Pencarian

Kemelut Di Majapahit 7

Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Bagian 7


Warsini. Kiranya pemuda itu menolong bukan berdasarkan
prikemanusiaan, melainkan berdasarkan niatnya yang tidak senonoh terhadap gadis cantik itu. Keparat!
Sutejo meloncat dan tahu-tahu berdiri di depan Warsini dan Sulastri dengan kedua tangan bertolak pinggang, mukanya merah dan matanya memancarkan kemarahan sehingga mata itu seperti berkilat.
350 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat sikap ini, Sulastri makin curiga dan dia mendorong Warsini ke belakangnya, kemudian melangkah maju,
mengangkat dada, teringat bahwa hal itu akan membuat buah dadanya menonjol maka dia menarik lagi dadanya ke dalam..
"Eh,mau apa kau menghadang kami" Kenapa kau
membayangi kami dan kini menghadang seperti seorang perampok?" Sulastri menghardik.
"Dan kenapa kau membawa gadis itu ke dalam hutan?"
Sutejo balas bertanya,suaranya penuh tuduhan dan
kemarahan. Sulastri kini memperhatikan kumis itu. "Mau kubawa ke mana pun, apa perdulimu" Kau mau apa?"
"Mau mencegahmu membawa pergi gadis itu dan..."
"Apa?" Sulastri membentak dan kini yakinlah dia bahwa pemuda tinggi tegap itu ternyata hendak merampas Warsini, tepat seperti yang diduganya. "Jadi kau hendak merampas Warsini dari tanganku?"
Sutejo juga merasa yakin bahwa pemuda tampan ini benar-benar hendak menguasai Warsini, maka dia pun menjadi marah. "Benar!" Berikan gadis itu padaku!" Tentu saja maksudnya agar pemuda tampan itu membebaskan Warsini.
Ucapan ini membuat Sulastri makin marah. "Ahh, sungguh kebetulan. Dicari-cari setengah mati belum tentu dapat http://kangzusi.com
berjumpa, kiranya engkau datang sendiri seperti ular pencari penggebuk. Kiranya engkau orang itu, ya?" Sulastri
mengangguk-angguk dan tersenyum mengejek.
Tentu saja Sutejo menjadi terheran-heran. "Apa
maksudmu?" tanyanya karena dia sungguh tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan ucapan itu.
"Kiranya engkau bedebah itu dan selagi arwah Katmi masih penasaran dan berkeliaran, engkau sudah mencari korban baru lagi, ya?"
351 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sutejo makin bengong dan ia memandang Sulastri penuh perhatian. Gilakah pemuda ini" Mungkin! Pemuda yang luar biasa tampan, galak dan ceriwis ini mungkin saja gila!
"Apakah engkau gila?" tanyanya.
Tentu saja pertanyaan ini sama saja dengan mencubit hidungnya, membuat Sulastri marah bukan main.
"Jangan pura-pura. Engkau tampan, dan engkau
berkumis!"
Sutejo meraba kumisnya, kumis tipis yang baru tumbuh belum lama ini. "Memang aku berkumis, mengapa?" tanyanya, agak tersinggung juga karena kumisnya dianggapnya indah dan pantas.
"Tapi tidak ada tahi lalat... hemm, tentu kau sudah buang tahi lalat itu atau kau tutupi dengan bedak..."
Sutejo memandang penuh perhatian, lalu menggeleng-
geleng kepalanya. "Sayang,engkau benar-benar telah gila.
Dan engkau gila karena watakmu yang tidak senonoh."
"Eh, orang gila memaki gila, orang cabul memaki orang lain tidak senonoh."
"Tentu saja engkau tidak senonoh. Engkau membawa gadis itu ke dalam hutan dan merayunya, dengan maksud apa lagi kalau bukan maksud cabul dan tidak senonoh?"
http://kangzusi.com
Sutejo mengepal tinjunya. "Sejak tadi aku membayangimu.
Setelah berhasil melepaskan diri dari kepungan, engkau sengaja melarikan gadis ini ke hutan. Mengapa ke hutan"
Karena engkau hendak menghindar dari aku, karena engkau ingin berdua saja dengan gadis ini, untuk merayunya. Akan tetapi jangan kira engkau akan mudah saja melakukan perbuatanmu yang terkutuk itu selama di dunia ini masih ada Sutejo!"
"Siapa itu Sutejo!"
352 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku!"
Tiba-tiba Sulastri tertawa dan cepat dia menutupi
mulutnya. Ucapan pemuda tinggi tegap itu telah membuka matanya bahwa dia salah duga, bahwa tidak mungkin pemuda ini yang memperkosa Katmi dan tahulah dia sekarang
mengapa pemuda yang bernama Sutejo ini tadi
membayanginya dan bersikap demikian mencurigakan.
Kiranya justru pemuda itu yang mencurigai dia, mengira dia hendak melakukan kekurangajaran terhadap Warsini! Mana mungkin seorang dara seperti dia melakukan perbuatan terkutuk terhadap seorang gadis lain seperti Warsini"
"Jadi namamu Sutejo?"
"Ya, dan kenapa kau tertawa seperti setan?"
"Apa kau tidak tanya namaku?"
"Hemm, siapa namamu?"
"Namaku Bromatmojo!"
"Bocah dari Bromo! Hemm, namamu aneh, seperti
orangnya. Akan tetapi kenapa kau tertawa?"
"Karena geli mendengar bahwa kau menduga aku hendak berbuat yang bukan-bukan terhadap dia ini." Sulastri menuding ke arah Warsini yang berdiri menundukkan muka di belakangnya. http://kangzusi.com
"Tentu saja aku menduga demikian! Kau bilang bahwa kau hendak menyerahkan dia kepada seorang sahabatmu untuk menjadi anaknya, akan tetapi kenapa kau membawanya ke dalam hutan?"
-o0odwo0o- 353 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 26 "Aku membawanya ke hutan, atau ke lautan atau ke mana pun juga apa sih hubungannya dengan kau" Mengapa kau perduli amat?"
"Karena aku tidak ingin melihat engkau melakukan
perbuatan terkutuk..."
"Apa perdulimu aku melakukan perbuatan apa pun?"
"Maksudku, aku tidak ingin melihat gadis ini menjadi korban kebiadabanmu."
Tiba-tiba Warsini melangkah maju dan berkata kepada Sutejo, "Raden, harap paduka jangan salah sangka. Saya merasa yakin bahwa raden ini... Raden Bromo..."
"Eh, jangan disingkat begitu, Bromo kan nama dewa atau nama bukit!" Sulastri menegur dan Sutejo menutupi mulutnya menahan tawa. "Namaku Bromatmojo!"
"Ah, maaf, Raden Bromatmojo bukanlah orang yang begitu rendah wataknya, dan saya... saya sudah percaya
sepenuhnya... dan saya pun rela dibawa ke mana pun juga."
Sulastri memandang Sutejo dengan sikap seperti anak kecil yang menang. "Nah,katakan lagi apakah aku seorang yang hendak melakukan perbuatan terkutuk" Kau ini memang kurang ajar sekali. Baru bertemu pertama kali saja sudah http://kangzusi.com
menuduh aku perampok pengantin, sekarang menuduh
hendak melakukan perbuatan biadab. Hem,kalau saja kau mempunyai tahi lalat di pipi kirimu, tentu sekarang juga sudah kuhancurkan kepalamu!"
Sutejo mengerutkan alisnya. "Mendengar omonganmu,
siapa pun tentu akan menduga bahwa engkau sinting. Dan biar pun gadis ini sudah terpengaruh oleh rayuanmu,akan tetapi tentu saja aku curiga karena kalau kau hendak memberikan dia kepada seorang sahabatmu untuk diambil anak, mengapa ke dalam hutan?"
354 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja, tolol! Orang itu memang tinggalnya di tengah hutan! Wah, goblok benar engkau!" Sulastri berseru penuh kemengkalan hati.
"Di dalam hutan?"
"Ya, dan sudah dekat tempatnya. Hayo kau ikut kalau tidak percaya!" Sulastri memang ingin mempertemukan Sutejo dengan Kaloka, kalau-kalau memang benar pemuda ini yang dulu memperkosa Katmi.
Berangkatlah mereka ke dalam hutan dan ketika tiba di tengah hutan, Sulastri mengajak mereka menghampiri sebuah pondok kayu di tengah hutan.
"Paman Kaloka...!" Dari jauh dia memanggil.
Seorang laki-laki muncul dari pondok itu dan Sulastri memperoleh kenyataan dengan hati girang bahwa Kaloka kini berbeda dengan ketika dia temui pertama kali. Kini pakaiannya tidak awut-awutan seperti dulu lagi, bahkan wajahnya bersih dan kelihatan sebagai seorang setengah tua yang baik-baik.
"Oh, Raden Bromatmojo...!" katanya dan dengan cepat dia menghampiri mereka,memandang kepada Warsini dan kepada Sutejo dengan penuh perhatian dan dengan sinar mata terheran-heran.
Sulastri memperhatikan sikap Kaloka dan hatinya kecewa.
http://kangzusi.com
Agaknya orang tua itu tidak mengenal Sutejo!
"Paman, apakah engkau tidak mengenal pemuda ini?"
tanyanya. Kaloka memandang kepada Sutejo penuh perhatian, lalu menggeleng kepala. "Belum pernah saya bertemu
dengannya."
"Dia berkumis..., ingat paman?"
355 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaloka menggeleng kepala . "Memang dia berkumis, akan tetapi kumisnya tidak setebal si tahi lalat itu dan wajahnya pun berbeda, juga raden ini lebih tinggi..."
"Wah, sayang," Sulastri berkata dan memandang gemas kepada Sutejo yang tersenyum mengejek.
"Apa yang kalian bicarakan aku tidak mengerti, akan tetapi sekali ini engkau patut mendapatkan hidung panjang, Bromo, karena sembarangan menuduh orang!" kata Sutejo yang sengaja menyebut Bromo untuk mengejek.
Sulastri hendak mengamuk, akan tetapi karena dia
memang merasa salah sangka, dia hanya melotot dan dia lalu berkata kepada Kaloka, "Paman, aku datang untuk
menyerahkan gadis ini kepada paman sebagai pengganti Katmi." Dia lalu menceritakan riwayat Warsini dan akhirnya berkata, "Paman telah kehilangan Katmi,dan Warsini tidak mempunyai sanak kadang lagi, maka paman mendapatkan seorang pengganti sebagai puteri paman, sedangkan Warsini pun kini ada seorang ayah yang dapat melindunginya dan tidak akan memaksanya kawin dengan seorang tua bangka.
Bagaimana pendapat kalian, paman Kaloka dan kau, Warsini?"
Kaloka memandang kepada Warsini dan ketika mendengar riwayat gadis itu, tadi pun dia telah merasa kasihan dan suka.
"Kalau... kalau dia sudi menjadi anakku... tentu saja akan kulindungi dia dengan taruhan nyawaku dan akan kujadikan http://kangzusi.com
dia anakku yang berbahagia."
"Dan kau, Warsini?"
Warsini mengangkat muka memandang Sulastri dan
matanya menjadi basah. Kemudian dia menunduk dan berkata lirih, "Telah saya katakan bahwa saya menurut segala kehendak paduka, raden."
"Bagus kalau begitu. Paman Kaloka, setelah engkau
memperoleh seorang anak sebagai pengganti Katmi, apakah engkau akan membiarkan anakmu hidup di tengah hutan 356
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti ini?" tanya Sulastri memancing, sedangkan kini Sutejo memandang Sulastri dengan sinar mata lain, lenyaplah semua keraguannya dan kini dia memandang dengan sinar mata kagum. Biar pun galak, suka memaki, dan sikapnya ceriwis, ternyata pemuda tampan ini benar-benar seorang pendekar yang gagah dan berbudi!
"Ah, tentu saja tidak, raden! Tentu saja saya tidak ingin melihat anak saya hidup seperti ini, seperti binatang buas di hutan. Saya akan kembali ke dusun saya di Turen di mana saya masih mempunyai rumah dan mempunyai harta. Saya akan hidup biasa lagi dan hidup berbahagia dengan anak saya nini Warsini!"
"Nah, lega hatiku, paman Kaloka. Sekarang aku minta diri, aku harus melanjutkan perjalananku."
"Selamat jalan, raden dan semoga para dewata melindungi paduka. Paduka telah menyadarkan saya, dan bukan itu saja, paduka telah menghidupkan lagi saya dengan mencarikan seorang pengganti Katmi bagi saya. Terima kasih, raden, terima kasih..."
Dan Kaloka menggunakan punggung kepalan tangannya
untuk mengusap dua tetes air mata dari pipinya.
"Warsini, aku pergi. Yang baik-baik kau berbakti kepada ayahmu. Dia seorang yang baik, dan boleh diandalkan."
http://kangzusi.com
Warsini hanya menangis dan menutupi mukanya dengan
kedua tangan, sesenggukan.
Sulastri menoleh kepada Sutejo, tersenyum mengejek dan tanpa berkata apa-apa dia meninggalkan tempat itu.
Sejenak Sutejo termangu-mangu, merasa serba salah,
kemudian dia pun mengangguk kepada Kaloka dan kepada Warsini yang masih menangis, dan dia pun melangkah pergi.
"Raden Bromatmojo...!"
357 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Warsini berlari-lari menghampiri Sulastri yang sudah agak jauh. Sulastri berhenti dan membalikkan tubuhnya, sedangkan Sutejo juga berhenti agak jauh memandang tanpa
mengeluarkan kata-kata.
"Raden...!" Sulastri terkejut ketika melihat Warsini menubruk kedua kakinya dan menangis sesenggukan sambil merangkul kedua kakinya. "Raden...paduka meninggalkan saya dan... dan... entah kapan dapat bertemu kembali..."
Sulastri melirik ke arah Sutejo yang menonton dengan sikap tertarik sekali.
Sulastri lalu membungkuk, memegang kedua pundak
Warsini dan menariknya berdiri.
Dengan sikap mesra dia menyingkap rambut yang mawut itu dari wajah yang basah air mata, lalu tersenyum dan berkata lembut, "Warsini, ada waktunya bertemu tentu ada waktunya berpisah. Jangan kau berduka, karena aku yakin benar dengan kebaikan hati paman Kaloka. Engkau boleh melegakan hatimu karena engkau memperoleh seorang ayah yang baik sekali. Dan aku berjanji bahwa aku tidak akan melupakan engkau, cah ayu, dan kelak, tentu aku akan singgah di rumahmu."
"Be... benarkah... paduka tidak akan melupakan saya?"
"Ahhh..." Sulastri kembali melirik ke arah Sutejo yang http://kangzusi.com
menonton dengan alisnya yang tebal itu berkerut. "Bagaimana bisa melupakan seorang gadis manis seperti engkau, Warsini"
Nah, selamat berpisah, cah ayu." Sulastri lalu mendekatkan mukanya dan sambil melirik ke arah Sutejo, dia mengambung pipi kiri Warsini dengan hidungnya dengan mesra.
