Pencarian

Prahara Di Gurun Gobi 9

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara Bagian 9


menduduki pimpinan Go-bi. Kalau tahu begitu
tentu waktu-waktu itu juga teecu kembali ke
sini. Ah, dan kepandaian teecu direndahkan
orang, suhu. Karena itu teecu ke sini dan minta
perlindungan suhu!"
Chi Koan tiba-tiba mengguguk. Ia berkata
bahwa selama ini ia pergi tak tentu arah,
bertemu perampok atau begal-begal kasar dan
1154 ia menjadi bulan-bulanan. Tadinya ia
mengancam bahwa ia adalah murid Go-bi,
terlebih lagi adalah murid Beng Kong Hwesio
yang dimalui orang. Tapi karena ia tak sempat
lagi mengenyam gemblengan gurunya, waktu
itu gara-gara Peng Houw ia keluar dari Go-bi
maka pemuda ini menutup bahwa seminggu
yang lalu ia menjadi cemoohan Lutung Hitam,
menjadi bulan-bulanan pukulan.
"Lihat, memar dan biru-biru ini akibat
tendangannya. Teecu dipermainkan sesuka
hati. Apakah suhu mau membiarkan saja teecu
begini dan yang lebih menyakitkan lagi adalah
si Lutung Hitam itu terbahak-bahak mengejek
nama suhu!"
"Apa yang dia katakan? Siapa orang ini?"
"Dia pemimpin rampok yang membawahi
seratus orang, suhu. Teecu kebetulan lewat di
1155 sana tapi dihajarnya. Dia menghendaki teecu
menjadi kekasihnya dan menggebuki teecu
yang menolaknya. Dan dia berkata bahwa dia
tak percaya kalau teecu adalah murid suhu.
Lagi pula, ini yang menyakitkan, diapun
menantang suhu dan tak takut meskipun suhu
ada di depannya!"
"Hah, berani dia bicara begitu? Perampok di
mana dia itu? Jauhkah dari sini?"
"Cukup jauh, suhu, karena di sekitar Go-bi
tentu tak ada perampok. Lutung Hitam itu
tinggal di hutan di luar kota Lok-yang. Tiga
hari perjalanan dari sini!"
"Hah, aku menempuhnya satu jam saja. Siapa
yang menempuh tiga hari?"
"Teecu yang menempuhnya. Tapi masa suhu
hanya satu jam saja!"
1156 "Ha-ha, tak ada perjalanan jauh yang harus
kutempuh berhari-hari, Chi Koan. Aku memiliki
Ilmu Kilat Menyambar Matahari. Dengan
kepandaianku Lui-thian-to-jit (Kilat Menyambar
Matahari) ini aku dapat menempuh Lok-yang
hanya satu jam saja. Hm, lalu bagaimana
dengan Lutung Hitam itu. Apakah kau minta
aku mengHajarnya?"
"Suhu mau merendahkan diri seperti itu? Ah,
tidak. Teecu tak rela, suhu. Daripada suhu
yang maju lebih baik suruhan seorang murid
Go-bi saja. Tapi teecu ingin agar teecu sendiri
yang membalas sakit hati ini. Bagaimana kalau
suhu mengajari teecu sejurus dua ilmu silat
yang lebih tinggi. Jelek-jelek kan teecu murid
suhu. Apa kata orang kalau murid Beng Kong
Hwesio sedemikian lemahnya. Apalagi suhu
sekarang telah menjadi pemimpin Go-bi dan
1157 nama besar suhu sungguh menggetarkan
dunia kang-ouw!"
"Hm, betul... betul.." hwesio ini mengangguk-
angguk, rasa sayang dan congkaknya tiba-tiba
timbul. "Kau tak boleh membuat malu aku, Chi
Koan. Tapi karena enam tahun kau
meninggalkan aku maka tentu banyak
pelajaran yang tertinggal. Tak mungkin dalam
satu dua hari kau jadi pandai!"
"Ah, teecu akan giat berlatih. Teecu tak mau
bermalas-malasan. Dan yang lebih penting,
teecu tak mau kalah dengan Peng Houw!"
"Apa?"
"Benar, apakah suhu tak ingat bahwa Peng
Houw mengikuti Giok Kee Cinjin? Dan tosu ini
jelas lebih lihai daripada Tujuh Siluman Langit,
suhu. Kalau menghadapi Lutung Hitam saja
1158 teecu kalah apalagi menghadapi Peng Houw.
Hancur nanti nama suhu. Dan sia-sia
pembelaan suhu selama ini ketika suhu harus
bermusuhan dengan mendiang supek Lu Kong
Hwesio!"
Sang guru tertegun. Muka yang tadi biasa
mendadak berubah, ada rasa kaget dan
terkesiap di situ. Chi Koan benar. Dan ketika
hwesio ini teringat permusuhannya dulu-dulu,
dengan mendiang suhengnya gara-gara murid
maka Beng Kong tepekur dan Chi Koan tiba-
tiba membenturkan dahinya ke lantai, tak
menyia-nyiakan kesempatan baik.
"Suhu, teecu datang semata sebenarnya untuk
menjaga nama baik suhu, bukan merusaknya.
Suhu tentu akan malu dan marah kalau teecu
yang menjadi murid suhu harus berkali-kali
mengalami hinaan dan lecehan orang. Teecu
menyadari kepandaian teecu yang amat
1159 rendah begini, dan karena itulah kemudian
datang dan ingin mendapat gemblengan suhu
lagi. Kalau suhu tak menurunkan lagi ilmu-ilmu
suhu tentu teecu akan tetap menjadi bahan
tertawaan orang, padahal suhu sekarang sudah
menjadi ketua dan tokoh Go-bi yang sakti.
Apakah teecu harus membuat malu suhu?
Apakah teecu harus mandah saja diinjak dan
dipermainkan orang? Dan teecu tentu tak mau
kalah dengan Peng Houw, suhu. Kalau ia
menjadi murid Giok Kee Cinjin tentu teecu
sudah bukan tandingannya lagi. Dan arwah
supek Lu Kong Hwesio tentu tergelak-gelak di
sana. Sekarang terserah suhu dan silahkan
suhu pikir baik-baik!"
"Hm-hm!" hwesio ini mengurut-urut dagunya,
mata bersinar-sinar. "Tadi sudah kau
perlihatkan kepandaianmu yang rendah itu, Chi
Koan. Dan aku tahu. Tapi kau harus berlatih
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
luar biasa rajinnya untuk mengejar
ketinggalanmu enam tahun. Apakah kau
sanggup kugembleng non-stop? Beranikah kau
menjalani latihan berat yang akan kuberikan
kepadamu?"
"Ah, kenapa takut, suhu? Dibanting sampai
matipun teecu tak takut, apalagi pekerjaan
berat yang harus teecu jalani. Teecu sanggup,
dan detik ini juga suhu boleh suruh teecu
lakukan apa saja!"
"Ha-ha, inilah yang mengagumkan hatiku. Kau
tetap pemberani dan penuh semangat, Chi
Koan. Kau pantas menjadi satu-satunya murid
pinceng. Ha-ha, coba lakukan push-up seribu
kali!"
"Menaik-turunkan tubuh? Baik, teecu akan
melaksanakannya, suhu. Tapi mungkin baru
keseratus teecu akan roboh.Tak apa, teecu
1161 akan mengulangi dan mengulangi lagi!" dan
ketika dengan berani dan tidak tawar-menawar
pemuda ini melakukan push-up, seperti
perintah gurunya maka Beng Kong berseri
melihat tekad dan semangat muridnya ini, Chi
Koan memang keras hati dan keras kemauan,
pemuda ini memang luar biasa. Dan ketika ia
mulai menaik-turunkan tubuhnya namun pada
hitungan keseratus ia gemetar dan mulai
menggigil, tak kuat, maka benar saja iapun
tiba-tiba roboh. Namun pemuda ini bangun lagi,
meneruskan hitungannya namun belum
sepuluh roboh lagi. Dan ketika empat kali ia
melakukan itu dan tangan tak dapat dipakai
menekan, seluruh sendi dan otot-otot terasa
kejang maka pemuda ini pingsan dan ambruk
di depan suhunya.
"Ha-ha, hebat, Chi Koan. Luar biasa. Kau tetap
keras kemauan dan penuh semangat. Tapi
1162 bangunlah, minum obat penyegar ini dan
sekarang turuti perintah-perintah pinceng!"
Beng Kong Hwesio menyadarkan muridnya,
menotok dan memberikan sebutir pil hijau dan
Chi Koan mula-mula merintih. Ia membuka
mata dan pening, kepala rasanya berputar-
putar tapi begitu dijejali obat iapun merasa
segar Chi Koan berdiri dan tertawa. Hebat
pemuda ini, ia tak merasakan sakitnya lagi,
mau meneruskan push-upnya namun sang
guru mencegah. Beng Kong mengangkat dan
menyuruhnya berdiri. Dan ketika pemuda itu
berdiri dan menyeringai, tekad atau
semangatnya sungguh besar maka Beng Kong
menepuk-nepuk pundak muridnya.
"Cukup.. cukup. Aku telah tahu kekuatanmu.
Hm, tak aneh. Pantas seorang rampok bisa
merobohkanmu. Eh, mulai hari ini kau belajar
Lui-thian-to-jitku, Chi Koan. Seminggu saja
1163 gerakanmu akan secepat kilat menyambar.
Dan dengan itu kau pasti dapat mendahului
lawan dan dengan sekali gaplok kau dapat
merobohkannya!"
"Ilmu meringankan tubuh? Bukan ilmu silat?"
"Ha-ha, kau ingin cepat-cepat menghadapi si
Lutung Hitam itu atau tid?k?"
"Tentu saja. Tapi aku butuh ilmu silat, suhu,
bukan ilmu meringankan tubuh!"
"Bodoh, ilmu meringankan tubuh amat penting.
Dengan itu kau melatih kecepatan. Untuk ilmu
silat tentu saja kau tak mungkin dapat
menerimanya kalau hanya seminggu saja. Buat
menggaplok seorang perampok tenagamu
cukup. Tapi kalau tak diimbangi ginkang tetap
saja kau kalah. Hayo, mulai ini saja dan
lakukan limaratus kali!" sang guru melempar
1164 sebuah tali, menyuruh muridnya lompat tali
tapi Chi Koan tak membantah. Hanya sejenak
saja ia tertegun tapi tali itupun segera
disambarnya, melompat dan menghitung-
hitung sebagaimana layaknya orang bermain
tali. Sepintas Beng Kong Hwesio rasanya
memberi ilmu murahan. Tapi ketika limaratus
kali mulai didapat dan sang guru menyuruhnya
seribu, dilaksanakan dan berhasil maka
berturut-turut Chi Koan disuruh lompat tali
sebanyak tigaribu kali! Pemuda ini mandi
keringat namun hebatnya ia tak mengeluh.
Paling-paling ia roboh, kalau tak kuat. Dan
ketika sang guru mengawasi dan tertawa-tawa,
murid yang satu ini memang tahan uji maka
sebuah beban tiba-tiba dilemparkan ke atas
pundak pemuda itu.
"Baik, ini besi lima belas kilo. Teruskan dan
tambah lompatan sampai limaribu!"
1165 Chi Koan melotot. Besi terlempar di pundaknya
dan tentu saja ia bertambah beban. Sang guru
tak perduli dan tetap saja menyuruh
meneruskan latihan. Chi Koan menggigit bibir.
Dan ketika ia meneruskan lompat talinya dan
hitungan ke empat ribu sudah membuat ia
gemetar tak keruan, lutut ke bawah seakan
hendak copot-copot maka sang guru terbahak
dan memacu sang murid agar terus dan terus.
"Lima ribu kali, itu perintahku. Tidak boleh
lebih atau kurang. Kalau kurang harus
diulang!"
"Bab... baik!" pemuda ini basah kuyup, pusing
mulai kembali mengganggu. "Tee... teecu tak
akan berhenti, suhu. Kalau berhenti biarlah
roboh!"
"Ha-ha, betul. Lebih baik roboh daripada
menyerah kepada hitungan!"
1166 Si pemuda mandi keringat. Ia pucat namun
terus memaksakan diri. Kalau saja tak ada besi
di atas pundaknya itu tentu ia berhasil. Tapi
karena suhunya menambahi beban dan beban
ini di tengah-tengah hitungan, ketika tenaga
sudah benyak terkuras maka Chi Koan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendelik ketika hitungan menginjak empatribu
limaratus. Ia terus melompat dan melompat
tapi seratus hitungan lagi tiba-tiba ia
terjungkal. Keadaan sungguh payah. Namun
karena ia pemuda keras hati dan keras
kemauan, Beng Kong lagi-lagi kagum akan
semangat muridnya ini maka Chi Koan bangkit
lagi dan coba meloncat tali. Tapi hitungan ke
limapuluh lagi-lagi ia terguling. Dicoba lagi
namun hitungan ke dua puluh lima roboh. Dan
ketika Chi Koan mencoba bangkit namun besi
di atas pundaknya itu menimpa kepala,
pemuda ini mengeluh maka iapun pingsan!
1167 "Ha-ha, bagus sekali, Chi Koan. Luar biasa. Ah,
pinceng kagum kepadamu dan kau pantas
menjadi murid pinceng. Ha-ha, sekarang
beristirahatlah!" kali ini Beng Kong menyambar
muridnya, menotok dan mengurut dan sebotol
arak digosok-gosokkan ke seluruh tubuh
pemuda itu, terutama kedua kakinya. Dan
ketika tak lama kemudian pemuda itu
membuka mata namun merintih kejang, Beng
Kong mengurut dan menotok lagi maka sang
guru menepuk aliran darah di belakang
punggung.
"Tak usah takut, tak usah khawatir. Pinceng
ada di sini tapi besok latihan harus dilanjutkan
lagi. Ingat, kau sudah harus menguasai dasar-
dasar Lui-thian-to-jit kalau ingin mengalahkan
si Lutung Hitam. Tanpa ilmu silat apapun kau
pasti menang, asal menguasai ilmu
meringankan tubuh ini!"
1168 "Dasar? Ini... ini baru dasar melatih Lui-thian-
to-jit itu, suhu?"
"Ya, kaukira apa? Menguasai ilmu ini paling
tidak setahun dua, tergantung kecerdasan
otakmu. Tapi kalau seminggu saja dasar-dasar
ilmu meringankan tubuh ini kau kuasai maka
Tujuh Siluman Langit pun tak perlu
membuatmu gentar!"
"Maksud suhu aku dapat mengalahkannya?"
"Ha-ha, bukan begitu. Maksudku adalah kau
tak akan tertangkap kalau dikejar. Mana bisa
kau mengalahkan mereka hanya dengan
menguasai dasar-dasar ilmu meringankan
tubuh ini. Yang kumaksud adalah kalau kau
ingin lari untuk menyelamatkan diri!"
"Oohhh!" dan Chi Koan yang mengangguk-
angguk tapi segera berseri mukanya lalu
mengiyakan dan mendengarkan semuanya
1169 kata-kata guru. Tujuh Siluman Langit bukanlah
orang-orang sembaragan. Kalau seminggu saja
ia telah menang untuk "balapan lari", ilmu
paling ampuh untuk menyelamatkan diri maka
dapatlah dibayangkan betapa hebatnya ilmu
ginkang yang dipunyai gurunya itu. Belajar
satu minggu saja sudah berani diadu dengan
orang-orang kang-ouw kelas satu
menunjukkan ilmu ginkang itu bukanlah ilmu
sembarangan. Ia tak boleh melecehkan! Dan
ketika hari itu Chi Koan istirahat untuk
memulihkan tenaga, keesokannya disuruh
mengulang dan berhasil maka pemuda ini
girang bukan main karena beban lima belas
kilo di atas pundaknya dengan gampang dilalui.
Lima ribu hitungan!
"Ha-ha, aku berhasil, suhu. Lihat lima ribu
lompatan kujalani. Beban ini tak
menggangguku!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Bagus, tapi jangan ketawa dulu. Lihat
kutambah!" sang hwesio melempar sepotong
besi lain, menimpa dan jatuh di pundak yang
lain dan Chi Koan terkejut. Ia disuruh
meneruskan lompat talinya lagi dengan dua
beban. Ada tigapuluh kilo yang harus dibawa.
Dan ketika ia bergerak lagi dan terkejut, beban
itu mengganggunya maka sang guru tertawa
dan berseru bahwa boleh dia melakukan lima
ribu lompatan lagi.
