Pencarian

Prahara Di Gurun Gobi 14

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara Bagian 14


angin pukulan juga menyambarnya kuat dan
dia melempar tubuh bergulingan maka tujuh
anak buahnya tewas sementara dua puluh
yang lain luka-luka. Tujuh Siluman Langit
menghilang namun mereka tak tahu bahwa
yang datang adalah kakek dan wanita-wanita
iblis itu. Yang tahu tentang orang-orang ini
adalah Khong-tong Sam-lihiap dan Pi-san-to-
hiap. Tapi karena mereka semua itu tewas
kecuali wanita baju ungu yang dibiarkan
1859 selamat maka kota An-tien menjadi geger dan
ketika pengawal mencoba mengejar ternyata
kakek dan wanita-wanita iblis itu telah pergi
meninggalkan kota.
Pemuda baju biru yang mereka lihat juga tak
ada di situ. Mereka tak tahu bahwa inilah Chi
Koan, pemuda yang jauh lebih berbahaya
daripada guru-gurunya itu, Tujuh Siluman
Langit. Dan ketika semua mengejar namun sia-
sia, pemuda dan guru-gurunya itu telah pergi
maka Chi Koan sendiri telah meluncur dan
tertawa menuju Heng-san. Dia akan membuat
geger di dunia dan kota An-tien adalah kota
pertama yang mengumpulkan guru-gurunya.
Bersama guru-gurunya ini dia akan membuat
perhitungan. Dan ketika dia tertawa dan
meluncur meninggalkan An-tien maka Heng-
san adalah perguruan pertama yang bakal
dibuatnya terkejutl
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
**SF**
Sore itu rombongan ini tiba di Heng-san.
Sepanjang jalan, tertawa-tawa teringat
perbuatan mereka di An-tien maka Jin-touw
dan kawan-kawannya membicarakan
kehebatan mereka sendiri yang dinilai paling
kejam. Semakin kejam dialah yang semakin
menonjol. Tapi ketika mereka tiba di Heng-san
ternyata Chi Koan menyuruh mereka berpencar.
"Gunung ini dijaga, terlalu menyolok kalau kita
berombongan begini. Kalian naik sendiri-sendiri,
suhu. Dan kita bertemu di markas pusat.
Jangan bergerak dan tunggu aku dulu!"
Kwi-bo den lain-lain mengangguk dan mereka
menganggap benar. Tapi ketika Chi Koan
hendak berkelebat mendahului mereka
mendadak Coa-ong terkekeh dan menggoyang
tongkat ularnya.
1861 "Nanti dulu. Apakah kau tak memberi
kesempatan sama sekali kepada guru-gurumu
ini, Chi Koan? Apakah kami tak boleh
bertanding dan membuktikan kemajuan serta
kelihaian orang-orang Heng-san ini?"
"Benar," Jin-touw juga tiba-tiba teringat. Kalau
kau maju dan langsung mengalahkan mereka
maka kami tak kebagian apa-apa, Chi Koan.
Biarkan kami main-main dulu dan membuat
kejutan bahwa Tujuh Siluman Langit masih
hidup. Justeru kaulah yang jangan
menampakkan diri dulu dan biarkan kami
membuat onar!"
Chi Koan mengerutkan kening, tertegun. Tapi
belum dia menjawab maka See-tok, kakek
raksasa itu mengayun bandul tengkoraknya,
menghajar sebuah pohon besar, tertawa
bergelak.
1862 "Chi Koan, sekali ini kau harus memenuhi
permintaan guru-gurumu. Tak boleh menolak.
Kalau kami tak mampu menandingi tosu-tosu
hidung kerbau itu barulah kau muncul dan
menampakkan diri. Bukankah kami juga ingin
mendapat nama?"
"Hm, baiklah." pemuda ini akhirnya
mengangguk. "Kalau begitu kalian tandingi
tosu-tosu bau itu, suhu. Tapi sekali lagi
kuperingatkan bahwa mereka benar-benar lihai.
Menurut perhitunganku, kalian bertujuh bukan
tandingan Sin Gwan Tojin apalagi Tan Hoo
Cinjin!"
"Wah, membuat malu kami!" Tong-si tiba-tiba
melengking, baru kali ini bicara. "Sebelum
bertanding tak usah menciutkan nyali dulu, Chi
Koan. Kalau kami kalah biarlah kalah setelah
mencoba, bukan belum bertanding sudah kalah
dulu!"
1863 "Benar," Kwi-bun si muka pucat menyetujui
isterinya. "Tak usah mengecilkan nyali dulu,
Chi Koan. Kami malah penasaran akan kata-
katamu ini. Seberapa hebat orang-orang Heng-
san itu!"
"Hm, aku tak mengecilkan nyali kalian," Chi
Koan tersenyum, menjawab tenang. "Yang
kumaksud adalah jangan kalian merendahkan
orang-orang Heng-san, suhu. Dari murid
sampai ketuanya sudah maju pesat melebihi
murid-murid perguruan lain. Murid terendah
saja sudah merupakan jago-jago kelas satu.
Aku hanya hendak memperingatkan jangan
memandang rendah mereka. Semua sudah
mewarisi ilmu-ilmu dahsyat dari mendiang
Siang Kek dan Siang Lam Cinjin. Ini kubuktikan
beberapa bulan yang lalu!"
1864 "Baik, baik, kami akan berhati-hati. Pergi tapi
biarlah kami yang bertemu dulu. Kalau nanti
kalah baru kau muncul!"
Chi Koan mengangguk dan memandang
gurunya nomor enam itu dengan mata berseri-
seri. Ia melihat bahwa guru-gurunya ini tak
mau direndahkan. Mereka adalah orang-orang
bernama besar tapi bagaimanapun belum tahu
perobahan Heng-san. Enam tahun lebih
dianggap tewas membuat mereka masih
berpikiran lama, bahwa hanya orang-orang
seperti mendiang Ji Beng atau Ji Leng Hwesio
saja yang boleh ditakuti. Maka tak ingin
membuat guru-gurunya tersinggung atau sakit
hati Chi koan mengangguk dan memutar
tubuhnya. Dia percaya kepada guru-gurunya
itu namun tetap menganjurkan waspada.
Betapapun dia telah membuktikan sendiri
bahwa murid dan tokoh-tokoh Heng-san lihai.
1865 Kalau sekarang tidak memiliki Hok-te-sin-kun
dari warisan Bu-tek-cin-keng yang dahsyat
belum tentu dia berani datang. Maka
berkelebat dan naik ke atas pemuda inipun
mendahului guru-gurunya. Dan Tujuh Siluman
Langit itupun akhirnya berpencar.
Tong-si yang paling penasaran menyuruh
suaminya duluan. Ia hendak melihat dan
membuktikan omongan Chi Koan. Dan ketika ia
berkelebat dan sengaja naik melalui jalan
umum, jalan setapak yang biasanya dipakai
anak-anak murid Heng-san maka benar saja ia
dihadang dan dibentak anak-anak murid itu.
Belasan dari mereka berkelebat dari kiri kanan
merncegat.
"Siapa ini, berhenti!"
Tong-si tak menghiraukan. Ia mengibas dan
anak-anak murid itu menangkis. Dan ketika
1866 mereka terhuyung namun tidak roboh, hal
yang mengejutkan wanita itu juga maka Tong-
si melanjutkan perjalanannya dan anak-anak
murid terkejut melihat kehebatan wanita iblis
ini. Mereka tidak mengenal lawannya karena
bukan tokoh-tokoh Heng-san.
"Heii, ia naik ke atas. Cegah!"
"Pukulan tangannya hebat. Awas!"
Mereka mengejar dan Tong-si tersenyum
mengejek. Dulu, mendiang ketua Heng-san
yang lama, To Hak Cinjin bukanlah lawannya.
Hanya terhadap Siang Kek dan Siang Lam
Cinjin ia mengaku kalah. Dedengkot Heng-san
itu memang amat hebat. Tapi karena Siang
Kek dan Siang Lam telah meninggal, yang ada
hanyalah murid-muridnya dan Tong-si tak
percaya kepada omongan Chi Koan maka
sekarang justeru ia ingin membuktikan dan
1867 sedikit bukti tadi mengejutkannya juga. Tapi ia
belum puas. Anak-anak murid yang tidak roboh
melainkan hanya terhuyung dan kini dapat
mengejar lagi membuat ia penasaran. Kurang
kuatkah kibasannya tadi? Kurang ampuh?
Maka ketika dikejar dan beberapa murid
menyusul di belakang, loncatan mereka ringan
dan panjang maka untuk kedua kalinya lagi
wanita ini tercengang. Tiga murid telah berada
di belakangnya tak lebih dari empat meter!
"Heii, berhenti Siapa kau dan mau apa?"
Tong-si membalik. Ia terkejut karena Sin-sian-
hoan-eng (Dewa Sakti Balikkan Tubuh) yang
merupakan kepandaian ginkang dari Siang Kek
dan Siang Lam dilihatnya di situ. Tiga anak
murid ini mempergunakan Sin-sian-hoan-eng
dan kecepatan mereka bergerak cukup
mengagumkan. Meskipun belum tinggi namun
hebat juga, terbukti mampu menyusulnya dan
1868 kini membentak di belakang. Dan marah
bahwa kata-kata Chi Koan agaknya betul,
murid rendahan saja sudah cukup hebat maka
wanita ini membalik dan begitu dibentak iapun
mengibas dan mengerahkan delapan dari
sepuluh bagian tenaganya.
"Kalian pergilah!"
Bentakan itu disusul angin pukulannya yang
menyambar. Tiga an?k murid terbelalak namun
waspada, tidak takut dan menangkis. Dan
ketika mereka terpental dan roboh terbanting,
berteriak maka Tong-si tertawa mengejek dan
meloncat naik lagi tapi tiga murid itu dapat
bergulingan meloncat bangun dan
mengejarnya lagi, sesak napas tapi tidak apa-
apa! "Eh!" wanita itu melotot juga. "Kalian masih
hidup? Minta mati? Baik, ke sinilah tikus-tikus
1869 busuk. Boleh kalian berkenalan dengan Tong-si
dan ini pukulanku yang terakhir!" wanita itu
jengkel dan marah juga. Ia berhenti dan
membalik dan tiga murid itu terkejut. Tong-si?
Satu dari Tujuh Siluman Langit? Tapi karena
teman-teman di bawah juga menyusul ke atas
dan mereka ini membentak serta bersuit
nyaring, memberi tanda bagi murid-murid di
atas maka tiga murid itu berani lagi dan
pukulan Tong-si disambut dan dibalas
bentakan juga. Mereka dan teman-teman lain
sudah menerjang sementara bayangan-
bayangan di atas gunung berkelebatan turun.
Tong-si memang ingin menguji. Tapi karena
wanita ini mengerahkan segenap tenaganya
dan tiga murid itu langsung menyambut
pukulannya, tak takut atau gentar maka tiga
murid itu berteriak dan sekarang roboh
pingsan.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Des-dess!"
Tong-si kagum. Tiga murid itu mencelat tapi
tidak tewas. Padahal, kalau murid-murid
perguruan lain pasti roboh dan muntah darah,
nyawa melayang. Tapi karena di atas gunung
berkelebatan bayang-bayang lain dan ia tak
mau terhenti, See-tok dan lain-lain tentu sudah
ke atas maka Tong-si yang mulai berhati-hati
dan percaya akan kehebatan murid-murid
Heng-san ini tak mau meladeni murid-murid
lain kawan-kawan dari tiga murid Heng-san
pertama. Ia meloncat dan naik lagi ke atas
sementara dari atas meluncur dan turun
beberapa bayangan. Dan karena tak mau
dicegat dan wanita ini membelok maka jalanan
belukar ditempuh dan meninggalkan jalanan
umum. Murid-murid di bawah berteriak dan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyebut namanya.
1871 "Dia Tong-si, mengaku sebagai Tong-si. Awas,
dia iblis dari Tujuh Siluman Langit!"
Heng-san menjadi ribut. Murid-murid di atas
segera bersuit dan memberi tahu saudara-
saudara yang lain di kiri kanan gunung. Wanita
itu menyelinap dan memasuki jalanan liar. Dan
karena mereka pemilik gunung sementara
wanita itu pendatang, tentu saja tak sebaik
mereka mengenal medan maka Tong-si tiba-
tiba kepergok bayangan beberapa murid lagi
yang dari gerakannya jelas lebih tinggi
daripada kepandaian anak murid di bawah.
"Siapa kau, berhenti!"
Wanita ini mendengus. Dari kiri dan kanan
muncul dua bayangan tosu tiga puluhan yang
cekatan dan tangkas. Mereka meloncat
memotong perjalanannya. Dan karena tak
mungkin ia menghindar dan Tong-si
1872 membentak maka wanita ini melepas
pukulannya dan tak tanggung-tanggung untuk
mengerahkan segenap tenaganya.
"Aku Tong-si, kalian mampuslah!"
Dua murid itu terkejut. Mereka sudah
mendengar suitan dan seruan-seruan dari
bawah namun kurang percaya bahwa satu dari
Tujuh Siluman Langit hidup. Bukankah tokoh-
tokoh sesat itu tewas dikeroyok ratusan orang
kang-ouw? Mana mungkin hidup lagi? Tapi
melihat serangan dan wajah Tong-si, yang
kuning kebiru-biruan maka dua murid ini tak
berani berayal dan menangkis, tahu bahwa
pukulan lawan mereka berbahaya dan
dikerahkan sepenuh tenaga.
"Duk-dukk!"
1873 Tong-si dan dua anak murid itu tergetar.
Mereka terhuyung dan sama-sama melotot dan
wanita ini kaget sekali. Murid tingkat
berapakah yang dihadapi ini? Sute dari ketua
Heng-san? Tapi ketika ia tertegun dan
membelalakkan mata maka dua orang itu
menerjang dan membentaknya kembali,
bayangan-bayangan lain kembali berkelebat.
**SF**
(Bersambung jilid 24)
Bantargebang, 16-09-2018,15:05
1874 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 24
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
1875 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 24
"WANITA iblis, kau Tong-si atau bukan kami
tak takut. Kau telah memasuki wilayah Heng-
san, tanpa ijin. Menyerahlah atau kau
mampus... duk-plak!" Tong-si menangkis dan
untuk kedua kalinya terkejut. Ia terpental
sementara dua orang itu terhuyung mundur.
Dan ketika lima bayangan berkelebat datang
dan itulah murid-murid yang lain, dua tosu ini
menerjang lagi maka Tong-si sudah dikepung
dan tujuh murid Heng-san itu mencabut
senjata.
1876 "Siapa dia? Siapa siluman betina ini?"
"Entahlah, kami tak tahu, suheng. Tapi
katanya Tong-si!"
"Tong-si? Tak mungkin. Iblis itu tewas bersama
teman-temannya. Tujuh Siluman Langit telah
binasa!"
"Tapi dia mengaku sebagai Tong-si, suheng.
Dan kepandaiannya tinggi...... des-dess!" dua
pertemuan tenaga kembali mengguncangkan
tempat itu dan Tong-si kali ini membuat dua
lawannya terpental. Wanita itu menambah
tenaganya hingga lawan berteriak. Tapi karena
wanita itu juga terlempar berjungkir balik,
kemarahannya meledak maka lima murid yang
lain itu membentaknya dan pedang serta
pukulan tangan kiri mereka membuat wanita
iblis ini naik darah.
1877 "Serang dia, tangkap!"
Tong-si melengking. Setelah dia menghadapi
murid-murid lebih lihai maka percayalah dia
bahwa perguruan Heng-san telah semakin kuat.
Anak-anak murid yang dihadapinya ini bukan
tokoh-tokoh Heng-san karena tak satupun ia
kenal. Maka membentak dan menyambut lima
orang itu, dua yang pertama sudah turun dan
menyerangnya pula maka Tong-si mencabut
tusuk konde dan sambil menerjang dan
menangkis murid-murid itu ia melengking dan
kalap.
"Kubunuh kalian.... trik-cringg!"
Tong-si tersentak dan terpental senjatanya.
Tusuk konde bertemu pedang di tangan tujuh
lawannya dan bukan lawan yang terpental
melainkan dirinya. Padahal mereka hanya
murid-murid Heng-san, bukan tokoh! Dan
1878 ketika wanita itu melengking dan menjadi
gusar, ia benar-benar membuktikan omongan
Chi Koan maka tujuh murid itu sudah
mendesaknya dan wanita ini hanya dapat
mengelak dan berlompatan tak mampu
membalas.