Warsini masih berdiri dengan mata terbelalak, mukanya merah sekali dan tangannya mengusap-usap pipi kirinya ketika Sulastri sudah berkelebat dan berjalan cepat meninggalkan tempat itu, diikuti oleh Sutejo. Tiba-tiba dia merasa pundaknya disentuh tangan dari belakang dan terdengar suara 358
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaloka, "Anakku, memang Raden Bromatmojo seorang yang gagah perkasa dan patut kau puja dalam hatimu. Akan tetapi, aku melihat dia itu masih muda sekali sehingga agaknya hatinya belum dapat tersentuh oleh rasa kasih seorang wanita, anakku."
"Tenanglah, anakku, tenangkan hatimu. Hidup memang
selalu penuh kekecewaan bagi orang yang banyak mengharap.
Jangan engkau mengharapkan sesuatu yang kiranya tidak akan terjangkau olehmu, anakku. Mari, kita pergi ke Turen dan di sana engkau akan hidup sebagai anakku yang
tersayang, dan sebagai anakku tidak ada seorang pun yang akan memaksamu melakukan sesuatu di luar kehendakmu."
Kaloka lalu mengajak anak angkatnya itu pergi
meninggalkan hutan, menuju ke Turen untuk memulai hidup baru, di mana Warsini hidup sebagai seorang gadis yang terlindung oleh seorang ayah yang benar-benar mencintainya dan ingin melihat dia hidup bahagia.
Sampai lama mereka berjalan cepat tanpa mengeluarkan suara. Sulastri maklum bahwa pemuda itu berjalan di belakangnya, akan tetapi dia mengambil sikap pura-pura tidak tahu sampai mereka tiba di luar hutan, karena dianggapnya bahwa mereka hanya akan bersama-sama ke luar dari hutan itu. Akan tetapi setelah keluar dari hutan itu dan dia membelok ke barat, pemuda itu pun masih terus mengikuti di http://kangzusi.com
belakangnya. Sulastri berhenti dan menengok, bertolak pinggang. "Eh, Tejo! Mau apa kau mengikuti aku terus?" Dia melihat betapa wajah pemuda tinggi tegap yang gagah itu merah dan sinar matanya berkilat.
"Bromo aku mengikutimu untuk mengatakan penasaran
yang terpendam di hatiku.
"Hemm, penasaran terhadap siapa?"
"Terhadap andika, Bromo!"
359 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, eh, kalau begitu coba katakan! Penasaran apakah itu?"
"Bromo, ingin sekali aku mengatakan bahwa engkau adalah seorang pemuda yang ceriwis, tak tahu malu, mata keranjang dan kurang ajar! Nah, puas sudah hatiku!"
Wajah yang halus tampan itu menjadi merah, sepasang mata yang bening tajam itu bersinar-sinar. "Dan engkau seorang pemuda yang gila dan tolol! Kenapa tiada hujan tiada angin kau memaki-maki orang" Kalau memang kau berani, majulah dan jangan banyak mulut memaki orang!"
"Eh, eh, kau menantang" Kau kira aku tidak berani
melawan seorang pemuda ringkih,kecil kurus macam engkau?"
Sutejo makin marah karena memang hatinya sudah gemas sekali melihat sikap Bromatmojo itu, apalagi ketika dia tadi melihat keadaan Warsini yang begitu mengenaskan hati, ditinggal pergi oleh pemuda tampan itu setelah menaklukkan hatinya. Dia melangkah maju dengan kedua tangan dikepal.
"Sombongnya!" Kau belum mengenal kedigdayaan anak
gunung Bromo, ya?"
"Bromo bocah kementus! Kalau aku tidak bisa mengalahkan engkau, jangan panggil lagi aku Sutejo!"
"Heeeeiiiittt...!!" Sulastri sudah memekik dengan suara melengking, lalu dia secepat kilat sudah menerjang ke depan, melancarkan pukulan kepalan tangan kiri ke arah lambung http://kangzusi.com
Sutejo sedangkan tangan kanannya menampar ke arah
kepala. "Aiiiihhhh...!!" Sutejo juga melengking dan menggerakkan kaki tangannya,menangkis dua pukulan itu dengan kedua tangan.
"Dukk! Plaakk!!" Dua pasang lengan bertemu dan
keduanya terdorong ke belakang saking kuatnya tenaga lawan. Diam-diam Sulastri terkejut. Dia tadi telah
mengerahkan tenaganya untuk menguji pemuda ini dan
360 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ternyata tangkisan pemuda itu membuat dia terdorong ke belakang. Diam-diam dia merasa kagum sekali. Di lain pihak, Sutejo kagum dan kaget. Biar pun dia telah mempergunakan tiga perempat tenaganya untuk menangkis, tetap saja dia terdorong mundur, tanda bahwa tenaga pemuda ceriwis ini hampir mengimbangi tenaganya sendiri.
Sulastri yang terkejut dan kagum itu juga merasa
penasaran dan marah. Dia lalu memekik lagi dan kini dia melancarkan serangan bertubi-tubi yang dilakukan dengan gerak cepat! Tubuhnya berkelebat seperti seekor burung srikatan menyambari capung, cepat bukan main dan setiap pukulannya mengandung tenaga dasyat. Namun Sutejo juga sudah mempercepat gerakannya dan setiap kali menangkis atau mengelak, dia tentu membalas dengan satu serangan sehingga terjadilah pukul-memukul,tangkis-menangkis dan tendang-menendang antara dua orang muda yang sama
tangkas dan sama kuatnya itu.
Setelah puluhan jurus lewat dan dia belum juga mampu menyentuh tubuh lawan,Sulastri menjadi gemas bukan main.
"Hiaaatttt...!!" Dia melengking panjang dan kini gerakannya berubah, kedua tangannya melakukan serangan yang amat hebat sehingga dari kedua tangan itu datang angin
menyambar-nyambar dahsyat. Kiranya dalam keadaan
penasaran dan marah, dia telah mengeluarkan ilmu pukulan http://kangzusi.com
yang dipelajarinya dari Ki Jembros dan yang oleh Empu Supamandrangi dianggap sebagai ilmu yang keji dan terlalu dahsyat. Akan tetapi diam-diam di puncak Gunung Bromo itu, Sulastri malah memperdalam ilmu pukulan ini, yang
dinamakan Hasto Bairowo (Tangan Dahsyat).
"Ehhh!!" Sutejo terkejut bukan main karena tahu bahwa sekali ini lawannya benar-benar mengeluarkan ilmu yang amat hebat dan dua buah tangan yang jari-jari tangannya terbuka itu, jari-jari yang kecil dan kelihatan lemah, merupakan tangan-tangan maut yang amat berbahaya. Maka dia pun lalu 361
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggetarkan kedua lengannya, mengerahkan aji
kesaktiannya, yaitu Ilmu Kolocokro yang dahsyat pula dan ketika dia menggerakkan kedua tangan yang telah
mengandung Ilmu Kolocokro ini, nampak uap putih mengepul dari kedua telapak tangannya.
Hebat bukan main pertempuran itu kali ini. Dua pasang tangan yang sama-sama mengandung getaran tenaga mujijat itu jika bertemu menggetarkan pohon-pohon di sekeliling mereka dan keduanya tentu terhuyung ke belakang. Sulastri yang merasa betapa ada hawa panas memasuki tubuhnya melalui lengannya yang bertemu dengan lengan lawan, merasa terkejut bukan main. Beberapa kali dia merasa lengannya panas dan setengah lumpuh ketika dia terhuyung ke belakang. Maklumlah dia bahwa sesungguhnya pemuda ini benar-benar amat digdaya. Akan tetapi dia masih belum mau menerima kalah. Ketika mendapat kesempatan, tangan kirinya menampar dengan pengerahan tenaga sakti Hasto Nogo.
Memang hebat bukan main tamparan tangan dengan tenaga mujijat ini. Terdengar suara keras ketika Sutejo menangkis dan sekali ini pemuda tinggi tegap inilah yang terhuyung sampai beberapa langkah.
Dia memandang dengan mata terbelalak dan Sulastri
tersenyum puas karena sedikitnya dia telah mampu membalas dan mengejutkan pemuda itu.
http://kangzusi.com
Pada saat itu terdengar suara berisik dan muncullah banyak sekali orang mengurung tempat itu. Mereka adalah orang-orang yang membawa senjata dan dikepalai oleh dua orang laki-laki setengah tua yang bertubuh tinggi besar.
Orang-orangnya pak lurah Jati!
"Nah, inilah mereka!"
"Tangkap!"
"Bunuh!"
362 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri dan Sutejo saling pandang dan dalam pertemuan pandang mata sebentar itu, terhapuslah semua kemarahan di antara mereka dan terjalin persetujuan tanpa kata untuk menghadapi bahaya ini bersama-sama. Seperti mendapat komando, dua orang muda itu lalu menerjang ke kanan dan ke kiri dan mengamuklah mereka dikeroyok oleh puluhan orang. Kalau tadi mereka saling serang dalam pertandingan, kini mereka agaknya berlomba untuk menang banyak dalam merobohkan para pengeroyok!
Segera terdengar teriakan-teriakan kesakitan dan senjata-senjata golok, pedang,tombak dan penggada beterbangan jatuh disusul tubuh pemiliknya. Dua orang setengah tua itu kini sudah menerjang Sulastri dan Sutejo dan ternyata mereka ini bukan orang-orang sembarangan, pandai pula dalam ilmu berkelahi sehingga dua orang muda itu kini bertemu tanding.
Akan tetapi, dua orang setengah tua itu segera terdesak hebat dan andaikata mereka tidak dibantu oleh banyak orang,tentu mereka sudah roboh oleh dua orang muda yang sakti itu.
Hampir semua pengeroyok telah mengalami jatuh bangun dan setelah kakek pertama remuk tulang pundaknya kena hantaman tangan Sutejo sedangkan kakek ke dua hancur daun telinga kanannya kena disambar pukulan Hasto Nogo dari tangan Sulastri,akhirnya dua orang kakek itu terpaksa melarikan diri diikuti oleh anak buah mereka yang menyeret http://kangzusi.com
kawan-kawan yang terluka dan tidak mampu jalan sendiri.
Sulastri dan Sutejo hanya berdiri bertolak pinggang mengikuti mereka dengan pandang mata sambil tersenyum dan tidak mengejar.
Setelah para pengeroyok itu pergi semua dan suara mereka tidak terdengar lagi, barulah mereka kini membalikkan tubuh dan saling berhadapan lagi. Akan tetapi segala nafsu saling serang sudah lenyap dari pandang mata mereka.
"Kita lanjutkan pertandingan kita?" Sulastri menantang akan tetapi suaranya meragu karena dalam perkelahian 363
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keroyokan tadi, beberapa kali Sutejo melindunginya dengan merobohkan orang-orang yang menyerangnya dari
belakang,sungguh pun dia sama sekali tidak membutuhkan perlindungan ini. Juga tadi dia melihat pemuda itu terhuyung karena kakinya keserimpet akar pohon, telah meloncat dan merobohkan dua orang lawan yang menubruk pemuda itu.
Mereka telah bertanding melawan pengeroyokan musuh
bersama, saling bantu, tentu saja Sulastri merasa tidak enak kalau kini mereka harus saling gempur sendiri!
Sutejo saling menggeleng kepala. "Bromo, aku telah
bersikap kasar kepadamu. Ternyata engkau seorang pemuda yang gagah perkasa yang patut menjadi sahabatku. Kalau kau masih penasaran, kau boleh pukul aku dan aku tidak akan membalas."
"Akulah yang salah! Engkau seorang pemuda perkasa yang baik, Sutejo, hanya engkau bodoh."
Sutejo menundukkan mukanya. "Aku tentu lebih tua
daripada engkau, akan tetapi agaknya engkau memang lebih pintar daripada aku, lebih pintar dalam segala-galanya!"
Sulastri tersenyum. "Ah, engkau terlalu memuji. Dalam hal kesaktian, kalau dilanjutkan pertandingan kita, akhirnya aku pasti akan kalah."
"Sudahlah, kita belum ada yang kalah atau menang. Yang http://kangzusi.com
pasti, kita telah berhasil memukul mundur kaki tangan lurah Jati dan kita telah bantu-membantu,jadi kita bukanlah musuh karena tidak ada hal yang membuat kita saling bermusuhan."
"Kalau begitu kita menjadi sahabat?"
"Kalau kau suka... "
"Tentu saja! Siapa tidak suka bersahabat dengan seorang pemuda gagah perkasa seperti engkau, Tejo" Akan tetapi agar tidak ganjalan di antara kita sebagai sahabat, aku masih ingin 364
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu mengapa tadi engkau memaki aku sebagai pemuda
ceriwis, tak tahu malu, mata keranjang dan kurang ajar?"
"Ah, kau maafkan kata-kataku tadi, Bromo."
"Memang sudah kumaafkan, hanya aku akan terus merasa penasaran kalau belum kau jelaskan mengapa kau
mengatakan seperti itu. Siapa tahu, aku betul-betul seperti yang kau katakan itu! Nah, secara hati terbuka, jelaskanlah, Tejo, aku tidak akan marah."
Sutejo menarik napas panjang. Dia kagum kepada
Bromatmojo karena dari cara pemuda tampan tadi bertempur melawan peneroyokan musuh, dia memperoleh kenyataan bahwa memang pemuda tampan ini amat hebat sepak
terjangnya, dan juga seperti dia pula, pemuda tampan ini tidak mau membunuh lawan. Kalau dikehendaki dengan
tamparan-tamparannya yang ampuh dan sakti, tentu dengan mudah Bromatmojo akan dapat membunuh banyak orang
dalam pertempuran tadi. Hal ini saja sudah menimbulkan rasa suka di dalam hatinya dan dia maklum bahwa pemuda ini pun seorang pendekar yang bukan orang jahat haus darah. Akan tetapi, harus diakui pula bahwa pemuda ini terlalu tampan, terlalu ceriwis, dan terlalu cerewet!
"Baiklah, aku pun tidak ingin menyembunyikan semua
perasaan hatiku kepada seorang sahabat. Nah, dengarlah dan jangan marah seperti telah kau janjikan tadi. Aku
http://kangzusi.com
mengganggap engkau ceriwis karena sikapmu kepada Warsini terlalu mesra dan terlalu berani, aku mengatakan engkau tak tahu malu karena engkau telah membelai dan merayunya di depan orang lain, aku menganggap engkau mata keranjang karena engkau pandai memikat hati Warsini dan engkau kurang ajar karena engkau telah memperlihatkan cintamu akan tetapi engkau lalu meninggalkannya begitu saja sehingga hatinya menjadi tersiksa. Nah, aku telah minta maaf, akan tetapi itulah isi hatiku tadi."
365 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri tersenyum. "Hemm, mengapa baru kau nyatakan tadi?"
"Karena aku makin tidak tahan ketika melihat engkau menciumnya."
Sulastri tertawa. "Aaahh, kalau begitu itu berarti bahwa engkau iri dan cemburu,Tejo!"
Sutejo mengangkat mukanya tiba-tiba dan pipinya menjadi merah. "Tidak mungkin! Aku sama sekali tidak iri atau cemburu!"
