aku sedang menjadi Kaisar Romawi kuno, yang lagi mengamuk terhadap budak beliannya!"
"Dari mana kauambil kain ungu itu." tanya ibunya.
"Aduh. Pip! Itu kan alas tempat tidur Bu Moon!"
"Dia kan sedang tidak ada. Bu." kata Pip.
"Kusangka ia tentu tidak akan marah."
"Ayo cepat -kembalikan alas tempat tidur itu dengan segera!" kata Nyonya Hilton.
"Bu Moon pasti akan sangat jengkel. apabila tahu bahwa kau masuk ke kamar tidurnya lalu mengambil alas tempat tidur. Kau tidak boleh begitu, Pip! Dan kalian semua harap jangan lupa membersihkan sepatu, apabila masuk ke rumah dalam keadaan cuaca seburuk begini! Bu Moon mengeluh, katanya setiap kali ia harus membersihkan lumpur bekas sepatu kalian."
"Ah dia itu. bisanya cuma mengadu terus," kata Pip cemberut
"Aku tidak suka kau bicara begitu, Pip," kata Nyonya Hilton.
"Bu Moon pandai memasak. dan selalu melakukan tugasnya dengan baik sekali. Aku tidak heran ia mengeluh terus, karena kalian menyebabkan dia harus berulangkali membersihkan lantai! 0 ya -ia juga mengatakan. kadang kadang ada makanan yang hilang dari tempat penyimpanan! Ia merasa yakin, pasti kalian yang mengambil. Mudah-mudahan kata
itu tidak benar."
Pip kelihatan agak tidak enak.
"Bu. kami kadang-kadang merasa lapar," jawabnya malu malu.
"Ibu mengerti kan"
'Tidak. aku tidak mau mengerti!" tukas ibunya.
"Bu Moon bertanggung jawab atas makanan yang disimpan. dan kalian tidak boleh mengambil apa apa sebelum ada ijin dari aku atau Bu Moon. Sekarang kembalikan alas tempat tidur itu dan pasang kembali dengan rapi. ya! Daisy, kau ikut dengan Pip dan bantu dia memasangnya dengan rapi."
Daisy langsung ikut dengan Pip.
Nyonya Hilton kadang kadang bisa galak sekali!
Anak-anak semua segan terhadapnya. dan juga terhadap suaminya. Tuan Hilton. Kedua orang tua Pip dan Bets itu selalu bersikap tegas dalam menghadapi anak anak. Tapi anak anak sangat menyukai Nyonya Hilton.
Apalagi Pip dan Bets!
Setelah beberapa saat Daisy dan Pip masuk lagi ke kamar main. Sementara itu Nyonya Hilton sudah pergi. Pip memandang anak-anak yang masih ada di situ.
Ia nyengir.
"Sudah kami pasang lagi." katanya.
"Kami tarik ke sana dan ke sini. kami tepuk tepuk biar rata. kami bentangkan rapi rapi. dan..."
"Ah, sudahlah!" potong Larry.
"Aku tidak suka pada Bu Moon itu! Mungkin saja ia pintar masak -yang jelas kue bikinannya selalu enak rasanya tapi ia gemar mengadu!" '
"Kurasa Gladys pasti takut sekali padanya." kata Daisy.
Gladys yang disebutnya itu bekerja di rumah keluarga Hilton sebagai pembantu rumah tangga. Gadis itu pendiam dan agak takut-takut
Selalu tersenyum malu dan selalu mau saja dimintai pertolongan oleh anak-anak
"Aku paling senang pada Bu Cockles," kata Bets.
"Namanya bagus sekali!"
Bu Cockles itu wanita yang bekerja sebagai pembersih rumah.
Ia biasa datang seminggu dua kali. untuk membantu Nyonya Hilton dan Gladys.
Ia sangat peramah dan gemar bercerita.
"Ya. Bu Cockles memang baik hati!" kata Pip mengiakan.
"Ia selalu memberi kue-kue bikinan Bu Moon pada kami, apabila kami datang ke dapur."
Larry menguap, lalu memandang keluar lewat jendela.
"Huh cuaca begini, benar-benar membosankan!" keluhnya.
"Lihatlah, hujan sudah mulai turun lagi sekarang! Membosankan! Aku kepingin bisa melakukan sesuatu misalnya saja mengusut kejadian yang misterius!"
"Tapi kelihatannya sama sekali tidak ada kejadian apa-apa." kata Daisy.
"Tidak ada perampokan bahkan pencurian sepeda saja pun tidak terjadi akhir akhir ini di desa. Semuanya
aman! "
"Kurasa si Ayo Pergi pasti senang, apabila sekali ini tidak ada misteri yang kita selidiki." kata Fatty.
"ia sudah melihatmu lagi?" tanya Best.
Fatty menggeleng
"Belum," jawabnya.
"Ia pasti mengira aku malah di Tipilulu."
Fatty nyengir.
"Pasti ia kaget setengah mati. jika aku tiba tiba muncul didepannya."
"Yuk. kita keluar saja biar sedang hujan." kata Pip.
"Kita keluyuran. mencari-cari sesuatu yang menarik! Kalian masih ingat liburan Natal yang lalu? Ketika itu aku juga melihat-lihat keadaan sebuah rumah kosong! Tahu tahu menemukan kamar tersembunyi di tingkat paling atas. Nah -sekarang kita berkeliling lagi melihat lihat. Siapa tahu nanti menemukan sesuatu yang menarik!"
Anak-anak mengenakan mantel dan topi pelindung hujan, lalu pergi berjalan-jalan.
"Siapa tahu. kita nanti menemukan petunjuk," kata Bets.
"Ah -petunjuk apa?!" tukas Pip.
"Sebelum menemukan petunjuk harus ada misterinya dulu, goblok!"
Anak-anak memasuki pekarangan beberapa rumah kosong dan mencari-cari di situ walau tidak tahu apa sebetulnya yang hendak dicari.
Semua kelihatannya biasa saja.
Sekali mereka mengintip ke dalam sebuah gudang yang kosong. Mereka kaget setengah mati ketika tiba tiba muncul seorang gelandangan dari sudut yang gelap. Orang itu berteriak-teriak marah karena merasa diganggu ketenangannya.
Mereka berkeliaran ke mana-mana.
Sebuah gubuk reyot yang terdapat di ujung suatu lapangan kosong mereka periksa dengan seksama. Tapi bahkan di tempat itu pun mereka tidak menemukan apa apa.
"Kita pulang saja sekarang, karena sudah waktunya minum teh," kata Fatty kemudian.
"Ada seorang bibiku yang datang bertamu sore ini. Kita berkumpul lagi besok!"
Anak-anak berpisah.
Pip dan Bets berjalan menyusur jalan yang basah. lalu masuk ke rumah.
"Bosan!" tukas Pip. sambil melemparkan mantel hujannya ke lantai di gang
"Yang ada cuma hujan. Hujan melulu! Sama sekali tidak ada apa apa yang bisa kita lakukan!"
"Ibu nanti marah, jika kaubiarkan mantelmu itu tergeletak di lantai." kata Bets sambil menggantungkan mantelnya.
"Kalau begitu gantungkanlah." kata Pip cemberut.
Buku yang menarik saja pun tak ada yang bisa dibacanya saat itu. Ibu mereka diundang minum teh ke rumah salah seorang temannya. Pip sendiri di rumah bersama Bets dan Gladys.
"Yuk. kita ajak Gladys main kartu dengan kita di kamar main," kata Pip.
"Gladys senang main kartu. Sedang Bu Moon yang selalu melarang, kebetulan tidak ada di rumah."
Ternyata Gladys mau diajak main kartu.
Gadis itu berumur sekitar sembilan belas tahun. Wajahnya cantik.
Rambutnya hitam.
Gladys selalu agak takut-takut sikapnya.
Tapi dengan anak anak ia senang!
Asyik sekali mereka main kartu sampai malam.
"Sekarang sudah waktu tidur untukmu. Bets," kata Gladys kemudian.
"Dan aku harus bergegas menyiapkan hidangan makan malam."
Gladys pergi ke bawah untuk bekerja lagi, sementara Bets mandi lalu mengenakan pakaian tidur. '
Sambil bersiul siul, Pip juga berganti pakaian. Orang tuanya tidak mengijinkan dia makan malam dengan pakaian kotor.
"Mudah mudahan saja cuaca besok cerah," pikirnya. ketika kebetulan memandang ke luar, mengamat-amati langit sebelah Barat yang mulai gelap saat itu.
"Sekarang saja kelihatannya agak lumayan. Kalau cuaca benar benar cerah besok, kita akan bisa jalan-jalan naik sepeda dan kemudian piknik di salah satu tempat."
Ternyata keesokan harinya udara cerah.
Matahari bersinar terang.
Pagi pagi sekali Larry, Daisy. Fatty dan Buster sudah datang di rumah Pip.
"Yuk, kita piknik ke Burnham Beeches," kata Larry.
"Pasti asyik di sana nanti. Kau mesti melihat pohon-pohon beech yang ada di sana, Bets! Bukan main besarnya. Banyak yang sudah tua sekali, penuh keriput! Beberapa diantaranya kelihatan kayak muka orang"
"Aduh! Aku kepingin sekali ke sana," kata Bets
"Kurasa kali ini aku sudah cukup besar. Pasti boleh ikut naik sepeda dengan kalian. Tahun lalu, masih belum diijinkan oleh Ibu." "
"Kenapa Gladys tadi?" tanya Fatty sambil menggelitik perut Buster yang berbaring telentang di dekat kakinya.
"Gladys? Tidak apa apa," jawab Pip.
"Kenapa kau bertanya?"
"Tadi aku berpapasan dengan dia dalam gang." kata Fatty menjelaskan.
"Kelihatannya dia seperti habis menangis .Matanya merah!"
"Kemarin malam dia masih biasa biasa saja." kata Pip.
Ia teringat bermain kartu dengan asyik bersama Bets dan gadis itu.
"Mungkin dia dimarahi Bu Moon."
"Ah. kurasa bukan itu sebabnya." bantah Fatty.
"Ketika aku lewat di gang tadi, kudengar Bu Moon memanggilnya dengan ramah. Kurasa ia menerima kabar buruk."
