Pencarian

Naga Merah 8

Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung Bagian 8


apa-apa.
Gadis baju merah itu tercengang dengan perasaan apa
boleh buat dia keraskan hati tanpa memperdulikan apa yangTiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan terlihat kemudian segera mendorong badan pemuda itu
hingga menggelinding turun dari atas badan Hoan Giok Hoa.
Hoan Giok Hoa kedengaran merintih-rintih dia merasa
kesakitan, sedih dan malu ....
Gadis baju merah itu sambil kerutkan keningnya, menepuk
jalan darah Beng-bun dan Hoan-bun di badan Hoan Giok Hoa.
Hoan Giok Hoa segera sadar dari kenyeriannya dengan
pandangan mata sayu diawasi gadis baju merah didepannya,
dia tidak berani bergerak.
Mendadak dari kelopak matanya keluar butiran air bening
dia menangis.
Gadis baju merah itu turut merasa pilu dan sedih hatinya,
dengan suara sember berkata, "Nona Hoan ...... " tetapi tak
dapat diteruskan perkataannya karena dia merasa perlu
menahan lebih dahulu air matanya sendiri yang sudah akan
mengalir keluar dari kedua matanya yang jeli.
Hoan Giok Hoa dalam keadaan masih menjublek tanpa
bergerak barang sedikitpun seakan-akan telah terbang
sukmanya dari jiwa raganya, matanya kelihatan mendelong.
.... Keadaan disitu demikian berlangsung cukup lama,
kemudian secara tiba-tiba Hoan Giok Hoa lompat bangun dan
lantas menangis sedih sekali. .... Dia menubruk gadis baju
merah dengan suara terisak isak diantara tangannya berkata,
"Enci, aku tidak kepingin hidup lagi ...... Engko Tan telah
menghina aku."
Dalam keadaan demikian gadis baju merah sudah tidak
dapat mencegah lagi menalirnya air mata. Akhirnya dia yang
biasa berhati keras pun telah mengucurkan air mata dengan
suara menyayat diapun berkata, "Nona Hoan ..... Kau mesti
bisa memaafkan kelakuannya. ..... "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hoan Giok Hoa mengawasi pemuda yang masih terlentang
itu sejenak lalu berkata sambil kertak gigi, "Tidak sudi aku
maafkan dia. Sekarang apa yang bisa kuperbaiki? Dia cuma
seorang laki-laki berhati binatang ...... !"
Sehabis megucapkan kata-katanya wanita ini hendak
menyerang Tan Liong.
Gadis baju merah yang menyaksikan pemandangan
demikian di depan mata, dalam terkejutnya mengangkat
tangan ingin dia mencegah supaya Hoan Giok Hoa tidak turun
tangan lebih lanjut. Sementara itu dia pun sudah berkata,
"Nona Hoan, perlu kau dengar dulu keteranganku! "
Hoan Giok Hoa urung bertindak dia mengawasi paras si
gadis baju merah lalu menangis pula seperti anak kecil. Lama
juga barulah dapat dia buka mulut lagi berkata,
"Aku mau bunuh dia, biarkan dia mati ...... Enci, lepaskan
tanganmu, dia terlalu menghina padaku! Bagaimana
selanjutnya aku bisa jadi orang? "
"Perbuatannya tadi bukan dilakukan dia dengan sengaja! "
Demikian si gadis baju merah mencoba menenteramkan.
"Apa!? Dia... dia kau kata tidak sengaja? "
"Ya,! Dia tidak sengaja! "
Begitu tandas diucapkannya kata-katanya membuat Hoan
Giok Hoa mau tidak mau harus percaya. Dia ini lalu melompat
keluar sambil berseru. "Aku tidak mau hidup lagi! Aku mau
mati! " dia lari dan lari terus keluar.
Demikian kalap kelakuan Hoan Giok Hoa bagai orang gila,
benar-benar dia telah lari dan lari trus tanpa berpakaian tanpa
memilih arah dan jurusan mana yang harus ditempuh.
Gadi baju merah terkejut menyaksikan keadaan demikian,
dia mengerti dan maklum bahwa perasaan Hoan Giok Hoa
sebagai seorang gadis yang suci murni merasa kehormatannyaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah terinjak-injak oleh perbuatan Tan Liong yang dikerjakan
dalam waktu di tak sadarkan diri itu. penderitaan batinnya itu
sesungguhnyalah terlalu amat hebat. Apabila tidak dicegah
selanjutnya mungkin benar-benar akan kejadian. Hoan Giok
Hoa akan menghabisi jiwanya sendiri. Maka diapun secepat itu
pula lompat melesat memburu keluar mengejar Hoan Giok
Hoa yang sudah bagai orang gila. "Nona Hoan, apa kau benar-
benar tidak mau dengar lagi keteranganku? " demikian dia
sekali ini membentak.
Hoan Giok Hoa tercengang. Dia lalu berkata sambil
menangis, "Engko Tan pandang aku terlalu rendah, dia
menghinaku dimana bisa aku taruh mukaku lagi?"
"Nona Hoan, apa kau cinta padanya? " demikian si gadis
baju meah bertanya sambil ketawa getir.
"Ya, aku cinta padanya. sungguh tidak kusangka dia bisa
berbuat begitu di depan umum. "
"Kalau benar kau cinta padanya, sudah seharusnya bisa
juga kau memaafkan perbuatannya. Dia sudah dikasih makan
obat Siao hun san dari sicabul itu. Itulah yang menyebabkan
dia seperti mata gelap dan memperlakukan kau demikian. Aku
pikir semua itu dilakukan bukan atas kemauan sendiri, sudah
tentu diapun tidak tahu apa yang telah diperbuatnya. "
"Dia sudah makan obat pelesir? " Kaget sekali Hoan Giok
Hoa ketika menanyakan demikian dia hanya mendapat
jawaban dari anggukan kepala si gadis baju merah. Dia
mngulangi sekali lagi pertanyaannya tadi bagai tak percaya.
"Ya, dia telah makan obat Siao hun san si cabul itu! "
menegasi si gadis baju merah yang tahu Hoan giok Hoa
setenagh tak percaya. "Apa kau tak suka beri maaf padanya?
Sebetulnya akupun bisa cegah dia supaya kau tidak dihinanya
tapi aku juga tahu kalau dia tidak diberi kesempatan untuk
melampiaskan nafsunya itu, dia pasti lebih cepat mati karena
rangsngan obat yang amat ganas itu. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hoan Giok Hoa dengan mata kesima memandang gadis
baju merah kemudian ia bertanya, "Apa itu betul semuanya? "
"Kukira aku tidak perlu membohongi kau, lagipun Tan Liong
bukanlah satu orang pemuda rendah atau pemogoran. "
"Kalau benar seperti apa katamu, aku bisa memaafkan dia.
Tapi apa dia masih suka padaku yang sudah dihinanya itu? "
"Jikalau dia tidak cinta padamu, boleh segera kau bunuh
dia! "
Mendengar perkataan si gadis baju merah, hati Hoan Giok
Hoa malah menjadi lunak. Sambil terus mengamati gadis itu
dia bertanya pula. "Apa perlu dia dengan pertolongan kita
sekarang? "
"Kau bereskanlah dulu pakaiannya, nanti aku yang akan
membikin dia siuman. Sesudah itu aku seterusnya bisa
tanyakan apa dia suka padamu atau tidak. Jikalau dia berani
mengatakan tidak, disini ada belati tajam, boleh lantas kau
bunuh dia! "
-o0o0dw0o0o-
JILID ke : 17
Si Baju Merah lalu mengeluarkan sebilah pisau yang lantas
diberikan kepada Hoan Giok Hoa.
"Ya kalau dia nanti tidak meladeni aku, aku akan segera
bunuh dia! "
Gadis baju merah itu menghela napas dalam, alam
pikirannya yang kusut saat itu agaknya diliputi oleh perasaan
orang yang putus asa ...... Dia mengerti apa yang terkandung
dalam pikirannya sendiri. Pada detik itu diapun tahu
bagaimana hancur luluh hatinya dia seolah-olah menyesali
dirinya sendiri mengapa tidak dapat berbuat sesuatu untukTiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencegah perbuatannya Tan Liong tapi semua telah terjadi
atas maunya takdir dan hal itu diapun telah maklum.
Dengan sikap acuh tak acuh kini dia tertawa, begitu
hambar ketawanya itu, dia menengadah memandangi langit,
matanya memandang kelak keliknya bintang-bintang yang
bertaburan dialam bebas.
Rembulan sabit yang masih menyinarkan sinarnya yang
sedikit menyinari wajah gadis baju merah itu yang begitu ayu,
pun menyinari kedua bola matanya yang telah berkaca-kaca
karena air mata.
Selagi gadis baju merah itu berada dalam keadaan
melamun seorang diri mendadak terdengar suara Hoan Giok
Hoa, "Enci, lekas kemari sudah kubereskan pakaian dia. "
Gadis baju merah bagai dikejutkan dari lamunannya
perlahan-lahan dia mengangkat tangannya yang begitu halus,
disusutnya air mata yang masih mengalir itu dan dengan
tindakan lambat-lambat lalu memasuki mulut gua dan
mendekati Tan Liong.
Si pemuda yang kena dipengaruhi kerjanya obat yang
ganas jahat itu, telah musnah tenaga lelakinya. Kalau itu
dalam keadaan lemas tak ingat orang, apabila tidak
mendapatkan obat pemunah buatan Siao hun lie sendiri dalam
waktu paling lambat setengah bulan, semua kekuatan
tenaganya akan habis musnah oleh pengaruh obat pelesir
yang jahat sifatnya itu sampai dia mati.
Gadis baju merah dengan menahan kegelisahan hatinya,
sambil kertak gigi mengerahkan tenaganya kekedua belah
tangannya. Tangan kanannya menekan jalan darah Beng bun
hiat dibadan Tan Liong, sedang tangan kirinya menekan urat
darah Thian leng kay, disini dia menyalurkan tenaga murninya
ke dalam tubuh anak muda itu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam waktu setengah jam, Tan Liong yang mendapat
kekuatan baru dari si gadis baju merah, akhirnya siuman
kembali.
Kala itu dia hanya merasakan sekujur badannya lemas dan
ngilu, pandangan matanya tampak tidak bercahaya. Dalam
pandangan mata yang kabur itu, lapat-lapat dia melihat
bayangan dua wajah manis.... Dia menggeleng-gelengkan
kepalanya yang seperti orang mabuk lalu kedip-kedipkan
matanya namun masih tetap tak dapat melihat tegas siapa
gerangan adanya dua bayangan langsing yang samar-samar
didepan matanya itu.
Terdengar suara helaan napasnya dia mencoba
menggunakan pikirannya untuk mengingat-ingat kembali
semua kejadian yang telah lalu ......
Agaknya masih teringat dia kepada hal-hal terdahulu,
bagaimana dia dibawa masuk ke dalam gua ....... betapa
waktu di dalam itu sang napsu berahi yang maha dahsyat
merangsang dirinya. .......
Mengingat sampai disitu, badannya gemeteran bagai orang
kedinginan. Dalam hatinya dia berpikir, apakah pernah dia
melakukan perbuatan yang tidak diinginkan itu dengan si
cantik genit Siao hun lie.
Memikir demikian, jidatnya tertampak penuh dengan
keringat sebesar-besar kacang namun dia coba membantah
kepada dirinya sendiri berkata. Tidak. Tidak bisa terjadi, itu
tidak mungkin!
Jikalau pada saat itu badannya masih bertenaga dapat pula
mengadakan gerakan secara leluasa dia pasti bisa lelompatan
seperti orang gila. ...
Semua kejadian itu dalam penglihatan Hoan Giok Hoa
merupakan suatu pertunjukan yang menarik hati dengan
sebisa-bisa ditahannya gelora hatinya dengan suara
memanggil Engko Tan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong yang mendadak mendengar panggilan itu tidak
segera bisa mengenali suara tersebut dengan perasaan pilu
dia bertanya. "Kau ...... kau siapa .....? Oh! Nona Hoan? ......
Kenapa kau juga bisa berada di sini? ......
"Aku datang buat tengoki kau. "
"Ow! Nona Hoan ada kejadian apa yang menimpa diriku? "
Pilu hatinya Huan Giok Hoa mendengar pertanyaan itu dia
tidak segera menjawab dengan ga ga gu gu hanya dapat
mengeluarkan perkataan, "Kau ...... Kau ...... " kemudian
tenggorokannya dirasakan seperti tersumbat hingga begitu
banyak perkataan yng sedianya hendak dilontarkan sampai
tidak mampu diucapkan sama sekali.
Tan Liong agaknya merasa heran bertanya,
"Nona Hoan, aku ada disini. Apa sih sebetulnya yang telah
terjadi atas diriku? Beritahukanlah terus terang kepadaku. Dan
disampingmu, seperti masih ada satu orang lagi siapa dia? "
Orang yang ditanya tetap membungkam kelu itu dia sudah
menunjuk, sementara air matanya telah mengguyur deras
sekali .....
Gadis baju merah menolonginya, dengan suara hambar
berkata,
"Ciang bun jin, saat ini kau sedang terluka parah, sebaiknya
jangan terlalu banyak bicara, tunggu sampai tenagamu nanti
pulih kembali. Jangan terburu napsu."
Tan Liong yang mendengar perkataan itu rupanya
terperanjat dengan suara orang, kaget dia bertanya, "Apa kau
Siao hun lie si perempuan hina? Kau mau apa berada terus di
sini? "
Gadis baju merah menyeringai, dengan suara hambar
menjawab, "Jangan cemas aku bukan Siao hun lie. Dia sudah
pergi! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah pergi? "
"Ya. "
"Apa aku tidak diganggunya? ...... Mungkinkah tidak? "
"Tidak! Cuma, nona Hoan yang sudah menggantikan Siao
hun lie hingga sekarang ini dia bukan gadis suci lagi. "
"Apa? ...... Apa katamu ? "
"Keperawanan nona Hoan telah kau curi. "
"Ouw! " seru Tan Liong kaget, sedih dan ketakutan. Lalu
dengan suara terputus-putus perlahan dia bertanya, "Nona
Hoan, ... apa ... itu ... be ....benar? .... "
Hoan Giok Hoa tidak segera menjawab dia menangis
begitusedih agak lama juga baru bisa menjawab. "Ya! Kau
menghina aku! "
Sambil kertak gigi dia mencabut pisau belati kemudian
dengan suara mantap berseru "Engko Tan ! Sekarang aku
akan bertanya padamu. Cinta atau tidak kau padaku? "
Pisau belatinya telah terangkat tinggi, hingga apabila Tan
Liong berani mengatakan ?tidak? tentu dia akan benar-benar
turun tangan membunuh pemuda itu. Tan Liong sendiri
sesungguhnya tak menduga sama sekali urusan telah
meningkat hebat sedemikian rupa. Kiranya dia benar telah
melakukan perbuatan terkutuk, telah mencuri keperawanan
seseorang gadis yang suci bersih, bagaimana dia bisa merasa
masih ada muka untuk menjabat ketua Ciong lam pay?
Mengingat hal demikian dia menangis, menangis tanpa
suara, dia menjerit cuma di dalam hati, hanya air matanya
yang memperlihatkan kemenyesalannya, dia berpikir kalau


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saat itu sajalah dia mati.
