Pencarian

Hadiah Membawa Bencana 8

Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung Bagian 8


menyingkir dan ia yang hendak menyambutinya
akan tetapi belum sempat kentongan besi itu
disambuti tiba-tiba dari belakang pohon ada
orang tertawa dan berkata:
"Hei, segala kentongan rongsokan begini
buat apa kau yang menyambutinya, biarlah aku
yang menalangi."
Berbareng telah berkelebat sesosok
bayangan dan menangkis benda yang berat itu
hingga terpental jauh juga. Orang itu segera
sudah ana di hdapan Biauw Hoat Sin ni,
sambil menjura "Ceng Leng dari Pek Thian san
juga tidak lama lagi akan datang."
Kemudian ia berpaling pada Ie hud Ang
Hun, berkata: "Hei Ang Hun kau cepat-cepat 589
memberitahukan pada saudara-saudaramu, kami
tidak akan lama lagi menemui kalian di di
kolam A ju Ta ti. Beritahukan pada ketiga
suhengmu bahwa Tri Tunggal datang untuk
membebaskan Li Cong Bun dan membereskan
pedang. Kita tidak akan bertempur mati-
matian, tidak perlu kita menonjolkan partai
ini dan partai itu, sebabkita tahu semua itu
ada satu sumber asalnya."
Ang Hun tanpa menoleh lagi kepada mereka.
Setelah habis Bu Ju berkata, ia cepat angkat
kaki dari situ untuk melaporkan pada ketiga
suhengnya hal kedatangan ?Tri Tunggal? yang
hebat kepanddaian ilmu silatnya.
"Hi hi hi hi tigapuluh tahun tidak
berjumpa hatimu bisa berubah megini lunak.
Menurut pandanganku, hweshio-hweshio yang
sombong itu harus diajar adat dan kalau
perlu dibasmi semuanya supaya kedepannya
tidak menjadi bibit penyakit. Kau bisa
begini lunak, betul betul aku heran!"
Bu Ju Toato geleng-geleng kepalanya.
"Sebaiknya peristiwa yang lampau jangan
diulangi lagi. Balas membalas dendam tidak
habis-habisnya kalau tidak kita sendiri yang
mengakhirinya. Ceng Leng sudah menyembuhkan
Bo yong Kang, mungkin mereka sudah pergi ke
kolam A Yu Ta ti dari kuil Naga Emas
perlunya untuk mencari tahu dimana tempatnya
Li Cong Bun ditahan dan pedang telah
disembunyikan dimana? Disana mereka akan
berjumpa dengan kita. Aku harap kau yjangan 590
membuat perhitungan dengan kawanan hweshio
itu, kita bereskan urusan dengan damai saja
sudah cukup!"
Biauw Hoat Sin ni tertaw mendengar
bicaranya Bu Ju Toato.
"Ya, aku sudah tiga puluh tahun lamanya
menjalankan ibadah dalam kuil kalau tidak
menuruti sifat tabiatku seperti dahulu,
terang hweshio tadi akan membawa tanda mata
di tubuhnya sebagai oleh-oleh perbuatannya
yang lancang telah mengganggu perjalanan
kami berdua guru dan murid sampai dua kali.
Aku mendengar kabar kau sudah berada di
perbatasan tapi kenapa kau masih ada di
sini?"
Bu Ju Toato tertawa ditanya demikian.
Setelah menghela napas ia menjawab. "Ya,
dalam dunia ini masih banyak penjahat malang
melintang. Munculnya Empat Hud dari Kuil
Naga Emas, dua saudara Hwe atau Thian lam
Siang Koay dari gunung Ko lo kang datang ke
Tionggoan hanya untuk bikin huru hara saja.
Itu Song Sam Ceng sangat membenci pada Auw
Yang Ti yang sebetulnya Se buh Pa yang
menyaru dan Bo yong Kang serta Li Cong Bun
karena markasnya Si leng cee telah diaduk-
aduk oleh mereka, maka Thian lam Siang koay
pertama-tama akan membaalas pada Auw yang Ti
di goa It goan kok. Karena aku kuatirkan
dirinya Auw yang Ti, maka aku sudah menyuruh
Teng Goan pergi kesana untuk memberitahukan 591
halnya Tian lam Siang koay yang hendak
menyatroni padanya."
Biauw Hoat Sin ni angguk-anggukkan
kepalanya.
"Nah sekarang sudah malam," kata pula Bu
Ju Toato. "mari kita beristirahat
bersemedhi, besok baru kita pergi ke kolam A
yu Ta ti, supaya cepat-cepat urusan Li Cong
Bun dan pedang Penakluk Iblis dibereskan.
Selain dari itu, aku rasa tentiu kita akan
membuang waktu sedikit lama untuk mengakhiri
urusannya Thian lam Siang koay."
Biauw Hoat Sin ni mencari sebuah batu
besar, dimana ia duduk untuk bersemedhi.
Sebelumnya ia menanya pada Bu Ju Toato.
"Ya, Thian lam Siang koay tempo hari
lolos dari pedangnya Ceng Leng di gunung Tay
san. Kini mereka muncul kembali tepat dengan
munculnya musuhku suami istri kepala dari
Tho tiok im yang pay, apakah kau tahu
bagaimana keadaan mereka?"
Bu Ju Toato gelengkan kepalanya. "Aku
hanya menerima panah dan panji saja,"
jawabnya. "Tidak tahu sekarang mereka ada
dimana. Kalau kita sudah membereskan urusan
disini, kita dapat berjumpa dengan mereka di
Tionggoan. Apakah kau tidak dapat memaafkan
mereka?" 592
Biauw Hoat Sin ni hanya mengeluarkan
suara di hidunt, "Hmm!" tidak menjawab
pertanyaannya Bu Ju Toato.
Bertiga mereka lalu bersemedhi di masing-
masing tempatnya.
Dalam semedhinya ternyata batinnya terus
berpikir, ia merasa girang, Bo yong Kang
pujaannya telah sembuh dari luka-lukanya.
Sekarang hanya yang dipikirkan halnya Li
Cong Bun dengan jalan bagaimana mereka nanti
dapat menolong? Oleh sebab itu maka hatinya
Gan Su Nio terus tidak tenteram.
Kuil ?Naga Emas? letaknya di tepi kolam A
yu Ta ti, dikepalai oleh Empat Hud (empat
Buddha) yang berkepandaian sangat tinggi.
Pei hud Kun Hun yang tertua sebagai
kepala dari ?Empat Hud? itu, ketika
mendengar akan kedatangannya Biauw Hoat Sin
ni lantas mengirim sutenya Ie hud Ang Hun ke
perbatasan untuk menjajal kepandaiannya
Biauw Hoat Sin ni. Kemudian ia menugaskan
Cui hud Biauw Hun dan Cio hud Pek Hun
menjaga Li Cong Bun yang ditahan di puncak
pagoda ?Gledek? sedang Pedang Penakluk Iblis
ia sangkutkan di badannya sendiri untuk
menjaga kemungkinan senjata beriwayat itu
kena dicuri orang.
Kun Hun tahu bahwa ?Tri Tunggal?
berkepandaian sangat tinggi maka ia sangat
waspada. Setiap pagi dan sore ia melakukan
pengontrolon sendiri pada keadaan 593
disekitarnya apalagi tempat tahanan Li Cong
Bun mendapat perhatian yang istimewa.
Pada suatu petang hari selagi duduk
bersemedhi Kun Hun tiba-tiba ia merasakan
hatinya tidak enak maka ia bangun dan
memeriksa sekitar kamar sembahyang. Matanya
melihat berkelebatnya sesosok bayangan hitam
yang cepat sekali. Hingga sukar ia dapat
mengejarnya. Ia terus masuk memeriksa di
atas meja sembahyang kedapatan sepotong
kertas yang bertulisan.
Di Kau lan sekali bertempur dengan
telapakan tangan, di Thiau san bertempur
dengan sebilah pedang. Semua dendaman
sebaiknya dihapuskan. Pasti tenteram dan
damai akan bersemayam dalam sanubari kita.
Pikirnya dalam kuilnya, semua orang
berilmu silat sangat tinggi, tapi orang yang
membawa surat itu dapat datang dan pergi
dengan sesuka hatinya, benar-benar orang itu
sangat hebat kepandaiannya.
Ia menduga Bo yong Kang yang berniat
hendak menghapuskan segala dendam hati jika
melihat bunyinya surat tadi, hal mana
membikin Kun Hun merasa geli dalam hatinya.
Ia empar saudara dengan susah payah
memperdalam ilmunya, maksudnya untuk
menghadapi musuh-musuhnya.
Sumber: Buku Koleks Awie Dermawan
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Hoat Goan Taysu
malah sudah mengirim tiga belas hweshio
kosen ke Tionggoan untuk mencari onar. Ini
pihak lawan majukan usul damai sebagai 594
penyelesaiannya. Betul-betul pihak lawan
sudah mengimpi. Enak saja mereka menyudahi
dendaman yang sudah mengeram sekian banyak
tahun.
Memikir sampai disini tiba-tiba hatinya
terkejut. Kalau orang itu bisa masuk ke
tempatnya demikian leluasa, tentu ia juga
bisa masuk ke tempat tahanannya Li Cong Bun.
Maka ia segera memanggil rombogan hweshio
yang memakai huruf Li sejumlah tiga belas
orang. Diperintahkan semuanya untuk
melakukan penjagaan keras karena musuh sudah
datang. Mereka dikepalai oleh Li Bu Taysu
yang pernah datang di markas Si leng cee dan
berhantam diatas liutay dengan seorang jago
dari Siauw Lim si.
Ia sendiri tentu pergi ke pagoda Gledek
yang jauhnya dari kuil kira-kira tujuh
delapan li.
Pagoda Gledek itu semuanya ada tujuh
tingkat. Li Cong Bun ditahan di tingkat yang
tertinggi yaitu tingkat ke tujuh. Kamar
tahanan itu berdinding tembok yang kuat
kokoh dan berteruji. Hanya dua kaki persegi
lebatnya dan jendela kecil. Dikunci dari
sebelah luar, dengan kamar ini ada kamar
tidurnya Cui hud Biauw Hun dan Ciok hud Pek
Hun. Ketika Kun Hun sampai di atas, melihat
Pek Hun seperti masih marah-marah dan Biauw
Hun tampak sedang meredakan amarahnya. Kun 595
Hun bercekat hatinya. Ia pikir tentu ada
terjadi apa-apa. Cepat ia menegur.
"Ada apa telah terjadi, apakah musuh
sudah datang kesini? Barusan aku juga dapar
melihat musuh sudah masuk ke tempat kita.
Apakah sute belum kembali?"
Biauw Hun dan Pek Hun kaget melihat
saudara tuanya datang dengan tiba-tiba.
Setelah menyilakan saudara tuanya duduk,
lalu Biauw Hun menutur:
Tadi sewaktu aku minum arak dengan sam-te
tiba-tiba seperti ada suara apa-apa di
puncak pagoda. Suara itu terdengar dari dua
jurusan, jalan depan dan belakang. Aku akan
melesat naik, berbareng dari atas meluncur
sesosok bayangan hitam kebetulan Sam-te ada
di bawah , maka cepat ia hendak
menangkapnya. Apa mau bayangan itu cepat dan
gesit luar biasa. Sam-te mengejar sampai
diperbatasan rimba bambu. Bayangan itu
balikkan badannya dan bertemur sebentar
dengan sam-te. Dia ada berkata, "Jangan
kuatir, aku tidak bermaksud jahat!" setelah
itu ia enjot tubuhnya meluncur ke dalam
rimba dan menghilang."
Kun Hun kerutkan alisnya. Ia pikir kalau
bayangan itu sungguh-sungguh mau menempur
samtenya, terang pihaknya akan menderita
kekalahan. 596
"Ya, kalau samte sudah bertempur dengan
orang itu, tentu sudah dapat melihat terang
wajahnya bukan?" Kun Hun menanya.
"Ya, orang itu memang cepat gerakannya.
Aku menyerang padanya dari jarak dua tombak.
Karena di dalam gelap aku tak dapat melihat
terang mukanya. Cuma saja bajunya
gerombyongan, dia kalau bukan hweshio tentu
ada seorang Tosu. Dia begitu berani datang
meskipun kepandaiannya"
Bicara sampai disini tertunda karena ada
desiran angin. Stu benda kecil hitam telah
meluncur masuk kedalam jendela hingga Kun
Hun terdorong ke dinding. Cepat Kun Hun
melongok keluar jendela. Ditempat setinggi
sepuluh tombak oa tidak melihat bekas-
bekasnya orang.
Bertiga jadi sangat heran. Pikirnya dalam


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dunia ini mana ada orang yang demikian cepat
seperti kilat larinya. Mereka lalu memeriksa
benda hitam yang dilontarkan tadi ternyata
ada satu benda bulat keras seperti batu.
"Hei, jiwi sute jangan kena ditipu orang
tadi!" Kun Hun tiba-tiba kaget. "Itu Li Cong
Bun apa masih ada dalam kamar tahanan?"
Melihat toakonya gelisah, Pek Hun tertawa
gelak-gelak.
"Toako, kau jangan kuatir sampai begini
rupa." katanya. "Berapa jauh Li Cong Bun
dapat melarikan diri? Juga di puncak pagoda 597
kalau ada orang lagi tentu kita dapat
mengetahuinya. Apalagi jendela yang
berjeruji baja tulen, masa begitu mudah
dapat diputuskan? Aku tidak tahu kalau
misalnya Li Gong Bun dapat merubah dirinya
menjadi angin untuk meloloskan dirinya. Ha
ha ha!"
Kun Hun berpikir lain. Setelah
menggeleng-gelengkan kepala ia berkata:
"Meskipun katamu betul,tapi ketahuilah
musuh sudah datang. Kalau kita bertanding
secara berterang. Kita tidak takut. Tentu
kita bakal menang, tapi kalau musuh
melakukan pekerjaan secara mengelap,
meloloskan orang tahanan dan mencuri pedang
rasanya sukar ditangkis. Dari itu kita harus
waspada. Nah mari kita lihat Li Cong Bun."
Bertiga lalu mereka melihat kamar tahanan
si anak muda.
Li Cong Bun dalam kamar kelihatan tidur.
Ia mendengar pintu kamar dibuka dan melihat
datangnya mereka bertiga, ia tidak
mengatakan apa-apa. Pek Hun melihat itu
adaknya ganjil, karena biasanua pada siapa
yang saja datang melihatnya Li Cong Bun akan
memaki habis-habisan. Juga makanannya yang
diberikan tidak suka dimakan kecuali tidak
terpaksa saking lapar rupanya ia hanya makan
sedikit saja.
Ek Hun lebih heran lagi ketika ia ingat
bahwa dalam beberapa hari ini ada terjadi 598
perubahan pad dirinya Li Cong Bun. Ialah
kalau diberi makanan yang biasanya ia makan
sedikit saja, belakangan ini kalau ia dikasi
makan selalu disikat habis. Kejadian yang
ganjil ini ini mau tidak mau Pek Hun
memeriksa keadaan kamar tahanan itu. Tapi
setelah diperiksa semuanya dalam keadaan
tidak berubah, hatinya lega dan lalu berkata
pada anak muda itu:
"Hei, setan kecil, lebih baik kau tahu
diri sedikit. Kawan-kawanmu sudah datang
hendak memberikan pertolongan. Dalam waktu
tiga hari ini tentu ada keputusannya. Kalau
kau dengan diam-diam meloloskan diri tentu
kau membuat huru-hara. Ini akan membikin
sukar dirimu saja, kau mengerti?"