"Terkutuk, jahanam keparat! Bocah-bocah
kurang ajar!"
Wanita itu melengking dan berkelebatan ke
sana ke mari. Ia telah mengerahkan tenaganya
namun benturan di antara dia dengan anak-
anak murid Heng-san itu selalu membuat ia
terpental. Dan ketika semua berseru
mempercepat gerakan, Sin-sian-hoan-eng
dipertunjukkan anak-anak murid itu maka
bayangan Tong-si dikurung dan tetap berada di
tengah-tengah, tak mampu keluar.
1879 Menjeritlah wanita ini oleh gentar. Tiba-tiba dia
menjadi pucat apakah harus roboh di tangan
murid-murid Heng-san. Bukankah dia yang
sepatutnya menghajar dan merobohkan anak-
anak murid ini. Dan ketika setiap benturan
tentu membuat telapaknya pedas dan tergetar,
tak ada lagi waktu untuk membalas maka
wanita ini bersuit dan belasan jarum hitam
tiba-tiba dilepaskan dari tangannya. Ia
terkurung dan harus melepaskan diri.
"Wut-wut-wutt!"
Murid-murid Heng-san rupanya tahu bahaya.
Mereka berseru satu sama lain dan pedang
diputar menangkis. Jarum-jarum runtuh dan
patah. Tong-si menyelinap dan lolos dengan
cepat. Dan ketika lawan membentak namun
saat itu sesosok bayangan hitam berkelebat,
sepuluh kuku menyambar anak-anak murid ini
maka Kwi-bun, sang suami muncul dan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
membantu isterinya. Suitan tadi ternyata
seruan minta tolong.
"Tong-si, ada apa memanggilku? Bukankah
yang kau hadapi hanyalah keroco-keroco.....
trik-trikk!"
Kwi-bun menahan kata-katanya dan kaget
sendiri. Ia mendengar panggilan sang isteri ini
dan berkelebat turun, tadi sudah di atas. Dan
ketika ia belum mendapat jawab namun
langsung bertemu tujuh batang pedang, ia
menusuk namun sepuluh kuku beracunnya itu
ditangkis tepat maka ia terhuyung sementara
sang isteri tertawa mengejek dan anak-anak
murid terbelalak. Kaget karena seorang iblis
muncul lagi.
"Dia..... dia Kwi-bun. Benar, ini orang-orang
Tujuh Siluman Langit!" murid tertua, yang
berbaju kuning tiba-tiba berseru dan menuding.
1881 Dia kebetulan mengenal si Pintu Setan itu dan
menuding. Sekarang ia yakin bahwa yang tadi
adalah Tong-si. Dan ketika Kwi-bun terbelalak
tapi sudah diterjang pedang, semua bergerak
dan menyerangnya maka Tong-si terkekeh
namun tak dapat tinggal diam karena iapun
ditusuk dan diserang.
"Tong-si, kiranya benar kau adalah wanita
Tujuh Siluman Langit. Mampuslah, ada apa
datang ke Heng-san?"
Suami isteri itu dikeroyok. Sekarang Kwi-bun
tak dapat mengejek isterinya karena pedang
dan pukulan sambar-menyambar. Anak-anak
murid juga mengerahkan Sin-sian-hoan-eng.
Dan ketika ilmu meringankan tubuh itu
membuat si Pintu Setan terbelalak, tentu saja
mengenal warisan Siang Kek Cinjin ini maka
dia membentak dan mengetrikkan kuku-kuku
jarinya menangkis, berkelebat dan mengelak
1882 atau menghalau serangan-serangan lawan.
Namun ketika lawan mengejar dan tosu baju
kuning itu paling lihai, tenaganya paling besar
dan kecepatannya juga paling tinggi maka Kwi-
bun tak dapat lolos karena sudah dikurung oleh
lingkaran pedang lebar berikut pukulan-
pukulan menderu.
"Twi-hong-hok-san (Dorong Angin Robohkan
Gunung)!" si iblis pria berteriak dan kaget. Ia
mengenal ilmu ini sebagai milik tokoh-tokoh
Heng-san namun kini para muridnya juga
mempelajari. Hebatnya juga bukan main
karena dengan kibasan atau dorongan itu
ujung bajunya berkibar-kibar dan seakan
hendak menerbangkannya! Dan ketika murid-
murid Heng-san tertawa dan masing-masing
silih berganti menyerangnya, tak ada ampun
untuk mengambil napas maka Tong-si di sana
1883 juga berteriak dan melepas lagi jarum-jarum
beracunnya.
"Keparat, kita bunuh mereka ini, Kwi-bun.
Hajar dan bunuh mereka..... wut-wut!" jarum-
jarum dilepas kalap. Belasan sinar hitam itu
berhamburan namun anak-anak murid
ternyata lihai. Mereka menangkis dan memutar
pedangnya. Dan keti?ka Tong-si terbelalak
sementara dari bawah dan atas gunung
berkelebatan murid-murid yang lain maka Kwi-
bun tak melihat untungnya lagi. Bahaya
mengancam mereka.
"Tong-si, keluar. Kita bergabung dengan
teman-teman!"
"Benar, dan secepatnya kita ke atas, Kwi-bun.
Temui para pimpinannya tapi bunuh atau
robohkan dulu seorang dua!"
1884 Suami isteri itu berseru berbareng. Mereka
melengking dan tiba-tiba beradu punggung.
Dan ketika tujuh anak murid menyerang dari
tujuh penjuru maka hampir serentak mereka
berdua menyalurkan tenaga dan menggabung
ilmu mereka.
"Trik-des-dess!"
Kuku dan tusuk konde menghalau. Kini
keduanya menggabung kekuatan dan baru
dengan cara ini dua murid terlempar. Tosu
baju kuning terpelanting. Ternyata dua iblis
betina dan wanita itu mengeluarkan ilmu
khusus mereka, yang satu menangkis
sementara yang lain menyerang. Dan ketika
dua dari tujuh pengeroyok roboh, mereka


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kalah pengalaman oleh dua iblis ini maka Kwi-
bun meloncat dan terbang ke atas tak mau
melayani murid-murid lagi, dari mana-mana
sudah muncul anak-anak Heng-san yang lain.
1885 "Tong-si, pergi. Kita bergabung di atas!"
Wanita itu mengangguk. Sekarang ia telah
merasakan lihainya murid-murid Heng-san ini.
Perguruan itu telah menjadi perguruan yang
bebat di mana murid-muridnya saja telah
mampu menandingi. Tokoh-tokohnya tentu
lebih hebat lagi. Dan ketika ia melengking dan
berjungkir balik meluncur ke atas, beberapa
anak murid dilampaui dan Tong-si melepas
jarum-jarum beracunnya, ada yang terkena
dan menjerit maka Kwi-bun sudah terbang
lebih dulu dan bersamaan itu tiba-tiba dari
puncak terdengar genta dan bunyi tanda
bahaya.
"Tang-tang-tang...!"
Anak murid gempar. Sekarang seisi gunung
hiruk-pikuk dan bunyi genta yang berdentang-
dentang menghentak semua penghuni. Kwi-
1886 bun dan isterinya susul-menyusul berkelebat
ke puncak. Namun ketika di leher gunung
mereka bertemu murid-murid lebih tinggi dan
itu adalah murid-murid kepala para pimpinan
maka Tong-si maupun suaminya terhalang lagi.
"Tong-si, Kwi-bun! Kalian pengacau-pengacau
busuk. Berhenti, kalian kami tangkap atau
mampus.... sing-bret!" dua pedang
menyambar dari kiri kanan dengan amat
cepatnya. Dua murid kepala bertemu suami
isteri ini dan Kwi-bun maupun Tong-si
mengelak. Namun ketika pedang mengejar dan
mereka tetap menerima serangan, apa boleh
buat menangkis dan membalik maka baju Kwi-
bun memberebet sementara isterinya menjerit
kecil karena hampir saja ujung bajunya dibabat.
"Keparat, robohkan dulu mereka ini, Kwi-bun.
Bunuh mereka!"
1887 "Hm!" Kwi-bun mendengus, diam-diam
terkesiap. "Gampang omong tak gampang
dilaksanakan, Tong-si. Kita ke puncak dan
harus cepat-cepat bergabung dengan kawan-
kawan. Dua orang ini cukup lihai dan
menghambat perjalanan saja!"
"Kalau begitu biar kusambar dengan ini. Lari,
kita ke atas!" jarum-jarum hitam kembali
dilepas. Tong-si marah namun suaminya
mengangguk. Kwi-bun juga mengetrikkan
kuku-kuku jarinya dan entah dari mana tiba-
tiba menyambar pula jarum-jarum hitam. Itu
meluncur dari ujung kukunya yang
melengkung ke dalam, kalau dibuka atau
dijentikkan keluarlah benda-benda berbahaya
itu. Dan ketika dua murid itu menangkis dan
mereka tidak mempergunakan pedang
melainkan dorongan telapak tangan yang
menghembuskan Twi-hong-hok-san maka Kwi-
1888 bun pucat karena melihat betapa lihainya
murid-murid kepala ini.
"Plak-plak-plak!"
Semua jarum runtuh namun Kwi-bun sudah
berkelebat naik. Tong-si sudah mendahuluinya
dan setiap bertemu murid baru tentu jarum-
jarum itulah yang bekerja. Mereka tak mau
dihalangi. Dan ketika di atas terdengar suara
bergelak dan itulah tawa See-tok, juga kekeh
dan seruan genit Kwi-bo ternyata di sini laki
perempuan itu telah mengamuk. Kwi-bun
kebetulan datang tepat waktunya.
"Ha-ha, lihat. Ini makanan-makanan empuk
kita, Kwi-bo. Mana tokoh-tokoh Heng-san
kalau tak ingin murid-muridnya mampus....
wherr-plakk!" bandul tengkorak di tangan See-
tok bekerja dengan amat jahatnya. Bandul itu
menderu dan ketika luput mengenai lawan
1889 menghajar tanah sampai amblong. Tengkorak
meledak namun See-tok sudah menyerang lagi.
Di halaman kuil dia mengamuk. Dan ketika
Kwi-bo juga terkekeh sementara Kwi-bun
heran mana tiga temannya yang lain, Coa-ong
maupun Jin-touw dan Jin-mo maka di sebelah
kiri terdengar geraman-geraman dan Jin-mo
tampak meloncat-loncat menghadapi
keroyokan belasan murid Heng-san. Tongkat
bambunya yang panjang itu bersiutan
mengemplang dan menyodok.
"Heh, mundur. Aku mencari pimpinan Heng-
san atau kalian mampus.... des-dess!" tongkat
menghantam dan menghajar tanah. Hantu
Langit atau Jin-mo telah muncul dan dikerubut
di sana tapi tongkat di tangannya tak pernah
mendapatkan korban. Ia menggeram-geram.
Dan ketika ia membentak dan seorang murid
menangkis maka terhuyunglah kakek itu
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
sementara si murid hanya tergetar dan
terdorong sedikit.
"Heh-heh," Kwi-bun tak dapat menahan geli.
"Jangan pandang rendah murid-murid ini, Jin-
mo. Mereka hebat-hebat dan benar bahwa kita
harus berhati-hati!"
"Keparat, kau membantu musuh? Eh, kita
datang bukan untuk menonton, Kwi-bun. Bantu
dan hajar mereka ini!"
"Aku sudah merasakan di bawah, dan kau....
singg!" pedang seorang murid membacok dari
belakang. Kwi-bun terkejut dan meloncat ke
kiri dan Jin-mo ganti terkekeh. Ia melihat
rekannya itu kaget menghentikan kata-katanya.
Dan ketika di sana Jin-touw juga berteriak dan
mengayun kapaknya, ditangkis dan terpental
maka Coa-ong juga mengumpat caci dikerubut
1891 lima murid yang mengurung ketat. Pedang dan
tangan kiri menyambar-nyambar.
"Eh-eh, jangan banyak cakap. Kita bukan
saling menonton. Bunuh dan sikat mereka ini....
krek-pletak!" tongkat di tangan Coa-ong malah
patah, membuat si Raja Ular memekik dan
melompatlah dia mengelak dari hujan tusukan
lawan. Lima murid itu ternyata mendesaknya.
Tong-si ganti tertawa. Tapi ketika wanita
perunggu itu ditusuk seseorang dan berjengit
dengan kaget, berteriak dan membalikkan
tubuh maka ia harus menangkis serangan
berikut yang membuat Coa-ong terkekeh-
kekeh.
See-tok dan lain-lain terbahak. Kwi-bun, sang
suami, juga tertawa. Tapi ketika Tong-si
membentak dan iblis pria itu terdiam maka
Kwi-bo melengking-lengking menjeletarkan
1892 rambutnya. Beberapa bayangan dari dalam kuil
mulai berkelebatan, tampaknya para pimpinan.
"Heii, tak usah saling mentertawai. Jaga diri
baik-baik, kawan. Para pimpinan rupanya
datang dan kita bergabung satukan tenaga...
wirr-plakk!" rambut wanita ini menjeletar dan
menukik ke seorang murid, kena dan murid itu
terpelanting tapi bergulingan meloncat bangun.
Tosu muda ini tak apa-apa. Dan ketika Kwi-bo
terkejut karena masing-masing sudah
merasakan buah pahit, apa yang diceritakan
Chi Koan benar maka bayangan dari dalam kuil
sudah tiba di luar dan terdengar bentakan
perlahan namun yang membuat jantung semua
orang tergetar dan seakan dipukul palu godam.
"Berhenti. Semua mundur dan jangan
menyerang!"
1893 Empat orang berdiri di halaman dengan wajah
bengis. Mereka inilah bayangan-bayangan dari
dalam dan kini ada di luar. Kwi-bo berjungkir
bailk melayang turun, baru saja menghajar dan
menangkis serangan lawan. Dan ketika ia
melihat tosu-tosu itu amat berpengaruh bagi
para murid, masing-masing berikat kepala
merah dan kuning maka dia yang tidak
mengenal namun kaget oleh suara bentakan
tadi membelalakkan mata. Empat tosu ini
memegang tongkat dan sikap mereka amat
berwibawa, pandang mata setajam elang.
"Hm, Tujuh Siluman Langit kiranya. Kwi-bo dan
See-tok! Bagus, kalian berkumpul dan ternyata
masih hidup, Kwi-bo. Tapi ada apa mengacau
Heng-san? Apakah kalian bernyawa rangkap
dan kini ingin benar-benar mampus?"
"Ha-ha, kau siapa?" See-tok tertawa bergelak
dan mendahului, berkelebat maju. "Mana Sin
1894 Gwan Tojin dan Tan Hoo Cinjin. Kenapa tidak
keluar!"
"Benar, mana pimpinan Heng-san?" Tong-si
juga melengking dan meloncat maju, tidak
mengenal empat tosu ini. "Kalian siapa, tosu-
tosu busuk. Dan kenapa berani berlagak serta
menghina kami. Ayo sebutkan namamu!"
"Hm, ini Tong-si," tosu berikat kepala merah
menjengek, dia berdiri di sebelah kiri tosu yang
bicara memimpin. "Agaknya Tujuh Siluman
Langit benar-benar masih hidup, suheng. Dan
kesempatan bagi kita untuk membasminya
sampai tuntas!"
"Diamlah," sang suheng mengebutkan lengan,
tetap ingin memimpin. "Kita hadapi iblis-iblis
ini, Tek-sute, dan dengarkan dulu apa katanya
sebelum kita binasakan!"
1895 "Hi-hik, kau siapa?" Kwi-bo berkelebat dan tak
mau kalah. "Memangnya kau tokoh Heng-san
hingga pantas bicara dengan kami? Minggir
kalau belum punya kedudukan, tosu tengik.
Atau kulempar kau menghadap arwah Siang
Kek Cinjin!"
Kwi-bo mengibas dan rambut harumnya
meledak dengan amat cepat. Ia dekat sekali
dengan tosu ini dan serangannyapun jelas dan
terarah. Tapi ketika tosu itu mengangkat
tangan kirinya dan rambut terpental balik,
melecut dan membuat Kwi-bo terpekik maka
wanita itu melempar tubuh bergulingan dan
sebagian rambutnya berodol.
"Plak!"