Tiba-tiba terdengar pula suara Hoan Giok Hoa, "Engko Tan,
jawab cepat pertanyaanku tadi? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak timbul pikiran dalam otaknya pemuda itu untuk
mati saja, merasa tak ada muka untuk hidup terus. Dalam hati
dia berpikir, "Kesalahan toh sudah terlanjur begini rupa, biar
aku mati sekalian saja. "
Sebelum menjawab dia tersenyum tetapi lebih dulu
bertanya, "Nona Hoan ..... kalau aku mengatakan aku tidak
cinta padamu apa kau bisa lantas bunuh aku?"
"Akan lantas kuambil jiwamu! "
"Nona Hoan, ..... aku tidak cinta padamu. "
Jawaban itu sesungguhnya jauh diluar dugaan Hoan Giok
Hoa. Begitu lekas didengarnya jawaban itu dia berseru kaget,
parasnya berubah pucat mendadak, sementara itu pisau belati
yang telah siap ditangan mengayun menikam dada Tan Liong
dengan geram dia berseru, "Aku bisa bunuh kau sekarang
juga. "
Akan tetapi sebelum pisau belati tajam mengenai
sasarannya gadis baju merah telah keluarkan kegesitannya.
Tangan kanannya telah menyekal pergelangan tangan Hoan
Giok Hoa.
Hoan Giok Hoa yang merasa tindakannya ditahan orang,
sesaat terperanjat, lalu berkata, "Kau ......! Kau kiranya juga
membantunya? Kau juga menghina aku?"
Sementara itu terdengar suara Tan Liong, "Nona Hoan,
kenapa tidak lekasan kau turun tangan? "
Gadis baju merah gusar, dengan suara keras membentak,
"Tan Liong! kau sungguh-sungguh mau mampus? "
Tangannya mengayun, ditamparnya pipi pemuda itu!
Setelah terdengar suara Plak yang amat nyaring, terdengar
lagi suara gadis baju merah itu berkata, "Nona Hoan,
sudahlah. Aku tahu dia tentu cinta juga padamu. "
"Dia cinta padaku? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, Dia tentu cinta padamu. kau tidak tahu apa yang
dipikir dalam hatinya pada waktu begini. "
"Dia pikir bagaimana? "
"Dia mau mati. "
"Kenapa dia ingin mati? "
"Dia cinta padamu, tapi dia menyesalkan perbuatannya
atas dirimu. Begitulah karena dia cinta padamu, takut kau
sesalkan pebuatannya dia mau mati dalam tanganmu. "
"Dia ...... dia ...... dia ...... apa benar dia cinta padaku? "
"Jikalau dia tidak cinta padamu tentu dia takkan ingin
dibunuh orang. Itulah kuserahkan membunuh dia kalau dia
mengatakan tidak cinta apa kau masih belum mengerti? "
Hoan Giok Hoa dengan paras kebingungan memandang
wajah si gadis baju merah rupanya dia tidak mengerti tidak
dapat menyelami kata-kata gadis baju merah itu.
Si gadis baju merah tidak memperdulikan Hoan Giok Hoa,
ditatapnya wajah Tan Liong sesaat kemudian dia mendadak
bertanya, "Tan Liong, benar kau mau mati? "
Yang ditanya tiada menjawab. Setelah ditunggu agak lama
gadis baju merah berkata pula, "Tan Liong! Sungguh tidak
malu orang semacam kau! Apa kau yang telah menodai
kesucian orang, lalu akan mengulangi lagi kesalahanmu
membiarkan nona Hoan menyesal seumur hidup? "
Dia berhenti sejenak, lalu berkata pula setelah menelan
ludah, "Apalagi kau adalah seorang berjiwa besar, seorang
ketua dari satu perkumpulan besar, apa karena sedikit
kesalahan saja lantas mau cari mampus tidak mau pikirkan
lagi nasib Ciong lam pay dihari kemudian? "
Perkataan-perkataan gadis baju merah agaknya
membukakan hati Tan liong yang telah pepat, memang
benarlah seseorang yang telah berbuat salah seharusnya tidakTiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengulangi lagi kesalahannya itu. Mana boleh dia membiarkan
Hoan Giok Hoa menyesal seumur hidup mempunyai anak tidak
berbapak dan meninggalkan begitu saja urusan-urusan dalam
partai Ciong lam pay?
"Aku ......apa sekarang aku masih bisa menjabat
kedudukan ketua dalam partai itu? " demikian kemudian dia
bertanya setelah memikir dan menimbang nimbang sampai
masak ......
"Mengapa tidak? "
"Karena aku bukan cuma sudah melakukan perbuatan
jelek, melainkan sudah membikin rusak nama baik Ciong lam
pay. "
Gadis baju merah tidak menunggu Tan liong habis berkata
telah menyelak.
"Semua itu toh bukan atas kemauanmu sendiri? Itu
semata-mata disebabkan karena obat cabul si perempuan
jahat itu! Siapa juga tidak bisa salahkan perbuatanmu itu!
Betulkah begitu? Dan kau nona Hoan, bagaimana? Bagaimana
pikiranmu? "
"Engko Tan, aku cuma butuh jawaban atas pertanyaanku
mula-mula tadi asal kau tidak mengatakan tidak suka, aku bisa
memaafkan kau. "
Tan Liong tersenyum, namun dalam senyumnya itu tampak
perasaan hatinya yang amat berduka.
Gadis baju merah yang menyaksikan semua kejadian itu
tertawa getir dan berkata selang sesaat. "Sudahlah! Mari kita
pulang. Kekuatanmu jauh merosot karena terganggu oleh
pengaruh obat jahat itu. Sedang aku masih perlu suruh orang
pergi ke Kay hong buat carikan tabib Chio bin Iehiap. Kepada
tabib itu maksudku aku mau minta obat. "
Tetapi Tan Liong merasa saat itu dia sudah tak dapat
bergerak, lemas tak lagi bertenaga. Mungkin kecualiTiraikasih Website http://kangzusi.com/
digendong dia tak dapat meninggalkan gua itu. Gadis baju
merah mngerti keadaan pemuda itu maka dia berkata, "Nona
Hoan,kau gendonglah dia. "
Hoan Giok Hoa menurut memondong tubuh Tan Liong dan
kemudian terlihat mereka berjalan pulang menuju ke pusat
Ciong lam pay. Pada saat itulah tertampak satu bayangan
kuning yang lari-lari mendatangi. Gadis baju merah merandek
menegur orang baju kuning itu. "Locianpwee, ada keperluan
apakah? "
Seseorang tua berbaju kuning telah berhadapan dengan
gadis baju merah. Sikap orang tua itu tampak gugup, kikuk.
Dia mengawasi gadis baju merah itu terus, lama tak dapat
juga berkata-kata.
Gadis baju merah yang menyaksikan keadaan demikian
mengerti dalam hati, tentulah dalam Ciong lam pay telah
terjadi sesuatu apa-apa yang menggemparkan, sebab kalau
tidak demikian mana mungkin orang tua itu sampai begitu
gugup dan gemetaran, maka dengan suara cemas dia
bertanya kembali mengulangi pertanyaannya yang tadi.
Orang tua itu lama baru bisa menjawab.
"Ada orang, ada orang datang ke perkampungan kami
......"
"Ada orang datang ke Ciong lam san? Dia bikin ribut di
sana? " demikian si gadis baju merah dalam terkejutnya
bertanya.
"Ya! Sekarang disana masih ada orangnya, dia memang
mau cari setori. "
"Dia itu orangnya Thian seng hweekah? "
Orang tua itu hanya mengangguk membuat paras sigadis
baju merah jadi berubah pucat dan merah bergantian. Dengan
suara agak kuatir dia berkata kemudian. "Mari lekas pulang! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian lagi dengan mendahului yang lain-lainnya gadis
baju merah itu lompat melesat naik keatas gunung yang
kemudian disusul oleh Hoan Giok Hoa.
Demikianlah sebentar kemudian mereka telah sampai
didalam pusat perkumpulan Ciong lam pay.
Kini mereka berada diluar pekarangan gedung perkumpulan
partai Ciong lam pay.
Dari sini terlihat seorang nenek-nenek yang kelihatan loyo
sedang bertempur dengan lima orang Ciong lam pay.
Gadis baju merah terkejut segera menghampiri dan
menegur nenek itu, "Locianpwee, orang kuat darimanakah?
Mengapa mencari setori di sini? "
Bentakan gadis baju merah itu membuat orang-orang yang
sedang bertempur berhenti semuanya, dan saat itu juga gadis
baju merah bersama Hoan Giok Hoa telah berdiri di antara
mereka. gadis baju merah agaknya telah mengenali siapa
adanya nenek-nenek loyo itu, wajahnya tampak berobah
tanpa sadar mundur sampai dua tindak.
Nenek tua yang kelihatan loyo badannya itu, tidak lain
daripada Hiat hun Koay po yang namanya pernah
menggetarkan dunia Kang-zsouw!
Kaget tak kepalang si gadis baju merah. nyatalah se nenek
Hiat hun Koay po telah menjadi anggota Thian seng hwee,
malah kini mendadak bisa muncul di gunung Ciong lam san
sudah tentu dengan maksud tidak baik.
Hiat hun Koay po si nenek yang tampak loyo memandang si
gadis baju merah dengan sorot mata dingin kemudian
mengawasi Hoan Giok Hoa dan Tan Liong yang masih dalam
pondongan Hoan Giok Hoa.
Pada saat itu beberapa puluh orang Ciong lam pay sudah
mengurung si nenek Hiat hun Koay po ditengah tengah
kalangan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hiat hun Koay po kelihatan begitu murka parasnya,
perlahan-lahan mendekati orang yang menggendong Tan
Liong itu.
Gadis baju merah terkejut dengan hati berdebaran cepat
menghadang di depan Hoan giok Hoa sambil ketawa berkata,
"Menurut kabar, Locianpwee sudah mengasingkan diri
beberapa puluh tahun. Entah ada urusan apakah hari ini bisa
mendadak mengunjungi Ciong lam san? "
Hiat hun Koay po hanya tampak tertawa nyengir sambil
kebaskan tongkat bambu ditangannya berkata, "Budak!
Minggir kau! "
Gadis baju merah selagi mau melayani bicara seseorang
tua baju kuning sudah mendahuluinya mencegat nenek itu
maju terus dengan suaranya yang menyatakan dia tak senang
berkata, "Nenek tua! Kau tanpa sebab dan tiada alasan
datang-datang ingin memaksakan orang apa maksudmu? "
Hiat hun Koay po mendelikkan matanya dengan suara
mendengus berseru, "Kau tidak mau ke pinggir, kau cari
mampus! "
Gadis baju merah menyelak lagi kedepan dengan suara
merendah berkata,
"Locianpwee mempunyai kedudukan tinggi sudah dengan
sendirinya kalau bicara bisa memakai aturan sepantasnya. "
Hiat hun Koay po Nampak tercengang, wajahnya yang
beringas itu tampak terkejut, "Apa aku perlu bicara dengan
aturan terhadap kalian bocah cilik-cilik ini?"
"Sudah tentu ...... "
"Tingkatanmu terlalu kecil. Belum lagi pantas kau bicara
banyak dengan aku. "
"Kalau begitu, siapa yang Locianpwee anggap pantas boleh
bicara? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciang bun jin Ciong lam pay! "
Gadis baju merah itu ketawa dingin matanya yang jeli
menyapu orang-orang Ciong lam pay itu sejenak lalu berkata,
"Tuan-tuan sekalian silahkan masuk, disini tidak ada lagi
urusan tuan-tuan. "
Orang-orang Ciong lam pay yang mendengar kata-kata
usiran halus menjadi gusar, dengan sorot mata berapi mereka
mengawasi Hiat hun Koay po namun tidak urung ikut
memasuki gedung perkumpulan.
Gadis baju merah itu tahu benar dari kepandaian nenek
yang tampak seperti loyo itu jangan kata cuma dia sendiri,
sekalipun Ciong lam pay mengerahkan seluruh kekuatannya
pasti tak berdaya merintangi nenek itu. Itulah tadi dia
menyuruh atau minta orang-orang Ciong lam pay masuk dulu
maksudnya ialah untuk menghindarkan pertumpahan darah
yang tidak mungkin tidak tentu akan merugikan pihak tuan
rumah juga,
Hiat hun Koay po ketawa dingin berkata, "Jikalau Ciang bun
jin kalian tidak mau serahkan orang itu, lihat bisa atau tidak
aku si Hiat hun Koay po bikin Ciong lam san ini rata dengan
bumi! "
Gadis baju merah yang mendengar perkataan nenek itu
mengetahui bahwa kedatangan Hiat hun Koay po itu hanya
hendak mencari seseorang maka segera dia bertanya, "Kalau
begitu kedatangan Locianpwee untuk mencari orang bukan? "
Hiat hun Koay po delikkan lagi matanya. Dengan suara
seram dia berkata,
"Aku toh sudah kata! Aku cuma mau bicara dengan Ciang
bun jin Ciong lam pay! "
"Tapi Ciang bun jin kini sedang terluka, bolehkah
Locianpwee bicara dengan aku saja? "
"Kentut! Pernah apa kau dengan Ciang bun jin? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis baju merah itu jengah mendengar pertanyaan itu
merah selebar pipinya, selang sesaat baru bisa menjawab,
"Meskipun aku bukan atau tidak pernah tersangkut apa-apa
dengan dia tapi aku adalah sahabat karibnya! "
"Sahabat karib? " demikianlah Hiat hun Koay po tertawa
bergelak-gelak. "Budak tidak tahu malu! "
Gadis baju merah terkejut berubah wajahnya, "Locianpwee
harap suka hargakan ketuaanmu sedikit. Dalam hal mana kau
bisa kata aku tidak tahu malu? "
"Kalian suka bikin rendah derajat sendiri. Maka boleh kau
bilang kau sahabat karib Ciang bun jin? Apa Ciang bun jin
suka pajang mukamu atau cinta padamu? "
Perkataan-perkataan si nenek itu membuat selebar wajah si
gadis baju merah jadi merah padam lantaran jengah. Dengan
suara ketus dia lalu berkata, "Apa Locianpwee anggap
mencintakan seseorang itu suatu perbuatan rendah? "
"Apa kalau bukannya perbuatan rendah! "
Gadis baju merah itu lantas ketawa mengejek dan
kemudian berkata,
"Kalau begitu kau sendirilah seorang perempuan yang
paling rendah! "
Berubah lagi paras nenek itu dengan suara bengis
membentak, "Coba kau jelaskan pekataanmu tadi! Kalau kau
tidak becus terangkan yang sebenarnya kurobek-robek
mulutmu yang bagus itu! "
"Apa sebab kau masuk Thian seng hwee dan kemudian
suruh muridmu menggunakan nama Naga Merah melakukan


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pembunuhan dimana-mana? "
"Tidak ada urusanmu disini! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Meski kau kata tidak ada hubungan itu dengan aku, tapi
aku perlu tahu apa sebabnya. "
"Jikalau kau tidak megatakan apa sebabnya kau
mengatakan aku perempuan rendah, lantas kusobek-sobek
mulutmu! "
"Boleh saja, tapi aku mau tanya dulu, apa kau kenal
dengan si Lo sat wajah dingin Pang Giok Yan? "
Pucat wajah Hiat hun Koay po. Dengan sorot mata
keheran-heranan dia terputus-putus berseru, "Kau! .... kau!
.... kau! .... ", tetapi hanya itu itu saja yang bisa keluar dari
mulutnya, perkataan selanjutnya agaknya tidak mampu
diucapkannya.
