Pencarian

Prahara Di Gurun Gobi 8

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara Bagian 8


bermain cinta dan betapa terbakarnya hati
See-tok melihat kepuasan yang terbayang di
wajah Jin-touw. Laki-laki itu tampak mendecak
dan menjilat-jilat bibir. Ia tak habis-habisnya
mengagumi tubuh Kwi-bo karena memang
wanita ini montok dan menggairahkan. Lekuk-
lengkungnya hebat dan tak ada laki-laki yang
1011 tak bakalan kagum. Tapi ketika See-tok
menggeram dan Coa-ong meloncat terkekeh,
mengetuk-ngetukkan tongkat maka si Raja
Ular ini bertanya, nyaring namun tak ada
cemburu atau marah seperti temannya,
"Kwi-bo, terus terang saja. Apakah kau
menyimpan Bu-tek-cin-keng dan di mana kitab
itu?"
"Heh?" si cantik terbelalak, kaget. "Bu-tek-cin-
keng? Memangnya aku membawa kitab itu?
Jangan kurang ajar, aku tak tahu-menahu
tentang ini, Coa-ong. Justeru aku hendak
bertanya kepadamu, di mana kau membawa
kitab itu. Tentu kau menukarnya dulu sebelum
menjadi serpihan-serpihan kertas. Nah, mana
kitab itu dan di mana kau sembunyikan?"
"Heh-heh-ha-ha!" si kakek tertawa, geli dan
menancapkan tongkat. "Kau jangan balik
1012 bertanya sebelum menjawab, Kwi-bo. Aku
sungguh-sungguh dan tak usah main-main
kepadaku. Dulu kau membawa dan tentu
menukarnya!"
"Keparat, kaupun membawa dan tentu
menukarnya!"
"Eh,eh," Jin-touw melompat dan menyela.
"Apa-apaan ini, Coa-ong. Kau tak usah
menuduh sembarangan karena Kwi-bo sama
sekali tak tahu-menahu tentang kitab. Kalau
Bu-tek-cin-keng ada di tangannya tentu ia
sudah bersembunyi dan tak mungkin kita
temukan. Sama seperti kau atau See-tok ini
yang juga berprasangka!"
"Heh, aku juga sekedar bertanya. Tapi
bagaimana kitab bisa menghilang begitu saja
dan berubah menjadi kertas biasa? Siapa kira-
kira yang bermain gila?"
1013 "Hm, aku tadinya malah menyangka kau," Kwi-
bo menjawab, bersinar-sinar. "Tapi setelah kau
datang dan memperlihatkan diri maka
kecurigaanku tak berdasar, Coa-ong. Tak perlu
ribut-ribut karena jelas kita masing-masing
sama-sama tak membawa kitab!"
"Kalau begitu siapa..."
"Mungkin Kwi-bun dan isteriny, atau Jin-mo!"
"Hm, aku juga berpikir begitu. Kalau begitu
bagaimana jika kita datangi mereka?"
"Kau takut sendirian?"
"Heh-heh, berempat tentu lebih
menyenangkan, Kwi-bo, daripada sendirian
atau berdua. Bagaimana jika kita sama-sama
datangi mereka dan bertanya. Siapa tahu Jin-
mo juga ada di sana!"
1014 "Hm, si tukang kayu ini sebaiknya tak usah
ikut campur. Aku mula-mula dengan Kwi-bo
dan sudah sebagai pasangan!" See-tok, yang
panas dan masih cemburu tiba-tiba berseru. Ia
sejak tadi geram melihat saingannya ini
menjilat-jilat bibir dan memandangi tubuh Kwi-
bo dari atas sampai ke bawah. Raksasa ini
sengit, jelus! Tapi ketika Jin-touw tertawa dan
tahu perasaan raksasa ini, bergerak dan tiba-
tiba merangkul Kwi-bo dia malah memperhebat
kemarahan.
"Ha-ha, Kwi-bo milikku, See-tok. Kalau hari ini
ia memilihku maka sebaiknya kau tak usah
cemburu atau gusar. Lihat, ia diam saja
kucium.. ngok!" si tukang kayu mencium pipi
Kwi-bo, tertawa dan benar saja Kwi-bo diam
dan tak mengelak, bahkan terkekeh. Dan
ketika si raksasa menggeram dan menggerak-
1015 gerakkan bandul tengkoraknya, Coa-ong maju
dan terkekeh maka kakek itu melerai.
"Sudahlah, tak perlu saling membakar. Kita
sesama rekan dan masih banyak urusan yang
harus diselesaikan. Bagaimana kalau sekarang
kita bergabung dan mencari suami isteri Kwi-
bun. Ingat, mereka itu lihai dan tak akan
mudah digertak kalau kita juga berdua atau
bahkan hanya sendirian. Bagaimana pendapat
kalian?"
"Aku setuju, tapi Jin-touw tak boleh memeluk-
meluk atau mencintai Kwi-bo di depan
mataku!" See-tok, yang tak tahan dan berseru
mendahului melepas berangnya. Ia membuat
Kwi-bo terkekeh dan Jin-touw juga tertawa.
Iblis wanita itu geli. Namun karena Coa-ong
benar dan tak mungkin menghadapi Kwi-bun
dan isterinya hanya berdua karena mereka
setingkat maka wanita ini melepaskan dirinya
1016 dan mendorong Jin-touw. Tenaga See-tok juga
diperlukan di situ.
"Kau mundur, jangan membuat aku gerah.
Cukup kau merayu dan mengajakku bercinta,
Jin-touw. See-tok benar dan jangan
merangsang kemarahannya dengan memeluk-
meluk aku. Aku juga risih!"
"Wah, tak boleh mencium lagi?"
"Siapa sudi? Tubuh dan keringatmu apek, Jin-
touw. Jujur saja kau dan See-tok sama-sama
lelaki kasar!" dan ketika Jin-touw maupun Coa-
ong tertawa, See-tok menyeringai puas maka
Kwi-bo sudah tak mau didekati kawannya lagi,
mengibas dan mengeringkan rambut dan Jin-
touw hanya menjulurkan lidah. Kalau Kwi-bo
tak mau diganggu maka jangan coba-coba
diganggu, si betina akan marah dan di situ ada
See-tok, yang tentu berbalik menyerang dan
1017 akan menjadi sahabat Kwi-bo. Orang-orang
sesat memang selalu aneh. Dan ketika semua
dapat menahan diri dan Coa-ong tersenyum
geli maka Raja Ular itu bertanya apakah
mereka sekarang siap mencari Kwi-bun.
"Tentu saja, mari berangkat!"
"Baik, kau di depan, Kwi-bo. Aku di tengah dan
biar See-tok atau Jin-touw ini di kiri kananku!"
Si betina terkekeh. Adalah kebanggaan bila
bisa membuat laki-laki saling berebut dan
bermusuhan untuk memiliki dirinya. Kwi-bo
memang amat senang kalau sudah dikagumi
lawan jenis. Dan ketika ia mengangkat dan
menggerakkan kakinya, berkelebat sembari
menggoyang bahunya maka wanita ini
mendahului tiga laki-laki di belakangnya yang
mendecak kagum. Bahu dan pinggang Kwi-bo
meliuk indah, bergerak dan sudah meluncur di
1018 depan sana. Dan ketika mereka mengejar dan
berkelebat menyusul, Coa-ong di tengah agar
dua kawannya tidak bersentuhan maka empat
orang ini meluncur dan terbang meninggalkan
hutan. Mereka menuju ke selatan di mana Kwi-
bun biasanya menyembunyikan diri, saling
berlomba dan mempercepat lari namum
ternyata masing-masing berimbang. Baik Kwi-
bo maupun Coa-ong tak mampu memperlebar
jarak, mereka tetap sama dan hampir
berendeng dengan Kwi-bo di depan. Dan ketika
empat jam kemudian mereka tiba di daerah
berbatu karang dan di sini mereka berhenti,
sebuah guha terlihat di depan mata maka Coa-
ong mengetukkan tongkat seraya berkata.
"Sudah sampai. Bagaimana cara kita menemul
Kwi-bun. Berbareng ataukah satu per satu
dahulu."
1019 "Hi-hik, kalian di sini saja dulu. Biar aku yang
memeriksa!" Kwi-bo melesat mendahului,
entah kenapa lebih senang memilih sendiri
padahal tadinya ingin berempat. Begitu
berkelebat iapun sudah meninggalkan teman-
temannya. Dan ketika Coa-ong tersenyum dan
terkekeh mengangguk, tak curiga, maka See-
tok justeru berseru dan berkelebat menyusul.
"Heh, gerak-geriknya mencurigakan. Biar aku
membuntuti!"
"Lho?" Jin-touw terbelalak. "Kau mau apa, See-
tok? Mengintil si cantik? Ugh, akupun juga.
Biar kita bersama dan lihat apa yang ?ilakukan
Kwi-bo!"
Coa-ong menghentikan kekehnya. Tiba-tiba ia
terkejut karena See-tok dan Jin-touw sudah
susul-menyusul mengikuti Kwi-bo. Apa-apaan
mereka itu. Dan karena tak mau ditinggal
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
sendirian dan apa boleh buat menyumpah
teman-temannya si Raja Ular inipun bergerak
dan mengejar teman-temannya.
"Busyet, melanggar janji. Kalian ini tak dapat
diajak bicara baik-baik, See-tok. Sungguh-
sungguh aku membawa kalian eh.... Sekarang
tiba-tiba saja kalian meninggalkan aku!"
Orang akan tersenyum. Coa-ong berkelebat
dan ganti menyusul teman-temannya itu, tiga
laki-laki mengintil wanita. Lucu, persis anak
kecil saja! Tapi karena mereka adalah orang-
orang lihai dan jelas yang mereka lakukan
bukan sekedar takut ditinggal Kwi-bo, seperti
rasa takut anak ditinggal ibunya maka See-tok
dan lain-lain itu mengikuti Kwi-bo karena satu
dan lain sebab. See-tok misalnya, melihat
gerak-gerik mencurigakan pada kekasihnya itu,
pandang mata Kwi-bo yang aneh dan
memancarkan keganjilan. Dan karena sedikit
1021 banyak ia tahu watak teman wanitanya itu,
curiga, maka See-tok mengejar dan segera
membuntuti, lain dengan Jin-touw yang curiga
dan justeru menaruh prasangka buruk kepada
See-tok. Si tukang kayu ini mengira See-tok
ada main atau hendak main gila dengan Kwi-
bo, membujuk atau merayu wanita itu setelah
ia bersenang-senang di hutan. Jadi, mungkin
untuk membalas cemburu! Dan karena inilah
perkiraan Jin-touw sementara Coa-ong lain lagi,
mendongkol ditinggal teman-temannya maka
Kwi-bo sendiri yang berkelebat dan ada di
depan segera tahu kalau dirinya diikuti. Wenita
ini melirik dan dilihatnya See-tok mengejar,
tertawa kecil dan berkelebat ke samping batu
karang di mana ia akhirnya lenyap, mengitari
atau mendekati guha dari arah belakang. Dan
ketika See-tok celingukan karena kehilangan
jejak, buruannya lenyap maka Kwi-bo terkekeh
dan sudah berada di belakang guha hitam itu.
1022 Apa yang hendak dilakukan wanita ini? Kenapa
ia tak mau diikuti teman-temannya? Bukan lain
karena pamrih pribadinya. Ingin bertemu dan
menggoda Kwi-bun dulu dalam usahanya
mendapatkan Bu-tek-cin-keng. Dulu Kwi-bun
pernah memandangi tubuhnya secara lahap
dari atas ke bawah, pandangan laki-laki yang
rakus akan birahi meskipun sudah punya bini.
Dan karena Kwi-bo adalah wanita matang dan
gerak-gerik atau pandangan lelaki tentu saja
sudah dikenalnya, ia ingin menjebak dan
menipu Kwi-bun maka di situlah wanita ini
meninggalkan kawan-kawannya untuk bertemu
secara pribadi dengan si Pintu Setan dalam
usaha membujuk dan merayu. Tapi sial. Baru
saja ia melongok dan bersuit perlahan, tanda
panggilannya kepada Kwi-bun mendadak lima
sinar hitam bercuit menyambar mukanya. Kwi-
bo baru saja mengintai dan bersuit perlahan
ketika tiba-tiba mendapat sambutan lima sinar
1023 hitam itu. Dan ketika ia mengelak dan tentu
saja menyampok, lima tusuk konde kecil
runtuh ditamparnya maka tahu-tahu berdiri
bayangan Tong-si yang hitam gelap, penuh
amarah.


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hm, pantas. Ini kiranya tanda siulanmu untuk
berkencan dengan suami orang. Keparat, mau
apa kau ke sini, Kwi-bo. Dan kenapa selalu
mencari-cari suamiku. Wanita jalang!"
"Eh, hi-hik!" Kwi-bo terkejut tapi segera dapat
menguasai diri, cepat turun dan berkacak
pinggang. "Mau apa kau menyerang aku, Tong-
si. Apakah kaukira suamimu yang pucat itu
sudah sedemikian ganteng hingga perlu kurayu
dan kuajak kencan. Cih, kau wanita tak tahu
malu. Buruk dan sombong. Masih sejagad laki-
laki tampan di dunia ini hingga tak perlu aku
mencari-cari suamimu!"
1024 "Keparat, sundal betina. Kalau begitu apa
maumu dan bersiul-siul segala? Bukankah kau
hendak menemui suamiku dan mengajaknya
berbuat cabul? Eh, kau bukan wanita baik-baik,
Kwi-bo. Kau betina jalang yang rakus akan
laki-laki. Tak usah banyak cingcong dan
pergilah sebelum kuhajar!"
Kwi-bo marah. Akhirnya ia balas memaki dan
mengatakan lawannya lebih buruk daripada
kuda. Kalau bukan Kwi-bun yang sepucat
mayat tak mungkin ada laki-laki yang mau
dengan wanita itu. Dan karena Tong-si
memang berwajah mengkilap seperti perunggu,
kuning kehitam-hitaman maka Kwi-bo yang
gagal dan kini berhadapan dengan Tong-si
malah melampiaskan kemarahannya di situ.
"Kau buruk melebihi kuda, tahu? Kau
mengkilap seperti pantat wajan. Eh, kalau
suamimu masih suka kepadamu tentu ia tak
1025 perlu melirik-lirik aku, Tong-si. Tapi karena
wajahmu buruk dan mengkilap seperti wajan
maka ia menaksir diriku. Aku datang memang
atas kehendaknya. Kwi-bun ingin berganti
pasangan untuk penyegar. Nah, kau mau apa
dan mana suamimu itu?"
Tak ada lagi kata jawab. Tong-si langsung
melengking dan begitu habis lawannya bicara
iapun sudah berkelebat dan mencabut tusuk
kondenya. Senjata andalan ini menyambar dan
tiba-tiba sebelas serangan sudah susul-
menyusul menusuk Kwi-bo. Mulai dari kepala
sampai ke ujung kaki. Dan ketika kwi-bo
mengelak namun lawan mengejar, kata-kata
itu benar membakar maka apa boleh buat iblis
betina ini menangkis dan rambutnya
menjeletar bertemu sebelas serangan maut.
"Plak-plak-plak...!"
1026 Tong-si membentak dan menyerang lagi.
Kemarahannya benar-benar sampai di ubun-
ubun mendengar kata-kata lawannya tadi.
Selain dicap buruk iapun dianggap mengkilap
seperti pantat wajan. Siapa tidak mendidih!
Dan begitu ia ditangkis dan masing-masing
terpental, Kwi-bo lupa kepada maksud
tujuannya semula maka muncullah See-tok
yang terbelalak den tertegun melihat
pertandingan ini.
"Eh-eh!" si raksasa berseru. "Apa ini, Kwi-bo.
Kenapa kau bertanding dengan Tong-si?"
"Ia mau mengajak suamiku main gila!" Tong-si
melengking, tusuk konde tetap berkelebatan
menusuk-nusuk, cepat. "Aku tak mau ia
kurang ajar, See-tok. Hayo bantu aku dan
bunuh siluman ini!"
1027 "Ha-ha!" See-tok tiba-tiba tertawa bergelak.
"Membantu? Ah, kalian dua wanita sama-sama
cemburu, Tong-si. Daripada membantu kalian
lebih baik menonton!" benar saja, See-tok lalu
duduk dan menonton, asyik dan tertawa-tawa
dan Tong-si tentu saja gusar. Kawan diminta
bantuannya malah menonton, ia tentu saja
sengit. Dan ketika ia menerjang dan memaki
See-tok, si raksasa hanya ganda ketawa maka
berturut-turut muncullah Jin-touw dan Coa-ong,
yang juga tertegun dan terbelalak.
