Pencarian

Alap Alap Laut Kidul 13

Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Bagian 13


"Harap jangan curiga, anakmas. Aku sudah mengenal Anakmas Lindu Aji dengan baik, sejak di tempat pesta tadi.
Aku biasa dipanggil Mang Engkos, dan aku adalah ayah dari Sudarman yang malang, yang menderita cidera karena kekejaman orang Banten tadi. Karena anakmas telah menghajar jagoan Banten tadi, maka kami berterima kasih sekali dan mendengar anakmas membutuhkan tempat bermalam, maka aku cepat mengejarmu dan menawarkan rumah kami sebagai tempat bermalam."
Aji mengangguk-angguk, mengerti dan dia merasa senang untuk bermalam di rumah keluarga Sudarman, pemuda tampan kerempeng yang tadi dengan gagah berani melawan Jaka Bintara.
"Terima kasih atas kebaikan hatimu, paman ...... eh, Mang Engkos. Bagaimana dengan keadaan Sudarman sekarang?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Marilah kita pulang, anakmas dan andika dapat melihat sendiri keadaannya. Menurut ahli pengobatan yang memeriksanya, dia mengalami patah tulang kaki tangan, akan tetapi dia akan sembuh. Yang lebih parah keadaannya adalah Ki Bajra. Dia juga berada di rumah kami, sedang dirawat ahli pengobatan itu."
Aji mengerti. Dia tadi melihat betapa Sudarman hanya patah tulang tangan dan kakinya, akan tetapi gurunya, Ki Bajra, terkena pukulan berhawa panas yang ampuh sekali.
Aji mengikuti mang Engkos ke rumah keluarga itu yang berada dipinggir kota, di bagian yang sunyi karena rumah itu agak terpencil. Sebuah rumah yang cukup besar walaupun sederhana. Ternyata di rumah itu hanya tinggal Mang Engkos yang sudah menduda dan putera tunggalnya, yaitu Sudarman dan beberapa orang keponakan laki-laki yang suka datang untuk membantu pekerjaan Mang Engkos di sawah ladang.
Para keponakan inipun menjadi murid Ki Bajra yang sudah beberapa tahun tinggal di rumah Mang Engkos karena kakek ini seorang perantau yang tidak mempunyai keluarga.
Aji memeriksa keadaan Sudarman yang rebah di dalam sebuah kamar di atas tempat tidur kayu. Pemuda itu tersenyum ketika diperkenalkan kepada Aji. Dia sudah mendengar dari saudara-saudara seperguruannya betapa Aji telah menghajar keras jagoan dari banten itu dan menyelamatkan Neneng Salmah dari penghinaan.
"Andika hebat sekali dapat mengalahkan Jaka Bintara yang digdaya itu!" kata Sudarman sambil memandang dengan sinar mata kagum. Kaki dan tangannya dibalut kuat-kuat dan biarpun dia menderita nyeri yang cukup hebat, namun wajahnya tersenyum dan sedikitpun tidak tampak menderita!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagaimana Darman" Apakah tidak terasa nyeri lagi?"
tanya ayahnya sambil duduk di tepi pembaringan.
"Tentu saja nyeri, bapa. Panas, berdenyut-denyut dan seperti ditusuk-tusuk." jawab Sudarman, akan tetapi sambil tersenyum memandang ayahnya.
"Akan tetapi, kulihat wajahmu sama sekali tidak tampak menderita, Darman! Bagaimana mungkin itu" Engkau malah tersenyum-senyum seolah merasa enak saja!" kata Mang Engkos dengan heran.
Sudarman memandang kepada Aji yang masih berdiri di situ dan tersenyum lebar. "Lalu bagaimana, bapa" Apakah aku harus menjerit-jerit dan menangis" Itupun tidak akan mengurangi rasa nyeri. Yang patah adalah tulang kaki tangan saya, yang nyeri adalah kaki dan tangan itu, bukan aku, bapa."
kata pemuda itu sambil menunjuk dada sendiri.
"Hemm, bagaimana ini" Aku tidak mengerti, Darman.
Kalau engkau merasa nyeri, bagaimana wajahmu dapat terenyum dan berseri-seri seperti ini?" Tanya Mang Engkos smbil mengeleng-geleng kepalanya.
"Ha-ha, bapa. Inilah satu diantara ilmu-ilmu yang kupelajari dari Bapa Guru. Aku yakin ki sanak yang sakti mandraguna ini dapat menjelaskannya kepadamu."
Mang Engkos menoleh kepada Aji yang masih berdiri dan mendengarkan percakapan antara anak dan ayah itu sambil tersenyum. "Anakmas Lindu Aji, benarkah andika mengerti apa yang diucapkan anakku tadi" Jangan-jangan dia itu bicara ngaco karena nyeri dan demam!"
Aji mengangguk. "Aku mengerti, paman. Begitulah kalau sang rasa sudah masuk ke dalam nyeri sehingga menjadi satu, tidak ada perpisahan antara nyeri dan rasa sehingga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orangnya tidak tahu lagi apakah yang dirasakan itu nyeri ataukah nikmat."
"Eh" Bagaimana ini" aku menjadi tambah tidak mengerti!" kata Mang Engkos.
"sudahlah, bapa. hal itu tidak akan dimengerti oleh yang belum menguasai ilmu itu. Pokoknya, kita terima tanpa perlawanan, tanpa keluhan, menerimanya tidak sebagai kenyerian, melainkan sebagai sesuatu yang wajar. Eh, ki sanak, aku tadi mendengar tentang pertandingan melawan Jaka Bintara. hebat sekali! Siapakah namamu tadi?"
"Namaku Lindu Aji."
"Andika masih muda sekali namun sudah sakti mandraguna, Akimas Aji. Sekarang aku minta agar andika tidak kepalang tanggung menolong dan menyelamatkan orang."
Aji memandang pemuda yang rebah telentang di atas pembaringan itu dengan sinar mata bertanya. "Menolong dan menyelamatkan siapakah, Kakangmas Sudarman?"
"Siapa lagi kalau bukan Neneng Salmah" Tolong selamatkan ia, dimas. Ia seorang gadis yang baik sekali, walaupun bekerja sebagai seorang ledek."
"Akan tetapi ...... ia kenapa?" tanya Aji.
"Ah, setelah peristiwa tadi, aku merasa gelisah sekali, dimas. Aku sendiri dan bapa guru sudah tidak berdaya, dan Neneng Salmah tidak mempunyai pelindung. Pada hal peristiwa tadi ...... ah, aku yakin bahwa ia berada dalam bahaya besar."
"Bahaya besar" Bahaya apa dan siapa yang akan mengganggunya?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapa lagi kalau bukan orang Banten itu" Aku melihat sikapnya dan orang seperti itu tentu tidak akan mau berhenti sebelum niat busuknya terlaksana. Dan Tumenggung Jayasiran agaknya amat menghormatinya. Dengan campur tangan sang tumenggung, tidak mungkin Neneng Salmah akan dapat lolos dari cengkeraman orang Banten itu, kecuali kalau andika mau menolongnya."
"Akan tetapi bagaimana caranya, kangmas Sudarman?"
"Begini, dimas. Malam ini biar andika diantar bapa berkunjung ke rumah Ki Salmun, yaitu ayah Neneng Salmah.
Biar Bapa yang menerangkan bahwa sebaiknya andika bermalam di sana untuk menjaga kalau-kalau ada bahaya mengancam gadis itu. Andika tentu bersedia menolong, bukan?"
Aji mengerutkan alisnya. "Tentu saja aku selalu siap sedia menolong siapapun juga. Akan tetapi kalau aku bermalam di sana, apa akan kata orang" Tentu akan menjadi bahan pergunjingan bahwa ada apa-apa yang tidak pantas antara aku dan Neneng Salmah."
"Perduli apa dengan gunjingan orang, dimas" Yang penting kan kita tidak melakukan hal tidak pantas! Kalau andika menolak lalu besok mendengar bahwa Neneng Salmah mengalami bencana, apakah andika tidak akan menyesal?" kata Sudarman dengan suara mendesak.
*** TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
JILID XXIII ji mengerutkan alisnya. Benar juga apa yang dikatakan pemuda yang bijaksana ini. Biarpun orang A sedunia menuduhnya, kalau memang kenyataannya dia tidak melakukan apa yang dituduhkan orang, megapa dia mesti pusing" Gurunya juga selalu mengajarkan bahwa yang penting bagi seseorang adalah eling lan waspodo (ingat dan waspada), yaitu ingat setiap saat dan menyerah kepada Gusti Allah dan waspada terhadap pikiran, kata, dan perbuatan sendiri. Kalau kita waspada dan sadar bahwa kita bersalah, inilah yang penting dan harus kita ubah. Sebaliknya kalau kita tidak bersalah, mengapa harus memusingkan gunjinagn orang"
dan kalau benar besok terjadi sesuatu yang mencelakakan Neneng Salmah pada hal dia menolak bermalam di sana, tentu saja dia akan merasa menyesal bukan main.
"Apa yang dikatakan Darman itu benar, anakmas Lindu Aji. mari kuantar andika berkunjung ke sana."
Aji mengangguk dan berangkatlah mereka berdua ke rumah Neneng Salmah yang berada di sebelah utara tepi kota kadipaten Sumedang.
Akan tetapi, begitu tiba di rumah Ki Salmun, mereka menemukan Ki Salmun menangis kebingungan. Mang Engkos segera bertanya apa yang telah terjadi sedangkan Aji mendengarkan dengan alis berkerut. Ketika Ki salmon melihat Aji dan mengenalnya sebagai pemuda perkasa yang tadi telah menghajar Jaka Bintara dia lalu berlutut menyembah-nyembah.
"Raden ...... tolonglah anak saya ...... tolonglah Neneng Salmah."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aji memegang kedua pundak Ki Salmun dan
menariknya bangkit.
"Tenanglah, paman. tenang dan ceritakan apa yang terjadi."
"Serombongan perajurit datang dan memaksa Neneng Salmah ikut ke rumah Raden Tumenggung Jayasiran yang memanggilnya. Anak saya menolak akan tetapi dipaksa, diseret ke dalam kereta dan dibawa pergi ...... " kata Ki Salmun denngan bingung.
"Kapan hal itu terjadi, paman?" Tanya Aji.
"Baru saja dan saya tidak tahu harus berbuat apa.
Tolonglah ...... tolong anak saya, raden ...... "
"Mang Engkos, temani paman ini dulu. Aku hendak menyusul dan menolong Neneng Salmah!" Setelah berkata demikian, tanpa menanti jawaban tubuh Aji berkelebat lenyap karena dia sudah mempergunakan Aji Bayu Sakti, meloncat dan berlari secepat angin menembus kegelapan malam menuju ke rumah Tumenggung Jayasiran.
Ternyata rumah gedung itu telah sepi. Pesta tadi telah bubar hanya tinggal bekasnya saja, daun dan kertas bekas pembungkus makanan berserak di pekarangan, di bawah panggung. Aji memasuki pekarangan yang sepi, lalu menyusup ke samping dan melompati pagar tembok samping yang tidak begitu tinggi. Dia turun ke sebelah dalam yang ternyata merupakan sebuah taman dan menyelinap di antara pohon dan semak menuju ke gedung yang sudah tampak sunyi itu. Dia bingung karena tidak tahu di mana Neneng Salmah berada, akan tetapi dia yakin bahwa tentu gadis penari itu dibawa ke gedung ini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiba-tiba dia mendengar jerit wanita, akan tetapi segera jerit itu terdiam seolah mulut yang menjerit itu dibungkam.
Jeritan pendek itu cukup bagi Aji yang memberi petunjuk ke mana dia harus mencari. Cepat dia melompat ke bagian belakang gedung. Dia melihat sinar lampu menyorot keluar dari celah-celah jendela sebuah kamar dan terdengar napas orang terengah engah dari dalam kamar itu. Aji lalu mendorong daun jendela kamar dan jendela itupun jebol. Di bawah sinar lampu gantung di kamar itu, dia melihat Neneng Salmah mempertahankan diri, bergumul di atas pembaringan dengan seorang pria yang berusaha merenggut lepas pakaiannya. Gadis itu melawan dengan gigih, mempertahankan pakaiannya dengan cakaran, gigitan dan pukulan. Mulutnya tak mampu mengeluarkan suara karena didekap tangan kiri penyerangnya yang bukan lain adalah Raden Jaka Bintara!
Ternyata Jaka Bintara inilah yang karena merasa penasaran, minta kepada Tumenggung Jayasiran agar dia dapat menguasai Neneng Salmah yang digandrunginya. Tumenggung itu merasa sungkan untuk menolak, apa lagi tadi dia tidak dapat mencegah pangeran Banten yang dikalahkan dan dipermalukan di depan umum. Untuk menghibur hati pangeran itu, Tumenggung Jayasiran memenuhi permintaannya dan memerintahkan pasukan memanggil Neneng Salmah dan memaksa gadis itu datang ke gedungnya dan menyerahkannya kepada Jaka Bintara. Pemuda bangsawan Banten itu menjadi girang sekali dan setelah dia memasuki kamar di mana Neneng Salmah dikeram, dia menerkam gadis itu bagaikan seekor binatang buas! Namun gadis itu melawan dengan sekuat tenaga bahkan sempat mengeluarkan jeritan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika daun jendela jebol, Jaka Bintara terkejut dan dia menjadi lebih kaget lagi ketika menengok ke jendela yang sudah terbuka, dia melihat wajah Aji yang tertimpa sinar lampu dari dalam. Dia terbelalak dan merasa gentar karena dia maklum bahwa dia tidak mampu menandingi pemuda yang sakti mandraguna itu. Apa lagi melihat sinar mata Aji mencorong, Jaka Bintara merasa gentar dan maklum bahwa bahaya besar mengancam dirinya. Orang yang suka bertindak kejam dasarnya memang menyembunyikan perasaan takut.
Maka perasaan takut membuat pemuda ini melepaskan Neneng Salmah dan diapun melompat, membuka daun pintu kamarnya dan lari meninggalkan kamar itu. Dia harus cepat mencari bala bantuan dan siapa lagi kalau bukan gurunya yang akan mampu menandingi Lindu Aji"
Setelah melihat Jaka Bintara melarikan diri, Aji melompat masuk ke dalam kamar itu. Neneng Salmah membereskan pakaiannya yang awut-awutan dan saking lega dan girangnya ia lalu lari menghampiri Aji, menjatuhkan diri berlutut di depan pemuda itu dan merangkul kedua kakinya, menyembah dan mencium kaki seperti orang melakukan sungkem (menghormati orang dengan sembah sujud).
"Terima kasih, raden ...... terima kasih ...... "
Aji cepat memegang lengan gadis itu dan menariknya bangkit. "Cukup, mari kita cepat pergi dari sini."
