Pencarian

Naga Merah 6

Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung Bagian 6


begitu dalam, tapi apakah dia juga mencintai kita? " Tanya
Chie Peng sambil menghela napas kemudian berkata pula,
"Mungkin kita sedang meniru perbuatannya ulat sutera
yang melibat dirinya sendiri. "
Dari pembicaraan mereka berdua, tidak perlu diragukan
lagi, bahwa kedua gadis ini yang biasanya suka membunuh
jiwa manusia seperti membabat rumput, kini terhadap dirinyaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong telah timbul suatu perasaan luar biasa dalam
hatinya yang selama ini tidak tahu apa artinya suka atau cinta.
Tapi, apakah perasaan cinta mereka itu bakal berhasil?
Ataukah seperti apa yang diduga oleh Chie Peng, bahwa
mereka benar-benar menelan perbuatannya ulat sutera yang
melibat dirinya sendiri? Sudah tentu dalam hal ini siapapun
tidak ada yang berani meramalkan.
Chie Cui dengan perlahan mengangkat tangannya yang
putih halus, menyusut air matanya yang mengalir keluar tidak
hnetinya, lalu berkata dengan suara sedih.
"Enci, kalau benar kita cinta padanya, tidak seharusnya kita
membiarkan dia terluka. "
"Ya, sucimu tadi sebenarnya tidak bermaksud turun tangan
keji padanya, cuma dia sendiri yang agak keburu napsu. "
"Apakah suci sekarang tidak mau menolong padanya? "
"Sudah tentu encimu akan menolong padanya. "
"Kalau begitu lekas enci tolong padanya. "
Chie Peng tertawa. "Kalau ia nanti sudah sadar kembali,
mungkinkah dia mau lepaskan kita orang begitu saja? "
"Kenapa? "
"Dia datang kemari adalah hendak mencegah supaya
orang-orang kuat kita jangan sampai keluar dari lembah Lui in
kok ini untuk menyerbu Ciong lam pay, tapi sekarang orang-
orang kita itu sudah berangkat semua, jikalau ia sadar apakah
kau kira dia mau mengerti? "
"Kalau begitu sekarang kita harus berbuat bagaimana? "
Chie Peng kerutkan keningnya dan berpikir sejenak,
kemuadian berkata,
"Adik, betulkah kau ingin aku menolong padanya? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chie Cui membuka lebar matanya dengan perasaan
bingung mengawasi sang enci, kemudian menanya,
"Apakah enci tidak akan menolong dia? "
"Baiklah, enci tolong padanya. "
Chie Peng ketawa getir lalu anggukkan kepala, dengan
tindakan lambat ia berjalan menghampiri Tan Liong.
Ia hendak menolong padanya, tapi seperti apa yang
dikatakan olehnya sendiri Tan Liong setelah dibikin sadar,
apakah dia mau melepaskan diri mereka begitu saja? Inilah
resikonya.
Kalau Tan Liong sadar kembali, pasti dia akan membunuh
mati kedua saudara Chie itu.
Tapi oleh karena cinta, mereka sudah tidak perdulikan
resiko itu lagi.
Saat itu Chie Peng sudah berada disampingnya Tan Liong,
ia menghela napas panjang, kemudian angkat tangan
kanannya, hendak menotok jalan darah Hoan bun hiat di
belakang punggung Tan Liong.
Tapi, baru saja telunjuk jari tangan Chie Peng hampir
menotok jalan darah tersebut, tiba-tiba terdengar suara orang
berkata sambil ketawa dingin.
"Nona, dia tidak boleh ditolong! "
Chie Peng mendengar suara itu terperanjat. Ketika ia
menengok, segera dapat dilihat bayangan orang yang
mengenakan baju hijau dengan cepat sudah melayang
kehadapannya.
Orang itu bukan lain daripada Yao lie lu sendiri.
Diparasnya Yao lie lu yang cantik manis nampak
tersungging senyuman yang menawan hati. Kala itu denganTiraikasih Website http://kangzusi.com/
matanya yang jernih memandang Tan Liong yang
menggeletak di tanah, lantas perdengarkan ketawa dinginnya.
Chie Peng dan adiknya begitu melihat munculnya Yao lie lu
sudah mengetahui bahwa urusan ini akan timbul perobahan.
Yao li lu dulu pernah dilukai oleh Tan Liong. Dan sekarang
mana dia mau melepaskan pemuda itu begitu saja?
Mengingat hal itu, Chie Peng dan Chie Cui hatinya tidak
enak. Seketika itu Chie Cui lantas bergerak dan menghadang
di depan Yao lie In. dengan suara dingin ia menanya, "Enci
Tio, kau mau bikin apa? "
"Aku hanya menghendaki jiwanya!? " jawab Yao lie lu
bersenyum.
Diparasnya Yao lie lu yang cantik itu kini nampak diliputi
oleh kemurkaan.
Chie Peng ada seorang yang bisa memikir panjang. Ketika
itu ia menghitung hitung keadaannya di depan mata. Sambil
mengawasi sang adik ia berkata,
"Adik, mengapa kau berbuat begitu terhadap enci Tio? Mari
sini! "
Perkataan yang keluar dari mulut Chie Peng itu telah
membuat Chie Cui merasa bingung. Selagi hendak buka mulut
memprotes, dilihatnya sang enci tertawa hambar dan berkata
pula, "Nona Tio, kau kata mau bunuh orang ini? "
"Benar! Aku mau ambil jiwanya! "
"Sebabnya? "
"Dulu aku pernah dihajar olehnya. Tidak boleh tidak aku
harus membalas sakit hatiku. "
"Nona Tio, kita sama-sama kaum wanita, perkataan yang
akan kuucpkan aku percaya kau takkan menjadi gusar
kepadaku, bukankah kau cinta padanya? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yao lie lu yang mendengar perkataan itu parasnya menjadi
merah. Agak lama baru dapat berkata,
"Memang aku pernah cintakan dia. Tapi itu urusan sudah
lalu! "
"Kalau begitu, nona dari perasaan cinta lantas berobah
menjadi benci? "
Perkataan itu membuat selebar parasnya Yao Lie lu jadi
merah. Perasaan malu lantas menjadikan gusarnya. "aku mau
bunuh dia, kalian mau apa?! "
Chie Peng tertawa dingin. "Jikalau kau berani melanggar
seujung rambutnya saja, dalam tiga jurus akan kusuruh kau
cium tanah dengan mulut berlumuran darah!"
Yao lie lu bercekat hatinya. Pikirnya, ucapan wanita itu
memang bukan dilebih-lebihkan. Kepandaian Chie Peng
memang tinggi sekali, apa bila benar-benar dia turun tangan,
tentu dia bukan tandingannya.
Oleh karena pikirannya demikian, maka ia lantas berkata,
"Kalau begitu, apa kau tetap akan menolongnya? "
"Benar! "
Yao lie lu lantas tertawa terbahak-bahak, "Nona Chie,
sekalipun kau menolong anak muda, dia juga tidak akan sudi
terima budimu. Lagi pula, ketua kita sudah keluarkan perintah
tidak boleh melepaskan orang ini!"
Chie Peng diam-diam berkata pada dirinya sendiri. "Itu
memang benar, sekarang Yao lie lu ada di sini, biar
bagaimana tentu tidak bisa lepaskan Tan Liong begitu saja".
Dengan mata mendelik ditatapnya wajah Yao li lu sejenak,
lalu berkata,
"Jikalau aku pasti mau tolong sadarkan dia, bagaimana? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku yakin kau tidak berani!" demikian Yao lie lu
mengucapkan kata katanya sambil cengar cengir.
"Kalau begitu" kata Chie Peng dengan gayanya menantang,
"Aku tetap akan menolongnya! "
Setelah itu dia berjalan mendekati Tan Liong pula kedua
tangannya hendak menepuk lagi.
Yao lie lu parasnya berubah-ubah tak menentu. Dengan
suara dingin berkata. "Jikalau nona Chie paksa mau tetap
menolong akan kubunuh dia lebih dulu. "
Chie Peng seorang wanita yang tinggi hati. Sebetulnya
iapun ingin menyerahkan Tan Liong kepada ketuanya sendiri
tetapi waktu mendengar Yao lie lu kata tidak berani menolong
maka ia lalu mengambil keputusan tetap menolong anak muda
itu. Manakala Chie Peng gerakkan tangannya Yao lie lu pun
telah siap saja. Apabila Chia Peng turun tangan membuka
totokan di jalan darah Tan Liong iapun agaknya akan terus
turun tangan.
Suasana disitu seketika berubah jadi tegang disamping
maksud baik yang terdorong oleh perasaan cinta masih ada
lagi nafsu membunuh yang berkobar-kobar karena perasaan
marah.
Chie Cui yang melihat keadaan begitu cepat
menggerakkan badannya menghadang lagi di depan Yao lie lu.
Pada sat itu Chie Peng sambil keluarkan seruannya sudah
menjulurkan jari tangannya dan menotok jalan darah Hoan
hun hiatnya Tan Liong.
Ketika Chie Peng turun tangan Yao lie lu pun angkat tangan
kanannya dan mengeluarkan serangan tangannya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua pihak turun tangan sama-sama cepat. Ketika Chie
Peng menepuk dengan tangan kanannya, kekuatan yang
timbul dari telapak tanan Yao lie lu pun sudah menyusul.
Apabila serangan itu mengena sasaran yang tepat, jiwa Tan
Liong niscaya akan melayang seketika itu juga.
Chie Peng keluarkan bentakan keras. Dengan kecepatan
luar biasa menggunakan tangan kiri menyambuti serangan
Yao lie lu yang sudah hampir mengenai sasarannya. Kemudian
bahkan balas menyerang!
Setelah terdengar suara benturan ringan dari kekuatan dua
wanita itu, badan Yao lie lu Nampak mundur setengah tindak.
Chie Peng dengan wajah keren membentak, "Nona Tio!
Jikalau kau tidak sayangi jiwamu cobalah menyerang sekali
lagi! "
"Yao lie lu sekalipun mesti korbankan jiwanya, tidak bisa
membiarkan kau menolongnya! "
Chie peng ketawa dingin. "Kalau begitu, " katanya, "Mari
kita coba-coba lagi! "
Tetapi sebelum badan Chie Peng bergerak Chie Cui sudah
berada didepan Yao lie lu. Sejenak menengok kearah encinya,
berkata,
"Encie, apa perlukan tenagaku membunuh orang ini? "
Berubah wajah Chie Peng, "Jikalau dia berani turun tangan
lagi bereskan saja jiwanya, habis perkara! "
Chie Cie mengangguk. Keadaan bertambah genting.
Saat itu Chie Peng telah kerahkan lagi kekuatannya kepada
kedua belah tangannya. Sambil berseru dua jarinya
digerakkan lagi menotok jalan darah Tan Liong.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hampir bersamaan pada waktu itu Yao lie lu pun bergerak,
dengan kedua belah tangannya berbareng keluarkan serangan
yang ditujukan ke arah Tan Liong.
Chie Cui sudah barang tentu tidak membiarkan Yao lie lu
berbuat sesukanya, lantas membentak, "Akan kubunuh kau
perempuan jahat! "
Dengan gerak tangannya yang begitu gesit tahu-tahu
sudah memapaki serangan Yao lie lu sedang tangan kanannya
lantas melancarkan satu serangan hebat.
Tiga wanita muda itu, hampir dalam sedetik, masing-
masing telah turunkan tangan dalam tujuannya yang
berlainan.
Mendadak pada ketika itu mendengar suara bentakan yang
amat nyaring, "Tahan! Kalian tiga nona kenapa baku hantam
sendiri? "
Lenyapnya suara bentakan dan teguran itu disusul dengan
masuknya sesosok bayangan orang ketengah lapangan.
Ketika wanita yang pada bergebrak itu terperanjat
semuanya. Mau tidak mau memaksakan diri mundur teratur.
Manakala mereka menoleh dan melihat siapa adanya yang
datang itu, ternyata adalah seorang pria pertengahan umur
yang berdandan bagai seorang terpelajar. Ditangannya
menyekal sebentuk kipas terbuat dari bahan besi agaknya
kipas itu.
Dengan munculnya laki-laki itu Chie Peng beserta adiknya
makin terperanjat. Pria berdandan pelajar itu tujukan matanya
bergantian kepada ketiga wanita itu lalu berkata sambil
tersenyum, "Nona-nona semua toh orang-orang sendiri.
Kenapa sampai bertempur begitu sengit? "
Tiga orang yang ditegur demikian satu sama lain
berpandangan sesaat lamanya tiada seorangpun yang
keluarkan perkataan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chie Peng yang lebih cepat reda dari rasa gelisahnya, lalu
ketawa dingin. Dengan kerlingkan matanya yang tajam
ditatapnya mata pria berdandan pelajar itu, kemudian
katanya, "Ciok Tongcu, kenalkah dengan orang ini? "
Pria pertengahan umur yang dipanggil Ciok tongcu itu
adalah Tongcu dari bagian urusan dalam untuk perkumpulan
Thian seng hwee yang bernama Ciok Eng Cay.
Setelah ditanya baik oleh Chie Peng, Ciok Eng Cay
mengawasi sejenak Tan Liong yang masih menggeletak di
tanah, lalu menggeleng-geleng kepala dan menjawab, " Tidak
kenal. "
"Ciok Tongcu benar-benar punya mata tidak kenal Thay
san. Orang ini adalah orang yang pernah membunuh sembilan
orang lihai dari perkumpulan kita!"
Demikian Chia Peng keluarkan kata-katanya setengah
menyindir.
Ciok Eng Cay berubah sedikit wajahnya. Agak lama baru
berkata,
"Apa nona tidak salah lihat orang? "
"Sedikitpun tidak! "
Ciok Eng Cay berubah lagi wajahnya. Di parasnya yang baik
itu terlintas napsu pembunuhan, seketika itu berkata sambil
ketawa dingin, "Bocah ini sungguh besar nyalinya! Dia berani
bertingkah sesukanya di lembah Lui in kok ini .... "
"Ciok Tongcu, kau pernah dengarkah ketua kita berpesan
untuk mengusir orang ini hidup-hidup? "
"Tidak salah! Dan aku sekarang akan meringkusnya dan
menggusurnya kedepan ketua kita biar dibereskan oleh
ketua."
Sehabis berkata, lantas disambarnya badan Tan Liong
kemudian lompat melesat menuju ke dalam Lui in kok.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedetik kemudian pelajar itu sudah menghilang diantara
kabut gelap.
Chie Peng mengawasi Yao lie lu yang tengah terbengong-
bengong dengan suara dingin berkata, "Nona Tio, jalan itu
yang paling baik. Bukankah? Kau tak bisa bunuh dia, akupun


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak dapat menolongnya lagi ...... Biarkan ketua kita yang jadi
hakimnya, itulah jalan yang terbaik.!"
Yao lie lu hanya bersenyum, sekali-kali tak menjawab.
Kemudian lompat melesat ke dalam lembah Kui in kok.
Chie Cui agaknya tak dapat menahan gelora hatinya lagi.
Seberlalunya Yap lie lu, lantas bertanya, "Enci, kenapa kau
biarkan Ciok Tongcu bawa dia pergi? "
Chie Peng mengawasi adiknya sejenak,
"Habis bagaimana lagi? " jawabnya, "di depan mata Ciok
Tongcu apa kau kira gampang bisa menolongnya? "
"Tapi tidak semestinya juga kau biarkan orang lain bawa
dia pergi! "
"Adik, kau rupanya sudah terlalu tergila-gila kepada
pemuda itu. Terhadap kita, dia sudah tanam bibit kebencian.
