Kisah Pengelana Di Perbatasan 7
Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long Bagian 7
Setiap malan saat dia tertidur di tempat tidurnya yang dingin dan keras, dia selalu berharap dia dapat pergi dan mengejar hal yang lain. Tapi sungguh-sungguh tidak ada tempat
lainmnya yang dapat dia datangi, yang dia tahu seumur hidupnya adalah untuk Gedung
Sepuluh Ribu Kuda.
Saat pertama kali Ma Fang Ling menaiki kuda, dia yang menolongnya. Sekarang, dia gadis itu menatapanya dan berteriak," Situa Jiao, kau telah bersama-sama dengan ayahku lebih lama dari yang lainnya, bagaimana kau masih belum bersuara juga?"
Sorot mata Situa Jaio dipenuhi oleh kebencian dan kesedihan juga, namun dia dapat
mengontrol dirinya. Setelah beberapa saat, dia menghela napas dan menjawab," Tidak ada yang dapatku katakan."
"Kenapa?" Ma Fang Ling bertanya.
Situa Jiao mengepalkan kedua tangannya dan menggertakan giginya saat menjawab," Aku
bukan lagi bagian dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda."
"Kata siapa?" Ma Fang Ling menanyakan.
"Majikan Ketiga." Situa Jiao berkata.
Ma Fang Ling terkejut.
"Dia telah memberikan kepada kami masing-masing kuda yang bagus dan tiga ratus tael
perak, kemudian berkata kepada kami untuk pergi." Si Tua Jiao menerangkan.
Ma Fang Ling menatapnya dengan kosong sesaat kedua kakinya terhuyung beberapa
langkah. Tidak ada lagi yang dia dapat katakan.
Ye Kai mendengarkan dengan seksama selama ini, akhirnya dia berucap," Tidak baik."
"Apanya yang salah?" Ding Ling Lin bertanya.
Ye Kai menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tiba-tiba, dia melihat asap tebal membumbung tinggi ke langit. Asap tersebut berasal dari tempat dimana bendera besar Gedung Sepuluh Ribu Kuda berada!
Asap yang tebal. Api yang besar.
Sesaat Ye Kai dan setiap orang telah berlari ke arah Gedung Sepuluh Ribu Kuda yang telah tertelan lautan api. Udara terasa agak kering, sekali api dinyalakan, maka tidak akan dapat dipadamkan. Pada api tersebut ditambahkan minyak " hal yang hanya terjadi di padang
belukar, hal yang sangat mudah terbakar.
Api telah bergerak dengan cepat hingga dua puluh atau tigapuluh gedung. Sekali terbakar, maka seluruh area segera ditelan api. Kuda-kuda berlompatan dalam keadaan panik dan
meringkik putus asa saat mereka semua mencoba mencari jalan keluar dari bencana yang hebat ini. Beberapa beruntung dapat melarikan diri namun kebanyakan mati karena tidak bisa bernapas.
Bau anyir daging terbakar menyebar dari tempat kebakaran tersebut.
Gedung Sepuluh Ribu Kuda telah hancur, benar-benar hancur.
"Orang yang menghancurkannya juga orang yang membangunnya."
Ye Kai dapat membayangkan Ma Kong Qun berdiri di dalam api dengan tersenyum dingin.
"Ini kerajaanku, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun merebutnya dari kedua
tanganku!"
Sekarang, dia telah menepati janjinya. Sekarang, Gedung Sepuluh Ribu Kuda selamanya
menjadi miliknya.
Api masih menyala, namun kedua telapak tangan Ye Kai dipenuhi oleh keringat dingin.
Siapa yang dapat mengerti apa yang dia rasakan saat ini, siapa yang dapat menebak apa yang ada di dalam pikirannya"
Ding Ling Lin menghela napas dan berkata," Karena dia tidak dapat memilikinya, maka dia menhancurkannya jadi tidak ada orang lain yang dapat memilikinya. Mungkin tindakannya ini sungguh-sungguh tidak beralasan."
Wajahnya yang putih pucat terlihat agak kemarahan karena cahaya api. Tiba-tiba sesuati terlihat oleh matanya sesaat dia berseru," Aneh, kenapa ada anak kecil disini?"
Api telah membuat seluruh angkasa menjadi berwarna merah transparan seperti batu amber.
Mathari yang berwarna merah darah tergantung tidak bergerak di tengah-tengah batu
amber. Tiba-tiba, angin berhembus kencang. Dimana ada kebakaran, disitu selalu terjadi angin kencang. Rumput-rumput yang tidak termakan api bergoyang kedepan dan
kebelakang dikejauhan. Pasir yang kuning beterbangan dari kejauhan dan menghilang ke dalam api. Suara ringkikan kuda yang sekarang masih terdengar.
Dibawah matahari yang memerah, ditengah rerumputan yang tinggi, seorang anak laki-laki berdiri ditengahnya. Dia memandangi api yang tanpa kasihan melalap rumahnya. Air
matanya sepertinya telah menguap karena panas. Dia terlihat sangat sedih.
Xiao Hu Zi. Anak itu adalah anak laki-laki Ma Kong Qun.
Ye Kai mendekatinya dan bertanya," Kau " apa yang kau lakukan disini?"
Xiao Hu Zi menengokan kepalanya memandang Ye Kai. Dia perlahan-lahan menjawab," Aku
sedang menunggumu."
"Ayah berkata kepadaku untuk menunggumu disini. Dia tahu kau pasti akan datang."
"Dimana dia sekarang" Ye Kai tidak tahan bertanya.
"Dia telah pergi " dia telah pergi ?" Xiao Hu Zi berkata.
Kesedian dan kedukaan masih terlihat diwajah anak kecil ini. Dia kelihatannya mau
menangis, namun dia dapat menahannya.
Ye Kai mencoba menghiburnya dengan memegang tangannya."Kapan dia pergi?"
"Dia telah pergi lama."
"Dia pergi sendiri?"
Xiao Hu Zi menggelengkan kepalanya.
"Siapa yang bersamanya?"
"Bibi Ketiga."
"Nyonya Ketiga Shen?"
Xiao Hu Zi menganggukan kepalanya sesaat bibirnya mulai bergetar." Dia membawa Bibi
Ketiga namun dia meninggalkanku disini. Hu " hu ?"
Sebelum anak kecil ini menyelesaikan ucapannya, tangisnya pecah. Tangisannya dipenuhi dengan kesedihan, keputusasaan, dan kemarahan. Juga terlihat rasa takut yang tidak dapat disembunyikan di dalam sorot matanya. Dia hanyalah seorang anak kecil.
Ye Kai juga merasakan rasa sakit saat dia melihatnya menangis. Ding Ling Lin mulai
membantunya mengusap air mata Xiao Hu Ji saat mengalir kepipinya.
Anak kecil itu tiba-tiba melompat ke dada Ye Kai dan meraung," Ayahku berkata kepadaku untuk menunggumu, dia mengatakan kau telah berjanji kepadanya bahwa engkau akan
menjagaku. Dan juga saudara perempuanku " benar kan" Benar kan?"
Bagaimana Ye Kai bisa berkata tidak"
Ding Ling Lin menariknya kesisinya dan berkata dengan lembut," Jangan khawatir, aku
berjanji bahwa dia akan menjaga kau."
Xiao Hu Zi menatap gadis itu, kemudian menundukan kepalanya dan bertanya," Bagiaman
dengan kakak perempuanku" Apakah dia akan menjadi kakak perempuanku juga?"
Ding Ling Lin tidak punya cara untuk menjawabnya, yang dapat dia lakukan hanyalah
tersenyum lemah.
Ye Kai baru menyadari bahwa Ma Fang Ling tidak berada dimana-mana.
Fu Hong Xue juga.
Matahari mulai terbenam di ufuk barat.
Meskipun api masih menyala, akhirnya mulai melemah.
Angin bertiup dari arah barat. Langit sore mulai merangkak ke atas.
Gedung Sepuluh Ribu Kuda yang megah sekarang bukan apa-apa lagi melainkan hanyalah
memori. Saat api padam, yang tertinggal hanyalah kuburan dan padang luas yang
menyelubungi bumi.
Dan pendiri gedung yang megah ini tidak ada dimanapun.
Apa yang menyebabkan semua ini"
Kebencian! Kadang-kadang, cinta tidak dapat melawan kekuatan kebencian.
Hati Fu Hong Xue dipenuhi oleh kebencian. Dia membenci dirinya sendiri dengan cara yang sama " mungkin orang yang paling dibencinya adalah dirinya sendiri.
Jalan panjang telah kosong. Paling tidak, dia tidak dapat melihat makhluk hidup lainnya di jalan. Setiap orang telah berlari ke arah kebakaran. Mereka takut api akan merembet ke desa. Mereka semua takut desa mereka akan berakhir seperti mayat Naga Punggung Emas "
kering dan mengkerut.
Fu Hong Xue berjalan sepanjang jalan tersebut seorang diri. Kaki kirinya melangkah
kedepan, dan kaki kanannya diseret dari belakang. Meskipun dia berjalan cukup lambat, tiada apaun yang dapat menghentikannya.
"Mungkin aku harus mencari seekor kuda."
Sesaat hal tersebut melintas dipikirannya, dia menangkap seseroang berjalan ke arahnya dari gang kecil. Seorang wanita yang cantik membawa sebuah kantong besar ditangannya.
Cui Nong. Rasa sakit yang tajam menembus hati Fu Hong Xue, karena dia telah memutuskan untuk
melupakannya. Saat dia menemukan bahwa wanita itu bekerja di gedung Xiao Bie Li, dia telah memutuskan untuk melupakannya sama sekali. Namun dia masih satu-satunya wanita di dalam hidupnya.
Sepertinya wanita itu sedang menunggunya. Wanita itu perlahan-lahan menundukan
kepalanya dan bertanya," Kau mau pegi?"
Fu Hong Xue menganggukan kepalanya.
"Mencari Ma Kong Qun?"
Dia menggangguk lagi. Bagaimana mungkin dia tidak mengejar Ma Kong Qun?"
"Apakah kau akan meninggalkan aku sendiri disini?"
Rasa sakit kembali menusuk hatinya. Dia telah memutuskan untuk tidak pernah melihatnya lagi, namun dia tidak dapat menahan diri untuk memandangnya sekali saja. Satu pandangan sudah cukup.
Matahari yang berwarna merah darah menyinari wajahnya yang putih pucat, wajahnnya
yang cantik. Matanya dipenuhi oleh keputusasaan, sepertinya mereka mencoba berkata
kepadanya," Bila kau tidak ingin membawaku maka aku tidak akan meminta. Namun aku
ingin kau mengetahui bahwa aku selalu jadi milikmu."
Kenangan manis dikegelapan, pelukan yang bergairah, bibir yang lembut dan wangi,
semuanya ini memenuhi pikiran Ye Kai sekaligus. Telapak tangannya mulai berkeringat.
Matahari bergerak turun tepat di atas kepalanya. Sinar matahari yang panas.
Cui Nong semakin menundukan kepalanya, rambutnya yang hitam dan lembut bergelombang
seperti air yang mengalir disungai.
Fu Hong Xue tidak dapat menahan dirinya seraya dia menjulurkan tangannya menyentuh
dan mengelus rambutnya.
Rambutnya hampir sehitam goloknya.
ooOOOoo Bab 26. Mati dan Hidup Sama Bila Tidak Punya Tujuan Lagi
Matahari telah menghilang dari langit, jalan raya yang panjang tersebut telah menjadi kosong dan sepi. Satu-satunya cahaya yang masih terlihat hanyalah berasal dari sebuah gedung yang kecil. Seseorang mendorong daun jendela dari dalam ruangan dan melihat ke bawah ke jalan yang telah sunyi sepi tersebut. Dia sudah tahu bahwa malam yang sunyi telah tiba.
Darah yang berceceran di jalan telah mengering. Hembusan angin menerbangkan helaian-
helaian rambut Naga Punggung Emas ke udara. Xiao Bie Li memejamkan matanya dan
menghela napas. Kemudian, perlahan-lahan menutup kembali jendelanya.
Sebuah lilin menyala di atas meja. Dia duduk di hadapan lilin tersebut dan terlihat tenang dan kesepian seperti api kecil yang berkelap-kelip ditengah kegelapan yang pekat. Cahaya lilin tersebut menerpa wajahnya sehingga membuat kerut-kerut diwajahnya terlihat lebih jelas dan dalam. Siapa yang tahu dalamnya penderitaan dan keletihan yang tersembunyi di balik tiap keriput tersebut. Siapa yang tahu betapa banyak rahasia yang tersembunyi di balik keriput tersebut.
Dia menuangkan secangkir arak dan perlahan-lahan menyeruputnya. Sepertinya dia sedang menunggu sesuatu.
Tapi, apa yang sebetulnya dia tunggu" Segala hal yang menyenangkan di dalam hidupnya telah lenyap menghilang sepanjang masa mudanya. Satu hal yang paling mungkin dia
sedang tunggu sekarang mungkin adalah kematian.
Kematian yang sepi dan sunyi kadang-kadang suatu hal yang manis!
Kegelapan malam telah tiba. Dia tidak perlu lagi berjalan ke jendela untuk melihat keluar, dia sudah dapat merasakannya. Cangkirnya saat ini telah kosong. Baru saja dia sedang
menuangkan lagi arak, dia mendengar suara yang berasal dari lantai di bawah.
Suara kartu yang sedang dimainkan.
Senyuman aneh tersembul diwajahnya, sepertinya suara itu memang sudah diharapkannya
untuk dia dengar. Dia mengambil tongkatnya dan meletakan di bawah ketiakanya, perlahan-lahan melangkah ke lantai bawah.
Lentera bercahaya di lantai bawah, seseorang nampak sedang duduk di sana, perlahan-lahan melemparkan kartu-kartu tersebut satu persatu. Pandangan aneh menyorot dari kedua
matanya. Ye Kai jarang sekali tersenyum seperti saat itu. Kedua matanya terfokus pada kartu-kartu yang berada ditangannya, bahkan dia tidak peduli untuk menolehkan matanya ke arah Xiao Bie Li yang sedang berjalan turun di atas tangga. Xiao Bie Li perlahan-lahan mendekatinya dan menarik kursi dan duduk dihadapannya seraya bertanya," Apa yang kau lihat?"
Ye Kai sedang tenggelam dalam lamunan yang dalam. Setelah beberapa saat, dia menghela napas dan menjawab," Tidak sesuatupun."
"Kenapa begitu?"
Ye Kai diam membisu. Nampaknya dia sedang menunggu Xiao Bie Li menampakan banyak
hal yang biasanya tidak dia perlihatkan. Setelah beberapa saat, Xiao Bie Li betul-betul menghela napas.
"Kau pastu sudah mengetahui sejak lama bahwa nama margaku bukanlah Xiao."
Ye Kai mengangguk.
"Orang-orang tidak dapat memilih nama marga meraka, orang-orang pun tidak punya pilihan juga." Xiao Bie Li berkata.
"Itu aku sudah mengerti, namun aku tidak mengerti apa yang kau ingin katakan
sebenarnya." Ye Kai berkata.
"Yang aku ingin katakan sebenarnya adalah kita sebetulnya mirip, namun jalan yang kita tempuh berlainan. Karena kau jauh lebih beruntung daripada diriku."
Kelihatannya dia ragu-ragu untuk sesaat, kemudian dia mengambil keputusan dan berkata,"
Karena kau bukan dilahirkan dengan marga Xi Men."
"Xi Men" Xi Men Chun?"
"Bukankah kau sudah mengetahuinya selama ini?" dia tersenyum lemah.
"Aku mengetahuinya saat wanita tua palsu tersebut mati di dalam toko Li Ma Hu."
"Oh?"
"Di hari lain saat aku menyebut nama Xi Men Chun, dia tidak menolehkan wajahnya
kearahkau, melainkan kearahmu."
"Oh?"
"Dia menolehkan wajahnya karena dia kaget bahwa seseorang telah menyebutkan
namamu." "Dan itu sebabnya kau salah mengira dia adalah Xi Men Chun saat itu."
"Setiap orang membuat kesalahan."
"Dia tidak menyangkalnya juga."
"Bagaimana dia berani untuk menyangkal saat kau masih disana?"
"Saat itu, kau masih mengira bahwa Li Ma Hu adalah Nenek Du."
Ye Kai tersenyum dan berkata," Hingga saat ini, aku masih tidak dapat menduga dimana Nenek Du bersembunyi."
"Kau mungkin tidak akan pernah dapat menemukannya."
"Kenapa begitu?" Ye Kai bertanya.
"Karena tidak ada seorangpun yang pernah mengira bahwa Nenek Du dan Xi Men Chun
adalah orang yang sama."
Ye Kai menarik napas panjang dan tersenyum masam," Aku betul-betul tidak pernah berpikir seperti itu!"
Dia menatap wajah Xiao Bie Li sekali lagi dan berkomentar," Hingga saat ini, bagaimana kau dapat menyaru dirimu menjadi seorang wanita tua."
"Bila kau dapat menduganya, maka aku pasti bukanlah Xi Men Chun."
"Tidak heran orang-orang di dunia persilatan mengatakan bahwa kau adalah satu-satunya murid dari Setan Seribu Wajah."
" Bukan murid satu-satunya."
"Oh?"
"Hanyalah anak laki-lakinya."
"Ayahmu adalah Setan Seribu Wajah?"
"Ya!"
Ye Kai menghela napas dan menegaskan," Jadi aku telah salah sejak awal."
Xiao Bie Li perlahan-lahan menganggukan kepalanya dan berkata," Setiap orang membuat kesalahan."
"Aku tidak pernah berpikir kalau Ma Kong Qun juga akan melarikan diri, aku betul-betul tidak pernah membayangkannya."
"Aku rasa dia bukannya tidak bisa dikejar." Xiao Bie Li.
"Aku juga tidak berpikir kalau dia akan kabur." Xiao Bie Li berkata.
"Kelihatannya dia jauh lebih pintar dari kita berdua. Dia telah mengetahui bahwa tidak ada seorangpun yang akan melewatkan duel antara Lu Xiao Jia dan Fu Hong Xue."
"Bila dia ingin melarikan diri, maka saat itu adalah kesempatan yang paling baik yang dia miliki."
"Atau mungin, itulah sebabnya kenapa dia pergi mencari Lu Xiao Jia."
"Oh?"
"Dia sudah mengatur pembokongan tersebut, dan sudah merencanakannya juga agar
pembokongan tersebut diketahui, sehingga tiap orang akan berpikir bahwa dia ingin
mengambil nyawa Fu Hong Xue." Ye Kai tersenyum lebar dan melanjutkan," Dan
diasumsikan tidak ada seorangpun yang mengetahui skenario ini, maka tidak ada
seorangpun yang akan curiga kalau dia akan menggunakan skenario ini sebagai tindakan pengalihan perhatian yang sangat sempurna untuk melarikan diri."
Xiao Bie Li tersenyum dan berkata," Kelemahanmu yang terbesar adalah kau berpikir terlalu banyak."
"Kau benar, yang paling baik kalau seseorang tidak berpikir terlalu banyak," Ye Kai
menjawab. Xiao Bie Li menghela napas dan bertanya," Tahukah kau apa kelemahanku yang terbesar?"
Ye Kai menggelengkan kepalanya.
"Aku berpikir terlalu banyak juga." Xiao Bie Li berkata.
"Jadi kaupun tidak pernah membayangkan bahwa Ma Kong Qun akan melarikan diri, betul
kan?" Ye Kai berkata.
Xiao Bie Li menggelengkan kepalanya.
Sorot mata Ye Kai menajam sesaat dia menyeringai dan menambahkan," Itulah sebabnya
kau mengundang Lu Xiao Jia kesini untuknya."
"Bagaimana kau mengetahuinya?" Xiao Bie Li bertanya. Dia masih terlihat tenang, dan tidak ada tanda-tanda mau menyembunyikan fakta yang sebenarnya.
"Jadi kau tidak akan menyangkalnya?" Ye Kai bertanya balik.
"Apa gunanya menyangkal kepada seseorang sepertimu. Tidak ada gunanya." Xiao Bie Li
menjawab. Ye Kai mulai tersenyum kembali, namun tidak terlihat riang seperti biasanya. Sepertinya dia merasa menyesal pada orang ini.
Xiao Bie Li menghela napas lagi dan berkata," Mungkin aku telah memilih jalan yang salah."
"Tapi kau tidak terlihat seperti orang yang telah tersandung di jalan yang salah." Ye Kai berkata.
"Hanya ada satu pilihan untuk memilih jalan yang benar, tapi banuyak sebab untuk berjalan kearah yang salah."
"Oh?"
"Setiap orang yang telah memilih jalan itu pasti memiliki alasannya masing-masing."
"Dan apakah alasanmu?"
"Aku tidak pernah punya kebebasan untuk memilih jalan yang akan aku jalani."
Raut wajah Xiao Bie Li terlihat penuh dengan tanda tanya dan rasa sakit yang dalam saat dia menatap ke kejauhan. Setelah beberapa saat, akhirnya dia melanjutkan," Mungkin beberapa orang dilahirkan untuk menjalani jalan yang memang sudah ditakdirkan untuk dijalaninya.
Orang-orang ini sama sekali tidak pernah memiliki pilihan apapun."
Senyum pahit tercetak diwajahnya sesaat dia berkata," Aku betul-betul tidak tahu apakah aku ini beruntung atau hanya sedang sial saja."
Ye Kai tidak mengucapkan sepatah katapun. Pertanyaannya sebetulnya tidak memerlukan
jawaban. "Tidak ada seorangpun di dunia persilatan yang dapat menyangkal bahwa ayahku adalah
seseorang yang memiliki bakat yang khusus. Tidak ada seorangpun yang dapat menandingi keahliannya, bahkan sampai hari ini." Xiao Bie Li berkata.
Ye Kai juga tidak dapat menyangkalnya.
"Dia menjalani kehidupannya bukan sebagai laki-laki juga bukan sebagai perempuan, juga bukan orang yang baik maupun bukan orang yang jahat. Beberapa dari mereka
menyebutnya Dewa Seribu Wajah, sementara beberapa yang lain menyebutnya Setan Seribu Wajah. Bahkan hingga kematiannya, tidak ada seorangpun yang tahu orang semacam
apakah dia."
"Bagaimana dengan dirimu?" Ye Kai bertanya.
"Aku juga bukan pengecualian. Dari semua yang aku tahu dia hanya mewariskan ilmunya
dan kemampuannya yang dia peroleh selama hidupnya, namun dia juga memberikan akan
beban yang besar."
"Beban seperti apa?"
"Balas dendam."
Membutuhkan beberapa saat untuk membuatnya mengeluarkan perkataan itu, sepertinya dia harus mengumpulkan semua kekuatannya untuk berbicara.
Ye Kai mengerti hal itu. Mungkin tidak ada seorangpuan di dunia ini yang mengerti betapa besarnya beban balas dendam itu.
"Hingga hari ini, orang-orang di dunia persilatan masih belum yakin apakah dia masih hidup atau sudah mati. Beberapa gosip mengatakan dia telah pensiun dan beristirahat di laut timur, sementara yang lainnya menyatakan dia telah mencapai keabadian." Xiao Bie Li
berkata, "Dan yang sebenarnya?"
"Yang sebenarnya dia telah meninggal beberapa waktu yang lalu."
Ye Kai tidak tahan untuk bertanya," Bagaimana dia meninggal?"
"Dibawah sebilah golok."
"Golok siapa?"
Xiao Bie Li tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap Ye Kai," Kau seharusnya sudah tahu golok siapa! Tidak banyak golok di dunia ini yang dapat merengut nyawanya!"
Paras wajah Ye Kai mengeras, karena dia memang telah tahu golok siapakah itu!
"Pendekar Bai adalah salah satu pendekar besar di dunia persilatan, tidak hanya goloknya yang tidak ada tandingannya di dunia ini, bahkan dapat dikatakan tidak ada yang pernah orang lain yang dapat menyamainya." Xiao Bie Li berkata dingin. Kata-katanya mengandung aura yang lebih tajam dari mata golok seraya dia melanjutkan," Tapi orang seperti apakah dia" Dia ?"
Ye Kai segera memotong perkataannya dan berkata," Kau tidak punya hak untuk mengkritik kepribadiannya karena opinimu bias."
"Kau salah. Aku tidak pernah membencinya. Kenyataannya, aku tidak pernah mengenalnya."
Xiao Bie Li berkata.
"Tapi kau mengharapkan kematiannya."
"Kau benar. Aku memang berharap dia mati, dan aku pasti akan memberikan apapun yang
aku miliki untuk hal itu. Tahukah kau kenapa?"
Ye Kai menggelengkan kepalanya. Bahkan meskipun dia tahupun dia tetapkan akan
menggelengkan kepalanya.
"Cinta dan benci tidaklah sama. Kau tidak dilahirkan dengan pembalasan dendam, namun bila seseorang memberikan beban pembalasan dendam kepadamu untuk kau bawa, maka
Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau akan mengerti."
"Tapi " "
"Fu Hong Xue mungkin memahami hal ini, karena pembalasan dendam yang sama yang
mendorongnya untuk membunuh Ma Kong Qun." Xiao Bie Li menghela napas dan
melanjutkan," Fu Hong Xue juga tidak pernah bertemu dengan Ma Kong Qun sebelumnya,
tapi dia juga tidak menginginkan apapun selain mengambil nyawanya!"
Ye Kai akhirnya menganggukan kepalanya." Jadi itulah sebabnya pada malam itu, belasan tahun yang lalu, kau juga berada di Pemakaman Pohon Plum tersebut.
Sorot mata Xiao Bie Li terlihat kosong dan kabur, " Betul-betul hujan salju yang lebat malam itu ?"
Kedua mata Ye Kai tiba-tiba menatapnya bersinar geram," Kau masih ingat peristiwa malam itu dengan jelas rupanya?"
"Aku selalu berusaha untuk melupakannya namun tidak pernah bisa."
