Pencarian

Roh Pemburu Cinta 1

Dewi Ular 01 Roh Pemburu Cinta Bagian 1


Roh Pemburu Cinta
Serial Dewi Ular
Karya Tara Zagita
Pembuat Djvu : Novo
Edit teks dan Pdf : Saiful Bahri Situbondo
Selesai di edit : 29 September 2018,Situbondo
Selamat Membaca ya !!!!!
******* ROH PEMBURU CINTA
oleh Tara Zagita
Serial : Dewi Ular
Gambar sampul oleh Fan Sardy
Penerbit Sinar Matahari. Jakarta
Hak cipta pada Penerbit
Dilarang mengcopy atau memperbanyak , sebagian-atau seluruh Isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
******* Gemuruh hujan bagai irama nyanyian kubur.malam semakin pekat ketika mendung hitam melapisi seluruh permukaan langit.hitam,tak sekilas cahyapun menoreh angkasa.
Hujan di malam itu di iringi deru angin yang membadai.
"Kali ini hujan terasa aneh,sejak tadi tak ada petir yang tampak berkelip sekalipun."ujar seorang penjaga tol dalam hatinya.
Namun sang penjaga masih hanya bisa merenungi keanehan itu tanpa bisa melontarkannya kepada sang teman.jarak mereka berjauhan.tak sanggup untuk saling berteriak menembus deru hujan bercampur badai.
Jalanan pun terasa sepi,suara mobil lenyap bagai di telan sang hujan.Sorot lampu mobil yang biasanya berkeliaran tak kenal waktu,malam itu bagaikan hilang tak berbekas.padahal jarum jam masih menunjukkan pukul satu lebih duapuluh menit.
"Tak biasanya malam sesepi ini.Sekalipun hujan selebat apapun,satu-dua mobil pasti singgah di pos kami..Tapi mengapa malam ini sepertinya seluruh manusia telah terkubur di dasar bumi,sehingga sudah 15 menit tak satu mobilpun yang muncul dari ujung sana?".
Sang penjaga tol mencoba menghidupkan radio kecilnya untuk mendengarkan kalau-kalau ada berita kecelakaan di salah satu ruas tol.
Siapa tau di seberang sana ada kecelakaan yang merintangi jalan sehingga menghambat kelancaran kendaraan yang ingin masuk ke tol.
Tetapi anehnya,tak satupun gelombang radio yang berhasil memancarkan siarannya.Biasanya RRI memancarkan siarannya selama 24 jam,tetapi malam itu gelombang RRI pun tak dapat di terima oleh radio kecil tersebut.
Baru saja penjaga tol itu ingin menghampiri temannya di pos kedua,tapi...
Blaaaap! Tiba-tiba lampu padam.
Padam seluruhnya.
Dan alam menjadi gelap gulita.
Sekitar 3 detik kemudian,terdengar suara guntur menggelegar bagai menggetarkan bumi.
Blegaaaaaaaar....!!!!
Langit di seberang sana terbelah menjadi dua.
Warnanya merah membara.
Sipenjaga tol itu terbelalak kaget bukan kepalang.Ia terpukau di tempat,mulutnya ternganga tak mampu menyerukan kata sepatah pun.Langit yang pecah terbelah itu kira-kira berada di atas jalan tol berjarak sekitar 3 kilometer dari gerbang pintu masuk tol tersebut.
Kilatan cahaya petir dan rona merah membara membelah langit terlihat jelas oleh si penjaga yang sejak tadi merenungi keanehan malam itu.
Tak sampai sedetik kemudian,dari cahaya merah membelah langit itu,tampak seberkas cahaya hijau meluncur turun ke bumi.cahaya hijau itu tampak kemilau terang dan meluncur cepat bersama suara dentuman yang menggelegar pula.
Jegaaaaaaar.!!!!
Syuuuuuut..!!!
"Astaga...!!!apa itu..??"pekik hati si penjaga tol yang belum bisa berkedip.
Blaaaap...!!!
Cahaya hijau yang bening dan terang itu padam seketika setelah ujung cahaya menyentuh permukaan jalan tol di kejauhan sana.
Kurang dari sedetik kemudian,lampu jalanan pun menyala kembali.
Byaaaar...!!
Si penjaga tol yang merinding karena melihat keanaehan itu,masih tertegun di tempat dengan mata lebar dan mulut ternganga.
Pada saat itu dia merasakan jantungnya terhenti sesaat.Kemudian normal kembali,sadar seperti semula.maka hatipun berkecamuk dalam keragu-raguannya.
"Apa yang kulihat tadi..?? kilatan cahaya petirkah?? atau meteor jatuh?? Hmmm,ya...ku rasa meteor atau bintang jatuh ke bumi dan..dan jatuhnya diaspalan seberang sana?? kurasakan getarannya tadi seperti getaran gempa melanda jalanan ini.Gawat!! pasti jalanan di dekat tanjakan sana rusak.jangan-jangan jembatannya roboh ke bawah??"
Penjaga tol itu lalu berseru kepada petugas patroli yang ada di pos seberang.
"Pak Harun,Pak..!! saya melihat ada bintang jatuh di jalanan dekat tanjakan itu! Cobalah di periksa,Pak. Jangan-jangan ada kerusakan.!!"
Penjaga tol lainnya berseru pula,
"Benar,Pak Harun! saya juga melihat,sepertinya ada meteor jatuh ke bumi,dan jatuhnya tepat di tanjakan itu,Pak!!"
Komandan Patroli jalan tol dari DLLJR segera memerintahkan anak buahnya untuk segera menuju ketempat yang di maksud oleh Arman,si penjaga tol yang berseru pertama kali itu.
Dengan mobil kap terbuka dan tak pedulikan hujan mengguyur dengan deras,mereka meluncur dengan kecepatan sedang.
Namun ketika melewati jalan tanjakan,ternyata jalanan masih mulus. Sampai sejauh sekitar 8 kilometer,jalanan tetap mulus tanpa lubang atau hambatan apapun.
Mobil itu akhirnya kembali arah setelah mencapai jalur pemutar khusus mobil patroli jalan tol.
Mereka kembali ke gerbang dan memberitahukan kepada Arman,serta Beno yang menurutnya ikut melihat keanehan sinar hijau tadi,bahwa apa yang mereka cemaskan hanya sebuah fantasy belaka.
Tapi Arman dan Beno sempat membantah dan akhirnya mereka saling berdebat hingga berkepanjangan.
Sebuah mobil melintas keluar melalui gerbang tol ketiga,tak jauh dari tempat Arman kembali ke posnya. Seharusnya Arman tak perlu menghentikan mobil tersebut,karena mobil sudah dalam keadaan bebas bea tol.
Mobil itu telah membayar retribusi tol dari gerbang lain,dan sedang meluncur menuju jalan berikutnya.
Tetapi keyakinan Arman tentang misteri sinar hijau yang menghantam jalan dekat tanjakan itu membuat Arman berani melambaikan tangan hingga mobil itu berjalan pelan sekali di depannya. Kaca pintu sopir di turunkan,dan seorang pemuda dengan wajah kesal menatap kearah Arman.
"Saya sudah membayar di gerbang sana tadi! Apa harus bayar lagi di sini??"
Si pemuda pemilik mobil escudo merah itu bernada membentak.
"Maaf bung! Saya cuman mau kasih tau Anda agar hati-hati jika mendekati tanjakan sana nanti. Kelihatannya ada kerusakan kecil yang harus Anda hindari.Hanya itu. Silakan jalan terus!".
"O,ya! Makasih!" jawab si pemuda dengan wajah masih kesal.
Escudo merah hati itupun meluncur kembali dengan kecepatan berkurang dari semula.
"Kerusakan kecil?? Ngapain pake byar tol segala kalau jalanannya yang rusak gak segera di perbaiki??! Buat apa duit sebanyak itu?? Hmmm...ada-ada saja!"gerutu si pemuda yang tampaknya ingin segera samapi rumah, tapi harus mengurangi kecepatan mobilnya sebelum melewati jembatan yang menanjak itu.
Pemuda itu adalah seorang insinyur yang bekerja di sebuah perusahaan asing yang ada di Jakarta.
Ia lebih akrab di panggil dengan sebutan Pram,walau beberapa orang ada yang memanggilnya Pramuda.
****** Sifatnya yang sangat peduli dengan keluarga,membuatnya malam-malam harus pulang dari rumah sang kakak yang di kabarkan sakit itu.
Prasetya,sang kakak yang sakit itu akhirnya di bawa ke rumah sakit atas saran Pram melalui telepon tadi pagi. Toh saran itu membawa hasil yang sangat penting di ketahui oleh keluarga, bahwa Prasetya ternyata terkena kanker otak yang cukup membahayakan.
Rapat keluarga malam itu membuat Pram terpaksa pulang lewat tengah malam.Seandainya esok bukan hari kerja dan dia punya tugas penting,barangkali Pram memilih tidur di rumah kakaknya ketimbang menembus hujan selebat itu.
Pada waktu Pram mendengar kabar bahwa kakaknya jatuh sakit,ia masih berada di Batam.
Siang itu pula ia pulang bersama adiknya yang kebetulan juga ada urusan dengan sebuah perusahaan di Batam. Tapi Pram langsung ke rumah Prasetya,sedangkan Renna, adik permpuannya, langsung pulang ke rumah orangtua mereka.Pram tak sempat mengurus barang-barangnya yang di bawa pulang ke rumah orangtuanya oleh Renna.
"Nanti sore setelah pulang dari rumah Pras,aku kerumah Mama sambil mengambil barang-barangku. Mungkin sekarang Mama sudah berada di rumah Pras."
Kata Pramuda ketika keluar dari bandara bersama Renna.
"Siapa yang antar mama kerumah Pras??? Kuasa Mama belum kerumah Pras.Sebaiknya kau singgah dulu kerumah, lalu bawa mama kerumah Pras. Aku dari kantor langsung rumah Pras, tak perlu pulang dulu untuk jemput Mama."
"Kan ada Pardi!".
"Mama pergi sama Pardi,sekalipun Pardi sudah bisa nyetir dan punya SIM,tapi Mama tetap anggap Pardi sebagai tukang kebun kita, Pram!"
Tapi agaknya saat itu Pram cenderung untuk segera ke rumah Prasetya untuk memeriksa apakah kakaknya sudah di bawa kerumah sakit atau belum.
Ia sempat mampir ke kantor selama 10 menit untuk memberikan laporan singkat kepada atasannya dan mengambil mobilnya yang dititipkan ke kantor sebelum ia berangkat ke Batam dua hari yang lalu.
Ketika Pram sampai kerumah Prasetya ternyata sang kakak sudah di bawa kerumah sakit,sehingga Pram terpaksa segera meluncur kerumah sakit.
Pram sempat menggerutu jengkel dengan keponakannya; Nadia,anak sulung kakaknya,yang jika pakai telepon tak pernah kenal waktu, sehingga Pram berulang kali gagal menghubungi telepon rumah kakaknya untuk mengetahui posisi Pras saat itu.Ternyata sudah di bawa ke rumah sakit.
Pada saat mendengar hasil pemeriksaan sementara dari pihak dokter,bahwa Prasetya di duga terkena kanker otak, pihak keluarga sempat panik,terutama Maria,istri Prasetya itu mudah gugup oleh hal-hal yang mengejutkan itu. Pram segera membawa Maria pulang ke rumah sang kakak.
