Pencarian

Pendekar Cengeng 7

Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo Bagian 7


"Hemm, kalau benar dugaanmu, kita akan berjasa besar kalau dapat menangkapnya hidup atau mati. Dia adalah keturunan terakhir Yu kiam sian, musuh negara yang lebih penting dari pada Thian te Sin kiam. Akan tetapi, betulkah dia ?"
tanya si tinggi besar.
"Aku sendiri belum pernah mendengar suaranya. Akan tetapi menurut penuturan mereka yang pernah bertemu dan bertanding dengannya kadang kadang Pendekar Cengeng mengeluarkan lengking tangis yang mengerikan. Dia suka mengucurkan air mata dan suka melengking 444
seperti itu dan karena itulah dia dijuluki Pendekar Cengeng," kata si muka kuning.
"Aaah, tidak perlu khawatir, pemberontak tadi si Dewi Suling atau si Pendekar Cengeng kita tidak perlu takut dan yang paling penting, kita harus mengamankan tawanan kita. Biarpun mereka itu berkepala tiga berlengan delapan, dapat berbuat apa terhadap kita" Pula bala bantuan dapat cepat diharapkan datang dari pos pos depan dan belakang !" kata perwira lain Siok Lan kembali termenung. Mungkinkah Pendekar Cengeng yang datang tadi" Ah tak mungkin sama sekali. Pendekar Cengeng sudah melupakan keluarga Liem, merasa diri terlalu tinggi! Tak mungkin kini datang berusaha menolong dia! Dan yang andaikata ada yang dapat menolongnya, ia sama sekali tidak mengharapkan bahwa orang itu adalah Pendekar Cengeng yang dibencinya! Dengan pikiran ini, Siok Lan tertidur di bawah pohon.
Pada malam kedua, ketiga dan keempat selain rombongna pasukan pengawal itu diganggu bayangan h?tam yang mengeluarkan bunyi melengking dan sedikitnya tentu ada lima orang pengawal yang roboh menjadi korban. Akan tetapi bayangan itu tetap saja tidak berhasil membebaskan Siok Lan yang terjaga dan terkurung ketat.
Pasukan itu beberapa kali berhenti di pos pos penjagaan dan pada hari ke sepuluh mereka tiba di luar kota Thian an bun yang menjadi pos besar dari pada para penjaga yang menjaga jalan yang 445
direncanakan untuk penggalian terusan atau saluran besar.
Ketika mereka tiba di tempat lapangan yang luas, tiba tiba terdengar derap kaki kuda dan dari dalam hutan muncul seorang penunggang kuda.
Para perwira pengawal mengangkat tangan mengisyaratkan kepada anak buahnya agar supaya berhenti dan waspada karena siapa tahu kalau kalau penunggang kuda itu adalah pemberontak, para pengawal itu sudah meraba gagang golok dan mempererat genggaman gagang tombak semua mata memandang ke arah penunggang kuda yang masih agak jauh itu.
"Siocia" Siocia".! Tungguah saya," !"
Siok Lan terkejut sekali. Penunggang kuda itu bukan lain adalah Aliok! Beberapa detik lamanya hatinya girang dan gembira bukan main menyaksikan betapa pelayannya yang disayangnya itu ternyata selamat dan masih hdup akan tetapi pada detik detik berikutnya wajahnya menjadi pucat dan hatinya menyesal sekali. Mau apakah pelayannya itu" Seperti Ular mencari perggebuk.
Sungguh sungguh tolol hanya datang mencari mampus!
"Aliok...! Kau pergilah jauh jauh ....!" ia berseru dengan nyaring mengerahkan khi kangnya.
Akan tetapi dengan suara keras terdengar Aliok membantah. "Tidak bisa, siocia! Saya pelayan nona, bagaima bisa meninggalkan nona" Saya harus mengawani nona dalam suka maupun duka!"
446 Mendengar ini hati Siok Lan terharu sekali dan ia teringat akan pandang mata pelayan itu pada saat sebelum dia ditawan. Pandangan mata yang amat mesra yang penuh getaran cinta kasih dan mukanya merah sekali. Kini Aiiok yang menunggang kuda itu sudah tiba dekat. Pasukan pengawal yang mendengar ucapaa pemuda itu menjadi geli sekali dan menganggap bahwa pelayan itu tentu seorang yang kelewat bodohnya lalu menjadi berubah seperti orang gila! Dimana ada orang menyerahkan diri begitu saja, hanya untuk melayani nona majikannya" Akan tetapi, melihat betapa pelayan itu seorang pemuda tampan, mereka mulai curiga. Begitu kuda yang ditunggangi Aliok dekat, segera para pasukan mengurungnya dengan tombak dan golok di todongkan
"Aihh" aih .... kalian mau apa" Aku datang mengantarkan kuda untuk nona majikanku ini.
Kalian sungguh tidak tahu malu Mengiringkan seorang nona muda dibelenggu seperti itu dan disuruh jalan kaki. Bagaimana kalau nona majikanku sampai jatuh sakit" Aku susah susah datang membawakan kuda agar ditunggangi nonaku dan aku akan ikut untuk melayani segala keperluannya. Mengapa aku dikurung" Heeei, lepaskan kendali kuda itu !" Aliok berteriak teriak marah dan para perajurit Mongol tertawa bergelak.
Benar benar seorang pemuda yang tolol.
"Aliok, kenapa engkau menyusulku" Aku tidak perlu pelayan pada waktu begini, engkau pergilah Aliok, jangan berada di sini. Pergilah!" Sok Lan berkata penuh kekhawatiran, kemudian memandang para perwira.
447 "Heeeii kalian bebaskan pelayan itu, dia tidak tahu apa apa !"
4 "Tidak !" Aliok atau Yu Lee membantah cepat cepat. "Kalau nonaku dibebaskan, baru aku, mau pula dibebaskan. Kalau nona ditangkap biarlah aku ikut ditangkap dan kalian laki laki gagah harap punya malu, berikanlah seekor kuda untuk nonaku. Lihat, nonaku kelihatan begitu letih, apakah kalian tidak kasihan terhadap seorang wanita?"
Semua perwira tertawa. "Tak salah lagi, tentu
"ada main" antara nona majikan dan pelayan!" kata perwira kedua
Mereka tertawa tawa dan wajah Siok Lan menjadi merah sekali, matanya mendelik merah.
Akan tetapi Yu Lee berteriak teriak marah. "Jangan menghina nonaku! Kalian sungguh kurang ajar !"
Akan tetapi tangan tangan yang kuat dan kasar menyeret Yu Lee dari atas pungung kuda dan beberapa kepalan tangan memukulnya. Yu Lee pura pura ketakutan dan kesakitan, menjerit jerit.
"Kabar nya tentara Mongol paling gagah perkasa, siapa kira kini memukuli orang tak berdosa."
Perwira muka kuning menggerakkan tangan menyuruh perajurit perajurit nya mundur. Yu Lee dilepaskan, mukanya merah dan biru bekas pukuln.
"Belenggu kedua tangan dan naikkan bersama nonanya ke atas kuda. Satukan belenggu mereka agar tidak menyulitkan penjagaan !"
448 Yu Lee berteriak teriak, akan tetapi percuma aaja. Ia segera diringkus dan di belenggu kedua lengannya yang ditelikung ke belakang, mirip keadaan Siok Lan. Kemudian Siok Lan dan Yu Lee diangkat ke atas kuda yang dibawa oleh Yu Lee tadi, didudukkan di atas kuda saling membelakangi, Siok Lan menghadap ke depan dan Yu Lee menghadap ke belakang, beradu punggung kemudian kembali tubuh mereka diikat menjadi satu !
"Tolol engkau Aliok, mengapa menyusul?" bisik Siok Lan sambil menoleh ke belakang.
"Nona, bagaimana saya dapat membiarkan nona seorang diri" Mati hidup saya harus bersama nona. Saya mencari kuda ini dan menyusul"."
bisik Yu Lee sepenuh perasaan hatinya sehingga gadis itu semakin terharu.
Mendengar percakapan bisik bisik ini, para perajurit tertawa geli dan kuda itu segera dikeprak dari belakang dan mulailah rombongan itu melanjutkan perjalanan. Dua orang tawanan yang berada di punggung kuda itu berada di tengah tengah, dan sungguhpun kini tidak berjalan kaki melainkan menunggang kuda, akan tetapi hati Siok Lan penuh kekhawatiran. Kalau tadinya ia hanya memikirkan diri sendiri menanti kesempatan baik untuk menyelamatkan diri, sekarang ia harus memikirkan keselamatan pelayannya pula. Dan diam diam di lubuk hatinya ia merasa heran kepada hatinya sendiri. Kenapa munculnya pelayannya merupakan hal yang begini mendebarkan dan menggirangkan hatinya"
449 Mendatangkan rasa tenteram seolah olah sekarang setelah ditemani Aliok, ia tidak takut lagi menghadapi segala bencana" Kenapa melihat kesetiaan dan kasih sayang Aliok yang begini besar terhadap dirinya membuat hatinya begini besar"
Di tengah perjalanan, pada saat para pengawal itu tidak memperhatikan, Yu Lee berbisik lirih tanpa menggerakkan bibirnya,
"Nona, kita menanti kesempatan baik di waktu malam. Saya akan membantu nona agar nona dapat melarikan diri. Kalau berhasil, jangan perdulikan saya"."
"Tidak mungkin! Aku tidak mau lari sendiri dan meninggalkan kau!"
"Ahhh, nona seorang yang penting, kalau aku"
mereka tentu akan membebaskan aku, perlu apa mengawal seorang pelayan ke kota raja?"
"Hussshh, diamlah, Aliok, aku tidak mau lari sendiri! Aliok, kenapa kau mengorbankan dirimu untukku?"
"Aku" mencinta nona dengan seluruh jiwa ragaku, biar berkorban nyawa sekalipun untuk nona saya rela!"
Siok Lan meramkan kedua matanya sejenak untuk menahan air matanya. Akan tetapi ketika membuka matanya kembali, dua butir air mata membasahi pipinya. Tidak salah lagi, ia pun jatuh cinta kepada pelayannya ini! Tanpa disadari, tangannya yang berada di belakang karena lengannya terbelenggu, bertemu dengan tangan Yu Lee dan jari jari tangan itu saling genggam. Dari 450
remasan jari tangan itu menggetar perasaan mereka masing masing mewakili pandangan mata dan kata kata.
"Kau baik sekali Aliok, tapi jangan membicarakan hal yang tidak mungkin terjadi..."
bisik Siok Lan dengan suara terharu.
Yu Lee diam diam tersenyum di dalam hati. Ia maklum apa makna kata kata nona ini. Tentu saja selelah menjadi tunangan Pendekar Cengeng tak mungkin nona ini menyerahkan hatinya kepada pria lain! Beberapa malam ini ia telah berusaha untuk membebaskan Siok Lan, namun usahanya selalu sia sia belaka biarpun ia berhasil membunuh beberapa orang pengawal.
Ia tahu bahwa kalau ia nekad hal itu amat tidak baik karena selain penjagaan yang ketat itu sukar sekali dibobol, juga ada kemungkinan nona itu dibunuh dari pada lolos.
Karena inilah maka ia mencari akal dan sengaja menyamar sebagai pelayan lagi menyerahkan diri agar ia dapat berdekatan dengan Siok Lan. Kalau sudah berdekatan, tentu kesempatan untuk menolong Siok Lan lebih banyak. Belenggu yang mengikatnya dengan mudah akan dapat ia patahkan.
Para perajurit yang menduga ia seorang pelayan lemah mengkalnya secara sembarangan saja. Akan tetapi ia harus menanti saat yang baik. Ia harus terus berlagak bodoh agar para pengawal itu percaya, memandang rendah dan lengah. Kota raja masih jauh sehingga ia tidak perlu tergesa gesa.
Sekali usahanya gagal, akan tak mungkin lagi 451
menolong Siok Lan. Maka ia harus sabar dan hati hati sekali berusaha dapat berhasil.
Karena rombongan sudah hampir tiba di Thian an bun, maka perjalanan dipercepat dan menjelang senja rombongan sudah tiba di luar kota Thian an bun sejauh kurang lebih tiga puluh li dari kota itu.
Hanya tinggal melewati sebuah hutan lagi dan malam hari itu mereka akan tiba di kota yang menjadi markas para penjaga Mongol. Para perwira tidak ingin bermalam di dalam hutan, ingin cepat cepat memasuki kota agar mereka dapat benar benar beristirahat dan bebas dari pada pertanggungan jawab menjaga kedua orang tawanan.
"Hayo cepat hari sudah hampir gelap!"
Demikian aba aba para perwira dan pasukan itu biarpun sudah lelah terpaksa mempercepat jalanayn memasuki hutan yang lebat.
Begitu masuki hutan, biarpun matahari belum tenggelam sepenuhnya, masih mengembang di cakrawala sebelah barat, namun cuaca menjadi gelap oleh lebatnya pohon pohon besar di dalam hutan. Yu Lee menggunakan jari tangannya menggenggam tangan Siok Lan sebagai isyarat kemudian berbisik lirih sekali.
"Dengarkan nona ....... tapi jangan menoleh agar tidak menimbulkan kecurigaan" aku" aku dapat melepaskan belengguku "."
"Hemm...?" Siok Lan tercengang.
"Karena saya seorang pelayan, mereka tidak mengikat erat erat dan guncangan guncangan di 452
atas kuda membuat belenggu ini longgar. Saya telah dapat membebaskan tangan dan diam diam saya akan mencoba untuk melepaskan belenggu di tangan nona."
Berdebar jantung Siok Lan. Ia tahu bahwa pelayannya ini biarpun tidak pandai silat namun amat cerdik, maka ia percaya sepenuhnya akan keterangan ini. Hanya ia meragu karena ikatan tangannya luar biasa eratnya.
"Mungkinkah kau membebaskan ikatanku ...?"
Siok Lan bertanya ragu ragu karena selain belenggu tangan, juga tubuh mereka diikat.
"Simpul ikatan berada di panggung nona, jari jari tangan saya dapat menggapainya. Mudah mudahan berhasil, harap nona bersikap biasa sampai saya berhasil membuka belenggu yang mengikat tangan nona!"
Siok Lan tentu saja sama sekali tak pernah mimpi bahwa pelayannya itu menggunakan sinkang untuk memutus belenggu yang amat kuat dan yang mengikat kedua pergelangan tangannya.
