Pencarian

Naga Merah 5

Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung Bagian 5


pernah berpesan pada siapa saja tidak boleh dikatakan hal
yang sebenarnya,apa lagi segala urusan yang terjadi pada
masa hidupnya, yang dikatakan semua adalah dalam
tanggungan boanpwee."
Nenek itu badannya gemetaran. Jelas sekali sekarang
gusarnya, lantas berkata lagi,
"Apa kau kira kau sibocah ini mampu menanggung
semuanya?"
"Boanpwee justru tidak percaya ada suatu soal yang tidak
mampu boanpwee tanggung sendiri."
Nenek itu berubah wajahnya seketika, mendadak ia
melompat melesat dan tongkat bambunya menyerang Tan
Liong.
Serangan itu cepatnya luar biasa. Sampai Tan Liong yang
diserang tidak mengetahui kearah mana si nenek mau
menghajar tubuhnya.
Hoan Giok hoa sudah pucat seluruhnya, suara jeritan lantas
melengking panjang dari mulutnya.
Tetapi dengan tiba-tiba si nenek tua menarik kembali
meluncurnya tongkat bambu dan badannya lantas ditarik
mundur sekalian.
Entah itu karena jeritan si nona ataukah karena
kemauannya sendiri, tetapi jelasnya ini membuat Tan Liong
keheran-heranan.
Nenek itu berkata lagi dengan dingin,
"Kau terlalu kecil. Aku berjanji tidak akan turun tangan
terhadap anak dari tingkatan muda. Kau beritahukan padaku
dimana suhumu?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong meskipun merasa semua kejadian tadi diluar
dugaan dan merasa heran terhadap perbuatan si nenek yang
mendadak tarik kembali serangannya taid, tapi tatkala
mendengar perkataan si nenek yang belakangan ia juga
merasa penasaran.
"Karena boanpwee masih kecil bukan tandingan kalau turun
tangan atas diri boanpwee begitu maksud cianpwee?"
"Bukan cuma orangnya masih kecil, jiwanya juga kecil!"
Tan Liong berubah wajahnya. Dengan dingin ia menatap si
nenek dan katanya,
"Locianpwee dengan suhu siapa lebih tinggi tingkatannya?"
"Setingkat!"
"Dan Locianpwee dibanding dengan Yo Sie Peng, tingkatan
siapa lebih tinggi?"
Nenek itu tercengang agaknya, lalu jawabnya. "Barangkali
ia lebih tinggi setingkat dari padaku."
Tan Liong ketawa bangga dan lantas berkata lagi,
"Jika aku muridnya Yo Swie Peng bagaimana?"
Pertanyaan ini sesungguhnya diluar dugaan si nenek. Ia
sekarang jadi tak dapat meraba-raba apa yang diartikan
dengan kata-kata si anak muda. Tapi tidak urung diapun
lantas menjawab,
"Kalau kau murid Yo Swie Peng boleh dikata dengan aku
kau sejajar juga. Tapi kau si bocah kecil ini sesungguhnya
terlalu banyak membual, Yo Swie Peng dari Ciong lam pay
sudah meninggal dunia pada tujuh sampai delapan puluh
tahun yang lalu, kau mau mengaku dia gurumu, cara
bagaimana kau angkat dia?"
"Tentang ini, locianpwe tidak perlu campur tahu. Dan
sekarang boanpwee mau tanya lagi, Kalau boanpwee adaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciangbunjinnya Ciong lam pay, maka antara kita berdua
tingkatan siapa yang lebih tinggi?"
Nenek itu agaknya terkejut, saat itu ia lantas berkata
dengan diiringi ketawa aneh,
"Lucu sekali, sungguh lucu! bocah kau terlalu memikir yang
bukan-bukan."
"Locianpwee, kau jawablah dulu pertanyaan boanpwee
barusan."
"Bocah, kalau kau benar-benar adanya Ciang bun jin Ciong
lam pay, tingkatanmu lebih tinggi setingkat daripadaku. Kau
dengar?"
Tan Liong ketawa bergelak-gelak dan lantas berkata,
"Kalau begitu, diriku tidak bisa kau sebut terlalu kecil bukan?"
"Benar! Kalau kau betul Ciang bun jin Ciong lam pay,
kedudukanmu masih setingkat lebih tinggi diatasnya."
"Dan kau boleh turun tangan melawanmu."
Si nenek tua wajahnya berubah lagi dan berkata dingin,
"Sekalipun kau betul Ciang bun jin Cion lam pay, tapi kau jauh
dari bawah ketekku."
Tan Liong diam-diam mengerjakan pikirannya.
Perkataan si nenek memang ada benarnya. Meski
tingkatannya tidak lebih rendah dari pada si nenek, akan
tetapi kalau ditinjau dari sudut penyerangan si nenek dengan
tongkatnya tadi, memang Tan Liong pasti bukan
tandingannya.
Karena memikir demikian, Tan Liong lalu berkata pula,
"Tapi kalau kemudian kita saling berjumpa pula, kau tidak
bisa mengatakan tingkatanku terlalu kecil bukan?"
Nenek itu parasnya berubah pula.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bocah" tanyanya dingin, "Benarkah kau Ciang bunjinnya
Ciong lam pay?"
Dengan sikap keren Tan Liong menjawab,
"Nenek tua, harap suka tahu diri sedikit, Aku ini Ciang bun
jin Ciong lam pay. Tidak sepantasnya kau panggil aku bocah.!"
Nenek itu ketawa meringis, lalu katanya lagi,
"Kau terlalu jumawa! Tapi sudahlah. biar kau mulai saat ini
ku panggil Ciang bun jin. dan aku ingin menanya pada Ciang
bun jin, Naga Merah itu sebetulnya sudah mati atau belum?"
Tan Liong ketawa bangga lantas berkata,
"Kalau begitu, dengan kedudukanku sebagai Ciang bun jin
ciong lam pay ingin lebih dulu aku menanya padamu, kau
dengan Naga Merah pernah apa?"
Pertanyaan itu dikatakan sepatah demi sepatah dengan
sikap keren dan berwibawa. Si nenek rupanya gusar sekali,
selagi hendak mengumbar kemarahannya mendadak ia
menarik nafas perlahan dan berkata,
"Sudah.. sudah! Aku si nenek tua selama beberapa puluh
tahun baru kali ini menemukan lawan seperti kau. Kalau Naga
Merah suruh kau membunuh orang, aku percaya dia pasti
pernah memberitahukan padamu asal-usul sepasang tusuk
konde batu giok berukiran Naga Merah ini."
Dan sambil berkata demikian, ia sudah menarik keluar
sebuah benda dari atas sanggulnya yang lantas diangsurkan
kepada Tan Liong untuk diperiksakan kebenarannya.
Tan Liong yang menyambuti tangannya agak menggetar, ia
jelas telah melihat tusuk konde batu giok itu juga
memperlihatkan ukiran Naga Merah, bentuknya serupa setali
tiga dengan yang miliknya sendiri.
Sesaat lamanya Tan Liong dalam keadaan berdiam begitu,
entah apa yang akan diperbuatnya,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nenek ini ada menyimpan juga tusuk konde Naga Merah,
pasti ada hubungan erat dengan suhu.." demikian pikirnya
kemudian.
"Tentang ini, Naga Merah sendiri belum pernah
memberitahukan kepada kami." demikian jawabnya.
"Bukankah ciang bun jin tadi pernah berkata, semua
urusannya Naga Merah dalam tanggunganmu? aku percaya
kaalu kau juga mesti tahu segala yang menyangkut soal itu.
akh lantas asmara seperti juga dalam impian tiga puluh tahun
sudah berlalu. Manusia didunia hidup berapa lama?... Perlu
apa aku mesti memikiri itu semua?.."
Setelah berkata demikian perlahan-lahan ia membalik
badan dan bertindak pergi.
-o0o0dw0o0o-
JILID ke : 10
Tan Liong tidak dapat meraba-raba asal usulnya nenek itu,
hanya dari ucapan terakhirnya tadi sedikit ia mau menduga
bahwa nenek itu dengan Naga Merah atau suhunya tentu
pernah melibatkan diri dalam alunan asmara.
Waktu itu sedianya ia ingin memanggil nenek itu kembali,
tetapi suatu pikiran lantas melintas dalam otaknya dan dalam
hati diam-diam ia berpikir : "Hati manusia susah diduga. Aku
tidak boleh hanya berdasar atas sebentuk konde ini lantas
memberitahukan keadaannya Naga Merah. Apalagi Naga
Merah suhuku, kalau diketemukannya dan mendadak dia
turunkan tangan jahat, bukankah seperti juga aku yang
membunuh suhu sendiri ?"
Oleh karena berpikiran demikian, terpaksa ia
mengurungkan niatnya yang hendak memanggil nenek tua itu
kembali.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan dalam waktu sekejapan itu si nenek sudah tidak lagi di
depan matanya.
Tatkala ia berpaling dan mencari Hoan Giok Hoa, nona ini
masih tetap berdiri tak bergerak.
Tan Liong kembali menarik nafas perlahan. Lalu panggilnya
: "Nona Hoan."
"Ng. " demikian sahut orang yang dipanggil, perlahan.
"Kau tahukah nenek tua tadi itu ?" melanjutkan lagi Hoan
Giok Hoa.
Tan Liong mengawasi Hoan Giok Hoa lagi sejenak, lalu
berkata : "Kedatangan nenek tua tadi itu sangat aneh. Pasti
sekali akan kutanyakan halnya pada suhu."
"Engko Liong, benarkah kau itu si Naga Merah yang muncul
di dunia Kang-zsouw dan yang suka membunuh orang ?"
Pertanyaan si nona membuat Tan Liong berubah wajahnya
dan pemuda ini dengan suara bengis berteriak : "Selanjutnya
kau tidak boleh menanya soal ini, juga tidak boleh kau
katakan pada siapa pun juga !"
Perubahan sikap yang diperlihatkan Tan Liong kepada Hoan
Giok Hoa itu membuat nona ini ketakutan dan mundur
setindak lebih dan lantas menekap mukanya dengan
membawa isak tangisnya di kedua belah tangannya itu.
Tan Liong terbengong. Suatu perasaan menyesal yang
amat besar mendadak muncul dalam hatinya. Dengan
perlahan ia berjalan menghampiri Hoan Giok Hoa seraya
katanya :
"Nona, barusan aku, barusan aku tidak sengaja, sukakah
kau maafkan perbuatan kasarku tadi ?"
Tangannya juga diletakkan ke atas bahunya Hoan Giok Hoa
dan lantas mengurai-uraikan rambutnya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hoan Giok Hoa lalu jatuhkan diri dalam pelukannya si
pemuda dan lantas menangis dengan suara sedih. Suaranya
sangat memilukan sekali. Tan Liong tanpa merasa telah
memeluk erat-erat tubuh rampingnya Hoan Giok Hoa. Suatu
perasaan yang disembunyikan bertahun-tahun, semua sedetik
itu juga sudah meledak, seakan-akan air sungai yang mengalir
deras yang takkan mungkin terbendung lagi.
Perasaan manusia sesungguhnya memang aneh. Timbul
atau meluapnya perasaan itu kadang terjadi di luar kekuasaan
manusia itu sendiri, begitulah halnya dengan pemuda yang
merangkul Hoan Giok Hoa. Tangan yang sekasar dan kuat itu
semakin lama semakin erat merangkul, bibirnya kadang
menempel di atas pipi si nona yang sudah basah dengan air
mata Ciuman yang seperti bara api hangatnya membikin lumer
hati mereka dalam keadaan tidak berdaya. Setelah mengalami
kedukaan bertahun-tahun, dan mengalami kegembiraan, air
mata kedukaan Hoan Giok Hoa sudah dibikin kering oleh
ciumannya Tan Liong. Akan tetapi air mata yang baru telah
menggantikan semua air mata tadi, itulah air mata
kebahagiaan. Air mata yang belakangan keluar sebagai
lambang kegirangan yang meluap-luap dari perasaan hatinya
itu. Ciuman itu demikian mesranya, itulah ciuman pertama
yang diharapkan semenjak bertahun-tahun lamanya.
Bagaimana kalau si nona tidak bergirang ?
Lama sekali kedua manusia itu tenggelam dalam lautan
asmara
Tan Liong tiba-tiba mendorong tubuhnya Hoan Giok Hoa,
dengan tenang ia mengawasi gadis yang masih suci bersih itu,
dalam hatinya lantas timbul suatu penyesalan yang besar.
Maka ia lantas berkata : "Nona Hoan, aku sudah menghina
kau, harap maafkan sebesar-besarnya "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak engko Liong, aku betul betul cinta padamu,
perbuatanmu itu apa salahnya ?"
"Aku tahu, begitu dalam cintamu padaku, tapi adik Hoa,
sekarang terpaksa aku terus pergi,
"Pergilah. Aku sekarang tidak lagi akan memaksa ikut, aku
hanya mengharap selanjutnya kau suka mencari aku lagi
"Tentu aku pasti akan mencari kau lagi, dimana juga kau
berada. "
Setelah berkata demikian, ia lantas mencelat dan
menghilang dari depan matanya Hoan Giok Hoa.
Tan Liong akhirnya dengan mengeraskan hati terus lari dan
terus lari. Yang menjadi tujuannya adalah bukit Pek Kut Gan.
Disitu ada berdiam suhunya.
Apa yang ketinggalan pada saat itu hanya seorang anak
dara yang sedang mabok dilanda asmara yang cuma bisa
menangis tersedu sedu. Sungguh kasihan gadis yang mabok
asmara, apa yang kau dukakan ? apakah dia benar-benar
tidak bisa kembali lagi ?
Sungguh di dalam dunia yang paling tolol adalah hatinya
anak dara yang sedang dimabok cinta
Dengan hati pilu ia mengawasi belakang bayangan Tan
Liong, tetapi ia adalah seorang gadis yang suci bersih dan
jujur. Ia tidak ingin membuat Tan Liong sampai bersedih oleh
karenanya.
Tan Liong juga mengerti perasaan Hoan Giok Hoa pada
saat itu. Akan tetapi ia masih mempunyai banyak pekerjaan
dan tugas berat yang perlu diselesaikan.
Setelah ia meninggalkan Hoan Giok Hoa, ia lalu mengambil
jalan yang menuju Pek Kut Gan, di gunung Hoa San.
Hari itu ia telah tiba di tempat tersebut. Temat itu masih
tetap seperti dulu, di seluruh bawah kaki bukit tertampakTiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak tulang belulang berserakan laksana batu gunung.
Tulang tulang itu adalah tulangnya para tokoh ternama di
dunia Kang-zsouw yang terbinasa dalam pertemuan para jago
di bukit tersebut pada tiga puluh tahun berselang.
Keadaan demikian itu masih tak ada bedanya sedikitpun
ketika dia pada waktu dulu berlalu meninggalkan tempat
tersebut.


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Diperlambatnya gerak kakinya, dengan perlahan-lahan ia
berjalan maju menyusuri kaki bukit tersebut.
Di ujung kaki bukit terdapat sebuah rimba. Rimba ini tidak
seberapa luas, akan tetapi di seluruh tempat lebat ditumbuhi
pepohonan.
Dengan tindakan lebar lalu dimasukinya rimba tersebut,
sebentar kemudian sudah keluar pula ia dari rimba itu.
Kini apa yang terbentang di hadapannya adalah satu
jalanan selat kecil yang sempit, jalanan lembah ini hanya
dapat dilalui oleh seorang manusia saja agaknya.
Dengan mengambil jalan sempit itu Tan Liong terus
berjalan maju ke depan.
