Pencarian

Kemelut Di Majapahit 6

Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Bagian 6


kemudian disusul pemberontakan Lembu Sora, juga
menyedihkan hati seorang senopati tua di Kerajaan Mojopahit.
Senopati itu adalah Aryo Pranarojo, yang juga merupakan seorang di antara deretan senopati yang setia dan sudah bertahun-tahun mengabdi kepada Sang Prabu Kertarajasa Jayawardhana semenjak sang prabu masih belum menjadi raja dan bernama Raden Wijaya dulu. Aryo Pranarojo ini bukan lain adalah ayah dari Ki Patih Nambi!
Sebagai seorang yang bijaksana, Aryo Pranarojo berduka karena melihat kenyataan bahwa terjadinya huru-hara, 292
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjadinya pemberontakan-pemberontakan itu, yang
mengakibatkan gugurnya banyak senopati gemblengan dan pilihan, semata-mata adalah karena pengangkatan puteranya, Raden Nambi sebagai patih. Dan ayah ini pun melihat betapa puteranya mempertahankan kedudukannya itu dengan mati-matian.
Melihat betapa kedudukan yang dipertahankan puteranya itu telah mengakibatkan gugurnya begitu banyak senopati dan perajurit, hati Aryo Pranarojo seperti diremas-remas rasanya.
Begitu banyak sahabat-sahabatnya yang gugur, Ronggo Lawe,Kebo Anabrang, Lembu Sora, Juru Demung, Raden
Gajah Biru, bahkan juga pertapa-pertapa sakti seperti Empu Tunjungpetak dan Ki Jembros, belum lagi ratusan bahkan ribuan perajurit, telah tewas. Dan setelah tewasnya Lembu Sora, dia melihat betapa sang prabu menjadi berduka dan kesehatannya mundur, maka makin sedihlah hatinya. Maka dia teringat kepada sahabatnya yang terbaik sejak muda, yaitu Aryo Wirorojo,ayah Ronggo Lawe yang kini menjadi adipati di Lumajang. Sahabatnya itu, biar pun telah kehilangan puteranya, namun tidak mau mencampuri urusan perebutan kekuasaan, bahkan kini mengundurkan diri ke Lumajang setelah menerima bagian tanah dan sama sekali tidak mau campur tangan dalam urusan Mojopahit. Betapa bahagianya sahabatnya itu yang tidak mau mengikatkan dirinya. Teringat akan sahabatnya, dia pun lalu mengundurkan diri dan http://kangzusi.com
membawa keluarganya berangkat ke Lumajang, meninggalkan puteranya, Ki Patih Nambi yang masih haus akan kekuasaan dan mempertahankan kedudukannya melebihi nyawanya
sendiri. Dan kepergian Aryo Pranarojo ini makin
mendatangkan rasa kesepian di hari sang prabu, namun mengingat bahwa senopati ini sudah tua dan berhak untuk menghabiskan waktu hidupnya dengan tentram, sang prabu tidak tega untuk mencegahnya.
*d-w* 293 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu berjalan terus, tidak memperdulikan segala peristiwa yang terjadi di dunia.
Dan waktu akan menelan segalanya yang terbentang di hadapannya! Waktu akan menghapus segala noda dan luka dari hati manusia. Tidak ada kesukaan atau kedukaan yang dapat menahan, semuanya digulung oleh waktu!
Akan tetapi, sebelum sang waktu menggulung dan
menghapusnya, kita selalu menyimpan segala peristiwa itu sebagai kenangan, baik yang menyenangkan mau pun yang tidak menyenangkan. Dan penyimpanan sebagai ingatan atau kenangan inilah yang menimbulkan derita dalam hidup!
Peristiwa yang menyenangkan badan atau batin, kita simpan sebagai pengalaman yang nikmat dan menyenangkan dan hal ini membuat kita selalu teringat dan selalu mengejar terulangnya kembali peristiwa itu. Dalam pengejaran inilah terjadi banyak sekali hal-hal yang menimbulkan derita hidup, karena pengejaran ini melahirkan kekerasan, yaitu kita ingin menyingkirkan segala penghalang tercapainya yang kita kejar-kejar sehingga dengan sendirinya perbuatan ini menimbulkan pertentangan dan permusuhan. Juga,kalau pengejaran kita tidak berhasil, maka timbullah kecewa dan duka.
Sebaliknya,kalau pengejaran kita itu tercapai, kita akan menjadi bosan atau tidak lagi menghargai yang kita kejar-http://kangzusi.com
kejar itu karena kita haus akan pengalaman-pengalaman lain yang LEBIH menyenangkan. Sebaliknya, peristiwa yang tidak menyenangkan disimpannya sebagai pengalaman yang tidak enak sehingga kita ingin selalu menjauhi dan menentangnya.
Di samping ini, peristiwa yang tidak menyenangkan
menimbulkan amarah dan dendam sehingga membuat kita ingin sekali membalas kepada penyebab dari ketidaksenangan itu!
Demikianlah, peristiwa yang disimpan dalam kenangan, baik yang menyenangkan mau pun yang tidak, menimbulkan 294
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serangkaian hal yang dapat menyeret kita ke lembah derita dan duka, sebelum sang waktu menggulung dan
menghapusnya. Betapa akan lain keadaannya apabila kita dapat
MENGAKHIRI segala peristiwa kita,baik yang menyenangkan maupun yang tidak, mengakhirinya pada saat itu pula dan tidak menyimpannya sebagai kenangan! Mengakhiri segala peristiwa berarti lenyapnya keinginan untuk mengulang, dan lenyapnya sakit hati dan dendam. Batin menjadi kosong dan hening, siap untuk menghadapi segala macam peristiwa yang terjadi saat ini tanpa dikotori oleh peristiwa masa lalu dan tanpa memusingkan perisitwa yang akan atau mungkin
terjadi. Akan tetapi sayang, kita sudah terbiasa untuk
mengenangkan kembali, terbiasa untuk mengunyah kembali segala peristiwa. Kalau kita berduka, kita sudah biasa untuk meremas-remas batin kita, mengenangkan semua yang
mendukakan itu kembali sehingga timbullah penyesalan, sakit hati dan lain-lain. Sebaliknya kalau kita merasakan suatu kesenangan kita menyimpannya dalam kesenangan sehingga timbul pengejaran terhadap kesenangan-kesenangan itu yang tiada hentinya. Jadi sebelum sang waktu menggulung semua itu, sebelum sang waktu menggulung kita ke detik terakhir dari hidup kita, kita selalu dipermainkan oleh pikiran kita http://kangzusi.com
sendiri,diombang-ambingkan dalam kehidupan seolah-olah kita hidup dalam alam kenangan dan khayal dan tidak pernah hidup dalam alam kini atau saat ini!
Empat tahun telah lewat tanpa terasa, dan memang empat tahun bukan apa-apa bagi sang waktu yang tak dapat diukur lagi berapa tuanya. Sejuta tahun, sepuluh juta tahun, seratus juta" Mungkin lebih! Dan dunia berputar terus. Manusia lahir dan mati, dan hidup selalu penuh derita, penuh permusuhan, dengan hanya sedikit sekali suka cita dibandingkan dengan banyaknya duka.
295 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gunung Bromo merupakan sebuah di antara gunung-
gunung yang besar dan tinggi di Jawa Dwipa dan merupakan sebuah gunung berapi yang mempunyai kawah besar yang selalu mengepulkan uap dan dianggap pula sebagai sebuah gunung yang keramat.
Sesuai dengan namanya, gunung itu dianggap sebagai
tempat yang dikuasai oleh sang Bathara Bromo, Dewa Api.
Seperti keadaan gunung-gunung berapi, di lereng-lereng Gunung Bromo bayak terdapat batu-batu besar dan daerah-daerah tandus yang pernah dilalui oleh lahar,akan tetapi daerah-daerah lain di sekitarnya amat subur sehingga penuh dengan hutan-hutan yang lebat. Juga pegunungan ini
mempunyai banyak puncak-puncak yang indah pemandangan alamnya.
Puncak kecil itu merupakan daerah terpencil, jauh dari dusun yang kebanyakan terdapat di lereng agak bawah, dimana tanahnya paling subur. Hanya ada sebuah gubuk di puncak itu, gubuk kecil berkamar dua terbuat dari bilik bambu sederhana dan atap daun ilalang. Akan tetapi, biar pun amat sederhana dan tentu disebut miskin, harus diakui bahwa gubuk itu bersih dan terpelihara baik-baik, bahkan pelataran di sekitar gubuk itu pun bersih dari daun-daun kering, tanda bahwa setiap hari tempat itu tentu disapu orang. Juga disebelah belakang gubuk terdapat sebuah taman kecil penuh http://kangzusi.com
dengan bunga-bunga indah yang memang amat subur
hidupnya di tanah pegunungan. Di sebelah dan taman itu terdapat kebun sayur yang cukup luas.
Pagi itu, seorang pemuda yang usianya kurang lebih
delapan belas tahun,melenggang seenaknya keluar dari dalam kebun, tangan kanan membawa seikat sayur segar dan
dengan wajah yang amat tampan dan cerah dia memasuki taman, lalu dengan tangan kirinya memetik setangkai kembang mawar merah dan mencium kembang itu lalu
menancapkan tangkainya diantara rambutnya yang hitam.
296 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian dia melenggang lagi menuju ke gubuk. Ketika dia tiba di depan gubuk menuju ke pintu karena gubuk itu hanya mempunyai satu pintu depan saja, tiba-tiba wajahnya berubah dan heran melihat seorang kakek yang tua renta, pakaiannya hanya kain kuning yang dibelit-belitkan di tubuhnya yang kurus kering, rambutnya panjang,demikian pula jenggot dan kumisnya, semuanya telah putih. Kakek itu duduk diatas dipan bambu yang berada di depan gubuk, duduk bersila dengan tenangnya.
"Ah, eyang guru telah berada di luar sepagi ini?" kata pemuda itu dengan suaranya yang halus namun penuh
dengan gairah hidup, penuh dengan kegembiraan seperti biasa suara seorang muda yang belum dikotori batinnya oleh segala macam persoalan hidup. Cepat dia menghampiri kakek itu, menaruh sayur di atas dipan lalu berlutut dan mencium tangan kakek itu penuh khidmat.
Wajah kakek yang lembut dan penuh ketenangan dan
kesabaran itu tersenyum ketika dia memandang kembang mawat merah di atas kepala pemuda itu. Lalu dia berkata dengan halus, "Cucuku, Sulastri, engkau memang bocah yang aneh!"
Pemuda itu kini duduk di atas dipan setelah tangannya ditarik oleh kakek itu,dan sambil menatap wajah kakek yang lembut itu dia berkata matanya yang bening lebar terbelalak, http://kangzusi.com
alisnya terangkat dan dia menjawab lincah, "Saya..." Aneh..."
Eyang, apakah hidung saya dua, ataukah mata saya hanya sebuah maka eyang bilang saya aneh?"
Senyum di mulut ompong itu melebar. Harus diakuinya bahwa semenjak cucu muridnya ini tinggal di dalam gubug itu, kecerahan dan kegembiraan selalu mengelilinginya dan dia yang sudah tua dan sudah biasa menyepi itu tidak dapat tidak terseret ke dalam arus kegembiraan cucu muridnya itu.
297 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapakah kakek yang tua renta itu" Dan siapa pula
"pemuda" yang dipanggil dengan nama wanita itu" Pembaca tentu masih ingat akan nama Sulastri, dara yang empat tahun lalu masih merupakan dara remaja yang lincah jenaka dan bengal, murid Ki Jembros, bocah perempuan yang datang dari dusun Gedangan itu. Memang "pemuda"
ini adalah Sulastri dan kakek itu adalah seorang pertapa yang sudah puluhan tahun bertapa di puncak itu, puncak Pegunungan Bromo dan dia adalah Empu Supamandrangi
yang sakti mandraguna dan yang sudah tidak mencampuri lagi urusan duniawi. Dahulu, puluhan tahun yang lalu sebelum dia menjadi pertapa, dia terkenal sebagai seorang ahli pembuat keris yang ampuh-ampuh, di antaranya adalah keris pusaka Kolonadah milik Ronggo Lawe. Kakek ini adalah guru dari Ronggo Lawe, dan karena semenjak kecil Sulastri telah
"mengaku murid" dari Ronggo Lawe, maka dia menyebut eyang guru kepada kakek yang kini menjadi gurunya itu.
Seperti telah diceritakan di bagian depan dari cerita ini, tadinya Sulastri,empat tahun yang lalu, masih ikut merantau dan berkeliaran tak tentu tempat tinggalnya bersama gurunya yang aneh, yaitu Ki Jembros. Ketika Ki Jembros bertemu dengan Empu Tunjungpetak dan Resi Harimurti, kemudian bertanding di keroyok dua, Ki Jembros terluka dan kebetulan mereka lalu bertemu dengan Juru Demung dan Raden Gajah http://kangzusi.com
Biru di Pegunungan Pandan, di mana Ki Jembros akhirnya lalu beristirahat untuk menyembuhkan luka-lukanya di sebelah dalam tubuhnya. Dan karena dia tidak ingin muridnya yang tersayang itu terlibat dalam keributan yang agaknya akan terjadi antara kawan-kawan Lembu Sora dan Mojopahit, maka dia menyuruh muridnya itu untuk pergi sendiri ke Pegunungan Bromo dan mencari kakek gurunya, yaitu Empu
Supamandrangi di puncak Pegunungan Bromo.
Tentu saja perjalanan seorang diri itu merupakan
perjalanan yang amat sukar dan berbahaya bagi seorang gadis 298
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang ketika itu baru berusia empat belas tahun seperti Sulastri. Namun berkat ketekunan dan keberaniannya, dengan susah payah,setelah menempuh banyak sekali kesengsaraan, akhirnya dapat juga Sulastri menemukan Gubug itu dia menyembah di depan kaki sang pertapa. Setelah mendengar akan penuturan Sulastri, kakek itu menerimanya tinggal di situ dan menjadi muridnya. Demikianlah, ketika pada pagi hari itu Sulastri melihat gurunya pagi-pagi telah berada di depan gubug, dia telah menjadi murid Empu Supamandrangi selama empat tahun dan kini dia bukan lagi Sulastri yang dulu, melainkan telah menjadi seorang dara perkasa yang dewasa, namun masih lincah dan kenes, jenaka dan manja seperti dahulu, bahkan kini dia mengenakan pakaian pria dan menjadi seorang "pemuda" yang amat tampan, bahkan "terlalu"
tampan! "Kenapa eyang diam saja" Jawablah, eyang, kenapa saya dianggap aneh?" Sulastri mendesak kakek itu ketika
pertanyaannya tidak dijawab.
