Pencarian

Rahasia Kampung Garuda 2

Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung Bagian 2


orang yang disebut oleh putrinya, masih selisih sangat
jauh. Si nenek Kiu thian Kim poh Song-bun Sam lo,
semuanya adalah kawanan bangsa iblis dari tingkatan
tua, sudah lama tidak terdengar kabar ceritanya, dan kini
mendadak muncul didanau Lok eng ouw yang kecil ini,
pasti akan melakukan gerakan yang tidak terduga-duga.
Diam-diam ia merasa sangat gelisah, salah-salah bisa
membawa akibat, bukan saja hancur lebur nama
baiknya, tetapi juga ludes semua rumah tangganya.
Sementara itu Su to Cian hui melanjutkan
penuturannya: "Dengar Kiu-thian Kim Poh berkata, bahwa sudah lama
ia mengasingkan diri, semata-mata karena hendak
menyingkir dari musuhnya yang sangat kuat. Dan musuh
itu kini masih hidup atau sudah mati, baginya masih
merupakan suatu teka-teki dan membuat mereka selalu
merasa tidak aman. Maka mereka memaksa Song bun Sam lo memberikan
penjelasan, jikalau tidak mau, mereka berempat akan
turun tangan menyeburkan tiga laki laki tua itu kedalam
danau, supaya dibuat umpan oleh apa yang dikatakan
naga berkaki delapan"
Cie lui Kiam khek menarik napas lega dan berkata:
"Musuh Kiu thian Kim po adalah si-Kakek penjinak
Garuda yang namanya sangat kesohor, Ciao Hui
teruskanlah ceritakanlah!"
Ho Hay Hong juga mengunjukan sikap aneh, sambil
bertopang dagunya mendengarkan penuturan Su to Cian
hui, tiada seorang pun yang perhatikan dirinya, karena
semua perhatian ditujukan kepada gadis cantik itu.
"Song bun Sam lo bersikap keras tidak mau memberi
keterangan," demikian Su to Cian hui melanjutkan
keterangannya, "akhirnya kedua pihak lantas bertempur sengit, kepandaian Kiu thian Kim po lebih tinggi, dengan
kekuatan empat orang yang mengeluarkan seluruh
kepandaian masing-masing, dalam waktu sepuluh jurus
saja, sudah mengalahkan Song bun Sim lo. Namun Kiu
thian Kim po masih tidak berhati! memaksa
pecundangnya memberi keterangan, selagi hendak turun
tangan, kail kakek itu mendadak dipukulkan
kepermukaan air. "Kita semua merasa heran, tetapi Kakek itu kadangkadang waras, kadang angot gilanya, kita tidak tahu
benar sebetulnya ia orang bagaimana. Perbuatannya
setiap kali membingungkan orang. Caranya memukul
tangkai kailnya kepermukaan air juga sangat aneh.
Ia tidak berdiri, hanya setengah jongkok, hidungnya
saban saban mengeluarkan suara tetapi setiap memukul,
meskipun suaranya tidak keras, namun air danau itu
bergolak hebat. "Tidak lama kemudian, air mancur keluar dari
permukaan danau, air mancur itu mencapai tinggi
setombak lebih, jelas bahwa dalam danau itu ada
siluman. "Pada saat itu, seluruh perhatian empat sekawan Kiu
thiau Kim poh ditujukan keair mancur itu, sementara itu,
tiga sekawan Song bun Sam lo sudah menggunakan
kesempatan itu melarikan diri.
Tetapi berjalan belum beberapa jauh, riwayat mereka
telah dibikin tamat oleh sebilah pedang terbang. Pedang
terbang itu bagaikan naga terbang, bisa bergerak cepat
sekali, dimana tiga sekawan itu bergerak. selalu diikuti
oleh pedang terbang itu, hanya beberapa gebrakan, tiga
sekawan itu sudah kalut dan tiga-tiganya tertikam oleh
pedang terbang sehingga binasa.
Aku selamanya belum pernah melihat ada orang bisa
menggunakan pedang terbang, tak diduga pedang
sedemikian lincah, hingga aku diam-diam merasa kagum.
Orang yang menggunakan pedang terbang itu usianya
masih muda, mengenakan pakaian sutra, orang gagah
tampan. Begitu tangan anak muda itu menggapai,
pedang yang beterbangan diangkasa meluncur kedalam
tangannya. Waktu itu aku berseru memberi pujian padanya, dan
anak muda itu membalas dengan sikap menghormat
sambil menganggukan kepala."
Muka gadis itu kemerah-merahan, entah apa
sebabnya, ia sikapnya juga seperti bingung, biji matanya
yang bulat jeli berputaran, agaknya sedang
mengenangkan kembali kejadian yang menakjubkan itu.
Ho Hay Hong juga sedang berpikir keras, ia mengerti
bahwa pemuda baja sutra yang digambar oleh Su to Cian
hui itu adalah suhengnya sendiri.
Kepandaian mengendalikan pedang itu hanya
gurunya. Dewi ular dari gunung Ho lan san yang
mengerti, ia sendiri juga paham Ilmu pedang itu tetapi
tidak sepandai toa suhengnya. Sungguh tidak
disangkanya bahwa toa suhengnya juga sudah berada
ditempat itu. Ilmu mengendalikan pedang itu memerlukan banyak
kekuatan tenaga murni, maka ia tidak sembarangan
menggunakan. Kini ketika menampak Su to Cian hui
mengunjukan sikap sangat kagum, diam-diam ia ingin
memberi pertunjukan di hadapan matanya.
Tetapi akhirnya ia masih bisa tahan diri, ia mengerti
bahwa keadaan diri sendiri pada waktu itu, tidak boleh
terlalu membanggakan kepandaiannya.
Tiba-tiba pikirannya tenang kembali, karena ia ingat
bahwa tujuan toa suhengnya adalah empat tukang
nangis, bukanlah tiga jago pedang.
Kedatangan toa suhengnya ditempat itu mungkin
hanya kebetulan saja, apa yang di khawatirkan adalah
sam suhengnya, karena tugas sam suhengnya yang
ketika itu justru mengancam jiwa tiga jago pedang.
"Kemudian" berkata lagi Suto Cian Hui. "Ia
menggunakan ilmunya pedang terbang mengejar empat
tukang nangis, tetapi tidak berhasil, empat tukang nangis
itu sangat cerdik, begitu melihat gelagat tidak baik lalu
lari berpencaran keempat penjuru, sehingga pemuda
baju putih itu tidak tahu mana satu yang harus dikejar,
dengan demikian ke empat-empatnya telah lolos.
Menurut keterangan kakek aneh itu, orang-orang itu
semuanya merupakan tokoh-tokoh terkenal dalam rimba
persilatan, biasanya menjagoi suatu daerah, kedudukan
mereka seolah-olah raja. Ketika aku mendengar
perkataan itu, lalu menanyakan padanya, mengapa
demikian kebetulan, orang itu bertemu muka ditempat
itu?" Wajah Cie lui Kiam khek nampak serius, tidak berkata
apa-apa juga tidak tertawa, ia hanya mendengarkan
sambil mengangguk-anggukkan kepala.
Meskipun mulutnya tidak berkata apa-apa, tetapi
diam-diam sudah memuji bahwa pertanyaan itu sangat
tepat. "Kakek itu tidak memberi jawaban jelas," berkata gadis itu, "sebab-sebab pertemuan mereka Itu dikatakan karena dirinya." Ia kata. "bahwa ia paling suka
menyaksikan pertempuran, semakin hebat semakin
menyenangkan. Kedatangan orang-orang itu semuanya
telah kena terpancing dengan berbagai akal muslihat
olehnya, akal apa yang di gunakannya itu, ia tidak mau
menerangkan." Katanya sambil mengulap-ulapkan tangannya, "Bocah
jangan banyak tanya, lihat saja." Aku tidak berdaya,
tetapi dalam hati sudah berpikir hendak menanyakan
sampai sejelas-jelasnya. Tidak diduga saat itu dari dalam
telah muncul mahluk aneh yang luar biasa besarnya,
mahluk itu mempunyai delapan kaki dengan kukunya
yang runcing dan panjang, hingga aku yang sudah
ketakutan setengah mati tak berani menanya lagi. Aku
berdiri tertegun ditepi danau."
"Tokoh-tokoh rimba persilatan itu tidak, lari dengan
munculnya makhluk aneh itu, hanya memandang dengan
pandangan mata aneh, kemudian menyerangnya dengan
berbagai senjata rahasia.
Semula aku kira orang-orang itu hendak
menyingkirkan mahluk berbahaya itu, tak disangka kakek
aneh itu lantas berkata sambil tertawa besar, katanya itu
adalah akal muslihatnya yang memancing para tokoh
rimba persilatan itu datang kemari, karena mereka
hendak memperebutkan barang pusaka, hingga akhirnya
baku hantam sendiri. Sambil tertawa girang, kakek itu
setelah menerangkan persoalannya lantas berkata:
"Benar saja, orang orang itu ketika mahluk aneh itu
menyelam lagi ke dalam danau, mereka lantas bertempur
dengan sengitnya, akhirnya sebagian besar telah binasa
tapi satupun tak ada yang mendapatkan barang pusaka
itu ." Su to Cian hui mengakhiri ceritanya yang panjang,
semangatnya menyala-nyala, tetapi Ho Hay Hong entah
sejak kapan sudah berlalu dengan diam-diam.
Cie lui Kiam khek masih belum merasa puas, tanyanya
lagi. "Apakah kau tidak menanyakan namanya Kakek yang
aneh itu?" "Ia tidak mau menceritakan, aku juga tidak percaya."
"Coba kau ceritakan ciri-cirinya orang tua itu!"
Su to Cian hui sudah mengetahui bahwa ayahnya
banyak perhatian terhadap Kakek yang aneh itu. Maka
buru-buru berkata: "Kepalanya memakai topi hitam lebar, pinggir topinya
menutupi sampai kealis matanya, hingga aku tidak bisa
melihat dengan tegas. Hanya menurut dugaanku,
usianya sudah lanjut, namun tidak nampak tanda-
tandanya sudah loyo, mungkin disebabkan kekuatan
tenaga dalamnya sangat sempurna."
"Orang aneh yang berkepandaian demikian tinggi, bisa
ketemu tapi tidak bisa dicari bagaimana kau abaikan
begitu saja?" Su to Cian hui menundukkan kepala, "ayah, aku tidak
tahu kalau ayah ingin mengetahui hal ikhwal Kakek tua
itu sedemikian sungguh-sungguh."
Cie lui Kiam khek melihat putrinya bersedih. Ingin
menghibur dengan kata-kata, di luar dugaannya ada
orang berkata: "Aaaaah. Aku ingat!"
Orang itu adalah kawannya Su to Cian Hui, katanya
dengan gembira: "Aku lihat dibelakang telinganya ada sebuah tahi lalat hitam, tahi lalat itu sangat kecil, kalau tidak diperhatikan, susah di kenal!"
Harapan Cie lui Kiam khek buyar lagi. apakah tanda
tahi lalat itu dapat dikatakan ciri khas" Dasar anak-anak!
Seorang lagi yang hendak menarik kudanya, sebelum
tangan menyentuh tali, tiba-tiba dibatalkan maksudnya
dan berkata dengan suara nyaring:
"Oh, aku juga ingat sepasang kakinya besar luar biasa, tidak sesuai dengan tubuhnya!"
Su to Cian Hui seolah-olah baru ingat, ia
membenarkan ucapan itu: "Benar, sepasang sepatu rumputnya di buat secara
khusus." Cie-lui Kiam khek yang mendengar perkataan itu
mendadak membalikkan badan dan berseru: "Dia adalah
si Kakek penjinak Garuda!"
Suara itu mengejutkan semua orang yang ada disitu,
dapat mengerti sebab manusia gaib, yang namanya
menggemparkan dunia ini, segala sepak terjangnya
sudah banyak diketahui oleh hampir semua orang.
Cie lui Kiam khek tiba-tiba diliputi perasaan khawatir,
dengan seorang diri, tanpa berkata apa apa, lari masuk
kedalam kamarnya. 0odwo0 Musim kemarau, udara cerah.
Dengan seorang diri Ho Hay Hong tiba didanau Loking-
ouw. Danau itu merupakan sebuah danau ciptaan alam,
tidak luas tapi airnya jernih. Bukit dan pepohonan yang
banyak disekitarnya pemandangan alam tempat ini
nampak makin indah. Ia menghitung jumlah bangkai manusia yang
berserakan disekitar danau, ternyata ada sepuluh lebih
banyaknya. Keadaan bangkai-bangkai itu sangat
mengenaskan kematian mereka menunjukkan mereka
dalam keadaan sangat penasaran itu, dalam hatinya
berkata: "Jadi orang jangan terlalu serakah, dari tempat jauhjauh datang kesini, perlunya hanya memperebutkan
barang pusaka, tidak tahunya kehilangan jiwa !"
Beberapa ekor burung elang, terbang rendah
berputaran diatas danau dengan sikap yang
menjemukan. Ho Hay Hong merasa tidak enak melihat
pemandangan yang mengerikan itu. dibuatnya liang
kubur, untuk mengubur semua jenazah.
Dengan langkah lambat-lambat ia berjalan menuju ke
tepi danau, matanya tiba-tiba tertarik oleh sapu putih
yang terletak ditanah. Dipungutnya sapu itu, di salah
satu ujung terdapat sulaman huruf Su To Cian Hui.
Ia tahu bahwa sapu itu milik Su-to Cian Hui, lalu
dimasukkannya kedalam sakunya, supaya dapat
dikembalikan kepada pemiliknya.
Hatinya berdebar, demi merasa bagaimana nanti harus
mengembalikan sapu itu" Sejak kanak-kanak ia hidup
diatas gunung yang sunyi, belum pernah bergaul dengan
gadis, pikiran yang bukan-bukan, menciptakan suatu
lamunan yang indah. Sehingga ia melupakan tugas yang diberikan oleh
gurunya, duduk ditepi danau, kepalanya menengadah,
memandang awan diangkasa.
Pada saat itu, empat laki-laki berpakaian baju panjang
berjalan menghampiri, satu di antaranya ketika melihat ia
duduk seorang diri ditepi danau, seolah-olah sedang
memikirkan sesuatu, lantas menegurnya:
"Hai, sahabat, bolehkah aku numpang tanya, kita
adalah orang orang dari golongan Kawa kawa !"


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ho Hay Hong menoleh, ketika pandangan matanya
beradu dengan pandangan mata empat orang itu,
mengertilah ia bahwa empat orang itu memiliki kekuatan
tenaga dalam lagi sudah cukup sempurna. Ia lalu
menganggukkan kepala dua kali dan tertawa.
Orang-orang itu melihat sikap Ho Hay Hong seperti
tidak ambil perhatian, lalu berkata lagi:
"Kita semua adalah orang orang dari golongan Kawakawa."
"Ada keperluan apa ?" tanya Ho Hay Hong singkat.
Karena Ho Hay Hong tidak mengunjukkan rasa
terkejut ketika mendengar disebutnya nama golongan
kawa-kawa, empat orang itu merasa heran. Satu
diantaranya berkata pula:
"Sahabat adalah orang dari kalangan rimba persilatan, pasti pernah dengar nama "Siang tok Ok sat" dua kepala bagian hukum golongan Kawa kawa, Siaotee ingin minta
sedikit keterangan tentang kedua tongcu itu, bolehkah
kiranya sahabat memberitahukan kepada kita?"
"Aku tidak tahu!" jawabnya tetap singkat. Orang itu marah, katanya sambil tertawa "Numpang tanya, sahabat dari golongan mana ?"
Ho Hay Hong tidak menghiraukan, karena ia tidak
mengerti segala peraturan dunia Kang ouw.
