Pencarian

Suling Mas 5

Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo Bagian 5


"Wer-wer-wer ......!!" Tiga buah benda melayang cepat mengarah leher dan dadanya. Lu Sian cepat miringkan
tubuhnya dan tiga batang pisau menancap pada dinding di belakangnya. "Hui-to (Golok Terbang)! " Lu Sian berseru kaget karena maklum bahwa hanya orang-orang pandai saja yang
dapat melontarkan golok terbang sekaligus tiga buah secara demikian kuat. Ia maklum menghadapi lawan tangguh.
"Hanya pengecut saja yang menyerang orang secara
menggelap!" bentaknya marah.
Dari arah dalam terdengar orang tertawa disusul jawaban,
"Hanya pengecut saja yang memasuki tempat orang tanpa permisi!"
Merah sepasang pipi Lu Sian. Ia maklum akan kebenaran
kata-kata itu. Akan tetapi sebagai seorang yang wataknya tidak mau kalah, ia membentak, "Kalau kau bukan pengecut, keluarlah!"
Terdengar daun pintu berkerit dan muncullah seorang laki-laki yang sama sekali tidak disangka-sangka oleh Lu Sian. Ia mengira bahwa penyerangnya tentu seorang hwesio yang
biasanya mendiami kelenteng, atau orang jahat yang telah menculik Kam Si Ek. Akan tetapi yang muncul adalah seorang pemuda yang tampan, berkepala kecil bertopi batok, wajahnya yang muda dan tampan membayangkan kelicikan, terutama
pada mulutnya yang tersenyum mengejek dan matanya yang
seperti mata burung hantu. Juga pemuda itu tercengang
ketika bertemu dengan Lu Sian, benar-benar tercengang
sampai memandang dengan melongo.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aduhai, Kwam Im Pouwsat (Dewi Welas Asih) yang cantik jelita agaknya yang datang berkunjung..!" katanya, masih terpesona.
Sebaliknya, Lu Sian marah dan mendongkol sekali. "Cih, tak tahu malu ! mengaku-aku ini tempat kediamanmu sedangkan tempat ini adalah sebuah kelenteng tua yang sudah kosong dan kau sama sekali bukan pendeta!"
Orang itu segera menjura, sikapnya manis dibuat-buat,
matanya tetap mengincar wajah cantik dan mulutnya
tersenyum. "Bukan, Nona. Sama sekali aku bukan pendeta, melainkan seorang pemuda, berdarah bangsa Khitan yang
gagah berani, namaku Bayisan..."
"Tak peduli namamu anjing atau kucing aku tidak sudi mengenalnya ! Yang jelas, serangan gelapmu tadi tak
mungkin dapat kudiamkan saja tanpa terbalas!" Sambil berkata demikian, Lu Sian melangkah maju, pedangnya siap menerjang.
Akan tetapi pemuda itu tetap bersikap tenang, bahkan
tertawa lebar. "Aku tadi tidak tahu bahwa yang datang adalah seorang dara perkasa yang cantik jelita, kalau aku tahu, mana aku tega menyerang dengan hui-to " Untung kau demikian pandai mengelak, kalau tidak... ah, sayang sekali kalau mukamu sampai lecet."
"Keparat bermulut busuk!" Lu Sian marah dan pedangnya bergerak mengeluarkan suara berdesing. Bayisan cepat
meloncat mundur dengan wajah kaget sekali. Pedang itu
menyambar hebat, menyerempet meja batu yang menjadi
terbelah dua seperti agar-agar terbabat pisau tajam saja !
"Kau... kau... puteri Pat-jiu Sin-ong Liu Gan ! Kau puteri Ketua Beng-kauw yang bernama Liu Lu Sian!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Diam-diam Lu Sian terkejut. Begini hebatkah kepandaian
orang asing ini sehingga melihat sekali gerakan pedangnya saja sudah dapat mengenalnya " Ia terkejut dan heran,
terpaksa menunda serangannya, membentak. "Hemm, kau sudah tahu siapa aku, tidak lekas berlutut?"
Akan tetapi Bayisan malah tertawa girang sampai terbahak-bahak. "Bagus ! Bagus sekali ! Karena terhalang urusan penting, aku tidak sempat datang mengunjungi pesta Beng-kauw dan mencoba untuk memetik bunga dewata dari Beng-
kauw ! Sekarang bertemu di sini, bukankah ini jodoh namanya
" Sudah lama aku mendengar bahwa puteri Beng-kauw
memiliki ilmu kepandaian hebat, apalagi ilmu pedangnya, dan memiliki kecantikan yang tiada bandingya di dunia. Sudah terlalu banyak aku melihat wanita cantik, akan tetapi tidak ada seorang pun yang boleh dikata tiada bandingnya. Akan tetapi melihat kau, benar-benar tak pernah aku melihat lain wanita yang dapat menyamaimu, maka terang bahwa kau tentulah
Liu Lu Sian ! Aha, kebetulan sekali!"
Akan tetapi ucapan ini sudah membuat Lu Sian tak dapat
menahan kemarahannya lagi. Juga ia menjadi lega karena
ternyata dari ucapannya itu bahwa Bayisan bukan mengenalnya dari sekali gerakan pedangnya tadi, melainkan dari dugaan tentang ilmu pedang dan kecantikannya. Maka sambil berseru keras ia menggerakkan pedangnya lagi sambil melangkah maju dan menusukkan pedangnya se arah dada
lawan. Bayisan cepat mengelak, miringkan badan ke bawah. Akan
tetapi pedang Lu Sian yang bergerak aneh sudah mengejar dengan lanjutan serangan membabat ke arah leher. Cepatnya bukan main ! Bayisan terkejut, cepat ia menggulingkan diri ke bawah dan bergulingan sampai beberapa meter jauhnya,
sambil berguling ia melepaskan sebatang hui-to ke arah
lawan. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tranggg!" Lu Sian menangkis hui-to lawan dan sekarang Bayisan sudah berdiri menghadapinya dengan pedang di
tangan sambil tertawa. "Hebat ilmu pedangmu dan hebat kecantikanmu ! Kau
patut menjadi isteri Panglima Bayisan, mari juitaku, mari ikut aku ke Khitan. Kita berdua akan dapat merebut kekuasaan di sana dan hidup bahagi..."
"Tranggg!" Terpaksa Bayisan menangkis karena cepat sekali pedang Lu sian sudah menyambar, membacok mulutnya sehingga terpaksa ia menghentikan kata-katanya. Akan tetapi selanjutnya ia tidak berani membuka mulut lagi karena Lu Sian sudah menyerangnya secara bertubi-tubi. Pedang nona ini berkelebatan laksana naga mengamuk dengan gerakan-gerakan aneh dan ganas. Inilah Ilmu Pedang Toa-hong-kiam (Ilmu Pedang Angin Badai) yang dahsyat. Angin dari pedang ini menggerakkan daun-daun pohon yang tumbuh di pot besar di sudut kiri kamar, malah beberapa helai daun rontok
karenanya. Ujung pedangnya berubah banyak sekali, akan
tetapi dengan jelas Bayisan melihat ujung yang asli
menyerang ganas ke arah perutnya sedangkan ujung pedang lain hanya bayangan karena cepatnya pedang bergerak.
Tentu saja pemuda Khitan murid Ban-pi Lo-cia ini tidak mau dirinya disate oleh pedang lawan. Cepat ia mengubah kuda-kuda kaki menjadi miring sambil menghantamkan pedangnya dari kiri ke kanan. Kembali terdengar suara nyaring
bertemunya kedua pedang dan sebelum Lu Sian sempat
menyerang kembali, bayisan sudah melanjutkan pedangnya
menusuk ke arah dada kiri ! Lu Sian menggerakkan lengan, pedangnya sudah terputar ke kanan dan tepat sekali
menangkis. Namun Bayisan hanya menggertak, sebelum
pedang tertangkis ia sudah menarik kembali pedangnya,
membuat gerakan lengkung dan membabat ke arah kaki
sedangkan tubuhnya mendoyong ke depan dengan tangan kiri
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
terbuka jarinya mencengkram ke arah dada. Gerakan yang
dahsyat, berbahaya, dan juga kurang ajar !
"Ai hhh!!" Seruan yang keluar dari mulut Lu Sian ini bukan seruan biasa, melainkan pekik yang dilakukan dengan
pengerahan khikang sehingga kalau saja Bayisan tidak kuat sinkangnya, tentu akan roboh karena lumpuh terserang pekik luar biasa ini ! Ternyata, seperti juga Bayisan, gadis puteri beng-kauwcu ini sudah mempelajari mempergunakan jerit
yang mengandung tenaga khikang untuk merobohkan lawan.
Melihat lawannya tidak terpengaruh oleh pekikannya dan
serangan berbahaya itu terus dilanjutkan, Lu Sian meloncat ke atas, membiarkan pedang lawan membabat angin di bawah
kedua kakinya sedangkan pedangnya sendiri dengan
kecepatan kilat lalu berkelebat membabat tangan kiri lawan yang hendak berbuat kurang ajar tadi.
Di sini terbukti kehebatan Lu Sian yang dapat mengubah
kedudukan terserangmenjadi penyerang. Namun lawannya
juga seorang ahli karena cepat-cepat dapat menarik tangan kirinya sedangkan pedang yang membabat angin itu sudah
cepat menusuk tepat ke arah hidung Lu Sian selagi gadis ini turun kembali ke atas lantai. Serangan ini terlalu mudah bagi Lu Sian dan dielakkannya. Bayisan mempergunakan ilmu
pedang gaya barat, kembali pedangnya mebabat kedua kaki, begitu membabat tubuhnya mendoyong ke belakang sehingga tidak memberi kesempatan kepada lawan untuk membarengi
dengan serangan balasan. Dan setiap kali Lu Sian meloncat, pedang Bayisan sudah terputar dan menyambut lagi kedua
kaki yang turun ! Menjemukan!" Lu Sian berseru keras dan tiba-tiba
tubuhnya mencelat ke atas, hampir dua meter tingginya dan dari atas pedangnya langsung membabat leher lawan yang
tubuhnya mendoyong ke belakang. Bagaikan seekor kura-kura menyembunyikan kepala ke dalam leher, Bayisan menarik
lehernya ke bawah dan dengan hati ngeri ia mendengar
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mendesingnya pedang tepat di atas tengkuknya, dan alangkah kagetnya katika ia melihat Lu Sian tidak turun ke bawah melainkan tadi meloncat dan kini tepat berada di atas
kepalanya, kedua kakinya berbareng melakukan gerakan
menendang ke bawah ke arah ubun-ubun dan lehernya !
"Lihai...!" serunya, dan kembali ia menggelinding ke atas lantai, tidak peduli bahwa debu tidak saja mengotori bajunya, juga mukanya terkena debu sehingga muka yang tampan
menjadi coreng-moreng ! Akan tetapi ia selamat daripada bahaya maut dan kini mereka sudah saling berhadapan lagi.
"Perempuan liar ! Kau tidak tahu dicinta orang ! Baik, aku akan menggunakan kekerasan menangkapmu, kalau kau
masih hidup dalam pertempuran ini, lihat betapa kau akan menjadi permainanku sebelum kau kubunuh..."
"Tutup mulut!" Lu Sian meloncat ke depan dan kini ia menggunakan jurus Pat-mo Kiam-hoat yang paling lihai.
Pedangnya tidak berdesing lagi, melainkan menyambar tanpa suara, hanya angin gerakan pedangnya terasa panas seperti mengandung api. Pedang itu membabat lagi ke arah mulut, mulut pemuda yang kurang ajar dan amat dibencinya. Ia
sudah membayangkan akan merobek mulut itu dengan
pedangnya. Akan tetapi Bayisan juga sudah marah dan
mengerahkan seluruh kepandaiannya yang ia terima dari Ban-pi Lo-cia. Pedangnya membuat gerakan menyilang, pertama menangkis dan kedua menekan dari atas dengan maksud
menindih pedang lawan untuk dapat menggunakan tangan
kirinya mengirim pukulan. Namun perhitungannya meleset.
Pat-mo Kiam-hoat merupakan ilmu pedang hitam yang penuh dengan akal muslihat, mana mudah ditindih " Bagaikan belut licinnya, pedang itu sudah melesat keluar dari tenaga
tindihannya dan kini membacok ke arah paha kanannya.
Bayisan melangkah mundur, dan membarengi pukulan ke arah pusar, sedangkan tangan kirinya kini merupakan senjata hebat
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dengan dorongan ke depan, mengarah muka dengan
pengerahan tenaga sinkang.
Dengan gerakan yang lemas dan indah Lu Sian menekuk
tubuh ke kiri tanpa mengubah kedudukan kaki sehingga
kepalanya hampir menempel tanah, kemudian pedangnya dari arah kiri itu melesat ke depan hendak merobek perut! "Trang, trang !" Dua kali pedang bertemu karena bagitu ditangkis pedang Lu Sian sudah bergerak lagi membacok pundak yang hanya dapat dihindarkan dengan tangkisan ke dua.
Serang-menyerang mati-matian terjadi, setiap tusukan
dibalas bacokan dan demikian sebaliknya. Mereka berputaran di dalam ruangan itu, bertanding tanpa saksi, ada kalanya tubuh mereka lenyap terbungkus gulungan sinar pedang
mereka, ada kalanya mereka bertanding lambat dan bergerak berputar-putar, seperti dua ekor ayam berlaga. Hampir seratus jurus mereka bertanding, peluh membasahi muka, namun
belum ada yang terluka atau terdesak. Biarpun ilmu
kepandaian mereka jauh berbeda sifatnya, juga berbeda
sumber, namun ternyata tingkat mereka seimbang. Lu Sian kalah sedikit tenaganya, namun kekalahan ini tertutup oleh kelebihannya dalam kelincahan gerak.
Sebagai seorang pemuda mata keranjang yang sudah biasa
menggoda dan merusak wanita, tentu saja Bayisan terpesona dan tergila-gila kepada Lu Sian yang memiliki kecantikan sukar dicari tanding, namun kehebatan ilmu silat gadis ini membuat ia merasa penasaran sekali sehingga serangan-serangannya tidak lagi main-main dan lenyaplah keinginannya menawan hidup-hidup karena lawannya benar-benar berbahaya sekali.
Kini ia tidak peduli lagi apakah ia akan dapat menawan hidup-hidup atau harus membunuh, pokoknya ia harus menang
karena kalau ia kalah berarti kematian baginya ! Mereka bertanding tanpa sebab tertentu, keduanya sudah melupakan urusan yang membuat mereka datang ke tempat itu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Setekah lewat seratus jurus dan Liu Lu Sian yang maklum akan kemenangannya dalam ginkang, cepat mempergunakan
kemenangan ini, mengerahkan ginkangnya, menggerakkan
tubuhnya secepat burung walet menyambar-nyambar, pedangnya berkelebat bagaikan kilat halilintar. Dengan
campuran Toa-hong Kiam-hoat dan Pat-mo Kiam-hoat, ia
dapat mendesak lawannya tanpa memberi kesempatan
pedangnya beradu, karena terlalu sering beradu pedang
berarti kerugian baginya karena ia kalah tenaga. Bayisan mulai terdesak dan di dalam hati ia menyumpah-nyumpah. Namun, tidaklah mudah bagi Lu Sian untuk mengalahkan lawan ini, lawan yang baru kali ini ia temui tanpa dapat menjatuhkannya dengan segera. Selain Kwee Seng baru kali ini ia bertemu tanding yang begini muda tapi begini tangguh, sehingga ia merasa penasaran sekali, penasaran dan marah sehingga ia tidak akan berhenti sebelum dapat membinasakannya !
