Irama Seruling Menggemparkan 3
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa Bagian 3
Orang tua itu, dengan sinar matanya yang tajam
mengawasi diri perempuan muda itu agaknya sedang
memikirkan sesuatu, mulutnya diam dalam seribu bahasa.
Perempuan muda berbaju merah itu ketika berjalan ketepi atap rumah, dengan tanpa ragu-ragu lompat melesat ke arah daun jendela.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-Koan Kie sangat kagum menyaksikan kelincahan
perempuan itu, sementara kedua binatang raksasa itu hendak menerjang!
Perempuan muda itu agaknya sudah siap, maka tatkala
diserbu oleh kedua binatang itu, ia sudah lompat tinggi dua tombak, setelah berputaran ditengah udara ia melayang turun kelain jendela.
Harimau agaknya penasaran, dia berbalik dan menyerbu
lagi. Tetapi gerakan perempuan itu lebih gesit, sebentar saja sudah menyerobot masuk dari lobang jendela.
Siang-Koan Kie mendadak berdiri dan melompat maju
merintang didepan perempuan itu sambil berseru, "Diam."
Perempuan muda itu menggeser kesamping kakinya, ia
berdiri dengan membelakangi daun jendela, biji matanya berputaran mengawasi Siang-Koan Kie, tiada sepatah kata keluar dari mulutnya, parasnya juga tiada menunjukkan perobahan sikap apa-apa, ketenangannya itu sesungguhnya diluar dugaan Siang-Koan Kie, sehingga untuk sesaat ia tidak tahu bagaimana harus bertindak, tetapi akhirnya ia bertanya juga, "Apakah kau tidak paham bahasa Han?"
Perempuan muda itu mengawasi keadaan didalam ruangan
itu sejenak baru menjawab, ternyata menyimpang dari
pertanyaan Siang-Koan Kie, "Apakah didalam menara ini cuma kalian berdua saja?"
Ternyata perempuan muda ini bukan saja fasih berbahasa Han, tetapi juga suaranya sangat tegas dan enak sekali kedengarannya.
-odwo- Bab 7 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belum lagi Siang-Koan Kie membuka mulut, orang tua itu sudah melayang kesampingnya dan menanya perempuan itu dengan nada suara dingin, "Kau bocah perempuan ini adakah murid dari golongan Bit-tiyong?"
Perempuan muda itu menjawab sambil tersenyum,
"Golongan Bit-tiyong jarang menerisna murid perempuan, meski aku datang dari daerah perbatasan, tetapi bukan murid golongan Bit-tiyong."
"Tidak perduli kau dari golongan Bit-tiyong atau bukan, tetapi karena kau datang dari daerah perbatasan, pasti merupakan salah seorang yang turut ambil bagian dalam pertaruhan pertandingan ilmu silat ini" Kau sudah berani memasuki menara ini jangan pikir bisa keluar dengan selamat.
Perempuan muda itu bersenyum, lalu berkata, "Kakaku
sendiri tidak bisa mengendalikan aku bagaimana dengan kau?"
Ucapan itu kedengarannya terlalu kekanak-kanakan
sehingga Siang-Koan Kie merasa geli dan berkata, "Kita memang tidak seharusnya mencampuri urusannya, tetapi
karena kau sudah mengetahui rahasia kita?".."
Perempuan muda itu melirik Siang-Koan Kie sejenak lalu berkata dengan nada suara dingin, "Kalian orang2 dari suku Han, biasanya sangat keras sekali dalam peraturan terhadap kaum pria dan wanita, tetapi mengapa kau nampaknya selalu ingin mencari kesempatan untuk berbicara dengan aku?"
Pertanyaan itu meski sangat lucu tetapi perempuan itu sikapnya nampak serius.
Siang-Koan Kie merasa sangat malu, ia mundur dua
langkah dan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, "Apakah benar aku memperhatikan kecantikannya?"
Perempuan itu dengan bangga berkata pula, "Didalam
kalangan kita suku Utgur, siapa yang berani melanggar aku secara berani begini, segera dihukum mati?".. tetapi kalau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang kita merayakan hari suci Tuhan Allah kami dibawah sinar rembulan yang terang, mereka boleh bebas mengajak aku menari."
Orang tua itu tiba-tiba mengacungkan tangannya dan
berkata dengan nada dingin, "Sudah sepuluh tahun lebih aku tidak pernah membunuh orang, hari ini karena keadaan
terpaksa, apa boleh buat aku akan membuka pantangan sekali saja."
Perempuan itu sedikitpun tidak menunjukkan rasa jeri, sambil bersenyum manis ia berkata, "Benarkah kau berani membunuh aku?"
"Mengapa tidak berani?"
Tetapi orang tua itu ketika menyaksikan paras yang cantik, hatinya bercekat, dalam hatinya lalu berpikir, "Perempuan ini meski dandanannya agak aneh tetapi dari sikapnya,
menunjukkan sifatnya yang masih kekanak-kanakan dan
kejujuran, ia ternyata tidak percaya kalau aku bisa
membunuhnya sehingga sedikitpun tidak bersedia?"..
Oleh karenanya hati orang tua itu merasa ragu2 tidak dapat mengambil keputusan.
Setelah perempuan itu berjalan menuju kedaun jendela ia baru keluarkan suara bentakannya, ia memerintahkan supaya perempuan itu tetap berdiri ditempatnya.
Sementara itu binatang harimau dan burung rajawali itu sudah menghalang dimulut jendela.
Dengan alis berdiri perempuan itu berpaling dan bertanya kepada si orang tua.
"Mengapa kau hendak membunuh aku."
Orang tua itu berpikir sejenak baru menjawab, "Asal kau tidak memberitahukan kepada orang lain tentang
pertemuanmu dengan kita, aku akan lepaskan kau dari sini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paras perempuan muda itu mendadak menunjukkan
sikapnya yang heran, biji matanya yang hitam jernih
berputaran diwajah dua orang itu, dalam hatinya agaknya sedang memikirkan suatu persoalan yang amat sulit. Lama ia baru menanya dengan nada suara dingin, "Kalian tidak
mengijinkan aku memberitahukan kepada orang lain, kiranya pasti ada orang yang bermusuhan dengan kakaku?".."
"Kalau aku ada orang yang bermusuhan dengan kalian
bagaianana aku dapat mengijinkan kau dengan mudah berlalu dari sini, asal kau tidak membocorkan rahasia dalam menara ini, kita tidak akan membantu pihak yang manapun juga, tetapi jika hal ini kau katakan kepada orang lain sudah tentu lain lagi tindakanku."
"Baiklah! begitulah kita tetapkan, tetapi kalian orang2 suku Han, ada paling licik sering2 mengingkari janji?".."
Siang-Koan Kie lalu berkata dengan suara gusar, "Kita orang2 daerah Tiong-goan selalu mengutamakan soal janji, apa yang kita sudah janjikan tidak nanti akan ditarik kembali, hanya orang2 dari daerah perbatasan mungkin yang
demikian." Paras perempuan itu menunjukkan sedikit perobahan
dengan mata menetap wajah Siang-Koan Kie "berkata dengan nada dingin, "Kau ini bagaimana, mengapa selalu ingin bicara dengan aku, Hem! tidak tahu malu."
Dimaki demikian, Siang-Koan Kie tercengang, mukanya
merah seperti kepiting direbus, ia hanya merasa bahwa soal ini sulit untuk dibantahnya, ia cuma bisa menarik napas dengan hati mendongkol.
Perempuan muda itu bersenyum dan berkata kepada si
orang tua, ,,Baiklah! begitulah kita tetapkan, aku tidak akan membocorkan rahasia kalian dalam menara ini, tetapi jika diketahui oleh orang lain, kau tidak dapat menyalahkan diriku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sehabis mengucap demikian, ia lalu keluar melalui jendela, sebentar kemudian sudah diatas atap rumah lain seberang.
Burung garuda dan harimau itu agaknya sudah tahu bahwa perempun baju merah mengadakan perdamaian dengan si
orang tua maka tidak megejar lagi.
Orang tua itu mengawasi berlalunya perempuan tersebut, setelah lenyap dari pandangan matanya, lalu mengeluarkan suara tarikan napas perlahan, sementara dalam hatinya berpikir, perempuan itu meski dari Tibet, tetapi kepandaiannya tidak mirip dengan golongan Bit-tiyong?"..
Siang-Koan Kie yang merasa malu dimaki oleh perempuan tadi, sehingga ia duduk saja sambil berdiam.
Orang tua itu lalu mengawasinya dan berkata dan tertawa,
,,Mengapa kau merasa tidak gembira?"
,,Tidak apa-apa" jawabnya singkat.
Orang tua itu tertawa ter-bahak2 dan berkata, ,,Kau
tentunya merasa tidak enak habis dimaki oleh perempuan itu tadi."
Siang-Koan Kie tidak dapat membantah, terpaksa mengakui sambil tersenyum.
Orang tua itu berkata pula, ,,Dimaki oleh seorang
perempuan, juga tidak merupakan suatu hal yang memalukan.
Kita sebagai laki2 bagaimanapun tidak boleh berpikiran seperti orang perempuan." Bicara sampai disitu, tiba-tiba ia menghela napas kemudian bertanya, ,,Kau taksir berapa usia perempuan tadi?"
,,Boan-pwee tidak mengawasi dengan cermat. Hanya
sepintas lalu saja, mungkin tujuhbelas atau delapan belas tahun."
,,Tay-jie tahun ini juga sudah tujuh belas tahun."
"Siapa itu Tay-jie?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu menghela napas lalu berkata, "Tay-jie adalah Tay-jie, ah! bagaintana rupanya akupun tidak tahu."
Siang-Koan Kie tercengang, dalam hatinya berpikir orang ini kata2nya tidak keruan, benar-benar sulit untuk mengetahui apa yang dipikirkan.
Orang tua itu agaknya dapat menduga pikiran Siang-Koan Kie, sambil bersenyum ia berkata, ,,Mari kita mulai
mempelajari ilmu silat! mungkin tiga hari kemudian kita akan gunakan."
Siang-Koan Kie tidak berkata apa-apa hanya otaknya yang bekerja, dalam waktu tiga hari cepat sekali, sekalipun pandai mengajarnya, berapa banyak yang aku dapat pelajari"
Orang tua itu dengan sikapnya yang sungguh2 berkata,
,,Sebetulnya aku ingin memulai dari dasarnya kekuatan tenaga dalam. Lebih dulu aku hendak kokohkan dasarmu dulu
kemudian baru kuturunkan pelajarannya, tetapi itu
memerlukan waktu panjang sekali. Sekarang keadaannya
sudah berlainan, tiga hari kemudian, kalau pertandingan mereka itu dimulai mungkin mereka akan dapat menggunakan tempat ini, jika kita diketahui oleh mereka, sulit bagi kita untuk menghindarkan dari pertempuran ini, bagaimana
akibatnya susah sekali kita duga, maka dalam waktu tiga hari ini, sedapat mungkin akan aku gunakan untuk menurunkan semua kepandaianku kepadamu. Andaikata kita harus terlibat dalam pertempuran itu, mungkin menara ini akan menjadi tempat istirahatku untuk selama-lamanya. Sementara itu kau dapat meloloskan diri dari bencana itu atau tidak, itu tergantung dengan nasibmu sendiri."
,,Meski kaki Locianpwee sudah tercacat, tetapi
kepandaiannya toch masih ada sebaiknya kita lekas pindah dari sini?".."
,,Wajah orang tua itu mendadak berobah, berkata dengan nada suara dingin, ,,Aku sudah mengadakan perjanjian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan orang, dalam waktu duapuluh tahun tidak bisa
meninggalkan menara ini. Lekas pejamkan matamu, untuk memperhatikan pelajaran2 yang kuturunkan padamu."
Siang-Koan Kie melongok keluar jendela mengawasi burung rajawali dan harimau sejenak lalu berkata, "Apakah binatang2
ini harus disuruh pergi dulu?"
Orang tua itu membalikkan badannya dan megawasi kedua binatang raksasa itu, kemudian lambai-lamaikan tangannya sambil menghela napas perlahan.
Burung rajawali itu menggerak-gerakkan sayapnya, lalu terbang keangkasa sedangkan harimau itu berjalan mundar-mandir duakali, baru pergi.
Orang tua itu mengawasi berlalunya binatang tersebut
merasakan seperti kehilangan apa-apa, kemudian lalu
berpaling dan berkata, "Mari kita mulai."
Tiga hari telah berlalu dengan cepat, selama tiga hari tiga malam itu, Siang-Koan Kie menggunakan seluruh
kecerdikannya untuk mendengarkan semua pelajaran yang diberikan oleh orang tua utu, hari keempat pagi2 sekali, SiangKoan Kie merasa sangat letih sekali hingga dengan tanpa dirasa telah tertidur.
Entah berapa lama telah berlalu, badannya tiba-tiba seperti digoyang-goyang orang, ketika ia membuka mata, ia segera merasakan kedua tangan orang itu tengah mengurut-urut badannya, dimana tangan itu sampai, pasti ada semacam kekuatan yang mengandung hawa panas masuk kedalam
tubuhnya. Orang tua itu ketika melihat Siang-Koan Kie sudah sadar, lalu menghentikan tangannya dan berkata sambil tersenyum,
"Apa rasa 1etihmu sekarang sudah mulai berkurangan?"
Siang-Koan Kie melompat bangun, lalu berlutut ditanah seraya berkata, "Locian-pwee telah menggunakan kekuatan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga murnimu untuk membantu menambah kekuatan Boan-
pwee?".." "Kita tidak ada ketentuan hubungan antara guru dengan murid, tidak perlu kau berlutut, kau sudah tidur tiga jam lamanya, baru saja aku sudah mendengar suara orang2 kedua pihak yang akan bertanding, sudah tiba didekat kuil tua itu, jikalau kau tidur lagi bukan saja akan mensiasiakan
kesempatan yang jarang dijumpai ini, tetapi juga akan membuat susah dirimu sendiri andaikata kita akan terlibat, maka aku dengan kekuatan tenaga dalamku membantu kau
supaya lekas sadar?".."
Berkata sampai disitu, tiba-tiba berhenti, ia memasang telinganya sejenak, kemudian berkata pula dengan suara perlahan, "Sudah datang!"
Siang-Koan Kie berdiri, lari menuju kejendela sebelah kiri.
Orang tua itu sudah siap, ia mengeluarkan sebungkus obat bubuk dari dalam badannya, lalu dipulaskan dimukanya, sebentar saja muka itu sudah berobah warnanya menjadi warna kuning mas.
Siang-Koan Kie tahu bahwa ia akan menggunakan akal
lamanya, jikalau perlu, ia akan pura2 berlaku sebagai patung, maka ia lalu tersenyum dan memasang matanya keluar
jendela, segera tampak olehnya diatas atap rumah dibagian seberang, muncul serombongan orang, delapan laki2
berpakaian ringkas dan membawa senjata tajam, mengiring seorang laki2 pertengahan umur yang dibawah hidungnya memelihara kumis pendek berpakaian baju panjang, dan ikat kepala diatas kepalanya.
Orang itu nampaknya seorang licik, Siang-Koan Kie yang mengawasinya sejenak diam-diam mengutuk: orang semacam ini apakah juga berkepandaian tinggi, dari mukanya saja orang merasa muak untuk bertanding dengannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun ia tidak tahu sebab musabab pertikaian itu, tetapi ia tidak pilih kasih terhadap pihak yang manapun juga, hanya dalam alam pikirannya sebagai orang daerah Tiong-goan, sedikit banyak condong perhatiannya kepada orang2 yang mewakili rimba persilatan daerah Tiong-goan, maka ketika menyaksikan roman mukanya yang tidak sedap dan bukan
seperti tingkah laku orang gagah diam-diam menjumpainya.
Pada saat itu dari bawah menara bagian penyimpan kitab terdengar suara orang berkata dengan suara yang kasar,
"Apakah yang datang itu adalah In Chung Cu" Pemimpin
golongan kita sudah lama menantikan kedatangannya didalam kuil tua."
Orang itu berbicara dalam bahasa suku Han, tetapi agak kurang jelas.
Siang-Koan Kie lalu menoleh ke arah suara itu. Segera dapat melihat seorang padri dari Tibet yang tinggi besar, berjalan menghampiri rombongan orang2 itu.
Orang yang mukanya licik itu, juga segera turun dari atas genting rumah, dengan diiringi oleh delapan pengiring, lalu maju menyambut kedatangan padri itu seraya berkata sambil mengangkat tangan memberi hormat, "Chung Cu kami oleh karena ada urusan, sehingga datang agak terlambat dan terpaksa minta Taysu menanti sebentar."
Waktu orang itu bicara, delapan pengiringnya selalu berdiri melindunginya, disisi dan dibelakang dirinya agaknya sangat kawatir akan jiwa orang itu.
Padri tinggi besar itu menjawab sambil merangkapkan dua tangannya, "Tuan bukan In Chung Cu, tentunya adalah
sitangan sakti Hiong Kian Hui?"
Orang yang ditanya itu menjawab, "Saudara Hiong adalah komandan pimpinan barisan pasukan perkampungan kami,
tetapi aku adalah pemimpin bagian sekretariat dalam
perkampungan tersebut, namaku Siong Khun. Chung Cu kami Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kali ini mengadakan perjandiian pertandingan ilmu silat dengan golongan Thay-su, meskipun yang diutamakan
pertandingan ilmu silat, tetapi hal yang sebenarnya, ialah ingin menggunakan kesempatan ini hendak bertemu muka dan
belajar kenal dengan pemimpin Taysu. Sudah lama pengaruh dan nama besar golongan Taysu sangat terkenal di daerah barat, ilmu silatnya jauh berlainan dengan ilmu silat golongan Tiong-goan, meskipun demikian tetapi suksesnya sangat mengagumkan."
Sehabis berkata orang itu menunduk dengan sikapnya yang sangat terhormat.
Sebaliknya sikapnya padri Tibet itu yang sangat sombong, ketika mendengar keterangan orang itu lalu berkata dengan suara dingin, "Didalam golongan kami, ada semacam
peraturan istimewa jikalau pihak lawan bukan seorang
pemimpin tidak mau menjumpai, tetapi kalau pasti ingin menemui juga harus sanggup meliwati rintangan dari dua belas pasukan pelindung hukum kami."
"Tetapi aku yang rendah tiada maksud untuk menemui
pemimpin Taysu pada saat ini juga?".."
Padri tinggi besar itu tiba-tiba membalikkan badan dan menggerakkan tangannya, segera ada empat orang padri
berjubah warna biru yang menghampiri, kemudian duduk
berbaris dihadapan orang banyak itu.
Siong Khun menggeleng-gelengkan kepala mundur dua
langkah, meski mulutnya tidak berkata apa-apa, tetapi wajahnya menunjukkan sikap muak, mungkin ia mengutuk
orang2 dari daerah perbatasan yang dianggapnya tidak tahu adat.
Delapan pengiringnya itu ketika melihat Siong Khun
mundur dua langkah, lalu segera bergerak dengan serentak mengurung dirinya ditengah-tengah, kemudian duduk
semuanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-Koan Kie yang bersembunyi dibelakang jendela, telah melihat dan mendengar semua kelakuan dan pembicaraan dari kedua pihak, dalam hatinya diam-diam berpikir, jikalau mereka tidak melakukan pertandingan dibawah menara ini, kita tentu tidak dapat menyaksikan.
Selagi berpikir, tiba-tiba terdengar siulan nyaring, delapan laki2 yang bertindak sebagai pengiring itu dengan serentak melompat bangun dan berdiri menjadi dua baris.
Siong Khun kembali mengangkat tangan, meraba-raba
mukanya lalu berkata kepada padri yang duduk dihadapannya itu, "Chung Cu kami akan datang, lekas beritahukanlah kepada pemimpin kalian untuk datang menyambut."
Seorang padri bangkit perlahan dan berkata, "Pemimpin kami berkedudukan sangat tinggi, bagaimana sudi
sembarangan menyambut orang, nanti setelah Chung Cu
datang, suruh dia saja yang pergi menjumpai."
Delapan laki2 itu ketika mendengar ucapan padri itu
mengandung hinaan terhadap Chung Cunya, semua merasa
gusar dan memandang kepada Padri itu dengan sinar mata membara.
Sementara itu suara siulan tadi makin lama makin
mendekat, suara itu kedengarannya datang dari dalam kuil.
Siang-Koan Kie memasang lagi matanya, segera tampak
olehnya sepuluh lebih laki2 tinggi besar mendatangi sambil menggotong sebuah tandu kecil yang tertutup oleh kain hijau.
Didepan tandu tertutup oleh kain sutra berwarna biru, sehingga susah dilihat mukanya orang yang berada diatas tandu. Dibelakang tandu diikuti oleh empat orang yang berpakaian berlainan warnanya, empat orang itu rupanya seperti pengawal karena masing2 membawa senjata tajam.
Siang-Koan Kie diam-diam berpikir: orang ini mungkin
adalah In Chung Cu sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi belum lama lenyap pikiran itu, ia telah dapat melihat pula dibelakang tandu itu, ada lagi sebuah tandu yang dihiasi dengan kain sutra berwarna merah sebagai penutup tandu itu, kedua tandu itu terpisah hanya jarak delapan atau sembilan kaki.
Siang-Koan Kie diam-diam menarik napas, pikirnya: orang ini benar-benar terlalu banyak tingkah, di Daerah pegunungan semacam ini juga harus mempergunakan tandu.
Tidak lama setelah munculnya tandu dengan tutupnya
sutra merah itu, dibelakangnya muncul lagi sebuah tandu kecil yang tertutup oleh sutra berwarna kuning!
Siang-Koan Kie merasa bingung oleh pemandangan
didepan matanya itu entah mana di antara tiga tandu itu, yang diduduki oleh In Chung Cu.
Diluar dugaannya, kini muncul lagi tandu yang keempat, tandu ini tertutup oleh kain sutra berwarna hijau, dan setelah tandu ini tidak kelihatan ada tandu lagi.
Empat tandu itu satu sama lain terpisah delapan atau
sembilan kaki, semua langsung menuju ke menara tempat penyimpan kitab.
Orang-orang yang memikul tandu itu, semua agaknya
mahir sekali ilmu meringankan tubuh, mereka berjalan ditanah pegunungan diatas genting rumah, sedikitpun tidak nampak susah, bahkan tindakan mereka nampak gesit sekali, dalam sekejap mata saja, sudah tiba diatas payon rumah seberang loteng penyimpan kitab.
Payon rumah itu kira-kira satu tombak diatas tanah,
delapan laki-laki yang memikul tandu itu, dengan tanpa ragu-ragu melompat turun kebawah.
Beberapa puluh orang yang bertindak sebagai pengawal, dengan cepat berpencar, empat tandu kecil berbaris disuatu tempat dengan rapinya. Empat laki-laki yang mengikuti tandu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecil itu, dengan pakaian mereka yang berlainan warnanya, berpencaran menjaga di depan pintu tandu.
Pada saat itu, Siang-koan Kie baru dapat melihat, bahwa warna pakaian empat laki-laki itu sama dengan warna kain yang digunakan untuk menutup tandu, warna itu terbagi dari warna hijau, merah, kuning dan biru muda.
Terdengar suara memuji Budha yang keluar dari mulut
Padri yang memakai jubah warna merah darah, Padri itu dengan tindakan lebar berjalan maju, ia berkata sambil merangkapkan dua tangannya, "Di antara tuan-tuan siapakah In Cungcu" Ketua partai kita sudah lama menantikan
kedatangan tuan di dalam pendopo."
"Dari antara orang banyak itu nampak berjalan keluar
seorang laki-laki berbadan tegap, laki-laki itu lalu berkata kepada Padri itu sambil member hormat, "Cungcu kita sudah berjanji dengan ketua partaimu untuk bertemu muka dibawah loteng penyimpan kitab ini, silahkan padanya supaya datang kemari!"
Padri Tibet yang berbadan tinggi besar itu dengan sikapnya yang angkuh, ia berkata, "Ketua partai kita sudah datang setengah jam dimuka dari waktu yang telah ditetapkan untuk mengadakan pertemuan itu, sebaliknya In Cungcu yang
terlambat setengah jam, kalian orang2 gagah rimba persilatan daerah Tiong-goan, sering mengandalkan bahwa mereka bisa pegang janji, tetapi nampaknya semua itu hanya omong
kosong belaka!" Laki-laki berbadan tegap itu menggerutkan keningnya,
kemudian berkata, "Jikalau tidak mengingat bahwa kalian datang dari tempat jauh untuk menempati janji, sebagai orang dari daerah pinggiran yang tidak tahu adat, dengan ucapanmu itu tadi, seharusnya sudah dihukurn mati, Cungcu kita meskipttn datang terlambat setengah jam, tetapi lebih dahulu sudah mengirim utusan kepala pengurus datang tepat pada waktunya untuk memberitahukan kelambatannya itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padri Tibet itu berkata sambil tertawa dingin, "Orang-orang partai kita sekalipun selama itu selalu berdiam di daerah barat, tetapi tidak akan kalah dengan kalian orang-orang daerah Tiong-goan, kini sudah akan dimulai pertandingan itu siapa yang kalah atau yang menang, sebentar akan diketahui."
Sehabis berkata ia memutar tubuhnya hendak berlalu,
tetapi mendadak seperti teringat sesuatu ia lalu balik lagi dan bertanya, "Mendengar ucapattmu tadi apakah kau adalah kepala pengurus In Cungcu yang bernama Hiong Kian Hui yang mempunyai gelar Tangan Sakti meraba awan?"
Laki-laki itu menjawab sambil tertawa, "Benar, bagaimana nama sebutan taysu?"
" Aku yang rendah bernama Hage, sudah lama aku dengar nama besarmu."
Dada Hage nampak dipelembungkan, dari situ tiba-tiba
meluncur keluar hembusan angin keras, menyerang HiongKian Hui.
Hiong Kian Hui memasang kuda-kuda, tangan kirinya
diletakkan kedepan dada untuk membalas hormat, sedang tangan kanannya digunakan untuk menyambut serangan Padri itu, sedangkan mulutnya berkata sambil bersenyum, "Ah, taysu terlalu memuji. Hiong Kian Hui hanya mencari sesuap nasi, bernaung dibawah perlindungan In Cungcu."
Dua kekuatan tenaga dalam itu setelah saling beradu,
segera menimbulkan angin keras sehingga pasir dan batu pada beterbangan, kaki dan pundak Hiong Kian Hui nampak bergerak, sedangkan Padri Tibet itu nampak mundur setengah langkah.
Setelah satu sama lain mengadu kekuatan tenaga dalam
itu, dalam hati rnasing-masing merasa kaget, mereka saling berpandangan sejenak lalu mengangkat tangan memberi
hormat satu sama lain. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hage berkata sambil tersenyum, "Nama gelar tangan sakti meraba awan benar-benar bukan hanya nama kosong belaka, Pinceng kini telah belajar kenal dengan kekuatanmu."
Setelah itu ia membalikkan badan dan berlalu.
Dari dalam tandu kecil yang tertutup oleh kain warna hijau terdengar suara orang tertawa bergelak-gelak, kemudian disusul oleh kata-katanya kepada Padri Tibet itu, "Tolong taysu beritahukan kepada pemimninnya, katakan saja bahwa aku orang She In, bersama Mao-san It-cin dan dua sesepuh partai Ceng-shia-pay, telah menantikan kedatangannya
ditanah lapang bawah loteng penyimpan kitab!"
Suaranya itu tidak besar, tetapi setiap patah kata terdengar nyata seolah-olah air mengalir yang masuk kedalam telinga.
Padri Tibet itu dengan tanpa menghentikan kakinya
menjawab dengan suara keras, "Perkataan In Cungcu itu, Pinceng tidak berani gegabah menerima baik begitu saja, Pinceng masih perlu memberitahtrkan kepada ketua kami lebih dulu, untuk mendapatkan keputusannya."
Dari tandu kecil itu tersingkap kain tutup yang berwarna hijau, lalu nampak berjalan keluar seorang laki-laki berusia tigapuluhan, dengan memakai pakaian panjang berwarna biru langit.
Dalam hati Siang-koan Kie semula mengira bahwa Cungcu dari perkembangan yang disebut sebagai perkampungan
nomor satu itu, tentunya adalah seorang yang sudah lanjut usianya, siapa tahu ternyata adalah seorang yang masih begitu muda sehingga diam-diampun merasa heran.
Semua orang yang berpencar disekitar tempat itu, lalu membungkukkan badan untuk memberi hortnat.
Laki-laki berpakaian warna biru langit itu tertawa pula, kemudian berkata kepada orang-orang dalam tiga tandu kecil Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang lainnya itu, "To-hen, Ong-heng, Oey-heng, silakan keluar."
