Pencarian

Prahara Di Gurun Gobi 11

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara Bagian 11


saudaranya sudah roboh sementara murid-
murid Go-bi juga berjatuhan dan semakin
banyak korban, halaman di pintu gerbang
bergelimang darah penuh oleh mayat-mayat
yang tumpang tindih maka hwesio keempat
juga berteriak dan roboh terjengkang.
"Augh!"
Jerit pendek itu cukup bagi Ji-hwesio dan dua
adiknya yang tinggal. Sekarang mereka tinggal
bertiga dan inilah malapetaka paling buruk
bagi Pat-kwa-hwesio. Ji-hwesio mendelik dan
gemetar dan sekarang mereka menghadapi
keroyokan. Sam-hwesio, hwesio nomor tiga,
menghadapi keroyokan tiga orang. Suheng dan
1436 sutenya masing-masing menghadapi dua. Jelas,
mereka akan dibantai dan seisi Go-bi bakal
habis. Ji-hwesio melotot dan mulai tergurat
atau terbacok pedang. Toya di tangannya
masih gagah menyambut dan mengelak
serangan dan diam-diam hwesio ini kecewa
dan heran kenapa supeknya tidak muncul.
Ji Leng, supeknya, berada di belakang di balik
bukit berpagar kawat. Dentang dan ramainya
suara pertempuran tak mungkin terlewat oleh
telinga supeknya yang sakti itu. Heran kenapa
tidak muncul! Dan ketika ia hendak melengking
dan memanggil supeknye, Go-bi benar-benar
terancam kehancuran mendadak dari luar pintu
gerbang berkelebat dua bayangan orang dan
seruan-seruan kaget.
"Siancai, apa ini. Ah, pembunuhan...! Siancai,
kejam dan tak berperasaan... plak-plak-plak!"
1437 Jerit dan teriakan kaget terdengar di halaman
itu. Anak-anak murid Go-bi, yang dikeroyok
dan roboh berjatuhan tiba-tiba mendapat
bantuan dua orang yang baru datang ini.
Orang pertama berseru kaget sementara orang
kedua berseru marah. Yang pertama
mendorong dan mengebut-ngebutkan ujung
lengannya sementara yang kedua membentak
dan berkelebatan di antara pertempuran,
menendang atau melempar-lempar murid-
murid Hoa-san dan Heng-san. Mudah baginya
membedakan mana murid Go-bi mana yang
bukan, karena murid Go-bi tentu berkepala
gundul dan rata-rata berjubah longgar,
sementara lawan berpakaian ringkas dan
rambutnya digelung ke atas, tanda murid-
murid agama To dan para tosu. Dan ketika
bayangan kedua itu melengking dan
berkelebatan menyambar-nyambar, orang
pertama mengebut dan mendorong roboh
1438 puluhan orang di depan maka orang ini melihat
pertandingan di pendopo dan tiba-tiba kakinya
menjejak kuat, meluncur dan melayang
melewati deretan anak tangga yang begitu
panjang.
"Peng Houw, pinto akan melihat ke atas.
Jangan bunuh lawanmu kecuali robohkan dan
lumpuhkan mereka!"
Bayangan kedua itu, yang berkelebatan dan
menyambar di antara murid-murid Hoa-san
dan Heng-san berseru menjawab. Dia ternyata
adalah seorang pemuda gagah berwajah
tampan, sinar matanya lembut namun kali itu
kelihatan marah sekali. Ia membentak dan
menendang atau mengangkat lawan di mana
terutama murid-murid Hoa-san dilempar atau
dibantingnya ke sana ke mari. Dan ketika
bayangan pertama sudah meluncur dan
berjungkir balik di dalam pendopo, dia ternyata
1439 adalah seorang tosu berwajah terang maka
terkejutlah Sin Gwan Tojin dan lain-lain
melihat siapa kiranya tosu ini.
"Giok Kee Cinjin!"
Seruan itu disambut anggukan tapi juga wajah
berubah dari Hek-tosu dan adik-adiknya. Giok
Kee Cinjin, tosu ini, adalah tosu "liar" yang tak
diakui sebagai teman sealiran oleh tokoh-tokoh
Hoa-san maupun Heng-san. Bahkan Kun-lun
sendiri, yang juga merupakan para tosu
menolak Giok Kee Cinjin sebagai teman
sealiran. Hal ini disebabkan oleh sepak terjang
aneh tosu yang baru datang ini. Giok Kee
Cinjin sering membuat ulah yang aneh-aneh di
mana sikap atau ulahnya itu bertentangan
dengan para tosu pada umumnya, misalnya
tentang pandangan mereka akan agama yang
mereka pegang. Atau juga sepak terjangnya
yang suka sendiri dan tak mau berkumpul
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
dengan tosu-tosu lain, baik itu ketua Hoa-san
atau Kun-lun sendiri dan Heng-san. Dalam
tindak-tanduknya sehari-hari tosu ini memang
suka bergerak sendiri dan jarang berkumpul
dengan teman-teman sealiran. Maka ketika
tiba-tiba ia muncul di situ dan terbelalak
melihat pertandingan ini, empat hwesio
menggeletak di sana maka tosu ini
mengeluarkan seruan perlahan dan tepat Sam-
hwesio terhuyung oleh serangan dua pedang di
kiri kanan maka tosu ini mendorongkan
lengannya menampar pedang ketiga yang
dilancarkan Ui-tosu, orang keempat dari Tujuh
Malaikat Hoa-san.
"Siancai, pembunuhan telah terjadi. Ah,
hentikan ini dan jangan tumpahkan darah
lagi.... plak!" pukulan jarak jauh tosu itu
menghantam pedang Ui-tosu, terpental dan
membalik dan Ui-tosu ini kaget berteriak keras.
1441 Giok Kee Cinjin sudah mencampuri urusan dan
ketika di sana Hek-tosu dan saudara-
saudaranya yang lain juga menusuk dan
merepotkan dua lawan mereka maka Giok Kee
Cinjin ini mendorongkan lagi lengannya dan...
Hek-tosu maupun saudara-saudaranya
terpental.
"Stop, berhenti... stop!"
Bukan main marahnya Hek-tosu dan enam
adiknya yang lain itu. Mereka telah berhasil
mendesak sedemikian rupa Ji-hwesio dan
sutenya itu ketika tiba-tiba saja Giok Kee Cinjin
menangkis. Dari dorongan atau kebutan
tangan tosu ini meluncur pukulan dahsyat
penuh tenaga sakti. Itulah Soan-hoan-ciang
atau Kibasan Angin Taufan di mana dulu Beng
Kong Hwesio sendiri pernah roboh, sebelum
memiliki ilmu-ilmu dari Bu-tek-cin-keng dan
selihai sekarang. Dan ketika Tujuh Malaikat
1442 Hoa-san itu terpental dan hanya Hek-tosu
serta Pek-tosu saja yang terhuyung, pedang
mereka nyaris terlepas maka Ji-hwesio dan
adik-adiknya bergabung kembali dan tampak
betapa masing-masing gemetaran hebat. Baju
mereka mulai basah oleh keringat dan juga
darah.
"Giok Kee totiang, terima kasih atas
bantuanmu. Tapi biarlah kami mati secara
gagah menghadapi keroyokan Tujuh Malaikat
Hoa-san yang tidak tahu malu ini!"
"Benar," Sam-hwesio juga terhuyung
mengusap lengannya, ia tadi tergurat dan
terbacok tipis. "Terima kasih atas bantuanmu,
totiang. Tapi biarlah kami hadapi lawan-lawan
kami yang hebat dan jantan ini!"
"Hm, tidak bisa... tidak adil!" tosu itu
terbelalak, menggeleng-gelengkan kepalanya.
1443 "Ini pertempuran curang, Ji-lo-suhu. Dan heran
bahwa Hoa-san Sin-jit sampai melakukan
keroyokan. Apakah Hoa-san sekarang sudah
sedemikian picik dan dangkal cara
berpikirnya!" lalu menoleh dan marah
memandang tosu-tosu Hoa-san tosu ini
bertanya, suaranya melengking, "Hek-totiang,
apa artinya ini. Kenapa kalian mengeroyok dan
menyerbu Go-bi. Dan juga murid-murid kalian
itu. Eh, masih juga ada Tan Hoo totiang di sini.
Siancai, apa yang kalian lakukan ini dan
kenapa kalian tokoh-tokoh Hoa-san dan Heng-
san bisa sepengecut ini. Kenapa membunuh-
bunuhi dan mengeroyok orang begitu enaknya.
Pinto minta penjelasan!"
"Tosu liar!" Hek-tosu membentak dan marah
menerjang maju, dia tadi gusar oleh tangkisan
Giok Kee Cinjin. "Pergi dan uruslah
pekerjaanmu sendiri, Giok Kee Cinjin. Ini
1444 urusan balas dendam kami pada Go-bi.
Enyahlah, atau pinto membunuhmu!"
Namun pedang meleset mengenai angin. Giok
Kee Cinjin mengelak dan Hek-tosu menyerang
lagi, dikelit tapi mengejar dan akhirnya Giok
Kee Cinjin menangkis dengan pukulan Soan-
hoan-ciangnya itu. Dan ketika Hek-tosu
terpental dan pedang terlepas dari tangan,
berjungkir balik dan disambar lagi maka
pucatlah tosu muka hitam itu ketika turun lagi
ke tanah. Namun sebelum dia menyerang atau
mengumpulkan sute-sutenya mendadak Sin
Gwan Tojin sudah melangkah maju dan berdiri
di tengah-tengah dua orang itu. Suhengnya,
Tan Hoo Cinjin telah memberi tanda.
"Giok Kee Cinjin, kau takabur dan rupanya
bertambah sombong saja sekarang. Hm,
mengingat kau sahabat Go-bi tak aneh rasanya
tindak-tandukmu ini. Tapi apakah kau tidak
1445 tahu bahwa kami dari Hoa-san maupun Heng-
san telah menerima hinaan dan jatuh korban.
Kenapa sikapmu tidak adil sementara dulu
enam tahun yang lalu kau tak mengecam
kesewenang-wenangan Go-bi!"
"Aha, ini Sin Gwan Tojin? Bagus, pinto telah
mendengar kedudukanmu sebagai wakil ketua
Heng-san. Tapi justeru pinto heran bagaimana
wakil ketua partai bisa melakukan kelicikan
dan kecurangan seperti ini. Mana watak ksatria
kalian?"
"Ksatria apalagi? Kami telah menemui dan
mencari tokoh-tokoh Go-bi, Giok Kee. Dan
kami juga tidak mencampuri pertandingan
Tujuh Malaikat Hoa-san. Apakah ini salah?"
"Tapi kalian menyuruh keluar suheng kami
Beng Kong, menjebaknya di Heng-san. Kalian
pengecut memancingnya keluar karena takut
1446 berhadapan dengan suheng kami!" Sam-
hwesio, yang tak dapat menahan diri dan
marah memaki tosu itu membuat Giok Kee
Cinjin membelalakkan matanya lebar-lebar. Di
luar pendopo masih terdengar jerit atau pekik
kesakitan dan tosu inipun menjentik-jentikkan
kuku jarinya melepas kelereng-kelereng kecil
dari batu hitam. Ia merobohkan murid-murid
Heng-san maupun Hoa-san dengan lontaran
senjata rahasianya itu. Dan ketika Tan Hoo
mengerutkan kening karena anak-anak
muridnya roboh, mereka terkena kelereng
hitam ini maka Giok Kee memandang dan
bertanya kepada hwesio itu,
"Suheng kalian Beng Kong lo-suhu dipancing
keluar? Sin Gwan Tojin ini menjebaknya di
Heng-san?"
"Benar," Sam-hwesio meletupkan marahnya.
"Orang-orang Heng-san ini licik dan pengecut,
1447 totiang. Tak berani menghadapi suhengku lalu
memancingnya keluar dan melakukan serbuan
ini. Dan mereka menyerbu pula dengan orang-
orang dari Hoa-san. Seumur hidup pinceng tak
bakal melupakan kelicikan ini!"
"Wah-wah, dan pinto semakin banyak melihat
perobahan di dunia. Heii, kalian orang-orang
Heng-san dan Hoa-san kotor sekali, Sin Gwan
Tojin. Meskipun kita sama-sama seorang tosu
tapi pinto tak dapat menerima tingkahmu
seperti ini. Hayo, kembali dan minta maaf
kepada Go-bi!"


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sin Gwan Tojin tertawa mengejek. Ia tahu
bahwa Giok Kee ini lihai. Dulu, enam tahun
yang lalu mendiang suhengnya To Hak Cinjin
sendiri belum tentu menang menghadapi tosu
liar ini, apalagi dia. Tapi karena enam tahun ini
ia sudah digembleng supeknya dan dia
bersama suhengnya Tan Hoo Cinjin sudah
1448 dipersiapkan untuk membalas dendam, justeru
ia ingin tahu apakah ia mampu menandingi
tosu ini maka Sin Gwan berkata sekaligus
mengebutkan lengannya,
"Giok Kee, kau amat ditakuti dengan pukulan
Soan-hoan-ciangmu itu. Tapi entahlah kalau
kau sudah bermain-main sebentar dengan
pinto. Marilah, biarkan Hoa-san Sin-jit
beristirahat dan pinto ingin berkenalan
denganmu... wutt!" lengan baju tosu itu
menyambar ke depan. Giok Kee tak tahu
kemajuan tokoh-tokoh Heng-san ini dan tosu
itu terbelalak. Dulu, enam tahun yang lalu
mendiang To Hak Cinjin sendiri tak berani
gegabah menyerangnya, apalagi para adik-adik
seperguruannya. Maka melihat serangan itu
dan hampir tertawa tapi terkejut dan menutup
mulutnya melihat deru angin menyambar,
lengan baju Sin Gwan Tojin tiba-tiba mengeras
1449 dan membentuk lempengan baja tiba-tiba tosu
ini berkelit dan dari samping ia menangkis.
"Plak!"
Dan.... tosu ini terhuyung mundur. Giok Kee
yang tadi demikian mudah mementalkan Hek-
tosu dan saudara-saudaranya ternyata tidak
demikian dengan Sin Gwan Tojin ini. Dari
lempengan kaku kuat yang merubah lengan
baju menjadi semacam papan baja membuat
Giok Kee Cinjin terkejut akan adanya sinkang
yang amat hebat. Dia dengan cepat mundur
dan mengerahkan sinkangnya sendiri untuk
menangkis atau memukul lengan baju itu. Dan
ketika dia terhuyung sementara lawan hanya
tergetar saja, tosu ini terbelalak maka Sin
Gwan tertawa mengejek.
"Bagaimana, Giok Kee Cinjin? Apakah aku tak
pantas untuk main-main denganmu?"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Siancai..., itu tadi seperti Lui-yang Sin-kang.
Tapi lebih hebat daripada yang dimiliki
mendiang suhengmu To Hak Cinjin. Ah, kau
telah memperdalam kepandaianmu, Sin Gwan
Tojin. Tapi jangan kira pinto takut!"
"Ha-ha, aku tahu kau memang pemberani. Dan
terimalah sekarang pukulan pinto yang nomor
dua.... klap!" ujung lengan baju itu bergerak
kembali, menyambar ke depan dan kali ini
mengeluarkan kilat api, hal yang membuat
Giok Kee Cinjin semakin terkejut. Tapi ketika
tosu itu menangkis dan menambah tenaganya,
pukulan itu menyambar cepat maka Giok Kee
terpekik karena tahu-tahu ia tersedot dan
tertarik tenaga raksasa.
"Aihhhhh....!"
Bukan main kagetnya tosu ini. Ia meronta dan
secepat kilat menendang selangkangan lawan.
1451 Dan ketika lawan mengelak dan itu
kesempatan menarik diri, ia lepas dari pukulan
nomor dua maka Giok Kee Cinjin tertegun dan
berubah mukanya, pucat.
"Kau.... kau hampir menyamai Siang Kek
Cinjin!"
