Pencarian

Pendekar Cengeng 8

Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo Bagian 8


Ia teringat akan cerita Li Ceng bahwa pendekar itu kalau datang di waktu malam, datang dan pergi 516
tanpa di ketahui orang lain kecuali mereka yang hendak dijumpainya. Teringat akan ini, Siok Lan lalu bangkit dan bergerak menyelinap di antara pohon pohon dan malam yang gelap. Biarlah pikirnya, aku akan melakukan perondaan dan pergintaian. Masa aku tidak akan dapat bertemu dengan nya" Kalau ia datang menemui seseorang di hutan ini, tentu aku akan dapat melihatnya dan aku akan keluar, langsung menantangnya! Atau terus saja menyerangnya" Jantungnya berdebar dan tanpa disadarinya lagi, jari tangan kanannya meraba gagang pedangnya.
Malam itu tidak terlalu gelap. Sinar bulan menerobos di antara celah celah daun pohon dan Siok Lan dapat melihat ke depan dalam jarak sepuluh tombak. Ia terus menyelidik dan menyelinap di tempat tempat gelap. Para pejuang sudah banyak yang tidur dan hanya mereka yang bertugas jaga saja yang masih berdiri di tempat penjagaan dan ada pula yang meronda. Akan tetapi tak seorangpun dapat melihat Siok Lan yang bergerak hati hati dan melangkah dengan kaki ringan sekali.
Tiba tiba gadis ini menghentikan gerakan nya karena ia melihat sesosok bayangan putih berkelebat cepat di sebelah depan. Tubuh yang ramping dan pakaian yang putih itu segera dikenalnya baik baik. Dewi Suling! Hatinya berdebar. Juga Dewi Suling bergerak seperti dia, tidak sewajarnya berjalan biasa melainkan menyelinap dan dengan hati hati seperti orang hendak mengintai. Ia lalu diam diam mengikuti dari belakang dan cepat menyelinap di balik pohon 517
ketika ia melihat Dewi Suling melayang naik ke atas pohon dan diam tak bergerak. Kagum ia menyaksikan cara Dewi Suling melompat ke atas pohon, separti burung saja. Harus diakuinya bahwa di antara para pejuang yang berkumpul di hutan itu hanya ada tiga orang yang lebih tinggi ilmunya daripadanya. Pertama adalah Cui Hwa Hwa kedua Ang Kwi Han dan ketiga adalah Dewi Suling. Terutama Dewi Suling ini yang ia tahu amat lihai, lebih lihai daripada Cui Hwa Hwa atau Ang Kwi Han !
Kini tahulah ia bahwa Dewi Suling diam diam juga mengintai, seperti dia dan jantungnya berdebar tegang ketika ia melihat seorang bertubuh tinggi tegap berpakaian putih berdiri menghadapi Ouwyang Tek dan Gui Siong. Agaknya mereka bertiga sedang bicara dengan keras nadanya seperti orang bertengkar. Sayang pada saat itu, orang yang berpakaian putih itu memutar tubuh sehingga membelakanginya, akan tetapi biarpun ia hanya melihat dari belakang, ia menduga bahwa dia itulah orang yang dicari cari. Dialah Pendekar Cengeng ! Dan ia makin yakin akan kebenaran nya ketika mendengar Ouwyang Tek menyebut "Yu taihiap" kepada orang itu. Dialah Si Pendekar Cengeng Yu Lee tunangan nya yang amat sombong terhadap dirinya ! Ingin ia melompat dan menerjang orang sombong itu, akan tetapi betapa ia dapat melakukan hal ini kalau Pendekar Cengeng sedang bercakap cakap dengan dua orang pemuda itu dan di situ terdapat pula Dewi Suling yang mengintai" Sama halnya dengan membuka kedok sendiri. Tidak, ia harus menanti, dan 518
percakapan antara mereka bertigapun amat menarik hatinya. Seperti halnya dengan Dewi Suling yang berdiam di atas pohon tak bengerak Siok Lan pun diam tak bergerak di balik batang pohon, agak jauh di belakang Dewi Suling.
Terdengar olehnya orang berpakaian putih itu berkata setelah menarik napas panjang, suaranya halus, "Sudahlah, harap jiwi sudahi saja urusan ini dan harap jangan mendesak aku yang tidak merasa bersalah."
Ouwyang Tek membantah, suaranya tidak sabar, "Memang, Yu taihiap. Kami berduapun tidak menyalahkan taihiap. Ketika itu, kedua nona Ci Sian dan Li Ceng tertawan penjahat dan tentu akan mengalami bencana hebat kalau tidak taihiap menolong mereka. Akan tetapi?" Pemuda tinggi besar yang tak pandai bicara ini tak dapat melanjutkan kata katanya, termanggu manggu dan mengepal ngepal tinju nya yang besar. "Pendeknya, Yu taihiap harap sudi menerima mereka menjadi isteri isteri taihiap, kalau tidak"."
"Kalau tidak bagaimana, saudara Ouwyang'"
Pendekar Cengeng bertanya nada suara nya membayangkan kekesalan hati.
"Terpaksa kami menantang taihiap untuk menyelesaikan urusan ini di ujung senjata! Kami rela mati"."
Melihat keadaan suhengnya yang sukar bicara itu Gui Siong melangkah maju dan dia berkata, suaranya lancar dan ramah tidak seperti Ouwyang Tek, namun mengandung ketegasan, "Harap Yu taihiap suka mempertimbangkan. Kedua orang 519
nona itu adalah nona nona yang suci dan gagah perkasa. Taihiap telah menolong mereka berdua ketika ditawan dan dalam keadaan telanjang bulat.
Sebagai dua orang nona yang suci, tentu saja hal ini bukan urusan kecil. Bagi mereka, terlihat oleh seorang pria dalam keadaan seperti itu merupakan hal yang hanya dapat ditebus dengan nyawa kecuali kalau yang melihatnya adalah calon suami mereka. Maka, sekali lagi, kami berdua mohon dengan hormat supaya taihiap melimpahkan kebijaksanaan, sudilah memperisteri mereka untuk mencuci aib dan noda itu Kami berdua sudah bersumpah untuk membereskan urusan ini, kalau perlu kami sanggup berkorban nyawa di depan taihiap demi kebahagiaan kedua orang nona itu."
"Hemm". mana ada aturan seperti ini" Jiwi (kalian) terang mencinta mereka berdua, mengapa memaksa aku harus memperisteri mereka" Tidak saudara Ouwyang dan saudara Gui aku tidak mungkin dapat menerima permintaan kalian ini.
Ketahuilah, bahwa urusan jodoh bukan urusan sembarangan. Kalian mencinta mereka dan aku dapat menduga bahwa merekapun mercinta kalian, kenapa tidak kalian berdua yang menjadi suami mereka?"
"Apakah taihiap tidak mencinta mereka?" tanya Ouwyang Tek tidak percaya. Masa di dunia ini ada laki laki yang tidak mencinta dua orang murid Liong Losu itu, terutama Lauw Ci Sian !
"Hemm". akupun seorang manusia biasa saudara Ouwyang. Kalau kalian dapat mencinta orang akupun dapat. Dan aku" aku sudah 520
mempunyai pilihan hati sendiri tak mungkin aku menikah dengan orang lain, apalagi dengan kedua orang yang menjadi pilihan hati jiwi !"
"Tidak ! Keputusan kami sudah pasti ! Yu taihiap harus mengawini mereka untuk menebus dia dari malu, kalau tidak mau, terpaksa malam ini juga kita selesaikan di ujung senjata."
"Betul seperti yang dikatakan suheng, Yu taihiap. Tekad kami suuah bulat, malam inilah keputusan terakhir. Tinggal taihiap pilih, menerima mereka sebagai isteri atau" taihiap harus membunuh kami berdua lebih dulu sebelum dapat menolak mereka begitu saja !" kata Gui Siong.
Pendekar Cengeng kelihatan marah. "Hemm....
kalian ini orang orang muda yang keras kepala tapi bodoh. Hentikan permainan gila ini !"
"Apakah Yu taihiap takut menghadapi kami berdua" Kalau takut dan merasa tidak adil biarlah kami maju seorang demi seorang sungguhpun dengan maju berdua kami masih bukan tandinganmu." Kata Ouwyang Tek
Kini Pendekar Cengeng menjadi marah.
"Baiklah kalian yang minta, bukan aku. Nah, mari kita main main sebentar!"
Berdebar jantung Siok Lan. Dia tidak tahu apa urusannya maka sampai terjadi peristiwa yang membingungkan itu. Apakah" apakah Pendekar Cengeng tunangannya itu selain sombong tidak memandang mata kepadanya juga telah melakukan sesuatu terhadap Ci Lian dan Li Ceng" Karena kalau hanya menolong mereka dalam keadaan 521
telanjang bulat begitu taja tidak mungkin dua orang muda yang mencinta dua orang gadis itu begitu bernafsu menantang Pendekar Cengeng.
Tidak tentu Pendekar Cengeng telah melakukan pelanggaran susila. Ah Celaka benar. Tunangan nya ini biarpun seorang pendkar ternyata seorang laki laki cabul! Naik sedu sedam dari dadanya akan tetapi Siok Lan menahan nya dan terus mengintai.
Ia melihat ke atas di mana tadi Dewi Suling bersembunyi akan tetapi alangkah herannya ketika ia tidak lagi melihat adanya wanita itu yang entah sejak kapan telah pergi agaknya, ia tidak memperdulikau lagi kepada Dewi Suling yang telah lenyap, melainkan mencurahkan perhatiannya ke depan dengan jantung berdebar. Dua orang murid Siauw bin mo Hap Tojin itu telah mengeluarkan senjata mereka, yaitu pedang yang mengeluarkan sinar berkilau tertimpa cahaya bulan. Di lain fihak Pendekar Cengeng sudah memungut sebatang ranting pohon yang banyak terdapat di bawah pohon.
"Harap keluarkan senjatamu, Yu taihiap !
Ataukah engkau begitu sombong dan memandang rendah kami sehingga hendak menghadapi pedang kami dengan ranting itu?" Tanya Ouwyang Tek.
"Hemm, harap kau jangan memandang rendah ranting di tanganku, saudara Ouwyang ! Atau barangkali engkau belum mendengar akan imu silatku Ta kwi tung hwat?"
Mendengar Pendekar Cenceng menyebut nama ilmu Silat Memukul iblis itu, marahlah Ouwyang Tek, yang mengira bahwa pendekar itu 522
menyamakannya dengan iblis. "Bagus! Kau lihat pedangku !" Dengan gerakan dahsyat Oawyang Tek menerjang dengan pedangnya, diikuti, oleh sutenya.
Siok Lan menonton dengan jantung berdebar. Ia melihat betapa gerakan pedang Oawyang Tek benar benar dahsyat dan mengandung tenaga amat besar setiap melakukan penyerangan. Adapun ilmu pedang Gui Siong juga indah dan berbahaya sekali, gerak geriknya halus akan tetap mengandung banyak gerak tipu yang menyesatkan lawan.
Pantaslah Ouwyang Tek memiliki ilmu pedang yang disebut Pek hui kiam hoat (Ilmu Pedang Kilat) sedangkan Gui Siong memiliki ilmu pedang Bi ciong kiamhoat (Ilmu Pedang Menyesatkan) sehingga ilmupedang mereka itu memiliki sifat sifat yang berbeda, bahkan bertentangan. Ia diam diam harus mengakui bahwa kalau dia dikeroyok oleh dua pemuda itu, akan sukarlah baginya untuk mencapai kemenangan sungguhpun kalau melawan satu sama satu, ia masih sanggup mengatasi mereka. Apalagi kini Pendekar Cengeng hanya menghadapi mereka dengan sebatang ranting kayu ! Jantungnya berdebar penuh kekhawatiran. Laki laki yang dikeroyok itu adalah tunangannya! Yang yang dicalonkan menjadi jodohnya ! Akan tetapi alangkah bencinya ia kepada orang ini.
Pertandingan sudah dimulai dan Siok Lan menjadi bengong karena kaget, heran dan kagum.
Ia hanya melihat tubuh laki laki berpakaian putih itu berggerak gerak sedikit, akan tetapi ranting di tangannya membentuk lingkaran lingkaran aneh 523
yang membuat kedua sinar pedang lawan selalu menyeleweng arah nya ! Dan hebatnya Pendekar Cengeng seolah olah tidak berpindah tempat, atau lebih tepat lagi, tidak pernah memutar kedudukannya sehingga begitu lama Sok Lan belum juga dapat melihat wajah laki kaki itu karena di dalam pergerakannya menghadapi dua orang lawan tangguh, Pendekar Cengeng itu selalu membelakanginya !
Makin lama makin seru kedua orang muda itu menerjang. Setelah lewat lima puluh jurus dan pedang mereka lama sekali belum dapat menyentuh ujung baju Pendekar Cengeng, kedua orang muda itu mulai menjadi penasaran sekali.
Mereka sudah cukup maklum akan kehebatan Perdekar Cengeng, dan mereka sudah tahu pula bahwa mereka tidak akan menang melawan pendekar sakti itu. Akan tetapi, mereka berdua memegang pedang sedangkan Pendekar Cengeng hanya mainkan sebatang rating kayu kecil bagaimana kini mereka sama sekali tidak berdaya dan setiap penyerangan mereka selalu menyeleweng arahnya" Benar benarkah mereka terlalu lemah dan bodoh! Bukan hanya itu saja malah kadang batang ranting itu tiba tiba menyelinap dan mengancam dengan totokan ke arah tubuh mereka bagian belakang padahal lawan mereka masih berada di depan mereka!
"Yu taihiap, lekas jatuhkan aku kalau kau mampu," Ouwyang Tek marah karena merasa dipermainkan.
524 "Yu taihiap, aku akan mengadu nyawa dengan mu!" teriak Gui Siong.
Dua orang muda itu kini lebih hebat menggerakkan pedang dan sama sekali tidak memperdulikan keselamatan tubuh sendiri.
Menghadapi dua orang muda yang kepandainnya juga tinggi dan amat nekad ini, Pendekar Cengeng kewalahan juga dan kini terpaksa ia kadang kadang menggunakan lengan kiri nya disampokkan ke depan. Namun hebat bukan main tenaga sampokan ini, karena setap kali sampokan membuat lawan terhuyung ke belakang dan gagal serangannya. Memang itu bukanlah sembarangan pukulan melainkan ilmu pukulan Sin kong ciang (Pukul Sinar Sakti).
Kembali Siok Lan kagum setengah mati.