Ia merasa betapa jari jari tangan pelayannya meraba raba membetot dan menarik narik. Hatinya makin terharu. Semenjak pelayannya secara berterang menyatakan cinta kasih, mencintainya dengan seluruh jiwa raga dan rela berkorban jiwa, ia memandang pelayan ini dengan perasaan lain lagi. Tak mungkin ia menganggapnya seperti seorang pelayan biasa! Melainkan lebih tepat sebagai seorang sahabat, seorang biasa seperjalanan, bahkan seorang kawan senasib sependeritaan.
453 "Nona, di sebelah depan ada apa " Bagaimana keadaan nona?"
"Jalan sempit dan ku melihat di depan ada hutan di sebelah kanan. Di sebetah kiri curam menurun dan agaknya pinggir sungai."
"Bagus! Hari hampir gelap, kita menanti kesempatan baik. Di hutan itu nona dapat melarikan diri. Belenggu hampir terlepas"!" bisik Yu Lae perlahan.
"Dan engkau?"" Siok Lan beibisik ragu.
"Saya akan berusaha lari pula. Akan tetapi jangan nona perhatikan saya. Saya akan menggunakan akal memancing perhatian mereka agar tidak memperhatikan nona. Ingat nona.
Mereka itu mementingkan nona, bukan saya.
Kalau tidak ada nona di sini, mungkin saya sudah dibebaskan Mau apa mereka menangkap saya?"
"Tapi" tapi..... baimana aku bisa lari meninggalkan kau, Aliok" Aku tidak mau selamat sendiri."
"Ahhh, nona yang mulia, saya hanya Aliok seorang pelayan..." Yu Lee menggoda, hatinya terharu sekali dan penuh kebahagiaan dan untung ia duduk beradu punggung dengan gadis pujaannya itu, kalau tidak Siok Lan tentu akan melihat dua titik air matanya yang meloncat keluar tanpa dapat ia tahan lagi.
"Husshh, jangan ulangi ucapan separti itu, Aliok. Pendeknya, aku bukan seorang yang hanya memikirkan diri sendiri. Kalau aku bebas, engkaupun harus bebas!"
454 Begitu besarnya hati Yu Lee sehingga ingin ia pada saat itu dapat merangkul memeluk leher itu, mendekap kepala itu ke dadanya. Akan tetapi ia menahan perasaan cintanya dan berbisik lagi tanpa menoleh sehingga para perajurit yang berada di belakang kuda tidak tahu bahwa dia bercakap cakap. Pemuda itu kini menggunakan ilmunya sehingga ia berbisik tanpa menggerakkan mulut.
"Nona, harap jangan berpendirian seperti itu.
Kalau nona tidak bebas lebih dahulu, bagaimana saya bisa tertolong" Sebentar lagi gelap, nona harus terbebas dan sayapun akan berusaha lari.
Andaikata saya gagal tetapi nona sudah bebas, bukankah nona dapat berusaha menolong saya?"
Siok Lan dapat membenarkan pendapat ini. Ia mengangguk sedikit dan berkata, "Bagus".! Nah, hati hati jangan sampai kentara. Belenggumu sudah terbuka, nona..."
Siok Lan menggerak gerakkan jari tangannya dan benar saja. Tali pengikat kedua pergelangan tangannya sudah terlepas! Ia tidak tahu bahwa Y u Lee mematahkan tali belenggu dengan pengerahan sinkang yang amat kuat
"Pasukan jalan terus, biar malam ini sampai ke Thian an bun !" teriak perwira muka kuning kepada pasukannya setelah malam mulai tiba.
Pisukan di sebelah depan sudah memasang obor untuk menerangi jalan dan mulailah mereka memasuki hutan kecil di sebelah depan yang berada di sebelah selatan kota Thian an bun, hanya belasan li jauhnya.
455 "Apakah tidak berbahaya melanjutkan perlalanan malam malam melalui hutan?" tanya perwira tinggi besar.
"Ahhh, Thian afn bun hanya tinggal belasan li lagi dan Thian an bun merupakan markas besar penjagaan yang kuat. Kalau ada pemberontak, tak bakalan mereka berani mampus menyerbu daerah Thian an bua !" kata si muka kuning.
Akan tetapi tiba tiba ketenangan pasukan itu diganggu oleh teriakan Yu Lee. "Aduh aduh aduh". heeeeiii, kuda nakal! Berhenti..! Aduh celaka! Kabur! Tolong" tolong.... tahan kuda ini, wah, binatang sialan !"
Kuda yang ditunggangi Siok Lan dan Yu Lee itu tiba tiba menyepak nyepak dan meloncat ke depan, menerjang pasukan yang berada di depan dengan nekad sambil meringkik ringkik kesakitan. Tak seorangpun tahu, juga Siok Lan tidak, betapa tadi diam diam Yu Lee menepuk kaki kuda sampai tulangnya retak dan tentu saja kuda yang kesakitan hebat itu mengamuk dan lari ke depan, menerjang dan merobohkan beberapa orang pasukan kemudian terus lari membalap ke depan.
"Heeeii" kuda edan.... kuda celaka. Tolong"!"
Yu Lee berteriak teriak, akan tetapi diam dim ia mengerahkan tenaga pada kedua kakinya menjepit perut kuda, tangannya yang sudah bebas itu menyambar kendali dan membetot kuda sehingga lari menyeleweng ke kiri. Para pasukan yang tadinya terkejut, kini menjadi panik.
"Tawanan lari"! Kejar"! Tangkap"!"
456 Ramailah mereka melakukan pengejaran. Para perwira yang merasa khawtir kalau kalau tawanan mereka yang penting lolos, segera meloncat dan menggunakan lari cepat mengejar.
"Siapkan anak panah".!" Perwira muka kuning memberi aba aba karena ia pikir kalau ia sampai tak dapat mengejar, sebaiknya merobohkan kuda dan tawanan dengan anak panah.
"Nona, lekas turun dan lari"..!" Yu Lee berbisik.
"Tapi" tapi engkau".."
JILID XI "SUDAHLAH nona. Biar saya mengacau dan menipu mereka".."
"Tidak, Aliok...... kau akan dipanah."
Mereka telah memasuki bagian yang gelap dan lebat, menyaksikan betapa nona ini sangsi dan meragu terdorong oleh rasa khawatir tantang dirinya hati Yu Lee menjadi besar sekali. Perasaan bahagia hebat memenuhi hatinya terdorong cinta kasihnya dan tanpa pikir panjang lagi karena dorongan hasrat hati, ia lalu merangkul leher Siok Lan dari belakang, memutar tubuh nona itu sehingga muka nya menghadapinya dan".
mencium mulut itu sepenuh cinta kasih hatinya, sepenuh getaran jiwanya.
"Aughh "." Seketika tubuh Siok Lan menjadi lemas dan hampir nona ini pingsan dalam pelukan Yu Lee. Pemuda itu sejenak seperti terbuai dan 457
diayun ke langit lapis ke tujuh, akan tetapi segera ia teringat akan keadaan dan setelah sadar ia kaget setengah mati akan keberaniannya sendiri yang melampaui segala batas kesopanan.
"Aduh, mati aku".!" Ia melepaskan
rangkulannya. ''Kau ampunkan aku, nona biarlah kalau aku mati, ciuman itu sebagai bekal ke neraka". Kau larilah sekarang!"
Tanpa menanti jawaban lagi, ia mendorong dan terpaksa Siok Lan meloncat dari atas kuda kalau tidak mau terguling jatuh, lalu terdengar ia terisak dan menghilang di dalam semak semak gelap.
"Aduh" kuda gila" kuda celaka!" Yu Lee berteriak teriak dan kini membalikkan kudanya membalap dan menapaki para pengejarnya! Tentu saja para perajurit menjadi makin panik ketika tiba tiba derap kaki kuda yang dikejar itu memekik dan menerjang mereka.
Mereka mencari tempat perlindungan ke belakang pohon pohon. Akan tetapi kuda itu ternyata tidak lewat karena telah membelok pula ke kanan. Karena hutan itu gelap, maka para perwira dan pasukannya tidak dapat melihat jelas apakah kedua orang tawanan itu masih berada di atas kuda.
Mendengar bentakan dan teriakan Yu Lee, mereka merasa yakin bahwa kedua orang tawanan itu masih di atas kuda. Apalagi mereka itu terbelenggu erat, mana mungkin bisa lari" Maka sambil berteriak teriak mereka terus mengejar, tidak tahu bahwa yang berada di atas kuda kini tinggal Yu Lee seorang dan tidak tahu pula bahwa 458
kuda itu makin menjauhi tempat di mana tadi Siok Lan melompat turun.
Bagi Yu Lee, amatlah mudahnya kalau ia mau melompat turun dan melarikan diri. Akan tetapi ia sengaja tidak mau melakukan hal ini, karena kalau ia lakukan hal ini tentu para pasukan akan mengubek hutan itu dan besar bahayanya Siok Lan akan ditemukan mneka. Apa lagi di situ sudah dekat dengan Thian an bun yang menjadi markas besar. Lebih baik dia terus mengacau dan mengalihkan perhatian, membawa pasukan jauh dari hutan agar Siok Lan dapat menyelamatkan diri dengan aman.
"Aduh aduh"! Heeii.. tahan kuda ku !!" Ia berteriak dan kini karena pasukan sudah terpencar, mulailah ia terkurung. Ketika kudanya mendekati empat orang perajurit yang siap dengan tombak hendak menusuk roboh kuda yang lewat, kaki tangan Yu Lee bergerak kacau dan" robohlah empat orang itu, pingsan dan tombak mereka beterbangan.
Makin lama, dari sinar obor obor yang dipasang, para perwira dapat melihat keadaan Yu Lee dan kudanya. Betapa terkejut hati mereka ketika mendapat kenyataan bahwa nona tawanan mereka telah lenyap ! Mereka kaget, juga marah.
Kalau tadi mereka tidak memerintahkan menghujani anak panah adalah karena mereka menganggap betapa nona tawanan ini amat penting dan tidak baik kalau sampai terbunuh, tapi karena nona tawanan itu lenyap, mereka marah sekali.
459 Kalau hanya ada si pelayan, biar seratus kail mampus juga tidak ada halangannya.
"Hujani anak panah !" bentak si perwira muka kuning.
Mulailah kuda itu dihujani anak panah kemanapun juga ia lari. Para pasukan telah mengurung serta menghadang dari segenap penjuru dan siap dengan anak panah mereka. Yu Lee tentu saja mudah untuk menghindarkan diri dari hujan anak panah ini. Dengan mengelak, mengandalkan ketajaman pendengaran dan dengan sampokan kedua tangan dan kaki, bisa saja ia membikin semua anak panah mencelat dan tidak mengenai tubuhnya. Akan tetapi duduk di atas kuda, tak mungkin pula ia melindungi tubuh kuda yang begitu besar.
Tiba tiba kuda itu meringkik keras dan jatuh terjungkal ke depan ! Tubuh Yu Lee yang tadinya masih duduk menghadap ke belakang terlempar ke atas dan ia lenyap ke dalam pohon.
Para pasukan segara mengurung pohon besar itu. Akaa tetapi pada saat itu, beberapa oraang perajurit memekik dan roboh terguling, tubuh mereka tertancap anak panah! Kemudian terdengar sorak sarai riuh dan diantara sinar obor, tampak muncul puluhan orang yang menyerbu para pasukan Mongol. Dari atas pohon besar dan tinggi di mana Yu Lee tadi bersembunyi tampaklah oleh pemuda ini bahwa para penyerbu itu bukan lain adalah tamu tamu yang pernah ia lihat di tempat tinggal Hoang ho Sam liong dipimpin oleh !e Bhok orang bedua Hoang ho Sam liong si pelajar yang 460
pandai menggunakan senjata poan koan pit (alat tulis). Dan yang mengagumkan dan juga menggelikan adalah ketika ia melihat seorang wanita
baju hijau yang menggunakan pedang mengamuk bagaikan seekor singa betina layaknya !
Pedangnya berkelebatan menjadi sinar hijau merupakan serangan maut yang mencengkeram nyawa ke kanan kiri dan lebih hebat serta menggelikan lagi, pantatnya yang amat besar bergerak gerak dan tiap kali ada lawan menerjang dari belakang, senggolan pantat besar itu cukup membuat seorang perajurit Mongol terlempar sampai tiga empat meter jauhnya !
Dari atas pohon Yu Lee menonton dan menahan ketawanya. Wanita itu bukan lain adalah Cui Toanio atau Cui Hwa Hwa, wanita galak yang pernah ribut mulut dan ia permalukan di sarang Huang ho Sam liong !
Betapapun galaknya, ternyata wanita itu adalah seorang pejuang, musuh pemerintah penjajah Mongol yang kini mengamuk bersama kawan kawannya untuk menolong Siok Lan! Dan tak jauh dari situ ia melihat pula tokoh tokoh yang hadir, akan tetapi ia meraaa heran tidak melihat adanya dua orang murid Kim hong pai yang bersikap baik terhadap Siok Lan dan dia, yaitu Pui Tiong dan sucinya, Can Bwee.
Dari atas pohon itu pula Yu Lee kini melihat Siok Lan dikeroyok oleh belasan orang penjaga dan diam diam ia merasa kaget sekali. Kiranya nona ini setelah tadi berhasil ia dorong meloncat turun dari kuda, tidak dapat melarikan diri keluar hutan dan 461
melihat banyak pejuang menyerbu Siok Lan kini turut mengamuk pula.
Hal ini ia tidak herankan, karena ia mengenal watak Siok Lan. Sepak terjang gadis itu hebat dan ganas, mengamuk dengan pedang rampasan karena pedangnya telah dirampas musuh. Akah tetapi karena diantara belasan orang pengeroyoknya terdapat perwira muka kuning dan perwira tinggi besar, gadis ini agak terdesak.
Perwira tinggi besar bermuka hitam itu bersenjata ?" berantai yang amat berat dan?".
diputar putar cepat sekali sampai mengeluarkan suara mengaung. Siok Lan?" selalu menggunakan ginkangnya untuk menghindarkan diri setiap kali senjata lawan menyambar karena untuk ".. ia khawatir pedang rampasannya akan?"". Adapun perwira muka kuning berseru
?". aneh, golok yang panjang ?"
Senjata ?" selain sebagai golok biasa. ?"..
itu dapat dipergunakan untuk ?"?" senjata lawan dan dengan gerakan tiba tiba dapat merampas senjata lawan.