"Ha-ha, dialah yang menggemblengku. Mari...
mari main-main lagi, Giok Kee Cinjin. Dan lihat
berapa jurus kau dapat menandingi pinto!" Sin
Gwan tiba-tiba berkelebat, mengerahkan Sin-
sian-hoan-eng nya dan bukan hanya tosu ini
saja yang terkejut melainkan juga Ji-hwesio
dan sute-sutenya. Sin Gwan bergerak secepat
iblis menyambar dan secepat itu pula tahu-
tahu tangannya sudah di depan hidung Giok
Kee. Dan ketika Giok Kee berteriak dan
membanting tubuh bergulingan, dikejar dan
susul-menyusul menerima serangan tosu ini
maka Giok Kee Cinjin yang lihai dan tinggi
1452 kepandaiannya itu tiba-tiba tak dapat
melompat bangun karena bertubi-tubi harus
menangkis atau menyelamatkan diri.
"Plak-plak-plakk!"
Ji-hwesio dan dua sutenya terbelalak. Mereka
tiba-tiba pucat karena apa yang terlihat di
depan mata ini adalah hal yang benar-benar
tak diduga. Sin Gwan, wakil ketua Heng-san
mendadak menjadi begitu hebat jauh
melampaui mendiang suhengnya dulu, To Hak
Cinjin ketua Heng-san. Dan karena di situ
masih ada Tan Hoo Cinjin yang kini menonton
tersenyum-senyum, ketua Heng-san ini
tenang-tenang berdiri mengamati maka Ji-
hwesio berubah dan sadarlah dia bahwa
perubahan hebat telah terjadi di partai
persilatan ini. Seketika dia maklum bahwa
dirinya bukanlah tandingan tosu itu. Hanya
suhengnya Beng Kong Hwesio saja yang
1453 rupanya sanggup. Dan kalau hwesio ini gentar
menyadari diri sendiri apalagi Giok Kee Cinjin
yang berhadapan langsung dengan Sin Gwan
Tojin itu.
Tosu ini tak menyangka dan kaget bukan main
ketika Sin Gwan Tojin mengejar dan melepas
pukulan bertubi-tubi. Setiap ia menangkis
tentu menjerit kesakitan karena Lui-yang Sin-
kang yang dikerahkan lawannya itu menyengat
bagai api neraka. Tangannya terbakar dan tak
lama kemudian sudah hangus kehitaman. Dan
karena Lui-yang Sin-kang bagai api listrik yang
di samping panas juga mengeluarkan tenaga
sedot, inilah keistimewaan orang Heng-san
maka Giok Kee menjadi pucat ketika dalam
sepuluh jurus saja ia jatuh bangun menghadapi
wakil ketua Heng-san ini. Menghadapi wakilnya
saja sudah seperti itu apalagi kalau
menghadapi ketuanya sendiri, tentu celakalah
1454 dia! Dan sadar bahwa lawan bagai raksasa
bertaring singa, ia sungguh tak mengira bahwa
sute dari mendiang To Hak Cijin ini begini
hebat maka satu cengkeraman kuat akhirnya
tak dapat dielak. Ia menangkis tapi menjerit
karena kulit tangannya terkelupas. Pekik atau
teriakan tosu ini amatlah kuatnya, dinding
pendopo sampai tergetar. Dan ketika lawan
tertawa bergelak dan tiba-tiba menudingkan
telunjuk, bunyi "crit" keluar dari situ karena
tosu ini mengeluarkan Tit-ci-thian-tungnya, jari
sakti mencoblos gunung maka Giok Kee Cinjin
terbelalak dan sadar bahwa kematian berada di
depan matanya, tak dapat menangkis apalagi
mengelak.
"Peng Houw, pinto ke akherat!"
Namun berkelebat sesosok bayangan kuning.
Tepat tusukan jari sakti itu diarahkan ke dahi
Giok Kee Cinjin tiba-tiba di luar pendopo
1455 terdengar jerit dan tubuh orang yang
terbanting berdebukan. Ratusan orang yang
sedang bertempur mendadak terlempar oleh
sebuah angin dahsyat yang menyambar
mereka, angin yang datang dari bertiupnya
sesosok bayangan kuning yang berkelebat ke
pendopo. Dan ketika semua yang dilewati
terlempar ke kiri kanan, bayangan ini
membawa angin dahsyat di kiri kanan
tubuhnya maka bersamaan itu semua orang
mencelat sementara gerakan tubuhnya masih
membawa angin dahsyat ketika memapak atau
menerima tusukan Tit-ci-thian-tung. Bayangan
ini tahu-tahu sudah di antara Sin Gwan Tojin
dan Giok Kee Cinjin.
"Dess!"
Dan.... Sin Gwan Tojin terpelanting! Wakil
ketua Heng-san itu kaget bukan main dan ia
berteriak keras melempar tubuh bergulingan.
1456 Seorang kakek renta, dengan jubah yang
longgar tahu-tahu berdiri di situ. Wajahnya
tertutup sedikit halimun namun pancaran
matanya mencorong bagai mata seekor naga
sakti, menembus kabut itu dan siapapun yang
dipandang tentu berseru kaget. Tan Hoo Cinjin
sendiri sampai mundur dan terkesiap. Pandang
mata itu sudah mampu memukulnya! Dan
ketika kakek itu mengucap puja-puji
sementara ujung lengan jubahnya dikebutkan
perlahan, mengusap dan mengangkat bangun
Giok Kee Cinjin maka segala penderitaan yang
dialami tosu ini lenyap. Kulit tangannya yang
hangus terbakar oleh Lui-yang Sin-kang tiba-
tiba saja pulih, bersih!
"Omitohud, apa yang terjadi, Ji-kak. Kenapa
banjir darah terjadi di Go-bi dan mana
suhengmu Beng Kong?"
1457 Ji-hwesio, dan dua adiknya yang melihat kakek
ini tiba-tiba girang menjatuhkan diri berlutut.
Itulah supek mereka Ji Leng Hwesio, tokoh
sakti yang akhirnya keluar juga dari pertapaan!
Dan ketika mereka berlutut sementara Giok
Kee terbengong disembuhkan begitu cepat,
hwesio sakti ini tak memperdulikannya lagi
maka ia melihat tiga hwesio Go-bi itu susul-
menyusul berseru nyaring, melapor.
"Heng-san dan Hoa-san menyerbu kami, supek.
Kami baru tahu setelah serbuan datang secara
tiba-tiba!"
"Dan suheng Beng Kong Hwesio dipancing ke
Heng-san. Katanya ditantang Siang Kek
Cinjin!"
1458 "Tapi mereka licik berbuat curang. Kami
hendak dihancurkan luar dalam, supek. Mohon
ampun bahwa kami tak mampu menghadapi
musuh!"
"Omitohud, begini kiranya. Dan Beng Kong
tidak memberi tahu pinceng. Hm, atas nama
Buddha hentikan semua pertikaian ini, anak-
anak. Go-bi tak boleh digenangi darah!"
"Kami tak dapat melakukannya, itu terserah
pihak lawan. Dan kami telah kehilangan
banyak jiwa, supek. Di antaranya empat
saudara kami sendiri!"
"Omitohud, yang lewat sudahlah lewat.
Permusuhan tak membuahkan kedamaian dan
pinceng minta agar diselesaikan sekarang
juga."
1459 "Tak bisa!" Sin Gwan Tojin tiba-tiba
membentak. Ia tadi terlempar dan marah oleh
kesaktian hwesio ini, masih penasaran. "Kami
datang untuk menghancurkan Go-bi, Ji Leng
Hwesio. Kematian dan korban di pihak kami
juga besar. Kami akan berhenti kalau dendam
kami terbalas, impas!"
"Benar," Tan Hoo Cinjin tiba-tiba juga berseru
marah dan bersinar-sinar memandang hwesio
ini. Sekarang kesempatan baginya untuk maju.
Dia sudah berhadapan dengan dedengkot Go-
bi. Pinto baru menyelesaikan masalah ini kalau
hutang-hutang lama sudah dibayar impas, Ji
Leng Hwesio. Dan kami mengemban tugas
supek kami yang menderita bertahun-tahun.
Kami tak akan pergi!"
"Omitohud, beginikah ajaran orang-orang
beragama. Buddha dan To sama-sama
memiliki ajaran Kebenaran, Tan Hoo Cinjin,
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
dan pinceng tak melihat adanya ajaran tentang
bunuh-membunuh. Heran kalau kau tak tahu
ini."
**SF**


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

(Bersambung jilid 19)
Bantargebang, 10-09-2018,21:52
1461 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 19
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
1462 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 19
"KAMI tak bicara tentang agama, melainkan
sakit hati dan dendam. Kau tak perlu
berkhotbah tentang Kebenaran atau
ketidakbenaran, Ji Leng Hwesio, karena kami
datang untuk menagih hutang. Nah, kau sudah
muncul dan siaplah menebus dosa!"
"Omitohud, kau mau melakukan apa?"
"Membunuhmu!" dan begitu kata-kata itu
selesai tiba-tiba Tan Hoo Cinjin bergerak
dengan amat cepatnya menyerang hwesio ini.
1463 Ji Leng sudah muncul dan itulah kesempatan
terakhir. Kalau hwesio ini masih hidup sukarlah
bagi Heng-san maupun Hoa-san membalas
sakit hati. Dan karena maklum bahwa yang
dihadapi adalah dedengkot Go-bi, Tan Hoo tak
ragu-ragu melepas pukulan maka yang
dilancarkan adalah Lui-yang Sin-kang.
"Klap!" sinar pukulan itu mendahului Tan Hoo
Cinjin sendiri. Ketua Heng-san yang kini maju
sendiri itu melepas semua pukulannya dengan
hebat. Ji Leng tampak terbelalak melebarkan
mata namun hwesio sakti ini tak mengelak.
Sinar pukulan itu menyambarnya bagai petir
yang dahsyat, apinya saja sudah membakar
orang-orang di sekitar hingga minggir tanpa
disuruh lagi. Hawa panas itu tak tahan mereka
hadapi. Tapi ketika Ji Leng mengangkat
tangannya dan hwesio ini mengucap puja-puji,
tangannya dirangkap seperti memberi sembah
1464 maka pukulan itu disentuhnya dan
terdengarlah ledakan dahsyat ketika Lui-yang
Sin-kang menghantam tubuh hwesio sakti itu.
"Omitohud, semoga Buddha mengampuni....
blarr!"
Dan tampaklah Tan Hoo Cinjin terbanting
dengan pekik kaget. Tosu ketua Heng-san itu
terkejut karena pukulan listriknya seolah
bertemu benda lunak seperti kapas, tenggelam
dan terbawa ke situ tapi kemudian menolak
dengan hebatnya, persis bola yang mental atau
karet digebukkan ke dinding baja. Dan karena
daya tolak itu demikian besar hingga dua kali
lebih hebat daripada pukulannya sendiri, Tan
Hoo melempar dan membanting tubuh
bergulingan maka tosu ini pucat dan melotot
dengan muka berubah-ubah.
1465 Tapi Tan Hoo Cinjin adalah tokoh Heng-san
setelah Siang Kek Cinjin. Dia digembleng
supeknya itu dan kini setingkat, atau kalaupun
selisih paling-paling seusap. Maka begitu
meloncat bangun dan kaget tak boleh
memukul langsung, Tan Hoo terbelalak karena
itulah Hok-tee Sin-kang yang dimiliki
dedengkot Go-bi ini maka tosu itu bergerak
lagi dan menyerang. Pukulannya berubah-ubah
dan Sin-sian-hoan-engpun dipergunakan. Ilmu
meringankan tubuh Dewa Tanpa Bayangan itu
membuat tubuh ketua Heng-san ini sukar
diikuti pandangan mata lagi. Ia berkelebatan
begitu cepatnya mengelilingi tubuh lawan. Tapi
ketika dengan tenang Ji Leng mengebut dan
berpuja-puji, matanya meram sementara jubah
atau lengan bajunya mengikuti ke mana
lawannya beterbangan maka aneh dan ajaib
hwesio ini telah menangkis semua serangan
lawannya tanpa berpindah tempat.
1466 "Plak-plak-plak!" dan ketua Heng-san itupun
tentu berseru tertahan. Tan Hoo telah
menghujani lawan dengan pukulan dari muka
dan belakang namun Ji Leng dapat menghalau
semuanya itu. Kian keras dia melepas pukulan
kian keras pula dia tertolak. Dan ketika Tan
Hoo marah sementara adiknya terbelalak pucat
maka Sin Gwan tiba-tiba berkelebat dan
majulah suheng dan sute itu mengeroyok
dedengkot Go-bi.
"Curang! Pengecut! Tak tahu malu!" Giok Kee
memaki-maki dan menjadi marah. Ia telah
melihat kehebatan Sin Gwan namun kini takjub
melihat kesaktian hwesio Go-bi ini. Namun
karena dua orang maju berbareng dan dia
mengkhawatirkan sesepuh Go-bi itu, Ji Leng
dikeroyok maka hwesio itu membuka matanya
dan mendesah,
1467 "Giok Kee totiang, terima kasih atas
pembelaanmu. Tapi biarlah pinceng layani
mereka untuk main-main!" dan sang hwesio
yang tiba-tiba bergerak dan mengangkat
kakinya, melayang-layang tiba-tiba sudah
menerima pukulan-pukulan itu dengan
tubuhnya. Tadi dia menangkis dan Tan Hoo
Cinjin sudah berteriak kaget. Dan ketika kini ia
menerima pukulan-pukulan lawan dan bak-bik-
buk suara pukulan terdengar begitu
menggetarkan, ledakan dan kilatan petir dari
Lui-yang Sin-kang juga menyengat dan
menyambar jubahnya maka kaget dan
terkesiapnya dua orang ini bukan main-main
lagi.
Dari tubuh sang hwesio keluar getar-getar
dingin yang meredam pukulan mereka. Jubah
dan bajunya yang tersambar pukulan tiba-tiba
juga menjadi lembek dan basah sehingga
1468 memadamkan lelatu api dari pukulan-pukulan
petir itu. Dan ketika setiap pukulan membuat
dua orang itu tersentak karena membalik
sendiri, Lui-yang Sin-kang bertemu tenaga
aneh yang amat mujijat di mana tersedot dan
terbawa ke dalam tubuh hwesio ini maka
seperti balon saja Tan Hoo maupun sutenya
seakan dilempar keluar oleh daya pukulan
mereka sendiri. Dua orang itu mula-mula tak
percaya bahwa dari tubuh hwesio itu keluar
semacam daya tolak yang besar. Mereka
tadinya menganggap bahwa itu adalah
kebetulan saja, mungkin pukulan teman yang
dipinjam dan dikeluarkan lagi. Orang-orang
yang sudah memiliki kepandaian tinggi
biasanya memang dapat melakukan ini. Tapi
ketika pukulan mereka disedot lalu dilontarkan
lagi, ditambah tenaga hwesio itu sendiri maka
Sin Gwan maupun suhengnya kaget bukan
main ketika tiba-tiba tubuh hwesio itu
1469 melembung dan dua pukulan mereka yang
bersamaan mendarat dan tiba-tiba dipindahkan
untuk saling gempur, yakni pukulan Sin Gwan
diterima dan diteruskan kepada Tan Hoo Cinjin
sementara pukulan ketua Heng-san itu
diterima dan diteruskan kepada sutenya!
"Haiii....!"
"Awas!"
Dua-duanya mengenal pukulan teman. Tentu
saja Sin Gwan maupun suhengnya terkejut
karena secepat pukulan diterima secepat itu
pula sudah dipindahkan oleh hwesio ini. Ji Leng
hanya bersifat sebagai perantara saja dan kini
pukulan masing-masing dilontarkan kepada
yang lain. Sin Gwan menerima pukulan
suhengnya sementara suhengnya menerima
pukulannya. Dan ketika dua orang itu berteriak
dan saling memperingatkan, melempar dan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
membanting tubuh bergulingan maka dua
tokoh Heng-san ini pucat oleh rasa ngeri yang
sangat.
"Ji Leng, kau hwesio siluman!"
"Go-bi-paicu, kau hwesio keparat!"
Dua-duanya tertegun. Mereka jadi gentar dan
bertanya-tanyalah orang di luar pertandingan
akan peristiwa ini. Sebagai penonton tentu saja
mereka tak tahu atau merasakan apa yang
dirasakan tokoh-tokoh Heng-san ini. Mereka
tak tahu bahwa dengan kesaktiannya yang luar
biasa Ji Leng Hwesio telah memindah dan
melontarkan pukulan lawannya. Masing-masing
diadu dan harus menerima itu. Dan ketika Tan
Hoo maupun sutenya menjublak pucat, berdiri
dan ragu menyerang maka Tujuh Malaikat
Hoa-san tiba-tiba berseru nyaring dan mengira
1471 ketua dan wakil ketua Heng-san itu kurang
kuat, minta bantuan.
