Pencarian

Pemberontakan Taipeng 10

Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo Bagian 10


memegang pedang, kelihatan demikian tenang dan gagah, hati
kakek Ciu menjadi lega dan diapun cepat mengajak Yu Kiang
untuk berembunyi di dalam kebun yang gelap karena di situ
terdapat banyak pohon-pohon dan semak-semak. Ceng Hiang
dan Yu Bwee lalu berloncatan keluar dan melihat keadaan di
dusun itu, mereka berdua menjadi marah sekali !
Ternyata para perampok itu sebelum menyerbu dusun, lebih
dahulu membakari rumah-rumah penduduk.
Melihat ini, terpaksa Ceng Hiang dan Yu Bwee berpencaran dan
mereka lalu menyerbu para perampok yang sambil berteriakteriak dan tertawa-tawa melakukan kekejaman yang luar biasa.
Membunuhi orang-orang lelaki, merampok barang-barang, ada
pula yang memanggul wanita yang menjerit-jerit minta tolong.
620 "Jahanam busuk !" bentak Yu Bwee dan pedangnya berkelebat,
menusuk dada seorang perampok yang memanggul seorang
gadis remaja. perampok itu mengeluh dan roboh, sedangkan
gadis remaja itu sudah disambar oleh tangan kiri Yu Bwee.
"Bersembunyilah!" kata Yu Bwee melepaskan gadis itu yang lari
sambil menangis ketakutan. Melihat betapa ada kawannya yang
roboh tewas, dua orang perampok menjadi marah dan dengan
golok di tangan mereka menyerang Yu Bwee. "Perampok-perampok busuk !" Yu Bwee membentak, pedangnya
berkelebat menangkis dan begitu pedangnya bergerak, terdengar
suara nyaring dua kali dan dua orang itupun roboh mandi darah !
Kiranya sambil menangkis, gadis perkasa ini mengelebatkan
pedangnya dan sekali sambar saja, pedangnya sudah membabat
batang leher kedua orang perampok.
Gegerlah para perampok melihat ini. Di bagian lain, para
perampok juga menjadi terkejut melihat betapa seorang wanita
cantik, dengan pedangnya, juga mengamuk dan merobohkan
beberapa orang perampok. Segera mereka memberi tanda
dengan suitan-suitan dan kini muncul lebih banyak perampok,
dipimpin oleh para perwiranya yang memiliki ilmu kepandaian
cukup tinggi. Yang menerjang Yu Bwee kini adalah seorang
perwira yang bermuka hitam, dibantu oleh belasan orang anak
buahnya. Perwira muka hitam itu memainkan siang kiam (sepasang
pedang) dan melihat gerakannya, jelaslah bahwa dia seorang ahli
621 silat yang cukup lihai. Pantas perampok-perampok Tai Peng ini
berani mengganas, pikir Yu Bwee. selain jumlahnya banyak,
terlatih, juga dipimpin oleh perwira yang lihai. Akan tetapi, begitu
ia memutar pedangnya, perwira yang bermuka hitam itu
mengeluarkan seruan kaget karena hampir saja lengan kanannya
terbabat pedang gadis itu. Lengan bajunya robek dicium ujung
pedang ! Dia lalu berseru kepada anak buahnya dan Yu Bwee
dikeroyok banyak orang yang menghujankan senjata kepadanya.
Namun ia tidak takut dan pedangnya diputar dengan cepat dan
kuat sehingga banyak senjata para pengeroyok yang patah, dan
ada pula beberapa orang yang roboh oleh tendangannya.
Ceng Hiang juga menghadapi pengeroyokan banyak orang.
Bahkan ada dua orang perwira yang mengeroyoknya, dua orang
yang lihai sekali, yang seorang bersenjata cambuk baja dan yang
kedua bersenjata sebuah tombak gagang pendek. Selain dua orang perwira yang lihai ini, masih ada belasan orang
mengeroyoknya, namun seperti juga Yu Bwee, nyonya perkasa
ini mengamuk dan sinar pedangnya merobohkan beberapa orang
pengeroyok. Kini hanya dua orang wanita itulah yang menjadi pusat perhatian
para perampok yang jumlahnya tidak kurang dari lima puluh orang
itu. Mereka mengerahkan tenaga untuk merobohkan ibu dan anak
itu, namun makin didesak, makin banyak anak buah mereka
roboh sehingga akhirnya mereka menjadi gentar juga. Perwira
muka hitam yang mengeroyok Yu Bwee maklum bahwa kalau
diteruskan, tentu anak buahnya akan habis dibasmi gadis perkasa
itu, dan diapun meloncat keluar kalangan, membiarkan anak
buahnya mengepung ketat dan diapun lari untuk mencari teman622
temannya yang boleh diandalkan. Akan tetapi, dia terkejut melihat
betapa tak jauh dari situ, seorang wanita lain mengamuk,
dikepung oleh kawan-kawannya bersama anak buah yang sama
banyaknya. Juga keadaan kawan-kawannya di situ menderita kerugian besar.
Dia lalu mengeluarkan sempritan dan meniupnya berkali-kali,
memberi tanda kepada kawan-kawannya untuk mundur. Apalagi
dia melihat kawan-kawan lain sudah banyak yang membawa lari
barang rampokan dan ada pula yang menculik gadis dusun.
Mendengar ditiupnya isyarat untuk mundur ini, legalah hati para
pengeroyok ibu dan anak yang amat lihai itu. Mereka memang
sudah merasa jerih terhadap wanita sakti yang mereka keroyok,
maka begitu mendengar suara sempritan, mereka lalu
berloncatan pergi, didahului oleh para perwira yang memimpin
pengeroyokan. Baik Ceng Hiang maupun Yu Bwee tidak mau membiarkan
mereka lari begitu saja dan kembali ada beberapa orang
perampok yang roboh oleh pedang mereka ! Akan tetapi segera
terdengar derap kaki kuda dan mengertilah Ceng Hiang dan Yu
Bwee bahwa perampok itu datang dengan menunggang kuda
yang agaknya mereka tambatkan di luar dusun. Kini mereka
melarikan diri dengan berkuda, dan tidak ada gunanya lagi
dikejar. Yang terpenting adalah membantu para penduduk
memadamkan rumah-rumah yang terbakar.
Ceng Hiang dan Yu Bwee teringat akan rumah mereka maka
merekapun cepat berlari pulang. terkejutlah mereka melihat
betapa keadaan rumah merekapun morat-marit, tanda bahwa
623 rumah itupun tadi diserbu penjahat ! Dan ketika mereka memasuki
rumah, mereka melihat kakek Ciu memapah Yu Kiang yang
terluka. tentu saja mereka terkejut dan cepat memeriksa keadaan
Yu Kiang. Untunglah bahwa luka itu tidak parah, hanya bacokan
pada pundak yang melukai daging pangkal lengan, tidak
membikin putus otot atau mematahkan tulang.
"Bagaimana dapat terjadi ?" tanya Ceng Hiang kepada suaminya
sambil mengobati luka itu dan membalut pundak. Yu Kiang yang
kesakitan itu sukar menjawab, dan kakek Ciu yang menjawab dan
memberi keterangan. "Kami bersembunyi di kebun. Ketika taijin mendengar bahwa
rumah diserbu, dia memaksa untuk kembali ke rumah. Saya
sudah mencegahnya sehingga terjadi ketegangan dan pada saat
itu, nampak seorang perampok lari menyeret seorang gadis
tetangga. melihat ini, Yu-taijin menjadi marah dan membentak.
Perampok itu membacok dengan golok dan Yu- taijin roboh.
Untung bahwa perampok itu sibuk dengan gadis yang merontaronta, maka dia tidak menyerang lagi dan cepat menyeret gadis
itu pergi." Ketika mereka memasuki rumah dan memeriksa, ternyata
sebagian besar dari harta mereka, sebuah peti berisi emas dan
perak yang mereka bawa dari kota raja sebagai hasil penjualan
barang-barang dan rumah mereka, telah lenyap !
