Pencarian

Golok Bulan Sabit 14

Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung Bagian 14


"Cubo, bagaimana cara kita untuk pulang menjumpai cukong?"
"Kita tak akan pulang!" Jawab si nenek dengan suara dalam.
"Tidak akan pulang?"
Benar, sekarang kita sudah tiada rumah lagi, kalau toh pihak lawan bisa menunggu
kedatangan kita di depan pintu rumah, apakah mereka tak bisa masuk kedalam sarang kita untuk
melakukan pembersihan?"
"Celaka kalau begitu, semua anggota lembah yang dapat bertempur telah ikut keluar."
Kalau dilihat dari musuh yang datang dengan persiapan matang, sekalipun kita tidak keluar
juga sama saja, paling banter pihak lawan harus membayar dengan lebih mahal lagi."
"Bagaimana dengan cukong?"
Rasa sedih segera menghiasi wajah nenek itu, selang berapa saat kemudian dia baru berkata:
"Seandainya cukong tidak memberikan tenaga dalamnya untuk Ting Peng, tentu saja dia
masih bisa melindungi keselamatan sendiri, tapi sekarang. . . sulit untuk dibicarakan."
`Kalau begitu kita harus kembali untuk melihat keadaannya!"
"Tak boleh kesana, seandainya didalam lembah sudah terjadi peristiwa, kedatangan kita juga
tak ada gunanya malah bisa jadi akan terperosok sekali lagi kedalam perangkap musuh, hal ini
akan mempersulit kita untuk meloloskan diri, sekalipun kita sudah dikeroyok oleh jago-jago dari
berbagai perguruan, namun ciangbunjin dan para tianglo mereka belum ikut datang, coba kalau
tidak kita pun jangan harap akan bisa meloloskan diri!"
"Maksud cubo, kita tak usah menggubris keadaan cukong"
"Benar, kita masih ada pekerjaan yang harus kita lakukan!"
"Seandainya cukong sampai menemui bencana kecuali kita harus membalas dendam masih
ada pekerjaan apa lagi yang jauh lebih penting?"
"Unta tembaga, selama banyak tahun kau sudah berkumpul dengan cukong, mengapa kau
belum bisa memahami watak serta perasaan cukong" Apakah dia adalah manusia kecil yang
terlalu memikirkan dendam pribadi. . . . ?"
Unta tembaga terbungkam dalam seribu bahasa.
Dengan serius si nenek berkata lagi, "Satu-satunya persoalan yang paling membuat cukong
merasa menyesal adalah generasi Mo kau kita yang harus tumpas ditangannya. . . ."
"Kita tak bisa menyalahkan cukong!"
"Akan tetapi cukong tak boleh berpikir demikian, generasi Mo kau yang sudah bersejarah
ratusan tahun tak boleh berakhir sampai disini saja, generasi ini harus dilanjutkan dan sekarang
tugas berat itu sudah terjatuh di atas oundak kau dan aku!"
Dengan perasaan tertegun dan kaget si Unta tembaga mengawasinya tanpa berkedip.
Terdengar si nenek berkata lagi:
"Terhadap gerakan yang kita lakukan kali ini, Cukong telah membuat perhitungan yang paling
jelek, bila kita tak bisa mempertahankan sebagian besar dari kekuatan kita, maka dia suruh kita
tak usah kembali ke sana"
Harus ke mana?" Menuju ke suatu tempat, disitu masih terdapat dua orang tianglo dari perkumpulan kita yang
memimpin belasan orang murid-muridnya yang masih muda!"
"Mengapa hamba tidak tahu. . . ."
"Aku sendiripun baru tahu kemarin malam, sampai pada kemarin malam cukong baru
mengambil keputusan yang terakhir itu dan ia baru memberi tahukan alamat tersebut kepadaku,
kedudukan kedua orang tianglo itu sangat tinggi, mereka masih terhitung susiok dari cukong"
"Tapi mereka toh belasan orang saja?"
"Belasan orang pun sudah lebih dari cukup, bila jumlahnya kelewat banyak maka sulit untuk
menyembunyikan diri, dari belasan orang bocah itu masing-masing pihak memperoleh semacam
ilmu dari perguruan, merekalah yang akan menjadi bibit-bibit baru kita untuk membangun kembali
perguruan dimasa mendatang, kita harus kesana untuk melindungi dan mendidik mereka."
Bukankah sudah ada dua orang tianglo"
Aaai . . . . ! Unta tembaga, mereka adalah paman guru cukong, bayangkan saja sudah berapa
usia mereka, setiap saat mereka akan meninggal dunia, padahal proyek raksasa itu tak boleh
berhenti, maka kita baru, kesana untuk menggantikan kedudukannya!"
Si Unta tembaga berpikir sebentar, kemudian tanyanya:
Cubo, maafkanlah kekerasan kepala hamba, hamba harus kembali dulu untuk melihat
keadaan!" Sekali lagi si nenek itu menghela napas panjang.
Baiklah, aku tahu, kalau kau sangat setia kepada cukong, sebelum meemperoleh kabar
beritanya, hatimu tak akan tenteram, kalau begitu pulanglah dan tengoklah keadaannya.!"
Setelah termenung dan berpikir sebentar dia berkata lagi:
"ingat, jika keadaan di dalam lembah aman tenteram maka kau harus melaporkan keadaan
yang sebenarnya dan katakan kalau aku akan berangkat lebih dulu tentu saja hal ini menurut
pemikiran yang terbaik, cuma kemungkinannya tipis sekali!
Tidak mungkin, cukong adalah orang baik, orang baik akan selalu dilindungi Thian..."
Dengan amat sedih si nenek berkata:
"Unta tembaga, Cukong bukan hanya majikanku, diapun merupakan suamiku, apakah rasa
kuatirmu bisa lebih kecil darlpadaku?" kita harus berotak dingin, cukong berharap kitalah yang
akan meneruskan tugas dan tanggung jawabnya."
Si Unta tembaga segera menjatuhkam diri berlutut di atas tanah, ujarnya sambil menyembah:
"Cubo, hamba tak dapat memiliki ketenangan seperti cubo, lagipula hamba masuk
perkumpulan karena ingin mengikuti cukong, hidup hamba ini hanya untuk cukong seorang"
Sekali lagi nenek itu menghela napas.
"Aku tahu, oleh sebab itu aku tidak menggunakan lencana leng hu untuk memerintahkan kau
untuk pergi bersamaku, namun ada sepatah kata yang harus kau ingat, sekembalinya ke lembah
nanti, entah peristiwa apapun yang bakal terjadi disana, kau harus berusaha keras untuk
menyelamatkan selembar jiwamu!"
"Hamba akan mengingatnya terus, tapi bagaimana cara hamba untuk mencari cubo?"
"Bila kau telah bertemu dengan cukong, dia tentu akan mengajakmu untuk datang mencariku,
seandainya tidak berhasil menemukannya, pergilah mencari nona dan selanjutnya mengikuti Ting
Peng, sebab aku tak dapat memberitahukan tentang itu kepadamu, dan kaupun tak boleh kesitu
mencari aku!" "Jadi hamba selanjutnya tak dapat bertemu lagi dengan cubo?"
"Tidak, menanti partai kita sudah akan berjaya kembali, aku pasti akan datang
mengundangmu, saat itu, tentu saja kita pun tak usah bersembunyi lagi."
Sekali lagi si Unta tembaga menyembah dengan hormat, tatkala dia mengangkat kepalanya
kembali, nenek itu sudah membalikkan badan dan pergi, bayangan tubuhnya meski kurus dan
lemah, namun langkahnya masih gagah dan tegap.
Segera muncul kembali rasa kagum dan hormat dalam hati si Unta tembaga, suatu perasaan
hormat yang amat agung, entah dia lelaki entah perempuan.
ooo0ooo Sewaktu tiba di mulut lembah, si Unta tembaga sudah mendapat firasat jelek karena para
penjaga mulut lembah yang bertugas disitu ditemukan dalam keadaan tewas, tapi mereka tewas
dalam keadaan yang tenang, sedikitpun tidak terasa kaget atau gugup, sebab kematiannya adalah
sebuah tusukan pedang yang persis menembusi tenggorokan mereka.
Walapun tusukan itu mengenai tempat yang mematikan, tapi orang yang terkena tusukan
tersebut, paling tidak tak akan merasakan penderitaan.
Apalagi didalam lembah masih terdapat banyak alat rahasia, namun tak sebuahpun yang
sempat digerakkan. Hal ini segera membuktikan akan satu hal.
Jumlah pembunuh itu tidak banyak, kalau tidak, para penjaga lembah sudah pasti akan
meningkatkan kewaspadaannya dengan menggerakkan alat rahasia untuk melakukan
penghadangan. Pembunuh itupun pasti memahami letak lembah tersebut, paling tidak termasuk orang sendiri,
karena itu dia mengetahui keadaan dalam lembah tersebut amat jelas.
Sedang pihak pembunuhpun sudah pasti memiliki ilmu silat yang sangat tinggi, sehingga dia
bisa masuk tanpa menimbulkan suara sedikitpun.
Sudah pasti mereka menggunakan suatu tindakan yang diluar dugaan untuk menotok dulu
jalan darah mereka kemudian baru menambahi dengan sebuah tusukan di atas tenggorokannya.
Terhadap seorang yang sama sekali tak berkemampuan untyuk melakukan perlawanan
ternyata mereka menggunakan cara yang demikian kejinya, dari sinipun dapat diketahui kalau
orang tersebut adalah seorang manusia yang berhati kejam.
Setiap orang memperoleh sebuah tusukan yang tepat menembusi tenggorokannya, tapi
sasarannya amat tepat, mata pedangnya juga sama besarnya, darisini bisa disimpulkan juga kalau
ilmu pedang yang dimiliki orang itu amat lihay.
Kawanan penjaga lembah itu tidak memiliki ilmu silat yang tinggi, mereka belum lama masuk
perguruan, sesungguhnya pihak lawan tidak seharusnya membinasakan mereka kecuali jika
pembunuh itu k uatir bila raut wajah mereka dikenal orang.
Selesai memeriksa keempat puluh sembilan sosok mayat itu, si Unta tembaga sudah dapat
menarik suatu garis kesimpulan terhadap latar belakang peristiwa pembunuhan itu.
Jangan dilihat perawakan tubuhnya yang tinggi besar dan kekar, sebetulnya dia dia memiliki
otak yang cerdas dan lincah.
Empat puluh sembilan orang, itulah jumlah murid Mo kau yang tersisa dalam lembah, tapi
sekarang mereka telah tewas semua dibunuh orang, dibunuh oleh tangan yang sama.
Si Unta tembaga merasakan hatinya tenggelam ke bawah, dia memuji dugaan cubonya yang
tak mau kembali kesitu untuk melakukan pemeriksaan, tampaknya dia sudah tahu kalau sekarang
mereka sudah tak dapat di selamatkan lagi.
Kini, semua murid didalam lembah telah dlketemukan tewas semua, harapan hidup untuk
cukongnya pun semakin bertambah tipis.
Si Unta tembaga merasa sedih sekali, dia pun merasa gusar dan sakit hati, ia bersumpah akan
menemukan pembunuh yang kejam dan berhati binatang itu untuk membuat perhitungan.
Jelas bukan orang orang dari lima partai besar, mereka berani melangsungkan perlawanan
terbuka dengan pihak Mo kau, tidak kuatir jejaknya ketahuan orang, maka mereka pun tidak butuh
melakukan pemusnahan terhadap saksi-saksi hidup.
Merekapun bukan si singa emas sekalian, mereka sudah terang-terangan berhianat, mereka
tidak perlu merasa takut kalau perbuatannya diketahui orang.
Berarti, orang itu harus dicari dari sekitarnya, tapi tidak mungkin bisa ditemukan dari
sekitarnya, sebab orang orang Mo kau sudah mati semua ditangan lawan.
Sedangkan lawan pun tak usah merahasiakan lagi identitasnya.