Sementara itu gadis si baju merah telah berkata pula. "Lo
cianpwee. kau tidak usah berseru kaget. Perkataanku belum
habis semua. "
Dengan matanya yang jeli tajam, gadis baju merah ini
memandang wajah si nenek, lalu dengan suara kuat-kuat
berkata lagi, "Kau yang mencintakan Naga Merah telah
keluarkan pura-pura daya upaya merusak perhubungan dan
percintaan Naga Merah dengan si Lo sat wajah dingin itu. Tapi
apa kiramu Naga Merah waktu itu cinta padamu? Hmmm!
Tidak! Dan kau, karena tidak mendapat balasan kasih
daripadanya jadi berjanji padanya, memakai obat perangsang
birahi dan membikin si Losat wajah dingin itu tercemar oleh
seorang laki-laki lain, sekalian namanya Chie Thian Jin.
Perbuatanmu itu coba bilanglah, rendah atau yang paling
bagus. "
Uraian panjang lebar yang dikeluarkan dari mulut si gadis
baju merah itu membuat si nenek merah padam wajahnya.
perasaan cemas, takut dan kuatir tertampak tegas di wajah
tuanya yang sudah keriputan itu. Lama sekali barulah ia
menjawab. "Tapi, biar bagaimana aku dengan dia pernah
berkenalan walau dalam waktu yang tidak panjang. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Itu memang tidak salah, sebab sewaktu Pang Giok Yan
sudah kawin dengan Chie Thian Jin, Naga Merah karena ingin
mengisi hatinya yang kosong terpaksa menerima kau yang
mengajak dia bergaul. Tapi kau bisa katakan atau tidak,
dapatkah kau cintanya? "
Mendengar pertanyaan terakhir ini paras nenek yang sudah
keriputan itu jadi berubah begitu menakutkan, matanya
mendelik dan wajahnya beringas. Meskipun dia bisa terus
melotot, tapi mulutnya terus bungkam tak dapat mengatakan
apa-apa.
Gadis baju merah itu berkata pula, "Kau setelah merasa
berhasil dengan akalmu menodai kesucian Pang Giok Yan
dengan Chie Thian Jin bisa memang mendapatkan sebentar
Naga Merah, tapi akhirnya toh Naga Merah telah tahu juga hal
itu. Sebetulnya jauh lebih cocok kalau dikatakan. Naga Merah
sampai waktu itu belum bisa melupakan Pang Giok Yan
kekasihnya itu. Dan bagaimana dengan kau? Kau yang
ketakutan terbongkarnya rahasiamu turun tangan lebih dulu
memburu Chie Thian Jin dan Pang Giok Yan sekalian. Apa
perbuatanmu begitu itu tidak terlalu amat rendah dan
melampaui batas kekejaman yang ada? "
Hiat hun Koay po lompat melesat kedepan. dengan ketawa
iblisnya dia terbang menerjang si gadis baju merah. "Kau tahu
jelas sekali urusanku, kau harus mati ditanganku! "
Tongkat ditangannya cepat bagaian kilat membabat dan
menyapu kemana saja si gadis baju merah berkelit.
Cepat dan ganas melayangnya senjata itu, membuat si
gadis baju merah yang telah beberapa kali mengelit jadi
terkejut. Dia lompat menjauhi .... luput dia mendapatkan
sasaran tongkat yang mengamuk ganas itu.
Karena serangan itu mengenai tempat kosong, Hiat hun
Koay po tampak terkejut. Beberapa serangan beruntunnya
semua terhindar. "Bagus! Bagus! " demikian katanya, "KalianTiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari tingkatan muda, yang mampu mengelakkan beberapa kali
seranganku, boleh dibilang cuma kau orang yang pertama. "
Gadis baju merah menyeringai dengan suara dingin
berkata, "Hiat hun Koay po! Jangan lupa kau dengan
perkataanmu sendiri, tidak akan menyerang seseorang dari
tingkatan muda! "
"Benar, tapi untukmu harus kubikin kecualian! "
"Kalau begitu, dengan derajat dan tingkatanku, apa aku
ada harganya turun tangan terhadapmu? "
"Tidak perduli bagaimana rendah juga tingkatanmu ....
sebab kau sudah tahu urusanku terlalu banyak, aku tidak bisa
biarkan kau hidup didunia ini! "
Sehabis berkata demikian mendadak si nenek melompat
lagi. Tongkat bambunya kembali diputar, menyerang gadis
baju merah!
Si Baju Merah yang mendapat serangan sengit begitu rupa,
juga dengan kecepatan bagaikan kilat adakan serangan
balasan.
Siapa tahu nenek itu begitu tinggi kepandaian bersilatnya,
serangan si gadis baju merah yang telah menggunakan
seluruh tenaganya dianggapnya sepi saja atau seperti dia
tidak merasakan sama sekali kalau diapun sedang diserang.
Dia terus menyerampang dan membabat, sekarang
meluncurkan serangannya yang ketiga kali.
Kecepatan dan kegesitan Hiat hun Koay po dalam bersilat,
sesungguhnya jarang tandingannya. Apabila pertempuran
yang janggal itu berlangsung terus, dalam waktu tak lama
gadis baju merah itu pasti akan mati atau setidak-tidaknya
akan terluka parah dihajar tongkat si nenek yang kalap
ditelanjangi rahasianya.
Tetapi dalam keadaan demikian, mendadak sesosok
bayangan merah yang meluncur laksana kilat sampaiTiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketengah-tengah antara Hiat hun Koay po dan si gadis baju
merah namun sebentar kemudian bayangan itu telah lenyap
kembali.
Meluncurnya bayangan merah itu benar-benar tak dapat
dilihat oleh mata manusia. Orang yang kepandaiannya begitu
tinggi seperti Hiat hun Koay po sekalipun tak dapat juga
mengetahui siapa adanya bayangan baju merah itu. Dia
terkejut bukan main hingga tanpa merasa mundur beberapa
tindak.
Dan tatkala diperiksa ketempat dimana bayangan itu
melayang pergi, ternyata disitu tidak terlihat sesuatu apapun.
Hiat hun Koay po tidak percaya ada orang yang
berkepandaian begitu tinggi. Masa dengan ilmunya yang
begitu tinggi dia tak dapat melihat atau menangkap orang
yang menghalau serangannya yang begitu mendadak? Dan
apa yang lebih mengejutkan bayangan merah itu dapat
menerobos ditengah-tengah antara dia dengan si gadis baju
merah yang sedang sengitnya bertarung! Kalau benar ada
orangnya, kepandaian dan kecepatan orang itu barangkali
sudah tak ada yang menandingi.
Si nenek seperti mencoba tenangkan pikirannya yang kalut
tergoncang, kembali dia melihat si gadis baju merah, lalu
ketawa dingin. Diwajahnya kembali nafsunya yang begitu
berkobar-kobar hendak membunuh, tongkat bambunya
kembali naik keatas.
Tetapi selagi dia mau menyerang lagi, dia jadi kesima!
Didapatkan olehnya dibaju depan dadanya entah sejak
kapan ditaruh orang secarik kertas itu disematkan dengan
semacam jarum halus, hingga tampak masih berkibaran
tertiup angin.
Sesaat lamanya si nenek berdiri melongo.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diparasnya tiba-tiba terbayang perasaan kaget, heran dan
takutnya ...... pada saat itulah dia yang melihat didepan dada
si gadis baju merah, sama juga dengan apa yang ada
didadanya, secarik kertas putih.
Gadis baju merah juga melongo, saat itu dia sadar
membuka sematan jarumnya. Diatas kertas putih itu dia
membaca,
"Sudah waktunya kau harus pulang. "
Gadis baju merah sehabis membaca tulisan diatas kertas
putih itu pelahan lahan menghela napas. Sebabnya dia telah
mengetahui siapa orangnya yang menempelkan ketas itu
didepan dadanya.
Sedang didepan gadis itu tampak Hiat hun Koay po yang
tangannya gemetaran. Dia benar-benar merasakan telah
terjungkal dari kedudukannya yang tinggi.
Sebenarnya amat ganjil kiranya kalau dengan
kepandaiannya Hiat hin Koay po yang begitu tinggi sampai
bisa diselomoti begitu tanpa dia mengetahui.
Dia kala itu baru mengambil kertas itu yang ternyata
diatasnya juga terdapat tulisan yang berbunyi sebagai berikut,
"Nenek tua! Adatmu ternyata tidak kurang berangasannya
dari masa masa dahulu. Caramu turun tangan terhadap
tingkatan muda begitu garang, apa tidak takut menodakan
mukamu sendiri? Pandanglah mukaku, bagaimana kalau tidak
dilanjutkan pertempuran itu?.
Tertanda : Hiat im cu. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukan kepalang kagetnya Hiat hun Koay po, itu terlihat dari
mukanya yang sebentar merah sebentar tampak pucat itu.
Bayangan merah menerobos di antara orang-orang yang
sedang bertempur hebat itu, ternyata adalah Hiat im cu, si Cu
kepala dari Bu-lim sam-cu.
Setelah agak tenang pikiran nenek itu, baru dia mau buka
mulut, sudah didului oleh Tan Liong yang ada dalam
pondongan Hoan Giok Hoa "Nona Hoan ...... Siapa yang
sedang bicara itu? "
Hoan Giok Hoa menjawab, "Ada satu orang yang datang ke
Ciong lam san mencari setori. "
Tan Liong terkejut, bertanya pula, "Ada orang? .... Datang
mencari setori? .... Siapa dia? ...
Hiat hun Koay po menyambuti kata-kata itu dengan suara
dingin, "Ciang bun jin, apakah masih mengenali suaraku? "
"Kau .... kau siapa? .... "
Gadis baju merahlah sekarang yang menyelak, "Ciang bun
jin, kau masih luka berat, lebih baik jangan banyak bicara. "
Hiat hun Koay po tampak memperhatikan perubahan
wajah, dia membelalakkan matanya, dengan suara dingin lalu
berkata,
"Kalau tidak kupandang suhumu, kalau tidak kurobek
mulutmu jangan bilang aku orang lagi. Aku bicara dengan
Ciang bun jin, ada hubungan apa dengan kau? "
Nenek itu berhenti sejenak, dia berpaling dan memandang
Tan Liong. Dengan suara tetap dingin meneruskan berkata,
"Ciang bun jin bisa keluar dari lembah Lui in kok, benar-benar
diluar dugaan orang. Aku si nenek tua lebih dulu
menghaturkan "selamat kepadamu"
Nenek itu berhenti lagi tertawa sebentar dan berkata lagi,
"Perbuatan Ciang bun jin sebetulnya terlalu ganas. Di ThianTiraikasih Website http://kangzusi.com/
seng hwee kan sudah membunuh hampir empat puluh orang
anggota anggota perkumpulan itu dan sekarang diatas gunung
Ciong lam san ini kembali kau membunug tiga puluh orang
orangnya Thian seng hwee yang terpilih paling lihai. Sungguh
tidak nyana hari ini kau juga bisa terluka begitu parah. ... "
Tan Liong gelisah, takut kalau-kalau si nenekpun
mengetahui urusannya. Dengan suara cemas pemuda ini
berkata. "Nona Hoan, apa Lo cianpwee ini ... orangnya Thian
seng hwee juga? "
"Aku tidak tahu, mungkin ya. Tapi kita rasa-rasanya pernah
melihat dia di kota Khay-hong barangkali. "
"Dia adalah Hoat hun Koay po! " begitu si gadis baju merah
tiba-tiba menyelak.
"Hoat hun Koay po? " demikian Tan Liong mengulangi
nama itu. "Sewaktu di Khay-hong aku pernah bertemu dengan
dia ...... "
Tan Liong yang masih terluka parah, masih dalam keadaan
setengah sadar setengah tiada, lapat-lapat hanya mendengar
perkataan-pekataan orang-orang itu.
"Ya betul, kalian dikota Khay-hong pernah saling nertemu
malah pernah juga membicarakan soal derajat. Dia kata
bahwa derajatnya masih kalah setingkat dari kau, itulah dia! "
Nona Hoan berkata, seolah-olah mengingatkan Tan Liong
pada pertemuan tempo hari itu.
Tan Liong terkejut, sementara si nenek Hiat hun Koay po
sudah berkata dengan suara dingin, "Ciang bun jin, itu semua
memang benar. Kita pernah bicarakan soal derajat dan
tingkat. Sekarang aku mau tanya, "Kemana kau bawa kedua
muridku itu? "
Tan Liong jadi lebih kaget, "Siapa ? .... "
"Chie Peng dan Chie Cui"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar disebutnya nama-nama itu Tan Liong bagai
melonjak dalam pondongan Hoan Giok Hoa. Dia merasa,
sewaktu terjeblos dalam lembah Lui in kok, tanpa pertolongan
dua dara manis itu, dia sudah tak bernyawa lagi.. Halnya Chie
Peng telah mengorbankan kesuciannya kepada orang yang
tidak disukai demi untuk membela keselamatan orang yang
dikasihi itulah yang diingatnya untuk selama lamanya. Sedang
Chie Cui oleh karena adanya sedikit kesalah pahaman telah
berlalu daripadanya dalam keadaan gusar.
Maksud Hiat hun Koay po hari itu mengunjungi Ciong lam
san tentulah untuk mencari Chie Peng dan Chie Cui. Sudah
terang guru itu pasti beranggapan bahwa kedua orang
muridnya itu mengikuti Tan Liong ke gunung Ciong lam san,
karena siapapun juga yang menjadi guru Chie Peng dan Chie
Cui pasti akan beranggapan demikian oleh karena dua orang
murid itu dengan mati-matian membela seseorang malah
seorang bakal ketua partai Ciong lam sudah barang tentu akan
menyangka keras kalau murid muridnya itu pasti berada di
gunung Ciong lam san. Tan Liong yang mengingat demikian
hatinya risau. Merasa tidak enak kepada dua saudara itu.
Hiat hun Koay po yang melihat Tan Liong diam saja dengan
suara yang bengis bertanya lagi. "Ciang bun jin! Kalau kau
tetap tidak mau lepaskan kedua orang muridku yang kurang
ajar itu, awas! Aku bisa bikin rata gunung Ciong lam san ini
dengan bumi.
Tan Liong sadar menjawab. "Apa Locianpwee anggap
mereka sekarang ada di gunung ini? "
"Sungguh tidak kunyana murid-murid durhaka itu bisa jatuh
hati kepadamu! Malah lebih berani mereka berkhianat
meninggalkan peraturan sendiri cuma karena niat
menolongmu. Didalam dunia ini ada begitu banyak perempuan


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang cinta padamu kau harus merasa bangga. Cuma aku tidak
bisa lepaskan dua murid kurang ajar itu begitu saja. Kalau kauTiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga tidak mau serahkan budak budak hina itu aku juga bisa
ubrak abrik sarang Ciong lam pay mu ini. "
"Mereka .... memang benar pernah menolongku, tapi
kemudian sudah pergi lagi .... "
"Dusta! Kalau kau tidak sembunyikan dua budak itu dalam
gunungmu ini mereka bisa lari kemana? "
Gadis baju merah yang mendengar pembicaraan antara
mereka lantas berkata sambil tertawa. "Aku boleh jadi sukai
Ciang bun jin ini. Kedua muridmu itu memang benar tidak
pernah naik keatas gunung Ciong lam san. "
Berubah wajah Hiat hun Koay po. Dia segera memotong.
"Ciang bun jin, apa bukan karena kau mengatakan tidak suka
pada mereka dan suruh pergi? "
"Tidak! Tidak! ...... Mereka ...... "
"Mereka kenapa! Lekas jawab ! "
Tan Liong sebetulnya tidak dapat menjawab secara
sejujurnya sebab mana mungkin dia membeberkan rahasia
besar ialah urusan Chie Peng yang telah berkorban dengan
memberikan kehormatannya sendiri kepada orang lain demi
membelanya itu kepada gurunya sendiri.