Dengan gerakan yang luar biasa cepatnya, pedangnya yang telah mengurung lawan, meluncur dari atas menusuk tengkuk Bayisan yang baru saja membalikkan tubuh karena melihat gadis itu tahu-tahu sudah bergerak cepat dan berada di
belakangnya. Bayisan mengerti bahwa tengkuk lehernya
berada dalam keadaan gawat, salah-salah bisa putus, maka sambil membalik tadi ia cepat membabitkan pedang dengan setengah putaran melindungi tengkuk. Akan tetapi karena ia menangkis dengan badan setengah membalik, maka kali ini tenaganya tidak dapat dipergunakan sepenuhnya dan tidak berhasil menindih tenaga Lu Sian yang sebaliknya memang memperhitungkan hal ini dan telah mengerahkan tenaga
sepenuhnya, menggetarkan pedang yang tersalur tenaga
sinkang sehingga untuk beberapa detik kedua pedang saling menempel dan lekat ! Pada detik itu juga Lu Sian telah
menggerakkan tangan kirinya dan dalam pandangan Bayisan, tangan kiri gadis itu seakan-akan berubah menjadi seekor ular karena gerakannya lenggak-lenggok macam ular akan tetapi tahu-tahu dua buah jari tangan itu telah mengancam
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sepasang biji matanya ! Hebat sekali serangan Lu Sian kali ini, karena gerakan tubuhnya adalah berdasarkan Toa-hong-kun, gerakan
pedangnya berdasarkan Pat-mo Kiam-hoat, sedangkan tangan kirinya ini mainkan gerakan Sin-coa-kun (Ilmu Silat Ular Sakti). Sekaligus dapat mainkan jurus-jurus campuran dari tiga macam ilmu silat tinggi, dapat dibayangkan kehebatannya.
"Ayaaaaa!!" Bayisan berseru keras saking kagetnya, mengerahkan tenaga untuk menarik pedang dan terus
menggunakan tenaga tarikan itu untuk melempar tubuhnya ke belakang, bergulingan sampai beberapa meter dan baru
berhenti setelah tubuhnya membentur dinding. Akan tetapi pada saat ia melompat bangun, tangan kirinya bergerak dan sinar hitam menyambar cepat ke arah Lu Sian ! Kiranya ketika menghindarkan
diri daripada serangan maut sambil bergulingan tadi, Bayisan sudah mengeluarkan senjata
rahasianya dan begitu meloncat bangun telah membalas
dengan senjata gelap ini. Memang hebat ! Kali ini ia tidak menggunakan hui-to yang telah dua kali ia pergunakan tanpa hasil, maka kini ia menggunakan Jarum Racun Hitam (Hek-tok-ciam) yang pernah ia pergunakan terhadap Kwee Seng
sehingga pemuda sakti itu terjungkal ke dalam jurang.
Sekarang, saking jengkelnya menghadapi gadis jelita yang amat hebat ilmu kepandaiannya ini, Bayisan tidak segan-segan mempergunakan jarum racunnya.
Melihat sinar hitam dan desir angin, Lu Sian berseru marah.
Dia sendiri adalah seorang ahli senjata rahasia jarum, tentu saja sekali melihat ia tahu benda apa yang menyambar itu.
Tangan kirinya menyambar ikat pinggangnya dari sutera, dan sekali menggerakkan pergelangan tangan, ikat pinggang itu bergulung menjadi sinar kuning emas dan tergulunglah jarum-jarum hitam lawan menempel pada ujung ikat pinggang.
Kemudian sekali ia menggentakkan tangan kirinya, jarum-
jarum itu terbang ke arah Bayisan ! Ini masih belum hebat, biarpun sudah membikin Bayisan berseru kagum dan kaget,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
karena gerakan kain dari tangan kiri Lu Sian menciptakan sinar hitam tertiup angin, menyambar ke arah Bayisan.
Ternyata gadis ini pun mengeluarkan jarum hitamnya, selain mengembalikan senjata lawan, juga memberi "hidangan" yang sama dan yang tidak kalah lezatnya !
"Ai ihhh, perempuan iblis!" teriak Bayisan yang cepat memutar pedangnya menangkis jarum-jarum itu. Lu Sian
tersenyum puas dan menerjang maju lagi. Kembali terdengar berdesingnya pedang, disusul berkerontangannya kedua
pedang bertemu, dan menyambarnya angin dari gerakan
kedua orang muda yang memiliki kepandaian tinggi ini.
Pada saat itu, terdengar suara bentakan laki-laki dari luar,
"Iblis Khitan penjahat cabul, kau menipu kami!" Maka muncullah tiga orang laki-laki setengah tua yang berpakaian seperti jembel pengemis. Mereka itu berpakaian pengemis, pakaian mereka penuh tambalan bermacam-macam warna,
akan tetapi tubuh mereka tampak sehat dan kuat, sedangkan gerakan mereka ketika muncul diruangan itu, kelihatan gesit-gesit sekali. Mereka semua membawa sebatang tongkat di
tangan , tongkat yang butut akan tetapi di ujungnya dipasangi besi berwarna merah.
Munculnya tiga orang jembel ini menhentikan pertandingan itu. Bayisan memandang mereka dengan kening berkerut.
"Apa maksud kalian memaki?" bentaknya.
"Masih pura-pura lagi ! Kau mengaku seorang pendekar yang hendak membantu pembebasan Kam-goanswe yang
kami muliakan, akan tetapi apakah yang kau lakukan di dusun Ki-san " Kau membasmi keluarga yang dengan baik hati telah menolong dan merawatmu. Keparat!" Setelah seorang di antara tiga jembel itu berkata demikian, mereka serentak maju menerjang. Melihat ini, Bayisan kaget sekali. Gerakan mereka itu cukup hebat, seungguhpun tentu ia tidak gentar menghadapi keroyokan tiga orang pengemis ini, namun kalau mereka bertiga membantu Lu Sian menghadapinya, tentu ia
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
akan celaka. Kepandaiannya melawan Lu Sian berimbang, ada sedikit saja bantuan yang menambah tenaga Lu Sian, berarti ia menghadapi maut. Bayisan cerdik orangnya. Melihat gelagat tidak menguntungkan dirinya, ia tertawa dan tiba-tiba
tubuhnya meloncat ke luar dari jendela. Tiga orang pengemis itu mengejar cepat. "Hendak lari ke mana kau jai-hwa-cat (penjahat pemetik bunga)?"
Akan tetapi Lu Sian tidak mengejar. Gadis ini hanya
mengangkat pundaknya saja. Ia tidak mempunyai urusan
dengan Bayisan, dan pertandingan tadi sudah cukup untuk melampiaskan kemendongkolan hatinya terhadap kekurang
ajaran Bayisan. Tentang Bayisan memperkosa atau membunuh orang, itu bukan urusannya dan ia tidak akan
mencampuri. Apalagi kalau mendengar kata-kata pengemis
tadi bahwa Bayisan bermaksud membantu pembebasan Kam
Si Ek. Bukankan itu berarti bahwa Bayisan adalah seorang sahabat Kam Si Ek "
Tiga orang pengemis tadi baru mengejar sampai di depan
kelenteng, tiba-tiba Bayisan membalik dan menyerang mereka dengan jarum-jarum hitamnya. Tiga orang pengemis itu bukan orang-orang sembarangan pula, cepat mereka mengelak
sehingga jarum-jarum itu lewat di dekat tubuh mereka,
menancap dan lenyap ke dalam tembok. Akan tetapi bau
jarum-jarum itu yang amis membuat mereka kaget sekali.
"Jarum-jarum beracun...!" teriak mereka dan sejenak mereka ragu-ragu untuk melanjutkan pengejaran. Bayisan
sudah pergi jauh dan melihat jarum beracun ini, tiga orang pengemis itu tidak berani mengejar lagi, dan teringat akan gadis perkasa yang tadi sanggup menahan pedang orang
Khitan yang kosen itu, mereka segera memasuki kelenteng.
Lu Sian tidak membuang waktu lagi. Melihat mereka
menjura dengan hormat, sebelum mereka membuka mulut ia
sudah bertanya, "Tiga sahabat dari partai pengemis manakah?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pada masa itu memang para pengemis membentuk
perkumpulan, dan hal ini dipergunakan oleh orang-orang
kang-ouw untuk menyamar sebagai pengemis pula dan
terbentuklah perkumpulan-perkumpulan pengemis mereka
dapat bergerak leluasa dan tidak begitu menarik perhatian.
Tahu bahwa gadis itu bukan orang sembarangan, pengemis
tertua menjura dan memperkenalkan diri. "Kami adalah pimpinan dari Wei-ho-kai-pang."
"Ah, kiranya Sam-wi (Tuan Bertiga) adalah Sin-tung Sam-kai (Tiga Pengemis Tongkat Sakti)" Hemm, kebetulan sekali.
Aku adalah Liu Lu Sian, puteri Beng-kauwcu..."
"Ah, maaf... maaf, kami telah berlaku kurang hormat terhadap Li-Hiap. Maaf bahwa beberapa bulan yang lalu kami tidak dapat datang menghadap ayah Li-hiap (Pendekar
Wanita)." "Tidak apa," kata Lu Sian yang serta merta menganggap mereka itu sahabat karena ucapan merkea tadi yang
memuliakan Kam Si Ek. "Tahukah kalian dimana adanya Kam-goanswe sekarang" Aku mendengar bahwa dia dijebak orang jahat di kelenteng ini, dan tadi kalian bicara tentang Kam-goanswe kepada orang Khitan itu, apa artinya semua ini"
Harap Sam-wi suka menceritakan dengan jelas."
Diam-diam tiga orang itu saling pandang. Mereka sama
sekali tidak tahu apa hubungannya puteri Beng-kauw dengan jederal muda yang mereka kagumi itu. Akan tetapi mengingat akan kebesaran nama Pat-jiu Sin-ong Liu Gan Ketua Bang-kauw, dan menduga bahwa gadis ini tentu bermaksud baik, mereka lalu bercerita.
Memang sesungguhnya Kam Si Ek dengan hanya sedikit
pengawal telah keluar dari benteng menuju ke ibu kota Shansi untuk memenuhi panggilan Gubernur Li Ko Yung yang
disampaikan oleh Phang-siangkun Si Komandan muka hitam
yang diam-diam mengatur pengkhianatan untuk menjatuhkan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kam Si Ek. Setelah tiba di kota Poki, rombongan Kam Si Ek dicegat oleh gerombolan yang memang sudah disiapkan
terlebih dulu. Celakanya, para pengawal Kam Si Ek diam-diam sudah disogok pula oleh Phang-siangkun sehingga selagi tidur, Kam Si Ek disergap dan dijadikan tawanan. Penyergapan
dilakukan di dalam kelenteng yang memang diajukan sebagai tempat penginapan oleh para pengawal Kam Si ek. Sebagai seorang komandan yang jujur dan tidak mau menggangu
rakyat, Kam Si Ek memang biasa melakukan perjalanan
sederhana, menginap pun di mana saja asal jangan
mengganggu penduduk, maka usul untuk bemalam di rumah
kelenteng itu diterimanya baik.
"Kami menyaksikan itu semua karena kebetulan sekali kelenteng tua ini sejak lama menjadi tempat perkumpulan kami para pengemis Wei-ho-kai-pang." Demikian seorang di antara pimpinan kai-pang (perkumpulan jembel) itu berkata,
"Kami amat kagum kepada Kam-goanswe dan ingin sekali menolongnya, akan tetapi apakah yang dapat kami lakukan terhadap pasukan yang begitu ketat, apalagi yang dikawal pula oleh tokoh-tokoh rahasia berilmu tinggi yang sengaja dikirim dari Kerajaan Liang?"
"Hemm, kalau begitu, yang merencanakan panawanan
tehadap diri Kam-goanswe adalah Kerajaan Liang?"
"Betul, Li-hiap. Seperti diketahui, Kerjaan Liang setelah berhasil merobohkan Kerajaan Tang, selalu mengalami rongrongan dari pelbagai pihak yang hendak menjatuhkannya
pula. Terjadi perebutan kekuasaan dan selain ancaman


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bangsa liar dari utara, juga Kerajaan Liang harus menghadapi ancaman yang tidak kalah hebatnya dari bangsa sendiri yang memperebutkan kekuasaan setelah Kerajaan Tang roboh.
Kam-goanswe terkenal sebagai seorang jenderal yang jujur, setia dan pengetahuannya akan ilmu perang amat terkenal.
Inilah sebabnya Kerajaan Liang ingin sekali mempergunakan tenaganya dan cara satu-satunya hanya menculiknya karena
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Jenderal Kam tidak pernah mau mengakui kedaulatan
kerajaan-kerajaan baru yang banyak muncul setelah Kerajaan Tang jatuh. Dia seorang pahlawan sejati, seorang patriot yang betul-betul hanya mementingkan negara dan rakyat, sama
sekali tidak meributkan soal kedudukan dan kemuliaan
pribadi." Lu Sian biasanya tidak peduli akan keadaan negara. Kini ia tertarik sekali dan makin kagumlah ia terhadap Kam Si Ek, amat senang hatinya mendengar nama pemuda pilihan
hatinya itu dipuji-puji. Dengan penuh perhatian ia mendengarkan cerita tiga orang pengemis itu, cerita tentang keadaan
negara yang biasanya ia takkan suka mempedulikannya. Menurut cerita Sin-tung Sam-kai, semenjak Kerajaan Tang roboh pada tahun 907 oleh pemberontakan Gubernur Ho-nan yang bernama Cu Bun yang kemudian mendirikan kerajaan
baru yang disebut Kerajaan Liang, maka keadaan tidak pernah aman. Perang terjadi dimana-mana, perebutan kekuasaan
terjadi. Para pejabat tinggi bekas Kerajaan Tang mengangkat diri sendiri menjadi raja muda dan sebagian besar tidak mau tunduk kepada raja baru itu. Sementara itu, ancaman dari utara dan barat masih terus datang sehingga keadaan makin kacau balau. Banyak pula bekas pejabat tinggi Kerajaan Tang yang masih setia dan mereka ini pun menggunakan pelbagai usaha untuk mendirikan kembali kerajaan yang sudah jatuh.
"Sehari setelah Kam-goanswe dibawa pergi oleh pasukan Kerajaan Liang, di sini muncul Bayisan yang mengaku seorang pendekar
sahabat baik Kam-goanswe. Dia telah memperlihatkan kepandaiannya sehingga kami percaya dan
ketika dia minta bantuan kami untuk menyelidiki kemana Kam-goanswe dibawa, kami lalu mengerahkan anak buah kami
untuk melakukan penyelidikan itu. Akan tetapi, dengan kaget kami mendengar berita dari seorang anak buah kami akan
kejahatan Bayisan itu di dusun Ki-san."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Apa yang ia lakukan?" "Seorang pencari kayu di hutan pada suatu hari mendapatkan Bayisan dalam keadaan pingsan di dalam hutan. Pencari kayu she Chie itu menolongnya dan membawanya pulang ke rumah. Akan tetapi apa yang
dilakukan jahanam itu sebagai balas budi ini " Dua hari kemudian ia membunuh pencari kayu berikut isterinya dan anak-anaknya sebanyak tiga orang berikut gadis itu sendiri !