"Gila, aku... aku tak mungkin kuat! Paling-
paling seribu lagi sudah roboh!"
"Kalau begitu harus kau ulang dan ulang lagi,
Chi Koan. Masih ada empat besi yang
menunggu gilirannya!"
"Empat besi? Jadi semua sembilan puluh kilo?
Astaga, mati aku, suhu. Tapi tak apalah. Lebih
baik mampus daripada gagal.... wut-wut!" dan
1171 Chi Koan yang kembali lompat-tali dengan dua
beban di pundak akhirnya gemetar dan pucat
menghitung-hitung hitungannya. Mula-mula ia
bertahan tapi akhirnya gemetaran, roboh dan
mencoba lagi tapi ternyata pada hitungan ke
seribu ia ambruk. Pemuda ini benar-benar tak
kuat. Dan ketika sang guru berkelebat dan
melempar arak obatnya, tertawa dan berkata
bahwa sang murid harus mengulang dan
mengulang maka hari kedua Chi Koan berkutat
dengan dua beban di pundak kiri kanannya ini.
Ia tak kenal lelah dan semangatnya sungguh
besar. Pemuda ini betul-betul mengagumkan.
Dan ketika baru pada hari ketiga ia berhasil,
arak obat dipakai untuk mengatasi kejang-
kejang maka pada hari keempat dan kelima
Beng Kong Hwesio menambah dua kepingan
besi lagi, masing-masing di kiri kanan pundak
hingga kini beban sembilan puluh kilo menekan
pemuda itu. Hebat bukan main. Chi Koan
1172 sampai jatuh bangun dan pingsan dua kali.
Latihan gurunya sungguh-sungguh berat. Tapi
ketika pada hari ketujuh ia mampu membawa
semua beban itu, tiga besi terletak di masing-
masing pundaknya maka Beng Kong Hwesio
tiba-tiba tertawa bergelak dan... melompat di
atas pundak muridnya ini.
"Bagus, sekarang coba bergerak dengan
membawa gurumu, Chi Koan. Coba mampukah
kau atau tidak!"
Sang pemuda terkejut. Ia tak menyangka
bahwa gurunya kini menggantikan piring-piring
besi itu. Bobot gurunya juga tak kurang dari
seratus kilo! Tapi karena ia telah digembleng
dengan beban sembilan puluh kilo dan
kelebihan sepuluh kilo tak jadi soal, pemuda ini
tertawa maka ia bergerak dan sudah mulai
lompat-tali.
1173 "Baik, mari coba-coba, suhu. Tapi awas
tersangkut taliku!"
Sang guru tertawa bergelak. Beng Kong telah
menekan pundak muridnya ini dan tentu saja
meloncat ketika tali menyambar. Ia naik turun
ketika sang murid bergerak naik turun pula.
Dan ketika sang Hwes?o menambah bebannya
dengan jejakan kuat, setiap hinggap tentu
berat tubuhnya bertambah maka Chi Koan
terkejut juga karena bobot yang seratus kilo
itu menjadi hampir dua kali lipat. Setiap
gurunya meloncat dan hinggap lagi di kedua
pundaknya maka tekanan telapak kaki ini
serasa menindih. Ia bertahan dan untung mulai
terlatih. Dan ketika ia menghitung satu demi
satu lompat-talinya, sang guru naik turun di
atas pundak maka hitungan limaribu juga
dilewati dengan enteng. Akibatnya sang hwesio
gembira bukan main sementara sang murid
1174 berseri-seri. Chi Koan tak merasa berat lagi.
Aneh. Bahkan ia meneruskan hitungannya
pada lompatan keenamribu. Dan ketika ia terus
bergerak dan bergerak sementara sang guru
kagum bukan main, hanya seminggu saja
pemuda ini telah mampu menguasai dasar-
dasar Lui-thian-to-jit maka Beng Kong
terbahak dan meloncat turun.
"Cukup, sekarang kita ke Lok-yang, Chi Koan.
Cari musuhmu itu dan lihat betapa dengan
amat mudah kau akan mengalahkan si Lutung
Hitam itu!"
"Sekarang juga?"
"Ya, bukankah cukup? Tujuh hari sudah kau
berlatih, dan sekarang praktekkan ilmumu itu!"
Chi Koan tersenyum. Ia mengangguk dan sang
suhupun berkelebat keluar, diikuti dan para
1175 murid tiba-tiba terbelalak ketika dua bayangan
melesat bagai iblis. Guru dan murid meluncur
begitu cepatnya di depan anak-anak murid Go-
bi. Dan ketika Beng Kong menghilang di luar
pintu gerbang, sementara Chi Koan juga
melayang dan berjungkir balik melewati pintu
gerbang, para murid ternganga maka mereka
takjub melihat gerakan anak muda ini.
"Omitohud, itu Chi Koan-sute. Bukan main,
tubuhnya secepat kilat!"
"Dan, ia menyambar tanpa kuketahui siapa.
Omitohud... lihat ia sudah terbang di sana!"
Semua hwesio takjub. Chi Koan, yang baru
saja melewati pintu gerbang tahu-tahu sudah
jauh di ujung gurun. Pemuda itu tampak
merupakan titik biru sementara Beng Kong
Hwesio dengan jubahnya yang kuning menyala
itu, kecil dan lenyap untuk akhirnya membuat
1176 para murid bengong. Seminggu saja
digembleng sang ketua mendadak Chi Koan
sudah berubah. Begitu hebatnya! Dan ketika
Chi Koan sendiri berjajar dan sudah berlari di
samping gurunya, tertawa, maka ia coba
mendahului namun gagal.
"Ha-ha, jangan coba-coba. Kalau aku mau
tentu kau yang tertinggal di belakang.
Kepandaianmu masih taraf di sini, tapi sudah
cukup mengagumkan!"
"Masa? Aku tak dapat mendahuluimu, suhu?
Ah, biar kucoba dulu... haiittt!" dan Chi Koan
yang bergerak dan melengking nyaring, coba
mendahului sang guru tiba-tiba bergerak
mengerahkan segenap kekuatannya untuk
terbang. Setelah tujuh hari digembleng dengan
beban puluhan kilo maka Chi Koan sekarang
merasa betapa enteng dan ringannya tubuhnya
itu. Tanpa beban sedikitpun ia serasa punya
1177 sayap. Tapi ketika ia terbang dengan
kecepatan penuh, sang guru dilirik dan masih
saja ada di sampingnya maka pemuda ini
mandi keringat karena gagal.
"Hebat, aku tak mampu mendahuluimu, suhu.
Tapi coba buktikan bahwa kau sebenarnya
mampu mendahului aku!"
"Eh, tidak percaya? Omitohud, pinceng akan
membuktikan, ha-ha...!" dan sang hwesio yang
berkelebat mengebutkan ujung bajunya tiba-
tiba mendesir dan mendahului sang murid,
cepat dan luar biasa hingga tahu-tahu sudah
ratusan meter di depan. Chi Koan terkejut dan
tancap gas namun masih tak mampu mengejar.
Dan ketika sang guru menoleh dan tertawa
bergelak, kembali mengebutkan jubah maka
Beng Kong Hwesio lenyap dan menghilang di
dalam hutan.
1178 "Ha-ha, coba berapa lama kau memasuki
hutan in?, Chi Koan. Tapi pinceng sudah akan
di luar!"
Chi Koan terbelalak. Ia benar-benar kagum
tapi tak mau menyerah, membentak dan
mengerahkan segenap tenaga untuk menuju
hutan. Ia coba berpacu. Tapi ketika ia
memasuki hutan ternyata gurunya sudah di
luar, ia basah kuyup maka pemuda ini
mengakui bahwa gurunya memang hebat luar
biasa.
"Suhu, aku menyerah. Kau benar-benar hebat.
Sekarang jangan tinggal aku lagi dan biar kau
tetap di sampingku!"
"Ha-ha, sudah menyerah?"
"Ya, menyerah. Kau hebat dan aku kalah!"
1179 "Ha-ha, tapi kaupun mengagumkan. Seminggu


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saja sudah mampu seperti ini. Wah, tujuh
susiokmu sendiri tak akan mampu
mengejarmu!"
"Benarkah?"
"Tentu saja benar. Aku tak usah bohong dan
mari teruskan perjalanan!"
Chi Koan berseri. Ia telah dapat mengalahkan
tujuh susioknya dan itu dirasa membanggakan,
meskipun hanya untuk "balap lari". Dan ketika
ia tertawa dan kembali sudah berendeng
dengan gurunya, hutan dan gunung dilalui
dengan cepat maka orang-orang kampung
atau dusun yang melihat kelebatan tubuh
mereka tersentak mengira ada hantu
berseliweran.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Eh, apa itu. Bayangan apa yang baru saja
lewat di sisi tubuhku ini!"
"Benar, dan itu mereka. Eh, lenyap dan hilang
lagi!"
"Setan... siluman. Jangan-jangan hantu yang
kesiangan!"
"Hiihhh, tubuhku mengkirik. Tolong.... tolong!"
dan empat orang yang berteriak melempar
pikulannya, jatuh dan lari lagi akhirnya
membuat dusun atau kampung yang dilalui
dua orang ini gempar. Mereka berteriak-teriak
tentang hantu sementara Chi Koan dan
gurunya tertawa-tawa di sana. Beng Kong
bahkan mengeluarkan tawa yang
menggetarkan bukit, berderak dan memantul
dan orang-orang dusun tunggang-langgang.
Mereka mengira gempa bumi, Chi Koan
terpingkal-pingkal. Dan ketika dusun demi
1181 dusun dilewati cepat, juga beberapa kota kecil
yang semua terbeliak dan ngeri oleh kelebatan
bayangan dua orang ini, Chi Koan yakin akan
kepandaiannya maka empat jam kemudian
mereka tiba di hutan di mana kepala rampok
itu berada.
"Nah, ini dia. Kita berhenti di sini suhu, dan
harap kau menyembunyikan diri."
"Ha-ha, kau sudah mantap?"
"Sudah, aku yakin dan akan kuhajar lutung
keparat itu!"
"Baik, dan setelah itu tingkatkan ilmu
meringankan tubuhmu ini. Kita masih terlalu
lama tiba di sini. Seharusnya satu jam saja
sudah cukup. Baik, hadapi musuhmu itu dan
biar pinceng bersembunyi... slap!" sang hwesio
lenyap, untuk kesekian kalinya lagi sang murid
1182 menjadi kagum namun Chi Koan tak mau
membuang-buang tempo. Ia tak perduli
kepada tubuhnya yang mandi keringat padahal
gurunya biasa-biasa saja. Setetes pun keringat
tak ada di wajah gurunya itu! Dan ketika Chi
Koan memasuki hutan dan benar saja
beberapa rampok muncul keluar, mereka
menghadang dan membentak maka semuanya
terkejut melihat pemuda tampan ini.
"He, kau ini. Ada apa dan kenapa datang lagi
ke mari. Apakah ingin bertemu Hek-twako dan
minta dihajar?"
"Ha-ha, benar. Barangkali minta dicambuk
pantatnya dan dijungkir!"
"Hm," Chi Koan tersenyum dan tenang-tenang
saja. "Kalian tak usah cecowetan seperti
monyet. Mana Hek-twako itu dan suruh dia
1183 keluar. Cepat, aku ingin menggebuk dan
menampar pantatnya!"
"Apa? Kau berani...?"
"Tak usah banyak mulut. Kalau kalian cerewet
biar kalian dulu yang kuhajar. Nah, lihat...
plak-plak-plak!" dan Chi Koan yang berkelebat
dan mengerahkan ilmu ginkangnya tiba-tiba
dengan mudah menampar enam perampok,
menendang dan merekapun menjerit
tunggang-langgang. Apa yang terjadi di sini
sungguh berbeda dengan apa yang terjadi
beberapa hari yang lalu. Beberapa hari yang
lalu pemuda itu malah menjadi bulan-bulanan
mereka, dihajar dan dipukul dan akhirnya
babak-belur disoraki orang banyak. Kini
keadaan tiba-tiba berbalik dan merekalah yang
dihajar pemuda itu. Gerakan Chi Koan
terlampau cepat dan tahu-tahu semua roboh
terpelanting. Pemuda itu seperti kilat
1184 menyambar. Dan ketika mereka roboh dan
berteriak-teriak, kecepatan pemuda itu tak
dapat diikuti mata maka Chi Koan sudah
berhenti dan berdiri di depan mereka, bertolak
pinggang.
"Nah, apa kataku. Siapa yang ingin dihajar dan
menerima tamparanku lagi?"
Enam perampok terkejut. Mereka melompat
bangun dan terkejut membelalakkan mata.
Pemuda ini seperti siluman! Namun karena
beberapa hari yang lalu pemuda itu tak
sehebat sekarang dan para perampok ini masih
tak percaya, mereka penasaran dan marah
membentak nyaring maka masing-masing
sudah mencabut senjata dan Chi Koan tertawa
melihat ini. Tubuhnya tadi benar-benar ringan
dan enteng seolah beterbangan!
1185 "Ha-ha, minta tambah? Baik, majulah, tikus-
tikus busuk. Dan lihat tuanmu menghajar
kalian!"
Enam perampok berteriak marah. Mereka
menerjang dan golok membacok dengan amat
ganas. Geraknya cepat, kalap. Tapi karena Chi
Koan sudah berlatih Kilat Menyambar Matahari
dan gerakan enam orang itu dinilai lamban,
pemuda ini mendahului dan membentak tanpa
banyak cakap maka enam orang itu dihajarnya
dan mereka berteriak melihat pemuda ini tahu-
tahu menghilang. Gerakan Chi Koan amatlah
cepatnya dan lagi-lagi mereka tak dapat
mengikuti. Senjata berdentingan sendiri dan
saat itulah tamparan atau tendangan pemuda
ini mengenai wajah atau perut mereka. Semua
menjerit dan terlempar roboh. Dan ketika
masing-masing mengaduh dan Chi Koan
tertawa bergelak, dengan mudah ia
1186 merobohkan enam perampok itu maka
perampok-perampok lain berdatangan dan
muncul. Mereka itu mendengar teriakan atau
jerit temannya, bayangan-bayangan
berkelebatan dan tahu-tahu lima puluh orang
sudah mengepung. Dan ketika Chi Koan
mengerutkan kening namun tidak gentar, ia
tersenyum dan tertawa lagi maka perampok-
perampok itupun tertegun menudingnya.
"Ini bocah dulu itu. Heii, ia datang dan
mengacau lagi. Tangkap, serahkan kepada
Hek-twako!"
"Benar, ini si tampan yang lembut itu. Tangkap
dia, serahkan kepada Hek-twako!"
"Ha-ha!" Chi Koan bersikap jumawa, hasilnya
tadi membesarkan hati. "Aku datang justeru
untuk menghajar orang she Hek, tikus-tikus
1187 busuk. Mana dia itu dan suruh keluar. Ayo, ini
Chi Koan yang akan mencabut bulu-bulunya!"
"Eh!" semua melengak. "Bocah ini berani benar.
Ia sombong. Tapi ia telah merobohkan enam
kawan kita!"
"Dan aneh bahwa ia mampu melakukan itu,
padahal beberapa hari yang lalu dikeroyok dua
saja jatuh bangun!"
"Panggil saja Hek-twako. Biar dia dibentak
roboh!"
"Ha-ha, panggillah dia," Chi Koan menjawab,
tak kecil hati. "Aku yang akan membentaknya
roboh, tikus-tikus busuk. Dan akan kutiup ia
menghadap Giam-lo-ong!"
"Tangkap dia, serang!" namun orang-orang itu
yang marah mendengar kata-katanya lalu
1188 membentak dan menerjang. Lima orang
bergerak namun Chi Koan mengelak, dikejar
dan mengelak lagi dan lima orang itu terkejut
karena tubuh pemuda ini licin bagaikan belut.
Setiap jari akan menerkam tiba-tiba saja luput,
si pemuda lolos dan heranlah mereka juga
yang lain-lain. Dan ketika Chi Koan semakin
melihat bahwa gerakan orang-orang itu
amatlah lambannya, ia dapat bergerak jauh
lebih cepat maka ia membalas dan kaki
tangannya bereaksi melepas tendangan atau
tamparan.
"Ha-ha, ini untuk kalian. Bagus, mari kuberi
satu-satu... des-dess!" lima orang itu
terjungkal, roboh dan menjerit tapi Chi Koan
tidak berhenti di situ saja. Ia ingin membuat
orang-orang itu ketakutan dan berkelebatlah
tubuhnya ke kelompok yang lain, yang
menonton. Dan ketika dengan Lui-thian-to-
1189 jitnya itu ia beterbangan dan menyambar-
nyambar, membagi pukulan atau tendangan
mendadak hutan itu ribut oleh pekik dan jerit
kesakitan.