Bets merasa kasihan lalu pergi mencari Gladys. Gadis itu ditemukannya sedang menyapu lantai kamar tidur.
Ya. betul!
Matanya merah.
"Kenapa kau menangis, Gladys?" tanya Bets.
"Ada apa? Ada yang marah padamu?"
"Tidak," jawab Gladys.
Ia mencoba tersenyum.
"Aku tidak apa apa, Bets. Sungguh! Tidak ada apa apa."
Bets memandangnya dengan sangsi.
Kalau memang tidak ada apa-apa lalu kenapa tampangnya kelihatan sedih?
Apakah yang terjadi setelah mereka berpisah kemarin malam?
"Kau menerima kabar buruk, barangkali?" tanya Bets prihatin.
"Sudah. percayalah," kata Gladys.
"aku tidak apa apa. Sekarang kembalilah ke teman temanmu."
Apa boleh buat!
Bets kembali ke kamar main.
"Betul Gladys kelihatannya kayak habis menangis." katanya.
"Tapi ia tidak mau mengatakan apa sebabnya padaku."
"Sudahlah _ biarkan dia sendiri." kata Larry.
Ia tidak suka melihat orang menangis.
"Kenapa harus kita campuri urusan pribadinya? Yuk. kita minta ijin dulu pada ibu kalian, apa boleh piknik hari ini."
Nyonya Hilton bergembira mendengar anak anak ingin pergi. Ia sudah capek mendengar mereka ribut ribut terus sepanjang hari dalam rumah.
"Aku sendiri memang tadi bermaksud menyuruh kalian pergi piknik hari ini." katanya.
"Kalau mau, kalian boleh membawa bekal makan siang dan sore sekaligus! Akan kusiapkan sebentar. sementara kalian pulang ke rumah masing masing untuk minta ijin dulu."
Fatty. Larry dan Daisy bergegas pulang .Sementara itu Nyonya Hilton menyiapkan perbekalan untuk Pip dan Bets.
"Nah -sekarang kalian pergi bermain main di luar seharian! Tapi nanti jangan buru-buru pulang, begitu merasa bosan." katanya dengan tegas.
"Aku tak mau melihat tampang kalian di sini, sampai sesudah saat minum teh. Hari ini banyak sekali yang harus kulakukan!"
"Apa saja, Bu?" tanya Pip.
Ia khawatir, jangan jangan ibunya hendak melakukan sesuatu yang menarik -dan kebetulan pada saat ia tidak ada di rumah.
"Kau ini mau tahu saja." tukas ibunya.
"Nah. sekarang berangkat sajalah. pergi bersenang senang!"
Anak-anak berangkat naik sepeda.
"Ibu kelihatannya hari ini tidak mau kita ada di rumah," kata Pip.
"Kita didesak desaknya terus. supaya cepat-cepat pergi. Kenapa ya? Apa sih yang penting hari ini? Ia sama sekali tidak bercerita bahwa di rumah akan ada rapat, atau salah satu kegiatan lainnya."
"Mendengar omonganmu, seolah-olah Ibu hendak melakukan sesuatu yang sangat misterius," kata Bets.
"Padahal paling paling hendak membersihkan lemari atau begitu! Ibu ibu selalu beranggapan pekerjaan begitu penting sekali. Hore! itu teman teman sudah ada di depan! Ayo, kita berangkat!"
Rombongan itu berangkat, sambil membunyikan bel sepeda mereka berdering dering. Buster
duduk dalam keranjang di sepeda Fatty. Buster selalu senang diajak piknik.
Baginya, piknik berarti hutan atau lapangan. Dan cuma satu yang narik perhatian Buster di hutan atau di tengah lapangan.
Kelinci! ******* SARUNG TANGAN PAK GOON
Anak anak asyik berpiknik hari itu.
Cuaca cerah.
Di mana mana nampak bunga mekar.
"Untung cuaca akhirnya berubah juga," kata Daisy.
"Yuk, kita menghamparkan mantel hujan di atas rumput, lalu duduk di atasnya."
Buster tidak menunggu lama lama lagi.
Anak anak memperhatikan anjing kecil itu pergi.
"Dia hendak memecahkan suatu teka teki kelinci yang sangat sulit,
" kata Fatty.
"Di manakah letaknya liang kelinci yang cukup lapang. sehingga bisa dimasuki oleh Buster? ltulah misteri yang ingin sekali dipecahkan olehnya."
Anak anak tertawa.
"Aku kepingin ada kejadian misterius lagi untuk kita," kata Daisy.


Pasukan Mau Tahu 04 Misteri Surat Kaleng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aneh rasanya kalau tidak ada apa-apa yang bisa dipikirkan. Aku kini sudah terbiasa menghadapi sesuatu yang memusingkan kepala setiap saat liburan."
Hari itu berlalu dengan cepat .
Tahu tahu hari sudah sore.
Kelima anak itu bersiap-siap hendak pulang. Tapi sebelumnya mereka masih menghadapi masalah kecil. Buster harus dikeluarkan dulu dari sebuah liang kelinci yang agak lapang. Anjing kecil itu sudah menyusup sampai setengah badan ke dalamnya.
Ia marah sekali ketika ditarik ke luar.
Kini ia duduk sambil merajuk dalam keranjang sepeda Fatty.
Telinganya terkulai.
Anak-anak jahat, pikirnya.
Padahal ia sudah hampir berhasil menangkap kelinci yang dikejar.
"Buster merajuk." kata Fatty sambil tertawa.
"He! Buster! Jangan marah terus dong!"
"Aku ingin tahu. apakah Ibu sudah selesai melakukan hal-hal penting yang dikatakannya tadi," kata Bets pada Pip.
"Yang jelas, hari ini kita tidak merepotkannya!"
Sesampai di tikungan dekat gereja anak anak berpisah.
"Besok kita berkumpul di rumah Larry!" seru Fatty sambil mengayuh sepedanya pulang.
"Di kebun, kalau cuaca bagus!"
Pip dan Bets bersepeda pulang.
"Aku haus sekali." kata Pip.
"Mudah mudahan Gladys mau mengambilkan air es untuk kita. Aku kepingin minum air es!"
"Jangan minta pada Bu Moon," kata Bets
"Pasti dia akan mengatakan tidak boleh!"
Sesampainya di rumah kedua anak itu mencari Gladys. Mereka mengintip ke dalam dapur dari jendela. Tapi gadis itu tidak ada di sana. Di tingkat atas, juga tidak ada. Nyonya Hilton mendengar kedua anak itu memanggil manggil di atas. Ia
keluar dari kamar kerja menyongsong mereka, ketika mereka turun lagi sambil berlari-lari.
"Nah bagaimana piknik kalian tadi?" tanya lbu.
"Menyenangkan?"
"0 ya." kata Pip.
"Menyenangkan sekali. Bu! Bu bolehkah kami minum air es? Kami haus sekali. karena udara tadi panas."
"Ya.tentu saja." kata Nyonya Hilton.
Anak anak bergegas lari ke dapur. lalu menjengukkan kepala ke dalam.
Bu Moon ada di situ.
Ia sedang merajut
"Kalian mau apa?" tanya wanita itu.
Aneh nada suaranya ramah tidak seperti biasanya.
"Kami ingin minum air es," kata Pip.
"Tapi kami tidak ingin merepotkan Anda! Kami hendak meminta Galdys untuk mengambilkan."
"Ah. tak apa," kata Bu Moon sambil berdiri.
"Biar kuambilkan sebentar."
"Gladys sedang pergi, Bu Moon?" tanya Bets.
"Ya." jawab Bu Moon singkat.
"Nah ini esnya. cepat masukkan ke dalam tempat air itu. Ya, begitu!"
"Tapi hari ini kan bukan giliran tidak bekerja bagi Gladys." kata Pip heran.
"Kemarin dulu ia sudah pergi."
"Nah, nah sekarang kau menjatuhkan sebongkah es." kata Bu Moon.
"Ambil saja sendiri, karena aku tidak sanggup mengejar ngejar es yang licin di lantai."
Bets tertawa geli, melihat Pip berusaha memungut es yang licin dari lantai.
Setelah dapat,
dicucinya sebentar di bawah keran lalu dimasukkannya ke dalam tempat air.
"Terima kasih, Bu Moon." katanya.
Pip dan Bets keluar lagi. sambil membawa tempat air serta dua buah gelas.
"Bu Moon kelihatannya sama sekali tidak mau bicara tentang Gladys tadi," kata Pip.
"Aneh!"
"Jangan-jangan Gladys sudah keluar, Pip," kata Bets dengan tiba-tiba.
"Tapi mudah mudahan saja jangan karena aku suka padanya."
"Soal itu bisa kita selidiki dengan gampang," kata Pip.
"Kita lihat saja sebentar keadaan kamar tidurnya. Jika barang-barangnya masih ada di situ, itu artinya ia cuma pergi sebentar. Nanti kembali lagi!"
Mereka pergi ke bilik sempit yang ditempati oleh Gladys .Pintu kamar itu mereka buka, lalu keduanya mengintip ke dalam.
Ternyata kamar itu kosong!
Pip dan Bets kaget, tapi juga sedih melihatnya. Segala-galanya sudah tidak ada lagi. Sedikit pun tidak nampak bekas bahwa Gladys pernah tinggal di situ selama beberapa bulan.
"Ya ia sudah pergi!" kata Bets.
"Tapi kenapa Ibu tidak mengatakan apa apa pada kita? Atau Bu Moon? Kenapa semuanya kayak dirahasiakan?"
"Memang aneh," kata Pip.
"Mungkinkah ia dikeluarkan karena mencuri? Tapi ia kelihatannya anak baik! Aku suka padanya."
"Yuk, kita tanyakan saja pada lbu." kata Bets.
Mereka lantas pergi ke kamar kerja.
Tapi Ibu tidak ada di situ.
Pip dan Bets berpaling, hendak keluar lagi. Tapi mata Pip yang tajam tiba-tiba melihat sesuatu tergeletak di bawah sebuah kursi.
Diambilnya benda itu.
Ternyata sebuah sarung tangan yang besar, terbuat dari wol berwarna hitam. Pip memandang benda itu. sambil mengingat ingat. Ia merasa seakan akan pernah melihat sarung tangan hitam itu.