Tentu saja kami yang mendengar ini menjadi marah sekali dan menyerbu ke sini, kiranya Li-hiap sudah lebih dulu datang menggempurnya. Sayang ia terlalu lihai sehingga kita tak dapat membinasakannya!"
Akan tetapi Lu Sian sama sekali tidak tertarik oleh cerita tentang Bayisan ini, maka tanyanya cepat, "Lalu, bagaimana dengan hasil penyelidikan kalian " Kemana dibawanya Kam-goanswe oleh pasukan itu?"
"Sudah kami selidiki dan ternyata dibawa ke kota raja, yaitu di ibukota Ho-nan."
Ke manapun juga akan kukejar, pikir Lu Sian. Ibu kota Honan yang sekarang menjadi kota raja adalah Kai-feng, dan ia harus segera berangkat ke sana.
"dan Bayisan itu, apa maksudnya dengan pernyataannya bahwa ia hendak menolong Kam-goanswe pula?"
"Kami tidak tahu jelas karena ia seorang yang berhati palsu. Akan tetapi kami dapat menduganya, Li-hiap. Bukan tak mungkin bahwa dia pun seorang kepercayaan Kerajaan Khitan yang juga ingin sekali mempergunakan tenaga dan pikiran Kam-goanswe dalam soal ilmu perang. Bangsa Khitan sendiri sudah berkali-kali mengalami kekalahan apabila berhadapan dengan pasukan yang dipimpin Kam-goanswe."
"Baik, terima kasih, Sin-tung Sam-kai. Sekarang perkenankan aku pergi, aku hendak menyelidiki ke Kai-feng."
"Berhati-hatilah, Li-hiap. Dalam masa perebutan kekuasaan ini, raja-raja muda banyak menarik tenaga orang-orang pandai
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
yang tentu akan berlomba merampas seorang penting seperti Kam-goanswe."
Dengan tergesa-gesa karena masih saja hatinya mengkhawatirkan nasib jenderal muda she Kam itu, Liu Lu Sian segera meninggalkan kota Poki, kembali ke dusun keluar kota untuk mengambil kudanya, kemudian ia membalapkan
kuda itu ke timur-laut, menuju ke kota raja dari Kerajaan Liang.
Apa yang diceritakan secara singkat oleh Sin-tung Sam-kai tiga orang pimpinan perkumpulan jembel Wei-ho-kai-pang itu memang benar. Perebutan kekuasaan di antara para bekas
pembesar tinggi Kerajaan Tang, para bekas pangeran dan raja muda yang mengangkat diri sendiri setelah Kerajaan Tang roboh, benar-benar membuat rakyat amat menderita. Rakyat yang tidak tahu apa-apa, yang lemah dan miskin, selalu yang menjadi korban tiap kali terjadi perang dan keributan.
Pemuda-pemudanya dipaksa menjadi tentara, hasil sawah
ladangnya dirampasi, pajaknya diperberat secara paksa, gadis-gadisnya yang muda dan cantik diambil secara paksa untuk menghibur pasukan-pasukan yang lewat.
Akan tetapi, mereka yang tergolong orang-orang pandai,
ahli silat dan ahli perang, bermunculan dan keadaan keruh seperti itulah merupakan masa jaya bagi mereka. Inilah
masanya bagi para perampok untuk beraksi tanpa takut
dihancurkan petugas keamanan karena orang lebih meributkan mencari kedudukan daripada menjaga keamanan
rakyat. Masanya bagi yang kuat menindas yang lemah.
Masanya pula bagi orang-orang sakti yang di masa aman
tenteram pergi ke guha-guha, ke puncak-puncak gunung, ke tepi-tepi laut untuk bertapa, untuk turun gunung masuk kota raja untuk menawarkan kepandaian mencari jasa dan
kedudukan mulia ! Dan memang para raja muda yang
mempunyai cita-cita mengangkat diri menjadi raja besar, amat membutuhkan tenaga orang-orang sakti ini. Tidak peduli si
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
orang sakti itu terdiri daripada golongan hitam maupun putih, penjahat maupun pendeta, asal sakti dan tenaganya dapat dipergunakan, tentu oleh si pangeran atau raja muda akan diterima penuh kegembiraan, dihujani hadiah emas permata, pakaian indah, makanan lezat, atau wanita cantik.
Memang menurut sejarah, jaman Lima Wangsa selama
setengah abad ini, adalah jaman yang paling keruh dan penuh dengan perang antara saudara. Semenjak Kerajaan Tang jatuh dalam tahun 907, disusul dengan perebutan kekuasaan yang memecah-mecah bangsa. Dunia kang-ouw terpecah-belah
pula, karena masing-masing membela yang mempergunakan
mereka. Tidak jarang terjadi bentrokan hebat antara
perkumpulan-perkumpulan orang gagah. Bahkan parai-partai persilatan besar, kelenteng-kelenteng besar yang mempunyai banyak anak murid banyak yang terseret-seret.
Dalam perjalanannya mencari Kam Si Ek menuju ke ibu
kota Kai-feng yang berada di lembah selatan Sungai Kuning, Liu Lu Sian banyak sekali melihat pertempuran-pertempuran dan banyak penderitaan para pengungsi ! Namun karena ia sendiri mempunyai urusan penting yang amat menggoda
hatinya, maka ia sengaja menjauhkan diri dari semua
halangan, tidak mau melayani urusan kecil yang akan
memperlambat perjalanannya dan tidak mempedulikan pula
penderitaan para pengungsi yang amat menyedihkan itu. Akan tetapi, pada suatu hari, ia tertarik juga akan sesuatu peristiwa dan terpaksa menunda perjalanannya untuk menyaksikan
peristiwa itu. Pagi hari itu, ketika Lu Sian menunggangi kudanya melalui jalan sunyi yang rusak oleh air hujan, tiba-tiba ia mendengar suara jeritan yang sambung menyambung. Suara seperti ini sudah biasa ia dengar. Tentu wanita yang diculik pasukan tentara, atau diganggu orang jahat, pikirnya tanpa mau
mempedulikannya. Akan tetapi pekik itu tidak hanya jerit wanita,
bahkan pula teriakan laki-laki yang agaknya
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menghadapi maut. Ini pun tidak menarik perhatian Lu Sian.
Tiba-tiba ia menghentikan kudanya dengan menahan kendali.
Telinganya mendengar bersiutnya angin yang aneh. Itulah hawa pukulan yang luar biasa, pikirnya. Tentu ada orang sakti yang bertempur di sana. Sebagai seorang ahli silat, hal ini amat menarik hatinya dan ia segera meloncat turun dari
kudanya, membiarkan kudanya makan rumput di situ lalu ia sendiri berlari memasuki dusun itu, menyelinap di antara pohon dan semak-semak.
Ia melihat seorang kakek yang rambutnya riap-riapan, akan tetapi pakaiannya biarpun kotor berdebu terbuat daripada bahan sutera yang mahal, mukanya keruh pandang matanya
kejam, alisnya berkerut seperti orang marah. Kakek ini duduk di atas sebuah batu besar di pinggir jalan, kedua kakinya bersila dan kelihatan lemas. Di dekat batu besar itu tampak sebuah dipan bambu yang biasa digunakan orang untuk
mengangkut orang-orang sakit, dan dua orang pemanggulnya kini berada di belakang kakek itu, seorang duduk mengipasi lehernya yang berkeringat dan yang seorang lagi berdiri sambil bertolak pinggang mengikuti gerakan kakek tadi.
Melihat wajah dua orang itu yang bodoh, mereka itu agaknya hanya tukang panggul dipan itu yang hanya bertenaga besar.
Yang amat menarik perhatian Lu Sian adalah di sekeliling tempat duduk kakek itu, di mana tampak belasan mayat
bergelimpangan. Mereka itu tidak kelihatan terluka dan di dekat mereka banyak senjata malang melintang, bahkan di antara mayat itu ada yang masih memegang pedang. Akan
tetapi semua mayat itu mengeluarkan darah dari mulut,
hidung, mata dan telinga ! Di antaranya terdapat pula wanita-wanita yang agaknya hanya wanita biasa, mungkin para
pengungsi karena di sana-sini kelihatan buntalan-buntalan pakaian.
Pada saat itu, datang pula serombongan pengungsi, di
depannya berjalan dua orang laki-laki muda dan seorang gadis
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tanggung. Melihat gerakan mereka, dapat diduga bahwa dua orang pemuda itu memiliki kepandaian silat, bahkan yang seorang sudah memegang sebatang pedang telanjang. Para
pengungsi laki-laki dan perempuan dan yang jumlahnya dua puluh orang lebih, berjalan di belakang tiga orang muda itu dengan mata terbelalak lebar membayangkan kengerian dan ketakutan.
"Mana dia " Mana kakek gila yang jahat dan membunuhi pengungsi itu?" bentak pemuda yang memegang pedang.
Para pengungsi yang berada di belakangnya dengan muka
pucat menuding ke arah kakek yang sedang duduk tenang di atas batu sambil berkata, "Itu dia, iblis tua itu..."
Si Pemuda bersama dua orang temannya tercengang,
seperti tidak percaya. Pemuda berpedang melangkah maju.
"Dia ini..." Kakek lumpuh...?"
Kakek itu membuka matanya yang tadinya seperti selalu
ditutup, memandang tiga orang muda dengan penuh
perhatian, lalu dengan suara malas bertanya.
"Kalian juga mengungsi " Apakah hendak tunduk kepada Kerajaan pemberontak Liang?"
"Kakek iblis ! Orang-orang ini mengungsi menyelamatkan diri dari ancaman perang, mengapa kau bunuh mereka " Siapa kau?" bentak pemuda berpedang.
"Jawab ! Kalian hendak mengungsi dan tunduk kepada pemberontak Liang?"
"Kami tunduk kepada pemerintah yang mana, peduli apa denganmu?"
"Hemm, kalian tidak setia kepada Kerajaan Tang, maka harus mati juga."
"Kakek gila ! Kau... kau pembunuh kejam, kau harus dienyahkan..." Pemuda itu menerjang maju dengan pedang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
digerakkan, akan tetapi dengan kakek itu menggerakkan
tangan kirinya, didorongkan dengan jari tangan terbuka.
Bagaikan sehelai daun kering tertiup angin, pemuda
berpedang itu terangkat dan terlempar ke belakang, menjerit dan roboh dengan pedang di tangan, dari mulut, hidung, mata dan telinganya keluar darah. Gadis tanggung itu menubruknya dan menangis ketika menyaksikan bahwa kakaknya itu
ternyata telah tewas ! "Siluman keji...!" Pemuda ke dua marah sekali, lupa akan bahaya dan melompat ke depan, kedua tangannya bergerak
memukul. Si kakek tetap tenang, kembali tangan kirinya terangkat dan... pemuda kedua itu mengalami nasib sama. Tubuhnya
terangkat dan terlempar lalu terbanting ke bawah, tewas dalam keadaan mengerikan ! Kakek itu tidak berhenti sampai di situ, ia menggerakkan tangannya pula dan kini gadis
tanggung yang menangis itu bagaikan kena hantam kepalanya oleh palu godam, terjengkang dan tewas, juga berdarah dari mulut, hidung, mata dan telinganya !
Melihat ini, para pengungsi itu lari seperti dikejar setan dan keadaan di situ sunyi kembali. Lu Sian bergidik. Hebat kakek ini. Pukulan jarak jauh membayangkan tenaga sin-kang yang luar biasa. Lu Sian bersembunyi dan mengintai terus. Dari jauh datang lagi rombongan pengungsi baru, terdiri dari sebelas orang. Mereka itu terkejut ketika melihat mayat bergelimpangan di pinggir jalan, akan tetapi mereka tidak menaruh curiga kepada Si Kakek Lumpuh.
"Apa yang terjadi " Lopek, apakah yang terjadi di sini "
Mengapa begini banyak orang mati..." Seorang di antara rombongan pengungsi itu bertanya.
Dengan gerakan perlahan, kakek itu menoleh, menyapu
para pengungsi yang terdiri dari dua keluarga itu dengan pandang mata dingin. "Kalian hendak mengungsi ke daerah Kerajaan Liang?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tidak." Jawab orang itu, "Kami mencari daerah tak bertuan, lebih baik hidup di gunung-gunung di mana terdapat ketentraman."
"Hemm, kalian tidak senang dengan pemberontak Liang?"
"Ah, semenjak runtuhnya Kerajaan Tang, kami tidak pernah mengalami ketenteraman lagi. Mana ada pemerintah yang
menyenangkan sekarang ini, biarpun banyak hidup kerajaan-kerajaan baru?"
Tiba-tiba kakek itu tertawa bergelak, tangannya merogoh saku baju dan ia melemparkan sekantung uang perak.
"Terimalah ini, berangkatlah dan memang lebih baik kalian mengungsi ke gunung-gunung. Selamat jalan!"
Orang itu terkejut dan bingung, pandang matanya menaruh curiga. Pasti ada hubungannya keadaan kakek aneh ini
dengan kematian begitu banyak orang. Setelah menghaturkan terima
kasih, ia tergesa-gesa membawa keluarganya meninggalkan tempat itu. Setelah rombongan ini pergi, sampai sore hari, hanya
serombongan pengungsi lagi yang lewat di situ, terdiri dari belasan orang yang kesemuanya, dari anak bayi sampai
kakek-kakek, dibunuh oleh kakek lumpuh ini karena mereka itu semua hendak mengungsi ke kota raja Liang, yaitu kota Lok-yang ! Bertumpuk-tumpuk mayat pengungsi di tempat itu, dan Si Kakek Lumpuh lalu pergi dari situ, duduk di atas pikulan yang berupa dipan bambu digotong dua orang pemikulnya.
Liu Lu Sian adalah puteri ketua Beng-kauw. Semenjak kecil gadis ini berdekatan dengan orang kang-ouw yang sakti dan aneh, tidak heran pula melihat
kekejaman-kekejaman dilakukan orang. Ayahnya dan para pimpinan Beng-kauw juga merupakan orang-orang aneh yang dapat membunuh orang
lain begitu saja tanpa berkedip. Akan tetapi kini menyaksikan kakek lumpuh yang membunuh para pengungsi tanpa pilih
bulu, laki perempuan tua muda, sampai bayi dibunuh hanya
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
karena mereka hendak mengungsi ke Lok-yang, benar-benar menjadi kaget dan bergidik. Bukan main kejamnya kakek
lumpuh ini, pikirnya. Biarpun urusannya itu tiada tiada sangkut-pautnya dengan dirinya, namun ia sudah merasa
tertarik untuk mengikuti kakek lumpuh itu, dan kalau perlu ia hendak turun tangan mencoba-coba kehebatan Si Kakek
Lumpuh yang ia percaya tentu mempunyai kepandaian tinggi sekali.
Kakek itu bermalam di sebuah gubuk rusak di pinggir
sawah, dilayani oleh kedua orang pemikulnya. Betapa
herannya hati Lu Sian ketika kakek itu mengeluarkan
sekantung uang emas, memberikan kepada kedua pemikulnya sambil berpesan agar besok kedua orang itu mencarikan
sebuah kereta dan kuda yang baik untuknya. "Aku hendak melakukan perjalanan jauh ke selatan, kalian mana kuat
memikul aku terus?" demikian katanya dengan suara perlahan akan tetapi berpengaruh sedangkan kalimatnya teratur baik seperti ucapan seorang pembesar atau bangsawan. Dua orang pemikul itu tidak banyak cakap, akan tetapi meraka itu
memperlihatkan sikap menghormat sekali, menyanggupi dan menyebut paduka kepada kakek itu, kadang-kadang menyebut Ong-ya atau Taijin.