Saat itu, Renna dan mamanyapun segera datang dan mereka berunding secara kekeluargaan,mengingat Prasetya satu-satunya anak dari empat saudara yang tingkat perekonomiannya paling rendah.
Pukul 8 malam nanti, Renna pulang lebih dulu dengan mama dan Pardi,situkang kebun yang di suruh mengemudikan mobil Renna. Pram masih tinggal dirumah Pras, berbicara dengan keluarga di pihak Maria.
Hujan yang turun sejak pukul 10 malam membuat Pramuda mencoba untuk menunggu hujan reda di rumah kakaknya. Tapi karena hujan tak mau reda,maka Pram nekat pulang tanpa keraguan.
Pada saat itulah, Pram mendapat peringatan dari si penjaga gerbang tol tersebut.
***** Pramuda memang memperlambat laju mobilnya saat melewati jalan menanjak diatas jemabatan layang itu. Ia memperhatikan kerusakan jalan yang di maksud si penjaga tol tadi. Namun menurutnya jalanan tetap halus mulus tanpa lubang yang dapat membahayakan laju kendaraan.
"Mana jalan yang rusak???! Sialan!! Aku di kerjain si penjaga tol tadi!!".
Gerutu Pramuda sambil belum berani menambah kecepatan mobilnya.
Tetapi mata pemuda itu segera menatap sesosok tubuh yang berdiri di pinggir jalan,merapat ke pagar jalan. Sosok yang basah kuyup itu adalah sosok seorang wanita muda berambut panjang sepunggung dengan pakaian longdress putih berlengan panjang longgar.
Gaun itu sangat tipis dan begitu lekat dengan tubuh karena terguyur kuyup oleh air hujan.
"Haah..?? Siapa gadis itu?? Manusia atau Kuntilanak..??!!" ujar hati Pramuda yang sangat terkejut begitu wajah si gadis tersorot lampu mobilnya.
Seketika itu juga bulu kuduk Pram berdiri meremang.
Jantungnya berdetak cepat dengan wajah tegang.
Pandangan matanya segera di tujukan ke arah kaki sigadis bergaun putih tipis itu. Ternyata kedua kaki gadis itu menapak aspalan.
"Oh,bukan! Bukan Kuntilanak atau peri,tapi orang gila! Sialan! Bikin kaget saja! Uuuuuh...dasar orang gila, sudah tau hujan masih juga keluyuran. Di jalan tol,lagi..!!"
Pram sgera melaju dengan mobilnya,walau dalam hati sempat berkata,
"Kasihan. Padahal gadis itu punya wajah cantik,pantas jadi fotomodel. Bodinya juga oke. Sayang otaknya gak oke. Kalau saja dia..."
Ucapan batin itu terhenti seketika,karena jalannya mobil tiba-tiba tersendat-sendat.
Lebih parah lagi, mesinnya pun segera mati bagai mobil kehabisan bensin.
"Wah,kenapa dengan mobil ini..??padahal tadi sore baru isi bensin penuh??!!"
Pram buru-buru mengarahkan mobilnya yang masih menggelinding tanpa suara itu ke tepi,memasuki lajur darurat. Ia mencoba menghidupkan mesin mobil lagi,tapi tak berhasil.
Sampai akhirnya mobil benar-benar berhenti dan yang terdengar hanya deru hujan yang di sertai angin yang tak sekencang tadi.
"Brengsek! Kenapa ngadat mobil ini?? Baru beli 4 bulan udah ngadat begini,apa minta di bakar di depan showroomnya??" geram hati Pramuda sambil mencoba menstrarter berulang kali.
Akhirnya dia putus asa.
"Wah,terpaksa harus keluar dan buka kap mesin niech.Kunyuk brengsek! Mana hujannya masih deras begini,dan.... oooh,ada payung dibelakang! Biar masih basah juga,tapi tak seberapa kuyup jika memeriksa mesin pakai payung!!"
Pramuda meraih payung yang ada di jok belakang.
Pada saat itu juga ia melihat si gadis bergaun putih dan berambut panjang itu mendekati mobilnya dengan langkah gontai karen menggigil kedinginan. Kedua tangannya saling memeluk tubuh,dan kakinya yang tanpa sandal atau sepatu itu tetap menapak di aspal.
"Celaka! Gadis gila itu mendekat kemari??" gumam Pramuda dengan tubuh segera merinding.
Namun payung tetap di raihnya.
"Kalau dia macam-macam,ku pukul pakai payung saja!" pikirnya.
"Atau mungkin ia akan segera pergi jika ku berikan payungku ini!"
Gadis itu mendekat dari samping kiri.
Ia berhenti di depan kaca pintu kiri. Wajahnya tampak samar-samar karena air hujan yang membasahi di kaca pintu kiri itu. Namun Pram segera menurunkan kaca tersebut karena si gadis mengetuk-etuknya dengan kuku jemarinya yang tak seberapa runcing itu.
Trek,trek,trek...!!
Pram tak punya pilihan lain selain menurunkan kaca pintu tersebut dan mengajaknya bicara baik-baik agar tak mengamuk.
Hal yang paling di khawatirkan apabila gadis gila itu di usir dengan kasar,lalu mengamuk,melempari dengan batu atau sejenisnya,itu lebih berbahaya. Apalagi mesin mobil dalam keadaan ngadat dan tak bisa di starter.
"Hai,mau kemana malam-malam begini,non??" sapa Pramuda dengan di paksakan bernada ramah dan senyum kaku,tapi tangannya sambil memutar kunci kontak beberapa kali.
Si gadis tidak langsung menjawab.
Ia memandang Pram tak berkedip,jari telunjuk dan jari tengah di tempelkan di pelipis.
Tiba-tiba Pram merasa ada sesuatu yang mengalir dari tatapan dingin sigadis. Sesuatu itu adalah semacam getaran halus yang membuat mata Pramuda berkedip dan seperti terkantuk dalam sekejab.
Nyuuuut....!!
Sangat sekejab.
Setelah itu pandangannya terang kembali dan rasa kantuk itu tak ada sama sekali.
Pram tak menghiraukannya.
"Boleh aku menumpang mobilmu..???" pintanya dengan suara bening namun sedikit besar untuk jenis suara wanita.
Suara itu menandakan adanya suatu ketegasan dalam kepribadiannya.
Pramuda masih menanggapinya dengan senyum dan keramahan yang di paksa.
"Kau mau kemana,Non..?? mungkin kita berbeda arah..??"
"Tak bisakah kau memberikan tumpangan kepadaku..??"
"Bisa sich bisa,tapi mau sampai mana..?? sampai jembatan Semanggi..??"
"Ya,sampai jembatan Semanggi.." jawab si gadis,kalem tapi berkesan serius.
Pramuda jadi berpikir,
"Kelihatannya dia normal-normal saja?! Bisa di ajak bicara dengan betul?! Jangan-jangan dia tidak gila?!"
Karena Pram diam beberapa saat merenungkan kata bathinnya sendiri, sigadis akhirnya berkata lagi dengan nada datar.
"Kau keberatan?."
"Oh,bukan keberatan!"
Pram buru-buru menyahut dengan senyum yang makin dipaksakan.
"Tpi,hmmm...kau lihat sendiri,mobilku mogok begini,bukan..?? bagaimana aku bisa memberimu tumpangan kalau mobil ini tak mau jalan..??"
Gadis itu tetap memandang.
Kedua tangannya memeluk tubuh,bagai menutupi gumpalan dadanya yang tampak membusung seksi itu.
Pandangan mata yang datar itu terasa aneh bagi pram, hingga berulang kali tengkuk kepala Pram bergidik merinding.
"Akan ku bantu menghidupkan mesin mobil ini jika kau izinkan aku menumpang mobilmu," ujar si gadis tetap dengan suara datar,seakan tak mempunyai aksen dan intonasi yang jelas.
"Hmmm...eeeehhh...."
Pram sempat bimbang, namun hati menjadi tak enak.
"Masuklah! Aku akan perbaiki dulu mesinnya. Mudah-mudahan bisa hidup kembali."
Tanpa ragu-ragu si gadis segera membuka pintu mobil,karena Pram telah membuka kuncinya secara otomatis. Tanpa sungkan dengan pakaian dan sekujur tubuhnya yang basah kuyup si gadis duduk di jok samping,seakan tak peduli jok itu akan menjadi basah atau tidak.
"Entah mengapa aku menjadi tak tega melihatnya. Mudah-mudahan dia bukan wanita jahat yang bersekongkol dengan sekelompok perampok di depan sana,
" pikir Pramuda sambil menarik nafas.
Ketika Pram ingin keluar untuk menengok mesin mobil,gadis itu buru-buru berkata dengan nada masih datar pula.
"tak usah turun!"
Pram memandang,si gadis juga menatap.
Wajah cantik itu tampak pucat dengan bibir membiru bak mayat bangkit dari kuburnya.
Seeeerrrr....!
Bulu kuduk Pramuda pun berdiri meremang lagi.
Jantungnya mulai semakin berdetak-detak walau ia masih sangup bersikap tenang.
"Non,mobil ini mogok dan mesinnya harus ku periksa,pasti ada yang kendor atau..."
"putar saja kunci kontaknya,"potong si gadis berkesan tegas.
Pram tersenyum menutupi rasa jengkelnya.
Namun ia melegakan hati si gadis dengan segera memutar kunci kontak.
Klik,gruuung...!
"Oooooh...?!"
Pram terkejut dalam hati,ternyata mesin mobil dapat dihidupkan dengan mudah sekali.
Suaranya tetap bersih dengan getaran yang stabil,tanpa ada kelainan apapun.
Senyum pemuda itu terkesan malu karena hati sempat meremehkan perintah si gadis.
Ternyata ucapan si gadis terbukti.
Wajah cantik berhidung mancung itupun segera menghadap ke depan,pandangannya lurus dan terkesan hampa. Seakan tak punya rasa senang mendengar mesin mobil bisa di hidupkan kembali.
Mobil mulai berjalan pelan ketika hati Pramuda bertanya pada diri sendiri.
"Siapa gadis ini sebenarnya..?? apakah ucapannya tadi mengandung keMukjizatan atau secara kebetulan saja..??!"
Pram melirik,ingin menanyakan jati diri si gadis,tapi tiba-tiba tengkuknya menjadi merinding kembali karena si gadis melirik dengan kaku tanpa senyum seulaspun. Pramuda juga baru menyadari bahwa gadis itu membawa aroma wangi yang aneh.
Seperti wewangian cendana bercampur pandan.
Aroma wangi itu semakin lama terasa semakin memenuhi ruangan mobil tersebut.
***** Rumah mungil di pinggiran kota itu merupakan salah satu dari perumahan real estate yang telah di miliki oleh Pramuda. Selama 3 tahun bekerja di perusahaan asing,Pramuda sudah mampu membeli rumah tersebut walau masih mempunyai masa angsur beberapa bulan lagi. Tetapi dengan memiliki rumah pribadi tersebut, setidaknya Pramuda sudah memikirkan masa depan dan hari tuanya.
Dalam usia dua puluh delapan tahun, sudah selayaknya Pramuda berpikir tentang rumah tangga.
Tetapi sampai saat ini ternyata belum ada wanita yang cocok untuk dijadikan sebagai pendamping hidupnya. Banyak gadis yang digaetnya, namun pemuda itu agaknya masih mempertimbangkan beberapa hal yang membuatnya belum mau memutuskan untuk mengambil salah satu dari mereka sebagai seorang istri.