Kalau dia kita sadarkan barangkali bisa. "
Mendadak berhenti kata-katanya, mengawasi paras adiknya
sejenak, berkata pula, "Ciok Tongcu dalam perkumpulan kita
tinggi sekali kedudukannya. Dia yang mengurus segala
perkara dalam perkumpulan kita, dan kita yang sudah masak
jadi anggota Thian seng hwee, tentu tak boleh mempunyai
pikiran bercabang dan berkhianat. Apa adanya peraturan ini
kau juga mau langgar? "
"Enci, aku mengerti itu. Tapi bagaimana dengan dia ......? "
kata pula Chie Cui dan menarik napas panjang.
"Boleh kita pikirkan daya upaya lain untuk tolong dia, tapi
nanti saja. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chie Cui agaknya masih ingin buka suara tetapi kemudian
batal. Lantas terlihat paras sedihnya sedemikian rupa hingga
dilihat encinya sangat mengharukan.
Sang enci ini hanya dapat mengangguk dan menarik napas
tidak bisa kata apa-apa lagi.
Agak lama ...... Chie Peng gertak gigi. Dalam hatinya pada
waktu sesingkat itu juga timbul semacam perasaan ruwet
yang tidak wajar.
Perasaan aneh yang timbul antara manusia dengan
manusia. Cinta kasih yang datang tidak terduga antara lelaki
dan perempuan kadang-kadang memang sangat
mengherankan.
Akan tetapi bagaimanakah akibatnya dengan timbulnya
perasaan itu?
Sudah barang tentu dalam hal ini siapapun tidak berani
memastikan hanya Tuhan Yang Maha Esa sendiri yang tahu
nasib mereka.
Seketika itu Chie Peng menghela nafas panjang dan
berkata,
"Adik, mari kita pulang ...... "
Chie Cui mengangguk dengan perasaan sedih bertanya
pula, "Enci, benar kau suka menolongnya? "
"Adik, kau legakan hatimu. Aku pasti takkan membuat
hatimu kecewa. "
Chie Cui lantas ketawa. Ketawanya itu begitu manis
menggiurkan tetapi juga agak kekanak-kanakan.....
Chie Peng sambut ketawanya sang adik dengan ketawa
getir. Badannya lalu bergerak dan lari menuju ke depan
lembah. ....Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam waktu sekejap saja hanya terlihat dua bayangan
merah melintas yang lantas menghilang ke dalam kabut tebal.
S a m a r - s a m a r ......
Semua dalam keadaan gelap samar.
Tan Liong tidak tahu sudah berapa lama telah berlalu baru
tersadar dalam keadaan samar-samar.
Apa yang terbentang dihadapan matanya semua kelihatan
samar-samar ....
Dengan susah payah dicobanya memutar otak memikirkan
semua kejadian yang lalu. Tetapi semua apa yang telah terjadi
itu bagai tersapu bersih, hanya samar-samat berkelebatan di
dalam otaknya yang bagai kosong melompong.
Tiba-tiba ......
Suatu pikiran terlintas dalam otaknya lalu bertanya kepada
dirinya sendiri. "Apa yang sudah terjadi di gunung Ciong lam
san ....? "
Pikiran itu hanya sepintas melewati otaknya yang
membuatnya lantas menggigil bagai orang kedinginan.
Dicobanya merangkak bangun dari lantai tetapi baru
bergerak sedikit rasa nyeri dan sakit yang amat sangat,
membuatnya mau tak mau harus rebah kembali.
Di dalam telinganya tiba-tiba terdengar suara ketawa orang
masuk.
Tan Liong yang mendengar suara itu diam merasa kaget. Ia
melongok ke arah darimana suara itu terdengar dan apa yang
terbentang dihadapan matanya adalah beberapa jenis
bayangan orang yang samar-samar.
Tan Liong terperanjat. Dalam waktu sekejapan itu lantas
kembali semua ingatannya yang tadi bubar.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia mengerti bagaimana telah terluka oleh seorang wanita
baju merah. Dan sekarang ini pasti sudah terjeblos dalam
kamar tawanan perkumpulan Thian seng hwee.
Ingat sampai disitu, hatinya hampir lompat keluar. Diam-
diam mengeluh, "Habis sudah Ciong lam pay. "
Begitu ingat nasibnya Ciong lam pay, perasaan gusarnya
lantas meluap. Diam-diam dikeluarkannya tenaga dalamnya,
menyalurkan kekuatan itu ke 36 lubang dalam darahnya.
Tan Liong memang ada seorang yang memiliki tenaga
dalam yang sangat hebat. Sebab dia pernah makan lima buah
Leng cie yang berumur ribuan tahun. Kekuatan tenaga
dalamnya jadi tambah berlipat ganda. Terhadap penyembuhan
luka-luka sendiri atau memulihkan kekuatan dengan
menyalurkan itu ke jalan darahnya, baginya amat mudah
sekali.
Dalam waktu sekejap saja benar saja kekuatannya sudah
bertambah, semangatnya terbangun kembali. Lantas lompat
dari lantai, tapi tatkala melihat keadaan diseputarnya,
terperanjat hatinya bukan main.
Itu adalah ruang luas yang sangat mewah segala-galanya.
Di dalam ruangan itu lengkap terdapat segala macam alat
rumah tangga. Hiasan-hiasan berupa gambar atau tulisan-
tulisan buah tangan orang-orang ternama yang terjajar diatas
dinding tidak kurang dari 20 buah jumlahnya.
Tan Liong mengawasi sebentar sekitar ruangan itu,
matanya kembali dialihkan ke tengah-tengah ruangan. Dan
apa yang dilihatnya ini?
Wajahnya tampak berubah-ubah, tak menentu.
Di tengah-tengah ruangan yang luas terdapat seseorang,
orang berkedok. Di kedua belah sisinya, mengapit dua puluh
lebih, mereka itu agaknya para pengawal orang yang duduk di
kursi besar itu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang di tengah ruangan itu semua mengawasinya
dengan sikap garang dan mata mendelik lebar.
Tan Liong yamg menyaksikan keadaan demikian menjadi
heran. Untuk sesaat dia bungkam, namun telah sadar kalau
dia di situ, tentu besar bahayanya, dia merasa seperti berdiam
di sarang macan.
Sambil kertak gigi, dimasukkannya tangannya ke dalam
saku, tangan itu telah menggenggam bom Pek lek tan! Apabila
keadaan mendadak berubah atau manakala dia tiba-tiba
terancam bahaya, bom Pek lek tan kini telah siap hendak
memusnahkan orang-orang di situ.
Dengan sendirinya suasana dalam ruangan luas itu lantas
menjadi sangat tegang.
Selagi tangan Tan Liong menggenggam bom Pek lek tan
orang berkedok itu tertawa bergelak-gelak dan kemudian
berkata, "Adakah tuan ini yang bernama Tan Liong? "
Yang ditanya tiada menjawab sebaliknya balas bertanya,
"Adakah kau yang menjadi ketua Thian seng hwee?"
"Tidak salah!" demikian suara orang berkedok itu dan
kembali tertawa.
Tampak berubah wajah Tan Liong. Kepalanya mendongak
lalu tertawa bergelak-gelak kemudian,
"Kalau begitu kaulah yang bernama Tan Ciang Bin dengan
gelarmu Bwee hoa Sin kiam, betulkah? "
Baru Tan Liong tutupkan katanya, Tongcu dari bagian
hukum, Song Han Chiu lantas membentak keras,
"Tutup mulut ! Kau omong apa? "
Terdengar suara gigi Tan Liong berkertakan amat nyaring.
Keadaan seorang ibu yang menanti panggilan maut, terbayang
kembali dalam otaknya Tan Liong .....Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua kejadian yang telah lalu seakan-akan gambar hidup
yang terpeta tegas dalam alam pikirannya. Orang yang sedang
dicarinya. Tan Ciang Bin, kini sudah berada di depan mata.
dan ucapan si orang tua berjenggot putih juga mendadak balik
lagi memasuki otaknya.
Orang itu adalah ayahnya sendiri !
Tidak usah disangkal, memang pernah terkenang beberapa
kali wajah ayahnya. Sedang diwaktu masih kanak-kanak,
betapa besar pengharapannya untuk kasih sayang seorang
ayah. Akan tetapi Tan Ciang Bin belum pernah menjamahnya,
walaupun hanya sekali. Semenjak ia dijelmakan dalam dunia
belum pernah ia merasakan kasih sayang seorang ayah
bahkan sampai ibunya dibiarkan mesti mati karena hendak
mencuri sebuah kitab ilmu silat.
Penderitaan sang ibu pada saat ia mau menutup mata,
jeritannya yang menyayat hati ...... Siksaan sebelum menemui
ajal semua terbayang kembali di dalam otaknya......
Sekarang Tan Liong hanya dapat kertak gigi. dengan
kuatkan perasaan hatinya ditarik kembali air mata yang sudah
akan mengalir keluar.
Bom Pek lek tan yang tergenggam erat dalam tangannya
sudah siap untuk disambitkan. Apa yang terlihat pada air
muka Tan Liong waktu itu adalah suatu sikap yang
mencerminkan perasaan hatinya yang sudah tidak karuan.
Mendadak dia ketawa panjang sekali. Suara ketawa itu
bagaikan suara jeritan dari jiwanya yang sedang tertekan, dan
dalam keadaan murka. Siapa yang mendengar tak tahan
untuk bisa menahan bulu romanya berdiri.
Setelah suara sirap dengan tindakan lambat-lambat
dihampirinya Bong bin Sin kiam Tan Ciang Bin alias ayahnya
sendiri dan lantas keluarkan bentakan amat nyaring,
"Tan Ciang Bin! Hari ini hari ajalmu! Akan kuambil jiwamu!"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diparasnya yang tampan tampaknya napsunya membunuh
yang sudah berkobar, cukup bisa bikin kuncup nyali setiap
orang yang melihatnya.
Bong bin Sin kiam Tan Ciang Bin tertawa getir, dan
kemudian katanya,
"Tuan jangan keburu napsu dulu. Pembicaraan kita belum
lagi selesai. "
"Tidak ada yang begitu perlu untuk dibicarakan antara
kita."
Tongcu bagian hukum Song Hun Chia lantas berkata sambil
ketawa dingin,
"Bocah ! Kau benar-benar tidak tahu tingginya langit dan
tebalnya bumi! Kau menghina ...... "
Bong bin Sin kiam ulapkan tangan mencegah Song Hun
Chia lanjutkan ucapannya dan dia sendiri lantas menghadapi
Tan Liong berkata,
"Kaukah Ciang bun jinnya partai Ciong lam? "
Mendengar disebutnya nama Ciong lam tergoncang hati si
pemuda.
Betapa tidak? Dia tahu perkumpulan Thian seng hwee telah
mengirim laskarnya sepasukan yang berjumlah lebih dari tiga
puluh jiwa untuk melakukan penyerbuan ke pusat Ciong lam
pay dan sekarang belum lagi ketahuan bagaimana
kesudahannya?
Mengingat itu hatinya semakin gusar berbareng pun
tambah cemas dia.
"Tan Ciang Bin, " bentaknya, "Kau sudah mengirim orang-
orang lihaimu mau bikin habis Ciong lam pay? "
"Benar! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada permusuhan apa Ciong lam pay dengan
persekutuanmu? "
"Tentang ini Ciang bun jin tidak perlu tanya. "
"Kau tahu aku ketua dari partai Ciong lam apa larangannya
untuk aku bertanya? "
Bong bin Sin kiam ketawa. "Ciong lam pay cuma satu partai
kecil yang tak berarti. Apabila mau bergabung dengan
perkumpulan kita dan memimpin dunia rimba persilatan
alangkah baiknya nasib mereka. "
"Jangan ngibul ! "
Hardikan Tan Liong itu begitu nyaringnya, sampai
menggema lama diseluruh ruangan.
Akan tetapi bagai tak tergugah sama sekali hatinya Tan
Ciang Bin masih berkata dengan suaranya enak-enakan,
"Ciang bun jin, sukalah kau jangan terlalu umbar napsumu! "
"Tan Ciang Bin! Jangankan karena mengerudungi wajahmu
dengan kedok hitam lantas aku tidak kenal kau siapa?
Ingatlah kata-kataku ini. Nama Cui hoa Sian cu tidakkah kau
lupakan? "
"Benar, aku sedikitpun tidak pernah lupakan nama itu. "
Sahut Bong bin Sin kiam hambar suaranya.
"Dia suruh aku ambil jiwamu. "
"Aku percaya kau masih belum punya kemampuan sampai
disitu. "
"Coba saja! " membentak Tan Liong, yang kemudian ayun
tangannya dan sebuah bom Pek lek tan melesat keluar dari
tangan itu.
Tan Liong sudah gusar benar saat itu. Apa yang
diperbuatnya tidak terlalu dipikir. Dia cuma meniru dengan
ayun bisa bikin hancur lebur orang-orang didepannya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak perlu disangsikan, apabila bom Pek lek tan meledak,
semua orang yang ada dalam ruangan itu tidak bisa lepas dari
bencana kematian. Ruangan itu sendiri pasti hancur lebur!
Akan tetapi.
Bom Pek lek tan di tangan Tan Liong baru saja meluncur
tampak sesosok bayangan bergerak gesit dan lincah gerakan
badan itu tahu-tahu Bong bin Sin kiam tidak terlihat di kursi
kebesarannya. "Ciang bun jin, tidak boleh kau berbuat
begitu...... "
Setelah itu nampak berkelebat bayangannya dan hanya
sekejap kembali nampak ia bercokol dikursinya.
Kepandaian dan gerakan badan Bong bin Sin kiam itu
benar-benar mengejutkan hati penontonnya, dia bisa


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggunakan kelincahan badannya yang begitu gesit
menangkap bom Pek lek tan yang baru keluar dari tangan
pelemparnya, bukan main tentu kemahirannya dapat diukur
sampai dimana tingginya kepandaian ketua Thian seng hwee
itu. Tan Liong sendiri lebih-lebih terkejut, hampir terlompat dia.
Pada saat itu Bong bin Sin kiam sudah berkata sambil
tersenyum,
"Tan Liong, kenapa kau berbuat semaumu ditempatku ini?
Bom Pek lek tan ini kukembalikan padamu, kau sambutlah. "
Nampak tangannya mengayun bom Pek lek tan melayang
kembali kepada pelemparnya semula.
Tan Liong cepat tanggapi bomnya itu, ia merasa kaget
kagum tapipun tidak hilang rasa gusarnya.
Untuk sesaat lamanya dia berdiri terpaku dengan wajah
merah padam.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saat itu Bong bin Sin kiam dengan sorot matanya yang
tajam mengawasi orang-orangnya sejenak lalu berkata
dengan nada suara dingin,
"Harap saudara-saudara keluar dulu sebentar. "
Dua puluh orang lebih yang berdiri dikedua sisi Bong bin
Sin kiam tadi lantas pada menyahut, "Baik! " dan sebentar
saja sudah pada berlalu meninggalkan ruangan itu.
Sekarang di dalam ruangan yang luas itu hanya tinggal Tan
Liong dan Bong bin Sin kiam berdua saja.
Tan Liong ketawa dingin berulang-ulang dan kemudian
berkata,
"Tan Chiang Bin, kau hendak main sandiwara apa? "
Bong bin Sin kiam menjwab dengan suara hambar,
"Anak, untuk pertama kali kita bertemu muka tidak
sepantasnya kau memanggil aku secara demikian.! "
Tan Liong ketawa bergelak gelak dan berkata,
"Kalau begitu, aku harus bahasa apa kepadamu? "
"Aku adalah ayahmu ...... " katanya Bong bin Sin kiam
sambil tertawa getir.
