Pencarian

Naga Merah 9

Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung Bagian 9


dapatkan dicuri perempuan itu? "
"Mungkin juga begitu. Sebab kami rasa-rasa mungkin
juga."
Si gadis baju merah tampak kerutkan alis lama baru
berkata lagi demikian,
"Perempuan itu bukankah pernah katakan ingin menahan
Say phoa an? Tapi akhirnya kenapa dia dilepaskan? "
"Justeru inilah yang bikin pikiran dalam hatiku. "
Gadis baju merah kelihatan bagai sedang berpikir keras,
selang agak lama berkata lagi, "perempuan baju hitam itu
kalau betul dia yang membunuh lima lelaki yang telah kau
ceritakan, tentu juga tidak bisa tanpa sebab. Dan rasanya juga
terpaksa aku sendiri yang harus pergi sekali lagi ke Khay
Hong. "
Oey Bwee Cian lalu berkata,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perlu apa pergi ke kota Khay Hong?"
"Untuk minta obat lagi kepada tabib Chio bin Ie hiap,
sekalian mencari keterangan siapa sebenarnya sepasang muda
mudi yang sudah berubah sifatnya itu? "
"Apakah Ciang bun jin kita perlu pergi bersama-sama? "
"Itu memang paling baik! "
"Tapi ia sekarang masih belum pulih kewarasannya,
mungkin tidak dapat melakukan pejalanan yang begitu jauh. "
"Boleh minta nona Hoan yang membimbing atau
menggendong. "
Oey Bwee Cian angguk anggukkan kepalanya serta berkata,
"Kalau begitu aku tak usah pergi sendiri. "
Gadis baju merah segera nyeletuk,
"Sebaiknya kau jangan pergi, sebab dalam partai perlu ada
orang seperti kau yang mengurus pekerjaan partai sehari-
hari."
"Kapan kalian akan berangkat? "
"Besok pagi"
Begitulah pada esok pagi-pagi sekali, gadis baju merah,
Tan Liong dan Hoan Giok Hoa bertiga lantas meninggalkan
gunung Ciong lam san, melakukan perjalanannya ke Khay
Hong.
Apa yang dikatakan oleh San hoa chiu sedikitpun tidak
salah. Di kota Khay hong benar-benar kejadian dua peristiwa
menggemparkan ini.
Dalam semalaman saja kembali ada tiga orang lelaki dan
wanita yang kedapatan mati oleh itu lelaki dan wanita yang
kejam.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka selama beberapa hari itu pula orang-orang lihai dari
berbagai tempat pada muncul di kota Khay hong.
Gadis baju merah Hoan Giok Hoa dan Tan Liong bertiga
menjelang senjapun sudah memasuki kota tersebut.
Setelah dahar malam disitu pula, lalu meneruskan
perjalanan mereka ke gunung Im kui san.
Selagi enak-enaknya mereka berjalan, tiba-tiba dari jauh
terdengar suara orang ramai seperti cekcok mulut, setelah itu
sejenak sunyi kembali.
Gadis baju merah berhenti, maksudnya ingin menegaskan
suara tadi datang dari arah mana, dan selagi baru mau
berjalan lagi mendadak sesosok tubuh manusia lompat ke
arahnya!
Orang itu tanpa menerbitkan sedikitpun suara sudah
menjogrog didepan gadis baju merah membuat wanita itu
terperanjat dan mundur setindak. ketika ditegasi olehnya yang
dihadapannya tadi adalah seorang tua berambut putih semua,
lengannya mencekal senjata berupa kebutan. Orang tua mana
dilihat sekelebatan dapat membuat siapa melihatnya akan
merasa kagum karena wajahnya masih merah seperti anak
meskipun rambutnya telah beruban penuh.
Orang tua itu tersenyum sedikit lalu memandang Tan Liong
dalam pondongan Hoan Giok Hoa, kemudian matanya
dialihkan ke arah si gadis baju merah kepadanya ia lalu
berkata,
"Anak kau inikah muridnya Hiat Im ek? Tan cun Kiok
namamu? Kaukah yang mendapatkan gelar Ang hiang lie
dalam dunia Kangouw? "
Ang hiang lie adalah Wanita benang merah. si gadis baju
merah yang mendengar demikian tampak terperanjat. Saat itu
parasnya memperlihatkan sikapnya yang kaget berkuatir.
Sebab tidak pernah disangkanya sampai si orang tua rambutTiraikasih Website http://kangzusi.com/
putih baru melihat sudah dapat menyebut nama dan gelarnya.
Maka ia lantas menjawab, "Benar! Siapa adanya Locianpwee
sendiri? Bagaimana menyebut Locianpwee? "
Orang tua muka merah rambut putih itu kembali tersenyum
berkata sambil ulapkan kebutan pada tangannya. " Dalam kau
gunakan matamu rasanya tak sukar kau menebak aku ini
siapa. "
Dalam otak Ang hiang lie sebagai ganti sebutan gadis baju
merah saat itu kemasukan nama seseorang seketika juga
parasnya berubah. "Locoanpwee kau ....."
"Kau sudah tahu cukuplah! Jangan banyak bicara! " Orang
tua itu bicara demikian dan kembali tersenyum. Kemudian
pandangan matanya ditujukan kearah Tan Liong berkata pula.
"Apa Ciang bun jin ini dipondong demikian karena terluka
lantaran perempuan? "
"Dan maksud kalian mencari Cio bin Ie hiap? "
"Ya! "
"Aku merasa berjodoh dengan Ciang bun jin ini akan
kutolong dia menyembuhkan sakitnya. "
"Apa dapat Locianpwee menolong dia? "
"Bukan cuma aku yang bisa menolong, gurumu sendiripun
dapat!" Kembali orang tua itu tersenyum dan tertawa
bergelak-gelak.
"Tapi tak berani kumintai tolong suhu! "
"Aku tahu, karena ini urusanmu pribadi. Cuma legakanlah
hatimu segala apa yang kau perbuat apa kira diketahui
suhumu pikirmu. "
Sehabis berkata demikian dari dalam sakunya dia
mengeluarkan sebutir pil warna hitam yang diberikan kepada
Ang hian lie seraya katanya, "Sesudah nanti dimakannya pil iniTiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan segera pulih kembali kewarasannya. Sekarang berikan
cepat padanya. "
Jelas tampak riang wajah si wanita benang merah dia
mengawasi orang tua didepannya sejenak lalu masukkan pil
warna hitam itu kedalam mulut Tan Liong.
Tiba-tiba suatu pikiran agaknya mendorong-dorong dia
bertanya. "Adakah Locianpwee pernah beberapa hari
belakangan ini berkali-kali ada peristiwa berdarah yang aneh."
"Apa kau mau cari keterangan siapa perempuan dan siapa
lelaki yang pegang rol kejahatan serupa itu? "
"Ya! "
Bernapsu sekali si wanita benang merah menanti jawaban,
namun si orang tua rambut putih tidak segera menjawab,
mulai menghela napas sejenak baru berkata,
"Ah! Biasa gelombang asmara selalu menerbitkan apa-apa
yang akibatnya tidak bisa bikin manusia lain merasa enak.
Dalam soal sekali inipun ada sangkut pautnya dengan Ciang
bun jin itu. Dan sebab itu juga seperti apa kata pepatah orang
yang harus buka tali kelenengan itu ada itu orang yang
mengikatnya. Maka untuk selanjutnya harus dilihat bagaimana
dia akan bertindak. "
Perkataan si orang tua dalam ucapannya dibagian akhir
membuat si wanita benang merah mengetahui kalau urusan
yang wang tak ada hubungannya denan Tan Liong. Ia lalu
bertanya.
"Apa dalam soal ini betul-betul ada hubungan dengan Ciang
bun jin Ciong lam pay ini? "
Orang tua itu mengangguk-angguk.
Sementara itu Tan Liong yang tadi menelan pil warna hitam
si orang tua setelah keluar keringat berbau busuk di badannya
orangnyapun segera siuman. Pertama dilihat gadis baju merahTiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu mengalih pandangannya dan melihat si orang tua wajah
merah rambut putih.
Orang tua itu tersenyum lagi dan berkata, "Apa Ciang bun
jin masih mengenal siapa aku? "
Tan Liong mengangguk. "Ya, kukenal. Sekali pernah kita
bertemu. Bukankah kau juga yang memberitahukan padaku
tentang ketua Thian seng hwee itu padaku? "
"Sungguh tajam ingatanmu! Benar. "
Si wanita benang berah ikut campur bicara, "Ciang bun jin.
selembar jiwamu ditolong oleh orang tua ini tidakkah kau
merasa perlu berterima kasih dulu? "
Tan Liong terperanjat. Selekas itu juga dia berkata! "Ow!
Kiranya Locianpweekah yang menolong selembar jiwa
boanpwee? Disini boanpwee ucapkan banyak-banyak terima
kasih. "
Sehabis berkata ia menjura dalam-dalam.
Orang tua rambut putih itu ketawa bergelak-gelak,
sebentar dia berhenti dan berkata dengan suara sungguh-
sungguh, "Ciang bun jin padamu kau banyak berhutang
asmara. Kalau tidak berhati-hati nama Ciong lam pay bisa
ternoda karena kau. "
Orang tua itu memandang wanita benang merah sejenak,
kepada siapa ia berkata, "Sudah waktunya kau pulang, nona!
Gurumu wanti-wanti berpesan kepadaku suruh menyampaikan
perintah pulang ini padamu. "
Wanita benang merah itu merenung, dalam hatinya timbul
banyak perasaan yang tidak karuan, dalam hati ia diam-diam
membatin, "Ya! Dia sudah sembuh, seharusnya aku juga
pulang ...... "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diparasnya tertampak rasa kecewanya, memandang Tan
Liong sekian lama baru bisa buka mulut, "Ciang bun jin
barusan kau ...... sampai ketemu lagi! "
Dalam hatinya sebenarnya banyak perkataan yang ingin
diucapkan kepada Tan Liong tetapi entah karena apa ia tak
berani mengeluarkan semua isi hatinya. Maka akhirnya ia
hanya dapat mengatakan "Sampai ketemu lagi" saja.
Hoan Giok Hoa giliran terkejut, bertanya. "Enci, benarkah
kau ingin tinggalkan kami? "
"Ya! Aku ingin pulang, lukanya sudah sembuh ...... "
Nona Hoan melirik Tan Liong, kepadanya ia berkata,
"Engko Tan, kenapa kau tidak berusaha agar enci ini tidak
buru-buru pergi? "
Pada saat itu Tan Liong sendiri sebenarnya sedang
berduka. Ia merasa gegetun yang dia ditinggal pergi oleh si
gadis baju merah. Karena dalam membela kepentingan dan
keperluan-keperluannya si gadis baju merah naik ke Ciong lam
san. Dan kalau ia tak keburu sampai di Ciong lam pay tepat
pada waktunya mungkin Ciong lam pay sudah hancur lebur
karena perbuatan orang-orang Thian seng hwee.
Sewaktu menderita luka, wanita baju merah itu selalu
mendampinginya, apakah sebabnya?.
Setiap kali matanya terbentur dengan pandangan si gadis
baju merah yang begitu agung, lantas timbul dalam hatinya
perasaan tidak mengerti mengapa begitu.
Manusia memang bukan batu. Meski perhubungan antara
Tan Liong dan si gadis baju merah kelihatan cuma biasa-biasa
saja akan tetapi sikap dan perhatian gadis baju merah itu
terhadap dirinya Tan Liong berkesan sangat dalam sekali di
dalam hati sanubarinya anak muda itu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan sekarang, mendadak dengar sang sahabat yang
berkesan dalam hatinya itu hendak pergi, bagaimana ia tidak
gegetun?
Maka tatkala ditegur oleh Hoan Giok Hoa, ia lantas
membuka mulutnya.
"Anda! Bolehkah kau tinggal dulu untuk sementara? "
"Manusia, hidup matinya ditangan Yang Maha Esa, berpisah
atau berkumpul tergantung dengan jodoh. Didalam
penghimpunan manusia berpisahan merupakan satu intermeso
dalam penghidupan saja. Apakah dilain waktu sudah tidak ada
kesempatan untuk berjumpa lagi? "
Tan Liong anggukkan kepala dengan sikap lesu, kemudian
berkata.
"Ya, dilain waktu kita bisa berjumpa lagi. Ada satu hari
nanti aku akan datang ke lembah Hong hwee kok. "
Gadis baju merah itu unjukkan ketawa getir, sambil
mengawasi Hoan giok Hoa ia berkata.
"Nona Hoan, aku hendak pergi, sampai berjumpa lagi. "
Hoan giok Hoa mendadak berseru,
"Enci baju merah, bolehkah aku ikut kau pergi bersama-
sama? "
"Kau hendak ikut aku? Apakah kau tidak akan pulang
bersama-sama dengan dia? "
"Dia tadi bukankah berkata bahwa ada satu hari dia akan
kunjungi kau dilembah Hong hwee kok? "
Gadis baju merah itu anggukkan kepalanya dan berkata,
"Baiklah, tapi engko Tanmu barangkali tidak mengijinkan
kau pergi bersama-sama dengan aku. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Boleh saja, engko Tan toh masih akan banyak urusan yang
harus dibereskan. Jika aku berada disampingnya malah
merepotkan dia saja, aku kata betul tidak? "
Perkataannya yang terakhir ini ditujukan kepada Tan Liong.
Tan Liong anggukkan kepala.
Hoan Giok Hoa berkata pula sambil ketawa,
"Enci baju merah! Kau lihat, engko Tan Liong tidak
keberatan. "
"Kalau begitu, marilah kita berangkat! "
Setelah berkata demikian, sebentar kemudian dua nona
cantik itu sudah menghilang di dalam kegelapan.
Tan Liong berdiri menjublek sambil menghela bapas
panjang. sekarang ia mendadak merasa bahwa dirinya
kesepian, seperti anak piatu yang sudah berayah dan beribu.
Ia berpaling kepada orang tua rambut putih yang tadi
berdiri dibelakangnya, juga entah sejak kapan sudah berlalu.
Ia dongakkan kepalanya memandang ke langit yang gelap
gulita. Apa yang dilihat hanya kelak keliknya bintang yang
bertebaran dilangit. Ia lalu terkenang semua apa yang telah
terjadi atas dirinya.
Sejak ia muncul didunia Kang-zsouw, bukan saja tidak
mendapat hasil apa-apa, bahkan hampir saja mengantarkan
jiwanya.
Suhunya, Yo Swie Peng suruh ia mencari Sam gan Mo kun
atau si iblis mata tiga dan Thian liong lie untuk menuntut balas
dendam sakit hati, tapi ia tidak berhasil melaksanakan tugas


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. Hiat liong itu atau si Naga Merah suruh ia mencari Ong
Khim San yang bergelar Lam kek Sian ong, untuk meminta
kunci yang digunakan mengurung dirinya, juga tidak berhasil.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pesan ibunya yang suruh ia membunuh ayahnya Tan
Chiang Bin dan juga gundiknya Cie Bun bun.
Ia menghela napas berulang-ulang dan menggeleng
gelengkan kepalanya lalu mulai melakukan perjalanan yang
tidak bertujuan.
Dari jauh, terdengar suara saling bentak yang memecah
suasana sunyi senyap itu. Ia ketawa sendiri, lalu berkata
kepada dirinya sendiri.
"Permusuhan didalam dunia Kangouw ...... ah! hidup
manusia seperti impian, apa perlunya harus berebutan nama
dan kekayaan?