"Itu kepunyaan siapa?" tanya Bets.
"Lihatlah rasanya seperti ada nama tertulis di dalamnya."
Pip melihat ke sebelah dalam sarung tangan itu. Ia kaget ketika membaca nama yang tertulis dengan tinta pada sepotong kain yang dijahitkan di situ.
T. GOON. "T. Goon Theophilus Goon," kata Pip.
"Astaga! Untuk apa si Ayo Pergi kemari hari ini? Rupanya ia tadi duduk di sini, dan kemudian sarung tangannya tercecer. Pantas Ibu tadi mengatakan ada urusan penting yang harus diselesaikan. Ternyata si Ayo Pergi yang datang! Tapi untuk apa ia kemari?"
Tahu tahu Bets menangis.
"Ia kemari, untuk menggiring Gladys ke penjara!" katanya sedih.
"Pasti untuk itu ia datang! Gladys dipenjarakan olehnya padahal aku senang sekali padanya."
"Diam, goblok!" kata Pip.
"Nanti didengar lbu."
Ternyata memang begitu.
Nyonya Hilton bergegas datang, karena mengira Bets menangis karena cedera.
"Ada apa, Bets?" tanyanya.
"Aduh, Bu! Gladys tadi dibawa Pak Goon ke penjara, kan?" kata Bets sambil menangis terus.
"Padahal aku yakin, Gladys sama sekali tidak bersalah seperti mencuri misalnya! Aku .yakin, ia tidak bersalah. Gladys anak yang baik!"
Bets menangis semakin keras.
"Jangan begitu. Bets," kata ibunya.
"Pak Goon sama sekali tidak menangkap Gladys."
"Kalau begitu, kenapa ia datang kemari?" tanya Pip.
"Dari mana kau mengetahui bahwa ia datang?" balas ibunya bertanya.
"Dari ini," kata Pip.
Disodorkannya sarung tangan wol yang masih dipegangnya ke depan.
' Ini sarung tangan Pak Goon. Karenanya kami lantas tahu bahwa ia tadi ada dalam kamar kerja. Dan karena sekarang Gladys tidak ada. kami lantas merasa pasti bahwa Pak Goon ada
hubungannya dengan kepergian Gladys."
"Tapi kenyataannya bukan begitu." kata Nyonya Hilton.
"Gladys kelihatannya sedih sekali karena sesuatu hal hari ini. Karena itu ia lantas kuijinkan pulang ke rumah bibinya."
"O. begitu," kata Pip.
"Tapi lantas untuk apa Pak Goon datang ke sini?"
"Itu sama sekali bukan urusanmu, Pip!" tukas ibunya.
"Dan kau tidak boleh berusaha mengutak utik untuk mengetahuinya, mengerti?! Aku tahu, kalian menganggap diri kalian detektif! Tapi ini sama sekali tak ada hubungannya dengan kalian. Dan aku tidak mau kalian terlibat dalam urusan urusan misteri lagi!"
"Wah kalau begitu, rupanya ada misteri lagi ya, Bu?" tanya Bets.
"Dan kini si Ayo Pergi hendak mengusutnya? Wah, ceritakan dong, Bu!"
"Urusan ini sama sekali tak ada hubungannya dengan kalian," kata Nyonya Hilton dengan tegas.
"Aku dan ayahmu tadi cuma membiCarakan sesuatu. dengan Pak Goon. Cuma itu saja!"
"Apakah ia mengadukan kami?" tanya Pip.
"Tidak! anehnya, sekali ini tidak ada yang dilaporkannya," kata ibunya.
"Sudahlah, Bets! Jangan menangis terus. Sama sekali tak ada yang perlu kautangisi."
Bets mengusap air matanya.
"Tapi kenapa Gladys pergi?" tanyanya.
"Aku ingin agar ia kembali lagi ke sini."
"Yah 'mungkin saja ia nanti datang lagi," kata ibunya.
"Aku sendiri tidak tahu apa sebabnya ia pergi. Yang kuketahui hanyalah bahwa ia merasa sedih karena sesuatu. Cuma itu saja yang kuketahui. Dan itu memang urusannya pribadi"
Setelah berkata begitu, Nyonya Hilton meninggalkan kamar.
Pip memandang Bets. lalu
mengenakan sarung tangan hitam yang berukuran besar itu.
"Besar sekali tangan si Ayo Pergi," kata Pip.
"Aku ingin tahu, apa sebabnya ia kemari, Bets. Tentu ada sangkut pautnya dengan Gladys."
"Yuk, kita ceritakan saja pada Fatty," kata Bets.
"Ia pasti tahu apa yang harus dilakukan! Apa sebabnya semua seperti dirahasiakan? Tak enak rasanya membayangkan si Ayo Pergi berbicara di sini dengan Ibu -pasti dalam hati ia nyengir, karena kita tidak tahu menahu sedikit pun mengenainya!"
Tapi sore itu mereka tidak bisa pergi ke rumah Fatty. Soalnya. tiba tiba Nyonya Hilton berkeinginan mencuci rambut mereka.
"Rambutku kan bersih," kata Pip membantah.
"Siapa bilang?! Begitu dekil kelihatannya," jawab ibunya.
"Apa saja yang kaulakukan hari ini, Pip? Jungkir balik di atas tumpukan abu, ya?!"
"Apakah tidak bisa besok saja kami keramas?" pinta Bets.
Tapi percuma saja membujuk bujuk ibu.
Kalau ia sudah mengatakan sekarang artinya ya sekarang!
Jadi baru keesokan harinya Pip dan Bets bisa pergi menjumpai Fatty. Teman mereka itu ada di rumah Larry. Anak-anak memang sudah berjanji akan berkumpul di situ.
"Kemarin ada kejadian aneh di rumah kami." kata Pip.
"Si Ayo Pergi datang! Ia berbicara dengan ayah dan ibu kami. Urusannya rupanya misterius sekali, sehingga tidak ada yang mau
mengatakannya pada kami! Lalu Gladys, pembantu kami yang ramah itu pulang. Kami tidak bisa mengorek keterangan, apa Sebabnya ia pulang. Dan ini sarung tangan Pak Goon, tercecer di bawah kursi."
Anak anak meneliti sarung tangan itu.
"Ada kemungkinan, itu merupakan petunjuk penting!" kata Bets.
"Goblok!" tukas Pip.
"Sudah beberapa kali kukatakan. sebelum ada misteri yang harus diselidiki. tidak mungkin terdapat petunjuk. Kecuali itu, mana mungkin sarung tangan si Ayo Pergi merupakan petunjuk. Ah kau ini, memang masih anak ingusan sih!"
"Yah -ini sebetulnya memang petunjuk," kata Fatty.
Ia melihat mata Bets mulai berair.
"Ini petunjuk bahwa Pak Goon memang ada di kamar kerja di rumah kalian kemarin! Tapi memang. kejadian itu agak aneh rasanya! Mungkinkah si Ayo Pergi sedang menghadapi suatu misteri yang sama sekali belum kita ketahui? Dan orang tua kalian tahu mengenainya, tapi tidak mau kita terlibat di dalamnya! Aku tahu, mereka tidak begitu senang mengetahui petualangan kita dalam liburan Natal yang lalu. Jadi aku takkan heran apabila ternyata ada sesuatu kejadian saat ini. yang tidak boleh kita ketahui!"
Anak anak sibuk berpikir.
Rasanya kata Fatty itu memang mungkin!
Sayang mereka tidak diijinkan mengetahui kejadian itu.
Padahal mereka detektif yang cekatan!
"Kecuali itu, kurasa kejadian misterius itu pasti ada sangkut pautnya dengan Gladys." sambung Fatty.
"Bayangkan mungkin saat ini ada seSuatu kejadian, yang sama sekali tidak kita ketahui! Kita repot menyusup-nyusup ke dalam rumah rumah kosong. memasuki lumbung dan gudang sementara di rumah Pip terjadi sesuatu yang misterius!" '
"Yah! Pokoknya, bagaimanapun juga kita akan menyelidikinya!" kata Larry bertekat.
"Dan kalau Pak Goon ternyata sedang melakukan penyelidikan, kita tidak boleh kalah! Kita pasti berhasil menduluinya. Kurasa ia kepingin mengalahkan kita sekali ini saja, supaya InSpektur Jenks sekali kali memuji dirinya, dan tidak selalu kita saja!"
"Tapi bagaimana cara kita melakukan penyeLidikan?" tanya Daisy.
"Bertanya pada ibu Pip dan Bets. tidak bisa! Pasti kita malah kena marah nantinya." '
"Aku akan mendatangi Pak Goon," kata Fatty.
Teman temannya tercengang dan kagum mendengarnya.
"Akan kukembalikan sarung tangan ini padanya. Lalu aku berlagak kayak sudah tahu lebih banyak daripada kenyataannya sekarang! Siapa tahu, ia akan mengatakan sesuatu nanti."
"Ya betul!" kata Pip setuju.
"Tapi nanti dulu! Ia kan masih menyangka kau pergi ke Cina?"
"Ah, itu kan soal sepele," kata Fatty sambil tertawa.
"Kukatakan padanya. aku sudah kembali setelah berhasil menyelesaikan kejadian misterius
di sana dengan cepat! Tolong kemarikan sarung tangan itu. Pip! Aku berangkat saja sekarang. Yuk, Buster! Pak Goon takkan berani marah marah terhadapku. apabila kau ada di sampingku!"
******* SURAT KALUNG
Fatty bergegas pergi dengan sepedanya.
Buster ikut membonceng.
Ia ditaruh di dalam keranjang sepeda. Begitu sampai di rumah Pak Goon. Fatty langsung menuju ke pintu depan lalu mengetuk keras keras. Pintu dibukakan oleh Bu cockles. Wanita itu bekerja sebagai pembersih rumah di beberapa tempat. Kecuali di rumah keluarga Hilton, ia juga membersihkan rumah Pak Goon.
Bu Cockles mengenal Fatty.
Ia senang pada anak gendut itu '
"Pak Goon ada, Bu?" tanya Fatty.
"Ada? syukur kalau begitu! Aku kepingin bicara sebentar, sambil mengembalikan barangnya yang tercecer."