Kejadian itu mengejutkan sekali. Kwi-bo
melengking bangun dan See-tok serta yang
lain-lain terbelalak. Mereka tak tahu bahwa ini
1896 adalah sute-sute dari ketua Heng-san, adik
dari Sin Gwan Tojin dan merupakan tokoh
nomor tiga di Heng-san. Maka ketika tosu itu
tertawa dingin dan pukulan tangannya tadi
mementalkan rambut, bahkan nyaris
menghantam Kwi-bo sendiri maka berkatalah
dia dengan sikap mengejek,
"Kwi-bo, lain dulu lain sekarang. Pinto adalah
Kho Hwat Tojin, sute dari Sin Gwan Tojin.
Kalau kau menganggap pinto tak punya
kedudukan maka kau salah. Ketahuilah, pinto
berempat wakil-wakil nomor dua dan tokoh
ketiga di sini. Sekarang buka matamu dan
telinga baik-baik!"
Kwi-bo terbelalak dan merah padam. Ia dikibas
telapak tangan yang mengandung pukulan Twi-
hong-hok-san dan pukulan atau kibasan tosu
ini lain daripada yang lain, amat hebat dan
jauh di atas murid-murid Heng-san. Dan ketika
1897 tosu itu menyebut namanya dan otomatis dia
ingat, dulu tosu ini adalah orang-orang tingkat
empat sebelum mendiang To Hak Cinjin maka
dia terkejut namun kemarahannya diganti tawa
kekeh dibarengi goyangan pinggulnya. Thian-
mo-bu atau Tarian Hantu Langit tiba-tiba siap
dikeluarkan. Kwi-bo akan mempesona lawan
dengan bentuk tubuhnya yang menggairahkan,
tari telanjang!
"Hi-hik, begitukah? Bagus. Kiranya anak-anak
kemarin sore sudah naik tingkat semua, Kho
Hwat totiang, dan kau memang hebat. Aduh,


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tapi kau kejam membanting aku. Apakah kau
tak kasihan dan iba kepadaku. Wanita
harusnya disayang, Kho Hwat totiang, bukan
dipukul atau dibanting. Ih, kau nakal!" lalu
mengedut atau melempar pinggulnya
sedemikian rupa tiba-tiba seluruh pakaian Kwi-
bo lepas. Lalu, ketika semua murid terbeliak
1898 dan berseru tertahan maka Kwi-bo terkekeh
dan maju dengan cepat memeluk tosu ini.
Gerakannya demikian aduhai dan tidak malu-
malu lagi!
Kho Hwat Tojin berdesir. Tadi ia tertawa
mengejek melihat Kwi-bo dikibasnya roboh. Ia
memang ingin memberi pelajaran sekaligus
pemberitahuan bahwa dirinya bukan orang
kelas kambing. Dulu mungkin ia gentar dan
pucat menghadapi Tujuh Siluman Langit ini,
termasuk Kwi-bo. Tapi karena sekarang ia
telah gemblengan langsung dari mendiang
sesepuhnya, hanya Tit-ci-thian-tung dan Lui-
yang Sin-kang yang tak dipelajarinya maka
begitu ia mengibas begitu pula Twi-hong-hok-
sannya dipertunjukkan dan lawanpun terpental.
Rambut Kwi-bo malah berodol dan kalau
wanita itu tidak cepat melempar tubuh
bergulingan tentu kulit kepalanya terkelupas.
1899 Kwi-bo tahu diri dan cepat bergulingan. Tapi
ketika kini tiba-tiba wanita itu tertawa dan
mengibas pinggul, gerakan itu demikian penuh
pesona dan amat memikat, pinggul bulat si
cantik ini bergoyang dengan amat indah maka
belum dia hilang kagumnya tiba-tiba Kwi-bo
bergerak dan seluruh pakaian itupun lepas. Tak
pelak lagi tubuh sehalus patung pualam
terbeber. Semua mata terbeliak dan siapapun
mendecak. Tubuh wanita ini sungguh indah,
buah dadanya juga kencang dan terpelihara.
Bukan main, itu tubuh seorang dewi! Dan
karena Kho Hwat Tojin juga laki-laki normal,
dia pun memiliki gairah dan rasa maka ketika
dipeluk dan dicium iapun kesetrom dan merasa
"mak-nyut", sedetik kehilangan kesadaran tapi
sedetik itu pula Kwi-bo sudah mengangkat
lutut menendang selangkangannya. Daerah
paling rawan bagi lelaki ini didengkul, tepat
sekali lutut itu mengenai anggauta rahasia.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Tapi karena saat itu juga Kho Seng Tojin
berteriak keras, dia ini adalah adik kandung
Kho Hwat maka tosu ini menarik cepat perut
bawahnya ke usus besar. Gerakan itu terjadi
sama cepat dengan tendangan Kwi-bo. Tepat
lutut itu mengenai sasaran maka secepat itu
juga anggauta rahasia tosu ini melesak ke
dalam. Kwi-bo terkejut karena lututnya tak
menyenggol benjolan, hanya mengenai daerah
kosong semacam tulang atau daging keras.
Tapi karena betapapun juga "dengkulan" itu
cepat dan dekat, kosong atau tidak telah
singgah di daerah amat lemah maka tosu itu
menjerit dan terbanting bergulingan.
"Dukk!"
Semua orang pucat. Menurut perhitungan
semestinya tosu itu tewas dengan bagian
paling pribadi hancur. Yang menendang bukan
sembarang orang melainkan Kwi-bo, iblis
1901 wanita yang amat kejam, kepandaiannya hebat
dan siapapun tahu kelihaiannya. Tapi ketika
tosu itu dapat bergulingan meloncat bangun,
mendelik dan gusar bukan kepalang maka Kwi-
bo terkekeh dan sebelum yang lain ingat diri
mendadak ia sudah meledakkan rambutnya
dan menerjang tiga tosu di sebelah dengan
cepat dan bertubi-tubi. Kesempatan diisi baik-
baik mumpung masih terpesona dan melotot
oleh keindahan tubuhnya yang memang aduhai.
"Hi-hik, selamat bercinta, tosu-tosu gagah. Aku
cinta kalian dan inilah hadiah ciumku...... wut-
ngok!" Kwi-bo benar-benar mencium,
mendekatkan muka tapi secepat itu pula ia
menjeletarkan rambut menggubat dan melilit.
Yang dicium tercekik dan mendelik. Kaki dan
tangan Kwi-bo yang lain bergerak menghantam
kedua tosu terakhir. Dan ketika semua terkejut
dan tosu yang tercekik membentak keras,
1902 mengerahkan sinkang hingga leher
menggembung dan rambut putus maka tosu
itu melempar tubuh dan kakinya menendang
paha Kwi-bo.
"Siluman! Wanita jahanam.... dess!"
Kwi-bo terpental dan bergulingan terkekeh. Ia
tak takut karena begitu melompat bangun
iapun sudah menari dan menjeletarkan
rambutnya. Tangan kirinya juga bergerak
menaikturunkan bukit dadanya. Gerakan itu
merangsang nafsu lelaki. Tapi karena empat
tosu pimpinan sudah amat marah dikecoh
wanita ini, dua mendapat pengalaman pahit
maka tosu-tosu itu memekik dan Kho Hwat
Tojin yang ditendang kemaluannya berkelebat
dan paling gusar.
"Kwi-bo, kau benar-benar curang. Tapi
terimalah, ini balasan dariku dan jangan harap
1903 tarian cabulmu dapat mengganggu kami...
plak-dess!" Kwi-bo mengelak tapi dikejar,
menangkis dan terpelanting dan selanjutnya
tosu itu berkelebatan mengejar dirinya. Para
murid terbelalak sementara tiga sute dari Kho
Hwat Tojin ini tak mau kalah. Mereka juga
marah karena hampir terbius. Dan karena
masing-masing mengeluarkan kepandaiannya
dan Twi-hong-hok-san menderu dari segala
penjuru maka Kwi-bo menjerit dan terlempar
ke sana ke mari tak sanggup menghadapi
empat tosu pimpinan itu. Jangankan
menghadapi mereka berempat, menghadapi
satu di antaranya saja wanita ini tak akan
menang. Kho Hwat Tojin bukan lawannya. Dan
ketika ia jatuh bangun tapi para murid
mendecak dan mengilar, Kwi-bo telanjang
bulat bergulingan ke sana-sini maka See-tok
tiba-tiba bergerak dan raksasa bersenjata
1904 bandul tengkorak ini menyerbu dan tak tahan.
Kwi-bo adalah kekasihnya.
"Kwi-bo, jangan takut. Aku membantumu!"
Tapi ketika bandul tengkorak terpental oleh
hawa pukulan Kho Hwat Tojin, belum apa-apa
membalik oleh pukulan tosu itu maka See-tok
berteriak dan Jin-touw yang mencari muka
pada Kwi-bo lalu menerjang dan mengeroyok.
Iblis bersenjata kapak ini tertawa tapi kapak di
tangannya mendesing mencari maut. Namun
ketika Kho Hwat menangkis dan tongkat di
tangan tosu itu berdentang menghalau kapak
maka Jin-touw berseru kaget dan berjungkir
balik menyelamatkan diri.
Selanjutnya tiga orang ini bergerak tapi lawan
terlalu hebat. Kwi-bo agak lega namun tetap
terdesak. Beberapa kali ia menangkis namun
rambutnya tambah berodol. Dan ketika empat
1905 bayangan tosu itu menekan tiga dari Tujuh
Siluman ini dan jelas betapa Kwi-bo dan
kawan-kawan tak mampu menghadapi, See-
tok cemas dan gelisah maka raksasa tinggi
besar itu berteriak pada Coa-ong dan lain-lain,
"Heii, masuk dan bantu kami, Coa-ong. Atau
kujitak kepalamu dan kulaporkan murid kita!"
"Ha-ha, jangan seperti anak kecil. Kalian belum
berkeringat benar-benar, See-tok. Tapi kalau
sudah ketakutan baiklah aku maju. Tapi di sini
banyak kecoa, biar kupanggil anak-anakku dan
tenanglah disitu!" Coa-ong terkekeh dan
mencabut suling, meniup dan segera murid-
murid Heng-san terkejut karena dari kiri dan
kanan tiba-tiba muncul barisan ular. Lalu
ketika suling ditiup semakin melengking dan
Coa-ong mengerahkan kepandaiannya
memanggil ular maka dari segala penjuru
muncul ratusan binatang melata itu.
1906 "Ular..... ular!" para murid berteriak. Coa-ong
terkekeh dan tiba-tiba memberi tanda. Jin-mo
dan Kwi-bun serta Tong-si disuruh membantu
See-tok di sana. Dan karena tiga orang itu
mengerti betapa hebatnya desakan empat tosu,
jelas mereka harus dibantu maka Tong-si
mengelebatkan tusuk kondenya sementara
sang suami mengetrikkan kuku jari ke arah
lawan mereka. Jin-mo sendiri sudah meloncat
dan galah atau bambu panjang di tangannya
mendesir di belakang telinga Kho Hwat Tojin.
"See-tok, tak perlu berkaok-kaok. Kami semua
akan membantumu!" lalu ketika Kho Hwat
mengelak namun galah menyodok dan
mengejar, sang tosu membalik maka Twi-
hong-hok-san menampar galah itu dan.... prak,
ujung galah hancur.
"Haiii...!" Hantu Langit terpekik. "Jahanam kau,
Kho Hwat Tojin. Keparat kau!" dan tidak berani
1907 berdepan lagi segera iblis tinggi jangkung ini
menyerampang dan menusuk lawan, berpindah
ke tosu lain namun sama juga. Adik-adik dari
tosu itu menangkis, kalau tidak dengan
tamparan ya dengan tongkat. Dan ketika Jin-
mo merasa betapa tongkat di tangan tosu-tosu
itu bertenaga hebat hingga telapaknya tergetar
dan pedas, galah terpental menghantam
kepalanya sendiri maka kakek itu terkejut dan
Kho Hwat Tojin berseru pada adik-adiknya
untuk merobah gerakan.
"Mainkan Hui-tung Sin-hoat (Silat Sakti
Tongkat Terbang). Awas, Coa-ong mulai
memanggil ular!"
Tiga sutenya membentak. Mereka telah
merobah gerakan dan Twi-hong-hok-san
berpindah ke tangan kiri. Tangan kanan
melepas tongkat dan tongkat di tangan empat
tosu itu mendadak terbang menyambar-
1908 nyambar. Inilah Hui-tung Sin-hoat yang dulu
diajarkan Siang Kek dan Siang Lam Cinjin. Dan
karena yang memainkan juga tokoh-tokoh
Heng-san, mereka adalah sute dari Tan Hoo
Cinjin maka See-tok dan Kwi-bo tersentak
kaget ketika tongkat memburu dan menyergap
mereka, bagai bermata.
"Iblis! Siluman!"
Dua orang itu mengelak dan menangkis. Tapi
ketika mereka memperhatikan ini maka tangan
kiri para tosu menyambar dan meluncurlah
Twi-hong-hok-san itu menghantam Kwi-bo.
"Dess!"
Wanita ini mencelat. Kwi-bo terbanting dan
saat itu pukulan lain menyambar See-tok.
Raksasa tinggi besar ini juga berteriak. Dan
ketika ia terlempar dan terhempas oleh Twi-
1909 hong-hok-san, tongkat terbang benar-benar
mengacau perhatian maka Jin-touw maupun
Jin-mo juga menjerit dan terlempar roboh.
"Bres-bress!"
Tujuh Siluman Langit kalang-kabut. Coa-ong,
yang mengendalikan ularnya tiba-tiba juga
terhuyung dan melotot terbelalak. Ular-ularnya
terlempar dan mencelat oleh hawa pukulan
empat tosu itu. Keadaan benar-benar
mengerikan. Dan ketika suling ditiup kencang-
kencang namun Kho Hwat berseru melempar
obor, memberi tahu anak murid agar
mengambil obor maka bagai diingatkan saja
anak-anak murid itu menyulut obor dan
melemparkannya ke barisan ular.
"Api.... api! Serang dengan api!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Coa-ong mendelik. Kho Hwat telah memelopori
gerakan itu dan obor di tangan tosu ini diikuti
oleh obor-obor yang lain. Para murid menjadi
sadar dan ular-ular seketika panik. Dan ketika
ratusan dari mereka membalik dan lintang-
pukang, anak murid menjadi marah kepada
Raja Ular itu maka mereka menerjang dan
Coa-ong menghentikan tiupan sulingnya
diserbu murid-murid Heng-san.
"Coa-ong tua bangka siluman. Hajar dan bunuh
kakek ini!"
Coa-ong berkelit. Ia memaki namun dikejar
lagi, mencabut tongkat dan menyimpan suling
dan segera menangkis hujan serangan itu.
Anak murid sudah tidak menghiraukan Kwi-bo
lagi karena perhatian diusik oleh barisan ular.
Kwi-bo gagal dengan tarian mautnya. Dan
ketika puluhan anak murid menerjang Coa-ong
sementara di sana See-tok dan lain-lain dihajar
1911 Kho Hwat Tojin, para iblis ini mengeluh maka
See-tok jatuh bangun tak mampu menangkis.
Ia dan kawan-kawannya menjadi sasaran Twi-
hong-hok-san atau tongkat terbang. Tongkat
itulah yang membuat mereka geram karena
memecah perhatian. Semua kacau oleh Hui-
tung Sin-hoat ini yang menyodok atau
menusuk bagai benda bernyawa, pandai
mencari tempat-tempat kosong dan bandul
tengkorak di tangan See-tok sampai rompal-
rompal, mreteli. Dan ketika Jin-mo maupun
Jin-touw juga kelabakan mempertahankan diri,
kapak dan galah di tangan mereka hencur oleh
permainan tongkat sakti ini maka Tong-si dan
Kwi-bun juga mencelat senjatanya sementara
kuku jari si muka setan putus satu demi satu.
"Chi Koan, keluarlah. Tolong.....!"
Kwi-bo tak tahan dan berteriak memanggil
muridnya itu. Keadaan sudah benar-benar
1912 berbahaya sementara Chi Koan tak muncul-
muncul juga. Padahal pemuda itu sudah
berjanji untuk menyelamatkan dan membantu
mereka. Sekarang mereka benar-benar
percaya bahwa anak-anak murid Heng-san
telah mencapai kemajuan tinggi, ilmu silat
mereka benar-benar maju dengan pesat dan
tokoh tingkat tiga saja bukan tandingan
mereka. Dan ketika jerit Kwi-bo itu juga
disusul oleh jerit Tong-si, yang melengking dan
berteriak terbanting oleh hantaman tongkat
terbang maka See-tok juga menggeram dan
memaki muridnya itu.