Suara saling bentak makin tegas kedengarannya.
Disamping itu, juga terdengar suara beradunya senjata
tajam.
Hingga membuat suasana malam yang sunyi bertambah
seram!
Tan Liong tidak mau perdulikan itu semua ia hendak
menggunakan otaknya untuk memikirkan hari depannya
secara tenang.
Bayangannya yang berjalan seorang diri perlahan-lahan
telah menghilang keluar rimba! Ia sendiri masih belum tahu
harus berjalan menuju kemana.
Didalam rimba dari arah kirinya terdengar suara ngeri ia
terpaksa hentikan tindakan kakinya berjalan menuju ke arah
suara tersebut.
Sebentar saja Tan liong sudah berada di tempat dimana
tadi terdengar suara jeritan ngeri. Dan apa-apa yang ia
saksikan? Seorang pemuda rebah terlentang di tanah dalam
keadaan tidak karuan macam pemuda itu mungkin sudah
putus nyawanya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong mengawasi sejenak, hawa amarahnya lantas
meluap. Perbuatan wanita itu terlalu kejam.
Suara saling bentak kini sudah sirap.
Beberapa bayangan orang sudah mulai meninggalkan rimba
lebat itu.
Tan Liong selagi hendak melanjutkan perjalanannya lagi,
mendadak ..
Sesosok bayangan orang dengan kecepatan laksana anak
panah yang terlepas dari busurnya meluncur ke depan.
Dengan tanpa banyak pikir lagi Tan Liong lantas mengejar.
Sebentar kemudian bayangan orang itu sudah berdiri
dibawah Ebook by : Dewi KZ, Aditya, aaa, Budi S, Nico
kangzusi.com sebatang pohon besar.
Nampaknya celingukan kesana kesini seperti menantikan
kedatangannya seseorang kemudian terdengar pula suara
ketawa merdu dan sesosok bayangan orang telah telanjang
turun disampingnya bayangan orang yang duluan.
Suara seorang wanita yang amat merdu terdengar
ditelinganya.
"Sudah lama kau menunggu? "
"Tidak, tidak! Aku juga baru saja tiba, adakah nona ada
urusan apa-apa? " demikian terdengar suara jawaban dari
bayangan orang yang datang duluan.
Terdengar pula suara wanita sambil ketawa cekikikan.
"Aku ajak kau datang kemari apa perlunya? Masak kau
tidak tahu? "
Sehabis berkata, badannya dijatuhkan kedalam pelukannya
orang yang datang duluan tadi.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perbuatan yang dilakukan secara tiba-tiba itu agaknya
membuat terkejut orang itu, hingga menjadi gelagapan dan
berkata dengan suara terputus-putus.
"Nona .... ini .... ini .... "
"Kenapa? Apa kau takut? " demikian jawabnya wanita itu.
Orang itu ketika mendengar jawaban demikian lantas
ketawa, kemudian memeluk erat-erat tubuhnya wanita itu.
Tan Liong yang menyaksikan keadaan demikian, wajahnya
lantas berubah. Jika ia tidak unjukkan diri, laki-laki itu pasti
akan mati konyol ditangannya wanita cabul itu.
Setelah mengambil keputusan demikian ia lalu membentak
dengan suara keras,
"Hai perempuan cabul! Kau tidak boleh hidup lebih lama
lagi! " Berbareng dengan itu, ia lantas maju menerjang.
Gerakan Tan Liong itu dilakukan cepat sekali namun wanita
itu agaknya mengetahui kalau perbuatannya sudah kepergok
orang. Dengan mendadak ia lepaskan dirinya dari dalam
pelukan laki-laki itu, dan lantas lompat mundur dengan gerak
badannya yang gesit sekali!
"Perempuan tidak tahu malu! Akan kubunuh kau! "
demikian Tan Liong membentak yang lantas dibarengi dengan
serangannya yang amat dahsyat.
Wanita itu agaknya tidak menduga kalau ada orang yang
memergoki perbuatannya. Dalam kagetnya, ia buru-buru
lompat mundur lagi untuk menghindarkan serangan Tan Liong
.....
Melihat sudah dua kali serangannya telah mengenakan
tempat kosong Tan Liong diam-diam juga merasa kaget.
Ketika itu ia lantas membentak pula dengan suara keras.
"Nona, usiamu masih muda jelita .... mengapa .... kau .... "
seketika ia lantas menjadi gelagapan, karena ketika matanyaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
menatap paras wanita tersebut, segera dapat mengenali paras
cantik yang tidak asing lagi.
Dalam kagetnya dengan tanpa terasa kakinya lantas
mundur dua tindak .....
Wanita itu juga terkejut, ia mundur dua tindak, dengan
suara gelagapan ia berkata,
"Kau .... kau .... kau .... "
Untuk sesaat lamanya, kedua-duanya saling pandang,
masing-masing agaknya tidak percaya matanya sendiri!
Sambil membuang ludah Tan Liong berkata,
"Kau .... kau adalah Chie Cui? "
"Tidak salah, aku adalah Chie Cui dan kaukah Tan Liong! "
jawabnya perempuan itu yang bukan lain adalah Chie Cui
sambil ketawa mengejek.
Tan Liong tiba-tiba merasakan dingin dan gemetar sekujur
badannya. Ya Allah seorang gadis suci murni kenapa bisa
berubah menjadi seorang wanita cabul dan iblis yang
membunuh setiap orang lelaki tanpa berkedip?
Seketika itu hatinya dirasakan hancur remuk dan tenggelam
berkeping-keping kedasar lautan .....
Kalau bisa ia kepingin segera meninggalkan tempat seperti
neraka itu ....
Hatinya sesaat merasa sangat pilu, dua butir air mata tiba-
tiba merasa keluar membasahi kedua pipinya!
Ya, itu semua karena gara-garanya ia sendiri sehingga
membuat dirinya seorang gadis yang masih suci murni
kejeblos kedalam neraka.
Jika dulu ia tidak dengar dan membantu Yao lie lu apakah
sekarang ia bisa berubah menjadi demikian?Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong mendadak merasakan dirinya seolah olah
berubah menjadi seorang pancuri yang dihadapkan didepan
meja hijau. Sekujur badannya gemetar, kepalanya seperti
diketok dengan godam ....
Chie Cui kembali unjukkan ketawanya yang merdu
kemudian berkata,
"Tan Liong, sungguh tidak nyana kita hari ini bisa berjumpa
disini. " ia hentikan ketawanya parasnya mengunjukkan sikap
gusar kemudian berkata pula,
"Tan Liong, kau telah merusak kesenangan orang, aku
sekarang hendak bunuh mati dirimu! "
Tan Liong yang masih seperti seorang yang kehilangan
semangat menjawab secara ngawur,
"Benarkah kau bisa berbuat demikian? Kau .... benarkah
itu? "
"Ya, aku yang berbuat! "
Tan Liong bergidik wajahnya pucat seperti kertas, hampir
saja ia jatuh terlentang ditanah. dengan kertak gigi ia
menahan kepedihan hatinya kemudian berkata dengan suara
perlahan,
"Kenapa kau harus berbuat demikian? "
"Sebabnya kau telah memberikan terlalu banyak sekali
kepadaku. "
"Sekalipun aku berlaku tidak baik terhadap dirimu kau juga
tidak seharusnya demikian! "
Chie Cui parasnya lantas berubah dengan suara bengis ia
berkata,
"Tan Liong ...., ha-ha-ha apakah aku berubah? Tahukah
kau apa sebabnya aku berubah begini? Kalau aku hendak
membunuh orang laki-laki itu adalah hendak minta kembaliTiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari mereka apa yang aku telah kehilangan dalam tanganmu
.... laki-laki apa yang patut dibanggakan? .... Aku permainkan
satu persatu lalu aku bunuh satu persatu .... "
Ia lalu ketawa seperti orang gila yang membuat berdiri bulu
roma setiap orang yang mendengarkannya.
Ya, ia telah berubah, ia telah berubah sebagai wanita yang
menakutkan.
Dengan paras pucat, setindak demi setindak ia
menghampiri Tan Liong seraya berkata sambil ketawa
terbahak-bahak,
"Tan Liong, enciku oleh karena kau telah korbankan
kesuciannya, tapi apa yang kauberikan kepadanya? Ya, hanya
kehinaan dan kehinaan kau anggap ia sebagai perempuan
rendah martabatnya. Tapi kenapa ia harus berbuat begitu?
Dan apakah sebabnya? "
Setiap perkataan Chie Cui itu seolah-olah pedang tajam
yang menusuk sangat dalam sekali kena hatinya Tan Liong,
darah mulai keluar.
Dengan paras merah padam, Chie Cui berkata pula dengan
suara bengis,
"Tan Liong, bagus sekali perbuatanmu terhadap diriku, ha-
ha-ha! Tan Liong, kau telah dengar perkataannya Yao lie lu
yang manisnya seperti madu, tapi apa yang kau dapatkan dari
padanya? Ketenangan? Kebahagiaan? Coba kau jawab! Tan
Liong, aku hanya permainkan orang laki-laki saja, sebagai
pembalasan terhadap hati orang laki-laki yang napsu dan tidak
boleh dipercaya seperti kau ini."
"Kau, kau jangan melanjutkan perkataanmu lagi. "
"Kenapa? Apa kau merasa menyesal? "
Hati Tan liong merasa perih sekali. Chie Cui bisa berubah
demikian, siapakah yang bersalah? Dalam anggapannya, cumaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedikit saja kesalahannya, siapa nyana bisa berakibat demikian
menakutkan.
Kala itu apabila ia bisa menghibur dengan baik barangkali
tidak sampai terjadi perubahan demikian.
Tan Liong setelah menderita hebat hatinya, sebaliknya
malah berobah menjadi tenang sambil kertak gigi ia berkata,
"Nona Chie, semula aku benar-benar tidak tahu kalau
encimu benra-benar telah .... "
"Apa kau anggap kita kakak beradik ada manusia rendah? "
"Nona Chie, aku tahu bahwa aku sudah bersalah, tapi kau
tidak seharusnya berubah demikian menakutkan. "
"Apa yang dibuat takut? Laki-laki permainkan kita, dan kita
balas permainkan laki-laki apa salahku. "
"Urusan yang sudah lalu kita tidak perlu bicarakan lagi,
sekarang aku hendak bunuh mati kau. " jawabnya Chie Cui
sambil ketawa dingin, dan kemudian badannya bergerak
dengan senjata mendadak tangannya menyerang Tan Liong.
Tan Liong berkelit sambil berseru,
"Nona Chie dengar dulu perkataanku"
Tapi Chie Cui tidak hiraukan padanya, ia masih tetap
menyerang dengan kalap.
"Siapa yang membikinku sampai menjadi begini? Ya, itu
semua adalah gara-garamu, maka aku tidak bisa melepaskan
kau begitu saja, aku hendak makan hatimu .... hirup
darahmu."
Tan Liong yang diserang beruang-ulang oleh Chie Cui, terus
terdesak mundur tidak mau membalas. Akhirnya ia berkata
dengan suara cemas.
"Nona Chie, kau harus maafkan diriku. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chie Cui terus menghujani serangan tanpa hiraukan
perkataan Tan Liong.
Selama berpisah dengan Tan Liong, Chie Cui agaknya
sudah berubah segala-galanya.
Dulu ia masih kekanak-kanakan, aleman dan suci murni.
tapi sekarang semua sifatnya itu telah lenyap tanpa bekas.
Ini seperti juga selembar kertas putih yang kena tetes tinta
hitam, tidak dapat dihapus untuk selamanya!
Tiba-tiba dari jauh terdengar suara siulan nyaring seolah-
olah memekakkan telinga kemudian disusul oleh munculnya
satu bayangan merah yang meluncur turun ketengah
kalangan.
Kedatangan bayangan merah itu ada cepat sekali. Dalam
kagetnya Chie Cui lantas tarik mundur dirinya dan tatkala
mengetahui siapa adanya bayangan merah itu, Tan Liong dan
Chie Cui pada terperanjat!
Bayangan merah yang muncul secara tiba-tiba itu adalah
Chie Peng, encinya Chie Cui.
Ketika melihat encinya, Chie Cui lantas berseru, "Enci! "
Chie Peng cuma tertawa hambar dan berkata,
"Adik, beberapa peristiwa dikota Khay hong yang sangat
menggemparkan itu benarkah ada perbuatanmu? "
"Ya, enci. Itu adalah perbuatanku! "
Mendengar jawaban terus terang itu, Chie Peng lantas
ketawa terbahak-bahak seperti orang gila kemudian ia
berkata,
"Adik, ternyata kau seorang pemberani .... tapi encimu
inilah yang mencelakakan dirimu! "
"Tidak! Tan Lionglah yang mencelakakan kita. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, memang dia. "
Ia kertak gigi dengan mata beringas memandang Tan Liong
sejenak kemudian menatap paras adiknya seraya berkata,
"Adik lekas pergi, kalau tidak, sudah tak keburu lagi. "
Tapi belum habis perkataannya ia sudah menarik tangan
adiknya dan lompat melesat keluar dari dalam rimba.
Tan Liong tercengang , ia dapat menduga pasti ada terjadi
sesuatu yang amat gawat.
Dugaan tan Liong benar saja tidak meleset.


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Baru saja Chie Peng dan adiknya berlalu dari situ, dari jauh
mendadak terdengar suara orang tertawa dingin, dan ketika
Tan Liong melihat lebih jauh, wajahnya lantas berubah ....
Beberapa bayangan orang telah menghadang
perjalanannya Chie Peng dan Chie Ciu.
Dan orang-orang itu ternyata adalah orang-orangnya Thian
seng hwee!
Apa yang membuat Tan Liong kaget dan terheran-heran
adalah pemimpinnya rombongan orang-orang Thian seng
hwee itu bukan lain daripada si nenek Hiat hun Koay po.
Chie Peng dan Chie Cui parasnya pada berubah seketika.
keduanya pada mundur satu tindak!
Dalam rombongan orang-orang Thian seng hwee terdapat
dirinya Ciok Eng Cay dan lain-lainnya orang-orang lihai,
semuanya berjumlah 8 orang.
Mereka telah mengurung Chie Peng dan Chie Cui ditengah-
tengah kalangan.
Chie Peng menimbang-nimbang keadaan didepan matanya
ia tahu bahwa malam itu ada merupakan hari akhir baginya
dan adiknya. Sebab rombongan orang tua itu telah dipimpin
oleh suhunya sendiri.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mau tidak mau ia harus keraskan kepala, kedua-duanya
menghadap Hiat hun Koay po sambil memanggil. "Suhu. "
Hiat hun Koay po delikkan matanya sambil ketawa yang
menyeramkan ia berkata,
"Nyali kamu berdua benar-benar besar sekali dengan berani
telah menolong dirinya ketua partai Ciong lam pay dan
menghianati perguruannya sendiri. Kalau aku tidak dapat
membinasakan kalian si budak hina ini percuma saja aku
mendapat gelar nama Hiat hun Koay po! "
Sehabis berkata setindak demi setindak ia berjalan
menghampiri kedua muridnya! "
Chie Peng terpaksa berlaku nekad ia berkata pula ....
"Hunjuk beritahu kepada suhu. "
"Kalau kau masih berani memanggil aku suhu lagi aku nanti
akan beset mulutmu. "
"Suhu, muridmu karena saat itu sedang gelap pikiran,
sehingga melakukan itu perbuatan gila. Harap suhu suka
memberi ampun kita berdua .... "
"Omong kosong! Jika dimata kamu masih pandang aku si
nenek sebagai suhu, apakah kamu bisa berbuat demikian? "
Berbareng dengan itu, tongkat didalam tangannya lantas
menyambar dirinya Chie Cui.