"Aduh, siluman!"
"Mati aku.... des-dess!"
Lima puluh perampok kalang-kabut. Mereka
tiba-tiba berteriak dan menjerit satu sama lain
begitu Chi Koan berkelebatan di antara mereka.
Tak ada satu pun yang dapat mengikuti karena
Chi Koan sudah berubah menjadi bayangan
biru yang menyambar-nyambar dengan amat
cepatnya. Ginkang warisan Beng Kong Hwesio
bukan tandingan anak buah rampok. Dan
ketika sebentar saja lima puluh tubuh
bergelimpangan merintih-rintih, Chi Koan
tertawa bergelak maka terdengar geram dan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
seorang tinggi besar muncul diikuti empat
puluh anak buah baru. Itulah si Lutung Hitam!
"Hargh, apa yang kau lakukan ini? Siapa ka....
eh, kau rupanya!" Lutung Hitam, yang
bermuka hitam dan bertelanjang dada
menghentikan pertanyaannya. Ia kaget melihat
anak buahnya bergelimpangan tapi
kekagetannya berobah menjadi heran besar
melihat Chi Koan. Tentu saja ia mengenal
pemuda ini, bocah yang dulu hendak
dipaksanya menjadi kekasihnya itu. Lutung
Hitam adalah seorang homo. Dan ketika ia
menjublak dan heran serta takjub, pemuda ini
sudah menjadi demikian luar biasanya
mendadak ia tertawa bergelak dan menerkam
Chi Koan, hendak dipeluk.
"Ha-ha, hebat, bocah. Tapi kau semakin pantas
menjadi kekasihku. Kemarilah, aku jatuh cinta
lagi kepadamu!"
1191 Namun Chi Koan mengelak. Tentu saja ia tak
membiarkan diri diterkam laki-laki itu karena
sekali kena tentu sukar baginya melepaskan
diri. Ia belum diajari ilmu silat tangguh, yang
diperoleh barulah ilmu meringankan tubuh.
Dan ketika ia mengelak dan lawan berseru
kaget, gerakan pemuda itu amatlah cepatnya
maka Chi Koan sudah di belakang dan
menepuk pundak lawannya itu.
"Hei, aku di sini, Lutung Hitam. Ke mana kau
mencari aku?"
Laki-laki itu membalik. Ia kaget dan heran
namun menerkam lagi, kali ini lebih cepat
disertai umpatan. Ia kaget, juga marah. Tepi
ketika untuk kedua kalinya lagi pemuda itu
menghilang dengan cepat, ia tak tahu di mana
maka tiba-tiba telinganya dijewer dan Chi Koan
menampar kepalanya. Mulai belas dendam.
1192 "Lutung buruk, aku di sini. Ke mana kau


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencari? He, lihat... plak-plak!"
Si Lutung berteriak. Ia kaget karena ditampar
dan dijewer membalik dan menerkam lagi
namun pemuda itu seperti siluman. Ditubruk
atau diterkam berapa kalipun luput. Selalu
mendahului gerakannya. Dan ketika Lutung
Hitam menjadi marah karena Chi Koan
menendang dan mulai mempermainkan dirinya,
menampar atau mencabuti kumisnya maka
laki-laki ini berteriak dan mencabut golok lebar,
golok seperti gergaji!
"Hei, jangan mendelong saja. Serang dan
bunuh pemuda ini. Bantu aku!"
Empat puluh laki-laki bergerak. Mereka tadi
dibuat bengong dan takjub akan gerakan-
gerakan pemuda ini, semakin cepat diserang
semakin cepat pula mengelak. Tapi begitu sang
1193 pimpinan membentak dan mereka kaget, sadar,
maka empat puluh perampok itu menerjang
dan berteriak-teriak mencabut senjata. Namun
Chi Koan justeru semakin gembira. Ia
mempraktekkan ginkang gurunya dan benar
saja gerakannya amatlah cepat. Seratus kali
diterkam seratus kali itu pula luput. Ia melihat
bahwa gerakan orang-orang ini amatlah lambat,
itu soalnya. Dan ketika ia dikeroyok dan
Lutung Hitam dicabuti kumisnya, mencak-
mencak dan marah bukan main maka Chi Koan
tertawa dan ia mendahului orang-orang itu.
Tubuhnya beterbangan den menyelinap di
bawah hujan golok, menyodok atau menyikut
dan orang-orang itupun berteriak. Paling tidak
mereka terpelanting. Dan ketika Chi Koan
terbahak dan mulai mengayunkan tamparan
atau tendangan maka empat puluh orang yang
semula melompat bangun dan menyerang lagi
tiba-tiba mengaduh dan terlempar menjerit
1194 keras. Mereka dipukul dan pingsan, Chi Koan
merebut sebatang golok dan dengan gagang
dibalik ia menghantami orang-orang itu,
kontan mengaduh! Dan ketika sebentar
kemudian puluhan tubuh bergelimpangan
merintih-rintih, sama dengan yang pertama
maka tinggallah si Lutung Hitam sendiri, tanpa
kawan.
"Ha-ha, bagaimana sekarang? Maukah
kumismu kau cabuti sendiri atau aku yang
mencabut?"
Si pemimpin terbeliak. Seperempat dari
kumisnya sudah dicabuti dan bawah hidungnya
berdarah. Waktu dicabut sakitnya bukan main
tapi waktu diejek menjadi lebih sakit lagi.
Lutung Hitam mendelik! Dan ketika ia meraung
dan goloknya menerjang ganas, Chi Koan
mengelak dan dibacok lagi maka pemuda yang
1195 sekarang memiliki ilmu meringankan tubuh
mengagumkan ini berseru, cukup menggoda.
"Lutung Hitam, sekarang kaupun robohlah.
Lihat ini pukulan dariku dan menyerah atau
tidak?"
Lutung Hitam membelalak. Ia telah belasan
kali membacok dan menusuk namun luput
semua. Tubuh pemuda itu selalu mendahului
sebelum angin sambaran goloknya tiba. Dan
ketika kinipun ia luput dan terhuyung ke depan,
hampir saja terjelungup maka pemuda yang
dibencinya itu muncul di samping kirinya dan
sekali Chi Koan merenggut maka sisa kumis
laki-laki tinggi besar ini tertarik semua,
berteriak dan kaki pemuda itupun tak tinggal
diam. Chi Koan menendang dan telak
mengenai lambung. Dan ketika laki-laki itu
menjerit dan terlempar roboh, serangan Chi
Koan kali ini amatlah kerasnya maka laki-laki
1196 itu mengeluh dan melipat perutnya, mengaduh
dan merintih tak keruan.
"Aduh... bluk-dess!"
Chi Koan menyelesaikan pertandingan.
Sekarang pemuda ini muncul lagi dan berdiri
tegak bertolak pinggang. Wajahnya berseri-seri,
lawan melipat punggung dan setengah pingsan
oleh tendangannya tadi. Meskipun tak
mematikan namun membuat Lutung Hitam
kelenger, ia benar-benar jera. Dan ketika Chi
Koan bertanya apakah dia bertobat, yang
dijawab minta ampun maka Chi Koan
menyuruh agar mencium kakinya seratus kali.
"Nah, lakukan seperti dulu kau memerintah
aku. Cepat atau nanti kuinjak-injak!"
"Ampun... ampun, Chi-siauwhiap. Aku benar-
benar bertobat. Tap?... tapi aku tak dapat
1197 menggerakkan tubuhku. Disuruh merangkak
saja tak kuat!"
"Aku tak perduli. Kau harus berjalan ke sini
dan tunduk mencium kakiku. Cepat, atau nanti
hukuman bertambah!"
"Perutku sakit... ususku melilit-lilit!"
"Kau masih banyak cakap? Hm, kalau begitu
kupenggal kepalamu, biar tahu rasa!" Chi Koan
menakut-nakuti orang, menendang dan
menyambar golok lawan dan Lutung Hitam
ngeri. Ia pucat dan gentar, tentu saja tak mau
dibunuh. Dan ketika apa boleh buat ia harus
berjalan tapi roboh merintih-rintih, merangkak
dan mendekati pemuda itu maka dengan susah
payah ia mencium kaki Chi Koan seratus kali.
Chi Koan tertawa dan tergelak-gelak, kakinya
diangkat naik menginjak kepala lawan. Dan
ketika begitulah dulu lawannya
1198 mempermainkan dirinya, menendang dan
memukul maka Lutung Hitam yang malu
disaksikan anak buahnya ini hampir mati oleh
hinaan. Ia tak sanggup menaikturunkan
tubuhnya seratus kali, baru tujuhpuluh kali
saja ia sudah roboh, pingsan. Dan ketika Chi
Koan tertawa dan menendang lawannya itu,
anak buah rampok terbelalak gentar maka Chi
Koan meninggalkan tempat itu seraya
mengancam bahwa siapa yang coba-coba
membalas dendam akan dihajarnya lebih berat.
Ia berada di Go-bi dan siapapun boleh datang
kalau ingin dapat pelajaran, sesosok bayangan
kuning berkelebat dan muncullah Beng Kong
Hwesio yang tinggi besar. Dan ketika hwesio
itu terbahak menyambung kata-kata muridnya,
berseru bahwa para perampok akan dibunuh
kalau macam-macam lagi maka hwesio ini
mengibaskan lengan bajunya dan seratus
orang itu terlempar dan terangkat naik
1199 beterbangan ke atas dahan-dahan pohon,
tersangkut dan nyangsang jungkir balik.
"Ha-ha, betul. Siapa main-main dengan
muridku akan dibunuh. Pergilah kalian... bres-
bress!" puluhan tubuh tersapu bagai disambar
angin puyuh, berteriak dan nyungsang tak
keruan di atas pohon sementara Lutung Hitam
sendiri berkeratak tulang lehernya disambar
pukulan jarak jauh hwesio sakti ini. Chi Koan
terkejut tapi tertawa-tawa. Lutung Hitam
ternyata tewas! Dan ketika hwesio itu pergi
sementara muridnya juga lenyap, para
perampok saling tolong menurunkan tubuh
maka barulah mereka tahu kalau pimpinan
mereka itu tewas, tulang lehernya patah! Guru
dan murid tiba-t?ba menjadi momok dan
semua ketakutan. Go-bi ternyata benar-benar
berada di belakang pemuda itu. Sial ketemu
musuh tangguh! Dan ketika mereka pucat dan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
gentar dihajar pemuda ini, nama Chi Koan
menjadi bisik-bisik di antara perampok maka
Chi Koan sendiri pulang bersama gurunya
dengan kepercayaan besar yang melipatkan
keberanian. Sekarang ia benar-benar yakin
bahwa kesaktian gurunya benar benar amat
luar biasa. Baru berlatih ilmu meringankan
tubuhnya saja sudah dapat dipakai menghajar
seratus orang, padahal kepandaian itupun baru
dipelajarinya hanya seminggu. Dan ketika
kepercayaan ini menjadikan keberanian Chi
Koan berlipat-lipat, ia cerdik dan pandai
mengambil hati gurunya maka beberapa bulan
kemudian pemuda ini telah memperdalam Lui-
thian-to-jitnya itu. Bersama itu diturunkan pula
ilmu-ilmu silat penyambung enam tahun yang
lalu. Hubungan guru dan murid kembali
berjalan. Pada dasarnya Beng Kong Hwesio ini
memang nenyukai muridnya. Sejak dulu
pemuda ini amat disayang, karena Chi Koan
1201 terkenal pemberani dan nakal, kenakalan yang
disuka hwesio itu karena dianggapnya sebagai
lambang kejantanan. Begitulah seharusnya
seorang anak laki-laki tulen, nakal dan agresif!
Dan ketika enam bulan kemudian Chi Koan
telah menguasai penuh ilmu meringankan
tubuh Kilat Menyambar Matahari ini, Beng
Kong terbelalak karena seharusnya ilmu itu
dipelajari dalam waktu setahun atau dua tahun
maka sang hwesio kagum dan geleng-geleng
kepala. Menganggap muridnya ini luar biasa
cerdas!
"Ha-ha, setan dangkalan. Kau ini luar biasa
sekali, Chi Koan. Enam bulan saja Lui-thian-to-
jit sudah kaulalap habis. Wah kau murid luar
biasa. Heran benar bahwa Go-bi mempunyai
murid seperti ini. Kalau sukongmu tahu tentu
beliau akan mendecak kagum!"
1202 "Hm, teecu ada kesempatan bertemu sukong?
Hal yang langka, suhu, tak mungkin. Tapi
alangkah girangnya kalau sukong mau
menemui teecu!"
"Wah, tak usah berpikiran macam-macam.
Sukongmu bertapa, akupun sekarang tak
berani mengganggunya. Sudahlah, kau pelajari
ilmu-ilmu dariku dan mungkin Cui-pek-po-kian
ini dapat kau andalkan!"
"Ilmu Meggempur Tembok?"
"Ya, yang dulu diandalkan susiok-kong-mu Ji
Beng Hwesio."
"Dan Thai-san-ap-ting, suhu. Kapan aku dilatih
ilmu silat ini?"
"Hm, silat Gunung Thai-san Tindih Kepala? Kau
akan mempelajarinya juga, Chi Koan. Tapi
1203 tergantung semangatmu berapa lama kau
mewarisi Cui-pek-po-kian. Kau harus
melatihnya satu per satu dulu."
"Teecu pasti akan melatihnya, dan teecu akan
tekun belajar. Teecu kira tiga bulan saja sudah
sanggup!"
"Tiga bulan? Ha-ha, aku sendiri bertahun-
tahun menguasai Cui-pek-po-kian ini, Chi Koan.
Jangan bersombong dengan mengatakan tiga
bulan berhasil. Eh, buktikan omonganmu itu
dan biar kulihat!"
"Suhu boleh buktikan. Tapi bagaimana kalau
tiga bulan benar-benar berhasil? Ilmu apalagi
yang hendak diberikan kepada teecu?"
"Weh, kau seperti kuda kelaparan? Kenapa
begini antusias? Ha-ha, masih banyak ilmu-
ilmuku, Chi Koan. Go-bi tak kekurangan ilmu.
1204 Kau boleh pilih apa saja kalau kata-katamu
benar!"
"Bagaimana kalau Hok-tee-sin-kun Silat
Penakluk Dunia)?"
"Apa?"
"Maaf, suhu," Chi Koan tiba-tiba menunduk,
menjatuhkan diri berlutut. "Konon katanya dari
segala ilmu-ilmu Go-bi yang paling hebat
adalah Hok-tee-sin-kun itu. Suhu telah
mempelajarinya, dan suhu ternyata menjadi
hebat bukan main. Kalau teecu boleh
mempelajari itu tentu teecu akan girang bukan
main. Tapi terserah suhu..."
"Hm," sang suhu terkejut, muka sedikit
berubah. "Dari mana kau tahu ilmu ini, Chi


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Koan. Siapa yang bilang?"
1205 "Yang bilang adalah anak-anak murid Go-bi.
Dulu mereka melihat kesaktian ini
diperlihatkan sukong."
"Hm, benar, tapi itu adalah ilmu rahasia. Kau
tak boleh melatihnya karena amat berbahaya.
Ilmu itu tak boleh dimiliki oleh lebih dari dua
orang!"
"Maksud suhu bahwa sekarang yang
memilikinya ini adalah suhu dan sukong?
Karena sukong masih hidup?"
"Benar, Chi Koan, dan aku tak berani
melanggarnya. Sudahlah, tak usah bicara
tentang ini karena menguasai Cui-pek-po-kian
dan Thai-san-ap-ting saja kau sudah akan
menjadi hebat bukan main. Tak akan ada
tokoh-tokoh kelas satu mampu
menandingimu!"
1206 "Tapi suhu masih tak mampu menghadapi
keroyokan Siang Kek Cinjin dan Siang Lam
Cinjin!"
"Ah, mereka dedengkot Heng-san. Umurnya
hampir seratus tahun!"
"Itulah, dan aku pasti kalah menghadapi
mereka, suhu. Biarpun menguasai Cui-pek-po-
kian maupun Thai-san-ap-ting!"
"Tidak, kalau kau berhadapan satu lawan
satu."
"Tapi dulu nyatanya mereka mengeroyok
suhu!"