Seorang teman pernah berkata kepada Pramuda,
"Kurang apalagi persiapanmu,Pram? Jabatan punya,rumah sudah punya,perabot komplit,bahkan lengkap dengan pelayannya segala,kan tinggal memboyong anak gadis orang saja kan? Apa susahnya sich? Calon pun tinggal pilih?!"
Pram hanya menjawab,
"ada dua yang belum ku punyai, :cinta dan kepuasan."
"Maksudmu kau gak bisa puas dengan seorang perempuan saja?"
"Maksudku,aku belum puas hidup dengan kebebasan! Aku belum punya cinta yang sejati,yang bisa kurasakan kehadirannya dalam hidupku!"
Dua factor yang sangat penting itu tak bisa di sanggah atau di debat oleh siapapun.
Pramuda masih menyukai hidup bebas tanpa ikatan seorang istri. Bukan berarti dia tak berani di bebani tanggung jawab,namun dia tak ingin menjadi suami yang masih memburu kebebasan di belakang istrinya.
"Puas-puaskan dulu masa mudamu,supaya kelak kau tidak menjadi pengkhianat bagi istrimu!"
Itulah kata-kata manis yang di kutip dari ucapan almarhum ayahnya. Dan kata-kata itu yang melekat kuat dalam hati dan pikiran Pramuda, sehingga ia memilih untuk tinggal di rumah mungil bersama Mak Supi,pelayan yang usianya sudah 45 tahun itu.
Mak Supi sudah di anggap sebagai ibu sendiri,dalam arti, perempuan separuh baya itu merawat keseharian Pramuda dengan sungguh-sungguh.
Delapan tahun lamanya Mak Supi bekerja sebagai salah satu pelayan di rumah mamanya Pramuda.Tetapi begitu Pramuda mempunyai rumah sendiri,Mak Supi tetap betah tinggal bersama Pramuda dengan kepercayaan penuh. Tak heran jika Mak Supi memberi saran ini-itu dan diterima Pram sebagai saran orang tua.
**** Hubungan kekeluargaan Mak Supi dengan Pramuda membuat perempuan separuh baya itu sering mempunyai kepekaan rasa.Seperti halnya pada malam hujan deras itu.
Hati Mak Supi merasa tak enak dan selalu resah memikirkan Pramuda yang belum sampai rumah. Padahal jam dinding diruang makan sudah menunjukkan pukul dua kurang lima menit dini hari. Mak Supi tak bisa tidur nyenyak, sebentar-sebentar bangun dan bertanya dalam hati
"mengapa Tuan Pram belum pulang? ada apa di perjalanan?"
Di cobanya untuk melangkah ke ruang tamu dan menyingkap tirai penutup pintu berkaca itu.
Jalanan komplek perumahan elite itu tampak sepi.
Hujan masih deras di sertai angin yang walau tak terlalu kencang namun menyiratkan debar-debar kecemasan di hati Mak Supi. Perempuan yang gemar mengenakan kebaya itu akhirnya masuk ke kamarnya lagi, berdoa dalam hati agar sang tuan muda tidak mendapat halangan apapun di perjalanan.
"Biasanya kalau terlambat datang, Tuan muda sering menelepon ke rumah dengan memakai HandPhonenya,tapi mengapa dari tadi tak ada telepon dari Tuan Pram,ya??"
Andai saja Pram mendengar kata hati Mak Supi,mungkin dianggapnya terlalu berlebihan. Sebab,dalam kenyataannya Pram tidak merasakan kecemasan apapun kecuali perasaan heran yang berputar-putar dalam hatinya.
Mulanya Pram merasa cemas terhadap gadis yang di temukan di pinggir jalan tol itu.
Bisa saja gadis itu adalah komplotan perampok yang menjebak Pram disuatu tempat. Tapi setelah Pram memberanikan diri untuk menanyakan pribadi si gadis,maka kecurigaannya hilang sedikit demi sedikit.
"Mengapa kau hujan-hujan dan lewat tengah malam begini berada di pinggir jalan tol??"
Pram kembali melirik kaki si gadis yang tak bersepatu dan atau mengenakan sandal jepit itu. Kemudian ia menambahkan kata sebelum si gadis menjawab.
"Apakah Kau membawa tas dan....tidak beralas kaki. Apakah kau habis mengalami musibah? Hmmmm.....di rampok? Atau... di perko...,"
Pram tidak tega untuk melanjutkan hasratnya yang ingin menyebut kata "di perkosa" itu. Tapi agaknya si gadis sudah mengerti apa yang di maksud oleh Pram.
Dengan tanpa memandang ke arah Pram,melainkan lurus ke depan bagai orang menerawang, si gadis pun memberikan jawaban yang masih terkesan datar.
"aku dibuang."
"Dibuang??!" pram melirik sebentar,
"Siapa yang membuangmu??!!"
Si gadis mengambil nafas dalam-dalam,diam sesaat,kemudian menjawab pelan,
"Sulit untuk di terangkan padamu."
Pram membisu tiga hitungan, kemudian suaranya terdengar dengan nada ramah.
"Boleh tau namanya???"
"Kumala Dewi."
Jawab gadis itu tanpa ragu-ragu,juga tanpa berpaling memandang Pram.
Ia tampak menggigil,hati Pram menjadi iba.
"Di jok belakang ada jaket. Ambil dan pakailah sebagai penghangat tubuhmu sementara."
Gadis itu tak sungkan-sungkan melakukan apa yang di perintahkan Pram. Ia mengambil jaket tebal yang krahnya berbulu,kemudian di kenakannya begitu saja tanpa ada rasa canggung atau malu sedikitpun. Setelah itu dia duduk dengan kedua tangan bersedekap dan memandang ke arah depan lagi. Kali ini pandangannya tidak sekosong tadi. Pandangan mata itu memperhatikan keadaan kanan-kiri jalan,lampu-lampu gedung dan tulisan-tulisan berneon terang.
Dia seperti orang yang baru mengenal kota Jakarta. Pram agak heran, secepat itu ekspresi si gadis berubah menjadi seperti orang udik masuk kota.
"Namaku Pramuda,dan kau bisa memanggilku Pram saja."
Gadis itu tak menggumam,menatap Pram sebentar,kemudian memperhatikan kanan-kiri jalan lagi.
"Cuek sekali dia,
" pikir Pram sambil menyunggingkan senyum kecil, lalu mengajaknya bicara lagi.
"Tujuanmu mau kemana, Kumala..??"
"Entah,,aku belum mempunyai tujuan yang pasti."
Hati pemuda itu menggerutu,
"wah,jangan-jangan perek niech?? Celaka!"
Pram sengaja diam saja saat mobilnya sudah melewati Jembatan Semanggi, turun ke bawah dan menuju ke arah Blok M.gadis itu juga diam saja,tak ada protes sedikitpun. Padahal ia tadi bilang mau turun di Jembatan Semnaggi.
Pram memendam keheranan dalam hatinya.
"Kumala,bagaimana jika kau ku antar pulang ke rumahmu??" pancing Pramuda.
"Apakah aku mempunyai rumah di dunia ini?"
Kumala Dewi justeru balik bertanya, membuat Pram tertawa pelan karena menganggap si gadis sedang bercanda.
"Aku turun di Jembatan Semanggi saja," kata Kumala.
"Lho,Jembatan Semanggi sudah lewat," ujar Pramuda.
Gadis itu menatap Pramuda dengan dahi sedikit mengkerut.
"Mengapa kau tidak berhenti dan menyuruhku turun?? Bukankah tadi ku bilang akan turun di Jembatan Semanggi??"
"Habis,kau diam saja!" bantah Pramuda.
Kumala Dewi tarik nafas kembali,sepertinya sedang menahan rasa dongkol dalam hatnya. Pramuda menjadi serba salah.
Hatipun menjadi berkata pada diri sendiri.
"Rupanya dia belum tahu seluk beluk kota Jakarta. Dia belum tahu letak Jemabtan Semanggi. Hmmm....berarti dia bukan dari Jakarta. Lalu,darimana asalnya..??"
Katika Pram menanyakan hal itu, Kumala membenarkan,ia mengaku belum tahu dimana letak Jembatan Semanggi dan bahkan belum tahu seperti apa itu jembatan Semanggi. Hal yang paling menggelikan di hati Pram adalah kata-kata polos dari Kumala ketika menyatakan anggapannya tentang jembatan Semanggi.
"Kusangka Jembatan Semanggi adalah jembatan sebuah sungai panjang yang bernama sungai Semanggi. Ku tunggu melihat air sungai mengalir,lalu aku akan berkata berhenti padamu,dan aku akan turun. Tapi ternyata dari tadi tak kulihat sebuah sungai,sehingga ku pikir belum sampai jembatan Semanggi."
Kalau saja tak khawatir menyinggung perasaan si gadis yang sejak tadi tanpa senyum itu, Pram akan tertawa keras di dalam mobilnya mendengar pengakuan polos itu. Tapi demi menjaga perasaan si gadis, Pram hanya tertawa pendek dan menjelaskan tentang Jembatan Semanggi.
"Darimana asalmu,Kumala.??"
"Dari langit!" jawab Kumala.
Jawaban itu membuat Pram melebarkan senyum memanjangkan tawa walau tak terbahak. Pram yakin kalau si gadis itu mempunyai selera humor yang cukup lumayan,walau tak pernah tersenyum atau tertawa setiap melontarkan humornya.
Justru ekspresi seperti itulah yang menurut Pram merupakan ekspresi seorang humoris yang pendai melontarkan canda menggelikan bagi lawan bicaranya.
"Jika kau tak tau kemana arah tujuanmu,sedangkan hari sudah kelewat malam begini,belum lagi hujan yang tiada kunjung reda,aku punya saran padamu,Kumala."


Dewi Ular 01 Roh Pemburu Cinta di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gadis itu tak bertanya,namun memandang Pram dengan matanya yang punya nada-nada curiga.
"Aku tidak bermaksud jahat padamu," ujar Pram.
"Aku hanya ingin menolongmu.Kurasa kau sedang kalut dan tak tau harus melangkah kemana. Jadi,aku punya saran agar kau bermalam di rumahku dulu. Mungkin esok pikiranmu sudah mulai tenang dan kau dapat menentukan langkah harus kemana."
"Aku bermalam di rumahmu.?? tidur di sana??" dahi gadis itu sedikit mengkerut.
Pram mulai tak enak hati lagi.
"aku bersumpah,gak bermaksud jahat apa-apa padamu koq. Itu hanya saran, katakanlah..usul.! kau boleh menolaknya jika kau gak setuju dengan usulku."
Cukup lama gadis itu membisu,sepertinya ada beberapa hal yang di pertimbangkan. Pramuda sengaja membiarkan si gadis dalam kebisuan, sengaja memberi kebebasan bagi si gadis untuk merenungkan usulnya tadi. Pram tak ingin berkesan memaksa Kumala hingga menimbulkan kecurigaan yang negative.
Beberapa saat kemudian, Kumala Dewi berbicara terlebih dulu dengan pandangan mata yang kembali lurus ke depan bagai orang yang sedang menerawang.
"jika aku nanti bermalam dirumahmu, nanti apa kata orang?? Mereka akan menganggapku sebagai gadis murahan yang tak punya harga diri."
"mereeka bebas berkomentar apasaja selagi mereka mempunyai otak picik.Tapi dalam menghadapi persoalan seperti yang aku alami ini, haruskah kita berpikir tentang komentar orang lain?? Bukankah mereka tidak tau persis persoalan kita?? Seperti aku sendiri yang tak tau persis persoalan yang kau hadapi selama ini?? Mengapa harus pedulikan apa kata mereka??"