Kain tandu berwarna merah, kuning dan biru muda nampak tersingkap, dari dalam tandu keluar seorang tua berdandan pakaian imam dengan tangan membawa kebut, dan dua orang tua perawakan pendek kecil yang warna pakaiannya sama, dua orang tua itu masing2 membawa tongkat bambu.
Imam tua itu lalu berkata kepada laki-laki itu, "Saudara In, apakah tempat inilah yang saudara hendak gunakan sebagai tempat pertaruan mengadu kekuatan?"
Laki-laki itu menjawab sambil tersenyum!
"Ya, ditanah lapang bawah loteng penyimpan kitab ini."
Wajah laki-laki itu meski nampaknya penuh senyuman,
tetapi masih belum dapat menutupi perasaan masgul yang tampak nyata dalam wajahnya.
Dua orang tua yang membawa tongkat bambu itu,
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekeluarnya dari tandu, mereka terus berdiam tidak berkata apa-apa.
Laki-laki berpakaian biru itu lalu berpaling dan berkata kepada orang tua tersebut, "Ong-heng dan Oey-heng, kali ini siaotee merasa tidak enak sekali harus minta bantuan kalian berdua, tetapi karena mengingat besar sekali sangkut pautnya dengan nasib orang rimba persilatan dalam pertandingan ini, maka terpaksa siaotee minta bantuan kalian berdua."
Orang tua yang berdiri disebelah kiri berkata dengan suara dingin, "Dalam rimba persilatan dewasa ini orang yang bisa mengundang si Imam dari gunung maosan, dan kita dua tua bangka turun gunung untuk memberi tenaga, kecuali kau In Cungcu, barangkali sudah tidak ada yang keduanya lagi. Kita berdua saudara tidak gampang2 memberikan janji, tetapi kalau sudah sanggup juga tidak ingin orang mengucapkan terima kasih."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu nada suaranya ketus dan dingin, sungguh tidak enak didengar.
Laki-laki berpakaian biru itu mendongakan kepala melihat cuaca, lalu berkata kepada dirinya sendiri, "Mengapa masih belum dating?"
Imam tua itu mengurut jenggotnya yang panjang dan putih kemudian berkata, "Saudara In, kecuali kita bertiga apakah kau masih minta bantuan orang lain lagi?"
"Perkataan yang siaotee ucapkan dengan tanpa sengaja
pada beberapa tahun berselang tidak kusangka telah dianggap benar-benar oleh Padri Tibet, ia lalu mengirim orang
menyampaikan surat mendesak siaotee supaya mengundang orang-orang kuat rimba persilatan daerah Tiong-goan supaya suka datang untuk menepati janji, oleh karena urusan ini men,yangkut sangat luas dengan nasib rimba persilatan, bukan cuma soal mati hidupnya siaotee seorang, maka tidak boleh tidak siaotee harus berlaku hati-hati, semula siaotee sebetulnya ingin mengundang semua orang gagah dalam
rimba persilatan berunding guna menghadapi musuh itu, tetapi kemudian terpikir lagi bahwa urusan ini tidak tepat diumumkan kepada dunia rimba persilatan, lagi pula dengan mengundang semua orang gagah, juga belum tentu dapat
memberi bantuan tenaga kepada kita, maka terpaksa siaotee hanya mengundang tuan-tuan saja?".."
Ia berdiam sejenak, kemudian berkata pula, "To-heng,
Ong-heng dan Oey-heng, kini ternyata bersedia turun gunung untuk memberi bantuan tenaga, hal ini benar-benar
menambah kepercayaan siaotee?".."
Pada saat itu tiba-tiha terdengar suara tambur dan
gembreng dari jauh terdengar semakin dekat.
Dari sudut loteng penyimpan kitab nampak berjalan keluar sepuluh lebih kawanan Padri yang mengenakan jubah warna Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuning, mereka berjalan mendatangi dengan tindakan
perlahan. Dibelakang kawaan Padri itu, tampak pula ernpat Padri berjubah warna merah, mereka itu memikul sebuah tempat sembahyang dari batu yang masih nampak mengepul asap
dupanya. Dibelakang batu tempat sembahyang itu kembali ada
delapan padri berpakaian merah yang melindungi seorang Padri tinggi kurus dengan jubah yang beraneka warna, Padri tinggi kurus itu dilehernya tergantung serenceng biji2 tasbih, Padri itu berjalan sambil merangkapkan kedua tangannya, matanya seperti tertutup, dibelakangnya diikuti oleh seorang laki-laki gagah berusia tigapuluh tahunan bersama seorang perempuan muda berparas cantik yang mengenakan pakaian warna merah serta sepuluh lebih kawanan padri yang
mengenakan jubah berwarna merah, biru dan kuning.
Kedua pihak terpisah sejarak satu tombak lebih kawanan Padri itu mendadak berhenti, begitu pula suara tambur dan gembreng.
Laki-laki berbaju panjang berwarna biru itu berjalan
menghampiri kemudian berkata sambil mengangkat tangan memberi hormat, "In Kiu Liong karena ada urusan penting sehingga datang terlambat, hal mana telah menyebabkan taysu lama menanti, aku sesungguhnya merasa tidak enak sekali."
Kawanan Padri yang membawa alat tabuhan itu, tiba-tiba memencarkan diri kedua samping, mereka berdiri sambil meluruskan kedua tangannya sedang empat Padri yang
memikul tempat sembahyang tadi, juga meletakkan batu
tempat dupa itu kemudian mundur dua langkah.
Padri tinggi kurus yang berpakaian aneka warna tiba-tiba membuka sepasang matanya, dengan sinar mata yang tajam ia menatap In Kiu Liong sejenak, lalu berkata, "Karena In Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cungcu ada urusan penting kelambatan tidaklah disengaja, bagaimana Pin-ceng berani menyalahkan?"
Wajah In Kiu Liong sedikit beruhah, ia berkata, "Walaupun kedatanganku agak terlambat, tetapi sudah mengirim orang untuk memberi kabar pada waktu yang tepat, entah taysu diberitahukan oleh orangku itu atau tidak?"
Padri Tibet itu hanya tersenyum, tidak berkata apa-apa lagi, kemudian berpaling dan mengawasi kepada anak buahnya
laki-laki yang berbadan tegap dan gagah itu baru berkata lagi,
"Tiga tahun berselang Pin-ceng mengirim utusan datang berkunjung ketempat tuan untuk menyampaikan lagi soal janji dalam kuil tua pada sepuluh tahun berselang, apakah In Cungcu masih ingat?"
"Seorang laki-laki seharusnya bisa memegang janji,
bagaimana siaotee bisa melupakan perjanjian itu?"
"Itu bagus, In Cungcu adalah salah seorang kuat dalam rimba persilatan daerah Tiong-goan, perkataan yang sudah dikeluarkan, dengan sendirinya dapat dianggap, entah
barang2 yang harus disediakan sudah lengkap atau tidak?"
Dad dalam sakunya In Kiu Liong mengeluarkan sebuah
bungkusan kain sutra berwarna kuning, kemudian ia berkata,
"Barang-baranq yang aku harus sediakan sudah lengkap, apakah taysu juga sudah sedia?"
Padri tinggi kurus itu dari dalam jubahnya yang
gerombongan mengeluarkan sebuah bungkusan kain sutra
berwarna kuning, lalu berkata, "Dalam bungkusan ini, kecuali barang-barang pusaka perkumpulan Bit-cong-kauw, masih ada lagi golok mas turunan kita, asal In Cungcu bisa mengambil golok mas itu, maka semua anak murid perkumpulan kita akan mendengar perintah Cungcu, sekalipun menyuruh mereka
terjun kelautan apipun juga tidak berani menolak."
"Dalam bungkusan ini, kecuali tanda kepercayaan yang
berupa naga terbang bagi perkampunganku In-kee-chung, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih ada lagi daftar nama2 orang kuat rimba persilatan daerah Tiong-goan, serta tiga buah gambar rahasia, siapa yang mendapatkan tanda kepercayaan perkampunganku,
maka orang-orang baik dari golongan hitam maupun dari golongan putih dari tujuh profinsi dari daerah selatan sungai Tiong-Kang, sebahagian besar akan tunduk dan tiga gambar peta rahasia ini, merupakan taktik dengan rencana untuk menundukkan orang-orang kuat daerah Tiong-goan, asal
taysu sanggup melukai orang-orang kita yang datang
memenuhi janji ini, taysu boleh berbuat menurut rencana yang tertulis dalam gambar rahasia itu, maka untuk menjagoi dunia rimba persilatan sangat mudah sekali."
Tiba-tiba terdengar suaranya Imam dari Mao San itu yang berkata sambil tertawa dingin, "Bagus sekali! In Cungcu kau telah menjual kita!"
In Kiu Lion tertawa terbahak-bahak kemudian berkata, "In Kiu Liong dan tuan-tuan bertiga kalau hari ini terluka didalam kuil tua ini, didalam rimba persilatan dewasa ini, siapa lagi yang bisa melawan, dari pada dibunuh secara menyedihkan, bukankah lebih baik menyerah saja?"
Imam dari Mao San itu perlahan-lahan pejamkan matanya dan berkata, "Ucapan ini juga benar?".."
Tiba-tiba terdengar orang berkata dengan suara dingin, "In Cungcu telah berjanji hendak mengadu kepandaian, sebaiknya lekas bertanding supaya lekas beres, kita bersaudara masih ada urusan penting yang harus diurus, kalau tidak lekas bertindak, kita terpaksa tidak dapat menunggu lagi!"
Orang yang berkata itu bukan lain dari pada Ong-kiat, saudara tua dari dua sesepuh partai
Ceng-shia. Dua sesepuh partai Ceng-shia itu dan Imam dari gunung Mao San, sudah lama mengasingkan diri, sudah tigapuluh tahun tidak pernah muncul dikalangan Kang-ouw, orang-orang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tingkatan muda dalam rimba persilatan, sudah lama tidak mengetahui diri mereka, maka itu Siang-koan Kie sejak tadi tidak mengambil perhatian terhadap diri tiga orang tua itu, dia hanya memperhatikan In Kiu Liong seorang, sebab ia sering mendengar cerita suhunya mengenai kejadian luar biasa tentang diri Cungcu itu, dengan mengandalkan sebuah tanda kepercayaan naga terbang, ia dapat menggerakkan orang-orang golongan hitam dan golongan putih dari tujuh profinsi daerah selatan sungai Tiang Kang.
In Kiu Liong agaknya merasa kurang mempunyai keyakinan dalam pertandingan itu, maka ia tidak ingin segera bergerak, setelah berdiam sejenak ia lalu berkata, "Urusan ini sangat penting, begitu kita bergerak, tidak akan berhenti sebelum ada yang mati, mungkin kita akan mengetahui siapa yang menang dan siapa yang kalah dalam waktu singkat, tetapi mungkin juga beberapa hari dan beberapa malam belum diketahui hasilnya, siaotee sudah minta bantuan seorang lain, yang kini masih belum tiba, setelah ia datang, kita nanti baru
bertindak." Ong-kiat yang kurus kering memandang saudaranya
sejenak, kemudian berkata, "In Cungcu masih merasa ragu-ragu, biarlah kita berdua yang tidak takut mati ini bertindak lebih dahulu."
Padri Tibet yang tinggi kurus itu lalu berkata samba tertawa dingin, "Kalian berdua kalau memang ingin turun tangan, senang sekali pinceng melayani."
Ong-kiat segera berjalan keluar dengan tindakan lebar, sinar matanya yang tajam dingin menyapu wajah Padri itu sejenak, lalu berkata, "Kalian hendak maju berbareng, atau satu-persatu?"
Padri Tibet tinggi kurus itu menggapaikan tangannya, dari dalam rombongan kawanan Padri maju menghampiri tiga
orang padri yang berjubah warna merah, biru dan kuning.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ong-kiat berkata sambil tertawa dingin, "Apakah tiga orang tidak terlalu sedikit?"
Orang tua itu lalu menggerakkan tongkat bambunya,
badannya melesat tinggi, sebelum kakinya menginjak tanah tongkatnya sudah melakukan serangan kepada tiga padri itu.
Gerakan tiga Padri itu juga sangat gesit, hanya sebentar saja masing-masing sudah mundur lima kaki, tetapi kemudian maju lagi dan balas menyerang dengan serentak.
Kepandaian ilmu silat golongan Bit-ciong lain dari pada ilmu silat golongan Tiong-goan, gerak badan tiga padri itu walaupun gesit, tetapi kekuatan yang keluar dari serangan nampaknya tidak mengandung kekuatan hebat.
Ong-kiat merasa bahwa serangan tiga padri itu
mengandung hawa dingin, ia tahu bahwa itu adalah ilmu kekuatan tenaga dalam yang amat berbisa tetapi ia
mengandalkan ilmu kepandaiannya yang sangat tinggi, ia ingin mencoba sendiri kepandaian ilmu silat Bit-ciong yang telah menggemparkan daerah barat itu, ia segera mengerahkan kekuatannya, dengan mengeraskan sekujur badannya
bagaikan besi, untuk menyambuti serangan tiga Padri itu.
Tiga Padri itu agaknya tidak menyangka bahwa lawannya itu berani menyambuti serangan, mereka nampak tercengang, ketiganya melompat mundur sambil menarik kembali
serangannya. Ong-kiat perdengarkan suara tertawa dingin, kemudian
maju mendesak dengan tindakan perlahan, wajahnya nampak dingin kaku.
Padri Tibet tinggi kurus itu tiba-tiba berkata dengan suara dingin, "Kau sudah terluka oleh ilmu serangan tangan In-hong-ciang dari golongan kami, jikalau kau tidak lekas mengatur untuk mengeluarkan hawa dingin yang sangat
berbisa itu, maka dalam waktu duabelas jam, semua tulang-tulang dalam badanmu akan mulai kaku, dalam waktu tiga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bulan bisa itu akan menyerang jantungmu dan tamatlah
riwayatmu?".." Perkataan itu diucapkan dengan nada suara dingin dan
menyeramkan, sehingga menimbulkan perasaan tidak enak bagi orang yang mendengarnya.
-odwo- Bab 8 "Ong-kiat tergerak hatinya ketika mendengar ucapan itu, tatkala matanya mengawasi padri tinggi kurus itu nampak berdiri dibelakang batu tempat dupa, di antara mengepulnya asap dupa, wajah itu nampaknya bagaikan patung yang
keram, yang pada saat itu sedang mengawasi dirinya.
Ketika sinar mata Ong-kiat beradu dengan sinar mata Padri itu, hatinya bergoncang keras, hawa dingin seolah-olah menyusup kedalam hulu hatinya sehingga dengan tanpa sadar badannya lalu menggigil.
Terdengar pula kata-katanya Padri tinggi itu, "Kau sudah terluka parah, jikalau kau tidak lekas duduk bersemedi untuk mengatur pernapasan dalam waktu dua jam, kau akan merasa tersiksa oleh hawa dingin yang masuk kedalam tulangmu."
Perkataannya itu meski diucapkan dalam bahasa Han,
tetapi kedengarannya masih agak kaku.
Ong-kiat dengan tanpa sadar mengawasi lagi Padri tinggi kurus itu, tetapi ketika sinar matanya beradu, kembali hatinya tergoncang hebat badannya menggigil.
Padri tinggi kurus itu tiba-tiba tersenyum, lalu perlahan-lahan duduk sambil merangkapkan kedua tangan diatas
dadanya. Asap dupa yang mengepul dari pendupaan semakin tebal, warna2 jubah Padri tinggi kurus itu semua merupakan warna Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menyolok, ketika tertutup oleh asap yang mengepul itu samar-samar nampak sebentar merah sebentar hijau,
semuanya seperti pemandangan dalam khayalan, hanya sinar mata tajam dari Padri itu yang tetap kelihatan seperti telah menembus asap itu untuk mengawasi Ong-kiat.
In Kiu Liong dan Mao San It-cien, telah merasakan bahwa sikap Ong-kiat makin lama makin tidak beres, matanya seperti mata orang linglung tetapi mata itu terbuka lebar2 sedang wajahnya menunjukkan tanda-tandanya yang amat letih.
Imam dari gunung Moo San itu segera berlompat keluar, sambil mengeluarkan pedang dari belakang punggungnya lalu mengeluarkan suara yang memuji nama Budha.
Suara itu diucapkan dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam sehingga dalam telinga orang seperti mengaung.
Sikap Ong-kiat tiba-tiba menunjukan kesadaran pikirannya, matanya yang terbuka lebar lalu dipejamkan, badannya
mundur beberapa langkah. Sang adik Oey Ciong segera melompat masuk kedalam
kalangan. Tangan kirinya membimbing Ong-kiat, tongkatnya
ditantapkan ketanah, tangan kanannya digunakan untuk
menotok jalan darah dibelakang punggung kakaknya.
In Kiu Liong berkata kepada Imam dari gunung Mao San
dengan suara perlahan, "To-heng sudah banyak pengalaman, apakah Padri itu menggunakan ilmu memindahkan sukma
yang terdapat dalam kalangan Budha?"
Imam itu menjawab sambil menganggukkan kepala,
"Nampaknya memang mirip dengan ilmu memindahkan sukma dalam cerita itu, tetapi Pinto tidak berani memastikan?".."
"Ilmu dari golongan Bit-ciong, adalah yang paling ajaib dan susah diduga, hanya ilmu golongan Jie-ka, meskipun siaotee mengerti, tetapi sangat terbatas, untuk menghadapi orang2
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semacam itu, tidak perlu mentaati peraturan dalam
persilatan." Ia lalu melompat keluar dan berkata pula dengan suara nyaring, "Aku In Kiu Liong angin belajar kenal dengan kepandaian taysu."
Ia mengeluarkan perkataan itu sambil mendorong keluar kedua tangannya.
Dua kekuatan tenaga dalam yang dibarengi dengan suara menderunya angin meluncur keluar dari kedua tangannya.
Padri tinggi kurus itu, memperdengarkan suara tertawa dingin, ia lalu mengangkat kedua tangannya untuk
menyambut serangan tenaga dalam In Kiu Liong.
Tatkala dua kekuatan saling beradu In Kiu Liong mendadak merasakan bahwa serangannya sendiri telah dipunahkan oleh semacam kekuatan yang sangat lunak dan dingin sehingga lenyap seketika, ia terperanjat, tidak tahu kepandaian apa iang digunakan oleh Padri itu yang dapat memusnahkan
serangannya sendiri yang demikian hebat.
Ia lalu pusatkan seluruh kekuatannya dan melancarkan
serangannya lagi. Tiba-tiba terdengar suara Imam dari gunung Mao San yang berkata, "Saudara In, tunggu dulu."
In Kiu Liong melompat mundur tiga langkah kemudian
bertanya, "Ada apa To-heng?"
"Kalau hendak bertindak, lebih baik menetapkan peraturan, lalu mulai bertanding secara benar, agar diketahui siapa yang lebih unggul", berkata Imam itu sambil bersenyum.
In Kiu Liong sebetulnya ingin menantikan kedatangan
seorang lagi yang hendak membantu padanya, barulah dimulai pertandingan secara resmi, tetapi dua sesepuh dari Ceng-shia-pai dan Imam dari gununn Mao San, semua sudah siap
bergerak, apalagi perbuatan Padri Tibet yang agak aneh itu, membuat perasaannya tidak tenang. Dalam hatinya lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpikir: Memang sudah lama aku mendengar golongan lama itu mempunyai kepandaian yang ajaib, nampak kejadian hari ini mungkin benar, hanya pandangan mata saja sudah dapat menundukkan seorang berkepandaian sangat tinggi.
Kepandaian yang mirip dengan ilmu gaib itu, sebetulnya sulit dimengerti, apabila waktunya diperpanjang lagi, barangkali tidak menguntungkan pihakku sendiri maka lebih baik kita lekas selesaikan soal ini.
Karena berpikir demikian, maka ia lalu berkata, "Ucapan To-heng ini memang benar, mari kita segera mulai supaya lekas mendapat kepastian siapa yang akan keluar sebagai pemenang dalam pertandingan ini."
Padri tinggi kurus itu berkata dengan nada suara dingin, "
Itulah yang paling baik, Pin-ceng juga beranggapan demikian, bagaimana kita harus bertanding, terserah kepada In
Cungcu." Dengan sinar mata yang tajam In Kiu Liong mnegawasi
kawanan Padri, dalam hatinya mulai menghitung-hitung, dipihaknya sendiri hanya ada empat orang yang
berkepandaian tinggi, kecuali Ong-kiat yang sudah terluka masih ada Oey Ciong, Imam dari gunung Mao San dan ia
sendiri. Ia pikir sebaiknya diadakan perjanjian untuk bertanding dalam tiga rombongan siapa yang dapat
menangkan dua kali dialah yang menang.
Sebab di antara kalangan Padri itu, hanya ketuanya yang perawakannya tinggi kurus itu yang berkepandaian sangat aneh, yang lainnya, seperti anak muridnya, dengan bertanding secara demikian, sekalipun ia sendiri tidak dapat melawan, tetapi dalam pertandingan itu sudah terhitung pihaknya yang menang. Maka ia lalu berkata, "Kalau taysu menghendaki demikian, aku terpaksa menurut, menurut pikiranku yang pendek, kita mengadakan tiga kali pertandingan untuk
menetapkan siapa yang kalah dan siapa yang menang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di antara anak murid taysu boleh memilih dua orang yang berkepandaian tinggi, siaotee juga akan memilih dua orang di antara orang yang aku minta bantuannya, untuk bertanding, dalam pertandingan terakhir biarlah sioatee yang belajar kenal dengan kepandaian taysu apakah taysu dapat menyetujui cara demikian?"
Padri itu tidak segera menjawab, ia berpaling mengawasi laki2 yang berbadan tinggi dan gagah itu untuk bicara sekian lama bahasanya sendiri.
Mereka berbicara dengan menggunakan bahasa Uighur
yang tidak dimengerti oleh In Kiu Liong dan lain-lain.
Setelah bicara cukup lama, Padri tinggi kurus itu baru berpaling dan berkata dengan suara dingin, "Baiklah kami terima baik usulmu itu."
In Kiu Liong lalu berkata kepada Oey-ciong, "Harap Oey-heng supaya mulai lebih dulu."
Oey Ciong perlahan-lahan melepaskan dirinya Ong-kiat, kemudian mencabut kembali tongkatnya yang ditancapkan ditanah lalu berjalan menuju kelapangan dengan tindakan lebar.
Padri tinggi kurus itu tiba-tiba berkata sendiri dengan bahasa Uighur, dari dalam rombongan Padri segera berjalan keluar seorang Padri pendek kecil.
Padri itu yang bentuk badannya sama dengan Oey Ciong
yang pendek kurus, sepasang matanya yang sipit nampak meram melek seolah-olah sedang mengantuk, ia berjalan menuju kelapangan dengan tindakan perlahan.
Oey Ciong memperdengarkan suara ketawa dingin,
kemudian berkata sambil lintangkan tongkatnya, "Lekas keluarkan senjatamu, aku seorang tua kalau sedang
menghadapi pertandingan, selamanya tidak suka banyak
bicara." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padri pendek kurus itu agaknya tidak mengerti bahasa Han, dengan sikap agak bingung ia mengawasi Oey Ciong sejenak, kemudian dari belakang punggugnya perlahan-lahan
mengeluarkan sepasang gelang Mas, ia pegang gelang itu dengan sepasang tangannya, kemudian dirangkapkan didepan dadanya, lalu dipisahkan lagi, mulutnya mengucapkan kata2
yang tidak dimengerti oleh Oey Ciong.
Karena satu sama lain tidak mengerti bahasanya, maka
hanya dari sikap mereka untuk meraba-raba maksud dari perkataan-perkataannya.
Oey Ciong segera melintangkan tongkatnya, tangan kirinya diletakkan diatas pergelangan tangan kanan, lalu mendorong kedepan.
Perbuatan itu sebetulnya merupakan suatu gerakan yang maksudnya minta lawannya turun tangan lebih dulu, itulah menurut peraturan rimba persilatan daerah Tiong-goan, tetapi karena Padri itu tidak mengerti peraturan demikian, karena melihat lawannya bergerak demikian, ia juga meniru
perbuatan semacam itu. Oey Ciong menganggap berhadapan dengas orang yang
tidak mengerti tata cara, tidak ada gunanya berlaku merendah terhadapnya, maka ia lalu menggerakkan tongkatnya menotok bagian perut lawannya.
Sebetulnya ia sendiri tidak mengerti bahsa Uighur, dan tidak mengerti peraturan gohongan Bit-cong, sekalipun Padri itu mempersilakan kepadanya untuk membuka serangan lebih dulu ia juga tidak mengerti maksudnya.
Ketika ujung tongkat Oey Ciong meluncur ke arah
perutnya, Padri itu dengan menggunakan Gelang Masnya
untuk menindih ujung tongkat tersebut, Gelang Mas ditangan kanannya tiba-tiba terbang melesat untuk balas menyerang.
Oey Ciong terperanjat, dengan cepat ia menarik kembali tongkatnya dan melompat kesamping jauh lima kaki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padri Tibet itu menggerakkan tangan kanannya, Gelang
Mas yang melesat terbang tiba-tiba tertarik kembali
ditangannya. Ternyata Gelang Mas itu diperlengkapi dengan seutas
rantai Mas yang halus sekali.
Oey Ciong diam-diam memaki: Kurang ajar aku kira ia
menggunakan ilmu gaib apa, tidak tahunya cuma permainan sulap belaka.
Karena ia telah menyaksikan luka yang diderita oleh Ong-kiat, maka selalu waspada, tidak berani bertindak
sembarangan, setelah mengetahui senjata lawannya terikat oleh rantai Mas hatinya merasa lega, tongkat lalu digunakan lagi untuk membabat pinggang lawannya.
Serangan itu hebat sekali, sehingga mengeluarkan suara hembusan angin sangat hebat.
Mata Padri yang semula nampak meram melek itu tiba-tiba terbuka lebar, badannya yang pendek kurus tiba-tiba melesat tinggi keatas, sepasang gelangya terlepas dari tangannya menyambar kepala lawannya.
Oey Ciong menarik kembali serangannya, dengan satu
gerakan memutar tongkat digunakan untuk menyapu rantai yang menghubungkan antara gelang dengan tangan si Padri, ia melakukan semua itu dengan suatu gerakan yang luar biasa cepatnya.
Padri pendek kurus itu agaknya dapat lihat Oey Ciong
memandang rendah dirinya. Ia segera memusatkan kekuatan tenaga dalamnya, badannya naik membung lagi keatas
setinggi tujuh delapan kaki, dan sepasang gelangnya ikut naik mumbung untuk menghindarkan serangan Oey Ciong.
Tetapi Oey Ciong tidak menghentikan serangannya, sambil mengeluarkan suara bentakan keras, melompat keatas,
tongkatnya terus meluncur untuk menotok lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padri Tibet itu tiba-tiba mengerakkan tangan kanannya, Gelang Masnya melesat keluar dan tepat mengalungi ujung tongkat Oey Ciong, kemudian badannya luncur turun.
Oey Ciong diam-diam mengerahkan kekuatan tenaga
dalamnya, tongkatnya dikibaskan keatas.
Meskipun ia bergerak demikian dengan badan masih
terapung, tetapi karena sudah mahir kekuatan tenaga
dalamnya, kekuatan gerakan tangannya itu juga sangat hebat, Padri Tibet yang sedang meluncur turun itu dikibaskan secara demikian tiba-tiba terlempar bagaikan layang2 yang putus talinya. Ditengah udara ia berputaran dan kemudian melesat sejauh empat lima tombak, baru melayang turun ketanah.
Tetapi Oey Ciong yang mengeluarkan serangan dengan
badan terapung, sekalipun berhasil melemparkan lawannya, tetapi ia sendiri juga tidak berhasil kendalikan dirinya, maka ketika sepasang kakinya menginjak tanah, sudah
menimbulkan getaran hebat pada dirinya.
Padri Tibet itu ketika jatuh ditanah, ternyata tidak
mendapat luka apa-apa, ia lompat melesat lagi menghampiri lawannya.
Oey Ciong tidak menantikan datangnya Padri itu, ia sudah lompat menyambut sambil menyerang.
Serangan itu nampaknya biasa tidak ada apa yang aneh, tetapi karena ia menggunakan tenaga dalam, sehingga
tongkatnya mengeluarkan suara menderu-deru.
Padri Tibet itu agaknya sudah tahu bahwa orang tua kurus kering itu mempunyai kekuatan tenaga dalam yang hebat, maka ia tidak berani menyambut serangannya, sambil
berputaran ia mengelakkan serangan tersebut.
Serangan Oey Ciong dengan demikian mengenai tempat
kosong, tetapi ia merobah dengan cepatnya dan kali ini tongkatnya membabat pinggang lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padri Tibet itu masih belum sempat balas menyerang,
sudah disusul oleh serangan selanjutnya, ia terpaksa lompat melesat kesamping untuk menghindarkan serangan tersebut.