"Karena kedua kakimu menjadi cacat pada malam itu, betul kan?"
Xiao Bie Li memadang ke bawah ke kedua kakinya dan berkata," Berapa banyak orang di
dunia ini yang dapat membuat cacat kedua kakiku."
"Meskipun dia dapat membuat kedua kakimu cacat, dia telah menyelamatkan nyawamu." Ye Kai berkata.
"Dia bukanlah orang yang menyelematkan nyawaku, tapi salju itu."
"Salju?"
"Salju itu membuat beku kedua kakiku, itulah sebabnya aku masih dapat hidup hingga hari ini. Jika tidak, mungkin aku telah mati membusuk sejak lama."
"Itulah sebabnya kau tidak pernah melupakan salju!"
"Aku juga tidak pernah melupakan mata golok itu."
Pandangan kengerian terpancara dari kedua sorot mata Xiao Bie Li, sepertinya pertempuran berdarah itu kembali terlihat dibalik kedua matanya.
Salju merah, merah darah " saat darah berceceran ke atas salu yang menutupi tanah, salju yang putih berubah menjadi merah. Sepertinya mata golok itu juga berwarna merah.
Kemananpun mata golok tersebut berkelebat, semburan darah pasti mengikutinya.
Butiran-butiran keringat mulai keluar dari dahi Xiao Bie Li. Keringat dingin. Setelah beberapa saat, akhirnya dia melanjutkan," Bila kau tidak melihat mata golok sendiri, kau tidak pernah membayangkan betapa mengerikannya. Itulah sebabnya pendekar-pendekar hebat dari
dunia persilatan berada disitu malam itu, lebih dari setengahnya tidak dapat keluar hidup-hidup.
"Apakah kau tahu identitas orang-orang ini?" Ye Kai bertanya.
Xiao Bie Li tidak tahu. Selain Ma Kong Qun, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya.
"Dari semua yang aku ketahui, tidak ada seorangpun dari orang-orang yang tidak memiliki rasa benci pada pendekar Bai." Xiao Bie Li berkata.
"Jadi semua orang-orang tersebut memiliki permusuhan dan kebencianterhadapnya?" Ye Kai bertanya.
"Meskipun aku mungkin bukan orang yang tepat untuk menilainya, aku memiliki hak untuk menilai goloknya!"
Kemarahan yang dalam terlihat di sorot kedua mata Xiao Bie Li, dia mengepalkan kedua tangannya sementara suaranya menjadi serak,"Golok itu seharusnya tidak berada ditangan orang hidup, golok itu seharusnya terkubur di bawah neraka ke delapan yang paling dalam!"
"Kau takut kepada golok tersebut?" Ye Kai bertanya.
"Aku hanyalah manusia, bagaimana mungkin aku tidak takut." Xiao Bie Li menjawab.
"Itulah sebabnya kau takut terhadap Fu Hong Xue, karena kau menyadari bahwa golok
tersebut seharusnya tidak jauth ke dalam kedua tangannya."
"Sayangnya hal itu terjadi seperti itu." Xiao Bie Li berkata.
"Oh?"
"Karena golok itu sangat jahat, hanya membawa kesialan dan kematian bagi pemegangnya!"
Suaranya berubah menjadi aneh, dia bersuara sepertinya dia baru saja datang dari
kedalaman neraka.
Ye Kai memecah kesunyian dan berkata sambil tersenyum," Tapi Fu Hong Xue masih hidup dan baik-baik saja."
"Dia mungkin belum mati, namun seluruh hidupnya telah terkubur di dalam golok tersebut.
Dia tidak akan pernah mengalami sedikitpun kebahagiaan karena yang ada di dalam hatinya hanya balas dendam tidak ada yang lainnya lagi!"
Ye Kai tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan ke arah jendela, dengan sekali dorongan dia telah membuka jendela. Dia merasa agak sedikit sesak, bahkan hampir tidak bisa bernapas lagi.
Xiao Bie Li menatap punggung Ye Kai dan tertawa," Tahukah kau, aku selalu mencurigaimu."
Ye Kai sama sekali tidak merespon maupun tidak membalik.
"Saat kami menyuruhmu untuk membunuh Ma Kong Qun, itu sebetulnya hanya sebuah tes."
Xiao Bie Li berkata.
"Oh?"
"Hal itu bukanlah ideku, pada malam itu sebetulnya ada seorang lainnya yang berada di atas bersamaku."
"Ma Kong Qun bersama denganmu!"
"Ya, dialah orangnya."
"Ding Qui juga merupakan salah satu pembunuh yang berada di Pemakaman Pohon Plum itu juga pada malam itu?" Ye Kai bertanya.
"Dia sama sekali tidak layak, dia hanya seorang bongkok yang serakah."
"Itulah sebabnya kalian berdua merekrutnya."
"Tapi kita tidak berhasil membayarmu. Aku cukup terkejut saat kau mengatakan kepada Ma Kong Qun apa yang telah terjadi. Uang yang aku bayarkan kepadamu tidaklah sedikit." Xiao Bie Li berkata.
"Uang tersebut cukup untuk membeli banyak orang. Sayangnya semua orang-orang tersebut telah mati sekarang."
"Tidak ada yang perlu disayangkan untuk kematian mereka."
"Yang paling disayangkan hanyalah Fu Hong Xue masih hidup sekarang, kan?"
Xiao Bie Li menatapnya dingin dan menjawab," Itupun bukanlah hal yang disayangkan juga, karena aku tahu bahwa hari itu akan tiba juga ketika Fu Hong Xue akan terbunuh di bawah golok."
"Lalu bagaimana dengan Ma Kong Qun?"
"Apakah kau pikir Fu Hong Xue akan dapat menemukannya?" Xiao Bie Li bertanya.
"Kau pikir aku tidak dapat?" Ye Kai menjawab.
"Dia selalu menjadi serigala, namun sekarang dia telah berubah menjadi seekor rubah.
Rubah tidak mudah untuk ditangkap, dan mereka juga bahkan lebih sulit dibunuh." Xiao Bie Li berkata.
"Kata-katamu tidak akan tepat bila berhadapan dengan pemiliki toko kelontong." Ye Kai berkata.
"Kenapa begitu?"
"Bila tidak ada rubah yang mati, maka dari mana datangnya kulit rubah?"
"If there weren"t any dead foxes, then where would his fox skins come from?"
Xiao Bie Li tidak mengucapkan sepatah katapun.
"Jangan lupa bahwa disana ada anjing pemburu, dan penciuman mereka pun jauh lebih
baik." Ye Kai berkata.
Xiao Bie Li mendengus dan berkata," Meskipun Fu Hong Xue memiliki hidung anjing
pemburu, satu-satunya yang dia baui hanyalah wanita yang memabukan"
"Kau maksud Cui Nong?" Ye Kai berkata.
Xiao Bie Li menganggukan kepalanya.
"Apakah kau mengatakan kalau Cui Nong berada disisinya, maka dia tidak akan dapat
menemukan Ma Kong Qun?" Ye Kai bertanya.
"Jangan lupa yang bisa ditemukan di tubuh wanita hanya perhiasan, bukanlah bulu rubah."
Xiao Bie Li menjawab.
Sekarang Ye Kai yang tidak dapat berkata-kata.
Xiao Bie Li tersenyum dan bertanya," Bisa atau tidak Fu Hong Xue menemukan Ma Kong
Qun, apa urusannya denganku" Apakah ada urusannya denganmu?"
Ye Kai jatuh membisu beberapa saat, kemudian perlahan-lahan berkata," Ada satu sebab."
"Apakah itu?"
Ye Kai akhirnya membalikan badannya dan memandang pada Xiao Bie Li," Kenapa kau
belum juga menanyakan ku siapakah aku sebenarnya?"
"Aku sudah menanyakan sebelumnya, banyak orang telah menanyakan sebelumnya."
"Kenapa kau tidak menanyakannya sekarang?"
"Sebab aku sudah tahu kalau namamu adalah Ye Kai. Margamu Ye, panggilanmu Kai. Ye
seperti pada kata daun, daun di atas pohon, kai seperti pada kata kai dalam bahagia."
"Tapi orang seperti apakah Ye Kai ini?"
"Dari yang aku tahu, dia adalah seseorang yang suka ikut campur urusan orang lain." Xiao Bie Li menjawab.
Ye Kai tertawa lebar," Kali ini kau salah."
"Oh?"
"Aku tidak sedang ikut campur urusan oran glain."
"Bukan?"
"Sama sekali bukan!"
Xiao Bie Li menatapnya, menatapnya selama beberapa saat, kemudian tiba-tiba bertanya,"
Jadi siapakah kau sebenarnya?"
"Aku sudah tahu kalau kau akan mengucapkan kata-kata itu lagi." Ye Kai berkata.
"Kau betul-betul tahu terlalu banyak."
"Kau betul-betul tahu terlalu sedikit."
Xiao Bie Li tersenyum dingin. Ye Kai tiba-tiba berjalan kearahnya, membungkukkan
badannya dan membisikan sesuatu ketelinganya. Dia berbicara dengan sangat perlahan,
selain Xiao Bie Li, tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mendengar ucapannya itu.
Setelah Xiao Bie Li mendengar ucapan yang pendek tersebut, senyum diwajahnya membeku.
Setelah Ye Kai selesai mengucapkannya, semua otot di seluruh tubuhnya menjadi kaku.
Angin bertiup menderu-deru dari luar jendela, api di dalam lentera mulai bergoyang-goyang berdansa. Cahaya lampu itu menyinari wajah Xiao Bie Li, dia terlihat menjadi seseorang yang betul-betul berbeda, berubah menjadi orang lain. Saat dia menatap Ye Kai, kelihatannya diapun telah melihat orang yang berbeda, orang lain yang betul-betul berbeda.
Tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkan paras wajah Xia Bie Li saat ini. Tidak hanya dipenuhi oleh rasa kaget dan ngeri, tapi sepertinya dia sedang jatuh ke dalam dirinya yang paling dalam. Hanya orang yang telah kalah bertanding dan bertekuk lutut yang
memiliki ekspresi wajah seperti itu.
Ye Kai menatapanya dan bertanya," Apakah kau percaya sekarang?"
Xiao Bie Li menghela napas yang panjang sementara selutuh tubuhnya sepertinya telah layu dan mengkerut. Setelah beberapa saat akhirnya dia menjawab," Aku betul-betul tahu terlalu sedikit, aku betul-betul salah."
"Seperti yang pernah aku katakan sebelumnya, setiap orang pasti membuat kesalahan sekali waktu." Ye Kai menegaskan.
Xiao Bie Li menganggukan kepalanya sambil merengut," Akhirnya aku mengerti yang kau
maksudkan sekarang. Meskipun sedikit terlambat, tapi lebih baik daripada tidak pernah tahu sama sekali."
Dia menurunkan tatapannya dan melihat kearah tumpukan kartu di atas meja. "Aku selalu berpikir kalau kartu-kartu ini dapat mengatakan segala sesuatunya kepadaku, siapa tahu ternyata mereka tidak mengatakan apapun." Kartu-kartu tersebut bersinar di bawah cahaya lampu, dia menjulurkan tangannya dan dengan ringan telah meraih semuanya.
Ye Kai menatapa kartu-kartu ditangannya itu dan berkata," Apapun yang terjadi, mereka telah menemanimu selama bertahun-tahun ini."
"Mereka telah membantu menemaniku saat aku kesepian. Bila bukan untuk mereka, aku
tidak tahu bagaimana aku melewati hari-hariku. Meskipun mereka telah membohongiku, aku tidak menyalahkan mereka sama sekali."
"Memiliki sesuatu yang telah membohongimu lebih baik daripada betul-betul seorang diri."
Ye Kai berkata.
"Kau telah cukup mengalami pencerahan. Itulah sebabnya aku merasa berbincang-bincang denganmu merupakan salah satu kesenangan yang aku peroleh di dalam hidupku." Xiao Bie Li berkata sambil tersenyum lemah.
"Terima kasih." Ye Kai menjawab.
"Aku harap aku dapat menahanmu untuk tinggal lebih lama denganku tapi aku tahu kau
tidak akan pernah setuju."
Dia menghela napas dan tersenyum pahit. Kemudian, tiba-tiba tangannya telah bergerak cepat dan meluncur ke arah pergelangan tangan Ye Kai. Gerakannya selalu terlihat indah dan tidak terburu-buru, namun gerakannya ini sangat cepat, secepat cahaya, sepertinya tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat menghindarinya. Jari-jari tangannya
seharusnya telah mencapai pergelangan tangan Ye Kai saat suara KKKKEEEPPPP terdengar, sesuatu telah menyambar kearah genggaman tangannya.
Namun ternyata itu bukanlah pergelangan tangan Ye Kai, itu adalah kotak tempat kartu.
Dengan secepat kilat, Ye Kai telah mengganti pergelangan tangannya dengan sebuah kotak.
Kotak tersebut keras dan kuat, terbuat dari kayu pilihan. Kayu seperti itu biasanya jauh lebih keras daripada tulang manusia, namun saat berada dibawah genggamannya, kotak tersebut hancur berkeping-keping seperti keju yang hancur lebur menjadi debu.
Belum lagi kepingan-kepingan kotak tersebut jatuh dari tangan Xiao Bie Li, Ye Kai telah mencelat sejauh tiga kaki darinya.
Setelah kebisuan yang cukup lama, Xiao Bie Li akhirnya mengangkat kepalanya dan berkata dingin," Kau dapat menggerakan kedua tanganmu dengan cepat dan tangkas."
"Itulah sebabnya aku betul-betul masih menginginkan mereka tergantung dipergelangan
tanganku." Ye Kai menjawab.
"Aku taruhan kau pasti memiliki hidung seekor anjing pemburu juga."
"Kau tidak akan dapat mengambil hidungku ini, juga dengan kedua tanganmu."
Tangan yang telah terbiasa memegang tongkat diketiaknya dan mengocok kartu pasti tidak akan dapat mengambil apapun dengan baik.
"Kau betul-betul ingin tinggal sementara waktu?"
"Kartu-kartumu telah menemanimu selama bertahun-tahun ini, tapi kau masih juga
menghancurkan kotaknya. Aku rasa kau betul-betul memiliki hati yang dingin."
Xiao Bie Li menghela napas panjang," Sepertinya kau juga cukup kejam."
Tiba-tiba dia meloncat ke arah Ye Kai, menghentakan tongkat kirinya ke atas lantai
sementara mengarahkan tongkat kananya ke arah depan. Sabetan tongkat besinya
sangatlah kuat dan menakutkan, seluruh ruangan terasa seperti berada dalam tekanan,
sepertinya sehembus angin yang dingin dan tajam telah menerjang keluar!
Ye Kai melompat ke arah langit-langit dan bergantung pada salah balok tiang pada ujung kakinya. Xiao Bie Li memutar badannya ke udara dan mengarahkan kedua tongkat besinya ke atas. Sejumlah senjata rahasia menyembur dengan deras dari kedua tongkat besinya ke arah langit-langit.
"Jarum Penghancur Usus"!
Jarum penghancur ususnya telah terlepas dari tongkat besinya, kedua tangannya sama
sekali tidak bergerak. Itulah sebabnya tidak ada seorangpun yang dapat melihatnya melesat.
Tidak ada seorangpun yang bermimpi dapat menghindar dari satu dari jarum-jarum yang
terseohor itu, namun dia telah menembakan jarum-jarum itu paling tidak untuk tigapuluh nyawa!
Tapi, kelihatannya Ye Kai adalah orang yang ketigapuluh satu. Tiba-tiba dia telah menghilang dari pandangan. Pada saat akhirnya dia muncul, Jarum Penghancur Usus sudah tidak terlihat lagi. Xiao Bie Li telah jatuh kembali ke kursinya, sepertinya dia sedang mencari jarum-jarum tersebut yang sudah tidak terlihat lagi.
Dia tidak dapat mempercayainya. Selama bertahun-tahun ini, Jarum Penghancur Usus hanya sekali saja gagal " malam itu di Biara Pohon Plum. Dia sangat tidak mempercayai bahwa untuk kedua kalinya telah gagal, namun dia sama sekali tidak dapat menyangkal hal ini.
Ye Kai dengan ringan melayang turun ke bawah. Tidak ada angin yang berhembus, tidak ada juga jarum-jarum yang beterbangan. Dia terlihat seperti tidak pernah terjadi apapun.
Setelah kebisuan yang panjang, Xiao Bie Li akhirnya menghela napas," Aku ingat seseorang menanyakan hal ini padamu sebelumnya, namun aku ingin menanyakannya sekali lagi."
"Tanyakanlah."
"Apakah kau manusia" Dapatkah kau disebut sebagai manusia?" Xiao Bie Li berkata sambil menatap ke arah Ye Kai.
Ye Kai tersenyum. Setiap kali seseorang menanyakan pertanyaan itu, dia selalu merasa sangat nikmat dan bahagia. Karena itu berarti dia telah melakukan sesuatu yang orang lain tidak sanggup melakukannya.
Xiao Bie Li juga tidak mengharapkan jawaban jadi dia melanjutkan," Sebelumnya, saat aku melakukan serangan sebanyak tiga kali, aku merasa tidak ada seorangpun yang dapat
menghindarinya.
"Aku tahu."
"Tapi kau sama sekali tidak membalas satu kalipun."
"Kenapa aku harus membalas seranganmu" Kau yang menginginkan kematianku, bukan aku
yang menginginkan kematianmu."
"Lalu apa yang kau inginkan?"
"Tidak ada sama sekali. Kau dapat terus tinggal disini, menjalankan bisnis bordirmu, memainkan kartumu, dan minum arakmu."
Xiao Bie Li tiba-tiba mengeraskan kepalan tangannya sesaat dia mengedipkan matanya," Aku bisa melakukan hal itu semua karena aku memiliki tujuan. Karena aku ingin melindungi Ma Kong Qun, aku menunggu orang yang datang untuk membunuhnya!"
Wajahnya mulai berkedutan karena sakit seraya dia berceloteh," Sekarang tidak ada lagi yang harus aku jaga, bagaimana aku bisa terus hidup!"
"Itu urusanmu, kau harus menanyakannya pada dirimu sendiri!"
Ye Kai tersenyum, bangkit berdiri dan membalikan badannya untuk pergi. Langkahnya tidak terlalu tangkas, namun dia tidak memalingkan kepalanya dan dia tidak berhenti. Tidak ada seorangpun diseluruh dunia ini yang dapat meyakinkan dia untuk tetap tinggal lebih lama lagi disini.
Namun yang dapat dilakukan oleh Xiao Bie Li adalah hanya berdiam dimana dia berada saat ini, dia tidak memiliki tempat untuk dikunjungi. Saat Ye Kai berjalan keluar pintu, Xiao Bie LI mulai bergetar, seperti seorang anak kecil yang baru saja terbangun dari mimpi buruk. Dia betul-betul telah bangun dari mimpi buruk, namun saat sadar terasa lebih menyakitkan daripada saat bermimpi.
Malam hari masih kelam, malam masih berlanjut. Tidak ada setitik suarapun yang terdengar, tidak ada seorangpun yang terlihat. Hanya kartu-kartu itu yang masih menemaninya. Tiba-tiba dia meraih kartu-kartu itu dan menjentikanny ake samping. Saat kartu domino itu beterbangan dari kedua tangannya, air mata mulai jatuh bercucuran dari wajahnya.
Saat seseorang tidak memiliki tujuan lagi untuk hidup, maka tidak ada bedanya antara hidup dan mati. Hal itu merupakan rasa sakit yang paling menakutkan dan paling menyedihkan.
________________________________________
Tanda-tanda datangnya pagi hari telah muncul di arah timur. Kegelapan pasti akan berlalu dan cahaya terang akan datang. Langit abu-abu telah menghilang dan menyebar, asap dan abu sudah tidak terlihat lagi. Bahkan api yang paling menakutkan sekalipun telah padam.
Orang-orang yang membantu memadamkan api telah beristirahat. Ye kai berdiri dilereng bukit dan sedang memandangi dataran luas yang melanglang dikejauhan. Dia merasa sedikit marah namun tidak ada kesediahan, karena bumi tidak akan seperti itu selamanya. Seperti juga hidup di dunia ini.
Setelah beberapa lama, kehidupan akan kembali membaik. Kehidupuan yang indah.
Pemandangan yang indah terlihat dibayangan matanya, pemandangan padang rumput yang
menghijau. Sesaat kemudian, dencing bunyi bel terdengar terhembus oleh angin. Bunyi dencing bel tersebut terasa menyegarkan dan menyenangkan, seperti juga suara gadis itu. Ding Ling Lin berjalan melangkah ke arahnya sambil menggandeng seorang anak kecil bersamanya.
"Kau memegang janjimu kali ini, kau terlalu pagi." Gadis itu berkata.
Ye Kai tersenyum, kemudian dia menatap anak kecil itu. Wajahnya dipenuhi dengan
kehidupan dan semangat. Melihat sinar cerah disorot matanya, Ye Kai merasa pasti apa yang dia perjuangkan adalah benar.
Dia berjalan ke arah mereka dan meraih tangan anak tersebut. Ye Kai ingin membawanya ke suatu tempat, tempat dimana anak kecil itu dapat mengubur kebencian dan kesedihan yang ada dihatinya selamanya.
Dia berharap saat anak itu tumbuh besar, tidak ada lagi rasa dendam di dalam hatinya, yang ada hanyalah cinta!
Rasa sakit di dunia ini disebabkan oleh kebencian yang amat besar dan cinta yang amat kecil. Selama generasi selanjutnya akan hidup dalam kebahagiaan, semua rasa sakit cukup layak untuk saat ini.
Tanda di atas papan batu masih terlihat disana, namun darah dan air mata telah mengering.
Ye Kai berdiri disamping anak kecil itu, sesaat dia berlutut di depan batu nisan.
"Ini adalah makan teman ayahmu. Kau harus ingat untuk tidak pernah memendam rasa
permusuhan terhadap keturunan dari keluarga ini."
"Aku tidak akan pernah melupakannya."
"Kau bersumpah untuk tidak akan pernah melupakannya?"
"Aku bersumpah."
Ye Kai tersenyum, dia tidak pernah tersenyum sepenuh hati seperti itu sebelumnya.
"Aku tahu, kau adalah anak yang baik."
"Aku ingin mencari ayah dan kakak perempuanku. Apakah kau akan mengajakku pergi?"
"Tentu saja."
"Apakah kau dapat menemukan mereka?"
"Kau harus ingat, selama kau memiliki keyakinan, tidak ada apapun di dunia ini yang tidak mungkin."
Senyum terpancar di wajah anak kecil itu. Senyuman seorang anak seperti sekumpulan kuda yang sedang berlarian di padang rumput, dipenuhi dengan vitalitas, cukup untuk
membesarkan hati dan mendorong rasa kemanusian.
Namun padang rumput masih tandus dan gersang, sejauh mata memandang bumi dan langit
menyatu kedalam dataran luas yang berdebu.
Apakah bendera Gedung Sepuluh Ribu Kuda akan berkibar lagi"
Angin bertiup dengan perlahan.
Ye Kai berjalan melangkah ke arah jalan raya yang kosong. Dia sudah sangat mengenal
tempat ini, hampir ketitik dimana dia akan terikat. Namun dia tidak lagi memiliki rasa takut kalau angin akan berhembus mengusirnya pergi.
Sebab Ye Kai tahu bahwa dia akan selalu kembali!
ooOOOoo Bab 27. Golok Keluar Dari Sarungnya
Musim gugur. Dikejauhan pemandangan di pegunungan, dipenuhi oleh warna musim semi
yang serupa dengan lukiran hutan pohon mapple yang merah.
Tiga puluh empat kuda, dua puluh enam orang. Para pengendara di punggung kuda tersebut bersorak-sorai, bersorak karena mereka mereka telah mencapai hutan. Kuda-kuda mereka melesat dengan cepat, para pengendara tersebut terlihat tangkas dan gesit.
Wajah mereka terlihat lelah dan letih, bahkan beberapa dari mereka terlihat terluka. Namun mereka tidak mempedulikannya, karena hadiah dari hasil pengejaran kali ini betul-betul sangat banyak dan menggiurkan.
Apa yang mereka kejar adalah darah dan keringat orang-orang lain. Apa yang mereka
peroleh, ditaruh di atas punggung beberapa ekor kuda, berupa empat puluh peti berat yang berisi penuh dengan kepingan uang perak.
Banyak orang mencaci maki mereka karena menjadi bandit dan pencuri, namun mereka
tidak mempedulikannya. Karena mereka percaya bahwa apa yang mereka kerjakan sudah
pantas " pantas merasa menjadi penjahat.
Saat penjahat mabuk-mabukan minum anggur, mereka bisanya menggunakan mangkuk
yang besar. Saat mereka makan, setiap irisan daging yang mereka makan harus di ris setebal mungkin.
Mangkuk-mangkuk anggur yang besar, irisan daging yang tebal, dan tumpukan peti uang
perak, semuanya diletakkan di atas meja, menunggu untuk dibagikan oleh pemimpin
mereka. Pemimpin mereka adalah seorang laki-laki yang hanya memiliki satu maya, itulah sebabnya dia memiliki nama panggilan Naga Satu Mata. Dia mengenakan pakaian yang berwarna
hitam, karena dia merasa pakaian hitam membuat dia terlihat menjadi lebih gagah.
Kenyataannya, dia memang seorang yang gagah. Meskipun dia cukup kasar, namun dia
selalu adil dan tidak pernah berat sebelah. Hanya orang yang adil dan tidak berat sebelah yang dapat memimpin sekelompok begal.
Tambahan lagi, dia memiliki dua orang pembantu yang siap memberikan nyawanya setiap
saat dia perlukan. Yang seorang berani dan kuat, sementara yang satunya lagi seorang yang pintar dan pandai. Yang berani dan kuat memiliki panggilan Pembantai Macan, sementara yang pintar dan pandai dipanggil Pengelana Muka Putih.
