Pencarian

Saat Untuk Membunuh 11

Saat Untuk Membunuh A Time To Kill Karya John Grisham Bagian 11


anak-anak. Pengedar obat bius. Apakah masyarakat
merasa kehilangan warga yang begitu produktifBukankah Ford County lebih aman tanpa merekaBukankah anak anak lain di county ini sekarang
lebih tenteram dengan dilenyapkannya dua pemerkosa dan pengedar obat bius Semua orangtua
tentu merasa lebih aman. Carl Lee patut mendapat
medali, atau setidaknya sedikit tepuk tangan. Ia
adalah seorang pahlawan. Itulah yang dikatakan
Looney. Beri laki-laki ini sebuah tropi. Kirim dia
pulang pada keluarganya.
Ia bicara tentang Looney. Ia punya anak perempuan. Ia juga punya satu kaki, gara gara Carl Lee
Hailey. Seandainya ada orang yang berhak menaruh dendam, menuntut darah. orang itu adalah
851 DeWayne Looney. Dan ia mengatakan bahwa Carl
Lee harus dikirim pulang pada keluarganya.
Ia jadi jauh lebih pelan, dan mengatakan ia
hampir selesai. Ia ingin meninggalkan mereka dengan satu pemikiran. Bayangkan ini kalau mereka
bisa. Ketika gadis kecil itu berbaring di sana,
dipukuli, dianiaya, kaki terentang dan terikat pada
pohon, ia melihat ke hutan di sekelilingnya. Setengah sadar dan berkhayal, ia melihat seseorang
berlari ke arahnya. Itu ayahnya, berlari matimatian untuk menyelamatkannya. Dalam mimpinya
ia melihat ayahnya pada saat ia paling membutuhkannya. Ia menjerit memanggilnya, dan ayahnya
menghilang. Ayahnya direnggutkan darinya.
Ia membutuhkan ayahnya sekarang, sehebat ia
membutuhkannya waktu itu. Jangan renggut dia. Ia
menunggu ayahnya di deretan depan.
' Biarkan dia pulang pada keluarganya.
Ruang sidang itu sunyi senyap ketika Jake' duduk di samping kliennya. Ia melirik pada Juri dan
melihat Wanda Womack menyeka air mata dengan
jari. Untuk pertama kali dalam dua hari ia merasakan satu kerdip harapan.
Pukul empat, Noose mengucapkan selamat tinggal
pada jurinya. Ia minta mereka mengangkat seorang
pemimpin, mengatur diri, dan bekerja. Ia mengatakan bahwa mereka bisa mempertimbangkan keputusan sampai pukul enam, mungkin pukul tujuh,
dan bila tidak ada vonis yang dicapai, ia akan
mengumumkan reses sampai pukul sembilan pagi
852 hari Selasa. Mereka berdiri dan berbaris perlahanlahan, keluar dan' ruang sidang. Begitu mereka
menghilang dari pandangan, Noose mengumumkan
reses sampai pukul enam dan memerintahkan para
pengacara untuk tetap tinggal dekat ruang sidang
atau meninggalkan nomor telepon pada Panitera.
Penonton tetap duduk di tempat mereka dan
bercakap-cakap pelan. Carl Lee diizinkan duduk di
deretan depan bersama keluarganya. Buckley dan
Musgrove menunggu dalam bilik hakim bersama
Noose. Harry Rex, Lucien, dan Jake berlalu menuju
kantor dan menikmati makanan cair. Tak seorang
pun mengharapkan vonis dicapai dengan segera.
Bailiff mengunci mereka dalam ruang juri dan
memerintahkan dua anggota pengganti untuk duduk di gang sempit. Di dalam, Barry Acker dipilih
dengan suara bulat untuk menjadi ketua. Ia meletakkan catatan-catatan pedoman juri dan buktibukti pada sebuah meja kecil di sudut. Mereka
duduk dengan gelisah mengelilingi dua meja lipat
yang dijajarkan.
"Saya usulkan kita mengadakan pemungutan
suara informa1,' " katanya. "Hanya untuk melihat di
mana posisi kita. Ada keberatan dengan itu "
Tidak ada satu pun sanggahan. Ia punya daftar
dua belas nama itu.
"Harap beri suara bersalah, tidak bersalah, atau
belum memutuskan. Atau untuk sementara ini, Anda boleh pass tanpa memberikan pendapat."
"Reba Betts."
"Bersalah."
853 "Carol Corman."
"Bersalah."
"Donna Lou Peck."
"Belum memutuskan."
"Sue Williams."
"Pass."
"Jo Ann Gates."
"Bersalah."
"Rita Mae Plunk."
"Bersalah."
"Frances McGowan."
"Bersalah."
"Wanda Womack."
"Belum memutuskan."
"Eula Dell Yates."
"Sementara ini belum memutuskan. Saya akan
membicarakannya."
"Tentu. Clyde Sisco."
"Belum memutuskan."
"Itu sebelas suara. Saya Barry Acker, dan saya
memberikan suara tidak bersalah."
Selama beberapa detik ia menghitung dan berkata, "Lima menyatakan bersalah, lima belum memutuskan, satu pass, dan satu tidak bersalah. Tampaknya kita harus bekerja keras."
Mereka mempelajari bukti-bukti, foto-foto, sidik
jari, dan laporan balistik. Pukul enam, mereka
memberitahu Hakim bahwa mereka belum bisa
mencapai suatu vonis. Mereka lapar dan ingin
berlalu. Hakim mengumumkan reses sampai Selasa
pagi.
854 41 BERJAM-jam mereka duduk di teras, tanpa banyak
bicara mengamati kegelapan menyelimuti kota di
bawah sana dan mengantar nyamuk nyamuk berdatangan. Gelombang panas sudah kembali. Udara
lembap lengket ke kulit dan membasahi kemeja
mereka. Suara suara malam musim panas yang
gerah bergema lembut di seberang halaman depan.
Sallie menawarkan akan memasakkan makanan.
Lucien menolak dan memesan wiski. Jake tidak
punya selera untuk makan, tapi bir Coors mengisi
pencernaannya dan memuaskan rasa lapar yang
bergolak di dalam. Ketika segalanya tenang dan
gelap, Nesbit keluar dari mobilnya, berjalan menyeberangi teras, melewati pintu kasa depan, dan
masuk ke dalam rumah. Sesaat kemudian ia membanting pintu, melewati mereka dengan sekaleng
bir dingin, dan menghilang di jalan masuk menuju
mobilnya. Ia tak mengucapkan sepatah kata pun.
Sallie menjulurkan kepala dari pintu dan sekali
lagi menawarkan makanan untuk yang terakhir kalinya. Keduanya menolak.
855 "Jake, aku menerima telepon sore ini. Clyde
Sisco mau dua puluh lima ribu untuk menghadang
Juri mengambil keputusan bulat, lima puluh ribu
untuk vonis bebas."
Jake mulai menggelengkan kepala.
"Sebelum bilang tidak, dengarkan aku dulu. Aku
tahu dia tak bisa menjamin vonis bebas, tapi bisa
menjamin agar Juri tidak sampai pada keputusan
bulat. Cuma butuh satu orang untuk melakukannya. Harganya dua puluh lima ribu dolar. Aku
tahu itu jumlah yang besar, tapi kau tahu aku
punya uang. Aku akan membayarnya dan kau bisa
membayarku dalam beberapa tahun. Kapan saja,
aku tak peduli. Kalaupun kau tak pernah bisa
membayarnya, aku tak peduli. Aku punya deposito
satu bank penuh. Kau tahu uang tak ada artinya
bagiku. Kalau aku jadi kau, aku akan langsung
melakukannya."
"Kau gila, Lucien."
"Tentu saja aku gila. Kau sendiri pun tidak
bertindak begitu baik. Bekerja dalam sidang akan
membuatmu gila. Lihat saja apa akibat sidang ini
pada dirimu. Tidak tidur, tidak makan, tidak ada
pekerjaan lain, tidak ada rumah. Tapi banyak
mabuk-mabukan."
"Tapi aku masih punya etika."
"Dan aku tidak punya. Tidak ada etika, tidak
ada moral, tidak ada suara hati. Tapi aku menang,
titik. Aku menang lebih banyak daripada siapa pun
di sini, dan kau sudah tahu sendiri."
"Itu curang, Lucien."
856 "Dan kuduga kau mengira Buckley tidak curang Dia akan berbohong, berbuat curang, menyogok, dan mencuri untuk memenangkan kasus
ini. Dia tidak memedulikan etika, peraturan, dan
pendapat muluk muluk. Dia tak peduli dengan moralitas. Ia cuma peduli dengan satu hal dan hanya
satu itu menang! Dan kau punya peluang emas
untuk mengalahkannya dalam permainannya sendiri. Aku akan melakukannya, Jake."
"Jangan, Lucien. Kumohon lupakan saja."
Satu jam berlalu tanpa kata-kata. Lampu lampu
di kota bawah sana perlahan-lahan menghilang.
Dengkur Nesbit terdengar jelas dalam kegelapan.
Sallie membawakan minuman terakhir dan mengucapkan selamat malam.
"Ini bagian paling berat," kata Lucien. "Menunggu dua belas orang awam menalar semua ini."
"Ini sistem yang gila, bukan "
"Ya. Tapi biasanya berhasil. Juri juri itu sembilan puluh persen benar." _
"Aku merasa tidak beruntung. Aku sedang menunggu keajaiban."
"Jake, anakku, keajaiban itu akan terjadi besok."
"Besok "
"Ya. Besok pagi pagi sekali."
"Maukah kau menerangkannya' "
"Besok siang, Jake, akan ada sepuluh ribu orang
kulit hitam yang murka membanjiri Gedung Pengadilan Ford County bagaikan semut. Mungkin lebih banyak lagi."
"Sepuluh ribu! Untuk apa "
857 "Untuk berteriak teriak dan menjerit jerit dan
menyanyikan "Bebaskan Carl Lee, Bebaskan Carl
Lee". Untuk menimbulkan kegaduhan, untuk menakut-nakuti semua orang, untuk mengintimidasi
Juri. Untuk mengacaukan segalanya. Akan ada begitu banyak orang kulit hitam, sehingga orang
kulit putih akan- lari bersembunyi. Gubernur akan
mengirim tentara lebih banyak lagi."
"Dan bagaimana kau tahu semua ini "
"Sebab aku yang merencanakannya, Jake."
"Kau "
"Dengar, Jake, ketika aku ada di puncak, aku
kenal setiap pendeta kulit hitam di lima belas
county. Aku pernah berada dalam gereja mereka.
Berdoa bersama mereka, berpawai bersama mereka, menyanyi bersama mereka. Mereka mengirimkan klien kepadaku, dan aku mengirim uang
kepada mereka. Aku adalah satu-satunya pengacara
NAACP kulit putih radikal di Mississippi Uta'ra.
Aku mengajukan lebih banyak perkara diskriminasi ras daripada sepuluh biro hukum di Washington.