Kumala Dewi diam sebentar, lalu bertanya dengan nada datar :
"istrimu..??"
Pram tertawa pelan seperti menggumam.
"jangan khawatir,kau aman di rumahku. Aku belum punya istri."
Gadis itu buru-buru berpaling menatap dalam keremangan cahaya lampu jalanan yang menyorot ke wajah Pram sekilas itu. Pram merasa si gadis menghendaki ketegasan sekali lagi, sehingga Pram menganggukkan kepala dengan pandangan mata yang meyakinkan.
"aku gak bohong kok! Serius! Aku belum punya istri!"
Rupanya Kumala Dewi tidak mempunyai pilihan lain.
Dia seperti di hadapkan oleh satu alternative, sehingga mau tak mau harus menyetujui usul dan saran Pramuda. Sebagai kepastiannya menerima usul dan saran itu, Kumala Dewi menganggukkan kepala satu kali.
"Terma kasih banyak atas bantuanmu."
Senyum pemuda tampan berambut rapi itu membias seulas di bibir.
Sayang tak begitu kentara, sehingga Kumala Dewi tak begitu berniat untuk menikmati senyum yang sebenarnya punya daya tarik tersendiri bagi para gadis itu.
"sudah berapa lama kau berada dijalan tol tadi..??"
"Lumayan."
Jawab Kumala Dewi.
"tak adakah mobil yang mau kaustop sebelum mobilku mogok??"
"baru sebuah mobil patrol,dan aku bersembunyi. Takut di sangka wanita malam dan"
"Bersembunyi? Kau bersembunyi dimana?? Menurutku tak ada pohon di pinggir jalan tol tadi."
"aku bersembunyi di balik tiang lampu penerang jalan. Merapat di sana, mereka lewat dan kembali lagi tanpa melihatku."
"owwww"
Pramuda manggut-manggut sambil tersenyum kagum.
"bagaiman bisa kau berada dijalan tol seperti tadi?? Apakah seseorang membuangmu dari dalaam mobil??" desak Pram sebelum tiba di rumahnya.
"tidak!!" jawab Kumala tegas.
"Aku sendiri tidak tau,tiba-tiba aku berada di jalanan tadi. Rasanya aku habis jatuh dari langit."
Pram tertawa lagi.
Tapi dalam hatinya menduga bahwa si gadis mengalami gangguan ingatan akibat kepalanya membentur sesuatu.
Tapi anehnya gadis itu masih ingat siapa namanya?
Mungkin dia juga masih ingat di mana rumahnya dan apa persoalan sebenarnya. Hanya saja ia masih enggan untuk berterus terang kepada Pram.
Setibanya tiba di rumah mungil namun indah itu, Kumala Dewi masih duduk didalam mobil. Setelah Pram menyuruhnya turun,barulah ia turun dari dalam mobil. Gadis itu memandang keadaan sekeliling dengan ekspresi heran bercampur kagum. Sepertinya ia sangat merasa asing dengan lingkungannya.
Ketika di kenalkan dengan Mak Supi, gadis itu memandang Mak Supi tak berkedip. Dua jarinya di tempelkan dipelipis kanan sesaat.
Mak Supi menggeragap sebentar, lalu lanjutkan tesenyum ramah.
"Mak,tolong bantu dia!? bisik Pramuda kepada pelayannya.
"Dia ku temukan di pinggir jalan tol dalam keadaan basah kuyup dan sepertinya minggat dari rumah dengan terburu-buru."
"Dugaan saya juga begitu tuan.Sebab dia tidak pakai alas kaki."
"Carikan pakaian yang cocok untuknya! Kalau perlu celana jeansku yang masih lumayan berikan padanya!"
"Bukankkah nona Renna punya gaun yang sudah lama tidak di pakai,Tuan? Saya rasa akan cocok jika di kenakan dengan nona itu?" bisik Mak Supi di ruang tamu.
"Jangan pakai gaunnya Renna,salah-salah Renna bisa sewot padaku! Carikan celana Jeans dan T-shirt saja.Jangan lupa, buatkan makan dan minuman penghangat untuknya."
"Baik,Tuan!" jawab Mak Supi dengan patuh.
Dan wajah perempuan separuh baya itu tampak lega melihat Pramuda pulang dalam keadaan selamat. Hanya saja, dia agak aneh melihat tuannya pulang membawa gadis yang di temukan di pingir jalan. Tak biasanya Pram pulang membawa gadis sembarangan. Pram memang sering membawa pulang seorang wanita, tapi biasanya keren-keren.
Sekalipun demikian, Mak Supi tetap melayani Kumala Dewi dengan keramahan yang sudah menjadi bagian dari kepribadiannya.
Mak Supi sendiri merasa heran melihat gadis yang tak mau tersenyum itu, sekalipun tidak kelihatan ketus dan judes. Ajakan senyum MakSupi selalu dibalas dengan anggukan kepala tipis,nyars tak terlihat. Semula Mak Supi juga menyangka kalau Kumala Dewi adalah gadis yang gila. Tapi setelah beberapa kali bisa menjawab pertanyaaan dengan benar, Mak Supi yakin gadis itu tidak gila.
"Menurut saya dia sedang stress tuan."
"Kelihatannya begitu, tapi kuharap kau jangan banyak bertanya hal-hal yang menyangkut masalah pribadinya,Mak. Nanti dia merasa jengkel dan kurang suka padamu."
Pesan pramuda ketika Kumala dewi sedang mandi.
"kalau kau mau tidur lagi, tidurlah sana MAK, Asal segala sesuatu buat gadis itu sudah kau siapkan mak."
"Bik tuan. Tapi bolehkah saya menanyakan sesuatau kepada tuan??"
"tentang apa??" pramuda berkerut dahi.
"apakah tuan sudah mengganti lampu kamar mandi..??"
"belum. O,ya..aku lupa membelli lampu bohlam yang baru,,sebaiknya."
"tapi,,tuan." Potong Mak Supi,lalu melirik kea rah kamar mandi yang tak terlihat dari tempat mereka bicara.
Pram menjadi heran melihat Mak Supi ragu-ragu.
"Tapi kenapa..??"
"Tapi ketika Nona Kumala masuk kekamar mandi,tiba-tiba lampu kamar mandi menyala sendiri,Tuan!!"
"Ah!!!!"
Pram tak percaya.
"Tuan bisa lihat sendiri sekarang.."
Pramuda tak habis pikir,ketika melihat lampu kamar mandi menyala terang. Padahal ketika ingin ditinggalkan keBatam, Mak Supi sudah laporan bahwa lampu kamar mandi putus.
Tak bisa menyala.
Pram berjanji akan membelikan bohlamnya sepulangnya dari Batam nanti. Namun sekarang,darikaca atas pintu kamar mandi, lampu itu tampak menyala terang sepertinya sudah diganti dengan bohlam yang baru.
Kamar mandi itu adalah kamar mandi khusus, yang hanya di pakai oleh Pram atau Renna,atau tamu yang perlu membersihkan badan.
Bukan kamar mandi untuk pembantu.
Tak mungkin Mak Supi memasang bohlam lampu sendiri,sebab letak bohlam lebih tinggi.
Hati pemuda itu semakin heran ketika Kumala selesai mandi.
Pram segera berlagak buang air kecil.
Tapi sebenarnya ingin memeriksa bohlam tersebut.
Ternyata bohlam tersebut adalah bohlam yang lama. Bagian tepi bohlam sudah berwarna hitam samar-samar bagaikan hangus.
Anehnya masih bisa menyala.
Lebih aneh lagi, ternyata saklar lampu dalam keadaan turun. Padahal untuk menyalakan lampu tersebut, saklar harus di naikkan.
Tapi kenapa sekarang lampu bisa menyala dalam keadaan saklar turun..??
Dan hal yang lebih aneh lagi,kamar mandi yang habis di pakai untuk mandi Kumala Dewi itu menyebarkan aroma wangi cendana bercampur pandan.
Enak,lembut dan sedap.
Padahal seharusnya wangi yang tercium di kamar mandi itu adalah wangi sabun yang di pakai mandi.
Itulah yang menjadi alasan jika Pram menjadi merinding dan buru-buru keluar dari kamar mandi.
****** Kumala Dewi tidur terpisah dengan Pramuda.
Ia ada di kamar yang biasa dipakai tidur oleh Renna jika sang adik perempuan itu sedang bermalam di rumah mungil tersebut. Pram sengaja menjaga jarak agar tak ada kesan negatif di mata Kumala Dewi.
Padahal dalam hati Pram memuji habis-habisan gadis yang di perkirakan berusia sekitar dua puluh empat tahunan itu.
Pram melihat gadis itu secara jelas baru pada esok harinya. Ternyata Kumala benar-benar seorang model atau bintang film yang belum pernah di lirik oleh produser manapun.
Kecantikkan gadis itu tampak jelas pada pagi hari,sewaktu mereka sarapan bersama.
Kumala mempunyai kulit yang putih,halus,lembut,dan menurut dugaan Pram seperti kulit bayi. Matanya tak terlalu besar namun berbentuk indah.
Alis matanya tidak terlalu lebat namun juga membentuk keindahan tersendiri dengan bulu mata yang lentik bak bulu mata boneka.
Hidung yang mancung itu sangat serasi sekali dengan bibir yang sensual menggairahkan. Ia gadis yang berperawakan tinggi,seksi dan padat. Rambutnya mempunyai warna hitam yang kemilau. Lebat,sangat cocok untuk model iklan shampoo.
Ternyata bukan hanya Pram yang menyanjung kecantikan itu dalam hati,
Mak Supi pun mengakui bahwa Kumala Dewi benar-benar seorang gadis yang mempunyai nilai kecantikan tinggi. Belum pernah ada gadis bawaan Pram yang secantik Kumala Dewi. Rupanya keadaan basah kuyup tersiram hujan membuat kecantikan itu tertutup dan tak sempat menjadi pusat perhatian Mak Supi maupun Pramuda sendiri.
"Dengan mengenakan celana jeans dan T-shirt seperti itu dia tampak manis sekali."
Pikir Pramuda sambil berlagak tak memperhatikan Kumala yang duduk dikursi seberang meja.
"Tak ku sangka malam kemarin aku membawa seorang ratu kecantikan yang sedang kalut. Mungkin sekarang kekalutan otaknya sudah berkurang. Tak ada salahnya kalau ku tanyakan hal-hal yang sedikit bersifat pribadi padanya. Ia nampak lebih tenang dari semalam."
Sementara itu, di hati sang pelayan separuh baya mempunyai kecamuk yang berbeda.
"Ternyata dia manusia. Semalam aku sempat menyangkanya sebagai peri atau setan yang bergeyantangan. Habis,kebetulan saja pas dia datang ada beberapa hal yang aneh: seperti bohlam lampu kamar mandi menyala sendiri dan bau wangi yang jarang tercium di rumah ini. Ternyata dia seorang gadis yang baik, walau jarang tersenyum. Ia gadis yang rajin,bukan seorang pemalas."
Pujian itu terlontar di hati Mak Supi karena pekerjaannya pagi itu cepat selesai berkat bantuan Kumala Dewi.
Gadis itu bangun pukul lima pagi,seperti Mak Supi. Bedanya,Mak Supi langsung kedapur, Kumala langsung ke kamar mandi. Pagi-pagi dia sudah mandi dan merapikan diri.
