Pangeran Perkasa 15
Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D Bagian 15
Dengan kerlingan matanya yang tajam ia memperhatikan sekejap orang-orang itu, kemudian ujarnya dingin :
"Kau anggap aku tidak memiliki kemampuan untuk berbaut begitu...?"
"Yaa betul, aku menganggap kau memang tak mampu," jawab si kakek cebl sambil tertawa.
Gi Liong kuncu kuncu segera tertawa dingin, sambil mengulapkan tangannya dia berseru :
"Ui kiok kiu li, segera turun ke arena dan bekuk mereka semua serta kembalikan ke kamar tahanan."
Baru saja perintah diberikan, sembilan orang perempuan berbaju kuning yang berada di hadapannya telah menyahut sambil meloloskan pedang, serentak mereka menerjang ke arah para jago.
Kakek cebol segera berpaling pula seraya berseru :
"Babak pertama ini seharusnya ditangani oleh kalian orang-orang Bu tong pay, coba beri pelajaran kepada mereka dengan ilmu pedang kalian yang hebat, jangan biarkan nama baik kalian rusak oleh budak-budak ingusan itu."
Seorang tosu yang bercambang lebat segera menyahut dengan lantang :
"Bu liang siuhud, biarpun darah kami harus berceceran di lantai Gi liong kiong, akan kami menangkan pertarungan babak ini!"
Pedangnya yang telah diloloskan dari sarung segera digetarkan di tengah udara, seketika itu juga delapan orang tosu sama-sama meloloskan senjata masing-masing dan menyongsong
kedatangan ke sembilan perempuan tersebut.
Dalam waktu singkat pertarung telah berlangsung dengan serunya, cahaya pedang berkilauan memenuhi angkasa,
bayangan manusia silih berganti saling menerkam.
Kalau di satu pihak lebih mengandalkan kesempurnaan tenaga dalamnya, maka pihak yang lain lebih mengutamakan kelihayan jurus serangannya untuk beberapa saat kemudian masih berimbang.
Tapi setelah pertarungan itu berlangsung lebih lama lagi, anggota perguruan Bu tong pay mulai tak mampu menahan diri lagi.
Lambat laun mereka terdesak hebat dan kelihatan sudah tak mampu menahan diri lagi.
Ilmu pedang yang dipergunakan Ui kiok kiu li tersebut memang sangat hebat, barisan yang digunakan juga amat hebat, dimana sebuah serangan tertuju, delapan pedang lainnya menyusul secara beruntun.
Biarpun anak murid Bu tong pay memiliki tenaga dalam yang jauh lebih sempurna, tapi menghadapi tekanan yang datangnya dari empat penjuru, pada hakekatnya kemampuan mereka tak dapat berkembang secara sempurna.
Sementara itu barisan pedang dari kesembilan perempuan seruni kuning mulai menyusut makin mengencang, selapis badai hawa pedang yang amat dahsyat mengurung anak murid Bu tong pay dengan ketatnya.
Berada dalam keadaan seperti ini, melawan terus berarti ada ancaman kematian, atau dengan perkataan lain kecuali menyerahkan diri, tiada jalan kedua lagi bagi anak murid Bu tong pay.
Sik Tiong Giok serta Li Peng yang mengikuti jalannya pertarungan itu dari balik ruangan batu, merasa terkejut juga setelah menyaksikan kejadian ini.
Kejut dan tercengang li segera berseru :
"Engkoh Giok, apakah kau punya cara yang baik untuk mematahkan barisan itu" Bila keadaan ini dibiarkan berlangsung terus, sudah pasti anak murid Bu tong pay terpaksa harus balik kembali ke dalam kamar tahanannya!"
"Biarpun aku belum mempunyaicara yang terbaik untuk memecahkan barisan tersebut, tapi aku rasa anak murid Bu tong pay tak akan segoblok itu, mereka pasti lebih suka mati daripada dikembalikanke penjara."
Belumhabis perkataan diutarakan, jeritan ngeri yang memilukan hati telah berkumandang dari arah arena pertarungan, ternyata seorang murid Bu tong pay sudah tertusuk dadanya hingga tewas.
Saat itulah terdengar Gi Liong kuncu berkata dengan suara dingin
: "Apakah kalian akan melawan terus" Lebihbaik cepat-cepat balik ke kamar tahanan, kalau tidak, akan ku suruh kalian mati semua di dasar telaga Gi Liong oh."
Si tosu bercambang yang agaknya merupakan pimpinan
rombongan, segera menyahut sambil membentak :
"Anak murid Bu tong pay bukan manusia pengecut yang takut mati, apabila kau hendak menghadapi kami secara keji, silahkan saja dilakukan, kami tak bakal gentar untuk menghadapinya!"
Belum habis ia berkata, tiba-tiba dari kejauhan sana berkumandang datang suara seseorang yang berseru sambil tertawa :
"Hey Si Hian cing sikerbau kecil, kau benar-benar tak becus, masa menghadapi beberapa orang bocah perempuan pun tak berkutik, apakah kau tidak kuatir membuat malu gurumu?"
Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut, tampak sesosok bayangan abu-abu melayang turun di tengah arena, ternyata dia dalah seorang kakek jangkung yang membawa sebuah tongkat bambu.
Li Peng yang berada di dalam ruangan batu segera berseru :
"Aah, ternyata Ong susiok juga telah datang."
Mendengar itu, Sik Tiong Giok tertawa :
"Kalau dugaan ku tak salah, yang telah datang bukan cuma dia seorang, siap atahu ketiga orang sesepuh itu sudah datang semua."
Ternyata yang baru saja muncul adalah Ku tiok lojin Ong Hian, begitu melayangturun ke tengah arena, tongkat bambunya langsung disodokkan ke muka dan menyerbu ke dalam barisan pedang dari sembilan perempuan seruni kuning.
Tampak tongkat bambunya sebentar menyodok ke kiri lalu menghantam ke barat, dalam waktu singkat barisan lawan sudah dibuat kocar kacir tak karuan.
Mendadak dari kejauhan sana berkumandang kembali suara pekikan yang amat nyaring, suaranya keras bagaikan pekikan naga, naring dan keras terasa amat menusuk pendengaran.
Sambil tertawa Sik Tiong Giok segera berkata :
"Waah, rupanya toa supek ku juga turut datang."
"Kau maksudkan Thian liong siu Sin lo cianpwee?"
"Benar, bila kau mendengar pekikan bangau, itu berarti ji supek ku yang datang."
"Kalau yang kudengar adalah suara lolonganserigala?" goda Li Peng sambil tertawa cekikikan.
Sambil mengerdipkan matanya Sik Tiong Giok tertawa geli juga, sahutnya :
"Hey budak ingusan, sejak kapan kau belajar nakal" Berani amat kau menggoda ku?"
Sementara kedua orang itu masih bergurau, situasi dalam arena telah terjadi perubahan besar.
Menghadapi sodokan tongkat bambu dari Ku tiok lojin, barisan dari ke sembilan perempuan seruni kuning itu sudah kocar kacir tak karuan lagi bentuknya.
Pada saat itulah si kakek naga langit Siu Bun telah muncul pula di tengah arena.
Menyaksikan keadaan tersebut, Gi Liong kuncu segera berseru dengan suara keras :
"Cepat bunyikan genta emas dan kumpulkan segenap pengawal yang berada disini!"
Dua orang gadis berbaju merah segera melejit ke udara dan langsung kabur menuju ke loteng genta di muka keraton.
Siapa tahu, baru saja mereka berdua tiba di bawah loteng genta, genta yang berada di atas loteng telah berbunyi bertalu-talu.
"Traaang... traang... traang..."
Dengan perasaan terkejut dua orang perempuan itu mendongak ke atas, tapi sebelum mereka sempat menegur, dari atas loteng sudah kedengaran seseorang berseru sambil tertawa nyaring :
"Haah... haah... haah... aku telah mewakili kalian berdua untuk membunyikan genta emas, ingin kulihat sekarang siapa yang akan datang mengantar kematiannya!"
Di tengah gelak tertawa yang amat keras, tiba-tiba muncul sesosok bayangan manusia dari ata sloteng dan berkelebat lewat seringan asap, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Untuk beberapa saat lamanya kedua orang gadis berbaju merah itu jadi tertegun dan tak tahu apa yang mesti dilakukan.
Sementara itu dari sekeliling tanah lapang telah berdatangan pula banyak orang yang aneh, ternyata tujuh iblis dari kota Ci sia yang mati ditelan naga pun kini muncul dalam keadaan segar bugar, bahkan menjadi pengawal pribadi Gi Liong kuncu.
Sik Tiong Giok menjadi keheranan setengah mati setelah menyaksikan kejadian tersebut, gumamnya dengan perasaan tercengang.
"Betul-betul suatu kejadian yang sangat aneh, mengapa mereka utuh dan hidup segar?"
"Siapa sih yang kau maksudkan?" tanya Li Peng.
"Siapa lagi, tentu saja ke tujuh iblis dari Ci sia, menurut si Raja setan kepala botak, mereka telah ditelan semua oleh naga siluman tapi mengapa semuanya utuh dan hadir disitu?"
Setelah mengerdipkan matanya berulang kali, Li Peng menjawab
: "Aku rasa di balik kesemuanya ini pasti ada hal yang luar biasa, siapa tahu kita sudah terkena siasat busuk lawan."
Tiba-tiba saja Sik Tiong Giok merasakan hatinya tergerak sesudah mendengar perkataan itu, tanpa terasa ia berpaling dan mengawasi wajah Li Peng lekat-lekat.
Li Peng menjadi rikuh sendiri setelah dipandang seperti itu, tiba-tiba saja paras mukanya berubah menjadi merah padam, segera bentaknya :
"Hey, kenapa sih kau mengawasi diriku dengan cara seperti ini...?"
Dengan suara dingin Sik Tiong Giok segera berkata :
"Aku dengar Gi Liong oh mempunyai dua belas tusuk konde emas yang semuanya berwajah persis seperti kau, benarkah itu?"
"Yaa, benar, mereka telah mengubah wajah seseorang dengan menggunakan obat-obatan tapi wajahnya tidak terlalu mirip, ada apa sih...?"
"Sepanjang perjalanan menuju kemari, aku telah berjumpa beberapa orang di antaranya, ketika hampri terjerumus dalam neraka perempuan, aku pun bertemu lagi beberapa orang di antaranya, sulit rasanya untuk membedakan satu sama lainnya."
Li Peng segera tertawa cekikikan :
"Hal ini disebabkan kau tidak teliti, padahal jika kau mau memperhatikan dengan seksama, maka tak sulit untuk
membedakannya!" "Aku tidak mengerti tentang soal ini."
"Gaya maupun sikapnya kan berbeda..."
Tiba-tiba Sik Tiong Giok seperti memahami sesuatu, segera katanya :
"Aaah, yaa... betul, betul, aku sudah mengerti sekarang... aku sudah mengerti..."
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar seseorang berseru dengan suara nyaring :
"Hey setan bekepala botak! Kau benar-benar membuatku penasaran, seandainya aku tidak bertemu dengan siluman rase hitam, mungkin saat ini aku telah bertemu dengan raja Giam!"
Sik Tiong Giok segera berpaling setelah mendengar perkataan itu, tampak dua orang bocah kecil munculkan diri dari kerumunan orang banyak, mereka adalah si nona kecil Sim Cui serta si Kalajengking kecil Siu Cing.
Raja setan kepala botak yang berdiri di sisi Gi Liong kuncu segera berseru sambil tertawa :
"Bocah cilik, hitung-hitung umurmu memang masih panjang."
"Bukankah kau pernah mengatkaan sambil menangis bahwa beberapa orang saudaramu sudah mati dicaplok naga siluman?"
seru Siu Cing lagi dengan penasaran.
"Benar! Aku berani bersumpah tak membohongi dirimu."
"Lalu mengapa mereka masih hidup segar bugar hingga sekarang?"
Si Raja setan kepala botak segera tertawa.
"Kami orang-orang dari istana iblis memang memiliki ilmu sakti pelindung badan, bagaimana mungkin siluman naga bisa mencaplok kami semua?"
"Huuh, kentut busuk," seru Siu Cing sambil menarik muka, "aku tebak kalian pasti sedang bermain gila."
Mendadak si kakek cebol Kongsun Swan menyela :
"Anak muda, kau tak usah bertanya lagi, bahkan aku sendiripun bisa sampai kemari karena ditelan siluman naga."
Siu Cing segera membelalakkan matanya lebar-lebar, kemudian berdiri tertegun.
Sementara itu, di sisi Gi Liong kuncu telah bertambah lagi dengan empat orang manusia.
Ketika si kakek naga langit Sin Bun melihat kehadiran orang-orang itu, mendadak paras mukanya berubah hebat, segera serunya dengan suara dingin :
"Ehmmm, tampaknya tidak sia-sia aku datang menghadiri pertemuan puncak ini, tak nyana bisa bersua dengan sobat lama yang teah berpisah banyak tahun, kejadian seperti ini benar-benar pantas dirayakan dengan sebaik-baiknya."
Ku tiok lojin berjalan mendekat sehabis membuyarkan kerubutan sembilan orang perempuan seruni kuning itu, ketika mendengar perkataan tersebut, segera ujarnya sambil tertawa :
"Hey ular panjang, mungkin kau sudah bertemu dengan seteru lama mu, kalau tidak masa muka mu jadi hijau membesi" Hayo katakan dulu, manusia macam apa sih dirinya?"
"Itu dia, keempat cecunguk yang baru datang itu," seru kakek naga langit sambil menuding ke muka.
Ku tiok lojin memperhatikan orang-orang itu sesaat, lalu katanya sambil menggelengkan kepala :
Teramat asing bagiku, belum pernah rasanya bersua dengan mereka..."
"Biarpun asing bagi pandanganmu pasti tak bagi pendengaranmu, pernah kau dengar tentang empat siluman dari gurun pasir?"
Mendengar nama tersebut, tiba-tiba saja sekujur badan Ku tiok lojin bergetar keras, cepat-cepat dia berseru :
"Oooh, kau maksudkan sisa-sisa pelarian dari gurun pasir dulu"
Masa mereka belum mampus?"
Si kakek yang bersenjata tombak pendek segera menyela dengan suara lantang :
"Kami bersaudara telah berhail melatih ilmu kebal, hidup kami masih cukup panjang."
Kakek naga langit segera menjelaskan :
"Orang ini adalah si siluman tombak baja Un Piau!"
"Dan aku bernama siluman martil emas Beng sah," sambung seorang kakek berwajah merah dengan suara nyaring.
Menyusul kemudian pedang To Hong dan siluman kepalan Lu Bong turut memperkenalkan juga namanya.
Sambil mendengus, kakek naga langit segera berkata :
"Setelah jiwa kalian pernah ku ampuni sewaktu berada di tepi telaga Tah sim oh tempo hari, kini kalian berani membuat onar pula di tepi telaga Gi Liong oh, hmm... manusia semacam kalian ini tak dapat diampuni lagi."
"Hey manusia she Sin, kau jangan sombong dulu," bentak siluman kepalan To Hong dengan suara keras, "kedatangan kami hari ini tak lain adalah hendak membuat perhitungan dengan dirimu."
"Bagus sekali, kita memang sudah seharusnya memperhitungkan kembali hutang-hutang lama, tapi apakah kalian hendak maju bersama-sama ataukah maju seorang demi seorang?"
"Haa... haa... haa...," siluman tombak baja tertawa seram,
"biarpun harus satu lawan satu, loya mu tak bakal takut, sambut dulu sebuah tusukan tombak ku ini."
Seraya berseru, sepasang tombak pendeknya segera diputar sambil menyerbu ke dalam arena.
"Bagus sekali," bentak si kakek naga langit pula, "biar ku kirim dulu dirimu ke neraka."
Tongkat penakluk naganya digetarkan, lalu menciptakan selapis cahaya tajam yang menyilaukan mata.
Suasana di sekeliling arena waktu itu amat hening dan tak kedengaran sedikit suara pun, semua orang sedang
memperhatikan jalannya pertarungan antara jago-jago golonga lurus dengan sesat ini, mereka ingin tahu sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang mereka miliki.
Tiba-tiba terdengar Li Peng yang berada dalam ruangan batu berkata sambil menghela napas panjang :
"Aku kuatir kakek Sin masih bukan tandingan lawan."
"Tapi aku tebak yang kalah nanti pasti ke empat siluman dari gurun pasir!" sambung Sik Tiong Giok dingin.
"Darimana kau bisa mengatakan begitu?" tanya Li Peng sambil melotot besar.
"Sejak dulu hingga sekarang, kaum sesat tak akan menangkan kaum lurus, apa lagi yang mesti dikatakan?"
Li Peng segera tertawa. "Menurut pendapatku, untuk bisa menaklukkan keempat siluman itu, gurukuharus turut serta juga dalam pertarungan itu."
Tiba-tiba dari luar arena situ kedengaran seseorang berteriak dengan suara keras seperti geledek :
"Hey bocah tolol, kau benar-benar tidak penurut, mengapa kau boleh menyerah sesuka hati?"
Ketika semua orang berpaling, dapat dilihat orang yang barusan berteriak adalah si lengan baja Ciu Siang.
Sik Tiong Giok jadi tercengang, segera pikirnya :
"Bukankah dia sudah pergi mengikuti Huan Li ji" Mengapa bisa muncul juga disini?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, kembali terdengar seseorang berseru keras :
"Hey bocah gede, rupanya kau pun ikut datang."
Yang beteriak barusan adalah si tendangan geledek A poo.
Dengan tanpa asa jeri, mereka berdua langsung berjalan menuju ke tengah lapangan.
Sementara itu permainan tongkat penakluk naga dari si kakek naga langit sudah mencapai pada puncaknya, jurus-jurus yang mematikan dilancarkan berulang kali tapi siluman tongkat baja pun bukan manusia lemah, jurus-jurus serangan ilmu tombaknya dapat menghadapi setiap ancaman secara mantap.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bertarung dua puluhan gebrakan lebih.
Kakek naga langit dengan mengandalkan pengalamannya yang luas, jurus serangannya yang matang serta tenaga dalamnya yang sempurna secara paksa berhasil menempati posisi setingkat lebih atas.
Sebaliknya siluman tombak baja menderita rugi akibat wataknya yang berangasan dan kasar, ketika melihat serangannya sekian lama belum juga dapat mengalahkan si kakek naga langit, emosinya jadi meledak, jurus-jurus mematikan pun dilontarkan berulang kali.
Mendadak ia berteriak keras :
"Roboh kau!" Menyusu bentakan ini, senjata tombaknya langsung disodokkan ke depan.
Cepat-cepat kakek naga langit menarik lambungnya ke belakang sambil mengeluarkan ilmu langkah To cay jit seng poh, dengan suatu gerakan yang manis ia berhasil meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Dengan gerakan tersebut nampaknya serangan tombak itu akan mengenai sasaran yang kosong, karena jelas panjang senjata itu tidak cukup untuk mencapai sasarannya.
Siapa tahu, pada saat itulah tombak besi yang panjangnya hanya tiga depa itu tiba-tiba memanjang satu depa lebih panjang daripada keadaan normal.
Tentu saja kejadian yang sama sekali tak terduga ini sangat mengejutkan para jago lainnya yang menontong jalannya pertarungan itu, tak heran jeritan kaget bergema dari sana sini.
"Aah...!" Namun sayangnya si kakek naga langit justru telah mengetahui keistimewaan dari senjata lawan, tiba-tiba saja dia memutar badannya sambil mundur sejauh lima langkah.
Agaknya permainan busuk dari senjata tombak siluman tombak baja bukan hanya sampai disitu saja, begitu melihat kakek naga langit melangkah mundur, tiba-tiba ia membentak lagi :
"Kena!" "Tiba-tiba saja dari balik senjata tombak di tangan kanannya yang sedang menyodok ke depan, memancar keluar segumpal cahaya bintang yang amat menyilaukan mata, menyusul
kemudian tangan kirinya diayunkan, lagi-lagi sebatang tombak pendek yang berantai meleset ke muka dengan kecepatan luar biasa.
Digencet oleh dua buah serangan maut yang datang dari dua arah yang berbeda, kakek naga langit betul-betul tiada jalan lainu menghindarkan diri, terpaksa dia harus memutar tongkatnya kencang-kencang untuk menghadapi ancaman itu.
Pada saat inilah, dari tengah udara melayang turun sesosok bayangan manusia yang langsung menghadang di muka kakek naga langit.
Lalu terdengarlah suara benturan keras yang bergema silih berganti diakhiri dengan suara gemerincingan yang sangat keras.
Kilauan cahaya binang itu semuanya menyambar ke tubuh orang tersebut, sementara tombak pendek berantai itupun berhasil membelenggu sepasang kakinya.
Namun anehnya, orang itu justru bersikap acuh tak acuh, malah berdiri disana sambil tertawa terkekeh-kekeh, badannya sama sekali tak bergerak.
Tentu saja kejadian tersebut amat mengejutkan para jago lainnya, sehingga jeritan kaget kembali bergema memecahkan keheningan.
"Aaah..." Tapi orang yang paling terkejut adalah Ban biau siankoh Lu Yong poo, dia menjerit lengking dengan suara yang amat kaget, lalu roboh tak sadarkan diri.
Sebaliknya Sik Tiong Giok yang berada dalam ruangan batu justru merasa tak terlukiskan gembiranya setelah melihat kemunculan orang itu, bahkan lip juga turut berseru tertahan :
"Aaah, dia!" "Yaa, aku yakin telaga Gi Liong oh bakal tumpas sama sekali kali ini," seru Sik Tiong Giok tertawa.
"Kaukenal dengan dia?"
"Tentu saja kenal, kami kan sahabat lama," sahut pemuda itu sambil tertawa lagi.
"Kau mengetahui siapakah dia?"
"Rase saktiLi Keng kiu, bukankah begitu?"
"Hanya betul separuh!"
Sik Tiong Giok segera mengerdipkan sepasang matanya yang jeli, kemudian setelah tertegun sejenak katanya :
"Perkataanku hanya benar separuh" coba kau terangkan lebih jelas lagi!"
"Dia adalah ayah kandungku."
Bagaikan baru memahami akan sesuatu, Sik Tiong Giok segera berseru :
"Oooh... mengerti aku sekarang, tak heran kalau wajahmu dengan Huan Li ji bisa mirip sekali, kalau begitu ibu kandung mu pastilah Ban biau siankoh."
Tiba-tiba saja paras muka Li Peng berubah menjadi amat sedih, dia menggelengkan kepalanya pelan-pelan.
"Bukan, ibuku bernama Chin Soat hong... aduh... kita jangan membicarakan soal ini lagi, pokoknya hutang piutang harus dituntut balas..."
Dalam pada itu, siluman tombak baja pun kelihatan terperanjat sekali setelah menyaksikan kemunculan si rase sakti.
TAPI SEBAGAI MANUSIA YG LICIK dan banyak tipu muslihatnya, meski kaget pikirannya tak sempat kalut, buru-buru dia menarik kembali serangannya, lalu berniat mengendalikan kekuatan lengannya yang mencapai seribu kati itu untuk membetot si rase sakti hingga roboh terjungkal.
Siapa sangka pada saat itulah dari tengah udara melayang turun lagi seorang sastrawan berusia pertengahan, orang itu melayang turun persis di atas lantainya.
Kontan saja siluman tombak baja merasakan pergelangan tangannya jadi sakit sekali, tahu-tahu saja rantai pada tombak pendek tersebut sudah terlepas dari genggaman.
Kejadian ini tentu saja amat mengejutkan ke tiga orang siluman lainnya, sambil membentak keras serentak mereka terjun ke dalam arena dan mengelilingi tubuh siluman tombak baja.
Kemudian siluman pedang To Hong menjura seraya berkata :
"Kami benar-benar kagum dengan kepandaian silat anda, boleh aku tahu siapa namamu?"
Sastrawan itu bersikap seakan-akan tidak mendengar perkataan itu, dia hanya mengawasi ke empat siluman itu sambil tertawa terkekeh-kekeh dan sama sekali tidak menggubris.
Melihat orang itu bersikap acuh tak acuh, sorot mata ke empat siluman itu pun bersama-sama ditujukan ke arah lawan.
"Apakah kau tak berani menyebutkan namamu?" jengek siluman pedang kemudian dengan suara dingin.
Tapi sastrawan berusia pertengahan itu masih saja tertawa bodoh tanpa menjawab, bahkan sinar matanya sudah dialihkan dari wajah para jago ke arah wajah Gi Liong kuncu.
Tiba-tiba ia tidak tertawa lagi, dengan pandangan mendelong dia awasi wajah cantik Gi Liong kuncu tanpa berkedip.
Si rase sakti Li Keng kiu segera tertawa, katanya :
"Menyinggung tentang orang ini, sebenarnya dia bukan termasuk manusia sembarangan."
"Kalau memang seorang kenamaan, mengapa ia justru bersikap tuli dan bisu sama sekali tak berani menyebutkan nama sendiri?"
Kembali si rase sakti tertawa :
"Ucapanmu memang benar, dia memang seorang tokoh yang bisu lagi tuli pada tiga puluh tahun berselang setiap orang tentu akan bergidik bila mendengar nama sastrawan bisu tuli!"
"Sastrawan bisu tuli" Dia..." Siluman pedang To Hong menjerit kaget, saking kagetnya dalam waktu singkat paras muka ke empat orang siluman itu sama-sama berubah hebat.
Li Peng yang menyaksikan hal ini segera berbisik :
"Engkoh Giok, apa sih hebatnya dengan sastrawan bisu tuli itu"
Coba lihat mereka sudah dibuat ketakutan setengah mati."
Sik Tiong Giok termenung sambil berpikir sejenak, kemudian baru katanya :
"Aku memang pernah mendengar ayah angkat membicarakan tentang persoalan ini, memang ada manusia bernama begitu, konon ilmu sialt yang dimilikinya benar-benar sangat hebat."
"Dia itu termasuk orang baik aau orang jahat?"
"Posisinya terletak antara lurus dan sesat, lagi pula ia sudah bisu dan tuli sejak dilahirkan, ada kalanya dia pun melakukan kebaikan tapi kadangkala sikapnya kelewat sesat dan paling buruk lagi dia gemar main perempuan dan pantang meihat perempuan cantik."
Berbicara sampai disitu dia segera membungkam, sorot matanya dialihkan kembali ke wajah sastrawan bisu tuli.
Mengikuti arah yang dilihat pemuda itu, Li Peng ikut pula memandang, ternyata sastrawan bisu tulis sudah berdiri dua kaki di hadapan Gi Liong kuncu, dia sedang mengawasi nona itu dengan senyum dikulum dan menggapai tiada hentinya.
Sejak munculkan diri di dalam dunia persilatan, Gi Liong kuncu boleh dibilang merupakan seorang tokoh yang misterius, setiap perintahnya sanggup membuat kalutnya suasana dalam dunia persilatan.
Banyak sekali jago persilatan yang sudah keburu roboh dipecundangi sebelum sempat bertemu dengan wajahnya.
Terutama beberapa tahun belakangan ini, kekuatan mereka sudah makin tumbuh dan daya pengaruhnya makin luas, boleh dibilang kebuasan dan kekejian mereka telah merambat dalam seluruh dunia persilatan.
Kali ini dengan segala akal muslihatnya dia bermaksud meringkus semua jago kenamaan dari dunia persilatan kemudian menguasai seluruh dia. Dia menganggap asal dunia sudah jatuh di tangannya maka siapa puntak berani membangkang perintahnya lagi.
Selain itu dia pun punya rencana hendak mendapat kelabang langit berusia seribu tahun yang tak lama lagi akan muncul.
Siapa tahu dalam saat seperti ini justru muncul raja bermain perempuan, sastrawan bisu tuli, tentu saja amarahnya segera memuncak setelah melihat sikapnya yang kurang ajar itu, segera bentaknya keras-keras :
"Cepat kalian bunuh bajingan itu!"
Bersamaan dengan menggemanya bentakan itu, dalam waktu singkat bayangan manusia saling berkelebat, sembilan perempuan seruni kuning, sepuluh tusuk konde anggrek putih ditambah pula dengan tiga empat puluh orang Botan hitam dan anyelir merah, semuanya turun tangan bersama-sama.
Dalam waktu singakt kawanan jago-jago perempuan itu sudah mengurung di sekeliling sastrawan bisu tuli serta mengepungnya rapat-rapat.
Sikap sastrawan bisu tuli masih tetap tenang saja seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu apa pun, ia tertawa bodoh.
Mendadak suara bentakan bergema silih berganti, tiga empat puluh bilah pedang segera membentuk selapis kabut cahaya yang serentak menyerang tubuh sastrawan bisu tuli itu.
Bentakan marah menggelegar pula di angkasa, tiba-tiba muncul segulung desingan angin tajam yang menyapu lewat membaut pedang-pedang itu saling membentur satu sama lainnya dan menimbulkan suara desingan yang amat nyaring.
Lalu jeritan kaget, teriakan bergema juga menusuk pendengaran, suasana waktu itu benar-benar mengerikan sekali.
Menanti sorot mata semua orang dialihkan kembali ke arah sastrawan bisu tuli itu, entah bagaimana ternyata ia telah berhasil memeluk tubuh Gi Liong kuncu ke dalam pelukannya.
Agaknya perempuan idtu sudah kehilangan tenaganya sama sekali, dengan lemas ia bersandar dalam pelukan sastrawan bisu tuli itu.
Sikap dari sastrawan bisu tuli waktu itu tak ubahnya seperti kucing kelaparan, dia memeluk tubuh Gi Liong kuncu dengan kencang sementara mulutnya mencium sekujur tubuh perempuan itu, sepasang tangannya juga mulai meraba dan menggerayangi bagian rahasia dari nona itu.
Akibatnya para jago perempuan seperti seruni kuning, anggrek putih, anyelir merah dan boan hitam sama-sama dibuat terkejut, gusar, malu dan gemas.
Malah ada di antara mereka yang jadi nekad dan melupakan keselamatan jiwa sendiri, dengan bentakan keras tubuh mereka langsung menerjang ke muka.