Li Cong Bun tidak marah, sikapnya sangat
alim malah diam-diam mendengarkan bicaranya
Pek Bun sampai habis baru ia mendongakkan
kepalanya dan memjawab dengan kepala dingin,
"Hmm.! Kau jangan menggertak aku. Kamar
kecil ini apa gunanya untuk menahan aku,
sebab kalau aku mau datang terus datang dan
mau pergi terus pergi dari sini. Kau tidak
percaya? Nah perhatikan omonganku benar atau
tidak dalam tiga hari ini kau yang datang
akan melepas diriku."
Pek Hun tertawa, ketika ia mau memebuka
mulut dikedipi oleh Kun Hun hingga urung
bicara. Kun Hun sudah menyaksikan dengan
mata kepala sendiri Li Cong Bun masih ada 599
maka ia tidak mau banyak bicara dengan orang
tahanannya.
Ia terus ajak kedua saudaranya
meninggalkan kamar itu.
Pada hari kedua sejak peristiwa kemasukan
bayangan hitam dalam kuil ?Naga Emas?
diwaktu pagi-pagi, Ie hud Ang Hun telah
kembali dari menjalankan tugasnya dan
memberi laporan pada Pei hud Kun Hun. Ia
menerangkan bahwa Bu Ju dari Heng san dan
Biauw Hoat dari Lam hay dan muridnya si
Burung Hong Kumala sudah datang dan Li Cong
Bun sebaiknya dilepaskan dan hanya menahan
"Pedang Penakluk Iblis saja dahulu.
Kun Hun mendengar laporan sutenya kurang
jelas, lalu mengerutkan alisnya dan berkata,
"Hmm sute, kenapa kau bicara semacam ini?
biarkan sana Bu Ju dan Biauw Hoat datang
kemari. Buat apa kita harus melepaskan Li
Cong Bun?"
Ang Hun merasa bicaranya kurang jelas,
maklumlah ia barusan saja datang dan
membeerikan laporannya itu secara tergesa-
gesa. Malah setelah ia mengaso sebentar dan
minum lalu dengan tertawa ia memberikan
keterangan lebih jelas.
"Toako, itu Biauw Hoat adalah sumoynya
dari Tay Han. Ia masih hidup dan akan datang
kemari. Dia sebenarnya yang harus
bertanggung jawab prihal urusannya Tay Han
maka kita dengan Li Cong Bun tidak ada 600
sangkut paut apa-apa dan kalau kita terus
menahannya tidak baik, bukan saja kita
bermusuhan dengan Ceng Leng Cinjin, juga
akan menjadi buah tutur dalam kalangan
sungai telaga bahwa kita telah menindih yang
lemah dengan kekuatan dahsyat. Maka aku
sudah berjanji pada Bu Ju dan Biauw Hoat
sebelum mereka datang kesini kita sudah
membebaskan Li Cong Bun dan hanya menahan
Pedang Penakluk Iblis."
Kun Hun kini mengerti duduknya urusan. Ia
berpokir dan manggut-manggut kapalanya.
"Ya, sekarang aku mengerti maksud sute.
Kau sudah melakukan perjalanan jauh, tentu
sangat lelah maka sebaiknya lekas pergi
mengaso. Nanti aku akan urus pelepasan Li
Cong Bun dan minta Jite dan Samte mengatur
penyambutan secara orang rimba persilatan
kepada teman-teman kita."
Pei Hud Kun Hun terus pergi ke pagoda
Gledek. Sepanjang jalan ia berpikir sutenya
Ang Hun telah ketemu Bu Ju dan Biauw Hoat
diperjalanan. Tidak mungkin orang yang
tersebut belakangan ini yang datang
meninggalkan surat di ruangan sembahyang dan
bikin permainan di puncak Pagoda. Tentu yang
datang itu adalah Ceng Leng Cinjin dari
Thian san. Kalau begini jalannya, tentu
pertempuran antara Empat Hud Naga Emas dan
Tri Tunggal akan menjadi buah tutur selama
tiga puluh tahun dalam kalangan rimba
persilatan. 601
Sampai di atas pagoda, ia memberitahukan
maksudnya untuk membebaskan Li Cong Bun
kepada dua saudaranya yang menjaga di situ
berdasarkan laporan dari Ie hud Ang Hun yang
baru pulang dari menjalankan tugasnya.
Kemudian Kun Hun membuka pintu kamar
tahanan, lalu menghadapi jeruji yang
mengurung dirinya Li Cong Bun. Dengan sekali
mengangkat tangan, angin pukulannya yang
jalanan untuk Li Cong Bun keluar."
Ia memberitahukan pada Li Cong Bun bahwa
ia dibebaskan lantaran orang yang harus
menanggung jawab atas perbuatannya Tay Han
Sin ni sudah diketemukan. Li Cong Bun bebas
buat terus pulang ke Tionggoan atau mau
menantikan kedatangannya sang guru, itu
terserah kepada si anak muda. Hanya Pedang
Penakluk Iblis harus ditahan dulu sebelum
persoalannya dibikin beres karena semua
kerusuhan ada berpokok pada pedang itu.
Setelah mendengar keterangan Kun Hun
panjang lebar, Li Cong Bun tertawa kemudian
menjawab dengan terang.
"Kun Hun Taysu, perlu apa sampai kau
sendiri yang datang melepaskan aku. Soal
kejadian pada masa lampau kau harus dapat
menimbang dengan kepala dingin. Hoat Goan
Taysu waktu itu ada sangat jahat. Segala
perbuatannya yang nyeleweng membuat orang-
orang dalam dunia kanouw tidak tenteram. Ia
ketemu dengan Tay han Sin ni dan kena 602
dibinasakan. Itulah sudah sepantasnya untuk
menebus dosanya yang sudah menumpuk itu.
Kalau urusan ini tak dapat diselesaikan
dengan damai dan terus menerus saling
mendendam sampai kapan antara partai-partai
dari Si Hek dan Tionggoan dapat hidup damai?
Dengan sendirinya kau telah bertindak
menyimpang dari ajarannya sang Buddha. Aku
karena tidak ingin bertambahnya permusuhan,
maka sudah biarkan diriku menderita ditahan
menanti penyelesaian secara damai. Kalian
seharusnya bisa insyaf akan manfaatnya suatu
perdamaian yang abadi yang membuat hati
tenteram dan bahagia."
Pei Hud Kun Hun dengan kedua saudaranya
tidak menyela pembicaraannya Cong Bun,
agaknya ia ada menaruh perhatian juga.
Terdengar Li Cong Bun meneruskan
bicaranya:
"Aku karena berpendapat demikian maka
telah memberitahukan kepada kalian. Nah
lonceng kuil sudah berbunyi amat nyaringnya.
Mungkin suhu Taysupek dan Biauw Hoat susiok
sudah pada datang. Aku hanya mengharap
kalian tiga Taysu suka memikirkan akan susah
payahnya kuil yang megah dibangun ini jangan
sampai menuruti nafsu hati sendiri saja
melakukan pertandingan mati-matian untuk
membela urusan pepesan kosong. Semoga Taysu
bertiga menginsyafi akan adanya perdamaian
yang abadi. 603
Li Cong Bun setelah selesai bicara lalu
angkat kakinya berjalan turun dari atas
pagoda.
Pei hud Kun Hun yang mendengar kata-
katanya pemuda itu tadi hatinya sangat
terharu. Ia mendengar lonceng kuil telah
ditabuh terus terusan tanda ada tamu datang,
maka dengan tergesa-gesa telah turun
mengikuti Li Cong Bun. Ia lupa dengan
kecurigaan tadi ketika ia mengangkat
tangannya dan sekali memukul saja jeruji
besi yang mengurung Li Cong Bun lantas saja
berantakan sebab hal itu tidak mungkin
terjadi dalam keadaan biasa. Tentu ada apa-
apa dengan jeruji yang kooh kuat itu. Pada
sebelumnya ia memukul dengan tenaga
dalamnya.
Tiga Hud bersama Li Cong Bun empat orang
ketika sampai dalam ruangan tetamu dari kuil
Naga Emas melihat Ang Hun sedang melayani
tetamunya ialah Bu Ju Toato, Biauw Hoat Sin
ni dan Gan Su Nio, Kun Hun dan saudara-
saudaranya segera menghampiti tamu-tamunya
dan belajar kenal. Sedang Li Cong Bun tidak
ketinggalam memberi hormat kepada Tay
supeknya, Biauw Hoat Sin ni dan Gan Su Nio.
Li Cong Bun girang sekali ketemu lagi
dengan Gan kouw-kouwnya.
Gan Su Nio sebaliknya merasa heran dengan
sikap Li Cong Bun. Tadinya ia mengira Cong
Bun yang beradat angkuh dan keras hati bukan 604
main marahnya kena ditahan dirinya, kini
kenyataannya ada lain sekali.
Tampak sikapnya Li Cong Bun tenang-tenang
saja, berseri-seri seperti juga tidak
mengalami penahanan atas dirinya.
Si pemuda melihat Gan kouw-kouwnya
mengawasi padanya dengan roman heran, ia
tahu apa yang dipikirkan oleh bibinya itu,
maka ia datang menghampiri dan bicara
berbisik.
"Kouw-kouw, kawanan hweshio ini sangat
sombong dan pandang dirinya amat tinggi,
tapi hatinya baik, maka baiknya kouw-kouw
menceritakan kepada Biauw Hoat susiok
menggunakan waktu kita saat berkumpul,
menghilangkan segala permusuhan agar Si Hen
dan Tionggoan tidak terus menerus
bermusuhan. Bo yong susiok sudah sembuh dan
sehat, tidak lama lagi juga bakal datang."
Gan Su Nio girang sekali mendengar


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kekasihnya sehat walafiat dan ia kepingin
lekas-lekas menjumpainya, supaya suhunya
dapat berkenalan dengan jago To lo kiam
(Pedang Swastika) itu yang gagah dan tampan.
Pada waktu itu empat tokoh dari kuil Naga
Emas sedang bercakap-cakap dengan Bu Ju dan
Biau Hoat, tiba-tiba terdengat pula bunyi
lonceng menandakan kedatangan tamu lagi. Kun
Hun lalu berkata pada Biauw Hun: 605
"Ji-te lonceng tamu telah berbunyi lagi,
tentu sahabat kita dari Pek thian san yang
datang. Harap kau pergi menyambutnya.
Biauw Hun menurut. Ketika ia kembali lagi
di ruangan benar saja dibelakangnya
mengikuti Ceng Leng Cinjin dan Bo yong Kang.
Gan Su Nio dengan berseri-seri menyambut
dengan kerlingan mata kepada kekasihnya yang
disambut oleh Bo yong Kang dengan mesranya.
Meskipun mulut tidak bicara tapi cukup
dengan mata yang mewakili masing-masing
telah menyatakan rasa rindunya.
Setelah Ceng Leng Cinjin saling
berkenalan, Bo yong Kang maju kedepan
memberi hormat kepada Bu Ju, kemudian
menghadap Biauw Hoat Sin ni. Dengan menjura
hormat sekali jago pedang swastika itu telah
berkata, "Teecu Bo yong Kang menghadap pada
susiok, semoga susiok selalu sehat dan
bahagia."
Biauw Hoat Sin ni matanya berkilat-kilat
mengamat-amati lelaki pujaan muridnya.
Ia mengawasi dari kepala sampai kaki,
sikap dan tingkah lakunya dipelajari.
Setelah meneliti, hatinya amat girang dan
puas. Ia memuji muridnya telah memilih
pasangannya, maka ia lalu tertawa dan
berkata, "Bagus, kau kelihatan sudah sembuh
betul!" 606
"Terima kasih, semua berkat pertolongan
Ceng Leng supek." jawabnya hormat.
Bo yong Kang mengangguk kemudian
mengundurkan diri mengambil tempat duduk.
Gan Su Nio yang memperhatikan dengan hati
berdebar ketika gurunya mengawasi Bo yong
Kang sekarang melihat hasilnya menyenangkan
dalam hatinya kegirangan dan tidak kuatir
lagi akan suhunya melarang ia berkawan
dengan pujaannya.
Kun Hun melihat tetamunya sudah semua
pada mengambil tempat duduk dan hweshio-
hweshio anak muridnya sudah menghidangkan
arak, ia lantas berdiri angkat bicara.
"Nah sekarang sahabat-sahabat dari Tri
Tunggal sudah hadir lengkap, kini aku ingin
mendapat penjelasan ialah menurut laporan
sute kami ialah semua dendaman dalam
kejadian di puncak Pek thian san, katanya
adalah menjadi tanggung jawab dari segala
kuil Ciauw in yan, karena dia adalah
sumoynya dari Tay Han Sin ni. Apakah ini
betul?"
"Hmm!" Biauw hoat perdengarkan suara di
hidung. Sebelum ia menjawab, Ceng Leng
Cinjin telah mendahului:
"Halnya itu perempuan Pedang Penakluk
Iblis kontra Pentungan Bulan Sabit di gunung
Pek thian san aku dapat menceritakannya. Tay
Han Sin ni turun tangan karena diundangnya 607
segenap orang dari rimba persilatan di
Tionggoan, terutama dari pihak kuil Siauw
Lim si utara dan selatan. Hoat Coan Taysu
ilmu silatnya sangat tinggi dan tidak ad
bandingannya, sayang kelakuannya sangat
jahat dan kejam, tak dapat dibandingkan
dengan Empat Hud yang suci. Buktinya setelah
Hoat Goan Taysu disingkirkan jiwanya dalam
tempo sepuluh tahun Si Hek pay telah
mendapat kemajuan dan hidup makmur. Jadi
perbuatannya Tay Han Sin ni merupakan suatu
berkah untuk Si Hek pay. Tak benar dia
dipandang sebagai musuh, tapi seharusnya Si
Hek pay kepadanya bilang terima kasih atas
jasa-jasanya. Empat taysu ada amat cerdik
dan mengerti tentang baik buruk urusan.
Mungkin dengan kedatangannya Biauw Hoat Sin
ni harap jangan dianggap sebagai musuh
tetapi sebagai sahabat yang sucinya pernah
membebaska Si Hek pay dari perbuatan
terkutuk Hoat Goan Taysu. Dengan adanya
perdamaian ini maka dendaman antara Si Hek
dengan Tionggoan dapat dihapus dan keempat
taysu semuanya tentu akan dijunjung tinggi
oleh dunia persilatan."
Pei hud Kun Hun mendengar bicaranya Ceng
Leng Cinjin masuk diakal, tapi hanya
membenarkan disatu pihak saja dan
menyalahkan pihak lain maka lalu ia berkata:
"Ya, prihal kejadian yang lampau siapa
salah dan siapa benar, kita semua tidak ada
yang tahu. Sekarang begini saja, kalian 608
bertiga sudah terlanjur datang maka urusan
itu kita selesaikan menurut aturan rimba
persilatan ialah Empat Hud bertanding
melawan Tri Tunggal. Kami ada kelebihan satu
orang, tapi tak apa masih ada Bo yong, Gan
dan Li salah satu orang yang dapat
melengkapinya. Syaratnya, kalau kami kalah,
bukan saja Pedang Penakluk Iblis kami
kembalikan, juga sejak hari ini kami
perintahkan kepada semua orang-orang kami
supaya tak turut campur urusan kangouw.
Sebaliknya kalau kalian kalah, harap Biauw
Hoat Sin ni membawa itu hweshio-hweshio
Siauw Lim SI utara dan selatan sebanyak
sepuluh orang untuk ersembahyang pad rohnya
Hoat Goan Taysu selama tiga hari. Selain
itu, Pedang Penakluk Iblis akan dilebur dan
dijadikan Pentungan Bulan Sabit. Sampai
disini baru dapat mengakhiri permusuhan
kita. Kalian juga tentu tak menyalahkan kami
amat sombong dan pandang diri sendiri
terlalu tinggi!"