"Jahanam !" bentak Yu Bwee. "Berani melukai ayahku dan
merampok barang kita ! Aku harus menghajar mereka dan
624 merampas kembali barang kita !" berkata demikian, Yu Bwee lalu
meloncat keluar dari dalam rumahnya.
"Bwee-ji, jangan ...... !" teriak ibunya akan tetapi karena ia sedang
merawat suaminya, ia tidak mengejar dan tak lama kemudian
terdengar derap kaki seekor kuda membalap keluar dari dusun.
Yu Bwee melakukan pengejaran sambil menunggang kuda. Ceng
Hiang tidak setuju dengan perbuatan Yu Bwee. Melawan
perampok tidak berbahaya, akan tetapi karena perampok itu
adalah pasukan Tai Peng, maka mengejar mereka sungguh amat
berbahaya. Bagaimanapun juga, ibu ini percaya akan kepandaian
Yu Bwee yang tentu akan mampu menjaga diri sendiri. Gadis itu
sudah cukup berpengalaman. Bukankah pernah ia suruh
melindungi keluarga kaisar dan berhasil baik "
Yu Bwee tidak dapat melakukan pengejaran dengan cepat karena
ia harus meneliti jejak para perampok yang melarikan diri tadi, di
tengah malam pula. Untung baginya bahwa ada sinar bulan
sehingga ia dapat mencari jejak kaki banyak kuda yang lari ke
selatan. Ia melakukan pengejaran terus. Sayang bahwa ia telah
ketinggalan jauh, karena tadi ia membuang banyak waktu untuk
pulang ke rumah. Andaikata ia tadi langsung melakukan
pengejaran, tentu ia sudah dapat menyusul mereka !
Akan tetapi sampai sinar matahari subuh mulai menerangi bumi
mendahului sang matahari sendiri, ia belum berhasil menyusul
para perampok. Yu Bwee berhenti di tepi sebuah hutan,
membiarkan kudanya makan rumput dan ia sendiri lalu masuk ke
dalam hutan, encari-cari jejak kaki kuda di situ, bersimpang siur.
Apakah ia salah jalan "
625 Tiba-tiba ia menyelinap di balik sebatang pohon. dari jauh ia
melihat dua orang laki-laki berjalan setengah berlari, tertatih-tatih
keberatan karena mereka meggendong bungkusan- bungkusan
besar yang kelihatan berat. mereka adalah dua orang laki-laki
tinggi besar bermuka brewokan dan kasar, dan mereka lewat tak
jauh dari pohon di balik mana Yu Bwee bersembunyi. Terengahengah mereka lewat, dan mereka berhenti sebentar hanya untuk
menyeka keringat dari leher dan muka, menggunakan lengan baju
mereka, kemudian mereka melanjutkan langkah memasuki hutan.
Selagi Yu Bwee mempertimbangkan apa yang akan dilakukan
terhadap dua orang yang menurut pakaiannya adalah anggauta
pasukan Tai Peng yang semalam menyerbu dusun, tiba-tiba ia
mendengar derap kaki kuda dan iapun mengurungkan niatnya
untuk keluar dan bersembunyi lagi. Seorang penunggang kuda yang berpakaian serba putih datang
dari arah lain. Dua orang itu, yang belum begitu jauh dari tempat
Yu Bwee bersembunyi sehingga ia dapat melihat mereka,
nampak terkejut dan berhenti sehingga sebentar saja
penunggang kuda berpakaian putih dapat menyusul mereka dan
kini si penunggang kuda menghentikan kudanya di depan
mereka. Dua orang itu yang tadinya terkejut, kini menyeringai.
"Heh-heh, kiranya Gan-ciangkun. kami sampai terkejut !" kata
mereka dengan sikap menghormat.
Yu Bwee terbelalak. tentu saja ia mengenal pemuda yang
berpakaian serba putih itu. Gan Han Le ! Biarpun masih putih,
akan tetapi bentuk pakaian itu adalah pakaian seorang perwira,
626 dan pemuda itu disebut Gan-ciangkun (perwira Gan) oleh dua
orang anggauta pasukan Tai Peng yang semalam merampok
dusun ! Akan tetapi, agaknya sikap Han Le berlawanan dengan sikap dia
orang perajurit tai peng yang menyeringai gembira itu. Sikapnya
dingin, dan sepasang matanya yang kebiruan
itu menyinarkan kemarahan. "Dari mana kalian dan kenapa kalian tidak bersama pasukan?"
Seorang di antara perajurit itu, yang matanya melotot lebar,
sambil menyeringai menjawab, "Ciangkun, kami baru saja
kembali dari penyerbuan sebuah dusun untuk membersihkan
tempat itu dari persembunyian mata-mata. Kami mendapat
perlawanan sehingga pasukan tercecer dan kami tertinggal.
Karena tidak kebagian kuda kami terpaksa menyusul pasukan
dengan jalan kaki ...... "
"Hemmm ...... dan barang-barang apa yang kalian bawa itu","
Dua orang itu saling pandang sambil menyeringai. "Bukan apaapa ...... Gan-ciangkun. Tahu sendirilah, ini barang-barang
rampasan dari para mata-mata musuh ....... "
"Tar-tar ...... !" Tangan Han Le bergerak dan cambuk kudanya
menyambar, mengenai muka kedua orang itu. Dua orang itu
tersentak kaget dan tepekik kesakitan, buntalan yang mereka
bawa di atas punggung tadi terlepas jatuh, bungkusannya terbuka
dan isinya berserakan. ternyata barang- barang rumah yang
627 berharga, yang terbuat dari perak, gulungan kain dan sebagainya
lagi. Muka kedua orang itu lecet berdarah dan mereka kini
memandang dengan mata terbelalak, terkejut, heran dan juga
ketakutan. "Kalian tadi malam melakukan permpokan dalam sebuah dusun
dengan alasan aksi pembersihan terhadap mata-mata musuh !
Kalian membunuh, merampok, dan memperkosa wanita! hayo
mengaku !" Dua orang itu saling pandang dan mereka kini menjadi semakin
takut. "Tapi, tapi ...... kami hanya melaksanakan perintah atasan,
ciangkun ...... " "Kalian perampok-perampok dan penjahat-penjahat yang
berpakaian prajurit! Sungguh hanya mengotori nama perjuangan
saja !" Kembali Han Le menggerakkan cambuknya dan orang itu
berteriak-teriak kesakitan, leher dan muka mereka lecet-lecet
berdarah terkena cambuk dan mereka lalu berlutut.
"Ampun, Gan-ciangkun, kami hanya melaksanakan perintah
atasan kami, dan para perwira itupun hanya melaksanakan
perintah dari Lee-ciangkun ...... "
"Tarrr !" cambuk itu menampar mulut sehingga bibir itu pecah.
"Cukup ! Aku sudah muak mendengarnya. Hayo angkat barangbarang itu dan ikuti aku !"
Dua orang perampok yang menjadi anggauta pasukan Tai Peng
itu tidak berani membantah, tidak berani melawan karena berdua
628 cukup mengenal siapa adanya Gan Han Le, seorang panglima
baru yang kabarnya memiliki ilmu kepandaian amat tinggi
sehingga tiga orang perwira tinggi yang mengeroyoknya dalam
ujian tidak mampu menang terhadapnya. Mereka lalu dengan
susah payah karena tubuh mereka yang sudah kelelahan itu kini
ditambah lagi oleh penderitaan cambukan, mereka mengangkat
dua buah buntalan setelah membetulkan bungkusan itu, dan
berjalan di belakang kuda yang dijalankan perlahan oleh Han Le,
memasuki hutan.

Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tentu saja Yu Bwee menjadi bengong keheranan. tadinya ia
terkejut dan heran melihat betapa Han Le kini telah menjadi
perwira Tai Peng, akan tetapi ia menjadi semakin terkejut dan
heran pula melihat sikap Han Le terhadap dua orang anggauta
Tai Peng itu. Sikap inilah yang melegakan hatinya, yang tadi
khawatir sekali melihat pemuda yag tak pernah dapat
dilupakannya itu menjadi perwira Tai Peng, dan kini diam-diam ia
membayangi dari jauh karena ia maklum akan keliahaian Han Le
dan tidak ingin pemuda itu melihatnya sekarang, Ia ingin tahu apa
yang akan dilakukan Han Le selanjutnya, dan ingin melihat apa
rahasia pemuda itu. Han Le berhenti di tengah hutan di mana terdapat petak rumput
di mana bertumpuk barang-barang rampokan, termasuk sebuah
peti milik ayahnya ! barang-barang itu tertumpuk malang
melintang. "Taruh kedua buntalan itu disitu !" bentak Han Le kepada dua
orang anak buah pasukan yang tidak berani membantah. Melihat
banyaknya barang rampasan yang berkumpul disitu, tahulah dua
629 orang anak buah ini bahwa bukan hanya mereka berdua yang
tertangkap basah oleh Gan-ciangkun dan dipaksa menaruh
barang rampasan itu di disitu. Mereka adalah dua orang anak
buah tokoh-tokoh sesat yang menjadi kaki tangan Lee Song Kim,
mereka sudah terbiasa melakukan kejahatan, maka melihat
barang-barang itu, mereka lalu mengira bahwa tentu Ganciangkun merampas barang-barang itu untuk dirinya sendiri.
Maka, sambil menyeringai, si muka hitam berkata setelah
bersama temannya melempar buntalan itu di atas tumpukan
barang-barang itu. "Gan-ciangkun, kasihanilah kami yang sudah kelelahan.
Ciangkun memperoleh begini banyak, apakah berkeberatan untuk
membagi sedikit saja kepada kami berdua ?"
"Benar, ciangkun. Berilah bagian kepada kami dan kami tidak
akan melapor kepada Lee-ciangkun !" kata orang kedua dengan
nada memeras. "Tar-tar !" Cambuk itu melecut-lecut sehingga kedua orang itu kini
jatuh terguling-guling, hampir terinjak kaki kuda yang ditunggangi
Han Le. Setelah puas menghajar Han Le membentak. "Nah,
pergilah kalian sekarang dari sini ! Lebih lama sedikit saja aku
melihat muka kalian, tentu aku akan membunuh kalian !"
Mendengar ini, dua orang yang kesakitan itu lalu melarikan diri
tunggang langgang. Sejenak Han Le duduk tegak di atas
punggung kudanya memandang ke arah larinya dua orang itu,
dan tiba-tiba dia menggebrak kudanya lari ke utara dengan cepat
sekali. Yu Bwee terkejut, hendak mengejar akan tetapi maklum
630 bahwa selain sukar mengejar kuda yang dibalapkan itu, juga tidak
ingin kelihatan oleh Han Le. Biarlah ia akan menanti di sini,
pikirnya. Bagaimanapun juga, Han Le tentu tidak akan
meninggalkan barang-barang ini begitu saja, tentu akan kembali
karena tak mungkin dia merampas barang-barang itu tanpa ada
kelanjutannya. Dugaannya benar. Tak lama kemudian ia mendengar suara derap
kaki kuda tunggal datang dari jauh dan segera muncul Gan Han
Le menunggang kuda, memboncengkan seorang penduduk
dusun yang sudah tua. Orang tua itu kelihatan ketakutan dan
ketika Han Le melompat turun dari kudanya sambil membawa
tubuh orang tua itu turun, dia segera berlutut.
"Ampunkan saya ...... jangan bunuh saya ...... " Han Le
mengerutkan alisnya. "Jangan takut, paman. Aku membawa
paman ke sini bukan untuk membunuhmu, melainkan untuk
memberi tahu bahwa sebagian barang milik penduduk dusun
yang malam tadi dirampok, berada di sini. Sayang aku tidak dapat
mengembalikan semuanya. Beritahukan kepada para penduduk
bahwa sebagian barang itu berada di sni dan suruh mereka
mengambilnya kembali."
"Ahhh ...... !" Petani itu kelihatan terkejut dan girang, lalu
memandang tumpukan barang itu, lalu berlari menghampiri dan
mengambil sebuah keranjang berisi pakaian dan barang- barang
lain. "Ini milik kami ....... "
631 "Kalau milikmu ambillah kembali, paman, akan tetapi harap cepat
pergi ke dusun memberi tahu kepada mereka yang kehilangan
barang agar cepat mengambilnya ke sini."
"Baik, baik ...... taihiap ...... ah, terima kasih, taihiap ...... " kata
orang itu memberi hormat, lalu pergi dengan cepat sambil
memanggul kembali keranjang yag terisi pakaian keluarganya
yang tadi dirampok. Sejenak Gan Han Le mengikuti kepergian orang itu, kemudian
menoleh ke arah tumpukan barang-barang, dan menarik napas
panjang, Pada saat itu Yu Bwee yang tidak ingin melihat Han Le
pergi lagi sebelum bertemu dengannya, meloncat keluar dari
tempat sembunyinya dan berlari cepat menghampiri.
Han Le terkejut bukan main melihat munculnya orang secara tibatiba itu, akan tetapi ketika dia mengenal siapa gadis itu, dia makin
terkejut dan terheran, akan tetapi juga girang sekali. Dia meloncat
turun dari atas kudanya dan memandang wajah gadis itu dengan
mata bersinar-sinar dan senyum berseri. Gadis yang selama ini tak pernah meninggalkan ingatannya itu
kini tiba-tiba saja berdiri di depannya !
"Gan ..... ciangkun ...... !" kata Yu Bwee sambil menjura, kata
terakhir terdengar penuh nada mengejek.
Wajah Han Le menjadi kemerahan ketika dia membalas
penghormatan itu. "Ah, ...... nona Yu, harap jangan menyebutku
seperti itu. Aku masih tetap Gan Han Le seperti dahulu ...... "
632 "Benar, akan tetapi dengan kedudukan sebagai seorang panglima
yang ditakuti dari pasukan Tai Peng yang ....merampok, bukan ?"
Wajah itu semakin merah. "Nona, agaknya engkau telah sejak tadi
mengintai, maka tentu engkau tahu bagaimana sikapku terhadap
perampok-perampok tak tahu malu itu. Sayang aku hanya dapat
mengumpulkan barang-barang rampasan sebegini saja, karena
aku tahu setelah terlambat. Tak kusangka bahwa pasukan pilihan
dari Tai Peng melakukan perampokan, dan aku akan menuntut
Lee-ciangkun mengenai perbuatan yang memalukan ini ! Akan
tetapi, bagaimana engkau tiba-tiba saja berada di sini, nona"
Bukankah engkau masih berada di Yehol, ataukah sudah kembali
ke kotaraja?" "Baru beberapa hari aku sekeluarga tinggal di dalam dusun yang
dirampok oleh anak buahmu, ciangkun. Kami melawan dan
berhasil mengusir para perampok, akan tetapi ayah terluka dan
barang kami ada yang dilarikan. Aku mengejar sampai di sini, dan
bertemu dengan engkau yang ternyata telah menjadi seorang
perwira Tai Peng, perwira dari pasukan yang merampok dusun
kami ! Gan-ciangkun, aku minta pertanggung-jawabanmu atas
malapetaka yang meimpa dusun kami, atas tewasnya beberapa
orang dan terlukanya banyakorang termasuk ayahku, juga atas
terculiknya beberapa orang gadis, dan perampokan atas barangbarang penduduk dusun. Kami berhadapan sebagai musuh !"