Kakek itu menarik napas panjang. "Sulastri, engkau adalah seorang anak perempuan yang cantik dan jenaka, seorang wanita tulen, akan tetapi engkau selalu memakai pakaian pria.
Aku tidak hendak melarang kesukaan orang, hanya bukankah hal itu merupakan suatu keanehan?"
"Eyang, saya telah bersumpah kepada diri sendiri sebelum http://kangzusi.com
tercapai atau terlaksana idaman hati saya, maka saya akan terus mengenakan pakaian pria!"
"Hemmm... begitukah" Dan apakah idaman hatimu itu?"
"Pertama, membunuh Reksosuro dan Darumuko! Ke dua..."
"Sulastri, sungguh sedih hatiku mendengar ini. Amat tidak baik idaman hatimu,cucuku. Tak baik hidup menanggung dendam dan permusuhan. Apalagi membunuh orang."
"Habis untuk apa saya bersusah payah sejak kecil
mempelajari ilmu kalau saya tidak boleh membunuh mereka 299
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang telah melakukan perbuatan jahat terhadap saya,maksud saya terhadap mendiang kakek saya?"
"Mempelajari segala macam ilmu boleh dan baik saja, akan tetapi kalau dengan tujuan yang buruk, ilmu itu pun menjadi sesuatu yang buruk, merupakan kutukan. Yang paling penting adalah membela kebenaran, cucuku, dan pada siapa pun kebenaran itu berada, haruslah dibela. Sebaliknya, yang salah haruslah ditentang,biar pun yang salah adalah dirimu sendiri."
Kakek itu kembali menghela napas panjang karena dia maklum betapa sia-sianya memberi nasihat, seperti sia-sianya semua nasihat di dunia ini, karena yang paling penting adalah kesadaran diri sendiri. Tanpa adanya kesadaran dan
pengertian sendiri itu, sesmua nasihat dan wehangan hanya akan merupakan angin lalu berlaka, terasa semilirnya lalu lenyap tanpa bekas, atau lebih celaka lagi, wejangan itu hanya akan menjadi semacam hiasan untuk membanggakan diri, atau disalah gunakan sebagai "bukti" kebersihan dan kebaikan dirinya.
"Kalau engkau akan terus memakai pakaian pria, hal itu terserah kepadamu, akan tetapi janganlah berbuat kepalang tanggung, cucuku, karena kalau demikian,engkau hanya akan menjadi buah tertawaan orang lain saja."
"Maksud eyang...?"
Kakek itu memandang kearah bunga mawar merah di
http://kangzusi.com
rambut Sulastri. "Kembang mawar di rambutmu itu."
Sulastri meraba kembang itu dan tersenyum. "Apa
salahnya, eyang" Apakah seorang pria tidak boleh menghias rambutnya dengan kembang?"
"Tidak ada yang melarang dan tidak ada yang
menganjurkan, hanya biasanya, wanita sajalah yang menghias rambutnya dengan kembang seperti itu. Maka, kalau memang engkau hendak menyamar sebagai pria, hal itu memang baik sekali dan menjauhkan kesulitan dalam perjalananmu, akan 300
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi enkau harus pula menyembunyikan kesukaanmu
bersolek seperti kebiasaan seorang wanita."
-o0odwo0o- Jilid 22 "Perjalanan" Apakah saya harus melakukan perjalanan, eyang?"
Kakek itu mengangguk. "Karena itulah pagi-pagi aku
menunggumu di sini, Sulastri.
Hari ini juga engkau harus turun dari puncak dan
melakukan perjalanan jauh."
"Ahhh...!" Berita ini terlalu mengejutkan buat Sulastri.
Sudah selama setahun akhir-akhir ini dia selalu merengek minta ijin untuk turun gunung, akan tetapi kakek itu selalu melarangnya dan memerintahkannya untuk memperdalam
ilmunya yang dikatakan masih belum cukup untuk bekal turun gunung. Maka kini, ucapan kakek itu mengejutkan, sekaligus menggirangkan hatinya.
"Terima kasih, eyang...!" Dia cepat menjatuhkan dirinya berlutut di depan kakek Empu Supamandrangi.
"Aihh, bocah ini..." Sang Empu mengomel geli. "Sikapmu http://kangzusi.com
seperti orang yang mau pergi ke pesta atau mau pesiar saja, padahal perjalananmu akan menempuh banyak macam
bahaya. Engkau harus dapat merubah sikapmu yang seperti kanak-kanak,Lastri, karena hidup bukanlah main-main belaka.
Apalagi hidup seorang seperti engkau yang diracuni oleh latar belakang penuh dendam. Mulai sekarang keputusan dalam langkah hidupmu sepenuhnya berada di tanganmu, dan kau boleh melakukan apa pun juga menurut keputusan dirimu sendiri, dan hal itu amat berbahaya. Aku hanya mempunyai suatu pesan yang kuharap engkau dapat memenuhinya."
301 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pesan apakah itu, eyang" Saya berjanji akan
melaksanakannya dan memenuhinya dengan sepenuh hati saya!"
Kembali kakek itu tersenyum. "Cucuku, lain kali jangan engkau begitu mudah menjatuhkan janji dan sumpah. Yang penting dalam hidup ini bukan segala macam janji melainkan kenyataan dalam perbuatan. Pesanku adalah agar engkau suka mengambil kembali keris pusaka Kolonadah dan
kemudian menyerahkan kepada Pangeran Kolo Gemet, putera sang prabu di Mojopahit."
"Eh, kenapa harus diserahkan kepada Pangeran Kolo
Gemet, eyang?" Sulastri bertanya, heran dan juga kecewa karena tadinya dia ingin memiliki sendiri keris pusaka itu.
"Tidak perlu kau mengetahui terlalu banyak akan rahasia ini, cucuku, hanya ketahuilah bahwa keris itu dahulu kubuat dengan susah payah dan kubuat khusus untuk seorang raja.
Sayang bahwa keris itu memiliki wibaya yang demikian kuat sehingga muridku Ronggo Lawe-pun terdorong
memperebutkan kekuasaan dan karenanya dia menemui
kematian. Hanya demikian saja yang dapat kujelaskan, maka Kolonadah itu supaya kau serahkan kepada Pangeran Kolo Gemet."
Sulastri menyembah dan berkata, "Baik, eyang, akan saya taati perintah eyang. Akan tetapi..."
http://kangzusi.com
"Hemm, apalagi" Mengapa ada bayangan keraguan di
wajahmu?" "Eyang sudah sangat tua, selama empat tahun ini ada saya di sini untuk membantu dan melayani eyang, memelihara tanaman, mencuci dan masak. Kalau saya pergi dan eyang hidup sendiri..."
"Ha-ha-ha, memang kehadiranmu di sini hanya membuat aku menjadi malas dan keenakan saja, cucuku. Kau kira siapakah yang melayani aku selama engkau belum tiba di sini"
302 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau aku ingin dilayani orang, ingin hidup mulia secara lahiriah,apa kau kira aku bertapa dan berada di sini selama puluhan tahun" Ha-ha-ha,dengan membikin dan menjual keris saja aku dapat hidup kaya dan mempunyai banyak pelayan di kota. Jangan khawatir, cucuku, seekor semut saja dapat merawat dan memelihara diri sendiri, masa aku kalah oleh semut?"
Mendapat jawaban demikian, Sulastri tersenyum dan
legalah hatinya. Dia lalu berkemas, mengumpulkan
pakaiannya yang tidak berapa banyak, semua pakaian pria yang sederhana namun cukup rapat menutupi tubuhnya
sehingga tidak akan ada yang tahu bahwa dia seorang wanita.
Kemudian, dengan sebuah buntalan pakaian di pundaknya, dia berlutut lagi di depan kakek yang masih duduk bersila di atas dipan bambu di depan gubug.
"Apakah saya boleh berangkat sekarang, eyang?"
"Berangkatlah, cucuku, dan berhati-hatilah," kata si kakek sambil tersenyum melihat bahwa kembang mawar merah tadi sudah tidak lagi menghias rambut kepala Sulastri. "Dan engkau pun tentu saja tidak dapat mempergunakan nama Sulastri di dalam perjalanan. Mana mungkin ada seorang pemuda tampan seperti ini bernama Sulastri!"
Sulastri tersenyum lagi. Kejenakaan eyangnya itu membuat hatinya ringan dan tidak terasa terlalu berat meninggalkan http://kangzusi.com
tempat di mana dia telah tinggal selama empat tahun, terutama meninggalkan kakek renta yang selama ini
menggemblengnya dan dilayaninya itu.
"Mohon eyang sudi memberi nama samaran kepada saya."
"Kenapa tidak kau cari sendiri" Apakah kau sudah memilih sebuah nama yang baik?"
"Saya sudah memilih sebuah nama, eyang, nama yang
sederhana dan mudah, yaitu Joko Bromatmojo."
303 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh-heh, cukup bagus. Bromatmojo berarti Bromo-atmojo (anak Bromo), anak Gunung Bromo. Nama yang baik sekali."
Setelah berpamit lagi dari kakek itu dan mendapatkan doa restunya, berangkatlah Sulastri turun dari puncak itu, diikuti pandang mata kakek Empu Supamandrangi dengan sinar mata sayu. Setelah bayangan dara itu lenyap, kakek itu menarik napas tiga kali dan berkata lirih, "Betapa kuatnya ikatan yang timbul dari pementingan diri!" Dia lalu memejamkan matanya dan diam sampai lama sekali.
Memang demikianlah. Biar pun seorang pertapa seperti Empu Supamandrangi yang sudah melepaskan keduniawian, begitu bertemu dengan sesuatu yang menyenangkan dirinya, sesuatu yang dinikmatinya, terjadi ikatan dan terasa nyeri di dalam hati kalau ikatan itu dipatahkan. Hidupnya tadinya tenang dan tenteram, seperti air yang tiada gelombang. Akan tetapi muncullah Sulastri yang membawa kecerahan di dalam hidupnya yang menyenangkan hatinya, melayaninya dan berbakti kepadanya sehingga timbul rasa sayang di dalam hatinya. Perasaan sayang yang timbul karena dia
disenangkan! Perasaan ini menonjolkan sifat pementingan diri pribadi dan menciptakan suatu ikatan di dalam batinnya karena dia ingin agar kesenangan itu dilanjutkan dan jangan sampai diambil dari dia! Karena itulah maka perpisahan merupakan sesuatu yang amat berat bagi orang yang terikat http://kangzusi.com
batinnya. Jadi terang bahwa ikatan menimbulkan duka, yaitu apabila kita diharuskan berpisah dari yang terikat kepada kita, dan ikatan timbul dari keinginan melanjutkan kesenangan. Hal ini sudah jelas. Bukan berarti bahwa kita harus menolak atau menentang kesenangan, sama sekali tidak, melainkan kita tidak mengejarnya. Dan kita baru bisa mengejar kesenangan kalau kita tidak menyimpan pengalaman yang menyenangkan di dalam ingatan atau kesenangan!
*d-w* 304 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada suatu pagi tibalah Sulastri di sebuah hutan yang lebat.
Baru saja malam tadi dia bermalam di sebuah dusun, di rumah seorang petani tua bersama isterinya dan dari mereka ini dia mendengar bahwa hutan di sebelah barat dusun ini terkenal gawat. Apalagi karena di situ akhir-akhir ini, selama beberapa bulan ini, berkeliaran seorang gila yang sudah membunuh beberapa orang.
"Anehnya, yang dibunuhnya selalu adalah orang muda
yang tampan. Oleh karena itu,raden, kami harap andika jangan melalui hutan di barat itu," kata tuan rumah dengan khawatir melihat betapa "pemuda" yang menjadi tamunya begitu tampan dan halus, kelihatan begitu lemah.
Sulastri berjanji akan mengambil jalan lain agar tidak mengkhawatirkan keluarga yang demikian baiknya, akan tetapi tentu saja penuturan itu malah membuat hatinya tertarik sekali dan andaikata dia tidak sedang melakukan perjalanan ke barat sekalipun, agaknya kalau mendengar cerita itu dia akan sengaja memasuki hutan itu untuk menyelidiki! Ada orang gila berkeliaran membunuhi orang, sungguh amat berbahaya kalau didiamkannya saja.
Mendengar ada orang gila tukang bunuh,sama halnya bagi dara perkasa ini seperti melihat sebuah lubang tersembunyi di tengah jalan. Hatinya tidak akan tenang sebelum dia menutup lubang itu agar jangan ada orang lain yang terperosok dan http://kangzusi.com
celaka. Maka sekarang pun dia merasa tidak enak sebelum dia memasuki hutan itu dan menaklukkan orang gila yang
berbahaya itu! Sejak kecilnya Sulastri memang memiliki ketabahan luar biasa. Keberanian hatinya ini digembleng pula oleh
pengalaman-pengalaman pahit dan kemudian ditambah oleh gemblengan Ki Jembros sehingga dia hampir saja menjadi seorang yang liar dan ganas! Untung baginya bahwa
menjelang dewasa, dia terdidik oleh Empu Supamandrangi sehingga kesadarannya terbuka dan dia tidak lagi liar sungguh 305
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pun tidak dapat melenyapkan wataknya yang jenaka, aneh, dan Bengal suka menggoda orang!
Dengan hati agak ngeri juga, kengerian orang menghadapi orang gila, ngeri bercampur jijik, Sulastri memasuki bagian yang paling lebat di hutan itu. Pohon-pohon besar yang usianya mungkin sudah ratusan tahun seperti raksasa-raksasa menyeramkan dan semak-semak belukar kadang-kadang
demikian tebal menghalang jalan sehingga Sulastri harus mengambil jalan memutar. Tentu saja dia sama sekali asing dengan daerah ini, dan dia pun sudah lupa lagi jalan mana yang diambilnya empat tahun lalu ketika dia datang dari barat menuju ke Pegunungan Bromo. Satu-satunya pegangan
baginya agar tidak tersesat hanyalah matahari yang dia tahu timbul dari timur dan kalau pagi hari itu dia menuju kearah depan dengan matahari di belakangnya, kemudian kalau sore atau lewat tengah hari dia mengambil arah dengan matahari di depannya, maka dia tidak akan tersesat!
"Hua-ha-ha-hah!"
Sulastri melonjak saking terperanjatnya. Dia baru enak-enak melamun tiba-tiba saja ada suara ketawa sekeras itu, suara ketawa yang menyeramkan sekali dan orangnya yang tertawa itu tidak nampak! Siapa orangnya tidak akan kaget dan merasa serem" Sulastri menghentikan langkahnya, terasa betapa jantungnya membuat suara seperti sebuah gendang http://kangzusi.com
dipukul sekuatnya. "Duk-duk-duk-duk..." berdenyut-denyut sampai terasa ke ubun-ubun kepalanya! Dia menarik napas panjang untuk menenangkan jantungnya dan matanya
menendang ke sekeliling dengan waspada.