Oleh sebab itu orang tersebut pasti berada disekitar Ting Peng atau Cing Cing. Tapi siapakah
orang itu" Hampir tak usah membuang banyak waktu si Unta tembaga telah berhasil menemukan
orang itu. Kecuali dia, tak mungkin ada orang lain lagi.
Suatu hari, aku pasti akan mencincang tubuhnya sehingga hancur berkeping-keping, aku akan
membalaskan dendan untuk orang-orang ini, sekalipun harus mengorbankan selembar jiwaku pun
aku rela. Ia tidak memasukkan dendam cukongnya kedalam sumpah tersbeut, sebab dia tahu walaupun
orang itu kejam, dia masih belum mampu untuk membunuh cukongnya.
Sambil berjalan masuk ke dalam, dia mulai menjalankan semua alat jebakan di dalam lembah.
sebab keadaan dalam lembah tidak terlampau kacau, berarti musuh-musuh tersebut belum
sampai ke sana. Murid-murid yang tewas telah mempersembahkan nyawa mereka untuk Mo kau, dia tak dapat
membiarkan jenasah mereka dianiaya atau dirusak lagi oleh kaum jahanam tersebut.
Karena dia mengerti, sejak peraturan hari ini, dendam kesumat mereka terhadap lima partai
besar sudah pasti akan semakin mendalam, bila orang-orang dari lima partai dibiarkan masuk,
mungkin jenasah mereka pun tak akanLau dilspaskan dengan begitu saja.
Semakin masuk ke dalam hatinya merasa makin tenggelam ke bawah, walaupun ia tidak
menjumpai jenasah cukongnya namun ia melihat ada gumpalan darah diatas tanah.
Darah itu tidak banyak, tapi tempat tersebut adalah daerah terlarang untuk murid partai, oleh
karena itu bisa disimpulkan kalau darah tersebut adalah darah cukong mereka.
Tidak mungkin, darah itu darah orang lain sebab noda darah tersebut memanjang hingga ke
depan dan berhenti di depan sebuah dinding.
"Ini berarti orang yang terluka sudah sampai disitu, kemudian lenyap di balik dinding sana."
Tak tahan lagi si Unta tembaga menjatuhkan diri berlutut, hanya dia seorang yang mengerti
tempat apakah dibalik dinding tersebut.
Sebab kakek itu pernah mengajaknya seorang diri untuk berkunjung kesana bahkan sambil
menunjuk ke arah sebuah tombak rahasia yang tidak begitu terlihat bentuknya, ia berpesan:
"Unta tembaga, seandainya pada suatu hari kau tak menemukan aku, datanglah kemari dan
carilah aku disini, atau seandainya disebabkan alasan lain aku tewas ditempat lain, kau harus
ingat, tubuhku harus kau hantar ke tempat ini!"
"Waktu itu si Unta tembaga tidak bertanya apa alasannya, tapi ia sudah tahu tempat apakah
itu, sebab setiap kali mereka harus berpindah rumah, cukong akan selalu menggendong sebuah
peti yang besar, sebuah peti yang besar lagi berat.
Setelah sampai di tempat iotu, dia pasti akan mengatur sebuah ruang rahasia dan menyimpan
peti tersebut disana. Apa isi peti itu" Hanya si Unta tembaga yang tahu, karena ia pernah membantu cukongnya
mengatur ruangan rahasia tersebut, membakar barang yang berada dalam peti dan satu persatu
diatur di atas tempat yang telah disediakan.
Dalam pandangan orang lain, barang-barang tersebut sama sekali tak ada harganya bila
terlihat oleh mereka yang bernyali kecil pasti akan membuat orang itu ketakutan setengah mati.
Sebab benda-benda tersebut adalah tulang tengkorak kepala manusia, seluruhnya berjumlah
dua belas dan diatas tiap tulang kepala itu tercantum huruf yang amat aneh.
Huruf itu berasal dari tulisan negeri Thian tok, hanya sedikit orang yang bisa membacanya, tapi
si Unta tembaga adalah salah seorang dinatara mereka yang berjumlah sedikit ini.
Dia memang asalnyaorang dari negeri Thian tok.
Tentu saja dia mengenal huruf Thian tok, dan tulisan tersebut hanya melambangkan sebuah
nama, tulang-tulang kepala itu merupakan tulang kepala dari kepala kaucu Mo kau secara turun
temurun. Ruang rahasia itupun merupakan tempat suci dari perguruan, sebab disitulah semua cousu Mo
kau generasi demi generasi berkumpul disana, hanya orang mati saja yang mempunyai hak untuk
menempati ruangan ini. Tiada orang mengetahui ruangan rahasia ini kecuali cukong, hanya dia seorang yang tahu.
Noda darah berakhir disana, berarti ada orang telah memasuki ruang rahasia itu, tentu saja
orang itu bukan orang lain.
Si Unta tembaga berlutut di atas tanah dan menyembah sebanyak tiga kali dengan hormat,
kemudian dia menekan sebuah batu kecil yang terjepit diantara dua buah lembaran batu cadas.
Tempat dimana ia berlutut tadipun berputar ke depan lalu berputar kebalik dinding, dari atas
dinding terbuka sebuah mulut gua.
Tatkala tubuhnya sudah berputar ke dalam, pintu rahasia itupun merapat kembali.
Suasana didalam gua itu amat gelap lagi pengap, lama kemudian si unta tembaga baru dapat
menyesuaikan diri dengan suasana dalam kegelapan, pelan-pelan dia meraba ke sudut ruangan
dan mengambil batu api untuk menyulut lentera.
Lentera itu mereka bawa dari negeri Thian tok, demikian juga dengan minyaknya, begitu di
sulut, cahaya api berwarna hijau segera menerangi seluruh ruangan.
Sinar berwarna hijau itu segera menyelimuti meja altar dalam ruangan dan menyinari kepala
tengkorak manusia yang berjajar di sana.
Dengan amat pelan si Unta tembaga mencari satu demi satu, akhirnya pada kotak yang
terakhir dia berhenti, tempat itu amsih berada dalamm keadaan kosong.
Buat setiap orang yang menjabat sebagai kaucu, maka pekerjaan pertama setelah dia dilantik
menjadi kaucu adalah menyiapkan sebuah tempat dalam ruangan suci itu sebagai tempat
penyimpanan tulang belulangnya, karena yang boleh t erletak diatas meja altar hanya tengkorak
kepalanya. Dalam ruangan suci juga tak akan dietmukan ruang kotak kedua, hal ini menandakan kalau
kaucu dari Mo kau hanya bisa disambung jabatannya oleh orang lain bila kaucu itu sudah mati.
Dalam ruangan itupun tak boleh terdapat sebuah tempat kosongpun sekalipun dia hanya
menjadi seorang kaucu dalam seharipun, ia harus menyiapkan tempatnya.
Oleh sebab itu, selama sejarah Mo kau berlangsung, walaupun beberapa orang diantaranya
yang mati dibunuh prang sendiri tapi batok kepala mereka toh tetap disimpan dalam ruangan ini.
Peraturan ini sudah merupakan ketetapan yang tak boleh dilanggar, tercantum pada halaman
pertama dari kitab agama Mo kau, peraturan yang tak bisa ditentang oleh siapa pun.
Akhirnya si Unta tembaga menemukan kakek itu sedang duduk dikotak tempat yang tersedia
bagi jenazahnya, seluruh tubuhnya yang memancarkan sinar hijau tampak begitu keren begini
berwibawa, begitu tenang.
Unta tembsga telah menjatuhkan diri berlutut, dia bersujud dengan penuh rasa hormat tiada air
mata, tiada isak tangis. Setiap anggota Mo kau dilarang untuk mengucurkan air mata, sepanjang hidup mereka hanya
boleh melelehkan air matanya satu kali, entah lelaki ataupun wanita.
Lelehan air mata pun tak akan dipergunakan menghadapi suatu kematian, sebab kematian
untuk orang Mo kau bukan merupakan kesedihan, sebaliknya merupa-kan semacam kegembiraan,
kegembiraan yang sangat besar.
justru karena mereka menganggap kematian sebagai kejadian yang menggembirakan maka
setiap anggota Mo kau dapat bersikap begitu pemberani, dalam setiap pertempuran selalu
tangguh dan berani menentang maut, sebab mereka percaya bahwa kematian bukaulah suatu
kejadian yang perlu ditakuti.
Setiap anggota perkumpulan selalu menggunakan senyumannya untuk merangkul kedatangan
malaikat elmautnya. "Unta tembaga, ternyata kau dapat menyusul kemari, hatiku benar-benar sangat gembira. . ."
Suaranya amat datar dan tenang.
Hampir melonjak-lonjak si unta tembaga saking gembiranya.
Cukong, kau belum mati?"
Orang tua itu tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . tenggorokanku sudah ditembusi pedang, kematian
sudah pasti akan tiba, Cuma aku tak tega untuk mati sebelum meninggalkan beberapa pesan,
Sekarang aku gembira sekali atas kedatanganmu, kau masih sempat mengantar
keberangkatanku!" "Cukong, siapakah dia. . . " Siapakah dia?"
Dia orang kecuali kemauanku sendiri, coba pikirlah siapa yang bisa menembusi tenggorokanku
dengan pedangnya ?" "Cukong, kau. . . ."


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tentu saja aku tidak bunuh diri, aku masih belum ingin mati, tapi berada dalam situasi dan
kondisi seperti itu, bila aku tidak menerima tusukan tersebut berarti aku tidak bisa bertahan smpai
sekarang, apalagi mempertahankan batok kepalaku sehingga memperoleh kematian yang
berjiwa." "Siapakah pihak lawan ?"
"Unta tembaga, kau seharusnya mengetahui siapakah orang itu, kalau tidak kau tak pantas
menjadi tianglo kami, sia-sia saja mengikuti aku selama banyak tahun."
Si Unta tembaga tercenung sebentar, kemudian serunya:
"Apakah tua keparat itu" Mana mungkin"
Si kakek segera menghela napas panjang.
"Kita semua mengira dia tak mungkin, sesungguhnya kita sudah menilai dia kelewat rendah,
inilah kesalahan besar yang kita lakukan, setiap manusia hanya boleh melakukan satu kali
kesalahan besar, tiga puluh tahun berselang aku telah melakukan kesalahan besar, aku tidak
dapat mengenali keadaan Thian bi yang sebenarnya, dua puluh tahun berselang akupun
melanggar lagi suatu kesalahan besar dengan tidak mengenal si singa emas sekalian, dua kali
kesalahan besar yang kuperbuat sudah cukup membuatku mati, apalagi kesalahan yang
kulakukan kali ini merupakah kesalahanku yang ketiga, mengapa aku tak boleh mati."
Si Unta tembaga tak dapat berbicara, dia hanya bisa membungkan diri dalam seribu bahasa.
"Kalian menderita kekalahan?" kakek itu kembali bertanya.
"Benar, belum lagi keluar dari bukit ini, para jago dari lima partai besar sudah melancarkan
sergapan maut, yang berhasil kabur hanya Cubo dengan hamha dua orang!".
"Oooh, dimana Cubo?"
"Ia telah pergi ke tempat yang cukong beritahukan!"
Kakek itu tertawa dan manggut-manggut.
"Bagus sekali, dia amat tenang dan pandai bekerja. dia memang seorang perempuan yang
agung. Dia telah menyerahkan seluruh hidupnya untukku, membantu banyak sekali kepadaku,
walaupun dalam hidupku ini sudah salah menilai tiga orang, pertama adalah dia, kedua adalah
Ting Peng dan ketiga adalah kau, Dengan gantinya kalian bertiga, hal ini membuat hidupku tidak
sampai menderita kerugian yang kelewat besar, aku pun dapat beristirahat di ruangan ini dengan
tenang tanpa perasaan sedih atau menyesal!".
Si Unta tembaga tidak berbicara, dia sedang berada dalam gejolak emosi yang paling
memuncak, dalam hatinya kakek itu adalah dewanya, malaikatnya, dan ternyata dia mempunyai
kedudukan yang begitu penting dalam hati kecil malaikatnya, kenyataan ini sudah cukup
membuatnya merasa lega, merasa tidak sia-sia sama pengorbanan dan pengabdiannya selama
ini. Kembali si kakek bertanya:
"Apakah cubo menyuruh kau pergi mengikutinya?"