Semua begal biasanya memang memiliki nama alias. Mereka sudah sangat terbiasa
menggunakan panggilan seperti itu, karena sebagian besar dari mereka memang telah
melupakan nama aslinya.
Pembantai Macan memang sebenarnya tidak lebih pandai dari macan seperti dalam nama
panggilannya. Namun, setelah minum sebotol anggur dia menjadi seperti macan, bahkan
dua kali lebih garang. Pukulannya terkenal hebat. Bahkan diyakini, dia dapat memukul mati seekor macan yang besar hanya dengan sekali pukulannya. Meskipun hal itu tidak ada
seorangpun yang menyaksikannya, namun tidak ada seorangpun yang meragukan hal itu.
Karena orang yang menjadi korban pukulannya hingga mati tidak sedikit. Pada misi kali ini, Pemimpin Kedua Ekspedisi Zhenyuan, yang memiliki nama panggilan Berlian Besi dipukul mati hanya dengan sekali pukulan. Itu sebabnya dia memperoleh uang perak yang terbanyak kali ini, sebagai hadiah atas kontribusinya.
"Saat Berlian Besi berhadapan dengan pukulan Pemimpin Kedua kita, dia menjadi seperti kertas yang kusut."
Pembantai Macan tersenyum, dia merasa sangat bahagia.
Tiba-tiba, dia menyadari bahwa semua tawa dan pujian terhenti. Setiap pasang mata
menatap ke arah pintu utama yang besar. Sesaat dia menatap pintu tersebut, tawanya
terhenti juga. Dia benar-benar tidak mempercayai kedua matanya.
Seseorang berjalan perlahan-lahan melalui pintu utama di ruangan tersebut. Seseorang yang seharusnya tidak pernah muncul di sini.
Seorang wanita, wanita cantik yang saking cantiknya membuat setiap pria lupa untuk
menarik napas. Sarang Naga dan Macan, yang tersembunyi dibalik hutan mapple yang lebat yang dikelilingi oleh area perbukitan, menyerupai seekor binatang buas dengan rahan yang terbuka. Menanti siapapun untuk dimangsa. Dan para begundal yang berdiam di tempat tersebut juga seperti sekumpulan binatang buas.
Siapa yang ingin diganyang oleh sekumpulan binatang buas" Itulah sebabnya kenapa orang asing sangat jarang berkeliaran di daerah tempat tinggal para begundal ini. Bahkan, burung-burungpun sangat jarang beterbangan di atas daerah ini.
Namun wanita tersebut berdiri disana, wanita misterius itu keliaran di sarang binatang buas.
Dia mengenakan baju yang berwarna hijau yang sangat indah yang terbuat dari bahan yang terbaik. Rambutnya yang panjang dihiasi dengan mutiara yang bersinar, yang membuat
Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rambutnya menjadi lebih hitam dan kulitnya menjadi lebih putih. Dia memperlihatkan
senyumnya yang termanis diwajahnya namun ekspresi wajahnya memperlihatkan
kematangan dan kewibawaan. Dia mulai melangkah memasuki gedung, langkahnya pendek-
pendek dan gemulai, sepertinya dia sedang berjalan diatas kuntum bunga teratai. Dia seperti seorang putri bangsawan yang sedang memasuki ruangan perjamuan yang diadakan untuk
menghormati dirinya.
Setiap pasang mata melekat kepadanya. Mereka bukanlah laki-laki yang belum pernah
melihat wanita sebelumnya, namun mereka betul-betul tidak pernah melihat wanita seperti ini.
Meskipun pemimpin mereka isi kepala yang cerah, secerah mentari pagi, jarang sekali dia terperangah seperti itu. Dia memeluk tangannya sendiri dan menoleh ke arah Pembantai Macan. Pembantai Macan menggebrakan tangannya ke atas meja dan berseru," Orang
macam apa kau?"
Si cantik bergaun hijau hanya tersenyum dan menjawab perlahan," Memang kalian tidak
dapat melihat bahwa aku seorang wanita?"
Dari kepala hingga jari kaki, dia betul-betul seorang wanita. Bahkan orang butapun dapat mengatakan bahwa dia seorang wanita.
"Kenapa kau ada disini?" Pembanti Macan bertanya.
"Kami ingin berdiam disini selama tiga bulan, apakah tidak apa-apa?"
Wanita ini pasti sudah gila, dia ingin tinggal di sarang begundal selama tiga bulan"
"Aku menginginkan ruangan terbaik yang kau miliki. Sprei dan kelambu harus diganti paling sedikit dua kali sehari. Kami sangat terbiasa dengan kebersihan, namun tidak terlalu cerewet dengan makanan. Kami sudah puas selama tersedia daging sapi dalam setiap hidangan kami tiap hari. Tapi kita menginginkan potongan daging yang terbaik, karena selama ini daging yang kita makan di tempat lain tidak enak. Kami tidak minum anggur saat siang hari, tapi kami menginginkan beberapa botol anggur dimalam hari. Lebih baik kalau anggur Persia dan anggur Bambu Hijau yang sudah berumur 30 tahun."
?"" "Saat kami tidur, kami menginginkan penjagaan beberapa orang selama tiga shift, tapi mereka tidak boleh membuat suara sedikitpun yang dapat mengganggu kami. Karena kami
susah tidur, dan butuh waktu beberapa saat untuk tidur lagi bila kami terjaga. Yang lainnya kami tidak ambil peduli. Kami tahu bahwa kalian semua adalah begunda,"
Setiap orang menatapnya dengan tercengang sesaat dia berceloteh, sepertinya mereka
mendengar nyanyian gila yang dinyanyikan untuk dirinya sendiri. Namun wanita itu berbicara dengan tenang dan alamiah, dan keinginannya itu bukanlah hal yang aneh juga.
Ketika akhirnya dia selesai berbicara, Pembantai Macan meledak tawanya dan berkata,"
Memangnya kau pikir ini tempat apa" Penginapan" Restoran?"
"Kami tidak membawa uang." Si cantik bergaun hijau berkata.
"Apakah kau juga ingin kami memberikan uang perak?" Pembantai Macan mengejek.
"Bila kau tidak mengingatkanku, aku pasti sudah melupakan hal itu. Kami juga menginginkan uang perak di atas meja itu." Wanita itu menambahkan sambil tersenyum.
"Seberapa banyak?"
"Cukup setengahnya saja."
"Apakah kau yakin setengahnya tidak terlalu sedikit?"
"Seperti yang aku katakan sebelumnya, kami bukan orang yang minta berlebihan."
Pembantai Macan kembali tertawa, sepertinya dia tidak pernah mendengar hal yang paling menggirankan sebelumnya. Setiap orang disana mulai tertawa juga. Hanya Naga Satu Mata dan Pengelana Muka Putih yang masih memperlihatkan ekspresi seirus diwajah mereka.
Wajah Pengelana Muka Putih bahkan terlihat lebih pucat sesaat tiba-tiba dia bertanya," Kau selalu mengatakan kami, berapa orang yang bersamamu?"
"Hanya berdua." Wanita itu menjawab.
"Siapakah orang yang satu lagi?"
"Tentu saja suamiku. Siapa lagi yang bersama denganku kalau bukan suamiku."
"Lalu dimana dia?"
"Dia berada diluar."
Pengelana Muka Putih tersenyum dan bertanya," Kenapa dia tidak masuk saja ke dalam
bersamamu?"
"Wataknya sangat berangan, aku takut akan melukai kalian."
"Apakah kau yakin bukan sebaliknya, kalau kau takut kami yang akan melukainya?"
Pengelana Muka Putih berkata sambil menyeringai.
"Apapun itu, hari ini aku datang sebagai tamu, bukan sebagai seseorang yang cari gara-gara."
"Jadi kau datang ke tempat yang tepat, kami bukan orang yang suka cari ribut." Paras wajah Pengelana Muka Putih mulai kesal, seraya dia melanjutkan," Kami hanya suka membunuh!"
Hutan pohon maple masih terlihat dihalaman luar. Seseorang berdiri di tengah-tengah
halaman, menatap pegunungan dikejauhan.
Cahaya matahari pagi terhalang kabut yang biru gelap, dikejauhan pegunungan berwarna abu-abu pucat. Beberapa titik-titik hijau tampak dari dataran yang abu-abu tersebut. Pada musim gugur ini, cahaya matahari selalu terlihat melankolis.
Pandangan kedua mata orang tersebut juga terlihat sendu dan buram seperti pegunungan dikejauhan. Kedua tangannya memeluk dirinya sendiri hingga ujung jarinya ke punggungnya.
Dia bahkan terlihat lebih jauh dari pada jarak pegunungan disana, sepertinya dia berada dibukan bagian di dunia ini.
Cahaya matahari terakhir menyinari dengan hambar ke atas wajahnya. Keriput di wajahnya terlihat dalam dan banyak sekali. Setiap keriput diwajahnya sepertinya menyimpan tragedi dan kesedihan yang tak terhitung banyaknya. Mungkin dia semakin bertambah tua, namun dia masih berdiri tegak dan lurus dan postur tubuhnya memancarkan aura yang berwibawa dan kuat.
Dia tidak terlihat terlalu tinggi atau sangat tegap, namun kekuatan yang terpancar dari tubuhnya memancarkan kewibawaan dan kehoramatan. Sayanya semua begundal itu tidak
pernah memberikan rasa hormatnya pada siapapun.
Pembantai Macan tertawa lebar dan berseru," Bila aku tidak dapat membunuhnya dengan
sekali pukukran, maka aku akan memanggil kalian berdua sebagai nenek moyangku dan
akan memperlakukan kalian seperti itu selama tiga tahun."
"Kenapa kau tidak langsung mencobanya dan melakukannya?" Si cantik bergaun hijau
menjawab. "Kau tidak takut akan menjadi janda?" Pembantai Macan sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Dengan tertawa lebar dia melangkah lebar ke arah orang tua tersebut. Dia memiliki badan yang besar dan tinggi, dan ketawanya memekakan seluruh ruangan.
Namun sepertinya orang tersebut tidak memperhatikannya sama sekali, sepertinya dia tidak mendengarkan ketawanya juga sama sekali. Ekspresi wajahnya bahkan terlihat lebih serius dan lelah. Area tersebut terlihat sangat tenang "
"Bila kau mencari tempat untuk beristirahat, diam saja disini sesukamu. Namun aku harus memperingatkanmu bahwa disini tidak ada tempat tidur, tapi peti mati." Pembantai Macan mengejek.
Orang tua tersebut menjawab tanpa meliriknya sama sekali," Bila kau tidak dapat membantu kami, maka kami akan pergi."
"Sekarang kau sudah disini, kau pikir dapat pergi sesuka hatimu?"
Senyum yang tajam tersungging diujung mulut orang tua tersebut seraya menjawab," Jadi sebaiknya aku menunggu disini."
"Apa yang kau tunggu?"
"Pukulanmu."
"Jadi kau tidak perlu menunggu lebih lama."
Pembantai Macan melayangkan pukulannya dengan cepat. Betul-betul pukulan yang
mematikan, cepat, tepat dan sangat kuat. Sangat bertenaga. Sebelum pukulan tersebut
mencapai sasarannya, udara yang bergerak karena tenaga pukulan tersebut berhembus
meniup rambut di kepala orang tua tersebut.
Orang tua tersebut tetap tidak bergerak, bahkan diapun sama sekali tidak berkedip. Dengan tenang dia memandangi datangnya pukulan tersebut mendekat kearahnya, kemudian
tersenyum dan mengeluarkan pukulannya. Dia lebih pendek, dan pukulannya terlihat lebih lambat. Namun sebelum pukulan Pembantai Macan masih tiga inchi lagi darinya, pukulan si orang tua tersebut telah menghajar tepat ke hidung Pembantai Macan.
Setiap orang pasti mendengar suara tulang patah yang sangat menyakitkan. Sesaat suara tersebut terdengar, tubuh Pembantai macan yang besar dan berat telah melayang ke udara, setiap orang dapat melihat bahwa hidungnya telah penyok melesek ke dalam mukanya dan seluruh wajahnya sudah tidak karuan bentuknya.
Orang tua tersebut masih tidak memalingkan pandangannya ke arahnya. Dia menarik
selendang sutranya dan mengelap darah yang berada ditangannya sambil meneruskan
pandangannya ke araha pegunungan dikejauhan. Kedua matanya tetap sama sendu dan
buram, seburam warna pegunungan tersebut.
Ekspresi wajah Naga Mata Satu berubah. Setelah peristiwa mengejutkan itu berlalu, seluruh begundal diruangan itu berteriak dan siap untuk menghajar orang tua tersebut. Namun
Pengelana Muka Putih menahan mereka, sesaat dia membisikan beberapa kata ke telinga
Naga Mata Satu.
Naga Mata Satu ragu-ragu sejenak, kemudian dia menganggukan kepalanya. Dia
mengangkat jempolnya dan tersenyum.
"Hebat! Kemampuan yang hebat. Kami tdak dapat mengundang tamu sehebat itu bahkan
bila kita menginginkannya sekalipun. Bagaimana mungkin kita menolak anda untuk tinggal."
"Aku tahu kalau saudara besar pasti akan diterima sebagai tamu terhormat." Pengelana Muka Putih berkata sambil tersenyum.
Naga Mata Satu berjalan kearah orang tua itu dan menyoja," Bolehkan aku mengetahui
nama sahabat yang terhomat?"
"Kau tidak harus mengetahui siapakah aku ini dan kita bukanlah sahabat." Orang tua itu menjawab dengan dingin.
Ekspresi wajah Naga Mata Satu tidak berubah dan dengan sederhana melanjutkan," Berapa lama anda berencana akan tinggal disini sebagai tamu kami?"
"Kau tidak perlu khawatir, kami sudah mengataknnya bahwa kami hanya tinggal disini
selama tiga bulan." Si cantik bergaun hijau memotong." Saat kita sudah tinggal selama tiga bulan, kita tidak akan tinggal lebih lama lagi, bahkan meskipun kau meminta kami untuk tetap tinggal."
Namun wanita itu juga tahu kalau tidak ada seorangpun yang akan mencoba menahan
mereka. "Setelah tiga bulan, kemana kalian akan pergi?"
"Apapun masalahnya, selama tiga bulan ini ada banyak hal yang kami khawatirkan. Kenapa harus pusing-pusing memikirkan yang setelah tiga bulan, sekarang ini."
________________________________________
Dia perlahan-lahan berjalan maju. Kaki kirinya melangkah, dan kaki kanannya terseret dari belakang. Tangannya mengenggam dengan erat goloknya. Golok hitam yang pekat!
Kedua matanya juga hitam pekat, gelap dan tidak dapat diduga, sama seperti malam yang sebentar lagi datang.
Malam musim gugur, gang yang sempit.
Dalam keadaan seperti ini, dia telah berjalan kesemua jalan dan gang yang tidak terhitung lagi jumlahnya. Berapa lama lagi dia harus berkelana"
Dia sama sekali tidak mendengar tentang orang yang sedang dia cari. Dan dia telah bertanya berkali-kali hingga tidak terhitung lagi jumlahnya.
"Apakah kau melihat seorang tua?"
"Setiap orang pasti pernah melihat orang tua, tahukah kau berapa banyak orang tua di dunia ini"
"Tapi orang tua ini berbeda, keempat jari pada salah satu tangannya telah buntung."
"Aku tidak melihat orang tua seperti itu."
Apa yang dia bisa lakukan hanya meneruskan mencari.
Wanita itu menundukan kepalanya dan perlahan-lahan mengikutinya dari belakang.
Sepertinya wanita itu tidak ingin berjalan disisinya, dia hanya merasa bahwa laki-laki itu juga sepertinya tidak mengijinkan dia berjalan disisinya. Meskipun dia tidak pernah berkata-kata, namun dia selalu memperlakukan wanita itu seperti agak jijik.
Mungkin, bukan kepada wanita itu dia merasa jijik, namun pada dirinya sendiri.
Wanita itu tidak pernah mengajari atau mencoba untuk meyakinkan dia itu berhenti mencari.
Dia hanya mengikutinya membisu dari belakang. Mungkin wanita ini juga sudah tahu bahwa laki-laki itu tidak akan pernah dapat menemukan orang yang dicarinya.
Di sisi jalan yang lebar di luar gang yang kosong, cahaya lentera terang benderang dan menerawang kemana-mana.
Apa maksudnya membuat penerangan seterang itu" Bila bukan karena hendak mencari
informasi, mungkin dia lebih suka untuk berdiam di dalam gang yang gelap itu. Keduanya akhirnya berjalan keluar.
Sinar mata wanita itu seraya menjadi cerah, senyuman tersungging dibibirnya yang indah, seluruh tubuhnya kembali hidup. Wanita itu tidak seperti laki-laki itu. Dia menikmati perayaan, dia menikmati kemewahan dan dia menikmati pujian. Meskipun pada awalnya dia selalu terlihat menolak, sebenarnya dia hanya berusaha untuk meningkatkan daya jualnya.
Wanita itu mengetahui bagaimana membuat para pria jatuh kedalam pelukannya. Pria
biasanya tidak akan pernah jatuh ke dalam pelukan seorang wanita yang dianggap rendah olehnya.
Rumah makan sudah sangat ramai malam itu. Kalau kau hendak mencari informasi, tidak
ada tempat yang lebih baik disana. Dan jalan ini memiliki lebih banyak rumah makain
dibanding di jalan lainnya.
Keduanya berjalan keluar dari gang dan memasuki jalan, kemudian tiba-tiba terdengar suara berteriak," Cui Nong!"
Dua orang turun dari salah satu rumah makan. Dua pria yang mengenakan pakaian yang
bagus, yang satu memiliki golok di sampingya, dan yang satu lagi memiliki pedang
dipinggangnya. Yang memiliki golok menggapai lengannya dan bertanya," Cui Nong, apa yang kau lakukan disana" Kapan kau tiba disini" Aku kan sudah katan sebelumnya, berhenti saja bekerja dikota kecil ini. Seorang wanita secantik dirimu kalau bekerja di kota besar, aku jamin tidak sampai dua tahun kau pasti m\bisa mengumpulkan sekarung emas dan perhiasan."
"Kenapa kau tidak mau bicara" Kita kan teman lama" Jangan katakan kau sudah melupakan ku!"
Orang yang memiliki golok sudah minum anggur beberapa gelas dan baru saja mencaci maki dan teriak-teriak ditempat umum itu dan sepertinya menginginkan setiap orang tahu bahwa dia adalah teman dari wanita cantik itu.
Cui Nong tetap menundukkan kepalanya dan menatap sesekali ke arah Fu Hong Xue.
Fu Hong Xue tidak memutar kepalanya. Dia telah berhenti berjalan dan tangan yang
menggenggam goloknya telah mengeras dan dipenuhi oleh pembuluh darah yang
membesar. Orang yang memiliki golok menatapnya, kemudian balik melihat Cui Nong dan akhirnya
mengerti. "Tidak heran kau tidak berkata sepatah katapun, kau telah menemukan seorang pria. Tapi kenapa kau tidak berusaha mencari dengan keras, kenapa kau malah berhubungan dengan
pria pincang ini"
Sebelum kata-katanya selesai diucapkan, dia melihat tatapan Cui Nong telah berganti
menjadi tatapan ketakutan. Dia mengikuti arah tatapan mata Cui Nong dan dia melihat
sepasang mata yang lain. Sepasang mata ini tidak terlalu besar, juga tidak terlalu tajam, namun memancarkan sorot mata yang dingin.
Pemilik golok tersebut bukanlah orang yang pengecut, dan dia juga sudah mabuk setelah menenggak beberapa gelas arak, namun saat kedua matanya memandang padanya, dia
tidak dapat menahan diri bahwa kedua tangannya telah berubah menjadi dingin.
"Fu Hong Xue menatapnya dingin dan tiba-tiba bertanya," Nama keluargamu Peng?"
"Apa urusannya denganmu?" Pemilik golok menjawab tajam.
"Kau satu dari Lima Golok Maut Macan dari Shanxi, keluarga Peng?"
"Kau mengenaliku?" Pemilik golok bertanya.
"Aku tidak mengenalimu sama sekali, namun aku mengenali golok itu!" Fu Hong Xue
menjawab dingin.
Golok tersebut memiliki ornamen dan hiasan yang berlebihan, seperti halnya pakaian yang dia kenakan. Ukuran golok tersebut aneh, kepala lebih besar dari pada bagian badanya yang lebih ramping sementara sarungnya dihiasi dengan lima macam warna kain satin.
Pemilik golok mengangkat dadanya, berkata padanya," Betul sekali, akulah Peng Lie!"
Fu Hong Xue perlahan-lahan menganggukan kepalanya dan berkata," Aku sudah mendengar
tentangmu."
Peng Lie memperlihatkan senyumnya dan menjawab," Seharusnya memang begitu."
"Aku juga mendengar bahwa Keluarga Peng dan Ma Kong Qun adalah sahabat." Fu Hong
Xue berkata. "Dia tepatnya adalah sahabat dari keluarga kami." Peng Lie berkata.
"Apakah kau pernah ke Gedung Sepuluh Ribu Kuda?"
Tentu saja dia pernah kesana sebelumnya, kalau tidak bagaimana dia bisa mengenal Cui Nong"
"Tahukah kau dimana Ma Kong Qun?" Fu Hong Xue menyelidik.
"Dia tidak berada di Gedung Sepuluh Ribu Kuda?"
Peng Lie terlihat terkejut, diapun belum mengetahui apa yang terjadi dengan Gedung
Sepuluh Ribu Kuda.
"Kau juga kenal dengan Majikan Ketiga?" Peng Lie bertanya.
Fu Hong Xue perlahan-lahan tersenyum. Kedua matanya bergerak ke arah golok Peng Lie
seraya berkata," Golokmu betul-betul enak dilihat."
Ekspresi gembira tersembul dibalik wajah Peng Lie. Goloknya tentu saja lebih menarik dibanding golok Fu Hong Xue.
"Sayangnya golok bukan dimaksudnya untuk dikagumi." Fu Hong Xue berkata.
"Lalu untuk apa?"
"Memangnya kau tidak tahu golok digunakan untuk membunuh?" Fu Hong Xue berkata.
"Kau pikir golok ini tidak dapat membunuh?" Peng Lie bertanya.
"Paling tidak aku tidak pernah melihatnya."
Paras wajah Peng Lie berubah," Jadi kau ingin melihatnya membunuh?"
"Betul sekali." Fu Hong Xue menjawab.
Paras wajahnya juga berubah. Menjadi pucat, saking pucatnya hampir seperti transparan.
Peng Lie memandang wajahnya dan tidak sadar telah mundur selangkah.
"Dan bagaimana dengan golokmu, kau pikir bisa digunakan untuk membunuh?" Peng Lie
berkata dengan lantang. Semakin dia takut, semakin keras suaranya.
Pada titik ini, Fu Hong Xue tidak berkata sepatah katapun. Dia tidak ingin berkata-kata lagi, kata-kata selanjutnya yang dia ucapkan mungkin berasal dari goloknya! Kata-kata yang diucapkan dengan golok biasanya lebih efektif dari pada yang diucapkan oleh mulut.
Temannya yang memiliki pedang dipinggangnya adalah seorang yang tampan. Dia tinggi dan memiliki sepasang alis mata yang tebal. Wajahnya selalu memperlihatkan penghinaan,
sepertinya tidak ada seorangpun yang pantas menghabiskan waktunya.
Selama ini dia berdiam diri namun tiba-tiba dia berbicara." Seseorang mengucapkan hal yang sama sebelumnya."
"Mengatakan apa?" Peng Lie bertanya.
"Mengatakan goloknya tidak dapat membunuh."
"Siapa yang mengatakan hal itu?"
"Seseorang yang saat ini sudah mati."
"Siapa?"
"Gong Sung Duan!"
"Gong Sung Duan sudah mati?" Peng Lie bertanya dengan terkejut.
"Dia terbunuh dibawah golok." Pendekar muda itu menjawab.
Butiran keringat tiba-tiba muncul di dahi Peng Lie.
"Dan tambahan lagi, Majikan Ketiga telah terusir keluar dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda."
Pendekar Muda itu menambahkan.
"Bagaimana " bagaimana kau tahu semua ini?" Peng Lie bertanya.
"Aku baru saja kembali dari daerah tenggara."
Fu Hong Xue menatap ke arah pendekar muda itu dan seraya bertanya," Urusan apa yang
kau lakukan disana?"
"Aku sedang mencari dirimu." Pendekar Muda itu menjawab.
Kali ini Fu Hong Xue tidak terlihat terkejut.
"Aku ingin bertemu denganmu." Pendekar Muda itu berkata.
"Kau pergi kesana hanya untuk bertemu denganu?" Fu Hong Xue bertanya.
"Aku tidak ingin bertemu denganmu, aku ingin melihat mata golokmu! Aku ingin tahu
seberapa cepat golokmu!"
Genggaman Fu Hong Xue mengeras, wajahnya menjadi semakin pucat.
"Nama keluargaku Yan, namaku Yuan Qing Feng. Keluarga Yuan dan Gedung Sepuluh Ribu
Kuda adalah sahabat yang sangat baik."
Fu Hong Xue menganggukan kepalanya dan berkata,"Aku mengerti."
"Kau seharusnya mengerti." Yan Qung Feng berkata.
"Apakah kau masih ingin menyaksikan mata golokku?" Fu Hong Xue bertanya.
"Ya."
"Yes."
Fu Hong Xue menurunkan tatapannya dan menatap ke arah tangan yang menggengam
goloknya. "Kau masih tidak ingin menarik golokmu?"
"Baiklah, tarik pedangmu lebih dahulu!"
"Jurus pedang Tianshan tidak pernah menarik pedangnya lebih dahulu!" Yuan Qing Feng
menjawab dengan angkuh.
Paras wajah aneh menyelimuti muka wajah Fu Hong Xue seraya dia bergumam,"Tianshan "
Tianshan"!"
Kedua matanya berkelana ke kejauhan, sorot matanya dipenuhi dengan duka dan kesedihan.