"Heng-san-paicu, jangan khawatir. Kami
membantu!"
Hek-tosu dan enam adiknya berkelebat.
Mereka menyangka bahwa Tan Hoo Cinjin dan
sutenya kalah tenaga dibanding hwesio Go-bi
itu, bergerak dan langsung melepas pukulan
mereka. Tapi ketika Ji Leng Hwesio batuk-
batuk dan menerima pukulan tujuh orang itu,
tidak mengelak, maka kagetlah Hek-tosu dan
adik-adiknya karena apa yang dialami Tan Hoo
Cinjin kini dialami mereka pula.
"Des-des-dess!"
Tubuh hwesio itu hanya bergoyang ke kiri
kanan. Kakinya tetap menapak bumi dan
hanya pinggang ke atas yang terpengaruh
1472 pukulan lawan-lawannya ini. Tapi karena dia
mempergunakan ilmu memindah dan melontar
tenaga itu, Hek-tosu dan adik-adiknya diterima
tapi sekaligus dipukul balik, oleh pukulan
mereka masing-masing maka berteriak dan
terlemparlah dua orang ini oleh akibat pukulan
mereka sendiri.
"Heiiii....!"
"Celaka!"
Pekik dan teriakan kaget terdengar di situ.
Hek-tosu yang melempar dan membanting
tubuh bergulingan segera menyelamatkan diri
dari pukulan saudara-saudaranya ini. Dia
menerima pukulan Pek-tosu sementara
adiknya itu menerima pukulan Ui-tosu, saudara
yang lain. Dan karena mereka juga menerima
pukulan Hek-tosu yang dipindah dan
dilontarkan Ji Leng Hwesio, inilah kesaktian
1473 yang hebat sekali maka Tujuh Malaikat Hoa-
san itu jungkir balik dan melempar tubuh
menjauhi dedengkot Go-bi itu. Baru sekarang
mereka tahu apa yang kiranya terjadi dengan
Tan Hoo Cinjin dan sutenya tadi, Sin Gwan
yang masih terbelalak dan berdiri di ujung.
Dan ketika tujuh orang itu meloncat bangun
dan kaget membelakakan mata, tertegun dan
berdiri di sana maka Tan Hoo yang memimpin
semua teman-temannya ini melangkah maju,
tahu diri.
"Hek-totiang, berhenti. Ji Leng lo-suhu bukan
lawan kita. Pinto mengaku bahwa kepandaian
pinto masih kalah olehnya!"
"Benar," Sin Gwan berkelebat dan tahu diri
pula, seperti suhengnya. "Kita bukan tandingan
Ji Leng lo-suhu, Hek-totiang. Pinto mengaku
kalah dan kita pergi!"
1474 "Omitohud!" sang hwesio mengangguk-angguk
dan mengebutkan lengan. "Pinceng gembira


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kalau kalian tak melanjutkan permusuhan ini,
Tan Hoo Cinjin. Dan pinceng mengharap kalian
pergi. Tapi katakan apa yang dilakukan Siang
Kek Cinjin dengan murid pinceng Beng Kong."
"Supek kami mengundangnya ke Heng-san.
Supek ingin membalas dendam. Beng Kong
muridmu akan diajak mati sampyuh!"
"Omitohud! Caranya...?"
Supek kami meledakkan guha begitu ia masuk,
Ji Leng Hwesio. Dan ia sekarang tentu mampus.
Begitu pula cucu muridmu Chi Koan itu. Nah,
kami sudah memberi keterangan dan terserah
apakah kau hendak menahan kami atau
membiarkan kami pergi!"
1475 Ji Leng terbelalak. Ia tampak berubah tapi
hanya sekejap saja. Dan ketika lawan
membalikkan tubuh dan ia mengucap puja-puji
berulang-ulang, Tan Hoo dan kawan-kawannya
dibiarkan pergi maka Ji Kak, murid
keponakannya, membentak nyaring,
"Supek, orang-orang ini telah membunuh-
bunuhi murid kita. Bahkan empat saudara kami
tewas. Apakah enak saja dibiarkan pergi dan
tidak dihukum?"
"Omitohud, tak perlu mengikat permusuhan
lagi. Go-bi dan Heng-san sudah sama-sama
menumpahkan banyak korban, Ji Kak. Biarkan
mereka pergi dan Sang Buddha akan
mengampuni mereka."
"Tapi empat saudara kami....."
1476 "Tak perlu dendam. Kemarahan dan benci
harus dilepas. Kita kehilangan saudara mereka
juga kehilangan keluarga. Omitohud, pinceng
harus mencuci diri lagi....!" tapi sebelum
hwesio itu membalik tiba-tiba Giok Kee Cinjin,
tosu yang sudah diselamatkan dedengkot Go-bi
ini berkelebat.
"Lo-suhu, tunggu dulu. Pinto mau bicara
denganmu!"
"Hmm, Giok Kee totiang...., ada apa lagi,
totiang? Bukankah semua sudah selesai?"
"Tidak," tosu ini terbelalak, menggeleng kepala.
"Urusan pertikaian memang selesai, Ji Leng lo-
suhu, tapi sifatnya masih seperti api dalam
sekam. Bagaimana dengan murid-muridmu ini
dan begitu pula Beng Kong yang terjebak di
Heng-san. Apakah kau tidak berniat
menengoknya?"
1477 "Hm, pinceng akan memasuki pertapaan lagi.
Urusan duniawi telah pinceng lepaskan.
Masalah Beng Kong tak mungkin selamat,
terlambat. Pinceng menyesalkan
tindakannya....."
"Omonganmu tak dapat dipercaya!" seruan ini
mengejutkan yang lain-lain. "Bukti dan
kenyataannya lain, Ji Leng lo-suhu. Kau bilang
tidak mencampuri urusan duniawi namun
nyatanya kau datang dan mengusir orang-
orang Heng-san dan Hoa-san tadi. Pinto tidak
puas. Kau tak bertanggung jawab!"
"Omitohud....!" Ji Leng berseru tertahan,
terkejut. "Tak bertanggung jawab bagaimana,
Giok Kee Cinjin. Pinceng tidak paham."
"Akui dulu bahwa omonganmu salah. Kau tetap
tak dapat terlepas dari urusan duniawi," tosu
ini ngotot, matanya juga melotot. "Hidup di
1478 dunia tak mungkin terlepas dari tetek bengek
dunia, Ji Leng lo-suhu. Kalau kau mengakui ini
baru pinto akan bicara tentang rasa tidak
bertanggung jawabmu. Maaf, pinto berhutang
budi tapi pinto juga tak dapat diam kalau
melihat kau melakukan kekeliruan!"
"Omitohud," sang hwesio merah mukanya.
"Omonganmu tajam, Cinjin. Tapi baiklah
pinceng akui bahwa pinceng keliru. Maksud
pinceng adalah tidak mencampuri murid
pinceng Beng Kong karena ia teledor dan
membuat salahnya sendiri. Sekarang katakan
bahwa tanggung jawab apa yang tidak pinceng
lakukan."
"Jelas, kau hidup dan tinggal di Go-bi, bahkan
kau dedengkot Go-bi. Tapi setelah ada
kejadian begini enak saja kau pergi dan
membuat murid-muridmu bakal kebingungan.
Eh, pikirlah! Apa jadinya dengan Ji-hwesio dan
1479 dua adiknya ini kalau Beng Kong tidak kembali,
lo-suhu. Apakah kau tidak memberinya
petunjuk agar dapat memimpin Go-bi
sepeninggal suhengnya. Dan yang penting,
apakah begini saja kau biarkan mereka hingga
kelak dapat dikalahkan musuh lagi. Apakah
hanya Beng Kong satu-satunya murid yang kau
agul-agulkan sehingga tidak memperdulikan
yang lain lagi?"
Semua orang pucat. Hebat kata-kata ini karena
Giok Kee Cinjin dapat dikata mencela habis-
habisan tokoh Go-bi ini. Dan ketika Ji Leng
juga berubah mukanya dan kelihatan berdesir,
matanya berkilat dan terbelalak maka Giok Kee
menambahi lagi, tidak takut.
"Lihat apa yang dilakukan murid-murid Heng-
san. Boleh tanya semua orang di sini
bagaimana dengan orang-orang Heng-san itu,
lo-suhu. Bukankah sekarang mereka
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
meningkat pesat dan Tan Hoo Cinjin sendiri
sudah setaraf dengan supeknya. Jangan dikata
lagi murid-murid rendahan yang lain. Mereka
rata-rata sudah di atas murid-murid Go-bi dan
kalau kelak kau meninggal dunia maka Go-bi
bakal hancur dan sia-sia cikal-bakal Go-bi
mendirikan partai ini!"
"Omitohud...!" Sang hwesio pucat dan berubah,
seketika mengerti apa yang dikehendaki Giok
Kee Cinjin ini. "Kau lancang tapi jujur, Giok
Kee Cinjin. Tapi jelaskan kepada pinceng apa
sesungguhnya yang kau kehendaki?"
"Jelas, tidak banyak. Latihlah murid-murid Go-
bi seperti kau melatih Beng Kong Hwesio atau
Go-bi bakal hancur kalau tetap begini!"
"Giok Kee Cinjin...!" bentakan atau seruan itu
terdengar bukan dari Ji Leng Hwesio sendiri
melainkan dari mulut Ji-hwesio. Hwesio ini
1481 sudah merasa bahwa Giok Kee mencampuri
urusan partai kelewat dalam. Dia menjadi
pucat dan juga khawatir bahwa jangan-jangan
supeknya nanti menduga yang tidak-tidak,
mengira ia bersekongkol dengan tosu itu agar
supeknya mau menurunkan ilmu-ilmu dari Bu-
tek-cin-keng kepadanya, padahal selama ini
hanya suheng Beng Kong Hwesio itu saja yang
mewarisi, sebagai murid tersayang dan murid
tunggal. Tapi ketika supeknya bergoyang-
goyang dan batuk-batuk, terpukul tapi melihat
benarnya kata-kata itu maka melompatlah
Peng Houw berlutut di depan guru besar Go-bi
ini, sekaligus menengahi agar Ji-hwesio tidak
menyerang gurunya.
"Locianpwe," begitu dia berkata hormat.
"Harap ampunkan guruku yang mungkin dirasa
terlalu mencampuri urusan dalam partai. Suhu
hanya hendak menyayangkan kalau Go-bi yang
1482 begini gagah dan tegar harus binasa karena
murid-muridnya tidak mendapat tambahan
ilmu. Apa yang dikata suhuku benar, tapi cara
dan sikapnya ini mungkin salah, terlalu
mencampuri urusan Go-bi. Biarlah locianpwe
renungkan itu tapi sebagai orang bodoh yang
pernah menjadi murid di sini teecu juga
merasa sayang kalau sepeninggal Beng Kong
lo-suhu maka tokoh-tokoh Go-bi tak semaju
seperti orang-orang Heng-san. Biarlah kami
pergi dan maafkan kalau teecu dan guru teecu
ini mengganggu perasaan locianpwe!"
Tapi sebelum Peng Houw bangkit berdiri
mendadak sebuah tangan yang kuat
menekannya.
"Nanti dulu, kau... kau mengaku pernah
menjadi murid di sini? Siapa namamu?"
1483 Peng Houw terkejut. Yang memegang
pundaknya ini adalah guru besar Go-bi itu. Tapi
mengangguk dan merasa jari-jari itu meremas
pundak dan tulang-tulang lain dia mengangguk.
"Benar, teecu bekas murid di sini, locianpwe.
Tapi teecu telah diusir. Teecu adalah Peng
Houw."
"Peng Houw? Kau murid siapa?"
"Dulu guru teecu adalah suhu Lu Kong
Hwesio...."
"Ah, kau bersama Chi Koan...."
"Benar, teecu berdua yang dulu menjadi sebab
kekacauan itu, locianpwe. Dan Ji Beng lo-suhu
dulu mengusir teecu. Kini teecu diambil murid
oleh Giok Kee totiang dan...."
1484 "Hm-hmm!" suara dan anggukan ini disusul
oleh cengkeraman yang kuat dan yang
membuat Peng Houw meringis. Ia tak dapat
melanjutkan kata-katanya karena hwesio itu
mencengkeram tulangnya begitu kuat. Dan
ketika ia ditepuk dan tiba-tiba menjerit, Giok
Kee terkejut dan membentak ke depan maka
tosu ini sudah berkelebat dan berseru,
"Lo-suhu, apa yang kau lakukan kepada
muridku?"
Namun Ji Leng Hwesio sudah melepaskan
cengkeramannya. Ia bersinar-sinar
memandang pemuda ini dan pandangan aneh
terpancar di situ. Lalu ketika dia mengangguk-
angguk dan tersenyum, mengebutkan lengan
bajunya kepada Giok Kee Cinjin maka kakek
sakti itu berkata, "Giok Kee totiang, maukah
kau dan muridmu tinggal di sini sehari dua?
1485 Pinceng akan ke Heng-san. Pinceng akan
mencari tahu nasib murid pinceng!"
Perobahan ini membuat orang tercengang. Ji-
hwesio, dan dua saudaranya, yang tertegun
dan heran mendengar itu lalu memandang tak
berkedip. Baru kini supek mereka itu mau
bicara banyak, dan yang mengherankan, pergi
dan mau meninggalkan partai. Padahal sudah
bertahun-tahun mendekam dan bertapa! Tapi
Giok Kee yang tertegun mengamati pundak
muridnya, pundak yang mengkilap dan bersih
seperti digosok batu pualam tiba-tiba tertawa
bergelak dan berseru,
"Ji Leng lo-suhu, kau sudah pulih dan kembali
watakmu? Ha-ha, pinto senang, Go-bi-kauwcu
(pemimpin agama Go-bi). Tapi jangan serobot
muridku begitu saja. Ha-ha, pinto susah payah
menggemblengnya. Terima kasih atas usapan
Sian-ji-kangmu (Usapan Jari Dewa)!" dan
1486 berseru kepada Peng Houw agar berlutut
mengucapkan terima kasih, pemuda itu tak
tahu betapa tulang-belulangnya sudah dibuat
lain, tahan bacokan dan tahan pukul maka tosu
itu berteriak, "Peng Houw, ucapkan terima
kasih kepada Go-bi-kauwcu. Kau telah
diberinya kekebalan Sian-ji-kang!"
Peng Houw heran membelalakkan mata. Ia tak
mengerti tapi menjatuhkan diri berlutut juga.
Namun belum ia mengeluarkan suara
mendadak hwesio itu menggerakkan kaki dan
lenyap.
"Giok Kee Cinjin, pinceng hanya memenuhi apa
yang dulu diminta murid pinceng Lu Kong
untuk memberikan sesuatu kepada muridnya
itu. Sekarang ia telah menjadi muridmu, tapi
aku tetap membayar janjiku juga. Tinggallah
sehari dua di sini dan tunggu pinceng kembali
dari Heng-san!"
1487 Peng Houw melongo lagi. Ia tak sempat
mengucap terima kasih karena tahu-tahu
hwesio itu lenyap. Orang tak tahu kemana dia
tapi ketika semua memandang ke gurun


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ternyata hwesio itu telah merupakan titik kecil
di sana, lenyap dan tidak kelihatan lagi dan
Giok Kee Cinjin tertawa bergelak-gelak. Dan
ketika Peng Houw bangkit berdiri dan gurunya
berseru menyambar toya, menghantam dan
menyerang pundaknya dengan kuat maka toya
itu patah dan Peng Houw sama sekali tidak
merasa sakit atau apa kecuali terkejut dan
berseru keras, tak sempat meng hindar.
"Suhu... krakk!" toya itu menjadi dua potong.
Giok Kee Cinjin tertawa lagi dan tiba-tiba tanpa
banyak bicara lagi tosu ini menyambar golok di
tanah. Golok itu adalah milik orang-orang yang
bertempur tapi yang tadi tak diambil,
berkelebat dan membacok muridnya ini. Dan
1488 ketika tujuh bacokan mengenai bahu dan
pinggang muridnya, Peng Houw mengelak
namun diserang dan tak mungkin menghindar
maka otomatis dia menggerakkan lengannya
menangkis dan golok itupun patah-patah.