Sambil berseru, "Suhu ...... ! " Chie Cui buru-buru lompat
jauh.
Tapi gerakannya itu meski sudah cepat, tapi tongkatnya
Hiat hun Koay po ternyata lebih cepat. Setelah terdengar
suara beleduk tongkat itu sudah mampir dibadannya Chie Cui.
Tak ampun lagi darah segar lantas menyembur keluar dari
mulutnya Chie Cui sementara itu badannya juga lantas jatuh
rubuh ditanah!Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong pejamkan matanya. gebukan tongkatnya Hiat
hun Koay po itu seolah-olah mengenakan badannya, hingga
dirasakan sakit sekali dan hampir saja tak bisa bernapas.
Tatkala ia membuka matanya lagi, kejadian yang
mengenaskan telah terjadi pula untuk kedua kalinya!
Hiat hun Koay po setelah menghajar Chie Cui lalu memutar
tongkatnya lagi seraya mmbentak pada Chie Peng.
"Budak hina, serahkan jiwamu! "
Dan tongkat itu kembali menghajar tubuhnya Chie Peng.
Ilmu kepandaiannya Chie peng jauh lebih tinggi daripada
adiknya, gebukan tongkat yang pertama ia berhasil
mengelakkan tapi dalam waktu sekejap serangan kedua sudah
sampai.
Dengan tidak ampun lagi tubuhnya Chie peng dibikin
terpental sejauh satu tombak lebih oleh serangan suhunya
sendiri dan lantas jatuh rubuh sambil menyemburkan darah.
Tan Liong sudah tidak dapat menahan kesabarannya lagi,
sebab dua bersaudara itu sampai mengalami nasib buruk
seperti malam itu adalah disebabkan karena dirinya.
Saat itu Hiat hun Koay po sudah maju dan berdiri
disamping tubuhnya Chie peng dan Chie Cui lalu berkata
sambil tertawa dingin.
"Biarlah aku antar kamu ke akhirat menjadi setan-setan
romantis. "
Setelah berkata demikian lalu putar tongkat ditangannya
dan hendak digunakan untuk mengemplang kepala Chie Peng.
Tan Liong yang menyaksikan kejadian itu lantas lompat
melesat sembari berseru,
"Hiat hun Koay po tahan dulu! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hoat hun Koay po yang dibentak secara mendadak benar
saja lantas tarik kembali tongkatnya dan mundur beberapa
tindak sambil mengawasi Tan Liong ia berkata dengan suara
dingin.
"Kiranya adalah kau! "
Tan Liong matanya menyapu ke arah Chie Peng dan Chie
Cui yang menggeletak di tanah ia menyahut dengan tenang.
"Urusan kedua muridmu ini telah timbul karena boanpwee,
jika Locianpwee sudi membebaskan kedua muridmu ini
boanpwee bersedia menerima hukuman yang Locianpwee
hendak jatuhkan atas diri mereka. "
Hiat hun Koay po delikkan matanya dan berkata dengan
suara keras.
"Kematianmu juga sudah berada didepan mata, apa kau
ada mempunyai dua jiwa? "
Sementara itu Ciok Eng Cay yang sangat benci sekali
terhadap Tan Liong sudah maju menghampiri sambil goyang-
goyangkan kipas besinya dengan suara dingin ia membentak.
"Chiang bun jin telah membinasakan anggota perkumpulan
kita sebanyak lima enam puluh lebih, rekening ini sekarang
kita harus adakan perhitungan".
Tujuh orang lainnya lantas turut maju sehingga Tan Liong
terkurung di tengah kalangan. Meraka asal mendapat perintah
Ciok Eng Cay segera turun tangan berbareng mengeroyok Tan
Liong.
Tan Liong yang menyaksikan keadaan demikian diam-diam
terkejut. Saat itu bom Pek lek tannya sudah terpakai habis
semuanya. Jika orang-orang itu turun tangan semuanya
terhadap dirinya sudah tentu agak sukar dilawannya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun ia tidak kekurangan akal, dengan cepat tangan
kananya dimasukkan kedalam sakunya, kemudian membentak
dengan suaranya keras,
"Jika kalian sudah tidak sayang dengan jiwa sendiri, boleh
coba-coba sambuti bom Pek lek tanku! "
Bom Pek lek tan benar-benar besar sekali pengaruhnya
sebab sudah banyak orang-orang Thian seng hwee yang
binasa dibawa ledakan bom itu. Orang-orang itu lantas pada
mundur satu tindak.
Tan Liong lalu berkata pula sambil mengawasi Hiat hun
Koay po.
"Locianpwee, kedua muridmu ini meninggalkan
perguruannya sebetulnya disebabkan oleh karena boanpwee
maka aku tidak dapat membiarkan mereka binasa ditanganmu
jika sekiranya Locianpwee sudi membebaskan mereka
boanpwee bersedia menerima hukumanmu. "
"Benarkah itu? " Tanya Hiat hun koay po sambil ketawa
dingin.
"Semua perkataanku kuucapkan dengan sejujurnya asal
Locianpwee sudi membebaskan mereka ...... "
Hiat hun Koay po wajahnya lantas berubah dengan suara
bengis ia berkata,
"Kalau begitu, kau berangkatlah menghadap kepada Giam
lo ong! "
Tongkatnya lalu diangkat pelahan lahan dan hendak
mengemplang kepalanya Tan Liong.
Tan Liong diam-diam pejamkan matanya. ia tidak ingin
berkelit, ia sudah bertekad hendak mati untuk menebus
dosanya terhadap dirinya Chie peng dan Chie Cui. Sebab
sekalipun ia tidak binasa ia juga tidak tega menyaksikan kedua
bersaudara itu mengalami nasibnya yang lebih sengsara lagi.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekalipun Tan Liong hendak berkelit ia juga tidak dapat
menyingkir dari serangan tongkatnya Hiat hun Koay po. ....
Tapi .....
Selagi tongkat Hiat hun Koay po melayang turun tiba-tiba
terdengar suara bentakan yang berat,
"Hiat hun Koay po, kau tidak boleh bunuh mati kepadanya
!"
Hiat hun Koay po mendadak merasakan bahwa tongkat
ditangannya seperti terlibat oleh sesuatu benda sedang dirinya
sendiri terdorong mundur beberapa tindak ....
Tatkala ia dongakkan kepalanya entah sejak kapan
dihadapannya ada berdiri seorang tua muka merah dengan
rambut dan berjenggot putih seluruhnya.
Hiat hun Koay po terperanjat. Orang tua itu bisa berada
dihadapannya dengan tanpa menerbitkan suara serta dengan
gerakan secepat kilat bisa menggunakan kebutannya untuk
melibat tongkatnya ini benar-benar ada suatu kepandaian
sangat luar biasa.
Setelah Tan Liong menegasi orang tua rambut putih
muncul tiba-tiba lantas berkata, "Locianpwee, ini urusan
antara kami sendiri sukakah kiranya Locianpwee tidak ambil
bagian? "
Orang itu tersenyum kemudian berkata,
"Ciang bun jin, kau terlalu percaya kepada orang lain. Hiat
hun Koay po bukan seorang yang boleh dipercaya mulutnya.
Sekalipun kau binasa. dia juga tidak nanti melepaskan kedua
muridnya itu. "
Tan Liong pikir perkataan orang tua muka merah itu juga
ada benarnya. Sekalipun dia sendiri akhirnya mati, apa tidak
mungkin Hiat hun Koay po lantas membunuh sendiri dua
orang muridnya yang sudah tak berdaya itu?Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun dalam hatinya berpikir demikian, tetapi diluar
masih bisa unjuk senyumannya dan berkata,
"Hiat hun Koay po rasanya bukan seorang semacam itu! "
Orang tua muka merah itu lantas ketawa terbahak-bahak
kemudian berkata,
"Ciang bun jin! Kau tak usah bersangsi lagi. Manakah lebih
tua usiamu atau usiaku? Percayalah cepat atau lambat Hiat
hun Koay po pasti membunuh kedua muridnya itu! "
Berubah lantas wajah Hiat hun Koay po, "Kau mana
mampu? Hmm! "
"Sudah tentu! "
"Kalau begitu coba-cobalah disini! "
Dibarengi dengan kata-katanya tubuhnya melayang tinggi
menerjang kearah Chie Peng dan Chie Cui. Sementara itu
tongkatnya juga terputar akan membabat kedua orang
muridnya sendiri itu!
Orang tua muka merah itu terus tersenyum hanya terlihat
kebutannya menyambar keluar tenaga dalam yang tidak ada
taranya menggulung pada sasarannya.
Maka baru saja tongkat Hiat hun Koay po terangkat,
badannya sudah dipentalkan sejauh lima tindak hasil kebutan
orang tua muka merah itu. Dengan demikian tongkat si nenek
mengenai tempat kosong.
Kepandaian orang tua muka merah itu sesungguhnya
sangat mengejutkan hatinya Hiat hun Koay po yang sudah
lama malang melintang didunia Kang-zsouw.
Tan Liong kesima. Hampir tidak dipercayainya matanya
sendiri. Adakah dalam dunia seorang yang memiliki ilmu tinggi
sedemikian?
Hiat hun Koay po terang terkejut wajahnya pucat seketika.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Betapalah tidak dengan kepandaian dan kekuatannya
sendiri yang hampir tidak pernah menemui tandingan yang
setimpal dengan cara begitu mudah dibikin terpental mundur?
Sungguh kepandaian otang tua itu menjadikan dia sendiri
tidak percaya!
Dengan kedudukan Hiat hun Koay po didunia persilatan
pada waktu itu sekalipun Hiat im cu sikepala dari tiga "cu"
(sam cu) juga masih sedikit turun hormat kepadanya. Siapa
tahu hari itu dia merasa dihinakan oleh orang tua itu! "
Sikapnya masih tenang wajahnya masih memperlihatkan
senyuman, orang tua itu berkata lagi. "Hiat hun Koay po. Apa
kiranya kepandaian seburuk ini bisa dipakai olehku untuk
menolong kedua muridmu? "
Kesima sekali Hiat hun Koay po. Dengan wajah keheran-
heranan dia mengawasi orang tua muka merah itu sedang
atas pertanyaan yang ditujukan kepadanya terang tidak
didengarnya.
Mendadak berubah wajah si orang tua. Dengan suara keras
dia membentak, "Apa kalian masih belum mau berlalu dari
sini? "
-o0o0dw0o0o-
JILID ke : 20
SUARA itu seperti geledek. Membuat semua orang Thian
seng hwee yang ada disitu terkejut semua. Semua mereka
tanpa menunggu ulangan perintah menggeser kaki masing
masina tiga tindak.
Hiay hun Koay po sendiri agaknya masih ingin mencoba.
Dengan suara acuh tak acuh berkata, "Tua bangka sungguh
hebat kau! Coba sebutkan dulu namamu! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua yang ditanya, hanya tersenyum sambil ulap-
ulapkan kebutan ditangannya akhirnya menjawab juga. "Kau
benar-benar seperti orang buta melek! Siapa adanya aku masa
tidak teringat lagi olehmu? "
Ditegur secara demikian, mendadak Hiat hun Koay po pucat
lagi wajahnya. Agaknya telah teringat ia kepada seseorang.
Dengan suara gemetar coba buka mulut. "Kau .. kaulah."
"Kalau sudah tahu ya sudah! Tak usah banyak bicara! Dua
muridmu ini suka menolong, jangan ganggu mereka!"
Tanpa sadar Hiat hun Koay po mundur dua tindak,
diparasnya jelas terlihat roman kaget dan ketakutan.
Orang tua muka merah itu kembali buka mulutnya, dengan
suara keras mengebutkan kebutannya kearah orang-orang
Thian seng hwee. "Kalian belum pergi? Jangan sampai tunggu
aku turun tangan sendiri ya! "
Hiat hun Koay po tenangkan perasaannya, diam-diam
dalam hatinya bertanya mengapa orang itu mendadak bisa
muncul disitu.
"Baiklah! Lain waktu aku bisa berusaha menuntut balas."
Setelah berpikir demikian, ia lantas berkata sambil ketawa


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dingin. "Baik! Selama gunung menghijau dan tinggi lain waktu
bisa kulihat dan kuinjak-injak!"
Setelah berkata demikian matanya mengawasi ke arah
orang-orang Thian seng hwee lalu berseru. "Pergi! " Dan
mendahului orang-orangnya itu, ia sendiri menghilang
ketempat gelap.
Ciok Eng Cay dengan beberapa orang lihai Thian seng
hwee lainnya ketika melihat Hiat hun Koay po mendadak
tinggalkan mereka, tentu tahu apa yang harus mereka
lakukan. Begitulah secara beruntun berlalulah semua orang
Thian seng hwee itu dari dalam rimba tadi.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua muka merah itu ketawa menyeringai, sambil
mengawasi Tan Liong yang masih bagai orang kesima dia
berkata,
"Ciang bun jin! Apa yang sedang kau pikirkan? Jiwamu
sudah kutolong! Apa kau tidak bisa mengatakan terima kasih?"
Tan Liong dikejutkan. Selagi mau menjura memberi
hormat, orang tua itu mendadak ketawa tergelak-gelak dan
kemudian katanya,
"Tidak perlu! Tidak perlu! Mana aku sanggup terima
penghormatan dari seorang Ciang bun jin? "
Untuk sesaat lamanya Tan Liong menjadi bingung, tidak
tahu bagaimana harus berbuat. Sementara itu siorang tua
rambut putih muka merah dengan sikap sungguh-sungguh
berkata,
"Ciang bun jin, padamu telah bertumpuk tumpuk hutang
asmara. Kau pikir bagaimana baiknya. "
Tan Liong terkejut. "Mohon petunjuk Locianpwee. " Tan
Liong rangkap kedua tangannya membungkam dalam-dalam.
"Dua perempuan ini jika tidak lantaran kau juga tidak
sampai terjadi begini seperti apa yang kau saksikan. "
"Locianpwee, boanpwee tahu .... " Tan Liong menunduk
lebih dalam perasaan dukanya lebih hebat.
"Kalau sudah tahu itulah yang paling baik. Sekarang
tolonglah dulu mereka supaya siuman dulu. "
Sehabis berkata dia mengangsurkan dua butir pil hitam
kepada Tan Liong.
Dan si pemuda menerima lalu menghampiri Chie Peng dan
Chie Cui yang masih menggeletak tak sadarkan diri.
Ketika matanya menatap paras kedua nona itu yang sudah
pucat laksana kertas, perasaan lantas timbul dalam hatinya. IaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat menangis kalau tidak dipaksakannya mengeraskan
hatinya.
Dipaksanya memasukkan pil pil itu kemulut Chie Peng dan
Chie Cui, kemudian menotok jalan darah sadar kedua nona itu
Pil warna hitam pemberian orang tua wajah merah itu
sebenarnya adalah suatu obat penyembuh segala macam
penyakit dan khasiatnya tinggi sekali. Selang beberapa saat
sesudah Chie Peng dan Chie Cui diberikan obat maka luka
mereka benar-benar sembuh. Bagi mereka yang ketika itu bisa
lepas dari maut yang menanti sekian lama sudah tentu merasa
heran dan semua itu diluar dugaan mereka. Tetapi tatkala
terbentrok mata mereka kewajah Tan Liong, berubah mereka
terperanjat dan maklum.