"Chi Koan, keluarlah. Kami kalang-kabut!"
"Benar, bantu kami, anak busuk. Lihat guru-
gurumu dihajar orang!" Coa-ong, yang
menyambung dan menjadi gelisah akhirnya
memaki sengit juga. Kakek ini tahu bahwa
muridnya pasti tak jauh di situ, bersembunyi
1913 dan mengintai mereka. Mungkin tertawa-tawa.
Anak itu memang kurang ajar. Dan ketika Jin-
mo dan Jin-touw akhirnya juga berseru
memanggil, galah di tangan Jin-mo akhirnya
terbabat dan kapak mencelat dari tangan Jin-
touw, dua iblis ini terlempar oleh Twi-hong-
hok-san maka saat itulah berkelebat bayangan
biru bercelana putih.
"Ha-ha, kalian sudah puas? Kalian sudah
percaya omonganku? Baik, aku datang suhu.
Jangan khawatir dan lihatlah mereka
kulemparkan.... bress!" Chi Koan muncul dan
membantu guru-gurunya. Coa-ong yang
dikeroyok puluhan murid tiba-tiba terlempar
tinggi ke atas. Chi Koan mengangkat gurunya
sementara murid-murid itu didorong dan ditiup
tenaga raksasa. Mereka menjerit dan terlempar
belasan tombak, kaki dan tangan patah-patah.
Lalu ketika angin sambaran pukulan itu
1914 menerpa Kho Hwat Tojin dan tiga sutenya,
mengangkat mereka dan melemparnya jauh ke
belakang maka empat tosu itu berteriak kaget
dan masing-masing menabrak pohon.
Empat tosu itu kelengar dan mengeluh. Mereka
sudah mengerahkan tenaga untuk bertahan
namun tetap juga tak kuat. Masing-masing
kaget bukan main dan Kho Hwat Tojin
mendelik. Namun ketika mereka bangkit
terhuyung dan terbelalak ke depan, Chi Koan
telah berdiri melindungi guru-gurunya maka
tosu itu terbelalak dan berubah, tentu saja
mengenal murid Beng Kong Hwesio itu dan
kaget serta heran bagaimana tiba-tiba pemuda
itu memanggil "suhu" kepada Tujuh Siluman
Langit ini.
"Kau...... kau......"
1915 "Ya, aku," Chi Koan tertawa, tahu kekagetan
tosu ini. "Aku, Kho Hwat Tojin, Chi Koan yang
dulu kalian tangkap dan siksa di sini. Aku Chi
Koan dan datang untuk menghajar kalian!"
"Keparat, tapi kau.... kau...."
Chi Koan mengibas. "Tak usah banyak cakap,
tosu bau. Aku ingin bertemu ketua dan wakil
ketua Heng-san. Panggil suhengmu atau nanti
kau kulempar ke dalam!"
"Ah!" tosu ini bergerak, marahnya seketika
timbul. "Bagus sekali, Chi Koan. Kau berguru
kepada orang-orang jahat dan watakmu tetap
juga jahat. Pinto tak takut kepadamu dan
rupanya kau tidak kapok untuk menjadi
tawanan lagi. Bagus, pinto akan
menghajarmu!"
1916 Tosu itu berkelebat dan tongkat di tangan
menyambar. Ia tadi kaget dan pucat melihat
betapa sekali gebrak ia didorong dan dilempar
jauh. Namun karena hal itu dianggapnya
sebagai hal wajar, ia tak bersiap-siap dan Chi
Koan menyerangnya di saat ia menghadapi
See-tok dan lain-lain maka kini menyerang
pemuda itu ia mengandalkan kecepatan dan
pukulannya. Twi-hong-hok-san menyambar
sementara tongkat menusuk dengan jurus Hui-
tung Sin-hoat. Tongkat itu siap meluncur kalau
Chi Koan mengelak. Tongkat ini akan terbang
dan memburu lawan. Tapi ketika Chi Koan
tidak mengelak dan menerima serangannya,
tertawa dan memasang dada dipukul maka
Twi-hong-hok-san maupun tongkat
menghantam pemuda itu.
"Duk-kraakk!"
1917 Tongkat seketika patah. Sang tosu kaget
bukan main dan ketika ia terjelungup ke depan
bergeraklah Chi Koan mengangkat tangan
kirinya. Tangan itu menampar pundak. Dan
karena tak mungkin tosu ini mengelak karena
baru saja dia menghantam, posisinya
terjelungup dan satu-satunya jalan
mengerahkan sinkang bertahan maka.... plak,
tosu ini menjerit dan terbanting dengan
pundak sengkleh.
"Suheng!"
Kejadian itu mengejutkan semua orang. Sang
adik, yang berteriak dan melompat maju tahu-
tahu harus menerima suhengnya yang
ditendang Chi Koan. Chi Koan telah
merobohkan tosu Heng-san itu dengan sekali
gebrak dan kini mengangkat kaki menendang
tosu itu. Dan ketika tosu ini mencelat dan
diterima adiknya, terjengkang dan terlempar
1918 pula maka Kho Hwat Tojin pingsan sementara
adiknya yang menerima suhengnya itu juga
batuk-batuk dan muntah darah.
"Keparat, bocah iblis!" dua tosu yang lain tak
dapat menahan diri. Mereka melempar tongkat
menyerang dengan Hui-tung Sin-hoat dan
tubuh meloncat sambil tangan kiri melepas
pukulan Twi-hong-hok-san. Ini seperti yang
mereka lakukan kepada See-tok dan kawan-
kawannya tadi. Tapi ketika Chi Koan tertawa
tenang dan membiarkan tongkat menghantam,
patah dan runtuh mengenai tubuhnya maka
Twi-hong-hok-san itu diterima telapak kirinya
yang mengerahkan Thai-san-ap-ting.
"Dess!"
Dua tosu itu mencelat dan terlempar. Mereka
terbanting dan gemparlah murid-murid lain
menyaksikan pimpinannya roboh. Segebrakan
1919 saja pemuda baju biru itu telah
menumbangkan tokoh-tokoh Heng-san. Tapi
ketika dua tosu itu dapat bergulingan meloncat
bangun dan ini mengagumkan Chi Koan, dulu
dia pernah bertanding dan melayani empat
tosu ini maka dia tertawa mengejek dan
memuji,
"Tosu bau, dulu kalian berempat masih bukan
tandinganku. Mundur dan panggillah suhengmu
untuk menghadapi aku, atau kalian mampus
dan tinggal nama!"
Dua tosu itu marah bukan main. Memang dulu
mereka telah bertanding dengan pemuda ini
dan hasilnya mereka terdesak. Hanya berkat
bantuan Sin Gwan Tojin dan ketua Heng-san
mereka selamat. Dan karena kini mereka
berada di tempat sendiri dan mereka tak
menyangka, bahwa Chi Koan telah menguasai
Hok-te Sin-kun, Silat Penakluk Dunia warisan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
kitab sakti Bu-tek-cin-keng maka mereka
berteriak dan maju lagi dengan tongkat lain
yang baru. Mereka menyambar itu dari tangan
murid yang lain dan berkelebat dengan Sin-
san-hoan-eng mereka menerjang pemuda itu.
Tangan kiri melepas Twi-hong-hok-san
sementara tangan kanan mengemudikan
tongkat. Hui-tung Sin-hoat sekaligus Twi-hong-
hok-san menyambar dari kiri kanan. Dua tosu
itu bergabung mengeroyok Chi Koan. Tapi
ketika pemuda ini kembali tak mengelak dan
tongkat terbang diterima tubuhnya, patah dan
terpental maka dia menerima serangan Twi-
hong-hok-san dengan Thai-san-ap-tingnya lagi.
Kali ini dua tangan Chi Koan bergerak dari
bawah ke atas.
"Kalian bandel, kuperingatkan sekali lagi.....
dess!" dua tosu itu mencelat dan terbanting
lagi. Kali ini mereka berteriak dan kaget bahwa
1921 untuk kedua kalinya tongkat di tangan patah.
Tapi ketika Thai-san-ap-ting menyambut dan
menghantam mereka, dua tosu ini mendelik
merasa sesak napas maka mereka terlempar
dan terbanting lagi dengan keras. Untuk yang
ini mereka menggeliat dan sejenak tak mampu
melompat bangun, Jin-touw tiba-tiba bersorak.
Tapi ketika dua orang itu meloncat dan bangun
lagi, terhuyung namun mampu menguasai diri
maka mereka menerjang dan nekat menubruk
lagi. Para murid tiba-tiba bergerak dan
mengepung ketat. Suara teriakan dan rasa
marah berkumandang. Dan ketika Chi Koan
tertawa dingin menyambut lawan, kali ini
mendengus dan maju selangkah maka dua
orang tosu yang melepas Twi-hong-hok-san
dengan dua telapak tangan menghadap ke
depan diterima dan ditolak Chi Koan. Pemuda
itu mengerahkan Thai-san-ap-ting di tangan
kiri sementara tangan kanannya mengerahkan
1922 Cui-pek-po-kian (Pukulan Menggempur
Tembok).
"Pergilah!"
Bentakan itu disusul jeritan tosu-tosu ini. Tosu
di sebelah kiri menerima Thai-san-ap-ting yang
bagai gunung menghimpit sementara di
sebelah kanan menerima Cui-pek-po-kian.
Pukulan Menggempur Tembok ini tak kalah
dahsyat dengan Thai-san-ap-ting dan Twi-
hong-hok-san membalik dan terpukul mental.
Tosu itu kalah kuat dan malah seperti ditabrak,
bukan ditabrak barang ringan melainkan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tembok dinding yang terbang menyambar.
Tembok baja yang beratnya ribuan kati. Dan
ketika ia terlempar dan mencelat ke dalam,
sementara saudaranya mendelik dan muntah
darah maka tosu kedua yang dihantam Cui-
pek-po-kian itu hancur dadanya dan saat itu
1923 dari dalam pendopo berkelebat bayangan
tinggi kurus berikat kepala putih.
"Siancai, Heng-san kedatangan pemuda iblis.
Awas, sute. Lempar tubuh kalian...!"
Namun seruan atau bentakan bayangan itu
terlambat. Dia muncul setelah dua tosu ini
menyerang Chi Koan. Dan ketika dua tosu itu
mencelat dan melayang ke dalam, cepat bagai
ditiup angin kencang maka bayangan ini
menangkap dua orang itu namun yang seorang
sudah tewas dengan tubuh gepeng. Persis
tergencet tembok baja.
"Keji, sungguh keji...!"
Para murid tiba-tiba berseru girang. Tosu tinggi
kurus ini telah muncul di muka pendopo dan
dia adalah Sin Gwan Tojin, wakil atau orang
nomor dua di Heng-san. Tosu itu tampak
1924 menggigil, menerima dua sutenya namun yang
telah tewas diletakkan, sementara yang lain
berkedip-kedip namun akhirnya tak sadarkan
diri. Kalau ia tidak tewas tentu cacad seumur
hidup. Pukulan Thai-san-ap-ting merobah isi
dadanya hingga sebuah di antara paru-parunya
pecah. Dan ketika tosu itu tertegun sementara
anak murid menjatuhkan diri berlutut, kini
wakil ketua muncul maka See-tok tertawa
bergelak dan tiba-tiba berseru,
"Ha, ini dia orang yang kau cari-cari. Chi Koan,
itulah Sin Gwan Tojin. Balas sakit hatimu
sekalian sakit hati guru-gurumu ini. Ha-ha...!"
Tosu itu meletakkan sutenya yang luka parah.
Ia memandang See-tok dan sekali kakinya
menotol tahu-tahu sudah melayang turun,
menyambar See-tok dan teman-teman namun
akhirnya berhenti di Chi Koan. Wajah tosu ini
merah membara. Namun ketika ia tampak
1925 heran bahwa See-tok masih hidup, Tujuh
Siluman Langit lengkap di situ maka kepada
iblis inilah tosu itu berseru,
"See-tok, rupanya kalian belum tewas. Atau
nyawa kalian yang barangkali rangkap. Siancai,
apa maksud kedatangan kalian, See-tok. Dan
kenapa bersama Chi Koan murid Go-bi?"
"Ha-ha, Chi Koan murid kami. Kau salah kalau
mengatakan anak ini murid Go-bi, Sin Gwan
Tojin. Ia adalah murid kami dan benar murid
kami!"
"Anak ini murid Beng Kong Hwesio!"
"Dulu! Sekarang, ha-ha.... dia murid kami, Sin
Gwan. Tapi tak usah berdebat karena hari ini ia
datang untuk membalas sakit hati!"
1926 "Hm, kau!" tosu itu menghadapi Chi Koan
kembali. "Kau masih hidup, Chi Koan? Kau
tidak mampus bersama supek kami? Atau
nyawamu juga rangkap?"
"Ha-ha!" Chi Koan tak menghiraukan rasa
kaget tosu ini bahwa dia juga masih hidup.
"Aku manusia bernyawa seribu, Sin Gwan. Mati
sekarang besok hidup lagi. Supekmu mampus
karena pantas mampus, sudah tua bangkotan.
Dan aku datang untuk meminta
pertanggungjawabanmu kenapa dulu kau
menyiksa aku. Katakan apakah minta mampus
atau kau berlutut seribu kali dan Heng-san
kalian serahkan kepadaku untuk kupimpin!"
"Hm, dulu dan sekarang sama saja. Kau masih
gila. Pinto tak mau banyak cakap denganmu,
bocah. Kau berani mati datang ke sini lagi.
Sekarang pinto akan menyempurnakan
arwahmu agar tidak gentayangan lagi. Dan
1927 See-tok, hmm... tunggu giliran!" selesai bicara
begini tiba-tiba tosu itu bergerak dan langsung
mengebut Chi Koan. Ia sudah mengenal
pemuda ini dan tahu bahwa Chi Koan pemuda
amat berbahaya. Dulu ketika meluruk juga
membuat kaget. Anak ini sudah mewarisi ilmu-
ilmu Beng Kong Hwesio dan pukulan-pukulan
dahsyat Go-bi dipunyai. Tapi karena ia berada
di tempat sendiri dan suhengnya juga ada di
situ, ia dapat memanggil kalau dirasa
berbahaya maka begitu menampar iapun
langsung mengeluarkan Lui-yang Sin-kangnya,
ilmu yang tak dipelajari sute-sutenya karena
hanya dia dan suhengnya Tan Hoo Cinjin yang
mempunyai.
"Klap!"
Sinar bagai petir itu menyambar. Cahaya putih
menyilaukan meluncur bersama hawa panas
dan ilmu listrik ini amat berbahaya. Lawan
1928 yang tak kuat bakal tertempel dan tersedot
darahnya, kering dan akan tewas seperti
disambar petir. Tapi ketika Chi Koan mengelak
dan tertawa mengejek, dikejar dan mengelak
lagi maka pukulan itu menyambar atau
menghantam tanah.
"Dar!"
Bunga api berpijar dan memuncrat ke udara.
Sin Gwan gagal karena Chi Koan melompat
mundur, tanah seketika hangus dan berlubang.
Percikan api itu membuat See-tok meleletkan
lidah. Kalau dia terkena barangkali sudah
gosong. Dari pukulan itu saja dia segera tahu
bahwa tosu ini dua tingkat di atas sute-sutenya,
empat tosu tadi. Namun ketika Chi Koan
mundur dan menjauhkan diri maka tosu ini
membentak dan menyerang lagi.
1929 "Chi Koan, jangan mundur. Hadapi pinto kalau
memang mencari pinto... wut!" Chi Koan
mengelak dan kembali menghindar, membuat
pukulan luput dan sang tosu menjadi marah.
Dan ketika tosu ini mengejar lagi dan baru
untuk ketiga kalinya Chi Koan menyambut dan
tidak menghindar maka Hok-te Sin-kang
dikerahkan di sini dan Tenaga Penakluk Dunia
itu ditunjukkan.
"Baik, kau menghendaki aku menyambut, Sin
Gwan Tojin. Dan jangan kira aku takut.