"Tarik golokmu!" Yuan Qung Feng meminta.
Kedua tangan Fu Hong Xue bahkan menjadi semakin gemetar. Goloknya berada di tangan
kirinya sesaat sekonyong-konyong tangan kanannya meraih gagangnya. Peng Lie secara
tidak sadar mundur lagi selangkah. Kedua mata Cui Nong membesar dan dipenuhi
kegelisahan. Ekspresi wajah Yuan Qing Fen tidak berubah sama sekali, namun tangannya menggengam dengan erat gagang pedangnya.
"Tianshan " Tianshan ?"
Tiba-tiba golok telah berkelebat! Hanya ada sekali kelebatan!
Sesaat dia telah melihat kilatan cahaya yang lebih cepat dari kilat, golok telah kembali kesarungnya.
Angin berhembus dengan keras. Segaris sutra merah telah terlempar ke angkasa. Sutra
merah yang menghiasi pedang Yuan Qing Feng telah terpotong.
Kepala Fu Hong Xue masih menunduk, kedua matanya masih menatap ke arah golok yang
masih digenggamnya," Dan sekarang kau sudah melihat mata golokku."
Masih tidak ada perubahan pada ekspresi wajah Yuan Qing Feng, namun keringat dingin
sudah mengalir turun dari dahinya.
"Golokku bukan untuk dikagumi, namu aku membuat pengecualian untukmu." Fu Hong Xue
berkata. Yuan Qing Feng tidak berkata sepatah katapun. Perlahan-lahan dia berbalik dan berjalan ke belakang salah satu rumah makan. Dia masih belum melihat mata golok Fu Hong Xue, yang dia lihat hanya kilatan mata golok yang berkelebat. Namun, itu sudah cukup. Orang tersebut telah pergi, namun satu atau dua helai sayatan sutra merah masih melayang-layang tertiup angin.
Tangan Peng Lie yang memegang golok masih dibasahi oleh keringat.
Pandangan Fu Hong Xue berbalik kearahnya seraya bertanya," Kau sudah melihat golokku?"
Peng Lie menganggukan kepalanya.
"Sekarang aku ingin melihat golokmu." Fu Hong Xue berkata.
Peng Lie menggertakan giginya. Suara yang timbul dari gertakan giginya seperti suara yang timbul saat sebilah golok sedang diasah.
Tiba-tiba terdengar suara keras," Tidak ada hal yang menarik mengenai golok."
Sebuah tandu perlahan-lahan bergerak dari jalan dan berhenti. Suara tersebut berasal dari dalam tandu itu. Suara seorang wanita, suara seorang wanita yang merdu. Tapi pemilik suara itu tidak terlihat. Jendela tandu tersebut tertutup.
"Kalau tidak ada yang menarik mengenai golok, lalu apa yang harus dilihat?" Fu Hong Xue bertanya dingin.
Suara dari dalam tandu menjawab,"Aku lebih tertarik untuk melihat yang lain dari pada sebuah golok."
Tidak hanya suaranya yang berbunyi seperti bel, namun disana benar-benar ada suara bel berdenting. Denting suara bel yang jernih muncul sesaat orang tersebut melangkah keluar dari tandu, seperti kuntum bunga teratai yang sedang mekar. Dia mengenakan gaun warna putih yang indah, pinggangnya dihiasi dengan bel yang berdenting.
Ding Ling Lin. Alis mata Fu Hong Xue terangkat seraya berseru," Rupanya kau?"
Mata Ding Ling Lin bergerak-gerak dengan lincah sesaat menjawab dengan riang," Aku
terkejut kau mengenaliku."
Fu Hong Xue sebetulnya tidak mengetahui siapa wanita itu, dia hanya teringat kalau wanita itu bersama Ye Kai.
Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak ada yang menarik melihat sebuah golok sebab itu bukanlah Lima Golok Maut Macan."
Ding Ling Lin berkata sambil tersenyum.
"Bukan?"
"Kalau kau ingin melihat Lima Golok Maut Macan yang sebenarnya, kau harus pergi ke
Gedung Lima Tingkat di daerah perbatasan."
Dia tiba-tiba berbalik ke arah Peng Lie dan berkata," Dia tidak ingin melihat golokmu lagi, lebih baik kau pergi saja dan minum arak, Sikecil Ye sudah menunggumu."
"Sikecil Yee?"
"Sikecil Yee sudah mengundang beberapa orang tamu malam ini, kita termasuk tamunya."
Ding Ling Lin menjelaskan.
Dia tersenyum dan menambahkan," Dia tidak menyukai tamu yang mati, dan pastinya dia
juga tidak ingin tamunya mati."
"Ye Kai?" Fu Hong Xue bertanya.
"Siapa lai?"
"Dia berada disini juga?"
"Dia ada di dalam rumah makan Surga Keberuntungan. Dia pasti senang sekali bertemu
denganmu."
"Dia tidak akan bertemu dengan ku." Fu Hong Xue berkata.
"Kau tidak pergi?"
"Aku bukan tamunya."
Ding Ling Lin menghela napas," Bila kau tidak ingin pergi, maka tidak ada apapun yang dapat memaksamu pergi, hanya saja ?" dia mengerdipkan matanya ke Fu Hong Xue dan
melanjutkan," Tamu-tamu yang dia undang hari ini, mereka orang-orang yang suka
bepergian dan pasti merupakan sumber informasi yang bagus. Mungkin tidak ada tempat lain yang lebih baik sebagai sumber informasi."
Fu Hong Xue tidak berkata-kata lagi. Dia berbalik dan berjalan ke arah rumah makan Surga Keberuntungan. Kelihatannya dia telah melupakan seseorang telah menunggunya.
Ding Ling Lin menatap Cui Nong dan menghela napas," Dia kelihatannya sudah
melupakanmu."
Cui Nong tersenyum dan menjawab," Tapi aku tidak pernah melupakannya."
Bersinar mata Ding Ling Lin dan berkata," Kenapa dia tidak membawamu pergi?"
"Karena dia tahu kalau aku pasti mengikutinya."
Dia benar-benar mengikutinya. Ding Ling Lin menatap sosok tubuhnya yang mengagumkan
berjalan dengan gemulai." Sepertinya dia memiliki cara untuk menangani laki-laki." Dia bergumam pada dirinya sendiri.
Suaranya sebenarnya sangat pelan, namun Cui Nong memiliki pendengaran yang bagus,"
Kau dapat belajar satu atau dua hal dariku." Dia menjawab.
"Aku tidak suka menggunakan cara orang lain." Ding Ling Lin menjawab balik.
________________________________________
Banyak sekali tetamu di rumah makan Surga Keberuntungan. Setiap orang menggunakan
pakaian yang mewah dan sangat menjaga penampilan diri mereka. Ding Ling Lin betul-betul tidak membual, yang pasti mereka adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan yang luar yang juga adalah soerang yang sangat berkecukupan dan makmur. Mengundang orang-orang seperti itu bukanlah suatu tugas yang mudah, menggunakan mereka semua dalam
hari sama malah hampir tidak mungkin.
Sepertinya Ye Kai sudah menjadi orang yang terkenal dalam dua bulan terakhir ini. Dia mengenakan pakaian yang sehari paling tidak tidak lima puluh tael perak, dikakinya telah terpasang sepasang sepatu yang disepuh emas, rambutnya hitam dan bercahaya yang
dihiasi dengan mutiara yang berkilauan. Dia jarang mengenakan pakaian seperti ini,
sehingga Fu Hong Xue hampir tidak mengenalinya. Namun, Ye Kai mengenalinya, bahkan
sesaat dia menjejakan kakinya ke dalam rumah makan, pandangan Ye Kai tertuju kearahnya.
Cahaya lentera bersinar terang.
Wajah Fu Hong Xue terlihat lebih gelap di bawah cahaya ini. Banyak orang mengarahkan pandangannya ke arah goloknya. Tatapan awal mereka semua kegoloknya, kemudian
kewajahnya. Namun, Fu Hong Xue seperti tidak melihat seorangpun disana.
Ye Kai melangkah kearahnya dan memperlihatkan senyuman diwajahnya. Senyum ini yang
merupakan satu-satunya yang tidak pernah berubah diwajahnya, sehangat dan seramah
biasanya. Mungkin karena hal ini, Fu Hong Xie memandang kepadanya, pandangan yang
dingin. "Aku tidak pernah mengira kau akan datang." Ye Kai berkata.
"Aku juga berpikir tidak." Fu Hong Xue berkata.
"Mari silahkan duduk."
"Tidak terima kasih. Aku bisa berbicara sambil berdiri."
Ye Kai tersenyum dan berkata," Aku tahu apa yang kau inginkan."
"Kau tahu?"
Ye Kai menganggukan wajahnya dan menghela napas," Sayangnya aku juga belum
mendengar kabar mengenai orang tersebut."
Fu Hong Xue jatuh terdiam. Setelah beberapa saat tiba-tiba dia menjawab," Selamat
tinggal." "Kau tidak ingin mencoba beberapa cangkir?"
"Tidak, terima kasih."
"Secangkir tidak akan melukaimu."
"Tapi aku tidak pernah membayarimu minum."
"Aku pernah mendengar hal ini sebelumnya."
"Aku juga tidak akan pernah minum anggurmu."
"Memangnya kita bukan teman?"
"Aku tidak punya teman."
Tiba-tiba dia berbalik dan mulai berjalan keluar. Kaki kirinya melangkah maju, dan kaki kanannya diseret dari belakang. Sesaat Ye Kai melihatnya melangkah keluar, senyumnya menjadi kecut. Namun sebelum Fu Hong Xue mencapai pintu, Ding Ling Lin dan Cui Nong
tiba-tiba berjalan masuk.
Tangga tersebut sangat sempit dan Cui Nong berdiri dibawahnya sepertinya dia terkejut. Dia melihat Ye Kai begitu juga dia melihat dirinya. Fu Hong Xue juga menatap wanita itu, sementara Ding Ling Lin menatap Ye Kai. Sorot mata keempat pasang mata tersebut sangat berbeda, tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkan ekspresi mereka.
Cui Nong menundukan kepalanya. Namun pandangan Ye Kai masih melekat kearahnya. Ding
Ling Lin cepat-cepat naik ke atas. Fu Hong Xue mulai berjalan turun. Cui Nong berbalik dan mengikutinya tanpa sedikitpun melirik kearah Ye Kai. Namun Ye Kai masih terpaku pada tangga yg kosong sepertinya dia sudah linglung.
Ding Ling Lin tidak tahan melihat hal itu dia memukul punggung dan berseru," Semua orang sudah pergi."
"Oh?"
"Kenapa kau tidak pergi dengan mereka."
"Oh."
"Bila kau ingin merebut kekasihnya dari ujung goloknya, kau harus hati-hati. Golok orang itu sangat cepat." Dia berkata dingin.
Ye Kai tertawa. Ding Ling Lin balik tertawa, tapi ketawa yang hambar," Wanita itu sangat menyenangkan untuk dilihat, aku juga sudah mendengar apa yang dia kerjakan sebelumnya.
Aku yakin dia telah menggaet banyak uangmu sebelumnya."
"Kau pikir aku sedang melihatnya?"
"Jangan katakan kau tidak?"
"Aku hanya berpikir ?"
"Berpikir dengan hati lebih buruk dari pada berpikir dengan mata."
Ye Kai menarik napas," Kau tidak boleh percaya apa yang hatiku pikirkan."
"Selama kau mengatakannya kepadaku, aku akan mempercayainya."
"Aku hanya berharap dia benar-benar mengasihi Fu Hong Xue dengan tulus, jadi dia benar-benar bersedia menghabiskan hidupnya dengannya, atau bila tidak ?"
"Bila tidak apa?"
Pandangan khawatir tersembul dari sorot mata Ye Kai, sesaat dia berkata dengan ragu-
ragu," Bila tidak aku tidak punya pilihan untuk membunuhnya!"
"Kau benar-benar akan melakukan hal itu?"
"Aku selalu menjadi orang yang kejam dan tidak memiliki perasaan," Ye Kai berkata blak-blakan.
Ding Ling Lin menggigit bibirnya dan melirik Ye Kai dari sudut matanya," Aku tahu orang seperti apa dirimu."
"Oh?"
"Kau adalah orang yang agak munafik, karena itu aku tidak pernah mempercayai setiap
patah kata yang keluar dari mulutmu."
Ye Kai tersenyum. Senyuman yang pahit.
Sesaat kemudian, terdengar suara keras dari bawah," Ye Kai, Ye Kai ?"
Seorang pemuda yang mengenakan pakaian ungu dengan topi jerami menghentikan
kudanya di depan rumah makan Surga Keberuntungan. Dia mengikat kudanya dengan satu
tangan dan mengupas kacang dengan tangannya yang lain.
Sebuah pedang tanpa sarung, tipis dan tajam.
Seseorang lainnya di rumah makan berteriak," Lu Xiao Jia!"
Ketiga kata itu dalam namanya terlihat memiliki hal menarik yang misterius diantara mereka.
Setiap orang yang mendengar nama itu menolehkan kepalanya ke jendela untuk melihat.
Ye Kai melangkah dan berkata," Kenapa kau tidak naik ke atas untuk minum?"
Lu Xiao Jia melihat ke atas dan menjawab," Kau tidak pernah memperoleh kacangku, kenapa kau mengundangku untuk minum?"
"Keduanya adalah hal yang berbeda." Ye Kai berkata. Dia mengambil sebuah cangkir dan melemparkannya ke atas. Cangkir tersebut melayang dengan ringan ke arah Lu Xiao Jia, seperti ada yang sedang sebuah tangan yang mengantarkannya. Cangkir tersebut berbalik di udara dan mengeluarkan isinya ke arah mulut Lu Xiao Jia.
"Arak yang bagus!" dia berseru.
"Secangkir lainnya?" Ye Kai menawarkan.
Lu Xiao Jia menggelengkan kepalanya." Aku hanya ingin bertanya apakah kau telah
menerima undangan atau tidak?"
"Aku memperolehnya kemaren."
"Apakah kau berencana untuk pergi?"
"Kau tahu aku selalu menyukai pesta perjamuan."
"Bagus. Kita akan bertemulagi pada tanggal lima belas bulan sembilan di Gedung Awan
Putih." Lu Xiao Jia menjawab. Dia melemparkan sebuah kacang ke udara dan kacang itu
baru saja akan melayang ke arah mulutnya. Siapa yang menyangka bahwa pada saat yang
tepat, Ye Kai melayang ke udara dan menangkap kacang tersebut dengan mulutnya. Dengan gerakan salto yang ringan, tubuhnya telah kembali ke rumah makan.
Dia tertawa lebar dan berkata," Akhirnya aku bisa merasakan kacangmu."
Lu Xiao Jia terlihat kaget. Dengan sekali kebutan tangan, kudanya mulai melesat pergi. Dari kejauhan, dia tertawa keras dan berkata," Betul-betul ngawur. Ibunya pasti sundal, betul-betul ngawur."
________________________________________
Mie sudah menjadi dingin, sementara kuahnya sudah menjadi keruh. Beberapa irisan
sayuran sudah mengambang di kuah tersebut. Sayuran dan mie yang sudah tidak
menimbulkan selera, tersaji di dalam mangkuk yang sudah terlihat jelek.
Kepala Cui Nong masih menunduk. Ditangannya terdapat sepasang sumpit yang sudah
digunakan oleh banyak orang. Dia mengambil beberapa helai mie, kemudian
menjatuhkannya kembali. Meskipun saat ini dia benar-benar sudah lapar, namun mie di
dalam mangkuk tersebut betul-betul tidak menimbulkan selera. Mie yang biasanya dia makan dimasak dengan kaldu ayam. Mangkuk yang biasanya dia pakai terbuat dari perselen yang bagus. Melihat mangkuk yang saat ini dia pegang, dia benar-benar tidak tahan lagi untuk tidak menghela napas, dan dia meletakan sumpit yang dipegangnya.
Mangkuk Fu Hong Xue sudah bersih. Dia memandang wanita tersebut membisu, kemudian
bertanya," Kau tidak bisa memakannya?"
Cui Nong tersenyum terpaksa dan menjawab," Aku ". aku tidak lapar."
"Aku tahu kau tidak terbiasa makan makanan seperti ini, kau seharusnya pergi ke rumah makan Surga Keberuntungan."
Cui Nong menjawab perlahan," Kau tahu kalau aku tidak akan pergi, aku?"
"Apakah kau takut kalau kau tidak akan diterima disana?"
Cui Nong menggelengkan kepalanya.
"Jadi kenapa kau tidak pergi?"
Cui Nong perlahan-lahan mengangkat wajahnya dan memandangnya," Karena kau disini, aku akan disini bersamamu. Tidak ada tempat lain di dunia ini yang dapat aku datangi."
Fu Hong Xue jatuh terdiam. Cui Nong perlahan-lahan meraih dan memegang tangannya,
tangan yang tidak menggenggam golok. Tangan wanita tersebut lembut dan halus,
sentuhannya juga lembut. Wanita tersebut tahu bagaimana harus meringankan kewajiban
seorang pria. Dengan dingin Fu Hong Xue menolaknya dan bertanya," Kau mengenal orang itu?"
Cui Nong menundukkan kepalanya dan menjawab," Hanya " hanya seorang pelanggan
biasa." "Pelanggan biasa apa?"
"Kau tahu aku biasanya " di tempat seperti itu, aku bertemu dengan banyak bajingan.
Ekspresi wajah sakit dan sedih tersembul di wajah Fu Hong Xue.
"Harap maafkan aku, kau seharusnya tahu kalau aku tidak pernah peduli dengan orang-
orang seperti itu."
Fu Hong Xue mengepalkan tangannya dan menjawab,"Semua yang aku tahu kau tadi
memandanginya sepanjang waktu."
"Saat aku menatapnya" Pada saat aku melihatnya aku hanya ingin muntah."
"Oh?"
"Aku betul-betul tidak tahan untuk membunuhnya setiap kali aku melihatnya."
Fu Hong Xue tersenyum dingin dan menjawab,"Kau pikir orang yang aku bicarakan adalah orang yang bernama Peng itu?"
"Memangnya bukan?"
"Yang aku maksudkan Ye Kai."
Cui Nong terlihat kaget.
"Kau mengenalnya dengan baik juga kan" Apakah dia juga hanya seorang pelanggan biasa?"
Pandangan sedih dan pahit tersembut dari wajah Cui Nong, sesaat dia menjawab dengan
sedih,"Kenapa kau harus berkata begitu" Apakah kau ingin menyiksaku" Atau kau ingin
menyiksa dirimu sendiri?"
Wajah pucat Fu Hong Xue mendadak memerah. Dia berusaha mengontrol dirinya dan
bertanya,"Yang aku ingin tahu hanyalah kau mengenalnya atau tidak."
"Meskipun aku pernah mengenalnya, tapi aku sekarang tidak ingin mengenalinya lagi."
"Kenapa?"
"Karena satu-satunya orang yang aku kenal sekarang adalah kau. Kau dan tidak ada orang lain lagi."
Fu Hong Xue memandang kedua tangan wanita itu sepertinya ekspresi wajah frustasi tersirat diwajahnya.
"Aku minta maaf kalau aku tidak bisa memberikan kehidupan yang pernah kau nikmati. Bila kau mengikutiku, makanan yang dapat aku berikan adalah makanan seperti mie ini."
"Tidak ada yang salah dengan mie ini."
"Tapi kau tidak dapat memakannya."
"Aku akan makan." Dia mengambil sumpitnya dan mulai mengaduk mie di dalam mangkuk
itu. Saat dia memasukan makanan ke dalam mulutnya, senyum terpaksa menyembul di
wajahnya dan dia terlihat seperti sedang memakan racun.
Fu Hong Xue menatapnya, dan tiba-tiba merampas sumpit itu."Kalau kau tidak mau, kenapa harus memakannya" Aku tidak memaksamu untuk memakannya."
Suaranya mulai bergetar dan kedua tangannya mulai bergetar. Kedua mata Cui Nong mulai memerah sesaat air mata mulai mengalir. Akhirnya dia tidak tahan dan berkata,"Kenapa kau memperlakukanku seperti ini" Aku ?"
"Kau apa?"
Cui Nong menggigit bibirnya dan berkata,"Aku hanya berpikir tidak seharusnya kita hidup seperti ini."
Dia menghela napas dan melanjutkan,"Kau kehabisan uang, tapi aku masih punya banyak."
Dada Fu Hong Xue naik dan turun seraya dia berseru,"Semua itu milikmu, tidak ada
hubungannya denganku."
"Aku sudah menjadi milikmu, kenapa kau masih harus berpikir seperti ini?"
Wajah pucat Fu Hong Xue telah menjadi merah seluruhnya, seluruh tubuhnya mulai
bergetar. "Apakah kau pernah berpikir betapa kotornya uangmu" Setiap saat aku berpikir bagaiman kau memperoleh uang itu, aku ingin muntah."
Ekspresi wajah Cui Nong berubah sesaat dia pun mulai bergetar. Dia menggigit bibirnya dan menjawab,"Mungkin tidak hanya uangku, tubuhku juga kotor, kan?"
"Kau benar."
"Kau tidak harus mengatakannya kepadaku, aku sudah kalau kau memandang rendah
diriku."Dia menggigit bibirnya dengan keras hingga mulai berdarah,"Aku harap kau juge berpikir mengenai hal itu juga."
"Mengenai apa"
"Berpikir mengenai kenapa aku harus melakukan hal itu semua" Untuk kepentingan siapa"
Untuk tujuan apa?"
Dia berusaha sebisa mungkin untuk mengendalikan dirinya, namun air matanya telah
menutupi seluruh wajahnya. Dia tiba-tba berdiri dan menangis,"Karena kau malu terhadap diriku, kenapa juga aku harus peduli denganmu, aku ?"
"Kau benar. Kau memiliki sekantung penuh uang emas yang kau kumpulkan, kenapa juga
kau mengikutiku" Kau seharusnya sudah pergi jauh-jauh hari."
"Kau sudah tidak menginginkan diriku lagi?"
"Ya."
"Baik, baik, baik " baik."
Dia menuturpi wajahnya dengan kedua tangannya dan mulai mengelap air matanya. Fu
Hong Xue tidak menghentikannya, juga tidak melihatnya. Dia pergi dan membanting pintu hingga terdengar suara BBLLLLANNGG. Fu Hong Xue masih tetap duduk tidak bergerak.
Tubuhnya mulai berhenti bergetar, namun pembuluh darah di kedua tanganya mulai
membengkak, dan keringat dingin mulai menutupi dahinya. Tiba-tiba dia terjatuh ke atas lantai dan mulai mengejang, Busa putih mulai keluar dari sisi mulutnya. Dia mulai
bergulingan di atas lantai, terengah-engah dan megap-megap seperti hewan. Megap-megap untuk bernapas " seperti hewan yang sudah sekarat hampir mati.
Pintu tiba-tiba terbuka.
Cui Nong perlahan-lahan masuk ke dalam. Air mata di atas lantai telah mengering, air mata itu mengering dengan cepatnya. Kedua matanya kembali dipenuhi dengan cahaya, namun
kedua tangannya masih bergetar. Namun bukan karena kesedihan, tapi karena khawatir
terhadap Fu Hong Xue. Dia perlahan-lahan berjalan kearahnya, selangkah demi selangkah "
Tiba-tiba dia mendengar suara yang aneh, suara orang mengunyah! Tidak ada seorangpun yang tahu kapan orang ini telah melayang masuk ke dalam dan duduk di atas jendela sambil mengunyah kacang.
Lu Xiao Jia! Ekspresi wajah Cui Nong berubah dan dia bertanya dengan tajam,"Kenapa kau kesini?"
"Memangnya aku tidak dapat datang kesini?"
"Kau kesini untuk membunuhnya?"
Lu Xiao Jia tertawa dan mendengus," Memangnya aku yang mencoba membunuhnya" Atau
kau?" Berubah paras wajah Cui Nong." Kau gila, kenapa aku harus membunuhnya?"
Lu Xiao Jia menghela napas dan menjawab,"Wanita pasti memiliki banyak alasan untuk
membunuh pria."
Cui Nong berjalan kedepan Fu Hong Xue dan berkata,"Aku tidak peduli apa yang kau
katakan, aku tidak akan membiarkan dia menyentuhmu."
"Meskipun kau memohon aku tidak akan melakukannya. Aku tidak pernah tertarik
menyentuh pria."
"Lalu apa yang ingin kau lakukan?"
"Aku hanya ingin bertanya kepada kalian berdua, apakah sudah menerima undangan."
"Undangan" Undangan apa?"
Lu Xiao Jia menghela napas dan berkata,"Sepertinya kalian berdua berkeliaran tanpa arah yang jelas selama ini."
"Kita tidak perlu berkeliaran."
"Bila kalian tidak berkeliaran, jadi kenapa tidak bisa menemukan orang yang kalian cari?"
Dia tiba-tiba menarik keluar pedangnya dan dalam sekejap mata dia telah mengukir delapan buah kata di dinding.
"Tanggal lima belas bulan sembilan, Gedung Awan Putih.
"Apa maksudnya?" Cui Nong bertanya.
"Maksudnya aku berharap kalian berdua masih hidup untuk datang pada tanggal lima belas bulan sembilan ke Gedung Awan Putih. Orang mati tidak akan diterima disana." Lu Xiao Jia berkata sambil tersenyum.
Segulung angin berhembus. Sebutir kuling kacang telah jadih dari lubang jendela. Lu Xiao Jia telah menghilang terbawa angin.
Angin menggoyangkan dedaunan dan ranting diluar.
Suara terengah-engah Fu Hong Xue mulai berkurang.
Cui Nong masih berdiri diam sejenak. Akhirnya dia membungkuk dan memeluknya.