Chie Cui segera lompat bangun. Lama menatap wajah Tan
Liong lalu dengan suara tawar bertanya. "Tan Liong! Kau yang
tolongi kami? "
Tan Liong mengangguk perlahan, selagi ingin mengatakan
yang sebenarnya mendadak didengarnya Chie Cui tertawa
nyaring lalu disambung dengan kata-katanya, "Kami mati tidak
ada sangkut paut dengan kau! Apa maksudmu menolong
kami? "
"Kalau begitu tidak baikkah seseorang menolong orang lain
yang dalam kesusahan?" Tan Liong mengucapkan kata-
katanya sedang dalam hatinya merasa pilu.
Chie Cui lalu bergerak menghampirinya dengan suara
dingin berkata, "Apa kiramu sesudah berhasil tolongi kami
segala dosa dosamu tertebus habis? Hmmm! Aku benci
padamu! Mau kutelan kau bulat-bulat kalau tidak mulutku
kecil! "
"Nona Chie, harap jangan berkata demikian didepan .... "
"Lalu apa perlu menolongi kami? " tangannya bergerak dan
menampar pipi Tan Liong.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tamparan Chie Cui ini dikeluarkan mendadak Tan Liong
yang tak menduga duga sedikitpun jadi gelagapan dan harus
mandah menerima gaplokan dengan akhirnya mengusap-usap
pipinya yang sudah merah. Ia merasa kesakitan tentunya
tetapi tidak bisa gusar. Dengan suara gugup terputus-putus
berketa, "Kau pukul aku? "
"Salah aku memukul kau? Tan Liong! Banyak sekali derita
yang kau berikan kepada kami! Kalau kami bisa kau jadikan
seperti orang semacam sekarang ini, siapa yang menyebabkan
perubahan kami itu? Terus terang kukatakan padamu. "Akan
kubunuh kau disini! " Dan dengan kelakuan macam orang
kalap ia menyerang lagi.
Mendadak terdengar suara bentakan keras, "Budak
perempuan, tahan! "
Berbareng dengan datangnya suara yang macam geledek
itu, seorang tua berwajah merah sudah berdiri ditengah-
tengah antara Tan Liong dan Chie Cui.
Chie Cui agaknya sudah tak mau perdulikan siapa yang
datang itu, setelah mengawasi si orang tua sejenak, lalu
berseru, "Tua bangka! kau juga mau tahu urusan kami? "
Perkataan ?tua bangka? itu bukan saja cuma membuat
merubah wajah Tan Liong, orang tua itu sendiri juga seperti
agak gusar. Dongkol juga rupanya dia tetapi masih tersenyum
dan berkata, "Budak perempuan, kau menjemukan, rendah
sekali martabatmu! "
Chie Cui perlihatkan sikap menantang. "Eeeh tua bangka!
Kami kakak beradik tak pernah mengganggu kau kenapa
bolehnya mengatakan kami rendah martabat? "
Perkataan yang sangat kasar itu bisa keluar dari mulut
seorang dara muda yang dianggap masih belum kenal dosa
seketika membuat si orang tua berubah wajahnya. Tangannya
bergerak, plok!Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chie Cui digamparnya. Chie Peng mengawasi adiknya
ditampar orang, tentu lantas gusar, "Tua bangka! Kau berani
berani menampar adikku? Aku tak mau diam! "
Lalu cepat bagai kilat diterjangnya si orang tua dengan
mengeluarkan kuku kukunya ingin mencengkeram wajah si
orang tua yang merah seperti kepiting direbus.
Siapa nyana belum lagi tangannya sampai kepada sasaran
orang tua itu juga sudah menampar pipinya. "Kau ini juga!
Perlu dikasih sedikit ajaran! "
Tamparan yang belakangan ini tedengar lebih nyaring, jelas
lebih berat dari yang diterima Chie Cui, sebab seketika itu dari
mulut Chie Peng tampak darah keluar.
Chie Cui membekap mukanya takut ngeri, Chie Peng
melongo.
Orang tua muka merah itu dengan hambar berkata,
"Semula kukira kalian dapat kuseret kejalan yang benar, siapa
sangka sifat buruk yang kalian pupuk sudah terlalu mendalam.
Cuma hanya karena lantaran seorang lelaki kamu bukan saja
sudah merusak diri sendiri malah berani sekali melakukan
pembunuhan besar-besaran kepada orang-orang tak bersalah.
Semua itu guna melampiaskan napsumu? Apa maksud kalian
menggegerkan suasana dunia yang sedang tenang?"
Tan Liong yang melihat dihajarnya Chie Peng dan Chie Cui
sebenarnya merasa tidak senang dalam hati tetapi tidak berani
bertindak apa-apa. Akhirnya dengan memberanikan diri ia
berkata, "Locianpwee semua adalah gara-garaku. "
Tetapi orang tua muka merah itu bagai tak mendengar apa
yang dikatakan Tan Liong masih meneruskan dampratannya,
"Kamu terlalu! Chian bun jin, ini sudah minta mati yang keluar
dari hatinya yang jujur bukan kamu maafkan kenapa juga
hendak membunuh dia? Apa cuma seorang dia kamu mau
jadikan diri kamu begitu rendah? Hmm. Memalukan sekali.
terutama kau bikin noda nama kaummu. Kaum wanitaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebangsamu! Sekarang kuberi peringatan eh, masih berani
berlaku kurang ajar juga! Rasanya tidak perlu orang-orang
yang mengkhianati dunia Kang-zsouw seperti kamu semua di
biarkan tinggal hidup. "
Sementara dia mengatakan kecaman-kecamannya tadi dia
masih berseri-seri tetpi mendadak wajahnya beringas setelah
berakhirnya kata-katanya. membuat Tan Liong yang terus
memperhatikan perubahan sikap semua orang kaget sekali. Ia
tahu kesan orang tua muka merah itu sudah marah benar,
Iapun merasa perlu turun tangan mendahului atau mencegah
atau meredakan kegusarannya orang tua itu. Maka seketika
itu ia lantas membungkuk bungkuk dan memohon-mohon
cemas. "Locianpwee, mohon sukalah sekali ini perbuatan
mereka di ampuni atas nama boanpwee. "
"Kau tahu apa? Ampuni orang-orang semacam beginian?
Dibiarkan dua budak hina seperti ini merajalela dikalangan
umum? Tidak gampang-gampang. Akan kubawa mereka
kelaut luas kuceburkan dan jadikan mereka makanan ikan
Hiu!"
Setelah menutup kata-katanya, badan siorang tua itu
bergerak dan tahu-tahu sudah mengempit badan Chia Peng
dan Chia Cui dengan kedua tangannya.
Tan Liong bertambah tambah cemasnya kaget bercampur
takut. "Locoanpwee, ampuni sekali ini, mereka! "
"Dua budak hina tidak bisa dibiarkan begitu saja. Akan
kulemparkan mereka keluar. "
Dan sambil menenteng dua wanita muda itu badannya
mencelat tinggi sampai dua tombak. Tan Liong mengejar
sambil berseru-seru, "Locianpwee .... Locianpwee ......!
Tan Liong melejit mengejar orang tua berjenggot putih itu
sembari berkata,
"Locianpwee, ampunilah diri mereka ...... "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua berjenggot itu lantas berpaling kemudian berkata
dengan suara dingin,
"Apa gunanya dua budak hina ini dibiarkan hidup? Jika aku
tidak lemparkan mereka ke dalam lautan untuk umpannya
ikan, apakah harus membiarkan mereka mengacau didunia
Kangouw? "
"Semua ini adalah salahku sehingga membuat mereka
berubah demikian. Locianpwee, ampunilah mereka, seperti
juga locianpwee telah mengampuni diriku ...... "
Wajah si orang tua itu segera berubah, sikapnya nampak
agung sekali.
"Tan Liong, dengan watakmu yang lemah itu, apakah kau
masih mampu memangku jabatan Chiang bun jin? Dalam
hatimu tidak tega menyaksikan dirinya dua budak ini
dicemplungkan dalam laut, namun tahukah kau jika dua budak
hina ini dibiarkan gelandangan didunia Kangouw, entah
berapa banyak jiwa manusia yang akan menjadi korban
mereka? Moralnya sudah bejat demikian rupa bagaimana kita
harus tinggal diam? Kau tak usah banyak bicara lagi! "
demikian katanya si orang tua jenggot putih itu, matanya
menatap wajah Tan Liong yang nampak guram. Kemudian
berkata pula,
"Sudah lama kau mencari aku, biarlah aku sekarang
memenuhi keinginanmu, benda ini aku berikan padamu? "
Sehabis berkata dari dalam sakunya ia mengeluarkan
sebuah anak kunci, lalu diserahkan kepada Tan Liong.
Setelah menerima anak kunci itu Tan liong nampak terkejut
dan lantas berkata,
"Locianpwee adakah Lam khek Sian ong, Ong Khin San
cianpwee? "
"Tidak salah dan sekarang aku hendak pergi! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tanpa menghiraukan Tan Liong lagi, orang tua itu
lantas gerakkan tubuhnya dan sebentar sudah berada
ditempat sejauh lima tombak!
Dengan mulut menganga Tan Liong berdiri ditempatnya.
sungguh tidak nyana bahwa orang tua tadi itu ternyata Lam
khek Sian ong, Ong Khim San yang namanya sudah tersohor
di dalam dunia persilatan.
Tan Liong mengerti bahwa ia tidak akan mampu mengejar
orang tua tersebut, dan iapun maklum, bahwa orang tua
mana pasti tidak akan melepaskan pada Chie Peng dan Chie
Cui begitu saja.
Siapakah sebetulnya yang membuat kedua kakak beradik
itu mengalami nasib tifak beruntung semacam itu? Itu adalah
ia sendiri. Chie Peng karena mencintakan Tan Liong telah
korbankan kesuciannya demi kepentingan pemuda idamannya.
Apakah ada pengorbanan yang terlebih besar dari seorang
wanita yang diberikan kepada seorang lelaki seperti perbuatan
Chia Peng itu?
Akan tetapi karena kesalah pahaman, membuat mereka
kakak beradik berubah segala-galanya. Perubahan itu malah
demikian menakutkan dan kesemuanya itu siapakah yang
harus menanggung dosanya? Bukan lain daripada Tan Liong
sendiri.
Mengingat sampai disitu tanpa merasa air mata menitik
keluar dari kelopak matanya.
Betapa tidak? Chie Peng dan Chie Cui akhirnya telah
menjadi korban kelemahan hatinya Tan Liong. Dengan apa
harus ditebus dosanya terhadap mereka?
Tiba-tiba ia ingat seseorang wanita lain.
Itu adalah Yao lie lu.
Jikalau bukan karena gara-garanya wanita yang licik dan
kejam itu sudah tentu tidak akan terjadi kesalah pahaman.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memikir demikian wajah Tan Liong berubah pucat. Berkata
kepada dirinya sendiri sambil kertak gigi: ?Yao lie lu! Aku akan
mengambil jiwamu! Kau hampir saja membuatku menyesal
seumurku.?
Tetapi ketika ia merasa menyesal dengan rasa menyesal
yang datangnya terlambat itu ternyata jauh dari terlambat.
Chie Peng dan Chie Cui sudah menjadi wanita-wanita yang
bernasib malang yang sebagai kembang sedang mekar-
mekarnya mendadak tertiup angin kencang hujan deras
sehingga menjadi rontok berantakan,
Dengan tindakan lambat-lambat Tan Liong mulai
mengangkat kakinya berjalan menuju kedalam rimba yang
sunyi senyap.
Berjalan terus ia berjalan tanpa tujuan.
Sinar rembulan menyinari badannya yang tinggi jangkung
bayangannya seorang diri memperlihatkan kesunyian dalam
hatinya.


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia merasa seperti pernah mendapatkan banyak dari gadis-
gadis remaja yang begitu banyak tetapi semuanya itu sudah
lenyap lagi dalam waktu singkat!
Sekarang apapun tidak ada padanya. Yang tinggal hanya
hatinya yang kosong dan sedih. Kecuali itu sudah tiada ada
apa lagi.
Ia mengulur tangannya menyusut air mata yang bertitik
jatuh di kedua pipinya lalu menyengir dan menggumam
seorang diri.
"Impian .... manusia hidup bagai mengimpi! Cinta dan kasih
bagai hanya terdapat dalam impian saja .... Segalanya
merupakan impian. Oh! impian .... Perempuan .... ada apakah
pada diri wanita? .... tidak lain daripada bayangan dalam
impian .... "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian ia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
Kemana seharusnya jalan yang mesti kutempuh?
Lalu pertanyaan itu dijawab olehnya sendiri pula. Oh ya!
Aku mesti pergi menolong Hiat liong cu Naga Merah keluar
dari penjaranya.
Setelah mengambil putusan demikian tampak Tan Liong
melayang jauh sebentar kemudian menghilang dari rimba itu.
Pada saat Tan Liong meninggalkan rimba tadi jauh-jauh
disebelah sana terdengar pekik seorang wanita yang dapat
membangunkan bulu roma.
Tan Liong yang masih dapat membedakan suara yang
lembut bagaimanapun diam-diam merasa terperanjat sedikit.
Dalam otaknya tiba-tiba timbul pula suatu kejadian yang
menakutkan. Apakah perempuan itu mati karena perbuatan itu
pemuda yang sudah berubah sifatnya?
Memikir demikian Tan Liong merasakan panas hatinya.
Siapakah sebetulnya anak muda itu? Dan apa pula sebabnya
dia membunuh bunuhi perempuan muda dari kalangan
persilatan? Dengan tidak berayal dan tanpa berpikir panjang
pula Tan Liong lantas membelokkan arah larinya mendekat
tempat dimana suara jeritan tadi didengarnya.
Sesaat itu tampak hanya sesosok bayangan hitam melesat
diangkasa sunyi.
Tan Liong hentikan kakinya secara tiba-tiba. Apa yang
dilihatnya?
Seketika itu dia berdiri melongo!
Apa yang semula diduganya, sedikitpun tidak meleset.
Kembali ada seorang wanita muda berbaju kuning kedapatan
mati menggeletak ditengah rerumputan.
Keadaan wanita mana demikian mengenaskan, membuat
berubah wajah Tan Liong yang melihatnya. Ia berkata kataTiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada dirinya sendiri, kertak gigi. "Kalau tidak kucingcang
tubuhmu hai manusia serigala tukang bunuh wanita! Aku
bersumpah tidak akan jadi orang! "
Sengit sekali Tan liong mengeluarkan kata-kata dan lompat
melesat mengejar kesuatu arah, dari mana tadi dilihat ada
bayangan lenyap.
Dalam waktu sekejap saja bayangan yang tadi lenyap itu
sudah kelihatan didepan matanya. Saat Tan Liong tak dapat
menahan sabarnya membentak dengan suara keras, "Sahabat,
jangan lari dulu! "
Berbarengan saatnya pada detik mana, suara terbahak-
bahak terdengar dari arah rimba. Ketika Tan Liong menoleh
dan melihat kenyataan adalah banyak bayangan yang pada
lompat lompat melesat kearah bayangan hitam yang sedang
dikejarnya tadi.
Lain halnya dengan bebrapa kali lompatan Tan liong
mendahului berada disuatu tempat sejarak kira-kira satu
tombak dibelakang bayangan hitam tadi.
Suasana mulai tegang.