Neneng Salmah adalah seorang wanita yang tabah. Ia tidak menangis walaupun kedua pipinya masih basah, Ia mengangguk sambil bangkit berdiri dan menurut saja ketika Aji menarik lengannya menghampiri jendela. Akan tetapi pada saat itu Neneng Salmah berseru, "Awas, raden ...... !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aji cepat membalik dan melihat Kyai Sidhi Kawasa sudah berdiri di ambang pintu. Di belakangnya berdiri Jaka Bintara yang berlindung di belakang gurunya. Agaknya Kyai Sidhi Kawasa sudah marah sekali dan tanpa banyak cakap lagi dia sudah mendorongkan kedua tangannya dengan Aji Analabanu. Sinar api berkobar menyambar dari kedua telapak tangannya ke arah Aji. Akan tetapi pemuda itu dengan tenangnya namun dengan pengerahan tenaga sakti sepenuhnya menyambut dengan dorongan kedua tangannya pula. Karena maklum bahwa tenaga kakek ini tentu jauh lebih kuat daripada tenaga Jaka Bintara, maka Aji juga menggunakan Aji Guruh Bumi. Begitu dia mengerahkan tenaga untuk menyambut, kamar itu seolah tergetar hebat, seolah ada gempa bumi.
Demikain hebatnya Aji Guruh Bumi itu.
"Wuuuttt ...... blarrrr ...... !" Dua tenaga sakti yang amat kuat bertemu dan akibatnya, tubuh Kyai Sidhi Kawasa tergetar, sehingga dia melangkah mundur tiga kali. Aji tidak terpengaruh benturan tenaga itu dan dia cepat memondong tubuh Neneng Salmah dan membawanya melompat keluar jendela. Gadis itu memejamkan mata ketika merasa betapa pinggangnya dirangkul dan tubuhnya dibawa "terbang", demikain rasanya karena cepat sekali Aji yang memondongnya itu membawanya lari dan melompati pagar tembok sehingga mereka tiba di luar gedung itu. Barulah Aji menurunkan tubuh Neneng Salmah dari pondongannya. barulah wajah Aji menjadi kemerahan dan jantungnya berdebar.
"Ah ...... nimas, maafkan aku. Terpaksa aku tadi memondongmu agar dapat lari dengan cepat." kata Aji.
Neneng Salmah menjadi semakin kagum. Tadi, ketika melihat pemuda ini menghajar Jaka Bintara, ia sudah merasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kagum dan merasa dibela kehormatannya. Karena itu, ketika ia berada dalam cengkeraman Jaka Bintara dalam kamar tadi, bagaikan seekor domba dalam cengkeraman harimau, lalu Aji muncul dan membuat laki-laki jahat itu melarikan diri, ia menjadi terharu dan bersukur sekali sehingga ia menjatuhkan diri berlutut dan sungkem di depan kaki Aji. Kemudian, pemuda yang dikaguminya itu bahkan melawan serangan kekek mengerikan itu, kemudian memondongnya dan membawanya lari keluar dari gedung Tumenggung Jayasiran.
Dan apa yang dilakukan pemuda itu setelah menyelamatkannya dari bahaya yang lebih mengerikan baginya dari pada kematian" Pemuda itu malah minta maaf karena tadi memondongnya! Belum pernah selama hidupnya Neneng Salmah menemukan pemuda seperti ini! Bijaksana dan berbudi, lemah lembut dan bersusila tinggi! Biasanya, semua laki-laki seperti berlumba untuk dapat menjamahnya, baik mempergunakan pengaruh uang, kedudukan, rayuan atau paksaan. Akan tetapi pemuda ini, yang memondongnya karena hendak membawanya lari dan menyelamatkannya, malah minta maaf! Dan sebutan itu! Nimas! Betapa merdu memasuki telinganya. Betapa membuat ia merasa terhormat. Pada hal, hampir semua pria, kecuali Sudarman, seolah memandang rendah padanya. mereka mengira bahwa semua ledek adalah wanita murahan yang mudah menyerahkan diri kepada setiap orang laki-laki yang mampu memberinya uang! Ia tahu apa artinya sebutan nimas itu, seperti sebutan adinda yang mesra dan akrab. Walaupun sebutan itu biasa dipergunakan di Jawa Tengah, di Mataram, namun ia tahu artinya, maka terdengar amat merdu menyenangkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aduh, raden ...... akulah yang sepatutnya mohon maaf kepadamu. Raden sama sekali tidak mengenalku, akan tetapi andika telah menyelamatkan aku dari bencana, telah menolongku dengan mempertaruhkan keselamatan diri raden sendiri. Akulah yang sepatutnya mohon maaf dan menghaturkan terima kasih. Sampai mati aku tidak akan melupakan budi kebaikanmu yang berlipah itu, raden."
"Hemm, jangan sebut aku raden, Nimas Neneng Salmah. Aku bukan bangsawan seperti Raden Jaka Bintara itu.
Aku seorang dusun biasa, namaku Lindu Aji. engkau cukup memanggilku Mas Aji saja."
"Baiklah, Mas Aji. Bertambah lagi nilai andika di dalam pandanganku. Ternyata andika seorang pemuda yang rendah hati, pula. Akan tetapi dalam pandanganku, andika jauh lebih bijaksana, lebih berharga dari pada sekalian laki-laki bangsawan yang pernah kujumpai dan aku berterima kasih sekali kepadamu."
"Sudahlah, kalau hendak berterima kasih, berterima kasih dan bersukurlah kepada Gusti Allah karena hanya Gusti Allah yang dapat menolong manusia. Aku hanya menjadi alat, menjadi sarana. Mari kuantar engkau pulang ke rumah Ki Salmun yang menunggumu dengan hati gelisah."
"Bapa ...... ah bapa ...... kasihan dia." Mereka lalu bergegas menuju rumah Ki Salmun.
Sementara itu, Kyai Sidhi Kawasa dan Jaka Bintara yang merasa penasaran hendak melakukan mengejaran dan akan minta bantuan pasukan. Akan tetapi Tumenggung Jayasiran muncul dan mencegah mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jangan kejar mereka. Ketahuilah, baru saja aku mendapat kabar bahwa yang bernama Lindu Aji itu mempunyai keris pusaka Nagawelang!"
"Hemm, lalu apa artinya itu?" Tanya Kyai Sidhi Kawasa.
"Itu berarti bahwa dia adalah seorang utusan dan kepercayaan Sultan Agung di Mataram. Dia seorang senopati Mataram!" kata Tumenggung Jayasiran. "Baru saja aku mendapat berita ini dari seorang perajurit pengawal sang adipati. Karena itu, sebaiknya kita tidak membuat permusuhan dengan dia. Bahkan besok pagi sekali kuharap paman mendahuluinya menghadap Gusti Adipati Pangeran Mas Gede, untuk mempererat persahabatan antara Banten dan Sumedang karena saya berpendapat bahwa Lindu Aji itu pasti datang menghadap sang adipati besok. Kalau paman melakukan pengejaran dan menggunakan pasukan, kemudian diketahui sang adipati, saya tentu akan mendapat teguran keras, paman.
Sebaliknya, kalau paman menghadap lebih dulu dan dapat meyakinkan hati sang adipati bahwa Lindu Aji itu mungkin dikirim Mataram sebagai mata-mata dapat membangkitkan kecurigaan dalam hati sang adipati, hal itu akan menguntungkan kita."
Karena alasan yang dikemukakan tumenggung
jayasiran itu kuat, biarpun hatinya masih penasaran, Kyai sidhi kawasa terpaksa mengangguk-angguk dan dia mengajak muridnya kembali ke kamarnya. Jaka Bintara yang sudah dua kali merasa dihalangi dan diganggu Aji, mengepal kedua tangannya.
"Akan kubunuh dia ...... kubunuh dia ...... !"
*** TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Salmah, anakku ...... !" Ki Salmun merangkul anaknya dan keduanya berangkulan sambil menangis.
Mang Engkos yang berada di situ menemui Ki Salmun berkata kepada Ki Salmun. "Sudahlah, kita harus bersukur bahwa Neneng Salmah dapat pulang dengan selamat berkat pertolongan Anakmas Lindu Aji."
Ki Salmun seperti diingatkan. Dia melepaskan anaknya lalu membungkuk dan menyembah kepada Lindu Aji.
"Anakmas, banyak terima kasih atas pertolongan andika. Budi kebaikan terhadap kami sekeluarga sungguh tak ternilai besarnya."
"Sudahlah, paman. Mari kita mengucap sukur dan menghaturkan terima kasih kepada Gusti Allah. Sekarang, yang penting adalah paman dan Nimas Neneng Salmah harus pergi meninggalkan Sumedang untuk mencegah terjadinya hal-hal yang lebih buruk lagi."
Ayah dan anak itu saling pandang dengan mata terbelalak dan Neneng Salmah memutar tubuh menghadapi Aji dengan wajah pucat.
"mas Aji ...... kami ...... kami harus pergi meninggalkan rumah sekarang juga, malam-malam begini" Akan tetapi kemana, mas ...... ?"
"Benar, nimas. terpaksa engkau dan ayahmu harus pergi sekarang juga, kalau tidak, tentu akan muncul gangguan-gangguan baru yang lebih buruk lagi karena sudah jelas bahwa Tumenggung Jayasiran berpihak kepada orang Banten itu.
Besok aku akan melaporkan kepada Paman Adipati Sumedang, minta keadilan. Akan tetapi engkau dan ayahmu harus pergi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dulu sehingga tidak akan terancam bahaya selagi aku pergi menghadap ke kadipaten."
"Akan tetapi ...... Akang ...... eh, Mas Aji. Ke manakah kami harus pergi malam-malam begini?" suara gadis itu terdengar gemetar seperti hendak menangis, bahkan Ki Salmun juga bingung dan tidak mampu berkata apa-apa. Meninggalkan Sumedang malam-malam begini, lalu hendak kemanakah"
"Apakah andika tidak memiliki keluarga yang tinggal jauh dari Sumedang, Paman Salmun?"
Ki Salmun menggeleng kepalanya tanpa mengeluarkan suara karena dia bingung sekali. Bingung harus bersama puterinya pergi begitu saja, meninggalkan rumah seisinya, tanpa tahu harus pergi ke mana!
"Kang Aji ...... " dalam kegugupannya Neneng Salmah keliru menyebut akang, bukan mas kepada Aji yang sesungguhnaya masudnya sama, yaitu kakak atau kanda.
"Kami tidak mempunyai sanak dekat yang kiranya akan mampu menampung kami."
"Kalau begitu, aku yang akan mengatur. Malam ini juga, andika berdua harus meninggalkan Sumedang dan mengungsi ke Cirebon."
"Ke Cirebon?" kata Ki Salmun. "Tapi ...... tapi kami tidak mempunyai keluarga di sana ...... "
"Aku mempunyai sahabat yang amat baik, paman, yaitu Ki Subali yang tinggal di Indramayu. Akan tetapi, sebelum andika pergi ke Indramayu dan tinggal bersama Ki Subali, harap andika lebih dulu pergi ke Kadipaten Cirebon, menghadap Adipati Cirebon Pangeran Ratu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kembali Ki Salmun terbelalak heran. "Menghadap Gusti Adipati Cirebon" Saya ...... saya ...... tidak berani, anakmas!"
"Jangan takut, paman. Aku akan membuatkan sepucuk surat dan paman hanya tinggal menghadap dan menyerahkan surat itu saja. Gusti Adipati Pangeran Ratu tentu akan menyambut paman dan Nimas Neneng Salmah dengan baik.
Kemudian baru andika berdua pergi ke Dermayu, menemui Paman Subali dan menyerahkan pula suratku kepadanya."
"Taapi ...... !" Orang tua itu tampak bingung dan memandang ke sekeliling dalam rumahnya. "lalu bagaimana dengan rumah dan semua milik kami ini?"
"Jangan khawatir, paman. Kukira paman ...... eh, Mang Engkos akan mau menjaganya dan kelak kalau perlu atas namamu menjual semua ini dan uangnya dapat paman pergunakan untuk membeli rumah dan sawah ladang di Dermayu, kalau segalanya sudah tenang kembali. Atau ada kemungkinan juga andika berdua kembali kesini, yaitu ......
kalau keadaan sudah aman dan nimas Neneng Salmah sudah mempunyai seorang suami yang dapat melindunginya."
"Tentu saja aku mau mengurus rumah seisinya ini untuk Adi Salmun. Jangan khawatir akan hal itu!" kata Mang Engkos dengan serius.
"Nah, sekarang aku akan membuat surat untuk Paman Adipati Cirebon dan untuk Paman Subali di Dermayu. Andika berdua dapat berkemas, membawa apa yang sekiranya perlu.
dan Paman ...... eh, Mang Engkos, harap suka mencarikan sebuah kereta dengan kuda-kuda yang dapat disewa untuk mengantar Paman Salmun dan Nimas Salmah ke Cirebon."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mang Engkos segera pergi. Ki Salmun dan Neneng Salmah, biarpun masih bingung, segera berkemas, membawa pakaian dan barang berharga yang tidak terlalu berat, sementara itu Aji lalu membuat dua pucuk surat yang akan dibawa ayah dan anak itu.
Setelah semua beres, Ki Salmun dan Neneng Salmah selesai berkemas, kereta dan dua ekor kuda beserta kusirnya sudah datang, Aji sudah pula menyelesaikan dua sampul suratnya, pemuda itu berkata.
"Nah, sekarang tiba saatnya bagi andika berdua berangkat, Paman Salmun."
Ayah dan anak itu masih tampak bingnung. "Aku ......
aku masih merasa tidak tenang dan khawatir, anakmas ...... "
"Dan aku juga takut, Mas Aji. Bagaimana nanti kalau dalam perjalanan ada oang jahat menhadang dan mengganggu kami ...... " suara Neneng Salmah seperti hendak menangis.
"Tenanglah, paman dan engkau juga, Nimas. Aku sendiri akan mengawalmu malam ini meninggalkan Sumedang.
Baru setelah malam lewat dengan aman, besok pagi andika berdua boleh melanjutkan perjalanan tanpa aku."
Wajah Neneng Salmah yang tadinya muram dan bendungan tangisnya hampir bobol, tiba-tiba saja tampak berseri dan mulutnya tersenyum. Hampir ia melompat dan menari-nari saking girangnya.
"Andika mengantar kami, Mas Aji" Aduh terima kasih, terima kasih. Kalau begitu, mari kita berangkat sekarang juga!
Aku tidak takut lagi!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Juga Ki Salmun merasa lega dan dapat tersenyum.
"Hanya sampai besok pagi, nimas. Besok pagi aku harus kembali ke sini karena masih ada urusan yang harus diselesaikan. Aku akan menghadap Paman Adipati Sumedang, melaporkan
semua kejadian ini agar beliau dapat turun tangan dan mengusir orang-orang Banten yang agaknya didukung Tumenggung Jayasiran itu."
"Nanti dulu, aku ingin bicara dan mengajukan saran. maafkan kalau aku bicara salah, anakmas Aji." kata Mang Engkos.
"Tentu saja boleh. Saran siapapun akan membantu dan amat penting, Mang Engkos. Mungkin saranmu lebih baik daripada apa yang hendak kulakukan." kata Aji.