"Heii, ada apa ini. Kenapa bertempur. Mana
Kwi-bun!"
"Ha-ha, Kwi-bo katanya mau mencari Kwi-bun,
diajak kencan. Tapi karena Tong-si yang ada
maka Tong-si mengamuk!"
"Ah, begitukah? Ha-ha, kalau begitu biar kita
menonton!" Jin-touw, yang baru saja bercinta
1028 dan bersayang-sayang dengan Kwi-bo ternyata
sama saja dengan See-tok, tidak membantu
dan membiarkan saja dua wanita itu bertempur,
duduk dan menonton. Dan ketika Coa-ong juga
terkekeh-kekeh dan menancapkan tongkatnya,
menonton dan bersila di situ maka Kwi-bo
maupun Tong-si sama-sama marah karena
mereka jadi barang tontonan!
"Jin-touw, mana kesetiaanmu sebagai kekasih.
Hei, bantu aku dan jangan melotot di sana.
Cepat, atau nanti tak kuberi lagi!"
"Ha-ha, untuk urusan begini mestinya See-tok
lebih tepat, Kwi-bo. Bukankah ia yang lebih
dulu menikmati tubuhmu daripada aku. Ayo,
minta saja See-tok dan aku belakangan, sesuai
urusan!"
"Wah, mana bisa? Kwi-bo tak setia kepada
janjinya, Jin-touw. Kaulah yang merebut dan
1029 kau pula yang harus maju. Ayo, bantu Kwi-bo
atau nanti Kwi-bun muncul!"
"Ha-ha, aku tak ingin bermusuhan dengan Kwi-
bun. Ia orang baik dan sahabat yang dapat
dipercaya!"
"Begini saja," Coa-ong tiba-tiba menimpali.
"Kita membantu kalau salah satu berada di
dalam bahaya. Sebelum itu biarkan mereka
memanaskan tubuh dan kita tetap menonton!"
"Ha-ha, benar. Biarkan sealah satu berkeringat
dan lihat siapa yang bentuk tubuhnya lebih
indah. Kwi-bo ataukah Tongsi!"
Kwi-bo maupun Tong-si menjadi marah.
Mereka melengking dan memaki tiga laki-laki
itu karena mereka ternyata disuruh terus
bertanding sampai mengeluarkan keringat,
basah kuyup dan di situlah nanti tubuh mereka
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
tercetak. Dan karena Tong-si bukan wanita
cabul seperti Kwi-bo, yang tentu saja marah
dan melotot mendengar itu maka wanita ini
melepas tiga senjata rahasianya di mana
masing-masing menyambar Coa-ong dan See-
tok serta Jin-touw.
"Laki-laki bermulut busuk. Tak tahu malu!"
Coa-ong dan See-tok serta Jin-touw tertawa.
Mereka dengan mudah tentu saja menyampok
tiga senjata gelap itu, runtuh dan Tong-si
bertanding lagi dengan seru disana. Tapi ketika
wanita itu mencak-mencak dan Kwi-bo juga
marah melihat tiga orang rekannya ini
mendadak terdengar jerit dan teriakan wanita.
"Tidak... tidak. Lepaskan aku... lepaskan....
aiiihhhh!"
1031 Semua terkejut. Tong-si yang semula
bertempur penuh kemarahan mendadak
menoleh dan berubah. Wajahnya seperti
menyiratkan sesuatu dan serangannya
terhadap Kwi-bo tiba-tiba mengendor. Dan
ketika teriakan itu terdengar lagi namun
sekonyong-konyong berhenti, seolah mulut
yang berteriak ditutup kencang mendadak
wanita perunggu ini berjungkir balik dan
terbang keluar wilayah, meninggalkan
lawannya.
"Kwi-bo, tunggu sebentar. Biar aku lihat
suamiku!"
Kwi-bo tertegun. Ia tak mendengar apa-apa
kecuali jerit atau tangis wanita itu. Tapi begitu
lawan berkelebat dan ia pun ingin tahu,
meloncat dan mengejar wanita itu maka Coa-
ong dan kawan-kawan ikut-ikutan, bergerak
pula.
1032 "Heh-heh, ini tontonan menarik lagi, See-tok.
Ada apa di sana dan siapa yang berteriak-
teriak itu?"
"Benar, akupun juga ingin tahu. Ah, siapa yang
menangis itu dan ada apa?"
"Tentu betina," Jin-touw tertawa." Kwi-bun
tampaknya mengganggu seorang gadis, See-
tok. Dan isterinya kini datang. Ha-ha, lihat
rekan kita itu dilabrak!"
Semuanya terbang keluar daerah berbatu
karang. Mereka susul-menyusul mengejar Kwi-
bo maupun Tong-si, yang masing-masing
sudah ada di depan dan sebentar kemudian
sudah di tempat suara. Dan ketika Kwi-bo
terbelalak karena di tepi hutan seorang wanita
muda diseret dan akhirnya disambar seorang
laki-laki pucat, kurus dan bermata cekung
1033 maka Tong-si yang melihat dan juga ada di
situ melengking.
"Kwi-bun, siapa yang kaubawa itu?" Si pucat,
yang ternyata Kwi-bun terkejut. Ia memang
membawa dan baru saja menutup mulut
wanita itu setelah dengan paksa menciuminya.
Iblis laki-laki ini menculik dan membawa
wanita itu agar mau melayani hasrat birahinya
yang bosan dan jenuh dengan Tong-si karena
isterinya itu acap kali dingin, tak mau melayani.
Tapi ketika wanita itu menjerit-jerit dan tak
mau diam, ia marah dan menampar maka
wanita itu ditotoknya setelah tadi dicium paksa.
Tak tahunya sang isteri muncul dan di
belakang isterinya itu tampak Kwi-bo yang
berdiri tertegun, terkekeh dan tiba-tiba tak
dapat menahan geli hatiya karena benar si
setan pucat ini lelaki jalang seperti See-tok
maupun Jin-touw, juga laki-laki lain yang
1034 banyak ditemui di perjalanan hidupnya. Dan
karena Kwi-bun juga haus dan lapar akan
kebutuhan yang satu ini, Kwi-bo terpingkal
maka wanita itu berseru pada Tong-si agar
membuktikan omongannya.
"Nah, lihat," Kwi-bo membakar. "Apa kubilang,
Tong-si. Suamimu itu suka mengajak kencan
wanita lain. Tidak mendapatkan aku iapun
tentu mencari yang lain. Lihat sekarang ia
merobek-robek pakaian wanita ini. Suamimu
tak sabar menunggu kedatanganku!"
"Tutup mulutmut!" Tong-si membentak, marah
kepada Kwi-bo namun menyambar wanita ini,
"Siapa jalang yang kaubawa ini, Kwi-bun. Dari
mana dan mau kau apakan dia... bret!" Tong-si
telah merebut wanita ini, melengking dan sang
suami tampak ketakutan dan gelisah. Kwi-bun
meloncat dan melepaskan korbannya. Dan
ketika Tong-si melempar dan membanting
1035 wanita ini, yang mengaduh, maka Tong-si
sudah menginjak dada wanita itu yang tentu
saja menjerit. Bengis!
"Kau pelacur dari mana berani bersama-sama
suamiku. Heh, siapa namamu dan minta hidup
atau mati!"
"Am... ampun!" wanita itu ngeri, bantingan
atau lemparan Tong-si masih membuatnya
kesakitan. "A... aku bukan pelacur, hujin. A...
aku wanita baik-baik dari dusun di luar hutan.
A... aku dibawa suamimu un... untuk melayani
hasratnya. A... aku jangan dibunuh!"
"Kau bukan pelacur?"
"Bukan.."
"Kalau begitu kenapa mau dibawa-bawa?"
1036 "A.... aku dipaksa, hujin. Suamimu yang
membawa-bawa...!"
"Bohong! Suamiku orang baik-baik. Hayo
mengaku bahwa kau bohong!"
"A... augh!" wanita itu menjerit, Tong-si
menginjak keras dadanya. "Ampun, hujin...
ampun. Aku... aku benar-benar dipaksa. Aku...
aku diminta melayani. Aku....ngekk!" wanita


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu terkulai, Tong-si menambah tenaganya
hingga injakannya sebesar bukit. Wanita itu
mengaduh dan tiba-tiba terkulai. Dan ketika
Tong-si mengangkat kakinya dan dada wanita
itu gepeng, rata dengan punggungnya maka
Tong-si telah membunuh wanita ini, yang
disambut kekeh dan tawa Jin-touw, juga See-
tok dan Coa-ong.
1037 "Heh-heh, bagus. Luar biasa sekali. Suami
menyeleweng namun wanitanya yang
dibunuh!"
Tong-si menghadapi suaminya. Ia tak
memperdulikan ejekan Coa-ong karena dengan
mata berapi-api dan dada berombak wanita ini
menghadapi Kwi-bun. Si Pintu Setan ngeri dan
berputar-putar namun dihadang pandang mata
isterinya itu, mengkeret dan menyeringai serba
salah namun sang isteri sudah bertanya berapa
kali ia membawa wanita luar, sudah atau
belum dalam melampiaskan hajatnya. Dan
ketika si Pintu Setan tentu saja menjawab
belum, baru sekali itu juga membawa
perempuan maka Kwi-bo terkekeh geli melihat
laki-laki yang ketakutan ini.
"Heh-heh, aku... aku baru sekali ini. Lagi pula
belum berbuat apa-apa karena keburu kau
datang. Aku hanya ingin menakut-nakuti dan
1038 bermain-main saja, Tong-si. Tidak sungguh-
sungguh karena tentu saja kaulah yang dapat
memuaskan diriku. Aku hanya
mempermainkan, menggoda...."
"Keparat, dan tentu akan menelanjanginya
kalau aku tidak ke sini? Kau bilang main-main
tapi tentu berubah sungguhan kalau isterimu
tidak tahu?"
"Wah, tentu tidak, Tong-si. Kaulah isteriku.
Kaulah satu-satunya milikku. Wanita itu tak
nempil denganmu. Bukan apa-apa..."
"Bagus, kalau begitu coba kulihat celanamu.
Kenapa kedodoran dan kolornya putus?"
Kwi-bun terkejut. Sang isteri sudah meloncat
dan menerkam kemaluannya karena celananya
menganga tak terasa, membuat geli yang lain-
lain karena sejak tadi iblis itu tak tahu
1039 keadaannya. Sejak tadi sang isteri merah
padam melihat celananya itu, dan inilah yang
membuat sang isteri berang. Dan ket?ka Tong-
si meloncat dan seketika itu juga kelima
jarinya mencengkeram ganas, menuju ke
bawah perut suaminya maka Kwi-bun berteriak
dan menghindar, dikejar namun mengelak lagi
dan sang isteri melengking menggetarkan
hutan. Tiga kali cengkeramannya luput namun
yang keempat kalinya wanita ini mencabut
tusuk konde dan langsung menusuk. Dan
ketika Kwi-bun terkejut dan berseru keras,
menangkis dan melempar tubuh bergulingan
maka celananya robek lebar dan tampaklah
pemandangan memalukan yang membuat Kwi-
bo dan teman-temannya terkekeh, apalagi
See-tok, yang berderai-derai sampai
terguncang-guncang.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Ha-ha, senjatamu, Kwi-bun. Senjatamu. Awas
dipagut ular!"
Si Pintu Setan terkesiap. Ia sudah diserang
isterinya dan bergulingan menyelamatkan diri,
maju mundur ke sana-sini dan gugup menutup
kancing celananya. Ia kaget karena baru
sekarang sadar. Ah, nafsu membuatnya lupa.
Dan ketika ia meloncat bangun namun sang
isteri tak mau sudah, Coa-ong dan lain-lain
terkekeh-kekeh maka keempat orang itu
bersorak dan menonton sambil bertepuk-tepuk
tangan. Kwi-bo malah menjeletar-jeletarkan
rambutnya memberi irama.
"Bagus, kelit ke kiri, Kwi-bun... ah, elak ke
kanan. Cepat... tar-tar!"
Coa-ong dan lain-lain terpingkal. Mereka itu
malah merasa mendapat tontonan menarik dan
celakanya Tong-si semakin terbakar. Tepukan
1041 atau ledakan rambut si Kwi-bo seakan bunyi-
bunyian genderang perang, membuatnya
beringas dan kalang-kabutlah sang suami
menerima serangan-serangan isterinya ini. Dan
ketika tujuh tikaman mengenai perut dan dada
Kwi-bun, yang kurus dan keras maka Kwi-bun
mengerahkan sinkangnya dan tusuk konde
terpental. Hal yang membuat isterinya malah
semakin marah saja.
"Tak-tak-tak..!"
Kwi-bo dan lain-lain tertawa. Mereka geli
melihat itu dan tahu bahwa kwi-bun pasti
melawan tusukan sang isteri, tak mungkin
mandah ditikam karena Tong-si benar-benar
ingin membunuh. Dan ketika Tong si
melengking dan berkelebatan menyerang lagi,
semakin cepat dan buas maka Kwi-bun
mengeluh dan.... melarikan diri.
1042 "Hayaa... tobat, Tong-si.... Tobaat!"
"Tak ada tobat!" sang isteri membentak dan
mengejar, merah kehitaman. "Kau sudah main
sembunyi-sembunyi mencari perempuan lain,
Kwi-bun. Kau harus mampus dan kubunuh!"
"Ampun... aku tak akan mencari perempuan
lagi..!"
"Tidak, ini bukan yang pertama, Kwi-bun.
Sudah berkali-kali kau menyakiti hatiku. Dan
Kwi-bo juga datang, katanya sudah kencan
denganmu!"
"Hah?"
"Benar kau tanya sendiri siluman betina itu....
dan tusuk konde yang menyelinap dan
menyambar bawah lengan Kwi-bun tiba-tiba
menancap dan tak dapat dicabut. See-tok
1043 terkejut karena mengira Kwi-bun terluka,
maklum, dia berada di samping kanan si Pintu
Setan itu. Tapi ketika Kwi-bun membalik dan
menampar isterinya, yang juga terkejut dan
mengira senjatanya masuk ke tubuh ternyata
tusuk konde hanya dikempit dan kini tamparan
atau balasan si suami itu menyambar mukanya.
"Tong-si, jangan percaya kata orang. Aku tak
ada urusan dengan Kwi-bo dan biar kutanya
dia!" dan ketika sang isteri menangkis namun
terpental, Tong-si tertegun oleh tusukan semu
tadi maka Kwi-bun sudah meloncat dan
berkelebat ke arah Kwi-bo.
"Ini kiranya setan yang suka memanas-manasi
hati orang. Heii, mulutmu busuk sekali Kwi-bo.
Kapan aku mengajak kencan dan ketakan
kepada isteriku bahwa kau bohong!"
1044 "Hi-hik," Kwi-bo mengelak, setelah terkejut
sejenak. "Aku memang bohong, Kwi-bun. Tapi
tak ada salahnya berkata begitu karena
berkali-kali pandang matamu juga menaksir
padaku... plak-plak!" dua-duanya terpental,
Kwi-bun melotot marah namun goyangan dada
lawan membuat darahnya berdesir. Kwi-bo
terkekeh dan menggerakkan bolanya sehingga
si Pintu Setan terbeliak. Buah dada si cantik ini
memang luar biasa, lembut namun menantang
dan sekali digerakkan ke atas tiba-tiba Coa-
ong maupun See-tok mendecak kagum. Bola
itu seakan dapat meloncat dan minta diterkam!
Dan ketika Kwi-bun terbeliak namun sang isteri
melengking, tahu bahwa Kwi-bo
mempermainkan maka wanita ini melejit dan
menerjang si binal.
"Bagus, kalau begitu kau bersih, Kwi-bun.
Hayo bunuh dan habisi jalang betina ini!"
1045 Kwi-bun menarik napas panjang. Dia harus
menenangkan guncangan hatinya dulu setelah
dibuat "meloncat" oleh gerakan buah dada
Kwi-bo. Bola kembar itu meloncat nakal dan
mengganggu konsentrasi. Sungguh kurang ajar!
Tapi karena di situ ada isterinya dan tentu saja
dia harus bersikap alim, apa boleh buat
menyerang dan menekan debar berahinya
maka Kwi-bun membentak dan pura-pura
marah menampar lawannya ini, berkelebatan
dan sudah sambar-menyambar bersama sang
isteri namun tampak bahwa laki-laki ini kurang
serius. Beberapa pukulannya terlampau
perlahan atau bahkan dibuat melenceng agar
tidak mengenai lawan. Dan ketika sang isteri
lama-lama tahu dan curiga, Kwi-bun memang
masih berdebar-debar oleh sikap dan gerak
Kwi-bo yang genit maka Tong-si menampar
suaminya hingga terpelanting.