Malam itu bulan bersinar penuh,Lu Sian masih mengintai di sekitar tempat itu ketika ia malihat berkelebatnya bayangan yang gerakannya cepat bukan main. Tahu-tahu bayangan itu sudah tiba di depan gubuk di mana Si Kakek Lumpuh berada, dan terdengar suara erang laki-laki yang parau tetapi nyaring.
"Hee, Couw Pa Ong ! Kau terkenal dengan julukan Sin-jiu (Tangan Sakti), apakah tangan saktimu itu hanya untuk
membunuhi rakyat tidak berdosa " Sin-jiu Couw Pa Ong, kalau ada kepandaian, keluarlah!"
Terdengar suara tertawa mengejek dari dalam gubuk.
Couw Pa Ong Si Raja Muda sudah lenyap bersama lenyapnya Kerajaan Tang yang besar ! Akan tetapi aku Si Tua Bangka
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kong Lo Sengjin akan membunuh setiap orang yang tidak
setia kepada Dinasti Tang. Orang usilan, kau siapa?"
Orang di luar itu tertawa juga, "Ha-ha-ha, Couw Pa Ong !
Setelah kau kalah dan remuk kedua kakimu, kau merasa malu dengan kekelahanmu sehingga kau mengganti nama " Ha-ha-ha, sungguh lucu ! Biarpun mengganti nama seribu kali, siapa tidak akan mengenal Sin-jiu Couw Pa Ong yang besar
namanya akan tetapi kini sudah bangkrut dan lumpuh "
Pinceng Houw Hwat Hwesio dari Siauw-lim-si, tidak akan
mendiamkan saja melihat kau bertindak sewenang-wenang!"
Dari dalam gubuk terdengar suara meludah. "Cuhhh !
Segala macam pendeta ! Kau selalu hanya membantu yang
menang, untuk yang kuat memberi sumbangan, untuk orang-
orang kaya dan orang-orang segolongan. He, pendeta tengik !
Selama kau menjadi pendeta pernahkah kau berdoa untuk si miskin jembel kelaparan " Pernahkah kau berdoa untuk si jahat agar kembali ke jalan yang benar " Pernah kau
membantu untuk pelaksanaan doa-doamu dengan perbuatan
nyata " Apa jasamu untuk negara dan bangsa " Apakah
orang-orang menjadi baik setelah kau setiap hari bersembahyang?" "Cukup ! Kau bekas raja muda memang terkenal jahat, tidak mengenal Thian!" Si Hwesio marah, memutar toya (tongkat panjang) dan mendekati pintu gubuk.
"Ha-ha-ha-ha ! Apakah tandanya orang mengenal Tuhan "
Hanya karena gerak bibir dan goyang lidah cukup menjadi tanda mengenal Tuhan " Dengar, pendeta tengik, orang bisa saja mengenal Tuhan tanpa mempedulikan perilaku kebajikan, akan tetapi tak mungkin orang mengabdi kebajikan tanpa
mengenal Tuhan! Perbuatan nyata yang menjadi ukuran,
bukan gerak bibir dan goyang lidah!"
"Apa perbuatanmu baik " Ihhh, manusia yang sudah gelap hatinya !
Kalau pinceng (aku) tidak turun
tangan menghukummu mewakili Thian, kau tentu akan makin
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
merajalela!" Setelah berkata demikian, hwesio itu berkelebat memasuki pintu gubuk.
Liu Lu Sian memandang penuh perhatian. Gerakan hwesio
cukup hebat dan ia pikir tentu kakek lumpuh itu akan
menghadapi lawan tangguh. Akan tetapi setelah hwesio itu menerobos masuk, ia hanya mendengar suara ketawa Si
Kakek Lumpuh, dibarengi suara "krakkk!" dan disusul melayangnya tubuh hwesio itu keluar gubuk bersama toyanya yang sudah patah-patah menjadi tiga potong ! Akan tetapi hwesio itu bukan terlempar melainkan melompat keluar.
Agaknya ia gentar dan juga marah.
"Couw Pa Ong orang buronan (pelarian)! Pinceng datang memang bukan untuk melawanmu seorang diri, akan tetapi
hendak menyampaikan tantangan ! Kalau memang gagah,
datanglah di tepi sungai, kami Wei-ho Si-eng (Empat Orang Gagah Sungai Wei-ho) menantimu malam ini juga!"
"Ha-ha-ha ! Aku Kong Lo Sengjin mana kenal segala cacing tanah yang bernama Wei-ho Si-eng segala " Akan tetapi
jangan kira karena kedua kakiku lumpuh, kalian empat ekor cacing tanah dapat menghinaku. Kalian tentulah empat orang pengkhianat dan penjilat Kerajaan Liang, harus kubunuh.
Kautunggulah, sekarang juga aku datang memenuhi tantanganmu!" Hwesio itu meleset pergi dengan gerakan cepat sekali. Liu Sian makin tertarik. Ia sudah mendengar dari ayahnya akan nama Sin-jiu Couw Pa Ong yang terhitung seorang diantara tokoh-tokoh besar di dunian persilatan. Menurut cerita
ayahnya, Couw-Pa Ong adalah seorang Raja Muda Kerajaan
Tang yang memiliki ilmu silat tinggi sekali, seorang yang mempertahankan
Kerajaan Tang, akan tetapi karena pengeroyokan orang-orang gagah yang berusaha

Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjatuhkan kerajaan itu, ia kalah dan terpukul hancur kedua kakinya. Semenjak itu orang tidak mendengar lagi namanya dan ia dianggap sebagai seorang pelarian yang selalu dicari
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
oleh Kerajaan Liang untuk dibinasakan. Sekarang ia secara kebetulan bertemu dengan tokoh ini, menyaksikan keganasan yang luar biasa dan juga sebentar lagi ia akan menyaksikan kelihaian kakek lumpuh ini menghadapi empat orang gagah yang berjuluk Wei-ho Si-eng. Maka ketika ia melihat kakek itu keluar dari gubuk, duduk di atas dipan bambu dan dipukul dua orang pelayannya, secara diam-diam ia mengikuti dari jauh.
Tidak berani ia mengikuti terlalu dekat karena kakek lihai itu berbahaya sekali dan ia tidak mau melibatkan diri dalam pertandingan yang sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan dirinya. Maka ia malah mendahului larinya dua orang pemikul itu, menuju ke tepi sungai, ia melihat empat orang sudah menanti musuh. Ia memperhatikan mereka.
Di bawah sinar bulan yang penuh dan terang, ia melihat
seorang hwesio setengah tua, yang ia duga tentulah hwesio yang tadi dipatahkan toyanya oleh Si Kakek Lumpuh. Hwesio ini bertangan kosong, akan tetapi melihat bentuk tubuhnya yang tegap, dapat dibayangkan bahwa tanpa toya, hwesio
bernama Houw Hwat Hwesio murid Siauw-lim-pai ini tentulah seorang lawan yang cukup tangguh. Orang ke dua adalah
seorang laki-laki berusia tiga puluh tahun lebih, memegang sebatang tongkat baja, berdiri tegak memandang ke depan.
Orang ke tiga adalah seorang tosu (pendeta To) yang tidak memegang senjata apa-apa, akan tetapi pinggangnya terlibat sebuah cambuk hitam. Adapun orang ke empat adalah
seorang wanita berusia empat puluh tahun, di punggungnya terselip sebatang pedang. Mereka berempat berdiri dengan sikap tegang dan memandang ke depan, menanti datangnya
musuh mereka yang lihai, yang akan muncul dari arah timur.
Lu Sian juga memandang ke arah itu. Dan tak lama
kemudian, di bawah sinar bulan yang mencorong yang
merupakan bola api merah bulat di sebelah timur, muncul ah dua orang pemikul itu, berjalan dengan langkah lebar
setengah berlari. Kakek lumpuh itu bersila di atas dipan bambu,
rambutnya sebagian besar menutupi muka, Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menyembunyikan sepasang matanya yang bersinar-sinar
seperti mata harimau. Suasana menjadi tegang sekali, dan ini terasa oleh Liu Lu Sian yang sudah merasa gembira karena sebentar lagi ia akan menyaksikan pertandingan hebat.
"Berhenti!" Kakek lumpuh mengomando dan kedua orang pemikul itu berhenti pada jarak dua puluh meter dari keempat orang yang sudah siap itu. Tiba-tiba pikulan itu berikut dipan bambu dan kakek lumpuh, terlempar ke atas, melayang ke
depan dan turun ke atas tanah di depan empat orang musuh, turun tanpa suara dan tanpa menimbulkan debu seakan-akan sehelai daun kering melayang turun dari pohon. Bukan main hebatnya
gin-kang (ilmu meringankan tubuh) yang diperlihatkan kakek lumpuh itu !
Dua orang pemikul lau berjongkok dan sikap mereka tidak peduli. Agaknya sudah terlalu sering mereka ini melihat tuan mereka bertempur atau membunuh orang. Memang selama
belasan tahun ini setelah Kerajaan Tang roboh, Sin-jiu Couw Pa Ong yang sudah mengganti namanya menjadi Kong Lo
Sengjin, kerjanya hanyalah mencari perkara dan membunuhi orang-orang yang dianggapnya tidak setia kepada Kerajaan Tang yang sudah roboh. Dalam kecewanya dan sakit hatinya karena kedua kakinya lumpuh, kakek ini menjadi seperti tidak normal lagi pikirannya, menjadikan ia ganas kejam dan gila-gilaan !
"Nah, kalian menentangku, aku sudah datang. Majulah!"
dengan sikap tenang saja, masih bersila, kedua tangannya diletakkan di atas paha, kakek itu menantang.
Hwesio itu mewakili teman-temannya menjawab setelah
melangkah maju setindak, "Couw Pa Oag, sebelum kami turun tangan terhadapmu, baiklah kau ketahui lebih dulu bahwa kami bukanlah orang-orang yang tidak tahu bahwa kau
seorang bekas raja muda yang setia terhadap rajamu, dan di samping itu seorang yang terkenal di dunia kang-ouw. Kalau kau membunuhi musuh-musuhmu atau membunuhi orang-
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
orang yang kau anggap telah menghianati Kerajaan Tang, itu pinceng dan adik-adik pinceng ini tidak akan ambil peduli.
Akan tetapi secara kejam kau membunuhi para pengungsi
hanya karena mereka hendak mengungsi ke daerah Kerajaan Liang, hal ini amatlah keji dan bukan hanya kami, melainkan semua orang gagah tentu akan menentangmu. Kami berempat sudah mengangkat saudara, bersumpah hendak membasmi
kejahatan. Pinceng Houw Hwat hwesio murid dari Siauw-lim-pai, Toheng ini Liong Sin Cu seorang tosu dari Kun-lun-pai, dia itu Bun-tanio dari Hoa-san-pai beserta Lu Tek Gu adik
seperguruannya. Kaulihat kami adalah murid-murid partai besar, selalu mentaati perintah perguruan untuk membasmi kejahatan..."
"Cukup ! Ha-ha-ha, hwesio mentah ! Kau perlu apa
berpidato di depanku " Kau tahu apa " Dengan membunuhi
para pengungsi itu, aku telah berbuat kebaikan terhadap mereka. Pertama, mereka mengungsi ke daerah pemerintah
pemberontakan Liang, sama dengan mencari kesengsaraan,
maka aku bebaskan mereka sehingga tidak usah menghadapi bencana.
Ke dua, mereka itu mudah melupakan pemberontakan Cu Bun yang merebut tahta kerajaan, berarti mereka itu lemah dan pengecut, tidak setia. Apa harganya untuk hidup lebih lama lagi! "
"Benar-benar alasan yang bocengli (tak pakai aturan), seenak perutnya sendiri!" bentak Lo Tek Gu si murid Hoa-san-pai yang memegang tongkat. "Mari kita hajar tua bangka keji ini!"
Liu Lu Sian yang menonton sambil sembunyi, diam-diam
merasa gembira dan kagum terhadap Kong Lo Sengjin Si
Kakek Lumpuh. Lihai ilmu silatnya, lihai pula kata-katanya, aneh dan juga terlalu sekali ! Ia mengharapkan pertandingan yang ramai sehingga tidak percuma ia mengintai dan
mengikuti kakek itu sampai sehari lamanya, apalagi kalau di ngat bahwa empat orang pengeroyok ini adalah murid-
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
murid partai persilatan besar, Siauw-lim-pai, Kun-lun-pai, dan Hoa-san-pai ! Tiga buah partai besar yang sering disebut-sebut ayahnya dan dikagumi.
Mula-mula memang empat orang itu bergerak dengan
cepat dan indah sekali mengurung Si Kakek Lumpuh. Hwesio Siauw-lim-pai itu yang telah kehilangan toya, kini mematahkan dahan pohon dan memutar-mutar dahan ini dengan tenaga
besar menimbulkan angin berderu, Tosu dari Kun-lun-pai yang bernama Liong Sun Cu itu pun meloloskan cambuknya dan
terdengar bunyi keras seperti petir menyambar di atas kepala.
Sungguhpun tidak sehebat paman gurunya, Kauw Bian,
permaianan cambuk itu, namun Lu Sian mengagumi
keindahannya. Adapun kakak beradikseperguruan dari Hoa-
san-pai, juga tidak kalah hebatnya. Permainan pedang wanita itu amat cepat, pedangnya lenyap berubah sinar pedang
bergulung-gulung, sedangkan tongkat sutenya juga bergerak-gerak laksana seekor naga mengamuk.
Akan tetapi segera Lu Sian kecewa. Entah empat orang itu hanya memiliki gerakan ilmu silat indah yang kosong saja, ataukah Si Kakek Lumpuh yang terlalu ampuh bagi mereka "
Disambar empat macam senjata dari empat penjuru, tubuh
bagian atas kakek itu hanya bergerak-gerak seperti batang padi tertiup angin pukulannya menyeleweng ke kanan ke kiri.
Tiba-tiba terdengar kakek itu tertawa bergelak, tubuhnya yang masih bersila itu tahu-tahu sudah melayang ke atas kemudian menyambar ke arah Houw Hwat Hwesio. Hwesio Siauw-lim-pai ini kaget sekali, cepat ia menyambut dengan sodokan toyanya ke arah ulu hati. Kong Lo Sengjin menangkap toya itu
berbareng tangan kirinya menampar dilanjutkan dengan
tangan kanan yang menangkap toya mendorong keras. Houw
Hwat Hwesio berteriak sekali dan tubuhnya sudah terlempar ke bawah. Terdengar air muncrat dan tampaklah tubuh
hwesio itu terapung-apung seperti sebatang balok hanyut !
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Siluman tua, berani kau membunuh saudara kami?"
bentak Liong Sun Cu si tosu Kun-lun-pai. Cambuknya
menyambar-nyambar dengan suara keras. Karena kakek tua
itu kini sudah duduk bersila lagi di atas bambu setelah tadi menyerang Houw Hwat Hwesio, maka cambuk Liong Sun Cu
menyambar ke bawah, ke arah kepalanya. Bun-toanio yang
juga marah, menerjang dengan tusukan pedang dari
belakang, mengarah punggungnya, sedangkan Lu Tek Gu
menghantamkan tonkatnya ke arah pundak kiri.