Biauw Hoat Sin ni mendengar bicaranya Kun
Hun darahnya meluap. Segera ia akan membuka
mulut untuk berdebat. Akan tetapi urung
ketika diberi isyarat oleh Ceng Leng Cinjin
yang kemudian berkata:
"Kita datang ke sini dengan menempuh
ribuan li dengan tak merasa gentar, perlunya
untuk berusaha sekuat tenaga mendamaikan
soal yang ruwet itu. Tetapi ternyata Taysu
sudah mengambil keputusan demikian. Kami 609
sebagai tamu tak bisa mendapatkan pilihan
selain mengiringi kemauannya tuan rumah. Nah
sekarang kalian mau berbuat apa saja kami
akan mengiringi saja!"
Bu Ju dan Biauw hoat pada manggutkan
kepala tanda setuju.
Pei Hud Kun Hun lalu memerintahkan anak
buahnya untuk menunjuk jalan keluar kuil. Bu
Ju, Biauw Hoat dan Ceng Leng bersama-sama
Empat Hud Naga Emas berjalan keluar diikuti
oleh Bo yong Kang, Gan Su Nio dan Li Cong
Bun dari belakang.
Bo yong Kang saat itu baru dapat
berbicara dengan kekasihnya.
"Sumoy." katanya. "Kau tentu tak menduga
dalam perjalanan bersembahyang di makamnya
ayah bunganya Bun jie ditengah perjalanan
kami mendapat halangan sampai timbulnya
peristiw seperti sekarang ini. kau di pulau
Lam hay tentu menanti-mantikan kedatanganku
sia-sia saja, bukan?"
Gan Su Nio tersenyum manis.
"Ah, aku sudah tahu. Menunggu-nunggu kau
tak juga muncul, aku lantas merasa mesti ada
terjadi apa-apa dengan kau. Saban hari aku
terus memikirkan sampai pada suatu hari,
Teng Goan Suheng datang ke pulau melaporkan
prihal kau mendapat luka berat dan Li Cong
Bun kena diculik. Sekarang kalian sudah
selamat, hatiku merasa sangat girang. Cuma 610
saja itu Pedang Penakluk Iblis masih ada
ditangannya Kun Hun, benar-benar hatiku tak
mengasih. Lebih baik Bun jie mencari akal
untuk merampas kembali pedang-pedang
tersebut!"
Sebelum Bo yong Kang menjawab, Li Cong
Bun sudah mendekati dan bicara perlahan.
"Gan kouw-kouw kau jangan kawatir, selempang
pedang yang ditangannya itu ada pedang
palsu, yang tulen ada di tangan kita. Kalau
mereka tahu tentu mereka akan kalap
karenanya."
"Apa iya?@ tanya si nona melengak heran.
Li Cong Bun tersenyum mengangguk. Smbil
berjalan mereka bercakap-cakap. Sebentar
kemudian sudah sampai didepan kolam A yu Ta
ti. Mereka pada duduk sambil menikmatii
pemandangan yang permai.
Ceng Leng Cinjin setelah membasahi
tenggorokannya dengan seteguk air teh sambil
tertaw telah berkata:
"Ya, sungguh menarik sekali kalau kita
bertempur diatas air. Entah bagaimana dengan
kepandaiannya empat taysu yang tentunya
sudah berlatih mahir sekali cara bertending
demikian."
Pei hud Kun Hun merendahkan diri,
kemudian ia bertanya:
"Ya sebelumnya bertanding aku ingin
mendapat tahu halnya semalam di puncak 611
pagoda Gledek ada orang dengan batu menimpug
kedalam jendela, tapi aku mencari-cari dalam
sepuluh lingkaran tombak di pagoda itu
ternya tak ad orangnya. Betul-betul aku tak
mengerti
"Oh ya, itu aku yang berbuat," memotong
Li Cong Bun. Karena tiga taysu dalam
percakapan sangat menghina suhu maka dengan
biji caturku aku menghentikan pembicaraan
kalian."
Sehanis berkata, Li Cong Bun keluarkan
biji caturnya yang hitam. Ia kasi
demonstrasi caranya menimpuk semalam. Kun
Hun manggut-manggut dan kenali betul adalah
biji caturnya Li Cong Bun adalah benda yang
semalam menerjang masuk dari jendela.
"Ooh. Li Sicu pandai bermain catur."
katanya tertawa kemudian berpaling kepada
Cui hud Biauw Hun berkata, "Jite, kau pandai
dengan ilmu ?Tubuh bertindak keluar cari
bunga teratai? maka kau boleh coba-coba
memilih lawanmu untuk bertempur."
Biauw Hun terus berdiri dan memberi
hormat kepada pihak lawan ia berkata :
"Sebatulnya kolan A ya Ta ti ini, dlamnya
sepuluh tombak. Kami empat saudara setiap
hari ada berlatih terutama membuat delapan
puluh satu kuntum bunga teratai merah dari
besi digunakan sebagai alat berlatih. Pada
saat ini alat itu terendam air kira-kira
tiga dim, tapi kalau menggunakan iweekang, 612
bunga itu dapat ditarik dengan sendirinya
timbul di permukaan air. Berbarisnya bunga-
bunga itu amat rapih. Tiap-tiap bunga atas
bawah depan belakang kiri dan kanan jaraknya
tepat tiga kaki. Aku sekarang ingin
bertending dengan Ceng Leng Totiang untuk
beradu kecepatan. Kita bersma-sama lompat ke
permukaan air, kemudian dengan menggunakan
tenaga dalam dipusatkan pada telapak kaki,
saban setindk harus dapat menaikkan sekuntum
bunga. Siapa yang dapat menarik bunga itu
sebanyak empat puluh satu kuntum itulah yang
menang. Bagaimana dengan pendapat totiang?"
Ceng Leng Cinjin tertawa pada Bu Ju Toato
dan Biauw Hoat Sin ni.
"Hei, kamu berdua, tolong ajari aku!
Biauw Hun taysu betul-betul cerdik dan bisa
memilih aku, betul-betul aku kuatir nanti
membuat gagal dipihak kita!"
Biau Hun mendengar perkataannya Ceng Leng
Cinjin lalu tertawa bergelak-gelak sambil
hirup kering araknya ia berkata,
"Ceng Leng totiang kau jangan merendahkan
diri" katanya "Ilmu meringankan tubuhmu
sangat termasyur di Tionggoan sehingga kami
di Si Hek juga mendapat dengar kemasyuran
itu. Nah silakan datang ke tepi kolam untuk


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melihat itu delapan puluh satu kuntum bunga
teratai merah dari besi. Kau terus dapat
membuat rencana bagaimana harus berbuat 613
untuk pertandingan yang barusan aku
sebutkan.
Ceng Leng Cinjin menghampiri tepi kolam
dimana ia melihat delapan puluh satu kuntum
bungan teratai itu ada berbayang di bawah
air barisan sangat rapi yaitu sembilan baris
kali sembilan kuncup bunga. Ia memperhatikan
lebih jelas, disitu tidak ada sesuatu apa-
apa yang aneh, maka ia lantas berkata:
"Ya, harap taysu tolong menunjukkan
jalannya!"
Biauw Hun tertawa, sambil mengibaskan
lengan jubah kuningnya badannya melesat ke
udara dan menolak di atas bunga teratai
tadi, sambil memalingkan kepalanya ia
berkata pada Pei hud Kun Hun.
"Toa suheng, harap beri tanda dengan tiga
kali bunyi lonceng! Agar aku dan Ceng Leng
totiang dapat bersama-sama memulai
pertandingan ini!"
Ceng Leng Cinjin menghadapi pertandingan
itu diam-diam dalam hatinya berpikir ada
sulit untuk ia rebut kemenangan. Ia belum
biasa menarik keluar bunga-bunga teratai
dari besi itu hingga di atas permukaan air.
Sebaliknya tidak demikian dengan lawannya
yang tentu sangat mahir dalam hal demikian.
Tapi sudah terlanjur, apa boleh buat, ia
harus menunjukkan kepandaiannya. 614
"Taysu sekali menginjah ditengah bunga
teratai sudah menang tiga kaki jauhnya. Aku
sudah kalah angin. Tapi aku terpaksa
mengikuti jejakmu. Nah sekarang boleh
membunyikan tanda mulai pertandingan!"
Biauw Hun tersenyum, terus melambaikan
tangannya memberi tanda supaya dibunyikan
lonceng. Kun Hun sudah sedia lonceng diatas
meja. Maka begitu mendapat isyarat dari
saudaranya segera ia membunyikannya.
Berdua terus berlomba lompat-lompatan
sambil mengeluarkan bunga-bunga teratai dari
besi keatas permukaan air. Berdua mulai dari
sebelah dalam terus ke barisan luar. Setelah
ada tigapuluh kuntum yang muncul diatas
permukaan air, Bu Ju Toato berbisik ada
Biauw Hoat Sin ni menyatakan kekuatirannya
kena ditipu, tapi Li Cong Bun dengan tertawa
menyela, "Jiwi supek, jangan kuatir, biarpun
suhu tertipu dia tidak bisa kalah.
Buktikanlah nanti!"
Pada saat mereka tidak percaya, tiba-tiba
semua kuntum bunga sudah pada muncul di
permukaan kolam.
Pei hud Kun Hun melihat kejadian aneh
itu, lantas tahu tentu ada orang yang
mengacau di kamar rahasia tempat
mengemudikan alat bunga itu. Terus ia
memberi isyarat pasa Ang Hun, siapa bersama-
sama dengan Li Bu dan Li Kong lantas pergi
untuk melakukan pemeriksaan. 615
Pertandingan di atas bunga teratai ini
tidak dilangsungkan lagi, menunggu kabar
dari hasilnya pemeriksaan. Tapi Cui hud
Biauw Hun sudah menjadi sangat gusar.
Setelah berada didekat Kun Hun ia tertawa
dingin.
"Toa suheng, itu delapan puluh satu
kuntum bunga dengan sendirinya sudah muncul
diatas permukaan air, kita sangat malu
terhadap Ceng Leng Totiang. Toa Suheng,
apakah sudah memerintahkan orang untuk
memeriksa hal itu? Apa ada setan yang main-
main?"
Ceng Leng Cinjin terus duduk di
tempatnya. Ia berbisik kepada Bu Ju dan
Biauw Hoat, "Wah kalau semua bunga itu tidak
dengan tiba-tiba muncul, aku pasti kalah
dalam pertandingan tadi. Empat Hud Naga Emas
benar-benar mahir dan pandai, kita tidak
boleh memandang rendah!"
Bu Ju dan Biauw Hoat tertawa girang.
Tiba-tiba muncul Ang Hun bersama seorang
hweshio yang menjaga alat pengendali bunga-
bunga teratau besi, ia melaporkan:
"Toa suheng, dalam kamar rahasia tidak
ditemukan seorangpun. Hanya satu murid ini
ini yang bertugas di kamar itu telah mabuk
arak ketiduran hingga tidak ada yang
mengontrol dan pengemudian menjadi kacau
balau." 616
Kun Hun marah matanya melotot pada
hweshio yang diajak Ang Hun tadi tapi ia
tidak berani unjuk kemarahannya dihadapan
banyak tetamu. Kemudian ia berbisik pada Cio
hud Pek Hun, "Samte kau boleh bertanding
dengan Bu Ju dari Hang san dengan
menggunakan ?Ilmu Harimau Memasuki liong?
dalam duapuluh tujuh jurus kau pasti
menang."
Pek Hun tertawa, lalu menghadapi Bu Ju
Toato berkata:
"Aha, Bu Ju Taysu, telapakan tangannya
yang bertenaga sakti. Semua kalangan rimba
persilatan sudah tidak asing lagi. Aku minta
pelajaran ilmu itu diatas depapan puluh satu
kuntum bunga teratai merah itu untuk
beberapa jurus saja."
Bu Ju Toato bergelak-gelak ketawa ketika
ia hendak berdiri dari duduknya ada Bo yong
Kang yang mencegah. "Supek biarkan aku yang
maju melayaninya!"
Bu Ju Toato melirik Ceng Leng Cinjin
siapa anggukkan kepalanya tanda setuju
dengan penggantian itu Ceng Leng
Cinjinmengerti. Bo yong Kang ingin membalas
atas bokongannya Pek Hun tempo hari sehingga
jiwanya hampir melayang karena mendapat luka
dalam yang sangat berat.
Bo yong Kang lompat ke hadapan Pek Hun,
ia memberi hormat dan berkata: 617
"Pek Hun taysu aku datang ingin minta
pelajaran pula dari kau untuk beberapa jurus
saja!"
Pek Hun melihat Bo yong Kang yang akan
menghadapi, ia meskipun kurang senang diam-
diam dalam hatinya girang pikirnya Bo yong
Kang ada lebih empuk dibanding dengan Bu Ju
Toato yang sudah banyak pengalamannya.
maka ia anggukkan kepala ketika Bo yong
Kang bicara dihadapannya.
"Aha rupanya hendak merebut kekalahanmu
tempo hari. Baik, mari kita bertempur diatas
delapan puluh satu kuntum bunga teratai.
Karena aku sangat mahir bertempur di atas
bunga teratai maka aku akan menggunakan satu
telapakan tangan kanan saja untuk melayani
kau!"
Setelah berkata ia enjot tubuhnya melesat
keudara kemudian hinggap diatas bunga
teratai. Dari sikapnya yang congkak,
kelihatannya ia tidak memandang sebelah mata
kepada Bo yong kang yang dulu menjadi
pecundangnya.
Bo yog Kang melihat Pek Hun sudah berada
diatas bunga teratai, ia juga enjot tubuhnya
meluncur. Setelah beerada diatas bunga
teratai ia telah memeriksa, ternyata tidak
ada apa-apa yang mencurigakan. Pek Hun
melihat Bo yong Kang masih belum bergerak
lalu menegur: 618
"Hey, kita berada di barisan bunga
teratai seperti biasa saja tidak ada apa-
apanya yang istimewa. Waktu kita bertempur
tempo hari, kita belum mengeluarkan ilmu
istimewa kita masing-masing. Nah sekarang
aku dengan telapak tangan kanan satu saja
akan melayani kau. Hayo mengapa kau masih
belum mulai menyerang?"
Bo yong Kang tidak menjawab, hanya ia
lantas angkat tangannya menyerang. Betul
saja Pek Hud hanya menggunakan satu telapak
tangan kanannya yang dipakai menangkis ialah
satu jurus dari ?Harimau menaklukkan Hong
dalam dua puluh tujuh jurus. Seranganmana
telah mengeluarkan tenaga yang dahsyat
hingga Bo yong Kang tidak berani menyambuti,
ia hanya berkelit mengkindarkan pukulan maut
itu. Berbareng Bo yong Kang berkata, "Wah Tysu
mempunyai ilmu ?Kobasan tangan baja?
bertenaga gaib benar-benar lihai."
"Nah, sekarang kau sambut serangan lengan
gaya Bunga mekar menghormat sang Buddha,"
kata Pek Hun seeraya memutar tubuhnya
sepasang telapakan tangannya yang dahsyat
ditaruh di dadanya. Saat serangan hebat
kembali dilancarkan oleh Bo yong Kang tetapi
dengan gayanya yang terus berkelit
mengkindari serangan lawan, tidak menyambut
dengan kekerasan. 619
"Ha ha! Kau tahu gayaku lihai, cobalah
sambuti. Kenapa tidak mau menangkis apa
takut?" sambil berkata ia kembali
mengibaskan lengan bajunya menyerang.
Lagi-lagi Boyong kang hanya berkelit,
hingga membuat Li Cong Bun yang menonton
merasa heran, kenapa susioknya bertempur
dengan cara yang demikian. Bu Ju Toato juga
heran, maka ia menanya pada Ceng Leng
Cinjin, "Ceng Leng toheng, aku lihat Bo yong
kang sekarang amat sabar, dia tidak mau
menyerang, apakah kau sudah ajarkan padanya
ilmu Cian Goan Kang?"
Cian Goan Kang adalah sebuah ilmu
serangan tenaga urat.