Ia membantu Mak Supi menyiapkan sarapan untuk sang tuan. Pekerjaan itu dilakukan Kumala ketika Mak Supi mencuci pakaian dan mengepel lantai.
"Nona Kumala,Sebaiknya Nona tak perlu sibuk di dapur.saya takut jika tuan tahu,beliau akan marah."
"Dia tak punya alasan untuk marah padamu. Jika ia mau marah,biarlah ia marah padaku!" kata Kumala Dewi.
"Pram telah menolongku,dan aku harus lakukan sesuatu unuk membalas kebaikannya,Mak Supi."
Pelayan yang pagi itu berkebaya biru tua dengan bunga-bunga kuning itu sempat merasa heran ketika melihat Kumala Dewi menyiapkan sarapan untuk Pramuda.
Telur setengah matang,roti tawar,coklat susu,dan hal itu di anggap aneh olehMak Supi,karena ia belum pernah memberitahu kesukaan Pramuda.
"Apakah...apakah tuan Pram pernah bilang bahwa beliau kalau pagi suka minum coklat susu, Non..??"
"belum," jawab Kumala pelan,sekalipun tanpa senyum namun tak terkesan ketus ataupun angkuh.
"Aneh."
Gumam Mak Supi.
"Darimana kalau tuan suka coklat susu,telur setengah matang,dan yang lainnya itu..???"
Maka ketika Pram memanggil Mak Supi di ruang makan, Mak Supi tak bisa berkata lain kepada tuannya.
"Siapa yang menaruh lada dan garam di dalam telur setengah matangku ini..??kau,ya Mak..?? tumben koq pas sekali ukurannya??"
"Maaf,Tuan. Pagi ini bukan saya yang menyiapkan sarapan, melainkan Non Kumala sendiri!" ujar Mak Supi sambil menunjuk Kumala Dewi dengan ibu jarinya.
Pramuda terperanjat dan hatinya berdebar aneh.
"Benarkah kau yang menyiapkan sarapan di pagi ini,Kumala..??"
"Ya,apakah itu salah??"
Kumala Dewi justru balik bertanya.
Pramuda hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.
""Sebetulnya hal itu tidak perlu kau lakukan,kau itu kan tamu!"
Kumala tak berkomentar, ia sibuk memotong roti tawarnya sendiri dengan pisau roti. Pramuda segera bicara kepada MakSupi.
"Mengapa kau ajarkan kepadanya pekerjaan ini, Mak??"
"Oh,saya tidak mengajarinya,Tuan."
Sangkal Mak Supi.
"Saya juga tidak memberitahukan apa kesukaan tuan jika pagi-pagi seperti ini."
"Tapi mengapa dia bisa menyiapkan semua ini dengan pas??"
"Saya sendiri tidak tau,Tuan."
Pramuda menatap Kumala,namun yang di tatap tetap cuek.
Seakan tak merasa sedang di perhatikan oleh pemuda tampan itu. Sang pemuda hanya memendam rasa kagumnya dengan sisa geleng-geleng kepala di sela senyum yang ceria.
Ketika Mak Supi sudah tak ada di antara mereka berdua, Pramuda mulai bicara kembali kepada Kumala Dewi. Si gadis tampaknya menanggapi pembicaraan itu walau dengan mulut yang masih membisu dan sibuk menelan makanannya.
"Mak Supi sudah delapan tahun ikut keluargaku. Dulu dia menjadi pelayan kami. Tapi setelah aku menempati rumah ini, dia sengaja ku tarik kemari. Aku sangat cocok dengan masakan Mak Supi."
"Dia memang perempuan yang pandai memasak."
Ujar Kumala Dewi dengan suara pelan,seperti orang menggumam.
"Kurasa kaupun seorang perempuan yang pandai memasak," pancing Pramuda.
Kumala tidak tersenyum,ia hanya sentakkan bahu sedikit dan melanjutkan sarapannya.
"Apakah kau juga selalu menyiapkan sarapan untuk suamimu setiap pagi begini??" pertanyaan itu jelas merupakan pancingan dari Pram untuk mengetahui status Kumala Dewi sebenarnya.
"Suami?!tak ada suami."
Jawabnya berkesan seenaknya saja, lalu meneguk minumannya.
"Kau bekerja atau masih kuliah??"
"Nganggur."
"Tapi dulu pernah kuliah,bukan??sampai tamat??"
"Mungkin."
Jawabnya pelan,tanpa memandang Pram.
"Dugaanku benar," pram tersenyum lega.
"Kau pasti seorang sarjana dengan gelar Doktoranda,bukan..?"
"Semula gelar ada padaku."
Pramuda tertawa pelan.
Dari wajahnya tampak riang.
Ia merasa belum pernah menikmati pagi yang cerah seriang hari itu. Sebentar-sebentar wajah cantik yang mempunyai kematangan bersikap itu di pandanginya dengan penuh rasa kagum.
"Lalu,apa rencanamu sekarang,Mala?? O,ya...boleh aku memanggilmu Mala saja??"
Kumala Dewi angkat bahu tanda tak keberatan dengan panggilan itu. Sebentar kemudian terdengar suaranya yang sedikit bernada keluh.
"Sampai sekarang aku belum tahu apa yang harus aku lakukan."
Lalu ia menghembuskan nafas bagai mendesah jengkel.
"Kau punya saudara yang tinggal di Jakarta??"
Kumala menggeleng.
"mungkin di sekitar Bogor,Bekasi,Tangerang,atau tempat lainnya??"
Kumala Dewi gelengkan kepala lagi.
"Semua saudaraku ada di Kahyangan."
Tawa mirip gumam menghambur dari mulut Pramuda yang masih mengunyah santapannya.kumala memandangnya dengan melirik,namun hanya sebentar,setelah itu ia menatap telepon yang ada di meja kecil dekat ruang tamu.
Pram tidak pedulikan hal itu. Hanya saja,ia segera mengangkat kepala dan memandang Kumala setelah gadis itu bertanya dengan suaranya yang bening dan terkesan kalem.
"Kau punya teman gadis yang bernama Wenny??"
"Dari mana kau tahu??" pram bernada kaget.
Kumala tidak menjawab,hanya berkata,
"Sebentar lagi dia akan menelponmu!"
Pramuda masih tertegun heran karena Kumala tahu tentang nama Wenny.Seingatnya dari semalam ia tak pernah bicara tentang Wenny atau gadis lainnya.
Timbul pertanyaan di hati Pramuda.
"mungkinkah Mak Supi yang menceritakannya??"
Jika benar Mak Supi menceritakan tentang Wenny kepada Kumala, Pram akan marah kepada pelayannya itu.
Ia tak suka hal itu di lakukan oleh Mak Supi,karena menurutnya Wenny bukan gadis yang pantas di bangga-banggakan. Pram sendiri sedang berusaha menjauhi Wenny,karena dalam penilaiannya Wenny adalah gadis yang egois,keras kepala,dan sombong. Gadis itu sedang berusaha menguasai Pram dan mengatur hidupnya.
Ia tak ingin kebebasannya di rampas oleh Wenny dengan dalih cinta dan sebagainya.
"Jika nanti dia menelponmu,bicaralah baik-baik. Dia gadis yang nekat.Memang ada baiknya jika kau jauhi."
Kata Kumala di sela kebisuan itu. Pramuda menjadi bertambah heran karena Kumala sepertinya sudah tau banyak tentang pribadi Wenny.
Keheranan itu bertambah setelah Pram tak jadi ajukan pertanyaan karena tiba-tiba telepon di meja kecil itu berdering. Pramuda menatap Kumala tanpa berkedip, dan gadis itu mengangguk kecil dengan membalas tatapan tersebut.
"Angkatlah telapon itu,bicaralah baik-baik supaya dia tidak marah padamu."
"Apakah kau yakin kalau itu adalah telepon dari Wenny??"
"Coba terima dulu telepon itu."
Pramuda bergegas menghampiri meja telepon. Sapaan pertama yang didengarnya adalah suara seorang gadis yang mempunyai suara cempreng. Tak salah lagi dugaan Kumala,memang itulah suara Wenny.
"Pram,jangan lupa nanti jemput aku yaa..?? aku berangkat pagi koq. Nanti pulang kuliah aku mampir kekantormu dech!"
"Aku tidak ke kantor Wen!"
"Lhooo...kenapa??"
Wenny bernada kecewa.
"Aku..aku sedang gak enak badan.capek. baru kemarin pulang dari Batam,langsung ngurusin kakakku yang lagi sakit. Sebaiknya kau berangkat kuliah sendiri saja."
"Aduh,Pram...aku sedang ada ujian pagi ini!"
"Apa salahnya kalau kau berangkat sendiri! Itu kan keperluanmu juga!" pram mulai bernada tinggi.
"apakah aku harus menjemputmu setiap kau mau kuliah? Sejak kapan kau menggajiku sebagai sopir jemputan??!!"
"Pram...?!" sentak Wenny.
Tapi telepon segera di putuskan oleh Pramuda.
Wajah tampan itu tampak kesal dan segera kembali ke ruang makan. Kumala Dewi memandanginya tanpa sepatah katapun. Pramuda mendenguskan nafas kejengkelan sambil duduk di tempatnya. Lalu ia tertegun sebelum katakan sesuatu kepada Kumala.
"Darimana dia tau kalau Wenny akan menelponku?!" tanya bathin Pramuda sambil pelan-pelan mulai memandang Kumala Dewi lagi.
"Sudah ku bilang,bicaralah baik-baik padanya," kata Kumala dengan kalem.
"Mengapa kau bernada tinggi begitu?! Dia bisa marah,dan bikin ulah yang lebih menjengkelkan hatimu."
Pramuda diam sebentar, seakan tak peduli dengan kata-kata itu.
Ia bersuara seperti orang menggumam datar.
"Darimana kau tau kalau dia akan bikin kesal hatiku?? Darimana kau tahu kalau dia akan menelponku sebentar lagi dan ternyata terbukti?? Apakah kau temannya??"
Kumala menggeleng.
"aku belum pernah kenal dan belum pernah melihat wajahnya."
"Tapi mengapa kau tau semua itu??"
"Kusarankan,jauhi dia kalau kau tak ingin menyesal di kemudian hari."
"kau harus bicara,Mala!!!" kau harus bicara dari mana kau tahu tentang dia??!!" desak Pramuda yang mulai penasaran.
Tapi gadis itu menampakkan ketenangannya.
Ia mengupas pisang untuk di makannya.
"Sampai kapan kau ijinkan aku untuk tinggal di sini??"
Kumala Dewi justeru balik bertanya, seakan ia tak peduli dengan rasa ingin tahunya Pramuda itu.Akhirnya Pram menghela nafas dan menghembuskannya panjang-panjang. Agaknya ia harus bersabar mengorek keterangan dari si gadis itu.
"Jika kau masih merasa betah tinggal di sini,aku tak melarangmu untuk tetap di sini," kata Pramuda sambil mengambil sebatang rokok untuk di nyalakan.
"Kau tak merasa terganggu dengan keberadaanku di sini??"
Pramuda menggeleng.
"selama kau masih mengalami amnesia, kusarankan tetaplah di sini. Aku akan membantumu memulihkan ingatanmu!"
"Amnesia??!!" guman Kumala bernada protes.
"aku yakin kau habis jatuh,kepalamu membentur benda keras, lalu syaraf ingatanmu terganggu, tak ingat siapa-siapa, bahkan tak ingat dirimu sendiri.Itulah yang di maksud dengan amnesia!"
Kumala Dewi sunggingkan senyum tipis sekali.