Sastrawan bisu tuli sama sekali tidak mendongakkan kepalanya, mendadak dia mengayunkan tanganna berulang kali, dalam waktu singkat seluruh angkasa telah diliputi hawa serangan yang luar biasa.
"Blaaammm... blaaammm... blaaammmm."
Suara benturan bergema berulang kali, perempuan-perempuan yang tak takut mati itu terhajar semua oleh pukulan yang maha dahsyat sehingga mencelat ke belakang sambil menjerit kesakitan kemudian jatuh terguling di atas tanah.
"Breet..." Tiba-tiba kedengaran suara baju yang dirobek orang.
Ternyata sastrawan bisu tuli telah meroek pakaian yang dikenakan Gi Liong kuncu sehingga terlihatlah sepasang payudara yang putih, montok dan kenyal dengan sepasang putih susunya yang kecil.
Dengan begitu Gi Liong kuncu pun kehilangan kewibawaannya setelah terungkap kemisteriusannya, ternya ia tak juah berbeda seperti perempuan lainnya.
Rasa malu, cemas, gelisah dan marah membaut perempuan itu tak mampu mengendalikan diri lagi, dia menjerit lengking kemudian roboh tak sadarkan diri.
Sementara itu ke tujuh iblis dari kota Ci sia sama sekali tidak melakukan sesautu tindakan pun, sekali pun mereka sudah meloloskan senjata masing-masing namun tiada gerakan apapun yang dilakukan.
Sebaliknya Sik Tiong Giok yang berada dalam ruangan dibuat tertegun, ia tak habis mengerti mengapa sastrawan bisu tuli bisa memiliki ilmu silat yang begitu hebat dengan tenaga dalam yang begitu sempurna.
Li Peng menjadi amat gusar setelah melihat kejadian di luar, apalagi setelah melihat tampang Sik Tiong Giok, ia segera mendengus dingin seraya serunya :
"Kalian kaum pria memang paling jahat, paling suka mempermainkan kaum wanita."
"Hey aas dasar apa kau berkata begitu?" seru Sik Tiong Giok tertegun.
"Hatimu tentu kegirangan bukan setelah menyaksikan ada lelaki sedang mempermainkan perempuan?"
"Siapa yang telah mempermainkan siapa" Kenapa aku tidak melihat?" kata pemuda itu kebingungan.
"Kau tidak melihatnya" Hmm, siapa yang lagi kau bohongi?"
bentak Li Peng makin mendongkol.
Dibentak-bentak seperti ini, Sik Tiong Giok semakin kebingungan lagi sampai dia menggaruk kepala sendiri yang tak gatal.
Tapi dengan cepat dia telah melihat perbuatan sastrawan bisu tuli yang sedang memeluk tubuh Gi Liong kuncu, satu ingatan segera melintas di dalam benakna, sambil menuding ke muka katanya kemudian :
"Apakah dia yang kau maksud?"
Merah padam selembar wajah Li Peng setelah mendengar ucapan itu, tiba-tiba ia menjerit kaget lagi :
Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aduh... sungguh memalukan, apa lagi yang harus dilihat?"
Ketika Sik Tiong Giok turut berpaling lagi, wajahna pun segera berubah jadi merah padam, umpatnya segera :
"Huuuuh, benar-benar bukan perbuatan manusia?"
Rupanya sastrawan bisu tuli telah melepaskan seluruh pakaian dalam dari Gi Liong kuncu sehigga kini ia sedang memeluk sebuah tubuh yang putih dan bugil, bukan cuma begitu, malah sastrawan tersebut sedang menghisap puting susu si nona dengan penuh bernapsu.
Sementara itu ke empat silumang melihat kejadian ini pun menjadi amat gusar hingga berkaok-kaok tiada hentinya.
Siluman kepalan Lu Bong segera menyerbu ke depan sambil melepaskan sebuah pukulan, deruan angin sebuan yang
membuat debu dan pasir beterbangan langsung menerjang ke tubuh sastrawan bisu tuli itu.
Tampakna seluruh perhatian dari sastrawan bisu tuli telah tertuju ke tubuh Gi Liong kuncu, ditambah pula dia kelewat percaya dengan kehebatan ilmu silatnya, sehingga dia sama sekali tak ambil perduli terhadap ancaman yang datang.
Ketika siluman kepalan datang menerang dengan kepalannya, dia pun tidak menanggapi sebagaimana mestinya.
Tapi siluman kepalan Lu bong bukan manusia sembarangan, sebagai jago yang disegani dalam dunia persilatan, tentu saja kepandaian silat yang dimiliki terhitung sangat hebat.
Angin pukulan yang menapu tiba kontan saja menghantam tubuh sastrawan bisu tuli hingga tergetar mundur beberapa langkah.
Akibatnya di atas puting susu sebelah kiri Gi Liong kuncu mncul beberapa buah bekas gigitan yang berdarah.
Gi Liong kuncu merintih kesakitan dan segera sadar kembali, tapi begitu membuka matana kembali ia menjerit keras :
"Aduuuh..." Mengetahui kalau dirinya berada dalam keadaan bugil, dalam malu dan gelisahnya lagi-lagi nona itu jatuh tak sadarkan diri.
Sementara itu sastrawan bisu tuli telah bangkit berdiri, hawa amarah telah menyelimuti wajahnya, ditatapnya siluman kepalan Lu Bong tanpa berkedip.
Mendadak dia melemparkan tubuh Gi Liong kuncu yang bugil itu ke tengah lapangan.
Dalam pada itu di sudut lapang yang lain tampak dua orang sedang dalam pertarungan.
Mereka adalah si tangan baja Ciu Siang dan tendangan geledek A poo, sekalipun mereka saling memukul dan menendang, namun pada hakekatnya tak sepotong jurus serangan pun yang digunakan.
Tiba-tiba terdengar Ciu Siang berseru :
"Hey bocah tolol, kau pandai sekali mencari kenikmatan, apakah kedatanganmu ke sarang perempuan ada maksud mencari bini?"
Si tendangan geledek A poo tertawa tergelak :
"Haaaahh... haaaahhh.. haaaahh... bocah gede, jangan kau singgung lagi persoalan itu. Perempuan disini semuana tak tahu aturan, siapa yang mendapatkan mereka, siapa pula yang bakal sial melulu..."
"Apakah kau pernah mendapat sial?" tana Ciu Siang sambil tertawa.
"Tentu saja aku sudah dipermainkan habis-habisan."
"Kalau begitu kau mesti lebih berhati-hati di kemudian hari, jangan sampaikena dipecundangi lagi," seru penuh perhatian.
Baru selesai perkataan tersebut diutarakan mendadak sesosok tubuh jatuh ke dalam pelukan A poo.
Dengan cepat si tolol A poo menyambut serta memelukna, lalu sambil tertawa terbahak-bahak ia berkata :
"Waaah... seorang bocah perempuan gede tapi mengapa telanjang bulat?"
"Hey tolol, siapa yang mendekati perempuan dia bakal sial, cepat kau buang perempuan itu..." buru-buru Ciu Siang berseru keras.
Si tolol A poo tertawa tergelak :
"Haaah... haaahhh... haaahhh.... kalau yang ini sih tidak masuk hitungan."
Perempuan yang berada dalam pelukannya itu tentu saja Gi Liong kuncu karena mendapat getaran yang keras tadi ia segera sadar kembali, tapi begitu merasakan tubuh masih berada dalam pelukan orang, dalam malu dan gusarnya ia tak ambil peduli siapakah itu, sebuah pukulan langsung disodorkan ke depan.
Sayang dia baru mendusin dari pingsanna sedangkan si A poo pun terkenal memiliki kulit tubuh yang tebal dan kebal pukulan, oleh karena itu serangan yang mengenai badannya tidak lebih hanya menghasilkan rasa gatal saja.
A poo terpukul bukan menjadi marah dia malahan tertawa terbahak-bahak.
Dengan penuh rasa kuatir Ciu Siang segera berseru :
"Coba kau lihat, belum apa-apa sudah sial bukan?"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, kembali Gi Liong kuncu melepaskan sebuah pukulan yang bersarang di dadanya, tapi si tolol A poo justru memeluk tubuh perempuan itu makin kencang dan gelak tertawanya juga makin nyaring, katanya :
"Jangan bergerak, jangan bergerak, kalau sampai jatuh, waaah, bukan main sakit..."
Selama hidup belum pernah Gi Liong kuncu mendapat perlakuan seperti ini, tapi hari ini, berulang kali dia harus menerima berbagai perlakuan yang tidak berkenan dalam hatinya, mungkin saking tak tahannya mendadak ia mendengus tertahan lalu jatuh tak sadarkan diri lagi.
"Hey bocah tolol, lebih baik jangan mencari kesialan buat diri sendiri," kembali Ciu Siang memperingatkan dengan perasaan kuatir.
"Kalau dari atas langit tiba-tiba jatuh seorang nona canti yang cocok menjadi istri ku, tentunya kejadian ini tak bisa dianggap suatu kesalahan bukan?"
Dalam pada itu siluman pedang To Hong telah berteriak keras :
"Hey bocah tolol, ayo cepat serahkan kembali tuan putri kami!"
"Tidak bisa, nona ini sudah menjadi milikku," teriak si tolol A poo dengan mata mendelik.
Siluman pedang yang mendengar ucapan tersebut segera menuding ke arah tujuh iblis dari kota Ci sia, sambil bentaknya :
"Hey, kenapa kalian cuma berdiri disitu" Hayo cepat rebut kembali tuan putri kita!"
"Baiklah," kata Raja setan kepala botak kemudian sambil menggelengkan kepalana yang besar, "memang inilah saat terbaik untuk membuat jasa... hey, bocah tolol jangan pergi dulu!"
Dengan bertindaknya si Raja setan kepala botak, ke enam orang iblis lainnya serentak menggerakkan pula tubuh masing-masing.
Menaksikan hal ini, si tolol A poo segera berteriak :
"Hey bocah gede, cepat hadapi mereka, nanti kubagi separuh hadiahnya untuk mu."
Seraya berkata ia segera membalikkan badan dan lari
meninggalkan tempat itu sambil tetap membopong tubuh Gi Liong kuncu.
Ciu Siang agak tertegun, tiba-tiba teriaknya :
"Hey bocah tolol, kau betul-betul bodoh, masa bini sendiri juga akan dibagikan kepada orang lain."
Sementara dia masih berbicara, si tolol A poo sudah kabur jauh meninggalkan tempat itu, sedang ke tujuh iblis dari kota Ci sia pun telah melampaui Ciu Siang dan mengejar dari belakangnya.
Sekali pun si tolol A poo belum pernah belajar ilmu meringankan tubuh, akan tetapi kepandaiannya dalam ilmu tendangan terhitung nomor satu di seluruh dunia persilatan, begitu dia lari ternyata orang yang memiliki ilmu meringankan tubuh puntidak mudah untuk mengejarnya.
Ketika Ciu Siang menyaksikan ke tujuh iblis itu mengejar A poo dengan ketatna ia segera melotot besar sambil berteriak :
"Hey bocah tolol, kau tak usah takut aku segera datang membantumu..."
Sambil berteriak, dia ikut mengejar pula dari belakang.
Dalampada itu, si sastrawan bisu tuli telah mengawasi ke empat siluman dari gurun pasir dengan mata melotot, pelan-pelan dia maju mendekatina, suasana tegang pun mencekam seluruh angkasa.
Siluman tombak baja Un Piau dan siluman pedang To Hong bersama-sama menyerbu ke muka, pedang dan sepasang
tombak mereka menciptakan selapis cahaya tajam yang
berkilauan di angkasa dan menyerang musuhnya secara gencar.
Kedua orang ini memang tak malu disebut jago-jago silat yang nama besarnya menggetarkan dunia persilatan, ternyata jurus serangan yang digunakan segera berhasil menggulung dan menguruk tubuh Sastrawan bisu tuli.
Mendadak Sastrawan bisu tuli meraung dengan suara rendah, telapak tangannya diayunkan berulang kali melepaskan pukulan kanan kiri, sementara badannya berkelebat seperti bayangan setan, membuat orang susah untuk merabanya.
'Criiinggg!' Tahu-tahu sebuah sambaran tangan Sastrawan bisu tuli berhasil mencengkeram tombak berantai dari siluman tombak besi, meka kedua orang itu pun saling betot membetot sehingga senjata itu tertarik menjadiamat menegang.
Kecuali siluman pukulan, siluman tombak baja Un Piau terhitung memiliki kekuatan yang paling besar di antara empat bersaudara, namun ia toh tidak berhasil merebut kembali tombak pendeknya itu dari tangan lawan.
Sastrawan bisu tuli segera menggetarkan pergelangan tangannya lalu meraung dengan suara rendah, sebuah tendangan kilat membuat rantai di ujung tombak itu terhajar putus.
Padahal waktu itu siluman tombak besi sedang mempertahankan senjatanya dengan sepenuh tenaga, dia tak menduga kesitu, di saat rantai senjata tombakna putus kakinya menjadi
sempoyongan dan kehilangan keseimbangan badannya, tak ampun lagi ia mundur dua langkah dengan terhuyung-huyung...
Pada saat itulah, tusukan pedang dari siluman pedang telah menyambar tiba.
Sastrawan bisu tuli tidak menjadi gentar, tiba-tiba saja dia mengayunkan telapak tangan kirina dan membabat mata pedang tersebut dengan tangan kosong.
Menangkis bacokan pedang dengan tangan telanjang, kejadian ini boleh dibilang luar biasa sekali dan belumpernah terlihat sebelumnya.
Tentu saja siluman pedang tak berani bertindak gegabah, cepat-cepat dia memutar pergelangan tangannya sambil meloloskan pedang.
Siluman tombak baja yang mundur tadi kini mendesak maju kembali dengan gagah, tombak di tangan kanannya dia balik membabat urat nadi di tangan kiri si Sastrawan bisu tuli.
Tergencet dari sisi kiri dan kanan, padahal kedua orang musuhnya terhitung jago lihay dari dunia persilatan jelas ia tak akan bisa lolos lagi dari ancaman tersebut.
Tapi Sastrawan bisu tuli memang tak malu disebut seorang tokoh silat yang namana sempat menggetarkan seluruh dunia
persilatan, ternyata jurus serangan yang digunakan memang sangat hebat.
Tiba-tiba saja tangan kanannya disodorkan ke atas iga kanan sendiri hingga telapak tangan kirinya ikut terdorong naik ke atas dengan suatu gerakan yang manis sekali ia meloloskan diri dari sodokan batang tombak itu, menyusul kemudian dengan
potongan tombak beserta sebagian rantai hasil rampasannya tadi seperti seekor ular saja langsung melilit ke arah tombak pendek di tangan siluman tombak baja...
Dengan gerakan tersebut maka kedua orang siluman itu seketika terdesak hebat sehingga dibikin gugup dan kalang kabut sendiri.
Siluman kepalan yang menyaksikan hal tersebut dengan cepat menggeser kakinya sambil membuang pinggang, kepalanya menerobos lewat di antara sepasang siluman dan langsung menyodok ke dada Sastrawan bisu tuli.
'Blaaamm...!' Pukulan tersebut persis menghantam di dada Sastrawan bisu tuli secara telak, bentaknya :
"Robaoh kau!" Siapa sangka Sastrawan bisu tuli itu masih tetap berdiri tegak tanpa bergoncang sedikit pun jua, dia malah tersenyum, lalu sepasang lenganna digetarkan menyingkirkan tubuh sepasang silumantsb sementara tubuhnya mendesak maju lebih ke depan dan menyambar pergelangan tangan siluman kepalan sambil dibetotnya kuat-kuat.
Siluman kepalan sama sekali tak menyangka kala lawannya bertindak secepat itu, baru saja ia merasa terkejut, tahu-tahu rasa sakit yang luar biasa menyerang tubuhnya.
'Kraaakkkk...!' Percikandarah segar menyembur kemana-mana, ternyata lengan kanan telah dibetot oleh Sastrawan bisu tuli itu hingga putus menjadi dua bagian.
Saking kesakitannya, ia menjerit ngeri kemudian roboh tak sadarkan diri.
Ketiga orang siluman lainnya menjadi marah setelah melihat adegan tersebut, serentak mereka membentak nyaring sambil menerkam ke depan dengan buasnya.
Sastrawan bisu tuli sedikit pun tidak merasa gentar meskipun harus menghadapi serangan dari tiga arah yang berlawanan, mendadak tubuhnya berjongkok lalu secepat kilat sepasang kakinya melancarkan serangan sapuan berantai.
Siluman martil emas dan siluman pedang cepat menghindarkan diri ke samping, kasihan siluman baja yang terlambat menghindar, tubuhnya segera tersapu telak sehingga badannya bergulingan ke atas tanah dan tak bergerak lagi.
Agakna siluman pedang jadi nekad setelah keadaan tersebut, badannya segera melejit ke tengah udara dan pedangnya melancarkan serangkaian serangan gencar yang semuanya menggunakan jurus-jurus mematikan.
Cahaya tajam berkilauan membelah angkasa, belasan tusukan yang dilancarkan semuanya menggunakan jurus mematikan, betapa pun hebat dan tingginya kepandaian yang dimiliki Sastrawan bisu tuli, agak keder juga dibuatnya setelah menghadapi keadaan tersebut.
Tampak ujung bajunya berkibar terhembus angin, di antara kilauan pedang yang menyambar-nyambar ia berusaha untuk menghindarkan diri dari ancaman, tapi nyatanya sulit juga baginya untuk meloloskan diri dalam waktu singkat.
Pada saat itulah tiba-tiba Sik Tiong Giok mengendus berulang kali ke sisi ruangan, lalu serunya :
"Adik Peng, coba enduslah, bau apakah itu?"
Li Peng mencoba untuk mengendus sekeliling sana, kemudian sahutnya agak tercengang :
"Ehmm... tampaknya seperti bau belerang, jangan-jangan..."
Belum habis perkataan itu diucapkan, satu ingatan sudah melintas di dalam benak Sik Tiong Giok, buru-buru serunya :
"Aduuuh... celaka..."
Ia segera menerjang keluar dari ruangan batu dan berteriak dengan suara lantang :
"Kalian segera berusaha untuk kabur dari istana Gi liong kiong ini, bila terlambat kalian akan mati terkubur semua disini."
Selesai berteriak, ia segera menarik tangan Li Peng sambil teriaknya pula :
"Cepat kabur!" Tampaknya si rase sakti Li Keng kiu juga telah mengendus bau belerang yang amat keras itu, segera teriaknya pula :
"Benar, pihak Gi liong kiong telah menyulut sumbu mesinnya...
kita harus segera kabur dari sini."
Begitu ia berteriak, kawananjago persilatan yang berada di sekitar tanahlapang menjadi gugup sekali, serentak mereka kabur menuju ke arah jalan keluar bukit.
Dalam pada itu pertarungan antara Sastrawan bisu tuli dengan sepasang siluman masih berlangsung amat seru, kedua belah pihak sama-sama tidak mau menyudahi pertarungan itu sampai disitu saja.
Walaupun kedua orang silumanitu mengerti bahwa bahan mesiu telah disulut dan mereka ingin cepat-cepat kabur dari sana, akan tetapi menghadapi serangkaian serangan yang gencar dari Sastrawan bisu tuli, pada hakekatnya sulit buat mereka untuk kabur.
Dalam waktu singkat di tengah lapangan tinggal mereka bertiga saja yang masih terlibat dalam pertarungan sengit.
Dari kejauhan sana tampak asap hijau telah mengepuk ke angkasa.
Menyusul kemudian terdengarlah ledakan dahsat yang
menggetarkan seluruh permukaan tanah.
Berubah hebat paras muka siluman martil emas dan siluman pedang, gara-gara pikiran bercabang, otomatis serangan mereka pun menjadi lamban, akibatnya hal ini memberi peluang baik bagi Sastrawan bisu tuli untuk melancarkan serangan dahsyatnya.
Mendadak sebuah pukulan dahsyat dilontarkan menghantam tubuh siluman pedang To Hong, disusul kemudian sebuah tendangan dahsyat menghajar silumanmartil emas hingga jatuh bergulingan di atas tanah.
Menanti ke empat siluman dari gurun pasir telah tewas semua di tangannya ia baru menghembuskan napas lega.
'Blaaammm...!' Kembali sebuah ledakan dahsyat menggelegar memgelah
angkasa, lalu muncul jilatan api setinggi beberapa kaki yang membumbung tinggi ke udara.
Sastrawan bisu tuli benar-benar menderita rugi karena tak bisa mendengar dan bisu meski ia mendengar suara secara lamat-lamat akan tetapi tak terlalu jelas sehingga dengan ragu dia berpaling.
Walaupun kemudian ia dapat melihat kobaran api yang
membumbung ke langit, akan tetapi dia pun melihat ada beberapa orang perempuan sedang lari dengan gugup ketakutan.
Orang ini memang tak boleh melihat wanita, begitu bertemu perempuan yang berparas cantik maka segala persoalan menjadi lupa, sambil tertawa lebar dia segera menyusul di belakang perempuan-perempuan itu.
Dalam pada itu kawanan jago persilatan yang mengikuti di belakang Sik Tiong Giok telah berada di mulut bukit, tiba-tiba saja mereka berseru keras :
"Aduuh celaka, bagaimana ini?"
Ternyata istana Gi liong kiong terletak di puncak bukit di tengah pulau yang ada di tengah telaga, waktu itu tak nampak sebuah sampan pun yang tertambat disitu, bagaimana mungkin mereka bisa menyeberang meninggalkan tempat tersebut?"
Berada dalam keadaan begini si rase sakti Li Keng kiu segera memberikan usulnya yang cerdik setelah memandang sekejap sekeliling tempat itu segera serunya :
Harap kalian yang bisa berenang segera terjun ke air, yang tak bisa berenang carilah tongkat atau kayu, pokoknya semua barang yang dapat terapung. Mari kita terjung ke air bersama dan bergerak menuju ke pantai seberang."
Begitu idenya diutarakan mereka yang bisa berenang segera terjun ke air sedang yang tak bisa berenang segera mencari kayu untuk tempat berpegangan...
Dalam waktu singkat di tengah telaga Gi Liong oh itu sudah dipenuhi dengan kayu dan manusia yang terapung di air.
Dalam pada itu, di tepi telaga dekat semak belukar yang lebat tampak tujuh iblis sedang mengejar si tolol A poo sedangkan Ciu Siang mengejar di belakang tujuh iblis.
Walaupun pada mulanya di balik semak belukar itu telah dipersiapkan jago-jago lihay yang siap menyergap, namun saat ini kawanan jago yang dipersiapkan itu sudah menyelamatkan diri semua.
Namun buat si tolol A poo keadaan seperti ini justru menguntungkan, sebab dengan tanah berlumpur itu akan menyergap para pengejarnya dengan hebat.
Suasana di seluruh telaga Gi Liong oh telah berubah menjadi kacau balau tak karuan.
Mendadak di tepi bukit telaga di bawah istana Gi liong kiong muncul seorang sastrawan setengah umur, dia sedang
mendatangi kawanan manusia yang menunggu di telaga dengan termangu.
Orang itu tak lain adalah sastawan bisu tuli, perempuan gagal dikejar, ia justru tiba di bawah bukit di tepi telaga.
Dasar sudah tuli lagi tolol, ketika menyaksikan begitu banyak orang berenang menuju ke tepian dia hanya bisa memandang saja dengan pandangan kebingungan.
Suara teriakan dan bentakan keras bergema dari tepi seberang, rupanya kawanan jago lihay yang berhasil mendarat di pantai seberang telah bertemu dengan musuh yang telah dipersiapkan disana sehingga terjadilah pertarungan sengit.
Di pihak lain, tujuh iblis juga sedang mengejar si tolol A poo secara ketat.
Dasar sudah tolol, ketika merasa dirinya dikejar musuh, ia malah dibuat kegirangan setengah mati sambil berlarian dengan kencang, serunya pula sambil tertawa terbahak-bahak :
"Haaaahhh... haaaahhh... haaaahhh... rupanya kalian hendak merebut perempuan ku. Hayo kemari, kejar dulu diriku sampai dapat!"
Ketujuh orang iblis itu benar-benar sangat berang tapi apa mau dikata mereka harus melalui jalan berlumpur yang amat tebal, mati kutu mereka semua dibuatnya. Lain ceritanya dengan Ciu Siang yang berada di belakang, dengan mengandalkan kakinya yang panjang ia berhasil mengejar dengan cepat, belum sempat ke tujuh iblis itu menyusul si tolol A poo ia justru telah berhasil mengejar ke tujuh iblis tersebut.
Sambil tertawa terbahak-bahak segera serunya :
"Haaaahhh... haaahhh... haaaahhh... apakah cuma kalian beberapa orang?"
Waktu itu ke tujuh iblis memang sedang mendongkol sekali dan tak bisa dilampiaskan keluar, maka baru saja Ciu Siang munculkan diri tanpa mengucapkan sepatah katapun mereka segera menyerang secara gencar dan dahsyat.
Dengan berkobarnya pertarungan, tingal si tolol A poo yang berada di sisi arena dan menonton pertarungan sambil membopong Gi Liong kuncu yang bugil.
Angin pukulan tampak menderu-deru, air lumpur berhamburan kemana-mana di teangh suara bentakan dan teriakan gusar, terselip juga gelak tertawa dari Ciu Siang.
Sementara itu pertempuran di balik hutan di tepi telaga pun berlangsung tak kalah serunya, tampak cahaya golok dan bayangan pedang berkilauan di angkasa, percikan darah dan hancuran daging memancar ke empat penjuru, jeritan ngeri, teriakan keras menciptakan suatu perpaduan suara yang menggidikkan hati.
Sastrawan bisu tuli yang menonton jalannya pertarungan itu jadi amat kegirangan, ia segera bertepuk tangan sambil melompat-lompat macam orang gila saja.
Pada saat itulah dari puncak bukit telah menyembur keluar kilatan caaya api, disusul kemudian beberapa kali ledakan dahsyat menggelegar di angkasa...
'Blaammmmm... blaaammmm...!'
Asap tebal menyembur keluar meliputi angkasa, hancuran batu dan pasir berhamburan ke tengah telaga, gelombang dahsyat pun menggoncangkan air telaga membuat keadaan bertambah
mengerikan. Akibat dari peristiwa tersebut, pertarungan antara kedua belah pihak segera terhenti sama sekali, mereka sama-sama menonton jalannya peristiwa yang maha dahsyat itu.
Secara lamat-lamat dapat didengar pula beberapa kali jeritan ngeri yang memilukan hati bergema tiba.
Menyaksikan keadaantsb si Rase sakti Li Keng kiu segera menghela napas panjang, gumamnya :
"Tampaknya Sastrawan bisu tuli tak akan lolos dari musibah ini, jiwanya mungkin tak tertolong lagi."
"Yaa, dia memang tak pernah bisa mengekang diri, apalagi jika bertemu perempuan cantik, manusia macam begini memang harus mendapat balasan yang setimpal," sambung kakek cebol berjalan di bawah tanah sambil tertawa.
"Aku lihat orang bodoh banyak rejekinya," kata Ku tiok lojin pula,
"tak disangka si tolol yang berhasil memungut keuntungan dari peristiwa ini."
"Aku kuatir Gi Liong kuncu tak akanrela dengan begitu saja menyerahkan diri," ujar kakek cebol sambil menunjukkan kuatirnya.
Si rase sakti segera tertawa katanya :
"Aku punya sebuah akal bagus yang bisa membuat budak itu dengan rela mengawini si tolol."
Dengan menyinggung soal si tolol, perhatian semua orang pun sama-sama tertuju ke arahnya.
Waktu itu pertarungan di tengah semak belukar telah berhenti, tujuh iblis sams-sams terbenam semua di tengah lumpur, tinggal si tolol A poo seorang tetap bersih dan berdiri disitu sambil memeluk tubuh Gi Liong kuncu kencang-kencang.
"Hey bocah tolol, apa yang kau tertawakan?" tiba-tiba Ciu Siang menegur dengan marah.
"Aku mentertawakn kau yang telah berubah menjadi anak-anakan tanah liat," sahut si tolol A poo sambil tertawa.
"Huuh, gara-gara kaulah aku berubah menjadi begini, pokoknya perempuan itu harus bagi separuh untukku."
Belum habis perkataan itu diucapkan, di atas pantai telaga sudah kedengaran seseorang membentak keras :
"Ngaco belo, siapa pemilik perempuan itu, dialah miliknya.
Bagaimana cara membaginya?"
Ketika Ciu Siang berpaling dan melihat pembicaranya adalah Ku tiok lojin, gurunya, cepat-cepat sahutnya :
"Tapi si bocah tolol sendiri yang berkata begitu."
"Hmmm apakah kau tak bisa mencari sendir?" hardik Ku tiok lojin lagi.
Ciu Siang segera termenung sejenak setelah mendengar perkataan itu, mendadak ia menepuk kepala sendiri dan serunya sambil tertawa :
"Tida, aku tidak mau, perempuan hanya pintarnya menganiaya lelaki, aku tak ingin mereka mengurusi aku."
"Bocah tolol, kapan sih kau melihat ada perempuan menganiaya lelaki?" tegur kakek cebol sambil tertawa.
"Aku sering melihat ibu guru memukuli guruku," sahut Ciu Siang sambil tertawa.
Kontan saja Ku tiok lojin membentak keras :
"Kentut busuk."
Namun akibatnya semua orang dibuat ge;o dan segera tertawa terbahak-bahak.
Sementara itu suara ledakan telah berhenti, asap hitam yang menyelimuti angkasa pun sudah hilang terbawa angin.
Tapi pada saat itu juga si tolol Apoo telah hilang lenyap dari sana, di samping Sik Tiong Giok dan Li Peng juga tak nampak lagi batang hidungnya.
oooOOOooo Di tengah hutan di atas sebuah tanah lapang berbaring seseorang yang tertidur dengan nyenyak.
Dia bukan lain adalah Gi Liong kuncu, entah dari mana diperoleh pakaian, perempuan itu sudah mengenakan sebuah pakaian yang amat serasi dengan tubuhnya.
Setelah mengalami tekanan batin yang amat berat, kini ia tertidur nyenyak sekali.
Rambutnya yang hitam berkilat terurai ke bawah, bulu matanya yang indah, tubuhnya yang meliuk-liuk mencerminkan pula suatu potongan badan yang menarik.