"Hm, dulu mereka penasaran kepadaku, Chi
Koan. Dan aku juga menantang mereka agar
maju berdua!"
"Dan teecu juga ingin melakukan itu!"
1207 "Apa? Ha-ha, jangan gila, Chi Koan. Kau baru
saja belajar silat. Kau baru menyambung
kembali ilmu-ilmu yang dulu putus!"
"Teecu ingin menjunjung tinggi nama Go-bi,
suhu. Kalau setengah-setengah menimba ilmu
percuma saja. Teecu ingin seperti suhu,
terkenal dan ditakuti orang!"
Beng Kong Hwesio tertawa bergelak. Tiba-tiba
saja dia geli karena semangat muridnya ini
dinilai berlebihan. Baru belajar ilmu beberapa
bulan saja sudah ingin mengalahkan Siang Kek
dan Siang Lam Cinjin, dedengkot Heng-san.
Dan ketika dia terbahak dan menampar
muridnya, geli, maka hwesio itu berkelebat dan
menyuruh muridnya berlatih.
"Gila, congkak tapi mengagumkan. Ha-ha, latih
saja Cui-pek-po-kian itu, Chi Koan. Dan
buktikan kepadaku bahwa tiga bulan saja kau
1208 mampu menguasainya. Hayo, tak usah besar
mulut dan nanti kita bicara lagi!"
Pemuda itu terhuyung. Ia ditampar pundaknya
dan terdorong, membelalakkan mata namun
gurunya lenyap. Rasa gemas dan penasaran
melanda hatinya. Ia ingin ilmu hebat itu, Hok-
tee-sin-kun! Tapi karena gurunya tak mau
mengajari dan sedikit rahasia terdapat di situ,
bahwa Hok-tee-sin-kun tak boleh dimiliki oleh
lebih dua orang, hanya gurunya dan
sukongnya itu yang memiliki Hok-tee-sin-kun
maka Chi Koan mengepal tinju dan seberkas
cahaya licik menyambar di matanya. Ia akan
melakukan sesuatu untuk memiliki ilmu itu. Ia
akan berusaha supaya Hok-tee-sin-kun jatuh
ke tangannya. Dan satu di antara segala cara
adalah dengan membujuk dan menyenangkan
gurunya, ia harus pandai mengambil hati maka
Chi Koan bergerak dan janji kepada gurunya
1209 akan dibuktikan. Ia telah diajari tentang Cui-
pek-po-kian dan itu akan dilatihnya tiga bulan
saja. Selanjutnya ia akan meminta Thai-san-
ap-ting dan setelah itu mengerjakan sesuatu.
Sebuah akal muncul di benaknya. Akal licik;
juga culas dan keji. Dan ketika pemuda itu
tersenyum dan Go-bi tak tahu apa yang akan
dilakukan maka Chi Koan memasuki kamarnya
dan di situ ia tak keluar-keluar. Tiga bulan
pemuda ini mengunci kamar dan Beng Kong
terheran-heran menyaksikan sikap muridnya.
Desir angin menyambar-nyambar di dalam
kamar itu dan hwesio ini takjub ketika
dilihatnya sang murid berlatih Cui-pek-po-kian,
siang malam tak kenal henti dan akhirnya tiga
bulan tepat dinding tergetar dan robohlah
kamar itu oleh sebuah pukulan angin dahsyat.
Hiruk-pikuk membuat murid-murid Go-bi
terkejut dan semua berkelebatan. Kamar
pemuda itu ambruk dan Chi Koan tertimpa
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
puing-puing, tertindih namun keluar dengan
wajah berseri-seri, mengibas dan semua
murid-murid Go-bi terpental. Mereka yang
hendak menolong malah terlempar! Dan ketika
teriakan kaget dan seruan mengguncang sana-
sini, Pat-kwa-hwesio berkelebat dan muncul
maka Beng Kong juga tertegun dan sudah
berdiri di situ.
"Ha-ha, berhasil, suhu. Lihat dinding kamarku
roboh!"
"Apa yang kau lakukan?" Ji-hwesio tiba-tiba
membentak, marah. Selama ini
mengkhawatirkan gerak-gerik Chi Koan dan
keakraban bersama suhengnya. Dia cemas dan
khawatir karena beberapa kali ia melihat sinar
licik di mata pemuda ini. Ada sesuatu yang
disembunyikan pemuda itu namun ia tak tahu
apa. Dan ketika hiruk-pikuk di kamar pemuda
itu mengundang semua orang, ia kaget dan
1211 marah maka dibentaknya pemuda itu. Namun
Chi Koan memandang susioknya ini dengan
senyum mengejek, dingin dan tak acuh, cepat
menghampiri suhunya dan berlutut di situ.
"Suhu, aku telah membuktikan kepadamu.
Lihat, Cui-pek-po-kian kulatih hanya dalam
waktu tiga bulan saja. Mana sekarang Thai-
san-ap-ting seperti yang kau janjikan. Aku
ingin membawa tinggi nama Go-bi!"
"Ha-ha!" lain Beng Kong Hwesio lain pula sute-
sutenye. "Kau hebat dan mengagumkan, Chi
Koan. Tapi bukti ini belum cukup. Yang kau
serang adalah benda mati, bukan barang hidup.
Kau tak dapat menagih kalau betul-betul belum
meyakinkan!"
"Suhu menyuruh teecu apalagi? Lihat, para
suheng di sana itu, suhu. Mereka kukibas
1212 roboh. Aku benar-benar telah menguasai Cui-
pek-po-kian!"
"Ha-ha, mereka murid-murid lemah. Coba kau
terima pukulanku dan seberapa kuat Cui-pek-
po-kianmu. Awas!"
Sang hwesio bergerak, menyambar dan tahu-
tahu lengan jubahnya menghantam sang murid.
Pukulan Cui-pek-po-kian juga dilepaskan dan
Pat-kwa-hwesio serta anak-anak murid Go-bi
terbelalak. Mereka kaget karena Chi Koan
ternyata melatih Cui-pek-po-kian, dan
hebatnya hanya tiga bulan saja sudah
menguasai. Padahal murid-murid tingkat
utama harus bertahun-tahun tak ada yang
mampu. Dan ketika Chi Koan diserang dan
pemuda itu menangkis, Chi Koan mengerahkan
tenaganya maka Cui-pek-po-kian beradu
dengan Cui-pek-po-kian pula.
1213 "Dess!"
Anak-anak murid terpelanting. Adu tenaga
yang amat hebat itu benar-benar membuktikan
kelihaian Chi Koan. Anak muda ini mampu
menahan pukulan gurunya, tergetar dan
sedikit terdorong dan bukan main bangganya
sang guru. Beng Kong Hwesio tertawa bergelak
memperlihatkan kepada sute-sutenya bahwa
muridnya ini benar-benar orang pilihan. Lihat
saja ia mampu menahan pukulannya. Dan
ketika hwesio itu berseri sementara Ji-hwesio
dan enam adiknya mengerutkan kening,
bermuka gelap maka Chi Koan yang tahu
ketidaksenangan tujuh susioknya ini berseru,
berani dan menantang.
"Suhu, agaknya ada orang lain yang rupanya
masih meragukan Cui-pek-po-kianku. Mungkin
dianggapnya suhu tadi tak sepenuh tenaga
mencoba aku. Bagaimana kalau aku
1214 membuktikan ini kepada para suheng atau
orang-orang itu?"
**SF**
(Bersambung jilid 16)
Bantargebang, 05-09-2018,17:07
1215 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 16
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
1216 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 16
"KAU mau pamer?"
"Bukan, suhu, melainkan meyakinkan hati suhu
bahwa ilmuku ini betul-betul sudah kukuasai.
Bagaimana kalau orang-orang yang tak puas
dipersilahkan maju dan teecu menghadapi
dengan Cui-pek-po-kian ini?"
"Ha-ha, boleh saja. Siapa yang tak percaya!"
"Barangkali Ji-susiok dan enam susiok yang
lain...."
1217 "Bocah sombong!" Ji-hwesio tiba-tiba
membentak dan tak dapat menahan diri,
berkelebat. "Kau tak perlu menyindir-nyindir
kami, Chi Koan. Boleh aku maju dan biar
kulihat kepandaianmu. Awas!" dan belum yang
lain terkejut dan hilang kagetnya, Chi Koan
menyindir susioknya ini maka Ji-hwesio sudah
menyambar dan tidak tanggung-tanggung
melepas pukulan. Jubahnya dikebut dan Chi
Koan diserang. Angin menderu dan Beng Kong
terbelalak, muridnya disambar. Tapi karena
hwesio ini telah menjajal muridnya dan ia
percaya, tadi Chi Koan mampu menahan
pukulannya maka sang hwesio tertawa
bergelak dan mundur.
"Dess!"
Chi Koan menangkis dan membuat kejutan.
Untuk kedua kali ia memamerkan tenaganya
dan sang susiok yang tadi ragu tiba-tiba
1218 berseru keras. Tak dapat disangkal, hwesio ini
memang meragukan Cui-pek-po-kian pemuda
itu, mengira bahwa terjad? main sandiwara
antara guru dan murid. Bahwa suhengnya tadi
mungkin tak sepenuh hati mencoba Chi Koan
dan kini dihantamnya pemuda itu. Namun
ketika sang pemuda menangkis dan ia
terpental, kaget dan menyambar turun lagi
dengan pukulan kedua maka Ji-hwesio
melancarkan serangan seakan tak percaya.
"Chi Koan, coba terima sekali lagi!"
Pemuda itu tersenyum. Ia telah beradu tenaga
dan hasilnya sungguh menggembirakan.
Susioknya terpental. Maka ketika ia dicoba lagi
dan sang susiok tampak penasaran, kurang
percaya maka Chi Koan menambah tenaganya
dan kali ini sang susiok roboh terbanting.
"Dess!"


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1219 Benturan kali ini lebih dahsyat daripada tadi.
Chi Koan mempergunakan delapan persepuluh
bagian tenaganya dan Ji-hwesio tiba-tiba
menjerit. Cui-pek-po-kian yang belum
sepenuhnya mampu dikendalikan ternyata
berakibat hebat bagi hwesio itu. Tenaga Chi
Koan terlampau dahsyat. Dan ketika sang
hwesio terbanting dan muntah darah,
menggeliat dan roboh maka dua gebrakan itu
saja Ji-hwesio pingsan!
"Omitohud...!" enam saudara yang lain berseru
tertahan. Mereka tak menyangka dan
berkelebatan datang. Beng Kong juga terkejut
dan kaget oleh kehebatan muridnya ini. Chi
Koan sungguh luar biasa! Tapi ketika ia
bergerak dan mencelat maju, membentak
muridnya kenapa mencelakai paman guru
maka Beng Kong mencengkeram dan
membanting muridnya ini.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Chi Koan, apa yang kaulakukan?"
Chi Koan menjerit. Berhadapan dengan sang
guru tentu saja ia kalah, ilmunya baru Cui-pek-
po-kian. Dan ketika ia terbanting bergulingan
dan pucat berteriak tertahan, gurunya
bergerak dan sudah menolong sang paman
maka Beng Kong cepat menyalurkan sinkang
dan menjejalkan obat ke mulut sutenya.
Untung ia ada di situ dan dapat memberikan
pertolongan. Kalau tidak, mungkin jantung
sutenya ini bisa pecah! Dan ketika Ji-hwesio
siuman dan enam adiknya yang lain
berkerumun, masing-masing juga menyalurkan
sinkang maka luka dalam yang dialami tak
sampai merenggut nyawa. Semua murid
terbelalak sementara Chi Koan sendiri berlutut
menghadap gurunya. Ia juga tak tahu akibat
itu. Pukulannya kiranya terlalu keras! Namun
ketika Ji-hwesio membuka mata dan suhunya
1221 membalik maka Beng Kong merah padam
membentak muridnya ini.
"Chi Koan, apa yang kaulakukan? Berani benar
kau melukai susiokmu!"
"Ampun....!" Chi Koan gemetar, namun
wajahnya berseri-seri, aneh! "Teecu... teecu
tak sengaja, suhu. Teecu sudah menguasai
Cui-pek-po-kian namun belum mampu
mengendalikan tenaganya. Tadi susiok
mencoba ulang dan teecu menambah kekuatan,
mengira susiok kuat. Tapi ketika begini
akibatnya dan teecu tak tahu maka teecu
mohon ampun atau boleh dihukum kalau teecu
salah!"
"Hm, kau tak sengaja?"
"Suhu lebih tahu daripada teecu. Teecu baru
keluar kamar, ini latihan terakhir. Kalau teecu
1222 sudah tahu dan mampu mengendalikan tenaga
tentu teecu berhati-hati. Mohon suhu ampuni!"
Beng Kong tertegun. Sebagai orang yang
banyak pengalaman dan ilmu-ilmu tinggi tentu
saja dia tahu dan dapat menerima alasan
muridnya itu. Chi Koan baru keluar kamar dan
dapat dipahami kalau dia belum mampu
mengendalikan tenaga. Apalagi dilihatnya
sutenya tadi masih penasaran dan ingin
mengulang, dikira kuat dan akibatnya pemuda
itu menambah tenaga. Tapi begitu sang sute
terbanting dan inilah bukan kesalahan Chi
Koan, pemuda itu mengira susioknya kuat
bertahan maka hwesio ini mengangguk-angguk
dan dapat menerima.
"Hm, baik, tepat. Tapi kau harus minta maaf
kepada susiokmu. Kalau dia hendak
menghukum tentu kau harus menerima!"
1223 "Teecu akan menerima, kalau teecu memang
salah..." dan ketika Chi Koan bangkit dan sinar
mata gurunya tidak sebengis tadi, ada unsur
pembelaan di kata-kata suhunya maka ia
berlutut dan minta maaf di depan susioknya
yang baru bangun itu. Ji-hwesio masih merasa
berkunang-kunang.
"Susiok, teecu minta ampun kalau susiok
terluka oleh pukulan teecu. Tadi pertama kali
susiok dapat bertahan, teecu tak menyangka
bahwa untuk yang kedua kalinya susiok tak
tahan. Harap susiok ampuni teecu yang belum
mahir benar mengendalikan tenaga Cui-pek-
po-kian."
"Hm," hwesio ini mengangguk-angguk, merah
padam. "Pinceng dapat menerima kata-katamu,
Chi Koan. Dan rupanya memang kesalahan
pinceng sendiri. Tak apa, kau benar hebat tapi
jangan sombong dengan kehebatanmu itu!"
1224 "Teecu tak akan bersikap sombong, kalau
teecu tak diganggu orang lain. Harap susiok
maafkan dan terima kasih!"
"Nanti dulu," Sam-hwesio bergerak dan maju
ke depan, sinar matanya berkilat. "Melihat
ilmumu pinceng jadi gatal-gatal tangan juga,
Chi Koan. Beranikah kau menghadapi kami
berenam karena konon katanya kau telah
menguasai pula Lui-thian-to-jit (Kilat
Menyambar Matahari)!"
"Ah, teecu hendak dijajal lagi?"
"Kalau kau berani, Chi Koan, karena kami akan
mengeroyok!"
"Teecu tak takut!" Chi Koan tertawa, bangkit
meloncat. "Justeru semakin diuji teecu akan
semakin senang, sam-susiok. Ini untuk
1225 kemajuan teecu sendiri dalam mendalami ilmu
suhu. Teecu malah berterima kasih!"
"Kalau begitu kau bersiaplah. Ji-suheng tak
dapat maju dan biarkan kami berenam saja!"
Sam-hwesio sudah bergerak dan memberi
tanda adik-adiknya. Hwesio ini sendiri langsung
mencabut toya dan Chi Koan tertegun, kelima
hwesio yang lain juga tertegun tapi hwesio itu
berseru agar semua mencabut senjata.
Agaknya melihat kepandaian Chi Koan tadi
sadarlah Sam-hwesio bahwa si pemuda
sesungguhnya benar-benar hebat. Dalam
beberapa bulan saja berguru di Go-bi sudah
mampu merobohkan suhengnya dalam dua kali
gebrakan saja. Ini bukan main-main! Dan
ketika kelima adiknya mengangguk dan
masing-masing sudah mencabut senjata, toya
panjang kesukaan mereka maka enam orang
itu bergerak dan Chi Koan sudah dikurung.
1226 "Kau keluarkan senjatamu kalau ingin
bersenjata. Barangkali gurumu telah
menurunkan ilmu-ilmu bersenjata."