Ini adalah rakyatku. Aku hanya perlu menelepon
beberapa kali. Mereka akan mulai berdatangan
pagi pagi, dan menjelang siang kau takkan bisa
mengaduk orang negro di pusat kota Clanton dengan tongkat."
"Dari mana saja mereka "
"Dari mana mana. Kau tahu bagaimana gemarnya orang Orang kulit hitam itu berpawai dan melakukan protes. Ini akan sangat menyenangkan mereka. Mereka tak sabar lagi menunggu."
858 - "Kau gila, Lucien. Sobatku yang gila."
"Aku menang, Sobat."
Dalam Kamar 163, Barry Acker dan Clyde Sisco
menyelesaikan permainan remi mereka dan bersiap
untuk tidur. Acker mengumpulkan beberapa uang
logam dan mengatakan bahwa ia ingin minuman
ringan. Sisco mengatakan 1a tidak haus.
Acker berjingkat melewati seorang penjaga yang
tertidur di gang. Mesin minuman itu ternyata rusak, maka ia diam diam membuka pintu keluar
dan menaiki tangga ke lantai dua, di mana ia
menemukan satu mesin lain di samping lemari
pendingin. Ia menyisipkan uang logam. Mesin itu
menjawab dengan sekaleng diet Coke. Ia membungkuk untuk memungutnya.
Dari balik kegelapan, dua sosok bayangan menyerbu. Mereka menjatuhkannya ke lantai, menendang dan meringkusnya di pojok gelap sebelah
lemari es, dekat sebuah pintu yang dilengkapi rantai dan kunci gembok. Yang bertubuh besar mencengkeram kerah Acker dan melemparkannya ke
dinding kayu. Yang bertubuh kecil berdiri di samping mesin Coke dan mengawasi gang yang gelap.
"Kau Barry Acker!" kata yang bertubuh besar
dengan gigi terkatup.
"Yeah! Lepaskan aku!" Acker berusaha meronta
melepaskan diri, namun si penyerang mengangkatnya pada leher dan mendorongnya ke dinding dengan satu tangan. Ia memakai tangan lainnya untuk mencabut pisau berburu yang berkilauan, yang
859 ia tempelkan di sebelah hidung Acker. Ia berhenti
meronta.
"Dengarkan aku," ia memerintahkan dengan bisikan keras, "dan dengarkan baik baik. Karni tahu
kau sudah menikah dan kau tinggal di 1161 Forrest Drive. Kami tahu kau punya tiga anak, dan
kami tahu di mana mereka bermain dan bersekolah. Istrimu bekerja di bank." Acker lumpuh.
"'Kalau negro itu bebas, kau akan menyesal.
Keluargamu akan menyesal. Mungkin akan makan
Waktu bertahun tahun, tapi kau akan sungguhsungguh menyesal." _
Ia menjatuhkannya ke lantai dan mencengkeram
rambutnya. "Kaubisikkan satu kata saja tentang hal
ini pada orang lain, dan kau akan kehilangan
seorang anak. Mengerti "
Mereka menghilang. Acker menarik napas dalam, hampir terengah, mencari udara. Digosoknya
tenggorokan dan belakang kepalanya. Ia duduk
dalam gelap, terlalu takut untuk bergerak.
860 42 DI ratusan gereja kaum kulit hitam di sepanjang
Mississippi Utara, jemaat yang taat berkumpul sebelum fajar dan menaikkan keranjang keranjang
piknik, kotak kotak pendingin, kursi kursi kebun,
dan kendi air ke dalam bus bus sekolah dan mobil mobil van milik gereja. Mereka saling menyapa
teman dan bercakap eakap cemas tentang sidang
itu. Sudah berminggu minggu mereka membaca
dan bicara tentang Carl Lee Hailey; sekarang mereka akan pergi membantu. Banyak di antara mereka adalah orang orang tua dan pensiunan, namun
ada pula yang datang beserta seluruh keluarga,
dengan anak anak dan boksnya. Ketika bus-bus itu
penuh, mereka berjejal ke dalam mobil-mobil dan
mengikuti pendeta mereka. Mereka bernyanyi dan
berdoa. Pendeta pendeta itu bertemu dengan pendeta pendeta lain di kota-kota kecil dan ibu kota
county, dan mereka berangkat dengan kekuatan
penuh di jalan raya yang gelap. Ketika cahaya
pagi muncul, jalan raya dan jalan kecil menuju
861 Ford County"sudah penuh dengan karavan peziarah.
Mereka memadati jalan-jalan kecil di seputar
alun-alun sepanjang beberapa blok. Mereka parkir
di tempat mereka berhenti dan turun.
Sang kolonel gemuk baru saja menyelesaikan
makan pagi dan berdiri dalam pendapa sambil
mengawasi dengan penuh perhatian. Bus dan mobil membunyikan klakson, berdatangan ke alunalun dari segala penjuru. Barikade tetap tegak di
tempatnya. Ia menyerukan berbagai perintah dan
para prajurit berlompatan dengan kecepatan tinggi.
Ketegangan yang lebih besar. Pada pukul setengah


Saat Untuk Membunuh A Time To Kill Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

delapan, ia menelepon Ozzie dan menceritakan
penyerbuan iru. Ozzie langsung datang dan menjumpai Agee, yang memberikan jaminan bahwa itu
adalah pawai yang damai. Semacam demonstrasi
duduk. "Berapa banyak yangdatang " tanya
Ozzie. "Ribuan," kata Agee. "Ribuan." '
Mereka bergerombol di bawah pohon pohon ek
besar, dan hilir mudik di seputar halaman untuk
memeriksa segalanya. Mereka mengatur meja, kursi, dan boks bermain anak anak. Mereka memang
benar benar tenang, sampai satu kelompok memulai pekikan "Bebaskan Carl Lee!" seperti biasanya.
Mereka melonggarkan tenggorokan dan bergabung.
Waktu itu belum lagi pukul delapan.
Sebuah stasiun radio kulit hitam di Memphis
membanjiri udara dengan gelombang radio untuk
meminta bala bantuan Selasa pagi itu. Orang orang
kulit hitam dibutuhkan untuk berpawai dan ber
862 demonstrasi di Clanton, Mississippi, satu jam lagi.
Ratusan mobil bertemu di sebuah mall dan berangkat ke selatan. Setiap aktivis perjuangan hak sipil
dan politisi kulit hitam di kota itu berangkat ke
sana.
Agee jadi kerasukan. Ia memakai pengeras suara untuk meneriakkan perintah ke sana kemari. Ia
menggembalakan pendatang baru ke tempat mereka. Ia mengatur pendeta pendeta hitam itu. Ia
meyakinkan Ozzie dan sang Kolonel bahwa segalanya beres.
Segalanya beres, sampai sejumlah kecil anggota
Klan muncul seperti biasanya. Menyaksikan jubahjubah putih itu bagi banyak orang kulit hitam
merupakan pengalaman baru, dan mereka bereaksi
keras. Mereka beringsut ke depan, berteriak, dan
bersorak. Para prajurit mengelilingi orang-orang
berjubah itu dan melindungi mereka. Para anggota
Klan itu terkesima dan ngeri, dan tidak balas
berteriak.
Pukul setengah sembilan, jalanan Clanton sama
sekali macet. Mobil, van, dan bus tanpa dijaga
bertebaran sembarangan di halaman parkir dan di
sepanjang jalan daerah pemukiman. Arus orang
kulit hitam dengan deras berjalan dari segala penjuru, menuju alun alun. Lalu lintas tidak bergeser.
Jalan masuk ke rumah-rumah terhadang. Para pedagang parkir beberapa blok dari toko mereka.
Wali Kota berdiri di tengah pendapa, meremasremas tangan dan memohon Ozzie agar melakukan
sesuatu. Di sekelilingnya ribuan orang kulit hitam
863 .membanjir 'dan berteriak dengan paduan suara
yang sempurna. Ozzie bertanya pada Wali Kota
apakah ia ingin menahan orang-orang di halaman
gedung pengadilan.
Noose parkir di sebuah bengkel, setengah mil
sebelah selatan penjara, dan berjalan kaki bersama
sekelompok orang kulit hitam menuju gedung
pengadilan. Mereka mengawasinya dengan perasaan ingin tahu, namun tidak mengatakan apa-apa.
Tak_seorang pun akan curiga bahwa ia adalah
orang yang punya kuasa. Buckley dan Musgrove
parkir di jalan masuk sebuah rumah di Adams
Street. Mereka mengumpat dan berjalan ke alunalun. Mereka melihat tumpukan puing yang dulunya rumah Jake, tapi mereka tidak mengatakan
apa-apa. Mereka terlalu sibuk mengumpat. Dengan
didahului oleh para tentara, bus Greyhound dari
Temple Inn sampai di alun-alun pada pukul sembilan lewat dua puluh. Dari balik jendela jendela
gelap, empat belas penumpangnya menatap karnaval di seputar gedung pengadilan itu dengan
perasaan tak percaya.
Mr. Pate memintamang sidang yang penuh
sesak itu untuk tertib, dan Noose menyambut jurinya. Ia minta maaf atas kesulitan di luar tadi, tapi
tak ada apa pun yang bisa dilakukannya.' Kalau
tidak ada masalah yang akan dilaporkan, mereka
bisa melanjutkan perundingan untuk memberikan
vonis. .
"Baiklah, Anda sekalian bqleh masuk ke ruang
864 .
juri dan bekerja. Kita akan bertemu lagi sebelum
makan siang."
Para anggota juri itu berbaris keluar dan masuk
ke ruang juri. Anak anak Hailey duduk dengan
ayah mereka di meja pembela. Penonton, yang
sekarang kebanyakan kulit hitam, tetap duduk dan
bercakap-cakap. Jake kembali ke kantornya.
Ketua Acker duduk di ujung meja panjang yang
berdebu dan merenungkan ratusan, barangkali ribuan, warga Ford County yang pernah bekerja dalam
ruangan ini dan duduk mengelilingi meja sambil
berdebat lebih dari seabad yang lalu. Rasa bangga
yang mungkin ia rasakan karena bekerja sebagai
juri dalam kasus paling terkenal itu dibayangi oleh
apa yang terjadi semalam. Ia bertanya tanya dalam
hati, berapa banyak di antara pendahulunya yang
pernah mendapatkan ancaman pembunuhan. Barangkali sedikit, ia memutuskan.
Anggota anggota lainnya menyiapkan kopi mereka, dan dengan lamban menempati tempat duduk
masing masing di sekeliling meja. Ruangan itu
membawa kenangan indah bagi Clyde Sisco. Bertugas sebagai juri sebelum itu terbukti membawa
keuntungan baginya., dan dengan gembira ia membayangkan bayaran besar untuk satu lagi vonis
yang adil dan benar. Orang utusannya belum
menghubunginya.
"Bagaimana, Anda semua ingin meneruskan "
sang Ketua bertanya.
Rita Mae Plunk punya penampilan yang sangat
keras dan tak kenal ampun. Ia seorang wanita
865 kasar dengan sebuah rumah trailer, tanpa suami,
dan dua bajingan sebagai putra; keduanya sudah
menyatakan kebencian terhadap Carl Lee Hailey.