Han Le kelihatan terpukul dan sedih sekali. "Dengarlah dulu,
nona. Sungguh mati aku tidak tahu sama sekali bahwa pasukan
Tai Peng suka melakukan kejahatan seperti ini, dan baru malam
ini aku menhetahuinya. belum lama aku diterima menjadi
633 panglima oleh raja di Nan-king dan aku menghambakan diri
kepada pasukan Tai Peng yang kuanggap sebagai pasukan kaum
patriot yang hendak membebaskan bangsa dari penjajah. Aku
mendapat tugas melakukan pembersihan di perbatasan utara,
menagkap dan membasmi para mata-mata musuh yang
mempersiapkan pemberontakan mengepung Nan-king. Nah,
agaknya aku selalu nampak buruk di depanmu, nona, seperti juga
dahulu ketika aku difitnah di yehol. maukah engkau percaya
kepadaku, nona Yu?" Mereka saling pandang dan tentu saja Yu Bwee percaya kepada
pemuda ini. Tadipun ia sudah dapat meduga apa yang terjadi, dan
sikap Han Le terhadap para perampok sudah jelas menunjukkan
bahwa dalam hal perampokan-perampokan itu, pemuda ini sama
sekali tidak bersalah dan tidak tahu-menahu.
"Aku percaya kepadamu. Akan tetapi apa artinya kepercayaan
itu" Kalau engkau tidak keluar dari pasukan yang suka merampok
itu, bagaimana aku dapat mempercayaimu lagi selanjutnya?"
Han Le mengepal tinju. "Andaikata aku tidak berjumpa
denganmupun, aku pasti akan mengurus hal ini, akan kutuntut
kepada Lee-ciangkun ! Aku bukanlah orang yang suka menjadi
perampok, nona. Aku akan tuntut dia, dan aku akan keluar dari
pasukan Tai Peng kalau ternyata pasukannya melakukan
kejahatan !" Tiba-tiba terdengar suara tertawa keras. Han Le dan Yu Bwee
terkejut sekali dan Han Le sudah meloncat ke dekat Yu Bwee,
siap untuk saling melindungi dengan gadis yang telah
634 menjatuhkan hatinya itu. Dan muncullah seorang panglima yang
bukan lain adalah Lee Song Kim ! Dialah yang tertawa tadi dan di
belakangnya ampak para pembantunya, antara lain Tiat-pi Kimwan, Seng-jin Sin-touw, juga dua orang wanita pembantunya
yang setia, yaitu Theng Ci ketua Ang-hong-pai, dan Sing-kiam
Moli serta beberapa orangtokoh kang-ouw lagi.
Akan tetapi, Han Le tidak merasa takut melihat munculnya
panglima yang sebetulnya merupakan atasannya itu. "Kebetulan
sekali engkau datang, Lee-ciangkun !" katanya dengan suara
lantang. "Memang aku ingin sekali pergi menghadapmu dan ingin
mengajukan tuntutan atas sepak terjang anak buahmu yang
memimpin pasukan untuk merampoki dusun-dusun !"
Kembali Lee Song Kim tertawa dan sepasang mataya yang tajam
dan genit itu kini mengamati Yu Bwee yang cantik manis. "Ha-haha-ha ! Sudah lama kuragukan kesetiaanmu, orang she Gan.
Ternyata sekarang terbuktilah bahwa engkau hanyalah seorang
pengkhianat yang berpihak kepada mata- mata pihak musuh !
Kiranya engkau telah menjadi mata-mata musuh yang
diselundupkan ke dalam pasukan kami !"
"Itu bohong !" benak Han Le.
"Bohong " Pasukan kami membasmi para mata-mata musuh
yang bersembunyi di dalam dusun-dusun, merampas barangbarang musuh, akan tetapi engkau malah membela musuh,
memukuli para perajurit sendiri, merampas barang-barang untuk
635 dikembalikan kepada para mata-mata musuh ! Dan lebih hebat lagi, sekarang engkau berada di sini dengan
seorang mata-mata Kerajaan Mancu ! Bukankah itu sudah
menjadi bukti yang cukup ?"
"Bohong lagi ! Nona ini bukan mata-mata Mancu .....
"Ha-ha-ha, pengkhianat Gan, kau kira kami ini orang-orang bodoh
yang dapat kaubohongi begitu saja " Kami tahu siapa perempuan
ini. Ia mata-mata dari Kerajaan Mancu, seorang puteri bangsawan
she Yu." "Lee-ciangkun, kiranya tidak perlu banyak perbantahan dengan
pengkhianat ini, biar kami yang menangkap mereka !" kata Tiat-pi
Kim-wan yang sudah menerjang maju, diikuti Seng-jin Sin-touw,
juga Theng Ci dan Sin-kiam Moli menerjang dan mengeroyok Han
Le dan Yu Bwee dengan pedang mereka. Lee Song Kim
sendiripun cepat menerjang dan menyerang Han Le dengan
pedangnya sehingga senjata menyambar ke arah tubuh Han Le
dan Yu Bwee. Namun, dua orang muda ini sudah siap siaga
menghadapi pengeroyokan ini, maka mereka sudah cepat saling
membelakangi karena dengan cara demikian mereka dapat saling
melindungi kawan sambil melakukan perlawanan. Han Le
mencabut pedangnya, pedang sebagai tanda kedudukannya
dalam pasukan Tai Peng, sedangkan Yu Bwee juga
mengeluarkan pedangnya, mengamuklah dua orang muda ini
menghadapi para pengeroyoknya yang terdiri dari banyak orang
pandai itu. 636 Yu Bwee dikeroyok oleh dua orang wanita yang amat lihai, yaitu
Theng Ci ketua Ang-hong-pai dan Sin-kiam Moli. Dua orang
wanita ini adalah para pembantu Lee Song Kim yang setia dan
lihai bukan main, keduanya merupakan ahli-ahli pedang yang
berpengalaman. Sedangkan Yu Bwee adalah seorang gadis
remaja yang usianya baru menjelang delapan belas tahun,
dibandingkan dua orang wanita pengeroyoknya tentu saja kalah
jauh dalam hal pengalaman dan kematangan ilmu silat. Akan
tetapi ia adalah puteri ibunya Ceng Hiang, seorang wanita sakti
yang mewarisi beberapa macam ilmu kesaktian dari Keluarga
Pendekar Pulau Es. Biarpun pengeroyoknya dua orang wanita itu
berbahaya sekali, namun dengan Ilmu Pek-seng Sin-pouw yang
membuat ia dapat mengatur langkah-langkah ajaib sehingga
mudah menghindarkan diri dari ancaman pedang kedua orang
pengeroyoknya, dan dengan ilmu pedangnya yang amat cepat
gerakannya, Yu Bwee dapat mengimbangi mereka, dapat
membalas dengan tak kalah dahsyatnya pula.
Han Le sendiri juga repot menghadapi Lee Song Kim yang amat
lihai karena Song Kim masih dibantu oleh orang- orangnya yang
berilmu tinggi, terutama sekali Tiat-pi Kim-wan dan Seng-jin Sintouw. Akan tetapi, pemuda perkasa ini mengamuk dengan
hebatnya, mengeluarkan semua ilmu kepandaian yang pernah
dipelajarinya dari gurunya, dan mengerahkan seluruh tenaganya.
Sukarlah bagi Song Kim untuk merobohkannya, bahkan banyak
sudah mengeroyoknya yang kurang tinggi ilmunya roboh oleh
Han Le, juga oleh amukan Yu Bwee.
Yang lebih repot lagi adalah Yu Bwee. Dua orang lawan
utamanya, yaitu Theng-toanio atau Theng Ci ketua Ang-hong-pai
637 dan Sin-kiam Moli amatlah tangguhnya, apalagi dua orang wanita
ini masih dibantu oleh belasan orang perwira, seperti halnya
mereka yang mengeroyok Han Le, Yu Bwee sudah merasa lelah
sekali, gerakan pedangnya mulai mengendur dan benar-benar
terancam bahaya maut. Pada saat itu, datang pula pasukan yang dipimpin oleh Tang Ki,
Sang Pemaisuri ! Kiranya permaisuri ini sedang menemani kaisar
yang berburu di hutan tak jauh dari situ dan begitu mendengar
keterangan pasukan bahwa Gan Han Le memberontak dan kini
sedang diserang oleh Lee Song Kim dan para pembantunya,
iapun cepat datang ke tempat itu.

Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dilihatnya Gan Han Le dan seorang gadis cantik sedang
mengamuk dan dikepung. Ia marah sekali dan cepat ia menyerbu
dan begitu ia meloncat, tubuhnya seperti terbang saja berada di
atas Yu Bwee dan pedangnya berkelebat menyambar-nyambar
dari atas, ia telah mempergunakan ginkang dari Ilmu Hui-thian
Yan-cu yang dipelajarinya dari kitab peninggalan Tat-mo Couwsu itu. Memang ginkang dari permaisuri ini hebat sekali. Yu Bwee
terkejut. Biarpun ia cepat mengelak sambil mengelebatkan
pedangnya menangkis, tetap saja pundaknya tercium ujung
pedang Tang Ki, bajunya robek dan pundaknya terluka. Walaupun
tidak parah luka itu, namun membuat Yu Bwee menjadi semakin
terdesak dan repot, apalagi kini Tang Ki membantu dua orang
wanita lihai mengeroyoknya.
Lewat belasan jurus lagi, sebuah tendanga kaki Sin-kiam Moli
mengenai lambung Yu Bwee. gadis ini sudah melindungi lambung
yang tertendang dengan sinkang sehingga ia idak menderita luka
dalam yang parah, namun testp saja ia terpelanting roboh !
638 Kesempatan ini dipergunakan oleh Tang Ki untuk menyerangnya
dengan pedang. Yu Bwee bergulingan menyelamatkan diri sambil
menangkis, akan tetapi keselamatannya terancam hebat ketika
TangKi terus emngejar dan menyerangnya bertubi-tubi. Akhirnya
Yu Bwee berhasil meloncart bangun akan tetapi tetap saja
pangkal lengan kirinya terserempet pedang dan kembali darah
mengucur dari lukanya. tang Ki menyusulkan tendangan dan
tubuh Yu Bwee terguling lagi, sekali ini agak payah karena
tendangan yang mengenai atas lututnya itu membuat sebelah
kaki terasa nyeri dan kaku. Tang Ki tidak emberi kesempatan lagi dan menubruk dengan
pedangnya. "Tarrr ...... !" Tiba-tiba terdengar letusan dan nampak asap
mengepul dari sebuah pistol kecil yang dipegang oleh Han Le.
Tang Ki mengeluarkan jerit tetahan dan roboh terjungkal !
Peristiwa ini amat mengejutkan semua orang, terutama Lee Song
Kim yang sama sekali tidak menyangka bahwa Han Le akan
mempergunakan pistolnya menyerang permaisuri sehingga
permaisuri itu roboh. "Pasukan bersenapan, tangkap dia!" teriaknya dengan penuh
penyesalan karena baru sekarang dia teringat untuk
mempergunakan pasukan bersenjata api untuk menghadapi dua
orang muda itu. Tadi, dia sudah merasa yakin akan dapat
merobohkan Han Le dan Yu Bwee dengan pengeroyokan itu,
maka dia tidak sedikitpun teringat untuk mempergunakan
pasukan bersenjata api, Kini, penggunaan pistol oleh Han Le
seperti mengingatkannya. 639 Terdengar tembakan-tembakan ke atas sebagai ancaman dan
kini belasan orang yang memegang senjata api menodongkan
moncong senjata mereka kepada Han Le dan Yu Bwee.
"Kalian berdua menyerah, lempar senjata, atau kami tembak !"
bentak Lee Song Kim, Han Le tidak melihat jalan lain kecuali menyerah. Tadi dia
terpaksa mempergunakan pistolnya untuk menolong Yu Bwee
yang terancam bahaya maut, jatuh dan diserang oleh Tang Ki.
Kini, melihat belasan orang menodong dia dan Yu Bwee, dia
maklum bahwa pemainannya telah selesai dan kalau dia
lanjutkan, sama saja dengan membunuh diri dan membunuh Yu
Bwee. Maka diapun melepaskan pistol dan berbisik, "Tidak ada
jalan lain, kita harus menyerah."
Sebetulnya Yu Bwee tidak ingin menyerah karena menyerahpun
besar sekali kemungkinannya mereka akan dibunuh, lebih keji
lagi. Akan tetapi melihat betapa Han Le telah menyerah, iapaun
tidak dapat berbuat lain kecuali melepaskan pedangnya, akan
tetapi pandang matanya terhadap Han Le berubah menjadi penuh
keraguan. Pemuda itu aneh sekali. Jelas ia melihat pemuda itu
tadi mengamuk, membunuh banyak orang, bahkan telah
menembak tewas permaisuri Raja Tai Peng. Ia sudah banyak
mendengar tentang permaisuri ini dari ibunya, maka ketika tadi
Tang Ki terjun ke dalam pertempuran dan melihat akan sikap
semua orang pihak lawan demikian menghormatinya, iapun dapat
menduga bahwa wanita itu tentulah sang permaisuri yang
menurut ibunya memiliki ilmu kepandaian yang amat lihai, bahkan
pemaisuri itu dahulu di waktu masih gadis dan belum menjadi
640 pemaisuri raja pemberontak Tai Peng, pernah bersahabat erat
sekali dengan ibunya. Akan tetapi sekarang, setelah tertodong
senjata api pihak lawan, pemuda ini tidak melanjutkan
amukannya, bahkan tiba-tiba saja menyerah! Ia sama sekali tidak
tahu bahwa Han Le menyerah bukan karena takut, melainkan
karena ingin menyelamatkan Yu Bwee. Baru ia tahu akan hal ini
ketika Han Le berkata kepada Lee Song Kim dengan suara
lantang. "Lee Song Kim, dengarlah baik-baik. Nona ini bernama Yu Bwee
dan ia sama sekali bukan mata-mata Kerajaan Mancu. Ia adalah
seorang di antara penghuni dusun yang dirampok oleh pasukan
yang menyeleweng dan ia melakukan pengejaran sampai kesini.
Aku sudah memberontak terhadap Tai Peng karena melihat
sepak terjang Tai Peng yang menyeleweng dari kebenaran, dan
aku pula yang telah menembak mati sang permaisuri. Oleh
karena itu, aku menyerahkan diri dan berani mempertanggungjawabkan semua perbuatanku. Akan tetapi nona Yu Bwee tini
tidak bersalah, maka harap dibebaskan sekarang juga !"
Lee Song Kim yang tadi terkejut bukan main, kemudian marah
sekali melihat betapa Tang Ki, permaisuri yang menjadi
kekasihnya itu, mati tertembak oleh Han Le, mendengar ucapan
Han Le tertawa mengejek. "Membebaskan" Tidak begitu mudah, pengkhianat! Tangkap
mereka dan belenggu !" teriaknya dan para anak buahnya lalu
membelenggu kedua tangan Han Le dan Yu Bwee, diikat di
belakang tubuh mereka. Lee Song Kim maju menotok pundak mereka dua kali kanan kiri,
641 membuat Han Le dan Yu Bwee tidak mampu lagi mengerahkan
tenaga menggerakkan kedua lengan mereka. Dengan kemarahan yang meluap, Song Kim yang merasa sakit
hati sekali kepada mereka, menyeret sendiri dua orang tawanan
yang sudah tidak berdaya itu, memasuki sebuah tenda besar
yang didirikan anak buahnya tak jauh dari situ. Dia menyeret
kedua orang tawanan itu masuk ke dalam tenda, lalau
melemparkan tubuh Yu Bwee ke atas sebuah pembaringan
darurat sedangkan tubuh Han Le dia kemparkan ke atas lantai.