Kong Lo Sengjin kembali mengeluarkan suara ketawa
keras. Ia membiarkan cambuk itu mengenai kepalanya. Ujung cambuk menghantam kepalanya terus melibat, akan tetapi
ketika tosu Kun-lun-pai yang kegirangan melihat hasil
serangannya itu hendak menarik kembali cambuknya, ia kaget setengah mati karena cambuknya seakan-akan telah tumbuh akar di kepala kakek itu, tak dapat ditarik kembali ! Pedang yang menusuk punggung dan tongkat yang menghantam
pundak juga tidak ditangkis, akan tetapi pedang dan tongkat meleset hanya merobek baju saja, seakan-akan yang diserang adalah baja yang keras dan licin sekali. Selagi tiga orang pengeroyoknya kaget, kakek itu sudah menyambar cambuk
dan tubuhnya kembali mencelat ke atas. Kedua tangannya
bergerak, cepat sekali sehingga sukar diikuti dengan pandang mata, menampar tiga kali ke arah kepala para pengeroyoknya, sambil menampar, ia terus mencengkram dan melempar.
Hanya jerit tiga kali terdengar dan tampaklah tiga orang gagah itu berturut-turut melayang dari atas tebing, jatuh ke dalam sungai dan tubuh mereka terapung-apung seperti ikan-ikan mati, hanyut mengikuti mayat Houw Hwat Hwesio !
Dua orang pemikul itu kini menghampiri Si Kakek Lumpuh.
Mereka itu dengan wajah takut sudah menjatuhkan diri
berlutut di depan kakek itu. Seorang yang lebih tua berkata.
"Ong-ya, hamba berdua mohon pembebasan, sampai di sini saja hamba berdua dapat melayani Ong-ya, harap beri
perkenan kepada kami untuk mengambil jalan sendiri."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kong Lo Sengjin memandang mereka dan diam-diam Liu Lu
Sian sudah menduga bahwa dua orang pemikul itu tentu akan mampus di tangan kakek sakti itu !
"Hemm, kenapa " Apakah kalian takut?"
"Sesungguhnya, Ong-ya, hamba berdua takut menyaksikan sepak terjang Ong-ya yang mudah dan suka membunuh orang banyak, Ong-ya berkepandaian tinggi, tentu saja tidak takut menghadapi pembalasan mereka, akan tetapi hamba berdua
yang bodoh, mana dapat melindungi diri sendiri kalau kelak orang-orang gagah datang kepada kami?"
"Hemm, apakah kalian juga hendak menakluk kepada
pemerintah pemberontak?" pertanyaan ini dilakukan dengan suara penuh ancaman.
"Ahh, bagaimana Ong-ya masih dapat menyangsikan kami
" Tidak sudi kami menjadi anjing penjilat mengekor kepada raja pemberontak ! Hamba berdua malah akan masuk hutan
menjadi perampok, mengacaukan wilayah kerajaan Liang!"
"Bagus ! Nah, kauperhatikan baik-baik ilmu ini untuk bekal!" Kakek itu lalu menggerak-gerakkan kedua tangannya sambil
tiada hentinya memberi petunjuk bagaimana kedudukan dan perubahan kaki harus dilakukan. Agaknya
kedua orang bekas pemikul itu sudah pernah menerima
pelajaran ini dan sekarang mereka mendapatkan petunjuk
tentang rahasia-rahasianya, maka dalam waktu setengah
malam, mereka sudah berhasil menyelesaikan pelajaran ilmu silat yang luar biasa itu. Liu Lu Sian demikian tertariknya sehingga ia bertahan untuk mengintai terus sampai semalam suntuk. Ia mendapat kenyataan bahwa ilmu silat yang
diwariskan kakek lumpuh itu kepada dua orang bekas
pemikulnya, merupakan ilmu pilihan yang termasuk tingkat tinggi. Ia percaya bahwa biarpun baginya sendiri ilmu itu masih tidak usah mendatangkan kuatir, namun menghadapi
orang lain, dua orang bekas pemikul ini tentu merupakan dua orang perampok yang amat tangguh dan berbahaya. Ilmu silat
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tadi gerakan-gerakannya seperti ilmu silat Sin-coa-kun, agaknya ciptaan Si Kakek Lumpuh mengambil contoh ular
pula. Teringat ini, ia membayangkan betapa hebatnya
kepandaian Si Kakek Lumpuh, dan kalau dibanding dengan
ayahnya, agaknya mereka itu seimbang. Dia sendiri terang tidak akan dapat menangkan Kong Lo Sengjin, akan tetapi kalau di situ ada Kwee Seng, tentu ia akan berani keluar mencoba-coba. Hanya ayahnya, atau Kwee Seng, yang
agaknya akan dapat menandingi kakek ini dalam pertandingan yang luar biasa tegang dan ramainya.
Menjelang pagi, pada saat ayam ramai berkokok
menyambut munculnya matahari yang sudah mengirim lebih
dulu cahaya merahnya, dua orang bekas pemikul itu berpamit, kemudian berlari cepat sekali meninggalkan tempat itu. Kong Lo Sengjin lalu merenggut lepas dua batang bambu bekas
pikulan, kemudian ia... berjalan dengan langkah-langkah lebar, dengan kedua kaki masih bersila, tergantung di antara dua batang bambu yang menggantikan sepasang kakinya.
Biarpun kedua kakinya terganti bambu yang terpegang kedua tangannya, namun dibandingkan dengan orang yang tidak
lumpuh, jalannya jauh lebih sigap dan cepat. Bahkan
dibandingkan dengan ahli-ahli ilmu lari cepat, kakek lumpuh ini masih menang jauh ! Sebentar saja bayangannya lenyap ke arah timur dari mana malam tadi muncul.
Liu Lu Sian menarik napas panjang. Sayang tidak ada Kwee Seng di situ. Kalau ada, agaknya pemuda sakti itu tidak akan mau melepaskan kakek lumpuh itu begitu saja. Berbeda sekali dengan dia. Andaikata dia selihai Kwee Seng, ia akan
mengajak kakek itu bertempur, bukan sekali-kali untuk
membalaskan kematian sekian banyaknya pengungsi yang
menjadi korban, melainkan untuk diukur kepandaiannya,
karena ia memang mempunyai watak tidak mau kalah oleh
siapapun juga. Kalau Kwee Seng tentu lain,
tentu menggempur kakek itu karena telah membunuhi orang tak
bersalah. Teringat akan Kwee Seng, wajah Lu Sian menjadi
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
muram dan agaknya ia kecewa. Betapapun juga, Kwee Seng
adalah seorang pemuda tampan dan menyenangkan, apalagi
amat mencintainya, merupakan seorang teman seperjalanan yang lumayan, daripada sekarang ini berjalan tanpa teman !
Akan tetapi setelah wajah Kam Si Ek terbayang lenyaplah segala kekecewaan dan pemikiran tentang Kwee Seng, dan
tiba-tiba ia teringat akan keadaan Kam Si Ek yang berbahaya, timbul kekhawatirannya dan segera ia meninggalkan tempat itu untuk cepat-cepat pergi ke kota raja dari Kerajaan Liang, yaitu kota raja Lok-yang yang terletak di Propinsi Honan.
Karena ia sama sekali kehilangan jejak Kam Si Ek dan di sepanjang jalan tak seorang pun pernah melihat jenderal muda ini, Lu Sian menduga bahwa andaikata benar pemujaan hatinya itu diculik oleh kaki tangan Kerajaan Liang, agaknya mereka itu membawa Kam Si Ek ke kota raja melalui jalan sungai. Maka ia pun segera mencari tukang perahu dan
menyewa perahu itu ke timur. Kota raja Lok-yang letaknya masih di Lembah Sungai Kuning, namun agak jauh dari
sungai, di sebelah selatan.
Pada saat itu, Sungai Kunimg airnya penuh, bahkan di
beberapa bagian membanjir, meluap sampai jauh dari sungai, menyelimuti ratusan hektar sawah ladang. Dusun-dusun yang berada di lembah, yang terlalu dekat sungai, sudah banyak yang dilanda banjir. Namun karena airnya mengalir tenang, Si Tukang Perahu berani melayarkan perahunya menurut aliran air. Keadaan di kanan kiri sungai amat menyedihkan dan
perjalanan dengan perahu kali ini bagi Lu Sian benar-benar tidak menyenangkan sama sekali. Lenyap pemandangan alam yang
biasanya amat indah, terganti keadaan yang mengenaskan, sungguhpun Lu Sian tidak ambil peduli
terhadap bencana alam ini. Hatinya sendiri sedang penuh dengan rasa gelisah kalau ia memikirkan nasib Kam Si Ek.
"Tahan perahumu, minggir ke sana...!" tiba-tiba Lu Sian memerintah tukang perahu ketika ia melihat sebuah perahu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
besar berlabuh di sebelah kanan. Ia merasa curiga. Perahu itu besar dan mewah, sama sekali bukan perahu nelayan miskin, patutnya perahu bangsawan atau hartawan yang sedang
pesiar. Saat seperti itu sama sekali bukan saat yang patut untuk berpesiar, maka adanya perahu di tempat sunyi itu sungguh mencurigakan hatinya. Apalagi ketika ia melihat bahwa dusun di tempat itu juga sudah tenggelam oleh air bah, hanya satu-satunya rumah gedung yang berada di dusun,
yang kebetulan letaknya di tempat agak tinggi masih belum kemasukan air. Tak seorang pun manusia tampak di dusun
yang kebanjiran itu, agaknya semua penghuninya telah pergi mengungsi. Kalau demikian halnya, mengapa perahu besar
berada di situ dan perahu itu pun kosong tidak ada orangnya "
Setelah perahu kecil itu minggir dan Lu Sian mendapat
kenyataan bahwa perahu besar itu benar-benar kosong ia
berkata, "Kautunggu di sini, aku hendak menyelidiki kemana perginya orang-orang dari perahu ini!" Tanpa menanti jawaban, Lu Sian menggerakkan tubuhnya meloncat ke atas wuwungan rumah ke rumah yang terendam air, kemudian
dengan kelincahan yang mengagumkan ia berloncatan dai
rumah, kadang-kadang melalui pohon yang juga terendam air, menuju ke rumah gedung yang masih belum terendam air.
Tukang perahu itu melongo, lalu bergidik ia sudah mengira bahwa penumpangnya adalah seorang wanita kang-ouw yang
pandai ilmu silat, kalu tidak demikian tak mungkin gadis muda dan cantik jelita ini berani melakukan perjalanan seorang diri, apalagi gadis ini membawa pedang ! Akan tetapi ia hanya mengira Lu Sian seorang gadis yang pandai main pedang
seperti biasa dipertunjukan para penjual obat, siapa kira gadis ini dapat berloncatan seperti itu. Jangan-jangan dia bukan manusia, pikir Si Tukang Perahu. Di waktu sungai banjir meluap-luap seperti itu, menurut cerita rakyat, siluman-siluman pada bermunculan, juga para dewi-dewi yang sengaja turun dari khayangan untuk menggempur para siluman yang hendak merusak manusia dengan air banjir. Biarpun rakyat tak
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pernah melihatnya, akan tetapi selalu terjadi pertarungan hebat antara para dewa-dewi melawan siluman-siluman, dan betapapun juga dewa-dewi yang menang dan air yang
digerakkan siluman mengamuk ke dusun-dusun itu kembali ke sungai pula seperti biasa ! Kini melihat gadis penyewa
perahunya pandai "terbang" melayang-layang dari rumah ke rumah, Si Tukang Perahu bergidik.
"Tidak tahu dia itu dewi atau siluman, akan tetapi sinar matanya tajam mengerikan. Lebih baik aku pegi sebelum ia kembali!" Melihat Lu Sian berloncatan makin jauh, diam-diam tukang perahu segera mendayung perahunya ke tengah lagi dan melarikan diri dengan perahunya dari tempat itu ! Ia tidak peduli bahwa uang sewa perahu belum dibayar, ia sudah
merasa lega dan puas dapat meninggalkan gadis itu, karena siapa tahu, bukan dia menerima pembayaran, malah dia harus membayar nyawa.
Liu Lu Sian tidak tahu bahwa perahunya telah pergi
meninggalkannya, karena ia sedang berloncatan mendekati gedung dengan hati berdebar penuh harapan akan dapat
melihat Kam Si Ek. Ia meloncat ke atas genteng gedung itu dan dari atas genteng ia mengintai ke dalam. Ternyata di dalamnya terdapat enam orang anak perahu. Mereka duduk
menghangatkan tubuh du dekat tempat perapian sambil
makan roti kering dan dendeng. Terdengar mereka bersungut-sungut. "Kita ditinggalkan di sini, untuk apa " Kalau banjir makin besar, ke mana kita harus bawa perahu " Ah, lebih enak menjadi pegawai di darat kalau begini. Banyak teman dan aman. Masa untuk mengawal seorang tawanan saja harus menggunakan pasukan lima puluh orang lebih " Dan keadaan tawanan itu lebih enak daripada kita!"
"Sam-lote, jangan kaubilang begitu." Cela temannya.
"Tawanan itu memang seorang penting, siapa tidak mengenal Jenderal Kam Si Ek " Malah aku mendengar dari anggota
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pasukan, bahwa komandan mereka menerima perintah khusus dari kota raja untuk menghormati Kam-goanswe sebagai tamu agung. Kita hanya petugas-petugas biasa, mau apa lagi?"
Mendengar percakapan mereka ini. Lu Sian girang sekali.
Dengan kepandaiannya yang tinggi, ia meninggalkan tempat itu tanpa ada yang mengetahui. Gedung itu letaknya di tempat tinggi maka tidak terlanda banjir, di bagian belakang gedung merupakan kaki sebuah bukit kecil dan ke sinilah Lu Sian mengambil jalan ke selatan, ke kota raja Lok-yang. Tak lama kemudian ia sampai di jalan besar dan segera mempercepat larinya.
Sayang kudanya ia tinggalkan ketika ia mempergunakan jalan sungai, akan tetapi karena ilmu lari cepatnya juga sudah mencapai tingkat tinggi, Lu Sian segera mempergunakan Ilmu Lari Cepat Liok-te-hui-teng sehingga tubuhnya berkelebat seperti terbang cepatnya, tidak kalah cepatnya, oleh larinya seekor kuda biasa !
Perjalanan selanjutnya melalui pegunungan yang biarpun
jalannya lebar, namun banyak naik turun dan amat sunyi. Ini pegunungan Fu-niu yang puncaknya menjulang tinggi. Dari atas puncak ini tampaklah gunung-gunung yang memang
banyak mengepung daerah itu. Di utara tampak puncak-
puncak Pegunungan Luliang-san dan Tai-hang-san, di sebelah barat tampak Pegunungan Cin-ling-san, di selatan samar-samar tampak dibalik mega puncak Pegunungan Tapa-san.
Biasanya Lu Sian amat suka menikmati tamasya alam di
pegunungan, akan tetapi kali ini ia tidak mempunyai perhatian terhadap semua keindahan itu karena hati dan pikirannya penuh oleh bayangan Kam Si Ek yang hendak ditolongnya.