Melihat keadaan nona ini Yu Lee lalu melompt dari pohon ke pohon untuk mendekati. Akan tetapi ia melihat bahwa keadaan Siok Lan tidaklah berbahaya, maka begitu mendengar teriakan kaget Cui Hwa Hwa dan melihat nyonya ini terhuyung ke belakang ketika pundaknya kena serempet gagang toya seorang pengeroyok, perwira tinggi kurus yang lihai, ia segera mengayun tangan. Sebuah ranting kecil menyambar, dan perwira tinggi kurus itu berteriak kesakitan dan menjerit sambil mundur 462
mundur. Ranting kecil itu melukai leher nya dan menyelamatkan Cui Hwa Hwa.
Nyonya yang dikeroyok banyak lawan dan hampir celaka, tadi tidak tahu bahwa dia di bantu oleh "pelayan" yang pernah membikin malu padanya, kini dengan marah sekali pedangnya bergerak ke depan dan sebelum si perwira tinggi kurus dapat menghindar, pedangnya yang berubah sinar hijau menjadi gulungan sinar melingkar lingkar ke arah perut dan.. perwira itu menjerit dan roboh dengan pinggang hampir putus !
Yu Lee kembali melanjutkan usahanya mendekati Siok Lan namun dari atas pohon itu ia menjadi sibuk sendiri menyaksikan bahwa jumlah penyerbu yang hanya paling banyak tiga puluh orang itu terdesak hebat oleh pasukan Mongol yang jumlahnya tiga kali lebih banyak! Ia masih ingin menyembunyikan keadaan dirinya, apalagi Siok Lan berada di situ, maka kini Yu Lee mulai menyambar ke bawah dengan gerakan cepat, merobohkan beberapa orang tentara Mongol tanpa dilihat siapapun juga karena saking cepatnya gerakan nya, yang tampak hanya bayangan hitam.
Kalau ada lawan datang membawa obor terlalu dekat, ia menyelinap atau meloncat ke atas pohon kamudian bergerak lagi di tempat yang gelap.
Agak lega hati Yu Lee menyaksikan bahwa para pengeroyok itu rata rata memiliki ilmu kepandaian silat yang tinggi kalau dibandingkan dengan ?".
maka biarpun jumlahnya kalah tetapi masih dapat mengimbangi. Akan tetapi perang tanding dalam hutan gelap yang hanya diterangi obor obor itu, 463
benar benar amat mengerikan. Darah membanjir, teriakan teriakan marah berseling dengan jerit jerit kesakitan dan pekik pekik maut, mayat mayat bergelimpangan. Seperti biasa menyaksikan seprti ini membuat Yu Lee teringat akan keadaan di rumah keluarganya dahulu dan tak terasa pula ia menangis.
Suara tangis yang " keluar dari
kerongkongannya melengking lengking dan menyeramkan. Dari atas pohon ia melempar lemparkan batu yang tadi ia ambil dari bawah, membantu Siok Lan sama sekali tidak ada bahaya bagi gadis itn menghadapi pengeroyokan banyak lawan. Tiap kali ada bahaya mengancam, tentu si pemegang senjata yang mengancam itu sudah tertotok batu yang menyambar dari tempat gelap.
Akan tetapi pada saat itu terdengar suara terompet dan derap kaki kuda. Mendengar suara yang datangnya dari utara ini, Yu Lee cepat meoncat ke atas cabang pohon tertinggi dan memandang. Kagetlah ketika ia menyaksikan dari arah utara datang pasukan membawa obor. Bala bantuan dari Thian an bun agaknya! Dari atas pohon itu di malam gelap dia hanya melihat obor yang banyak sekali datang dari utara sukarlah menaksir jumlah pasukan yang datang. Akan tetapi menurut dugaan Yu Lee, tentu jauh lebih besar dari pada pasukan yang mengawal Siok Lan tadi dan agaknya tidak akan kurang dari pada dua tiga ratus orang. Keadaan berbahaya sekali.
Karena hatinya terguncang, kembali lengking dahsyat keluar dari kerongkongannya dan pada 464
saat itu, ia terkejut karena berbareng terdengar bunyi lengking lain di sebelah bawah. Lengking yang nyaring dan dikenalnya baik! Ia cepat menuruni beberapa cabang pohon dan tampaklah olehnya bayangan berpakaian putih berkelebatan di bawah dan kemanapun juga bayangan ini berkelebat, terdengar pekik mengerikan disusul roboh nya seorang tentara Mongol!
Dewi Suling ! Tak salah lagi, pikir Yu Lee, maka ia menjadi tercengang. Mendengar suara lengking itu, jelas adalah suara suling yang biasa ditiup Dewi Suling, juga kalau suling itu dimainkan oleh wanita sakti itu mengeluarkan lengking seperti itu.
Akan tetapi biarpun ia lihat gerakan bayangan putih itu amat cepat dan amat lihai seperti Dewi Suling tetaplah meragukan, mengapa Dewi Suling mengenakan pakaian putih! Selain itu juga mengapa Dewi Suling menjadi seorang ?"?"..
setidaknya memusuhi tentara Mongol. Dewi Suling adalah seorang sesat, seorang dari kalangan hitam.
Ahhh, mungkin?"?"?". Yu Lee terhadap pikirannya ?""
Buk?"?"?"?"?"?"?"" dan teman
temannya ?"?"?"?"?"daripada orang
orang kang ouw dan tokoh tokoh bok lim, bekas?"?" Banyak ".. orang yang biasanya menjadi ?"?"".. berubah menjadi pejuang dikala negaranya diganggu bangsa asing dan sebaliknya orang orang yang biasanya menjadi seorang ".. yang dermawan menjadi pengkhianat bangsa.
465 Karena Yu Lee melihat betapa besar bahaya mengancam dengan munculnya pasukan besar dari jauh itu, iapun lalu melayang turun dan kembali ia menggunakan kesaktiannya untuk merobohkan para perajurit musuh, memilih tempat gelap dan menjauhi tempat Dewi Suling beraksi.
Hebat, bukan main sepak terjang dua orang ini yaitu Dewi Suling dan Yu Lee. Mereka bergerak di tempat terpisah, keduanya mengeluarkan suara melengking mengerikan dan keduanya merobohkan musuh seperti orang membbat rumput saja. Para pejuang atau pemberontak itu terheran heran dan juga kagum bercampur gembira
"Dewi Suling"." terdengar bisikan bisikan.
Biarpun para pejuang tak dapat melihat jelas, namun berkelebatnya bayangan bertubuh ramping yang melengking dan merobohkan banyak lawan itu membuat mereka dapat menduga duga.
"Pendekar Cengeng"!" bisik orang lain menyaksikan berkelebatnya bayangan Yu Lee.
Mereka tidak dapat melihat tegas karena pemuda itu selalu bergerak di dalam gelap dan gerakannya cepat sekali tak dapat dilihat pandangan mata, akan tetapi para pejuang itu banyak yang sudah mendengar kabar akan cara dan sepak terjang Pendekar Cengeng, apa lagi mendengar suara melengking seperti orang menangis keluar dari kerongkongan pendekar itu!
Celakalah pasukan pengawal yang diserang oleh para pejuang di maalm hari itu! Biarpun jumlah mereka tiga kali lebih banyak, akan tetapi dengan munculnya dua orang pendeker sakti yang 466
mngeluarkan bunyi melengking lengking dan keadaan mereka menjadi berantakan dan dalam waktu sebentar saja sebagian besar dari mereka roboh tak dapat bangkit kembali apalagi karena para pejuang yang mendapat bantuan dua orang pendekar besar itu seolah olah mendapat tambahan semangat baru, mereka mengamuk makin hebat.
Tiba tiba terdengar sorak sorak riuh rendah dan htan itu seolah olah kebakaran ketika pasukan tambahan pembantu itu tiba, meloncat turun dari kuda dan dengan obor di tangan kiri, senjata di tangan kanan mereka menyerbu. Jumlah pasukan yang baru tiba ini ada dua ratus orang!
Perang menjadi semakini hebat dan kini bagaikan?".. air banjir, para pejuang yang sudah lelah itu terdesak hebat.Untung disitu terdapat dua orang sakti yang membantu mereka sehingga meraka masih mampu melakukan perlawanan.
Betappun saktinya Pendekar Cengeng dan Dewi Suling, namun karena fihak musuh amat banyak, mereka menjadi sibuk sekali. Dewi Saling sudah mengobral jarum jarumnya dan pedangnya. Hanya Yu Lee yang agak repot karena pemuda ini tetap hendak bergerak sambil bersembunyi.
Yu Lee selalu menjauhi para pejuang lain akan tetapi juga harus selalu memperhatikan keadaan Siok Lan yang mengamuk agar sewaktu waktu dapat melindungi wanita yang dicintainya itu.
"Kalau gelagatnya begini, bisa berbahaya,"
pikirnya, Yu Lee mulai mendekati Siok Lan dan ingin melarikan gadis itu. Akan tetapi pada saat itu 467
terdengar sorakan lain yang juga sangat dahsyat dan dari sebelah kiri muncul sepasukan orang gagah perkasa yang datang menyerbu, membantu para pejuang dan menghantam para tentara Mongol.
Pasukan yang gagah perkasa ini dipimpin oleh empat orang mada, dan dapat dibayangkan betapa girang hati Yu Lee ketika melihat dan mengenal mereka itu. Dua orang pemuda tampan dan perkasa itu adalah Ouwyang Tek dan Gui Siong, murid murid Siauw bin mo Hap Tojin. Adapun dua orang pemudi yang cantik dan perkasa itu adalah Lauw Ci Sian dan Tan Li Ceng, murid murid Tho tee kong Liong Losu! Adapun hampir seratus orang pasukan perkasa yang dipimpin empat orang muda itu benar benar hebat dan bertempur dengan semangut yang amat tinggi!
Keadaan perang kecil di dalam hutan itu berubah ubah. Tadinya fihak Mongol terdesak hebat dan lebih dari setengah jumlah pasukan tewas di tangan tiga puluhan orang pejuang pimpinan Ie Bhok orang termuda Huang ho Sam liong yang diam diam dibantu oleh Pendekar Cengeng dan Dewi Suling. Kemudian fihak pejuang terancam bahaya kehancuran ketika tiba dua ratus orang pasukan Mongol yang datang dari Thian an bun.
Akan tetapi dalam waktu singkat, muncullah seratus orang pasukan istimewa ini, pasukan yang sebagian besar terdiri dari bekas pekerja pekerja terusan yang melarikan diri, yang mengandung dendam dan kebencian meluap luap terhadap 468
orang orang Mongol sehingga kini pasukan Mongol seperti sekumpulan pohon bambu diserang angin taufan, mereka dibabat dan dalam waktu singkat saja jatuhlah puluhan orang korban diantara mereka!
Ouwyang Tek tidak mengenal pasukan kecil yang ia bantu, akan tetapi karena pasukan kecil yang gagah perkasa itu berperang melawan tentara Mongol ia menganggap mereka itu teman teman seperjuangan dan begitu mendengar dari penyelidik bahwa di hutan itu terjadi perang, ia lalu memimpin pasukannya untuk menyerbu dan membantu pasukan kecil itu.
Ketika mendengar suara melengking lengking dan amukan dua orang yang bergerak seperti setan sehingga tidak tampak jelas orangnya, Ouwyang Tek, Gui Song Tan Li Ceng dan Lauw Ci Sian menjadi terkejut, dan juga girang. Mereka dapat mengenal lengking dan gerakan Pendekar Cengeng.
Akan tatapi mereka juga bingung dan menduga duga siapa adanya wanita perkasa yang mengamuk itu. Melihat gerakannya yang lihai dan mendengar suara melengking dari suling yang dipegang nya, tidak salah lagi bahwa wanita itu tentulah Dewi Suling ! Mereka menduga duga dan terheran heran, akan tetapi karena Dewi Suling pada saat itu bertanding memusuhi pasukan Mongol, tentu saja mereka menganggapnya tidak sebagai musuh.
Munculnya pasukan yang dipimpin empat orang muda perkasa ini mempercepat jalannya perang. Sebagian besar pasukan musuh roboh 469
binasa dan sisanya lalu melarikan diri berlindung pada kegelapan hutan itu.
"Yu taihiap...! Sungguh beruntung dapat bertemu dengan taihiap di sini!" Terdengar Ouwang Tek berkata.
"Pendekar Cengeng..! Pendekar Cengeng ...!"
Nama ini disebut sebut oleh para pasukan pejuang.
Siok Lan yang sudah tidak bertempur lagi mendengar disebutnya nama ini terkejut sekali ia tadi memang mendengar sura melengking lengking dan melihat berkelebatnya dua bayangan seperti iblis cepatnya. Ia sudah menduga duga akan tetapi belum merasa yakin siapa gerangan dua orang aneh itu. Karena tadi ia dikeroyok banyak sekali musuh, tentu saja ia tidak mendapat kesempatan untuk meneliti. Kini mendengar debutnya "Yu taihiap" dan "Pendekar Cengeng" wajahnya menjadi berobah dan jantungnya berdebar debar.
Benarkah tunangannya itu yang tadi mengamuk dan mengeluarkan suara melengking"
Tunangannya yang selama ini mengabaikannya dan yang ia cari untuk diajak bertandirig untuk menebus penghinaan" Cepat ia meloncat menghampiri untuk mencari dan menjumpai orang yang dicari carinya itu. Akan tetapi ia hanya melihat berkelebatnya bayangan cepat sekali menghilang di daerah hutan yang gelap, dan mendengar suara orang laki laki yang berpengaruh.
"Kedua saudara Ouwyang dan Gui! Kedua nona Lauw dan Tan! Selamat bertemu dan berjuang!
Maaf, saya ada urusan lain, sampai jumpa!"
Bayangan itupun lenyap dari tempat itu. Siok Lan 470
termenung merasa seperti kenal suara ini, ia merasa penasaran lalu meloncat mengerahkan ginkangnya mengejar di tengah hutan ke mana bayangan itu tadi berkelebat.
Bayangan yang mengamuk dan menggunakan suling sambil mengeluarkan suara melengking tadi memang Ma Ji Nio atan Ciu siauw Sian li Si Dewi Suling. Kini di bawah sinar banak obor, Dewi Suling menghadapi Ouwyang Tek, Gui Siong, Luaw Ci Sian dan Li Ceng yang berdiri berjajar menghadapinya dengan pandangan mata penuh selidik. Dewi Suling tersenyum dan cepat ia mengangkat kedua tangan ke depan dada sambil berkata,
"Sungguh merupakan karma Thian bahwa malam ini saya dapat berjumpa dengan ji wi kongcu dan ji wi siocia sebagai teman teman seperjuangan !"