Dua orang muda itu tidak mampu melawan karena tubuh mereka
lemas tertotok, tidak dapat mereka mengerahkan sinkang
mereka. Mereka melihat betapa wajah Lee Song Kim menjadi
beringas merah sekali, sepasang matanya mendelik menakutkan.
"Keparat busuk engkau Gan Han Le! Engkau telah menembak
mati pemaisuri, dosamu sungguh tak terukur besarnya."
"Hemm, engkau merasa kehilangan seorang kekasih gelap,
bukan seorang atasan," kata Han Le, sikapnya masih tenang.
"Plakkk !" Sebuah tendangan mengenai pipi Han Le dan darah
mengucur dari bibir yang pecah. Kalau saja Lee Song Kim tidak
begitu marah sehingga dia tidak ingin membunuh Han Le secara
mudah, tentu tendangannya itu akan dapat mematikan. Akan
tetapi tidak. Dia menendang hanya untuk menyiksa, bukan untuk
membunuh maka tendangannya hanya mengandung tenaga kaki
biasa, cukup untuk membuat pipi Han Le menjadi biru lembam
dan bibirnya pecah. tidak, dia tidak akan membunuhnya demikian
mudah ! 642 "Benar! Permaisuri Tang Ki adalah kekasihku! Dan engkau telah
membunuhnya ! Sekarang, aku ingin membuka matamu melihat
betapa kekasihmu juga kusiksa lahir batinnya !" Berkata demikian, dengan senyum kejam Lee Song Kim mulai
menanggalkan baju luarnya. Melihat ini, seketika wajah Han Le
menjadi pucat sekali karena dia dapat menduga apa yang akan
dilakukan manusia iblis itu terhadap Yu Bwee yang terlentang tak
berdaya di atas pembaringan.
"Ha-ha-ha, engkau boleh lakukan apa yang kausuka !" Dia
sengaja tertawa mengejek.
"Kaukira akan dapat menyakitkan hatiku karena melihat ia
kausiksa" Ia bukan kekasihku ! Aku hanya ingin melihat ia tidak
tersangkut dalam urusanku denganmu. Ia bukan apa-apaku,
percuma saja engkau akan menyiksanya di depan mataku !"
"Cukup !" Song Kim membentak.
"Kau kira aku bodoh dan dapat kau tipu dengan kata-katamu ini"
Aku tahu kalian saling mencinta, mudah dilihat ketika kalian
dikeroyok dan saling melindungi tadi. Bahkan engkau tadi
menembak permaisuri sampai tewas untuk melindungi gadis ini !
Engkau telah membunuh wanita yang kucinta, sekarang aku akan
memperkosa gadis yang kaucinta di depan matamu !" Berkata
demikian, dengan hanya mengenakan pakaian dalam, dengan
sikap beringas Song Kim menghampiri pembaringan.
"Lee Song Kim, nanti dulu !" teriak Han Le, kini tak dapat lagi
berpura-pura karena ternyata ucapannya tadi tidak dipercaya
643 Song Kim. "Ingat, engkau adalah pembantu utama dari Raja Ong
Siu Coan, alangkah hina dan rendahnya kalau engkau hendak
melakukan perbuatan terkutuk itu ! Lepaskan nona Yu Bwee dan
engkau boleh menyiksa aku sampai mati ! Lepaskan nona itu !"
Akan tetapi Song Kim tertawa gembira. "Ha-ha, tidak ada siksaan
yang lebih hebat bagimu daripada melihat wanita yang kaukasihi
diperkosa orang di depan matamu tanpa engkau mampu berbuat
sesuatu ! Aku akan memperkosanya dan membunuhnya, dan
engkau ...... bagianmu akan ditentukan oleh Sribaginda sendiri!"
Kini tangan Song Kim meraih ke arah tubuh Yu Bwee.
'," "Lee Song Kim ....... Han Le berteriak dan berusaha melepaskan
belenggu kedua tangannya dengan sia-sia.
"Brettt ...... !" Baju luar Yu Bwee terobek dalam cengkeraman
tangan Song Kim dan gadis itu mengeluarkan jerit ketakutan. Ia
menghadapi ancaman bahaya yang amat mengerikan hatinya.
Padahal, ancaman maut tidak akan membat gadis ini berkedip
mata. Pada saat yang amat gawat dan berbahaya bagi Yu Bwee itu,
tiba-tiba kain tenda terobek dari belakang dan berkelebat
bayangan dua orang memasuki tenda. Mereka adalah seorang
pemuda dan seorang gadis. Pemuda itu dengan sigapnya lalu
menyerang Song Kim dengan sebuah senjata aneh, yaitu senjata
kipas yang gagangnya runcing terbuat dari baja. Serangannya cepat dan kuat sekali. Han Le tidak lupa kepada
gadis itu, karena pernah dia bertemu dengannya, bahkan pernah
644 pula dia bertanding melawan gadis cantik yang wajahnya berseri
cerah itu. Akan tetapi kini dia tertarik melihat betapa pemuda
bersenjata kipas itu menyerang Lee Song Kim yang sudah
membalas serangan dengan pedangnya sambil bersuit
mengeluarkan tanda bahaya, memanggil para pembantunya.
Gadis manis yang mempunyai tahi lalat merah di dagunya bagian
bawah itu segera meloncat ke dekat pembaringan, lalu
menggunakan jari tangannya membebaskan totokan yang
membuat Yu Bwee tak mampu bergerak tadi. Begitu ia dapat
menggerakkan lagi kaki tangannya, Yu Bwee lalu mengerahkan
sinkangnya dan belenggu kedua tangannya dapat dibikin putus
dengan tidak sukar lagi. Yu Bwee tidak sempat mengucapkan
terima kasih karena gadis itu kini sudah menarik sebatang tongkat
dari ikat pinggangnya dan kini ia membantu pemuda yang
mainkan kipasnya, Lee Song Kim terkejut dan terhuyung ke
belakang. tentu saja dia mengenal ilmu kedua orang lawannya ini.
Ilmu kipas itu jelas adalah ilmu kipas dari mendiang San-tok,
sedangkan ilmu tongkat yang dimainkan gadis manis ini tentu ilmu
dari Tee-tok yang disebut Cui-beng Hek-pang (Tongkat Hitam
pengejar Nyawa) ! Karena maklum akan kelihaian lawan, apalagi
melihat Yu Bwee telah terlepas, diapun cepat meloncat keluar dari
tenda itu, dikejar oleh pemuda dan gadis yang perkasa itu.
Dugaan Lee Song Kim tidak keliru. Pemuda itu bukan lain adalah
Tan Bun Hong. Seperti kita ketahui, Tan Bun Hong adalah putera
dari pasangan Tan Ci Kong dan Siauw Lian Hong dan telah
mewarisi ilmu-ilmu San-tok, termasuk ilmu mempergunakan kipas
sebagai snjata itu. Adapun gadis itu adalah Thio Eng Hui, puteri
dari Thio Ki dan Ciu Kui Eng. Ayahnya, Thio Ki adalah ketua Kang645
sim-pang, seorang ahli pedang yang lihai, sedangkan ibunya
adalah murid tersayang dari Tee-tok. Tentu saja Eng Hui mewarisi
ilmu tongkat Cui-beng Hek-pang yang menjadi andalan ibunya.
Muda-mudi ini membantu perjuangan rakyat, dan para pendekar
telah bergabung dan membantu gerakan yang dipimpin oleh Li
Hong Cang dan Ceng Kok Han.
Seperti diketahui, gerakan rakyat yang dipimpin oleh dua orang
gagah ini sekarang mencurahkan segenap perhatian dan
kekuatan mereka untuk menghadapi pemerintah Tai Peng. Bun
Hong dan Eng Hui ditugaskan untuk melakukan penyelidikan di
sepanjang perbatasan dan kebetulan saja mereka melihat dari
tempat pengintaian mereka ketika Han Le dan Yu Bwee dikeroyok
banyak orang Tai Peng yang dipimpin sendiri oleh Lee Song Kim.