Di sisi tubuhnya duduk tiga orang, dua pria dan seorang wanita.
Di antara ketiga orang itu, lelaki yang bertubuh kekar nampak gelisah dan meperhatikan perempuan yang berbaring itu sambil mendesah lirih.
Nona yang duduk di sampingnya segera mengerling sekejap ke arah pemud yang berada di samping lain, kemudian berseru kepada lelaki kekar itu seraya tersenyum :
"Suheng, apakah kau benar-benar hendak mengawininya?"
"Heee... heee... heee... heee.. tentu saja, mengapa tidak?" jawab lelaki itu sambil tertawa bodoh.
"Aku takut dia tak akan bersedia menjadi binimu!" goda sang pemuda sambil tersenyum.
Lelaki kekar itu segera tertawa tergelak.
"Jika A po sudah menyukai seorang perempuan, aku tak perduli dia mau atau tidak, pokoknya dia harus bersedia."
Si nona segera mengerling sekejap ke arah sang pemuda, lalu serunya :
"Engkoh Giok, coba kau lihat, setelah suheng bloon mendapat bini, orangnya juga ikut jadi pintar."
Pemuda tersebut tak lainadalah Pangeran Serigala Sik Tiong Giok, ia segera tersenyum setelah mendengar perkataan itu, katanya :
"Hal ini sudah sepantasnya, tapi kalau main paksa macam dirimu itu tidak mencerminkan sifat gagah seorang pendekar."
Si lelaki tolol A poo jadi tertegun, mulutnya beberapa kali tergetar ingin mengucapkan sesuatu, namun tak sepatah katapun yang diutarakan.
"Betul suheng!" terdengar Li Peng berseru pula sambil tertawa,
"kalau hanya sepihak datangnya cinta itu maka perkawainan tak bisa berlangsung secara langgeng."
"Lantas apa yang harus kulakukan?" seru si tolol A poo sambil mengangkat bahu.
"Turutilah perasaan," kata si nona sambil tertawa, "bila ia telah mendusin nanti, jangan sekali-sekali kau berbicara secara sembarangan. Mengerti?"
"Baik, aku akan menuruti nasehat dari mu, si budak setan."
"Apa kau bilang?" tiba-tiba Li Peng menghardik.
Cepat-cepat si Tolol A poo mengubah panggilannya itu : "smoay aku akan menuruti perkataanmu."
Baru saja dia selesai berkata, Gi Liong kuncu yang berbaring di atas tanah telah melompat bangun, kemudian sambil memukul A poo umpatnya :
"Kau bajingan berhati keji, berani benar membuat malu tuan putrimu. Aku... aku akan beradu jiwa denganmu."
Dengan suatu gerakan cepat Sik Tiong Giok menyambar
lengannya, kemudian berkata sambil tertawa :
"Tuan putri ku, coba kau perhatikan dulu orangnya dengan jelas!"
Gi Liong kuncu kelihatan agak tertegun setelah mendengar perkataan itu, dia mengerdipkan matanya berulang kali, lalu katanya :
"Kau adalah Pangeran Serigala langit?"
"Benar, akulah orangnya," sahut Sik Tiong Giok sambil tertawa.
"Kau... kaukah yang telah menolongku?"
"Keliru besar," sela Li Peng sambil tertawa, "orang yang telah menolong mu kau pukul sampai menangis."
"Si... siapakah kau" Siapa yang telah menolong ku?"
"Aku adalah Li Peng, masa kau tidak mengenali aku lagi" Itu dia, orang yang menolong mu berada disana."
Sambil berkata dia lantas menuding ke arah si tendangan geledek A poo.
Si A poo hanya mengawasi orang-orang itu sambil tertawa bodoh, ia benar-benar bungkam dalam seribu bahasa.
Mendengar perkataan itu, hilang sudah kegagahan Gi Liong kuncu, tiba-tiba ia duduk di atas tanah sambil menangis tersedu-sedu.
Li Peng harus menghiburnya dengan berbagai cara sebelum dia berhenti menangis dan pelan-danpelan mengangkat kepalanya kembali, ujarnya kemudian :
"Terima kasih banyak atas pertolongan mu, aku pasti akan menyelenggarakan pesta perjamuan yang meriah di istana Gi liong kiong untuk menghormati kalian."
"Istana Gi liong kiong sudah diledakkan sampai hancur dan rata dengan tanah, aku lihat perjamuan mu tak bisa diselenggarakan lagi," ucap Sik Tiong Giok.
Pucat pias selembar wajah Gi Liong kuncu setelah mendengar perkataan itu, dia termangu beberapa saat lamanya, kemudian mengeluh :
"Oooooh habis sudah, habis sudah apa yang harus ku perbuat sekarang?"
Li Peng sendiri pun nampak terkejut setelah menyaksikan keadaan dari nona itu, cepat-cepat dia berseru :
"Tuan putri..."
"Jangan memanggil tuan putri kepada ku lagi," tukas Gi Liong kuncu cepat, "aku tak lebih cuma seorang gadis suku Biau yang bernama Liong Siau huan, tak lama lagi Liong Siau huan pun akan mati secara mengenaskan.
Sik Tiong Giok jadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, serunya tercengang :
"Aku tidak mengerti dengan perkataanitu."
"Tuan... enci Liog tak usah kuatir," hibur Li Peng kemudian, "asal kau berada bersama kami, tak nanti orang yang berani mencelakai dirimu."
Tiba-tiba si tolol A poo melompat bangun lalu berteriak pula dengan mata melotot besar :
"Barang siapa berani menganggu bini A poo, biar ku tendang dia sampai mampus."
Sambil berkata ia benar-benar melakukan sebuah tendangan keras sehingga menderulah segulung angin tendangan yang maha dahsyat dankuat.
'Blaaammm... blaaammmm' Dimana angin menderu, dua ledakan keras menggelegar, tampak batang pohon bertumbangan dan daun berguguran keadaannya benar-benar mengerikan.
Sikap yang diperlihatkan si tolol A poo tentu saja membuat Liong Siau huan hanyajadi melongo dan termangu-mangu.
"Suheng tolol, mau apa kau?" tegur Li Peng segera, "siapa sih yang hendak kau tuju dengan tendangan mu itu" Baik jika kau begini terus aku pun tak akan turut campur."
Si tolol a poo jadi gelagapan, sambil tertawa bodoh seera serunya cepat-cepat :
"Su... sumoay aku.. aku akan menuruti perkataan mu itu."
Li Peng mengerling sekejap ke arahnya lalu baru berkata kepada Liong Siau huan :
Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Enci Liong, sebenarnya apa sih yang telah terjadi" Bersediakah kau memberitahukan kepada ku?"
Liong Siau huan menghela napas panjang, katanya kemudian :
"Semua jago pesilatan mengira Gi Liong oh ini berada di bawah pimpinan ku, padahal yang benar bukan."
"Apakah masih ada pemimpin lainnya" Siapakah dia?" tanya Sik Tiong Giok dengan perasaan kaget bercampur keheranan.
"Orang itu adalah guruku Heng thian pocu."
"Waaah, terhadap langit pun nenek itu membenci, mungkin dia bukan manusia yang bisa diajak bicara," seru Li Peng tertawa.
"Sebetulnya guruku orangnya ramah dan baik, semua orang di wilayah Biau menghormatinya seperti malaikat, hanya satu pantangannya yaitu jangan sampai marah, bila dia sudah naik darah, kekejamannya takkan terlukiskan lagi dengan kata-kata."
"Aku tidak takut," sela si tolol A poo dengan suara keras.
Ketika dilihatnya Li Peng sedang mendelik ke arahnya, cepat-cepat dia menutup mulutnya kembali.
Terdengar Liong Siau huan berkata lagi :
"Dengan susah paayah dia membangun istana di tepi telaga Gi Liong oh, tapi kini jerih payahnya hancur berantakan, bayangkan saja apakah dia tak jadi gila saking marahnya?"
"Tapi apa sangkut pautnya denganmu" Lagi pula di antara kalian toh masih ada jalinan sebagai guru dan murid, mana dia tak berperasaan sama sekali?" seru Sik Tiong Giok.
Liong Siau huan menghela napas panjang.
"Aaai, kau tak tahu maka bisa bisa berkata begitu, padahal kursiglk sudah diduduki empat orang secara beruntun dalam sepuluh tahun terakhir ini, bahkan putri kandung guru ku sendiri yaitu toa suci ku It Ling, kini juga disekap dalam lembah Aek sui kok, apalagi kedua orang lainnya, boleh dibilang mereka telah disiksa hingga mati tak bisa hidup pun menderita, aaai kali ini mungkin giliran ku yang akan mengalami nasib yang sama."
Ketika berbicara sampai disitu, tiba-tiba ia membungkam dan menundukkan kepalanya rendah-rendah, air matanya jatuh bercucuran membasahi pipinya.
Kejut dan tercengang, Li Peng bertanya :
"Lihaykah ilmu silat yang dimilikinya" Apakah tiada orang yang berani menghadapinya?"
Ketika mendengar pertanyaan itu, Liong Siau huan mengangkat kepalanya, lalu dengan sepasang mata berkaca-kaca dia berpaling ke arah Sik Tiong Giok, ujarnya lagi :
"Sepanjang hidupnya dia hanya takut dengan seseorang, yaitu si kakek serigala langit dan kepandaian silat yang dimiliki kakek serigala langit dia pun hanya paling takut dengan ilmu Thian long eng."
"Bagus sekali kalau begitu," seru Li Peng sambil tertawa, "enci Liong tidak usah takut lagi, engkoh Giok bukan lain adalah ahli waris kakek serigala langit, dia pun menguasai ilmu Thian long eng dari dua belas ilmu cacad tersebut.
Liong Siau huan segera membelalakkan matanya lebar-lebar setelah mendengar ucapan itu, lama sekali dia termangu-mangu, kemudian baru ujarnya :
"Be... benarkah itu?"
"Sebagai seorang Pangeran Serigala langit jika ilmu Thian long eng sja tidak dikuasai, bagaimana mungkin ia bisa menjagoi dunia persilatan?" sahut Li Peng sambil tertawa.
Sik Tiong Giok berkata pula seraya tertawa :
"Entah bagaimana pun juga aku sangat berminat untuk menjumpai guru mu, tapi dia berdiam dimana?"
"Ia berada di pesanggrahan Lei hun piat sut dalam lembah Soh long kok, lembah pengunci serigala yang terletak di bagian belakang telaga Gi Liong oh."
"Asal ada tempat tertentu aku yakin pasti akan berhasil menemukan jejaknya."
Menjelang senja, di belakang bukit telaga Gi Liong oh telah muncul empat sosok bayangan manusia, mereka bukan lain adalah Sik Tiong Giok sekalian berempat yang menuju ke lembah Soh long kok.
Dalam waktu singkat sudah tiga buah bukit mereka lalui, hari pun sudah gelap di kejauhan terlihat mulut lembah Soh long kok tersebut.
Di depan mulut lembah telah dipasang api unggun yang amat besar, dengan di sekeliling duduk sejumlah orang yang tampaknya sedang merundingkan sesuatu.
Dengan ketajaman matanya, di dalam sekilas pandangan saja Sik Tiong Giok telah mengenali orang-orang itu sebagai tujuh iblis dari kota Ci sia. Tanpa terasa dia berpikir :
"Panjang amat usia kawanan iblis tersebut, meskipun sudah terperosok ke dalam lumpur, ternyata tidak sampai menemui ajalnya."
Agaknya si tolol A poo sudah mengenali siapakah orang-orang itu, dia ingin berteriak memanggil, tapi segera dicegah Liong Siau huan yang berbisik lirih :
"Jangan mengejutkan mereka."
"Waaaah tampaknya mereka amat santai, malah datang ke tempat ini untuk menghangatkan tubuh," kata Li Peng sambil tertawa.
"Mereka pasti sengaja datang kemari untuk memberi laporan kepada guru ku, api unggun tersebut tujuannya tak lain adalah tanda kepada guru ku, dan aku percaya suhu ku tentu sudah melihat cahaya api tersebut."
Maka mereka berempat pun segera menyembunyikan diri, kemudian pelan-pelan berjalan mendekati onggokan api itu.
'Duukk... duukk... duukkk...'
Mendadak dari kejauhan sana berkumandang datang suara langkah kaki yang amat berat, suara tersebut selangkah demi selangkah bergema mendekat, tampaknya perjalanan ditempuh dengan sangat lamban.
Akan tetapi ke tujuh orang iblis yang duduk di sekeliling api unggun justru menunjukkan sikap yang amat tegang, tanpa sadar mereka mundur dua tiga langkah ke belakang kemudian berlutut dan menyembah di atas tanah.
"Hey, apa yang sedang mereka lakukan?" Li Peng segera bertanya dengan keheranan.
"Duplikat dari suhu telah datang, nenek ini paling kejam dan buas. Aku rasa tujuh iblis pasti akan mengalami nasib yang trags hari ini," kata Liong Siau huan cepat.
"Apa" Duplikat dari Heng thian popo?" tanya Sik Tiong Giok keheranan.
"Yaa suhu mempunyai lima orang duplikat, yang satu lebih keji daripada yang lain, siapa pun yang bertemu dengan mereka tak akan ada yang lolos dengan selamat."
Sementara pembicaraan berlangsung, suara langkah kaki itu makin lama bergema semakin mendekat, dari balik kegelapan muncul sesosok bayangan manusia.
Orang itu adalah seseorang nenek gemuk yang bertubuh pendek, rambutnya telah beruah semua atau lebih tepat sudah gundul separuh, ia mengenakan jubah yang sangat lebar dan membawa sebuah tongkat kayu sepanjang satu kaki, sambil berjalan mendekat kedengaran sesekali dengusan napasnya yang
memburu. Pelan-pelan dia berjalan ke samping api unggun, kemudian setelah menghela napas panjang gumamnya :
"Ehmm, di tengahmalam yang begini dingin, dan membekukan badan, rasanya nikmat juga kalau dapat menghangatkan tubuh di sisi api unggun."
Dengan meminjam cahaya api yang memancar datang, Sik Tiong Giok dapat menyaksikan raut wajah nenek itu dengan jelas, ternyata dia berwajah bulat seperti rembulan, senyum ramah selalu menghiasi ujung bibirnya, sedang nada pembicaraannya pun halus ramah dan penuh welas kasih.
Kenyataan itu tentu saja amat mencengangkan pemuda kita, tanpa terasa ia berpikir :
"Benarkah nenek yang penuh welas kasih dan baik hati ini, sebetulnya adalah seorang iblis yang membunuh orang tanpa berkedip?"
Walaupun nenek itu telah melihat kehadiran ketujuh orang iblis yang berlutut di atas tanah itu, namun lagaknya seakan-akan tidak melihat, sambil menghela napas dia pun duduk di tepi api unggun itu.
Tampaknya si Raja setan kepala botak tidak bisa menahan diri lagi, dengan napas tersengal segera serunya ;
"Tujuh sobat dari kota Ci sia menjumpai lo hujin!"
Pelan-pelan nenek itu mengangkat kepalanya, kemudian sambil memicingkan matanya dan tertawa, ia berkata :
"Aaaaa! Rupanya kalian, coba lihat, aku si nenek benar-benar sudah pikun, sampai-sampai tidak ku ketahui kalau disini masih ada orang lain. Benar-benar harus dimaafkan, jadi kalian yang telah mempersiapkan api unggung ini?"
"Benar, kami mendapat perintah dari perenda Ngo lok di tepi telaga untuk memasang api unggun disini," sahut si Raja setan kepala botak dengan cepat.
Nenek itu segera tersenyum.
"Kalau begitu tak bakal salah lagi, apakah di istana Gi liong telah punah sama sekali, tuan putri juga telah diculik orang, sementara semua dayang telah mendapat celaka..."
"Apakah empat siluman dari gurun pasir juga tewas?"
"Yaaa, mereka semua telah mati di tangan Sastrawan bisu tuli."
Ketika mendengar nama Sastrawan bisu tuli disinggung, kelihatan sekali sekujur badan nenek itu gemetar keras, tapi kemudian katanya lagi sambil tertawa :
"Untung sekali kalian sudah datang memberi kabar, cuma..."
Mendadak paras mukanya berubah, senyuman yang ramah pun hilang tak berbekas, dengan suara dingin ia berkata :
"Mengapa kalian semua tak ada yang mampus" Hmm, dibalik kesemuanya ini tentu terselip tipu muslihat..."
Begitu selesai berkata, tiba-tiba saja tangan kirinya diayunkan ke depan melancarkan sebuah cengkeramanmaut.
Si Raja setan kepala botak sama sekali tidak menduga sampai disitu, menanti dia siap untuk menghindar, sayang keadaan sudah terlambat.
Selisih jarak di antara kedua orang itu paling banter cuma dua kaki, meski serangan yang dilancarkan itu sama sekali tidak menggeserkan tubuh si nenek tapi gerkan lengannya cepat benar luar biasa sekali.
Tahu-tahu saja si Raja setan kepala botak itu sudah menggelepar dia tas tadi sambil berkelejotan disusul kemudian jeritan ngeri yang memilukan hati bergema memecahkan keheningan, belum sampai berapa gulingan tubuhnya sudah tak bergerak lagi.
Sementara di atas tubuh si Raja setan kepala botak telah bertambah dengan lima buah lubang jari tangan yang
mengucurkan darah segar. Kejadian tersebut kontan saja mengejutkanstg yang mengintip dari balik tempat persembunyian, rasa bergidik semua menyelimuti pula seluruh perasaannya.
Liong Siau huan segera berbisik :
"Itulah ilmua Siau huan jiu dari guruku, konon tidak jauh berbeda dengan jurus Long ya hud sim gigi serigala berhati Budha dari dua belas ilmu cacad."
"Apakah dia gurumu, Heng thian popo?" tanya Li Peng dengan perasaan kaget bercampur tercengang.
"Liong Siau huan segera menggelengkan kepalanya berulang kali
: "Bukan, dia adalah salah seorang duplikat dari guruku, orang menyebutnya si wajah ramah Sie Toa koh, jangan dilihat wajahnya yang penuh welas kasih, padahal kekejamannya luar biasa."
Sementara itu keenam iblis lainnya yang melihat kematian toako mereka secara mengenaskan jadi tertegun saking kaget dan tertegunnya.
Selang beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja Pat Huang Sin Mo bangkit berdiri, kemudian bentaknya dengan penuh kegusaran :
"Kau... apa maksudmu" Dengan niat baik kami datang memberi kabar, kenapa..."
"Jadi kau merasa tak puas?" kembali si wajah ramah Sie Toa koh berkata penuh senyum, "baiklah aku akan memberitahukan kepadamu, inilah peraturan lembah kami, siapa yang bisa menentukan apakah maksud kedatangan kalianini baik atau jahat?"
"Apakah dengan membunuh satu orang maka kenyataan bisa diketahui?"
Kembali Sie Toa koh tertawa.
"Dengan membunuh satu orang maka aku bisa menilai dari perubahan mimik wajah kalian, apakah kalian bersungguh hati atau tidak."
"HMMM PERTARUNGAN ITU BENAR-BENAR terlalu keji!"
Sie Toa koh segera tertawa :
"Hmmm, berapa banyak sih orang yang telah mati terbunuh kalian selama ini" Apakah baru hari ini kalian merasa bahwa perbuatan semacam ini termasuk keji" Betul-betul suatu kejadian yang aneh, padahal ditinjau dari sikap kalian ini pun, kamu sudah pantas mati..."
Pat Huang Sin Mo menjadi amat terkesiap setelah mendengar perkataan itu, sepasang matanya segera melotot besar penuh amarah, segera bentaknya keras-keras :
"Hmmm, kau anggap gampang membunuh ke..."
Belum lagi perkataan tersebut selesai diucapkan, tiba-tiba saja Sie Toa koh mengayunkan jari tangannya ke muka, segulung desingan angin tajam segera meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa.
'Kraaakk...!' Tia-tia ia mengeluh tertahan, lalu tubuhnya terjungkal ke atas tanah dan tewas seketika itu.
Akibatnya ke lima orang iblis lainnya menjadi amat terperanjat, sampai setengah harian lamanya tak seorang pun di antara mereka yang berani bersuara.
Dengan sorot mata yang tajam Sie Toa koh memperhatikan sekejap wajah beberapa orang itu, kemudian setelah menghela napas lembut kembali katanya :
"Masuklah kalian berlima ke dalam lembah, aaai, padahal selama hidupaku paling takut dengan darah, tapi hari ini aku telah membunuh orang lagi, dosa... dosa..., benar-benar suatu dosa yang amat besar."
Berbicara sampai disitu ia segera bangkit berdiri serta membalikkan badannya dan masuk kembali ke dalam lembah.
Memandang hingga bayangan tubuh Sie Toa koh lenyap di kejauhan sana, Li Peng baru bergumam :
"Kalau toh sudah tahu bahwa membunuh adalah dosa, mengapa pula dia harus membunuh orang lagi?"
Ke lima iblis yang berhasil lolos dari lubang jarum tanpa mengucapkan sepatah kata pun, meski tidak ada yang berani berbicara, akan tetapi dalam benak setiap orang dicekam oleh rasa marah dan dendam yang tidak terkirakan.
Menanti rombongan tersebut telah berlalu, Sik Tiong Giok sekalian di bawah bimbingan Liong Siau huan segera menuju pula ke lembah Soh long kok dengan mengambil jalan pintas.
Tak jauh setelah memasuki lembah terdapat sebuah tebing kecil, sekeliling tempat itu merupakan batuan cadas yang berbentuk sangat aneh dan tak nampak tetumbuhan hidup di sekitar sana, sekilas pandangan bentuknya mirip sekali dengan beberapa ekor binatang buas yang siap hendak menerkam mangsanya.
Liong Siau huan langsung mengajak Sik Tiong Giok sekalian berdiri di tengah sebuah tebing dan melongok ke bawah.
Ternyata di sekitar tebing situ telah dipasang tujuh buah api unggung, api yang membara berwarna biru dan membumbung sampai ketinggian tiga depa, anehnya di bawahnya ternyata tidak nampak kayu atau bahan untuk pembakaran.
Di tengah-tengah kobaran api itu, duduklah seorang nenek berambut putih.
Li Peng yang menjumpai keadaan tersebut segera saja berbisi di sisi telinga Liong Siau huan :
"Cici, cepat amat gerakan langkah Sie Toa koh, secepat itu dia sudah duduk disana."
"Dia bukan Sie Toa koh, melainkan si wajah dingin To ji koh."
"Kalau dilihat dari segala persiapan yang dilakukan olehnya, sudah pasti ada suatu kejadian aneh yang bakal berlangsung..."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, mendadak dari luar tebing telah muncul beberapa sosok bayangan manusia yang bergerak makin lama semakin mendekat, tak lama kemudian dapat terlihat bahwa mereka adalah lima iblis.
Begitu tiba di muka tumpuka api tersebut, serentak mereka menghentikan langkahnya memberi hormat dan berseru :
"Tecu sekalian datang dari kota Ci sia, menjumpai lo hujin."
"Kedatangan kalian memang tepat sekali, hanya sayang kejujuran hatinya masih meragukan," ucapan Ta Ji koh dingin.
Beberapa patah kata yang amat dingin dan kaku ini seketika membuat perasaan ke lima orang iblis itu menjadi bergidik.
Mendadak Ang lou hujin menghentakkan tongkat ke atas tanah, lalu serunya dingin :
"Kami datang kemari hanya ingin mengabarkan bahaya yang mengancam, sama sekali tidak berniat meminta apa-apa, jadi mau percaya atau tidak terserah kepada kalian sendiri, urusan tersebut sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan kami.
Berulang kali kami tunjukkan sikap bersunguh-sungguh tapi kalian sengaja menyusahkan kami, tampaknya maksud baik kami dibalas dengan sikap macam begitu, hmmm, apa gunana kami menjual nyawa lebih jauh...?"
Berbicara sampai disitu, tiba-tiba dia membalikkan badan lalu menggapai ke arah ke empat orang iblis lainnya sambil berkata lebih jauh :
"Hayo berangkat, kita segera kembali ke kota Ci sia, urusan ini tak usah dicampuri lagi."
Seusai berkata dia pun beranjak pergi dari situ, sementara ke empat orang iblis lainnya segera menyusul pula dengan wajah penuh amarah.
Dengan suara dingin To Ji koh segera berseru :
"Sesungguhnya kalian memang pantas mencampuri urusan ini, tapi apakah kalian akan pergi dengan begitu saja" Apakah kalian benar-benar akan melepaskan si kelabang langit yang tak lama lagi akan munculkan diri di dalam dunia ini?"
Satu ingatan segera melintas di dalam benak Sik Tiong Giok setelah mendengar perkataan itu, pikirnya :
"Tak heran kalau tujuh iblis itu bersikap begitu hormat dan munduk-munduk terhadap mereka, rupanya maksud tujuan mereka tak lain adalah kelabang langit berusia seribu tahun, jangan-jangan Heng thian popo memiliki cara untuk menaklukkan kelabang langit itu?"
Baru saja ingatan tersebut lewat, mendadak ke lima orang iblis itu menghentikan langkahnya dengan segera dan saling berpandangan sekejap.
Menyusul kemudian terdengar si bocah sakti iblis langit berakta dengan suara lantang :
"Kami tak lebih hanya ingin meminjam mutiara racun Kim ki kun toh cu sja karena itu kami bersedia pula berbakti kepada kalian tapi bila sikap kalian tetap dingin semacam ini kami pun jadi segan dibuatnya."
"Dengan memiliki mutiara penolak racun tersebut tidak sulit bagi hujin kami untuk mendapatkan kelabang langit tersebut, apakah sampai waktunya kalian tak akan menuruti perintahnya" Hanya saja mengingat hujin kami memerlukan bantuan kalian dalam usahanya menghadapi seorang musuh besar ia bersedia untuk bertukar syarat dengan kalian. Kini apabila kalian bersedia melepaskan syarat tersebut kami pun tak akan memaksa lebih jauh. Hanya... aku merasa kasihan buat kalian..."
"Apa yang patut dikasihani dengan kami," tanya Ang lou hujin dengan wajah berubah.
"Aku kasihan kepada kalian gara-gara pikiran rakusnya sehingga memasuki lembah So long kok ini. Aku kuatir gampang untuk memasukinya tapi sukar untuk keluar lagi dari sini."
Dengan penuh amarah Ang lou hujin segera berseru :
"Jadi kau bermaksud menghalangi kami mengandalkan kekerasan" Dengan ilmu silatmu belum tentu kau mampu menahan kami semua."
"Selama h idup aku paling takut bertarung dengan orang, lebih takut lagi melihat darah berceceran."
Telapak tangan darah penyungging langit segera mendengus :
"Hmmm, sekalipun kau hendak turun tangan belum tentu mampu untuk menahan kami."
"Sudah kalian saksikanke tujuh buah jilatan api itu" Tak usah aku mesti turun tangan sendiri kalian toh tak akan mampu hidup selama tiga jam lagi."
Baru selesai perkataan tersebut diutarakan, paras ke lima orang iblis itu sudah berubah hebat.
Dengan suara gemetar si iblis wanita Thi Cu berseru :
"Tujuh buah ji... jilatan api... berwarna biru... tanpa kayu, tanpa minyak... aaa uh... apakah kau telah menyimpan Panah iblis api dingin..."
"Tepat sekali," kata To Ji koh dingin, "tanpa kalian sadari, kamu semua telah terkena panah iblis yang telah menembusi hati kalian, nantikan saja penderitaan akibat digerogoti oleh panah api dingin itu..."
Belum habis perkataan itu diucapkan, ke lima orang iblis tersebut sudah dibuat amat terkejut dan ketakutan setengah mati, sehingga dua baris gigi saling beradu satu sama lainnya.
Sik Tiong Giok menjadi sangat keheranan setelah dilihatnya ke lima orang iblis tersebut ketakutan sedemikian rupa, segera pikirnya :
"Benda apakah panah iblis api dingin itu" Tanpa sedikit bayangan pun, bagaimana mungkin bisa melukai orang?"
Sementara dia masih berpikir, tiba-tiba terasa Li Peng telah menggenggam tangannya, telapak tangan nona itu sudah basah oleh peluh dingin.
Ketika Sik Tiong Giok berpaling, segera tampak olehnya paras muka nona itu pucat pias bagaikan mayat, rasa kaget dan ngeri mencekam seluruh perasaannya. Tanpa terasa dia pun berpikir dengan rasa kuatir :
"Adik Peng kee... kenapa kau?"
Dengan suara gemetar Li Peng berkata :
"Aku pernah mendengar dari cerita guruku, katanya panah iblis api dingin adalah panah pembunuh yang paling keji dari aliran sesat, senjata itu dapat melukai orang tanpa sadar. Aku benar-benar merasa kuatir apabila kita pun dilukai oleh senjata tersebut."
Liong Siau huan segera tertawa ringan, katanya cepat :
"Adikku, kau tak usah terkejut atau panik, biarpun benda itu amat keji, namun asal kita tidak berada dalam radius lima puluh langkah, senjata tersebut tak bakal bisa melukai orang."
Sementara mereka masih berbincang-bincang, tampak ke lima orang iblis itu sudah berdiri kaku di tempat semula persis seperti patung batu, sama sekali tak bergerak atau bergeser dari posisinya semula.
Mendadak terdengar Ang lou hujin menjerit keras sambil menyemburkan darah segar dari mulutnya, kemudian badannya terjungkal ke atas tanah, bergulingan beberapa kali di atas tanah dan tidak bergerak lagi.
Menyaksikan hal tersebut, To Ji koh segera berkata sambil menghela napas :
"Aaaai dia kelewat terburu napsu sehingga mendekati api dingin sampai jarak sepuluh langkah, luka yang dideritanya paling parah, akibatnya satu jam pun dia tak bakal tahan."
Dalam terkejutnya setelah menyaksikan peristiwa tersebut, ke empat orang iblis lainnya serentak mengerubungi Ang lou hujin serta memeriksa keadaannya.