"Begini, Anakmas Aji dan kalian juga, adi Salmun dan Neneng Salmah. Kukira, kepergian adi Salmun dan anaknya tidak perlu begini tergesa-gesa. Aku mendengar bahwa anakmas Aji telah menyelamatkan Gusti Adipati dari serangan Tumenggung Jaluwisa yang memberontak. Dengan demikian, tentu anakmas dipercaya oleh Gusti Adipati. Kalau anakmas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melaporkan semua ini kepada beliau, tentu beliau akan bertindak, mengusir orang Banten itu dan menindak Tumenggeng Jayasiran. Nah, kalau sudah begitu, bukankah berarti keadaan menjadi aman dan Neneng Salmah tidak terancam lagi. Kalau sudah begiru, aku kira tidak perlu lagi ayah dan anak ini melarikan diri dari Sumedang. Bagaimana pendapat kalian" Bukankah sebaiknya kepergian ini ditunda dan menanti sampai besok pagi, melihat bagaimana keadaannya setelah Anakmas Aji melapor kepada Gusti Adipati?"
Ayah dan anak itu memandang kepada Aji dengan sinar mata penuh harapan. tentu saja mereka juga ingin sekali agar tetap tinggal di Sumedang dan mereka menganggap usul mang Engkos itu baik sekali. Aji menyambut pandangan mereka dan diapun termenung. Bagaimanapun juga, usul itu memang patut diperhatikan. Besar kemungkinan Adipati Sumedang akan mendengarkan laporannya dan bertindak. Kalau Jaka Bintara dan gurunya telah diusir dari Sumedang dan Tumenggung Jayasiran telah ditindak, berarti tidak ada lagi ancaman bagi Neneng Salmah. Mengapa tergesa-gesa menyuruh mereka menyingkir malam-malam begini" Aji mengangguk-angguk.
"Baik sekali saranmu itu, Mang Engkos. Baiklah kalau begitu. Malam ini aku akan tinggal di sini, menjaga segala kemungkinan buruk. Besok pagi-pagi aku akan menghadap Paman Adipati Sumedang dan melaporkan kejahatan Jaka Bintara yang didukung Tumenggung Jayasiran. Kemudian kita lihat perkembangannya."
"Terima kasih, Mas Aji! Terima kasih, mang Engkos!"
Neneng Salmah berseru, sperti bersorak gembira. "Biar kubuatkan masakan untuk andika bedua." Gadis itu lalu berlari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ke dapur untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk mereka semua.
Setelah minum-minum sejenak, mang Engkos lalu berpamit pulang karena dia harus merawat Sudarman dan Ki Bajra yang terluka. Aji dipersilahkan beristirahat dalam sebuah kamar di mana pemuda ini duduk bersila, mengaso akan tetapi tetap waspada melakukan penjagaan. sementara itu, Neneng Salmah berada di kamar ayahnya. Ayah dan anak itu bicara berbisik-bisik, tampaknya serius sekali.
"Sudah kaupertimbangkan baik-baik, Salmah?" Tanya Ki Salmun berbisik.
"Sudah, bapa. Kalau hati sudah merasa, perlukah pikiran mempertimbangkannya lagi" Selama hidupku, belum pernah aku bertemu seorang laki-laki seperti dia. Aku jatuh cinta, bapa, aku merasa berbahagia kalau dapat hidup didekatnya, biar hanya menjadi pelayannya, abdinya.
Tolonglah, bapa, sampaikan keinginanku kepadanya, bicarakanlah urusan perjodohan ini."
Ki Salmun menghela napas panjang. "Hemm, memang sebetulnya sudah matang waktunya bagimu untuk menjadi isteri orang, Salmah. Semenjak tiga tahun terakhir ini, entah berapa banyaknya pinangan pria yang terpaksa kutolak karena engkau masih belum ingin menjadi isteri orang. Bahkan pinangan Sudarman putera Mang Engkos yang begitu baik, terpaksa kutolak. Padahal engkau juga tahu bahwa Sudarman adalah seorang pemuda yang baik sekali, bahkan tadipun dia berusaha untuk membelamu dari orang Banten itu. Akan tetapi engkau menolak juga dan sekarang ...... tiba-tiba engkau ingin menjadi isteri anakmas Aji."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Akang Sudarman memang baik, akan tetapi aku tidak menyukainya, bapa. Sedangkan Mas Aji ini ...... dia telah menjatuhkan hatiku dan aku merasa yakin bahwa hidupku pasti akan berbahagia di dekatnya, walaupun hanya menjadi pelayannya."
"Hemm, kalau tekadmu sudah bulat seperti ini, biarlah besok setelah dia menghadap Gusti adipati, akan kusampaian kepadanya."
"Terima kasih, bapa! Bapa memang seorang yang bijaksana dan berhati mulia! Hatur nuhun (terima kasih) ......, bapa!" Gadis itu merangkul dan mencium pipi ayahnya.
Perbuatan ini mendatangkan rasa haru dalam hati Ki Salmun, membuat ia teringat akan mendiang isterinya dan dua butir air mata jatuh ke atas kedua pipinya.
*** Malam ini tidak terjadi sesuatu. Hal ini sebetulnya berkat Tumenggung Jayasiran yang mencegah Kyai Sidhi Kawasa dan Jaka Bintara yang hendak melakukan pengejaran terhadap Aji. Setelah matahari muncul menerangi bumi, Aji pergi mandi dan menerima ajakan sarapan pagi yang disediakan oleh Neneng Salmah. Sepagi itu Neneng Salmah telah mandi dan bertukar pakaian, tampak bersih dan cantik berseri walau wajahnya yang berkulit putih kuning mulus itu tidak memakai hiasan apapun, bahkan bedakpun tidak. Gadis itu tampak pendiam dan malu-malu. Ki Salmun juga tidak banyak bicara ketika mereka sarapan. Setelah selesai sarapan, Aji berpamit untuk pergi menghadap Sang Adipati Sumedang.
"Kami doakan semoga usaha andika berhasil baik, anakmas." kata Ki Salmun yang bersama puterinya mengantar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pemuda itu sampai ke depan rumah. Setelah Aji pergi, mereka bergegas memasuki rumah dan menutup daun pintu. Kereta yang disewa masih berada di pekarangan dan kusirnya yang dengan setia menanti juga sudah mendapat kiriman sarapan oleh Neneng Salmah.
Ketika tiba di pekarangan gedung kadipaten yang luas, aji disambut oleh para perajurit pengawal dengan penuh kehormatan setelah mereka mengetahui bahwa pemuda itu yang kemarin telah menyelamatkan Sang Adipati. mereka tahu bahwa pemuda itu adalah seorang senopati mataram dan seorang yang sakti mandraguna. seorang dari pengawal segera melapor ke dalam dan tak lama kemudian Aji diantar seorang perwira pasukan pengawal memasuki gedung kadipaten menuju ke ruangan tamu yang luas.
Akan tetapi ketika dia memasuki ruangan tamu di mana Adipati Sumedang, Pangeran Mas Gede, menantinya, Aji merasa terkejut bukan main melihat Kyai Sidhi Kawasa telah duduk berhadapan dengan sang adipati, agaknya menjadi tamu agung yang dihormati! Akan tetapi dia tidak memperlihatkan keterkejutan hatinya dan dengan tenang dia melangkah maju menghampiri lalu melakukan penghormatan dengan sembah sambil berdiri kepada sang adipati.
Pangeran Mas Gede bangkit berdiri dan menyambut Aji dengan senyum ramah. "Ah, akhirnya andika muncul juga, Anakmas Lindu Aji. Silakan duduk, memang sejak tadi kami menanti kedatanganmu. Mari, kami perkenalkan. Anakmas, ini adalah Bapa Kyai Sidhi Kawasa, tokoh besar dari Banten yang juga menjadi penasihat Adipati di Banten. Bapa Kyai, ini adalah Anakmas Lindu Aji, senopati muda Mataram yang telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyelamatkan kami dari ancaman pemberontak Tumenggung Jaluwisa!"
Melihat Kyai Sidhi Kawasa tidak bangkit berdiri, Aji pun lalu duduk dan kedua orang ini saling pandang dengan sinar mata mencorong. Sang Adipati memandang dengan alis berkerut. Tadi dia telah lebih dulu menerima pelaporan datuk Banten itu betapa Aji telah menghina dan membikin malu Jaka Bintara, bahkan telah melarikan Neneng Salmah dari tangan Jaka Bintara. tentu saja sang adipati merasa tidak enak terhadap dua orang tamunya dari Banten mengingat bahwa Raden Jaka Bintara adalah seorang pangeran dan dialah yang sudah memberikan Neneng Salmah kepada pangeran itu untuk menghiburnya. Akan tetapi di lain pihak, diapun berhutang budi kepada Lindu Aji, maka dia menjadi serba bingung.
"Hemm, para senopati Mataram hanya merupakan orang sombong yang suka memamerkan kesaktian, memukul orang-orang tak bedosa, sesuai dengan sifat angkara murka Mataram yang memerangi dan menaklukkan semua daerah.
Akan tetapi Kadipaten Banten tidak akan tunduk kepada Mataram yang angkara murka!" kata Kyai Sidhi Kawasa.
"Paman ...... !" Pangeran Mas Gede terkejut sekali dan wajahnya berubah khawatir.
"Tidak apa-apa, Anakmas Adipati. Mungkin Kadipaten Sumedang memang mengakui kekuasaan Sultan Agung Mataram, akan tetapi kami dari Banten bukanlah taklukan Mataram!" kata Kyai Sidhi Kawasa dengan tajam menggigit.
Aji bangkit perlahan-lahan, memandang kepada kakek itu dengan sinar mata mencorong dan dia berkata dengan tenang, "Kyai Sidhi Kawasa, sudah menjadi watak senopati Mataram sebagai satria sejati untuk menentang yang jahat dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membela yang lemah tertindas. Kalau andika memaksakan kekerasan di manapun andika berada, kalau bertemu dengan aku, sudah pasti aku akan menentangmu!"
"Babo-babo, apa kaukira aku takut kepadamu?" Kyai Sidhi Kawasa bangkit berdiri. Kini dia memegang sebuah tongkat ular cobra yang tampak mengerikan.
Aji juga bangkit berdiri. "Akupun tidak takut kepadamu!"
Dua orang itu saling berhadapan, siap untuk saling serang. Adipati Sumedang cepat bangkit dari kursi dan berdiri di antara mereka, melerai.
"Cukup, kalau ada permusuhan pribadi, harap jangan dipertengkarkan di sini! Apakah andika berdua sama sekali tidak menaruh hormat kepada kami?"
"Maafkan, Anakmas Adipati." kata Kyai Sidhi Kawasa sambil duduk kembali. Akan tetapi Aji menghadapi sang adipati dan berkata dengan hormat.
"Paman Adipati, orang Banten ini dan muridnya telah berlaku sewenang-wenang di kadipaten ini, mengandalkan kesaktian melukai orang-orang, bahkan semalam mereka menculik Neneng Salmah. Tindakan mereka didukung Tumenggung Jayasiran, dan baru saja kakek ini bahkan menghina Mataram. Apakah Paman Adipati akan mendiamkan saja sikap dan perbuatannya?"
"Anakmas Lindu Aji, tenang dan bersabarlah.
Bagaimanapun juga Paman Kyai Sidhi Kawasa ini adalah tamu kehormatan kami, dia adalah utusan kerajaan Banten. Bahkan muridnya, Raden Jaka Bintara, adalah seorang Pangeran Banten. Karena itu, semua urusan harus diselesaikan dengan jalan damai, bukan dengan permusuhan."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hemm, begitukah pendapat paman" Baiklah, kalau begitu saya mohon pamit!" Setelah berkata demikian Aji cepat memberi hormat dan keluar dari ruangan itu, terus berjalan cepat meninggalkan gedung itu menuju ke rumah Ki Salmun.
Ketika ia tiba di sana, Ki Salmun dan Neneng Salmah menyambutnya dengan penuh harapan. Mang Engkos juga sudah berada di situ, ingin mengetahui apa hasil kunjungan Aji ke kadipaten.
"Bagaimana hasilnya, anakmas?"
"Kami tidak perlu pergi, bukan, Mas Aji?" tanya pula Neneng Salmah penuh harapan.
Aji menggeleng kepala dan menghela napas panjang.
"Keadaannya semakin buruk. Ternyata Adipati Sumedang sendiri juga membela orang Banten. Andika berdua bersiaplah, kita pergi sekarang juga. Paman Salmun, tolong berikan surat saya untuk Kanjeng Adipati Cirebon, akan saya tambah sedikit laporan saya."
Ayah dan anak itu tentu saja menjadi prihatin lagi. Ki Salmun cepat mengeluarkan surat itu dan Aji menambahkan laporannya. Setelah itu, Ki Salmun, Neneng Salmah dan Aji lalu naik kereta yang masih siap menunggu di pekarangan dan berangkatlah mereka. Neneng Salmah duduk dalam kereta sambil menangis tanpa suara. Aji dan Ki Salmun duduk di depannya dan kereta bergerak meninggalkan pekarangan rumah itu. Mang Engkos berdiri di pekarangan mengikuti kereta itu dengan pandang matanya yang sayu. Dia ikut berduka dengan nasib Neneng Salmah dan ayahnya. Kalau saja dulu Neneng Salmah menerima pinangannya, pikirnya, tentu sekarang telah menjadi isteri Sudarman dan tidak akan terjadi musibah ini karena Sudarman tentu melarang isterinya menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ledek. Dia berjanji pada diri sendiri akan merawat rumah itu dan isinya dengan baik-baik.
Kereta meluncur laju keluar dari kota Sumedang melalui pintu gerbang sebelah utara. Tidak ada halangan sesuatu dalam perjalanan. Setelah matahari naik tinggi dan mereka tidak menemui gangguan, beberapa kali Neneng Salmah memberi isarat dengan pandang matanya kepada ayahnya, sedangkan Aji memejamkan kedua matanya seperti orang bersamadhi. Sebetulnya dia melakukan hal itu agar tidak usah bertemu pandang terlalu sering dengan Neneng Salmah.
Tadi, ketika beberapa kali dia beradu pandang, dia terkejut melihat betapa sinar mata gadis itu mengandung pandang yang aneh! Seperti orang terharu, orang memohon, dan ada kemesraan yang terasa benar olehnya dalam pandang mata yang indah itu. Melihat ayahnya masih belum juga tanggap, Neneng Salmah bahkan menjulurkan kaki dan menyentuh kaki Ki Salmun yang duduk di depannya. Ki Salmun terkejut memandang puterinya dan kembali Neneng Salmah memberi isyarat dengan kedipan matanya ke arah Aji. Barulah Ki Salmun mengerti apa yang dimaksud puterinya. Sesungguhnya, sejak tadipun dia sudah memikirkan janjinya semalam kepada puterinya, hanya dia merasa rikuh dan sukar untuk mengeluarkan kata-kata menyampaikan keinginan hati anaknya itu.