Pelukannya hangat dan lembut. Dia selalu mengetahui bagaimana memeluk seorang pria.
ooOoo Tamat Misteri Bayangan Setan 6 Pendekar Kembar Karya Gan K L Laron Pengisap Darah 3
Setiap malan saat dia tertidur di tempat tidurnya yang dingin dan keras, dia selalu berharap dia dapat pergi dan mengejar hal yang lain. Tapi sungguh-sungguh tidak ada tempat
lainmnya yang dapat dia datangi, yang dia tahu seumur hidupnya adalah untuk Gedung
Sepuluh Ribu Kuda.
Saat pertama kali Ma Fang Ling menaiki kuda, dia yang menolongnya. Sekarang, dia gadis itu menatapanya dan berteriak," Situa Jiao, kau telah bersama-sama dengan ayahku lebih lama dari yang lainnya, bagaimana kau masih belum bersuara juga?"
Sorot mata Situa Jaio dipenuhi oleh kebencian dan kesedihan juga, namun dia dapat
mengontrol dirinya. Setelah beberapa saat, dia menghela napas dan menjawab," Tidak ada yang dapatku katakan."
"Kenapa?" Ma Fang Ling bertanya.
Situa Jiao mengepalkan kedua tangannya dan menggertakan giginya saat menjawab," Aku
bukan lagi bagian dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda."
"Kata siapa?" Ma Fang Ling menanyakan.
"Majikan Ketiga." Situa Jiao berkata.
Ma Fang Ling terkejut.
"Dia telah memberikan kepada kami masing-masing kuda yang bagus dan tiga ratus tael
perak, kemudian berkata kepada kami untuk pergi." Si Tua Jiao menerangkan.
Ma Fang Ling menatapnya dengan kosong sesaat kedua kakinya terhuyung beberapa
langkah. Tidak ada lagi yang dia dapat katakan.
Ye Kai mendengarkan dengan seksama selama ini, akhirnya dia berucap," Tidak baik."
"Apanya yang salah?" Ding Ling Lin bertanya.
Ye Kai menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tiba-tiba, dia melihat asap tebal membumbung tinggi ke langit. Asap tersebut berasal dari tempat dimana bendera besar Gedung Sepuluh Ribu Kuda berada!
Asap yang tebal. Api yang besar.
Sesaat Ye Kai dan setiap orang telah berlari ke arah Gedung Sepuluh Ribu Kuda yang telah tertelan lautan api. Udara terasa agak kering, sekali api dinyalakan, maka tidak akan dapat dipadamkan. Pada api tersebut ditambahkan minyak " hal yang hanya terjadi di padang
belukar, hal yang sangat mudah terbakar.
Api telah bergerak dengan cepat hingga dua puluh atau tigapuluh gedung. Sekali terbakar, maka seluruh area segera ditelan api. Kuda-kuda berlompatan dalam keadaan panik dan
meringkik putus asa saat mereka semua mencoba mencari jalan keluar dari bencana yang hebat ini. Beberapa beruntung dapat melarikan diri namun kebanyakan mati karena tidak bisa bernapas.
Bau anyir daging terbakar menyebar dari tempat kebakaran tersebut.
Gedung Sepuluh Ribu Kuda telah hancur, benar-benar hancur.
"Orang yang menghancurkannya juga orang yang membangunnya."
Ye Kai dapat membayangkan Ma Kong Qun berdiri di dalam api dengan tersenyum dingin.
"Ini kerajaanku, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun merebutnya dari kedua
tanganku!"
Sekarang, dia telah menepati janjinya. Sekarang, Gedung Sepuluh Ribu Kuda selamanya
menjadi miliknya.
Api masih menyala, namun kedua telapak tangan Ye Kai dipenuhi oleh keringat dingin.
Siapa yang dapat mengerti apa yang dia rasakan saat ini, siapa yang dapat menebak apa yang ada di dalam pikirannya"
Ding Ling Lin menghela napas dan berkata," Karena dia tidak dapat memilikinya, maka dia menhancurkannya jadi tidak ada orang lain yang dapat memilikinya. Mungkin tindakannya ini sungguh-sungguh tidak beralasan."
Wajahnya yang putih pucat terlihat agak kemarahan karena cahaya api. Tiba-tiba sesuati terlihat oleh matanya sesaat dia berseru," Aneh, kenapa ada anak kecil disini?"
Api telah membuat seluruh angkasa menjadi berwarna merah transparan seperti batu amber.
Mathari yang berwarna merah darah tergantung tidak bergerak di tengah-tengah batu
amber. Tiba-tiba, angin berhembus kencang. Dimana ada kebakaran, disitu selalu terjadi angin kencang. Rumput-rumput yang tidak termakan api bergoyang kedepan dan
kebelakang dikejauhan. Pasir yang kuning beterbangan dari kejauhan dan menghilang ke dalam api. Suara ringkikan kuda yang sekarang masih terdengar.
Dibawah matahari yang memerah, ditengah rerumputan yang tinggi, seorang anak laki-laki berdiri ditengahnya. Dia memandangi api yang tanpa kasihan melalap rumahnya. Air
matanya sepertinya telah menguap karena panas. Dia terlihat sangat sedih.
Xiao Hu Zi. Anak itu adalah anak laki-laki Ma Kong Qun.
Ye Kai mendekatinya dan bertanya," Kau " apa yang kau lakukan disini?"
Xiao Hu Zi menengokan kepalanya memandang Ye Kai. Dia perlahan-lahan menjawab," Aku
sedang menunggumu."
"Ayah berkata kepadaku untuk menunggumu disini. Dia tahu kau pasti akan datang."
"Dimana dia sekarang" Ye Kai tidak tahan bertanya.
"Dia telah pergi " dia telah pergi ?" Xiao Hu Zi berkata.
Kesedian dan kedukaan masih terlihat diwajah anak kecil ini. Dia kelihatannya mau
menangis, namun dia dapat menahannya.
Ye Kai mencoba menghiburnya dengan memegang tangannya."Kapan dia pergi?"
"Dia telah pergi lama."
"Dia pergi sendiri?"
Xiao Hu Zi menggelengkan kepalanya.
"Siapa yang bersamanya?"
"Bibi Ketiga."
"Nyonya Ketiga Shen?"
Xiao Hu Zi menganggukan kepalanya sesaat bibirnya mulai bergetar." Dia membawa Bibi
Ketiga namun dia meninggalkanku disini. Hu " hu ?"
Sebelum anak kecil ini menyelesaikan ucapannya, tangisnya pecah. Tangisannya dipenuhi dengan kesedihan, keputusasaan, dan kemarahan. Juga terlihat rasa takut yang tidak dapat disembunyikan di dalam sorot matanya. Dia hanyalah seorang anak kecil.
Ye Kai juga merasakan rasa sakit saat dia melihatnya menangis. Ding Ling Lin mulai
membantunya mengusap air mata Xiao Hu Ji saat mengalir kepipinya.
Anak kecil itu tiba-tiba melompat ke dada Ye Kai dan meraung," Ayahku berkata kepadaku untuk menunggumu, dia mengatakan kau telah berjanji kepadanya bahwa engkau akan
menjagaku. Dan juga saudara perempuanku " benar kan" Benar kan?"
Bagaimana Ye Kai bisa berkata tidak"
Ding Ling Lin menariknya kesisinya dan berkata dengan lembut," Jangan khawatir, aku
berjanji bahwa dia akan menjaga kau."
Xiao Hu Zi menatap gadis itu, kemudian menundukan kepalanya dan bertanya," Bagiaman
dengan kakak perempuanku" Apakah dia akan menjadi kakak perempuanku juga?"
Ding Ling Lin tidak punya cara untuk menjawabnya, yang dapat dia lakukan hanyalah
tersenyum lemah.
Ye Kai baru menyadari bahwa Ma Fang Ling tidak berada dimana-mana.
Fu Hong Xue juga.
Matahari mulai terbenam di ufuk barat.
Meskipun api masih menyala, akhirnya mulai melemah.
Angin bertiup dari arah barat. Langit sore mulai merangkak ke atas.
Gedung Sepuluh Ribu Kuda yang megah sekarang bukan apa-apa lagi melainkan hanyalah
memori. Saat api padam, yang tertinggal hanyalah kuburan dan padang luas yang
menyelubungi bumi.
Dan pendiri gedung yang megah ini tidak ada dimanapun.
Apa yang menyebabkan semua ini"
Kebencian! Kadang-kadang, cinta tidak dapat melawan kekuatan kebencian.
Hati Fu Hong Xue dipenuhi oleh kebencian. Dia membenci dirinya sendiri dengan cara yang sama " mungkin orang yang paling dibencinya adalah dirinya sendiri.
Jalan panjang telah kosong. Paling tidak, dia tidak dapat melihat makhluk hidup lainnya di jalan. Setiap orang telah berlari ke arah kebakaran. Mereka takut api akan merembet ke desa. Mereka semua takut desa mereka akan berakhir seperti mayat Naga Punggung Emas "
kering dan mengkerut.
Fu Hong Xue berjalan sepanjang jalan tersebut seorang diri. Kaki kirinya melangkah
kedepan, dan kaki kanannya diseret dari belakang. Meskipun dia berjalan cukup lambat, tiada apaun yang dapat menghentikannya.
"Mungkin aku harus mencari seekor kuda."
Sesaat hal tersebut melintas dipikirannya, dia menangkap seseroang berjalan ke arahnya dari gang kecil. Seorang wanita yang cantik membawa sebuah kantong besar ditangannya.
Cui Nong. Rasa sakit yang tajam menembus hati Fu Hong Xue, karena dia telah memutuskan untuk
melupakannya. Saat dia menemukan bahwa wanita itu bekerja di gedung Xiao Bie Li, dia telah memutuskan untuk melupakannya sama sekali. Namun dia masih satu-satunya wanita di dalam hidupnya.
Sepertinya wanita itu sedang menunggunya. Wanita itu perlahan-lahan menundukan
kepalanya dan bertanya," Kau mau pegi?"
Fu Hong Xue menganggukan kepalanya.
"Mencari Ma Kong Qun?"
Dia menggangguk lagi. Bagaimana mungkin dia tidak mengejar Ma Kong Qun?"
"Apakah kau akan meninggalkan aku sendiri disini?"
Rasa sakit kembali menusuk hatinya. Dia telah memutuskan untuk tidak pernah melihatnya lagi, namun dia tidak dapat menahan diri untuk memandangnya sekali saja. Satu pandangan sudah cukup.
Matahari yang berwarna merah darah menyinari wajahnya yang putih pucat, wajahnnya
yang cantik. Matanya dipenuhi oleh keputusasaan, sepertinya mereka mencoba berkata
kepadanya," Bila kau tidak ingin membawaku maka aku tidak akan meminta. Namun aku
ingin kau mengetahui bahwa aku selalu jadi milikmu."
Kenangan manis dikegelapan, pelukan yang bergairah, bibir yang lembut dan wangi,
semuanya ini memenuhi pikiran Ye Kai sekaligus. Telapak tangannya mulai berkeringat.
Matahari bergerak turun tepat di atas kepalanya. Sinar matahari yang panas.
Cui Nong semakin menundukan kepalanya, rambutnya yang hitam dan lembut bergelombang
seperti air yang mengalir disungai.
Fu Hong Xue tidak dapat menahan dirinya seraya dia menjulurkan tangannya menyentuh
dan mengelus rambutnya.
Rambutnya hampir sehitam goloknya.
ooOOOoo Bab 26. Mati dan Hidup Sama Bila Tidak Punya Tujuan Lagi
Matahari telah menghilang dari langit, jalan raya yang panjang tersebut telah menjadi kosong dan sepi. Satu-satunya cahaya yang masih terlihat hanyalah berasal dari sebuah gedung yang kecil. Seseorang mendorong daun jendela dari dalam ruangan dan melihat ke bawah ke jalan yang telah sunyi sepi tersebut. Dia sudah tahu bahwa malam yang sunyi telah tiba.
Darah yang berceceran di jalan telah mengering. Hembusan angin menerbangkan helaian-
helaian rambut Naga Punggung Emas ke udara. Xiao Bie Li memejamkan matanya dan
menghela napas. Kemudian, perlahan-lahan menutup kembali jendelanya.
Sebuah lilin menyala di atas meja. Dia duduk di hadapan lilin tersebut dan terlihat tenang dan kesepian seperti api kecil yang berkelap-kelip ditengah kegelapan yang pekat. Cahaya lilin tersebut menerpa wajahnya sehingga membuat kerut-kerut diwajahnya terlihat lebih jelas dan dalam. Siapa yang tahu dalamnya penderitaan dan keletihan yang tersembunyi di balik tiap keriput tersebut. Siapa yang tahu betapa banyak rahasia yang tersembunyi di balik keriput tersebut.
Dia menuangkan secangkir arak dan perlahan-lahan menyeruputnya. Sepertinya dia sedang menunggu sesuatu.
Tapi, apa yang sebetulnya dia tunggu" Segala hal yang menyenangkan di dalam hidupnya telah lenyap menghilang sepanjang masa mudanya. Satu hal yang paling mungkin dia
sedang tunggu sekarang mungkin adalah kematian.
Kematian yang sepi dan sunyi kadang-kadang suatu hal yang manis!
Kegelapan malam telah tiba. Dia tidak perlu lagi berjalan ke jendela untuk melihat keluar, dia sudah dapat merasakannya. Cangkirnya saat ini telah kosong. Baru saja dia sedang
menuangkan lagi arak, dia mendengar suara yang berasal dari lantai di bawah.
Suara kartu yang sedang dimainkan.
Senyuman aneh tersembul diwajahnya, sepertinya suara itu memang sudah diharapkannya
untuk dia dengar. Dia mengambil tongkatnya dan meletakan di bawah ketiakanya, perlahan-lahan melangkah ke lantai bawah.
Lentera bercahaya di lantai bawah, seseorang nampak sedang duduk di sana, perlahan-lahan melemparkan kartu-kartu tersebut satu persatu. Pandangan aneh menyorot dari kedua
matanya. Ye Kai jarang sekali tersenyum seperti saat itu. Kedua matanya terfokus pada kartu-kartu yang berada ditangannya, bahkan dia tidak peduli untuk menolehkan matanya ke arah Xiao Bie Li yang sedang berjalan turun di atas tangga. Xiao Bie Li perlahan-lahan mendekatinya dan menarik kursi dan duduk dihadapannya seraya bertanya," Apa yang kau lihat?"
Ye Kai sedang tenggelam dalam lamunan yang dalam. Setelah beberapa saat, dia menghela napas dan menjawab," Tidak sesuatupun."
"Kenapa begitu?"
Ye Kai diam membisu. Nampaknya dia sedang menunggu Xiao Bie Li menampakan banyak
hal yang biasanya tidak dia perlihatkan. Setelah beberapa saat, Xiao Bie Li betul-betul menghela napas.
"Kau pastu sudah mengetahui sejak lama bahwa nama margaku bukanlah Xiao."
Ye Kai mengangguk.
"Orang-orang tidak dapat memilih nama marga meraka, orang-orang pun tidak punya pilihan juga." Xiao Bie Li berkata.
"Itu aku sudah mengerti, namun aku tidak mengerti apa yang kau ingin katakan
sebenarnya." Ye Kai berkata.
"Yang aku ingin katakan sebenarnya adalah kita sebetulnya mirip, namun jalan yang kita tempuh berlainan. Karena kau jauh lebih beruntung daripada diriku."
Kelihatannya dia ragu-ragu untuk sesaat, kemudian dia mengambil keputusan dan berkata,"
Karena kau bukan dilahirkan dengan marga Xi Men."
"Xi Men" Xi Men Chun?"
"Bukankah kau sudah mengetahuinya selama ini?" dia tersenyum lemah.
"Aku mengetahuinya saat wanita tua palsu tersebut mati di dalam toko Li Ma Hu."
"Oh?"
"Di hari lain saat aku menyebut nama Xi Men Chun, dia tidak menolehkan wajahnya
kearahkau, melainkan kearahmu."
"Oh?"
"Dia menolehkan wajahnya karena dia kaget bahwa seseorang telah menyebutkan
namamu." "Dan itu sebabnya kau salah mengira dia adalah Xi Men Chun saat itu."
"Setiap orang membuat kesalahan."
"Dia tidak menyangkalnya juga."
"Bagaimana dia berani untuk menyangkal saat kau masih disana?"
"Saat itu, kau masih mengira bahwa Li Ma Hu adalah Nenek Du."
Ye Kai tersenyum dan berkata," Hingga saat ini, aku masih tidak dapat menduga dimana Nenek Du bersembunyi."
"Kau mungkin tidak akan pernah dapat menemukannya."
"Kenapa begitu?" Ye Kai bertanya.
"Karena tidak ada seorangpun yang pernah mengira bahwa Nenek Du dan Xi Men Chun
adalah orang yang sama."
Ye Kai menarik napas panjang dan tersenyum masam," Aku betul-betul tidak pernah berpikir seperti itu!"
Dia menatap wajah Xiao Bie Li sekali lagi dan berkomentar," Hingga saat ini, bagaimana kau dapat menyaru dirimu menjadi seorang wanita tua."
"Bila kau dapat menduganya, maka aku pasti bukanlah Xi Men Chun."
"Tidak heran orang-orang di dunia persilatan mengatakan bahwa kau adalah satu-satunya murid dari Setan Seribu Wajah."
" Bukan murid satu-satunya."
"Oh?"
"Hanyalah anak laki-lakinya."
"Ayahmu adalah Setan Seribu Wajah?"
"Ya!"
Ye Kai menghela napas dan menegaskan," Jadi aku telah salah sejak awal."
Xiao Bie Li perlahan-lahan menganggukan kepalanya dan berkata," Setiap orang membuat kesalahan."
"Aku tidak pernah berpikir kalau Ma Kong Qun juga akan melarikan diri, aku betul-betul tidak pernah membayangkannya."
"Aku rasa dia bukannya tidak bisa dikejar." Xiao Bie Li.
"Aku juga tidak berpikir kalau dia akan kabur." Xiao Bie Li berkata.
"Kelihatannya dia jauh lebih pintar dari kita berdua. Dia telah mengetahui bahwa tidak ada seorangpun yang akan melewatkan duel antara Lu Xiao Jia dan Fu Hong Xue."
"Bila dia ingin melarikan diri, maka saat itu adalah kesempatan yang paling baik yang dia miliki."
"Atau mungin, itulah sebabnya kenapa dia pergi mencari Lu Xiao Jia."
"Oh?"
"Dia sudah mengatur pembokongan tersebut, dan sudah merencanakannya juga agar
pembokongan tersebut diketahui, sehingga tiap orang akan berpikir bahwa dia ingin
mengambil nyawa Fu Hong Xue." Ye Kai tersenyum lebar dan melanjutkan," Dan
diasumsikan tidak ada seorangpun yang mengetahui skenario ini, maka tidak ada
seorangpun yang akan curiga kalau dia akan menggunakan skenario ini sebagai tindakan pengalihan perhatian yang sangat sempurna untuk melarikan diri."
Xiao Bie Li tersenyum dan berkata," Kelemahanmu yang terbesar adalah kau berpikir terlalu banyak."
"Kau benar, yang paling baik kalau seseorang tidak berpikir terlalu banyak," Ye Kai
menjawab. Xiao Bie Li menghela napas dan bertanya," Tahukah kau apa kelemahanku yang terbesar?"
Ye Kai menggelengkan kepalanya.
"Aku berpikir terlalu banyak juga." Xiao Bie Li berkata.
"Jadi kaupun tidak pernah membayangkan bahwa Ma Kong Qun akan melarikan diri, betul
kan?" Ye Kai berkata.
Xiao Bie Li menggelengkan kepalanya.
Sorot mata Ye Kai menajam sesaat dia menyeringai dan menambahkan," Itulah sebabnya
kau mengundang Lu Xiao Jia kesini untuknya."
"Bagaimana kau mengetahuinya?" Xiao Bie Li bertanya. Dia masih terlihat tenang, dan tidak ada tanda-tanda mau menyembunyikan fakta yang sebenarnya.
"Jadi kau tidak akan menyangkalnya?" Ye Kai bertanya balik.
"Apa gunanya menyangkal kepada seseorang sepertimu. Tidak ada gunanya." Xiao Bie Li
menjawab. Ye Kai mulai tersenyum kembali, namun tidak terlihat riang seperti biasanya. Sepertinya dia merasa menyesal pada orang ini.
Xiao Bie Li menghela napas lagi dan berkata," Mungkin aku telah memilih jalan yang salah."
"Tapi kau tidak terlihat seperti orang yang telah tersandung di jalan yang salah." Ye Kai berkata.
"Hanya ada satu pilihan untuk memilih jalan yang benar, tapi banuyak sebab untuk berjalan kearah yang salah."
"Oh?"
"Setiap orang yang telah memilih jalan itu pasti memiliki alasannya masing-masing."
"Dan apakah alasanmu?"
"Aku tidak pernah punya kebebasan untuk memilih jalan yang akan aku jalani."
Raut wajah Xiao Bie Li terlihat penuh dengan tanda tanya dan rasa sakit yang dalam saat dia menatap ke kejauhan. Setelah beberapa saat, akhirnya dia melanjutkan," Mungkin beberapa orang dilahirkan untuk menjalani jalan yang memang sudah ditakdirkan untuk dijalaninya.
Orang-orang ini sama sekali tidak pernah memiliki pilihan apapun."
Senyum pahit tercetak diwajahnya sesaat dia berkata," Aku betul-betul tidak tahu apakah aku ini beruntung atau hanya sedang sial saja."
Ye Kai tidak mengucapkan sepatah katapun. Pertanyaannya sebetulnya tidak memerlukan
jawaban. "Tidak ada seorangpun di dunia persilatan yang dapat menyangkal bahwa ayahku adalah
seseorang yang memiliki bakat yang khusus. Tidak ada seorangpun yang dapat menandingi keahliannya, bahkan sampai hari ini." Xiao Bie Li berkata.
Ye Kai juga tidak dapat menyangkalnya.
"Dia menjalani kehidupannya bukan sebagai laki-laki juga bukan sebagai perempuan, juga bukan orang yang baik maupun bukan orang yang jahat. Beberapa dari mereka
menyebutnya Dewa Seribu Wajah, sementara beberapa yang lain menyebutnya Setan Seribu Wajah. Bahkan hingga kematiannya, tidak ada seorangpun yang tahu orang semacam
apakah dia."
"Bagaimana dengan dirimu?" Ye Kai bertanya.
"Aku juga bukan pengecualian. Dari semua yang aku tahu dia hanya mewariskan ilmunya
dan kemampuannya yang dia peroleh selama hidupnya, namun dia juga memberikan akan
beban yang besar."
"Beban seperti apa?"
"Balas dendam."
Membutuhkan beberapa saat untuk membuatnya mengeluarkan perkataan itu, sepertinya dia harus mengumpulkan semua kekuatannya untuk berbicara.
Ye Kai mengerti hal itu. Mungkin tidak ada seorangpuan di dunia ini yang mengerti betapa besarnya beban balas dendam itu.
"Hingga hari ini, orang-orang di dunia persilatan masih belum yakin apakah dia masih hidup atau sudah mati. Beberapa gosip mengatakan dia telah pensiun dan beristirahat di laut timur, sementara yang lainnya menyatakan dia telah mencapai keabadian." Xiao Bie Li
berkata, "Dan yang sebenarnya?"
"Yang sebenarnya dia telah meninggal beberapa waktu yang lalu."
Ye Kai tidak tahan untuk bertanya," Bagaimana dia meninggal?"
"Dibawah sebilah golok."
"Golok siapa?"
Xiao Bie Li tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap Ye Kai," Kau seharusnya sudah tahu golok siapa! Tidak banyak golok di dunia ini yang dapat merengut nyawanya!"
Paras wajah Ye Kai mengeras, karena dia memang telah tahu golok siapakah itu!
"Pendekar Bai adalah salah satu pendekar besar di dunia persilatan, tidak hanya goloknya yang tidak ada tandingannya di dunia ini, bahkan dapat dikatakan tidak ada yang pernah orang lain yang dapat menyamainya." Xiao Bie Li berkata dingin. Kata-katanya mengandung aura yang lebih tajam dari mata golok seraya dia melanjutkan," Tapi orang seperti apakah dia" Dia ?"
Ye Kai segera memotong perkataannya dan berkata," Kau tidak punya hak untuk mengkritik kepribadiannya karena opinimu bias."
"Kau salah. Aku tidak pernah membencinya. Kenyataannya, aku tidak pernah mengenalnya."
Xiao Bie Li berkata.
"Tapi kau mengharapkan kematiannya."
"Kau benar. Aku memang berharap dia mati, dan aku pasti akan memberikan apapun yang
aku miliki untuk hal itu. Tahukah kau kenapa?"
Ye Kai menggelengkan kepalanya. Bahkan meskipun dia tahupun dia tetapkan akan
menggelengkan kepalanya.
"Cinta dan benci tidaklah sama. Kau tidak dilahirkan dengan pembalasan dendam, namun bila seseorang memberikan beban pembalasan dendam kepadamu untuk kau bawa, maka
Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau akan mengerti."
"Tapi " "
"Fu Hong Xue mungkin memahami hal ini, karena pembalasan dendam yang sama yang
mendorongnya untuk membunuh Ma Kong Qun." Xiao Bie Li menghela napas dan
melanjutkan," Fu Hong Xue juga tidak pernah bertemu dengan Ma Kong Qun sebelumnya,
tapi dia juga tidak menginginkan apapun selain mengambil nyawanya!"
Ye Kai akhirnya menganggukan kepalanya." Jadi itulah sebabnya pada malam itu, belasan tahun yang lalu, kau juga berada di Pemakaman Pohon Plum tersebut.
Sorot mata Xiao Bie Li terlihat kosong dan kabur, " Betul-betul hujan salju yang lebat malam itu ?"
Kedua mata Ye Kai tiba-tiba menatapnya bersinar geram," Kau masih ingat peristiwa malam itu dengan jelas rupanya?"
"Aku selalu berusaha untuk melupakannya namun tidak pernah bisa."
"Karena kedua kakimu menjadi cacat pada malam itu, betul kan?"