Fatty masuk ke ruang duduk yang sempit dan pengap, lalu duduk di situ.
Sementara itu Bu Cockles memanggil Pak Goon yang sedang sibuk menambal ban sepedanya yang bocor di pekarangan belakang rumah. Mendengar dirinya dipanggil-panggil. Pak Goon bergegas mengenakan jas dinasnya. ia pergi ke depan untuk melihat siapa yang hendak bicara dengan dia.
Matanya langsung terbelalak.
Ia kaget melihat Fatty ada di situ
"Astaga!" katanya.
"Kusangka kau masih di luar negeri!"
"Ah -misteri itu sudah kuselesaikan dengan cepat," jawab Fatty sambil lalu.
"Soal sepele _cuma perkara pencurian kalung jamrud saja! Sayang Anda tidak bisa ikut dengan aku ke Tipilulu. Pak Goon. Kurasa Anda tentu senang, bisa makan nasi dengan sumpit."
"Sayang kau tidak lebih lama di sana." kata Pak Goon menggerutu.
"Setiap kali kau muncul, selalu ada saja kejadian yang merepotkan! Sekarang, mau apa kau kemari?"
"Begini. Pak Goon -Anda ingat kan, urusan yang Anda bicarakan dengan Tuan dan Nyonya Hilton kemarin?" kata Fatty.
Ia berpura-pura mengetahui persoalan itu.
Ternyata siasatnya itu mengenai sasaran.
Pak Goon melongo.
"He -siapa lagi yang bercerita tentang hal itu padamu?" tukasnya.
"Kau kan sebetulnya sama sekali tidak boleh tahu mengenainya?"
"Urusan begitu tidak bisa dirahasiakan terus. Pak," jawab Fatty.
"Urusan apa maksudmu?" tanya Pak Goon.
Ia bersikap pura pura tidak mengerti.
"Ah --masa Anda sudah lupa lagi," kata Fatty.
Ia tidak mau kalah gertak.
"Aku tahu. Anda hendak berusaha menyelidikinya. Mudah
mudahan saja berhasil! Demi kepentingan Gladys, kuharapkan Anda bisa dengan cepat menyelesaikannya."
Fatty sebetulnya asal tebak saja.
Tapi tebakannya ternyata tepat, karena Pak Goon kelihatan terperanjat .Matanya yang melotot kayak mata kodok, dikejap kejapkannya beberapa kali.
"Siapa yang bercerita padamu tentang surat itu?" tanyanya dengan tiba-tiba.
"Nah. ini dia!" pikir Fatty.
"Rupanya ada hubungannya dengan salah satu surat"
"Ah, selalu ada saja caraku untuk menyelidiki hal-hal kayak begitu, Pak Goon," katanya kemudian.
"Dan kami ingin membantu Anda, kalau bisa tentunya!"
Tiba tiba air muka Pak Goon berubah.
Nampak menjadi merah padam!
"Aku sama sekali tak memerlukan bantuanmu!" teriaknya marah.
"Aku sudah bosan! Bantuan. katamu tadi? Hah! Bagiku, itu malah mengganggu saja. Tidak bisakah aku mengusut seorang diri, tanpa dicampuri anak-anak bandel seperti kalian? Kukatakan sekarang, jangan turut campur dalam urusan ini! Nyonya Hilton sudah berjanji kemarin, ia takkan bercerita apa apa pada kalian. Ia juga berjanji takkan menunjukkan surat itu! Ia juga tidak setuju, kalian turut campur dalam urusan polisi. Sekarang pergi dari sini! Aku tidak mau melihat kalian ikut-ikut campur lagi!"
"Tapi kurasa Anda ingin mendapatkan sarung tangan Anda kembali. Pak Goon," kata Fatty dengan tenang.
Disodorkannya sarung tangan besar yang berwarna hitam.
"Ini kemarin tercecer di kamar kerja keluarga Hilton."
Pak Goon menyentakkannya dari tangan Fatty.
Melihat sikap yang kasar itu.
Buster langsung menggeram.
"Aku sudah bosan pada kalian kau serta anjingmu itu!" kata Pak Goon menggerutu.
"Ayo pergi!"
Fatty pergi.
Ia merasa puas atas pembicaraannya dengan polisi desa itu. Tapi sekaligus ia juga agak bingung. Pak Goon tadi secara tidak sengaja sudah mengatakan beberapa hal. Misalnya saja, tentang surat.
Tapi surat apa?
Ada apa dengan surat itu, yang mengandung teka teki?
Apakah ada hubungannya dengan Gladys?
Mungkinkah itu suratnya?
Sambil berpikir pikir, Fatty bersepeda kembali ke tempat teman temannya menunggu. Setiba di sana, diceritakannya pengalamannya tadi.
"Kurasa Bu Moon tahu sesuatu mengenai kejadian ini," katanya.
"Bets! Bagaimana jika kau menanyakannya padanya? Coba saja kau mengoceh di dekatnya mungkin nanti ia akan menceritakan seSuatu."
"Aku tidak biasa mengoceh," tukas Bets tersinggung.
"Lagi pula. kurasa ia takkan menceritakan apa apa padaku. Kurasa Bu Moon juga ikut merahasiakan segala-galanya, supaya kita jangan tahu. Kemarin saja ia tidak mau bilang bahwa Gladys pergi." ,
"Pokoknya, coba saja dulu," kata Fatty.
"Bu Moon kan gemar merajut? Nah apakah kau tidak bisa minta tolong padanya membereskan rajutanmu yang agak kusut? Lalu pada saat ia sedang sibuk. kau mengoceh, maksudku berbicara dengan dia. Tentang Gladys, tentang Pak Goon dan seterusnya."
"Baiklah. akan kucoba," kata Bets.
"Siang ini akan kudatangi pada saat Bu Moon beristirahat. Kalau sekarang, ia tidak suka diganggu."
Jadi siang itu Bets pergi ke dapur.
Ia membawa rajutannya yang kusut sekali.
Memang disengaja olehnya. dibuat kisut!
Ia sudah merencanakan baik baik, apa saja yang akan dikatakannya pada juru masak itu. Tapi walau begitu. ia masih tetap gugup. Kata kata Bu Moon kadang-kadang suka menyakitkan.
Ternyata di dapur tidak ada siapa siapa. Bets menunggu di situ. sambil duduk di kursi goyang. Ia senang duduk di kursi tua itu.
Ia mendengar dua orang bercakap-cakap.
Datangnya dari pekarangan belakang.
Orang yang satu Bu Moon.
Sedang teman bicaranya Bu Cockles.
Mula mula Bets tidak begitu mengacuhkan pembicaraan mereka. Tapi tiba tiba didengarnya sesuatu. yang menyebabkan ia langsung memasang telinga baik baik.
"Ya. memang," kata Bu Moon.
"jika seorang gadis menerima surat yang isinya menyebutkan hal hal yang ingin dilupakan olehnya, sedang surat itu tidak ditandatangani pengirimnya,memang bisa dimengerti apabila ia kaget sekali! Ya memang jahat sekali perbuatan itu. menulis surat tanpa menyebutkan nama pengirim!"
"Benar! itu perbuatan pengecut,
" kata Bu Cockles.
"Percayalah, Bu Moon! pasti masih banyak lagi surat begitu yang akan dikirimkan! Surat kalung kan, namanya? Yah pokoknya, penulisnya pasti takkan merasa cukup puas mengganggu satu orang saja! Tidak! orang itu jahat sekali _ jadi ia akan menulis dan menulis terus. Mungkin saja Anda yang akan menerima surat berikutnya!"
"Kasihan Gladys. ia benar benar sedih dan gelisah." kata Bu Moon.
"Kerjanya menangis terus. Kuminta padanya agar menunjukkan surat itu. Ternyata tidak tertulis seperti surat biasa. tapi seluruhnya dengan huruf besar! Lalu kukatakan pada Gladys. 'Nak, lebih baik kaulaporkan hal ini pada majikan kita. Nyonya Hilton pasti akan berusaha menolongmu'. Begitulah kukatakan padanya. Lalu kudorong dia. untuk mendatangi Nyonya."
"Lalu -apakah Gladys langsung dipecat?" tanya Bu Cockles.
"Tidak," kata Bu Moon.
"Ia menunjukkan surat itu pada Tuan Hilton. Tuan langsung menelepon Pak Goon meminta dia datang, Orang itu konyol. sok aksi! Kenapa dia ikut dibawa-bawa dalam urusan ini'?"
"Ah -Pak Goon sebenarnya tidak jahat," kata Bu Cockles dengan suaranya yang selalu
terdengar gembira.
"Tolong kemarikan sapu itu -ya, terima kasih! Nah -Pak Goon. kalau diperlakukan dengan tegas. pasti bisa diatur. Aku sudah bertahun tahun membersihkan rumahnya, dan belum sekali pun ia berbicara dengan kasar terhadapku. Tapi pada anak anak, dia benci sekali!"
"Itu soal lain," kata Bu Moon.
"Ketika Tuan Hilton melapor padanya tentang surat itu, Pak Goon senang sekali karena anak anak sama sekali tidak tahu menahu mengenainya. Lalu ia meminta Tuan dan Nyonya berjanji. agar jangan mengijinkan kelima anak itu campur tangan dalam urusan ini. Saat itu aku kebetulan ada di dekat situ jadi kudengar segala kata katanya. 'Nyonya Hilton.' kata Pak Goon ketika itu. 'ini bukan urusan yang bisa dicampuri anak anak! Karenanya saya minta pada Anda atas nama Hukum -agar persoalan ini jangan disebarluas kan" Begitu katanya."
"Wah. wah!" kata Bu Cockles
"Pak Goon itu bicaranya kadang kadang suka meninggi. ya? Kurasa urusan surat itu pasti masih ada buntutnya. Bu Moon! Ya. ya dan sekarang Gladys pulang dalam keadaan bingung. Lalu siapa yang menggantikannya? Atau masih ada kemungkinan Gladys akan kembali lagi kemari?"
"Menurut pendapatku. sebaiknya ia jangan kembali lagi ke desa ini." kata Bu Moon.
"Maklumlah, mulut orang kan suka iseng. Aku punya keponakan ia bisa masuk kerja mulai
minggu depan. Jadi tidak apa, jika Gladys ternyata tidak kembali."