Dia menoleh kepada Aji yang duduk di sebelah kanannya. Melihat Aji duduk dengan punggung lurus dan kedua mata terpejam dia ragu-ragu dan meoleh kepada anaknya. Neneng Salmah kembali memberi isyarat seolah mendorongnya untuk segera bicara, maka Ki Salmun lalu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggunakan tangan kanannya menyentuh paha kiri Aji dan berkata lembut.
"Anakmas Aji tentu amat lelah dan mengantuk. Semua itu andika lakukan demi kami, sungguh membuat hati kami ayah dan anak merasa tidak enak sekali telah membuat anakmas kelelahan."
Seperti yang diharapkan ayah dan anak itu, Aji tidak tertidur. Dia membuka matanya dan tersenyum menoleh dan memandang kepada Ki Salmun.
"Ah, tidak sama sekali, paman. Saya tidak lelah atau mengantuk, saya sedang memikirkan keadaan Kadipaten Sumedang."
"Kalau begitu maafkan kalau saya mengganggu ketenanganmu, anakmas. Ada sesuatu yang hendak saya sampaikan."
"Ada apakah, paman" Kalau ada persoalan, katakana saja, kenapa mesti ragu-ragu?" Aji merasa heran, apa lagi melihat Neneng Salmah menundukkan muka dengan kedua pipi merah sekali!
"Akan tetapi sebelumnya kami mohon sudilah kiranya anakmas memaafkan kami ...... " Ki Salmun tampak gugup dan mukanya basah berkeringat,
"Tentu saja! Paman ini aneh-aneh saja. Kalau hendak menyatakan sesuatu, katakanlah saja, kenapa harus sungkan-sungkan dan minta maaf segala" Katakanlah, paman, aku yakin tidak akan marah."
"Begini, anakmas. Semalam kami, saya dan Salmah telah merundingkan tentang masa depan kehidupan Salmah. Ia menyatakan keinginan dan kebulatan tekadnya dan saya menyetujuinya, maka dalam kesempatan ini saya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyampaikan kepada anakmas tentang apa yang telah menjadi keputusan kami itu. Anak saya ini sudah mengambil keputusan untuk ...... suwita (menghambakan diri) kepada andika, Anakmas Lindu Aji. Sudah tentu saja kalau anakmas belum beristeri dan sudi menerimanya sebagai isteri."
Aji terbelalak. Sama sekali tidak disangkanya akan mendengar pernyataan seperti itu! Mendadak saja dia teringat kepada Sulastri yang telah kehilangan ingatan dan kini menjadi Listyani atau Eulis. Sejenak dia tidak mampu bicara, hanya memandang kepada Neneng Salmah dan di melihat betapa kini gadis itu semakin menundukkan mukanya sehingga dagunya menempel pada dadanya. Bibir yang merah mungil itu seperti hendak tersenyum, namun gemetar dan tampak giginya rapi dan putih menggigit bibir bawahnya seperti hendak menahan gejolak hati yang membuat bibir itu tergetar. Alangkah ayu manisnya gadis ini! Akan tetapi selain teringat kepada Sulastri, Ajipun teringat akan tugasnya. Memang dia telah bertemu dengan keluarga mendiang gurunya, bahkan telah bertemu dengan putera gurunya dan cucu gurunya yang ternyata adalah orang-orang bijaksana dan baik. Akan tetapi, biarpun dia telah bertemu dengan kakak tirinya seperti yang dipesankan mendiang ayahnya, namun pertemuan itu tidak melegakan hatinya karena dia mendapat kenyataan bahwa kakak tirinya itu terpikat oleh para kaki tangan Kumpeni Belanda. Hal ini haruslah ditentangnya. Dia harus menyadarkan kakak tirinya bahwa kakak tirinya itu diperalat oleh Banuseta, pada hal justru Banuseta itu yang menjadi musuh besar mereka berdua! Tugas ini harus diselesaikannya dan tugas besar lain, membantu usaha Sultan Agung Mataram untuk menyerang Batavia juga harus dia laksanakan dengan baik. Setelah semua itu terlaksana,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
barulah dia akan memikirkan tentang jodoh, akan tetapi tidak sekarang!
"Maaf, paman Salmun. terus terang saja, saya memang belum beristeri. Akan tetapi, paman, pada saat sekarang ini, saya masih mengemban banyak tugas penting dan saya sama sekali belum memikirkan tentang perjodohan, Maaf, saya kira sekarang telah aman bagi andika berdua melanjutkan perjalanan tanpa saya karena saya harus mengambil jalan saya sendiri. Selamat jalan dan selamat berpisah." Aji menyuruh kusir menghentikan kereta dan dia lalu turun dari kereta.
"Mas Aji ...... !" Neneng Salmah cepat turun pula dari kereta. Aji membalikkan tubuhnya dan gadis itu menjatuhkan diri berlutut di depan kakinya. Gadis itu menangis.
"Ada apakah, nimas" Jangan begini, jangan berlutut seperti ini." kata Aji.
"Mas Aji ...... " Neneng Salmah terisak. " ...... apakah andika membenci saya" Apakah andika jijik melihat saya ...... "
Karena saya ...... saya seorang ledek" Tentu saya tidak berharga dalam pandangan andika, tidak berharga menjadi ...... isteri andika ...... "
Aji memegang kedua pundak gadis itu dan
mengangkatnya berdiri sehingga mereka berdiri berhadapan, dekat sekali. "Sama sekali tidak, nimas. Kalau mau bicara tentang siapa yang tidak berharga di antara kita berdua, maka akulah yang tidak berharga untuk menjadi suamimu, nimas.
Andika adalah sorang gadis yang baik sekali, bijaksana dan pandai, seorang seniwati yang jarang bandingannya.
Sedangkan aku" Aku hanya seorang pemuda dusun yang melarat dan tidak memiliki apa-apa. Akan tetapi bukan itu yang menjadi alasanku menolak usul perjodohan yang diajukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ayahmu. Melainkan karena aku masih memiliki tugas yang banyak dan penting dan sama sekali aku belum mempunyai pikiran dan keinginan untuk menikah. Maafkan aku, nimas."
Akan tetapi Neneg Salmah tiba-tiba menjatuhkan lagi dirinya, berlutut sambil merangkul kedua kaki Aji. Ia menangis.
"Mas Aji ...... aku sudah mengambil keputusan untuk menghambakan diriku kepadamu, mas ...... aku mau menjadi apa saja, menjadi abdimu, menjadi hambamu, mencucikan pakaianmu, melakukan semua pekerjaan untuk melayanimu asal andika sudi menerimaku, asal aku diperbolehkan ikut denganmu ...... "
Aji tersenyum dan menghela napas, lalu menggeleng kepalanya, rasa haru memenuhi hatinya. Terasa benar olehnya betapa gadis itu amat mencintainya, begitu pasrah, bahkan mau menjadi budaknya, menjadi abdinya!
"Nimas Neneng Salmah, jangan menuruti perasaanmu, akan tetapi pergunakanlah akal budimu. Bangkitlah dan mari kita bicara secara baik-baik." Suara Aji terdengar begitu penuh wibawa sehingga seolah menyeret Neneng Salmah dari keadaan yang dipenuhi perasaan haru dan duka itu, dan iapun bangkit perlahan-lahan sambil berusaha menghentikan isaknya.
Mereka berdiri berhadapan, Aji, Neneng Salmah dan Ki Salmun.
"Nimas, pikirkanlah baik-baik. Kuulangi sekali lagi.
Penolakan ini sama sekali bukan berarti bahwa aku benci atau tidak suka padamu. Aku masih mempunyai banyak sekali tugas penting yang harus kuselesaikan dan pada saat ini aku sama sekali belum berniat menikah. Dan bagaimana mungkin andika ikut denganku, nimas" Dalam menunaikan tugas ini, hidupku


Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penuh bahaya. Ancaman maut mengintai dari seluruh penjuru.
Aku masih dapat membela dan melindungi diriku sendiri, Nimas Neneng Salmah, akan tetapi bagaimana aku akan dapat melindungimu terus menerus" Engkau akan menyita banyak waktu dan perhatianku untuk melindungi dirimu, mendatangkan banyak kesulitan dan menghalangi terlaksananya semua tugasku. Apakah engkau menghendaki terjadinya hal seperti itu?"
"Aduh! Ampun Gusti! Ah, tidak, tentu saja saya tidak
...... !" jerit nneeng salmah.
"Nah, sukurlah kalau begitu, Andika berdua akan aman tinggal bersama Paman Subali di Dermayu. Dia seorang yang bijaksana. Kelak, kalau semua tugasku sudah selesai terlaksana, baru kita dapat bicara soal perjodohan dengan hati terbuka dan jujur. Bagaimana pendapatmu, Nimas"
Neneng Salmah menyembah. "Aduh, Mas Aji. Andika membuka dan menyadarkan hati dan pikiranku. Aku tadi terlalu hanyut oleh perasaanku dan hanya mementingkan diri sndiri. Aku patut malu. Andika benar, mas Aji. Biarlah aku menaati semua petunjukmu. Semoga Gusti allah kelak memberkahi dan mengabulkan pemohonan dan keinginanku dan semoga Gusti Allah selalu melindungi andika."
"Amin, nimas. Nah, sekarang lanjutkan perjalanan kalian. Aku harus pergi!" Aji melompat dan lenyap dari situ.
"Mas Aji ...... !" Neneng Salmah mengeluh, air matanya bercucuran. Rasanya semangatnya ikut terbang mengejar bayangan pemuda itu.
Salmun menyentuh pundaknya. "Sudahlah, Salmah.
Ucapan Anakmas Lindu Aji tadi benar sekali dan tidak ada yang perlu ditangisi. Mari kita melanjutkan perjalanan sesuai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan petunjuknya". Dia menggandeng lengan anaknya dan mengajaknya memasuki kereta kembali, Kereta lalu melanjutkan perjalanan menuju ke Dermayu lewat Cirebon.
Setelah tiba di Cirebon, tanpa banyak kesulitan Salmun dan puterinya diperkenankan menghadap Adipati Pangeran Ratu, penguasa Cirebon setelah dia melapor kepada perwira pengawal bahwa dia datang menghadap sebagai utusan Lindu Aji. Apa lagi wajah Neneng Salmah juga dikenal oleh perwira itu karena ledek dari Sumedang yang amat terkenal itu pernah pula ditanggap di kadipaten Cirebon.
Setelah Adipati Cirebon menerima surat Aji, membaca laporan pemuda itu bahwa Adipati Sumedang bersikap bersahabat, bahkan memanjakan dan membela pangeran dari Banten yang jahat, dia menjadi marah. Pada hari itu juga Adipati Cirebon mengirim utusan ke Mataram untuk menyerahkan pelaporannya kepada Sulatan Agung. Peristiwa ini menyebabkan kemarahan Sultan Agung dan beberapa bulan kemudian Sultan Agung di Mataram memutuskan untuk memecat Pangeran Mas Gede. Sebagai gantinya diangkat Adipati Ukur yang mewakili Mataram dan menjadi penguasa di Sumedang dan bahkan seluruh Priangan.
Salmun dan Neneng Salmah tidak lama berada di Cirebon. mereka lalu melanjutkan perjalanan mereka ke Dermayu. begitu memasuki Dermayu mereka langsung mencari Ki Subali.
*** Belasan hari yang lalu, Ki Subali dan isterinya mengalami peristiwa yang menggembirakan, namun sekaligus juga mengejutkan dan mengkhawatirkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada suatu siang, suami istri ini duduk diserambi depan dan seperti biasa, kalau mereka sedang duduk berdua tanpa kesibukan tertentu itu, tiada lain yang mereka bicarakan tentu perihal anak mereka, Sulastri. Sudah berbulan-bulan anak tunggal mereka itu meninggalkan mereka dan berita yang mereka dapat tentang anak mereka adalah berita yang membuat mereka berdua selalu merasa gelisah, yaitu ketika Lindu Aji datang berkunjung dan menceritakan bahwa Sulastri terjatuh ke dalam tebing yang amat curam. Yang menghibur hati mereka adalah bahwa Lindu Aji tidak pernah menemukan jenazahnya di bawah tebing, akan tetapi yang mengkhawatirkan hati mereka adalah tidak adanya berita dari anak mereka itu.
Mereka tidak tahu bagaimana dengan nasib puteri mereka, kalau masih hidup di mana ia berada, kalau sudah mati di mana kuburnya.
Melihat wajah isterinya yang pucat dan muram, Ki Subali yang duduk di depan isterinya, terhalang meja, menghibur, "Sudahlah, jangan terlalu membiarkan hati ditekan kesedihan. Hal ini amat tidak baik bagi kesehatanmu."
Nyi Subali memandang suaminya, menghela napas panjang dan akhirnya berkata, "Semua ini adalah kesalahanmu
...... " "Ehh" Mengapa kesalahanku?"
"Kalau dulu engkau tidak membiarkan anak kita mempelajari ilmu silat, tidak melatih aji kanuragan, tentu ia tidak akan berani pergi merantau dan tidak terjadi malapetaka seperti ini. Ia akan menjadi seorang perawan yang alim, yang baik, membantu ibunya melakukan pekerjaan rumah dan mungkin kita sekarang sudah mempunyai mantu, sudah menimang cucu ...... " Wanita itu menahan tangisnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ki Subali menghela napas panjang. "Akupun menyesal kalau memikirkan hal itu. Engkau tahu sendiri bahwa aku seorang yang tidak suka akan kekerasan. Akan tetapi anak kita itu berhati keras dan ialah yang dahulu itu nekat untuk mempelajari aji kanuragan. Akan tetapi semua itu telah terjadi dan tidak ada gunanya disesali lagi. Sekarang kita hanya dapat berdoa dan mohon kepada Gusti Allah semoga anak kita selamat dan pada suatu hari akan pulang ke sini."
Tiba-tiba Nyi Subali menjulurkan tangannya di atas meja dan mencengkeram lengan tangan suaminya, matanya terbelalak memandang ke luar rumah.
"Ada apa, bune ...... ?" Ki Subali berseru kaget melihat isterinya memandang keluar rumah., diapun menoleh dan memandang ke pekarangan. Mereka berdua melihat dua orang memasuki pekarangan. seorang gadis yang bukan lain adalah Sulastri!
"Ia ...... ia ...... Sulastri anakku ...... !" Nyi Subali lalu bangkit dan berlari keluara diikuti suaminya.
Gadis itu tertegun melihat suami istri itu berlari keluar, yang wanita lari sambil menangis. Apa lagi ketika wanita yang wajah dan bentuk tubuhnya tidak asing baginya akan tetapi yang tidak dikenalnya siapa itu langsung merangkulnya sambil menangis. Eulis hanya bengong, membiarkan dirinya dirangkul dan diciumi sehingga mukanya basah oleh air mata yang membanjir keluar dari mata wanita itu.
"Sulastri ...... anakku ...... !" Nyi Subali berkata dalam tangisnya, akan tetapi ibu ini dapat merasakan juga dengan penuh kekagetan dan keheranan betapa gadis itu sama sekali tidak menanggapinya, tidak membalas rangkulan dan ciumannya, melainkan hanya berdiri seperti patung! Maka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
iapun melepaskan rangkulannya untuk dapat mengamati wajah anaknya dengan jelas sambil membelalakkan matanya yang masih basah.