"Tidak," Chi Koan tersenyum, berseri-seri,
"Teecu akan bertangan kosong saja, cuwi-
susiok (paman-paman sekalian). Lagi pula
suhu belum menurunkan permainan toya
kepada teecu, baru ilmu Cui-pek-po-kian dan
Lui-thian-to-jit itu!"
"Bagus, kalau begitu berhati-hatilah. Kami
akan menyerang.... wut!" dan Sam-hwesio
yang memulai serangannya tiba-tiba
membentak dan tidak banyak bicara lagi. Ia
harus menjaga kewibawaan dan semua murid
melotot. Gerakan toya itu amatlah cepat tapi
lebih cepat lagi Chi Koan mengelak. Pemuda ini
mempergunakan Lui-thian-to-jitnya untuk
menghindar dari serangan paman guru,
mengejutkan Sam-hwesio tapi hwesio itu
1227 berseru mengejar kaget. Kecepatan Chi Koan
tadi membuatnya terkesiap. Dalam hal ginkang
pun kiranya sang murid keponakan ini juga
hebat! Dan ketika ia mengejar namun Chi Koan
lagi-lagi berkelebat mendahului, lenyap dengan
kecepatannya yang luar biasa itu maka dua
kali serangannya luput dan Beng Kong Hwesio
tertawa bergelak. Muridnya menunjukkan
kepandaian mengagumkan.
"Ha-ha, kurang cepat gerakanmu, Sam-sute.
Ayo sambar dan kejar lagi dia. Bagus, Chi Koan
mampu mengimbangi kalian!"
Lima hwesio yang lain terbelalak. Mereka juga
melihat luputnya serangan suhengnya itu
namun masing-masing bergerak susul-
menyusul. Barisan pat-kwa (segi delapan) kini
dimainkan, meskipun hanya oleh enam orang
saja karena dua suheng mereka tak ada. Yang
pertama hilang entah ke mana sedang yang
1228 kedua masih baru sembuh dari bekas pukulan
Chi Koan tadi. Meskipun enam orang saja
namun sesungguhnya cukup hebat. Mereka
adalah murid-murid senior Go-bi yang sudah
melatih ilmunya bertahun-tahun, bukan murid
baru yang masih hijau. Dan ketika benar saja
mereka bergerak saling susul dan ke mana Chi
Koan berkelebat ke situ pula mereka mencegat
maka Chi Koan terkejut karena dirinya tahu-
tahu terkurung.
"Chi Koan, tunjukkan Cui-pek-po-kian-mu itu.
Hati-hati, jangan terlalu keras tapi juga jangan
hanya mengelak saja!"
Beng Kong Hwesio, yang menonton
pertandingan itu berseru dari luar. Ia melihat
keadaan muridnya dan berseru memberi jalan
keluar. Chi Koan mengangguk dan sudah
melakukan ini. Betapapun pemuda itu juga
cerdik dan tak mungkin mengelak saja.
1229 Sambaran enam toya amatlah hebat dan
masing-masing menderu tak kenal ampun.
Melihat angin sambarannya ada tanda-tanda
bahwa Sam-hwesio dan adik-adiknya itu akan
balas dendam. Mereka rupanya masih sakit
hati akan robohnya suheng mereka, Ji-hwesio.
Dan ketika Chi Koan harus bergerak cepat
mengelak dan menangkis, kini apa boleh buat
Cui-pek-po-kiannya harus bekerja maka enam
hwesio berteriak karena mereka terpental
mundur.
"Plak-plak-plak!"
Sam-hwesio dan adik-adiknya terdorong.
Mereka pucat bahwa sinkang pemuda itu
melebihi sinkang mereka sendiri. Sekarang
mereka merasakan langsung Cui-pek-po-kian
yang dipunyai pemuda ini. Namun ketika
mereka penasaran dan justeru menjadi marah,
suheng mereka tak ragu-ragu memberikan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
ilmunya maka kekhawatiran dan kegelisahan
mereka meledak berbaur dengan benci. Chi
Koan benar-benar rupanya disayang Beng
Kong Hwesio!
"Chi Koan, kami akan bergerak dengan Angin
Puyuh. Awas, hati-hati....!"
Chi Koan tertawa lebar. Setelah ia
berkelebatan dan menangkis dengan Cui-pek-
po-kiannya, keenam susioknya mundur dan
terhuyung-huyung maka kepercayaan dirinya
semakin besar, tebal. Ia tak takut ketika
seruan itu dibentakkan dengan suara nyaring.
Karena begitu keenam paman gurunya
bergerak mempercepat serangan, deru dan
sambaran toya berkesiur di atas kepalanya
maka pemuda ini melejit dan tiba-tiba kedua
tangannya mengibas semua toya-toya itu.
1231 "Liok-wi-susiok, awas teecu menambah
tenaga!"
Sam-hwesio dan adik-adiknya terbelalak.
Mereka yang memberi tahu sekarang mereka
yang ganti diberi tahu. Sepintas Chi Koan
hendak menghina, mengejek. Tapi ketika
benar saja dari lengan pemuda itu menyambar
angin pukulan dahsyat di mana toya tiba-tiba
tertahan dan tersentak di udara, pemuda itu


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melepas Cui-pek-po-kiannya maka Sam-hwesio
dan kelima saudaranya kaget karena tubuh
mereka tiba-tiba terangkat naik, tak dapat
dicegah lagi.
"Heiii... bres-bres-bress!"
Enam hwesio itu jatuh bangun. Mereka telah
mengeluarkan serangan lebih dahsyat tapi Chi
Koan membalas tak kalah dahsyat, ini benar-
benar luar biasa. Dan karena Cui-pek-po-kian
1232 pemuda itu memang hebat dan mereka telah
merasakan, satu demi satu tak akan sanggup
maka mereka terlempar dan jatuh bergulingan
oleh kibasan angin pukulan pemuda ini. Chi
Koan menambah tenaganya karena ia harus
bertindak cepat. Keenam susioknya
mengeluarkan silat Angin Puyuh di mana
langkah-langkah pat-kwa-tin digerakkan secara
rapi. Namun karena mereka hanya berenam
dan dua yang lain kosong, pat-kwa-tin tak
dapat dilakukan seperti biasanya maka
kekosongan inilah yang dilihat Chi Koan dan
dengan cepat pemuda itu sudah
melumpuhkannya. Chi Koan tak mau berlama-
lama lagi karena dia sadar akan tekanan-
tekanan berikut. Keenam susioknya begitu
bersemangat menyerangnya dan ingin
membalas kekalahan Ji-hwesio tadi, karena itu
ia harus bergerak lebih cepat lagi guna
mencapai kemenangan. Dan karena ilmu
1233 meringankan tubuh Lui-thian-to-jit sudah
dikuasai baik dan pemuda ini berkelebatan
cepat melebihi gerakan burung menyambar-
nyambar, Sam-hwesio dan lain-lain kalah cepat
maka mereka harus mengakui keunggulan
pemuda itu dihantam Cui-pek-po-kian. Tanpa
Cui-pek-po-kian tak mungkin Chi Koan mampu
mengatasi keenam susioknya, biarpun ia
bergerak melebih kecepatan burung
menyambar-nyambar. Dan karena justeru Cui-
pek-po-kiannya itulah yang ditakuti paman-
paman gurunya karena berkali-kali mereka
tergetar dan terdorong mundur, setiap adu
tenaga tentu mereka kalah maka kibasan
pemuda itu membuat semua terlempar dan
akhir dari pertandingan ini membuat enam
senjata di tangan enam orang hwesio itu juga
mencelat!
1234 "Kalian kalah!" Beng Kong Hwesio tiba-tiba
berseru dan tertawa bergelak. Enam sutenya
mengeluh di sana. "Ha-ha, kalian kalah, Sam-
sute. Chi Koan menang. Muridku telah mahir
memainkan Cui-pek-po-kian maupun Lui-thian-
to-jit!"
"Pinceng harus mengakui ini," Sam-hwesio dan
adik-adiknya terhuyung bangun, pucat.
"Muridmu hebat sekali, suheng. Tapi tolong
hati-hati agar tidak sombong!"
"Ha-ha, pinceng akan mengaturnya. Kalian tak
perlu khawatir!" dan ketika hwesio itu
berkelebat menepuk-nepuk pundak muridnya,
dua kali Chi Koan memberi kebanggaan maka
murid-murid Go-bi mendecak dan mereka
sungguh takjub akan kemenangan Chi Koan ini.
Murid yang baru beberapa bulan belajar itu
sudah mampu mengalahkan Pat-kwa-hwesio.
Tapi karena yang menggembleng adalah Beng
1235 Kong Hwesio dan hwesio itu adalah tokoh sakti
setelah Ji Leng Hwesio maka para murid
mengangguk-angguk dan Chi Koan
menyeringai lebar. Ia telah menunjukkan
kepada gurunya hasil latihannya yang
sungguh-sungguh. Gurunya tentu puas dan ia
pun juga begitu. Dan ketika hari itu Chi Koan
telah menunjukkan kehebatannya semua
memuji dan bertepuk kagum adalah Ji-hwesio
dan sute-sutenya berkerut dahi.
Mereka merasakan sendiri kehebatan pemuda
ini dan justeru mereka semakin khawatir.
Entahlah, ada perasaan tak tenang di hati
mereka itu, juga tak senang. Tapi karena
mereka sudah roboh dan selanjutnya adalah
tanggung jawab suheng mereka Beng Kong
Hwesio maka sesuai janji Chi Koan mendapat
tambahan ilmunya dengan mempelajari Thai-
san-ap-ting.
1236 "Kau sudah cukup hebat, tapi akan lebih hebat
lagi dengan mempelajari Thai-san-ap-ting. Mari,
aku menepati janjiku, Chi Koan. Kalau tiga
bulan kau juga dapat menguasai ilmu ini maka
dunia sudah di tanganmu!"
"Masa? Di atas gunung masih ada gunung,
suhu. Di atas langit masih ada langit. Teecu tak
percaya."
"Eh, bukankah kau sudah mampu merobohkan
ketujuh susiokmu?"
"Susiok tadi tak dapat dijadikan ukuran. Teecu
ingin mengalahkan yang lebih tinggi dan lebih
hebat, Siang Kek dan Siang Lam Cinjin itu
misalnya!"
"Ha-ha, besar sekali semangatmu. Bagus,
dengan gabungan Thai-san-ap-ting dan Cui-
pek-po-kian ini kau pasti mampu mengalahkan
1237 mereka, Chi Koan, asal bertanding satu lawan
satu. Sudahlah, pelajari Thai-san-ap-ting dan
coba kulihat apakah tiga bulan lagi kau mampu
menahan doronganku!"
Chi Koan girang. Selanjutnya ia disuruh
mempelajari ilmu baru itu, mendapat kamar
baru karena kamarnya yang lama hancur.
Anak-anak murid memandang iri namun
mereka tahu diri. Keberhasilan yang dicapai
pemuda itu adalah karena bakatnya yang besar,
juga kemauannya yang kuat. Dan karena
mereka tak mampu melakukan seperti apa
yang dilakukan pemuda itu, Chi Koan lain
daripada yang lain maka tiga bulan penuh
pemuda ini mempelajari Thai-san-ap-ting. Dia
menutup pintu kamarnya dan seperti dulu juga
dia tak mau diganggu. Beng Kong berseri-seri.
Kesungguhan muridnya itu mengagumkannya.
Jarang ada murid yang seperti itu, dan lebih
1238 jarang lagi ada guru yang mempunyai murid
seperti itu. Dan ketika bulan demi bulan dilalui
lagi dan tepat tiga bulan Chi Koan melatih
Thai-san-ap-ting maka dia membuat geger lagi
karena tembok kamarnyapun jebol. Bahkan,
tembok dapur juga roboh terkena gempuran
angin pukulannya.
"Braakkkk....!"
Suara hiruk-pikuk itu mengejutkan murid-
murid Go-bi. Mereka yang ada di dapur
tunggang-langeng karena kamar Chi Koan tak
jauh dari tempat ini. Pemuda itu mendapat
tempat di belakang. Dan ketika tembok runtuh
dan puing-puing berserakan menimpa pemuda
itu, yang di dapur juga tertimpa dan kejatuhan
genteng-genteng tebal maka geger di dapur
menjadi geger di seluruh Go-bi pula.
1239 "Tolong... tolong.... ada setan kelaparan. Kami
diamuk!"
"Hush, bukan setan, Pi Chek, melainkan Chi
Koan. Dapur roboh karena tak kuat terkena
getaran pukulannya. Lihat, di sana pemuda itu
terkubur hidup-hidup!"
Para murid berhenti. Tadinya mereka
menyangka ada hantu atau setan kelaparan,
datang ke dapur dan marah-marah di situ. Tapi
ketika semua menoleh dan melihat ke tempat
Chi Koan, kamar itulah yang roboh lebih dulu
dan getarannya menyambung ke dapur maka
sama seperti dulu banyak mata melotot
melihat pemuda itu terbenam di antara
runtuhan puing, sampai ke kepala.
"Eh, mari kita tolong dia. Celaka!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Nanti dulu!" yang lain menahan, teringat
peristiwa tiga bulan lalu. "Chi Koan berbahaya
didekati, kauw-suheng. Ingat ketika dia dulu
mengibas roboh anak-anak murid Go-bi.
Sebaiknya lapor kepada pimpinan!"
"Benar, kita laporkan kepada ciangbunjin. Mari,
kita cepat lapor..!"
Anak-anak murid berlarian. Mereka mau
memberi tahu tokoh-tokoh Go-bi tentang
kejadian itu. Robohnya dua tempat sekaligus
terlalu hebat, tidak cepat lapor bisa kena
marah. Tapi ketika bayangan Beng Kong
Hwesio berkelebat dan mendorong murid-
murid itu, terlempar dan berpelantingan maka
hwesio itu sudah tegak berseri-seri di depan
"kuburan" muridnya.
"Ha-ha, selesai, Chi Koan? Kau telah
menguasai Thai-san-ap-ting?"
1241 "Teecu telah bangkit!" Chi Koan berseru dan
tertawa bergelak, sikap dan tawanya sudah
mirip gurunya. "Lihat, suhu. Teecu akan
membuang reruntuhan ini.... blarr!" dan ketika
Chi Koan menggerakkan kedua tangannya dari
dalam tanah, terbenam tapi mampu
mengangkatnya naik maka batu dan benda-
benda lain serta debu berhamburan keluar. Chi
Koan menjejakkan kakinya dan pemuda itu
meloncat, tinggi sekali. Dan ketika ia terbebas
dan keluar dari timbunan, wajah dan
pakaiannya coreng-moreng maka sang guru
berkelebat dan tertawa menyeramkan.
"Chi Koan, awas pinceng mengujimu!"
Chi Koan terbelalak. Ia baru berjungkir balik
melayang turun ketika tiba-tiba pukulan
gurunya itu menyambar. Angin berkesiur
dahsyat dan inilah Thai-san-ap-ting.
Kekuatannya dengan Cui-pek-po-kian tak kalah
1242 dahsyat namun Chi Koan melengking
menggetarkan gurun. Luar biasa, khikang atau
ilmu suaranya tiba-tiba juga hebat sekali. Dan
ketika semua anak murid terpelanting dan
roboh menjerit, pekik atau lengking tadi bagai
auman singa di padang pasir maka Chi koan
menggerakkan kedua tangannya dan pukulan
sang suhu ditangkis.
"Desss!"
Ledakan atau benturan itu amatlah hebatnya.
Tujuh bayangan yang berkelebatan datang, Ji-
hwesio dan adik-adiknya tiba-tiba berseru
tertahan dan terlempar di udara. Anak-anak
murid jangan ditanya lagi. Mereka mencelat
dan masuk lagi ke dalam pendopo! Dan ketika
teriakan dan jerit kaget terdengar di sana-sini,
Chi Koan terpental tapi gurunya juga
terhuyung dan tergetar maka Beng Kong
1243 tertawa bergelak dan menyerang lagi, di saat
sang murid baru saja menginjakkan kaki.
"Bagus, hebat, Chi Koan. Tapi coba terima lagi
pukulan pinceng dan kerahkan Thai-san-ap-
ting!"
Chi Koan berseru keras. Ia baru saja
meletakkan kakinya ketika tiba-tiba gurunya
itu menyerang lagi. Di sana tujuh susioknya
juga baru saja turun setelah terlempar di udara.
Benturan mereka tadi amatlah dahsyatnya.
Namun begitu sang guru membentak dan Chi
Koan girang dapat mengimbanginya, ia kalah
sedikit tapi mampu menghadapi pukulan maka
dorongan gurunya itu diterimanya lagi, kedua
tangan digerakkan ke depan, menyambut.