Pasukan Mau Tahu 04 Misteri Surat Kaleng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kita minum teh dulu, yuk!" kata Bu Cockles.
"Pekerjaan begini, membuat aku haus sekali. Tapi permadani ini sekarang sudah jauh lebih bersih daripada tadi, Bu Moon." .
Terdengar langkah kedua wanita itu masuk ke dalam lewat pintu kamar di sebelah dapur.
Bets bergegas lari.
Nyaris saja ia terjatuh di tangga, karena tersandung rajutannya yang terseret seret.
Bets lari menuju kamar main.
Napasnya terengah engah.
Pip masih menunggu di situ sambil membaca.
"Pip! Sekarang aku sudah tahu segala galanya!" seru Bets sambil masuk.
"Ternyata memang ada kejadian misterius. Selama ini kita belum pernah mengalami kejadian begitu!"
Saat itu terdengar suara tertawa ramai dari arah depan rumah.
Ternyata teman-teman mereka datang.
"Tunggu sebentar," kata Pip dengan bersemangat.
"Tunggu sampai teman teman sudah ada di sini semua. Wah, kau hebat. Bets!"
Begitu mereka masuk.
Fatty serta kedua teman lainnya dengan segera tahu bahwa Bets punya kabar menarik.
Wajah anak itu berseri seri.
"Ya, Bets memang hebat!" kata Fatty.
"Nah ceritakanlah segala-galanya yang kauketahui!"
Bets mulai bercerita.
"Ada orang menulis surat kalung pada Gladys." katanya.
"Surat kalung itu apa, Fatty?"
Fatty tersenyum geli.
"Bukan kalung. Bets tapi kaleng." katanya membetulkan.
"Surat kaleng itu surat yang ditulis tanpa nama pengirimnya! Penulis surat begitu biasanya pengecut, karena secara terang terangan takkan berani mengatakan hal hal yang ditulis dalam surat kaleng itu. Jadi rupanya Gladys menerima surat kaleng?"
"Betul." kata Bets.
"Tapi isinya tidak kuketahui! Pokoknya, Gladys sedih karenanya. Sedih dan gelisah! Setelah Bu Moon berhasil mengetahui sebabnya. ia lantas menyuruh Gladys menghadap orang tuaku. Dan mereka menghubungi Pak Goon."
"Lalu si Ayo Pergi langsung muncul. dengan mata terbelalak tentunya karena kini ia punya misteri yang tidak kita ketahui!" kata Fatty.
"Begitu ya -jadi ada seseorang tak dikenal yang suka menulis nulis surat kaleng! Seorang pengecut! Yah itu dia misteri yang harus kita selidiki, Pasukan Mau tahu! Siapa penulis surat kaleng itu?"
"Kita takkan mungkin bisa menyelidikinya," kata Daisy.
"Caranya bagaimana?"
"Mula mula kita harus mengatur rencana," kata Fatty.
"Kita harus mencari petunjuk petunjuk yang mungkin ada. Kita harus menyusun daftar nama orang-orang yang bisa dicurigai. Jadi orang orang yang mungkin menulisnya, dan juga sampai hati! Kita harus.."
"Tapi kita kan tidak perlu mengajak Pak Goon bekerja sama?" kata Pip.
"Kita kan tidak perlu mengatakan padanya bahwa kita sudah mengetahui persoalan ini?"
"Yah ia sekarang mengira kita sudah mengetahui hampir semua keterangan yang dimilikinya." kata Fatty.
"Jadi aku tidak melihat alasan, kenapa kita tidak menceritakan padanya bahwa kita sama tahunya kayak dia. serta bagaimana caranya kita bisa tahu. Biar ia mengira kita tahu jauh lebih banyak lagi. Pasti ia akan kaget sekali!"
Jadi ketika mereka berjumpa lagi dengan polisi desa itu, mereka lantas menyapanya.
"Bagaimana hasil usaha Anda sampai sekarang dalam menangani kejadian sulit itu. Pak?" tanya Fatty dengan gaya serius.
"Banyak sekali' petunjuk yang aneh aneh, ya?"
Pak Goon saat itu sama sekali belum berhasil menemukan petunjuk.
Karenanya ia tercengang dan juga jengkel.
Dikiranya anak anak sudah berhasil mengetahui berbagai hal yang sama sekali belum ditemukan olehnya. Ditatapnya anak anak itu dengan mata melotot.
"Coba katakan apa apa saja yang kalian temukan," katanya setelah beberapa saat.
"Kita tukar menukar keterangan. Aku benar benar heran, bagaimana kalian sampai bisa tahu juga padahal sebetulnya tidak boleh!"
"Lebih banyak yang kami ketahui daripada yang bisa Anda bayangkan." kata Fatty berlagak
penting. "Ya, kejadian ini memang menarik dan eh dan mengasyikkan!"
"Coba katakan apa saja yang kalian ketahui," kata Pak Goon sekali lagi.
"Kita saling tukar menukar petunjuk. seperti kataku tadi. Aku selalu berprinsip. kita ini harus saling tolong menolong"
"Eh di mana ya kusimpan petunjuk petunjuk itu?" kata Fatty.
Ia merogoh-rogoh kantong celananya yang lapang.
Dikeluarkannya seekor tikus putih, lalu ditatapnya lama lama.
"Nanti dulu! ini petunjuk bukan?" tanyanya pada teman-temannya.
"Aku tidak ingat lagi!"
Anak-anak tidak sanggup menahan tertawa.
Bets terpingkal pingkal. sementara Pak Goon semakin membelalakkan matanya.
"Ayo pergi!" tukasnya dengan sikap gagah.
"Kau ini, segala-galanya dijadikan lelucon! Mengaku aku diri detektif! Hah!"
"Enak sekali kedengarannya, kalau si Ayo Pergi marah," kata Bets. sementara ia pergi bersama anak anak yang lain.
"Hahh. Pip! Hahh. Fatty!"
****** RENCANA PENDAHULUAN
Sore itu anak anak minum teh di rumah Fatty.
Ibunya kebetulan sedang pergi.
Jadi mereka minum dalam kamar Fatty yang sempit. Kini terasa semakin sempit, karena penuh dengan macam macam perlengkapan yang dibeli Fatty untuk penyamarannya. Anak anak mengagumi celemek bergaris-garis putih biru untuk menyamar menjadi pesuruh tukang daging. Belum lagi setelan petugas lift. lengkap dengan topi pet.
"Tapi kapan kau bisa menyamar jadi petugas lift, Fatty?" tanya Larry.
"Siapa tahu, kan?" jawab Fatty.
"Soalnya. aku cuma bisa membeli samaran yang cocok untuk anak-anak. Coba aku sekarang sudah dewasa! Aku akan bisa mengumpulkan banyak sekali -pakaian kelasi, tukang pos. Bahkan jadi polisi juga bisa! Tapi karena aku masih anak anak, kemungkinannya juga terbatas."
Fatty juga memiliki sejumlah besar buku cerita detektif.
Ia menyimpannya dalam sebuah rak
Ia gemar sekali membaca cerita detektif.
"Dengan begitu aku bisa menambah pengetahuan." katanya.
"Menurut pendapatku, Sherlock Holmes itu salah satu detektif yang paling hebat. Misteri yang dihadapinya selalu hebat hebat! Bahkan aku pun, belum tentu sanggup membongkar semuanya."
"Aduh, sombongnya!" tukas Larry, yang saat itu sedang mencoba rambut palsu berwama merah.
Tampangnya langsung berubah. aneh sekali kelihatannya.
"Bagaimana caramu membuat mukamu penuh bintik waktu itu?"
Tanyanya pada Fatty.
"Memakai cat rias." kata Fatty.
"Itu yang kutaruh di sana! Cat rias biasa dipakai aktor dan aktris. Nanti kapan kapan aku ingin menyamar menjadi anak hitam. Biar kalian kaget setengah mati!"
"Tapi si Ayo Pergi kaukagetkan juga nanti, ya!" kata Bets.
'Larry! aku juga ingin mencoba rambut palsu itu sebentar. Ayo dong, Larry!"
"Kita harus mulai menyusun rencana sekarang, untuk mengusut misteri surat kaleng itu," kata Fatty, sambil mengeluarkan pinsil bergagang emas dari kantongnya.
Pip memandang dengan mata terbelalak karena kagum.
"Wah itu emas. ya?" tanyanya.
"Memang emas," kata Fatty sambil lalu.
"Pinsil ini dihadiahkan padaku semester yang lalu di sekolah, karena karanganku paling bagus. Belum kuceritakan ya? Memang bagus sekali, tentang..." .
'Ya deh, kami percaya," kata Larry dan Pip serempak.
"Dan angka angka raporku juga bagus semua nya," kata Fatty.
"Kalau kau bagaimana, PIP?"
"Kau kan sudah tahu. angka-angkaku buruk," kata Pip.
"Kan ibuku sudah pernah mengatakan nya. Sudahlah. jangan bicara lagi tentang itu."
"Lebih baik kita berunding tentang misteri yang baru ini," kata Daisy cepat cepat.
Ia melihat gelagat buruk.
"Kau yang mencatat. Fatty!"
"Memang itu yang hendak kukerjakan tadi," kata Fatty.
Ia mulai menulis dengan huruf huruf yang kecil dan rapi dalam sebuah buku catatan yang bagus bersampul kulit. Teman temannya memperhatikan apa yang ditulisnya di situ.
MISTERI NOMOR 4. DIMULAI TANGGAL 5 APRIL
"Rapi," kata Bets memuji
Setelah itu Fatty menuliskan kata,
'PETUNJUK PETUNJUK'.
"Tapi kita sama sekali belum punya petunjuk," kata Pip.
"Sebentar lagi pasti dapat," kata Fatty. sambil membalik ke halaman berikut
Di situ ditulisnya, 'PARA TERSANGKA'.
"Kita juga belum tahu, siapa saja yang rasanya mungkin menjadi tersangka," kata Daisy.
"Aku bahkan tahu pasti, aku tidak tahu bagaimana cara kita bisa menemukan seseorang."
"Serahkan saja urusan itu padaku," kata Fatty.