Bahkan mereka melihat sendiri betapa Han Le membunuh
Permaisuri Tang Ki dengan pistolnya dan hal ini saja sudah
meyakinkan hati mereka bahwa Han Le dan Yu Bwee adalah
orang-orang yang boleh digolongkan sebagai kawan karena telah
bertempur melawan orang-orang Tai Peng. Apalagi sudah berjasa
membunuh permaisuri ! Biarpun hati Eng Hui diliputi keheranan
besar tentu saja. Ia pernah bertemu dengan pemuda bermata biru


Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu, bahkan pernah bertanding dengannya karena ia dan kawankawannya menganggap pemuda itu mata-mata Tai Peng. Dan
sekarang, ternyata pemuda itu malah membunuh permaisuri dari
Raja Tai Peng ! Tentu saja ia dan Bun Hong tidak mempunyai
banyak waktu untuk menyelidiki keanehan ini dan melihat betapa
Yu Bwee terancam bahaya perkosaan oleh Lee Song Kim, jiwa
lendekar mereka memberontak dan merekapun segera turun
tangan mencegah perbuatan terkutuk itu !
646 Ketika Lee Song Kim meloncat keluar dikejar oleh Bun Hong dan
Eng Hui, Yu Bwee cepat membebaskan Han Le dan mereka
berduapun segera memburu keluar untuk membantu dua orang
muda yang telah menyelamatkan mereka tadi. Akan tetapi,
setelah tiba di luar, mereka melihat betapa keadaan di situ kacau
balau dan pertempuran terjadi antara pasukan Tai Peng melawan
pasukan yang datang menyerbu ! Melihat betapa pemuda dan
gadis yang tadi menolong mereka kini dikeroyok oleh banyak
orang, Han Le dan Yu Bwee segera terjun ke dalam pertempuran.
Dengan mudah mereka merobohkan beberapa orang anggauta
pasukan Tai Peng dan merampas senjata mereka. Han Le juga
merampas sebatang pedang dan ketika hendak keluar dari dalam
tenda, dia telah mengambil kembali pistolnya yang tadi dibawa
oleh Song Kim dan diletakkan di atas bangku di sudut tenda. Kini
pistol kecil kesayangannya itu telah diselipkan di pinggang dan
dia mengamuk besama Yu Bwee, dikeroyok banyak orang.
Kemana perginya Lee Song Kim " Ketika dia meloncat keluar dari
dalam tendanya, dia terkejut sekali mendengar ribut-ribut di luar
seperti terjadi penyerbuan. Dia cepat meneriaki para pebantunya
yang datang berlarian dan segera para pembantunya itu
mengepung dan mengeroyok Bun Hong dan Eng Hui, sedangkan
Lee Song Kim sendiri cepat lari keluar setelah mendengar bahwa
memang terjadi penyerbuan dari tentara rakyat, dipimpin oleh
seorang kakek bermuka buruk yang lihai sekali.
Ketika dia tiba di tempat di mana pasukan rakyat itu menyerbu,
benar saja dia melihat seorang kakek bertubuh jangkung yang
pakaiannya sederhana serba putih, mukanya penuh cacat dan
buruk sekali, tubuhnya agak bongkok, sedang mengamuk ! Kakek
647 itu memimpin pasukan rakyat yang juga mengamuk dan
menyerbu pasukan Tai Peng, dan sepak terjang kakek itu
sungguh menggiriskan sekali. Belum pernah Song Kim melihat
sepak terjang oang seperti kakek buruk rupa itu. dengan kedua
tangan kosong, kakek itu menyambut datangnya hujan senjata
dan setiap kali ada senjata bertemu dengan kedua tangannya,
maka senjata itu akan terlepas dari tangan pemegangnya dan
kakek itu menangkap-nangkapi orang seperti orang mencabut
rumput saja, melempar-lemparkannya dengan ringan sekali !
Diam-diam Lee Song Kim terkejut dan juga gentar. Mudah sekali
diketahui bahwa kakek itu merupakan seorang lawan yang amat
tangguh dan sukar dikalahkan. Akan tetapi, tiba-tiba dia melihat
seorang wanita di belakang kakek itu dan jantungnya berdebar
keras. Sheila ! Itulah Sheila ! Ibu dari Gan Han Le yang kini
mungkin telah bebas dan ikut mengamuk lagi bersama Yu Bwee
dan dua orang anak muda yang baru datang menyelamatkan
mereka. Tahulah Song Kim bahwa keadaannya amat berbahaya.
Kakek ini harus dilenyapkan lebih dulu, kalau tidak, akan
celakalah pasukannya menghadapi amukan seorang kakek yang
kekuatannya tidak lumrah manusia itu. Diapun segera membari
isyarat kepada pasukan senjata api yang sudah siap. Pasukan ini
tadi tidak dapat mempergunakan senapan, karena hal ini akan
membahayakan teman-teman sendiri.
"Tembak mampus kakek itu !" teriak Lee Song Kim kepada
pasukan senapan yang hanya belasan orang jumlahnya itu. kini
sia merasa menyesal mengapa dia tidak embawa pasukan
senapan yang lebih besar.
648 "Tapi ...... ciangkun, berbahaya sekali, bisa mengenai teman
sendiri ...... " kata komandan pasukan kecil itu.
"Tidak perduli ! Yang penting, kakek itu harus memapus ! Tembak
dia !" bentak Lee Song Kim yang merasa semakin gentar melihat
betapa kakek itu sudah merobohkan lagi empat orang dengan
beberapa gerakan saja. Kakek itu bukan lain adalah Bu Beng Kwi ! Dia terpaksa
memenuhi permintaan Sheila yang telah menjadi isterinya, untuk
pergi mencari Han Le yang telah melarikan diri meninggalkan
mereka karena marah dan menyesal melihat betapa ibunya telah
menjadi isteri dari musuh besar keluarga mereka. Bu Beng Kwi
mengajak isterinya mencari Han Le dan mereka berdua dapat
menduga bahwa tentu Han Le telah pergi ke tempat di mana
terdapat pertempuran karena mereka maklum bahwa pemuda itu
bercita-cita untuk mengikuti jejak ayah kandungnya, menjadi
seorang pejuang dan pendekar. Akan tetapi usaha mereka selalu menemui kegagalan dan sampai
sekian lamanya mereka belum juga dapat menemukan jejak Han
Le. Akhirnya, Bu Beng Kwi mengajak isterinya mengunjungi dua
orang muridnya yang kini telah menjadi pemimpin-pemimpin
rakyat, yaitu Ceng Kok Han dan Li Hong Cang. Dua orang pemimpin pasukan pejuang ini girang menerima
kunjungan guru mereka walaupun mereka merasa agak
canggung ketika melihat betapa Sheila, wanita kulit putih yang
pernah membuat mereka berdua tergila-gila ketika mereka masih
merupakan pemuda-pemuda romantis itu, kini telah menjadi isteri
649 guru mereka. Di tempat inipun Bu Beng Kwi tidak menemukan
Han Le, akan tetapi dapat dibayangkan betapa kagetnya ketika
dia mendengar bahwa ada mata-mata pejuang yang mendengar
bahwa kini Gan Han Le telah menjadi seorang panglima di
pasukan Tai Peng ! Mata-mata tu menderitakan pula betapa kini
panglima Gan Han Le membawa pasukan dan mengadakan
pembersihan di sekitar perbatasan dan betapa banyak mata-mata
pasukan pejuang dan pasukan pemerintah dibasmi oleh gerakan
pembersihan yang dilakukan oleh Gan Han Le.
"Celaka !" teriak Bu Beng Kwi.
"Hal ini harus dicegah! Dia telah menyeleweng. Aku sendiri yang
akan menyadarkannya !"
"Aku akan ikut, aku akan dapat menyadarkannya !:" kata Sheila.