"Benar, tapi hamba bersikeras hendak pulang dulu untuk menjenguk keadaan cukong"
"Kau terlampau bodoh, perasanmu lebih lemah dari seorang wanita, tapi.. aaai... memang tak
bisa disalahkan, jarang ada yang bisa melebihi dia, aku sendiripun terpaut jauh sekali bila
dibandingkan dengannya, apakah Cubo tidak menyuruh kau pergi mencarinya?"
Tidak, ia menyuruh hamba mendampingi Ting kongcu dan nona!" "
"Bagus sekali, tindakan ini memang jauh lebih baik bagimu, disamping Ting Peng memang
harus terdapat seorang manusia seperti kau, kalau tidak dia tentu akan merasa kesepian ...."
Mendadak paras muka kakek itu berubah menjadi amat serius, terusnya lebih jauh:
"Cuma saja, setibanya disana kau jangan menceritakan keadaan ditempat ini"
"Mengapa" Apakah cukong hendak membiarkan kawanan tikus itu bertahan lebih jauh".
Kakek itu segera tertawa.
"Benar, bukan saja aku akan membiarkan hidup bahkan akan mewujudkan impiannya, aku
telah mewariskan pula ilmu golok maut tersebut!"
Si Unta tembaga amat terperanjat, jarang sekali dia bisa terperanjat seperti saat ini"
"Cukong, mengapa" Mengapa kau berbuat demikian"`.
Tidak karena apa-spa, walaupun perkum-pulan kita tidak mempunyai dendam pribadi, tapi
perkumpulan kita pun mempunyai kitapun peraturaa emas yakni dengan mata membayar mata,
dengan gigi membayar gigi terhadap mereka yang telah berhianat dan memunahkan perguruan
kita, aku tak bisa melepaskannya dengan begitu saja, aku hendak mempergunakan ilmu golok
perkumpulan kita dan meminjam tangannya untuk menghadapi oreng-orang tersebut!
"Sanggupkah dia" "
Aku tahu kalau dia sanggup, untuk melakukan tugas semacam itu, dia lebih cocok dan mampu
daripada Ting peng! Si Unta tembaga tidak membantah lagi, dia tahu apa yang diputuskan oleh cukong nya selalu
benar. "Tapi bagaimana selanjutnya?" dia hanya bertanya kemudian dengan nada kuatir.
Walaupun dia telah mendapatkan ilmu golok perguruuan kita, namun bukan anggota
perkumpulan kita, ilmu goloknya tak pernah akan bisa melampaui kehebatan Ting Peng, suatu hari
diapun akan terbelah menjadi dua termakan golok Ting Peng dan selanjutnya pun tak ada lagi.
Si Unta tembaga termenung beberapa saat lamanya, tiba-tiba terlintas rasa kagum dan hormat
di atas wajahnya. Cukong memang bertindak dengan tepat sekali, kali ini kau tidak salah mencari orang!
Kakek itu tertawa. Selang beberapa saat kemudian dengan suara yang lebih santai dia berkata lagi:
Unta tembaga, hanya kau seorang yang mengetahui letak tempat ini, oleh sebab itu generasi
penerus dari perkumpulam kita pun tergantung pada kemampuanmu untuk mengembangkan dan
melindunginya, kau harus hidup terus, hidup sampai menantikan datangnyaorang itu, dan
menyerahkan segala sesuatunya kepada orang tadi.
Apakah cukong tidak akan menitipkan pesan apa-apa untuk cubo?"
Tidak, dia hanya bertugas untuk mengiring munculnya murid kita dari generasi mendatang,
tugas yang paling pentirg telah kuserahkan kepadamu dan tergantung pada kemampuanmu
sendiri. Hamba harus menyerahkan kepada siapa" Apakah cukong bisa memberikan petunjuk"
Tidak usah, aku sendiripun tak dapat memberikan dugaan apa-apa, karena aku tidak
menentukan pilihan sebagai penerusku, cuma kau tak usah kuatir, sampai waktunya kau tentu
akan mengetahui dengan sendirinya, setiap kaucu dari perkumpulan kita akan muncul karena
dorongan alam, asal waktunya sudah tiba, serta merta dia akan menampakkan diri dan
memancarkan sinar gemerlapannya ke seantero jagad.
Sekali lagi si unta tembaga terbungkam dalam seribu bahasa.
"Waktu sudah sampai", ucap kakek itu kemudian dengan suara dalam dan penuh wibawa.
Si Unta tembaga menjadi sangsi dan berdiri tertegun:
Dengan gusar kakek itu segera membentak:
"Ayo cepat turun tangan, jangan berhati lembek seperti perempuan sehingga mengacaukan
rencanaku, gagalnya rencana akan membuatku menyesal sepanjang masa.
Akhirnya si Unta berlutut dan menyembah beberapa kali, kemudian dari sakunya mencabut
keluar sebilah pisau kecil, pisau yang memancarkan cahaya hijau yang gemerlapan.
Cahaya tersebut begitu tajam, begitu hijau hingga mendatangkan suatu perasaan yang
mengerikan bagi yang memandangnya, hijau yang membawa hawa siluman..
Kemudian dengan cepat dia mengayunkan tangannya, batok kepala kakek itu segera terlepas
dari tubuhnya dan melayang di udara, dengan cepat si Unta tembaga menyambut kepala tersebut.
Jenazah kakek itu segera roboh kedalam kotak, tapi si unta tidak menggubrisnya.
Dengan sikap yang amat menghormat dia meletakkan kepala itu diatas meja altar.
Sepasang mata kaket itu segera terpejamkan rapat-rapat, sekulum senyuman puas pun
menghias bibirnya, ternyata dia masih mampu mengucapkan kata yang terakhir.
"Terima kashi, Unta tembaga."
Ternyata batok kepala itu masih mempunyai kemampuan untuk mempertahankan hidupnya.
Benar orang yang menyaksikan hal itu mereka pasti akan ketakutan setengah mati.
Namun Si unta tembaga menganggap segala sesuatunya itu adalah kejadian yang wajar,
kejadian yang lumrah, suatu kejadian yang tidak perlu ditakuti atau dikagetkan."
Baginya, kakek itu adalah malaikat, malaikat suci yang telah menuntunnya dan mendidiknya
selama ini. Baginya, kakek itu merupakan dewa kebenaran, dewa yang menunjukkan jalan kebenaran
baginya. Sebagai malaikat suci, sebagai dewa yang mulia, tidak heran bila dia mampu untuk melakukan
segala sesuatunya, termasuk apa yang baru saja terjadi dihadapannya.
Sebab itu dia tidak merasa heran, dia menyambut kejadian tersebut sebagai suatu pemantulan
sinar kekuatan dari dewanya.
Dan sekarang, dia harus pergi dari ruang suci tersbut, dia harus melaksanakan tugas dan
memikul beban serta tanggung jawab yang telah dilimpahkan dan dibebankan oleh malaikat
sucinya itu keatas bahunya.
Dia tak boleh membuat malaikan sucinya merasa kecewa dan sedih di alam baka.
ooo0ooo AHLI WARIS GOLOK SAKTI TATKALA si Unta tembaga menampakkan diri dihadapan Ting Peng dan Cing cing, kehadiran
telah membuat mereka merasa amat terperanjat.
Sebab si Unta tembaga telah melepaskan baju tembaganya yang sepanjang tahun tak pernah
dilepas itu, sekarang dia tak lebih hanya seorang kakek biasa, sama sekali tidak mempunyai
keangkeran dan kegagahan seperti dahulu, bahkan perawakan tubuhnya nampak jauh lebih pendek ...
Yang paling terkejut adalah Cing Cing, dia tahu andaikata di rumahnya tidak terjadi suatu
perubahan yang luar biasa, si Unta sebaga tidak akan meninggalkan majikannya.
Namun dia masih mampu untuk menahan diri setelah menyambut kedatangan si Unta
tembaga, dengan tenang ia bertanya:
"Paman tembaga, yayakah yang menyuruh kau datang kemari?"
Si Unta tembaga mengangguk.
"Berapa lama kau akan berada disini?" kembali Cing-cing bertanya.
Si Unta tembaga ragu sebentar, kemudian sahutnya.
"Majikan menitahkan kepada hamba untuk datang mendampingi Ting kongcu dan nona,
hamba tak usah kembali lagi!"
Paras muka Cing-cing segera berubah menjadi amat sedih, tentu saja hanya dalam suatu
keadaan saja si Unta tembaga tak usah pulang lagi, dia tak ingin mencari bukti atas berita
tersebut, namun tak tahan juga dia bertanya lagi.
"Apakah pertapaan yaya sudah mencapai titik akhir?"
"Benar," sahut si Unta tembaga dengan mata bercucuran, "pertapaan majikan telah selesai
dan kini sudah melepsakan jasad kasarnya untuk menuju ke Nirwana. . . . !"
"Cing-cing sebenarnya apa yang sedang kalian bicarakan?" tak tahan Ting Peng bertanya.
"Kami sedang membicarakan soal latihan pertapaan. . . ."
"Aku tahu melepaskan jasad kasar untuk menuju ke Nirwana berarti sudah menjadi dewa,
apakah yaya telah menjadi dewa?"
"Benar, yaya telah berhasil melepaskan diri dari wujud raganya dan menjadi dewa" Cing-cing
mengangguk sambil menahan isak tangisnya yang amat pilu.
Paras muka Ting Peng turut berubah menjadi sedih:
"Bisa menyelesaikan pertapaan untuk menjadi dewa merupakan suatu peristiwa yang patut
dirayakan dengan gembira, mengapa kalian malahan nampak bersedih hati?"
Cing cing segera memaksakan sekulum senyuman.
"Benar, ya, peristiwa ini memang pantas untuk dirayakan dengan gembira, memang tidak
banyak yang bisa menyelesaikan pertapaannya secara sukses, tidak sia-sia jerih payah yaya
selama ini, cuma dewa dan manusia dibatasi oleh dunia yang berbeda, mungkin... mungkin kita
tak berjodoh untuk saling bertemu lagi!"
Mendadak Ting Peng berpaling ke arah si Unta tembaga dan berseru:
Tong cianpwe .. .." "Hamba tidak berani menerima panggilan semacam itu." buru-buru si Unta tembaga menukas.
Tempat kediamanku bukan perguruan ataupun suatu perkumpulan, sedangkan aku sendiri
juga tidak turut menjadi anggota perkumpulan apa-apa, jadi aku pikir bahasa "hamba" tak usah
kau pergunakan lagi di tempatku ini!"
Budak tua mendapat perintah untuk melayani kongcu, lebih baik kongcu memanggil dengan
nama sebutan si Unta tembaga saja! .
Ting Peng berpikir, kemudian manggut-manggut.
"Baiklah! Unta tembaga, aku tahu kalau kau adalah seseorang yang amat teliti dan tahu
aturan, oleh sebab itu akupun tak ingin berbasa basi terus menerus, aku ingin mengajukan satu
pertanyaan kepadamu sekarang, harap kau suka menjawab dengan sebaiknya"
"Silahkan kongcu tanyakan!"
"Unta tembaga, kau harus pertimbangkan baik-baik sebelum menjawab, sebab pertanyaanku
ini harus dijawab secara nyata, bila kau tidak tahu, jawab saja tidak tahu, tapi bila tahu, kau tak
boleb mengelabuhi diriku!"
Tanpa terasa, si Unta tembaga menjadi sangsi, dia berpaling ke arah Cing-cing seperti mohon
pertimbangannya. Cing cing segera mengobarkan semangatnya dengan berkata.
"Paman Tong, tuan amat menghormatimu, dia tak akan menyusahkan dirimu.."
"Baiklah, apa yang budak tua ketahui sudah pasti tak akan kurahasiakan..."