Ternyata seluruh badan Ang lou hujin telah berubah menjadi hitam pekat, dari mata tunggalnya nampak darah meleleh keluar, dalam sekejap mata selembar jiwanya telah melayang
meninggalkan raganya. Kenyataan tersebut membuat mereka makin kaget dan ngeri lagi...
Dengan suara dingin To Ji koh berkata kembali :
"Luka yang kalian berempat derita jauh lebih ringan, mungkin masih bisa bertahan selama tiga jam lebih, tapi jika ingin selamat dari ancaman bahaya maut, kamu berempat harus mengabulkan sebuah permintaan ku lebih dulu."
"Harap lo hujin segera utarakan," cepat-cepat si bocah sakti iblis langit berkata, "asalkan jiwa kami dapat diselamatkan, syarat apa pun tentu akan kami kabulkan."
"Ku minta kalian pergi mencari Su kuncu hingga ketemu, tuan putri ke empat adalah Gi liong kuncu yang hilang itu, mengerti?"
Begitu mendengar kalau ada kesempatan untuk lolos dari kematian, ke empat orang iblis itu segera nampak berseri.
Ban hong sian nio cepat-cepat berkata :
"Tapi luka yang kami derita sekarang sudah begitu parah, dalam tiga jam kemudian jiwa kami pun terancam bahaya, untuk mencapai telaga Gi Liong oh saja tak sanggup, bagaimana mungkin bisa menemukan kembali tuan putri?"
"Tentu saja akan kuberikan obat penawar racun untuk kalian, nah ambillah..."
Sambil berkata dia segera mengayunkan tangannya ke depan, sebuah benda segera melayang ke tangan Ban biau sian koh.
Terdengar ia berkata lebih jauh :
"Obat penawarku ini hanya bisa memperpanjang usia kalian selama satu bulan, bila kalian tak berhasil menemukan kembali tuan putri, lebih baik nantikan saja saat ajal kalian!"
"Seandainya dapat ditemukan kembali?"
"Tentu saja aku bia menghapuskan sisa racun yang berada dalam tubuh kalian, hayolah cepat berangkat!"
Begitu selesai berkata, ujung bajunya segera dikebaskan ke depan dan kobaran lidah api pun padam secara tiba-tiba, menyusul kemudian tampak sesosok bayanga hitam melintas di tengah udara dan lenyap tak berbekas.
Sebaliknya ke empat orang iblis itu dengan wajah lesu dan sedih segera berjalan menuju keluar lembah.
Menunggu sampai beberapa orang itu sudah lenyap dari pandangan mata, Liong Siau huan baru menghembuskan napas panjang seraya bergumam pelan :
"Benar-benar berbahaya!"
"Aku tebak ke empat orang iblis tersebut pasti akan mampus,"
ucap Li Peng sambil tertawa.
"Yaa, saat ini Gi Liong kuncu berada di samping kita, kemaan mereka akan menemukan?"
Liong Siau huan segera menghela napas panjang :
"Aaaai, akan tetapi kita pun tak akan sampai di pesanggrahan Lei hun piat sut."
"Mengapa?" tanya Sik Tiong Giok keheranan.
"Apabila kita lanjutkan perjalanan lagi ke muka boleh dibilang langkah demi langkah akan semakin berbahaya."
"Berapa banyak kesulitan sih yang akan kita lalui?"
"Asal kita dapat menembusi barisan guntur langit dan barisan kayu hijau maka pesanggrahan Lei hun piat sut segera akan tercapai, tapi yang paling susah dilalui adalah pos penjagaan yang dijaga oleh guruku. Untung saja Ngo koh selalu sayang kepada ku, mungkin juga ia bersedia membantu kita secara diam-diam."
Baru saja perkataan selesai diutarakan, mendadak terdengar seseorang membentak keras :
"Turun!" Bentakan tersebut amat mengejutkan beberapa orang yang berada disitu.
Dengan suara dingin Li Peng segera berkata :
"Kita tidak usah turun ke bawah, lihat saja apa yang bisa ia lakukan terhadap kita?"
"Kedengarannya dia adalah Ngo koh, kalau dia yang datang masih rada mendingan," kata Liong Siau huan pula.
Sambil tertawa Sik Tiong Giok segera berseru :
"Perduli siapakah dia, toh kita tak akan lolos darinya. Ayo kita turun saja, apa yang mesti ditakuti?"
Sambil berkata dia segera menjejakkan kakinya dan melayang turun ke bawah, disusul kemudian oleh Li Peng sekalian dari belakang.
Liong Siau huan segera memperhatikan sekejap lawannya, kemudian sambil memberi hormat berkata :
"Anak Huan menjumpai Ngo koh!"
Sik Tiong Giok mencoba untuk memperhatikan Ngo koh atu bibi ke lima ini. Meski dia pun seorang nenek berambut putih namun wajahnya justeru nampak amat bengis, alis matanya tebal, matanya besar, mulutnya lebar membuat siapapun yang
memandang jadi ngeri sendiri.
Padahal jangan dilihat tampangnya begitu bengis dan buas, padahal hatinya baik dan ramah sekali, itulah sebabnya orang menyebutnya sebagai Hud sim ngo koh (bibi ke lima berhati Budha).
Hud sim ngo koh memandang sekejap wajah ke empat orang itu, akhirnya sorot mata itu berhenti di atas wajah Liong Siau huan, ujarnya dengan suara dingin :
"Nak, besar amat nyalimu. Nyata sekali kau sudah pagar makan tanaman, sengaja bersekongkol dengan orang asing untuk memusuhi gurumu sendiri."
Dengan suara pedih Liong Siau huan berkata :
"Betapa pun besarnya nyali tecu, tak akan berani mengkhianati suhu, andaikata aku tidak bersua dengan ketiga orang ini, mungkin tubuhku ini entah sudah jadi apa?"
"Aku sudah mengetahui semua tentang peristiwa yang terjadi di bukit Ong sim san, gurumu juga mengetahui dengan jelas lagi, kalau bukan begitu masa dia akan meledakkan bukit itu?"
"Kalau toh suhu sudah tahu, maka sudah sepantasnya kalau memaafkan anak Huan."
Hud sim ngo koh segera menghela napas panjang :
"Aaaai kalau... apabila dia kelewat membelai dirimu, bagaimana caranya untuk memberi pertanggungjawab terhadap ke tiga orang suci mu itu" Aaaai, anakku tunjukkan keberanianmu, asal kau bisa melewati barisan guntur langit dan balok hijau, aku rasa lo hujin pun tak akan menyusahkan dirimu."
"Mana mungkin anak Huan memiliki kemampuan sebesar itu?"
"Bukankah kau mempunyai tiga orang teman" Asalkan mereka punya kepandaian, teman-temanmu itu toh bisa membantumu untuk menembusi pos-pos barisan tersebut?"
"Apakah suhuku akan menyetujui?"
"Tatkala guru mu menetapkan peraturan itu, ia sama sekali tidak menyebutkan kalau dilarang membawa pembantu, moga-moga saja kau bisa baik-baik menjaga diri."
Selesai berkata, dia memandang sekejap ke arah Liong Siau huan dengan pandangan kasihan, setelah itu baru beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Liong Siau huan memandangi sampai bayangan tubuh Hud sim ngo koh hilang dari pandangan mata, kemudian ia baru bangkit berdiri dan menjura kepada ke tiga orang itu sambil katanya :
"Mati hidup Liong Siau huan sekarang tergantung pada bantuan dari kalian bertiga."
Dengan mata mendelik besar si tolol A poo segera berteriak :
"Asal kau bersedia menjadi istriku, tempat macam apa pun tentu akan ku tembusi."
"Sejak tadi tubuh ku sudah menjadi milikmu, apalagi yang harus diucapkan?" jawab nona itu lirih.
Si Tolol A poo segera tertawa bodoh :
"Baik akan ku terjang tempat-tempat tersebut bagimu, barang siapa berani menganiaya bini ku biar ku tendang dia sampai mampus.
Sembari berteriakdia segera berjalan meninggalkan tempat tersebut dengan langkah lebar dan sama sekali tak berpaling, sikapnya kelihatan gagah sekali.
Sik Tiong Giok yang menyaksikan kejadian tersebut jadi geli sendiri, pikirnya :
"Tak heran kalau orang mengatakan bahwa lelaki semuanya tukang bajingan di depan perempuan, lelaki pengecut pun bisa berubah jadi pemberani, nampaknya halini tidak terkecuali pula pada diri si tolol ini."
Baru berjalan sejauh dua tiga li, fajar telah menyingsing dan tibalah mereka di tepi sebuah tebing, dari kejauhan sana tampak seseorang berdiri menghadang di tengah jalan.
Dengan langkah cepat Liong Siau huan berlarian mendahului si tendangan geledek A poo, lalu sambil berlutut di hadapan orang itu serunya :
"Anak Huan akan kembali ke gua untuk menjumpai suhu, harap Sam koh suka memberi jalan lewat."
Ternyata nenek tersebut tak lain adalah bibinya yang ketiga Im Yok hoa.
Mendengar ucapan mana, Im Yok hoa segera tertawa dingin tiada hentinya dan berseru :
"Budak ingusan, kau telah melenyapkan istana Gi Liong oh, tahukah akan dosamu?"
"Anak Huan tahu salah," jawab Liong Siau huan sambil menundukkan kepalanya rendah-rendah, "dan sekarang anak Huan memang sengaja datang untuk mengaku salah di depan suhu."
"Kalau memang itu maksud kedatangan mu, mengapa harus bersekongkol dengan orang asing?"
"Mereka adalah tuan penolong tecu, karena takut tecu menjumpai musuh lagi, maka mereka melindungi tecu sampai disini."
Im Sah koh tertawa dingin :
"Baik sekali, tidak nyana kalau mereka mempunyai hati sebaik ini. Cuma aku pun tak bisa mengabaikan peraturan perguruan dengan begitu saja."
"Mohon keringanan dari Sam koh."
"Sudah, tak usah dibicarakan lagi," bentak Im Sah koh tiba-tiba,
"biar pun aku tak bisa melupakan hubungan kita selama ini, namun peraturan perguruan pun tak bisa diabaikan dengan begitu saja, asal kalian dapat menembusi pertahanan ku ini, aku si nenek pun akan melepaskan kalian pergi."
Agaknya Liong Siau huan cukup memahami watak dari Im Sam koh dan sadar bahwa banyak berbicara pun tak ada gunanya, sambil tetap berlutut di atas tanah, mendadak teriaknya :
"Kalau begitu anak Huan akan bertindak kasar."
Baru selesai perkataan itu diutarakan, mendadak terdengar Li Peng berteriak pula :
"Enci Huan, siau moay akan mendampingimu!"
Di tengah teriakan keras, tampak dua sosok bayangan manusia menerjang ke muka dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Selat sempit itu luasnya cuma dua depa ditambah lagi Im Sah koh berdiri persis di tengah jalan, boleh dibilang tiada tempat tersisa di sisi kiri maupun kanannya.
Dalam anggapan ke dua nona itu, dengan mengandalkan
kelincahan tubuh rasanya tak sulit buat mereka untuk meloloskan diri, apalagi sepasang tangan Im Sam koh masih terjulur ke bawah dan sama sekali tidak bersikap seperti mau bertarung, dalam posisi demikian tentu saja tak nanti ada persiapan padanya.
Liong Siau huan segera menerjang ke tepi tebing, kemudian dengan gerakan capung menutul di atas air, tubuhnya melesat ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Akan tetapi baru saja tubuhnya sampai di tengah jalan, mendadak Im Sam koh melepaskan sebuah pukulan mengancam iganya.
Li Peng yang berada di belakangnya mengerti bahwa serangan yang dilontarkan ke arah Liong Siau huan itu berbahaya sekali, sebab biarpun masih sempat untuk membendung datangnya ancaman, pasti dia akan digetarkan juga badannya hingga mencelat ke dalam jurang yang dalam sekali itu.
Tanpa terasa bentaknya dengan gusar :
"Huuuh.. tak tahu malu, beraninya cuma main sergap saja."
Di tengah bentakan nyaring tubuhnya segera menerjang ke depan untuk memberi bantuan.
Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi saat itulah telapan tangan Liong Siau huan telah saling berbenturan dengan sepasang telapak tangan lawan.
'Blaammm!' Begitu sepasang telapak tangan itu saling beradu, terjadilah suara ledakan yang amat nyaring. Liong Siau huan tak mampu menahan serangan itu sehingga badannya mencelat ke tengah udara dan meluncur ke arah jurang.
Akibatnya sebelum Li Peng tiba di tempat sasaran, ia sudah menyaksikan keadaan Liong Siau huan yang terancam bahaya, saking kagetnya dia sampai mandi keringat dingin.
Untung saja di saat yang berbahaya, sepasang kaki Liong Siau huan masih sempat menggaet di tepi tebing sehingga tubuhnya meski bergetar keras, akan tetapi tak sampai terperosok jatuh ke bawah.
Melihat keadaan itu, Li Peng segera sadar bahwa pertolongannya lewat sisi tebing tak mungkin akan berhasil.
Satu ingatan segera melintas di dalam benaknya, dengan cepat dia mengeluarkan ilmu meringankan tubuh Burung walet melayan di awan untuk meluncur ke bawah tebing, di saat badannya sedang menyambar di samping tubuh Liong Siau huan itulah, tangannya segera menggaet telapak tangan lawan sambil bentaknya :
"Naik!" Tampak kedua orang nona itu melejit ke atas sambil
bergandengan tangan, bukan saja berhasil lolos dari bahaya, malahan berhasil juga loos dari penjagaan nenek tersebut.
Melihat adegan tersebut, Im Sam koh jadi amat terkesiap, tanpa terasa serunya :
"Betul-betul suatu gerakan tubuh yang enteng dan sangat lihay..."
Dalam pada itu Sik Tiong Giok pun sudah tak sabar menunggu lebih lama lagi, ia segera menjejakkan kakinya ke atas tanah dan tubuhnya melayang di angkasa melewati atas kepala Im Sam koh, begitu turun kembali ke atas tanah segera serunya sambil tertawa tergelak :
"Apakah caraku lewat dengan sistem begini juga masuk hitungan...?"
Im Sam koh mendengus dingin :
"Hmmm, ilmu meringankan tubuh mu amat jarang terlihat dalam dunia persilatan, tentu saja aku si nenek tak akan mengingkari janji, kalau aku tak salah agaknya ilmu gerakan tubuh yang sobat kecil gunakan adalah warisan dari kakek serigala langit, bukankah begitu ?"
"Dugaan mu tepat sekali," sela Li Peng segera, "dia tak lainadalah Pangeran Serigala langit."
Im Sam koh segera menghela napas panjang :
"Aaaai, tak heran kalau dia memiliki ilmu meringankan tubuh yang begitu sempurna."
Belum habis perkataan itu diucapkan, mendadak dari sisi telinganya telah bergema datang suara bentakan keras :
"Hey nenek, hayo cepat minggir."
Ternyata si tendangan geledek Wan Poo sedang berteriak nyaring sambil bejalan mendekat.
Begitu nyaringnya suara teriakan tersebut, membuat Im Sam koh menjadi sangat terkejut, dengan cepat ia berpaling, ketika dilihatnya orang itu adalah seorang lelaki kekar berbaju hijau, dengan suara dingin segera ujarnya :
"Jalanan begitu sempit, mana mungkin aku bisa menyingkir"
Kenapa kau tidak meniru cara mereka untuk menyeberangi tempat ini?"
Si tendangan geledek Wan poo kontan saja mendelik besar :
"Apakah kau tidak tahu kalau aku belum pernah belajar ilmu meringankan tubuh" Yang kulatih adalah sepasang kakiku ini."
"Kalau begitu aku ingin mencoba kelihayan dari ilmu tendangan mu itu..." kata Im Sam koh dingin.
Mendengar perkataan tersebut, A poo segera tertawa terbahak-bahak :
"Haaaahhh... haaahhhh... haaaahhh... kebetulan sekali sejak turun gunung, belum pernah aku bertemu dengan seseorang berani beradu kepandaian dengan ku. Hey nenk, coba sambutlah dulu sebuah tendangan ku ini!"
Sembari berkata tiba-tiba saja dia merendahkan tubuhnya dan melancarkan serangkaian tendangan berantai, tendangan yang begitu dahsyat segera saja menimbulkan desingan angin serang yang menderu-deru seperti beribu ekor kuda sedang berlarian bersama-sama.
Pasir dan debut segera menggulung ke tengah udara lalu berhamburan kemana-mana seperti hujan gerimis bahkan batuan cadas yang beratnya ribuan kati pun turut bergoyang dengan menimbulkan suara yang amat memekakkan telinga, daya pengaruhnya betul-betul mengejutkan hati.
Dalam anggapan Im Sam koh tadi, paling-paling lelaki kekar tersebut hanya memiliki kepandaian biasa saja, mimpi pun dia tidak mengira kalau tendangan geledek yang dilepaskan.
Im Sam koh jadi terperanjat sekali setelah menyaksikan kepandaian itu, sudah barang tentu dia pun tak berani menghadang perjalanannya lagi, dengan gugup tubuhnya bergerak mundur ke belakang.
Berhasil mengundurkan Im Sam koh, si Tendangan geledek Wan poo segera tertawa bangga :
"Haaahhhh... haaaahhh... haaaahhhh... bagaimana" Ilmu tendangan ku ini termasuk hebat bukan?"
Sik Tiong Giok yang berada di sampingnya kontan sja menimpali dengan perasaan mendongkol :
"Yaa memang hebat, hampir saja langit pun ambruk karena pengaruh tendangan itu."
"Wan toako," seru Liong Siau huan pula sambil tertawa, "ilmu tendangan mu betul-betul luar biasa, kau pantas disebut jago nomor wahid di kolong langit."
Disanjung orang seperti ini, si tendangan geledek Wan poo jadi kegirangan setengah mati, sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, ia tertawa terbahak-bahak.
Setelah berhasil meloloskan diri dari penjagaan Im Sam koh, semua orang diliputi rasa gembira yang meluap-luap, hanya Liong Siau huan yang kelihatan risau.
Melihat itu, cepat-cepat Li Peng bertanya :
"Enci Huan, mengapa kau?"
Setelah tertawa getir, Liong Siau huan berkata :
"Aku sangat menguatirkan pos penjagaan yang dijaga oleh Lui Su koh, entah bagaimana caranya untuk melaluinya.
"Apa yang mesti ditakuti?" seru Wan poo segera, "bila tak mampu dilewati, biar ku tendang dirinya dengan tendangan maut ku."
"Tendangan mu tak akan berguna dalam pos berikut, bila ingin melewatinya, maka betul-betul harus mengandalkan kepandaian yang dimiliki."
Sik Tiong Giok segera menghibur :
"Lebih baik kita ikuti perkembangan sesuai dengan keadaan nanti, apa gunanya mesti kita risaukan sekarang."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka berempat telah berbelok lagi di suatu tikungan bukit.
Tiba-tiba terdengar Liong Siau huan menjerit kaget :
"Berhati-hatilah kalian, kini kita sudah berada di tempat yang paling berbahaya, terutama sekali hati-hati dengan sergapan senjata rahasia."
Belum habis perkataan tersebut diutarkan, mendadak dari kejauhan sana sudah kedengaran seseorang menegur dengan suara yang halus dan lembut :
"Apakah anak Huan telah kembali?"
"Benar Su koh, baik-baikkah kau?" cepat-cepat Liong Siau huan menyahut.
"Anak manis, terima kasih banyak atas perhatian mu, dilihat dari keberhasilan mu menembusi tiga pos penjagaan terbukti kalau kemampuan mu telah peroleh kemajuan yang amat pesat."
"Anak Huan mohon kesudian Su koh untuk berbelas kasihan pula kepada ku dalam pos penjagaan yang keempat ini."
"Ooooh, tentu saja namun ku anjurkan kepada mu agar bertindaklah dengan lebih berhati-hati lagi."
Di saat tanya jawab masih berlangsung, Sik Tiong Giok sekalian telah memasuki sebuah selat yang panjang, di kejauhan sana tepatnya di puncak sebuah tebing batu berdiri sesosok bayangan manusia, tak disangkal lagi orang itu adalah Lui Su koh.
Sik Tiong Giok memperhatikan sekejap keadaan di sekeliling tempat itu, mendadak serunya dengan suara rendah :
"Cepat kalian mundur dulu, biar aku yang mencoba untuk menembusinya..."
Di tengah bentakan nyaring sepasang kakinya segera menjejak permukaan tanah, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya ia meluncur ke tengah lembah.
Tapi baru saja ia menembusi dinding tebing dan siap melayang turun ke atas tanah, mendadak dari kedua belah sisi tubuhnya bergema datang desingan angin tajam yang memekakkan
telinga, desingan tajam itu langsung menyergap ke arah tubuhnya.
Tentu saja Sik Tiong Giok tak berani berayal, berada di tengah udara cepat-cepat bahunya digetarkan lalu melesat dua kaki lagi ke muka.
Menanti ia berpaling dan memandang keadaan yang sebetulnya, diam-diam pemuda itu menghembuskan napas dingin sambil berpekik lirih dalam hati kecilnya :
"Wauw... sungguh berbahaya!"
Ternyata di atas ke dua sisi tebing tersebut telah terpasang belasan buah alat pembidik otomatis dengan panah-panah yang tajam, apabila tombol rahasia sampai tersentuh niscaya panah-panah itu akan berhamburan kemana-mana bagaikan hujan badai.
Bayangkan saja apa jadinya bila sampai berlangsung keadaan semacam ini. Betapa pun hebatnya kepandaian seseorang, mustahil dapat meloloskan diri secara mudah.
Walaupun secara nyaris Sik Tiong Giok berhasil melampaui alat pemidik otomatis di kedua sisi dinding tebing, tak urung peluh dingin sempat membasahi juga jidat.
Tapi dengan kejadian tersebut semangatnya pun ikut semakin berkobar, sambil tertawa nyaring segera serunya :
"Huuuh kalau hanya mengandalkan alat jebakan untuk meraih kemenangan itu sih belum terhitung kepandaian sejati!"
"Asal kau mampu melewati selat ini, jangan kuatir banyak orang yang bakal kau hadapi!" sahut Lui Su koh dari kejauhan sana.
Baru selesai ucapan tersebut diutarakan, mendadak terdengar suara gemuruh keras bergema memecahkan keheningan, tahu-tahu tampak tiga titik cahaya hijau meluncur datang dari puncak tebing yang disertai lima jalur pelangi panjang warna merah yang dikombinasikan dengan warna hijau menciptakan perpaduan yang sangat indah, dengan kecepatan tinggi perpaduan warna itu menyambar tubuh si anak muda tersebut.
Berkilat sorot mata Sik Tiong Giok setelah melihat datangnya ancaman tersebut, ia tahu dua macam senjata rahasia yang mengancam tubuhnya sekarang tentu luar biasa sekali, karenanya ia segera menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Lima jalur cahaya pelangi memancar tiba seperti kepala peluru, tiga cahaya hijau berputar setengah busur seperti sambaran petir, dalam waktu singkat seluruh tubuh Sik Tiong Giok sudah terkurung rapat-rapat.
Mendadak Sik Tiong Giok berpekik nyaring, tubuh dan pedangnya bersatu padu menembus ke angkasa dengan pancaran hawa murni yang maha dahsyat, tubuh itu melejit setinggi satu kaki lebih serta meloloskan diri dari kepungan.
Tapi dalam waktu singkat bentakan nyaring kembali bergema dari puncak tebing lagi-lagi terlihat belasan titik cahaya hijau meluncur ke bawah secepa sambaran petir.
Di antara cahaya hijau yang memenuhi angkasa bagaikan sambaran petir terdapat lagi enam titik cahaya hijau yang lebih lembut bentuknya khusus melewati arah yang tak beraturan mengancam ke bawah, ancaman semacam inilah yang paling susah dihadapi.
Li Peng sekalian yang menonton jalannya pertarungan itu dari mulut lembah jadi amat gelisah tapi mereka pun tak berani menjerit kaget karena kuatir mencabangkan pikiran Sik Tiong Giok hingga semakin susah untuk menghadapi ancaman lawan.
Tapi di antara sekian orang, Liong Siau huan lah yang paling kuatir, ia cukup tahu betapa hebatnya senjata rahasia milik Lui Su koh nya ini.
Meski cahaya hijau yang menyembur ke bawah itu memiliki daya kemampuan dahsyat, sesungguhnya masih mudah untuk
dihadapi, tapi jarum belalang terbang yang khusus menyambar secara tak beraturan itulah merupakan ancaman yang serius.
Sebab jalur yang ditempuh senjata ini tidak beraturan, ini berarti arah datangnya serangan pun tak terduga, ditambah lagi mesti melindungi diri terhadap ancaman sinar hijau akibatnya makin sulit untuk mengatasinya.
Si tendangan geledek A poo tidak melihat akan ancaman maut yang sedang dihadapi Sik Tiong Giok, ketika melihat adegan tersebut,ia segera bertepuk tangan dan bersorak sambil tertawa tergelak :
"Haaaaahhh... haaaahhh... haaahhhh... indah amat letupan api yang menari-nari di angkasa itu!"
Mendadak terdengar Sik Tiong Giok berpekik nyaring sekali lagi, tubuh dan pedangnya membentuk diri dalam satu jalur bianglala panjang lalu menembusi lingkaran cahaya hijau dan langsung meluncur ke puncak tebing.
Termakan oleh terjangan hawa pedangnya yang maha dahsat itu, puluhan cahaya hijau dan bayangan bianglala yang menyelimuti sekeliling arena itu jadi meletus dan hancur berkeping-keping.
Tahu-tahu Sik Tiong Giok telah berdiri tegap di puncak tebing tanpa kekurangan suatu apa pun, dengan sorot matanya yang tajam ia mengawasi wajah Lui Su koh lekat-lekat.
Lui Su koh dengan pandangan kusut sedang mengawasi pula wajah Sik Tiong Giok dengan pandangan mendelong.
Lama sekali mereka berdua saling berpandangan muka, akhir Lui Su koh melengos ke arah lain sambil tegurnya dingin :
"Siapa kau" Berani amat mencampuri urusan pribadi perguraun kami...?"
Sik Tiong Giok segera tersenyum :
"Ps langit Sik Tiong Giok, khusus melindungi Gi Liong kuncu untuk mohon maaf kepada gurunya."
Lui Su koh jadi tertegun setelah mendengar ucapan tersebut, segera ujarnya :
"Kau anggap setelah mampu menghancurkan senjata Pek yaa s lui (api hijau guntur sakti) ku, lantas kau dapat memasuki pesanggrahan Lei hun piat sut semau hati sendiri?"
"Ilmu silat maha sakti apalagi yang hendak kau gunakan untuk menghadang perjalanan ku?" tanya Sik Tiong Giok dingin.
Dengan suatu gerakan cepat Lui Su koh mencabut keluar sebilah pedang, lalu katanya dingin :
"Kau kenal dengan pedang ku ini?"
Sementara Sik Tiong Giok masih tertegun, Liong Siau huan telah berseru dari kejauhan :
"Pangeran kecil, kau jangan bertindak gegabah, pedang tersebut adalah pedang Im lui sin kiam."
Kontan saja Lui Su koh mendelik besar setelah mendengar teriakan ini, bentaknya penuh amarah :
"Budak sialan, kau berani pagar makan tanaman, bukan membantu orang sendiri malah berpihak kepada orang lain"
Hmm, kau jangan mencoba untuk cerewet lagi!"
Satu ingatan segera melintas dalam benak Sik Tiong Giok, sambil tertawa tergelak katanya kemudian :
"Dari mulut ayah angkat ku dulu pernah ku dengar tentang salah seorang dayang dari lima dayang bukit Long sen yang memakai pedang Im lui sin kiam, mungkin kau lah yang dimaksudkan?"
"Hmm, jadi kau sudah mengetahui tentang kehebatan pedang ini?" dengus Lui Su koh.
Sik Tiong Giok segera tertawa :
"Aku dengar bila pedang tersebut sedang melancarkan serangan, maka kecepatannya seperti sambaran petir dan kekuatannya seperti gempa yang meretakkan permukaan tanah, entah benar atau tidak?"
"Ucapan mu tepat sekali," jawab Lui Su koh sambil tertawa angkuh, "apakah kau berhasrat untuk mencoba kehebatan pedang ini?"
"Bila dilihat dari munculnya pedang tersebut di tanganmu, dapat ku duga bahwa dahulunya kau pun berasal dari perguraun serigala, Sik Tiong Giok tak ingin terjadi gontok-gontakan di antara orang sendiri, karenanya lebih baik pertarungan tersebut diurungkan saja."
Lui Su koh tertawa dingin :
"Kalau memang sudah kau ketahui asal usul ku, kenapa mesti berlagak pilon lagi" Jangan lagi kau, biar setan tua itu munculkan diri lagi pun harus rasakan tiga jurus pedang ku sebelum melewati tempat ini."
Tiba-tiba Sik Tiong Giok tertawa terbahak-bahak :
"Haaa... haaa... haaa... bagus sekali, ternyata lima dayang dari bukit serigala kini pun senang menganiaya orang dengan mengandalkan ilmu silat."
"Kau jangan bicara sembarangan anak muda, lihat serangan!"
bentak Lui Su koh dengan marah.
Di tengah bentakan gusar, pedang Im lui sin kiam nya dituding ke udara hingga memperdengarkan suara ledakan yang amat keras, di antara ledakan tadi tampak asap hijau menyambar kemana-mana diiringi pelbagai ledakan disana-sini, keadaannya benar-benar mengerikan hati.
Sik Tiong Giok tersenyum, pedangnya digerakkan dalam jurus
'angin badai dari delapan penjuru' serentetan cahaya bianglala segera mengitari tubuhnya lalu memancar keluar.
'Cring... cring... cring...'
Serangkaian bunyi dentingan nyaring bergema memecahkan keheningan, asap hijauyg memancar kemana-mana itu rontoh secara tiba-tiba ke bawah, ternyata berupa belasan bilah pedang kecil.
Sambil tertawa tergelak kembali Sik Tiong Giok berseru :
"Haaa...haaa... haaa... pedang sakti Im lui sin kiam macam apa itu" Rupanya tak lebih hanya permainan busuk yang sama sekalitak ada artinya."