"Ha-ha, lihat, Peng Houw. Lihat usapan Jari
Dewa itu. Kau kebal dan tahan segala
bacokan... tak-tak-takk!" dan golok yang
menjadi tiga keping patah bertemu tangkisan
Peng Houw membuat pemuda ini tertegun dan
bengong, tidak tahu apa yang terjadi karena
sesungguhnya ia tadi menangkis tanpa sinkang.
Menghadapi gurunya yang tak mungkin
membunuhnya membuat ia menangkis
seadanya saja, dengan tenaga biasa-biasa.
Tapi begitu dengan tenaga biasa ini ia mampu
membuat golok patah-patah, Ji-hwesio dan
lain-lain ikut terkejut maka hwesio itu
membelalakkan mata dan berseru,
1489 "Omitohud, rupanya hubunganmu dengan
mendiang Lu Kong suheng membawa
keberuntungan, Peng Houw. Puji syukur bahwa
supek memberikan Sian-ji-kangnya kepadamu
tidak kepada Chi Koan!"
"Chi Koan?"
"Benar," Sam-hwesio kini menyambung bicara.
"Chi Koan yang menjadi gara-gara dari
semuanya ini, Peng Houw. Dialah yang
membuat onar di Heng-san hingga Tan Hoo
Cinjin dan lain-lain meluruk!"
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Giok Kee
nimbrung, memang belum tahu secara lengkap.
"Ada apa dengan anak itu, Ji-lo-suhu. Dan
bagaimana dia bisa membuat onar lagi?"
"Anak itu memang duri dalam daging," Sam-
hwesio mengepal tinju. "Suheng Beng Kong
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Hwesio mengambilnya sebagai murid dan dia
lalu melabrak ke Heng-san, menantang Siang
Kek Cinjin!"
"Astaga, bocah itu menantang Siang Kek?
Memangnya kepandaiannya sudah setinggi
Thai-san?"
"Chi Koan telah memiliki semua ilmu-ilmu
andalan, Giok Kee totiang. Dan kami bertujuh
kalah olehnya. Dia digembleng oleh Beng
Kong-suheng lagi, tapi yang amat menyakitkan
adalah watak sombong dan tinggi hatinya itu.
Dia pongah!"
"Seperti gurunya!" Giok Kee berseru, teringat
akan hwesio itu, yang sombong tapi hebat.
"Kalau guru sombong menurunkan murid yang
sombong adalah biasa, Ji-lo-suhu. Tapi
bagaimana selanjutnya setelah itu?"
1491 "Hm, bocah itu tertangkap di sana. Dan suheng
lalu ditantang untuk mengambilnya. Dan
karena suheng amat menyayang muridnya
secara berlebih dan tak tahu akan jebakan lain
maka Tan Hoo Cinjin dan kawan-kawannya itu
lalu datang ke sini dan hampir saja
menghancurkan Go-bi!" Sam-hwesio lalu
menceritakan lengkap, didengar dan Giok Kee
tampak mengangguk dan mengerutkan alisnya
berkali-kali. Dan ketika semua jelas dan Peng
Houw juga mendengar, Giok Kee mendesah
maka tosu itu menarik napas panjang dan
teringat murid-murid Go-bi yang tewas dan
menggeletak di sana-sini.
"Siancai, licik dan cerdik. Tapi harus pinto akui
bahwa suheng kalian Beng Kong Hwesio
memang telah menggegerkan dunia kang-ouw.
Hm, biar supek kalian yang melihat. Mari
sekarang kita urus mayat-mayat itu dan biar
1492 pinto menunggu kembalinya Ji Leng lo-suhu
barang sehari dua. Dan kau...." dia menunjuk
Peng Houw. "Bantu bekas paman-paman
gurumu membersihkan tempat ini, Peng Houw.
Mari kita bekerja dan urus semua itu."
Peng Houw mengangguk. Dia sedih melihat
mayat-mayat yang bergelimpangan itu, tapi
bergerak dan membantu gurunya diapun sudah
mengangkat dan memindahkan mayat-mayat
ini dikumpulkan di pelataran luas. Tiga ratus
murid luka-luka sementara hampir dua ratus
tewas terbunuh. Pembantaian kali ini lebih
dahsyat daripada dulu, terasa lebih keji.
Maklum, seribu orang menyerang mereka dan
itupun secara tiba-tiba. Entah bagaimana
jadinya kalau Ji Leng Hwesio tak segera
muncul, Go-bi tentu habis dan bersih murid-
muridnya. Perguruan ini hanya bisa tinggal
nama. Tapi ketika semua selesai dan semua
1493 sibuk menumpuk mayat-mayat itu dalam satu
lubang besar, tiga hwesio pimpinan bekerja
dengan air mata mengucur maka malam
harinya semua beristirahat dan Giok Kee Cinjin
maupun Peng Houw mendapat kamar
bersebelahan. Kebetulan Peng Houw
menempati kamarnya yang dulu, ketika masih
sebagai murid atau kacung di Go-bi.
"Teecu rupanya tak dapat tidur. Biar kau
beristirahat, suhu. Teecu mungkin akan
berjalan-jalan sejenak melihat tempat-tempat
yang dulu teecu kenal."
"Hm, kau mau kelayapan?"
"Sekedar menyongsong kantuk, suhu. Nanti
kalau sudah tentu teecu kembali lagi."
1494 "Baik, tapi jangan terlalu larut. Besok kita
harus membantu bekas paman-paman gurumu
itu dan jangan sampai bangun kesiangan."
Peng Houw mengangguk. Enam tahun
meninggalkan Go-bi terasa seperti melewatkan
waktu yang pendek. Seolah baru kemarin saja
dia meninggalkan tempat ini namun ternyata
sudah banyak perobahan terjadi. Satu yang
paling menyolok adalah berkurangnya murid-
murid di sini, berarti para suhengnya atau
hwesio-hwesio muda yang pernah menjadi
kacung atau tukang sapu di situ tak ada lagi.
Yang muda-muda, nyaris terbantai di dalam
pertempuran sengit itu. Mereka adalah hwesio-
hwesio pembantu yang tentu saja belum
memiliki kepandaian tinggi, penyapu jalan atau
tukang masak yang terpaksa menyambut
musuh dan mempertahankan Go-bi. Dan
karena kepandaian mereka memang rendah
1495 tapi harus membela perguruan maka mereka-
mereka inilah yang roboh lebih dulu dan
menjadi "rabuk" bagi gurun Go-bi. Peng Houw
menarik napas dalam-dalam karena hampir
semua kakak-kakak seangkatannya tewas.
Akhirnya ia berhenti dan duduk di sebuah
undak-undakan batu di mana sebuah patung
menyembunyikan tubuhnya dari luar tembok.
Di sini, enam tahun yang lalu dia sering
bermain petak umpet dengan sesama kacung
Go-bi, hwesio-hwesio muda yang menjadi
sahabatnya. Bahkan Chi Koan pun sering ikut.
Dan karena di bawah undak-undakan itu
terdapat banyak patung-patung lain sebagai
penghias pelataran maka di sini Peng Houw
dapat melihat ke sekelilingnya dengan baik.
Dulu, enam tahun yang lalu di mana bulan
purnama naik dengan indahnya maka selesai
bekerja dia dan para sahabatnya saling kejar
1496 dan sembunyi. Pelataran ini luas dan
banyaknya patung-patung di situ enak sekali
dipakai berlindung. Siapa yang kalah harus
mencari lawan-lawannya dan yang tertangkap
mendapat hadiah tepukan kejut di punggung.
Mereka akan tertawa-tawa riang dan
selanjutnya yang kena tepukan harus mencari
dan mengejar yang lain, begitu seterusnya.
Dan ketika Peng Houw teringat masa-masa itu
maka tanpa terasa ia memandang jauh ke
depan di mana sebuah bukit berdiri kokoh
macam tempurung raksasa, tidur atau
tengkurap di situ berabad-abad.
Itulah tempat pertapaan guru besar Go-bi.
Pagar kawat berduri yang mengelilingi bukit itu
merupakan tanda dilarang masuk bagi
siapapun yang tak mendapat izin. Pelataran di
mana Peng Houw sering bermain petak umpet
adalah pelataran di belakang perguruan ini, tak
1497 akan mengganggu para hwesio lain yang
sedang berliamkeng umpamanya, atau hwesio-
hwesio tua yang bersamadhi melakukan latihan
pernapasan. Dan ketika Peng Houw
membentur bukit hitam itu maka diapun
bertanya-tanya.
Konon di situlah pertapaan Ji Leng Hwesio
yang sakti. Kabar tentang dimilikinya Bu-tek-
cin-keng oleh hwesio ini telah tersebar luas dan
Peng Houw tentu saja tahu itu. Dia sendiri tak
tertarik dengan kitab hebat itu melainkan
justeru tertarik kepada apa yang dilakukan
guru besar Go-bi itu. Entahlah, apa yang
dilakukan Ji Leng Hwesio sehingga betah
bertahun-tahun bertapa di bukit hitam itu.
Mempelajari Bu-tek-cin-keng? Mungkin saja,
karena tingkat kepandaian dedengkot Go-bi itu
memang maju pesat. Dan membayangkan
1498 sesepuh Go-bi ini mengingatkan Peng Houw
akan Beng Kong Hwesio dan juga Chi Koan.
Hm, Chi Koan kembali ke sini? Dan kembali
belajar pada bekas gurunya itu? Dan Chi Koan
dikabarkan memiliki kepandaian amat tinggi
karena mampu mengalahkan Pat-kwa-hwesio
yang menjadi tokoh-tokoh di situ. Padahal,
mungkin dia sendiri harus bekerja keras
merobohkan tujuh tokoh Go-bi ini. Berarti, Chi
Koan sudah di atasnya!
Peng Houw merinding. Chi Koan dikenalnya
sebagai bocah nakal yang cerdik dan berwatak
kurang baik. Berapa kali dia bertengkar dengan
anak itu karena kenakalan dan watak kurang
baiknya itu. Lihat saja peristiwa di Go-bi ini,
bukankah karena fitnah dan kenakalan anak itu
hingga ia harus hengkang dari Go-bi? Gara-
gara ang-sio-bak maka mendiang gurunya Lu
Kong Hwesio sampai bertempur hebat dengan
1499 guru Chi Koan, Beng Kong Hwesio itu. Dan
selanjutnya gurunya harus tewas oleh kelicikan
si Raja Ular dan Kwi-bo.
Sampai di sini Peng Houw menarik napas
dalam-dalam. Teringat kematian gurunya yang
lama itu tiba-tiba darahnya mendidih. Ia harus
menetralisir diri kalau tak mau hanyut oleh
dendam. Dan ketika dia memejamkan mata
dan teringat masa-masa kecilnya di sini
mendadak Peng Houw teringat akan ayat-ayat
suci ketika dulu belajar agama dari mendiang
gurunya Lu Kong Hwesio, yakni tentang
kemarahan dan mengendalikan kemarahan.
"Kemarahan itu seperti kuda liar yang menarik
tanpa kendali sebuah kereta bernumpang.
Kemarahan itu dapat membahayakan kalau
berlarut-larut, Peng Houw. Karena itu
belajarlah sabar dan biarkan sepak terjang Chi
Koan kalau ia sering mengganggumu.


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Menyingkirlah kalau kau tak senang, jangan
dilayani."
Begitu dulu kata-kata gurunya Lu Kong kalau
ia mendapat gangguan kelewat batas dari Chi
Koan. Nasihat ini sering diberikan kalau dia
berkelahi dengan anak itu. Chi Koan sering
mempraktekkan pelajaran silatnya kalau
mereka kebetulan berdua, memukul dan
mengajak berkelahi Peng Houw dalam usaha
menyombongkan diri. Dan dia, yang waktu itu
belum mendapat pelajaran silat karena tiap
hari hanya dijejali ayat-ayat kitab suci lalu
sering diejek lawannya yang terpingkal-pingkal
mengatakan Peng Houw pengecut.
"Huh, gurumu Lu Kong supek itu mendidikmu
menjadi perempuan, Peng Houw. Mana ilmu
silatmu dan kenapa tiap hari hanya berliam-
keng (membaca ayat-ayat suci) saja. Hayo,
minta pelajaran kepadanya dan kita adu ilmu!"
1501 "Kau tak perlu pongah," Peng Houw menjawab.
"Ilmu di dunia bukan hanya silat, Chi Koan.
Silat tanpa watak yang baik seperti pisau tajam
yang kelak akan melukai diri sendiri. Aku
memang baru diajari ayat-ayat kitab suci, tapi
kelak kalau tiba saatnya suhu tentu akan
menurunkan kepandaiannya juga."
"Ha-ha, kapan itu. Suhumu takut menurunkan
itu karena ia kalah dengan guruku. Boleh
sampai mati kau menunggu pelajaran silat
darinya!"
"Chi Koan!" Peng Houw membentak. "Tutup
mulutmu dan jangan lancang!"
"Aha, sudah mulai berani? Bagus, mari Peng
Houw, kita main-main!" dan Chi Koan yang
kemudian memukul dan mempraktekkan
silatnya sudah mendahului Peng Houw
memberi bogem mentah atau tendangan. Peng
1502 Houw berkelit tapi kalah cepat dan selanjutnya
ia menjadi bulan-bulanan lawan. Kalau sudah
begini maka ia pun menubruk dan menggigit.
Sekali Chi Koan tertangkap dan digigitnya
telinga anak itu kuat-kuat. Chi Koan berteriak
dan menangis. Dan ketika mereka berdua
bergulingan dan perkelahian itu diketahui guru
mereka maka selanjutnya mereka dipisah tapi
Lu Kong Hwesio tetap saja belum memberikan
ilmu silatnya kepada anak ini.
"Biarlah, biar Chi Koan bicara begitu. Semakin
kau diganggu semakin belajarlah tabah dan
sabar. Orang hidup harus banyak tabah dan
sabar Peng Houw, tanpa begitu tak akan
mengalami kemajuan batin. Kemajuan batin
jauh lebih berguna daripada kemajuan lahir.
Ayo, kita ke ruang doa dan praktekkan ayat
kedua dari bab ketujuhbelas!"
1503 Kalau sudah begini Peng Houw disuruh
berliamkeng. Dengan berliamkeng maka
diapun lupa. Ayat itu dibacanya berulang-ulang.
Dan karena setiap gangguan Chi Koan yang
membangkitkan kemarahannya selalu
"diantisipasi" dengan ayat-ayat ini maka Peng
Houwpun kini hapal dan memang diapun
menjadi anak laki-laki yang tidak gampang
marah dan penyabar, hal yang amat disukai
para hwesio Go-bi. Maka ketika tiba-tiba
diapun teringat mendiang gurunya itu dan
kematian gurunya di tangan si Raja Ular
membangkitkan kemarahannya mendadak
Peng Houw mengetrukkan ujung jarinya ke
patung batu itu, sekarang pikirannya kembali
kepada mendiang gurunya itu, bersenandung
lirih, tak sadar betapa kuku jarinya mampu
mencoblos tubuh patung seperti orang
mencoblos agar-agar!
1504 Orang yang dapat menahan
kemarahannya yang sedang timbul,
seperti menghentikan kereta
yang sedang tergelincir,
ialah yang kusebut seorang deruki.
Yang lainnya hanya merupakan
pemegang tali kuda saja.
Peng Houw menghentak sambil
menganggukkan kepalanya mengikuti irama
bunyi ayat-ayat suci ini. Ia merasa betapa
benarnya kata-kata itu karena menahan
kemarahan tiada ubahnya menahan larinya
kuda liar yang berlari kencang. Dan hanya
seorang deruki-lah (kusir kereta perang) yang
mampu melakukan itu, seorang kusir kereta
perang yang telah berpengalaman. Dan ketika
1505 ia mengangguk dan tersenyum-senyum
mengulangi ayat-ayat suci ini, dengan begitu ia
dapat melupakan kemarahan dan sakit hatinya
mendadak terdengar kekeh dan tawa
seseorang.
"Hi-hik, calon pendeta, tapi tidak berpotongan
pendeta. Hei, suaramu empuk, anak muda.
Aku jadi tertarik kepad?mu dan mari ikut
sebentar denganku!"
Bau harum dan pakaian wanita meyambar.
Peng Houw sedang enak-enaknya menghapal
kitab suci ketika mendadak tubuhnya
dicengkeram dan ditarik seseorang. Dan ketika
ia tersentak dan otomatis bergerak,
menghentikan liam-kengnya maka seorang
wanita cantik sudah menyambar dan
membawanya terbang ke tempat pertapaan Ji
Leng Hwesio.