Empat orang mada itu memang sudah
mendengar akan sepak terjang Dewi Suling selama ini yang menjadi buah bibir kaum kang ouw karena perubahannya luar biasa. Mereka merasa tidak senang kepada wanita yang dahulunya menjadi musuhnya ini, akan tetapi karena harus diakui bahwa saat itu mereka bukanlah musuh melainkan teman seperjuangan melawan penjajah, mereka terpaksa membalas penghormatan, bahkan Tan Li Ceng yang terpandai membawa sikap diantara mereka segera berkata, "Kami sudah mendengar akan sepak terjang cici selama ini.
Sukurlah !"
471 Wajah Dewi Suling berubah merah karena merasa jengah akan tetapi di dalam hatinya ia memuji Tan Li Ceng yang tidak banyak bicara.
Ia lalu berkata lagi, kali ini tidak hanya ditujukan kepada empat orang muda itu, melainkan juga kepada Ie Bhok, Cui Hwa Hwa dan teman teman mereka.
"Diantara kita ada hubungan seperjuangan teman teman sendiri, akan tetapi kini bukan waktunya untuk bercakap cakap. Keadaan hutan ini amat berhaya karena sungguhpun musuh sudah terpukul mundur akan tetapi di Thian an bun terdapat tidak kurang dari seribu orang perajurit Mongol. Bagaimana mungkin kita dapat melawan pasukan mereka yang begitu banyak"
Karena itu, menurut pendapatku, sekiranya kita memasuki daerah hutan di sebelah barat ?""..
karena daerah itu hutannya ?"".. amat luas daerah pegunungan?" mudah bagi kita untuk bersembunyi
sa mbil melakukan penyerbuan
serbuan mendadak ke Thian bun an. Menurut pendapat saya, kalau saudara saudara sekaian setuju, sekarang ini juga kita berangkat ke sana memencarkan diri dan bertemu di "ga yang berada di dalam hutan sebelah barat, kira kira dua puluh li jauhnya dari ". pertama. Amat baik tempat ini dijadikan markas, selain lebat juga banyak terdapat guha guha besar.
Semua orang menyatakan setuju. Memang pertempuran melawan tentara Mongol yang amat besar jumlahnya tadi menyatukan mereka tanpa janji lebih dahulu, yaitu pasukan yang dipimpin Ie 472
Bhok dan Cui Hwa Hwa, dan pasukan bekas pekerja paksa yang dipimpin empat orang muda perkasa.
Beramai ramai berangkatlah mereka sambil membawa teman teman yang terluka dalam pertempuran tadi meninggalkan teman teman yang tewas karena memang keadaan menghendaki demikan. Dalam perjalanan ini, mulailah mereka berkenalan. Ie Bhok mengirim seorang ". untuk menyampaikan berita tentang perang semalam dan tentang rencana pasukan mereka pergi ke hutan sebelah barat Thian an bun kepada kedua orang saudaranya yang masih bermarkas di tepi sungai Huang ho agar mereka dapat saling berhubungan dan saling membantu.
Semalam suntuk pasukan pejuang ini menyusup nyusup di antara hutan dan pegunungan, berpencar akan tetapi tidak terpisah jauh sehingga mereka dapat saling mengetahui keadaan kawan memberi isyarat bunyi bunyi burung. Mereka ini lelah sehabis bertempur, lelah dan lapar akan tetapi kenyang oleh semangat kepahlawanan. Hanya mereka yang pernah berjuang saja, hanya mereka yang pernah menderita dalam melaksanakan cita cita mulia saja yang dapat merasa berapa di dalam keadaan bersama ini terdapatlah sesuatu yang nikmat dan bahagia yang mengatasi semua penderitaan jasmani.
"Aliok ! Aliok "!!"
Siok Lan mencari cari di dalam hutan sambil berkali kali memanggil nama pelayannya. Hatinya 473
amat risau, sungguhpun besar harapannya bahwa pelayannya itu masih hidup dan berada di dalam hutan.
Bukankah tadi ketika ia didorong turun oleh pelayannya itu, Aliok masih berada di atas kuda dan tiba tiba pecah pertempuran karena munculnya Cui Hwa Hwa dan yang lain lain" Tidak mungkin pelayannya itu ditawan karena sudah jelas bahwa fihak musuh terpukul mundur bahkan banyak yang tewas. Akan tetapi bagaimana kalau Aliok terbunuh oleh musuh" Hati nya makin gelisah dan kini ia mencari cari sambil memanggil manggil, juga melihat lihat kalau pelayan nya itu sudah menggeletak tak bernyawa lagi di dalam hutan.
Mengingat akan kesitu tubuhnya menggigil dan terngiaang bisikan ucapan pelayannya sebelum mereka berpisah. "Aku mencinta nona dengan seluruh jiwa ragaku "!
Hati Siok Lan terharu. Ia tidak meragukan lagi cinta kasih pelayannya terhadap dirinya. Dan dia sendiri" Entahlah. Andaikata di sana tidak ada Pendekar Cengeng" Andaikata Aliok bukan seorang pelayan! Andaikata " ahh, terlalu banyak andaikata yang tak mungkin terjadi. Bahkan kini Pendekar Cengeng sudah muncul !
Ia tadi mengejar sekuat tenaga, mengerahkan ginkangnya, namun ia melihat betapa bayangan Pendekar Cengeng itu berkelebat bagaikan terbang cepatnya dan sebentar saja lenyap dari pandangan matanya. Karena tidak berhasil mecari Pendekar 474
Cengeng, teringatlah ia akan Aliok dan kini ia mulai mencari cari Aliok.
Ia melihat betapa para pejuang yang tadinya menggempur pasukan Mongol itu meninggalkan hutan. Ia sesungguhnya harus berterima kasih kepada mereka karena tanpa adanya mereka itu, tentu ia sudah binasa di bawah pengeroyokan para pasukan Mongol, atau setidaknya tentu akan tertawan lagi. Bahkan wanita galak Cui Hwa Hwa itu telah menolong nya! Akan tetapi ia tidak sempat menjumpai mereka.
Pertama karena ia tadi mencari Pendekar Cengeng, dan sekarang, sebelumnya ia dapat menemukan pelayannya, ia tidak akan berhenti mencari dan tidak akan menjumpai mereka.
"Aliok"! Aliok...!" Siok Lan memanggil dengan memakai kedua telapak tangannya untuk mendekap kanan kiri mulutnya sehingga suara panggilannya bergema di seluruh hutan itu.
Kegelapan mulai menipis, terdesak oleh munculnya fajar.
"Aliok".!" Harapan Siok Lan menipis pula dan hampir ia menangis kalau teringat betapa besar kemungkinan pelayannya itu terbunuh musuh!
Teringat akan hal ini, baru terasa olehnya betapa baiknya Aliok selama ini. Betapa akan berat hatinya kalau harus berpisah dan henar benar ditinggal mati oleh pemuda itu !
"Aliok...!" Panggilannya mulaa mengandung isak tangis tertahan.
475 Teringat Siok Lan betapa Aliok pernah mencium mulutnya dan teringat akan hal ini tak tertahankan lagi air mata bercucuran. Apa kata pemuda itu setelah menciumnya semesra itu"
"Kau ampunkan aku, nona. Biarlah kalau aku mati, ciuman itu sebagai bekal ke neraka".!"
"Aliok.....!" Siok Lan menjatuhkan diri di bawah sebatang pohon, terisak isak. Kiranya pemuda itu sudah merasa dia akan mati sehingga berani menciumnya seperti itu. Ciuman yang selama ia hidup belum pernah ia alami atau ia terima dari orang iain, bahkan tak juga dari ayah bundanya.
Ciuman penuh kasih sayang seorang pria. Dan kini teringat ia menerima ciuman itu bukan dengan hati marah atau benci atau jijik melainkan dengan jantung berdebar tegang dan bahagia, bahkan sekarang pun hatinya menggelora teringat akan ciuman Aliok itu. Akak tetapi pemuda itu kini sudah tidak ada, besar kemungkinannya sudah tewas. Makin mengguguk tangis Siok Lan dan baru sekarang ia mengakui dalam hatinya bahkan ia mencinta pemuda itu, mencinta Aliok pelayannya!
"Aliok aduh, Aliok.... hu..hu huhuhu...."
Baru sekali ini Siok Lan, dara perkasa yang berhati baja dan tidak pernah mengenal takut itu menangis tersedu sedu.
Nona...! Nona"!"
Siok Lan yang sedang menangis itu tiba tiba tersentak kaget menoleh ke kanan ke kiri dengan mata terbelalak, mata yang merah dan pipi yang basah.
476 "Aliok?"?" Ia berbisik, setengah tidak percaya akan pendengarannya sendiri.
"Nona Siok Lan"!" Kembali terdengar suara itu perlahan akan tetapi jelas sekali, seperti terbawa angin lalu, bercampur dengan bunyi kokok ayam hutan dan kicau burung.
"Aliok...!!" Bagaikan digetarkan tenaga dahsyat Siok Lan mencelat bangun, matanya terbelalak bersinar sinar, pipinya berseri, dua butir air mata masih bergantung pada bulu matanya. "Aliok"!
Dimana engkau.... !!"
"Aku di sini, nona"!"
Suara itu datangnya dari kanan! Siok Lan hampir bersorak, hampir menari dan dengan suara ketawa ditahan ia lalu mencelat ke kanan terus menggunakan ginkangnya lari ke arah datangnya suara.
"Aliok.... ! di mana engkau....?" teriaknya lagi.
"Di sini, nona "!"
Suara Aliok itu datangnya dari atas! Siok Lan menengadah dan alangkah girang hatinya ketika ia melihat pemuda pelayannya itu nongkrong di atas pohon yang amat tinggi, di cabang tertinggi dan kelihatannya takut akan tetapi tangan kirinya mengempit seekor ayam hutan yang gemuk sekali!


Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Eh, bagaimana kau bisa berada di situ"
Turunlah"!"
"Aku......... aku tidak berani turun......."
477 Siok Lan tertawa, suara ketawanya nyaring dan tiba tiba tubuhnya terayun ke atas dan berloncatanlah ia dari cabang ke cabang sampai tiba di cabang yang diduduki Aliok. Pemuda ini melihat nonanya tertawa tawa dengan senyum lebar pipinya merah berseri akan tetapi pipi di bawah mata masih ada tanda air mata. Hatinya terharu bukan main, tergetar dan ...... Aliok menangis sesenggukan!
"Aihhh... kau" kenapa" "
"Saya......... saya terlalu girang, nona....."
Siok Lan tersenyum, lalu mengempit pinggang pelayannya itu, dibawa loncat turun dengan gerakan ringan sekali. Setibanya dt atas tanah, lengan kanan Aliok masih merangkul lehernya sedangkan tangan kiri pelayan itu mengempit ayam. Sejenak mereka saling rangkul, saling pandang dengan sinar mata seperti dalam mimpi, kemudian Siok Lan teringat dan melepaskan lengannya yang merangkul pinggang, mukanya merah sekali, matanya mendelik dan mulutnya setengah tersenyum setengah merenggut!
"Kau". kau kenapa" Gilakah?"
"Eh, nona.... kenapa" kenapa sih?"
Siok Lan dengan muka merah mendorong perlahan dada pemuda itu dengan jari tangan nya seningga Yu Lee mundur tiga langkah.
"Kau" kau berhutang banyak persoalan kepadaku yang harus kau bayar ! Kau harus jawab satu satu dan awas ya! Jangan bohong dan main main!" Gadis yang tadi menangisi Aliok ini setelah 478
sekarang berhadapan, segera menyembunyikan perasaan hatinya dan mengambil sikap yang sesuai sebagai seorang nona majikan terhadap seorang pelayannya. Betapapun juga, ia merasa jengah dan malu untuk membuka rahasia hatinya begitu saja.
Diam diam Yu Lee tertawa di dalam hati dan rasa kasih sayangnya terhadap nona ini makin menggelora dan mesra. Tedi secara diam diam ia mengikuti S?ok Lan dan sudah menyaksikan semua sikap gadis itu yang menangisinya! Karena itulah ia menjadi terharu dan ikut menangis.
Sekarangpun menghadapi nona yang amat dikasihinya, nona yang dianggapnya paling cantik di dunia ini, paling gagah perkasa paling nakal dan juga paling lucu, ia masih tak dapat menahan air matanya yang menitik turun saat itu.
"Saya berhutang budi kepada nona, sampai matipun takkan terbayar lunas. Biarlah kelak dalam penitisan mendatang saya akan m?njadi anjing atau kuda nona."
"Aku tidak butuh anjing atau kuda ! Yang sekarang kubutuhkan adalah keterangan keteranganmu akan perlakuanmu selama ini !
Pertama tama, kenapa kau mendorong aku turun dari kuda?"
"Ah, nona yang mulia. Selelah nona terbebas dari belenggu tentu saja adalah amat besar kesempatan bagi nona untuk melarikan diri. Saya mendorong nona karena ingin sekali melihat nona selamat..."
"Tapi kau membiarkan dirimu sendiri terancam bahaya !"
479 "Aku" aku tidak berarti?"
"Hushhh ! Lain kali aku tidak mau begitu mengerti" Apa kau kira aku seorang yang bocengli (tak berbudi atau berperasaan) untuk enak enak lari sendiri dan membiarkan kau celaka sendiri"
Lain kali kau tidak boleh begitu, kalau aku selamat kau juga harus selamat, kalau celaka ya bersama sama karena kita memang melakukan perjalanan bersama. Mengerti?"
Yu Lee mengangguk angguk. "Mengerti nona.
Lain kali tidak berani lagi."
Karena Yu Lee menunduk, ia tidak melihat betapa Siok Lan masih geli melihat sikap nya ini.
Sebaliknya, Siok Lanpun tidak tahu bahwa diam diam ia diketawai Yu Lee.
"Sekarang yang kedua. Setelah terjadi perang, aku amat berkuatir karena kau tidak tampak.
Kenapa kau tidak keluar dan menemui aku"
Kenapa kau pergi dan kemana pula perginya kuda itu?"
"Wah, nona tidak tahu" Saya dikejar dan dibacok serdadu gila, untung tidak kena punggung saya melainkan ke punggung kuda sehingga kuda itu meloncat dan melemparkan saya ke bawah sedangkan serdadu itu disepak nya dengan kaki belakang sampai pecah dada nya. Karena saya merasa takut, saya lalu memanjat pohon dan semalam suntuk saya tidak berani turun, karena takut lalu saya memanjat terus sampai di puncak, kemudian tidak dapat turun lagi."
"Hemm, aku tidak percaya kau begitu penakut."
480 "Memang saya bukan orang penakut, nona.
Akan tetapi saya mempunyai kelemahan terhadap tempat yang tinggi. Saya menjadi pening dan takut sekali."