"Sebentar lagi tentu ada yang bisa kita pakai sebagai awal penyelidikan."
"Ya tapi apa?" tanya Pip.
"Maksudku, dalam urusan ini percuma saja jika kita mencari cari jejak kaki atau puntung rokok, 'atau sapu tangan yang tercecer pokoknya hal hal kayak begitu. Sekarang sama sekali tak ada yang bisa kita pakai sebagai petunjuk"
"Ada! Bahkan petunjuk yang sangat penting," kata Fatty.
"Apa maksudmu?" tanya teman temannya ingin tahu.
"Maksudku surat kaleng itu," kata Fatty.
"Kita perlu melihatnya. Bahkan sangat perlu!"
"Ada pada siapa surat itu sekarang?" tanya Larry.
"Mungkin ibuku," kata Pip.
"Kurasa lebih mungkin Gladys," kata Fatty.
"Itulah yang pertama tama perlu kita lakukan. Kita harus mendatangi Gladys, lalu bertanya padanya apakah ia tahu siapa kiranya yang mengirimkan surat itu padanya. Kita juga perlu mengetahui isi surat itu."
"Kalau begitu. sekarang saja kita berangkat," kata Pip.
Ia memang selalu begitu.
Kalau sesuatu sudah diputuskan, maunya selalu cepat-cepat bertindak.
"Baiklah! Kau yang mengantarkan kita ke sana," kata Fatty.
Pip melongo.
"Tapi -aku kan tidak tahu di mana Gladys tinggal," katanya.
"Hal itu sudah kusangka." kata Fatty.
"Kalau begitu. harus kauselidiki dulu, Pip. Itulah yang pertama tama harus kita lakukan. Mencari keterangan di mana tempat tinggal Gladys."
"Aku bisa menanyakannya pada Ibu," kata Pip agak sangsi.
"Jangan goblok!" tukas Fatty dengan segera.
"Pakai otakmu! Kau kan tahu sendiri, orang tua kalian tidak menghendaki kita turut campur dalam kejadian ini. Jadi kita harus beraksi secara diam-diam! Jangan sekali kali bertanya pada ibumu. Pada Bu Moon juga jangan!"
"Kalau begitu, bagaimana caraku bisa mengetahuinya?" tanya Pip.
Ia kelihatan bertambah bingung
"Aku tahu jalan! Aku tahu jalan!" seru Bets dengan tiba-tiba.
"Gladys pernah meminjamkan buku padaku tapi selama ini belum sempat kukembalikan! Aku kan bisa saja mengatakan hal itu pada Bu Moon, lalu kutanyakan alamat Gladys padanya supaya buku ini bisa kukembalikan."
"Nah, ini dia anak pintar!" puji Fatty.
"Kau makin lama makin maju, Bets. Mungkin lebih baik kau saja yang melakukan tugas ini dan bukan Pip."
"Sekarang aku juga sudah menemukan jalan." kata Pip.
Kedengarannya ia agak kesal.
"Bagaimana?" tanya Bets
"Begini! Jika kumasukkan secarik kertas dalam sampul surat, lalu kuposkan dengan nama Gladys tapi dengan alamat kami tertulis di situ. pasti surat itu kemudian diantar ke rumah kami. Kemudian ibuku akan menuliskan alamat Gladys yang baru pada sampul surat itu. lalu meletakkannya di tempat surat untuk diposkan kembali. Nah. pada saat itulah bisa kubaca apa yang ditulis Ibu."
"Ya. ide itu juga bagus." kata Fatty.
"Aku pun takkan mungkin menemukan yang lebih baik lagi. Kau jadi juara kelas. Pip!"
Pip nyengir gembira.
"Kurasa sebaiknya aku dan Bets masing masing mencoba sendiri-sendiri." katanya.
"Nanti seorang dari kami pasti akan berhasil mendapatkan alamat Gladys!"
"ini kertas serta sampul surat." kata Fatty sambil menyodorkan kedua benda itu pada Pip.
"Tapi tulisanmu harus kauubah."
"Loh. kenapa?" tanya Pip heran.
"Selama kau ada di asrama ibumu kan setiap hari menerima surat darimu. Jadi besar sekali kemungkinannya ia akan mengenali tulisanmu yang biasa. lalu mulai curiga apa sebabnya kau menulis surat pada Gladys. padahal kau tahu ia sudah tidak ada lagi di rumahmu." kata Fatty.
Lagaknya menerangkan. seperti guru yang menjelaskan sesuatu untuk kesekian kalinya pada murid yang tidak cepat mengerti. '
"Fatty memang hebat segala galanya sudah dipikirkan olehnya,
" kata Daisy kagum.
Dan Pipun akhirnya mengerti juga.
Cuma ia agak sangsi, apakah ia akan berhasil mengubah tulisan tangannya sehingga tidak dikenali lagi oleh ibunya.
"Sini biar aku saja yang menulis." kata Fatty.
Anak itu rupanya bisa mengubah-ubah tulisannya. Sama seperti kecekatannya mengubah tampang dan suara. Ia mulai menuliskan nama Gladys dengan alamat rumah keluarga Hilton.
Tulisannya nampak lain sekali.
Seperti tulisan orang dewasa!
"Nah. beres!" katanya setelah selesai.
"Soal gampang, Pip!"
"Hebat, Tuan Sherlock Holmes!" kata Pip.
"Tapi benar. Fatty! kau memang hebat! Kau bisa membuat berapa jenis tulisan yang berbeda beda?"
"Berapa saja bisa." kata Fatty.
"Mau lihat tulisan seorang wanita tua, yang kerjanya membersihkan mmah orang lain? Ini dia!"
Fatty menuliskan beberapa patah kata dengan huruf yang mencong mencong.
"Aduh kelihatannya persis tulisan Bu Cockles!" seru Bets dengan gembira.
"Kadang kadang ia disuruh menuliskan pesanan untuk tukang susu dan tulisannya persis sekali kayak begitu!"
"Sekarang coba kautirukan tulisan si Ayo Pergi," kata Larry.
"Ayo! Kayak apa tulisannya?"
"Aku sudah pernah melihat tulisannya, jadi aku tahu kayak apa bentuknya," kata Fatty.
"Tapi
kalau belum pernah melihat pun. aku bisa saja menirukannya kayak begini....."
Fatty menuliskan beberapa patah kata dengan tulisan yang melingkar-lingkar.
Tulisan orang yang sok hebat.
Ya memang seperti tulisan Pak Goon.
"Kau ini selalu melakukan hal yang tak disangka sangka," kata Bets.
Ia mendesah kagum.
"Tak ada yang tidak bisa kaulakukan. Aku kepingin bisa kayak kamu!"
"Tetap sajalah seperti kau sekarang! Kau anak yang manis." kata Fatty ramah.
Bets senang sekali mendengarnya.
Ia sangat menyukai Fatty dan juga kagum terhadapnya.
"Pada semester yang lewat ini aku mencoba membuat gaya tulisan baru," kata Fatty.
"Kecil kecil hurufnya. Sangat rapi dan miring ke belakang. Tapi Pak Tubbs. wali kelasku tidak mau menerima hasil kerjaku itu. Katanya dibuatkan orang lain. Jadi aku harus mengulanginya lagi."
"Kasihan," kata Bets.
"Lalu kubuat lagi kertas ulanganku tapi dengan menirukan tulisan Pak Tubbs sendiri," kata Fatty sambil nyengir.
"Wah. kagetnya bukan main. ketika melihat ulanganku ditulis dengan tulisannya sendiri!"
"Lalu apa katanya?" tanya Pip.
"Katanya, 'Siapa yang membuatkan ulanganmu kali ini, Trotteville?' Aku menjawab,
"Kalau melihat tulisannya, saya rasa Anda. Pak Tubbs." demikian cerita Fatty. Anak anak tertawa terpingkal pingkal. Mereka tidak tahu. apakah kisah kisah pengalaman Fatty di sekolah benar benar terjadi atau tidak.
Tapi yang jelas. ceritanya selalu lucu lucu.
Kemudian Pip memasukkan kertas surat yang kosong ke dalam sampul yang sudah diberi alamat dengan tulisan Fatty. lalu ditempelkannya perangko.
"Nah beres!" katanya.
"Nanti akan kuposkan dalam perjalanan pulang. Besok pagi pasti diantarkan tukang pos ke rumah. Namaku bukan Pip. apabila kemudian tidak berhasil mengintip alamat Gladys yang dituliskan ibuku di surat."
"Namamu memang bukan Pip tapi Philip." kata Bets.
"Hah! Kausangka kau lucu, ya?" tukas Pip.
"Sudah! jangan bertengkar." kata Fatty menengahi.
"Sekarang kita sudah melakukan segala-galanya yang bisa kita lakukan saat ini. Yuk, kita bemain main. Nanti kuajari permainan baru. Namanya Wuhu koliwobels."
"Astaga! Permainan kayak apa itu?" tanya Bets heran.
Fatty menunjukkan caranya.
Ternyata harus banyak mengaduh, mengerang sambil berguling guling di lantai. Anak anak bermain sambil tertawa terpingkal pingkal. Tahu tahu pembantu rumah tangga keluarga Trotteville muncul di pintu. Ia disuruh Nyonya Trotteville menanyakan, apakah ada anak yang sakit. Jika benar. anak itu
disuruhnya datang. Tapi jika anak anak ternyata cuma bermain-main saja, mereka disuruh pergi ke kebun dan bemain main di situ.
Tapi tidak boleh terlalu dekat.
Harus di ujungnya sekali!
"Astaga! Aku tidak tahu bahwa ibumu sudah kembali," kata Pip.
Ia kaget, karena tadi ia yang paling asyik mengaduh aduh.
"Lebih baik kita hentikan saja permainan gila ini, Fatty."
"He sudah hampir setengah tujuh!" seru Larry.
"Sebaiknya kau berangkat sekarang juga, Pip! apabila masih hendak mengeposkan surat. Tapi bereskan dulu pakaianmu yang acak acakan itu."
"Hah!" kata Pip, menirukan seruan kesal Pak Goon.
Dibereskannya letak pakaiannya.
"Yuk, kita pergi, Bets!" katanya kemudian.