Gadis baju merah yang menyaksikan keadaan pemuda itu
gugup, mengetahui tentu anak muda itu mempunyai
kesulitannya sendiri dalam mengatakan atau memberikan
jawabannya. Sekalipun didesak dan dipaksanya barangkali dia
takkan mau memberikan keterangan dari sebab-sebab
mengapa kedua murid Hiat hun Koay po tidak menyertainya
sampai ke Ciong lam san.
Apa yang dikatakan oleh Hiat hun Koay po tentang banyak
gadis yang menyukai Tan Liong memang ini ada hal
sebenarnya. Dalam hal itu termasuk juga Cui Lian Hoan Giok
Hoa, Yao lie lu, Chie Peng, tidak terkecuali Chie Cui adiknya
dan pula .....Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis baju merah itu memikir demikian jadi tertawa sendiri
dia lalu berkata,
"Kau jangan terlalu mendesak dia. Kedua muridmu itu
memang tidak pernah mengikuti Chiang bun jin ke gunung
Ciong lam san. Kemana mereka sekarang memang aku juga
tidak tahu. Berikan batas waktu sepuluh hari kepadaku, aku
yakin bisa bawa kedua muridmu itu kepadamu. "
"Baiklah, dengan memandang mukamu aku beri batas
waktu sepuluh hari jika didalam waktu sepuluh hari itu kau
tidak menyerahkan kedua muridku itu lihat aku nanti akan
mengubrak-abrik Chiong lam pay atau tidak? "
Setelah berkata demikian dengan tanpa pamit lagi si nenek
sudah menghilang dari depan mata......
Gadis baju merah mengawasi berlalunya Hiat hun Koay po
perlahan-lahan menghela napas tapi dalam hatinya sendiri
juga lantas timbul suatu perasaan gegetun seolah olah
kehilangan apa-apa ....
Pada saat itu dari dalam perkumpulan Ciong lam pay ada
keluar beberapa puluh orang baju kuning dengan berjalan
lambat-lambat mengiring wakil pejabat ketua mereka ialah
nona Oey Bwee Cian. Setibanya di depan gadis baju merah
dan Hoan Giok Hoa, Oey Bwee Cian lantas berhenti dan
orang-orangnya itu berbaris disampingnya.
Oey Bwee Cian lalu berkata kepada Tan Liong yang masih
berada digendongannya Hoan Giok Hoa,
"Teecu Oey Bwee Cian, wakil pejabat ketua partai Ciong
lam pay. Dengan para Tiang lo sekalian, mengundang Ciang
bun jin supaya suka masuk kedalam pendopo Tiong gie thian."
Gadis baju merah lantas berkata, "Ciang bun jin kalian
sekarang sedang terluka. Kalau bisa biarkanlah mengaso dulu
dan nona dengan Cianpwee sekalian jangan terlampau banyak
menggunakan peradatan. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sehabis berkata demikian bersama Hoan Giok Hoa gadis
baju merah terus berjalan menuju kegedung perkumpulan
Ciong lam pay Oey Bwee Cian memandang Tan Liong sesaat
alisnya nampak berkerut kemudian bersama sama beberapa
puluh Tiang mengikuti gadis baju merah dan Hoan Giok Hoa
kependopo Tiong gie thian. Pendopo Tiong gie thian adalah
suatu tempat yng dipergunakan khusus untuk upacara
peresmian atau timbang terima jabatan ketua baru partai
Chiong lam pay. Pendopo itu dihias dengan hiasan-hiasan
serba mewah hingga gadis baju merah yang melihat apa yang
dipandang serba indah demikian jadi kagum. "Nona Oey,
Ciang bun jin kalian sedang terluka berat upacara timbang
terima jabatan dapatkah kiranya diundurkan sampai dia
sembuh benar dari sakitnya? "
Oey Bwee Cian tampak bagai berpikir selang tak lama
berkata sambil mengangguk-angguk. "Kalau begitu baiklah!
Mari bawa Ciang bun jin kekamar Yang sin thian. "
"Nona, sukakah nona memberitahukan Ciang bun jin kami
terluka karena apakah? "
Gadis baju merah yang mendapat pertanyaan demikian jadi
merah padam mukanya lama baru dapat menjawab.
"Dia ...... " katanya "dia ...... nanti saja kuberitahukan
padamu. "
Oey Bwee Cian mendengar jawaban itu terpaksa membawa
Hoan Giok Hoa dan si gadis baju merah kekamar Yang sin
thian.
Kamar Yang sin thian adalah suatu tempat yang
diperuntukkan bagi tiap-tiap Ciang bun jin yang ingin merawat
diri atau terluka.
Perawatan dalam kamar tersebut teramat bersih tenteram
tenang keadaan disekitarnya terletak digedung Ciong lam pay
yang paling belakang dikelilingi oleh hutan lebat rupanya
cocoklah buat tempat istirahat.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu masuk dalam kamar Yang sin thian, Tan Liong
dibaringkan disuatu pembaringan yang dihiasi mewah juga.
Saat itu cuaca sudah mulai terang.
Gadis baju merah mengawasi Oey Bwee Cian dan semua
tokoh-tokoh Ciong lam pay yang berkerumun diluar kamar itu,
katanya.
"Nona, sukalah kau keluarkan titah untuk menjaga kuat
dari orang-orang Thian seng hwee yang datang kemari
menuntut balas. "
Saat itu juga Oey bwee Cian menitahkan seluruh orang-
orangnya menyuruh kerahkan semua kekuatan yang ada dan
mengurung sekitar kamar tersebut dengan sebaik-baiknya.
Tan Liong yang meskipun badannya seluruhnya lemas tak
bertenaga tetapi pikirannya masih jernih. Ini disebabkan
karena dahulu ia pernah menelan buah lengcie yang sudah
ribuan tahun usianya. Buah mujijat itulah yang membuatnya
dapat tahan segala derita.
Gadis baju merah tampak mengeluarkan sebuah pil yang
terus dimasukkan ke mulut Tan Liong dan dia perlahan
berkata, "Ciang bun jin, harap suka telan obat ini. Obat ini
meskipun tidak dapat menghilangkan sisa sisa racun yang
mengeram dalam badanmu tapi bisa dipakai buat
menyemarakan perasaan buat bikin segar badan. "
Tan Liong biarkan saja pil masuk kemulutnya, tidak antara
lama dia merasakan badannya tambah lama tambah segar
dan nyaman. Matanya tampak lambat-lambat dibuka bibirnya
tampaknya tersungging satu senyuman berarti kemudian dia
memejamkan lagi matanya.
"Ya, aku merasa tambah kuat badanku. "
"Engko Tan, apa kau merasa sedikit enak. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali Tan Liong membuka mata mengawasi si gadis baju
merah sejenak dan berkata pula, "Kau juga berada disini? Atas
bantuanmu kepada Ciong lam pay, aku atas nama segenap
penduduk gunung Ciong lam san dan Cow su ya Cong lam
pay, megucapkan banyak terima kasih. "
Hoan Giok hoa sementara itu berkata, "Engko Tan, jikalau
tidak ada enci baju merah ini kau barangkali sudah lama mati
karena perbuatan si cabul Siao hun lie itu. "
"Tentang ini aku tahu." demikian jawab Tan Liong, "Aku
ingin bicara denngan nona Oey. "
Oey Bwee Cian menyahut, "Teecu Oey Bwee Cian ada
disini, suka menanti titah Ciang bun jin. "
Tan Liong mengawasi Oey Bwee Cian yang datang
bersembah dia takkan percaya kalau dalam dunianya masih
ada seorang wanita yang demikian cantiknya.
Oey Bwee Cian melihat kelakuan ketuanya bersenyum lalu
bertanya,
"Ciang bun jin ingin perintahkan apa kepada Teecu? "
Tan Liong buru-buru tarik pandangannya lalu menjawab
agak gelagapan. "Kau, kau ...... kaukah yang mewakili Ciang
bun jin partai kita? "
Gadis baju merah nyeletuk sambil tertawa,
"Apa kauanggap wakil pejabat Ciang bun jin ini terlalu
cantik? "
Perkataan-perkataan yang mengandung sifat menggoda itu
membuat wajah Tan Liong dan Oey Bwee Cian sama-sama
memerah.
Setelah agak lama mereka dalam keadaan membisu, Tan
Liong kembali buka suara.
"Nona Oey sudah berapa lama ayah nona meninggal? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dua tahun. "
"Partai kita seluruhnya mempunyai berapa banyak
anggota? "
"Lima ratus tujuh puluh delapan orang. "
"Kali ini Thian seng hwee datang menyerbu kemari anggota
kita berapa yang gugur? "
"Belum dihitung, kira-kira 100 orang. "
"Apa?!, Seratus orang?! ...... " Tan Liong terperanjat sekali.
"Ya, kira-kira 100 orang. "
Tan Liong tertawa dingin berkata pula. "Aku juga akan
suruh Thian seng hwee kembalikan 100 orang sekalian
bunganya. "
Pemuda ini sesudah berkata lantas tertawa, suara tertawa
yang mengandung napsu membunuh.
Gadis baju merah lantas berkata, "Badanmu masih lemah,
sebaiknya jangan terlalu banyak cakap. "
"Enci, " kata Hoan Giok Hoa, "Tadi bukankah kau pernah
katakan mau suruh orang pergi carikan obat untuk dia? "
"Ya! " gadis baju merah itu menyahut, lalu berpaling dan
kepada Oey bwee Cian berkata lagi. "Nona Oey, sukalah kau
perintah lagi dua orang yang cerdik masuk kemari. "
Oey bwee cian lalu suruh meneruskan permintaannya
mencarikan dua orang terlihai dalam Ciong lam san, yakni
Ciong lam Cit hiong. Satu San hoa chiu, yang dalam Ciong lam
Cit hiong menduduki tempat keenam. Seorang lagi, yakni Say
phoa an menduduki tempat ketujuh supaya segera
mendatangi kamar Yang sin thian. San hoa chiu dan Say phoa
an meskipun termasuk orang-orang terlihai tetapi usia mereka
masih muda, kira-kira antara 24 ? 25 tahunan. Badan keduaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda ini tegap kekar, pun mereka adalah pemuda pemuda
tampan.
Kala itu gadis baju merah berkata sambil tersenyum.
"Kami minta kalian berdua datang kemari perlu bantuan
kalian untuk mencari obat kekota Khay hong. "
Say phoa an lalu menyahut lebih dulu. "Ada urusan apa,
supaya nona peritahkan saja. "
Gadis baju merah lalu berkata, "Urusan ini ada erat sekali
hubungannya dengan jiwa Ciang bun jin kalian. Harap kalian
suka berhati-hati. Di daerah gunung In kui san di kota Khay
hong, ada berdiam seorang rahib Kang-zsouw yang digelar
orang Chio bin Iehiap. Locianpwee itu adatnya baik sekali.
Siapapun membutuhkan apa-apa dari padanya, dia bisa
sediakan bantuannya, Kalian asal mau minta padanya sebutir
obat ?Im hiat Kui yang wan? namanya dan segera pulang
kembali kegunung Ciong lam san selesailah tugas kalian
berdua. "
San hoa chiu dan Say phoa an menyatakan terima baik
tugas tersebut dan segera mengadakan perjalanan ke kota
Khay hong.
Tan Liong yang melihat cara gadis itu bertitah, tahu kalau
gadis baju merah itu sangat memperhatikan kepentingannya.
Dan kala matanya menatap Hoan Giok Hoa hatinya menjadi
pilu. Dia benci kepada Siao hun lie. Kalau nanti dia sembuh
dari sakitnya, dia akan menangkap dan mencincang badan
wanita cabul itu.
Gadis baju merah itu mengawasi Hoan Giok Hoa sejenak
yang dia sendiri agaknya tidak mengerti. Dia mengingat akan
pesannya sendiri, hingga diam-diam mengatakan pada dirinya
sendiri. Apa yang dikatakan oleh suhu memang benar. Sudah
saatnya aku kembali ...... Dia tertawa tawa segan, lalu berkata
kepada Hoan Giok Hoa, "Adik Hoan, disini tidak ada lagi
urusanku, aku ingin pulang .... "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hoan Giok Hoa tampaknya terkejut. "Enci" serunya. "Apa
kau mau pergi? "
"Ya, aku mau pulang. "
"Kenapa kau mendadak mau pulang? "
"Bukankah aku harus pulang? "
"Apa kau tidak suka dengan engko Tan? "
Gadis baju merah itu terkejut. "Nona Hoan, apa arti
perkataanmu? " tanyanya.
"Jikalau kau suka kepada engko Tan kau tentunya tidak
akan pergi. Dia sakit begitu berat, apa kau tega hati
tinggalkan dia begitu saja? "
Gadis baju merah itu tersenyum maklum dalam hatinya
berpikir sendiri, "Justeru karena aku sangat suka padanya, aku
jadi mesti tinggalkan dia. " Tetapi dimulutnya dia berkata,
"Aku pergi tidak ada halangan apa-apa, dia bisa segera
sembuh. "
"TIDAK!" demikian Hoan Giok Hoa berseru. "Enci,
tunggulah sementara engko Tan belum sembuh dari sakitnya."
Gadis baju merah tampak kerutkan alis, lama baru
menjawab permintaan Hoan Giok Hoa!
"Baiklah! Aku berdiam disini tiga hari lagi. Dalam waktu itu
barangkali mereka berhasil bawa kemari obatnya. "
Hoan Giok Hoa tersenyum girang. "Enci, kau sungguh baik!
Kau mau berdiam tiga hari lagi disini ..... "
Tapi siapa tahu dalam waktu tiga hari yang amat singkat itu
apa yang akan terjadi digunung Ciong lam san itu.
Malam hari ketika ......
-o0o0dw0o0o-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
JILID ke : 18


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Diatas gunung Ciong lam san mendadak muncul sesosok
bayangan merah.
Bayangan ini melesat laksana kilat, dalam waktu sekejap
saja sudah berada diluar kamar Yang sin thian.
Bayangan merah itu dapat mengelakkan setiap penjagaan,
dapat mengelabui orang-orang penjaga pos Ciong lam pay
yang demikian banyak dan bisa sampai kamar Yang sin thian
bukti betapakah tingginya kepandaian orang tersebut.
Kini bayangan tersebut telah berada diluar kamar Yang sin
thian, dia perdengarkan suaranya yang dingin lalu ayun
tangannya menyerang pintu kamar Yang sin thian.
Bagaimana bayangan merah itu bisa mendadak menyerang
pintu Yang sin thian yang tertutup rapat?
Sesungguhnya diluar dugaan semua orang! Setelah
terdengar suara yang amat nyaring, pintu besar itu
terpentang.
Selagi si bayangan ingin masuk ke kamar Yan sin thian, tiga
sosok bayangan orang sudah berada di depan bayangan
merah tersebut, sementara si bayangan merah membentak,
"Siapa menghalangi mampus, tapi yang membiarkan aku
masuk akan hidup!"
Lalu, dengan beruntun dia mengeluarkan dua kali
serangan.
Gadis baju merah yang melihat bayangan merah itu dapat
menghancurkan pintu Yang sin thian, sudah barang tentu
kagetnya tak alang kepalang.
Pada saat itulah terdengar suara Oey Bwee Cian yang
menegur keluar,
"Siapa yang berani bertindak kurang ajar disini?! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia inilah salah seorang dari ketiga pencegat bayangan
merah itu, mengayun tangannya menyambuti serangan si
bayangan merah.