1506 "Hi-hik, tampan dan gagah, bukan hwesio
muda. Aihh, aku suka kepadamu, anak muda.
Tapi daripada sendirian di situ antarlah aku ke
bukit itu dan nanti kuberi sesuatu yang tak
bakal kau lupakan seumur hidup!"
Peng Houw tertegun. Dia sudah mau meronta
dan melepaskan diri ketika tiba-tiba ia melihat
siapa penyambarnya ini, seorang wanita cantik
berusia empat puluhan tahun tapi mata dan
bibirnya membayangkan kecabulan hebat,
tertawa-tawa dan membawanya terbang ke
bukit sementara harum wanita itupun semakin
menyengat. Di malam dingin dan di kesunyian
itu sungguh dapat menggerakkan gairah
seorang pria berdekatan dengan wanita
secantik ini, apalagi rambut wanita itu
berkibar-kibar melempar bau memabokkan
menyabet muka. Tapi Peng Houw yang tentu
saja bukan bangsa laki-laki hidung belang di
1507 mana dia membentak dan akhirnya
melepaskan diri maka cengkeraman wanita itu
yang disentak dan lolos bagai belut membuat
wanita ini berseru tertahan dan menghentikan
larinya, Peng Houw sudah berdiri tegak dan
bersinar-sinar. Tidak tertarik oleh kecantikan
atau gaya genit wanita ini.
"Kwi-bo, kau wanita liar. Ada apa datang di
Go-bi dan bagaimana kau tiba-tiba muncul.
Mana Coa-ong atau teman-temanmu yang
lain?"
"Eh!" wanita itu terbelalak, rasa herannya
menindas rasa marah. "Kau tahu siapa aku?
Kau dapat mengenali aku?"
"Seribu tahunpun tak mungkin lupa!" Peng
Houw membentak, tentu saja tahu wanita ini,
sekarang sudah hilang kaget dan rasa
tertegunnya. "Kau adalah siluman wanita yang
1508 dulu memberi ang-sio-bak itu, Kwi-bo. Dan
sekarang kau muncul lagi di sini. Keparat, apa
yang hendak kau lakukan?"
Kwi-bo, si cantik ini bengong. Ia tentu saja
lupa kepada Peng Houw yang sudah enam
tahun tak dijumpai. Dulu, pemuda ini masih
merupakan seorang anak laki-laki yang
kebocah-bocahan dan tak dipandang sebelah
mata. Kini Peng Houw telah dewasa dan
perobahan anak itupun tak diketahuinya. Maka
mendengar Peng Houw bicara tentang ang-sio-
bak dan ia terkejut serta heran, siapa pemuda
ini maka ia terkekeh dan mengamat-amati
dengan tajam, ia mulai dapat mengingat
sepasang mata Peng Houw namun lupa kapan
dan di mana.
"Eh, kau ini siapa. Aku serasa mengenal
matamu yang tajam dan pemberani ini. Tapi
1509 aku lupa. Siapa kau dan bagaimana mengenal
aku?"
"Aku adalah Peng Houw!" Peng Houw
membentak, matanya bersinar-sinar. "Dulu
kau mempermainkan Chi Koan dan aku, Kwi-bo.
Kau memberikan ang-sio-bak laknat itu hingga
Go-bi geger. Nah, apa maksudmu datang ke
sini dan mau apa hendak ke tempat pertapaan
Ji Leng lo-suhu?"
"Hi-hik, heh-heh..... kau... kau Peng Houw?
Astaga, segagah dan setampan ini kau
sekarang, Peng Houw? Aduh, pangling aku.
Aiihh, kau ganteng dan menakjubkan!" Kwi-bo
teringat dan sekarang tertawa berseri-seri,
maju dan langsung memegang tangan Peng
Houw tapi tentu saja Peng Houw mundur dan
menolak. Bersentuhan dengan wanita ini
seolah bersentuhan dengan seekor ular. Peng
Houw jijik! Dan ketika ia berkelit dan lawanpun
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
terkejut, membelalakkan mata maka Peng
Houw berkata dingin dengan suara ditekan,
"Kwi-bo, kau adalah iblis wanita yang selalu
membuat rusuh. Kabarnya kau telah mampus
dan tewas di jurang, tapi tiba-tiba kini kau
hidup dan muncul lagi. Hm, menyerahlah dan
baik-baik turuti nasihatku, Kwi-bo. Kau
berhutang banyak dosa kepada Go-bi. Mari,
kuantar menghadap pimpinan Go-bi dan
berikan tanganmu!"
Kwi-bo tiba-tiba terpingkal-pingkal. Peng Houw,
yang dulu dilihatnya sebagai bocah laki-laki
biasa itu mendadak kini sudah berangkat
dewasa dan mau menangkapnya pula.
Keberanian dan kegagahan pemuda ini masih
tampak, jelas. Tapi tentu saja tak memandang
sebelah mata dan geli oleh permintaan pemuda
itu maka wanita ini mengangguk dan
menjulurkan tangannya, berkata,
1511 "Boleh, kau boleh tangkap dan ikat tanganku,
Peng Houw. Mari, bawalah aku ke pimpinan
Go-bi itu!"
Peng Houw terheran. Tak disangkanya begitu
mudah wanita ini dibentaknya. Tapi bergerak
dan menyambar tangan itu tentu saja ia
langsung hendak menangkap dan menelikung,
tidak tahunya lawan terkekeh dan tangan yang
hendak ditangkap itu sudah memutar dan
bergerak ke atas. Dan ketika Peng Houw
terkejut dan berseru keras maka totokan ujung
jari menyambar bawah rahangnya.
"Peng Houw, kaulah yang harus kurobohkan
dan kutangkap!"
Peng Houw berkelit. Ia tak mengira ditipu
karen kesederhanaan pikirannya tak
membayangkan yang lain-lain. Jari tangannya
yang hendak menangkap malah sekarang
1512 ditangkap. Tapi Peng Houw yang tentu saja
marah dan mengelak sudah membentak dan
menangkis tangan wanita itu.
"Duk!"
Kwi-bo tergetar. Peng Houw, bocah yang dulu
ditangkap dan dipermainkannya itu tiba-tiba
dapat mengelak dan menangkis serangannya.
Bahkan, ia tergetar! Tapi terkekeh dan
menyambar lagi mendadak wanita ini
berkelebat dan mainkan kedua tangannya


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan cepat dan bertubi-tubi. Gelang di
tangannya berkerincing nyaring. Dan Peng
Houw sibuk. Namun dengan Soan-hoan-ciang
yang dimiliki, Kibasan Angin Taufan iapun
mundur dan bergerak ke sana ke mari
mengikuti gerakan wanita itu. Peng Houw
menangkis dan Kwi-bo selalu terpental. Inilah
mengejutkan. Dan ketika wanita itu
melengking dan menjeletarkan rambutnya,
1513 melecut dan meledak-ledak maka Kwi-bo
sudah mengelilingi Peng Houw dengan
serangan-serangan cepat yang amat
berbahaya.
"Bagus, kiranya kau berkepandaian, bocah.
Tapi tak mungkin kau mengalahkan aku dan
lihat aku akan merobohkanmu..... tar-tar!"
Peng Houw kalah cepat. Ia kalah pengalaman
dan lawanpun beragam ilmunya. Kwi-bo
berkelebatan naik turun sementara rambutnya
pecah menjadi puluhan di mana semuanya itu
menyambar Peng Houw dari segala penjuru.
Dan karena dua tangan wanita itu cukup
berbahaya dan Peng Houw sibuk melayani ini,
tak mungkin memperhatikan semua rambut itu
maka dua atau tiga kali ia terkena lecutan juga.
Lecutan ini bukan sembarang lecutan
melainkan semacam totokan bahkan tusukan.
Biasanya, dengan ujung rambutnya itu Kwi-bo
1514 berhasil merobohkan lawan, menotok sekaligus
melukai. Tapi ketika rambutnya mental dan
dari pundak atau leher pemuda itu muneul
tenaga tolak yang kuat sehingga rambut
bahkan membalik dan melecut mukanya
sendiri maka Kwi-bo kaget dan membelalakkan
mata.
"Eh-eh, kau punya ilmu kebal? Tulang dan
dagingmu atos?"
"Hm," Peng Houw tak menyadari usapan Sian-
ji-kang, terus bergerak ke sana ke mari
mengelak dan menangkis. "Ilmu kebal aku tak
punya, Kwi-bo. Tapi ilmu silat tentu saja
membuat kulit dan tubuhku kuat. Kau banyak
bicara dan cerewet!"
Kwi-bo melengking-lengking. Peng Houw,
bocah yang enam tahu lalu tak bisa apa-apa
dan mudah dipermainkannya itu kini terlihat
1515 cekatan dan lincah. Tenaganya kuat dan ujung
rambut yang menotok juga terpental. Aneh,
dia mengira kurang kuat dan karena itu
membentak dan mempercepat gerakan serta
ledakan rambutnya pula. Dan ketika Peng
Houw tampak kewalahan dan sibuk menghalau
hujan rambut, kini Kwi-bo menekankan
serangannya pada rambutnya itu mendadak
tangan kanannya mencengkeram dan Peng
Houw yang lebih memusatkan perhatian pada
rambut wanita itu tiba-tiba dicengkeram
pundaknya.
"Kretek!" dan.... jari-jari wanita itu sendiri
yang serasa patah. Kwi-bo mengerahkan
sinkangnya dan ingin secara langsung
meremukkan pemuda itu ia tak mengandalkan
rambutnya lagi. Dipikirnya rambutnya kurang
kuat dan biarlah tangannya yang kini mencoba.
Tapi begitu tulang pundak itu menggetar
1516 seperti papan baja, liat dan mengeluarkan
tenaga dahsyat maka wanita ini melepaskan
diri dan menjerit.
"Aiihhhh....!" Kwi-bo melempar tubuh
bergulingan. Wanita itu pucat karena sekarang
ia membuktikan sendiri tenaga tolak yang
amat hebat itu. Dari tulang dan daging pemuda
itu keluar semacam sinkang mujijat yang akan
membuat jari-jarinya patah kalau tidak cepat
dilepaskan. Ia kaget bukan main. Dan ketika
Kwi-bo meloncat bangun dan Peng Houw juga
bernapas lega tak didesak lagi, wanita itu
menggigil maka Kwi-bo menuding dan
mendesis,
"Bocah setan, kau... kau memiliki ilmu apa?
Ilmu siluman apa yang kau keluarkan tadi?"
Peng Houw mengerutkan kening. Melihat dan
mendengar kata-kata wanita ini segera ia
1517 teringat kejadian siang tadi, betapa ia dibacok
dan tak mempan. Bahwa ia mendapat usapan
Sian-ji-kang dan inilah agaknya yang membuat
lawan jerih. Tadi ketika dicengkeram otomatis
tenaga Sian-ji-kang itu bekerja, mendahului
sinkangnya sendiri dan Kwi-bo tentu saja
terkejut. Tenaga itu adalah warisan Ji Leng
Hwesio yang sakti, tentu saja hebat! Dan
ketika ia tertawa dan teringat ini, maju
berkelebat maka Peng Houw tak menjawab
melainkan menyerang dengan Soan-hoan-
ciangnya itu.
"Sekarang tak perlu bengong melulu. Kau
sudah melihat kehebatanku, Kwi-bo, menyerah
dan jangan banyak bicara lagi!"
Wanita ini mengelak. Ia melengking dan marah
namun Peng Houw mengejar. Kwi-bo jerih
karena dihajar sekuat apapun tetap saja lawan
tak bergeming. Maka ketika ia dikejar dan
1518 Peng Houw mendesaknya tentu saja wanita itu
menangkis dan membentak. Tapi ia
terpelanting. Dari lengan Peng Houw keluar
tenaga yang aneh itu, menderu dan
mengejarnya lagi dan pucatlah wanita ini oleh
pukulan Peng Houw. Dan ketika ia menjerit dan
melempar tubuh bergulingan maka Kwi-bo
memekik dan meloncat bangun melarikan diri.
"Bocah siluman, ilmu kepandaianmu biasa-
biasa. Tapi tenagamu seperti iblis. Keparat,
lain kali saja kita ketemu!"
"Hm," Peng Houw mendengus. "Kau sudah di
sini, Kwi-bo. Jangan lari. Serahkan dirimu
dulu!"
Namun wanita itu bergerak cepat. Ia memutar
dan menyelinap di balik patung-patung batu
dan berusaha keluar meninggalkan Peng Houw.
Namun karena pekikan dan ribut-ribut itu
1519 mengundang hwesio-hwesio Go-bi, Ji-hwesio
dan sutenya berkelebatan keluar maka wanita
ini terkejut dan dihadang. Dan dua hwesio
itupun tertegun.
"Eh, Kwi-bo...!"
Wanita itu terkekeh. Sama seperti Peng Houw
maka mula-mula dua hwesio itu terbelalak dan
terkejut melihatnya. Ia dikabarkan tewas
namun tiba-tiba muncul di Go-bi, malam-
malam pula. Dan karena mereka tertegun dan
saat itu digunakan iblis wanita ini untuk
menerjang maka rambutnya menjeletar
sementara kedua tangannyapun melepas
pukulan.
"Minggir.... des-dess!"
Ji-hwesio dan Sam-hwesio terhuyung. Mereka
menangkis tapi kalah kuat, terdorong namun
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
wanita itu meneruskan larinya namun hwesio-
hwesio lain muncul. Dan ketika di sana Giok
Kee Cinjin juga keluar dan Peng Houw
berteriak-teriak pada gurunya maka wanita itu
mengumpat dan tiba-tiba merobek bajunya,
berlari sambil telanjang, satu demi satu
pakaiannya dilepas, terkekeh.
"Hi-hik, bagus. Ayo kalian kejar dan main-main
dengan aku, hwesio-hwesio busuk. Lihatlah
lekuk-lengkung tubuhku dan mari sama-sama
menari!"
Hwesio-hwesio Go-bi terkejut. Wanita itu
sudah melepas semua pakaiannya dan
sebentar kemudian berlarian sambil
melenggang-lenggok. Ia tidak sekedar
melenggang-lenggok melainkan menggerakkan
rambut atau tangannya menampar. Setiap
tamparan berarti maut. Dan ketika dua hwesio
terperangkap dan melotot oleh tubuhnya, tak
1521 sadar bahwa Kwi-bo sedang mainkan Tarian
Hantu Langitnya maka sambil berlari dan
berlenggang-lenggok rambut dan tangan
wanita itu mengenai pelipis lawan.
"Plak!"
Dua hwesio itu menjerit. Mereka terlempar dan
bayangan tubuh indah terganti bayangan bola
hitam. Bola itu pecah dan mereka tak ingat
apa-apa lagi, tewas, pelipis mereka retak! Dan
ketika hwesio yang lain terkejut dan wanita itu
sudah bergerak dan melewati mereka, lari dan
berjungkir balik keluar dari tembok Go-bi maka
Giok Kee Cinjin yang tertegun dan berhenti tak
mengejar terkejut dan merah mukanya.
"Dia.... dia Kwi-bo?"
1522 "Benar," Peng Houw berseru, sudah sampai di
situ pula. "Kejar dan tangkap dia, suhu. Ia
membunuh murid Go-bi!"
"Tapi wanita itu telanjang bulat. Pinto lelaki
baik-baik. Eh, jangan sembrono, Peng Houw.
Awas tarian Thian-mo-bunya dan hati-hati!"
"Boleh Peng Houw mengejar aku!" wanita itu
terkekeh, tawanya di luar tembok tinggi.
"Anak-anak muda seperti dia bersemangat
melihat tubuh seorang wanita cantik, Giok Kee
Cinjin. Biarkan dia dan jangan dihalangi!"
"Keparat!" Peng Houw jadi tertegun, merandek.
"Kau iblis tak tahu malu, Kwi-bo. Siapa ingin
melihat tubuh telanjangmu!"
"Hi-hik, siapa tahu. Pemuda macam kau suka
malu-malu, Peng Houw. Ayo, jangan pura-pura
dan kejarlah aku!"
1523 Peng Houw mengutuk. Ia bingung dan marah
tapi juga malu bercampur-aduk. Dua murid
Go-bi tewas di situ gara-gara wanita itu. Tapi
karena Kwi-bo telanjang bulat dan ini membuat
lelaki baik-baik rikuh, gurunyapun rikuh dan
tak mengejar maka Peng Houw membiarkan
saja lawannya lenyap dan apa boleh buat
hanya membanting kaki melepas jengkel.