"Dess!"
1244 Guru dan murid bergoyang-goyang. Chi Koan
menahan urat-urat wajahnya ketika sang guru
menambah tenaga, membentak dan membalas
dan ganti wajah gurunya itu yang kemerah-
merahan. Urat-uratnya menonjol dan Beng
Kong kaget tapi juga girang bukan main.
Kemajuan muridnya ini luar biasa pesat,
hampir tak dapat dipercaya. Tapi ketika ia


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tertawa bergelak dan mengerahkan Hok-tee
Sin-kang, bukan lagi Thai-san-ap-ting maka
Chi Koan terlempar dan terbanting roboh.
Sinkang Penakluk Dunia itu lebih dahsyat
daripada Thai-san-ap-ting.
"Suhu!"
Sang guru terbehak-bahak. Ia telah merobah
tenaganya secepat kilat dan muridnya yang
belum berpengalaman itu terkecoh. Thai-san-
ap-ting bukan lagi dilawan dengan Thai-san-
ap-ting melainkan dengan pukulan sakti dari
1245 Hok-tee-sin-kun, isi terhebat dari kitab pusaka
Bu-tek-cin-keng. Dan ketika Chi Koan
terbanting dan menjerit di sana, tak menduga,
maka Ji-hwesio dan lain-lain berkelebatan
maju dan Chi Koan merintih.
"Aduh... apa yang kaukeluarkan itu, suhu? Itu
bukan Thai-san-ap-ting!"
"Ha-ha, itu Hok-tee Sin-kang. Aku tak dapat
mengalahkanmu kalau tidak dengan Hok-tee
Sin-kang. Ha-ha, hebat sekali kemajuanmu,
Chi Koan. Sungguh mengagumkan dan pinceng
memuji. Kau bocah siluman!"
Chi Koan bangkit terhuyung. Ia merasa senut-
senut dan tujuh paman gurunya tertegun.
Mereka telah melihat kehebatan pemuda ini
dan Ji-hwesio semakin dalam berkerut kening.
Kalau dulu ia tak dapat mengalahkan pemuda
ini apalagi sekarang! Namun ketika tujuh orang
1246 itu bergerak dan sudah mendekati Chi Koan,
Beng Kong juga berkelebat dan menolong
muridnya itu maka hwesio ini berseru,
"Chi Koan, kau sudah pilih tanding. Ada kau di
sini Go-bi semakin kuat. Wah, pinceng benar-
benar puas!"
"Tapi teecu roboh.... ilmu teecu masih kalah
dengan suhu....!"
"Hm, tak usah tamak," Ji-hwesio tiba-tiba
menegur, suaranya keren. "Dengan
kepandaianmu seperti ini kau harus sudah
merasa puas, Chi Koan. Sebenarnya hanya
murid pendeta yang boleh menerima pelajaran
tinggi. Kau harus berterima kasih!"
Chi Koan melirik marah. Kalau tak ada gurunya
di situ tentu ia akan tertawa dingin. Kalau perlu
menghajar susioknya ini, orang yang dia tahu
1247 paling tak senang kepadanya. Tapi karena ada
gurunya di situ dan sita-citanya masih belum
berhasil, ia harus mengambil hati gurunya
maka ia berlutut.
"Suhu, teecu berterima kasih bahwa
kepandaianmu benar-benar diturunkan
sepenuh hati. Dan teecu tentu saja tahu rasa
terima kasih. Tapi kalau teecu dapat memiliki
ilmu yang lebih tinggi lagi tentu teecu akan
merasa girang. Go-bi dapat teecu bela secara
habis-habisan!"
"Ha-ha, kata-kata susiokmu memang benar,
kau bukan murid pendeta, kau murid biasa.
Kalau tidak mengingat hubungan lama kita
belum tentu aku memberikan semuanya itu.
Sudahlah, kau mengagumkan semua orang,
Chi Koan. Dan apakah mau kau menjadi murid
pendeta?"
1248 "Suhu hendak menyuruh teecu hidup berwadat
(tidak kawin)? Suhu hendak minta teecu
menggunduli rambut? Ah, tidak suhu. Untuk ini
teecu tak sanggup. Teecu tak berpembawaan
menjadi pendeta!"
"Tapi kau hapal semua isi kitab suci!"
"Hapal tinggal hapal, suhu. Tapi teecu tak ingin
menjadi pendeta. Dan tak ada paksaan pula di
Go-bi untuk menjadi hwesio. Teecu tak
sanggup!"
"Kalau begitu cukup warisan suheng
kepadamu," Ji-hwesio tiba-tiba nimbrung,
kembali bicara. "Sebagai murid bukan pendeta
kau sudah mendapat lebih, Chi Koan. Sekarang
praktekkan ajaran Go-bi membela si lemah
melindungi si miskin. Kau harus keluar!"
1249 "Hm," Beng Kong terkejut, memandang
sutenya. "Di sinipun tak apa-apa, sute. Kenapa
harus keluar. Kalau Chi Koan dapat membantu
murid-murid lain belajar silat tentu tenaganya
dibutuhkan. Kenapa diusir?"
"Aku tak mengusir, aku hanya minta ia
mengamalkan ilmunya!"
"Kebetulan sekali," Chi Koan berseru dan
memotong, tahu susioknya itu takut ia
mendapat tambahan ilmu-ilmu lagi. "Sudah
kuputuskan untuk keluar sebentar, susiok.
Kebetulan sekali kalau kau memerintahkan ini.
Aku dapat mengamalkan ilmuku dan
menjunjung Go-bi!"
Kau mau pergi?" sang guru terbelalak, tahu
pula kekhawatiran sutenya itu. "Eh, tak ada
yang mengusir kalau kau suka di sini, Chi Koan.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Tapi kalau mau pergi ten tu saja boleh, asal
tidak macam-macam!"
"Teecu ingin mendatangi beberapa tempat.
Teecu ingin mengamalkan seperti apa yang
dikata ji-susiok tadi. Kalau suhu merasa
kepandaian teecu cukup biarlah hari ini juga
teecu berangkat!"
"Ha-ha, kepandaianmu lebih dari cukup. Tapi
coba beri tahu dulu siapa yang akan kau
datangi itu. Apakah dapat diterima!"
"Teecu akan mencari Coa-ong dan kawan-
kawannya. Teecu ingin menghajar mereka
karena dulu mereka itulah yang megacau Go-bi.
Juga musuh-musuh Go-bi yang lain!"
"Ha-ha, boleh. Tapi sifatnya hanya memberi
pelajaran, Chi Koan. Aku tahu maksudmu yang
1251 ingin menguji kepandaianmu itu. Boleh,
bagus.... pergilah!"
Tapi Ji-wesio berseru menahan. Hwesio ini
terkejut karena nada dari suhengnya memberi
kebebasan. Itu bisa berbahaya. Dan ketika ia
berdehem dan berseru bahwa tindak-tanduk
Chi Koan harus sesuai kebenaran, tak boleh
pemuda itu membuat cemar Go-bi maka
hwesio ini menutup.
"Jelek-jelek pinceng adalah paman gurumu.
Meskipun pinceng kalah olehmu tapi bukan
berarti kau tak boleh menghormati tetua Go-bi.
Di sini masih banyak orang-orang tua yang
harus kau hargai, selain suhumu. Nah, karena
itu pinceng berpesan agar tindak-tandukmu
sesuai kitab suci. Jangan melakukan kejahatan
dan coreng di muka Go-bi. Kalau ini kau
lakukan tentu suhumu memikul tanggung
jawab!"
1252 "Teecu tahu...." Chi Koan gemas di dalam hati.
"Petunjuk dan petuahmu tentu takkan
kulupakan, susiok. Tapi betapapun juga teecu
lebih berkiblat kepada suhu. Masalah yang kau
khawatirkan itu tak perlu dicemaskan karena
betapapun juga suhu masih di atas
kepandaianku!"
"Ha-ha, benar. Dan kau tentu tak ingin
menerima hukuman. Sudahlah, susiokmu
hanya ingin berhati-hati, Chi Koan, dan iapun
benar. Tak perlu kau kecil hati karena pinceng
dapat mengendalikan sepak terjangmu!"
Ji-hwesio menarik napas. Lagi-lagi ada kesan
melindungi di kata-kata suhengnya itu dan dia
kurang puas. Tapi karena suhengnya juga
betul dan kata-kata Chi Koan juga masuk akal,
anak muda ini masih ada yang mengendalikan,
yakni gurunya itu maka Ji-hwesio mundur dan
melirik adik-adiknya. Enam hwesio yang lain
1253 saling mengangguk rahasia dan mereka
menerima itu. Geger di pagi itu tak berakibat
lanjut. Gerak-gerik dan sepak terjang Chi Koan
masih terkendali, meskipun anak itu agak
memandang rendah mereka, para susiok yang
kepandaiannya memang masih di bawah. Ji
Leng Hwesio sang ketua sakti tak
menghiraukan mereka seperti halnya
menghiraukan Beng Kong Hwesio, karena
mereka memang hanya murid-murid
keponakan saja dan guru mereka Ji Beng
Hwesio telah tewas. Dan karena celah ini telah
terjadi dan mereka tak dapat berbuat banyak,
ilmu-ilmu Go-bi hanya dipelajari suheng
mereka itu, ilmu-ilmu dari Bu-tek-cin-keng
maka ketujuh hwesio ini tahu diri dan
menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab
kepada Beng Kong Hwesio. Kalau ada apa-apa
suheng mereka itulah yang dituntut. Kalau tak
mau maka supek mereka Ji Leng Hwesio yang
1254 bertapa itulah yang diminta turun tangan.
Masih ada kekuatan lebih tinggi di situ! Dan
ketika semua ini menghapus kekhawatiran dan
rasa cemas mereka, sesungguhnya kehadiran
Chi Koan di situ merupakan ganjalan maka
ketika pemuda itu menyatakan akan pergi Ji-
hwesio dan adik-adiknya merasa senang.
Tak dapat disangkal, hwesio ini khawatir kalau
Chi Koan mendapat ilmunya lagi. Baru Lui-
thian-to-jit dan Cui-pek-po-kian saja mereka
sudah tak mampu menghadapi, dan kini
ditambah lagi dengan Thai-san-ap-ting. Tentu
mereka semakin jauh! Namun karena mereka
adalah tokoh-tokoh Go-bi dan Chi Koan harus
menghormat mereka, anak muda itu dituntut
etika moralnya maka Ji-hwesio agak tenang
dan lega. Dia sengaja setengeah mengusir
agar sang suheng tak dekat-dekat pemuda ini.
Semakin banyak suhengnya memberi ilmu
1255 semakin tak senang sebenarnya hwesio itu,
juga adik-adiknya. Maka ketika Chi Koan
menyambut baik dan pemuda itu justeru akan
segera pergi, ilmunya Thai-san-ap-ting telah
diuji maka kegembiraan dan kelegaan mereka
semakin besar. Tapi sikap dan kata-kata
pemuda itu harus diperhatikan. Ji-hwesio
sengaja menahan dan mengingatkan agar
tindak-tanduk pemuda itu tidak keluar rel. Go-
bi tentu tak mau malu kalau anak muridnya
berbuat kejahatan. Dan ketika pemuda itu
telah diikat janji dan suheng mereka juga
dimintai perhatiannya, Chi Koan tak sebebas
kuda liar di hutan maka Chi Koan yang berlutut
dan memberi hormat di depan gurunya berkata
bahwa tentu saja yang akan dilakukan adalah
menjunjung dan menambah nama baik Go-bi.
Diam-diam dia mencatat dan mengumpat
paman gurunya ini. Rasa tidak senang hwesio
itu masih terasa menonjol. Kelak dia akan
1256 membalas! Tapi karena Chi Koan terlalu cerdik
untuk gegabah di depan gurunya, murid-murid
Go-bi yang lain masih ada di situ maka setelah
sekali lagi memberi hormat pergilah pemuda
itu meninggalkan perguruannya. Ia telah
beberapa bulan melanjutkan ilmunya di Go-bi,
enam bulan terakhir malah berhasil
mempelajari Cui-pek-po-kian dan Thai-san-ap-
ting, hal yang tak mungkin dilakukan murid-
murid lain bahkan oleh Pat-kwa-hwesio
sekalipun. Tapi begitu pemuda itu
meninggalkan Go-bi maka seminggu kemudian
terjadi geger di Heng-san!
**SF**
Waktu itu, enam tahun setelah kekalahannya
dari ketua Go-bi yang sakti Ji Leng Hwesio dua
dedengkot Heng-san kembali dengan wajah
murung. Murid keponakan mereka To Hak
Cinjin tak dapat ditolong, sebab setelah
1257 setahun menderita oleh pukulan Beng Kong
Hwesio maka tosu itu meninggal dunia.
Seperti diketahui, ketua Heng-san yang patah
punggungnya dihantam Beng Kong Hwesio itu


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pingsan. Selanjutnya ia menderita semasa
hidupnya dan cacad. Pukulan atau tangan besi
Beng Kong sungguh hebat, tosu itu tak kuat
dan akhirnya setelah mati hidup di tengah-
tengah sisa usianya tosu inipun
menghembuskan napasnya yang terakhir. Tapi
ketika ia minta agar dua paman gurunya
membalaskan sakit hatinya itu, Siang kek
maupun Siang Lam tak sanggup maka
kepedihan atau luka di hati dua orang kakek ini
bertambah lagi.
Sebenarnya, kalau tak ada Ji Leng Hwesio di
sana tentu mereka dapat membunuh Beng
Kong. Setidak-tidaknya membuat hwesio itu
terkapar dan luka-luka! Tapi karena Ji Leng
1258 ada di sana dan tokoh Go-bi itu melindungi
muridnya, Beng Kong selamat maka giliran
mereka yang mendapat malu dan akhirnya dua
kakek ini pulang dengan malu berat dan
kecewa yang tak ada lagi obatnya. Hampir saja
Siang Lam membenturkan jidatnya tapi Siang
Kek berkelebat mencegah, Orang gagah
macam mereka tak boleh bunuh diri. Dan
ketika Siang Kek menghibur dan banyak bicara
membujuk saudaranya itu maka dua kakek ini
pulang dan di Heng-san mereka membuat
perubahan-perubahan.
Pertama, Tan Hoo Cinjin yang menjadi sute
dari To Hak Cinjin diangkat ketua. Lalu adik
seperguruannya yang bernama Sin Gwan Tojin,
tosu yang dulu meluruk ke Go-bi dijadikan
wakil ketua. Dan karena dua dedengkot Heng-
san ini melihat betapa pesatnya kemajuan
yang diperoleh Go-bi menganggap murid-murid
1259 sendiri amatlah rendah maka dua kakek itu
langsung menggembleng sendiri dua orang ini
dengan ilmu-ilmu mereka.
"Kalian lihat dan rasakan sendiri betapa hebat
kemajuan yang diperoleh Go-bi. Dengan ilmu-
ilmu kalian yang serendah itu tak akan ada
kemajuan di Heng-san. Ikuti kami berdua dan
latihlah ilmu-ilmu dahsyat kami yang selama
ini belum dimiliki murid-murid Heng-san!"
begitu Siang Kek berkata kepada Tan Hoo dan
sutenya, ketika dua orang itu sudah dilantik
untuk memimpin Heng-san. Mereka sendiri
tetap tak mau campur tangan urusan partai.
"Kami kalah dan menelan hinaan hebat, Tan
Hoo. Tapi kami berdua akan coba
menggembleng kalian untuk mengembalikan
pamor. Selanjutnya kalian memimpin anak-
anak murid dan latihlah mereka ilmu-ilmu yang
akan kami berikan ini, kecuali Lui-yang Sin-
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
kang dan Tit-ci-thian-tung yang akan kalian
pelajari secara khusus. Mengerti?"
Tan Hoo mengangguk-angguk.
"Dan lima tahun kalian harus menguasai dua
ilmu ini setaraf kami. Kalau tidak maka lebih
baik kalian mampus!"
Dua orang itu tergetar. Dalam keadaan seperti
itu tak baiklah banyak membantah. Dua kakek
ini sedang membawa kemarahannya dari Go-bi,
sedikit meleset tentu mereka dibanting. Siang
Kek dan Siang Lam memang belum dapat
menghilangkan kekecewaannya dikalahkan Ji
Leng Hwesio itu. Dan ketika hari itu juga
semua ilmu-ilmu dedengkot ini diturunkan, Tan
Hoo Cinjin maupun Sin Gwan Tojin seakan
mendapat berkah maka dua orang itu berlatih
tekun dan mereka benar-benar bersungguh-
sungguh.