Lihatlah, aku menerima.... dess!" ilmu listrik
itu bertemu Hok-te Sin-kang, telapak si tosu
bertemu jari-jari Chi Koan dan saat itu tenaga
panas dari Lui-yang Sin-kang ini menyambar
hebat. Biasanya, tak perlu sampai bersentuhan
maka angin pukulan itu cukup merobohkan
lawan, apalagi kalau jari-jari tosu ini disambut
dan mencengkeram lawan, hebatnya tentu saja
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
bukan main. Batupun dapat seketika hangus
dan hancur, pecah. Tapi ketika dari tangan Chi
Koan menyambar tenaga lembut yang
menyerap atau menerima pukulan ini, begitu
lembut hingga mirip air di sebuah gentong
raksasa, atau telaga luas yang
menenggelamkan dan menyedot pukulan itu
maka Lui-yang Sin-kang tak menyentuh dasar
sasaran dan ketika tosu ini terkejut karena
pukulannya lenyap, amblas memasuki telaga
luas itu maka dia menjadi kaget bukan main
ketika mendadak dari telaga luas ini muncul
dorongan dahsyat yang membuat pukulannya
membalik dan keluar lagi, menghantam dirinya.
"Hok-te Sin-kang!"
Teriakan atau seruan tosu itu dibarengi dengan
tarikan tangannya secepat kilat. Ia kaget
bukan main karena lawan ternyata memiliki
Hok-te Sin-kang, padahal ilmu itu adalah milik
1931 Beng Kong Hwesio atau Ji Leng, dedengkot Go-
bi. Dan karena dia sudah merasakan
kedahsyatan ilmu ini, ia cepat melempar tubuh
agar tidak kena serangan membalik maka
tembok pendopo menjadi sasaran pukulan
membalik tadi.
"Blarr!"
Sang tosu pucat bergulingan melompat bangun.
Ia sama sekali tak menyangka bahwa pemuda
ini memiliki Hok-te Sin-kang. Ilmu itu adalah
warisan dari kitab mujijat Bu-tek-cin-keng
yang dahsyat. Siapapun tak bakal melawan!
Dan ketika ia gemetar memandang pemuda
baju biru itu, pucat menggigil dengan mata
terbelalak maka Chi Koan tertawa dan maju
melenggang langkah.
"Ha-ha, mari.... mari serang lagi. Aku sekarang
menerima pukulan apapun yang kau berikan,
1932 Sin Gwan Tojin, dan jangan takut aku mundur.
Ayo, majulah, serang lagi!"
"Kau.... kau...." tosu ini tak dapat bicara,
menuding. "Kau telah mewarisi kitab Bu-tek-
cin-keng? Kau telah menguasai itu dari Ji Leng
Hwesio?"
"Ha-ha, Ji Leng Hwesio memang baik kepadaku,
Sin Gwan Tojin, tapi ia tua bangka bodoh.
Sudahlah, tak usah bicara yang lain dan mari
pukul aku lagi. Keluarkan semua ilmumu dan
aku tak akan mengelak!"
Tosu ini pucat dan ngeri. Kalau ia menghadapi
Hok-te Sin-kun tentu saja semua pukulannya
sia-sia. Tokoh-tokoh Heng-san sudah
merasakan itu dan hanya Hok-te Sin-kun yang
paling ditakuti. Ilmu ini seperti dasar telaga
yang dalam. Apapun diterima dan akan ditelan.
Dan karena tadi ia sudah membuktikan dan
1933 Lui-yang Sin-kangnya amblas ke dalam tubuh
lawan, muncul dan mendorong lagi dengan
dahsyat untuk memukul dirinya maka tosu ini
jadi bingung namun tawa pemuda itu
membuatnya gusar. Ia memang jerih namun
sebagai tokoh tingkat tinggi tak boleh
memperlihatkan rasa takutnya di hadapan
banyak orang, apalagi murid-murid sendiri.
Maka membentak dan menerjang lagi tiba-tiba
iapun melepas tongkat mainkan Tung-hai Sin-
hoat. Silat tongkat terbang yang mendengung
dan segera mengelilingi tubuh Chi Koan ini
bergerak laksana ular panjang yang naik turun,
berseliweran dan menyodok atau menghantam
pemuda itu dari delapan penjuru. Dan karena
tosu ini selalu mengarah bagian-bagian
berbahaya, tongkat itu dikemudikan dengan
cepat dan amat lihai maka mata dan telinga
atau lubang hidung pemuda ini menjadi
sasaran.
1934 "Wut-wut-dess...!"
Chi Koan menangkis dan mengelak serangan-
serangan itu. Dia kagum melihat cepatnya
tongkat ini menyambar-nyambar namun tentu
saja tidak takut atau gentar. Kalau senjata itu
adalah tangan atau kaki si tosu tentu akan
disambut dan dicengkeram. Tapi senjata ini
adalah bagian lain dari tubuh Sin Gwan Tojin,
setiap ditangkap tentu melejit dan menyambar
naik turun lagi, menyerang bagian
belakangnya dan semua mendecak melihat
tongkat itu bagai benda bernyawa saja. Di
tangan wakil ketua Heng-san ini tongkat itu
jauh lebih hidup daripada di tangan Kho Hwat
Tojin dan tiga saudaranya tadi. Di tangan tosu
ini tongkat itu tak mampu ditangkap. Tujuh
kali Chi Koan mencengkeram dan menangkap
namun selalu luput, tongkat itu bagai memiliki
mata dan melejit dan lolos dengan amat licin.
1935 Hebat! Dan ketika Chi Koan melindungi dirinya
dari sergapan-sergapan berbahaya, sang tosu
tak mau diam dan membentak berkelebatan
maka di balik Sin-sian-hoan-engnya Sin Gwan
Tojin melepas pukulan-pukulan dahsyat dan
juga totokan-totokan satu jari.
"Tit-ci-thian-tung (Tuding Jari Langit
Timur)...!" See-tok berseru kagum dan ngeri.


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tudingan atau totokan-totokan satu jari itu
begitu hebatnya hingga baju Chi Koan
berlubang-lubang, Chi Koan telah
mengerahkan sinkangnya namun baju dan
pakaiannya itu yang tak tahan. Ujung jari tosu
itu mencicit-cicit. setiap menyambar tentu
disertai bunyi "cret" dari pakaian yang robek,
Chi Koan marah. Dan ketika ia membentak dan
berkelebat dengan Lui-thian-to-jitnya (Kilat
Menyambar Matahari) maka ilmu meringankan
tubuh ini menandingi Sin-sian-hoan-eng dan
1936 tubuh dua orang itu lenyap berputaran dan
saling belit.
See-tok dan kawan-kawan kagum bukan main
dan diam-diam mereka berdebar. Chi Koan
memang telah memiliki Hok-te Sin-kun namun
ternyata si tosu masih dapat menyerang dan
membuat kalang-kabut. Kalau bukan Chi Koan
tentu roboh. Hebat sekali sute mendiang To
Hak Cinjin itu! Namun ketika Chi Koan mulai
berkelebatan dengan Lui-thian-to-jitnya, ilmu
ini adalah ilmu meringankan tubuh ajaran Beng
Kong Hwesio, cepatnya bukan main dan
mampu mengimbangi kecepatan ilmu Sin-sian-
hoan-eng (Dewa Memutar Bayangan) maka
tampaklah bahwa akhirnya Chi Koan tidak
kalang-kabut lagi dan tongkat yang
menyambar naik turun akhirnya berhasil
dihantam dan hancur berkeping-keping.
"Kraakkk!"
1937 Musnahlah sudah tongkat andalan itu. Sin
Gwan tampak terhuyung dan tosu itu pucat.
Namun ketika ia bergerak kembali dan kini Lui-
yang Sin-kang diganti dengan Twi-hong-hok-
san, terpental dan diganti lagi dengan Hong-
thian-lo-te (Badai Dan Kilat Kacaukan Bumi)
maka ia mendesak lagi sementara tangan
kanan tetap menuding atau menusuk-nusuk
dengan Tit-ci-thian-tung itu.
"Bagus, kau semakin hebat Sin Gwan Tojin.
Tapi sayang, kau tak berani lagi menyerangku
secara langsung!" Chi Koan mengejek. Ia
kagum tapi juga gemas kepada tosu ini, mulai
mengeluarkan Cui-pek-po-kian dan Thai-san-
ap-ting tapi kalau beradu secara berdepan
secepat kilat ia mengisi dua pukulannya itu
dengan Hok-te Sin-kang. Hanya dengan
sinkang mujijat ini ia mempu menandingi
lawan, yang lain-lain tak mampu karena Cui-
1938 pek-po-kian atau Thai-san-ap-ting akan mental
kalau bertemu pukulan tosu ini. Twi-hong-hok-
san apalagi Lui-yang Sin-kang jauh lebih hebat
daripada yang dimiliki Kho Hwat Tojin
berempat, tosu ini menang tenaga. Maka
ketika hanya dengan Hok-te Sin-kang itu ia
mampu mendesalk lawan, Sin Gwan selalu
menarik atau melempar tubuh dengan cepat
maka Chi Koan gemas karena ia seakan kucing
yang menyergap tikus gesit, gesit dan cerdik!
Pertandingan berjalan sengit dan pemuda itu
mulai marah. Ia ingin merobohkan tosu ini.
Maka ketika ia membentak dan mempercepat
gerakannya, Lui-thian-to-jit dikerahkan
segenap tenaga hingga Sin-sian-hoan-eng
kewalahan, tosu itu juga menambah tenaga
agar mampu mengimbangi maka perlahan
tetapi pasti Sin Gwan Tojin mandi keringat dan
memburu napasnya. Tokoh tua itu kalah
dengan yang muda.
1939 "Ha-ha, lihat, Sin Gwan Tojin. Sebentar lagi
kau roboh dan Hok-te Sin-kangku akan
menghantammu!"
"Pinto boleh mampus. Selembar nyawa pinto
siapkan untuk membela Heng-san, bocah iblis.
Tapi jangan harap kau dapat menghina pinto
atau mempermainkan pinto di kala masih
hidup. Kau dapat membunuh tak dapat
menyuruh si tua ini menyerah!"
"Hm, kau nengagumkan. Sayang kau telah
menentukan takdirmu sendiri, Sin Gwan Tojin.
Dan memang kalau kau tidak mau bertekuk
lutut maka ganjaranmu adalah mati!"
"Tak usah banyak cakap. Serang dan robohkan
pinto!" lalu melengking mengimbangi Lui-
thian-to-jit tosu itu tiba-tiba berteriak kepada
anak murid, "Hei, kalian! Ada apa menonton
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
saja. Serang dan bunuh Tujuh Siluman Langit
itu. Bocah ini pinto tahan!"
Anak-anak murid tiba-tiba sadar. Mereka tiba-
tiba bergerak dan terkejutlah See-tok dan
kawan-kawan ketika puluhan tosu menyerang.
Pedang dan tongkat menyambar mengikuti
perintah. Dan ketika semua bersorak dan See-
tok maupun kawan-kawannya meloncat,
dikejar dan meloncat lagi akhirnya Tujuh
Siluman Langit itu gusar.
"Kwi-bo, rupanya kita harus membunuh tikus-
tikus busuk ini. Hajar mereka!"
"Benar, dan biar mereka menari-nari
bersamaku, See-tok. Hi-hiik, aku akan
bergoyang dan membawa mereka ke alam
maut!"
1941 Kwi-bo dan See-tok sudah bergerak. Raksasa
itu kehilangan senjatanya tapi dengan
kepalannya yang besar ia mengganti bandul
tengkoraknya itu. Raksasa ini mengayun dan
menderulah sepasang kepalannya itu. Dan
ketika Kwi-bo juga meledakkan sisa rambut
sementara Tong-si dan lain-lain berseru
menyambut, mereka menyambar apa saja
untuk senjata maka Jin-mo merunduk dan
meraup patuhan-patahan tongkat di tanah,
mengikatnya menjadi satu dan berkelebat
dengan joan-pian atau tongkat-potong yang
aneh itu.
"Chi Koan, robohkan lawanmu secepatnya.
Mereka ini bukan anak-anak murid biasa
karena mampu mendesak kami!"
"Benar, dan bantu kalau kami kewalahan, Chi
Koan. Jumlah mereka ini banyak!"
1942 "Dan Tan Hoo Cinjin masih belum keluar.
Aihh..., jangan-jangan kita harus lari terbirit-
birit!"
Jin-touw dan Jin-mo saling berteriak kepada
Chi Koan. Mereka sudah diserang dan
dikeroyok puluhan tosu di mana jumlah
mereka tiba-tiba bertambah. Sekejap yang lain
bergerak dan ratusan orang sudah membentak.
Dan ketika Coa-ong mengkhawatirkan ketua
Heng-san, yang belum keluar dan merupakan
ancaman lain maka tujuh orang sesat itu
berkelebatan dan anak-anak murid menyerbu
beringas.
Chi Koan mengerutkan kening dan sadar. Ia
akan merobohkan tosu ini namun si tosu yang
ulet dan cerdik mampu berbuat tepat. Anak-
anak murid disuruh mengeroyok Kwi-bo
sementara dirinya ditahan di situ. Dan ketika ia
menjadi marah dan merubah gerakannya, kini
1943 berjongkok dan menerima bayangan tosu itu
maka Sin Gwan terkejut karena Thai-san-ap-
ting maupun Cui-pek-po-kian ditarik, sebagai
gantinya adalah siapnya pukulan Hok-te Sin-
kun yang amat dahsyat itu.
"Sin Gwan, terimalah kematianmu!"
Tosu ini terhenyak dan menghentikan
gerakannya pula. Ia pucat melihat lawan
merendahkan tubuh dan saat itu seluruh tubuh
bergetar hebat. Chi koan mengerahkan Hok-te
Sin-kunnya ke sepaseng telapak tangan dan
siap mendorong. Dan ketika pemuda itu benar
saja melepas serangan sambil menggetarkan
puncak, ia berkelit namun dari kiri kanan dan
belakang tiba-tiba menyambar angin hebat
yang membuatnya tak mampu meloncat maka
tosu itu berteriak keras dan apa boleh buat
menerima Hok-te Sin-kun. Wajahnya pucat
1944 pasi. Chi Koan telah mengurungnya dengan
pukulan amat hebat itu!
"Suheng, tolong....!"
Para murid menoleh. Mereka terkejut oleh
teriakan ini dan sejenak yang lain-lain
menengok. Itu adalah puncak dari
pertandingan dua orang ini di mana Chi Koan
tak mau berlama-lama lagi. Dia mengerahkan
Hok-te Sin-kunnya hingga dari delapan penjuru
menyambar angin hebat itu. Lawan yang
hendak meloncat sudah tak keburu. Dari
belakang dan kiri kanan menghadang angin
pukulan itu. Sang tosu dipaksa untuk berdepan
dan menerima. Dan karena hal ini yang paling
ditakuti, Sin Gwan berteriak gentar maka
murid-murid sama menengok dan Tujuh
Siluman Langit juga menoleh. Dan saat itu dari
dalam pendopo berkelebat sesosok bayangan
1945 putih disertai kain lebar, kain hitam, pekat
yang menyambar muka Chi Koan.
"Sute, pinto datang membantu!"
Chi Koan terkejut. Ia sedang hebat-hebatnya
menghantam dengan Hok-te Sin-kun ketika
mendadak sebuah kain lebar menyambar
mukanya. Hal ini membuat pandangannya
tertutup dan otomatis konsentrasi pukulan juga
pecah. Dan ketika ia membentak dan kain
hitam itu menyambar mukanya, pukulan
menjadi kacau maka Sin Gwan terlempar dan
tosu itu mencelat disambar bayangan ini.
"Dess!"
Kejadiannya hampir sama dengan ketika wakil
Heng-san itu menerima dua sutenya. Kali ini
tubuh Sin Gwan Tojin ditangkap seorang tosu
bermuka merah yang bukan lain adalah Tan
1946 Hoo Cinjin, ketua! Dan karena Hok-te Sin-kun
kacau pemusatannya dan tentu saja tidak
sehebat tadi, kain hitam itu menutup pandang
mata Chi Koan maka Sin Gwan Tojin selamat
tapi tosu itu sesak napasnya. Sang suheng
telah melepasnya sementara Chi Koan
mendelik di sana. Kain itu akhirnya robek dan
memberebet. Barang lemas tak dapat dipukul
hancur.