Ia hanya tertawa menyeringai, lalu mengambil sebuah
batu kecil dan dilemparkannya kedalam danau.
Perbuatannya itu sebetulnya tidak di sengaja, tetapi
dimata empat orang itu, lalu wajah mereka berubah
seketika, dengan serentak berkata:
"Ow, sahabat kiranya adalah dari golongan "Lempar batu", maafkan kita!"
Golongan lempar batu merupakan salah satu golongan
persilatan, karena ketuanya Giam kiam Sian beng
mempunyai kesukaan melemparkan batu kedalam air,
hingga golongan yang dipimpinnya mendapat nama
Lempar batu. Tentang golongan Lempar batu ini, mempunyai kisah
yang sangat unik. Kabarnya ketua Lempar batu dahulu
mempunyai kekasih yang mati bunuh diri kedalam sungai
Chim kim Sian seng yang merasa sedih dan sudah
menyatakan kesetiannya terhadap kekasihnya, telah
mendirikan satu partai persilatan yang dinamakannya
golongan Lempar batu. Seluruh tenaganya dicurahkan untuk membangun
golongannya, hingga dalam waktu singkat golongan
lempar batu itu sudah mendapat nama baik dikalangan
Kang Ouw. Tanda rahasia pengenal antara anggotanya ialah
dengan isyarat melemparkan batu kedalam air, maka,
empat orang itu ketika menampak Ho Hay Hong
melemparkan batu kedalam danau dianggapnya telah
menunjukkan golongannya. Golongan Kawa-kawa yang memang tidak akur
dengan golongan lempar batu, dengan sendirinya wajah
mereka sama berubah. Namun demikian, empat orang itu ternyata masih bisa
kendalikan perasaan masing-masing. Sebelum tahu
benar keadaan yang sebenarnya, juga tidak berani
bertindak lancang. "Sahabat adalah orang gagah dari golongan Lempar
batu, tentunya mengetahui jelas jejak dua tongcu kita
Siang tok Ok sat, sudikah kiranya sahabat memberi
petunjuk." demikian berkata.
"Siapa itu Siang tok Ok sat" Aku belum pernah
melihat?" demikian Ho Hay Hong balas menanya.
"Sahabat jangan berlagak nama Siang tok Ok sat
sangat kesohor, mereka adalah orang-orang terkemuka
dari golongan kita, siapa yang pernah berkecimpung
dalam kalangan Kang ouw, tiada yang tidak kenal
mereka. Terutama tanda khas mereka yang merupakan
daging lebih diatas jidat mereka hampir semua orang
tahu, termasuk anak anak dan kaum wanita, hanya
sahabat" Ho Hay Hong tiba tiba ingat sesuatu, belum lagi
selesai keterangan orang itu. ia sudah berkata:
"Keteranganmu ini, telah mengingatkan aku, kiranya
adalah dia." Ia masih ingat dua orang yang mempunyai ciri
istimewa itu, ketika mengubur para korban angkara
murka yang mati konyol itu. Karena ciri dua orang yang
istimewa itu, telah memberi kesan sangat dalam, tak
diduga bahwa dua orang itu adalah yang mereka cari.
"Harap sahabat lekas memberi keterangan." demikian orang itu memotong.
"Kalian tidak perlu mencari lagi, mereka berdua sudah binasa."
Empat orang itu terkejut.
"Sudah binasa" Siapa yang membunuh mereka
Sahabat, mungkinkah itu perbuatanmu sendiri" Tempat
ini hanya kau seorang diri kematian mereka tidak
terlepas dari perbuatanmu !"
Seorang diantaranya membentak dengan suara keras:
"Kalau benar mereka sudah binasa, jenazahnya
seharusnya ada !" "Aku sudah mewakili kalian untuk menguburnya."
berkata Ho Hay Hong agaknya tidak senang, ia sudah
payah menggali lobang dan menguburnya, tapi malah
ditanya secara demikian kasar.
Dengan sikap dingin ia memandang muka orang yang
nampaknya bengis itu. Dalam hati ia merasa
mendongkol, karena empat orang itu dianggapnya sudah
mengganggu ketenangannya.
Maka ia lantas bangkit, tanpa mengeluarkan sepatah
kata lagi, berjalan meninggalkan mereka.
Dengan tiba-tiba, ia merasakan belakang badannya
seperti kesambar angin, seolah-olah barang berat
menghantam dirinya. Dengan cepat ia membalikkan
badannya, orang-orang itu ternyata sedang menyerbu
padanya sambil mengirim dua kali serangan. Kemudian
terdengar suara bentakan orang itu:
"Membunuh orang harus ganti jiwa. Sahabat dari
golongan Lempar batu, kau jangan berlalu se enaknya !"
Ho Hay Hong menyambut! serangan orang itu, ia
merasakan bahwa serangan itu sangat berat, maka buru
buru mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya dan balas
menyerang. "Kau mau apa?" demikian tegurnya.
Orang itu setelah menyambuti serangan Ho Hay Hong,
kakinya tidak bisa berdiri tegak dan mundur dua langkah.
Dalam waktu segebrakan saja sudah tampak siapa
yang lebih unggul dalam mengadu kekuatan itu.
Orang itu perdengarkan suara tertawanya memanggil
tiga kawannya supaya mengeroyok Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong berdiri tegak, matanya menatap wajah
empat lawannya, sikapnya sedikitpun tidak
mengunjukkan rasa takut. Untuk kedua kalinya ia mengadu kekuatan dengan
tokoh rimba persilatan daerah Tionggoan. Sekalipun
dalam hati, merasa agak tegang, tetapi sifat
pembawaannya yang tenang dan pendiam membuat
perasaan tegangnya itu sedikitpun tidak tampak diluar.
Ia tahu benar bahwa dalam rimba persilatan daerah
Tionggoan, terdapat banyak orang kuat.
Tetapi ibarat besi, makin digembleng makin keras,
maka ia berusaha mengendalikan perasaannya.
Dia juga tahu bahwa didaerah Tionggoan banyak
sekali partai atau golongan persilatan, siapa terlibat
dalam pertikaian dengan mereka, tidak mudah
dibereskan. Tetapi ia toh sudah terlibat, apa hendak
dikata" Apakah harus diam saja menunggu kematian"
Empat kawanan dari golongan Kawa-kawa itu masing
memberi isyarat dengan mata. Selagi hendak bergerak
mengeroyok Ho Hay Hong, dari sebelah barat danau Lok
ing ouw muncul lagi serombongan orang-orang Kang
ouw. Orang itu berjumlah delapan orang, semuanya
mengenakan pakaian seragam warna oranye.
Empat kawanan dari golongan Kawa-kawa ketika
melihat kedatangan orang-orang itu, lantas
menghentikan serangan. Mereka berkata dengan nada
suara dingin: "Bagus, orang gagah dari Lempar batu kini sudah
datang semua." Mendengar perkataan demikian, delapan orang itu
terheran heran, mereka saling berpandangan. Salah satu
diantaranya, seorang tinggi besar yang bertindak selaku
pemimpin rombongan, lantas menyahut !
"Tidak disangka sahabat-sahabat dari golongan Kawakawa juga turut campur tangan dalam urusan ini !"
Seruan orang itu amat nyaring. Dalam suasana yang
sunyi itu, suara itu sampai menggema keempat penjuru.
Orang-orang dari golongan Kawa-kawa tidak mau
menyerah mentah-mentah, katanya sambil tertawa
terbahak-bahak. "Orang kata bahwa golongan Lempar batu sangat
kokoh persatuannya, paling suka main keroyok.
Nampaknya itu benar. Begitu melihat sahabat ini berada
dalam kesulitan, kalian lantas muncul secara rombongan.
Barangkali sahabat ini tadi sudah melepaskan tanda
bahaya untuk mendatangkan bala bantuan!"
Mendengar perkataan itu, mata delapan orang dari
dalam golongan Lempar batu semua ditujukan kepada
Ho Hay Hong. Kepala rombongan yang tinggi besar itu
berlaku agak hati-hati. ia perintahkan kawan-kawannya
supaya jangan berlaku gegabah, sedang ia sendiri lantas
menghampiri Ho Hay Hong dan berkata:
"Apakah sahabat pernah menyatakan kepada mereka,
orang dari golongan Lempar batu?"
"Aku tidak pernah menyatakan demikian." jawab Ho Hay Hong.
Orang-orang itu anggukkan kepala, nada suaranya
mendadak berubah serius. "Kalau begitu, bolehkah aku ingin tahu. nama sahabat
yang mulia?" "Aku bernama Ho Hay Hong."
"Apakah kau orang Kang-ouw, orang paling tidak
senang terhadap yang suka mengaku atau menyaru diri
sebagai sembarang golongan. Aku lihat usiamu masih
muda, pulanglah untuk berlatih beberapa tahun lagi."
"Tidak perlu dengan nasehatmu." menjawab Ho Hay
Hong, tidak senang. Orang tinggi besar itu terkejut, agaknya tidak
menduga bahwa anak muda itu sedemikian berani, juga
belum pernah ada orang yang dengan cara demikian
menjawab perkataannya. Hawa amarahnya timbul
seketika sambil tekuk muka asam ia berkata lagi:
"Aku adalah si Lengan besi, sering bergerak
disepanjang sungai Ho siok, saudara-saudara didaerah ini
semua menyebut aku toako, apakah kau pernah
dengar.?" "Aku belum pernah mendengar namamu," jawab Ho
Hay Hong tegas. Jawaban itu sebetulnya tidak ada mengandung
maksud memandang rendah. Karena sebagai pendatang
baru didaerah Tionggoan sebetulnya tidak banyak yang
diketahuinya. Tak diduga jawaban itu dianggap oleh si
Lengan besi sebagai satu hinaan, membuat ia semakin
naik pitam. Sambil mundur ia mengeluarkan perintah kepada
kawan kawannya: "Tangkap."
Mendengar perintah itu, empat diantaranya lantas
bertindak maju. Empat orang dari golongan Kawa-kawa dengan
serentak mencegah. "Tunggu dulu, orang ini adalah musuh kita,
seharusnya diserahkan kepada kita."
Seorang diantaranya dengan cepat bergerak
kesamping Ho Hay Hong, berusaha menyambar
tangannya. Ho Hay Hong hanya memiringkan tubuhnya dengan
kaki tanpa menggeser dari tempatnya, telah berhasil
mengelakkan sambaran tangan orang itu.
Kejadian itu disaksikan oleh semua mata, hingga
orang-orang dari golongan Lempar batu tidak berani
berlaku sembarangan lagi.
Sambil perdengarkan ketawa dingin, orang tinggi
besar itu berkata. "Tak kusangka kau juga mempunyai kepandaian yang
berarti." Ia melangkah maju satu langkah, tangannya diulur, ia
tidak menyerang Ho Hay Hong, sebaiknya sudah
mendorong mundur orang golongan Kawa kawa yang
berdiri di samping, sehingga mundur tiga langkah.
Kekalutan lantas terjadi, empat orang dari golongan
Kawa kawa meninggalkan Ho Hay Hong, semuanya
menyerbu orang-orang dari golongan Lempar batu.
Orang-orang dari dua golongan itu, biasanya memang
sudah tidak akur. Maka bila timbul sedikit kesalahan faham. Dengan
demikian, Ho Hay Hong malah tidak dihiraukan mereka.
Namun demikian, ia tidak berani berlaku gegabah, ia
tahu bahwa, orang-orang itu bertempur karena
memperebutkan dirinya. Kalau pertempuran itu selesai,
akhirnya pasti tidak menguntungkan dirinya.
Selagi pertempuran berangsur siorang tinggi besar itu
mendadak keluar dari kalangan. Dengan tergesa-gesa ia
menghampiri Ho Hay Hong. Selagi hendak turun tangan
menangkapnya, mendadak ia ingat sesuatu hingga ia
membatalkan maksudnya dan berkata.
"Bocah she Ho, sudah berapa lama kau datang
kemari?" "Kira kira setengah jam berselang." jawabnya terus terang.
"Apakah kau pernah melihat seorang tua berhidung
merah lewat disini?"
"Dia sudah mati."
Orang tinggi besar itu lompat berjingkrak-jingkrak.
"Benarkah ucapanmu ini?"
Ho Hay Hong tidak menghiraukan lagi karena ia
selamanya tidak suka banyak bicara. Setiap kali buka
mulut, kata-katanya sangat singkat, seolah olah enggan


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bicara. Orang tinggi besar itu tidak kecewa menjadi seorang
Kang ouw ulung, sebentar kemudian sudah tenang
kembali, dengan sinar mata dingin menatap wajah Ho
Hay Hong katanya lambat-lambat.
"Dimana jenazahnya" Heh, ini bohong semua!
Tahukah siapa dia" Dia adalah si Kakek hidung, merah
yang namanya sangat tersohor!"
Dalam otak Ho Hay Hong terbayang satu gambaran si
Kakek hidung merah yang dikatakan kesohor namanya
itu, telah rebah menggeletak ditanah dengan badan
mandi darah, seperti babi disembelih.
"Betapapun kesohornya, dia sudah kukubur dengan
tanganku sendiri!" berkata Ho Hay Hong dengan nada
dingin, tangannya menunjuk kesuatu tempat yang
tanahnya agak menonjol, "kalau kau tidak percaya,
lihatlah sendiri!" Orang tinggi besar itu membuka lebar matanya.
Setengah percaya setengah tidak ia menatap wajah si
anak muda, kemudian dihampirinya tempat yang
ditunjukkan oleh Ho Hay Hong, ia mengeluarkan
goloknya dan menggali tanah.
Sebentar kemudian, ia telah dapat menyaksikan
semua bangkai yang tertumpuk dalam liang kubur, juga
mengetahui segala-galanya.
Kembali ia pentang lebar matanya, bagaikan seorang
gila ia berteriak-teriak:
"Aha! Semua ini adalah orang orang kenamaan?"
Kemudian ia berdiri bagaikan patung, matanya
ditujukan kesemua bangkai, katanya kepada diri sendiri:
"Dia adalah Thian-san Jiesiu., dia adalah Sin gan Ie-iu.dia adalah Kau hu Long-tiap, bangsat cabul ini akhirnya mati
juga. Dia adalah Bu eng Koay tiap Aia! Siang toa Ok sat
juga ada disini, pantas orang orang golongan Kawa kawa
semua datang kemari. Ow! Kasihan Kakek kidung merah
kalau pangcu mengetahui kematiannya, entah
bagaimana sedihnya" Ia berdiri terpaku, pikirannya kalut, matanya menatap
wajah Ho Hay Hong, pemuda pendiam itu masih tetap
berdiri ditepi danau. "Bocah she Ho, apakah orang orang ini semua, kau
yang membunuh.?" Sikap Ho Hay Hong tetap dingin, acuh tak acuh.
Karena tidak mendapat jawaban, orang tinggi besar
itu murka, katanya dengan sengit:
"Sudah pasti kau yang bunuh, bocah she Ho, kau
benar-benar satu iblis kejam bertangan ganas !"
Tiba-tiba terdengar suara bentakan yang sudah tidak
asing bagi orang tinggi besar itu: "Roboh !"
Kemudian disusul oleh suara jeritan yang mengerikan,
empat orang dari golongan Kawa-kawa telah rebah
binasa semua. Orang tinggi besar itu kegirangan. Dengan cepat ia
berpaling. Tampak olehnya seorang tua berpakaian
warna kelabu, bersama tiga anak muda berpakaian
warna merah, berdiri disamping bangkai empat orang
golongan Kawa-kawa tadi. Orang tua berpakaian kelabu itu wajahnya pucat pasi,
rambutnya putih meletak. Dengan cepat orang tinggi besar itu menghampiri dan
berlutut dihadapan orang tua itu, memberi hormat.