Kewaspadaan ini yang membuat dia cepat memutar tubuh ke kanan ketika ada gerakan dari semak-semak belukar di sebelah kanannya.
"Wuuuuutttt.... blukkkk!" Batu sebesar gentong itu
terbaring ke atas tanah di dekat kakinya ketika Sulastri cepat mengelak, kemudian memandang dengan penuh perhatian 306
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika dari balik semak-semak belukar itu muncul seorang laki-laki yang bentuk tubuhnya sedang saja, namun wajahnya bengis dan pakaiannya biar pun ada bekasnya sebagai pakaian yang mahal dan pantas, namun karena tidak terawat kini menjadi compang-camping. Matanya bukan seperti orang gila, pikir Sulastri.
Tentu ini dia yang disebut orang gila berbahaya itu, buktinya tiada hujan tiada angin tanpa sebab apa-apa orang itu hampir saja membunuhnya dengan lontaran batu yang demikian besarnya. Kalau mengenai orang yang tidak pandai mengelak, tentu akan pecah kepalanya atau remuk badannya.
Akan tetapi di samping ini, ada bukti lain yang menarik hatinya, ialah bahwa orang ini bukan orang sembarangan.
Orang yang dapat melontarkan batu seberat itu dengan tenaga lontaran yang demikian kuat, tentu adalah seorang yang memiliki kepandaian tinggi.
"Hei, apa artinya ini?" Sulastri bertanya kepada laki-laki yang kini sudah menghampirinya, laki-laki yang usianya kurang lebih lima puluh tahun.
"Ha-ha-ha, sekali ini tidak salah lagi. Engkaulah si manusia busuk!" Laki-laki itu makin beringas matanya dan memang Sulastri melihat sinar mata yang lain daripada mata orang biasa, mengandung dendam kebencian dan kemarahan yang sudah mendekati kegilaan. Orang itu sudah menubruk maju, http://kangzusi.com
serangannya cepat dan kuat,akan tetapi membabi buta seperti yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang tidak lagi memperdulikan pembelaan dirinya, hanya ingin menyerang dan membunuh!
"Wirr-wirr... plak-plakk!" Orang itu terhuyung miring ketika Sulastri mengelak kemudian menangkis dengan lengan kirinya dua kali sambil mengerahkan sebagian tenaganya.
"Ha-ha-ha!" Orang itu malah tertawa dan menyerang lagi.
307 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, kisanak, nanti dulu!" Sulastri mengelak sambil berseru.
"Mengapa engkau menyerangku" Kita belum saling mengenal dan aku tidak pernah melakukan suatu kesalahan kepadamu.
Kalau ada urusan, mari kita bicarakan dulu sebelum kau menyerangku!"
"Wuuutt-wir-wirr...!" Pukulan-pukulan yang keras
menyambar-nyambar namun semua dapat dielakkan oleh
Sulastri dengan mudah.
"Ha-ha-ha, jelas sekarang! Siapa lagi kalau bukan kau" Kau pandai bicara,suaramu merdu dan halus, dengan itu engkau telah merayu Katmi! Engkau juga pandai berkelahi, tenagamu kuat, dengan itu engkau telah membunuhnya. Bagus....
engkaulah orangnya, kini tidak salah lagi!" Kakek itu berkata sambil tertawa-tawa dan terus menyerang tak pernah
berhenti. "Bukan! Jangan menuduh yang tidak-tidak. Mari kita
bicara!" Sulastri membentak sambil mengelak lagi. Akan tetapi kini laki-laki itu tidak menjawab, hanya mengeluarkan suara menggereng dan tiba-tiba dia telah mencabut sebuah parang yang tajam mengkilap dan dengan senjata ini, dia menyerang dengan ganas.
Sulastri cepat mengelak. "Hemm... orang sinting! Kau nekat dan hendak berkelahi" Baiklah, nah, terimalah ini!"
http://kangzusi.com
"Plakk...!!" Sebuah tamparan yang dilakukan dari samping mengenai pundak kiri orang itu yang terpelanting dan berputar sampai beberapa langkah. Namun orang itu hanya meringis dan sama sekali tidak gentar walau pun tamparan pertama ini saja sudah membuktikan bahwa dia tidak akan menang menghadapi lawan yang masih muda namun sakti ini.
"Ha-ha, mampus kau...!" Dia menerjang dan menubruk
seperti seekor srigala dan parangnya membacok kearah kepala Sulastri, tangan kirinya masih mencengkeram kearah perut!
308 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sialan! Kau memang sinting!" Sulastri berseru kesal dan tubuhnya miring untuk menghindarkan cengkeraman ke
perutnya, kemudian dia mengangkat tangan kiri menangkis ke atas dan tangan kanannya memukul dengan penambahan
sedikit tenaga ke arah dada lawan dengan menggunakan punggung tangan.
"Dukk! Plakk...!"
Orang itu mengeluh, parangnya terlepas dari pegangan karena ketika tertangkis tadi, dia merasa lengannya seperti lumpuh dan tidak mampu lagi mempertahankan parangnya, sedangkan pukulan ke dadanya membuat dadanya terasa seperti pecah dan matanya berkunang, tubuhnya terjengkang dan dia roboh bergulingan.
Akan tetapi orang itu sungguh sudah nekat. Dengan mata beringas, dia meloncat bangun lagi dan dengan teriakan seperti binatang buas dia menubruk, menggunakan kedua tangannya mencengkeram ke arah Sulastri.
"Dess...!" Kaki Sulastri yang kecil menendang dan orang itu kembali terpelanting,memegangi perutnya yang kena tending tadi sambil meringis kesakitan. Akan tetapi,kembali dia maju menyerang.
"Orang gila, kau masih nekat?" Sulastri berseru ganas dan kembali tangannya menampar, kini mengarah tengkuk.
http://kangzusi.com
"Plakk...! Aughhh...!" Orang itu terpelanting dan roboh, mengeluh panjang dan ketika dia bangkit dan duduk, dia menggoyang-goyang kepala untuk mengusir kepeningan
kepalanya, akan tetapi tetap saja pandang matanya
berkunang dan dunia seperti berpusing di sekelilingnya.
"Heh... kau bunuhlah aku... hemmm, kau bunuhlah biar aku menyusul Katmi anakku..." katanya terengah-engah.
"Kisanak, engkau salah sangka," Sulastri berkata dengan tenang dan kasihan karena dia maklum bahwa orang ini 309
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah orang yang agaknya dibikin gila oleh dendam sakit hati yang hebat. "Aku tidak merayu anakmu, tidak pula
membunuhnya,akan tetapi kalau kau mau menceritakan
kepadaku apa yang terjadi dengan anakmu,barangkali saja aku akan dapat membantumu menangkap pembunuhnya."
Laki-laki itu kini mengangkat muka, menatap wajah
Sulastri, kembali menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu mengerutkan alisnya dan bicara kepada diri sendiri, "Yang seorang tampan dan muda, dengan kumis kecil dan tahi lalat di pipi kirinya, dan dua orang lagi yang muda dan juga berkumis, yang seorang tinggi besar dan seorang lagi pesolek dan matanya agak sipit. Hemm... yang dua sudah mampus, akan tetapi kau biar pun muda dan tampan... kau tidak berkumis..."
"Aku memang ... eh, belum berkumis!" kata Sulastri, meraba bibir atasnya.
"Dan tidak ada tahi lalat padamu..."
"Memang ada, akan tetapi bukan di pipi kiri," jawab pula Sulastri.
Laki-laki itu berusaha bangkit berdiri, akan tetapi terhuyung karena kepalanya masih pening, maka dia menjatuhkan diri lagi, duduk di atas tanah. Sulastri juga duduk di atas batu yang tadi disambitkannya kepadanya.
http://kangzusi.com
"Di mana...?" Laki-laki yang seperti orang bingung itu otomatis bertanya.
Sulastri merasa betapa mukanya menjadi panas, dia tidak tahu bahwa kedua pipinya menjadi merah. Dia tersenyum,
"Bukan urusanmu!" Kemudian dia berkata lagi sambil
memandang muka orang, "Apakah engkau yang disohorkan sebagai orang gila pembunuh yang berkeliaran di hutan ini?"


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Laki-laki itu mengeluh. "Kau sudah mendengar akan itu dan masih berani memasuki hutan ini?"
310 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa aku takut" Dan nyatanya, orang gila pembunuh yang dikabarkan berbahaya itu, hanyalah seorang laki-laki tua yang bingung dan lemah."
Pria itu mengangguk-angguk dan menarik napas panjang berulang-ulang. "Sungguh aneh, dia juga amat pandai, dan engkau... agaknya engkau lebih hebat. Mengapa aku bertemu dengan banyak orang muda yang sakti" Akan tetapi jelas dia berkumis dan bertahi lalat, dan engkau tidak berkumis, tidak bertahi lalat, mukamu halus dan engkau lebih tampan daripada dia."
Sulastri membungkuk dan tersenyum. "Terima kasih atas pujianmu, akan tetapi siapakah si dia itu" Kalau kau mau menceritakan, aku berjanji akan membantumu dan kalau aku bertemu dengan dia, si tahi lalat di pipi kiri itu, tentu akan kupaksa dia datang kepadamu."
"Dia... dia... tak tahu aku namanya, akan tetapi Katmi, anakku.. telah mati..." dan tiba-tiba kakek itu menangis.
Agaknya baru sekarang dia dapat menangis.
Tangisnya mengguguk seperti anak kecil dan air matanya bercucuran di antara celah-celah jari tangannya. Sulastri memandang dan merasa kasihan, akan tetapi dia
mendiamkannya saja, tidak mengganggu karena dia maklum bahwa tangis itu akan dapat meringankan beban yang
menekan batin kakek itu.
http://kangzusi.com
Setelah tangis mengguguk itu agak mereda, dia berkata halus, "Nah, sekarang ceritakanlah, paman. Ketahuilah bahwa aku sengaja memasuki hutan ini untuk mencarimu setelah aku mendengar tentang paman dari seorang keluarga petani di luar hutan ini. Kalau paman mengandung hati penasaran, sebaiknya diceritakan kepada orang lain yang dapat
membantumu, dengan demikian akan meringankan beban
penderitaan batin paman."
311 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau aneh... engkau masih muda dan sakti, juga
bijaksana... orang muda,siapakah engkau?"
"Aku Bromatmojo, paman," jawab Sulastri.
"Aihh, jadi andika seorang pemuda sakti mandraguna yang baru turun dari Gunung Bromo?"
Sulastri mengangguk "Aku hanya orang biasa saja, paman, hanya aku akan suka menolong kepada siapa yang patut ditolong."
Kakek itu kelihatan lega dan harapannya kembali lagi, pandang matanya tidak beringas lagi, melainkan sayu diliputi kedukaan. "Dengarlah ceritaku, orang muda yang perkasa dan apakah andika akan menganggap aku seorang yang patut ditolong atau tidak, terserah kepada andika."
Laki-laki itu mulai menuturkan riwayatnya. Dia bernama Kaloka, seorang penduduk dusun Turen. Kaloka adalah seorang pemburu yang terkenal dan keadaannya cukup
mampu dan disegani karena selain dia termasuk orang berkecupukan, juga dia suka menolong orang, baik dengan kekayaan mau pun dengan tenaganya karena dia termasuk seorang yang memiliki kedigdayaan. Akan tetapi, isterinya telah meninggal sejak anak tunggalnya berusia lima tahun. Dia tidak mau menikah lagi dan seluruh rasa cinta kasihnya dicurahkan kepada anak tunggalnya, yaitu puterinya yang http://kangzusi.com
bernama Katmi. Gadis ini telah berusia tujuh belas tahun ketika malapetaka hebat itu terjadi.
Sebagai seorang pemburu yang berani memasuki daerah-daerah berbahaya untuk mencari buruan yang paling
berharga, Kaloka sering kali meninggalkan rumahnya untuk beberapa hari lamanya, kadang-kadang bahkan sampai
setengah bulan. Tentu saja Katmi tinggal seorang diri di rumah, hanya ditemani oleh seorang pelayan wanita tua yang telah mengasuhnya sejak dia masih kecil.
312 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada suatu hari, ketika sedang pulang dari perburuan, Kaloka berjumpa dengan seorang penduduk Turen yang
menceritakan kepadanya bahwa kalau dia pergi
berburu,kadang-kadang ada seorang pemuda tampan sedang mengunjungi rumahnya. "Sikapnya mencurigakan dan dia bukan penduduk Turen, kakang Kaloka," kata tetangga itu.
"Kami khawatir kalau-kalau puterimu sampai terkena bujuk rayunya karena pemuda itu tampan dan bicaranya manis, namun sikapnya mencurigakan."
Mendengar berita ini, Kaloka langsung menemui anaknya dan menanyakan siapa pemuda yang suka mengunjungi di waktu dia tidak ada di rumah itu. Wajah anaknya menjadi merah dan dengan gugup puterinya itu menjawab bahwa dia tidak mengenal nama pemuda itu. "Dia adalah seorang tamu dari luar dusun yang katanya telah mendengar akan nama ayah dan hanya singgah sebentar, ayah," kata Katmi sambil menundukkan mukanya.
Mula-mula, mendengar alasan puterinya ini, Kaloka tidak mau mengusut lebih jauh.
Dia terlalu sayang kepada puterinya dan terlalu percaya.
Akan tetapi, Katmi terkenal sebagai kembang dusun Turen dan tentu saja semua pemuda di Turen tergila-gila kepadanya dan mengharapkan untuk dapat memetik bunga ini, yang cantik jelita dan anak orang kaya pula! Memang Katmi cantik, http://kangzusi.com
dan dalam usia tujuh belas tahun seperti setangkai bunga sedang mulai mekar. Wajahnya bulat dan manis, bentuk tubuhnya montok padat, agak gemuk tetapi tidak terlalu gemuk,melainkan kegemukan yang mendatangkan gairah
karena sesuai dengan bentuk mukanya yang bulat. Kulitnya halus dan agak gelap, akan tetapi bukan hitam, hanya kecoklatan dan yang biasa disebut hitam manis. Karena banyak pemuda yang menaruh hati kepadanya itulah yang membuat peristiwa itu tidak habis sampai disitu saja.
313 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Makin banyak Kaloka mendengar laporan-laporan tentang pemuda tampan yang mengunjungi puterinya di waktu dia tidak berada di rumah, terutama pelaporan yang datangnya dari pemuda-pemuda se-dusun itu.