"Tejo, apakah engkau tidak ingin pula mencium pipinya yang halus?"
"Tidak sudi!!"


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau begitu, benar makianku tadi bahwa engkau adalah seorang pemuda yang gila dan tolol!"
"Mengapa" Mengapa karena aku tidak sudi mencium pipi gadis kau maki gila dan tolol?"
-o0o-dw-o0o- Jilid 27 "Tejo! Karena sudah sepatutnya gadis cantik dicium pria http://kangzusi.com
muda yang tampan seperti engkau!"
"Huhh!"
"Wanita adalah seperti kembang..."
"Hemm..."
"Cantik indah dan harum, tentu haus akan pujian seorang pria tampan dan akan merasa senang dan bangga sekali kalau dipuji dan dicium..."
366 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bohong!"Wanita macam apa itu! Mau saja dicium oleh sembarang laki-laki?"
"Bukan sembarang laki-laki, melainkan pria yang disuka dan dipujanya tentu! Apakah engkau tidak suka mencium bunga yang cantik dan harum, Tejo?"
"Sudahlah! Aku tidak suka bicara tentang cium-mencium!"
"Akan tetapi pipinya halus sekali, keringatnya sedap dan kulitnya hangat..."
"Kau kurang ajar memang!"
"Aku menciumnya tadi dan kau melihat sendiri betapa dia tidak mengelak, tidak marah, dan aku tidak memaksanya."
"Memang dia telah tergila-gila kepadamu karena
kepandaianmu merayu. Akan tetapi engkau lalu
meninggalkannya begitu saja, bukankah kau kejam sekali"
Betapa akan hancur hatinya."
"Andaikata engkau yang menjadi aku..."
"Tidak mungkin. Aku bukan perayu wanita!"
"Benarkah engkau belum pernah mencium wanita, Tejo?"
"Hushh! Ceriwis kau! Tentu saja belum."
"Dan dalam mimpi pun belum?"
http://kangzusi.com
Sutejo menggeleng kepalanya.
"Benar-benar belum pernah mimpi mencium wanita?"
Sulastri mendesak.
Sutejo termenung. Tentu saja sebagai seorang pemuda yang usianya sudah sembilan belas tahun, dia pernah membayangkan seorang puteri yang cantik dan menarik hatinya. Akan tetapi dengan nekat dia menggeleng.
"Jadi engkau belum pernah mencinta wanita?"
"Belum. Sudahlah, kau cerewet benar sih?"
367 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hening sejenak dan Sulastri agak cemberut. Sutejo pun diam ketika melihat temannya cemberut, agak menyesal mengapa dia memakinya cerewet. Sebagai seorang sahabat baru agaknya Bromatmojo ini ingin sekali mengetahui segala hal tentang dirinya. Hal itu lumrah, mengapa dia marah-marah dan memakinya cerewet"
"Bromo maafkan aku..."
"Kenapa minta maaf" Untuk apa?"
"Karena aku mengatakan engkau cerewet. Sesungguhnya, kalau bicara tentang hal lain aku akan suka sekali. Akan tetapi tentang wanita..., hemm, aku... aku belum ada waktu untuk memperhatikan wanita."
"Kenapa belum ada waktu?"
"Karena... hemm, agaknya aku tidak suka kepada wanita!"
"Wah-wah sombongnya manusia ini!" Sutejo terheran-
heran melihat Bromatmojo seperti orang yang marah. "Jadi engkau ini seorang pemuda yang alim, ya" Seorang pertapa yang tahan uji, yang suci dan alim."
"Bukan pertapa tapi... ah, sudahlah, mungkin juga alim!"
"Hemm..., pemuda Sutejo yang gagah perkasa, yang
tampan dan ganteng, dia membenci wanita."Sulastri kini duduk di atas akar pohon dan Sutejo juga duduk di atas http://kangzusi.com
sebuah batu tak jauh dari situ.
"Aku tidak bilang membenci,"bantahnya sambil menoleh.
"Tidak ada bedanya. Kau bilang tidak suka, itu berarti benci. Tejo, aku yakin sekali bahwa engkau..."
"Ya" Teruskan!"
"Kelak kalau bertemu dengan seorang gadis yang berkenan di hatimu, engkau akan bertekuk lutut menyembahnya, mengharapkan cinta kasihnya..."
368 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak mungkin!"
"Dan wanita itu akan melihat ketololanmu,
kesombonganmu, dan dia akan mencemoohkanmu."
"Biar saja! Aku tidak butuh dengan dia."
"Aku sendiri pun muak melihat sikapmu."
"Ehhh?" Sutejo membalik dan mendekati. "Kenapa sih
engkau ini?"
Dengan muka merah dan mulut cemberut, Sulastri
menjawab tanpa menoleh, "Habis,engkau begitu sombong, seolah-olah engkau seorang pria yang paling hebat, yang suci murni, yang tidak membutuhkan wanita, yang memandang rendah wanita. Hati siapa tidak akan menjadi muak
melihatmu?"
Sutejo tertawa dan memegang pundak Sulastri, akan
tetapi tentu saja dara ini tidak membiarkan pundaknya dipegang dan dia cepat mengelak dan menangkis lalu
meloncat berdiri.
"Eh, eh, engkau marah benar, Bromo" Sudahlah, aku minta maaf. Aku lupa betapa engkau amat mengagungkan wanita.
Engkau seorang pembela wanita agaknya. Nah,biarlah aku minta maaf kepadamu."
"Tidak, sebelum engkau menarik kembali omonganmu."
http://kangzusi.com
"Omongan yang mana" Tadi begitu banyak."
"Bahwa engkau membenci wanita dan tidak butuh wanita."
"Hemm, baiklah. Memang ucapanku tadi mungkin terlanjur.
Aku tidak membenci wanita, dan siapa tahu... mungkin saja kelak aku membutuhkan wanita... eh, tapi aku sungguh tidak mau kalau dikatakan bahwa aku mata keranjang
seperti..."Sutejo menahan kata-katanya karena tidak ingin dia membikin marah lagi hati kawannya yang agaknya selain ceriwis juga mudah naik darah ini.
369 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seperti aku?"Sulastri tertawa dan hati Sutejo menjadi lega.
"Biarlah, biar aku mata keranjang dan kau pertapa alim. Eh, Tejo, sebenarnya engkau dari manakah" Dan hendak ke mana?"
Melihat perubahan yang demikian cepatnya, Sutejo
terheran. Baru saja marah-marah sekarang telah
memperlihatkan sikap manis sekali, sikap manis dan ramah penuh rasa persahabatan. Dia pun duduk di atas akar berhadapan dengan sahabat barunya akan tetapi yang
dirasakannya seperti telah dikenalnya bertahun-tahun. Betapa tidak" Dengan sahabat yang baru dijumpainya kemarin ini dia telah berkelahi,saling serang mati-matian, kemudian saling membela ketika dikeroyok, dan sudah cekcok sampai ribut pula!
Betapa anehnya! Maka timbul kepercayaan yang luar biasa di dalam hatinya terhadap sahabat ini dan Sutejo pun menceritakan semua riwayatnya. Betapa sembilan tahun yang lalu ibunya diperkosa di depan matanya oleh Progodigdoyo, kemudian rumah terbakar dan kakak perempuannya, Lestari, entah bagaimana nasibnya.
"Si jahanam busuk! Manusia iblis macam itu harus
kuhancurkan kepalanya!" Sulastri sudah meloncat berdiri dan mengepalkan tinjunya, mengamang-amangkan tinju kanannya di atas seolah-olah pada saat itu Progodigdoyo sudah berdiri di http://kangzusi.com
depannya! Sutejo kembali terbelalak keheranan melihat sikap
Bromatmojo itu dan diam-diam ada rasa terima kasih yang besar di dalam hatinya terhadap pemuda yang kelihatannya masih remaja ini.
"Memang dia seorang manusia yang jahat sekali, Bromo.
Sebelum itu, ayahku juga tewas karena kecurangannya, padahal ayah adalah teman seperjuangannya. Dia membunuh ayah dengan tusukan dari belakang dan semua itu
dilakukannya untuk merebut ibuku."
370 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri menghampiri Sutejo dan menaruh tangan kanannya di atas pundak pemuda itu. "Jangan khawatir, Tejo. Aku akan membantumu sampai engkau berhasil membalas jahanam
keparat itu. Sungguh engkau seorang yang amat malang..."
Sutejo memegang tangan yang berada di atas pundaknya itu dan sejenak mereka berada dalam keadaan demikian.
Kemudiaan Sulastri menarik tangannya dan mundur,duduk kembali ke atas akar pohon di depan pemuda itu. "Lalu bagaimana, Tejo" Engkau pingsan di dalam rumahmu yang terbakar..."
"Agaknya Yang Maha Kuasa masih melindungiku, Bromo.
Aku sempat diselamatkan oleh kakek guruku sendiri, guru dari mendiang ayahku, yaitu eyang guru Panembahan Ciptaning yang bertapa di lereng gunung Kawi. Aku lalu menjadi murid eyang sampai sekarang, dan baru saja aku diperkenankan turun gunung dan bertemu denganmu di tepi sungai itu."
"Ah, kasihan sekali nasibmu, Tejo. Entah bagaimana
dengan nasib mbakayumu itu."
"Aku akan mencarinya, Bromo. Mudah-mudahan dia masih hidup."
"Jangan khawatir, aku akan membantumu, Tejo. Di mana sih dusun tempat tinggalmu itu?"
"Dusun Kembangsri dekat Tuban."
http://kangzusi.com
"Ah, kalau begitu kita masih satu daerah! Aku berasal dari dusun Gedangan dekat sungai Tambakberas, juga daerah Tuban!"
"Hemm, dan sekarang orang tuamu masih tinggal di sana, Bromo?"
"Orang tuaku?" Sulastri menunduk. "Di dunia ini hanya mempunyai tiga orang, yaitu ayah ibu, dan mbakayuku. Akan tetapi ketiganya itu sudah meninggal semua."
371 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahhh! Maaf... ah, Bromo, engkau kasihan kepadaku, akan tetapi kau sendiri..., betapa sama nasib kita. Engkau sebatang kara, dan aku pun juga!"
"Tidak sama benar, Tejo. Engkau mempunyai penasaran besar, ayahmu, ibumu, dan mbakayumu juga mungkin
dibunuh orang. Akan tetapi aku tidak mempunyai musuh tertentu, kecuali dua orang yang telah menghina jenazah mbakayuku, dan majikan mereka."Sulastri yang juga merasa akrab sekali dengan Sutejo, telah menaruh kepercayaan besar, lalu menceritakan riwayatnya, betapa mbakayunya bela pati atas kematian Adipati Ronggo Lawe yang dicintanya, kemudian betapa dia ditolong oleh Ki Jembros yang kemudian menjadi gurunya selama lima tahun.
"Ki Jembros" Pantas engkau amat digdaya, kiranya engkau murid Ki Jembros. Eyang guruku, Panembahan Ciptaning, pernah menyebut nama Ki Jembros sebagai orang yang gagah perkasa yang sakti. Di mana beliau sekarang?"
"Entahlah, dahulu kami berpisah di Pegunungan Pandan, guruku menyuruh aku pergi ke tempat pertapaan eyang guru Supamandrangi di puncak gunung Bromo sedangkan dia
sendiri tinggal bersama paman Juru Demung, Gajah Biru dan lain-lain paman yang melarikan diri dari Mojopahit."
"Jadi akhirnya engkau berguru kepada Empu
Supamandrangi?" tanya Sutejo.
http://kangzusi.com
"Ya, empat tahun lamanya dan sekarang aku diperbolehkan turun gunung untuk mencari Kolonadah."
"Kolonadah?"
"Ya, keris kepunyaan mendiang Adiapati Ronggo Lawe, ciptaan eyang guru Supamandrangi. Menurut eyang, keris itu diciptakan untuk seorang raja, maka harus kuambil pusaka itu dan harus kuserahkan kepada Pangeran Kolo Gemet putera sang prabu di Mojopahit."
372 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sutejo mengangguk-angguk. "Hemm, tugasmu berat,
Bromo. Apakah kau tahu di mana adanya keris pusaka
Kolonadah itu?"
"Tentu saja! Akulah yang menyimpannya, akulah yang
menguburnya."
"Menguburnya?" Sutejo bertanya kaget.
"Belum kuceritakan tadi. Mbakayuku berbela pati atas gugurnya Adipati Ronggo Lawe dan mbakayuku melakukan suduk seliro (membunuh diri dengan keris)menggunakan keris pusaka Kolonadah milik adipati itu. Ketika aku mengubur jenazah mbakayuku, keris itu masih menancap di dadanya."
"Ahhh...!" Sutejo memandang dengan mata terbelalak.
"Kalau begitu, tentu bisa saja diambil oleh orang lain."
Sulastri menggeleng kepala sambil tersenyum dan Sutejo yang sedang menatap wajahnya itu diam-diam mengakui bahwa pemuda ini benar-benar luar biasa tampannya,
senyumnya benar-benar amat memikat. Dia saja yang sama-sama pria merasa tertarik sekali, apalagi wanita! Benar-benar wajah seorang pemuda yang amat "berbahaya"bagi seorang gadis.
"Tidak ada yang melihat ketika aku mengubur jenazah mbakayuku Sri Winarti. Tempatnya pun tersembunyi dan hanya aku seorang yang bisa mencari makamnya yang tidak http://kangzusi.com
ada tanda-tandanya sama sekali."
"Sembilan tahun yang lalu engkau tentu masih amat
kecil..." "Ketika itu aku berusia sembilan tahun."
"Dan kau sudah dapat melakukan itu. Hebat! Dan juga mbakayumu itu seorang wanita yang hebat. Tentu dia adalah isteri dari Adipati Ronggo Lawe, bukan?"
Sulastri menggeleng kepalanya. "Bukan."
373 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu selirnya?"
"Juga bukan."
"Eh, kalau begitu, mengapa mbakayumu berbela pati atas gugurnya adipati itu?"
Sutejo bertanya, terheran-heran.
"Mbakayu dan aku pernah ditolong oleh Adipati Ronggo Lawe ketika kami diganggu perampok, dan karena
pertolongan itu, mbakayu diam-diam jatuh cinta kepada sang adipati. Maka, melihat orang yang dicintanya itu gugur dalam peperangan itu,mbakayuku demikian berduka sehingga dia lari menghampiri dan membunuh diri di dekat jenazah Adipati Ronggo Lawe di tengah Sungai Tambakberas. Dengan susah payah aku menyelamatkan jenazah mbakayuku dan
kumakamkan di tempat tersembunyi."
Sutejo menarik napas panjang. "Betapa sama nasib kita.
Engkau kehilangan orang tua dan satu-satunya kakakmu, demikian pula aku. Dan kita bertemu secara kebetulan sekali.
Sembilan tahun yang lalu engkau berusia sembilan
tahun,berarti kini usiamu delapan belas tahun, dan usiaku sembilan belas tahun. Aku lebih tua setahun. Eh adi Bromatmojo, bagaimana kalau kita saling bantu seperti kakak dan adik" Kita pun sudah saling bantu sejak bertemu pertama kali dan saling menceritakan riwayat seolah-olah tidak ada lagi http://kangzusi.com
rahasia di antara kita."