1261 Banyak ilmu-ilmu yang diserap tapi yang paling
dahsyat adalah Lui-yang Sin-kang dan Tit-ci-
thian-tung. Dua ilmu ini, yang pertama adalah
penghisap darah dan dikenal sebagai ilmu
"listrik", dipelajari baik-baik oleh Tan Hoo
Cinjin maupun sutenya. Dan karena mereka
juga mendapat Tit-ci-thian-tung (Tuding Jari
Ke Langit Timur) yang mampu mencoblos
gunung, demikian hebat ilmu itu maka anak-
anak murid kebagian ilmu-ilmu lain yang
sedikit lebih rendah daripada dua ilmu ini
namun tetap saja menjadikan mereka murid-
murid tangguh!
Sin-sian-hoan-eng (Dewa Sakti Menukar
Bayangan) yang menjadi andalan ilmu
meringankan tubuh dedengkot Heng-san ini
sekarang diwajibkan untuk dipelajari semua
murid. Dari bawah sampai ke atas semuanya
harus berlatih ilmu meringankan tubuh itu. Dan
1262 ketika empat tahun kemudian murid-murid
Heng-san sudah pandai beterbangan seperti
burung, gerakan mereka amat cepat dan kalah
To Hak Cinjin semasa hidupnya maka murid-
murid Heng-san ini benar-benar digembleng
dan menjadi banteng-banteng perguruan yang
pilih tanding.
Dan mereka mendapat pula ilmu-ilmu lain yang
diturunkan dua kakek itu melalui Tan Hoo
maupun Sin Gwan Tojin, seperti Hui-tung Sin-
hoat atau Silat Sakti Tongkat Terbang, juga
Hong-thian-lo-tee atau Badai Dan Kilat
Kacaukan Bumi serta pukulan Twi-hong-hok-
san (Dorong Angin Balikkan Gunung).
Melihat ilmu-ilmu ini dapatlah diketahui betapa
besarnya kemauan dedengkot itu untuk
menjadikan Heng-san partai yang kuat dan
pilih tanding. Kalau perlu semua murid-murid
setingkat dirinya. Biarlah mereka menguras
1263 kepandaian asal Heng-san bangun dan naik
pamornya. Inilah keputusan nekat yang
dilakukan dua kakek itu. Kalau semua murid
setinggi itu maka dapat dipastikan tak ada
murid-murid Go-bi yang mampu mengalahkan.
Paling-paling hanya ketuanya tapi itu dapat
diatasi, yakni bila semua murid maju dan Ji
Leng atau Beng Kong dikeroyok. Dan sekali ini
terjadi barangkali Go-bi bakal hancur!
Tapi dua kakek itu tak tergesa-gesa
melaksanakan balas dendamnya. Kalau mereka
mempunyai strategi tentulah pihak lawan tak
tinggal diam. Mereka harus berhati-hati.
Menurut perhitungan, paling sedikit enam
sampa? tujuh tahun lagi barulah Heng-san kuat.
Di situ tingkat kepandaian murid sudah
mencapai rata-rata puncak dan Tan Hoo
maupun Sin Gwan Tojin diharap sudah mampu
menyamai mereka. Inilah perhitungan dua
1264 kakek itu. Dan ketika lima tahun kemudian Tan
Hoo maupun Sin Gwan menjadi lihai, tenaga
mereka sedikit di bawah tenaga kakek itu
maka Siang Kek maupun Siang Lam girang.
Tapi berbareng dengan itu merekapun jatuh
sakit-sakitan.
"Kurang ajar, tubuh bobrok dan tak mau diatur.
Eh, bagaimana keadaanmu Lam-te. Apakah
masih juga batuk-batuk dan nyeri ulu hati?"
"Ugh, benar. Sakitku ini serasa bertambah,
suheng. Dan kedua mataku sekarang kabur.
Bagaimana denganmu?"
"Aku juga. Mataku mulai lamur. Eh, siapa itu?"
"Ini kami," Tan Hoo dan Sin Gwan Tojin
berseru, berkelebat masuk. "Kami berdua baru
saja menyelesaikan latihan di bawah, susiok.
Dan kami juga ingin memberi laporan bahwa
1265 rata-rata murid Heng-san kini telah menguasai
Sin-sian-hoan-eng seperdelapan bagian!"
"Bagus, kau kiranya. Dan bagaimana ilmu-ilmu
lain?"
"Sama saja, susiok. Mereka rata-rata dua
tingkat di bawah kami!"
"Bagus, kalau begitu dua tingkat di atas
mendiang suhengmu To Hak! Heh-heh,
bagaimana pendapatmu, Lam-te? Apakah
sekarang juga disuruh meluruk ke Go-bi?"
"Hm, aku inginnya begitu, tapi kita berdua
sedang sakit. Tak enak membiarkan mereka
tanpa kita lindungi!"
"Benar, dan kalau ada apa-apa malah payah.
Keparat, penyakit tua ini menyebalkan hatiku!"
1266 "Susiok tak usah gusar. Masih ada setahun dua
tahun lagi memperdalam ilmu. Biarlah kalian
beristirahat dan sembuhkan dulu penyakit itu."
"Hm, bisakah? Kite semakin renta, Tan Hoo,
dan matapun semakin lamur. Ah, bagaimana
kalau sampai tak keburu!"
"Benar, bagaimana kalau sampai tak keburu,"
Siang Lam tiba-tiba juga berkata, pelan.
Rupanya dua dedengkot ini merasa bahwa usia
mereka sudah amatlah tua, lebih dari seratus
lima tahun. Dan ketika hari-hari berikut sakit
mereka semakin parah, Siang Lam batuk dan
digerogoti usia tuanya maka dua bulan
kemudian kakek ini wafat.
Siang Kek menggerung-gerung melihat
kematian adiknya itu dan Heng-san berkabung.
Hampir saja kakek ini menyusul bunuh diri dan
mencekik tenggorokan. Untunglah, dua murid
1267 yang selalu waspada mencegah itu. Tan Hoo
maupun sutenya juga menangis namun
mereka memaklumi usia tua itu. Tak ada
manusia yang lolos dari kematian. Dan ketika
mereka mengingatkan bahwa masih ada sedikit
lagi ilmu-ilmu yang belum dimatangkan,
kehadiran kakek itu amatlah diperlukan
sebagai petunjuk maka pada tahun keenam
kakek ini mengalami kebutaan.
Siang Kek sudah tak dapat melihat apa-apa
lagi dan kakek itu sering menggereng-gereng
minta mati. Ia sering batuk-batuk namun daya
tahannya tergolong kuat, untuk kakek serenta
dia. Dan ketika pagi itu kakek ini mengeluh
dan gemetaran di dalam guanya, beberapa
bulan kembali lewat sementara Tan Hoo dan
sutenya semakin lihai dengan Lui-yang Sin-
kang maupun Tit-ci-thian-tungnya maka waktu
itulah Chi Koan datang.
1268 Seperti yang direncanakan, pemuda ini hendak
mencari dan menemui dua dedengkot itu. Dia
hendak menjajal Cui-pek-po-kian dan Thai-
san-ap-tingnya, seperti dulu gurunya
menghadapi dua kakek itu. Dan karena
memang ada suatu rencana di otak pemuda ini
guna mencapai cita-citanya, Chi Koan memang
pemuda penuh keberanian dan tak gentar
memikul resiko maka ia datang ke Heng-san
untuk menantang Siang Kek maupun Siang
Lam. Chi Koan tak tahu bahwa Siang Lam telah tiada.
Dia juga tak tahu bahwa Siang Kek, kakek
satunya, berada dalam penyakit tua yang
sewaktu-waktu siap mengantarnya ke kubur.
Maka begitu ia datang di Heng-san maka yang
dicari adalah langsung dua kakek sakti itu. Dan
ia harus berhadapan dengan beberapa murid
1269 Heng-san terlebih dahulu. Inilah
pengalamannya!
Pagi itu, merendahkan murid-murid yang tak
dipandangnya sebelah mata Chi Koan langsung
naik dan menuju puncak. Ia tak tahu bahwa
Heng-san sekarang bukan Heng-san enam
tahun yang lalu. Semua murid sudah
berkepandaian tinggi dan tak salah kalau
dikatakan bahwa rata-rata murid tingkatnya
sudah seperti Pat-kwa-hwesio. Jadi murid-
murid Go-bi tingkatan bawah sampai
menengah sudah bukan lawan murid-murid
Heng-san ini. Mereka sudah melampaui
kepandaian To Hak Cinjin bekas ketua mereka
sendiri enam tahun lalu. Murid-murid Heng-san
sekarang benar-benar murid-murid yang
tangguh! Dan ketika pemuda itu melenggang
dan naik di bagian timur gunung, Chi Koan tak
takut murid-murid Heng-san yang bakal


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
melihatnya maka benar saja ia berhadapan
dengan dua murid yang kebetulan sedang
meronda. Lenggangnya yang seenaknya itu
membuat marah.
"He, berhenti. Siapa kau dan mau apa naik ke
atas?"
Chi Koan tersenyum, meskipun agak terkejut
melihat gerakan dua murid yang seperti
burung menyambar ini, berhenti. "Aku mau
menemui dua kakek tua bangka Siang Kek dan
Siang Lam Cinjin. Di manakah mereka dan
kebetulan kalian datang. Aku mau bertanya!"
"Apa?" dua murid itu terkejut, seketika marah.
"Kau siapa dan ada perlu apa mencari sesepuh
kami? Bicaramu tak tahu sopan, kurang ajar!"
"Ha-ha, aku Chi Koan. Aku datang untuk
merobohkan dua kakek itu. Di mana mereka
1271 dan tunjukkan kepadaku.... wut!" dua murid
itu tiba-tiba memotong omongannya, bergerak
dan membentak dan tahu-tahu menerkam
seperti harimau. Chi Koan tak dapat lagi
meneruskan kata-katanya karena mereka itu
marah melihat kekurangajarannya. Sesepuh
Heng-san diperlakukan seperti itu, oleh orang
muda tak dikenal. Tapi begitu mereka
berkelebat mendadak Chi Koan menghilang.
"Slap!"
Pemuda ini mempergunakan Lui-thian-to-jitnya.
Chi Koan bergerak cepat ketika dia melihat
kecepatan tubrukan itu, terkejut dan heran
karena untuk kedua kalinya ia melihat hal-hal
luar biasa dari murid Heng-san ini, padahal
mereka adalah penjaga gunung, bukan tokoh-
tokohnya! Dan ketika ia lenyap dan dua anak
murid itu berseru kaget, mereka juga terkejut
dan heran bahwa pemuda itu bergerak lebih
1272 cepat lagi maka mereka membalik dan
dilihatnya pemuda itu sudah di belakang.
"Keparat!" mereka menubruk dan menerjang
lagi. "Bocah ini lihai juga, Nu-suheng. Awas
dan jangan biarkan ia lolos!"
"Benar dan kita tangkap atau robohkan dia.
Lapor kepada ketua dan jangan biarkan ia
lolos.... wut!" dua orang itu menubruk angin
lagi, terkejut dan berseru keras dan Chi Koan
tahu-tahu tertawa meluncur dari atas. Ia tadi
menjejakkan kakinya dan lenyap ke atas. Lui-
thian-to-jitnya memang lihai. Dan ketika ia
melayang dan dua orang itu bertubrukan
sendiri maka kakinya menyapu dari kiri ke
kahan dan dua murid Heng-san itu menjerit.
"Des-dess.... aduh!"
1273 Chi Koan tak bermaksud memperpanjang
main-mainnya lagi. Ia menendang dengan
keras dan kedua-duanya terbanting, yang satu
malah retak tulang rahangnya. Dan ketika ia
berkelebat dan menyambar yang lain maka
iapun menotok dan murid itu roboh.
"Nah," Chi Koan mengancam. "Di mana dua
kakek itu tinggal atau nanti kucabut
nyawamu!"
"Ak... aku tak tahu. Tapi aku dapat memberi
petunjuk.... lep.. lepaskan cekikanmu!"
"Hm, baik. Di mana mereka!" sekarang Chi
Koan mengendorkan cekikannya, murid itu
terbelalak dan ia tampak gentar dan pucat
sekali. Ada membayang kemarahan di situ tapi
murid ini tak berani menunjukan. la tahu
berhadapan dengan seorang lawan lihai,
pemuda ini bukan tandingannya. Dan ketika ia
1274 megap-megap dan berkeringat dingin, Chi
Koan bertanya di mana Siang Kek Cinjin dan
Siang Lam Cinjin maka murid itu menunjuk.
"Di... di situ. Kau dapat ke sana dan
mencarinya. Bebaskan aku!"
"Tentu," Chi Koan tertawa. "Tapi sinar matamu
licik membayang, kawan. Hayo antar dulu dan
nanti kubebaskan. Kalau bohong kau
kubunuh!"
Murid ini ketakutan. Ia terkejut ketika disendal
dan dibawa lari, Chi Koan berkelebat dan
menuju ke tempat yang ditunjuk itu, sebuah
semak-semak di mana di baliknya ada
semacam rumah kecil, seperti sebuah pos
penjagaan, atau barangkali rumah
peristirahatan. Dan ketika Chi Koan tiba di sini
dan murid itu pucat, bayangan-bayangan
berkelebatan maka sepuluh anak murid Heng-
1275 san tahu-tahu telah mengepungnya. Chi Koan
ditipu!
"Berhenti, siapa kau? Dan, heii.... itu Nu Sin!"
Chi Koan tertawa bergelak. Sekarang ia tahu
bahwa tawanannya ini benar menipu. Mata
kejamnya tiba-tiba bergerak, muncul dan
berbalik menjadi kemarahan. Dan ketika
sepuluh sepuluh penjaga-penjaga gunung
kembali bermunculan, ia dikepung maka Chi
Koan mengerahkan tenaganya dan melempar
tawanannya itu.
"Ha-ha, ini adalah kawan kalian. Terimalah,
aku sebal!"
Dua puluh orang itu terkejut. Kawan mereka
itu ditangkap tapi lehernya ternyata terkulai.
Tadi terdengar suara "krek" dan Nu Sin, murid
Heng-san ini tewas. Sebelumnya jalan darah
1276 ke otaknya dihancurkan Chi Koan, dengan
remasan kuat. Dan ketika murid-murid yang
lain gempar dan Chi Koan melakukan
pembunuhan pertama, semua bergerak dan
mencabut senjata maka pemuda itu sudah
diterjang dan dibentak murid-murid Heng-san.
"Bocah keji, pemuda siluman. Bunuh dia!"
Chi Koan tertawa bergelak, Lagi-lagi ia
terbelalak dan terkejut melihat gerakan anak-
anak murid itu, semuanya ringan kaki dan
gesit-gesit. Dua puluh tubuh beterbangan
menyambar dari segala penjuru, Chi Koan
hendak ditangkap. Tapi ketika pemuda itu
m?lejit dan mendorongkan kedua lengannya ke
kiri kanan, membentak dan berseru keras
maka angin menyambar dari kedua tangannya
dan terpekiklah murid-murid Heng-san
menerima Thai-san-ap-tingnya.
1277 "Heiii... bres-bress!"
Dua puluh murid tumpang-tindih. Mereka
berteriak dan terkejut karena tahu-tahu
serangkum angin dahsyat menerpa tubuh
mereka, terangkat dan terbanting dan tiba-tiba
saja duapuluhan murid-murid Heng-san itu
tumpang-tindih. Dan ketika mereka berteriak
dan kaget serta pucat, pemuda itu seperti iblis
maka Chi Koan yang marah dan gemas akan
ini tiba-tiba berkelebat dan naik ke atas.
"Orang-orang Heng-san, kalian tikus-tikus
busuk yang tidak tahu diri. Aku hanya pantas
berhadapan dengan Siang Kek Cinjin maupun
Siang Lam. Mana mereka dan biar kucari!"
Gegerlah partai itu. Mereka yang tumpang-
tindih tiba-tiba bersuit. Pekikan dan lengkingan
silih berganti memberi tahu ke atas. Dan ketika
Chi Koan dihadang bayangan-bayangan baru,
1278 mengibas dan terus naik ke atas sambil
tertawa maka murid-murid Heng-san
berpelantingan namun mereka bangkit kembali,
bangun.