"Aku tidak akan merintangi kesenangan hati anakku,"
Kaloka mengeluh pada Sulastri yang mendengarkannya
dengan tenang. "Akan tetapi cara pemuda itu menggauli anakku sungguh tidak wajar. Kalau memang dia suka,
mengapa dia tidak datang saja menemuiku dan melamar"
Mengapa dia mengunjungi anakku di waktu aku tidak berada di rumah?"
Dengan hati mulai digoda rasa curiga, pada suatu malam Kaloka pulang dengan tiba-tiba karena memang dia tidak melanjutkan perjalanannya berburu. Dan dengan kedua matanya sendiri, dia melihat betapa seorang pemuda sedang mengadakan pertemuan dengan puterinya itu di dalam taman di belakang rumah, dan pemuda itu merangkul leher puterinya dengan mesra sambil berbisik-bisik! Dapat dibayangkan betapa marahnya ayah itu dan dengan bentakan keras dia meloncat ke dalam taman, dengan maksud menangkap dan menghajar pemuda yang dianggapnya menganggu puterinya itu.
-o0odwo0o- http://kangzusi.com
Jilid 23 Akan tetapi betapa kagetnya ketika pemuda itu dapat mengelak dengan mudah, dan ketika Kaloka yang marah itu memukulnya, dia dapat pula menangkis dan terjadilah perkelahian di dalam taman! Setelah pukul-memukul beberapa lamanya, akhirnya pemuda yang cekatan itu dapat memukul Kaloka, membuat Kaloka terpelanting jatuh dan si pemuda menggunakan kesempatan ini untuk meloncat dan menghilang di dalam gelap.
314 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Katmi menubruk ayahnya dan menangis. Ayahnya marah
sekali, akan tetapi karena sayang sekali kepada puterinya, Kaloka menahan kemarahannya, Kaloka bertanya siapa
adanya pemuda yang berkumis dan bertahi lalat di pipi kirinya itu.
"Aku tidak tahu namanya, ayah..."
"Hemmm..." Kaloka mengertak gigi saking mengkalnya.
"Kau belum mengenal namanya akan tetapi kau membiarkan saja dia merayu dan merangkulmu?"
"Ampunkan aku, ayah. Dia... dia pandai sekali bicara.... dia bercerita macam-macam dan dia amat manis budi..."
"Bodoh! Engkau harus dapat menghargai kehormatan dan namamu, masa begitu mudah menyerahkan diri karena bujuk rayu seorang yang sama sekali tidak kau kenal siapa namanya dan di mana tempat tinggalnya" Kau bodoh, Katmi. Kalau dia berani muncul lagi sewaktu aku tidak ada, jangan kau terima dia sebagai tamu, katakan bahwa kalau memang dia
mencintaimu, agar orangtuanya datang melamar!"
"Baik, ayah..." jawab gadis itu sambil berlinang air mata.
Sampai sebulan kemudian, pemuda itu tidak pernah muncul kembali. Beberapa kali Kaloka pura-pura pergi berburu, akan tetapi sesungguhnya dia tidak berburu melainkan kembali lagi melakukan pengintaian. Akan tetapi, pemuda itu tidak muncul http://kangzusi.com
lagi dan tidak terjadi sesuatu yang mencurigakan. Hatinya menjadi lega dan dia menganggap bahwa tentu pemuda itu sudah tobat dan tidak berani muncul,hal yang menggirangkan hatinya karena dia amat khawatir. Pemuda itu tampan,pandai merayu, dan di samping itu juga memiliki kepandaian berkelahi yang hebat sehingga dia, yang terkenal jagoan dapat dirobohkannya dengan begitu mudahnya.
"Karena dia tidak muncul lagi selama satu bulan lebih, maka hatiku menjadi tenang dan aku mulai pergi berburu lagi.
Akan tetapi, begitu aku pergi berburu benar-benar, terjadilah 315
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malapetaka itu..." Dan Kaloka menghentikan ceritanya sambil menutupi mukanya dengan kedua tangan seolah-olah dia merasa ngeri untuk membayangkan kembali apa yang
dilihatnya beberapa bulan yang lalu.
"Apa yang terjadi, paman Kaloka?" tanya Sulastri yang mulai tertarik oleh cerita orang tua itu.
"Ketika aku kembali dari berburu, aku disambut dengan tangis oleh pelayan kami yang menceritakan bahwa semalam Katmi telah minggat!" Kaloka melanjutkan ceritanya. Tentu saja dia menjadi marah bukan main dan sebagai seorang pemburu ulung, dia dapat pula mencari jejak puterinya itu dan akhirnya, pada keesokan harinya pagi-pagi sekali, dia mendapatkan puterinya berada di dalam sebuah hutan tak jauh dari dusun Turen.
"Akan tetapi dia... dia...." Kaloka kembali menghentikan ceritanya.
"Sudah mati...?" tanya Sulastri yang merasa kasihan dan juga ngeri.
Kaloka menggeleng kepalanya dan mengusap air mata
yang menetes turun. "Belum,ketika aku menemukan dia, dia belum mati.. dia menggeletak hampir mati dalam keadaan mengerikan dan menyedihkan. Aku melihat darah... dan dia sama sekali telanjang, pakaiannya cabik-cabik di kanan kiri http://kangzusi.com
tempat itu... dia sempat bercerita kepadaku bahwa dia diajak pergi oleh pemuda berkumis bertahi lalat itu,akan tetapi...
sampai di tempat itu, dia diperkosa dan dipermainkan, dihina oleh pemuda itu yang mentertawakannya dan mengatakan bahwa hal itu dilakukan untuk menebus penyeranganku malam itu di taman. Anakku sampai menjadi pingsan dan ketika dia siuman, dia melihat seorang pemuda tinggi besar dan seorang lagi pemuda pesolek bermata sipit dan mereka...
jahanam-jahaman itu... mereka juga memperkosa anakku..."
316 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keparat..!!" Sulastri membentak sehingga kakek itu terkejut sekali karena suara pemuda itu meninggi dan nyaring seperti pekik dahsyat. Jantungnya sampai terguncang mendengar pekik yang dilakukan dengan pengerahan tenaga sakti itu.
"Dan anakmu lalu mati...?"
Kakek itu mengangguk, menelan ludah dan mengejap-
ngejapkan mata. "Dia mati setelah menceritakan semua itu.
Aku lalu bersumpah untuk membalas dendam, kucari-cari mereka bertiga itu, terutama si pemuda berkumis dan bertahi lalat. Yang dua dapat kutemukan, si pemuda tinggi besar dan pemuda pesolek bermata juling,karena mereka itu adalah pemuda-pemuda dusun Turen sendiri. Agaknya ketika mereka yang ikut pula mencari Katmi, melihat anakku telanjang di hutan, mereka berdua lalu menggunakan kesempatan itu untuk melakukan perbuatan mereka yang terkutuk. Aku telah berhasil membawa mereka ke hutan ini, mereka mengaku dan kubunuh mereka. Penduduk dusun yang mendengar ini
mencariku, akan tetapi aku dapat memukul mundur mereka, lalu aku masuk keluar hutan untuk mencari pemuda berkumis dan bertahi lalat dan akhirnya aku berkeliaran di hutan ini.
Sulastri mengangguk-angguk. "Untung paman bertemu
dengan aku, kalau tidak,bukankah paman akan membunuh seorang pemuda yang sama sekali tidak berdosa?"
http://kangzusi.com
"Engkau begini muda dan tampan, dan semenjak peristiwa itu, aku merasa benci kepada semua pemuda, terutama yang tampan."
"Aku bisa mengerti, paman. Akan tetapi tentu paman
menyadari bahwa hak itu amat keliru. Sebaiknya kalau paman menenangkan hati dan pikiran, kemudian baru perlahan-lahan mencari pemuda berkumis dan bertahi lalat itu. Dan aku pun berjanji bahwa kalau aku bertemu dengan seorang pemuda seperti itu, akan kutangkap dia dan kubawa dia kepada paman."
317 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, raden. Andika sungguh baik dan sekarang aku telah sadar akan dendam yang membuat aku seperti gila.
Memang aku harus menenangkan hati dan pikiran dan
sebaiknya hal itu kulakukan di sini agar aku selalu dapat teringat kepadamu dan dapat mengenangkan kembali
kesalahanku. Aku akan bertapa di sini,dan setelah tenang, baru aku akan keluar dari hutan ini."
"Terserah kepadamu, paman. Nah, aku pergi sekarang dan jangan sebut aku raden karena aku hanya seorang biasa saja, aku Joko Bromatmojo." Setelah berkata demikian Sulastri bangkit dan menggunakan aji kesaktiannya, sekali dia melompat lenyaplah dia di antara pohon-pohon. Melihat ini, Kaloka terkejut bukan main,terbelalak dan bengong sampai lama, kemudia tiba-tiba dia menjatuhkan diri berlutut di tempat Sulastri tadi berdiri!
*d-w* Iring-iringan pengantin itu cukup megah dan meriah.
Pengantin pria naik kuda besar dan melihat pakaiannya, tentu dia seorang yang memiliki kedudukan dan jelas seorang yang kaya. Pakaiannya indah dihias benang emas gemerlapan, dari jauh kelihatan gagah perkasa sehingga Sulastri yang melihat dari jauh merasa kagum. Pengantin prianya gagah, pikirnya.
Di depan berjalan pasukan yang membawa tombak, disusul http://kangzusi.com
pasukan memegang parang, kemudian barulah joli pengantin puteri yang dipikul oleh enam orang. Pengantin pria menjalankan kudanya kadang-kadang di dekat joli, kadang-kadang di depan. Di belakang nampak pula rombongan
keluarga, yang wanita naik joli, yang pria naik kuda, dan paling belakang kembali pasukan yang memegang tombak.
Akan tetapi, setelah Sulastri yang menahan langkahnya untuk menonton iring-iringan pengantin itu melihat sang pengantin pria dari dekat, dia kecewa dan keliru.
318 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya dari jauh saja dia kelihatan gagah karena
pakaiannya gemerlapan dan kudanya tinggi besar, akan tetapi setelah dekat, ternyata pengantin pria itu adalah seorang laki-laki yang sudah hampir kakek-kakek, usianya tentu ada lima puluh tahun! Memang gagah dan berwibawa duduk tegak diatas punggung kuda dengan dada terangkat, akan tetapi tetap saja merupakan kejanggalan melihat seorang pengantin pria yang usianya sudah setengah abad!
Tadinya Sulastri sudah akan melanjutkan perjalanannya kembali, akan tetapi alisnya berkerut ketika dia melihat sebuah joli dekat joli pengantin tersingkap dan seraut wajah wanita yang cantik, usianya kurang lebih tiga puluh lima tahun,memandang kepadanya dan tersenyum manis penuh daya pikat dan matanya pun mengerling tajam! Dan pada saat itu, dia pun mendengar suara isak tangis keluar dari joli pengantin puteri yang tertutup rapat! Kalau saja dia hanya mendengar isak tangis biasa, dia pun tidak akan merasa aneh karena bukankah sudah lumrah kalau seorang pengantin puteri menangis" Bahkan sudah merupakan semacam
"keharusan" karena kalau tidak menangis, kata umum, seolah-olah si pengantin puteri kegirangan menjadi pengantin dan tentu saja hal ini amat memalukan bagi seorang perawan!
Akan tetapi, kalau telinga orang-orang lain tidak dapat menangkapnya,telinga Sulastri lain lagi. Telinga dara perkasa ini sudah terlatih sedemikian rupa sehingga dia dapat http://kangzusi.com
menangkap lapat-lapat suara seorang wanita mengeluh di antara isak tangis itu, "Ayah, ibu... tidak kasihankah kalian kepadaku..." Cabutlah saja nyawaku... dan bawa aku beserta kalian...!"
Sulastri menjadi tertarik sekali. Tidak ada seorang pengantin puteri di mana pun juga, melakukan tangis
"pengantin" seperti itu! Itu adalah tangis seorang wanita yang merasa berduka sekali, yang menderita dan jelas merupakan kawin paksaan yang keji. Tadinya dia masih tidak akan terlalu memperhatikan karena merasa bahwa hal itu bukan
319 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
urusannya, akan tetapi karena tadi dia melihat wanita cantik yang tersenyum genit kepadanya, timbul perasaan penasaran dan kasihan kepada pengantin puteri yang belum dilihat wajahnya itu. Karena rasa penasaran, maka kedua kakinya membuat gerakan membalik dan Sulastri membayangi
rombongan pengantin itu yang menuju ke timur, kemudian membelok ke utara, ke sebuah sungai yang melintang
menghalang jalan. Akan tetapi agaknya rombongan pengantin itu,terutama pengantin prianya, adalah seorang yang berpengaruh dan kaya raya, maka disitu memang sudah tersedia beberapa buah perahu yang siap menyeberangkan mereka, bahkan perahu-perahu itu pun di hias warna-warni.
Rombongan itu berhenti dan pengantin pria meloncat turun dari atas punggung kudanya, menghampiri joli pengantin puteri yang sudah diturunkan. Tirai joli disingkap dan seorang gadis yang cukup manis berpakaian pengantin turun dari joli, akan tetapi ketika pengantin pria mengulurkan tangan untuk membantunya,pengantin puteri menarik tangannya dan tiba-tiba saja sambil menjerit pengantin puteri itu lari ke arah sungai!
"Heee...!" Seorang laki-laki berusia empat puluh tahun lebuh yang bertubuh kurus tinggi menubruk dan menangkap lengan pengantin wanita yang hendak melarikan diri itu.
Pengantin itu meronta-ronta dan menjerit-jerit, "Paman....
http://kangzusi.com
paman, lepaskan aku... biarkan aku pergi... biarkan aku mati...!"
Kini wanita cantik yang tadi tersenyum kepada Sulastri, melangkah maju dan mengangkat tangannya. "Plak-plak-plak-plak!!" Pipi pengantin puteri itu telah ditamparnya berkali-kali!
"Diam kau, bocah tak tahu malu! Engkau membikin malu paman dan bibimu!"
320 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah, bibi. Sudahlah...!" pengantin pria yang jauh lebih tua itu melerai dan menyebut bibi kepada wanita cantik itu.
Pada saat itu Sulastri sudah tidak dapat menahan
kemarahannya lagi. "Jangan paksa orang yang tidak mau kawin!" bentaknya dan dia meloncat ke dekat pengantin wanita itu, sebuah tangannya mendorong ke arah si pengantin pria yang hendak merangkul calon isterinya.
"Heiiitt!" Pengantin pria itu menangkis, akan tetapi tetap saja tubuhnya terjengkang dan terdengar suara berdebuk ketika pinggulnya terbanting ke atas tanah sampai
mengepulkan debu.