Dan selagi Tan Liong berjalan pada jalan yang sempit itu,
dari dalam rimba tiba-tiba nampak berkelebat sesosok
bayangan manusia. Bayangan ini terus menujukan matanya ke
belakang punggung Tan Liong, sebentar-bentar kedengaran ia
ketawa sendiri.
Sedangkan Tan Liong sendiri agaknya tak merasa dan tak
mengetahui kalau di dalam rimba yang baru saja dilalui itu ada
orang yang mengintainya.
Setelah melalui jalan rimba yang sempit itu, dalam waktu
sekejapan ia telah melalui jarak lima puluh tombak lebih.
Di Ujung jalanan itu ada sebuah lembah yang luasnya kira-
kira setengah lie.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di dalam lembah itu terdapat banyak batu cadas, beraneka
warna dengan bentuknya yang berlainan serta banyak pula
pepohonan lebat.
Tan Liong mengamat-amati sebentar keadaan di lembah
tersebut dan berjalan kembali menuju ke lamping bukit
sebelah kanan. Selagi berjalan itu tiba tiba telinganya
mendengar bentakan : "Siapa !"
Suara itu bagi Tan Liong sudah tidak asing lagi. Dikenalnya
itu sebagai Naga Merah sendiri.
Maka Tan Liong menyahut dengan suara bernada sangat
hormat "Suhu. Liong Jie kembali."
Selama berbicara itu Tan Liong sudah berada di lamping
bukit yang batu cadasnya licin berkilat laksana cermin muka.
Di sinilah tertampak sebuah guha kecil, dan satu kepala yang
berambut putih seluruhnya waktu itu sedang ditongolkan
keluar di lubang guha tersebut.
Disamping bukit yang licin berkilat laksana cermin muka itu
terdapat lagi semacam pintu yang dapat menutupi guha
tersebut. Itu adalah gua dimana Naga Merah yang asli disekap
orang. Orang yang mengurungnya adalah Lam Kek Sian Ong.
Kejadiannya sudah beberapa puluh tahun yang silam.
Di sebelah kanan pintu itu terlihat sebuah kunci, yang
dipergunakan untuk mengunci pintu guha itu untuk beberapa
tahun lamanya.
Selama itu belum pernah ada seorang pun yang dapat
membukanya.
Sekalipun Naga Merah telah menggunakan seluruh
kekuatan tenaganya, terhadap pintu itu ia tak berdaya, tak
dapat membuka sama sekali.
Maka di dalam gua tersebut ia telah berdiam karena
dikurung, tiga puluh tahun lamanya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sinar matahari atau keadaan luar yang dapat dilihat oleh
Naga Merah hanya dari gua kecil itulah, pintu yang dibuatkan
khusus oleh Lam Kek Sian Ong.
Saat itu Naga Merah dengan wajahnya yang penuh
keriputan dimakan usia tua setelah mengawasi Tan Liong
sejenak, lalu berkata dengan sikap dingin : "Tan Liong,
bukankah pernah kukatakan padamu ! Kau tidak boleh panggil
aku suhu !"
"Ya Suhu," berkata Tan Liong dengan hati terkejut.
"Lagi-lagi suhu ! Sekali lagi kuperingatkan, selanjutnya
tidak boleh kau sebut aku suhu. Dengar ?"
Tan Liong maklum akan adat Naga Merah itu, maka ketika
itu lantas dirobahnya sebutan yang tadi dengan panggilan,
"Locianpwee, aku mengerti, " katanya. Cuma oleh karena kau
telah menurunkan pelajaran silat padaku, sudah selayaknya
bukan kalau kubahasakan kau suhu ?"
Dengan sinar matanya yang terang berapi-api, Naga Merah
menatap wajah Tan Liong sejenak, kemudian berkata setelah
menghela napas :
"Tan Liong, Saat itu bukankah pernah kuberitahukan
padamu membunuh delapan orang dengan perjanjian, begitu
kau sudah tak perlu lagi anggap aku guru dan kau juga bukan
muridku ! Lagipun, kau adalah muridnya Yo Sui Peng yang
berarti pula kau harus mau menjadi ketua partai Ciong Lam
Pay. Dan sebagai ketua, bagaimana aku ada mempunyai
derajat setinggi itu menjadi suhumu ? Kecuali itu, tingkatanmu
sekarang pun sudah jauh lebih tinggi padaku, maka aku Cuma
berharap Ciangbunjin, selanjutnya tak usah menyebutku
dengan nama itu."
Tan Liong dengan muka merah karena malu mengangguk
saja.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Naga Merah terdengar berkata pula : "Hari
ini " katanya "kau balik ke Pek Kut Gan membawa berita
apakah ?"
"Di dunia Kang-zsouw telah muncul dua orang yang
mengaku bernama Naga Merah"
Naga Merah berubah wajahnya seketika. "Apa ?!" dia
berseru, "Di dunia Kang-zsouw ada muncul dua Naga Merah ?"
"Benar, maka itulah aku sengaja datang kemari ingin
memberitahukan kepadamu "
Dan ia lalu menuturkan segala sepak terjang dan perbuatan
Naga Merah tiruan yang telah menggegerkan dunia Kang-
zsouw.
Naga Merah setelah mendengarkan cerita Tan Liong lalu
berkata sambil ketawa.
"Tidak nyana ada orang yang begitu besar nyalinya, Hmmm
! Kalau sja aku bisa keluar gua ini, pasti akan kuhancur
leburkan tulang tulang dua Naga Merah yang menyaru itu !"
Gemas sekali dia mengucapkan kata-katanya itu, di
wajahnya yang kurus karena keriputan nampak tegas roman
gusarnya.
Si orang tua mengawasi Tan Liong sejenak, kemudian
berkata pula : "Dan bagaimana orang tugas yang kuberikan
padamu ? Delapan orang itu adakah semua telah kau
bereskan ?"
Tan Liong terperanjat. Ia buru-buru menyahut. "Cuma
tinggal seorang yng belum dapat kuambil jiwanya."
"Siapa ?"
"Ciang Hay Sin Kun "
"Kenapa tidak sekalian kau ambil jiwanya ?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciang Hay Sin Kun di kalangan Kang-zsouw namanya
sudah harum terkenal sebagai orang dari golongan orang
baik-baik. Entah apakah sebabnya sampai Loocianpwee
menitahkan padaku membunuhnya ?"
Naga Merah tundukkan kepala ketawa dia puas-puas.
Suara ketawanya menggema keras sampai seluruh lembah
seolah-olah goncang tak tahan menerima suara tertawa si
orang tua.
Suara tertawa mendadak berhenti dan orang tua itu buka
mulut tiba-tiba.
"Benar ! Benar ! Ciang Hay Sin Kun pada beberapa tahun
belakangan ini dengan memakai kedok sebagai orang dari
golongan orang baik-baik telah membuat namanya terkenal
dalam dunia Kang-zsouw ! Akan tetapi akh Dia secara
diam-diam entah telah mengambil beberapa banyak jiwa
manusia"
Mendengar itu bukan kepalang kagetnya si anak muda.
Lekas dia bersuara, "Ciang Hay Sin Kun diam-diam melakukan
pembunuhan terhadap musuh-musuhnya ?" demikian
tanyanya.
"Aku suruh kau membunuhnya sudah tentu tidak bisa salah
lagi. Kau lakukan saja dengan hati bulat, pasti takkan salah."
Tan Liong diam-diam mengernyitkan keningnya. Dengan
nama dan kedudukan sebagai Ciang Hay Sin Kun, kalau
sampai dengan diam-diam melakukan pembunuhan rupanya
memang ada suatu hal yang mungkin saja bisa kejadian.
Kenyataannya di dalam masyarakat dunia Kang-zsouw berapa
banyakkah orang benar ? Banyak orang menggunakan kedok
palsu, pura-pura berbuat baik antara sesamanya, tetapi dibalik
itu semua melakukan perbuatan terkutuk yang lebih buruk
dari pada perbuatan manusia jahat, begitulah ia berpikir dalam
hatinya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selagi masih berpikir itu, terdengar suara Naga Merah
berkata pula : "Selain daripada itu masih adakah lain urusan ?"
Tan Liong nampak berdiam diri sejenak, baru
menyahut,"Locianpwee, apakah di kalangan Kang-zsouw
masih ada lain tusuk konde berukiran Naga Merah ?"
Naga Merah, demikian orang tua itu mendengar pertanyaan
itu agaknya tak mengetahui dan tak dapat menebak apa yang
sedang dipikir dalam hati pemuda itu, ia hanya menjawab
"Tidak ada."
Tan Liong rupanya bingung atau keheranan menanya pula :
"Apa betulkah tak ada yang lain ?"
"Dalam ingatanku, berani kupastikan, tak ada keduanya."
"Ini benar-benar heran .."
"Beberapa hari belakangan ini aku melihat seorang
perempuan tua. Dia memberikan aku sebuah tusuk konde
yang berukiran Naga Merah, mirip dengan kepunyaanmu..."
Belum lagi Tan Liong bicara, Naga Merah kelihatan
berubah-ubah wajah. Orang tua itu lantas buka mulut .
"Dimana tusuk konde itu sekarang ?" dia berkata itu dgn suara
gemas.
Tan Liong lalu mengambil satu benda dari sakunya, yang
lantas diangsurkan ke tangan Naga Merah melalui lubang
pintu gua.
Naga Merah setelah menyambuti tusuk konde itu di
wajahnya lantas terlihat suatu roman yang memperlihatkan
tergetarnya sang hati. Lama sekali, ia baru berkata :
"Dimana orang itu sekarang ?"
"Dia sudah pergi"
"Tiga puluh tahun sang waktu berlalu . Aku tak tahan
menunggu lagi.. Tidak boleh tidak aku mesti keluar dari sini !"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitulah si Naga Merah berkata-kata seperti terhadap dirinya
sendiri dengan sikap yang memperlihatkan getaran hatinya
yang sangat hebat.
Akan tetapi apakah ia bisa keluar dari gua itu ?
Sudah tentu, sebelum mendapatkan anak kunci dari Lam
Kek Sian Ong, biar bagaimana pun tak dapat dia keluar dari
situ.
Maka saat itu dengan mata mendelong dipegang-
pegangnya kunci yang ada di depan pintu itu, perasaan
hatinya entah bagaimana saat itu.
Tan Liong yang menyaksikan sikap si Naga Merah, berbeda
dengan waktu-waktu sebelumnya, tiba-tiba juga ingat dengan
sepotong pecahan mangkok, benda pusaka luar biasa di dalam
dunia, yang sekarang sudah tiada di tangannya. Maka ia
lantas berkata :
"Locianpwee, menyesal sekali pecahan mangkok yang kau
berikan padaku."
"Bagaimana ?"
"Telah hilang .."
"Ow !" seru Naga Merah kaget. "Dengan cara bagaimana
barang itu hilang dari tanganmu ?"
Tan Liong dengan terus terang lalu memberi tahukan
segala kejadian yang bersangkutan dengan benda pusaka itu,
sepotong pecahan mangkok itu yang dirampas oleh si wanita
baju merah dalam soal pertaruhan ilmu silat.
Naga Merah yang mendengarkan pertaruhan itu dengan
asyik wajahnya lantas berubah. Dengan wajah gusar dia
berkata : "Tan Liong, bukankah sudah kuberitahukan padamu,
sepotong pecahan mangkok itu jangan sekali-kali hilang ! Apa
kau lupa pesanku ?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong kaget dalam hati hanya bungkam, dia tak dapat
menjawab.
Naga Merah lalu berkata pula : "Aku berikan batas waktu
setengah bulan mulai saat ini, pecahan mangkok itu harus kau
dapatkan kembali ! Kalau gagal, tak dapat perbuatanmu
menghilangkan barang itu kumaafkan, mengerti ?"
Dengan badan gemetaran Tan Liong terpaksa menyahut
"Locianpwee, aku pasti akan berusaha untuk ambil kembali
pecahan mangkok itu "
Naga Merah agak tenang rupanya, lalu berkata pula :
"Kalau begitu, kau sudah cari Lam Kek Sian Ong atau belum ?"
"Lam Kek Sian Ong seolah-olah burung liar tak mempunyai
kediaman tetap, kemana harus aku mencari?"
Naga Merah mendengar itu alisnya nampak berkerut, dalam
hati diam-diam berpikir : "Itu memang sebenarnya, Ong Khim
San sampai mendapat julukan Lam Kek Sian Ong sudah tentu
jejaknya sukar diketahui oleh orang-orang dunia Kang-zsouw."
Oleh karena beranggapan demikian maka ia lantas berkata
: "Sudahlah, pergilah kau sekarang. Aku tunggu disini
setengah bulan kemudian. Dan jangan lupa kau harus
membunuh Ciang Hay Sin Kun, carilah juga Lam Kek Sian
Ong, kepadanya kau mintakan anak kuncinya."
Tan Liong mengangguk lantas balikkan tubuh dan berlalu.
Naga Merah mengawasi berlalunya Tan Liong, saban-saban
unjukkan sikap seperti hendak mengucapkan apa-apa, tetapi
akhirnya selalu diurungkan. Ia hanya tiap tiap kali menarik
napas. Wajahnya yang penuh keriputan kemudian menghilang
dari lubang gua.
Tan Liong selagi jalan keluar dari jalanan lembah yang
sempit kecil itu dari dalam rimba tiba-tiba terdengar suara
orang ketawa keras.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar itu Tan Liong terperanjat. Ia lalu mengawasi
terus ke arah rimba, lalu membentak : "Siapa !"
Berbareng dengan itu badannya secepat kilat sudah
bergerak melesat masuk rimba. Gerakan Tan Liong itu
dilakukan cepat sekali mendadakan pula.
Tiba-tiba di depan matanya berkelebat satu bayangan
hitam. Seseorang sudah berdiri menghadang di hadapannya.
Tan Liong terkejut. Tanpa merasa kakinya telah bergeser
mundur dua tindak. Tatkala menengadah, mukanya
mengawasi orang itu, ternyata ia adalah Pek Lek Cu yang
merupakan salah seorang dari Bu Lim Sam Cu.
Pek Lek Cu bisa mendadak muncul di tempat tersebut,


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benar-benar membuat terperanjat hatinya anak muda itu.
Pek Lek Cu nampak berputaran matanya dengan suara
dingin menanya :
"Bocah, di jalanan sempit ini bukankah ada berdiam si Naga
Merah ?"
Pertanyaan itu membuat terkejut Tan Liong hingga
wajahnya berubah seketika. Ia lalu menanya dengan suara
dingin. "Kalau ya kau mau apa, dan kalau tidak bagaimana ?"
Pek Lek Cu ketawa bergelak-gelak. "Kalau begitu tidak sia
sia jerih payahku mau carinya. Di dalam bukit Pek Kut Gan ini
benar saja ada hubungannya dengan Naga Merah. Aku
sekarang ingin menggunakan bom Pek Lek Tan
menghancurkan lembah ini !"
Tan Liong terperanjat.
"Jikalau kau berani membom lembah ini, awas akan
kuambil jiwa anjingmu !"
Perkataan Tan Liong itu agaknya di luar dugaan Pek Lek
Cu. Sambil mengawasi wajah Tan Liong yang nampak gusar,
dalam hatinya terperanjat juga. Ia lalu bertanya :Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu kau ada hubungankah dengan Naga Merah ?"
"Tidak salah !"
"Apa yang diduga oleh Ciang Hay Sin Kun ternyata
sedikitpun tidak meleset. Bocah , kau ternyata benar-benar
ada hubungan dengan Naga Merah. Ha Ha "
"Pek Lek Cu ! Kau ketawakan apa ?"
Pek Lek Cu lalu berhenti ketawa, dan berkata : "Aku mau
menghancur leburkan lembah ini, Kau mau apa ? Kau bisa
apa?"