Tunangannya itu benar benar hebat dan kalau dia melawan Pendekar Cengeng, sudah pasti ia akan kalah dalam waktu singkat! Alangkah akan bahagia " hatinya memiliki seorang tunangan yn g demikian gagah perkasa, akan tetapi" hatinya menjadi panas karena teringat betapa Yu Lee tidak pernah muncul dan memberi kabar sehingga menyusahkan hati keluarga nya dan membikin dia malu dan merasa terhina.
"Sudahlah, Jiwi harap menghabisi urusan ini sekian saja. Kalau perlu sekarang juga aku akan meninggalkan tempat ini"."
"'Tidak ! Engkau harus dapat membunuh kami lebih dulu !" kata Gui Siong.
525 "Kalau engkau pergi melarikan diri, kami akan menggorok leher sendiri di sini !" kata pula Ouwyang Tek.
Yu Lee atau Pendekar Cengeng itu terkejut sekali. Kiranya dua orang ini benar benar sudah bertekad untuk membunuhnya kalau dia tidak mau untuk menjadi suami dua orang gadis cantik murid Liong Losu! Dan ia tahu bahwa kata kata yang keluar dari mulut seorang seperti Ouwyang Tek bukanlah ancaman kosong elaka. Mungkin dia akan membunuh diri disitu kalau ia meninggalkan mereka.
Pada saat itu, berkelebat bayangan putih dan tahu tahu Dewi Suling telah berada disitu, berseru keras,
"Berhenti bertempur antara kawan sendiri"!"
"Cui siauw Sianli (Dewi Suling ) harap jangan mencampuri urusan kami ! Ini urusan pribadi !"
bentak Ouwyang Tek marah.
"Aku tidak mencampuri urusan pribadi siapa siapa, hanya saat ini musuh datang menyerbu!
Aku melihat adik Ci Sian dan adik Ceng ditawan musuh."
"Apa?" Di mana" !!?" terakan ini keluar dari mulut Gui Siong dan Ouwywg Tek hampir berbareng.
"Lekas kalian tolong! Terlalu banyak lawan tangguh tadi sehingga aku tidak sempat menolong.
Di pondok sebelah kiri dari sini... kalian lekas tolong!"
526 Belum habis ucapan Dewi Suling, dua orang muda itu sudah berlari cepat seperti berlumba menuju ke arah pondok kecil yang dijadikan tempat jaga di sebelah kiri hanya sejauh satu li dari situ. Mereka mengerahkan seluruh ginkang mereka untuk cepat cepat dapat menolong dua orang gadis yang menjadi pujaan hati mereka.
Dalam waktu yang sebentar saja Ouwyang Tek dan Gui Siong telah tiba di luar pondok. Mereka melihat sinar api di dalam pondok akan tetapi kedaannya sunyi saja sehingga mereka semakin curiga. Setelah bertukar pandang mereka menerjang pintu pondok dengan pedang di tangan.
Sekali tendang saja, pintu pondok itu jebol dan mereka melompat masuk dan" keduanya berdiri terbelalak dengan muka pucat. Apakah yang mereka lihat" Lauw Ci sian dan Tan Li Ceng benar benar berada dalam pondok itu, di atas pembaringan rebah terlentang tak dapat berkutik sama sekali, agaknya tertotok, dan yang lebih hebat lagi kedua orang gadis itu berada dalam keadaan telanjang bulat sama sekali, tubuh mereka yang berkulit putih itu tidak tertutup sehelai benang pun, nampak jelas di bawah sinar lampu yang dibesarkan!
Ouwyang Tek dan Gui Siong tertegun, juga terpesona, kemudian mereka sadar, saling pandang lalu keduanya menubruk maju. Otomatis Gui Siong melompat ke dekat Li Ceng sedangkan Ouwyang Tek melompat ke dekat Ci Sian, melihat betapa pakaian kedua gadis itu sudah hancur berkeping keping di bawah pembaringan, mereka sudah cepat merenggut baju luar mereka dan 527
menyelimutkan baju luar pada kedua orang gadis itu, kemudian membebaskan totokan mereka.
Ci Sian dan Li Ceng mengeluh. Kalau tadi mereka rebah terlentang dengan air mata membasahi pipi, kini mereka terisak perlahan.
"Apakah yang terjadi" Mana musuh?"" Tanya Ouwyang Tek, matanya liar memandang ke kanan kiri.
"Siapa yang melakukan ini adik Li Ceng"
Siapa?" Biar kurobek dadanya........!" bentak Gui Siong.
Ci Sian dan Li Ceng turun dari pembaringan membetulkan letak jubah luar yang cukup besar dan panjang menutupi tubuh mereka dari leher sampai ke lutut. Mereka menyusut air mata kemudian Ci Sian menggeleng kepala, berkata perlahan.
"Kami tertipu.. tidak ada musuh...."
"Apa" Apa artinya ini" Mengapa" Siapa?"
Ouwyang Tek main beringas.
Li Ceng terguguk, lalu menghela napas panjang.
"Kami tidak mengerti, akan tetapi... enci Ma Ji Nio yang melakukau ini kepada kami. Dia" dia secara tiba tiba menotok kami, membawa kami ke sini kemudian merobek robek pakaian kami lalu pergi"."
"Akan tetapi, mengapa mereka melakukan perbuatan terkutuk ini?"" tanya Ouwyang Tek dengan membelalakkan matanya.
528 "Dan dia pula yang memberi tahu kepada kami bahwa kalian ditawan musuh !" kata pula Gui Siong terheran heran.
"Aaaah" begitukah?" Kata Ci Sian yang sudah bertukar pandang dengan Li Ceng, kemudian keduanya menundukkan kepalanya.
"Bagaimana" Mengapa?" Ouwyang Tek dan Gui Siong mendesak.
"Kurasa, kami mengerti sekarang" jiwi twako"
dan ah, dia telah membuka mata kami, betapa bodohnya kami berdua selama ini."
Mendengar ucapan Li Ceng ini, kedua orang muda itu makin bingung. Mereka saling pandang seolah olah akan dapat keterangan dari pandang mata masing masing akan tetapi ternyata keduanya berpandang kosong.
"Apa artinya ini?" desak Gui Siong kepada Li Ceng. "Ceng moi, kau berijah penjelasan jangan membikin bingung kami."
"Terima kasih kepada enci Ma i Nio....." kata Ci Sian dan ketika pandang matanya bertemu dengan pandang mata Ouwyang Tek cepat menundukkan muka sambil tersenyum malu malu.
"Apakah kalian tidak dapat menerka"
Bukankah kalian tadi melihat" melihat keadaan kami?" kata Li Ceng.
Gui Siong mengangguk angguk, akan tetapi dia belum mengerti. "Habis mengapa kalian begitu ?"
Li Ceng melotot kepada nya, "Eh, masih belum mengerti" Apakah yang kalian lihat tadi?"
529 "Apa .." Apa?" Penglihatan indah, eh"." Gui Siong makin bingung karena Li Ceng tiba tiba memandang marah. "Maafkan, maksudku eh"
kalian dalam keadaan telanjang bulat, oooohh !
Mengerti aku sekarang!" Gui Siong menepuk dahinya sendiri. Kemudian ia memegang lengan suhengnya. "Suheng, Dewi Suling sengaja menipu kita, sengaja menotok dan menelanjangi kedua orang nona agar kita dapat melihat mereka telanjang, ah.. betapa bodohnya kita berempat selama ini."
Akan tetapi Ouwyang Tek tidaklah secerdas Gui Siong. Dia masih terlongo dan tidak mengerti.
"Kalau sudah begitu, mengapa?"
Ci Sian dengan halus menerangkan. "Ouw yang koko, bukankah engkau sudah melihat aku dalam keadaan teperti yang pernah terlihat Pendekar Cengeng, bahkan lebih lagi karena aku terlentang dan api begitu terang.... bukankah aku harus membunuhmu atau ......"
"Haiiiit! Benar juga! Tidak membunuhku karena aku calon suami!" ouwyang Tek yang kini sudah sadar lalu memeluk Ci Sian yang balas memeluk pria yang dikasihinya itu penuh kebahagiaan. Juga Gui Siong sudah merangkul dan mendekap kepala gadis yang dikasihinya itu ke dada, seolah olah dia takut kalau kalau ia akan kehilangan wanita pujaan hatinya. Mereka saling peluk di dalam pondok itu, tak bergerak gerak, penuh kebahagiaan, tidak malu malu lagi, dan sampai api padam karena kehabisan minyak mereka tidak sadar dan masih saling peluk!
530 Adapun Siok Lan yang mengintai dari balik pohon, tadi kaget sekali mendengar ucapan Dewi Suling tentang serbuan musuh. Akan tetapi ia tidak bergerak dari tempatnya dan kini ia menyaksikan adegan yang dianggapnya lebih aneh daripada tadi, Dewi Suling kini berdiri di depan Pendekar Cengeng yang masih berdiri membelakanginya. Ia dapat melihat jelas wajah Dewi Suling, tersinar bulan tampak putih kemerahan, dengan sepasang mata seperti bintang memandang Pendekar Cengeng, kemudian tersenyum memperlihatkan deretan gigi yang putih berkilau.
"Ah, Dewi Suling, engkau membohongi mereka, apa maksudmu" Engkau tadi mengintai lalu pergi dan kembali dengan berita bohong. Apa kehendakmu" Selama ini aku mendengar akan sepak terjangmu engkau telah berobah sama sekali. Hatiku amat bersyukur mendengar itu, akan tetapi mengapa malam ini agaknya kambuh kembali penyakitmu?"
"Yu taihiap........ Yu koko ....... jangan salah sangka aku hanya ingin membuka mata mereka dan mata kedua gadis itu betapa bodoh mereka menyusahkan engkau. Dan tadi"
sesungguhnyakah kata katamu terhadap kedua orang muda itu, ataukah hanya untuk alasan mencari jalan keluar saja?"
"Apa maksudmu?"
"Yu taihiap, benar benarkah engkau telah mempunyai pilihan hati" Ahhh, betapa jantungku ini menggetar seperti hendak pecah. Yu taihiap, 531
harap lekas katakan, engkau orang yang paling kuharapkan di dunia ini" yang sekaligus telah merobah hidupku" katakanlah secara retus terang, siapakah wanita yang telah kau cinta itu"
Apakah mungkin dia itu... aku orangnya" Aku seorang wanita hina, akan tetapi aku mencintaimu.
Yu koko, aku" aku bersedia melakukan apa saja untuk mu.''
Siok Lan yang mengintai dan dapat melihat Dewi Snling, memandang dengan mata terbelalak.
Ia melihat wajah Dewi Suling yang cantik kini menjadi pucat sekali, matanya mengeluarkan pandangan sayu bahkan wanita itu kini telah menjatuhkan diri berlutut di depan Pendekar Cengeng, kedua lengannya dikembangkan, sikapnya penuh permohonan, dan minta dikasihani, Siok Lan menggigit bibirnya. Wah, tunangannya ini benar benar digilai banyak perempuan! Macam apa sih wajahnya" Ingin Sekali ia melihat wajahnya, akan tetapi Pendekar Cengeng sejak tadi tidak pernah menghadap ke arahnya.
Untuk meloncat keluar, ia merasa tidak enak dan malu karena akan ketahuan bahwa ia menjadi pergintai. Kini ia melihat Pendekar Cengeng mengulurkan kedua tangan dan memegang kedua tangan Dewi Suling. Ia merasa heran sekali mengapa secara tiba tiba hatinya menjadi panas!
Tidak senang ia menyaksikan mereka saling memegang tangan.
Hanya sebentar Pendekar Cengeng memegang tangan Dewi Suling karena tadi ia memegangnya untuk membangunkan wanita itu. Terdengar suaranya halus dan terharu, akan tetapi penuh 532
wibawa, "Bangkitlah Dewi Suling dan sadarlah"!
Sayang sekali bahwa yang kumaksudkan bukanlah engkau orangnya. Dia seorang gadis yang paling hebat di dunia ini, paling cantik, paling pandai, juga paling keras hati dan ...... pendeknya, dalam pandanganku dia merupakan seorang wanita yang paling mulia di dunia ini. Dan itu hanya berarti bahwa aku mencintainya, Dewi Suling. Engkau tentu mengerti akan perasaanku ini....."
Dewi Suling menundukkan mukanya dan Siok Lan melihat betapa air mata berlinang turun dari kedua mata Dewi Suling. Akan tetapi dia sendiri menahan air matanya yang juga sudah memanaskan matanya. Tidak, dia tidak boleh menangis seperti Dewi Suling! Mengapa mesti menangis" Biar Pendekar Cengeng mencinta seribu orang wanita lain, dia tidak perduli" Dia membencinya! Wanita paling cantik, paling pandai, paling keras hati" Huhh, dasar laki laki mata keranjang tidak setia kepada ikatan janji!
Dewi Suling sudah bangkit dan terdengar suaranya lemah, "Sudah kukhawatirkan demikian" memang aku tidak berharga untuk mu....... dan hidupku hanya untuk menebus dosa dosaku, betapa mungkin Tuhan akan memberi karunia kebahagiaan kepada seorang penuh dosa dan noda seperti aku" Maafkan kelancanganku tadi Yu taihiap?"
"Ah, Dewi Suling, aku sama seali tidak menganggapmu demikian. Akulah yang minta maaf telah mengecewakan hatimu."
533 Akan tetapi dengan suara isak tertahan. Dewi Suling sudah berkelebat lenyap di atas pohon dan hanya sebentar daun daun pohon bergerak. Siok Lan menanti sampai bayangan Dewi Suling lenyap, kemudian ia menoleh ke arah Pendekar Cengeng, ternyata laki laki itupun sudah berjalan pergi.
"Heii"! Kau...!! Tunggu".!" Ia berseru sambil melompat keluar dan mencabut pedangnya.
Akan tetapi bayangan di sebelah depan itu tidak pernah menengok dan terus saja bergerak maju.
"Heiii....! Pendekar Cengeng! Yu Lee" ! Berhenti kau........!"
Siok Lan berseru dengan suara nyaring namun bayangan itu tetap tidak menengok dan terus lari ke depan, Siok Lan makin marah dan mengejar sambil mengerahkan ginkang, mempengunakan ilmu lari cepat Cou sang hui (Terbang di Atas Rumput) sehingga tubuhnya bergerak cepat bukan main seperti larinya seekor rusa betina muda.
Akan tetapi tetap saja jarak antara dia dan si bayangan putih tidak pernah berkurang jauh.
"Heiii"! Pendekar Cengeng! Yu Lee".
Berhenti kau, kalau tidak mau berhenti kumaki kau!" kembali ia berteriak setelah mengejar lebih sejam lamanya.
Tetap saja orang yang dikejarnya tidak mau berhenti, menengokpun tidak, seolah olah tidak tahu bahwa ada orang mengejarnya. Padahal tidak mungkin dia tidak tahu karena betapapun cepatnya Siok Lan mengejar tak pernah gadis itu dapat menyusul.