"Tangkap perampas pengantin!"
"Bunuh!"
"Serbu...!"
Keadaan menjadi geger ketika para pengawal yang
memegang tombak dan parang itu maju mengepung Sulastri.
Akan tetapi Sulastri yang sudah marah itu cepat
menggerakkan tubuhnya ke kanan kiri, amat cekatan dan sigap dan kemana pun dia bergerak, kaki tangannya
menyambar dan robohlah seorang pengeroyok. Dalam waktu singkat saja sudah ada lima orang pengeroyok jungkir balik dan mengaduh-aduh!
http://kangzusi.com
Sementara itu, di dalam keributan ini, pengantin puteri berhasil melarikan diri dan terjun ke sungai! Padahal sungai di bagian itu merupakan kedung yang amat dalam, maka
paniklah pengantin pria yang berteriak-teriak minta tolong karena dia sendiri tidak mampu berenang. Akan tetapi, para pengawalnya juga sibuk mengepung Sulastri sehingga mereka tidak mendengar teriakan ini. Hanya pengantin pria, paman dan bibi pengantin puteri itu yang berteriak-teriak dan lari ke sana-sini di tepi sungai seperti induk ayam melihat anak ayam terjatuh ke air. Karena tadinya para tukang perahu juga sudah 321
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berloncatan ke darat untuk membantu para pengawal
membekuk pemuda yang dianggapnya hendak merampas
pengantin, maka mereka pun tidak tahu bahwa pengantin puteri terjun ke dalam Kedung (bagian air sungai yang dalam).
Pada saat itu, nampak seorang pemuda yang bertubuh
tinggi tegap, berlari cepat seperti terbang dan tanpa ragu-ragu lagi pemuda itu melompat ke dalam air.
Caranya melompat dan terjun ke air membuktikan bahwa dia memang mahir bermain dalam air, dengan lompatan lurus dan kepalanya didahului oleh kedua lengan yang disatukan dan dilonjorkan ke depan. Juga ketika tubuhnya menimpa air, tidak terdengar suara seperti sebatang pisau yang runcing menusuk agar-agar saja.
"Cluuuuppp..!" Tubuhnya sudah lenyap di telan air ketika pemuda itu terjun dan langsung menyelam. Akan tetapi tidak lama kemudian, dia telah timbul kembali,merangkul pengantin puteri yang sudah lemas dan pingsan, lalu berenang dengan cepatnya ke pinggir sungai, terus merayap naik sambil memondong tubuh pengantin puteri itu. Kini para tukang perahu yang sudah diberi tahu dan sudah berlarian ke pinggir sungai, membantunya naik dan gadis itu direbahkan di atas rumput,ditangisi oleh paman dan bibinya.
"Raden... tolong... dia orang jahat hendak merampas keponakanku!"
http://kangzusi.com
"Apa" Di siang hari ada orang berani merampas
pengantin?" Pemuda itu mengerutkan alisnya yang hitam tebal dan dia lalu bangkit dan memandang ke arah pertempuran itu.
Terkejut juga dia melihat pemuda tampan itu mengamuk dengan amat hebatnya dan biar pun dikeroyok oleh belasan orang perajurit, namun dengan enaknya pemuda itu
menggerakkan kaki tangan dan para perajurit menjadi mawut, tombak-tombak dan parang-parang beterbangan disusul robohnya tubuh para perajurit itu.
322 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat ini, pemuda tinggi tegap itu menjadi marah. Dia lalu meloncat ke gelanggang pertempuran dan begitu pemuda tampan itu kembali merobohkan dua orang perajurit sehingga yang lain menjadi ragu-ragu dan mundur, pemuda tinggi tegap yang pakaiannya basah kuyup itu menerjang sambil membentak keras. Bagaikan seekor harimau menubruk, dia telah menyerang Sulastri dari depan dengan pukulan tangan kiri ke arah dada sedangkan tangan kanan menyambar ke arah leher.
"Ihhh...!" Sulastri berteriak kaget ketika merasa ada angin dahsyat menyambar dari pukulan itu, apalagi melihat bahwa pukulan itu menuju ke arah dadanya!
Cepat dia mengerahkan tenaga saktinya pula dan kedua tangannya memapaki dua tangan lawan yang memukulnya itu.
"Dukkk! Desss...!" Keduanya terlempar dan terhuyung ke belakang!
"Ahhh...!" Pemuda tinggi tegap itu terkejut setengah mati.
Dia tadi telah mengerahkan tenaga saktinya dan dia maklum bahwa jarang ada orang sanggup menahan pukulan-pukulannya ini, akan tetapi bocah tampan kurus itu tidak hanya dapat menangkisnya, malah tangkisan itu mengandung tenaga sakti yang tidak kalah kuatnya sampai dia terhuyung dan hampir terjengkang jatuh!
http://kangzusi.com
Adapun Sulastri juga terkejut karena dia memperoleh kenyataan bahwa pemuda tinggi tegap yang tampan dan gagah itu ternyata kuat bukan main! Dan ketika mereka beradu lengan tadi, air yang membasahi pakaian pemuda itu memercik ke muka dan pakaiannya, maka dia menjadi
mendongkol bukan main. Sambil mengusap mukanya yang basah oleh percikan air, dia mengomel. "Orang gila! Kalau mau berkelahi, kenapa tidak berganti pakaian dulu?"
Pemuda tinggi tegap itu tercengang mendengar bentakan ini. Pemuda tampan dan sakti itu sungguh seperti anak kecil 323
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja! Yang diributkan malah basahnya pakaiannya! Akan tetapi dia masih marah mendengar bahwa pemuda tampan yang
wajahnya sama sekali tidak mencerminkan kejahatan ini hendak merampas pengantin,jadi dibalik ketampanannya ini bersembunyi kecabulan! Maka dengan marah dia membentak,
"Memang biasanya orang gila memaki orang lain gila!"
Sulasti melotot. "Kau bilang aku gila" Kau yang gila! Kau gila, gila, gila!!"
Dia menudingkan telunjuknya ke arah muka pemuda tinggi tegap itu.
"Huh, siapa lagi kalau bukan orang gila yang hendak merampas pengantin wanita di waktu siang hari dan di jalan raya?"
Sulastri menjadi makin marah dan dia melangkah maju dengan dua tangan dikepal. "Siapa yang merampas
pengantin" Siapa?"
"Siapa lagi kalau bukan engkau pemuda cabul?"
"Keparat! Ngawur bicaramu, ya" Kurobek bibirmu nanti!
Aku tidak merampas pengantin, tidak merampas siapa-siapa.
Mulutmu layak ditampar!" Sulastri menerjang dan benar-benar tangannya bergerak dengan cepatnya menampari ke arah mulut dan pipi pemuda itu. Pemuda itu cepat menangkis dan mengelak sambil mundur.
http://kangzusi.com
Beberapa orang perajurit maju meyerbu, akan tetapi kini mereka yang menjadi sasaran kedua tangan Sulastri yang mengamuk dan tamparan gadis ini amat hebat,membuat
mereka yang kena tampar roboh dengan pipi bengkak-
bengkak dan gigi copot-copot!
"Heee-heeittt, tahan dulu...!" Pemuda tinggi tegap itu melompat ke depan dan menangkisi tamparan-ramparan
Sulastri yang menyambutnya dengan serangan. "Kalau kau memang tidak merampas pengantin, kenapa kau mengamuk 324
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di sini sehingga pengantin wanita sampai terjun ke dalam kedung...?"
"Ehh..?" Sulastri terkejut dan menghentikan serangan-serangan yang selalu dapat ditangkis tadi. "Dan dia mati...?"
Pemuda itu cemberut. "Kalau tidak aku cepat-cepat
menyelam dan menyelamatkannya,tentu dia sudah mati
karena gara-garamu!"
Kini Sulastri memandang pemuda tinggi tegap itu dengan penuh perhatian. Pemuda yang tampan gagah, dan kumisnya tipis membuat wajah itu makin menarik. "Jadi kau kira bahwa dia melompat ke sungai karena gara-garaku?"
"Tentu saja! Kalau tidak, karena apalagi?" pemuda itu balas bertanya.
"Dan kau anggota rombongan ini?"
"Bukan, aku baru datang karena tertarik oleh ribut-ribut yang terjadi di sini,kemudian aku melihat pengantin wanita meloncat ke sungai. Kuselamatkan dia dan..."
"Kalau begitu engkau orang tolol ngawur! Orang yang memiliki kesaktian namun bodoh dan goblok!"
"Eh, mulutmu jahat sekali, penuh dengan makian!"
"Habis engkau memang tolol sih! Kau menuduh orang
http://kangzusi.com
dengan ngawur saja tanpa penyelidikan dulu. Kau tahu mengapa aku menyerang mereka dan mengapa pengantin
wanita itu hendak membunuh diri" Dia dipaksa kawin!"
"Ehhh..?"
"Jangan percaya omongannya! Dia seorang perampok,
seorang penjahat yang hendak merampas isteriku!" Pengantin pria yang tadi roboh terjengkang berteriak sambil menuding ke arah Sulastri.
325 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri tersenyum mengejek. "Dan kau pemuda sakti tolol tentu percaya omongan kakek yang doyan daun muda ini, bukan" Lihat baik-baik mempelai wanita itu dan taksir berapa umurnya. Seorang dara cantik yang pantasnya kawin dengan aku atau engkau..."
"Ihhh...! Ceriwis benar kau!" Pemuda tinggi tegap itu membentak dan mukanya berobah merah.
Sulastri tersenyum mengejek lagi. "Akan tetapi dara itu dikawinkan dengan seorang kakek sombong. Maka kalau dia tadi hendak membunuh diri, aku tidak menyalahkan dia. Kalau aku menjadi dia... hemm, memang lebih senang mati daripada kawin dengan kakek seperti ini!"
"Kurang ajar kau, monyet!" Kakek itu menjadi marah.
"Hayo keroyok, tangkap dia!"
Akan tetapi Sulastri yang dimaki monyet itu sudah menjadi marah. Ketika ada enam orang perajurit maju, dia menerjang sehingga mereka itu terjengkang ke kanan kiri, kemudian tangannya menampar. "Plak...! Aduhhh...!" Kakek itu menjerit dan mulutnya berdarah. Sulastri hendak memukul lagi akan tetapi dia dicegah oleh pemuda tinggi tegap.
"Sudah, sudahlah.... tak perlu membunuh orang!"
"Hemm, lihat siapa yang seperti monyet! Engkau yang menjadi monyet ompong!"
http://kangzusi.com
Sulastri mengejek dan pengantin pria itu meludahkan darah dan beberapa buah giginya yang patah oleh tamparan tadi.
"Sesungguhnya, apakah yang terjadi dan bagaimana kau bisa mengatakan bahwa gadis itu dikawinkan dengan paksa?"
Pemuda tinggi tegap itu menjadi bingung dan kini dia menghadapi Sulastri pemuda yang kelihatan masih remaja dan kurus akan tetapi yang memiliki kepandaian hebat dan juga amat galak itu.
326 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja aku tahu! Tidak seperti engkau yang ngawur!"
Sulastri menjawab galak.
"Aku bersuara dengan mereka di jalan dan aku mendengar pengantin puteri di dalam tandu menangis dan bersambat ke pada ayah bundanya minta mati. Tentu saja mendengar ini aku menjadi curiga dan mengikuti rombongan ini. Setelah tiba di sungai ini, tiba-tiba pengantin puteri turun dan melarikan diri, akan tetapi ditangkap oleh orang yang disebutnya paman itu, dan ditampari oleh dia..." dia menuding ke arah wanita cantik yang masih berjongkok di dekat tubuh pengantin wanita yang agaknya sudah siuman. "Nah, tentu saja aku marah dan membela si pengantin puteri, sampai kau datang dan
menyerang aku secara membabi buta!"
Pemuda tinggi tegap itu kini membalik dan memandang ke arah pengantin pria yang masih mengusapi mulutnya yang berdarah dengan sehelai saputangan. "Benarkah begitu?"
"Bohong! Dia bohong...! Tidak ada kawin paksaan...!"
Pemuda tinggi tegap itu menjadi bingung. "Hemm,
siapakah yang harus kupercaya...?"
-o0odw-o0o- Jilid 24 http://kangzusi.com
Sulastri tersenyum mengejek. "Kalau bodoh mengaku saja bodoh, jangan pura-pura mau menjadi orang pintar mengadili urusan orang lain. Kalau kau bingung, mengapa tidak tanya saja kepada yang berkepentingan langsung, yaitu si pengantin puteri?"
Wajah pemuda itu berseri. "Ah, kau benar!" Dan dia
menoleh ke arah wanita yang ditolongnya ke luar dari kedung tadi. Akan tetapi pada saat itu, pengantin puteri tadi agaknya sudah mendengarkan semua percakapan itu dan kini dia bangkit,meronta lepas ketika dipeluk bibinya dan dipegangi 327
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pamannya, lalu dia lari menghampiri tempat itu dan
menjatuhkan diri berlutut di depan Sulastri!
"Raden, tolonglah saya... tolonglah saya agar jangan saya dipaksa menikah dengan bapak lurah Jati..." Wanita itu menangis dan merangkul kedua kaki Sulastri.
Sulastri tersenyum, mengerling ke arah pemuda tinggi tegap tadi dan mengejek, "Nah,katakan apakah aku seorang perampok pengantin wanita?"
Kini pemuda tinggi tegap itu mengerutkan alisnya yang hitam tebal dan membalik kepada bapak lurah Jati, pengantin pria tadi sambil membentak, "Ternyata benar bahwa gadis ini dipaksa kawin. Hemm, lekas kalian minggat sebelum kuhajar kalian sampai babak belur!"


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi... tapi... mas kawinnya..." Pengantin pria itu berkata.
"Desss...!" Pemuda tinggi tegap itu menendang sampai pengantin pria terlempar dan jatuh bergulingan. "Inilah mas kawinnya!"
Pengantin pria berteriak kesakitan lalu melarikan diri bersama para pengiringnya,jerih karena kini pemuda tinggi yang tadinya berpihak kepada mereka itu telah berubah sikap memusuhi mereka. Menghadapi pemuda kecil tampan itu sudah payah,apalagi ditambah pemuda tinggi tegap itu.
http://kangzusi.com
Kini tinggal pengantin puteri dan paman serta bibinya yang juga sudah menjatuhkan diri berlutut. Sulastri memandang kepada dua orang itu dengan alis berkerut, apalagi ketika melihat betapa bibi cantik itu kini mengucurkan air mata dan si paman kelihatan pucat ketakutan.