Oey Ciong dengan gerakannya yang cepat luar biasa, dan beruntung sudah meluncurkan dua kali serangan, karena ia tidak berhasil merebut posisi lebih dulu, maka ia melanjutkan serangannya dengan cepat, dalam waktu sekejap mata saja Padri Tibet itu sudah terkurung oleh bayangan tongkat yang dibarengi oleh menderunya suara angin.
Sepuluh jurus kemudian nampaknya sudah terlihat siapa yang lebih unggul dalam pertempuran itu, Padri Tibet kurus kering itu didesak oleh serangan Oey Ciong, gerak kakinya nampak mulai kalut, sehingga tidak sanggup melakukan
serangan pembalasan. Laki-laki tinggi besar itu, tiba-tiba maju dan berkata kepada Padri tinggi kurus dengan suara sangat perlahan.
Padri tinggi kurus itu gelengkan kepalanya, perlahan-lahan memejamkan sepasang matanya.
Dua orang itu berbicara dengan menggunakan bahasa
Uighur, sehingga tidak dimengerti oleh In Kiu Liong, tetapi dari sikap dua orang itu, dapat dilihat sedikit maksud pembicaraan mereka itu. Imam dari gunung Mao San lalu berkata kepada In Kiu Liong dengan suara perlahan , "Saudara In, Padri tinggi kurus itu, kalau dilihat dari sikapnya, agaknya tidak menghiraukan nasib Padri yang sedang bertempur itu, maka pertandingan ini mungkin pihak kita yang akan mendapat kemenangan."
Dalam hati In Kin Liong juga merasa heran, tetapi ia sendiri selalu waspada dan berjaga2 untuk menghadapi kepandaian orang2 golongan Bit-cong. Dalam hatinya masih belum berani percaya anggapan kawannya itu. Selagi masih merasa curiga, tiba-tiba terdengar suara bentakan Oey Ciong, kemudian disusul oleh suara jeritan ngeri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia segera dapat lihat Oey Ciong berdiri ditengah lapangan sambil melintangkan tongkat ditangannya, sedangkan Padri Tibet kurus kering itu sudah menggeletak ditanah dalam keadaan remuk kepalanya.
Imam dari gunung Mao San lantas lompat masuk kedalam
kalangan sambil menenteng pedangnya, kemudian berkata dengan nada suare dingin, "Pertandingan pertama sudah selesai, sekarang dalam pertandingan kedua ini siapa yang ingin bertanding dengan Pinto?"
Padri tingi kurus tiba-tiba berpaling kepada laki-laki tinggi besar itu dan berkata dengan menggunakan bahasa Uighur,
"Imam ini nampaknya mepunyai kekuatan tenaga dalam hebat sekali, kepandaiannya pasti lebih hebat dari pada orang tua kurus kering itu, aku sendiri masih perlu menghadapi In Kiu Liong yang lebih lihai itu, maka dalam pertandangan ini, kita harus majukan siapa?"
Laki-laki tinggi besar dan tegap itu segera menjawab
dengan menggunakan bahasa Uighur juga, "Sayang Kum-tok susiok tidak ikut sama-sama kita, jikalau ia ada,
kepandaiannya lebih dari cukup untuk menghadapi Imam itu."
Wajah Padri tinggi kurus itu nampak berobah, kemudian berkata, "Kim-tok susiokmu gemar sekali dengan kepandaian ilmu silat daerah Tiong-goan, ia juga menentang bermusuhan dengan orang-orang rimba persilatan daerah Tiong-goan, ia berkata bahwa daerah Tiong-goan sangat luas, dalam rimba persilatan terdapat banyak sekali orang yang berkepandaian tinggi, bermusuhan dengan orang-orang rimba persilatan daerah Tiong-goan, pasti akan mengalami suatu kekalahan total, aku takut ia akan menggagalkan usaha kita, maka sudah kumasukan dalarn tahanan, orang-orang kita sekarang ini, banyak yang mengerti ilmu pelajaran bathin golongan kita, jika hanya menggunakan kepandaian ilmu silat untuk
menghadapi lawannya barangkali sulit untuk merebut
kemenangan?".."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana kalau aku sendiri menghadapi padanya?"
"Dalam tiga pertandingan, kalau ingin merebut
kemenangan, harus dapat menangkan dua kali, maka
pertandingan babak kedua ini sangat penting, aku sudah berkeputusan, menggunakan ilmu bathin yang tertinggi dalam golongan kita untuk menghamburkan tenaga murni mereka sehingga menyapu bersih orang-orang rimba persilatar daerah Tiong-goan yang turut dalam pertandingan ini, maka asal kau sanggup bertahan seratus jurus jangan sampai dikalahkan sudah cukup.
Laki2 berbadan tegap itu lalu berjalan keluar dengan
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tindakan lebar sambil berkata , "Untuk melayani sampai seratus jurus, aku yakin masih sanggup?".."
Ia lalu mengeluarkan sepasang benda Mas yanq
gamerlapan, benda itu bentuknya sepanjang satu kaki lebih dan lebar kira-kira satu dim, diletakkan kedalam dua
tangannya. Imam dari gunung Mao San sudah siap sedia, begitu orang yang akan menghadapinya itu muncul didalam kalangan, akan diserang dengan segera.
Karena mereka sudah dapat melihat gelagat pada saat itu, apabila mengulur waktu semakin lama, semakin tidak
menguntungkan bagi pihaknya sendiri, sebab kawan Padri Tibet itu berbicara menggunakan bahasa Uighur yang tidak dimengerti oleh In Kiu Liong dan kawan-kawannya sehingga dirasakan oleh mereka bahwa gerak-gerik kawanan Padri itu sangat aneh dan menakutkan, maka mereka semua sudah
bertekad hendak mengakhiri pertandingan itu secepat
mungkin. Tetapi Imam dari gunung Mao San itu setelah menyaksikan senjata laki-laki besar dan tegap itu nampaknya sangat terkejut, ia lalu berkata, "Senjatamu ini apakah terdapat tanda tulisan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laki-laki itu tersenyum, kemudian berkata dengan
menggunakan bahasa Han, "Benar, bagaimana kau tahu?"
Imam dari gunung Mao San itu terdengar kata-katanya
yang ditujukan kepada dirinya sendiri, "Apakah benar ia masih berada didalam dunia?" Setelah berdiam sejenak ia lalu berkata kepada 1aki2 ini, "Bolehkah aku melihat senjatamu itu?"
Laki-laki besar tegap itu tiba-tiba mengangkat tangannya dan menunjukkan senjatanya itu seraya berkata, "Boleh saja, silahkan kau lihat."
Imam dari gunung Mao San mengamat-amat dengan
seksama, ternyata diatas senjata yang mirip dengan papan atau plat Mas itu terdapap tulisan yang berbunyi, "Tanda perintah menangkap sukma."
Sedangkan diatas plat yang terbuat dari perak itu terdapat tulisan yang berbunyi, "Tanda perintah memanggil sukma."
Bunyi dari tulisan itu sudah cukup membuat berdiri bulu roma orang yang melihatnya.
Wajah Imam dari gunung Mao San itu berubah seketika,
tetapi dengan cepat ia sudah tenang lagi, dengan nada suara dingin ia bertanya, "Dimana orang yang menggunakan senjata ini?"
Imam itu meski diluarnya nampak sangat tenang, tetapi ia tidak berhasil mengendalikan tergetarnya perasaan hatinya, maka pertanyaan yang diajukan itu belum mencakup arti sebenarnya yang hendak dikeluarkannya.
Laki-laki besar dan tegap itu menjawab dengan nada suara dingin, ".Orang yang menggunakan sepasang senjata ini adalah aku sendiri."
Jawaban itu mengandung ejekan sangat tajam, sehingga
Imam dari gunung Mao San itu yang mendengarkannya
seketika menjadi murka, sambil mengkibaskan pedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditangannya ia berkata dengan sikap gusar, "Sekalipun si iblis tua yang menggunakan senjata itu menunjukkan diri sendiri, aku juga tidak takut."
Ia lalu menggerakkan pedangnya untuk menikam.
Laki-laki besar dan tegap itu selagi hendak menggunakan senjata ditangannya untuk menutup dirinya, serangan Imam itu tiba-tiba ditarik kembali.
Kiranya ia tiba-tiba teringat kedudukannya sendiri yang sangat tinggi didalam rimba persilatan di daerah Tiong-goan, maka perbuatannya yang bergerak lebih dahulu terhadap lawannya sesungguhnya merupakan suatu perbuatan yang
merendahkan kedudukannya sendiri, maka ia membatalkan serangannya.
Laki-laki besar dan tegap itu sebaliknya sudah
menggunakan kesempatan tersebut untuk merebut posisi. Plat Mas dan Perak digunakan untuk melancarkan serangan saling menyusul.
Serangan demikian, jarang tampak didalam kalangan Kangouw, sepasang senjata Plat itu bukan digunakan untuk
menyerang secara berbareng atau saling berganti mengarah dua bagian lawannya, sebaliknya saling menyusul dengan cara satu lebih dahulu dan yang satu belakangan. Serangan secara demikian merupakan suatu cara tersendiri.
Imam dari gunung Mao San segera mengeluarkan suara
bentakan keras, "Benar ada kepandaian ilmu silat tersendiri iblis tua itu."
Ia lalu menggerakkan pedang panjang ditangannya,
dengan satu gerak tipu sinar emas bertebaran dalam kabut, pedang ditangannya itu menimbulkan bayangan ribuan
pedang dihadapan lawannya.
Sebentar terdengar suara beradunya senjata, laki-laki besar dan tegap itu tiba-tiba melompat mundur sejauh lima kaki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiranya Imam dari gunung Mao San itu hebat sekali
kekuatan tenaga dalamnya, ketika senjata kedua pihak saling beradu, laki-laki besar dan tegap itu segera dapat merasakan tidak sanggup menyambuti serangan lawannya, maka ia
dengan cepat lompat mundur sambil menarik kembali
serangannya. Ia sengaja mengulur waktu, sekalipun sanggup menyambut serangan pedang lawannya yang hebat, namun dia tidak mau berbuat demikian.
Imam dari gunung Mao San mengejar dengan
serangannya, kali ini ujung pedang digunakan untuk menikam dada lawannya.
Laki-laki besar dan tegap itu menggunakan senjata plat Masnya untuk menangkis pedang lawannya, sedangkan
senjata plat perak ditangan lainnya digunakan menyerang pundak lawannya.
Gerak tipu serangan orang itu sangat aneh, meski dalam tangannya ada dua macam senjata, tetapi diwaktu turun tangan menyerang lawannya, seolah-olah serangan itu
dilakukan oleh dua orang.
Imam dari gunung Mao San dengan cepat menyingkirkan
dua senjata laki-laki kemudian melakukan serangan dengan suatu gerakan menikam lagi.
Dua lawan itu meski baru bertanding beberapa jurus saja, tetapi orang-orang yang menyaksikan semua telah
mengetahui bahwa itu adalah suatu pertandingan yang sangat hebat dan berbahaya, meskipun nampaknya senjata kedua pihak tidak terlalu tegang, tetapi setiap kali sehabis melakukan serangan, selalu disusul oleh serangan yang lebih hebat.
Wajah dan sikap Imam dari gunung Mao San nampaknya
sangat serius, ia berdiri sambil melintangkan pedangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedang laki-laki besar dan tegap itu sepasang matanya terbuka, lebar ia berdiri sejauh empat lima kaki, sikapnya juga nampak berubah sungguh-sungguh.
Kiranya kedua pihak setelah mengadu kekuatan, semua
sudah merasakan telah menemukan tandingan kuat yang
belum pernah ditemukan pada waktu sebelumnya.
Imam dari gunung Mao San saat itu sudah tahu bahwa laki-laki besar dan tegap itu telah mewarisi kepandaian iblis tua, yang menggunakan sepasang senjata aneh itu, dahulu
sepasang senjata Plat itu pernah satu kali menggemparkan rimba persilatan daerah Tiong-goan, sungguh tidak disangka bahwa orang yang menggunakan senjata itu setelah
menghilang beberapa puluh tahun lamanya, senjata itu kini telah muncul lagi didalam kuil tua di daerah pegunungan yang sepi dan sunyi itu?"..
Selagi kedua pihak sedang mengumpulkan kekuatan dan
hendak bertanding lagi, tiba-tiba terdengar tiga kali suara bunyi tambur yang kemudian disusul oleh bunyi gembreng dan tetabuhan lainnya, sehingga menimbulkan suatu irama musik dalam kalangan ilmu budha daerah Tibet. Kawanan padri yang berdiri ditempat masing-masing, tiba-tiba bergerak dengan mengikuti suara irama tersebut.
Padri tinggi kurus yang mengenakan pakaian yang
beraneka warna itu tiba-tiba berbangkit, ia maju melalui batu dupa, kemudian duduk bersila, setelah itu ia mengeluarkan suara bentakan keras dan suara tetabuhan itu berhenti dengan mendadak, kawanan para Padri itu lantas pada duduk.
Tempat kawanan Padri itu, semua telah berobah dari
tempat yang semula, masing-masing rangkapkan kedua
tangan diatas dadanya sambil memejamkan matanya.
Perbuatan aneh kawanan Padri itu membuat In Kiu Liong merasa tidak sabar lagi, ia merasa bahwa dengan cara
demikian, pasti dipihaknya sendiri yang akan mengalami Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerugian, maka ia segera berjalan keluar dan berkata kepada Padri tinggi kurus sambil mengangkat tangan memberi
hormat, "Taysu ingin lekas mendapat kemenangan, siaote juga beranggapan bahwa lebih cepat mendapat keputusan adalah lebih baik."
Padri tinggi kurus itu menjawab dengan menggunakan
bahasa Han, "Maaf Pinceng tidak mengerti maksud ucapan In Cungcu."
"Siaote ingin supaya pertandingan siaote dengan taysu dimajukan waktunya agar di mulai dengan serentak."
Dipihak kalian sudah menang satu kali apabila pertandingan kedua dan ketiga dilangsungkan serentak, bukankah kalian tidak akan merasa dirugikan?"
Meski dalam hati In Kiu Liong memaki kelicinannya Padri Tibet itu, tetapi mulutnya masih berkata sambil tersenyum,
"Sekalipun kita menang satu kali lagi, namun khawatir bahwa pertandingan ini masih akan terus berlangsung, maka
sebaiknya dilakukan secara serentak, supaya yang menang dan pihak yang kalah semua merasa takluk benar-benar."
Padri itu masih akan menolak, tetapi In Kiu Liong sudah bertindak. Cungcu itu diam-diam mengerahkan kekuatan
tenaga dalamnya lalu meluncurkan serangan dari jarak jauh.
Ketika serangan yang hebat itu meluncur keluar dari
tangannya, orangnya juga menerjang maju menyusul dengan serangannya yang lebih hebat.
Kiranya In Kiu Liong yang sudah mengetahui bahwa Ong-
kiat dijatuhkan oleh Padri itu dengan menggunakan kekuatan ajaib dari sepasang matanya, maka ketika melihat kawanan Padri bergerak sambil membunyikan suara tetabuhan, ia sangsi kawanan Padri itu akan menggunakan akal muslihat jahat, maka hatinya merasa tidak tenang. Itulah sebabnya maka ia mau tidak mau lalu mendesak padri itu supaya segera mengadakan pertandingan dengannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padri tinggi kurus itu sepasang tangannya yang
dirangkapkan diatas dadanya tiba-tiba mendorong keluar untuk menyambut serangan In Kiu Liong yang hebat itu
seraya berkata sambil ketawa, "Hebat sekali kekuatan tenaga In Cung cu."
In Kiu Liong juga merasa bahwa kekuatan tenaga Padri itu juga sangat hebat, sehingga dalam hatinya diam-diam juga merasa kagum.
Ketika ia mengawasinya Padri itu ternyata sedang
membuka lebar sepasang matanya mengawasi dirinya, tatkala pandangan matanya beradu dengan sinar mata Padri itu, hatinya merasa seperti tergoncang hebat.
In Kiu Liong yang sejak semula sudah waspada, buru-buru berpaling, ia lalu memusatkan hawa dan kekuatan dalamnya untuk menenangkan pikirannya, kemudian tangannya
bergerak menyerang lagi. Padri itu menyambut serangan tersebut dengan cara
seperti semula. Ketika dua kekuatan itu saling beradu, In Kiu Liong tiba-tiba merasakan hatinya tergoncang, kakinya bergerak mundur satu langkah diam-diam lalu bertanya pada dirinya sendiri,
"Benarkah kekuatan Padri ini lebih tinggi dari kekuatanku sendiri?"
Dengan tanpa sadar ia angkat kepalanya memandang Padri itu lagi.
Pada saat itu dari sinar mata Padri tinggi kurus itu, seolah-olah ada benda yang meluncur keluar menyusup kedalam hulu hatinya sendiri, hatinya kembali dirasakan tergoncang, maka ia buru-buru pejamkan sepasang matanya untuk mengatur pernapasannya.
Tiba-tiba terdengar suara ketawanya Padri tinggt kurus itu yang kemudian berkata kepadanya, "In Cungcu kau bukan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tandingan Pinceng, lebih baik lekas mengaku kalah, supaya terhindar dari luka parah, itu sangat tidak berharga bagi dirimu."
Setiap patah perkataan Padri itu seolah-olah mengandung ancaman yang dapat merenggut nyawa orang.
In Kiu Liong yang mendengarkan suara aneh itu, hatinya berdebar keras, badannya menggigil, ia buru-buru
memusatkan kekuatan tenaga dalamnya untuk
menghindarkan perasaan itu.
Karena ia mempunyai kekuatan tenaga dalam sangat
sempurna, maka begitu memusatkan pikirannya, perasaannya segera tenang kembali, sedang dalam hatinya terus
memikirkan, entah kepandaian ilmu apa yang digunakan oleh Padri itu, apakah benar golongan Bit-cong dapat
menggunakan ilmu gaib yang mujizat"
Selagi pikirannya bekerja memikirkan soal itu, tiba-tiba merasakan suatu kekuatan tenaga hebat menyerang dadanya.
Kepandaian dan kekuatan Cungcu itu, didalam rimba
persilatan daerah Tiong-goan merupakan suatu tokoh kuat yang jarang terdapat, sejak muncul didunia Kang-oiw selama lima belas tahun telah menundukkan semua orang kuat rimba persilatan dalam tujuh profinsi Daerah selatan sungai Tiong-kang, tidak mengherankan daya refleknya melebihi dari orang lain, ia segera dapat merasakan hebatnya serangan itu, belum sempat ia membuka matanya sepasang tangannya mendorong keluar.
Serangan Padri itu meski hebat, tetapi ternyata dapat ditolak oleh sambutan serangannya sendiri. Selagi hendak balas menyerang, tiba-tiba mendengar suara kata-kata Padri tua itu yang sangat menusuk hatinya, "In Kiu Liong, kau sudah terluka oleh serangan ilmu tunggal dalam golonganku yang mengandung hawa dingin, jikalau kau tidak mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengaku kalah, dalam waktu tiga jam hawa dingin itu akan menyerang jantungmu sehingga binasa."
Ketika In Kiu Liong mendengar suara itu, kekuatan tenaga dalam sekujur badannya segera dirasakan jauh berkurang, sehingga kekuatan tenaga serangannya juga berkurang.
Suara tertawa aneh yang menyeramkan terdengar pula
kedalam telinganya, suara itu dalam pendengarannya seolah-olah suara dari dalam neraka.
Ketika suara tertawa itu berhenti, terdengar pula suara kata-katanya Padri Tibet itu yang sangat dingin, "In Kiu Liong, Pinceng mengingat bahwa kepandaianmu ini tidak mudah kau dapatkan maka tidak tega melukai dirimu, sekarang aku memberi nasehat yang terakhir kepadamu apabila kau tidak segera menyerah kalah, Pinceng terpaksa akan menurunkan tangan kejam."
In Kiu Liong terus memejamkan sepasang matanya, ia tidak berani membuka, sebab ia sudah dapat merasakan bahwa
sinar mata Padri Tibet itu sangat aneh, apabila berpandangan dengannya hatinya segera tergoncang hebat.
Siapa tahu setelah ia pejamkan matanya, perasaannya
dibikin kalut oleh suara kata2 Padri itu yang seolah-olah hendak mencabut nyawanya.
Tetapi sebagai seorang yang mempunyai kepandaian sudah sempurna, meskipun perasaannya dikalutkan oleh suara Padri Tibet itu, tetapi ia masih dapat menahan tidak sampai roboh.
Sambil mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya untuk
melindungi dirinya, hatinya memikirkan caranya untuk
menghadapi Padri itu, ia berpikir: dalam keadaan seperti ini terpaksa menyerangnya dengan cara tidak terduga-duga, lalu mengadakan pergulatan dengan cara pendek supaya ia tidak sempat mengeluarkan kata-kata dari mulutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena berpikir demikian maka setelah mengerahkan
semua kekuatannya ia berlaku sangat letih supaya
mengalihkan perhatian lawannya.
Suara yang amat dingin dari Padri Tibet itu terdengar pula didalam telinganya, "In Kiu Liong, kau masih ada urusan apa yang masih belum selesai?".."
In Kiu Liong tiba-tiba memperdengarkan suara bentakan keras, memutuskan ucapan Padri tinggi kurus itu, dengan sepasang mata mendelik, ia lompat menerjang.
Padri Tibet tinggi kurus itu agaknya tidak menduga
perbuatan In Kiu Liong itu, namun demikian sepasang kakinya masih bisa bergerak lompat keatas, kemudian melompat
kebelakang batu pendupaan.
Dua Padri yang melindungi Padri tinggi kurus itu, segera maju serentak menahan In Kiu Liong. Tiga buah senjata yang berupa kecer, melesat melayang ke arahnya.
In Kiu Liong dengan mengerahkan seluruh kekuatannya,
mengeluarkan sepasang tangannya untuk memukul jatuh tiga senjata itu, badannya melesat setinggi dua tombak, dengan gerakannya bagaikan burung elang menyambar burung dara dengan cepat menerjang Padri tinggi kurus itu.
Sebagai seorang yang menduduki orang kuat kelas satu
dalam rimba persilatan, kekuatannya sudah tentu tidak dapat dibandingkan dengan kekuatan orang-orang Kang-ouw biasa, Padri Tibet itu meskipun tidak suka bertempur dengan jarak dekat dengannya, tetapi dengan kedudukannya sebagai ketua golongan Bit-cong, sudah tentu tidak dapat menyingkir terus menerus dari serangan In Kiu Liong, terpaksa ia juga
mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, sambil mendorong keluar sepasang tangannya, ia ingin mendesak balik In Kiu Liong sebelum kakinya menginjak tanah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapa tahu In Kiu Liong sudah bertekad hendak mengadu jiwa, ketika melihat serangan hebat itu segera menggunakan ilmu memberatkan badan ia meluncur turun kebawah.
Kekuatan hebat sedang menyerang badan In Kiu Liong
yang sedang luncur turun, tetapi masih tidak sanggup
merintangi lajunya badan In Kiu Liong yang sedang luncur turun itu.
Ketika kaki In Kiu Liong menginjak tanah, mulutnya segera menyemburkan darah merah dengan cepat ia bergerak maju lagi menyerang dengan tangan dan kakinya.
Serangan gencar itu, bukan saja ia lakukan dengan cepat, tetapi setiap serangan yang juga mengandung kekuatan
tenaga dalam yang hebat, sehingga Padri tinggi kurus itu terpaksa mundur sampai lima langkah.
In Kiu Liong tidak menunggu lawannya membuka mulut
kembali ia lompat menyerang sambil keluarkan bentakan keras.
Kali ini ia mengendorkan serangannya dan berkata dengan nada suara dingin, "Sudah lama siaote dengar kepandaian ilmu silat golongan Bit-cong yang sangat aneh, siapa tahu pandangan itu bukan seperti apa yang telah disaksikan dengan mata kepala sendiri, apabila taysu mempunyai
keberanian, sambutlah seranganku ini."
Ditantang demikian Padri tinggi kurus itu dengan tanpa sadar sudah mengeluarkan dua tangannya untuk menyambut serangan tersebut.
In Kiu Liong tiba-tiba mempercepat serangannya, ketika terdengar suara beradunya dua kekuatan yang sangat
perlahan, badan kedua jago itu dengan serentak tergetar hebat, tetapi telapak tangan kedua orang itu tidak segera terpencar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beradunya dua pasang telapak tangan itu seolah-olah
kedua pihak sudah memusatkan seluruh kepandaiannya, maka setelah saling beradu, kedua pihak menarik napas panjang lalu pejamkan matanya seolah-olah belum mengatur baik
pernapasannya, siapapun tidak mempunyai tenaga untuk
membalas menyerang lagi. Dilain pihak, Imam dari gunung Mao San dan laki-laki besar dan tegap itu, juga sedang berlangsung suatu pertandingan yang ganas dan hebat.
Dengan kepandaian dan kedudukan Imam dari gunung Mao
San itu, ternyata masih tidak berani memandang ringan senjata yang hanya merupakan sepasang plat itu, ia
bertempur dengan cara hati-hati dan menggunakan seluruh kekuatannya.
Laki-laki besar dan tegap itu, setelah dua kali mengadu kekuatan dengan Imam dari Mao San itu, sudah tahu kalau menjumpai suatu musuh kuat, untuk menghadapi musuh
sekuat itu sesungguhnya tidak mudah akan mempertahankan kedudukannya sampai seratus jurus, maka ia selalu siap sedia, asal musuh tidak bertindak, ia juga tidak bengerak, sedapat mungkin ia mencoba berusaha untuk mengulur waktu.
Semua apa yang telah terjadi dengan Kiu Liong dan Padri tinggi kurus itu, sudah dapat dilihat oleh Imam dari gunung Mao San. Nyatalah sudah bahwa kawanan Padri dari Tibet itu tidak akan merebut kemenangan dengan mengandalkan
kepandaian ilmu silat yang sebenar-benarnya, mereka hendak menggunakan akal muslihat dan kepandaian ilmu gaib, maka cara yang paling baik untuk menghadapi mereka, ialah tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk menggunakan
ilmunya. Karena berpikir demikian, maka pedang Imam itu lalu menyerang dengan hebatnya kepada lawannya.
Laki-laki besar dan tegap itu menyambut serangan
lawannya dengan sepasang senjata plat, meskipun ia dapat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menahan serangan itu, tetapi orangnya telah terpental mundur sampai tiga langkah.
Imam dari gunung Mao San itu lalu berkata sambil tertawa dingin, "Orang yang mewariskan kepadamu sepasang plat ini, sekarang berada dimana, suruhlah keluar untuk menghadapi aku, mungkin masih dapat mengimbangi kekuatanku, dengan kepandaianmu yang tidak berarti ini, sesungguhnya bukanlah tandinganku."
Selama mulutnya bicara, pedangnya terus menyerang
dengan gencar. Kali ini, laki-laki itu tidak berani menyambut lagi dengan senjatanya, ia melompat kesamping untuk menghindarkan serangan itu, sementara sepasang senjatanya melakukan serangan pembalasan dengan gerakan yang aneh.
Kita kembali lagi kepada In Kiu Liong dan Padri tinggi kurus itu, setelah mengadu kekuatan, kedua pihak beristirahat sambil memejamkan matanya, setelah itu, keduanya lalu saling menyerang lagi.
Dilihat sepintas lalu serangan kedua jago itu nampaknya tenang, dan tidak menimbulkan gelombang apa-apa, tetapi bertempur secara demikian sebetulnya merupakan suatu
pertempuran yang paling berbahaya, sebab pertempuran
dengan cara pendek itu, kecuali menggunakan kekuatan
tenaga dalam untuk menjatuhkan lawannya sudah tidak ada lain cara lagi, pertempuran yang mengandal kekuatan
sebenar-benarnya itu, sedikitpun tidak boleh berlaku nakal, meskipun kekuatan tenaga dalam In Kiu Liong lebih kuat daripada lawannya, tetapi karena sewaktu ia melayang turun terkena serangan lawannya yang mengguncangkan dadanya, maka untuk sementara kekuatan itu menjadi berimbang.
Tiba-tiba terdengar suara Padri tinggi kurus itu, yang menggunakan cara lama, "In Kiu Liong, kau masih belum mau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerah kalah, apakah kau benar-benar sudah tidak sayang jiwamu?"
Dengan tanpa sadar In Kiu Liong mengangkat kepala,
tetapi setelah pandangan matanya beradu dengan sinar mata Padri itu, perasaannya segera terpengaruh dan kekuatannya banyak berkurang, seketika itu ia mundur tiga langkah dan jatuh duduk ditanah.
Padri itu menggunakan kesempatan terebut melancarkan
serangannya. In Kiu Liong setelah jatuh duduk ditanah, tiba-tiba
menggerakkan kedua tangannya mendorong dengan seluruh kekuatannya.
Serangan balasan itu mesikipun dapat menahan serangan Padri Tibet itu, tetapi ia sudah mengeluarkan darah dari mulutnya.