"Engkau ...... engkau Lastri anakku ...... engkau kenapa
...... " Eulis balas memandang dan menggelengkan kepalanya.
Ada rasa suka dalam hatinya terhadap wanita ini, akan tetapi tetap saja ia tidak mengenal siapa wanita yang mengaki ibunya itu.
"Saya tidak mengenal bibi. Nama saya Listyani, biasa dipanggil Eulis ...... "
"Lastri, apa maksudmu dengan kata-kata itu" Engkau Sulastri anak tunggal kami! Mustahil engkau tidak mengenal ayah ibumu sendiri!" Ki Subali membentak penasaran melihat sikap dan mendengar ucapan Sulastri.
Gadis itu memandang Ki Subali. Iapun merasa suka melihat laki-laki setengah tua itu, akan tetapi ia tidak tahu siapa dia. Ia menggeleng kepalanya. "Saya ...... saya tidak mengenal andika ...... "
Selagi Ki Subali dan isterinya kebingungan, Jatmika melangkah maju dan berkata. "Maaf, kanjeng paman dan kanjeng bibi, saya kira hal ini perlu penjelasan dari saya."
Karena tadi seluruh perhatiannya tertuju kepada anaknya, maka baru sekarang Ki Subali memperhatikan pemuda itu. Dia mengerutkan alisnya, memandang pemuda itu dengan penuh kecurigaan, seolah dia hendak menyalahkan pemuda itu akan keadaan Sulastri yang aneh itu.
"Siapa andika" Bagaimana andika dapat bersama anak kami" Mengapa anak kami menjadi begini?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jatmika mengangkat kedua tangannya ke atas, menyabarkan hati orang tua itu. "Harap paman dan bibi tenang dan bersabar. Saya mengerti kegelisahan andika berdua. Saya dapat menceritakan keadaan Nimas Eulis dengan jelas. Apakah tidak sebaiknya kalau kita bicarakan masalah ini di dalam saja?"
Barulah Ki Subali teringat bahwa tadi dia bersikap kurang bijaksana terhadap pemuda ini, sebelumnya telah menyangka yang bukan-bukan.
"Maafkan kami ..... kami bingung tadi ...... silakan anakmas, silakan masuk. Bune, ajaklah Sulastri masuk."
Nyi Subali merangkul gadis itu. "Lastri, mari masuk rumah, nak."
"Bibi, nama saya Listyani, panggil saja Eulis." bantah Eulis dengan suara lembut karena ia merasa hormat dan suka kepada wanita itu.
"Baiklah. ...... Eulis ...... mari kita masuk dan bicara di dalam ...... " kata ibu itu dengan hati tersayat keharuan. Eulis menurut saja ketika ia dirangkul dan diajak masuk. Mereka berempat lalu masuk ke ruangan dalam dan mengambil tempat duduk. Nyi Subali duduk di dekat Eulis dan tak pernah melepaskan gadis itu dari rangkulannya,
"Begini paman dan bibi. Sebelum saya bercerita tentang Nimas Eulis, saya ingin memperkenalkan diri lebih dulu. Nama saya Jatmika dan saya adalah cucu dari Eyang Ki Ageng Pasisiran yang tentu paman telah mengenalnya."
"Ah, maksudmu, guru Sulastri di pantai itu?"
"Benar, paman. menurut cerita yang kudengar dari Adimas Lindu Aji, mula-mula Nimas Eulis yang tadinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bernama Sulastri ini terjatuh dari atas tebing yang curam ketika bersama Adimas ia melawan gerombolan perampok."
"Hal itu sudah kami dengar dari anakmas Lindu Aji sendiri, Anakmas Jatmika. Dia menceritakan bahwa Sulastri jatuh dari atas tebing. Akan tetapi setelah selama dua hari Anakmas Aji mencari-cari, dia tidak dapat menemukan Sulastri di bawah tebing, Hal itu mendatangkan harapan bagi kami bahwa anak kami masih hidup. Akan tetapi hanya sampai di situ sajalah cerita anakmas Aji tentang Sulastri. Selanjutnya kami tidak tahu apa yang terjadi dengannya, dan tahu-tahu ia kini muncul bersama andika dalam keadaan seperti ini, tidak ingat kepada kami orang tuanya."
"Ah, kiranya Adimas Aji telah datang kepada paman berdua" Sekarang saya yang akan melanjutkan ceritanya, paman. Saya bertemu dengan Nimas Sulastri ...... "
"Kangmas Jatmika, aku lebih senang disebut Eulis!"
Sulastri atau Eulis mencela.
Jatmika tersenyum. "Baiklah, Nimas. akan tetapi aku harus menceritakan keadaan yang sesungguhnya kepada Paman dan Bibi Subali. " Eulis diam saja, hanya memandang wajah Nyi Subali yang masih merangkul pinggangnya.
"Saya bertemu dengan Nimas Eulis dan berkenalan ketika berdua melawan gerombolan jahat."
"Kangmas Jatmika yang telah menolong saya ketika saya dikeroyok orang-orang jahat." kata Eulis. peristiwa itu tidak dapat ia lupakan karena sejak saat peristiwa itulah iangatannya mulai bekerja. sejak saat itu sampai sekarang saja yang dapat diingatnya, dan sebelum itu, ia tidak ingat apa-apa.
"Setelah lami berdua membasmi gerombolan jahat itu, kami berkenalan dan saat itu Nimas Eulis tidak ingat apa-apa,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak tahu siapa dirinya dan apa yang terjadi dengan dirinya sebelumnya, karena itu, saya memilihkan nama Listyani atau disingkat Eulis kepadanya."
"Itu memang namaku! Aku suka disebut Eulis!" kata pula gadis itu.
Setelah mendengar keterangan Jatmika bahwa puterinya memang kehilangan ingatannya, dengan penuh pengertian Nyi Subali merangkul leher Eulis dan mencium pipinya. "Baiklah, anakku, mulai sekarang aku akan menyebutmu Eulis, kalau engkau menyukai nama itu." katanya lembut.
"Kemudian bagaimana, Anakmas Jatmika" Tanya Ki Subali.
"Kami berdua tertawan orang-orang jahat yang bersekutu dengan seorang senopati Sumedang yang hendak memberontak terhadap Adipati Sumedang. mereka memaksa kami untuk membantu mereka memberontak terhadap Pangeran Mas Gede, adipati sumedang. Untung sekali kami bertemu dengan Adimas Lindu aji yang melindungi sang adipati membasmi para pemberontak. Adimas Aji yang menganjurkan agar kami berdua datang kesini, paman. Siapa tahu, di sini Nimas Eulis akan dapat memulihkan ingatannya."
Eulis yang sejak tadi mendengarkan, menatap wajah Ki Subali dan Nyi Subali bergantian. Dua wajah yang menimbulkan rasa suka di hatinya, dua wajah yang tidak terasa asing baginya, akan tetapi dua wajah yang sama sekali tidak diingat siapa mereka.
"Kami akan berusaha mencarikan usaha pengobatan untuk memulihkan ingatannya, anakmas." kata ki Subali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jadi andika berdua ini adalah ayah dan ibu kandungku" Dan namaku sebenarnya Sulastri?" kata Eulis sambil mengerutkan alisnya. "Akan tetapi, sungguh aku sama sekali tidak ingat, tidak merasa mengenal dengan andika berdua dan hanya tahu dan ingat bahwa namaku Listyani atau Eulis, bukan Sulastri."
Dengan penuh kesabaran Ki Subali yang bijaksana berkata, "Baiklah, nak. Mulai saat ini, engkau bernama Listyani atau Eulis seperti yang kaukehendaki, dan engkau anggaplah kami suami isteri sebagai pengganti ayah ibumu.
Maukah engkau tinggal di sini bersama kami dan menjadi anak angkat kami?"
"Benar, Nimas Eulis. Engkau sebaiknya tinggal di sini bersama Paman Subali dan bibi. Mereka amat menyayangmu dan mudah-mudahan engkau akan menemukan ingatanmu kembali akan masa lalumu. Aku sendiri harus pergi untuk mengunjungi makam ayahku dan kakekku, kemudian aku akan mencari para pembunuh mereka!"
"Ah ...... ! Apakah ...... Ki Ageng Pasisiran terbunuh, anakmas Jatmika?" Tanya Ki Subali dengan terkejut dan heran.
Jatmika menghela napas panjang. "Saya mendengar berita mengejutkan dan menyedihkan ini dari Adimas Lindu aji, paman. Ayah dan kakek saya terbunuh oleh penjahat yang bersekutu dengan para mata-mata kumpeni belanda."
"Ah, jahat sekali! Seorang yang sudah tua dan bijaksana seperti Ki Ageng Pasisiran juga dibunuhnya!" kata Ki Subali.
"Benar, paman. mereka itu jahat sekali. Selain menjadi antek Kumpeni Belanda, mengkhianati tanah air dan bangsa sendiri, mereka juga kejam. Karena itu, saya harus mencari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka dan membalas kematian ayah dan kakek saya. Nah, saya mohon diri, paman dan bibi. engkau juga, nimas, aku pergi sekarang."
Jatmika cepat keluar dari rumah itu. Setelah dia tiba di luar, Eulis bangkit dan berlari keluar, "Kakangmas Jatmika, tunggu ...... !"
Nyi Subali bergerak hendak mengejar, akan tetapi suaminya memegang pundaknya dan mencegahnya. "Sstt ......
jangan kejar, biarkan saja mereka berdua bicara di luar.
Tidakkah engkau melihat bahwa ada hubungan batin yang lebih akrab di antara mereka?" kata Ki Subali lirih dan isterinya mengangguk, lalu menjatuhkan dirinya terduduk kembali. Ia masih merasa terpukul melihat anak tunggal yang dikasihinya itu kini tidak mengenalnya sebagai ibu lagi!
Sementara itu, mendengar seruan Eulis, Jatmika berhenti dan memutar tubuhnya. Dia melihat Eulis mengejarnya keluar rumah dan mereka berdua berdiri berhadapan di pekarangan rumah itu.
"Nimas Eulis, ada apakah?" tanyanya sambil tersenyum. Betapa cantiknya gadis ini, pikirnya dan hatinya dipenuhi rasa sayang.
"Kakangmas Jatmika, kenapa engkau tidak mengajak aku?" Eulis bertanya dan dalam suaranya terkandung teguran.
"Nimas, apakah engkau ingat bahwa Eyang Tejo langit atau Ki Ageng Pasisiran itu gurumu?"
Eulis menggeleng kepala dengan sedih. "Aku tidak ingat sama sekali, aku tidak tahu siapa guruku ...... "
"Nah, apakah engkau tidak ingin menemukan kembali ingatanmu yang hilang itu" Tinggallah di sini, di rumahmu sendiri, di rumah ayah ibumu yang telah kaulupakan agar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perlahan-lahan engkau dapat menemukan kembali inagatanmu.
Percayalah, nimas. Hal ini yang terbaik untukmu. Aku sendiri mempunyai banyak tugas yang harus kuselesaikan. Aku berjanji bahwa kalau semua tugas telah kuselesaikan, aku pasti akan kembali ke sini."
"Benarkah, kakangmas" Engkau akan kembali ke sini"
Engkau tidak akan melupakan aku?" tanya Eulis dengan wajah memelas.
Jatmika tidak dapat menahan hatinya yang penuh kasih sayang, Dia maju dan memegang kedua tangan gadis itu.
"Betapa mungkin aku dapat melupakanmu, nimas" Aku akan selalu ingat kepadamu karena aku ...... aku ...... cinta padamu, nimas ...... "
"Engkau penolongku dan engkau merupakan orang yang paling baik bagiku. Kakangmas Jatmika, aku ...... aku akan ...... merindukanmu, karena aku ...... jangan pergi terlalu lama ...... "
Jatmika menggenggam jari-jari tangan yang lembut hangat itu. "Aduh, nimas. Betapa bahagia hatiku mendengar ucapanmu ini. Aku juga selalu akan merasa rindu padamu.
pecayalah, aku pasti kembali dan aku ...... aku akan melamarmu kepada Paman Subali, untuk menjadi istriku."
"Kangmas ...... "
Jatmika tidak ingin terseret gelombang gairah cintanya.
Dia melepaskan tangan gadis itu. "Cukup, nimas. Selamat tinggal, selamat berpisah untuk sementara waktu. Aku akan segera kembali." Dia lalu memutar tubuhnya karena dia merasa bahwa kalau dia membiarkan dirinya terlalu lama berdekatan dan berbincang-bincang dengan gadis itu, dia tidak akan mampu memisahkan diri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Eulis masih berdiri memandang sampai bayangan pemuda itu menghilang di sebuah tikungan. Ia masih tertegun mendengar ucapan pemuda itu dalam kalimat terakhir. Menjadi isterinya" Menjadi isteri Jatmika" Hal ni sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. Memang dengan terang harus ia akui bahwa ia kagum dan suka kepada Jatmika yang selalu sopan, lembut dan halus budi. Apa lagi pemuda itu selalu menolongnya, bahkan untuk membelanya pemuda itu rela mempertaruhkan keselamatan nyawanya" Sama sekali belum pernah terpikirkan dan pernyataan Jatmika tadi bagaikan halilintar menyambar dan membuarnya sadar sepenuhnya bahwa pemuda itu mencintanya!
"Eulis ...... !"
*** JILID XXIV Eulis menoleh dan ia melihat Nyi Subali
menghampirinya perlahan-lahan. Eulis tersenyum. Ia merasa suka sekali kepada wanita ini. Pandang matanya yang demikian lembut dan mengandung kasih sayang yang terasa sekali olehnya, wajahnya yang baginya tampak cantik sekali.
"Bibi ...... !" katanya dan balas merangkul ketika Nyi Subali merangkulnya.
"Bocah nakal!" kata Nyi Subali sambil mencium pipi gadis itu. "Kenapa masih memanggilku bibi" Bukankah engkau kini telah menjadi anakku" Anakku yang tersayang" Engkau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah menjadi anakku, Eulis, karena itu sebut aku ibu, jangan bibi!"
Eulis tersenyum dan mereka bergandengan tangan memasuki rumah. "Eh, maaf, aku lupa ......, ibu."
Nyi subali menahan tangisnya. suara itu! Masih suara Sulastri. Aneh mendengar anaknya sendiri menyebut ibu kepadanya dengan malu-malu. Pada hal itu suara Sulastri, seperti dahulu kalau menyebut ibu kepadanya. lembut dan manja! Sinar matanya membayangkan kebandelan.
"anak nakal!" Nyi Subali mempererat gandengannya dan tertawa. Eulis merasa dimanja dan iapun tertawa senang.
Demikianlah, mulai hari itu Eulis tinggal di rumah Ki Subali dan isterinya. Ia bukan seorang gadis bodoh. Sama sekali bukan. Ia bahkan seorang gadis yang cerdik sekali.