Tapi secepat kilat nona baju merah mencegah dengan
seruannya, "Nona tahan! "
Mendengar seruan gadis baju merah itu, Oey Bwee Cian
dan bayangan merah itu, benar-benar menahan serangan
mereka.
Tatkala si gadis baju merah dapat mengamati bayangan
merah itu, seketika dia kesima.
Karena bayangan merah yang mengenakan pakaian serba
merah itu ternyata adalah itu orang yang baru-baru ini muncul
dan bikin geger dunia Kang-zsouw dalam samarannya sebagai
Naga Merah, yaitu Chie Peng adanya.
Chie Peng nampak gusar, wajahnya merah membara. Dia
ketawa dingin dan berkata dengan suara tawar, "Tidak
disangka kau pun ada disini! Aku Chie Peng merasa beruntung
bisa ketemu kau disini."
Gadis baju merah berkata, "Nona Chie datang ke gunung
Ciong lam san dan menghancurkan pintu kamar Yang sin
thian, entah ada urusan apa yang kelihatannya begitu
penting? "
"Apa ada Tan Liong di dalam kamar ini? " bentak Chie
Peng.
"Nona Chie ada keperluan apa cari dia kemari? "
Tampak berubah wajah Chie Peng, dengan suara bengis
berkata, "Aku mau bunuh dia! "
"Kau mau bunuh dia? Apa sebab? "
"Sebabnya aku mau bunuh dia? Ha, ha, ha ....." Dia
menjawab sambil tertawa. Tertawa itu terdengar makin lamaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
makin menyeramkan, hingga dapat membikin berdiri bulu
roma orang yang mndengarnya.
Setelah puas dia tertawa, berkata lagi, "Aku bukan cuma
mau bunuh dia! aku juga mau ambil nyalinya buat kujadikan
barang makanan! "
Kelakuan yang luar biasa itu benar-benar mengejutkan
Hoan Giok Hoa, gadis baju merah dan Oey Bwee Cian.
Gadis baju merah itu menyaksikan semua keadaan di
depan matanya. Dari sikap pembicaraan Chie Peng serta
mengingat-ingat pula perkataan-perkataan Hiat hun Koay po
tahulah kini dia kalau tentu saat itu Chie Peng terpukul hebat
batinnya. Karena pikirannya demikian dia lantas bertanya.
"Nona Chie, bukankah kau pernah menolong dia? "
Pertanyaan itu agaknya telah menusuk ulu hati Chie Peng.
Dia yang sama sekali tidak menyangka, oleh karena niat
menolong Tan Liong rela korbankan kesuciannya sebagai
gantinya jiwa anak muda itu. Tetapi bagaimana akhirnya?
Kiranya Tan Liong sudah tidak ingat akan budinya bahkan
bisa membiarkan Chie Cui adiknya pergi dengan membawa
luka dihati.
Tatkala Chie Cui dalam keadaan gusar meninggalkan Tan
Liong itulah waktunya Chie Peng meninggalkan Lui in kok
setelah korbankan kesuciannya kepada Giok bin Lohan.
Setelah keduanya kemudian saling bertemu, Chie Cui lalu
memberitahukan kepada encinya itu yang dia tidak
diperhatikan lagi oleh Tan Liong dikatakan juga bahwa
pemuda itu membantu Yao lie lu.
Keterangan itu sudah barang tentu sangat memukul batin
Chie Peng dia mana mengerti yang dia setelah berkorban
demikian rupa pengorbanannya diabaikan begitu saja?Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitulah dia sekarang datang dengan niatnya,
mengganyang si pemuda yang tak berhati.
Maka tatkala mendengar pertanyaan si gadis baju merah
dia menyahut. "Kalian tidak akan tahu! Dan juga tidak akan
dapat menduga! Aku telah menolong dia, telah berkorban buat
dia dengan memberikan kesucianku tapi apa yang dia berikan
kepadaku sebagai pembalasannya sekarang? Bukan dia
mengatakan terima kasih, tidak dia mengurusi adikku! Oleh
karena itu apa bisa aku berpeluk tangan membiarkan terus dia
berbuat sesuka sukanya kepada kaum perempuan? Tidak!! "
Sehabis berkata dia tertawa bergelak-gelak ketawanya
seperti orang gila.
Perkataan-perkataan Chie Peng itu yang kemudian keluar
pula uraiannya membuat berubah wajah gadis baju merah.
Dia samasekali tidak menyangka begitu sampai hati Tan Liong
perlakukan orang yang pernah melepas budi kepadanya.
Terdengar pula suara Chie Peng. "Jika kalian tidak ijinkan
aku bunuh mati orang semacam itu aku akan korbankan
jiwaku disini! Sekarang aku sudah terangkan semua
maksudku. Kalian mau beri aku jalan atau tidak!? "
Perasaan gusar dan napsunya ingin membunuh tegas pada
parasnya yang beringas itu.
Oey Bwee Cian sementara itu telah menyelak, "Nona Chie,
kita satu sama lain baru saling bertemu hari ini. Bagaimana
sikap dan kelakuan Ciang bun jin kami terhadapmu aku tidak
berani banyak bertanya, cuma saja nona dengan caramu yang
lancang masuk kedaerah gunung kami dan menghancurkan
pintu Yang sin thian, dalam hal ini nona rupanya tak pandang
kami bukan? Tetapi setelah mengetahui bahwa kau kenal baik
dengan Ciang bun jin kami, aku minta supaya kau segera
tinggalkan tempat ini. Kalau tidak aku akan segera keluarkan
perintah suruh orang-orangku tangkap kau. "
"Kau berani? " demikian Chie Peng membentak.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa tidak? "
"Kecuali Tan Liong sudah kugusur keluar sebagai mayat.
lain dari itu aku tidak bisa keluar dari sini! "
"Coba saja asal bisa. "
Chie Peng tidak menjawab sambil unjuk roman bengis dia
melesat, sebentar saja sudah masuk kedalam kamar.
Oey Bwee Cian lalu ayun tangan menyerang Chie Peng.
kedua orang ini lalu saling serang, serangan mereka meluncur
sama-sama cepat.
Kalau ditilik dari kepandaian dan kekuatan mereka, jauh
lebih rendah kebisaan Oey Bwee Cian dari lawannya.
Sewaktu Oey bwee Cian melancatkan serangannya, Chie
Peng menyerukan, "Kau cari mampus!" lalu menyambuti
dengan tangannya.
Serangan Chie Peng itu demikian hebat, membuat Oey
Bwee Cian yang meski telah dapat didikan asli dari ketua
Ciong lam pay tidak ungkulan menahan terus serangan Chie
Peng.
Sementara itu si gadis baju merah tidak ikut campur
tangan. Sebabnya ialah adanya goncangan hati dalam dirinya.
Perkataan perkataan Chie Peng tadilah yang menggerakkan
hatinya. Anggapannya karena Tan Liong yang bersalah, dia
merasa tidak perlu turut campur tangan.
Belum lama pertempuran berlangsung terdengar satu
seruan tertahan yang lantas disusul dengan rubuhnya tubuh
Oey Bwee Cian ketanah.
Itu terjadi hanya dalam dua jurus saja Oey Bwee Cian
sudah terluka. Kepandaian Chie Peng sungguh diluar
dugaannya.
Gadis baju merah juga terkejut.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara dalam waktu sekejap itu Chie Peng telah lompat
pula memasuki kamar Yang sin thian itu lebih ke dalam.
Hoan Giok Hoa memburu, "Kau terlalu kejam! Rasakan
tanganku! "
Seruannya itu disusulkan dengan serangannya yang berat
menyambar ke badan Chie Peng.
Chie Peng yang diserang mendadak demikian merasa apa
boleh buat dan menyingkir tiga tindak kemudian dia tertawa
dan berkata, "Kau juga rupanya sudah bosan hidup. "
Ucapannya itu lalu disusul dengan serangan tangannya
yang dilakukan secara beruntun.
Sewaktu Chie Peng menyerang Hoan Giok Hoa si gadis baju
merah mengeluarkan sebutir obat dimasukkan ke mulut Oey
Bwee Cian sembari berkata, "Nona Oey, telanlah obat ini. Kau
atur pernapasanmu sebentar, barangkali bisa lekas sembuh. "
Oey Bwee Cian tertawa, disambutinya obat itu ditelan dan
dia duduk bersila memejamkan matanya serta mengatur
pernapasan ......
Dilain tempat terdengar suara bentakan berulang ulang,
Hoan Giok Hoa telah terdesak oleh serangan Chie Peng
barangkali tak sampai tiga jurus kemudian nona itu sudah
akan terluka.
Dalam kedaan amat kritis itulah mendadak, terdengar suara
bentakan amat keras, "Tahan semua! "
Suara itu kedengarannya begitu mendadak, membuat Chie
Peng dan Hoan Giok Hoa mundur tanpa terasa.
Kini mereka melihat dari dalam kamar muncul seseorang
dengan baju kelabu dengan berjalan dan tindakannya yang
sempoyongan.
Hoan Giok Hoa menghampiri dan menubruk orang itu
seraya katanya, "Engko Tan"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong yang cukup istirahat selama tiga hari itu telah
dapat turun dari pembaringan dapat pula berjalan jalan. Ketika
mendengar suara ribut-ribut diluar mengetahui siapa adanya
yang datang yakni Chie Peng yang lantas bikin pertempuran
dengan Oey Bwee Cian, Hoan giok Hoa tahu kalau kedatangan
Chia Peng kesitu tentu tidak akan begitu saja.
Maka dengan paksakan dirinya yang masih terluka dia
berjalan dengan tindakan sempoyongan.
Munculnya Tan Liong yang tiba-tiba itu membuat si gadis
baju merah sendiripun terperanjat.
Chie Peng yang melihat Tan Liong muncul mendadak
tambah membakar hatinya yang duka. Dia cepat menghampiri
pemuda itu dengan bengis menegur duluan, "Tan Liong! Apa
kau masih kenal padaku? "
Tan Liong yang ditegur demikian terdengar menghela
napas kemudian terdengar lagi jawabannya. "Aku kenal
padamu ...... "
"Kalau kau kenal sungguh amat baik. Hanya ...... Aku kira
kau sudah lupa padaku Tan Liong! Sekarang aku datang buat
ambil jiwamu! "
Dengan wajah beringas dan ketawa seram kembali Chie
Peng bergerak mengayun tangan menyerang Tan Liong!
Apabila serangan ini mengenai sasaran barangkali yang di
arah akan binasa seketika itu juga. Hoan Giok Hoa yang tahu
bahaya besar lantas gerakkan tangan menyambuti serangan.
Sementara itu terdengar Tan Liong berteriak, "Nona Chie,
tunggu! dengarlah dulu keteranganku! "
Chie Peng ketawa bergelak gelak, "Keterangan?! Tan Liong!
Kau tidak perlu beri keterangan. Untuk menolong jiwamu aku
telah korbankan diriku, mengkhianati Thian seng hwee dan
perguruanku sendiri supaya kau dapat keluar dari bahaya. Apa
sebabnya? Apa kau tahu? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chie Peng mengaduh, lalu tertawa bergelak gelak. Lalu dia
meneruskan berkata, "Setibanya di pos pertama dalam
penjagaan di lembah Lui in kok kita terkurung. Dan untuk
menolongmu aku telah mengorbankan kehormatanku. Sudah
kuberikan kesucianku kpada Giok bin Lohan. ...... "
"Benarkah kau sudah berbuat demikian?" Terkejut sekali
Tan Liong, ketika menanya itu badannya sempat gemetaran
keras.
Chia Peng berubah wajahnya. "Benar!" jawabnya. "Apa kau
tidak percaya? Tidak halangan! Tan Liong! Apa kau ingin
bukti?"
Sehabis berkata, wanita ini sudah mengulur tangannya
ingin membuka bajunya.
Perbuatan itu benar-benar mengejutkan sekalian orang
yang berada di situ, tetapi Chie Peng agaknya sudah terpukul
beban batinnya sehingga dia tidak mengenal lagi apa arti kata
malu. Untunglah sebelum dia berbuat dengan kelakuan itu
lebih lanjut si gadis baju merah telah berseru, "Nona Chie,
jangan kau berbuat begitu ...... "
Dari sela-sela tangannya itu tampak air mata.
Sambil tertawa seperti orang gila Cie Peng berkata,
"Bagus! Kau sudah percaya?" ia kertak giginya,
menandakan gusar sekali dia pada waktu itu, kemudian
berkata pula, "Tan Liong! dengan kesuciannya seorang gadis
dan kebahagiaan untuk seumur hidupku aku telah tukarkan
dengan jiwamu. Apa yang kau berikan kepadaku? Dan apa
yang kuminta kepadamu? Ha-ha-ha .... Apa dengan begitu kau
katakana aku satu perempuan rendah? Kau bukan saja
menerima budi orang bahkan sudah menghina dan menista
adikku! Yao lie lu, malah pernah kutolong dan bersama-sama
kaua waktu itu apa kau masih tidak cukup mengerti,
bagaimana perbuatanku kepadamu? Ha-ha ... Didepan Yao lie
lu kau hinakan Chie Cui! Kau mendengar perkataan Yao lie luTiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berbisa, aku tahu dia katakan padamu bahwa aku dan
Koancu pos satu itu berhubungan jelek.Apa kau kira kau


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masih boleh dianggap sebagai manusia? Apa kau kira kau
masih boleh disebut laki-laki jantan? Dan sebagai ketua satu
partai besar? tidak! Kau cuma seperti anjing yang selalu
menggonggong tulang! "
Ia menghampiri Tan Liong pula dengan wajah pucat pasi.
Tan Liong menekap mukanya dengan lengan bajunya.
hampir ia tidak percaya semua kenyataan yang benar-benar
telah terjadi itu. Untuknya Chie Peng korbankan dirinya dan
untuknya Chie Peng melepaskan suatu bahaya besar baginya.
Jikalau Yao lie lu tidak jadi gara-garanya, tidak nanti ia
memperlakukan Chie Cui dan Chie Peng demikian.
Ia lalu berkata sendirian dengan suara gemas sekali, "Yao
lie lu! Kau kejam sekali, kau membuat aku menyesal seumur
hidup. "
Ia dikejutkan oleh suara Chie Peng yang keras. "Tan Liong!
Perkataanku sudah habis, sekarang akan kuambil jiwamu! "
Baru saja dia hendak bergerak, Tan Liong menggoyang-
goyangkan tangannya dan berkata,
"Nona Chie, tunggu dulu! Ada sedikit kata-kata yang ingin
kutanyakan kepadamu. "
"Apa itu lekas katakan! "
"Aku tahu sudah melakukan kesalahan menyesali adikmu.
Jikalau tidak ada Yao lie lu yang mulutnya berbisa tidak nanti
kejadian sampai begini. Jika kau suka dengar penjelasanku
...... "
"Penyesalan tidak perlu! "
Tan Liong terpaksa bungkam tertawa menyeringai. Ia telah
maklum yang hatinya wanita dihadapannya itu telah sakit.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena kesalahan besar dirinya, mana Chie peng mau
maafkan dia?
Maka akhirnya ia berkata, "Ya, aku tidak boleh jadi ketua
Ciong lam pay! Juga tidak pantas jadi laki-laki yang berjiwa
jantan! Aku memang satu laki-laki rendah dan tak
berpendirian." Setelah berkata demikian, ia lalu memanggil,
"Bwee Cian, kemarilah! "
Tan Liong memanggil Oey Bwee Cian sesungguhnya diluar
dugaan siapapun.