534 "Pendekar Cengeng ngeng ngeng! Laki laki sombong ! Laki laki pengecut Kau! Kalau memang pendekar dan .memiliki kepandaian, hayo berhenti dan bertanding sampai sejuta jurus melawan aku !
Ini aku Sian li Eng cu Liem Siok Lan sudah datang hendak mengambil nyawamu! Hayo berhenti kau, Yu Lee....!
Akan tetapi yang dimakinya tetap lari sampai keluar dari hutan, naik turun gunung dan Siok Lan yang mengejarnya tidak tahu lagi dimana mereka kini berada. Mereka berlari lari sampai hampir pagi dan ia tidak ingat lagi berapa banyaknya hutan yang dilaluinya. Menjelang pagi, bayangan putih itu berkelebat lenyap di dalam sebuah hutan. Siok Lan mencari cari, akhirnya gadis ini menjatuhkan diri di bawah sebatang pohon dan menangis! Ia menangis sesenggukan, sampai benguncang guncang pundaknya terguguk karena hatinya merasa tidak keruan.
Kemarahannya menjulang ke langit, bercampur kekecewaan, gemas dan juga malu. Tanpa bertempur sekalipun sudah jelas bahwa dia kalah.
Baru mengejar saja sampai semalam suntuk tidak dapat menyusul. Semua perasaan yang berkumpul itu ditambah oleh kelelahan yang hebat.
Baru terasa kini betapa napasnya sudah terengah engah, seluruh tubuhnya berpeluh, dua kakinya lemas sekali. Akhirnya Siok yang mencurahkan kegemasan dan kelelahannya dengan menangis mengguguk itu ter". pula di bawah pohon, tidur nyenyak dengan kedua pipi masih basah air mata dan dari dadanya kadang 535
kadang keluar isak sesegukan, sisa tangis tanpa disadarinya.
Siok Lan menggeliat setelah mengejap ngejapkan matanya. Perutnya terasa lapar sekali dan ketika ia membuka mata, ia menggunakan tangan menutupi matanya yang menjadi silau oleh sinar matahari yang menembus celah celah daun pohon. Kiranya matahari telah naik tinggi! Tiba tiba ia teringat akan si bayangan putih yang dikejarnya. Matanya mendadak menjadi beringas dan bergerak gerak! Kedua biji matanya mencari cari ke kanan kiri. Ketika ia melihat seorang laki laki berpakai putih duduk tak jauh dari tempat ia rebah secepat kilat ia meloncat bangun sambil mencabut pedangnya dan menodongkan pedang kepada orang itu.
"Eh..... eh....nona... mau apa ini.....?""
Siok Lan membelalakkan mata dan tangan yang memegang pedang menjadi terkulai, pedangnya cepat disarungkan kembali dan ia lalu duduk menghadapi orang itu dengan alis berkerut dan pandang mata penuh teg"
"Aliok, minggat ke mana saja engkau selama ini?"
Aliok, atau Yu Lee tersenyum. Alangkah rindunya ia selama ini kepada Siok Lan. Rindu yang ditahan tahannya karena ketika ia menjadi Pendekar Cengeng, tentu saja ia tidak mau menemui gadis ini yang ia tahu akan mrah sekali dan akan timbul heboh apabila rengetahui bahwa dialah sebenarnya si Pendekar Cengeng. Sering kali di dalam hutan, jika gadis ini sudah tidur pulas, 536
barulah ia secara diam diam berani mencintai dan memandang gadis kekasihnya simpai berjam jam tanpa mengenal bosan. Sekarang, begitu berjumpa, sadis itu sudah menegurnya dengan galak, dan justeru watak inilah yang membuat ia tergila gila, membuat cintanya makin mesra dan mendalam.
"Maafkan saya, nona. Karena selalu terjadi pertempuran pertempuran, maka Yu taihiap melarang saya untuk keluar dari tempat persembunyian, khawatir kalau kalau saya kena celaka, harap nona maafkan saya. Sekarang, setelah pertempuran mereda, baru saya berani keluar"."
"Hemmm, agaknya kau lebih senang bersama kongcumu itu daripada bersama aku, ya?"
Yu Lee menggerutkau kening dan cepat menjawab, "Ah, mana bisa begitu, nona" Nona tentu lebih maklum betapa rindu" eh, betapa inginnya hati saya untuk bersama dengan nona
....... " Melihat sikap pemuda itu, kemarahan Sio Lan mencair. "Eh, bagaimana dengan luka di dadamu"
Sudah sembuhkah ?"
Pertanyaan tiba tiba yang memperlihatkan perhatian terhadap dirinya ini membuat Yu Lee girang dan terharu. "Sudah, sudah sembuh, nona."
"Betulkah" Coba kulihat sebentar, takut kalau kalau masih berbahaya bekasnya."
Yu Lee tidak membantah, lalu membuka bajunya, memperlihatkan dadanya yang berkulit putih bersih dan lebar. Jelas tampak tenaga 537
membayang di balik kulit dada bersembunyi diantara daging dan otot yang kuat, Siok Lan memandang dan melihat bahwa luka itu benar benar telah sembuh, hampir tak tampak bekasnya.
Hatinya menjadi lega dan untuk sejenak ia tak dapat menahan kekaguman membayang di dalam pandang matanya melihat dada yang kuat itu.
"Hemm, sudah sembuh. Sukurlah." Ia melihat pemuda itu mengancingkan bajunyn dan diam diam merasa heran bagaimana seorang pelayan dapat memiliki dada yang demikian kuat dan bidang.
"Bagaimana nona bisa sampai di tempat ini"
Tempat ini adalah tempat persembunyian saya dan jauh dari hutan di mana teman seperjuangan nona tinggal !"
Tiba tiba saja Siok Lan seperti diingatkan akan Pendekar Cengeng dan matanya berubah beringas.
"Di mana dia?" Tiba tiba ia membentak.
"Eh, siapa maksud nona?"
"Siapa lagi kalau bukan kongcumu itu, Pendekar Cengeng laki laki sombong dan pengecut" Tadi aku mengejarnya dan ia lenyap di hutan ini. Hayo katakan, Aliok dimanakah dia?"
Yu Lee menghela napas panjang, kemudian berkata, "Nona, mengapa nona demikian membenci Yu kongcu" Tidakkah nona dapat memaafkannya"
Kuharap nona sudi memandang mukaku dan"
biarlah saya yang mintakan ampun untuk?"
Siok Lan memandang wajah pelayannya yang memandang kepadanya penuh permohonan, penuh 538
kasih sayang, penuh kemesraan. Tiba tiba warna merah menyelimuti muka gadis ini dan ia tidak dapat menahan lagi pertemuan pandang mata mereka. Ia teringat akan pernyataan cinta kasih pemuda ini ketika mereka duduk beradu punggung di atas kuda. Masih teringat di telinganya semenjak itu, dan sekarangpun ia seperti mendengar suara pemuda ini menggetar penuh perasaan, "Aku mencinta nona dengan seluruh jiwaragaku, biarpun berkorban nyawa sekalipun untuk nona, aku rela"." kemudian terbayang di pelupuk matanya betapa pemuda ini telah memeluk dan mencium mulutnya ketika menghadapi maut.
"Nona Siok Lan
sudilah nona mengampuni
Yu Lee?" Siok Lan mengangkat muka sehingga kembali pandangan mereka saling bertemu, bertaut dan saling melekat sampai lama, kemudian Siok Lan mengeras hatinya, menggeleng kepala dan berkata.
"Tidak ! Aku harus membunuhnya"."
"Nona"."
"Aliok, tidak mengertikah engkau" Aku harus membunuhnya, karena kalau tidak" kalau tidak kubunuh dia....... bagaimana aku dapat".?"
"Apa makaudmu, nona" Teruskanlah !"
Siok Lan memandang dengan penuh perasaan, matanya bersinar sinar menyatakan isi hatinya.
Betapa ia akan menyambut cinta kasih Aliok yang telah ia terima dan balas dalam hatinya itu kalau ia masih menjadi calon isteri Pendekar Cengeng"
Akan tetapi Aliok agaknya tidak mengerti dan amat 539
beratlah rasanya lidah gadis itu untuk menerangkan dengan kata kata. Karena jengah dan malu, Siok Lan mengalihkan pandang mata ke atas tiba tiba wajahnya berubah pucat dan mulutnya berseru.
"Aiihhh ! Kong kong (kakek) berada dalam bahaya dan perlu bantuan !"
Yu Lee terkejut dan menengok ke belakang ke arah langit dan ia masih sempat melihat meluncurnya panah api yang berwarna merah.
"Aliok aku harus membantunya !" Siok Lan sudah meloncat dan lari.
"Nona, kau tunggu aku".!"
"Kau boleh menyusul aku. Aku harus cepat cepat menolong konn kong. Kau ikuti saja jurusan ini" Siok Lan menunjuk ke depan ke arah meluncurnya anak panah tadi tanpa
mengendurkan larinya. Tentu saja ia tidak tahu betapa mudahnya Yu Lee menyusulnya, bahkan mendahuluinya.
Apakah yang terjadi di hutan yang dijadikan sarang kaum pejuang" Benarkah dugaan Siok Lan bahwa kakeknya berada dalam bahaya di tempat itu ketika ia melihat tanda anak panah api melayang di udara "
Malam hari itu, para pejuang yang sudah lama tidak bertempur dan menganggap bahwa keadaan mulai berangsur baik setelah markas Thian an bun dipimpin oleh panglimanya yang baru, yaitu Ouw 540
Beng Tat, agak jengah dan sebagian besar tidur nyenyak. Mungkin hanya ada lima orang saja di antara para pejuang yang pada malam hari itu tidak tidur sama sekali, tenggelam dalam perasaan hati masing masing. Mereka ini tentu saja adalah Ouwyang Tek yang bercakap cakap dan berkasih kasihan dengan Lauw Ci Sian, Gui Siong dengan Tan Li Ceng, dan Dewi Suling yang duduk termenung seorang diri, kadang kadang menghela napas panjang, kadang kadang terisak perlahan menangisi nasibnya.
Matahari telah naik tinggi ketika pada keesokan harinya para pejuang ini mulai dengan kesibukan masing masing. Ada yang mandi atau mencuci muka di sungai, ada yang membuat api untuk memasak air, nasi dan lain lain, ada yang mencuci pakaian. Mereka sama sekali tidak ada yang tahu bahwa menjelang pagi tadi pasukan besar telah bergerak dengan rahasia, mengepung tempat itu, dipimpin langsung oleh Panglima Ouw Beng Tat sendiri bersama para pembantunya, yaitu perwira perwira perkasa dan pilihan dari barisan pengawal istana ! Maka, dapat dibayangkan betapa terkejut dan paniknya para pejuang ini ketika tiba tiba terdengar bunyi terompet dan tambur yang hiruk pikuk di sekeliling hutan kemudian tampak bala tentara Mongol dengan pakaian seragam bersenjata lengkap muncul dari segenap penjuru, mengurung tempat itu seperti sebuah dinding tebal, dihitung sepintas lalu tidak akan kurang dari tiga ratus orang! Ada barisan tombak, ada barisan panah yang sudah tiap, ada pula yang memegang senjata 541
aneh meraka yang menggiriskan para pejuang, yaitu bola bola peledak!
Betapapnn kaget dan paniknya para pejuang, mereka itu adalah orang orang yang sudah siap mempertaruhkan nyawa untuk perjuangan mereka, maka terdengarlah seruan di antara mereka. "Siaaaappp"! Anjing anjing Mongol datang".!" Dan berserabutanlah mereka itu lari mencari senjata masing masing.
"Tahan semua senjata ! Kalau kalian melawan, kalian akan kami basmi habis!" Bentakan ini nyaring sekali sehingga terdengar menggema dan mengandung wibawa besar sehingga banyak kaum pejuang menjadi gentar memandang panglima yang tinggi besar itu. Biarpun belum pernah mengenalnya, namun para pejuang dapat menduga dia inilah yang bernama Ouw Beng Tat. Dugaan itu memang benar. Yang berseru tadi adalah Ouw Beng Tat. Biarpun usianya sudah tua, lewat enam puluh tahun, namun tubuhnya yang tinggi besar itu masih kelihatan gagah. Pakaiannya indah, disebelah luar tertutup dengan pakaian perang yang berlapis sisik sisik baja di bagian dada, perut, lengan dan paha. Sebatang pedang panjang tengantung di pinggang kiri sedangkan di pinggang kanan dan depan dada terdapat kantong kantong senjata rahasianya yang terkenal sekali, yaitu hiang leng piauw semacan sebuah senjata piauw yang memakai kerincingan. Kalau senjata ini dilontarkan menyerang lawan, akan terdengar bunyi berdencing nyaring makin lama makin keras dan suara ini dapat membuat lawan menjadi panik dan kurang waspada sehingga dapat dirobohkan 542
dengan piauw kedua atau ketiga yang menyusul cepat.
Selain tinggi besar, juga wajah Ouw Beng Tat membayangkan kekuatan. Sepasang mata nya yang lebar itu bundar dan biji matanya menjendul keluar, seolah olah mata itu sukar dipejamkan.
Mukanya bundar tampan, kumis nya lebat namun dipotong pendek, demikian pula jenggotnya, hidungnya besar mulutnya lebar. Ia mirip sekali dengan Thio Hwi, tokoh dalam cerita Sam Kok yang juga merupakan seorang panglima yang kosen dan sukar dicari bandingannya.
"Siapa takut padamu!" Bentakan ini di keluarkan oleh Ouwyang Tek yang sudah tiba disitu bersama Lauw Ci Sian, diikuti oleh Gui Siang dan Tan Li Ceng. Ouwyang Tek membentak sambil menghampiri Ouw Beng Tat, menyerangnya dengan pukulan tangan kanan ke arah dada panglima tinggi besar itu. Ouw Beng Tat tertawa parau, tidak bergerak dari tempatnya hanya lengan kirinya saja menangkis dan.... tubuh Ouwyang Tek terlempar ke belakang sampai tiga meter lebih!
Lauw Ci Sian menjadi marah dan sudah menerjang pula, diikuti oleh Tan Li Ceng dan Gui Siong.
Mereka bertiga melawan secara beruntun menyerang dengan pukulan pukulan ampuh, akan tetapi panglima tua itu masih tetap tertawa dan hanya menggerakkan ke dua lengannya menangkis dan beruntun pula tubuh ketiga orang muda ini terlempar seperti halnya Ouwyang Tek tadi!