"Aku justru tidak mempunyai ayah semacam kau ini."
berkata Tan Liong sambil ketawa tergelak-gelak.
"Tak perduli kau ada mempunyai ayah semacam aku ini
atau tidak toh tidak sepantasnya kau memanggil aku Tan
Chiang Bin saja, setidak-tidaknya kau juga bahasakan aku
Hwee thio atau ketua. "
"Jikalau Ciong lam pay musnah didalam tanganmu, aku
tidak mau mengerti terhadap kau. "
"Itu ada urusan dikemudian hari. Ini kita antara ayah dan
anak telah bertemu dan berkumpul di sini, seharusnya merasaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedikit gembira sementara itu mengenai urusan selanjutnya
kau nanti setelah keluar dari sini kita bicarakan lagi. "
"Apakah kau juga pantas menjadi ayahku? Benar-benar
lucu! "
Bong bin Sin kiam yang mendengar ucapan Tan Liong itu
hatinya merasa pedih, perkataan Tan Liong itu seolah-olah
pedang tajam yang menusuk ulu hatinya.
Pengharapan satu-satunya yang terkandung di hatinya
selama banyak tahun itu, ialah bisa menemui muka anak lelaki
satu-satunya itu. Meskipun selama itu ia belum mencurahkan
cinta kasihnya kepada anaknya tetapi sebagai satu ayah sudah
tentu tidak dapat melupakan anaknya yang merupakan darah
dagingnya sendiri.
Seperti apa yang sudah diduga anak laki-lakinya itu benar
saja tidak mau mengenali diri ayahnya bagaimana kalau tidak
membuat ia sedih?
Tapi jika dahulu ia tidak menanam bibitnya, bagaimana ia
akan memetik buahnya seperti hari ini?
Maka cuma bisa menarik napas dan kemudian berkata,
"Tidak perduli kau mau kenal ayahmu ini atau tidak tokh
tak perlu harus berhadapan dengan muka asam, kau duduklah
dan mari kita bicara secara baik bolehkah? "
"Aku tadi tokh sudah kata bahwa diantara kita sudah tidak
ada apa-apa lagi yang perlu dibicarakan. "
"Ciang bun jin kau terlalu jumawa, kuberitahukan padamu
jika tidak karena kau masih ada sedikit perhubungan darah
dengan aku, dengan sikapmu terhadap aku ini siang-siang aku
pasti sudah hajar kau sampai mampus. "
Itu memang sebenarnya. Bong bin Sin kiam Tan Chiang Bin
sebagai ketua dari perkumpulan Thian seng hwee, pada waktuTiraikasih Website http://kangzusi.com/
waktu biasanya dimana ada orang yang berani berlaku
demikian terhadap dirinya?
"Kau bunuhlah aku, seperti juga kau membunuh mati ibuku
...... " Katanya Tan Liong sambil ketawa tergelak.
"Apa?" Bong bin Sin kiam berseru kaget "Apa ibumu sudah
meninggal dunia?"
"Kau jangan berlagak pilon, jikalau kau tidak sia-siakan
padanya, bagaimana dia bisa mati? "
Ingat kematian ibunya, hatinya Tan Liong merasa pilu,
hampir saja air matanya mengalir keluar!
Mendengar berita yang datangnya secara tidak terduga-
duga itu, Bong bin Sin kiam nampak tercengang seketika
lamanya ia duduk menjublek dikursinya. Ia sungguh tidak
nyana kalau Cui hoa Sian cu sudah meninggalkan padanya
kealam baka ......
Terhadap isterinya itu ia merasa sangat menyesal untuk
seumur hidupnya, tidak perlu disangkal lagi. Ia pernah
mencinta isterinya itu dengan sepenuh jiwa raganya, cuma
lantaran tergoda oleh dirinya Siao hun lie Cie Bun Bun ia telah
meninggalkan padanya.
Tapi ia tak dapat melupakan sang isteri itu, suka terbayang
dalam otaknya, tapi ia tidak berani pulang menemui padanya,
sebab ia tidak ingin membuat kekeliruan lagi.
Oleh karenanya ia harus membayar hutang yang berupa
penderitaan batin dan perasaan menyesal terhadap isterinya
itu sudah tentu hutang itu ada merupakan suatu hutang yang
termahal di dalam dunia. Tapi mau tidak mau ia harus
membayar karena tidak seorangpun juga yang mau
memaafkan padanya,
Dan kini begitu mendengar kabar buruk itu sudah tentu ia
merasa terkejut. Ia coba tenangkan pikirannya kemudian baru
berkata,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia meninggal dunia dengan cara bagaimana?"
"Tentang ini kau tidak ada hak untuk menanya."
"Kenapa aku tidak boleh menanya?"
"Kau toh sudah sia-siakan padanya dengan dia sudah putus
perhubungan maka tentang kematiannya apakah kau masih
perlu ambil perhatian? "
Bong bin Sin kiam menggertak giginya dibalik kedoknya
yang hitam nampak sepasang matanya yang tajam tiba-tiba ia
berkata dengan suara gusar,
"Kau terlalu jahat! "
"Meskipun aku jahat tapi kejahatanku itu masih belum ada
satu persepuluhnya kalau dibandingkan dengan kejahatanmu.
Kau telah sia-siakan isterimu sendiri dan lari dengan
perempuan, perbuatanmu itu benar-benar ...... "
"Tutup mulut ! " Bong bin Sin kiam memotong dengan
suara keras. "Kalau kau masih berani membuka mulut secara
sembarangan aku nanti akan memberi hajaran padamu. "
"Salah, apakah aku salah bicara? "
Bong bin Sin kiam menghela napas panjang.
"Tan Liong, kelakuanmu terhadapku sesungguhnya terlalu
sekali. Apa kita tidak bisa bicara dengan baik? Selewatnya hari
ini dan selanjutnya apa kau suka berbuatlah menuruti
kesukaanmu. Bolehkah begitu? "
Bong bin Sin kiam benar-benar sudah berlaku merendah.
Sebab orang ini sekarang justeru membutuhkan keterangan
anak muda di depannya itu untuk mengetahui bagaimana cara
kematiannya Cui hoa Sian cu? Tetapi Tan Liong yang tetap
tidak mau mengerti sudah menganggap sama sekali tidak
mempunyai ayah semacam itu. Maka ketika mendengar
perkataan tersebut hanya ketawa dan berkata tawar,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tadi sudah kuputuskan dengan orang semacam kau ini
tidak ada apa-apa lagi untuk dibicarakan! "
Bong bin Sin kiam merasa kehabisan akal lalu membentak
dengan suara keras,
"Baik, kalau belum kuberi hajaran sedikit memang sikapmu
terlalu sombong! "
Setelah mana nampak tubuhnya mencelat keatas lalu
terdengar suara... Plak! Plak! yang amat nyaring. Tan Liong
ternyata tidak mampu mengelakkan dua tamparan ayahnya
itu. Dan tamparan itu cukup keras, sampai Tan Liong merasa
kepalanya berputar, dengan terhuyung-huyung mundur satu
tindak, tanpa sadar mengusap kedua belah pipinya yang
terasa panas, "E e kau berani pukul aku?! "
"Ya! Aku sengaja pukul kau! Dan kau mau apa? "
Tan Liong ketawa bergelak-gelak, "Dikemudian hari akupun
akan balas kelakuanmu ini dengan dua tamparan! " katanya.
Bong bin Sin kiam agaknya tak dapat mengendalikan hawa
amarahnya lagi, disamping merasa tidak berdaya menghadapi
anak muda bandel itu. Nampak dia berdiri merenung sejenak,
lalu berkata dengan suara lunak,
"Tan Liong, bagaimana kalau kita bicara dengan syarat?
Kau kata baik tidak? "
"Tidak ada apapun yang perlu dibicarakan antara kita! "
"Kata-kata yang jelas ini membikin marah orang yang
mendengarnya, Tan Liong! Aku perintahkan kau! Bagaimana
cara kematian ibumu! "
Berubah wajah Tan Liong, "Ketua," katanya dingin. "Kau
sabar sedikit! Aku adalah Ciong bun jin partai Ciong lam yang
ke 13 sekali-sekali bukan anak buahmu! Dengan apa kau beriTiraikasih Website http://kangzusi.com/
perintah kepadaku? Kalau mau dibicarakan secara sejujurnya
tingkatanmu jauh lebih rendah di bawahku! Kau tahu?"
Selama beberapa tahun baru sekali ini Bong bin Sin kiam
menemui perkara yang amat sulit jurusnya. Ia dengan Tan
Liong telah bicara setengah harian, tetapi masih belum
menghasilkan apa-apa. Akhirnya dengan terpaksa keraskan
hati dengan nada menjengek berkata,
"Kau pun harus dengar jabatan Ciang bun jinmu itu hanya
cuma berlaku beberapa hari ini saja. Ciong lam pay sudah
akan runtuh dan takluk dengan perkumpulan kami! "
Dengan wajah berubah dan suara gusar Tan Liong berkata,
"Tan Ciang Bin! Kau pun harus dengar. Apabila Ciong lam
pay kudapati hancur atau sebatang pohonan kutemui terpijak
oleh orang-orangmu, kalau aku tidak bisa bikin musnah
perkumpulan Thian seng hwee aku bukan seorang she Tan
lagi!"
Bong bin Sin Kiam tertawa bergelak-gelak dan katanya,
"Setelah kau sampai di Ciong lam san nanti, Ciong lam pay
sudah cuma tinggal namanya saja barangkali. "
Mendengar perkataan demikian, Tan Liong tak dapat
kendalikan amarahnya lagi. Dengan suara menggelegar
dibentaknya orang di depannya, "Kau kubunuh sekarang
juga!"
Suara itu masih menggema dalam ruangan, badannya
sudah melayang dengan kedua tangannya di depan ia
keluarkan serangannya yang terampuh.
Kemurkaan hati anak muda itu pada ketika itu agaknya
telah sampai pada puncaknya. Serangan yang dikirimnya itu
menggunakan tipu serangan Jit goat Kauw hwi dan Ie ya Hui
hoa berbareng.
Gerakan badannya sesungguhnya cukup sebat dan hebat.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bong bin Sin kiam juga dibikin gusar melihat tingkah laku
Tan Liong yang dianggapnya terlalu sekali itu. Manakala
melihat Tan Liong turun tangan lantas ia nampak mengayun
tangan kanannya, dari situ lantas meluncur kekuatan tenaga
dalam yang sangat hebat.
Peristiwa yang sangat mengenaskan akhirnya kejadian ......
diantara orang-orang yang mempunyai hubungan paling dekat
antaranya seorang ayah dengan anaknya, waktu itu sedang
saling hantam sendiri.
Dalam sejarah penghidupan manusia, kejadian itu janggal
kejam dan mengenaskan mungkin tidak ada yang menandingi
peristiwa saling hajar anak dan ayah itu. Memang tidak kecuali
dengan Tan Liong dan Tan Ciang Bin itu ayah dan anak yang
keduanya sama mempunyai sifat tinggi hati dan sombong.
Tatkala dua kekuatan saling beradu lantas terdengar suara
bergelegar yang amat hebat. Tan Liong merasakan darahnya
bergolak tiba-tiba dari mulutnya lantas melompat segumpalan
darah segar, badannya sempoyongan dan lompat mundur
beberapa tindak baru bisa berdiri tegak.
-o0o0dw0o0o-
JILID ke : 13
TAN LIONG memang tadinya telah terluka di dalam. Tentu
tak akan sanggup lagi dia menyambuti serangan ayahnya itu.
Dan apabila Tan Ciang Bin tidak mengingat bahwa dia sedang
berhantam dengan anaknya sendiri, cukup ditambah dengan
dua bagian kekuatannya saja, Tan Liong saat itu pasti sudah
menggeletak sebagai bangkai.
Tan Ciang Bin setelah keluarkan serangannya lalu lompat
turun dari tempat duduknya dan tahu-tahu sudah menjambret
ujung baju anaknya. kelakuannya itu bagai burung elangTiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyambar anak ayam, diangkatnya badan Tan Liong dan
membentak,
"Kalau tidak mau kau terangkan juga boleh segera pergi
menemuinya! "
Tan Liong ketawa getir lalu berkata,
"Caramu yang sebentar-sebentar keras dan lunak
bergantian seperti itu bukan sesuatu perbuatan ketua yang
cerdik! "
"Mau tidak kau terangkan! " hardik Bong bin Sin kiam lagi
dengan suara bengis.
"Tidak ! "
Jawaban yang nyata itu membuat mengkal hati ayahnya.
"Kalau kau tidak mau juga beritahukan padaku jangan
sesalkan kalau aku akan berbuat ganas. "
Sehabis berkata, tangan kanannya menekan keras,
badannya Tan Liong diangkat ke atas dan dibikin bagaikan
bola dilemparkan ke sebuah penglari besar di dalam ruangan
tersebut.
Perbuatan Bong bin Sin kiam sebagai ayah sebetulnya
terlalu kejam. Apabila badan Tan Liong sampai membentur
tiang penglari itu, sudah pasti batok kepalanya akan remuk
dan jiwanya melayang disitu juga.


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tan Liong mengeluh, "Tamat sudah riwayatku. "
Tetapi suatu kegaiban mendadak jadi kenyataan.
Sesaat sebelum badan Tan Liong membentur tiang,
mendadak sekali berkelebatan sesosok bayangan orang,
dengan kecepatan bagai bayangan sudah menyambuti badan
Tan Liong.
Hal ini bukan cuma membuat Tan Liong terheran-heran
sedangkan Bong bin Sin kiam sendiri terperanjat bukan main.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang menyambuti badan Tan Liong yang mau
membentur batu itu, ternyata adalah seorang nenek-nenek
yang nama julukannya Hiat hun Koay po yang baru-baru ini
menjadi anggota Thian seng hwee.
Hiat hun Koay po membaringkan perlahan badan Tan Liong
di tanah, tongkat bambu ditangannya dimainkannya sebentar,
lalu berkata dengan suara dingin,
"Tan Hweethio, perbuatanmu terlalu kejam! "
Tan Ciang Bin tenang-tenang saja saat menjawab,
"Ciang bun jin dari Ciong lam pay karena tidak pandang
mata perkumpulan kita aku menghendaki jiwanya. "
"Tan Hwee-thio, dia adalah ketua partai Ciong lam, kenapa
kau berani berlaku tidak sopan padanya? Cuma dalam hal ini
rasanya masih ada lain sebab. Kita terpaksa kembali kepada
soal pokok. Apakah oleh karena dia tidak mau diberitahukan
kau kematiannya Cui hoa Sin cu yang membuat kau gusar? "
Bong bin Sin kiam bungkam tak dapat menjawab, sama
sekali tidak bisa keluarkan kata-katanya.