Agaknya orang banyak dari rimba tadi itupun adalah orang-
orang rimba persilatan yang sengaja datang kesitu hendak
mencari jejak pemuda perusak kehormatan wanita itu.
Di antara riuhnya suara orang tertawa panjang dan pendek,
terdengar suara seseorang lantang, "Tuan-tuan benar seperti
roh setan bergelandanan! " Itu adalah si bayangan hitam yang
berkata, selanjutnya mengatakan, "Tuan-tuan selalu mengikuti
aku, dan kali ini dapat belajar kenal dengan tuan-tuan sekalian
sesungguhnya merupakan suatu kebanggan buatku. "
Sifat dan kesombongan orang itu tertampak tegas dari rupa
dan sikapnya. ketika Tan Liong mengawasi ke arah
rombongan orang banyak itu dilihatnya mereka maju dengan
berebutan dan saling mendahului. Maka ia berkata, "Tuan-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tuan mundurlah dulu! Biar aku yang rendah ingin mengetahui
bajingan cabul ini sebenarnya seorang macam bagaimana. "
Orang-orang yang ada disitu ketika mendengar Tan Liong
berkata demikian lantas mundur.
Orang itu mendadak memutar badan. Melihat rupa orang
itu, Tan Liong lantas berseru kaget, "Kau .... ! Kau .... ! "
Dengan seruannya itu Tan Liong berubah parasnya pucat,
hampir ia roboh di tanah.
Orang itupun melihat Tan Liong wajahnya berubah dan
tanpa merasa lantas mundur dua tindak.
Keadaan serupa demikian tentu sangat mengherankan bagi
setiap orang yang tadi datang berduyun-duyun.
Pemuda baju abu-abu itu yakni Tan Liong sendiri sejak tadi
malah terus dapat mendahului mereka yang mengejar
pemuda yang dikatakan cabul tadi. Tetapi mengapa setelah
saling berhadapan, kedua-duanya kelihatan begitu kaget
dengan masing-masing mundur beberapa tindak?
Dengan suara gemetar Tan Liong berkata, "Kau ....
bukankah kau ini Koan Beng? "
Yang ditanya segera menjawab dengan nada menyindir,
"Tidak salah akulah Koan Beng sahabatmu yang paling akrab!"
Tan Liong berdiri dengan badan gemetaran, jidatnya
nampak mengeluarkan keringat berketel-ketel. Dalam batinnya
itu berseru,
"Oh Allah! Tidak tahunya pemuda cabul inilah Koan Beng
suami bekas kekasihku, Cu Lian! "
Ia berdiri terpaku. Sesuatu kejadian yang kejam kembali
telah timbul diotaknya. Sekujur badannya dirasakan dingin
jiwanya serasa telah meninggalkan badannya sehingga pada
saat itu apabila ia ditowel orang sedikit saja pastilah akan
rubuh.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perbuatan Chie Cui yang merusak dan membunuh-bunuhi
laki-laki muda telah timbul justeru karenanya.
Dan sekarang perbuatan Koan Beng yang merusak
kehormatan perempuan-perempuan muda dia yang bikin
heboh dunia Kangouw adalah juga disebabkan karenanya.
Memikirkan itu semua badannya semakin gemetar. Dalam
pada saat itu cuma mempunyai satu pikiran saja ialah, "Kabur
.... kabur .... kabur .... meninggalkan tempat itu! "
Wajah Koan Beng tiba-tiba berubah menjadi beringas
dengan suara dingin ia berkata,
"Tan Liong, sungguh tidak dinyana kita bisa saling
berjumpa lagi! "
Tan Liong kuatkan hatinya ia gertak gigi dalam hatinya
beroikir, Koan Beng pasti menganggap bahwa isterinya Cu
Lian mengkianati dirinya, maka ia hendak permainkan dirinya
kaum wanita muda untuk membalas dendam terhadap dirinya
Cu Lian. Namun antara aku dengan Cu Lian perhubungannya
memang bersih, ia toh tidak boleh timbul pikiran demikian.
Karena anggap bahwa dirinya tidak bersalah maka ia lantas
menjawab sambil ketawa dingin.
"Koan Beng, sungguh tidak nyana kau telah berubah
sedemikian menakutkan. Apakah sebab yang sebenarnya? "
"Sebabnya ialah karena istriku tidak setia kepadaku! "
"Kau jangan menuduh orang yang bukan-bukan. Ia adalah
seorang istri yang putih bersih. "
"Putih bersih? .... " Berkata Koan Beng sambil ketawa
terbahak-bahak, namun suara ketawanya itu sangat
menyeramkan apalagi diwaktu malam yang sunyi seperti
malam itu.
Setelah merasa puas dengan ketawanya, ia lalu berkata
pula,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tan Liong, aku telah diberaki oleh isteriku, aku dibikin
seperti kuya, kau Tan Liong telah membikin perhubungan
gelap dengan isteri kang zusi ku, apakah kau masih anggap
dirimu sebagai manusia? "
"Koan Beng, kau terlalu jahat, diantara isterimu dengan
aku, memang betul pernah terjalin percintaan yang mesra
namun hal itu terjadi sebelum ia menjadi isterimu. Kau harus
mengerti, tuduhan dan perbuatanmu ini bukan saja dapat
menimbulkan panas hati orang tapi juga menyakiti hati
isterimu sendiri! "
"Tan Liong, urusan antara isteriku dengan kau untuk
sementara kita tak usah bicarakan dulu, kau harus ingat
malam itu kau pernah memukul diriku dan dendam sakit itu,
kini aku hendak membuat perhitungan! "
Dengan cepat ia menghunus pedangnya dan menusuk
kedada Tan Liong!
Tan Liong merasa penasaran, karena sampai pada saat itu
Koan Beng masih menganggap bahwa isterinya ada
mempunyai hubungan yang tak wajar dengan dirinya. Padahal
dirinya sendiri atau Cu Lian sama-sama putih bersih.
Ia sebetulnya hendak bunuh mati Koan Beng, tapi
mendadak suatu pikiran timbul dalam otaknya, ia tak boleh
membunuh pemuda itu sebab kalau hal itu terjadi, Cu Lian tak
akan mau mengerti.
Oleh karena pikirannya itu, maka setelah mengelakkan
serangan Koan Beng, ia buru-buru mundur 8 tindak.
Sementara itu Ceecu atau kepala dari Thian liong cee,
Cungcu dari Pek hoa San chung yang berada diantara orang
banyak itu lantas maju menghampiri sambil keluarkan
bentakan keras,
"Penjahat cabul, terimalah bagianmu! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keduanya lalu menyerang berbareng dengan senjata
masing-masing kepada Koan Beng.
Koan Beng sambuti serangan mereka sambil ketawa dingin,
setelah itu lantas balas serang dengan sengit.
Kepandaian yang dikeluarkan oleh Koan Beng itu membuat
Tan Liong tercengang. Pada beberapa bulan berselang Koan
Beng masih belum mempunyai kepandaian setinggi itu.
Ia tak habis mengerti Koan Beng karena salah paham
terhadap Cu Lian, telah berubah sifatnya menjadi bajingan
besar tukang merusak diri kaum wanita.
Ia lalu balikkan badannya berlalu meninggalkan tempat itu.
Selagi berjalan sambil memikirkan persoalannya Koan Beng
mendadak didepannya terlihat suatu bayangan orang, ia
hentikan kakinya.
Ia goyang-goyangkan kepalanya yang seolah-olah kosong
melompong lalu pasang matanya mengawasi bayangan orang
yang terpisah tidak jauh dihadapan matanya. Mendadak kedua
matanya dibuka lebar-lebar. Ia segera menyongsong
bayangan orang itu sambil berseru, "Adik Lian. "
Memang benar bahwa bayangan orang di depan matanya
itu adalah kawan sejak masih anak-anak dan yang kemudian
saling mencinta.
Ia itu adalah Cu Lian!
Begitu melihat Tan Liong, Cu Lian tampak semakin sedih
akhirnya ia membiarkan tubuhnya dipeluk erat-erat oleh Tan
Liong.
Suara saling bentak dari tempat yang agak jauh, terdengar
lapat-lapat ditelinganya, perempuan muda yang bernasib
malang itu akhirnya muncul ditempat yang sepi sunyi itu.
Tan Liong tak dapat menahan emosinya yang meluap, ia
berkata sambil memeluk tubuh Cu Lian.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adik Lian .... kita seperti berada dalam impian. "
Cu Lian dengan perlahan mendorong dirinya Tan Liong.
Dengan air mata meleleh ia berkata sambil ketawa getir.
"Ini bukan impian .... sebetulnya penghidupan itu bukankah
merupakan satu impian besar juga? Engko Liong .... aku
datang untuk mencari dia, benar-benar dia telah melakukan
perbuatan yang menakutkan itu. "
Tan Liong anggukkan kepala dan menjawab.
"Ya, ia telah melakukan perbuatan yang terkutuk itu. Ia
sudah membunuh dan merusak kehormatannya tak kurang
dari 5 atau 6 orang gadis remaja dari kalangan Kangouw
mungkin itu semua karena gara-gara kita.... "
Diparasnya Cu Lian tampak tegas diliputi oleh kedukaan
yang hebat. Ia menatap wajahnya Tan Liong agaknya hendak
menyelami pikirannya pemuda yang pernah menjadi
kekasihnya sejak masih anak-anak itu.
Bagi Tan Liong paras Cu Lian agaknya rada asing ....
Dibanding dengan pertama kali ia jumpa padanya, paras itu
kini seolah-olah kembang yang sudah layu. Ya selama
beberapa waktu lamanya ia telah hidup dalam kesengsaraan
dan kedukaan hebat ....
Meski ia masih selalu ingat dirinya Tan Liong itu pemuda
yang merupakan kekasihnya yang pertama tapi biar
bagaimana itu adalah kejadian yang sudah lalu tidak akan
kembali lagi.
Suatu pengalaman yang paling pahit dalam hidupnya yang
setengah hampa itu adalah kesalah pahaman suaminya
terhadap dirinya Tan Liong yang dianggapnya ada mempunyai
hubungan tidak wajar.
Kesalah pahaman itu tidak dapat dicuci bersih sebab Koan
Beng tidak percaya kepada dirinya lagi.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suatu penderitaan batin yang menindih dirinya lagi adalah
terjadinya beberapa kali perkara perkosaan dan pembunuhan
terhadap dirinya gadis-gadis muda yang telah terjadi dalam
kalangan Kangouw pada belakangan ini ternyata ada
perbuatan suaminya sendiri Koan Beng!
Dan kini ia telah menimbulkan seluruh kenangan hidupnya
yang pahit getir.
Semua kejadian yang sudah lalu seolah-olah merupakan
suatu impian buruk baginya perubahan hidup manusia
sesungguhnya bisa terjadi setiap saat dalam waktu begitu
cepat.
Kenapa? Yah! Kenapa? Dalam pikirannya yang sudah mulai
tenang, Tan Liong seolah-olah melemparkan sebutir batu
secara yang tidak terduga-duga sehingga menimbulkan suatu
tragedi dalam rumah tangganya....
Adakah ini takdir? ....
Mereka berdua berdiri berhadap-hadapan sinar mata
mereka yang sudah sayu telah penuh kenangan manis dimasa


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masih kanak-kanak. Mereka pada mengenangkan kembali
saat-saat mesra yang sudah terbang seolah-olah asap tertiup
angin.
Kini hanya air mata yang mewakili mulut mereka untuk
berbicara atau mengeluarkan isi hati mereka satu sama lain
hakekatnya diantara mereka berdua juga sudah tiak ada
perkataan apa-apa yang bisa dikeluarkan dari mulutnya.
Suara saling bentak tiba-tiba memecahkan kesunyian dan
membuyarkan impian mereka. Tan Liong ketawa sinis dengan
tanpa sadar mulutnya mencetuskan suatu kata kata yang
memilukan hati.
"Apa yang sudah lalu .... tidak dapat dicari kembali. "
"Ya, apa yang sudah lalu .... cuma tinggal bekasnya saja
yang tertanam dalam hati nurani kita masing-masing, bekas-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bekas itu tidak dapat dihapus untuk selama-lamanya .... "
sahutnya Cu Lian.
Tan Liong mengawasi bayi dalam gendongannya Cu Lian
berkata pula smbil tertawa getir.
"Adik Lian! Apa kedatanganmu ini hanya semata-mata
untuk mencari dia? "
"Ya, sungguh tidak kusangka bahwa perbuatan terkutuk itu
adalah perbuatan dia, aku tidak bisa memaafkan padanya. "
"Semula aku juga tidak percaya kalau hal itu ada
perbuatannya. "
"Dia telah berubah! "
"Ya, sudah berubah, bahkan berubah menjadi tidak
karuan!? " jawabnya Tan Liong sambil angguk-anggukkan
kepala.
Baru saja menutup mulutnya, sesosok bayangan orang
tiba-tiba melayang turun ditengah-tengah antara mereka
berdiri!
Tatkala Tan Liong mengawasi orang tersebut. wajahnya
berubah dengan mendadak, kerena orang yang baru muncul
itu bukan lain daripada Koan Beng sendiri!
Dengan mata beringas Koan Beng mengawasi Tan Liong
mungkin saat itu ia masih belum lihat Cu Lian maka ia berkata
kepada Tan Liong dengan nada suara sangat dingin,
"Tan Liong, kau hendak lari kemana? Peroalan antara kita
harus dibereskan dahulu baru kau boleh pergi! "
Tan Liong dengan tanpa terasa mundur dua tindak selagi
hendak menjawab Cu Lian tiba-tiba menyelak dan berkata,
"Engko Beng, ...... " dan lalu menubruk dirinya Koan Beng.
Koan Beng agaknya dikejutkan oleh perkataan yang
datangnya secara tak terduga itu ia lantas berpaling danTiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera lihat wajahnya Cu Lian. Untuk sesaat lamanya ia
tertegun!
Dari jauh ada beberapa bayangan orang lari menuju kearah
berdirinya Koan Beng.
Cu Lin yang berada dalam dadanya Koan Beng berkata pula
sambil menangis.
"Engko Beng, kau melakukan perbuatan apa .... ? "
Pada saat itu beberapa puluh bayangan orang sudah
mengurung rapat dirinya Koan Beng dan Tan Liong bertiga.
Koan Beng tiba-tiba tertawa terbahak-bahak lalu
mendorong dirinya Cu Lian kemudian berkata dengan suara
bengis.
"Perempuan hina, tidak tahu diri kau lekas enyah dari sini! "
Cu Liong didorong oleh Koan Beng mundur sempoyongan
sampai sepuluh tindak lebih hampir saja ia jatuh terjengkang.
Tan Liong yang menyaksikan kejadian demikian hatinya
sangat pilu.
Koan Beng dengan wajah pucat pasi dan sinar mata buas
menatap wajah Tan Liong lalu berkata dengan suara keras.
"Tan Liong, tidak kusangka bahwa kalian berdua ada
datang bersama-sama, ha-ha sungguh pasangan merpati
hutan yang tidak tahu malu .... "
"Koan Beng, kau jangan sembarangan memfitnah orang,
kedatanganku kita sesungguhnya tidak sengaja begitu pula
dengan pertemuan dengan Cu Lian .... "
"Tidak disengaja? Sungguh enak didengar alasan ini. Kalian
selalu berjumpa secara kebetulan, ini sangat mengherankan.
Semua dalih ini boleh kau pakai untuk membohongi orang
lain, tapi buat aku tidak berlaku! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan badan gemetar karena gusar, Tan Liong
membentak dengan suara keras.