Hiong Kian Hui yang menyaksikan Cungcunya tidak berhasil menjatuhkan lawannya, dalam hati merasa cemas, sambil mengeluarkan bentakan keras, ia menerjang dan menyerang.
Gads berpakaian merah itu yang sejak tadi sudah ingin terjun kedalam kalangan, ketika melihat Hiong Kian Hui menerjang ia segera menghunus pedangnya menyambut
kedatangan orang she-Hiong itu.
Pengikut In Kiu Liong, kebanyakan terdiri dari orang2 kuat kenamaan dari daerah selatan, mereka ketika melihat Hiong Kian Hui sudah bertindak juga segera bergerak sambil
menghunus senjata masing-masing.
Kawanan Padri dari Tibet itu segera menyambut serangan orang-orang itu, sehingga terjadilah suatu pertempuran total.
-odwo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 3 Bab 9 TIBA-TIBA dirasakan desiran angin bercampur bau harum yang agak aneh, kemudian muncul sesosok bayangan
manusia, yang melompat keluar dari sebelah kiri belakang rumah, langsung menuju kemedan pertempuran.
Orang yang baru tiba itu mengenakan pakaian berwama
hijau, tangannya memegang pedang pendek, wajahnya hitam, agak sulit untuk mengenali kelima panca indranya, hanya sepa-sang matanya yang bersinar bagaikan sinar listrik.
Setiba di medan pertempuran, orang itu memperdengarkan suara tertawanya yang panjang dan nyaring, kemudian disusul dengan kata-katanya, "In-heng jangan bingung, siaotee datang untuk memberi bantuan."
Sementara itu, orangnya sudah berada di samping diri In Kiu Liong.
Semua orang yang berada dimedan pertempuran, ketika
dapat mencium bau harum aneh itu, kepalanya dirasakan pusing, kekuatan tenaganya berkurang, sehingga gerak
senjata ditangan masing-masing seketika menjadi lambat.
Orang berbaju hijau itu nampak menggerakkan pedang
pendeknya. Terlebih dulu menabas kutung tubuh paderi Tibet yang berpakaian beraneka wama itu, kemudian membalikkan badannya dan menikam dada In Kiu Lion.
In Kiu Liong setelah mengadu kekuatau tenaga dalam
dengan paderi dari Tibet itu, masih dalam keadaan letih, ditambah dengan gerak tangan luar biasa cepatnya orang berbaju hijau itu, sudah tentu tidak bisa berbuat apa-apa.
Sebelum sempat membuka mulut, pedang orang itu sudah
menusuk dadanya. Gerak orang berbaju hijau itu dilakukan sangat gesit sekali, setelah menikam In Kiu Liong, tahu2 sudah melesat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesamping si Iman dari gunung Mao-san yang sedang
bertempur dengan laki-laki setengah umur yang tinggi besar itu, dengan satu tangannya ia menepuk belakang punggung laki-laki setengah umur itu.
Serangan orang itu temyata hebat sekali, sehingga senjata ditangan laki-laki itu terpental jatuh ditanah, mulutnya menyemburkan darah segar, dan kemudian dadanya
ditembusi oleh pedang si Imam.
Ketika orang berbaju hijau itu, berada di sampingnya, si imam dari gunung Mao-san itu tercengang, tetapi sebelum ia bisa berbuat apa-apa, pedang pendek orang itu sudah
bergerak dengan kecepatan luar biasa, menikam dadanya.
Orang berbaju hijau itu setelah menamatkan riwayat si imam dari gunung Mao-san, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, kemudian melesat tinggi dan langsung menghampiri si kurus Oey Cong.
Oey Cong yang telah menyaksikaa orang berbaju hijau itu dengan beruntun telah membunuh sekian banyak jiwa
manusia, sudah siap dengan senjatanya, maka tatkala orang itu menghampirinya, ia sudah menghajar dengan tongkatnya sambil berseru, ?"Siapakah engkau?"
Orang berbaju hijan itu mengangkat pedang pendeknya
dengan tanpa menjawab, setelah terdengar suara benturan dua senjata, tongkat bambu Oey Cong tertabas menjadi dua potong.
Oey Cong tercengang, orang berbaju hijau itu sudah
bergerak lagi kini pedang pendeknya meluncur kearah dada siorang she Oey.
Tiba-tiba kepalanya dirasakan pusing, sehingga tidak
berhasil mengerahkan kekuatan tenaganya.
Orang berbaju hijau itu memperdengarkan suara tertawa dingin, pedang pendek menikam kedada Oey Cong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian ia melompat balik melayang kesamping Ong Kiat, dengan kakinya ia menendang batok kepala Ong Kiat, hingga batok kepala itu remuk dan mati seketika itu juga.
Semua orang yang ada disitu telah terpengaruh
semangatnya oleh suara tertawa itu, sehingga tidak berani bergerak.
Dengan sinar matanya yang tajam, orang berbaju hijau itu menyapu wajah semua orang sejenak, kemudian berkata
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan suara nyaring, "Kalian semua sudah terkena racun yaug sangat berbisa, kalau duduk dengan tanpa bergerak, masih bisa hidup tiga jam, jikalau bergerak atau bertempur lagi, nyawa kalian hanya tinggal setengah jam saja."
Semua orang yang ada disitu setelah mendengar perkataan itu pada tertegun.
Rombongan paderi Tibet setelah mengetahui kematian
pemimpinnya, semua pada berlutut di hadapan jenazah
pemimpinnya sambil membunyikan tetabuhan mereka.
Suara gembreng dan tambur serta suara jeritan ngeri
tercampur aduk, kembali seorang paderi tetah roboh binasa.
Orang berbaju hijau itu tiba-tiba tertawa panjang, diantara suara tertawa itu, terdengar suara seruan tertahan, beberapa orang kuat dari pihak In Kiu Liong dan beberapa paderi Tibet telah robob binasa.
Perobahan secara mendadak itu, sangat mengherankan
semua orang yang masih hidup, ketika menyaksikan sang korban jatuh satu persatu, dalam hati setiap orang yang masih hidup hanya bisa menantikan giliran datangnya maut dengan tidak berdaya.
Tiba-tiba terdengar bentakan keras yang keluar dari mulut Hiong Kian Hui, kemudian menerjang kearah orang berbaju hijau itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan kecepatan bagaikan kilat orang berbaju hijau itu melompat dua langkah kekiri, menghindarkan serangan Hiong Kian Hui, kemudian balas menyerang.
Hembusan kekuatan tenaga dalam yang amat dahsyat,
menyambar tubuh Hiong Kian Hui, kemudian disusul oleh suara jeritan orang she Hiong itu, mulutnya lalu
menyemburkan darah hidup dan jatuh roboh ditanah.
Mata orang berbaju hijau itu menyapu bangkai2 yang
bergelimpangan ditanah, tiba-tiba menggerakkan pedang pendeknya dan menyerbu ke dalam rombongon orang2 itu. Di mana pedang itu bergerak, di situ lalu jatuh korban yang sudah tidak berdaya, dalam waktu sangat singkat, semua paderi dan tokoh2 rimba persilatan daerah selatan sudah roboh ditanah menjadi mayat.
Selagi orang berbaju hijau itu sedang asyiknya menteror, In Kiu Liong yang terluka didadanya tiba-tiba bangkit duduk, ia mengambil bungkusan kain sutera putih yang telah dibawanya kemari, dan bungkusan kain sutra kuning yang dibawa oleh paderi Tibet, kemudian dilemparkan kedalam perapian dupa yang masih mengepul, selesai dengan pekerjaannya itu, ia roboh lagi.
Perbuatan orang berbaju hijau itu sesungguhnya sangat ganas sekali, dalam waktu sekejap saja, beberapa puluh tokoh kuat dari daerah selatan dan beberapa puluh paderi Tibet, semua telah terbunuh habis.
Rumput ditanah lapang menjadi merah tersiram darah,
bangkai manusia berserakan dimana-mana, merupakan suatu pemandangan yang mengerikan.
Diatas tanah lapang yang luas itu, hanya tinggal
perempuan muda berbaju merah itu yang masih berdiri
ditempatnya bagaikan patung hidup.
Ia agaknya sudah hilang perasaannya, bagaikan orang
linglung ia mengawasi perbuatan orang berbaju hijau yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang membunuh-bunuhi jiwa manasia bagaikan membabat ramput, sepatah katapun tidak keluar dari mulutnya.
Sewaktu orang berbaju hijau itu menghampirinya dengan pedang terhunus, ia masih tetap berdiri seperti tidak merasa bahwa jiwanya sedang terancam.
Orang berbaju hijau itu mengangkat pedang pendeknya,
tetapi dengan cepat diturunkan kembali, setelah berpikir sejenak, tiba-tiba ia menotok jalan darah perempuan muda itu.
Dengan serta merta tubuh perempuan itu roboh.
Orang berbaju hijan itu dengan tangan kiri memegang
pedang, tangan kanannya dengan cepat menyambar tubuh
perempuan itu, lalu dipondongnya, kemudian lompat melesat keatas genteng dan lari laksana terbang.
In Kiu Liong yang rebah di dekat perapian dupa
sembahyang, tiba-tiba bangkit duduk lagi, ia merayap ke samping jenazah imam dari gunung Mao-san dan me-raba2
saku imam itu, dari dalam saku mengeluarkan sebuah botol kecil. Botol kecil itu dibuka tutupannya, mengeluarkan beberapa butir pil, kemudian dimasukkan kedalam mulutnya, setelah itu ia memejamkan matanya. Sesaat kemudian tiba-tiba ia berdiri, tetapi baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba berhenti.
Sekonyong-konyong ia menyambar tubuh seseorang yang
sudah menjadi bangkai, dengan cepat ia membuka baju
pakaian bangkai itu, lalu membuka pakaian sendiri. Pakaian bangkai itu dipakainia, dan pakaian sendiri dipakaikan ke badan bangkai tersebut. Selesai menukar pakaian, bangkai itu diangkatnya, kepalanya dibenturkan di batu perapian
pendupa, sehingga remuk, kemudian diletakkan didekat
perapian, ia sendiri lalu berusaha kaburkan diri.
Baru saja ia menghilang, orang berbaju hijau itu balik kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Matanya menyapu ke tempat itu sejenak, kemudian dengan tindakan lambat2 berjalan menghampiri batu perapian.
Dengan kakinya ia menendang bangkai orang itu yang
dikiranya adalah bangkai In Kiu Long. Ia menundukkan kepala untuk mengamat-amati bangkai itu.
Karena kepala orang ini sudah remuk wa jahnya sudah
susah dikenali. Walaupun ia sangat licin dan cerdik, tetapi juga tidak mengerti apa sebabnya. Ia masih memeriksa sejenak, kemudian mendongakkan kepalanya dan bersiul nyaring,
setelah merasa puas, baru lompat melesat dan berdiri di samping.
Suara siulan itu menggema sekian lama, sehingga Siangkoan Kie yang sembunyi di atas loteng merasa sangat kagum kesempumaan kekuatan tenaga dalam orang itu. Sayang
perbuatannya sangat ganas, nampaknya bukan orang dari golongan baik.
Sesaat kemudian, dari atas genteng sebelah timur tiba-tiba muncul delapan sosok bayangan orang, orang2 itu,
gerakannya gesit sekali, mereka berjalan mendatangi melalui genteng2 rumah.
Setiap orang di mukanya ditutup dengan kerudung kain
hitam, hanya dibagian matanya yang terdapat dua lobang.
Mereka semua membawa senjata, begitu melihat orang
berbaju hijau segera lari menghampiri, setelah memberi hormat dengan jalan menjura, mereka berdiri tegak dengan tangan diluruskan ke bawah. Sikap mereka sangat
menghormat sekali. Sikap orang berbaju hijau itu sebaliknya sangat sombong sekali, bukan saja tidak mau membalas hormat, bahkan
memandangnya sajapun tidak. Dengan nada suara amat
dingin ia memberi perintahnya, "Kuburlah semua bangkai ini, bekas darah harus disapu bersih, tidak boleh meninggalkan bekas sedikitpun juga."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Delapan orang jang semua berpakaian ringkas itu dengan serentak membongkokkan badan memberi hormat saraya
menjawab, "Harap Cungcu tidak usah khawatir."
Orang berbaju hujau itu menganggukkan kepalanya,
dengan tindakan lebar ia berjalan menuju keperapian batu, dengan kakinya ia menendang batu perapian itu, sehingga melayang sejauh satu tombak lehih dan jatuh menelungkup di tanah.
Ia agaknya masih belum merasa puas, kembali berpaling untuk member perintah kepada delapan orang itu, katanya,
"Batu perapian ini juga ditanam sekalian, barang-barang dalam perapian jangan diganggu."
Dengan tanpa menunggu jawaban orang2 itu, tiba-tiba ia menggerakan kedua lengannya, badannya melompat setinggi dua tombak lebih, dalam waktu sekejap mata saja sudah berada di tempat sejauh tiga tombak.
Pekerjaan itu dilakukan cepat sekali, tetapi karena banyak bekas tanda darah, juga sudah memakan waktu kira-kira dua jam lebih, baru selesai. Yang terakhir menanam batu perapian saat itu hari sudah senja.
Benar saja, tiada seorangpun yang berani melihat barang-barang dalam batu perapian itu.
Sekali lagi delapan orang itu memeriksa tempat tersebut, setelah merasa sudah tidak terdapat tanda2 darah, baru berlalu.
Siang-koan Kie yang bersembunyi di atas loteng setelah menyaksikan peristiwa yang sangat menyedihkan itu, hatinya merasa sangat terharu. Berkata ia kepada diri sendiri sambil menghela napas, "Bahaya dalam dunia Kang-ouw, benar-benar sukar sekali dijaganya, betapapun tinggi kepandaian seseorang, juga sulit menjaga serangan secara menggelap.
Orang berbaju hijau itu dalam waktu sekejap mata saja sudah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membunuh jiwa enam tujuhpuluh orang, bahkan di antaranya terdapat jago2 dan tokoh2 rimba persilatan kenamaan."
Ia mendongakkan kepala, sinar matahari sore menyinari daun pohon dan genteng di atas loteng, pemandangan di waktu senja, masih tetap indah sebagaimana biasa, tetapi dunia rimba persilatan hari itu telah kehilangan enampuluh jiwa penghuninya. Orang2 itu, di masa hidupnya entah sudah berapa lama dan dengan susah payah mempelajari dan
melatih ilmu silatnya, tetapi jeri payahnya selama beberapa puluh tahun itu, dalam waktu sekejap mata saja semua sudah lenyap terkubur di dalam tanah.
Demikiankah nasibnya orang2 kang-ouw" Memikirkan hal
itu, dengan tanpa dirasa ia menghela napas panjang.
Tiba-tiba terdengar suaranya orang tua yang cacat kakinya itu, "Sungguh ganas perbuatan orang itu, benar-benar
satupun tidak ada yang hidup."
Pada saat itu, beberapa puluh ekor burung beterbangan di atas tempat sekitar luar kuil itu sehingga dalam hatinya merasa heran, setelah berpikir sejenak ia lalu bertanya kepada orang tua itu, "Locianpwee, apakah yang locianpwee
maksudkan itu adalah orang berbaju hijau tadi?"
"Ya, dalam waktu sekejap mata saja ia sudah membunuh
enam tujuh puluh jiwa manusia, agaknya masih belum merasa puas, sehingga delapan anak buahnya sendiri juga sudah habis dibunuh."
Siang-koan Kei terkejut ia lalu bertanya, "Benarkah
itu?"..?" Tiba-tiba ia merasa bahwa pertanyaan itu tidak sopan
terhadap satu orang tua, maka selanjutnya ia berkata lagi,
"Aku akan pergi lihat."
"Tidak usah pergi melihat, delapan orang itu barang kali cuma tinggal tulang-tulangnya saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Boan-pwee akan pergi sebentar, akan segera pulang,"
berkata SiangKoan-Kie yang segera melompat keluar dari lobang jendela.
Orang tua itu juga tidak merintangi, ia hanya duduk di pinggir jendela sambil mengawasi langit yang saat itu nampak berwarna kuning.
Siang-koan Kie ada orang jujur, ia masih belum mau
percaya dalam dunia ini benar-benar ada orang sedemikian kejam, maka setelah mendengar perkataan orang tua itu, ia tidak dapat menahan perasaannya yang ingin menyaksikan sendiri.
Setelah tiba diluar, ia menarik napas panjang, lalu
mengerahkan ilmunya lari pesat, lari keluar kuil.
Karena keinginannya begitu keras, maka larinya juga pesat sekali, dalam waktu sekejap saja ia sudah tiba di luar kuil.
Ia segera menampak ratusan ekor burung besar yang
sedang berebutan makan bangkainya beberapa orang,
sebentar saja daging bangkai manusia itu sudah dimakan habis, yang tinggal hanya delapan buah tengkorak.
Meskipun ia sudah lama mengikuti guruuya berkelana di dunia Kang-ouw, tetapi kejadian semacam ini barulah pertama kali ini ia melihatnya, sehingga diam-diam merasa heran dan terkejut.
Rombongan burung itu setelah makan habis dagingnya
delapan bangkai, agaknya masih belum cukup, sehingga pada beterbangan dan saling menyerang sendiri, yang terluka dan jatuh dibawah segera diserbu dan dimakan dagingnya, dalam waktu sekejap mata saja ratusan ekor burung itu sudah ada tiga puluh ekor lebih yang mati, tetapi hanya tinggal bulunya yang berserakan ditanah.
Setelah itu, kawanan burung itu agaknya sudah merasa
kenyang, sehingga pada terbang pergi. Siang-koan Kie berdiri Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertegun dibawah pohon cemara, menyaksikan pemandangan yang mengerikan itu.
Setelah kawanan burung itu terbang pergi, ia menghela napas panjang dan berkata kepada diri sendiri, "Burung-burung itu meskipun sangat ganas dan saling membunuh, hanya untuk mengenyangkan perutnya, tetapi setelah merasa kenyang, lantas pergi. Orang yang sangat kejam itu, kalau dibanding dengan kawanan burung itu tenyata ada lebih ganas dan buas?".."
Sementara itu di belakang dirinya tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin yang sangat perlahan. Ketika ia berpaling, segera dapat lihat seorang bermuka hitam yang sulit dikenali letak panca indranya, dengan pakaiannya yang serba hijau berdiri dengan tenang di tempat sejauh sembilan kaki lebih, ujung bibir orang itu masih tersunging senyum yang dingin, kecuali sinar matanya yang dingin, masih terlihat giginya yaug putih, oleh karena mukanya hitam luar biasa hingga giginya nampak tambah putih.
Orang itu terus berdiri dengan tenang, matanya menatap muka Siang-koau Kie, tetapi tiada kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Siang-koan Kie hanya merasakan bahwa sinar mata orang itu, penuh dengan nafsu kebuasan, sehingga membuat takut orang yang melihatnya, ia berdiri sekian lama, baru
memberanikan diri untuk bertanya, "Kau siapa, apa perlunya mengawasi aku?"
Orang berbaju hijau itu masih tidak menjawab, ia berjalan lambat2, matanya terus menatap muka Siang-koan Kie
dengan tanpa berkedip. Siang-koan Kie diam-diam sudah siap, sementara itu
hatinya berpikir, "Habislah, kepandaian orang ini sangat tinggi sekali, bagaimana aku dapat menandingi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebelum pikiran itu lenyap orang berbaju hijau itu sudah berada di hadapannya, dengan mengulurkan tangan kirinya, dengan cepat menyambar pergelangan tangan kiri Siang-koan Kie.
Gerakan tangannya itu tidak terlalu gesit, tetapi sangat luar biasa anehnya. Siang-koan Kie coba mengelakkan ternyata tidak berhasil, hingga pergelangan tangan kirinya sudah tersambar oleh orang itu. Dalam kegelisahannya, ia lalu menyerang orang itu dengan kepalan tangan kanannya.
Serangan itu dilakukan sangat cepat, juga dengan
mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya.
Orang berbaju hijau itu memperdengarkan suara hidung, kemudian menggeser kakinya untuk menyingkir diri, sedang tangan kanannya telah bergerak dengan cepat.
Siang-koan Kie hanya merasakan kesemutan dibagian
sikutnya. Kekuatan tenaga dalam badannya tiba-tiba telah lenyap.
Orang berbaju hijau itu bertanya dengan nada suara dingin,
"Kau siapa?" Siang-koan Kie saat itu setengah bagian badannya sudah kaku sehingga sudah tidak mempunyai kekuatan untuk
memberi perlawanan. Jalan darah separuh badannya juga tertutup, hingga darahnya tidak bisa mengalir seperti biasa, maka diam-diam lalu berpikir, orang ini terlalu ganas, dalam waktu sekejap mata saja, telah mengambil begitu banyak jiwa manusia, kalau sekarang ia hendak membunuh aku tentunya sangat mudah saja?"..
Orang berbaju hijau itu agaknya sudah tidak sabar lagi.
Dengan suara lebih nyaring ia menegur, "Kau dengar
pertanyaanku atau tidak?"
Siang-koan Kie tiba-tiba nyendapat suatu pikiran, maka ia lalu menjawab, "Aku hendak pergi memenuhi janji sahabatku, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kebetulan lewat di tempat ini, hingga dapat lihat kawanan burung yang berebut makan bangkai manusia?".."
Orang berbaju hijau itu terbuka mulutnya untuk tertawa tetapi tidak terdengar suaranya, hanya tampak giginya yang putih menyeramkan.
"Kau hendak memenuhi janji siapa?"
"Untuk menemui satu sahabat seorang she Ang?".." Ia
berhenti sejenak dan berkata pula, "Pelu apa kau menanyakan persoalanku?"
Orang berbaju hijau itu berpikir sejenak, baru berkata,
"Apakah yang kau maksudkan adalah Ang Thian Gee, orang yang mempunyai gelar manusia beracun bertangan seribu itu?"
Siang-koan Kie berpikir, "Nampaknya dia kenal dengan Ang Thian Gee, kalau begitu aku boleh membohonginya."
Seketika itu ia lalu berkata, "Benar, bagaimana kau bisa menebak jitu?"
Ia mengira bahwa kebohongannya itu akan dapat
mengelabuhi mata orang itu, tak disangka orang itu setelah mendengar pertanyaannya, se-konyong-konyong
mendongakkan kepalanya dan memperdengarkan suara
ketawa dingin, setelah itu baru berkata, "Sungguh licin, apakah kau kira perkataanmu itu dapat membohongi aku?"
Setelah itu, lalu membalikkan badannya dan lari.
Karena pergelangan tangan kiri Siang-koan Kie terpegang olehnya, hingga tidak dapat melepaskan diri, sedang separo badannya sudah kaku sehingga tidak dapat lari, tetapi ditarik secara paksa oleh orang itu, ia merasa dirinya seperti diangkat dan berjalan mengapung di tengah udara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun badannya sudah terluka, tetapi pikirannya masih jernih, ia sangat heran dan mengagumi kekuatan tenaga dalam orang itu.
Dia merasa seperti terbang, dalam waktu sekejap mata saja sudah berada di atas puncak sebuah gunung.
Orang berbaju hijau itu tiba-tiba menghentikan kakinya, ia melepaskan tangan Siang-koan Kie dan berkata, "Kau
terjunlah dari tebing jurang ini! Meskipun kau akan mati dalam keadaan hancur tubuhmu, tetapi setidak-tidaknya lebih baik dari pada mati tersiksa di tanganku."
Bicaranya itu sangat tenang sedikitpun tidak mengandung hawa amarah. Sejenak Siang-koan Kie ternganga, ia baru teringat maksud dalam perkataannya itu sehingga diam-diam bergidik, sementara itu hatinya berpikir, "Orang ini selagi hendak membunuh orang, masih tetap berlaku tenang, benar-benar sangat kejam dan rmenakutkan?".."
Karena melihat Siang-koan Kie lama tidak menjawab, orang berbaju hijau itu agaknya tidak sabar ia berkata pula, "Dalam waktu yang sangat singkat, kau harus memilih jalan
kematiaumu, jika meliwati batas waktu, jangan sesalkan aku yang nanti akan turun tangan sendiri untuk membunuhmu."
Siang-koan Kie diam-diann mengerahkan tenaga dalamnya, tetapi ia merasa separuh badannya kaku dan kesemutan, sulit untuk bergerak.
Dalam hatinya berpikir, "Orang ini sangat ganas, kalau dibinasakan olehnya, lebih bercelaka lagi, kalau toch betul aku sudah tidak terhindar dari kematian, lebih baik aku mengambil keputusan sendiri jangan sampai terhina olehnya?".."
Orang berbaju hijau itu agaknya dapat menebak isi hati Siang-koaa Kie. Ia berkata sambil tertawa dingin, "Urat-urat dan jalan darah separuh badanmu sudah terluka, kau sudah tidak bisa mengerahkan kekuatan tenaga dalammu lagi, kalan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kau terjun dari tebing jurang ini, sudah tidak ada harapan hidup lagi, jangan harapkan jiwamu bisa tertolong."
Perasaan gusar Siang-koan Kie seketika itu meluap, maka ia lalu berkata, "Seorang laki-laki mengapa harus takut mati?"
Dengan tindakan lebar ia lalu berjalan ketepi jurang.
Ketika ia mendongakkan kepala, matahari masih
memancarkan sinarnya yang gilang gemilang, pemandangan alam di sekitar guunng itu nampaknya sangat indah,hingga perasaannya saat itu mulai sangsi.
Jiwanya yang sangat berharga, dalam waktu hanya
selangkah saja sudah akan tamat meninggalkan dunia yang indah ini, ia seperti selama hidupnya itu belum pernah menyaksikan keindahan alam seperti hari itu. Sepasang matanya berputaran agaknya hendak menikmati sepuas-puasnya keindahan alam yang sudah akan ditinggalkannya itu.
Tiba-tiba ia merasakan satu tangan orang berbaju hijau itu menyentuh belakang punggungnya kemudian disusul oleh
kata-katanya yang bernada sangat dingin, "Terjunlah!"
Siang-koan Kie merasakan satu dorongan kuat di belakang dirinya, sehingga tanpa dapat menguasai dirinya ia sudah melompat terjun ke bawah jurang.
Kekuatan yang mendorong dirinya itu sangat hebat sekali, hingga tubuh Siang-koan Kie yang terdorong olehnya, terbang melayang sejauh delapan atau sembilan kaki, baru meluncur ke bawah.
Demikian pesat meluncurnya tubuh itu, bagaikan bintang yang jatuh dari langit.
Orang berbaju hijau itu setelah mendorong Siang-koan Kie, tiba-tiba mementang kedua lenggannya, kemudian lari menuju ke jurusan semula.
Jatuhnya Siang-koan Kie meskipun laju sekali, tetapi
pikirannya masih jernih; beberapa kali ia ingin mengumpulkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan tenaga dalamuya, supaya bisa menujukan badannya ke lereng gunung, tetapi setiap kali ia mengerahkan napas, separuh badannya dirasakan kejang.
Dalam keadaan tidak berdaya, ia hanya merasakan
turunnya semakian laju, sehingga diam-diam mengeluh,
"Habislah!" Tiba-tiba sekujur badannya dirasakan dingin, napasnya tersumbat, kiranya tuhuhnya sudah kecebur ke dalam air?"..
Walaupun ia bisa berenang, tetapi karena terjatuh dari tempat sangat tinggi, apalagi keadaan tubuhnya separuh kejang, maka sesaat itu badannya sudah berada dalam air sedalam kira-kira tiga tombak, air dingin yang masuk ke dalam mulutnya, telah menyadarkan pikirannya. Cepat2 ia menutup pernapasannya, dengan tangan satu yang masih bergerak, ia berusaha berenang kepermukaan air.
Setelah dengan susah payah ia timbul ke permukaan air dan tiba di pantai, tenaganya sudah habis, badannya merasa letih kepalanya merasa pusing, sehingga ia merebahkan diri untuk beristirahat, pelahan-lahan tertidur.
Entah berapa lama telah berlalu, waktu ia sadar ternyata malam sudah larut, di atas langit bintang2 bertaburan memancarkan sinarnya.
Ia me-nepuk2 kepalanya sendiri, lalu bangun dan duduk di tanah, memperhatikan keadaan sekitarnya.
Meskipun keadaan gelap, tetapi dengan dibantu oleh
sinarnya bintang, samar-samar ia masih dapat melihat
keadaan disitu. Tempat itu ada suatu lembah yang panjang dan sempit,
lebarnya tidak lebih dari pada tiga tombak, membujur ke timur dan berliku-liku menurun ke bawah. Dasar lembah tanahnya keras, kecuali tumbuh2an yang terdapat di sekitar danau, hampir seluruhnya merupakan tanah tandas yang banyak
Pedang Golok Yang Menggetarkan 21 Pendekar Gila Karya Cao Re Bing Dendam Empu Bharada 18
Orang tua itu, dengan sinar matanya yang tajam
mengawasi diri perempuan muda itu agaknya sedang
memikirkan sesuatu, mulutnya diam dalam seribu bahasa.