Dan senyum itu membuat hati Pramuda terperangah kagum. Ternyata senyuman tipis itu memancarkan daya tarik yang sangat tinggi. Kecantikan di wajah Kumala Dewi bagaikan membias kemana-mana begitu ia sunggingkan senyum tipis di bibirnya yang ranum itu.
Kalau saja Pram tidak ingat tentang pekerjaan yang harus di kerjakan pagi-pagi di kantor,ia tak ingin meninggalkan rumahnya. Rumah mungil itu terasa lebih mengesankan,tampak lebih indah lagi,setelah seraut wajah cantik Kumala Dewi ada di sana.
Pram merasa berat meninggalkan rumahnya, karena ia masih ingin bicara panjang lebar dengan gadis cantik yang menurutnya menderita amnesia itu.
Tapi disiplin kerjanya menuntut ia harus berangkat ke kantor dan tiba dikantor sebelum pukul delapan.
"Jangan pergi kemana-mana,Mala. Jika kau ingin pergi,tunggulah aku pulang.Atau kalau terpaksa sekali,teleponlah ke kantorku dulu.ini nomer telepon kantorku"
Pramuda memberikan selembar kartu nama dan menunjukkan nomor telepon kantornya yang tertera disitu.
"atau jika telepon kantor sibuk,hubungi HandPhone-ku!" tambah Pramuda saat ia sudah ada di dalam mobil. Kumala Dewi ada di teras, bagai seorang istri yang mengantar kepergian suaminya.
Kumala hanya mengangguk, sambil memberikan senyum kecil. Senyum itu bagaikan bekal bagi Pramuda untuk mendapatkan semangat kerja yang lebih tinggi dari biasanya.
"selamat bekerja,Pram!"
"Senyummu seperti senyum bidadari!" ujar Pramuda dalam nada bercanda, lalu dia mengerlingkan mata dalam senyuman.
Hatinya benar-benar merasa di taburi keindahan yang membuatnya giat sekali untuk menyusun rencana kerjanya hari itu.
Bahkan setelah di perjalanan, ia merasa ingin lekas sampai ke kantor,lekas mengerjakan tugas-tugasnya,dan lekas pulang. Karena jika ia lekas pulang,berarti ia segera bertemu dengan Kumala Dewi, si pemilik senyum bidadari itu.
Mak Supi melihat adegan itu di samping rumah dengan senyum yang membanggakan hatinya. Pelayan separuh baya itu mulai berkhayal dalam benaknya.
"Andai saja Non Kumala menjadi istrinya Tuan Pram,kurasa mereka hidup bahagia. Yah,memang sich...daripada tuan kawin sama Non Wenny atau yang lainnya, menurutku mereka tak ada yang bisa bersikap semanis non Kumala itu.Menurutku pikiran Non Kumala lebih tua daripada pikiran gadis-gadis yang suka di bawa pulang Tuan Pram itu."
Kumala Dewi bagaikan mengerti apa yang menjadi jalan pikiran Mak Supi.
Ketika ia membantu Mak Supi mencuci piring kotor,ia sempat berkata kepada pelayan yang bertubuh agak gemuk itu.
"Pramuda tidak mudah memutuskan untuk menikahi siapapun. Ia masih ingin hidup bebas tanpa ikatan seorang istri atau anak."
"iya,saya sendiri heran,Non...padahal Tuan itu usianya udah banyak,sudah cukuplah mapan untuk berumah tangga. Mamanya sendiri sudah sering mendesak agar Tuan segera berkeluarga,tapi agaknya Tuan tak memperdulikan desakan mamanya itu,Non."
"Padahal sudah ada seorang gadis yang berharap sekali untuk segera dinikahi oleh Pramuda ,Mak!"
"O..ya?? siapa gadis yang berharap menikah dengan Tuan Pramuda itu,Non.??"
"Wenny!" jawabnya tegas dan jelas.
Mak Supi hanya mencibir.
"Non Wenny?! Hm,saya gak suka kalau Tuan Pram punya istri Non Wenny.Cerewet,sombong,manjanya selangit..."
"cemburunya besar!" imbuh Kumala tiba-tiba.
"Iya,,loh koq Nona tau kalau Non Wenny itu punya rasa cemburu yang besar sekali?! Apakah Nona kenal dengan NoN Wenny?!"
"aku tahu dia,tapi dia tidak tahu aku!" jawab Kumala Dewi dengan suara pelan berkesan kalem.
Ia menaruh piring dan gelas yang sudah di cuci itu ke rak piring.
"Sebentar lagi dia pasti akan datang kesini untuk mencari Pramuda."
"Apa iya,Non??"
Baru saja mulut Mak Supi berhenti berkata begitu, tiba-tiba bel tamu berbunyi. Mak Supi sempat menatap Kumala Dewi yang tdak sedang memandangnya.
"Apakah yang datang itu Non Wenny?!" tanya hati Mak Supi.
"Jika itu benar,alangkah jitunya tebakan Non Kumala tadi?!"
Mak Supi bergegas ke ruang tamu setelah Kumala berkata dari dalam dapur,
"Itu si Wenny datang,Mak!"
Rasa ingin membuktikan kebenaran terkaan Kumala membuat langkah Mak Supi dipercepat. Ketika pintu di buka, ternyata memang Wenny yang datang. Gadis berwajah mungil itu sedang cemberut.
Matanya menatap tajam ke arah Mak Supi dengan bibir meruncing.
"Mana Pramuda??"
"Sudah berangkat ke kantor,Non!" jawab Mak Supi sambil membiarkan Wenny nyelonong masuk. Ia segera duduk di sofa,menghempaskan tubuh di sana sebagai tanda keksalan hatinya. Tas kuliahnya di lemparkan di sofa sampingnya dengan kasar.
"Mak,kasih tau sama tuanmu itu,jangan kasar-kasar kalau bicara denganku!!Aku orang yang mudah tersinggung dan punya harga diri!!"
"hmm...eeehhh...sa..saya tidak tahu Tuan bicara apa kepada Non Wenny," kata Mak Supi dengan perasaan takut.


Dewi Ular 01 Roh Pemburu Cinta di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"pokoknya bilang saja begitu padanya!! Wenny bukan anak orang miskin yang bisa di bentak-bentak seenaknya saja!! Papaku punya jabatan yang penting diperusahaan!! Papa dan Mamaku saja tak pernah membentak-bentak anaknya, masa? Pramuda membentakku seenaknya saja ditelepon tadi!!"
"Sa..saya tidak tau Non masalah itu.."
"iya,,kamu tidak tahu! Tapi bilang saja begitu sama dia! Ngerti??!!" bentak Wenny yang membuat Mak Supi semakin gugup.
"Sudah lama dia berangkat ke kantor??"
"Baru saja Non."
"Hmm,,katanya gak berangkat ke kantor?? Katanya sakit?? Dasar Penipu!!"omel Wenny dengan suara keras dan penuh kedongkolan.
Ia segera bergegas ke meja telepon untuk menghubungi HandPhone-nya Pramuda.
Tapi pada saat dia mendekati telepon,Kumala Dewi muncul ke ruang makan yang dapat di lihat dari tempatnya berdiri. Kumala Dewi berlagak cuek,seakan tak melihat kehadiran Wenny di situ.
Ia menata meja makan tanpa melirik sedikitpun ke arah Wenny.
"Siapa dia??" ketus Wenny dalam nada tanya kepada Mak Supi.
"Hmmm...hmmm..." mak Supi bingung untuk menjawabnya, sebab ia tahu kalau Wenny pasti akan semakin berang karena rasa cemburunya meluap melihat gadis cantik di rumah Pramuda.
Akhirnya Wenny tak jadi mendekati telepon. Ia menghampiri Kumala Dewi yang tetap cuek dengan kehadirannya itu.
"O...rupanya ada perempuan malam menginap di sini, maka Pramuda berlagak sakit dan berani membentak-bentakku??"
Karen sikap Kumala Dewi seperti orang tuli,tak bereaksi sedikitpun walau suara Wenny sudah di keraskan, maka Wenny pun segera lebih mendekat lagi.ia mencekal pundak Kumala Dewi dan menyentakkannya agar Kumala memandang kearahnya.
"Hei,siapa kau sebenarnya??!!" bentak Wenny saat Kumala tersentak menghadapnya.
Kumala Dewi hanya diam.
Mulutnya terkatup terkesan dingin. Matanya memandang tajam ke arah Wenny.
"Jadi kau yang bikin Pramuda berani membentakku di telepon?? Kau yang bikin Pramuda takmau menjemputku,ya??!!" sambil Wenny menuding-nuding dengan kasar sekali.
"Hei,dengar ya??" sambung Wenny semakin menampakkan kebenciannya.
"Aku jijik kalau rumah ini kemasukan pelacur macam kau!! Ngerti??!! Biar kau termasuk pelacur high class,atau perekelite,hostest ekseklusif,aku gak peduli!!rumah ini tak boleh di masuki permpuan kotor macam kau!! Ngerti??!! Maka,sekarang juga kau harus angkat kaki dari rumah ini!! Pergi dan pulang ke germomu sana!!"
Kumala Dewi tetap kalem.
Bahkan ia sunggingkan senyum tipis terkesan sinis.
Mak Supi tampak cemas dan serba salah.
Ia ingin melerai, tapi tak berani dan takut jadi sasaran kemarahan Wenny.
"Pergi dari sini kataku!! Cepat angkat kaki!! " bentak Wenny sambil mendelik.
"Apakah kau pemilik rumah ini??"
"Memang bukan!! Tapi akulah calon istri Pramuda!! Aku tak mau darah calon suamiku kau tulari dengan penyakit AIDS-mu itu!!" tandas Wenny yang menurut Mak Supi sangat keterlaluan itu.
Mak Supi pun heran, mengapa Kumala Dewi bersikap tenang dan tak menampakkan kemarahannya??
"kalau kau mau mati karena AIDS,matilah sendiri sana!! Jangan menyebarkan wabah ke tubuh calon suamiku!!" bentak Wenny lagi.
Kumala hanya berkata pelan,
"kauyang akan mati, Wenny!!"
"Eeeeh...kau mengancamku ya??!! Kau mengancamku,hah..??" sambil Wenny bertolak pinggang dan mendesak-desak Kumala.
Si cantik yang tetap tenang itu hanya mundur dua langkah. Matanya menatap tajam tak berkedip kepada Wenny.
"Kau pikir aku takut jika harus melemparkan tubuhmu yang busuk itu keluar sekarang juga,hah??"
Melihat Kumala diam saja, Mak Supi akhirnya memberanikan diri untuk menarik tangan Wenny agar menjauhi Kumala.
"Sudah,Non...sudah...jangan ribut di sini. Malu kalau di dengar tetangga,Non. Pagi-pagi koq udah ribut??"
"Tapi aku gak suka kalau nona itu ada di rumah ini,Mak!! Usir dia!! Usir sekarang juga!!"
"Tuan Pram yang menyuruhnya tinggal di sini,Nona. Saya tak berani melakukan apa-apa! Tuan Pram yang berkuasa di sini,bukan saya!!" sindir Mak Supi.
"Kalau begitu aku harus bicara sama Pram sekarang juga!! "
Wenny bergegas menelpon Pramuda. Rupanya Pram belum sampai di kantor. Wenny segera menelpon HandPhon-nya Pramuda.
Saat itu Pramuda lupa belum menghidupkan Hpnya,sehingga Wenny gagal menghubunginya.