Jaka Lola 4 Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan K L Sepasang Naga Lembah Iblis 2
Dengan kerlingan matanya yang tajam ia memperhatikan sekejap orang-orang itu, kemudian ujarnya dingin :
"Kau anggap aku tidak memiliki kemampuan untuk berbaut begitu...?"
"Yaa betul, aku menganggap kau memang tak mampu," jawab si kakek cebl sambil tertawa.
Gi Liong kuncu kuncu segera tertawa dingin, sambil mengulapkan tangannya dia berseru :
"Ui kiok kiu li, segera turun ke arena dan bekuk mereka semua serta kembalikan ke kamar tahanan."
Baru saja perintah diberikan, sembilan orang perempuan berbaju kuning yang berada di hadapannya telah menyahut sambil meloloskan pedang, serentak mereka menerjang ke arah para jago.
Kakek cebol segera berpaling pula seraya berseru :
"Babak pertama ini seharusnya ditangani oleh kalian orang-orang Bu tong pay, coba beri pelajaran kepada mereka dengan ilmu pedang kalian yang hebat, jangan biarkan nama baik kalian rusak oleh budak-budak ingusan itu."
Seorang tosu yang bercambang lebat segera menyahut dengan lantang :
"Bu liang siuhud, biarpun darah kami harus berceceran di lantai Gi liong kiong, akan kami menangkan pertarungan babak ini!"
Pedangnya yang telah diloloskan dari sarung segera digetarkan di tengah udara, seketika itu juga delapan orang tosu sama-sama meloloskan senjata masing-masing dan menyongsong
kedatangan ke sembilan perempuan tersebut.
Dalam waktu singkat pertarung telah berlangsung dengan serunya, cahaya pedang berkilauan memenuhi angkasa,
bayangan manusia silih berganti saling menerkam.
Kalau di satu pihak lebih mengandalkan kesempurnaan tenaga dalamnya, maka pihak yang lain lebih mengutamakan kelihayan jurus serangannya untuk beberapa saat kemudian masih berimbang.
Tapi setelah pertarungan itu berlangsung lebih lama lagi, anggota perguruan Bu tong pay mulai tak mampu menahan diri lagi.
Lambat laun mereka terdesak hebat dan kelihatan sudah tak mampu menahan diri lagi.
Ilmu pedang yang dipergunakan Ui kiok kiu li tersebut memang sangat hebat, barisan yang digunakan juga amat hebat, dimana sebuah serangan tertuju, delapan pedang lainnya menyusul secara beruntun.
Biarpun anak murid Bu tong pay memiliki tenaga dalam yang jauh lebih sempurna, tapi menghadapi tekanan yang datangnya dari empat penjuru, pada hakekatnya kemampuan mereka tak dapat berkembang secara sempurna.
Sementara itu barisan pedang dari kesembilan perempuan seruni kuning mulai menyusut makin mengencang, selapis badai hawa pedang yang amat dahsyat mengurung anak murid Bu tong pay dengan ketatnya.
Berada dalam keadaan seperti ini, melawan terus berarti ada ancaman kematian, atau dengan perkataan lain kecuali menyerahkan diri, tiada jalan kedua lagi bagi anak murid Bu tong pay.
Sik Tiong Giok serta Li Peng yang mengikuti jalannya pertarungan itu dari balik ruangan batu, merasa terkejut juga setelah menyaksikan kejadian ini.
Kejut dan tercengang li segera berseru :
"Engkoh Giok, apakah kau punya cara yang baik untuk mematahkan barisan itu" Bila keadaan ini dibiarkan berlangsung terus, sudah pasti anak murid Bu tong pay terpaksa harus balik kembali ke dalam kamar tahanannya!"
"Biarpun aku belum mempunyaicara yang terbaik untuk memecahkan barisan tersebut, tapi aku rasa anak murid Bu tong pay tak akan segoblok itu, mereka pasti lebih suka mati daripada dikembalikanke penjara."
Belumhabis perkataan diutarakan, jeritan ngeri yang memilukan hati telah berkumandang dari arah arena pertarungan, ternyata seorang murid Bu tong pay sudah tertusuk dadanya hingga tewas.
Saat itulah terdengar Gi Liong kuncu berkata dengan suara dingin
: "Apakah kalian akan melawan terus" Lebihbaik cepat-cepat balik ke kamar tahanan, kalau tidak, akan ku suruh kalian mati semua di dasar telaga Gi Liong oh."
Si tosu bercambang yang agaknya merupakan pimpinan
rombongan, segera menyahut sambil membentak :
"Anak murid Bu tong pay bukan manusia pengecut yang takut mati, apabila kau hendak menghadapi kami secara keji, silahkan saja dilakukan, kami tak bakal gentar untuk menghadapinya!"
Belum habis ia berkata, tiba-tiba dari kejauhan sana berkumandang datang suara seseorang yang berseru sambil tertawa :
"Hey Si Hian cing sikerbau kecil, kau benar-benar tak becus, masa menghadapi beberapa orang bocah perempuan pun tak berkutik, apakah kau tidak kuatir membuat malu gurumu?"
Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut, tampak sesosok bayangan abu-abu melayang turun di tengah arena, ternyata dia dalah seorang kakek jangkung yang membawa sebuah tongkat bambu.
Li Peng yang berada di dalam ruangan batu segera berseru :
"Aah, ternyata Ong susiok juga telah datang."
Mendengar itu, Sik Tiong Giok tertawa :
"Kalau dugaan ku tak salah, yang telah datang bukan cuma dia seorang, siap atahu ketiga orang sesepuh itu sudah datang semua."
Ternyata yang baru saja muncul adalah Ku tiok lojin Ong Hian, begitu melayangturun ke tengah arena, tongkat bambunya langsung disodokkan ke muka dan menyerbu ke dalam barisan pedang dari sembilan perempuan seruni kuning.
Tampak tongkat bambunya sebentar menyodok ke kiri lalu menghantam ke barat, dalam waktu singkat barisan lawan sudah dibuat kocar kacir tak karuan.
Mendadak dari kejauhan sana berkumandang kembali suara pekikan yang amat nyaring, suaranya keras bagaikan pekikan naga, naring dan keras terasa amat menusuk pendengaran.
Sambil tertawa Sik Tiong Giok segera berkata :
"Waah, rupanya toa supek ku juga turut datang."
"Kau maksudkan Thian liong siu Sin lo cianpwee?"
"Benar, bila kau mendengar pekikan bangau, itu berarti ji supek ku yang datang."
"Kalau yang kudengar adalah suara lolonganserigala?" goda Li Peng sambil tertawa cekikikan.
Sambil mengerdipkan matanya Sik Tiong Giok tertawa geli juga, sahutnya :
"Hey budak ingusan, sejak kapan kau belajar nakal" Berani amat kau menggoda ku?"
Sementara kedua orang itu masih bergurau, situasi dalam arena telah terjadi perubahan besar.
Menghadapi sodokan tongkat bambu dari Ku tiok lojin, barisan dari ke sembilan perempuan seruni kuning itu sudah kocar kacir tak karuan lagi bentuknya.
Pada saat itulah si kakek naga langit Siu Bun telah muncul pula di tengah arena.
Menyaksikan keadaan tersebut, Gi Liong kuncu segera berseru dengan suara keras :
"Cepat bunyikan genta emas dan kumpulkan segenap pengawal yang berada disini!"
Dua orang gadis berbaju merah segera melejit ke udara dan langsung kabur menuju ke loteng genta di muka keraton.
Siapa tahu, baru saja mereka berdua tiba di bawah loteng genta, genta yang berada di atas loteng telah berbunyi bertalu-talu.
"Traaang... traang... traang..."
Dengan perasaan terkejut dua orang perempuan itu mendongak ke atas, tapi sebelum mereka sempat menegur, dari atas loteng sudah kedengaran seseorang berseru sambil tertawa nyaring :
"Haah... haah... haah... aku telah mewakili kalian berdua untuk membunyikan genta emas, ingin kulihat sekarang siapa yang akan datang mengantar kematiannya!"
Di tengah gelak tertawa yang amat keras, tiba-tiba muncul sesosok bayangan manusia dari ata sloteng dan berkelebat lewat seringan asap, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Untuk beberapa saat lamanya kedua orang gadis berbaju merah itu jadi tertegun dan tak tahu apa yang mesti dilakukan.
Sementara itu dari sekeliling tanah lapang telah berdatangan pula banyak orang yang aneh, ternyata tujuh iblis dari kota Ci sia yang mati ditelan naga pun kini muncul dalam keadaan segar bugar, bahkan menjadi pengawal pribadi Gi Liong kuncu.
Sik Tiong Giok menjadi keheranan setengah mati setelah menyaksikan kejadian tersebut, gumamnya dengan perasaan tercengang.
"Betul-betul suatu kejadian yang sangat aneh, mengapa mereka utuh dan hidup segar?"
"Siapa sih yang kau maksudkan?" tanya Li Peng.
"Siapa lagi, tentu saja ke tujuh iblis dari Ci sia, menurut si Raja setan kepala botak, mereka telah ditelan semua oleh naga siluman tapi mengapa semuanya utuh dan hadir disitu?"
Setelah mengerdipkan matanya berulang kali, Li Peng menjawab
: "Aku rasa di balik kesemuanya ini pasti ada hal yang luar biasa, siapa tahu kita sudah terkena siasat busuk lawan."
Tiba-tiba saja Sik Tiong Giok merasakan hatinya tergerak sesudah mendengar perkataan itu, tanpa terasa ia berpaling dan mengawasi wajah Li Peng lekat-lekat.
Li Peng menjadi rikuh sendiri setelah dipandang seperti itu, tiba-tiba saja paras mukanya berubah menjadi merah padam, segera bentaknya :
"Hey, kenapa sih kau mengawasi diriku dengan cara seperti ini...?"
Dengan suara dingin Sik Tiong Giok segera berkata :
"Aku dengar Gi Liong oh mempunyai dua belas tusuk konde emas yang semuanya berwajah persis seperti kau, benarkah itu?"
"Yaa, benar, mereka telah mengubah wajah seseorang dengan menggunakan obat-obatan tapi wajahnya tidak terlalu mirip, ada apa sih...?"
"Sepanjang perjalanan menuju kemari, aku telah berjumpa beberapa orang di antaranya, ketika hampri terjerumus dalam neraka perempuan, aku pun bertemu lagi beberapa orang di antaranya, sulit rasanya untuk membedakan satu sama lainnya."
Li Peng segera tertawa cekikikan :
"Hal ini disebabkan kau tidak teliti, padahal jika kau mau memperhatikan dengan seksama, maka tak sulit untuk
membedakannya!" "Aku tidak mengerti tentang soal ini."
"Gaya maupun sikapnya kan berbeda..."
Tiba-tiba Sik Tiong Giok seperti memahami sesuatu, segera katanya :
"Aaah, yaa... betul, betul, aku sudah mengerti sekarang... aku sudah mengerti..."
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar seseorang berseru dengan suara nyaring :
"Hey setan bekepala botak! Kau benar-benar membuatku penasaran, seandainya aku tidak bertemu dengan siluman rase hitam, mungkin saat ini aku telah bertemu dengan raja Giam!"
Sik Tiong Giok segera berpaling setelah mendengar perkataan itu, tampak dua orang bocah kecil munculkan diri dari kerumunan orang banyak, mereka adalah si nona kecil Sim Cui serta si Kalajengking kecil Siu Cing.
Raja setan kepala botak yang berdiri di sisi Gi Liong kuncu segera berseru sambil tertawa :
"Bocah cilik, hitung-hitung umurmu memang masih panjang."
"Bukankah kau pernah mengatkaan sambil menangis bahwa beberapa orang saudaramu sudah mati dicaplok naga siluman?"
seru Siu Cing lagi dengan penasaran.
"Benar! Aku berani bersumpah tak membohongi dirimu."
"Lalu mengapa mereka masih hidup segar bugar hingga sekarang?"
Si Raja setan kepala botak segera tertawa.
"Kami orang-orang dari istana iblis memang memiliki ilmu sakti pelindung badan, bagaimana mungkin siluman naga bisa mencaplok kami semua?"
"Huuh, kentut busuk," seru Siu Cing sambil menarik muka, "aku tebak kalian pasti sedang bermain gila."
Mendadak si kakek cebol Kongsun Swan menyela :
"Anak muda, kau tak usah bertanya lagi, bahkan aku sendiripun bisa sampai kemari karena ditelan siluman naga."
Siu Cing segera membelalakkan matanya lebar-lebar, kemudian berdiri tertegun.
Sementara itu, di sisi Gi Liong kuncu telah bertambah lagi dengan empat orang manusia.
Ketika si kakek naga langit Sin Bun melihat kehadiran orang-orang itu, mendadak paras mukanya berubah hebat, segera serunya dengan suara dingin :
"Ehmmm, tampaknya tidak sia-sia aku datang menghadiri pertemuan puncak ini, tak nyana bisa bersua dengan sobat lama yang teah berpisah banyak tahun, kejadian seperti ini benar-benar pantas dirayakan dengan sebaik-baiknya."
Ku tiok lojin berjalan mendekat sehabis membuyarkan kerubutan sembilan orang perempuan seruni kuning itu, ketika mendengar perkataan tersebut, segera ujarnya sambil tertawa :
"Hey ular panjang, mungkin kau sudah bertemu dengan seteru lama mu, kalau tidak masa muka mu jadi hijau membesi" Hayo katakan dulu, manusia macam apa sih dirinya?"
"Itu dia, keempat cecunguk yang baru datang itu," seru kakek naga langit sambil menuding ke muka.
Ku tiok lojin memperhatikan orang-orang itu sesaat, lalu katanya sambil menggelengkan kepala :
Teramat asing bagiku, belum pernah rasanya bersua dengan mereka..."
"Biarpun asing bagi pandanganmu pasti tak bagi pendengaranmu, pernah kau dengar tentang empat siluman dari gurun pasir?"
Mendengar nama tersebut, tiba-tiba saja sekujur badan Ku tiok lojin bergetar keras, cepat-cepat dia berseru :
"Oooh, kau maksudkan sisa-sisa pelarian dari gurun pasir dulu"
Masa mereka belum mampus?"
Si kakek yang bersenjata tombak pendek segera menyela dengan suara lantang :
"Kami bersaudara telah berhail melatih ilmu kebal, hidup kami masih cukup panjang."
Kakek naga langit segera menjelaskan :
"Orang ini adalah si siluman tombak baja Un Piau!"
"Dan aku bernama siluman martil emas Beng sah," sambung seorang kakek berwajah merah dengan suara nyaring.
Menyusul kemudian pedang To Hong dan siluman kepalan Lu Bong turut memperkenalkan juga namanya.
Sambil mendengus, kakek naga langit segera berkata :
"Setelah jiwa kalian pernah ku ampuni sewaktu berada di tepi telaga Tah sim oh tempo hari, kini kalian berani membuat onar pula di tepi telaga Gi Liong oh, hmm... manusia semacam kalian ini tak dapat diampuni lagi."
"Hey manusia she Sin, kau jangan sombong dulu," bentak siluman kepalan To Hong dengan suara keras, "kedatangan kami hari ini tak lain adalah hendak membuat perhitungan dengan dirimu."
"Bagus sekali, kita memang sudah seharusnya memperhitungkan kembali hutang-hutang lama, tapi apakah kalian hendak maju bersama-sama ataukah maju seorang demi seorang?"
"Haa... haa... haa...," siluman tombak baja tertawa seram,
"biarpun harus satu lawan satu, loya mu tak bakal takut, sambut dulu sebuah tusukan tombak ku ini."
Seraya berseru, sepasang tombak pendeknya segera diputar sambil menyerbu ke dalam arena.
"Bagus sekali," bentak si kakek naga langit pula, "biar ku kirim dulu dirimu ke neraka."
Tongkat penakluk naganya digetarkan, lalu menciptakan selapis cahaya tajam yang menyilaukan mata.
Suasana di sekeliling arena waktu itu amat hening dan tak kedengaran sedikit suara pun, semua orang sedang
memperhatikan jalannya pertarungan antara jago-jago golonga lurus dengan sesat ini, mereka ingin tahu sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang mereka miliki.
Tiba-tiba terdengar Li Peng yang berada dalam ruangan batu berkata sambil menghela napas panjang :
"Aku kuatir kakek Sin masih bukan tandingan lawan."
"Tapi aku tebak yang kalah nanti pasti ke empat siluman dari gurun pasir!" sambung Sik Tiong Giok dingin.
"Darimana kau bisa mengatakan begitu?" tanya Li Peng sambil melotot besar.
"Sejak dulu hingga sekarang, kaum sesat tak akan menangkan kaum lurus, apa lagi yang mesti dikatakan?"
Li Peng segera tertawa. "Menurut pendapatku, untuk bisa menaklukkan keempat siluman itu, gurukuharus turut serta juga dalam pertarungan itu."
Tiba-tiba dari luar arena situ kedengaran seseorang berteriak dengan suara keras seperti geledek :
"Hey bocah tolol, kau benar-benar tidak penurut, mengapa kau boleh menyerah sesuka hati?"
Ketika semua orang berpaling, dapat dilihat orang yang barusan berteriak adalah si lengan baja Ciu Siang.
Sik Tiong Giok jadi tercengang, segera pikirnya :
"Bukankah dia sudah pergi mengikuti Huan Li ji" Mengapa bisa muncul juga disini?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, kembali terdengar seseorang berseru keras :
"Hey bocah gede, rupanya kau pun ikut datang."
Yang beteriak barusan adalah si tendangan geledek A poo.
Dengan tanpa asa jeri, mereka berdua langsung berjalan menuju ke tengah lapangan.
Sementara itu permainan tongkat penakluk naga dari si kakek naga langit sudah mencapai pada puncaknya, jurus-jurus yang mematikan dilancarkan berulang kali tapi siluman tongkat baja pun bukan manusia lemah, jurus-jurus serangan ilmu tombaknya dapat menghadapi setiap ancaman secara mantap.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bertarung dua puluhan gebrakan lebih.
Kakek naga langit dengan mengandalkan pengalamannya yang luas, jurus serangannya yang matang serta tenaga dalamnya yang sempurna secara paksa berhasil menempati posisi setingkat lebih atas.
Sebaliknya siluman tombak baja menderita rugi akibat wataknya yang berangasan dan kasar, ketika melihat serangannya sekian lama belum juga dapat mengalahkan si kakek naga langit, emosinya jadi meledak, jurus-jurus mematikan pun dilontarkan berulang kali.
Mendadak ia berteriak keras :
"Roboh kau!" Menyusu bentakan ini, senjata tombaknya langsung disodokkan ke depan.
Cepat-cepat kakek naga langit menarik lambungnya ke belakang sambil mengeluarkan ilmu langkah To cay jit seng poh, dengan suatu gerakan yang manis ia berhasil meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Dengan gerakan tersebut nampaknya serangan tombak itu akan mengenai sasaran yang kosong, karena jelas panjang senjata itu tidak cukup untuk mencapai sasarannya.
Siapa tahu, pada saat itulah tombak besi yang panjangnya hanya tiga depa itu tiba-tiba memanjang satu depa lebih panjang daripada keadaan normal.
Tentu saja kejadian yang sama sekali tak terduga ini sangat mengejutkan para jago lainnya yang menontong jalannya pertarungan itu, tak heran jeritan kaget bergema dari sana sini.
"Aah...!" Namun sayangnya si kakek naga langit justru telah mengetahui keistimewaan dari senjata lawan, tiba-tiba saja dia memutar badannya sambil mundur sejauh lima langkah.
Agaknya permainan busuk dari senjata tombak siluman tombak baja bukan hanya sampai disitu saja, begitu melihat kakek naga langit melangkah mundur, tiba-tiba ia membentak lagi :
"Kena!" "Tiba-tiba saja dari balik senjata tombak di tangan kanannya yang sedang menyodok ke depan, memancar keluar segumpal cahaya bintang yang amat menyilaukan mata, menyusul
kemudian tangan kirinya diayunkan, lagi-lagi sebatang tombak pendek yang berantai meleset ke muka dengan kecepatan luar biasa.
Digencet oleh dua buah serangan maut yang datang dari dua arah yang berbeda, kakek naga langit betul-betul tiada jalan lainu menghindarkan diri, terpaksa dia harus memutar tongkatnya kencang-kencang untuk menghadapi ancaman itu.
Pada saat inilah, dari tengah udara melayang turun sesosok bayangan manusia yang langsung menghadang di muka kakek naga langit.
Lalu terdengarlah suara benturan keras yang bergema silih berganti diakhiri dengan suara gemerincingan yang sangat keras.
Kilauan cahaya binang itu semuanya menyambar ke tubuh orang tersebut, sementara tombak pendek berantai itupun berhasil membelenggu sepasang kakinya.
Namun anehnya, orang itu justru bersikap acuh tak acuh, malah berdiri disana sambil tertawa terkekeh-kekeh, badannya sama sekali tak bergerak.
Tentu saja kejadian tersebut amat mengejutkan para jago lainnya, sehingga jeritan kaget kembali bergema memecahkan keheningan.
"Aaah..." Tapi orang yang paling terkejut adalah Ban biau siankoh Lu Yong poo, dia menjerit lengking dengan suara yang amat kaget, lalu roboh tak sadarkan diri.
Sebaliknya Sik Tiong Giok yang berada dalam ruangan batu justru merasa tak terlukiskan gembiranya setelah melihat kemunculan orang itu, bahkan lip juga turut berseru tertahan :
"Aaah, dia!" "Yaa, aku yakin telaga Gi Liong oh bakal tumpas sama sekali kali ini," seru Sik Tiong Giok tertawa.
"Kaukenal dengan dia?"
"Tentu saja kenal, kami kan sahabat lama," sahut pemuda itu sambil tertawa lagi.
"Kau mengetahui siapakah dia?"
"Rase saktiLi Keng kiu, bukankah begitu?"
"Hanya betul separuh!"
Sik Tiong Giok segera mengerdipkan sepasang matanya yang jeli, kemudian setelah tertegun sejenak katanya :
"Perkataanku hanya benar separuh" coba kau terangkan lebih jelas lagi!"
"Dia adalah ayah kandungku."
Bagaikan baru memahami akan sesuatu, Sik Tiong Giok segera berseru :
"Oooh... mengerti aku sekarang, tak heran kalau wajahmu dengan Huan Li ji bisa mirip sekali, kalau begitu ibu kandung mu pastilah Ban biau siankoh."
Tiba-tiba saja paras muka Li Peng berubah menjadi amat sedih, dia menggelengkan kepalanya pelan-pelan.
"Bukan, ibuku bernama Chin Soat hong... aduh... kita jangan membicarakan soal ini lagi, pokoknya hutang piutang harus dituntut balas..."
Dalam pada itu, siluman tombak baja pun kelihatan terperanjat sekali setelah menyaksikan kemunculan si rase sakti.
TAPI SEBAGAI MANUSIA YG LICIK dan banyak tipu muslihatnya, meski kaget pikirannya tak sempat kalut, buru-buru dia menarik kembali serangannya, lalu berniat mengendalikan kekuatan lengannya yang mencapai seribu kati itu untuk membetot si rase sakti hingga roboh terjungkal.
Siapa sangka pada saat itulah dari tengah udara melayang turun lagi seorang sastrawan berusia pertengahan, orang itu melayang turun persis di atas lantainya.
Kontan saja siluman tombak baja merasakan pergelangan tangannya jadi sakit sekali, tahu-tahu saja rantai pada tombak pendek tersebut sudah terlepas dari genggaman.
Kejadian ini tentu saja amat mengejutkan ke tiga orang siluman lainnya, sambil membentak keras serentak mereka terjun ke dalam arena dan mengelilingi tubuh siluman tombak baja.
Kemudian siluman pedang To Hong menjura seraya berkata :
"Kami benar-benar kagum dengan kepandaian silat anda, boleh aku tahu siapa namamu?"
Sastrawan itu bersikap seakan-akan tidak mendengar perkataan itu, dia hanya mengawasi ke empat siluman itu sambil tertawa terkekeh-kekeh dan sama sekali tidak menggubris.
Melihat orang itu bersikap acuh tak acuh, sorot mata ke empat siluman itu pun bersama-sama ditujukan ke arah lawan.
"Apakah kau tak berani menyebutkan namamu?" jengek siluman pedang kemudian dengan suara dingin.
Tapi sastrawan berusia pertengahan itu masih saja tertawa bodoh tanpa menjawab, bahkan sinar matanya sudah dialihkan dari wajah para jago ke arah wajah Gi Liong kuncu.
Tiba-tiba ia tidak tertawa lagi, dengan pandangan mendelong dia awasi wajah cantik Gi Liong kuncu tanpa berkedip.
Si rase sakti Li Keng kiu segera tertawa, katanya :
"Menyinggung tentang orang ini, sebenarnya dia bukan termasuk manusia sembarangan."
"Kalau memang seorang kenamaan, mengapa ia justru bersikap tuli dan bisu sama sekali tak berani menyebutkan nama sendiri?"
Kembali si rase sakti tertawa :
"Ucapanmu memang benar, dia memang seorang tokoh yang bisu lagi tuli pada tiga puluh tahun berselang setiap orang tentu akan bergidik bila mendengar nama sastrawan bisu tuli!"
"Sastrawan bisu tuli" Dia..." Siluman pedang To Hong menjerit kaget, saking kagetnya dalam waktu singkat paras muka ke empat orang siluman itu sama-sama berubah hebat.
Li Peng yang menyaksikan hal ini segera berbisik :
"Engkoh Giok, apa sih hebatnya dengan sastrawan bisu tuli itu"
Coba lihat mereka sudah dibuat ketakutan setengah mati."
Sik Tiong Giok termenung sambil berpikir sejenak, kemudian baru katanya :
"Aku memang pernah mendengar ayah angkat membicarakan tentang persoalan ini, memang ada manusia bernama begitu, konon ilmu sialt yang dimilikinya benar-benar sangat hebat."
"Dia itu termasuk orang baik aau orang jahat?"
"Posisinya terletak antara lurus dan sesat, lagi pula ia sudah bisu dan tuli sejak dilahirkan, ada kalanya dia pun melakukan kebaikan tapi kadangkala sikapnya kelewat sesat dan paling buruk lagi dia gemar main perempuan dan pantang meihat perempuan cantik."
Berbicara sampai disitu dia segera membungkam, sorot matanya dialihkan kembali ke wajah sastrawan bisu tuli.
Mengikuti arah yang dilihat pemuda itu, Li Peng ikut pula memandang, ternyata sastrawan bisu tulis sudah berdiri dua kaki di hadapan Gi Liong kuncu, dia sedang mengawasi nona itu dengan senyum dikulum dan menggapai tiada hentinya.
Sejak munculkan diri di dalam dunia persilatan, Gi Liong kuncu boleh dibilang merupakan seorang tokoh yang misterius, setiap perintahnya sanggup membuat kalutnya suasana dalam dunia persilatan.
Banyak sekali jago persilatan yang sudah keburu roboh dipecundangi sebelum sempat bertemu dengan wajahnya.
Terutama beberapa tahun belakangan ini, kekuatan mereka sudah makin tumbuh dan daya pengaruhnya makin luas, boleh dibilang kebuasan dan kekejian mereka telah merambat dalam seluruh dunia persilatan.
Kali ini dengan segala akal muslihatnya dia bermaksud meringkus semua jago kenamaan dari dunia persilatan kemudian menguasai seluruh dia. Dia menganggap asal dunia sudah jatuh di tangannya maka siapa puntak berani membangkang perintahnya lagi.
Selain itu dia pun punya rencana hendak mendapat kelabang langit berusia seribu tahun yang tak lama lagi akan muncul.
Siapa tahu dalam saat seperti ini justru muncul raja bermain perempuan, sastrawan bisu tuli, tentu saja amarahnya segera memuncak setelah melihat sikapnya yang kurang ajar itu, segera bentaknya keras-keras :
"Cepat kalian bunuh bajingan itu!"
Bersamaan dengan menggemanya bentakan itu, dalam waktu singkat bayangan manusia saling berkelebat, sembilan perempuan seruni kuning, sepuluh tusuk konde anggrek putih ditambah pula dengan tiga empat puluh orang Botan hitam dan anyelir merah, semuanya turun tangan bersama-sama.
Dalam waktu singakt kawanan jago-jago perempuan itu sudah mengurung di sekeliling sastrawan bisu tuli serta mengepungnya rapat-rapat.
Sikap sastrawan bisu tuli masih tetap tenang saja seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu apa pun, ia tertawa bodoh.
Mendadak suara bentakan bergema silih berganti, tiga empat puluh bilah pedang segera membentuk selapis kabut cahaya yang serentak menyerang tubuh sastrawan bisu tuli itu.
Bentakan marah menggelegar pula di angkasa, tiba-tiba muncul segulung desingan angin tajam yang menyapu lewat membaut pedang-pedang itu saling membentur satu sama lainnya dan menimbulkan suara desingan yang amat nyaring.
Lalu jeritan kaget, teriakan bergema juga menusuk pendengaran, suasana waktu itu benar-benar mengerikan sekali.
Menanti sorot mata semua orang dialihkan kembali ke arah sastrawan bisu tuli itu, entah bagaimana ternyata ia telah berhasil memeluk tubuh Gi Liong kuncu ke dalam pelukannya.
Agaknya perempuan idtu sudah kehilangan tenaganya sama sekali, dengan lemas ia bersandar dalam pelukan sastrawan bisu tuli itu.
Sikap dari sastrawan bisu tuli waktu itu tak ubahnya seperti kucing kelaparan, dia memeluk tubuh Gi Liong kuncu dengan kencang sementara mulutnya mencium sekujur tubuh perempuan itu, sepasang tangannya juga mulai meraba dan menggerayangi bagian rahasia dari nona itu.
Akibatnya para jago perempuan seperti seruni kuning, anggrek putih, anyelir merah dan boan hitam sama-sama dibuat terkejut, gusar, malu dan gemas.
Malah ada di antara mereka yang jadi nekad dan melupakan keselamatan jiwa sendiri, dengan bentakan keras tubuh mereka langsung menerjang ke muka.
Sastrawan bisu tuli sama sekali tidak mendongakkan kepalanya, mendadak dia mengayunkan tanganna berulang kali, dalam waktu singkat seluruh angkasa telah diliputi hawa serangan yang luar biasa.