Namun empat orang muda yang tabah ini tidak menjadi gentar, mereka melompat bangun sambil 543
mancabut pedang masing masing. Juga teman teman mereka sudah bersiap siap, ketiga Huang ho Sam liong yang pada waktu itu sudah berkumpul di situ, Cui Hwa Hwa dan lain lain, sudah siap untuk melawan mati matian,
akan tetapi tiba tiba Dewi Suling berbisik kepada mereka.
"Harap sabar dan tenang, jangan sembrono."
Mereka semua tidak suka kepada Dewi Suling mengingat akan watak dan perbuatan wanita ini dahulu, akan tetapi mereka harus mengakui bahwa Dewi Suling sudah amat banyak jasanya dalam perjuangan, dan mereka maklum pula bahwa diantara mereka semua Dewi Suling merupakan orang yang paling tinggi ilmu kepandaiannya, maka mereka sedikit banyak menjadi segan dan mendengar bisikan itu, mereka taat dan tak seorangpun berani bergerak.
Dengan pandang mata yang tajam Dewi Suling menyapu keadaan musuh dan risaulah hatinya.
Benar benar mnsuh amat lihai dapat melakukan pengepungan secara diam diam dan tahu tahu mereka semua telah terkurung rapat. Jumlah musuh sedikitnya tiga kali lebih banyak dan keadaan sungguh mengkhawatirkan. Jalan satu satunya harus dapat membekuk atau merobohkan para pemimpinnya, terutama panglima tinggi besar itu sendiri, untuk melumpuhkan semangat para perajurit musuh. Maka diam diam ia mengerahkan sinkangnya, tangan kanan menggenggam ujung suling erat erat dan secara tiba tiba tubuhnya telah menyambar dengan kecepatan luar biasa 544
sekali ke arah Panglima Ouw Beng Tat. Yang terdengar hanyalah lengking nyaring mengerikan dan bayangan putih berkelebat didahului sinar merah suling di tangannya. Semua orang dari fihak musuh maupun fi'hak pejuang terkejut dan kagum.
"Trang trang trang" Weess".!"
Tiga kali terdengar suara nyaring ketika suling dan pedang di tangan Ouw Beng Tat bertemu cepat sekali, disusul muncratnya bunga api kemudian tahu tahu tubuh Dewi Suling terlempar ke belakang sampai lima meter lebih dan ketika turun ke atas tanah ia agak terhuyung dan mukanya berubah! Dalam segebrakan saja ternyatalah bahwa Dewi Suling bukan tandingan panglima yang kosen itu..
"Ha, ha, ha, ha !" Panglima Ouw Beng Tat tertawa bergelak. Gerakan kakek ini amat mengagumkan karena orang tidak dapat mengikuti kecepatannya mencabut dan menyarungkan kembali pedangnya dalam menghadapi terjangan Dewi Suling tadi. Seolah olah ia tidak pernah mencabut pedang, begitu cepatnya pedang itu kembali ke sarung pedang yang tengantung di pinggang kiri! "Ha, ha, ha! Tentu engkaulah yang disebut Dewi Suling, yang telah membunuh Panglima Ban Ciang. Hemm dengan kepandaian seperti itu saja, jangan harap kau akan dapat membunuhku! Kalau aku mau, apa sukarnya menumpas kalian kaum pemberontak ini" Kalau aku menghendaki, tidak seorangpun diantara kalian yang dapat lolos hidup hidup !" Kembali ia 545
tertawa, suara ketawanya keras penuh nada mengejek.
Dewi Suling yang maklum akan kehebatan kepandaian panglima tinggi besar ini, menoleh ke kanan kiri mencari cari Pendekar Cengeng. Bahkan mulutnya tanpa disadari mengeluh, "Ah, dia tidak berada di sini" telah pergi....... "
Ouwyang Tek dan Gui Siong saling pandang.
Mereka berdua maklum siapa yang dimaksudkan Dewi Suling karena mereka pun tahu bahwa untuk menghadapi lawan selihai Panglima Ouw Beng Tat ini, mereka hanya dapat mengandalkan Pendekar Cengeng. Akan tetapi, Pendekar Cengeng itu tidak tampak mata hidungnya dan kedua orang pemuda ini merasa menyesal sekali karena mereka dapat menduga bahwa pendekar itu tentu pergi karena urusan semalam, karena telah mereka tantang bertanding sampai mati! Karena penyesaalan ini, kedua orang muda itu maju dan hampir berbareng membentak ke arah musuh.
"Kami berdua tidak takut! Hayo bunuhlah kalau mau bunuh !"
Lauw Ci Sian dan Tan Li Ceng sudah mendengar penuturan kekasih masing masing akan peristiwa semalam maka keduanya kini mengerti betapa besar penyesalan hati kekasih mereka. Mereka saling pandang dan diam diam mereka sadar bahwa kesalahan kedua orang pemuda terhadap Pendekar Cengeng itu adalah kesalahan yang menjadi akibat dari sikap mereka berdua, dari sikap mereka berdua, dari pada kebodohan mereka berdua sehingga membuat dua 546
orang pemuda yang mencinta mereka itu berlaku nekad seperti itu. Kini melihat kekasih mereka nekad menghadapi musuh yang amat tangguh, mereka berkuda cepat maju dan menyambung.
"Kami akan melawan sampai mati!"
Melihat dua pasang orang muda itu dengan pedang di tangan siap bertempur dengan semangat meluap meluap, pada hal tadi mereka telah mengenal kesaktiannya. Panglima Ouw Beng Tat diam diam menjadi kagum dan mengerti mengapa pasukan Mongol berkali kali mengalami pukulan hebat, kiranya kaum pemberontak dipimpin oleh pemuda pemuda yang begini besar semangat dan keberaniannya. Ia menghela napas panjang dan berkata.
"Hemm, sayang orang muda muda seperti kalian, yang belum banyak menikmati hidup, membuang nyawa sia sia, hanya karena menuruti jiwa petualang......." Panglima tua ini teringat betapa dia sendiri hanya mempunyai seorang putera akan tetapi anaknya itu meninggal dunia ketika baru berusia enam tahun karena penyakit.
Kalau anaknya itu hidup, kiranya sudah sebesar pemuda pemuda yang gagah perkasa ini !
Andaikata anaknya itu hidup, belum tentu ia kini menjadi panglima kerajaan Mongol!
Melihat keraguan Panglima Ouw Beng Tat Dewi Suling yang cerdik segera maju dan berkata lantang.
"Ouw ciangkun! Engkau tentu sudah tahu bahwa kami kaum pejuang memperjuangkan nasib para pekerja paksa dan para wanita tak berdosa, 547
kami mengacau dan memusuhi pasukan pasukan Mongol karena mereka menyengsarakan rakyat tak berdosa, menyuruh rakyat bekerja sampai mati dan menyiksa mereka, menculik dan memperkosa wanita wanita tak berdosa. Semenjak engkau memimpin Thian an bun kami sudah mendengar akan perubahan perubahan yang kau lakukan ke arah kebaikan nasib rakyat yang dipekerjakan, juga tidak ada lagi penculikan penculikan, bahkan wanita wanita yang dikeram di dalam benteng telah kau bebaskan dan suruh antar pulang. Mengingat akan kebaikan kebaikan yang kau lakukan itulah maka kami para pejuang berdiam diri, tidak memusuhi benteng Thian an bun selama kau menjadi pemimpin di sana. Akan tetapi mengapa kini secara pengecut sekali engkau diam diam membawa barisan besar mengepung kami?"
"Hemm, manusia manusia sombong, bocah bocah tak tahu diri!" Ouw Beng Tat menjawab dengan suara lantang. Apakah kalian kira bahwa peraturan peraturan yang kuadakan di Thian an bun itu menjadi tanda bahwa aku takut kepada kalian" Ha ha ha! Sama sekali tidak, bukan bocah nakal ! Memang para panglima yang lalu kurang becus mengatur. Memang sengaja aku mendiamkan kalian semenjak aku datang karena yang penting adalah mengatur keadaan di Thian an bun untuk memperlancar jalannya pekerjaan menggali terusan. Sekarang, setelah semua lancar barulah aku teringat kepada kalian dan karena kalian ini anak anak yang memberontak, harus diberi hukuman! Sekarang pilih saja, kalian semua 548
kutumpas sampai habis, tak seorangpun lolos, atau memenuhi syarat yang kuajukan !"
Para pejuang menjadi panas telinganya mendengar ucapan yang memandang rendah mereka itu Ie Cu Lin, oraag tertua dari Huang ho Sam liong, yang beralis putih dengan marah lalu melangkah maju dan menudingkan telunjuknya.
"Ouw Beng Tat, kita tua sama tua, jangan kau bicara seperti terhadap anak anak ! Engkau boleh jadi gagah perkasa, akan tetapi sudah terbukti engkau mengabdi kepada penjajah asing! Kami biarpun tidak berani menyebut diri pandai masih memiliki jiwa patriot. Aku Ie Cu Lin rela mengorbankan nyawa untuk tanah air dan bangsa, aku menantang kau bertanding sampai mati "
"Ha ha ha, cecunguk yang tak tahu malu! Siapa tidak mengenalmu" Engkau orang tertua Hoang ho Sam liong" Kepala bajak! Bangsa bajak yang kerjanya hanya membajak dan mengganggu rakyat, masih berani bilang seorang patriot" Sungguh tak tahu malu, seperti seekor harimau yang keluar tak lain hanya gonggongan menjijikan !
Ie Cu Lin tak dapat menahan kemarahannya lagi. Ia melompat maju menerjang dengan senjatanya diikuti Ie Kiok Soe dan Ie Bhok kedua orang adiknya. Dengan senjata di tangan, tiga orang Hoang ho Sam liong ini menerjang dari depan penun kemarahan. Agaknya, Panglima Ouw Beng Tat sudah lebih dahulu memesan anak buahnya tidak bergerak kalau tidak diperintah, atau memang para anak buahnya amat takut kepada pemimpin baru ini. Buktinya melihat tiga 549
orang penerjang hebat dan mengancam keselamatan pemimpin mereka semua memandang tajam. Kiranya semua perajurit dan perwira itu sudah seratus prosen percaya akan kesaktian pemimpin mereka yang benar benar hebat dan terbukti.
Ketika ketiga orang saudara Ie itu menerjang maju. Ouw Beng Tat masih tertawa dan sama sekali tidak bersiap siap menyambut. Akan tetapi tiba tiba kelihatan tangan kiri kakek itu bergerak, terdengar suara berkerincing nyaring sekali dan tampak sinar berkilauan menyambar ke depan dari tangan kiri panglima itu, menyambar ke arah tiga orang Huang ho Sam liong yang berturut turut terjungkal sambil berseru kaget dan kesakitan, senjata di tangan mereka terlepas dan mereka berkelojntan sebentar lalu tak bergerak lagi, tampak di dahi mereka, tepat di antara kedua mata, sudah tertusuk senjata senjata rahasia ampuh itu yang menancap sampai dalam memecahkan balok kepala menembus otak"
Peristiwa itu terlalu hebat sehingga kedua fihak sampai tercengang. Huang ho Sam liong bukanlah orang orang lemah. Sebaliknya dari pada itu mereka adalah orang orang yang telah memiliki tingkat kepandaian tinggi, akan tetapi dalam segebrakan saja mereka tewas oleh piauw piauw panglima itu. Padahal kalau tiga orang itu diserang senjata piauw oleh lawan biasa, senjata piauw itu tentu dengan mudah dapat mereka elakan atau tangkis. Melihat ini saja makin yakin hati Dewi Suling bahwa Panglima Ouw Beng Tat benar benar merupakan tandingan yang amat berat !
550 Pada taat itu, selagi para pejuang menjadi gelisah dan sudah mengambil keputusan untuk membela diri dengan mati matian, akan tetapi terdengar ledakan bertubi tubi tidak begitu keras, akan tetani tampaklah di angkasa anak panah berapi, Ouw Beng Tat hanya mengerling ke atas sedikit lalu ia mendesak.
"Dewi Suling agaknya engkau yang menjadi pemimpin di sini. Dengarlah syaratku. Aku tidak menumpas semua pemberontak karena mereka itu tidak tahu apa yang mereka lakukan. Aku hanya ingin menangkap semua pemimpinnya untuk mempertanggungjawabkan pemberontakan mereka di depan pengadilan kaisar. Adapun para anak buah, akan diampuni nyawanya asal suka kembali bekerja, membantu penggalian terusan dan tidak usah khawatir lagi, kini mereka dijamin dan kalau sudah habis waktu kerja, mereka akan dipulangkan ke kampung dan diberi pesangon."
Dewi Suling merasa ragu ragu untuk menjawab.
Ia menyesal sekali mengapa Pendekar Cengeng tidak berada di situ. Kalau ada, tentu pendekar itu mampu mencari jalan keluar, atau setidaknya mengimbangi kelihaian Panglima Ouw Beng Tat ini.
Kalau dia menolak syarat itu, berarti semua pejuang yang berada di situ akan tewas semua !
Kalau ia menerima, dia dan banyak teman akan ditangkap. Dia sendiri tidak perduli kalau ia ditangkap atau terbunuh sekalipun, akan tetapi bagaimana dia tega untuk membiarkan Ouwyang Tek, Gui Siong dan dua orang nona kekasih mereka yang sedang menghadapi hidup bahagia memadu kasih itu ditangkap dan dihukum pula"
551 Selagi Dewi Suling ragu ragu dan bingung tiba tiba terdengar suara ketawa nyaring dari atas pohon yang berdekatan dengan tempat itu. "Ha ha ha ! Ouw Beng Tat sungguh tak tahu malu, mengabdi kepada orang Mongol mengkhianati bangsa sendiri!"
Ucapan ini disusul melayangnya tiga bayangan orang dari atas pohon melalui kepala orang orang dan turun ke depan Ouw Beng Tat.
Semua orang memandang dan dua pasang orang yang sedang gelisah itu segera berseru girang, "Suhu?"
"Ha! Bagus sekali. Thian te Sin kiam sudah tiba!" Seru Ang Kwi Han atau Ang Kai ong ketua Ang kin Kai pang dengan suara lega. Sejak tadi kakek pengemis ini diam saja dan dia yang merupakan orang kedua dalam pasukan pejuang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi disamping Dewi Suling, tadi diam diam telah memberi isyarat kepada anak buahnya dan sudah siap siap mengeroyok Panglima Ouw Beng Tat yang kosen.
Memang, yang datang itu adalah tiga orang kakek yang memiliki gerakan seringan burung.