"Berdirilah kau..., nimas...!" kata Sulastri sambil memegang kedua pundak pengantin puteri yang manis itu. Pengantin itu bangkit berdiri dan merasa betapa kedua tangan "pemuda"
tampan yang menolongnya itu masih berada di kedua
328 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pundaknya dengan sentuhan halus, dia menundukkan
mukanya yang berubah merah.
"Eh, kalian berdua siapakah?" tegurnya kepada suami isteri itu.
"Kami... kami adalah... paman dan bibinya..." jawab si suami gugup. Akan tetapi tiba-tiba bibi pengantin puteri yang cantik itu bangkit berdiri dan berkata dengan hormat, setelah menghapus air matanya, "Harap paduka maafkan, raden. Ini suami saya, Parjito, dan saya adalah bibi dari nini Warsini yang sudah yatim piatu. Semenjak kecil Warsini kami pelihara seperti anak sendiri."
"Hem, seperti anak sendiri" Kenapa kalian memaksanya menikah dengan bandot tua itu?" Sulastri membentak.
"Maaf..." dan wanita itu kembali mengucurkan air mata.
"Kami yang terpaksa, raden... sehingga kami terpaksa mempunyai banyak hutang kepada bapak lurah dari dusun Jati. Kemudian, bapak lurah jatuh cinta kepada keponakan kami ini dan... karena terpaksa, kami membujuk Warsini untuk menjadi isterinya..."
"Isteri yang ke lima raden!" Warsini berkata.
"Ternyata kalian berdua adalah orang-orang mata duitan yang hendak mengorbankan keponakan sendiri untuk
mendapatkan uang! Betapa kejinya!" Pemuda tinggi tegap itu http://kangzusi.com
berkata dengan nada suara marah pula.
"Kami terpaksa... ah, sekarang pun kami menjadi bingung.
Apa yang harus kami lakukan, raden" Paduka berdua yang memiliki kesaktian boleh jadi tidak takut kepada lurah Jati, akan tetapi kami... ah, mungkin saat ini dengan adanya paduka berdua, kami terlindung akan tetapi setelah paduka berdua meninggalkan kami..." wanita cantik isteri Parjito itu berkata lagi.
329 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri yang tadi merasa gemas kepada wanita ini karena melihat wanita ini menampari pipi Warsini, sehingga kini menjadi bingung karena dia dapat melihat kebenaran dalam kata-katanya.
"Habis, apa yang harus kami lakukan?" terdengar Parjito bertanya bingung. "Pak lurah Jati sudah pasti tidak akan tinggal diam saja dan kami serumah akan celaka..."
Kini pemuda tinggi tegap itu berkata, "Di mana rumah kalian?"
"Kami dari dusun Kriten, raden."
"Mari kami antar kalian pulang, dan kita cari jalan bagaimana baiknya nanti."
"Oh, terima kasih, raden. Paduka berdua sungguh baik sekali." Sang bibi berkata dengan nada suara gembira dan penuh harapan.
Tadinya Sulastri tidak ingin mencampuri urusan itu lagi, akan tetapi melihat pemuda tinggi tegap itu begitu baik hendak mengantarkan mereka, tiba-tiba timbul rasa curiga dan rasa penasaran di dalam hatinya. Dia curiga karena siapa tahu apa isi hati pemuda ini, dan pula, dia yang tadi menolong si gadis pengantin,akan tetapi agaknya pemuda itu yang akan melanjutkan dan menerima jasa dan pujiannya. Oleh karena itu, tanpa membantah dia pun ikut pergi mengantar gadis http://kangzusi.com
pengantin bersama paman dan bibinya itu ke luar dari hutan.
Hari telah gelap ketika mereka tiba di dusun Kriten sehingga tidak sampai menarik perhatian banyak penduduk yang tentu akan menjadi heran dan ribut melihat sang pengantin puteri kembali lagi tanpa pengantin prianya.
Setelah tiba di rumah Parjito, wanita cantik isteri Parjito yang bernama Gianti itu agaknya telah menemukan kembali ketenangannya dan dia melayani dua orang pemuda itu dengan penuh keramahan. Bersama keponakannya yang
pendiam itu dia segera memasak air, menanak nasi dan 330
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempersiapkan hidangan dan minuman kepada mereka
sedangkan Parjito sendiri lalu menemani dua orang pemuda itu bercakap-cakap di serambi depan.
Setelah menerima hidangan dan makan bersama, mereka lalu bercakap-cakap membicarakan persoalan mereka yang terancam oleh ki lurah Jati. Dari sikap dan percakapan dengan mereka itu, Sulastri makin tidak suka kepada suami isteri ini yang agaknya merupakan orang-orang malas yang hanya pandai menghamburkan uang,maka tidaklah heran kalau mereka sampai mempunyai banyak hutang kepada ki lurah Jati yang sebenarnya menghendaki keponakan mereka. Dan agaknya, paman dan bibi ini sengaja hendak mempergunakan Warsini sebagai sumber penghasilan!
"Pak lurah Jati pasti datang dan memaksa kami
menyerahkan Warsini," demikian kata Parjito dengan sikap khawatir. "Dan mungkin peristiwa siang tadi akan
mengakibatkan dia marah kepada kami."
"Apakah kalian tidak mempunyai keluarga di dusun lain ke mana kalian dapat mengungsi?" tanya pemuda tinggi tegap.
Mereka menggeleng menyatakan tidak punya.
"Kalau lurah itu hendak memaksa, apakah kalian tidak melapor kepada pejabat yang lebih tinggi kedudukannya?"
Pemuda tinggi tegap itu menoleh kepadanya dan berkata, http://kangzusi.com
"Agaknya andika tidak tahu, kawan, bahwa melaporkan seorang pejabat kepada pejabat yang lebih tinggi sama artinya dengan minta bantuan seekor harimau untuk mengusir seekor srigala."
Semua orang menjadi bingung karena tidak tahu
bagaimana memecahkan persoalan itu,dan Warsini yang sejak tadi mendengarkan saja sambil menundukkan mukanya, tiba-tiba berkata sambil memandang kepada Sulastri, "Raden, jalan satu-satunya hanyalah bahwa saya harus minggat dari dusun ini. Kalau paduka sudi menolong saya,setelah paduka 331
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membela saya di hutan itu, saya... saya akan menghambakan diri kepada paduka... harap paduka membawa saya ke mana pun, menjadi hamba atau apa saja juga saya rela... raden..."
Pemuda tinggi tegap itu mengerutkan alis dan memandang kepada Sulastri, lalu kepada gadis pengantin itu, akan tetapi dia diam saja. Sedangkan Sulastri yang mendengarkan penyerahan ini menjadi merah mukanya.
"Warsini jangan begitu! Kalau kau pergi bersama raden ini... lalu... bagaimana dengan kami...?" Bibinya, Gianti yang sejak tadi bersikap manis sekali, terlalu manis kepada Sulastri, berkata khawatir. "Pak lurah telah mengancam, kalau hutang-hutangku tidak dilunasi... dan ditambah lagi mas kawin itu..."
"Bibi yang menerima uangnya, dan bibi pula yang
menerima mas kawinnya... saya tidak tahu menahu tentang itu!" jawab Warsini.
"Eh, eh... kau bocah tak mengenal budi! Dan sejak kecil siapa yang memeliharamu sampai sebesar ini" Siapa yang memberi makan setiap hari, memberi pakaian kepadamu" Dan kami harus mengurus agar engkau mendapatkan suami yang baik dan mencukupi, masih kurang bagaimanakah kami?"
Gianti berkata dengan marah, dan suaminya cepat
menyabarkannya dan memegang lengan isterinya, akan tetapi si isteri merenggutkan lengannya dan suami itu agaknya pun tidak berani banyak cakap lagi. Sikap suami itu jelas http://kangzusi.com
membayangkan bahwa dia kalah pengaruh, bahkan takut kepada isterinya yang cantik.
"Sudahlah, tidak perlu ribut-ribut!" Sulastri berkata.
Gianti kini berkata kepada Sulastri, "Raden, paduka melihat betapa sulitnya keadaan saya. Saya telah melakukan segala sesuatu demi kebaikan keponakan suami saya ini, akan tetapi sekarang hanya kesulitan saja yang saya peroleh darinya..."
Dan dia menangis sesenggukan.
332 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah, aku mempunyai jalan yang baik. Besok,
keponakanmu akan kubawa dan kuserahkan kepada seorang yang tentu akan mengganggapnya sebagai anak sendiri dan akan sanggup menghadapi ancaman yang akan muncul. Dia adalah seorang sahabatku yang sudah setengah tua dan kehilangan anak perempuannya."
"Terima kasih, raden...!" Warsini berseru dengan girang sekali.
"Kau mau ikut bersamaku dan kuberikan kepada seorang sahabatku untuk menjadi anaknya?" tanya Sulastri.
Gadis itu mengangkat mukanya dan memandangnya,
memandang dengan sinar mata yang luar biasa, yang
membuat hati Sulastri merasa tidak enak karena pandang mata itu demikian mesra dan penuh penyerahan! "Saya akan menurut saja apa pun yang akan paduka lakukan terhadap diri saya." Ucapan ini sudah mengandung makna yang luas dan kerut alis pemuda tinggi tegap itu makin mendalam.
"Akan tetapi bagaimana dengan kami kalau Warsini pergi?"
Kini Parjito berkata gelisah. "Pak lurah Jati tentu akan..."
"Ada dia ini yang akan melindungi kalian!" kata Sulastri sambil menudingkan telunjuknya ke arah pemuda tinggi tegap itu.
"Hemm, tak mungkin aku tinggal di sini terlalu lama.
http://kangzusi.com
Banyak pula urusanku sendiri. Hal itu tidak perlu diributkan.
Kalau pak lurah datang, katakan saja bahwa keponakan kalian telah dilarikan oleh dia itu." Dia pun menudingkan telunjuknya ke arah Sulastri.
Sulastri mengangguk-angguk. "Hemm, kiranya tidak begitu bodoh. Memang itu merupakan alasan yang baik sekali. Kalian katakan saja bahwa keponakan kalian kularikan, tentu mereka akan mengejarku, kalau berani!"
333 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mengambil keputusan bulat, akhirnya mereka
setuju untuk bermalam di rumah itu semalam. Parjito memberikan kamar tamu yang sederhana untuk dua orang pemuda itu, akan tetapi Sulastri tegas-tegas menolak. "Aku tidak bisa tidur berdua, tidak biasa! Kalau tidak ada kamar lain, biarlah aku tidur di luar, di lantai saja!"
"Ah, mana bisa begitu raden?" Warsini cepat berseru.
"Biarlah paduka memakai kamar saya, dan saya tidur di lantai."
Kini Gianti yang cepat berkata kepada suaminya, "Kenapa kau tidak tidur saja di rumah tetangga malam ini" Aku bisa tidur bersama Warsini, dan kamar kita biar dipakai oleh Raden ini."
Sang suami mengangguk-angguk. "Baiklah. Nah, selamat tidur, raden berdua," kata Parjito yang segera ke luar dari rumahnya itu.
Pemuda tinggi tegap itu mendapatkan kamar tamu
sedangkan Sulastri kebagian kamar suami isteri itu, sedangkan Gianti memasuki kamar keponakannya bersama Warsini.
Lampu-lampu dipadamkan dan mereka pun merebahkan
diri di atas pembaringan di kamar masing-masing. Sulastri tidak dapat tidur. Peristiwa tadi siang membayang di dalam pikirannya dan dia membayangkan betapa akan gembiranya http://kangzusi.com
bapak Kaloka kalau dia datang bersama Warsini. Tidak ada jalan lain, sebaiknya Warsini diserahkan kepada Kaloka yang kehilangan anak perempuannya itu. Dengan mempunyai
seorang ayah seperti Kaloka, tentu keselamatan Warsini terjamin, dan Kaloka juga akan terobati dari luka di hatinya kerena kehilangan puterinya. Dia teringat pula kepada pemuda tinggi tegap yang tidur di kamar sebelah. Seorang pemuda yang tampan dan ganteng, juga gagah perkasa. Ingin dia menguji kepandaiannya!
334 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar bunyi kentongan ronda malam yang
menandakan bahwa waktu tengah malam telah tiba.
Mendadak Sulastri mendengar suara berkeresekan di arah pintu kamarnya. Sinar lampu satu-satunya yang masih dipasang di ruangan tengah,menembus celah-celah bilik dan membuat kamarnya remang-remang, namun dia masih dapat melihat ketika daun pintu terbuka perlahan dari luar.
Jantungnya berdebar dan semua urat syaraf di tubuhnya menegang. Tentu maling, pikirnya. Atau seorang penjahat.
Kaki tangan lurah Jati" Dia pura-pura tidur, akan tetapi matanya memandang penuh perhatian.
Daun pintu terbuka perlahan-lahan dan sesosok bayangan memasuki kamar itu,bayangan seorang wanita yang bertubuh ramping! Sulastri makin terheran-heran.
Kini wanita itu yang hanya bentuk tubuhnya yang ramping, berjalan perlahan menghampiri pembaringannya. Rambut wanita itu terurai lepas. Tercium olehnya bau wangi bunga dan teringatlah dia akan bau yang sama dari Gianti, bibi Warsini.
Dia cepat bangkit duduk.
"Mau apa kau...?" tanyanya heran.
"Ssttt... raden..." Suara Gianti terengah-engah dan lalu dia duduk di tepi pembaringan, tangannya meraba-raba dan http://kangzusi.com
memegang tangan Sulastri. "Raden... saya tidak dapat membalas budi kebaikanmu kecuali... dengan tubuhku ini..."
Dan dia lalu merangkul leher Sulastri dan seperti seekor harimau betina kelaparan dia menciumi muka Sulastri.
"Eh...! Sulastri gelagapan akan tetapi cepat tangannya mendorong dan tubuh wanita itu terdorong ke belakang.
"Jangan..., aku tidak bisa... tidak mau... eh,kau ini seorang wanita yang sudah bersuami mengapa..."
"Raden... terimalah saya..., sejak saya melihat raden di tepi jalan itu,ingatkah paduka" Ketika saya menyingkap tirai joli...
335 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat paduka di tepi jalan, hati saya telah terpikat dan saya tergila-gila... raden, kasihanilah saya yang jatuh cinta kepada paduka..."
Kini Sulastri melompat turun dari pembaringan. Hatinya geli akan tetapi juga marah. Betapa tidak geli hatinya melihat betapa ada seorang wanita yang jatuh cinta dan tergila-gila kepadanya" Hampir saja dia tertawa. Ditahannya geli hatinya dan dia cepat berkata lirih agar jangan sampai
membangunkan semua orang,"Bibi, pergilah. Aku tidak sudi, dan kau ingatlah kepada suamimu. Pergi!!"