"Blaaammm... blaaammm... blaaammmm."
Suara benturan bergema berulang kali, perempuan-perempuan yang tak takut mati itu terhajar semua oleh pukulan yang maha dahsyat sehingga mencelat ke belakang sambil menjerit kesakitan kemudian jatuh terguling di atas tanah.
"Breet..." Tiba-tiba kedengaran suara baju yang dirobek orang.
Ternyata sastrawan bisu tuli telah meroek pakaian yang dikenakan Gi Liong kuncu sehingga terlihatlah sepasang payudara yang putih, montok dan kenyal dengan sepasang putih susunya yang kecil.
Dengan begitu Gi Liong kuncu pun kehilangan kewibawaannya setelah terungkap kemisteriusannya, ternya ia tak juah berbeda seperti perempuan lainnya.
Rasa malu, cemas, gelisah dan marah membaut perempuan itu tak mampu mengendalikan diri lagi, dia menjerit lengking kemudian roboh tak sadarkan diri.
Sementara itu ke tujuh iblis dari kota Ci sia sama sekali tidak melakukan sesautu tindakan pun, sekali pun mereka sudah meloloskan senjata masing-masing namun tiada gerakan apapun yang dilakukan.
Sebaliknya Sik Tiong Giok yang berada dalam ruangan dibuat tertegun, ia tak habis mengerti mengapa sastrawan bisu tuli bisa memiliki ilmu silat yang begitu hebat dengan tenaga dalam yang begitu sempurna.
Li Peng menjadi amat gusar setelah melihat kejadian di luar, apalagi setelah melihat tampang Sik Tiong Giok, ia segera mendengus dingin seraya serunya :
"Kalian kaum pria memang paling jahat, paling suka mempermainkan kaum wanita."
"Hey aas dasar apa kau berkata begitu?" seru Sik Tiong Giok tertegun.
"Hatimu tentu kegirangan bukan setelah menyaksikan ada lelaki sedang mempermainkan perempuan?"
"Siapa yang telah mempermainkan siapa" Kenapa aku tidak melihat?" kata pemuda itu kebingungan.
"Kau tidak melihatnya" Hmm, siapa yang lagi kau bohongi?"
bentak Li Peng makin mendongkol.
Dibentak-bentak seperti ini, Sik Tiong Giok semakin kebingungan lagi sampai dia menggaruk kepala sendiri yang tak gatal.
Tapi dengan cepat dia telah melihat perbuatan sastrawan bisu tuli yang sedang memeluk tubuh Gi Liong kuncu, satu ingatan segera melintas di dalam benakna, sambil menuding ke muka katanya kemudian :
"Apakah dia yang kau maksud?"
Merah padam selembar wajah Li Peng setelah mendengar ucapan itu, tiba-tiba ia menjerit kaget lagi :
Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aduh... sungguh memalukan, apa lagi yang harus dilihat?"
Ketika Sik Tiong Giok turut berpaling lagi, wajahna pun segera berubah jadi merah padam, umpatnya segera :
"Huuuuh, benar-benar bukan perbuatan manusia?"
Rupanya sastrawan bisu tuli telah melepaskan seluruh pakaian dalam dari Gi Liong kuncu sehigga kini ia sedang memeluk sebuah tubuh yang putih dan bugil, bukan cuma begitu, malah sastrawan tersebut sedang menghisap puting susu si nona dengan penuh bernapsu.
Sementara itu ke empat silumang melihat kejadian ini pun menjadi amat gusar hingga berkaok-kaok tiada hentinya.
Siluman kepalan Lu Bong segera menyerbu ke depan sambil melepaskan sebuah pukulan, deruan angin sebuan yang
membuat debu dan pasir beterbangan langsung menerjang ke tubuh sastrawan bisu tuli itu.
Tampakna seluruh perhatian dari sastrawan bisu tuli telah tertuju ke tubuh Gi Liong kuncu, ditambah pula dia kelewat percaya dengan kehebatan ilmu silatnya, sehingga dia sama sekali tak ambil perduli terhadap ancaman yang datang.
Ketika siluman kepalan datang menerang dengan kepalannya, dia pun tidak menanggapi sebagaimana mestinya.
Tapi siluman kepalan Lu bong bukan manusia sembarangan, sebagai jago yang disegani dalam dunia persilatan, tentu saja kepandaian silat yang dimiliki terhitung sangat hebat.
Angin pukulan yang menapu tiba kontan saja menghantam tubuh sastrawan bisu tuli hingga tergetar mundur beberapa langkah.
Akibatnya di atas puting susu sebelah kiri Gi Liong kuncu mncul beberapa buah bekas gigitan yang berdarah.
Gi Liong kuncu merintih kesakitan dan segera sadar kembali, tapi begitu membuka matana kembali ia menjerit keras :
"Aduuuh..." Mengetahui kalau dirinya berada dalam keadaan bugil, dalam malu dan gelisahnya lagi-lagi nona itu jatuh tak sadarkan diri.
Sementara itu sastrawan bisu tuli telah bangkit berdiri, hawa amarah telah menyelimuti wajahnya, ditatapnya siluman kepalan Lu Bong tanpa berkedip.
Mendadak dia melemparkan tubuh Gi Liong kuncu yang bugil itu ke tengah lapangan.
Dalam pada itu di sudut lapang yang lain tampak dua orang sedang dalam pertarungan.
Mereka adalah si tangan baja Ciu Siang dan tendangan geledek A poo, sekalipun mereka saling memukul dan menendang, namun pada hakekatnya tak sepotong jurus serangan pun yang digunakan.
Tiba-tiba terdengar Ciu Siang berseru :
"Hey bocah tolol, kau pandai sekali mencari kenikmatan, apakah kedatanganmu ke sarang perempuan ada maksud mencari bini?"
Si tendangan geledek A poo tertawa tergelak :
"Haaaahh... haaaahhh.. haaaahh... bocah gede, jangan kau singgung lagi persoalan itu. Perempuan disini semuana tak tahu aturan, siapa yang mendapatkan mereka, siapa pula yang bakal sial melulu..."
"Apakah kau pernah mendapat sial?" tana Ciu Siang sambil tertawa.
"Tentu saja aku sudah dipermainkan habis-habisan."
"Kalau begitu kau mesti lebih berhati-hati di kemudian hari, jangan sampaikena dipecundangi lagi," seru penuh perhatian.
Baru selesai perkataan tersebut diutarakan mendadak sesosok tubuh jatuh ke dalam pelukan A poo.
Dengan cepat si tolol A poo menyambut serta memelukna, lalu sambil tertawa terbahak-bahak ia berkata :
"Waaah... seorang bocah perempuan gede tapi mengapa telanjang bulat?"
"Hey tolol, siapa yang mendekati perempuan dia bakal sial, cepat kau buang perempuan itu..." buru-buru Ciu Siang berseru keras.
Si tolol A poo tertawa tergelak :
"Haaah... haaahhh... haaahhh.... kalau yang ini sih tidak masuk hitungan."
Perempuan yang berada dalam pelukannya itu tentu saja Gi Liong kuncu karena mendapat getaran yang keras tadi ia segera sadar kembali, tapi begitu merasakan tubuh masih berada dalam pelukan orang, dalam malu dan gusarnya ia tak ambil peduli siapakah itu, sebuah pukulan langsung disodorkan ke depan.
Sayang dia baru mendusin dari pingsanna sedangkan si A poo pun terkenal memiliki kulit tubuh yang tebal dan kebal pukulan, oleh karena itu serangan yang mengenai badannya tidak lebih hanya menghasilkan rasa gatal saja.
A poo terpukul bukan menjadi marah dia malahan tertawa terbahak-bahak.
Dengan penuh rasa kuatir Ciu Siang segera berseru :
"Coba kau lihat, belum apa-apa sudah sial bukan?"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, kembali Gi Liong kuncu melepaskan sebuah pukulan yang bersarang di dadanya, tapi si tolol A poo justru memeluk tubuh perempuan itu makin kencang dan gelak tertawanya juga makin nyaring, katanya :
"Jangan bergerak, jangan bergerak, kalau sampai jatuh, waaah, bukan main sakit..."
Selama hidup belum pernah Gi Liong kuncu mendapat perlakuan seperti ini, tapi hari ini, berulang kali dia harus menerima berbagai perlakuan yang tidak berkenan dalam hatinya, mungkin saking tak tahannya mendadak ia mendengus tertahan lalu jatuh tak sadarkan diri lagi.
"Hey bocah tolol, lebih baik jangan mencari kesialan buat diri sendiri," kembali Ciu Siang memperingatkan dengan perasaan kuatir.
"Kalau dari atas langit tiba-tiba jatuh seorang nona canti yang cocok menjadi istri ku, tentunya kejadian ini tak bisa dianggap suatu kesalahan bukan?"
Dalam pada itu siluman pedang To Hong telah berteriak keras :
"Hey bocah tolol, ayo cepat serahkan kembali tuan putri kami!"
"Tidak bisa, nona ini sudah menjadi milikku," teriak si tolol A poo dengan mata mendelik.
Siluman pedang yang mendengar ucapan tersebut segera menuding ke arah tujuh iblis dari kota Ci sia, sambil bentaknya :
"Hey, kenapa kalian cuma berdiri disitu" Hayo cepat rebut kembali tuan putri kita!"
"Baiklah," kata Raja setan kepala botak kemudian sambil menggelengkan kepalana yang besar, "memang inilah saat terbaik untuk membuat jasa... hey, bocah tolol jangan pergi dulu!"
Dengan bertindaknya si Raja setan kepala botak, ke enam orang iblis lainnya serentak menggerakkan pula tubuh masing-masing.
Menaksikan hal ini, si tolol A poo segera berteriak :
"Hey bocah gede, cepat hadapi mereka, nanti kubagi separuh hadiahnya untuk mu."
Seraya berkata ia segera membalikkan badan dan lari
meninggalkan tempat itu sambil tetap membopong tubuh Gi Liong kuncu.
Ciu Siang agak tertegun, tiba-tiba teriaknya :
"Hey bocah tolol, kau betul-betul bodoh, masa bini sendiri juga akan dibagikan kepada orang lain."
Sementara dia masih berbicara, si tolol A poo sudah kabur jauh meninggalkan tempat itu, sedang ke tujuh iblis dari kota Ci sia pun telah melampaui Ciu Siang dan mengejar dari belakangnya.
Sekali pun si tolol A poo belum pernah belajar ilmu meringankan tubuh, akan tetapi kepandaiannya dalam ilmu tendangan terhitung nomor satu di seluruh dunia persilatan, begitu dia lari ternyata orang yang memiliki ilmu meringankan tubuh puntidak mudah untuk mengejarnya.
Ketika Ciu Siang menyaksikan ke tujuh iblis itu mengejar A poo dengan ketatna ia segera melotot besar sambil berteriak :
"Hey bocah tolol, kau tak usah takut aku segera datang membantumu..."
Sambil berteriak, dia ikut mengejar pula dari belakang.
Dalampada itu, si sastrawan bisu tuli telah mengawasi ke empat siluman dari gurun pasir dengan mata melotot, pelan-pelan dia maju mendekatina, suasana tegang pun mencekam seluruh angkasa.
Siluman tombak baja Un Piau dan siluman pedang To Hong bersama-sama menyerbu ke muka, pedang dan sepasang
tombak mereka menciptakan selapis cahaya tajam yang
berkilauan di angkasa dan menyerang musuhnya secara gencar.
Kedua orang ini memang tak malu disebut jago-jago silat yang nama besarnya menggetarkan dunia persilatan, ternyata jurus serangan yang digunakan segera berhasil menggulung dan menguruk tubuh Sastrawan bisu tuli.
Mendadak Sastrawan bisu tuli meraung dengan suara rendah, telapak tangannya diayunkan berulang kali melepaskan pukulan kanan kiri, sementara badannya berkelebat seperti bayangan setan, membuat orang susah untuk merabanya.
'Criiinggg!' Tahu-tahu sebuah sambaran tangan Sastrawan bisu tuli berhasil mencengkeram tombak berantai dari siluman tombak besi, meka kedua orang itu pun saling betot membetot sehingga senjata itu tertarik menjadiamat menegang.
Kecuali siluman pukulan, siluman tombak baja Un Piau terhitung memiliki kekuatan yang paling besar di antara empat bersaudara, namun ia toh tidak berhasil merebut kembali tombak pendeknya itu dari tangan lawan.
Sastrawan bisu tuli segera menggetarkan pergelangan tangannya lalu meraung dengan suara rendah, sebuah tendangan kilat membuat rantai di ujung tombak itu terhajar putus.
Padahal waktu itu siluman tombak besi sedang mempertahankan senjatanya dengan sepenuh tenaga, dia tak menduga kesitu, di saat rantai senjata tombakna putus kakinya menjadi
sempoyongan dan kehilangan keseimbangan badannya, tak ampun lagi ia mundur dua langkah dengan terhuyung-huyung...
Pada saat itulah, tusukan pedang dari siluman pedang telah menyambar tiba.
Sastrawan bisu tuli tidak menjadi gentar, tiba-tiba saja dia mengayunkan telapak tangan kirina dan membabat mata pedang tersebut dengan tangan kosong.
Menangkis bacokan pedang dengan tangan telanjang, kejadian ini boleh dibilang luar biasa sekali dan belumpernah terlihat sebelumnya.
Tentu saja siluman pedang tak berani bertindak gegabah, cepat-cepat dia memutar pergelangan tangannya sambil meloloskan pedang.
Siluman tombak baja yang mundur tadi kini mendesak maju kembali dengan gagah, tombak di tangan kanannya dia balik membabat urat nadi di tangan kiri si Sastrawan bisu tuli.
Tergencet dari sisi kiri dan kanan, padahal kedua orang musuhnya terhitung jago lihay dari dunia persilatan jelas ia tak akan bisa lolos lagi dari ancaman tersebut.
Tapi Sastrawan bisu tuli memang tak malu disebut seorang tokoh silat yang namana sempat menggetarkan seluruh dunia
persilatan, ternyata jurus serangan yang digunakan memang sangat hebat.
Tiba-tiba saja tangan kanannya disodorkan ke atas iga kanan sendiri hingga telapak tangan kirinya ikut terdorong naik ke atas dengan suatu gerakan yang manis sekali ia meloloskan diri dari sodokan batang tombak itu, menyusul kemudian dengan
potongan tombak beserta sebagian rantai hasil rampasannya tadi seperti seekor ular saja langsung melilit ke arah tombak pendek di tangan siluman tombak baja...
Dengan gerakan tersebut maka kedua orang siluman itu seketika terdesak hebat sehingga dibikin gugup dan kalang kabut sendiri.
Siluman kepalan yang menyaksikan hal tersebut dengan cepat menggeser kakinya sambil membuang pinggang, kepalanya menerobos lewat di antara sepasang siluman dan langsung menyodok ke dada Sastrawan bisu tuli.
'Blaaamm...!' Pukulan tersebut persis menghantam di dada Sastrawan bisu tuli secara telak, bentaknya :
"Robaoh kau!" Siapa sangka Sastrawan bisu tuli itu masih tetap berdiri tegak tanpa bergoncang sedikit pun jua, dia malah tersenyum, lalu sepasang lenganna digetarkan menyingkirkan tubuh sepasang silumantsb sementara tubuhnya mendesak maju lebih ke depan dan menyambar pergelangan tangan siluman kepalan sambil dibetotnya kuat-kuat.
Siluman kepalan sama sekali tak menyangka kala lawannya bertindak secepat itu, baru saja ia merasa terkejut, tahu-tahu rasa sakit yang luar biasa menyerang tubuhnya.
'Kraaakkkk...!' Percikandarah segar menyembur kemana-mana, ternyata lengan kanan telah dibetot oleh Sastrawan bisu tuli itu hingga putus menjadi dua bagian.
Saking kesakitannya, ia menjerit ngeri kemudian roboh tak sadarkan diri.
Ketiga orang siluman lainnya menjadi marah setelah melihat adegan tersebut, serentak mereka membentak nyaring sambil menerkam ke depan dengan buasnya.
Sastrawan bisu tuli sedikit pun tidak merasa gentar meskipun harus menghadapi serangan dari tiga arah yang berlawanan, mendadak tubuhnya berjongkok lalu secepat kilat sepasang kakinya melancarkan serangan sapuan berantai.
Siluman martil emas dan siluman pedang cepat menghindarkan diri ke samping, kasihan siluman baja yang terlambat menghindar, tubuhnya segera tersapu telak sehingga badannya bergulingan ke atas tanah dan tak bergerak lagi.
Agakna siluman pedang jadi nekad setelah keadaan tersebut, badannya segera melejit ke tengah udara dan pedangnya melancarkan serangkaian serangan gencar yang semuanya menggunakan jurus-jurus mematikan.
Cahaya tajam berkilauan membelah angkasa, belasan tusukan yang dilancarkan semuanya menggunakan jurus mematikan, betapa pun hebat dan tingginya kepandaian yang dimiliki Sastrawan bisu tuli, agak keder juga dibuatnya setelah menghadapi keadaan tersebut.
Tampak ujung bajunya berkibar terhembus angin, di antara kilauan pedang yang menyambar-nyambar ia berusaha untuk menghindarkan diri dari ancaman, tapi nyatanya sulit juga baginya untuk meloloskan diri dalam waktu singkat.
Pada saat itulah tiba-tiba Sik Tiong Giok mengendus berulang kali ke sisi ruangan, lalu serunya :
"Adik Peng, coba enduslah, bau apakah itu?"
Li Peng mencoba untuk mengendus sekeliling sana, kemudian sahutnya agak tercengang :
"Ehmm... tampaknya seperti bau belerang, jangan-jangan..."
Belum habis perkataan itu diucapkan, satu ingatan sudah melintas di dalam benak Sik Tiong Giok, buru-buru serunya :
"Aduuuh... celaka..."
Ia segera menerjang keluar dari ruangan batu dan berteriak dengan suara lantang :
"Kalian segera berusaha untuk kabur dari istana Gi liong kiong ini, bila terlambat kalian akan mati terkubur semua disini."
Selesai berteriak, ia segera menarik tangan Li Peng sambil teriaknya pula :
"Cepat kabur!" Tampaknya si rase sakti Li Keng kiu juga telah mengendus bau belerang yang amat keras itu, segera teriaknya pula :
"Benar, pihak Gi liong kiong telah menyulut sumbu mesinnya...
kita harus segera kabur dari sini."
Begitu ia berteriak, kawananjago persilatan yang berada di sekitar tanahlapang menjadi gugup sekali, serentak mereka kabur menuju ke arah jalan keluar bukit.
Dalam pada itu pertarungan antara Sastrawan bisu tuli dengan sepasang siluman masih berlangsung amat seru, kedua belah pihak sama-sama tidak mau menyudahi pertarungan itu sampai disitu saja.
Walaupun kedua orang silumanitu mengerti bahwa bahan mesiu telah disulut dan mereka ingin cepat-cepat kabur dari sana, akan tetapi menghadapi serangkaian serangan yang gencar dari Sastrawan bisu tuli, pada hakekatnya sulit buat mereka untuk kabur.
Dalam waktu singkat di tengah lapangan tinggal mereka bertiga saja yang masih terlibat dalam pertarungan sengit.
Dari kejauhan sana tampak asap hijau telah mengepuk ke angkasa.
Menyusul kemudian terdengarlah ledakan dahsat yang
menggetarkan seluruh permukaan tanah.
Berubah hebat paras muka siluman martil emas dan siluman pedang, gara-gara pikiran bercabang, otomatis serangan mereka pun menjadi lamban, akibatnya hal ini memberi peluang baik bagi Sastrawan bisu tuli untuk melancarkan serangan dahsyatnya.
Mendadak sebuah pukulan dahsyat dilontarkan menghantam tubuh siluman pedang To Hong, disusul kemudian sebuah tendangan dahsyat menghajar silumanmartil emas hingga jatuh bergulingan di atas tanah.
Menanti ke empat siluman dari gurun pasir telah tewas semua di tangannya ia baru menghembuskan napas lega.
'Blaaammm...!' Kembali sebuah ledakan dahsyat menggelegar memgelah
angkasa, lalu muncul jilatan api setinggi beberapa kaki yang membumbung tinggi ke udara.
Sastrawan bisu tuli benar-benar menderita rugi karena tak bisa mendengar dan bisu meski ia mendengar suara secara lamat-lamat akan tetapi tak terlalu jelas sehingga dengan ragu dia berpaling.
Walaupun kemudian ia dapat melihat kobaran api yang
membumbung ke langit, akan tetapi dia pun melihat ada beberapa orang perempuan sedang lari dengan gugup ketakutan.
Orang ini memang tak boleh melihat wanita, begitu bertemu perempuan yang berparas cantik maka segala persoalan menjadi lupa, sambil tertawa lebar dia segera menyusul di belakang perempuan-perempuan itu.
Dalam pada itu kawanan jago persilatan yang mengikuti di belakang Sik Tiong Giok telah berada di mulut bukit, tiba-tiba saja mereka berseru keras :
"Aduuh celaka, bagaimana ini?"
Ternyata istana Gi liong kiong terletak di puncak bukit di tengah pulau yang ada di tengah telaga, waktu itu tak nampak sebuah sampan pun yang tertambat disitu, bagaimana mungkin mereka bisa menyeberang meninggalkan tempat tersebut?"
Berada dalam keadaan begini si rase sakti Li Keng kiu segera memberikan usulnya yang cerdik setelah memandang sekejap sekeliling tempat itu segera serunya :
Harap kalian yang bisa berenang segera terjun ke air, yang tak bisa berenang carilah tongkat atau kayu, pokoknya semua barang yang dapat terapung. Mari kita terjung ke air bersama dan bergerak menuju ke pantai seberang."
Begitu idenya diutarakan mereka yang bisa berenang segera terjun ke air sedang yang tak bisa berenang segera mencari kayu untuk tempat berpegangan...
Dalam waktu singkat di tengah telaga Gi Liong oh itu sudah dipenuhi dengan kayu dan manusia yang terapung di air.
Dalam pada itu, di tepi telaga dekat semak belukar yang lebat tampak tujuh iblis sedang mengejar si tolol A poo sedangkan Ciu Siang mengejar di belakang tujuh iblis.
Walaupun pada mulanya di balik semak belukar itu telah dipersiapkan jago-jago lihay yang siap menyergap, namun saat ini kawanan jago yang dipersiapkan itu sudah menyelamatkan diri semua.
Namun buat si tolol A poo keadaan seperti ini justru menguntungkan, sebab dengan tanah berlumpur itu akan menyergap para pengejarnya dengan hebat.
Suasana di seluruh telaga Gi Liong oh telah berubah menjadi kacau balau tak karuan.
Mendadak di tepi bukit telaga di bawah istana Gi liong kiong muncul seorang sastrawan setengah umur, dia sedang
mendatangi kawanan manusia yang menunggu di telaga dengan termangu.
Orang itu tak lain adalah sastawan bisu tuli, perempuan gagal dikejar, ia justru tiba di bawah bukit di tepi telaga.
Dasar sudah tuli lagi tolol, ketika menyaksikan begitu banyak orang berenang menuju ke tepian dia hanya bisa memandang saja dengan pandangan kebingungan.
Suara teriakan dan bentakan keras bergema dari tepi seberang, rupanya kawanan jago lihay yang berhasil mendarat di pantai seberang telah bertemu dengan musuh yang telah dipersiapkan disana sehingga terjadilah pertarungan sengit.
Di pihak lain, tujuh iblis juga sedang mengejar si tolol A poo secara ketat.
Dasar sudah tolol, ketika merasa dirinya dikejar musuh, ia malah dibuat kegirangan setengah mati sambil berlarian dengan kencang, serunya pula sambil tertawa terbahak-bahak :
"Haaaahhh... haaaahhh... haaaahhh... rupanya kalian hendak merebut perempuan ku. Hayo kemari, kejar dulu diriku sampai dapat!"
Ketujuh orang iblis itu benar-benar sangat berang tapi apa mau dikata mereka harus melalui jalan berlumpur yang amat tebal, mati kutu mereka semua dibuatnya. Lain ceritanya dengan Ciu Siang yang berada di belakang, dengan mengandalkan kakinya yang panjang ia berhasil mengejar dengan cepat, belum sempat ke tujuh iblis itu menyusul si tolol A poo ia justru telah berhasil mengejar ke tujuh iblis tersebut.
Sambil tertawa terbahak-bahak segera serunya :
"Haaaahhh... haaahhh... haaaahhh... apakah cuma kalian beberapa orang?"
Waktu itu ke tujuh iblis memang sedang mendongkol sekali dan tak bisa dilampiaskan keluar, maka baru saja Ciu Siang munculkan diri tanpa mengucapkan sepatah katapun mereka segera menyerang secara gencar dan dahsyat.
Dengan berkobarnya pertarungan, tingal si tolol A poo yang berada di sisi arena dan menonton pertarungan sambil membopong Gi Liong kuncu yang bugil.
Angin pukulan tampak menderu-deru, air lumpur berhamburan kemana-mana di teangh suara bentakan dan teriakan gusar, terselip juga gelak tertawa dari Ciu Siang.
Sementara itu pertempuran di balik hutan di tepi telaga pun berlangsung tak kalah serunya, tampak cahaya golok dan bayangan pedang berkilauan di angkasa, percikan darah dan hancuran daging memancar ke empat penjuru, jeritan ngeri, teriakan keras menciptakan suatu perpaduan suara yang menggidikkan hati.
Sastrawan bisu tuli yang menonton jalannya pertarungan itu jadi amat kegirangan, ia segera bertepuk tangan sambil melompat-lompat macam orang gila saja.
Pada saat itulah dari puncak bukit telah menyembur keluar kilatan caaya api, disusul kemudian beberapa kali ledakan dahsyat menggelegar di angkasa...
'Blaammmmm... blaaammmm...!'
Asap tebal menyembur keluar meliputi angkasa, hancuran batu dan pasir berhamburan ke tengah telaga, gelombang dahsyat pun menggoncangkan air telaga membuat keadaan bertambah
mengerikan. Akibat dari peristiwa tersebut, pertarungan antara kedua belah pihak segera terhenti sama sekali, mereka sama-sama menonton jalannya peristiwa yang maha dahsyat itu.
Secara lamat-lamat dapat didengar pula beberapa kali jeritan ngeri yang memilukan hati bergema tiba.
Menyaksikan keadaantsb si Rase sakti Li Keng kiu segera menghela napas panjang, gumamnya :
"Tampaknya Sastrawan bisu tuli tak akan lolos dari musibah ini, jiwanya mungkin tak tertolong lagi."
"Yaa, dia memang tak pernah bisa mengekang diri, apalagi jika bertemu perempuan cantik, manusia macam begini memang harus mendapat balasan yang setimpal," sambung kakek cebol berjalan di bawah tanah sambil tertawa.
"Aku lihat orang bodoh banyak rejekinya," kata Ku tiok lojin pula,
"tak disangka si tolol yang berhasil memungut keuntungan dari peristiwa ini."
"Aku kuatir Gi Liong kuncu tak akanrela dengan begitu saja menyerahkan diri," ujar kakek cebol sambil menunjukkan kuatirnya.
Si rase sakti segera tertawa katanya :
"Aku punya sebuah akal bagus yang bisa membuat budak itu dengan rela mengawini si tolol."
Dengan menyinggung soal si tolol, perhatian semua orang pun sama-sama tertuju ke arahnya.
Waktu itu pertarungan di tengah semak belukar telah berhenti, tujuh iblis sams-sams terbenam semua di tengah lumpur, tinggal si tolol A poo seorang tetap bersih dan berdiri disitu sambil memeluk tubuh Gi Liong kuncu kencang-kencang.
"Hey bocah tolol, apa yang kau tertawakan?" tiba-tiba Ciu Siang menegur dengan marah.
"Aku mentertawakn kau yang telah berubah menjadi anak-anakan tanah liat," sahut si tolol A poo sambil tertawa.
"Huuh, gara-gara kaulah aku berubah menjadi begini, pokoknya perempuan itu harus bagi separuh untukku."
Belum habis perkataan itu diucapkan, di atas pantai telaga sudah kedengaran seseorang membentak keras :
"Ngaco belo, siapa pemilik perempuan itu, dialah miliknya.
Bagaimana cara membaginya?"
Ketika Ciu Siang berpaling dan melihat pembicaranya adalah Ku tiok lojin, gurunya, cepat-cepat sahutnya :
"Tapi si bocah tolol sendiri yang berkata begitu."
"Hmmm apakah kau tak bisa mencari sendir?" hardik Ku tiok lojin lagi.
Ciu Siang segera termenung sejenak setelah mendengar perkataan itu, mendadak ia menepuk kepala sendiri dan serunya sambil tertawa :
"Tida, aku tidak mau, perempuan hanya pintarnya menganiaya lelaki, aku tak ingin mereka mengurusi aku."
"Bocah tolol, kapan sih kau melihat ada perempuan menganiaya lelaki?" tegur kakek cebol sambil tertawa.
"Aku sering melihat ibu guru memukuli guruku," sahut Ciu Siang sambil tertawa.
Kontan saja Ku tiok lojin membentak keras :
"Kentut busuk."
Namun akibatnya semua orang dibuat ge;o dan segera tertawa terbahak-bahak.
Sementara itu suara ledakan telah berhenti, asap hitam yang menyelimuti angkasa pun sudah hilang terbawa angin.
Tapi pada saat itu juga si tolol Apoo telah hilang lenyap dari sana, di samping Sik Tiong Giok dan Li Peng juga tak nampak lagi batang hidungnya.
oooOOOooo Di tengah hutan di atas sebuah tanah lapang berbaring seseorang yang tertidur dengan nyenyak.
Dia bukan lain adalah Gi Liong kuncu, entah dari mana diperoleh pakaian, perempuan itu sudah mengenakan sebuah pakaian yang amat serasi dengan tubuhnya.
Setelah mengalami tekanan batin yang amat berat, kini ia tertidur nyenyak sekali.
Rambutnya yang hitam berkilat terurai ke bawah, bulu matanya yang indah, tubuhnya yang meliuk-liuk mencerminkan pula suatu potongan badan yang menarik.