Oey Bwee Cian dengan lakunya yang sangat menghormat
datang menghadap kedepan Tan Liong dan berkata. "Ciang
bun jin, ada urusan apakah? "
"Urusan dengan nona Chie hendaknya jangan kau campuri,
juga semua orang yang ada di sini! "
Matanya lalu mengawasi Hoan Giok Hoa sejenak dan
berkata kepadanya, "Begitupun dengan kau, tidak terkecuali! "
Oey Bwee Cian dan Hoan Giok Hoa pada mengangguk
angguk, sementara Tan Liong sudah berkata pula, "Apa yang
nona katakan tadi semua adalah benar, memang tak pantas
aku jadi ketua Ciong lam pay yang besar! Bwee Cian, karena
sudah dua tahun kau memimpin Ciong lam pay, tentu
terhadap urutan kepartaian sudah mengerti semua, bukan?
Sekarang kuserahkan semua urusan partai ini kepadamu, dan
untuk selanjutnya kaulah ketua Ciong lam pay! "
Setelah berkata demikian Tan Liong lalu mengeluarkan
bendera kepartaian Ciong lam pay yang segera diberikan
kepada Oey Bwee Cian.
Tetapi Oey Bwee Cian yang gemetaran badannya tidak
berani menyambuti, Katanya, "Ciang bun jin! Mana boleh
begini? Tidak boleh begini? tidak berani ...... tidak berani ......"
Berubah wajah Tan liong. "Apa kau kata? Ini perintah! "
katanya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Teecu rela melanggar perintah dan binasa untuk sekali ini
...... "
"Bwee Cian! Kau jangan persulit lagi kedudukanku! Aku
sekarang bukan lagi manusia jantan, tidak pantas menduduki
kekuasaan digunung ini! Tambahan lagi sekarang adanya
nona Chie ini yang menuntut atas kesalahanku mana mau
gampang berlalu? Maka sebelum aku mati akan kuserahkan
dulu semua urusan di sini sebaik-baiknya! Kau tidak mau
bantu aku? "
"Ciang bun jin, teecu hanya seorang wanita yang lemah
lagipun umur teecu masih terlalu muda, rasanya tidak
sanggup memikul jabatan Ciang bun jin yang seharusnya
Ciang bun jin sendiri yang memegang. Kali ini teecu menolak
dan tak berani terima sekalipun mesti jadi binasa! "
Mendengar jawaban tegas menolak mentah-mentah
demikian. Tan Liong hanya dapat menghela napas panjang.
Kemudian ia mengawasi Hoan giok Hoa dan berkata,
"Nona Hoa antara nona Chie ini denganku ada urusan
pribadi. Siapapun tak terkecuali kau tak boleh ikut campur!
Yang kuharapkan nanti, jika kau melahirkan anak harap kau
pelihara dengan baik, sekali kali tidak boleh ia menuntut balas
buatku. kau mengerti, bukan? "
Hoan Giok Hoa berdiri tegak seperti patung, air matanya
mengucur deras sekali.
Tan Liong menahan sebisa-bisanya semua kedukaan dalam
hatinya, berkata kepada Chie Peng,
"Nona Chie! Dengan menggunakan liang-simku aku masih
tak mampu mengucapkan kata-kata dan perasaan menyesalku
yang amat besar dihadapanmu. Mengapa kau ingin
menggunakan kebahagiaanmu sendiri menolongku? Dengan
apa harus kubayar hutangmu ini? Memang! Barangkali selain
harus mati tidak lain jalan buatku tunjukkan perasaanku untuk
balas budimu. Maka silahkan nona turun tangan. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sehabis berkata begitu ia menutup matanya, sikapnya
kelihatannya amat tenang!
Chia Peng ketawa dingin dan berkata, "Apa kiramu aku
tidak berani turun tangan, coba lihat! "
"Orang seperti ini, tentu kau harus bisa turun tangan!
Bagaimana hutangku ini dapat kulunasi selain dari kematian? "
Chie peng kembali ketawa menyeramkan dan berkata
seakan-akan pada dirinya, "Ya! Aku harus tagih hutang ini. "
Setelah itu lalu ia mengangkat tangannya menyerang Tan
Liong. Hoan Giok Hoa yang sejak tadi mengawasi gerak gerik
Chie Peng, ketika melihat wanita itu mengayun tangannya
untuk turun tangan, lalu menghadang didepan Tan Liong guna
melindungi.
Dan ketika terdengar suara serangan dari pihak Chie Peng,
Tan Liong maupun Hoan Giok Hoa bersama-sama terlontar
keatas sampai lebih dari setombak!
Semua orang yang ada disitu merasa kaget.
Dan yang lebih menerbitkan rasa heran dihati setiap orang
itu. Begitu berani sekali perbuatan Hoan Giok Hoa tadi
mandah tanpa memberi perlawanan menerima gebug dari
Chie Peng.
Chie Peng melongo dan berdiri menjublek.
Pada saat itu Oey Bwee Cian kelihatan seperti orang kalap.
Dengan suara keras berseru, "Hai, kejam sekali hatimu ......! "
Membarengi kata katanya tubuhnya juga melesat tinggi
keatas mengarah Chie Peng dengan beruntun mengeluarkan
dua kali serangannya.
Chie Peng waktu itu sedang berdiri menjublek. Mendadak
diserang oleh Oey Bwee Cian dan hebat lagi serangan wanita
muda itu tidak berani menyambuti hanya berusaha lompat
menyingkir.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangan Oey Bwee Cian tak mengenai sasaran! Waktu itu
tiba-tiba terdengar suara si gadis baju merah. "Nona Oey !
Tahan .... "
Dicegah oleh gadis baju merah itu Oey Bwee Cian terpaksa
hentikan gerakannya. Hanya dengan sorot mata penuh tanda
tanya karena keheranan ia mengawasi orang yang mencegah
tindakannya, sepatahpun tidak keluar dari mulutnya.
Gadis baju merah itu berkata bagai acuh tak acuh. "Nona
Oey, apa pesan Ciang bun jinmu tadi? Bukankah dia pernah
berikan pesan supaya kau tidak turun tangan? Baiknyalah
tidak kau langgar kata-katanya, kata-kata Ciang bun jinmu!
Apa kau mau ditertawakan orang luar dengan kata Ciong lam
pay tidak mengenal aturan kepartaian? "
Pada saat itu Chie Peng perlahan-lahan sudah berjalan pula
mendekati Tan Liong dan Hoan Giok Hoa yang terjatuh
celentang.
Tan Liong terlindung oleh Hoan Giok Hoa sedikitpun tidak
menderita suatu apa. Tidak demikian dengan orang yang
harus menyambuti pukulan berat itu. Hoan Giok Hoa sudah
berdarah banyak mulutnya.
Tan Liong mengawasi paras Hoan Giok Hoa yang sudah
pucat seperti kertas, perasaannya mendadak mulai berontak
ingin menuntut. Ia merasa giris, dalam hatinya timbul
pertentangan hingga sejenak itu hatinya bagai tercabut dari
dadanya ia tidak merasa apa yang dihadapinya selama itu ......
Hoan Giok Hoa membuka matanya yang sudah tak
memancarkan sinar, mengawasi Tan Liong yang berjongkok
didekatnya dan berkata dengan suara pelahan. "Engko Tan
...... kau tidak terluka bukan? "
Cinta murni sampai pada saat dirinya sendiri hampir mati
juga tidak lupa akan luka di badan kekasihnya. Perasaan cinta
kasih yang demikian murninya cukuplah sudah menggerakkan
hati Tan Liong mungkin sekalipun dia mati saat itu tidakTiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyesal lagi. Ia sangat berduka. Perasaannya saat itu
sebagai hilang jiwanya dari raganya.
Ia sudah tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya disitu,
lupa kepada dirinya lupa kepada segala-galanya.
Hoan Giok Hoa mendadak buka mulut dan berkata dengan
suara perlahan. "Engko Tan .... kau tidak kenapa-kenapa? "
Tan Liong masih bagai orang linglung menjawab, "Ya, tidak
apa-apa, kau yang luka. "
"Tidak jadi soal, asal kau tidak terluka, aku puas! "
Pada saat itu Chie Peng yang berada dekat dengan mereka,
lama sekali dipandangi oleh Hoan Giok Hoa. Kepadanya ia lalu
berkata, perlahan sekali, "Apa kau inikah enci Chie? Kau yang
menghendaki jiwa suamiku?... "
Chie Peng merasa giris hatinya bagai tetusuk-tusuk
sembilu, dengan air mata berlinangan deras menjawab, "Aku
tidak sengaja melukai kau, sukalah kau memaafkan aku. "
Hoan Giok Hoa tersenyum. "Aku dengan senang hati ingin
mendahului atau menggantikan engko Tan sekalipun! Masih
tetapkah kau ingin membunuhnya?" Demikian tanyanya
dengan suara terputus-putus.
"Tentu! Aku musti bunuh dia! Dia menghinakanku sangat.
Dia terlalu anggap aku rendah sekali! "
"Enci .... kau tahu dia salah .... apa tidak bisa maafkan
untuk sekali ini saja .... ?"
Chie Peng terbungkam sejenak, kemudian sambil kertak
gigi menjawab, "Mengingat kau terluka karena aku, biarlah
sekali ini kuberikan dia kelonggaran untuk hidup! "
Semua orang yang berada disitu melihat saja berlalunya
Chie Peng tanpa ada seorangpun yang bisa menahan atau
memanggil kembali. Semua membiarkan dia berlalu sambil
berlari-lari membawa luka dalam hatinya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada waktu itu ada lima enam orang berpakaian seragam
warna kuning tergesa-gesa mendatangi arah kamar Yang sin
thian. Salah seorang diantara mereka berlutut duluandidepan
pintu dan berkata dengan suara nyaring. "Teecu Thian-cu
bagian hukum Lie Cauw. Yang menghadap membawa suatu
berita yang tidak menggembirakan. "
Oey Bwee Cian yang mengetahui ada orang-orangnya
datang lekas keluar dan menegur, "Lie siok siok, janganlah
terlalu gunakan aturan disini, ada kabar apa? Bangunlah! "
"Kabar tentang kembalinya San hoa chiu dan Say Phoa an
yang ... "
"Mengapa? "
"Yang terluka kedua-duanya, parah sekali luka yang
mereka derita. "
Berita demikian barang tentu membuat terkejut hati setiap
orang. Sudah tiga hari lamanya Say phoa an dan San hoa chiu
pergi kekota Khay Hong guna mencari dan minta obet, kini
dikabarkan telah datang dengan membawa luka, bagaimana
tidak mengejutkan mereka? Dengan wajah dan paras berobah,
cemas sekali Oey Bwee Cian memotong, "Sekarang dimana
mereka? Apa terlalu payah luka mereka?"
"Say phoa an yang kelihatan parah. Napasnya cuma tinggal
satu-satu barangkali .... sudah tak dapat ketolongan ..... Biasa
sampai kemari digendong terus oleh San hoa chiu yang juga
tidak ringan luka-luka yang dideritanya. "
"Mereka apa ada kata siapa yang melukai? "
"Mereka belum mengatakan apa-apa. "
"Obat? sudah didapat belum? "
"Belum! " Singkat Lie Tiauw Yang menyahut, "Kebanyakan
hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mungkin karena
terlalu gugup. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya dia membuat Oey Bwee Cian tidak sabaran.
dengan suara agak tergetar dan nada setengah memerintah
berkata, "Bawa menghadap kemari! "
Lie Tiauw Yang mengangguk mengatakan "Ya." dan
berlalu.
Oey Bwee Cian mengawasi si gadis baju merah. Bibirnya
tampak bergerak-gerak seperti ingin mengatakan apa-apa
namun akhirnya tidak jadi bicara. kejadian yang mendadak itu
agaknya mengejutkan juga hati si gadis baju merah.
betapalah tidak tabib Cio bin Iehiap pada waktu biasa-
biasanya selalu memenuhi setiap permintaan tolong orang-
orang kepadanya, sekali orang-orang Ciong lam pay baru dua
yang diutus suruh meminta sedikit obat mengapa bukan diberi
malah mereka pulang dengan membawa badan terluka begitu
hebat?
Dan tatkala mata si wakil pejabat ketua melirik Tan liong
didapatinya si pemuda sedang membimbing Hoan Giok Hoa
bangun dengan perlahan-lahan dan berhati-hati sekali. Pucat
paras Hoan Giok Hoa, namun tidak sepucat wajah Tan Liong.
Muka pemuda itu sudah putih kertas, matanya yang
mendelong memandang terus kemuka tanpa sedikitpun
berkedip.
Si gadis baju merahpun melihat keadaan demikian, diam-
diam menghela napas dan berkata seolah olah kepada dirinya
sendiri. "Kasihan! Janganlah kejadian seperti ini terulang lagi."
Ia lalu masukkan tangannya ke dalam saku bajunya,
mengambil sebutir pil yang segera dimasukkan kedalam mulut
Hoan Giok Hoa seraya katanya dengan suara perlahan sekali.
"Nona Hoan, lukamu tidak seberapa berat, cukup setelah
makan obat ini lukamu akan sembuh. Dan .. " ia melirik Tan
Liong, dengan suara agak keras berkata pula, "Tan Ciang bun


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jin, mengasolah! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong masih memperlihatkan wajah ketolol-tololan.
Mulutnya menganga, matanya terus mendelik. Ditegurpun ia
bagai tak mendengar.
Kemudian, enam orang berpakaian seragam kunng itu
sudah kembali pula dengan membawa dua buah urusan. Tidak
salah lagi yang digotong mereka itu mestilah tubuhnya San
hoa chiu dan Say phoa an yang terluka parah.
Setelah tiba dimuka pintu, mereka tundukkan kepala dan
berdiam diri, Lie Tiauw Yang berkata dengan suara nyaring
bercampur sedih. "Telah datang kemari Liok hiong dan Cit
Thiong. "
Gadis baju merah dan Oey Bwee Cian jalan keluar
menghampiri Say phoa an dan San Hoa Chiu mereka
mengadakan pemeriksaan. ternyata benar mereka lihat
dengan sepintas saja wajah Say phoa an yang pucat bagai tak
ada darah lagi, dengan napas yang tinggal satu-satu bagai
akan segera kehabisan napas. Sedang yang lainnyapun
terlentang dalam keadaan tidak ingat orang.
San hoa chiu tidak seberapa berat lukanya daripada luka-
luka Say phoa an. namun demikian tetap namanya terluka
parah. Ditambah kembalinya ke Ciong lam san ia merasa lebih
perlu menggendong kawannya, tenaganya tentu jadi
terhambur banyak. Hingga ketika dibawa datang kesitu ia
sudah pingsan tidak ingat orang.
Oey Bwee Cian lalu perintahkan orang-orangnya itu
membaringkan Say phoa an dan San hoa chiu di dalam kamar
Yang sin thian.
Tan Liong masih berdiri bagaikan orang linglung tidak
bergerak. Ia bagai bukan Tan Liong yang kemarin atau yang
tadi sebelum Han Giok Hoa terluka. Juga sebagai orang yang
sudah ditinggalkan rohnya sendiri!
Sebab penderitaan dan luka hati yang dideritanya mungkin
tidak setiap orang dapat atau sanggup menerimanya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang gadis yang mencintainya setulus hati telah
korbankan keremajaan jiwanya untuknya. Apa yang lebih
kejam dan mengenaskan daripada itu?
Soal itu telah berkesan dalam sekali dalam hati
sanubarinya. Tak mungkin terhapus, tidak dapat dilupakan.
Bagimana budi sebesar itu kalau ditusuk senjata tajam atau
disengat binatang berbisa.