Ia punya beberapa hal yang ingin ia lepaskan dari
dadanya yang besar.
"Ada beberapa hal yang ingin saya katakan,"
katanya pada Acker. "
"Baik. Kenapa kita tidak mulai dengan Anda,
Miss Plunk, dan bergilir sekeliling meja "
"Dalam pemungutan suara pertama kemarin,
saya menyatakan bersalah, dan berikutnya saya
akan tetap menyatakan bersalah, dan saya cuma
ingin salah satu dari Anda menjelaskan bagaimana
Anda bisa memberikan suara di pihak negro itu!"
"Jangan ucapkan kata itu lagi!" seru Wanda
Womack.
"Aku akan sebut "negro" kalau aku ingin mengatakan *negro', dan tak ada satu hal pun yang
bisa kaulakukan," balas Rita Mae.
"Harap jangan pakai kata itu," kata Frances
McGowan.
"Saya pribadi merasa kata itu menyinggung perasaan," kata Wanda Womack.
"Negro, negro, negro, negro, negro, negro," Rita
Mae menjerit dari seberang meja.
_ "Sudahlah," kata Clyde Sisco.
"Aduh," kata si Ketua. "Dengar, Miss Plunk,
marilah bersikap jujur, oke Kebanyakan kita memakai kata itu dari waktu ke waktu. Saya yakin
beberapa di antara kita memakainya lebih sering
daripada lainnya. Tapi itu menyinggung perasaan
866 banyak orang, dan .saya pikir sebaiknya kata itu
tidak dipakai selama rapat. Sudah cukup banyak
yang harus kita pikirkan. Bisakah kita sepakat
untuk tidak memakai kata itu' "
Setiap orang mengangguk, kecuali Rita Mae.
Sue Williams memutuskan untuk menjawab. Ia
berpakaian rapi, menarik, sekitar empat puluhan.
Ia bekerja pada kantor departemen sosial county.
"Kemarin saya tidak memberikan suara. Saya tidak
memutuskan apa apa. Tapi saya cenderung bersimpati kepada Mr. Hailey. Saya punya anak perempuan, dan kalau dia diperkosa, itu akan sangat
mempengaruhi stabilitas mental saya. Saya bisa
mengerti bagaimana orangtua bisa terguncang dalam situasi seperti itu, dan saya pikir tidaklah adil
untuk menilai Mr. Hailey seakan akan dia seharusnya bertindak seratus persen rasional."
"Menurut Anda, secara hukum dia gila " tanya
Reba Betts, salah satu yang belum memutuskan.
"Saya tidak yakin. Tapi saya tahu dia tidak
stabil. Tak mungkin tidak."
_ "Jadi kau percaya pada dokter konyol yang
memberikan kesaksian untuknya " tanya Rita Mae.
"Ya. Dia sama dapat dipercaya seperti halnya
dokter Negara."
"Aku suka sepatu larsnya," kata Clyde Sisco.
Tak seorang pun tertawa.
"Tapi dia pemah dipidana," kata Rita Mae. "Dia
bohong dan mencoba menutup-nutupinya. Kau tak
bisa mempercayai sepatah kata pun yang dia ucapkan." '
867 "Dia berhubungan seks dengan seorang gadis di
bawah umur delapan belas tahun " kata Clyde.
"Kalau itu kejahatan, banyak di antara kita seharusnya sudah dituntut."
Sekali lagi, tak seorang pun menanggapi usaha
untuk melucu itu. Clyde memutuskan untuk berdiam diri beberapa lama.
"Dia kemudian menikahi gadis itu," kata Donna
Lou Peek, salah satu yang belum memutuskan.
Mereka bergiliran bicara, satu per satu, menger'nukakan pendapat dan menjawab pertanyaan. Kata
"negro" dengan hati hati dihindari oleh mereka
yang menginginkan jatuhnya vonis bersalah. Garis
pertempuran itu jadi jelas. Rasanya sebagian besar
yang belum memutuskan cenderung memberikan
vonis bersalah. Rencana yang dibuat dengan cermat oleh Carl Lee, tahu gerakan bocah bocah itu
secara tepat, M-16 itu semuanya terasa begitu
terencana. Seandainya ia menangkap basah mereka
melakukan pemerkosaan dan membunuh mereka di
tempat, ia takkan bisa dipersalahkan. Namun membuat rencana sedemikian cermat selama enam hari
tidak menunjukkan pikiran gila.
Wanda Womack, Sue Williams, dan Clyde
Sisco cenderung memberikan vonis tak bersalahmenolak vonis bersalah. Barry Acker jelas bimbang.
Agee membentangkan sebuah spanduk panjang
biru putih bertuliskan BEBASKAN CARL LEE.
Para pendeta berkumpul di belakangnya, memben
868 tuk jajaran lima belas orang, dan menunggu
barisan terbentuk di belakang mereka. Mereka berdiri di tengah Jackson Street, di depan gedung
pengadilan, sementara Agee meneriakkan perintah
kepada gerombolan massa itu. Ribuan orang kulit
hitam berdesak desak di belakang mereka, dan
berangkatlah mereka. Mereka beringsut menyusuri
Jackson Street, berbelok ke kiri di Caffey Street,
di sisi barat alun-alun. Agee memimpin peserta
pawai itu meneriakkan pekik peperangan yang sekarang sudah begitu dikenal. "Bebaskan Carl Lee!
Bebaskan Carl Lee!" Mereka meneriakkan paduan
suara yang tak putus putusnya, berulang ulang,
menimbulkan perasaan kebas. Sewaktu orang
banyak bergerak mengelilingi alun alun, jumlahnya
makin besar dan suaranya makin keras.
Mencium timbulnya masalah, para pedagang
mengunci toko dan pulang untuk berlindung. Mereka memeriksa polis asuransi untuk melihat
apakah harta mereka diasuransikan untuk kerusakan akibat huru hara. Prajurit prajurit berseragam
hijau itu hilang dalam lautan orang kulit hitam.
Sang Kolonel, berkeringat dan cemas, memerintahkan pasukannya untuk melingkari gedung pengadilan dan berdiri siaga. Ketika Agee dan para
demonstran berbelok ke Washington Street, Ozzie
berunding dengan sejumlah kecil anggota Klan.
Dengan cara diplomatis dan sungguh sungguh, ia
meyakinkan mereka bahwa urusan bisa lepas kendali, dan ia tak bisa lagi menjamin keselamatan
mereka. Ia mengakui hak mereka untuk berkum
869 pul, mengatakan bahwa mereka sudah mengutarakan kehendak mereka, dan meminta mereka menyingkir dari alun alun sebelum timbul masalah.
Mereka cepat-cepat berkumpul rapat, dan menghilang.
Ketika spanduk lewat di bawah ruang juri, dua
belas juri itu semuanya temganga di jendela. Bunyi pekikan tak putus-putusnya bergaung menggetarkan daun jendela kaca. Pengeras suara itu
kedengaran bagaikan tergantung dari langit-langit.
Para juri menatap terkesima pada gerombolan itu,
gerombolan orang kulit hitam yang memadati jalan
dan tumpah ruah sampai ke Caffey Street. Berbagai macam bendera buatan sendiri bermunculan
di atas gerombolan massa dan menuntut agar lakilaki itu dibebaskan.
"Aku tak pernah tahu ada begini banyak negro
di Ford County." kata Rita Mae Plunk. Pada saat
itu, sebelas orang lainnya sedang memikirkan 'hal
yang sama.
Buckley amat berang. Ia dan Musgrove menyaksikan dari jendela perpustakaan lantai tiga. Suara
riuh rendah di bawah telah memutuskan percakapan mereka.
"Aku tidak pernah tahu ada begini banyak negro
di Ford County," kata Musgrove.
"Memang tidak. Ada orang yang mengirim
negro negro ini kemari. Aku ingin tahu siapa yang
mengaturnya."
"Barangkali Brigance."
870 "Yeah, mungkin saja. Sungguh tepat mereka
memulai segala keributan ini ketika Juri sedang
mempertimbangkan amar. Pasti ada lima ribu negro di bawah sana."
"Sedikitnya."
Noose dan Mr. Pate menyaksikan dan mendengarkan dari jendela bilik hakim di lantai dua. Yang
Mulia tidak merasa senang. Ia khawatir dengan
jurinya. "Aku tidak tahu bagaimana mereka bisa
memusatkan pikiran dengan segala yang terjadi
1n1." "Waktunya sungguh tepat, bukan, Pak Hakim "
kata Mr. Pate.
"Benar sekali."
"Aku tak pernah tahu ada begini banyak negro
di seluruh county."
Perlu waktu dua puluh menit bagi Mr. Pate dan
Jean Gillespie untuk menemukan para pengacara
dan menertibkan ruang sidang. Ketika tempat itu
sudah tenang, Juri berbaris ke tempat duduk mereka. Sama sekali tak ada senyum.
Noose melonggarkan tenggorokan. "Bapak dan
Ibu sekalian, sekarang waktu istirahat makan
siang. Saya kira Anda semua tidak punya apa pun
untuk dilaporkan."
Barry Acker menggelengkan kepala.
"Itu sudah saya duga. Mari kita istirahat sampai
setengah dua. Saya menyadari bahwa kalian tidak
871 bisa meninggalkan gedung pengadilan, tapi saya
ingin kalian makan tanpa membahas kasus ini.
Saya minta maaf atas gangguan di luar, tapi terus
terang, saya tak bisa berbuat apa-apa dengannya.
Kita akan reses sampai setengah dua."
Di dalam bilik hakim, Buckley jadi uring-uringan. "Ini gila, Pak Hakim! Dewan Juri takkan


Saat Untuk Membunuh A Time To Kill Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mungkin memusatkan perhatian pada kasus ini dengan segala keributan di luar sana. Ini adalah
usaha disengaja untuk mengintimidasi Juri."
"Aku tidak suka," kata Noose.
"Ini tentu direncanakan, Pak Hakim! Ini disengaja!" Buckley berteriak.
"Tampaknya hebat," Noose menambahkan.
"Saya siap mengajukan pembatalan karena
pengadilan ini tidak sah."
"Aku takkan mengabulkan. Bagaimana pendapatmu, Jake "
Jake menyeringai sebentar dan berkata, "Bebaskan Carl Lee."
"Lucu sekali," geram Buckley. "Barangkali kau
yang merencanakan semua ini."
"Tidak. Kalau Anda mengingatnya, Mr. Buckley, saya mencoba mencegahnya. Berulang kali
saya minta pemindahan tempat sidang. Berulang
kali saya katakan bahwa seharusnya sidang tidak
dilaksanakan di gedung pengadilan ini. Anda
menginginkannya di sini, Mr. Buckley, dan Anda
tetap mempertahankannya di sini, Hakim Noose.
Pasti ada sepuluh ribu orang di luar sana."
Selama istirahat makan siang, sepuluh ribu
872 orang itu membengkak jadi lima belas ribu orang.