"Kalau begitu, coba coba saja !" berkata Tan Liong dingin.
Setelah mana ia maju setengah tindak, agaknya sudah siap
hendak melakukan serangan.
Pek Lek Cu wajahnya berubah seketika. Saat itu sudah
timbul napsu membunuhnya, tetapi dengan sadar tiba tiba ia
menjadi tenang kembali dan lantas menanya
"Aku ingin tanya, kau dengan Naga Merah ada hubungan
apakah ?"
"Mengenai hal ini tak ada hakmu menanya !"
"Jikalau kau tidak menjawab terpaksa akan ku bom juga
lembah ini !"
"Pek Lek Cu ! Jangan kau lupa ! Akupun masih ada bom
Pek Lek Tan. Jikalau berani kau bom lembah ini, awas ! Aku
takkan mengerti, akan kulemparkan juga bom Pek Lek Tan ini
ke gunung Bu Tong San dan Ngo Bie San. Aku kepingin lihat
apa hasilmu dengan perbuatanmu adakah memadai dengan
akibat dari dua bom yang kulemparkan nanti ?"
Perkataan itu benar-benar membuat Pek Lek Cu pucat
wajahnya seketika. Memang betul pada saat itu di tangan Tan
Liong terlihat sisa tiga buah bom Pek Lek Tan yang didapatnya
dari Pek Lek Cu sendiri, hasil kemenangannya dalam
pertandingan ilmu silat secara lisan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apabila Tan Liong menggunakan bom Pek Lek Tan itu
membom Bu Tong San dan Ngo Bie San, maka tiga partai
besar dalam rimba persilatan sudah tentu tidak mau mengerti
terhadap orang yang membuat bom tersebut, yakni Pek Lek
Cu sendiri. Perbuatan Naga Merah tiruan yang telah membom
gereja Siao Lim Sie Sudah membuat Siao Lim Pay menaruh
dendam kesumat terhadap perbuatannya Pek Lek Cu. Apabila
sekali lagi Tan Liong menggunakan bom Pek Lek Tan
menghancurkan Bu Tong Pay dan Ngo Bie Pay, maka tak
dapat disangkal lagi tentu akan menimbulkan persengketaan
hebat antara tiga partai besar dengan Pek Lek Cu. Bagaimana
sanggup ia menerima dan membereskan soal itu ?
Maka setelah berdiam agak sejenak, nyalinya lantas kuncup
seketika. Terpaksa ia berkata pada Tan Liong dengan suara
dilunakkan sedikit. "Bocah, kau benar-benar lihay."
"Apa kau sendiri tidak cukup lihay ?"
Pek Lek Cu menarik napas perlahan. "diantara aku dengan
Naga Merah sebetulnya ada hubungan apakah ? tentang ini
aku masih tidak tahu. Cuma Naga Merah telah merusak
namaku dan mendapat banyak musuh. Apakah suruh aku
diam saja dan tidak mencari untuk membunuhnya ?"
Tan Liong tertawa hambar.
"Apa anggapmu Naga Merah yang muncul di dunia Kang-
zsouw sekarang ini benar-benar ada Naga Merah asli yang
muncul pada tiga puluh tahun berselang ?"
Ditanya demikian Pek Lek Cu melongo.
Lama sekali baru ia bisa buka mulut :
"Apa itu bukan Naga Merah yang asli ?"
"Betul ! Dua ekor Naga Merah yang muncul belakangan ini
adalah barang-barang palsu dan tiruan."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu, Naga Merah yang sebenarnya adakah benar
berdiam di lembah ini ?"
"Benar !"
"Kalau begitu dan kalau benar Naga Merah yang
sebenarnya belum muncul muka, aku juga tak perlu cari
padanya. Sekarang aku ingin mencari dua ekor Naga Merah
yang katamu barang tiruan dan palsu untuk membuat
perhitungan."
"Tapi jangan lupa untuk pergi ke Laut Utara mengambil
pedang Hian Peng Kiam ya ?"
Pek Lek Cu ketawa meringis. Selagi hendak buka mulut
menjawab tiba-tiba dilihatnya Tan Liong bergerak, sebentar
saja sudah berlalu dari depan matanya.
Pek Lek Cu Cuma bisa gertak gigi, dalam hati diam diam ia
berpikir. Aku Pek Lek Cu benar-benar sudah kejengkal di
tangan anak muda ini sudah kalah bertaruh, mau tak mau
harus juga pergi ke Laut Utara mengambil pedang Hian Peng
Kiam.
Lalu dengan perasaan masgul dengan diam diam ia
meninggalkan bukit Pek Kut Gan itu.
Pek Lek Cu mulai melakukan perjalanannya ke Utara. Ia
mengambil jalan melalui kota Hap Hai Hong yang dan pada
hari ketiganya ia sudah sampai di kota Chie Ciu.
Chie Ciu adalah salah satu kota besar di dalam provinsi
Kang-zsouw. Setibanya Pek Lek Cu tersebut, dia sudah lantas
mencari rumah makan dan bersantap.
Karena saat itu sudah menjelang malam dan di jalanan
besar sudah mulai orang memasang lentera.
Tatkala Pek Lek Cu keluar dari rumah makan sambil
memandang pemandangan malam di kota Chie Ciu, tanpa
merasa ia menarik nafas lagi.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selagi hendak melanjutkan perjalanannya,lagi dari
belakangnya tiba-tiba terdengar suara orang menegur :
"Sahabat, di depan bukankah Pek Lek Cu yang namanya
kesohor di dunia Kang-zsouw ?"
Ditegur secara mendadak demikian Pek Lek Cu terperanjat.
Tatkala ia berpaing, dilihatnya di sebelah belakang, di tempat
sejarak lima kaki daripadanya sudah berdiri tiga orang tua.
Maka ia lantas menjawab sambil ketawa : "Benar, Lohu
adalah Pek Lek Cu. Entah tuan tuan sendiri orang pandai dari
manakah ?"
Itu orang tua yang berdiri di ujung paling kanan yang
badannya tinggi kurus, lantas unjuk ketawa dingin lalu berkata
: "Pek Lek Thay Hiap namanya sangat kesohor di dalam dunia
Kang-zsouw. Sudah tidak mengenal kami bangsa cecere.
Cuma kami ingin tanya pada Pek Lek Thay Hiap, perkumpulan
kami entah pernah berbuat kesalahan apakah dengan tuan ?"
Pertanyaan itu benar benar membuat Pek Lek Cu seperti
tenggelam dalam kabut yang teramat gelap. Sedikitpun tak
dapat ia menangkap apa yang dimaksud dengan kata kata
orang tua tadi itu. Maka setelah berdiri menjublak sekian
lama, barulah ia buka mulut.
"Pertanyaan tuan ini apakah artinya ?" begitulah tanyanya.
Orang tua itu kembali unjukkan ketawa meringis, katanya :
"Pek Lek Tay Hiap, perlu apakah mesti berlagak pilon ?
Perkumpulan kami, Thian Seng Hwee meskipun Cuma
terhitung sebagai suatu perkumpulan kecil yang tak berarti
dalam dunia Kang-zsouw, tapi dengan kau Pek Lek Tay Hiap,
kami tak pernah menerbitkan salah. Namun demikian murid
tuan dengan bom Pek Lek Tan telah membinasakan sembilan
anggota perkumpulan kami yang terkuat. Bagaimana kau
hendak menjelaskan dalam soal ini ?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perkataan itu membuat Pek Lek Cu kaget sekali. Kiranya
tiga orang tua itu adalah anggota dari perkumpulan Thian
Seng Hwee, itu perkumpulan besar yang belakangan ini saja
munculnya di dunia Kang-zsouw yang dalam waktu sekejapan
saja sudah mengangkat nama hingga hampir hampir
berendeng dengan tiga partai besar yang lain.
Dan hal yang membuat Pek Lek Cu lebih terheran-heran
ialah ia sendiri belum pernah menerima muridl. Orang tua itu
mendadak mengatakan muridnya telah membinasakan
sembilan anggot perkumpulan Thian Seng Hwee dengan bom
Pek Lek Tan. Hal itu sesungguhnya membuat ia berada di
antara gelap dan terang.
"Kau kata" katanya kemudian "muridku menggunakan bom
Pek Lek Tan membinasakan sembilan orang anggota
perkumpulanmu yang terkuat ? Apakah itu tidak salah ?"
"Apakah Pek Lek Cu Tay Hiap tidak mengetahui
persoalannya ? " balas tanya orang tua yang tadi dengan nada
mengejek.
Pek Lek Cu sudah naik darah. "Kentut !"
Demikian dia berseru, "Sejak kapan kalian tahu Pek Lek Cu
menerima murid ? Awas aku nanti benar-benar suruh kalian
merasakan bagaimana bom Pek Lek Tan ini nikmatnya. "
Kiranya tiga orang tua itu adalah tiga kepala cabang dari
tiga tempat yang tergabung dalam perkumpulan Thian Seng
Hwee. Pada beberapa lama berselang ketika Tan Liong
membunuh sembilan tokoh terkuat orang orangnya terkuat
Thian Seng Hwee di kota Khay Hong, hal mana telah
mengejutkan dan menggemparkan perkumpulan Thian Seng
Hwee. Maka ketua perkumpulan tersebut, yang hanya dikenal
dengan nama julukannya Bong Bin Sin Kiam (Ahli pedang
berkedok) setelah mengetahui soal tersebut lantas mengutus
tiga orangnya yang paling kuat untuk mencari Pek Lek Cu
lebih dulu agar persoalan tersebut dapat dibereskan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapa tahu perbuatan itu adalah hasi perbuatan Tan Liong.
Sudah barang tentu Pek Lek Cu tidak mengetahui sama sekali.
Dan kini setelah ia mendengar kata bahwa muridnya telah
membom mati sembilan orang anggota Thian Seng Hwee,
lantas timbul anggapannya bahwa orang orang Thian Seng
Hwee sengaja mencari setori dengannya, sudah barang tentu
pula kalau darahnya lantas naik seketika.
Saat itu orang tua tinggi kurus tadi berkata pula sambil
ketawa menyeringai : "Bom Pek Lek Tan meski namanya
sangat besar dalam dunia Kang-zsouw, tenaga bomnya sangat
dahsyat, akan tetapi perkumpulan Thian Seng Hwee tidak
akan membiarkan orang-orang yang membinasakan anggota
perkumpualn lepas begitu saja. "
Perkataan orang tua yang belakangan ini mengandung arti
kata mengancam hingga keadaan pada detik itu lantas
menjadi tegang sendirinya.
Pek Lek Cu justru adalah seorang perasaan. Ketika
mendengar perkataan tersebut, ia lantas menyahut sambil
ketawa gelak : "Apabila kalian bermaksud hendak berantem ?
Mari kulayani."
Orang tua itu menjawab segera : "Benar ! Jikalau Pek Lek
Tay Hiap tidak suka memberi keadilan, kami ingin sekali
melihat apakah Pek Lek Tan, bom yang sangat kesohor iatu
dapat mengambil jiwa kami atau tidak ?"
Jawabannya itu pedas di telinganya Pek Lek Cu. Wajahnya
merah membara. Sambil berjingkrak-jingkrak, dia berkaok-
kaok : "Bagus ! Kalian berani begitu kurang ajar dan jumawa.
Akupun ingin sekali tahu kalian berapa tinggi sih
kepandaiannya ?"
Berbareng dengan itu, lantas ia melakukan serangan
dengan tangan kosong.
Pek Lek Cu adalah salah seorang dari tiga Cu atau Bu Lim
Sam Cu, sudah tentu bukanlah orang sembarangan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kekuatan serangan tangannya yang demikian hebat
dibarengi dengan keluarnya tenaga dalamnya menyapu ketiga
orang tua di hadapannya.
Tiga orang tua itu adalah tiga tokoh paling kuat dalam
perkumpulan Thian Seng Hwee, kepandaian ilmu silat mereka
pun termasuk dalam golongan orang orang kelas wahid.
Ketika mendapat serangan mendadak, tiga orang tua itu
sambil ketawa dingin sambil geser sedikit tubuhnya, serentak
mereka mengangkat tangan menyambut serangan tersebut.
Kekuatan tenaga gabungan tiga orang itu sudah tentu
hebatnya bukan main. Maka sebentar lalu terdengar suara
dentuman hebat kekuatan tenaga dalam dua pihak telah
berbenturan hingga oleh karenanya lantas timbul angin santer
yang meniup keras tanah dan debu debu di sekitar tempat
tersebut.
Pek Lek Cu bergerak lagi. Ia kali ini setelah membentak
keras : "Coba sambut Ini bom Pek Lek Tan !"
Benar benar bentakan ini mengejutkan tiga orang tua itu.
Mereka rupanya agak jeri, maka serentak mereka lompat
mundur.
Di dalam tangan Pek Lek Cu saat itu sama sekali tak
kelihatan bom Pek Lek Tan. Kalau tadi ia mengatakan
demikian, melulu untuk menggertak dan mengejutkan
lawannya supaya dapat ia melancarkan serangan lanjutan
dengan tenaga penuh.
Maka tatkala ketiga orang tua itu sedang mundur tergopoh
gopoh, Pek Lek Cu mendadak melesat ke depan, dengan
tangan kanan menggunakan gerak tipu Mendorong Gunung,
Membendung Air Lau, tangan kirinya menggunakan tipu
Gelombang Air Laut Menerjang Pantai, melakukan serangan
terhadap ketiga orang tua itu dengan hebat.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangan yang memakai dua tangan berbareng itu bukan
Cuma hebat saja, mengerikan, karena orang yang menyerang
telah memusatkan seluruh kekuatannya, tatkala kena pada
sasarannya, dua orang yang menjadi sasaran pertama lantas
roboh menjerit-jerit.
Seorang lainnya pun telah tersapu oleh kekuatan serangan
Pek Lek Cu hingga darah segar lantas tersembur keluar dari
mulutnya. Badannya mundur sempoyongan beberapa langkah,
baru bisa berdiri tegak lagi.
Pek Lek Cu tertawa bergelak-gelak, dengan suara bangga
ia berkata :


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Orang orang yang Cuma sebegini kepandaiannya berani
cari setori dengan tuan besarmu ? Lekas enyah dari sini !"
Orang tua yang tinggal seorang itu sambil menahan rasa
sakit pada luka-lukanya masih dapat menyahut : "Bagus ! Di
kemudian hari perkumpulan kami pasti akan membayangi tuan
untuk membuat perhitungan."
Orang tua itu kemudian lantas membimbing kedua orang
kawannya yang luka-luka dan menghilang dari depan mata
Pek Lek Cu.
Pek Lek Cu hanya menyaksikan berlalunya ketiga orang itu,
sambil menyeringai, tetapi selagi hendak berlalu, di
belakangnya mendadak terdengar suara orang ketawa yang
kemudian disusul dengan kata-katanya : "Hai Si setan tua Pek
Lek Cu ! Bagus sekali perbuatanmu "
Tatkala Pek Lek Cu memalingkan mukanya, di situ lantas
terlihat kenalan lamanya, yakni Ciang Hay Sin Kun, Pendekar
Kalong dan Yan San It Hiong bertiga.
Melihat ketiga orang kawannya itu muncul lagi berbareng di
tempat tersebut, Pek Lek Cu terkejut juga. Seketika itu lantas
sambil bersenyum menyahut : "Kalian bertiga hendak
kemanakah ?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciang Hay Sin Kun sambil senyum-senyum menjawab :
"Setan tua Pek Lek, barusan kau sudah salah tindak. Tiga
orang kuat dari Thian Seng Hwee itu bukankah pernah
mengatakan bahwa muridmu yang membom sembilan orang
anggota perkumpulannya, bukan ?"