Ingin hatinya untuk segera mati dan meninggalkan
dunianya yang kejam! Tapi ada daya?
Pernah dimimpikan olehnya suatu mimpi yang buruk.
Beberapa orang gadis yang ingin mendekat kepadanya, tiada
seorangpun yang dapat menjamahnya. Dalam hal itu
termasuk juga Cui Lian.
Mengingat Cui Lian gadis pertama yang pernah menempati
hatinya Tan Liong jadi menyengir dan mesem mesem bagai
orang kesengsem dalam alam dunia yang muluk. Hoan Giok
Hoa sementara itu setelah tadi mendapat pil dari si gadis baju
merah kini telah sembuh sebagian lukanya, wajahnya semu
merah dan badannya tidak begitu lesu lagi. Ketika ia
menyaksikan Tan Liong tertawa seorang diri seperti seorang
gendeng lalu bertanya, "Engko Tan apa kau merasa tidak enak
dengan enci Chie tadi? "
"Mungkin ya! "
"Apa kau tidak menyukai dia? "
"Mungkin ya! "
"Apa yang sedang kau pikirkan? "
"Mungkin ya! "
"Eh? " Tercengang sekali Hoan Giok Hoa mendengar
penyahutan ngelantur semacam itu.
"Engko Tan, aku menanyakan kau apa? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong tersentak bangun, "Oh ouw! Kau tanya apa? "
"Tadi kutanyakan padamu apa yang sedang kaupikirkan. "
"Aku sedang memikir suatu impian seorang kaummu. " Tan
Liong akhirnya dapat menjawab benar tapi sikapnya tetap tak
berubah.
Hoan Giok Hoa yang mendengar seperti tidak mengerti lalu
bertanya pula, "Impian apa itu? dan orang sekaumku yang
bagaimana yang kau maksud? "
Tetapi Tan Liong seperti tidak mendengar lagi perkataan
dan pertanyaan pertanyaan itu, mengoceh seorang diri. "Ya!
satu impian kejam! Dia perempuan tidak beruntung. Tidak!
Tidak! Dia sungguh beruntung! Mendapatkan suami seperti
itu, sungguh beruntung? Bagaimana aku? Cuma impian...
impian kosong ...."
Lalu, tertawa lagi ia sendiri dan berlonjak lonjakan seperti
anak kecil.
Hoan Giok Hoa terkejut. Berkata dengan suara keras.
"Engko Tan! Kau kenapa? "
Tan Liong berhenti tertawa, lama ditatapnya wajah Hoan
Giok Hoa, lama baru berkata dengan suara yang hampir tak
terdengar, "Bukankah baik-baik saja aku kau lihat? "
"Engko Tan, barusan katamu memimpikan seorang wanita.
Cobalah katakan sekali lagi. "
Tan Liong mengangguk angguk dan tertawa kemudian
berkata. "Ya! Aku bermimpi seperti bertemu seorang
perempuan, tapi sekejap dia menghilang! "
Hoan Giok Hoa tentu saja tidak mengerti apa yang
dimaksud oleh perkataan Tan Liong tadi dengan perasaan
ingin tahu bertanya pula, "Engko Tan, bagaimana mimpimu?
Aku sering mimpi serupa itu, memimpikan seorang pria, tapi
segera setelah kusadarkan diri diapun tiada! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya gadis baju merah yang mengerti bahwa perempuan
yang disebut Tan Liong itu tentunya Cui Lian, kekasih kawan
mainnya sejak kanak-kanak yang tak dapat terlupakan
olehnya!
Gadis baju merah itu merasa duka hatinya, melihat Hoan
Giok Hoa belum mengerti juga dengan memperlihatkan air
muka yang seperti anak ingin mewek.
Untuk mencari pasangan yang tulus dan seperti kekanak-
kanakan bagai Hoan Giok Hoa, sungguh sulit!
Ia unjukkan ketawa getir dan menegur Hoan Giok Hoa.
"Nona Hoan bawalah Tan Ciang bun jin kekamar ...... "
Hoan Giok Hoa menunduk dan berkata sambil menuntun
lengan Tan Liong, "Engko Tan marilah masuk! "
"Kita mau masuk ke pintu mana? " Tan kembali seperti
mengigau menanya bagai sekenanya.
"Lukamu masih belum sembuh betul, marilah kita masuk
kedalam dan banyaklah kau ambil waktu istirahat"
"Apa? Aku sakit? "
"Lukamu berat sekali, engko Tan! "
"Apa Chie Peng tadi yang melukai? "
"Bukan! Siao hun lie yang bikin kau jadi begini? "
"Oh? Siao hun lie? Kenapa kau sebut sebut namanya? Dia
kenapa? "
Gadis baju merah mendengar tanya jawab itu sedih
hatinya. Ia tahu pada saat itu Tan Liong sudah linglung atau
hilang pikiran waras. Tentu karena itupun ia tak ingat sesuatu
apa yang telah terjadi atas dirinya. Maka ia lantas berkata
kepada Hoan Giok Hoa, "Jangan ajak dia bicara terlalu banyak,
bawa sajalah dia masuk."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hoan Giok Hoa mengangguk membimbing tangan Tan
Liong masuk keruangan Yang sin thian.
Oey Bwee Cian dan si gadis baju merah mendekati
pembaringan dimana telah dibaringkan Say phoa an dan San
hoa chiu. Mereka lihat kedua orang itu masih pejamkan mata
lebih pucat wajah mereka.
Gadis baju merah melirik Oey Bwee Cian dan berkata,
"Melihat begini dua orangmu ini terkena serangan berat
lawannya. Biar kucoba lagi kasihkan pil ini, selanjutnya kita
pikir-pikir lagi untuk sembuhkan luka-lukanya. "
Oey Bwee Cian merasa berterima kasih sekali tetamunya
begitu baik hati suka menolong. Ditatapnya wajah penolong
itu dengan wajah penuh harap, bibirnya bergerak-gerak pula
tapi tiada dapat berkata-kata.
Gadis baju merah menghela napas perlahan berpaling dan
mengawasi Tan Liong. Si pemuda juga sudah rebahan disuatu
pembaringan yang terletak di sudut.
Obat pil yang sudah berada dalam tangannya lalu dijejalkan
dalam mulut Say phoan an dan San hoa chiu masing-masing
sebutir.
Dengan diberikannya obat pil dan setelah itu mendapat
pula perawatan si gadis baju merah secukupnya, sembuh
jugalah luka lukanya Say phoa an dan San hoa Chiu.
San hoa chiu lebih dulu buka matanya, begitu melihat Oey
Bwee cian, lantas bergerak gerak bibirnya bagai kebingungan
lama juga baru bisa berkata benar.
"Maafkan teecu yang tidak bisa mengurus tugas .... "
Oey Bwee Cian mengulap ulapkan tangannya. "Mengapa
kalian terluka sebelum mendapatkan obatnya? Dengan siapa
sebetulnya kalian berkelahi? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begini Ciang bunjin, kami sebetulnya sudah dapatkan obat
itu. " San hoa chiu terputus putus menerangkan, tapi sebelum
habis berkata sudah dipotong lagi,
"Dan kenapa tidak lantas kalian bawa kemari? "
"Di tengah jalan dirampas ...... "
"Oleh siapa? "
"Kami masih belum tahu siapa perampas itu. "
"Cobalah tenang-tenang kau tuturkan bagaimana terjadinya
perampasan itu."
San hoa chiu tampak terdiam lama juga, agaknya ingin
menhubung-hubungkan semua kejadian lebih dulu, baru
kemudian bisa berkata demikian.
"Begini terjadinya. setelah teecu dengan Say phoa an
tinggalkan gunung, langsung kami masuk kekota Khay hong.
Menjelang senja hari itu, kami menemukan berita tentang
adanya dua peristiwa yang menggetarkan dunia persilatan
...... "
Sampai disitu Oey Bwee Cian tidak dapat menahan
mulutnya untuk tidak memotong, "Peristiwa apa itu? "
tanyanya.
"Didalam kota Khay hong beberapa hari sebelum hari itu
mendadak terjadi serentetan peristiwa pembunuhan. Menurut
kabar yang belum terang ada seorang muda yang
berkepandaian amat tinggi membunuh tiga perempuan muda
berturut turut. Dan korban korban itu adalah orang-orang
yang terkenal dalam kalangan persilatan Soat lie hong (burung
Hong dari daerah salju). Lie Tin dari perguruan bu tong pay
dintaranya Ceecu dari Thian Kong cee dan Tiauw Siok Wan
puteri Chung cu dari Pek hoa San chung ... "
Oey Bwee Cian menyelak lagi dengan nada ingin sekali
mengetahui berkata,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian lalai tugas karena perkara tadi? "
San hoa chiu buru-buru geleng-gelengkan kepala dan
menentang. "Tidak! Tidak, " katanya. "Kami hanya dengar-
dengar berita saja, tiga perempuan itu katanya mati
berbareng di kota Khay hong. malah ada setengah berita yang
menyatakan sebelum mati pernah dikotori dulu mereka oleh si
pemuda yang berkepandaian amat inggi itu. Keadaannya
mengerikan sekali dengan bagian badan banyak
mengeluarkan darah. Peristiwa lainnya, lebih-lebih
menggemparkan. Sesudah tiga perempuan itu kedapatan mati
berbareng di kota Khay hong tiba-tiba juga tersiar kabar
adanya lima pemuda yang mengerti silat mati dan pembunuh
mereka adalah seorang perempuan muda. "
"Korban-korban itu termasuk tiga anak muridnya tiga partai
besar. Dan dua lainnya adalah jago muda Thian seng hwee.
Lima korban pemuda-pemuda itu serupa pula kabarnya
dengan tiga perempuan yang duluan. semua jadi korban
begitu katanya karena selagi berkobar-kobar napasnya
tertotok jalan darahnya hingga mati seketika. Matinya lima
pemuda itu juga mengeluarkan cerita. Semuanya dalam
keadaan telanjang bulat tanpa selembar kain nempel pada
mereka. Sudah pasti mereka pernah mengadakan hubungan
gelap dengan perempuan muda itu. "
Si gadis baju merah tenang-tenang mendengarkan seluruh
cerita. Ia yang sejak tadi bungkam mulai tertarik. "Apa benar
ada kejadian serupa itu? "
San hoa chiu terus menjawab dengan sikap sungguh-
sungguh. "Aku yang rendah selamanya belum pernah
berbohong. Semua peristiwa-peristiwa tadi cuma dalam tiga
hari. Baik si pemuda berkepandaian tinggi maupun si wanita
yang dikabarkan itu sudah berubah sifat kelakuannya. Di Khay
hong menimbulkan dua macam peristiwa pembunuhan dan
delapan orang muda angkatan persilatan telah menjadi
korban. Ini tersiar luas di kota itu sehingga anak-anakTiraikasih Website http://kangzusi.com/
mudanya pada merasa tidak aman. Sebetulnya kami tidak
mau percayai berita itu. Ketika kami berangkat kegunung Im
kui san pada malam itu kembali ada dua perempuan muda
mati, Juga oleh lelaki itu. "
Gadis baju merah yang mendengar demikian, wajahnya
memperlihatkan perubahan dan bertanya, "Kalau begitu itu
perempuan muda yang sudah berubah pikirannya diwaktu
kapan membunuh orang? "
"Kejadiannya terjadi hari-hari kemarin dan kemarin dulu.
Perempuan yang sudah berubah pikirannya itu melakukan
pembunuhan terhadap semua pemuda-pemuda sesudah
terjadi pembunuhan atas diri perempuan-perempuan yang
dibunuh oleh lelaki muda itu. "
"Lalu selanjutnya bagaimana? "
"Selanjutnya karena kami anggap soal demikian tidak
berhubungan dengan kami malam itu juga naik ke gunung Im
kui san. Peristiwa pembunuhan yang aneh itu benar-benar
dalam sekejap menggetarkan semua penduduk. Selagi kami
berangkat di kota Khay hong benar saja kami lihat banyak
orang-orang dari berbagai partai masuk kesitu. Menjelang pagi
hari kami sudah diatas gunung dan beruntung sekali dapat
mencari rumah tabib Thio bin Ie hiap. Kami terangkan maksud
kedatangan kami kesitu dan kami diberikan sebutir pil Im hiat
Kui yang wan. Maka kami segera juga minta diri dari tuan
rumah dan kami tidak ingin buang buang waktu lagi terus
berjalan maksud kami terus pulang. "
"Pada waktu tengah hari dihari kedua, sewaktu kami
melewati rimba belantara di daerah Khay hong kami
menyaksikan sendiri suatu kejadian yang menakutkan ...... "
Ketika bicara sampai disitu diwajah San hoa Chiu terlihat
roman tegang dengan ketakutannya. Agaknya terbayang lagi


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rasanya segala kejadian yang menyeramkan yang pernah
dilihatnya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si gadis baju merah ingin sekali mengetahui halnya yang
benar lalu bertanya. "Kejadian apa itu? "
San hoa chiu bagai sedang mencoba menenangkan
pikirannya agak lama baru menjawab.
"Selagi kami melalui hutan itu tiba-tiba dari kejauhan kami
dengar jeritan seorang perempuan yang mengerikan. "
Seterusnya dia menuturkan sebagai berikut,
***d*w***
Kami yang mendengar suara jeritan ngeri itu terkejut sekali
dan buru buru lari ke tempat kejadian tentu maksud kami
ingin menolong. Dan apa yang kami saksikan membuat hampir
kami menjerit tak tahan. Satu perempuan dalam keadaan
setengah telanjang kami lihat ...... darah sekujur badannya
mengucur tidak berhentinya ...... lelaki buas itu terang yang
menganiaya. Aku dengan Say phoa an melihat lalu berbalik
pikir dan berlalu tidak menolongi memikir tugas kami yang
amat berat .... Tapi pada saat itu tiba-tiba kami dengar
disebelah sana ada suara saling bentak beberapa orang yang
bertempur. Kami terkejut lagi dan menuju kesitu. Apa yang
kami saksikan? Ceecu dari Thian Kong cee yakni To pek wan
kera lengan banyak Kan Ho sedang memimpin anak buahnya
bertempur sengit dengan seorang pemuda. Pemuda itu
sebetulnya memang tampan sekali wajahnya cuma nyata
napsu membunuhnya amat besar. Kami duga dia adalah itu
pembunuh lima perempuan muda. Benar saja yang
membunuh lima perempuan muda itu adalah dia. Kita tidak
mengerti tadinya mengapa pemuda itu begitu buas dan tega
sekali memperkosa dan membunuh bunuhi perempuan-
perempuan muda yang cantik-cantik. Saat itu terdengar
suaranya si pemuda yang berkata sambil ketawa dingin, "
Kong cee bu! Adalah puterimu sendiri yang sukai aku makaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku berani buat main dia. Dia pernah kata merasa untung dan
senang sekali kuperbuat begitu, maka ku ingin lebih banyak
berikan dia kepuasan tapi belakang begitu apa kau mau
susulkan aku? "
Ceecu itu berubah wajahnya, dengan suara bengis berkata!
"Perbuatanmu sungguh terkutuk dan buas! Anak
perempuan apa musuhmu? Kenapa setelah kau goda habis-
habisan lantas kau bunuh sekali? Lihat! Jika aku tidak bisa
hancur leburkan badanmu aku sumpah tak mau jadi orang!"
Sehabis berkata lalu bersama delapan anak buahnya si
Ceecu maju berbareng.
Pada saat itu juga datang pula dua imam dari Bu tong san
setelah itu menyusul Chungcu dari Pak hua San chung Tok
heng khee ...... Tiauw Bun Tat serta tujuh yang lain.