Ketika ia membelok di sebuah lereng, tiba-tiba ia melihat banyak tubuh orang menggeletak di pinggir jalan. Golok dan pedang malang melintang, darah berceceran dan dua belas orang itu sudah menjadi mayat. Mereka ini kelihatan sebagai orang-orang kang-ouw yang gagah, dan melihat betapa
senjata-senjata mereka tidak berjauhan, malah ada yang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
masih di dalam cengkraman tangan, melihat tubuh mereka
penuh luka, agaknya orang-orang ini telah melakukan
pertandingan mati-matian dan nekat. Jelas kejadian ini belum lewat lama, mungkin pagi tadi dan di situ tampak bekas-bekas pertempuran
dahsayat. Lu Sian berdebar. Apakah hubungannya belasan mayat orang ini dengan ditawannya
Kam Si Ek " Hatinya makin kuatir dan ia mempercepat larinya mengejar ke depan.
Menjelang senja, ketika ia menuruni lereng, ia mendengar suara hiruk-pikuk di kaki bukit. Jelas terdengar suara banyak orang sedang berkelahi, diseling ringkik kuda dan denting senjata tajam saling bertemu. Lu Sian mempercepat larinya dan napasnya terengah-engah ketika ia tiba di tempat
pertempuran, karena selain terus-menerus ia mengerahkan gin-kang untuk berlari cepat juga hatinya selalu penuh
ketegangan dan kekuatiran akan keselamatan pemuda idaman hatinya.
Kiranya banyak sekali orang yang bertanding di depan
sebuah danau kecil di kaki bukit itu. Hampir seratus orang banyaknya saling gempur dan merupakan perang kecil yang kacau-balau. Ada yang masih menunggang kuda, ada yang
sudah bertanding di atas tanah, bahkan ada yang bergulat sambil bergulingan, saling cekik dan saling jotos. Tidak kurang pula yang terlempar ke danau sedang berusaha berenang
minggir. Kacau-balau dan hiruk-pikuk, suara makian diseling teriakan marah, keluh kesakitan dan ketakutan.
Lu Sian dapat menduga bahwa orang-orang yang
berpakaian seragam biru itu tentulah pasukan yang mengawal atau yang menawan Kam Si Ek, karena diantara mereka ini masih banyak yang menunggang kuda. Adapun lawan
pasukan ini adalah orang-orang yang berpakaian macam-
macam, ada yang berpakaian petani, ada pula yang
berpakaian pendeta, akan tetapi sebagian besar berpakaian pengemis. Tentulah segolongan dengan Wei-ho-kai-pang, pikir
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Lu Sian dan tentu saja hatinya lalu condong membantu para pengemis. Bukankah Kam Si Ek tertawan oleh pasukan itu dan kini para pengemis hendak menolongnya " Akan tetapi, Lu Sian tidak berniat membantu mereka, matanya mencari-cari karena ia tidak melihat Kam Si Ek. Ia tidak mempedulikan pertempuran hebat itu, karena yang ia butuhkan untuk dicari adalah Jenderal Kam.
Dengan sama sekali tidak mengacuhkan pertandingan, Lu
Sian berjalan terus memasuki gelangang perang. Kalau ada senjata menyambar, tidak perduli senjata pihak pasukan atau lawan mereka ia mengelak dan kaki tangannya bergerak
merobohkan siapa saja yang menghalangi jalannya ! Hebat sepak terjang gadis ini. Baik pihak pasukan maupun pihak pengemis, sekali terkena pukulan maupun tendangannya pasti roboh !
"Dimana Kam Si Ek?" Berkali-kali Lu Sian bertanya kepada seorang anggota pasukan yang ia robohkan, akan tetapi tak seorangpun mau menjawabnya, bahkan ia segera dikeroyok
empat anggota pasukan. Golok gagang panjang dari dua


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang lawan yang masih menunggang kuda, menyambar ke
arah leher dan pinggang Lu Sian. Cepat gadis itu melompat, menyambar belakang golok, membetot dengan gerakan
mendadak sambil menendang ke arah golok ke dua. Golok
pertama yang ia tarik itu terlepas dari pegangan dan
menghantam kawan sendiri yang menyerang dari kiri, tepat mengenai pahanya dan menembus memasuki perut kuda !
Kuda itu meringkik keras dan kabur membawa penungganya
yang hampir putus paha kakinya. Adapun orang yang
terampas goloknya, hampir saja jatuh terguling karena
terbetotot. Pada saat itu, dua orang pasukan yang tidak berkuda sudah menyerbu pula dari depan dan belakang,
menggunakan pedang, Lu Sian tidak pedulikan mereka,
tubuhnya meloncat ke atas dan tahu-tahu ia sudah berdiri di atas punggung kuda, tepat dibelakang lawan yang terampas goloknya tadi. Sekali menggerakan tangan, ia sudah mencekik
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
leher lawan dari belakang. Dua orang temannya hendak
menolong, akan tetapi Lu Sian mengangkat tubuh lawan dan menggunakannya sebagai perisai ! Tentu saja dua orang itu tidak berani menyerang, takut melukai tubuh teman mereka sendiri yang ternyata adalah seorang atasan mereka.
"Hayo, katakan di mana adanya Kam-goanswe!" Lu Sian membentak sambil mempererat cekikan pada tengkuk Si
Perwira yang sudah tidak berdaya itu.
"Di... di sana..." Perwira itu menuding ke arah batu karang besar dan Lu Sian cepat membanting tubuhnya ke atas tanah, meloncat turun dari kuda dan berloncatan ke arah sekelompok batu karang yang memang terdapat tidak jauh dari tempat itu.
Tempat itu terjaga oleh beberapa orang anggota pasukan, dan agaknya orang tawanan itu disembunyika di belakang batu-batu.
Sebelum Lu Sian sempat turun tangan, tiba-tiba ia
mendengar gaduh luar biasa di antara orang-orang yang
bertanding. Alangkah heran dan kagetnya ketika ia melihat seorang laki-laki tinggi besar seperti raksasa, berkepala gundul menggunakan kedua lengan bajunya mengamuk. Seperti
sepak terjangnya sendiri tadi, laki-laki gundul itu tidak peduli siapa saja, asal berada dekatnya, lalu disapu roboh oleh ujung kedua lengan bajunya. Akan tetapi gerakan laki-laki ini jauh lebih hebat, lebih ganas dan sebentar saja tubuh orang-orang bergelimpangan di sekitarnya. Kemudian laki-laki itu melompat dan bagaikan terbang saja tahu-tahu ia sudah tiba di depan batu-batu karang besar. Lima orang penjaganya segera
mencegat dengan senjata di tangan, akan tetapi sekali laki-laki tinggi besar itu menggerakkan tangan kakinya, lima orang itu terlempar semua, terbanting pada batu karang dan hebatlah kesudahannya. Dua di antaranya pecah-pecah kepalanya,
yang tiga mungkin patah-patah tulang iganya karena mereka roboh tak dapat berkutik lagi !
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Raksasa gundul itu tertawa ha-ha-he-heh, lalu melangkah lebar memasuki sekelompok batu karang itu dan di lain saat ia telah melesat keluar mengempit tubuh Kam Si Ek ! Kagetlah Lu Sian. Cepat ia menggerakkan kakinya menjejak tanah dan tubuhnya melesat pula mengejar. Akan tetapi gerakan Si
Raksasa gundul itu benar-benar hebat karena sebentar saja ia sudah jauh meninggalkan tempat pertempuran. Betapapun
juga, Lu Sian tidak mau mengalah, gadis ini mengeluarkan ilmunya berlari cepat sehingga kedua kakinya seakan-akan tidak menyentuh tanah lagi !
"Lepaskan dia!!" Ia membentak setelah dapat menyusul sehingga jarak mereka hanya tinggal lima meter lagi. Kedua tangan gadis ini bergerak dan serangkum sinar kemerahan menyambar ke depan. Itulah jarum-jarum rahasia yang amat hebat. Gadis ini amat suka akan bunga-bunga yang harum, maka sejak kecil ia mempelajari keadaan segala macam
bunga. Setelah ia pandai ilmu silat dan banyak mendapat petunjuk ayahnya tentang pelbagai macam racun, maka ia lalu dapat mencampur racun-racun berbahaya dengan sari
keharuman bunga, maka terciptalah jarum-jarumnya yang ia namakan Siang-tok-ciam (Jarum Racun Harum). Memang
amat harum baunya jarum-jarum ini,
bahkan ketika menyambar dengan sinar merah, sudah tercium baunya yang amat harum, begitu harumnya sehingga dapat memabokkan
orang. Tidak terkena jarumnya, baru mencium baunya saja sudah cukup berbahaya, apalagi kalau sampai jarum itu
menembus kulit memasuki jalan darah !
Akan tetapi, raksasa gundul itu benar-benar lihai sekali.
Tanpa menoleh ia sudah mengebutkan lengan bajunya dan...
jarum-jarum itu memasuki lubang tangan baju dan menancap disitu. Tiba-tiba raksasa gundul itu berseru keras, tangannya bergerak dan jarum-jarum itu menyambar keluar, kembali ke pemiliknya ! Tentu saja Lu Sian terkejut sekali, cepat ia menyampok jarum-jarumnya sendiri dengan pedangnya yang
sudah ia cabut keluar. Lawan ini benar lihai, pikirnya dan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
terkejutlah ia ketika teringat bahwa raksasa gundul selihai ini kiranya hanya ada seorang saja di dunia, yaitu Ban-pi Lo-cia!
Ban-pi Lo-cia tokoh utara yang sudah bertanding dua hari dua malam melawan ayahnya dan berkesudahan seri ! Bahkan
Kwee Seng sendiri yang begitu sakti, sampai dapat
dihancurkan sulingnya oleh raksasa gundul ini. Sejenak Lu Sian meragu. Terang bahwa dia bukan lawan kakek itu. Akan tetapi Kam Si Ek telah dikempit dan dibawa lari, bagaimana ia dapat mendiamkannya saja " Gadis ini sudah mempersiapkan jarum-jarumnya lagi, akan tetapi melihat kakek itu tidak mempedulikannya dan malah lari makin cepat, ia berpikir dan tidak jadi menyerang, melainkan terus mengikuti dengan
cepat pula, takut kalau-kalau tak dapat menyusul.
"Ia tentu tidak berniat membunuh Kam Si Ek." "Kalau hendak membunuhnya, perlu apa dibawa-bawa lari " Agaknya Kam Si Ek tidak berdaya, kelihatannya lemas tentu sudah terkena totokan, kalau mau dibunuh sekali pukul juga mati."
Karena berpikir demikian maka Lu Sian tidak jadi menyerang secara nekat, melainkan kini ia membayangi Ban-pi Lo-cia yang terus lari memasuki sebuah hutan di kaki bukit.
Dengan hati-hati sekali Lu Sian menghampiri sebuah
bangunan kuil tua yang berada di dalam hutan. Ia tahu bahwa Ban-pi Lo-cia memasuki kuil itu maka ia tidak berani
menerjang masuk secara sembrono. Bukan ia takut menhadapi bahaya, melainkan Lu Sian seorang gadis yang
cerdik. Sia-sia saja kalau harus menempuh bahaya dan
membiarkan dirinya dirobohkan atau ditangkap pula, akan gagal ah usahanya menolong Kam Si Ek. Ia berindap
menghampiri kuil dan mengintai. Senja telah datang akan tetapi cuaca di luar kuil belum gelap benar. Hanya di sebelah dalam kuil yang tua dan rusak itu sudah gelap. Akan tetapi ia dapat mendengar suara Ban-pi Lo-cia yang parau diselingi suara ketawanya penuh ejekan.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Heh-heh-heh, Kam-goanswe tentu banyak kaget. Untung saya keburu datang, kalau tidak tentu keselamatan Goanswe takkan dapat dipertahankan lagi." Kembali kakek itu tertawa.
Lu Sian merasa heran mendengar kata-kata ini dan ia
mengerahkan pandang matanya untuk melihat sebelah dalam yang agak gelap. Setelah matanya biasa, ia dapat melihat bayangan Kam Si Ek duduk bersila di atas lantai, agaknya mengatur napas dan tenaga, sedangkan Ban-pi Lo-cia juga duduk bersandar tembok.
Kam Si Ek menggerakkan kedua lengannya menjura, masih
sambil bersila, dan terdengar suaranya yang nyaring, "Losuhu (Bapak Pendeta) siapakah " Harap suka memperkenalkan diri, agar aku yang sudah menerima budi pertolongan akan dapat mengingat nama besar Losuhu."
Ban-pi Lo-cia tertawa bergelak. "Ha-ha-ha ! Kam Si Ek, dengarlah. Aku bukan seorang hwesio seperti kau sangka, aku orang biasa. Sebaliknya kau seorang jenderal yang amat
dibutuhkan orang pada saat seperti sekarang ini. Oleh karena itu, aku menolongmu tentu bukan sekali untuk melepas budi, melainkan untuk keperluan yang tiada bedanya dengan para penculikmu. Ha-ha-ha!"
"Hemmm, kiranya begitulah " Kalau begitu, siapapun adanya kau, dan betapapun tinggi kepandaianmu, tak
mungkin kau akan dapat memaksa aku untuk tunduk dan
mentaati perintahmu. Raja Liang bermaksud menculikku, akan tetapi kau lihat sendiri, banyak orang mencoba mengagalkan penculikannya. Kulihat pendeta, orang-orang Kang-ouw, dan para pengemis yang menyerbu. Aku boleh jadi terkenal dalam perang, akan tetapi aku sama sekali tidak terkenal di antara mereka. Kalau mereka juga berusaha menolongku, tentu juga bermaksud menguasaiku. Ah, alangkah bodoh dan sia-sia !
Selama negara terpecah-pecah seperti sekarang, selama
orang-orang besar dan pemimpin rakyat main berebutan,
kemuliaan dan kedudukan, selama tentara dipergunakan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
untuk memerangi saudara sebangsa, aku Kam Si Ek takkan
sudi mengeluarkan setetes pun keringat untuk membantu!"
Ban-pi Lo-cia bangkit berdiri, bertolak pinggang dan
menundukkan muka memandang orang muda yang sedang
duduk bersila itu. "Ah, Kam Si Ek, tahukah kau siapa aku?"
"Kau seoran tua yang berilmu tinggi, sayang..." "Eh, kenapa sayang?" "Sayang bahwa seorang tua yang lihai seperti kau ini masih dapat diperalat oleh orang-orang yang haus akan kedudukan tinggi, yang ingin memperoleh
kekuasaan dan kemuliaan di atas ratusan ribu mayat dari rakyat!"
"Ha-ha-ha ! Kalau aku memperkenalkan diriku, tentu kau juga takkan mengenal namaku, karena kau bukan seorang
kang-ouw, melainkan seorang ahli perang. Akan tetapi
agaknya menarik bagimu kalau kukatakan bahwa aku
menangkapmu untuk kuserahkan kepada rajaku di Khitan."
"Ahhh...!" Kam Si Ek benar-benar terkejut mendengar ini.
Ia sudah amat terkenal sebagai pemukul orang-orang Khitan sehingga di kalangan musuh besar ini, yaitu para prajurit Khitan, menjulukinya Im-kan-ciangkun (Panglima Akhirat)! Ia tahu bahwa orang-orang Khitan paling membencinya, maka
tahulah Kam Si Ek bahwa kali ini ia tentu akan tewas. Akan tetapi ia sama sekali tidak sudi memperlihatkan rasa takut, maka ia lalu tertawa mengejek.