1046 "Keparat, matamu jangan ke mana-mana.
Lihat depan dan pukul sungguh-sungguh...
plak!"
Kwi-bun mengumpat. Akhirnya ia marah
karena Kwi-bo terkekeh-kekeh
mentertawakannya, padahal karena wanita
inilah dia mendapat hajaran sang isteri. Dan
ketika dia membentak dan menyerang
sungguh-sungguh, kemarahannya
mengungguli nafsu berahi maka Kwi-bo
terkejut karena tiba-tiba didesak.
Baik, siapa bilang aku tergila-gila kepada
wanita ini, Tong-si. Lihat aku akan
menghajarnya dan lihat bukti cintaku
kepadamu.... des-dess!" dua pukulan
mengenai Kwi-bo, melempar dan membuat
wanita itu berjungkir balik dan selanjutnya
Kwi-bo benar-benar tertekan. Kemarahan Kwi-
bun berarti bahaya. Namun karena di situ ada
1047 See-tok dan juga Jin-touw, Kwi-bo berteriak
kepada dua temannya ini maka Tong-si
maupun Kwi-bun terkejut.
**SF**
(Bersambung jilid 14)
Bantargebang, 04-09-2018,18:16
1048 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 14
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
1049 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 14
"He, jangan melotot saja, See-tok. Bantu aku
dan nanti kubayar. Eiihhhh.... cepat!" Kwi-bo
membanting tubuh bergulingan ketika hampir
saja ia terlambat menghindar tusukan Tong-si.
Senjata maut itu menusuk dadanya dan
sedetik ia lengah tentu ia celaka. Dan ketika
Kwi-bun terkekeh dan mengejar bersama
isterinya, lawan bergulingan mendekati See-
tok, meloncat bangun maka Kwi-bo
membentak agar raksasa itu membantunya.
"He, cepat bantu aku. Nanti aku melayani
kalian lagi. Eih, kau masih diam saja, See-tok?
Dan kau juga, Jin-touw? Bagus, lihat
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
kemarahanku nanti dan jangan harap cinta
kalian kusambut.... bret-bret!" dan Kwi-bo
yang mengelak dan menangkis serangan Kwi-
bun, menendang dan menghalau tusukan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tong-si akhirnya merobek bajunya sendiri dan
bergeraklah wanita itu naik turun mainkan
Thian-mo-bu (Tarian Hantu Langit),
mengejutkan lawan-lawannya dan tentu saja
Kwi-bun maupun See-tok dan Jin-touw
terbelalak. Darah mereka berdesir karena Kwi-
bo sudah mulai buka-buka pakaian. Thian-mo-
bu memang mengharuskan begitu dan
selanjutnya satu demi satu pakaian wanita ini
berlepasan dengan cepat. Kwi-bo marah
karena dua temannya tak juga bergerak
membantu, apa boleh buat harus
mengeluarkan Tarian Hantu Langitnya itu dan
benar saja See-tok tertawa bergelak. Dan
ketika Jin-touw juga terkekeh ditahan dan
mereka melompat maju, berkelebat dan
1051 menghantam Tong-si maupun Kwi-bun maka
dua laki-laki ini membantu Kwi-bo dan See-tok
meremas buah dada Kwi-bo yang bergoyang-
goyang.
"Ha-ha, siapa tak mau membantumu. Aku
belum melihat kau perlu dibantu, Kwi-bo. Tapi
kalau kau tak tahan baiklah, aku maju dan biar
kugempur mereka....des-dess!'" Tong-si
mencelat dan Kwi-bun pun berteriak. Dengan
senjatanya yang mengerikan raksasa muka
merah itu menerjang, bandul tengkorak
menghantam sementara tangannya yang lain
meraba tubuh si molek, dibiarkan dan Jin-touw
juga tertawa menerjang maju. Dan ketika iblis
itu mengayunkan kapaknya dan tangan juga
tak mau diam, mencolek atau meremas pantat
Kwi-bo maka Tong-si melengking karena Kwi-
bo segera berseri-seri. Umpannya masuk!
1052 "Hi-hik, begini baru betul, See-tok. Tapi kalian
sudah membuat aku marah. Hayo gantikan aku
dan biar aku istirahat!"
"Apa?"
"Kalian harus dihukum sedikit. Kalianhampir
terlambat membantu aku. Nah kalau ingin
cinta kalian kusambut maka robohkan Tong-si
dan hajar si Kwi-bun itu!"
See-tok dan Jin-touw tertawa tergelak-gelak.
Melihat Kwi-bo bertelanjang begitu maka
nafsupun bergolak. Mereka bangkit
kelelakiannya tapi sedikit kecewa kenapa Kwi-
bo mengundurkan diri. Mereka jadi tak dapat
mencolak-colek. Tapi karena Kwi-bo sudah
berjanji dan janji itu membuat darah bergetar,
keras, maka See-tok maupun Jin-touw
menyerang Tong-si maupun Kwi-bun dengan
gerak membabi-buta mereka. Tong-si dan
1053 suaminya terkejut dan wanita perunggu ini
tentu saja marah bukan main. Dua laki-laki itu
menbantu Kwi-bo, hanya setelah dipameri
tubuhnya yang merangsang. Dan ketika
suaminya juga melotot dan terpengaruh gerak
Thian-mo-bu, menoleh dan memandang Kwi-
bo maka wanita ini melengking karena
suaminya itu tidak melihat ayunan kapak Jin-
touw.
"Awas... dess!"
Kwi-bun mencelat. Iblis ini ditendang isterinya
sendiri dan memekik serta terguling-guling.
Tong-si memaki-makinva karena melotot dan
memandangi Kwi-bo di sana, yang duduk dan
mengipas-ngipasi tubuhnya dengan duduk di
atas batu hitam. Duduknya juga tak tahu
aturan! Dan ketika iblis ini mengumpat karena
gara-gara Kwi-bo ia hampir celaka, wanita itu
sungguh kurang ajar maka Kwi-bo terkekeh-
1054 kekeh dan menggerak-gerakke kakinya ke atas
ke bawah.
"Hi-hik, pasang matamu baik-baik, Kwi-bun.
Kalau tak ingin bertanding di sana boleh
bertempur di sini. Ayo, ke marilah!"
Kwi-bun menyumpah. Sekarang omongannya
yang kotor keluar. Ia gemas dan marah kepada
Kwi-bo, tapi juga kagum. Maklum, pameran
paha dan bagian-bagian lain tubuh wanita itu
benar-benar mengganggu konsentrasinya. Ia
harus menekan diri kuat-kuat kalau tak mau
memandang ke tempat itu, Kwi-bo yang duduk
dengan cara kurang ajar! Dan ketika ia
mengelak sana-sini hantaman Jin-touw namun
beberapa kali ia mencuri pandang ke Kwi-bo,
yang duduk seenaknya itu maka sang isteri
membentak agar ia bertukar tempat.
1055 "Bodoh. Tolol dan hidung belang. He, ganti
tempatmu dengan tempat Jin-touw, Kwi-bun.
Belakangi Kwi-bo dan biar Jin-touw yang
melotot ke situ. Cis, Kwi-bo memang sundal
jalang. Dudukpun juga mekangkang-
mekangkang!"
Kwi-bun mengangguk. Takut dihajar atau
disemprot isteri sendiri iapun berputar.
Sebenarnya eman-eman juga melepas
pemandangan seperti itu. Paha gempal Kwi-bo
dan bagian-bagian tubuhnya yang lain
terlampau nikmat untuk dipandang. Sudah
lama ia tak memperoleh pemandangan seperti
itu, gratisan lagi. Tapi karena bahaya lebih
besar dan seruan isterinya benar, ia harus
bertukar tempat maka Jin-touwlah yang
terbelalak dan melotot melihat ongkang-
ongkang Kwi-bo.
1056 "Hi-hik. pusatkan konsentrasimu, Jin-touw,
jangan melotot ke sini. Awas, Kwi-bun
menghantammu.... dess!" Jin-touw menjadi
korban, baru saja melotot tapi segera
terpelanting oleh pukulan lawan. Dan ketika ia
mengutuk karena tingkah temannya sungguh
kurang ajar, ia harus memandang ke arah lain
maka Kwi-bun terkekeh-kekeh dan
mendesaknya.
"Bagus, kau boleh lihat wanita itu Jin-touw.
Betapa cantiknya. Ufh, segar sekali!"
Jin-touw mengutuk. Ia mengelak tapi lagi-lagi
tersedot, matanya memandang paha gempal
Kwi-bo. Dan ketika ia terpelanting dan berseru
agar Kwi-bo menutup pahanya, jangan
pemandangan kurang ajar itu dipertontonkan
laki-laki maka Kwi-bo terkekeh dan berseru
bahwa itu adalah salah dirinya, bukan ia.
1057 "Hi-hik, ini adalah milik milikku sendiri, kenapa
harus sewot. Kalau tak tahan tusuk matamu
sampai buta, Jin-touw. Salah matamu itulah
kenapa melotot!"
"Ha-ha!" See-tok di sana tertawa bergelak.
"Dia benar Jin-touw. Kaulah yang memiliki
mata tak dapat diatur. Matamu jelalatan,
buang dan ganti saja dengan mata kelereng!"
Jin-touw mengumpat. Akhirnya ia terkekeh
juga karena kata-kata itu betul. Tapi berseru
bahwa mana ada laki-laki yang kuat kalau Kwi-
bo duduk dengan cara seenaknya sendiri,
begitu kurang ajar dan menyedot mata lelaki
maka Kwi-bun dituding sebagai pembanding.
"Kau benar, tapi juga salah. Lihat Kwi-bun juga
sekali-kali melotot ke arah Kwi-bo!"
1058 "Ha-ha, biarkan saja. Nanti mudah kau gebuk
dan mendapat kemenangan!"
"Baik, kalau begitu mari berlomba, See-tok.
Siapa lebih dulu merobohkan lawan dialah
yang lebih dulu mendapat cintanya Kwi-bo!"
Dua laki-laki ini terbahak. See-tok
mengangguk dan tiba-tiba menghantam
lawannya dengan pukulan dahsyat. Bandul
tengkorak menyambar dengan amat ganas
namun lawan memaki, mengelak dan balas
menggerakkan tusuk kondenya dan berpijarlah
bunga api menangkis tengkorak. Dan ketika
Kwi-bo mencaci-maki dua laki-laki itu, berkata
bahwa mereka tak tahu malu bicara cabul
maka di sana Jin-touw juga menyerang
suaminya dengan dahsyat tapi Kwi-bun
menangkis dan masing-masing sama terpental.
Kwi-bun juga marah dan membalas serta
ditangkis lawannya. Dan ketika mereka
1059 bertanding hebat sementara Kwi-bo terkekeh-
kekeh di batu hitam, dua temannya itu diadu
dan gampang dibodohi maka Coa-ong
mendecak kagum dan menggeser duduknya
mendekati si cantik.
"Ck-ck...!" Raja Ular ini tertawa, matanya
berseri-seri. "Kau hebat, Kwi-bo. See-tok dan
Jin-touw sungguh dua manusia tolol. Heh-heh,
dengan tubuhmu mereka sudah dapat kau tipu.
Ck-ck...!" kakek ini menggerakkan tangan,
mulut bicara kagum tapi jari-jemari sudah
mengusap paha Kwi-bo. Dan ketika Kwi-bo
tertawa tapi melotot melihat tangan kakek itu,
yang kurang ajar naik semakin ke atas maka
wanita ini membentak sambil menepiskan
tangan kakek itu.
"Coa-ong, jangan kurang ajar. Kau tadi tak
mau mbantu aku!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Heh-heh, tadi adalah tadi, Kwi-bo. Sekarang
adalah sekarang. Ahh, pahamu benar-benar
gempal mulus!" berkata begini kakek itu lagi-
lagi maju mendekat, mengusap dan mencolek
paha si cantik dan Kwi-bo jengkel menampar
lawan. Tapi ketika si kakek nekat dan malah
mendekat, iapun tak kuat menyaksikan ini
maka Kwi-bo melompat bangun dan...
menendang kakek itu.
"Kau sama saja dengan mereka. Pergilah!"
Tongkat menangkis. Tendangan bertemu
tongkat dan Kwi-bo melengking. Alih-alih
menghindari Kwi-bun sekarang dia diganggu
Coa-ong, tentu saja Kwi-bo marah! Dan ketika
ia membentak dan menerjang kakek itu, Coa-
ong tertawa mendadak mereka sudah
bertempur dan Coa-ong turun liurnya
menghadapi wanita cantik ini. Jin-touw
terbelalak dan See-tok juga kaget. Tapi karena
1061 kejadian begini bukanlah hal aneh dan Jin-touw
terkekeh-kekeh maka ?blis ini berseru agar
Kwi-bo membunuh saja si Raja Ular itu, gemas
karena Raja Ular ini enak saja menggerayangi
Kwi-bo, tadi dia melihatnya.
"Bagus, bunuh tua bangka itu, Kwi-bo. Tusuk
matanya. Betot lidahnya dan tarik telinganya
agar tidak kurang ajar lagi!"
"Heh-heh," Coa-ong tertawa berkelebatan
mengelak dan menangkis, mengejek lawannya.
"Aku bukan barang mati yang dapat
diperlakukan sesuka hati, Jin-touw. Kalau kau
dapat merobohkan Kwi-bun biarlah kentutmu
kucium. Kalau tidak kaulah yang harus
mencium kentutku daripada bicara seenak
udelmu. Tak usah cemburu!"
"Weh, kau memegang-megang Kwi-bo. Dia
milikku!"
1062 "Ha-ha, Kwi-bo milik semua orang, Jin-touw.
Jangan tolol. Ayo robohkan musuhmu dan aku
akan membawa si cantik yang menggairahkan
ini. Aiihh, aku juga sudah tak kuat!"
Jin-touw melotot. Coa-ong dengan penuh nafsu
dan gemas membalas pukulan Kwi-bo,
mengelak dan menyelinap dan tahu-tahu
sudah di bawah ketiak Kwi-bo. Dan ketika
dengan rasa gemas kakek ini meremas dada
Kwi-bo, yang menjerit dan menendang si
kakek maka Jin-touw nyaris mendapat tusukan
karena Kwi-bun berkelebat dan mendapat
kesempatan.
"Plak!"
Jin-touw memaki-maki. Dia melempar tubuh
dan marah kepada lawannya ini dikejar dan
See-tok di sana juga menggeram melihat Coa-
ong meremas buah dada Kwi-bo. Si cantik itu
1063 miliknya! Tapi ketika ia memaki dan Tong-si


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengejarnya, berkelebat dengan tujuh tusukan
maut maka apa boleh buat ia tak dapat
menyerang Coa-ong dan mengelak sambaran
tusuk konde, membalas dan bertanding lagi
dan tiga pertempuran pecah di sini. Coa-ong
tertawa-tawa menggerayang si cantik.
Keberhasilannya tadi membuatnya senang!
Tapi ketika Kwi-bo terkekeh nyaring dan
meliak-liukkan tubuh mengeluarkan Thian-mo-
bu, kakek ular ini tertegun dan membelalakkan
mata lebar-lebar maka Kwi-bo kini justeru
memberikan tubuhnya untuk dipegang-pegang
lagi. Boleh diremas atau diusap!
"Hi-hik, kau nakal, Coa-ong. Kau membuatku
geli. Baik, boleh pegang dan usap sesukamu,
tapi jangan main cubit. Aih, aku akan menari-
nari di depanmu!"
1064 Si cantik melenggang-lenggok. Coa-ong
melotot ketika dengan amat lemah-gemulainya
lawannya ini meliak-liukkan tubuh. Bagian-
bagian yang menonjol diperlihatkan jelas dan
tentu saja kakek itu tak tahan. Dan ketika Kwi-
bo mendoyongkan tubuh dan menciumnya,
pinggul atau pantat wanita itu begitu dekat
dengan pinggulnya sendiri maka Coa-ong lupa
diri dan langsung menubruk.
"Heh-heh, kau menggairahkan, Kwi-bo.
Tubuhmu sungguh hebat sekali. Aduh, jakunku
naik turun... ngok!" si kakek mendahului,
mencium dan memeluk dan saat itu juga
tangannya sudah sibuk meremas dan
mengusap. Ia tak sadar bahwa inilah
pancingan Thian-mo-bu yang memabokkan.