Mobil mobil yang berdatangan beratus mil dari
sana beberapa di antaranya dengan pelat nomor
Tennessee diparkir di bahu jalan bebas hambatan
di luar batas kota. Orang orang itu berjalan dua
atau tiga mil di bawah matahari yang membakar,
untuk bergabung dalam keramaian di seputar gedung pengadilan. Agee istirahat untuk makan
siang, dan alun alun itu pun tenang.
Orang orang kulit hitam itu tenang. Mereka
membuka kotak pendingin dan keranjang piknik,
dan berbagi makanan satu sama lain. Mereka bergerombol di bawah naungan, tapi tidak ada cukup
banyak pohon untuk bernaung. Mereka memadati
gedung pengadilan, mencari air dingin dan kamar
kecil. Mereka berjalan jalan di trotoar dan menatap
ke dalam jendela jendela toko yang tertutup. Takut
muncul masalah dari gerombolan itu, Coffee Shop
dan Tea Shoppe tutup selama istirahat makan
siang. Di luar kedai Claude"s, mereka berbaris
antre di trotoar sepanjang satu setengah blok.
Jake, Harry Rex, dan Lucien bersantai di balkon
dan menikmati sirkus di bawah. Satu pitcher margarita segar berwarna putih salju bertengger di
meja dan perlahan lahan menghilang. Se'kali sekali
mereka ikut dalam paduan suara itu, meneriakkan
"Bebaskan Carl Lee" atau ikut menyenandungkan
Wa Shall Overcome. Kecuali Lucien, tak satu pun
dari mereka tahu kata katanya. Ia mempelajarinya
pada saat jayanya gerakan perjuangan hak sipil di
tahun enam puluhan, dan tetap menyatakan diri
873 sebagai satu satunya orang kulit putih di Ford
County yang tahu semua kata kata dalam setiap
bait lagu tersebut. Ia dulu bahkan pernah bergabung dalam gereja kaum hitam, sesudah gerejanya yang terdahulu menyatakan diri tidak menerima anggota kulit hitam, demikian ia menjelaskan
di antara tegukan minuman. Ia kemudian keluar
dengan tulang punggung retak sesudah menghadiri
khotbah selama tiga jam. ia memutuskan bahwa
orang kulit putih memang tidak dirancang untuk
kebaktian macam itu. Akan tetapi ia masih tetap
menyumbang.
Sekali sekali, satu regu kru TV berkeliaran dekat kantor Jake dan melontarkan satu pertanyaan.
Jake pura pura tak mendengar, lalu akhimya berteriak, "Bebaskan Carl Lee."
Tepat pukul setengah dua, Agee mengambil pengeras suaranya, membentangkan spanduk, membariskan para pendeta dan mengumpulkan peserta
pawainya. Ia mulai dengan lagu pujian itu, menyanyikannya langsung ke pengeras suara, dan arakarakan itu merangkak di sepanjang Jackson Street,
lalu ke Caffey Street, dan berputar putar mengelilingi alun alun. Setiap putaran menarik lebih
banyak orang dan menimbulkan keributan lebih
keras.
Selama lima belas menit ruang juri jadi hening
setelah Reba Betts beralih dari tidak memutuskan
jadi memberikan amar tak bersalah. Seandainya
ada laki laki yang memperkosanya, ia pun bakal
874 meledakkan kepalanya kalau ia punya kesempatan.
Sekarang keadaannya lima lawan lima dengan dua
orang masih belum memutuskan, dan tampaknya
tak ada harapan untuk mencapai suatu kompromi.
Sang Ketua terus melompat lompat pagar. Eula
Dell Yates yang sudah tua menangis di satu pihak,
lalu menangis lagi di pihak lain, dan semua tahu
bahwa ia akhirnya akan mengikuti suara mayoritas. Sekali ia menangis di jendela, dan dibimbing
ke tempat duduknya oleh Clyde Sisto. Ia ingin
pulang. Katanya ia merasa dirinya bagaikan orang
tahanan.
Suara teriakan dan arak arakan berkumandang
keras. Ketika pengeras suara lewat di dekat ruang
juri, tingkat kegelisahan dalam ruang sempit itu
mencapai puncak yang mencekam. Acker meminta
mereka diam, dan mereka menunggu dengan tak
sabar sampai keributan mereda ke depan gedung
pengadilan. Kebisingan itu tak pernah sepenuhnya
lenyap. Carol Corman adalah orang pertama yang
mempertanyakan keselamatan mereka. Untuk pertama kalinya dalam satu minggu itu, motel tenang
itu terasa sangat menarik.
Teriakan teriakan selama tiga jam tanpa henti
membongkar ketabahan yang tersisa. Sang Ketua
mengusulkan mereka bicara tentang keluarga dan
menunggu sampai Noose memanggil mereka pada
pukul lima.
Bemice Toole, salah satu juri yang tidak begitu
teguh memberikan amar bersalah, mengajukan sesuatu yang sudah mereka semua pikirkan, namun
875 tak pernah disebutkan. "Kenapa tidak kita katakan
saja kepada Hakim bahwa kita benar benar sampai
pada jalan buntu "
"Dia akan menyatakan sidang dibatalkan karena
tidak ada keputusan, bukan " tanya Jo Ann Gates.
"Ya," jawab Ketua. "Dan akan disidangkan lagi
dalam beberapa bulan. Mengapa tidak kita tunda
saja satu hari, dan kita usahakan lagi besok "
Mereka setuju. Mereka belum-siap untuk menyerah. Eula Dell terisak pelan.
Pukul empat, Carl Lee dan anak anaknya berjalan
ke salah satu jendela tinggi yang berjajar pada
setiap sisi ruang sidang. Ia melihat sebuah kenop
kecil. Ia memutarnya, dan jendela jendela itu pun
terbuka ke platform sempit di atas halaman barat.
Ia mengangguk pada seorang depury dan melangkah ke luar. Ia menggendong Tonya dan menyaksikan orang banyak. '
Mereka melihatnya. Mereka meneriakkan namanya dan menghambur ke bangunan di bawahnya.
Agee memimpin peserta pawai meninggalkan jalan
dan menyeberangi halaman. Gelombang manusia
kulit hitam berkumpul di bawah teras sempit itu
dan mendesak ke depan, agar bisa melihat jelas
pujaan mereka.
"Bebaskan Carl Lee!"
"Bebaskan Carl Lee!"
"Bebaskan Carl Lee!"
Ia melambai kepada fans di bawahnya. Ia mencium putrinya dan memeluk putra putranya. Ia me
876 Iambaikan tangan dan menyuruh anak anaknya
melambai.
Jake dan rombongan kecilnya memakai peralihan perhatian itu untuk terhuyung huyung menyeberangi jalan, menuju gedung pengadilan. Jean Gillespie sudah menelepon. Noose ingin menemui
para pengacara di biliknya. Ia cemas. Buckley
murka.
"Saya menuntut sidang ini dibatalkan! Saya menuntut sidang ini dibatalkan!" ia berteriak pada
Noose, tepat ketika Jake melangkah masuk.
"Anda mengusulkan pembatalan sidang ini, Gubernur. Anda tak bisa menuntutnya," kata Jake
dengan mata berkilat kilat.
"Persetan denganmu, Brigance! Kau merencanakan semua ini. Kau merancang kehebohan ini. Di
luar itu adalah negro-negromu."
"Mana notulis pengadilan " tanya Jake. "Saya
ingin ini dicatat."
"Saudara saudara," kata Noose. "Marilah bersikap profesional."
"Pak Hakim, pihak Negara mengusulkan pembatalan pengadilan ini," kata Buckley dengan lagak
profesional.
"Ditolak."
"Kalau begitu, baiklah. Pihak Negara mengusulkan agar Dewan Juri diperkenankan mempertimbangkan amar di tempat lain di luar gedung pengadilan ini."
"Nah, itu gagasan menarik," kata Noose.
"Saya tidak melihat alasan mengapa mereka tak
877 bisa mempertimbangkan amar di motel. Tempat itu
tenang, dan tidak banyak yang tahu letaknya," kata
Buckley mantap.
"Jake "
"Tidak, itu tak mungkin. Tidak ada dasar hukum yang memberi Anda wewenang untuk mengizinkan penimbangan vonis dilakukan di luar gedung pengadilan." Jake merogoh saku dan menemukan beberapa lembar kertas terlipat. Ia melemparkannya ke meja. "Negara vs. Dubose, kasus
tahun 1963 dari Linwood County. AC di Pengadilan Linwood County macet saat terjadi gelombang udara panas. Hakim mengizinkan Juri mempertimbangkan amar di sebuah perpustakaan lokal.
Pembela menolak. Dewan Juri menjatuhkan vonis
bersalah. Di tingkat banding, Mahkamah Agung
memutuskan bahwa keputusan Hakim tidak benar
dan melanggar tata cara menjaga kerahasiaan.
Mahkamah menetapkan bahwa pertimbangan amar
hams berlangsung dalam ruang juri di gedung
pengadilan tempat Terdakwa disidangkan. Anda
tak bisa memindahkannya."
Noose mempelajari kasus itu dan mengangsurkannya pada Musgrove. . _
"Siapkan ruang sidang," katanya pada Mr. Pate.
Dengan perkecualian beberapa reporter, ruang
sidang itu sepenuhnya hitam. Para juri tampak lesu
dan tegang.
"Saya kira Anda sekalian belum mendapatkan
vonis," kata Noose. '
"Belum, Sir," jawab sang Ketua.
878 "Coba saya ajukan pertanyaan ini. Tanpa mengungkapkan bagaimana angkanya terbagi, apakah
Anda sekalian telah mencapai suatu titik di mana
Anda tak bisa melangkah lagi "
"Kami sudah membicarakan hal itu, Yang Mulia. Dan kami ingin pulang, tidur nyenyak, dan
mencoba lagi besok. Kami belum siap menyerah."
"Itu bagus. Saya minta maaf atas segala gangguan tadi, tapi sekali lagi, tak ada apa pun yang
bisa saya lakukan. Saya menyesal. Anda sekalian
hanya harus berusaha sebaik mungkin. Ada lainnya "
"Tidak, Sir."
"Baiklah. Kita bubar sampai pukul sembilan besok pagi."
Carl Lee menarik pundak Jake. "Apa arti semua
ini "
"Artinya mereka sampai pada jalan buntu. Bisa
jadi enam lawan enam, atau sebelas lawan satu
menghendakimu dihukum. atau sebelas lawan satu
menghendakimu dibebaskan. Jangan gembira dulu."
Barry Acker memojokkan Bailiff dan mengangsurkan sehelai kertas terlipat kepadanya. Bunyinya:
Luann:
Kumpulkan anak-amzk dan pergilah ke rumah
ibumu. Jangan cerita pada siapa pun Tinggallah di sana sampai urusan ini selesai. Kerjakan
saja seperti yang kukatakan. Keadaan berbahaya.
Barry
879 "Bisakah kau menyampaikan ini kepada istriku
hari ini' Nomor kami adalah 881-0774."
"Tentu," kata Bailiff.