Pek Lek Cu berdekat hatinya, tetapi ia masih menjawab :
"Benar, Kenapa salah ?"
"Tahukah kau siapa yang mereka maksud dengan muridmu
itu ?"
"Aku toh belum pernah terima murid ? Apa kalian tidak
tahu ?"
"Benar, tapi orang-orang Thian Seng Hwee tentu anggap
kau punya murid."
"Apa alasannya ?"
"Bukankah kau pernah bertaruh dengan seseorang ? Dan
kau toh sudah kalah tiga bom Pek Lek Tan oleh seorang anak
muda baju kelabu ?"
Pek Lek Cu tepok kepalanya sendiri : "Apa bocah itu yang
menggunakan bom itu membunuh orang-orangnya Thian
Seng Hwee ?"
"Tepat "
"Bocah itu benar-benar keparat ! Kejam sekali dia !"
Pek Lek Cu mengangguk. "Tentang ini aku pun tahu"
katanya "tapi bocah itu begitu berani coba main api di depan
mataku. Ini benar-benar tidak mengukur dirinya sendiri".
Ciang Hay Sin Kun anggukkan kepala. Mendadak ia tepok
kepalanya lalu berkata : "Kabarnya ketua Thian Seng Hwee si
Ahli Pedang Berkedok kini sudah berserikat dengan
perkumpulan Hian Peng Kauw dari Lautan Utara. Rupa-
rupanya sudah ada maksud mereka ingin menjagoi dunia
Kang-zsouw dan menggunakan kesempatan itu berangkaliTiraikasih Website http://kangzusi.com/
mau mengikis habis-habisan semua partai kecil di kalangan
Kang-zsouw. Kabarnya Ciong Lam Pay merupakan sasaran
mereka yang pertama. Tiga hari belakangan ini kudengar
partai itu kedatangan ultimatum dari Thian Seng Hwee.
Mereka mengancam supaya dalam waktu sepuluh hari paling
lambat, orang-orang kuat Ciong Lam Pay agar masuk menjadi
anggota Thian Seng Hwee. Jikalau tidak, partai itu katanya
hendak diratakan dengan tanah."
"Apa betul ada kejadian semacam itu ?" Pek Lek Cu tanya,
terkejut sekali dia.
"Mengapa tidak ? Kau tahu sendiri bukan keadaan Ciong
Lam Pay dewasa ini sejak terjadinya bentrokan dengan Ngo
Bie Pay dan telah bertempur beberapa tahun lamanya, maka
orang-orangnya yang kuat boleh dikata tidak seberapa lagi
jumlahnya. Dan sejak ketua partainya Yo Sui Peng menghilang
tak karuan paran, partai itu sekarang di bawah pimpinan
murid kepala Yo Sui Peng yaitu Oey Ju Hie. Tapi oleh murid
kepalanya ini pimpinan tak lama dipegang karena tahun lalu
dia meninggal secara mendadak. Dan jabatannya lantas
terjatuh ke tangan anak perempuan satu-satunya yaitu Oey
Bwee Cian boleh dikata ciangbunjin sementara. Kalau ditilik
dari dekat keadaan partai itu yang begitu merosot jauh, besar
kemungkinannya bisa juga ditelan Thian Seng Hwee.
Pek Lek Cu hanya dapat berseru : "Ow !" matanya nampak
merah beringas.
"Aku dengar kabar pula, katanya itu nenek kukoay Kiat Hun
Koay Po yang pada tiga puluh tahun dulu diberitakan orang
hilang, kini sudah menjadi anggota Thian Seng Hwee."
Pek Lek Cu lantas memotong "Apa ? Kiat Hun Koay Po
sudah menjadi anggota Thian Seng Hwee ? "
"Benar. Jika dilihat keadaannya, dengan adanya Kiat Hun
Koay Po di situ, perkumpulan Thian Seng Hwee itu bagaikan
macan tumbuh sayap bukan ?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berita itu benar benar membuat Pek Lek Cu terkejut sekali.
Setahunya nenek beradat ganjil Kiat Hun Koay Po itu pada
tiga puluh tahun yang lalu namanya sangat kesohor di dunia
Kang-zsouw. Kepandaian silatnya jauh lebih tinggi dari pada
Naga Merah, jago terkuat dari tiga Cu. Jikalu benar-benar
nenek itu telah menjadi anggota Thian Seng Hwee, entah
bagaimana akan jadinya dunia Kang-zsouw kemudian hari.
"Kalau begitu, kalian bertiga apakah mau pergi ke Ciong
Lam Pay menonton keramaiannya ? " demikian tanya Pek Lek
Cu. "Kau menduga tepat. " kata Ciang Hay Sin Kun. "Dan kalau
kita anggap cukup tenaga kita, mau ulur tangan memberi
bantuan untuk partai itu. Dan kau sendiri mau kemana ?"
"Aku mau pergi ke Lautan Utara mengambilkan pedang
Hian Peng Kiam untuk bocah itu. "
"Kalau begitu berpisahan di sini sajalah dulu." Kata Ciang
Hay Sin Kun pula. Suaranya tawar.
Selagi Ciang Hay Sin Kun hendak berlalu, Pek Lek Cu tiba-
tiba berseru nyaring : "Ha" dan wajahnya lantas berubah
pucat.
Kejadian yang datangnya mendadak itu membuat Ciang
Hay Sin Kun bertiga terkejut.
"Pek Lek Setan Tua, kau kenapa ?" tegur si Pendekar
Kalong.
Pendekar Kalong itu melihat Pek Lek Cu dengan wajah
ketakutannya, menunjukkan terus matanya ke ujung bajunya
Ciang Hay Sin Kun.
Ternyata di ujung bawah baju yang dipakai Ciang Hay Sin
Kun entah sejak kepan ada tertancap itu tusuk konde
berukiran Naga Merah yang menggoncangkan dunia Kang-
zsouw.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ini adalah untuk kesembilan belas kalinya tusuk konde
maut itu muncul di dunia rimba persilatan.
Si Pendekar Kalong dan Ciang Hay Sin Kun agaknya telah
mendapat firasat apa-apa. Seketika itu matanya mengikuti
pandangannya Pek Lek Cu. Dan seketika itu pula membuat
Ciang Hay Sin Kun dan Pendekar Kalong pada berubah
wajahnya.
Setelah menjublak sekian lamanya, Pek Lek Cu baru dapat
mengeluarkan perkataan : "tusuk konde Naga Merah"
Ucapan yang keluar dari mulut Pek Lek Cu itu serentak
membuat suasana berubah jadi tegang. Barangkali tak usah
Pek Lek Cu membuka mulut, mereka akan tahu juga adanya
tusuk konde perlambang maut itu.
Ciang Hay Sin Kun wajahnya pucat pasi bagaikan mayat.
Tangannya memegang tusuk konde di ujung bajunya itu
nampak gemetar.
Kejadian itu benar-benar di luar dugaan semua orang.
Tusuk konde maut itu bisa jadi mendapat alamat di atas
bajunya Ciang Hay Sin Kun mengapakah ?
Suasana yang tadinya tenang tentram kini diliputi oleh
ketegangan dan keseraman. Untuk sesaat lamanya tak
seorang pun dapat membuka mulut.
Lama sekali baru terdengar suara Ciang Hay Sin Kun yang
berkata setelah menarik napas perlahan. "Sungguh tak
nyana." Katanya, "tusuk konde ini bisa menancap di badanku."
Ucapan sesingkat itu memberatkan perasaan dan pikiran
orang-orang yang ada di situ.
Dan peristiwa yang menggemparkan itu dengan cepat telah
tersiar di kalangan Kang-zsouw.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada umumnya tidak seorang pun akan percaya kalau
tusuk konde Naga Merah itu bisa terdapat di badan Ciang Hay
Sin Kun.
Esok harinya Ciang Hay Sin Kun, Pendekar Kalong, Yan San
It Hiong telah sampai berbareng di kota Lok Yang.
Oleh karena munculnya tusuk konde Naga Merah telah
membuat tiga tokoh kuat dari rimba persilatan diliputi oleh
perasaan takut dan ngeri.
Ciang Hay Sin Kun memikirkan dirinya sendiri, rasanya
pernah bermusuhan dengan Naga Merah. Bagaimana tusuk
konde lambang maut itu bisa jatuh di badannya ?
Benar benar membuat orang tak habis pikir.
Mereka sebenarnya ingin pergi ke gunung Ciong Lam San.
Tetapi setelah dengan mendadak menerima tusuk konde
lambang maut itu, terpaksa mereka urungkan niat pergi ke
Ciong Lam San itu dan sudah bersiap sedia untuk menghadapi
Naga Merah.
Hari itu mereka menetap di rumah penginapan Thay Pek
Khek Cau.
Buat penduduk kota Lok Yang, rumah penginapan itu
hampir semua orang tahu. Rumah penginapan itu bukan
Cuma mempunyai hiasan megah dan banyak kamarnya,
hidangan araknya juga sudah kesohor keman-mana.
Tatkala Ciang Hay Sin Kun bertiga masuk ke rumah
penginapan itu, sudah waktunya orang-orang pasang lampu.
Dalam waktu demikian hampir semua tempat duduk penuh
oleh para tamu yang sedang bersantap malam. Mereka bertiga
coba mencari tempat duduk dan kebetulan di tempat yang
berdekatan jendela ada orang yang baru saja bangun, maka
tempat itu lantas diserbu oleh mereka tiga orang.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah memesan beberapa rupa hidangan, mereka bertiga
kembali membicarakan soal tusuk konde yang dianggap
sebagai lambang maut itu.
Pendekar Kalong setelah berpikir sejenak, lantas berkata :
"Loko, kau pikir tusuk konde itu siapa yang menancapkan
di bajumu ?"
"Mana aku bisa tahu ?" jawab Ciang Hay Sin Kun.
"Kau pikir apakah tak bisa jadi perbuatannya bocah itu ?"
"Siapa maksudmu ?"
"Bocah yang memakai baju abu-abu, yang menang tiga
bom Pek Lek Tan ?"
Ciang Hay Sin Kun bercekat hatinya, wajahnya nampak
kebingungan, dalam risaunya ia hanya dapat menjawab :
"Rasanya tidak mungkin"
"Belum tentu lho, dia adalah murid satu-satunya dari si
Naga Merah, sudah tentu besar kemungkinannya bisa saja
berbuat begitu. "
Belum lagi habis perkataan Pendekar Kalong, Yan San It
Hiong tiba-tiba berseru kaget dan berkata : "Apakah itu bukan
dianya ?"
Maka mereka lalu tujukan ke sudut meja di sebelah timur,
disitu terlihat seorang anak muda baju kelabu sedang makan
minum seorang diri. Dia adalah Tan Liong.
Pendekar Kalong berubah wajahnya. Dengan suara
perlahan lalu berkata : "Benar, itulah dianya. Kau kata, tusuk
konde ini mungkin dia yang menancapkan di bajumu ?"
Ciang Hay Sin Kun kembali menggeleng dan menjawab :
"Rasanya tidak boleh jadi "
Pada saat itu di undak-undakan loteng tiba-tiba terdengar
suara ribut-ribut dari orang berjalan. Hal ini membuat paraTiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetamu yang sedang makan atau minum lantas mengawasi ke
tangga loteng itu. Dan apa yang dilihat oleh mereka ?
Dua gadis muda berpakaian serba merah sudah berdiri di
mulut tangga loteng.
Dua gadis baju merah itu benar benar sangat cantik.
Seorang di antaranya, menujukan matanya ke segala jurusan,
agaknya sedang mencari tempat lowong.
Pelayan rumah makan yang di belakang mereka lantas
berkata sambil unjuk muka manis : "Nona-nona harap suka
menunggu sebentar, tentu akan ada tempat kosong."
Seorang di antara gadis itu yang badannya agak tinggi
lantas dengan suaranya yang bagai burung kenari berkata :
"Apa sudah tak ada tempat lain ?"
"Tidak ada" begitulah si pelayan menjawab.
Tan Liong yang saat itu juga angkat kepala matanya justru
beradu dengan dua bola mata gadis baju merah yang tinggian
itu. Gadis itu seperti terperanjat sedikit, tetapi hanya sekejap
lalu terdengar suara ketawanya yang merdu, kemudian
kepada kawan di sampingnya, gadis yang agak kecil, berkata :
"Adik, mari kita kesana."
Dan ia menarik tangan si adik itu ke tempat duduk Tan
Liong.
Semua tetamu yang ada di loteng itu hampir menujukan
mata mereka kepada dua gadis baju merah itu.
Tan Liong yang mengawasi kedatangannya dua gadis baju
merah itu terkejut dalam hatinya. Sebabnya salah seorang di
antara mereka yang badannya lebih pendek sedikit seperti
pernah dilihatnya entah dimana, dan waktu kapan sudah lupa
dia.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia tak berani memandang lebih lama karena saat itu dua
gadis baju merah sudah berdiri di hadapan mejanya hingga
membuat anak muda itu berdebar-debar hatinya.
Suara yang merdu terdengar dalam telinganya : "Tuan,
bolehkah kita numpang duduk di sini ?"
Tan Liong sesaat lamanya bungkam tak dapat menjawab,
tetapi kemudian lantas menyahut : "Jikalau nona tidak
menganggap terlalu sulit pergaulan lelaki dan wanita, silahkan
saja. "
"Kalau begitu, kami ucapkan terima kasih kami terlebih
dahulu. "
Pelayan itu ketika melihat Tan Liong suka memberikan
tempat duduk kepada tetamu tetamu manisnya itu, sudah
merasa gembira. Maka sambil unjuk sikap manisnya lagi lantas
ia menanya : "Nona-nona ingin bersantap apakah ?"
Gadis yang lebih tinggi badannya itu setelah duduk terus


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengawasi meja sebentar lalu berkata : "Kau sediakanlah
hidangan sama seperti yang tuan ini minta, cukuplah."
Pelayan rumah makan itu agaknya merasa heran, sambil
ketawa lebar mengawasi hidangan yang dipesan Tan Liong
kemudian setelah menyahut : "Baik" lantas berlalu.
Kejadian itu sangat menarik perhatian sekalian tetamu di
situ, tidak terkejut dengan Ciang Hay Sin Kun bertiga.
Sebab dua gadis dengan seorang pemuda yang masing
masing agaknya, dibawah sorot mata begitu banyak tetamu,
tanpa mengindahkan peraturan keras yang ada pada jaman
itu, telah duduk makan minum di satu meja bersama-sama.
Untuk sesaat lamanya Tan Liong merasa seperti duduk di
atas jarum. Hatinya merasa dak dik duk. Karena semenjak
dijelmakan hingga menjadi manusia dewasa itu belum pernah
mengalami kejadian itu. Kecantikan dan kepolosan dua gadis
itu benar-benar mengejutkan semua orang.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kejadian itu bukan hanya membuat Tan Liong merasa kikuk
dan kaget. Ciang Hay Sin Kun bertiga pun merasa heran
melihat tindakan yang diambil oleh dua gadis itu.
Pendekar Kalong sambil kerutkan kening berkata perlahan :
"Loko, itu gadis yang lebih kecil badannya, rasa-rasanya
pernah kulihat. "
Ciang Hay Sin Kun dan Yan San It Hiong yang mendengar
perkataan kawannya itu, matanya tidak ditujukan kepada
gadis baju merah yang berbadan agak kecilan itu lalu
menjawab dengan serentak :
"Benar, dimana rasanya kita pernah melihat."
Apa yang dipikir oleh Ciang Hay Sin Kun bertiga, ada
serupa dengan pikirannya Tan Liong, sebab mereka rasanya
pernah melihat gadis baju merah yang badannya agak kecil
itu. Para tamu yang pada dahar minum di rumah makan Thay
Khek Cau itu juga hampir semua merasa heran terhadap
dirinya dua gadis itu.