Orang pertama adalah Thian te Sin kiam Liem Kwat Ek, kakek atau juga guru dari Liem Siok Lan, seorang tokoh ilmu pedang yang amat terkenal, sejajar dengan nama besar Yu kiam sin. Kakek ini usianya sudah tua, rambutnya sudah putih tubuhnya tinggi kurus, akan tegapi sinar mata yang tajam membayangkan kekerasan hati dan kegagahan. Adapun orang kedua adalah Tho tee kong Liong Losu, hwesio gendut bertelanjang dada, 552


Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tenang dan serius, kini memandang kepada kedua orang muridnya dengan alis berkerut, akan tetapi menjadi lega ketika melihat bahwa dua orang muridnya dalam keadaan sehat dan selamat.
Adapun orang ketiga, adalah Siauw bin mo Hap Tojin yang usianya juga sudah amat tua, tujuh puluh tahun lebih akan tetapi sikapnya gembira dan jenaka masih seperti dulu, muka nya makin tua makin kehijauan, matanya makin sipit sehingga hampir terpejam, akan tetapi mulutnya tersenyum senyum, tangan kiri memegang guci arak yang menghamburkan bau harum, pedang bututnya masih menempel di punggung.
Sebetulnya, sudah agak lama tiga orang sakti ini datang dan melihat ketika pasukan pejuang dikurung oleh barisan besar yang dipimpin sendiri oleh Ouw Beng Tat, mereka bertiga kaget dan khawatir. Mereka Cukup maklum akan kelihaian Ouw Beng Tat. Lebih lebih lagi Thian te Sin kiam Liem Kwat Ek yang tidak melihat cucunya di antara para pejuang hatinya amat gelisah. Maka ia lalu melepaskan panah apinya untuk memberi tanda agar kalau cucunya berada di sekitar tempat itu dapat maklum bawa dia telah datang. Dan memang betul panah apinya terlihat oleh Siok Lan, akan tetapi waktu itu Siok Lan berada di tempat yang jauh sehingga tidak dapat cepat cepat tiba di situ.
Melihat munculnya tua orang kakek yang dikenalnya dengan baik ini Ouw Beng Tat tertawa lalu menjura dan berkata dengan suara gembira.
"Wah, kalian bertiga kakek kakek tua bangka kiranya masih hidup" Ha ha ha sungguh lucu 553
sekali dapat berjumpa dengan kawan kawan lama dalam keadaan seperti ini. Ha ha ha ha !"
Thian te Sin kiam Liem Kwat Ek yang lebih tua daripada semua tokoh yang berada disini, menudingkan telunjuk ke arah Ouw Beng Tat dan suaranya tegas dan bernada marah ketika ia berkata.
"Ouw Beng Tat, antara engkau, kami bertiga dan mendiang Yu kiam sian, dahulu terjalin persahabatan erat sebagai teman teman seperjuangan melawan orang orang Mongol, bahkan kami berempat boleh dibilang menjadi anak buahmu ketika engkau masih menjadi seorang Panglima Sung yang gagah perkasa dan kami berempat menjadi pejuang sukarela menentang penjajah. Siapa mengira, engkau dapat terbujuk dan menjadi kaki tangan kerajaan Mongol, dan kini malah tidak segan segan menentang para pejuang bangsa sendiri ! Ouw Bag Tat, aku tadi telah mendengar semua. Sekarang jelas bahwa di antara kita harus menyambung nyawa. Sahabat sahabat pejuang semua"!
Bersiaplah, bentuk lingkaran menghadapi musuh!
Kita satu lawan tiga akan tetapi tidak perlu takut.
Mempertaruhkan nyawa demi tanah air dan bangsa.....!" Kakek itu masih bersemangat dan teriakannya mengingatkan orang akan sepak terjangnya di waktu muda dahulu.
Bangkitlah semangat para pejuang dan otomatis mereka bergerak, membentuk barisan lingkaran untuk menghadapi musuh yang sudah mengepung mereka. Melihat ini Ouw Beng Tat 554
tertawa terbahak bahak. "Ha ha na, Liem Kwat Ek, ternyata nyalimu masih belum lenyap dan engkau tak pernah tua! Ketahuilah, seorang bijaksana harus dapat menyesuaikan diri dengan keadaan, melawan secara membabi buta tanpa perhitungan bukanlah laku seorang bijaksana, melainkan seorang tolol! Aku adalah seorang panglima yang bertanggung jawab dan setia kepada tugas dan kedudukanku. Aku harus membasmi setiap orang pemberontak. Akan tetapi aku masih mengingat bangsa sendiri, maka aku mengajukan usul. Para anak buah pemberontak dapat kuterima menjadi pekerja pekerja kembali dan diampuni dosa dosa mereka. Akan tetapi pemimpin pemimpinnya termasuk engkau, Siauw bin mo dan Tho tee kong, harus menyerahkan diri untuk kujadikan tawaran ke kota raja !"
"Hem, apakah kaukira demikian mudah kau akan dapat menangkap kami" Ha ha ha, panglima anjing bangsa Mongol, cobalah kau tangkap Siauw bin mo !" kata kakek muka hijau Hap Tojin sambil tertawa tawa mengejek
"Bagus! Sekarang biarlah aku menghadapi kalian dengan aturan dunia persilatan! Kalau aku mengerahkan barisanku, tentu kalian semua akan terbasmi habis dan aku tidak menghendaki ini.
Sekarang biarlah kita mengadu kepandaian antara para pemimpin pemberontak dengan aku dan para perwira bawahanku. Kalau kalian kalah, anak buah kalian harus menurut menjadi pekerja pekerja kembali, sebaliknya kalau aku dan teman temanku kalah, biarlah kalian semua kubiarkan 555
bebas dan aku tidak akan mengerahkan barisanku."
''Nah, itu barulah ucapan seorang gagah. Ouw Beng Tat kiranya engkau masih ingat akan sopan santun dunia kang ouw. Nah, sekarang aku Ang Kwi Han ketua Ang kin Kai pang yang akan menjadi pelopor melawanmu. Lihat pedangku."
Kakek yang berpakaian aneh itu meloncat maju.
tongkatnya bergerak dan tahu tahu tongkat itu sudah berubah. Sebatang pedang dengan ronce ronce merah, gerakannya cepat sekali dan pedangnya mengeluarkan angin berkesiutan.
Memang kakek ini terkenal denga ilmu pedang Soan hong kiam (Pedang Angin) dan dengan ilmu pedang inilah maka Ang kin Kai pang menjadi terkenal. Tingkat Kepandaian Ang Kwi Han sudah amat tinggi dan kiranya hanya Dewi Suling seorang diantara para pejuang yang dapat mengimbangi kepandaiannya. Kalau tadi ketua pengemis ini tidak segera turun tangan adalah karena dia merupakan seorang yang banyak pengalamannya dan tidak sembrono. Ia tahu bahwa Ouw Beng Tat amat kosen, dan baru setelah kini ia melihat datangnya tiga orang teman yang kepandaiannya boleh diandalkan sungguhpun masih diragukan apakah dapat menang menghadapi panglima itu, ia maju lebih dulu untuk membuktikan bahwa dia adalah seorang pejuang yang pantang mundur dan rela mempertaruhkan nyawa !
"Wirrr" trang"!!" Pedang angin yang amat cepat gerakannya dari Ang Kwi Han tahu tahu telah tertangkis oleh pedaag panjang di tangan Ouw Beng Tat dan begitu api muncrat ke kanan 556
kiri akibat benturan kedua pedang itu tampak Ouw Beng Tat mundur dua langkah, akan tetapi pangcu (ketua) itu terhuyung dan mukanya berubah agak pucat.
"Ha ha ha ! Ang kai ong (Raja Pengemis Ang ) memang tidak bernama kosong belaka !"
"Yang lain lain dapat dihadapi perwira perwira, akan tetapi engkau Dewi Suling, Siau bin mo, Tho tee kong dan Thian te Sin kiam sendiri adalah lawan lawanku. Kalian berlima boleh maju bersama, boleh maju berbareng agar dapat membuktikan kelihaian Ouw Beng Tak, ha ha ha !"
Sungguh sombong sekali ucapan panglima itu, akan tetapi Thian te Sin kiam dan dua orang kakek lain, yaitu Siauw bin mo dan Tho tee kong maklum bahwa kesombongan itu bukan kosong belaka.
Mereka ini tahu bahwa memang ilmu kepandaian Ouw Beng Tat amat tinggi maklum dahulupun mendiang Yu kiam sian masih tidak dapat menandinginya! Andai kata mereka berlima sekalipun, belum tentu mereka berlima akan dapat dengan mudah mengalahkan Beng Tat. Akan tetapi sebagai orang orang gagah mereka agak segan untuk melakukan pengeroyokan, terutama sekali Thian te Sin kiam yang sudah memiliki nama besar sebagai seorang tokoh pedang yang bertingkat tinggi. Turun tangan mengeroyok berarti mencoreng muka sendiri dan merendahkan derajat mencemarkan nama sendiri.
Akan tetapi, hati dan pendirian Tho tee kong Liong Losu dan Siauw bin mo Hap Tojin tidaklah 557
sakeras Thian te Sin kiam. Mereka berdua ini dulu pernah berjuang di bawah pimpinan Ouw Beng Tat dan sudah maklum betapa tinggi ilmu panglima itu, maka kini menyaksikan Ang Kwi Han bertanding dan dalam beberapa jurus saja sudah tertindih dan tertekan mereka berseru keras dan meloncat maju, Tho tee kong Liong Losu menggerakkan tongkat hwesio di tagannya dan senjata yang berat ini sudah mengaung ngaung seperti seekor naga mengamuk. Adapun Siauw bin mo Hap Tojin sambil tertawa tawa, sudah mencabut pedangnya dan tampaklah segulung sinar pedang berkilauan menyambar nyambar dan mengurung Ouw Beng Tat.
JILID XIII "HA Ha Ha bagus sekali ! Hap Tojin dan Liong Losu, puluhan tahun yang lalu kita berteman, kini berlawan. Memang hidup harus berganti ganti, banyak bumbu baru gembira ! Ha ha ha !"
Pada saat tiga orang kakek itu mengeroyok Ouw Beng Tat, sesosok bayangan berkelebat memasuki tempat itu dengan cara seperti tiga orang kakek tadi, yaitu melompat dari pohon. Bayangan itu bukan lain adalah Siok Lan yang segera menghampiri Thian te Sin kiam dan berseru.
"Kong kong". (kakek) !"
Sejenak pandang mata kakek ini berseri dan ia menggandeng tangan cucunya, lalu ia memandang lagi ke arah pertandingan dengan mata mengandung kekhawatiran.
558 "Kong kong, mari kita bantu mereka"."
"Stttt.... jangan sembrono Siok Lan. Engkau tidak boleh sembarangan turun tangan, takkan ada gunanya."
Siok Lan memandang bengong dan melihat betapa panglima tinggi besar itu biarpun dikeroyok tiga namun ternyata pedangnya hebat bukan main.
Tubuhnya yang tinggi besar itu berdiri kokoh kuat seperti menara besi, pedangnya bergerak dengan tenaga yang menggetar getar, terasa sampai jauh angin sambaran pedangnya dan betapapun juga akan lihainya tiga orang kakek yang mengeroyoknya, namun tidak pernah senjata tiga orang ini dapat menyentuh. Tiap kali tertangkis pedang di tangan Ouw Beng Tat bahkan tongkat Liong Losu yang berat disertai tenaganya yang kuat sekalipun terpental dan hampir terlepas dari pegangan !
"Kong kong"." Siok Lan berbisik lagi, "tiga orang kakek itu takkan menang, kenapa kong kong tidak membantu mereka ...?"
"Ha ha ha! Tepat sekali desakan cucumu, Thian te Sin kiam. Hayo kau maju dan bantulah. Kau juga Dewi Suling !"
Siok Lan terkejut. Dia bicara bisik bisik kepada kakeknya, dan panglima itu sedang bertempur dikeroyok tiga orang kakek lihai, namun masih dapat mendengarnya dan menjawab. Sungguh hebat panglima tua itu!
"Aku tidak akan melakukan pengeroyokan Siok Lan."
559 "Apakah". kong kong sanggup
menandinginya".?"
"Sukar menangkan dia". akan tetapi aku tidak takut. Kalau semua teman kalah, biarlah kuserahkan selembar nyawa dan tubuh tua ini "
"Kong kong?"
"Stttt, mati hidup bukan apa apa lagi bagi seorang tua bangka seperti aku. Akan tetapi berbeda lagi dengan engkau, maka janganlah engkau sembrono. Apakah kau sudah bertemu dengan dia?"
"Siapa, kong kong?"
"Siapa lagi, Yu Lee tentu" bukanlah kau pergi mencari dia ?"
Merah wajah Siok Lan dan dia menggeleng kepala, tidak menjawab. Ditanya tentang Yu Lee atau Pendekar Cengeng, teringat ia kepada Aliok dan timbul kekhawatirannya. Aliok tadi berlari lari menyusulnya bagaimana kalau terlangkap oleh pasukan musuh" Akan tetapi karena pasukan musuh tidak atau belum bergerak menanti perintah Panglima Ouw Beng Tat agaknya kekhawatirannya hilang dan ketika ia menolah ke kanan kiri dan belakang, ia terheran heran melihat Aliok sudah menyelinap di antara anak buah pejuang ! Kalau saja keadaan tidak demikian menegangkan, tentu ia akan merasa heran bagaimana Aliok dapat sedemikian cepatnya menyusul ke situ padahal tadi ia mempergunakan ilmu lari cepat.
560 Kakenya tidak bertanya lagi, juga Siok Lan lupa akan Aliok ketika melihat betapa pertandingan sudah mencapai puncaknya. Baru kurang lebih tiga puluh jurus berlangsung, akan tetapi keadaan tiga orang kakek itu sudah payah ! Mereka kini terus terhimpit dm tertekan oleh sinar pedang Panglima Ouw Beng Tat yang makin lama makin lebar gulungan sinarnya.
"Pengkhianat keji biar kau rasakan pedang ku !"
Yang berteriak nyaring ini adalah Cui Hwa Hwa yang agaknya tidak dapat menahan kemarahan hatinya lagi. Wanita ini sudah meloncat ke depan dan Thian te Sin kim dan Dewi Suling terkejut, hendak mencegah namun terlambat. Terdengar jerit mengerikan ketika terdengar suara kerincingan dan seperti keadaan tiga orang Hoang ho Sam liong tadi, tubuh Cui Hwa Hwa roboh berkelojotan, sebatang piauw menancap di antara kedua matanya dan ia tewas tak lama kemudian!
Sungguh hebat kepandaian Panglima Ouw Beng Tat, Cui Hwa Hva terhitung orang lihai, jauh lebih lihai daripada tiga Huang ho Sam liong namun tetap saja ia tidak dapat menghindarkan diri dari serangan tiga batang piauw berkerincing yang sekaligus menyambarnya tadi. Ia dapat menghindarkan yang dua batang, namun piauw ketiga tak dapat ia hindarkan lagi.