Perempuan muda berbaju merah itu ketika berjalan ketepi atap rumah, dengan tanpa ragu-ragu lompat melesat ke arah daun jendela.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-Koan Kie sangat kagum menyaksikan kelincahan
perempuan itu, sementara kedua binatang raksasa itu hendak menerjang!
Perempuan muda itu agaknya sudah siap, maka tatkala
diserbu oleh kedua binatang itu, ia sudah lompat tinggi dua tombak, setelah berputaran ditengah udara ia melayang turun kelain jendela.
Harimau agaknya penasaran, dia berbalik dan menyerbu
lagi. Tetapi gerakan perempuan itu lebih gesit, sebentar saja sudah menyerobot masuk dari lobang jendela.
Siang-Koan Kie mendadak berdiri dan melompat maju
merintang didepan perempuan itu sambil berseru, "Diam."
Perempuan muda itu menggeser kesamping kakinya, ia
berdiri dengan membelakangi daun jendela, biji matanya berputaran mengawasi Siang-Koan Kie, tiada sepatah kata keluar dari mulutnya, parasnya juga tiada menunjukkan perobahan sikap apa-apa, ketenangannya itu sesungguhnya diluar dugaan Siang-Koan Kie, sehingga untuk sesaat ia tidak tahu bagaimana harus bertindak, tetapi akhirnya ia bertanya juga, "Apakah kau tidak paham bahasa Han?"
Perempuan muda itu mengawasi keadaan didalam ruangan
itu sejenak baru menjawab, ternyata menyimpang dari
pertanyaan Siang-Koan Kie, "Apakah didalam menara ini cuma kalian berdua saja?"
Ternyata perempuan muda ini bukan saja fasih berbahasa Han, tetapi juga suaranya sangat tegas dan enak sekali kedengarannya.
-odwo- Bab 7 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belum lagi Siang-Koan Kie membuka mulut, orang tua itu sudah melayang kesampingnya dan menanya perempuan itu dengan nada suara dingin, "Kau bocah perempuan ini adakah murid dari golongan Bit-tiyong?"
Perempuan muda itu menjawab sambil tersenyum,
"Golongan Bit-tiyong jarang menerisna murid perempuan, meski aku datang dari daerah perbatasan, tetapi bukan murid golongan Bit-tiyong."
"Tidak perduli kau dari golongan Bit-tiyong atau bukan, tetapi karena kau datang dari daerah perbatasan, pasti merupakan salah seorang yang turut ambil bagian dalam pertaruhan pertandingan ilmu silat ini" Kau sudah berani memasuki menara ini jangan pikir bisa keluar dengan selamat.
Perempuan muda itu bersenyum, lalu berkata, "Kakaku
sendiri tidak bisa mengendalikan aku bagaimana dengan kau?"
Ucapan itu kedengarannya terlalu kekanak-kanakan
sehingga Siang-Koan Kie merasa geli dan berkata, "Kita memang tidak seharusnya mencampuri urusannya, tetapi
karena kau sudah mengetahui rahasia kita?".."
Perempuan muda itu melirik Siang-Koan Kie sejenak lalu berkata dengan nada suara dingin, "Kalian orang2 dari suku Han, biasanya sangat keras sekali dalam peraturan terhadap kaum pria dan wanita, tetapi mengapa kau nampaknya selalu ingin mencari kesempatan untuk berbicara dengan aku?"
Pertanyaan itu meski sangat lucu tetapi perempuan itu sikapnya nampak serius.
Siang-Koan Kie merasa sangat malu, ia mundur dua
langkah dan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, "Apakah benar aku memperhatikan kecantikannya?"
Perempuan itu dengan bangga berkata pula, "Didalam
kalangan kita suku Utgur, siapa yang berani melanggar aku secara berani begini, segera dihukum mati?".. tetapi kalau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang kita merayakan hari suci Tuhan Allah kami dibawah sinar rembulan yang terang, mereka boleh bebas mengajak aku menari."
Orang tua itu tiba-tiba mengacungkan tangannya dan
berkata dengan nada dingin, "Sudah sepuluh tahun lebih aku tidak pernah membunuh orang, hari ini karena keadaan
terpaksa, apa boleh buat aku akan membuka pantangan sekali saja."
Perempuan itu sedikitpun tidak menunjukkan rasa jeri, sambil bersenyum manis ia berkata, "Benarkah kau berani membunuh aku?"
"Mengapa tidak berani?"
Tetapi orang tua itu ketika menyaksikan paras yang cantik, hatinya bercekat, dalam hatinya lalu berpikir, "Perempuan ini meski dandanannya agak aneh tetapi dari sikapnya,
menunjukkan sifatnya yang masih kekanak-kanakan dan
kejujuran, ia ternyata tidak percaya kalau aku bisa
membunuhnya sehingga sedikitpun tidak bersedia?"..
Oleh karenanya hati orang tua itu merasa ragu2 tidak dapat mengambil keputusan.
Setelah perempuan itu berjalan menuju kedaun jendela ia baru keluarkan suara bentakannya, ia memerintahkan supaya perempuan itu tetap berdiri ditempatnya.
Sementara itu binatang harimau dan burung rajawali itu sudah menghalang dimulut jendela.
Dengan alis berdiri perempuan itu berpaling dan bertanya kepada si orang tua.
"Mengapa kau hendak membunuh aku."
Orang tua itu berpikir sejenak baru menjawab, "Asal kau tidak memberitahukan kepada orang lain tentang
pertemuanmu dengan kita, aku akan lepaskan kau dari sini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paras perempuan muda itu mendadak menunjukkan
sikapnya yang heran, biji matanya yang hitam jernih
berputaran diwajah dua orang itu, dalam hatinya agaknya sedang memikirkan suatu persoalan yang amat sulit. Lama ia baru menanya dengan nada suara dingin, "Kalian tidak
mengijinkan aku memberitahukan kepada orang lain, kiranya pasti ada orang yang bermusuhan dengan kakaku?".."
"Kalau aku ada orang yang bermusuhan dengan kalian
bagaianana aku dapat mengijinkan kau dengan mudah berlalu dari sini, asal kau tidak membocorkan rahasia dalam menara ini, kita tidak akan membantu pihak yang manapun juga, tetapi jika hal ini kau katakan kepada orang lain sudah tentu lain lagi tindakanku."
"Baiklah! begitulah kita tetapkan, tetapi kalian orang2 suku Han, ada paling licik sering2 mengingkari janji?".."
Siang-Koan Kie lalu berkata dengan suara gusar, "Kita orang2 daerah Tiong-goan selalu mengutamakan soal janji, apa yang kita sudah janjikan tidak nanti akan ditarik kembali, hanya orang2 dari daerah perbatasan mungkin yang
demikian." Paras perempuan itu menunjukkan sedikit perobahan
dengan mata menetap wajah Siang-Koan Kie "berkata dengan nada dingin, "Kau ini bagaimana, mengapa selalu ingin bicara dengan aku, Hem! tidak tahu malu."
Dimaki demikian, Siang-Koan Kie tercengang, mukanya
merah seperti kepiting direbus, ia hanya merasa bahwa soal ini sulit untuk dibantahnya, ia cuma bisa menarik napas dengan hati mendongkol.
Perempuan muda itu bersenyum dan berkata kepada si
orang tua, ,,Baiklah! begitulah kita tetapkan, aku tidak akan membocorkan rahasia kalian dalam menara ini, tetapi jika diketahui oleh orang lain, kau tidak dapat menyalahkan diriku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sehabis mengucap demikian, ia lalu keluar melalui jendela, sebentar kemudian sudah diatas atap rumah lain seberang.
Burung garuda dan harimau itu agaknya sudah tahu bahwa perempun baju merah mengadakan perdamaian dengan si
orang tua maka tidak megejar lagi.
Orang tua itu mengawasi berlalunya perempuan tersebut, setelah lenyap dari pandangan matanya, lalu mengeluarkan suara tarikan napas perlahan, sementara dalam hatinya berpikir, perempuan itu meski dari Tibet, tetapi kepandaiannya tidak mirip dengan golongan Bit-tiyong?"..
Siang-Koan Kie yang merasa malu dimaki oleh perempuan tadi, sehingga ia duduk saja sambil berdiam.
Orang tua itu lalu mengawasinya dan berkata dan tertawa,
,,Mengapa kau merasa tidak gembira?"
,,Tidak apa-apa" jawabnya singkat.
Orang tua itu tertawa ter-bahak2 dan berkata, ,,Kau
tentunya merasa tidak enak habis dimaki oleh perempuan itu tadi."
Siang-Koan Kie tidak dapat membantah, terpaksa mengakui sambil tersenyum.
Orang tua itu berkata pula, ,,Dimaki oleh seorang
perempuan, juga tidak merupakan suatu hal yang memalukan.
Kita sebagai laki2 bagaimanapun tidak boleh berpikiran seperti orang perempuan." Bicara sampai disitu, tiba-tiba ia menghela napas kemudian bertanya, ,,Kau taksir berapa usia perempuan tadi?"
,,Boan-pwee tidak mengawasi dengan cermat. Hanya
sepintas lalu saja, mungkin tujuhbelas atau delapan belas tahun."
,,Tay-jie tahun ini juga sudah tujuh belas tahun."
"Siapa itu Tay-jie?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu menghela napas lalu berkata, "Tay-jie adalah Tay-jie, ah! bagaintana rupanya akupun tidak tahu."
Siang-Koan Kie tercengang, dalam hatinya berpikir orang ini kata2nya tidak keruan, benar-benar sulit untuk mengetahui apa yang dipikirkan.
Orang tua itu agaknya dapat menduga pikiran Siang-Koan Kie, sambil bersenyum ia berkata, ,,Mari kita mulai
mempelajari ilmu silat! mungkin tiga hari kemudian kita akan gunakan."
Siang-Koan Kie tidak berkata apa-apa hanya otaknya yang bekerja, dalam waktu tiga hari cepat sekali, sekalipun pandai mengajarnya, berapa banyak yang aku dapat pelajari"
Orang tua itu dengan sikapnya yang sungguh2 berkata,
,,Sebetulnya aku ingin memulai dari dasarnya kekuatan tenaga dalam. Lebih dulu aku hendak kokohkan dasarmu dulu
kemudian baru kuturunkan pelajarannya, tetapi itu
memerlukan waktu panjang sekali. Sekarang keadaannya
sudah berlainan, tiga hari kemudian, kalau pertandingan mereka itu dimulai mungkin mereka akan dapat menggunakan tempat ini, jika kita diketahui oleh mereka, sulit bagi kita untuk menghindarkan dari pertempuran ini, bagaimana
akibatnya susah sekali kita duga, maka dalam waktu tiga hari ini, sedapat mungkin akan aku gunakan untuk menurunkan semua kepandaianku kepadamu. Andaikata kita harus terlibat dalam pertempuran itu, mungkin menara ini akan menjadi tempat istirahatku untuk selama-lamanya. Sementara itu kau dapat meloloskan diri dari bencana itu atau tidak, itu tergantung dengan nasibmu sendiri."
,,Meski kaki Locianpwee sudah tercacat, tetapi
kepandaiannya toch masih ada sebaiknya kita lekas pindah dari sini?".."
,,Wajah orang tua itu mendadak berobah, berkata dengan nada suara dingin, ,,Aku sudah mengadakan perjanjian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan orang, dalam waktu duapuluh tahun tidak bisa
meninggalkan menara ini. Lekas pejamkan matamu, untuk memperhatikan pelajaran2 yang kuturunkan padamu."
Siang-Koan Kie melongok keluar jendela mengawasi burung rajawali dan harimau sejenak lalu berkata, "Apakah binatang2
ini harus disuruh pergi dulu?"
Orang tua itu membalikkan badannya dan megawasi kedua binatang raksasa itu, kemudian lambai-lamaikan tangannya sambil menghela napas perlahan.
Burung rajawali itu menggerak-gerakkan sayapnya, lalu terbang keangkasa sedangkan harimau itu berjalan mundar-mandir duakali, baru pergi.
Orang tua itu mengawasi berlalunya binatang tersebut
merasakan seperti kehilangan apa-apa, kemudian lalu
berpaling dan berkata, "Mari kita mulai."
Tiga hari telah berlalu dengan cepat, selama tiga hari tiga malam itu, Siang-Koan Kie menggunakan seluruh
kecerdikannya untuk mendengarkan semua pelajaran yang diberikan oleh orang tua utu, hari keempat pagi2 sekali, SiangKoan Kie merasa sangat letih sekali hingga dengan tanpa dirasa telah tertidur.
Entah berapa lama telah berlalu, badannya tiba-tiba seperti digoyang-goyang orang, ketika ia membuka mata, ia segera merasakan kedua tangan orang itu tengah mengurut-urut badannya, dimana tangan itu sampai, pasti ada semacam kekuatan yang mengandung hawa panas masuk kedalam
tubuhnya. Orang tua itu ketika melihat Siang-Koan Kie sudah sadar, lalu menghentikan tangannya dan berkata sambil tersenyum,
"Apa rasa 1etihmu sekarang sudah mulai berkurangan?"
Siang-Koan Kie melompat bangun, lalu berlutut ditanah seraya berkata, "Locian-pwee telah menggunakan kekuatan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga murnimu untuk membantu menambah kekuatan Boan-
pwee?".." "Kita tidak ada ketentuan hubungan antara guru dengan murid, tidak perlu kau berlutut, kau sudah tidur tiga jam lamanya, baru saja aku sudah mendengar suara orang2 kedua pihak yang akan bertanding, sudah tiba didekat kuil tua itu, jikalau kau tidur lagi bukan saja akan mensiasiakan
kesempatan yang jarang dijumpai ini, tetapi juga akan membuat susah dirimu sendiri andaikata kita akan terlibat, maka aku dengan kekuatan tenaga dalamku membantu kau
supaya lekas sadar?".."
Berkata sampai disitu, tiba-tiba berhenti, ia memasang telinganya sejenak, kemudian berkata pula dengan suara perlahan, "Sudah datang!"
Siang-Koan Kie berdiri, lari menuju kejendela sebelah kiri.
Orang tua itu sudah siap, ia mengeluarkan sebungkus obat bubuk dari dalam badannya, lalu dipulaskan dimukanya, sebentar saja muka itu sudah berobah warnanya menjadi warna kuning mas.
Siang-Koan Kie tahu bahwa ia akan menggunakan akal
lamanya, jikalau perlu, ia akan pura2 berlaku sebagai patung, maka ia lalu tersenyum dan memasang matanya keluar
jendela, segera tampak olehnya diatas atap rumah dibagian seberang, muncul serombongan orang, delapan laki2
berpakaian ringkas dan membawa senjata tajam, mengiring seorang laki2 pertengahan umur yang dibawah hidungnya memelihara kumis pendek berpakaian baju panjang, dan ikat kepala diatas kepalanya.
Orang itu nampaknya seorang licik, Siang-Koan Kie yang mengawasinya sejenak diam-diam mengutuk: orang semacam ini apakah juga berkepandaian tinggi, dari mukanya saja orang merasa muak untuk bertanding dengannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun ia tidak tahu sebab musabab pertikaian itu, tetapi ia tidak pilih kasih terhadap pihak yang manapun juga, hanya dalam alam pikirannya sebagai orang daerah Tiong-goan, sedikit banyak condong perhatiannya kepada orang2 yang mewakili rimba persilatan daerah Tiong-goan, maka ketika menyaksikan roman mukanya yang tidak sedap dan bukan
seperti tingkah laku orang gagah diam-diam menjumpainya.
Pada saat itu dari bawah menara bagian penyimpan kitab terdengar suara orang berkata dengan suara yang kasar,
"Apakah yang datang itu adalah In Chung Cu" Pemimpin
golongan kita sudah lama menantikan kedatangannya didalam kuil tua."
Orang itu berbicara dalam bahasa suku Han, tetapi agak kurang jelas.
Siang-Koan Kie lalu menoleh ke arah suara itu. Segera dapat melihat seorang padri dari Tibet yang tinggi besar, berjalan menghampiri rombongan orang2 itu.
Orang yang mukanya licik itu, juga segera turun dari atas genting rumah, dengan diiringi oleh delapan pengiring, lalu maju menyambut kedatangan padri itu seraya berkata sambil mengangkat tangan memberi hormat, "Chung Cu kami oleh karena ada urusan, sehingga datang agak terlambat dan terpaksa minta Taysu menanti sebentar."
Waktu orang itu bicara, delapan pengiringnya selalu berdiri melindunginya, disisi dan dibelakang dirinya agaknya sangat kawatir akan jiwa orang itu.
Padri tinggi besar itu menjawab sambil merangkapkan dua tangannya, "Tuan bukan In Chung Cu, tentunya adalah
sitangan sakti Hiong Kian Hui?"
Orang yang ditanya itu menjawab, "Saudara Hiong adalah komandan pimpinan barisan pasukan perkampungan kami,
tetapi aku adalah pemimpin bagian sekretariat dalam
perkampungan tersebut, namaku Siong Khun. Chung Cu kami Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kali ini mengadakan perjandiian pertandingan ilmu silat dengan golongan Thay-su, meskipun yang diutamakan
pertandingan ilmu silat, tetapi hal yang sebenarnya, ialah ingin menggunakan kesempatan ini hendak bertemu muka dan
belajar kenal dengan pemimpin Taysu. Sudah lama pengaruh dan nama besar golongan Taysu sangat terkenal di daerah barat, ilmu silatnya jauh berlainan dengan ilmu silat golongan Tiong-goan, meskipun demikian tetapi suksesnya sangat mengagumkan."
Sehabis berkata orang itu menunduk dengan sikapnya yang sangat terhormat.
Sebaliknya sikapnya padri Tibet itu yang sangat sombong, ketika mendengar keterangan orang itu lalu berkata dengan suara dingin, "Didalam golongan kami, ada semacam
peraturan istimewa jikalau pihak lawan bukan seorang
pemimpin tidak mau menjumpai, tetapi kalau pasti ingin menemui juga harus sanggup meliwati rintangan dari dua belas pasukan pelindung hukum kami."
"Tetapi aku yang rendah tiada maksud untuk menemui
pemimpin Taysu pada saat ini juga?".."
Padri tinggi besar itu tiba-tiba membalikkan badan dan menggerakkan tangannya, segera ada empat orang padri
berjubah warna biru yang menghampiri, kemudian duduk
berbaris dihadapan orang banyak itu.
Siong Khun menggeleng-gelengkan kepala mundur dua
langkah, meski mulutnya tidak berkata apa-apa, tetapi wajahnya menunjukkan sikap muak, mungkin ia mengutuk
orang2 dari daerah perbatasan yang dianggapnya tidak tahu adat.
Delapan pengiringnya itu ketika melihat Siong Khun
mundur dua langkah, lalu segera bergerak dengan serentak mengurung dirinya ditengah-tengah, kemudian duduk
semuanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-Koan Kie yang bersembunyi dibelakang jendela, telah melihat dan mendengar semua kelakuan dan pembicaraan dari kedua pihak, dalam hatinya diam-diam berpikir, jikalau mereka tidak melakukan pertandingan dibawah menara ini, kita tentu tidak dapat menyaksikan.
Selagi berpikir, tiba-tiba terdengar siulan nyaring, delapan laki2 yang bertindak sebagai pengiring itu dengan serentak melompat bangun dan berdiri menjadi dua baris.
Siong Khun kembali mengangkat tangan, meraba-raba
mukanya lalu berkata kepada padri yang duduk dihadapannya itu, "Chung Cu kami akan datang, lekas beritahukanlah kepada pemimpin kalian untuk datang menyambut."
Seorang padri bangkit perlahan dan berkata, "Pemimpin kami berkedudukan sangat tinggi, bagaimana sudi
sembarangan menyambut orang, nanti setelah Chung Cu
datang, suruh dia saja yang pergi menjumpai."
Delapan laki2 itu ketika mendengar ucapan padri itu
mengandung hinaan terhadap Chung Cunya, semua merasa
gusar dan memandang kepada Padri itu dengan sinar mata membara.
Sementara itu suara siulan tadi makin lama makin
mendekat, suara itu kedengarannya datang dari dalam kuil.
Siang-Koan Kie memasang lagi matanya, segera tampak
olehnya sepuluh lebih laki2 tinggi besar mendatangi sambil menggotong sebuah tandu kecil yang tertutup oleh kain hijau.
Didepan tandu tertutup oleh kain sutra berwarna biru, sehingga susah dilihat mukanya orang yang berada diatas tandu. Dibelakang tandu diikuti oleh empat orang yang berpakaian berlainan warnanya, empat orang itu rupanya seperti pengawal karena masing2 membawa senjata tajam.
Siang-Koan Kie diam-diam berpikir: orang ini mungkin
adalah In Chung Cu sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi belum lama lenyap pikiran itu, ia telah dapat melihat pula dibelakang tandu itu, ada lagi sebuah tandu yang dihiasi dengan kain sutra berwarna merah sebagai penutup tandu itu, kedua tandu itu terpisah hanya jarak delapan atau sembilan kaki.
Siang-Koan Kie diam-diam menarik napas, pikirnya: orang ini benar-benar terlalu banyak tingkah, di Daerah pegunungan semacam ini juga harus mempergunakan tandu.
Tidak lama setelah munculnya tandu dengan tutupnya
sutra merah itu, dibelakangnya muncul lagi sebuah tandu kecil yang tertutup oleh sutra berwarna kuning!
Siang-Koan Kie merasa bingung oleh pemandangan
didepan matanya itu entah mana di antara tiga tandu itu, yang diduduki oleh In Chung Cu.
Diluar dugaannya, kini muncul lagi tandu yang keempat, tandu ini tertutup oleh kain sutra berwarna hijau, dan setelah tandu ini tidak kelihatan ada tandu lagi.
Empat tandu itu satu sama lain terpisah delapan atau
sembilan kaki, semua langsung menuju ke menara tempat penyimpan kitab.
Orang-orang yang memikul tandu itu, semua agaknya
mahir sekali ilmu meringankan tubuh, mereka berjalan ditanah pegunungan diatas genting rumah, sedikitpun tidak nampak susah, bahkan tindakan mereka nampak gesit sekali, dalam sekejap mata saja, sudah tiba diatas payon rumah seberang loteng penyimpan kitab.
Payon rumah itu kira-kira satu tombak diatas tanah,
delapan laki-laki yang memikul tandu itu, dengan tanpa ragu-ragu melompat turun kebawah.
Beberapa puluh orang yang bertindak sebagai pengawal, dengan cepat berpencar, empat tandu kecil berbaris disuatu tempat dengan rapinya. Empat laki-laki yang mengikuti tandu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecil itu, dengan pakaian mereka yang berlainan warnanya, berpencaran menjaga di depan pintu tandu.
Pada saat itu, Siang-koan Kie baru dapat melihat, bahwa warna pakaian empat laki-laki itu sama dengan warna kain yang digunakan untuk menutup tandu, warna itu terbagi dari warna hijau, merah, kuning dan biru muda.
Terdengar suara memuji Budha yang keluar dari mulut
Padri yang memakai jubah warna merah darah, Padri itu dengan tindakan lebar berjalan maju, ia berkata sambil merangkapkan dua tangannya, "Di antara tuan-tuan siapakah In Cungcu" Ketua partai kita sudah lama menantikan
kedatangan tuan di dalam pendopo."
"Dari antara orang banyak itu nampak berjalan keluar
seorang laki-laki berbadan tegap, laki-laki itu lalu berkata kepada Padri itu sambil member hormat, "Cungcu kita sudah berjanji dengan ketua partaimu untuk bertemu muka dibawah loteng penyimpan kitab ini, silahkan padanya supaya datang kemari!"
Padri Tibet yang berbadan tinggi besar itu dengan sikapnya yang angkuh, ia berkata, "Ketua partai kita sudah datang setengah jam dimuka dari waktu yang telah ditetapkan untuk mengadakan pertemuan itu, sebaliknya In Cungcu yang
terlambat setengah jam, kalian orang2 gagah rimba persilatan daerah Tiong-goan, sering mengandalkan bahwa mereka bisa pegang janji, tetapi nampaknya semua itu hanya omong
kosong belaka!" Laki-laki berbadan tegap itu menggerutkan keningnya,
kemudian berkata, "Jikalau tidak mengingat bahwa kalian datang dari tempat jauh untuk menempati janji, sebagai orang dari daerah pinggiran yang tidak tahu adat, dengan ucapanmu itu tadi, seharusnya sudah dihukurn mati, Cungcu kita meskipttn datang terlambat setengah jam, tetapi lebih dahulu sudah mengirim utusan kepala pengurus datang tepat pada waktunya untuk memberitahukan kelambatannya itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padri Tibet itu berkata sambil tertawa dingin, "Orang-orang partai kita sekalipun selama itu selalu berdiam di daerah barat, tetapi tidak akan kalah dengan kalian orang-orang daerah Tiong-goan, kini sudah akan dimulai pertandingan itu siapa yang kalah atau yang menang, sebentar akan diketahui."
Sehabis berkata ia memutar tubuhnya hendak berlalu,
tetapi mendadak seperti teringat sesuatu ia lalu balik lagi dan bertanya, "Mendengar ucapattmu tadi apakah kau adalah kepala pengurus In Cungcu yang bernama Hiong Kian Hui yang mempunyai gelar Tangan Sakti meraba awan?"
Laki-laki itu menjawab sambil tertawa, "Benar, bagaimana nama sebutan taysu?"
" Aku yang rendah bernama Hage, sudah lama aku dengar nama besarmu."
Dada Hage nampak dipelembungkan, dari situ tiba-tiba
meluncur keluar hembusan angin keras, menyerang HiongKian Hui.
Hiong Kian Hui memasang kuda-kuda, tangan kirinya
diletakkan kedepan dada untuk membalas hormat, sedang tangan kanannya digunakan untuk menyambut serangan Padri itu, sedangkan mulutnya berkata sambil bersenyum, "Ah, taysu terlalu memuji. Hiong Kian Hui hanya mencari sesuap nasi, bernaung dibawah perlindungan In Cungcu."
Dua kekuatan tenaga dalam itu setelah saling beradu,
segera menimbulkan angin keras sehingga pasir dan batu pada beterbangan, kaki dan pundak Hiong Kian Hui nampak bergerak, sedangkan Padri Tibet itu nampak mundur setengah langkah.
Setelah satu sama lain mengadu kekuatan tenaga dalam
itu, dalam hati rnasing-masing merasa kaget, mereka saling berpandangan sejenak lalu mengangkat tangan memberi
hormat satu sama lain. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hage berkata sambil tersenyum, "Nama gelar tangan sakti meraba awan benar-benar bukan hanya nama kosong belaka, Pinceng kini telah belajar kenal dengan kekuatanmu."
Setelah itu ia membalikkan badan dan berlalu.
Dari dalam tandu kecil yang tertutup oleh kain warna hijau terdengar suara orang tertawa bergelak-gelak, kemudian disusul oleh kata-katanya kepada Padri Tibet itu, "Tolong taysu beritahukan kepada pemimninnya, katakan saja bahwa aku orang She In, bersama Mao-san It-cin dan dua sesepuh partai Ceng-shia-pay, telah menantikan kedatangannya
ditanah lapang bawah loteng penyimpan kitab!"
Suaranya itu tidak besar, tetapi setiap patah kata terdengar nyata seolah-olah air mengalir yang masuk kedalam telinga.
Padri Tibet itu dengan tanpa menghentikan kakinya
menjawab dengan suara keras, "Perkataan In Cungcu itu, Pinceng tidak berani gegabah menerima baik begitu saja, Pinceng masih perlu memberitahtrkan kepada ketua kami lebih dulu, untuk mendapatkan keputusannya."
Dari tandu kecil itu tersingkap kain tutup yang berwarna hijau, lalu nampak berjalan keluar seorang laki-laki berusia tigapuluhan, dengan memakai pakaian panjang berwarna biru langit.
Dalam hati Siang-koan Kie semula mengira bahwa Cungcu dari perkembangan yang disebut sebagai perkampungan
nomor satu itu, tentunya adalah seorang yang sudah lanjut usianya, siapa tahu ternyata adalah seorang yang masih begitu muda sehingga diam-diampun merasa heran.
Semua orang yang berpencar disekitar tempat itu, lalu membungkukkan badan untuk memberi hortnat.
Laki-laki berpakaian warna biru langit itu tertawa pula, kemudian berkata kepada orang-orang dalam tiga tandu kecil Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang lainnya itu, "To-hen, Ong-heng, Oey-heng, silakan keluar."
Kain tandu berwarna merah, kuning dan biru muda nampak tersingkap, dari dalam tandu keluar seorang tua berdandan pakaian imam dengan tangan membawa kebut, dan dua orang tua perawakan pendek kecil yang warna pakaiannya sama, dua orang tua itu masing2 membawa tongkat bambu.