Tan Liong minum sendirian sambil tundukkan kepala, ia
seolah-olah tidak mempunyai itu keberanian untuk angkat
kepala sebab jika ia angkat kepalanya, matanya sudah pasti
akan kebentrok dengan pasang matanya dua dara di
hadapannya itu.
Saat itu pikirannya sedang bekerja keras, entah dimana ia
pernah melihat wajahnya gadis yang badannya agak kecil itu ?
Saat itu pelayan rumah makan sudah mengantarkan
hidangan yang dipesan oleh dua gadis baju merah itu.
Gadis yang badannya agak besaran itu mengawasi Tan
Liong yang sedang minum sendirian sejenak, lalu berkata
kepada adiknya sambil tertawa hambar :Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adik, sungguh tidak enak sekali, oleh karena memberi
tempat bagi kita, sampai orang tidak berani angkat kepala,
kau kata ada mirip dengan kelakuannya satu gadis tua tidak ?"
Ucapan yang dikeluarkan dari satu mulut kecil mungil
dengan nada suara sangat merdu, namun ada mengandung
ejekan, telah membuat para tetamu yang mendengarnya pada
merasa geli, sedangkan Tan Liong yang mendengar itu,
segera mengerti bahwa perkataan itu ditujukan kepada
dirinya, maka ketika itu wajahnya lantas merah kemalu-
maluan.
-o0o0dw0o0o-
JILID ke : 11
Gadis baju merah itu sesungguhnya sangat keterlaluan.
Gadis yang kecilan itu ketawa dan menjawab,
"Enci, jangan menyakiti hatinya, kau lihat orang sampai
merah mukanya, "
Sang enci itu ketawa cekikikan. "Kau jangan menganggap
dia seperti gadis tua akan tetapi orangnya hehh! Sungguh tak
boleh dibuat gegabah. "
"Bagaimana enci bisa tahu? "
"Sebentar aku bisa beritahukan padamu, siapa adanya dia.
Kau nanti akan percaya perkataan encimu. "
Kedua gadis itu bicara seenaknya saja. Agaknya tak pernah
mereka melihat adanya Tan Liong didepannya.
Hal ini bukan cuma membuat Tan Liong merasa panas
wajahnya, tetapi juga membuat ia tidak enak duduk di situ,
Karena merasa sudah tak dapat menahan sabarnya lagi
Tan Liong tiba-tiba angkat kepalanya, matanya menyapu dua
gadis itu dan berkata dengan suara dingin.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Harap nona-nona suka pegang derajat sedikit supaya kita
tidak sampai melukai hati masing-masing. "
Gadis yang agak besaran itu sambil ketawa berkata, "Adik,
tidak salah toh ucapanku tadi. Sekarang kelihatannya dia
sedang gusar. "
Sang adik, gadis yang kecilan itu rupanya merasa kasihan,
maka lantas menyahut,
"Enci, sudahlah. "
Sang enci ketawa dan menyahut, "Baiklah aku tak akan
berkata apa-apa lagi. Cuma, adikku yang baik, janganlah kau
pikir yang tidak-tidak. "
Perkataan yang mengandung arti dalam itu membuat si
adik wajahnya merah seketika, lantas berkata pada encinya
itu, "Enci, jangan omong segala yang bukan-bukan! Aku tak
senang. "
Mereka lantas mulai melahap hidangannya. Dan selagi
mereka berdua menyikat makanannya suasana kembali
tenang.
Tan Liong kembali memikirkan tentang gadis yang kecilan
itu. Yang jelas masih berbayang dimatanya seperti pernah
melihat. Dan sekarang ia mulai mengingat-ingat ...... "
Siapapun takkan menduga dan tak ada orang yang percaya
bahwa di dalam sebuah rumah makan yang selalu penuh
sesak dengan tetamunya itu sebetulnya sedang diliputi oleh
suasana gawat yang setiap saat bisa meledak!
Dan suasana tegang itu sedetik demi sedetik telah
meningkat kepuncaknya tanpa diketahui orang......
Agaknya Pendekar Kalong yang mempunyai ingatan tajam
sedikit daripada kawan-kawannya, stelah mengawasi Tan
Liong dan gadis baju merah itu sejenak, dalam otaknya tiba-
tiba seperti ingat sesuatu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan dengan suara perlahan lalu berkata pada dua kawan
lainnya,
"Loko, aku sekarang telah mendapat suatu pikiran."
"Pikiran apa?"
"Bukankah Loko telah menerima tusuk konde Naga Merah?"
"Apa perlumu menanyakan soal itu lagi. Diamlah. "
"Justru aku mau membicarakan soal itu. Tusuk konde itulah
yang mungkin ditinggalkan oleh bocah itu. Dan apa sebabnya
aku bisa pikir sampai kesitu sudah tentu bukan tanpa sebab.
Bocah itu adalah murid si Naga Merah. Dan tusuk konde yang
pertama muncul di dunia Kang-zsouw sudah tentu adalah
perbuatannya."
Ciang hay Sin kun mengangguk.
Pendekar Kalong berkata pula. "Tapi kita harus sedikit
berlaku hati-hati tidak perduli siapapun yang memberi tusuk
konde itu padamu pertama yang harus kita ambil tindakan
mendekati dia. Jangan sampai dia mendekati kita barang
setengah tindak saja. Jikalau tusuk konde itu orang lain yang
menimpukkan, berarti kita telah mendapat satu pembantu
berharga."
Pikirnya Pendekar Kalong itu memang benar masuk di akal.
Maka setelah mengangguk Ciang hay Sin kun lantas berkata,
"Baiklah, setelah nanti dua gadis baju merah itu pergi,
kesanalah kau. "
Tetapi pada saat itu suatu kejadian yang menakutkan telah
terjadi dengan tiba-tiba.
Tan Liong setelah mengasah otaknya, mengingat ingat
siapa adanya gadis baju merah itu, dan ia lantas ingat
seseorang.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah berseru, "Aaaa!" tangan kananya lantas
menggebrak meja sehingga lantas terdengar suara keras, dan
mangkok cangkir pada jungkir balik pada pecah kemana-mana
membuat kaget semua tetamu yang sedang makan minum di
situ.
Tepat pada saat Tan Liong menggebrak meja tadi kedua
gadis itu lantas melesat lompat ke samping.
Seketika itu juga para tetamu lantas pada meninggalkan
tempat duduk masing-masing mereka tak mengetahui apa
sebetulnya yang telah terjadi.
Tan Liong dengan sorot mata berapi-api menatap dua gadis
baju merah itu. Ia lantas berkata, "Aku kira siapa! Tidak
tahunya kalian si Dua Naga?"
Tan Liong sudah dapat ingat bahwa gadis baju merah yang
badannya agak kecilan itu adalah itu Naga merah palsu yang
dulu pernah dilukainya dalam suatu pertarungan sengit
disuatu desa dalam kota Kay hong.
Perkataan Tan Liong sesingkat itu tambah membingungkan
para tamu yang berada di situ.
Pada saat itu dari bawah kelihatan berjalan naik kasir
rumah makan itu. Ketika melihat keadaan demikian lantas
ketakutan setengah mati. Dengan badan gemetaran si pemilik
rumah makan berkata, "Apa sebetulnya yang terjadi? "
Para tamu agaknya merasakan hawa panas dan suasana
gawat dirumah makan tersebut, maka pada lari serabutan
turun ke bawah dan meninggalkan tempat di atas itu.
Sekarang di ruangan yang luas itu hanya tinggal tiga orang
muda itu, dan gadis baju merah yang besaran itu lantas
berkata,
"Benar. Kau ternyata jeli, dapat lagi mengenal orang."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong ketawa besar kemudian berkata, "Perhitungan
antara kita sudah harus dibereskan sekali lagi."
Setelah berkata begitu perlahan-lahan ia mendekati si gadis
baju merah.
Kejadian itu membuat Ciang hay Sin kun dan dua
kawannya yang lain pada terperanjat. Mereka tak tahu ada
permusuhan apa antara Tan Liong dengan dua gadis itu.
Gadis yang besaran itu berkata pula,
"Antara kau dengan aku sebetulnya laksana air sumur yang
tak pernah terganggu oleh air sungai. Perlu apa harus
melakukan pertempuran mati-matian! Lagipun orang yang
mencari kau, jumlahnya terlalu besar. Apa lagi malam ini
masih perlu kau menyelesaikan satu tugas menggempur si
manusia gaib, bukan? "
Pertanyaan itu membikin Tan Liong kaget dalam hatinya.
Apakah perbuatan yang menaruhkan tusuk konde di atas
dirinya Ciang hay Sin kun sudah diketahui olehnya?
Tetapi kemudian ia bisa berpikir dengan otak dingin. Soal
itu tak terlalu bisa diherankan, sebab jikalau bukan mereka
sudah tentu adalah Tan Liong sendiri yang berbuat.
Kini si pemuda mendengar gadis yang besaran itu buka
mulut pula. "Adik," katanya, "Mari kita pergi. Berkelahi di atas
loteng orang, bisa bikin pecah piring mangkok, ini bisa
membikin kita berabe."
Setelah berkata begitu tanpa memandang Tan Liong lagi ia
sudah putar badan dan turun ke bawah.
Tan Liong mendadak lompat dan menghadang di hadapan
mereka, berkata dengan nada dingin, "Nona-nona ingin pergi
tidak semudah itu. "
Gadis yang besaran itu lantas berkata, "Dan yang kau
inginkan? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang aku inginkan? Oho! Gampang sekali. Bereskan dulu
urusan kita, yang lain boleh pikir belakangan. "
Gadis yang besaran itu berdiri alisnya, dan berkata,
"Kalau memang maksudmu ingin berkelahi bolehlah. nanti
pukul tiga tengah malam kita berjumpa lagi dikelenteng tua
yang dari sini kira-kira letaknya lima lie."
"Apa ini akal muslihatmu menunda waktu? "
"Apa kau kira aku takut padamu? "
"Aku toh tak pernah kata kalian takut padaku? "
"Ingatlah! Berkelahi juga boleh, tapi jangan di sini. Kalau
barang orang pecah, aku sih tak suka mengganti segala
kerugiannya. "
Setelah berkata begitu, tanpa menanti jawaban setuju atau
tidaknya Tan Liong, lantas mereka turun ke bawah melewati
sisinya Tan Liong.
Kali ini Tan Liong tidak mencegah dua gadis itu. Anggapnya
perkataan dua gadis itu cukup beralasan. sebab jikalau
memecahkan barang orang lain, sebetulnya memang berabe
juga.
Maka seketika juga ia merogoh sepotong uang perak yang
diberikan pada kasir, "Uang ini selain untuk membayar
hidangan kami, juga untuk mengganti kerugian barang-barang
yang pecah tadi. "
Setelah itu ia sendirian dengan cepat meninggalkan tempat
tersebut.
Ciang hay Sin kun, Pendekar kalong dan Yau san It hiong
bertiga tatkala menyaksikan peristiwa tadi mendadak ingat
sesuatu. Pendekar Kalonglah yang buka mulut terlebih dahulu.
"Ciang hay Loko dengarlah aku." katanya. "Barusan, itu gadis
baju merah kata pemuda itu malam ini perlu menggempur itu
orang gaib bukan?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciang hay sin kun mengangguk matanya bersinar.
Pendekar Kalong berkata pula, "Loko ada mempunyai
julukan ?manusia gaib? di suatu masa. Dari mulut gadis baju
merah tadi itu orang meninggalkan tusuk konde itu atas
dirimu tentu adalah bocah itu."
"Ini benar-benar membuatku tak habis pikir. Aku tahu
bocah itu sama sekali tak pernah mempunyai permusuhan."
Keterangan Ciang hay Sin kun membuat dua kawannya
melongo. Mereka agaknyapun tak mengerti.
Suasana sunyi.
Lama sekali ...... baru terdengar lagi suaranya Pendekar
Kalong, "Loko batas waktu yang diberikan oleh tusuk konde
itu kapankah? "
"Malam ini. "
Saat itu Yan san It hiong yang semenjak tadi selalu
bungkam, mendadak buka mulut, "Jiwi Loheng, aku sekarang
ingat. Itu gadis yang kecilan tadi bukankah si Naga Merah
tiruan yang dilakukan bocah tadi itu di kota Koay hong?"
Dengan perkataannya Yan san It hiong itu kini telah
membuat Ciang hay Sin kun dan Pendekar Kalong mengingat
kembali semua kejadian yang pernah mereka saksikan maka
dalam hati lantas berpikir. "Pantas seperti pernah lihat.
Kiranya si Naga Merah tiruan .... "


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Kalong lantas berkata, "Benar dan gadis baju
merah tadi sudah ingat aku, betul merekalah yang menyaru
Naga Merah. "
Dengan adanya pertukaran pikiran itu membuat Ciang hay
Sin kun bercekat hatinya. Sekarang ia dapat memastikan
bahwa tusuk konde Naga Merah perlambang maut yang
disematkan atas bajunya jikalau bukan Tan Liong tentu adalah
dua gadis baju merah itu yang berbuat.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan di antara ketiga orang itu entah siapa yang melakukan
ini yang membuat Ciang hay Sin kun belum dapat
memecahkan persoalannya. Tidak demikian halnya dengan
Pendekar Kalong, orang ini dalam pikirannya, melihat dari apa
yang terjadi barusan ada kemungkinan besar bahwa orang
yang memberi tusuk konde itu pada kawannya pasti adalah
Tan Liong si pemuda baju kelabu.
Dan untuk mendapat kepastiannya ia lalu memikir hendak
mengikuti perginya pemuda itu lebih lanjut. Maka lantas
diutarakannya pikirannya itu kepada dua orang kawannya,
"Sekarang telah kita ketahui yang memberi tusuk konde itu
pasti adalah bocah itu atau salah satu dari dua gadis baju
merah tadi. Tapi siapa yang berbuat begitu berani perlu kita
bikin penyelidikan. Mari kita turun ke bawah, kita lihat mereka
bertempur. "
Pikirannya itu mendapat sambutan setuju dari dua kawan
lainnya.
TAN LIONG mengikuti dua gadis baju merah tadi. malam
itu juga setelah sampai di sebuah rimba yang luasnya kira-kira
tiga lie persegi dan gadis baju merah itu baru menghentikan
langkah mereka.
Oleh karena sangat membenci pada perbuatan dua Naga
Merah tiruan yang melakukan pembunuhan terus menerus
maka malam itu Tan Liong telah menetapkan suatu keputusan
mereka harus menjelaskan sebab-sebab semua peristiwa yang
lalu.
Maka Tan Liong setelah mengawasi dua gadis baju merah
itu sejenak lalu dengan nada dingin berkata,
"Mengapa kalian menyaru dan memakai nama Naga Merah
melakukan kejahatan? Lekas jawab ! "
Gadis baju merah yang besaran itu sambil ketawa dingin
menjawab,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perduli apa kau ! Seandainya benar kami menggunakan
nama Naga Merah, kau mau apa? "
Berhenti si gadis sejenak, setelah mengawasi adiknya
berkata pula, "Adik dulu yang melukai kau adalah dia ini? "
Gadis yang badannya agak kecilan memandang Tan Liong
sejenak dengan sorot mata gusar tetapi kegusarannya itu
agaknya hanya sekejap saja dan lantas lenyap tak kelihatan
lagi. Wanita itu hanya memperlihatkan senyum ewah sambil
mengawasi si kakak berkata, "Aku benci suruh aku bikin dia
mati? "
"Kepandaianmu masih dibawahnya, kau bukan
tandingannya? "
"Kalau begitu apa enci ingin mewakili membunuhnya? "
Sang enci itu mengawasi adiknya sejenak, mendadak dari
sorot mata si enci tampak berubah. Ia seperti melihat apa-apa
yang kurang beres ......