"Kami pulang dulu dan besok akan kukatakan bagaimana alamat Gladys yang baru. Setelah itu bersama sama kita mendatanginya dan meneliti petunjuk kita yang pertama. Surat 'kalung'!"
Ia bergegas ke luar, bersama Bets.
Tapi belum sampai mereka ke jalan, Fatty sudah memanggil manggil sambil menjulurkan badan dari jendela.
"Hai! Kau ini detektif apa?! Kau lupa membawa surat itu!"
"Astaga! Betul," kata Pip. lalu bergegas kembali untuk mengambilnya.
Fatty menjatuhkan surat itu dari atas.
Pip menangkapnya dengan sigap, lalu lari lagi menyusul Bets. Keduanya
bergegas menuju kotak pos yang terdapat di sudut jalan.
Mereka datang tepat pada waktunya.
Saat itu tukang pos sedang mengosongkan kotak itu.
"Ini masih ada satu lagi!" seru Pip, sambil melambai lambaikan surat yang ada di tangan nya.
"Terima kasih, Pak! ._Yuk_ Bets Nanti sesampai di rumah kita coba idemu tadi!"
******* PIP DAN BETS KECEWA
Begitu tiba di rumah.
Bets buru-buru mencari buku yang dipinjamnya dari Gladys.
Buku itu ditemukannya dengan segera.
Judulnya 'Bidadari Cilik'.
Gladys mendapat buku itu sebagai hadiah, ketika masih bersekolah dulu. Bets tidak begitu suka membacanya. karena isinya mengenai seorang anak perempuan yang tingkah lakunya selalu baik.
Sedang Bets lebih suka membaca kisah tentang anak-anak yang lincah dan bandel!
Buku itu dibungkusnya rapi-rapi.
Setelah itu Bets turun ke bawah. untuk mengucapkan selamat tidur pada orang tuanya. Ibunya sedang membaca di kamar duduk. _
"Kau hendak mengucapkan selamat tidur, Bets?" katanya sambil menengok jam.
"Kalian tadi senang di rumah Fatty?"
"Ya, Bu! Kami punya permainan baru. Namanya Wu-hu-koliwobels," kata Bets.
"Asyik deh!"
"Kalau itu ada hubungannya dengan Frederick, pasti permainannya konyol dan berisik,
" kata Nyonya Hilton.
Ia tidak keliru menebak Kemudian dilihatnya bungkusan yang dipegang Bets.
"Apa itu?" tanyanya.
"lni. Bu? Ini buku yang pernah kupinjam dari Gladys." jawab Bets.
"Aku hendak menanyakan alamatnya sekarang pada Bu Moon. supaya bisa kukirim ke sana. Aku boleh minta perangko. Bu?"
"Kau tak perlu bertanya pada Bu Moon." kata ibunya.
"Nanti kuurus. supaya sampai di tangan Gladys."
"Yah -kalau begitu kutuliskan sebentar alamatnya di sini. Namanya sudah ada. Di mana tempat tinggalnya sekarang. Bu?"
"Nanti kutuliskan." kata Nyonya Hilton.
"Sudahlah, jangan mengulur waktu terus, Bets! Cepat pergi tidur. Tinggalkan saja bungkusan itu di sini."
"Biar aku sendiri yang menuliskan alamatnya, Bu." kata Bets.
Ia khawatir kalau kalau gagasannya yang bagus itu ternyata tidak membawa hasil sama sekali.


Pasukan Mau Tahu 04 Misteri Surat Kaleng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku kepingin berlatih menulis. Bu!"
"Wah! Ini baru pertama kalinya kudengar." kata Nyonya Hilton.
"Selama ini kau selalu mengatakan tidak senang. kalau disuruh latihan menulis. Ayo cepat tidur. Bets!"
Bets terpaksa menurut.
Ditinggalkannya bungkusan berisi buku itu di meja dekat ibunya.
Ia merasa kecewa.
Tapi sesaat kemudian timbul lagi harapannya. Mudah-mudahan Pip nanti sempat melirik alamat yang kata ibunya akan dituliskan pada bungkusan itu.
Pip berjanji akan berusaha, ketika Bets melaporkan hal itu padanya. Lagi pula, menurut perasaannya soal itu tidak begitu penting. Surat yang diposkan olehnya tadi, pasti tiba keesokan paginya. Lalu dengan segera mereka akan bisa membaca alamat Gladys yang baru.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Pip turun untuk makan malam. Ia sempat melihat bungkusan yang tergeletak di atas meja. Dibacanya nama yang tertulis di situ.... tapi alamatnya belum ada!
"Saya tuliskan alamat Gladys di sini ya, Bu?" pintanya dengan sopan.
"Supaya Ibu tidak usah repot repot lagi!"
"Aku heran. apa sebabnya kau dan Bets begitu kepingin menulis malam ini!" kata Nyonya Hilton.
Ia berhenti membaca.
"Tidak. Pip. Saat ini aku sedang asyik membaca. jadi tak sempat mencari alamat itu dalam buku catatanku. Dan di luar kepala, aku tidak ingat! Biar sajalah."
Jadi usaha Pip juga gagal.
Anak itu agak terhibur. karena membayangkan suratnya pasti datang besok pagi.
Dengan begitu ternyata bahwa gagasannya lebih baik! '
Keesokan paginya Pip bergegas turun, menunggu kedatangan tukang pos. Setelah petugas itu datang. dengan segera diambilnya kiriman yang dimasukkan ke dalam kotak surat,.lalu diletakkannya di sisi piring ibunya.
Surat yang ditulis oleh Fatty juga ada di antaranya. .
"Ini ada surat untuk Gladys. Bu." kata Pip pada saat sarapan.
"Kita harus meneruskannya ke alamatnya yang baru."
"Kau tak usah mengatakannya lagi. Nak." kata Nyonya Hilton.
"Ibu sudah menuliskan alamatnya pada bungkusanku?" tanya Bets, sambil mengunyah telor rebusnya dengan lahap.
"Belum aku lupa kemarin malam." kata Nyonya Hilton sambil lalu.
Ia sedang membaca surat surat yang dialamatkan padanya.
"Aku dan Pip yang mengantarkan surat-surat serta bungkusan itu ke kantor pos pagi ini. ya Bu?" kata Bets lagi.
Menurut perasaannya saat itu merupakan kesempatan baik bagi mereka berdua untuk meneliti alamat Gladys yang baru.
"Terserah, kalau kau mau." kata ibunya.
Bets mengedipkan mata pada Pip.
Nah sekarang urusannya mudah!
Mereka akan bisa membaca alamat Gladys yang tertulis di situ.
Sehabis sarapan pagi, telepon berdering. Saat itu anak anak sedang menunggu ibu mereka selesai menyiapkan surat surat yang harus dibawa ke kantor pos. Bu Moon menerima telepon. lalu memanggil Nyonya Hilton.
"Untuk Anda," katanya.
"Dari siapa?" tanya Nyonya Hilton Pip dan Bets heran. ketika melihat Bu Moon mengedipkan mata sambil mengangguk angguk ke arah majikannya, tapi tanpa menyebutkan nama siapa pun juga.
Walau begitu kelihatannya ibu mereka
langsung mengerti. Nyonya Hilton menghampiri pesawat telepon yang terletak dalam gang.
Pintu kamar ditutupnya, sehingga anak anak tidak bisa ikut ke luar.
"Siapa lagi yang menelepon Ibu, dan tidak boleh kita ketahui namanya?" tanya Pip jengkel.
"Kau lihat tadi sikap Bu Moon yang sok main rahasia. Bets?"
"Ya, aku juga melihatnya," jawab Bets.
"Bagaimana jika kita ikut mendengarkan pembicaraan Ibu, Pip?"
"Jangan!" larang Pip.
"Kita tidak boleh ikut mendengarkan, jika ibu tidak menghendakinya"
Setelah beberapa saat, Ibu masuk lagi ke dalam kamar. Ia tidak mengatakan, siapa yang baru saja meneleponnya.
Sedang anak anak. tidak berani bertanya.
"Kami sudah siap, Bu," kata Pip kemudian.
"Apakah sekarang saja kami ke kantor pos?"
"Ya, baiklah! itu surat suratnya," kata Nyonya Hilton.
"Lalu bagaimana dengan kirimanku, untuk Gladys?" tanya Bets
"Ah, itu tidak perlu! Begitu pula dengan surat untuknya," jawab Nyonya Hilton.
"Nanti ada orang hendak ke sana. Biar bapak itu saja yang membawanya. Dengan begitu kita menghemat perangko."
"Siapakah yang akan pergi ke tempat Gladys?" tanya Pip.
"Bolehkah kami ikut? Kami kepingin
bertemu lagi dengan Gladys"
"Tidak bisa." kata Ibu mereka.
"Dan kalian jangan mulai lagi menyelidik yang macam. macam. ya! Karena seperti sudah kukatakan, ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan kalian. Surat suratku, boleh kalian bawakan ke kantor pos. Berangkatlah sekarang, supaya masih bisa dibawa dengan angkutan pukul sepuluh nanti."
Pip dan Bets pergi.
Keduanya agak kecewa.
Bets bahkan sudah mau menangis saja rasanya.
"Sayang, Pip." katanya, ketika mereka sudah sampai di luar.
"Rencana kita begitu bagus tapi ternyata akhirnya gagal!"
"Kita poskan saja surat surat ini dulu, lalu sesudah itu pergi ke Fatty," kata Pip lesu.
"Pasti ia nanti mengatakan, kita seharusnya lebih berhasil! Anak itu selalu menyangka dirinya hebat."
"Tapi kenyataannya memang begitu," kata Bets.
"Biar aku yang mengeposkan surat surat itu, Pip. Kita sudah sampai di kantor pos."
"Nih poskan!" kata Pip.
"Kau ini kayak anak kecil saja, masih senang mengeposkan surat."
Bets memasukkan surat surat itu ke kotak pos.
Kemudian mereka menuju ke rumah Fatty.
Anak itu ada di rumah.
Ia sedang membaca buku detektif yang baru.
"Ide kami ternyata tidak berhasil." kata Pip melaporkan.
Lalu diceritakannya segala galanya pada Fatty. Ia_sama sekali tak mengira, bahwa Fatty akan ikut menyesal.