Tim Nunley, ahli mesin di bengkel Chevrolet,
bekas klien Jake Brigance dan pengunjung tetap
Coffee Shop, duduk di sofa dalam kabin di tengah
hutan dan minum bir. Ia mendengarkan saudarasaudaranya sesama anggota Klan" mabuk mabukan
dan mengutuki orang orang negro. Sekali-sekali ia
pun mengumpat mereka. Dua hari terakhir ini ia
memperhatikan ada bisik bisik, dan merasa ada
sesuatu yang terjadi. Ia mendengarkan dengan cermat.
Ia berdiri untuk mengambil satu bir lagi. Mendadak mereka melompat padanya. Tiga orang rekannya meringkusnya ke dinding dan memukulinya dengan tinju dan kaki. Ia dipukuli habishabisan, lalu disumbat mulutnya, dibanting, dan
diseret keluar, menyeberangi jalan batu, dan menuju ladang tempat ia dilantik sebagai anggota. Sebuah salib dinyalakan, sementara ia diikat pada
sebatang tiang dan ditelanjangi. Sebuah cemeti
mencambuk pundak, punggung, dan kakinya sampai merah darah
Dua lusin mantan saudara saudaranya mengawasi dengan perasaan ngeri membisu ketika tiang
dan tubuh lunglai itu disiram dengan minyak tanah. Sang Pemimpin yang memegang cemeti berdiri di sebelahnya, serasa bagaikan selama lama
880 nya Ia mengumumkan hukuman mati itu, lalu
melemparkan sebatang korek api.
' Mickey Mouse sudah dibungkam. _
Mereka mengemasi jubah dan barang barang
mereka, dan pulang. Kebanyakan takkan pernah
lagi kembali ke Ford County.
"_881
43 HARI Rabu. Untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu, Jake tidur lebih dari delapan jam. Ia
tertidur di sofa kantornya dan terbangun pukul
lima, karena mendengar suara tentara bersiap-siap
menghadapi yang terburuk. Ia sudah kenyang beristirahat, tapi perasaan berdebar-debar cemas
datang kembali bersama pikiran bahwa hari ini
mungkin akan menjadi hari besar itu. Ia mandi
dan bercukur di bawah, dan membuka bungkusan
pakaian dalam merek Fruit of the Loom yang
dibelinya di toko obat. Ia memakai setelan jas biru
tua segala musim milik Stan Atcavage yang terbaik, terlalu pendek satu inci dan sedikit longgar,
namun dalam keadaan seperti itu tidak terlalu buruk. Ia memikirkan puing-puing di Adams Street,
lalu Carla, dan rasa perih di perutnya kembali
meronta. Ia berlari mengambil surat kabar.
Pada halaman depan koran Memphis, Jackson,
dan Tupelo terpampang foto Carl Lee berdiri di
teras sempit di atas gerombolan massa, menggendong putrinya dan melambaikan tangan kepada
882 kaumnya. Tak ada apa pun tentang rumah Jake. Ia
lega dan mendadak merasa lapar.
Dell memeluk Jake bagaikan anak hilang, lalu
melepaskan celemek dan duduk di sampingnya di
meja sudut. Ketika para tamu datang dan melihatnya, mereka menghampiri dan membelai punggungnya. Sungguh menyenangkan melihatnya lagi.
Mereka merindukannya dan berdiri di pihaknya. Ia
tampak kurus cekung, kata Dell, maka ia pun
memesan _sebagian besar yang tercantum pada daftar menu.
"Jake, apakah semua orang kulit hitam itu akan
kembali lagi hari ini " tanya Bert West.
"Mungkin," katanya sambil menusuk sepotong
kue dadar.
"Kudengar mereka merencanakan akan membawa lebih banyak orang pagi ini," kata Andy
Rennick. "Setiap stasiun radio kaum negro di Mississippi Utara mengajakysemua orang untuk datang
ke Clanton"


Saat Untuk Membunuh A Time To Kill Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bagus, pikir Jake. Ia menambahkan sambal Tabasco pada telur gorengnya.
"Bisakah Juri mendengar semua teriakan itu' "
tanya Bert.
"Tentu saja bisa," jawab Jake. "Itulah sebabnya
mereka melakukannya. Mereka tidak tuli."
"Itu pasti membuat mereka takut."
Jake tentu saja mengharapkannya demikian.
"Bagaimana keadaan keluargamu " tanya Dell
pelan.
883 "Baik, kurasa. Aku bicara dengan Carla tiap
malam."
"Dia takut "
"Ngeri."
"Apa yang mereka lakukan terhadapmu akhirakhir ini' "
"Tak ada apa apa sejak Minggu pagi."
"Apa Carla tahu "
Jake mengunyah dan menggelengkan kepala.
"Sudah kuduga. Kasihan kau."
"'Aku akan baik baik saja. Apa saja yang dipercakapkan di sini "
"Kami tutup waktu makan siang kemarin. Ada
begitu banyak orang kulit hitam di luar, dan kami
khawatir timbul huru hara. Kami mengawasi baikbaik pagi ini, dan mungkin akan tutup lagi. Jake,
apa yang terjadi kalau jatuh vonis bersalah "
"Bisa mengerikan."
Ia tinggal di sana selama satu jam dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Orang-orang
asing mulai berdatangan dan Jake minta diri.
Tak ada apa pun yang hams dikerjakan, kecuali
menunggu. Ia duduk di balkon, minum kopi,
mengisap cerutu, dan mengawasi para tentara. Ia
memikirkan klien-klien yang pernah ia miliki: tentang kantor hukum kecil tenang di Selatan, dengan
satu sekretaris dan klien-klien menunggu untuk
menemuinya. Tentang panggilan ke pengadilan dan
wawancara di penjara. Tentang hal-hal normal seperti keluarga, rumah, dan gereja tiap Minggu
pagi. Ia tidak dimaksudkan untuk jadi besar.
884 Bus gereja pertama tiba pukul setengah delapan
dan dihentikan oleh para prajurit. Pintu pintu terayun membuka, dan arus tanpa ujung pangkal dari
orang orang kulit hitam dengan kursi kebun dan
keranjang makanan mereka mengalir ke halaman
depan. Selama satu jam Jake mengembuskan asap
ke udara kental, dan dengan perasaan puas luar
biasa menyaksikan alun alun terisi melebihi kapasitas oleh pemrotes yang ribut tapi damai. Pendeta pendeta itu keluar dengan kekuatan penuh,
mengarahkan orang orang mereka sambil menenangkan Ozzie dan sang Kolonel bahwa mereka
adalah warga yang tidak suka kekerasan. Ozzie
merasa yakin. Sang Kolonel cemas. Pukul sembilan, jalan jalan penuh sesak oleh demonstran.
Seseorang melihat bus Greyhound itu. "Itu mereka
datang!" Agee berteriak ke pengeras suara. Gerombolan manusia itu mendesak ke pojok Jackson
dan Quincy Street, tempat para tentara, polisi, dan
deputy membentuk barikade bergerak di sekeliling
bus dan mengawalnya menerobos kerumunan,_ke
bagian belakang gedung pengadilan.
Eula Dell Yates menangis tanpa ditutup tutupi
lagi. Clyde Sisco duduk di pinggir jendela dan
menggenggam tangannya. Lainnya menatap ngeri
sewaktu bus beringsut mengitari alun alun. Satu
jalur jalan antara bus dan gedung pengadilan dibuka oleh tentara bersenjata, dan Ozzie naik ke atas
bus. Keadaan terkendali, ia meyakinkan mereka di
tengah suara hiruk-pikuk. Ikuti saja dia,dan berjalanlah secepat mungkin.
885 *** Bailiff mengunci pintu ketika mereka berkumpul
mengelilingi tek'o kopi. Eula Dell Yates duduk
sendiri di pojok sambil menangis dan tersentak
setiap "Bebaskan Carl Lee!" berdentum dari bawah.
"Aku tak peduli apa yang kita lakukan," katanya. "Aku sungguh tak peduli. tapi aku tak tahan
lagi dengan semua ini. Sudah delapan hari aku
tidak bertemu dengan keluarga, dan sekarang ada
kegilaan ini. Aku tidak tidur sekejap pun tadi
malam." Ia menangis lebih keras. "Kurasa aku
hampir gila. Mari kita keluar dari sini."
Clyde mengangsurkan sehelai Kleenex kepadanya dan menggosok pundaknya.
Jo Ann Gates adalah juri yang tidak begitu
tegas memberi suara bersalah dan mulai tidak tahan. "Aku pun tidak tidur tadi malam. Aku,tak
bisa lagi melewatkan satu hari seperti kemarin.
Aku ingin pulang pada anak anakku."
Barry Acker berdiri di tepi jendela dan merenungkan huru hara yang akan menyusul vonis bersalah. Tak bakal ada gedung yang tersisa di pusat
kota. termasuk gedung pengadilan itu. Ia ragu-ragu
apakah ada orang yang mau melindungi anggota
juri dari akibat susulan sesudah vonis yang keliru.
Mereka bahkan barangkali takkan bisa kembali ke
dalam bus. Syukurlah, istri dan anak anaknya sudah kabur menyelamatkan diri ke Arkansas.
"Aku merasa seperti seorang sandera saja," kata
886 Bemice Toole, salah satu juri yang tegas menyatakan bersalah. "Gerombolan itu akan menyerbu gedung pengadilan ini dalam separo detik kalau kita
memidananya. Aku merasa diintimidasi."
Clyde mengangsurkan sekotak Kleenex kepadanya.
"Aku tak peduli apa yang kita lakukan," Eula
Dell melolong putus asa. "Mari kita keluar dari
sini. Aku benar benar tak peduli apakah dia akan
dipidana atau dilepaskan, cuma lakukanlah sesuatu.
Sarafku sudah tak tahan lagi."
Wanda Womack berdiri di ujung meja dan dengan gelisah melonggarkan tenggorokan. Ia minta
perhatian. "Saya punya usulan," katanya perlahanlahan, "yang mungkin bisa menyelesaikan hal ini."
Tangisan berhenti dan Barry Acker kembali ke
tempat duduknya. Wanda Womack mendapatkan
perhatian mereka sepenuhnya.
"Saya memikirkan sesuatu tadi malam, waktu
saya tak bisa tidur, dan saya ingin kalian mempertimbangkannya. Mungkin ini menyakitkan. Mungkin ini akan menuntut Anda sekalian untuk menengok dalam hati masing masing dan menengok
lama-lama ke dalam jiwa. Tapi saya tetap minta
Anda sekalian melakukannya. Dan kalau' masingmasing dari kalian mau jujur pada diri sendiri,
saya kira kita bisa menyelesaikan hal ini sebelum
siang."
Satu-satunya suara hanya datang dari jalan di
bawah.