Bagus sekali!" seru Ting Pang sambil manggut-manggut, "aku dengar orang bilang, sewaktu
berada didepan lembah Say mo kok, pihak lima partai besar telah mengirimkan sejumlah jago
untuk melakukan penghadangan dan sudah membunuh banyak orang, tahukah kau akan peristiwa
tersebut." Sekilas rasa pedih dan sedih menghiasi wajah si Unta tembaga, sahutnya dengan suara
rendah.. "Yaa, budak tua tahu!"
"Orang-orang yang terbunuh itu, apakah mempunyai hubungan yang dalam sekali
denganmu?" Unta tembaga memandang sekejap ke arahnya dengan perasaan tercengang, selang berapa
saat kemudian dia baru berkata.
"Yaa, hubungan kami bagaikan sesama saudara kandung, dan hubungan batin seperti
anggota keluarga sendiri!"
Ting Peng manggut-manggut, kemudian ujarnya lagi.
"Aku dengar orang bilang, untuk mencapai tingkatan dewa, maka seorang rase langit harus
mengalami Peng ciat lebih dahulu sebelum bisa lepas raga menjadi dewa, sebab bila melewati
sambaran api dan guntur maka wujud dewa akan lenyap"
"Benar., memang begitu!" sahut si Unta tembaga agak gelagapan.
"Kalau begitu, loya cu pergi melalui Peng ciat tersebut?"
Terpaksa si Unta tembaga harus mengangguk.
"Ya benar!" Mendadak nada suara dari Ting Peng berubah menjadi keras sekali, bagaikan sambaran
geledek dia berseru. "Siapa" Siapa yang telah turun tangan?"
Si Unta tembaga, agak tertegun sejenak, kemudian ia baru menjawab.
"Budak tua yang melakukan!"
Jawaban tersebut bukan saja sama sekali diluar dugaan Ting Peng, bahkan Cing-cing
sendiripun merasa sedikit kurang percaya?"
"Paman Tong, mengapa bisa kau?"
Si Unta tembaga segera menjatuhkan diri berlutut, katanya dengan suara memilukan hati.
"Benar-benar budak tua yang melakukan, sebab pada waktu itu bencana langit telah tiba,
terpaksa budak tua membantu majikan tua untuk melakukan pelepasan agar cepat naik ke
Nirwana!" "Baik! Aku percaya kalau kau baru berbuat demikian karena berada di dalam keadaan
terpaksa!" Tanpa sadar si Unta tembaga mengangguk.
"Benar, majikan tua adalah seorang malaikat yang gagah perkasa, siapapun tak akan bisa
mengalahkan dia orang tua.!"
Dengan perkataan mana, maka majikan tuanya itu menjadi tidak mirip dengan cerita
pelepasan seekor rase langit menjadi dewa lagi, namun Ting Peng seolah-olah tidak
memperhatikan akan hal ini, setelah menghela napas panjang katanya:
"Kalau memang begitu, bagus sekali! Sebab berita yang kuperoleh mengatakan kalau dia
orang tua telah tewas di tangan Liu Yok siong, bukan saja hal ini membuatku tidak percaya,
bahkan membuat hatiku amat menyesal sekali!"
Dengan perasaan terperanjat, buru-buru si Unta tembaga berseru:
"Kongcu, darimana kau bisa tahu" Siapakah yang memberitahukan persoalan ini kepadamu?"
"Aku tahu Liu Yok siong bukan seorang manusia yang bisa dijinakkan, dia pun tak akan
bersedia menjadi muridku dengan begitu saja, oleh sebab itu walaupun kuampuni selembar
jiwanya, namun tak pernah kukendorkan pengawasanku terhadapnya, saban hari pasti ada orang
yang menguntil di belakangnya, orang itu mengetahui kalau dia mendatangi lembah Say mo kok
juga menyaksikan pertarungan sengit di luar lembah tersebut. . . ."
"Oooh, jadi kongcu telah mengetahui segala sesuatunya?" "seru si Unta tembaga dengan
perasaan tercengang. Kembali Ting Peng tertawa.
"Benar" aku hanya mengirim seseorang untuk menguntil dibelakan Liu Yok siong, tapi
kuketahui rahasia terbesar didunia saat ini!"
Cing-Cing yang mendengar perkataan itu segera bertanya tanpa terasa:
"Siapakah orang itu" mengapa dia memiliki kepandaian sedemikian lihaynya" Apalagi yang
dia ketahui" Ilmu silat yang dimiliki orang ini tidak tinggi, namun ilmu meringankan tubuh serta tehnik
menguntit orang yang dimilikinya boleh dibilang nomor satu di seluruh kolong langit, aku telah
membayar tiga ribu tahil emas kepadanya dengan catatan selama tiga tahun ini dia harus
menguntil terus dibelakang Liu Yok siong dan melaporkan semua gerak-geriknya kepadaku, dan
akhirnya orang itu telah memberitahukan suatu berita besar kepadaku!"
"Sesudah hening sejenak, Cing-cing segera berseru:
"Jadi kau telah mengetahui segala sesuatunya?"
"Benar semenjak aku terjun kembali ke dunia persilatan dan menggunakan sebilah golok untuk
menggemparkan seluruh kolong langit, aku sudah tahu kalau kau bukan rase langit, karena rase
langit hanya ada didalam khayalan manusia, padahal sebetulnya tiada kejadian seperti ini."
Di wilayah utara, dewi rase dibilang amat cerdik, lagipula orang yang percaya akan dongeng
inipun banyak sekali, bahkan dongeng tentang siluman rase tersebut banyak sekali!"
"Benar", kata Ting Peng sambil tertawa, "selama beberapa waktu berselang, Liu Yok siong
juga mempercayai akan hal ini, sebab setiap kejadian yang menimpa dirinya boleh dibilang


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semuanya melampaui kemampuan seorang manusia, hanya siluman atau dewa saja yang dapat
menjelaskan semua masalah tersebut, tapi aku justru tahu kalau segala sesuatu nya, itu
dikerjakan manusia, yang dibilang paling hebat dan paling berkasiat tak lebih cuma daya tarik
uang, asal ada uang menyuap beberapa orang pegawai dalam rumahnya bukan suatu pekerjaan
yang sukar, apalagi kalau cuma membuat ayam terbang, anjing melompat dan kejadian kejadian
seram lainnya ... .."
"Jadi pada waktu itu kau sudah tahu kalau aku bukan siluman rase?" "
Kembali Ting Peng tertawa.
"Benar, seandainya kau benar-benar rase kau toh bisa menggunakan ilmu sihirmu untuk
melakukan kesemuanya itu dan tidak usah menghambur-hamburkan uang untuk menyuap orang
dan memerintahkan kepada mereka untuk melakukan permainan semacam itu"
Cing Cing tertawa getir. Akupun tahu kalau bohongku kurang sempurna, cepat atau lambat akhirnya akan terbongkar
juga, hanya tidak kusangka kalau sedemikian awalnya rahasiaku itu sudah kau ketahui!"
Ting Peng menghela napas panjang, katanya kemudian:
"Walaupun aku sudah mengetahui akan rahasia itu, tapi aku selalu berharap kau benar-benar
adalah siluman rase. . ."
"Mengapa" Apakah kau suka mempersun-ting seorang istri yang berasal dari siluman rase?"
"Bukan demikian, seandainya kau adalah rase, maka aku bisa mencari suatu tempat yang
terpencil dari manusia untuk turut bertapa dan hidup mengasingkan diri!"
Sekarang pun bisa kau lakukan bila kau mau, kita bisa mencari suatu tempat yang sepi dan
terpencil, jauh dari kehidupan manusia banyak dan hidup bahagia disana, Tujuanku mengaku
sebagai rase dulu pun tak lain untuk mewujudkan keadaan tersebut."
"Tapi sekarang tidak boleh, sudah terlalu lambat!" kata Ting Peng sambil memggeleng-kan
kepalannya berulang kali.
"Mengapa?" "Sebab yaya mu telah mewariskan goloknya kepadaku, diapun mewariskan ilmu golok tersebut
kepadaku. . . ." "Kau jangan salah mengartikan maksud yaya" buru-buru Cing-cing berseru, "ia mewariskan
ilmu golok tersebut kepadamu, karena kau mempunyai bakat yang bagus dan bisa menyerap sari
dan inti dari ilmu golok tersebut, dia memberikan golok itu kepadamu karena kau harus
menggunakan golok itu untuk menggunakan kekuatan yang sebenarnya dari ilmu golok itu, jadi
sama sekali tidak mempunyai maksud dan tujuan yang lain. . . . ."
Jilid : 28 AKU tahu!" kata Ting Peng sambil tertawa, oleh sebab itulah kau pun tak usah melakukan apaapa
baginya!" "Aku juga tahu akan hal ini, namun orang lain tidak berpendapat demikian, yang mereka kenali
hanya golok itu, yang mereka rasakan hanya ilmu golok tersebut.
"Siapa yang kau maksudkan sebagai orang lain?"
Dahuhu adalah si singa emas, naga perak, walet baja dan orang-orang lima partai besar,
mereka semua mengenali ku sebagai ahli waris dari yayamu. . . ."
"Tentang soal ini, kau toh bisa memberikan penjelasan. . . ."
Cing-cing, kau jangan berbuat bodoh, siapakah yang akan mempercayai penjelasanku"
Penjelasan yang paling baik adalah mengayunkan golok, sebab setelah golok diayun maka tidak
perlu penjelasan apa-apa lagi!"
Cing-cing termenung untuk beberapa saat lamanya, kemudian ia baru berkata:
"Ya, apakah kau sudah mengetahui akan riwayat dan asal usul kami. . . . ?"
Ting Peng manggut-manggut.
"Betul, walaupun pengalaman dari pengetahuanku dalam dunia persilatan di masa lalu masih
cetek, dan akupun tidak mengetahui tentang Mo kau, tapi sekarang aku sudah mengetahui dengan
jelas." "Bagaimanakah pandanganmu terhadap Mo kau?"
"Tidak tahu!" "Mengapa bisa tidak tahu?"
?"Tentu saja tidak tahu, ketika aku muncul dalam dunia persilatan, Mo kau sudah berhenti
melakukan gerakan, sekalipun yang lain mengatakan bahwa Mo kau banyak melakukan kejahatan
namun aku hanya menyaksikan anak murid Mo kau dianiaya dan disiksa orang lain, meski orang
lain mengatakan orang-orang Mo kau berhati binatang, sesat dan kejam, cara kerjanya amat kasar
dan tak berperikemanusiaan, namun orang-orang yang dekat dan baik kepadaku justru merupakan
orang-orang Mo kau yang setia tulus, lembut dan berbudi luhur."
"Terima kasih banyak kongcu, terima kasih banyak?" seru si Unta tembaga amat terharu.
Ting Peng merenung lagi beberapa saat lamanya, kemudian ia baru berkata lagi:
"Loyacu mewariskan ilmu goloknya kepadaku, memberikan goloknya kepadaku, semuanya ini
disebabkan karena aku adalah cucu menantunya!"
"Benar!, sesaat sebelum majikan berangkat ke alam baka, ia berulang kali menegaskan kalau
kongcu dan Mo kau sama sekali tak ada hubungan apa-apa, bahkan majikan telah menghapus
pula nama nona dari dalam perkumpulan, malah budak tua sekarang pun sudah dicoret namanya
dari perkum-pulan, sekarang budak sudah tidak terhitung anggota Mo kau lagi"
"Tapi kaucu adalah kakek mertuaku, paling tidak aku masih mempunyai hubungan keluarga
dengannya!" "Majikan tua hanya berharap kongcu bisi menggunakan ilmu golok dan golok tersebut sebaikbaiknya.
selebihnya ia tidak mengharapkan apa-apa!"
"Walaupun dia tidak mengharapkan apa-apa dariku, namun aku tak bisa tidak harus
melakukan sedikit pekerjaan baginya!"
"Apa yang hendak kongcu lakukan?"
"Aku harus membuat jelas satu persoalan!"
"Persoalan apa?"