Di sisi tubuhnya duduk tiga orang, dua pria dan seorang wanita.
Di antara ketiga orang itu, lelaki yang bertubuh kekar nampak gelisah dan meperhatikan perempuan yang berbaring itu sambil mendesah lirih.
Nona yang duduk di sampingnya segera mengerling sekejap ke arah pemud yang berada di samping lain, kemudian berseru kepada lelaki kekar itu seraya tersenyum :
"Suheng, apakah kau benar-benar hendak mengawininya?"
"Heee... heee... heee... heee.. tentu saja, mengapa tidak?" jawab lelaki itu sambil tertawa bodoh.
"Aku takut dia tak akan bersedia menjadi binimu!" goda sang pemuda sambil tersenyum.
Lelaki kekar itu segera tertawa tergelak.
"Jika A po sudah menyukai seorang perempuan, aku tak perduli dia mau atau tidak, pokoknya dia harus bersedia."
Si nona segera mengerling sekejap ke arah sang pemuda, lalu serunya :
"Engkoh Giok, coba kau lihat, setelah suheng bloon mendapat bini, orangnya juga ikut jadi pintar."
Pemuda tersebut tak lainadalah Pangeran Serigala Sik Tiong Giok, ia segera tersenyum setelah mendengar perkataan itu, katanya :
"Hal ini sudah sepantasnya, tapi kalau main paksa macam dirimu itu tidak mencerminkan sifat gagah seorang pendekar."
Si lelaki tolol A poo jadi tertegun, mulutnya beberapa kali tergetar ingin mengucapkan sesuatu, namun tak sepatah katapun yang diutarakan.
"Betul suheng!" terdengar Li Peng berseru pula sambil tertawa,
"kalau hanya sepihak datangnya cinta itu maka perkawainan tak bisa berlangsung secara langgeng."
"Lantas apa yang harus kulakukan?" seru si tolol A poo sambil mengangkat bahu.
"Turutilah perasaan," kata si nona sambil tertawa, "bila ia telah mendusin nanti, jangan sekali-sekali kau berbicara secara sembarangan. Mengerti?"
"Baik, aku akan menuruti nasehat dari mu, si budak setan."
"Apa kau bilang?" tiba-tiba Li Peng menghardik.
Cepat-cepat si Tolol A poo mengubah panggilannya itu : "smoay aku akan menuruti perkataanmu."
Baru saja dia selesai berkata, Gi Liong kuncu yang berbaring di atas tanah telah melompat bangun, kemudian sambil memukul A poo umpatnya :
"Kau bajingan berhati keji, berani benar membuat malu tuan putrimu. Aku... aku akan beradu jiwa denganmu."
Dengan suatu gerakan cepat Sik Tiong Giok menyambar
lengannya, kemudian berkata sambil tertawa :
"Tuan putri ku, coba kau perhatikan dulu orangnya dengan jelas!"
Gi Liong kuncu kelihatan agak tertegun setelah mendengar perkataan itu, dia mengerdipkan matanya berulang kali, lalu katanya :
"Kau adalah Pangeran Serigala langit?"
"Benar, akulah orangnya," sahut Sik Tiong Giok sambil tertawa.
"Kau... kaukah yang telah menolongku?"
"Keliru besar," sela Li Peng sambil tertawa, "orang yang telah menolong mu kau pukul sampai menangis."
"Si... siapakah kau" Siapa yang telah menolong ku?"
"Aku adalah Li Peng, masa kau tidak mengenali aku lagi" Itu dia, orang yang menolong mu berada disana."
Sambil berkata dia lantas menuding ke arah si tendangan geledek A poo.
Si A poo hanya mengawasi orang-orang itu sambil tertawa bodoh, ia benar-benar bungkam dalam seribu bahasa.
Mendengar perkataan itu, hilang sudah kegagahan Gi Liong kuncu, tiba-tiba ia duduk di atas tanah sambil menangis tersedu-sedu.
Li Peng harus menghiburnya dengan berbagai cara sebelum dia berhenti menangis dan pelan-danpelan mengangkat kepalanya kembali, ujarnya kemudian :
"Terima kasih banyak atas pertolongan mu, aku pasti akan menyelenggarakan pesta perjamuan yang meriah di istana Gi liong kiong untuk menghormati kalian."
"Istana Gi liong kiong sudah diledakkan sampai hancur dan rata dengan tanah, aku lihat perjamuan mu tak bisa diselenggarakan lagi," ucap Sik Tiong Giok.
Pucat pias selembar wajah Gi Liong kuncu setelah mendengar perkataan itu, dia termangu beberapa saat lamanya, kemudian mengeluh :
"Oooooh habis sudah, habis sudah apa yang harus ku perbuat sekarang?"
Li Peng sendiri pun nampak terkejut setelah menyaksikan keadaan dari nona itu, cepat-cepat dia berseru :
"Tuan putri..."
"Jangan memanggil tuan putri kepada ku lagi," tukas Gi Liong kuncu cepat, "aku tak lebih cuma seorang gadis suku Biau yang bernama Liong Siau huan, tak lama lagi Liong Siau huan pun akan mati secara mengenaskan.
Sik Tiong Giok jadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, serunya tercengang :
"Aku tidak mengerti dengan perkataanitu."
"Tuan... enci Liog tak usah kuatir," hibur Li Peng kemudian, "asal kau berada bersama kami, tak nanti orang yang berani mencelakai dirimu."
Tiba-tiba si tolol A poo melompat bangun lalu berteriak pula dengan mata melotot besar :
"Barang siapa berani menganggu bini A poo, biar ku tendang dia sampai mampus."
Sambil berkata ia benar-benar melakukan sebuah tendangan keras sehingga menderulah segulung angin tendangan yang maha dahsyat dankuat.
'Blaaammm... blaaammmm' Dimana angin menderu, dua ledakan keras menggelegar, tampak batang pohon bertumbangan dan daun berguguran keadaannya benar-benar mengerikan.
Sikap yang diperlihatkan si tolol A poo tentu saja membuat Liong Siau huan hanyajadi melongo dan termangu-mangu.
"Suheng tolol, mau apa kau?" tegur Li Peng segera, "siapa sih yang hendak kau tuju dengan tendangan mu itu" Baik jika kau begini terus aku pun tak akan turut campur."
Si tolol a poo jadi gelagapan, sambil tertawa bodoh seera serunya cepat-cepat :
"Su... sumoay aku.. aku akan menuruti perkataan mu itu."
Li Peng mengerling sekejap ke arahnya lalu baru berkata kepada Liong Siau huan :
Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Enci Liong, sebenarnya apa sih yang telah terjadi" Bersediakah kau memberitahukan kepada ku?"
Liong Siau huan menghela napas panjang, katanya kemudian :
"Semua jago pesilatan mengira Gi Liong oh ini berada di bawah pimpinan ku, padahal yang benar bukan."
"Apakah masih ada pemimpin lainnya" Siapakah dia?" tanya Sik Tiong Giok dengan perasaan kaget bercampur keheranan.
"Orang itu adalah guruku Heng thian pocu."
"Waaah, terhadap langit pun nenek itu membenci, mungkin dia bukan manusia yang bisa diajak bicara," seru Li Peng tertawa.
"Sebetulnya guruku orangnya ramah dan baik, semua orang di wilayah Biau menghormatinya seperti malaikat, hanya satu pantangannya yaitu jangan sampai marah, bila dia sudah naik darah, kekejamannya takkan terlukiskan lagi dengan kata-kata."
"Aku tidak takut," sela si tolol A poo dengan suara keras.
Ketika dilihatnya Li Peng sedang mendelik ke arahnya, cepat-cepat dia menutup mulutnya kembali.
Terdengar Liong Siau huan berkata lagi :
"Dengan susah paayah dia membangun istana di tepi telaga Gi Liong oh, tapi kini jerih payahnya hancur berantakan, bayangkan saja apakah dia tak jadi gila saking marahnya?"
"Tapi apa sangkut pautnya denganmu" Lagi pula di antara kalian toh masih ada jalinan sebagai guru dan murid, mana dia tak berperasaan sama sekali?" seru Sik Tiong Giok.
Liong Siau huan menghela napas panjang.
"Aaai, kau tak tahu maka bisa bisa berkata begitu, padahal kursiglk sudah diduduki empat orang secara beruntun dalam sepuluh tahun terakhir ini, bahkan putri kandung guru ku sendiri yaitu toa suci ku It Ling, kini juga disekap dalam lembah Aek sui kok, apalagi kedua orang lainnya, boleh dibilang mereka telah disiksa hingga mati tak bisa hidup pun menderita, aaai kali ini mungkin giliran ku yang akan mengalami nasib yang sama."
Ketika berbicara sampai disitu, tiba-tiba ia membungkam dan menundukkan kepalanya rendah-rendah, air matanya jatuh bercucuran membasahi pipinya.
Kejut dan tercengang, Li Peng bertanya :
"Lihaykah ilmu silat yang dimilikinya" Apakah tiada orang yang berani menghadapinya?"
Ketika mendengar pertanyaan itu, Liong Siau huan mengangkat kepalanya, lalu dengan sepasang mata berkaca-kaca dia berpaling ke arah Sik Tiong Giok, ujarnya lagi :
"Sepanjang hidupnya dia hanya takut dengan seseorang, yaitu si kakek serigala langit dan kepandaian silat yang dimiliki kakek serigala langit dia pun hanya paling takut dengan ilmu Thian long eng."
"Bagus sekali kalau begitu," seru Li Peng sambil tertawa, "enci Liong tidak usah takut lagi, engkoh Giok bukan lain adalah ahli waris kakek serigala langit, dia pun menguasai ilmu Thian long eng dari dua belas ilmu cacad tersebut.
Liong Siau huan segera membelalakkan matanya lebar-lebar setelah mendengar ucapan itu, lama sekali dia termangu-mangu, kemudian baru ujarnya :
"Be... benarkah itu?"
"Sebagai seorang Pangeran Serigala langit jika ilmu Thian long eng sja tidak dikuasai, bagaimana mungkin ia bisa menjagoi dunia persilatan?" sahut Li Peng sambil tertawa.
Sik Tiong Giok berkata pula seraya tertawa :
"Entah bagaimana pun juga aku sangat berminat untuk menjumpai guru mu, tapi dia berdiam dimana?"
"Ia berada di pesanggrahan Lei hun piat sut dalam lembah Soh long kok, lembah pengunci serigala yang terletak di bagian belakang telaga Gi Liong oh."
"Asal ada tempat tertentu aku yakin pasti akan berhasil menemukan jejaknya."
Menjelang senja, di belakang bukit telaga Gi Liong oh telah muncul empat sosok bayangan manusia, mereka bukan lain adalah Sik Tiong Giok sekalian berempat yang menuju ke lembah Soh long kok.
Dalam waktu singkat sudah tiga buah bukit mereka lalui, hari pun sudah gelap di kejauhan terlihat mulut lembah Soh long kok tersebut.
Di depan mulut lembah telah dipasang api unggun yang amat besar, dengan di sekeliling duduk sejumlah orang yang tampaknya sedang merundingkan sesuatu.
Dengan ketajaman matanya, di dalam sekilas pandangan saja Sik Tiong Giok telah mengenali orang-orang itu sebagai tujuh iblis dari kota Ci sia. Tanpa terasa dia berpikir :
"Panjang amat usia kawanan iblis tersebut, meskipun sudah terperosok ke dalam lumpur, ternyata tidak sampai menemui ajalnya."
Agaknya si tolol A poo sudah mengenali siapakah orang-orang itu, dia ingin berteriak memanggil, tapi segera dicegah Liong Siau huan yang berbisik lirih :
"Jangan mengejutkan mereka."
"Waaaah tampaknya mereka amat santai, malah datang ke tempat ini untuk menghangatkan tubuh," kata Li Peng sambil tertawa.
"Mereka pasti sengaja datang kemari untuk memberi laporan kepada guru ku, api unggun tersebut tujuannya tak lain adalah tanda kepada guru ku, dan aku percaya suhu ku tentu sudah melihat cahaya api tersebut."
Maka mereka berempat pun segera menyembunyikan diri, kemudian pelan-pelan berjalan mendekati onggokan api itu.
'Duukk... duukk... duukkk...'
Mendadak dari kejauhan sana berkumandang datang suara langkah kaki yang amat berat, suara tersebut selangkah demi selangkah bergema mendekat, tampaknya perjalanan ditempuh dengan sangat lamban.
Akan tetapi ke tujuh orang iblis yang duduk di sekeliling api unggun justru menunjukkan sikap yang amat tegang, tanpa sadar mereka mundur dua tiga langkah ke belakang kemudian berlutut dan menyembah di atas tanah.
"Hey, apa yang sedang mereka lakukan?" Li Peng segera bertanya dengan keheranan.
"Duplikat dari suhu telah datang, nenek ini paling kejam dan buas. Aku rasa tujuh iblis pasti akan mengalami nasib yang trags hari ini," kata Liong Siau huan cepat.
"Apa" Duplikat dari Heng thian popo?" tanya Sik Tiong Giok keheranan.
"Yaa suhu mempunyai lima orang duplikat, yang satu lebih keji daripada yang lain, siapa pun yang bertemu dengan mereka tak akan ada yang lolos dengan selamat."
Sementara pembicaraan berlangsung, suara langkah kaki itu makin lama bergema semakin mendekat, dari balik kegelapan muncul sesosok bayangan manusia.
Orang itu adalah seseorang nenek gemuk yang bertubuh pendek, rambutnya telah beruah semua atau lebih tepat sudah gundul separuh, ia mengenakan jubah yang sangat lebar dan membawa sebuah tongkat kayu sepanjang satu kaki, sambil berjalan mendekat kedengaran sesekali dengusan napasnya yang
memburu. Pelan-pelan dia berjalan ke samping api unggun, kemudian setelah menghela napas panjang gumamnya :
"Ehmm, di tengahmalam yang begini dingin, dan membekukan badan, rasanya nikmat juga kalau dapat menghangatkan tubuh di sisi api unggun."
Dengan meminjam cahaya api yang memancar datang, Sik Tiong Giok dapat menyaksikan raut wajah nenek itu dengan jelas, ternyata dia berwajah bulat seperti rembulan, senyum ramah selalu menghiasi ujung bibirnya, sedang nada pembicaraannya pun halus ramah dan penuh welas kasih.
Kenyataan itu tentu saja amat mencengangkan pemuda kita, tanpa terasa ia berpikir :
"Benarkah nenek yang penuh welas kasih dan baik hati ini, sebetulnya adalah seorang iblis yang membunuh orang tanpa berkedip?"
Walaupun nenek itu telah melihat kehadiran ketujuh orang iblis yang berlutut di atas tanah itu, namun lagaknya seakan-akan tidak melihat, sambil menghela napas dia pun duduk di tepi api unggun itu.
Tampaknya si Raja setan kepala botak tidak bisa menahan diri lagi, dengan napas tersengal segera serunya ;
"Tujuh sobat dari kota Ci sia menjumpai lo hujin!"
Pelan-pelan nenek itu mengangkat kepalanya, kemudian sambil memicingkan matanya dan tertawa, ia berkata :
"Aaaaa! Rupanya kalian, coba lihat, aku si nenek benar-benar sudah pikun, sampai-sampai tidak ku ketahui kalau disini masih ada orang lain. Benar-benar harus dimaafkan, jadi kalian yang telah mempersiapkan api unggung ini?"
"Benar, kami mendapat perintah dari perenda Ngo lok di tepi telaga untuk memasang api unggun disini," sahut si Raja setan kepala botak dengan cepat.
Nenek itu segera tersenyum.
"Kalau begitu tak bakal salah lagi, apakah di istana Gi liong telah punah sama sekali, tuan putri juga telah diculik orang, sementara semua dayang telah mendapat celaka..."
"Apakah empat siluman dari gurun pasir juga tewas?"
"Yaaa, mereka semua telah mati di tangan Sastrawan bisu tuli."
Ketika mendengar nama Sastrawan bisu tuli disinggung, kelihatan sekali sekujur badan nenek itu gemetar keras, tapi kemudian katanya lagi sambil tertawa :
"Untung sekali kalian sudah datang memberi kabar, cuma..."
Mendadak paras mukanya berubah, senyuman yang ramah pun hilang tak berbekas, dengan suara dingin ia berkata :
"Mengapa kalian semua tak ada yang mampus" Hmm, dibalik kesemuanya ini tentu terselip tipu muslihat..."
Begitu selesai berkata, tiba-tiba saja tangan kirinya diayunkan ke depan melancarkan sebuah cengkeramanmaut.
Si Raja setan kepala botak sama sekali tidak menduga sampai disitu, menanti dia siap untuk menghindar, sayang keadaan sudah terlambat.
Selisih jarak di antara kedua orang itu paling banter cuma dua kaki, meski serangan yang dilancarkan itu sama sekali tidak menggeserkan tubuh si nenek tapi gerkan lengannya cepat benar luar biasa sekali.
Tahu-tahu saja si Raja setan kepala botak itu sudah menggelepar dia tas tadi sambil berkelejotan disusul kemudian jeritan ngeri yang memilukan hati bergema memecahkan keheningan, belum sampai berapa gulingan tubuhnya sudah tak bergerak lagi.
Sementara di atas tubuh si Raja setan kepala botak telah bertambah dengan lima buah lubang jari tangan yang
mengucurkan darah segar. Kejadian tersebut kontan saja mengejutkanstg yang mengintip dari balik tempat persembunyian, rasa bergidik semua menyelimuti pula seluruh perasaannya.
Liong Siau huan segera berbisik :
"Itulah ilmua Siau huan jiu dari guruku, konon tidak jauh berbeda dengan jurus Long ya hud sim gigi serigala berhati Budha dari dua belas ilmu cacad."
"Apakah dia gurumu, Heng thian popo?" tanya Li Peng dengan perasaan kaget bercampur tercengang.
"Liong Siau huan segera menggelengkan kepalanya berulang kali
: "Bukan, dia adalah salah seorang duplikat dari guruku, orang menyebutnya si wajah ramah Sie Toa koh, jangan dilihat wajahnya yang penuh welas kasih, padahal kekejamannya luar biasa."
Sementara itu keenam iblis lainnya yang melihat kematian toako mereka secara mengenaskan jadi tertegun saking kaget dan tertegunnya.
Selang beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja Pat Huang Sin Mo bangkit berdiri, kemudian bentaknya dengan penuh kegusaran :
"Kau... apa maksudmu" Dengan niat baik kami datang memberi kabar, kenapa..."
"Jadi kau merasa tak puas?" kembali si wajah ramah Sie Toa koh berkata penuh senyum, "baiklah aku akan memberitahukan kepadamu, inilah peraturan lembah kami, siapa yang bisa menentukan apakah maksud kedatangan kalianini baik atau jahat?"
"Apakah dengan membunuh satu orang maka kenyataan bisa diketahui?"
Kembali Sie Toa koh tertawa.
"Dengan membunuh satu orang maka aku bisa menilai dari perubahan mimik wajah kalian, apakah kalian bersungguh hati atau tidak."
"HMMM PERTARUNGAN ITU BENAR-BENAR terlalu keji!"
Sie Toa koh segera tertawa :
"Hmmm, berapa banyak sih orang yang telah mati terbunuh kalian selama ini" Apakah baru hari ini kalian merasa bahwa perbuatan semacam ini termasuk keji" Betul-betul suatu kejadian yang aneh, padahal ditinjau dari sikap kalian ini pun, kamu sudah pantas mati..."
Pat Huang Sin Mo menjadi amat terkesiap setelah mendengar perkataan itu, sepasang matanya segera melotot besar penuh amarah, segera bentaknya keras-keras :
"Hmmm, kau anggap gampang membunuh ke..."
Belum lagi perkataan tersebut selesai diucapkan, tiba-tiba saja Sie Toa koh mengayunkan jari tangannya ke muka, segulung desingan angin tajam segera meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa.
'Kraaakk...!' Tia-tia ia mengeluh tertahan, lalu tubuhnya terjungkal ke atas tanah dan tewas seketika itu.
Akibatnya ke lima orang iblis lainnya menjadi amat terperanjat, sampai setengah harian lamanya tak seorang pun di antara mereka yang berani bersuara.
Dengan sorot mata yang tajam Sie Toa koh memperhatikan sekejap wajah beberapa orang itu, kemudian setelah menghela napas lembut kembali katanya :
"Masuklah kalian berlima ke dalam lembah, aaai, padahal selama hidupaku paling takut dengan darah, tapi hari ini aku telah membunuh orang lagi, dosa... dosa..., benar-benar suatu dosa yang amat besar."
Berbicara sampai disitu ia segera bangkit berdiri serta membalikkan badannya dan masuk kembali ke dalam lembah.
Memandang hingga bayangan tubuh Sie Toa koh lenyap di kejauhan sana, Li Peng baru bergumam :
"Kalau toh sudah tahu bahwa membunuh adalah dosa, mengapa pula dia harus membunuh orang lagi?"
Ke lima iblis yang berhasil lolos dari lubang jarum tanpa mengucapkan sepatah kata pun, meski tidak ada yang berani berbicara, akan tetapi dalam benak setiap orang dicekam oleh rasa marah dan dendam yang tidak terkirakan.
Menanti rombongan tersebut telah berlalu, Sik Tiong Giok sekalian di bawah bimbingan Liong Siau huan segera menuju pula ke lembah Soh long kok dengan mengambil jalan pintas.
Tak jauh setelah memasuki lembah terdapat sebuah tebing kecil, sekeliling tempat itu merupakan batuan cadas yang berbentuk sangat aneh dan tak nampak tetumbuhan hidup di sekitar sana, sekilas pandangan bentuknya mirip sekali dengan beberapa ekor binatang buas yang siap hendak menerkam mangsanya.
Liong Siau huan langsung mengajak Sik Tiong Giok sekalian berdiri di tengah sebuah tebing dan melongok ke bawah.
Ternyata di sekitar tebing situ telah dipasang tujuh buah api unggung, api yang membara berwarna biru dan membumbung sampai ketinggian tiga depa, anehnya di bawahnya ternyata tidak nampak kayu atau bahan untuk pembakaran.
Di tengah-tengah kobaran api itu, duduklah seorang nenek berambut putih.
Li Peng yang menjumpai keadaan tersebut segera saja berbisi di sisi telinga Liong Siau huan :
"Cici, cepat amat gerakan langkah Sie Toa koh, secepat itu dia sudah duduk disana."
"Dia bukan Sie Toa koh, melainkan si wajah dingin To ji koh."
"Kalau dilihat dari segala persiapan yang dilakukan olehnya, sudah pasti ada suatu kejadian aneh yang bakal berlangsung..."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, mendadak dari luar tebing telah muncul beberapa sosok bayangan manusia yang bergerak makin lama semakin mendekat, tak lama kemudian dapat terlihat bahwa mereka adalah lima iblis.
Begitu tiba di muka tumpuka api tersebut, serentak mereka menghentikan langkahnya memberi hormat dan berseru :
"Tecu sekalian datang dari kota Ci sia, menjumpai lo hujin."
"Kedatangan kalian memang tepat sekali, hanya sayang kejujuran hatinya masih meragukan," ucapan Ta Ji koh dingin.
Beberapa patah kata yang amat dingin dan kaku ini seketika membuat perasaan ke lima orang iblis itu menjadi bergidik.
Mendadak Ang lou hujin menghentakkan tongkat ke atas tanah, lalu serunya dingin :
"Kami datang kemari hanya ingin mengabarkan bahaya yang mengancam, sama sekali tidak berniat meminta apa-apa, jadi mau percaya atau tidak terserah kepada kalian sendiri, urusan tersebut sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan kami.
Berulang kali kami tunjukkan sikap bersunguh-sungguh tapi kalian sengaja menyusahkan kami, tampaknya maksud baik kami dibalas dengan sikap macam begitu, hmmm, apa gunana kami menjual nyawa lebih jauh...?"
Berbicara sampai disitu, tiba-tiba dia membalikkan badan lalu menggapai ke arah ke empat orang iblis lainnya sambil berkata lebih jauh :
"Hayo berangkat, kita segera kembali ke kota Ci sia, urusan ini tak usah dicampuri lagi."
Seusai berkata dia pun beranjak pergi dari situ, sementara ke empat orang iblis lainnya segera menyusul pula dengan wajah penuh amarah.
Dengan suara dingin To Ji koh segera berseru :
"Sesungguhnya kalian memang pantas mencampuri urusan ini, tapi apakah kalian akan pergi dengan begitu saja" Apakah kalian benar-benar akan melepaskan si kelabang langit yang tak lama lagi akan munculkan diri di dalam dunia ini?"
Satu ingatan segera melintas di dalam benak Sik Tiong Giok setelah mendengar perkataan itu, pikirnya :
"Tak heran kalau tujuh iblis itu bersikap begitu hormat dan munduk-munduk terhadap mereka, rupanya maksud tujuan mereka tak lain adalah kelabang langit berusia seribu tahun, jangan-jangan Heng thian popo memiliki cara untuk menaklukkan kelabang langit itu?"
Baru saja ingatan tersebut lewat, mendadak ke lima orang iblis itu menghentikan langkahnya dengan segera dan saling berpandangan sekejap.
Menyusul kemudian terdengar si bocah sakti iblis langit berakta dengan suara lantang :
"Kami tak lebih hanya ingin meminjam mutiara racun Kim ki kun toh cu sja karena itu kami bersedia pula berbakti kepada kalian tapi bila sikap kalian tetap dingin semacam ini kami pun jadi segan dibuatnya."
"Dengan memiliki mutiara penolak racun tersebut tidak sulit bagi hujin kami untuk mendapatkan kelabang langit tersebut, apakah sampai waktunya kalian tak akan menuruti perintahnya" Hanya saja mengingat hujin kami memerlukan bantuan kalian dalam usahanya menghadapi seorang musuh besar ia bersedia untuk bertukar syarat dengan kalian. Kini apabila kalian bersedia melepaskan syarat tersebut kami pun tak akan memaksa lebih jauh. Hanya... aku merasa kasihan buat kalian..."
"Apa yang patut dikasihani dengan kami," tanya Ang lou hujin dengan wajah berubah.
"Aku kasihan kepada kalian gara-gara pikiran rakusnya sehingga memasuki lembah So long kok ini. Aku kuatir gampang untuk memasukinya tapi sukar untuk keluar lagi dari sini."
Dengan penuh amarah Ang lou hujin segera berseru :
"Jadi kau bermaksud menghalangi kami mengandalkan kekerasan" Dengan ilmu silatmu belum tentu kau mampu menahan kami semua."
"Selama h idup aku paling takut bertarung dengan orang, lebih takut lagi melihat darah berceceran."
Telapak tangan darah penyungging langit segera mendengus :
"Hmmm, sekalipun kau hendak turun tangan belum tentu mampu untuk menahan kami."
"Sudah kalian saksikanke tujuh buah jilatan api itu" Tak usah aku mesti turun tangan sendiri kalian toh tak akan mampu hidup selama tiga jam lagi."
Baru selesai perkataan tersebut diutarakan, paras ke lima orang iblis itu sudah berubah hebat.
Dengan suara gemetar si iblis wanita Thi Cu berseru :
"Tujuh buah ji... jilatan api... berwarna biru... tanpa kayu, tanpa minyak... aaa uh... apakah kau telah menyimpan Panah iblis api dingin..."
"Tepat sekali," kata To Ji koh dingin, "tanpa kalian sadari, kamu semua telah terkena panah iblis yang telah menembusi hati kalian, nantikan saja penderitaan akibat digerogoti oleh panah api dingin itu..."
Belum habis perkataan itu diucapkan, ke lima orang iblis tersebut sudah dibuat amat terkejut dan ketakutan setengah mati, sehingga dua baris gigi saling beradu satu sama lainnya.
Sik Tiong Giok menjadi sangat keheranan setelah dilihatnya ke lima orang iblis tersebut ketakutan sedemikian rupa, segera pikirnya :
"Benda apakah panah iblis api dingin itu" Tanpa sedikit bayangan pun, bagaimana mungkin bisa melukai orang?"
Sementara dia masih berpikir, tiba-tiba terasa Li Peng telah menggenggam tangannya, telapak tangan nona itu sudah basah oleh peluh dingin.
Ketika Sik Tiong Giok berpaling, segera tampak olehnya paras muka nona itu pucat pias bagaikan mayat, rasa kaget dan ngeri mencekam seluruh perasaannya. Tanpa terasa dia pun berpikir dengan rasa kuatir :
"Adik Peng kee... kenapa kau?"
Dengan suara gemetar Li Peng berkata :
"Aku pernah mendengar dari cerita guruku, katanya panah iblis api dingin adalah panah pembunuh yang paling keji dari aliran sesat, senjata itu dapat melukai orang tanpa sadar. Aku benar-benar merasa kuatir apabila kita pun dilukai oleh senjata tersebut."
Liong Siau huan segera tertawa ringan, katanya cepat :
"Adikku, kau tak usah terkejut atau panik, biarpun benda itu amat keji, namun asal kita tidak berada dalam radius lima puluh langkah, senjata tersebut tak bakal bisa melukai orang."
Sementara mereka masih berbincang-bincang, tampak ke lima orang iblis itu sudah berdiri kaku di tempat semula persis seperti patung batu, sama sekali tak bergerak atau bergeser dari posisinya semula.
Mendadak terdengar Ang lou hujin menjerit keras sambil menyemburkan darah segar dari mulutnya, kemudian badannya terjungkal ke atas tanah, bergulingan beberapa kali di atas tanah dan tidak bergerak lagi.
Menyaksikan hal tersebut, To Ji koh segera berkata sambil menghela napas :
"Aaaai dia kelewat terburu napsu sehingga mendekati api dingin sampai jarak sepuluh langkah, luka yang dideritanya paling parah, akibatnya satu jam pun dia tak bakal tahan."
Dalam terkejutnya setelah menyaksikan peristiwa tersebut, ke empat orang iblis lainnya serentak mengerubungi Ang lou hujin serta memeriksa keadaannya.
Ternyata seluruh badan Ang lou hujin telah berubah menjadi hitam pekat, dari mata tunggalnya nampak darah meleleh keluar, dalam sekejap mata selembar jiwanya telah melayang
meninggalkan raganya. Kenyataan tersebut membuat mereka makin kaget dan ngeri lagi...