Xiao Bie Li memadang ke bawah ke kedua kakinya dan berkata," Berapa banyak orang di
dunia ini yang dapat membuat cacat kedua kakiku."
"Meskipun dia dapat membuat kedua kakimu cacat, dia telah menyelamatkan nyawamu." Ye Kai berkata.
"Dia bukanlah orang yang menyelematkan nyawaku, tapi salju itu."
"Salju?"
"Salju itu membuat beku kedua kakiku, itulah sebabnya aku masih dapat hidup hingga hari ini. Jika tidak, mungkin aku telah mati membusuk sejak lama."
"Itulah sebabnya kau tidak pernah melupakan salju!"
"Aku juga tidak pernah melupakan mata golok itu."
Pandangan kengerian terpancara dari kedua sorot mata Xiao Bie Li, sepertinya pertempuran berdarah itu kembali terlihat dibalik kedua matanya.
Salju merah, merah darah " saat darah berceceran ke atas salu yang menutupi tanah, salju yang putih berubah menjadi merah. Sepertinya mata golok itu juga berwarna merah.
Kemananpun mata golok tersebut berkelebat, semburan darah pasti mengikutinya.
Butiran-butiran keringat mulai keluar dari dahi Xiao Bie Li. Keringat dingin. Setelah beberapa saat, akhirnya dia melanjutkan," Bila kau tidak melihat mata golok sendiri, kau tidak pernah membayangkan betapa mengerikannya. Itulah sebabnya pendekar-pendekar hebat dari
dunia persilatan berada disitu malam itu, lebih dari setengahnya tidak dapat keluar hidup-hidup.
"Apakah kau tahu identitas orang-orang ini?" Ye Kai bertanya.
Xiao Bie Li tidak tahu. Selain Ma Kong Qun, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya.
"Dari semua yang aku ketahui, tidak ada seorangpun dari orang-orang yang tidak memiliki rasa benci pada pendekar Bai." Xiao Bie Li berkata.
"Jadi semua orang-orang tersebut memiliki permusuhan dan kebencianterhadapnya?" Ye Kai bertanya.
"Meskipun aku mungkin bukan orang yang tepat untuk menilainya, aku memiliki hak untuk menilai goloknya!"
Kemarahan yang dalam terlihat di sorot kedua mata Xiao Bie Li, dia mengepalkan kedua tangannya sementara suaranya menjadi serak,"Golok itu seharusnya tidak berada ditangan orang hidup, golok itu seharusnya terkubur di bawah neraka ke delapan yang paling dalam!"
"Kau takut kepada golok tersebut?" Ye Kai bertanya.
"Aku hanyalah manusia, bagaimana mungkin aku tidak takut." Xiao Bie Li menjawab.
"Itulah sebabnya kau takut terhadap Fu Hong Xue, karena kau menyadari bahwa golok
tersebut seharusnya tidak jauth ke dalam kedua tangannya."
"Sayangnya hal itu terjadi seperti itu." Xiao Bie Li berkata.
"Oh?"
"Karena golok itu sangat jahat, hanya membawa kesialan dan kematian bagi pemegangnya!"
Suaranya berubah menjadi aneh, dia bersuara sepertinya dia baru saja datang dari
kedalaman neraka.
Ye Kai memecah kesunyian dan berkata sambil tersenyum," Tapi Fu Hong Xue masih hidup dan baik-baik saja."
"Dia mungkin belum mati, namun seluruh hidupnya telah terkubur di dalam golok tersebut.
Dia tidak akan pernah mengalami sedikitpun kebahagiaan karena yang ada di dalam hatinya hanya balas dendam tidak ada yang lainnya lagi!"
Ye Kai tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan ke arah jendela, dengan sekali dorongan dia telah membuka jendela. Dia merasa agak sedikit sesak, bahkan hampir tidak bisa bernapas lagi.
Xiao Bie Li menatap punggung Ye Kai dan tertawa," Tahukah kau, aku selalu mencurigaimu."
Ye Kai sama sekali tidak merespon maupun tidak membalik.
"Saat kami menyuruhmu untuk membunuh Ma Kong Qun, itu sebetulnya hanya sebuah tes."
Xiao Bie Li berkata.
"Oh?"
"Hal itu bukanlah ideku, pada malam itu sebetulnya ada seorang lainnya yang berada di atas bersamaku."
"Ma Kong Qun bersama denganmu!"
"Ya, dialah orangnya."
"Ding Qui juga merupakan salah satu pembunuh yang berada di Pemakaman Pohon Plum itu juga pada malam itu?" Ye Kai bertanya.
"Dia sama sekali tidak layak, dia hanya seorang bongkok yang serakah."
"Itulah sebabnya kalian berdua merekrutnya."
"Tapi kita tidak berhasil membayarmu. Aku cukup terkejut saat kau mengatakan kepada Ma Kong Qun apa yang telah terjadi. Uang yang aku bayarkan kepadamu tidaklah sedikit." Xiao Bie Li berkata.
"Uang tersebut cukup untuk membeli banyak orang. Sayangnya semua orang-orang tersebut telah mati sekarang."
"Tidak ada yang perlu disayangkan untuk kematian mereka."
"Yang paling disayangkan hanyalah Fu Hong Xue masih hidup sekarang, kan?"
Xiao Bie Li menatapnya dingin dan menjawab," Itupun bukanlah hal yang disayangkan juga, karena aku tahu bahwa hari itu akan tiba juga ketika Fu Hong Xue akan terbunuh di bawah golok."
"Lalu bagaimana dengan Ma Kong Qun?"
"Apakah kau pikir Fu Hong Xue akan dapat menemukannya?" Xiao Bie Li bertanya.
"Kau pikir aku tidak dapat?" Ye Kai menjawab.
"Dia selalu menjadi serigala, namun sekarang dia telah berubah menjadi seekor rubah.
Rubah tidak mudah untuk ditangkap, dan mereka juga bahkan lebih sulit dibunuh." Xiao Bie Li berkata.
"Kata-katamu tidak akan tepat bila berhadapan dengan pemiliki toko kelontong." Ye Kai berkata.
"Kenapa begitu?"
"Bila tidak ada rubah yang mati, maka dari mana datangnya kulit rubah?"
"If there weren"t any dead foxes, then where would his fox skins come from?"
Xiao Bie Li tidak mengucapkan sepatah katapun.
"Jangan lupa bahwa disana ada anjing pemburu, dan penciuman mereka pun jauh lebih
baik." Ye Kai berkata.
Xiao Bie Li mendengus dan berkata," Meskipun Fu Hong Xue memiliki hidung anjing
pemburu, satu-satunya yang dia baui hanyalah wanita yang memabukan"
"Kau maksud Cui Nong?" Ye Kai berkata.
Xiao Bie Li menganggukan kepalanya.
"Apakah kau mengatakan kalau Cui Nong berada disisinya, maka dia tidak akan dapat
menemukan Ma Kong Qun?" Ye Kai bertanya.
"Jangan lupa yang bisa ditemukan di tubuh wanita hanya perhiasan, bukanlah bulu rubah."
Xiao Bie Li menjawab.
Sekarang Ye Kai yang tidak dapat berkata-kata.
Xiao Bie Li tersenyum dan bertanya," Bisa atau tidak Fu Hong Xue menemukan Ma Kong
Qun, apa urusannya denganku" Apakah ada urusannya denganmu?"
Ye Kai jatuh membisu beberapa saat, kemudian perlahan-lahan berkata," Ada satu sebab."
"Apakah itu?"
Ye Kai akhirnya membalikan badannya dan memandang pada Xiao Bie Li," Kenapa kau
belum juga menanyakan ku siapakah aku sebenarnya?"
"Aku sudah menanyakan sebelumnya, banyak orang telah menanyakan sebelumnya."
"Kenapa kau tidak menanyakannya sekarang?"
"Sebab aku sudah tahu kalau namamu adalah Ye Kai. Margamu Ye, panggilanmu Kai. Ye
seperti pada kata daun, daun di atas pohon, kai seperti pada kata kai dalam bahagia."
"Tapi orang seperti apakah Ye Kai ini?"
"Dari yang aku tahu, dia adalah seseorang yang suka ikut campur urusan orang lain." Xiao Bie Li menjawab.
Ye Kai tertawa lebar," Kali ini kau salah."
"Oh?"
"Aku tidak sedang ikut campur urusan oran glain."
"Bukan?"
"Sama sekali bukan!"
Xiao Bie Li menatapnya, menatapnya selama beberapa saat, kemudian tiba-tiba bertanya,"
Jadi siapakah kau sebenarnya?"
"Aku sudah tahu kalau kau akan mengucapkan kata-kata itu lagi." Ye Kai berkata.
"Kau betul-betul tahu terlalu banyak."
"Kau betul-betul tahu terlalu sedikit."
Xiao Bie Li tersenyum dingin. Ye Kai tiba-tiba berjalan kearahnya, membungkukkan
badannya dan membisikan sesuatu ketelinganya. Dia berbicara dengan sangat perlahan,
selain Xiao Bie Li, tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mendengar ucapannya itu.
Setelah Xiao Bie Li mendengar ucapan yang pendek tersebut, senyum diwajahnya membeku.
Setelah Ye Kai selesai mengucapkannya, semua otot di seluruh tubuhnya menjadi kaku.
Angin bertiup menderu-deru dari luar jendela, api di dalam lentera mulai bergoyang-goyang berdansa. Cahaya lampu itu menyinari wajah Xiao Bie Li, dia terlihat menjadi seseorang yang betul-betul berbeda, berubah menjadi orang lain. Saat dia menatap Ye Kai, kelihatannya diapun telah melihat orang yang berbeda, orang lain yang betul-betul berbeda.
Tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkan paras wajah Xia Bie Li saat ini. Tidak hanya dipenuhi oleh rasa kaget dan ngeri, tapi sepertinya dia sedang jatuh ke dalam dirinya yang paling dalam. Hanya orang yang telah kalah bertanding dan bertekuk lutut yang
memiliki ekspresi wajah seperti itu.
Ye Kai menatapanya dan bertanya," Apakah kau percaya sekarang?"
Xiao Bie Li menghela napas yang panjang sementara selutuh tubuhnya sepertinya telah layu dan mengkerut. Setelah beberapa saat akhirnya dia menjawab," Aku betul-betul tahu terlalu sedikit, aku betul-betul salah."
"Seperti yang pernah aku katakan sebelumnya, setiap orang pasti membuat kesalahan sekali waktu." Ye Kai menegaskan.
Xiao Bie Li menganggukan kepalanya sambil merengut," Akhirnya aku mengerti yang kau
maksudkan sekarang. Meskipun sedikit terlambat, tapi lebih baik daripada tidak pernah tahu sama sekali."
Dia menurunkan tatapannya dan melihat kearah tumpukan kartu di atas meja. "Aku selalu berpikir kalau kartu-kartu ini dapat mengatakan segala sesuatunya kepadaku, siapa tahu ternyata mereka tidak mengatakan apapun." Kartu-kartu tersebut bersinar di bawah cahaya lampu, dia menjulurkan tangannya dan dengan ringan telah meraih semuanya.
Ye Kai menatapa kartu-kartu ditangannya itu dan berkata," Apapun yang terjadi, mereka telah menemanimu selama bertahun-tahun ini."
"Mereka telah membantu menemaniku saat aku kesepian. Bila bukan untuk mereka, aku
tidak tahu bagaimana aku melewati hari-hariku. Meskipun mereka telah membohongiku, aku tidak menyalahkan mereka sama sekali."
"Memiliki sesuatu yang telah membohongimu lebih baik daripada betul-betul seorang diri."
Ye Kai berkata.
"Kau telah cukup mengalami pencerahan. Itulah sebabnya aku merasa berbincang-bincang denganmu merupakan salah satu kesenangan yang aku peroleh di dalam hidupku." Xiao Bie Li berkata sambil tersenyum lemah.
"Terima kasih." Ye Kai menjawab.
"Aku harap aku dapat menahanmu untuk tinggal lebih lama denganku tapi aku tahu kau
tidak akan pernah setuju."
Dia menghela napas dan tersenyum pahit. Kemudian, tiba-tiba tangannya telah bergerak cepat dan meluncur ke arah pergelangan tangan Ye Kai. Gerakannya selalu terlihat indah dan tidak terburu-buru, namun gerakannya ini sangat cepat, secepat cahaya, sepertinya tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat menghindarinya. Jari-jari tangannya
seharusnya telah mencapai pergelangan tangan Ye Kai saat suara KKKKEEEPPPP terdengar, sesuatu telah menyambar kearah genggaman tangannya.
Namun ternyata itu bukanlah pergelangan tangan Ye Kai, itu adalah kotak tempat kartu.
Dengan secepat kilat, Ye Kai telah mengganti pergelangan tangannya dengan sebuah kotak.
Kotak tersebut keras dan kuat, terbuat dari kayu pilihan. Kayu seperti itu biasanya jauh lebih keras daripada tulang manusia, namun saat berada dibawah genggamannya, kotak tersebut hancur berkeping-keping seperti keju yang hancur lebur menjadi debu.
Belum lagi kepingan-kepingan kotak tersebut jatuh dari tangan Xiao Bie Li, Ye Kai telah mencelat sejauh tiga kaki darinya.
Setelah kebisuan yang cukup lama, Xiao Bie Li akhirnya mengangkat kepalanya dan berkata dingin," Kau dapat menggerakan kedua tanganmu dengan cepat dan tangkas."
"Itulah sebabnya aku betul-betul masih menginginkan mereka tergantung dipergelangan
tanganku." Ye Kai menjawab.
"Aku taruhan kau pasti memiliki hidung seekor anjing pemburu juga."
"Kau tidak akan dapat mengambil hidungku ini, juga dengan kedua tanganmu."
Tangan yang telah terbiasa memegang tongkat diketiaknya dan mengocok kartu pasti tidak akan dapat mengambil apapun dengan baik.
"Kau betul-betul ingin tinggal sementara waktu?"
"Kartu-kartumu telah menemanimu selama bertahun-tahun ini, tapi kau masih juga
menghancurkan kotaknya. Aku rasa kau betul-betul memiliki hati yang dingin."
Xiao Bie Li menghela napas panjang," Sepertinya kau juga cukup kejam."
Tiba-tiba dia meloncat ke arah Ye Kai, menghentakan tongkat kirinya ke atas lantai
sementara mengarahkan tongkat kananya ke arah depan. Sabetan tongkat besinya
sangatlah kuat dan menakutkan, seluruh ruangan terasa seperti berada dalam tekanan,
sepertinya sehembus angin yang dingin dan tajam telah menerjang keluar!
Ye Kai melompat ke arah langit-langit dan bergantung pada salah balok tiang pada ujung kakinya. Xiao Bie Li memutar badannya ke udara dan mengarahkan kedua tongkat besinya ke atas. Sejumlah senjata rahasia menyembur dengan deras dari kedua tongkat besinya ke arah langit-langit.
"Jarum Penghancur Usus"!
Jarum penghancur ususnya telah terlepas dari tongkat besinya, kedua tangannya sama
sekali tidak bergerak. Itulah sebabnya tidak ada seorangpun yang dapat melihatnya melesat.
Tidak ada seorangpun yang bermimpi dapat menghindar dari satu dari jarum-jarum yang
terseohor itu, namun dia telah menembakan jarum-jarum itu paling tidak untuk tigapuluh nyawa!
Tapi, kelihatannya Ye Kai adalah orang yang ketigapuluh satu. Tiba-tiba dia telah menghilang dari pandangan. Pada saat akhirnya dia muncul, Jarum Penghancur Usus sudah tidak terlihat lagi. Xiao Bie Li telah jatuh kembali ke kursinya, sepertinya dia sedang mencari jarum-jarum tersebut yang sudah tidak terlihat lagi.
Dia tidak dapat mempercayainya. Selama bertahun-tahun ini, Jarum Penghancur Usus hanya sekali saja gagal " malam itu di Biara Pohon Plum. Dia sangat tidak mempercayai bahwa untuk kedua kalinya telah gagal, namun dia sama sekali tidak dapat menyangkal hal ini.
Ye Kai dengan ringan melayang turun ke bawah. Tidak ada angin yang berhembus, tidak ada juga jarum-jarum yang beterbangan. Dia terlihat seperti tidak pernah terjadi apapun.
Setelah kebisuan yang panjang, Xiao Bie Li akhirnya menghela napas," Aku ingat seseorang menanyakan hal ini padamu sebelumnya, namun aku ingin menanyakannya sekali lagi."
"Tanyakanlah."
"Apakah kau manusia" Dapatkah kau disebut sebagai manusia?" Xiao Bie Li berkata sambil menatap ke arah Ye Kai.
Ye Kai tersenyum. Setiap kali seseorang menanyakan pertanyaan itu, dia selalu merasa sangat nikmat dan bahagia. Karena itu berarti dia telah melakukan sesuatu yang orang lain tidak sanggup melakukannya.
Xiao Bie Li juga tidak mengharapkan jawaban jadi dia melanjutkan," Sebelumnya, saat aku melakukan serangan sebanyak tiga kali, aku merasa tidak ada seorangpun yang dapat
menghindarinya.
"Aku tahu."
"Tapi kau sama sekali tidak membalas satu kalipun."
"Kenapa aku harus membalas seranganmu" Kau yang menginginkan kematianku, bukan aku
yang menginginkan kematianmu."
"Lalu apa yang kau inginkan?"
"Tidak ada sama sekali. Kau dapat terus tinggal disini, menjalankan bisnis bordirmu, memainkan kartumu, dan minum arakmu."
Xiao Bie Li tiba-tiba mengeraskan kepalan tangannya sesaat dia mengedipkan matanya," Aku bisa melakukan hal itu semua karena aku memiliki tujuan. Karena aku ingin melindungi Ma Kong Qun, aku menunggu orang yang datang untuk membunuhnya!"
Wajahnya mulai berkedutan karena sakit seraya dia berceloteh," Sekarang tidak ada lagi yang harus aku jaga, bagaimana aku bisa terus hidup!"
"Itu urusanmu, kau harus menanyakannya pada dirimu sendiri!"
Ye Kai tersenyum, bangkit berdiri dan membalikan badannya untuk pergi. Langkahnya tidak terlalu tangkas, namun dia tidak memalingkan kepalanya dan dia tidak berhenti. Tidak ada seorangpun diseluruh dunia ini yang dapat meyakinkan dia untuk tetap tinggal lebih lama lagi disini.
Namun yang dapat dilakukan oleh Xiao Bie Li adalah hanya berdiam dimana dia berada saat ini, dia tidak memiliki tempat untuk dikunjungi. Saat Ye Kai berjalan keluar pintu, Xiao Bie LI mulai bergetar, seperti seorang anak kecil yang baru saja terbangun dari mimpi buruk. Dia betul-betul telah bangun dari mimpi buruk, namun saat sadar terasa lebih menyakitkan daripada saat bermimpi.
Malam hari masih kelam, malam masih berlanjut. Tidak ada setitik suarapun yang terdengar, tidak ada seorangpun yang terlihat. Hanya kartu-kartu itu yang masih menemaninya. Tiba-tiba dia meraih kartu-kartu itu dan menjentikanny ake samping. Saat kartu domino itu beterbangan dari kedua tangannya, air mata mulai jatuh bercucuran dari wajahnya.
Saat seseorang tidak memiliki tujuan lagi untuk hidup, maka tidak ada bedanya antara hidup dan mati. Hal itu merupakan rasa sakit yang paling menakutkan dan paling menyedihkan.
________________________________________
Tanda-tanda datangnya pagi hari telah muncul di arah timur. Kegelapan pasti akan berlalu dan cahaya terang akan datang. Langit abu-abu telah menghilang dan menyebar, asap dan abu sudah tidak terlihat lagi. Bahkan api yang paling menakutkan sekalipun telah padam.
Orang-orang yang membantu memadamkan api telah beristirahat. Ye kai berdiri dilereng bukit dan sedang memandangi dataran luas yang melanglang dikejauhan. Dia merasa sedikit marah namun tidak ada kesediahan, karena bumi tidak akan seperti itu selamanya. Seperti juga hidup di dunia ini.
Setelah beberapa lama, kehidupan akan kembali membaik. Kehidupuan yang indah.
Pemandangan yang indah terlihat dibayangan matanya, pemandangan padang rumput yang
menghijau. Sesaat kemudian, dencing bunyi bel terdengar terhembus oleh angin. Bunyi dencing bel tersebut terasa menyegarkan dan menyenangkan, seperti juga suara gadis itu. Ding Ling Lin berjalan melangkah ke arahnya sambil menggandeng seorang anak kecil bersamanya.
"Kau memegang janjimu kali ini, kau terlalu pagi." Gadis itu berkata.
Ye Kai tersenyum, kemudian dia menatap anak kecil itu. Wajahnya dipenuhi dengan
kehidupan dan semangat. Melihat sinar cerah disorot matanya, Ye Kai merasa pasti apa yang dia perjuangkan adalah benar.
Dia berjalan ke arah mereka dan meraih tangan anak tersebut. Ye Kai ingin membawanya ke suatu tempat, tempat dimana anak kecil itu dapat mengubur kebencian dan kesedihan yang ada dihatinya selamanya.
Dia berharap saat anak itu tumbuh besar, tidak ada lagi rasa dendam di dalam hatinya, yang ada hanyalah cinta!
Rasa sakit di dunia ini disebabkan oleh kebencian yang amat besar dan cinta yang amat kecil. Selama generasi selanjutnya akan hidup dalam kebahagiaan, semua rasa sakit cukup layak untuk saat ini.
Tanda di atas papan batu masih terlihat disana, namun darah dan air mata telah mengering.
Ye Kai berdiri disamping anak kecil itu, sesaat dia berlutut di depan batu nisan.
"Ini adalah makan teman ayahmu. Kau harus ingat untuk tidak pernah memendam rasa
permusuhan terhadap keturunan dari keluarga ini."
"Aku tidak akan pernah melupakannya."
"Kau bersumpah untuk tidak akan pernah melupakannya?"
"Aku bersumpah."
Ye Kai tersenyum, dia tidak pernah tersenyum sepenuh hati seperti itu sebelumnya.
"Aku tahu, kau adalah anak yang baik."
"Aku ingin mencari ayah dan kakak perempuanku. Apakah kau akan mengajakku pergi?"
"Tentu saja."
"Apakah kau dapat menemukan mereka?"
"Kau harus ingat, selama kau memiliki keyakinan, tidak ada apapun di dunia ini yang tidak mungkin."
Senyum terpancar di wajah anak kecil itu. Senyuman seorang anak seperti sekumpulan kuda yang sedang berlarian di padang rumput, dipenuhi dengan vitalitas, cukup untuk
membesarkan hati dan mendorong rasa kemanusian.
Namun padang rumput masih tandus dan gersang, sejauh mata memandang bumi dan langit
menyatu kedalam dataran luas yang berdebu.
Apakah bendera Gedung Sepuluh Ribu Kuda akan berkibar lagi"
Angin bertiup dengan perlahan.
Ye Kai berjalan melangkah ke arah jalan raya yang kosong. Dia sudah sangat mengenal
tempat ini, hampir ketitik dimana dia akan terikat. Namun dia tidak lagi memiliki rasa takut kalau angin akan berhembus mengusirnya pergi.
Sebab Ye Kai tahu bahwa dia akan selalu kembali!
ooOOOoo Bab 27. Golok Keluar Dari Sarungnya
Musim gugur. Dikejauhan pemandangan di pegunungan, dipenuhi oleh warna musim semi
yang serupa dengan lukiran hutan pohon mapple yang merah.
Tiga puluh empat kuda, dua puluh enam orang. Para pengendara di punggung kuda tersebut bersorak-sorai, bersorak karena mereka mereka telah mencapai hutan. Kuda-kuda mereka melesat dengan cepat, para pengendara tersebut terlihat tangkas dan gesit.
Wajah mereka terlihat lelah dan letih, bahkan beberapa dari mereka terlihat terluka. Namun mereka tidak mempedulikannya, karena hadiah dari hasil pengejaran kali ini betul-betul sangat banyak dan menggiurkan.
Apa yang mereka kejar adalah darah dan keringat orang-orang lain. Apa yang mereka
peroleh, ditaruh di atas punggung beberapa ekor kuda, berupa empat puluh peti berat yang berisi penuh dengan kepingan uang perak.
Banyak orang mencaci maki mereka karena menjadi bandit dan pencuri, namun mereka
tidak mempedulikannya. Karena mereka percaya bahwa apa yang mereka kerjakan sudah
pantas " pantas merasa menjadi penjahat.
Saat penjahat mabuk-mabukan minum anggur, mereka bisanya menggunakan mangkuk
yang besar. Saat mereka makan, setiap irisan daging yang mereka makan harus di ris setebal mungkin.
Mangkuk-mangkuk anggur yang besar, irisan daging yang tebal, dan tumpukan peti uang
perak, semuanya diletakkan di atas meja, menunggu untuk dibagikan oleh pemimpin
mereka. Pemimpin mereka adalah seorang laki-laki yang hanya memiliki satu maya, itulah sebabnya dia memiliki nama panggilan Naga Satu Mata. Dia mengenakan pakaian yang berwarna
hitam, karena dia merasa pakaian hitam membuat dia terlihat menjadi lebih gagah.
Kenyataannya, dia memang seorang yang gagah. Meskipun dia cukup kasar, namun dia
selalu adil dan tidak pernah berat sebelah. Hanya orang yang adil dan tidak berat sebelah yang dapat memimpin sekelompok begal.
Tambahan lagi, dia memiliki dua orang pembantu yang siap memberikan nyawanya setiap
saat dia perlukan. Yang seorang berani dan kuat, sementara yang satunya lagi seorang yang pintar dan pandai. Yang berani dan kuat memiliki panggilan Pembantai Macan, sementara yang pintar dan pandai dipanggil Pengelana Muka Putih.