"Hemm, sejak dahulu aku tahu bahwa orang-orang Khitan amat licik dan pengecut..."
Ban-pi Lo-cia berseru keras dan di luar kuil, Lu Sian sudah siap dengan jarum-jarum dan pedangnya. Kalau kakek itu
turun tangan membunuh Kam Si Ek, ia akan mendahuluinya
dengan serangan jarum beracun disusul serbuannya ke dalam untuk mengadu nyawa !
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Apa kaubilang " Bangsa Khitan adalah bangsa yang paling besar, bangsa paling gagah perkasa. Bagaimana kau berani menyebut licik dan pengecut?"
"Mereka kalah perang, entah sudah berapa kali mereka terpukul muncur dalam perang melawan pasukanku. Mengapa sekarang mereka menggunakan akal keji untuk menculikku "
Bukankah ini cara yang licik sekali " Kalau memang gagah, mengapa tidak mengajukan panglima perang yang ulung
untuk melawanku mengatur barisan?"
"Ha-ha-ha ! Kalau kau katakan itu licik, kau gila ! Justeru karena kami membutuhkan kepandaianmu mengatur maka
kami sengaja menculikmu. He, Kam Si Ek. Tinggal kaupilih sekarang. Kau sudah menumpuk hutang terhadap kami
bangsa Khitan. Untuk membalas dendam, membunuhmu sama
mudahnya dengan membunuh seekor cacing. Akan tetapi
rajaku tidak menghendaki demikian. Kau ikut denganku ke Khitan dan bekerja untuk rajakku. Kelak kau tentu akan
menjadi panglima tertinggi dan hidup penuh kemuliaan."
"Tidak sudi ! Lebih baik mati ditanganmu!" Tiba-tiba Kam Si Ek melompat bangun dan goloknya menyambar dalam
serangannya kepada Ban-pi Lo-cia. Kiranya, tadi ketika ia ditawan oleh pasukan Kerajaan Liang, ia diperlakukan baik dan golok emasnya pun tidak dirampas, akan tetapi karena ia tidak dapat melawan puluhan orang, pula karena ia belum mendengar apa kehendak Raja Liang memanggilnya secara
diculik, Kam Si Ek tidak melawan. Sekarang menghadapi
seorang Khitan yang hanya memberi dua jalan, yaitu mati dibunuh kakek ini atau takluk dan membantu Khitan, tentu saja ia lebih senang memilih mati daripada harus menjadi penghianat bangsa.
Ban-pi Lo-cia tertawa bergelak. Entah apa yang terjadi di dalam kuil itu Lu Sian tidak dapat melihat jelas. Selagi ia hendak meloncat masuk membantu Kam Si Ek , tiba-tiba ia mendengar desir angin dari dalam. Cepat ia mengelak dan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kiranya golok emas di tangan Kam Si Ek tadi sudah terlepas dari pegangan pemiliknya dan menyambar ke luar mengarah Lu Sian ! Gadis itu terkejut dan cepat meloncat keluar kuil, maklum bahwa kakek itu agaknya sejak tadi sudah tahu
bahwa ada orang mengintai.
Benar saja, bayangan kakek gundul itu berkelebat dan
tahu-tahu sudah berhadapan dengan Lu Sian. Kakek itu
menyeringai, matanya terbelalak lebar, dan sepasang biji matanya yang bundar itu melotot. Memang ia sudah tahu
bahwa ada orang mengintai, akan tetapi karena ia memang
"besar kepala" dan memandang rendah semua orang, ia tidak peduli.
Baru setelah Kam Si Ek menyerangnya, ia "menangkap" golok emas itu dengan ujung lengan baju dan menggentak golok emas itu terlepas dari tangan Kam Si Ek lalu melontarkannya langsung menyerang Si Pengintai. Sama sekali tidak disangkanya bahwa pengintainya adalah seorang gadis yang begini cantik jelita sehingga membuat matanya melotot dan mulutnya mengiler. Biarpun sudah banyak sekali kakek gundul ini mempermainkan wanita cantik, namun harus ia akui selama itu belum pernah ia berjumpa dengan seorang gadis yang seperti ini jelitanya. Tentu saja hatinya girang bukan main.
"Ha-ha-ha, cantik jelita ! Aduh, bidadari manis. Hampir saja aku kesalahan tangan membunuhmu. Untung..." Ia melangkah maju jari tangannya yang besar-besar dan berbulu itu
bergerak hendak mengelus pipi Lu Sian. Gadis ini mencelat mundur dan wajahnya pucat ketika ia memikirkan Kam Si Ek.
"Kau apakan dia..." Kau... kau bunuh dia..." Ia berseru dan kakinya, bergerak hendak meloncat ke dalam kuil. "Kalau kau membunuh Kam Si Ek, aku akan mengadu nyawa denganmu,
Ban-pi Lo-cia!" "Eh-eh, juita... kau tahu namaku...?" Ban-pi Lo-cia merasa heran. Akan tetapi Lu Sian tidak memperdulikannya dan
melangkah masuk ke dalam kuil. Akan tetapi cepat ia
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menghindar karena hampir ia bertumbukan dengan Kam Si Ek yang berlari keluar dari dalam untuk mengejar lawannya. Ia terheran-heran melihat Lu Sian yang segera dikenalnya. Ia mendengar ucapan gadis itu tadi, maka alangkah herannya karena sama sekali ia tidak menyangka bahwa yang pertama datang untuk menolongnya adalah... puteri Ketua Beng-kauw yang pernah membuat ia tergila-gila begitu berjumpa !
Juga Lu Sian tercengang dan girang sekali. "Lekas..."
katanya. "Lekas kau ambil golokmu disana. Kita keroyok, dia lihai sekali!"
Tentu saja Kam Si Ek tahu akan kelihaian kakek gundul itu.
Tadi saja di dalam gelap, sekali gebrak goloknya sudah kena dirampas ! Akan tetapi karena tidak ada jalan lain kecuali nekat melawan, ia mengangguk dan cepat ia lari dan
mencabut goloknya yang menancap pada sebatang pohon.
Setelah itu ia kembali berlari menghampiri lawannya yang sudah berhadapan dengan Lu Sian. Agaknya, kecantikan Lu Sian yang luar biasa itu seakan-akan menyilaukan pandangan mata yang lebar melotot itu, membetot semangatnya dan
membuat Si Kakek Gundul berdiri seperti patung, menikmati wajah ayu lalu merayap-rayap turun, Lu Sian menjadi merah mukanya. Pandang mata itu seakan-akan mulut besar yang
melahapnya dengan rakus !
"Monyet tua, kau melihat apa?" Lu Sian membentak marah dan pedangnya berkelebat dengan serangan jurus Ilmu
Pedang Pat-mo Kiam-hoat. Karena maklum bahwa lawannya
ini amat lihai, maka begitu bergerak ia segera menggunakan ilmu pedang ciptaan ayahnya itu. Pedangnya berkelebat
menyambar menimbulkan angin berdesir di kuti suara
mengaung. "Aihh, bagus ilmu pedangmu!" Ban-pi Lo-cia berseru kaget.
Tentu saja ia dapat mengenal ilmu pedang yang baik. Cepat ia mengebutkan ujung lengan bajunya yang kiri. Biarpun hanya ujung lengan baju, akan tetapi karena digerakkan oleh
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
seorang yang berkepandaian tinggi, lengan baju itu menjadi senjata yang amat ampuh. Ketika ujungnya menangkis
pedang, Lu Sian merasa betapa tangannya panas. Itulah
tanda betapa besarnya tenaga sin-kang dari lawannya. Di lain pihak, ban-pi Lo-cia juga heran. Ia tadi sudah mengerahkan tenaganya dengan maksud memukul runtuh pedang Si Nona,
siapa kira pedang itu tidak runtuh. Dari rasa kaget ia menjadi gembira.
"Heh-heh-heh, cantik jelita dan manis seperti bidadari, ilmu pedangnya lumayan pula. Heh-heh, sukar dicari keduanya...!"
Pada saat itu, golok ditangan Kam Si Ek sudah menyambar, membacok, ke arah kepalanya yang gundul. Kepala itu gundul plontos seperti labu, agaknya akan terbelah dua kalau
bacokan golok itu mengenainya. Akan tetapi Ban-pi Lo-cia adalah seorang tokoh besar yang sakti. Tanpa menoleh atau membalikkan tubuhnya, ia sudah menundukkan kepalanya
sehingga golok itu berdesing hanya beberapa senti di sebelah kanan kepalanya. Kakek ini tentu saja tidak mendiamkan
orang yang menyerangnya. Tangan kanannya mencengkram
ke belakang dan biarpun ia masih tetap memandang penuh
kekaguman kepada Lu Sian, namun tangan yang digerakkan
ke belakang itu dengan cepat sekali telah menyerang ke arah pergelangan tangan kanan Kam Si Ek yang memegang golok.
Jenderal muda ini kaget. Ternyata kakek yang diserang ini tanpa merobah kedudukan badan telah dapat mengelak dan
sekaligus mengancam lengannya. Cepat ia menarik kembali goloknya dan meloncat ke samping untuk menghindarkan
cengkraman yang amat hebat itu.
Lu Sian sudah menerjang pula. Kini gerakan kakinya
membentuk pat-kwa mengelilingi Si Kakek Gundul, pedangnya menyambar-nyambar dari delapan penjuru. Inilah Pat-mo
Kiam-hoat yang dimainkan sepenuhnya oleh gadis itu, karena ia tahu betul, tanpa usaha keras dan sungguh-sungguh, dia dan Kam Si Ek pasti akan celaka menghadapi lawan tangguh
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
ini. Kam Si Ek yang masih merasa heran mengapa gadis puteri Beng-kauwcu ini bisa tiba-tiba muncul di tempat ini dan berusaha menolongnya, juga maklum bahwa mereka berdua
menghadapi seorang lawan tangguh. Ia tidak pernah
mendengar nama Ban-pi Lo-cia, akan tetapi kakek gundul itu sudah membuktikan kelihaiannya. Cepat Kam Si Ek juga
memutar golok emasnya dan kini ia berhati-hati sekali,
mengeluarakan jurus-jurus berbahaya mendesak dari belakang. Kam Si Ek adalah murid dari ayahnya sendiri, seorang
panglima perang yang ulung. Akan tetapi, karena ayahnya juga seorang ahli perang, dengan sendirinya ia lebih suka mempelajari ilmu perang dan memimpin barisan daripada ilmu silat. Dalam hal menunggang kuda, melepas panah dan
mencari siasat dalam memimpin barisan, ia jauh lebih hebat daripada ilmu silatnya. Betapapun juga, golok emasnya yang digerakkan dengan tenaganya yang besar, cukup berbahaya.
Ban-pi Lo-cia agak tertegun ketika tubuhnya terpaksa
bergerak ke sana kemari dan kedua lengan bajunya berkibar-kibar karena ia gunakan sebagai senjata untuk menghadapi hujan serangan pedang Lu Sian. Ia tertegun karena mengenal ilmu pedang itu.
"Kau... murid Pat-jiu Sin-ong...?" tanyanya sambil miringkan tubuh ke kiri disusul kebutan lengan bajunya ke belakang untuk menghalau golok Kam Si Ek.
Lu Sian tersenyum mengejek. "Ban-pi Lo-cia manusia liar, kau berhadapan dengan puteri tunggalnya!"
"Ahh... ha-ha-ha, bagus sekali!" Ban-pi Lo-cia tertawa keras dan tiba-tiba ia menghentikan semua gerakannya. Melihat hal ini, Lu Sian dan Kam Si Ek cepat menerjang, pedang Lu Sian membabat ke arah leher disusul dengan tangan kiri,
sedangkan Kam Si Ek dari belakang membacokkan goloknya
ke arah pinggang. Hebat sekali serangan dua orang muda ini.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Akan tetapi tiba-tiba berkelebat sinar hitam kecil panjang, seperti seekor ular terbang mengitari tubuh Ban-pi Lo-cia.
Hebat sekali ini yang ternyata merupakan sehelai cambuk atau tali hitam panjang berkelebatan sambil mengeluarkan suara meledak-ledak seperti petir menyambar. Kam Si Ek berseru kaget karena goloknya sudah terlepas dari tangannya karena lengan kanannya tiba-tiba menjadi lumpuh terkena totokan ujung cambuk !
Lu Sian marah sekali, melihat cambuk itu masih mengancam Kam Si Ek ia menubruk maju dengan nekat,
menggerakkan pedangnya menusuk ke arah tenggorokan
kakek itu untuk dilanjutkan dengan gerakan mengiris ke arah cambuk. Serangan ini benar-benar amat berbahaya dan Ban-pi Lo-cia maklum akan hal ini. Dengan gerakan kaki ringan, kakek itu meloncat ke belakang sampai dua meter lebih dan ketika Lu Sian menerjang maju, tiba-tiba cambuknya
mengeluarkan suara keras lalu menyambar ke depan,
ujungnya menghantam ke arah muka yang cantik jelita itu.
Kini Lu Sian yang menjadi kaget setengah mati. Bunyi
seperti petir dari ujung cambuk itu membingungkannya,
apalagi melihat sinar hitam itu berputaran di depan mukanya.
Celakalah ia kalau menerima lecutan cambuk ini, tentu akan bercacat ! Karena ini, ia menggerakkan pedang dan tangan kirinya ke depan, pedangnya berusaha membabat cambuk,
tangan kirinya menggunakan gerakan Houw-jiauw-kang (Ilmu Mencengkram Kuku Harimau) untuk menangkap cambuk.
Ban-pi Lo-cia terkekeh dan tahu-tahu sinar cambuknya
melingkar-lingkar makin lama makin mengecil dan tanpa dapat dihindarkan lagi oleh Lu Sian, kedua lengan gadis itu sudah terlibat
cambuk, terus berputar-putar melibat dan membelenggu kedua pergelengan tangannya, Lu Sian
mengeluh kaget, pedangnya terlepas dari tangannya dan
betapapun ia mengerahkan tenaga untuk membebaskan
kedua lengannya, namun sia-sia belaka.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Huah-hah-hah, manisku, kau hendak lari ke manakah?"
Ban-pi Lo-cia memegangi cambuk atau tali hitamnya itu
dengan tangan kiri, kemudian ia melangkah maju dan tangan kanannya dengan jari besar-besar dan penuh bulu itu diulur ke depan, agaknya hendak menangkap tubuh Lu Sian, matanya
melotot penuh nafsu. Melihat muka yang berkulit kasar, mata yang bijinya kemerahan, mulut dengan bibir tebal menyeringai makin mendekatinya, Lu Sian hampir menjerit saking ngeri dan seremnya.
"Binatang, kaulepaskan dia!" Tiba-tiba Kam Si Ek yang sudah kehilangan goloknya itu meloncat dan menubruk Ban-pi Lo-cia dari belakang ! Tadi jenderal muda ini merasa lemgan kanannya lumpuh setelah totokan ujung cambuk sehingga
goloknya terlepas. Akan tetapi setelah cambuk itu menyambar ke arah Lu Sian, ia cepat mengerahkan sin-kang ke arah
lengan untuk mengusir kelumpuhan. Betapa kagetnya melihat kini Lu Sian yang tertangkap dan agaknya Si Kakek Iblis itu hendak berbuat kurang ajar. Rasa kuatir membuat Kam Si Ek menjadi nekat dan seperti seekor singa muda ia meloncat dan menerkam dari belakang.