Karena itu, iapun menemukan keanehan-keanehan dalam dirinya. Ia merasa amat dekat dengan "orang tua angkatnya", ia merasa akrab dengan segala sesuatu yang berada dalam rumah itu, pelatarannya, kebunnya, bahkan pohon-pohon yang tumbuh di sekitar rumah. Lebih-lebih lagi, ia menemukan pakaian-pakaian dalam sebuah kamar yang diberikan kepadanya, dan semua pakaian itu cocok dan pas bagi tubuhnya. Kamar tidur itu, dengan pembaringan, dengan meja kursinya, semua itu sama sekali tidak asing baginya. Aan tetapi ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu dengan Ki Subali dan Nyi Subali. Setelah beberapa hari tinggal di situ, dekat dengan Ki Subali dan Nyi Subali, kecerdikan akalnya membuat ia yakin akan keadaan dirinya. Ia merasa yakin bahwa Ki Subali dan isterinya adalah ayah ibunya, dan bahwa benar ia anak tunggal mereka yang bernama Sulastri. Ia dapat menduga bahwa ia tentu telah kehilangan ingatannya dan menurut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keterangan pemuda yang bernama Lindu Aji itu, seperti juga diceritakan Jatmika kepada Ki Subali dan isterinya, ia telah terjatuh dari tebing yang tinggi. Kenyataannya ia tidak mati, akan tetapi kehilangan ingatannya. Hal ini membuat ia menduga bahwa tentu kejatuhan dari tebing yang tinggi itulah yang telah membuat ia kehilangan ingatan! Samar-samar ia dapat ingat bahwa ia terjatuh ke tangan gerombolan penjahat, melawan mereka yang dibantu Jatmika. Itulah saat-saat ia dapat ingat dan sebelum itu, ia tidak ingat apa-apa. Kini ia percaya bahwa ia adalah Sulastri, anak tunggal Ki Subali dan isterinya. Akan tetapi, semua itu hanya dugaan yang muncul dari penalaran. Ingatannya belum kembali dan ia belum dapat ingat akan gurunya, Ki Ageng Pasisiran. Untung bahwa semua ilmu yang pernah ia pelajari telah mendarah daging, telah menyatu dengan dirinya sehingga walaupun ia tidak ingat akan teorinya, ia masih dapat memainkannya dengan baik.
Ki Subali dan Nyi Subali maklum akan keadaan diri puteri mereka itu. Suami isteri ini adalah orang-orang bijaksana dan amat mengasihi anak tunggal mereka. Mereka juga dapat menduga bahwa anak mereka itu tentu mengalami cidera ketika terjatuh dari tebing curam sehingga kehilangan ingatannya.
Dengan sabar dan telaten mereka menuntun ingatan Eulis untuk kembali ke masa lalu. Mereka menceritakan keadaan gadis itu ketika masih kecil, kenakalan-kenakalannya sampai ia tumbuh dewasa dan menjadi murid Ki Ageng Pasisiran. Eulis kini mulai hafal akan cerita tentang pengalaman-pengalamannya sejak kecil, akan tetapi hal ini tidak memulihkan ingatannya. Ia hanya tahu akan keadaan dirinya sendiri dari cerita kedua orang tua itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Betepapun juga, ia masih tetap ingin disebut Listyani atau Eulis. Nama ini sudah melekat dalam hatinya, terutama sekali karena nama itu pemberian Jatmika, pemuda yang telah menolong dan menyelamatkannya. Dan Ki Subali beserta isterinya yang bijaksana dan sabar itupun tidak memaksakan nama Sulastri kepada anak mereka. Mereka dengan hati tulus menyebutnya Eulis, merasa seolah kini puteri mereka itu telah berganti nama!
Belasan hari telah berlalu. Ki Subali dan isterinya merasa lega dan berbahagia. biarpun Sulastri atau Eulis belum menemukan kembali ingatannya, namun gadis itu tidak kehilangan kelincahannya. Masih lincah genbira dan bandel nakal seperti dulu!
Pada suatu hari Sulastri duduk seorang diri di pendopo rumahnya. Ia duduk termenung. Tiba-tiba terdengar suara kucing.
"Meyoooongggg ...... !"
Sulastri atau Eulis sadar dari lamunannya. ia memandang ke bawah dan melihat seekor kucing mendekatinya lalu kucing itu dengan manja membelai-belai kaki Eulis dengan leher dan perutnya. Eulis tertawa, membungkuk dan mengangkat kucing itu lalu dipangkunya dan dibelai kepala kucing dengan tangannya. Kucing itu dengan manja memejamkan mata dan menggeliatkan badannya.
"Candra, agaknya engkau masih mengenal aku. Ayah dan ibu menceritakan bahwa dulu engkau adalah kucing kesayanganku." kata Eulis lirih dan kucing itu mengeong lirih pula. Seekor kucing yang indah bulunya. Bulu halus tiga warna dan kucing itu, menurut Nyi Subali, dulu ditemukan Eulis di dalam hutan, dibawa pulang dan diberi nama Candramawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kucing ini memiliki wibawa seperti harimau. Kalau ia lapar, dengan mengarahkan pandang matanya yang hijau mencorong itu ke arah seekor cecak yang sedang merayap di atas dinding, cecak itu akan jatuh dan menjadi mangsanya. Demikian pula, kalau ia mengejar tikus, tikus itu akan demikian ketakutan sehingga tidak mampu lari lagi, tinggal tubruk saja! Eulis tidak ingat lagi akan semua itu, akan tetapi cerita ibunya membuat ia merasa sayang kepada kucing itu.
Suara derap kaki kuda dan roda kereta membuat Eulis mengangkat muka memandang ke arah jalan di depan rumahnya. Ia melihat sebuah kereta berhenti di tepi jalan raya di depan pekarangan. Dua orang turun dari atas kereta, seorang laki-laki setangah tua dan seorang wanita muda. Wanita itu cantik manis dengan tubuh yang luwes dan ramping. Kedua orang itu lalu memasuki pekarangan. Eulis memandang penuh perhatian. Ia tidak merasa kenal kepada dua orang itu, akan tetapi karena mereka itu agaknya hendak berkunjung dan bertamu, Eulis lalu bangkit berdiri menyambut setelah melepaskan kucingnya ke atas lantai.
"Puuuunten ...... !" kata laki-laki itu dan gadis manis itupun memberi hormat dengan membungkuk.
"Maaaangga!" jawab Eulis mempersilakan.
"Maafkan kami, nona. Kami ingin bertanya, apakah benar di sini rumah Ki Subali?" tnya laki-laki itu yang bukan lain adalah Ki Salmun bersama anaknya Neneng Salmah.
Eulis mengangguk. "Benar, paman."
Wajah Ki salmun tampak gembira. akhirnya sampai juga dia ke tempat tujuan. "Dapatkah saya bertemu dan bicara dengan dia, nona" Kami datang dari Sumedang, dan menjadi utusan Anakmas Lindu Aji."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar nama ini, Eulis menjadi girang. Lindu Aji adalah pemuda sakti mandraguna yang telah menolong ia dan Jatmika, bahkan pemuda itu masih terhitung saudara seperguruan karena guru pemuda itu dan gurunya sendiri masih bersaudara.
"Ah, tentu saja, paman. Silakan andika berdua duduk menanti di sini, saya akan memberitahu bapa." Setelah mempersilakan dua orang tamunya duduk, Eulis lalu masuk ke dalam rumah dan menemui ayahnya yang berada di bagian belakang rumah bersama ibunya.
"Bapa di luar ada dua orang tamu yang mengaku sebagai utusan Kakangmas Lindu Aji, ingin bertemu dan bicara dengan bapa. Mereka seorang laki-laki setengah tua dan seorang gadis cantik."
Mendengar ini, Ki Subali dan isterinya lalu bangkit dan menuju keluar, diikuti Eulis yang ingin tahu siapa dua orang yang mengaku diutus Lindu Aji itu.
Setelah mereka tiba di luar, dua orang tamu itu bangkit berdiri dan Ki Subali memandang heran karena dia tidak mengenal tamu itu. Ki Salmun memberi hormat dan bertanya.
"Apakah andika yang bernama Ki Subali?"
Ki Subali membalas penghormatan itu dan menjawab,
"Benar, ki sanak. Saya bernama Ki subali, ini isteri saya dan ini anak saya Eulis Listyani."
"Saya bernama Ki Salmun dan ini anak saya Neneng Salmah. Kami datang dari Sumedang dan menjadi utusan Anakmas Lindu Aji untuk menyerahkan surat ini kepada andika." Setelah berkata demikian, Ki Salmun mengambil surat dari balik bajunya dan meneyerahkan kepada Ki Subali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ki subali menerima surat itu, lalu berkata dengan ramah.
"Silakan duduk, ki sanak. Hemm, puterimu ini bernama Neneng Salmah" Bukankah ia waranggana yang terkenal dari Sumedang itu?"
Ki Salmun dan Neneng Salmah duduk kembali, berhadapan dengan Ki Subali dan anak isterinya. Mendengar pertanyaan itu, Ki Salmun menghela napas panjang.
"Benar, dan justeru karena ia menjadi waranggana itulah yang kini mendatangkan bencana atas diri kami!"
Kembali Ki Salmun menghela napas panjang. "Untunglah bagi kami bahwa pada saat berbahaya muncul Anakmas Lindu Aji menyelamatkan anak saya."
"Hemm, apakah yang telah terjadi, paman?" Tiba-tiba Eulis bertanya.
"Nanti dulu, Eulis. Biar kubaca dulu surat dari Anakmas Aji ini, mungkin dia memberi penjelasan akan apa yang telah terjadi." kata Ki Subali dan Eulis lalu berdiam diri, memandang ketika ayahnya membuka surat dan membacanya.
Setelah membaca surat itu dengan saksama, Ki Subali mengangkat muka memandang kepada Ki Salmun dan berkata,
"Ki sanak, dalam suratnya ini anakmas Lindu Aji hanya memberitahu bahwa andika dan puteri andika terancam bahaya besar dan harus meninggalkan Sumedang dan untuk sementara waktu menyingkir jauh dari Sumedang. Selain itu, dia minta kepada kami agar kami dapat menerima andika berdua tinggal di sini untuk sementara waktu."
"Sesungguhnya, ki sanak, kami tidak mempunyai keluarga di luar Sumedang dan kami tidak tahu harus melarikan diri ke mana. Kami hanya menaati pesan Anakmas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aji yang menjadi penyelamat dan penolong kami, karena itu hari ini kami datang ke hadapan andika. Akan tetapi, ki sanak, harap andika jangan memaksakan diri menerima kami berdua hanya karena ada surat dari anakmas Aji. Kalau sekiranya andika sekalian merasa keberatan menampung kami, katakanlah saja. Kami tidak akan merasa menyesal dan kami akan mencari tempat pemondokan sedapatnya." Ucapan ini dikeluarkan dengan suara menggetar namun penuh kejujuran seorang seniman.
Ki Subali sendiri seorang dalang, sasterawan, seorang seniman. Diapun menjawab sejujurnya. "Rumah kami cukup besar dan kami selalu siap untuk menolong orang yang patut ditolong. Karena itulah mungkin maka Anakmas Aji mengirim kalian berdua ke sini. akan tetapi sebelum kami memutuskan apakah andika berdua patut ditolong atau tidak, ceritakanlah terlebih dahulu apa yang andika berdua alami di Sumedang."
"Nanti dulu, paman!" tiba-tiba Eulis berkata kepada Ki Salmun. "Jangan paman ceritakan dulu tentang itu, tunggu saya akan mengambilkan suguhan minum lebih dulu. Saya harus ikut mendengarkan!" Setelah berkata demikian Eulis bangkit dari duduknya.
Neneng Salmah ikut berdiri. "Bolehkah saya membantumu, Neng Eulis?" tanyanya dengan bahasa yang halus.
Eulis tersenyum. "Aeh, mengapa pakai sebutan neng (nona) segala" Sebut saja aku Eulis, Neneng Salmah."
"Terima kasih, Eulis, Nah, aku boleh membantumu, bukan?"
Dua orang gadis itu lalu bergandeng tangan dan menuju ke dapur di bagian belakang rumah. Tak lama kemudian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka sudah keluar membawa minuman air teh. Sementra itu Ki Salmun benar saja tidak menceritakan tentang malapetaka yang menimpa dia dan puterinya, hanya menceritakan tentang keadaannya, bahwa dia seorang duda bahwa pekerjaannya adalah sebagi tukang kendang dan selalu menemani puterinya kalau ditanggap.
Kini Neneng Salmah ditarik oleh Eulis dan duduk disebelahnya, keduanya tampak akrab sekali. Tadi ketika menyiapkan minuman di dapur, keduanya saling bicara dan kini mereka mengetahui akan keahlian masing-masing yang membuat mereka saling merasa kagum.
Ki Salmun lalu bercerita, dimulai dari ditanggapnya rombongan keseniannya di rumah Tumenggung Jayasiran. Ia menceritakan tentang keributan yang terjadi karena adanya pertandingan rebutan ledek sampai munculnya Raden Jaka Bintara dari Banten yang bengis, kejam dan sombong itu.
Kemudian muncul Lindu Aji yang mengalahkan Jaka Bintara sehingga melegakan hati para penduduk Sumedang yang merasa tersinggung oleh ulah pemuda Banten yang sombong itu.
"Kami tidak menyangka bahwa peristiwa itu berekor panjang dan mendatangkan malapetaka bagi kami. Malamnya, datang pasukan pengawal Tumenggung Jayasiran yang memaksa Neneng Salmah untuk berkunjung ke tumenggungan.
Karena yang memanggil sang tumenggung, kami tidak berani membangkang dan Neneng Salmah dibawa ke sana."
"Hemm, engkau dibawa dengan paksa ke rumah Tumenggung Jayasiran itu, Neneng" Lalu apa yang terjadi denganmu" Ceritakanlah kepadaku!" kata Eulis tak sabar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sepasang mata bening Neneng Salmah menjadi basah dan beberapa butir air mata menitik keluar ke atas pipinya.
"setelah tiba di sana, aku dikeram dalam sebuah kamar dan tak lama kemudian muncul ...... pemuda bangsawan dari Banten yang kejam itu ...... "
"Hemm, yang namanya Bintara itu?" Tanya Eulis.
"Mau apa dia?"
"Dia ...... dia hendak ...... memaksa dan memperkosaku
...... " "Jahanam busuk! Keparat! Jangan takut, Neneng. aku akan pergi ke Sumedang mencari dia! Akan kuhancurkan kepala jahanam itu!" kata Eulis dengan marah sekali.
"Sabarlah, Eulis. kita dengarkan dulu cerita mereka."
kata Ki Subali menyabarkan anaknya.
Eulis sadar akan sikapnya yang terburu nafsu. "Neneng, selanjutnya bagaimana?"
"Pada saat yang amat berbahaya itu, muncullah Kakangmas Lindu Aji dan dia yang menyelamatkan aku, menolongku dan mengalahkan Jaka Bintara dan gurunya.