Semua begal biasanya memang memiliki nama alias. Mereka sudah sangat terbiasa
menggunakan panggilan seperti itu, karena sebagian besar dari mereka memang telah
melupakan nama aslinya.
Pembantai Macan memang sebenarnya tidak lebih pandai dari macan seperti dalam nama
panggilannya. Namun, setelah minum sebotol anggur dia menjadi seperti macan, bahkan
dua kali lebih garang. Pukulannya terkenal hebat. Bahkan diyakini, dia dapat memukul mati seekor macan yang besar hanya dengan sekali pukulannya. Meskipun hal itu tidak ada
seorangpun yang menyaksikannya, namun tidak ada seorangpun yang meragukan hal itu.
Karena orang yang menjadi korban pukulannya hingga mati tidak sedikit. Pada misi kali ini, Pemimpin Kedua Ekspedisi Zhenyuan, yang memiliki nama panggilan Berlian Besi dipukul mati hanya dengan sekali pukulan. Itu sebabnya dia memperoleh uang perak yang terbanyak kali ini, sebagai hadiah atas kontribusinya.
"Saat Berlian Besi berhadapan dengan pukulan Pemimpin Kedua kita, dia menjadi seperti kertas yang kusut."
Pembantai Macan tersenyum, dia merasa sangat bahagia.
Tiba-tiba, dia menyadari bahwa semua tawa dan pujian terhenti. Setiap pasang mata
menatap ke arah pintu utama yang besar. Sesaat dia menatap pintu tersebut, tawanya
terhenti juga. Dia benar-benar tidak mempercayai kedua matanya.
Seseorang berjalan perlahan-lahan melalui pintu utama di ruangan tersebut. Seseorang yang seharusnya tidak pernah muncul di sini.
Seorang wanita, wanita cantik yang saking cantiknya membuat setiap pria lupa untuk
menarik napas. Sarang Naga dan Macan, yang tersembunyi dibalik hutan mapple yang lebat yang dikelilingi oleh area perbukitan, menyerupai seekor binatang buas dengan rahan yang terbuka. Menanti siapapun untuk dimangsa. Dan para begundal yang berdiam di tempat tersebut juga seperti sekumpulan binatang buas.
Siapa yang ingin diganyang oleh sekumpulan binatang buas" Itulah sebabnya kenapa orang asing sangat jarang berkeliaran di daerah tempat tinggal para begundal ini. Bahkan, burung-burungpun sangat jarang beterbangan di atas daerah ini.
Namun wanita tersebut berdiri disana, wanita misterius itu keliaran di sarang binatang buas.
Dia mengenakan baju yang berwarna hijau yang sangat indah yang terbuat dari bahan yang terbaik. Rambutnya yang panjang dihiasi dengan mutiara yang bersinar, yang membuat
Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rambutnya menjadi lebih hitam dan kulitnya menjadi lebih putih. Dia memperlihatkan
senyumnya yang termanis diwajahnya namun ekspresi wajahnya memperlihatkan
kematangan dan kewibawaan. Dia mulai melangkah memasuki gedung, langkahnya pendek-
pendek dan gemulai, sepertinya dia sedang berjalan diatas kuntum bunga teratai. Dia seperti seorang putri bangsawan yang sedang memasuki ruangan perjamuan yang diadakan untuk
menghormati dirinya.
Setiap pasang mata melekat kepadanya. Mereka bukanlah laki-laki yang belum pernah
melihat wanita sebelumnya, namun mereka betul-betul tidak pernah melihat wanita seperti ini.
Meskipun pemimpin mereka isi kepala yang cerah, secerah mentari pagi, jarang sekali dia terperangah seperti itu. Dia memeluk tangannya sendiri dan menoleh ke arah Pembantai Macan. Pembantai Macan menggebrakan tangannya ke atas meja dan berseru," Orang
macam apa kau?"
Si cantik bergaun hijau hanya tersenyum dan menjawab perlahan," Memang kalian tidak
dapat melihat bahwa aku seorang wanita?"
Dari kepala hingga jari kaki, dia betul-betul seorang wanita. Bahkan orang butapun dapat mengatakan bahwa dia seorang wanita.
"Kenapa kau ada disini?" Pembanti Macan bertanya.
"Kami ingin berdiam disini selama tiga bulan, apakah tidak apa-apa?"
Wanita ini pasti sudah gila, dia ingin tinggal di sarang begundal selama tiga bulan"
"Aku menginginkan ruangan terbaik yang kau miliki. Sprei dan kelambu harus diganti paling sedikit dua kali sehari. Kami sangat terbiasa dengan kebersihan, namun tidak terlalu cerewet dengan makanan. Kami sudah puas selama tersedia daging sapi dalam setiap hidangan kami tiap hari. Tapi kita menginginkan potongan daging yang terbaik, karena selama ini daging yang kita makan di tempat lain tidak enak. Kami tidak minum anggur saat siang hari, tapi kami menginginkan beberapa botol anggur dimalam hari. Lebih baik kalau anggur Persia dan anggur Bambu Hijau yang sudah berumur 30 tahun."
?"" "Saat kami tidur, kami menginginkan penjagaan beberapa orang selama tiga shift, tapi mereka tidak boleh membuat suara sedikitpun yang dapat mengganggu kami. Karena kami
susah tidur, dan butuh waktu beberapa saat untuk tidur lagi bila kami terjaga. Yang lainnya kami tidak ambil peduli. Kami tahu bahwa kalian semua adalah begunda,"
Setiap orang menatapnya dengan tercengang sesaat dia berceloteh, sepertinya mereka
mendengar nyanyian gila yang dinyanyikan untuk dirinya sendiri. Namun wanita itu berbicara dengan tenang dan alamiah, dan keinginannya itu bukanlah hal yang aneh juga.
Ketika akhirnya dia selesai berbicara, Pembantai Macan meledak tawanya dan berkata,"
Memangnya kau pikir ini tempat apa" Penginapan" Restoran?"
"Kami tidak membawa uang." Si cantik bergaun hijau berkata.
"Apakah kau juga ingin kami memberikan uang perak?" Pembantai Macan mengejek.
"Bila kau tidak mengingatkanku, aku pasti sudah melupakan hal itu. Kami juga menginginkan uang perak di atas meja itu." Wanita itu menambahkan sambil tersenyum.
"Seberapa banyak?"
"Cukup setengahnya saja."
"Apakah kau yakin setengahnya tidak terlalu sedikit?"
"Seperti yang aku katakan sebelumnya, kami bukan orang yang minta berlebihan."
Pembantai Macan kembali tertawa, sepertinya dia tidak pernah mendengar hal yang paling menggirankan sebelumnya. Setiap orang disana mulai tertawa juga. Hanya Naga Satu Mata dan Pengelana Muka Putih yang masih memperlihatkan ekspresi seirus diwajah mereka.
Wajah Pengelana Muka Putih bahkan terlihat lebih pucat sesaat tiba-tiba dia bertanya," Kau selalu mengatakan kami, berapa orang yang bersamamu?"
"Hanya berdua." Wanita itu menjawab.
"Siapakah orang yang satu lagi?"
"Tentu saja suamiku. Siapa lagi yang bersama denganku kalau bukan suamiku."
"Lalu dimana dia?"
"Dia berada diluar."
Pengelana Muka Putih tersenyum dan bertanya," Kenapa dia tidak masuk saja ke dalam
bersamamu?"
"Wataknya sangat berangan, aku takut akan melukai kalian."
"Apakah kau yakin bukan sebaliknya, kalau kau takut kami yang akan melukainya?"
Pengelana Muka Putih berkata sambil menyeringai.
"Apapun itu, hari ini aku datang sebagai tamu, bukan sebagai seseorang yang cari gara-gara."
"Jadi kau datang ke tempat yang tepat, kami bukan orang yang suka cari ribut." Paras wajah Pengelana Muka Putih mulai kesal, seraya dia melanjutkan," Kami hanya suka membunuh!"
Hutan pohon maple masih terlihat dihalaman luar. Seseorang berdiri di tengah-tengah
halaman, menatap pegunungan dikejauhan.
Cahaya matahari pagi terhalang kabut yang biru gelap, dikejauhan pegunungan berwarna abu-abu pucat. Beberapa titik-titik hijau tampak dari dataran yang abu-abu tersebut. Pada musim gugur ini, cahaya matahari selalu terlihat melankolis.
Pandangan kedua mata orang tersebut juga terlihat sendu dan buram seperti pegunungan dikejauhan. Kedua tangannya memeluk dirinya sendiri hingga ujung jarinya ke punggungnya.
Dia bahkan terlihat lebih jauh dari pada jarak pegunungan disana, sepertinya dia berada dibukan bagian di dunia ini.
Cahaya matahari terakhir menyinari dengan hambar ke atas wajahnya. Keriput di wajahnya terlihat dalam dan banyak sekali. Setiap keriput diwajahnya sepertinya menyimpan tragedi dan kesedihan yang tak terhitung banyaknya. Mungkin dia semakin bertambah tua, namun dia masih berdiri tegak dan lurus dan postur tubuhnya memancarkan aura yang berwibawa dan kuat.
Dia tidak terlihat terlalu tinggi atau sangat tegap, namun kekuatan yang terpancar dari tubuhnya memancarkan kewibawaan dan kehoramatan. Sayanya semua begundal itu tidak
pernah memberikan rasa hormatnya pada siapapun.
Pembantai Macan tertawa lebar dan berseru," Bila aku tidak dapat membunuhnya dengan
sekali pukukran, maka aku akan memanggil kalian berdua sebagai nenek moyangku dan
akan memperlakukan kalian seperti itu selama tiga tahun."
"Kenapa kau tidak langsung mencobanya dan melakukannya?" Si cantik bergaun hijau
menjawab. "Kau tidak takut akan menjadi janda?" Pembantai Macan sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Dengan tertawa lebar dia melangkah lebar ke arah orang tua tersebut. Dia memiliki badan yang besar dan tinggi, dan ketawanya memekakan seluruh ruangan.
Namun sepertinya orang tersebut tidak memperhatikannya sama sekali, sepertinya dia tidak mendengarkan ketawanya juga sama sekali. Ekspresi wajahnya bahkan terlihat lebih serius dan lelah. Area tersebut terlihat sangat tenang "
"Bila kau mencari tempat untuk beristirahat, diam saja disini sesukamu. Namun aku harus memperingatkanmu bahwa disini tidak ada tempat tidur, tapi peti mati." Pembantai Macan mengejek.
Orang tua tersebut menjawab tanpa meliriknya sama sekali," Bila kau tidak dapat membantu kami, maka kami akan pergi."
"Sekarang kau sudah disini, kau pikir dapat pergi sesuka hatimu?"
Senyum yang tajam tersungging diujung mulut orang tua tersebut seraya menjawab," Jadi sebaiknya aku menunggu disini."
"Apa yang kau tunggu?"
"Pukulanmu."
"Jadi kau tidak perlu menunggu lebih lama."
Pembantai Macan melayangkan pukulannya dengan cepat. Betul-betul pukulan yang
mematikan, cepat, tepat dan sangat kuat. Sangat bertenaga. Sebelum pukulan tersebut
mencapai sasarannya, udara yang bergerak karena tenaga pukulan tersebut berhembus
meniup rambut di kepala orang tua tersebut.
Orang tua tersebut tetap tidak bergerak, bahkan diapun sama sekali tidak berkedip. Dengan tenang dia memandangi datangnya pukulan tersebut mendekat kearahnya, kemudian
tersenyum dan mengeluarkan pukulannya. Dia lebih pendek, dan pukulannya terlihat lebih lambat. Namun sebelum pukulan Pembantai Macan masih tiga inchi lagi darinya, pukulan si orang tua tersebut telah menghajar tepat ke hidung Pembantai Macan.
Setiap orang pasti mendengar suara tulang patah yang sangat menyakitkan. Sesaat suara tersebut terdengar, tubuh Pembantai macan yang besar dan berat telah melayang ke udara, setiap orang dapat melihat bahwa hidungnya telah penyok melesek ke dalam mukanya dan seluruh wajahnya sudah tidak karuan bentuknya.
Orang tua tersebut masih tidak memalingkan pandangannya ke arahnya. Dia menarik
selendang sutranya dan mengelap darah yang berada ditangannya sambil meneruskan
pandangannya ke araha pegunungan dikejauhan. Kedua matanya tetap sama sendu dan
buram, seburam warna pegunungan tersebut.
Ekspresi wajah Naga Mata Satu berubah. Setelah peristiwa mengejutkan itu berlalu, seluruh begundal diruangan itu berteriak dan siap untuk menghajar orang tua tersebut. Namun
Pengelana Muka Putih menahan mereka, sesaat dia membisikan beberapa kata ke telinga
Naga Mata Satu.
Naga Mata Satu ragu-ragu sejenak, kemudian dia menganggukan kepalanya. Dia
mengangkat jempolnya dan tersenyum.
"Hebat! Kemampuan yang hebat. Kami tdak dapat mengundang tamu sehebat itu bahkan
bila kita menginginkannya sekalipun. Bagaimana mungkin kita menolak anda untuk tinggal."
"Aku tahu kalau saudara besar pasti akan diterima sebagai tamu terhormat." Pengelana Muka Putih berkata sambil tersenyum.
Naga Mata Satu berjalan kearah orang tua itu dan menyoja," Bolehkan aku mengetahui
nama sahabat yang terhomat?"
"Kau tidak harus mengetahui siapakah aku ini dan kita bukanlah sahabat." Orang tua itu menjawab dengan dingin.
Ekspresi wajah Naga Mata Satu tidak berubah dan dengan sederhana melanjutkan," Berapa lama anda berencana akan tinggal disini sebagai tamu kami?"
"Kau tidak perlu khawatir, kami sudah mengataknnya bahwa kami hanya tinggal disini
selama tiga bulan." Si cantik bergaun hijau memotong." Saat kita sudah tinggal selama tiga bulan, kita tidak akan tinggal lebih lama lagi, bahkan meskipun kau meminta kami untuk tetap tinggal."
Namun wanita itu juga tahu kalau tidak ada seorangpun yang akan mencoba menahan
mereka. "Setelah tiga bulan, kemana kalian akan pergi?"
"Apapun masalahnya, selama tiga bulan ini ada banyak hal yang kami khawatirkan. Kenapa harus pusing-pusing memikirkan yang setelah tiga bulan, sekarang ini."
________________________________________
Dia perlahan-lahan berjalan maju. Kaki kirinya melangkah, dan kaki kanannya terseret dari belakang. Tangannya mengenggam dengan erat goloknya. Golok hitam yang pekat!
Kedua matanya juga hitam pekat, gelap dan tidak dapat diduga, sama seperti malam yang sebentar lagi datang.
Malam musim gugur, gang yang sempit.
Dalam keadaan seperti ini, dia telah berjalan kesemua jalan dan gang yang tidak terhitung lagi jumlahnya. Berapa lama lagi dia harus berkelana"
Dia sama sekali tidak mendengar tentang orang yang sedang dia cari. Dan dia telah bertanya berkali-kali hingga tidak terhitung lagi jumlahnya.
"Apakah kau melihat seorang tua?"
"Setiap orang pasti pernah melihat orang tua, tahukah kau berapa banyak orang tua di dunia ini"
"Tapi orang tua ini berbeda, keempat jari pada salah satu tangannya telah buntung."
"Aku tidak melihat orang tua seperti itu."
Apa yang dia bisa lakukan hanya meneruskan mencari.
Wanita itu menundukan kepalanya dan perlahan-lahan mengikutinya dari belakang.
Sepertinya wanita itu tidak ingin berjalan disisinya, dia hanya merasa bahwa laki-laki itu juga sepertinya tidak mengijinkan dia berjalan disisinya. Meskipun dia tidak pernah berkata-kata, namun dia selalu memperlakukan wanita itu seperti agak jijik.
Mungkin, bukan kepada wanita itu dia merasa jijik, namun pada dirinya sendiri.
Wanita itu tidak pernah mengajari atau mencoba untuk meyakinkan dia itu berhenti mencari.
Dia hanya mengikutinya membisu dari belakang. Mungkin wanita ini juga sudah tahu bahwa laki-laki itu tidak akan pernah dapat menemukan orang yang dicarinya.
Di sisi jalan yang lebar di luar gang yang kosong, cahaya lentera terang benderang dan menerawang kemana-mana.
Apa maksudnya membuat penerangan seterang itu" Bila bukan karena hendak mencari
informasi, mungkin dia lebih suka untuk berdiam di dalam gang yang gelap itu. Keduanya akhirnya berjalan keluar.
Sinar mata wanita itu seraya menjadi cerah, senyuman tersungging dibibirnya yang indah, seluruh tubuhnya kembali hidup. Wanita itu tidak seperti laki-laki itu. Dia menikmati perayaan, dia menikmati kemewahan dan dia menikmati pujian. Meskipun pada awalnya dia selalu terlihat menolak, sebenarnya dia hanya berusaha untuk meningkatkan daya jualnya.
Wanita itu mengetahui bagaimana membuat para pria jatuh kedalam pelukannya. Pria
biasanya tidak akan pernah jatuh ke dalam pelukan seorang wanita yang dianggap rendah olehnya.
Rumah makan sudah sangat ramai malam itu. Kalau kau hendak mencari informasi, tidak
ada tempat yang lebih baik disana. Dan jalan ini memiliki lebih banyak rumah makain
dibanding di jalan lainnya.
Keduanya berjalan keluar dari gang dan memasuki jalan, kemudian tiba-tiba terdengar suara berteriak," Cui Nong!"
Dua orang turun dari salah satu rumah makan. Dua pria yang mengenakan pakaian yang
bagus, yang satu memiliki golok di sampingya, dan yang satu lagi memiliki pedang
dipinggangnya. Yang memiliki golok menggapai lengannya dan bertanya," Cui Nong, apa yang kau lakukan disana" Kapan kau tiba disini" Aku kan sudah katan sebelumnya, berhenti saja bekerja dikota kecil ini. Seorang wanita secantik dirimu kalau bekerja di kota besar, aku jamin tidak sampai dua tahun kau pasti m\bisa mengumpulkan sekarung emas dan perhiasan."
"Kenapa kau tidak mau bicara" Kita kan teman lama" Jangan katakan kau sudah melupakan ku!"
Orang yang memiliki golok sudah minum anggur beberapa gelas dan baru saja mencaci maki dan teriak-teriak ditempat umum itu dan sepertinya menginginkan setiap orang tahu bahwa dia adalah teman dari wanita cantik itu.
Cui Nong tetap menundukkan kepalanya dan menatap sesekali ke arah Fu Hong Xue.
Fu Hong Xue tidak memutar kepalanya. Dia telah berhenti berjalan dan tangan yang
menggenggam goloknya telah mengeras dan dipenuhi oleh pembuluh darah yang
membesar. Orang yang memiliki golok menatapnya, kemudian balik melihat Cui Nong dan akhirnya
mengerti. "Tidak heran kau tidak berkata sepatah katapun, kau telah menemukan seorang pria. Tapi kenapa kau tidak berusaha mencari dengan keras, kenapa kau malah berhubungan dengan
pria pincang ini"
Sebelum kata-katanya selesai diucapkan, dia melihat tatapan Cui Nong telah berganti
menjadi tatapan ketakutan. Dia mengikuti arah tatapan mata Cui Nong dan dia melihat
sepasang mata yang lain. Sepasang mata ini tidak terlalu besar, juga tidak terlalu tajam, namun memancarkan sorot mata yang dingin.
Pemilik golok tersebut bukanlah orang yang pengecut, dan dia juga sudah mabuk setelah menenggak beberapa gelas arak, namun saat kedua matanya memandang padanya, dia
tidak dapat menahan diri bahwa kedua tangannya telah berubah menjadi dingin.
"Fu Hong Xue menatapnya dingin dan tiba-tiba bertanya," Nama keluargamu Peng?"
"Apa urusannya denganmu?" Pemilik golok menjawab tajam.
"Kau satu dari Lima Golok Maut Macan dari Shanxi, keluarga Peng?"
"Kau mengenaliku?" Pemilik golok bertanya.
"Aku tidak mengenalimu sama sekali, namun aku mengenali golok itu!" Fu Hong Xue
menjawab dingin.
Golok tersebut memiliki ornamen dan hiasan yang berlebihan, seperti halnya pakaian yang dia kenakan. Ukuran golok tersebut aneh, kepala lebih besar dari pada bagian badanya yang lebih ramping sementara sarungnya dihiasi dengan lima macam warna kain satin.
Pemilik golok mengangkat dadanya, berkata padanya," Betul sekali, akulah Peng Lie!"
Fu Hong Xue perlahan-lahan menganggukan kepalanya dan berkata," Aku sudah mendengar
tentangmu."
Peng Lie memperlihatkan senyumnya dan menjawab," Seharusnya memang begitu."
"Aku juga mendengar bahwa Keluarga Peng dan Ma Kong Qun adalah sahabat." Fu Hong
Xue berkata. "Dia tepatnya adalah sahabat dari keluarga kami." Peng Lie berkata.
"Apakah kau pernah ke Gedung Sepuluh Ribu Kuda?"
Tentu saja dia pernah kesana sebelumnya, kalau tidak bagaimana dia bisa mengenal Cui Nong"
"Tahukah kau dimana Ma Kong Qun?" Fu Hong Xue menyelidik.
"Dia tidak berada di Gedung Sepuluh Ribu Kuda?"
Peng Lie terlihat terkejut, diapun belum mengetahui apa yang terjadi dengan Gedung
Sepuluh Ribu Kuda.
"Kau juga kenal dengan Majikan Ketiga?" Peng Lie bertanya.
Fu Hong Xue perlahan-lahan tersenyum. Kedua matanya bergerak ke arah golok Peng Lie
seraya berkata," Golokmu betul-betul enak dilihat."
Ekspresi gembira tersembul dibalik wajah Peng Lie. Goloknya tentu saja lebih menarik dibanding golok Fu Hong Xue.
"Sayangnya golok bukan dimaksudnya untuk dikagumi." Fu Hong Xue berkata.
"Lalu untuk apa?"
"Memangnya kau tidak tahu golok digunakan untuk membunuh?" Fu Hong Xue berkata.
"Kau pikir golok ini tidak dapat membunuh?" Peng Lie bertanya.
"Paling tidak aku tidak pernah melihatnya."
Paras wajah Peng Lie berubah," Jadi kau ingin melihatnya membunuh?"
"Betul sekali." Fu Hong Xue menjawab.
Paras wajahnya juga berubah. Menjadi pucat, saking pucatnya hampir seperti transparan.
Peng Lie memandang wajahnya dan tidak sadar telah mundur selangkah.
"Dan bagaimana dengan golokmu, kau pikir bisa digunakan untuk membunuh?" Peng Lie
berkata dengan lantang. Semakin dia takut, semakin keras suaranya.
Pada titik ini, Fu Hong Xue tidak berkata sepatah katapun. Dia tidak ingin berkata-kata lagi, kata-kata selanjutnya yang dia ucapkan mungkin berasal dari goloknya! Kata-kata yang diucapkan dengan golok biasanya lebih efektif dari pada yang diucapkan oleh mulut.
Temannya yang memiliki pedang dipinggangnya adalah seorang yang tampan. Dia tinggi dan memiliki sepasang alis mata yang tebal. Wajahnya selalu memperlihatkan penghinaan,
sepertinya tidak ada seorangpun yang pantas menghabiskan waktunya.
Selama ini dia berdiam diri namun tiba-tiba dia berbicara." Seseorang mengucapkan hal yang sama sebelumnya."
"Mengatakan apa?" Peng Lie bertanya.
"Mengatakan goloknya tidak dapat membunuh."
"Siapa yang mengatakan hal itu?"
"Seseorang yang saat ini sudah mati."
"Siapa?"
"Gong Sung Duan!"
"Gong Sung Duan sudah mati?" Peng Lie bertanya dengan terkejut.
"Dia terbunuh dibawah golok." Pendekar muda itu menjawab.
Butiran keringat tiba-tiba muncul di dahi Peng Lie.
"Dan tambahan lagi, Majikan Ketiga telah terusir keluar dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda."
Pendekar Muda itu menambahkan.
"Bagaimana " bagaimana kau tahu semua ini?" Peng Lie bertanya.
"Aku baru saja kembali dari daerah tenggara."
Fu Hong Xue menatap ke arah pendekar muda itu dan seraya bertanya," Urusan apa yang
kau lakukan disana?"
"Aku sedang mencari dirimu." Pendekar Muda itu menjawab.
Kali ini Fu Hong Xue tidak terlihat terkejut.
"Aku ingin bertemu denganmu." Pendekar Muda itu berkata.
"Kau pergi kesana hanya untuk bertemu denganu?" Fu Hong Xue bertanya.
"Aku tidak ingin bertemu denganmu, aku ingin melihat mata golokmu! Aku ingin tahu
seberapa cepat golokmu!"
Genggaman Fu Hong Xue mengeras, wajahnya menjadi semakin pucat.
"Nama keluargaku Yan, namaku Yuan Qing Feng. Keluarga Yuan dan Gedung Sepuluh Ribu
Kuda adalah sahabat yang sangat baik."
Fu Hong Xue menganggukan kepalanya dan berkata,"Aku mengerti."
"Kau seharusnya mengerti." Yan Qung Feng berkata.
"Apakah kau masih ingin menyaksikan mata golokku?" Fu Hong Xue bertanya.
"Ya."
"Yes."
Fu Hong Xue menurunkan tatapannya dan menatap ke arah tangan yang menggengam
goloknya. "Kau masih tidak ingin menarik golokmu?"
"Baiklah, tarik pedangmu lebih dahulu!"
"Jurus pedang Tianshan tidak pernah menarik pedangnya lebih dahulu!" Yuan Qing Feng
menjawab dengan angkuh.
Paras wajah aneh menyelimuti muka wajah Fu Hong Xue seraya dia bergumam,"Tianshan "
Tianshan"!"
Kedua matanya berkelana ke kejauhan, sorot matanya dipenuhi dengan duka dan kesedihan.