"Hubungan antara Cia Siau giok dengan Mo kau, kendatipun dia putri Cia Siau hong namun
anak buahnya justru meliputi penghianatan perkumpulan seperti Si singa emas, naga perak dan
lain-lainnya, dari sini dapat disimpulkan kalau dia mempunyai hubungan yang akrab sekali dengan
pihak Mo kau" Si Unta tembaga termenung sampai lama sekali, kemudian dia baru berkata:
"Dia adalah putri yang dilahirkan antara Cia tayhiap dengan Thian bi kiongcu, sedangkan
bagaimana ceritanya sehingga Cia tayhiap bisa berhubungan dengan Thian bi kiongcu, budak tua
sendiri pun kurang begitu jelas!"
"Kalau begitu katakan saja hal-hal yang kau ketahui!"
"Baik, peristiwa ini panjang sekali untuk diceritakan, nama asli Thian bi kiongcu adalah Sun
Cun hi. . . . ." Kalau begitu bait syair semalam mendengar hujan rintik diloteng kecil adalah memaksudkan
dia?" Benar, peristiwa itu sudah berlangsung lama sekali. . . ."
ooo0ooo Musim hujan kembali menjelang datang.
Sudah tiga tahun lamanya si Unta tembaga berdiam di keluarga Ting..
Selama tiga tahun ini, kehidupan mereka dapat dilewatkan dengan tenang, tapi ada pula
kejadian yang patut digirangkan, yang terpenting adalah Cing-cing telah melahirkan dua orang
anak lelaki. Sepasang bocah kembar yang gemuk dan putih itu, kini sudah berusia setahun lebih.
Pada saat merayakan hari ulang tahunnya yang pertama, gedung keluarga Ting nampak ramai
sekali, banyak jago persilatan dari berbagai daerah, baik yang punya nama maupun yang tak
punya nama.. berbondong- bondong datang ke sana, untuk menyam-paikan selamat.
Ternyata Ting Peng telah merubah sikap congkak dan tinggi hatinya dulu, dengan ramah
tamah dan sikap yang hangat dia munculkan diri dihadapan orang-orang itu dan berterima kasih
untuk menyampaikan selamat mereka.
Dalam perjamuan demikian, biasanya di selenggarakan pula suatu upacara tradisionil yakni
menangkap usia setahun. Maksudnya, dalam sebuah keranjang yang besar akan di isi dengan berbagai barang untuk
melambangkan berbagai profesi, kemudian mempersilahkan kepada sang bocah untuk mengambil
sendiri benda yang di inginkannya itu.
Seorang bocah berusia setahun, tentu saja tidak mengerti untuk memilih, dia hanya akan
mengambil benda yang dianggapnya sebagai benda yang paling menarik baginya.
Dari barang yang berhasil diambil inilah, konon nasib bocah tersebut dimasa mendatang bisa
diramalkan. Jika yang diambil adalah sie poa emas kecil, maka besarnya nanti akan menjadi seorang
saudagar yang berhasil. Apabila yang diambil adalah sebuah cap kerajaan, maka dikemudian hari dia akan menjadi
pembesar. Konon Cia po giok dalam kisah Hong lo bong dulu mengambil sebuah kotak pupur, sehingga
setelah dewasa ia dibikin pising oleh masalah perempuan yang serba ruwet.
Dua orang bocah cilik itu berlari keluar, mereka putih lagi gemuk dan lucu sekali, berlari
kesana kemari sambil tertawa, sedikitpun tidak nampak rasa takut.
Sementara itu, barang-barang untuk upacara tradisionil telah dipersiapkan, dalam keranjang
tersebut sudah tersedia berbagai barang yang indah, satu diantaranya justru terdapat sebilah yang
amat istimewa dan membuat orang merasa tercengang.
Itulah sebilah golok berikut sarungnya, golok yang berwarna hitam pekat.
Inilah golok mestika milik Ting Peng, golok yang menggetarkan seluruh kolong langit, golok
dengan ukiran syair "Siau lo it ya teng cun hi. . ."
Golok tersebut diletakkan dalam keranjang, sehingga memancarkan hawa pembunuhan yang
menyeramkan. Kedua orang bocah itu memandang sekejap kearah barang-barang yang bertumpukan disitu,
kemudian hampir pada saat yang bersamaan mengambil golok tersebut.
Walaupun dalam keranjang tersedia begitu banyak barang, namun tak satupun yang
diperhatikan, kedua-duanya tertarik pada golok tersebut.
Sang lotoa memegang gagang golok sedang loji memegang sarungnya, kedua orang bocah
tersebut saling memperebutkan sebentar, kemudian "Cringg" golok tersebut terlepas dari
sarunguya dan golok itu berada ditangan sang lotoa.
Para tamu yang berada disekeliling tempat itu segera berseru tertahan karena kaget.
Hanya Ting Peng seorang yang masih tertawa terkekeh-kekeh, katanya kemudian:
"Baik sekali!" kalian berdua memang cukup tahu mutu barang, bahkan telah melakukan suatu
pilihan yang bagus!"
Dia maju ke depan mengambil kembali golok tersebut dari tangan lotoa kemudian dengan
cepat dia menyodok pelan sepasang bahu bocah tersebut sehingga menjerit dan menangis.
Cing Cing dengan wajah memucat karena kaget buru-buru keluar dan membopong bocah
tersebut, namun kedua tangan si bocah telah terkulai lemas ke bawah.
Dengan hati yang gelisah dia lantas menegur:
"Apa yang kau lakukan?"
"Tidak apa-apa, aku hanya membuat cacad urat dan otot sepasang tangannya" namun tak
akan mempengaruhi perkembangan nya nanti, hanya saja selama hidup dia tak bisa berlatih ilmu
silat lagi" Sambil menahan isak tangisnya Cing cing segera berseru.
"Bocah ini toh masih kecil, dia tahu apa"
Sekalipun tak usah belajar silat, kau tak perlu berbuat demikian?"
"Aku tidak melarang mereka berlatih silat, tapi yang dipilih adalah sebilah golok tak bersarung,
golok yang bermata tajam ini menandakan suatu firasat jelek, oleb sebab itu dia tak boleh
mempelajari ilmu golok tersebut, golok itu milik loji"
Selamanya Cing cing adalah seorang istri yang penurut, sekarang sikapnya terhadap Ting
Peng berubah semakin menghormat lagi, katanya dengan serius:
"Perkataanmu memang betul"
Ting Peng segera memasukkan kembali goloknya kedalam sarung kemudian serunya:
"Unta tembaga!"
Si Unta tembaga yang sedang membopong loji segera menyahut dengan hormat:
"Budak di disini!"
Kemarin ada orang datang mencarimu, apakah di suruh aku berangkat ....?"
"Ooooh, itu hanya. . . hanya ..." saking tergagapnya si Unta tembaga sampai tak mampu untuk
mengucapkan sepatah katapun.
"Tidak mengapa aku tahu kalau lo hujin yang mengutus orang datang mencarimu, muridmuridnya
yang berada disana telah selesai belajar dan kau diharapkan kesana untuk
membantunya!" Menyaksiksn persoalan tersebut telah di utarakan terpaksa si Unta tembaga berkata:
"Lo hujin membawa sekelompok murid yang baru terjun ke dunia persilatan, dia kekurangan
tenaga maka budak tua disuruh membantunya tapi berhubung budak tua belum memperoleh ijin
dari kongcu ..." Baik, aku disini memang tak ada urusan, pergilah kau!.
"Terima kasih kongcu!"
"Jangan bertetima kasih dulu, aku masih ada urusan yang bakal merepotkan dirimu, bawalah
golok ini juga si loji, dia adalah darah daging Cing-cing, sudah sewajarnya bila meneruskan citacita
dari loyacu, aku pikir lohujin sudah pasti tak akan menolak!"
Sementara si Unta tembaga masih tertegun dan tak tahu apa yang dimaksudkan Ting Peng
telah berkata lagi: "Walaupun persoalan ini kuputuskan sedikit terlalu gegabah, tapi Loyacu sudah tidak
mempunyai keturunan lagi, apa pula golok sakti Mo kau berada di tanganku mungkin aku masih
bisa dianggap sebagai separuh majikannya, mulai sekarang bocah ini sudah merupakan calon
kaucu dari Mo-kau, sebelum berusia delapan belas tahun dia akan diasuh dan dididik oleh lo hujin
dan kau, selewatnya delapan belas tahun, biar dia secara resmi memangku jabatan ...."
Mendengar sampai disitu, saking terharunya si Unta tembaga segera menjatuhkan diri berlutut
diatas tanah, serunya berulang kali:
"Terima kasih kongcu, terima kasih kongcu..." "
Saking terharunya, suara orang itu sampai parau dan tidak mampu untuk meneruskan katakatanya
lagi. Ting Peng segera menariknya bangun, kemudian berkata lebih jauh:
Kau tak usah mengucapkan kata-kata seperti itu, aku berhasil seperti sekarang adalah berkat
jasa dari kakek mertuaku, budi kebaikan ini tak ternilai harganya, inilah satu-satunya perbuatan
yang bisa kulakukan untuk mewujudkan baktiku kepadanya, bakat loji sama seperti aku sewaktu
kecll dulu, aku percaya dia mampu untuk memi-kul tanggung jawab ini, cuma kalian harus baikbaik
mengawasinya dan mendidiknya"
Si Unta tembaga menyembah berulang kali dengan perasaan amat terharu:
Baik! Baik! Budak tua pasti akan memikul tanggung jawab ini!"
"Hingga sekarang, kedua orang bocah tersebut belum sempat kuberi nama, hal ini disebabkan
aku menantikan keputusan pada hari ini, walaupun keputusan mana agak sedikit gegabah, tapi
semuanya hanya menuruti kehendak takdir, mungkin arwah loyacu di alam baka dapat merasakan
hal ini dan telah memutuskan demikian, nah kau boleh menceritakan hal yang sesungguhnya
kepada lo hujin!" "Baik!" Kembali Ting Pang berkata lebih jauh:
"Kau pun boleh memberi tahukan kepada lo hujin bahwa Mo kau telah bangkit kembali dan tak
usah kuatir dihalangi orang, segala sesuatunya akan kuhadapi, hanya saja tanggung jawabku
hanya terbatas hingga bocah itu menjadi dewasa, apabila dia telah berusia delapan belas tahun,
berarti tugasku telah selesai dan aku tak akan mengurusinya. Sekarang aku telah menyuruh Ah ku
dan Siau hiang menyiapkan kereta kuda menunggumu dipintu belakang, sekarang kau boleh
pergi!" Baik, cuma .... kongcu, golok ini masih belum dibutuhkan majikan muda saat ini, lebih baik
tinggalkan saja disamping kongcu!"
Ting Peng tertawa dan menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak usah, bawalah pergi, nah kau boleh berangkat sekarang!"
Sekali lagi si Unta tembaga menyembah beberapa kali, kemudian sambil membopong si bocah
dan membawa golok tersebut dia berlalu melalui pintu belakang.
Sepeninggalan si Unta tembaga Ting Peng baru berkata kepada para jago yang berada di
dalam ruangan tersebut. "Mari! Mari! Mari! Mari! Mari kita duduk dan minum arak, kedatangan kalian untuk merayakan
kejadian ini benar-benar membuat aku orang she Ting merasa berterima kasih sekali tapi apabila
ada yang meninggalkan pesta sebelum merayakan ini selesai terpaksa aku orang she Ting akan
berbuat keji kepadanya, sebab Tong tou tianglo baru saja membawa ketua muda Mo kau
berangkat meninggalkan tempat ini, aku tidak berharap ada orang yang menyusul mereka!"
Semua hadirin segera membungkam dalam suasana serius, tak seorangpun diantara mereka
yang berbicara. Sambil tertawa Ting Peng segera mengang-kat cawannya dan menghormati setiap orang
tamunya. Ketika sampai didepan sebuah meja, mendadak ia menemukan ada dua orang sudah tidak
ada disitu lagi. Ketika ditanya, lelaki yang berada di sampingnya segera menyahut:
Baru saja mereka berdua pergi melepaskan hajad, dengan cepat mereka akan balik kembali!"
Ting Peng hanya tertawa, mendadak dia mengeluarlan sebuah pisau belati kecil dan segera
memotong salah satu kaki meja tersebut.