Hati Sulastri merasa terharu sekali. Semenjak bertemu untuk pertama kali, dia sudah merasa kagum dan suka sekali kepada pemuda ini, pemuda yang tampan dan gagah perkasa, pemuda yang pemalu, pemuda yang canggung namun amat cekatan apabila menghadapi lawan. Hampir dia melinangkan air mata ketika mendengar pemuda itu menyebutnya adi dan mengakuinya sebagai adiknya. Akan tetapi cepat ditekannya perasaan hatinya dan dia menjawab sambil tersenyum,
"Terima kasih,kakang Tejo. Engkau memang seorang yang 374
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baik sekali. Akan tetapi, engkau mempunyai tugas mencari mbakayumu dan mencari musuh besarmu, sedangkan aku
mempnyai tugas mencari keris pusaka Kolonadah lebih dulu, baru akan kucari dua orang keparat yang pernah menghina jenazah mbakayuku."
"Tidak mengapa, adi Bromo. Bukankah perjalanan ke
dusunku di Kembangsri harus melewati tempat kau mengubur mbakayumu itu" Biarlah aku akan menemanimu mencari keris pusaka sampai dapat, baru aku akan pergi ke Kembangsri."
Berseri wajah Sulastri. Tentu saja jauh lebih senang melakukan perjalanan dengan pemuda perkasa ini daripada sendirian saja, akan tetapi ada beberapa hal yang amat membingungkan hatinya, maka dia cepat berkata, "Akan tetapi, kakang Tejo.
Aku khawatir kalau kita melakukan perjalanan bersama, aku hanya akan menjengkelkan hatimu saja."
"Ah, mengapa begitu" Tentu saja tidak!" jawab Sutejo cepat-cepat.
"Karena aku mempunyai watak yang aneh. Aku kadang-
kadang ingin menyendiri dan tidak mau ditemani orang, biar pun orangnya sebaik engkau, kakang. Terutama sekali aku tidak pernah tidur sekamar dengan orang lain, kalau ada temanku, aku tidak bisa tidur. Hal ini mungkin karena sudah http://kangzusi.com
kebiasaanku sejak kecil, yaitu tidur sendirian."
Sutejo tertawa. Memang dia melihat sifat-sifat aneh pada pemuda tampan ini,terutama sekali wataknya yang sukar untuk diukur, kadang-kadang gembira, kadang-kadang galak, kadang-kadang baik sekali! "Tenangkan hatimu, adi Bromo.
Aku pun bukan orang yang suka mengganggu teman, apalagi engkau yang seperti adikku sendiri. Aku tidak akan
mengganggu tidurmu."
Sulastri tersenyum dan menatap wajah yang tampan gagah itu dengan hati gembira.
375 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, kakang Tejo." Maka berangkatlah mereka melanjutkan perjalanan menuju ke barat lalu membelok ke utara karena mereka ingin langsung pergi ke Sungai
Tambakberas yang menjadi tapal batas antara Mojopahit dan Tuban.
Malam itu terang bulan. Bulan purnama, bulat penuh
dengan sinarnya yang keemasan mendatangkan suasana yang redup dan sejuk, dan hanya kadang-kadang saja bulan bersembunyi di balik segumpal awan tipis yang lewat seperti kucing-kucing berbulu tebal yang ingin membelai dan dibelai sejenak lalu pergi lagi.
Tepi Sungai Tambakberas itu rungkut, penuh dengan
semak belukar yang tidak pernah dibersihkan oleh manusia.
Tempat itu merupakan sebuah hutan kecil yang lebat dan jarang didatangi manusia. Suasana yang amat sunyi, ditimpa cahaya bulan, membuat tempat itu kelihatan serem dan angker. Demikian sunyinya tempat itu sehingga bunyi kelapak ikan yang melompat dari bawah permukaan air, untuk
mencaplok sesuatu yang hanyut oleh air yang tenang itu, atau agaknya ikan-ikan yang bergembira hendak bercanda dengan cahaya bulan di atas air, sampai dapat terdengar dari dalam hutan kecil itu.
"Tidak salahkah engkau, adi Bromo" Benar di sini
tempatnya?"tanya Sutejo yang sejak tadi berjongkok di dalam http://kangzusi.com
hutan itu bersama Sulastri, meneliti tempat di mana Sulastri sembilan tahun yang lalu telah mengubur jenazah Sri Winarti.
"Tidak, kakang. Di sinilah tempatnya. Aku ingat benar.
Lihat pohon-pohon raksasa itulah yang menjadi tanda bagiku, dan ini... nah, ini lagi..." Sulastri mengambil tombak-tombak patah yang terpendam di situ. "Dengan tombak dan golok patah inilah dahulu aku menggali lubang untuk mengubur jenazah mbakayuku Narti..." Suara Sulastri terhenti oleh keharuan yang mencekik leher.
376 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu, mari kita gali, adi Bromo," kata Sutejo yang sudah menyiapkan cangkul untuk keperluan itu. Memang mereka bersepakat untuk mencari keris pusaka itu di malam hari karena menurut Sutejo, bukan tidak mungkin kalau ada fihak lain yang juga menginginkan pusaka itu dan kalau mereka menggali di siang hari,banyak bahayanya akan ketahuan orang lain sehingga akan terdapat banyak gangguan dan halangan.
Tanpa kata-kata lagi, kedua orang muda itu lalu menggali lubang dengan cangkul.
Karena keduanya adalah orang-orang yang memiliki
kepandaian dan tenaga sakti,pula mereka kini menggunakan cangkul, tentu saja pekerjaan itu dilakukan dengan mudah dan cepat sekali, jauh bedanya dengan sembilan tahun yang lalu ketika Sulastri yang berusia sembilan tahun menggali lubang dengan susah payah,menggunakan tombak dan golok sampai semalam suntuk baru selesai!
"Hati-hati, kakang, pelan-pelan saja jangan sampai
cangkulmu mengenai mbakayu Narti," kata Sulastri setelah galian mereka cukup dalam dan dia tahu bahwa sedikit lagi sampai pada jenazah mbakayunya yang sekarang entah telah bagaimana macamnya. Jantungnya berdebar keras,
keharuannya mencekik lehernya dan membuat matanya terasa panas akan tetapi dia menahan tangisnya.
http://kangzusi.com
"Baik, adi Bromo..." Sutejo juga tergetar suaranya ketika dia mendengar perubahan pada suara kawannya itu yang jelas amat terharu dan berduka.
Akhirnya mereka hanya menggunakan tangan untuk
mencokel-cokel tanah karena sudah nampak tulang-tulang putih dan tak lama kemudian, ketika semua tanah yang menutupi sudah diangkat dan sinar bulan sepenuhnya
menimpa lubang galian itu, kelihatan dengan jelas sebuah kerangka manusia yang lengkap, dengan sebatang keris menancap di antara tulang-tulang iga depan!
377 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mbakayu Narti...!" Sulastri tidak dapat menahan lagi kesedihan hatinya dan dia menutupi mukanya, menahan tangisnya sampai sesenggukan. Kalau saja dia tidak ingat bahwa dia adalah seorang yang menyamar sebagai pria, tentu dia sudah menjerit-jerit. Maka ditahannya jeritnya dia mingseg-mingseg dan sesenggukan,air matanya bercucuran ketika dia memandang ke arah kerangka itu, jari-jari tangannya menutup hidung dan mulutnya.
-o0od-w-o0o- Jilid 28 Sutejo menepuk bahu kawannya. "Sudahlah, adi Bromo.
Tidak ada gunanya lagi meremas hati sendiri. Lebih baik kita sempurnakan sisa-sisa jasmani mbakayumu dan kau ambillah pusaka itu."
Sulastri mengangguk-angguk tidak berani mengeluarkan suara karena sukarlah bagi hati yang seperti ditusuk-tusuk rasanya itu untuk bicara. Akan tetapi pada saat itu, mereka berdua terkejut sekali oleh suara gaduh di sekeliling mereka.
"Aha, ini mereka!"
"Tangkap!"
"Serbu... !!"
http://kangzusi.com
Sulastri dan Sutejo terkejut bukan main. Kiranya tempat itu telah dikepung oleh belasan orang yang tinggi besar dan kelihatan kuat-kuat, dan di tangan mereka nampak senjata-senjata tajam berkilauan tertimpa cahaya bulan. Dua orang muda itu maklum bahwa orang-orang itu tentu memang telah menanti sejak tadi dan tentu ada hubungannya keris pusaka Kolonadah, maka Sulastri yang sedang dilanda kesedihan melihat jasmani mbakayunya telah berubah menjadi kerangka yang mengerikan itu, kini meloncat dan mengeluarkan suara 378
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melengking nyaring, begitu meloncat dia telah menerjang dua orang di depannya yang memegang tombak.
Dua orang itu cepat menggerakkan tombaknya, seperti dua orang pemburu menghadapi tubrukan seekor harimau
mengamuk. Akan tetapi Sulasrti bukanlah seekor harimau bodoh yang hanya mengandalkan kekuatan dan kebuasannya saja. Melihat dua batang tombak itu menyambut dan
menusuknya, cepat tubuhnya merendah, merunduk dan ketika dua tangannya menyambar dari bawah dengan kekuatan aji kesaktian Hasto Bairowo, terdengar suara "Krakk-krakk!" dan dua batang tombak itu pun patah-patah.
Dua orang itu terkejut bukan main, akan tetapi Sulastri tidak memberi kesempatan lebih lanjut kepada mereka itu kaget-kagetan, karena dia sudah melangkah maju dan dua kali tangannya melayang.
"Plak! Plak!" Dua orang itu mengeluh, tubuh mereka
terjungkal dan mereka roboh pingsan tak dapat bergerak lagi!
Sementara itu, Sutejo sudah dikepung dan mengamuk.
Maka di dalam hutan belukar itu, di bawah penerangan yang kadang-kadang gelap oleh halangan awan dari bulan
purnama, terjadilah pertempuran yang hiruk-pikuk karena dua orang muda itu dikeroyok oleh belasan orang yang rata-rata memiliki kepandaian yang tidak rendah. Kalau dua orang pertama tadi dengan amat mudah dirobohkan oleh
http://kangzusi.com
Sulastri,adalah karena mereka berdua terlalu memandang rendah kepada pemuda tampan yang bertubuh kecil itu.
Betapa pun juga, mereka tidak kuat menahan amukan
Sulastri dan Sutejo dan dalam waktu yang tidak berapa lama, enam orang di antara mereka telah roboh oleh tamparan-tamparan Sulastri dan Sutejo. Tiba-tiba Sulastri mendengar Sutejo berseru, "Adi Bromo, awas ada yang menyerbu lubang kuburan...!"
379 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri cepat menengok dan dia melihat berkelebatnya bayangan hitam yang mukanya memakai topeng hitam dan kepalanya yang juga tertutup kedok itu dihias sebuah burung emas!
"Keparat...!" Sulastri meninggalkan para pengeroyoknya dan langsung dia menerjang bayangan yang sudah
membungkuk di dekat lubang kuburan jenazah mbakayunya itu. Bayangan itu meloncat dan memandang Sulastri dengan sepasang mata berkilat di bawah kedoknya, kemudian
menangkis. "Dukkk!!" Akibatnya, Sulastri terdorong dua langkah akan tetapi orang itu mengeluarkan jerit tertahan dan meloncat ke belakang.
Sementara itu para pengeroyok sudah menerjang lagi
sehingga terpaksa Sulastri harus membela diri dan kembali dia dikepung dan dikeroyok seperti halnya Sutejo dan karena pada saat itu bulan tertutup awan yang agak tebal, maka cuaca menjadi gelap dan dia tidak melihat lagi orang berkedok hitam tadi.
Sulastri menjadi marah sekali, sepak terjangnya makin hebat dan sungguh pun dia masih selalu menjaga agar jangan sampai membunuh orang, namun tamparannya kini lebih berat daripada tadi sehingga roboh pula dua orang
pengeroyok. Sutejo juga sudah merobohkan beberapa orang.
http://kangzusi.com
Hal ini membuat sisa para pengeroyok mereka menjadi jerih dan mereka lalu melarikan diri sambil menyeret teman-teman mereka yang pingsan terkena tamparan dua orang muda perkasa itu.
Dalam kemarahannya, Sulastri hendak mengejar, akan
tetapi Sutejo bekata, "Tidak perlu mengejar mereka, adi Bromo. Yang penting kita melihat apakah...ah, celaka,lihatlah, adi!"
380 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri datang berlari ke dekat lubang dan mukanya menjadi pucat ketika melihat bahwa keris pusaka yang tadinya menancap di antara tulang-tulang iga kerangka mbakyunya itu kini telah lenyap!


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Keparat! Tentu si topeng hitam tadi...!" seru Sulastri. "Aku harus mengejar dan mencarinya!" Dia sudah melompat, akan tetapi Sutejo memanggilnya.
"Adi Bromo, kembalilah!" Sulastri kembali dan memandang heran.
"Adi, kita tidak tahu ke mana dia lari. Akan tetapi, kita telah tahu bahwa yang mencuri pusaka adalah seorang yang
memakai kedok hitam."
"Dan seorang wanita."
"Eh, bagaimana kau tahu, adi?"
"Ketika menangkis pukulanku tadi, dia terkejut dan
menjerit."
"Lebih baik lagi kalau begitu. Biarlah kita nanti menyelidiki dan mencarinya perlahan-lahan. Kalau sekarang kita berdua pergi, bagaimana dengan jenazah mbakayumu ini" Apakah ditinggal begini saja dan ada kemungkinan akan diganggu orang jahat" Bukankah lebih baik kita menyempurnakan sisa-sisa jenazah mbakayumu ini seperti yang kita rencanakan http://kangzusi.com
semula, kemudian baru kita mencari pencuri pusaka itu?"
Sulastri memandang ke arah kerangka mbakayunya,
kemudian kepada pemuda itu dan menarik napas panjang.
"Engkau benar, kakang Tejo. Hampir saja aku menyia-nyiakan jenazah mbakayu Narti. Ke mana pun terbangnya pencuri itu, kita tentu akan dapat menangkapnya."
Mereka lalu mengumpulkan kayu dan daun kering sampai banyak sekali dan ditumpuknya tinggi di pinggir sungai, kemudian dengan hati-hati mereka mengumpulkan dan
mengangkuti tulang-tulang Sri Winarti dan meletakkannya di 381
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atas tumpukan kayu kering dan daun. Setelah mereka
mengheningkan cipta dan melakukan sembahyang dan
berdoa, maka dibakarnyalah tumpukan kayu kering itu. Api berkobar tinggi. Nyala api dan asap menyelelimuti tulang-tulang itu. Sulastri berdiri dengan kedua lengan bersedakap, memandang nyala api yang menjilat-jilat,kemudian
memandang asap yang membubung tinggi, membayangkan
betapa arwah mbakayunya dengan ringan melayang naik menuju ke bulan purnama yang sudah condong ke barat.