"Hemm, kau bilang takut di pucuk ponon.
Kenapa bila memegang ayam hutan begitu gemuk?"
Yu Lee tertawa, "Wah, memang Thian itu adil, nona... Agaknya memang orang yang baik seperti nona selalu diberi berkah sehingga tiada hujan tiada angin ada ayam menghampiri saya untuk saya panggang dagingnya dan persembahan pada nona. Malam tadi ketika saya bersembunyi di atas sana, mungkin karena bingung dan takut mendengar pertempuran dan melihat obor, ayam ini terbang lalu menabrak cabang di dekat saya menggelepar dan pingsan sehingga mudah saya tangkap Biarlah saya sembelih dia dan panggang dagingnya untuk nona bawa sebagai bekal menyusul rombongan pejuang yang menuju ke pegunungan di sebelah barat kota Thian an bun."
"Ihhhh, apa kau bilang" Mau apa aku ke sana"
Aku hendak mencari Pendekar Cengeng! Kau tahu Aliok hampir saja aku dapat berhadapan dengan Pendekar Cengeng malam tadi !"
Aliok tersenyum dan mengangguk. "Saya tahu, nona."
"Heeei?" Engkau tahu ?"
"Saya tahu karena Yu kongcu telah menemui saya sebelum nona datang. Ketika saya bersembunyi di atas pohon belum lama tadi tiba 481
tiba saja Yu kongcu muncul di depan saya di atas pohon ini dan Yu kongcu yang menceritakan pada saya tentang semua keadaan."
"Hemm" di mana dia" Aku mengejar dan mencarinya, Aliok katakan, di mana dia?"
"Mau apakah nona mencarinya?""
"Mau apa lagi" Aliok, tidak usah kau pura pura tanya lagi, hayo katakan di mana dia agar dapat kutemui sekarang juga."
Yu Lee menarik napas panjang dan
menggelengkan kepala. "Nona, Yu kongcu tadi telah bicara dengan saya dan telah saya katakan tentang kehendak nona. Kemudian Yu kongcu memberi keterangan sejelasnya kepada saya, harap nona suka mendengarkan."
"Aliok sesungguhnya engkau berpihak kepada siapa sekarang?"
Yu Lee memandang kaget dan hatinya sedih melihat betapa suara mesra lenyap dari mata bening itu, terganti sinar marah. "Tentu saja saya berpihak kepada nona, akan tetapi"Yu kongcu tidak memusuhi nona ... di... dia bahkan ingin berbaik kepada nona. Dia menrangkan bahwa tantang pesan ikatan jodoh itu dia sama sekali tidak tahu, sama sekali tidak pernah mendengar dari mendiang keluarganya. Karena itu, dia berpesan kepada saya agar menyampaikan permintaan maafnya kepada nona, dan dia kelak hendak pergi mencari orang tua nona dan menghadap?"
"Aku tidak butuh kasihannya! Di mana dia?"
482 "Nona, harap dengarkan lebih dulu. Saya tidak tahu kemana dia pergi karena dia hanya meninggalkan pesan begini. Yaitu bahwa tempat ini amat berbahaya dan bahwa nona diminta segera pergi menyusul para pejuang kepegunungan di sebelah barat Thian an bun. Menurut Yu kongcu, tempat ini akan diserbu ribuan orang musuh maka nona harus cepat cepat pergi hari ini juga. Kongcu sendiri pasti akan meggabung ke sana, maka diharap nona suka menanti di sana karena kongcu masih mempunyai beberapa urusan yang harus dl selesaikan. Percayakah, nona" Yu kongcu bukan seorang pembohong dan saya yakin bahwa sekali waktu dia akan menemui nona di sana untuk bercakap cakap dan membereskan semua urusan."
Siok Lan mengerutkan keningnya. Memang tidak bisa menyalahkan Aliok. Pula, ia mendengar betapa anehnya Pendekar Cengeng, tentu saja tidak mungkin bagi Aliok, untuk mengetahui tempat sembunyi pendekar itu.
Dia sendiri tadi sudah menyaksikan kehebatan gerakan pendekar itu yang seakan akan pandai menghilang ketika dikejarnya. Sementara itu Aliok sudah mencabuti bulu ayam hutan yang telah ia".. kemudian membuat api dan memangang dagingnya. Bau sedap gurih mengganggu perut Siok Lan yang seketika menjadi lapar sekali.
"Kau sendiri akan kemana, Aliok ?"
"Setelah nona makan dan berangkat ke sana, harap nona suka bergabung dengan para pejuang.
Saya sendiri telah Diminta oleh Yu kongcu untuk 483
menghadang di depan pintu gerbang Thian an bun sesudah serbuan malam nanti..."
"Apa.." Malah mendekati Thian an bun sarang musuh?"
Yu Lea tersenyum. "Nona masih belum mengenal sepak terjang kongcu yang sukar dimengerti. Akan tetapi percayalah nona. Kalau kongcu menyerbu ke Thian an bun, tentu dia mempunyai alasan yang amat penting. Maka sebaiknya nona menanti. Saya yang tanggung bahwa kalau urusan orang orang Mongol ini selesai, pasti kongcu akan mencari dan menemui nona untuk diajak membereskan semua urusan yang ada diantara nona dan dia."
Siok Lan termenung dan diam saja. Kalau keadaan sudah seperti itu, ia dapat berbuat apakah" Mencari dan menyusul" Ke mana" Ke Thian an bun" Seperti mencari mati. Memang labih baik menunggu. Seperti apakah Pendekar Cengeng yang lihai itu" Ia memandang pelayannya dan diam diam timbul rasa kasihan di hatinya.
Bagaimana nanti dengan hubungan cinta kasih yang bersemi di hati mereka"
Daging ayam hutan itu sudah matang dan Yu Lee memberikannya kepada Siok Lan.
"Bawalah ini sebagai bekal, nona. Dan saya kira tidak baik menanti lebih lama lagi, siapa tahu kalau kalau musuh akan memasuki hutan ini.
Harap nona segera berangkat dari sini menuju ke barat, kira kira lima puluh li jauhnya lalu membelok ke utara. Akan tampak pegunungan sambung menyambung dan berangkatlah nona 484
mendaki pegunungan itu. Mereka berada di puncak gunung ke tiga, dalam sebuah hutan dan dari atas puncak itu tampak kota Thian an bun.
Nah sampai jumpa kembali, nona."
Siok Lan memasukkan panggang ayam ke buntalan pakaian, kemudian ia bertanya meragu,
"Kapan kita dapat bertemu, Aliok" "
"Tidak akan lama. Saya akan mendesak kongcu agar cepat cepat menyusul ke sana nona."
Setelah menghela napas panjang Siok Lan meloncat dan pergi meninggalnan Yu Lee yang memandangnya dengan sinar mata penun kasih sayang.
Siapakah gerangan dua orang sakti yang malam itu membantu para pejuang dan menghancurkan pasukan Mongol dengan sepak terjang mereka yang menyeramkan sambil melengking lengking mengerikan itu" Seorang di antara mereka tentu pembaca dapat menduganya, yaitu bukan lain adalah Yu Lee si Pendekar Cengang sendiri. Akan tetapi orang kedua yang menjadi bayangan putih, siapakah dia" Bukan lain adalah Dewi Suling tepat seperti yang diduga oleh para pejuang yang sudah seringkali mendengar nama besar wanita sakti ini akan tetapi jarang ada yang pernah bertemu dengannya.
Seperti telah diceritakan bagian depan selelah Dewi Suling bertemu dan menerima wejangan dari Sui Lian Nikouw di kuil Kwan im bio, maka terjadi perubahan hebat dalam diri wanita ini, ia kini ingin 485
menghabiskan sisa hidupnya untuk menebus dosa dan memupuk kebajikan, menentang kejahatan sebanyak mungkin. Karena inilah maka dunia kang ouw menjadi geger dengan munculnya Dewi Suling dalam bentuk lain yang menentang kejahatan secara hebat sekali!
Berita tentang kekejaman kekejaman yang terjadi di tempa penggalian saluran, dimana ribuan orang rakyat tidak berdosa dipaksa bekerja sampai mati, sampai pula ke telinga Dewi Suling.
Ah, di sanalah aku harus menebus dosa, pikirnya. Maka banyak orang yang dapat ia tolong, makin ". Dan makin cepat ia dapat ". banyaknya dosa dosa yang pernah ia lakukan dengan perbuatan perbuatan baik yaitu menolong mereka yang sengsara !
Tanpa ragu ragu lagi Dewi Suling lalu berangkat menuju ke tempat pengalian saluran air dan apa yang ia saksikan membuat wanita bekas penjahat ini mengucurkan air matanya!
Ia berdiri di tepi sungai, suling di tangan kiri dan bagaikan berubah menjadi arca saking terharu hatinya menyaksikan ribuan orang pekerja paksa yang bertubuh kurus kurus seperti mayat hidup, bekerja dibawah ancaman cambuk cambuk kejam paru penjaga serdadu serdadu Mongol!
Ia melihat rakyat dengan tubuh kurus kecil mengangkat batu batu yang lebih berat dari pada tubuh mereka sendiri, mengangkut balok balok besar, menyeberang air yang dalam, terjerumus, tenggelam terhimpit, mati kelaparan, mati kelelahan dan mati oleh hantaman cambuk bertubi 486
tubi atau pukulan dan bacokan golok para penjaga.
Mayat mereka yang mati dikubur begitu saja di pasir sungai!
Dewi Suling dahulu adalah seorang penjahat, akan tetapi belum penrah ia menyaksikan kekejian seperti ini. Dalam ia suka membunuh orang karena marah, atau karena tidak ingin rahasianya disiarkan orang, atau karena orang itu musuhnya Namun semua pembunuhan yang dilakukan tentu ada sebabnya terdorong oleh darah panas.
Sebaliknya apa yang ia lihat dan dilakukan sekarang ini adalah penyembelihan! Siksaan dan penyembelihan yang dilakukan dengan darah dingin! Ia bergidik ngeri.
"Bedebah! Jahanam keji iblis neraka!" Ia menyumpah nyumpah sambil mengepal tinju dan menggenggam sulingnya erat erat. Ingin ia pada saat itu juga mengamuk, membunuhi para penjaga yang seperti anjing anjing kelaparan menyiksa kelinci kelinci yang tak berdaya. Akan tetapi Dewi Suling menahan kemarahannya. Betapapun juga, dia bukanlah seorang wanita yang bodoh dan neked. Ia tahu bahwa kalau ia turun tangan ia tidak akan berhasil menolong orang orang yang sengsara itu, bahkan tak mungkin ia melawan ratusan orang penjaga yang bersenjata lengkap itu.
Dari saat itu, mulailah Dewi Suling berubah menjadi hantu pengacau daerah penggalian terusan. Setiap malam tentu ada penjaga yang tewas di tangannya. Sepak terjangnya menggemparkan, datan dan pergi seperti siluman saja dan setiap ada penjaga yang memisah diri dari 487
kawan kawannya tentu akan menjadi korban di tangan maut Dewi Suling. Bahkan pernah dalam waktu semalam saja membunuh belasan orang penjaga dengan jarum, suling dan tangaanya.
Beberapa hari kemudian, kenyataan lain dibuat Dewi Suling menjadi lebih marah lagi! Ia telah mendengar akan kekejian para penjaga yang menangkapi wanita wanita muda untuk diseret ke dalam markas mereka, dijadikan mangsa para perwira seperti domba domba muda diseret masuk ke kandang penuh oleh harimau harimau kelaparan.
Ia telah mendengar tentang perkosaan perkosaan yang lebih mengerikan dan hebat daripada penyembelihan kaum kerja paksa. Ia mendengar pula betapa jeritan dan raung setiap malam membubung ke angkasa keluar dari mulut wanita wanita yang dikurung dalam markas.
Akan tetapi markas itu terlalu kuat. Dindingnya terlalu tebal dan tinggi, penjaga amat kuatnya sehingga tidaklah mungkin bagi Dewi Suling untuk menyelinap atau menyerbu masuk. Sudah beberapa hari ia tidak lagi mengancam para penjaga di sekitar tempat penggalian melaikan berkeliaran di luar markas di Thian an bun karena di tempat inilah ia melihat belasan orang gadis muda diseret masuk pagi kemaren. Namun belum juga ia berhasil memasuki markas sehingga hatinya menjadi kesal.
Akhirnya pada malam ketiga Dewi Suling menjadi nekad. Ia memilih dinding di mana terdapat sebatang pohon di dekatnya. Dengan 488
ginkangnya yang istimewa, tubuhnya melayang ke atas pohon seperti seekor burung saja. Kegelapan malam melindungi bayangannya dan pada saat para peronda lewat, ia menggenjot tubuhnya dari cabang teratas mencelat ke atas dinding markas.
Dari sini tubuhnya melayang ke atas genteng kemudian mendekam, lalu menyelinap dan berindap indap memasang mata dan telinga ke arah bawah.
Kota Thian an bun adalah pusat yang dijadikan markas besar para pasukan yang bertugas menjadi pelaksana dari penjaga para pekerja paksa pembuat saluran besar itu. Pasukan yang berada di kota ini tidak kurang dari seribu lima ratus orang. Di benteng ini, yang menjadi panglimanya adalah seorang panglima Mongol yang bertubuh tinggi besar bertenaga kuat, bermuka penuh brewok dan terkenal keras memegang peraturan terhadap para pekerja. Panglima ini sebenarnya bukan seorang Mongol tulen, melainkan seorang peranakan. Akan tetapi sudah lajim di dunia ini bahwa si anjing lebih galak daripada tuannya, si pejabat lebih galak daripada atasannya dan antek antek lebih jahat daripada majikannya.
Oleh karena itu, panglima impun lebih bersifat Mongol daripada si Mongol yang aseli, yaitu para penjajah, lagaknya seolah olah dialah keturunan Jengis Khan, pendiri kerajaan Mongol. Nama panglima ini adalah Ban Ciang dan julukannya adalah Thai ler Kwi ong (Raja Iblis Bertenaga Dahsyat)! Sebagai pelaksana yang bertugas menyelesaikan pembuatan saluran, dia menggunakan tangan besi dan dia sendiri sudah 489
menyatakan bahwa kalau perlu agar saluran itu berhasil diselesaikan, ia akan menggunakan mayat mayat rakyat pekerja paksa sebagai dasar saluran!
Disamping tangan besi ini. Ban Ciang amat pandai menyenangkan hati para perwira pembantunya, memang inilah keistimewaannya sehingga ia cepat sekali dapat mencapai kedudukan tinggi. Ia pandai menjilat atasan, pandai membujuk bawahan untuk menjadi terkenal sehingga segala pelaporan mengenai diri nya ke istana selalu baik dan menyenangkan.