"Koan Beng, kau dengar dulu perkataan orang jangan kau
asal mementang bacot saja! "
"Kau merebut isteriku tidak halangan. berapa sih harganya
seorang wanita? Cuma, kau telah memberi hadiah satu
tamparan kepadaku, sekarang aku juga hendak balas dengan
tusukan pedang padamu! "
Sehabis mengucapkan perkataannya, ujung pedangnya
lantas bergerak menusuk dirinya Tan Liong.
Berbareng dengan itu, tiba-tiba terdengar suara
bentakannya Cu Lian.
"Koan Beng, tahan! " dan lantas menubruk dirinya Koan
Beng.
Koan Beng benar saja lantas tarik kembali serangannya dan
berkata dengan nada mengejek,
"Kenapa? Kau merasa kasihan bukan? "
Cu Lian parasnya pucat seketika, kemudian dengan merah
padam dan suara bengis ia berkata,
"Koan Beng, kau anggap aku ini orang macam apa? "
"Perempuan cabul! "
Cu Lian tidak marah mendapat jawaban demikian.
sebaliknya malah ketawa terbahak-bahak, suara ketawanya itu
telah mengejutkan oroknya yang digendong dibelakang
punggungnya, sehingga menangis jejeritan.
Sepasang suami isteri yang bernasib malang itu, masing-
masing agaknya hendak umbar kemarahannya dengan suatu
keputusan mati atau hidup, hingga membuat rimba yang sunyi
tenteram itu seolah-olah diliputi oleh awan gelap dari suatu
tragedi yang mengenaskan itu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cu Lian hentikan suara ketawanya dan berkata pula,
"Tidak apa kau maki aku sebagai perempuan cabul. Kau
mau katakan aku perempuan genit juga tidak halangan! Tapi
aku tetap ada seorang perempuan dan seorang isteri yang
putih bersih. Koan Beng, kau ada satu laki-laki kejam, buas
dan seorang suami yang tidak mempunyai liangsim.
bagaimana aku perlakukan dirimu? Tapi sebenarnya kau telah
menghina dan menganiaya aku, kau katakan aku ada
mempunyai hubungan gelap dengan Tan Liong, sehingga kau
tidak segan-segan laksanakan perbuatan terkutuk terhadap
kaum wanita lainnya yang tidak berdosa dan tidak ada
hubungannya dengan persoalan kita, semata-mata hendak
melampiaskan kemarahanmu apakah kau masih mengaku
sebagai manusia? Bukan! Kau adalah binatang yang berkedok
manusia! "
Dengan tindakan lambat-lambat ia menghampiri Koan Beng
seraya berkata,
"Sejak aku menikah dengan kau, aku setia dan mencintai
dirimu dengan jujur. Tan Liong adalah sahabatku sejak masih
kanak-kanak dan sebelum aku dinikahkan dengan kau.
Pertemuan tidak sengaja pada malam itu memang ada suatu
hal yang kebetulan saja, tapi kau telah anggap bahwa antara
kita berdua ada mempunyai hubungan yang tidak wajar, kau
manusia macam apa? Daripada mendiamkan kau berbuat
sesukamu dan merupakan bencana bagi dunia Kangouw lebih
baik aku bunuh mati padamu. "
Setelah itu ia lantas melesat dan menyerang dirinya Koan
Beng.
Cu Lian pada saat itu benar-benar sudah kalap disakiti
hatinya, kejahatannya Koan Beng yang agaknya sudah sangat
mendalam sesungguhnya tidak dapat diampuni. Sekalipun
tidak disebabkan ketidak setiaannya sang isteri terhadap
dirinya, ia toh tidak patut melakukan perbuatan yang terkutukTiraikasih Website http://kangzusi.com/
semacam itu manusia begituan apakah masih ada perasaan
perikemanusiannya?
Oleh karena dalam keadaan murka Cu Lian telah
melancarkan serangan secara kalap terhadap suaminya
sendiri.
Tan Liong yang menyaksian itu semua hatinya seperti
ditusuk oleh pisau tajam .... suatu tragedi yang mengenaskan
akhirnya telah berlangsung dihadapan matanya.
Jikalau ia tidak berjumpa dengan Cu Lian apakah suami
isteri itu bisa saling baku hantam sendiri sehingga
menimbulkan tragedi yang sangat mengenaskan ini? ....
Ia tidak berani memikir lagi, ia pejamkan matanya, tidak
sanggup menyaksikan adegan yang memilukan hati itu.
Suara bentakan, suara beradunya kepalan .... seolah-olah
bunyi geledek yang mendengung dalam telinganya apa yang
dalam pikirannya saat itu ia sendiri juga tidak tahu. .....
Mendadak ia dikejutkan suara bentakannya Koan Beng,
tatkala ia membuka matanya segera dapat dilihat bahwa
pemuda itu sedang menyerang isterinya sendiri dengan hebat.
Kepandaian ilmu silatnya Cu Lian memang bukan
tandingannya Koan Beng apa lagi ia berkelahi dalam keadaan
murka sudah tentu menghamburkan banyak sekali tenaga
dalamnya, maka pada saat itu keadaan Cu Lian sudah sangat
berbahaya sekali sedangkan ujung pedang Koan Beng setiap
saat bisa menembus tubuhnya.
Tan Liong yang menyaksikan keadaan demikian sangat
terperanjat. Ia tidak tahu sampai lima jurus lagi Cu Lian pasti
akan binasa ditangan suaminya sendiri.
Kembali ia dengar suaranya Koan beng, "Budak hina,
rebahlah .... ! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Segera terlihat berkelebatnya sinar pedang kemudian
disusul suara jeritan Cu Lian yang lantas lompat mundur. Tan
Liong dapat lihat Cu Lian terluka pada lengannya yang saat itu
sedang mengeluarkan banyak darah.
Pada waktu Cu Lian mundur dalam keadaan terluka itu,
kembali terdengar suara bentakan Koan Beng, "Budak hina,
kalau aku tidak bikin mampus dirimu didalam hutan ini, aku
bersumpah tak mau jadi orang lagi. "
Pedangnya segera bergerak pula hendak menikam dada
isterinya!
Dalam keadaan sangat kritis itu tiba-tiba Tan Liong
melompat dan membentak,
"Koan Beng! Kau sungguh kejam ! "
Dengan gerak tipu pukulan yang dinamakan gelombang air
laut mendampar pantai, tangan kanannya melancarkan
serangan hebat terhadap Koan Beng.
Koan Beng tak menduga Tan Liong akan melakukan
serangan terhadap dirinya secara mendadak demikian maka ia
lantas urungkan maksudnya hendak menikam diri isterinya
hingga dengan demikian ia sendiripun terhindar dari serangan
mautnya Tan Liong.
Sambil ketawa dingin Tan Liong berkata padanya,
"Perkataan Cu Lian memang benar Koan Beng! Daripada
membiarkan kau keluyuran dikalangan Kangouw melakukan
kejahatan dan perbuatan terkutuk itu ada lebih baik aku
bunuh mati dirimu. "
Wajah Koan Beng segera berubah sangat menakutkan
dengan mata beringas ia menatap Tan Liong, lalu berkata
dengan suara ketus.
"Kalau aku tak bisa membinasakan kamu berdua diujung
pedangku aku bersumpah tak mau jadi orang lagi. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan cepat ia lalu melakukan serangan hebat terhadap
Tan Liong.
Tan Liong tak dapat kendalikan kemarahannya lagi, setelah
menghindarkan diri dari serangan Koan Beng, ia lantas balas
menyerang dengan hebat.
Cu Lian yang terluka lengannya, darah masih mengucur
deras, hingga parasnya pucat pasi, jidatnya mengeluarkan
banyak keringat, sepasang matanya dengan beringas
memandang Koan Beng.
Ia kertak gigi, tiba-tiba lompat melesat menyerang
belakang punggungnya Koan Beng. Kepandaiannya Koan Beng
tampak mendapat kemajuan tidak sedikit. Dalam sepuluh
jurus Tan Liong ternyata masih belum mampu merubuhkan
padanya.
Dengan turun tangannya Cu Lian yang membantu Tan
Liong itu berarti menguatkan tuduhannya Koan Beng terhadap
diri isterinya yang dianggapnya ada hubungan gelap dengan
Tan Liong namun semua itu tidak diperdulikan lagi oleh Cu
Lian, yang saat itu seolah sudah gelap pikirannya.
Demikan pula dengan Koan Beng, ia lalu timbul pikirannya
hendak adu jiwa dengan Tan Liong, maka ia segera rubah
tipu-tipu silatnya dengan secara sengit dan hebat ia
menghujani serangan pedang kedada Tan Liong.
Tan Liong diam-diam juga terkejut, ia tahu benar bahwa
ilmu pedangnya sekarang pasti mendapat didikan dari satu
guru ternama, jikalau tidak, tidak mungkin ia bisa mendapat
kemajuan demikian pesat.
Pertarungan antara kedua pemuda itu telah menarik
perhatiannya orang banyak yang semula hendak mengambil
jiwanya Koan Beng.
Mendadak terdengar suara bentakan Koan Beng, ujung
pedangnya membabat diri Tan Liong.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong berkelit dan lompat mundur kesamping beberapa
tindak. Tapi serangan Koan Beng masih tidak berhenti disitu
saja. Dengan cepat ia memutar tubuhnya, dan sebelah tangan
kirinya menyerang Cu Lian.
Tanpa ampun lagi, tubuhnya Cu Lian lantas terpental jatuh
karena serangan Koan Beng yang tidak terduga-duga itu,
hingga untuk kedua kalinya Cu Lian menyemburkan darah dari
mulutnya.
Oroknya yang digendong dibelakang punggungnya
mungkin karena goncangan dan rasa sakit hingga menangis
keras dalam jiwanya mungkin juga turut merasa sedih
menyaksikan nasib orang tuanya yang menyedihkan itu.
Sambil kertak gigi ia membentak.
"Koan Beng, sekarang aku hendak bunuh mati dirimu!..... "
Ia sekarang rupa-rupanya sudah tidak segan-segan lagi
untuk membinasakan dirinya Koan beng. maka ia lantas
kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya untuk melakukan
serangannya.
Pertarungan antara kedua jago muda itu berlangsung terus
semakin seru masing-masing sudah berekad bulat hendak
membinasakan lawannya.


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dibawah sinar rembulan dan bintang-bintang tidak jauh
ditempat mereka bertempur ada rebah menggeletak dirinya
Cu Lian yang sudah tidak berdaya.
Semua cita-citanya yang muluk gadis ini telah ludes
seluruhnya. Ia tidak dengar suara tangisan anaknya yang
berada didalam gendongannya, jiwanya seolah-olah sudah
meninggalkan raganya .....melayang kelain dunia.
Ini ada merupakan suatu tragedi rumah tangga yang
mengenaskan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pengalaman hidup yang paling sengsara buat seorang
wanita muda belia yang masih berusia begitu muda!
Darah merah terus mengalir keluar dari mulutnya yang kecil
mungil menyirami tanah didalam hutan belantara.
Sinar rembulan menyinari parasnya yang pucat pasi
agaknya memberi hiburan dan kehangatan bagi jiwanya yang
hampa, tapi ia sudah tidak dapat merasakan iu semua!
Suara saling bentak masih berlangsung terus, lapat-lapat
masuk ke dalam telinganya. satu kali ia dengan suara
bentakannya Tan Liong yang ternyata sedang melakukan
serangannya dengan sepenuh tenaga, dan kemudian
terdengar suara jatuhnya tubuh Koan Beng, yang dibikin
terpental oleh serangan Tan Liong yang sangat hebat tadi.
Kiranya Koan Beng yang diserang demikian hebat, ia tahu
bahwa kalau ia tidak menyambuti dengan kekerasan pula
serangan tersebut, ia akan tidak berdaya untuk menghadapi
serangan selanjutnya, maka terpaksa ia harus menyambuti
serangan hebat itu, sekalipun dengan menghadapi resiko
besar.
Bukan main hebatnya serangan Tan Liong itu. Koan Beng
setelah terpental lantas rubuh ditanah dalam keadaan tidak
ingat orang.
Tan Liong sendiri juga terpental mundur lima tindak dan
dadanya dirasakan bergolak.
Sambil kertak gigi ia tahan rasa sakit di dadanya lalu
menghampiri Koan Beng yang sudah tidak berdaya sama
sekali.
Baru saja angkat tangannya hendak menyerang tubuh
Koan Beng tiba-tiba suatu pikiran terlintas dalam otaknya.
Seolah-olah ada suatu suara yang halus mengisiki
telinganya,?Tan Liong! Kau tidak boleh bunuh mati dia,
sekalipun dia berlaku tidak pantas terhadap kau tapi kauTiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri juga tidak boleh melakukan perbuatan yang akan
membikin Cu Lian lebih sengsara lagi.?
Ia segera tarik kembali tangannya yang sudah akan
diturunkan, ia mundur sempoyongan sampai beberapa tindak
dan kemudian numprah ditanah.
Pada saat itu orang banyak yang semula berdiri sebagai
penonton kini mendadak pada berseru dan menyerbu kearah
Koan Beng hendak menyerang pemuda yang sudah tidak
berdaya itu dengan rupa-rupa senjata.
Koan Beng yang sudah tidak ingat orang sudah tentu tidak
tahu kalau dirinya terancam bahaya.
Tapi Tan Liong yang menyaksikan keadaan itu lantas
menghardik.
"Tahan ....! " kemudian secepat kilat ia lompat bangun dan
berdiri disamping Koan Beng.
Thian liong cee, Teecu segera tarik kembali serangannya,
dengan suara dingin ia berkata,
"Bocah, kau tadi hendak membinasakan dirinya dia kenapa
sekarang kau melarang kita turun tangan? Apalagi bangsat itu
ada merupakan satu penjahat besar yang menodakan dan
membunuh wanita-wanita muda dikalangan Kangouw sudah
seharusnya kalau disingkirkan dari dunia ini. "
Dengan sorot mata tajam, Tan Liong menyapa orang-orang
banyak itu lalu tersenyum sinis sepatahpun tidak menjawab
perkataan Thian liong Teecu. Karena orang lain tokh tidak
mengerti kesulitan hatinya!
Koan Beng memang sudah sepatutnya mendapat ganjaran
hukuman mati tapi ia tidak boleh turun tangan langsung
kepadanya, apabila itu terjadi Cu Lian nanti tidak akan
memaafkan dirinya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kesulitan dalam hati Tan Liong itu sesungguhnya tidak
setiap orang yang sanggup memikul.
Setelah berdiam agak lama ia baru menjawab,
"Aku dapat membinasakan dirinya, tapi bantuan tuan-tuan
tidak bisa. "
Pek hoa San chung lalu nyeletuk dengan suara kaku,
"Apa artinya perkataan tuan itu? "
"Jika masih ada aku disini kalian tidak boleh membinasakan
dirinya. "
"Tapi, kita tidak boleh tidak harus kirim padanya ke
akhirat!"
Mendengar ucapan Pek hoa San chung itu orang banyak itu
segera menghampiri dirinya Tan Liong.
Tan Liong menyaksikan keadaan demikian dalam hatinya
diam-diam juga merasa cemas karena saat itu luka dalamnya
masih belum sembuh bagaimana bisa melawan orang-orang
lihai yang jumlahnya begitu banyak?