Lawan mempergunakan tubuhnya untuk
menarik dan melupakan segalanya, termasuk
diri sendiri. Dan ketika kakek itu terperangkap
1065 dan Kwi-bo terkekeh, tawanya berobah dari
merdu menjadi beringas sekonyong-konyong
rambutnya menjeletar dan leher kakek itu
sudah digubat.
"Bagus, terima kasih, Coa-ong, Tapi sekarang
mampuslah... tar!"
Coa-ong terkejut. Mencium dan memeluk
wanita ini mendadak ia kehilangan kontrol diri.
Tubuh Kwi-bo benar-benar melupakan
segalanya dan meledaklah rambut, melilit
lehernya. Dan ketika ia tersentak karena Kwi-
bo menjirat dan menarik, napasnya terhenti
maka kakek itu terbeliak melihat kelima jari
tangan Kwi-bo menuju ubun-ubunnya.
"Celaka.... ngek-hekk!" kakek itu meronta,
tongkat bergerak dan tiba-tiba menyambar
dada Kwi-bo pula. Dalam saat-saat yang
berbahaya itu kakek ini sadar dan nafsupun
1066 seketika padam. Ia berteriak keras. Dan ketika
Kwi-bo terkejut karena dadanya ditusuk
tongkat, kakek itu akan mampus namun ia
sendiri juga tentu tewas, Kwi-bo mengumpat
dan apa boleh buat melepeskan rambutnya
maka cengkeramnya berobah ke bawah dan
kepala yang hendak disambar sudah berganti
dengan tongkat yang ditangkis.
"Plak-plak!"
Dua orang itu terpental. Coa-ong selamat dan
melempar tubuh sambil batuk-batuk
sementara Kwi-bo terhuyung dan memaki
kakek itu dengan umpatan kotor. Coa-ong
batuk-batuk karena lehernya terasa sakit dan
gatal dililit rambut, kini sudah bebas namun ia
terbatuk-batuk. Dan ketika kakek itu
bergulingan meloncat, bangun dan di sana
See-tok maupun Jin-touw terbahak-bahak,
mereka melihat kejadian itu maka Raja Ular ini
1067 menggeram dan nafsu berahinya padam
terganti nafsu amarah. Mata berkilat-kilat.
"Bagus, kau tak dapat disayang, Kwi-bo.
Sekarang aku membunuhmu. Keparat, aku
akan membunuhmu!"
Kwi-bo terkekeh. Ia senang lawannya ini sudah
dibuat kalang-kabut, tentu saja tak takut
ancaman itu karena sesungguhnya ia maupun
Coa-ong adalah sama-sama setingkat. Tadipun
ia sudah ragu berhasil membunuh lawan,
karena Coa-ong tentu juga sadar dan akan
membalas dengan serangan berbahaya,
mengajak mati bareng. Dan ketika ia tertawa
dan mengelak serangan tongkat, Coa-ong
mendengus dan menyerang lagi maka dua
orang ini bertanding seru sementara See-tok
maupun Jin-touw juga menghadapi lawan
masing-masing. Mereka berkelebatan namun
tangkis-menangkis di antara mereka membuat
1068 masing-masing terpental. Kepandaian mereka
memang berimbang dan tak ada yang lebih
atau kurang, masing-masing bisa dibilang
sama. Dan ketika semua menjadi gemas
karena belum juga mampu merobohkan lawan.
Coa-ong juga tak lagi terpengaruh oleh tubuh
indah Kwi-bo, yang meliuk dan menari-nari
dengan Tarian Hantu Langitnya maka
berkelebat sesosok bayangan dan sebatang
galah panjang tahu-tahu nyelonong.
"Berhenti, apa-apaan ini!"
See-tok dan Tong-si terkejut. Merekalah yang
lebih dulu disambar atau disontek galah
panjang itu, yang memecah dan memisah
mereka yang sedang bertanding. Dan ketika
galah membentur tengkorak maupun tusuk
konde, berketrak dan masing-masing terpental
maka sosok tinggi kurus sudah ada di situ.
1069 "Jin-mo (Hantu Bambu)...!"
"Benar, orang ini berkata. "Aku, See-tok. Dan
jangan bertempur lagi karena ada berita
penting. Yang lain-lain juga berhenti!" dan Jin-
mo yang berkelebat dan masuk ke arena yang
lain, membenturkan galahnya dan memisah
Coa-ong maupun Kwi-bun akhirnya membuat
semua terhuyung dan iblis tinggi kurus ini
berseru, suaranya kecil nyaring, "Stop,
berhenti. Ada kabar buruk. Kalian jangan
bertempur dan berhenti... trak-trak!" galah di
tangan si iblis itu membentur teman-temannya,
terpental tapi yang lain-lain sudah berhenti dan
terhuyung melotot lebar. Rekan mereka ini
muncul dengan suaranya yang penuh cemas,
dua tiga kali menoleh ke belakang. Dan ketika
Kwi-bun mengumpat namun Jin-mo
menggoyang-goyang galahnya, menyuruh
teman-temannya sabar maka iblis ini berkata
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
bahwa ratusan orang kang-ouw mencari
mereka.
"Sabar, jangan marah-marah dulu. Kita semua
harus bersatu karena kita semua menghadapi
bahaya. Ratusan orang mencari kita. Mereka
mengejar-ngejar aku!"
"Apa? Kau dikejar-kejar musuh? Soal apa?"
"Soal Bu-tek-cin-keng, Kwi-bo. Mereka
mengejar-ngejar aku dan mereka ada di
belakang!"
"Hi-hik, itu urusanmu. Kalau begitu tak perlu
kau ke sini karena tentu kau mau minta
tolong!"
"Ha-ha, benar!" See-tok tiba-tiba juga tertawa.
"Kau terbirit-birit dikejar orang kang-ouw, Jin-
1071 mo. Itu urusanmu dan jangan melibatkan kami.
Hadapi saja dan hancurkan mereka!"
"Hm, jangan berolok-olok. Mereka bukan
hanya mencari aku, See-tok. Mereka mencari
kita semua. Tujuh Siluman Langit dianggap
telah merampas Bu-tek-cin-keng. Nah, itu
mereka dan lihat!"
Kwi-bo terkejut. Ia menoleh dan teman-
temannya juga terbelalak karena dar? luar
daerah berkapur itu mendadak muncul ratusan
orang yang berteriak-teriak. Mereka itu tadinya
mengejar Jin-mo dan begitu melihat langsung
saja mereka mengacungkan tinju, juga senjata
atau apa saja yang dapat dipakai untuk
mengancam iblis tinggi kurus itu. Dan. ketika
Kwi-bo dan yang lain-lain terkejut, sorakan
atau teriakan mereka seperti harimau
kelaparan maka Jin-mo berkata, mendesis,
1072 "Nah lihat. Apakah itu bukan bahaya!"
Enam Hantu Langit yang lain tertegun. Mereka
itu berubah dan ratusan orang kang-ouw yang
berteriak-teriak itu sudah semakin dekat.
Jumlahnya tak kurang dari limaratus orang.
Bukan main! Namun ketika Jin-touw sadar dan
terkekeh, aneh sekali, maka lelaki itu berseru
bahwa itu urusan Jin-mo. Bukan dia dan
kawan-kawannya.
"Ha-ha, tak perlu takut. Mereka mencarimu,
Jin-mo, bukan mencari kita. Hadapilah dan
jangan membawa-bawa kami!"
"Benar," Coa-ong tiba-tiba tertawa, juga
berseru. "Mereka itu mencarimu, Jin-mo,
bukan kita. Hadapilah dan jangan membawa-
bawa kami!"
1073 "Eh!" sang iblis terkejut. "Kau tak ingat
keutuhan Tujuh Siluman Langit? Kalian
membiarkan aku sendirian?"
"Ha-ha, yang dicari adalah kau, Jin-mo, bukan
kami. Kami tak mau ikut campur dan rasanya
terlalu ngeri kalau harus menghadapi ratusan
orang begitu. Aih, aku masih tak ingin
mampus!"
"Benar," Coa-ong tiba-tiba terkekeh, lagi-lagi
berseru. Aku juga tak ingin mampus, Jin-mo.
Kalau kau dikejar-kejar mereka biarlah aku
menonton... wut!" Raja Ular ini melayang ke
atas batu karang, nongkrong dan terkekeh-
kekeh di situ dan yang lain-lain tiba-tiba juga
mengikuti dan tertawa-tawa. Tujuh Siluman
Langit ini sungguh manusia-manusia kejam
yang tidak menghiraukan teman sendiri.
Mereka malah ingin melihat bagaimana Jin-mo
dibantai ratusan orang itu, yang tentu saja tak
1074 mungkin dihadapi Jin-mo meskipun
kepandaiannya selangit. Dan ketika iblis ini
terbelalak dan merah mukanya karena ia
seperti seekor domba korban yang siap
dipersembahkan oleh teman-temannya, orang-
orang kang-ouw itu sudah dekat dan berteriak-
teriak mencaci-maki maka Jin-mo tiba-tiba
tertawa nyaring dan aneh serta luar biasa
mendadak ia berjungkir-balik dan melayang ke
atas batu karang tak jauh dari Coa-ong,
mencabut sesuatu.
"Heii, kerbau-kerbau busuk. Kalian benar-
benar tak mau melepaskan aku dan seperti
singa-singa lapar saja. Lihat, inilah Bu-tek-cin-
keng yang kalian cari-cari, kerbau-kerbau
dungu. Tapi karena aku tak ingin memilikinya
lagi dan biar kuserahkan Coa-ong maka
tangkap dan kejarlah Raja Ular itu... wutt!"
buku hitam yang ada di tangan Jin-mo tiba-
1075 tiba dilempar, tepat melayang ke hidung Coa-
ong dan kaget serta terhenyaklah kakek ini
oleh ulah rekannya. Ia tak menyangka bahwa
Jin-mo tiba-tiba melempar sebuah kitab.
Namun ketika ia menangkap dan membuka
isinya melihat bahwa itu kitab hitam yang tidak
ada apa-apanya, kosong alias bukan Bu-tek-
cin-keng maka ia melempar dan
memberikannya kepada Jin-touw, tahu bahwa
Jin-mo hendak melampiaskan marah kepada
dirinya.
"Ha-ha, aku takut memegang Bu-tek-cin-keng,
cuwi enghiong (orang-orang gagah sekalian).
Biarlah kuberikan kepada Jin-touw dan
silahkan kalian memintanya dari sana!"
Jin-touw menangkap. Ia juga terkejut dan
terbelalak ketika tadi tiba-tiba Jin-mo
mengeluarkan sebuah kitab, ingin bergerak


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tapi kitab sudah dilemparkan kepada Coa-ong.
1076 Dan ketika ia beringas dan iri bahwa Coa-ong
mendapat Bu-tek-cin-keng, tak tahu bahwa
Jin-mo melepaskan kesalnya maka begitu Coa-
ong melempar begitu pula ia menangkap. Tapi
belum ia memeriksa isinya tahu-tahu ratusan
orang kang-ouw itu sudah menyerbu dan
menerjangnya.
"Cian-jiu-jin-touw, serahkan Bu-tek-cin-keng
kepada kami!"
Iblis itu bergerak. Hujan senjata sudah
menyambarnya dari segala penjuru dan ia
marah karena tahu-tahu sudah diserang. Dan
ketika ia mengelak dan menangkis hujan
serangan itu, tak sempat membuka kitab
karena sudah diserbu orang-orang kang-ouw
maka Jin-mo terkekeh-kekeh dan Coa-ong juga
ngakak sambil menonton dari atas batu karang.
1077 "Hei, bantu aku. Kitab ada di tanganku, Kwi-bo.
Ayo bantu dan nanti kita bagi dua!"
"Ha-ha, tak usah khawatir!" See-tok berkelebat
dan mendahului, "Biar kubantu kau, Jin-touw.
Tapi pinjamkan dulu kitab itu barang sebentar...
des-prakk!" dua orang roboh menjerit, ditimpa
bandul tengkorak namun saat itu juga See-tok
menyambar temannya, merebut atau
merampas kitab yang dikempit Jin-touw. Dan
ketika Jin-touw terpekik karena tak menyangka,
kitab berpindah tangan maka raksasa itu
tergelak-gelak membawa kitab, tak perduli
keroyokan ratusan orang yang kini otomatis
pindah kepadanya.
"Ha-ha, hancurkan mereka, Jin-touw. Nanti
kita bagi adil!"
"Adil hidungmu!" sang iblis membentak dan
menghalau penyerang-penyerang See-tok,
1078 ingin merampas kembali kitab. "Jangan main-
main, See-tok. Serahkan kembali kitab dan
biar aku yang membawa!"
"Ha-ha, sama saja. Aku juga ingin
memegangnya sebentar dan nanti kuberikan....
eihh!" See-tok terkejut, baru saja menangkis
orang-orang kang-ouw mendadak Jin-touw
menampar pundaknya. Dan ketika ia terkejut
namun kitab terlempar ke atas, disambar dan
ditangkap kembali oleh temannya ini maka Jin-
touw terbahak-bahak sementara raksasa itu
mendelik.
"Heii, berikan kepadaku, Jin-touw. Nanti
giliranmu!"
"Ha-ha, biar kitab ini berada di tanganku, sama
saja. Kau bantu dulu aku mengusir orang-
orang ini dan nanti kita baca bersama!"
1079 "Baik, boleh juga!" dan See-tok yang tertawa
memutar senjatanya tiba-tiba membuat roboh
delapan orang di depan, menerjang dan
melindungi Jin-touw tapi begitu Jin-touw
menghalau serangan-serangan yang lain
mendadak tangan kirinya bergerak, menotok
pundak rekannya itu. Dan ketika Jin-touw
terkejut dan kitab melejit, See-tok telah
membalas maka kitab telah disambar dan
berada di tangan si raksasa ini lagi. Jin-touw
mengumpat!
"Ha-ha, sabar, Jin-touw. Jangan marah-marah.
Nanti kuberikan lagi dan usir dulu orang-orang
ini!"
"Usir hidungmu!" Jin-touw membentak. "Kau
licik dan curang, See-tok. Daripada membantu
teman yang tidak dapat dipercaya biar kau
sendiri yang menghadapi.... trang-trangg!" dan
Jin-touw yang membabat tujuh orang di depan,
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
yang menjerit dan bergulingan lalu mendengus
dan berjungkir balik ke sebuah batu karang.
Iblis ini marah dan karena itu membiarkan
See-tok menghadapi bahaya, sendirian. Dan
ketika raksasa itu terkejut karena lawan tiba-
tiba menghambur, Jin-touw tak membantu
maka dia berteriak dan menangkis hujan
serangan musuh, mampu merobohkan yang di
depan tapi tak mampu menghadapi yang
belakang. Raksasa ini sibuk dan memaki-maki
Jin-touw. Dan ketika apa boleh buat ia harus
mundur dan lari menyelamatkan diri, memutar
tubuh tapi tetap mengempit kitab maka Coa-
ong terkekeh-kekeh sementara Jin-mo dan Jin-
touw tertawa bergelak. Jin-mo lucu melihat
See-tok membawa kitab palsu sementara Jin-
touw karena temannya itu lari terbirit-birit.
"Ha-ha, siapa mau membantu. See-tok butuh
teman, Jin-touw. Apakah kau tidak mau
1081 membantunya dan membiarkan kitab dirampas
musuh!"
"Ha-ha, aku ingin melihat See-tok terkencing-
kencing. Ia tadi mencurangiku dan biar
sekarang tahu rasa. Nanti saja aku turun
tangan kalau dia sudah mampus!"
"Benar," Coa-ong terkekeh-kekeh." Aku juga
ingin melihat See-tok mampus, Jin-touw. Biar
ia tahu rasa dan digebukin sampai mati!"
"Tapi aku tak akan membiarkannya," Tong-si
tiba-tiba berkelebat, menolong See-tok. Kalian
orang-orang tak tahu persahabatan, Jin-mo.
Melihat kawan kesulitan kalian malah senang.
Cih, tak tahu solidaritas!" dan masuk serta
menyerang orang-orang itu, menggerakkan
tusuk kondenya tiba-tiba Tong-si telah
melengking dan membantu See-tok. Tadinya
raksasa itu merah gelap karena kebingungan di
1082 samping marah. Ia bingung karena harus
menghadapi sekian ratus orang dan marah
karena tak ada teman-temannya membantu.
Padahal ia sendiri juga akan bersikap begitu
kalau seorang temannya mendapat kesulitan.