"Saat ini kita terbagi dua dalam jumlah yang
887 sama, memihak atau menentang. Kita bisa memberitahu Hakim Noose bahwa kita sampai ke jalan
buntu. Dia akan mengumumkan pembatalan sidang
pengadilan ini, dan kita akan pulang. Lalu dalam
beberapa bulan, seluruh pemandangan ini akan terulang. Mr. Hailey akan diadili lagi di ruang sidang
ini, dengan hakim yang sama, tapi dengan dewan
juri yang berbeda, juri yang dipilih dari county ini,
juri yang terdiri atas sahabat sahabat, suami, istri,
dan orangtua kita. Sama dengan orang orang yang
sekarang ada dalam ruangan ini. Dewan juri itu
akan dihadapkan pada masalah-masalah yang sama
seperti yang kita hadapi sekarang, dan orang orang
itu takkan lebih pandai daripada kita.
"Saat untuk memutuskan kasus ini adalah sekarang. Secara moral, keliru kalau kita mengelak
dari tanggung jawab dan menyerahkan beban tersebut kepada dewan juri selanjutnya. Bisakah kita
sepakat dengan itu " ,
Mereka setuju tanpa mengucapkan apa apa.
"Bagus. Inilah yang saya ingin kalian kerjakan.
Saya ingin kalian berpura pura bersama saya sejenak. Saya ingin kalian memakai imajinasi. Saya
ingin kalian memejamkan mata dan tidak mendengarkan apa pun kecuali suara saya."
Dengan patuh mereka memejamkan mata. Segalanya cukup berharga untuk dicoba.
Jake berbaring di sofa dalarn kantornya dan mendengarkan Lucien bercerita tentang ayah dan kakeknya yang bergengsi, dan biro hukum mereka
888 yang bergengsi, dan semua orang yang mereka
peras uang dan tanahnya.
"Warisan yang kuterima ini dibangun oleh moyangku yang serong!" ia berteriak. "Mereka merayu siapa saja yang bisa mereka rayu!"
Harry Rex tertawa tak terkendali. Jake sudah
pernah mendengar cerita itu, namun kisah tersebut
selalu lucu dan berbeda.
"Bagaimana dengan anak laki laki Ethel yang
terbelakang mentalnya itu' " tanya Jake.
"Jangan bicara begitu tentang saudaraku,"
Lucien protes. "Dialah yang paling cemerlang dalam keluarga ini. Tentu saja dia saudaraku. Ayah
mempekerjakan Ethel ketika dia umur tujuh belas,
dan' percaya atau tidak, waktu itu dia tampak
cantik. Ethel Twitty adalah sesuatu yang paling
panas di Ford County. Ayahku tak bisa menahan
diri untuk tidak menyentuhnya. Kalau dipikir sekarang memang memuakkan, tapi itu benar."
"Itu menjijikkan," kata Jake.
"Dia punya anak serumah penuh, dan dua di
antara mereka tampak mirip denganku, terutama si
dungu itu. Dulu itu sangat memalukan."
"Bagaimana dengan ibumu " tanya Harry Rex.
"Dia salah satu wanita Selatan terhormat bermartabat yang perhatian utamanya hanya siapa punya darah biru dan siapa tidak. Tak banyak darah
biru di sekitar tempat _ini, jadi dia menghabiskan
"sebagian besar waktunya di Memphis sambil menarik perhatian keluarga keluarga pemilik kebun
kapas, agar dapat diterima oleh mereka. Aku
889 menghabiskan sebagian besar masa kanak kanakku
di Peabody Hotel dalam pakaian terkanji rapi dan
dasi kupu kecil, mencoba bertingkah sopan di antara anak-anak kaya dari Memphis. Aku membencinya, dan aku pun tidak terlalu peduli dengan
ibuku. Dia tahu tentang Ethel. tapi menerimanya.
Dia menyuruh ayahku merahasiakannya dan tidak
mempermalukan keluarga. Ayah benar benar menutupinya, dan aku akhirnya berurusan dengan
saudara tiri yang terbelakang mental."
"Kapan dia meninggal "
"Enam bulan sebelum ayahku tewas dalam kecelakaan pesawat terbang."
"Bagaimana kematiannya " tanya Harry Rex.
"Gonpre. Mendapatkannya dari tukang kebun."
"Lucien! Serius "
"Kanker. Mengidapnya selama tiga tahun, tapi
dia tetap menjaga gengsi sampai akhir."
"Dari mana kau jadi sesat " tanya Jake.
"Kurasa itu mulai di kelas satu. Pamanku memiliki perkebunan besar di selatan kota, dan dia
memiliki sejumlah keluarga kulit hitam. Itu zaman
depresi, benar'! Aku menghabiskan sebagian besar
masa kecilku di sana, sebab ayahku terlalu sibuk
di kantor ini dan ibuku terlalu sibuk dengan klub
peminum teh panasnya. Semua teman bermainku
kulit hitam. Aku dibesarkan oleh pembantu pembantu kulit hitam. Sahabat terbaikku adalah Willie
Ray Wilbanks. Aku tidak bercanda. Kakek buyutku membeli kakek buyutnya. Dan ketika budakbudak dibebaskan, kebanyakan dari mereka tetap
890 mempertahankan nama keluarga itu. Apa yang
mestinya mereka lakukan Itulah sebabnya kau
menemukan begitu banyak Wilbanks berkulit hitam di sini. Dulu kami memiliki seluruh budak di
Ford County, dan kebanyakan di antara mereka
menjadi warga Wilbanks."
"Barangkali kau punya pertalian darah dengan
beberapa di antaranya," kata Jake.
"Mengingat kecenderungan nenek moyangku,
barangkali aku punya pertalian darah dengan mereka semua."
Telepon berdering. Mereka membeku dan menatapnya. Jake duduk dan menahan napas. Harry
Rex mengangkat gagang telepon, lalu menutupnya.
"Salah sambung," katanya.
Mereka saling mengamati, lalu tersenyum.
"Kembalilah ke Cerita di kelas satu," kata Jake.
"Oke. Ketika tiba saatnya untuk mulai bersekolah, Willie Ray dan semua sobat kecilku naik bus
menuju sekolah untuk kaum kulit hitam. Aku melompat ke dalam bus juga, dan sopirnya dengan
sangat hati hati menggandeng tanganku dan menuntunku turun. Aku menangis dan menjerit, dan
pamanku pun membawaku pulang dan bercerita
kepada ibuku, "Lucien naik bus sekolah untuk
orang negro." Dia tertegun ngeri dan memukuli
pantat kecilku. Ayahku memukuliku juga, tapi bertahun-tahun kemudian mengakui bahwa itu lucu.
Jadi aku masuk ke sekolah kulit putih, di mana
aku selalu jadi bocah kecil yang kaya. Setiap
orang benci bocah kecil yang kaya, terutama di
891 kota kecil miskin seperti Clanton. Bukan berarti
aku memang begitu manis, tapi setiap orang merasa wajib membenciku, cuma karena kami punya
uang. Itulah sebabnya aku tak pernah berpikir banyak tentang uang. Di situlah sikap tanpa kompromi itu mulai. Di kelas satu. Aku memutuskan
untuk tidak menjadi seperti ibuku, sebab dia selalu
mengernyit muram dan memandang rendah dunia.
Dan ayahku selalu terlalu sibuk bersenang senang
sendiri. Aku katakan persetan dengan semua itu.
Aku akan bersenang senang."
Jake meregangkan badan dan memejamkan
mata.
"Cemas " tanya Lucien.
"Aku cuma ingin ini selesai."
Telepon berdering kembali dan Lucien meraihnya. Ia mendengarkan, lalu menutupnya.
' "Ada apa " Hany Rex mendesak.
Jake duduk dan menatap tajam pada Lucien.
Saatnya sudah tiba.
"Jean Gillespie. Juri sudah siap."
"Oh, Tuhan," kata Jake sambil menggosok pelipis. "
"Dengarkan aku, Jake," Lucien memberi kuliah.
"Jutaan orang akan menyaksikan apa yang bakal
terjadi. Tetaplah tenang. Hati hatilah dengan apa
yang kauucapkan."
"Bagaimana denganku " Harry Rex mengerang.
"Aku mau muntah."
"Itu nasihat yang aneh darimu, Lucien," kata
Jake sambil mengancingkan jas milik Stan.
892 "Aku sudah belajar banyak. Tunjukkan kelasmu.
Kalau kau menang, perhatikan apa yang kaukatakan pada pers. Bersikaplah yakin dan ucapkan
terima kasih kepada Juri. Kalau kau kalah..."
"Kalau kalah," kata Harry Rex, "berlarilah matimatian, sebab negro negro itu akan menyerbu gedung pengadilan."
_ "Aku merasa lemas," Jake mengaku.
Agee naik ke platform di tangga depan dan mengumumkan bahwa Juri sudah siap. Ia meminta semua agar tenang. dan serta merta orang banyak itu
pun diam. Mereka bergerak ke tiang tiang depan.
Agee meminta mereka berlutut dan berdoa. Mereka berlutut dengan patuh dan berdoa dengan sungguh sungguh. Setiap laki laki, wanita, dan anakanak membungkuk di hadapan Tuhan dan memohon agar tokoh mereka dibebaskan.
Para tentara berdiri bergerombol dan juga berdoa memohon pembebasan.
Ozzie dan Moss Junior menduduki ruang sidang
dan membariskan para deputy dan polisi cadangan
di seputar dinding dan di sepanjang gang,'Jake
masuk dari ruang tahanan dan menatap Carl Lee
di meja pembela. Ia melihat sepintas pada penonton. Banyak yang sedang berdoa. Banyak yang
menggigit gigit jari. Gwen menyeka air mata.
Lester memandang ketakutan pada Jake. Anakanak bingung dan ngeri.
Noose mengambil tempat duduk dan keheningan
mencekam membungkus ruang sidang. Tak ada
893 suara dari luar. Dua puluh ribu orang kulit hitam


Saat Untuk Membunuh A Time To Kill Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berlutut di tanah. Keheningan sempurna di dalam
dan di luar ruang sidang.
"Saya diberitahu bahwa Juri sudah mendapatkan
vonis, apakah itu benar, Mr. Bailiff Baiklah. Kita
akan segera mempersilakan Juri masuk, tapi sebelum melakukannya saya ada beberapa instruksi.
Saya tidak akan mentolerir kegaduhan dan pelampiasan emosi. Saya akan memerintahkan Sheriff
untuk menyingkirkan siapa pun yang menimbulkan
gangguan. Kalau perlu, saya akan mengosongkan
ruang sidang. Mr. Bailiff, persilakan Juri ke tempatnya."
Pintu terbuka, dan rasanya sudah lewat satu jam
sebelum Eula Dell Yates muncul pertama dengan
air mata di matanya. Jake menundukkan kepala.
Carl Lee menatap tabah pada potret Robert E. Lee
di atas Noose. Dengan canggung mereka mengisi
boks juri. Mereka tampak resah, tegang, takut.
Kebanyakan sudah menangis. Jake merasa mual.
Barry Acker memegang secarik kertas yang menarik perhatian semua orang. '
"Bapak dan Ibu sekalian, apakah Anda sudah
mendapatkan vonis "
"Ya, Sir, sudah," jawab sang Ketua dengan suara gelisah bernada tinggi.
"Harap serahkan kepada Panitera."