Malam itu gangguan kembali datang dan orang
yang hendak beristirahat tak dapat tidur. Murid
yang menjadi korban diurus mayatnya dan Ji-
hwesio maupun yang lain-lain marah, berjaga
sampai pagi dan kedatangan Kwi-bo benar-
benar mengejutkan. Siapa tahu enam dari
Tujuh Siluman Langit yang lain muncul. Dan
ketika Ji-hwesio bertanya bagaimana mula-
mula Peng Houw bertemu wanita itu,
diceritakan dan pimpinan Go-bi berdetak
jantungnya maka Ji-hwesio memandang bukit
di belakang bangunan luas itu, mendesah.
1524 "Supek bertahun-tahun di sana, dan sekarang
ketidakhadirannya rupanya sudah diketahui
orang jahat. Aih, Bu-tek-cin-keng benar-benar
membawa masalah, Sam-sute. Kita harus
berjaga-jaga karena siapa tahu besok atau lusa
Go-bi akan mulai lagi diserbu musuh, setelah
enam tahun tenang!"
"Benar, dan aku heran bagaimana Kwi-bo
dapat tahu-tahu muncul di sini, dan ia pun
langsung ke sana. Ah, kata-katamu benar,
suheng. Aku ingin agar supek segera datang.
Tanpa dia tak mungkin kita bertahan. Mudah-
mudahan dua tiga hari sudah benar-benar
datang!"
Tapi pinto ada di sini," Giok Kee ber sinar-sinar,
menenangkan. "Biarpun pinto tak dapat
menandingi orang semacam Tan Hoo Cinjin
namun kalau hanya Kwi-bo atau teman-
temannya tentu kita mampu, Ji-lo-suhu. Asal
1525 kita semua bergerak dan bersatu-padu tentu
masalah dapat diatasi. Tenanglah, supek kalian
tentu cepat datang!"
Namun Peng Houw berdebar tak enak. Ia tak
merasakan ketenangan setelah kehadiran Kwi-
bo tadi. Ada sesuatu yang memukul-mukulnya.


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi karena ia tak berani mencampuri
percakapan orang-orang tua, gurunya
mengusulkan agar bukit tempat pertapaan itu
dijaga lebih ketat maka dua hari kemudian
timbul guncangan baru. Hadirnya Chi Koan!
**SF**
Siang itu, di saat matahari tertutup mendung
tebal dan Go-bi mulai mendapat kiriman hujan,
kemarin sudah mulai diguyur dan langit
tampak muram maka seorang pemuda
melangkah masuk dengan wajah berseri-seri.
Ia langsung melangkahi pintu gerbang dan
1526 murid-murid yang berjaga tertegun. Chi Koan,
pemuda ini, datang dengan wajah gembira.
Dan begitu ia masuk begitu pula kakinya
menuju tempat pertapaan Ji Leng Hwesio.
Tentu saja para murid terkejut dan terbelalak.
Seharusnya, paling tidak pemuda ini harus
menemui paman-paman gurunya dahulu untuk
memberi laporan. Bagaimana suhunya tak ikut
dan kenapa sendirian pula. Mana sesepuh
mereka Ji Leng Hwesio yang pergi menolong
pemuda itu ke Heng-san. Apakah pemuda ini
memang Chi Koan atau bukan. Dan ketika
semua mata terbelalak karena sikap dan wajah
pemuda itu mengherankan benar, seorang
murid berseru dan mengejar maka Chi Koan
dihadang. Ia menyebut suheng kepada
pemuda ini, karena meskipun jauh lebih muda
tetapi Chi Koan adalah murid ketua Go-bi,
Beng Kong Hwesio yang amat lihai.
1527 "Chi Koan-suheng, berhenti dulu. Kenapa tidak
menghadap para susiok dulu dan hendak ke
bukit. Mana gurumu dan sukong Ji Leng
Hwesio?"
"Hm, kau?" pemuda ini berhenti, tertawa dan
tajam memandang hwesio itu, hwesio-hwesio
yang lain segera berdatangan. "Aku hendak ke
pertapaan kakek guruku, Sie Cek. Minggir dan
jangan menghalang jalan!"
Tapi kami baru mendapat musibah.
Kedatanganmu ditunggu, begitu juga gurumu
dan Ji Leng sukong!"
"Hm, ia tewas. Begitu pula suhu. Aku
mendapat perintah untuk mengambil Bu-tek-
cin-keng. Jangan kurang ajar berd?ri di
depanku!"
"Ah, gurumu tewas? Dan sukong.... sukong..."
1528 "Dia juga binasa!" Chi Koan mengibaskan
lengan bajunya, hwesio itu mencelat dan
berdebuk. "Minggir, tikus-tikus busuk. Nanti
aku menghadap susiok tapi sekarang harus ke
pertapaan itu dulu!"
Gegerlah murid-murid Go-bi. Lagak
dan sikap Chi Koan yang sombong dan sering
menyakitkan memang sudah lama mereka
tahu. Tapi bahwa pemuda itu bersikap tak
perduli dan acuh terhadap kematian gurunya,
juga sesepuh Go-bi yang dua hari lalu mencari
tau nasib pemuda ini di Heng-san membuat
para murid tersentak dan kaget. Mereka
dikibas dan roboh berpelantingan. Sie Cek,
murid pertama tadi, bahkan menjerit dan
patah tulang pundaknya menghantam kepala
sebuah patung. Chi Koan sungguh sewenang-
wenang. Dan ketika mereka marah tapi juga
gentar menghadapi pemuda ini, Chi Koan
1529 tertawa maka pemuda itu menjejakkan kakinya
dan tiba-tiba meluncur ke depan, lewat
samping perguruan. Pemuda itu sudah terbang
dan cepat sekali menuju bukit di belakang
bangunan. Namun karena bukit itu dijaga lebin
ketat daripada biasanya dan bermunculan
anak-anak murid Go-bi yang lain maka Chi
Koan terkejut juga melihat hwesio-hwesio ini.
Dan merekapun berteriak.
"Chi Koan, berhenti!"
"Chi Koan, jangan memasuki daerah larangan!"
Pemuda itu terbelalak. Tiba-tiba matanya
memancar keji dan bergeraklah dia melepas
Cui-pek-po-kian. Imu Menggempur Tembok itu
didorongkannya ke para hwesio yang
menghadang dan kontan saja mereka roboh
terlempar. Jerit dan pekik kaget terdengar di
sini. Dan ketika Chi Koan terbahak dan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
berkelebat dengan Lui-thian-to-jitnya, Kilat
Menyambar Matahari maka sebentar saja ia
sudah melewati pagar kawat dan tanpa ba-bi-
bu lagi masuk ke dalam guha pertapaan.
Saat itu tak ada yang menduga kedatangan
pemuda ini. Siapa sangka bahwa Chi Koan
tiba-tiba muncul dan membuat onar di tempat
sendiri. Tapi karena tempat itu memang
tempat keramat dan para hwesio berlarian
mengejar, jatuh dan bangkit lagi maka genta
tanda bahaya dipukul dan seringnya bahaya
mengancam Go-bi membuat murid-murid
bersigap diri begitu ada kegaduhan. Dan
demikian pula dengan kedatangan Chi Koan ini.
Meskipun ia ditakuti dan merupakan murid
tunggal Beng Kong Hwesio namun kali itu yang
dimasukinya adalah pertapaan sesepuh Go-bi.
Pemuda itu boleh kurang ajar tapi jangan
sampai melakukan yang begini. Dan ketika
1531 genta dan tanda bahaya dipukul bertalu-talu
dan semua menuding bukit itu, Chi Koan sudah
memasuki guha dan lenyap di dalam maka Ji-
hwesio dan adik-adiknya yang terkejut dan
melompat keluar segera terbang ke tempat itu.
Dan wajah mereka berubah pucat dan merah
mendengar tindak-tanduk Chi Koan, begitu
pula kabar kematian Beng Kong Hwesio atau
sesepuh mereka.
"Bohong! Siapa bilang supek tewas? Beng
Kong-suheng boleh mampus, Siauw-hong. Tapi
tak mungkin sesepuh kita binasa. Mana Chi
Koan si biang keributan itu?"
"Ia menuju bukit keramat. Kami dikibas dan
dipukul roboh. Dia.... dia...."
Hwesio muda itu jatuh terjengkang. Ji-hwesio
dan Sam-hwesio terkejut mendengar ini dan
sudah terbang ke tempat itu. Mereka kaget
1532 sekali bahwa begitu lancangnya anak itu ke
tempat pertapaan keramat, padahal siapapun
tahu tak boleh ada yang masuk kecuali dengan
ijin. Dan karena sesepuh mereka sedang pergi
dan tempat itu kosong, merekalah yang
bertanggung jawab maka Ji-hwesio dan
sutenya pucat melihat jejak tapak kaki
membekas di tanah berlempung. Kemarin
hujan turun membuat daerah itu becek.
"Dia... dia sudah masuk ke dalam. Chi Koan
telah memasuki guha!"
Dua hwesio ini terpaku. Mereka sudah di luar
pagar kawat dan membentak memberi aba-aba
mendadak mereka berjungkir balik melewati
pagar kawat itu. Para murid disuruh menyusul
dan berhamburanlah hwesio-hwesio Go-bi
menuju guha. Yang merasa tak sabar segera
memotong kawat berduri itu dan berlarian
masuk. Dan ketika semua mendaki bukit dan
1533 Ji-hwesio serta adiknya berkelebatan di depan
maka muncullah Su-hwesio dan Giok Kee
Cinjin serta Peng Houw.
Waktu itu, guru dan murid ini berada di
pendopo tengah. Giok Kee mengerutkan alis
mendengar ribut-ribut itu. Tapi ketika Su-
hwesio berkelebat di samping mereka dan
berseru bahw? Chi Koan datang, membawa
kabar buruk maka Giok Kee bergerak dan Peng
Houwpun meloncat dan berkelebat mengikuti
gurunya.
"Beng Kong suheng dan supek katanya tewas.
Tapi anak itu sekarang menuju ke bukit
keramat. Tolong, bantu kami, Giok Kee totiang.
Kami semua tak mungkin dapat menang tanpa
menimbulkan banyak korban jiwa!"
"Chi Koan? Bocah kurang ajar itu?"
1534 "Benar, tapi mari kita kejar. Pinceng
mendengar dia sudah ke atas bukit dan Ji-
suheng serta Sam-suheng tentu sudah
mendahului!"
Giok Kee dan Peng Houw mengerahkan ilmu
lari cepat mereka. Peng Houw, yang berdetak
mendengar datangnya Chi Koan tiba-tiba
berdegup jantungnya. Sudah lama ia tak
bertemu lawan mainnya itu dan kini tiba-tiba
dikabarkan Chi Koan menuju bukit. Siapapun
tahu bahwa bukit itu adalah tempat keramat.
Enam tujuh tahun yang lalupun dia dan Chi
Koan juga sama-sama tahu bahwa bukit itu tak
boleh didatangi manusia. Biarpun murid-murid
Go-bi sendiri kalau tidak ada ijin tak boleh
masuk, atau mereka mendapat hukuman keras
dan jangan harap mendapat ampun. Maka
ketika di sepanjang jalan ia mendengar betapa
Chi Koan masuk dan melanggar daerah
1535 larangan, keberanian pemuda itu memang
sudah dikenal tapi kali ini agaknya kelewatan,
Chi Koan menginjak-injak peraturan partai
maka Peng Houw sudah melihat tiga ratus
anak murid Go-bi berlarian ke puncak. Mereka
sudah mendapat ijin dari pimpinan dan Ji-
hwesio yang rupanya perlu mengerahkan anak
murid untuk menghadapi Chi Koan tak mau
berpikir panjang lagi. Dia sendiri tak mungkin
kuat dan hanya dengan bantuan sebanyak-
banyaknya sajalah dia dapat mengancam
pemuda itu. Dan ketika Peng Houw juga sudah
tiba di sini dan bersama gurunya naik ke atas,
berkelebat dan melewati murid-murid Go-bi
maka di sana Ji-hwesio sudah berdiri di luar
guha membentak dengan suaranya yang
mengguntur, kewibawaannya sebagai paman
guru dipergunakan.
1536 "Chi Koan, kau murid durhaka. Keluarlah dan
kenapa kau memasuki daerah larangan. Tidak
tahukah kau bahwa tempat ini tak boleh
dimasuki siapapun?"
"Ha-ha," terdengar jawaban. "Tak usah
berkaok-kaok, ji-susiok. Aku ke sini atas
perintah sukong. Siapa takut kepadamu dan
kenapa kau mengancam aku!"
Dua hwesio pimpinan itu merah padam. Chi
Koan berkelebat dari dalam dan sebuah
bungkusan kain kuning berada di tangannya.
Melihat bentuknya seperti sebuah kitab, atau
sejenis itu karena Chi Koan juga
memperlakukannya hati-hati. Dan karena
semua tahu ada Bu-tek-cin-keng yang menjadi
berita santer sedunia, tentu kitab itulah yang
dibawa Chi Koan maka Ji-hwesio berkelebat
dan saat itu semua murid sudah tiba di atas,
mengepung, jumlahnya tiga ratus lebih sedikit
1537 ditambah Giok Kee Cinjin dan Peng Houw, juga
Su-hwesio atau hwesio keempat dari Pat-kwa-
hwesio yang masih tinggal.
"Kau... kau mencuri kitab?" Ji-hwesio
menggigil, langsung memandang bungkusan
kuning itu. "Keparat, kau berdalih yang tidak-
tidak, Chi Koan. Kau mencuri milik sesepuh
Go-bi. Kembalikan dan mana guru atau supek
kami!"
"Ha-ha," Chi Koan belum melihat bayangan
Peng Houw. "Suhu dan sukong tewas terkubur
guha, susiok. Tapi aku mendapat perintah
untuk menyelamatkan kitab ini. Aku tidak
mencuri!"
"Itu Bu-tek-cin-keng!"
"Benar, dan kau melotot melihat benda ini.
Hm," Chi Koan tertawa mengejek, sama sekali
1538 tak takut. "Aku hendak membawa kitab ini
turun ke bawah, susiok. Minggir dan beri aku


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jalan."
"Keparat, pinceng sendiri tak pernah memasuki
tempat ini tanpa ijin. Tapi kau begitu enak dan
sewenang-wenang. Heh, apa buktinya kau
mendapat perintah, Chi Koan. Katakan kepada
pinceng dan semua murid-murid Go-bi agar
percaya. Atau kau kuanggap bohong dan berita
yang kau bawa tak dapat kami terima!"
"Heh-heh, buktinya adalah ini. Bahwa aku
murid Beng Kong guruku dan cucu langsung
dari sesepuh Go-bi. Ji Leng sukong tak sempat
menuliskan surat atau apapun tentang perintah
ini, susiok, karena ia tewas dan terkubur
hidup-hidup di Heng-san. Kalau tidak percaya
sebaiknya kau ke Heng-san dan selidiki itu!"
"Dan kau mau pergi?"
1539 "Aku hanya mau menyelamatkan kitab ini. Di
sini sudah tidak aman. Sukong memerintahkan
agar memindahkannya dari sini!"
"Tidak mungkin!" Ji-hwesio membentak,
suaranya menggelegar. "Kalau benar begitu
maka ada wasiat yang harus kau bawa, Chi
Koan. Atau kau letakkan kitab itu dan tunggu
sampai kami menyelidiki ini. Kami akan ke
Heng-san!"
"Eh, kau tidak percaya kepadaku? Baik,
terimalah ini, ji-susiok. Tapi hati-hati kalau
terlalu berat.... wuuttt!" kitab kuning
menyambar dadanya, membuat hwesio ini
terkejut dan cepat mengelak dan kitab
menghantam seorang murid di belakang.
Terdengar teriakan ngeri ketika murid itu roboh.
Dadanya melesak dan kitabpun tertinggal di
situ. Dan ketika semua terkejut dan Chi Koan
tertawa bergelak maka pemuda itu meloncat
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
dan dengan Lui-thian-to-jitnya yang luar biasa
ia telah lewat di sisi dua susioknya dan...
menyambar kembali kitab itu, terbang ke
bawah bukit...
"Ha-ha, kau tak mau diberi, ji-susiok. Baiklah,
aku pergi, kusimpan dulu kitab ini!"