Pada keesokan harinya, dua orang muda itu meninggalkan tepi pantai Sungai Tambakberas setelah mereka melarung abu jenazah ke sungai itu, dan mulailah mereka melakukan perjalanan untuk mencari jejak si pencuri pusaka Kolonadah.
Sebagai seorang yang sejak kecilnya tinggal di daerah itu, Sulastri tentu saja mengenal daerah itu dan dia mengajak temannya pergi ke dusun Gedangan, di mana dia dan
kakaknya dahulu tinggal, karena kalau menyelidiki pencuri itu, agaknya paling tepat kalau dia menyelidiki dari Gedangan.
Siapa pun adanya pencuri itu, agaknya dia tahu akan rahasia Kolonadah, dan kalau orang tahu akan rahasia pusaka itu, tentu telah tahu pula akan riwayat Sri Winarti dan tahu pula tempat tinggal mbakayunya.
"Kakang sudah sembilan tahun aku meninggalkan
Gedangan, dan karena kita sedang menyelidiki pencuri, http://kangzusi.com
sebaiknya kalau aku tidak memperkenalkan diri kepada penduduk Gedangan keadaan diriku. Mereka pun tentu telah lupa kepadaku, apalagi karena namaku telah kuubah..." Tiba-tiba Sulastri menghentikan kata-katanya karena dia terkejut mendengar mulutnya sendiri membuka rahasianya itu. Akan tetapi sudah terlanjur dan hatinya lega ketika Sutejo berkata,
"Aku sudah menduga bahwa tidak mungkin namamu
Bromatmojo, adi. Engkau bukan asal dari gunung Bromo, maka tentu nama itu hanyalah nama samaran. Sedangkan 382
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namamu sendiri, kalau kau tidak suka memberi tahu
kepadaku, aku pun..."
"Ah, tentu saja kepadamu aku tidak perlu menyimpan
rahasia!" kata Sulastri yang merasa lega dan gembira bahwa keterlanjuran mulutnya tadi tidak dan belum berlarut-larut.
"Namaku yang sebenarnya adalah Sulastomo, akan tetapi sebaiknya kalau kakang Tejo tidak mengingat nama itu agar jangan salah panggil dan tetap menyebutku Bromo saja!"
"Sulastomo... nama yang bagus. Akan tetapi aku akan tetap menyebutmu adi Bromo,jangan kau khawatir."
Maka berangkatlah dua orang ini memasuki dusun
Gedangan. Jantung Sulastri berdebar keras. Ternyata dalam waktu sembilan tahun lamanya, sedangkan dia sendiri yang dahulu adalah seorang anak perempuan yang baru berusia sembilan tahun kini telah berubah menjadi seorang gadis dewasa berusia delapan belas tahun, bahkan telah berubah menjadi seorang "pemuda" adalah dusun itu masih sama saja seperti sembilan tahun yang lalu! Rumah-rumahnya masih sama, hanya lebih butut lagi, tegalan dan kebun-kebun masih sama pula, penuh dengan tanaman jagung dan kacang, dan jalan dusun itu penuh kerikil dan di bagian kiri jalan becek seperti juga sembilan tahun yang lalu!
Mereka berjalan-jalan di dalam dusun itu, mencari-cari kalau-kalau ada orang yang mencurigakan, dan Sulastri http://kangzusi.com
mengharapkan akan terjadi sesuatu yang akan dapat
membawa mereka menuju kepada jejak si pencuri, atau setidaknya jejak orang-orang yang semalam menyerang dia dan Sutejo, karena tentu saja ada hubungan antara orang berkedok dan belasan orang yang menyerang itu. Akan tetapi, tidak terjadi sesuatu. Sulastri mengenal wajah beberapa orang kakek dan nenek yang memandang kepada dia dan Sutejo dengan sikap kagum dan juga hormat. Tentu mereka itu menyangka bahwa dia dan Sutejo adalah dua orang muda bangsawan! Kembali Sulastri merasa terharu dan
383 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membayangkan betapa akan gembiranya kalau tidak ada urusan apa-apa menyangkut dirinya dan dia kembali ke dusun itu sebagai Sulastri dan menjumpai para tetangga-tetangga lama itu!
Sulastri mengajak Sutejo lewat di depan rumah gedung lurah Gedangan. Ada kenang-kenangan pahit terhadap lurah ini di dalam hatinya. Lurah Gedangan itu dahulu pernah membujuk-bujuk Sri Winarti untuk menjadi selirnya, dan hanya karena campur tangan Adipati Ronggo Lawe diserahkan ke dalam perlindungannya.
Akan tetapi baru saja mereka tiba di depan gedung itu, nampak banyak orang berlari ke luar dari halaman kelurahan dan berteriak-teriak menghadang dan mengurung mereka berdua!"
"Nah ini mereka!"
"Benar, ini mereka semalam!"
"Tangkap saja mereka!"
"Bunuh...!"
"Minggir semua!" Bentakan terakhir ini terdengar
berpengaruh sekali dan semua orang yang ribut-ribut itu membuka jalan. Sulastri dan Sutejo mengenal beberapa orang di antara mereka yang semalam mengeroyok mereka di dalam http://kangzusi.com
hutan. Giranglah hati Sulastri dan dia bersama Sutejo dengan sikap tenang menanti siapa yang akan muncul, orang yang mengeluarkan bentakan terakhir tadi.
Ketika ada tiga orang laki-laki muncul, Sulastri segera mengenal lurah Gedangan yang kini sudah tua dan keriput mukanya. Di sampingnya berjalan dua orang laki-laki,yang seorang sudah tua berusia enam puluh tahun dan yang ke dua bertubuh tinggi agak kurus, usianya tentu sudah empat puluh tahun lebih. Sulastri memandang kepada dua orang ini penuh perhatian. Orang yang tua, yang berjenggot panjang dan yang 384
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengannya memakai gelang akar bahar, tidak dikenalnya. Akan tetapi orang tinggi kurus yang sama sekali tidak dikenalnya itu kini memandang kepada Sutejo dengan penuh perhatian, seolah-olah dia hendak meneliti apakah dia belum mengenal pemuda itu. Sebaliknya, Sutejo memandang laki-laki kurus itu dan dia segera mengenalnya. Laki-laki tinggi kurus itu bukan lain adalah si Klabang Curing, pembantu Panewu
Progodigdoyo yang dulu pernah hendak membunuhnya! Ketika Progodigdoyo melakukan perbuatan terkutuk di rumah ibunya, dia disuruh bunuh oleh panewu itu, dibawa oleh Klabang Curing ini ke hutan untuk dibunuhnya, akan tetapi dia mampu melarikan diri setelah melukai Klabang Curing dengan keris pusaka ayahnya, yaitu keris Nogopusoro yang kini terselip di ikat pinggangnya!
"Hemm, kalian ini semua mau apakah?" Sulastri bertanya sambil menentang pandang mata lurah Gedangan dengan sinar mata mengejek dan memandang rendah.
"Kisanak," lurah itu berkata, suaranya mengandung suara bujukan yang amat dibenci oleh Sulastri karena dia pun mendengar sendiri ketika dahulu lurah ini sering kali membujuk-bujuk mbakayunya untuk dijadikan selirnya. "Kalian berhadapan dengan lurah Gedangan!" Dia berhenti sebentar akan tetapi ketika melihat betapa dua orang pemuda itu agaknya tidak terkesan oleh kedudukannya,dia cepat
http://kangzusi.com
melanjutkan, "Kami mengemban perintah kanjeng gusti bupati di Tuban..."
Tentu saja hati Sulastri tertarik sekali karena dia ingin tahu siapa gerangan yang kini menjadi bupati di Tuban, yang kini agaknya menggantikan kedudukan mendiang Adipati Ronggo Lawe. Maka dia cepat bertanya, "Ki lurah, siapakah sang bupati di Tuban?"
Semua orang kelihatan terkejut dan heran, saling pandang karena pertanyaan itu sungguh aneh. Orang dari manakah 385
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda-pemuda ini maka tidak tahu siapa Bupati Tuban padahal mereka berdua berada di daerah Tuban"
"Heh-heh, andika sungguh lucu, orang muda. Siapa lagi kalau bukan Kanjeng Gusti Bupati Progodigdoyo?"
"Ahhh...!!" Seruan ini keluar dari mulut Sutejo yang tentu saja merasa terkejut dan juga marah. Orang jahat itu kini malah diangkat menjadi bupati"
Seruan dan perubahan wajah Sutejo itu dianggap oleh lurah Gedangan sebagai tanda kaget dan jerih, maka dia mengurut kumisnya dan berkata, "Nah, karena itu, orang-orang muda yang bagus lebih baik kalian berdua cepat minta maaf dan kalian serahkan pusaka itu kepada kami."
"Pusaka" Apa maksudmu?" Sulastri bertanya heran karena dia menyangka bahwa orang-orang ini yang semalam
menyerang dia dan Sutejo tentu bersekongkol dengan pencuri berkedok itu, akan tetapi mengapa kini malah menuntut pennyerahan pusaka"
"Hemmm, tidak perlu berpura-pura lagi!" Seorang di antara orang-orang tinggi besar yang semalam ikut mengeroyok membentak. "Semalam kalian membongkar kuburan dan
mengambil pusaka Kolonadah..."
Kini yakinlah Sulastri bahwa pencuri berkedok itu agaknya merupakan pihak ke tiga, dan timbul kemarahannya kepada http://kangzusi.com
lurah Gedangan. "Ki lurah, dengan hak apakah andika minta agar kami menyerahkan Kolonadah?"
Ki lurah mengurut kumisnya. "Orang muda, sikapmu
sungguh lancang. Tentu saja atas perintah Kanjeng Gusti Bupati Progodigdoyo."
Tiba-tiba kini Klabang Curing melangkah ke depan. Dengan mengangkat dadanya si tinggi kurus ini membentak, pandang matanya angkuh sekali, "Ki lurah, kenapa banyak melayani 386
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka" He, kalian orang-orang muda. Tidak perlu banyak cakap,lekas berlutut menyerah dan serahkan Kolonadah!"
Sutejo mendahului Sulastri dan dia sudah melangkah ke depan, "Klabang Curing, lihat baik-baik, apakah kau sudah lupa kepadaku?"
Klabang Curing terkejut dan memandang dengan alis
berkerut, mata terbelalak marah. Sejak tadi dia merasa seperti pernah melihat pemuda tinggi tegap yang tampan ini, akan tetapi dia sudah lupa lagi kapan dan di mana. Kini, melihat pemuda itu menyebutkan namanya dan mengajukan
pertanyaan seperti itu, dia memandang dengan penuh
perhatian dan penyelidikan, mengingat-ingat.
"Eh, siapakah andika" Aku merasa pernah mengenalmu, akan tetapi lupa lagi..."katanya.
"Lupakah engkau kepada anak kecil yang sembilan tahun yang lalu hendak kau bunuh" Kalau masih lupa, raba
lambungmu yang pernah merasakan gigitan pusakaku
Nogopusoro ini!" Dia menepuk keris di pinggangnya.
Makin terbelalak mata Klabang Curing. Tentu saja dia teringat dan seketika matanya menjadi merah, giginya berkerot dan kedua tanganya dikepal. "Babo-babo...! Kiranya engkau bocah setan itu! Engkau putera Lembu Tirta, hemm siapa namamu?"
http://kangzusi.com
"Sutejo!"
"Benar, namamu Sutejo! Bagus, engkau dicari-cari oleh Gusti Bupati Progodigdoyo, dan aku pun sudah lama
mencarimu untuk membalas tusukan kerismu. Dulu aku gagal membunuhmu, akan tetapi sekaranglah saatnya!" Klabang Curing sudah membentak keras dan lengannya yang panjang sudah menyambar ke arah Sutejo, cepat dan kuat karena Klabang Curing termasuk jagoan di Tuban. Dahulu pun, kalau orang lain yang tertusuk keris pusaka Nogopusoro, tentu telah tewas. Akan tetapi, ketika dulu ditusuk keris lambungnya oleh 387
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sutejo dalam keadaan tidak menyangka sama sekali, Klabang Curing telah dapat mengerahkan kekebalannya sehingga keris itu hanya menusuk ujungnya saja dan karena daya
keampuhan pusaka itu maka dia roboh pingsan, akan tetapi tidak sampai tewas.
Melihat Klabang Curing sudah menyerang, kakek
berjenggot panjang yang memakai gelang akar bahar itu pun menerjang maju dengan kedua tangan membuat gerakan
mencengkeram seperti cakar garuda, menyerang Sulastri.
Orang-orang tadi yang sudah mengurung, kini pun membantu dua orang itu maju mengeroyok.
"Haaaaiiiittt...!" Sutejo cepat mengeluarkan bentakan keras ketika melihat Klabang Curing maju menyerangnya dan diikuti pula oleh belasan orang. Dengan cepat sekali dia mengelak dari serangan Klabang Curing dan serbuan orang-orang itu, tubuhnya berkelebat ke kanan kiri dan kakinya menendang roboh dua orang pengeroyok, tangannya menangkis tombak dengan kuat sekali sehingga tombak itu membalik dan merobohkan orang ke tiga.
Sulastri yang melihat serangan kakek berjenggot panjang itu, maklum bahwa kakek ini ternyata kuat sekali. Gerakannya cepat, aneh mengandung tenaga sakti yang cukup berbahaya.
Apalagi di samping kakek itu, masih ada belasan orang lain mengepungnya dan menggerakkan bermacam senjata untuk http://kangzusi.com
mengeroyoknya. "Hyaaaahhhh!" Dia mengeluarkan suara melengking
panjang, membuat para pengeroyoknya tergetar dan dengan gerakan tiba-tiba dara perkasa ini meloncat ke atas untuk menghindarkan semua serangan, kemudian dari atas kedua kakinya bergerak menendang dan mengenai kepala dua orang pengeroyok yang menjerit dan roboh tak berkutik lagi, sedangkan kakek yang memakai akar bahar lengannya itu pun cepat menghindar ketika Sulastri melakukan tendangan lagi sebelum tubuhnya meluncur turun... Tendangan itu luput dan 388
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakek itu cepat menggerakkan tangannya untuk menangkap kaki Sulastri.
"Ihh...!" Sulastri berseru kaget, tubuhnya membuat
gerakan jungkar balik dan dia sudah membalikkan tubuhnya, lalu tangannya bergerak menangkis lengan kakek itu.
"Dukkk...!"
"Ahh...!" Kini kakek itu berseru kaget karena tangkisan
"pemuda" tampan itu membuat tubuhnya tergetar dan terasa panas, sedangkan Sulastri sudah meloncat turun lagi ke atas tanah. Para pengeroyok menerjangnya lagi seperti
sekumpulan semut mengeroyok seekor jangkerik.
"Setan kalian, pengecut-pengecut tukang keroyok!" Sulastri mengomel dan dia mengamuk, kaki tangannya bergerak dan terpelantinglah empat orang pengeroyok.