Maka begitu Tong-si masuk dan pasangan Kwi-
bun ini membantunya, See-tok tertawa
bergelak maka Tong-si sudah crang-cring-
crang-cring membabat senjata orang-orang
kang-ouw itu tapi tiba-tiba seperti Jin-touw
tangan kirinya bergerak dan kitab di ketiak
See-tok dirampas!
"Kita sesama teman, tak usah khawatir.
Biarkan mereka menonton tapi aku pasti
membantumu... bret" kitab berpindah tangan,
kini dikempit Tong-si dan wanita itu terkekeh
melihat See-tok berseru tertahan. Tong-si
berkata biarlah kitab itu dibawanya, lebih aman.
Dan ketika See-tok mendelik karena tertipu,
1083 Tong-si merampas kitabnya maka Kwi-bun
berkelebat dan buru-buru melindungi isterinya
ini, dari serangan See-tok.
"Benar, kita harus bantu-membantu, See-tok.
Mari bunuh tikus-tikus busuk ini dan nanti
kitab kita bagi rata!"
See-tok berteriak. Tong-si mengatakan
membantu namun kitab dirampasnya, tentu
saja ia marah. Namun ketika ia akan
menghantam wanita itu dan Kwi-bun tahu-tahu
telah berjaga, melindungi maka raksasa ini
melotot dan ia membentak agar kitab
dikembalikan lagi kepadanya.
"Keparat, bantu-membantu memang bagus,
Kwi-bun. Tapi isterimu merampas kitabku.
Kembalikan, atau nanti kuhajar!"
1084 "Heh-heh, nanti kita bicarakan lagi. Yang
penting tikus-tikus busuk ini kita bunuh dulu,
See-tok. Singkirkan mereka dan lihat mereka
seperti kesetanan.... trik-trik!" kuku jari Kwi-
bun menampar dan menghalau penyerang tahu
bahwa See-tok marah dan ia ingin
mendinginkan dulu kemarahan temannya itu.
Tapi ketika See-tok melompat dan menerkam
isterinya, ia terkejut dan menangkis maka
tentu saja ia membentak.
"See-tok, jangan gila!"
Dua orang itu berbenturan. See-tok terhuyung
sementara Kwi-bun juga terdorong selangkah.
Masing-masing melotot tapi Tong-si tiba-tiba
berseru keras dan terkekeh berjungkir balik,
menangkis dan membuat lawan-lawannya
mundur lalu melesat ke batu karang hitam, tak
mau bertanding lagi. Dan ketika ia jelas akan
melarikan diri dan membawa kitab, ratusan
1085 orang kang-ouw itu memang terlalu berat
dilawan maka iblis Perunggu ini siap meloncat
turun dan berkelebat memasuki guha
persembunyiannya ketika tiba-tiba Kwi-bo
terkekeh dan menghadang, rambut menjeletar.
"Hi-hik, mau ke mana, Tong-si? Mau melarikan
kitab? Hi-hik, serahkan dulu kepadaku. Nanti
kubunuh orang-orang itu!"
Tong-si terkejut. Ia memang akan pergi dan
menyembunyikan diri setelah tadi membuat
lawan-lawannya mundur. Kalau See-tok
bergerak dan ikut-ikut menyerang maka
celakalah dia. Sebelum berlanjut lebih baik dia
lari, bersembunyi. Tapi begitu Kwi-bo
menghadang dan saingan yang amat dibenci
ini menjeletarkan rambut sudah di depannya
maka Tong-si membentak dan kontan
menyerang.
1086 "Kwi-bo, mundur. Kitab ini milikku!"
"Hi-hik," Kwi-bo mengelak, kaki kanannya
menendang. "Boleh saja kau memiliki kitab,
Tong-si, tapi kalau aku sudah mampus.
Serahkan, atau nanti kau kubunuh.... des-
plak!" Tong-si menggerakkan kakinya pula dan
tendangan bertemu lututnya, melengking dan
Kwi-bun di sana terkejut melihat isterinya
dihadang. Dan ketika Kwi-bo sudah
berkelebatan dan isterinya tak jadi pergi,
orang-orang kang-ouw berteriak dan menyerbu
lagi maka See-tok tertawa bergelak dan
berkelebat untuk menyerang isterinya juga.
"Bagus, Tong-si memang licik, Kwi-bo. Bunuh
dia dan rampas kitab itu!"
Tong-si marah. See-tok menyerangnya namun
untung sang suami mengejar, membentak dan
menyerang raksasa ini dan jadilah mereka
1087 bertanding seru. Tapi ketika orang-orang kang-
ouw juga menyerbu dan mereka menyerang
Tong-si, yang membawa kitab maka iblis
Perunggu ini kelabakan dan pucat mukanya.
"Kwi-bun, bantu aku. Usir kecoa-kecoa busuk
ini!"
"Tentu, tapi See-tok ganti akan menyerangmu,
Tong-si. Bagaimana ini?" si suami menjawab.
"Kau tak dapat merobohkan raksasa itu?"
"Ha-ha," See-tok tertawa, bergelak. "Kau
maupun suamimu tak dapat mengalahkan aku,
Tong-si, kecuali mengeroyok. Hayo, serahkan
kitab atau nanti kau keburu mampus diserang
tikus-tikus busuk itu!"
Tong-si marah. Ia diserang Kwi-bo tapi juga
menghadapi keroyokan orang-orang kang-ouw,
1088 tentu saja terdesak. Dan ketika di sana See-
tok juga sewaktu-waktu siap mengancam dan
suaminya mati-matian menghalangi raksasa itu,
keadaan sungguh berbahaya mendadak wanita
ini meleng king dan kitab dilemparkan kepada
Kwi-bo.
"Baik, kau tak tahu persahabatan, Kwi-bo.
Terimalah, aku bosan dengan tingkahmu!"
Kwi-bo terkejut. Ia tak menyangka tapi segera
tertawa begitu kitab dilempar. Ia masih tak
tahu bahwa kitab tak ada apa-apanya. Jin-mo
mengecoh semua orang. Dan ketika ia
menangkap dan orang-orang kang-ouw
otomatis membalik ke arahnya, menyerang,
maka Kwi-do meledakkan rambutnya dan
berkelebat pergi, berjungkir balik.
"Terima kasih. Kau baik hati, Tong-si. Nanti
kukembalikan kitab ini setelah selesai kubaca!"


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1089 "Ha-ha, nanti dulu!" Jin-touw sekarang
berkelebat dan turun dari batu karang, masih
tak tahu dipermainkan Jin-mo, tergerak. "Kau
dan aku selamanya tak pernah berpisah, Kwi-
bo. Biar kulindungi kau dari bahaya dan jangan
tinggalkan aku!"
Kwi-bo terkejut. Ia baru saja akan
meninggalkan orang-orang kang-ouw itu ketika
tiba-tiba saja Jin-touw berkelebat dan sudah di
dekatnya, bergerak dan mau merampas kitab
namun dengan cepat ia sudah memindahkan
kitab ke dalam be-ha. Inilah daerah aman bagi
wanita dan Jin-touw terkejut, melotot. Kwi-bo
sudah berpakaian lagi ketika orang-orang
kang-ouw itu datang. Tapi ketika iblis ini
tertawa dan dapat membuang kecewanya, Kwi-
bo mendengus dan meneruskan larinya maka
wanita ini berkata bahwa Jin-touw boleh
melindungi tapi tak boleh dulu merampas kitab.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Hi-hik, tak usah menipu. Kau boleh
melindungi aku, Jin-touw, tapi jangan akal-
akalan. Kalau ingin kitab boleh bantu aku dulu
dan nanti kita sama-sama membaca!"
"Siluman cerdik," Jin-touw terkekeh. "Kau
terlalu bercuriga, Kwi-bo. Siapa mau
merampas kitab karena tadi aku hanya ingin
membantumu membetulkan letak kitab itu.
Tadi hampir jatuh!"
"Hi-hik, betul, dan kitab hampir jatuh di
tanganmu. Sudahlah, kau lindungi aku dan
singkirkan orang-orang ini!"
Jin-touw mengangguk. Sebagai sesama iblis
tentu saja ia tahu akal bulus teman-temannya
sebagaimana pula Kwi-bo tahu akal bulusnya.
Tapi karena orang-orang kang-ouw itu harus
diusir dan tak boleh mereka mengejar Kwi-bo,
biarlah temannya itu lolos sementara nanti
1091 diadakan "perhitungan" sendiri maka laki-laki
ini mengayunkan kapaknya dan sekali sambar
tiga orang lawan robek perutnya.
"Minggir kalian... crott!"
Jin-touw terkekeh-kekeh. Lawan roboh di
depannya tapi ia menendang tiga laki-laki itu,
berkelebat dan memburu menyusul Kwi-bo tapi
ternyata Kwi-bun, suami Tong-si tak
membiarkan Kwi-bo lari begitu saja. Juga See-
tok, yang marah melihat Kwi-bo lebih
memperhatikan Jin-touw daripada dirinya,
padahal mereka sama-sama lelaki yang pernah
menjadi kekasih wanita ini. Dan ketika See-tok
menggeram dan mencegat larinya Kwi-bo,
sama seperti Kwi-bun yang juga mencegat
Kwi-bo maka iblis cantik itu tertegun dan
membelalakkan mata.
1092 "Kau tak boleh ke mana-mana. Serahkan kitab
atau kau mampus!"
"Heii, kita teman!" Kwi-bo berseru, coba
membujuk. "Nanti dapat dibagi-bagi, Kwi-bun.
Minggir dan jangan menghalangi jalan!"
"Tidak!" iblis itu menusukkan kesepuluh kuku-
kuku jarinya yang tajam. "Kau mengganggu
dan menyusahkan isteriku, Kwi-bo. Serahkan
kitab kalau ingin pergi... plak-bret!" kuku
bertemu ledakan rambut, Kwi-bo berhenti dan
terpaksa melayani lawannya ini dan See-tok di
sebelah kanannya menubruk. Tangannya
dengan kasar merogoh buah dada Kwi-bo,
langsung masuk dan membetot dan Kwi-bo
menjerit akan ini. See-tok sungguh raksasa
kasar! Tapi ketika raksasa itu berdetak
meremas buah lembut yang amat kenyal, ia
tertegun dan menyeringai maka kesempatan
itu dipergunanakan Kwi-bo untuk merendahkan
1093 tubuhnya dan sekali kakinya bergerak maka ia
menendang selangkangan raksasa itu. Kasar
dengan kasar!
"Dess!"
See-tok terhuyung dan cepat miringkan tubuh
hingga paha luarnya yang kena. Ia selamat
tapi Kwi-bo sudah memaki-maki dan lepas.
Dan ketika raksasa itu melotot dan tertawa,
bukan kitab yang ?ipegang melainkan lainnya
maka Kwi-bo sudah berkelebatan dan
menyerang Kwi-bun yang tak mau sudah
melepasnya. Iblis muka pucat ini juga coba-
coba menggerayangi dada lawannya itu tapi
Kwi-bo mengelak dan naik turun menyambar-
nyambar. Ia iri dan mengilar oleh perbuatan
See-tok tadi, yang meskipun tidak berhasil
namun sudah meremas-remas barang pribadi
si cantik ini. Dan karena pada dasarnya ia juga
bejat dan Kwi-bun tertawa menahan nafsu,
1094 matanya liar memandang bagian tempat itu
disimpan maka orang-orang kang-ouw datang
lagi dan Kwi-bo melengking-lengking
menjeletarkan rambutnya, heran dan curiga
karena Coa-ong maupun Jin-mo tak bergerak-
gerak di sana. Mereka itu menonton sampai
terpingkal-pingkal dan membiarkan siapapun
membawa kitab, seolah tak perduli atau acuh
terhadap Bu-tek-cin-keng, padahal dulu selalu
dikejar-kejar! Dan ketika Kwi-bo terbelalak
karena ini dinilainya mencurigakan, ia marah
dan mencabut kitabnya maka dengan cepat
namun secara sekilas ia membaca dan....
begitu dikibaskan mendadak ia hanya melihat
kertas-kertas kosong belaka.
"Hi-hiik....!" tawa Kwi-bo pecah berderai,
langsung sadar. "Begini kiranya manusia-
manusia busuk. Pantas saja. Eh, biar kitab ini
kulempar dan siapa cepat dialah yang dapat!"
1095 Kwi-bun terkejut. Kwi-bo sudah melempar
kitabnya tinggi-tinggi dan tentu saja semua
orang berteriak. Kitab berharga itu dibuang.
Dan ketika Kwi-bo berjungkir balik melepaskan
diri, keluar dari kepungan sementara kitab
jatuh di tengah-tengah kerumunan itu maka
Kwi-bun berkelebat cepat dan dialah orang
yang pertama kali mendapatkan.
"Minggir, atau kalian mampus....rrt!" kitab
berada di tangan laki-laki ini, menendang dan
merobohkan yang ada di tengah dan saat itu
isterinya datang. Tong-si berteriak agar kitab
diserahkan lagi kepadanya, See-tok dan Jin-
touw terbelalak karena sekarang Kwi-bo
sudah'terkekeh-kekeh dan duduk di batu
karang hitam, tak jauh dari Coa-ong dan juga
Jin-mo, yang masih tergelak dan geli oleh adu
lomba itu. Dan ketika Kwi-bun melemparkan
kitab kepada isterinya dan orang-orang kang-
1096 ouw otomatis berbalik ke belakang, mereka tak
perduli kepada teman-teman yang tewas maka
Tong-si menangkap kitab ini dan dengan gesit
dan tangkas ia melayang turun dan langsung
melarikan diri memasuki guha.
"Hei, kejar... tangkap!"
Semua memburu. See-tok yang melengak dan
terkejut sejenak tiba-tiba juga memburu, lain
dengan Jin-touw yang terbelalak dan masih
terheran-heran oleh sikap Kwi-bo. Si cantik itu
terkekeh-kekeh dan sama sekali tak tertarik
untuk rebutan lagi, padahal tadi begitu getol
dan amat bernafsu. Dan karena iblis yang ini
memang lebih cerdik daripada See-tok dan
dapat mencium gelagat mencurigakan, ia ikut-
ikutan naik dan melayang di batu karang maka
iapun nongkrong dan membiarkan Tong-si
dikejar-kejar.
1097 "Ha-ha, bodoh dan tolol," iblis bermata coklat
ini memancing. "Siapa tak tahu dibodohi Coa-
ong? Weh, rupanya kitab itu tak ada apa-
apanya, Kwi-bo. Dan betul kalau kita
menonton saja di sini. Bu-tek-cin-keng itu
palsu!"
"Benar," Kwi-bo terjebak, tak tahu pancingan
temannya ini. "Kitab itu kosong belaka, Jin-
touw. Itulah sebabnya kulempar dan biar
sekarang Tong-si atau suaminya dikejar-kejar
orang kang-ouw!"
"Ha-ha, ini kelicikan Coa-ong. Atau mungkin
Jin-mo!"
"Siapa bilang aku?" Coa-ong terkekeh. "Inilah
akalnya Jin-mo, Cian-jiu. Kalau tadi tak kulihat
kitab itu tentu aku juga terkecoh seperti kalian.
Heh-heh, Bu-tek-cin-keng itu hanya kitab
kosong yang tak ada isinya!"
1098 "Jin-mo? Pantas! Bambu kurus ini kiranya
biang keladi!"
"Hm, ini karena kalian juga," Jin-mo mengejek,
membalas omongan Kwi-bo. "Kalau tadi kalian
memperhatikan aku tentu aku tak
mempermainkan kalian, Kwi-bo. Tapi karena
kalian jahat dan tak tahu setia kawan maka
aku mengecoh kitab palsu!"
"Ha-ha," Cian-jiu-jin-touw terbahak-bahak.
"Kau cerdik, Jin-mo, tapi juga menggemaskan.
Eh, kita sekarang tahu bahwa Bu-tek-cin-keng
benar-benar tidak berada di tangan seorang di
antara kita. Kita masing-masing bersih. Ha-ha,
biar kulihat bagaimana Tong-si dan suaminya
itu nanti melempar Bu-tek-cin-keng!"
Kwi-bo terkekeh-kekeh. Ia juga mengutuk tapi
geli akan perbuatan si setan Bambu ini. Gara-
gara pekerjaannya maka kawan-kawannya
1099 terkecoh, termasuk dirinya sendiri. Dan ketika
ia bersama yang lain menonton di batu karang
itu, menunggu keluarnya Tong-si atau Kwi-bun
maka benar saja Tong-si yang semula
melarikan diri ke guha mendadak muncul
kembali, mukanya merah padam, mengutuk
menyumpah-serapah.