"Aku akan ke kantornya Pram dan bicara padanya!!"
Wenny pun bergegas pergi dengan membanting pintu depan. Kumala Dewi duduk termenung dengan wajah tampak menyimpan rasa sesal. Bahkan ketika Mak Supi menghiburnya, ia hanya berkata denagn nada pelan,
"Aku menyesal sekali,Seharusnya aku tidak berkata seperti itu padanya."
******* Selesai meeting dengan bawahannya, Pram menerima telepon dari kakak iparnya; Maria. Sang kakak ipar menyampaikan hasil pemeriksaan dokter bahwa Prasetya positif terserang kanker otak.
Pramuda lemas dan menjadi sedih.
Namun ia segera membangkitkan semangatnya sendiri dengan satu keyakinan bahwa kakaknya pasti dapat tertolong. Pramuda mulai berpikir tentang rencana membawa Prasetya ke luar negeri.
Menurutnya berobat ke luar negeri lebih besar kemungkinan berhasilnya daripada di dalam negeri.
Ternyata siang itu Pram juga kedatangan tamu yang tidak di kehendaki datang pada hari itu. Tamu tersebut adalah seorang gadis berambut pendek yang menjabat sebagai sekretaris di sebuah perusahaan bonafit.
Tentu saja selain cantik juga sexy, mempunyai dada yang sangat menantang setiap pria yang memandangnya.
"Kenapa tak menelepon dulu kalau kau mau datang, Verra? Untung saja aku belum sempat berangkat!!" ujar Pramuda kepada gadis yang bernama Verra itu.
"Aku tahu kalau kau belum keluar kantor, karena belum pukul 12 tepat. Karena itulah aku datang lima menit sebelum jam makan siang tiba."
Verra memamerkan senyumnya yang memang menawan. Pramuda tak bisa tersenyum,selain ia tak menyukai kehadiran Verra saat-saat sedang sibuk, juga ia masih berpikir tentang penyakit kakaknya itu. Namun Pram memberikan sambutan yang tak terlalu menyakitkan. Dengan menjaga sikap tenangnya, Pram menolak tawaran makan siang bersama Verra.
"Aku harus segera berangkat ke Bandung, tak sempat makan siang, Ver!!"
"Kau mau berangkat ke Bandung siang ini juga??"
"Benar, tak bisa ku tangguhkan lagi, karena besok urusanku harus sudah selesai," kata Pram memberikan alasan atas penolakannya itu.
"Mungkin lain kali kita bisa makan siang bersama. Sekarang aku minta maaf dulu, aku tak bisa memenuhi keinginanmu, Verra!!"
"Uuuuuh...!!"
Verra cemberut.
"Ku bela-belain lari dari kantorku kemari,gak tahunya kau begitu!!"
Pramuda tertawa kikuk sekadar untuk menghibur hati si gadis yang kecewa itu.
"Memangnya kita hanya bertemu hari ini saja? Esok kan masih ada hari??! Minggu depan juga masih ada hari, bukan??" hibur Pramuda.
"Iya, tapi apa kau gak mikir, bagaimana susahnya bertemu kamu?! Sekarang aku punya kesempatan bertemu kamu, tapi kamunya malah kayaknya gak berminat untuk...."
"Bukan gak berminat," potong Pramuda.
"Kau kan tau sendiri kesibukanku,Ver??"
"Ah, aku gak percaya kalau kau mau ke Bandung!" ketus Verra sambil memamerkan wajah cantiknya yang lebih cemberut lagi.
"Pasti kau sudah janjian sama Wenny untuk makan siang di suatu tempat!!"
"Ya, ampuuuunnn....! gak ada janji apa-apa aku sama Wenny, Ver! Gak ada! Sumpah dech!"
"Tapi kan kau bisa meluangkan waktu sebentar untuk makan siang sebentar sebelum berangkat ke Bandung. Dari tempat makan siang kita nanti kau bisa langsung ke Bandung?!"
"Aku mau berangkat sama Boss! Mungkin memang kami akan makan siang dulu,tapi aku sama Boss. Nggak bisa ngajak kamu dong, Ver!"
"Uuuuh... sebel!!" verra mendengus kesal sekali.
Sebelum Pram membujuk Verra agar tak kesal,tiba-tiba operator memberitahukan ada telepon untuknya. Pramuda segera menyambar telepon tersebut, karena ia yakin telepon itu dari Kumala Dewi.
"Hallo...???" Pramuda menyapa dengan nada lembut.
Ternyata yang terdengar bukan suara perempuan, melainkan suara pemuda yangsudah di kenalnya.
"Pram, kau bisa keluar kantor sebentar??"
"Oh, kau Santos..??! ada apa..??!"
Pramuda berkerut dahi sedikit smabil membayangkan seraut wajah tampan milik adik sepupunya yang bernama Santos itu.
"Ada kabar buruk untukmu, Pram!! Aku tak tega menyampaikannya. Sebaiknya kau segera ke RSCM saja dech!!"
"haaaah...?! apa maksudmu menyuruhku ke rumah Sakit, San..??!"
Verra memandang heran ketika Pramuda berwajah tegang.
Rona cemberut di wajah cantik itu segera mengendur. Pramuda kelihatan tegang sekali dan tak pedulikan pandangan mata Verra sedikitpun.
"Santosa! Katakan saja ada apa sebenarnya??!"
Pramuda sedikit membentak adik sepupunya itu.
"Pram, aku melihat tabrakan di Jalan Salemba antara taxi dengan bus kota.Hmmm... hmmm... sopir taxi dan penumpangnya tewas. Dan... dan.... dan penumpang itu adalah Wenny, Pram..!!"
"Haahh...?! Wenny..??!" pekik Pramuda.
Sekujur tubuhnya langsung merinding karena kagetnya.
"Hmmm,, Wenny lagi"
Gerutu Verra dengan mencibir sengit.
"Sebaiknya sekarang kau ke RSCM, Pram. Aku ada di sana, karena aku pihak yang mengenal Wenny. Keluarganya belum ku hubungi. Aku tak berani menghubunginya, Pram!"
"Santosa... kau jangan menggodaku dengan permainan burukmu, ya..??!!"
"Aku berani sumpah, Pram! Ini bukan main-main!" tegas Santosa.
"Sepuluh menit yang lalu Wenny masih bisa bicara padaku, tapi setelah itu...ah,sudahlah!! Lekas datang, Pram. Aku bingung niech, sebab para dokter dan petugas tahu bahwa aku kenal dengan Wenny!"
"Baik, aku akan ke sana!!"
Pramuda meletakkan gagang telepon dengan nafas sedikit terengah-engah.
Wajahnya tetap tegang. Sementara itu, Verra mencibir sinis, bahkan berkata dengan ketus.
"kalau Wenny yang suruh datang, pasti lebih baik gagal ke Bandung!"
"Hei, dengar!!" tegas Pramuda menahan kedongkolan.
"Baru saja yang menelpon adalah Santosa, adik sepupuku!! Dia ada di rumah sakit mengurus jenasah Wenny yang kecelakaan di Jalan Salemba!!"
"jenasah Wenny..??!!"
Verra kaget, wajahnya mulai tegang. Tapi di hatinya Pram tahu pasti, gadis itu menyimpan kegembiraan, karena Wenny adalah rival yang paling di bencinya.
***** Verra adalah gadis yang di kenal Pramuda enam bulan yang lalu. Pram megenal Wenny lebih dulu daripada Verra. Hubungannya dengan Verra menjadi intim ketika perusahaannya menjalin kontrak kerja sama dengan perusahaan tempat Verra bekerja.
Hubungan intim itu tidak di tolak oleh Verra, karena Hati Verra sendiri merasa tertarik dengan ketamapanan dan kegagahan Pramuda.
Ia memang mudah tertarik dengan para eksekutif muda yang tampan dan gagah seperti Pramuda.
Hubungan yang berlanjut dari hari ke hari, seringnya Pramuda membawa Verra kencan di Puncak atau hotel-hotel membuat Verra semakin terjerat asmara oleh Pramuda.
Ia ingin memiliki pemuda itu, namun ia tahu kalau di samping dirinya ada Wenny.
Verra pernah bertemu dengan Wenny dalam sebuah acara pesta di hotel berbintang. Verra menyimpan rasa cemburunya dan tidak menyalahkan Pramuda,karena sebelumnya Pramuda memang pernah menceritakan hubungannya dengan Wenny.Sekalipun Pramuda mengaku hanya berhubungan biasa tanpa cinta di dalam hati,namun pada akhirnya Verra pun ingin agar Pramuda mencurahkan cinta dan kasih sayang kepadanya.
Bukan kepada Wenny.
Verra takut Pramuda terjerat oleh kekayaan Wenny yang memang anak seorang pengusaha itu. Tapi agaknya Pramuda sendiri semakin hari semakin menjaga jarak.
Pram pernah berkata kepada Verra,
"Jika kau mendesak agar aku bicara tentang cinta, lebih baik kita tak perlu bertemu lagi saja, Ver!!"
Maka sang sekretaris cantik itu pun mulai hati-hati menjaga hubungannya dengan Pramuda.
Ia tak mudah melontarkan kata cinta.
Jika terpaksa harus harus menyampaikan isi hatinya, ia hanya menggunakan bahasa diplomatis. Dalam hatinya dia berharap pada suatu saat Pram akan bicara tentang cintanya sendiri tanpa di minta.
Karena itulah, Verra memancingnya dengan kehangatan yang ternyata amat di sukai oleh Pramuda. Hanya saja, Verra masih merasa takut jika kehangatannya dapat di kalahkan oleh kehangatan Wenny, sehingga rasa curiga dan cemburu masih membayang-bayangi jiwanya.
***** Setelah ia sendiri ikut membuktikan kematian Wenny dengan ikut datang kerumah sakit, maka hatipun tersa lega sekali. Ada sorak di atas kematian itu.Ada kegembiraan di atas musibah yang di alami oleh Wenny itu.
Tentu saja tak bisa di tunjukkan di depan Pramuda. Bahkan di depan Pramuda, Verra berlagak murung, seakan ikut berduka atas kematian Wenny.
"Bagaimana kejadiannya bisa smapai seperti ini, San..??!!" bisik Pramuda dengan wajah duka, karena betapa muaknya ia kepada Wenny, namun kematian adalah duka tersendiri bagi hatinya.
Masa-masa indah, taburan tawa riang, canda yang penuh gelak tawa, semua menjadi kenangan yang menghadirkan duka bagi Pramuda.
"Aku tak tahu persis awal kejadiaannya," kata Santosa yang akrab di panggil Santos saja.
Ia adalah seorang wartawan dari sebuah harian Ibukota yang termasuk gesit dan lincah dalam memburu berita. Kebetulan sekali Santos adalah di bagian pemberitaan kriminalitas dan kecelakaan, sehingga ia mendengar sebuah bus kota menabarak sebuah taxi sehingga menewaskan seorang korban,yaitu si sopir taxi, maka ia segera meluncur ke tempat kejadian.
"saat aku memotret dua korban yang ada di dalam taxi itu, aku terkejut,ternyata penumpangnya adalah Wenny. Aku sempat berseru kaget memanggilnya,sehingga para petugas kecelakaan itu mengetahui bahawa aku mengenal Wenny."
Tutur Santos berapi-api.
"Waktu Wenny di larikan ke rumah sakit, polisi minta aku mengikutinya.Motorku di bawa teman, dan aku masuk di dalam ambulance. Ia masih hidup, Pram!!Masih bisa bicara padaku walau dengan nada lirih."