Imam tua itu lalu berkata kepada laki-laki itu, "Saudara In, apakah tempat inilah yang saudara hendak gunakan sebagai tempat pertaruan mengadu kekuatan?"
Laki-laki itu menjawab sambil tersenyum!
"Ya, ditanah lapang bawah loteng penyimpan kitab ini."
Wajah laki-laki itu meski nampaknya penuh senyuman,
tetapi masih belum dapat menutupi perasaan masgul yang tampak nyata dalam wajahnya.
Dua orang tua yang membawa tongkat bambu itu,
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekeluarnya dari tandu, mereka terus berdiam tidak berkata apa-apa.
Laki-laki berpakaian biru itu lalu berpaling dan berkata kepada orang tua tersebut, "Ong-heng dan Oey-heng, kali ini siaotee merasa tidak enak sekali harus minta bantuan kalian berdua, tetapi karena mengingat besar sekali sangkut pautnya dengan nasib orang rimba persilatan dalam pertandingan ini, maka terpaksa siaotee minta bantuan kalian berdua."
Orang tua yang berdiri disebelah kiri berkata dengan suara dingin, "Dalam rimba persilatan dewasa ini orang yang bisa mengundang si Imam dari gunung maosan, dan kita dua tua bangka turun gunung untuk memberi tenaga, kecuali kau In Cungcu, barangkali sudah tidak ada yang keduanya lagi. Kita berdua saudara tidak gampang2 memberikan janji, tetapi kalau sudah sanggup juga tidak ingin orang mengucapkan terima kasih."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu nada suaranya ketus dan dingin, sungguh tidak enak didengar.
Laki-laki berpakaian biru itu mendongakan kepala melihat cuaca, lalu berkata kepada dirinya sendiri, "Mengapa masih belum dating?"
Imam tua itu mengurut jenggotnya yang panjang dan putih kemudian berkata, "Saudara In, kecuali kita bertiga apakah kau masih minta bantuan orang lain lagi?"
"Perkataan yang siaotee ucapkan dengan tanpa sengaja
pada beberapa tahun berselang tidak kusangka telah dianggap benar-benar oleh Padri Tibet, ia lalu mengirim orang
menyampaikan surat mendesak siaotee supaya mengundang orang-orang kuat rimba persilatan daerah Tiong-goan supaya suka datang untuk menepati janji, oleh karena urusan ini men,yangkut sangat luas dengan nasib rimba persilatan, bukan cuma soal mati hidupnya siaotee seorang, maka tidak boleh tidak siaotee harus berlaku hati-hati, semula siaotee sebetulnya ingin mengundang semua orang gagah dalam
rimba persilatan berunding guna menghadapi musuh itu, tetapi kemudian terpikir lagi bahwa urusan ini tidak tepat diumumkan kepada dunia rimba persilatan, lagi pula dengan mengundang semua orang gagah, juga belum tentu dapat
memberi bantuan tenaga kepada kita, maka terpaksa siaotee hanya mengundang tuan-tuan saja?".."
Ia berdiam sejenak, kemudian berkata pula, "To-heng,
Ong-heng dan Oey-heng, kini ternyata bersedia turun gunung untuk memberi bantuan tenaga, hal ini benar-benar
menambah kepercayaan siaotee?".."
Pada saat itu tiba-tiha terdengar suara tambur dan
gembreng dari jauh terdengar semakin dekat.
Dari sudut loteng penyimpan kitab nampak berjalan keluar sepuluh lebih kawanan Padri yang mengenakan jubah warna Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuning, mereka berjalan mendatangi dengan tindakan
perlahan. Dibelakang kawaan Padri itu, tampak pula ernpat Padri berjubah warna merah, mereka itu memikul sebuah tempat sembahyang dari batu yang masih nampak mengepul asap
dupanya. Dibelakang batu tempat sembahyang itu kembali ada
delapan padri berpakaian merah yang melindungi seorang Padri tinggi kurus dengan jubah yang beraneka warna, Padri tinggi kurus itu dilehernya tergantung serenceng biji2 tasbih, Padri itu berjalan sambil merangkapkan kedua tangannya, matanya seperti tertutup, dibelakangnya diikuti oleh seorang laki-laki gagah berusia tigapuluh tahunan bersama seorang perempuan muda berparas cantik yang mengenakan pakaian warna merah serta sepuluh lebih kawanan padri yang
mengenakan jubah berwarna merah, biru dan kuning.
Kedua pihak terpisah sejarak satu tombak lebih kawanan Padri itu mendadak berhenti, begitu pula suara tambur dan gembreng.
Laki-laki berbaju panjang berwarna biru itu berjalan
menghampiri kemudian berkata sambil mengangkat tangan memberi hormat, "In Kiu Liong karena ada urusan penting sehingga datang terlambat, hal mana telah menyebabkan taysu lama menanti, aku sesungguhnya merasa tidak enak sekali."
Kawanan Padri yang membawa alat tabuhan itu, tiba-tiba memencarkan diri kedua samping, mereka berdiri sambil meluruskan kedua tangannya sedang empat Padri yang
memikul tempat sembahyang tadi, juga meletakkan batu
tempat dupa itu kemudian mundur dua langkah.
Padri tinggi kurus yang berpakaian aneka warna tiba-tiba membuka sepasang matanya, dengan sinar mata yang tajam ia menatap In Kiu Liong sejenak, lalu berkata, "Karena In Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cungcu ada urusan penting kelambatan tidaklah disengaja, bagaimana Pin-ceng berani menyalahkan?"
Wajah In Kiu Liong sedikit beruhah, ia berkata, "Walaupun kedatanganku agak terlambat, tetapi sudah mengirim orang untuk memberi kabar pada waktu yang tepat, entah taysu diberitahukan oleh orangku itu atau tidak?"
Padri Tibet itu hanya tersenyum, tidak berkata apa-apa lagi, kemudian berpaling dan mengawasi kepada anak buahnya
laki-laki yang berbadan tegap dan gagah itu baru berkata lagi,
"Tiga tahun berselang Pin-ceng mengirim utusan datang berkunjung ketempat tuan untuk menyampaikan lagi soal janji dalam kuil tua pada sepuluh tahun berselang, apakah In Cungcu masih ingat?"
"Seorang laki-laki seharusnya bisa memegang janji,
bagaimana siaotee bisa melupakan perjanjian itu?"
"Itu bagus, In Cungcu adalah salah seorang kuat dalam rimba persilatan daerah Tiong-goan, perkataan yang sudah dikeluarkan, dengan sendirinya dapat dianggap, entah
barang2 yang harus disediakan sudah lengkap atau tidak?"
Dad dalam sakunya In Kiu Liong mengeluarkan sebuah
bungkusan kain sutra berwarna kuning, kemudian ia berkata,
"Barang-baranq yang aku harus sediakan sudah lengkap, apakah taysu juga sudah sedia?"
Padri tinggi kurus itu dari dalam jubahnya yang
gerombongan mengeluarkan sebuah bungkusan kain sutra
berwarna kuning, lalu berkata, "Dalam bungkusan ini, kecuali barang-barang pusaka perkumpulan Bit-cong-kauw, masih ada lagi golok mas turunan kita, asal In Cungcu bisa mengambil golok mas itu, maka semua anak murid perkumpulan kita akan mendengar perintah Cungcu, sekalipun menyuruh mereka
terjun kelautan apipun juga tidak berani menolak."
"Dalam bungkusan ini, kecuali tanda kepercayaan yang
berupa naga terbang bagi perkampunganku In-kee-chung, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih ada lagi daftar nama2 orang kuat rimba persilatan daerah Tiong-goan, serta tiga buah gambar rahasia, siapa yang mendapatkan tanda kepercayaan perkampunganku,
maka orang-orang baik dari golongan hitam maupun dari golongan putih dari tujuh profinsi dari daerah selatan sungai Tiong-Kang, sebahagian besar akan tunduk dan tiga gambar peta rahasia ini, merupakan taktik dengan rencana untuk menundukkan orang-orang kuat daerah Tiong-goan, asal
taysu sanggup melukai orang-orang kita yang datang
memenuhi janji ini, taysu boleh berbuat menurut rencana yang tertulis dalam gambar rahasia itu, maka untuk menjagoi dunia rimba persilatan sangat mudah sekali."
Tiba-tiba terdengar suaranya Imam dari Mao San itu yang berkata sambil tertawa dingin, "Bagus sekali! In Cungcu kau telah menjual kita!"
In Kiu Lion tertawa terbahak-bahak kemudian berkata, "In Kiu Liong dan tuan-tuan bertiga kalau hari ini terluka didalam kuil tua ini, didalam rimba persilatan dewasa ini, siapa lagi yang bisa melawan, dari pada dibunuh secara menyedihkan, bukankah lebih baik menyerah saja?"
Imam dari Mao San itu perlahan-lahan pejamkan matanya dan berkata, "Ucapan ini juga benar?".."
Tiba-tiba terdengar orang berkata dengan suara dingin, "In Cungcu telah berjanji hendak mengadu kepandaian, sebaiknya lekas bertanding supaya lekas beres, kita bersaudara masih ada urusan penting yang harus diurus, kalau tidak lekas bertindak, kita terpaksa tidak dapat menunggu lagi!"
Orang yang berkata itu bukan lain dari pada Ong-kiat, saudara tua dari dua sesepuh partai
Ceng-shia. Dua sesepuh partai Ceng-shia itu dan Imam dari gunung Mao San, sudah lama mengasingkan diri, sudah tigapuluh tahun tidak pernah muncul dikalangan Kang-ouw, orang-orang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tingkatan muda dalam rimba persilatan, sudah lama tidak mengetahui diri mereka, maka itu Siang-koan Kie sejak tadi tidak mengambil perhatian terhadap diri tiga orang tua itu, dia hanya memperhatikan In Kiu Liong seorang, sebab ia sering mendengar cerita suhunya mengenai kejadian luar biasa tentang diri Cungcu itu, dengan mengandalkan sebuah tanda kepercayaan naga terbang, ia dapat menggerakkan orang-orang golongan hitam dan golongan putih dari tujuh profinsi daerah selatan sungai Tiang Kang.
In Kiu Liong agaknya merasa kurang mempunyai keyakinan dalam pertandingan itu, maka ia tidak ingin segera bergerak, setelah berdiam sejenak ia lalu berkata, "Urusan ini sangat penting, begitu kita bergerak, tidak akan berhenti sebelum ada yang mati, mungkin kita akan mengetahui siapa yang menang dan siapa yang kalah dalam waktu singkat, tetapi mungkin juga beberapa hari dan beberapa malam belum diketahui hasilnya, siaotee sudah minta bantuan seorang lain, yang kini masih belum tiba, setelah ia datang, kita nanti baru
bertindak." Ong-kiat yang kurus kering memandang saudaranya
sejenak, kemudian berkata, "In Cungcu masih merasa ragu-ragu, biarlah kita berdua yang tidak takut mati ini bertindak lebih dahulu."
Padri Tibet yang tinggi kurus itu lalu berkata samba tertawa dingin, "Kalian berdua kalau memang ingin turun tangan, senang sekali pinceng melayani."
Ong-kiat segera berjalan keluar dengan tindakan lebar, sinar matanya yang tajam dingin menyapu wajah Padri itu sejenak, lalu berkata, "Kalian hendak maju berbareng, atau satu-persatu?"
Padri Tibet tinggi kurus itu menggapaikan tangannya, dari dalam rombongan kawanan Padri maju menghampiri tiga
orang padri yang berjubah warna merah, biru dan kuning.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ong-kiat berkata sambil tertawa dingin, "Apakah tiga orang tidak terlalu sedikit?"
Orang tua itu lalu menggerakkan tongkat bambunya,
badannya melesat tinggi, sebelum kakinya menginjak tanah tongkatnya sudah melakukan serangan kepada tiga padri itu.
Gerakan tiga Padri itu juga sangat gesit, hanya sebentar saja masing-masing sudah mundur lima kaki, tetapi kemudian maju lagi dan balas menyerang dengan serentak.
Kepandaian ilmu silat golongan Bit-ciong lain dari pada ilmu silat golongan Tiong-goan, gerak badan tiga padri itu walaupun gesit, tetapi kekuatan yang keluar dari serangan nampaknya tidak mengandung kekuatan hebat.
Ong-kiat merasa bahwa serangan tiga padri itu
mengandung hawa dingin, ia tahu bahwa itu adalah ilmu kekuatan tenaga dalam yang amat berbisa tetapi ia
mengandalkan ilmu kepandaiannya yang sangat tinggi, ia ingin mencoba sendiri kepandaian ilmu silat Bit-ciong yang telah menggemparkan daerah barat itu, ia segera mengerahkan kekuatannya, dengan mengeraskan sekujur badannya
bagaikan besi, untuk menyambuti serangan tiga Padri itu.
Tiga Padri itu agaknya tidak menyangka bahwa lawannya itu berani menyambuti serangan, mereka nampak tercengang, ketiganya melompat mundur sambil menarik kembali
serangannya. Ong-kiat perdengarkan suara tertawa dingin, kemudian
maju mendesak dengan tindakan perlahan, wajahnya nampak dingin kaku.
Padri Tibet tinggi kurus itu tiba-tiba berkata dengan suara dingin, "Kau sudah terluka oleh ilmu serangan tangan In-hong-ciang dari golongan kami, jikalau kau tidak lekas mengatur untuk mengeluarkan hawa dingin yang sangat
berbisa itu, maka dalam waktu duabelas jam, semua tulang-tulang dalam badanmu akan mulai kaku, dalam waktu tiga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bulan bisa itu akan menyerang jantungmu dan tamatlah
riwayatmu?".." Perkataan itu diucapkan dengan nada suara dingin dan
menyeramkan, sehingga menimbulkan perasaan tidak enak bagi orang yang mendengarnya.
-odwo- Bab 8 "Ong-kiat tergerak hatinya ketika mendengar ucapan itu, tatkala matanya mengawasi padri tinggi kurus itu nampak berdiri dibelakang batu tempat dupa, di antara mengepulnya asap dupa, wajah itu nampaknya bagaikan patung yang
keram, yang pada saat itu sedang mengawasi dirinya.
Ketika sinar mata Ong-kiat beradu dengan sinar mata Padri itu, hatinya bergoncang keras, hawa dingin seolah-olah menyusup kedalam hulu hatinya sehingga dengan tanpa sadar badannya lalu menggigil.
Terdengar pula kata-katanya Padri tinggi itu, "Kau sudah terluka parah, jikalau kau tidak lekas duduk bersemedi untuk mengatur pernapasan dalam waktu dua jam, kau akan merasa tersiksa oleh hawa dingin yang masuk kedalam tulangmu."
Perkataannya itu meski diucapkan dalam bahasa Han,
tetapi kedengarannya masih agak kaku.
Ong-kiat dengan tanpa sadar mengawasi lagi Padri tinggi kurus itu, tetapi ketika sinar matanya beradu, kembali hatinya tergoncang hebat badannya menggigil.
Padri tinggi kurus itu tiba-tiba tersenyum, lalu perlahan-lahan duduk sambil merangkapkan kedua tangan diatas
dadanya. Asap dupa yang mengepul dari pendupaan semakin tebal, warna2 jubah Padri tinggi kurus itu semua merupakan warna Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menyolok, ketika tertutup oleh asap yang mengepul itu samar-samar nampak sebentar merah sebentar hijau,
semuanya seperti pemandangan dalam khayalan, hanya sinar mata tajam dari Padri itu yang tetap kelihatan seperti telah menembus asap itu untuk mengawasi Ong-kiat.
In Kiu Liong dan Mao San It-cien, telah merasakan bahwa sikap Ong-kiat makin lama makin tidak beres, matanya seperti mata orang linglung tetapi mata itu terbuka lebar2 sedang wajahnya menunjukkan tanda-tandanya yang amat letih.
Imam dari gunung Moo San itu segera berlompat keluar, sambil mengeluarkan pedang dari belakang punggungnya lalu mengeluarkan suara yang memuji nama Budha.
Suara itu diucapkan dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam sehingga dalam telinga orang seperti mengaung.
Sikap Ong-kiat tiba-tiba menunjukan kesadaran pikirannya, matanya yang terbuka lebar lalu dipejamkan, badannya
mundur beberapa langkah. Sang adik Oey Ciong segera melompat masuk kedalam
kalangan. Tangan kirinya membimbing Ong-kiat, tongkatnya
ditantapkan ketanah, tangan kanannya digunakan untuk
menotok jalan darah dibelakang punggung kakaknya.
In Kiu Liong berkata kepada Imam dari gunung Mao San
dengan suara perlahan, "To-heng sudah banyak pengalaman, apakah Padri itu menggunakan ilmu memindahkan sukma
yang terdapat dalam kalangan Budha?"
Imam itu menjawab sambil menganggukkan kepala,
"Nampaknya memang mirip dengan ilmu memindahkan sukma dalam cerita itu, tetapi Pinto tidak berani memastikan?".."
"Ilmu dari golongan Bit-ciong, adalah yang paling ajaib dan susah diduga, hanya ilmu golongan Jie-ka, meskipun siaotee mengerti, tetapi sangat terbatas, untuk menghadapi orang2
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semacam itu, tidak perlu mentaati peraturan dalam
persilatan." Ia lalu melompat keluar dan berkata pula dengan suara nyaring, "Aku In Kiu Liong angin belajar kenal dengan kepandaian taysu."
Ia mengeluarkan perkataan itu sambil mendorong keluar kedua tangannya.
Dua kekuatan tenaga dalam yang dibarengi dengan suara menderunya angin meluncur keluar dari kedua tangannya.
Padri tinggi kurus itu, memperdengarkan suara tertawa dingin, ia lalu mengangkat kedua tangannya untuk
menyambut serangan tenaga dalam In Kiu Liong.
Tatkala dua kekuatan saling beradu In Kiu Liong mendadak merasakan bahwa serangannya sendiri telah dipunahkan oleh semacam kekuatan yang sangat lunak dan dingin sehingga lenyap seketika, ia terperanjat, tidak tahu kepandaian apa iang digunakan oleh Padri itu yang dapat memusnahkan
serangannya sendiri yang demikian hebat.
Ia lalu pusatkan seluruh kekuatannya dan melancarkan
serangannya lagi. Tiba-tiba terdengar suara Imam dari gunung Mao San yang berkata, "Saudara In, tunggu dulu."
In Kiu Liong melompat mundur tiga langkah kemudian
bertanya, "Ada apa To-heng?"
"Kalau hendak bertindak, lebih baik menetapkan peraturan, lalu mulai bertanding secara benar, agar diketahui siapa yang lebih unggul", berkata Imam itu sambil bersenyum.
In Kiu Liong sebetulnya ingin menantikan kedatangan
seorang lagi yang hendak membantu padanya, barulah dimulai pertandingan secara resmi, tetapi dua sesepuh dari Ceng-shia-pai dan Imam dari gununn Mao San, semua sudah siap
bergerak, apalagi perbuatan Padri Tibet yang agak aneh itu, membuat perasaannya tidak tenang. Dalam hatinya lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpikir: Memang sudah lama aku mendengar golongan lama itu mempunyai kepandaian yang ajaib, nampak kejadian hari ini mungkin benar, hanya pandangan mata saja sudah dapat menundukkan seorang berkepandaian sangat tinggi.
Kepandaian yang mirip dengan ilmu gaib itu, sebetulnya sulit dimengerti, apabila waktunya diperpanjang lagi, barangkali tidak menguntungkan pihakku sendiri maka lebih baik kita lekas selesaikan soal ini.
Karena berpikir demikian, maka ia lalu berkata, "Ucapan To-heng ini memang benar, mari kita segera mulai supaya lekas mendapat kepastian siapa yang akan keluar sebagai pemenang dalam pertandingan ini."
Padri tinggi kurus itu berkata dengan nada suara dingin, "
Itulah yang paling baik, Pin-ceng juga beranggapan demikian, bagaimana kita harus bertanding, terserah kepada In
Cungcu." Dengan sinar mata yang tajam In Kiu Liong mnegawasi
kawanan Padri, dalam hatinya mulai menghitung-hitung, dipihaknya sendiri hanya ada empat orang yang
berkepandaian tinggi, kecuali Ong-kiat yang sudah terluka masih ada Oey Ciong, Imam dari gunung Mao San dan ia
sendiri. Ia pikir sebaiknya diadakan perjanjian untuk bertanding dalam tiga rombongan siapa yang dapat
menangkan dua kali dialah yang menang.
Sebab di antara kalangan Padri itu, hanya ketuanya yang perawakannya tinggi kurus itu yang berkepandaian sangat aneh, yang lainnya, seperti anak muridnya, dengan bertanding secara demikian, sekalipun ia sendiri tidak dapat melawan, tetapi dalam pertandingan itu sudah terhitung pihaknya yang menang. Maka ia lalu berkata, "Kalau taysu menghendaki demikian, aku terpaksa menurut, menurut pikiranku yang pendek, kita mengadakan tiga kali pertandingan untuk
menetapkan siapa yang kalah dan siapa yang menang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di antara anak murid taysu boleh memilih dua orang yang berkepandaian tinggi, siaotee juga akan memilih dua orang di antara orang yang aku minta bantuannya, untuk bertanding, dalam pertandingan terakhir biarlah sioatee yang belajar kenal dengan kepandaian taysu apakah taysu dapat menyetujui cara demikian?"
Padri itu tidak segera menjawab, ia berpaling mengawasi laki2 yang berbadan tinggi dan gagah itu untuk bicara sekian lama bahasanya sendiri.
Mereka berbicara dengan menggunakan bahasa Uighur
yang tidak dimengerti oleh In Kiu Liong dan lain-lain.
Setelah bicara cukup lama, Padri tinggi kurus itu baru berpaling dan berkata dengan suara dingin, "Baiklah kami terima baik usulmu itu."
In Kiu Liong lalu berkata kepada Oey-ciong, "Harap Oey-heng supaya mulai lebih dulu."
Oey Ciong perlahan-lahan melepaskan dirinya Ong-kiat, kemudian mencabut kembali tongkatnya yang ditancapkan ditanah lalu berjalan menuju kelapangan dengan tindakan lebar.
Padri tinggi kurus itu tiba-tiba berkata sendiri dengan bahasa Uighur, dari dalam rombongan Padri segera berjalan keluar seorang Padri pendek kecil.
Padri itu yang bentuk badannya sama dengan Oey Ciong
yang pendek kurus, sepasang matanya yang sipit nampak meram melek seolah-olah sedang mengantuk, ia berjalan menuju kelapangan dengan tindakan perlahan.
Oey Ciong memperdengarkan suara ketawa dingin,
kemudian berkata sambil lintangkan tongkatnya, "Lekas keluarkan senjatamu, aku seorang tua kalau sedang
menghadapi pertandingan, selamanya tidak suka banyak
bicara." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padri pendek kurus itu agaknya tidak mengerti bahasa Han, dengan sikap agak bingung ia mengawasi Oey Ciong sejenak, kemudian dari belakang punggugnya perlahan-lahan
mengeluarkan sepasang gelang Mas, ia pegang gelang itu dengan sepasang tangannya, kemudian dirangkapkan didepan dadanya, lalu dipisahkan lagi, mulutnya mengucapkan kata2
yang tidak dimengerti oleh Oey Ciong.
Karena satu sama lain tidak mengerti bahasanya, maka
hanya dari sikap mereka untuk meraba-raba maksud dari perkataan-perkataannya.
Oey Ciong segera melintangkan tongkatnya, tangan kirinya diletakkan diatas pergelangan tangan kanan, lalu mendorong kedepan.
Perbuatan itu sebetulnya merupakan suatu gerakan yang maksudnya minta lawannya turun tangan lebih dulu, itulah menurut peraturan rimba persilatan daerah Tiong-goan, tetapi karena Padri itu tidak mengerti peraturan demikian, karena melihat lawannya bergerak demikian, ia juga meniru
perbuatan semacam itu. Oey Ciong menganggap berhadapan dengas orang yang
tidak mengerti tata cara, tidak ada gunanya berlaku merendah terhadapnya, maka ia lalu menggerakkan tongkatnya menotok bagian perut lawannya.
Sebetulnya ia sendiri tidak mengerti bahsa Uighur, dan tidak mengerti peraturan gohongan Bit-cong, sekalipun Padri itu mempersilakan kepadanya untuk membuka serangan lebih dulu ia juga tidak mengerti maksudnya.
Ketika ujung tongkat Oey Ciong meluncur ke arah
perutnya, Padri itu dengan menggunakan Gelang Masnya
untuk menindih ujung tongkat tersebut, Gelang Mas ditangan kanannya tiba-tiba terbang melesat untuk balas menyerang.
Oey Ciong terperanjat, dengan cepat ia menarik kembali tongkatnya dan melompat kesamping jauh lima kaki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padri Tibet itu menggerakkan tangan kanannya, Gelang
Mas yang melesat terbang tiba-tiba tertarik kembali
ditangannya. Ternyata Gelang Mas itu diperlengkapi dengan seutas
rantai Mas yang halus sekali.
Oey Ciong diam-diam memaki: Kurang ajar aku kira ia
menggunakan ilmu gaib apa, tidak tahunya cuma permainan sulap belaka.
Karena ia telah menyaksikan luka yang diderita oleh Ong-kiat, maka selalu waspada, tidak berani bertindak
sembarangan, setelah mengetahui senjata lawannya terikat oleh rantai Mas hatinya merasa lega, tongkat lalu digunakan lagi untuk membabat pinggang lawannya.
Serangan itu hebat sekali, sehingga mengeluarkan suara hembusan angin sangat hebat.
Mata Padri yang semula nampak meram melek itu tiba-tiba terbuka lebar, badannya yang pendek kurus tiba-tiba melesat tinggi keatas, sepasang gelangya terlepas dari tangannya menyambar kepala lawannya.
Oey Ciong menarik kembali serangannya, dengan satu
gerakan memutar tongkat digunakan untuk menyapu rantai yang menghubungkan antara gelang dengan tangan si Padri, ia melakukan semua itu dengan suatu gerakan yang luar biasa cepatnya.
Padri pendek kurus itu agaknya dapat lihat Oey Ciong
memandang rendah dirinya. Ia segera memusatkan kekuatan tenaga dalamnya, badannya naik membung lagi keatas
setinggi tujuh delapan kaki, dan sepasang gelangnya ikut naik mumbung untuk menghindarkan serangan Oey Ciong.
Tetapi Oey Ciong tidak menghentikan serangannya, sambil mengeluarkan suara bentakan keras, melompat keatas,
tongkatnya terus meluncur untuk menotok lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padri Tibet itu tiba-tiba mengerakkan tangan kanannya, Gelang Masnya melesat keluar dan tepat mengalungi ujung tongkat Oey Ciong, kemudian badannya luncur turun.
Oey Ciong diam-diam mengerahkan kekuatan tenaga
dalamnya, tongkatnya dikibaskan keatas.
Meskipun ia bergerak demikian dengan badan masih
terapung, tetapi karena sudah mahir kekuatan tenaga
dalamnya, kekuatan gerakan tangannya itu juga sangat hebat, Padri Tibet yang sedang meluncur turun itu dikibaskan secara demikian tiba-tiba terlempar bagaikan layang2 yang putus talinya. Ditengah udara ia berputaran dan kemudian melesat sejauh empat lima tombak, baru melayang turun ketanah.
Tetapi Oey Ciong yang mengeluarkan serangan dengan
badan terapung, sekalipun berhasil melemparkan lawannya, tetapi ia sendiri juga tidak berhasil kendalikan dirinya, maka ketika sepasang kakinya menginjak tanah, sudah
menimbulkan getaran hebat pada dirinya.
Padri Tibet itu ketika jatuh ditanah, ternyata tidak
mendapat luka apa-apa, ia lompat melesat lagi menghampiri lawannya.
Oey Ciong tidak menantikan datangnya Padri itu, ia sudah lompat menyambut sambil menyerang.
Serangan itu nampaknya biasa tidak ada apa yang aneh, tetapi karena ia menggunakan tenaga dalam, sehingga
tongkatnya mengeluarkan suara menderu-deru.
Padri Tibet itu agaknya sudah tahu bahwa orang tua kurus kering itu mempunyai kekuatan tenaga dalam yang hebat, maka ia tidak berani menyambut serangannya, sambil
berputaran ia mengelakkan serangan tersebut.
Serangan Oey Ciong dengan demikian mengenai tempat
kosong, tetapi ia merobah dengan cepatnya dan kali ini tongkatnya membabat pinggang lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padri Tibet itu masih belum sempat balas menyerang,
sudah disusul oleh serangan selanjutnya, ia terpaksa lompat melesat kesamping untuk menghindarkan serangan tersebut.