"Ha-ha, boleh semua mengeroyok aku. Mari...
mari kalian maju. Hayo, mana dua tua bangka
Siang Kek Cinjin dan Siang Lam Cinjin!"
Heng-san benar-benar gempar. Chi Koan yang
terus naik dan membagi-bagi kibasan
membuat anak-anak murid berteriak tak
keruan. Tapi karena semakin ke atas semakin
lihai tingkatan murid-murid itu, Chi Koan
tertegun ketika satu demi satu yang lebih
hebat bermunculan maka pukulannya mulai tak
mampu merobohkan murid-murid itu yang
hanya terhuyung atau tergetar saja. Thai-san-
ap-ting yang semula mampu membuat lawan-
lawan terpelanting kini hanya mampu
membuat mundur atau terhuyung saja, apalagi
1279 setelah munculnya empat tosu berikat rambut
kuning yang lihai, yang terkejut dan berseru
keras terdorong empat langkah. Mereka ini
tidak terpelanting dan Chi Koan terkejut. Tapi
karena ia menghadapi banyak orang dan
pukulannya tadi tidak sepenuhnya menyambar,
pecah di sana-sini maka ia menerima bentakan
dan ditanya dari mana berasal.
"Siapa kau yang bercecowetan di sini. Ada apa
mencari sesepuh kami?"
"Ha-ha, siapa kalian?" Chi Koan tertawa, dan
balas membentak , tidak menjawab. "Aku dari
Go-bi yang ingin menjajal kepandaian tua
bangka itu. Mana mereka dan kenapa
bersembunyi saja!"
"Dari Go-bi?" empat orang itu terkejut. "Ah,
kau bicara benar? Hati-hati, mulutmu dapat
membahayakan, anak muda. Apa maksudmu
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
main-main dan mengacau di tempat orang.
Terimalah pukulan kami.... des-dess!" Chi Koan
tergetar menerima hantaman dari kiri kanan,
terkejut dan mengerahkan sinkang dan empat
lawannya ganti terkejut karena pukulan
mereka seperti bertemu tembok baja. Pemuda
itu selanjutnya tak bergeming. Dan ketika Chi
Koan terbahak dan membalas, sekarang dia
memusatkan perhatiannya kepada empat tosu
ini maka Cui-pek-po-kian menyambar dan
empat orang itu terpental.
"Aihhhh..! Ini... ini Cui-pek-po-kian!" empat
tosu berjungkir balik mengenal pukulan itu.
Sesepuh mereka telah memberi tahu dan ciri-
ciri pukulan itu dikenal, kini mereka merasakan
dan tentu saja mereka kaget karena pemuda
ini benar dari Go-bi. Chi Koan sendiri tertawa
dan bangkit kepercayaannya, setelah tadi
berulang-ulang pukulannya ditahan dan hanya
1281 membuat orang-orang ini tergetar, atau
terhuyung. Dan ketika empat tosu itu terkejut
dan berjungkir balik melayang turun, tempat
itu sudah penuh manusia maka Chi Koan
berkelebetan di antara yang lain.
"Heii, mana To Hak Cinjin. Mana ketua kalian.
Aku mencari siapa saja yang dapat
mengalahkan aku. Hayo, mana tua bangka
Siang Kek dan Siang Lam Cinjin!"
Gembar-gembor atau teriakan ini membuat
marah orang-orang Heng-san. Tiba-tiba
mereka tahu bahwa pemuda ini rupanya baru
keluar perguruan, karena kematian To Hak
Cinjin ternyata tak diketahui dan begitu pula
wafatnya Siang Lam, sesepuh mereka. Tapi
karena pemuda itu harus dihajar dan Heng-san
tak boleh dibuat sembarangan maka empat
tosu terlihai yang kini mengenal Cui-pek-po-
kian segera menyuruh mundur anak-anak
1282 murid yang lain. Mereka adalah wakil atau
tokoh-tokoh nomor tiga setelah Tan Hoo Cinjin
dan Sin Gwan Tojin.
"Anak muda, tak perlu berteriak-teriak. Bagus
sekali kau datang. Kami dari Heng-san dapat
membalas sakit hati kepada Go-bi!"
"Ha-ha, siapa yang mau membalas. Ayo, kalian
maju dan terima pukulanku, atau mundur dan
panggil dua tua bangka itu!"
Empat tosu ini marah. Mereka terhina dan
gusar sekali oleh kata-kata Chi Koan,
membentak dan menerjang maju dan tongkat
di tangan melejit terbang. Hui-thian Sin-hoat


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

(Silat Sakti Tongkat Terbang) menyambar
pemuda ini, tiba-tiba dikeluarkan dan Chi Koan
terkejut oleh sambaran empat tongkat itu.
Namun karena ia memiliki Lui-thian-to-jit dan
ilmu meringankan tubuhnya ini dikuasai baik,
1283 dengan itulah ia mengelak maka tongkat lewat
di samping tubuhnya namun aneh sekali
mereka dapat membalik dan.... pulang kepada
tuannya.
"Sam-sute, pemuda ini lihai sekali. Mari
keluarkan Sin-sian-hoan-eng dan kejar dia!"
tosu bertahi lalat di sudut bibir, yang rupanya
pemimpin sudah berseru kepada sutenya. Ia
telah melihat gerakan cepat lawannya tadi
ketika mengelak, ilmu meringankan tubuh Lui-
thian-to-jit yang memang luar biasa. Dan
begitu ia bergerak menjejakkan kaki ke depan,
meloncat dan terbang dengan Sin-sian-hoan-
eng atau Dewa Sakti Menukar Bayangan maka
Chi Koan lagi-lagi terkejut karena empat
bayangan kuning tiba-tiba berkelebatan dan
membayangi dirinya. Pemuda ini tersentak
karena ilmu meringankan tubuhnya kiranya
mendapat tandingan!
1284 "Hm!" Chi Koan marah dan geram. Ia
memanggil-manggil Siang Kek Cinjin maupun
ketua Heng-san namun tak juga orang-orang
itu keluar. Yang ada ialah orang-orang ini dan
mau tak mau harus dia hadapi. Dan ketika
empat tosu itu bergerak menyerang sementara
dua ratus lebih anak murid Heng-san mundur
menjauh, nonton, maka tongkat di tangan
empat tosu itu juga beterbangan dan mengejar
Chi Koan. Di sini pemuda itu terkejut karena
Heng-san rupanya sudah berobah, kuat dan
tidak diduga!
"Plak-plak-plakk!"
Chi Koan menangkis den mengerahkan Cui-
pek-po-kian sekaligus Thai-san-ap-ting-nya.
Dengan dua ilmu ini ia membuat lawan-lawan
terkejut dan empat tosu itu terpental. Tapi
karena mereka tidak terpelanting dan itu
menunjukkan betapa lihainya tosu-tosu ini, Chi
1285 Koan terbelalak maka mereka maju lagi dan
empat tosu itu juga melotot. Mereka terkejut
dan tersentak dan sesungguhnya kaget sekali.
Pemuda ini tak dikenal kecuali asal
perguruannya saja, namanya tak diketahui dan
merekapun tak tahu siapa guru pemuda ini.
Kalau pemuda ini hanya murid rendahan Go-bi
dapatlah dibayangkan betapa hebatnya Go-bi
sekarang. Agaknya kemajuan di Heng-san juga
dikuti kemajuan di padang pasir itu, Go-bi
tetap hebat! Namun ketika kemarahan sudah
membakar ubun-ubun dan empat tosu itu
berkelebatan naik turun, tongkat menyambar
dan beterbangan kembali maka Chi Koan
berseru keras dan dengan Lui-thian-to-jitnya ia
mengimbangi kecepatan lawan dan di sini
tontonan menjadi menarik!
Heng-san, yang diwakili empat tosu itu
ternyata dapat menahan Chi Koan. Pemuda
1286 yang semula menggegerkan gunung ini mampu
dibuat bingung oleh bayangan tongkat yang
menyambar-nyambar, apalagi karena tongkat
itu juga beterbangan sendiri dan lepas bagai
ular hidup, menyodok atau menghantam dan
Chi Koan yang baru beberapa bulan belajar di
Go-bi sejenak terdesak. Tapi karena pemuda
ini juga memiliki Cui-pek-po-kian dan dengan
ilmu itu ia menangkis atau menampar, Thai-
san-ap-tingnya dipakai untuk mendorong atau
memukul tongkat maka senjata di tangan
empat tosu itu tak mampu merobohkannya
karena betapapun pertahanan pemuda ini
amatlah kuat. Dan ketika pertandingan sudah
berjalan tiga puluh jurus dan Chi Koan mulai
mengenal gaya serangan lawan, hapal dan
tertawa bergelak maka dibalaslah empat tosu
itu dan empat batang tongkat yang
menyambar-nyambar dihalaunya dengan
tiupan mulut, hawa khikangnya.
1287 "Ha-ha, tak mungkin mendesak aku terus-
menerus, tosu-tosu bau. Sekarang lihatlah
betapa aku akan merobohkan kalian!"
Empat tosu terkejut. Benar saja mereka
dibalas dan Hui-thian Sin-hoat yang tadi
diandalkan mendadak tak berguna. Tongkat
mereka itu terhalau ditiup lawan dan kini
pemuda itu melancarkan pukulan-pukulan
Thai-san-ap-ting maupun Cui-pek-po-kian,
yang kini tak perlu digunakan untuk
menghadapi tongkat. Dan karena konsentrasi
pemuda itu sudah dapat ditujukan kepada
mereka lagi, tidak seperti tadi yang masih
terpecah kepada tongkat maka empat tosu
terpekik ketika serangan pemuda itu mereka
tangkis.
"Plak!" dan.... mereka mencelat. Chi Koan
telah mengetahui kelemahan lawan dan kini
tertawalah pemuda itu mengejar tosu termuda,
1288 berkelebat dengan Lui-thian-to-jitnya dan
kaget serta paniklah tosu termuda ini. Ia
bergulingan menangkis tapi terlempar dan
terbanting setombak. Dan ketika Chi Koan
bergerak ke tosu nomor tiga dan di sini ia
melepas pukulannya, si tosu menjerit dan juga
terlempar ternyata berturut-turut Chi Koan
telah mampu mendesak lawannya itu. Tosu-
tosu yang semula galak dan menggigit kini
kelabakan, Chi Koan gembira. Namun ketika ia
menghajar dan melepas pukulan ke tosu
pertama, yang bertahi lalat di sudut mulutnya
itu ternyata tosu ini meloncat bangun dan
mendorongkan kedua tangannya secepat kilat,
menangkis dengan Twi-hong-hok-san, Tangan
Mendorong Gunung.
"Bocah pinto masih memiliki perlawanan.
Jangan sombong!"
1289 Chi Koan terkejut. Ia kagum akan kecepatan
lawan melompat bangun namun lebih kagum
lagi akan sambaran angin pukulan yang
menangkis pukulannya. Tosu itu hebat juga.
Namun karena si tosu dalam posisi tergesa-
gesa dan betapapun ia menang angin maka
tosu ini terbanting dan mencelat juga.
"Dess!"
Tosu itu mengeluh. Tiga adiknya juga merintih
dan pening di sana, mereka juga bergulingan
ke sana ke mari menghindari pukulan pemuda
ini. Dan ketika Chi Koan hendak menyerang
lagi dan melumpuhkan tosu itu, anak-anak
murid bergerak dan siap melindungi tiba-tiba
berkelebatlah dua bayangan orang dan
bentakan nyaring.
"Berhenti, jangan bergerak!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Di situ muncul dua tosu tinggi kurus yang
rambutnya diikat dengan kain putih. Chi Koan
terdorong dan terkejut berseru tertahan ketika
serangannye dipotong dari samping, terbelalak
dan sudah melihat serta berhadapan dengan
tosu-tosu ini. Dan ketika ia tertegun dan
samar-samar ingat tosu bermuka merah, inilah
Tan Hoo Cinjin yang dulu pernah melabrak Go-
bi maka tosu itu bersinar-sinar, pandangannya
marah.
"Siapa kau, dan kenapa mencari-cari Siang
Kek-susiok dan ketua Heng-san?"
"Ah, ha-ha.... kau... kau Tan Hoo Cinjin?" Chi
Koan sekarang ingat. "Bagus aku Chi Koan,
Cinjin. Barangkali kau ingat itu. Aku murid
Beng Kong lo-suhu, datang untuk menantang
dua dedengkot Heng-san!"
1291 Tosu ini terkejut. "Chi Koan? Hmm, bocah yang
membuat onar di Go-bi itu? Kau murid Beng
Kong Hwesio? Bagus, tidak dinyana datang
mencari penyakit. Pinto benar Tan Hoo Cinjin
adanya, bocah, dan pinto sekarang adalah
ketua Heng-san-pai. To Hak-suheng sudah
meninggal gara-gara gurumu. Dan pinto juga
cukup mendengar dirimu yang menjadi gara-
gara datangnya Tujuh siluman Langit di Go-bi!"
"Ha-ha, ingatanmu bagus!" Chi Koan memuji.
"Tapi urusan yang lewat tak usah dibicarakan,
Tan Hoo Cinjin. Aku datang untuk menantang
tanding. Mana Siang Kek Cinjin ataupun Siang
Lam Cinjin. Gagah benar mereka itu dulu
mengeroyok guruku!"
"Hm, mulutmu berbisa, jahat sekali. Katakan
dulu atas suruhan siapakah kau datang. Atas
nama gurumu atau atas namamu pribadi?"
1292 "Aku datang atas nama guruku. Aku ingin
mewakilinya menggebuk pantat sesepuh Heng-
san yang dulu tak malu-malu main keroyok!"
"Tutup mulutmu!" tosu ini marah sekali.
"Pengeroyokan itu adalah atas permintaan
gurumu yang sombong, Chi Koan. Lagi pula
Go-bi berhutang banyak jiwa kepada Heng-san.
Kalau kedatanganmu direstui Ji Leng Hwesio
maka pinto akan menuntut tanggung jawab
kepada sesepuh Go-bi itu pula!"
"Ha-ha, boleh-boleh saja," Chi Koan tak
berpikir panjang. "Heng-san telah dikalahkan
Go-bi, Tan Hoo Cinjin. Dan kini aku ingin
mengalahkan lagi. Panggil dua sesepuh kalian
dan suruh maju!"
Sin Gwan, yang melotot dan berapi-api di
sebelah suhengnya tiba-tiba tak dapat
menahan diri. Sejak tadi ia diam saja namun
1293 dadanya bergemuruh oleh kemarahan yang
sangat. Melihat empat sutenya roboh di sana,
kalah oleh pemuda ini tahulah dia bahwa bocah
ini memang hebat. Tapi itu bukan lalu berarti
nama besar Heng-san boleh diinjak-injak.
Heng-san yang dulu tak sama dengan Heng-
san yang sekarang. Heng-san yang sekarang
telah memperkuat diri dan justeru ingin
dicobakan terhadap Go-bi. Maka ketika
kebetulan bocah ini datang dan mulut
sombongnya tak dapat ditahan lagi, ia
bergerak dan berseru keras tiba-tiba adik
seperguruan Tan Hoo Cinjin ini menampar Chi
Koan dengan ilmu listriknya, Lui-yang Sin-kang.
"Bocah, kau takabur sekali. Tapi coba terima
pukulan pinto!"
Chi Koan terkejut. Hawa sepanas api tiba-tiba
menyambarnya, ia berkelit tapi diburu. Dan
karena ia tak takut dan menjadi marah, tosu
1294 tak dikenal ini menyerangnya lebih dulu maka
kontan ia menangkis dan Lui-yang Sin-kang
diterimanya dengan Cui-pek-po-kian.
"Blarr!"
Letupan api menyembur ke atas. Chi Koan
terdorong tapi lawan juga terhuyung, masing-
masing sama terkejut. Dan ketika masing-
masing sama berseru tertahan dan Chi Koan
terbelalak, tak disangkanya masih ada tokoh
hebat di situ maka ia merasakan betapa
sekujur tubuhnya seakan tersengat listrik tapi
untung Cui-pek-po-kiannya itu melindungi. Dan
Sin Gwan Tojin melihat kulit pemuda itu sama
sekali tak terbakar.
"Dia telah mewarisi Cui-pek-po-kian gurunya.
Hebat sekali. Tapi pinto penasaran dan akan
maju lagi!" dan tidak menunggu jawaban
suhengnya yang mundur menganggukkan
Golok Bulan Sabit 5 The Spiderwick Chronicles 1 Panduan Lapangan Imam Tanpa Bayangan 20
^