Kemudian Kakangmas Lindu Aji mengantarkan aku pulang dan pada keesokan harinya dia mengusulkan agar aku dan bapa melarikan diri dari Sumedang dengan berkereta. Dia mengantarkan kami sampai cukup jauh dan aman keluar dari Sumedang dan menitipkan surat untuk Paman Subali."
"Ya, demikianlah keadaan kami, Saudara Subali. Kami menaati petunjuk Anakmas Aji karena kami memang tidak mempunyai keluarga di sini, akan tetapi kamipun merasa sungkan dan tidak enak sekali kalau harus mengganggu andika sekeluarga."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bapa, aku ingin agar Neneng Salmah tinggal bersama kita di sini. Aki ingin mempelajari tarian dan nyanyian darinya." tiba-tiba Eulis berkata kepada ayahnya. ia merangkul pundak Neneng Salmah.
"Dan akupun ingin sekali belajar aji kanuragan dari Eulis, Bapa." kata Neneng Salmah kepada ayahnya.
Ki Subali tertawa dan menoleh kepada isterinya, "Bune, bagaimana pendapatmu?"
Nyi Subali adalah seorang wanita yang berwatak lembut dan mendengar peristiwa yang menimpa diri Neneng Salmah, ia sudah menaruh hati iba sekali. Apa lagi melihat waranggana, yang cantik manis itu begitu akrab dengan puterinya. "Aku sih tidak keberatan menampung mereka, kalau saja Neneng Salmah dan ayahnya sudi tinggal di rumah kita yang buruk ini."
"Nah, kalian mendengar sendiri, Adi Salmun.
sebaiknya aku memanggilmu adi saja karena bagaimanapun juga aku tentu lebih tua daripada andika. Anak kami Eulis sudah setuju, ibunya juga sudah setuju dan aku akan senang sekali kalau andika berdua tinggal di sini. Kebetulan sekali aku sendiri senang akan kesenian. Dengan keahlianmu menguasai semua permainan gamelan, dan puterimu yang ahli tembang dan tari, kita dapat membentuk sebuah kelompok seni kerawitan di Dermayu ini."
"Ah, terima kasih banyak, Kakang Subali. Terima kasih, Mbakyu!" Ki Salmun memberi hormat dengan sembah yang dibalas oleh suami isteri itu. Sedangkan Eulis menjadi girang sekali dan ia saling berpelukan dengan Neneng Salmah.
Mereka semua lalu mengatur tempat untuk Neneng Salmah dan ayahnya. Neneng Salmah tentu saja tinggal
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekamar dengan Eulis, dan hanya perlu disediakan sebuah kamar sederhana saja untuk ayahnya, Kisalmun lalu memberitahu kusir kereta bahwa mereka sudah tiba ditempat yang dituju dan kusir kereta boleh kembali ke Sumedang.
Demikianlah, mulai hari itu, Neneng Salmah dan ayahnya tinggal di rumah Ki Subali dan mereka berdua merasa bahagia sekali karena mereka diterima dan diperlakukan sebagai keluarga sendiri. Merekapun tahu diri, tidak mau tinggal menganggur melainkan membantu segala pekerjaan yang dilakukan keluarga tuan rumah. Karena kedua pihak dapat membawa diri, maka pergaulan mereka semakin akrab, terutama sekali Eulis dan Neneng Salmah.
Demikian akrabnya pergaulan antara Eulis dan Neneng Salmah, sehingga dalam waktu singkat saja mereka sudah menceritakan keadaan diri dan hati masing-masing, membuka rahasia hati yang tidak diceritakan kepada orang lain.
Keduanya adalah anak tunggal, maka mereka merasa seperti menemukan seorang saudara.
Eulis bercerita tentang dirinya, tentang keadaannya yang kehilangan ingatan sehingga sampai kini belum juga ingat akan ayah ibunya sendiri. Biarpun ia amat mencinta mereka, namun ia tetap menganggap mereka itu sebagai orang tua angkat karena ia masih belum dapat mengingat kembali masa lalunya, sudah lupa sama sekali bahwa Ki subali dan isterinya adalah ayah dan ibu kandungnya sendiri.
"Apakah engkau mengenal Kakangmas Lindu Aji, Eulis?" Tanya Neneng Salmah yang tak pernah dapat melupakan pemuda itu.
"Ah, dia" Baru satu kali aku bertemu dia, itu menurut iangatanku. Akan tetapi menurut ceritanya, aku dan dia pernah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melakukan perjalanan bersama dan bersama-sama pula menghadapi para penjahat, sampai aku terjatuh dari tebing yang curam. Akan tetapi semua itu sama sekali tidak kuingat lagi. Padahal menurut penuturannya, antara kami masih ada ikatan tali persaudaraan seperguruan. Entahlah, aku sudah lupa sama sekali. Bagaimana dengan engkau, Neneng" Bagaimana hubunganmu dengan Kakangmas Lindu Aji itu?"
Wajah Neneng Salmah menjadi merah dan sejenak ia menundukkan mukanya. Mereka berdua sedang mencuci pakaian di anak sungai yang mengalir tak jauh dari rumah mereka, sekalian mandi pagi.
"Ah, bagaimana, ya" Dia adalah penyelamatku, penolong kami ...... "
"Aih, engkau tidak dapat menyembunyikan kedua pipimu yang kemerahan, senyummu yang malu-malu dan kedua matamu yang bersinar-sinar kalau kita bicara tentang dia, Neneng1 Hayo, mengaku sajalah!" Eulis menggunakan tangan memercikkan air ke arah muka Neneng Salmah sambil tertawa. Neneng Salmah membalas dan memercikkan air ke arah muka Eulis.
"Hayo, mengaku saja! Engkau mencinta Kakangmas Aji, bukan?" Eulis mendesak, memercikkan air makin gencar sehingga Neneng Salmah gelagapan.
"Baiklah, baiklah, aku mengaku. memang. aku memujanya, aku ...... aku ...... " Neneng Salmah tergagap karena malu.
"Aku apa" Hayo mengaku saja kamu! Engkau mencinta Kakangmas Lindu Aji, bukan" Kalau tidak mau mengaku, akan kusirami air lagi!" Sambil tertawa Eulis mendesak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nenen g Salmah juga tertawa dan mukanya berubah kemerahan. "Ya- ya, aku mencintanya."
akhirnya ia mengaku, akan tetapi wajahnya menjadi muram Eulis melihat perubahn muka yang cantik itu, yang tadinya cerah gembira ketika bergurau dan kini tampak diliputi mendung kesedihan.
"Eh, engkau kenapakah, Neneng" Kenapa engkau kelihatan bersedih setelah mengaku bahwa engkau mencinta Kakangmas Lindu Aji?"
Ditanya demikian, Neneng Salmah mengusap dua titik air mata yang keluar dari pelupuk matanya, tidak ingat bahwa dalam keadaan basah karena siraman-siraman tadi, kalaupun ia mengeluarkan air mata juga tidak akan kentara.
"Ah, Eulis, aku seperti seekor pungguk merindukan bulan." katanya dengan suara sedih.
"Ehh?" Eulis memandang kawannya dengan heran.
"Apa maksudmu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Eulis, aku mau berterus terang saja kepadamu karena aku merasa dekat dan akrab sekali denganmu, seolah engkau merupakan saudaraku sendiri."
"Kita memang telah menjadi saudara, Neneng dan aku berbahagia sekali mempunyai seorang saudara seperti engkau."
"Terima kasih, Eulis. mengenai perasaanku terhadap Kakangmas Lindu Aji aku merasa seperti pungguk merindukan bulan."
"Engkau seekor pungguk" Pungguk itu semacam burung hantu itu, bukan" Aeh, engkau bukan burung hantu, engkau sepatutnya adalah seekor burung merak yang indah, Neneng."
"Bagaimana mungkin aku dapat disejajarkan dengan Kakangmas Lindu Aji" Dia terlampau tinggi bagi orang seperti aku. Dengarkan, Eulis!" Neneng menghentikan Eulis yang hendak membantah. "Siapa Kakangmas Lindu Aji" Dia seorang pendekar, seorang pahlawan yang gagah perkasa dan berbudi tinggi mulia! Dan aku, siapakah aku ini" Anak seorang penabuh gamelan, dan aku sendiri hanya seorang ledek yang dipandang hina dan rendah oleh semua orang, dianggap sebagai perusak pagar ayu! Bagaimana mungkin seorang seperti aku ini mengharapkan balasan cinta kasih seorang yang begitu tinggi martabatnya seperi Kakangmas Lindu Aji?"
"Wah-wah, engkau menyeret dirimu sendiri serendah-rengahnya, Neneng! Kalau engkau menjadi waranggana, itu menandakan bahwa engkau seorang seniwati ahli bertembang dan menari. kepandaian itu amat tinggi nilainya! Sekarang begini, coba kau jawab pertanyaanku, sejujurnya kalau memang engkau menganggap aku seperti saudara sendiri. Nah, aku bertanya kepadamu, apakah selama ini engkau pernah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merusak pagar ayu" pernah merayu dan mengadakan hubungan gelap dengan laki-laki, baik yang belum beristeri ataupun yang suda berkeluarga" Hayo jawab sejujurnya walaupun aku sudah dapat menduganya!"


Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Neneng Salmah menggeleng kepalanya yang indah itu kuat-kuat. "Demi Gusti Allah, Eulis. Tidak pernah aku melakukan perbuatan sehina itu! Semoga Gusti Allah selalu menjauhkan aku dari perbuatan rendah semacam itu. Bapaku selalu menemani aku kalau aku ditanggap, dan selain aku sendiri tidak sudi berbuat seperti itu, bapaku juga tentu akan melarang dan mencegahnya. Biarpun kami orang rendah dan miskin, namun kami masih menjaga kehormatan dan memiliki harga diri, Eulis!"
"Tepat, memang demikian dugaanku. Lalu mengapa engkau menganggap dirimu begitu rendah" Apa perdulimu dengan persangkaan orang lain" Yang penting, Gusti Allah dan engkau sendiri mengetahui bahwa engkau tidak melakukan perbuatan hina itu. Sangkaan orang seduniapun tidak ada urusannya denganmu. Yang jelas, engkau seorang gadis seniwati yang bersih dan terhormat, derajat dan martabatmu tidak lebih rendah daripada siapapun juga, dan tidak lebih rendah daripada Kakangmas Lindu Aji!"
"Ah, kalau saja semua orang memiliki pandangan dan pendapat seperti itu, Eulis. Akan tetapi kalau aku sudah berada di panggung, bernyanyi dan menari, semua laki-laki agaknya tergila-gila kepadaku sehingga semua orang, terutama para wanitanya, menyangka bahwa aku yang sengaja memikat mereka."
"Hi-hi-hil, para wanita itu iri, Neneng! Terutama mereka yang pacarnya atau suaminya tergila-gila kepadamu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kalau banyak laki-laki tergila-gila kepada seorang wanita, mengapa wanitanya yang disalahkan" Kenapa bukan si laki-laki yang memangnya mata keranjang" Mana ada laki-laki yang tidak suka melihat wanita secantik engkau" Kalau ada laki-laki tidak suka melihat seorang gadis sebaik dan secantik engkau, maka hal itu berarti dia tidak waras atau pandang matanya sudah kurang awas!"
"Akan tetapi Mas Aji tidak cinta kepadaku!" kata Neneng Salmah memelas.
Eulis tersenyum dan menggeleng kepalanya. "Neneng, aku berani bertaruh apapun juga bahwa biar Kakangmas Lindu Aji sekalipun, dia pasti suka sekali kepadamu. Engkau seorang gadis ayu merak ati, baik budi pula, tidak ada alasan untuk tidak menyukaimu. Akan tetapi, neneng, kurasa suka itu belum tentu berarti cinta. Rasa cinta itu ...... " Eulis bingung sendiri.
"Ah, bagaimana, ya" Akupun tidak dapat mengatakan bedanya, akan tetapi aku yakin ada bedanya!"
Kini Neneng Salmah yang tersenyum dan timbul kembali kegembiraannya. Ia memercikkan air ke muka Eulis.
"Lagaknya seperti ahli, tak tahunya diri sendiri juga tidak tahu!
Atau, agaknya engkau sudah memiliki banyak pengalaman tentang hal ini, ya?"
"Mengalami cinta" Ah, belum pernah! Kalau
mengalami suka sih sudah." katanya singkat.
"Akan tetapi, siapa tahu engkau pernah jatuh cinta sebelum engkau melupakan masa lalumu?"
"Entahlah. Semua sudah tidak teringat lagi. Rasanya sih belum pernah." jawab Eulis sambil mengerutkan alisnya.
"Hemm, kalau begitu, aku juga berani bertaruh bahwa saat ini tentu ada seorang pria yang kau ...... sukai. Benarkah"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan engkau sendiri ragu apakah engkau hanya suka kepadanya ataukah mencintanya."
"Eh" Bagaimana kau bisa tahu ...... eh, maksudku, bisa menyangka begitu?" Tanya Eulis sambil memandang heran.
Memang, ketika bicara tentang suka atau cinta itu, otomatis ia teringat kepada Jatmika!
Neneng Salmah tersenyum manis sekali. "mudah saja!
keika engkau bicara tentang suka dan cinta, engkau tampak begitu sungguh-sungguh dan ini hanya bisa terjadi kalau hal itu menyangkut dirimu sendiri. Hayo, mengakulah saja, Eulis, atau akan kusirami engkau sampai basah kuyup!" kembali Neneng Salmah mengancam sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam air.
Eulis tertawa. Ia merasa suka dan cocok sekali dengan Neneng Salmah yang dapat menyesuaikan diri dengan wataknya yang centil, padahal ia tahu benar bahwa Neneng Salmah adalah seorang gadis yang berwatak amat lembut.
"Baiklah, baiklah! Aku mengaku, gusti puteri! Ada seorang pemuda bernama Jatmika ...... "
"Waduh, namanya saja begitu indah. Orangnya tentu juga amat jatmika (tenang, sopan dan waspada)!" puji Neneng Salmah.
"Memang dia amat sopan, baik budi, sakti mandraguna dan sudah seringkali dia menyelamatkan aku, menolongku ketika aku terancam bahaya di tangan orang-orang jahat."
"Dan diapun tentu seorang pemuda ganteng dan tampan!" tambah Neneng Salmah.
Eulis mengangguk. "Dia tampan, setampan Kakangmas Lindu Aji."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dan engkau tentu amat mencintainya seperti dia juga amat mencintaimu, bukan?"
Eulis menghela napas, wajahnya yang biasa cerah penuh senyum itu menjadi serius. "Itulah, Neneng, seperti kukatakan tadi, aku tentu saja amat kagum dan suka kepadanya. Segalanya yang terbaik dari seorang pria berada dalam dirinya. Akan tetapi, ketika dia menyatakan cintanya
...... " "Nah, kelepasan nih! Ketahuan, ya bahwa dia mencintaimu?"
"Memang benar. Dia cinta padaku dan dia menyatakan hal itu kepadaku."
"Wah, kalau sudah begitu apa lagi persoalannya?"