Oey Ciong dengan gerakannya yang cepat luar biasa, dan beruntung sudah meluncurkan dua kali serangan, karena ia tidak berhasil merebut posisi lebih dulu, maka ia melanjutkan serangannya dengan cepat, dalam waktu sekejap mata saja Padri Tibet itu sudah terkurung oleh bayangan tongkat yang dibarengi oleh menderunya suara angin.
Sepuluh jurus kemudian nampaknya sudah terlihat siapa yang lebih unggul dalam pertempuran itu, Padri Tibet kurus kering itu didesak oleh serangan Oey Ciong, gerak kakinya nampak mulai kalut, sehingga tidak sanggup melakukan
serangan pembalasan. Laki-laki tinggi besar itu, tiba-tiba maju dan berkata kepada Padri tinggi kurus dengan suara sangat perlahan.
Padri tinggi kurus itu gelengkan kepalanya, perlahan-lahan memejamkan sepasang matanya.
Dua orang itu berbicara dengan menggunakan bahasa
Uighur, sehingga tidak dimengerti oleh In Kiu Liong, tetapi dari sikap dua orang itu, dapat dilihat sedikit maksud pembicaraan mereka itu. Imam dari gunung Mao San lalu berkata kepada In Kiu Liong dengan suara perlahan , "Saudara In, Padri tinggi kurus itu, kalau dilihat dari sikapnya, agaknya tidak menghiraukan nasib Padri yang sedang bertempur itu, maka pertandingan ini mungkin pihak kita yang akan mendapat kemenangan."
Dalam hati In Kin Liong juga merasa heran, tetapi ia sendiri selalu waspada dan berjaga2 untuk menghadapi kepandaian orang2 golongan Bit-cong. Dalam hatinya masih belum berani percaya anggapan kawannya itu. Selagi masih merasa curiga, tiba-tiba terdengar suara bentakan Oey Ciong, kemudian disusul oleh suara jeritan ngeri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia segera dapat lihat Oey Ciong berdiri ditengah lapangan sambil melintangkan tongkat ditangannya, sedangkan Padri Tibet kurus kering itu sudah menggeletak ditanah dalam keadaan remuk kepalanya.
Imam dari gunung Mao San lantas lompat masuk kedalam
kalangan sambil menenteng pedangnya, kemudian berkata dengan nada suare dingin, "Pertandingan pertama sudah selesai, sekarang dalam pertandingan kedua ini siapa yang ingin bertanding dengan Pinto?"
Padri tingi kurus tiba-tiba berpaling kepada laki-laki tinggi besar itu dan berkata dengan menggunakan bahasa Uighur,
"Imam ini nampaknya mepunyai kekuatan tenaga dalam hebat sekali, kepandaiannya pasti lebih hebat dari pada orang tua kurus kering itu, aku sendiri masih perlu menghadapi In Kiu Liong yang lebih lihai itu, maka dalam pertandangan ini, kita harus majukan siapa?"
Laki-laki tinggi besar dan tegap itu segera menjawab
dengan menggunakan bahasa Uighur juga, "Sayang Kum-tok susiok tidak ikut sama-sama kita, jikalau ia ada,
kepandaiannya lebih dari cukup untuk menghadapi Imam itu."
Wajah Padri tinggi kurus itu nampak berobah, kemudian berkata, "Kim-tok susiokmu gemar sekali dengan kepandaian ilmu silat daerah Tiong-goan, ia juga menentang bermusuhan dengan orang-orang rimba persilatan daerah Tiong-goan, ia berkata bahwa daerah Tiong-goan sangat luas, dalam rimba persilatan terdapat banyak sekali orang yang berkepandaian tinggi, bermusuhan dengan orang-orang rimba persilatan daerah Tiong-goan, pasti akan mengalami suatu kekalahan total, aku takut ia akan menggagalkan usaha kita, maka sudah kumasukan dalarn tahanan, orang-orang kita sekarang ini, banyak yang mengerti ilmu pelajaran bathin golongan kita, jika hanya menggunakan kepandaian ilmu silat untuk
menghadapi lawannya barangkali sulit untuk merebut
kemenangan?".."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana kalau aku sendiri menghadapi padanya?"
"Dalam tiga pertandingan, kalau ingin merebut
kemenangan, harus dapat menangkan dua kali, maka
pertandingan babak kedua ini sangat penting, aku sudah berkeputusan, menggunakan ilmu bathin yang tertinggi dalam golongan kita untuk menghamburkan tenaga murni mereka sehingga menyapu bersih orang-orang rimba persilatar daerah Tiong-goan yang turut dalam pertandingan ini, maka asal kau sanggup bertahan seratus jurus jangan sampai dikalahkan sudah cukup.
Laki2 berbadan tegap itu lalu berjalan keluar dengan
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tindakan lebar sambil berkata , "Untuk melayani sampai seratus jurus, aku yakin masih sanggup?".."
Ia lalu mengeluarkan sepasang benda Mas yanq
gamerlapan, benda itu bentuknya sepanjang satu kaki lebih dan lebar kira-kira satu dim, diletakkan kedalam dua
tangannya. Imam dari gunung Mao San sudah siap sedia, begitu orang yang akan menghadapinya itu muncul didalam kalangan, akan diserang dengan segera.
Karena mereka sudah dapat melihat gelagat pada saat itu, apabila mengulur waktu semakin lama, semakin tidak
menguntungkan bagi pihaknya sendiri, sebab kawan Padri Tibet itu berbicara menggunakan bahasa Uighur yang tidak dimengerti oleh In Kiu Liong dan kawan-kawannya sehingga dirasakan oleh mereka bahwa gerak-gerik kawanan Padri itu sangat aneh dan menakutkan, maka mereka semua sudah
bertekad hendak mengakhiri pertandingan itu secepat
mungkin. Tetapi Imam dari gunung Mao San itu setelah menyaksikan senjata laki-laki besar dan tegap itu nampaknya sangat terkejut, ia lalu berkata, "Senjatamu ini apakah terdapat tanda tulisan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laki-laki itu tersenyum, kemudian berkata dengan
menggunakan bahasa Han, "Benar, bagaimana kau tahu?"
Imam dari gunung Mao San itu terdengar kata-katanya
yang ditujukan kepada dirinya sendiri, "Apakah benar ia masih berada didalam dunia?" Setelah berdiam sejenak ia lalu berkata kepada 1aki2 ini, "Bolehkah aku melihat senjatamu itu?"
Laki-laki besar tegap itu tiba-tiba mengangkat tangannya dan menunjukkan senjatanya itu seraya berkata, "Boleh saja, silahkan kau lihat."
Imam dari gunung Mao San mengamat-amat dengan
seksama, ternyata diatas senjata yang mirip dengan papan atau plat Mas itu terdapap tulisan yang berbunyi, "Tanda perintah menangkap sukma."
Sedangkan diatas plat yang terbuat dari perak itu terdapat tulisan yang berbunyi, "Tanda perintah memanggil sukma."
Bunyi dari tulisan itu sudah cukup membuat berdiri bulu roma orang yang melihatnya.
Wajah Imam dari gunung Mao San itu berubah seketika,
tetapi dengan cepat ia sudah tenang lagi, dengan nada suara dingin ia bertanya, "Dimana orang yang menggunakan senjata ini?"
Imam itu meski diluarnya nampak sangat tenang, tetapi ia tidak berhasil mengendalikan tergetarnya perasaan hatinya, maka pertanyaan yang diajukan itu belum mencakup arti sebenarnya yang hendak dikeluarkannya.
Laki-laki besar dan tegap itu menjawab dengan nada suara dingin, ".Orang yang menggunakan sepasang senjata ini adalah aku sendiri."
Jawaban itu mengandung ejekan sangat tajam, sehingga
Imam dari gunung Mao San itu yang mendengarkannya
seketika menjadi murka, sambil mengkibaskan pedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditangannya ia berkata dengan sikap gusar, "Sekalipun si iblis tua yang menggunakan senjata itu menunjukkan diri sendiri, aku juga tidak takut."
Ia lalu menggerakkan pedangnya untuk menikam.
Laki-laki besar dan tegap itu selagi hendak menggunakan senjata ditangannya untuk menutup dirinya, serangan Imam itu tiba-tiba ditarik kembali.
Kiranya ia tiba-tiba teringat kedudukannya sendiri yang sangat tinggi didalam rimba persilatan di daerah Tiong-goan, maka perbuatannya yang bergerak lebih dahulu terhadap lawannya sesungguhnya merupakan suatu perbuatan yang
merendahkan kedudukannya sendiri, maka ia membatalkan serangannya.
Laki-laki besar dan tegap itu sebaliknya sudah
menggunakan kesempatan tersebut untuk merebut posisi. Plat Mas dan Perak digunakan untuk melancarkan serangan saling menyusul.
Serangan demikian, jarang tampak didalam kalangan Kangouw, sepasang senjata Plat itu bukan digunakan untuk
menyerang secara berbareng atau saling berganti mengarah dua bagian lawannya, sebaliknya saling menyusul dengan cara satu lebih dahulu dan yang satu belakangan. Serangan secara demikian merupakan suatu cara tersendiri.
Imam dari gunung Mao San segera mengeluarkan suara
bentakan keras, "Benar ada kepandaian ilmu silat tersendiri iblis tua itu."
Ia lalu menggerakkan pedang panjang ditangannya,
dengan satu gerak tipu sinar emas bertebaran dalam kabut, pedang ditangannya itu menimbulkan bayangan ribuan
pedang dihadapan lawannya.
Sebentar terdengar suara beradunya senjata, laki-laki besar dan tegap itu tiba-tiba melompat mundur sejauh lima kaki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiranya Imam dari gunung Mao San itu hebat sekali
kekuatan tenaga dalamnya, ketika senjata kedua pihak saling beradu, laki-laki besar dan tegap itu segera dapat merasakan tidak sanggup menyambuti serangan lawannya, maka ia
dengan cepat lompat mundur sambil menarik kembali
serangannya. Ia sengaja mengulur waktu, sekalipun sanggup menyambut serangan pedang lawannya yang hebat, namun dia tidak mau berbuat demikian.
Imam dari gunung Mao San mengejar dengan
serangannya, kali ini ujung pedang digunakan untuk menikam dada lawannya.
Laki-laki besar dan tegap itu menggunakan senjata plat Masnya untuk menangkis pedang lawannya, sedangkan
senjata plat perak ditangan lainnya digunakan menyerang pundak lawannya.
Gerak tipu serangan orang itu sangat aneh, meski dalam tangannya ada dua macam senjata, tetapi diwaktu turun tangan menyerang lawannya, seolah-olah serangan itu
dilakukan oleh dua orang.
Imam dari gunung Mao San dengan cepat menyingkirkan
dua senjata laki-laki kemudian melakukan serangan dengan suatu gerakan menikam lagi.
Dua lawan itu meski baru bertanding beberapa jurus saja, tetapi orang-orang yang menyaksikan semua telah
mengetahui bahwa itu adalah suatu pertandingan yang sangat hebat dan berbahaya, meskipun nampaknya senjata kedua pihak tidak terlalu tegang, tetapi setiap kali sehabis melakukan serangan, selalu disusul oleh serangan yang lebih hebat.
Wajah dan sikap Imam dari gunung Mao San nampaknya
sangat serius, ia berdiri sambil melintangkan pedangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedang laki-laki besar dan tegap itu sepasang matanya terbuka, lebar ia berdiri sejauh empat lima kaki, sikapnya juga nampak berubah sungguh-sungguh.
Kiranya kedua pihak setelah mengadu kekuatan, semua
sudah merasakan telah menemukan tandingan kuat yang
belum pernah ditemukan pada waktu sebelumnya.
Imam dari gunung Mao San saat itu sudah tahu bahwa laki-laki besar dan tegap itu telah mewarisi kepandaian iblis tua, yang menggunakan sepasang senjata aneh itu, dahulu
sepasang senjata Plat itu pernah satu kali menggemparkan rimba persilatan daerah Tiong-goan, sungguh tidak disangka bahwa orang yang menggunakan senjata itu setelah
menghilang beberapa puluh tahun lamanya, senjata itu kini telah muncul lagi didalam kuil tua di daerah pegunungan yang sepi dan sunyi itu?"..
Selagi kedua pihak sedang mengumpulkan kekuatan dan
hendak bertanding lagi, tiba-tiba terdengar tiga kali suara bunyi tambur yang kemudian disusul oleh bunyi gembreng dan tetabuhan lainnya, sehingga menimbulkan suatu irama musik dalam kalangan ilmu budha daerah Tibet. Kawanan padri yang berdiri ditempat masing-masing, tiba-tiba bergerak dengan mengikuti suara irama tersebut.
Padri tinggi kurus yang mengenakan pakaian yang
beraneka warna itu tiba-tiba berbangkit, ia maju melalui batu dupa, kemudian duduk bersila, setelah itu ia mengeluarkan suara bentakan keras dan suara tetabuhan itu berhenti dengan mendadak, kawanan para Padri itu lantas pada duduk.
Tempat kawanan Padri itu, semua telah berobah dari
tempat yang semula, masing-masing rangkapkan kedua
tangan diatas dadanya sambil memejamkan matanya.
Perbuatan aneh kawanan Padri itu membuat In Kiu Liong merasa tidak sabar lagi, ia merasa bahwa dengan cara
demikian, pasti dipihaknya sendiri yang akan mengalami Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerugian, maka ia segera berjalan keluar dan berkata kepada Padri tinggi kurus sambil mengangkat tangan memberi
hormat, "Taysu ingin lekas mendapat kemenangan, siaote juga beranggapan bahwa lebih cepat mendapat keputusan adalah lebih baik."
Padri tinggi kurus itu menjawab dengan menggunakan
bahasa Han, "Maaf Pinceng tidak mengerti maksud ucapan In Cungcu."
"Siaote ingin supaya pertandingan siaote dengan taysu dimajukan waktunya agar di mulai dengan serentak."
Dipihak kalian sudah menang satu kali apabila pertandingan kedua dan ketiga dilangsungkan serentak, bukankah kalian tidak akan merasa dirugikan?"
Meski dalam hati In Kiu Liong memaki kelicinannya Padri Tibet itu, tetapi mulutnya masih berkata sambil tersenyum,
"Sekalipun kita menang satu kali lagi, namun khawatir bahwa pertandingan ini masih akan terus berlangsung, maka
sebaiknya dilakukan secara serentak, supaya yang menang dan pihak yang kalah semua merasa takluk benar-benar."
Padri itu masih akan menolak, tetapi In Kiu Liong sudah bertindak. Cungcu itu diam-diam mengerahkan kekuatan
tenaga dalamnya lalu meluncurkan serangan dari jarak jauh.
Ketika serangan yang hebat itu meluncur keluar dari
tangannya, orangnya juga menerjang maju menyusul dengan serangannya yang lebih hebat.
Kiranya In Kiu Liong yang sudah mengetahui bahwa Ong-
kiat dijatuhkan oleh Padri itu dengan menggunakan kekuatan ajaib dari sepasang matanya, maka ketika melihat kawanan Padri bergerak sambil membunyikan suara tetabuhan, ia sangsi kawanan Padri itu akan menggunakan akal muslihat jahat, maka hatinya merasa tidak tenang. Itulah sebabnya maka ia mau tidak mau lalu mendesak padri itu supaya segera mengadakan pertandingan dengannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padri tinggi kurus itu sepasang tangannya yang
dirangkapkan diatas dadanya tiba-tiba mendorong keluar untuk menyambut serangan In Kiu Liong yang hebat itu
seraya berkata sambil ketawa, "Hebat sekali kekuatan tenaga In Cung cu."
In Kiu Liong juga merasa bahwa kekuatan tenaga Padri itu juga sangat hebat, sehingga dalam hatinya diam-diam juga merasa kagum.
Ketika ia mengawasinya Padri itu ternyata sedang
membuka lebar sepasang matanya mengawasi dirinya, tatkala pandangan matanya beradu dengan sinar mata Padri itu, hatinya merasa seperti tergoncang hebat.
In Kiu Liong yang sejak semula sudah waspada, buru-buru berpaling, ia lalu memusatkan hawa dan kekuatan dalamnya untuk menenangkan pikirannya, kemudian tangannya
bergerak menyerang lagi. Padri itu menyambut serangan tersebut dengan cara
seperti semula. Ketika dua kekuatan itu saling beradu, In Kiu Liong tiba-tiba merasakan hatinya tergoncang, kakinya bergerak mundur satu langkah diam-diam lalu bertanya pada dirinya sendiri,
"Benarkah kekuatan Padri ini lebih tinggi dari kekuatanku sendiri?"
Dengan tanpa sadar ia angkat kepalanya memandang Padri itu lagi.
Pada saat itu dari sinar mata Padri tinggi kurus itu, seolah-olah ada benda yang meluncur keluar menyusup kedalam hulu hatinya sendiri, hatinya kembali dirasakan tergoncang, maka ia buru-buru pejamkan sepasang matanya untuk mengatur pernapasannya.
Tiba-tiba terdengar suara ketawanya Padri tinggt kurus itu yang kemudian berkata kepadanya, "In Cungcu kau bukan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tandingan Pinceng, lebih baik lekas mengaku kalah, supaya terhindar dari luka parah, itu sangat tidak berharga bagi dirimu."
Setiap patah perkataan Padri itu seolah-olah mengandung ancaman yang dapat merenggut nyawa orang.
In Kiu Liong yang mendengarkan suara aneh itu, hatinya berdebar keras, badannya menggigil, ia buru-buru
memusatkan kekuatan tenaga dalamnya untuk
menghindarkan perasaan itu.
Karena ia mempunyai kekuatan tenaga dalam sangat
sempurna, maka begitu memusatkan pikirannya, perasaannya segera tenang kembali, sedang dalam hatinya terus
memikirkan, entah kepandaian ilmu apa yang digunakan oleh Padri itu, apakah benar golongan Bit-cong dapat
menggunakan ilmu gaib yang mujizat"
Selagi pikirannya bekerja memikirkan soal itu, tiba-tiba merasakan suatu kekuatan tenaga hebat menyerang dadanya.
Kepandaian dan kekuatan Cungcu itu, didalam rimba
persilatan daerah Tiong-goan merupakan suatu tokoh kuat yang jarang terdapat, sejak muncul didunia Kang-oiw selama lima belas tahun telah menundukkan semua orang kuat rimba persilatan dalam tujuh profinsi Daerah selatan sungai Tiong-kang, tidak mengherankan daya refleknya melebihi dari orang lain, ia segera dapat merasakan hebatnya serangan itu, belum sempat ia membuka matanya sepasang tangannya mendorong keluar.
Serangan Padri itu meski hebat, tetapi ternyata dapat ditolak oleh sambutan serangannya sendiri. Selagi hendak balas menyerang, tiba-tiba mendengar suara kata-kata Padri tua itu yang sangat menusuk hatinya, "In Kiu Liong, kau sudah terluka oleh serangan ilmu tunggal dalam golonganku yang mengandung hawa dingin, jikalau kau tidak mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengaku kalah, dalam waktu tiga jam hawa dingin itu akan menyerang jantungmu sehingga binasa."
Ketika In Kiu Liong mendengar suara itu, kekuatan tenaga dalam sekujur badannya segera dirasakan jauh berkurang, sehingga kekuatan tenaga serangannya juga berkurang.
Suara tertawa aneh yang menyeramkan terdengar pula
kedalam telinganya, suara itu dalam pendengarannya seolah-olah suara dari dalam neraka.
Ketika suara tertawa itu berhenti, terdengar pula suara kata-katanya Padri Tibet itu yang sangat dingin, "In Kiu Liong, Pinceng mengingat bahwa kepandaianmu ini tidak mudah kau dapatkan maka tidak tega melukai dirimu, sekarang aku memberi nasehat yang terakhir kepadamu apabila kau tidak segera menyerah kalah, Pinceng terpaksa akan menurunkan tangan kejam."
In Kiu Liong terus memejamkan sepasang matanya, ia tidak berani membuka, sebab ia sudah dapat merasakan bahwa
sinar mata Padri Tibet itu sangat aneh, apabila berpandangan dengannya hatinya segera tergoncang hebat.
Siapa tahu setelah ia pejamkan matanya, perasaannya
dibikin kalut oleh suara kata2 Padri itu yang seolah-olah hendak mencabut nyawanya.
Tetapi sebagai seorang yang mempunyai kepandaian sudah sempurna, meskipun perasaannya dikalutkan oleh suara Padri Tibet itu, tetapi ia masih dapat menahan tidak sampai roboh.
Sambil mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya untuk
melindungi dirinya, hatinya memikirkan caranya untuk
menghadapi Padri itu, ia berpikir: dalam keadaan seperti ini terpaksa menyerangnya dengan cara tidak terduga-duga, lalu mengadakan pergulatan dengan cara pendek supaya ia tidak sempat mengeluarkan kata-kata dari mulutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena berpikir demikian maka setelah mengerahkan
semua kekuatannya ia berlaku sangat letih supaya
mengalihkan perhatian lawannya.
Suara yang amat dingin dari Padri Tibet itu terdengar pula didalam telinganya, "In Kiu Liong, kau masih ada urusan apa yang masih belum selesai?".."
In Kiu Liong tiba-tiba memperdengarkan suara bentakan keras, memutuskan ucapan Padri tinggi kurus itu, dengan sepasang mata mendelik, ia lompat menerjang.
Padri Tibet tinggi kurus itu agaknya tidak menduga
perbuatan In Kiu Liong itu, namun demikian sepasang kakinya masih bisa bergerak lompat keatas, kemudian melompat
kebelakang batu pendupaan.
Dua Padri yang melindungi Padri tinggi kurus itu, segera maju serentak menahan In Kiu Liong. Tiga buah senjata yang berupa kecer, melesat melayang ke arahnya.
In Kiu Liong dengan mengerahkan seluruh kekuatannya,
mengeluarkan sepasang tangannya untuk memukul jatuh tiga senjata itu, badannya melesat setinggi dua tombak, dengan gerakannya bagaikan burung elang menyambar burung dara dengan cepat menerjang Padri tinggi kurus itu.
Sebagai seorang yang menduduki orang kuat kelas satu
dalam rimba persilatan, kekuatannya sudah tentu tidak dapat dibandingkan dengan kekuatan orang-orang Kang-ouw biasa, Padri Tibet itu meskipun tidak suka bertempur dengan jarak dekat dengannya, tetapi dengan kedudukannya sebagai ketua golongan Bit-cong, sudah tentu tidak dapat menyingkir terus menerus dari serangan In Kiu Liong, terpaksa ia juga
mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, sambil mendorong keluar sepasang tangannya, ia ingin mendesak balik In Kiu Liong sebelum kakinya menginjak tanah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapa tahu In Kiu Liong sudah bertekad hendak mengadu jiwa, ketika melihat serangan hebat itu segera menggunakan ilmu memberatkan badan ia meluncur turun kebawah.
Kekuatan hebat sedang menyerang badan In Kiu Liong
yang sedang luncur turun, tetapi masih tidak sanggup
merintangi lajunya badan In Kiu Liong yang sedang luncur turun itu.
Ketika kaki In Kiu Liong menginjak tanah, mulutnya segera menyemburkan darah merah dengan cepat ia bergerak maju lagi menyerang dengan tangan dan kakinya.
Serangan gencar itu, bukan saja ia lakukan dengan cepat, tetapi setiap serangan yang juga mengandung kekuatan
tenaga dalam yang hebat, sehingga Padri tinggi kurus itu terpaksa mundur sampai lima langkah.
In Kiu Liong tidak menunggu lawannya membuka mulut
kembali ia lompat menyerang sambil keluarkan bentakan keras.
Kali ini ia mengendorkan serangannya dan berkata dengan nada suara dingin, "Sudah lama siaote dengar kepandaian ilmu silat golongan Bit-cong yang sangat aneh, siapa tahu pandangan itu bukan seperti apa yang telah disaksikan dengan mata kepala sendiri, apabila taysu mempunyai
keberanian, sambutlah seranganku ini."
Ditantang demikian Padri tinggi kurus itu dengan tanpa sadar sudah mengeluarkan dua tangannya untuk menyambut serangan tersebut.
In Kiu Liong tiba-tiba mempercepat serangannya, ketika terdengar suara beradunya dua kekuatan yang sangat
perlahan, badan kedua jago itu dengan serentak tergetar hebat, tetapi telapak tangan kedua orang itu tidak segera terpencar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beradunya dua pasang telapak tangan itu seolah-olah
kedua pihak sudah memusatkan seluruh kepandaiannya, maka setelah saling beradu, kedua pihak menarik napas panjang lalu pejamkan matanya seolah-olah belum mengatur baik
pernapasannya, siapapun tidak mempunyai tenaga untuk
membalas menyerang lagi. Dilain pihak, Imam dari gunung Mao San dan laki-laki besar dan tegap itu, juga sedang berlangsung suatu pertandingan yang ganas dan hebat.
Dengan kepandaian dan kedudukan Imam dari gunung Mao
San itu, ternyata masih tidak berani memandang ringan senjata yang hanya merupakan sepasang plat itu, ia
bertempur dengan cara hati-hati dan menggunakan seluruh kekuatannya.
Laki-laki besar dan tegap itu, setelah dua kali mengadu kekuatan dengan Imam dari Mao San itu, sudah tahu kalau menjumpai suatu musuh kuat, untuk menghadapi musuh
sekuat itu sesungguhnya tidak mudah akan mempertahankan kedudukannya sampai seratus jurus, maka ia selalu siap sedia, asal musuh tidak bertindak, ia juga tidak bengerak, sedapat mungkin ia mencoba berusaha untuk mengulur waktu.
Semua apa yang telah terjadi dengan Kiu Liong dan Padri tinggi kurus itu, sudah dapat dilihat oleh Imam dari gunung Mao San. Nyatalah sudah bahwa kawanan Padri dari Tibet itu tidak akan merebut kemenangan dengan mengandalkan
kepandaian ilmu silat yang sebenar-benarnya, mereka hendak menggunakan akal muslihat dan kepandaian ilmu gaib, maka cara yang paling baik untuk menghadapi mereka, ialah tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk menggunakan
ilmunya. Karena berpikir demikian, maka pedang Imam itu lalu menyerang dengan hebatnya kepada lawannya.
Laki-laki besar dan tegap itu menyambut serangan
lawannya dengan sepasang senjata plat, meskipun ia dapat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menahan serangan itu, tetapi orangnya telah terpental mundur sampai tiga langkah.
Imam dari gunung Mao San itu lalu berkata sambil tertawa dingin, "Orang yang mewariskan kepadamu sepasang plat ini, sekarang berada dimana, suruhlah keluar untuk menghadapi aku, mungkin masih dapat mengimbangi kekuatanku, dengan kepandaianmu yang tidak berarti ini, sesungguhnya bukanlah tandinganku."
Selama mulutnya bicara, pedangnya terus menyerang
dengan gencar. Kali ini, laki-laki itu tidak berani menyambut lagi dengan senjatanya, ia melompat kesamping untuk menghindarkan serangan itu, sementara sepasang senjatanya melakukan serangan pembalasan dengan gerakan yang aneh.
Kita kembali lagi kepada In Kiu Liong dan Padri tinggi kurus itu, setelah mengadu kekuatan, kedua pihak beristirahat sambil memejamkan matanya, setelah itu, keduanya lalu saling menyerang lagi.
Dilihat sepintas lalu serangan kedua jago itu nampaknya tenang, dan tidak menimbulkan gelombang apa-apa, tetapi bertempur secara demikian sebetulnya merupakan suatu
pertempuran yang paling berbahaya, sebab pertempuran
dengan cara pendek itu, kecuali menggunakan kekuatan
tenaga dalam untuk menjatuhkan lawannya sudah tidak ada lain cara lagi, pertempuran yang mengandal kekuatan
sebenar-benarnya itu, sedikitpun tidak boleh berlaku nakal, meskipun kekuatan tenaga dalam In Kiu Liong lebih kuat daripada lawannya, tetapi karena sewaktu ia melayang turun terkena serangan lawannya yang mengguncangkan dadanya, maka untuk sementara kekuatan itu menjadi berimbang.
Tiba-tiba terdengar suara Padri tinggi kurus itu, yang menggunakan cara lama, "In Kiu Liong, kau masih belum mau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerah kalah, apakah kau benar-benar sudah tidak sayang jiwamu?"
Dengan tanpa sadar In Kiu Liong mengangkat kepala,
tetapi setelah pandangan matanya beradu dengan sinar mata Padri itu, perasaannya segera terpengaruh dan kekuatannya banyak berkurang, seketika itu ia mundur tiga langkah dan jatuh duduk ditanah.
Padri itu menggunakan kesempatan terebut melancarkan
serangannya. In Kiu Liong setelah jatuh duduk ditanah, tiba-tiba
menggerakkan kedua tangannya mendorong dengan seluruh kekuatannya.
Serangan balasan itu mesikipun dapat menahan serangan Padri Tibet itu, tetapi ia sudah mengeluarkan darah dari mulutnya.