"Keparat!" pemuda itu berseru. "Kau muncul
juga, Tan Hoo Cinjin. Bagus, tapi kenapa baru
sekarang?"
"Siancai, pinto sedang samadhi. Urusan
biasanya diselesaikan sute pinto ini, Chi Koan.
Baru kalau sute pinto tak mampu maka pinto
sendiri turun tangan. Hebat, kau telah
mewarisi Hok-te Sin-kun!"
1947 "Hm kau tahu. Bagus! Tapi apakah kau tahu
apa maksudku datang ke mari?"
"Tentu untuk membalas dendam. Pinto tak
perlu bertanya lagi, anak muda. Tapi
bagaimana kau masih hidup dan bagaimana
Kwi-bo dan kawan-kawannya ini juga belum
mampus? Pinto heran!"
"Ha-ha, kau ingin tahu? Karena akulah yang
menolong mereka. Dewa Maut takut kepadaku,
dan sekarang aku menggantikan Dewa Maut
untuk membumihanguskan Heng-san, kecuali
menyerah dan kalian tunduk kepadaku!"
"Siancai, anak seperti ini mau menghancurkan
Heng-san? Kau dapat membunuh pinto atau
siapapun juga, Chi Koan, tapi Heng-san muncul
lagi dan akan tetap ada, di bawah pimpinan
generasi lain. Kau sombong dan pongah. Pinto
yag akan menghajarmu dan biarpun kau
1948 memiliki Hok-te Sin-kun pinto tak takut!" dan
si ketua yang tiba-tiba membentak dan
berkelebat ke depan sekonyong-konyong
sudah menyerang dengan tongkatnya. Tongkat
di tangan ketua ini adalah tongkat pusaka dan
terbuat dari bahan pilihan, dilapis baja dan Tan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hoo Cinjin sudah melempar sebuah tongkat
lain untuk sutenya, juga tongkat pilihan
berkepala naga. Dan ketika tosu itu bergerak
sementara Sin Gwan bangkit semangatnya,
sang suheng tak takut meskipun lawan
memiliki Hok-te Sin-kun maka iapun berseru
keras dan menerjang membantu suhengnya itu.
Tapi sang suheng mencegah.
"Sute, aku masih sanggup menghadapi anak
muda ini. Hajar dan bunuh Tujuh Siluman
Langit itu!"
Kwi-bo dan yang lain-lain kaget. Mereka tiba-
tiba melihat tosu itu membalik dan berjungkir
1949 ballk menyerang mereka. Seruan ketua
memang benar. Dan ketika tosu itu meluncur
turun dan tongkat di tangan melesat terbang,
Kwi-bo terpekik maka dialah orang pertama
yang terjungkal dan menjerit.
"Aduh!"
See-tok dan lain-lain pucat. Kwi-bo bergulingan
meloncat bangun tapi jatuh lagi, bangun dan
jatuh lagi dan baru pada loncatan keempat
mampu melompat bangun. Itupun terhuyung-
huyung! Dan ketika semua terkejut karena itu
bukti betapa hebatnya tongkat, senjata itu
mampu mengejar dan membuat mereka jatuh
bangun maka belum apa-apa See-tok dan lain-
lain berlarian mundur, turun gunung!
"Kwi-bo, lari. Tosu itu mengamuk!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Benar, dan aku menjagamu, Kwi-bo. Marilah,
Hui-tung Sin-hoat akan mencari sasaran lagi!"
Jin-touw, si tukang kayu menyambar dan
menarik lengan si cantik ini. See-tok yang
berteriak tapi dia yang menolong Kwi-bo,
merayu dan tanganpun mengusap pinggul
wanita itu. Dan ketika si cantik ngeri namun
Jin-touw tersenyum-senyum, jarinya nakal
mengusap sana-sini lagi maka Kwi-bo
membentak dan melepaskan dirinya dari si
kurang ajar itu.
"Jin-touw, jangan main-main. Tak usah
grathilan (gerayangan)!"
"Eh, aku menolongmu bangun, Kwi-bo. Aku
mengajakmu lari, menyelamatkan diri. Ayo,
See-tok dan lain-lain kabur!" bicara begini jari
si iblis mencolek dada Kwi-bo. Kalau saja
keadaan tidak seperti itu tentu Kwi-bo akan
menampar dan menghajar laki-laki ini. Tapi
1951 karena tongkat terbang beterbangan
mengaung-aung, Jin-touw benar maka Kwi-bo
tak menghiraukan lagi dan akhirnya
membiarkan saja jari-jari kurang ajar itu
merayap ke mana mana. Mereka turun gunung
dan lupa kepada Chi Koan! Tapi ketika mereka
sudah menjauhi puncak dan Jin-touw
mengajak masuk ke semak-semak maka lelaki
ini mendekap Kwi-bo dan langsung tanpa
banyak cingcong lagi ia mencium dan
mengajak bergulingan!
"Keparat!" Kwi-bo marah dan sadar. "Kau laki-
laki kurang ajar, Jin-touw, tak tahu malu.
Lepaskan!"
Namun laki-laki ini mengejar dan memeluk lagi.
Ia terkekeh-kekeh dan jelas terangsang
birahinya. Jin-touw tak menghiraukan di mana
mereka tinggal. Entah di semak atau di lautan
api. Tapi ketika Kwi-bo menendang dan
1952 meronta lagi, mencakar maka barulah iblis ini
melepaskan lawannya sementara pakaian Kwi-
bo sudah tidak keruan.
"Heh-heh.... kau, ah... kau cantik dan molek
sekali, Kwi-bo. Jangan marah karena ingat aku
yang menyelamatkanmu. Aku..... aku cinta
padamu!"
"Keparat, tua bangka keparat! Kau tak tahu
malu, Jin-touw, tak tahu diri! Lihat mukamu
yang buruk itu. Lihat tanganmu yang kasar dan
najis. Jangan sentuh aku atau nanti kubunuh!"
"Tapi aku ingin menagih hutang..."
"Hutang? Hutang apa?"
"Aku menolongmu, Kwi-bo. Kau kuselamatkan
dari serangan Sin Gwan Tojin. Biasanya kau
membayar budi dengan cinta. Kau.... dess!"
1953 Jin-touw berteriak dan terlempar. Sebuah tinju
menghantam punggungnya dan See-tok yang
ada di situ tiba-tiba menggeram. Raksasa itu
membentak dan memaki rekannya ini. Dari
dulu mereka berdua memang ribut
memperebutkan si cantik ini. Tapi ketika dari
empat penjuru muncul empat teman mereka
yang lain dan Coa-ong serta Kwi-bun
membentak ramai-ramai itu, Jin-touw sadar
maka pertikaian dilerai dan Coa-ong memaki
mereka.
"Bodoh, si otak udang! He, kalian jangan gila
berebut di sini, See-tok. Kita harus ingat murid
kita Chi Koan. Bagaimana dia dan apakah kita
terus lari!"
Kwi-bo dan lain-lain terkejut. Mereka segera
sadar bahwa mereka meninggalkan Chi Koan.
Pemuda itu seorang diri menghadapi musuh.
Puluhan atau ratusan murid Heng-san akan
1954 mengeroyok. Dan karena di sana masih ada
Sin Gwan Tojin dan suhengnya, Tan Hoo Cinjin
yang lihai maka serentak mereka melupakan
pertikaian dan kembali ke puncak. Namun di
belakang tiba-tiba terdengar seruan, bengis,
"See-tok, kalian masih di sini? Bagus, aku
mengejar dan mencari-cari kalian.
Mampuslah.... des-dess!" See-tok dan Jin-touw
terpelanting. Sin Gwan, tosu hebat itu tahu-
tahu muncul di belakang dan tongkat
terbangnya menyambar lawan. Dua orang ini
berteriak dan See-tok maupun Jin-touw
terguling-guling. Kepala mereka benjol sebesar
telur angsa. Dan ketika keduanya melompat
bangun dan dari atas gunung terdengar
teriakan-teriakan maka puluhan murid meluruk
dan Sin Gwan sudah menghadapi lima dari
Tujuh Siluman Langit yang lain.
1955 "Dan kau, kau juga harus dihajar. Kau
mengacau dan merusak rumah orang, Coa-ong.
Pinto ingin membunuhmu dan terimalah ini....
des-plak!" si Raja Ular menjerit dan
terjengkang. Tongkat menyambar lagi dan kali
ini menghantam Kwi-bun. Dan ketika dua
kakek itu mengeluh dan ngeri maka keduanya
melempar tubuh ke bawah dan.... kabur, lari
lintang-pukang. Tak ingat Chi Koan lagi.
"Aduh, tobat, tosu bau.... tobaat. Kau jahanam
keparat!"
"Dan kau kudoakan ketemu setan Aduh, kau
membuat benjol kepalaku, Sin Gwan Tojin. Kau
tosu tengik!"
Tujuh iblis itu lintang-pukang. Mereka
menjerit-jerit namun si tosu mengejar dan
anak-anak murid sudah muncul dari mana-
mana. Kiranya tosu ini tak membiarkan lawan-
1956 lawannya itu lari dan kembali tongkat
terbangnya mendahului. Dan ketika Tong-si
berteriak dan terjengkang, disusul Jin-mo
maka Tujuh Siluman Langit itu jatuh bangun
dan pucat pasi.
**SF**
(Bersambung jilid 25)
Bantargebang, 17-09-2018,10:31
1957 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 25
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
1958 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 25
"BERHENTI, menyerahlah. Atau nanti kalian
mampus dan pinto mengantar kalian ke
neraka!"
Tong-si dan lain-lain pucat. Mereka sudah
merasakan tongkat terbang si tosu lihai dan
jatuh bangun tak keruan. Tapi karena mereka
bukan orang-orang yang mudah menyerah dan
kemarahan bangkit berkobar tiba-tiba mereka
berteriak dan Tong-si mengajak teman-
temannya ke atas.
1959 "See-tok, kembali ke puncak. Gabung dengan
Chi Koan. Ingat bahwa dialah satu-satunya
yang dapat menolong kita!"
"Benar," Coa-ong juga tiba-tiba berseru. "Kita
ke puncak, Tong-si. Kita bergabung dengan Chi
Koan dan minta dia menolong kita!"
Semua bagai diingatkan. Mereka tadi lupa
saking dibuat gentar oleh Hui-tung Sin-hoat
milik si tosu lihai. Mereka lintang-pukang
karena jatuh bangun dihajar tongkat itu,
tongkat yang mampu menyambar-nyambar
bagai benda hidup, tongkat yang dimainkan
dengan ilmu silat tinggi di mana sekali lepas
tongkat itu mampu dikendalikan dari jauh.
Tosu itu sekarang memiliki kepandaian
mengagumkan. Kesaktiannya benar-benar di
atas mereka. Tapi begitu ingat Chi Koan dan
hanya pemuda itulah andalan mereka, Chi
Koan telah mengalahkan tosu ini maka
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
semuanya membalik dan.... lari lagi naik ke
puncak, tak perduli didera tongkat.
"Heii, kalian ke mana?" Sin Gwan Tojin terkejut,
tercengang. "Kembali ke puncak? Bagus,
semakin mudah pekerjaan pinto, See-tok. Dan
kalian akan menerima hukuman setimpal!"
Coa-ong meniup sulingnya dan memanggil
ular-ularnya. Suling melengking-lengking dan
ular-ularpun muncul. Di sini mereka tak
diancam bahaya api dan karena itu mendesis-
desis, keluar dan menyerang lagi semua tosu
yang dijumpai. Suling si Raja Ular ditiup penuh
kekuatan, juga penuh kemarahan. Maka ketika
mereka juga menjadi marah dan muncul dari
mana-mana, menyerang dan menggigit para
tosu maka Coa-ong dan kawan-kawan sedikit
tertolong. Lawan disibukkan serangan ular dan
ini cukup membuat Coa-ong mendaki puncak.
Sin Gwan juga tak luput diserang ular-ular
1961 berbisa yang membuat tosu itu marah
meskipun dengan gampang menghancurkan
mereka. Dan ketika Tujuh Siluman Langit
memburu napasnya, masing-masing tiba di
atas maka di sana ternyata terjadi pertarungan
menegangkan antara Chi Koan dengan Tan
Hoo Cinjin, tosu yang berkelebatan naik turun
tapi terpental dan jatuh bangun menghadapi
Hok-te Sin-kun. Chi Koan menyambut dan
menerima semua pukulan-pukulan tosu itu
namun tak satupun pukulan mampu
menggetarkan Chi Koan. Dan ketika Chi Koan
membalas dan Hok-te Sin-kunnya menyambar
ketua Heng-san maka ketua itu terlempar dan
terbanting dengan keras.
Anak murid yang menonton terkejut dan
akibatnya mereka menyerbu. Ketua mereka
bergulingan ketika dikejar dan siap menerima


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pukulan Chi Koan. Dan karena tak ada satupun
1962 yang rela melihat ketua mereka celaka, Chi
Koan menjadi ganas maka dua puluh di
antaranya membentak dan meloncat maju.
Pedang dan tongkat menyambar bagai hujan.
"Chi Koan, kau pemuda iblis!"
Namun mengejutkan. Dinding hawa sakti Hok-
te Sin-kun ternyata telah melindungi pemuda
itu dan ketika Chi koan tertawa bergelak
mendadak dua puluhan orang itu terbanting.
Mereka seakan menabrak dinding baja tak
tampak dan jatuhlah mereka seperti laron
menyerbu api. Pemuda itu tak dapat didekati.
Dan ketika Chi Koan mengibas dan tosu-tosu
itu menjerit maka mereka terangkat dan.....
berdebuk dengan kaki atau tangan patah-
patah.
"Ha-ha, boleh mampus kalau ingin maju. Ayo,
tolong dan bantu ketua kalian, tosu-tosu bau.
1963 Dan aku akan menghabiskan kalian seperti
membabat rumput kering!"
Benar saja, tosu-tosu itu seperti alang-alang
atau rumput kering ditiup angin. Mereka
terlempar dan roboh tak bangkit lagi. Hok-te
Sin-kun langsung membuat mereka binasa.
Alangkah kejamnya Chi Koan. Dan ketika Tan
Hoo Cinjin terbelalak dan gusar bukan main,
para murid maju lagi tapi dicegah maka tosu
ini menyambar tongkatnya lagi dan dengan
Hui-tung Sin-hoat ia menyerang Chi Koan
dengan dahsyat. Tangan kiri bergerak dengan
tudingan jari maut dan Tit-ci-thian-tung yang
menyambar-nyambar dari telunjuk tosu ini
amat berbahaya. Tapi karena ia menghadapi
Hok-te Sin kun dan Silat Penakluk Dunia itu
sungguh hebat, Chi Koan dilindungi hawa sakti
di mana tusukan jari maut itu mental maka
Tan Hoo Cinjin pucat karena kalau ia
1964 meneruskan tusukannya pasti jari telunjuknya
patah! Tosu ini merobah gerakan dan Lui-yang
Sin-kang dikeluarkan. Pukulan Petir ini
meledak di angkasa dan api menyembur dari
telapak tangan. Tapi ketika pukulan itu tertolak
dan mental juga oleh hawa sakti yang
melindungi si pemuda maka tosu ini putus asa
dan berkelebatan saja mengelilingi lawan,
memukul dan megelak kalau pukulannya
membalik. Dan saat itulah Coa-ong dan kawan-
kawan muncul.
"Ha-ha, kalian kembali? Kalian tidak
meninggalkan aku? Bagus, kalian
menyelamatkan diri sendiri, suhu. Aku sudah
akan menghajar kalian kalau tidak mampus
oleh Sin Gwan Tojin!"
"Maaf," Coa-ong terkekeh dan membelalakkan
mata kagum, tidak malu atau jengah. Kami lari
karena gentar dan bingung oleh tongkat
1965 terbang, Chi Koan, dan sekarang kembali
karena kami rasa hanya kaulah yang dapat
menolong. Nah, guru-gurumu sudah di sini.
Apakah mau dibiarkan dibantai tosu bau itu
atau kami bergabung denganmu mencari
selamat!"
Dan saat itu Sin Gwan Tojin berkelebat datang,
marah mengejar. Dia telah membunuh ular-
ular bawaan Coa-ong dan mendelik melihat
para iblis itu di puncak. Betapa beraninya
mereka kembali! Namun melihat betapa
suhengnya kebingungan menyerang Chi Koan,
terpental dan terlempar balik kalau
serangannya bertemu Hok-te Sin-kang maka
tosu yang sudah merasakan hebatnya anak
muda itu membentak.