Kemudian ditengah ruangan itu juga, pelan-pelan dia memotong kaki meja tadi dan dibentuk
menjadi sesuatu benda. Tindak tanduknya ini segera mencengangkan semua orang, apalagi setelah dilihatnya orang
itu nembentuk sebilah golok dengan menggunakan kaki meja tadi.
Pada saat itulah tampak ada dua sosok manusia yang secara diam-diam menyelinap ke sisi
ruangan, kemudian berjalan menuju kearah luar gedung.
Sambil tertawa Ting Peng segera membalik-kan badan dan menghadang didepan mereka
berdua. "Kalian berdua hendak pergi?" dia menegur.
Paras muka kedua orang itu berubah hebat, serentak mereka mencabut pedang dan
melepaskan tusukan kilat ketubuh Ting Peng.
Walaupun kedua orang itu tidak ternama dalam dunia persilatan, namun serangan pedang
yang mereka lepaskan benar-benar dahsyat sekali bahkan sama sekali tidak berada dibawah
kepandaian silat seorang jago kenamaan.
Dengan meninjau permainan pedangnya saja, mungkin mereka dapat mencantumkan diri
diantara sepuluh orang jago terlihay didalam dunia persilatan dewasa ini, lagi pula pedang yang
mereka pergunakan adalah senjata mestika yang tajam sekali.


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sebaliknya ditangan Ting Peng hanya memegang sebilah golok, sebilab golok yang terbuat
dari kaki meja. Menggunakan golok kayu itulah dia mengayunkan kedepan pelan, "Traang" Traang" ke dua
pedang mestika tadi tahu-tahu sudah patah menjadi dua bagian.
Kedua orang tersebut masih sempat menerjang maju belasan langkah lebih, akhirnya roboh
terkapar di atas tanah dengan badan terbelah menjadi dua bagian.
Hasil dari bacokan tersebut sama sekali tidak berbeda jauh dengan hasil bacokan
menggunakan golok mustika.
Sambil membuang golok kayu itu ke tanah, Ting Peng menghela napas panjang, katanya:
"Kalau Cia Siau hong sudah membuang pedangnya semenjak puluhan tahun berselang, maka
sampai hari ini aku baru bisa meninggalkan golok baja untuk memakai golok kayu, aaai, bila
dibandingkan dengan dia, aku masih ketinggalan jauh sekali, sungguh memalukan! Sungguh
memalukan... . ooo0ooo "Siau hiang dan Ah ku telah kembali, Cing-cing sedang bermain dengan putra mereka Ting
Koh bun dalam ruangan. Siau hiang begitu masuk ke dalam, dia segera berlutut dan menyembah sebanyak tiga kali.
Melihat itu, Ting Peng segera menegur sambil tertawa.
"Hei, budak! Mengapa kau " Mengapa secara tiba-tiba melakukan penghormatan besar"
"Lo hujin yang menitahkan kepada budak untuk mewakili dia orang tua melakukan
penyembahan ini, sebagai rasa terima kasihnya kepada kongcu"
Buru-buru Ting Peng menariknya bangun sambil berseru:
"Aku tidak berani menerima penghormatan seperti ini, kau si bocah memang suka sekali
bergurau!" "Lo hujin mengatakan bahwa tata kesopanan sudah seharusnya dilaksanakan demikian, dan
lagi diapun bilang kalau rasa terima kasih ini bukan dari dia seorang, melainkan rasa terima kasih
dari semua cousu Mo kau generasi yang lalu, terima kasih kepada kongcu sehingga keturunan
dan warisan Mo kau tidak hilang lenyap dengan begitu saja"
Ting Peng berpikir sebentar kemudian baru bertanya"
"Baik-baikkah nenek?"
"Lo hujin berada dalam keadaan sangat baik, sambil membopong majikan muda ia nampak
gembira sekali, mana mencium mana tertawa seakan-akan usianya menjadi muda sepuluh tahun,
saban hari mulutnya tak pernah bisa merapat kembali!"
"Amankah tempat mereka itu?"
Aman sekali, lelaki perempuan semuanya berjumlah lima puluh orang, yang lelaki berlatih ilmu
golok sedangkan yang perempuan belajar ilmu pedang, Tong tianglo telah mencobanya sendiri
untuk satu lawan satu, mungkin kekuatannya hampir berimbang!"
"Ooooh, sungguh tak kusangka kalau mereka dapat mencapai tingkatan seperti ini, berbicara
soal kekuatan mana semestinya sudah cukup untuk dipakai membela diri, bagaimanakah keadaan
medan disitu?" Tempat itu merupakan sebuah pulau kecil ditengah telaga, empat penjuru berupa air,
"Hhmmm, tempat semacam ini, kurang baik" kata Ting Peng dengan kening berkerut,
"walaupun sekeliling pulau dilindungi air telaga, bukan berarti tak bisa membendung serangan
musuh, apa lagi yang yang hidup di pulau tersebut menganggap pulau mereka sudah dilindungi
oleh telaga yang luas, penjagaan disekitar sana bisa menjadi mengendor akibatnya?"
Budak pun telah mengemukakan persoalan ini kepada lo hujin, Tong tianglo bilang dia akan
segera memperhatikan soal ini dengan mengembangkan pos penjagaannya di seluruh pantai
pulau itu!" Ting Peng manggut-manggut..
"Kalau begitu terhitung lumayan juga, cuma bagaimanapun rapatnya penjagaaan toh tak akan
bisa menahan yang datang membawa maksud tertentu!"
"Tong tianglo bilang menyerang adalah suatu pertahanan yang paling baik tapi lo hujin
menolak, dia bilang peristiwa dimasa lampau merupakan contoh yang amat jelas untuk menjaga
agar supaya Mo kau tetap hidup didunia ini, dan selanjutnya menjadi salah satu kekuatan dalam
dunia persilatan, lebih baik jangan melakukan pembunuhan lagi"
"Aaaai, tapi orang lain tak akan berpikiran demikian" kata Ting Peng sambil menghela napas
panjang. "Lo hujin sudah bilang, segala sesuatunya terserah pada diri kita sendiri, Mo kau tak akan
bertempur jika tidak diserang, tapi untuk mempertahankan hidup, kami tak akan mundur karena
ketakutan !" Ting Peng segera manggut-manggut, kemudian katanya lagi:
"Sepanjang jalan kembali kesini, kau berjumpa dengan kesulitan apa saja?"
Siau hiang berpikir sejenak kemudian menggeleng.
"Tidak ada, segala sesuatunya amat tenteram!
Aku tidak percaya akan hal ini, aku rasa paling tidak pasti ada orang yang ingin
menghalangimu, dan mencoba untuk menanyakan kepergian kalian"
"Budakpun berpendapat demikian, tapi kenyataannya benar-benar tidak berjumpa dengan
seorang manusiapun, kendatipun budak dapat merasakan bahwa jejak kami selalu diikuti orang
dari belakang, namun tak pernah ada yang menampakkan diri untuk melakukan penghadangan
secara terang terangan!"
Ting Peng segera manggut-manggut.
"Mungkin pihak lawan merasa kekuatan yang dimilikinya kurang cukup, sebab untuk
menghalangi kau dan Ah ku mungkin bukan suatu pekerjaan yang terlalu mudah!"
Ketika berbicara sampai disitu mendadak dari luar jendela kedengaran suara burung terbang
merendah. menyusul kemudian tampak seekor burung merpati pos yang putih dan gagah sudah
hinggap diatas tangan Ting Peng.
inilah sistim pemberitaan yang digunakan Ting Peng selama ini dan anggota keluarga tak
pernah menanyakan ataupun mencam-puri urusan tersebut.
Maka sewaktu dia melepakan sebuah tabung bulat kecil dari kaki burung merpati tersebut, tak
seorangpun yang berani berjalan mendekat.
Ketika Ting Peng selesai membaca isi surat tersebut dia baru tertawa dan berkata:
"Siau hiang, walaupun kau tidak menjumpai sesuatu peristiwa apapun sepanjang perjalanan
kembalimu ke sini, tapi sepanjang jalan yang kalian lewati sewaktu berangkat pulang tadi paling
tidak ada empat puluhan orang jago lihay yang bersembunyi di balik tempat-tempat rahasia untuk
mengintai dirimu." Siau hiang merasa amat terkejut sesudah mendengar perkataan itu, segera serunya:
"Aaah, masa ada peristiwa seperti ini" Mengapa budak sama sekali tidak tahu?"
"Yang mengintai dirimu selama ini adalah para ahli mengintai yang sudah berpenga-laman
luas sekali, tempat persembunyian mereka pun dibuat sedemikian rupa sehingga rahasia sekali
letaknya, tak mungkin kau dapat menemukannya!"
"Siapa saja orang tersebut?"
Mereka adalah jago-jago yang tergabung dalam lima partai besar, bahkan merupakan jago
pilihan, tapi dari sekian banyak jago, orang-orang dari Khong tong pay dan Go bi pay yang paling
banyak, tujuan mereka adalah untuk menghalangi jalan pergi kalian!"
"Lantas mengapa mereka tidak bertindak untuk menghalangiku?"
"Sebab mereka sudah keburu dibantai orang!"
"Siapa pula yang telah membantai mereka?"
"Sekelompok pembunuh-pembunuh berke-rudung yang tidak jelas indentitasnya, Cuma aku
sudah tahu siapakah yang mengirim mereka."
"Siapa ?" "Orang-orang itu adalah anak buah Liu Yok siong, aku tahu keparat ini tak akan tahan berdiam
diri hidup kesepian, sekarang dia sudah mulai bergerak.. Cing-cing, kita pun harus keluar untuk
melemaskan otot, sudah tiga tahun kita hidup mengendon dirumah.. orang bisa malas kalau begini
terus, bila tidak bergerak lagi, mungkin banyak teman lama yang akan melupakan kita!"
Cing-cing tidak berbicara, terhadap perkataan dari Ting Peng, selamanya dia tak memang tak
pernah membantah.. ooo0ooo PENUTUP CING CING duduk dalam kereta, Ting Peng duduk dihadapan mukanya, sedang Ah-ku
bertindak sebagai kusir. Waktu itu Ting Peng sedang memainkan sebilah golok, sebilah golok yang indah sekali, golok
kayu yang diatas batangnya terukir lukisan indah, ada pemandangan alam, ada perempuan cantik,
ada kereta dan lain sebagainya.
Itulah sebuah pemandangan yang menarik sekali.
Benda ini dibeli Ting Peng dengan uang sepuluh laksa tahil emas murni, dibeli dari sebuah
rumah penjual barang. Ting Peng msnginginkan bends tersebut karena golok itu amat indah dan istimewa, tentu saja
karena antik dan menawan hati.
Lama sekali dia memainkan benda itu, sementara Siau hiang yang duduk didepan kakinya
turut menikmati benda tadi, mendadak dia bertanya:
"Kongcu, benarkah kau hendak menggunakan golok kayu ini untuk menghadapi musuh,
membunuh orang?" Ting Peng tertawa: Benar" Golokku telah dibawa Unta tembaga, aku rasa lo hujin memerlukan benda tersebut,
padahal akupun seorang pemakai golok, tentu saja aku harus memakai golok!" "
Kongcu, aku tidak habis mengerti, kalau toh tenaga dalam kongcu sudah mencaapai tingkatan
yang luar biasa, namun tanpa golok tersebut."
Ting Peng manggut-manggut.
Yaa, tanpa golok tersebut aku hanya bisa" memanfaatkan enam tujuh bagian kekuatan
sesungguhnya, tapi bila kugunakan golok tersebut, kehebatanku bisa mencapai dua belas bagian."
Kita akan berangkat untuk membantu lo hujin ?"
"Benar, sekarang semua jago dari berbagai partai maupun jago dari Thian bi kiongcu telah
bermunculan, mereka tak akan melepaskan lo hujin sekalian dengan begitu saja."
Tinggikah ilmu silat mereka?"