Hiong Kian Hui yang menyaksikan Cungcunya tidak berhasil menjatuhkan lawannya, dalam hati merasa cemas, sambil mengeluarkan bentakan keras, ia menerjang dan menyerang.
Gads berpakaian merah itu yang sejak tadi sudah ingin terjun kedalam kalangan, ketika melihat Hiong Kian Hui menerjang ia segera menghunus pedangnya menyambut
kedatangan orang she-Hiong itu.
Pengikut In Kiu Liong, kebanyakan terdiri dari orang2 kuat kenamaan dari daerah selatan, mereka ketika melihat Hiong Kian Hui sudah bertindak juga segera bergerak sambil
menghunus senjata masing-masing.
Kawanan Padri dari Tibet itu segera menyambut serangan orang-orang itu, sehingga terjadilah suatu pertempuran total.
-odwo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 3 Bab 9 TIBA-TIBA dirasakan desiran angin bercampur bau harum yang agak aneh, kemudian muncul sesosok bayangan
manusia, yang melompat keluar dari sebelah kiri belakang rumah, langsung menuju kemedan pertempuran.
Orang yang baru tiba itu mengenakan pakaian berwama
hijau, tangannya memegang pedang pendek, wajahnya hitam, agak sulit untuk mengenali kelima panca indranya, hanya sepa-sang matanya yang bersinar bagaikan sinar listrik.
Setiba di medan pertempuran, orang itu memperdengarkan suara tertawanya yang panjang dan nyaring, kemudian disusul dengan kata-katanya, "In-heng jangan bingung, siaotee datang untuk memberi bantuan."
Sementara itu, orangnya sudah berada di samping diri In Kiu Liong.
Semua orang yang berada dimedan pertempuran, ketika
dapat mencium bau harum aneh itu, kepalanya dirasakan pusing, kekuatan tenaganya berkurang, sehingga gerak
senjata ditangan masing-masing seketika menjadi lambat.
Orang berbaju hijau itu nampak menggerakkan pedang
pendeknya. Terlebih dulu menabas kutung tubuh paderi Tibet yang berpakaian beraneka wama itu, kemudian membalikkan badannya dan menikam dada In Kiu Lion.
In Kiu Liong setelah mengadu kekuatau tenaga dalam
dengan paderi dari Tibet itu, masih dalam keadaan letih, ditambah dengan gerak tangan luar biasa cepatnya orang berbaju hijau itu, sudah tentu tidak bisa berbuat apa-apa.
Sebelum sempat membuka mulut, pedang orang itu sudah
menusuk dadanya. Gerak orang berbaju hijau itu dilakukan sangat gesit sekali, setelah menikam In Kiu Liong, tahu2 sudah melesat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesamping si Iman dari gunung Mao-san yang sedang
bertempur dengan laki-laki setengah umur yang tinggi besar itu, dengan satu tangannya ia menepuk belakang punggung laki-laki setengah umur itu.
Serangan orang itu temyata hebat sekali, sehingga senjata ditangan laki-laki itu terpental jatuh ditanah, mulutnya menyemburkan darah segar, dan kemudian dadanya
ditembusi oleh pedang si Imam.
Ketika orang berbaju hijau itu, berada di sampingnya, si imam dari gunung Mao-san itu tercengang, tetapi sebelum ia bisa berbuat apa-apa, pedang pendek orang itu sudah
bergerak dengan kecepatan luar biasa, menikam dadanya.
Orang berbaju hijau itu setelah menamatkan riwayat si imam dari gunung Mao-san, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, kemudian melesat tinggi dan langsung menghampiri si kurus Oey Cong.
Oey Cong yang telah menyaksikaa orang berbaju hijau itu dengan beruntun telah membunuh sekian banyak jiwa
manusia, sudah siap dengan senjatanya, maka tatkala orang itu menghampirinya, ia sudah menghajar dengan tongkatnya sambil berseru, ?"Siapakah engkau?"
Orang berbaju hijan itu mengangkat pedang pendeknya
dengan tanpa menjawab, setelah terdengar suara benturan dua senjata, tongkat bambu Oey Cong tertabas menjadi dua potong.
Oey Cong tercengang, orang berbaju hijau itu sudah
bergerak lagi kini pedang pendeknya meluncur kearah dada siorang she Oey.
Tiba-tiba kepalanya dirasakan pusing, sehingga tidak
berhasil mengerahkan kekuatan tenaganya.
Orang berbaju hijau itu memperdengarkan suara tertawa dingin, pedang pendek menikam kedada Oey Cong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian ia melompat balik melayang kesamping Ong Kiat, dengan kakinya ia menendang batok kepala Ong Kiat, hingga batok kepala itu remuk dan mati seketika itu juga.
Semua orang yang ada disitu telah terpengaruh
semangatnya oleh suara tertawa itu, sehingga tidak berani bergerak.
Dengan sinar matanya yang tajam, orang berbaju hijau itu menyapu wajah semua orang sejenak, kemudian berkata
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan suara nyaring, "Kalian semua sudah terkena racun yaug sangat berbisa, kalau duduk dengan tanpa bergerak, masih bisa hidup tiga jam, jikalau bergerak atau bertempur lagi, nyawa kalian hanya tinggal setengah jam saja."
Semua orang yang ada disitu setelah mendengar perkataan itu pada tertegun.
Rombongan paderi Tibet setelah mengetahui kematian
pemimpinnya, semua pada berlutut di hadapan jenazah
pemimpinnya sambil membunyikan tetabuhan mereka.
Suara gembreng dan tambur serta suara jeritan ngeri
tercampur aduk, kembali seorang paderi tetah roboh binasa.
Orang berbaju hijau itu tiba-tiba tertawa panjang, diantara suara tertawa itu, terdengar suara seruan tertahan, beberapa orang kuat dari pihak In Kiu Liong dan beberapa paderi Tibet telah robob binasa.
Perobahan secara mendadak itu, sangat mengherankan
semua orang yang masih hidup, ketika menyaksikan sang korban jatuh satu persatu, dalam hati setiap orang yang masih hidup hanya bisa menantikan giliran datangnya maut dengan tidak berdaya.
Tiba-tiba terdengar bentakan keras yang keluar dari mulut Hiong Kian Hui, kemudian menerjang kearah orang berbaju hijau itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan kecepatan bagaikan kilat orang berbaju hijau itu melompat dua langkah kekiri, menghindarkan serangan Hiong Kian Hui, kemudian balas menyerang.
Hembusan kekuatan tenaga dalam yang amat dahsyat,
menyambar tubuh Hiong Kian Hui, kemudian disusul oleh suara jeritan orang she Hiong itu, mulutnya lalu
menyemburkan darah hidup dan jatuh roboh ditanah.
Mata orang berbaju hijau itu menyapu bangkai2 yang
bergelimpangan ditanah, tiba-tiba menggerakkan pedang pendeknya dan menyerbu ke dalam rombongon orang2 itu. Di mana pedang itu bergerak, di situ lalu jatuh korban yang sudah tidak berdaya, dalam waktu sangat singkat, semua paderi dan tokoh2 rimba persilatan daerah selatan sudah roboh ditanah menjadi mayat.
Selagi orang berbaju hijau itu sedang asyiknya menteror, In Kiu Liong yang terluka didadanya tiba-tiba bangkit duduk, ia mengambil bungkusan kain sutera putih yang telah dibawanya kemari, dan bungkusan kain sutra kuning yang dibawa oleh paderi Tibet, kemudian dilemparkan kedalam perapian dupa yang masih mengepul, selesai dengan pekerjaannya itu, ia roboh lagi.
Perbuatan orang berbaju hijau itu sesungguhnya sangat ganas sekali, dalam waktu sekejap saja, beberapa puluh tokoh kuat dari daerah selatan dan beberapa puluh paderi Tibet, semua telah terbunuh habis.
Rumput ditanah lapang menjadi merah tersiram darah,
bangkai manusia berserakan dimana-mana, merupakan suatu pemandangan yang mengerikan.
Diatas tanah lapang yang luas itu, hanya tinggal
perempuan muda berbaju merah itu yang masih berdiri
ditempatnya bagaikan patung hidup.
Ia agaknya sudah hilang perasaannya, bagaikan orang
linglung ia mengawasi perbuatan orang berbaju hijau yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang membunuh-bunuhi jiwa manasia bagaikan membabat ramput, sepatah katapun tidak keluar dari mulutnya.
Sewaktu orang berbaju hijau itu menghampirinya dengan pedang terhunus, ia masih tetap berdiri seperti tidak merasa bahwa jiwanya sedang terancam.
Orang berbaju hijau itu mengangkat pedang pendeknya,
tetapi dengan cepat diturunkan kembali, setelah berpikir sejenak, tiba-tiba ia menotok jalan darah perempuan muda itu.
Dengan serta merta tubuh perempuan itu roboh.
Orang berbaju hijan itu dengan tangan kiri memegang
pedang, tangan kanannya dengan cepat menyambar tubuh
perempuan itu, lalu dipondongnya, kemudian lompat melesat keatas genteng dan lari laksana terbang.
In Kiu Liong yang rebah di dekat perapian dupa
sembahyang, tiba-tiba bangkit duduk lagi, ia merayap ke samping jenazah imam dari gunung Mao-san dan me-raba2
saku imam itu, dari dalam saku mengeluarkan sebuah botol kecil. Botol kecil itu dibuka tutupannya, mengeluarkan beberapa butir pil, kemudian dimasukkan kedalam mulutnya, setelah itu ia memejamkan matanya. Sesaat kemudian tiba-tiba ia berdiri, tetapi baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba berhenti.
Sekonyong-konyong ia menyambar tubuh seseorang yang
sudah menjadi bangkai, dengan cepat ia membuka baju
pakaian bangkai itu, lalu membuka pakaian sendiri. Pakaian bangkai itu dipakainia, dan pakaian sendiri dipakaikan ke badan bangkai tersebut. Selesai menukar pakaian, bangkai itu diangkatnya, kepalanya dibenturkan di batu perapian
pendupa, sehingga remuk, kemudian diletakkan didekat
perapian, ia sendiri lalu berusaha kaburkan diri.
Baru saja ia menghilang, orang berbaju hijau itu balik kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Matanya menyapu ke tempat itu sejenak, kemudian dengan tindakan lambat2 berjalan menghampiri batu perapian.
Dengan kakinya ia menendang bangkai orang itu yang
dikiranya adalah bangkai In Kiu Long. Ia menundukkan kepala untuk mengamat-amati bangkai itu.
Karena kepala orang ini sudah remuk wa jahnya sudah
susah dikenali. Walaupun ia sangat licin dan cerdik, tetapi juga tidak mengerti apa sebabnya. Ia masih memeriksa sejenak, kemudian mendongakkan kepalanya dan bersiul nyaring,
setelah merasa puas, baru lompat melesat dan berdiri di samping.
Suara siulan itu menggema sekian lama, sehingga Siangkoan Kie yang sembunyi di atas loteng merasa sangat kagum kesempumaan kekuatan tenaga dalam orang itu. Sayang
perbuatannya sangat ganas, nampaknya bukan orang dari golongan baik.
Sesaat kemudian, dari atas genteng sebelah timur tiba-tiba muncul delapan sosok bayangan orang, orang2 itu,
gerakannya gesit sekali, mereka berjalan mendatangi melalui genteng2 rumah.
Setiap orang di mukanya ditutup dengan kerudung kain
hitam, hanya dibagian matanya yang terdapat dua lobang.
Mereka semua membawa senjata, begitu melihat orang
berbaju hijau segera lari menghampiri, setelah memberi hormat dengan jalan menjura, mereka berdiri tegak dengan tangan diluruskan ke bawah. Sikap mereka sangat
menghormat sekali. Sikap orang berbaju hijau itu sebaliknya sangat sombong sekali, bukan saja tidak mau membalas hormat, bahkan
memandangnya sajapun tidak. Dengan nada suara amat
dingin ia memberi perintahnya, "Kuburlah semua bangkai ini, bekas darah harus disapu bersih, tidak boleh meninggalkan bekas sedikitpun juga."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Delapan orang jang semua berpakaian ringkas itu dengan serentak membongkokkan badan memberi hormat saraya
menjawab, "Harap Cungcu tidak usah khawatir."
Orang berbaju hujau itu menganggukkan kepalanya,
dengan tindakan lebar ia berjalan menuju keperapian batu, dengan kakinya ia menendang batu perapian itu, sehingga melayang sejauh satu tombak lehih dan jatuh menelungkup di tanah.
Ia agaknya masih belum merasa puas, kembali berpaling untuk member perintah kepada delapan orang itu, katanya,
"Batu perapian ini juga ditanam sekalian, barang-barang dalam perapian jangan diganggu."
Dengan tanpa menunggu jawaban orang2 itu, tiba-tiba ia menggerakan kedua lengannya, badannya melompat setinggi dua tombak lebih, dalam waktu sekejap mata saja sudah berada di tempat sejauh tiga tombak.
Pekerjaan itu dilakukan cepat sekali, tetapi karena banyak bekas tanda darah, juga sudah memakan waktu kira-kira dua jam lebih, baru selesai. Yang terakhir menanam batu perapian saat itu hari sudah senja.
Benar saja, tiada seorangpun yang berani melihat barang-barang dalam batu perapian itu.
Sekali lagi delapan orang itu memeriksa tempat tersebut, setelah merasa sudah tidak terdapat tanda2 darah, baru berlalu.
Siang-koan Kie yang bersembunyi di atas loteng setelah menyaksikan peristiwa yang sangat menyedihkan itu, hatinya merasa sangat terharu. Berkata ia kepada diri sendiri sambil menghela napas, "Bahaya dalam dunia Kang-ouw, benar-benar sukar sekali dijaganya, betapapun tinggi kepandaian seseorang, juga sulit menjaga serangan secara menggelap.
Orang berbaju hijau itu dalam waktu sekejap mata saja sudah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membunuh jiwa enam tujuhpuluh orang, bahkan di antaranya terdapat jago2 dan tokoh2 rimba persilatan kenamaan."
Ia mendongakkan kepala, sinar matahari sore menyinari daun pohon dan genteng di atas loteng, pemandangan di waktu senja, masih tetap indah sebagaimana biasa, tetapi dunia rimba persilatan hari itu telah kehilangan enampuluh jiwa penghuninya. Orang2 itu, di masa hidupnya entah sudah berapa lama dan dengan susah payah mempelajari dan
melatih ilmu silatnya, tetapi jeri payahnya selama beberapa puluh tahun itu, dalam waktu sekejap mata saja semua sudah lenyap terkubur di dalam tanah.
Demikiankah nasibnya orang2 kang-ouw" Memikirkan hal
itu, dengan tanpa dirasa ia menghela napas panjang.
Tiba-tiba terdengar suaranya orang tua yang cacat kakinya itu, "Sungguh ganas perbuatan orang itu, benar-benar
satupun tidak ada yang hidup."
Pada saat itu, beberapa puluh ekor burung beterbangan di atas tempat sekitar luar kuil itu sehingga dalam hatinya merasa heran, setelah berpikir sejenak ia lalu bertanya kepada orang tua itu, "Locianpwee, apakah yang locianpwee
maksudkan itu adalah orang berbaju hijau tadi?"
"Ya, dalam waktu sekejap mata saja ia sudah membunuh
enam tujuh puluh jiwa manusia, agaknya masih belum merasa puas, sehingga delapan anak buahnya sendiri juga sudah habis dibunuh."
Siang-koan Kei terkejut ia lalu bertanya, "Benarkah
itu?"..?" Tiba-tiba ia merasa bahwa pertanyaan itu tidak sopan
terhadap satu orang tua, maka selanjutnya ia berkata lagi,
"Aku akan pergi lihat."
"Tidak usah pergi melihat, delapan orang itu barang kali cuma tinggal tulang-tulangnya saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Boan-pwee akan pergi sebentar, akan segera pulang,"
berkata SiangKoan-Kie yang segera melompat keluar dari lobang jendela.
Orang tua itu juga tidak merintangi, ia hanya duduk di pinggir jendela sambil mengawasi langit yang saat itu nampak berwarna kuning.
Siang-koan Kie ada orang jujur, ia masih belum mau
percaya dalam dunia ini benar-benar ada orang sedemikian kejam, maka setelah mendengar perkataan orang tua itu, ia tidak dapat menahan perasaannya yang ingin menyaksikan sendiri.
Setelah tiba diluar, ia menarik napas panjang, lalu
mengerahkan ilmunya lari pesat, lari keluar kuil.
Karena keinginannya begitu keras, maka larinya juga pesat sekali, dalam waktu sekejap saja ia sudah tiba di luar kuil.
Ia segera menampak ratusan ekor burung besar yang
sedang berebutan makan bangkainya beberapa orang,
sebentar saja daging bangkai manusia itu sudah dimakan habis, yang tinggal hanya delapan buah tengkorak.
Meskipun ia sudah lama mengikuti guruuya berkelana di dunia Kang-ouw, tetapi kejadian semacam ini barulah pertama kali ini ia melihatnya, sehingga diam-diam merasa heran dan terkejut.
Rombongan burung itu setelah makan habis dagingnya
delapan bangkai, agaknya masih belum cukup, sehingga pada beterbangan dan saling menyerang sendiri, yang terluka dan jatuh dibawah segera diserbu dan dimakan dagingnya, dalam waktu sekejap mata saja ratusan ekor burung itu sudah ada tiga puluh ekor lebih yang mati, tetapi hanya tinggal bulunya yang berserakan ditanah.
Setelah itu, kawanan burung itu agaknya sudah merasa
kenyang, sehingga pada terbang pergi. Siang-koan Kie berdiri Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertegun dibawah pohon cemara, menyaksikan pemandangan yang mengerikan itu.
Setelah kawanan burung itu terbang pergi, ia menghela napas panjang dan berkata kepada diri sendiri, "Burung-burung itu meskipun sangat ganas dan saling membunuh, hanya untuk mengenyangkan perutnya, tetapi setelah merasa kenyang, lantas pergi. Orang yang sangat kejam itu, kalau dibanding dengan kawanan burung itu tenyata ada lebih ganas dan buas?".."
Sementara itu di belakang dirinya tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin yang sangat perlahan. Ketika ia berpaling, segera dapat lihat seorang bermuka hitam yang sulit dikenali letak panca indranya, dengan pakaiannya yang serba hijau berdiri dengan tenang di tempat sejauh sembilan kaki lebih, ujung bibir orang itu masih tersunging senyum yang dingin, kecuali sinar matanya yang dingin, masih terlihat giginya yaug putih, oleh karena mukanya hitam luar biasa hingga giginya nampak tambah putih.
Orang itu terus berdiri dengan tenang, matanya menatap muka Siang-koau Kie, tetapi tiada kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Siang-koan Kie hanya merasakan bahwa sinar mata orang itu, penuh dengan nafsu kebuasan, sehingga membuat takut orang yang melihatnya, ia berdiri sekian lama, baru
memberanikan diri untuk bertanya, "Kau siapa, apa perlunya mengawasi aku?"
Orang berbaju hijau itu masih tidak menjawab, ia berjalan lambat2, matanya terus menatap muka Siang-koan Kie
dengan tanpa berkedip. Siang-koan Kie diam-diam sudah siap, sementara itu
hatinya berpikir, "Habislah, kepandaian orang ini sangat tinggi sekali, bagaimana aku dapat menandingi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebelum pikiran itu lenyap orang berbaju hijau itu sudah berada di hadapannya, dengan mengulurkan tangan kirinya, dengan cepat menyambar pergelangan tangan kiri Siang-koan Kie.
Gerakan tangannya itu tidak terlalu gesit, tetapi sangat luar biasa anehnya. Siang-koan Kie coba mengelakkan ternyata tidak berhasil, hingga pergelangan tangan kirinya sudah tersambar oleh orang itu. Dalam kegelisahannya, ia lalu menyerang orang itu dengan kepalan tangan kanannya.
Serangan itu dilakukan sangat cepat, juga dengan
mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya.
Orang berbaju hijau itu memperdengarkan suara hidung, kemudian menggeser kakinya untuk menyingkir diri, sedang tangan kanannya telah bergerak dengan cepat.
Siang-koan Kie hanya merasakan kesemutan dibagian
sikutnya. Kekuatan tenaga dalam badannya tiba-tiba telah lenyap.
Orang berbaju hijau itu bertanya dengan nada suara dingin,
"Kau siapa?" Siang-koan Kie saat itu setengah bagian badannya sudah kaku sehingga sudah tidak mempunyai kekuatan untuk
memberi perlawanan. Jalan darah separuh badannya juga tertutup, hingga darahnya tidak bisa mengalir seperti biasa, maka diam-diam lalu berpikir, orang ini terlalu ganas, dalam waktu sekejap mata saja, telah mengambil begitu banyak jiwa manusia, kalau sekarang ia hendak membunuh aku tentunya sangat mudah saja?"..
Orang berbaju hijau itu agaknya sudah tidak sabar lagi.
Dengan suara lebih nyaring ia menegur, "Kau dengar
pertanyaanku atau tidak?"
Siang-koan Kie tiba-tiba nyendapat suatu pikiran, maka ia lalu menjawab, "Aku hendak pergi memenuhi janji sahabatku, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kebetulan lewat di tempat ini, hingga dapat lihat kawanan burung yang berebut makan bangkai manusia?".."
Orang berbaju hijau itu terbuka mulutnya untuk tertawa tetapi tidak terdengar suaranya, hanya tampak giginya yang putih menyeramkan.
"Kau hendak memenuhi janji siapa?"
"Untuk menemui satu sahabat seorang she Ang?".." Ia
berhenti sejenak dan berkata pula, "Pelu apa kau menanyakan persoalanku?"
Orang berbaju hijau itu berpikir sejenak, baru berkata,
"Apakah yang kau maksudkan adalah Ang Thian Gee, orang yang mempunyai gelar manusia beracun bertangan seribu itu?"
Siang-koan Kie berpikir, "Nampaknya dia kenal dengan Ang Thian Gee, kalau begitu aku boleh membohonginya."
Seketika itu ia lalu berkata, "Benar, bagaimana kau bisa menebak jitu?"
Ia mengira bahwa kebohongannya itu akan dapat
mengelabuhi mata orang itu, tak disangka orang itu setelah mendengar pertanyaannya, se-konyong-konyong
mendongakkan kepalanya dan memperdengarkan suara
ketawa dingin, setelah itu baru berkata, "Sungguh licin, apakah kau kira perkataanmu itu dapat membohongi aku?"
Setelah itu, lalu membalikkan badannya dan lari.
Karena pergelangan tangan kiri Siang-koan Kie terpegang olehnya, hingga tidak dapat melepaskan diri, sedang separo badannya sudah kaku sehingga tidak dapat lari, tetapi ditarik secara paksa oleh orang itu, ia merasa dirinya seperti diangkat dan berjalan mengapung di tengah udara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun badannya sudah terluka, tetapi pikirannya masih jernih, ia sangat heran dan mengagumi kekuatan tenaga dalam orang itu.
Dia merasa seperti terbang, dalam waktu sekejap mata saja sudah berada di atas puncak sebuah gunung.
Orang berbaju hijau itu tiba-tiba menghentikan kakinya, ia melepaskan tangan Siang-koan Kie dan berkata, "Kau
terjunlah dari tebing jurang ini! Meskipun kau akan mati dalam keadaan hancur tubuhmu, tetapi setidak-tidaknya lebih baik dari pada mati tersiksa di tanganku."
Bicaranya itu sangat tenang sedikitpun tidak mengandung hawa amarah. Sejenak Siang-koan Kie ternganga, ia baru teringat maksud dalam perkataannya itu sehingga diam-diam bergidik, sementara itu hatinya berpikir, "Orang ini selagi hendak membunuh orang, masih tetap berlaku tenang, benar-benar sangat kejam dan rmenakutkan?".."
Karena melihat Siang-koan Kie lama tidak menjawab, orang berbaju hijau itu agaknya tidak sabar ia berkata pula, "Dalam waktu yang sangat singkat, kau harus memilih jalan
kematiaumu, jika meliwati batas waktu, jangan sesalkan aku yang nanti akan turun tangan sendiri untuk membunuhmu."
Siang-koan Kie diam-diann mengerahkan tenaga dalamnya, tetapi ia merasa separuh badannya kaku dan kesemutan, sulit untuk bergerak.
Dalam hatinya berpikir, "Orang ini sangat ganas, kalau dibinasakan olehnya, lebih bercelaka lagi, kalau toch betul aku sudah tidak terhindar dari kematian, lebih baik aku mengambil keputusan sendiri jangan sampai terhina olehnya?".."
Orang berbaju hijau itu agaknya dapat menebak isi hati Siang-koaa Kie. Ia berkata sambil tertawa dingin, "Urat-urat dan jalan darah separuh badanmu sudah terluka, kau sudah tidak bisa mengerahkan kekuatan tenaga dalammu lagi, kalan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kau terjun dari tebing jurang ini, sudah tidak ada harapan hidup lagi, jangan harapkan jiwamu bisa tertolong."
Perasaan gusar Siang-koan Kie seketika itu meluap, maka ia lalu berkata, "Seorang laki-laki mengapa harus takut mati?"
Dengan tindakan lebar ia lalu berjalan ketepi jurang.
Ketika ia mendongakkan kepala, matahari masih
memancarkan sinarnya yang gilang gemilang, pemandangan alam di sekitar guunng itu nampaknya sangat indah,hingga perasaannya saat itu mulai sangsi.
Jiwanya yang sangat berharga, dalam waktu hanya
selangkah saja sudah akan tamat meninggalkan dunia yang indah ini, ia seperti selama hidupnya itu belum pernah menyaksikan keindahan alam seperti hari itu. Sepasang matanya berputaran agaknya hendak menikmati sepuas-puasnya keindahan alam yang sudah akan ditinggalkannya itu.
Tiba-tiba ia merasakan satu tangan orang berbaju hijau itu menyentuh belakang punggungnya kemudian disusul oleh
kata-katanya yang bernada sangat dingin, "Terjunlah!"
Siang-koan Kie merasakan satu dorongan kuat di belakang dirinya, sehingga tanpa dapat menguasai dirinya ia sudah melompat terjun ke bawah jurang.
Kekuatan yang mendorong dirinya itu sangat hebat sekali, hingga tubuh Siang-koan Kie yang terdorong olehnya, terbang melayang sejauh delapan atau sembilan kaki, baru meluncur ke bawah.
Demikian pesat meluncurnya tubuh itu, bagaikan bintang yang jatuh dari langit.
Orang berbaju hijau itu setelah mendorong Siang-koan Kie, tiba-tiba mementang kedua lenggannya, kemudian lari menuju ke jurusan semula.
Jatuhnya Siang-koan Kie meskipun laju sekali, tetapi
pikirannya masih jernih; beberapa kali ia ingin mengumpulkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan tenaga dalamuya, supaya bisa menujukan badannya ke lereng gunung, tetapi setiap kali ia mengerahkan napas, separuh badannya dirasakan kejang.
Dalam keadaan tidak berdaya, ia hanya merasakan
turunnya semakian laju, sehingga diam-diam mengeluh,
"Habislah!" Tiba-tiba sekujur badannya dirasakan dingin, napasnya tersumbat, kiranya tuhuhnya sudah kecebur ke dalam air?"..
Walaupun ia bisa berenang, tetapi karena terjatuh dari tempat sangat tinggi, apalagi keadaan tubuhnya separuh kejang, maka sesaat itu badannya sudah berada dalam air sedalam kira-kira tiga tombak, air dingin yang masuk ke dalam mulutnya, telah menyadarkan pikirannya. Cepat2 ia menutup pernapasannya, dengan tangan satu yang masih bergerak, ia berusaha berenang kepermukaan air.
Setelah dengan susah payah ia timbul ke permukaan air dan tiba di pantai, tenaganya sudah habis, badannya merasa letih kepalanya merasa pusing, sehingga ia merebahkan diri untuk beristirahat, pelahan-lahan tertidur.
Entah berapa lama telah berlalu, waktu ia sadar ternyata malam sudah larut, di atas langit bintang2 bertaburan memancarkan sinarnya.
Ia me-nepuk2 kepalanya sendiri, lalu bangun dan duduk di tanah, memperhatikan keadaan sekitarnya.
Meskipun keadaan gelap, tetapi dengan dibantu oleh
sinarnya bintang, samar-samar ia masih dapat melihat
keadaan disitu. Tempat itu ada suatu lembah yang panjang dan sempit,
lebarnya tidak lebih dari pada tiga tombak, membujur ke timur dan berliku-liku menurun ke bawah. Dasar lembah tanahnya keras, kecuali tumbuh2an yang terdapat di sekitar danau, hampir seluruhnya merupakan tanah tandas yang banyak
Pedang Golok Yang Menggetarkan 21 Pendekar Gila Karya Cao Re Bing Dendam Empu Bharada 18