"Keparat jahanam, busuk iblis biang bangkotan.
Eh, tak perlu kau mengejar-ngejar aku lagi,
See-tok. Nih, terima kitab dan biar orang-
orang kang-ouw ganti mengejar-ngejarmu!"
See-tok, yang paling bodoh dan agak lugu
terkesiap. Ia memburu Tong-si sambil
membentak dan memaki-maki, tak mau
kehilangan lawannya itu dan mendahului
orang-orang kang-ouw. Maka ketika lawannya
muncul dan marah-marah, melempar kitab dan
mencaci-maki maka raksasa ini tertegun
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
namun dengan girang ia menangkap kitab,
yang menyambar hidungnya.
"Eh, baik amat kau ini. Terima kasih. Ha-ha,
nanti kita berbagi suka, Tong-si. Tapi... eitt,
bagaimana dengan suamimu ini... dess!" See-
tok bingung dan membalik serta menangkis
serangan Kwi-bun. Laki-laki itu menyerangnya
dan membentak sang isteri kenapa kitab yang
susah payah dimiliki tahu-tahu diberikan orang
lain begitu saja. Kecemburuan tiba-tiba juga
muncul di iblis berwajah pucat ini, aneh!
Namun ketika Tong-si mengerahkan ilmu
mengirimkan suara dari jauh dan berkata
bahwa kitab itu kosong, tak ada apa-apanya
maka Kwi-bun terbelalak dan saat itu See-tok
yang marah membalas menghantamnya.
"Plak!"
1101 Laki-laki ini terpelanting. Selanjutnya See-tok
menggeram dan melabrak lawannya itu dan
Kwi-bun bergulingan menjauh, meloncat
bangun dan terbelalak namun sekali lagi
isterinya berseru bahwa kitab itu kosong.
Bukan Bu-tek-cin-keng. Dan ketika Kwi-bun
berjungkir balik dan membiarkan See-tok
dilabrak orang-orang kang-ouw, yang kini
menujukan perhatiannya kepada raksasa itu
maka See-tok kalang-kabut dan berteriak-


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

teriak minta bantuan.
"He, kau! Bantu aku, Kwi-bo. Tolong aku.
Keparat, orang-orang ini tikus-tikus busuk
yang tak kenal jera... des-dess!" bandul
tengkorak menyambar membabi-buta, panik
dan kacau karena See-tok bingung ketika tiba-
tiba saja ia tak dapat keluar. Labrakannya
sejenak kepada Kwi-bun tadi malah
membuatnya repot sendiri, orang-orang kang-
1102 ouw itu mendapat kesempatan untuk
mengurung dan mencegat jalan lari. Dan
ketika ia harus mengayunkan rantai
tengkoraknya dan duapuluh orang pecah
kepalanya, roboh namun yang di belakang
maju dan menyerang kembali maka raksasa ini
pucat dan baru pertama kali itu ia merasa
takut. Dan hebatnya, enam rekannya tiba-tiba
terkekeh-kekeh, nongkrong di atas batu
karang, termasuk Tong-si dan Kwi-bun yang
baru saja dihantam!
"Ha-ha... hi-hi-hik..! Kerahkan semua
kepandaian dan kekuatanmu, See-tok. Ayo
hajar mereka dan robohkan lagi!"
Raksasa ini menggeram-geram. Ia mengutuk
dan menyumpah-nyumpah karena teman-
temannya sekarang menonton tertawa-tawa.
Tong-si dan Kwi-bun yang kini sadar terpedaya
sudah terpingkal-pingkal di atas. Maklumlah,
1103 See-tok mempertahankan kitab palsu. Dan
ketika raksasa itu harus memutar rantai
tengkoraknya mencari jalan keluar, ia heran
dan gusar kenapa enam temannya terkekeh-
kekeh maka kebodohan otaknya mencair.
"Heii, kenapa kalian tertawa-tawa, Jin-touw.
Apa yang lucu dan di mana lucunya. Aku tak
mau bersahabat dengan kalian lagi kalau tidak
memberi tahu!"
"Ha-ha, aku tertawa karena lucu melihatmu
berjingkrak-jingkrak. Kau kerbau besar yang
tak pernah belajar menari!"
"Hi-hik, aku karena bodohmu itu, See-tok.
Buat apa menyimpan kitab tak berguna. Buang
saja, lempar ke hutan!"
Raksasa ini melotot. Akhirnya ia curiga melirik
kitab di tangannya, kebetulan tertiup angin dan
1104 melebarlah matanya melihat lembaran-
lembaran kertas kosong. Dan ketika ia sadar
dan berseru keras, tertawa bergelak maka
kitab di tangannya itu dilemparkan ke tengah-
tengah pengeroyoknya.
"Ha-ha, dungu dan tolol. Heii! Tak usah
mengejar-ngejar aku lagi, kecoa-kecoa tengik.
Nih, kalian ambil dan boleh rebut!"
See-tok melemparkan kitabnya. Ia tak ragu-
ragu lagi dan barulah sekarang ia mengerti.
Pantas, teman-temannya tak ada yang
berminat karena kitab itu memang kitab
kosong belaka, mirip kitab seorang pelajar atau
mahasiswa. Dan ketika ia tertawa bergelak dan
melempar kitab itu, yang membuat lawan-
lawannya tertegun namun berteriak satu sama
lain, berebut maka kitab tiba-tiba jatuh dan
robek disambar banyak tangan.
1105 "Heii... punyaku!"
"Tidak... punyaku, bret-brett!" dan kitab yang
hancur terbelah beberapa bagian, rusak dan
tak utuh lagi tiba-tiba membuat semua
terbelalak karena kitab itu ternyata hanya buku
tulis biasa saja.
"Tertipu! Kita dibohongi...!"
"Benar, Tujuh Siluman Langit telah menipu kita.
Bunuh mereka!"
See-tok dan lain-lain terkejut. Ratusan orang
kang-ouw itu tiba-tiba bergerak dan mereka
serentak menyerbu, bukan kepada seorang
demi seorang melainkan semuanya. Baik Coa-
ong maupun Kwi-bun dan Jin-touw diserang.
Orang-orang kang-ouw itu kalap. Dan ketika
Coa-ong mencak-mencak karena dihujani
sambaran senjata, begitu juga teman-
1106 temannya yang lain maka orang-orang kang-
ouw itu tak perduli lagi dan tujuh iblis itu
menghadapi keroyokan puluhan orang. Paling
sedikit, masing-masing menghadapi limapuluh
orang!
"Heii...picak! Buta semua! Lihat apa yang
kalian lakukan ini, tikus-tikus busuk. Kenapa
menyeran aku dan membabi-buta begini.
Berhenti, atau nanti kubunuh!"
"Bunuhlah!" orang-orang itu berseru. "Demi
Bu-tek-cin-keng kami siap mempertaruhkan
nyawa, Coa-ong. Mana kitab yang asli dan
kenapa disembunyikan!"
"He, aku tak tahu apa-apa...."
"Bohong! Kau dan teman-temanmu dulu telah
menyerbu Go-bi. Dan kalian telah
merampasnya!"
1107 "Eiitt, siapa bilang? Kami juga tertipu, Bu-tek-
cin-keng tak pernah ada... dess!" kakek itu
menghentikan kata-katanya, tersambar sebuah
senjata dan golok berkait mengenai pundaknya,
untung cepat mengerahkan sinkang dan golok
itu mental. Tapi ketika yang lain-lain maju
kembali dan kakek ini sibuk memutar tongkat
ularnya, orang-orang ini seperti kesurupan saja
maka kakek ini ngeri dan gentar juga biarpun
ia lihai. Dikeroyok demikian banyak orang
dengan masing-masing lawan tak takut mati
membuatnya gentar juga. Orang-orang ini
sudah seperti iblis. Nafsu memiliki Bu-tek-cin-
keng sudah sedemikian besar, tak ingat bahwa
iapun juga begitu. Sama saja! Dan ketika ia
menangkis atau mengelak sana-sini sambil
memaki-maki, otak diputar untuk keluar dari
kepungan itu maka akal jahatnya tiba-tiba
timbul. Kakek ini terkekeh!
1108 "Heii...!" seruan itu kembali dikeluarkannya.
"Dengar aku, tikus-tikus busuk. Bu-tek-cin-
keng tak ada di tanganku melainkan disimpan
Jin-mo. Lihat ketika ia pertama kali datang dan
melempar kitab palsu itu. Yang asli masih
disimpan dan ke sanalah kalian menuntut!"
"Benar, heh-heh...!" Jin-touw tiba-tiba juga
berseru, dialah yang amat cerdas. "Kitab itu di
tangan Jin-mo, kecoa-kecoa busuk. Kami tak
tahu apa-apa karena Bu-tek-cin-keng masih
disimpan Jin-mo. Hayo, kalian ke sana dan
tanya dia!"
Omongan ini termakan. Ratusan orang kang-
ouw itu memang melihat bahwa si setan
Bambu inilah yang mula-mula melempar kitab.
Mereka tak perduli palsu atau tidak. Dan ketika
mereka terbelalak dan marah memandang Jin-
mo, yang saat itu juga dikeroyok dan diserang
puluhan orang maka orang -orang itu
1109 membalik dan serentak menyerang si iblis
tinggi kurus ini. Coe-ong dan Jin-touw bebas!
"Jin-mo, kau iblis busuk. Serahkan Bu-tek-cin-
keng dan jangan main-main terhadap kami!"
"He!" si setan galah tentu saja terkejut, Coa-
ong dan Jin-touw telah mengeluarkan mulut
berbisanya. "Apa-apaan ini manusia-manusia
tolol. Aku tak tahu-menahu tentang kitab dan
Bu-tek-cin-keng itu tak ada padaku!"
"Tapi kau telah melempar kitab palsu. Yang asli
dan beneran tentu ada padamu!"
"Tidak.... aku, aiihhhhh...!" dan Jin-mo yang
berteriak panjang menghadapi ratusan orang
tiba-tiba memekik dan marah bukan main
kepada Coa-ong dan Jin-touw. Dua orang
itulah yang mula-mula mengeluarkan kentut
busuk dan celakanya dia yang menjadi sasaran.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Tahulah Jin-mo bahwa Coa-ong maupun Jin-
touw hendak membalas perbuatannya tadi,
ketika dua rekannya itu diserbu dan dikeroyok
orang-orang kang-ouw. Dan ketika ia
melengking dan sibuk mengelak sana-sini,
hujan senjata menyambar tak pernah henti
maka iblis ini terbacok sebatang pedang dan
kekebalannya tembus dipukul.
"Crat!"
Jin-mo melotot. Orang yang memegang
pedang itu dipandangnya dengan mata merah
dan sekonyong-konyong batang bambunya
yang panjang menyodok ke depan. Dia
terhuyung namun mampu menjaga
keseimbangan diri. Dan ketika ia membentak
dan orang itu masih tak siap menguasai diri,
baru saja membacok ke depan maka bambu di
tangan Jin-mo sudah berkelebat dan dada
orang ini tertusuk tembus seperti sate.
1111 "Mampuslah!"
Teriakan ngeri panjang bergema. Jin-mo telah
membalas dan laki-laki itu roboh, bukannya
meredakan kemarahan si Hantu Bambu ini
melainkan justeru membuatnya semakin
beringas. Jin-mo tak cukup dengan satu nyawa.
Dan ketika ia berkelebatan dan satu demi satu
lawan-lawan yang ada di depan dibuat
terjungkal, pekik dan teriakan susul-menyusul
maka Jin-mo menjadi iblis haus darah yang
melengking-lengking dan batang bambunya
menjadi senjata maut yang tak henti-henti
digerakkan. Ia marah setelah lukanya tadi.
Tapi karena orang-orang kang-ouw itu juga
orang-orang nekat dan mereka tak kalah
marah dengan Jin-mo, berani karena banyak
teman di situ maka kakek ini kewalahan dan
setelah dia membunuh tigapuluh orang
mulailah tenaganya mengendor. Ia sudah
1112 menghabiskan tenaga sebelum bertemu
teman-temannya, ?ikeroyok dan juga seperti
setan haus darah sebelum ia akhirnya terpaksa
lari dan menyingkir. Dan ketika ia mulai pucat
karena tenaga merosot cepat, teman-
temannya di sana tertawa-tawa mendadak
kakek ini beringas melihat Tong-si, yang juga
terkekeh-kekeh.
"Berhenti, kalian semua bodoh. Aku tak
membawa kitab itu karena tadi Tong-si telah
menukarnya di dalam guha. Lihat, itu siluman
betina itu!"
Tong-si terkejut. Orang-orang kang-ouw
menoleh dan terkesiaplah dia oleh pandang
mata ratusan orang ini. Sekali lagi Jin-mo
berseru bahwa dialah yang membawa kitab,
tadi menukarnya di guha. Dan karena orang-
orang itu termakan dan mereka tak seperti
Coa-ong atau lain-lain yang sudah tahu, Jin-mo
1113 sekali lagi membentak menyodokkan
bambunya maka lima orang kembali roboh
terkapar.
"Kalian boleh mati di sini, mengiring nyawaku.
Tapi kalian tak akan mendapatkan Bu-tek-cin-
keng karena siluman betina itulah yang telah
menukarnya di guha. Tong-si harus kalian
tuntut!"
Orang-orang kang-ouw terbelalak. Mereka
menoleh dan termakan ini. Tong-si tadi
memang memasuki guha dan keluar lagi
dengan kitab kosong. Dan karena seruan itu
masuk akal dan merekapun membalik, Jin-mo
ternyata "bersih" maka seperti sekumpulan
tawon ganas mereka berkelebatan menyambar
wanita ini, lima di antaranya sudah meloncat
dan berjungkir balik di atas batu karang.
1114 "Tong si, kau iblis betina terkutuk. Serahkan
Bu-tek-cin-keng!"
Wanita ini kaget. Gara-gara Jin-mo mendadak
ia sudah diserbu dan diserang lagi. Apa boleh
buat, wanita ini memekik dan tusuk kondenya
bergerak ke bawah, menyambar lima laki-laki
yang menyerangnya itu. Dan ketika lima


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jeritan terdengar disusul tumbangnya lima laki-
laki itu, untuk menghadapi lima orang saja
amat mudah bagi Tong-si maka wanita ini tak
membuang-buang waktu dan melesat
melarikan diri. Maksudnya, tak mau dikeroyok
atau dikepung seperti Jin-mo tadi.
"Jin-mo jahanam keparat, kau licik
mengalihkan persoalan. Bedebah, siapa yang
membawa Bu-tek-cin-keng!"
"Ha-ha!" Jin-mo sekarang tertawa bergelak.
"Kau tak usah mungkir, Tong-si. Kalau tidak
1115 kenapa kau malah lari. Hayo, berhenti dan
katakan kepada orang-orang itu!"
Tong-si melotot. Kepergiannya malah
membuat runyam karena memperkuat dugaan
bahwa ia benar-benar menukar Bu-tek-cin-
keng, padahal maksudnya adalah tak mau
dikeroyok, seperti Jin-mo tadi. Dan ketika
terdengar teriakan-teriakan bahwa itu benar,
Tong-si tak boleh lari kalau tidak menyimpan
Bu-tek-cin-keng maka wanita yang semula
terkekeh-kekeh melihat temannya dikepung
ratusan orang sekarang berbalik gusar dan
mendelik kepada temannya itu, tak tahu harus
berbuat apa.
"Hayo, berhenti kalau tidak menyimpan Bu-
tek-cin-keng. Jangan lari karena tetap kami
kejar. Serang... bunuh wanita itu, kawan-
kawan. Rampas Bu-tek-cin-keng dan jangan
biarkan ia lolos!"
1116 Tong-si menggelegak. Ia marah bukan main
dan tiba-tiba membalik, berhenti. Maksudnya
hendak membuktikan bahwa ia benar-benar
bersih, tak membawa kitab. Tapi begitu orang-
orang itu menghambur dan meminta Bu-tek-
cin-keng, wanita ini melotot maka hujan
senjata terpaksa ditangkis dan harus
dilawannya.
"Keparat, aku tak membawa Bu-tek-cin-keng.