Namun dua bentakan terdengar di kiri kanan.
Giok Kee Cinjin, dan Peng Houw, yang
bergerak dan tak dapat menahan diri akhirnya
melepas Soan-hoan-ciang dan Chi Koan
terkejut melihat pukulan yang bukan berasal
dari Go-bi ini. Ia mengelak tapi pukulan itu
mengikutinya. Dan ketika ia menangkis dan
Giok Kee maupun muridnya terpental, Chi
Koan terhuyung dan berhenti sejenak maka
murid-murid Go-bi ber-hamburan dan Ji-
hwesio berseru keras agar semua mengepung
dan menangkap pemuda itu. Kini gangguan
1541 datang dari seorang murid sendiri, murid Go-bi
yang murtad!
"Chi Koan, kau terlalu. Sikapmu tergesa-gesa
seolah maling takut dikejar pemiliknya!"
Chi Koan terkejut. Ia sudah diserang dan
dihujani tusukan atau kemplangan toya. Peng
Houw, yang berjungkir balik dan terpental oleh
tangkisan Chi Koan berseru marah. Dialah
yang memaki dan membentak pemuda itu.
Peng Houw kagum tapi juga penasaran akan
sikap Chi Koan ini. Chi Koan semakin gagah
dan tampan tapi juga kurang ajar.
Kenakalannya kali ini keterlaluan. Dan ketika ia
berseru keras sementara Ji-hwesio dan
sutenya juga menerjang ke depan, Chi Koan
telah membunuh seorang murid meskipun
tanpa sengaja maka Giok Kee juga membentak
dan melepas Soan-hoan-ciangnya lagi. Pemuda
itu sudah dikepung.
1542 "Bocah, kau tak tahu budi. Beginikah balasmu
terhadap Go-bi?"
Chi Koan sibuk. Ia marah dan memutar satu
tangannya untuk melepas Cui-pek-po-kian.
Tapi karena musuh terlalu banyak dan
bungkusan kuning itupun harus
diselamatkannya baik-baik, ia memandang
Peng Houw dan terheran serta kaget, seakan
ingat tapi pangling maka pukulan bertubi-tubi
diterimanya tapi tak satupun yang membuat
pemuda itu roboh.
**SF**
(Bersambung jilid 20)
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
1543 PRAHARA DI GURUN GOBI
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
1544 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"HA-HA, siapa dua orang asing ini. Kapan Go-bi
mendatangkan bala bantuan orang-orang
luar?"
"Tutup mulutm?. Kami bukan orang asing, Chi
Koan. Lupakah kau kepadaku. Aku adalah Peng
Houw!" Peng Houw membentak.
"Ah, kau Peng Houw? Ha-ha, ingat aku
sekarang. Benar, kau Peng Houw. Ah, ha-ha....,
dan siapa kalau begitu tosu bau ini?"
1545 "Dia guruku Giok Kee Cinjin. Jangan kau
kurang ajar karena bertahun-tahun guruku ini
sudah bersahabat dengan Go-bi, bukan orang
asing.... plak-dess!" dan Peng Houw yang
melepas pukulan tapi terpental ditangkis Chi
Koan, berjungkir balik dan melayang turun
segera membuat Chi Koan tertawa bergelak
dan ingat siapa lawan-lawannya ini. Kiranya
adalah Peng Houw dan Giok Kee Cinjin, sobat
atau kawan-kawan lamanya. Dan gembira
bahwa Peng Houw tiba-tiba muncul di situ, dia
ingin menghajar dan memberi pelajaran lagi
maka Chi Koan menangkis keras tapi dia heran
bahwa Peng Houw hanya terpental saja,
berjungkir balik dan sudah melayang turun dan
kini Peng Houw bersama yang lain-lain
menyerangnya bertubi-tubi. Dia gemas dan
marah dan Cui-pek-po-kian kembali
menyambar. Puluhan orang terlempar tapi
Peng Houw terhuyung saja. Heran, padahal
1546 Giok Kee Cinjin terpelanting dan mengeluh di
sana, susah bangun tapi pemuda ini sudah
mendahului gurunya dan menerjang lagi
dengan amat berani. Ji-hwesio, susioknya, juga
terbanting dan roboh bergulingan. Dan ketika
dia heran dan marah melihat serangan Peng
Houw maka Chi Koan mengibaskan Cui-pek-
po-kiannya dan menambah tenaga hampir
sepenuhnya dia menyambut Soan-hoan-ciang
yang dilakukan lawannya itu.
"Bresss...!" dan... Peng Houw bangkit lagi
seperti tidak merasa apa-apa, menerjang dan
menubruk lagi sementara hwesio-hwesio lain
membentak dan menyerang lagi. Chi Koan tak
tahu akan kehebatan fisik Peng Houw setelah
mendapat usapan Sian-ji-kang, usapan jari
sakti dari sesepuh Go-bi yang membuat Peng
Houw kebal terhadap bacokan senjata tajam
dan juga tak akan patah tulang atau remuk,
1547 biar dibanting ataupun diinjak gajah. Dan
ketika berkali-kali hal itu terjadi sementara
susioknya maupun Giok Kee tetap menyerang,
mereka mengelak atau melempar tubuh kalau
pukulannya terlalu berbahaya maka Chi Koan
terbelalak karena rupa-rupanya dia hendak
dibuat mati lelah dan dikurung serta tak
dibiarkan pergi kalau kitab di tangannya itu tak
diberikan.
"Keparat!" pemuda ini gusar. "Kau dan lain-
lainnya keras kepala, Ji-susiok. Kalau kau tidak
membiarkan aku pergi dan tetap bandel jangan
salahkan kalau aku membunuh!"
"Omitohud...!" sang susiok berseru, keras.
"Lebih baik begitu, Chi Koan. Kau bunuhlah
kami dan habisilah penghuni Go-bi agar
dosamu semakin sempurna!"
1548 "Dan kami akan mengutukmu di akherat!"
Sam-hwesio melepas gemas. "Kau bocah tak
tahu budi dan perusak, Chi Koan. Awas kalau
gurumu dan sukongmu masih hidup. Kau tentu
akan mendapat hajaran dan seumur hidup kau
tak bakalan tenang!"
"Hm!" pemuda ini berdebar, perasaannya
rupanya tergetar. "Kalian paman-paman guru
yang selalu iri kepadaku, Ji-susiok. Baiklah
kalau begitu aku tak membunuh kalian tapi
memberi pelajaran cukup berat. Awas...!" Chi
Koan berkelebat memasukkan kitab kuning,
tangan menderu dengan Cui-pek-po-kian
sementara kakinya menendang dengan Thai-
san-ap-ting. Hebat dua buah serangan ini
karena baik Cui-pek-po-kian maupun Thai-san-
ap-ting mengeluarkan tenaga yang dahsyat.
Para murid yang ada di belakang saja
terlempar dan berteriak dan Ji-hwesio maupun
1549 dua adiknya berseru keras melempar tubuh.
Toya mereka diputar menangkis serangan itu
namun mereka tetap saja berteriak. Toya
patah disambar tendangan Chi Koan sementara
dorongan Cui-pek-po-kian itu membuat tiga
hwesio ini sesak napas. Mereka melempar
tubuh namun tetap saja terkena, mengeluh
dan Su-hwesio terjengkang muntah darah. Dua
suhengnya, Sam-hwesio dan Ji-hwesio,
mencelat dan terbanting dengan muka pucat.
Sepuluh detik mereka tak dapat bangun! Dan
ketika kesempatan itu dipergunakan Chi Koan
untuk melompat dan melewati paman-paman
gurunya, tak mungkin Ji-hwesio maupun
sutenya dapat menahan maka pemuda ini lolos
dan anak-anak murid yang lain bengong
karena jatuh terduduk oleh dua pukulan
pemuda ini yang amat dahsyat.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Tapi Peng Houw dan Giok Kee Cinjin masih ada
di situ. Dua orang ini terbelalak dan terdorong
pula oleh dua pukulan Chi Koan. Namun karena
pukulan itu lebih ditujukan kepada Ji-hwesio
bertiga dan Giok Kee maupun Peng Houw tak
begitu merasakan, kini pemuda itu kabur dan
mereka tentu saja marah maka Peng Houw
maupun gurunya mengejar dengan satu
bentakan tinggi.
"Chi Koan, kembalikan dulu kitab itu!"
"Bocah, pinto masih ada di sini!"
Chi Koan menoleh. Dia mendengar desir dua
bayangan itu dan Peng Houw maupun gurunya


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sama-sama melepas Soan-hoan-ciang.
Sebenarnya, melihat kepandaian dua orang ini
Chi Koan tertawa mengejek. Kalau tak ada
hwesio-hwesio Go-bi di situ tentu dia sudah
merobohkan lawannya ini. Peng Houw
1551 terutama Giok Kee itu sudah berkali-kali jatuh
bangun dan susah bangkit berdiri. Hanya Peng
Houw yang lebih cepat dan selalu menerjang
lagi. Kali inipun Peng Houw ada di depan dan
mendahului gurunya. Dan heran tapi juga
gemas akan daya Peng Houw yang luar biasa,
kini Chi Koan hendak merobohkan lawannya ini
dan membuat Peng Houw muntah darah maka
dia membalik dan dengan mata keji tangan kiri
bergerak melepas Cui-pek-po-kian sementara
tangan kanan menghantam dengan Thai-san-
ap-ting.
"Peng Houw, awas!"
Sang guru sampai kaget. Giok Kee berteriak
memperingatkan tetapi Peng Houw tak
mungkin mengelak. Dia justeru melakukan
serangan, Chi Koan membalik dan menangkis.
Dan ketika Soan-hoan-ciang bertemu dua
pukulan itu dan tentu saja Peng Houw
1552 terlempar, terangkat dan terbanting dengan
amat kerasnya maka pukulan Giok Kee
menyambar dan menghantam punggung Chi
Koan dari belakang.
"Dess!"
Chi Koan tergetar dan mendelik memandang
tosu ini. Peng Houw, yang dihantamnya sekuat
tenaga ternyata tidak apa-apa dan kembali
melompat bangun. Menghadapi pemuda ini
seperti menghadapi manusia karet yang tak
dapat remuk. Dipukul akan bangkit lagi dan
dihajar sekuat apapun pasti bangun dan berdiri
lagi. Chi Koan jadi merinding! Dan ketika
pukulan Giok Kee diterimanya tapi sinkang di
tubuhnya melindungi dan menolak pukulan itu
maka sang tosu terbanting dan muntah darah.
"Huakk!"
1553 Di sini Chi Koan tak habis pikir. Tosu itu roboh
tapi muridnya tak apa-apa. Peng Houw bahkan
terbelalak dan marah kepadanya melihat
gurunya muntah darah. Dan ketika pemuda itu
berteriak menerjang kembali tapi Chi Koan
melihat lawan-lawan lain bergerak dan siap
mengepungnya lagi maka dia melompat dan
tak mau melayani Peng Houw, berkelebat
dengan Lui-thian-to-jitnya yang luar biasa itu.
"Peng How, kau bocah siluman. Biarlah lain kali
kita bertemu lagi dan kutitipkan dulu
nyawamu!"
"Berhenti! Tunggu dan kembalikan dulu kitab
yang kau curi, Chi Koan. Serahkan kepada Go-
bi dan kau aman!"
"Ha-ha, ini milikku, warisan guruku. Aku tak
mencuri, Peng Houw. Kau boleh kejar aku
kalau bisa!"
1554 Peng Houw melotot. Dia mengejar dan
menyerang lawannya itu tapi Chi Koan melesat
turun gunung. Bukit itu sebentar saja dilewati
dan serangannyapun dikelit. Dan karena Lui-
thian-to-jit benar-benar luar biasa dan tak
mungkin Peng Houw mampu mengejar, dia
kalah jauh maka Chi Koan lenyap dan keluhan
gurunya di sana membuat Peng Houw sadar
dan kembali, keadaan tumpang-tindih dengan
murid-murid yang luka atau pingsan.
Ternyata bukan hanya Giok Kee Cinjin yang
muntah darah. Sam-hwesio, dan juga Ji-hwesio,
harus menerima akibat dari pukulan Chi Koan
tadi. Pemuda yang tak mau dihalangi larinya
itu melepas pukulan berat di mana Su-hwesio
sampai pingsan. Tulang dada hwesio ini retak
dan dua suhengnya luka dalam. Semua
bernasib buruk, kecuali Peng Houw yang
merupakan satu-satunya pemuda yang tahan
1555 jatuh bangun dihajar Chi Koan, juga beberapa
murid lain yang tak berarti dan tadi berada
jauh-jauh dari keganasan pemuda itu. Dan
ketika semua ditolong dan guha pertapaan
porak-poranda, sepak terjang Chi Koan
membuat orang marah dan gigit jari maka
malam hari kemudian datanglah sesepuh Go-bi
Ji Leng Hwesio.
Semua terkejut tapi girang dan Ji-hwesio serta
Sam-hwesio berseru memanggil supek mereka
ini, berlutut tapi roboh karena luka-luka
mereka yang diderita. Su-hwesio, adik termuda,
masih tak sadar dan menggeletak dengan
wajah pucat. Tulang dadanya retak. Dan ketika
hwesio tua itu tertegun dan mata yang
biasanya setengah terpejam itu membuka dan
tampak terbelalak, wajah yang biasa sabar itu
kelihatan keras dan marah maka Ji-hwesio
yang merintih dan menahan sakit ini
1556 menceritakan dengan mata basah akan apa
yang dialami. Dan sesepuh Go-bi itu tergetar,
terutama ketika diceritakannya dibawanya Bu-
tek-cin-keng oleh Chi Koan.
"Kami.... kami tak dapat berbuat apa-apa. Chi
Koan menginjak dan menghina kami habis-
habisan, supek. Bu-tek-cin-keng dibawanya
dan banyak di antara kami yang terluka,
bahkan Giok Kee Cinjin sendiri. Dan satu di
antara kami, seorang murid, tewas!"
"Omitohud.... Thian Maha Bijak! Ah, pinceng
benar-benar dipermainkan anak itu, Ji Kak.
Dan pinceng masuk perangkap. Omitohud,
baru kali ini pinceng menghadapi seorang
bocah yang cerdik tapi culas. Hm, di mana
Giok Kee totiang dan apakah lukanya parah?"
"Giok Kee ada di ruang belakang, ditemani
Peng Houw. Mari kami antar dan..."
1557 "Tak usah. Pinceng ke sana sendiri, Ji Kak.
Minumlah ini dan istirahatlah!" sang sesepuh
menepuk punggung muridnya, menyalurkan
sinkang dengan cara luar biasa dan sesak
napas tiba-tiba hilang. Tujuh butir pil hijau
diberikan dan Sam-hwesio maupun Su-hwesio
juga mendapat perhatian. Dan ketika semua
sudah dilihat dan Ji Leng ke belakang maka
dilihatnya Peng Houw berlutut di tepi
pembaringan. Giok Kee tampak lemah dan
pucat di sana, batuk-batuk.
"Hm, pinceng membuatmu menderita, totiang.
Omitohud, maafkan pinceng...!"
Peng Houw terkejut dan menoleh. Dia tak tahu
kapan sesepuh Go-bi ini muncul tapi tentu saja
dia girang dan gembira bukan main. Ternyata,
Chi Koan bohong. Hwesio ini masih hidup! Dan
ketika dia berlutut dan memberi hormat,
betapapun hwesio itu adalah bekas
1558 pimpinannya juga maka Ji Leng sudah meraba
dan mengusap dada Giok Kee Cinjin, yang
merasa dingin dan segar seperti nikmat.
"Ha-ha, kau datang, lo-suhu? Masih hidup?
Siancai, bocah itu memang bohong. Pinto.... uh,
pinto tak dapat menyelamatkan Go-bi dari
kehancuran!"
"Terima kasih, bantuanmu sudah cukup totiang.
Dan pinceng tahu. Hm, lukamu tiga hari baru
sembuh. Minumlah ini dan biar pinceng bantu
dengan sedikit tenaga sakti," sang hwesio
mengusap dan menepuk Giok Kee Cinjin,
berkerut dan menarik napas berkali-kali dan
Peng Houw melihat semua itu dengan mata
kagum. Wajah gurunya yang pucat sudah
merah kembali dan batuk yang mengganjal
sudah tidak bercampur darah lagi. Dan ketika
hwesio itu menarik lengannya dan Giok Kee
1559 merasa sehat maka tosu ini bangkit duduk dan
wajahnya tampak berseri-seri.