Sambil tertawa Ouw Beng Tat mempercepat gerakan pedangnya dan Ang Kwi Han berseru perlahan, terhuyung ke belakang dan lengan kirinya sebatas liku terlepas dan jatuh ke atas tanah ! Lengannya telah terbabat pedang Ouw Beng Tat ! Namun luar biasa sekali kegairahannya 561
dan daya tahan ketua Ang kin Kai pang ini, karena sambil mengeluarkan suara gerengan ia menubruk maju dengan nekat, pedangnya bergerak cepat sekali. Ouw Beng Tat mundur dan menangkis, tangan kirinya kembali diayun dan tiga batang piauw menancap di antara mata leher dan ulu hati ketua pengemis itu yang segera roboh tak berkutik lagi.
"Auuuuggghhh"!!" Suara ini terdengar bergema keluar dari kerongkongan puluhan orang anggauta Ang kin Kai pang dan mereka sudah gatal gatal tangan untuk menerjang maju. Melihat ini Dewi Suling cepat mengangkat lengan ke atas dan berseru.
"Saudara saudara angauta kai pang harap tenang ! Orang gagah selalu memegang teguh janji !
Kita sudah berjanji, diwakili liem locianpwe tadi untuk mengadu kepandaian antara pimpinan.
Tidak sorangpun anak buah boleh turun tangan tanpa komando !"
Memang Dewi Suling paling disegani oleh para pejuang maka para pengemis yang menyaksikan sendiri betapa pangcu mereka terbunuh, menahan kemarahan dan hanya dapat mencucurkan air mata sambil merawat jenazah ketua mereka seperti yang dilakukan oleh anggauta anggauta Huang ho Sam liong terhadap ketua mereka dan terhadap jenazah Cui Hwa Hwa tadi.
Setelah Ang Kwi Han tewas, tentu saja Siauw bin mo Hap Tojin dan Tho tee kong Liong Losu menjadi makin repot menghadapi Ouw Beng Tat.
Panglima ini tertawa tawa mengejek lalu berkata.
562 "Mengingat akan persahabatan kita, tidaklah lebih baik kalian menyerah saja daripada mati konyol di ujung senjataku?"
"Omitohud pinceng tidak takut menghadapi kematian," kata Tho tee kong sambil terus menggerakkan tongkatnya.
"He, he, he, Ouw Beng Tat panglima boneka.
Siapa takut mati" Kalau kami mati di tanganmu, apa kau kira engkau kelak tidak akan mampus juga" Kami akan mati sebagai pejuang pejuang bangsa akan tetapi kelak engkau mampus sebagai pengkhianat, namamu akan tercemar sampai tujuh turunan ha ha ha!"
Marahlah Ouw Beng Tat. Ia megeluarkan suara gerengan yang menbuat seluruh tempat itu tergetar, pedangnya berkelebat menyilaukan mata.
Akan tetapi kedua orang kakek gagah perkasa itu tidak gentar, menyambutnya dengan senjata masing masing, bahkan tongkat di tangan Tho tee kong berhasil "menyusup" masuk dan menggebuk pundak kiri Ouw Beng Tat.
"Bukkk !" Tho tee kong terkejut ketika merasa betapa tongkatnya membalik dan tangannya sakit sakit. Akan tetapi iapun girang ketika melihat Ouw Beng Tat terguilng roboh, ia mengira bahwa biarpun tubuh itu kebal dan dilindungi pakaian sisik besi, namun tenaga pukulan tongkatnya membuat panglima itu terguling ia dan Hap Tojin menubruk maju untuk mengirim serangan maut.
"Awas"!" Dewi Suling menjerit.
563 "Mundur"!" Thian te Sin kiam
memperingatkan.
Namun terlambat karena kedua orang tua yang sudah mulai lelah itu sudah terlanjur menubruk ke depan. Pada saat itu, tangan kiri Ouw Beng Tat yang rebah miring diayun dan belasan batang piauw berkerincing menyambar cepat sekali dari jarak dekat ke arah dua orang kakek ini. Tho tee kong dan Siauw bin mo terkejut, berusaha memutar senjata melindungi tubuh, akan tetapi tidak semua piauw dapat mereka tangkis. Sebatang piauw menancap di lambung Tho tee kong dan sebatang lagi menancap leher Hap Tojin. Mereka terhuyung huyung lalu roboh.
"Pengkhianat keji rasakan pembalasanku !"
Teriakan ini keluar dan mulut Tan Li Ceng yang diikuti oleh Ci Sian, Gui Siong dan juga Ouwyang Tek. Empat orang muda yang melihat suhu mereka roboh itu tak dapat menahan diri lagi dan sudah mencabut senjata dan menerjang ke depan.
"Tahan" awas...!!" Dewi Suling menjerit, tubuhnya melayang ke depan dan suling nya diputar cepat di.depan empat orang muda itu yang terancam oleh belasan batang piauw yang menyambar sambil mengeluarkan suara kerincing riuh rendah membisingkan telinga.
"Cring, cring, cring, cring".!!"
Belasan batang piauw itu beterbangan kena sampokan suling Dewi Suling, akan tetapi sebatang piauw masih meleset dan menancap di bahu kiri Dewi Suling, membuat wanita ini terhuyung huyung. Tan Li Ceng cepat memeluknya dan 564
membawanya mundur, di mana Dewi Suling mengeluarkan obat dan mengomel.
"Kalian berempat ini apa sudah bosan hidup"
Lebih baik mengurus suhu kalian dan berusaha mengobati."
Empat orang muda itu menjadi pucat. Mereka maklum bahwa kalau tidak ada Dewi Suling, tadi mereka sendiri tidak akan mampu menyelamatkan diri dari pada sambaran belasan batang piauw yang hebat itu, Dewi Suling diam diam juga kaget dan kagum, sambil memandang ke arah empat orang muda yang kini menolong guru masing masing yang masih belum tewas. Dewi Suling dapat menduga bahwa nyawa dua orang kakek itu takkan dapat tertolong lagi. Hal ini ia ketahui dari hebatnya sambaran piauw yang ditangkis, sulingnya yang menangkis piauw piauw itu sampai tergetar hebat, berarti bahwa piauw itu disambitkan dengan tenaga dahsyat sekali, sepuluh kali lebih hebat daripada senjata senjata rahasia yang dipergunakan ahli senjata rahasia.
Pantas saja kalau Huang ho Sam liong bertiga, Cui Hwa Hwa, Ang Kwi Han. Orang orang yang begitu lihai tak ada yang dapat menyelamatkan diri daripada sambaran piauw dari tangan Ouw Beng Tat.
"Suhu...!" Tan Li Ceng dan Lauw Ci Sian menangisi guru mereka yang menggigit bibir.
"Suhu".!" Gui Siong dan Ouwyang Tek juga memanggil gurunya perlahan dengan hati hancur.
Mereka melihat betapa guru mereka itu dalam keadaan terancam mati masih tersenyum senyum 565
memandang mereka, namun jelas bahwa luka suhu mereka itu takkan dapat ditolong lagi. Piauw itu menancap dalam dalam di leher sehingga untuk mencabutnya malah mengkhawatirkan.
"Bagaimana" dengan mereka...?" Siauw bin mo menoleh ke arah kedua orang gadis murid Liong Losu. "Kulihat" kalian berempat... hemm"
bagaimana".?"
Melihat betapa sukarnya suhunya bicara dengan leher seperti tercekik karena tertancap piauw itu. Gui Siong yang maklum akan watak suhunya, menjadi terharu dan tidak tega. Ia maklum bahwa sebelum mati gurunya ingin bertanya tentang usul perjodohan mereka dengan murid murid Liong Losu!
"Mereka setuju suhu ! Kami berempat tinggal menanti ijin suhu?" Gui Siong berkata dengan muka merah dan menahan air mata.
"Ha ha ha"! Ha ha ha ! Setuju "
setuju"!"
Dan Siauw bin mo Hap Tojin tertawa terus sampai akhirnya berhenti sama sekali karena napasnya telah putus !
Tho tee kong Liong Losu keadaannya tidak lebih baik daripada Hap Tojin. Piauw menancap di lambung dekat jantung dan piauw yang mengandung racun hebat itu sudah meracuni semua darahnya, ia terengah engah dan hanya membuka mata ketika mendengar suara ketawa terakhir Hap Tojin.
"Apa maksudnya".?" Ia bertanya kepada tan Li Ceng.
566 Tan Li Ceng maklum betapa pentingnya menyampaikan berita baik kepada suhunya yang dahulu merasa amat kecewa oleh penolakan mereka, maka kini dengan memberanikan hati menekan rasa malu ia berbisik di dekat telinga suhunya "Suhu" kami berdua sudah sepakat menjadi.... jodoh kedua muridnya"."
"Omitohud" lega hatiku". ahh, Siauw bin mo, engkau benar" hidup tidaklah begitu membosankan kalau hati kita lega "." Hwesio ini menghela napas panjang berkali kali dan keadaan sungguh sebaliknya daripada Hap Tojin. Kalau sahabatnya itu mati sambil tertawa tawa hwesio ini mati sambil menghela napas!
Ketika melihat betapa para pejuang menyaksikan kematian dua orang kakek itu dengan terharu dan suasana menjadi kosong mengharukan sejenak, Ouw Beng Tat lalu tertawa dan berkata keras.
"Apakah kalian masih berkeras kepala, tidak mau menyerah dan ingin mati konyol seperti yang lain lain" Thin te Sin kiam, sudah terlalu banyak tenaga tenaga baik mati konyol karena keras hati dan kepala batunya. Yang kupandang hanya lima orang di antara kalian yang patut melawanku.
Yang tiga sudah tewas, seorang sudah terluka, tinggal engkau. Apakah engkau tidak dapat melihat gelagat dan menyerah saja" Hemm, jangan kaukira aku Ouw Beng Tat seorang yang berhati kejam.
Sesungguhnya aku menangis dalam hati harus membunuh bekas bekas sahabat baik. Akan tetapi karena keadaan memaksa, apa boleh buat. Harap 567
saja kau orang tua berpemandangan lebih luas dan aku sudah akan merasa puas kalau dapat menggiringkan engkau, Dewi Suling dan empat orang anak muda itu sebagai pimpinan pemberontak ke kota raja,"
Saking marahnya. Thian te Sin kiam tidak menjawab melainkan perlahan lahan tangan nya bergerak dan pedang yang sudah belasan tahun menganggur itu dicabutnya. Melihat ini Siok Lan memegang lengan kong kongnya.
"Kong kong, biarlah aku melawannya," kata gadis itu.
"Ha ha ha, Thian te Sin kiam. Engkau sudah terlalu tua untuk berkelahi. Lebih baik engkau menyerah dan aku berjanji tidak akan melawan cucumu yang gagah ini. Selain itu, jangan mengira bahwa mereka yang kutawan dan kubawa ke kota raja tentu akan dihukum mati. Tidak sama sekali.
Karena kerajaan Goan amat bijaksana dan dapat menghargai tenaga orang orang pandai dan"."
"Tutup mulutmu, Ouw Beng Tat ! Aku tidak sudi menjadi pengkhianat, lebih baik seribu kali mati daripada hidup menjadi pengkhianat bangsa seperti engkau !" teriak Thian te Sin kiam dan dadanya bergelombang saking marahnya. Kakek ini menggerakkan pedangnya, diputar putar di atas kepala dan terpaksa Siok Lan mundur dan memandang kakeknya penuh kegelisahan. Lawan terlampau lihai dan kakeknya itu biarpun dahulu terkenal sebagai seorang pendekar pedang yang sukar dicari bandingnya, namun sejak dahulu 568
sudah kalah tinggi ilmunya oleh Ouw Beng Tat, dan sekarang sudah amat tua dan mulai lemah.
"Thian te Sin kiam sungguh sungguh engkau bodoh dan keras kepala! Engkau membikin hatiku merasa tidak enak sekali. Bagaimana aku dapat senang kalau harus mengadu pedang dengan orang yang dahulu menjadi anak buahku dan sudah banyak jasanya" Liem Kwat Ek, sabelum kita bertanding pedang, kau cobalah hadapi senjata rahasiaku. Kalau kau cukup tangguh menghadapi piauw piauwku, barulah kau berharga untuk bertanding pedang denganku."
Setelah berkata demikian, kedua tangan Ouw Beng Tat bergerak dan pedangnya yang sudah dipegangnya tahu tahu sudah kembali ke sarang pedang. Tangan kiri dan kanan kini merogoh piauw dari kantong kantong piauw di pinggang kanan dan dada, dan begitu kedua tangan bergerak ke depan dan terdengarlah suara nyaring dan hiruk pikuk bunyi kerincingan dibarengi dengan menyambarnya puluhan batang piauw yang menyambar ke arah jalan darah di seluruh tubuh Thian te Sin kiam !
"Cring, cring, cring, cring, cring...... !!"
Hebat gerakan pedang Thian te Sin kiam.
Biarpun ia sudah tua, namun sekali kakek ini memutar pedang tubuhnya seolah olah dilindungi benteng baja yang dibentuk oleh gulungan sinar sinar pedang yang berkeredepan menyilaukan mata. Sambaran dua puluh piauw itu semua dapat ia runtuhkan dengan tangkisan pedangnya.
Biarpun semua piauw runtuh namun diam diam 569
Thian te Sin kiam terkejut bukan main karena lengan kanannya yang memegang pedang seperti lumpuh rasanya saking kuatnya tenaga yang terkandung dalam senjata rahasia yang kecil seperti itu sehingga ketika menangkis tadi terpaksa ia mengerahkan seluruh tenaganya.
"Ha ha ha, hebat kau! Coba terima ini !"
Kembali terdengar suara berkerincingan nyaring sekali lebih nyaring dari pada tadi dan yang berkelebat menyambar adalah tujuh batang piauw yang terbang menjadi satu dengan kecepatan luar biasa menuju dada Thian te Sin kiam. Kakek ini tidak dapat mengelak lagi terpaksa menangkis dengan pedangnya sambil mengeratkan tenaga.
"Tranggg...!" Tujuh batang piauw yang menjadi satu itu terpukul runtuh akau tetapi pedang itu sendiri terlepas dari pegangan tangan Thian te Sin kiam! Kiranya tujuh batang piauw itu mengandung tenaga yang amat dahsyat sehingga tidak kuat Thian te Sin kiam menahan pedangnya yang terlepas dan runtuh bersama tujuh batang piauw yang ditangkis nya, Ouw Beng Tat tertawa tawa dan kini kedua tangannya melempar lemparkan piauw ke arah Thian te Sin kiam membuat kakek ini terpaksa mengandalkan kegesitan tubuhnya untuk mengelak dan berloncatan ke sana ke mari.