Melihat kehebatan pemuda tampan ini, para pengeroyok menjadi gentar. Semalam pun mereka itu, sebagian dari mereka sudah merasakan kesaktian pemuda ini, maka kini mereka merasa gentar juga.
Akan tetapi, kakek yang memakai akar bahar telah maju lagi ketika para pembantunya mundur. Dia mengangkat tangan ke atas menahan gerakan Sulastri sambil berseru,
"Nanti dulu, orang muda! Siapakah namamu" Aku tidak ingin bertanding dengan orang yang tidak mempunyai nama
http://kangzusi.com
sehingga kalau dia tewas aku tidak tahu siapa yang tewas di tanganku!"
"Kakek sombong!" Sulastri tersenyum mengejek.
"Engkaulah yang akan mampus dalam pertandingan ini, maka sepatutnya kalau engkau yang memperkenalkan diri terlebih dahulu!"
"Orang muda, engkau terlalu besar kepala. Ketahuilah bahwa aku adalah Gagaksona, seorang perwira Mojopahit yang terkenal!"
389 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin, akan tetapi aku tidak mengenalmu, Gagaksona.
Dan kalau kau ingin mengetahui siapa calon pembunuhmu, aku adalah Bromatmojo!"
Lagak dan kata-kata Sulastri memanaskan telinga
Gagaksona. Dia adalah seorang tokoh di Mojopahit yang terkenal digdaya dan dia telah dipercaya sebagai seorang di antara pembantu-pembantu Resi Mahapati yang terkenal sakti itu, dan dia bahkan diserahi tugas untuk mengepalai sepasukan perajurit untuk mencari pusaka Kolonadah di daerah Tuban, bekerja sama dengan Bupati Tuban yang juga menjadi kaki tangan Resi Mahapati. Ketika dia mendengar berita bahwa anak buahnya melihat dua orang muda menggali tanah di dekat sungai Tambakberas, kemudian melihat kerangka manusia di mana terdapat sebatang keris pusaka yang disangka tentu keris pusaka Kolonadah, dan betapa anak buahnya itu tidak mampu mengalahkan dua orang muda itu, maka Gagaksona langsung pergi ke tempat itu bersama Klabang Curing orang kepercayaan Bupati Progodigdoyo. Akan tetapi dua orang muda itu telah pergi dan mereka lalu menghubungi kelurahan Gedangan dan kebetulan sekali mereka melihat dua orang muda itu berada di dusun
Gedangan! Mendengar nama Sulastri yang tidak terkenal, yang
menggunakan nama sebuah gunung, Gagaksona dapat
http://kangzusi.com
menduga bahwa tentu pemuda ini seorang yang baru turun dari gunung, murid seorang pertapa yang sakti, maka dia lalu mencabut senjata yang berkilauan saking tajamnya, sebatang kelewang yang lebar dan tipis... "Keluarkan senjatamu, Bromatmojo!" teriaknya sambil menggerakkan kelewangnya sehingga terdengar suara bersuitan tajam mengerikan.
Akan tetapi Sulastri tersenyum mengejek. "Senjata"
Melawan seorang seperti engkau dengan golok penyembelih kerbaumu itu tidak perlu menggunakan senjata, cukup dengan tangan dan kakiku saja..."
390 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heeeettt...!!" Gagaksona sudah menerjang dengan marah sekali karena kata-kata Sulastri benar-benar amat
merendahkan. Kelewang atau golok di tangannya itu bergerak cepat, membentuk lingkaran sinar yang bergulung-gulung menyelimuti diri lawannya.
Sulastri hanya sikapnya saja sengaja bersombong diri untuk memancing kemarahan lawan, akan tetapi sebenarnya dia amat waspada karena maklum bahwa lawannya ini bukan orang sembarangan bahkan jauh lebih sakti daripada orang tinggi kurus yang bersama anak buahnya kini mengeroyok Sutejo. Maka begitu golok berkelebat, dia juga cepat mengerahkan aji kesaktiannya, tubuhnya menjadi ringan dan cepat gerakannya berkat aji kesaktian Turonggo Bayu, dan dia pun mengisi kedua tangan dengan Aji Hasto Bairowo. Dengan gesit dan trengginas dia mengelak dari setiap sambaran golok dan membalasnya dengan pukulan Hasto Bairowo atau
tendangan kaki yang amat cepat. Melihat pukulan yang sampai mengeluarkan suara mencicit itu terkejutlah
Gagaksona karena dia pun mengenal pukulan sakti yang tidak kalah berbahayanya dengan segala macam senjata tajam.
Maka, dia pun tidak melarang ketika anak buahnya sudah maju pula membantunya dan mengeroyok pemuda tampan
bertubuh ramping itu.
-o0odwo0o- http://kangzusi.com
Jilid 29 Pertandingan itu lebih hebat daripada malam tadi di tepi sungai Tambakberas,karena di situ terdapat Klabang Curing dan Gagaksona yang memiliki kepandaian tinggi, pula, jumlah para pengeroyok bertambah dengan perajurit-perajurit yang kuat dari Mojopahit yang datang bersama dua orang itu. Akan tetapi, sebetulnya kalau dua orang muda itu menghendaki, dengan mudah saja mereka berdua akan dapat merobohkan 391
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan menewaskan semua pengeroyok itu. Akan tetapi baik Sulastri mau pun Sutejo sudah menerima gemblengan dari guru masing-masing yang bijaksana,maka merupakan
pantanganlah bagi mereka untuk sembarangan saja
membunuh orang.
Mereka memang merobohkan banyak pengeroyok, akan
tetapi tanpa membunuh mereka,paling hebat mereka hanya menderita patah tulang saja.
Sutejo telah berhasil merobohkan Klabang Curing,
mematahkan keris lawan ini dan juga mematahkan tulang lengannya. Kemudian dengan gerakan cepat, Sutejo melompat dan sekali sambar saja dia telah dapat membekuk batang leher ki lurah Gedangan.
Dengan mengempit tubuh ki lurah yang berteriak-teriak minta tolong itu, Sutejo meloncat ke dekat tempat Sulastri bertempur, dengan kakinya merobohkan dua orang dan
tangan kanannya menghantam ke arah Gagaksono yang
sudah terdesak hebat oleh Sulastri. Gagaksona terkejut, berusaha mengelak akan tetapi karena pada saat itu Sulastri mendesaknya, dia terlambat dan pundaknya kena ditampar oleh Sutejo. Dia berteriak dan terpelanting.
"Adi Bromo, mari kita pergi, kita boleh mencari keterangan dari lurah ini!"kata Sutejo sambil melompat jauh.
http://kangzusi.com
Sulastri juga sudah yakin bahwa bukan orang-orang ini yang mencuri keris pusaka Kolonadah dan mereka ini jelas tidak ada hubungannya dengan pencuri keris yang berkedok hitam, maka setelah merobohkan empat orang pengeroyok lainnya dengan tendangan-tendangan kakinya, dia pun melompat dan lari mengejar Sutejo.
Dua orang muda itu membawa Ki Lurah Gedangan ke
Sungai Tambakberas dan Sutejo menjambak rambut kepala lurah itu, membenam-benamkan kepalanya di air sampai ki 392
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lurah mengap-mengap dan matanya terbelalak penuh
ketakutan. "Hayo kau jawab semua pertanyaan kami dengan benar, kalau tidak, kubenamkan kepalamu sampai putus napasmu!"
Sutejo menghardik.
Ki Lurah itu mengeluh, menangis dan mengangguk-angguk ketakutan. "Pertama, benarkah bahwa semua pengeroyokan itu adalah atas kehendak Bupati Tuban?"
Ki Lurah mengangguk-angguk, "Benar... benar, Raden...
kami hanya melakukan perintah... pasukan dari Mojopahit yang dipimpin oleh Gagaksona dan pasukan dari Tuban yang dipimpin oleh Klabang Curing, memang bertugas mencari keris pusaka Kolonadah, menaruh penyelidik di mana-mana. Ketika mendengar bahwa andika berdua menggali tanah di dekat Sungai Tambakberas, mereka lalu berusaha untuk merampas keris pusaka Kolonadah... saya... saya tidak turut-turut..."
Sutejo dan Sulastri saling pandang dan makin yakinlah hati mereka bahwa jelas keris itu tidak berada di tangan para perajurit itu.
"Pertanyaanku yang ke dua, siapakah wanita yang
memakai pakaian dan kedok hitam?"
Mendengar ini, mata Pak Lurah terbelalak dan dia
memandang kepada Sutejo dengan heran.
http://kangzusi.com
"Wanita berkedok hitam...?" Dia kelihatan ketakutan dan hal ini merangsang hati Sutejo untuk mengetahui lebih banyak.
"Ya, wanita berpakaian hitam, berkedok hitam..."
"Dan di kepalanya ada hiasan seekor burung emas!"
sambung Sulastri.
Wajah Pak Lurah itu makin kaget dan dengan suara
berbisik dia berkata gagap, "Ehh... Sriti... Sriti Kencana..."
393 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sutejo mengguncang leher baju Pak Lurah dan
menghardik, "Siapa itu Sriti Kencana" Hayo ceritakan yang jelas!"
"Baik... baik..." Pak Lurah mengap-mengap, takut kalau kepalanya dibenamkan lagi dan setelah Sutejo melepaskan cengkeramannya pada leher bajunya, dia melonggarkan leher bajunya, menelan ludah beberapa kali, lalu berkata, "Sriti Kencana adalah sekelompok orang-orang penuh rahasia yang selama satu tahun lebih ini mulai muncul di seluruh daerah Tuban. Mereka itu kabarnya terdiri dari wanita-wanita berpakaian hitam, berkedok hitam dan di kepalanya ada hiasan seekor burung sriti dari emas, karena saya sendiri belum pernah melihatnya. Semua orang takut kepada mereka karena mereka sudah membunuh banyak orang, di antaranya banyak pula pejabat-pejabat yang tidak melakukan tugasnya dengan baik. Dan yang mereka bunuh itu juga adalah kaum penjahat yang suka mengacau di daerah Tuban. Oleh karena itu, maka Gusti Bupati seolah-olah melindungi atau
membiarkan saja mereka itu bergerak di seluruh daerah Tuban. Dan kami... para pejabat... merasa takut kepada mereka, karena kabarnya mereka terdiri dari orang-orang sakti..."
Kembali Sutejo dan Sulastri bertukar pandang.
"Di mana sarang mereka" Hayo katakan, di mana sarang http://kangzusi.com
Sriti Kencana?" Sulastri membentak tidak sabar lagi.
Ki Lurah memandang bodoh. "Saya... saya tidak tahu, Raden. Siapakah yang bisa mengetahui di mana sarang mereka" Saya rasa tidak ada yang mengetahuinya..."
"Bodoh! Engkau seorang lurah, masa tidak tahu?" Sulastri menghardik lagi.
"Saya rasa...eh, karena Kanjeng Gusti Bupati di Tuban seolah-olah melindungi..,saya rasa kalau andika berdua menyelidik dan mencari di Tuban, tentu akan dapat
394 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemukan mereka. Apalagi kabarnya putera-puteri kanjeng gusti bupati adalah murid-murid orang sakti, akan tetapi saya tidak tahu benar... harap ampunkan saya..."
Sutejo dan Sulastri saling mengangguk dan Sutejo berkata lagi, "Pertanyaanku yang terakhir dan ke tiga, engkau sebagai lurah bawahan Bupati Tuban tentu telah mendengar akan keadaan dan sepak terjang Bupati Progodigdoyo itu. Ceritakan apa yang terjadi dengan keluarga Lembu Tirta di dusun Kembangsri sembilan tahun yang lalu."
"Keluarga Lembu Tirta di Kembangsri..." Ah, andika
maksudkan janda Kembangsri yang cantik itu dan anak-anaknya..." Ya, saya ingat... rumah mereka terbakar dan kabarnya, janda yang cantik itu tewas terbakar akan tetapi anak-anaknya lenyap..."
"Anak gadisnya diculik oleh Progodigdoyo! Apa yang terjadi dengan gadis itu?"
Sutejo mendesak, jantungnya berdebar tegang.
Akan tetapi Ki Lurah menggeleng kepalanya. "Sungguh mati, saya tidak tahu, Raden. Memang saya mendengar tentang peristiwa itu, yang terjadi sebelum Sang Adipati Ronggo Lawe memberontak terhadap Kerajaan Mojopahit, akan tetapi apa yang terjadi selanjutnya, saya tidak tahu dan juga tidak berani menyelidiki. Siapa yang berani mati hendak http://kangzusi.com
menyelidiki urusan pribadi Kanjeng Gusti Bupati
Progodigdoyo?"
Sutejo memandang Sulastri dan berkata, "Adi Bromo, apa yang akan kita lakukan kepada lurah ini?" Dia berkedip. "Kita bunuh saja?"
"Hemm, lemparkan ke kedung agar dimakan buaya,
Kakang," kata Bromatmojo.
Mendengar ucapan dua orang pemuda itu, pak lurah itu lalu menyembah-nyembah dan menangis minta diampuni.
395 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, kami tidak akan membunuhmu. Akan tetapi engkau harus bersumpah untuk menjadi seorang lurah yang baik, jangan sewenang-wenang terhadap rakyat. Mengerti?" Sutejo membentak.
"Dan jangan memaksa wanita untuk menjadi selirmu!"
bentak pula Bromatmojo.
"Baik... baik... saya bersumpah... memang selama ini pun saya telah menjadi seorang lurah yang tidak berani melakukan penyelewengan, apalagi ada nama Sriti Kencana yang selalu akan turun tangan membunuh mereka yang menyeleweng.
Saya bersumpah, Raden."
Kembali lurah itu menyembah-nyembah, dan ketika ia
mengangkat mukanya, dia terbelalak dan bulu tengkuknya meremang karena dua orang muda itu telah lenyap dari depannya! Dengan seluruh tubuh gemetar dan kedua kaki seperti lumpuh rasanya, lurah dusun Gedangan itu menyeret tubuhnya kembali ke dusun di mana dia disambut oleh orang-orangnya dan keluarganya dengan girang karena mereka mengira bahwa lurah itu tentu akan dibunuh oleh dua orang muda yang sakti itu.
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi dua orang pemuda itu telah tiba di luar kota Kabupaten Tuban yang sudah tampak dinding temboknya dari jauh. Mereka berjalan perlahan di sepanjang jalan raya itu, melewati sebuah warung di tepi jalan http://kangzusi.com
yang agaknya sepagi itu sudah buka.
"Kisanak berdua, silahkan mampir!" Tiba-tiba terdengar suara merdu seorang wanita dari warung itu.
"Kami menjual teh dan kopi panas, dawegan (kelapa
muda), ketan dan jagung rebus, semua masih hangat!"
menyusul suara ke dua yang tidak kalah merdunya.
Sutejo dan Bromatmojo menoleh ke arah warung dan
mereka melihat ada empat orang wanita muda yang cantik-cantik dan manis-manis di dalam warung itu. Belum ada tamu 396
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lain dan empat orang wanita itu memandang ke arah mereka dengan senyum manis dan pandang mata memikat.
"Kita sarapan (makan pagi) dulu, Kakang Tejo."