Kalau saja ia berada dalam keadaan biasa, tak mungkin
Ban-pi Lo-cia dapat diserang secara kasar begini. Akan tetapi pada saat itu, Ban-pi Lo-cia seakan-akan dalam mabok, mabok kecantikan Lu Sian yang membuat semangatnya melayang-layang, apalagi setelah ia berhasil mengikat kedua tangan gadis itu dengan cambuknya. Bagaikan seorang kelaparan
melihat panggang ayam di depannya. Ban-pi Lo-cia tidak ingat apa-apa lagi kecuali korbannya. Inilah sebabnya mengapa Kam Si Ek berhasil menerkamnya dan menggulatnya dari
belakang. Pemuda yang bertenaga kuat itu sudah memiting lehernya dari belakang dan menggunakan ilmu gulat yang
memang pernah ia pelajari untuk memiting dan mencekik
leher Ban-pi Lo-cia ! Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kagetlah Ban-pi Lo-cia ketika tahu-tahu punggungnya
diterkam dan lehernya dicekik lingkaran tangan yang kuat !
Karena jalan pernapasannya terancam, Ban-pi Lo-cia marah sekali. Sesaat ia melupakan Lu Sian, cambuknya ia tarik kembali dan kedua tangannya bergerak memukul kepala Kam Si Ek di belakangnya dan merenggut
lengan yang mencekiknya. Akan tetapi Kam Si Ek menyembunyikan
kepalanya di belakang punggung, memiting dan mencekik
terus, bahkan melingkarkan kedua kakinya pada pinggang dan paha lawannya dari belakang. Ia seakan-akan menjadi seekor lintah yang sudah menempel dan lekat, tak dapat dilepaskan lagi ! Menghadapi ilmu gulat macam ini Ban-pi Lo-cia
kelabakan. Ia bisa dan berani menghadapi tata kelahi (ilmu silat) dari aliran manapun juga, akan tetapi menghadapi cara berkelahi yang ngawur dan tanpa aturan ini ia benar-benar terkejut sekali.
Pada saat itu, Lu Sian yang sudah terbebas daripada
belenggu ujung cambuk, sejenak mengurut-ngurut kedua
lengannya yang terasa sakit, kemudian ia menyambar
pedangnya lagi dan cepat melakukan serangan tusukan
bertubi-tubi, juga membabat lengan kakek itu untuk
mencegah Si Kakek lihai ini memukul Kam Si Ek.
Repot juga Ban-pi Lo-cia. Kedua tangannya harus
menghadapi pedang Lu Sian di depan yang menyerang seperti seekor burung walet menyambar-nyambar, sedangkan cekikan Kam Si Ek pada lehernya makin mengeras dan kuat sekali.
Sebetulnya dengan mudah Ban-pi Lo-cia akan dapat
mengalahkan Lu Sian, akan tetapi karena ia terburu-buru saking gugup dan kuatirnya akan cekikan yang ketat, ia
menjadi bingung sendiri, mengebut-ngebutkan kedua lengan baju untuk menghalau lengan Lu Sian tanpa mendapat
kesempatan untuk memikirkan daya agar ia terbebas dari
cekikan orang muda itu. Kam Si Ek mengerahkan seluruh


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tenaganya. Niatnya hanya satu, yakni mematahkan tulang
leher lawannya ! Tenaga jenderal muda ini memang besar
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sekali ! kalau yang ia piting lehernya itu bukan Ban-pi Lo-cia, tentu leher itu sudah patah tulangnya karena tenaga pitingan Kam si Ek ini mampu mematahkan tulang seekor harimau !
Akan tetapi Ban-pi Lo-cia bukan seekor harimau, bukan pula manusia biasa, melainkan seorang tokoh persilatan yang tinggi ilmunya dan amat kuat tenaganya. Ia pun cerdik. Hanya
sebentar saja ia bingung. Segera ia mengerti bahwa kalau ia gugup, akan celakalah dia. Maka kini cambuknya kembali
melecut-lecut dan mengeluarkan bunyi seperti petir menyambar, membentuk lingkaran-lingkaran dan di lain saat ujung cambuknya telah melibat pedang Lu Sian dan
merampas pedang itu, kemudian ujung cambuk yang melibat pedang itu menyambar pula sehingga pedang itu seakan-akan dimainkan tangan menikam ke arah Lu Sian.
"Ayaaaa....!" Lu sian terpaksa mengelak mundur, akan tetapi pedang itu terus mengejarnya, menikam bertubi-tubi sehingga gadis ini terpaksa menggulingkan dirinya dan
menjauhi lawan. Saat inilah dipergunakan Ban-pi Lo-cia untuk menggunakan tangan kirinya menotok jalan darah di dekat siku lengan Kam Si Ek yang mengempit lehernya. Ditotok jalan darahnya, seketika lumpuhlah lengan Kam Si Ek dan otomatis kempitannya pada leher juga terlepas. Dengan penuh amarah Ban-pi Lo-cia merenggutkan diri terlepas lalu membalik dan sekali tangan kirinya menampar, pundak Kam Si Ek kena
pukulan dan pemuda itu terguling roboh !
"Bocah setan ! Ditawari kemuliaan kau memilih kematian.
Kau hendak mencekik aku, hendak membuatku menjadi mayat dengan mata melotot dan lidah keluar, ya " Mari kita lihat, siapa yang akan mampus menjadi setan penasaran!" Ia menubruk maju dan di lain saat ia sudah menindih tubuh Kam Si Ek dan mencekik leher pemuda itu dengan lengan kanannya yang berjari besar-besar dan berbulu ! Tangan kirinya
memegang cambuk dan ia tertawa bergelak-gelak ketika
kedua tangan Kam Si Ek berusaha melepaskan cekikannya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Iblis tua, lepaskan dia!" Liu Lu Sian terkejut sekali melihat pemuda itu terkejut sekali melihat pemuda itu tercekik, maka cepat ia menyambar pedangnya yang tadi dilepaskan libatan cambuk, lalu ia menerjang maju dengan nekat untuk
menolong pemuda pujaan hatinya.
Heh-heh-heh, kau bersabar dan tunggulah, manis ! Nanti
kita bersenang-senang kalau bocah ini sudah kucekik sampai melotot matanya, keluar lidahnya dan melayang nyawanya !
Ha-ha-ha!" Kakek gundul ini menggunakan cambuk di tangan kirinya untuk menangkis setiap kali pedang Lu Sian
menyambar. Kam Si Ek tahu bahwa nyawanya berada dalam
cengkraman maut. Ia mengerahkan tenaga pada kedua
tangannya, berusaha sekuatna untuk merenggut lepas lengan tangan yang mencekiknya. Namun hasilnya sia-sia belaka, karena tangan kakek yang kuat itu tidak dapat direnggutnya.
Ia sudah hampir tidak tahan lagi, tak dapat bernapas,
pandang matanya sudah berkunang, telinganya penuh suara melengking tinggi, kepalanya serasa membesar dan hampir meledak. Tadinya ia mengharapkan bantuan Lu Sian, akan
tetapi gadis itu pun tidak berdaya menolongnya, selalu
tertangkis cambuk, habislah harapan Kam Si Ek. Ia merasa menyesal sekali, bukan menyesal harus mati. Bagi seorang gagah, kematian bukanlah apa-apa. Akan tetapi sebagai
seorang panglima perang, ia ingin mati di dalam perang, bukan mati di tangan kakek ini yang berarti mati konyol bagi seorang pejuang. Lebih menyesal lagi hatinya itu pun
menghadapi bencana yang agaknya akan lebih hebat daripada maut !
Tiba-tiba wajah Kam Si Ek yang sudah merah itu
membayangkan kekagetan. Pada saat itu ia tengah memandang ke arah Liu Lu Sian dan kini hendak melihat apa yang akan dilakukan oleh gadis itu, ia berteriak sekuatnya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Jangan...!" akan tetapi teriakannya terhenti di tenggorokan yang terjepit erat oleh jari tangan Ban-pi Lo-cia.
"Brett...! Breettt ! Ban-pi Lo-cia, kau lihatlah ke sini dan lepaskan dia...!"
Mendengar suara kain robek dan suara Lu Sian menggetar, Ban-pi Lo-cia tertarik dan menoleh. Matanya yang sudah lebar makin melebar, mulutnya terbuka dan ujung bibirnya penuh air liur ketika ia melihat nona itu merobek bajunya sendiri sehingga baju bagian dada terobek lebar memperlihatkan baju dalam berwarna merah muda yang membayangkan kulit tubuh putih dengan bentuk menggiurkan.
"Kau masih belum mau melepaskannya?" Suara Lu Sian merdu dan diucapkan dengan mulut menyungging senyum
manis ditambah lirikan mata memikat.
"Heh-heh-heh... ah, hebat kau...!" Ban-pi Lo-cia lupa kepada Kam Si Ek dan bagaikan dalam mimpi ia bangkit
meninggalkan pemuda itu, kini ia terkekeh, matanya tak
pernah berkedip menelan gadis di depannya, kakinya
melangkah ke depan dan kedua tangannya dikembangkan siap untuk menubruk dan memeluk.
Lu Sian masih tersenyum-senyum,
menyembunyikan pedang di tangannya di belakang tubuh, melangkah mundur dengan gerakan lemah gemulai seperti orang menari sehingga makin menonjollah kecantikan tubuhnya, terus mundur dan kadang-kadang melirik kepada Kam Si Ek yang masih rebah di belakang kakek itu. Ketika ia melihat Kam Si Ek sudah
merayap bangun, meraba-raba dan menemukan kembali
goloknya kemudian bangkit berdiri, tangan kanan memegang gagang golok, tangan kiri mengelus-ngelus lehernya yang terasa kaku dan sakit, tiba-tiba Lu Sian menggerakkan tangan kirinya yang tadinya bersembunyi di belakang tubuhnya,
dibarengi teriakan nyaring.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Bangsat tua, makanlah ini!" Sinar merah menyambar ke seluruh tubuh Ban-pi Lo-cia disusul terjangan pedang yang menusuk ke arah muka di antara sepasang alisnya. Inilah serangan hebat sekali ! Ban-pi Lo-cia tengah terpesona oleh kecantikan Lu Sian, maka hampir saja ia menjadi korban
serangan ini. Baiknya ia memang amat lihai, begitu melihat kelebatnya jarum dan pedang kesadarannya pulih dan sambil berseru kaget ia mencelat ke belakang, menyampok jarum-jarum dengan lengan bajunya dan menggerakkan cambuk
untuk melibat pedang Lu Sian. Tiba-tiba terdengar angin mendesir di belakangnya, ia cepat mengelebatkan cambuknya membentuk lingkaran lebar dan sekaligus ia sudah dapat
menangkis golok di belakangnya dan pedang di depannya.
Segera Lu Sian dan Si Ek, tanpa dikomando lagi, telah
mengeroyok Si Kakek Lihai sambil mengeluarkan seluruh
kepandaian dan mengerahkan seluruh tenaga. Maklum bahwa mereka berdua terancam bahaya maut yang hebat, maka
mereka menjadi nekat. Mau melarikan diri tak mungkin,
walaupun akan kalah, maka mereka kini menyerang dengan
jurus-jurus berbahaya, kalau perlu siap mengadu nyawa !
Liu Lu Sian adalah puteri tunggal Pat-jiu-sin-ng, biarpun tingkat kepandaiannya jauh kalah kalau dibandingkan dengan Ban-pi Lo-cia, namun ia bukan sembarang lawan dan dapat berbahaya kalau maju secara nekat seperti itu. Adapun Kam Si Ek, biarpun ilmu silatnya tidak seganas ilmu silat Lu Sian, namun pemuda ini bertenaga besar dan tak mengenal takut.
Oleh karena inilah maka tidak mudah bai Ban-pi Lo-cia untuk merobohkan mereka tanpa melukai berat atau membunuh.
Padahal ia tidak sekali-kali bermaksud membunuh Lu Sian yang membuatnya tergila-gila, adapun Kam Si Ek kalau
memang tidak dapat ia bujuk tentu akan dibunuhnya. Setelah mencari akal, tiba-tiba cambuknya yang bernama Lui-kong-pian (Cambuk Kilat) membuat gerakan melingkar-lingkar ke atas dan terdengarlah suara cambuk meledak-ledak seperti
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
petir, kemudian ujung cambuk menyambar bertubi-tubi ke
arah kepala Kam Si Ek dan Liu Lu Sian.
Dua orang muda itu kaget sekali. Suara meledaknya
cambuk itu seakan-akan memecahkan telinga, maka begitu
melihat sinar menyambar ke atas kepala, mereka cepat
menangkis dengan senjata. Akan tetapi, golok dan pedang seperti terhisap oleh cambuk, lekat dan tak dapat ditarik kembali. Mereka berdua mengerahkan tenaga untuk dapat
menarik kembali senjata mereka, dan saat ini dipergunakan oleh Ban-pi Lo-cia untuk secara tiba-tiba melepaskan cambuk Lui-kong-pian, tubuhnya segera berjongkok dan kedua
lengannya memukul ke depan dengan jari-jari tangan terbuka.
Inilah pukulan Hek-see-ciang (Tangan Pasir Hitam) yang luar biasa ampuhnya. Biarpun jarak mereka terpisah antara dua meter, namun begitu angin pukulan menghantam, dua orang muda itu terpental dan terjengkang lalu roboh !
"Hemm, tua bangka tak tahu malu ! Berani kau
merobohkan Kam-goanswe yang gagah perkasa?" Tiba-tiba terdengar angin mendesing dari kiri. Maklum bahwa ini adalah pukulan yang amat hebat. Ban-pi Lo-cia dengan kaget cepat memutar tubuh ke kiri dan menangkis. Dua macam tenaga
pukulan sakti bertemu di udara, tidak mengeluarkan suara, akan tetapi akibatnya Ban-pi Lo-cia terhuyung mundur sampai empat langkah. Dan di depannya kini berdiri seorang kakek tua yang rambutnya riap-riapan, berdiri secara aneh karena bukan kedua kakinya yang berdiri, melainkan sepasang
tongkat bambu yang menggantikan kedua kakinya yang
ditekuk bersila. "Eh... kau... kau Sin-jiu Couw Pa Ong " Ha-ha, aku mendengar kau menjadi orang buronan yang lari ke sana ke mari seperti anjing terkena gebuk " Ha-ha-ha, kedua kakimu lumpuh " Aduh kasihan, Raja Muda yang malang kini menjadi pengemis lumpuh." Ban-pi Lo-cia tertawa bergelak. Ia tidak gentar menhadapi Couw Pa Ong yang kini berjuluk Kong Lo
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sengjin karena melihat orang itu sudah lumpuh. Ia maklum bahwa kakek bekas raja muda ini terkenal sekali dengan
sepasang tangannya sehingga dijuluki Sin-jiu (Kepala Sakti), akan tetapi andaikata kakek itu belum lumpuh sekalipun ia tidak takut, apalagi sudah lumpuh. Segera ia memegang
cambuk kilatnya erat-erat, siap untuk menggempur.
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 7 Manusia Harimau Jatuh Cinta Serial Manusia Harimau Karya S B. Chandra Mencari Bende Mataram 17
^