"Ya," jawab Ceng Leng Cinjin. "Mereka
berdua paman dan keponakan sudah dipengaruhi
kebaikan pribadi Se bun Pa. Thio Tit Jun ke
Pek thian san dia ada cerita bahwa hatinya
sangat cemas karena gara-gara Pedang
Penakluk Iblis menjadi bermusuhan dengan
kawanan hweshio dari Si Hek. Aku merasa
kasihan padanya maka aku tidak sayang untuk
menurunkan ilmu Cian Goan Kang kepadanya.
Dan jalan darah nadi yang penting Jen dan
Tok sudah bersatu lima jalan pernapasannya
sudah sempurna. Kalau dibandingkan dengan
kita berdua, bedanya kita berdua sudah mahir
sedangkan dia belajar belum lama." 620
Bo yong Kang terus-terusan tidak mau
bertempur betul-betul. Ia mengandalkan
kegesitan dan tenaga lunaknya untuk
memberikan perlawanan. Satu waktu ia
badannya berputar lalu saat melesat tinggi
hingga lawannya menjadi sangat mendongkol
karena tiap serangannya selalu mengenai
tempat kosong.
Satu kali Bo yong Kang menyerang dengan
gaya Bayangan Jatuh Dikolam tidak membuahkan
hasil sebaliknya lawannya menyerang dengan
ilmu pukulan Dewa Menyebrang Lautan. Pek Hun
melompat melewati empat kuntum bunga
mendekati Bo yong kang dan menyerang
punggungnya, saat itu Bo yong Kang baru
menotol bunga tiba-tiba terputar seperti
gasing. Ia balas menyerang dengan
menggunakan tenaga urat. Pek Hun menangkis
kira-kira setengah dim lagi kedua tangan
benterok, Bo yong Kang menarik pula
serangannya. Pek Hun merangsek dan mendorong
saat mana Bo yong Kang telah keluarkan
ilmunya Ciong goan kang maka seketika itu
keduanya berhadapan mengadu Iweekang (tenaga
dalam).
Pertarungan menggunakan tenaga dalam
sangat hebat hingga Gan Su Nio yang
menyaksikan kelihatan sangat kuatir
kekasihnya akan jatuh dibawah angin. Biauw
Hoat Sin ni yang selalu memperhatikan gerak-
gerik muridnya lantas menghibur. 621
"Su Nio, kau tak usah kuatir. Apakah kau
tak dengar barusan Ceng Leng Supekmu bilang
Bo yong Kang punya dua jalan darah Jen dan
Tok sudah bersatu? Terang dia tak akan
mengalami kerugian, kau lihat saja nanti
buktinya."
Saat itu memang Bo yong Kang berada


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diatas angin, meskipun wajahnya kelihatan
merah. Ia memberi tekanan berat pada Pek
Hun, hingga ia meskipun tak mengeluarkan
seantero tenaganya tidak dapat menyingkir
dari tekanan berat lawannya. Hanya dengan
sekali menggetarkan telapak tangannya saja
Bo yong Kang dapat membuat musuhnya mendapat
luka didalam. Tetapi ia tak mau membalas
dendam. Ia hanya mendorong perlahan Pek Hun
sambil berkata:
"ek Hun Taysu, ilmu silat termahir itu
hanya dalam tubuh yang kuat. Pertempuran
hanya mencari kemenangan saja. Perlu apa
kita harus berebut kemenangan kosong,
sebaiknya kita menghapuskan permusuhan yang
berlarut-larut tidak ada ujung pangkalnya.
Nah Taysu, kita bertanding sampai disini
saja."
Setelah berkata, Bo yong Kang enjot
tubuhnya melesat keudara dengan gaya ?Sang
Bangau Menerobos Awan?. Kemudian waktu
meluncur turun ia merunah gayanya dengan
?Belibis terbang sambil miringkan badan? dan
segera jago Liauw tong itu sudah berada
dipinggir kolam lagi. 622
Sungguh dua macam ilmu meringankan badan
yang indah sekali. Penonton semua merasa
kagum oleh gerakannya abo yong Kang yang
gesit dan mantap. Terutama Gan Su Nio tentu
ia menyambut dengan kerlingan mata dan
berseri-seri, cukup membuat Bo yong Kang
merasa sengan hatinya.
Pek Hun waktu itu memang sudah kehabiisan
tenaga, dan ia sudah merasa dirinya bakal
jadi pecundang dan menerima pembalasan Bo
yong Kang. Siapa tahu Bo yog Kang tidak mau
membalas dendam dan menyerang, sebaliknya
memberi muka padanya.
Betul-betul orang she Bo yong itu sangat
baik hatinya.
Ia tidak tahu harus bagaimana ia berbuat,
waktu itu ia jadi bengong berdiri di atas
bunga teratai sampai kemudian Pek hud Kun
Hun meluncur dan hinggap di atas bunga
teratai didekatnya.
"Samte, pertandingan barusan sama
kuatnya. Sekarang samte boleh kembali
ketempatmu. Aku akan bertanding dengan Biauw
Hoat untuk menyelesaikan urusan di Pek thian
san itu."
Pek Hun menurut. Ketika ia kembali di
pinggir kolam sambil berjalan ketempatnya
hatinya tak sudah-sudahnya memuji kebaikan
Bo yong Kang. 623
Sementara itu Cui hud Biauw Hun yang
mengambil alih lonceng tanda pertandingan
dari Kun Hun lalu mulai membunyikannya.
Pada saat itu justru ada timbul kejadian
yang ajaib. Air kolam yang tenang tiba-tiba
bergelora. Delapan puluh satu kuntum bunga
teratai dari besi bergerak semua, berputar
perlahan dari kanan kekiri. Tapi Kun Hun tak
ambil pusing itu semua. Ia menantang Biauw
Hoat Sin ni untuk bertanding.
Biauw Hoat Sin ni melihat bunga teratai
itu terus berputaran ia menduga tentu di
dasar kolam ada alat untuk memutarnya. Ia
ingat barusn lonceng dibunyikan sampai enam
belas kali. Suara itu tanda untuk orang
menggerakkan alat rahasiannya. Ia tak ingin
kelepasan tangan beratnya, maka ia minta
agar Bu Ju dan Ceng Leng saja yang turun
dipertandingan.
Sementara itu bunga-bunga yang berputar
semakin lama semakin cepat. Air muncrat
beterbangan beberapa tombak, hingga mereka
yang pada duduk dipinggir pada menjauhkan
diri agar tak kena sambaran air muncrat.
Pui hud Biauw Hun merasa heran. Inilah
untuk kedua kalinya ada kejadian yang
mengherankan. Karena itu cepat ia
meninggalkan tempatnya menuju ketempat
rahasia tempat alat menggerakkan bunga
teratai besi itu. 624
Waktu sampai, ia dapatkan Li Hui yang
ditugaskan menjaga, mulutnya sudah berbau
arak. Dalam keadaan mabuk ia memutar alat-
alat itu sampai habis hingga tentu saja
terjadi hebat akibatnya. Li Hui lalu
didorong dari tempatnya. Ia sendiri lekas
mengendalikan putaran-putaran alat itu
kepada keadaan biasanya hingga keadaan di
kolam menjadi tenang kembali.
Pei hud Kun Hun yang sudah berada di atas
bunga teratai yang diajak berputaran
demikian cepatnya tentu saja kepalanya
keliyengan. Pikirnya ia tidak bisa
bertanding dalam keadaan demikian, maka
cepat ia melompat lagi ke pinggir kolam.
Napasnya sengal-sengal dan jubahnya sudah
basah kuyup dengan air. Sungguh enyilaukan
dilihatnya.
Ia tidak menemukan ?Tri Tunggal? dan anak
muridnya di pinggir kolam, maka cepat ia
bertindak masuk ke dalam kuil, dimana benar
saja Ceng Leng dan kawn-kawannya ada di
dalam. Ia datang menghampiri sambil
merangkap kedua tangnnya memberi hormat dan
berkata, "Sahabat sekalian, aku menyesal
murid-muridku amat bodoh sehingga ada orang
mengacau tidak mendapat tahu. Aku tidak
berani menuduh kalian yang berbuat, karena
aku tahu kalian adalah orang-orang yang
terhormat. Nah baiknya pertempuran ini
ditunda dahulu. Aku akan mencari si 625
pengacau. Kalau sampai tidak bisa ditemukan,
sungguh memalukan kepada nama Si Hek pay.
Aku tidak akan lagi meneruskan pertandingan
akan lantas menutup kuil ?Naga Emas? dan
memulangkan lagi ?Pedang Penakluk Iblis?
kepada kalian. Sejak saat mana kami akan
bikin habis segala dendaman kita soal Hoat
Goan dan Tay Han itu di Pek thian san."
Wajahnya ketua dari kuil ?Naga Emas? itu
merah padam saking marahnya. Sebelum Biauw
Hoat menjawab, Bu Ju telah mendahului:
"Taysu, urusan sekecil ini buat apa taysu
sampai demikian marahnya? Kami datang disini
juga bukan buat mendapat kemenangan. Hanya
untuk berusaha supaya permusuhan diantara
kita dapat dibikin hilang dan seterusnya
kita dapat hidup damai."
Pie hud Kun Hun sudah sangat marah hingga
omongannya Bu Ju Toato seolah-olah tidak
mendapat perhatiannya. Ia terus masuk ke
dalam untuk melakukan pemeriksaan sendiri.
Jilid 17
LI CONG BUN yang melihat tingkah lakunya
Kun Hun diam-diam merasa geli dalam hatinya.
Ia tertawa sambil mendekap mulutnya. Bo yog
Kang memberi isyarat supaya keponakannya itu 626
jangan menertawakan orang. Karena kalau
dapat dilihat oleh Kun Hun urusan akan
menjadi tambah runyam.
Kun Hun ketika balik lagi ke ruang tamu,
ia duduk menemani tetamunya dan kepada Biauw
Hun ia berkata, "Jika itu Li Hai yang
mendapat giliran menjaga tidak melakukan
kewajibannya dengan baik dan sudh mabuk-
mabukan boleh diberi hukuman empat puluh
kali rangketan rotan. Selama tiga tahun dia
ditugaskan menjaga api di dapur. Aku disini
menemui tamu-tamu, kalian bertiga boleh
memimpin murid-murid untuk melakukan
pemeriksaan dan menangkap orang yang telah
berbuat kekacauan. Kalau sudah kedapatan,
boleh segera laporkan padaku."
Kun Hun berkata-kata dengan muka
tenang,tidak marah-marah lagi seperti tadi.
Malah saban-saban tampak ketawanya. Hal mana
membikin Gan Su Nio yang mengikuti gerak-
geriknya telah merasa curiga dan berbisik
pada gurunya.
Sumber: Buku Koleks Awie Dermawan
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Suhu, aku lihat wajahnya Kun Hun dari
begitu hebat marahnya, mendadak sekarang
telah berubah berseri-seri, aku merasa
curiga. Mungkin dia ada merencanakan apa-apa
yang membuat kita bisa mendapt kesulitan."
Biauw Hoat Sin Ni buka lebar-lebar
matanya meneliti kesana sini. Kecuali
mukanya Kun Hun yang betul cepat berubahnya,
lainnya ia tak mendapat apa-apa yang dirasa 627
ada mencurigakan. Air teh yang diminum juga
tidak ada apa-apanya. Malah kawan-kawannya
yang minum dari tadi tidak mengalami apa-apa
yang tidak diinginkan.
Bo yong Kang dan kawan-kawan juga seperti
nona Gan merasa heran, tetapi mereka hanya
menuggu perkembangan lehih jauh baru nanti
diambil tindakan bagaimana. Pada saat itu
tiba-tiba datang dua saudaranya Kun Hun yang
melaporkan bahwa tidak ada orang yang
mencurigakan. Kun Hut tertawa. Ia tidak
mengusik lagi halnya si pengacau. Hanya
menyuruh orang-orangnnya untuk mengganti air
teh dengan yang baru, lalu diedarkan pada
semua tetamu dan sekalian hweshio yang ada
disitu mereka pada munum bersama-sama.
Setelah melihat semua sudah pada minum
teh, tiba-tiba Kun Hun tertawa bergelak-
gelak, kemudian berkata pad Biauw Hoat Sin
ni: "Lebih baik tinggalkan murid kesayanganmu
si Burung Hong Kumala dan edang Penakluk
Iblis sebagai tanggungan. Nanti setelah kau
membawa sepuluh hweshio Siauw lim si, kesini
uantuk melakukan upacara sembahyang akan
kami kembalikan barang-barang tanggungan
itu!"
Biauw Hoat Sin ni berubah wajahnya.
"Hei." Ia menggerang. "Belum bertempur
sudah berkata demikian, apa kau kira sku
sudah kalah bertanding diatas bunga teratai 628
itu? Hmm. Aku masih pandang kau adlah sama-
sama murid Buddha maka aku mengampuni
jiwamu. Tapi sekarang jikalau kau mau
berbuat yang tidak-tidak, jangan sesalkan
aku akan mencabut jiwamu dalam ruanga
kelenteng ini sampai isi perutmu keluar
semua!"
Kun Hun tertawa nyengir.
"Ha ha ha. untuk apa kau harus keluarkan
tenaga lagi, seban kematianmu sudah berasda
di depan mata. Terus terang aku katakan
bahwa air teh yang barusak kalian minum kami
sudah taruhi racun ?Cit jit toan hun san? ha
ha ha."
Cit jit toan hun san adalah semacam obat
bubuk yang dapat merenggut jiwa orang yang
memakannya dalam tempo tujuh hari. Setelah
lewat tujuh hari perutnya si korban akan
pecah dan keluar semua isi perutnya. Sungguh
racun yang ganas sekali, kalau tak obat
pemunahnya sendiri, obat pemunah lainnya
tidak menolong.
Biauw Hoat Sin ni merasa ia memang tadi
ada curiga hendak meminum teh yang
disuguhkan baru, tapi karena malu hati oleh
lain-lainnya yang pada minum tanpa
menghiraukan akibatnya ia jadi teturutan
minum. Sekarang kejadiannya begini, sungguh
besar sekali kegusarannya terhadap kepala
kuil ?Naga Emas? yang licik itu. 629
Tapi Li Cong Bun diantaranya yang terus
tertawa bergelak-gelak tidak menghiraukan
apa yang dikatakan oleh Kun Hun tadi.
Dalam gusarnya Biauw Hoat membentak:
"Empat Hud naga Emas, kalian dengan jalan
licik begini hendak merebut kemenangan? Hmm
sungguh tidak tahu malu!"
"Kau jangan bilang begitu," jawab Kun
Hun. "Coba pikir. Jeruji besi dalam kamar
tahanan Li Cong Bun tiba-tiba menjadi amoh
sedang bunga teratai tadi untuk kita
bertempur dengan mendadakan telah bergerak
dan berputaran, amat mengherankan. Kalau
bukannya kalian punya perbuatan, lalu siapa
lagi? Nah, begini saja. Kalau kalian mau


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menurut pendapatku, aku akan memberikan obat
pemunahnya supaya kalian jangan sampai mati
konyol. Sebaliknya jika kalian menolak
kehendakku,terserah. Sebab yang susah dan
mati penasaran bukannya kami disini. Ha ha
ha."
"Hweshio jahat tidak tahu malu!" teriak
Biauw Hoat Sin ni yang sudah meluap-luap
amarahnya. "Dimukanya saja baik tapi dalam
hatimu busuk dan licik, sungguh tidak nyana
begitu muka tebal. Tidak berani menghadapi
musuh dengan berterang. Beraninya hanya
membokong. Nah sambutlah seranganku ini.!"
Berbareng Biauw Hoat Sin ni melancarkan
serangan tangannya yang mengandung tenaga
dalam yang hebat. 630
Kun Hun mengira Biauw Hoat Sin ni
keracunan dan tidak dapat bertempur lagi.