Konon amat tinggi, terutama anak buah Thian bi kiongcu, mereka rata-rata hebat, apalagi
sebagian kekuatan itu sudah berada dibawah komando Cia Siau giok, gadis berhati keji ini, bila
kita tidak membantu, lo hujin akan menjumpai kesulitan.
Kongcu, kalau toh kita hendak membantu lo hujin, mana kepandaian silat pihak lawan hebat
sekali, mengapa kau malah mengirim pergi golok mestika tersebut" "
Ting Peng segera tertawa.
"Selama golok sakti itu ditanganku, tiada orang yang bisa menandingi diriku, lagi masa orang
lain akan memusuhi diriku"
Siau hiang menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Mungkin tiada orang yang berani, sejak naga perak terbunuh mungkin sudah tak ada manusia
yang berani memusuhimu lagi, konon naga perak termasuk jago lihay dalam permainan golok!"
"Itulah dia, bila aku membawa golok, orang lain tak akan berani turun tangan menentangku,
mereka pasti akan mengguna-kan akal muslihat untuk mencelakaiku, membuat aku harus
menjaga terhadap mereka yang terduga, oleh sebab itu membawa golok mestika malah justru
akan menyusahkan diriku sendiri."
Tapi dengan golok tersebut, kau bisa memukul mundur lawan, apalagi Kim say tianglo sudah
berhasil melatih ilmu silatnya mencapai tujuh bagian kesempurnaan."
"Benar" kata Ting Peng tertawa. "sewaktu bertarung melawanku dulu, kemampuannya
memang cukup hebat, tapi dengan golok ini ditanganku, dia tak akan banyak berkutik."
"Golok ini tak akan mampu menambah kekuatan bagimu, budak telah meneliti dengan
seksama, golok ini terbuat dari kayu Hong-yang, meski keras namun tidak kuat bila menjumpai
senjata yang tajam, benda ini segera akan patah menjadi dua"
"Inilah yang kuinginkan!"
"Kongcu, budak tidak mengerti!"
"Budak bodoh, otakmu sudah tumpul barangkali, bila kau membawa sebilah golok, apakah kau
akan tega mematahkan golokku ini?"
"Tidak, aku tak tega untuk merusaknya"
"Itulah dia, sejak musuh melihat golokku dalam hati mereka sudah timbul perasaan tak tega,
serangan yang dilancarkan pasti akan tertunda waktunya, nah saat seperti inilah merupakan saat
yang terbaik bagiku untuk turun tangan lebih dulu."
"Kongcu, hebat sekali siasatmu ini."
Ting Peng tersenyum. "Aku tak ingin menjadi Enghiong, tidak butuh nama kosng, aku hanya ingin hidup terus, demi
mempertahankan hidup, cara apapun akan kutempuh."
"Bila Cuma untuk mempertahankan hidup, sesungguhnya kongcu tak usah keluar rumah, asal
kau duduk di rumah, siapa yang berani datang mengganggu?"
Ting Peng tertawa tergelak.
"Siau hiang, kau memang pintar, tapi mengapa mengucapkan kata-kata bodoh" Kau anggap
asal duduk terus di rumah maka orang lain akan melepaskan aku" Seperti yaya, mereka sudah
bersembunyi banyak tahun, tapi toh tak bisa bersembunyi terus?"
"Kongcu, keadaanmu jauh berbeda dengan majikan tua"
"Sama saja, Kim say tianglo sekalian hanya bermaksud untuk membunuh yaya bukan untuk
membalas dendam, merekapun takut yaya membalas dendan kepada mereka, inilah yang
dinamakan ngeri dalam hati sendiri"
"Rasa ngeri dalam hati sendiri?"
"Benar, atau dengan perkataan lain mereka takut pada diri sendiri"
"Apa yang ditakuti dengan diri sendiri?"
Kau masih kecil maka tidak akan mengerti, bila sudah dewasa nanti kau akan tahu sendiri,
Seandainya kau berbuat salah kepada orang lain, atau juka kau mempunyai sesuatu ambisi, maka
kau tak akan duduk tenang. . . ."
"Aku tahu, oleh sebab Singa emas sekalian telah berbuat kesalahan terhadap majikan tua,
maka mereka baru membunuhnya?"
"Benar, dunia persilatan memang tak pernah akan tenang untuk selamanya, satu generasi
hilang, generasi yang lain akan muncul kembali. . . ."
Siau hiang menghela napas panjang, dia merasa perkataan majikannya memang benar.
Hanya Cing-cing yang tetap bersikap tenang, dia seperti tidak memikirkan apa-apa, baginya
yang penting adalah Ting Peng tetap disampingnya dan anak mereka tetap sehat selalu...
ooo0ooo Tiba tiba kereta itu berhenti, Ting Peng tidak turun hanya bertanya:
"Ah Ku, mengapa?"
Ah Ku tidak menjawab, ketika Ting Peng menyingkap tirai, di jumpainya Ah Ku sedang berlutut
ditanah, sesosok mayat tergantung dihadapannnya, mayat berpakaian tembaga, dialah mayat si
Unta tembaga. Unta tembaga diikat dengan tali dan di gantung diatas pohon, sedang Ah Ku sedang menangis
sedih, meski tak bersuara. air matanya jatuh bercucuran amat deras.
Ting Peng segera turun dari kereta, menghampiri pohon itu dan menurunkan jenasah Unta
tembaga, tali pengikatnya dilepas, tubuh unta tembaga tergeletak dalam keadaan terbelah menjadi
dua. Cing cing dan Siau hiang telah turun dari kereta dan berlutut pula didepan jenazah, hanya Ting
Peng masih meneliti jenasah itu dengan seksama.
"Beberapa saat kemudian, ia baru berkata:
"Liu Yok siong yang turun tangan!"
"Kau tidak salah melihat" seru Cing cing tertegun.
"Tak mungkin, bacokan ini tepat dan rata, hanya orang yang tahu akan teori baru bisa berbuat
demikian. dalam dunia dewasa ini hanya dua orang yang bisa betbuat demikian, aku dan dia,
sebab hanya kami berdua yang memperoleh warisan ilmu tersebut.
"Apakah Liu Yok siong telah berhasil mencapai tingkatan seperti kau?"
"Tidak, dia masih ketinggalan jauh, bila aku yang turun tangan, si Unta tembaga dalam
keadaan hiduppun tak akan lolos dari bacokanku, tapi dia hanya bisa membacok mayat unta
tembaga saja." "Jadi dia mencelakai paman Tong lebih dulu kemudian baru turun tangan?"
"Yaa benar, penyebab kematian si unta tembaga yang sebenarnya adalah keracunan, dia mati
keracunan, oleh sebab itu mayatnya tak nampak darah yang mengalir keluar."
"Mengapa?" "Tentu saja demi memperebutkan golok tersebut."
Cing-cing tertegun sesaat, kemudian baru bertanya.
"Bagaimana dengan bocah itu?"
Bocah itu tak akan mati, Liu Yok siong tak akan bertindak bodoh, dia pasti akan menahan
bocah itu untuk mengancam kita."
Sementara itu Ah ku telah bangkit dan melakukan kode tangan dihadapan Ting Peng.
Sambil menghela napas Ting Peng segera menjawab:
"Tak usah kuatir, aku tak akan melepaskan dia, tapi soal membalas dendam bukan tugasmu,
golok bulan sabit telah berada di tangan Liu Yok siong, kau bukan tandingannya.
Ah Ku masih ingin mengemukakan sesuatu, tapi Ting Peng segera menukas:
Sekarang gotong jenasah si Unta tembaga ke atas kereta, kemudian kita pergi mencarinya.
Ah ku membopong jenasah si Unta tembaga dan mengikatnya kembali dengan tali.
Ting Peng membopong si bocah dari dalam kereta lalu berseru.
"Mari berangkat, aku tahu lima puluh li didepan sana ada kuil, kita titipkan dulu jenasah si Unta
tembaga disana. Siau hiang hendak membopong bocah itu, tapi Ting Peng kembali berkata:
"Lebih baik aku membopong sendiri, sepanjang jalan pasti banyak bahaya, ilmu silatmu hanya
bisa digunakan untuk melindungi diri, tak nanti bisa kau lindungi bocah ini"
Siau hiang benar-benar mundur, dia tahu akan kemampuannya bila menjumpai serangan dia
memang tak mampu melindungi bocah tersebut.
Sepanjang jalan menuju kuil Cu im si, mereka harus melewati tujuh kali penghadangan.
Penghadangan tersebut dilakukan oleh jago-jago persilatan yang berilmu tinggi, mereka
bersama bahkan tidak pakai peraturan dunia persilatan, mana senjata rahasia beracun, ayunan
golok, pedang, semuanya dilakukan serentak.
Padahal mereka hanya berlima ditambah seorang bocah berusia setahun lebih, bukan saja tak
bisa membantu, bahkan hanya merepotkan.
Untung saja Ting Peng sendiri yang membopong bocah itu, dengan tangan sebelah
membopong bocah, tangan lain menggenggam golok kayunya.
Ruyung panjang dari Ah ku juga membunuh beberapa orang, tapi dia sendiripun menderita
luka, lengan kirinya kena dipatahkan terhantam oleh bacokan golok yang amat besar.
Padahal khikang pelindung badannya telah berhasil dilatih hingga mencapai tingkatan yang
kebal dengan senjata, namun lelaki tak bernama yang melukainya itu hanya menghadiahkan


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebuah bacokan. Meski hanya sebuah bacokan, namun sakitnya sampai merasuk tulang, ia mendengar suara
tulang lengannya yang patah, tapi mendengar juga suara remuknya tulang dari tubuh lawan, itulah
hasil karya ruyung panjangnya yang berhasil melilit tengkuk lawan dan menghancur lumatkan
tulang belulangnya. Lo hongtiang dari kuil Cu im si adalah teman lama Ting Peng, setelah menerima jenasah si
unta tembaga untuk sementara waktu, kemudian sambil membacakan doa, mengantar mereka
naik ke dalam kereta. Sebab dari wajah setiap orang dia telah menemukan hawa pembunuhan yang amat tebal.
Ah ku masih bertanya kemana mereka hendak pergi, secara tegas Ting Peng segera
menjawab: "Berangkat ke perkampungan Sin kiam san ceng!"
"Mengapa harus ke Sin kiam san ceng?" tanya Siau hiang.
"Sebab aku dapat merasakan, mereka sudah pasti telah berkumpul semua di dalam
perkampungan Sin kiam san-ceng!"
Siau hiang tidak banyak bertanya lagi, dia cukup mengetahui akan kemampuan majikannya
selama dua tahun belakangan ini, meski tak poernah melakukan sesuatu, namun dia seperti tahu
akan segala persoalan yang sedang terjadi.
Firasat Ting Peng memang tidak salah, sepanjang jalan menuju ke perkampungan Sin kiam
san ceng, mereka bertemu dengan banyak sekali jago-jago persilatan yang menuju ke arah sana
namun tak seorang pun diantara mereka yang mengusik rombongan berkereta ini.
Tujuh babak pertarungan yang berlang-sung dalam tujuh kali penghadangan sudah cukup
membuat hati mereka ketakutan.
ooo0ooo Sewaktu Ting Peng tiba di depan perkampungan Sin kiam san-ceng, dia datang agakl
terlambat, pertarungan yang berlangsung disitu sudah mendekati terakhir.
Dari tumpukan mayat yang bergelimpangan di tanah mereka temukan seorang nenek yang
sudah gawat keadaannya. "Nenek. . . ." sambil menangis Cing-cing berseru.
Nenek itu menelan ludahnya sambil terengah, lalu menjawab lirih:
"Akhirnya kalian datang juga, mengapa golok Ting Peng bisa terjatuh ke tangan Liu Yok
siong?" Terpaksa Cing-cing menceritakan keadaan yang sebenarnya secara ringkas.
Dengan perasaan lega nenek ityu menghembuskan napas panjang, lalu katanya lagi:
"Terima kasih banyak kepadamu Ting Peng, terima kasih atas pemberian seorang anakmu
untuk kami!" "Hal ini sudah seharusnya!" jawab Ting Peng sambil turut berlutut ke atas tanah.