Saat itu, semua orang dari golongan Lempar batu
turut berlutut. Setelah orang tua itu memberi perintah,
orang-orang itu baru berani berdiri lagi.
Orang tua itu sikapnya dingin, tiga anak muda baju
merah itu masing-masing membawa pedang, berdiri
tanpa bergerak disekeliling si orang tua.
Dari sinar matanya yang tajam, meski usia mereka
masih muda, tetapi dapat diduga bahwa kekuatan tenaga
dalam mereka sudah cukup sempurna.
"Pangcu, Kakek hidung merah sudah binasa ?"!
demikian orang tinggi besar itu memberi laporan kepada
pangcu, atau ketuanya. Orang tua berambut putih itu adalah Chiu kiam Sian
seng, yang namanya sangat kesohor dikalangan rimba
persilatan. Tiga pemuda baja merah yang berdiri
disampingnya adalah tiga pelindung hukumnya, nama
gelar mereka adalah Anak sakti berbaju merah.
Seluruh kepandaian tiga anak muda itu, diperoleh
mereka dari pelajaran Chin kiam Sian -seng . Meski usia
mereka masih muda-muda tetapi kepandaian ilmu
silatnya sudah hebat. Sikap Chin kiam Sian seng masih
tetap dingin tetapi dalam hatinya merasa pilu. Ia berdiam
sejenak baru berkata: "Kalau begitu, kalian mundur dulu!"
Orang tinggi besar itu menurut, ia mengangkat
jenazah Kakek hidung merah, dengan menggunakan kaki
ia menguruk lagi jenazah yang lainnya, kemudian
mengundurkan diri bersama kawan-kawannya.
Chin kiam Sian seng berpaling dan berkata kepada Ho
Hay Hong: "Menurut laporan orang-orangku, kaulah yang
membunuh Kakek hidung merah dan lain-lainnya?"
"Kau salah, ketika aku tiba disini, orang-orang itu
sudah mati semua," jawab Ho Hay Hong.
"Aku bertindak, selamanya tidak menyusahkan orang
baik. Taruh kata bukan kau yang membunuh, tetapi
kejadian ada sedemikian kebetulan, justru kau tiba
ditempat ini dengan sendirinya menimbulkan orang
curiga. Sekarang kau ikutilah aku pulang, nanti setelah
urusan menjadi jelas. Aku akan kau membebaskan lagi!"
"Aku masih ada urusan penting, maaf tidak dapat
memenuhi permintaanmu.!"
Mendengar jawaban itu, Chin kiam Sian seng merasa
tidak senang, dengan tenang ia berkata:
"Kalau begitu, aku terpaksa berlaku kasar terhadap
kau sahabat kecil." Dengan satu isyarat, tiga pemuda baju merah itu
sudah mengerti, masing-masing maju tiga langkah sambil
menghunus pedang masing-masing, lambat menghampiri
Ho Hay Hong. "Apakah kau hendak menangkap aku?" tanya Ho Hay
Hong. "Keadaan memaksa, mau tidak mau harus bertindak
demikian, harap sahabat kecil maafkan!"
Kata-katanya itu meski sangat sopan, tetapi Ho Hay
Hong tetap tidak senang. "Tunggu dulu, aku tidak membawa senjata, kalau
tertangkap olehmu, aku sangat penasaran, kalau kau
mau berkelahi, tunggu aku ambil senjata dulu!"
"Baik, kuterima baik permintaanmu, lekas ambil
senjatamu! Aku percaya padamu!" menyahut Chiu-kiam
Sianseng sambil menganggukkan kepala.
Sebetulnya ia juga tak usah takut kalau anak muda itu
kabur, karena daerah seluas beberapa ratus lie ditempat
itu, semua merupakan daerah kekuasaannya golongan
Lempar batu. Kalau Ho Hay Hong hendak kabur pasti
tidak terlepas dari mata-mata golongan Lempar batu.
Lagi pula, Chin kiam Sianseng bisa melihat muka
orang. Dari potongan muka Hu Hay Hong, ia sudah tahu
bahwa pemuda itu seorang jujur, bukan bangsa penipu,
maka ia membiarkannya pulang untuk mengambil
senjata. Ho Hay Hong sendiri juga tidak ingin kabur, ia
mengerti bahwa seorang ketua dari satu golongan, pasti
mempunyai kepandaian yang berarti. Kalau tidak berhatihati.
susah bagi dirinya sendiri, maka ia segera teringat
pedang Garuda saktinya, yang disimpan diatas penglari,
ia hendak menguji kepandaiannya sendiri dan pedang
sakti itu terhadap Chiu-kiam Sianseng.
Sebetulnya ia ingin ikut Chin kiam Sianseng pulang
kemarkasnya, karena ia memang bukan pembunuhnya.
Bagaimanapun juga peristiwa pembunuhan itu akhirnya
tokh akan ketahuan. Pada akhirnya Chin kiam Sianseng
pasti akan membebaskan dirinya. Tetapi hal demikian
menyulitkan tujuannya sendiri karena jejak si Kakek
penjinak Garuda masih belum diketahui. Kalau ia tidak
berhasil menemukan jejak seorang tua itu, ini berarti
kematian baginya, Ia harus sayang waktu, maka meskipun menghadapi
musuh kuat ia juga harus berlaku sabar. Satu hari sebab
musabab kematian si Kakek hidung merah itu belum juga
terang, itu berarti jiwanya masih berada dalam ancaman.
Dalam waktu yang sangat singkat itu, ia sudah
mengambil keputusan, lebih baik binasa dibawah
pedang, tidak suka racun dalam tubuhnya mengakhiri
riwayat hidupnya. Lagipula, ia sudah bertekad mengadu jiwa, hendak
menguji kepandaiannya dengan jago-jago daerah
Tionggoan. Dalam waktu sekejap Ho Hay Hong sudah tiba di
gedung Cie lui Kiam khek. Benaknya sudah di penuhi
oleh bayangan pedang dan golok, telinganya seolah-olah
mendengar dengungan orang-orang yang berteriakteriak.
Sudah lama ia berhasrat hendak menguji
kepandaiannya dengan tokoh-tokoh daerah Tionggoan,
tak diduganya bahwa hasrat itu kini akhirnya telah
terbukti menjadi kenyataan.
Dengan tenang ia berjalan keruangan tamu, selagi
hendak membelok ke kamarnya, dalam ruangan tamu itu
ia menampak banyak tamu dari kalangan Kang ouw.
Cie lui Kiam khek bangkit dari kursinya, dan berkata
sambil tersenyum: "Saudara muda ini adalah Ho siaohiap, Ho Hay Hong."
Ho Hay Hong merasa heran, ia tidak mengerti apa
sebabnya Su to Siang begitu menghargai dirinya, lantas
memperkenalkan kepada tamunya" Apakah sebelum
sampai, tuan rumah itu sudah banyak menceritakan
tentang dirinya " Dengan pikiran masih diliputi berbagai pertanyaan, ia
menganggukkan kepala kepada para tamu, sikapnya
sangat sopan. "Kepandaian ilmu silat Ho siaohiap tinggi sekali."
demikian tuan rumah berkata pula. "Dengan satu kali
pukul, ia telah berhasil memukul mundur empat kawanan
jahat. Kejadian ini perlahan-lahan menjadi buah tutur di
kalangan Kang ouw. "Aku kira diantara tuan-tuan pasti sudah ada yang
pernah bentrok dengan empat kawanan jahat itu, hingga
tahu benar kepandaian mereka. Dengan kepandaian ilmu
silatnya yang luar biasa, Ho siaohiap sekaligus sudah
mengalahkan empat manusia jahat itu, tidak percuma ia
menjadi muridnya gurunya ternama !"
Ho Hay Hong berpikir, mengapa Su to Siang
mendadak menjunjung tinggi diriku demikian rupa"
Apakah ia ada mengandung maksud tertentu ".
Sementara itu, tujuh atau delapan tamunya itu sudah
menganggukkan kepala sambil berkata:
"Benar, empat kawanan manusia jahat itu sudah lama
malang melintang dikalangan Kang ouw, mereka masing-
masing mempunyai kepandaian dan keistimewaan
sendiri-sendiri. Ho siaohiap dengan seorang diri berhasil
mengalahkan mereka. Benar-benar sangat
mengejutkan!" Ketika bicara demikian, para tamu itu mengunjukkan
sikap kagum mereka. "Ho laotee, marilah kuperkenalkan," berkata Cie lui Kiam-khek. "Ini adalah Hok Yauw, yang mempunyai
gelaran si "Kipas besi". Ini adalah Song Sie, yang bergelar si "Ayam Emas. Ini adalah Giok hu Kie su, ini adalah empat serangkai dari keluarga Liong. Tuan-tuan
ini semuanya adalah tokoh-tokoh terkenal dalam rimba
persilatan, dan bersahabat dengan erat denganku.
Sesungguhnya aku jarang mendapat kesempatan
berkumpul bersama-sama seperti hari ini, maka itu, kau
jangan malu-malu, kita semua bukan orang luar."
Si Ayam emas Song Sie, jidanya lebar, dahinya
menonjol, bibirnya tipis dan panjang, kalau bicara
mempunyai kebiasaan menggoyang-goyangkan kepala,
benar juga mirip dengan ayam jago.
Orang tua ini seolah-olah sudah kenal lama dengan Ho
Hay Hong, bicara baru beberapa patah, sudah mengajak
Ho Hay Hong keluar pintu dan berkata padanya dengan
suara perlahan: -oo0d-w-0oo- Bersambung Jilid 4 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 4 "AKU DENGAR So hong Kowkhek katakan adalah
muridnya Lam kiang Tay bong, Tang Siang Su cu. Namun
sangat terkenal didaerah perbatasan, hampir semua
orang tahu. Aku juga pernah dengar namamu. Saying
tidak mendapat kesempatan bertemu muka denganmu,
tak didugaha, ha, dengan terus terang, terhadap Lam
kiang Tay-hong, aku sendiri tidak mempunyai ganjalan
apa-apa dengannya, semua saling mengerjai, mengapa
kita bisa bersahabat ?"
"So hong Kow khek omong kosong, kau jangan
percaya padanya!" berkata Ho Hay Hong.
"Akh, saudara Ho. kau tidak perlu mengelabui aku,
aku tahu bahwa saudara Su to mempunyai anggapan lain
terhadap Lam kiang Tay bong mungkin ada sedikit
ganjelan. Tetapi kau tidak perlu gusar, Lam kiang Tay
bong adalah orang besar. Lama kelamaan, pandangan itu
pasti bisa berubah sendiri. Selama waktu ini kau juga
tidak perlu mengadakan pertanyaan apa apa. Nanti
setelah anggapan saudara Su to berobah, baru mencari
jalan yang sebaik-baiknya, aku pasti melindungi
rahasiamu." Ho Hay Hong diam-diam merasa heran, entah apa
sebabnya Sun hong Kow khek mengatakan dirinya Teng
siang Su Cu murid Lam kiang Tay bong"


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia pikir Sun hong Kow khek pasti salah paham.
Kesalahan paham ini Tampaknya tidak mudah dijelaskan
hanya dengan sepatah dua patah kau saja. ia terpaksa
menganggukkan kepala, membiarkan si Ayam emas
mengoceh sendiri. Si Ayam Emas ini betul-betul suka mengobrol,
mulutnya tidak berhenti mengoceh sendiri sehingga Ho
Hay Hong merasa sebal. Ia tahu bahwa orang she Hong
ini sangat ingin bersahabat terhadap dirinya, hingga ia
mau menduga bahwa Lam kiang Tay-hong itu pasti
orang berkepandaian luar biasa.
Kalau tidak, tidaklah mungkin si Ayam Emas ini
memuji dirinya demikian tinggi.
Selagi Ho Hay Hong hendak menyingkir Gok hu Kie su
mendadak menghampiri dan berkata padanya:
"Saudara Ho jangan pergi dulu, mari kita minum
bersama-sama." Ho Hay Hong menyambuti cawan yang disodorkan
kepadanya dan diminumnya sampai kering.
la belum pernah minum arak, sewaktu berdiam
digunung Ho lan san, kecuali berlatih ilmu silat, waktunya terluang digunakan untuk membaca buku.
Setiap kali kalau melihat gurunya mabok arak, ia diamdiam
merasa pilu, dianggapnya arak bukanlah barang
yang bermanfaat bagi manusia. Dan kini setelah
mencicipi sendiri, benar juga rasanya pedas, keras,
begitu masuk kedalam perut, rasanya mau muntah.
Perutnya merasa panas, Giok-hu Kie su sudah
menyodorkan secawan lagi. kali ini ia jadi serba salah.
Karena merasa kurang sopan menolak, maka akhirnya
dengan keraskan kepala, minum lagi arak yang
disodorkan oleh Giok-hu Kie so.
Ia tahu bahwa Giok hu Kie su bangsa pemabokan, asal
ketemu arak, lantas tidak kenal daratan.
"Manusia benar-benar dimana saja bisa ketemu,"
demikian Giok hui Kie-su mulai buka mulut lagi. "belum lama berselang aku juga pernah dengar dari mulut Siangkoan Lo, bahwa dalam dunia Kang ouw pada dewasa ini
muncul seorang jago muda seperti kau ini, tak kusangka
hari ini ketemu denganmu disini!"
Mendengar disebutnya nama Siangkoan Lo, pikiran Ho
Hay Hong merasa tidak enak, ia memaksakan diri
unjukkan senyumannya. "Sebab musabab kematian Siang koan Lo sudah
diketahui," demikian Giok hu Kie su berkata lagi,
"pembunuhnya adalah seorang anak muda yang belum
pernah muncul didunia Kang ouw. Aih dalam jaman kalut
seperti sekarang ini, apa saja bisa terjadi. Dengan
seorang bocah yang belum mendapat nama, telah
berhasil membinasakan seorang yang namanya sudah
sangat terkenal seperti Siang koan Lo."
Mendengar ucapan itu, hati Ho Hay Hong berdebar
keras, tanyanya: "Pembunuhnya sudah tertangkap atau belum"
Bagaimana rupanya?" "Usianya sebaya denganmu, mengenakan pakaian
putih. Jangan kau kira usianya masih sangat muda sekali,
tetapi hebat kepandaian ilmu silatnya. Hanya beberapa
puluh jurus saja, sudah berhasil memukul Siang-koan Lo
sehingga terjatuh kedalam selokan, Akh, bocah itu entah
mempunyai permusuhan apa dengan Siang koan Lo" Ia
telah turun tangan sedemikian berat, diluar tidak
tertampak tanda apa-apa, tetapi dalam tubuh sudah
hancur." berkata Giok hie Kie su.
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "celaka, pukulan
yang digunakan itu agak mirip dengan pukulan dari
golongan Bit-cong dalam perguruannya, apakah Siangkoan
Lo benar-benar binasa ditangan suheng?"
"Bocah itu sesungguhnya juga terlalu kejam," berkata pula Giok hie Kie-Su, "setelah membinasakan korbannya, mendadak mengeluarkan senjata belati, hendak
memotong kepala Siang-koan Lo. Untung Khong ciok
Gin-cee keburu tiba, ketika menampak bahwa orang
yang dibinasakan itu betul adalah Siang koan Lo, lalu
turun tangan mencegahnya, hingga bocah itu tidak
berhasil memotong kepala Siang koan Lo."
Mata Ho Hay Hong terbuka lebar, kini ia telah
mendapat kepastian bahwa Siang-koan Lo benar-benar
sudah dibunuh oleh suhengnya!
Giok hu Kie su yang tidak memperhatikan perubahan
sikap Ho Hay Hong, melanjutkan penuturannya.