Hiat hun Koay po berkata pula, "Lagipun kalian berdua ada
ikatan darah antara ayah dan anak, perbuatannya sungguh
terlalu sekali. "
Tan Liong lantas berkata sambil ketawa dingin,
"Dia sekarang menjadi orang yang sudah kehilangan sifat
kemanusiaannya. sudah tentu tidak tahu gabungan darah
antara ayah dan anak. "
Tan Ciang Bin berkata dengan suara sengit, "Jikalau sekali
lagi berani kau keluarkan perkataan yang tidak senonoh lagi,
akan kurobek mulutmu, tahu? "
Tan Liong ketawa nyengir, dan menjawab, "Ketua, hal ini
aku percaya memang bisa kau lakukan. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hiat hun Koay po berubah wajah dengan suara sengit juga
berkata,
"Ciang bun jin, kau tutup mulut dulu! Apa kau tidak
mengindahi aku? "
Tan Liong mengangguk, dengan suara keras berkata,
"Mana bisa aku lupakan kau? Ketika kita berada di Khay
hong, kita pernah bicarakan tentang tingkatan dengan aku
bahkan telah kau berikan padaku sebuah tusuk konde
berukiran Naga Merah. Cuma, kala itu aku sudah salah anggap
sebagai orang baik-baik. Tidak kunyana kau sekarang sudah
masuk jadi anggotanya Thian seng hwee dan bercampur gaul
dengan orang-orang terkutuk yang semacam ini ...... "
Hiat hun Koay po menyambungi dengan suara dingin,
"Ciang bun jin, kau sungguh terlalu sombong. " matanya
lalu melirik ke arah Tan Ciang Bin dan lalu berkata pula,
"Hweethio, orang ini kedudukannya sebagai Ciang bun jin dari
satu partai. Meskipun Ciong lam pay sudah akan musnah oleh
kita ...... "
Tan Liong segera memotong dengan suara dingin,
"Jikalau Ciong lam pay musnah oleh orang-orangnya Thian
seng hwee akupun akan hancur leburkan sarang Thian seng
hwee sama rata dengan bumi! "
Hiat hun Koay po mengawasi Tan Liong sejenak lalu
berpaling kepada Tan Ciang Bin berkata, "Tan Hweethio,
tentang urusanmu aku tidak mengambil pusing. Cuma boleh
aku mengajukan usul padamu? Ciang bun jin dari Ciong lam
pay ini sangat sombong, dipaksa secara keras tidak nanti dia
mau berkata. dengan cara lunak sama saja. Dalam hal ini kita
bisa pakai cara keras dan lunak dengan berbareng. "
Tan Ciang Bin bercekat hatinya. seketika bertanya,
"Bagaimana caranya? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekap dia di dalam kamar dalam air selama sepuluh hari
atau setengah bulan. Coba dia mau bicara atau tidak? "
Tan Ciang Bin memikir usul ini ada benarnya sebab apabila
anak bandel itu disekap dalam kamar tahanan dalam air dalam
tempo sepuluh hari atau setengah bulan dan suruh dia
menderita dulu mungkin ada harapan untuk di bicara. Maka
kepada Tan Liong denan suara dingin berkata,
"Kalau kau tidak diberi sedikit rasa kau tentu tidak tahu
bagaimana lihainya perkumpulan kami.! "
Kali ini Tan Liong benar-benar gelisah. Pikirnya apabila
disekap dalam kamar tahanan dalam air baginya belum berarti
apa-apa. Akan tetapi di atas gunung Ciong lam san saat itu
bila ada kejadian apa-apa, kalau tidak lantas bisa balik kesana
bukankah sama artinya membiarkan partainya musnah? "
Oleh karena memikirkan nasibnya Ciong lam pay pikirnya
sampai kusut dan gelisah. Tapi ia tak dapat berbuat apa-apa,
hanya dalam buat hatinya berpikir sambil kertak gigi. "Jikalau
terpaksa apa boleh buat adu jiwa saja. "
Setelah ambil putusan itu tidak antara lama bisa juga ia
berkata dengan suara tenang.
"Tan Hweethio! Apa begini caramu memperlakukan
seseorang dengan pangkat Ciang bun jin? "
Tan Ciang Bin ketawa dingin menjawab,
"Perduli apa kau Ciang bun jin dari mana kek. " berhenti dia
sejenak lalu panggil orang-orangnya. "Hai, orang-orangku. "
Sebentar kemudian dari luar berjalan masuk orang-orang
tadi yang berada bersamanya di ruangan besar. Mereka lantas
berdiri di sampingnya dengan sikap yang menghormat sekali
sedang Tongcu bagian hukum, Song Hun Chin lantas berkata
dengan sikapnya yang sangat menghormat,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hunjuk beritahu kepada Hweethio, memanggil tocu
sekalian ada keperluan apakah? "
Tan Ciang Bin keluarkan titah! "Tangkap ketua dari Ciong
lam pay ini dan tutup dalam penjara air, jangan sekali-kali
salah! "
Dengan keluarnya perintah itu, membuat suasana dalam
ruangan itu seketika jadi tegang.
Dua puluh lebih orang-orangnya Thian seng hwee
menyahut, "Ya! " dengan serentak, dan kemudian mendekati
Tan Liong dalam sikap mau meringkus.
Tan Liong dengan suara gusar membentak, "Siapa tidak
sukai lagi jiwanya boleh coba-coba main! "
Tongcu bagian hukum Song Hun Chin ketawa mengejek.
Sambil membentak keras tangannya menyerang mengarah ulu
hati di badan Tan Liong.
Begitu melihat Song Hun Chin sudah mulai turun tangan,
dua puluh orang lebih itu lantas menggeram bersama, semua
pada bergerak hingga beberapa puluh tangan lantas bekerja
berbareng.
Pertempuran itu benar-benar tidak adil.
Jangan kata saat itu memang Tan Liong sedang terluka,
sekalipun masih segar bugar agaknya juga takkan sanggup
melayani serangan dari begitu banyak orang.
Akan tetapi karena dia telah mengambil keputusan untuk
adu jiwa, soal mati hidupnya sudah tak dipikirkannya lagi.
dengan keluarkan geraman hebat, di antara berkelebatnya
banyak tangan satu tangan merogoh dan Tan Liong sudah
melancarkan serangan sampai tiga kali.
Pada serangan itu telah keluar tangannya yang penuh,
dimana sambaran angin tiba lantas tiga orang Thian seng
hwee roboh menggeletak di tanah.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong sebetulnya sudah tidak mempunyai kekuatan
besar lagi untuk dikerahkan sepenuhnya. Maka sekali keluar
tiga kali serangan beruntunnya itu ditambah lagi adanya
tekanan begitu hebat dari pihak musuh, sebentar merasakan
kepalanya pusing berputar-putar mulutnya menyemburkan
darah merah dan seketika itu dia ambruk di tanah.
Apa yang terjadi selanjutnya ia tidak tahu lagi ....
***d*w***
Entah berapa lama telah berlalu, akhirnya ia tersadar dari
pingsan, ia hanya merasakan sekujur badannya dingin, depan
matanya gelap tidak kelihatan apa-apa.
Dalam ingatannya ia masih bisa menduga-duga bahwa
tempat itu tentunya adalah tempat tawanan di dalam air.
Teringat nama tempat itu dengan sendirinya lantas
meraba-raba dengan tangannya dan benar saja tubuhnya kini
sedang rebah di dalam air setengah badannya terendam
hingga semua pakaiannya menjadi basah kuyup.
Rasa benci meluap-luap giginya sampai berkertakan.
dengan hati panas ia berkata kepada dirinya sendiri. "Pasti ada
satu hari nanti aku juga akan tutup kau dalam penjara air ini!"
Dengan gerakan lambat ia bangun duduk, rasa dingin
menusuk keulu hatinya membuat sekujur badannya menggigil.
Dalam keadaan demikan ia agak merasa kehabisan akal
hingga cuma bisa menghela napas panjang pendek air
matanya hampir saja mengalir keluar.
Di dalam tempat tawanan seperti itu jangan harap ia bisa
keluar lagi dan sudah tentu tidak ada orang yang akan datang
memberi pertolongan.
Ia mengingat-ingat semua urusannya termasuk .... hari
depannya ia sendiri, .... dan nasibnya partai Cong lam.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apa yang paling dikuatirkan ialah soal mati hidupnya Ciong
lam pay pada saat itu.
Rasa gemes dan benci hampir membikin hancur giginya
sendiri yang sejak tadi digigit sampai berkeretukan. Apalagi
kalau ia ingat bahwa ayahnya sendiri kejam, hawa amarahnya
semakin berkobar.
Dingin ! ......
Hari berganti hari rasa dingin itu dirasakan semakin hebat.
Ia coba menghitung-hitung waktu dengan ingatannya, ia
tahu bahwa saat itu ada tengah malam di musim kemarau. Di
sebagian tempat pada musim kemarau itu ada yang sudah
mulai turun salju.
Ia yang setengah badannya terendam dalam air, ditambah
lagi perasaan lapar yang mulai menjadi-jadi, penderitaan
semacam itu sebetulnya ada sangat hebat.
Tiba-tiba ia ingat obat mujijat "Soat-som" yang sudah
berumur ribuan tahun pemberian dari Hoan Giok Hoa. Barang
itu ada merupakan barang pusaka simpanan partai Ngo bie
pay. Cuma di gunung Ngo bie san yang ada tumbuh tanaman
kang zusi itu, setiap seratus tahun baru berbunga sekali,
seribu tahun baru sepuluh kali berbuah, seumur hidupnya
manusia sukar untuk menemukan sekali saja. Maka
bagaimana khasiatnya rasanya dapat diduga sendiri.
Tan Liong masukkan tangannya ke dalam saku, mengambil
keluar obat Soat-som, Kemudian dimasukkan ke dalam
mulutnya dan mulai dikunyah dengan perlahan.
Soat-som yang sudah ribuan tahun usianya itu benar-benar
ada mempunyai khasiat luar biasa. Tan Liong setelah
mengunyah habis obat mujijat itu bukan saja luka-lukanya
sudah sembuh sama sekali, rasa dingin yang tadi menyerang
badannya begitu hebat juga sudah lenyap semua, bahkan
kekuatan tenaga dalamnya dirasakan bertambah banyak.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia lantas duduk untuk mengatur pernapasannya,
semangatnya terbangun seketika.
Tapi tatkala ia membuka matanya mengawasi keadaan
sekitarnya, ia terpaksa menghela napas lagi. Ia ulur tangannya
meraba-raba dinding kamar itu ternyata dibikin dari besi dan
baja seluruhnya.
Dalam hatinya lalu berpikir, dalam keadaan seperti ini, biar
bagaimana tentu sudah tidak bisa keluar lagi.
Sang waktu dilewati dalam keadaan putus asa, penderitaan
itu dirasakan sangat hebat.
Tiba-tiba .....
Telinganya menangkap satu suara yang sangat merdu,
"Tan Saingkong, kau berada di mana? "
Suara itu sangat halus, tapi jukup jelas. Tan Liong
semangatnya terbangun seketika ia coba pasang telinga
dengan seksama, tapi hanya kedengaran suara mengalirnya
air, di depan matanya tetap gelap gulita.
Ia merasa bergidik sendiri. Diam-diam sudah siap sedia
untuk menghadapi segala kemungkinan, kemudin ia
membentak dengan suara perlahan,
"Siapa? "
Suara merdu dan perlahan terdengar ditelinganya.
"Tan Siangkong, aku! "
"Kau, siapa? "
"Yao lie lu! "
Mendengar nama itu, perasaan gusar timbul dalam otak
Tan Liong. Kalau bukan lantaran perempuan genit Cu Liang
Koan Beng pasti tidak akan terjadi kesalah pahaman sampai
begitu dalam.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka seketika itu ia lantas berkata dengan suara dingin,
"Perlu apa kau datang kemari? "
"Apa kau tidak ingin keluar dari sini? "
Perkataan itu mengejutkan Tan Liong, dalam hatinya lantas
berpikir, "Apakah kedatangannya itu benar-benar hendak
menolong diriku? "
"Apakah kau hendak tolong aku keluar dari penjara air ini?"
demikian ia menanya.
"Benar! "
Meskipun Tan Liong membenci wanita centil genit itu tapi
karena saat itu ia datang hendak menolong dirinya, itu berarti
penting hubungannya dengan nasibnya dikemudian hari,
apalagi terhadap mati hidupnya partai Ciong lam pay. Kalau ia
bisa keluar dengan selamat dari tempat tawanan tersebut
besar sekali artinya. Maka tidak boleh tidak ia harus menekan
perasaan gusar dan bencinya terhadap wanita itu. Ia lalu balas
menanya,
"Kedatangan nona ini barangkali bukan benar-benar
hendak menolong diriku. "
"Apakah kau masih membenci aku? "
"Kau telah membuat aku benci orang tanpa bisa memberi
penjelasan, bagaimana aku tidak benci padamu? "
Terdengar suara Yao Lie lu menghela napas,
"Tan Siangkong, seperti bunyi pepatah kuno, ?Dalam rasa
cintanya, dalam pula rasa dengkinya?..... tentang ini aku
percaya kau tentu sudah mengerti sendiri. Sekarang aku cuma
ingin tanya kau sepatah kata saja, kau mau aku tolong atau
tidak? "
Tan Liong setelah berpikir sejenak lalu menjawab,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Peribahasa ada kata,? Paling berat adalah budinya wanita
cantik?. Hutang cinta kepadamu. aku yang rendah barangkali
tak akan mampu membayar."
"Aku cuma tanya kau, mau aku tolong atau tidak?"
Ditanya demikian Tan Liong malah tidak bisa menjawab.
Karena ia merasa benci terhadap wanita centil dan genit itu,
jika dirinya ditolong keluar dari tempat tawanan di dalam itu
untuk selanjutnya sudah tentu ia harus diperlakukan lain dari
biasanya.
Untuk sesaat lamanya ia terbenam dalam lamunannya
sendiri, tak tahu bagaimana harus menjawab.
Kembali terdengar suara pertanyaannya Yao lie lu,
"Tan Siangkong, kuberitahukan padamu, di luar penjara air
ini ada dijaga oleh banyak orang lihai dari perkumpulan kami.
Yao lie lu datang kemari dengan menempuh bahaya besar
maka waktunya juga sangat mendesak. Asal kau katakan saja
dengan sepatah kata, kau menghendaki kematian atau masih
ingin hidup? Itu saja sudah cukup. "
Tan Liong terperanjat, ia dapat mengerti maksudnya wanita
itu, kata-kata Yao lie lu itu memang keluar dari hati
sejujurnya, di luar tempat tawanan itu, kalau dijaga keras oleh
orang-orang Thian seng hwee, hal itu memang tak berlebihan.
Tapi apakah ia harus membiarkan dirinya ditolong oleh
wanita itu?
Soal ini ia tak dapat menetapkan dengan segera. Jika
tawaran itu diajukan oleh lain wanita, mungkin ia dapat
menjawab dengan segera tapi dia adalah .....
Memang benar Yao lie lu dengan menempuh bahaya besar
datang ketempat tersebut dan juga terdorong oleh rasa
cintanya yang begitu besar terhadap dirinya, tapi wanita yang
berpikiran cupat itu, kedatangnnya ke dalam tempat tawanan
dalam air itu sudah tentu bukannya tanpa tujuan sama sekali.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di dalam otaknya setelah berputaran sejenak ia lalu
menjawab dengan suara hambar,
"Aku tadi sudah berkata, bahwa kecintaanmu itu barangkali
aku tak mampu membalas. "
"Kalau begitu kau tidak sudi aku tolong lagi? "
Tan Liong menghela napas ia tidak mau jawab.