Untuk menyenangkan hati para perwiranya inilah Ban Ciang tidak segan segan untuk menangkapi wanita wanita ini muda setiap hari, bahkan ia menggunakan serombongan pasukan yang tugasnya menangkap dan menyeret wanita wanita muda sampai pula ke dusun dusun untuk di bawa ke Taian an bun dan dipergunakan
"menjamu" para perwira pembantunya setelah lebih dulu memilih yang tercantik untuk diri sendiri. Setelan para perwira bosan, maka wanita wanita muda itu dengan royal sekali ia lalu dihadiahkan kepada anak buah, terus turun sesuai dengan pangat mereka sampai akhir nya wanita wanita itu ".. karena mati dan dikubur begita saja di sungai sama seperti para pekerja. Seangkan untuk para wanita muda inipun merupakan pekerja pekerja paksa yang nasibnya malah jauh lebih sengsara dan memalukan kalau dibandingkan para pekerja pria.
Dewi Suling yang telah berhasil memasuki markas, mengintai dari atas genteng bangunan 490
terbesar yang berada di tengah markas Thian an bun. Dari atas ia melihat sinar terang dan suara tertawa tawa dan ketika ia mengintai ke bawah ia melihat bahwa dalam ruangan bawah itu para perwira sedang mengadakan pertemuan dalam sebuah pesta pora, bercakap cakap sambil tertawa tawa dan dilayani oleh banyak wanita wanita muda. Hati Dewi Suling perih sekali rasanya ketika melihat keadaan wanita wanita itu. Jelas bahwa wanita itu adalah orang orang yang sedang menderita bathin, wajah mereka yang cantik cantik dan muda itu pucat dan seluruh gerak gerik mereka membayangkan kelelahan, kedukaan dan keputusasaan yang menyedihkan. Disamping perasaan ?" ini, Dewi Suling marah sekali menyaksikan pula betapa para perwira, yang hadir di dalam pesta bersikap kasar dan tidak sopan terhadap pelayan wanita yang melayani mereka, mereka tertawa tawa, mereka kadang kadang menarik memeluk atau mencium seorang wanita begitu saja secara menjemukan.
Dan tempat pengintaiannya. Dewi Suling melihat panglima Thian an bun yang tinggi besar dan berewokan. Mudah saja mengenal Panglima Ban Ciang karena selaiin pakaiannya paling megah dan gagah juga ia merupakan satu satunya orang yang paling dihormati di dalam ruangan diantara perwira perwira yang jumlahnya kurang lebih tiga puluh orang itu. Ban Ciang duduk di atas kursi besar menghadapi meja, diapit oleh dua orang tercantik yang melayani dengan arak dan makanan, menyumpitkan daging menyuapinya sambil memaksa mulut yang kecil itu tersenyum 491
senyum. Ban ciang kelihatan gembira, tertawa tawa kalau bicara kepada para bawahannya dan kadang ia mencubit dagu perempuan di kiri atau menowel pinggang perepuan di kanan.
Akan tetapi Dewi Suling tidak memperdulikan kekurang ajaran mereka itu, karena ia sedang memperhatikan percakapan mereka. Sambil tertawa tawa Ban Ciang menceritakan kepada bawahannya tentang seorang tawanan yang menarik Dewi Suling.
"Ha ha ha " kalian akan melihat sendiri nanti.
Tawanan itu adalah puteri jelita dan gagah perkasa dan cucu dari Thian te Sin kiam. Julukannya Sian li Eng cu."
"Aduh! Hamba ?". dengan dia. Memang ?"
bunga mawar hutan yang ".. kuda betina liar, yang ?".. menyepak dan menggigit kalian berdua".., ha, ha, ha!" kata seorang panglima bawahan.
"Heh, heh! Itulah sebabnnya mengapa aku segera minta dia digusur ke mari! Belum pernah aku mendapatan yang seperti itu!" kata Ban Ciang mengangguk angguk.
"Akan tetapi, tidakkah mereka itu datang dari selatan" Dan menurut penyelidik, di hutan sebelah selatan penuh dengan kaum pemberontak.
Kabarnya para pelarin yang memberontak dipimpin empat orang muda itu kini makin banyak jumlahnya."
"Dan juga ada gerakan dari pemberontak yang dipimpin Huang ho Sam liong"."
492 Mendengar ucapan dua orang perwira itu Ban Ciang tertawa bergelak. "Ha, ha, ha, memang sengaja kubiarkan saja mereka itu agar kurang waspada. Akan tetapi kalian bersiap siaplah untuk melakukan penyembelihan karena aku sudah mengatur pasukan untuk penyergapan dan penangkapan agar sekaligus mereka itu dapat di habsikan. Dan kalau nanti sampai dapat menangkap hidup hidup dua orang gadis pemmpin para pelarian itu, hemm". kabarnya mereka hebat hebat !"
Selagi para perwira tertawa tawa dan bercakap cakap tiba tiba muncul dua orang penjaga yang langsung melapor kepada Panglima Ban Ciang.
"Pasukan yang disuruh mengumpulkan tenaga ke barat sudah tiba, mohon keputusan tai ciangkun !"
Berseri wajah Ban Ciang "Ha, Perwira Kwa sudah kembali" Lekas, suruh dia datang mengnadap!"
Dari luar terdengar suara gaduh. Dewi Suling memperhatikan dan dia menggigit bibir menahan marah ketika mendengar suara tertawa tawa diantara isak tangis. Tak salah lagi tentu Perwira Kwa yang memimpin pasukan mencari tenaga pekerja ke barat itu selain berhasil memaksa rakyat pekerja, juga telah menangkapi banyak wanita muda. Sepasang mata wanita sakti ini seperi mengeluarkan api ketika ia mendapatkan keanyataan bahwa dugaannya benar. Perwira she Kwa itu muncul, seorang laki laki tinggi besar bermuka hitam bersikap kasar sekali dan dengan 493
bangga sambil tertawa tawa perwira Kwa itu memamerkan hasil pekerjaannya kepada atasannya, yaitu selain ribuan orang pekerja paksa, juga lebih dari lima puluh wanita muda yang mereka culik dan tempat sepanjang perjalanan !
"Huah ha ha ! Bagas sekali Ka ciangkun, Jangan khawatir, jasamu sekali ini akan ku catat dan sampaikan kota raja. Mari kita melihat lihat domba domba yaag kau dapatkan, aku ingin memilih ".. ekor " ha, ha, ha !"
"Sekali ini cukup dan semua rekan tentu akan mendapat bagian!" kata perwira Kwa sambil tertawa puas. Para perwira yang hadir menjadi gembira sekali karena mereka akan mendapatkan penghibur baru, juga para perwira rendahan bergembira karena kalau atasan mereka mendapatkan yang baru tentu yang lama akan dilemparkan kepada mereka.
Sambil tertawa tawa perwira Kwa bertepuk tangan memberi isyarat kepada anak buahnya.
?"?"".. sebelah belakang yang ".. menutup, kini dibuka dan terdengarlah ?"" isak isak tertahan ketika serombongan ?"". Muda digiring memasuki ?"?"?"".
"Tar, tarr".!" Ledakan ledakan keras?" suara cambuk yang dibunyikan di ?" Kwa ciangkun.
Perwira she Kwa ini memang seorang ahli bermain cambuk dan ".lah permainan cambuknya yang telah ?".. merenggut nyawa beberapa banyak nyawa. Kini ia telah mengeluarkan cambuknya 494
untuk menakut nakuti para tawanan itu dan seraya berseru,
"Hayo berbaris satu satu, tidak boleh menangis!
Hayo tertenyum ! Ha ha ha !"
Sungguh kasihan wanita wanita muda ini, sebagian besar gadis gadis dusun yang bodoh dan tidak tahu apa apa, mereka dengan wajah ketakutan berbaris seperti sekawanan domba digiring ke tempat penyembelihan. Para perwira tertawa bergelak dan Panglima Ban yang berdiri paling depan sudak memilih dengan pandang matanya yang"..
Tiba tiba Kwa ciangkun meloncat ke depan mendekati seorang diantara para tawanan mereka itu dan membentak, "Hei" ! Engkau"! Siapa engkau" Mengapa baru sekarang aku melihatmu?"
Wanita itu cantik sekali, jauh lebih cantik daripada semua tawanan yang terdiri dari wanita wanita dusun itu. Selain cantik jelita, juga bentuk tubuhnya menggairahkan, kerling matanya tajam dan mulutnya yang manis itu membayangkan senyum memikat. Wanita itu bukan lain adalah?"?" Dewi Suling! Ketika dia ia tadi melihat para tawanan ia bermaksud menolong mereka. Juga kalau ia menyerbu begitu saja m menurutkan kati yang marah, dia tidak akan banyak berhasil, bahkan mungkin membahayakan keselamatannya dirinya sendiri. Oleh karena itu dia lalu melayang turun dan menyelinap mendekati puluhan orang wanita itu, dengan niat hendak mendekati Panglima Ban Ciang dan turun tagan secara tiba tiba. Biarpun dia hanya 495
akan berhasil membunuh seorang Ban Ciang saja akan tetapi hal itu merupakan keuntungan besar karena panglima ini adalah kepala dari semua barisan di Thian an bun. Akan tetapi siapa kira sebelum ia tiba dekat Panglima Ban Ciang, ia telah terlihat oleh Kwa ciangkun yang menegurnya dan mendekatinya dengan cambuk di tangan.
Dewi Suling memasang aksi, tersenyum main main dan berkata dengan suara merdu.
"Tentu saja, mana seora?g ciangkun mengenal seorang rendah seperti hamba" Hamba selalu bersembunyi di antara teman teman wanita?"
Kwa ciangkun tercengang. Wanita ini terlalu cantik untuk tidak terlihat olehnya sebelumnya, sikapnya terlalu manis, amat mencurigkan.
"Tarr tarrr".!" Cambuknya berbunyi keras dan berubah menjadi segulung sinar hitam yang menyambar nyambar dari atas. Dewi Suling terkejut sekali, akan tetapi ia masih dapat menahan hatinya dan berpura pura ketakutan ketika cambuk menyambar. Tahu tahu cambnk itu ujungnya telah melibat tubuhnya, membuat kedua lengannya terbelenggu. Hal ini terjadi tanpa ia rasakan, kulitnya tidak terluka dan bajunya tidak robek. Hal ini saja sudah membuktikan betapa ampuhnya cambuk ini dan betapa pandainya Kwa ciangkun, bermain cambuk.
"Hayo engkau ikut bersamaku lebih dahulu!"
Kwa ciangkun menarik gagang cambuknya sehingga tubuh Dewi Suling tertarik keluar dari barisan wanita
496 "Eh, Kwa ciangkun, hendak kau bawa ke mana dia" Wah wah, dia paling cantik di antara semua"! Berikan dia padaku, ciangkun!"
Terdengar suara Panglima Ban Ciang dan hati Dewi Suling berdebar girang. Inilah yang diharapkannya.
Akan tetapi alangkah mendongkol hatinya ketika ia mendengar Kwa ciangkun menjawab,
"Maaf, Tai ciangkun. Saya tidak berani melepaskan wanita ini sebelum memeriksanya. Dia mencurigakan, siapa tahu akan mendatangkan bahaya. Kalau sudah saya periksa dan ternyata tidak apa apa tentu akan saya antarkan kepada ciangkun !" Selelah memberi hormat, Kwa ciangkun menarik cambuknya dan membentak kepada Dewi Suling. "Hayo, kau ikut aku sebentar
!" "Aku di pilih cingkun" kenapa kan
menghalang" Cis, tak tahu malu !" Dewi Suling mencoba untuk membantah dengan kata kata, akan tetapi perwira tinggi besar itu sudah menyeret cambuknya sehingga Dewi Suling terpaksa menggerakkan kaki mengikutinya, di tertawai oleh para perwira iain yang menyaksikan adegan ini dengan gembira.
"Kwa ciangkun jangan sampai lecet kulitnya yang halus. Sayang!" kata seorang perwira.
"Kalau dia mata mata, serahkan kepadaku saja
!" teriak perwira kedua.
Kwa ciangkun tertawa bergelak "Ha ha ha jangan kalian mimpi, kawan kawan! Kalau dia tidak berdosa, tentu Tai ciangkun yang akan memilikinya, dan kalau dia ternyata mata mata 497
musuh, hemm, aku sendiri sudah tahu bagaimana caranya menghukum seorang mata mata cantik seperti ini ha ha ha !"
Dewi Suling menggigit bibir menahan kemarahannya sambil menanti kesempatan baik, wanita yang sudah "matang" ini tidak sembarangan menurutkan perasaannya, maka ia sengaja terhuyung huyung ketika ditarik memasuki sebuan kamar yang ternyata adalah sebuah kamar lebar terisi sebuah tempat tidur dan meja kursi. Dengan kerling matanya Dewi Suling melihat beapa ketika perwira tinggi besar muka hitam itu menutupkan pintu kamar, ada beberapa orang perwira dengan muka menyeringai benda di luar kamar, agaknya hendak mengintai! Hal itulah yang membuat Dewi Suling kembali menahan sabar.
"Hayo katakan siapa engkau" Engkau mata mata kaum pemberontak yang dikirim mereka dan sengaja menyelundup masuk Thian an bun, ya"
Hendak menyelidiki keadaan markas di sini, bukan?" Sambil berkata demikian perwira itu menggerakkan gagang cambuknya dan tubuh yang tadinya terbelit cambuk, kini terputar di dalam kamar lalu roboh berlutut di atas lantai.
"Hayo mengaku kau!" Cambuk digerakkan lagi dan "tarr, tarr, rarr".!" ujung cambuk melecut lecut ke arah tubuh Dewi Suling. Kembali Dewi Suling terkejut dan kagum karena ujung cambuk seperti berubah menjadi tangan yang
?"?"?"?"" merobek robek pakaiannya.
Sementara ?"?"". seorang perwira
m??"?"?"?" daun pintu?"?"?"..
498 pakaian wanita cantik ?"?"?"" seraya kemudian ?"?"?". berwarna putih
?"?"?"".. ketiganya ?"?"?"".. hendak
?"?"?".. bentuk ?"?"?"".. lengkung
?"?"?"" yang putih bersih.
Dewi Suling ?""......... yang ?"... Sama sekali ?"?"" Dia bahkan bekas ?"?""
tentu saja ?"?"?"?"".. seperti itu ia sana sekali tidak merasa canggung ataupun malu.