"Tidak, kita terus saja!" jawab Sutejo sambil mengerutkan alisnya.
"Tapi sejak tadi malam saya belum makan, perut saya lapar sekali, Kakang."
"Kita makan di tempat lain saja."
"Eh, apa bedanya" Dan aku suka sekali makan jagung
rebus!" "Tapi... perempuan-perempuan itu..."
"Mengapa" Mereka cantik-cantik dan manis-manis malah!
Hayo, Kakang Tejo!"
"Hemm, perempuan warungan!" Tejo yang ditarik
tangannya oleh Bromatmojo mengomel.
"Ha, apa bedanya" Mereka juga manusia, dan... hemm, cantik manis yang berbaju hijau itu.
"Huh, kau mata keranjang!"
Bromatmojo masih tertawa-tawa ketika menarik tangan Sutejo memasuki warung disambut oleh empat orang wanita http://kangzusi.com
yang memang benar masih muda-muda dan cantik manis.
Usia mereka antara dua puluh sampai tiga puluh tahun, dan yang berbaju hijau, yang usianya termuda, memang paling manis di antara mereka, kulitnya putih mulus, matanya bening dan mulutnya yang berbibir merah dan indah bentuknya itu selalu tersenyum penuh daya pikat.
"Silahkan duduk, Kisanak...!" kata yang berbaju ungu.
"Aihh, mbakayu, apakah engkau tidak melihat bahwa


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka adalah bangsawan muda" Harap maafkan, Raden!" Si baju hijau berkata merdu.
397 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh-heh, tidak apa, disebut kisanak atau raden bagi kami sama saja. Betul tidak, Kakang Tejo?"
Yang ditanya diam saja, merengut dan duduk dengan muka merah, sama sekali tidak berani menentang empat wajah wanita yang tersenyum manis dan mengelilingi mereka dengan sikap amat ramah itu. Terlalu ramah malah, pikirnya.
Tentu wanita-wanita ini bukan wanita baik-baik! Dia mendongkol sekali mengapa Bromatmojo bersikap demikian bebasnya, seolah-olah pemuda tampan ini sudah biasa bergaul dengan segala macam wanita begituan!
Lekas hidangkan jagung rebus hangat!" Dengan sikap
gembira sekali Bromatmojo berkata, "Engkau hendak makan apa, Kakang" Jagung rebus atau ketan" Dan minumnya?"
"Apa saja pun boleh," jawab Sutejo sambil memandang kepada dua tangannya yang berada di atas meja di depannya.
Bromatmojo memandang wanita baju hijau yang paling
dekat dengannya. "Aku minta jagung rebus dan sahabatku ini memesan apa saja pun boleh."
Empat orang wanita itu tertawa cekikikan dan wajah Sutejo menjadi makin merah.
Dia melirik ke arah Bromatmojo dengan marah sehingga empat orang wanita itu makin terkekeh geli, sedangkan Bromatmojo juga tertawa.
http://kangzusi.com
"Pendeknya, hidangkan seadanya di sini, manis, biar sahabatku memilihnya nanti. Dia pemalu sih, maklumlah dia masih perjaka thing-thing (tulen)!"
"Hik-hik!" Empat orang itu terkekeh genit dan si baju hijau yang kelihatan memandang kepada Bromatmojo dengan sinar mata kagum dan bersinar-sinar itu bertanya, suaranya halus merdu dan jelas kemanja-manjaan, "Lalu minuman apakah yang harus saya hidangkan untuk paduka, Raden?"
398 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bromatmojo memandang dan tersenyum. "Kau sungguh
cantik manis, Nimas. Aku minta minuman air dawegan saja."
Kini Sutejo yang sejak tadi diam saja dan membiarkan dirinya dijadikan godaan sahabatnya, melihat kesempatan untuk membalas. "Sepagi ini minum air dawegan, sungguh orang aneh sekali kau!"
Akan tetapi dengan tangkasnya Bromatmojo menangkis.
"Eeh, apa kau tidak tahu, Kakang Tejo" Air dawegan di pagi hari menambah kekuatan dan kejantanan. Betul tidak, manis?"
Dia menoleh pada empat orang wanita itu dan mereka pun terkekeh,membuat Sutejo menjadi makin malu dan tidak berani lagi bicara.
"Kau mau minum apa, Kakang?"
"Apa saja pun..."
"Nah, sediakan minuman apa saja pun boleh!" kata
Bromatmojo memancing gelak ketawa empat orang wanita itu.
Makanan dan minuman dihidangkan dan tanpa setahu
Sutejo, ketika minum air dawegan, Bromatmojo melempar sebutir benda kecil seperti kacang ke mulutnya dan
menelannya bersama air kelapa itu. Mereka lalu makan minum dilayani oleh empat orang wanita itu yang selain ramah juga genit dan manja. Sutejo makan dan minum dengan sikap sungkan dan gugup, berbeda dengan Bromatmojo yang
http://kangzusi.com
kelihatan gembira sekali, makan jagung sampai habis tiga buah dan makan ketan sebungkus.
Sutejo dengan diam tanpa banyak cakap makan ketan
hitam dan minum segelas air teh. Tak lama kemdian, Sutejo mengerutkan alisnya dan berkata, "Adi Bromo... aku merasa pening dan mengantuk...
"Kalau andika lelah, Raden, mari silahkan tidur di dalam.
Kami mempunyai sebuah kamar untuk andika mengaso..."
kata Si Baju Ungu kepada Sutejo.
399 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja Sutejo menggelengkan kepalanya dengan keras.
"Kakang, kalau kau pening, dan mengantuk, apa salahnya kau mengaso sebentar"
Biar aku menanti di sini."
"Tidak, aku... ahhh..." Sutejo kelihatan terkejut karena rasa kantuk dan pening itu makin menghebat menyerang
kepalanya. "Mari, mari Raden... kata wanita baju ungu dan dia sudah menghampiri Sutejo hendak memegang lengan pemuda itu.
Sutejo terkejut, tidak mau membiarkan dirinya dipegang, maka dalam keadaan pening dia mendorong. Akan tetapi dengan sedikit gerakan saja wanita baju ungu itu dapat mengelak. Hal ini kelihatan jelas oleh Bromatmojo yang juga sudah bangkit berdiri.
"Mari aku yang mengantarmu, Kakang," katanya sambil menggandeng tangan Sutejo. "Di mana kamarnya, Nimas yang manis" Tolong kau antarkan..." katanya kepada gadis baju hijau tadi.
"Mari, Raden. Ke sini..." kata Si Baju Hijau dengan manis dan dia mendahului jalan dengan langkah yang membuat buah pinggulnya menari-nari!
Bromatmojo melihat Sutejo terhuyung. "Aihh...!" Dia http://kangzusi.com
berseru kaget dan dia pun terhuyung.
"Hik-hik, mari kubantu, Raden!" Si Baju Hijau cepat membalik dan memegang lengannya agar pemuda tampan ini tidak sampai jatuh. Yang berbaju ungu juga sudah memegang lengan kiri Sutejo dan kini pemuda itu tidak menolak karena dia seperti orang tidur saja, berjalan terhuyung dan membiarkan dirinya dipapah sambil memejamkan matanya.
Bromatmojo juga sama keadaannya dengan Sutejo. Ketika mereka dipapah sampai ke dalam kamar di mana terdapat sebuah pembaringan kayu yang lebar, kedua orang muda itu 400
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
didorong ke atas pembaringan dan sebentar saja mereka tak bergerak lagi, rebah miring dan tidak ingat apa-apa lagi.
Empat orang gadis cantik itu memasuki kamar sambil
terkekeh girang. "Bagus! Mereka dengan mudah dapat kita tundukkan!" kata Si Baju Hijau dengan suara garang dan tegas, jauh bedanya dengan tadi ketika merayu Bromatmojo.
"Mbakayu Ambar dan Tarmi, kalian pergilah melapor kepada Den Bagus dan Den Roro, katakan bahwa mereka telah
ditangkap dan kita menanti keputusan mereka."
"Baik, Ayu," kata Si Baju Merah dan baju biru. Mereka cepat meninggalkan tempat itu, pergi ke belakang dan tak lama kemudian terdengar bunyi derap kaki kuda yang
dibalapkan. "Cempaka, kau pergi cepat menutup warung itu agar
jangan sampai ada tamu mengganggu."
"Baik, Ayu," dan gadis baju ungu segera pergi ke depan, menutupkan warung,kemudian kembali lagi ke dalam kamar.
Dia tertawa ketika melihat wanita baju hijau itu menggunakan tangan membelai pipi dan dagu Bromatmojo.
"Ah, kau agaknya tergila-gila kepada yang satu itu, Ayu."
Ayu atau Si Baju Hijau itu, menarik napas panjang. "Siapa yang tidak tergila-gila kepada pemuda sehebat ini" Cempaka, agaknya akan bahagia hidupku kalau aku akan dapat menjadi http://kangzusi.com
isteri pemuda ini... heemmmm..."
"Tapi dia adalah tawanan kita, Ayu. Kita harus menanti keputusan Den Roro atau Den Bagus..."
"Tentu saja. Akan tetapi mudah-mudahan mereka ini, atau setidaknya pemuda ini,jangan sampai dibunuh. Sayang..."
"Engkau tahu, kita mana bisa tidak mentaati perintah mereka" Ayu, kita harus cepat mengenakan pakaian kita sebelum Den Roro atau Den Bagus datang. Dan dua orang ini harus cepat dibelenggu. Mereka ini tentu memiliki kepandaian 401
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggi,berbahaya kalau tidak diringkus ketika mereka nanti sadar kembali."
"Engkau benar, Cempaka."
Dua orang gadis itu lalu menanggalkan baju dan kain, lalu mengenakan pakaian serba hitam, bahkan muka dan kepala mereka tertutup kain hitam dan di kepala mereka terdapat hiasan seekor burung emas! Setelah kini mengenakan pakaian aneh itu, gerakan mereka terlihat tangkas sekali ketika mereka mengambil dua helai tali untuk membelenggu kaki tangan Sutejo dan Bromatmojo. Dengan cekatan, gadis baju ungu yang kini telah menjadi seorang berpakaian hitam dan bertopeng hitam pula, membelenggu kedua kaki dan tangan Sutejo dan tentu saja pemuda yang sedang tidur atau pingsan itu tidak bergerak sama sekali. Sedangkan baju gadis hijau yang tadi bersikap mesra terhadap Bromatmojo, menghampiri
"pemuda" tampan itu sambil membawa sehelai tali besar.
Pada saat itu, Bromatmojo meloncat turun dan
menggunakan lengan kirinya merangkul dan memuntir leher gadis baju hijau.
"Cempaka... tolong...!" Gadis bernama Ayu yang kini juga sudah menjadi seorang berpakaian dan bertopeng hitam itu menjerit.
Cempaka melepaskan Sutejo yang telah terbelenggu, lalu http://kangzusi.com
dengan tangkasnya dia menerjang ke arah Bromatmojo untuk menolong kawannya. Akan tetapi kaki Bromatmojo
menendang. "Bukk... ahhh...!" Cempaka terpental dan terbanting roboh.
Akan tetapi dia sudah meloncat lagi dan kini tangan kanannya memegang sebatang pisau mengkilap yang amat runcing.
Bromatmojo berdiri dengan tenang, lengan kirinya masih mengempit leher Ayu sambil memegang pergelangan tangan kanan gadis itu yang tadi dipuntirnya ke belakang sehingga Ayu tidak mampu berkutik. Dengan sinar mata tajam
402 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bromatmojo memandang ke arah Cempaka yang telah
memegang pisau belati itu.
"Haiiiiittt!" Cempaka menerjang dan pisau belati di tangannya menghunjam ke arah Bromatmojo, namun dengan tenang "pemuda" ini menggerakkan tangan
kanannya,menampar ke arah pergelangan lengan dan kakinya juga meluncur lagi ke depan.
"Plakk! Dukk...!!" Untuk kedua kalinya tubuh Cempaka terlempar dan pisaunya terlepas dari pegangan karena lengannya terasa lumpuh terkena tamparan tangan
Bromatmojo tadi. Dia terkejut bukan main, nanar sejenak, lalu merangkak bangun,memandang penuh keraguan, lari keluar dari pintu belakang dan tak lama kemudian terdengar pula derap kaki kuda meninggalkan tempat itu.
"Nah, semua temanmu telah pergi, tinggal engkau sendiri.
Sekarang, kau beri obat penawar kepada sahabatku itu!" kata Bromatmojo sambil melepaskan wanita itu.
"Heiiiiittt!" Tiba-tiba wanita yang berpakaian hitam dan bertopeng hitam itu menyerangnya. Gerakannya gesit sekali, jauh lebih gesit daripada gerakan wanita yang menyerang dengan pisau tadi. Pantas saja wanita termuda ini menjadi pemimpin antara empat orang tadi, kiranya dia memang memiliki kelebihan, bukan saja paling muda dan paling cantik, akan tetapi melihat gerakannya juga memiliki kepandaian http://kangzusi.com
paling tinggi. Akan tetapi tentu saja dia bukanlah lawan Bromatmojo yang dapat menangkis dengan cepat dan sekaligus menampar dengan tangan kirinya, mengenai pundak wanita itu.
"Plakk! Aduhhh...!" Wanita itu menjerit, akan tetapi begitu terhuyung dia sudah meloncat lagi, gerakannya seperti burung sriti yang amat lincah, menerjang dengan kedua tangan mengirim pukulan keras.
-o0odwo0o- 403 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 30 "Plak! Plak! Bresss...!" Untuk kedua kalinya, wanita itu dapat digagalkan serangannya dengan tangkisan oleh
Bromatmojo yang kemudian mendorong sehingga wanita itu terlempar dan terbanting ke atas lantai.
"Ah...!" Wanita itu mengeluarkan seruan kaget bukan main, agaknya tidak mengira bahwa pemuda tampan itu demikian hebat ilmunya, maka dia lalu meloncat ke belakang dan hendak melarikan diri.
"Perlahan dulu! Hendak lari ke mana kau?" Bromatmojo juga meloncat dan loncatannya jauh lebih gesit sehingga dia dapat merangkul pinggang wanita itu dari belakang dan mereka terguling bersama! Dengan mudah saja Bromatmojo memegang dan menelikung kedua tangan wanita itu ke
belakang tubuh sehingga biar pun dia meronta-ronta namun sia-sia saja.
"Kau kenapa" Aku hanya minta kau menyembuhkan
sahabatku!" kata Bromatmojo.
Sejenak wanita itu tidak bergerak, lalu menarik napas panjang dan berkata,suaranya rendah menunjukkan bahwa dia tidak berdaya dan merasa kalah. "Engkau hebat sekali, http://kangzusi.com
Raden. Melawan pun tidak ada gunanya bagiku, dan pula, sahabatmu itu tanpa diobati pun nanti akan sadar sendiri."
"Aku menghendaki agar dia dapat sadar sekarang!" kata Bromatmojo.
"Baiklah, aku mempunyai obatnya."