Tapi siapa tahu serangan nikow itu
mengandung tenaga yang amat lihay. Sambil
menghindarkan serangan Kun Hun berteriak
pada tiga saudaranya:
"Hei, samwi sute, coba kerahkan tenaga
kalian. Apakah ada perubahan atau tidak
dalam tubuhmu?"
Tiga saudaranya segera menurut apa yang
dikatakan toakonya. Benar saja mereka
merasakan seperti perut dan kepalanya tak
enak. Kenapa Kun Hun berkata demikian?
Itulah karena Kun Hun sendiri merasakan
badannya tidak enak, kuatir dirinya kena
keracunan bikinannya sendiri.
"Lo ni, kau mengatakan kami licik dan
muka tebal, tapi dipihakmu diam-diam
menggunakan orang untuk membokong kami
orang. Apakah perbuatan itu tidak lebih
licik dan tebal muka dari kami orang? Hmm.
Kalau berkata mau enaknya saja, tapi"
Kata-katanya belum habis, tiba-tiba ia
mendengar suara dibalik kerudung sebuah
patung hingga KunHun kaget dan menyerangnya
dengan sekuat tenaganya hingga patung yang
diserangnyamenjadi hancur lebur dan abunya
pada beterbangan, tapi ia tidak dapat
menemukan orang yang perdengarkan suara
tadi. 631
Sesaat keadaan dalam ruangan itu menjadi
sunyi.
Li Cong Bun yang tidak dapat menahan
ketawanya, tiba-tiba berkata:
"Sungguh lucu, belum pernah aku melihat
ada hweshio meninju atung Buddha yang suci.
Locianpwe yang jail, kalau tidak mau
menunjukkan diri, aku kuatir kuil yang megah
ini akan rubuh dipukul hancur oleh hwishio
penghuninya sendiri. Ha ha ha"
Berbareng pada saat itu dari belakang
patung yang jauhnya kira-kira tiga empat
kaki dari patung yang hancur, ada muncul
seorang laki-laki berumur kira-kira
limapuluh tahun, tubuhnya pendek dan kurus,
tapi matanya amat terang. Pada kedua pipinya
ada dua goresan luka dan dibahunya ada
disangkutkan sebilah pedang. Ia berbaju
putih, setelah munculkan dirinya lalu
menghampiri Tri Tunggal dan menjura dengan
hormat.
Pie Hud Kun Hun pikir semua rencananya
telah dibuat berantakan oleh orang yang baru
muncul ini, maka ia tak mau memberikan ampun
lagi. Dengan menggunakan sepenuh kekuatan
tenaganya ia telah melancarkan serangan yang
maha dahsyat. Dalam ruangan itu lantas
timbul angin dingin yang beracun menyerang
kepada orang tadi.
Ceng Leng Cinjin melihat Kun Hun sudah
seperti orang gila ia terus menggunakan 632
ilmunya Hiau Bun Kang untuk menangkis
serangan angin dingin beracun tadi. Hebat
kesudahannya sebab Kun Hun tidak tahan
menyambuti tangkisannya jago dari Pek thian
san itu. Tubuhnya mental beberapa tindak,
setelah mengeluarkan jeritan tertahan ia
jatuh rubuh ditanah. Tulang-tulang pada
tubuhnya dirasakan amat sakit seperti
terlepas dari rangkanya, urat-uratnya semua
kesemutan dan sakit.
Ia tidak bisa berdiri lagi. Biauw Hun
yang menyaksikan kejadian itu telah menghela
nafas. Ia mengerti bahwa Empat Hud naga Emas
bukan tandingannya Tri Tunggal, perlahan-
lahan menghampiri toakonya, ia membimbing
bangun Kun Hun.
Orang tua baju putih tadi memalingkan
kepalanya danberkata padanya:
"Kalian bertanding di kandang sendiri.
Belum tahu siapa menang siapa kalah, sudah
mengandung hati jahat terlebih dahulu.
Kalian telah menyuruh pelayan-pelayan
menyediakan teh beracun. Perlunya kalau
kalian nanti mendapat kekalahan teh beracun
itu disuguhkan pada para musuh-musuhmu untuk
membinasakan mereka. Sungguh suatu perbuatan
yang sangat memalukan, jauh bedanya dengan
Si Hek pay dibawah pimpinan Cauwsu kalian.
Partai kalian mendapat nama termashyur. Oleh
sebab itu tidak ada salahnya aku juga
menaruh racun pada teh kalian sebagai balas 633
budi. Racunku itu terbuat dari bisanya ular
sutera yang terdapat di daerah Biauw.
Empat tokoh dari kuil ?Naga Emas?
mendengar itu sudah menjadi terkejut dan
bukan main takutnya, karena racun demikian
hanya dapat dipunahkan oleh obat orang yang
memelihara ular sutera itu. Racun itu amat
jahat. Dalam tempo tiga hari tiga malam sang
korban akan menderita kesakitan bukan main.
Tubuhnya setelah mengalami siksaan itu baru
binasa.
Orang tua tadi melihat mereka sangat
ketakutan, dengan tersenyum lalu berkata
lagi.
"Hmm! Kalian sudah tahu jahatnya racun
ular sutera. Nah sekarang harus makan obatku
untuk memunahkan racun itu baru dapat
menolong jiwa kalian.
Kemudian ia menghadap Tri Tunggal memberi
hormat, katanya:
"Boanpwe Se bun Pa dari Kui hoa san,
seorang yang banyak dosa menghadap pada tiga
cianpwe." Berbareng ia menjatuhkan dirinya
berlutut. Tapi Bu Ju Toato yang dekat
padanya sudah lantas mengulurkan tangannya
mencegah.
"Ha ha ha" Bu Ju Toato tertawa. "Se bun
sicu dari jalanan gelap sudah mencari
jalanan terang sesungguhnyalah mengunjukkan 634
budi yang luhur. Mana dapat kami dipanggil
cianpwee..?"
Karena dicegah berlututnya maka Se bun Pa
hanya memberi hormat saja kepada Tri Tunggal
yang dibalas sebagaimana mestinya oleh
mereka.
Kemudian Se bun Pa telah menyampaikan
kabar bahwa Thian lam Siang koay telah
datang di Tionggoan. Ia usul supaya urusan
di kuil Naga Emas itu lekas-lekas
diselesaikan. Karena dengan turunnya dua
siluman dari Thian lam itu ada meminta
perhatiannya Tri Tunggal itu unguk
menghadapinya.
Mendengar itu Bu Ju Toato tertawa.
"Se bun sicu dapat memutuskan bagaimana
baiknya dalam sengketa kita ini," kata jago
Heng san itu. "Nah sekarang aku serahkan Se
bun sicu yang menyelesaikan urusan kita
dengan Si Hek pay."
Se bun Pa baru saja hendak berkata pada
pihak Si Hek pay tuba-tiba Biauw Hun
menyela, "Se bun Pa, kau jangan bergirang
dahulu. Meskipun kami sudah makan racunmu,
tapi pihak Biauw Hoat sekalian juga sudah
kena minum racun kami. Menurut pikiranku
tidak usah sampai dua pihak binasa. Kita
dapat bertukar obat memunahkan racun.
Kemudian kita bertempur lagi untuk mendapat
keputusan. Kalau tidak bisa bertempur
sekarang boleh ditetapkan suatu batas waktu 635
untuk kita bertemu lagi akan menetapkan
siapa yang lebih unggul."
Se bun Pa geleng-geleng kepalanya.
"Kau jangan salah mengerti!" jawab Se bn
Pa. aku mau memberikan obat pemunah karena
memandang pada muka Locianpwe ini yang
berbudi luhur dan penuh dengan welas asih.
Aku tahu kalian berhati kejam dan jahat maka
obat pemunahku itu hanya tahan untuk
sementara waktu saja. Didalam waktu tiga
tahun, aku mau lihat bagaimana sepak terjang
kalian, apa maih juga berbuat kejahatan atau
sudah berubah insyaf. Kalau sudah aku
mendapat kenyataan bahwa kalian benar-benar
insyaf, baru pada waktu itu memberikan obat
pemunahnya yang betul-betul memunahkan semua
akar-akarnya racun."
Ia berhenti sebentar. Matanya melirik
pada Gan Su Nio. Kemudian setelah menghirup
air tehnya lantas berkata lagi pada Biauw
Hun: "Kalian sudah sombong mengira sudah dapat
kemenangan. Tapi coba sekarang lihat pedang
yang tergantung di pinggangnya Pie Hud Kun
Hun, apa Pedang Penakluk Iblis bukan?"
Kun Hun yang sejak tadi tinggal membisu
saja, cepat-cepat menghunus pedangnya dan
diperiksa. Tiga saudaranya juga turut serta
melihatnya. Mereka semua dibikin pucat
wajahnya karena pedang itu bukannya yang
tulen. Itu hanya pedang biasa saja. Pedang 636
yang tulen ada tanda sedikit rompal dan ada
cap kura-kuranya.
"Ha ha ha ha" Se bun Pa tertawa ketika
menyaksikan empat tokoh dari kuil Naga Emas
itu berdiri bengong semuanya. "Li hiantit,
ini terimalah pedangmu." Se bun Pa
meneruskan sambil menghunus pedang
dipunggungnya yang memancarkan sinar
kehijau-hijauan dan memancarkan hawa dingin.
Li Cong Bun menyambuti dengan wajah berseri-
seri.
Se Bu Pa loloskan sekalian sarung pedang
dari punggungnya dan diserahkan kepada Li
Cong Bun hingga Bo yong Kang dan lain-
lainnya menyaksikan kejadian itu pada merasa
heran.
Dengan berseri-seri Se bun Pa menghampiri
Bo yong Kang dengan siapa ia berjabatan
tangan penuh kegirangan. Bo yong Kang
pandang Se bun Pa adalah sahabat yang paling
baik dan berbudi luhur. Berkali-kali telah
menyelamatkan dirinya dan keponakannya dari
bahaya maut.
Ho Ceng Bu musuh besarnya Li Cong Bun
juga belum bisa ditemukan dengan mudah kalau
tidak dengan pertolongannya Se bun Pa. ia
musuh besar yang sekarang menjadi sahabat
dekatnya.
Girang sekali hatinya Bo yong Kang sebab
dengan munculnya Se bun Pa terang urusan
yang dihadapinya akan berjalan lancar dan 637
segera mendapat keputusan karena ia tahu
benar Se bun Pa ada banyak akalnya dan
cerdik sekali.
"Se bun toako, aku tak nyana bakal jumpa
kau disini," kata Bo yong Kang dengan nada
suara tak lampias karena girangnya.
"Bo yong laote, kisah perjalananku
setelah tertolong oleh obatnya Cong Bun
gagal dari binasa. Kau tentu sudah
mengetahuuinya dari Hwe Tayhiap dan
suratku."
Bo yog Kang anggukkan kepalanya.
"Tetapu cara bagimana toako berada di
sini?" Tanya Bo yong Kang.
"Ha ha ha!" Se bun Pa tertawa. "Setelah
beres urusan Si leng cee, aku balik
ketempatnya Auw yang Ti sahabat karibku.
Tidak lama kemudian aku mendapat kabar
tentang kalian berdua dengan Li hiantit
dikeroyok oleh tujuh belas hweshio dari Si


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hek. Kau sendiri mendapat luka-luka dan
pulang ke Pek Thian san. Sedangkan Li
hiantit kena diculik dan pedangnya kena
dirampas oleh mereka. Tanpa banyak memikr
aku lantas menyuruh pandai besi untuk
membuat pedang palsu yang mirip dengan
pedang Li hiantit.
Setelah selesai dibikin aku lantas bikin
perjalanan ke Si Hek untuk memberikan
pertolongan kepada Li Hiantit. Dengan 638
melihat gelagat, aku tahu kau sudah sembuh.
Bersama Ceng Leng Cinjin akan datang kesini
untuk menolong Li hiantit. Hatiku lega
karena dengan adanya kau dan tiga locianpwee
misalnya ada diperlukan tenaga untuk
pertempuran aku tidak akan merasa kuatir
lagi."
Bo yong Kang angguk-anggukkan kepalanya.
Diam-diam ia merasa sangat bersyukur, Se bun
Pa yang dahulunya dianggap sebagai musuh
besar yang tak bis diampuni ternyata telah
menjadi sahabat karib yang setia dan
memperhatikan keselamatannya dan
keponakannya. Dengan tidak menghiraukan
dirinya bisa celaka, jauh-jauh Se bun Pa
sudah datang ke Si Hek dengan maksud
membantu menolong dan melindungi Li Cong
Bun. Se bun Pa kemudian berpaling kepada empat
tokoh dari kuil Naga Emas dan berkata,
"Kalian tahu pada waktu tiga locianpwe belum
datang, aku sudah masuk dalam kuil kalian.
Diwaktu Kun Hun menghirup arak, aku sudah
taruh obat bius dalam araknya hingga ia
tidur pulas. Waktu itu aku telah menukar
pedang tulen dengan yang palsu."
Sementara tiga saudara Kun hun merasa
amat heran akan sepak terjangnya Se bun Pa,
adalah Kun Hun diam-diam merasa malu sendiri
karena ia dapat dikerjai mentah-mentah oleh
Se bun Pa, sehingga pedang yang sarungnya 639
tergantung dipinggangnya tanpa diketahui
telah ditukar dengan yang palsu.
"Waktu aku sudah mendapat pedang,"
melanjutkan Se bun Pa, "Aku dengar Gan Su
Nio dan gurunya sudah sampai diperbatasan Si
Hek. Aku lantas mengamat-amati dari kejauhan
untuk menjaga mereka terkena aksi liciknya
dari hweshio Si Hek. Tentang jeruji-jeruji
besi yang mengurung Li Cong Bun adalah aku
yang memotongnya dengan Pedang Penakluk
Iblis. Kemudian aku menginap tiga malam
bersama-sama Li Cong Bun dalam kamar tahanan
kalian di Pagoda Gledek."
Semua orang heran mendengar penuturannya
Se bun Pa terutama empat tokoh dari kuil
Naga Emas.
"Tentang barisan bunga terratai yang
kacau," Se bun Pa melanjutkan, "Akulah yang
melakukannya. Aku sudah bikin Li Hui yang
menjaga alat bergeraknya bunga-bunga teratai
itu telah menjadi mabuk dan memutar-mutar
alat itu sesuka hatiku. Aku tak mengira
perbuatanku yang menggembirakan itu
sebaliknya telah menyusahkan kepada Li Hui.
Dia telah mendapatkan hukuman empat puluh
kali rangketan rotan. Harap jangan dihukum
lagi sampai tiga tahun menjadi penjaga dapur
tukang menyakalan api. Kasihan!"
Pie Hud Kun Hun yang mendengar
penuturannya Se bun Pa menggebrak meja dan 640
tubuh gemetaran saking menahan marahnya
telah berkata:
"Hei, Se bun Pa, masih ada masih ada
yang belum kau jelaskan. Tadi terang-terang
kau bersuara dibelakangnya patung yang
kuhancurkan, tapi memdadak kau menghilang
dan secepat kilat kau sudah berada sejauh
tiga kaki, bagaimana?"
Se bun Pa terus berdiri dan berjalan ke
tempat patung dimana ia barusan bersmbunyi.
Ia mengambil bambu yang kira-kira empat kaki
panjangnya. Dengan tersengum-senyum tertawa
ia mendemonstrasikan cara bagaimana ia telah
tipu tokoh utama dari kuil Naga Emas tadi.
Kiranya dengan sepotong bambu yang dilubangi
ia telah letakkan patung yang ditengah yang
kini telah hancur dihajar Kun Hun yang
menganggap ia bersembunyi dibelakang patung
itu telah mengirim pukulannya yang maha
dahsyat. Betul-betul Se bun Pa cerdik dan
banyak akalnya.