"Untuk melindungi supaya jenazah sahabatnya tinggal
utuh, Khong ciok Gin cee bertempur sengit dengan
pemuda itu, kekuatan tenaga dalam Khong-ciok Gin cee
sudah cukup sempurna, tetapi bocah itu ternyata sangat
membandel, dua orang itu bertempur beberapa puluh
jurus, tidak ada yang kalah dan yang menang. Akhirnya
pembunuh itu agaknya tahu gelagat, ia tahu bahwa
sudah tidak mungkin untuk mengambil kepala korbannya
maka lantas kabur ke tempat sepi dengan menggunakan
ilmunya lari pesat."
Ho Hay Hong kini mendapat kesempatan untuk
memperhatikan orang disebut Khong ciok Gin cee itu,
ternyata adalah seorang yang telah lanjut usianya, tetapi
sedikit pun tak ada tanda-tanda loyo, malah sebaliknya,
semangatnya menyala-nyala, sinar matanya tajam,
agaknya sangat berwibawa, memang benar seorang
tokoh yang mahir sekali tenaga dalamnya.
Terdengar pula suara Giok hu Kie su yang
bersemangat: "Khong ciok Gin cee tidak mau mengerti, ia
meninggalkan jenazah Siangkoan Lo, dengan
menggunakan ilmunya lari pesat, pergi mengejar, ia ingin
menangkap pembunuh itu, supaya dibuat sembahyang
didepan jenazah sahabatnya. Apa mau dengan bocah Itu
ternyata sangat licik, dengan satu akal licin, ia berhasil mengelabui mata Khong ciok Gin cee mengetahui dirinya
tertipu, bocah itu sudah tidak kelihatan batang
hidungnya. "Jago tua kita sangat penasaran, ia tidak mengerti apa maksud pembunuh itu" Andai kata benar mempunyai
permusuhan dengan Siang koan Lo, tetapi orang sudah
mati, tak perlu mengambil kepalanya lagi. Memang
sungguhnya terlalu kejam. Disini bisa diketahui bahwa
pembunuh itu sesungguhnya tidak mempunyai
perikemanusian. "Ketika jago tua kita kembali ditempatnya, jenazah
Siang koan Lo ternyata sudah tidak ada, hingga ia
semakin penasaran, sehingga kini, ia baru tahu bahwa
jenazah itu sudah dibawa pulang lebih dulu oleh orang
lain. Setelah mengetahui duduk perkaranya, ia baru
merasa lega. "Sewaktu kau masih belum kembali, kita beberapa
orang sudah berunding lama, tetapi tidak menghasilkan
sesuatu keputusan, pembunuh itu sebetulnya mempunyai
dendam apakah dengan Siang koan Lo" Sedangkan yang
menjadi suhengnya seperti Cie lui Kiam-khek juga tidak
habis mengerti, siapa sebetulnya pembunuh itu" Apa
maksud dan tujuannya melakukan pembunuhannya itu.
"Orang-orang yang mengaku diri sebagai orang-orang
Kang ouw kawakan seperti kita ini, sudah merasa pusing
kepala, memikirkan peristiwa ini. Yang lebih
mengherankan ialah bahwa ilmu kepandaian pembunuh
itu agak mirip dengan kepandaian ilmu silat Kakek
penjinak Garuda yang sudah menghilang berapa tahun."
Ho Hay Hong bercekat, diam-diam merasa heran,
mengapa orang yang menyaksikan kepandaian ilmu silat
dari golongannya, semua mengatakan ada hubungan
dengan si Kakek penjinak Garuda ! Apakah sebetulnya,
hubungan si Kakek penjinak Garuda itu dengan gurunya
sendiri" si Dewi ular dari gunung Ho lan san, mengapa
memerintahkan ia mencari jejak Kakek itu"
Semua itu seolah-olah suatu teka-teki, dan ia adalah
orang yang yang diliputi oleh serentetan teka teki itu.
Lebih sulit ia memahami maksud gurunya, apa
sebabnya memerintahkan suhengnya untuk mengambil
jiwa orang orang itu. Letak gunung Ho lan san jauh dari daerah Tionggoan,
lama sudah putus perhubungan dengan dunia luar.
Apalagi sejak ia menanjak dewasa, tidak satu kalipun
pernah melihat ada orang asing datang berkunjung,
tetapi gurunya. Dewi Ular dari gunung Ho lan-san, belum
pernah melangkah keluar dari gunung, bagaimana ia bisa
mempunyai permusuhan dengan orang itu"
Perlahan-lahan ia mendekati jago tua Khong ciok Gincee,
menganggukkan kepala dan tertawa kepadanya.
Jago tua itu menyambutnya dengan satu senyuman
simpatik dan mempersilahkan ia duduk.
Ho Hay Hong menurut dan duduk disampingaya,
kemudian berkata. "Sangat tidak beruntung Hong lui Kiam khek telah
binasa, kita semua merasa sedih!"
"Kebodohanku yang seharusnya patut disesalkan,
jikalau tidak, pembunuhnya tidak bisa kabur dengan
leluasa!" "Mana bisa, Lo enghiong sudah mengeluarkan banyak
tenaga. mana boleh disesalkan"
"Mungkin ini adalah takdir Tuhan Yang Maha Esa, aku
sudah berbuat sebisanya, untuk memenuhi
kewajibanku." "Lo enghiong, apakah penjahat itu telah kau pukul
luka?" "Tidak, kepandaiannya tinggi sekali, bahkan aku
sendiri yang hampir saja terkena serangannya pedang
terbang." "Ia kabur kearah mana?"
"Ke barat, aku mengejar sehingga beberapa puluh pal,
akhirnya tertipu oleh akalnya yang siasat lic in. Bocah itu cerdik sekali, aku sebagai seorang Kang ouw kawakan,
juga masih kena dikelabuhi, dapat kita bayangkan betapa
lic innya?" Ho Hay Hong diam-diam menghitung perjalanan
beberapa puluh pal, dengan ilmu lari pesat suhengnya
itu, hanya memerlukan waktu sekejap saja. la kabur
kearah barat menurut perhitungannya, suheng itu kini
pasti berada didekat itu saja. Maka, sikapnya mendadak
berubah murung. "Kepandaian bocah itu agak mirip dengan kepandaian
ilmu silat siKakek penjinak Garuda dahulu, apa yang
kukhawatirkan adalah ini. Kalau benar dia adalah
orangnya Kakek itu, urusan ini akan menjadi lebih
runyam" "Apakah Lo enghiong berani memastikan ?"
"Mungkin juga aku salah mata, tetapi asal-usul bocah
itu yang tidak jelas, sesungguhnya sangat
mengkhawatirkan !" Dengan sikap sangat serius Cie lui Kiam khek
menghampiri, kemudian berkata:
"Tahukah saudara-saudara bahwa jago tombak she
Hok itu dengan membawa semua anak muridnya, kini
pergi ke kampung setan untuk mengadakan penyelidikan
!" "Apa itu benar?" dengan serentak itu semua orang bertanya.
"Saudara-saudara semua tahu, bahwa orang orang
pergi ke kampung setan, betapa pun tinggi
kepandaiannya, betapapun besar nyalinya, tiada satupun
yang bisa kembali dalam keadaan hidup Selama
beberapa tahun kampung setan sudah menjadi tanah
kuburan, sungguh tidak dinyana Hok Lo enghiong yang
berdiam didaerah ini, juga masih bisa punya pikiran ingin
mendapat nama. Ini sesungguhnya terlalu bodoh!"
berkata Cie lui kiam khek.
Jago pedang ini memang merasa kurang senang
terhadap perbuatan orang tua she Hok itu, karena sepak
terjangnya terhadap tetamunya membuatnya kehilangan
muka. "Menurut pandanganku, apa sebab orang tua she Hok
itu demikian lupa daratan, semata-mata karena percaya
omongan Sun hong Kow khek, yang ingin mendapatkan
baju wasiat milik jago tombak itu"
"Dan dari manakah Sun-hong Kow-khe mendapatkan
rahasia itu". Saudara-saudara mungkin sudah tahu
bahwa Sun heng Kow khek itu mempunyai sedikit
kelebihan dalam caranya untuk mencari rahasia orang.
Mungkin secara kebetulan ia mengetahui rahasia di
kampung setan itu, dan kemudian ditambah dengan
bumbu olehnya sendiri, untuk menipu baju wasiat milik
jago tombak itu. Tetapi kalau dilihat dari sifatnya orang itu yang
selamanya tidak suka menipu orang, mungkin benarbenar
mengetahui rahasia kampung setan."
"Kita semua adalah orang orang rimba persilatan yang
paling dekat dengan tempat misterius itu, sebaiknya juga
coba-coba pergi sekali-kali menengoknya. Ada atau
tidaknya benda pusaka, ini adalah soal lain. Setidaktidaknya rahasia yang berada didepan mata kita sendiri,
harus lebih kita ketahui daripada orang dari tempat jauh,
sehingga kita jangan sampai menjadi buah tertawaan
orang." Ho Hay Hong tidak menyatakan pikiran, tapi dalam
hati ia tidak percaya, karena ia pernah pergi ketempat
angker itu, bukan saja jiwanya tidak terancam, bahkan
mendapatkan sebilah pedang pusaka. Desas-desus
mengena kampung setan, ia anggap dilebih-lebihkan.
Diam-diam la telah mengambil keputusan akan pergi
sekali lagi, untuk mengadakan penyelidikan sungguhsungguh.
Orang-orang itu menyatakan pendapatnya yang
berbeda-beda. Empat sekawan dari keluarga Liong
beranggapan bahwa kampung setan ada harganya untuk
diselidiki. Khong ciok Gin cee dan Giok hu Kie su beranggapan
bahwa kampung setan itu meski bukan diduduki oleh
bangsa setan benar-benar, tetapi pasti ada faktor lain
yang sangat ruwet sehingga menyebabkan orang yang
pergi kesana mencari keterangan tidak ada yang balik
kembali. Maka sebaliknya kita jangan mencari susah
sendiri. Si Ayam emas Song sie dan si Kipas besi Hok Yauw,
sebaliknya tidak menyatakan pendapatnya, mereka dapat


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengikuti keputusan orang banyak dan bersedia sebagai
pelopor. "Sun hong Kow khek adalah orang luar daerah kita,
kalau nanti jago tombak she Hok itu benar-benar
menemukan apa-apa, ini juga berarti jasanya Sun hong
Kow khek. Aku anggap bahwa rahasia dikampung sendiri
sampai terjatuh ditangan orang luar kampungnya, sangat
memalukan bagi orang kampung kampung ini" berkata
Cie lui Kiam khek. "Benar, bisa jangan sampai ditertawakan orang luar
kampung sebagsai orang bodoh!" demikian empat
sekawan keluarga Liong membenarkan.
"Kalau begitu, aku terpaksa tarik kembali
pertanyaanku yang tadi!" Khong ciok Gin cee terpaksa
tarik kembali pendapatnya yang pertama.
Giok hu Kie su yang masih menenggak arak, dengan
muka merah berkata: "Baiklah, kalau memang mau kesana kita harus
bersatu hati!" pembicaraan telah selesai dengan satu
keputusan bulat. "Malam ini juga kita harus berangkat!" Demikian Cie lui Kiam khek mengusulkan.
Pada saat itu, mata si Kiam khek yang mengikuti
pandangan mata si Kipas besi. wajahnya lantas berubah,
katanya: "Heran, apa perlunya tiga anggauta pelindung hukum
golongan Lempar batu datang kemari?"
Mendengar perkataan itu, semua mata ditujukan
kearah pintu, benar juga. Segera mereka menampak tiga
pemuda baju merah berdiri dalam pekarangan, dengan
tangan memegang pedang tanpa bergerak, bagaikan tiga
buah patung. "Mereka datang mencari aku!" demikian Ho Hay Hong berkata.
Mendengar ucapan pemuda pendiam itu, orang
banyak semakin heran. Semua tahu bahwa anak muda
itu dirumah Suto Siang, hanya sebagai tamu. mengapa
bisa mencari onar diluar" Ini agaknya tidak masuk akal,
hingga semua mata ditujukan padanya dengan perasaan
terheran-heran. "Sejak kapan Ho siauhiap mengadakan perhubungan
dengan orang-orang golongan lempar batu?" tanya Cie
lui Kiam khek. "Belum lama berselang!" jawabnya singkat, lantas tidak berkata apa-apa lagi. Dibawah pandangan sembilan
pasang mata, ia lari masuk kedalam kamarnya. Sekali
enjot tubuh ia sudah berada diatas pengelari. mengambil
pedang pusaka, lalu disimpannya diatas dada dan
berjalan keluar. Pedang pusaka itu panjang tiga kati Ho Hay Hong
harus tegakkan badannya, untuk membawa pedang itu
didalam dadanya, kalau ia membongkok, pasti akan
kelihatan. Maka ia terpaksa melempengkan dadanya
seperti tengkorak, berjalan keruangan tamu, untung
tidak diketahui orang. "Ho siauhiap, apakah... " berkata Cie lui Kiam khek.
Sebetulnya ia ingin berkata apabila ada bahaya apa apa,
supaya di beritahukan kepadanya, tetapi tiba tiba ia ingat bahwa golongan Lempar batu bukankah golongan yang
boleh dipandang ringan. Maka ia tidak melanjutkan kata
katanya. Ho Hay Hong juga tidak ingin minta bantuan orang,
maka jawabnya singkat. "Aku terpaksa hendak pergi dulu, sampai berjumpa
pula!" Dengan membusungkan dada ia berjalan menghampiri
tiga pelindung hukum, katanya sambil tertawa.
"Aku segera datang, kiranya Chin kiam sianseng sudah
menunggu terlalu lama, mari kita sekarang berangkat!"
Ia berpaling dan menganggukkan kepala kepada para
tamu, tampak olehnya Su-to Cian Hui masuk keruangan
tamu, dengan cepat la balik kembali, dari dalam sakunya
ia mengeluarkan sebuah sapu, diberikan kepada gadis itu
dengan disertai penjelasan.
"Sapu tangan ini adalah sapumu yang terjatuh
didanau Lok ing-ouw!"
Su to Cian Hui merasa heran, ia mencari cari sapunya,
benar-benar sudah tidak ada dalam sakunya.
Ia menerima sapu Itu tanpa mengucapkan terima
kasih, hanya memandangnya sejenak, lantas
menundukkan kepala. Ho Hay Hong merasa heran, ia tidak tahu apa
salahnya, sehingga gadis itu seperti tidak senang
terhadapnya. Ia tidak mau menanya, karena tentang kaum wanita,
pengetahuannya jauh lebih sedikit kalau dibandingkan
dengan pengetahuannya terhadap ilmu silat, ia tidak
mengerti tentang hati perempuan, ia hanya anggap itu
semuanya seperti mahluk-mahluk yang aneh.
Seperti juga dengan suhunya Dewi Ular dari gunung
Ho lan san, setiap hari bermuka masam, dengan
sikapnya yang ketus dingin memerintah murid-muridnya
lelaki. Dengan mengikuti tiga pemuda baju merah, ia tiba
didanau Lee ing ouw. "Kau bukankah pergi mengambil senjata?" tanya
Chim-kiam Sian-seng heran.
Ho Hay Hong mengeluarkan pedang pusakanya dari
dadanya. Karena pada pedang itu terdapat ukiran naga
dan burung Hong maka sangat menarik perhatian. Chin
kiam siangseng seorang jago yang mempunyai banyak
pengetahuan tentang senjata tajam, segera memberi
pujian. "Pedangmu ini, bukan pedang sembarangan, tentunya
merupakan senjatamu yang dapat dibanggakan!"