Tapi ia segera dapat suatu akal, ia sengaja masukkan
tangannya kedalam saku kemudian berkata dengan suara
dingin,
"Sekiranya tuan-tuan tidak takut bom Pek lek tan silahkan
tuan-tuan segera turun tangan. "
Dengan disebutkannya bom Pek lek tan itu benar-benar
membawa hasil yang tidak terduga. Sebab orang-orang lihai
yang berada dihadapannya itu mendadak ingat dirinya
seseorang hingga seketika itu lantas pada gemetar,
Pek hoa San chung lalu menanya dengan suara agak
gemetar!Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tuan adakah itu orang kuat yang berturut-turut
membinasakan orang-orangnya Thian seng hwee dengan bom
Pek lek tan? "
"Tidak salah! " jawabnya Tan Liong singkat.
Semua orang yang mendengar jawaban itu wajahnya pada
berubah dan segera mundur beberapa tindak.
Tan Liong berkata pula sambil ketawa dingin.
"Aku tidak menentang perbuatan tuan-tuan yang hendak
membinasakan dirinya. Tapi jika aku tidak berada disini
bagaimana tuan-tuan hendak perlakukan padanya itu terserah
kepada tuan-tuan sendiri.
-o0o0dw0o0o-
JILID ke : 21
"Namun sekarang aku ada disini aku tidak mengijinkan
tuan-tuan ganggu seujung rambutnya saja. Itulah pesanku
dan sekarang tuan-tuan boleh pergi. "
Orang banyak itu karena takut bom Pek lek tannya Tan
Liong tak satupun yang berani bergerak.
Thian liong lie Ceecu lalu berkata sambil ketawa dingin.
"Baiklah dikemudian hari kita pasti hendak mencari
padanya untuk membuat perhitungan".
Ceecu itu lalu memberi isyarat kepada kawan-kawannya
dan lantas undurkan diri hingga dalam waktu sekejap saja
orang-orang itu sudah berlalu dari hutan belantara itu.
Dengan hati pilu Tan Liong menghela napas panjang
perlahan-lahan ia berjalan menghampiri dirinya Cu Lian yang
pucat pasi. Ia tidak dapat lagi menahan rasa sedihnya
sehingga air matanya mengalir terus dikedua pipinya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara tangisan orok masih terdengar nyaring. hati Tan
Liong seperi ditusuk-tusuk oleh pisau belati. Ia berdiri
menjublak laksana patung.
Wanita muda yang merupakan kekasihnya yang pertama ini
kini telah mengalami nasibnya begitu buruk. Siapa yang
bersalah? Mungkin itu sudah kemauan takdir namun biar
bagaimana ia sendiri tokh tidak boleh tidak turut betanggung
jawab sebagian atas terjadinya tragedi itu.
Lamanya berdiri menjublak akhirnya ia sadar bahwa ia
harus menyadarkan Cu Lian terlebih dulu apa mau ia sendiri
sedang terluka hingga belum mempunyai kekuatan untuk
menolong diri bekas kekasihnya kang zusi itu. Maka ia harus
pulihkan kekuatan tenaga dalamnya dulu baru bisa
menyadarkan dirinya Cu Lian.
Ia lantas duduk bersemedi untuk memulihkan kekuatan
tenaga dalamnya. ....
Cara menyembuhkan luka itu telah menggunakan waktu
satu jam lebih. Saat itu Koan Beng sudah mulai siuman, ia
merasakan sekujur badannya sakit sekali hampir saja ia tidak
bisa bangun.
Sambil kertak gigi ia paksakan dirinya untuk bangun, ia
mengawasi Tan Liong yang sedang bersemedi untuk
menyembuhkan lukanya. Diwajahnya terkilas hawa napsunya
hendak membunuh, tapi sebentar kemudian napsunya itu
lantas lenyap kembali, sambil ketawa dingin ia berlalu
meninggalkan tempat tersebut.
Ia tahu bahwa dirinya sendiri juga sedang terluka parah,
sudah tidak mempunyai kekuatan untuk bertanding lagi
dengan Tan Liong. Ia mengerti, pada saat itu perlu merawat
dirinya dulu dikemudian hari tokh masih ada waktu untuk
menuntut balas dendam itu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah Koan Beng berlalu, Tan Liong juga sudah sembuh
luka lukanya., ia mengawasi berlalunya Koan Beng sambil
menghela napas.
Orok dalam gendongannya Cu Lian mungkin sudah kelewat
lelah, akhirnya berhenti menangis.
Tan Liong memandang wajah bekas kekasihnya yang
pertama itu pikirnya terasa tidak karuan!
Dengan kedua jari tangannya ia menotok jalan darah di
beberapa bagian pada tubuhnya Cu Lian kemudian tangan
kanannya diletakkan di atas kepalanya untuk menyalurkan
kekuatan tenaga dalamnya.
Menyembuhkan penyakit atau luka-luka dengan kekuatan
tenaga dalam ini sebetulnya memerlukan kekuatan tenaga
dalam dari seorang yang sudah sempurna kekuatannya. Tan
Liong meski sudah termasuk dari golongan orang demikian,
tidak urung toh merasa lelah juga sehingga jidatnya
mengucurkan banyak air keringat.
Perlahan-lahan Cu Lian membuka matanya. Ia sudah mulai
siuman tapi sekujur badannya dirasakan sakit sekali, kedua
matanya dapat melihat bayangan wajah samar-samar.
Bibirnya tampak bergerak-gerak agaknya hendak
mengatakan sesuatu tetapi masih belum mampu membuka
mulutnya.
Tan Liong yang menyaksikan keadaan demikian lalu
berkata padanya dengan suara perlahan.
"Adik Lian, lekas gunakan kekuatanmu untuk menyambut
kekuatanku yang disalurkan keseluruh tubuhmu. "
Suara itu dikenal benar oleh Cu Lian, seolah-olah suatu
kekuatan yang sangat mujijat membuat Cu Lian dalam waktu
sekejap saja merasa sangat terhibur dan bersyukur.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia lalu berbuat seperti apa yang diminta oleh Tan Liong.
Sebentar kemudian ia kelihatan tersenyum gembira dan
semangatnya tampak segar.
Tapi ia mengerti bahwa luka dalam tubuhnya sangat berat,
kesembuhan sementara itu hanya mengandalkan atas bantuan
kekuatan tenaga dalam dari Tan Liong. Biarpun demikian, ia
masih belum mau memberitahukan kepada Tan Liong tentang
keadaan sakitnya.
Pada tiga tahun berselang, ia pernah mendapat penyakit
aneh penyakit itu akan membuat pendek umurnya. Ia pernah
mencari tabib Chio bin Ie hiap yang terkenal kepandaiannya
itu, meskipun kala itu sudah sembuh tapi ia masih percaya
bahwa jiwanya sendiri cuma bisa hidup dalam waktu beberapa
tahun saja. Dan kini setelah teluka parah hingga waktunya
semakin pendek lagi.
Tan Liong tampaknya masih begitu perhatian dan cinta
padanya seperti sedia kala hal itu merupakan suatu hiburan
bagi jiwanya yang hampa.
Takdir telah mempermainkan kedua kekasih itu sehingga
membuat mereka mengalami penderitaan lahir batin dalam
gelombang asmara.
Setelah hening sekian lama akhirnya Tan Liong membuka
mulut.
"Adik Lan, apa kau sudah merasa enakan? "
Cu Lian anggukkan keplanya dan menjawab,
"Yaa, aku sudah banyak baikan, engko Liong kau masih
begitu baik tehadap aku, tidak tahu bagaimana harus
membalas budi kebaikanmu ini? "
"Buat apa kau mengucapkan demikian? Akulah yang
merasa tak enak terhadap kau sebab kalau bukan karena aku.
Bagaimana kau bisa mengalami nasib seperti ini? ...... "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cu Lian memandang wajah bekas kekasihnya yang tampan,
semua kenangan manis dimasa yang lampau telah terbayang
kembali dalam otaknya. .....
Ia membuka mulutnya unjukkan ketawa getir kemudian
berkata dngan suara perlahan,
"Apa yang sudah lalu baiklah kita jangan bicarakan lagi. "
Perlahan-lahan ia bangkit dan berkata pula sambil ketawa
getir,
"Apa yang sudah lalu membuat kita terlalu berduka. Oh ya!
Kemana dia sekarang? "
"Sudah pergi! "
"Sudah pergi? Begitu pun baik, marilah kita juga pergi..... "
Tapi mendadak rasa nyeri timbul dalam tubuhnya, parasnya
pucat dan jidatnya mengucurkan keingat ... Ia menekan
dadanya dan menarik napas.
Tan Liong menyaksikan itu tampak terkejut.
"Adik Lian, kau kenapa? " tanyanya.
Cu Lian kerutkan keningnya sambil gelengkan kepalanya ia
tahu bahwa ajalnya sendiri mungkin sudah akan tiba.
Dalam penghidupnanya yang begitu pendek apa yang ia
akan tinggalkan? Tak ada sedikitpun tak ada.
Ia unjukkan ketawa getir dalam hatinya berpikir, memang
sebaiknya aku lekas mati saja! Didalam dunia yang fana ini
aku sudah kehilangan semua orang yang aku cintai, aku tak
akan menyesali mati dalam usia yang begitu pendek.
Satu-satunya hal yang dpat menghibur hatinya yalah Tan
Liong, itu bekas kekasihnya sejak kanak-kanak masih tetap
mencintakan dirinya kecuali itu sudah tak ada apa-apa lagi
dihatinya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lama sekali rasa nyeri itu akhirnya hilang sendiri. Suatu
pikiran mendadak terlintas dalam otaknya. Ia berkata kepada


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tan Liong.
"Engko Liong, aku ingin minta sesuatu bantuan kepada kau
apakah kau sudi terima? "
"Ada urusan apa? Kau sebutkan saja! " jawabnya Tan Liong
hatinya sepeti diremas-remas.
Cu Lian tersenyum,
"Tolong kau lepaskan anakku Ie Liong ini dari
gendonganku, aku minta supaya kau dalam waktu tiga hari
membawa padanya ke puncak Thia ku hong di gunung Tiang
pek san. Disana kau cari seorang gadis she Lie, kau katakan
saja padanya bahwa aku yang minta kau sampaikan padanya,
apakah kau suka terima baik permintaanku ini? "
Perkataan Cu Lian itu benar-benar diluar dugaan Tan Liong,
maka untuk sekian lamanya tertegun, kemudian baru balas
menanya,
"Adik Lian, kenapa kau hendak berikan anakmu kepada
orang lain? Lagi pula karena aku masih banyak urusan yang
harus dibereskan, menyesal aku tidak dapat melakukan
perjalanan begitu jauh. ...... "
"Kau tidak sudi bantu? "
"Bukan itu maksudku karena aku masih banyak urusan. "
Cu Lian menghela napas lama tidak berkata apa-apa, Tan
Liong menngira ia salah paham maka buru-buru memberi
penjelasan.
"Adik Lian, percayalah kepadaku dengan sebenar-benarnya
aku ada banyak urusan yang akan kuselesaikan maka tidak
bisa memenuhi permintaanmu lagi pula apa maksudnya kau
harus serahkan anakmu kepada orang lain? "
Cu Lian dengan tertawa hambar berkata,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu aku juga tidak akan memaksa kau sekarang
aku hendak pergi."
Dengan perlahan ia coba gerakkan kakinya kemudian
berkata pula sambil menghela napas.
"Perpisahan hari ini barangkali merupakan perpisahan yang
penghabisan untuk selanjutnya barangkali kita sudah tidak
bisa saling berjumpa lagi. "
Setelah meninggalkan ucapannya yang terakhir itu ia pergi
meninggalkan Tan Liong.
Sudah tentu Tan Liong tidak tahu apa yang dipikir dalam
hatinya Cu Lian dengan sebenarnya perpisahan mereka pada
hari itu mungkin tidak akan bertemu lagi.
Tan Liong mengawasi berlalunya Cu Lian dengan hati
mendelu setiap tindakan kakinya Cu Lian seolah olah
menginjak hatinya.
Cuaca mulai terang disebelah timur langit sudah tampak
sinar emas kemerah-merahan. Jagad pulih kembali dalam
ketenagannya sinar matahari pagi telah memisahkan mereka
makin lama makin jauh.
Pada saat itu kelihatan lima bayangan sedang lari menuju
ketempat dimana Tan Liong berdiri, sebentar saja lima orang
itu sudah tepisah kira-kira sejarak satu tombak dihadapan Tan
Liong.
Tan Liong mengawasi kelima orang itu ternyata mereka ada
murid-murid dari partai Ciong lam pay.
Lima orang berbaju kuning itu ketika berhadapan dengan
Tan Liong segera berlutut untuk memberi hormat satu
diantaranya lantas berkata dengan sikap menghormat.
"Teecu menghaturkan selamat pagi kepada Ciang bun jin! "
Tan Liong yang melihat kedatangan lima anak murid Ciong
lam pay itu dalam hatinya lantas dapat menduga bahwaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
digunung Ciong lam san pasti telah timbul urusan lagi maka ia
lantas buru-buru menanya,
"Kalian tidak usah memakai banyak aturan bangunlah! "
Lima anak murid Ciong lam pay itu lantas bangkit dan
mengucapkan terima kasih lalu berdiri disamping dengan sikap
sangat menghormat.
"Saudara-saudara berilmu mengapa tidak menjaga gunung
Ciong lam san sebaliknya datang kekota Khay hong apakah
digunung Ciong lam san terjadi pula suatu peristiwa? "
tanyanya Tan Liong.
"Benar! " salah satu dari mereka menjawab dengan segera.
Dalam hati Tan Liong terkejut.
"Apakah pekumpulan Thian seng hwee mengirim orang-
orangnya lagi untuk membuat onar? "
"Bukan! "
"Habis, apakah yang telah terjadi? "
"Numpang Tanya Ciang bun jin, adakah Ciang bun jin ada
kenal seorang wanita muda yang bernama Yao lie lu? "
"Yao lie lu? "
"Benar! Ia mengatakan dirinya bernama Yao lie lu! "
"Dia? .... Dia kenapa? "
"Dia telah mengganas di gunung Ciong lam san! "
"Mengganas? Bagaimana dia bisa datang kegunung untuk
mengganas? "
"Duduknya perkara adalah begini. Kemarin setelah Ciang
bun jin meninggalkan gunung Ciong lam san tiba-tiba
kedatangan tetamu seorang wanita muda cantik katanya
hendak mencari Ciang bun jin. Karena Ciang bun jin memang
sudah keluar maka kita beritahukan kepadanya bahwa CiangTiraikasih Website http://kangzusi.com/
bun jin tidak ada. Ia kira bahwa kita membohongi padanya,
katanya; Kalian tidak mengijinkan aku menemui padanya apa
kalian kira aku tidak bisa mencari sendiri ...., setelah berkata
demikian ia lantas menerjang masuk kedalam ruangan
pendopo kangzusi dengan kekerasan. Oleh karenanya,
terpaksa kita turun tangan. Dan karena ia ada sahabat Ciang
bun jin, kita tidak berani menurunkan tangan kejam, akhirnya
wakil pejabat Ciang bun jin nona Oey bwee Cian lantas keluar
dan memberitahu padanya bahwa Ciang bun jin memang
benar tidak ada disitu. Siapa kira ketika Yao lie lu melihat nona
Oey, lantas berkata sambil ketawa dingin, "Sudah mempunyai
kawan wanita baru yang begini cantik jelita, sudah tentu tidak
mau menemui aku lagi. Cuma, dia juga tidak boleh berkata
demikian, mentang mentang sudah mempunyai kawan baru,
lantas melupakan kawannya yang lama .... " Mendengar
perkataan yang tidak senonoh itu, nona Oey lantas menjadi
gusar, hingga berkelahi dengannya. Sungguh tidak disangka
bahwa Yao lie lu itu ada mempunyai kepandaian ilmu silat
demikian tingginya, perbuatannya juga sangat kejam. Ia
melakukan serangan begitu hebat, hingga nona Oey mungkin
terbinasa ditangannya. "
Alisnya Tan Liong berdiri ketika mendengar penuturan itu
dan lantas berkata sambil kertak gigi,
"Yao lie lu, kalau aku tidak bisa mencincang dirimu aku
bersumpah tidak mau jadi orang.... "
Anak murid Ciong lam pay itu berkata pula,
"Kemudian, ia lantas berlalu sambil sesumbar bahwa
malam ini atau besok malam pasti akan datang lagi. Oleh
karena itu maka nona Oey lantas utus kita-kita untuk mencari
Ciang bun jin, minta Ciang bun jin segera pulang kegunung.