Sambil tertawa Se bun Pa berkata pada Kun
Hun: "Dalam hal ini aku memang berdosa.
Biarlah setelah aku pulang ke Tionggoan
nanti aku membaca kitab sici untuk menebus
dosaku. Nah sekarang aku mau pergi, harap
saja kalian menempuh jalan damai dalam
persengketaan ini dan merubah jalan yang
tidak baik menjadi baik untuk kepentingan
hidup damai kalian." 641
Kemudian ia menyerahkan obat pemunah
racun sementara kepada Tri Tunggal. Ketika
ia meminta diri dari sekalian, tiba-tiba Gan
Su Nio berkata, "Se bun toako, apakah kau
suka memberikan padaku obat untuk
menyembuhkan racun yang akan toako berikan
tiga tahun kemudian?"
Se bun Pa berpikir sejenak, kemudian
merogoh sakunya mengeluarkan empat butir pil
merah dari botol kecil diserahkan pada Gan
Su Nio.
"Terima kasih" kata Gan Su Nio. Kemudia
ia menghadap kepada empat tokoh dari kuil
Naga Emas dan berkata:
"Taysu sekalian, tentang peristiwa Hoat
Goan Taysu dan Tay Han Sin ni di gunung Pek
thian san, sebaiknya kita jangan usik-usik
lagi. Sebab aku tidak tahu duduknya urusan
siapa salah dan siapa yag benar. Oleh karena
kalau tidak terpaksa. Tentu Tay han Sin ni
juga tidak akan menurunkan tangan berat.
Kalian sudah mengatur muslihat yang
memalukan terhadap kami orang. Syukur ada Se
bun toako yang turun tangan dan
menyelesaikannya hingga kedua puhak bisa
berhadap-hadapan dengan tidak kurang suatu
apa. Memang paling baik dendaman antara kita
dihapuskan. Selanjutnya kita dapat hidup
damai dan tenteram. Sekarang terimalah obat
ini, yang semestinya diberikan oleh Se bun
toako tiga tahun lagi." 642
"Kami ingin permusuhan dapat dihapuskan
tapi kalau kalian masih juga ngotot dan
ingin menuntut balas, aku persilakan kalian
mencari aku guru dan murid di Lam hay.
Jangan merembet-rembet lain orang yang tidak
ada sangkut pautnya dengan peristiwa Hoat
Goan dan Tay Han."
Gan Su Nio sambil berkata telah
menyerahkan empat butir pil pemunah racun
kepada Kun Hun, siapa telah menyambuti dan
diam-diam dalam hatinya sangat malu.
Pikiran terang telah berkelebat dalam
otaknya. Kalau semula pikirannya keruh
dengan rasa benci dan dendam, kini menjadi
jernih dan tenang. Ia insyaf akan
kekeliruannya maka lalu ia menberi hormat
dan menjawab bicaranya Gan Su Nio.
"Ya, semua perkataanmu memeng benar. Kita
seharusnya hidup damai daripada bermusuhan
tanpa ada habis-habisnya. Aku kini sudah
sadar, maka mulai hari ini aku akan
mengeluarkan perintah kepada semua murid-
murid supaya menghabiskan dendaman urusan
Pek thian san. Mulai hari ini kita tidak
jadi musuh lagi, tapi menjadi kawan karib.
Dari jauh-jauh kalian datang disini.
Sebaiknya kalian tinggal disini untuk
beberapa hari untuk mempererat hubungan
persahabatan. Aku akan menjamu kalian dengan
penuh kegembiraan." 643
Bu Ju Toato dan kawan-kawan mendengar
bicaranya Kun Hun sudah menjadi tenang
sekali hatinya, karena permusuhan yang sudah
berakar itu kini dapat dilenyapkan. Mereka
kini menjadi kawan karib.
Undangan Kun Hun untuk tinggal disitu
beberapa hari lamanya telah diterima baik
dengan penuh kegembiraan.
Setiap hari mereka lewatkan waktunya
dengan menikmati pemandangan indah disekitar
kuil Naga Emas itu kalau tidak mereka
bercakap-cakap dengan tuan rumah dengan
asyik sekali. Semua ini mengunjukkan
rapatnya perhubungan mereka.
Pada suatu hari selagi mereka menikmati
pemandangan ditemani oleh tuan rumah yang
memberikan pengunjukan-pengunjukan tentang
keadaan disitu tiba-tiba mendengar bunyi
lonceng kuil berbunyi mendadakan ada tetamu
datang.
Tamu itu ternyata adalah Teng Goan
Hweshio muridnya Bu Ju Toato. Kedatangannya
ini tentu ada membawa laporan penting untuk
disampaikan kepada guru dan kawan-kawannya.
Kiranya Teng Goan hweshio setelah
menyampaikan laporan kepada Biauw Hoat Sin
ni di Lam hay telah melanjutkan
perjalanannya ke Cui tiok san untuk menemui
Hwe Pek It. Tetapi alangkah kagetnya dia
ketika melihat tempat tinggalnya Hwe Pek It
sudah menjadi rata dengan tanah. Ia pikir 644
keadaan sudah menjadi sangat genting maka
lantas ia pergi ke Goa It goan kok tempatnya
Auw yang Ti. Di sana juga ia dibikin kaget.
Bukan saja goanya orang itu telah dibikin
musnah malah jalanan rahasia yang dibikin
olehnya juga sudah diobrak-abrik tidak
karuan macam. Keadaan disitu telah
memberikan pemandangan yang menyedihkan.
Kemana perginya Hwe Pek It dan Auw yang
Ti? Mereka tentu dibawah kekuasaannya musuh
perbuatannya Thian lam Siang koay dan Song
Sam Ceng, tidak salah lagi.
Tanpa banyak pikir lagi ia lantas
menyusul gurunya ke Si Hek dimana ia harap
urusan permusuhan sudah dapat diselesaikan
dengan cara damai dan Tri Tunggal bisa
meninggalkan tempat itu untuk menghadapi
lawan-lawan berat di Tionggoan.
Ketika ia masuk kedalam kuil ia lihat
suasana ada amat tenang dan tenteram.
Pikirnya hal persengketaan sudah dapat
diselesaikan dengan damai. Ia menjadi sangat
lega hatinya ketika mendapat keterangan dari
hweshio dalam kuil itu bahwa permusuhan
memang sudah dapat diselesaikan dengan jalan
damai. Ia bersyukur kepada Yang Maha Kuasa
atas kesudahan yang menyenangkan itu.
Ketika menjumpai gurunya, Teng Goan
Hweshio telah memberikan laporannya. 645
Semua orang menjadi kaget karenanya.
Tidak disangka-sangka Thian lam Siang koay
turun tangan begitu cepat. Terutama Se bun
Pa menjadi bingung mendengar kawan karibnya
Auw yang Ti telah lenyap. Ia toh tidak
bersalah apa-apa.
Melihat Se bun Pa agak kebingungan, Teng
Goan Hweshio telah berkata padanya:
"Ya, semua laporan berdasarkan kabar yang
disiarkan oleh Song Sam Ceng. Katanya mereka
telah menahan kedua Tayhiap itu, kalau orang
mau menemuinya boleh datang di"
Perkataannya putus karena Li Cong Bun
menyela, "Tidak salah lagi, tentu ada
hubungannya dengan peristiwa di Si leng cee
yaitu Se bun pepe menyaru menjadi dirinya.
Aha, karena gara-garanya Se bun pepe maka
Auw yang Ti cianpwe kena getahnya."
Semua orang membenarkan perkataannya Li
Cong Bun.
Mereka lalu berunding, semuanya setuju
pergi ke gunung Tay san untuk menolong pada
Auw yang Ti yang tidak bersalah dosa kena
disekap disana.
"Kita harus menolong Auw yang Ti," Bu Ju
Toato menyatakan pikirannya. "Selain ini


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tentu siluman bermuka burung ekek Kiu bin
Sin mo Siang Su Su yang jahat dan kejam yang
membunuh orang tanpa berkedip harus dicegah
masuk ke Tionggoan. Entah sudah berapa 646
banyak orang baik-baik yang mati
ditangannya. Kita bertiga kalau melawan dia
masih bisa menandinginya. Tapi kalau satu-
lawan satu rasanya berat tidak bisa menang.
Maka kita harus membagi diri unguk
menandinginya. Itu siluman tua Hwe Kong
sudah ada di gunung Tay san. Bo yong Kang,
Gan Su Nio dan Li Cong Bun pergi ke propinsi
Shan tung dengan diam-diam mencari
kesempatan mengacau musuh.
Im Hwa Kong ada mempunyai ilmu Pek kut Im
kang yang sangat dahsyat, harus kita jangan
sembarangan. Ada lagi dari pihak lawan yang
kuat adalah suami istri ketua dari Tho tiok
Im yang pay. Kalau mereka ada di gunung Tay
san, harap kalian berlaku hati-hati. Sedang
Song Sam Ceng sendiri kita tak usah buat
kuatir."
Semua orang mufakat dengan rencana Bu Ju
Toato.
"Se bun sicu yang cerdik dan pandai
mengatur akal memimpin kalian." Bu Ju Toato
berkata kepada Bo yong kang dan lain-
lainnya. "Harap kalian harus mendengar
petunjuknya, pasti akan peroleh hasil."
Teng Goan dan kawan-kawannya angguk-
anggukkan kepalanya.
"Itu siluman wanita tua," berkata lagi Bu
Ju Toato. "Kalau memang betul-betul muncul
lagi di Tionggoan, harus kita menempur dia
mati-matian untuk mencegah korban 647
kejahatannya. Apakah tidak lebih baik kita
pergi kesarangnnya di Ya jin sen untuk
membinasakannya? Tapi kalau salah satu dari
Thian lam Siang Koay ada disana misalnya Hwe
Ciang, perlu ada salah satu dari kita yang
menempur dia. Dua yang lainnya menempur si
Iblis wanita rasanya berat untuk menang.
Kita bertiga barangkali masih belum cukup
kuat"
Belum habis bicaranya tiba-tiba Kun Hun
menyela.
"Ya, sekarang kita sudah menjadi kawan
akrab. Kami dapat membantunya. Aku dengan
samte, Pek Hun akan membantu kalian
bertempur!"
"Oh itu siluman wanita Siang Su Su," kata
lagi Bu Ju Toato. "Pada enam puluh tahun
yang lampau sudah membuat dosa di gunung Ji
san. Ia bukan saja berhati kejam dan buruk
kelakuannya, tapi ilmu silatnya sangat
tinggi. Diantara kita bertiga tidak ada yang
bisa menang melawan dia. Kalau taysu berdua
suka membantunya, tentu saja kami akan
merasa sangat girang!"
Urusan ini perlu diatur cepat-cepat. Maka
mereka pada besok harinya telah pergi ke
gunung Ya Jin san. Semua urusan didalam kuil
diserahkan kepadaBiauw Hun dan Ang Hun untuk
mengaturnya.
Se bun Pa dan wakan-kawan telah melakukan
perjalanan dengan cepat. Tidak lama sudah 648
sampai di kaki gunung Tay san dalam propinsi
San tung. Mereka menginap pada sebuah rumah
penginapan. Mereka berunding cara bagaimana
penyelidikan dapat dilakukan dan menolong
kepada Auw yang Ti dan Hwe Pek It yang
ditahan musuh.
Teng Goan Hweshio menyatakan pikirannya
bahwa ia sering dengar dari suhunya tentang
pertempuran Ceng Leng Cinjin dengan dua
saudara Hwa (Thian lam Siang koay), diatas
bambu Ceng Leng dengan menggunakan ilmunya
Pedang Pengejar Sukma menang sedikit dari
mereka maka sekarang sudah terang mereka
hendak menebus kekalahannya tempo hari. Hwa
Kong yang bergelar Pek kut Thian ong ada
memiliki ilmu Pek kut Im kang, siapa yang
kena pukulannya, tulang belulangnya menjadi
dingin seperti es dan tubuhnya beku terus
mati.
"Kalau kita bertempur dengan berterang,"
akhirnya Teng Goan Hweshio menutup
pendapatnya. "Terang kita tidak ada harapan
menang maka kudu kita menempurnya dengan
jalan bergelap. Apalagi kalau siluman itu
dibantu oleh suami istri ketua dari Tho tiok
Im yang pay yang kebetulan ada disitu. Dalam
hal ini Se bu toako yang mengatur rencaha
kami orang yang menjalankannya."
Semua orang pada diam memikirkan
bagaimana baiknya. Hanya Li Cong Bun yang
sikapnya yang tidak wajar, ia terus meners
tersenyum. Melihat sikapnya anak muda itu, 649
Se bun Pa lalu tertawa dan berkata, "Ya
sebab hal ini sangat penting, kita akan
mengambil tindakan dari segala sudut. Kita
tidak perlu menentukan sekarang. Paling baik
kita mengaso dahulu. Besok pagi baru kita
mengambil keputusan!"
Semua mufakat. Hari waktu itu sudah larut
malam. Mereka semua pada masuk ke dalam
kamarnya masing-masing untuk istirahat
tidur. Tidak lama kemudian suara mengores
kedengaran. Mereka rupanya sudah pada tidur
nyenyak. Setelah melihat pamannya (Bo yong
Kang) tidur nyenyak. Li Cong Bun diam-diam
turun dari pembaringannya. Dengan membekal
sekantong biji catur dan Pedang Penakluk
Iblis, setelah menulis pada selembar kertas
merah yang lantas dimasukkan dalam sakunya.
Ia meninggalkan kamarnya naik gunung.
Selagi enaknya berlari ia kesompokan
dengan seorang berbaju putih tengah
mengawasi terangnya sinar rembulan. Ia tidak
meneruskan jalan larinya, ia hanya
menyamping dan mengawasi pada orang tadi.
Kiranya orang itu adalah Se bun Pa. ia
segera manyaperi dan berkata:
"Oa Se bun pepe, kau orang tua tiba-tiba
ada disini, tentu ada sebabnya. Apakah kau
menantikan aku?"
Se bun Pa tersenyum, "Ya," jawabnya.
"Tasi siang aku melihat kau punya gerak-
gerik tidak wajar. Pikirku tentu ada apa-apa 650
yang terkandung dalam hatimu. Kau tak dapat
mengelabuhi diriku dan juga Teng Goan
Hweshio tahu. Aku menanti kau bukannya untuk
apa-apa, hanya mau tahu kau hendak bertindak
bagaimana?"
"Aku tidak melihat ada mata-mata musuh
tadi siang di rumah penginapan kita. Aku
pikir mungkin mereka di atas gunung tidak
berjaga-jaga. Aku hendak pergi kesana
mencari tahu. Kalau ada kesempatan, sukur
dapat menolong kedua Locianpwe. Kalau aku
kena dipergoki aku akan menyerahkan surat
tantangan dan aku akan kembali." Li Cong Bun
menjelaskan dengan ketawa-ketawa sambil
terus duduk disampingnya Se bun Pa yang
sedari tadi sudah duduk diatas sebuah batu.
Se bun Pa memuji akalnya anak muda itu.
Ia tahu melalui surat yang ditulis Li Cong
Bun untuk pihak musuh bunyinya hanya pendek
saja, ialah mengharap supaya dua bersaudara
serta ketua dari Tho tiok Im yang pay besok
malam kira-kira jam sepuluh malam di bawah
gunung Tay san ditempat kuburannya orang she
Lauw bertemu dengan Ceng Leng,Bu Ju dan Biau
Hoat sekawan-kawannya yang dipimpinnya.
"Ah aku tahu maksudmu," kata Se bun Pa
tersenyum. Kau mau memancing kawanan harimau
keluar dari sarangnnya, kemudian menolong
Auw yang Ti dan Hwe Pek It. Dengan tida
mengeluarkan banyak tenaga masuk di tempat
kosong. Kau pintar menggunakan kuburan she
Lauw untuk menjadi penghalang." 651
"Ya betul, kok Se bun pee tahu?" jawab Li
Cong Bun tertawa. "Aku lihat keadaan di
gunung ini mendapat kenyataan bahwa tempat
kuburan orang she Lauw itu ada luas sekali
dan berpadang rumput yang panjang. Malam
itu, baik Se bun pepe kerjai mereka seperti
tempo hari kau berbuat pada Bo yong Susiok.