Sambil memasang kuda kuda Ho Hay Hong berkata.
"Chim kiam Sianseng, kau bertindaklah lebih dulu!"
"Usiaku dua tiga kali lipat dari usiamu, seharusnya
memberikan kelonggaran bagimu," berkata Chim kiam
Sianseng sambil tersenyum "dengan sepasang tangan
kosong, aku akan melayani senjatamu, biarlah kau yang
turun tangan lebih dulu!"
"Apa katamu" Aku bukankah orang yang suka
inginkan kelonggaran!"
"Perkataanmu ini menunjukkan kau seorang jantan,
namun tidak akan merubah pendirianku. Mungkin kau
sudah pernah dengar, bahwa aku Chim-kiam Sianseng
yan dahulu biasa menggunakan senjata pedang tapi
pedang itu sudah lama kuceburkan kedalam Liong ongtham
dan sejak hari itu aku telah bersumpah tidak akan
menggunakan senjata lagi. Danau Lok Ing ouw meski
bukan danau Liong ong tham, tetapi aku harus tetap
pegang sumpahku!" "Aku lebih suka mati ditanganmu, tidak mau menerima
keuntungan pemberian orang."
Chim-kiam Sianseng perintahkan tiga pemuda baju
merah itu mundur kemudian berkata:
"Kau jangan terlalu mengunggulkan diri, meskipun aku
tidak menggunakan senjata, tetapi kekuatan sepasang
tanganku tidak boleh kau pandang ringan, aku yakin
sudah cukup untuk dapat menanggapmu!"
"Aku sudah mendapatkan suatu cara yang baik bagi
kedua pihak!" berkata Ho Hay Hong. yang lantas mundur tiga tombak lebih. Perbuatannya itu mengherankan
Chim-kiam Sianseng, ia tidak mengerti apa maksud anak
muda itu. "Aku akan menyerang kau dulu tiga kali, lalu kau
menyerang aku dengan sama banyaknya, demikian kita
saling menyerang sehingga ada salah satu yang kalah."
demikian Ho Hay Hong berkata lagi.
"Cara ini sangat baik, dan kau mulailah dulu!"
sahutnya Chim kiam Sianseng
Ho Hay Hong tidak berkata apa-apa, manggutkan
sedikit kepalanya, tiba-tiba menghunus pedangnya dan
pedang itu segera memancarkan sinarnya berkilauan.
Chim kiam Sianseng membelalakkan matanya, seolaholah
menghadapi barang ajaib, kemudian menanya
dengan perasaan heran"
"Pedang itu apakah bukan pedang pusaka Garuda
sakti?" Ho Hay Hong tidak menyahut, diam-diam mengagumi
mata pemimpin Lempar batu itu yang sangat tajam itu.
Perasaan Chim kiam Sianseng mendadak menjadi
tegang, tokoh rimba persilatan kenamaan yang
selamanya tidak gampang, terpengaruh perasaannya,
sekalipun gunung gugur dihadapan matanya, kali ini
ketika menyaksikan pedang itu, sikapnya telah
mengunjukkan perasaan tidak wajar. Katanya.
"Darimana kau dapatkan pedang pusaka ini?"
Hati Ho Hay Hong tergetar ketika mendengar
pertanyaan itu, tetapi ia kendalikan perasaannya, supaya
tidak mengunjukkan perubahan.
"Pedang ini adalah pedang keturunan keluargaku !"
Mendengar jawaban itu, Chim kiam Sianseng hatinya
tertawa dingin, tidak menanya lagi Ia pasang kudakudanya,
siap untuk menghadapi serangan lawannya.
Tetapi Ho Hay Hong masih berdiri mengerahkan
kekuatan tenaganya, tidak ada tanda tanda hendak
melakukan serangan, hingga diam diam lawannya
merata heran. "Kita terpisah dengan jarak yang sangat jauh sampai
sekarang kau masih belum bergerak, apakah kau hendak
menggunakan pedang terbang untuk menyerang aku?"
demikian ia bertanya. Lubang hidung Ho Hay Hong pelahan-lahan
mengeluarkan hawa putih, bagaikan ada ular putih yang
keluar masuk dalam lubang hidungnya.
"Benar." demikian jawabnya singkat.
Pertanyaan Chim kiam Sianseng tadi, hanya dugadugaan
saja, tak dinyana bahwa pemuda itu benar-benar
hendak menggunakan ilmu pedang terbang menyerang
dirinya. Perasaan terkejut dan heran timbul dalam
otaknya, ia sungguh tidak menyangka bahwa seorang
muda yang masih belum dikenal orang dalam rimba
persilatan, ternyata pandai menggunakan ilmu pedang
yang sudah lama menghilang dari dunia persilatan itu.
Tentang ilmu pedang itu, seumur hidupnya ia baru
pernah melihat satu kali saja. itu adalah ilmu pedang
yang digunakan oleh akhli pedang, ketua dari partai Ngo
bie pay Kim kong Hwee shio untuk menghadapi Cit ciu
Sin-kun dari luar perbatasan.
Cit ciu Sin kun sudah lama terkenal sebagai satu iblis
yang berkepandaian sangat tinggi, ilmunya Im yang kang
belum pernah ketemu lawannya.
Untuk menghadapi lawan sangat tangguh itu, Kim
kong Hwee shio harus mengeluarkan ilmu simpanan
pedang terbangnya, yang menghamburkan banyak
tenaga murni. Keadaan pertempuran waktu itu, seolah-olah masih
terbayang dihadapan matanya, pedang yang meluncur
keluar dari tangan Kim kong Hwee shio bagaikan naga
terbang mengejar sasarannya, dan akhirnya berhasil
menembusi dada Cit ciu Sin kun.
Kematian iblis itu, disambut oleh tepukan tangan riuh
oleh semua orang yang menyaksikan pertandingan.
Ia masih ingat bahwa waktu itu jarak antara Kim kong
Hwee shio dengan Cit ciu Siu kun kira-kira sepuluh lebih,
ilmu pedang terbang paderi dari Ngo bie pay membuat
lawannya tidak berdaya, hingga akhirnya binasa.
Ia tahu benar betapa hebatnya ilmu pedang itu maka
kini selagi hendak menghadapi ilmu pedang terbang Ho
Hay Hong, ia harus mengerahkan seluruh kekuatan
tenaganya dan ilmunya Liong Youw Khie kang, sebagian
digunakan untuk melindungi seluruh badannya.
Wajah Ho Hay Hong yang putih perlahan-lahan
berubah menjadi merah, matanya memancarkan sinar
yang menakutkan. Setelah menyemburkan hawa dari mulutnya, pedang
Garuda sakti melesat dari tangannya, dengan
mengeluarkan suara mendengung benda putih
berkilauan itu menuju keatas kening Chim kiam
Sianseng. Badan Cim kiam Sianseng bergerak tangannya
dikebutkan, hembusan angin yang luar biasa hebatnya
meluncur keluar. Pedang itu terbang melayang agak tinggi diatas
kepalanya, begitu melewati kepala Cim kiam Sianseng
lalu membuat satu lingkaran dan kemudian menikam
balik. Chin kiam Sian seng ternyata sangat cekatan, ketika
dibelakang dirinya mendengar suara suara angin, tanpa
menoleh, mendadak lompat miring sejauh lima tombak.
Dari sini dapat diukur, betapa mahirnya ilmu
meringankan tumbuh Chin kiam Sian seng.
Pedang terbang yang tidak berhasil mengenakan
sasarannya itu, melayang balik ke asalnya, ketangan Ho
Hay Hong. Chin Kiam Sian seng meskipun melayang turun ke
tanah lagi dalam keadaan selamat, tetapi sikapnya sudah
jauh berbeda dari semula, ia agaknya sudah dapat
menjajaki sampai di mana tingginya kepandaian anak
muda itu. la tidak berani membuka mulut lagi, diam-diam
mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, untuk
melindungi seluruh badannya.
Jidat Ho Hay Hong sudah basah dengan peluh,
sesungguhnya menggunakan ilmu pedang terbang itu
menghamburkan banyak kekuatan tenaga dalam, kalau
tidak diatur baik-baik, serangan selanjutnya tidak bisa
memuaskan. Ilmu pedang Ho Hay Hong sebetulnya masih jauh
kalah dengan kepandaian suhengnya terutama toa
suhengnya, dalam empat saudara seperguruan, toa
suhengnya yang paling mahir dalam ilmu itu.
Ia dapat menggunakan serangan dengan beruntun


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga tiga kali tanpa mengunjukkan tanda-tanda
lelah. Sebentar kemudian, serangan kedua Ho Hay Hong
keluar dari tangannya. Kali ini ia tidak menyerang secara
langsung, melainkan secara berliku-liku. Pedang itu
berputar-putaran membuat beberapa lingkaran, baru
menuju ke arah sasarannya.
Meskipun dengan cara bagaimana, pedang itu pada
akhirnya tentu akan kembali kepada penyerangan. Chim
kiam Sian seng yang sudah banyak menghadapi musuh
tangguh, sudah tentu banyak pengalamannya, hingga
tidak sampai dibikin kabur pikirannya, dengan tetap
menggunakan siasat yang pertama, ia dapat
mengelakkan serangan tersebut.
Ho Hay Hong harus beristirahat lagi sebentar kembali
melepaskan lagi pedangnya ke tengah udara. Dengan
cepat pedang itu meluncur keangkasa sambil
mengeluarkan suara mengaung, hingga Chim kiam Sian
seng yang menyaksikan itu, wajahnya berubah seketika.
Dengan secara tiba-tiba terdengar suara pujian bagus,
seolah-olah keluar dari mulut seorang wanita. Tetapi
karena kedua fihak mencurahkan perhatiannya dalam
pertempuran itu, tiada satupun yang ambil perhatian.
Dengan sinar matanya yang tajam.
Chim kiam Sian seng memusatkan perhatiannya
kepada pedang yang berada diangkasa. Pedang
berputaran sebentar ditengah udara, tiba-tiba meluncur
turun, dengan sangat lajunya menuju kepada Ciam kiam
Sian seng. Chim kiam Sian seng yang sudah siap, dengan
kekuatan tenaga sepenuhnya tangannya mendorong
keatas, pedang itu karena terhalang oleh kekuatan
tenaga Chim kiam Sian seng. berbalik arah dan meluncur
balik ke tangan Ho Hay Hong.
Serangan Ho Hay Hong yang dilakukan dari angkasa
kali ini, meski tidak mengenakan sasarannya, tetapi
sudah menguncupkan hati Chim kiam Sian seng. sebab
dengan cara seenaknya Ho Hay Hong meluncurkan
pedangnya ketengah udara, bisa mengarah tujuannya
dengan jitu. Ho Hay Hong menarik kembali serangan pedangnya,
sesaat itu, rasa lelahnya menjadi-jadi, hampir saja ia
tidak bisa berdiri tegak. Ketika ia menoleh, matanya
dapat lihat bayangan seorang gadis berbaju hijau. Mata
gadis itu ditujukan kedirinya dengan rasa kagum. Tahu
dirinya diperhatikan, semangatnya terbangun lagi.
Seolah-olah ada semacam kekuatan yang mendorong
padanya, akhirnya ia berdiri lagi, ia mengerti bahwa itu
adalah semangat kesamaan yang mendorong padanya,
meskipun ia tahu itu tiada gunanya, tetapi ia tokh
berbuat demikian juga. Gadis baju hijau itu adalah Su-to Cian Hui, tak
disangka-sangkanya pada gadis itu datang seorang diri
untuk menyaksikan pertandingan itu.
Dalam hati Ho Hay Hong tiba tiba timbul sesuatu
perasaan, bahwa tenaganya tadi sebetulnya tidak cumacuma,
setidak-tidaknya ia sudah dapat menarik perhatian
gadis yang cantik tetapi agak tinggi hati itu.
Su to Cian Hui memandang dengan matanya yang jeli
dengan perasaan kagum, ketika mengetahui dirinya
diperhatikan oleh Ho Hay Hong, lantas berkata:
"Hei sungguh tidak kusangka bahwa kau juga bisa
menggunakan pedang terbang."
Ho Hay Hong hanya membalas dengan satu
senyuman, tiada sepatah kata keluar dari mulutnya.
"Sekarang kau harus siap, aku akan melakukan
serangan!" demikian Chim kiam Sian seng berkata.
Sebelum itu, ia maju tiga tombak, berhenti kira-kira lima
tombak dihadapan Ho Hay Hong.
Ia mengangkat tangan kanannya, dia mendorongnya
lambat-lambat. Gelombang kekuatan tenaga dalam
meluncur keluar dari kedua tangannya. Ho Hay Hong
yang menyambuti serangan itu dengan kedua tangannya,
mendadak mundur dua langkah.
Sebelum bisa berdiri tegak, suatu kekuatan hebat
sudah menyusul, ia buru buru menyambuti lagi dengan
kedua tangannya, tetapi ia terpental mundur lagi
beberapa langkah. Sekarang ia baru mengerti bahwa kekuatan tenaga
dalam Chim kiam Sian seng ternyata jauh lebih hebat
dari dirinya. Dalam lima tombak serangan jarak jauh
Chim Kiam Sian seng ternyata masih jauh hebat, bahkan
kali ini hampir saja ia rubuh. Tetapi ia merasa penasaran, sebab sewaktu Chim kiam Sianseng melancarkan
serangannya itu, kekuatan tenaga dalamnya sendiri
belum terkumpul. Chim kiam Sianseng agaknya sangat kagum. ia
menganggukkan kepala dan berkata: "Serangan sudah
selesai, sekarang adalah giliranmu."
"Aku membutuhkan sebatang bambu!" berkata Ho Hay Hong.
Chim kiam Sianseng merasa heran, terpaku menanya:
"Apa" Kau tidak mau menggunakan pedang
pusakamu" Sebaliknya hendak menggunakan bambu?"
"Suruhlah orang ambilkan bambu, kalau aku kalah
sudah tentu aku akan ikut kau!"
Chim kiam Sianseng terpaksa menerima baik
permintaannya. Ia memerintahkan tiga pelindung hukum
untuk mencarikan sebatang bambu.
Ho Hay Hong terpaksa menunggu. Ia bukan seorang
bodoh. Justeru karena ia sudah biasa menggunakan
bambu sebagai senjata, maka dengan menggunakan
pedang, ia agak kurang leluasa.
Tidak lama kemudian tiga pemuda baju merah itu
sudah kembali dengan membawa sebatang bambu dan
diberikan kepada Ho Hay Hong.
Pemuda itu membuat runcing bambunya, kemudian
berkata kepada Chim-kiam Sianseng:
"Dalam tiga kali seranganku ini, apabila tidak bisa
mengalahkan kau, aku rela mengikuti kau ke markasmu!"
Kepalanya menengadah, tangannya menggetar pada
saat itu, kekuatan tenaganya sudah mulai pulih, hingga
getaran tangannya itu menimbulkan suara mengaung.
Dengan menggunakan gerak tipu pertama dalam ilmu
silatnya yang luar biasa Khun-goan Sam kay bambunya
digunakan sebagai senjata tombak, secepat kilat
ditujukan empat bagian jalan darah terpenting depan
dada lawannya. Chim-kiam Sianseng menggeser kakinya tiga kaki,
ujung bambu lewat lengan kirinya, hanya selisih sedikit
saja. Jago tua kenamaan itu hampir mati diujung bambu
runcing. Karena serangan tidak kena, Ho Hay Hong mendadak
mengerahkan pedang ditangan kirinya, memapas
bambunya menjadi dua potong, kemudian selagi Chim
kiam Sian seng masih menoleh dalam perasaan heran,
ilmu tombak Ho Hay Hong sudah dirubah menjadi ilmu
pedang Ngo heng Kiam hoat.