Wanita itu terisak dan dengan perlahan lalu meninggalkan kamar itu, keluar dengan langkah tersaruk-saruk. Sulastri cepat menutupkan kembali daun pintunya.
Akan tetapi peristiwa itu membuat dia makin tidak dapat tidur lagi. Dia masih merasa geli, serem dan juga marah kalau teringat kelakuan Gianti yang dianggapnya tak tahu malu itu.
Dan karena tidak dapat tidur inilah maka lewat tengah malam menjelang pagi dia mendengar suara-suara yang tidak wajar di sebelah luar. Dia menjadi curiga dan cepat dia membuka daun jendela kamar itu dan dengan gerakan ringan sekali dia meloncat keluar jendela ke dalam kebun di belakang rumah, cepat menyelinap ke bawah ketika melihat betapa beberapa bayangan orang di sekitar tempat itu. Dengan pandang matanya yang awas Sulastri mendapatkan kenyataan yang http://kangzusi.com
mengejutkan bahwa rumah itu telah dikurung oleh banyak orang!
Ketika dia mendengar suara tertawa yang diikuti suara wanita yang dikenalnya,yaitu wanita yang malam tadi menyelinap ke dalam kamarnya, dia cepat
merunduk,menyelinap diantara semak-semak dan pohon-
pohon, mendekati arah datangnya suara itu. Kiranya suara itu datang dari sebuah gubuk kecil di sudut kebun dan di antara remang-remang cahaya bintang-bintang di langit dia melihat 336
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lurah Jati duduk di dalam gubuk dan di atas pangkuan lurah ini duduk Gianti yang merangkul leher pak Lurah itu!
"Kenapa susah-susah mengejar Warsini?" terdengar Gianti berkata manja. "Bagaimana kalau diganti saja oleh saya, kakangmas?"
"Ha-ha-ha, engkau bibiku akan tetapi menyebut aku
kakangmas!" terdengar suara lurah Jati. "Engkau memang telah menjadi milikku, mengapa harus engkau menggantikan bocah itu" Jangan khawatir, cah ayu, kalau keponakanmu itu telah menjadi milikku, engkau pun akan kutarik ke dalam kelurahan. Kau tahu aku sayang padamu." Terdengar suara cumbuan dan Sulastri cepat menyelinap mundur, mendekam sambil mendengarkan saja, hatinya panas dan marah bukan main melihat bahwa sesungguhnya Gianti yang tak tahu malu itu adalah kekasih lurah itu sendiri!
"Apakah kakangmas yakin akan berhasil" Mereka itu adalah pemuda-pemuda yang berilmu tinggi."
"Ha-ha-ha, jangan khawatir. Lima puluh orang kaki
tanganku mengepung tempat ini,dan dikepalai dua orang kepala pengawalku. Kalau ada mereka siang tadi, tentu dua orang bocah itu telah dapat ditangkap atau dibunuh. Di mana mereka berdua sekarang?"
"Hik-hik, di dalam kamar, tidur pulas agaknya. Suamiku http://kangzusi.com
sudah kusuruh keluar dan bermalam di rumah tetangga.
Warsini pun tidur sendiri di kamarnya."
"Ha-ha, kau memang manis! Mari..."
"Ihh, masa di gubuk ini" Nanti ketahuan orang,
kakangmas..."
"Hushh, siapa berani melihat kita" Dan masih ada waktu...
anak buahku akan bergerak kalau hari sudah agak terang.
Mari, manis, kau berjasa besar..." terdengar suara ketawa genit dan Sulastri sudah cepat meninggalkan gubuk itu 337
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan muka terasa panas. Dia cepat memasuki lagi
kamarnya, lalu membuka daun pintu setelah membereskan semua pakaiannya, menghampiri pintu kamar pemuda tinggi tegap. Akan tetapi baru saja tangannya hendak mengetuk pintu, tiba-tiba daun pintu terbuka dan pemuda tinggi tegap itu telah berdiri di ambang pintu,kelihatan segar dan sama sekali tidak ada tanda-tandanya bahwa pemuda itu habis tidur!
"Eh... ?" Sulastri terkejut.
"Ssttt... aku sudah tahu bahwa kita dikurung oleh anak buah lurah jahanam itu," kata si pemuda.
Pemuda itu agaknya tidak mendengar ejekan Sulastri. "Aku menduga bahwa paman dan bibi Warsini bukan orang baik-baik, dan mereka itu menjadi kaki tangan lurah Jati. Kita harus dapat melarikan Warsini dari rumah ini."
"Kaki tangan lurah Jati" Huh, perempuan jahanam itu adalah kekasih sang lurah bejat! Dan Parjito adalah suami lemah yang tunduk di bawah kaki isterinya."
"Ehh" Bagaimana kau tahu..." Sudahlah, yang penting adalah menyelamatkan Warsini!"
"Hemm, kau begitu bersemangat untuk membela Warsini.
Kenapa?" http://kangzusi.com
"Kenapa" Tentu saja karena aku kasihan padanya."
Sulastri tersenyum mengejek. "Dia wanita lemah,
bagaimana bisa diajak lari" Lebih baik dipondong dan dibawa lari, seorang di antara kita yang melindungi."
"Dipondong" Hemm...Ya, begitu kiranya lebih baik.
Dilarikan dengan cepat dan seorang di antara kita melindungi dan membuka jalan darah di antara kepungan musuh."
Sulastri timbul sifat bengalnya dan dia hendak menggoda, atau mungkin juga hendak mencoba pemuda tinggi tegap itu.
338 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, kau bangunkan dia dan kau pondong dia. Aku yang akan melindungimu melarikan gadis cantik itu."
"Heh" Aku" Memondong dia" Tidak... eh, maksudku kau saja... " jawabnya gagap dan di bawah sinar lampu, Sulastri melihat bahwa muka pemuda itu menjadi merah sekali.
"Mengapa?" dia bertanya geli melihat pemuda yang pemalu ini.
"Tidak baik... kalau aku yang memondong."
"Apa bedanya" Kita sama-sama pria, kau atau aku yang memondong sama saja. Pula,bukankah kau yang
menyelamatkannya dari kedung dan tentu kau pernah
memondongnya?"
"Justru itulah... aku... aku masih merasa ngeri kalau mengingat hal itu."
"Ngeri memondong tubuh gadis itu" Eh, kau aneh...!"
"Sudahlah, kau cerewet benar! Seperti perempuan saja!"
Seketika Sulastri membungkam mulutnya, kemudian
berkata singkat, "Baik, aku memondongnya, kau melindungi aku melarikan dia."
Diketuknya pintu kamar Warsini dan karena gadis itu yang telah beberapa malam tidak dapat tidur kini kelegaan hati http://kangzusi.com
membuatnya pulas dan tidak mendengar ketukan pintu, Sulatri tanpa ragu-ragu mendorong daun pintu dan memasuki kamar itu. Melihat ini, pemuda tinggi tegap itu mengerutkan alisnya. Tidak enak hatinya melihat "pemuda" yang terlalu tampan, cerewet dan tentu pandai merayu dan memikat hati gadis-gadis cantik itu begitu saja memasuki kamar seorang gadis yang masih tidur pulas. Akan tetapi tidak lama kemudian, Sulastri telah keluar dari kamar itu, menggandeng tangan Warsini yang kelihatan pucat ketakutan.
339 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak usah takut, ada kami yang akan melindungimu," kata si pemuda tinggi tegap,pura-pura tidak melihat betapa gadis itu digandeng oleh si pemuda ceriwis!
"Warsini rumah ini telah dikepung oleh lima puluh orang anak buah ki lurah Jati,maka kita harus melarikan diri dari sini sekarang juga," kata Sulastri.
"Ah, bagaimana..., raden" Tentu mereka akan
mencelakakan paduka..." Warsini memandang Sulastri dengan matanya yang terbelalak.
"Eh, kau malah mengkhawatirkan aku" Kaulah yang harus dilindungi, manis! Dan agar kita dapat berhasil, engkau akan kupondong dan kularikan dari sini,sedangkan dia itu yang akan melindungi kita." Sulastri sengaja bersikap manis kepada Warsini ketika dia melihat betapa pemuda tinggi besar itu mengerutkan alis sejak dia menggandeng keluar gadis itu dari dalam kamar tadi.
"Dipondong...?" Wajah yang pucat itu menjadi berubah merah. "Terserah kepadamu,raden... dan saya hanya menurut saja..."
-o0odwo0o- Jilid 25 http://kangzusi.com
Sulastri lalu memondong gadis itu dengan lengan kirinya dan Warsini menjaga dengan keseimbangan tubuh, terpaksa merangkul pundak Sulastri. Mereka kelihatan begitu mesra dan kembali pemuda tinggi tegap itu memandang dengan alis berkerut.
"Eh, kau sudah siap?" Sulastri menoleh dan bertanya, hatinya makin geli melihat pemuda itu kelihatan tidak senang.
Pemuda itu mengangguk tanpa mengeluarkan suara.
340 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita mengambil jalan belakang, melalui kebun," kata Sulastri. "Mari!" Dia lalu berjalan cepat ke belakang, membuka pintu belakang, dan dengan dibayangi oleh pemuda tinggi tegap itu, dia meloncat ke dalam kebun sambil memondong tubuh Warsini yang bukan merupakan beban berat baginya itu.
Akan tetapi baru saja beberapa langkah mereka memasuki kebun itu, terdengar bentakan-bentakan nyaring dan enam orang anak buah lurah Jati sudah melompat keluar sambil menggerakkan senjata parang mereka. Melihat ini, Warsini menjadi ketakutan dan dia menyembunyikan mukanya di leher Sulastri. Sulastri sendiri meloncat maju dan dengan lengan kiri memondong tubuh Warsini, tangan kanannya memukul
disusul kaki kirinya dan robohlah dua orang musuh yang menerjang dari depan. Pemuda tinggi tegap itu pun dengan amat mudahnya telah merobohkan empat orang yang lain.
Mereka berlari terus ke belakang, menuju ke gubug di ujung kebun karena memang Sulastri ingin sekali bertemu dengan Gianti dan lurah Jati sebelum dia melarikan gadis yang dipondongnya itu.
Seketika Sulastri membungkam mulutnya, kemudian
berkata singkat, "Baik, aku memondongnya, kau melindungi aku melarikan dia."
Diketuknya pintu kamar Warsini dan karena gadis itu yang http://kangzusi.com
telah beberapa malam tidak dapat tidur kini kelegaan hati membuatnya pulas dan tidak mendengar ketukan pintu, Sulatri tanpa ragu-ragu mendorong daun pintu dan memasuki kamar itu. Melihat ini, pemuda tinggi tegap itu mengerutkan alisnya. Tidak enak hatinya melihat "pemuda" yang terlalu tampan, cerewet dan tentu pandai merayu dan memikat hati gadis-gadis cantik itu begitu saja memasuki kamar seorang gadis yang masih tidur pulas. Akan tetapi tidak lama kemudian, Sulastri telah keluar dari kamar itu, menggandeng tangan Warsini yang kelihatan pucat ketakutan.
341 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak usah takut, ada kami yang akan melindungimu," kata si pemuda tinggi tegap,pura-pura tidak melihat betapa gadis itu digandeng oleh si pemuda ceriwis!
"Warsini rumah ini telah dikepung oleh lima puluh orang anak buah ki lurah Jati,maka kita harus melarikan diri dari sini sekarang juga," kata Sulastri.
"Ah, bagaimana..., raden" Tentu mereka akan
mencelakakan paduka..." Warsini memandang Sulastri dengan matanya yang terbelalak.
"Eh, kau malah mengkhawatirkan aku" Kaulah yang harus dilindungi, manis! Dan agar kita dapat berhasil, engkau akan kupondong dan kularikan dari sini,sedangkan dia itu yang akan melindungi kita." Sulastri sengaja bersikap manis kepada Warsini ketika dia melihat betapa pemuda tinggi besar itu mengerutkan alis sejak dia menggandeng keluar gadis itu dari dalam kamar tadi. "Dipondong...?"
Wajah yang pucat itu menjadi berubah merah. "Terserah kepadamu, raden... dan saya hanya menurut saja..."
Sulastri lalu memondong gadis itu dengan lengan kirinya dan Warsini menjaga dengan keseimbangan tubuh, terpaksa merangkul pundak Sulastri. Mereka kelihatan begitu mesra dan kembali pemuda tinggi tegap itu memandang dengan alis berkerut.
http://kangzusi.com
"Eh, kau sudah siap?" Sulastri menoleh dan bertanya, hatinya makin geli melihat pemuda itu kelihatan tidak senang.
Pemuda itu mengangguk tanpa mengeluarkan suara.
"Kita mengambil jalan belakang, melalui kebun," kata Sulastri. "Mari!" Dia lalu berjalan cepat ke belakang, membuka pintu belakang, dan dengan dibayangi oleh pemuda tinggi tegap itu, dia meloncat ke dalam kebun sambil memondong tubuh Warsini yang bukan merupakan beban berat baginya itu.
342 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi baru saja beberapa langkah mereka memasuki kebun itu, terdengar bentakan-bentakan nyaring dan enam orang anak buah lurah Jati sudah melompat keluar sambil menggerakkan senjata parang mereka. Melihat ini, Warsini menjadi ketakutan dan dia menyembunyikan mukanya di leher Sulastri. Sulastri sendiri meloncat maju dan dengan lengan kiri memondong tubuh Warsini, tangan kanannya memukul
disusul kaki kirinya dan robohlah dua orang musuh yang menerjang dari depan. Pemuda tinggi tegap itu pun dengan amat mudahnya telah merobohkan empat orang yang lain.
Mereka berlari terus ke belakang, menuju ke gubug di ujung kebun karena memang Sulastri ingin sekali bertemu dengan Gianti dan lurah Jati sebelum dia melarikan gadis yang dipondongnya itu.
Akan tetapi makin banyak kini anak buah lurah Jati
berdatangan karena teriakan-teriakan memberi tahu mereka bahwa dua orang pemuda itu melarikan diri melalui kebun belakang. Mereka dikurung dan mulailah mereka berdua mengamuk. Biar pun Sulastri hanya dapat menggunakan kedua kaki dan satu tangan kanannya, namun sepak
terjangnya hebat dan menggiriskan karena setiap kali tangan kanannya bergerak tentu ada seorang pengeroyok yang terpelanting roboh. Juga pemuda tinggi tegap itu mengamuk seperti seekor banteng terluka.
http://kangzusi.com
Tiba-tiba terdengar bentakan keras dan muncul dua orang laki-laki setengah tua yang bertubuh tinggi besar seperti raksasa dan berkumis sekepal sebelah. Dua orang laki-laki inilah jagoan dari Jati yang menjadi kaki tangan lurah, dan mereka memang merupakan orang-orang kuat yang kini
menerjang maju dengan golok mereka.