'Jean Gillespie mengambilnya dan menyerahkannya kepada Yang Mulia, yang mengamatinya lama
sekali. "Dari segi teknis, ini sudah betul," akhirnya
ia berkata.
894 Eula Dell bercucuran ingus dan sedu sedannya
adalah suara Satu-satunya dalam ruang sidang itu.
Jo Ann Gates dan Bemice Toole menempelkan
saputangan pada mata mereka. Tangisan itu hanya
bisa berarti satu hal. Jake sudah bersumpah untuk
tidak menghiraukan Juri sebelum vonis dibacakan,
namun itu mustahil. Pada sidang pengadilan pidananya yang pertama, para juri tersenyum ketika
mengambil tempat duduk. Waktu itu Jake merasa
yakin akan mendapatkan vonis bebas. Beberapa
detik kemudian, ia tahu bahwa senyum itu disebabkan karena seorang penjahat akan disingkirkan
dari jalanan. Sejak sidang-"ilu, ia bersumpah takkan
pernah melihat pada Juri. Namun ia selalu melakukannya. Akan menyenangkan untuk melihat satu
kedipan atau acungan jempol, tapi itu tak pernah
terjadi.
Noose memandang Carl Lee. "Terdakwa dipersilakan berdiri."
Jake tahu bahwa mungkin ada lebih banyak
permintaan yang lebih mengerikan dalam bahasa
Inggris, namun bagi seorang pengacara kriminal,
permintaan agar berdiri pada saat seperti itu menimbulkan pengaruh yang mengerikan. Kliennya
berdiri salah tingkah, mengundang iba. Jake memejamkan mata dan menahan napas. Tangannya
gemetar dan perutnya sakit.
Noose mengembalikan vonis itu kepada Jean
Gillespie. "Harap dibacakan, Madam Clerk."
Ia membuka lipatannya dan menghadapi Terdakwa. "Atas setiap dakwaan, kami Dewan Juri
895 mendapati bahwa Terdakwa tidak bersalah, dengan
alasan gila."
Carl Lee berbalik dan melonjak ke jerjak.
Tonya dan anak anak laki-lakinya melompat dari
bangku depan dan memeluknya. Ruang sidang meledak dalarn hiruk pikuk. Gwen menjerit dan me
nangis. Ia membenamkan kepala dalam pelukan
Lester. Para pendeta berdiri, menengadah ke atas,
dan menyerukan "Haleluya!" dan "Puji Yesus!"
dan "Tuhan! Tuhan! Tuhan!"
Peringatan Noose tidak berarti apa apa. Ia mengetuk ngetukkan palu dengan setengah hati dan
berkata, "Tertib, tertib, harap ruang sidang tertib."
Suaranya tak terdengar di tengah gemuruh, dan
tampak puas membiarkan perayaan kecil itu.
'Jake merasa kebas, mati rasa, lumpuh. Gerakan
satu satunya hanya sebuah senyum lemah ke arah
boks juri. Matanya berkaca kaca dan bibirnya bergetar, dan ia memutuskan untuk tidak membuat
dirinya menjadi sorot perhatian. Ia mengangguk
pada Jean Gillespie yang sedang menangis, dan
hanya duduk di meja pembela sambil mengangguk angguk dan berusaha untuk tersenyum, tak
mampu melakukan hal lain. Dari sudut matanya ia
bisa melihat Musgrove dan Buckley mengemasi
berkas berkas, buku buku catatan, dan kertas kertas
yang tampak penting, dan melemparkan semuanya
ke dalam tas mereka. Bersikaplah ramah, katanya
pada diri sendiri.
Seorang remaja meluncur melewati dua orang
depury, menerobos pintu, dan berlari ke rotunda
896 sambil berteriak, "Tidak bersalah! Tidak bersalah!"
Ia berlari ke balkon kecil di atas tangga depan dan
berteriak kepada massa di bawah, "Tidak bersalah!
Tidak bersalah!" Kegemparan pun meledak.
"Tertib, tertib," kata Noose ketika reaksi dari
luar menggelegar masuk dari jendela jendela.
"Tertib, tertib." Ia membiarkan ledakan perasaan
itu satu menit lagi, lalu meminta Sheriff untuk
memulihkan ketertiban. Ozzie mengangkat tangannya dan bicara. Tepuk tangan, pelukan, dan ucapan puji syukur dengan cepat mereda. Carl Lee
melepaskan anak anaknya dan kembali ke meja
pembela. Ia duduk dekat dekat pengacaranya dan
merangkulnya, tersenyum lebar dan menangis bersamaan.
Noose tersenyum pada Terdakwa. "Mr. Hailey,
Anda telah diadili oleh Dewan Juri yang terdiri
atas sesama Anda dan dinyatakan tidak bersalah.
Saya tidak ingat ada pernyataan dari saksi ahli
bahwa Anda sekarang membahayakan atau memerlukan perawatan psikiatri lebih lanjut. Anda bebas."
Yang Mulia memandang para pengacara. "Kalau
tidak ada apa-apa lagi, sidang ini akan dibubarkan
sampai 15 Agustus."
Carl Lee dikerumuni oleh keluarga dan sahabatsahabatnya. Mereka memeluknya, memeluk satu
sama lain, memeluk Jake. Mereka menangis tanpa
malu malu dan memanjatkan puji syukur kepada
Tuhan. Mereka mengatakan pada Jake bahwa mereka mencintainya.
897 Para wartawan mendesak ke jerjak dan mulai
menembaki Jake dengan pertanyaan. Ia mengangkat tangannya dan mengatakan ia tidak punya komentar. Tapi akan ada konferensi pers penuh di
kantornya pukul 14.00.
Buckley dan Musgrove menyelinap pergi lewat
pintu samping. Para anggota juri dikunci dalam
ruang juri untuk menunggu perjalanan terakhir dengan bus ke motel. Barry Acker minta bicara
dengan Sheriff. Ozzie menemuinya di gang, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan berjanji
untuk mengawalnya pulang dan memberikan perlindungan dua puluh empat jam.
Para wartawan menyerbu Carl Lee. "Aku cuma
ingin pulang," katanya berulang-ulang. "Aku cuma
ingin pulang."
Perayaan itu melonjak dengan kecepatan lebih
besar di halaman depan. Ada nyanyian, tarian,
tangisan, tepukan pada punggung, pelukan, puji
syukur, ucapan selamat, tawa terbahak bahak, sorakan, dan jabat tangan persaudaraan. Puji syukur
dipanjatkan dalam perayaan yang meriah, riuh rendah, kacau balau. Mereka berjejal jejal rapat di
depan gedung pengadilan dan dengan tidak sabar
menunggu pahlawan mereka muncul untuk menikmati puji pujian melimpah yang layak ia dapatkan.
Kesabaran mereka makin menipis. Sesudah tiga
puluh menit berteriak "Kami ingin Carl Lee! Kami
ingin Carl Lee!" pahlawan mereka muncul di
pintu. Sapaan yang memecah telinga dan menggmcang bumi menyambutnya. Ia bergeser ke de
898 pan, menerobos gerombolan massa bersama pengacara dan keluarganya, dan berhenti di tangga
teratas di bawah pilar pilar, di mana platform dari
kayu lapis menyangga seribu mikrofon. Sorak dan
jeritan dua puluh ribu suara memekakkan telinga.
la memeluk pengacaranya dan mereka melambaikan tangan pada lautan wajah yang berteriakteriak.
Jeritan dari pasukan wartawan sama sekali tak
terdengar. Sekali-sekali Jake berhenti melambaikan
tangan dan meneriakkan sesuatu tentang konferensi
pers di kantornya pada pukul dua.
Carl Lee'memeluk istri dan anak anaknya, dan
mereka melambaikan tangan. Kerumunan orang
banyak itu bergemuruh memberikan sambutan setuju. Jake menyelinap pergi dan masuk ke dalam
gedung pengadilan, di mana ia mendapati Lucien
dan Harry Rex sedang menunggu di sebuah sudut,
jauh dari'simpang siur penonton yang menggila.
"Mari keluar dari sini," seru Jake. Mereka menerobos gerombolan orang banyak, melewati gang, dan
keluar dari pintu belakang. Jake melihat serombongan wartawan di trotoar di depan kantornya.
"Di mana kau parkir " ia bertanya pada Lucien.
Lucien menuding ke sebuah jalan kecil, dan mereka menghilang di belakang Coffee Shop.
Sallie menggoreng daging babi dan tomat hijau,
dan menghidangkannya di teras. Lucien mengeluarkan sebotol sampanye mahal dan bersumpah
bahwa ia menyimpannya hanya untuk kesempatan
besar itu. Harry Rex makan dengan jarinya, meng
899 gerogoti tulang, seakan akan sudah sebulan tidak
melihat makanan. Jake memain mainkan makanannya dan menghirup sampanye dingin itu. Sesudah
dua gelas, ia tersenyum ke kejauhan. Ia menikmati
saat-saat itu.
"Kau tampak konyol luar biasa," kata Harry
Rex dengan mulut penuh daging babi.
"Tutup mulutmu, Harry Rex," kata Lucien. "Biarkan dia menikmati saat-saat terindahnya."
"Dia sedang menikmatinya. Lihat seringai itu."
"Apa yang harus kukatakan pada pers " tanya
Jake.
"Katakan pada mereka kau butuh klien," kata
Harry Rex.
"Klien takkan jadi masalah," kata Lucien. "Mereka akan antre di trotoar, menunggu janji untuk
bertemu."
"Mengapa kau tidak bicara kepada wartawan di
gedung pengadilan Mereka sudah siap dengan
kamera dan segalanya. Aku sudah mulai mengatakan sesuatu kepada mereka," kata Hany Rex.
_"Aku yakin itu pasti sebuah permata," kata
Lucien.
"Aku sudah mendapatkan mereka_di ujung jariku," kata Jake. "Mereka takkan pergi ke manamana. Kita bisa menjual karcis untuk acara konferensi pers ini dan mendapatkan banyak laba."
"Boleh aku duduk dan menyaksikannya, Jake "
tanya Harry Rex.
900 44 MEREKA berdebat apakah harus naik Bronco antik
atau Porsche kecil yang jorok itu. Jake mengatakan ia takkan mengemudi. Harry Rex mengumpat paling keras, dan mereka pun naik ke dalam
Bronco. Lucien duduk di jok belakang. Jake duduk
dan memberikan instruksi. Mereka masuk ke jalanjalan kecil dan mengelakkan sebagian lalu lintas
dari alun-alun. Jalan raya bebas hambatan penuh
sesak, dan Jake mengarahkan sopirnya berkelokkelok di jalanan batu yang tak terhitung jumlahnya. Mereka menemukan jalan aspal. dan Harry
Rex memacu mobil ke arah danau.
"Aku punya satu pertanyaan, Lucien," kata Jake.
"Apa "
"Dan aku ingin jawaban terus terang."
"Apa "
"Apakah kau membuat kesepakatan dengan
Sisco' "
. "Tidak, anakku, kau menang karena usahamu
sendiri."