Malah ia sengaja menggerak gerakkan tubuhnya seperti tidak disengaja, akan tetapi sesungguhnya gerakkan gerakannya memperlihatkan pemandangan yang amat menarik hati sehingga tangan Kwa ciangkun yang memegang gagang cambuk menjadi gemetar !
Dewi Suling melirik ke arah pintu, lalu berkata dengan lagak malu malu. "Aihh". kalau ciangkun memang suka kepadaku, kenapa membikin malu seperti ini" Diintai orang dari pintu".."
"Tarrr"!" Ujung cambuk meledak di daun pintu yang tertutup rapat disusul bentakan Kwa ciangkun. ''Siapa berani mengintai" Hayo pergi kalian !"
Para perwira tersenyum, senyum dan mereka masih melihat betapa Kwa ciangkun mulai membuka pakaiannya sendiri! Karena takut kalau kalau Kwa ciangkun marah, sambil tertawa tawa mereka meninggalkan tempat itu, seorang diantara mereka berkata keras,
"Wah, selamat Kwa ciangkun !"
499 Sebagai jawaban atas ucapan selamat ini agaknya dari dalam kamar yang kini daun pintunya tertutup rapat itu terdengar lagi bunyi ledekan ledakan cambuk yang makin lama makin gencar dan makin nyaring. Akan tetapi karena tidak terdengar jerit tangis wanita, mereka yang mendengar suara ini hanya tertawa tawa, menganggap bahwa tentu Kwa ciangkun menakut nakuti si wanita itu dan mereka merasa iri hati karena menganggap bahwa tentu perwira itu menikmati banyak kesenangan dengan wanita cantik jelita itu.
Ah, kalau saja mereka itu tahu! Kalau saja para perwira yang mulai dengan pasta pora memilih dan menyeret wanita wanita tak berdosa itu dapat menjenguk ke dalam kamar tadi ! Tentu akan geger seluruh markas Thian an bun.
Ketika Dewi Suling merasa yakin benar bahwa tidak ada perwira lain mengintai kamar itu, ia mulai beraksi. Dengan gerak dan gaya yang lemah gemulai dan menarik hati, ia mendekati Kwa ciangkun yang memandang nya dengan hati tegang. Melihat betapa wanita cantik itu tersenyum senyum memikat Kwa ciangkun ". lalu menubruk dan merangkul. Akan tetapi alangkah kagetnya ketika tiba tiba merasa tubuhnya menjadi lemas. Ia mengerakkan ".. dan hendak meronta daripada
".. jari tangan Dewi Suling, akan tetapi kembali jari tangan yang halus telah menotok jalan darah di leher, membuat perwira Kwa tak dapat mengeluarkan sedikitpun suara. Ia tidak roboh karena tubuhnya diterima ?" Dewi Suling yang 500
kemudian ".. tubuhnya dan dilemparkannya ke atas pembaringan sambil merampas cambuk.
Dewi Suling mendekati tubuh yang telanjang dun telentang itu. Ia tersenyum dan mengerling manis sekali mendekatkan mukanya ke muka si perwira sehingga tercium oleh perwira itu bau hatum dari pipi dan rambutnya.
"Kwa caingkun engkau hendak bersenang senang, bukan" Hi hi hi, tidak sembarang orang dapat bersenang senang dengan aku, akan tetapi juga tidak mungkin ada orang menghina ku seperti yang kau lakukan tadi dan masih dapat hidup ". !
Engkau mengenal ini?" Dari kempitan ketiaknya, Dewi Suling mengeluarkan sebatang suling berwarna merah yeng tadi ia menyembunyikan ketika ditelanjangi. ?" dan memperhatikan wanita cantik ".. Kwa ciangkun bergerak, membentak kan kata kata tak bersuara, "Dewi Suling".!"
Dewi Suling tersenyum lebih manis lagi akan tetapi sepasang matanya menyinarkan kebencian hebat?"?"" bergerak dan mulailah cambuk itu menari nari dan melecut lecut mengeluarkan suara ledakan, bertubi tubi ?". tubuh Kwa ciangkun yang telanjang bulat !
Dapatlah ". perwira itu merasakan penderitaan karena siksaan cambuknya seperti yang sudah sering kali ia lakukan kepada orang orang tawanan atau pekerja pekerja paksa. Tubuh nya bergulingan, menggeliat geliat seperti seekor cacing terkena abu, akan tetapi karena ia berada dalam keadaan tertotok sehingga kaki tangannya lemas, 501
ia tidak dapat bergerak banyak. Mulutnya menjerit jerit dan berteriak teriak seperti babi disembelih, akan tetapi tidak ada suara keluar dari lehernya yang tertotok pula. Dan ujung cambuk itu bergerak terus, melecut lecut dan menyayat nyatat. Dalam waktu tidak lama, ketika akhirnya Dewi Suling menghentikan gerakan cambuk itu, tidak ada bagian kulit tubuh Kwa ciangkun yang tidak tersayat, tidak ada yang utuh kembali seolah olah ia telah dicacah ratusan pedang yang tajam. Ia tidak menyerupai manusia lagi karena kulitnya sudah tersayat dan terkupas habis! Akan tetapi benda berbentuk manusia yang berdarah darah itu masih bergerak gerak di atas pembaringan yang menjadi merah oleh darah ketika Dewi Suling melompat keluar dari dalam kamar melalui atap rumah, wanita sakti ini telah mengenakan pakaian yang ia dapatkan di da lam kamar sebelah belakang.
Terlalu banyak peristiwa mengerikan terjadi di dalam hari itu di markas Thian an bun. Terlalu banyak wanita tak berdosa menjadi korban kebiadaban para perwira yang lebih buas dari pada binatang, sehingga hati Dewi Saling seperti ditusuk tusuk rasanya Mendengar ratap tangis dari dalam banyak kamar di markas itu, teringatlah ia akan perbuatannya sendiri dahulu, akan dosa dosanya. Tidak banyak bedanya antara dia denngan perwira perwira itu ketika ia masih sesat dahulu. Karena menyesal timbul kemarahannya yang luar biasa. Ia meyelinap meloncat loncat dan mencari dari atas genteng sampai akhirnya ia berhasil menemukan kamar Panglima Ban Ciang.
502 Panglima brewrok itu sudah tidur mendengkur seperti seekor ?"" di sisinya, dua orang wanita muda terisak isak menangis perlahan.
Dewi Suling ?"?". berindap indap
menga?". kamar yang terjaga oleh dua orang pengawal, maklum itu adalah malam pesta, tetu saja penjagaan tidak dilakukan dengan keras, apalagi kamar Panglima Ban Cing berada di tengah tengah markas, siapa yang akan dapat mengganggu ! Dua orang pengawal itu merasa seperti dalam mimpi dan mereka itupun tewas dalam keadaan tidak sadar ketika tiba tiba sinar merah berkelebat dan dua kali ujung suling di tangan Dewi Suling menusuk seperti seekor ular mematok yang menembus kerongkongan dua orang itu sehingga mereka roboh tanpa dapat menjerit lagi, hanya mengeluarkan suara mengorok sedikit yang masih kalah kerasnya oleh dengkur Panglima Ban Ciang dari dalam kamar.
Dewi Suling mendorong daun pintu dan melompat masuk. Waktu itu, keadaan amat sunyi karena lewat tengah malam. Dua orang wanita yang menahan tangis terisak isak mengangkat muka dan memandang kepada Dewi Suling dengan heran dan takut takut. Dewi Suling cepat menaruh telunjuknya di depan bibir, kemudian ia sekali meloncat telah berada di dekat pembaringan.
Sejenak ia memandang wajah yang mendengkur itu penuh kebencian. Muka perwira berewok itu terlentang matanya setengah terbuka mulutnya celangap mengeluarkan liur dan dengkur, berewoknya bergerak gerak amat menjijikan.
Kemudian tangan kanan Dewi Suling bergerak, 503
sinar merah bekelebat menotok tiga jalan darah terpenting.
"Duk dukk dukk !"
Tubuh yang tinggi besar itu seperti kemasukan setrum bersamaan matanya terbelalak lebar, mulutnya seperti hendak berteriak akan tetapi tidak ada suara keluar dan tubuh nya tidak dapat digerakkan. Hanya biji mata nya yang dapat bergerak dan berputaran, penuh kekagetan, keheranan dan kemarahan. Panglima benteng Thian an bun ini masih beluin merasa takut, hanya kaget, heran dan marah karena siapakah orangnya berani mengganggu dia "
Akan tetapi ketika Dewi Suling mengamangkan suling merahnya itu di depan hidungnya sambil berkata, "Pembesar keparat, dosamu telah bertumpuk terhadap rakyat, kini rasakan pembalasan Dewi Suling atas nama rakyat !"
Seketika wajah yang berewokan itu menjadi pucat, matanya terbelalak penuh ketakutan ! Ban Ciang sudah mendengar akan sepak terjang Dewi Suling yang dalam hal kekejaman tidak kalah oleh dia sendiri ! Ingin ia membujuk untuk bekerja iama, atau mengancam, akan tetapi betapapun juga ia mengerahkan tenaga, ia tidak mampu membebaskan, diri daripada totokan yang aneh itu.
Melihat sinar takut membayang di muka panglima itu, Dewi Suling tertawa, kemudian tangannya mengangkat dan mengcengkeraman tangan kirinya sudah membekap erat erat tengkuk pembesar itu. Lalu tubuuhnya berkeebat dan 504
wanita sakti ini sudah meloncat keluar dari kamar, membawa tubuh panglima Ban Ciang seperti seekor kucing membawa tubuh seekor bangkai tikus besar saja.
"Kau tidak boleh mati terlalu enak !" kata Dewi Suling perlahan. "Harus menjadi contoh bagi pembesar pembesar lain!" Dia lalu melompat ke atas genteng mendekam di wuwungan ketika melihat beberapa orang penjaga meronda. Setelah mereka ini lewat, terdengarlah bunyi melengking tinggi yang memecahkan kesunyian malam itu, suara melengking yang mengerikan dan menyeramkan lebih lebih lagi bagi Panglima Ban Ciang yang dikempit dan dibawa melompat tinggi oleh Dewi Suling. Wanita sakti ini mengerahkan khikang dan ginkangnya, melompat sambil membawa tubuh tawanannya ke atas tiang bendera yang berdiri di tengah tengah markas.
Bagaikan seekor burung dara saja tubuhnya melayang kemudian tangan kanannya menyambar pancak tiang dan tangan kiri mengangkat tubuh Panglima Ban Ciang, diangkatnya ke atas lalu"..
sekali banting tubuh itu ". ujung tiang. Ujung tiang tidak ?". akan tetapi karena kuatnya Dewi Suling dan karena panglima yang tertotok itu tak dapat mengerahkan tenaga, maka terdengar suara keras, ". dan kulit perut robek ketika ujang tiang bendera itu amblas memasuki perut Panglima Ban Ciang.
Di bawah kini menjadi geger! Bukan hanya oleh suara melengking tadi, melainkan kini para peronda telah menemukan dua orang penjaga kamar Panglima Ban Ciang dan menemukan pula 505
perwira Kwa di dalam kamarnya. Ributlah para perwira dan pasukannya, terbangun mendadak dari tidur, obor obor dipasang dan dalam keadaan geger seperti itu, kabar menjadi simpang siur tidak karuan. Ada yang bilang bahwa para pemberontak menyerbu. Ada yang bilang bahwa markas diserang iblis dan bermacam macam lagi. Akan tetapi ketika semua orang lari keluar dan melihat ke atas, mereka terbelalak karena kaget melihat betapa tubuh panglimanya tertancap di ujung tiang bendera yang begitu tinggi, kaki tangannya bergerak gerak dan dari atas pucak tiang itu melayang turun bayangaa putih yang mengeluarkan suara melengking.
"Dewi Suling"!" beberapa orang perwira menduga ketika mendengar suara itu dan melihat bayangan "..
"Tangkap penjahat "
"Kepung".!"
Makin ributlah keadaan di situ ketika Dewi Suling yang sudah melayang terus menyelinap kemudian jarum jarumnya ia hamburkan dengan royal sekali. Akan tetapi ia tidak mau sembarangan membunuh pasukan biasa. Ia memilih korban dan sebagian basar yang terjungkal oleh jarum jarumaya adalah para perwira !
Dewi Suling maklum bahwa kalau ia tidak cepat cepat pergi, keadaannya akan berbahaya sekali.
Tak mungkin ia seorang diri melawan ratusan bahkan seribu lebih pasukan di dalam benteng!
Maka ia lalu menyimpan sulingnya, menyelinap 506
dan menggunakan kesempatan selagi keadaan kacau balau para perwira dan wanita tawanan lari berserabutan, ia berhasil menerobos keluar melalui pintu gerbang kecil sebelah kiri, membunuh lima orang penjaga nya. Ketika pasukan menyerbu ke situ bayangan Dewi Suling sudah tak tampak lagi, ditelan kegelapan hutan hutan di luar tembok benteng.
JILID XII DEMIKIANLAH karena telah mendengar percakapan antara perwira di Thian an bun yang hendak menyerbu barisan pejuang di dalam hutan maka ketika pasukan bekas pekerja paksa yang dipimpin oleh Ouwyang Tek, Gui Siong, Lauw Ci Sian dan Tan Li Ceng, dikurung kemudian dibantu oleh pasukan di bawah pimpinan Ie Bhok dan Cui Hwa Hwa. Dewi Suling dapat datang membantu mereka dan mengamuk dengan hebatnya. Bahkan ketika pasukan pejuang itu melarikan diri dari dalam hutan untuk menuju ke daerah pegunungan di sebelah barat Thian an bun ia pun diam diam mengikuti pasukan ini untuk menjaga keamanan.
Ketika ia menyaksikan betapa akrab hubungan antara Ouwyang Tek dan Lauw Ci Sian, dan antara Gui Siong dan Tan Li Ceng diam diam tersenyum girang dan bersukur di dalam hatinya bahwa dua orang pemuda yang pernah ia rindukan dan kagumi sampai sekarang itu telah memperoleh pilihan hati masing masing, dan ia mengakui bahwa pilihannya tidak keliru karena dua gadis 507
murid Tho tee kong Liong Losu itu adalah dara dara jelita dan perkasa.