"Kawan, cepat lari biar aku menahan mereka!" teriak pemuda tinggi tegap kepada Sulastri ketika dia melihat munculnya dua orang yang dari gerakannya jelas tidak dapat disamakan dengan para pengawal lainnya itu. Pemuda tinggi 343
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tegap itu telah merampas sebatang tombak dan kini dengan tombak rampasan itu dia menahan amukan dua orang raksasa itu sehingga terjadilah pertandingan yang hebat.
Sulastri maklum bahwa biar pun dia sendiri dapat menjaga diri, namun tubuh di dalam pondongannya itu terancam bahaya maut. Kalau dilanjutkan pertarungan keroyokan, mungkin saja ada senjata yang salah alamat dan mengenai tubuh Warsini,maka dia segera meloncat sambil mendorong roboh seorang penghalang di depannya,terus dia lari ke arah gubug. Pada saat itu lurah Jati dan Gianti sedang bermain cinta dan biar pun mereka mendengar suara ribut-ribut di kebun, namun karena asyik dan kepalang mereka tidak muncul ke luar. Maka dapat dibayangkan betapa kaget hati mereka ketika tiba-tiba gubug itu roboh oleh dorongan tangan Sulastri!
Sungguh lucu sekali melihat dua orang itu merangkak ke luar dan mengaduh-aduh.
Melihat Gianti merangkak ke luar dengan pakaian setengah telanjang, timbul rasa muak dan marah di hati Sulastri. Dia menyambar sebatang ranting dan dengan pengerahan tenaga saktinya dia menyambitkan ranting itu ke arah muka Gianti yang baru saja hendak bangkit.
"Prat... auhhh...!!" Gianti menjerit mengerikan karena ranting itu telah menghantam mukanya, meremukkan
http://kangzusi.com
hidungnya dan membelah bibirnya! Dia roboh mandi darah dan pingsan.
"Huh, kau tidak akan dapat melacur dengan kecantikanmu lagi!" Sulastri berbisik dan dia terus melarikan diri, tidak sempat menghajar ki lurah Jati karena para pengawal sudah datang berbondong-bondong mengejarnya.
Sementara itu, ketika pemuda tinggi tegap melihat
bagaimana "pemuda" perkasa yang melarikan Warsini itu merobohkan gubuk dan melihat lurah Jati merangkak
344 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setengah telanjang sambil mengaduh-aduh, timbullah satu pikiran yang baik sekali.
Dua orang jagoan itu memang cukup tangguh dan biar pun dia yakin akan dapat mengalahkan mereka, namun jumlah pengeroyok terlalu banyak dan juga dia harus membiarkan kawannya itu berhasil lari tanpa dikejar musuh. Setelah menangkis dua batang golok sambil mengerahkan tenaga sehingga dua orang jagoan itu terhuyung ke belakang, pemuda itu meloncat dan berlari cepat menghampiri lurah Jati.
Sebelum lurah itu dapat menghindar, dia sudah cepat menjambak rambut lurah itu yang terurai ketika gubuk tadi roboh. Dijambaknya rambut itu dan diputar ke belakang, lalu tombak rampasannya itu ditodongkan ke leher sang lurah sambil membentak, "Berhenti semua! Jangan mengejar, kalau tidak tombak ini akan menembus leher lurah kalian!"
Suara pemuda itu mengandung getaran hebat dan
terdengar oleh semua orang. Ki lurah sendiri menjadi takut setengah mati. Kedua tangannya diangkat naik ke arah rambutnya yang seperti akan jebol rasanya sehingga kini karena tidak ada lagi tangan yang menahannya, celananya merosot ke bawah dan telanjanglah kini pengantin pria yang gagal ini!
"Aduhhh... aduh... ampun... !"
http://kangzusi.com
"Suruh mundur semua anak buahmu. Kalau tidak, akan
kusembelih kau!" Pemuda itu menghardik dan seluruh tubuh yang telanjang bulat itu menggigil ketakutan.
"Mundurrr... semua mundur... aduh, jangan maju...!"
Dua orang tinggi besar yang melihat lurah mereka
ditangkap dan diancam, otomatis menghentikan gerakan kaki mereka dan mundur sehingga semua anak buahnya juga tidak ada yang berani berkutik.
345 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau kalian berani mengejarku, kubunuh lurah jahanam ini!" Pemuda itu berseru dan kini dia mengempit tubuh ki lurah yang telanjang itu dan membawanya lari dari situ. Para anak buah lurah Jati tidak ada yang berani berkutik, saling pandang dengan bingung sampai bayangan pemuda itu lenyap.
"Hayo kejar...!" Dua orang tinggi besar itu sadar bahwa lurah mereka diculik,maka mereka cepat mengejar ke arah larinya pemuda itu, yaitu ke timur. Akan tetapi hampir saja mereka jatuh tunggang-langgang karena kaki mereka hampir menginjak tubuh lurah mereka yang ternyata ditinggalkan di tengah jalan dalam keadaan telanjang dan lurah itu menggigil ketakutan dan kedinginan.


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Anak buahnya masih mencari ke sana ke mari, akan tetapi tidak dapat menemukan jejak dua orang pemuda yang telah melarikan Warsini itu. Ki lurah mencak-mencak dan marah-marah, mengerahkan semua pembantunya untuk mencari
Warsini sedangkan dia sendiri kembali ke dusun Jati setelah mengenakan kembali pakaiannya, dengan bersungut-sungut dan marah sekali, apalagi dilihatnya bahwa wajah Gianti yang tadinya cantik itu kini menjadi mengerikan, hidungnya remuk dan bibirnya sumbing!
Siapakah pemuda tinggi tegap berkumis tipis yang perkasa itu" Pemuda berusia kurang lebih sembilan belas tahun yang sepak terjangnya gagah perkasa itu" Dia ini adalah bukan lain http://kangzusi.com
adalah Sutejo! Seperti telah diceritakan di dalam jilid pertama dari cerita ini, Sutejo pada sembilan tahun yang lalu hampir saja mati terbakar di dalam rumah ibunya yang menjadi lautan api. Ibunya tewas dan kakaknya, Lestari, dibawa oleh Penewu Progodigdoyo sedangkan Sutejo sendiri menggeletak pingsan di dalam rumah yang sedang terbakar itu. Akan tetapi memang dia belum tiba saatnya harus mati terbakar, pada saat yang amat berbahaya itu muncullah seorang kakek tua renta yang berkelebat memasuki rumah yang terbakar itu, menentang api seolah-olah api itu bukan apa-apa baginya dan 346
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakek itu berhasil menyelamatkan Sutejo dan dibawa lari dari dusun Kembangsri.
Kakek itu bukan lain adalah Panembahan Ciptaning,
seorang pertapa yang sakti mandraguna, bijaksana dan hidup seperti dewa di lereng gunung Kawi. Panembahan Ciptaning ini dahulu adalah guru dari Raden Lembu Tirta, ayah dari Sutejo.
Setelah siuman dari pingsannya dan mendapatkan dirinya berada di pondok sederhana di lereng gunung Kawi, Sutejo terheran-heran. Ketika dia mendengar jelas bahwa kakek tua renta di depannya itu adalah Panembahan Ciptaning, eyang gurunya sendiri dia menangis dan menceritakan semua yang terjadi, semua malapetaka yang menimpa keluarganya. Sang Panembahan hanya menarik napas panjang mendengar
penuturan itu dan kakek ini lalu mendidik Sutejo sebagai cucu muridnya.
Selama sembilan tahun lamanya Sutejo digembleng segala macam ilmu di lereng gunung Kawi dan akhirnya dia
diperkenankan turun gunung untuk mencari mbakayunya,yaitu Lestari yang dia tahu dibawa lari oleh Panewu Progodigdoyo.
"Angger, Sutejo. Ingatlah selalu semua pesan dan
nasehatku. Semua ilmu yang kau pelajari dariku bukan sekali-kali dimaksudkan untuk kau pakai mencelakakan atau
membunuh orang begitu saja, bukan sekali-kali untuk urusan http://kangzusi.com
balas dendam. Kalau ilmu-ilmu itu kau pergunakan untuk melampiaskan balas dendam dan kebencian, maka ilmu-ilmu itu menjadi ilmu hitam, kulup! Aku tahu, Progodigdoyo telah melakukan perbuatan yang tidak patut dan jahat terhadap keluargamu, akan tetapi kalau engkau mencari dia dengan hati penuh dendam dan benci, lalu kau membunuhnya untuk melampiaskan kebencian dan dendammu, maka engkau
tidaklah lebih baik daripada si Progodigdoyo sendiri!
Bertindaklah melihat keadaan pada saat itu juga, tanpa didasari kebencian dan dendam. Aku menurunkan ilmu-ilmu 347
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepandaian agar engkau dapat menyumbangkan tenagamu untuk kemanusiaan, angger. Ketahuilah bahwa kemelut sedang terjadi di Mojopahit, dan apabila negara sedang dilanda kemelut, hanya orang-orang muda seperti engkaulah yang dapat mendatangkan penerangan dan menghalau semua malapetaka, angger."
Demikianlah antara lain wejangan dari Sang Panembahan Ciptaning. Dengan bekal wejangan dan ilmu kesaktian dari pertapa ini, Sutejo turun gunung dan secara kebetulan sekali pada hari itu dia bertemu dengan Sulastri atau Bromatmojo yang sedang mengamuk terhadap rombongan pengantin itu.
Sutejo mengerutkan alisnya ketika dia tidak melihat ke mana larinya pemuda tampan yang memondong Warsini. Dia menggunakan ilmunya berlari cepat, lalu dia meloncat naik ke atas pohon waringin yang tinggi. Dari tempat tinggi ini dia dapat melihat berkelebatnya bayangan pemuda itu ke arah timur, maka cepat dia turun dan mengejar lagi ke timur.
Hatinya merasa tidak senang. Pemuda tampan itu memang memiliki kepandaian yang cukup hebat, akan tetapi sikapnya mencurigakan sekali. Pemuda itu terlalu ceriwis dan jangan-jangan pemuda itu mengandung niat yang kurang senonoh terhadap Warsini! Sudah beberapa kali dia melihat pemuda itu bersikap terlalu mesra terhadap Warsini, hal yang amat tidak patut dilakukan seorang pria kepada seorang wanita yang http://kangzusi.com
bukan apa-apanya. Dan dia dapat menduga bahwa agaknya Warsini, bekas pengantin wanita itu, juga jatuh hati kepada pemuda itu! Tidak mengherankan. Memang pemuda itu
tampan sekali, ganteng dan juga pandai merayu, dengan sinar matanya yang seperti bintang itu, dengan senyumnya yang benar-benar amat manis menarik hati.
Dia mengejar terus dan kini sudah dapat menyusul pemuda itu tidak lari lagi,kini bahkan memondong tubuh Warsini sambil berjalan kaki memasuki sebuah hutan!
348 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hati Sutejo menjadi makin tidak senang. Kenapa gadis itu dibawa masuk ke dalam hutan" Apa yang terkandung dalam hati pemuda tampan yang amat ceriwis itu" Kalau ternyata benar seperti yang dicurigainya bahwa pemuda tampan itu setelah menolong Warsini lalu hendak merayu dan menodai gadis itu, dia akan turun tangan menghajarnya!
Sutejo membayangi mereka di dalam hutan, sama sekali tidak tahu bahwa tadi "pemuda" tampan itu telah melihat berkelebatnya bayangannya. Dan dia pun tidak tahu bahwa melihat pemuda tinggi tegap itu membayanginya secara tidak wajar, timbul pula kecurigaan di dalam hati Sulastri! Mengapa pemuda tinggi tegap itu tidak secara langsung saja menemui dan membayangi seperti itu"
"Warsini, kurasa sekarang telah aman, kau dapat berjalan sendiri," katanya sambil menurunkan pondongannya.
Warsini lalu berlutut dan menyembah. "Raden, sungguh besar sekali budi paduka yang telah menyelamatkan saya, entah bagaimana saya harus membalas budi yang demikian besarnya."
Sulastri menghela napas panjang. "Sudah saja tak usah dibalas," jawabnya.
Matanya melirik ke sana-sini mencari-cari karena dia tahu bahwa pemuda tinggi tegap pasti sedang mengintai mereka!
http://kangzusi.com
"Tapi... tapi saya... tidak mempunyai sanak kadang... maka harap kau suka menerima saya, raden. Saya akan ikut bersamamu ke mana juga..."
"Bangkitlah, dan mari ikut bersamaku," kata Sulastri singkat karena dia sudah melihat bayangan pemuda tinggi tegap itu di balik sebatang pohon di depan...
Alisnya berkerut dan dia menjadi makin curiga. Jangan-jangan pemuda tinggi tegap dan tampan itu...
"Ahhh...!" Sulastri tiba-tiba berseru kaget.
349 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada apa, raden?" Warsini bertanya karena gadis ini pun kaget ketika dia berdiri melihat wajah pemuda itu berubah.
"Tidak apa-apa, mari kita pergi," kata Sulastri dan karena ketegangan hatinya,sejenak dia lupa bahwa dia adalah seorang "pemuda" dan tanpa ragu-ragu lagi dia menggandeng tangan Warsini. Gadis itu terkejut, mukanya menjadi merah sekali,akan tetapi mata yang indah itu bersinar girang dan bibirnya tersenyum. Mereka lalu melangkah maju dengan bergandengan tangan! Sulastri masih memandang ke depan, alisnya berkerut dalam karena kini dia teringat akan cerita kakek Kaloka.
Pemuda tampan berkumis! Jangan-jangan pemuda tinggi tegap itu yang dimaksudkan!
Dan kini pemuda itu membayanginya, bahkan menghadang di depan seolah-olah ada niat tersembunyi terhadap dia, ah, tentu saja terhadap Warsini!
Mengingat akan ini, dia membayangkan mendiang Katmi, puteri Kaloka yang diperkosa sampai mati dan otomatis Sulastri merangkul pundak Warsini dengan sikap melindungi.
Melihat ini, Warsini menjadi makin merah mukanya, nafasnya terengah dan dia menggigit bibirnya sendiri. Di balik batang pohon, Sutejo memandang dengan mata bersinar penuh
kemarahan karena dia menduga bahwa sudah pasti pemuda tampan itu mempunyai niat yang tidak senonoh terhadap diri http://kangzusi.com
Perkampungan Misterius 3 Kisah Sepasang Bayangan Dewa 8 Jurus Lingkaran Dewa 2 Karya Pahlawan Tujuh Pedang Tiga Ruyung 14
^