Tiga kali ia melakukan serangan dengan beruntun
mengarah mata Chim kiam Sianseng, yang kedua dan
yang ketiga mengarah dada dan perut.
Chim kiam Sianseng terkejut, buru-buru mengeluarkan
ilmunya meringankan tubuh melompat kesamping.
Serangan Ho Hay Hong kali ini juga tidak berhasil,
kembali ia memapas bambunya, hingga menjadi semakin
pendek, hanya tinggal kira kira sekaki lebih sedikit.
Tetapi ia tetap gembira, dengan mendadak ilmu
pedangnya dirubah menjadi ilmu serangan alat tulis,
yang serangannya di utamakan mengarah jalan darah
kematian. Kali ini adalah tiga jalan darah Hong hwa. Siang-seng
dan Khie hay yang dijadikan sasaran.
Chim kiam Sian seng benar-benar tidak mengira
bahwa kepandaian anak muda ini demikian banyak
coraknya, hingga wajahnya berubah seketika, ia
mengeluarkan dua kali serangan dengan beruntun,
mendesak mundur Ho Hay Hong.
Selagi hendak menanya asal usul pemuda itu, didanau
Lok ing ouw terjadi perubahan yang tidak terduga-duga.
Timbul gelora dipermukaan danau, dan disusul oleh
munculnya air mancur setinggi satu tombak.
Kejadian sangat ganjil, kalau tidak ada binatang gaib
didalam air, dari mana datangnya kekuatan itu"
Su to Cian Hui yang menyaksikan pertandingan yang
pertama-tama berseru: "Celaka, Naga delapan kaki muncul lagi," Chim kiam Sian seng dengan cepat lompat mundur tiga tombak,
matanya mengawasi danau, la benar-benar telah
dikejutkan oleh kejadian aneh itu.
Mata Ho Hay Hong berputaran, agaknya ada yang
dicari. Ditepi seberang danau, tampak olehnya seorang
bertopi lebar dan warna hitam, sedang jongkok disana,
tangannya sedang memegang sebatang pancing
sepanjang tiga tombak lebih.
Ujung pancing dimasukkan kedalam danau, tangannya
bergerak gerak berapa kali memukulkan pancing
kepermukaan air. Ia tidak dapat melihat tegas wajah orang tua itu,
tetapi entah apa sebabnya, begitu melihat potongan
orang tua itu darahnya terasa mendidih dan dengan satu
hentakkan keras ia lompat menerjangnya.
Topi lebar orang tua itu menutupi alisnya, seolah-olah
ia takut dikenali orang. Ketika melihat seorang muda
menyerbu dirinya dengan cepat ia menghentikan
gerakannya dan lantas angkat kaki.
Gerakkannya itu bagaikan hantu, begitu bergerak,
bagaikan kilat sudah menghilang ke dalam rimba lebat.
Ho Hay Hong karena kehilangan jejak orang yang
diserbu, terpaksa urungkan niatnya untuk mengejar.
Tidak lama seberlalunya orang itu, air mancur yang
timbul dalam danau, perlahan-lahan juga turun sendiri,
permukaan air telah tenang kembali.
Mengertilah Ho Hay Hong. apa sebabnya mahluk
dalam danau itu, demikian menggila, tentu itu sematamata
karena perbuatan orang tadi. Tetapi apa
maksudnya orang tua itu berbuat demikian kembali
merupakan suatu teka-teki.
Ia termenung memikirkan kejadian itu entah sejak
kapan, tiga pelindung hukum golongan Lempar batu,
sudah mengurung dirinya, Tiga pemuda itu satupun tak
membuka mulut, berdiri seperti patung. Sebelum ia
menegurnya, sudah didahului oleh Chim kiam Sianseng:
"Sahabat, kecil, kulihat kepandaian ilmu silatmu agak mirip dengan ilmu silat Khun goan Sam-kay ciptaan si
Kakek penjinak Garuda yang dahulu namanya sangat
termasyhur, apakah kau muridnya orang tua itu?"
"Aku tidak faham Ilmu silat yang dinamakan Khun
goan Sam-kay!" jawab Ho Hay Hong sambil menggeleng
kepala. Dalam hati diam-diam terperanjat, ia tidak
sangka bahwa kepandaiannya ilmu silat Khun goan Samkay
ternyata berasal dari si Kakek penjinak Garuda, jadi
kalau begitu, Dewi ular dari gunung Ho lan san itu punya
hubungan erat dengan si Kakek penjinak Garuda.
Sebab seluruh kepandaiannya didapatkan dari
suhunya yang bergelar Dewi ular itu, sedangkan
kepandaian Dewi ular itu berasal dari daerah Tionggoan.
Seharusnya sang guru itu mengerti baik keadaan si
Kakek penjinak Garuda, tapi mengapa menyuruh dia
yang mencari jejaknya".
Chim kiam Sianseng yang tidak mendapatkan jawaban
memuaskan, lalu bertanya lagi.
"Jikalau kau benar adalah murid si Kakek penjinak
Garuda, soalnya menjadi lain, aku bukan saja akan
memerintahkan semua orang golongan Lempar batu
memperlakukan dirimu sebagai sahabat, bahkan akan
memberikan surat jalan, supaya kalau kau ada kesulitan,
segera mendapat bantuan"
"Terima kasih atas kebaikanmu, tetapi aku bukan apaapanya si Kakek penjinak Garuda !"
Wajah Chim kiam Sianseng berubah seketika, lalu
memerintahkan tiga pelindung hukum menangkap
pemuda itu. Sesaat kemudian, tiga bayangan merah bergerak dari
tiga jurusan, menyerbu Ho Hay Hong.
Mereka bertiga menggunakan ilmu silat Tay kie na-cu
hoat, menangkap lawannya.
Disergap secara mendadak, Ho Hay Hong belum
keburu memberi perlawanan mendadak telinganya
dibikin pengang oleh suara siulan yang keluar dari mulut
salah seorang pelindung hukum itu.
Ketika ia menyadari bahwa itu adalah satu siasat saja,
yang maksudnya untuk membingungkan pikirannya,
tangannya sudah tertangkap olah lawannya, sehingga
tidak bisa bergerak. Salah seorang diantaranya merampas pedang pusaka
diserahkan kepada Chim kiam Sianseng.
Sambil mempermainkan pedang pusaka Garuda sakti.
Chim kiam Sianseng berkata kepada Ho Hay Hong:
"Kau sekarang sudah kujatuhkan, mati hidupnya
tergantung padaku. Lekas beritahukan asal usulmu,
jikalau tidak, aku akan anggap kau sebagai pembunuh si
Kakek hidung merah. Kau akan kubawa pulang kemarkas
untuk menerima hukuman !"
Ho Hay Hong yang sudah tidak bergerak, percuma
saja dengan kepandaiannya. Mendengar perkataan Chim
kiam Sianseng ia tahu bahwa orang tua itu jeri terhadap
si Kakek penjinak Garuda maka lantas ia menggunakan
suatu akal. Sikapnya pura-pura dingin acuh tak acuh. seolah-olah
tidak mengabaikan sikap Chim-kiam Sianseng.
"Si Kakek penjinak Garuda masih pernah apa
denganku, kau tidak ada hak untuk menanyakan. Pendek
kata, si Kakek hidung merah itu bukan aku yang
membunuh." jawabnya dengan sikap acuh tak acuh.
"Dengan maksud baik aku menanyamu, mengapa kau


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keras kepala " Terpaksa kuhadapkan kebagian hukum."
Su to Chian Hui diam-diam lompat turun dari atas
pohon karena munculnya makhluk aneh dalam danau
tadi, membuatnya ketakutan setengah mati. dan kini
setelah bahaya telah lewat, ia berani unjukkan diri lagi.
Katanya dengan suara lantang:
"Hei, orang tua baju kelabu, kau keliru. Dia adalah
orangnya Lam kiang Tay bong!"
Chim kiam Sianseng terkejut. Matanya menatap si
pemuda lalu berkata: "Nona kecil, bagaimana kau tahu kalau dia orangnya
Lam kiang Tay bong."
"Karena dia adalah tamu ayahku!"
"Siapa ayahmu!"
"Ayahku adalah Cie lui Kiam khek!"
Chim kiam Sianseng tersenyum. "Benar Cie lui Kiam
khek masih tergolong orang baik. Tetapi menurut apa
yang aku tahu, Lam kiang Tay bong bukanlah orang
baik-baik, bahkan Cie lui Kiam khek sangat
membencinya. Mengapa ia suka menerima orang
menjadi tetamunya?" "Tentang ini aku tidak tahu. Biar bagaimana dia adalah muridnya Lam kiang Tay bong, sedikitpun tidak salah.
Kau tidak perlu banyak bertanya!"
Ho Hay Hong diam diam berpikir: "aneh, mengapa ada
orang yang mengatakan aku muridnya Lam kiang Tay
bong itu wajahnya mirip dengan wajahku?"
Chim kiam Sianseng agaknya tidak mau percaya,
tanyanya pula: "Tahukah nona siapa namanya murid Lam kiang Tay
bong?" "Tang siang Sucu."
Jawaban itu memang sudah diduga oleh Ho Hay Hong.
Maka ia tak merasa heran lagi. Sebaliknya dengan Chim
kiam Sianseng: Matanya melotot, dia lantas menatap
tajam kepadanya, sikapnya tampak aneh, katanya sambil
angguk-anggukkan kepala. "Oh. kiranya kau adalah murid kepala Lam kiang Tay
bong. Nama Tang Siang Sucu ini aku pernah dengar, tak
kusangka adalah kau!"
Pemimpin Lempar batu Itu telah percaya keterangan
Su to Cian Hui, sebab kepandaian Ho Hay Hong memang
tidak lemah, benar-benar mirip anak murid seorang guru
kenamaan. Tetapi, mendadak ia merasa ragu-ragu,
karena Lam kiang Tay bong adalah seorang
berkepandaian tinggi yang adanya aneh, pikirannya
cupat. terutama mudah tersinggung, sedikit salah kata
saja, bisa menimbulkan permusuhan. Kalau benar
pemuda ini adalah murid Lam kiang Tay bong,
selanjutnya akan menjadi berabe.
Matanya tetap menatap wajah Ho Hay Hong,
pikirannya bekerja, tetapi Ia tidak dapat menemukan
suatu cara sebaik-baiknya untuk menyelesaikan
persoalan itu. Ia belum tahu sampai di mana tingginya
kepandaian jago tua itu. Tetapi menurut kabar kalangan Kang ouw, ia adalah
termasuk salah satu dari lima jago kuat dalam rimba
persilatan pada dewasa ini. Baik usianya maupun
wibawanya dan kepandaiannya, jauh lebih atas daripada
dirinya sendiri. Ia teringat asal-usulnya pedang pusaka Garuda sakti,
pikirannya semakin goncang.
Memang, ditinjau dari sudut mana saja, pemuda itu
sangat menyulitkan kedudukkannya.
Akhirnya ia mengambil suatu keputusan, lalu berkata
Ho Hay Hong: "Baiklah, kau sekarang pulang dulu, pedang ini akan
kubawa pulang sebagai barang jaminan. Jikalau benar
bahwa si Kakek hidung merah bukan kau yang
binasakan, akan ku utus orangku kirim kembali pedang
ini dengan segera. Tetapi kalau dikemudian hari dalam penyelidikanku
terdapat kenyataan bahwa kakek hidung merah mati
ditanganmu, aku tidak perduli kau murid siapa, aku akan
menuntut balas atas kematian sahabatku!"
"Baik, aku berdiam di rumah Cie lui Kiam khek, kau
jangan mengingkari janjimu!"
Chim kiam Sianseng lalu memerintahkan tiga anggota
pelindung hukumnya untuk membebaskan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong tahu bahwa perbuatan tiga pemuda itu
tadi hanya melakukan perintah atasannya maka ia tidak
mendendam, sakit hati terhadap mereka.
Chim kiam Sianseng tidak membuang waktu,
menyelesaikan urusannya lantas berlalu bersama anak
buahnya. Suto Chian Hui juga pulang seorang diri,
meninggalkan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong tahu bahwa gadis itu salah mengerti
terhadap dirinya, tetapi ia tidak mau banyak bicara untuk
memberi keterangan tentang dirinya. Ia yakin bahwa
nanti dikemudian hari pasti menjadi terang sendiri.
Hari sudah mulai gelap, Ho Hay Hong tidak pulang
kerumah penginapannya, sebaliknya berjalan menuju ke
Kampung Setan. Ia menduga Cie lui Kiam kek, Giok-hu Kie su, Khong
ciok Gin cee, Si Ayam emas Song Sie, SI Kipas besi Hok
Yauw dan empat sekawan keluarga Liong tentu sudah
berangkat ke Kampung Setan.
Ia tidak suka bertemu muka dengan orang-orang itu,
sifatnya memang suka menyendiri, sekalipun menjumpai
bahaya besar, juga tidak mau minta bantuan orang.
Sepanjang jalan, pikirannya terus bekerja. Ia ingin
sekali bisa bertemu muka dengan orang tua yang sangat
misteri itu. Menurut penuturan Su to Cian Hui, ia telah
menarik kesimpulan bahwa pembunuh besar-besaran
ditepi danau Lok-ing ouw itu, pasti perbuatan orang tua
misteri itu. Ia tidak mau memberitahukan hal itu kepada Chim
kiam Sian-seng. karena ia tidak ingin menimbulkan
urusan, sehingga menjadi rintangan bagi tindakannya
sendiri. Tidak lama kemudian, malam telah tiba, sinar
rembulan menerangi seluruh jagat. Tiba-tiba telinganya
menangkap suara aneh. Suara itu seperti angin meniup
rumput, juga mirip dengan suara pasir yang disambitkan
kedalam air. Ia menghentikan langkahnya, dengan
meminjam terangnya sinar rembulan, ia memandang
keadaan disekitarnya. Tidak jauh ditempat ia berdiri adalah sebuah rimba
lebat, sedang dihadapannya adalah sebidang tanah yang
banyak rumputnya yang panjang.
Pada saat itu tiada lain orang, kecuali dirinya sendiri,
jaga tidak ada angin bertiup, dari mana datangnya suara
aneh itu" Tiba tiba ia teringat kepada Kampung setan,
lalu Ia tanya kepada diri sendiri: apakah aku sudah
menginjak tanah Kampung setan "
Diam-diam ia mencari dari mana datangnya suara
aneh itu, ternyata dari dalam rimba lebat itu. Ia
sembunyikan diri dibelakang sebuah pohon besar sambil
pasang mata, tidak lama kemudian, tampak olehnya
seorang tua berambut putih seluruhnya berjalan keluar
dari dalam rimba. Rambut orang tua itu sangat panjang, dan pakaiannya
yang berwarna hitam, nampak terlalu panjang, bukan
saja menutupi ke dua kakinya, bahkan masih terseret
banyak dibelakangnya. Suara aneh itu tadi, adalah suara yang ditimbulkan
oleh bajunya yang kepanjangan menyentuh tanah.
Ia segera dapat mengenali bayangan belakang orang
tua rambut putih itu, sama benar dengan bayangan
setan yang diketemukannya ditempat patung "Gak-hui".
Dia, manusia ataukah setan " Ho Hay Hong sedang
mengira ngira. Dengan perasaan tegang ia mengepal
tangannya yang sudah keringat dingin. Dengan
mendadak ia kehilangan keberaniannya, tidak berani
mengganggunya. Sesaat hatinya timbul perasaan ragu-ragu, ia tidak
tahu harus menyelidiki atau tidak"
Ketika ia melihat lagi, orang tua berambut putih
bagaikan bayangan setan itu sudah menghilang entah
kemana. Ia merasa sangat heran, seolah-olah tidak
percaya kepada pandangan matanya sendiri.