Pagi keesokan harinya, pasukan pejuang ini sudah harus bertempur lagi melawan lima puluh orang penjaga yang melakukan perondaan di pegunungan itu. Ketika pasukan Mongol ini tiba di dekat telaga, tiba tiba mereka disergap oleh para pejuang dan terjadilah lagi perang yang amat seru dan hebat. Keadaan pasukan Mongol itu masih segar dan pasukan itu pun merupakan pasukan pengawal pilihan dipimpin oleh beberapa orang perwira Mongol yang kosen. Sebaliknya para pejuang sudah amat lelah, semalam suntuk melakukan perjalanan sehabis berperang mati matian. Untung bahwa di situ selain ada Ouwyang Tek, Gui Song, Ci Sian dar Li Ceng yang gagah perkasa, terdapat pula Dewi Suling yang mengamuk bagaikan seekor naga betina sehingga sepak terjangnya membangkitkan semangat para pejuang. Dan pada saat ramai ramainya pertempuran, muncullah pasukan pengemis sabuk merah dipimpin sendiri oleh ketuanya, Ang Kwi Han! Munculnya pasukan pengemis ini merupakan tanda kehancuran bagi para perajurit Mongol.
Ketika perang selesai dengan robohnya seluruh anggauta pasukan Mongol, barulah serm?? pejuang melihat bahwa diantara mereka terdapat pula Liem Siok Lan, gadis perkasa yang telah mereka kenal itu ! Tentu saja Ang Kwi Han dan anak buahnya merasa tidak enak bertemu dengan gadis ini, juga anak buah Ie Bhok terutama sekali Cui Hwa Hwa. Akan tetapi dasar Liem Siok Lan orang gadis yang tidak perdulian, tak kenal takut 508
dan dasar wataknya rlang jenaka, ia tidak perduli melihat muka yang cemberut kepadanya itu. Akan tetapi sambil tersenyum rlang ia menyambut uluran tangan Lauw Ci Sian dan Tan Li Ceng yang tersenyum dan berkata kepadanya, "Sungguh bahagia bagi kami dapat bertemu dengan Sian li Eng cu yang terkenal di seluruh dunia kang ouw!
Dan memang tepat sekali julukan adik, engkau amat cantik dan manis seperti bidadari !"
Siok Lan menyambar tangan Tan Li Ceng dan mencela, "Wah wah, siapa tidak melihat sepak terjangmu tadi ketika mengamuk" Aku masih kalah jauh, dan engkau menyebutku adik" Ah, aku melihat engkau tidak lebih tua dari pada aku, bukankah begitu, enci Ci Sian?"
Dua orang gadis murid Tho tee kong Liong Losu ini menjadi gembira dan senang sekali kepada Siok Lan yang bersikap demikian polos dan ramah jenaka. Segera mereka menjadi sahabat sahabat baik bercakap cakap dan bersenda gurau. Melihat ini, mereka yang mendongkol terhadap Sian li Eng cu, makin merasa tidak enak dan menahan perasaan mereka. Betapapun juga, Siok Lan telah membuktikan bahwa gadis inipun ikut berjuang melawan penjajah, bahkan pernah dijadikan tawanan penting. Di samping kenyataan ini, juga mereka semua masih menghormati kakek gadis ini, yaitu Thian te Sin kiam yang terkenal sebagai bekas pejuang besar.
Demikianlah, pendekar muda muda yang perkasa itu berkumpul dalam sebuah pasukan pejuang yang kuat dan mereka ini bersama 509
pasukannya cukup memusingkan para perwira di Thian an bun. Apalagi setelah kematian Panglima Ban Ciang disusul oleh kematian kematian para perwira lainnya yang hampir terjadi setiap malam.
Kematian kematian aneh yang selalu diawali lengking tangis mengerikan dan kadang kadang disertai tulisan darah si korban pada dinding benteng atau pada permukaan bendera bahwa selama para perwira Mongol menindas kaum pekerja paksa dan menculik wanita wanita muda, maka pembunuhan pembunuhan terhadap para perwira akan dilanjutkan terus"
Tentu saja semua pembunuhan gelap ini dilakukan oleh Dewi Suling yang dibantu orang orang pandai dalam pasukan pejuang itu seperti Cui Hwa Hwa, Ang Kwi Han, kedua orang pemuda perkasa murid Siauw bin mo Hap Tojin dan kedua orang gadis perkasa murid Tho tee kong Liong Losu, tidak ketinggalan pula Sian li Eng cu Liem Siok Lan. Selain orang orang gagah ini sering kali muncul pula secara diam diam Pendekar Cengeng!
Hal ini di ketahui ketika pada suatu malam, mereka, termasuk pula Dewi Suling mendengar lengking yang jauh lebih tinggi dan kuat dari pada lengking yang ia keluarkan kemudian melihat bayangan putih berkelebat memasuki benteng Thian an bun dan disusul dengan suara hiruk pikuk dan geger di dalam benteng lalu kelihatan asap mengebul di sebelah kiri benteng. Kemudian, kembali bayangan putih berkelebat tak jauh dari tempat mereka bersembunyi, lalu turun dan melepaskan dua orang gadis tawanan yang telah berhasil diselamatkannya, kemudian sekali 510
berkelebat bayangan itu lenyap. Ditinggalkannya dua orang gadis tawanan itu di dekat tempat para pejuang bersembunyi menunjukkan bahwa pendekar besar itu telah tahu di mana mereka bersembunyi !
"Yu taihiap".!" Hampir berbareng Ouwyang Tek dan Gui Siong berseru memanggil.
"Ahh, Pendekar Cengeng ! Kenapa tidak bergabung dengan kami?" Ang Kwi Han ketua para pengemis Ang kin Kaipang juga berseru dengan suaranya yang parau dan nyaring.
"Pendekar Cengeng".!" Dewi Suling juga memanggil akan tetapi perlahan dan agaknya mengeluarkan panggilan ini tanga disadari karena ia kelihatan tercengang kemudian berdiri termenung.
Semua ini terdengar dan tampak oleh Siok Lan yang berdebar debar jantungnya. Kiranya benar Pendekar Cengeng yang kadang kadang muncul secara rahasia. Tentu telah disampaikan oleh Aliok segala perasaan bencinya terhadap pendekar itu.
Tampak pula olehnya betapa munculnya pendekar itu yang hanya sebentar membuat Ci Sian dan Li Ceng menundukkan muka dan sama sekali tidak bergerak, seperti orang takut takut atau malu malu
! Kemudian dari jauh sekali namun dengan suara yang menggetar tanda bahwa suara itu dikemudian khikang yang bebat, terdengar si Pendekar Cengeng menjawab, "Harap cuwi kembali ke hutan, di sini berbahaya. Aku telah membunuh panglima mereka yang baru, karena panglima itu kejam.
511 Hormatku kepada semua teman yang gagah perkasa. Lain waktu aku akan mengunjungi cuwi di hutan.....!"
Karena dari dalam benteng terdengar suara ribut ribut dan keadaan memang amat berbahaya kalau pasukan di dalam benteng itu mengadakan pengejaran keluar, maka para pejuang ini lalu pulang ke tempat persembunyian mereka di hutan sambil membawa serta dua orang gadis remaja yang tadinya menjadi tawanan dan berhasil dibebaskan oleh Pendekar Cengeng.
Di dalam perjalanan kembali ke hutan ini, suasana menjadi sunyi. Seperti biasanya, Dewi Suling tidak tampak lagi. Memang semenjak bersama diantara para pejuang, Dewi Suling selalu menjauhkan diri, hanya bersatu dikala menghadapi musuh saja. Agaknya wanita ini maklum bahwa para pejuang itu agak segan berdekatan dengan dia, maka ia tahu diri dan selalu menjauhkan diri dari siapapun juga sungguhpun pada hakekatnya, para pejuang kagum kepadanya juga bahwa Ouwyang Tek dan Gui Siong dua orang yang pernah menjadi korban keganasannya di waktu dahulu itu kini tidak lagi mendendam atau membencinya.
"Li Ceng, siapakah sebetulnya Pendekar Cengeng itu" Bukankah dia yang bernama Yu Lee"
Dia itu orang macam apa sehingga gerak geriknya begitu aneh seperti setan, dan mengapa tidak mau menemui kita ?" Ditengah perjalanan Siok Lan berbisik kepada Li Ceng.
512 Gadis cantik berpakaian pria itu menghela napas panjang. "Ahhhh, siapa orangnya dapat mengikuti gerak gerik seekor naga terbang di angkasa yang amat sakti itu" Dia adalah seorang pendekar yang pada masa kini tiada keduanya Siok Lan. Dan jangan sekali kali kau menyebutnya seperti setan karena dia adalah seorang pendekar besar dan budiman?"
"Pendekar besar apa" Budiman apanya" Aku anggap dia hanya seorang yang sombong.... !"
Ucapan Siok Lan ini dikeluarkan dengan nada marah dan agak keras sehingga Ci Sian menengok dengan mata terbelalak lalu berkata, "Shh" adik Siok Lan, jangan berkata demikian ! Dia amat sakti, mungkin sekarang juga dapat mendengarkan kata katamu !"
Siok Lan makin panas perutnya. Ia
membusungkan dada dan berkata, "Habis, kalau dia bisa mendengar mau apa dia" Aku sih tidak takut pada seorang sombong!"
Liauw Ci Sian dan Tan Li Ceng hanya dapat saling pandang! Untung bahwa yang lain lain agak berjauhan, sehingga tidak dapat mendengar betapa Siok Lan memaki maki ?"?"?"?"?"
Mereka ini paling dekat pengaulannya dengan Siok Lan dan telah mengenal Sian li Eng cu sebagai seorang gadis yang berwatak polos, jujur, berani mati dan juga aneh, mudah marah dan mudah gembira, lincah jenaka akan tetapi juga amat perasa. Mereka tidak bicara lagi karena khawatir kalau kalau Siok Lan akan menjadi jadi dalam 513
kemarahannya yang aneh terhadap Pendekar Cengeng.


Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Malam hari Siok Lan tidak dapat tidur. Hatinya gelisah kalau ia memikirkan Aliok. Mengapa sampai begitu lamanya pelayannya itu tidak muncul" Dan mengapa pula Pendekar Cengeng yang sudah muncul itu seolah olah selalu menghindarkan diri dari padanya" Menurut Li Ceng, sudah beberapa kali selama ini Pendekar Cengeng menemui para pejuang, bahkan mengatur siasat bersama sama mereka. Perjuangan mereka berhasil baik. Sudah tiga kali semenjak Panglima Ban Ciang dibunuh Dewi Suling, panglima panglima baru yang menjabat sebagai komandan Thian an bun, dapat mereka bunuh sehingga sekarang kabarnya kota raja mengirimkan seorang panglima yang selain amat lihai ilmunya juga tidak kejam seperti panglima panglima yang lain.
Panglima baru ini yang namanya Ouw Beng Tat, bekas panglima kerajaan Sung selatan adalah orang tokoh besar dalam dunia kang ouw karena dia adalah seorang berilmu tinggi dan dahulu terkenal membela kerajaan Sung Selatan. Setelah kerajaan Sung jatuh, fihak Mongol yang melihat seorang yang amat benguna ini tidak membunuhnya begitu saja, melainkan berhasil membujuknya dan mengangkat orang yang pandai ini sebagai seorang panglima di kota raja. Kini, melihat keadaan Thian an bun yang didorong dorong oleh kaum pejuang, kaisar sendiri mengutus Ouw beng Tat untuk menenteramkan keadaan di Thian an bun dan menjaga agar 514
pekerjaan penggalian terusan itu dilaksanakan dengan baik.
Ouw Beng Tat dapat ditundukkan karena orang gagah ini amat kagum terhadap Jengis Khan, pendiri kerajaan Mongol yang juga adalah seorang gagah perkasa yang sukar dicari bandingnya. Ia dapat menghargai pengangkatan dirinya dan ketika menerima tugas di Thian an bun ia segera mengambil langkah langkah penting. Pertama tama ia menurunkan perintah dan peringatan tegas terhadap semua perajurit agar tidak lagi menangkapi wanita wanita, bahkan wanita wanita yang masih dikeram di situ semua dibebaskan, mendapat pesangon dan dikirim pulang ke kampung masing masing. Untuk keperluan para perwira anak buahnya, ia memerintahkan agar dicarikan wanita wanita pelacur yang dipekerjakan di Thian an bun. Panglima yang pandai ini mengerti kalau kebutuhan jasmani para pasukan tidak dipenuhi sukar mencegah terjadinya gangguan terhadap wanita wanita baik baik, selain ini, langkah kedua yang amat penting telah pula diambilnya yaitu memperbaiki jaminan bagi kaum pekerja paksa. Mereka ini tentu saja tidak mendapat upah, akan tetapi setidaknya, jaminan hidup bagi mereka dicukupi setiap hari mendapat makan dan cara bekerja diatur secara bergilir !
Tindakan ini amat menguntungkan pemerintah Goan sendiri, karena setelah para pekerja mendapat makan cukup dan istirahat cukup, daya kerja mereka meningkat. Juga jangka waktu kerja paksa ini diatur, yang lama dibebaskan untuk diganti yang baru, sedangkan istilahnya juga 515
dirobah, bukan lagi kerja paksa, melainkan kerja bakti !
Memang harus diakui, perjuangan orang orang gagah yang masih menyembunyikan diri di hutan hutan sebelah barat Thian an bun berhasil amat baik. Tentu saja mereka tidaklah mungkin dapat mengusir penjajah atau mengalahkan barisan penjajah yang amat banyak itu. Namun memang bukan itu tujuan utama mereka melainkan disesuaikan dengan keadaan mereka yang hanya terdiri dari ratusan orang. Tujuan mereka adalah mencegah terjadinya penindasan penindasan dan menolong rakyat. Kalau keadaan rakyat tidak tertindas lagi, dan kalau mereka dapat bergabung dengan barisan pejuang lain yang lebih besar, barulah mungkin mereka akan memikirkan perjuangan untuk membebaskan tanah air dari tangan penjajah.
Siok Lan melamun seorang diri di dalam hutan.
Biasanya ia tidur bersama Li Ceng d Ci Sian di bawah sebatang pohon besar akan tetapi malam itu ia menyendiri di tempat gelap. Hatinya risau mengingat Aliok, juga penasaran mengingat Pendekar Cengeng. Malam malam yang lalu ia tidak begitu sedih karena terhibur oleh pekerjaan mengacau Thian an bun. Akan tetapi semenjak Ouw Beng Tat merobah peraturan dan memperketat penjagaan, para pejuang menjadi menganggur dan mulai ia teringat akan urusan pribadi, ia harus menemui Pendekar Cengeng !
Kisah Pendekar Bongkok 5 Suling Emas Dan Naga Siluman Bu Kek Sian Su 11 Karya Kho Ping Hoo Ilmu Ulat Sutera 2
^