Dan apa-apa yang dilihat olehnya itu, dalam perhubungan
antara pria dan wanita, ada sangkut pautnya erat sekali.
Iapun dapat merasakan itu apa yang sedang dipikir adiknya
pada waktu itu, agaknya telah juga masuk diakalnya.
Dalam sejarah kehidupannya, gadis-gadis yang sebaya
dengan mereka, yang saat itu sudah mendekati usia dua puluh
tahun, sudah sewajarnya kalau muncul perasaan "apa-apa"
itu. Mengingat akan hal itu, dengan sendirinya wanita yang
besaran itu memandang Tan Liong sejenak lalu berkata kata
pada dirinya sendiri, "Memang kalau bisa mendapat kawan
hidup seperti orang ini kita juga tidak kecewa dalam
penghidupan."
Karena hatinya berpikir demikan pipinya lantas menjadi
merah dadu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong yang melihat dua gadis itu masih berdiri tegak,
wajahnya lantas berubah dan ia lantas berkata dengan suara
gusar. "Apa sebabnya nona harus menggunakan nama Naga
Merah! Bukankah lebih baik lekas menjawab? Apa perlu aku
turun tangan lebih dulu?"
Gadis yang agak besaran itu melirik Tan Liong dengan
sudut matanya, hatinya berdebar. Pada saat itu barangkali
pemuda itu sudah ingin membunuh sekali.
Maka lantas sang kakak ini menjawab, "Kami kakak beradik
bolehkah lebih dulu mengetahui nama tuan yang mulia?"
Jawaban berupa pertanyaan itu sesungguhnya jauh diluar
dugaan Tan Liong. Sungguh tak pernah ia menyangka kalau
dua gadis baju merah itu bukan saja tidak menjawab langsung
pertanyaannya, sebaliknya malah menanyakan namanya.
maka seketika itu ia hanya meloncat tak dapat menjawab.
"Kita toh akan berkelahi, perlu apa dengan soal nama
segala? Tak perlu"
Gadis yang agak besaran itu ketawa suaranya merdu sekali,
kemudian berkata lagi!
"Justeru karena kita hendak berkelahi aku tidak menanya.
Bagaimana harus berkelahi tanpa mengetahui lawan yang kita
kalahkan? Tentu akan ditertawakan orang saja."
Tan Liong merasa kewalahan, terpaksa menjawab.
"Namaku Tan. dan nona berdua? "
"Enciku bernama Chie Peng, aku sendiri Chie Cui" nyeletuk
si adik.
Chie Peng agaknya tak senang namanya diberitahukan
kepada orang lain, ditatapnya wajah adiknya itu sejenak,
anggapnya sang adik itu terlalu cepat dan terlalu gegabah
memberikan jawaban.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chie Cui yang dipelototi oleh si enci, terkejut sekali. Sambil
balik menatap wajah encinya itu, berkata, "Enci, apakah aku
salah kata? "
"Adik, aku toh tidak katakan kau salah kata?" jawab sang
enci sambil menghela napas.
Chie Cui tersenyum. dari sini da[at dilihat pebedaan sifat
kedua gadis itu. Yang satu yakni yang besaran hati-hati
sikapnya sedang adiknya masih bersifat kekanak-kanakan,
"Nama masing-masing sudah tahu sekarang boleh kita
berkelahi." menantang Tan Liong dengan sikap dingin.
"Tuan, kita tahu bahwa orang yang kau ingin ajak berkelahi
malam ini belum tentu adalah kita orang!" kata Chie Peng
sambil ketawa dingin.
Ia berhenti sejenak, matanya yang jeli mengawasi keadaan
disekitarnya lalu berkata pula,
"Orang yang hendak mencari kau sudah datang semua
......"
Perkataan tu membuat Tan Liong diam-diam terperanjat. Ia
mengawasi keadaan sekitarnya, tiba-tiba ada muncul lima
orang tua.
Menyaksikan keadaan demikian Tan Liong segera mengerti
bahwa dua gadis she Chie itu telah memancing padanya
datang kemari, memang ada maksudnya.
Karena itu. maka seketika itu alisnya lantas berdiri, dengan
wajah penuh hawa amarah ia berkata sambil tertawa
mengejek,
"Nona nona telah memancing aku yang rendah datang
kemari, agaknya sudah nona rencanaknan lebih dulu. Orang
kata bahwa dalam dunia ini yang paling kejam adalah hati
wanita, rasanya perkataan itu sedikitpun tidak salah ...... "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berbareng dengan itu lantas badannya lantas melompat
dengan kecepatan bagaikan kilat, ia melancarkan dua kali
serangan tanan kosong.
Serangan yang dilakukan secara tiba-tiba itu,
sesungguhnya diluar dugaan Chie Peng, maka seketika itu hati
gadis ini gelisah. Sedangkan kekuatan tenaga dari
serangannya Tan Liong saat itu sudah mengancam dirinya.
Chie Peng terpaksa dengan tersipu-sipu memutar
tubuhnya, tangannya dikeataskan dan maju merangsak
menyambuti serangan Tan Liong.
Suatu benturan kedua kekuatan lantas terdengar amat
nyaring. Di situ lantas timbul angin hebat, sampai tanah pada
mengepul naik.
Pada saat itu tiba-tiba ada sesosok bayangan orang yang
melayang turun di hadapan Tan Liong.
Pemuda itu terperanjat. Sampai mundur dia dua tindak,
tatkala ujung matanya melirik siapa orang yang datang secara
tiba-tiba itu ternyata adalah seorang tua, ditangannya
tergenggam sebuah tongkat besi.
Orang tua itu lantas menanya dengan sikap dan nada
suaranya yang dingin, "Adakah tuan ini yang bernama Tan
Liong? "
Pada waktu itu empat orang tua yang lainnya yang
mengikuti orang tua yang duluan sudah berbaris dan berdiri di
hadapan Tan Liong.
Selagi Tan Liong baru saja hendak menjawab, terdengar
suara merdunya Chie Peng yang berkata , "Tan Siangkong,
kami ingin minta diri lebih dulu. Sebagai orang-orang dalam
kalangan Kang-zsouw, tak usah kuatir kita nanti tak bertemu
lagi."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sehabis mengucapkan perkataannya itu Tan Liong hanya
melihat berkelebatnya dua bayangan merah, dua gadis jelita
berbaju merah itu sudah lenyap dari pandangannya.
Tan Liong berubah wajahnya. Meski ia telah mengetahui
dua gadis itu tanpa dapat dicegah akan berlalu tetapi rupa-
rupanya ia masih penasaran maka mendadak ia berseru, "Ke
mana kalian pergi ...... ?"
Dengan cepat badannya melesat juga arahnya ke tempat di
mana dua wanita muda tadi menghilang.
Tetapi baru pemuda ini bergerak, lima orang tua yang
menghadang dihadapannya mendadak pada mengirim
serangan-serangan mematikan dengan tangan kosong.
Serangan tangan kosong yang dilancarkan oleh lima orang
itu tergabung laksana gelombang air laut yang menyerbu
pantai, hebatnya bukan buatan. Oleh karena tahanan itu pula
si pemuda dengan hati mangkel urungkan niatnya dan lantas
melompat menepi menghindarkan serangan gabungan itu.
Dengan demikian maka kedua gadis baju merah itu juga
sudah tak tampak bayang-bayangnya sekalipun lagi.
Tan Liong mengkal hatinya, dirasakan dadanya turun naik
bergelombang matanya memancarkan sinar menakutkan.
Dengan gerakan lambat-lambat lantas dihampirinya kelima
orang itu, agaknya sudah ingin menelan bulat-bulat dirinya
lima orang tua tersbut. Dia menggeram sambil kertak gigi.
Dan tanpa banyak bicara pula lantas menerjang lima orang
tua itu sedang dalam hatinya sudah berpikir hendak
menghabiskan nyawa kelima orang tua itu.
Diantara berkelebatnya bayangan tangan orang yang sudah
kalap itu, dalam waktu sekejapan saja Tan Liong sudah
melancarkan delapan kali serangan-serangannya.
Kemurkaan dan napsu membunuh telah mempengaruhi
hati kecilnya anak muda itu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Amarahnya benar-benar telah memuncak. Sebab jikalau tak
karena kelima orang tua itu tentu dua gadis baju merah itu
takkan dapat lolos darinya dengan begitu mudah.
Serangan Tan Liong itu benar-benar hebat. Diantara lima
orang tua itu sudah dua orang yang bergelimpang jatuh
terkena angin serangannya. Darah segar lantas tersembur dari
mulutnya masing-masing.
Tiga orang yang lain, melihat gelagat tidak menguntungkan
lantas pada mundur teratur.
Tan Liong agaknya belum mau sudah. Dengan wajah tetap
beringas dihampirinya lagi sisa-sisa korbannya dengan suara
nyaring,
"Apa maksud kalian mencari setori dengan tuan mudamu.
Sekarang jangan harap kalian bisa kembali ke rumah dalam
keadaan masih bernyawa !"
Menyaksikan sikap angkernya Pemuda itu, ketiga orang tadi
pada bergidik tanpa terasa, "Ada satu hal kami ingin tahu
kepada tuan. Orang yang melemparkan bom Pek lek tan
membunuh sembilan orang perkumpulan kami adakah tuan
sendiri orangnya? "
Mendengar pertanyaan itu Tan Liong bercekat hatinya.
Lantas dijawabnya dengan suara kuat-kuat.
"Apa tuan-tuan tiga orang tua ini dari Thian seng hwee ?"
Seorang diantara tiga orang itu menjawab dengan lantang,
"Benar !"
Tan Liong lantas dongakkan kepala dan ketawa bergelak-
gelak.
"Membunuh beberapa gelintir manusia manusia semacam
mereka saja apakah artinya ?" demikian katanya, "Kalian kalau
benarpun orang-orangnya Thian seng hwee rupanya malam iniTiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga harus menemani kawan-kawanmu yang Sembilan orang
itu !"
Tiga orang tua itu mendengar perkataan tersebut pada
terperanjat. Seorang diantaranya selagi hendak menjawab,
sudah didahului lagi oleh Tan Liong. "Aku ingin tanya dulu
pada kalian benarkah perkumpulan Thian seng hwee pernah
mengirim ultimatum ke partai Ciong lam pay minta supaya
partai itu menakluk pada perkumpulan kalian dalam waktu
sepuluh hari ?"
Orang tua yang dihadapi itu menjawab dengan senyum
bangganya. "Benar" katanya.
Tan Liong ketawa bergelak-gelak lagi setelah itu mendadak
wajahnya berubah keren dengan suara dingin berkata,
"Oleh karena itu sekarang kuampuni jiwa kalian tidak ingin
kubunuh. Dan kalian lekas pergi dari sini, kabarkan pada ketua
kalian bahwa aku dalam waktu tiga hari akan datang kesana
kalau mereka tidak menarik kembali ultimatum itu. Kalian
dengar? Katakan sekalian. Aku datang dengan membawa
banyak bom Pek lek tan ingin menghancur leburkan pusat
Thian seng hwee kalau tidak menurut !"
Baru saja Tan Liong menutup mulut dari jauh terdengar
suara orang ketawa lalu kedengaran lagi suara itu yang
berkata, "Bocah, kau sungguh jumawa."
Tan Liong cepat menoleh di suatu tempat kira-kira tiga
tombak dari padanya ada berdiri seorang wanita cantik
pertengahan umur.
Tiga orang itu ketika melihat wanita cantik itu muncul


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

secara mendadak, terperanjat juga agaknya. Mereka serentak
berlutut dan berkata. "Nyonya .."
Perempuan cantik itu dengan sikap dan nada dingin
berkata,
"Samwi Tongcu silahkan bangun"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga orang tua itu dengan sikap sangat hormat sekali
menyahut "Baik" dan lantas bangkit perlahan dan berdiri di
samping.
Perempuan cantik pertengahan umur itu dengan matanya
yang jeli mengawasi Tan Liong sejenak, lalu tertawa cekikikan
kemudian ketika memalingkan matanya ke tempat di mana
dua tongcu yang sudah rebah binasa ditanah berkata lagi,
"Bocah, kepandaianmu benar-benar tidak ringan dapat
membunuh tiga tongcu perkumpulan kami membuktikan kau
ada menyimpan kekuatan cukup tinggi. Semasa kau dalam
usia mudamu ini kepandaian dan kekuatan tenagamu begitu
hebat, sungguh amat mengagumkan."
Sehabis berkata kembali perempuan itu ketawa cekikikan.
Tan Liong mengetahui munculnya perempuan cantik
pertengahan umur itu dapat muncul tiba-tiba tanpa ia
mngetahui sendiri heran dalam hatinya.
Wanita itu sekalipun usianya sudah tak bisa dikatakan
muda lagi, tetapi kecantikan parasnya sungguh luar biasa.
Kulit badannya yang sebegitu putih halus potongan atau raut
mukanya yang begitu menyegarkan macam buah Co, benar-
benar seperti bidadari baru turun dari kayangan. Cuma sayang
sedikit, diantara alis dan matanya yang tajam laksana gunting
itu ada tersenyum kegenitannya.
Tan Liong dalam hati mengerti bahwa perempuan cantik
pertengahan umur itu dalam perkumpulan Thian seng hwee
pasti mempunyai kedudukan tinggi sekali, sebab kalau tidak
tentu takkan ketiga orang tua tadi menyembah sujud begitu
rupa sampai berlutut-lutut juga.
Ia lalu dengan sikap dan nada dingin bertanya "Apa kau
juga orangnya Thian seng hwee ?"
Perempuan cantik pertengahan umur itu obral ketawanya
yang merdu terdengarnya. "Benar" katanya. "Aku adalah salahTiraikasih Website http://kangzusi.com/
satu orangnya Thian seng hwee. Sekarang giliranku bertanya,
Kau sudah membunuh sebelas orang anggauta perkumpulan
kami, bagaimana dengan perbuatanmu itu kau hendak
menjelaskan?"
Wajahnya Tan Liong berubah segera. Dengan tegas
menjawab lagi,
"Jangan kata cuma sebelas orang, pusat perkumpulan
kalian sekalipun kalau dalam tempo tiga hari kemudian tak
menarik kembali ultimatum mengancam Ciong lam pay, dapat
dengan mudah sekali kuhancur leburkan dengan bom Pek lek
tan."
"Ia barangkali tidak semudah yang tuan kira" begitu
perempuan itu berkata lagi.
"Boleh coba saja" kata Tan Liong sinis. "Pulanglah ke
markasmu, beritahukan pada ketuamu kalau tak menarik
ultimatum yang diberikan pada Ciong lam pay tahu sendiri.
Lihat saja aku bisa atau tidak menghancur leburkan markas
kalian itu !"
Sehabis mengucapkan perkataannya itu, tanpa
memperdulikan lagi perempuan cantik itu Tan Liong lantas
balikkan badan dan berlalu.
Perempuan cantik itu ketika melihat Tan Liong berlalu,
lantas bergerak menghadang didepannya seraya berkata,
"Tuan,.."
"Barusan apa lagi yang perlu kita bicarakan ?" tegurnya Tan
Liong gusar.
"Tuan telah membela partai Ciong lam pay apakah tuan
mempunyai hubungan dengan partai tersebut ?"
"Perlu apa kau ingin tahu aku ada hubungannya dengan
Ciong lam pay atau tidak ?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau tidak ada hubungannya, kau tidak usah campur
tangan dalam perkara partai itu."