Terdengar suaranya Yao lie lu pula,
"Tan Liong, kau harus ingat kematianmu sendiri tak
menjadikan soal, tapi mati dan hidupnya partai Ciong lam pay
bukankah tergantung dalam tanganmu? "
Tan Liong yang mendengar perkataan itu dalam hati lantas
berpikir, "Itu memang benar, pada saat itu aku sebetulnya tak
boleh terlalu menuruti hatiku sendiri sehingga membuat
partainya Ciong lam pay musnah di dalam tanganku. "
Karena berpikir demikian maka ia lantas menjawab,
"Kalau begitu kau sekarang ada di mana? "
"Akuberada dalam kamar tahanan ini juga. "
"Baiklah, kalau kau suka menolong diriku sudah tentu aku
mengucapkan banyak-banyak terima kasih lebih dulu, tapi
dengan cara bagaimana kita bisa keluar dari sini? "
Dalam kamar tahanan ini keadaannya gelap sekali
meskipun jarak mereka berdiri hanya terpisah beberapa kaki
saja jauhnya tapi dalam keadaan gelap gulita seperti itu
mereka tidak dapat melihat satu sama lain.
Apa yang dikatakan Yao lie lu memang tidak salah. Kalau
perasaaan cinta itu ada begitu dalam, perasaan dengki juga
dalam pula. Ia ada mempunyai keyakinan bisa mendapatkan
segala-galanya dari dirinya Tan Liong, jika ada lain wanita
yang hendak merebut cintanya Tan Liong, ia bisa timbul rasa
dengki dan bencinya yang begitu besar karena cintanya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semula dihadapannya Chie Peng dan adiknya karena ia
tidak suka nanti dua saudara itu berhasil merebut cintanya
Tan Liong, maka ia hendak membunuh dirinya si pemuda.
Ia mengerti jikalau membiarkan Chie Peng dan adiknya
menolong dirinya Tan Liong selanjutnya jika ia ingin dapatkan
cintanya Tan Liong itu berarti tambah sulit baginya.
Ia justeru ada seorang wanita yang berpikiran cepat, oleh
karena itu maka ia hendak membunuh mati dirinya Tan Liong
supaya siapapun tidak dapatkan cintanya pemuda yang dibuat
rebutan itu.
Sekarang ia telah pertaruhkan jiwanya dengn menempuh
bahaya kematian ia masuk kedalam kamar tawanan kang yang
terendam air zusi itu jika ia berhasil menolong keluar dirinya
Tan Liong dari kamar tawanan itu, sudah tentu cita-citanya
akan terkabul.
Itulah hatinya seorang perempuan muda yang berpikiran
cupat dan yang sedang dimabuk asmara.
Tan Liong mendadak merasakan ada satu tangan meraba-
raba dirinya yang menyentuh bagian dadanya.
Tan Liong terkejut, ia mundur satu langkah.
Saat itu terdengar suaranya Yao lie lu,
"Tan Siangkong, aku sudah berada didepanmu. "
Tan Liong mulai tenang pikirannya, ia lalu ulur tangannya
untuk meraba tangannya Yao lie lu.
Sewaktu ia mencekal tangannya Yao lie lu hatinya
berdebaran karena lengan lengan itu dirasakan dalam
tangannya ada begitu halus.
Hatinya Yao lie lu sendiri juga tergoncang hebat di dalam
kamar tawanan itu keadaannya sangat gelap hingga wajah
orang yang berada di depan matanya juga tidak bisaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertampak jelas, jika tidak demikian mungkin Tan Liong dapat
menyaksikan parasnya Yao lie lu yang merah membara.
Perlahan-lahan ia rapatkan dirinya kepada Tan Liong
mulutnya berkata dengan suara yang hampir tidak
kedengaran,
"Tan Siangkong, coba kau raba baju di badanku sudah
basah kuyup keseluruhan! "
Tan Liong lalu ulur tangannya dan meraba badannya Yao
lie lu. Apa mau dikata tangannya telah menyentuh buah dada
si nona.
Yao lie lu berdebar keras hatinya!
Tan Liong juga terkejut, perbuatannya yang tidak disengaja
itu membuat hatinya merasa tidak enak tapi karena Yao lie lu
diam saja, ia juga tidak berkata apa-apa lagi.
Setelah menenangkan pikirannya, ia lalu berkata,
"Ya, bajumu basah semua! "
"Aku merasa dingin! "
Dengan tanpa sadar Tan Liong lalu peluk tubuhnya gadis
itu, dalam saat demikian ia agaknya sudah lupa kalau ia
tadinya ada membenci wanita tersebut.
Gelap merupakan sumbernya segala macam kejahatan itu
ada suatu kenyataan yang tak usah disangkal kebenarannya,.
Banyak kejahatan di dalam dunia ini, yang terjadi diwaktu
gelap.
Yao lie lu .... itu perempuan centil genit yang sangat erotis
cepat pikiran. Demikian pula dalam soal cinta akhirnya telah
dapatkan Tan Liong pada saat itu, seluruh tubuhnya
menempel rapat di badannya itu anak muda yang menjadi
idamannya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong memeluk erat tubuhnya Yao lie lu, hingga rasa
hangat pada badannya seolah-olah hendak disalurkan ke
dalam tubuhnya orang muda itu.
Karena kedua-duanya dalam keadaan basah kuyup, dalam
keadaan demikian memang ada memerlukan rasa hangat
untuk badannya.
Tetapi itu juga merupakan suatu daya penarik bagi setiap
orang muda gampang terjerumus dalam kedosaan. sebab
dalam keadan demikian jarang yang mampu melawan godaan
hati yang bergolak.
Tan Liong pernah membenci wanita muda itu. Tetapi kini
wanita itu tubuhnya sdang berada dalam pelukannya. Rasa
bencinya seolah-olah sudah lenyap seperti asap tertiup angin
Yao lie lu cintakan Tan Liong itu merupakan suatu
kenyataan yang tidak perlu dikata lagi. Dengan tindakannya
yang menempuh bahaya besar untuk masuk ke dalam penjara
air itu, guna menolong si pemuda, ada merupakan suatu bukti
nyata dari perasaan cintanya itu. tetapi cinta wanita itu
sifatnya egoistis, Hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Dalam keadaan gelap gulita seperti itu, kecuali gemerciknya
suara air masih ada lagi suara napas yang keluar dari
hidungna dua muda mudi itu.
Yao lie lu pejamkan kedua matanya dan Tan Liong akhirnya
tidak tahan perasaan hatinya dan mencium pipi gadis itu.
Perasaan hatinya yang bergolak dan timbul secara
mendadak itu tidak memberikan pemuda itu dapat berpikir
lebih panjang lagi. Itu ada merupakan kodrat manusia, di
dalam keadaan bernapas lupa kepada segala-galanya.
Tan Liong, yang pun tidak tahan godaan sang hati sudah
lupakan semua perbuatannya wanita itu di masa lampau.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perasaan hatinya Yao lie lu pada saat itu makin berdebar-
debar. Seluruh tubuhnya sudah dalam pelukannya Tan Liong
.....
Sekonyong-konyong Tan Liong tersadar. Didorongnya
keras-keras badan langsingnya Yao lie lu dan berkata dengan
suara perlahan,
"Harap suka maafkan aku. Dikemudian hari kita mungkin
bisa sama-sama menderita. "
Yao lie lu yang merasa badannya didorong mendadak oleh
Tan Liong untuk sesaat nampak tercengang. Ia lantas berkata
sambil ketawa getir, "Tan Siangkong, apa kau masih benci
padaku? "
Tercekat hatinya si pemuda. Lantas dialihkannya
pembicaraan selanjutnya ke lain soal. "Bagaimana bisa keluar
dari sini? " tanyanya.
Yao lie lu menjawab sambil ketawa getir, "Ya, kita perlu
dan mesti keluar. Sebab aku sudah merasa puas telah
dapatkan apa yang aku inginkan. Ebook by : Dewi KZ, Aditya,
aaa, Budi S, Nico kangzusi.com Tidak perduli ciumanmu itu
ada mengandung rasa cinta atau tidak, namun itu akan
menjadikan kenangan hidup bagiku untuk selama-lamanya. "
Tan Liong hanya dapat menarik napas, mulutnya bungkam
dalam seribu bahasa.
Yao lie lu berkata pula,
"Cuma, Tan Siangkong perlu kuberitahukan padamu. Hatiku
ini sudah kuberikan hanya untukmu. Sekalipun menjadi setan,
juga akan tetap disampingmu. Jikalau ada siapa saja yang
ingin mendapatkan kau, aku takkan lepaskan orang itu!"
Tan Liong terperanjat. Memang tidak seharusnya dia tadi
mencium wanita itu, bagaimana kalau perbuatannya itu
menjadikan akibat yang menakutkan dikemudian hari?Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setiap perbuatan tanpa pemikiran dan hanya melulu
menuruti hawa napsu saja memang akan disusul oleh
penderitaan yang tidak ada ujung tepinya.
Kembali terdengar suara Yao lie lu yang berkata,
"Tan siangkong, semua apa yang ada didalam isi hatiku
sudah kujelaskan kepadamu. Sekarang kita harus keluar! "
Berhenti dia sejenak, lalu berkata pula,
"Di luar kamar tawanan ini terjaga keras oleh banyak orang
lihai dari orang-orang perkumpulan. Jikalau hendak
mengelabui mata orang-orang itu, sebetulnya bukan
merupakan soal gampang. "
"Kalau begitu dengan cara bagaimana nona tadi bisa masuk
kemari? "
"Aku masuk melalui jalan sumber air jaraknya sampai
kemari ada beberapa puluh tombak. Bisa masuk dengan jalan
menyelam, melalui jalan masuk itu, paling cepat harus makan
waktu kira-kira seminuman teh. tentang ini apa kau bisa kira-
kira mengerjakan? "
Ini sangat menyulitkan bagi Tan Liong. Dia yang dibesarkan
didaratan, dengan sendirinya tidak bisa berenang. Dapat atau
tidak menyelam dalam waktu seminuman teh, masih
merupakan pertanyaan diotaknya.
"Aku semenjak kecil selalu berkecimpung dalam kalangan
air. Jangan kata berada dalam air tiga jam lamanya buat aku
tidak merupakan soal. Apa kau rasa mempunyai kesulitan? "
"Aku rasanya tak mampu menyelam dalam waktu begitu
lama. "
"Eeh, kepandaian dan kekuatanmu itu untuk apa? Untuk
menahan napas dalam waktu sebegitu pendek rasanya tak
menjadi halangan besar bagimu, bukan?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita menyelam dengan melawan arus air atau mengikuti
jalannya air? "
"Mengikuti jalannya air. "
"Kalau begitu boleh kita coba. "
Tan Liong berhenti berkata sejenak bagai orang ingat
sesuatu, bertanya pula, "Jalan yang menuju ke sumber air itu
sampai di mana batasnya? "
"Satu danau kecil. "
"Sebelum kau masuk kemari, apa perbuatanmu itu tak ada
yang tahu? "
"Barangkali tidak. "
"Jikalau kedatanganmu kemari itu ada yang tahu di sekitar
danau kecil itu barangkali sudah dijaga keras. hal ini bagi kita
keluar dari sini juga merupakan tindakan yang sangat
berbahaya. "
"Tidak mungkin, jangan kuatir. "
"Dalam segala hal tidak boleh tidak kita harus pikirkan
akibatnya. Jikalau ada seorang saja yang tahu dan kita dicegat
di atas danau itu bagaimana? Coba kau kata benar atau
tidak?"
"Itu barangkali tidak mungkin. seandainya perbuatanku tadi
dipergoki orang terpaksa kita cari daya lain. "
Karena merasa tak ada jalan lain lagi Tan Liong terpaksa
suka turut rencananya wanita itu. "Baiklah. " demikian katanya
kemudian.
Yao lie lu menarik tangan Tan Liong dengan suara perlahan
berkata, "Mari ikut aku! "
Tan Liong terpaksa mengikuti Yap lie lu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berjalan kira-kira lima tindak Yao lie lu tiba-tiba pendekkan
badan dan berkata dengan suara perlahan, "Setelah buka
pintu air ini kita lantas bisa masuk ke jalan yang menuju
sumber air. "
Tangannya nampak meraba-raba dinding dengan sedikit
tekanan terbukalah sebuah jalan dan pintu air terangkat.
Dari jalan sumber air lantas menggolak banyak air masuk.
Tan Liong berpikir jika bukan Yao Lie lu siapapun agaknya tak
dapat memikir tentang tutup air itu. Dalam pada itu terdengar
suara disamping telinganya yang perlahan sekali. "Tan


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siangkong lekas kau tahan napasmu! Kita segera mulai
menyelam di dalam air. "
Tan Liong yang mendengar perkataan itu merasa hatinya
tergoncang keras. seketika itu dihirupnya dalam-dalam dan
setelah itu menutup pernapasannya.
Pada saat itu Yao lie lu sudah menariknya menyelam ke
dalam sumber air di bawah tutup pintu air itu.
Menyelam di dalam air merupakan pengalaman pertama
bagi pemuda ini. Apabila tidak ada Yao lie lu yang menyeret
sebelah tangannya mungkin tidak tahu dia bisa menyelam
atau tidak?
Akhirnya kedua muda mudi ini timbul juga dipermukaan air
dari suatu danau kecil.
Danau itu bagai kobaran besar, luasnya kira-kira setengah
lie persegi. Terletak di sebuah bukit di dalam lembah Lui in
kok. Terpisah dengan pusat perkumpulan Thian seng hwee,
cuma kira-kira seratus tombak jauhnya.
Saat itu hari sudah malam, Tan Liong dan Yao lie lu
timbulkan kepala dipermukaan air buka mata dan mengawasi
keadaan disekitar danau.
Benar tiada nampak sedikitpun pergerakan sunyi senyap.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mengetahui keadaan disekitarnya yang begitu
tenang, Yao lie lu lantas buka mulut. "Tan Siangkong,
legakanlah hatimu. Urusan ini tidak terlalu sulit seperti apa
yang kau bayangkan. Mari naikz! Kaupun barang kali perlu
selekasnya pergi ke gunung Ciong lam san. Pada saat ini
barangkali partaimu sedang mengalami pertumpahan darah
yang sangat hebat. "
Setelah itu ditariknya lengan si pemuda menyeretnya
dengan jalan berenang ketepian danau.
Kalau mengingat masibnya Ciong lam pay Tan Liong tentu
lantas akan kuatirkn keselamatan partainya. Maka diikutinya
saja ajakan Yao lie lu yang membawanya ketepian danau.
Angin malam berembus sepoi-sepoi hawa udara terasa
amat dingin.
Ketika itu Yao lie lu sudah bertanya, "Tan Siangkong apa
kau perlu keringkan dulu pakaianmu sebelum berangkat? "
Tan Liong menggeleng. "Tidak usah" jawabnya, "aku perlu
segera kembali ke Ciong lam san"
Setelah itu si pemuda putar tubuh dan akan meninggalkan
Yao lie lu.
Mendadak ketawa dinginnya seseorang memecahkan
kesunyian suasana malam.
Tan Liong dan Yao lie lu yang lantas dengar suara itu pada
unjukkan muka kaget.
Si pemuda lantas menotolkan kakinya melesat ke arah dari
mana datangnya suara tadi, Yao lie lu pun segera mengikuti
jejaknya.
Sebelum dua pasang kaki menginjak bumi, mendengar lagi
suara orang berkata dengan suaranya yang tawar, "Yao lie lu!
Sungguh besar nyalimu! Kau berani langgar peraturan
perkumpulan dan masuk ke dalam penjara air menolongTiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang, kau tahu dosamu? Aku rasa kau tak sanggup memikul
akibatnya! "
Yao lie lu yang mendengar kata-kata itu wajahnya pucat
pasi seketika. Lantas menoleh dan mengawasi ke belakang
dan apa yang terlihat membuat hatinya ciut.
Orang yang perdengarkan kata-katanya tadi ternyata
adalah Chie Peng serta adiknya.