"Kau sumpah "
901 "Aku bersumpah derni Tuhan. Dengan setumpuk
kitab suci."
Jake ingin mempercayainya, jadi ia tidak membicarakannya lagi. Mereka bermobil tanpa bicara,
dalam hawa panas mencekik. dan mendengarkan
Harry Rex bernyanyi mengikuti stereo.
Sekonyong konyong Jake menuding dan berseru.
Harry Rex menginjak rem keras keras, berbelok ke
kiri dengan liar, dan kembali memacu mobil di
jalan batu lainnya.
"Ke mana kita " Lucien mendesak.
"Tunggu saja." kata Jake sambil memandang
sederet rumah yang mendekat di sebelah kanan. Ia
menunjuk ke rumah kedua. Harry Rex berbelok ke
jalan masuk dan parkir di bawah pohon rindang.
Jake keluar, memandang sekeliling halaman depan,
dan berjalan ke teras. Ia mengetuk pintu kasa.
Seorang laki laki muncul. Orang yang belum
dikenal. "Yeah, inau apa " _
"Saya Jake Brigance dan..." _
Pintu itu terayun membuka, dan laki-laki itu
bergegas ke teras dan meraih tangan Jake. "Senang
berjumpa denganmu, Jake. Aku Mack Loyd
Crowell. Aku duduk sebagai anggota grand jury
yang nyaris tidak mengajukan dakwaan. Kau
benar benar melaksanakan tugas dengan baik. Aku
bangga denganmu."
Jake menyalaminya dan mengulangi namanya.
Kemudian ia ingat, Mack Loyd Crowell, laki-laki
yang menyuruh Buckley agar tutup mulut dan
902 duduk di hadapan Grand Jury. "Yeah, Mack Loyd,
sekarang aku ingat. Terima kasih."
Jake memandang salah tingkah melalui jendela.
"Kau mencari Wanda " tanya Crowell.
"Ah, ya. Saya cuma lewat, dan ingat alamatnya
dari riset anggota juri." *
"Kau datang ke tempat yang tepat. Dia tinggal
di sini dan kebanyakan aku pun tinggal di sini.
Kami tidak menikah atau apa, tapi kami cocok.
Dia sedang tidur siang sekarang. Cukup letih dia."
"Jangan bangunkan," kata Jake.
"Dia menceritakan padaku apa yang terjadi. Dia
memenangkannya untukmu."
"Bagaimana Apa yang terjadi "
"Dia suruh mereka semua memejamkan mata dan
mendengarkannya. Dia menyuruh mereka membayangkan bahwa gadis kecil itu berambut pirang dan
bermata biru, bahwa dua pemerkosa itu berkulit
hitam, bahwa mereka mengikat kaki kanannya pada
sebatang pohon dan kaki kirinya pada tonggak pagar, bahwa mereka memperkosanya berulang-ulang
dan mengumpatnya sebab dia kulit putih. Dia menyuruh mereka untuk membayangkan gadis kecil itu
berbaring di sana, memohon kedatangan ayahnya
sementara mereka menendangi mulutnya dan merontokkan giginya, meremukkan kedua rahang, dan mematahkan hidungnya. Dia minta mereka membayangkan dua pemabuk kulit hitam menuang bir dan
mengencingi mukanya, dan tenawa tawa bagaikan
idiot. Dan kemudian dia suruh mereka membayangkan bahwa gadis kecil itu anak mereka milik me
903 reka. Dia minta mereka bersikap jujur pada diri
sendiri dan menulis pada secarik kertas apakah mereka akan membunuh bajingan bajingan hitam itu
kalau mereka mendapat kesempatan. Dan mereka
memungut suara secara tertutup. Dua belas orang itu


Saat Untuk Membunuh A Time To Kill Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengatakan bahwa mereka akan melakukan pembunuhan itu. Sang Ketua meng-hitung jumlah suara.
Dua belas lawan nol. Wanda mengatakan bahwa dia
akan duduk dalam ruang juri. itu sampai Natal sebelum dia memberikan suara untuk menjatuhkan
pidana, dan kalau mereka jujur pada diri sendiri,
maka mereka pasti punya perasaan yang sama. Sepuluh orang setuju dengannya, dan satu perempuan
tetap bertahan menentang. Mereka semua mulai menangis dan mencacinya begitu hebat. Akhirnya dia
pun menyerah. Sungguh keras di sana, Jake."
Jake mendengarkan setiap patah kata tanpa bernapas. Ia mendengar suara. Wanda Womack berjalan ke pintu kasa. Ia tersenyum padanya dan
mulai menangis. Jake menatapnya dari balik kasa,
namun tak bisa bicara. Ia menggiggit bibir dan
mengangguk. "Terima kasih," akhirnya ia berkata
lemah. Wanda menyeka mata dan mengangguk.
Di Craft Road, seratus mobil berjajar di dua sisi
bahu jalan, di sebelah timur dan barat jalan masuk
rumah Hailey. Halaman depan yang panjang itu
penuh sesak dengan kendaraan, anak anak yang
sedang bermain, dan para orangtua yang dudukduduk di bawah naungan pohon dan di atas kap
mobil. Harry Rex parkir di parit di sebelah kotak
pos. Serombongan besar menyongsong untuk me
904 nyambut pengacara Carl Lee. Lester memeluknya
dan berkata, "Kau berhasil lagi, kau berhasil lagi."
Mereka berjabat tangan dan menepuk punggung
di sepanjang halaman depan sampai ke teras. Agee
memeluknya dan memanjatkan puji syukur kepada
Tuhan. Carl Lee meninggalkan ayunan dan berjalan menuruni tangga, diikuti keluarga dan pemujanya. Mereka berkumpul di sekeliling Jake ketika dua orang besar itu berhadap hadapan. Mereka
berjabat tangan erat erat dan bertukar senyum, keduanya mencari kata-kata. Mereka berpelukan.
Orang banyak itu bertepuk tangan dan bersorak.
"Terima kasih, Jake," kata Carl Lee pelan.
Sang Pengacara dan kliennya duduk di ayunan
dan menjawab pertanyaan tentang sidang tersebut.
Lucien dan Harry Rex bergabung dengan Lester
dan beberapa orang sahabatnya di bawahnaungan
pohon, untuk minum minum. Tonya berlari lari
dan melompat-lompat di sekitar halaman bersama
seratus anak lain.
Pukul setengah tiga, Jake duduk di meja kerjanya
dan berbicara dengan Carla. Harry Rex dan Lucien
minum margarita terakhir dan mabuk eepat cepat.
Jake minum kopi dan memberitahu istrinya bahwa ia
akan meninggalkan Memphis tiga jam lagi dan akan
sampai di North Carolina pukul sepuluh. Ya, ia
baik-baik saja, katanya. Segalanya beres, segalanya
sudah selesai. Ada berpuluh puluh wartawan berjejalan dalam ruang rapatnya, jadi pastikan untuk
menyaksikan berita malam. Ia akan menemui mereka
sebentar, lalu bermobil ke Memphis. Ia mengatakan ia
905 menyayangi Carla, merindukannya, dan akan segera
ke sana. Ia memutuskan sambungan.
Besok ia akan menelepon Ellen.
"Kenapa kau berangkat hari ini!" Lucien menuntut.
"Kau tolol, Jake, benar benar tolol. Ada seribu
wartawan dalam genggaman tanganmu, dan kau
pergi ke luar kota. Tolol, sungguh tolol," Harry
Rex berteriak.
Jake berdiri. "Bagaimana penampilanku, Sobat "
"Seperti orang tolol kalau kau pergi ke luar
kota," kata Harry Rex.
"Tinggallah di sini beberapa hari," Lucien memohon. "Ini peluang yang takkan pernah kaudapatkan lagi. Aku mohon, Jake."
_"Tenang, Sobat. Aku akan menjumpai mereka
sekarang, mempersilakan mereka memotretku,
menjawab beberapa pertanyaan tolol mereka, lalu
aku akan meninggalkan kota ini."
"Kau gila, Jake," kata Harry Rex.
"Aku setuju," kata Lucien.
J ake memeriksa cermin, membetulkan letak dasi
Stan, dan tersenyum kepada teman temannya.
"Aku berterima kasih kepada kalian, Sobat. Sungguh. Aku menerima bayaran sembilan ratus dolar
untuk sidang ini, dan aku merencanakan untuk
membaginya dengan kalian semua."
Mereka menuang sisa margarita, mereguknya,
dan mengikuti Jake Brigance menuruni tangga,
untuk menghadapi wartawan.
&
Tentang Pengarang
JOHN GRISHAM lahir pada tanggal 8 Februari 1955
di Jonesboro, Arkankas, dan besar di Southaven,
Mississippi. Kini ia tinggal bersama istrinya Renee
dan dua oranganak mereka, Ty (laki laki, kini 10
tahun), dan Shea (perempuan, kini 8 tahun) di
sebuah tanah pertanian di Oxford, Mississippi.
A Time to Kill adalah novel pertamanya dan
novel yang paling disukainya. Seperti dikatakan
Grisham dalam "Catatan dari Penulis" di awal
buku ini, novel pertamanya yang diterbitkan oleh
Wynwood Press sebanyak 5.000 eksemplar ini hanya laku dalam radius seratus mil di sekitar rumahnya. Tetapi kini edisi orisinal A Time to Kill
itu bemilaj jutaan rupiah per buku. Edisi buku
sakunya yang dilempar ke pasaran pertengahan
tahun 1992, bertahan selama 84 minggi di daftar
bestseller Publishers Weekly. John Grisham saat
ini menjadi novelis paling terkenal di Amerika dan
mendapat julukan the fastest selling novelis! in
American history. Dalam waktu hanya dua tahun,
30 juta eksemplar bukunya telah terjual di pasaran.
907 Awal tahun 1990, naskah Grisham yang kedua,
The Firm, dibeli oleh Paramount untuk difilmkan
dan hak penerbitan bukunya dibeli oleh Doubleday
yang dua tahun sebelumnya-termasuk salah satu
penerbit yang menolak A Time to Kill. Tahun itu
juga Grisham memutuskan untuk menutup praktek
hukumnya dan melepaskan jabatannya sebagai
anggota House of Representatives, agar ia bisa
menulis secara penuh. Padahal saat itu belum ada
garansi novelnya The Firm dijadwalkan terbit bulan Maret l991 akan'sukses.
Tapi Grisham memang tak perlu cemas. The
Firm temyata meledak di pasaran, disusul oleh
novel novelnya yang'terbit kemudian, The Pelican
Brief dan The Client, juga A Time to Kill. Grisham
bahkan menjadi pengarang pertama dan sampai
saat ini satu satunya yang keempat novelnya selama berminggu minggu, pada waktu yang bersamaan, menduduki posisi atas dalam daftar bestseller. .
Selain menjadi novelis paling terkenal di Amerika, John Grisham juga memperoleh pembayaran
paling tinggi untuk noveI novelnya yang diangkat
ke layar perak.
Misteri Lukisan Tengkorak 5 Pendekar Romantis 01 Geger Di Kayangan Wanita Iblis 16
^