"Ha ha ha, engkau takkan dapat menghindar dari piauwku Liem Kwat Ek, akan tetapi kalau kau meayerah aku akan mengampuni nyawamu !"
"Kau boleh pergi ke neraka, Ouw Beng Tat !
Bunuhlah ako kalau kau mampu, aku tidak takut mati !"
570 Ouw Beng Tat menjadi marah dan sengaja ia melepaskan sebatang piauw dengan pengerahan tenaga khusus, tidak seperti piauw piauw lain yang dilepas hanya untuk mempermainkan jago pedang tua itu, Piauw ini luar biasa sekali, menyambar cepat dan terdengarlah Thian te Sin kiam Liem Kwat Ek mengeluh dan tubuhnya terhuyung, Piauw itu telah menyerempet pahanya. Biarpun tidak hebat luka nya, namun membuat kakinya setengah lumpuh karena pengarah racun yang terkandung di ujung piauw.
"Ha, ha, ha, kau masih belum menyerah" Ingin semua kubunuh termasuk cucumu."
"Lebih baik kami mati semua daripada menyerah, manusia busuk !" Siok Lan memaki sambil menolong kakeknya.
Dewi Suling yang sudah mengobati bahu kirinya meloncat dan berteriak, suaranya lantang,
"Ouw Beng Tat, jangan kira bahwa kami adalah orang orang pengecut seperti engkau ! Kami akan melawan sampai titik darah terakhir, dan selelah kami para pimpinan tewas jangan mengira bahwa anak buah kami akan suka tunduk begitu saja.
Merekapun adalah patriot patriot sejati, orang orang gagah yang memilih kematian daripada menjadi abdi penjajah terkutuk !"
Ucapan ini bukan merupakan pengingkaran janji, melainkan merupakan pembakaran semangat yang sengaja diucapkan Dewi Suling setelah menyaksikan betapa fihaknya akan kalah.
Ucapannya disambut sorak sorak riuh dan gemuruh oleh para anak buah pasukan pejuang 571
yang mengacung acungkan senjata. "Kami lawan !
Kami lawan sampai mati "!!"
Tadinya para anak buah pasukan pejuang sudah mengendur semangat juangnya, gentar karena menyaksikan betapa fihak pimpinan mereka banyak yang tewas. Terutama sekali anak buah Ang kin Kai pang yang kehilangan ketuanya, anak buah Huang ho Sam liong yang kematian tiga orang pemimpin dan hanya anak buah pimpinan Ouwyang tek, Gui Siong, Lauw Ci Sian dan Tan Li Ceng saja, bekas bekerja paksa itulah yang masih bersemangat tinggi.
Akan tetapi melihat sikap Thian te Sin kiam yang biarpun sudah tua namun masih bersemangat baja, dan sikap Dewi Suling yang gagah perkasa timbul kembali semangat mereka sehingga dengan suara bulat mereka bertekad untuk melawan sampai titik darah orang terakhir !
Melihat sikap semua pejuang ini, kemarahan Ouw Beng Tat tak dapat ditahan lagi. Ia menggerakkan tangan hendak mengeluarkan perintah membasmi semua pemberontak yang dianggapnya tak tahu diri itu, akan tetapi sebelum mengeluarkan aba aba tiba tiba terdengar bentakan nyaring.
"Ouw Tat clankkun sebagi seorang panglima tinggi seperti engkau, apakah tidak malu menjilat ludah yang dikeluarkannya sendiri ?"
Kagetlah Ouw Beng Tat dan kini ia memandang.
Yang menegurnya itu adalan seorang pemuda tampan dan gagah, berpakaian putih ?"?" yang berdiri menghadapinya dengan tatap mata tajam 572
dan sikap garang, menudingkan senjata yang berada di tangan pemuda ini berbentuk sebatang ranting kayu kecil yang yang masih ada dua helai daunnya di ujung ranting. Ia tidak mengenal pemuda ini juga tidak melihat ada diantara para pimpinan pemberontak. Sikap dan pakaian pemuda ini, seperti memang biasa saja, sama sekali tidak menimbulkan kesan, akan tetapi pandang matanya demikian mengerikan, tajam menem bus jantung dan penuh keangkeran.
"Hm, siapa engkau dan apa artinya ucapan yang lancang tadi?" Ouw Beng Tat membentak, suara nya mengguntur karena ia marah sekali.
Kalau seorang tokoh besar seperti Thian te Sin kiam masih tidak mampu melawannya apa pula pemuda sederhana ini" Ouw Beng Tat bukanlah seorang pengecut dan kejam terhadap bangsa seperti yang ia katakan . Dia merasa tidak senang harus bertanding melawan bekas sahabat seperjuangan dahulu, hatinya sakit karena ia harus membunuh orang orang seperti Hap Tojin dan Liong Losu bekas anak buahnya. Akan tetapi, dia orang yang setia akan tugasnya. Sikap nya menghadapi para pemberontak adalah sikap yang menyayang bangsa dan bekas sahabat, maka ia tidak begitu saja membasmi mereka yang sesungguhnya sudah betada di dalam telapak tangannya, melainkan ia mengajukan usul bertanding agar mereka itu dapat ia taklukkan tanpa pembunuhan, atau kalaupun ada pembunuhan, tidaklah banyak. Tentu saja dia bukan seorang bodoh dan sembrono. Adanya dia berani menantang bertanding adalah karena dia 573
yakin bahwa di antara para pimpinan pemberontak itu tidak seorangpun dapat mengalahkannya ! Kini ada seorang pemuda yang berani menantangnya.
Biarpun ia belum mengenalnya dan belum mengetahui sampai di mana kelihaiannya, akan tetapi tentu saja ia memandang rendah. Pemuda ini usianya tentu takkan lebih dari dua puluh lima tahun, sepandai pandainya juga mana mungkin mampu melawan dia yang pengalamannya saja sudah lebih lama dari pada usia si pemuda"
"Namaku tidak menjadi soal, Ouw ciangkun, akan tetapi perlu kau ketahui bahwa aku adalah seorang di antara para pejuang. Ucapanku tadi tidak lancang, karena sesungguhnya amat memalukan kalau seorang panglima seperti engkau menjilat ludah sendiri. Bukankah engkau janjikan kebebasan apabila kau kalah dalam pertandingan"
Nah, pertandingan belum juga habis engkau sudah hendak mengerahkan pasukan untuk membasmi kaum pemberontak."
"Apa kau bilang " belum habis " Eh, orang muda dengarkan dengan kata kataku. Semua pimpinan pemberontak sudah ku kalahkan. Siapa lagi yang masih berani melawan aku " Hayo, siapa lagi orangnya di antara para pemberontak yang berani menghadapi pedang dan piauwku" Siapa berani bertanding dengan panglima besar Ouw Beng Tat?"
Pemuda itu dengan sikap tenang lalu berkata, mengejutkan dan mengherankan Ouw Beng Tat dan semua anak buahnya. "Akulah yang akan melawanmu, Ouw ciangkun !"
574 "Aliok"! Jangan". kau nanti mati"!"
Yang menjerit ini adalah Siok Lan. Gadis yang sudah jatuh cinta kepada bekas "pelayan" ini begitu kaget dan khawatir mendengar ucapan Yu Lee sehingga ia menjerit dan dengan tak disadarinya lagi ia sudah meloncat dan lari meninggalkan kakeknya, menghampiri Yu Lee dan memegang lengan pemuda itu . "Aliok, apa kau gila" Kau hendak melawan dia " Banyak jalan kematian, mengapa memilih mati konyol ! Dia bukan lawanmu. Biarlah aku yang menggantikan mu ! Hayo, Ouw Beng Tat, kau lawan aku saja !"
Gadis ini dengan sikap gagah mencabut pedang.
Yu Lee tersenyum, memegang kedua lengan gadis itu, berkata dengan suara halus dan penuh perasaan. "Adik, Siok Lan, harap kau mundur, ah". kau tenang tenang saja, Aliokmu ini tidak akan mudah saja dibunuh orang"."
Siok Lan hendak meronta akan tetapi alangkah heran dan kagetnya ketika ia merasa betapa kedua lengannya sama sekali tidak dapat digerakkan dalam genggaman tangan bekas pelayannya itu. Ia penasaran dan mengerahkan seluruh sinking di tubuhnya disalurkan ke arah kedua lengan, namun sia sia, sedikit pun ia tidak dapat bergeming. Dengan keheranan menjadi jadi ia mengangkat muka menatap wajah pemuda itu yang tersenyum senyum kepadanya.
"Siok Lan".!" Panggilan ini datang dari mulut Thian te Sin kiam.
"Kong kongmu memanggil, kau kesanalah dan tenangkan hatimu, moi moi"..!"
575 Semua peristiwa ini demikian mengherankan dan mengejutkan hati Siok Lan. Ia merasa seperti dalam mimpi. Aliok menyebut "adik" dengan sebutan begitu mesra, Aliok memegang kedua lengannya dan ia sama sekali tidak mampu bargerak. Aliok kini menantang untuk bertanding melawan Panglima Ouw Beng Tat yang demikian lihai sehingga kakeknya sendiripun tidak mampu mengalahkannya! Seperti dalam mimpi, mendengar kata kata terakhir Aliok. Siok Lan lalu berjalan perlahan menghampiri kakeknya.
Thian te Sin kiam yang pahanya terluka itu sudah ditolong oleh Dewi Suling yang menaruhkan obat dan membalutnya . Kini kakek ini sudah bangkit berdiri memandang cucunya dengan mata tertbelalak dan segera ia menegur Siok Lan begitu gadis itu datang dekat.
"Siok Lan ! Bagaimana engkau begitu berani kurang ajar" Kau" kau menyebut dia" Aliok" Apa apaan ini " Siapa itu Aliok ?"
"Dia Aliok pelayanku, kong kong" " kata Siok Lan terheran heran melihat betapa kong kongnya itu memandangnya dengan mata terbelalak seperti itu.
"Apa" Pel" pe. ... pelayanmu" Dia".
pelayanmu" Ha, ha, ha, ha ! Setua ini baru kali ini aku mendengar urusan begini lucu dan gila ha ha, ha, ha. ha".!" Kakek itu tertawa terbahak bahak sehingga mengejutkan semua orang yang memandangnya dengan khawatir, takut kalau kalau kakek itu menjadi gila karena menyesal melihat fihaknya menderita kekalahan. Tubuhnya 576
bergoyang dan Siok Lan cepat memegang lengan kakeknya.
"Kong kong". Mengapa".?"
Thian te Sin kiam memeluk cucunya
menghentikan tertawanya ketika sadar bahwa sikapnya itu mengherankan semua orang.
"Diamlah, dan kau lihat saja. Lihat baik baik dan kau akan mengerti, cucuku," katanya. Yu Lee juga menengok ke arah mereka dan ketika bertemu pandang dengan Siok Lan. mengedipkan sebelah matanya.
Ouw Beng Tat juga mendengar percakapan antara kakek dan cucunya itu, maka ia tertawa.
"Ha ha ha, kiranya engkau ini pelayan cucu Thian te Sin kiam" Seorang pelayan berani menantangku" Apakah kau sudah gila ?"
"Ouw ciangkun, sudah kukatakan tidak perduli aku siapa, akan tetapi saat ini aku mewakili semua pejuang menghadapimu. Asal saja engkau tidak menjilat ludah sendiri. Kalau kau kalah terhadap aku, engkau akan membebaskan semua pejuang yang berada di sini. Benarkah itu?"
Ouw Beng Tat menjadi penasaran. Dia seorang panglima besar, bagaimana ia harus merendahkan diri melawan seorang".. pelayan" Selain Ouw Beng Tat, juga Siok Lan terheran heran, bahkan mendongkol kepada Aliok. Gilakah Aliok ! Mewakili semua pejuang" Mencari mati konyol "
"Thian te Sin kiam, benarkan pemuda ini menjadi wakil kalian?"
577 Tliiar te Sin kiam tertawa lebar dan mengangguk, "Benar, lawanlah dia kalau memang engkau lihai Ouw Beng Tat ! Sekali ini eugkau akan mendapat malu !"
Ouw Beng Tat masih penasaran dan menoleh ke arah Dewi Suling yang sejak tadi menundukkan mukanya yang menjadi pucat mendengar percakapan antara Thian te Sin kiam dan cucunya tentang pemuda yang ia kenal sebagai Yu Lee Si Pendekar Cengeng, satu satunya pria yang dicintainya dan yang telah menolak cintanya itu.
"Dewi Suling, engkau juga setuju pemuda ini menjadi wakil kalian dan kalau dia kalah dariku, kalian semua akan tunduk akan semua keputusanku ?"
"Dia memang wakil tunggal kami Ouw ciangkun. Dialah jago kami yang sejak tadi kami nanti nanti!" jawab Dewi Suling tanpa ragu ragu lagi.
Siok Lan melongo. Gilakah semua orang ini"
Ataukah dia yang sudah gila dan telinganya tidak dapat menangkap ucapan orang dengan benar lagi"
Namun Ouw Beng Tat masih juga meragu. Ia tidak ingin dipermainkan dan dikatakan pengecut merendahkan diri hanya berani melawan seorang pelayan rendah. Maka ia berkata kepada Yu Lee.
"Orang muda, sebelum aku melawanmu hendak kulihat apakah kau cukup berharga untuk menjadi lawanku! Ia menoleh ke belakang dan berkata kepada seorang perwira gemuk pendek yang memegang sebatang cambuk besi. "Kau wakili aku, hancurkan kepala budak hina ini !"
578 Perwira gedut pendek itu adalah seorang tokoh pengawal istana, saorang ahli silat yang bertenaga besar dan senjata nya itu, sebatang cambuk besi, amatlah hebatnya. Cambuk itu terbuat daripada baja lemas panjangnya tidak kurang dari tiga meter. Dengan senyum mengejek perwira itu melangkah maju cambuknya digerakkan dan diputar putar di atas kepala menimbulkan suara meledak ledak keras sekali seperti halilintar.
Yu Lee maklum bahwa senjatanya, yaitu sebatang ranting berani menghadapi segala macam senjata keras, kecuali cambuk yang lemas, karena ada bahayanya ranting itu akan terbabat putus oleh cambuk yang lemas sifat nya. Maka ia lalu menyelipkan rantingnya di pinggang, lalu bertolak pinggang ambil berkata "Baiklah Ouw ciangkun.
Aku akan menghadapi pembantu mu ini dengan tangan kosong!"
Ucapan ini tentu saja dianggap tekebur oleh fihak lawan, dan memang ini yang diharapkan Yu Lee agar tidak diketahui orang akan rahasia kelemahan senjatanya yang amat sederhana ini.
Siok Lan menjadi pucat, menganggap bahwa Aliok benar benar miring otaknya.