Tetapi kemudian ia mengerti, di tempat itu mungkin
terdapat lubang. Ia menunggu sampai lama, bayangan orang tua itu
tidak tampak keluar lagi. Lalu ia menguatkan
semangatnya, pergi menghampiri tempat itu.
Gerak kakinya tidak menimbulkan suara seluruh
badannya tengkurap di tanah yang tumbuh banyak
rumput. Matanya berputaran mencari-cari, benar juga. Ia
telah menemukan sebuah gua, dugaannya tak keliru.
ia menunggu di tepi gua sambil memasang telinganya.
Dari jauh seperti terdengar suara langkah kaki orang.
Suara itu datang dari dalam gua, jelas bahwa dalam gua
itu ada jalan di bawah tanah.
Ia merasa lega, suara tindakan kaki itu perlahan-lahan
telah lenyap, jelas bahwa orang tua itu sudah pergi jauh
Dengan mendadak timbul perasaan ingin tahu. Selagi
hendak melangkah masuk ke-dalam gua dari tempat
yang tidak jauh mendadak terdengar suara orang yang
tidak asing baginya. "Ayah, kau menemukan apa?" itu adalah suaranya Hok Yam San.
"Ayah! Apa itu" Lekas kau kemari, aku takut!"
demikian terdengar lagi suara pemuda she Hok itu.
Ho Hay Hong tahu bahwa anak murid keluarga Hok
sudah memasuki daerah Kampung Setan ini, yang benarbenar
sangat misteri. Lalu terdengar suaranya sang ayah: "Jangan bicara
keras-keras, apakah kau tidak tahu bahwa di belakang
patung ini banyak tengkorak manusia?"
"Ayah." demikian terdengar suara Hok Yam San,
dengan mendadak. Tak jauh disitu terdengar pula suara
jeritan mengerikan, penuh ketakutan.
Hok Yam San yang menjadi takut oleh suara itu, lantas
berteriak : "Ayah, itu adalah suaranya Cin Jie houw."
Jago tombak she Hok mengeluarkan suara bentakan
keras, dari dalam rimba tidak jauh tampak sesosok
bayangan orang, terang berada di tengah udara
berputaran sebentar, lalu menukik kebarat, dari mulutnya
terdengar suara yang keras:
"Siluman, lekas tunjukkan mukamu."
-ooo0d-w0ooo- Bersambung Jilid 4 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 5 TAK disangka-sangka, Hok Yam San kembali
mengeluarkan suara jeritan ngeri. Ketika mata Ho Hay
Hong di tunjukkan ke-arah anak muda itu, tampak
berkelebat sesosok bayangan putih.
Orang masih belum tahu benar apa yang telah terjadi,
Hok Yam San sudah rubuh di tanah.
Jago tua she Hok terpaksa mengeluarkan senjata
tombaknya. Sambil memutarkan senjata tombak itu, ia
lari menghampiri anaknya, tetapi Hok Yam San sudah
jatuh pingsan. Ho Hay Hong yang telah menyaksikan semua kejadian
itu, telah mendapat kenyataan bahwa bayangan putih itu
adalah orang tua rambut putih yang sangat misteri itu.
Ia tidak tahu dari mana datangnya orang tua itu, yang
mengherankan adalah, hanya dalam waktu sekejap mata
saja ia sudah merubuhkan dua orang dan kemudian
sudah menghilang lagi. Kini terdengar suara jago tombak she Hok yang
berkata kepada dirinya sendiri.
"Siluman siluman, aku lihat kau hendak lari kemana?"
Tombak ditangannya dilontarkan kearah tempat
menghilangnya bayangan orang misterius tadi. Dari
tempat itu tiba-tiba terdengar suara orang: "Awas ini senjata rahasia!"
Sesosok bayangan putih lompat dari tanah, dengan
satu gerakan dengan mudah berhasil menyambut
tombak panjang itu. Kemudian terdengar suaranya:
"Aha, sambitan tombak ini hebat sekali, apakah
dilontarkan oleh Hok lo enghiong ?"
Jago tua she Hok terkejut. Katanya dengan suara
nyaring: "Cie lui Kiam khek kah disitu?"
Dari jauh nampak berkelebat sinar terang, lalu
terdengar suara jawaban: "Apakah, disana Hok loenghiong?"
"Benar, sudah setengah hari aku berjuang disini. tapi hasilnya nihil" menjawab jago tua itu sambil menghela napas.
"Hei. dimana saudara kipas besi?" tanya Cie lui Kiam khek.
Lama pertanyaan itu tak ada yang menjawab,
sehingga menimbulkan tanda tanya bagi orang orang
yang ada disitu. Cie lui Kiam khek berkata pula dengan suara gemetar:
"Apakah dia sudah?"
Menghilangnya Kipas besi Hok Yauw dari tempat itu,
menimbulkan kecurigaan Cie lui Kiam khek, Ia mengerti,
apabila tak terjadi apa-apa, tokoh rimba persilatan yang
terkenal berani itu tidak mungkin akan pergi secara diam
diam. Tetapi dengan kepandaiannya setinggi itu, menghilang
tanpa bekas pasti ada sebabnya. Karena merasa cemas,
dengan terbirit-birit ia menghampiri jago tua she Hok dan
bertanya padanya dengan suara perlahan:
"Hok lo, apakah kau tadi melihat Hok Yauw?" Jago tua she Hok itu dengan wajah murung, dengan tangan kiri
menggandeng anak lelakinya di tangan kanan
menggenggam belati, matanya celingukkan dengan hati
tidak tetap. Terhadap pertanyaan Cie lui Kiam khek ia hanya
menggelengkan kepala, mulut membisu dan tertawa


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masam. "Benar-benar ada setan, Hok Yauw biasanya berlaku
sangat berhati-hati dan banyak akalnya, tapi kali ini baru pertama menyelidiki kampung setan, bagaimana
menghilang secara mendadak" " berkata Cie lui Kiamkhek.
Si Ayam Emas diam-diam menghampiri Cie lui Kiamkhek
dan berbisik ditelinganya:
"Jangan tanya lagi, tua bangka itu mempunyai maksud
tertentu, sekalipun ia tahu, juga tidak mau memberi
keterangan!" Cie lui Kiam khek hanya menganggukkan kepala,
selagi hendak mengatakan bahwa si Kipas besi itu
memang tidak senang pergi mengadakan penyelidikan
kampung setan, tetapi sebelum maksudnya itu
diutarakan, tiba tiba terdengar suara bentakan Giok-hu
Kie su kemudian, tampak berkelebatnya sinar putih
keluar dari tangannya, kearah timur.
Senjata rahasia yang dilancarkan oleh Giok hu Kie su
tanpa terhalang menancap di atas sebuah pohon,
bersamaan pada saat itu, sehelai kertas putih terbang
melayang-layang ditengah udara.
Giok hu Kie su segera menyambar kertas itu, diatas
lembaran kertas putih terdapat sebaris huruf dengan
kata kata yang berbunyi. "Tidak dengar larangan, tak ada jalan lain, kecuali kematian."
Giok hu Kie su diam-diam terkejut, matanya mencari,
tetapi tidak kelihatan bayangan seorang pun juga.
Tulisan diatas kertas itu sudah terang bukan tulisan
setan. Giok hu Kie su yang bernyali besar, segera
merobek-robek kertas itu, sehabis dibacanya. Dengan
suara gusar ia berkata. "Aku berani datang kemari, sudah tentu tidak takut
segala bahaya. Kau main sembunyi, apakah masih ada
muka mengaku sebagai seorang satria ?"
Belum lagi Giok ha Kie su menutup mulut, dari sebuah
pohon cemara yang tidak jauh dari situ, terdengar suara
burung berbunyi, kemudian disusul oleh melesatnya
sebuah bayangan hitam yang meluncur turun dari atas
pohon dan langsung menyerbu Giok hu Kie su.
Wajah Giok ku Kie tu berubah seketika, sambil
mengeluarkan suara bentakan keras, tangannya bergerak
menyerang makhluk yang menyerbu dirinya.
Tetapi, bayangan makhluk raksasa itu merandek
dengan kegesitan luar biasa memutar balik mengelakkan
serangan Giok hu Kie su, kemudian balik menyerbu lagi.
Giok bu Kie su agak gagap, hingga kini diserbu oleh
makhluk itu, dadanya dirasakan sakit, kemudian jatuh
terlentang. Makhluk itu masih hendak menyerbu lagi, Khong ciok
Gin cee mendadak loncat melesat setinggi tiga tombak,
kemudian menukik kebawah hendak menerkam makhluk
tersebut. . Mahluk Itu ternyata sangat cerdik. Ia telah mengerti
bahwa dirinya hendak diterkam dari atas. Dengan sikap
tidak berubah, tiba-tiba terbang lebih tinggi dua tombak,
hingga Khong ciok Gin cee malah berada dibawahnya.
Dengan sendirinya Khong ciok Gin cee tidak berhasil
usahanya hendak menerkam makhluk itu. Ia mengetahui
gelagat tidak baik. dengan cepat melayang turun kearah
selatan. Diluar dugaannya, makhluk itu bergerak lebih gesit,
kaki Khong-ciok Gin cee belum menginjak tanah, sudah
diserbunya. Khong ciok Gin cee tidak menduga makhluk itu
demikian lihay, dalam terkejutnya ia sampai lupa
memberi perlawanan, hingga jiwanya terancam bahaya,.
Dalam saat yang sangat kritis itu, empat sekawan
keluarga Liong, masing-masing menghunus senjatanya
yang berupa sepasang roda besi, lalu lompat tinggi
ketengah udara, dan menyergap makhluk hitam itu.
Makhluk hitam itu terpaksa melepaskan usahanya
hendak menyergap Khong ciok Gin cee, dengan
kegesitan luar biasa, menerobos serangan empat
sekawan, kembali terbang tinggi melalui lawan-lawannya.
Gerakan luar biasa itu menarik semua orang yang
menyaksikannya, hingga kini Cie-lui Kiam khek baru
mengetahui bahwa makhluk hitam itu adalah Garuda
raksasa. Apakah burung Garuda ini terdidik baik oleh ahli silat".
Begitulah pikir jago silat itu.
Sewaktu para orang berusaha hendak menangkapnya,
burung itu sudah terbang menghilang ke hutan.
Jago tombak she Hok seolah olah teringat sesuatu
dengan cepat menghampiri muridnya yang tiba-tiba
menjerit tadi. Ternyata murid itu mukanya sudah
berlumuran darah, keadaannya sangat mengerikan.
"Binatang itu sungguh ganas !" demikian jago tua itu berkata.
Ia periksa lagi keadaan anaknya. Pakaiannya sudah
hancur dikoyak koyak, dibadannya terdapat banyak
tanda cakaran kuku dan patokan paruh, keadaan itu
telah menambah keyakinannya.
Dilain pihak Cie lui Kiam khek pergi menolong Giok hu
Kie su. Si Pematok ini pakaian bagian dadanya sudah
dikoyak-koyak, didadanya terdapat tanda kuku yang
sangat dalam, sehingga mengeluarkan banyak darah.
Meskipun lukanya tidak parah, tetapi menimbulkan
rasa sakit yang tak terkira.
Cie lui Kiam khek mengeluarkan obat bubuknya untuk
mengobati lukanya dan berkata dengan serius.
"Kalau mau dikata bahwa tokoh tokoh rimba persilatan
yang dahulu pernah menyelidiki keadaan dalam
Kampung Setan ini. semua mati sebagai korbannya
burung Garuda itu, rasanya tidaklah mungkin. Harus
diketahui bahwa seekor binatang, betapapun cerdik nya,
jikalau tak mendapat petunjuk manusia, tak mungkin
begitu berani. Menurut dugaanku, dalam Kampung Setan
ini pasti berdiam seorang yang berkepandaian luar
biasa." Belum habis ucapannya, matanya tiba-tiba dipentang
lebar, mengawasi kejurusan barat. Ho Hay Hong yang
sembunyikan diri dibelakang sebuah pohon besar, dapat
mengikuti arah pandangan mata jago tua itu.
Di-bawah sebuah pohon besar, entah sejak kapan
tampak berdiri seorang gadis berambut panjang, yang
mengenakan pakaian serba putih.
Diam-diam ia merasa heran, dari mana munculnya
wanita muda itu " Karena penerangan dari sinar bintang-bintang dilangit
kurang terang, apalagi terpisah agak jauh, wanita itu
tidak bisa terlihat dengan nyata, ia hanya merasa bahwa
paras wanita baju putih itu cantik sekali, gaunnya yang
berwarna putih sangat pendek, hanya mencapai batas
lutut. Di bawah lutut kelihatan jelas sepasang kakinya yang
putih berisi karena dalam keadaan kaki telanjang,
nampak seperti bidadari yang baru turun dari khayangan.
Karena munculnya secara mendadak, apa lagi tempat
itu terkenal sebagai daerah yang angker, maka timbul
pikiran yang bukan-bukan.
Kalau ada orang yang mengatakan bahwa dalam
kampung setan itu tampak seorang gadis jelita,
barangkali tiada seorangpun yang mau percaya.
Percaya atau tidak, kenyataannya memang benar.
Maka Cie lui Kiam khek yang banyak pengetahuan dan
pengalaman, mau tidak mau harus percaya dengan
kenyataan yang dihadapinya.
Sebagai pemimpin rombongan, sudah tentu ia tidak
boleh menunjukkan rasa takutnya. Maka dengan
memberanikan diri. ia maju menghampiri gadis itu dan
bertanya: "Nona kecil, dari manakah kau datang?"
Tapi gadis itu seolah-olah tidak mengerti
pertanyaannya. Atas pertanyaan jago pedang itu, dia
tidak menjawab. hanya membuka matanya lebar-lebar
mengawasinya. Sikap gadis itu, dalam keadaan biasa memang wajar,
tetapi pada tempat dan keadaan seperti itu, sudah tentu
menimbulkan kesan berlainan.
Maka Ciu lui Kiam khek yang di pandang secara
demikian, dengan tiba-tiba timbul perasaan tegang. Ia
coba mengendalikannya, kemudian menanya lagi:
"Nona kecil apakah, kau penduduk kampung ini?"
Gadis kaki telanjang itu masih tetap memandangnya,
sinar matanya yang tajam, meskipun sebenarnya ia
belum membuktikan kesempurnaan kekuatan tenaga
dalamnya, tetapi sangat berpengaruh, sehingga seorang
Kang-ouw kawakan sebagai Cie-lui Kiam khek juga
merasa keder dibuatnya, dan tidak berani memandang
lama. Hok Yam San yang sudah siuman dari pingsannya,
saat itu mendadak membuka matanya yang sayu dan
memandang arah kepada gadis cantik itu. Katanya
kepada sang ayah dengan suara perlahan:
"Ayah. jangan jangan perempuan ini adalah
perempuan cantik yang disebut oleh Sun-hong Kouw
khek ?" Ketika mendengar perkataan anaknya, jago tombak
she Hok itu mendadak tegang, ia memandang muka
semua orang yang ada disitu, ketika semua orang
nampaknya tidak ambil perhatian, hatinya baru merasa
lega. Berkata kepada anaknya:
"Jangan sembarangan omong, awas ada yang
mendengarkan!" Percakapan antara ayah dan anak itu meski dilakukan
dengan suara amat pelahan, tetapi semua dapat
didengar oleh Ho Hay Hong. Pemuda itu diam-diam
merasa heran, apakah sebetulnya yang dikatakan
sebagai rahasia oleh Sun hong Kouw khek"
Dan mengapa ayah dan anak itu nampaknya takut
diketahui oleh orang lain"
Gadis itu masih tetap berdiri di tempatnya tanpa
bergerak, satu tangannya pelahan-lahan dimasukkan
kedalam saku bajunya dan mengeluarkan sehelai kertas,
kertas itu dikepalnya, lalu disambitkan kearah Cie lui
Kiam-khek. Cie lui Kiam khek buru-buru menyambutnya. Setelah
dibacanya tulisan dalam kertas itu, wajahnya berubah
seketika. Katanya: "Nona kecil, apakah artinya ini" Siapa yang menyuruh
kau mengantarkan surat ini?"