"Kau terlalu bawel! Lekas enyah dari sini dan beritahukan
pada ketuamu. Dalam waktu tiga hari suruh ia tarik lagi
ultimatumnya untuk Ciong lam pay itu ! "
Perkataan itu membuat perempuan cantik itu berubah
parasnya. Dia lantas berkata dengan sikapnya angkuh agung,
"Aku mewakili ketua membalas kata-katamu, perkumpulan
kami takkan menarik kembali ultimatum itu. "
Tang Liong berubah wajahnya. Napsu membunuhnya
nampak jelas pada wajahnya, sambil ketawa bergelak-gelak
berkata,
"Perkataanmu sungguh sombong! Kau toh bukan ketua?
Omonganmu itu tak berlaku! "
"Setiap perkataan yang keluar dari mulutku, serupa dengan
ancamannya ketua! "
"Jadi maksudmu, kau nyonya ketua? "
"Kalau ya bagaimana? Dan jika tidak apa maumu? "
"Kalau kau benar nyonya ketua, itu yang paling baik. Aku
masih ada ucapan yang itu-itu juga sifatnya. Jikalau
perkumpulanmu tidak menarik kembali ultimatum untuk Ciong
lam pay itu, akan kuhancurkan pusat perkumpulan itu! Titik! "
Pada saat itu tiga Tongcu Thian seng hwee yakni tiga orang
lihai yang berdiri di samping, ketiganya melompat melesat
menghadang dihadapan Tan Liong.
Mereka agaknya hendak menantikan perintah dari
perempuan cantik itu, tak lantas bertindak. Mungkin asal saja
perempuan itu membuka mulut mereka akan segera
menyerang.
Dengan demikian kembali suasana berubah menjadi gawat.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perempuan cantik pertengahan umur itu menatap wajah
Tan Liong sejenak, lalu berkata,
"Jangan kata tuan dapat masuk ke pusat perkumpulan
kami, sekalipun malam ini. Jikalau kau bisa pulang kerumah
dalam keadaan selamat rasanya juga bukan soal gampang."
"Kalau begitu coba-coba saja sekarang kau buktikan
ancamanmu itu." kata Tan Liong dan ia pun lantas bersiap
sedia hendak menantikan segala kemungkinan.
Diparasnya perempuan pertengahan umur yang cantik
molek itu tiba-tiba terkilas senyum iblisnya, matanya yang
tajam mengawasi ketiga Tongcunya, lalu berkata dengan
suara yang nyaring,
"Samwi Tongcu dengar perintah! "
"Teecu sekalian siap." demikian sahut tiga Tongcu itu
serentak.
"Harap Samwi Tongcu tangkap bocah itu jangan coba-coba
menentang. Ingatlah hukumannya orang yang melanggar
perintah! "
Ketiga orang tua itu tetap dengan sikap hormatnya
menjawab, "Ya, baik." kemudian dengan lambat-lambat
menghampiri Tan Liong.
Pemuda itu dengan paras berubah dengan suara bengis
berkata,
"Kau sendiri tidak mau gulung lengan baju mengantar jiwa?
Apa Cuma bisamu menyuruh orang lain dijadikan kambing
hitam? "
Setelah itu badannya lantas bergerak menerjang ke arah
perempuan cantik itu.
Tetapi baru saja Tan Liong bergerak, tiga orang tua itu
sudah mendahului dan melancarkan serangan hebat.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga orang itu begitu bergerak turun tangan lantas
menyusulkan serangan lanjutan yang dilancarkan begitu cepat
dan gencar.
Sambil membentak dengan suara keras Tan Liong dengan
kedua belah tangannya menyambutii serangan ketiga orang
tua itu.
Tan Liong pada saat itu sudah seperti orang kalap. Setiap
serangan yang dilancarkannya selalu menggunakan seluruh
kekuatan tangannya dan setelah menyambuti serangan ketiga
orang tua itu lalu melesat kedepan perempuan cantik itu lagi
dan mengirim satu serangan kepada orang itu.
Gerakan Tan Liong kali ini sungguh cepat dan gesit luar
biasa.
Perempuan cantik pertengahan umur itu diam-diam juga
terperanjat buru-buru melompat ke belakang barulah berhasil
dapat menghindarkan serangan pemuda tadi.
Semua kejadian itu hanya makan waktu yang sangat
singkat sekali.
Ketiga Tongcu itu selagi hendak turun tangan lagi, tiba-tiba
terdengar suara si pemuda membentak, "Kalian diam !"
Suara itu mengguntur terdengarnya, sampai telinga tiga
orang tua Thian seng hwee itu seperti ketulian, dan benar saja
mereka lantas pada berhenti tak bergerak lagi.
Diwajahnya Tan Liong saat itu terlihat jelas napsu
membunuhnya yang selamanya belum pernah tertampak.
Dengan mata beringas perlahan-lahan dia berjalan
menghampiri perempuan cantik itu sembari berkata dingin,
"Benar-benar kau mau suruh ketiga Tongcumu ini
mengantar jiwa dengan cuma-cuma? Dan kau sendiri tak mau
turun tangan? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tingkat dan kedudukanmu terlalu kecil. Belum ada
harganya aku turun tangan menangkapmu." begitulah
jawaban yang keluar dari mulut perempuan cantik itu.
Untuk kesekian kalinya Tan Liong mendengar pula betapa
orang ini mengatakan bahwa tingkat kedudukannya terlalu
kecil, maka dengan wajah berubah bengis ia lantas berkata,
"Dan kau sendiri berapakah tinggi tingkat kedudukanmu? "
"Setidak-tidaknya jauh lebih tinggi dari pada Pangkatmu! "
Baru saja perempuan cantik itu menutup kata-katanya
dibelakangnya tiba-tiba terdengar suara orang berkata,
"Hu Hweethio, janganlah kau tempelkan emas atas
parasmu sendiri. Tingkat dan kedudukanmu masih belum ada
separuhnya dari bocah itu. "
MENDENGAR perkataan yang tiba-tiba itu Tan Liong dan
perempuan cantik itu diam-diam pada terkejut. Ketika mereka
menengok, diatas sebuah pohon besar yang terpisah kira-kira
satu tombak jauhnya ada duduk nongkrong seorang tua yang
rambutnya sudah putih tapi wajahnya merah sekali seperti
anak-anak.
Orang itu ditangannya mencekal sebuag kebutan atau Hud
tim yang biasa dibawa-bawa oleh kaum pertapa.
Perempuan cantik itu berubah lagi wajahnya, tiba-tiba
badannya bergerak dan berdiri dibawah pohon besar itu dan
membuka mulut bertanya,
"Kakek tua, kau orang pandai dari manakah? "
Kakek tua itu ketawa bergelak-gelak dan menyahut,
"Hu Hweethio perlu apakah kau sampai begitu gelisah? Kau
ingin dengar, aku bisa beritahukan. kedudukan dan tingkat
derajat bocah itu jauh lebih tinggi dari Pengkat apa yang kau
miliki."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkata sampai disitu, matanya yang tajam menyapu ke
arah Tan Liong dan kepada pemuda ini ia berkata,
"Ciang bun jin, bukankah kau hendak mencari Siao hun lie
Cie Bun Bun? Itulah dianya! "
Perkataan itu telah membuat kaget pemuda itu sampai
berjingkrak dia. Lalu dengan wajah berubah lantas bertanya,
"Pernyataan Locianpwee tadi benarkah?"
"Lohu ini kau lihat bagaimana tuanya. Lohu sudah hampir
masuk lubang kubur, selamanya tak pernah membohong.
Legakanlah hatimu, dengarlah kataku. Selain itu barangkali
perlu juga kuberitahukan padamu, ketua Thian seng hwee,
bahkan adalah Tan Ciang Bin, yang dulu terkenal sebagai ahli
pedang yang lebih terkenal dengan nama julukan Bwee hoa
Sin kiam. Dia sekarang hanya mengganti namanya menjadi
Bong bin Sin kiam".
Tan Liong yang mendengar perkataan itu merasakan
kepalanya seperti kena disambar petir, sungguh tak pernah
disangkanya bahwa ketua dan wakil ketua perkumpulan Thian
seng hwee ternyata adalah ayahnya sendiri dan Siao hun Lie
Cie Bun Bun ibu tirinya. Maka seketika itu ia hanya dapat
berdiri dengan wajah pucat.
Perkataan itu juga membuat Siao hun lie sendiri diam-diam
merasa jeri. Ia tidak habis pikir mengapa sampai orang tua
asing itu dapat mengetahui segala urusan dalam Thian seng
hwee.
Untuk sesaat lamanya semua orang yang ada di situ dibikin
terperanjat oleh kejadian ganjil yang datangnya secara tiba-
tiba itu.
Orang tua itu kembali tertawa bergelak-gelak dan lantas
berkata,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciang bun jin, ucapanku cuma sebegitu dan sekarang aku
sudah harus pergi. Dilain waktu, apabila masih ada jodoh
barangkali kita bisa bertemu kembali."
Perkataan yang terakhir itu baru saja keluar dari mulut
orang tua muka merah itu, ternyata orangnya sudah lenyap
entah kemana perginya.
Tan Liong ketika mendapat tahu bahwa perempuan cantik
dihadapannya waktu itu sebenarnya adalah Siao hun lie Cie
Bun Bun yaitu wakil ketua perkumpulan Thian seng hwee,
maka nafsu membunuhnya sudah tak dapat dikendalikan lagi.
Keadaan ibunya selagi hendak menutup mata terbayang-
bayang pula didepan matanya waktu itu. Ia lantas
mengeraskan hatinya bertekad hendak mengambil jiwa
perempuan genit didepan matanya, semata-mata untuk
menuntut balas bagi ibunya.
Mengingat sampai disitu ia lantas bergerak dan menerjang
Siao hun lie sembari membentak.
"Siao hun lie! Bertahun-tahun lamanya aku cari kau
dimana-mana, tak nyana malam ini kita bisa dipertemukan di
sini. Ha, ha..... Sekarang aku maui jiwamu !"
Sehabis mengucapkan perkataan itu, tangannya lalu
digerakkan menyerang Siao hun lie Cie Bun Bun dengan
hebat.
Kegusaran Tan Liong saat itu agaknya sudah sangat
memuncak. Ibunya sendiri, apabila bukan karena gara-gara
wanita genit di hadapannya ini, takkan sampai terbunuh oleh
orang-orang partai Siao lim pay.
Siao hun lie Cie Bun Bun ketika melihat pemuda itu mulai
turun tangan dengan serangan mautnya, hatinya terperanjat
sekali. Lantas diangkatnya tangannya maksudnya hendak
menyambuti serangan itu sedang mulutnya lantas
membentak,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bocah. Kau Ciang bun jin cabang persilatan mana ? "


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah berkata demikian masing-masing sudah pada
mundur setengah tindak karena beradunya dua kekuatan
mereka tadi.
Tan Liong lantas ketawa bergelak gelak dan berkata,
"Perlu apa kau tanya-tanya dari partai manapun, aku apa
pedulimu? Kau seharusnya sendiri jangan sampai melupakan
yang atas perbuatanmu dulu, mengambil lelaki orang yaitu
Bwee hoa Sin kiam yang karena itu membuat Cui hoa Sian cu
sampai menderita seumur hidupnya. "
Perkataan Tan Liong itu telah membuat Siao hun lie pucat
pias wajahnya dengan suara gugup menanya, "Dan kau ......
Kau siapa? "
"Akulah anak tunggal Cui hoa Sian cu"
Siao hun lie bertambah kekagetannya. Tanpa merasa sudah
mundur selangkah, dan dengan suara keget kembali bertanya.
"Kau puteranya Cui hoa Sian cu? "
"Ng !" jawab Tan Liong. "Aku bukan Cuma hendak
membunuh kau melulu tapi juga ingin megambil jiwa ayahku
sendiri Tan Ciang Bin! "
Bukan kepalang kagetnya Siao bun lie pada saat itu.
Sungguh tak pernah disangkanya kalau pemuda dihadapannya
itu adalah putera tunggal dari suaminya sendiri, putra Cui hoa
Sian cu.
Seketika itu ia lalu ketawa dingin dan lantas bergerak.
"Jikalau kau tidak menyebutkan dari partai mana kau
memegang jabatan ketua tak nanti aku turun tangan. "
"Tapi aku harus paksa kau turun tangan dan mati ! "
Setelah berkata demikian Tan Liong dengan menggunakan
tipu serangannya, "Jit hoat Kauw hwi" dalam ilmu silatnyaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dinamakan Chim liong Cap pak sek, melakukan serangan
tiba-tiba.
Tapi baru saja Tan Liong bergerak, tiga orang tua Tongcu-
tongcu Thian seng hwee yang rupanya sejak tadi
memperhatikan terus sikap pemuda itu sudah bergerak
serentak menyerang dari tiga jurusan kepada Tan Liong.
Bukan main gusarnya pemuda ini ia merasa selalu dihalangi
perbuatannya oleh tiga orang tua itu, maka sambil
membentak keras "Kau cari mampus! " lantas mengeluarkan
serangannya keatas tiga orang itu.
Tatkala kekuatan serangannya itu meluncur keluar, dua
dari antara tiga orang tua itu lantas roboh menggeletak di
tanah dengan mulut berlumuran darah.
Tan Liong lalu lompat melesat, kali ini yang diterjang
adalah Siao hun lie si perempuan cantik itu. Dengan kedua
tangannya melancarkan serangan berbareng mengarah dua
tempat dibadan perempuan itu.
Gerakan Tan Liong itu benar-benar mengejutkan Siao hun
lie, wajah perempuan ini sudah begitu pucatnya sungguh tak
pernah disangka kalau bocah yang dikatakannya rendah
tingkatannya itu begitu tinggi kepandaiannya.
Siao hun lie terpaksa lompat mundur beberapa tindak
menghindarkan serangan pemuda kalap itu maksudnya,
sedang mulutnya masih dengan suaranya yang sok sokan
berkata,
"Bocah, kalau kau tidak mengatakan kau ketua dari partai
mana aku takkan turun tangan padamu ! "
Sambil gertak gigi Tan Liong terpaksa menjawab, "Aku
Ciang bun jinnya partai Ciong lam pay."
Siao hun lie berseru kaget kakinya mundur setindak.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi perasaan kagetnya itu sebentar sudah lenyap lagi.
Kembali dengan paras muka berseri-seri perempuan cantik itu
berkata,
"Kiranya kau inikah Ciang bun jin partai Ciong lam pay?
Apakah buktinya?"
Dari dalam sakunya Tan Liong lantas mencabut keluar
sebuah panji kecil.
Panji yang berbentuk segitiga itu ditengahnya bersulam
sebuah lukisan sedangkan disisinya ada gambaran sulam juga,
Naga Mas.
Tan Liong masukkan kembali panjinya dan berkata denan
suara dingin.
"Sekarang aku akan turun tangan lagi? "
"Benar, sekarang marilah kita bergebrak dalam penentuan
kita. "
Hari ini Siao hun lie benar-benar dibikin kesima. Sungguh
tak pernah disangkanya ke satu anak muda yang berada
dihadapannya itu ternyata adalah ketua dari partai Ciong lam
pay. Selain daripada kaget yang meliputi hatinya timbul lagi
perasaan kuatir dan jerinya.
Tan Liong sebagai putra tunggal Cui hoa Sian Cu sudah
barang tentu takkan gampang mau melepaskan musuh
bebuyutannya.
Oleh karena itu tanpa disadari oleh kemauan, hatinya
sudah gemetaran. Dan tatkala matanya melirik Tan Liong anak
muda itu perlahan-lahan sedang bertindak mendatangi.