"Suheng, biar aku membantumu!" dan
menghardik agar para murid menyerang Coa-
ong maka tosu itu tak jadi menghajar si Raja
1966 Ular karena kini maju membantu suhengnya.
Tan Hoo Cinjin membelalakkan mata dan tosu
itu diam saja. Bantuan ini lain dengan bantuan
para murid. Mereka terlalu rendah bagi Chi
Koan dan masuknya Sin Gwan Tojin ini
menggirangkannya juga. Maka ketika ia
berseru keras sementara sutenya sudah maju
mengeroyok, pemuda seperti Chi Koan harus
dihadapi berdua maka para murid yang
mendengar bentakan paman gurunya meloncat
dan menghantam Coa-ong, juga enam
rekannya yang lain.
"Susiok, kau benar. Biar kami menghajar iblis-
iblis ini dan kau membantu paicu (ketua)!"
Coa-ong dan rekan-rekannya terkejut. Mereka
boleh bebas dari desakan Sin Gwan Tojin
namun serbuan para murid Heng-san bukanlah
main-main. Jumlah mereka tidak sedikit dan
dia maupun yang lain telah sama-sama
1967 merasakan bahwa para murid ini bukan seperti
murid perguruan-perguruan lain. Anak-anak
murid Heng-san ini telah mempelajari warisan
Siang Kek Cinjin. Mereka memiliki pula Sin-
sian-hoan-eng sebagai ilmu meringankan
tubuh yang hebat itu. Dan karena jumlah
mereka juga banyak tak kurang dari dua ratus
orang, yang maju baru separoh namun itu
melebihi bahayanya menghadapi Sin Gwan
Tojin maka Coa-ong dan kawan-kawan
berteriak dan mengelak atau menangkis. Si
Raja Ular pucat dan ularnya dipangil lagi,
suling di tangan ditiup melengking-iengking.
Namun karena di puncak masih ada sisa-sisa
obor, para tosu menyalakan itu maka barisan
ular tak berani datang dan si kakek ini
kelabakan menghalau dan menghindar
serangan. Tong-si dan Kwi-bun juga berteriak
sama dan mereka tak mungkin menghadapi
lawan demikian banyak. See-tok dan Kwi-bo
1968 juga tak jauh berbeda. Tapi ketika mereka
melengking-lengking dan berkelebatan ke
sana-sini, Kwi-bo terpeleset den jatuh oleh
kibasan sebatang pedang maka Chi Koan tiba-
tiba berseru agar semua masuk ke dalam
lingkaran hawa saktinya. Angin berhembus
kencang ketika pemuda itu mendorong dan
mengebut.
"Suhu, datang dan mendekatlah. Berlindung di
balik Hok-te Sin-kangku!"
Sang kakek meloncat dan masuk dengan cepat.
Ia tak perlu diulang dua kali lagi ketika tiba-
tiba Hok-te Sin-kang melebar dan mendorong
anak-anak murid Heng-san. Musuh di luar garis
terpelanting dan menjerit. Chi Koan
menghembuskan pukulannya hingga Hok-te
Sin-kun itu menerjang kuat, melebar dan
membuka jalan bagi tujuh gurunya masuk.
Dan ketika semua berlompatan ke dalam dan
1969 Coa-ong terkekeh, angin menderu melindungi
mereka maka benar saja hawa sakti Hok-te
Sin-kang bak benteng tebal yang kokoh kuat.
"Heh-heh, terima kasih, Chi Koan. Kiranya kau
masih menyayang guru-gurumu!"
Chi Koan tertawa nakal. "Tergantung kalian,
suhu. Kalau coba-coba membelot tentu
kulempar keluar. Hayo, siapa berani
meninggalkan aku lagi tanpa ijin!"
"Heh-heh, jangan begitu. Kami bukan sengaja
meninggalkanmu, Chi Koan. Tadi kami
ketakutan oleh Sin Gwan Tojin itu. Tapi
sekarang tidak. Bukankah kami dapat
membalas dan melepas serangan dari sini? Ha,
jenggot tosu itu datang mendekat. Tolong kau
lindungi aku dan biar kubetot!" Coa-ong
terkekeh dan maju menyambar. Saat itu ia dan
kawan-kawannya sudah di dalam gulungan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
hawa sakti Hok-te Sin-kang dan tak ada yang
mampu menyerang. Tanpa kehendak Chi Koan
tak mungkin ada yang masuk. Dan ketika saat
itu Sin Gwan Tojin menusuk punggung Chi
Koan dan jenggot tosu itu berkibar, kebetulan
dia berada dekat maka dengan cepat dan
berani ia meloncat dan menarik jenggot tosu
itu. Sin Gwan sedang menyerang Chi Koan dan
sambaran tangan jahil Raja Ular ini
mengejutkannya. Maka ketika ia membentak
dan coba mengelak, tusukan terpaksa ditahan
setengah jalan ternyata ujung jenggotnya
masih kena sambar juga.
"Brett!"
Sang tosu mendelik dan kakek itu tertawa-
tawa. Di genggamannya terdapat seonggok
rambut putih dan Coa-ong geli. Ia dapat
membalas. Dan ketika yang lain juga meniru
karena dilindungi Chi Koan, menarik atau
1971 menyerang Tan Hoo Cinjin maka ketua Heng-
san itu juga memekik karena ujung bajunya
robek terkait. Tong-si mempergunakan tusuk
kondenya mencongkel.
"Hi-hik, enak, Chi Koan. Kami sekarang dapat
membalas. Hai, sekarang kami akan
menghajar murid-murid bau itu!" dan ketika
Tong-si melepas jarum-jarum hitamnya,
disusul oleh Coa-ong yang mengebutkan
rambut di tangan maka jenggot Sin Gwan Tojin
itu membuat para murid menjerit karena
menancap dan mengenai tubuh tak kalah
dengan jarum-jarum Tong-si.
"Ha-ha! He-heh....! Ini baru puas. Ah, kita
basmi orang-orang Heng-san ini, Chi Koan.
Bunuh mereka agar tahu diri. Biar di akherat
mereka bertemu Siang Kek Cinjin!"
1972 Coa-ong berjingkrak melempar onggokan
rambut jenggot itu. Ia tak berhenti menyerang
karena sasaran demikian empuk. Ia dapat
menyerang sementara lawan tidak. Benteng
dari hawa sakti Hok-te Sin-kang benar-benar
luar biasa. Mereka bertujuh dapat berlindung di
situ. Dan ketika yang lain tertawa sementara
Tan Hoo dan Sin Gwan Tojin melotot, murid-
murid mereka menjerit dan roboh satu persatu
maka Heng-san mulai menjadi tempat
pembantaian karena satu demi satu para murid
itu tewas, Halamah depan kuil berobah
menjadi ladang pembunuhan dan darah
mengalir. Tan Hoo dan sutenya membentak
hebat. Tapi ketika tetap saja mereka tak
mampu membobol hawa sakti itu, pukulan
membalik dan membuat mereka terpelanting
bergulingan akhirnya dua tosu pimpinan ini
menjadi pucat dan ngeri.
1973 Mereka teringat mendiang sesepuh mereka
ketika bertanding di Go-bi. Waktu itu mendiang
Siang Kek Cinjin dan Siang Lam Cinjin
menghadapi dedengkot Go-bi, Ji Leng Hwesio
yang lihai. Dan ketika sesepuh mereka tak
mampu menandingi hwesio sakti itu, Hok-te
Sin-kang yang dimiliki Ji Leng memang luar
biasa maka kejadian kali ini mirip dengan
peristiwa itu tapi bedanya lawan yang dihadapi
adalah Chi Koan, pemuda ganas tak kenal
ampun yang bagai bumi dan langit dengan Ji
Leng Hwesio. Hwesio dari Go- itu tak pernah
membunuh lawan meskipun marah. Paling-
paling hwesio itu hanya membanting dan
membuat kecut sesepuh mereka, yang
akhirnya tahu diri dan mundur. Dan karena
yang sekarang dihadapi bukanlah Ji Leng
Hwesio melainkan Chi Koan yang ganas, yang
tadi sudah menewaskan dua puluh murid
Heng-san maka Tan Hoo akhirnya menjadi
1974 nekat dan ketika berkali-kali ia tak mampu
membobol hawa sakti akhirnya tosu ini
memekik mengucap mantra.
"Chi Koan, kau atau pinto yang mampus!"
Sin Gwan Tojin terkejut. Sang suheng berteriak
dan berjungkir balik t?nggi. Di udara tosu itu


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meluncur turun dan menghantam Chi Koan
dengan dahsyat. Tongkat dilepas dan
menyambar ubun-ubun Chi Koan dengan amat
cepatnya. Kecepatan ini masih ditambah
kekuatan tenaga si tosu yang mendorong
dengan sinkang. Dan ketika semua itu masih
ditambah dengan Tit-ci-thian-tung di tangan
kiri dan Lui-yang Sin-kang di tangan kanan,
gerakan itu adalah gerakan maut maka Chi
Koan yang terkejut dan berubah oleh
datangnya serangan ini sedetik menjadi
tertegun.
1975 Hok-te Sin-kang adalah tenaga sakti yang
memang luar biasa. Dari depan dan belakang,
juga kiri dan kanan dia mampu melepas
pukulan sakti itu membentuk dinding sinkang.
Siapapun tak mungkin mampu masuk kalau
tidak atas kehendaknya. Tapi ketika sekarang
ketua Heng-san itu menyerangnya dari atas,
menukik seperti garuda haus darah maka Chi
Koan terkejut juga karena memang bagian
atas inilah yang "bocor".
Tan Hoo Cinjin rupanya tosu banyak
pengalaman. Tosu ini juga cerdik hingga
mengetahui kelemahan Hok-te Sin-kang. Tapi
karena ilmu itu adalah warisan Bu-tek-cin-keng
dan sedikit kelemahan itu bukanlah segala-
galanya, Chi Koan juga pemuda yang cepat
sadar dan membalik serta menghadapi tosu itu
maka pemuda ini membentak dan pukulan
Hok-te Sin-kang yang ditujukan ke delapan
1976 penjuru sekarang diangkat naik menyambut
serangan maut ketua Heng-san itu.
"Blaarrr....!"
Hebat akibatnya. Sambaran hawa merah dari
Lui-yang Sin-kang bertemu Hok-te Sin-kang.
Api menyembur ke atas bagai gunung meletus,
begitu dahsyat hingga membubung belasan
meter. Dan ketika tongkat yang dilontar tosu
itu juga tertahan sejenak, tak kuat bertemu
Hok-te Sin-kang untuk akhirnya meledak dan
hancur berkeping-keping maka Tit-ci-thian-
tung, serangan yang dilakukan dengan
telunjuk itu patah dan jari sang tosu terbabat
putus. Tan Hoo Cinjin berteriak tinggi dan tosu
ini serasa menghantam gunung. Dia tak
menyangka secepat itu Chi Koan merobah
pukulannya. Dan ketika tosu itu gelap
pandangan dan mengeluh, api dari pukulannya
Lui-yang Sin-kang membalik dan menjilat
1977 tubuhnya sendiri maka tosu itu terlempar
tinggi belasan meter dan.... hancur dimakan
ilmu pukulannya sendiri, terbanting menjadi
seonggok daging hangus, merah terbakar.
"Brukk!"
Tubuh itu sudah tidak seperti manusia lagi.
Kepala tosu ini pecah sementara lutut dan
dadanya lengket. Tan Hoo Cinjin yang gagah
itu ternyata sekarang berubah menjadi
segumpal daging besar seperti bola. Kulit dan
tubuhnya matang. Dan ketika terdengar
teriakan ngeri di sana-sini, teriakan para murid
yang histeris oleh kematian ketuanya itu maka
Sin Gwan Tojin terhenyak melotot seakan tak
percaya.
Tubuh suhengnya lumat secara mengerikan.
Tubuh itu terbakar. Ya, terbakar karena api
yang menyala di pakaian suhengnya tiba-tiba
1978 berkobar. Api dari bekas pukulan Lui-yang Sin-
kang itu tertiup angin dan menjadi besar. Dan
ketika sekejap kemudian mayat yang
meringkuk itu dilalap jago merah, berkobar
dan menimbulkan bau sangit maka tosu itu
berteriak dan sadar.
"Suheng...!"
Apa yang dilakukan tosu ini mengerikan. Sin
Gwan menubruk dan bergulingan menyambar
onggokan daging bakar itu. Dia mengebutkan
berulang-ulang lengan bajunya memadamkan
api. Dan ketika api itu padam namun ganti
menyala di tubuh tosu ini, mengenai
pakaiannya hingga berkobar maka Sin Gwan
Tojin seperti gila melengking dan memekik.
Apa boleh buat ia melepaskan jenasah
suhengnya memadamkan api di tubuh sendiri.
Tapi ketika api itu padam ternyata mayat
suhengnya sudah habis. Menyeramkan!
1979 "Ooohhhhh....!" geram atau seruan tercekik itu
mendirikan bulu roma. Sang tosu terhuyung
memandang sisa jenasah suhengnya lalu tiba-
tiba menangis. Suaranya aneh menyayat-
nyayat menggetarkan jantung. Siapapun pasti
merinding melihat tosu ini. Sin Gwan
menelungkup dan menciumi itu. Percikan darah
dan potongan daging menempel di wajahnya,
tak terasa. Tapi ketika tiba-tiba ia bangkit dan
tertawa bergelak, wajah tosu itu sudah seperti
setan dan bukan manusia lagi maka ia
melengking dan menyambar lagi senjatanya.
"Chi Koan, kau jahanam keparat!"
Chi Koan terbelalak. Ia menghentikan
serangannya setelah kejadian besar ini. Ia
telah membunuh ketua Heng-san yang hendak
mengadu jiwa. Dan karena semua orang
otomatis berhenti dan tak ada yang bergerak,
peristiwa itu sungguh menggetarkan maka
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
ketika tiba-tiba sang tosu bergerak dan
menyambar dirinya pemuda ini tak terkejut
karena waspada.
"Hm!" Chi Koan mengelak dan mengejek.
"Jangan antar nyawa sia-sia, Sin Gwan Tojin.
Atau kau mati seperti suhengmu!"
"Ha-ha, mati boleh mati. Dibunuh atau
membunuh anjing sepertimu adalah
kebanggaan, Chi Koan. Ayo bunuh atau aku
membunuhmu..... siutttt-blarr!" tongkat
menghantam tanah hingga memuncratkan
bunga api. Chi Koan mengelak dan tidak
membalas itu. Dan ketika sang tosu
mengejarnya dan melepas serangan lagi,
membabat dan menyapu maka Chi Koan
mendengus merasa marah. Ia kagum akan
keberanian tokoh Heng-san ini.
1981 "Sin Gwan, berhenti kataku. Menyerahlah dan
kau tunduk baik-baik kepadaku. Heng-san
berada di bawah kekuasaanku!"
"Ha-ha, Sin Gwan boleh mampus. Kau boleh
membunuh semua orang-orang Heng-san, Chi
Koan. Tapi generasi berikutnya akan tumbuh
dan muncul lagi. Hayo, kau atau aku yang
terbunuh..... dess!" tongkat menyemburkan
api ke atas. Sang tosu sudah gila dan kini
menerjang semakin kalap lagi. Coa-ong dan
lain-lain mundur dengan ngeri. Kalau tak ada
Chi Koan di situ tentu mereka menjadi
tumbalnya. Tosu ini sudah seperti orang tidak
waras lagi. Dan ketika ia melengking dan
tertawa serta menangis, pukulan-pukulannya
luput dihindari Chi Koan maka laki-laki itu
membentak melepas tongkatnya, mainkan Hui-
tung Sin-hoat yang membuat tongkat terbang
menyambar-nyambar.
1982 "Ha-ha, bunuh! Ayo bunuh si tosu ini!"