Chie Peng mengawasi Tan Liong dan Yao lie lu sejenak lalu
berpaling mengawasi adiknya berkata, "Adik, legakanlah
hatimu. Dia tak kan mati. "
Tan Liong begitu melihat Chie bersaudara, lantas
semangatnya berkobar.
Sebab, apabila bukan karena Naga Merah tiruan yang
peranannya dipegang oleh Chie Peng dan saudara mudanya
itu, dan kalau tak ada perbuatan Chie Peng tadi, tentu orang-
orangnya Thian seng hwee sudah dilabrak habis.
Mengingat hal itu terdengar kertak gigi Tan Liong dengan
sorot mata buat beringas mengawasinya Chie Peng dan
kemudian berjalan dengan tindakan lambat-lambat. ....
Rasa benci sudah teramat dalam terhadap perempuan
muda itu. Kalau dapat rasanya ingin ditelannya hidup-hidup.
Chie Peng yang menyaksikan Tan Liong begitu beringas
dengan napsu membunuhnya agak terkejut juga. Agaknya
orang ini telah memahami pemuda itu tak akan melepaskan
dia dan adiknya begitu saja.
Dalam saat-saat kritis itu, Chie Peng si perempuan muda
yang berpikiran tajam dan dapat menguasai ketenangan
hatinya telah timbul perasaan duka dan pilu hatinya.
Tan Liong berkata pula dengan suara tawar, "Chie Peng!
tempo hari kalau bukan karena kau, aku tak akan sampai bisa
kejeblos dalam penjara air! Tiga puluh lebih orang-orangnyaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian seng hweemu tidak nanti juga sampai ke gunung Ciong
lam san! Kau! Perempuan beracun, ini aku menghendaki
nyawamu! "
Matanya nampak semakin beringas perlahan-lahan
menghampiri Chie Peng, dia sudah akan menghajar wanita di
depannya itu.
Chia Cui tiba-tiba nyeletuk, "Tan Siangkong, apa kau mau
membunuh enciku? " tanyanya.
Dengan alis berdiri Tan Liong menjawab, "Aku bukan cuma
mau bunuh dia! Jiwamupun akan kuambil sekalian." Chia Cui
yang mendengar bentakan-bentakan itu, dalam hati kecilnya
timbul perasaan sangat pilu. air matanya hampir saja mengalir
keluar.
Chie Peng ketawa getir. Ditatapnya wajah Chie Cui adiknya
itu yang sudah mengalirkan air mata. Dengan suara dingin lalu
berkata, "Hidup manusia seperti dalam impian. Dalam waktu
sekejap saja beberapa puluh tahun berlalu tanpa kita merasa
pada akhirnya juga cuma merupakan segundukan tulang-
tulang dibawah tanah kang zusi com. Apa senangnya orang
hidup? Apa mesti takuti bayang-bayang kematian. Tetapi satu-
satunya hal yang akan disesalkan selama hidup tidak lain dari
pada tak terwujudnya impian muluknya.
Perkataan itu diucapkan dengan nada suara yang
memilukan sekali sehingga siapa yang mendengar mungkin
akan tersayat hatinya.
Begitulah Tan Liong nampak pemuda ini tercengang
sejenak tetapi lantas berkata sambil tertawa dingin, "Itu
benar! Sekarang akan kujadikan kalian tulang-tulang dibawah
tanah."
Chie Peng ketawa panjang. Suaranya dan kelakuannya
mirip orang gila, membikin mengkirik bulu roma orang yang
mendengarnya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah puas tertawa berpaling mengawasi adiknya
sejenak, lalu berkata sambil ketawa dingin, "Adik, apa yang
kau buat sedih? Orang toh tidak akan suka terima perasaan
hatimu. "
Teralih pandangnya tertuju kepada muka Tan Liong lalu
berkata pula, "Tan Siangkong, kau meski berhasil bisa keluar
dari tawanan dalam air tapi jejaknya nona Tio ada yang tahu.
Sekarang ini ketua Thian seng hwee sedang mengadakan
pertemuan dengan semua orang-orang lihai dari perkumpulan
kami, semua mau menangkap kau dan nona Tio itu sekalian! "
Keterangan ini membuat Tan Liong dan Yao lie lu berubah
wajahnya seketika. Tan Liong urung turun tangan terhadap
Chie Peng sedetik itu bagai terlupa segala dendaman dengan
suara cemas bertanya,
"Apa perkataanmu itu benar? "
"Apa kiramu aku perlu bohongi kau? " balas Tanya Chie
Peng.
Dalam parasnya Yao lie lu sesaat tampak kecemasan yang
tak terhingga tapi kemudian seperti dipaksakan tertawa lalu
berkata,
"Nona Chie, barangkali kalian sendiri yang memberitahukan
pada mereka! "
Chie Peng yang dituduh secara demikian wajahnya segera
berubah dan berkata dengan suara gusar,
"Nona Tio, jangan sembarang tuduh! Kami Chie bersaudara
bukan orang-orang yang begitu rendah martabatnya! "
Yao lie lu kembali buka suara, "Kecuali kalian dua orang
enci adik, aku percaya dan yakin benar tidak akan ada orang
lain tahu! "
Merah padam selembar wajah Chie Peng. Sambil ketawa
menyengir berkata lagi,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona Tio, kau bicara jangan asal buka mulut! "
Selagi Yao lie lu kembali ingin buka mulut, Tan Liong sudah
bersuara, "Benar! Cuma dua perempuan beracun ini yang baru
bisa mengerjakan perbuatan jahat itu! Sekarang kuambil dulu
jiwa kalian berdua! "
Baru keluar habis kata-katanya bergeraklah badannya.
Tangannya terulur panjang mencari sasaran di badan Chie
Peng.
Berbareng pada ketika Tan Liong menyambarkan
tangannya ke tubuh Chie Peng dari arah pusat tiba-tiba
terdengar suara mengaung yang amat nyaring.
Apa yang dikatakan oleh Chie Peng mengambil jalan dari
pintu air memang benar telah diketahui orang perbuatannya.
Tetapi orang yang memergoki perbuatan perempuan centil
genit itu yang terus memberitahukan kepada ketua Thian seng
hwee bukanlah Chie Peng bersaudara melainkan orang lain,
kalau Yao lie lu menuduh dua bersaudara Chie itu semata-
mata melulu untuk menyingkirkan kedua saingan berat itu.
Kini Yao lie lu mendengar suara itu bukan kepalang
kagetnya nampak dari perubahan parasnya yang pucat
seketika.
Dalam pada itu serangan yang dilancarkan oleh Tan Liong
sudah disambut oleh Chie Peng. Dengan suara bengis nona itu
berkata,
"Tan Siangkong, kesalah-pahaman pasti akan ada satu hari
dapat dijelaskan. Sekarang ini kalau kau masih belum mau
pergi apa kau mau tunggu kematianmu di dalam lembah Lui in
kok ini? "
"Tentang persengketaan antara kita lain hari kita
perhitungkan kembali pasti tidak telambat. " demikian sang
adik melanjutkan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar kata-kata dua saudara Chie itu Tan Liong
tercengang. Memang ada benarnya kata-kata dua saudara
kang itu. Cuma sebagaimana telah dibentangkan dibagian
muka dia orang anak muda zusi yang berhati keras dan keras
kepala tentu tidak gampang mau tunduk di bawah comkata-
kata orang lain. Seketika mendengar kata-kata itu lantas
berseru,
"Kecuali kalian mati lebih dulu! Sebelum bisa ambil jiwa kau
siluman perempuan, aku takkan pergi !"
Yao lie lu menyambungi kata-kata pemuda itu, "Benar!
Kalau kau belum bisa habiskan riwayat dua perempuan ini,
dikemudian hari barangkali jiwamu sendiri yang akan
melayang! "
Tan Liong yang sedang naik pitam, diojok lagi secara
demikian oleh Yap lie lu, seperti kuga menyiramkan bensin ke
api yang sedang berkobar-kobar.
Begitulah seketika itu juga terdengar geramannya, terus
menerjang Chie Peng dengan serangkap kedua tangannya.
Kali ini pemuda ini turun tangan, cepat dan hebatnya bukan
main. Dalam waktu sekejap itu telah tiga serangan
dilancarkan.
Chie Peng sambuti setiap serangan anak muda itu dengan
ketawa dingin sedang di atas parasnya nampak kemurkaan
besar, "Tan Liong, Kalau benar-benar kau tidak sayangi diri
sendiri aku selanjutnya tidak mau ambil perduli! "
Demikian dia berkata tangannya menyambuti serangan Tan
Liong yang ketiga.
Apabila diukur dari sudut kekuatan Chie Peng dan Tan
Liong memiliki tenaga yang boleh dikata berimbang. Siapapun
tidak bisa dikata berkekuatan lebih. Tetapi Tan Liong yang
telah memakan Soat-som kekuatannya bertambah entahTiraikasih Website http://kangzusi.com/
berapa kali lipat. maka tenaga anak muda tersebut pada saat
itu jauh lebih besar daripada lawannya itu.
Chie Peng yang coba-coba sambuti serangan itu, merasa
jauh lebih tinggi kekuatan pemuda tersebut daripada
tenaganya sendiri. Diam-diam mengalah dan mundur sampai
dua langkah.
Tan Liong sebetulnya benci sekali kepada dua wanita itu.
Dia terlalu benci kepada mereka karena memerankan "Naga
Merah" dan mengganas kepada orang yang tak bersalah dosa.
Ia tentu ingin membuka kedok rahasia dari mereka. ditambah
pula orang-orang Thian seng hwee yang mau pergi ke Ciong
lam san, baru mau disergapnya mendadak dirintangi oleh Chie
Peng maka rasa bencinya bertambah-tambah lagi. Ingin
rasanya dia meremas-remas badan dua perempuan itu.
Sebaliknya dengan Yao lie lu wanita mengandung lain
maksud lagi. Jikalau Tan Liong dapat sekaligus membunuh
dua wanita itu setidak-tidaknya dia akan merasa bangga dan
saingan beratnya hilang. Maka manakala anak muda itu mulai
keluarkan serangannya yang pertama tadi, dia lantas
menyingkir kesamping.
Chie Peng yang diserang mendadak oleh Tan Liong.
Kelihatannya seperti sudah terpepet benar-benar, sedikitpun
tidak kelihatan balasannya. Amarahnya segera berkobar,
kepada adiknya berseru. "Adik! Hajar Yao lie lu sampai
mampus! Jangan kasih hati padanya! "
Berkata demikian badannya melejit ke samping. Lagi-lagi
dia menghindari suatu serangan dari anak muda itu, dengan
sama cepat menyerobot ke samping, dari sini mengadakan
serangan balasan tapi cuma mampu menyerang sampai tiga
kali.
Chie Cui yang mendengar perintah encinya lantas
menerjang Yao lie lu.
"Enci Tio, kau sungguh jahat! " demikian serunya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yao lie lu melihat terjangan Chie Cui terkejut juga. Pada
saat itulah serangan Chie Cui sudah meluncur keluar.
Empat orang itu terpisah menjadi dua pertandingan.
pertempuran berjalan dengan amat seru.
Dari dalam pusat perkumpulan Thian seng hwee kembali
terdengar suara mengaung, beberapa bayangan orang dengan
cepat sudah sampai di danau kecil itu.
Keadaan kini tidak menguntungkan Tan Liong. Apabila
pemuda ini ataupun Yao lie lu sampai kena ditangkap oleh


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang-orangnya Thian seng hwee, mungkin tak ada harapan
hidup bagi mereka.
Tan Liong menyapu dengan sudut matanya, wajahnya
lantas berubah.
Chie Peng lalu berkata pula,
"Tan Liong! Sekarang ini kalau kau ingin pergi masih dapat
dan banyak kesempatannya. Sebentar lagi barangkali kau
sudah tidak bisa bergerak dan tidak akan lolos dari orang-
orangnya Thian seng hwee. "
Tan Liong juga mendengar perkataan yang bersifat
meratap seperti minta dikasihani itu merasa tak berlebihan
kata-katanya. Tetapi agaknya pengaruh amarah yang meluap-
luap tidak dapat membunuh dua wanita itu belum merasa
puas. Lantas didesaknya Chie Peng yang diserang bertubi-tubi
cemas hatinya. Dengan suara memohon berkata lagi, "Tan
Siangkong, nasib Ciong lam pay dalam tanganmu. Apa lain
hari kau takut tidak mendapat kesempatan mencari aku lagi
untuk membalaskan sakit hatimu kepadaku? Sekarang ini
kalau tidak pergi mau tunggu apa lagi? "
Perkataan Chie Peng itu keluar dari lubuk hatinya yang
masih suci. Tan Liong yang mendengar itu, tergerak juga
akhirnya. Kini perasaan ragu mulai menyerang diotaknya. Tapi
sedetik hanya dengan sedikit gerakan ia memutar badan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yao lie lu yang melihat sikap Tan Liong ingin kabur,
terdengar menggeram hebat. Dengan sengit ditamparnya Chie
Cui, setelah itu lantas melayangkan badannya maksudnya
ingin menyusul pemuda Tan yang sudah lari jauh.
Tetapi baru badannya bergerak Chie Peng sudah
membentak keras, "Yao lie lu," kemudian nampak tangannya
diayun melancarkan serangan hebat. Dia benci Yao lie lu benci
kepada sifat-sifat wanita centil itu yang bagai ular beracun.
Maka serangannya juga sebentar meluncur saling susul
kesemuanya mengarah bagian-bagian maut di tubuh Yao lie
lu. Selagi Yao lie lu didesak hebat oleh Chie Peng, dalam
keadaan yang memuncak kepada detik-detik bahaya,
mendadak Tan Liong melayang turun kesitu. "Jika kalian
berani mengganggu seujung rambutnya Yao lie lu saja, aku
segera ambil jiwa kalian dua orang!" demikian serunya
tangannya memapaki satu serangan Chie Peng.
Chie Peng terkejut begitupun adiknya ketika mendengar
perkataan itu lantas tarik mundur dirinya dan urung hendak
menyerang terus-terusan.
Tan Liong menyambar pinggang Yao lie lu kembali
melompat menjauh.
"Nona-nona Chie, dikemudian hari Tan Liong pasti akan cari
kalian untuk memperhitungkan sakit hati hari ini! "
Chie Peng dan Chie Cui tidak mengejar, dengan beralasan
mendelu mengawasi bayangan pemuda Tan Liong yang
memayang nona cantik sampai hilang dibalik satu tikungan
gunung-gunungan.
Tiba-tiba saja seruan riuh menyadarkan lamunan mereka.
Beberapa bayangan orang kiranya telah menghadang
perjalanan Tan Liong.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chie peng memburu, begitupun adiknya. Ketika mengetahui
keadaan didepan dia menghela napas, menoleh kepada
adiknya dan berkata, "Adik, cinta itu tidak bisa dipaksa. Kita
sengaja atang kemari dengan maksud membantu dan
menyingkir dari lembah ini. Siapa tahu dia bukan cuma tidak
suka dan terima budi kita, malah lantas kita dicap sebagai
orang tukang jual lidah, tentu dia anggap kita yang
membocorkan rahasianya. Apa lagi Tan Liong yang memang
telah benci padaku, maka kesalah pahaman itu aku rasa tidak
bisa dijelaskan gampang-gampang.
Keluar kata-katanya itu sedih nadanya. Setelah berhenti
sejenak, lalu berkata pula, "Adik, jangan terlalu sedih hatimu,
kesempatan selalu terbuka bagi siapapun. Suatu waktu pasti
akan datang gilirannya kita diberi kesempatan, aku akan pasti
berdaya sebisa-bisanya mendapatkan untukmu. "
Chie Cui nampak menegang. Sesaat dalam keadaan
membisu, kemudian berkata,
"Enci, apa bisa jadi Tan Siangkong telah cintakan enci Tio?"