Dalam niatnya pada waktu itu mendadak terkilas sesuatu
pikiran. Dia mengaku ketua Ciong lam pay, kalau berhasil dia
pergi ke gunung Ciong lam san, ini akan merupakan suatu
rintangan besar bagi rencana perkumpulan yang mau menelanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
partai itu. Apa lagi ditangannya masih ada bom Pek lek tan.
Baiklah kugunakan kesempatan sebelum dia sampai ke
gunung Ciong lam san, aku menyatroni dulu partai Ciong lam
pay dan bikin musnah.
Siao hun lie itu selagi dalam keadaan melamun, dengan
rencananya yang keji, Tan Liong sudah melancarkan serangan
setelah menggeram keras.
Siao hun lie saat itu rupa-rupanya sudah mempunyai
semangat tempur lagi, maka tatkala Tan Liong melancarkan
dua kali serangannya ia lantas menggerakkan tangannya dan
setelah berhasil menangkis serangan Tan Liong, badannya
yang langsing lantas melesat keluar kalangan.
Perbuatan Siao hun lie itu jauh di luar dugaan Tan Liong.
Pemuda ini tak pernah menyangka kalau sampai perempuan
itu berniat kabur. Dan ketika mengetahui ternyata si
perempuan genit itu sudah jauh lari dari padanya.
Maka seketika itu lantas ia membentak. "Kau mau lari
kemana? "
Dan berbareng dengan itu kakinya sudah menotol tangan
hendak mengejar.
Tapi baru saja Tan Liong bergerak, di belakang badannya
ada orang membisiki, "Tidak perlu dikejar, kau tak kan
mungkin dapat menyandaknya. "
Tan Liong kaget sekali. Ketika berpaling, tidak jauh di
belakang dirinya entah sejak kapan sudah berdiri seorang
wanita muda yang mengenakan baju merah seluruhnya.
Wanita muda itu ternyata adalah itu gadis jelita yang dulu
mencuri mangkok pecahnya yang sepotong itu.
Untuk sesaat lamanya Tan Liong terpaku ditempatnya.
Gadis baju merah itu unjuk senyumnya yang menggiurkan
kemudian berkata dengan suara merdu,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tan Siangkong, apakah kau pikir kedatanganku ini begitu
mengejutkan hatimu dan terlalu kurang ajar? "
Saat itu Tan Liong hanya mengawasi belakang punggung si
perempuan pertengahan umur Siao hun lie yang perlahan-
lahan menghilang dari depan matanya, sedang dadanya
dirasakan seperti mau meledak.
Dengan sorot mata gusar ditatapnya wajah gadis baju
merah itu sejenak, dan katanya,
"Jikalau tidak lantaran kau, aku yakin aku sudah
menyandak perempuan keparat tadi! "
"Cuma memiliki kepandaian seperti sekarang ingin dapat
mengejar Siao hun lie jangan mimpi. Perlu kau tahu mengapa
sampai Siao hun lie mendadak kabur. Apa kau tahu? Saat ini
ia niat lekas-lekas kembali ke pusat perkumpulannya dan
hendak menggempur gunung Ciong lam san secara besar-
besaran. "
Tan Liong terperanjat. "Kau berkata tidak salahkah?"
"Jikalau kiramu salah, kau barangkali menyangkal dia
takkan mungkin mau menggempur Ciong lam san, tentu dia
tak mungkin tidak mau melayani kau. Justru karena sebelum
naik gunung Ciong lam san ia hendak menggempur habis
partai Ciong lam pay sebelum ada persiapan untuk melawan.
Alasan ini bukankah sangat sederhana sekali? "
Tan Liong memikir sejenak memang benar juga. Besar
kemungkinannya sampai Siao hun lie mendadak kabur setelah
mengetahui kalau yang sedang dihadapi adalah ketua Ciong
lam pay yang masih memiliki bom Pek lek tan.
Gadis baju merah itu berkata pula,
"Jikalau benar-benar Thian seng hwee akan menggempur
Ciong lam pay secara besar-besaran tentu semua orang-orang
Ciong lam pay akan dibasmi habis barangkali juga gunung
Ciong lam san akan dibumi hanguskan oleh mereka. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukan kepalang kagetnya Tan Liong mendengar petikan
pikiran itu. Tanpa merasa badannya sudah terasa menggigil.
Gadis baju merah itu berkata pula,
"Keadaan terlalu mendesak, sekarang cuma ada jalan untuk
kau pilih. Lebih dulu pergi menyatroni Thian seng hwee atau
pergi Ciong lam san menjaga serbuan mereka."
Tan Liong mengangguk dan berkata,
"Ya! Aku mesti mengobrak abrik pusat Thian seng hwee
dulu. Kalau perlu bom Pek lek tan masih ada padaku."
Gadis baju merah itu kembali tersenyum manis dan
berkata,
"Kalau begitu, satu orang yang malam ini sedang kau arah,
jiwanya barang kali hendak kau bebaskan begitu saja bukan? "
Tan Liong mendengar perkataan itu terkejut sekali. Tak
pernah sampai pada pikirannya mengapa sampai gadis baju
merah di depannya ini pun mengetahui sepak terjangnya.
Maka ia pura-pura menanya, "Siapa maksudmu yang hnedak
kuarah? "
"Apa perlu lagi aku menjelaskan?" begitu jawab si gadis
baju merah dengan pertanyaan baliknya,
Sejenak tak mendapat jawaban, lalu berkata pula, "Cuma
orang itu hendak ku tolong, bagaimana?"
"Jikalau maksudmu ingin menolongnya aku takkan
mengerti! Kau yang akan kulabrak. Lagi pun, sepotong
mangkokku itu, ada satu hari akan kembali ketanganku.?"
Sehabis mengucapkan perkataan itu, tanpa menanti
jawaban gadis baju merah itu lagi ia sudah lompat dan
menghilang.
Gadis baju merah itu mengawasi sambil bersenyum-
senyum, dan sedangkan dalam hatinya lalu berkata-kataTiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri, "Kau pergi ke pusat Thian seng hwee, dalam
pertempuran antara ayah dan anak mungkin tak luput dari
saling gebuk. Tapi apa kau yakin bisa keluar lagi dari pusat itu,
rasanya masih belum tentu."
Setelah itu iapun bergerak dan sudah menghilang dalam
sekejap kedalam rimba.
Ciang hay Sin kun yang kini menjadi pusat perhatian orang-
orang rimba persilatan, karena ia sebagai sasaran dari Naga
Merah yang ke sembilan belas, benar saja dalam waktu tiga
hari itu tidak binasa oleh Naga Merah.
Apa sebabnya Naga Merah tidak muncul? Apakah takut?
Hal itu telah menimbulkan berbagai duga dugaan di dalam
rimba persilatan. Sedangkan bagi Ciang hay Sin kun sendiri,
tak tahu juga ia apa sebabnya. Semula memang ia menduga
bahwa orang yang menyambitkan tusuk konde Naga Merah itu
adalah Naga Merah kedua, Tan Liong. Tetapi kemudian
memikir, agaknya tidak benar.
Satu peristiwa lain, yang menggetarkan dunia rimba
persilatan adalah gerakan besar-besaran Thian seng hwee,
yang mendadak mengirim anggota-anggotanya yang terlihai
pergi berbondong-bondong mendaki gunung Ciong lam san.
Ciang hay Sin kun, Pendekar Kalong dan Yau san It Hiong
pada hari ke empat ia dihitung semenjak hari setelah
menerima tusuk konde maut, mengetahui benar kalau Naga
Merah pasti tak muncul, lalu berbarengan ke gunung Ciong
lam san.
-o0o0dw0o0o-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
JILID ke : 12
Mereka agaknya menganggap bahwa apabila ada tenaga
cukup bermaksud hendak memberi pertolongan bagi partai
yang malang itu agar terhindar dari bencana kemusnahan.
Malamnya pada waktu Thian seng hwee mengirim orang-
orangnya pergi naik ke gunung Ciong lam san di markas besar
perkumpulan tersebut yang letaknya di dalam lembah Lui in
Kok di gunung Kim kiong san tiba-tiba muncul satu bayangan
orang.
Bayangan itu bukan lain daripada Tan Liong sendiri.
Pemuda ini tiba ditempat tersebut pada jam dua tengah
malam. Ketika memasang mata segera dilihatnya seluruh
lembah semua tertutup kabut tebal sedikitpun tak tampak
bayangan orang.
Dengan tindakan cukup hati-hati diperiksanya dulu keadaan
disekitarnya dan mengetahui bukit itu di mulut lembah ada
mengapit dua puncak gunung yang menjulang tinggi keadaan
tempat tersebut sesungguhnya sangat strategis.
Tan Liong yang menyaksikan keseluruh tempat diam-diam
memikir, "Jikalau lamping gunung yang sempit ini dijaga oleh
satu orang lihai mungkin selain orang tentu binatang atau
burung-burung juga tak dapat lalu."
Setelah menanti cukup lama dan kabut mulai menipis,
dilihatnya dalam lembah banyak bayangan orang yang sedang
berjalan keluar lembah.
Tan Liong saat itu sudah berlaku nekad. Lantas lompat
keluar dari tempat persembunyiannya, tetapi tiba-tiba dibikin
kaget oleh kejadian yang mendadak terjadi di luar dugaannya.
Sebab, selagi badannya bergerak ke belakang,
punggungnya tiba-tiba seperti ada orang yang menjambret,
dan seseorang yang dengan suaranya yang adem berkata,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paling baik tuan jangan sembarang bergerak."
Dan tangan orang itu justru menekan jalan darah Kian kin
hiatnya.
Ketika Tan Liong mengusahakan berpaling wajahnya
berubah seketika.
Sebab orang yang mengancamnya dari belakang itu
ternyata orang yang menyaru sebagai Naga Merah yakni Chie
Peng.
Bukan kepalang kagetnya Tan Liong pada waktu itu. Chie


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Peng sampai bisa menghampiri tempatnya, bahkan sampai
berada didekatnya, sedikitpun ia tak merasa.
Padahal dalam hal ini adalah Tan Liong sendiri yang terlalu
ceroboh.
Sebab dalam perkumpulan Thian seng hwee banyak orang-
orang lihainya, sebelum Tan liong tiba di lembah Lui in kok di
daerah satu lie seputar lembah itu, entah telah dipasang
berapa banyak orang-orang Thian seng hwee sebagai mata-
mata.
Maka ketika Tan Liong bersembunyi di belakang batu
besar, semua gerak geriknya itu telah diketahui oleh Chie
Peng yang justru sembunyi didekat tempatnya, hanya pemuda
itu yang belum sadar saja.
Chie Peng dengan sikapnya yang acuh tak acuh berkata,
"Jikalau tuan berani ambil tindakan sedikit saja, akan kau
tahu rasa, pasti mati kau di lembah ini."
Tan Liong berubah lagi wajahnya, didahinya keringat dingin
mulai keluar.
Dan tatkala berpaling ke celah lembah, orang-orang Thian
seng hwee itu sudah berjalan ke luar lembah ......Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jikalau orang-orang itu dibiarkannya keluar dari lembah Lui
in kok, itu sama saja artinya membiarkan partai Ciong lam pay
musnah.
Ia tahu bahwa dalam waktu singkat harus berdaya
melepaskan diri dari ancaman si Naga Merah palsu ini, sebab
apabila tidak berusaha keras, pasti segala rencananya akan
tersia-sia saja, dan dalam arti kata lain, mengecewakan
harapan ibunya.
Keringat dari dahinya turun semakin deras.
Dalam saat-saat demikian telinganya mendadak dengar
suara perempuan dibelakangnya. "Perlu apa tuan begitu
gelisah? Tunggulah sebentar, pasti akan kulepas asal orang-
orang kita itu sudah keluar semua dari lembah Kui in kok."
Sebab mati hidupnya Chiong lam pay adalah tergantung
pada dirinya. Apabila gagal pergerakannya kali ini, gagal pula
semua rencana, dan hancur pasti Chiong lam pay musnah oleh
orang-orang Thian seng hwee.
"Nona, benarkah kau tidak mau lepaskan tanganmu? "
"Siapa kata aku tak mau lepaskan kau? Itu cuma tunggu
waktu saja. "
"Jika nona tidak mau lepaskan, aku akan berlaku nekad. "
Baru saja Tan Liong mengakhiri perkataannya itu,
dilihatnya satu bayangan merah berkelebat dan Naga Merah
tiruan yang satunya lagi, Chie Cui, juga sudah melayang
sampai dihadapannya.
Gadis itu menatap Tan Liong sejenak parasnya berubah
sedikit. dengan suara terharu dipanggilnya sang enci.
"Enci .... "
Dan pada saat itu orang-orang perkumpulan Thian seng
hwee telah keluar semua dari lembah Kui in kok. Agaknya
mereka sedang berjalan kegunung Ciong lam san.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong yang melihat gelagat tidak dapat menahan
gusarnya.
Apabila tak mampu ia mencegah perjalanan orang-
orangnya Thian seng hwee pasti hancurlah Ciong lam pay.
Maka ia membentak dengan suara keras tanpa
memperdulikan ancaman yang dari belakang itu, lantas
badannya loncat kedepan bagaikan terbang.
Selagi Tan Liong berlaku nekad tadi, tangan Chie Peng
yang mengancam jalan darah Kian kin hiat Tan Liong lantas
dikerjakan.
Dalam keadaan serba kilat itu, meskipun Tan Liong berhasil
lolos dari totokan mautnya Chie Peng tetapi tubuhnya seolah-
olah layang-layang putus talinya, jatuh sempoyongan ditanah,
dari mulutnya darah merah terus keluar.
Dari tempat jauh orang-orang lihai Thian seng hwee
perlahan-lahan sudah menghilang dari depan mata.
Chie Cui berseru kaget. "Enci ...... ! "
Dan kemudian jatuh menubruk dada anak muda itu ......
Melihat adiknya menubruk dirinya Tan Liong, hati Chui
Peng tergoncang keras. Seketika itu lantas menjerit. "Adik ! ".
Badannya lantas melesat, menarik adiknya yang menubruk
Tan Liong.
Chie Cui memandang encinya sejenak, dengan suara sedih
ia berkata,
"Enci, apa benar kau tega turun tangan terhadap dia? "
"Aku tidak mempunyai maksud melukai dirinya, cuma dia
sendiri yang terluka keburu napsu. " Jawabnya sang enci
sambil menghela napas.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chie Peng mengawasi Tan Liong yang mulutnya sudah
mengeluarkan darah, hatinya merasa pilu. Ia menanya kepada
adiknya,
"Adik, dimana suhu? "
"Suhu berada di dalam ruangan pusat perkumpulan
bersama-sama ketua kita."
Chie Peng berpikir sejenak, lalu berkata pula,
"Adik, apa kau suka padanya? "
Pertanyaan itu membuat tercengang Chie Cui, sebentar ia
lantas balas menanyai,
"Apakah enci tidak suka padanya? "
Chie Peng ketawa menyeringai.
"Ya, encimu juga suka padanya. Tapi antara manusia
dengan manusia, istilah suka itu ada mengandung maksud
berlainan, tidak perlu disangkal lagi, antara kita berdua sudah
sama-sama mencintai padanya. "
"Enci semula bukankah kita hendak menolong padanya?
Mengapa sekarang kau turun tangan kejam terhadap dirinya?
Enci, aku lihat kau memang tidak suka padanya. " Dua butir
air mata mengalir keluar dari kelopak matanya.
"Adik, bukan encimu hendak mengucapkan kata-kata yang
tidak menggembirakan, meskipun kita mencintai padanya
Dewi Cantik Penyebar Maut 1 Fear Street - Sagas I Amulet Bertuah A New Fear Tetangga Hantu 2
^