"Lo-suhu, kau benar-benar hebat. Aih, lukaku
rasanya sembuh!"
"Hm, belum sembuh benar. Berbaring dan
beristirahat dulu, totiang. Tiga hari kau baru
pulih. Maaf, pinceng akan ke bukit."
Giok Kee terbelalak. Dia hendak banyak bicara
ketika tiba-tiba hwesio itu berkelebat lenyap.
Dan ketika Peng Houw juga terbelalak karena
hwesio ini lenyap seperti iblis maka terdengar
sayup-sayup suara agar Giok Kee maupun
Peng Houw ke guha pertapaan.
"Pinceng ditipu anak itu. Harap Cinjin maupun
muridmu datang tiga hari lagi di tempat
pinceng."
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Giok Kee girang. Dia mengangguk dan tertawa
tapi Peng Houw merenung. Pemuda ini tak
tahu apa yang terjadi. Tapi ketika tiga hari
kemudian dia datang dan menjenguk hwesio
itu ternyata kisah di balik semua ini didengar.
Dan Chi Koan ternyata manusia cerdik yang
licik dan amat keji. Apa yang dituturkan? Mari
kita ikuti.
**SF**
Dua hari lalu, setelah meninggalkan Go-bi
dengan mengusir mundur orang-orang Heng-
san dan Hoa-san maka hwesio sakti ini menuju
ke Gunung Heng-san. Perjalanan dilakukan
dengan cepat dan gerakan kaki yang tidak
tampak melangkah melainkan melayang
membuat hwesio ini seperti meluncur terbang
saja. Kecepatannya luar biasa karena jarak
yang bagi orang biasa bakal ditempuh berhari-
hari itu ternyata bagi hwesio ini hanya dicapai
1561 dalam waktu empat lima jam saja. Tapi karena
matahari sudah doyong ke barat dan hwesio ini
tiba menjelang malam maka di tengah gunung
dia berhenti dan mencari-cari.
Menurut kabar, Beng Kong, muridnya sudah
datang ke tempat ini untuk membebaskan Chi
Koan. Dia tak melihat satu orangpun di atas
gunung itu dan suasana amat sunyi. Benar
kalau seluruh kekuatan Heng-san dibawa untuk
menggempur Go-bi, hwesio ini menarik napas.
Tapi karena dia pernah ke sini dan sedikit
banyak hapal akan beberapa tempat maka
dihampirinya markas Heng-san dengan
bangunan-bangunannya yang kokoh kuat itu.
Tapi tak ada tanda-tanda kehidupan. Ji Leng
menengok ke atas dan dia teringat adanya
guha di belakang gunung di balik puncak itu.
Dia bergerak dan cepat ke sini. Dan ketika dia
melihat guha itu sudah roboh, ambruk dan rata
1562 dengan tanah maka hwesio ini berubah karena
bekas pertempuran hebat terjadi di sini.
Sepotong tulang terlihat mencuat dan hwesio
itu tergetar. Tulang siapakah itu? Milik
muridnya atau Siang Kek Cinjin? Atau Chi Koan?
Hwesio ini membungkuk dan memungut tulang
itu. Mata tuanya masih tajam dan akhirnya dia
tahu bahwa tulang ini adalah tulang lengan
milik Siang Kek Cinjin. Kesimpulan ini didapat
karena tulang itu menunjukkan tulang seorang
tua, penuh zat kapur dan tipis. Kalau tulang
muridnya atau Chi Koan tentu lebih besar dan
tebal, tidak pipih begitu. Dan ketika hwesio ini
menarik napas dalam menyimpan tulang itu
maka malam itu dia tak dapat bekerja banyak
karena gelap dan tiadanya cahaya.
Tapi keesokannya didengarnya suara rintihan.
Suara ini lemah sekali dan hampir tidak
1563 terdengar, bukan di atas tanah melainkan di
bawah tanah. Kalau bukan hwesio ini tentu tak
mungkin tertangkap! Dan ketika Ji Leng
bergerak dan menuju asal suara itu maka dia
tertegun karena di sebuah timbunan batu
terdapatlah sebuah jari yang meraba-raba dan
merayap lemah, mencari pertolongan.
"Siapa kau?" hwesio ini menarik dan mengibas.
Timbunan batu itu berguguran dan tampaklah


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kini seorang pemuda mendongak dengan
wajah pucat, girang tapi pucat dan melihat
keadaannya rupanya sudah berhari-hari
menderita. Siapa lagi pemuda ini kalau bukan
Chi Koan! Dan ketika dia ditarik dan disendal
kakek gurunya, berdiri tapi roboh maka Ji Leng
berkerut dan menyambar pundaknya.
"Kau siapa?"
1564 Pertanyaan ini wajar. Ji Leng, sesepuh Go-bi
itu tak mengenal Chi Koan. Meskipun sama-
sama di Go-bi namun cucu dan kakek guru itu
tak pernah bertemu. Sesepuh Go-bi ini berada
di pertapaannya sementara Chi Koan selalu
berdekatan dengan gurunya saja, Beng Kong
Hwesio yang lihai itu. Maka begitu bertemu dan
baru kali itu juga Chi Koan berhadapan dengan
sukongnya, girang tapi terkejut melihat sinar
mata tajam mencorong dari seorang hwesio
sakti maka dia berlutut dan menangis. Taktik
dalam mencari iba!
"Teecu ...... teecu Chi Koan. Apakah lo-suhu
adalah Ji Leng-sukong dari Go-bi?"
"Hm, benar. Kau Chi Koan?" hwesio ini
mengangguk. "Omitohud, mana gurumu, Chi
Koan. Dan benarkah kau mengacau di Heng-
san?"
1565 "Ampunkan teecu," Chi Koan segera tersedu-
sedu. "Teecu tak mengacau atau membuat
onar di manapun, sukong. Adalah orang-orang
ini yang menyiksa dan membuat teecu
menderita. Tujuh hari teecu tak makan minum.
Tujuh hari teecu disiksa dan dihina orang-
orang Heng-san. Teecu...."
"Di mana gurumu?" Ji Leng memotong. "Dan
tak usah menangis, bocah. Pinceng tak senang
melihat air mata!"
Chi Koan kaget. Mata sukongnya mencorong
dan baru sekarang dia melihat bahwa hwesio
ini tak menginjak tanah. Astaga! Dan ketika dia
terbelalak karena kaki hwesio itu melayang-
layang seperti benda ringan, wajah itu tertutup
kabut tipis maka dia tergetar dan berdetak.
Dan tiba-tiba dia tak kuat memandang,
menunduk. Lalu ketika hatinya berdebur keras
1566 dan kaki menggigil, lemah dan gentar
mendadak dia roboh dan pingsan.
Ji Leng terkejut tapi segera sadar. Pemuda itu
lemah, kurang makan minum. Maka menotok
dan pergi sebentar diapun sudah menyadarkan
cucu muridnya ini dan setandan pisang telah
berada di tangannya. Chi Koan membuka mata.
"Kau lemah, makan dan isi perutmu dulu. Lalu
minum!"
Chi Koan terbelalak. Pisang dan semangkok air
di daun talas telah dibawakan kakek gurunya
ini. Bukan main senangnya. Dan karena dia
lapar dan memang haus, duduk dan
menyambar itu maka tak sungkan-sungkan
lagi dia mengisi perutnya dan membasahi
tenggorokan. Dia girang bahwa kakek gurunya
ini muncul. Dua hari dia terpendam! Dan ketika
1567 hwesio itu bertanya apa yang terjadi maka
berceritalah Chi Koan dengan mimik gentar.
Ternyata gurunya telah datang di situ. Beng
Kong, yang marah dan penasaran muridnya
ditangkap tak berpikir panjang lagi melabrak
Siang Kek Cinjin. Darah hwesio ini bergolak
karena terang-terangan dia ditantang. Dan
karena seperti juga gurunya yang disambut
kesunyian dan sepi di Heng-san maka ketika
dia datang dan mendaki puncak tak ada murid-
murid Heng-san yang menyambut. Hal ini
mengherankan sekaligus mencurigakan hwesio
itu. Dia tak tahu bahwa seluruh anak murid
Heng-san telah meluruk ke Go-bi, bersembunyi
ketika dia keluar dan menyerbu begitu dia jauh.
Maka ketika dia tiba di puncak dan melihat
markas kosong, tak ada siapa-siapa dan pintu
serta jendela-jendela ditutup maka dia
1568 membentak dan melengking mencari Siang
Kek Cinjin, sesepuh Heng-san.
"Tua bangka, aku sudah datang. Mana muridku
Chi Koan dan di mana kau bersembunyi?"
Suara dahsyat hwesio Go-bi ini menggetarkan
gunung. Beng Kong tak perlu takut-takut
karena dia tahu kepandaian orang-orang Heng-
san. Yang harus diwaspadai hanyalah Siang
Kek Cinjin itu, Siang Lam telah meninggal. Dan
ketika dia menunggu jawaban namun tak ada,
hwesio ini marah dan berkelebat ke puncak
paling tinggi maka dia memandang sekeliling
dan suaranya yang dahsyat kembali
menggelegar.
"Siang Kek Cinjin, pinceng sudah datang. Mana
murid pinceng dan di mana kau bersembunyi?"
1569 "Ha-ha...!" akhirnya terdengar tawa dan suara
tinggi melengking, itulah suara Siang Kek
Cinjin. "Pinto di sini, Beng Kong Hwesio. Di
belakang tubuhmu di bawah guha. Kau
turunlah dan muridmu di sini!"
Sang hwesio berkelebat. Tak menunggu
ucapan itu selesai dia sudah turun dan
meluncur ke bawah. Sekarang dia tahu dimana
lawannya itu, kiranya di balik punggung
gunung di bawah puncak, sekitar tujuh puluh
langkah di bawah kakinya, di balik kerimbunan
pohon-pohon pek dan siong yang tua. Dan
ketika suara itu habis dan dia sudah di sini, di
depan sebuah guha yang mulutnya menganga
gelap maka dia berhenti dan mendengar
tantangan jumawa.
"Masuklah, pinto di sini, Beng Kong. Selamat
datang dan selamat bergembira ria. Mari,
Dewa Maut akan menemuimu!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Beng Kong melotot. Sebagai orang gagah tentu
saja dia tak takut akan segala macam ancaman.
Dewa Maut atau Dewa Siluman boleh saja
datang, dia tak perlu gentar. Maka melompat
dan tak curiga adanya jebakan, seratus granat
yang dipasang dalam tempat-tempat rahasia
maka hwesio itu masuk dan di dalam, masuk
agak menjorok tampaklah Siang Kek Cinjin
mencengkeram muridnya.
"Suhu...!"
Hanya itu seruan yang dapat dilontarkan Chi
Koan. Pemuda ini tertotok dan Siang Kek
mengetuk urat gagunya. Tadi totokan dibuka
sedikit dan kemudian ditutup lagi. Siang Kek
memang menghendaki agar pemuda ini
memanggil gurunya, tanda masih hidup dan
Beng Kong dibuat naik darah. Kepala muridnya
dipakai tempat duduk. Bukan main
menghinanya! Dan ketika hwesio itu terbakar
1571 dan melompat lagi, mendekat, maka barulah
hwesio ini tahu bahwa lawan kiranya buta.
"Ha-ha, bagus sekali, Beng Kong Hwesio. Kau
gagah dan jantan benar. Hmm, tak sia-sia aku
menunggu kedatanganmu. Bagus!"
Beng Kong terkejut dan menoleh. Suara
berdebum terdengar di belakangnya dan pintu
guha tahu-tahu menutup. Tempat itu gelap
namun si kakek tiba-tiba menjentikkan kuku
jarinya, menyalakan sebatang lilin. Dan ketika
tempat itu kembali terang oleh cahaya
sebatang lilin, cukup terang untuk memandang
sekitar maka kakek itu tertawa sementara
jantung si hwesio berdesir dan tersentak.
"Siang Kek, perbuatan licik apa yang sedang
kaulakukan ini. Kenapa pintu guha kau tutup?"
1572 "Ha-ha, itu agar kau tak dapat keluar. Aku
ingin bicara sebelum kau mati, Beng Kong
Hwesio. Atau kita mati bersama dan kau
mengantar rohku ke sorga!"
"Sombong....!"
"Nanti dulu. Aku tua bangka yang sudah tak
ingin hidup lebih lama lagi di dunia. Aku ingin
mati. Tapi karena rohku tak mau pergi begitu
saja, minta diantar dan kaulah yang paling
tepat mengantarku ke sorga maka mari
dengarkan kata-kataku dan biarlah kuanggap
kau sebagai tamuku yang baik... crep!" kakek
itu menggerakkan lilin di tangannya, melempar
dan lilin itu menancap di dinding guha dan kini
api bergoyang-goyang dan miring ke kanan kiri
dihembus angin guha, membentuk bayang-
bayang aneh dan Beng Kong Hwesio marah
sekali karena si kakek mempermainkannya.
Tapi ketika dia bergerak dan hendak
1573 menghantam, si kakek menyetop dan
mencengkeram ubun-ubun muridnya maka dia
bertahan dan kakek itu tertawa. Bukti bahwa
lilin tak padam dilempar menunjukkan bahwa
si tua yang buta ini masih hebat, apalagi
melihat lilin itu menancap dan amblas di
dinding guha yang keras.
"Beng Kong, tak usah terburu-buru, jangan
menyerang. Kita pasti bertanding atau
muridmu mati sebelum kita bergebrak!"
"Hm, apa maumu?" si hwesio berkerot dan
membanting kaki. "Kau tua bangka licik, Siang
Kek Cinjin. Meskipun pintu guha kau tutup aku
dapat mendobraknya!"
"Ha-ha, aku percaya. Tapi tidak kalau guha ini
runtuh. Eh, tidakkah kau bertanya dulu
bagaimana Heng-san begitu sepi, Beng Kong.
1574 Kenapa kita hanya sendiri dan yang lain-lain
tak ada?"
Beng Kong terkejut. "Aku tak perduli, tapi
boleh juga kau jawab!" dia sadar, tapi pura-
pura tak acuh.
"Ha-ha, tak ingin tahu? Baiklah, aku juga tak
memberi tahu. Tapi ada satu hal yang harus
kau ketahui, yakni hancurnya Go-bi!"
"Hm, hancurnya Go-bi? Apa maksudmu?"
hwesio ini tertawa mengejek, diam-diam
mencari kesempatan bagaimana dapat
mengambil muridnya itu. Chi Koan tampak
menyedihkan kepalanya diinjak pantat si kakek,
merintih. "Kau tua bangka yang rupanya ingin
membual, Siang Kek Cinjin. Sungguh
menggelikan dan menyedihkan. Tapi kau boleh
bicara sesukamu!"
1575 "Hm, Heng-san ingin membalaskan sakit
hatinya kepadamu, kepada Go-bi. Coba ingat
baik-baik bagaimana kau sampai bisa datang
ke sini."
"Anak muridmu Sin Gwan datang mengundang,
dan kini aku datang!"
"Ha-ha, hanya dia sendiri?"
Beng Kong mengerutkan kening, sebal. "Tua
bangka, pinceng tak bermaksud banyak bicara
denganmu, tak mau ingat dengan siapa
muridmu datang. Kalau kau ingin bertanding
mari bertanding, pinceng tak ada banyak
waktu!"
"Ha-ha, inilah sombongmu, Beng Kong Hwesio.
Kau mudah terpancing dan menuruti
kemarahanmu. Bagus, tapi ketahuilah bahwa
1576 kini Go-bi sedang diserbu besar-besaran oleh
seluruh anak murid Heng-san!"
"Begitukah?" Beng Kong terkejut, tapi tertawa
lebar. "Boleh-boleh saja, Siang Kek Cinjin. Tapi
mereka pasti mampus!"
"Tidak," si kakek terkekeh. Kau salah, Beng
Kong. Justeru anak buahmulah yang bakal
mampus. Kalau kau sudah bertanding dengan
Sin Gwan Tojin tentu kau tahu adanya
perobahan pada murid-murid Heng-san. Nah,
semua ilmuku sudah kuturunkan kepada
mereka dan tokoh-tokoh Heng-san melabrak
Silver Blaze 1 Misteri Kain Kafan Jesus The Brotherhood Of The Holy Shroud Karya Julia Navarro Istana Kumala Putih 4
^