Bromatmojo melepaskan pegangannya. Wanita itu
membalik dan memandang kepadannya melalui dua lubang di topeng itu, matanya yang bening itu bersinar-sinar penuh kekaguman, kemudian kembali dia menarik napas panjang dan mengeluarkan sebungkus obat bubuk dari dalam saku 404
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baju hitam itu, menghampiri Sutejo dan menaburkan sedikit obat bubuk pada lubang hidung Sutejo, dipandang dan dijaga oleh Bromatmojo.
Tiba-tiba Sutejo berbangkis dua kali dan dia terbangun memandang heran, lalu meloncat bangun. "Ada apa, Adi Bromo...?"
"Hemm, wanita-wanita itu ternyata adalah anggota-
anggota Sriti Kencana, Kakang. Dan hampir saja kita kena dibius."
Sutejo teringat akan semua yang dialaminya, maka melihat wanita bertopeng itu berdiri di situ, dia cepat meloncat dan biar pun wanita itu berusaha mengelak, tetap saja Sutejo telah menangkap pergelangan tangannya dan tangan kiri pemuda itu merenggut topeng dari muka itu.
"Bretttt...!" Dan nampaklah wajah cantik manis dari wanita termuda yang tadi memakai baju hijau! Sepasang mata yang bening itu memandang Sutejo dengan terbelalak, terkejut dan juga gentar.
"Hayo katakan!" Sutejo berkata, suaranya mengandung kemarahan besar. "Siapa pemimpin kalian dan siapa pula yang mencuri keris pusaka Kolonadah, dan di mana keris itu sekarang" Hayo cepat kau mengaku!"
Tiba-tiba terjadi perubahan wajah yang cantik manis itu.
http://kangzusi.com
Kalau tadinya dia kelihatan gentar, tiba-tiba sinar matanya penuh tantangan. "Kami para anggota Sriti Kencana bukanlah kaum pengkhianat dan pengecut. Kami tidak takut mati dan kalau kau hendak membunuhku, kau bunuhlah!"
Mendengar tantangan ini Sutejo makin marah. "Kau
penjahat wanita sombong! Orang seperti engkau masih bicara tentang kegagahan, bukan pengkhianat dan bukan pengecut"
Huh, kalian anggota-anggota Sriti Kencana adalah sekumpulan maling betina, menggunakan rayuan palsu untuk menjatuhkan kami. Hayo mengaku tidak?"
405 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sutejo memperkeras cekalannya pada pergelangan tangan itu dan gadis itu menyeringai. Bukan main nyerinya rasa lengannya, seperti akan hancur dalam cengkeraman tangan pemuda tinggi tegap itu. Maklumlah dia bahwa pemuda ini sakti bukan main dan dia bukanlah lawannya, akan tetapi tetap saja dia tidak mau menyerah.
"Tidak perlu banyak cakap. Bunuhlah! Aku tidak takut mati!" Sepasang mata yang bening itu bersinar-sinar penuh tantangan.
"Bagus! Aku tidak akan membunuhmu, akan tetapi aku bisa memotong hidungmu dan merobek pipi dan bibirmu!" Sutejo melepaskan gadis itu, secepat kilat dia menyambar pisau belati milik Cempaka yang tadi menyerang Bromatmojo. Ketika merasa dirinya dilepaskan gadis bernama Ayu itu cepat menyambar burung sriti emas di kepalanya, lalu
menyambitkan burung emas itu ke arah Sutejo. Kiranya hiasan kepala itu pun dapat dipergunakan sebagai senjata rahasia yang ampuh karena ketika menyambar ke arah Sutejo, burung emas itu mengeluarkan suara mengaung dan cepat sekali luncurannya, dengan patuk siap menusuk sasaran! Akan tetapi, tentu saja serangan seperti itu bukan apa-apa lagi bagi Sutejo. Dia miringkan tubuh dan ketika tangan kirinya menyambar, dia telah menangkap burung emas itu yang dia lemparkan ke arah Bromatmojo.
http://kangzusi.com
Ayu hendak meloncat dan lari, terkejut menyaksikan betapa sambitannya dihindarkan dengan demikian mudahnya. Akan tetapi tahu-tahu dia melihat bayangan berkelebat dan ketika dia mengangkat mukanya, ternyata pemuda tinggi tegap itu telah berdiri di depannya, menghadang jalan keluar melalui pintu belakang.
Karena nekat, Ayu lalu menubruk dan mengirim serangan, akan tetapi dengan tangkisan dan tamparan, kembali
lengannya dapat dipegang dan ditelikung ke belakang, dan kini pisau tajam itu ditempelkan di lehernya!
406 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bunuhlah! Bunuhlah aku!" dia menantang.
Sutejo menggeleng dan tersenyum mengejek. "Tidak,
karena aku tahu bahwa engkau tidak takut mati. Akan tetapi ingin kulihat apakah engkau tidak takut kalau hidungmu kupotong, pipi dan bibirmu kurobek dengan pisau ini!"
Wajah itu pucat sekali, matanya terbelalak ketika pisau itu kini menempel di hidungnya yang kecil mancung. Air mata menetes-netes turun dari kedua matanya.
"Nah, kau masih tidak mau mengaku dan menjawab
pertanyaanku tadi?" Sutejo mengancam.
Ayu menggeleng kepala sehingga Sutejo harus menarik kembali pisaunya agar jangan sampai mengiris hidung yang bentuknya indah itu.
"Kalau begitu, aku akan benar-benar akan membuntungi hidungmu!"
Pisau itu ditekan dan Ayu memejamkan matanya. Air
matanya turun seperti hujan menetes-netes melalui kanan kiri hidungnya.
"Tahan Kakang Tejo! Jangan siksa dia!" Tiba-tiba
Bromatmojo berkata setelah tadi dia berkedip dan bermain mata dengan Sutejo.
"Huh, kenapa kau membela penjahat wanita ini, Adi
http://kangzusi.com
Bromo" Sudah patut kalau dia kehilangan hidungnya, pipi dan bibirnya robek-robek agar dia tidak dapat menggunakan kecantikannya untuk menjebak orang lain!" kata Sutejo dan dia mendorong tubuh Ayu sehingga gadis itu terlempar ke atas pembaringan.
Ayu membuka matanya, meraba hidungnya dan dia
menangis sesenggukan ketika mendapat kenyataan bahwa hidungnya masih ada, pipi dan bibirnya belum terobek.
Akan tetapi dia takut setengah mati.
407 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bromatmojo sudah mendekatinya dan merangkulnya. "Ahh, sungguh keterlaluan sekali Kakang Tejo sahabatku itu..."
katanya berbisik mesra. "Masa orang cantik manisnya hendak dirusak mukanya. Terlalu sekali, terlalu! Pipi yang begini halus,hidung mancung dan bibir begini indah..." Bromatmojo mengambung pipi dan hidung itu, kemudian dia mengecup bibir itu.
Ayu tersedak dan membuka matanya yang tadi
dipejamkan, memandang wajah Bromatmojo yang begitu
dekat. Dia kaget bukan main ketika tadi pipi dan hidungnya diambung, bibirnya dicium. Melihat betapa sepasang mata pemuda tampan itu memandangnya demikian mesra, dia tidak dapat menahan keharuan hatinya. Dia menubruk, merangkul dan menangis di atas pundak Bromatmojo. "Ahhhh..., Raden...
saya... bukan penjahat wanita..." Dia terisak-isak.
Bomatmojo mengelus-elus rambut yang panjang hitam dan harum itu. "Hemm, tentu saja bukan, Nimas. Engkau seorang gadis yang amat manis dan gagah perkasa..." kata
Bromatmojo sambil memandang kepada Sutejo dari pundak Ayu, mengedipkan mata dan tersenyum. Akan tetapi Sutejo memandang marah, mulutnya cemberut lalu membalikkan tubuhnya dengan gerakan cepat untuk menunjukkan
kemarahannya dan kemuakannya melihat rayuan maut yang dimainkan oleh Bromatmojo kepada Ayu itu.
http://kangzusi.com
Dengan marah Sutejo mengepal tinju, duduk di atas
bangku di dalam kamar itu dengan punggung menghadap pembaringan di mana Bromatmojo sedang merayu Ayu.
"Nimas, siapakah namamu?"
Ayu terisak-isak, menahan tangisnya kemudian terdengar suaranya lirih, "Nama saya Ayu Kunti, Raden..."
"Nama yang bagus, dan tepat. Memang kau ayu sekali, Nimas. Akan tetapi orang yang cantik manis dan masih muda seperti engkau ini, kenapa menjadi anggota Sriti Kencana, 408
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahkan rela mati untuk perkumpulan itu" Aku Bromatmojo dan aku percaya bahwa engkau bukan orang jahat. Akan tetapi engkau pun harus mengerti bahwa kami juga bukan orang jahat."
"Akan tetapi sahabatmu itu..., dia begitu kejam..." kata Ayu Kunti.
"Dia" Ah, dia sedang marah karena ingat bahwa dia telah kalian bius sampai pingsan! Ha-ha, akan tetapi dia adalah seorang yang amat baik, sama sekali tidak kejam," kata Bromatmojo.
"Dan andika sendiri, Raden" Kenapa tidak pingsan
terbius..." Padahal andika juga minum dan makan ketan..."
"Aku" Tak mungkin kau dapat membius aku, Ayu. Aku
adalah racun! Aku telah minum obat penawar sebelumnya."
"Bagus! Dan kau membiarkan aku terbius, ya" Sahabat macam engkau, Adi Bromo!"
Sutejo membalik dan memandang marah.
"Maaf, Kakang. Tidak waktu untuk memberimu obat
penawar itu. Akan tetapi mari kita dengarkan penuturan Ayu Kunti. Sebagai seorang wanita perkasa dan orang baik-baik kuyakin dia suka menceritakan tentang Sriti Kencana.
Bukankah begitu, Nimas Ayu?"
http://kangzusi.com
Ayu Kunti menarik napas panjang. Menghadapi pemuda
yang begini tampan, begini halus, begini mesra, sedangkan ciumannya tadi saja sudah bisa membikin dia semaput, dia menjadi "mati kutu", tak mungkin dia mampu menolak
permintaannya. "Baiklah, akan kuceritakan, Raden..."
"Hushh, jangan menyebutku raden. Kakangmas kan lebih akrab?"
409 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah dara itu menjadi merah. Bukan main pemuda ini!
Begitu menyenangkan, begitu pandai mengelus hatinya. Ingin dia merangkul dan mencium pemuda ini kalau saja di situ tidak ada Sutejo yang masih keruh wajahnya dan marah pandang matanya.
"Terima kasih, Kakangmas!" Bromatmojo tersenyum ketika melihat sinar mata Sutejo seolah-olah hendak membakarnya!
Maka dia sengaja hendak mempermainkan sahabatnya itu dan juga untuk menundukkan hati Ayu Kunti yang dia dapat menduga seorang gadis yang penuh keberanian dan kesetiaan terhadap perkumpulan Sriti Kencana,akan tetapi juga seorang gadis yang "panas" dan tentu mau melakukan apa saja kalau sudah jatuh hati. Apalagi dia mendengar pula pernyataan Ayu Kunti ketika dia pura-pura pingsan tadi, bahwa Ayu Kunti akan hidup bahagia kalau bisa menjadi isterinya! Hal ini berarti bahwa Ayu Kunti telah tergia-gila kepadanya,maka dia sengaja merayu dengan mesra gadis ini untuk memancing keterangan darinya.
"Nah, Nimas Ayu Kunti yang cantik manis! Engkau tentu maklum bahwa sesungguhnya antara kami berdua dan Sriti Kencana tidak terdapat permusuhan apa pun, dan mungkin hanya karena keris pusaka Kolonadah itu sajalah maka kami dimusuhi oleh Sriti Kencana. Oleh karena itu, setelah kita menjadi sahabat, kau ceritakanlah sejelasnya tentang rahasia http://kangzusi.com
ini semua."
"Saya percaya sepenuhnya kepadamu, Kakangmas
Bromatmojo. Dengarlah, saya akan menceritakan semua karena sesungguhnya tidak ada rahasia yang memalukan dalam perkumpulan kami. Perkumpulan kami dikenal sebagai Sriti Kencana karena hiasan kepala yang merupakan senjata rahasia kami berupa burung sriti emas itu. Perkumpulan kami didirikan kurang lebih dua tahun yang lalu dan kami para anggota Sriti Kencana terdiri dari dua puluh wanita yang kesemuanya memiliki kepandaian pencak silat yang kemudian 410
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditambah dengan bimbingan dua orang pimpinan kami. Kami dipimpin oleh dua orang yang hanya kami kenal sebagai seorang pria dan seorang wanita yang keduanya masih muda remaja."
"Siapakah mereka?"
"Kami tidak tahu, Kakangmas. Tidak ada seorang pun di antara kami yang pernah melihat wajah mereka berdua dan karena kami tahu dari suara dan tingkah laku mereka bahwa mereka itu keduanya masih amat muda sungguh pun ilmu kepandaian mereka hebat sekali dan mereka itu sakti mandraguna, maka kami semua anggota hanya menyebut
mereka Raden Bagus dan Raden Roro saja."
"Hemm, sungguh menarik," kata Sutejo yang kini ikut pula bicara, kemarahannya agak mereda karena dia tertarik mendengarkan penuturan Ayu Kunti. "Apa saja yang dilakukan oleh Sriti Kencana?"
Ayu Kunti melirik ke arah Sutejo, akan tetapi Bromatmojo mengelus lengannya dengan mesra sehingga dara itu yang belum pernah dibelai oleh seorang pria,belum pernah disentuh tangan pria, apalagi begitu mesranya, merasa betapa seluruh bulu di tubuhnya meremang dan jantungnya berdebar tidak karuan.
"Kami melakukan semua pekerjaan yang diperintahkan oleh http://kangzusi.com
dua orang pimpinan kami itu, dan selalu pekerjaan itu merupakan pekerjaan menentang kejahatan. Terutama sekali kami harus menghajar, kalau perlu membunuh, para pejabat yang berlaku sewenang-wenang terhadap rakyatnya dan banyak lagi yang kami lakukan, akan tetapi semua itu adalah demi rakyat yang tertindas."
"Hemm, sungguh hebat dan aneh!" Bromatmojo berseru.
"Dan kalian menjadi anggota-anggota yang demikian setia dari perkumpulan aneh seperti itu" Sungguh luar biasa sekali kalau tidak ada latar belakangnya!"
411 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begini, Kakangmas. Kami sebetulnya adalah penduduk di sekitar Tuban. Ada pula yang telah bersuami, dan saya sendiri adalah anak dari seorang yogo (penabuh gamelan) yang bekerja di Kabupaten Tuban, ibu saya seorang pesinden yang terkenal. Kami, wanita-wanita yang usianya antara delapan belas sampai tiga puluh tahun, yang memiliki ilmu silat, diterima menjadi anggota Sriti Kencana oleh Raden Bagus dan Raden Roro, setelah disumpah untuk setia dan memang kami semua mempunyai tekad yang sama, yaitu memberantas
Bentrok Rimba Persilatan 5 Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Riwayat Lie Bouw Pek 10
^