Perwira gendut itu marah sekali, merasa dipandang rendah dan dihina. Maka sambil berseru keras ia mengerang maju sambil menggerakkan cambuknya ?""..
"Tar tar tar".." cambuk baja itu melecut lecut dan ujungnya menari nari di atas kepala Yu Lee, seolah olah mengancam hendak benar benar menghancurkan kepala pemuda yang tampak 579
tenang saja itu. Melihat betapa pemuda itu tenang tenang saja menghadapi ancaman ancaman ujung cambuknya, si perwira gendut makin marah dan dengan bentakan keras ia kini benar benar menyerang. Ujung cambuknya menyambar ke arah jalan darah di leher Yu Lee setelah meledak dengan suara nyaring.
Namun dengan amat mudanya Yu Lee
mengelak. Ujung cambuk terus menyambar nyambar dan terjadilah pemandangan yang membuat Siok Lan melongo. "Pelayannya" itu kini bergerak gerak indah sekali, indah dan cepatnya sampai membuat mata nya kabur dan kepalanya pening. Itulah ginkang yang jarang ia saksikan.
Tubuh pemuda itu seolah olah berubah menjadi asap, begitu ringannya ia bergerak, seolah olah ujung cambuk yang menyambar nyambar itu lebih dulu membuat tubuhnya melayang sebelum tiba sehingga tak pernah satu kalipun ujung cambuk dapat menyentuh bajunya yang putih kasar.
Benarkah itu Aliok, pelayannya" Kalau begitu, selama ini dia seperti seorsng buta, tidak melihat bahwa pelayannya itu sesungguhnya memiliki ilmu kepandaian yang jauh lebih tinggi dari pada dia sendiri! Akan tetapi mengapa Aliok berpura pura bodoh" Dan kakeknya mengapa terkejut mendengar bahwa Aliok pelayan dan seakan akan telah mangenal pelayannya itu" Mengapa pula semua pejuang , termasuk Dewi Suling, secara sewajarnya menerima Aliok sebagai jago mereika, seolah olah sudah mengenalnya dengan baik dan tahu akan kepandaiannya"
580 Akan tetapi Siok Lan terpaksa harus menghentikan keheranannya karena ia amat tertarik menonton pertandingan itu. Yu Lee yang tadinya berloncatan menghindarkan diri dari sambaran sambaran cambuk, kini tiba tiba berdiri tegak dengan kedua kaki di pentang lebar dan kedua tangan bertolak pinggang, menanti datangnya serangan musuh ! Perwira gendut itu berseru girang dan juga beringas, cambuknya menyambar ke arah dada Yu Lee. Pemuda ini tadi memang sengaja mengelak terus untuk mengenal dasar gerakan ilmu cambuk lawan. Kini ia sudah dapat mengukur dan mengenal, maka ia berdiri tegak menanti datangnya cambuk. Begitu ujung cambuk sudah dekat dengan kulit dadanya tangan kanannya meraih dan ujung cambuk itu telah ditangkapnya dengan mudah.
Perwira itu marah membetot betot sekuat tenaga untuk merampas kembali senjatanya, namun sia sia belaka, ujung cambuk baja itu tak dapat terlepas dari genggaman tangannya Yu Lee.
Kembali si perwira mengerahkan tenaganya yang besar, sampai mulutnya mengeluarkan suara "ah ah uh uh" dan tiba tiba Yu Lee melepaskan ujung cambuk itu bukan hanya dilepaskan begitu saja, melainkan ia lontarkan dengan pengerahan tenaga sinkang di tangannya. Ujung cambak melesat ke depan, ke arah tubuh perwira gendut yang terhuyun huyung ke belakang karena dorongan tangannya yang membetot tadi tanpa dapat dielakkan lagi ujung cambuk yang berubah menjadi seperti anak panah yang meluncur cepat ini menusuk perutnya.
581 "Crattt".!" Ujung cambuk dari baja itu menusuk perut terus menembus punggung.
Perwira gendut itu terjengkang dan berkelojotan, mengeluarkan suara seperti seekor babi disembelih.
Melihat temannya roboh tewas, enam orang perwira Mongol tanpa diperintah lagi sudah meloncat maju dan langsung menyerang Yu Lee.
Pemuda ini berseru "Bagus !" dan ranting yang tadi terselip di pinggang sudah dicabutnya dan mulailah ia manghadapi pengeroyokan enam orang perwira yang bersenjata pedang dan golok itu.
"Curang"! Curang ...!" teriak Siok Lan. Tidak perduli pemuda itu Aliok si pelayan atau bukan, namun sudah jelas bahwa antara pemuda itu dan dia ada tali percintaan yang membuat ia siap membelanya. Dengan pedang di tangan ia hendak menyerbu, akan tatapi tiba tiba lengannya di pegang kakeknya yang berbisik.
"Jangan bergerak, kau lihat saja. Dia tidak akan kalah"."
Siok Lan melihat ke sekelilingnya dan semua pejuang menonton pertandingan itu dengan wajah tenang, ia menoleh kepada kakeknya dan berkata,
"Kong kong, apakah aku mimpi" Apakah dia itu bukan Aliok pelayanku?"
"Sssttt, kau lihat saja dan kau akan mengerti."
Siok Lan menyimpan pedangnya kembali lalu menonton dengan jantung berdebar tegang.
Pelayannya ini benar benar hebat bukan main sungguh jauh dari dugaannya. Memang pernah ia 582
mengira bahwa sedikit banyak Aliok tentu memiliki kepandaian
ilmu silat sebagai bekas pelayan
keluarga Dewa Pedang Yu. Akan tetapi tidak dengan tingkat setinggi itu ! Kini mengertilah ia bahwa Aliok dahulu itu bukan secara kebetulan saja dapat mempermainkan Cui Hwa Hwa, dan mulailah ia mengerti pula yang memundurkan para tokoh pengemis Ang kin Kai pang bahkan yang mengundurkan ketuanya yang sekarang sudah tewas di tangan Ouw Beng Tat, bukan lain adalah pelayannya ini. Itulah pelayannya tentu telah membantunya secara diam diam dan teringat akan ini semua otomatis bulu kuduk Siok Lan meremang dan ia merasa malu kepada diri sendiri!
Kemudian teringat ia betapa Aliok pernah menciumnya di atas kuda, dan kini bukan hanya bulu tengkuknya yang meremang, bahkan semua bulu tubuhnya bangkit dan pipinya berubah menjadi merah sekali sampai leher dan telinganya!
Selain ini Yu Lee harus benar benar mengeluarkan kepandaiannya. Ia tahu bahwa kalau ia tidak mampu merobohkan enam orang pengeroyoknya dalam waktu singkat. Panglima Ouw Bang Tat akan memandang rendah kepadanya dan usahanya menolong para pejuang akan gagal. Ouw Beng Tat adalah seorang yang gagah perkasa yarg tentu akan memegang janjinya asal saja ia dapat memperlihatkan bahwa dia cukup lihai dan patut untuk menandingi panglima itu. Ia harus mendatangkan kesan tinggi dalam pandangan panglima itu. Oleh karena ini begitu melihat enam orang pengeroyoknya maju menerjangnya tanpa banyak aturan lagi karena 583
marah menyaksikan kematian seorang kawan mereka, Yu Lee lalu mengeluarkan suara melengking nyaring tubuhnya mendadak lenyap berubah menjadi bayangan putih yang melengking lengking, tongkat ranting di tangannya menjadi gulungan sinar kehijauan yang melingkar lingkar dan mengurung para pengeroyoknya. Bagaikan beruntun terdengar jerit jerit disusul robohnya keenam orang pengeroyoknya. Ketika orang melihat, masih pening oleh gerakan yang amat cepat itu, ternyata enam orang perwira itu telah mati karena totokan totokan maut dan Yu Lee berdiri memegang ranting memandang ketujuh orang korbannya dengan pipi basah air mata!
"Pendekar Cengeng"." seruan ini mengandung rasa takut dan gentar, keluar dari mulut para anak buah pasukan Mongol.
Pucat wajah Siok Lan. Ia berdiri dengan jari jari
?" di depan bibir, mata terbelalak memandang ke arah "Aliok", jantung berdebr tidak karuan.
Akhirnya ia terisak dan bibir mengeluarkan bisikan lirih "Dia.... dia". Aliok".. dia Pendekar Cengeng
?"..!"
"Siok Lan". Siok Lan
".!" Thian te Sin
kiam memanggil, akan tetapi gadis itu telah lenyap menerobos diantara kepungan tentara musuh yang tidak menghalanginya karena mereka semua sedang tegang memandang ke arah Pedekar Cengeng. Thian te Sin kiam hendak mengejar, akan tetapi ia terhnyung dan tentu roboh terguling karena luka di pahanya kalau saja lengannya tidak cepat cepat disambar oleh Dewi Suling.
584 "Harap locianpwe tenang, kita menghadapi urusan yang lebih gawat. Biarkanlah, adik Siok Lan sedang bingung dan kaget, kalau sudah beres akan kususul dia."
Thian te Sin kiam mengangguk dan menghela napas panjang, memandang lagi ke arah Yu Lee yang kini berhadapan dengan Panglima Ouw Beng Tat. Suara pemuda itu halus akan tetapi penuh wibawa ketika ia berkata kepada panglima tinggi besar itu.
"Terpaksa aku merobohkan pembantu
pembantumu, Ouw ciangkun. Engkau telah menewaskan tujuh orang teman kami, dan aku telah menewaskan tujuh orang pembantu mu, berarti keadaan kita seri, tidak ada yang lebih unggul."
Ouw Beng Tat memandang dengan sinar mata penuh kekaguman, juga penasaran. Ia mengangguk angguk dan berkata, "Hemm, tidak apa. Mereka mati sebagai orang orang gagah seperti juga teman temanmu. Jadi kiranya engkau ini Pendekar Cengeng" Engkau cucu Yu Tiang Sin yang terlepas dari cengkeraman maut yang disebar oleh Hek siauw Kui bo" Hemm, bocah, siapa namamu?"
"Nama saya Yu Lee, di waktu kecil pernah kong kong bercerita tentang kegagahan Ouw ciangkun.
Karena itu, bisalah saya mewakili mendiang kong kong, mohon kebijaksanaan ciangkun untuk membebaskan semua pejuang yang ada di sini."
"Ha ha ha ! Jangan terkebur, orang muda ! Apa kaukira setelah berhasil mengalahkan tujuh orang 585
pembantuku yang masih bodoh, kau dapat membuat hati Ouw Beng Tat menjadi jerih" Ha ha ha biar ada lima orang muda seperti engkau aku masih belum mau tunduk dan tetap
mempertahankan perintahku, yaitu menawan kalian semua yang memimpin pemberontakan ini, termasuk engkau Pendekar Cengeng."
Berkerut alis Yu Lee sudah ia duga bahwa panglima yang keras hati ini tidak akan mudah dapat ditundukkan dengan kata kata. Maka iapun lalu berkata, suaranya nyaring tegas.
"Kalau begitu, terpaksa aku menantangma Ouw ciangkun "
"Bagus! Memang keadaan kita masih seri bukan" Nah, sekarang tinggal pertandingan terakhir. Engkau cukup berharga untuk menjadi lawanku. Kalau sekali ini engkau kalah olehku mati atau hidup, maka fihakmu barus tunduk dan taat kepada perintahku tadi."
"Baik, kami berjanji !" Tiba tiba Thian te Sin kiam berseru. "Akan tetapi, bagaimana kalau kau yang kalah oleh Pendekar Cengeng Ouw Beng Tat?"
"Ha ha ha! Tak mungkin sekali itu ! Akan tetapi seandainya aku kalah, kalian semua boleh bebas, aku akan menarik mundur tentaraku?" Ouw Beng Tat masih memandang rendah lawannya sehingga ia katakan bahwa kalau ia kalah ia masih mampu menarik mundur tentaranya, berarti ia kalah dalam keadaan seri, ia tidak percaya bahwa orang muda itu mampu menewaskannya !
586 "Kalau begitu mulailah, ciangkun omongan orang gagah sudah dikeluarkan, sekali keluar, biar dunia kiamat takkan dilanggarnya !" kata Yu Lee.


Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku sudah mulai awas".."
"Cet cet cet cet cet"..!!"
Sinar berkilauan menyambar nyambar dari kedua tangan panglima tua itu, bagaikan kilat berkelebat menyerang Yu Lee. disusul suara berkerincingan nyaring memenuhi udara.
Sedikitnya ada tiga puluh batang piauw menyambar secara bertubi tubi tidak hanya ke arah belasan jalan darah di sebelah depan tubuh Yu Lee, bahkan sebagian pula menyambar ke kanan kiri dan atas menutup jalan keluar jika pemuda itu hendak mengelak. Satu satunya jalan mengelak bagi Yu Lee hanyalah masuk ke dalam bumi, akan tetapi, bagaimana mungkin hal ini ia lakukan " Bahaya maut mengancam diri pemuda itu, kuku kuku cengkeraman maut menjangkaunya dari segenap penjuru.
Thian te Sin kiam sendiri sampai menahan napas menyaksikan hebatnya serangan piauw ini, jauh lebih hebat daripada yang pernah ia saksikan selama hidupnya. Juga Dewi Suling sampai menjadi pucat mukanya karena wanita ini cukup maklum betapa sukarnya menyelamatkan diri dari sambaran piauw yang susul menyusul itu.
Yu Lee bukan tidak tahu akan kelihaian senjata rahasia lawan, juga ia tidak berani memandang rendah. Pemuda ini sudah sejak tadi mengerahkan sinkang di tubuhnya sampai tubuhnya mengeluarkan getaran, hawa sakti yang dahsyat, 587
terutama sekali pada Kedua lengannya. Tangan kanan yang memegang ranting bergerak cepat memukul atau memecut ke arah piauw piauw yang berdatangan sedangkan tangng kiri dengan jari jari terbuka melakukan gerakan sakti Sin kong ciang di dorongkan ke arah depan. Hebat sekali kesudahannya. Barang kecil yang bergerak cepat itu ?". menyambut setiap piauw yang menyambar dan begitu terpukul ujung ranting, piauw piauw itu membalik dengan kecepatan lebih cepat lagi ada yang membentur piauw piauw lainnya ada pula yang terus menyerang Ouw Beng Tat. Sedangkan piauw piauw lainnya yang terkena hawa pukulan tangan kiri Yu Lee runtuh dan mencelat ke kanan kiri !
Ouw Beng Tat memandang terbelalak sambil menyambar beberapa piauw yang di "retour" oleh Yu Lee. Mukanya berubah dan ia berkata seperti diluar kehendaknya
Pendekar Pemetik Harpa 22 Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan K L Pendekar Super Sakti 15
^