Kalian ditipu Jin-mo. Bedebah, siapa berani
menyerang aku dan minta mampus.... crat-
crat!" tusuk kondenya bergerak tujuh kali,
menusuk dan mencoblos dan terdengar jeritan-
jeritan ngeri dengan jatuh atau robohnya
korban. Tujuh orang itu tewas! Dan ketika
Tong-si harus berkelebatan dan mengamuk
bagai burung menyambar-nyambar, omongan
berbisa si Hantu Bambu sungguh mengenai
sasarannya maka orang-orang kang-ouw juga
1117 marah dan yang di belakang maju
menggantikan yang roboh untuk menuntut Bu-
tek-cin-keng.
"Kau ganas, tapi kami tak takut mati. Mari kita
sama-sama membunuh dan kau atau aku yang
duluan mengisi neraka!"
Tong-si pucat. Ia berkelebatan dan sebentar
kemudian sudah membunuh dua puluh jiwa,
berkelebatan dan menyambar-nyambar lagi
dan dua puluh jiwa kembali melayang. Tapi
karena orang-orang itu amatlah banyak dan
tak mungkin ia harus membunuh semua,
tenaganya mulai merosot dan Jin-mo terkekeh-
kekeh maka ia mendelik dan suaminya
berkelebat membantunya.
"Tong-si, Jin-mo sungguh busuk. Nanti kita
bunuh dia setelah menghabisi cecunguk-
cecunguk ini!"
1118 "Benar, dan kupotong lidahnya nanti. Kuganti
dengan lidah anjing!"
"Ha-ha...!" Jin-mo terpingkal-pingkal, batang
bambunya dilentur-lenturkan. "Nanti kalian
sudah mampus, Tong-si, tak mungkin
menghadapi sekian banyak orang. Ha-ha,
kalian boleh tunggu aku di neraka!"
Tong-si membentak. Ia kewalahan dan
suaminya juga memaki. Jin-mo terkekeh-kekeh
dan tidak gentar sama sekali oleh ancaman
suami isteri itu. Tak mungkin mereka dapat
mengancamnya karena tak lama nanti mereka
pasti kehabisan tenaga, sama seperti dirinya
tadi. Dan ketika benar saja Kwi-bun
mengamuk namun jumlah musuh terlalu
banyak, berdua mereka tak cukup kuat maka
See-tok maupun yang lain-lain terbahak-bahak.
Mereka sungguh tak berperasaan.
1119 "Ha-ha, mampus kalian, Kwi-bun. Ayo, lari
kalau ingin selamat!"
"Tak mungkin lari," Cian-jiu terkekeh-Kekeh,
terpingkal. "Musuh sudah terlalu banyak, see-
tok. Kecuali mereka terbang!"
"Benar, kalau mereka dapat terbang, hi-hik!"
dan Kwi-bo yang juga terkekeh, dan tertawa-
tawa di atas batu karang, senang melihat dua
temannya celaka maka Coa-ong mengerutkan
kening dan entah mengapa mendadak dia
menggeleng.
"Hm, Tujuh Siluman Langit tak boleh gugur.
Mereka harus tetap utuh, kecuali menghadapi
tokoh-tokoh Go-bi. Eh, kasihan Kwi-bun dan
isterinya itu, Kwi-bo. Mereka jelas kena kentut
busuk Jin-mo. Tak boleh... tak boleh... kita
harus menolong karena Tujuh Siluman Langit
tak boleh tewas hanya karena bertanding
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
dengan tikus-tikus busuk!" lalu berdiri dan
meniup sulingnya, mengombak dan berirama
tiba-tiba Coa-ong memanggil ularnya dan nada
yang mulai melengking jelas menyuruh
pasukan ular untuk cepat-cepat datang. Dari
timur dan barat tiba-tiba terdengar suara
mendesis-desis itu. Dari utara dan selatan tiba-
tiba juga tampak kilauan cahaya warna-warni
dari kulit-kulit ular yang berbeda. Dan ketika
Coa-ong meniup sulingnya dengan amat tinggi
karena Kwi-bun maupun Tong-si terkena
bacokan senjata tajam, mereka mulai payah
maka ribuan ular datang dan barisan pasukan
menjijikkan milik Coa-ong ini membuat orang-
orang kang-ouw terkejut.
"Ular.... ular... awas ular!"
Mereka berlompatan. Orang-orang kang-ouw
yang tadi mengepung dan menyerang Kwi-bun
maupun Tong-si mendadak kini dorong-
1121 mendorong. Mereka kaget dan berseru keras,
masing-masing menghindar dan menjauhi
pasukan ular ini, yang cepat mengepung dan
ganti menyerang mereka. Dan ketika semua
berteriak dan lari berserabutan, Kwi-bun
maupun Tong-si bernapas lega maka Coa-ong
yang menjadi gara-gara kini malah diserbu.
"Keparat, kakek itu yang memanggil ular-
ularnya. Serang, bunuh dia...!"
"Eh," Coa-ong terbeliak, tak mengira ini. "Apa-
apaan kalian, tikus-tikus busuk. Jangan ke sini,
enyahlah!"
Namun orang-orang kang-ouw terlanjur marah.
Mereka tak dapat menyerang Kwi-bun karena
dua orang itu sudah dikelilingi barisan ular,
dijaga. Dan karena yang memanggil ular-ular
ini adalah Coa-ong dan kepada kakek itulah
mereka melampiaskan marah maka Tong-si
1122 dan Kwi-bun tiba-tiba terkekeh dan terpingkal-
pingkal di sana, melihat si Raja Ular kelabakan
dan ganti diserbu orang-orang kang-ouw!
"Hi-hik, bagus sekali. Menari dan berjingkrak-
jingkraklah, Coa-ong. Ayun tongkatmu
mengusir mereka!"
"Keparat!" kakek ini memaki. "Kalian jangan
bersenang-senang, Kwi-bun, jangan
mentertawai aku. Aku baru saja menolong
kalian!"
"Ha-ha, itu salahmu. Kami tak meminta
bantuan dan sekarang kami ganti menonton!"
Kwi-bun terpingkal dan terkekeh-kekeh. Iblis
ini tak tahu rasa terima kasih dan Coa-ong
tentu saja mencak-mencak. Apa boleh buat,
dia memanggil ular-ularnya ke situ dan Kwi-
bun serta Tong-si disuruhnya gigit! Dan ketika
kakek maupun nenek iblis itu terkejut, mereka
1123 mengelak maka Coa-ong terkekeh-kekeh dan
orang-orang kang-ouw bengong melihat ini.
"Gila, mereka iblis-iblis tidak waras. Gila
sekali!"
"Benar, Coa-ong dan kawan-kawannya bukan
manusia-manusia waras. Eh, jangan biarkan
ular-ularnya ke mari, kawan-kawan. Lempar
api dan jatuhkan ke tengah-tengah!"
Coa-ong melotot. Kwi-bun dan Tong-si yang
mulai melakukan itu tiba-tiba saja
menyadarkan orang-orang kang-ouw untuk
mengikuti. Mereka mencontoh suami isteri itu,
yang terkekeh dan sudah melempar obor ke
tengah. Dan ketika orang kang-ouw melepas
api dan melemparnya ke barisan ular yang
datang maka kakek ini memaki-maki dan apa
boleh buat ia harus angkat kaki dari situ. Kwi-
bo dan yang lain-lain ganti terpingkal!
1124 "Terkutuk, biar kalian disambar geledek, tikus-
tikus busuk. Dan lihat dua musuh kalian tadi.
Kwi-bun dan isterinya membawa kitab!"
Serentak orang-orang kang-ouw menoleh.
Mereka melihat suami isteri itu terkejut begitu
Coa-ong mengingatkan Bu-tek-cin-keng.
Sekarang barisan ular sudah cerai-berai dan
itulah kesempatan orang-orang kang-ouw
menyerbu lagi. Dan ketika mereka membentak
dan menyerbu lagi, Tong-si dan suaminya
terkejut maka dua orang ini berkelebat dan lari
meninggalkan arena, menyusul Coa-ong yang
terbirit-birit!
"Heii, tingkahmu busuk sekali, Coa-ong. Siapa
yang membawa Bu-tek-cin-keng dan apa
katamu tadi!"
1125 "Ha-ha, salah kalian sendiri. Kenapa tidak tahu
terima kasih dan terpingkal-pingkal
mentertawai aku!"
"Kami tak butuh pertolongan!"
"Dan aku juga tak butuh dikejar-kejar orang-
orang kang-ouw itu. Heh-heh, selamat tinggal,
Kwi-bun. Semoga selamat dan ketemu di pintu
neraka!"
Dua suami isteri ini menyumpah. Mereka
dikejar dan orang-orang kang-ouw berteriak di
belakang mereka. Kalau saja jumlahnya tak
begitu banyak dan mereka dibantu yang lain-
lain tak usah mereka terbirit-birit. Tapi karena
See-tok dan lain-lainnya itu ha-ha-ha-ha di
atas batu karang maka suami isteri ini
melarikan diri dan tancap gas. Mereka lebih
tahu daerah itu karena itulah wilayahnya. Kwi-
bun maupun isterinya memasuki gua-gua di
1126 sepanjang jalan. Daerah berbatu karang itu
memang banyak menebarkan gua-gua gelap.
Dan ketika mereka lenyap sementara orang-
orang kang-ouw semakin marah, kekeh dan
tawa Kwi-bo memanaskan telinga mendadak
mereka membalik dan Kwi-bo serta See-tok
dan Jin-touw menjadi sasaran.
"Ini sama saja. Serang dan bunuh mereka!"
Eh!" Kwi-bo menghentikan tawanya. "Kalian
galak sekali, orang-orang gagah. Tapi jangan
coba-coba membunuh aku. Siapa maju dia
mampus... tar!" segumpal rambut mengenai
seorang laki-laki, Kwi-bo meloncat turun dan
tentu saja dia harus cepat-cepat ngacir. Orang-
orang kang-ouw itu kalap! Dan ketika Jin-touw
juga berteriak keras dan berjungkir balik turun,
kapaknya bergerak dan membabat lima kepala
lawan maka See-tok tak mau terlambat dan
1127 bandul tengkoraknya menderu disusul
tubuhnya yang terjun ke bawah.
"Haihhh... aku juga harus kabur!"
Tiga siluman ini berkelebatan, susul-menyusul
mereka berlomba lari, Kwi-bo menjeletar-


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jeletarkan rambutnya. Dan ketika tengkorak
maupun kapak di tangan dua iblis yang lain
juga mengaung dan bersuitan menyeramkan,
masing-masing mencari selamat maka Jin-mo
yang sudah lebih turun dan kabur ke tempat
lain menusuk-nusukkan ujung bambunya untuk
dibuat lompat galah.
"Heh-heh, ini pengalaman pahit. Terkutuk
orang-orang Go-bi itu. Kalau tak mau mampus
lebih baik bersembunyi!"
Orang akan terbelalak. Jin-mo yang menusuk-
nusukkan ujung tongkatnya ini melejit atau
1128 melenting setinggi belasan meter. Sekali
melayang ia mampu melampaui jurang yang
paling lebar. Mirip pelompat galah kaliber dunia.
Dan karena kakek itu memang jagoan
memainkan batang bambu dan inilah caranya
menyelamatkan diri yang paling aman, dia
sudah lebih dulu lenyap di timur maka Kwi-bo
dan lain-lain dikejar dan terus dicari-cari. See-
tok dan Jin-touw juga sama saja. Celaka sekali
mereka tak sehapal Tong-si maupun Kwi-bun
mengenai wilayah itu, yang memang sebagai
pemiliknya. Dan ketika empat kali mereka
kepergok memasuki gua, keluar dan
bertanding untuk akhirnya melarikan diri lagi
menghadapi keroyokan orang-orang kang-ouw
itu maka orang-orang kang-ouw ini malah
semakin banyak jumlahnya karena di setiap
jalan mereka bertemu lagi dengan orang-orang
kang-ouw lain yang terkejut dan melihat ribut-
ribut itu.
1129 "Tujuh Siluman Langit menbawa Bu-tek-cin-
keng. Bunuh mereka. Bantu kami!"
Orang-orang ini berdatangan. Seperti semut
mendapatkan gula tiba-tiba saja jumlah
mereka berlipat-lipat. See-tok sampai ngeri
melihat ini. Sekarang, tak kurang dari seribu
orang! Dan ketika orang-orang itu
mengejarnya namun untung pecah di sana-sini
ada yang melanjutkan pengejaran kepada Jin-
touw maupun Kwi-bo maka Tujuh Siluman
Langit benar-benar mengalami nasib sial
diuber-uber orang kang-ouw. Mereka
sebenarnya tak tahu-menahu tentang Bu-tek-
cin-keng karena dulu kitab yang dibawa
ternyata juga kitab palsu, hancur dan robek-
robek di tangan mendiang Ji Beng Hwesio yang
sakti. Dan ketika sekarang mereka mengalami
nasib buruk dikejar-kejar orang kang-ouw,
didakwa membawa Bu-tek-cin-keng maka See-
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
tok maupun yang lain menyumpah-nyumpah.
Mereka benar-benar marah tapi juga bingung
menghadapi tuduhan ini. Tuduhan itu seperti
biang penyakit yang menyebar dengan cepat.
See-tok akhirnya luka-luka menerima serangan.
Dan ketika di tempat yang lain Kwi-bo maupun
lima rekannya tak mampu menghadapi
gelombang serbuan yang dahsyat, roboh dan
terguling di jurang yang dalam maka untuk
enam tahun berita tentang Tujuh Siluman
Langit tak ada lagi.
**SF**
(Bersambung jilid 15)
Bantargebang, 04-09-2018,22:45
1131 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 15
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
1132 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 15
MEREKA dikabarkan tewas dan untuk enam
tahun lamanya itu dunia kang-ouw tak
diguncang lagi masalah Bu-tek-cin-keng.
Agaknya, urusan ini bakal berhenti sampai di
sini dan Go-bi maupun lain-lain akan tenang.
Tapi ketika seorang pemuda tampan datang ke
tempat para hwesio itu dan inilah "biang
penyakit" baru maka heboh tentang Bu-tek-
cin-keng muncul lagi, setelah mengendap atau
beku enam tahun lamanya!
**SF**
1133 Pagi itu, di kala semua hwesio asyik dalam
pekerjaan masing-masing maka seorang
pemuda berjalan tenang memasuki Go-bi.
Langkahnya pasti dan mantap, cara
berjalannya seperti hendak memasuki rumah
sendiri. Dan ketika betul saja ia tak
menghiraukan para hwesio yang sedang
menyapu atau membersihkan halaman,
pelataran luar amatlah luasnya maka seorang
hwesio tiba-tiba menegur dan menghadang.
"Eh, anak muda. Berhenti dulu. Mau ke mana
dan siapa kau. Tidak tahukah bahwa ini bukan
tempat yang boleh sembarangan dimasuki
orang, apalagi orang asing!"
"Hm," pemuda itu berhenti, matanya bersinar-
sinar, sama sekali tidak takut ataupun gentar,
malah tertawa. "Apakah aku dianggap orang
asing oleh Go-bi? Apakah Gun Hai-loheng juga
menganggap aku orang asing?"
1134 "Eh, kau mengenal pinceng?" hwesio ini
melengak.
"Ha-ha, bukan hanya kau, suheng. Itupun aku
kenal. Hm, mereka ke sini dan tentu inilah Sun
Nai-suheng dan Yu Cai-suheng. Aha, itu
suheng-suheng Giok Biao dan Ci Hap. Mereka
tentu lupa tapi aku tidak!" pemuda ini
menunjuk empat orang hwesio yang mendekat
datang, mendengar ribut-ribut itu dan mereka
serentak tertegun. Nama yang disebut-sebut
melengak, mereka memang benar bernama
seperti itu. Dan ketika pemuda itu tertawa dan
mengangkat tangannya, membungkuk dan
memberi hormat maka dia berseru, "Selamat
berjumpa, para suheng. Masih ingatkah kalian
kepadaku?"
Para hwesio menjublak. Mereka benar-benar
terkejut karena betapapun tak mengenal
pemuda ini. Mereka berhadapan dengan
1135 seorang pemuda tampan yang matanya
bersinar-sinar cerdik, nakal tapi penuh
keberanian dan sejenak mereka bengong. Tapi
ketika pemuda itu mengibas-ngibaskan
lengannya dan mendadak berlutut seperti gaya
seekor kucing, mengeluarkan suara meong
yang lucu maka serentak semuanya ingat dan
berseru kaget. Wajah itu sekarang dikenal.
"Chi Koan!"
"Ha-ha, benar," pemuda ini tertawa bergelak,
gembira. "Aku Chi Koan, suheng. Sekarang
kalian ingat. Bagus, aku bendak menghadap
dan mencari suhu. Silahkan kalian minggir dan
inilah aku!"