"Yah -begitulah kalau sedang sial." kata Fatty.
"Padahal gagasan kalian berdua begitu bagus! Tapi sekarang, siapa orang itu, yang akan pergi hari ini ke tempat Gladys?"
"Ibu tadi mengatakan, 'Biar bapak itu saja yang membawanya". Jadi pasti seorang laki laki!"
"Kalau begitu gampang," kata Fatty.
"Seorang laki-laki. kemungkinannya cuma satu. Si Ayo Pergi! Nah. kalau begitu sekarang kita tahu apa yang harus kita lakukan."
"Aku belum tahu." kata Pip dengan suara lesu.
"Rasanya kau selalu saja tahu segala galanya, Fatty!"
"Pakai otak dong!" kata Fatty.
"Begini maksudku tadi. Jika Pak Goon akan pergi ke tempat Gladys, kita akan bisa mengikuti dari belakang. Kurasa ia pasti pergi naik sepeda. Kalau begitu, kita membuntutinya dengan sepeda pula. Beres!"
Pip dan Bets bergembira kembali.
Mereka senang membayangkan akan membuntuti Pak Goon.
Itu saja sudah menyenangkan. Apalagi sekaligus juga untuk mengetahui di mana Gladys tinggal.
"Kalian pergi memberitahu Larry dan Daisy." kata Fatty lagi.
"Kita harus terus mengamat amati rumah Pak Goon, supaya bisa langsung tahu kalau ia pergi. Kuusulkan kita minta bekal makanan pada ibu-masing masing, supaya kita bisa berangkat dan kembali setiap saat."
"Aku hendak membelikan permen untuk Gladys." kata Bets.
"Aku senang padanya "
"Kurasa ada baiknya jika kita semua membawakan sesuatu untuknya," kata Fatty sambil berpikir-pikir.
"Sebagai tanda bahwa kita merasa kasihan serta memihak padanya. Dengan begitu lebih besar kemungkinannya ia mau diajak bicara nanti"
"Kalau begitu aku akan memberitahu Larry dan Daisy untuk segera mengeluarkan sepeda mereka serta menyiapkan bekal makanan." kata Pip.
"Sebaiknya aku cepat-cepat saja, karena siapa tahu, mungkin Pak Goon akan berangkat pagi ini juga. Bets. kau ikut pulang sekarang untuk mengambil sepedamu. Setelah itu kita bersama sama ke rumah Larry. lalu kita membeli oleh oleh untuk Gladys."
"Sementara itu aku mengamat-amati rumah si Ayo Pergi, untuk berjaga jaga kalau ia berangkat sebelum kalian kembali,". kata Fatty.
"Nanti kita berjumpa lagi di pojok jalan dekat rumah Pak Goon!" _
Setengah jam kemudian anak-anak sudah bergabung kembali di pojok jalan dekat rumah Pak Goon. Bekal roti dan oleh oleh untuk Gladys sudah disiapkan. Selama itu Pak Goon belum kelihatan batang hidungnya. Larry ditugaskan untuk mengamat amati. menggantikan Fatty.
Sepuluh menit kemudian terdengar Larry bersiul. Itu isyaratnya, untuk mengatakan bahwa Pak Goon pergi ke luar. Polisi desa itu naik sepeda. Sesosok tubuh gendut bertungkai pendek, bersepatu ukuran raksasa yang sibuk mengayuh pedal yang kelihatan kecil sekali.
Pak Goon mengambil jalan yang menuju ke sungai.
"Jangan jangan ia hendak menyeberang dengan perahu tambang," kata Fatty terengah engah.
"Ayo, kita ikuti. Tapi di tikungan nanti kita jangan bergerombol. karena ada kemungkinan ia menoleh lalu melihat kita. Aku harus selalu paling dulu!"
Ternyata Pak Goon mengambil jalan itu,
karena hendak menyampaikan pesan pada seorang petani yang tinggal di situ. Ia melihat orang itu sedang bekerja di ladangnya Lalu diteriakkannya pesan yang hendak disampaikan nya dari tengah jalan. Setelah itu diputarnya sepeda. dan ia pun kembali melalui jalan yang tadi. Ia membelok dengan cepat pada suatu tikungan, dan tahu tahu sudah berhadapan dengan kelima anggota Pasukan Mau Tahu yang sedang bersepeda ke arah berlawanan!
Pak Goon jatuh bergedubrak.
Anak anak buru buru turun dari sepeda masing masing. Fatty bergegas hendak menolong Pak Goon bangkit. Sedang Buster meloncat keluar dari keranjangnya. sambil mendengking dengking dengan gembira.
"Sakit, Pak Goon?" tanya Fatty dengan sopan
"Mari. saya bantu berdiri!"
"Jangan sentuh aku!" bentak Pak Goon.
"Kalian tadi keterlaluan naik sepeda berjajar lima orang pada jalan yang sempit! Kalian mau apa sebetulnya?"
"Maaf. Pak Goon." kata Fatty.
Pip tertawa terkikik.
Habis -Pak Goon kelihatannya begitu kocak saat itu. sementara ia berusaha membebaskan dirinya dari sepeda yang menimpanya.
"Ya. tertawakan saja diriku, anak kurang ajar!"
Teriak Pak Goon sambil marah marah.
"Awas,
pasti kuadukan kau nanti. Aku memang hendak mendatangi ibumu pagi ini! Sekarang juga aku ke sana"
Fatty mengibas ngibaskan pakaian Pak Goon dengan keras, sehingga polisi desa itu kaget lalu
lompat ke samping.
"Jas Anda penuh debu, Pak Goon." kata Fatty berlagak prihatin.
"Dalam keadaan begini, Anda akan bisa pergi menemui Nyonya Hilton.
Tunggu, saya menepuk nepuk lagi beberapa kali pasti bersih!"
"Tunggu sampai aku yang menepuk nepuk badanmu!" kata Pak Goon sambil menghenyakkan topi polisinya sehingga lebih dalam terbenam menutupi kening.
"Belum pernah kujumpai
anak-anak seperti kalian seumur hidupku! Di manasaja kalian muncul. selalu ada saja keributan
terjadi. Hahh!"
Setelah itu ia naik lagi ke sepedanya, lalu pergi.
Anak anak masih berdiri di tempat semula dengan sepeda mereka.
"Dasar sial! Kenapa kita harus berjumpa dengan begitu tiba-tiba dengan dia tadi." kata Fatty kesal.
"Padahal aku tidak ingin ia melihat kita hari ini. Aku tidak ingin menimbulkan kecurigaannya, bahwa kita membuntuti dia."
Fatty menggaruk garuk kepalanya.
"Nanti dulu pasti sekarang ia ke rumahmu, Pip. untuk mengambil barang-barang yang harus dibawanya ke tempat Gladys! Kalau begitu. kita tunggu saja dia di salah satu tempat. Kalau ia lewat nanti, kita ikuti dari belakang dengan sembunyi-sembunyi."
"Yuk. kita ke tikungan dekat gereja." usul Pip.
"Ke mana pun ia pergi nanti mau tidak mau ia harus lewat di situ."
Anak-anak bersepeda ke tempat yang dipilih itu.
Di situ mereka bersembunyi di balik pohon pohon, menunggu Pak Goon lewat.
Dan kalau polisi desa itu sudah lewat, mereka akan membuntuti dari belakang menuju tempat tinggal Gladys!
******* KETERANGAN GLADYS
Setengah Jam kemudian Pak Goon muncul.
Ia naik sepeda, lewat dekat tempat anak-anak bersembunyi.
Tapi ia tidak melihat mereka.
"Sekarang dengar!" kata Fatty mengatur rencana.
"Kita tidak boleh beramai-ramai membuntutinya, karena kalau begitu gampang ketahuan! Aku berangkat dulu. Setelah beberapa saat. Baru kalian menyusul .Nanti kalau aku membelok salah satu tempat. akan kusobek satu halaman dari buku catatanku dan kuletakkan ke tanah sebagai tanda arah mana yang kuambil."
"Tapi sekarang banyak angin! Kurasa lebih baik jika kau membuat tanda panah dengan kapur Jalan," kata Pip.
"Sebab tanda kertas. kan bisa hilang diterbangkan angin. Kau membawa kapur . Fatty?"
"Tentu saja!" kata Fatty.
Dikeluarkannya sepotong kapur dari kantongnya
"Ya, kurasa itu ide yang lebih baik. Bagus, Pip! Nah -sekarang aku berangkat lebih dulu. Itu, lihatlah si Ayo Pergi kelihatan kepayahan mengayuh sepedanya
mendaki bukit Kelihatannya ia hendak melalui jalan besar."
Fatty berangkat sambil bersiul siul. Teman temannya menunggu beberapa saat sebelum menyusul. Daerah yang dilalui terbuka, jadi Fatty bisa dilihat jelas di kejauhan. Tapi kemudian anak-anak sampai ke simpang tiga. Sedang Fatty tidak kelihatan lagi,
"Nah ini tanda panahnya!" kata Daisy.
Penglihatannya tajam.
Dengan segera ia melihat tanda panah yang dibuat dengan kapur tulis di sisi salah satu persimpangan itu.
"Jadi ia lewat di sini!"
Anak anak meneruskan perjalanan.
Mereka sudah jarang jarang melihat Fatty bersepeda di depan, karena jalan yang dilalui kini sempit dan berkelok kelok. Tapi pada setiap tikungan atau persimpangan yang meragukan, selalu nampak tanda panah yang ditinggalkannya di tepi jalan.
"Senang rasanya begini," kata Bets.
Ia senang mencari-cari tanda panah yang ditinggalkan Fatty.
"Tapi mudah mudahan saja tidak jauh lagi perjalanan kita!"
"Kurasa Gladys tinggal di Haycock Heath,"kata Larry menduga,
"soalnya. jalan ini menuju ke sana. Wah kita sampai di kaki bukit yang terjal. Kita harus mendakinya. Fatty tadi tentu kepayahan sewaktu lewat di sini. Badannya sendiri sudah gemuk. ditambah lagi dengan Buster yang membonceng dalam keranjang."
Pengusung Jenazah 3 Suro Bodong 05 Pertarungan Bukit Asmara Cuma Yang Lihai Yang 1
^