Cie Peng menyela, "Tentu dia terjeblos dalam jebakan Yao
lie lu. Dia cintakan perempuan itu masih susah diduga betul
atau tidak. Mari kita melihat keadaannya, kalau dia dalam
keadaan bahaya mau tidak mau harus kita berikan tenaga
kita. "
Chie Cui yang mendengar itu terus berkata, "Enci, kalau
benar Tan Siangkong mencintai enci Tio jangan kita bunuh
perempuan itu, Tan Siangkong orangnya begitu, kalau kita
benci bunuh perempuan itu tentu kau akan dibencinya. Kau
pikir itu betul apa tidak? "
Chie Peng memperhatikan sikap adiknya yang masih
kekanak-kanakan itu, lalu berkata setengah menghela napas,
"Adik, kau terlalu jujur ...... "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru ditutup kata-katanya, mendadak terdengar suara
orang ketawa dingin. Tatkala Chie Peng tujukan matanya ke
arah Tan Liong lantas dilihatnya Tongcu dari urusan dalam
Thian seng hwee yakni Ciok Eng Cay sedang bergerak, dengan
tindakan lambat-lambat menghampiri pemuda itu. Sedang
orang-orang lihai lainnya yang berjumlah tidak kurang dari
tiga puluh jiwa, telah mengurung pemuda tersebut bersama-
sama Yao lie lu ditengah-tengah.
Suasana panas pastikan seketika dirasakan oleh mereka,
pertempuran sengit mungkin akan segera dimulai.
Ciok Eng Cay menatap Tan Liong dan Yao lie lu sejenak,
lalu tersenyum getir dan berkata, "Nona Tio, kita melakukan
kau begitu apakah kurang baiknya? Mengapa kau langgar
peraturan kita, dengan menempuh bahaya menolongi ketua
Ciong lam pay ini? Aku kira kau sudah bosan hidup
barangkali."
-o0o0dw0o0o-
JILID ke : 14
Ketawanya yang seram lantas tertampak didepan wajahnya
dengan kipas besi ditangannya siap hendak menerjang dua
musuh mudanya itu.
Tan Liong tiba-tiba berseru keras, "Siapa yang berani coba
menerjang mati bagiannya! siapa yang buka jalan akan
kubiarkan dia hidup! "
Sambil mengempit kembali badan langsingnya Yao lie lu ia
menerjang satu pojokan.
Ciong Eng Cay menggeram keras, tangannya terangkat dan
dari situ lantas meluncur satu serangan yang amat dahsyat.
Begitu melihat Ciok Eng Cay bergerak, tongcu bagian
hukum Sun chia lompat melesat menghadang di depanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
perjalanan Tan Liong. Dengan cepat satu serangan tangan
kosong dilancarkan ke muka.
Kedua orang lihai kelas wahidnya Thian seng hwee itu
turun tangan berterang. Dapatlah dibayangkan betapa hebat
serangan gabungan mereka. Tan Liong sekalipun tidak
mengempit Yao lie lu mungkin akan merasa kerepotan
menyambuti dua serangan dari dua jurusan itu.
Sesaat Yao lie lu mendadak buka mulut, "Tan Siangkong,
lekas lepaskan aku! Kau terjang dulu mereka. "
Tan Liong yang mendengar seruan itu lantas turunkan
badan wanita itu. Dengan kedua tangannya lalu menyambuti
serangan dari dua Tongcu itu.
Sebentar dia bergerak, dan dapat mengadakan serangan
balasan. sedang Yao lie lu dengan dua tangan dibentangkan
terus menubruk Ciok Eng Cay!
Kedua belah tangan wanita centil genit ini bergerak,
sebentar saja telah keluar delapan serangan secara beruntun.
Serangan bertubi-tubi yang dikirim dari tangan-tangan
halusnya Yao lie lu itu ternyata dapat membikin Ciok Eng Cay
kerepotan, sama sekali tidak bisa mengadakan pembalasan.
Pada waktu itu orang-orang yang lainnya dengan
berbareng lantas menyerbu Yao lie lu.
Yao lie lu diserang serentak dari segala jurusan, Tan Liong
terbengong.
Tetapi tidak sempat memikirkan mengapa bukan dia yang
diserbu mendadak telinganya dengar geraman dari mulut
Song hun chiu. Orang ini dengan cepat telah menyambar
pergelangan tangan Yao lie lu.
Tongcu itu dengan gelarannya Song hun chiu (Tangan
maut) sudah barang tentu gerakan tangannya itu ganas dan
telengas bagai pembawa maut.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yao lie lu terperanjat, seketika itu loncat melesat
menyingkir dari sambaran tangan Song hun chiu tapi tangan
kiri si Tangan maut itu dengan menggunakan kekuatan tenaga
dalam sepenuhnya sudah menyambar pula.
Dua gerakan itu hampir berbarengan cepatnya.
Sambaran tangan itu sebentar berlalu Yao lie lu tahu-tahu
sudah terpental jauh keluar kalangan.
Song hun chiu setelah menjatuhkan lawannya lantas buka
suara, "Ringkus dia jangan berbuat salah! "
Tiga puluh lebih orang-orangnya Thian seng hwee setelah
mendengar perintah Song hun chiu bagai mendengar titah
raja saja lantas maju semua menghampiri Yao lie lu yang telah
menggeletak di tanah.
Tan Liong yang menyaksikan hal itu kaget sekali. Meskipun
ada rasa benci juga kepada Yao lie lu tapi biar bagaimana
perempuan itu pernah menolongnya keluar dari kamar
tawanan, tentu budi besar itu tak bisa dilupakannya. Jikalau
tidak apabila Yao lie lu sampai mati oleh orang-orang itu,
tentu pikirannya takkan tenang.
Maka selagi orang-orangnya menghampiri yao lie lu, Tan
Liong menggeram nyaring tangannya dikerjakan mencari
sasaran.
Berbareng pada saat pemuda ini melancarkan serangan
serangannya itu lebih dulu telah disambarnya badan
langsingnya Yao lie lu dan lantas loncat keluar kalangan.
Tan Liong maklum tidak bisa sia-siakan waktu lebih lama
lagi. Keadaan sudah terlampau gawat. Untuk keluar dari
lembah Lui in kok rasanya akan lebih sukar lagi.
Maka lantas terkilas pikiran hendak berlaku nekad. Dengan
cepat tangannya menarik keluar bom Pek lek tannya yang
ternyata masih ada tak diambil orang ketika ia dimasukkan
kedalam penjara air.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang dari Thian seng hwee itu yang mengetahui
sasaran mereka telah direbut orang lalu pada menyerbu
penolong Yao lie lu itu riuh rendah bunyinya suara suara
geraman mereka. Tangan kosong dan senjata-senjata tajam
meluncur ke badan Tan Liong dengan berbareng.
"Sambut seranganku ini!" Ini adalah seruan Tan Liong yang
melihat semua orang menghampirinya. Dia keluarkan
bentakannya itu tangan kanannya nampak terayun.
Sebuah bom Pek lek tan ketika itu lantas keluar dari
tangannya yang lantas juga terbang mengarah orang banyak
itu. Kalau Tan Liong tadi keluarkan kata-kata serangan tangan,
maksudnya ialah untuk mengelabui pihak lawannya.
Orang-orang Thia seng hwee itu sama sekali tidak
menyangka kalau Tan Liong telah keluarkan bom Pek lek tan-
nya. Song hun chiu dan Ciok Eng Cay tidak kecewa mendapat
kedudukan tinggi dalam perkumpulannya. semula mereka tak
menduga kalau pemuda itu bisa menyerang dengan bom Pek
lek tannya. Dan manakala mereka sadar akan hal itu bom Pek
lek tan telah meluncur ke arah orang banyak maka lantas
berseru berbareng, "Semua lekas mudur!, Bom Pek lek tan ! "
Dan mereka lebih dahulu telah melesat meninggalkan
kalangan.
Tetapi seruan mereka itu rupanya terlambat sebentar
lantas terdengar suara ledakan yang amat hebat. Bom Pek lek
tan yang mempunyai kekuatan amat dahsyat itu kini meledak
di dalam lembah Lui in kok.
Suara ledakan itu menggetarkan bumi di seluruh lembah
tersebut. Tanah-tanah bergerak-gerak bagai telah terjadi
bencana gempa bumi.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara ledakan itu lantas disusul dengan suara-suara jeritan
saling susul yang membuat bulu roma bisa berdiri.
Sebentar kemudian tanah dan batu serta darah dan daging
manusia berceceran dan beterbangan ketengah udara.
Keadaan disitu tidak banyak bedanya dengan keadaan di
gereja Siao lim sie ketika di bom Pek lek tan oleh Naga Merah
tiruan. Sungguh mengenaskan sekali!
Kutungan-kutungan kaki atau tangan tampak berserabutan
kemana-mana kecuali beberapa gelintir orang yang lolos dari
bencana maut. Tiga puluh orang lebih hampir semuanya
musnah dimakan bom yang amat dahsyat itu.
Pembunuhan itu merupakan suatu peristiwa berdarah
besar-besaran, sebab dalam waktu sekejap Thian seng hwee
telah kehilangan beberapa puluh jiwa anak buahnya.
Setelah suara ledakan sirap, yang tertinggal disitu hanya
darah berceceran kutungan-kutungan kaki atau tangan,
potongan kepala atau daging-daging badan yang sudah tidak
utuh lagi.
Tan Liong terlihat tertawa dan puas kembali mengempit
tubuh Yao lie lu dan kaburkan kakinya menuju keluar lembah.
Tiba-tiba suara yang sangat seram terdengar bagai
dibelakang telinganya. "Ciang bun jin, perbuatanmu sungguh
terlalu kejam! "
Tan Liong terkejut. Manakala kepalanya mendongak
tampak disuatu tempat sejarak satu tombak lebih sedang
berdiri, ayahnya ...... ketua Thian seng hwee alias Tan Ciang
Bin bergelar Bong bin Sin kiam.
Wajahnya Tan Liong lantas berubah tanpa merasa lantas
mundur dua langkah ......Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yao lie lu ketika melihat Bong bin Sin kiam muncul secara
mendadak wajahnya berubah seketika dengan perasaan takut
setengah mati ia mundur dua langkah.
Begitu pula dengan Tan Liong, ia sungguh tidak menduga
bahwa dalam keadaan kritis seperti itu ayahnya bisa unjukkan
diri disitu!
Bong bin Sin kiam Tan Chiang Bin dengan sorot mata
dingin menyapu mayat-mayat anak buahnya yang
menggeletak di tanah lalu berkata sambil ketawa dingin.
"Ciang bun jin, perbuatanmu sesungguhnya terlalu kejam! "
Pada saat itu Tongcu dari bagian hukum Song hun chiu
atau si Tangan maut Khut Jit Seng, Tongcu bagian urusan


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam Ciok Eng Cay, berdua dengan berbareng melesat untuk
menghalangi berlalunya Tan Liong.
Suasana kembali menjadi tegang. Tan Liong yang
menyaksikan keadaan dihadapan matanya telah mengetahui
bahwa hari itu jika ia hendak keluar dari lembah Lui in kok
dalam keadaan selamat, itu seperti juga orang mimpi ditengah
hari bolong!
Bong bin Sin kiam berkata pula sambil ketawa dingin.
"Ciang bun jin, bagaimana kau harus membayar utang
darah ini? "
Tan Liong terpaksa berlaku nekad sambil ketawa dingin ia
menjawab,
"Jikalau Ciong lam pay telah terganggu sedikit saja oleh
orang-orangmu, orang-orang Thian seng hwee yang akan
kubinasakan barangkali bukan cuma itu saja. "
Bong bin Sin kiam ketawa bergelak-gelak,
"Kematian sudah berada didepan mata dan tokh masih
berani buka mulut besar." demikian katanya, kemudianTiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengawasi Khut Jit Seng dan Ciok Eng Cay berdua lalu
memerintahkan kepada mereka.
"Tangkap Yao lie lu !"
Mendengar itu Yao lie lu parasnya pucat bagaikan kertas.
Khut Jit seng dan Ciok Eng Cay menyahut dengan sikapnya
yang menghormat dan selagi hendak menangkap dirinya Yao
lie lu, Tan Liong telah membentak dengan suara bagaikan
Guntur,
"Siapa yang menganggu seujung rambutnya Yao lie lu aku
akan suruh dia mampus seketika!"
Dengn sorot mata beringas ia menghadap majunya Khut Jit
Seng dan Ciok Eng Cay.
Dalam keadaan yang sangat genting itu, Yao lie lu
mendadak ketawa ia merasa puas karena Tan Liong mau
melindungi dirinya, suatu bukti kalau pemuda itu ada mencinta
padanya. Pikirnya dalam hati, sekalipun aku mati, tidak juga
tidak menyesal!
Ia ketawa sepuasnya seolah-olah dalam jiwanya sudah
mendapatkan apa yang diharapkan, dan barang yang
diharapkan itu sudah cukup untuk dibuat kenangan seumur
hidupnya. .....
Melihat Khut Jit Seng dan Ciok Eng Cay tidak berani maju,
Bong bin Sin kiam Tan Chiang Bin lalu membentak,
"Apa kalian berani melawan perintah?"
Khu Jit Seng dan Ciok Eng Cay ketakutan lalu menjawab
dengan laku sangat menghormat,
"Teecu sekalian tak berani! "
"Kalau begitu lekas tangkap dirinya Yao lie lu! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Khut Jit Seng dan Ciok Eng Cay lalu menerjang Tan Liong
dengan berbareng, sambil pentang senjata kipas besinya Ciok
Eng Cay menyerang bagian tengah dari Tan Liong
Serangan Ciok Eng Cay itu ada cepat sekali Tan Liong yang
seolah-olah sudah kalap juga lantas sambuti dengan serangan
tangan kosong. Dan selagi mereka masih saling menyerang,
Khut Jit Seng tinggalkan Tan Liong menyerang dirinya Yao lie
lu. Yao lile lu melihat sudah tidak ada lain jalan maka terpaksa
berlaku nekad ia sudah ambil keputusan hendak mengadu
jiwa jikalau perlu. saambil kertak gigi, ia melawan dengan
nekad, tangannya sebentar saja sudah balas menyerang
sampai lima kali dan kakinya menendang tiga kali,
Bong bin Sin kiam berdiri disamping dengan tidak bergerak,
ia anggap tidak ada perlunya turun tangan, sebab Ciok Eng
Cay dan Khut Jit seng sudah cukup untuk menghadapi Tan
Liong dan Yao lie lu.
Pada saat itu, Chie Peng bersama adiknya juga sudah tiba
disitu. Chie Peng dengan matanya yang jeli melirik keadaan
dalam medan pertempuran, parasnya berubah seketika dalam
hati diam-diam mengeluh, Habislah ....
Tan Liong karena tidak mau dengar perkataannya sehingga
terjatuh lagi dalam tangannya orang-orang Thian seng hwee.
sekarang kalau hendak keluar dari lembah Lui in kok sudah
tentu semakin sulit lagi.
Selagi Chie Peng masih memikiri nasibnya Tan Liong, Chie
Cui dengan perlahan menghampiri Bong bin Sin kiam, lalu
unjuk hormat kepada ketuanya itu sambil berkata,
"Teecu Chie Cui disini menemui hweethio. "
"Nona Chie, tak usah memakai banyak peradatan,
bangunlah. " kata ketua dari Thian seng hwee itu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chie Peng juga memberi hormat kepada ketuanya. kedua
saudara itu lalu berdiri disampingnya Tan Chiang Bin, matanya
ditujukan kepada empat orang yang sedang bertempur sengit
itu. Pada saat itu Yao lie lu nampak sudah didesak mundur oleh
Khut Jit seng sehingga tidak bisa balas menyerang sama
sekali, keadaannya sangat berbahaya.