Di lantai kuburan itu kau boleh tancapkan
paku beracun supaya mereka dapat mencicipi
juga kelihaiannya Cian tok Jin mo!"
Se bun Pa berubah merah matanya mendengar
disebut namanya Cian tok Jin mo aatau Iblis
Beracun yang menjadi gelarannya dahulu
ketika ia masih melakukan keganasan dan
kekejaman. Kini ia telah berubah menjadi
orang baik-baik, tentu saja bicaranya Li
Cong Bun meskipun dikeluarkan dari hatinya
yang polos, merasa dirinya sudah kena
disindir.
"Hmm!" ia menjawab, "Sejak aku makan pil
Ban miauw Ceng tan dari kau kemudian aku
sudah bisa hidup kembali, semua obat-obatku
yang ajaib telah aku buang. Tapi aku ada
akal umtuk menipu iblis tua itu supaya dapat
menolong dua kawan kita."
Tiba-tiba ia berhenti berkata sampai
disini. Ia seperti yang memikir, kemudian
berkata pula, "Ya, semuanya dapat kita
laksanakan. Tapi mereka itu ilmu silatnya
sangat tinggi, kalau kau sendiri yang pergi,
hatiku merasa tidak enak." 652
Belum impas ia bicara, tiba-tiba
terdengar suara tertawa:
"Ha ha ha, Se bun toako jangan kuatir,
aku yang akan mendampingi Li Cong Bun!"
Mereka kenali itu suaranya siapa, sebab
memang bukan lain adalah Teng Goan Hweshio
hingga hatinya Se bunPa menjadi girang.
"Aha, kalau ada kau yang mendampingi,
hatiku merasa lega," kata Se bun Pa tertawa.
"Malam ini sebaiknya jangan bertempur dengan
mereka. Kalian pergi hanya untuk menyelidiki
keadaan dari dua kawan kita saja. Besok
malam aku dapat menggunakan akal di tempat
kuburan she Lauw itu pasti usaha kita
berhasil!"
Setelah Se bun Pa memesan beberapa
perkataan, mereka lalu berpisahan. Teng Goan
dan Li Cong Bun terus pergi ke puncaknya
gunung Tay san, ialah Ciang Jie Hong dengan
menggunakan ilmu lari cepatnya.
Cian jie hong adalah puncak yang
tertinggi dari puncak-puncak lainnya, maka
setelah mereka sampai di puncak tersebut,
melihat pada gunung-gunung yang ada
disekitarnya kecil. Siluman tua Pek kut Thio
dan Ong Hwee Kong di tempat ini telah
membangun pesanggrahan sebagai markasnya
untuk melakukan kejahatan. Pesanggrahan itu
kini telah diperbaiki. Perlunya untuk
menyambut Tri Tunggal bertanding tahun
depan. 653
Dengan menggunakan kepandaiannya, Li Cong
Bun dan Tiang Goan Hweshio, sudah bisa masuk
kedalam pesanggrahan itu. Tiba-tiba Li Cong
Bun matanya tertarik oleh sebuah rumah besar
yang mana penerangannya tampak terang
benderang. Dengan perlahan-lahan ia berkata
pada Teng Goan Hweshio.
"Aha, itu rumah yang masih ada
penerangannya, tentu adalah tempat berkumpul
kawanan penjahat. Aku ingin meneriaki mereka
supaya keluar dan aku kepingin kenal
bagaimana bengisnya iblis-iblis itu.
Bagaimana pikiran suheng?"
Teng Goan tidak keberatan. Ia lalu
menyelinap pada suatu sudut jalanan. Sedang
Li Cong Bun sudah bersiap untuk meneriaki
kawanan penjahat.
"Hei, Thian lam Siang koay Hwe Ciang Kong
bersama dua Iblis Leng Hong Tiok dan Pit Tho
Hoa, lekas keluar untuk menjawab
pertanyaanku!" demikian Li Cong Bun
berteriak nyaring.
Tiba-tiba rumah tadi dimatikan
penerangannya disusul dengan suara siulan
nyaring yang memekakkan telinga. Dan
bayangan orang putih dan hitam tampak muncul
berbareng.


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Inilah suara suitan dengan ilmu Liap hua
Mo in (suara iblis mencengkram roh). Barang
siapa yang mendengarnya, jiwanya seperti
digerakkan melayang-layang. Kalau korban itu 654
kurang kuat tenaga dalamnya bisa kehilangan
pikiran dan dapat dibikin punya suka oleh
suara itu.
Cepat-cepat ia mengerahkan tenaga
murninya dan disalurkan keseluruh tubuhnya
hingga ia bisa berdiri tegak tidak kena
pengaruhnya siulan berbahaya tadi. Segera di
depannya sudah berdiri seseorang dengan muka
kuda pucat pasi sepasang matanya melesak ke
dalam. Inilah ada bayangan putih tadi yang
mengenakan baju putih. Di belakangnya ada
Song Sam Ceng, bekas kepala dari Si leng
cee. Erdengar orang tua baju putih itu
bertanya pada Song Sam Ceng.
"Hai, pemuda ini amat lihai, dia dapat
menahan suitanku yang dahsyat tadi baru aku
menemuinya dia, siapa apakah kau kenal
padanya?"
"Ya aku kenal padanya," sahut Song Sam
Ceng dengan laku hormat sekali. Dia adalah
Ceng Bun muridnya Ceng Leng Cinjin.
Sebenarnya menurut kabar dia kena ditangkap
dan dibawa ke Si Hek. Entah kenapa dia bisa
meloloskan diri. Dia datang tentu akan
membikin huru hara disini. Sebaiknya susiok
menangkapnya!"
Li Cong Bun mendengar Song Sam Ceng
memanggil orang itu susiok, ia lantas tahu
yang di depannya itu ialah Thian lam Ji koay
(siluman kedua) yang bernama Hwe Kong 655
bergelar Pek kut Tian ong. Ia menduga
siluman pertama tentu sedang pergi ke gunung
Ya yin san untuk mengundang si wanita
bermuka burung ekek Siang Su Su bergelar Kiu
Bin Sin mo (Iblis muka sembilan) sedang dua
iblis Leng Hong Tiok dan Pit Tho Hoa tupanya
ada urusan tidak berada di situ pada saat
itu. Mendengar keterangannya Song Sam Ceng,
Hwe Kong terkejut sebab dikiranya Li Cong
Bun datang bersama-sama Tri Tunggal. Tapi
hanya sebentaran saja, lekas ia bisa
menentramkan pikirannya dan menanya pada Li
Cong Bun.
"Hai anak muda, apakah kau datang bersma
Ceng Leng. Ada urusan apa kau datang
kesini?"
Mendengar bicaranya Hwe Kong, pemuda itu
menduga Hwe Kong ketakutan, maka percuma
saja surat yang telah ia tulis itu diberikan
pada Hwe Kong sebab toh ia tidak akan berani
datang ke kuburan orang she Lauw.
Li Cong Bun menjadi cemas karena
pertolongan untuk mengeluarkan kedua
kawannya dari tahanan menjadi tidak berguna.
Ia hanya menjawab:
"Oo, jangan takut siluman tua. Bu Ju
tayan pek dan Biauw susiok ditahan dalam
kuil Naga Emas di Si Hek. Mereka disana
saling bertukaran tentang kitab suci. Kedua-
duanya belum pulang ke Tionggoan. Kau tak 656
perlu kuatir. Aku hanya diperintah oleh
guruku untuk mengundang Thian lam Siang koay
dan dua penjahat Leng Hong Tiok dan Pit Tho
Hoa besok malam jam sepuluh bertempat di
bawahnya gunung Tay san tempat kuburannya
orang she Lauw."
Mendengar bicaranya Li Cong Bun, maka Hwe
Kong mengetahui bahwa hanya ada Ceng Leng
seorang, ia tidak takut, hatinya menjadi
lega. Setelah tertawa gelak-gelak, ia
menjawab, "Ha-ha-ha.. kalau hanya bertempur
dengan Ceng Leng saja tidak perlu saudraku
Leng dan Pit turun tangan. Baik, kau pulang
beritahukan pada Ceng Leng besok malam jam
sepuluh boleh tunggu aku disana untuk
menyelesaikan dendaman tiga puluh tahun yang
lampau. Aku hanya datang dengan Song Sam
Ceng berdua.
Song Sam Ceng sebenarnya sudah bernapsu
besar melihat Li Cong Bun satu diantaranya
musuh-musuh yang mengaduk di Si leng Cee. ia
sudah hendak menerjang, tapi ditahan oleh
Hwe Kong. Ia ini pikir besok malam toh anak
muda itu tidak akan bisa lolos dari
tangannya. Ia akan menangkap bukan saja Li
Cong Bun, tapi semuanya yang membantu Ceng
Leng Cinjin akan ditangkapnya dan dimasukkan
dalam tahanan. Buat lain tahun semuanya
dibunuh mati di depannya para pendekar yang
berkumpul di tempatnya. Dengan begitu,
kawanan pendekar akan mengetahui bagaimana 657
berkuasanya Thian lam Siang koay dan mereka
semua akan menjadi tunduk oleh pengaruhnya.
Li Cong Bun masih belum puas belum
mendapat keterangan prihal Hwe pek It dan
Auw yang Ti, maka ia sengaja memancing
berkata.
"Kau hanya beraninya kepada yang tidak
berdaya seperti Hwe Pek It dan Auw yang Ti
yang kalian tangkap dan dibunuhnya, kalau
terhadap lawan berat tidak berani. Perbuatan
mana sungguh mempermalukan namanya Thian lam
Siang koay yang sudah termasyur."
"Ha ha ha anak kecil," Hwe Kong tertawa.
"Aku man ada kesempatan membinasakan orang-
orang tidak ternama, maka mereka kini hanya
ditahan, menunggu yang lain-lainnya dapat
ditangkap akan kami binasakan sekalian
sehingga dunia kangouw akan menjunjung
tinggi kepada kami orang. Kau mengerti?"
Li Cong Bun girang mendengar bicaranya
siluman nomor dua itu, sebab itu ada
membuktikan bahwa Hwe Pek It dan Auw yang Ti
masih belum mati.
"Siluman tua, kau jangan sombong. Apa kau
belum kenal kelihaiannya ilmunya guruku
Pedang Pengejar Sukma? Baiklah sampai besok
malam kita bertemu"
Li Cong Bun sehabisnya mengucapkan
perkataannya lantas gerakkan kakinya. Sekali
lompat ia sudah mencapai empat tombak 658
tingginya. Kemudian meluncur turun gunung
tanpa menoleh kepada Hwe Kong dan Song Sam
Ceng.
Song Sam Ceng sangat gemas kepada Li Cong
Bun. Ia kepingin mengejar tapi dicegah oleh
paman gurunya. Maka ia terpaksa untuk
melampiaskan kekesalan hatinya telah
mengirim serangan udara kosong. Dahsyat
sekali serangan ini, akan tetapi tentu sja
tidak mengenai sasarannya sebab Li Cong Bun
sudah lari jauh.
Teng Goan Hweshio melihat Cong Bun lari
pulang, iapun keluar dari tempat sembunyinya
dan menyusul turun gunung.
Besok harinya, Sebun Pa dan kawan-kawan
berunding mengatur rencananya untuk sebentar
malam menghadapi Hwe kong dan Song Sam Ceng.
Se bun Pa telah mengatur rencananya, karena
telah mengetahui Hwe Kong dan Song Sam Ceng
saja, maka diduga ditempatnya tak ada orang
lihai. Ia minta agar Li Cong Bun dan Gan Su
Nio menyerbu ke atas gunung untuk menolong
Hwe Pek It dan Auw yang Ti. Sedang ia
sendiri dengan Bo yong Kang dan Teng Goan
Hweshio menghadapi Hwe Kong dan Song Sam
Ceng.
"Diantara kita." Se bun Pa berkata. "Teng
Goan Taysu yang kepandaiannya paling
tinggi."
"Kau keliru, Se bun toako," menyela Teng
Goan Hweshio. "Meskipun kau terkenal pintar 659
dan bisa melihat orang tapi kali ini
tebakanmu salah. Kau belum tahu Bo yong sute
telah mendapat luka dikeroyok oleh tujuh
belas Hweshio Si Hek. Ia telah dapat
ditolong oleh Ceng Leng supek.
Sumber: Buku Koleks Awie Dermawan
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Tujuh hari
tujuh malam ia dipola dan diberikan
kepandaian istimewa yang membuat dirinya
menjadi sangat kuat. Kini kepandaianku kalah
dari sute, maka kau harus mengatakan Bo yong
sute yang paling atas kepandaiannya diantara
kita itu baru betul"
Se bun Pa tertawa nyengir. "Ya, itu Hwa
Kong sangat lihai. Ilmunya Pek kut Im kang
bukan main dahsyatnya. Maka untuk
melawannya, tenaganya harus dapat
dipencarkan. Kita bereskan Song Sam Ceng
terlebih dahulu. Baru beramai-ramai
mengerubuti Hwe Kong. Dengan demikian baru
kita dapat mengatasi kelihaiannya."
Li Cong Bun heran. Itu Hwe Kog sampai
bagaimana kelihaiannya sampai untuk
melawannya harus bisa memencarkan tenaganya?
Ia lalu menanya pada Se bun Pa. tapi ia ini
tidak memberikan jawaban langsung, hanya
berkata:
"Keponakanku Se bun Ceng tempo hari ada
pakai rompi wasiat, ?Tok hui Kim lok? baja
wasiat yang tidak mempan senjata dan dapat
menangkis serangan racun. Rompi ini
sebaiknya dipakai oleh Bo yong laote yang
kebetulan aku ada bawa disini. Bo yong laote
bertempur dengan Hwe Kong, perlunya untuk 660
mengurangi tenaganya. Tak ush sampai nekat-
nekatan. Sebisanya kita mengulur waktu untuk
memberikan kesempatan kepada Su Nio dan Ceng
Bun menolong dua kawan kita. Tapi biarpun
demikian, Bo yong laote harus hati-hati,
sebab kalau terkena serangan, urusan bisa
jadi runyam. Teng Goan Taysu boleh membantu
Bo yong laote. Sedangkan aku sendiri akan
mengacaukan pikirannya untuk masuk perangkap
kita."
Demikian setelah semua diatur beres,
mereka lalu pergi beristirahat. Se bun Pa
sendiri tidak ikut beristirahat. Ia terus
pergi ke lain tempat untuk mengurus sesuatu
rupanya.
Begitulah ketika siang malam tiba Teng
Goan Hweshio, Se bun Pa dan Bo Yong Kang
terus pergi sembunyi di tempat kunurannya
orang-orang she Lauw. Gan Su Nio dan Li Cong
Bun bersembunyi disatu bagian.
Setelah jam sepuluh ada lewat bayangan
putih dan hitam meluncur dari puncak menuju
ke kuburan orang she Lauw. Li Cong Bun dan
Gan Su Nio melihat Hwe Kong dan Song Sam
Ceng sudah meninggalkan tempatnya, lantas
gerakkan kakinya lari ke atas gunung untuk
menolong dua kawannya.
Song Sam Ceng dan Hwe Kong setelah sampai
di tempat kuburan itu telah memandang ke
sekitarnya. Pada beberapa kuburan mereka
melihat ada berkelak-kelik sinar kehijau- 661
hijauan. Apakah itu mereka tidak mengambil
pusing.
Setelah beberapa lamanya tidak kelihatan
muncul orang, maka Song Sam Ceng telah
berkata pada paman gurunya.