"Apa yang dia katakan??" tanya Pramuda dengan suara lemah.
"Ia benci gadis itu.."
"Siapa maksudnya..??"
"Entah, ia tak sebutkan namanya, Pram. Ia hanya bilang, ?Aku benci gadis dirumah Pramuda itu?. Aku pun tak berani banyak bertanya karena ia mengeluarkan darah cukup banyak dari telinga dan mulutnya...."
Pramuda tertegun bengong.
Terbayang wajah Kumala Dewi seketika itu juga.
Pram yakin, Wenny pasti telah ke rumahnya dan bertemu dengan Kumala Dewi. Tapi ia tak tahu apa yang terjadi saat kedua gadis itu saling bertemu.
Verra mendengar ucapan itu, ia pun menjadi bertanya-tanya dalam hati, siapa tahu gadis yang ada di rumah Pramuda itu.
Ia belum berani menanyakan kepada Pramuda, karena suasananya masih belum mengijinkan.
Namun diam-diam ia menjadi ingin tahu tentang gadis yang ada di rumah Pramuda itu.
Verra bergegas pulang ke kantornya pada saat Pramuda selesai menghubungi Kumala Dewi melalui HandPhone-nya.
Pram tak begitu menghiraukan kepergian Verra, karena ia lebih memperhatikan keterangan dari Mak Supi.
Rupanya sipelayan setia itu juga di minta menceritakan pertengkaran antara Wenny dengan Kumala Dewi melalui telepon.
Rupanya kabar kecelakaan yang merenggut nyawa Wenny itu sempat membuat Kumala Dewi tertegun sendirian di dapur, sementara Mak Supi menirukan beberapa ucapan Wenny saat marah-marah kepada Kumala.
Wajah cantik di dapur itu tampak semakin murung berselimut penyesalan.
Karenanya, kepada Pramuda, Mak Supi berkata,
"Tapi non Kumala sangat menyesali kata-katanya itu, Tuan. Sejak Non Wenny pergi, non Kumala kelihatan murung dan memikirkan ucapannya yang mengatakan bahwa Non Wenny sendiri yang akan mati."
"Apalagi yang di katakan Kumala kepadamu, Mak??"
"Yah,cuman rasa sesalnya saja. Sebab, Non Kumala yakin bahwa hari ini Non Wenny akan mengalami musibah yang sangat berbahaya. Saya sudah menghiburnya,Tuan. Saya bilang, itu hanya ucapan orang yang lagi marah saja. Biasanya orang yang marah memang bicaranya sembarangan seperti itu. Tapi Non Kumala tetap menganggap bahwa kata-katanya akan menjadi kenyataan. Dan rupanya......"
Suara si pelayan itu semakin pelan,
"Rupanya... apa yang di khawatirkan itu memang benar. Kata-katanya menjadi kenyataan. Saya sendiri tak menyangka akan mendapat kabar seperti ini, Tuan."
"Gila, manusia seperti apa dia itu??!!" gumam Pramuda yang tak sadar bahwa suaranya masih bisa di dengar melalui telepon oleh Mak Supi.
Maka, perempuan separuh umur itupun menanggapi gumam tersebut.
"Entahlah , Tuan. Saya sendiri pun tak tahu siapa sebenarnya Non Kumala itu. Tapi yang jelas, ucapan seperti itu di lontarkan oleh Non Wenny terlebih dahulu. Non Kumala semula diam saja kok, Tuan. Beliau tidak melawan dan membantah. Bahkan lebih bersifat mengalah, walau sudah di caki maki sekasar itu oleh Non Wenny....."
Nada bicara Mak Supi cenderung membela Kumala Dewi.
Agaknya Mak Supi memang tak ingin Kumala disalahkan.
Tetapi bagi Pramuda, bukan soal siapa yang salah dan yang benar. Yang menjadi persoalan bagi Pramuda adalah kebenaran kata-kata Kumala Dewi, bahwa hari itu juga Wenny benar-benar akan Mati.
Apakah hal itu merupakan suatu kebetulan saja atau memang ada hubungan kuat dengan ucapan Kumala Dewi tersebut??
Pertanyaan seperti itulah yang sempat mengganggu ketenangan Pramuda, karena selalu muncul dalam bathinnya.
"Barangkali dia seorang Paranormal. Ya, kurasa dia seorang gadis Paranormal yang mempunyai ketajaman indera keenam," pikir Pramuda mencoba menarik kesimpulan dari kecamuk hatinya itu.
Namun sang hati belum merasa lega jika belum mendapat jawaban yang Pasti dari Kumala sendiri.
Maka ketika hari menjelang petang, Pramuda mengajak Kumala Dewi keluar rumah dengan alasan makan malam di luar.
Pram sendiri punya rencana untuk membelikan beberapa potong gaun untuk Kumala, karena gadis itu tak mempunyai pakaian apapun, kecuali gaun putih yang di kenakannya pada malam hujan lebat itu.
Celana jean masih di kenakan oleh Kumala, tapi atasannya udah di ganti dengan kemeja lengan panjang milik Pramuda yang sudah lama tidak di pakai.
Gadis itu tak merasa malu atau canggung mengenakan pakaian tersebut. Justru ia tampak cantik dan modis sekali mengenakan celana jeans dan kemeja lengan panjang.
Ia mirip gadis tomboy, hanya sayangnya ia mempunyai rambut panjang dan dibiarkan meriap sepanjang punggung.
Pada saat Pramuda pergi bersama Kumala, Verra datang ke rumah mungil itu.Ia hanya bertemu dengan Mak Supi dan mereka sudah saling mengenal.
Verra menanyakan tentang gadis yang tinggal di rumah Pramuda. Ia juga menceritakan apa yang sudah di dengarnya dari Santosa tentang ucapan Wenny sebelum gadis itu menghembuskan nafas terkhir.
"Non Kumala adalah saudara misan Tuan Pramuda yang baru datang dari luarkota," kata Mak Supi mengalihkan kecurigaan Verra.
"Sayangnya, Non Wenny salah mengerti atau memang tidak mau mengerti, sehingga terjadilah pertengkaran mulut di antara mereka berdua..."
Makk Supi menceritakan pula ucapan Kumala yang bagai merupakan awal dari musibah kematian Wenny itu.
Verra menjadi merinding mendengarnya.
Tapi hati penasaran ingin sekali melihat secantik apa Kumala Dewi yang menurut Mak Supi seperti bidadari itu. Maka iapun bermaksud menunggu kedatangan Pramuda dengan Kumala Dewi.
Ternyata sampai pukul Sembilan malam,Pramuda belum pulang juga.
Verra sudah gelisah karena tak sabar lagi. Ia menghubungi Pram melalui HandPhone, tapi agaknya saat itu Pram sengaja mematikan HandPhonenya sehingga tak bias di hubungi oleh siapa pun.
"Kalau begitu Pram sedang asyik dengan gadis itu. Buktinya ia mematikan HandPhonennya, berarti ia tak mau diganggu oleh siapapun!" pikir Verra, karena ia sering melihat Pram melakukan hal itu.
Jika Pram sedang berdua di dalam kamar dan menikmati cumbuan Verra, Pram selalu tak lupa mematikan HandPhonenya supaya tak ada yang menghubunginya melalui handphone tersebut.
Pram pernah berkata kepada Verra, bahwa ia paling jengkel apabila kemesraan yang sedang dinikmati terputus oleh suara Handphone. Maka, malam itupun Verra menduga bahwa Pram sedang berada di dalam sebuah kamar hotel dan sedang menikmati hangatnya cumbuan Kumala Dewi.
Verra tak yakin dengan apa yang di katakan Mak Supi. Menurutnya, Kumala bukan saudarinya Pramuda. Pasti teman kencannya yang baru.
Karenanya, Verra pun segera pulang dan merasa sia-sia jika harus menunggu Pram pulang. Ia Yakin, Pram tak akan pulang.
Pasti bermalam di suatu Villa atau Hotel.
"Brengsek!!! Kalau tau begini mendingan aku pulang dari tadi!! Ngapain menunggu orang yang lagi kencan!! Puih!!"geram hati Verra seraya meninggalkan rumah Pram dengan mengemudikan mobilnya sendiri.
Saat ia pulang kepada Mak Supi,ia sempat berkata,
"Pram dan Kumala pasti sedang kencan!! Jadi untuk apa aku menunggu mereka??!! Buang-buang waktu saja!! Aku yakin kau membohongiku, Mak!! Kumala bukan saudari misannya Pram. Mereka sekarang sedang bercumbu dan saling menikmati kemesraan di suatu tempat!!"
Karena itulah, ketika Verra telah meluncur dengan mobilnya, Mak Supi masih tertegun di depan pintu dan hatinya bertanya-tanya,
"Benarkah mereka sedang bercumbu dengan mesra???
******* Rembulan mengintip separuh bagian di balik awan. Cahaya pucat menyiram permukaan bumi. Termasuk menerangi pantai dalam keremangan yang romantis.
Dipantai itulah, Pramuda membawa Kumala Dewi sepulangnya dari membeli beberapa potong pakaian untuk si cantik yang memiliki senyum bidadari itu.
"Terang Bulan??" gumam Kumala bernada aneh.
Seraut wajah cantik itu menyembunyikan ketegangan tak jelas, sehingga sepasang mata Pramuda tak bisa memandang jelas adanya ketegangan tipis itu.
Hanya dari nada suara si gadis saja, Pram mengetahui ada sesuatu yang menggelisahkan.
"Kenapa gelisah, Mala??!! Apakah kau tak suka ku bawa ke pantai dan menikmati keindahan malam seperti ini??!!" tegur Pram.
Keduanya masih sama-sama di dalam mobil.
"Aku senang," jawab Kumala pelan, tapi terdengar datar.
Tidak seperti saat di Plaza.
"kita turun, yuk? Duduk di bangku sebelah sana," ajak Pramuda, tapi Kumala menolak dengan gelengan kepala.
"aku lebih suka duduk di dalam mobil saja. Angin malam terkadang lebih jahat dari seorang perampok."
Pram tak mau memaksa.
Ia segera membuka kaca dan menyalakan rokok.
Tiba-tiba gadis itu berkata,
"Boleh aku merokok juga??"
Pram merasa heran dan menatapnya dengan senyum tipis.
"Dari kemarin kulihat kau tak pernah merokok. Mengapa sekarang kau ingin merokok??"
"Karena tadi di pusat perbelanjaan kulihat ada perempuan yang merokok."
"Apa sebelumnya kau tidak pernah melihat perempuan merokok??"
Kumala Dewi menggeleng.
"aku ingin mencobanya."
Sebatang rokok di tonjolkan dari bungkusnya. Pramuda menyodorkannya dan Kumala segera mengambilnya. Pram menyodorkan korek apinya yang sudah menyala.
Kumala menyulut rokok tersebut.
Asap pun mengepul dari bibir ranum yang bersih dari nikotin.
Pram merasa heran dalam hatinya.
"Menurutku dia bukan gadis perokok seperti Verra. Tapi mengapa dia tak tersedak atau terbatuk-batuk saat menghisap rokok tersebut? Ia seperti gadis yang sudah biasa merokok. Aneh, mengapa ia tiba-tiba menjadi gadis perokok begitu?? Oh, mungkin hanya sekedar rasa kepingin saja."
Bangau Sakti 18 Biang Ilmu Hitam Hek Hoat Bo Karya Rajakelana Cassie Mengundurkan Diri 3
^