Semua hwesio terbelalak. Sekarang mereka
minggir dan otomatis memberi jalan. Pemuda
itu tertawa menoleh ke kiri kanan dan para
hwesio-hwesio yang lain dibuat bengong. Chi
1136 Koan, pemuda ini, datang memberi salamnya
dengan gembira. Setiap hwesio mendapat
anggukan kepalanya. Dan karena dia memang
murid Beng Kong Hwesio, yang sekarang
menjadi ketua maka otomatis semua tak
mengganggu namun kedatangan pemuda ini
mendebarkan semua orang. Dulu gara-gara
anak laki-laki inilah Go-bi geger dan disatroni
banyak orang. Gara-gara Chi Koan menerima
ang-sio-bak si iblis betina Kwi-bo maka Go-bi
didatangi banyak orang. Dan ketika pemuda itu
melenggang santai dan sikapnya demikian
riang gembira, langkah kakinya benar-benar
seperti hendak memasuki rumah sendiri maka
semua hwesio tertegun tapi dua di antaranya
tiba-tiba melapor ke dalam. Mereka memberi
tahu Pat-kwa-hwesio yang tinggal tujuh orang
itu dan begitu menaiki anak tangga ruang
pertama muncullah Pat-kwa-hwesio ini. Mereka
adik-adik seperguruan ketua sekarang dan
1137 otomatis adalah para susiok dari pemuda ini,
paman-paman gurunya. Dan ketika Chi Koan
tertegun karena tujuh hwesio berdiri angker di
tangga atas, sikapnya penuh wibawa maka
pemuda yang tadi berseri dan riang itu
mendadak merobah sikap, tahu dengan siapa
berhadapan.
"Maafkan teecu," pemuda ini sudah
menjatuhkan diri berlutut. "Teecu datang ingin
menemui suhu, susiok. Ingin memberi hormat
dan melepas kangen. Selamat bertemu dan
semoga susiok sehat-sehat saja!"
"Hm, kau Chi Koan? Bagaimana berani
mengaku murid di sini?" Ji-hwesio, orang
tertua menegur, sikapnya dingin, beku.
"Pinceng tak melihat daftar anak murid seperti
namamu, anak muda. Karena enam tahun
yang lalu bocah bernama Chi Koan telah
dikeluarkan dari Go-bi!"
1138 Chi Koan tersenyum. Dia sama sekali tidak
merasa terkejut atau gentar mendengar kata-
kata dingin ini, sambutan yang beku. Tapi
mengangguk dan memberi hormat sekali lagi
iapun berkata, bangkit berdiri.
"Baiklah, teecu akan bersikap sebagai orang
luar, ji-susiok. Dan karena teecu ada
kepentingan dengan yang terhormat ketua Go-
bi mohon teecu diijinkan bertemu."
"Hm, ketua Go-bi sedang keluar!"
"Teecu akan menunggu.."
"Go-bi sedang tidak menerima tamu!"
"Kalau begitu kenapa pintu gerbang tetap
dibuka? Bohong atau dusta dilarang oleh
agama, susiok. Maaf kalau teecu tak percaya."
1139 "Hm!" Ji-hwesio semburat merah. Akhirnya ia
kalah bicara dan tertegun. Bocah ini sungguh
pandai berdebat, persis seperti dulu! Dan
karena ia was-was menerima pemuda ini, ingat
kejadian dulu di mana gara-gara anak inilah
maka Go-bi menerima banyak keruwetan maka
Ji-hwesio akhirnya membentak penasaran.
"Chi Koan, kau seharusnya tahu bahwa Go-bi
tak suka menerima kedatanganmu. Enyahlah,
pinceng tak ingin kau di sini!"
"Ah, atas dasar apa susiok memusuhi teecu?
Dan apakah begini ajaran Buddha bahwa
seorang manusia harus memusuhi manusia
lainnya? Maaf, teecu datang di gudangnya
orang-orang beragama, susiok. Dan teecu
justeru penasaran kalau susiok yang
merupakan tokoh Go-bi memusuhi teecu tanpa
alasan!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Eh, kau tak ingat dosa-dosamu enam tahun
yang lalu? Kau tak merasa telah membuat
kekacauan di sini?"
"Tidak! Teecu tak merasa melakukan
kesalahan apapun, susiok. Teecu waktu itu
masih kecil dan t?dak berbuat apa-apa kepada
Go-bi!"
"Kau mendatangkan Kwi-bo dan kawan-


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kawannya di sini. Kau mendatangkan onar!"
"Siapa bilang? Kwi-bo datang atas
kehendaknya sendiri, susiok. Bukan atas
undangan teecu. Masuk akalkah seorang bocah
kecil mengundang seorang tokoh kang-ouw?
Mohon susiok bicara jujur dan tidak
menyimpang!"
Ji-hwesio terkejut. Tiba-tiba untuk kedua kali ia
merasa tertampar dan mendapat pukulan.
1141 Benar juga, Kwi-bo datang memang bukan
atas undangan pemuda ini, yang dahulu masih
kecil dan kanak-kanak. Dan ketika ia merasa
di-"kick" balik oleh omongan pemuda ini, yang
tajam dan tangkas bicara maka Ji-hwesio
merah padam dan tiba-tiba Sam-hwesio
berbisik agar tak usah banyak bicara.
"Suruh saja pemuda itu menunggu di luar.
Suheng tak usah diberi tahu. Biarkan ia
menunggu dan gigit jari."
"Hm," hwesio ini mengangguk, mukanya bagai
dibakar. "Kau pandai berdebat, Chi Koan.
Mulutmu masih tajam dan menyakitkan.
Baiklah, sebagai tamu kau boleh tunggu di luar.
Ketua Go-bi sedang tak ada di sini. Kalau kau
mau menunggu silakan di luar gerbang sana.
Go-bi tak mempunyai kursi untuk tempat
dudukmu!"
1142 "Tak apa, " pemuda ini tersenyum. "Dan
kuharap kau tak bohong, susiok. Sebab sekali
kau bohong tentu kau dikutuk Buddha. Aku
akan menunggu, dan aku akan sabar menemui
guruku."
Ji-hwesio mendengus. Ia mengebutkan
lengannya menyuruh pemuda itu pergi, Chi
Koan menurut dan membalikkan tubuh. Dan
ketika dengan berseri pemuda itu keluar
halaman seperti keluar rumahnya sendiri pula,
mengangguk dan melambaikan tangan kepada
semua hwesio yang ditemui maka para
hwesiopun kagum sementara Ji-hwesio dan
adik-adiknya berang. Mereka menyuruh tutup
pintu gerbang dan Chi Koan dibiarkan di luar.
Pemuda itu tertawa dan tidak merasa
tersinggung, apalagi marah. Dan ketika sehari
itu ia dibiarkan di situ dan duduk bersiul-siul,
aneh sekali maka pada hari-hari berikut pintu
1143 gerbang juga tetap ditutup dan tak pernah
dibuka. Chi Koan dibiarkan panas atau
kedinginan oleh matahari dan malam yang
gelap. Pemuda itu memang sengaja "disiksa"
agar pulang saja, membatalkan maksudnya.
Tapi karena Chi Koan ternyata gigih dan tak
mau pergi, kalau ingin minum ia mencari
sumber air tak jauh di situ dan makan cukup
dengan buah-buahan di hutan, datang dan
duduk lagi di pintu gerbang maka pada hari
ketiga pemuda ini mulai berliam-keng
(membaca ayat-ayat suci).
Suaranya nyaring melengking dan sengaja
diperdengarkan di dalam. Semuanya berisi
sajak-sajak indah yang penuh makna. Dan
ketika satu demi satu ia membaca semua ayat-
ayat kitab suci itu, bergetar dan penuh
perasaan maka hwesio penjaga terharu dan
banyak yang mulai menitikkan air mata. Chi
1144 Koan membaca tentang ayat-ayat perjuangan
dan kasih, juga nafsu balas dendam yang tak
boleh dimiliki manusia. Dan ketika pada hari
keempat dan kelima suaranya kian lantang dan
melengking nyaring, jelek-jelek dia adalah
bekas murid Go-bi yang dididik membaca ayat-
ayat suci maka pintu gerbang terbuka dan
seorang hwesio memperkenankannya masuk!
"Ketua memanggilmu. Kau dipersilahkan
datang dan masuk!"
Chi Koan melonjak. "Suhu di dalam?"
"Aku hanya mendapat perintah saja, Chi Koan.
Silahkan masuk dan suaramu telah didengar!"
Chi Koan tertawa. Usahanya berhasil dan ia
menang. Tujuh susioknya tentu tak berani
menampakkan diri dan bakal merah padam
bertemu dengannya. Ia tahu bahwa ia
1145 dibohongi dan karena itu dalam membaca
ayat-ayat kitab sucipun ia banyak
menyinggung tentang ini, bahwa kebohongan
tak layak dilakukan murid Buddha, apalagi
hwesio-hwesio seperti susioknya itu, yang
sudah mengenakan jubah! Dan ketika Chi Koan
memasuki pintu gerbang dan langkahnya yang
gembira disambut mata haru oleh hwesio-
hwesio lain, yang telah mendengarkan dan
melihat anak muda ini rupanya telah jauh
berbeda dengan di masa kanak-kanaknya
maka di undak-undakan anak tangga itu Chi
Koan telah disambut seorang hwesio tinggi
besar yang bukan lain ketua Go-bi. Beng Kong
Hwesio sendiri!
"Suhu...!"
Beng Kong Hwesio bersinar. Ia telah
mendengar syair-syair yang dibaca anak muda
ini, suaranya nyaring melengking dan karena
1146 itu mengganggu ketenangan. Tapi karena yang
dibaca adalah ayat-ayat kitab suci dan Chi
Koan membacanya dengan lantang dan penuh
semangat, juga indah maka hwesio itu tak
tahan dan akhirnya bertanya siapakah murid
Go-bi yang kelewat semangat itu. Dan para
hwesiopun lalu menjawab apa adanya, tak
berani bobong karena telah disentil ayat-ayat
kitab suci oleh Chi Koan. Cerdik pemuda itu!
Dan ketika Beng Kong Hwesio terkejut
mendengar bahwa itulah muridnya Chi Koan,
bocah yang dulu itu meninggalkan Go-bi maka
hwesio ini bertanya kenapa tak dibawa
menghadap padanya. Apa maksud muridnya
itu. "Ji-susiok mencegah dan melarangnya masuk.
Selebihnya kami tak tahu sebab-sebabnya."
"Begitukah? Panggil susiokmu itu, Suruh
menghadap ke mari!"
1147 Ji-hwesio akhirnya muncul. Sang suheng
bertanya dan langsung saja muka hwesio ini
merah. Maklum, ia berkali-kali juga disentil
ayat-ayat kitab suci yang dibaca Chi Koan itu.
Dan karena ia tak dapat mengusir pemuda itu
karena sebelumnya juga sudah menyuruh
tunggu di luar, pemuda itu menepati janji dan
tinggal di sana maka hwesio ini salah tingkah
antara gusar dan malu, juga bingung. Dan
sekarang ia dipanggil ketua!
"Hm, kenapa Chi Koan tak kauijinkan bertemu
aku?" Beng Kong langsung menegur. "Dan
kenapa kau bohong mengatakan aku pergi,
sute? Padahal bukankah aku di sini?"
"Maaf," Ji-hwesio langsung menjawab. "Aku
sengaja tak memperkenankannya masuk
karena ingat peristiwa dulu, suheng. Bukankah
gara-gara anak ini maka Go-bi mengalami
1148 kekacauan. Pinceng tak mau menerimanya
karena takut dia membuat onar lagi!"
"Hm, tapi ia muridku, pernah menjadi muridku.
Sebenarmya putusan tentang ini di tanganku,
bukan di tanganmu. Lagi pula aku juga ingin
bertemu dengannya. Ia bocah pemberani dan
mengagumkan!"
"Suheng hendak menerimanya?"'
"Kenapa tidak? Go-bi tak perlu takut kepada
siapapun, sute. Ada aku di sini. Panggil dan
suruh ia masuk!"
Ji-hwesio sudah menduga Ia berkerut kening
tapi mengangguk, menyatakan bahwa kalau
ada apa-apa itulah tanggung jawab sang ketua.
Dan ketika Beng Kong tertawa dan berseru tak
usah takut, kenapa sutenya itu bernyali kecil
maka Ji-hwesio dengan wajah mendongkol dan
1149 suram menyuruh orang lain membuka pintu
gerbang. Dan itulah yang terjadi, pemuda ini
sekarang sudah berhadapan dengan gurunya,
ketua Go-bi sendiri!
"Suhu!"
Chi Koan memanggil untuk kedua kali. Ia
girang dan gembira bukan main melihat
gurunya sendiri menyambutnya di situ, di anak
tangga teratas di mana beberapa hari yang lalu
tujuh susioknya menolak. Dan ketika pemuda
itu menjatuhkan diri berlutut dan Beng Kong
kagum melihat muridnya yang sekarang,
gagah dan tampan serta tegap maka hwesio ini
serak suaranya ketika memanggil, keharuan
tiba-tiba juga mengusiknya. Maklumlah,
pemuda ini pernah dekat dengannya.
"Chi Koan, kau... kau ini? Kau sekarang sudah
dewasa dan besar begini? Hm, naiklah, Chi
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Koan. Coba lompati sebelas anak tangga ini
apakah kau sanggup!"
Chi Koan berseru keras. Akhirnya ia
mengangguk dan melompati sebelas anak
tangga itu, tahu bahwa gurunya sedang
mengujinya. Ilmu-ilmu yang dulu didapat
sekarang diperlihatkan. Tapi ketika hanya
sepuluh anak tangga saja yang dilampaui dan
untuk anak tangga kesebelas ia terbentur,
roboh, maka sang guru menyambar dan Beng
Kong Hwesio tertawa bergelak.
"Ha-ha, kurang tenaga, Chi Koan.
Kepandaianmu masih rendah!"
"Maaf," pemuda ini merah dan berlutut di kaki
gurunya. "Teecu hanya melatih ilmu-ilmu yang
dulu kauberikan, suhu. Selanjutnya hanya itu-
itu saja yang teecu hapal, termasuk ayat-ayat
1151 suci. Suhu gagah benar menjadi ketua Go-bi.
Mana susiok-kong Ji Beng Hwesio?"
"Hm, ia telah tewas. Tak usah bicara tentang
itu. Mari masuk dan lihat anak-anak murid lain
menonton!"
Chi Koan mengangguk. Sambutan gurunya
ternyata menggembirakan dan inilah yang
dimaui. Tujuh susioknya boleh memusuhi tapi
gurunya jangan. Dan ketika ia kagum bahwa
suhunya benar-benar telah menjadi pemimpin
Go-bi, ia diangkat dan disambar ke dalam
maka di ruang tertutup guru dan murid sudah
saling duduk berhadapan. Chi Koan bersimpuh
dengan amat hormatnya.
"Teecu mendengar kesaktian suhu yang luar
biasa, mengagumkan. Orang-orang kang-ouw
memuji suhu dan teecu turut mengucap
selamat bahwa suhu telah menjadi tokoh
1152 paling ditakuti. Selamat, suhu. Teecu
mengucapkan selamat dan ikut gembira
sekali!"
"Ha-ha, apa kata orang?"
"Suhu menjadi manusia super, tokoh amat
sakti. Dan teecu telah mendengar bahwa
dedengkot Heng-san telah dikalahkan suhu!"
"Ha-ha, Siang Kek dan Siang Lam memang
bukan tandingan gurumu sekarang. Tapi
apalagi yang kau dengar?"
"Uwah, banyak suhu, banyak sekali. Terutama
kesaktian suhu ketika menghadapi dedengkot
Heng-san itu. Tapi apakah benar ba?wa ketika
dikeroyok suhu katanya terdesak. Sukong
(kakek guru) muncul dan akhirnya mengusir
mereka itu?"
1153 "Hm, memang betul. Tapi itu dulu. Sekarang
enam tahun telah lewat, Chi Koan. Dan aku
yakin mampu merobohkan dua kakek itu,
biarpun mengeroyok. Apa maksudmu datang
ke sini dan ke mana saja kau gentayangan
selama ini?"
"Teecu merasa sial," Chi Koan tiba-tiba
berlinang air mata, menangis. "Enam tahun
teecu terlunta-lunta, suhu. Dan enam tahun itu


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pula teecu mengalami hinaan dan sakit hati.
Teecu tak tahu bahwa suhu sekarang
Badik Buntung 12 Senja Di Selat Sunda Karya Gola Gong Sampul Maut 4
^