"Oh, sekarang sudah jam sepuluh lewat,
tapi tidak kelihatan muncul orang.
Barangkali betul seperti yang diduga oleh
susiok."
Bicaranya belum babis, tiba-tiba pada
tempat berjatak tiga empat tombak jauhnya
dari mereka ada kedengaran suara yang
menyeramkan disusul dengan siara orang
tertawa, "Lohu sudah menunggu disini lama
sekali. Apakah mata kalian tidak melihatnya?
Jangan sembarangan menuduh ya!"
Orang itu bukan lain dari Se bun Pa yang
memakai kedok dan berbaju hitam, hingga Song
Sam Ceng dan Hwe Kong tak dapt mengenali
roman orang.
"Kau siapa?" tanya Song Sam Ceng.
"Ha ha ha! Se bun Pa tertaw. "Kalian
tentu belum kenal. Lohu adalah Se bun Pa
yang dikalangan kangouw mendapat julukan
Cian tok Jian mo!"
Hwe Kong dan Song Sam Ceng meskipun


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terkejut oleh nama yang termasyur itu tapi
tidak ambil pusing. 662
"Se bun Pa!" membentak Song Sam Ceng.
"Kau malam-malam begini berkeliaran di
kuburan orang ada bermaksud apa? Lekas enyah
dari sini. Kalau tidak nanti kami tangkap
kau dan dimasukkan dalam tahanan!"
"Ha ha ha" Se bun Pa tertawa. "Hwe Kong
dan Sam Ceng, kalian jangan banyak lagak.
Aku Se bun Pa sudah banyak malang melintang
di banyak tempat. Belum pernah ada yang
mengusir aku. Apakah kalian kira aku Se bun
Pa dapat ditahan oleh kalian? Hmm.."
Ia tidak melanjutkan katanya, karena ia
merasakan ada datang serangan yang
dilancarkan dengan dahsyat. Itulah ada
serangan Hwe Kong yang menjadi sebal
mendengar ocehannya Se bun Pa.
Song Sam Ceng marah serangan paman
gurunya dapat dielakkan, maka ia mau
menyerang tapi dicegah oleh Hwe Kong.
Kemudian melihat kuburan yang tadi hancur
dan mengeluarkan asap putih. Ternyata itu
bukan kuburan tapi hanya kertas karton yang
dibikin menyerupai kuburan dan didalamnya
ada terisi kapur. Karena kena pukulan
dahsyat tentu saja kuburan karton itu itu
menjadi berantakan dan kapurnya pecah
beterbangan merupakan asap putih.
Meskipun hatinya sangat mendongkol, diam-
diam Hwe Kong merasa geli atas kejadian
barusan. Kemudian ia berdiri menghadapi Se 663
bun Pa yang berdiri sejarak kira-kira enam
tujuh tombak dengan suara gusar berkata:
"Se bun Pa, untuk apa kau banyak kerjaan
seperti ini, paling baik kau panggil Ceng
Leng keluar untuk bertempur denganku
menyelesaikan dendaman tiga puluh tahun yang
lalu. Supaya dia nanti dapat dikuburkan
disini saja. Bukankah itu sangat
menggirangkan untuknya?"
Se bun Pa melihat kelakuannya Hwee Kong
amat lucu, hatinya merasa amat geli.
"Hmm..! Se bun Pa menggeram. "Kalau
hatiku masih seperti dahulu. Kau pasti sudah
dikubur di tempat ini. Nah aku beritahukan
Ceng Leng Cinjin belum sempat datang, aku
yang mewakili. Tapi sebentar lagi sudah
pasti aku akan membereskan mayatmu dalam
kuburan ini. Tapi, ya tempat kuburan ini
tidak sesuai dengan pilihanku, sebaiknya
kita pindah ke lain tempat."
Jilid 18
Hwe Kong ternyata tidak gusar, meskipun
digoda pergi datang oleh Se bun pa.
"Ha ha ha." Hwe Kong tertawa dingin.
"Kau jangan banyak jual lagak tengik untuk 664
membikin aku enjadi marah. Hmm lihat nanti
aku tangkap kau supaya Ceng Leng keluar.
Ia berkata sambil memberi. Jaraknya Se
bun Pa dengan dia kira ?kira enam tombak. Ia
ungkulan untuk menangkap Se bun Pa dengan
dua kali lompatan. Maka ketika bicaranya
habis, tubuhnya melesat tinggi, setelah
turun dan menotol lagi sekali kakinya di
tanah sudah terbang lagi dan meluncur ke
kuburan dibelakang mana Se bun pa ada
berdiri.
Se bun Pa melihat Hwe Kong bagaikan
rajawali hendak menyambar mangsanya,
melayang diudara kemudian menukik hendak
mencengkram dirinya. Cepat ia melompat
mundur dan tubuhnya Hwe Kong hinggap di atas
kuburan dan terdengar suara ?plung?. Itulah
suara tubuhnya Hwe Kong yang nyemplung ke
dalam lubang.
Betul-betul Se bun Pa jail. Gundukan tadi
yang merupakan kuburan ternyata bukan
kuburan tulen lagi. Hanya terdiri dari
bambu-bambu kecil dan ditutup dengan kain
hitam hingga didalam gelapnya sang malam
kelihatannya seperti kuburan tulen.
Tidak tahunya. itu adalah suatu lubang
yang sengaja tadi siang Se bun Pa menyuruh
orang untuk menggalinya dan didalamnya ada
dimasukkan air kotoran yang menebarkan bau
memuakkan. 665
Terang bambu-bambu kecil tak kuat menahan
tubuhnya Hwe Kong lantas nebur kedalam
kotoran dalam lubang tadi.
Selagi Hwe kong masih gelagapan dalam
lubang, mendadak muncul dua orang sambil
bertepuk tangan menertawakan siluman dari
Thian lam itu.
"Ha ha ha! Siluman tua Thian lam menukik
dari udara masuk dalam kuburannya yang penuh
najis. Sungguh menertawakan dunia kangouw.
Lekas pergi mandi, kalau tidak lekas nanti
tidak ada yang berani mendekatimu..
ha..ha..ha sungguh lucu dunia kangouw akan
gempar dengan kejadian ini.
Song Sam Ceng melihat susioknya dibuat
permainan orang, bukan main marahnya. Ia
melesat keudara dengan ilmunya Pek kut Tian
kang ia menyerang Se bun Pa dari udara tapi
Hwe Kong sendiri yang pakaiannya penuh
dengan kotoran dan menebarkan bau najis
tidak menjadi marah. Ketika ia sudah berada
lagi diatas lubang ia melihat kepada orang-
orang yang bertepuk tangan tadi. Hanya
melihat Bo yong Kang dan Teng Goan Hweshio.
Sedang Ceng Leng Cinjin musuh besarnya tidak
kelihatan mata hidungnya.
Sementara itu Teng Goan Hweshio sudah
bertempur dengan Song Sam Ceng mewakili Se
bun Pa yang barusan diserang. Se bun Pa
tidak apa-apa karena keburu ada Teng Goan 666
Hweshio yang menyambut serangannya Song Sa
Ceng yang dahsyat.
Teng Goan mendesak musuhnya sampai ke
pinggir lubang kedalam mana Hwe Kong barusan
nyemplung.
Sementara itu Bo yong Kang sudah
menyerang Hwe Kong, tapi orang kedua dari
Thian lam Siang Koay itu sudah sangat gemas
pada Se bun Pa dan hendak menghancurkannya
maka ia tak begitu mau ladeni Bo yong Kang.
Ia terus menyambar-nyambar Se bun Pa.
Apa mau ternyata serangannya Bo yong Kang
ada sangat dahsyat, maka apa boleh buat ia
mengeluarkan tenaganya delapan bagian untuk
menyambutnya dengan gaya pukulan ?Han liong
Pai hwe? (naga diudara menggoyangkan
ekornya) yang mengandung hawa racun dingin
tapi semuanya ini tidak menemukan
sasarannya.
Se bun Pa diam-diam membantu Bo yong Kang
memunahkan racun dinginnya Hwe Kong yang
jahat. Ia tertaw gelak-gelak kemudian
menghilang kedalam rimba rumput alang-alang.
Hwe Kong melihat Song Sam Ceng sedang
bertempur dengan hweshio lihay, ia ragu-ragu
kalau keponakan muridnya itu memperoleh
kemenangan.
Ia sendiri barusan dikerumuni dua orang
Bo yong Kang dan Se bun Pa. kini kelihatatan
Se bun Pa menghilang, maka dengan terang ia 667
menghadapi Bo yong Kang. Ia kagum akan
kepandaiannya lawan yang kuat maka lalu ia
menanya, "Kau siapa?"
"Siluman tua, masih belum mengenal
namaku? Aku adalah Bo yong Kang yang telah
mengobrak-abrik Si leng cee!" jawab jago
Liauw tong itu.
"Oa, kau Bo yong Kang sutitnya Bu Ju!"
"Siluman tua, aku bukan saja bergelar
?Pelajar Hati Besi? tetapi aku juga ada
mempunyai tangan yang kerasnya seperti besi.
Nah, siluman tua Thian lam, kau boleh
rasakan aku punya serangan telapakan
tangan!"
Berbareng Bo yong Kang betul-betul telah
melancarkan serangannya sangat hebat.
Pek kut Thian ong Hwe Kong telah
mengetahui serangan lawan ada dahsyat maka
ia juga lantas mengeluarkan tenaganya
delapan bagian untuk menangkis dengan
ilmunya yang mengandung racun dingin. Berdua
mengeluarkan tenaga keras lawan keras
akubatnya hebat.
Hwe Kong sendiri tidak bergeming dari
tempatnya. Sedang Bo yong Kang sudah
terpental mundur sampai tujuh delapan kaki.
Bahwak karena serangan racun dingin, cepat-
cepat ia mengatur hawa murninya untuk
mengusir racun lihai ilmu dalamnya sebab
sebentar saja ia sudah gagah kembali. 668
Pikirnya kalau bertanding dengan caranya
tadi, ia tak dapat mengulur waktu seperti
yang diinginkan oleh Se bun Pa untuk menahan
jago dari Thian lam itu lama-lama supaya
Ceng Bun dan SU Nio dapat melakukan tugasnya
dengan baik menolong dua kawannya.
Maka ila lalu berkata, "Siluman tua
benar-benar kau lihai, aku tidak boleh tidak
akan mengadu jiwa dengan kau!"
Hwe Kong pikir melihat Bo yong Kang ada
demikian bandel tidak dapat dikalahkan dalam
dua tiga jurus, kuatir akan tipunya Se bun
Pa yang kini menghilang dalam rimba rumput
alang-alang dan menyerang dirinya secara
menggelap. Hidungnya juga sudah tidak tahan
mencium bau kotoran yang menempel
dipakaiannya, maka timbullah keganasannya
untuk menyerang musuh dengan ilmunya yang
mematikan.
"Hmm!" ia menggeram. "Kau sudah tahu aku
lihai tapi masih berani buka mulut besar?"
sambil berkata ia tarik naik lengan bajunya.
Tangan kanannya yang pucat pasi diulurkan
dan lima jarinya tampak mengeluarkan kuku-
kuku yang runcing tajam darimana telah
meluncur keluar hawa dingin menyambar Bo
yong Kang.
Si Pelajar Hati Besi mengerti lihainya
hawa dingin yang keluar dari kukunya sang
lawan, sebab itu adalah ilmu Pek kut Im Hong
ciauw dan ilmu Im Kui kek yang tidak boleh 669
dibuat gegabah. Tenaga dalam dikerahkan
meluncur melalui kuku-kuku yang telah diberi
racun. Bukan saja serangan ini dapat
memecahkan barang keras, tapi orang yang
kena sedikit goresannya saja terus akan
menggigil kedinginan. Semua darah dalam
tubuhnya menjadi beku dan orang itu terus
binasa.
Pikirannya Bo yong Kang, lebih baik ia
meladeni musuh dari jarak jauh saja untuk
menghindarkan diri dari bahaya.
"Siluman tua, kau jangan kira ilmumu itu
akan mengenai sasarannya. Kau lihat aku akan
menandingi dengan ilmu Tay han Sin kun. Aku
mau tahu sampai dimana kelihaiannya ilmumu
itu.."
Sambil berkata, ia melangkah telapakan
tangan kanan di dadanya, jari tengah tangan
kirinya disisipkan untuk menangkis jari-jari
musuh. inilah ilmu Kim kang Ciok in yang
dapat memubahkan ilmunya Hwe Kong Pek Kut Im
hong cauw dan Hian im Kui kek sehingga Kwe
Kong yang melihatnya menjadi terkejut.
"Hei, kau menggunakan ilmu apa itu?"
tanyanya.
"Ilmu Kim kang Ciok in yang akan
memunahkan ilmu hawa dingin yang meluncur
dari kukumu," jawab Bo yong Kang dengan
sikap gagah. 670
Hwe Kong adalah seorang licin dan licik
maka ketika mendengar jawaban Bo yong Kang
ia mengerti memang dua ilmunya itu punah
oleh Kim kang Ciok in. Ia insyaf banyak
musuhnya malam itu dihadapi kurang hati-hati
sedikit saja ia bisa masuk perangkap. Kalau
sampai dijatuhkan oleh orang tingkatan muda,
bagaimana dengan namanya nanti dalam
kalangan kangouw. Memikir disini ia lalu
menarik pulang serangan hawa kuku
beracunnya.
Bo yong Kang sebenarnya hanya tahu ilmu
Kim kang Ciok in tetapi tidak belajar


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaimana ia bisa menggunakannya? Dasar
nasibnya baik si Iblis kena digertak. Girang
hatinya Bo yong Kang yang semula sudah
berdebaran dan keringat dingin mengucur
diseluruh tubuhnya, kini berubah kegirangan
dan wajahnya kelihatan tenang kembali. Malah
ia bisa tertawa bergelak-gelak. Satu kali
kakinya menotol lantas tubuhnya melesat
mundur sejauh lima tombak.
Hwe Kong melihat Bo yong Kang mundur
lantas tahu dirinya kena ditipu. Orang she
Bo yong itu tidak mahir dengan ilmu Kim kong
Ciok in. tidak heran kalau ia menjadi marah
besar sampai rambutnya berdiri. Ia enjot
tubuhnya melesat keudara darimana ia
melancarkan serangan hawa dinginnya yang
beracun kepada yang Bo yong Kang.
Menghadapi serangan yang maha lihai ini,
Bo yong Kang menentramkan hatinya dan 671
maranya dibuka lebar-lebar mengawasi
datangnya serangan. Ia hanya berkelit
menghindari serangan. Tidak mau ia mengadu
tenaga dengan Hwe kong yang lihai.
Tiba-tiba Sebun Pa muncul dan mencaci-
maki Hwe Kong. Setelah itu Se bun Pa benar-
benar menerbangkan sebuah benda berat
menyerang Hwe Kong yang masih melayang di
udara. Ia sangat kaget. Kalau lain orang
tentu tidak takuti. Tapi Se bun Pa sudah dua
kali ia kena dikibuli. Betul-betul ia takut
untuk menangkis sembarangan pada benda yang
diterbangkan oleh Se bun Pa. setelah ia
melancarkan serangannya pada Bo yong Kang,
baru dengan hati-hati sekali ia memukul
jatuh benda yang titerbangkan Se bun Pa
tadi.
Ketika ia turun ke bawah dan dilihatnya
benda yang dipukulnya, ternyata itu bukan
senjata rahasia apa-apa tetapi hanya bungkus
kepalanya Song Sam Ceng. Hatinya sangat
terkejut, sebab dengan adanya itu bungkus
kepala terang keponakannya telah terjatuh
dalam tangannya musuh. suasana tidak
Solandra 3 02 Gajah Kencana Manggala Majapahit Karya S. Djatilaksana Pedang Wucisan 3
^