Chie Peng kerutkan alisnya, ia sedang memikirkan suatu
urusan penting yang menyangkut dirinya dan diri adiknya,
urusan itu juga ada hubungannya dengan dirinya Tan Liong
dan mereka dikemudian hari.
Suara bentakan terdengar berulang-ulang, diantara suara
bentakan itu Khut Jit Seng sudah melancarkan serangannya
yang hebat sampai empat kali serangannya yang sangat hebat
itu membuat dirinya Yao lie lu sempoyongan dan mundur
sampai lima langkah.
Kini baru Yao lie lu tahu kalau orang she Khut dengan
julukannya Tangan Maut itu benar-benar mempunyai
serangan tangan yang mematikan tapi ia yang sudah
mengambil keputusan nekad dengan kertak gigi telah
menyerbu Khut Jit Seng lagi dan melakukan serangan
pembalasan sampai tiga kali.
Jika diukur dari kepandaian dan kekuatan mereka,
kepandaian dan kekuatannya Yao lie lu masih dibawahnya
Khut Jit Seng, Kalau sebegitu lama Khut Jit Seng masih belum
bisa merubuhkan lawannya itu disebabkan karena Yaou lie lu
sudah berlaku nekad dan hendak adu jiwa.
Yao lie lu terus melawan dengan seluruh kekuatan keras
lawan keras seolah-olah sudah tidak memikirkan lagi
keselamatan dirinya.
Sebentar saja badannya sudah mandi keringat, napasnya
sengal-sengal.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Khut Jit Seng menyaksikan itu semua sambil ketawa dingin.
Dalam hatinya sudah berpikir bahwa dalam tiga jurus lagi ia
bisa merubuhkan dirinya nona yang kalap ini.
Dengan tangan kanan menggunakan tipu serangan Giam li
Tiam kui, ia menotok jalan darah Ciang thay hiat atas
badannya Yao lie lu.
Serangan itu bukan saja dilakukan sangat cepat, tapi juga
sangat ganas. Yao lie lu terperanjat, ia buru-buru putar
tubuhnya untuk mengelakkan serangan tersebut!
Tapi .....
Baru saja Yao lie lu menyingkir dari bahaya tersebut, sudah
terdengar suara bentakannya Khut Jit seng.
"Yao lie lu, coba sambuti sekali lagi serangan ini. "
Perkataannya itu dibarengi oleh meluncurnya satu serangan
tangan yang menuju kearah dadanya. Ia tahu bahwa
serangan sehebat itu biar bagaimana ia sudah tidak mampu
mengelakkan lagi!
Ia telah mengambil keputusan hendak mengadu jiwa
dengan orang she Khui itu, maka sambil membentak ia telah
mendorongkan kedua tangannya ......
Begitu serangan itu meluncur keluar dari tangannya
mendadak darahnya dirasakan menggolak, badannya dibikin
terpental sejauh satu tombak oleh serangan Khut Jit Seng
tadi, sehingga jatuh roboh ditanah dan tidak ingat orang lagi.
Tapi Khut Jit Seng sendiri juga kena tolak oleh serangan
Yao lie lu tadi, hingga mulutnya menyemburkan darah jika
tidak karena terlalu meremehkan lawan barangkali ia tidak
sampai demikian!
Setelah menyemburkan darah dari mulutnya, badannya
sempoyongan dan kemudian duduk numprah ditanah.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong menyaksikan dirinya Yao lie lu dibikin terluka
oleh Khut Jit Seng, sehingga rubuh ditanah, juga merasa
kaget. Selagi masih dalam keadaan demikian, kipas besinya
Ciok Eng Cay sudah menyerang dengan gencar sampai tiga
kali.
Dari jauh orang-orangnya Thian seng hwee dalam jumlah
tidak sedikit, sudah pada datang menyerbu, hingga Tan Liong
terkurung ditengah-tengah
Chia Peng yang menyaksikan keadaan di depan matanya
mendadak seperti ingat sesuatu lalu berkata kepada adiknya.
"Adik, bawa Yao lie lu ini aku mau tangkap kembali ketua
Ciong lam pay itu"
Chie Cui yang mendengar perintah encinya parasnya
berubah. Dengan perasaan kaget dan terheran-heran
memandang encinya tetapi mulutnya tidak berkata apa-apa.
Chie Peng dengan sikap dan paras bingung berkata gusar,
"Apa kau tidak dengar? "
Chie Cui lagaknya merasa jeri lalu bergerak dan membawa
Yao lie lu yang sudah tidak ingat orang lalu kembali pula
kesamping Bong bin Sin kiam.
Pada waktu Chie Cui membawa Yao lie lu Chie Peng sudah
bergerak menghampiri Tan Liong. Wanita ini lantas berkata,
"Ciang bun jin, sebaiknya kau menyerah sajalah. "
Diucapkannya perkataannya itu sambil melakukan serangan
sampai empat kali.
Tan Liong yang melawan Ciok Eng Cay sudah merasa
kewalahan, sekarang ditambah lagi dengan Chie Peng yang
kekuatannya boleh dikata seimbang dengan kekuatannya
sendiri, mana sanggup dia bertahan lagi?Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi dasar Tan Liong seorang keras kepala. Tidak suka
menyerah mentah-mentah, begitulah dengan suara keras
membentak,
"Aku akan bunuh kau si perempuan jahanam ini lebih dulu
..... "
Dan seluruh kekuatannya dikerahkan kepada kedua
tangannya berbalik menyerang Chie Peng. Tetapi, pada saat
itu juga serangan Ciok Eng cay yang hebat sudah dilancarkan
kearah pundak Tan Liong.
Dua musuh lihai menggencet dari depan dan belakang
sebetulnya sukar bagi Tan Liong untuk memberikan
perlawanan. Tetapi pemuda agaknyapun mengerti bahwa
apabila kali ini sampai kena ditangkap oleh mereka, sudah
tidak ada lain jalan rupanya selain kematian.
Oleh karena beranggapan demikian, Tan Liong pikir tidak
boleh ia menyerah mentah-mentah atau menantikan ajal
tanpa melawan.
Seakan-akan banteng terluka, waktu itu Tan Liong
mengamuk hebat.
Tepat selagi kipas besi ditangan Ciok Eng Cay menyerang
belakangnya, dia lompat tinggi, sengaja tidak menyingkir atau
mengelit serangan lawan, sebaliknya malah merangsek dan
balas menyerang dengan tenaga sepenuhnya.
Tetapi selagi Tan Liong memutar badannya mengadakan
penyerangan bahaya bagi serangan Ciok Eng cay, Chia Peng
sudah membentak lagi ! " Ciang bun jin, sambut seranganku
ini! "
Jari tangannya secepat kilat bergerak menotok jalan darah
di badan Tan Liong.
Tan Liong diam-diam mengeluh. Selagi mau putar tubuh
lagi, ternyata sudah terlambat. Hanya terasa sekujurTiraikasih Website http://kangzusi.com/
badannya kesemutan, dan lantas jatuh bergelimpang ditanah.
... Semua kelihatannya seperti samar-samar. Kepalanya
dirasakan pening ..... dunia bagaikan kiamat. ......
Chie Peng lalu berkata sambil ketawa dingin. "Kau
sesungguhnya tidak mengukur dulu kekuatanmu sendiri. Apa
kiramu lembah Lui in kok ini boleh bikin sembarangan
menurut sesuka hatimu? "
Perempuan ini lalu membopong Tan Liong yang telah tak
berdaya, kembali kebelakang Bong bin Sin kiam, berdiri
berendeng dengan adiknya.
Chie Cui menengok mengawasi encinya. Dilihatnya paras
sang kakak itu bagai masih gusar, hingga ini membuatnya pilu
dan sedih hampir-hampir air matanya keluar tak tertahan.
Adik ini agaknya tahu kalau enci itu gusar benar-benar,
tidak suka lepaskan Tan Liong begitu saja.
Bong bin Sin kiam Tan Ciang Bin lantas berkata sambil
ketawa bergelak-gelak.
"Aku ingin lihat apa kau Ciang bun jin ini bisa lolos dari
tanganku atau tidak? "
Perkataan itu agaknya mengandung perasaan gusar.
Setelah berhenti sejenak, perpaling dan lalu berkata kepada
Chie Peng dan Chie Cui, "Bawa kedua orang ini ke pusat dan
tutup didalam penjara air. Aku akan segera kembali kesana."
Chie Peng menyahut dengan siap menghormat. Sambil
mengempit badan si pemuda Tan Liong yang sudah pusing,
lari ke pusat.
Chie Cui merasakan hatinya bagai diiris-iris tanpa dapat
dicegah lagi butiran air mata akhirnya keluar juga. Tahu ia
kalau Tan Liong sudah tak ada harapan buat ditolong lagi.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang yang ada di situ tak seorang yang melihat
kalau Chie Cui sedang kucurkan air mata.
Sebabnya saat itu perempuan muda ini sudah balik badan
dan mengejar encinya.
Bong bin Sin kiam mengwasi bangkai anak buahnya yang
berserakan ditanah dalam keadaan tak utuh anggota
badannya itu. Dengan perasaan sedih menghela napas berat.
Dalam waktu sedetik itu bagai dia mendapat firasat suatu
kejadian yang menakutkan akan menimpa dirinya. ...
Pada saat itulah dia merasa, penghidupannya terlalu
hambar ...... didalam jiwanya seakan-akan kekurangan
sesuatu.
Ciok Eng cay mengawasi ketuanya yang berdiri termenung
itu, semula mengira kalau sang ketua itu seorang berduka hati
karena kematian anak buahnya begitu banyak, dan untuk
menghibur dia coba berkata dengan sikap menghormat sekali,
"Hweethio, jangan terlalu berduka biarpun anak buah Thian
seng hwee yang gugur ini sangat banyak asal Yao lie lu dan
ketua Ciang lam pay dihukum menurut peraturan
perkumpulan tentu akan puas semua arwahnya yang gugur
itu. "


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bong bin Sin kiam cuma dapat ketawa getir dan jawabnya,
"Ya, akan kubakar hidup-hidup dua binatang kotor itu! "
Kemudian dia tertawa tetapi suaranya kemudian berkata
lagi. "Kuburlah baik-baik semua jenasah ini. "
Anak buah Thian seng hwee yang ada di situ yang
berjumlah tidak kurang dari tiga puluh jiwa, menjawabnya
serentak dan lalu menyatukan anggota-anggota badan yang
sudah tidak karuan bentuknya itu.
Pandangan itu sungguh mengerikan. Yang mengalami
sendiri adalah orang-orangnya Bong bin Sin kiam denganTiraikasih Website http://kangzusi.com/
disaksikan sendiri oleh ketua itu, bagaimana peristiwa
kematian semua anak-anak buahnya.
Ketua ini tundukkan kepala perlahan-lahan kemudian keluar
helaan napas panjang.
Satu jam kemudian,
Semua bangkai yang tidak utuh itu sudah dikubur dengan
baik.
Bong bin Sin kiam balik ke pusatnya dengan diiringi oleh
anak-anak buahnya yang masih hidup.
Pada saat itu dari dalam ruangan pusat berkumpul Thian
seng hwee tampak bertindak keluar kurang lebih dua puluh
orang lebih orang-orang tua yang berdiri di kedua sisi jalan
masuk dengan sikap mereka yang menghormat sekali.
Bong bin Sin kiam menyapu wajah orang-orang itu, dengan
sorot matanya yang tajam kemudian memasuki ruangan
dengan tindakan lebar.
Seorang tua yang rambutnya sudah putih semua dari dalam
ruangan menyambut Bong bin Sin Kiam, setelah memberi
hormat lalu berkata,
"Teecu The Beng dari bagian penasihat disini menjumpai
Hweethio. "
"Tidak usah memakai banyak peraturan, " demikian sang
ketua itu berkata hambar.
The Beng setelah menghaturkan terima kasih, lalu bangkit
dan berkata lagi,
"Mohon keterangan dari Hweethio, apa orang-orang kita
sudah berhasil menangkap ketua Ciong lam pay dan Yao lie lu
itu? "
Mendengar pertanyaan tersebut Bong bin Sin kiam bagai
terkejut. Seketika menjawab, "Sudah. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi dimana orangnya? "
"Orangnya" Bong bin Sin kiam benar-benar merasa heran,
jelas dari peryanyaan ini yang bernada gusar, "Apa mereka
dua budak itu tidak membawa kemari ketua Ciong lam pay
dan Yao lie lu? "
"Siapa? "
"Chie Peng dan adiknya. "
"Tidak pernah lihat mereka. "
Ketua Thian seng hwee itu lantas ketawa bergelak-gelak.
Sunguh dia tak pernah menduga kalau Chie Peng dan Chie Cui
berani menolong Tan Liong dan Yao lie lu.
Tetapi kenyataan sudah terang bagai kaca mau tak mau
harus mengakui semua kebenarannya.
Apabila Chie Peng dan Chie Cui tidak kandung maksud
menolong Tan Liong dan Yao lie lu, sudah barang tentu
keduanya tidak berlaku demikian.
Sesudah ketawa dan paham Bong bin Sin kiam lalu berkata
dengan suara dingin, "Perintah sekalian anak buah Thian seng
hwee! Tutup semua pos penjagaan! Siapapun yang lihat Chie
Peng dan Chie Cui, tangkap kembali dan serahkan ke pusat. "
Begitu titah keluar dari mulut ketua Thian seng hwee,
semua anak buahnya kembali nampak repot.
Dari pusat, dengan cara yang boleh dikata paling cepat,
meyebar perintah itu ke pos-pos penjagaan supaya melarang
keluar setiap orang yang ingin keluar lembah.
Apa yang diduga oleh Bong bin Sin kiam tidak salah. Chie
Pang dan Chie Chi memang betul sudah menolong serta
membawa Tan Liong dan Yao lie lu kabur.
Tatkala Bong bin Sin kiam suruh Chie Peng dan Chie Cui
bawa Tan Liong dan Yao lie lu kembali ke pusat merekaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan membawa orang-orang tawanan itu, tidak langsung ke
arah pusat perkumpulan, sebaliknya dari kejalan ke luar
lembah Lui in kok.
Chie Cui yang masih belum menyadari pikiran kakaknya
tiba-tiba terbengong, dan memanggil sang enci itu, "Enci! "
Chie Peng lalu balik badan, dengan suara dingin berkata,
"Adik, bukankah kau mau aku menolong dia? "
Chie Cui perlihatkan perubahan air muka. Badannya yang
langsing itu gemetaran sejenak kemudian setelah agak tenang
bertanya, "Apa? Apa enci benar-benar mau tolong dia? "
"Benar! Aku mau tolong dia. Karena kau adik, aku merasda
tidak boleh tidak mesti menolong orang. meski perbuatan kita
ini bahayanya amat besar, sebab bukan cuma Thian seng
hwee yang tidak mau lepaskan kita begitu saja, tapi suhu
sekalipun barangkali tidak ampuni perbuatan kita. "demikian
kakak ini berkata kepalanya mengangguk angguk. Apa yang
membuat Chie Cui kaget serta ketakutan, yakni urusan
Eragon 4 Bukan Cinta Satu Hati Karya Rara El Hasan Si Cantik Dalam Guci 1
^