Dengan suara dingin To Ji koh berkata kembali :
"Luka yang kalian berempat derita jauh lebih ringan, mungkin masih bisa bertahan selama tiga jam lebih, tapi jika ingin selamat dari ancaman bahaya maut, kamu berempat harus mengabulkan sebuah permintaan ku lebih dulu."
"Harap lo hujin segera utarakan," cepat-cepat si bocah sakti iblis langit berkata, "asalkan jiwa kami dapat diselamatkan, syarat apa pun tentu akan kami kabulkan."
"Ku minta kalian pergi mencari Su kuncu hingga ketemu, tuan putri ke empat adalah Gi liong kuncu yang hilang itu, mengerti?"
Begitu mendengar kalau ada kesempatan untuk lolos dari kematian, ke empat orang iblis itu segera nampak berseri.
Ban hong sian nio cepat-cepat berkata :
"Tapi luka yang kami derita sekarang sudah begitu parah, dalam tiga jam kemudian jiwa kami pun terancam bahaya, untuk mencapai telaga Gi Liong oh saja tak sanggup, bagaimana mungkin bisa menemukan kembali tuan putri?"
"Tentu saja akan kuberikan obat penawar racun untuk kalian, nah ambillah..."
Sambil berkata dia segera mengayunkan tangannya ke depan, sebuah benda segera melayang ke tangan Ban biau sian koh.
Terdengar ia berkata lebih jauh :
"Obat penawarku ini hanya bisa memperpanjang usia kalian selama satu bulan, bila kalian tak berhasil menemukan kembali tuan putri, lebih baik nantikan saja saat ajal kalian!"
"Seandainya dapat ditemukan kembali?"
"Tentu saja aku bia menghapuskan sisa racun yang berada dalam tubuh kalian, hayolah cepat berangkat!"
Begitu selesai berkata, ujung bajunya segera dikebaskan ke depan dan kobaran lidah api pun padam secara tiba-tiba, menyusul kemudian tampak sesosok bayanga hitam melintas di tengah udara dan lenyap tak berbekas.
Sebaliknya ke empat orang iblis itu dengan wajah lesu dan sedih segera berjalan menuju keluar lembah.
Menunggu sampai beberapa orang itu sudah lenyap dari pandangan mata, Liong Siau huan baru menghembuskan napas panjang seraya bergumam pelan :
"Benar-benar berbahaya!"
"Aku tebak ke empat orang iblis tersebut pasti akan mampus,"
ucap Li Peng sambil tertawa.
"Yaa, saat ini Gi Liong kuncu berada di samping kita, kemaan mereka akan menemukan?"
Liong Siau huan segera menghela napas panjang :
"Aaaai, akan tetapi kita pun tak akan sampai di pesanggrahan Lei hun piat sut."
"Mengapa?" tanya Sik Tiong Giok keheranan.
"Apabila kita lanjutkan perjalanan lagi ke muka boleh dibilang langkah demi langkah akan semakin berbahaya."
"Berapa banyak kesulitan sih yang akan kita lalui?"
"Asal kita dapat menembusi barisan guntur langit dan barisan kayu hijau maka pesanggrahan Lei hun piat sut segera akan tercapai, tapi yang paling susah dilalui adalah pos penjagaan yang dijaga oleh guruku. Untung saja Ngo koh selalu sayang kepada ku, mungkin juga ia bersedia membantu kita secara diam-diam."
Baru saja perkataan selesai diutarakan, mendadak terdengar seseorang membentak keras :
"Turun!" Bentakan tersebut amat mengejutkan beberapa orang yang berada disitu.
Dengan suara dingin Li Peng segera berkata :
"Kita tidak usah turun ke bawah, lihat saja apa yang bisa ia lakukan terhadap kita?"
"Kedengarannya dia adalah Ngo koh, kalau dia yang datang masih rada mendingan," kata Liong Siau huan pula.
Sambil tertawa Sik Tiong Giok segera berseru :
"Perduli siapakah dia, toh kita tak akan lolos darinya. Ayo kita turun saja, apa yang mesti ditakuti?"
Sambil berkata dia segera menjejakkan kakinya dan melayang turun ke bawah, disusul kemudian oleh Li Peng sekalian dari belakang.
Liong Siau huan segera memperhatikan sekejap lawannya, kemudian sambil memberi hormat berkata :
"Anak Huan menjumpai Ngo koh!"
Sik Tiong Giok mencoba untuk memperhatikan Ngo koh atu bibi ke lima ini. Meski dia pun seorang nenek berambut putih namun wajahnya justeru nampak amat bengis, alis matanya tebal, matanya besar, mulutnya lebar membuat siapapun yang
memandang jadi ngeri sendiri.
Padahal jangan dilihat tampangnya begitu bengis dan buas, padahal hatinya baik dan ramah sekali, itulah sebabnya orang menyebutnya sebagai Hud sim ngo koh (bibi ke lima berhati Budha).
Hud sim ngo koh memandang sekejap wajah ke empat orang itu, akhirnya sorot mata itu berhenti di atas wajah Liong Siau huan, ujarnya dengan suara dingin :
"Nak, besar amat nyalimu. Nyata sekali kau sudah pagar makan tanaman, sengaja bersekongkol dengan orang asing untuk memusuhi gurumu sendiri."
Dengan suara pedih Liong Siau huan berkata :
"Betapa pun besarnya nyali tecu, tak akan berani mengkhianati suhu, andaikata aku tidak bersua dengan ketiga orang ini, mungkin tubuhku ini entah sudah jadi apa?"
"Aku sudah mengetahui semua tentang peristiwa yang terjadi di bukit Ong sim san, gurumu juga mengetahui dengan jelas lagi, kalau bukan begitu masa dia akan meledakkan bukit itu?"
"Kalau toh suhu sudah tahu, maka sudah sepantasnya kalau memaafkan anak Huan."
Hud sim ngo koh segera menghela napas panjang :
"Aaaai kalau... apabila dia kelewat membelai dirimu, bagaimana caranya untuk memberi pertanggungjawab terhadap ke tiga orang suci mu itu" Aaaai, anakku tunjukkan keberanianmu, asal kau bisa melewati barisan guntur langit dan balok hijau, aku rasa lo hujin pun tak akan menyusahkan dirimu."
"Mana mungkin anak Huan memiliki kemampuan sebesar itu?"
"Bukankah kau mempunyai tiga orang teman" Asalkan mereka punya kepandaian, teman-temanmu itu toh bisa membantumu untuk menembusi pos-pos barisan tersebut?"
"Apakah suhuku akan menyetujui?"
"Tatkala guru mu menetapkan peraturan itu, ia sama sekali tidak menyebutkan kalau dilarang membawa pembantu, moga-moga saja kau bisa baik-baik menjaga diri."
Selesai berkata, dia memandang sekejap ke arah Liong Siau huan dengan pandangan kasihan, setelah itu baru beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Liong Siau huan memandangi sampai bayangan tubuh Hud sim ngo koh hilang dari pandangan mata, kemudian ia baru bangkit berdiri dan menjura kepada ke tiga orang itu sambil katanya :
"Mati hidup Liong Siau huan sekarang tergantung pada bantuan dari kalian bertiga."
Dengan mata mendelik besar si tolol A poo segera berteriak :
"Asal kau bersedia menjadi istriku, tempat macam apa pun tentu akan ku tembusi."
"Sejak tadi tubuh ku sudah menjadi milikmu, apalagi yang harus diucapkan?" jawab nona itu lirih.
Si Tolol A poo segera tertawa bodoh :
"Baik akan ku terjang tempat-tempat tersebut bagimu, barang siapa berani menganiaya bini ku biar ku tendang dia sampai mampus.
Sembari berteriakdia segera berjalan meninggalkan tempat tersebut dengan langkah lebar dan sama sekali tak berpaling, sikapnya kelihatan gagah sekali.
Sik Tiong Giok yang menyaksikan kejadian tersebut jadi geli sendiri, pikirnya :
"Tak heran kalau orang mengatakan bahwa lelaki semuanya tukang bajingan di depan perempuan, lelaki pengecut pun bisa berubah jadi pemberani, nampaknya halini tidak terkecuali pula pada diri si tolol ini."
Baru berjalan sejauh dua tiga li, fajar telah menyingsing dan tibalah mereka di tepi sebuah tebing, dari kejauhan sana tampak seseorang berdiri menghadang di tengah jalan.
Dengan langkah cepat Liong Siau huan berlarian mendahului si tendangan geledek A poo, lalu sambil berlutut di hadapan orang itu serunya :
"Anak Huan akan kembali ke gua untuk menjumpai suhu, harap Sam koh suka memberi jalan lewat."
Ternyata nenek tersebut tak lain adalah bibinya yang ketiga Im Yok hoa.
Mendengar ucapan mana, Im Yok hoa segera tertawa dingin tiada hentinya dan berseru :
"Budak ingusan, kau telah melenyapkan istana Gi Liong oh, tahukah akan dosamu?"
"Anak Huan tahu salah," jawab Liong Siau huan sambil menundukkan kepalanya rendah-rendah, "dan sekarang anak Huan memang sengaja datang untuk mengaku salah di depan suhu."
"Kalau memang itu maksud kedatangan mu, mengapa harus bersekongkol dengan orang asing?"
"Mereka adalah tuan penolong tecu, karena takut tecu menjumpai musuh lagi, maka mereka melindungi tecu sampai disini."
Im Sah koh tertawa dingin :
"Baik sekali, tidak nyana kalau mereka mempunyai hati sebaik ini. Cuma aku pun tak bisa mengabaikan peraturan perguruan dengan begitu saja."
"Mohon keringanan dari Sam koh."
"Sudah, tak usah dibicarakan lagi," bentak Im Sah koh tiba-tiba,
"biar pun aku tak bisa melupakan hubungan kita selama ini, namun peraturan perguruan pun tak bisa diabaikan dengan begitu saja, asal kalian dapat menembusi pertahanan ku ini, aku si nenek pun akan melepaskan kalian pergi."
Agaknya Liong Siau huan cukup memahami watak dari Im Sam koh dan sadar bahwa banyak berbicara pun tak ada gunanya, sambil tetap berlutut di atas tanah, mendadak teriaknya :
"Kalau begitu anak Huan akan bertindak kasar."
Baru selesai perkataan itu diutarakan, mendadak terdengar Li Peng berteriak pula :
"Enci Huan, siau moay akan mendampingimu!"
Di tengah teriakan keras, tampak dua sosok bayangan manusia menerjang ke muka dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Selat sempit itu luasnya cuma dua depa ditambah lagi Im Sah koh berdiri persis di tengah jalan, boleh dibilang tiada tempat tersisa di sisi kiri maupun kanannya.
Dalam anggapan ke dua nona itu, dengan mengandalkan
kelincahan tubuh rasanya tak sulit buat mereka untuk meloloskan diri, apalagi sepasang tangan Im Sam koh masih terjulur ke bawah dan sama sekali tidak bersikap seperti mau bertarung, dalam posisi demikian tentu saja tak nanti ada persiapan padanya.
Liong Siau huan segera menerjang ke tepi tebing, kemudian dengan gerakan capung menutul di atas air, tubuhnya melesat ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Akan tetapi baru saja tubuhnya sampai di tengah jalan, mendadak Im Sam koh melepaskan sebuah pukulan mengancam iganya.
Li Peng yang berada di belakangnya mengerti bahwa serangan yang dilontarkan ke arah Liong Siau huan itu berbahaya sekali, sebab biarpun masih sempat untuk membendung datangnya ancaman, pasti dia akan digetarkan juga badannya hingga mencelat ke dalam jurang yang dalam sekali itu.
Tanpa terasa bentaknya dengan gusar :
"Huuuh.. tak tahu malu, beraninya cuma main sergap saja."
Di tengah bentakan nyaring tubuhnya segera menerjang ke depan untuk memberi bantuan.
Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi saat itulah telapan tangan Liong Siau huan telah saling berbenturan dengan sepasang telapak tangan lawan.
'Blaammm!' Begitu sepasang telapak tangan itu saling beradu, terjadilah suara ledakan yang amat nyaring. Liong Siau huan tak mampu menahan serangan itu sehingga badannya mencelat ke tengah udara dan meluncur ke arah jurang.
Akibatnya sebelum Li Peng tiba di tempat sasaran, ia sudah menyaksikan keadaan Liong Siau huan yang terancam bahaya, saking kagetnya dia sampai mandi keringat dingin.
Untung saja di saat yang berbahaya, sepasang kaki Liong Siau huan masih sempat menggaet di tepi tebing sehingga tubuhnya meski bergetar keras, akan tetapi tak sampai terperosok jatuh ke bawah.
Melihat keadaan itu, Li Peng segera sadar bahwa pertolongannya lewat sisi tebing tak mungkin akan berhasil.
Satu ingatan segera melintas di dalam benaknya, dengan cepat dia mengeluarkan ilmu meringankan tubuh Burung walet melayan di awan untuk meluncur ke bawah tebing, di saat badannya sedang menyambar di samping tubuh Liong Siau huan itulah, tangannya segera menggaet telapak tangan lawan sambil bentaknya :
"Naik!" Tampak kedua orang nona itu melejit ke atas sambil
bergandengan tangan, bukan saja berhasil lolos dari bahaya, malahan berhasil juga loos dari penjagaan nenek tersebut.
Melihat adegan tersebut, Im Sam koh jadi amat terkesiap, tanpa terasa serunya :
"Betul-betul suatu gerakan tubuh yang enteng dan sangat lihay..."
Dalam pada itu Sik Tiong Giok pun sudah tak sabar menunggu lebih lama lagi, ia segera menjejakkan kakinya ke atas tanah dan tubuhnya melayang di angkasa melewati atas kepala Im Sam koh, begitu turun kembali ke atas tanah segera serunya sambil tertawa tergelak :
"Apakah caraku lewat dengan sistem begini juga masuk hitungan...?"
Im Sam koh mendengus dingin :
"Hmmm, ilmu meringankan tubuh mu amat jarang terlihat dalam dunia persilatan, tentu saja aku si nenek tak akan mengingkari janji, kalau aku tak salah agaknya ilmu gerakan tubuh yang sobat kecil gunakan adalah warisan dari kakek serigala langit, bukankah begitu ?"
"Dugaan mu tepat sekali," sela Li Peng segera, "dia tak lainadalah Pangeran Serigala langit."
Im Sam koh segera menghela napas panjang :
"Aaaai, tak heran kalau dia memiliki ilmu meringankan tubuh yang begitu sempurna."
Belum habis perkataan itu diucapkan, mendadak dari sisi telinganya telah bergema datang suara bentakan keras :
"Hey nenek, hayo cepat minggir."
Ternyata si tendangan geledek Wan Poo sedang berteriak nyaring sambil bejalan mendekat.
Begitu nyaringnya suara teriakan tersebut, membuat Im Sam koh menjadi sangat terkejut, dengan cepat ia berpaling, ketika dilihatnya orang itu adalah seorang lelaki kekar berbaju hijau, dengan suara dingin segera ujarnya :
"Jalanan begitu sempit, mana mungkin aku bisa menyingkir"
Kenapa kau tidak meniru cara mereka untuk menyeberangi tempat ini?"
Si tendangan geledek Wan poo kontan saja mendelik besar :
"Apakah kau tidak tahu kalau aku belum pernah belajar ilmu meringankan tubuh" Yang kulatih adalah sepasang kakiku ini."
"Kalau begitu aku ingin mencoba kelihayan dari ilmu tendangan mu itu..." kata Im Sam koh dingin.
Mendengar perkataan tersebut, A poo segera tertawa terbahak-bahak :
"Haaaahhh... haaahhhh... haaaahhh... kebetulan sekali sejak turun gunung, belum pernah aku bertemu dengan seseorang berani beradu kepandaian dengan ku. Hey nenk, coba sambutlah dulu sebuah tendangan ku ini!"
Sembari berkata tiba-tiba saja dia merendahkan tubuhnya dan melancarkan serangkaian tendangan berantai, tendangan yang begitu dahsyat segera saja menimbulkan desingan angin serang yang menderu-deru seperti beribu ekor kuda sedang berlarian bersama-sama.
Pasir dan debut segera menggulung ke tengah udara lalu berhamburan kemana-mana seperti hujan gerimis bahkan batuan cadas yang beratnya ribuan kati pun turut bergoyang dengan menimbulkan suara yang amat memekakkan telinga, daya pengaruhnya betul-betul mengejutkan hati.
Dalam anggapan Im Sam koh tadi, paling-paling lelaki kekar tersebut hanya memiliki kepandaian biasa saja, mimpi pun dia tidak mengira kalau tendangan geledek yang dilepaskan.
Im Sam koh jadi terperanjat sekali setelah menyaksikan kepandaian itu, sudah barang tentu dia pun tak berani menghadang perjalanannya lagi, dengan gugup tubuhnya bergerak mundur ke belakang.
Berhasil mengundurkan Im Sam koh, si Tendangan geledek Wan poo segera tertawa bangga :
"Haaahhhh... haaaahhh... haaaahhhh... bagaimana" Ilmu tendangan ku ini termasuk hebat bukan?"
Sik Tiong Giok yang berada di sampingnya kontan sja menimpali dengan perasaan mendongkol :
"Yaa memang hebat, hampir saja langit pun ambruk karena pengaruh tendangan itu."
"Wan toako," seru Liong Siau huan pula sambil tertawa, "ilmu tendangan mu betul-betul luar biasa, kau pantas disebut jago nomor wahid di kolong langit."
Disanjung orang seperti ini, si tendangan geledek Wan poo jadi kegirangan setengah mati, sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, ia tertawa terbahak-bahak.
Setelah berhasil meloloskan diri dari penjagaan Im Sam koh, semua orang diliputi rasa gembira yang meluap-luap, hanya Liong Siau huan yang kelihatan risau.
Melihat itu, cepat-cepat Li Peng bertanya :
"Enci Huan, mengapa kau?"
Setelah tertawa getir, Liong Siau huan berkata :
"Aku sangat menguatirkan pos penjagaan yang dijaga oleh Lui Su koh, entah bagaimana caranya untuk melaluinya.
"Apa yang mesti ditakuti?" seru Wan poo segera, "bila tak mampu dilewati, biar ku tendang dirinya dengan tendangan maut ku."
"Tendangan mu tak akan berguna dalam pos berikut, bila ingin melewatinya, maka betul-betul harus mengandalkan kepandaian yang dimiliki."
Sik Tiong Giok segera menghibur :
"Lebih baik kita ikuti perkembangan sesuai dengan keadaan nanti, apa gunanya mesti kita risaukan sekarang."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka berempat telah berbelok lagi di suatu tikungan bukit.
Tiba-tiba terdengar Liong Siau huan menjerit kaget :
"Berhati-hatilah kalian, kini kita sudah berada di tempat yang paling berbahaya, terutama sekali hati-hati dengan sergapan senjata rahasia."
Belum habis perkataan tersebut diutarkan, mendadak dari kejauhan sana sudah kedengaran seseorang menegur dengan suara yang halus dan lembut :
"Apakah anak Huan telah kembali?"
"Benar Su koh, baik-baikkah kau?" cepat-cepat Liong Siau huan menyahut.
"Anak manis, terima kasih banyak atas perhatian mu, dilihat dari keberhasilan mu menembusi tiga pos penjagaan terbukti kalau kemampuan mu telah peroleh kemajuan yang amat pesat."
"Anak Huan mohon kesudian Su koh untuk berbelas kasihan pula kepada ku dalam pos penjagaan yang keempat ini."
"Ooooh, tentu saja namun ku anjurkan kepada mu agar bertindaklah dengan lebih berhati-hati lagi."
Di saat tanya jawab masih berlangsung, Sik Tiong Giok sekalian telah memasuki sebuah selat yang panjang, di kejauhan sana tepatnya di puncak sebuah tebing batu berdiri sesosok bayangan manusia, tak disangkal lagi orang itu adalah Lui Su koh.
Sik Tiong Giok memperhatikan sekejap keadaan di sekeliling tempat itu, mendadak serunya dengan suara rendah :
"Cepat kalian mundur dulu, biar aku yang mencoba untuk menembusinya..."
Di tengah bentakan nyaring sepasang kakinya segera menjejak permukaan tanah, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya ia meluncur ke tengah lembah.
Tapi baru saja ia menembusi dinding tebing dan siap melayang turun ke atas tanah, mendadak dari kedua belah sisi tubuhnya bergema datang desingan angin tajam yang memekakkan
telinga, desingan tajam itu langsung menyergap ke arah tubuhnya.
Tentu saja Sik Tiong Giok tak berani berayal, berada di tengah udara cepat-cepat bahunya digetarkan lalu melesat dua kaki lagi ke muka.
Menanti ia berpaling dan memandang keadaan yang sebetulnya, diam-diam pemuda itu menghembuskan napas dingin sambil berpekik lirih dalam hati kecilnya :
"Wauw... sungguh berbahaya!"
Ternyata di atas ke dua sisi tebing tersebut telah terpasang belasan buah alat pembidik otomatis dengan panah-panah yang tajam, apabila tombol rahasia sampai tersentuh niscaya panah-panah itu akan berhamburan kemana-mana bagaikan hujan badai.
Bayangkan saja apa jadinya bila sampai berlangsung keadaan semacam ini. Betapa pun hebatnya kepandaian seseorang, mustahil dapat meloloskan diri secara mudah.
Walaupun secara nyaris Sik Tiong Giok berhasil melampaui alat pemidik otomatis di kedua sisi dinding tebing, tak urung peluh dingin sempat membasahi juga jidat.
Tapi dengan kejadian tersebut semangatnya pun ikut semakin berkobar, sambil tertawa nyaring segera serunya :
"Huuuh kalau hanya mengandalkan alat jebakan untuk meraih kemenangan itu sih belum terhitung kepandaian sejati!"
"Asal kau mampu melewati selat ini, jangan kuatir banyak orang yang bakal kau hadapi!" sahut Lui Su koh dari kejauhan sana.
Baru selesai ucapan tersebut diutarakan, mendadak terdengar suara gemuruh keras bergema memecahkan keheningan, tahu-tahu tampak tiga titik cahaya hijau meluncur datang dari puncak tebing yang disertai lima jalur pelangi panjang warna merah yang dikombinasikan dengan warna hijau menciptakan perpaduan yang sangat indah, dengan kecepatan tinggi perpaduan warna itu menyambar tubuh si anak muda tersebut.
Berkilat sorot mata Sik Tiong Giok setelah melihat datangnya ancaman tersebut, ia tahu dua macam senjata rahasia yang mengancam tubuhnya sekarang tentu luar biasa sekali, karenanya ia segera menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Lima jalur cahaya pelangi memancar tiba seperti kepala peluru, tiga cahaya hijau berputar setengah busur seperti sambaran petir, dalam waktu singkat seluruh tubuh Sik Tiong Giok sudah terkurung rapat-rapat.
Mendadak Sik Tiong Giok berpekik nyaring, tubuh dan pedangnya bersatu padu menembus ke angkasa dengan pancaran hawa murni yang maha dahsyat, tubuh itu melejit setinggi satu kaki lebih serta meloloskan diri dari kepungan.
Tapi dalam waktu singkat bentakan nyaring kembali bergema dari puncak tebing lagi-lagi terlihat belasan titik cahaya hijau meluncur ke bawah secepa sambaran petir.
Di antara cahaya hijau yang memenuhi angkasa bagaikan sambaran petir terdapat lagi enam titik cahaya hijau yang lebih lembut bentuknya khusus melewati arah yang tak beraturan mengancam ke bawah, ancaman semacam inilah yang paling susah dihadapi.
Li Peng sekalian yang menonton jalannya pertarungan itu dari mulut lembah jadi amat gelisah tapi mereka pun tak berani menjerit kaget karena kuatir mencabangkan pikiran Sik Tiong Giok hingga semakin susah untuk menghadapi ancaman lawan.
Tapi di antara sekian orang, Liong Siau huan lah yang paling kuatir, ia cukup tahu betapa hebatnya senjata rahasia milik Lui Su koh nya ini.
Meski cahaya hijau yang menyembur ke bawah itu memiliki daya kemampuan dahsyat, sesungguhnya masih mudah untuk
dihadapi, tapi jarum belalang terbang yang khusus menyambar secara tak beraturan itulah merupakan ancaman yang serius.
Sebab jalur yang ditempuh senjata ini tidak beraturan, ini berarti arah datangnya serangan pun tak terduga, ditambah lagi mesti melindungi diri terhadap ancaman sinar hijau akibatnya makin sulit untuk mengatasinya.
Si tendangan geledek A poo tidak melihat akan ancaman maut yang sedang dihadapi Sik Tiong Giok, ketika melihat adegan tersebut,ia segera bertepuk tangan dan bersorak sambil tertawa tergelak :
"Haaaaahhh... haaaahhh... haaahhhh... indah amat letupan api yang menari-nari di angkasa itu!"
Mendadak terdengar Sik Tiong Giok berpekik nyaring sekali lagi, tubuh dan pedangnya membentuk diri dalam satu jalur bianglala panjang lalu menembusi lingkaran cahaya hijau dan langsung meluncur ke puncak tebing.
Termakan oleh terjangan hawa pedangnya yang maha dahsat itu, puluhan cahaya hijau dan bayangan bianglala yang menyelimuti sekeliling arena itu jadi meletus dan hancur berkeping-keping.
Tahu-tahu Sik Tiong Giok telah berdiri tegap di puncak tebing tanpa kekurangan suatu apa pun, dengan sorot matanya yang tajam ia mengawasi wajah Lui Su koh lekat-lekat.
Lui Su koh dengan pandangan kusut sedang mengawasi pula wajah Sik Tiong Giok dengan pandangan mendelong.
Lama sekali mereka berdua saling berpandangan muka, akhir Lui Su koh melengos ke arah lain sambil tegurnya dingin :
"Siapa kau" Berani amat mencampuri urusan pribadi perguraun kami...?"
Sik Tiong Giok segera tersenyum :
"Ps langit Sik Tiong Giok, khusus melindungi Gi Liong kuncu untuk mohon maaf kepada gurunya."
Lui Su koh jadi tertegun setelah mendengar ucapan tersebut, segera ujarnya :
"Kau anggap setelah mampu menghancurkan senjata Pek yaa s lui (api hijau guntur sakti) ku, lantas kau dapat memasuki pesanggrahan Lei hun piat sut semau hati sendiri?"
"Ilmu silat maha sakti apalagi yang hendak kau gunakan untuk menghadang perjalanan ku?" tanya Sik Tiong Giok dingin.
Dengan suatu gerakan cepat Lui Su koh mencabut keluar sebilah pedang, lalu katanya dingin :
"Kau kenal dengan pedang ku ini?"
Sementara Sik Tiong Giok masih tertegun, Liong Siau huan telah berseru dari kejauhan :
"Pangeran kecil, kau jangan bertindak gegabah, pedang tersebut adalah pedang Im lui sin kiam."
Kontan saja Lui Su koh mendelik besar setelah mendengar teriakan ini, bentaknya penuh amarah :
"Budak sialan, kau berani pagar makan tanaman, bukan membantu orang sendiri malah berpihak kepada orang lain"
Hmm, kau jangan mencoba untuk cerewet lagi!"
Satu ingatan segera melintas dalam benak Sik Tiong Giok, sambil tertawa tergelak katanya kemudian :
"Dari mulut ayah angkat ku dulu pernah ku dengar tentang salah seorang dayang dari lima dayang bukit Long sen yang memakai pedang Im lui sin kiam, mungkin kau lah yang dimaksudkan?"
"Hmm, jadi kau sudah mengetahui tentang kehebatan pedang ini?" dengus Lui Su koh.
Sik Tiong Giok segera tertawa :
"Aku dengar bila pedang tersebut sedang melancarkan serangan, maka kecepatannya seperti sambaran petir dan kekuatannya seperti gempa yang meretakkan permukaan tanah, entah benar atau tidak?"
"Ucapan mu tepat sekali," jawab Lui Su koh sambil tertawa angkuh, "apakah kau berhasrat untuk mencoba kehebatan pedang ini?"
"Bila dilihat dari munculnya pedang tersebut di tanganmu, dapat ku duga bahwa dahulunya kau pun berasal dari perguraun serigala, Sik Tiong Giok tak ingin terjadi gontok-gontakan di antara orang sendiri, karenanya lebih baik pertarungan tersebut diurungkan saja."
Lui Su koh tertawa dingin :
"Kalau memang sudah kau ketahui asal usul ku, kenapa mesti berlagak pilon lagi" Jangan lagi kau, biar setan tua itu munculkan diri lagi pun harus rasakan tiga jurus pedang ku sebelum melewati tempat ini."
Tiba-tiba Sik Tiong Giok tertawa terbahak-bahak :
"Haaa... haaa... haaa... bagus sekali, ternyata lima dayang dari bukit serigala kini pun senang menganiaya orang dengan mengandalkan ilmu silat."
"Kau jangan bicara sembarangan anak muda, lihat serangan!"
bentak Lui Su koh dengan marah.
Di tengah bentakan gusar, pedang Im lui sin kiam nya dituding ke udara hingga memperdengarkan suara ledakan yang amat keras, di antara ledakan tadi tampak asap hijau menyambar kemana-mana diiringi pelbagai ledakan disana-sini, keadaannya benar-benar mengerikan hati.
Sik Tiong Giok tersenyum, pedangnya digerakkan dalam jurus
'angin badai dari delapan penjuru' serentetan cahaya bianglala segera mengitari tubuhnya lalu memancar keluar.
'Cring... cring... cring...'
Serangkaian bunyi dentingan nyaring bergema memecahkan keheningan, asap hijauyg memancar kemana-mana itu rontoh secara tiba-tiba ke bawah, ternyata berupa belasan bilah pedang kecil.
Sambil tertawa tergelak kembali Sik Tiong Giok berseru :
"Haaa...haaa... haaa... pedang sakti Im lui sin kiam macam apa itu" Rupanya tak lebih hanya permainan busuk yang sama sekalitak ada artinya."
Jaka Lola 4 Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan K L Sepasang Naga Lembah Iblis 2