Gusar sekali Tan liong ketika mendengar keterangan itu,
semua perbuatan Yao lie lu hampir saja membuat menyesal
seumur hidupnya dan kini kembali berani mengaduk dan
mengganas di gunung Ciong lam san.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rumah tangganya Cu lian dan Koan Beng sampai menjadi
perantakan demikian rupa, bukankah karena gara-gara Yao lie
lu? Chie Peng dan Chie Cui sampai mengalami sengsara dan
akhirnya diceburkan dalam laut oleh Lam-kek Sian ong,
bukankah karena perbuatannya Yao lie lu juga?
Mengingat sampai disitu, ia ingin segera dapat menjumpai
perempuan cantik yang sangat berbisa itu supaya bisa dihajar
sampai binasa!
Ia pentang lebar kedua matanya dan berkata sambil kertak
gigi,
"Aku hendak membunuh mati perempuan yang berhati
cupat itu! "
Satu diantara anak murid Ciong lam pay itu lantas
menyahut,
"Apakah Ciang bun jin hendak segera pulang ke gunung? "
"Aku hendak segera pulang kegunung untuk membunuh
niat perempuan berbisa itu, marilah kita berangkat. "
Baru saja Tan Liong hendak berlalu meninggalkan itu
tempat tiba-tiba terdengar suara orang ketawa dingin dan dari
dalam rimba muncul keluar beberapa bayangan orang!
Tan Liong terperanjat ia merasa heran entah sejak kapan
mereka berada di dalam rimba itu dan kini telah muncul
secara mendadak.
Terdengar suara orang yang menegur padanya.
"Ciang bun jin! Tidak nyana kita telah berjumpa lagi disini
sebagai manusia, benar saja dimana saja kita bisa berjumpa
ha-ha ! "
Tan Liong berpaling le arah datangnya suara itu wajahnya
berubah seketika sebab orang yang menegur padanya ituTiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan lain daripada Tan Chiang Bin, ayahnya sendiri. Ia
sungguh tidak menduga bahwa ayahnya bisa muncul ditempat
itu. Tan Liong meninjau keadaan dihadapan matanya dalam
hatinya diam=diam merasa kaget kedatangan ayahnya secara
tiba-tiba itu sudah tentu ada mengandung maksud tidak baik !
Tapi ia masih bisa tenangkan pikirannya sambil ketawa
dingin ia berkata,
"Tan Hweethio, ada urusan apa sebaiknya kau bicarakan
dengan terus terang!"
Dalam kedudukannya sebagai ketua pemimpun Bong bin
Sin kiam, Tan Chiang Bin telah datang sendiri untuk
menjumpai Tan Liong hal ini sesungguhnya merupakan suatu
peristiwa penting!
Pikir saja Thian seng hwee yang mempunyai anggota tidak
sedikit dan mempunyai pula banyak jago-jago yang lihai ia
bisa kirim beberapa orang-orangnya yang pilihan sudah cukup
untuk menangkap Tan Liong tapi ia kini telah datang sendiri
sudah tentu ada sebab lainnya.
Sebetulnya Tan Chiang Bin sejak membentuk Thian seng
hwee jarang sekali muncul di dunia Kangouw kecuali jika ada
urusan penting ia belum pernah meninggalkan tempat
kediamannya di lembah Lui in kok.
Pada saat itu lima anak murid Ciong lam pay sudah berbaris
dengan rapi siap setia hendak menghadapi segala
kemungkinan!
Apa yang lebih mengherankan ialah keluarnya ketua Thian
seng hwee malam itu agaknya dengan kekuatan sepenuhnya
banyak orang-orang lihai dari perkumpulan itu yang
mendampingi padanya. Orang-orang itu dengan kecepatan
bagaikan kilat sudah bergerak mengurung dirinya Tan Liong
dan lima murid Ciong lam pay.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil ketawa dingin Tan Chiang Bin berkata pula,
"Ciang bun jin, benar-benar hebat diatas gunung Ciong lam
san bukankah membinasakan tiga puluh lebih anggota kita-
kita dengan bom Pek lek tan? "
Tan Liong menjawab sambil tersenyum,
"Itu memang benar! Dan kau mau apa? "
"Hebat! Hatimu kejam, perbuatanmu sungguh tidak kecewa
kau memangku jabatan ketua dari satu partai besar. Tapi kau
harus mengerti. Thian seng hwee bukan satu perkumpulan
yang kau boleh perlakukan secara sembarangan. "
"Sudah tentu, jikalau tidak, Thian seng hwee juga tidak
nanti hendak menelan partai kecil dan menjagoi dikalangan
Kang-zsouw. "
"Ciang bun jin, aku bertahukan padamu, Ciong lam pay
cepat atau lambat akan hancur dalam tanganku itu hanya soal
waktu saja. Sekarang karena aku sudah datang sendiri, maka
aku minta supaya Ciang bun jin suka ikut aku ke lembah Lui in
kok ..... "
Lima anak murid Ciong lam pay tampak kerutkan keningnya
mengawasi Tan Liong, mereka dapat lihat bahwa ketua
mereka pada saat itu wajahnya pucat, matanya beringas
mengawasi orang-orang Thian seng hwee. mereka segera
mengerti bahwa ketua mereka berada dalam keadaan bahaya,
maka lantas pada maju menghampiri Tan Chiang Bin.
Tan Liong diam-diam terperanjat, apa maksudnya
perbuatan ayahnya itu sudah tentu ia dapat menduganya, tapi
diluarnya ia tidak mengunjukkan perubahan apa-apa, dengan
tenang ia berkata,
"Tan Hweethio, kau tidak dapat memaksa aku dari tempat
ini. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mengucapkannya itu, matanya Tan Liong menyapu
orang-orangnya sejenak, hatinya mendadak tergerak, maka ia
lantas berkata kepada mereka,
"Saudara berlima, aku minta segera pulang ke gunung, jika
Yao lie lu berani datang lagi, bunuh mati saja habis perkara. "
Lima anak murid Cong lam pay itu mengawasi orang-
orangnya Thian seng hwee, sikapnya tampak bersangsi.
Tan Liong parasnya berubah dengan suara sungguh-
sungguh ia berkata pula,
"Apakah kalian berlima hendak menentang perintah ketua?"
Lima orang itu lantas menjawab dengan berbareng,
"Teecu sekalian tidak berani! "
"Kalau begitu, lekas pulang kegunung! "
Tan Liong suruh pulang orang-orangnya, sudah tentu ada
maksudnya ia tidak ingin lima orang dari Ciong lam pay itu
turut binasa didalam rimba itu.
Lima orang Ciong lam pay itu baru saja bergerak, beberapa
puluh orang-orangnya Thian seng hwee juga lantas bergerak
dan mengurung lebih rapat, hingga suasana menjadi sangat
gawat, suatu pertempuran sengit agaknya tidak dapat
dielakkan lagi!
Tan Liong diam-diam kerahkan kekuatan kedalam sepasang
tangannya, sebab keadaan dihadapan matanya telah
memaksa padanya berlaku nekad.
Tiba-tiba terdengar ketawanya Tan Chiang Bin, ketua Thian
seng hwee itu setelah ketawa dingin, lalu keluarkan perintah
kepada anak buah,
"Biarkan mereka pergi! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ucapan itu didalam telinganya lima orang dari partai Ciong
lam pay tidak ubahnya sebagai putusan bebas dari hakim.
Sedangkan Tan Liong sendiri juga merasa heran.
Benar saja, anak buah Thian seng hwee itu setelah
mendengar perintah ketuanya, lantas pada mundur.
Tan Chiang Bin berkata pula sambil ketawa dingin.
"Ciang bun jin, apakah Yao lie lu berada digunung Ciong


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lam san? "
"Maaf, aku tidak dapat memberi keterangan. " jawabnya
Tan Liong dingin.
Pada saat itu lima orang murid partai Ciong lam pay sudah
bergerak dan lari meninggalkan tempat tersebut.
Terdengar pula suaranya Tan Chiang Bin.
"Lie Tongcu, dengar perintah! "
Dari rombongan anak buah Thian seng hwee lantas muncul
seorang kakek tua yang memegang tongkat dengan laku
sangat hormat kakek itu menjawab,
"Teecu dengar perintah! "
Tan Chiang Bin berkata pula,
"Aku perintahkan kau segera bergerak kegunung Ciong lam
saan dengan semua orang-orang Thian seng hwee yang
sekarang berada disini jika dapat lihat dirinya Yao lie lu segera
tangkap saja hidup-hidup dan bawa pulang ke lembah jangan
sampai ada kesalahan! "
Lie Tongcu setelah mendapat perintah dari ketuanya
matanya mengawasi orang-orangnya Thian seng hwee yang
ada disitu sejenak kemudian menanya kepada ketuanya.
"Hweethio! Apakah kita harus berangkat sekarang juga? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, tapi kalian tidak boleh bertempur dengan orang-
orangnya Ciong lam pay asal dapat menangkap dirinya Yao lie
lu dalam keadaan hidup dan lantas bawa pulang ke lembah
Lui in kok itu berarti kalian sudah memenuhi tugas kalian! "
Beberapa puluh anak buah Thian seng hwee dibawah
pimpinan Lie Tongcu setelah memberi hormat kepada ketua
mereka lalu bergerak menuju kegunung Ciong lam san.
Sekarang hanya tinggal Tan Chiang Bin dan Tan Liong itu
ayah dan anak yang berkepala batu berhadapan satu sama
lain dengan saling dendam.
Tan Liong yang mulai membuka mulut ia menanya sambil
ketawa dingin.
"Tan Hweethio, kau hendak mengadakan permainan apa
lagi? "
"Tan Liong! Kau ada satu manusia yang berhati binatang,
apakah kau pantas menjabat kedudukan Ciang bun jin? Kalau
aku tidak bunuh mati kau aku masih belum merasa puas! "
Perkataan manusia berhati binatang itu membikin Tan
Liong melongo untuk sesaat lamanya dengan wajah pucat dan
merah padam balas mengejek.
"Tan Chiang Bin, kau ada mempunyai anak tapi anakmu itu
tidak mau membahasakan ayah terhadap dirimu, apa kau
masih ada muka hidup dialam dunia? "
Ia ketawa dingin sejenak, lalu berkata pula,
"Sekarang aku hendak tanya padamu, ibuku ada salah apa
terhadap kau? Sampai ia meninggal dunia karena kau? Apakah
kau masih pantas disebut manusia? Kau sendirilah yang
merupakan manusia berhati binatang .... "
"Tutup mulut ! " bentaknya Tan chiang Bin dengan penuh
kegusaran. "Tan Liong, sungguh tidak nyana dalam usiamuTiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang masih begini muda, sudah berani melakukan perbuatan
yang sangat memalukan. "
"Perbuatan apa yang kau katakan sangat memalukan itu? "
"Mengapa kau hendak memperkosa dirinya Hu hweethio
(ketua muda)? "
"Apa? Apa katamu? "
"Hu Hweethio selagi memimpin anak buahnya ke gunung
Ciong lam san kau telah binasakan anak buah kita itu dengan
bom Pek lek tan, hal ini tak perlu diungkit lagi. Tapi suatu hal
yang sangat jahat ialah perbuatanmu yang begitu berani mati
hendak memperkosa dirinya Hu Hweethio .... "
Mendengar perkataan ayahnya Tan Liong mendadak naik
darah hingga badannya sampai gemetaran ia sendiri yang
hampir saja dirusak perjakanya dan badannya dibawah
pengaruh obat jakni Siao hun san tidak mengira perempuan
jahat itu telah berani memutar balikkan duduknya perkara dan
mengatakan kepada suaminya bahwa dirinya hendak
diperkosa oleh Tan Liong!
Lidah wanita genit itu sesungguhnya sangat berbisa. Tan
Chiang Bin yang dihasut secara demikian, bagaimana tidak
gusar?
Maka setelah mendengar pengadaan isterinya esok harinya
dengan tanpa menunda waktu lagi lantas memimpin anak
buahnya untuk mencari Tan Liong. Ia ingin bakar mati hidup-
hidup untuk melampiaskan kegusarannya.
Tan Liong tidak menduga bahwa perempuan genit sangat
berbisa itu bisa berbuat demiian sudah tentu ia lantas naik
darah.
"Tan hweethio apakah hal itu ia sendiri yang
memberitahukan padamu? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak salah. Tan Liong, kau terlalu menghina aku apa kau
kira aku takut padamu. Sudah beberapa kali kau datang
mencari onar, jika aku tidak memandang ibumu apa kau kira
bisa hidup sampai hari ini? Perkara kelakuanmu yang hendak
memperkosa dirinya Hu Hweethio ini sesungguhnya ada
sangat keterlaluan bagaimanapun juga aku sudah tidak
memberi ampun dirimu lagi! "
"Aku tidak percaya dia bisa mengeluarkan ucapan demikian
dihadapanmu perempuan itu sesungguhnya sangat bejat
moralnya dan sudah tidak tahu apa artinya malu! " jawabnya
Tan Liong suaranya agak gemetar.
"Sudah sepatutnya ia memberitahukan kepadaku apakah ia
suruh aku terus kau kelabuhi. Kau anak kurang ajar binatang
yang tidak tahu malu ...... "
Bukan kepalang gusarnya Tan Liong, wajahnya Nampak
merah padam badannya gemetaran.
Siao hun lie bukan saja sudah berbuat tidak tahu malu
terhadap dirinya bahkan memutar balikkan duduknya perkara
sehingga ayahnya menganggap dirinya ada satu manusia yang
rendah martabatnya.
Sambil kertak gigi menahan kemarahannya ia berkata,
"Tan Hweethio tidak perduli apa yang diucapkan Siao hun
lie dihadapanmu, aku Tan Liong tetap masih putih bersih. Ada
satu hari aku Tan Liong pasti akan merobek-robek mulutnya! "
"Dia juga ada disini, aku tidak kuatir kau nanti tidak akan
akui perbuatanmu itu! "
Setelah itu ia lantas memanggil dengan suara nyaring,
"Hu hweethio, kau kemari! "
Sesosok bayangan orang lalu melayang dan turun
disampingnya Tan Chiang Bin, orang itu bukan lain daripada
Siao hun lie Chie Bun bun !Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong dengan mata beringas memandang wanita genit
itu, kalau ia belum binasakan wanita genit itu, rasanya ia
masih penasaran.
Gunung Rahasia 2 Pendekar Rajawali Sakti 153 Pemuas Nafsu Iblis Pengemis Bintang Emas 1
^