Chi Koan menjadi marah. Akhirnya ia
mengeluarkan bentakan dan ketika tongkat
menyambar iapun memapak. Ia tidak
mengelak melainkan sengaja menerima
tongkat. Hok-te Sin-kang menderu. Dan ketika
tongkat meledak dan hancur berkeping-keping,
sang tosu terhenyak tapi tertawa bergelak
tiba-tiba tosu itu berkelebatan melepas Lui-
yang Sin-kang dan Tit-ci-thian-tung. Ia nekat
dan tidak perduli. Dan ketika terdengar bunyi
"krak" dari telunjuk yang patah, Tit-ci-thian-
tungnya mental bertemu dorongan Hok-te Sin-
kang maka tosu itu berjungkir balik ke atas
dan..... melakukan seperti apa yang dilakukan
suhengnya tadi. Menembus benteng ilmu sakti
itu dari udara.
1983 "Ha-ha, sekarang kau atau pinto yang mampus,
Chi Koan. Terimalah ini dan kita mengadu
jiwa!"
Anak murid menjerit. Sekarang mereka
berteriak karena yang dilakukan tosu itu
adalah mengulang suhengnya. Perbuatan itu
betul-betul nekat tapi inilah kegagahan Sin
Gwan Tojin. Tosu ini tak mau menyerah lebih
baik mati. Ia rela menjadi seonggok daging
bakar. Dan ketika Lui-yang Sin-kang
menghantam dahsyat dari telapak kanannya,
Tit-ci-thian-tung tak dapat digunakan karena
telunjuk kirinya patah maka tosu itupun
melayangkan telapak kirinya dengan Lui-yang
Sin-kang.
"Blaarrrr!"
Dan akibatnya memang sudah diduga. Chi
Koan, yang marah dan melotot melihat tosu itu
1984 tak mau bermurah hati lagi. Ia telah membujuk
namun si tosu bandel. Kegagahan dan
keberanian tosu itu sesungguhnya memikat
hatinya. Ia ingin menarik tosu ini sebagai
pembantu. Bukan apa-apa melainkan semata
berjaga kalau Ji Leng Hwesio mencarinya. Ia
tak tahu bahwa sesepuh Go-bi itu telah
meninggal namun mewariskan ilmunya kepada
Peng Houw, lawan yang kelak akan merupakan
bakal tanding paling seru dan dahsyat baginya.
Maka ketika ia mengangkat tangannya ke atas
dan Hok-te Sin-kang menyambut tosu itu, ia
mengeraskan hati dan marah maka tosu itu
terlempar tinggi ke atas bersama ledakan Lui-
yang Sin-kang yang menyemburkan api bagai
gunung meletus. Pukulan tosu itu membalik
bertemu ilmu sakti ini, betapapun ia memang
kalah kuat. Maka ketika ia terlempar dan tewas
seketika, roboh dihantam ilmunya sendiri maka
api dari Lui-yang Sin-kang itu menjilat
1985 tubuhnya berkobar besar, jatuh bersama tubuh
tosu itu seperti bola api raksasa. Dan ketika
sekejap kemudian tosu itu menjadi bongkahan
warna merah yang menjilat dan membakar
sana-sini maka para murid berteriak dan.....
lari tunggang-langgang. Kacau meninggalkan
gunung.
"Eh!" Kwi-bo berseru dan teringat ini.
"Bagaimana mereka, Chi Koan? Apakah
dibiarkan saja?"
"Hm," Chi Koan acuh, kekecewaannya
menghimpit. "Buat apa mereka, Kwi-bo?
Pimpinannya tewas. Biarkan saja."
"Tapi mereka penerus dan generasi Heng-san.
Ingat kata-kata Sin Gwan Tojin, Chi Koan.
Mereka bisa menjadi musuh berbahaya yang
kelak membalas kematian ketuanya!"
1986 "Benar, dan itu ancaman di kelak kemudian
hari, Chi Koan. Mereka dapat menjadi
bumerang bagi kita!" See-tok, yang ngeri dan
gentar melihat kelihaian anak-anak murid
Heng-san berseru. Raksa ini telah merasakan
hebatnya tosu-tosu itu seperti halnya rekan-
rekan yang lain. Tanpa bantuan Chi Koan tak
mungkin mereka dapat menghadapi. Maka
ketika Kwi-bo berseru dan ia menyambung,
yang lain mengangguk maka Chi Koan berkilat
dan tergetar.
"Baik," pemuda itu akhirnya berkata. "Kalian
benar, Kwi-bo. Mereka dapat menjadi ancaman
di kelak kemudian hari. Kejarlah, bunuh
mereka!"
"Eh!" si cantik melengak. "Bunuh mereka? Gila,
kau harus menjadi pemimpin kami, Chi Koan.
Tanpa kau kami bakal dikeroyok. Basmilah,
dan kami mengikuti!"
1987

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekali lagi Chi Koan mengerjap. Ia merasa
bahwa kata-kata ini betul karena terbukti Kwi-
bo dan guru-gurunya ini tak mampu
menghadapi keroyokan murid-murid Heng-san.
Tosu-tosu itu bukan seperti murid-murid
perguruan lain karena mereka mewarisi
langsung gemblengan, Siang Kek Cinjin dan
Siang Lam Cinjin, dedengkot Heng-san yang
akhirnya tewas itu. Maka bergerak dan
mengangguk geram ia pun berkelebat
mengejar anak-anak murid ini. Dan begitu Chi
Koan bergerak yang lainpun serentak
mengikuti. Di belakang Chi Koan mereka
merasa besar.
"Ha-ha, jangan lari, tikus-tikus busuk.
Robohlah.... bluk!" See-tok menghajar dan
merobohkan seorang tosu. Chi Koan sudah
mendahului di sana dan belasan tosu menjerit
ngeri. Mereka disambar Hok-te Sin-kang dan
1988 sekali pemuda itu mendorong tangan maka
murid-murid tak berdosa ini terlempar. Lalu
ketika Kwi-bo dan Coa-ong juga terkekeh
menggerakkan tangan mereka maka rambut si
cantik ini menjeletar dan menggubat leher
seorang murid.
"Dan kau, hi-hiik.... tunggu dulu, tosu bau.
Kontrak hidupmu telah habis. Menghadaplah
raja akherat dan katakan aku yang
membantumu melepaskan rohmu.... rrtt!"
rambut itu melilit dan menyentak, keras bagai
kawat baja dan tahu-tahu leher itu putus. Dan
ketika di sana Jin-touw Pembunuh Tangan
Seribu juga menggerakkan kapaknya dan
membabat maka kepala seorang tosu terbelah
dan otaknya muncrat. Mengerikan.
"Ha-ha, dan kau.... eh, bilang kepada Raja
Maut bahwa aku menolongmu dari dunia
sengsara ini, tosu tengik. Kontrakmu juga
1989 habis dan berterima kasihlah kepadaku....
crat!" tubuh menggelinding disertai jeritan
ngeri. Jin-mo dan Kwi-bun juga tak mau kalah
begitu pula Tong-si. Mereka mengejar dan
meroboh-robohkan musuh di belakang Chi
Koan. Hadirnya pemuda itulah yang membuat
semangat para tosu seakan terbang. Dan
ketika mereka dibantai dan seratus tubuh
bergelimpangan, Chi Koan benar-benar hendak
membasmi habis para tosu Heng-san maka
sepak terjang pemuda ini sungguh mengerikan
dan membuat bulu roma bergidik.
Pembantaian besar-besaran dilakukan di sini.
Dua ratus murid akhirnya roboh lagi,
menggelepar. Tapi karena tak mungkin
pemuda itu membunuh semuanya karena tosu-
tosu itu berlarian ke sana-sini, berpencar dan
menyelinap di balik pohon-pohon pegunungan
maka akhirnya tiga puluh orang di antara
mereka selamat. Darah berceceran dan Heng-
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
san berubah wajah. Tempat yang sejuk dan
segar kehijauan itu kini bersimbah darah di
mana-mana. Dan ketika mereka yang selamat
ini keluar dari Heng-san, dua di antara nya
adalah Kho Hwat Tojin dan Kho Seng Tojin,
kakak beradik yang luka sewaktu pertandingan
awal maka Chi Koan menghentikan amukannya
setelah tubuh malang-melintang di jalanan
Heng-san.
Keadaan sungguh mencekam dengan melihat
mayat-mayat itu. Dalam pembantaiannya
pemuda ini benar-benar tak kepalang tanggung.
Keji. Dan ketika semua puas sementara Coa-
ong dan lain-lain terkekeh, kekejaman Chi
Koan dapat melampaui kekejaman mereka
maka Coa-ong menyimpen sulingnya den
bertanya ke mana mereka sekarang.
"Heng-san sudah habis, tokoh-tokohnya sudah
mampus. Heh-heh, ke mana kita melanjutkan
1991 petualangan kita, Chi Koan? Apakah ke Hoa-
san?"
"Hm, boleh. Pekerjaan kita memang harus,
tuntas, suhu, Kalau mau ke Hoa-san mari."
"Tapi Kun-lun lebih penting!" Jin-mo tiba-tiba
berseru. "Di sana ada tokoh saktinya, Chi Koan,
si tua bangka Kun-lun Lojin. Apakah kita tidak
ke sana dulu?"
"Tidak," Kwi-bo melengking dan mendahului.
"Pertarungan di sini sudah berat, Jin-mo. Kita
cari dulu lawan yang ringan sambil
memulihkan tenaga. Kalau berhadapan dengan
Kun-lun Lojin jangan-jangan tenaga Chi Koan
habis!"
"Hm," yang lain mengangguk. "Kau benar,
Kwi-bo. Kun-lun lebih hebat daripada Hoa-san.
Kalau kita ke Kun-lun tentu berat, sebaiknya
1992 ke Hoa-san dulu dan taklukkan partai itu. Kun-
lun belakangan!"
Chi Koan mengangguk. Ia merasa letih setelah
bertarung dengan tokoh-tokoh Heng-san.
Kalau kini ke Kun-lun dan harus menghadapi
Kun-lun Lojin, tokoh yang hebat namun belum
pernah dijumpai maka tenaganya bakal
terkuras. Lebih baik menghajar yang lemah
dulu untuk kemudian yang kuat. Dia harus
mengembalikan tenaganya dulu. Maka ketika
usul diterima dan Chi Koan mengangguk
berangkatlah rombongan itu ke Hoa-san.
Mereka tidak memperdulikan mayat-mayat di
sepanjang jalan bahkan menendang dan
meludahi mayat-mayat itu. Lenggang murid
dan guru ini seperti harimau tak berperasaan.
Dan ketika di Hoa-san mereka membuat
gempar, Tujuh Malaikat Hoa-san bertanding
dan menghadapi Tujuh Siluman Langit maka
1993 atas bantuan Chi Koan, Coa-ong dan kawan-
kawannya itu merobohkan lawan-lawan
mereka.
Di Hoa-san tidak seperti Heng-san. Di sini
hanya para tokoh yang pantas bertanding
dengan Kwi-bo. Wanita itu dan rekan-rekannya
mengejutkan partai ini. Maklumlah, Tujuh
Siluman Langit telah dinyatakan tewas
terbunuh. Maka ketika kehadiran mereka
benar-benar mengejutkan semua orang, Kwi-
bo dan kawan-kawan membalas dendam
karena dulu orang-orang Hoa-san ini juga
mengejar-ngejar mereka maka sambil
terkekeh mereka melayani Tujuh Malaikat Hoa-
san yang galak-galak itu. Kwi-bo berimbang
namun bantuan Chi Koan merobah segala-
galanya. Dan ketika tujuh tosu itu roboh dan
tewas, giliran Chi Koan menghadapi ketua Hoa-
1994 san maka Ko Pek Tojin yang menjadi pimpinan
akhirnya menyerah!
Tosu ini menerima malu yang besar. Dia
menerima hinaan hebat dengan dipermainkan
Chi Koan. Tapi karena dia ingin
menyelamatkan murid-murid agar tidak
dibantai, akhirnya kabar di Heng-san didengar
juga maka pimpinan Hoa-san ini bertekuk lutut.
Chi Koan tidak membunuhnya karena lawan
menyerah baik-baik. Seluruh pimpinan dan
murid Hoa-san harus tunduk sejak hari itu.
Dan ketika berturut-turut Chi Koan mendatangi
partai-partai lain seperti Khong-tong dan Hwa-
tong, juga Bu-tong dan Seng-tong-pai akhirnya
seluruh partai-partai persilatan berhasil
ditundukkan, kecuali Kun-lun. Dan karena
tinggal partai terakhir ini yang harus digarap,
di situ tinggal kakek sakti Kun-lun Lojin maka
1995 pada hari terakhir Chi Koan mendatangi partai
persilatan ini.
Sepak terjangnya tentu saja menggemparkan
dunia dan membuat heboh. Hok-te Sin-kang
itulah yang ditakuti. Dan karena belasan partai
besar telah ditundukkan dan tinggal Kun-lun
atau Go-bi, terakhir ini Chi Koan belum ada
niat menyerbu maka kemenangan demi
kemenangan yang diraihnya membuat pemuda
itu sombong dan takabur.
Chi Koan benar-benar menjadi pemuda tinggi
hati yang sewenang-wenang. Gadis-gadis
cantik yang ada di partai taklukannya dibawa
begitu saja, dipermainkan. Dan ketika ratap
tangis benar-benar terjadi di mana-mana,
pimpinan partai gentar sementara murid-murid
perempuannya dilanda takut maka empat
bulan kemudian sejak peristiwa Heng-san
pemuda ini mendatangi Kun-lun. Dan ternyata
1996 begitu ia datang partai persilatan itu rupanya
sudah siap!
**SF**
Pagi itu Chi Koan datang bersama
rombongannya. Ia benar-benar telah merasa
siap. Kedatangannya tak perlu sembunyi-
sembunyi seperti layaknya di Heng-san dulu.
Langsung saja ia mendaki gunung dan para
murid tentu saja mencegat. Mereka telah
mendengar sepak terjang pemuda ini di dunia
persilatan. Maka ketika tiba-tiba mereka
berkelebatan dan anak-anak murid Kun-lun
mencegat delapan orang ini, Chi Koan dan
Tujuh Siluman Langit memang melewati jalan
umum maka See-tok tertawa bergelak
sementara Kwi-bo terkekeh mengejek.
1997 "Hi-hik, tikus-tikus bau menghadang
perjalanan kita. Apakah minta diantar ke
akherat?"
"Benar, dan mari terima seranganku, tosu
tengik. Atau mundur dan beri tahu Kim Cu
Cinjin bahwa kami datang.... wherrr!" See-tok
melepas bandul tengkoraknya dan langsung
menghajar, tidak tanggung-tanggung karena
menyerbu lima murid paling depan. Tapi ketika
mereka mengelak dan tengkorak meledak
menghantam tanah, See-tok siap bergerak lagi
maka tosu terdepan tiba-tiba berseru
mengangkat tangan.
"Tahan, kami disuruh menyambut oleh ketua.
Harap jangan menyerang dan silakan cuwi
mengikuti kami!"
"Ha-ha, mengikuti kalian? Minggir, kami sudah
tahu jalan, tosu busuk. Bukan anak kecil yang
1998 harus dituntun dan mengikuti orang lain.
Hordah, menyibak atau mampus!" See-tok
mengibaskan lagi bandul tengkoraknya itu
hingga si tosu mundur. Raksasa ini melompat
tertawa-tawa dan berkelebat. Jalan terbuka
lagi. Dan ketika Coa-ong dan Kwi-bo juga
terkekeh-kekeh, mereka tak perlu diantar
maka semuanya bergerak sementara Chi Koan
sendiri tahu-tahu menghilang dan sudah di
pinggang gunung.
"Suhu, cepat ke atas. Jangan gentar di kiri
kanan kalian terdapat musuh!"
Coa-ong dan semua tertawa bergelak. Mereka
sudah berkelebatan dan benar saja di lereng-
lereng gunung bergerak anak-anak murid Kun-
lun menjaga. Mereka minggir ketika
rombongan ini lewat, tidak menyerang tapi
segera berlarian menyusul begitu Coa-ong dan
lain-lain naik. Dan ketika Chi Koan menghilang
1999 dan tahu-tahu sudah berada di puncak maka
Jin-touw tertawa bergelak membabatkan
kapaknya ke kiri kanan dengan sombong.
"Ha-ha, siap mampus kalau berani maju, anak-
anak. Kami datang untuk menaklukkan kalian
bukan bersahabat. Kami adalah raja!"
Murid-murid Kun-lun melotot. Mereka rata-rata
Sumur Kematian 3 Keturunan Pendekar Karya Rajakelana Gajahmada 6
^