"Tarik golokmu!" Yuan Qung Feng meminta.
Kedua tangan Fu Hong Xue bahkan menjadi semakin gemetar. Goloknya berada di tangan
kirinya sesaat sekonyong-konyong tangan kanannya meraih gagangnya. Peng Lie secara
tidak sadar mundur lagi selangkah. Kedua mata Cui Nong membesar dan dipenuhi
kegelisahan. Ekspresi wajah Yuan Qing Fen tidak berubah sama sekali, namun tangannya menggengam dengan erat gagang pedangnya.
"Tianshan " Tianshan ?"
Tiba-tiba golok telah berkelebat! Hanya ada sekali kelebatan!
Sesaat dia telah melihat kilatan cahaya yang lebih cepat dari kilat, golok telah kembali kesarungnya.
Angin berhembus dengan keras. Segaris sutra merah telah terlempar ke angkasa. Sutra
merah yang menghiasi pedang Yuan Qing Feng telah terpotong.
Kepala Fu Hong Xue masih menunduk, kedua matanya masih menatap ke arah golok yang
masih digenggamnya," Dan sekarang kau sudah melihat mata golokku."
Masih tidak ada perubahan pada ekspresi wajah Yuan Qing Feng, namun keringat dingin
sudah mengalir turun dari dahinya.
"Golokku bukan untuk dikagumi, namu aku membuat pengecualian untukmu." Fu Hong Xue
berkata. Yuan Qing Feng tidak berkata sepatah katapun. Perlahan-lahan dia berbalik dan berjalan ke belakang salah satu rumah makan. Dia masih belum melihat mata golok Fu Hong Xue, yang dia lihat hanya kilatan mata golok yang berkelebat. Namun, itu sudah cukup. Orang tersebut telah pergi, namun satu atau dua helai sayatan sutra merah masih melayang-layang tertiup angin.
Tangan Peng Lie yang memegang golok masih dibasahi oleh keringat.
Pandangan Fu Hong Xue berbalik kearahnya seraya bertanya," Kau sudah melihat golokku?"
Peng Lie menganggukan kepalanya.
"Sekarang aku ingin melihat golokmu." Fu Hong Xue berkata.
Peng Lie menggertakan giginya. Suara yang timbul dari gertakan giginya seperti suara yang timbul saat sebilah golok sedang diasah.
Tiba-tiba terdengar suara keras," Tidak ada hal yang menarik mengenai golok."
Sebuah tandu perlahan-lahan bergerak dari jalan dan berhenti. Suara tersebut berasal dari dalam tandu itu. Suara seorang wanita, suara seorang wanita yang merdu. Tapi pemilik suara itu tidak terlihat. Jendela tandu tersebut tertutup.
"Kalau tidak ada yang menarik mengenai golok, lalu apa yang harus dilihat?" Fu Hong Xue bertanya dingin.
Suara dari dalam tandu menjawab,"Aku lebih tertarik untuk melihat yang lain dari pada sebuah golok."
Tidak hanya suaranya yang berbunyi seperti bel, namun disana benar-benar ada suara bel berdenting. Denting suara bel yang jernih muncul sesaat orang tersebut melangkah keluar dari tandu, seperti kuntum bunga teratai yang sedang mekar. Dia mengenakan gaun warna putih yang indah, pinggangnya dihiasi dengan bel yang berdenting.
Ding Ling Lin. Alis mata Fu Hong Xue terangkat seraya berseru," Rupanya kau?"
Mata Ding Ling Lin bergerak-gerak dengan lincah sesaat menjawab dengan riang," Aku
terkejut kau mengenaliku."
Fu Hong Xue sebetulnya tidak mengetahui siapa wanita itu, dia hanya teringat kalau wanita itu bersama Ye Kai.
Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak ada yang menarik melihat sebuah golok sebab itu bukanlah Lima Golok Maut Macan."
Ding Ling Lin berkata sambil tersenyum.
"Bukan?"
"Kalau kau ingin melihat Lima Golok Maut Macan yang sebenarnya, kau harus pergi ke
Gedung Lima Tingkat di daerah perbatasan."
Dia tiba-tiba berbalik ke arah Peng Lie dan berkata," Dia tidak ingin melihat golokmu lagi, lebih baik kau pergi saja dan minum arak, Sikecil Ye sudah menunggumu."
"Sikecil Yee?"
"Sikecil Yee sudah mengundang beberapa orang tamu malam ini, kita termasuk tamunya."
Ding Ling Lin menjelaskan.
Dia tersenyum dan menambahkan," Dia tidak menyukai tamu yang mati, dan pastinya dia
juga tidak ingin tamunya mati."
"Ye Kai?" Fu Hong Xue bertanya.
"Siapa lai?"
"Dia berada disini juga?"
"Dia ada di dalam rumah makan Surga Keberuntungan. Dia pasti senang sekali bertemu
denganmu."
"Dia tidak akan bertemu dengan ku." Fu Hong Xue berkata.
"Kau tidak pergi?"
"Aku bukan tamunya."
Ding Ling Lin menghela napas," Bila kau tidak ingin pergi, maka tidak ada apapun yang dapat memaksamu pergi, hanya saja ?" dia mengerdipkan matanya ke Fu Hong Xue dan
melanjutkan," Tamu-tamu yang dia undang hari ini, mereka orang-orang yang suka
bepergian dan pasti merupakan sumber informasi yang bagus. Mungkin tidak ada tempat lain yang lebih baik sebagai sumber informasi."
Fu Hong Xue tidak berkata-kata lagi. Dia berbalik dan berjalan ke arah rumah makan Surga Keberuntungan. Kelihatannya dia telah melupakan seseorang telah menunggunya.
Ding Ling Lin menatap Cui Nong dan menghela napas," Dia kelihatannya sudah
melupakanmu."
Cui Nong tersenyum dan menjawab," Tapi aku tidak pernah melupakannya."
Bersinar mata Ding Ling Lin dan berkata," Kenapa dia tidak membawamu pergi?"
"Karena dia tahu kalau aku pasti mengikutinya."
Dia benar-benar mengikutinya. Ding Ling Lin menatap sosok tubuhnya yang mengagumkan
berjalan dengan gemulai." Sepertinya dia memiliki cara untuk menangani laki-laki." Dia bergumam pada dirinya sendiri.
Suaranya sebenarnya sangat pelan, namun Cui Nong memiliki pendengaran yang bagus,"
Kau dapat belajar satu atau dua hal dariku." Dia menjawab.
"Aku tidak suka menggunakan cara orang lain." Ding Ling Lin menjawab balik.
________________________________________
Banyak sekali tetamu di rumah makan Surga Keberuntungan. Setiap orang menggunakan
pakaian yang mewah dan sangat menjaga penampilan diri mereka. Ding Ling Lin betul-betul tidak membual, yang pasti mereka adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan yang luar yang juga adalah soerang yang sangat berkecukupan dan makmur. Mengundang orang-orang seperti itu bukanlah suatu tugas yang mudah, menggunakan mereka semua dalam
hari sama malah hampir tidak mungkin.
Sepertinya Ye Kai sudah menjadi orang yang terkenal dalam dua bulan terakhir ini. Dia mengenakan pakaian yang sehari paling tidak tidak lima puluh tael perak, dikakinya telah terpasang sepasang sepatu yang disepuh emas, rambutnya hitam dan bercahaya yang
dihiasi dengan mutiara yang berkilauan. Dia jarang mengenakan pakaian seperti ini,
sehingga Fu Hong Xue hampir tidak mengenalinya. Namun, Ye Kai mengenalinya, bahkan
sesaat dia menjejakan kakinya ke dalam rumah makan, pandangan Ye Kai tertuju kearahnya.
Cahaya lentera bersinar terang.
Wajah Fu Hong Xue terlihat lebih gelap di bawah cahaya ini. Banyak orang mengarahkan pandangannya ke arah goloknya. Tatapan awal mereka semua kegoloknya, kemudian
kewajahnya. Namun, Fu Hong Xue seperti tidak melihat seorangpun disana.
Ye Kai melangkah kearahnya dan memperlihatkan senyuman diwajahnya. Senyum ini yang
merupakan satu-satunya yang tidak pernah berubah diwajahnya, sehangat dan seramah
biasanya. Mungkin karena hal ini, Fu Hong Xie memandang kepadanya, pandangan yang
dingin. "Aku tidak pernah mengira kau akan datang." Ye Kai berkata.
"Aku juga berpikir tidak." Fu Hong Xue berkata.
"Mari silahkan duduk."
"Tidak terima kasih. Aku bisa berbicara sambil berdiri."
Ye Kai tersenyum dan berkata," Aku tahu apa yang kau inginkan."
"Kau tahu?"
Ye Kai menganggukan wajahnya dan menghela napas," Sayangnya aku juga belum
mendengar kabar mengenai orang tersebut."
Fu Hong Xue jatuh terdiam. Setelah beberapa saat tiba-tiba dia menjawab," Selamat
tinggal." "Kau tidak ingin mencoba beberapa cangkir?"
"Tidak, terima kasih."
"Secangkir tidak akan melukaimu."
"Tapi aku tidak pernah membayarimu minum."
"Aku pernah mendengar hal ini sebelumnya."
"Aku juga tidak akan pernah minum anggurmu."
"Memangnya kita bukan teman?"
"Aku tidak punya teman."
Tiba-tiba dia berbalik dan mulai berjalan keluar. Kaki kirinya melangkah maju, dan kaki kanannya diseret dari belakang. Sesaat Ye Kai melihatnya melangkah keluar, senyumnya menjadi kecut. Namun sebelum Fu Hong Xue mencapai pintu, Ding Ling Lin dan Cui Nong
tiba-tiba berjalan masuk.
Tangga tersebut sangat sempit dan Cui Nong berdiri dibawahnya sepertinya dia terkejut. Dia melihat Ye Kai begitu juga dia melihat dirinya. Fu Hong Xue juga menatap wanita itu, sementara Ding Ling Lin menatap Ye Kai. Sorot mata keempat pasang mata tersebut sangat berbeda, tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkan ekspresi mereka.
Cui Nong menundukan kepalanya. Namun pandangan Ye Kai masih melekat kearahnya. Ding
Ling Lin cepat-cepat naik ke atas. Fu Hong Xue mulai berjalan turun. Cui Nong berbalik dan mengikutinya tanpa sedikitpun melirik kearah Ye Kai. Namun Ye Kai masih terpaku pada tangga yg kosong sepertinya dia sudah linglung.
Ding Ling Lin tidak tahan melihat hal itu dia memukul punggung dan berseru," Semua orang sudah pergi."
"Oh?"
"Kenapa kau tidak pergi dengan mereka."
"Oh."
"Bila kau ingin merebut kekasihnya dari ujung goloknya, kau harus hati-hati. Golok orang itu sangat cepat." Dia berkata dingin.
Ye Kai tertawa. Ding Ling Lin balik tertawa, tapi ketawa yang hambar," Wanita itu sangat menyenangkan untuk dilihat, aku juga sudah mendengar apa yang dia kerjakan sebelumnya.
Aku yakin dia telah menggaet banyak uangmu sebelumnya."
"Kau pikir aku sedang melihatnya?"
"Jangan katakan kau tidak?"
"Aku hanya berpikir ?"
"Berpikir dengan hati lebih buruk dari pada berpikir dengan mata."
Ye Kai menarik napas," Kau tidak boleh percaya apa yang hatiku pikirkan."
"Selama kau mengatakannya kepadaku, aku akan mempercayainya."
"Aku hanya berharap dia benar-benar mengasihi Fu Hong Xue dengan tulus, jadi dia benar-benar bersedia menghabiskan hidupnya dengannya, atau bila tidak ?"
"Bila tidak apa?"
Pandangan khawatir tersembul dari sorot mata Ye Kai, sesaat dia berkata dengan ragu-
ragu," Bila tidak aku tidak punya pilihan untuk membunuhnya!"
"Kau benar-benar akan melakukan hal itu?"
"Aku selalu menjadi orang yang kejam dan tidak memiliki perasaan," Ye Kai berkata blak-blakan.
Ding Ling Lin menggigit bibirnya dan melirik Ye Kai dari sudut matanya," Aku tahu orang seperti apa dirimu."
"Oh?"
"Kau adalah orang yang agak munafik, karena itu aku tidak pernah mempercayai setiap
patah kata yang keluar dari mulutmu."
Ye Kai tersenyum. Senyuman yang pahit.
Sesaat kemudian, terdengar suara keras dari bawah," Ye Kai, Ye Kai ?"
Seorang pemuda yang mengenakan pakaian ungu dengan topi jerami menghentikan
kudanya di depan rumah makan Surga Keberuntungan. Dia mengikat kudanya dengan satu
tangan dan mengupas kacang dengan tangannya yang lain.
Sebuah pedang tanpa sarung, tipis dan tajam.
Seseorang lainnya di rumah makan berteriak," Lu Xiao Jia!"
Ketiga kata itu dalam namanya terlihat memiliki hal menarik yang misterius diantara mereka.
Setiap orang yang mendengar nama itu menolehkan kepalanya ke jendela untuk melihat.
Ye Kai melangkah dan berkata," Kenapa kau tidak naik ke atas untuk minum?"
Lu Xiao Jia melihat ke atas dan menjawab," Kau tidak pernah memperoleh kacangku, kenapa kau mengundangku untuk minum?"
"Keduanya adalah hal yang berbeda." Ye Kai berkata. Dia mengambil sebuah cangkir dan melemparkannya ke atas. Cangkir tersebut melayang dengan ringan ke arah Lu Xiao Jia, seperti ada yang sedang sebuah tangan yang mengantarkannya. Cangkir tersebut berbalik di udara dan mengeluarkan isinya ke arah mulut Lu Xiao Jia.
"Arak yang bagus!" dia berseru.
"Secangkir lainnya?" Ye Kai menawarkan.
Lu Xiao Jia menggelengkan kepalanya." Aku hanya ingin bertanya apakah kau telah
menerima undangan atau tidak?"
"Aku memperolehnya kemaren."
"Apakah kau berencana untuk pergi?"
"Kau tahu aku selalu menyukai pesta perjamuan."
"Bagus. Kita akan bertemulagi pada tanggal lima belas bulan sembilan di Gedung Awan
Putih." Lu Xiao Jia menjawab. Dia melemparkan sebuah kacang ke udara dan kacang itu
baru saja akan melayang ke arah mulutnya. Siapa yang menyangka bahwa pada saat yang
tepat, Ye Kai melayang ke udara dan menangkap kacang tersebut dengan mulutnya. Dengan gerakan salto yang ringan, tubuhnya telah kembali ke rumah makan.
Dia tertawa lebar dan berkata," Akhirnya aku bisa merasakan kacangmu."
Lu Xiao Jia terlihat kaget. Dengan sekali kebutan tangan, kudanya mulai melesat pergi. Dari kejauhan, dia tertawa keras dan berkata," Betul-betul ngawur. Ibunya pasti sundal, betul-betul ngawur."
________________________________________
Mie sudah menjadi dingin, sementara kuahnya sudah menjadi keruh. Beberapa irisan
sayuran sudah mengambang di kuah tersebut. Sayuran dan mie yang sudah tidak
menimbulkan selera, tersaji di dalam mangkuk yang sudah terlihat jelek.
Kepala Cui Nong masih menunduk. Ditangannya terdapat sepasang sumpit yang sudah
digunakan oleh banyak orang. Dia mengambil beberapa helai mie, kemudian
menjatuhkannya kembali. Meskipun saat ini dia benar-benar sudah lapar, namun mie di
dalam mangkuk tersebut betul-betul tidak menimbulkan selera. Mie yang biasanya dia makan dimasak dengan kaldu ayam. Mangkuk yang biasanya dia pakai terbuat dari perselen yang bagus. Melihat mangkuk yang saat ini dia pegang, dia benar-benar tidak tahan lagi untuk tidak menghela napas, dan dia meletakan sumpit yang dipegangnya.
Mangkuk Fu Hong Xue sudah bersih. Dia memandang wanita tersebut membisu, kemudian
bertanya," Kau tidak bisa memakannya?"
Cui Nong tersenyum terpaksa dan menjawab," Aku ". aku tidak lapar."
"Aku tahu kau tidak terbiasa makan makanan seperti ini, kau seharusnya pergi ke rumah makan Surga Keberuntungan."
Cui Nong menjawab perlahan," Kau tahu kalau aku tidak akan pergi, aku?"
"Apakah kau takut kalau kau tidak akan diterima disana?"
Cui Nong menggelengkan kepalanya.
"Jadi kenapa kau tidak pergi?"
Cui Nong perlahan-lahan mengangkat wajahnya dan memandangnya," Karena kau disini, aku akan disini bersamamu. Tidak ada tempat lain di dunia ini yang dapat aku datangi."
Fu Hong Xue jatuh terdiam. Cui Nong perlahan-lahan meraih dan memegang tangannya,
tangan yang tidak menggenggam golok. Tangan wanita tersebut lembut dan halus,
sentuhannya juga lembut. Wanita tersebut tahu bagaimana harus meringankan kewajiban
seorang pria. Dengan dingin Fu Hong Xue menolaknya dan bertanya," Kau mengenal orang itu?"
Cui Nong menundukkan kepalanya dan menjawab," Hanya " hanya seorang pelanggan
biasa." "Pelanggan biasa apa?"
"Kau tahu aku biasanya " di tempat seperti itu, aku bertemu dengan banyak bajingan.
Ekspresi wajah sakit dan sedih tersembul di wajah Fu Hong Xue.
"Harap maafkan aku, kau seharusnya tahu kalau aku tidak pernah peduli dengan orang-
orang seperti itu."
Fu Hong Xue mengepalkan tangannya dan menjawab,"Semua yang aku tahu kau tadi
memandanginya sepanjang waktu."
"Saat aku menatapnya" Pada saat aku melihatnya aku hanya ingin muntah."
"Oh?"
"Aku betul-betul tidak tahan untuk membunuhnya setiap kali aku melihatnya."
Fu Hong Xue tersenyum dingin dan menjawab,"Kau pikir orang yang aku bicarakan adalah orang yang bernama Peng itu?"
"Memangnya bukan?"
"Yang aku maksudkan Ye Kai."
Cui Nong terlihat kaget.
"Kau mengenalnya dengan baik juga kan" Apakah dia juga hanya seorang pelanggan biasa?"
Pandangan sedih dan pahit tersembut dari wajah Cui Nong, sesaat dia menjawab dengan
sedih,"Kenapa kau harus berkata begitu" Apakah kau ingin menyiksaku" Atau kau ingin
menyiksa dirimu sendiri?"
Wajah pucat Fu Hong Xue mendadak memerah. Dia berusaha mengontrol dirinya dan
bertanya,"Yang aku ingin tahu hanyalah kau mengenalnya atau tidak."
"Meskipun aku pernah mengenalnya, tapi aku sekarang tidak ingin mengenalinya lagi."
"Kenapa?"
"Karena satu-satunya orang yang aku kenal sekarang adalah kau. Kau dan tidak ada orang lain lagi."
Fu Hong Xue memandang kedua tangan wanita itu sepertinya ekspresi wajah frustasi tersirat diwajahnya.
"Aku minta maaf kalau aku tidak bisa memberikan kehidupan yang pernah kau nikmati. Bila kau mengikutiku, makanan yang dapat aku berikan adalah makanan seperti mie ini."
"Tidak ada yang salah dengan mie ini."
"Tapi kau tidak dapat memakannya."
"Aku akan makan." Dia mengambil sumpitnya dan mulai mengaduk mie di dalam mangkuk
itu. Saat dia memasukan makanan ke dalam mulutnya, senyum terpaksa menyembul di
wajahnya dan dia terlihat seperti sedang memakan racun.
Fu Hong Xue menatapnya, dan tiba-tiba merampas sumpit itu."Kalau kau tidak mau, kenapa harus memakannya" Aku tidak memaksamu untuk memakannya."
Suaranya mulai bergetar dan kedua tangannya mulai bergetar. Kedua mata Cui Nong mulai memerah sesaat air mata mulai mengalir. Akhirnya dia tidak tahan dan berkata,"Kenapa kau memperlakukanku seperti ini" Aku ?"
"Kau apa?"
Cui Nong menggigit bibirnya dan berkata,"Aku hanya berpikir tidak seharusnya kita hidup seperti ini."
Dia menghela napas dan melanjutkan,"Kau kehabisan uang, tapi aku masih punya banyak."
Dada Fu Hong Xue naik dan turun seraya dia berseru,"Semua itu milikmu, tidak ada
hubungannya denganku."
"Aku sudah menjadi milikmu, kenapa kau masih harus berpikir seperti ini?"
Wajah pucat Fu Hong Xue telah menjadi merah seluruhnya, seluruh tubuhnya mulai
bergetar. "Apakah kau pernah berpikir betapa kotornya uangmu" Setiap saat aku berpikir bagaiman kau memperoleh uang itu, aku ingin muntah."
Ekspresi wajah Cui Nong berubah sesaat dia pun mulai bergetar. Dia menggigit bibirnya dan menjawab,"Mungkin tidak hanya uangku, tubuhku juga kotor, kan?"
"Kau benar."
"Kau tidak harus mengatakannya kepadaku, aku sudah kalau kau memandang rendah
diriku."Dia menggigit bibirnya dengan keras hingga mulai berdarah,"Aku harap kau juge berpikir mengenai hal itu juga."
"Mengenai apa"
"Berpikir mengenai kenapa aku harus melakukan hal itu semua" Untuk kepentingan siapa"
Untuk tujuan apa?"
Dia berusaha sebisa mungkin untuk mengendalikan dirinya, namun air matanya telah
menutupi seluruh wajahnya. Dia tiba-tba berdiri dan menangis,"Karena kau malu terhadap diriku, kenapa juga aku harus peduli denganmu, aku ?"
"Kau benar. Kau memiliki sekantung penuh uang emas yang kau kumpulkan, kenapa juga
kau mengikutiku" Kau seharusnya sudah pergi jauh-jauh hari."
"Kau sudah tidak menginginkan diriku lagi?"
"Ya."
"Baik, baik, baik " baik."
Dia menuturpi wajahnya dengan kedua tangannya dan mulai mengelap air matanya. Fu
Hong Xue tidak menghentikannya, juga tidak melihatnya. Dia pergi dan membanting pintu hingga terdengar suara BBLLLLANNGG. Fu Hong Xue masih tetap duduk tidak bergerak.
Tubuhnya mulai berhenti bergetar, namun pembuluh darah di kedua tanganya mulai
membengkak, dan keringat dingin mulai menutupi dahinya. Tiba-tiba dia terjatuh ke atas lantai dan mulai mengejang, Busa putih mulai keluar dari sisi mulutnya. Dia mulai
bergulingan di atas lantai, terengah-engah dan megap-megap seperti hewan. Megap-megap untuk bernapas " seperti hewan yang sudah sekarat hampir mati.
Pintu tiba-tiba terbuka.
Cui Nong perlahan-lahan masuk ke dalam. Air mata di atas lantai telah mengering, air mata itu mengering dengan cepatnya. Kedua matanya kembali dipenuhi dengan cahaya, namun
kedua tangannya masih bergetar. Namun bukan karena kesedihan, tapi karena khawatir
terhadap Fu Hong Xue. Dia perlahan-lahan berjalan kearahnya, selangkah demi selangkah "
Tiba-tiba dia mendengar suara yang aneh, suara orang mengunyah! Tidak ada seorangpun yang tahu kapan orang ini telah melayang masuk ke dalam dan duduk di atas jendela sambil mengunyah kacang.
Lu Xiao Jia! Ekspresi wajah Cui Nong berubah dan dia bertanya dengan tajam,"Kenapa kau kesini?"
"Memangnya aku tidak dapat datang kesini?"
"Kau kesini untuk membunuhnya?"
Lu Xiao Jia tertawa dan mendengus," Memangnya aku yang mencoba membunuhnya" Atau
kau?" Berubah paras wajah Cui Nong." Kau gila, kenapa aku harus membunuhnya?"
Lu Xiao Jia menghela napas dan menjawab,"Wanita pasti memiliki banyak alasan untuk
membunuh pria."
Cui Nong berjalan kedepan Fu Hong Xue dan berkata,"Aku tidak peduli apa yang kau
katakan, aku tidak akan membiarkan dia menyentuhmu."
"Meskipun kau memohon aku tidak akan melakukannya. Aku tidak pernah tertarik
menyentuh pria."
"Lalu apa yang ingin kau lakukan?"
"Aku hanya ingin bertanya kepada kalian berdua, apakah sudah menerima undangan."
"Undangan" Undangan apa?"
Lu Xiao Jia menghela napas dan berkata,"Sepertinya kalian berdua berkeliaran tanpa arah yang jelas selama ini."
"Kita tidak perlu berkeliaran."
"Bila kalian tidak berkeliaran, jadi kenapa tidak bisa menemukan orang yang kalian cari?"
Dia tiba-tiba menarik keluar pedangnya dan dalam sekejap mata dia telah mengukir delapan buah kata di dinding.
"Tanggal lima belas bulan sembilan, Gedung Awan Putih.
"Apa maksudnya?" Cui Nong bertanya.
"Maksudnya aku berharap kalian berdua masih hidup untuk datang pada tanggal lima belas bulan sembilan ke Gedung Awan Putih. Orang mati tidak akan diterima disana." Lu Xiao Jia berkata sambil tersenyum.
Segulung angin berhembus. Sebutir kuling kacang telah jadih dari lubang jendela. Lu Xiao Jia telah menghilang terbawa angin.
Angin menggoyangkan dedaunan dan ranting diluar.
Suara terengah-engah Fu Hong Xue mulai berkurang.
Cui Nong masih berdiri diam sejenak. Akhirnya dia membungkuk dan memeluknya.
Pelukannya hangat dan lembut. Dia selalu mengetahui bagaimana memeluk seorang pria.
ooOoo Tamat Misteri Bayangan Setan 6 Pendekar Kembar Karya Gan K L Laron Pengisap Darah 3