"Persoalannya, aku tidak tahu apakah aku mencintanya, Neneng. Aku suka kepadanya, akan tetapi aku tidak suka apakah aku mencintanya. Aku sering kali pusing memikirkan hal ini."
Melihat Eulis kini sudah kehilangan tawanya, Neneng Salmah teringat akan keadaan diri sendiri dan memang pada dasarnya ia seorang yang tidak selincah Eulis, iapun menghela napas panjang.
"Keadaanmu sungguh merupakan kebalikan dari keadaanku, Eulis. Dia mencintamu dan engkau masih belum dapat menjawab cintanya. Sebaliknya, aku mencintanya akan tetapi dia masih belum menerimanya." Kini kembali suaranya mengandung kesedihan sehingga Eulis melupakan persoalannya sendiri dan merasa iba kepada Neneng Salmah. Ia mendekat dan merangkul leher yang berkulit mulus itu.
"Neneng, jangan putus harapan. Aku yakin bahwa Kakangmas Lindu Aji pasti suka kepadamu, kalau tidak, tentu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dia tidak akan minta kepada ayah untuk menampung engkau dan ayahmu."
"Memang, dia juga mengatakan bahwa dia suka kepadaku, akan tetapi dia tidak dapat menerima cintaku."
"Bukan tidak dapat, melainkan belum, Neneng. Engkau tentu sangat ingin untuk menjadi isterinya, bukan?"
"Tentu saja, Eulis. Jangankan menjadi isterinya, bahkan menjadi hambanyapun aku akan merasa berbahagia sekali, asal aku dapat selalu hidup dekat dengannya, melayaninya dengan penuh kasih sayang." Ucapan yang penuh keyakinan dan kelembutan ini menyentuh perasaan Eulis dan ia mencium pipi Neneng Salmah. Tiba-tiba Eulis menjadi lincah kembali.
"Wah, sekarang aku tahu bedanya antara suka dan cinta!" teriaknya dan mengguncang kedua pundak temannya.
Karena girangnya, ia lupa untuk mengendalikan kekuatannya.
"Aeh-aeh ...... !" Kau mau mengoyak-koyak
pundakku?" teriak Neneng Salmah dan Eulis lalu merangkulnya.
"Aduh maaf! Aku sampai lupa. sekarang aku mengerti dan dapat melihat perbedaan antara suka dan cita."
"Benarkah" Hayo katakan, apa perbedaannya itu."
desak Neneng Salmah.
"Kakangmas Jatmika mencintaku dan ingin berjodoh denganku, demikian pula engkau, Neneng. Engkau mencinta Kakangmas Lindu Aji dan engkau ingin menjadi isterinya.
Itulah cinta! Cinta membuat orang lain ingin mengikatkan diri dalam perjodohan! Sebaliknya, Kakangmas Lindu Aji suka kepadamu dan hanya ingin bersahabat, demikian pula aku suka Kakangmas Jatmika dan ingin menjadi sahabat baiknya. Itulah rasa suka! Suka kepada seseorang membuat orang ingin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengikat persahabatan dengan orang yang disukai. Itulah jawabannya!"
Neneng Salmah termenung. Eulis juga termenung.
Kedua orang gadis itu seperti lupa bahwa mereka sedang mandi. mereka duduk di atas batu sambil termenung. Mereka tenggelam dalam lamunan masing-masing.
Tiba-tiba terdengar suara wanita, "Aeh, kalian berdua ini mencuci pakaian atau berjemur diri?"
Dua orang gadis itu sadar dari lamunan dan ternyata Nyi Subali telah berdiri di belakang mereka. Mereka berdua tertawa dan baru ingat bahwa sejak tadi mereka hanya duduk melamun, tidak sadar bahwa matahari mulai naik tinggi.
"Wah, Neneng kita keenakan melamun di sini.
Bukankah hari ini engkau sudah berjanji akan mengajarkan sebuah tarian kepadaku?"
"Benar, Eulis. dan sore nanti engkau akan mengajarkan aku gerakan silat agar aku dapat membela diri dari tangan-tangan usil."
Keduanya lalu membawa keranjang pakaian yang sudah dicuci dan bersama Nyi Subali mereka kembali ke rumah.
Demikianlah kedua orang gadis itu bergaul akrab sekali. Eulis mulai belajar bertembang dan menari, akan tetapi karena pada dasarnya ia seorang yang sejak kecil mempelajari ilmu silat, tubuhnya sudah terbiasa dengan gerakan tangkas, maka akhirnya ia pandai menari dengan tarian yang berubah sifatnya menjadi tangkas. Keindahan gerak tari yang mengandung ketangkasan dan kegagahan. Sebaliknya, Neneg Salmah yang sudah terbiasa dengan gerakan tari yang lembut dan indah, mulai dapat menguasai ilmu pencak silat yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sifatnya lembut dan gerakannya indah sekali. Setelah mempelajari tembang, ternyata suara Eulis juga cukup merdu.
*** Tidak seperti yang diduga semula, Aji dapat memasuki Jayakarta atau yang oleh Kumpeni Belanda disebut Batavia dengan mudah. Tidak ada penjagaan ketat di pintu gapura kota dan yang terjaga oleh serdadu Kumpeni Belanda hanyalah benteng Belanda yang dikelilingi tembok tebal dan tinggi.
Memang ada patroli sepasukan serdadu Belanda membawa bedil, akan tetapi mereka tidak tampak mengganggu orang-orang yang keluar masuk gapura sambil membawa barang dagangan. Akan tetapi, Aji dapat merasakan dan menduga bahwa banyak sekali mata tersembunyi yang mengawasi gerak-gerik setiap orang yang memasuki pintu gapura, terutama sekali orang-orang yang tidak dikenal seperti dirinya. Dia dapat menduga bahwa kumpeni tentu melakukan penjagaan dan pengawasan secara tersembunyi dan menyebar telik sandi untuk melakukan pengawasann dan penyelidikan. Dan di dalam benteng besar itu tentu terdapat banyak sekali serdadu Belanda yang siap untuk menumpas setiap gerakan pemberontakan. Selain itu, juga kapal-kapal besar Belanda siap di pelabuhan, dengan segala perlengkapannya. Di atas benteng besar itupun tampak moncong meriam-meriam berjajar menyeramkan. Belanda amat kuat, terutama sekali karena kekayaan dan kemakmuran semu yang disebarkan membuat banyak pemuka masyarakat menjadi mabok menganggap Belanda sebagai penolong yang mendatangkan kesejeahteraan!
Tanpa mereka sadari, kekayaan hasil bumi rakyat disedot oleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Belanda dan menjadi barang dagangan yang mendatangkan keuntungan besar baginya.
Karena maklum bahwa dia berada di daerah musuh yang menjadi pusat kekuatan Belanda dan dapat menduga pula bahwa di situ terdapat banyak mata-mata Belanda, Aji bersikap waspada dan hati-hati sekali. Dia menyembunyikan keris Kyai Nagawelang pemberian Sultan Agung karena banyak orang mengetahui bahwa keris ini merupakan hadiah dari Sultan agung kepada para senopati yang dipercayainya. Pakaiannya yang sederhana membuat dia tampak seperti seorang pemuda petani dusun yang baru saja menjual hasil buminya dan sedang melihat-lihat keindahan kota itu.
Seperti diceritakan di bagian depan, tadinya Aji berniat pergi melakukan penyelidikan tentang Raden Banuseta pembunuh ayahnya dan tentang putera ayahnya, atau kakak tirinya yang bernama Hasanudin. Kedua orang ini telah dijumpainya dalam perjalanannya. Juga tadinya dia hendak pergi ke Banten untuk mencari putera kandung Ki Tejobudi yang bernama Sudrajat, dan orang inipun sudah dijumpainya, bahkan Ki Sudrajat meninggal dunia dalam rangkulannya.
Sekarang, tugas pribadinya hanyalah menemukan Raden Banuseta, pembunuh ayahnya yang juga pembunuh Ki Sudrajat. Bahkan menjadi kaki tangan Kumpeni Belanda.
Raden Banuseta orang jahat dan pengkhianat bangsa yang harus ditentangnya. Selain itu, dia juga harus menemukan kakak tirinya, Hasanudin, yang agaknya terkena bujukn Raden Banuseta sehingga ikut-ikutan menjadi antek Belanda, sama sekali tidak tahu bahwa justeru Raden Banuseta yang telah membunuh ayah kandungnya. Dia harus dapat menyadarkan Hasanudin, selain agar tahu bahwa Banuseta adalah musuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
besarnya, juga agar menyadari bahwa membantu Belanda melawan Mataram berarti mengkhianati bangsa dan tanah air.
Sebelum memasuki Batavia, Aji sudah menghubungi para telik sandi Mataram yang bertugas melakukan penyelidikan dan berada di luar kota. Dengan adanya keris Kyai Nagawelang, Aji diterima dengan hormat oleh para telik sandi. Dari mereka dia tahu bahwa para tokoh pengkhianat yang menjadi antek Kumpeni Belanda kini telah berkumpul di Batavia, di antara mereka adalah nama-nama yang sudah dikenalnya dengan baik, seperi Raden Banuseta, Nyi Maya Dewi, Ki Harya Baka Wulung, Kyai Sidhi Kawasa, Aki Somad, Ki Warga dan masih banyak lagi. Karena itu, maka Aji bertindak hati-hati. Banyak tokoh antek Kumpeni yang telah mengenalnya dan kalau sampai dia ketahuan, tentu dia menghadapi bahaya besar.
Karena itu, setelah merasa cukup melihat-lihat keadaan dalam kota Batavia, Aji mulai berjalan memasuki daerah sepi di pinggir kota.
Tiba-tiba terdengar jerit seorang wanita di antara derap kaki kuda dan roda kereta, akan tetapi hanya satu kali jerit itu terdengar lalu sunyi. Dia melihat kusir kereta terlempar dari atas kereta dan tak bergerak lagi. Dua orang sudah menguasai kereta itu. Seorang yang tadi merobohkan kusir kini duduk di tempat kusir, sedangkan seorang lagi berada di dalam kereta.
Aji teringat akan pertemuannya dengan para telik sandi Mataram di luar kota. Mereka itu tentu melaksanakan rencana mereka seperti yang pernah dia dengar, yaitu mengadakan kekacauan di dalam kota sebelum tentara Mataram yang sudah mulai meninggalkan Mataram tiba di situ. Diantara rencana tindakan pengacauan adalah menculik puteri seorang perwira
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Belanda. Sebetulnya Aji merasa tidak setuju dengan tindakan yang dia anggap curang ini, akan tetapi karena dia seorang pendatang baru, diapun merasa sungkan untuk mencela. Kini melihat ada orang yang membunuh kusir kereta yang agaknya merupakan sebuah kereta bangsawan, dia menganggap hal itu wajar saja. Akan tetapi mendengar jerit wanita tadi, dia mengeritkan alisnya. Hatinya yang selalu condong untuk menolong siapa saja yang terancam bahaya dan menentang siapa saja yang melakukan kekerasan, terutama terhadap wanita yang lemah membuat Aji tidak dapat menahan kedua kakinya untuk tidak membayangi kereta yang melarikan cepat menuju ke arah timur.
Ketika kereta tiba di dalam sebuah hutan, terdengar seruan dari dalam kereta yang tertutup. "Bang Sikun, berhenti dulu!"
Kusir yang berusia kurang lebih empat puluh tahun dan yang berkumis panjang itu menahan kendali dua ekor kuda yang menarik kereta, Dua ekor kuda berhenti dan kusir itu melompat turun. Pintu kereta terbuka dan seorang laki-laki gendut pendek keluar dari kereta itu.
"Bagaimana dengan noni (nona) itu" Kau apakan dia"
Mengapa tidak ada suaranya?" tanya si muka panjang yang bernama Sikun itu kepada si gendut pendek.
"Ah, tidak kuapa-apakan. Tadi menjerit, maka kuikat kedua tangannya dan kuikatkan saputangannya di depan mulutnya agar ia tidak berteriak lagi. Tanpa persetujuanmu, mana aku berani berbuat yang tidak-tidak!" kata si gendut sambil menyeringai.
"Awas, Mang Kosim, kalau engkau ganggu gadis Belanda itu, akan kulaporkan dan engkau akan dihajar." kata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sikun sambil membuka pintu kereta. Aji yang mengintai tak jauh dari situ melihat seorang gadis bule duduk didalam kereta, Kedua tangannya terbelenggu, juga mulutnya tertutup kain yang diikatkan di kepalanya, rambutnya awut-awutan dan matanya yang bundar lebar itu terbelalak ketakutan.
Pakaiannya kusut dan rambutnya yang panjang terurai. Rambut itu berwarna keemasan dan kulitnya putih kemerahan, halus mulus. Wajah yang cantik itu masih muda, paling banyak tujuh belas tahun usianya.
Sikun memandang dan pandang matanya berhenti agak lama pada belahan dada membusung dari balik gaun yang agak kusut tertarik ke bawah itu lalu pandang mata itu seolah menggerayangi seluruh tubuh gadis Belanda itu dari kepala sampai kakinya yang bersepatu boot.
Melihat betapa Sikun melahap lekuk lengkung tubuh yang menggairahkan itu, Kosim mendekat dan terkekeh. "Heh-heh-heh, Bang Sikun, bahenol sekali noni ini, ya" Apa salahnya kalau kita bersenang-senang sejenak dengannya" Di sini sepi, tidak akan ada orang lain melihatnya dan ia masih dapat kita hadapkan nanti kepada Bang Samiun dalam keadaan utuh."
Sikun menelan ludah, kumisnya bergerak-gerak.
"Tetapi ...... " katanya ragu.
"Tetapi apa lagi, Bang Sikun" Hayolah, engkau kebagian lebih dulu, baru nanti aku." desak si gendut Kosim.
"Tapi ...... engkau jaga baik-baik agar jangan sampai ada orang melihatnya, ya?" Sikun agaknya tak dapat menahan gairah nafsunya. "Hayo turun kau!" Dia menjulurkan tangannya, menangkap tangan yang terikat itu dan menarik wanita kulit putih itu keluar dari kereta. Gadis remaja itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terpaksa terseret keluar dan hampir jatuh ketika ia turun dari kereta. Sikun merenggut lepas saputangan yang menutupi mukanya.
"Jangan ...... jangan ganggu aku ...... !" Gadis Belanda itu meratap dan Aji merasa heran karena gadis itu dapat berbahasa daerah dengan jelas dan baik.
"Jangan banyak bicara kalau engkau tidak ingin aku menggunakan kekerasan." kata Sikun dan sekali dorong, Gadis Belanda itu terjengkang dan jatuh telentang ke atas rumput.
Akan tetapi ia cepat bangkit duduk dengan sukar karena kedua tangannya masih terbelenggu.
"Dengar, ki sanak. Biarpun aku puteri Kapten De Vos, akan tetapi aku selalu menentang sikap ayahku. Aku tidak setuju dengan politik Kumpeni Belanda. Aku membela bangsa ibuku. Aku bukan musuh kalian."
Peristiwa Merah Salju 13 Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Karya Tan Tjeng Hun Pedang Pembunuh Naga 1
^