Pemuda itu berhasil mendesak mundur Thian Kong ceecu
dan orang-orangnya, kemudian ia lompat beberapa tombak
matanya menyapu orang-orang yang baru datang itu sembari
berkata,
" Tidak nyana bahwa kedatangan tuan tuan ini adalah
hendak mencari aku sesungguhnya serasa beruntung sekali. "
Chungcu dari Pak hua San chung lantas dongakkan kepala
ketawa bergelak gelak dan berkata,
"Kau membunuh lima anak perawan orang setelah kau
cemarkan kehormatannya. Perbuatan itusesungguhnya terlalu
kejam dan biadab. Perempuan-perempuan muda tidak
berdosa yang kau bunuh mati itu, sebetulnya ada permusuhan
apa dengan kau? "
Pemuda itu menjawab dengan seenaknya sambil tertawa,
"Permusuhan? tidak ada! Cuma, mereka semuanya rela
binasa setelah menikmati kesenangannya, maka ...... aku
terpaksa mengikuti kehendaknya. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian-ong Ceecu tidak dapat menahan amarahnya lagi,
dengan suara keras ia membentak;
"Bangsat, tidak tahu malu, lihat serangan! "
Dengan kecepatan bagaikan kilat ia sudah lancarkan
serangan tangannya.
Tapi pemuda itu dengan tenang menyambuti serangan
tersebut, malah masih bisa berkata sambil tertawa dingin.
"Kalian datang mencari mampus sendiri maka jangan
sesalkan aku. "
Baru saja menutup mulutnya mulutnya, pedangnya sudah
berada ditangannya, dan setelah tangannya bergerak, tampak
berkelebat sinar pedang, lalu disusul oleh suara jeritan ngeri.
Ternyata sudah ada dua orang yang jatuh rebah menjadi
korban!
Kepandaian dan kegesitannya itu telah mengejutkan orang-
orang yang hendak mengepung dirinya dan hampir saja pada
lompat mundur.
Mereka sesungguhnya tidak menduga bahwa pemuda itu
ada mempunyai kepandaian demikian tinggi!
Pemuda itu tertawa bergelak-gelak dan berkata,
"Siapa yang tidak takut mampus boleh maju coba-coba
sendiri. "
Perkataannya itu diucapkan dengan sikapnya yang amat
sombong sekali.
Orang-orang yang datang yang hendak membikin
perhitungan padanya itu meski merasa bahwa kepandaiannya
pemuda itu ada tinggi sekali, tapi toh tidak bisa tinggal diam
begitu saja.
Maka mendengar suara jengekan demikian semuanya
lantas maju menyerang berbareng.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa puluh orang yang maju menyerang berbareng
itu, sesungguhnya cukup hebat, tapi pemuda itu
kepandaiannya betul-betul sudah mahir sekali. Dalam waktu
sekejap saja sudah ada tiga orang lagi yang jatuh binasa di
ujung pedangnya.
Walaupun demikian, karena yang datang mengepung
padanya kebanyakan ada orang Kangouw kelas satu, apalagi
jumlahnya terlalu banyak, naka akhirnya ia sendiri juga
merasa kewalahan dan sudah mulai keteter.
Tepat pada saat itu, mendadak .... dibelakang terdengar
suara orang ketawa dingin. Aku dengan Say phoa an sama
sama terkejut. Ketika berpaling segera dapat lihat dibelakang
kami kira-kira tiga tombak jauhnya ada berdiri seorang wanita
muda.
Wanita itu sesungguhnya cantik sekali, ketika biji matanya
menyapu kearah kami aku bersama Say phoa an pada
tercengang!
Kami tidak tahu apa maksud kedatangan wanita cantik itu
maka lantas alihkan pandangan kami ke arah medan
pertempuran.
Tiba-tiba terdengar suara ketawanya, lagi-lagi wanita cantik
itu yang amat merdu sekali hingga kami lantas berpaling lagi
kearahnya. Wanita cantik itu bukan saja merdu suara
ketawanya, tapi juga sangat menggiurkan hati. Aku bersama
Say phoa an sampai tergoncang.
Wanita cantik itu lantas hentikan ketawanya, dengan
sikapnya yang menggiurkan ia jalan lambat-lambat
menghampiri kami ......
Untuk sejenak lamanya aku bersama Say phoa an pada
terkesima!
-o0o0dw0o0o-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
JILID ke : 19
Bayangan yang menakutkan tiba-tiba terlintas didalam otak
kami, mungkinkah perempuan cantik itu adalah itu perempuan
yang membunuh mati lima pemuda dari dunia Kangouw itu?
Ketika kami ingat peristiwa itu kita lalu mundur setindak
dan menarik napas. Tapi kalau dilihat dari parasnya yang
masih kekanak kanakan dan sedikitpun tidak mengunjukkan
tingkah lakunya yang genit rasanya tidak mungkin kalau dia.
Belum hilang perasaan kami, perempuan cantik itu sudah
tertawa dan berkata,
"Apakah tuan berdua menonton keramaian?" Sambil
mengucapkan perkataan-perkataan demikian matanya terus
ditujukan kepada Say phoa an.
Say phoa an yang belum pernah diperhatikan perempuan
seperti itu seketika wajahnya lantas merah tak dapat
menjawab. Aku terpaksa menalangi dia menjawab. "Cuma
kebetulan lewat disini saja, bukan maksudnya sengaja
menonton keramaian." Lalu kuawasi Say phoa an sambil beri
isyarat aku berkata, "Mari kita pergi. "
Say phoa an mengangguk, ia memandangku sejenak. selagi
akan pergi tiba-tiba perempuan cantik tadi berkata,
menanyakan kami ada urusan apa, penting atau tidak. Aku
lihat perempuan itu membuka lebar-lebar matanya, mulutnya
yang lucu memperlihatkan senyumnya yang menggiurkan
hingga pikiran kami agak mulai tentram. Dia bertanya sambil
tertawa. Kataku benar, kami harus segera pulang. dan
mendadak mendengar perkataanku begitu si perempuan
terlihat kecewa, berkata lagi sambil tersenyum yang
dipaksakan.
"Tidak sayangkah tuan-tuan begitu lekas lantas ingin pergi
lagi? " Dan matanya dengan lekas menatap mata Say phoa an
lagi kemudian mendadak bertanya, "Kau ini she Lay kah? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dijawab oleh Say phoa an dengan gelagapan. "Bukan!
Bukan! She ku Siauw bukan she Lay! "
Perempuan cantik itu bagai kecewa tampaknya, lalu
bertanya lagi menegaskan. " Kau she Lauw? apa kau bukan
engko Lay? "
Aku yang terus mendengarkan pembicaraan mereka lalu
ingin menduga tentu perempuan itu mempunyai saudara laki-
laki atau kenalan seorang she Lay dan kawan atau saudara
lelakinya itu tentu mempunyai wajah mirip Say phoa an maka
aku lantas menanyakan yang sesungguhnya, mengatakan Say
phoa an bukan she Lay dengan tegas. Perempuan itu merah
matanya sambil menangis dia memperkenalkan dirinya
katanya dia bernama May Yu Lan. Lalu diterangkan sebabnya
bahwa telah lama dia mencari apa yang dikatakannya "Engko
Lay" yang belum ketemu-ketemu. Dan memaksa supaya Say
phoa an mengaku benar itu orang yang sedang dicarinya
katanya badan dan perawakan orang yang dicarinya itu mirip
sekali dengan Say phoa an. mendengar begitu aku jadi serba
salah dan ikut merasa pilu. Sesudah berpikir sebentar
kukatakan padanya begitu.
"Dia sungguh bukan engko Lay mu. Dan seandainya
disuatu hari kujumpai itu orang yang sedang kau cari-cari
nanti pasti kupertemukan dengan kau nona! "
"Di mana kalian tinggal dan bolehkah selanjutnya kami
mencari tuan? "
Pertanyaan yang beruntun membuat aku berpikir lalu
akhirnya kujawab juga begini, "Aku tinggal di gunung Ciong
lam san! "
Si perempuan ingin minta penjelasan bertanya. "Apa kalian
orang-orang dari Ciong lam pay?" dan kusahut dengan
menyebut ya saja.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita itu tertawa bergelak-gelak lalu tanyanya kenapa
kami lekas-lekas mau pulang?, Kujawab, "Sebab Ciang bun jin
kami sedang luka parah kami harus lekas pulang! "
Dia berkata pula, "Ciang bun jin kalian luka parah? Apa
hubungannya dengan kalian? Menonton sebentar lagi toh tak
mengapa? "
Ini terus kujawab singkat bahwa aku harus mengambil
obat. dia seperti tidak percaya mengulangi perkataanku sekali
lagi. Aku meyakinkan dia lalu meneruskan kata-kataku bahwa
aku ingin waktu itu juga pulang. Dan selagi kami hendak
berlalu perempuan itu mendadak menghadang didepan kami.
Sudah barang tentu cegatannya itu membikin Say phoa an
kaget sekali begitu juga aku. Aku mendahului bertanya,
"Kenapa tidak boleh pulang dan harus tinggal? " Dijawab
olehnya sebab Say phoa an mirip engko Laynya dan tetap dia
maksa Say phoa an tinggal tidak boleh pergi.
Say phoa an lalu berkata, "Tapi aku kan bukan dia. "
Ini dijawab oleh si perempuan. " Aku tahu, tapi tetap kau
tidak boleh berlalu! "
Dengan begitu aku dan Say phoa an jadi merasa serba
sulit. Perempuan cantik itu sungguh tidak tahu aturan
demikian dalam hati kami membatin. Sebab mengapa dia
menahan orang yang belum dia kenal betul?
Maka waktu itu dengan hati dongkol sekali aku menegurnya
dengan kata-kata pedas, "Apa hubunganmu dengan engko
Laymu?
Dia menjawab, engko Laynya cinta padanya, setelah
mempermainkan dia lalu meninggalkan dia. Dan seterusnya
dia berkata, "Maka setiap aku jumpai orang yang mirip dengan
dia aku juga ingin permainkan dia sepuasku. "
Dalam otakku medadak ingat sesuatu aku ingin jawaban
yang benar dari dia.Yang membunuhi laki-laki dikota KhayTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong itu kutanyakan kepadanya apakah itu perbuatan dia.
Dan yang mengejutkan aku mengatakan benar. Begitu juga
dengan Say phoa an yang terlebih-lebih kagetnya dariku
hingga tanpa merasa dia lebih dulu mundur setindak. Ya Allah!
Kalau begitu perempouan cantik didepan mata kami itukah si
perempuan cabul? Kami yakin, didepan kami tidak kami lihat
dia sebagai perempuan genit yang cabul, bukan sebagai
manusia buas juga tidak menyerupai orang jahat, maka
semula agak meragukan hati kami juga. Aku ingin
mendapatkan penjelasan yang pasti darinya lalu bertanya lagi.
"Apa nona tidak main-main dalam kata-katamu? "
Dia menjawab sebelum tertawa, "Perlu apa kalian
kubohongi? Aku berkata begitu ya begitu! Kalau dulu laki-laki
permainkan aku sebagai wanita lemah, setelah aku kuat mau
putar balik dunia! Kau pikir aku bersalah dalam hal ini? Dia
juga seorang yang akan kupermainkan, karena mukanya mirip
benar dengan engko Layku itu! "
Aku jadi merasa cemas, dalam ragu-ragu dan cemasku,
lalu aku berkata, "Nona tak usahlah kau lantaran perbuatan
lelaki yang kau sebut engko Lay lantas ingin mempermainkan
orang laki-laki lain, kau berbuat keliru, nona! Dan kawanku ini
sekali kali tak kuperbolehkan nona tahan! "
Tapi dia begitu memaksa, katanya ingin memaksa kalau
juga aku tak memperbolehkan. Aku juga mengotot tak
membolehkan dan dia memaksa lagi.
Perempuan cantik yang tadinya mempesonakan kami, kala
itu berbayang menakutkan wajahnya. Kami lihat dia bagai
telah berubah jadi setan perempuan yang jelek menakutkan.
Waktu itu juga dia dengan suara beringas berkata, "Kalau dia
tidak kutahan secara baik-baik, coba kalian lihat aku mampu


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak, tahan dia secara paksa! "
Aku tentu jadi naik darah, dan lantas juga menjawab tawar,
"Coba saja! " kataku menghardik dia.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah itu kuajak Say phoa an bersama-sama menubruk
dia, tapi si perempuan bukannya mundur malah terus
menghampiri Say phoa an!
Serangan dia begitu mendadak keluarnya juga dikeluarkan
cepat sekali. Say phoa an waktu itu sebenarnya sudah cabut
pedang dan sudah juga menikam dada perempuan itu. Aku
sendiri juga sudah menjambret lengan wanita itu dari
belakang. Sama sekali tak kami duga tinggi sekali kepandaian
dia! Hampir disaat yang dia lebih dulu mengelakkan tikaman
pedang Say phoa an dan mengelit jambretan tanganku malah
setelah kami lihat badannya cepat sekali, Say phoan an sudah
diserangnya! Sungguhpun pertempuran dilakukan sekejap itu,
Say phoa an sudah terkena salah satu tipu nona itu dan rubuh
ditanah dengan luka parah sekali. Aku melihat kawanku dalam
keadaan begitu mengenaskan lantas timbul tekadku ingin
menuntut. Tapi baru tiga jurus melayani dia akupun terkena
serangannya tapi tak seperti kawanku, lukaku mendingan
sedikitlah. Sebisa-bisanya kutahan luka diatas pundakku tapi
aku akhirnya harus juga mengakui keunggulan dia karena
habis tenagaku aku rebah tak ingat orang. Saat sadarku yang
pertama kulihat tentu diriku sendiri, disampingku merapat
tubuh Say phoa an. Pada waktu itu hari terang seterangnya.
Kucoba mengatur pernapasan dan mencoba tenagaku, sukur
masih bisa bergerak. Maka dengan susah payah kugendong
Say phoa an yang masih tak ingat orang, sampai disini ....
***d**w***
San hoa chiu bicara sampai disini, menghela napas
panjang. peristiwa itu agaknya menyesakkan sekali dadanya.
Sampai Oey Bwee Cian si gadis baju merah, Tan Liong semua
tertarik sekali sampai lupa memotong barang sepatah
perkataan penuturan San hoa chiu. Mereka hanya menebak
nebak siapa adanya wanita yang demikian sifatnya itu.
Gadis baju merah baru saat inilah bertanya,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan kenapa pil Im hiat Kui wa bisa lenyap? " dijawab oleh
San hoa Chiu. "Itu sedikitpun tidak bikin aku sadar. Waktu
kami pulang masih kuingat pil itu masih dalam kantonganku
tapi setibanya dikaki gunung kuperiksa lagi sudah tidak ada."
Tan Liong bagai sudah sembuh dari sakit bertanya,
"Perempuan muda itu pakai baju bagaimana warnanya? "
San hoa chiu mendongak sebentar lalu berkata, "Warna
pakaiannya hitam! "
"Hitam? Kau tidak salah lihat? "
"Sedikitpun tidak! "
Tan Liong mengangguk angguk tapi sikapnya terang
menyatakan keragu-raguan dalam artinya atas keterangan
San hoa chiu.
Sementara itu kedengaran si gadis baju merah mendehem
lalu disusul dengan katanya. "Apa ji-wie kira pil yang kalian
Sepasang Naga Penakluk Iblis 11 Roro Centil 02 Tiga Paderi Pemetik Bunga Bangau Sakti 3
^