Si Ayam emas Song Sie, buru-buru mengulurkan
tangannya mengambil kertas dari tangan Cie lui Kiam
khek dan membacanya. Diatas kertas itu ternyata tertulis
kata-kata. "Harap tuan habiskan jiwa sendiri, jangan sampai
mengotori tanganku!"
Setelah membaca isi surat itu, Song Sie amat marah,
katanya dengan suara keras.
"Kalau benar hendak mengambil jiwa kita, mengapa
tidak mau menunjukan kepandaian" Hanya dengan
sepotong kertas untuk menggertak orang, apakah itu
perbuatan seorang gagah?"
Dengan sangat gemas ia meremas-remas kertas itu
dan dilemparkannya ketanah, kemudian berkata kepada
kawan-kawannya: "Siapa diantara kalian yang sudah bosan hidup, boleh
ikut dia pergi! Ha ha ha"
Gadis kaki telanjang itu ketika mendengar tertawa
Song Sie, pandangan matanya dari wajah Cie-lui Kiam
khek dialihkan ke arah Song Sie.
Si Ayam emas itu ketika beradu pandangan matanya
dengan mata si gadis, hatinya berdebar keras.
Tapi gadis itu hanya memandang sejenak, tidak
menyatakan apa-apa, kemudian membalikkan badannya
dan berlalu. "Nona. jangan pergi dulu, aku hendak tanya padamu,"
berkata Cie lui Kiam khek, tetapi sigadis tak
menghiraukan dan melanjutkan perjalanannya.
Cie lui Kiam-khek sangat marah, sambil mengeluarkan
suara dihidung, kakinya bergerak mengejar.
Saat itu, dalam rimba terdengar suara yang amat riuh,
Cie lui Kiam khek merandek suara tambur itu semakin
gencar, seolah-olah pasukan tentara yang hendak
menyerbu musuh. Cie lui Kiam khek yang sudah banyak menghadapi
musuh tangguh, lantas mengambil keputusan darurat,
katanya dengan suara keras.
"Saudara-saudara harap berkumpul menjadi satu,
jangan sampai dihabiskan satu persatu oleh musuh!"
Semua orang rimba persilatan yang ada disitu, juga
tahu situasi telah gawat, maka buru-buru berkumpul,
satu sama lain berdiri saling membelakangi.
Ho Hay Hong juga dikejutkan oleh suara tambur yang
sangat riuh itu, buru-buru sembunyikan diri kedalam gua.
Namun demikian perasaannya masih tidak merasa
tenang karena apabila ada orang masuk kedalam goa,
dirinya pasti kepergok. Suara tambur itu semakin mendekat akhirnya hanya
terdengar suara orang berteriak-teriak memekakkan
telinga. Sementara itu, dari berbagai penjuru rimba itu,
lompat keluar serombongan orang-orang liar yang pada
telanjang, dengan bulu dan rambut yang panjang.
Setiap orang membawa satu tambur, dipukulnya amat
nyaring. Muka mereka nampak beringas, tetapi
gerakannya menunjukkan sipat mereka yang bodoh.
Semua orang yang menghadapi pemandangan itu,
mempunyai kesan serupa, ialah seperti berada ditengahtengah daerah manusia yang masih liar. Tetapi semua
tahu bahwa tempat yang diinjaknya masih merupakan
salah satu tempat dari daerah Tionggoan.
Cie lui Kiam khek setelah pasang mata memandang
mereka, telah menemukan rahasia manusia liar itu.
Karena rombongan orang liar itu meskipun sekujur


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

badannya dipoles dengan tanah, untuk menyaru sebagai
orang liar, tapi ketika berjalan dengan gerakan mencakmencak, mereka semua menggunakan ilmu meringankan
tubuh sejenis ilmu terbang keatas rumput. Jelaslah sudah
bahwa orang orang liar itu adalah orang-orang Kang ouw
yang menyaru. Nyalinya mulai bertambah besar, berkata kepada
kawannya. "Saudara-saudara jangan lengah, orang-orang ini
adalah orang orang Kangouw juga yang menyaru, tidak
susah untuk kita hadapi Asal kita berani dan berlaku
tenang, kita pasti menang!"
"Suto Tayhiap benar, aku juga sudah lihat gerakan
mereka!" berkata Khong ciok Gin cee.
Mereka semua adalah orang-orang Kang Ouw
kawakan. Sudah tentu tidak mudah dibohongi.
"Namun demikian," berkata pula Khong ciok Gin cee,
"kita juga tidak boleh terlalu gegabah, kita harus ingat bahwa selama beberapa tahun sudah banyak orang yang
coba menyelidiki Kampung Setan ini, tapi semua tak
kembali. Dalam hal ini pasti ada tersembunyi senjata yang
sangat ampuh yang merenggut jiwa orang-orang itu.
Maka kita perlu siap siaga lebih dulu, jangan sampai
terbokong oleh musuh!"
Saat itu, orang orang liar Itu mendadak menghentikan
suara tamburnya, suasana menjadi sunyi kembali. Tetapi
sebentar kemudian mendadak disusul oleh suara teriakan
mereka "Awas!" demikian empat sekawan keluarga Liong
mendadak memperingatkan kawan-kawannya. Kemudian
memutar senjata masing-masing.
Dari jauh, hanya tampak sinar berkeredepan, tidak
tampak bayangan orang dibarengi dengan suara
teriakan-teriakan, lari ke tempat banyak orang berdiri.
Cie lui Kiam khek memperingatkan kepada kawankawannya.
"Saudara-saudara awas, inilah serangan yang
dinamakan meniup anak panah !"
Badannya segera diputar demikian rapat, hingga
sebuah anak panah yang menyambar dirinya telah
terjatuh, tidak satupun yang bisa menembus.
Pada waktu itu. Khong-ciok Gin cee mengeluarkan
senjatanya yang istimewa, ialah sebatang tusuk konde
yang agak besar bentuknya, dengan senjatanya yang
istimewa itu, ia telah berhasil menangkis anak panah
yang menghujani dirinya. Giok hu Kie su yang lukanya belum sembuh, dilindungi
oleh si Ayam emas Seng Sie. Orang she Song ini hanya
dengan menggunakan sepasang tangan kosong,
menyampok jatuh semua anak panah yang menyerang
dirinya. Jago tombak she Hok yang satu muridnya dan
anaknya terluka. nampaknya yang paling beringas,
dengan menggunakan senjata pendeknya, telan berhasil
memukul jatuh semua anak panah.
Kawanan orang liar itu ketika menyaksikan
serangannya telah gagal, masing-masing lalu
mengeluarkan senjata pendek, dengan beringas
menyerbu Cie lui Kiam khek dan kawan kawannya.
Jago tombak she Hok yang dendam sakit hati, yang
bergerak lebih dulu, membuka satu serangan. Senjata
pendeknya dilontarkan, tepat mengenai salah seorang
musuhnya. Tangan kirinya juga tidak tinggal diam,
dengan secara ganas menyerang salah seorang liar yang
berada paling dekat. Orang itu menjerit, tidak ampun lagi lantas jatuh dan
binasa seketika itu juga. Dengan demikian, orang-orang
liar itu menjadi kalap, maka mereka semakin beringas,
suara mereka semakin keras.
Cie lui Kiam khek juga sudah turun tangan, karena
melihat jumlah musuh tetap banyak dari pada fihaknya
sendiri, maka ia bertempur secara nekad. Ketika
pedangnya digerakkan, dengan cepat sudah meminta
korban, seorang liar tertembus dadanya dan mati
seketika itu juga. Khong ciok Gin cee yang sudah pernah menghadapi
pertempuran besar, bisa berlaku tenang. Hanya dengan
dua tangan kosong, ia gunakan untuk memerangi dua
orang musuh. Dua orang liar yang diserang itu mengetahui hebatnya
serangan itu, buru-buru lompat mundur, hingga terhindar
dari kematian. Tapi serangan Khong ciok Gin cee tidak berhenti
sampai disitu saja, dengan sikap dan gerakan yang
sama, serangan dialihkan kearah lain, kali ini ditujukan
kepada dua orang yang berada dibelakangnya, yang
sedang menyerang Giok bu Kie su.
Dan orang liar yang perhatiannya ditujukan kepada
Giok hu Kie su, ketika diserang oleh Khong ciok Gin cee,
tidak ampun lagi lantas rubuh binasa dua-duanya.
Khong ciok Gin ce selagi hendak melancarkan
serangannya lagi, ditengah udara tiba-tiba terdengar
suara aneh, seekor burung Garuda terbang menukik
hendak menyambar dirinya.
Karena ia sudah tahu keganasannya burung itu, maka
ketika tampak burung itu muncul lagi, perasaannya
lantas tegang. Buru-buru ia lompat mundur dan
mengeluarkan senjata tusuk kondenya.
Senjatanya dilontarkan keatas sambil memperhatikan
kawan-kawannya. Serangan dengan senjata istimewa itu sangat hebat,
tetapi burung Garuda itu dengan sangat cerdik dapat
mengelak, kemudian berbalik menyerang Cie lui Kiam
khek. Cie lui Kiam khek sudah disiapkan pedangnya, hingga
burung Garuda itu kembali arahkan sasarannya kepada
dirinya si Ayam emas Song Sie.
Burung raksasa itu agaknya bermaksud hendak
mengacaukan barisan para tokoh rimba persilatan itu,
karena ketika Song Sie melepaskan korbannya dan
alihkan kepada diri burung itu, burung yang sangat
cerdik itu lalu terbang lagi.
Dengan munculnya burung Garuda raksasa itu, telah
mengingatkan Cie lui Kiam-khek kepada burung
Garudanya yang terkurung dalam rumahnya. Kini
mengertilah ia bahwa burung garuda itu bukanlah
burung sembarangan. Tetapi siapakah orangnya yang
mempunyai kepandaian menjinakkan burung itu.
Kecuali Kakek penjinak Garuda, barangkali sudah tidak
ada orang lain lagi. Kalau begitu, apakah si Kakek
penjinak Garuda itu berani disekitar Kampung Setan ini "
Tiba-tiba ia juga teringat kepada cerita Su to Cian Hui,
tentang kakek ditepi danau yang sangat misterius itu.
Mendadak ia menepuk pahanya sendiri dan berseru:
"Aha! Demikianlah rahasia Kampung Setan ini !"
Mendadak ia diliputi rasa takut demikian hebat,
seolah-olah bahaya maut sudah mengintai dirinya.
Khong ciok Gin cee belum pernah menyaksikan Cie lui
Kiam khek ini ketakutan demikian rupa, maka lantas
menanya: "Su to Tayhiap, apakah artinya ucapanmu tadi ?"
Cie lui Kiam khek mengerti bahwa apa yang terpikir
dalam hatinya itu tidak boleh diberitahukan pada kawan
kawannya. Tapi jikalau tidak, semua pasti akan binasa
ditangan kawanan orang liar itu, maka ia terpaksa
menjawab sambil menggelengkan kepala:
"Tidak berarti apa-apa, masing-masing hati-hati
sendiri-sendiri saja!"
Munculnya burung Garuda itu, seolah-olah memberi
semangat kepada orang orang liar itu. Mereka berteriakteriak semakin nyaring. Rombongan Cui lui Kiam khek
yang harus menghadapi serangan dari atas dan depan,
agaknya mulai kewalahan. Keadaan berubah dengan cepat, beberapa puluh
orang liar tiba-tiba berlompat-lompatan dengan golok
terhunus ditangan, mulutnya bersorak sorai.
Cie lui Kiam khek diam-diam menghela napas,
pikirnya: "pantas semua orang rimba persilatan yang
pergi menyelidiki Kampung Setan ini tidak ada yang
kembali, kiranya kecuali serangan manusia liar ini, juga
masih harus menghadapi burung Garuda yang sangat
ganas dan cerdik itu. Aih, kali ini aku benar-benar juga
tidak bisa pulang lagi."
Mengingat itu semua, ia merasa menyesal. Tetapi
semuanya sudah terlambat.
Dengan satu serangan tangan kosong ia berhasil
memukul mundur dua orang liar. matanya ditujukan
kedepan, dimana terdapat rimba lebat dan luas.
Harapannya yang sudah pudar timbul lagi, pikirnya, kalau
aku sekarang pura-pura kalah dan melarikan diri, se lagi
sikakek penjinak Garuda itu belum tiba disini, lari masuk
kedalam rimba yang lebat itu, sikakek itu barangkali juga
tidak bisa berbuat apa-apa.
Pikirannya itu dengan cepat lantas akan dilaksanakan,
ia mendekati Khong ciok Gin-cee, dan berkata padanya
dengan suara pelahan. "Lo enghiong. lekas beritahukan kepada semua
kawan, kita harus mencari kesempatan untuk melarikan
diri. Kau jangan tanya dulu, nanti setelah tiba dirumah,
aku akan beritahukan padamu apa sebabnya!"
Sungguhpun Khong elok Gin cee tidak mengerti
kelakuan kawannya itu tetapi karena menyaksikan
sikapnya yang sungguh-sungguh, ia tahu pasti ada
sebabnya, maka juga tidak menanya. Dengan cepat
mendekati semua kawan kawannya untuk
memberitahukan maksud Cie lui Kiam khek itu, kemudian
mengikuti Cie lui Kiam khek melarikan diri ke dalam
rimba. Hanya jago tombak she Hok, karena panas hatinya
dengan kematian muridnya dan luka anaknya, tidak mau
lari. Dengan hati panas berkata kepada diri sendiri:
"Siapa yang bernyali kecil, boleh kabur, disana ada dunia bebas, tidak ada bahaya!"
Dengan sikap mengejek, ia mengawasi berlalunya
kawan-kawan itu, tiba-tiba maju tiga langkah. Dengan
senjata yang dapat direbutnya dari tangan salah satu
musuh. Ia tetap mengadakan berlawanan dengan gigih
sambil melindungi anak muridnya.
Rombongan orang liar itu ketika melihat musuh
musuhnya lari kedalam rimba, lalu memukul tambur
masing-masing, menimbulkan suara amat riuh.
Kita tinggalkan dulu orang-orang yang berusaha
melarikan diri ini, sekarang mari kita balik kepada Ho Hay Hong, yang sembunyikan diri didalam goa yang sangat
gelap. Dengan badan didalam goa, ia tongolkan sedikit
kepalanya, untuk menyaksikan pertempuran yang sangat
dahsyat itu. Ia tidak meragukan dari mana datangnya orang liar
itu, pikirannya ditujukan kepada burung Garuda yang
muncul secara tiba-tiba itu. Karena pelat perak yang
tertampak olehnya dibawah sayap burung itu, ternyata
sama benar dengan pelat perak dibawah sayap burung
Garuda yang dikurung oleh Cie lui Kiam khek.
Tiba-tiba hidungnya dapat mencium bau harum
terbawa oleh desiran angin, buru-buru sembunyikan
kepalanya. Tetapi ternyata sudah tidak keburu! Sesosok
bayangan putih berdiri dihadapannya.
Kedua fihak berdiri berpisah sejarak kira-kira tiga
Nurseta Satria Karang Tirta 12 Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo Keajaiban Negeri Es 2
^