"Kini, bocah tersebut sudah terjatuh ke tangan mereka, kalian harus merebutnya kembali,
golok itu tak perlu diminta lagi, yang penting bocah tersebut, pergilah ke tempat kami, disitu masih
ada dua puluhan orang, mereka adalah sisa perkumpulan kias yang terakhir, tunggulah sampai
bocah itu menjadi dewasa, suruh dia merebut kembali golok mestika tersebut, bangun kembali
perkumpulan Mo kau kita. Biar golok itu berada ditangan Liu Yok siong, kemampuan-nya terbatas
sekali, dua puluh tahun kemudian bocah itu pasti dapat mengalahkannya biarlah saja dia gembira
selama dua puluh tahun!"
"Tidak bisa, biar seharipun aku tak dapat melepaskannya dengan begitu saja!"
Walaupun Liu Yok siong pantas dibunuh, namun dia telah membalaskan dendam buat partai
kita, ia telah membunuh semua penghianat dan musuh-musuh kita"
"0oooh!" . "Singa emas, Thian bi, masih ada beberapa orang jago lihay dari berbagai perguruan besar,
pokoknya setiap musuh yang turut serta dalam penumpasan terhadap perkum-pulan kita di masa
lalu, semuanya telah tewas di ujung goloknya, perhitungan loya cu memang tepat, dia telah
mempergunakan golok dan ilmu golok sendiri untuk membalas dendam, oleh sebab itu walaupun
Liu Yok siong telah membunuh banyak orang kami, aku tidak merasa mendendam kepadanya..."
Nenek itu tidak berbicara lebih lanjut, kendatipun dia masih mempunyai banyak masalah yang
hendak diutarakan, namun ia sudah tak berkekuatan lagi untuk mengutarakan keluar.
Sementara Cing-cing masih menangis, Ting Peng telah menyerahkan bocah itu kepadanya
kemudian berjalan menuju ke pintu perkampungan.
Didepan pintu terdapat banyak orang sedang mengumpulkan mayat, mereka semua masih
muda-muda, agaknya tak seorangpun yang mengenal Ting Peng, tiada yang menyapa atau
menegurnya. Barulah sesampainya dipintu gerbang, Cia sianseng baru muncul sambil menjura:
?"Ting kongcu, baik-baikkah selama ini"
"Banyak juga yang tewas disini!" Jengek Ting Peng dingin.
"Yaa, benar, baru saja majikan kami, mendemonrasikan kelihayannya dengan menyingkirkan
semua perintang yang ada"
"Majikan kalian" Apakah Cia tayhiap telah kembali?"
"Bukan! Majikan tua telah hidup bebas dan tidak mencampuri urusan keduniawian, lagi yang
kumaksudkan adalah majikan baru kami"
"Majikan baru" Bukan majikan muda?"
Cia sianseng segera tertawa.
"Yaa, hampir begitulah sebab majikan muda kami akan menikah dengan majikan baru,
kemudian membangun kembali perkampungan Sin kiam san-ceng ini, bahkan perkampungan kami
pun di ubah menjadi perkampungan Sin to ceng, perkampungan golok sakti "
"Sin to ceng" Jadi majikan baru kalian adalah"...
"Yaaa. betul! Dia adalah Liu Yok siong, Liu tayhiap!"
"0oooh, rupanya dia" seru Ting Peng sambil tertawa, "dia toh anak muridku!"
Cia sianseng segera tertawa.
Walaupun Liu tayhiap sudah menjadi tenar, namun ia masih mengakui sebagai murid Ting
kongcu, maka diapun menerima pemberian golok sakti dari kongcu, sebab kejadian ini memang
lumrah!" "Dia masih mengakui sebagai muridku?"
"Ting kongcu adalah sahabat karib majikan tua, sedangkan Liu cengcu telah menjadi
menantunya majikan tua, bagaimanapun juga tingkat kedudukannya memang agak rendah
setingkat, apalagi belajar ilmu dari Ting kongcu pun bukan suatu kejadian yang memalukan!"
"Kalau toh dia masih menganggap aku sebagai gurunya, kini gurunya sudah datang mengapa
dia belum menampakkan diri untuk menyambut?" seru Ting Peng kemudian dengan gusar.
Cia sianseng segera tertawa.
"Sebentar akan datang, sebentar akan datang! Berhubung seluruh badan Liu Cengcu kotor
oleh darah, ia tak berani berbuat semberono, maka sekarang sedang pulang bertukar pakaian"
Sementara berbicara, Liu Yok siong dengan pakaian yang indah dan menggnadeng Cia Siau
giok telah menampakkan diri.
Begitu tertemu dengan Ting Peng, dia segera menjura seraya berkata:
"Terima kasih banyak atas hadiah golok mestika dari suhu, tecu telah mengandalkan golok ini
untuk membunuh tujuh belas orang jago lihay dari dunia persilatan dewasa ini."
"Bagus sekali, mungkin kau sudah anggap tiada tandingannya lagi di dunia ini?"
"Aaah, mana! Mana! Berada di hadapan suhu, tecu tak berani mengucapkan perkataan
semacam ini, apalagi masih ada Cia Siau hong seorang! Cuma, bila aku telah menikah dengan
nona Cia, kalian berdua yang satu adalah ayah mertuaku, sedang yang lain adalah guruku, tentu
saja kalian tak akan menggangguku lagi!"
Ting Peng segera berpaling ke arah Cia Siau giok sambil berseru:
"Siau giok, kiong-hi untukmu!"
Cia Siau giok segera tertawa.
"Tidak apa-apa, Ting Peng, aku adalah orang yang enggan tunduk di bawah orang lain, oleh
karena kau enggan mengawiniku, aku terpaksa harus kawin dengannya."
"Ia telah membinasakan Thian bi Kiongcu!"
"Benar, diapun membunuh si Singa emas dan sekalian penghianat Mo kau, ia pernah
mendapat pesan dari Mo kau kaucu agar membersihkan perguruan dari kaum penghianat, sudah
kewajibannya bila dia berbuat begitu!"
"Tapi Thian bi kiongcu toh ibu kandungmu sendiri?"
"Hubungan dengan ibuku amat tawar, kalau dibilang dia masih terhitung selirnya Mo kau
kaucu, kini Liu Yok siong membunuhnya demi perguruan, sudah barang tentu aku tak bisa
menghalangi niatnya itu!"
"Paling tidak kau tak pantas untuk kawin dengannya!"
Kembali Cia Siau giok tertawa.
"Bila aku tidak kawin dengannya, mungkin termasuk akupun akan dibunuh olehnya, padalah
aku belum ingin mati, Ting Peng bila kau membantuku untuk membu-nuhnya akupun tak usah
kawin dengannya lagi!"
Ting Peng tidak menggubris perkataan itu lagi, dia berpaling ke arah Liu Yok siong sambil
menegur: "Mana putraku?"
"Di dalam!" jawab Liu Yok siong tertawa, "dia adalah siau sute ku, tecu harus merawatnya
secara baik-baik" Dengan wajah berubah serius Ting Peng segera berkata.
"Liu Yok siong dengarkan baik-baik, kembalikan bocah itu kepadaku dan serahkan kembali
golok mestika itu, kuampuni selembar jiwamu!"
Tapi golok itu telah suhu wariskan kepada tecu!"
Aku tak pernah berkata demikian Liu toaya, lebih baik kau tak usah berbuat yang tengik, aku
tak pernah mengajarkan ilmu silat kepadamu kaupun tak usah memanggil dengan begitu merdu
lagi!" "Baik! Kalau toh suhu telah berkata demikian, tecupun tak akan memaksa, usia tecu jauh lebih
tua daripada suhu, sudah sepantasnya bila tecu tidak ribut lagi. Kalau tadi kita masih ada
hubungan karena kau telah menghadiahkan golok kepadaku, sekarang kita sudah tiada hubungan
apa-apa lagi, lebih baik kau dan aku menempuh perjalanan masing-masing!"
"Serahkan putraku dan golok tersebut kepadaku!"
"Aku tidak bermaksud untuk menahannya, setiap saat kau boleh membopongnya kembali,
sedangkan mengenai golok mestika tersebut, aku pun terhitung ahli waris Mo-kau, apalagi sudah
membuat pahala besar dengan membersihkan perguruan dari kaum penghianat, aku merasa
berhak untuk menggunakan senjata ini"
"Bila aku bersikeras hendak memintanya kembali?" kata Ting Peng sambil tertawa.
"Mudah sekali, aku mendapatkannya dengan jalan merebut, maka kaupun boleh merebutnya
kembali!" "Aku tahu kalau mustahil bila menyuruhmu menyerahkan sendiri golok itu maka aku telah
membuat persiapan, sekarang, cabut keluar golokmu itu. . . ."
"Kau akan bertarung menggunakan golok yang berada di tanganmu itu?"
Ting Peng mengangkat golok itu ke depan agar Liu Yok siong melihatnya lebih seksama,
kemudian katanya: "Golokku ini jauh lebih menarik daripada golokmu, lagipula manusia di dunia ini mengetahui
akan namanya, berbeda dengan golok mestika itu, hanya orang persilatan yang mengenalinya!"
Liu Yok siong memperhatikan golok kayu itu dengan seksama, kemudian manggut-manggut.
"Yaa, memang golok Pit to yang termashur itu, dulu aku masih belum percaya ketika aku
mendengar orang bercerita tentang hal ini, sekarang apakah kau benar-benar hendak
menggunakan benda itu untuk berduel denganku "
Bukan berduel, tapi membunuh orang, membinasakan dirimu!"
Kau jangan bergurau, masa benda itupun bisa dipakai untuk membunuh orang?"
Asal benda itu berbentuk golok, maka bisa dipakai untuk membunuh orang, aku telah
membunuh puluhan orang!"
Tapi kau harus tahu kalau golok yang ditanganku ini adalah golok iblis yang menggetarkan
setiap orang!" Setiap orang yang kubunuh hampir semua dia memakai senjata mestika ...." tukas Ting Peng.
Dengan perasaan tidak percaya Liu Yok siong segera mengangkat goloknya, sedangkan golok
kayu Ting Peng juga telah di ayunkan ke arah depan....
Kedua orang sama-sama pernah mempelajari ilmu golok dari Mo kau, oleh sebab itu terhadap
bacokan tersebut mereka sama-sama mengerti jelas hingga kedua belah golok itupun hampir
membentuk satu garis lurus yang sama untuk membacok ke bawah.
Apabila menginginkan suatu hasil yang nyata, maka mereka harus dapat membelah kutung
golok lawan, kemudian baru membabat tubuh lawan menjadi dua bagian.
Serangan yang dilancarkan Liu Yok siong jauh lebih lambat, namun memegang golok bulan
sabit yang kuat dan tajam, dia yakin pasti dapat mengungguli Ting Peng.
Oleh sebab itu, disaat kedua bilah golok itu saling membentur, tiba-tiba saja dia teringat akan
betapa berharga dan indahnya golok kayu tersebut, sehingga tanpa disadari gerak serangannya
menjadi agak terhenti. Inilah yang sudah diperhitungkan oleh Ting Peng jauh hari sebelumya, dan kesempatan ini
pula yang sedang dinanti-nantikan olehnya untuk dimanfaatkan.
Tatkala golok menyentuh golok, tentu saja golok kayu itu tak akan bisa mengungguli golok
sakti tersebut sehingga terbelah menjadi dua bagian.
Akan tetapi serangan dari Ting Peng sama sekali tidak terputus, kedua potongan golok kayu
itu masih membabat ke bawah sehingga membabat tubuh Liu Yok siong menjadi tiga bagian.
Lama setelah semua hening, Ting Peng baru mengambil kembali golok sakti itu dari tanah
sambil berkata: "Ada sementara orang, meski mempunyai golok sakti di tangan, namun ia tak pernah akan
bisa menjadi sakti karena golok tersebut"
Dan sampai disini pula kisah "Golok Bulan sabit " ini.
TAMAT Persekutuan Pedang Sakti 10 Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt Kisah Bangsa Petualang 11
^