Sebetulnya Bu Beng Kwi agak keberatan. Dia akan memimpin
pasukan untuk mencari muridnya itu di perbatasan yang
berbahaya di mana banyak terjadi pertempuran. Akan tetapi
Sheila tidak mau dibantah dan akhirnya diapun membiarkan
isterinya ikut bersamanya, dan kedua orang muridnya itu
menyerahkan sepasukan pejuang pilihan untuk menyertai guru
mereka. Demikianlah Bu Beng Kwi, Sheila dan pasukan itu berangkat ke
perbatasan dan dari mata-mata pejuang dia mendengar bahwa
kini pasukan Gan Han Le sedang mengadakan pembersihan di
mana mereka melakukan pembunuhan dan perampokan
terhadap rakyat yang tidak berdosa. Mendengar ini, Bu Beng Kwi
dan Sheila cepat membawa pasukan ke tempat itu dan di tengah
650 hutan itulah mereka melihat pasukan yang sedang mengeroyok
Bun Hong dan Eng Hui. Bu Beng Kwi yang mendengar dari
anggauta pasukan bahwa dua orang itu adalah dua di antara para
pendekar yang bergabung dengan pasukan pejuang rakyat dan
menjadi mata-mata bagi pasukan rakyat, tanpa ragu lagi segera
memerintahkan pasukan untuk menyerbu pasukan Tai Peng dan
membantu dua orang pendekar itu. Sedangkan dia sendiri ikut
mengamuk sambil melindungi Sheila yang berada di
belakangnya. Pada saat Bu Beng Kwi mengamuk sambil melindungi isterinya,
tiba-tiba terdengar letusan dahsyat beruntun. Api menyambar dari
asap moncong belasan buah senapan yang semuanya dibidikkan
ke arah tubuh Bu Beng Kwi! Akan tetapi, ketangkasan ilmu silat
telah mendarah daging dalam diri kakek ini, sehingga begitu
telinganya mendengar letusan, otomatis tubuhnya melesat
dengan cepatnya seperti burung walet saja dan semua peluru
yang menyambar tubuhnya itu tidak ada yang mengenainya. Akan
tetapi, para perajurit yang memegang senjata api itu terus
memberondongkan senjata mereka ke arah bayangan putih yang
berkelebatan. Bu Beng Kwi terus berloncatan sambil mendekati
penembaknya dan dia berhasil melemparkan dua buah golok
yang dirampasnya. Dua buah golok itu terbang dan menembus
dada dua orang di antara para penembak ! Tembakan terus
berbunyi gencar dan banyak pula para pengeroyok kakek itu yang
terkena tembakan kawan-kawan sendiri ! Ketika Bu Beng Kwi
hendak melanjutkan amukannya, tiba-tiba terdengar suara
rintihan isterinya. 651 "Sheila ...... !" Seketika tubuh Bu Beng Kwi lemas ketika dia
melihat betapa isterinya telah menggeletak dengan baju bagian
dada penuh darah. "Sheila ...... !" Dia menubruk dan cepat memeriksa kedaan
isterinya. Dua butir peluru memasuki dada isterinya dan
keadaannya amat parah. "Sheila ...... kau ...... kau ...... "
"Dar ...... !" Letusan pistol kecil dari moncong pistol di tangan Lee
Song Kim tepat mengenai punggung Bu Beng Kwi. Kakek itu tidak
roboh, hanya tersentak kaget, sedikitpun tidak menoleh, masih
berlutut dan memangku tubuh isterinya.
Sebelum Lee Song Kim sempat menembakkan pistolnya lagi,
sebuah tendangan mengenai tangannya dan pistol itupun terlepas
dan terlempar. Song Kim cepat membalikkan tubuhnya dan dia
berhadapan dengan Han Le ! Ketika Han Le dan Yu Bwee
berloncatan keluar dari tenda dan melihat pertempuran,
Yu Bwee langsung saja membantu pemuda dan gadis yang tadi
menolongnya tanpa banyak cakap lagi, sedangkan Han Le segera
membawa pedang rampasannya mencari Lee Song Kim ! Dia
harus menemukan panglima yang jahat itu dan membunuhnya,
sebagai hukuman atas apa yang telah dilakukannya tadi terhadap
Yu Bwee, hampir memperkosa gadis itu di depan matanya.
Ketika dia mendengar suara tembakan berkali-kali dengan
gencar, dia cepat berlari ke tempat itu dan alangkah kaget hatinya
ketika dia melihat ibunya dan gurunya berada di situ, betapa
ibunya telah roboh mandi darah dan gurunya memangku ibunya.
Dia melihat pula betapa Lee Song Kim dengan amat curang
652 menembak gurunya dari belakang, maka dengan kemarahan
berkobar di dalam dadanya, dia melompat dan tepat dapat
menendang tangan Lee Song Kim yang sudah siap
menembakkan pistolnya lagi. Pistol itu terlempar dan kalau dia
menghendaki, dengan mudah saja Han Le dapat membunuh
Song Kim dengan pistolnya. Akan tetapi dia tidak mau melakukan
kecurangan seperti itu dan kini dia menghadapi Song Kim dengan
mata mendelik penuh kemarahan. Mengingat betapa orang ini telah menembak gurunya dan betapa
ibunya juga tertembak dan mungkin sudah tewas, kedua mata
Han Le menjadi basah dan dia marah bukan main.
"Jahanam busuk !" Bentaknya dan dia segera menyerang dengan
pedangnya. Song Kim yang kehilangan pistol, menyambut
dengan pedangnya pula dan terjadilah perkelahian yang seru dan
mati-matian antara kedua orang itu. Dalam kemarahannya, Han
Le mengeluarkan seluruh kepandaiannya dan mengerahkan
seluruh tenaga, mendesak dan menyerang dengan cepat dan
kuat sekali. Namun, Lee Song Kim memang amat lihai, jauh lebih
berpengalaman dan orang yang suka mencuri dan mempelajari
berbagai macam ilmu silat aliran lain ini terlalu tangguh untk dapat
dirobohkan, bahkan sukar bagi Han Le untuk mendesaknya, dan
segera dia sendiripun mulai terdesak oleh permainan pedang
Song Kim yang berubah-ubah secara aneh dan lihai bukan main.
Bu Beng Kwi yang merangkul isterinya, malihat munculnya Han
Le yang kini seorang diri melawan Song Kim, merasa terharu
sekali. "Sheila ...... " bisiknya. " Lihat, itu anak kita ...... "
653 Sheila belum tewas walaupun keadaannya sudah payah. Ia
membuka mata memandang dan ketika ia melihat Han Le, Sheila
tersenyum, akan tetapi hanya sebentar karena ia segera merasa
khawatir. Karena keadaannya sudah payah, ia tidak mampu lagi
bersuara. Akan tetapi pada saat itu, Sheila dan Bu Beng Kwi
melihat seorang gadis yang menerjang maju membantu Han Le
sambil berkata, "Toako, mari kita bunuh manusia iblis ini !"
Melihat munculnya Yu Bwee, giranglah hati Han Le. Bukan hanya
girang karena memeperoleh bantuan menghadapi lawan yang
amat tangguh ini, melainkan terutama sekali girang melihat gadis
itu dalam keadaan selamat dan mau membantunya.
"Yu-siocia, kita basmi orang jahat ini !" katanya dan Yu Bwee
segera menerjang Song Kim dengan pedangnya. Song Kim
menyambutnya dengan tangkisan yang dilanjutkan serangan
balasan yang amat dahsyat. Namun, Han Le sudah menerjang
dari samping sehingga terpaksa Song Kim menarik kembali
serangannya terhadap Yu Bwee. Demikianlah, dua orang muda
itu mengeroyok Lee Song Kim. Namun, orang she Lee ini
memang lihai bukan main. Biarpun dikeroyok oleh dua orang
muda yang berkepandaian tinggi, tetap saja dia tidak merasa
gentar, tidak terdesak, bahkan dia mengubah ilmu pedangnya
menjadi dahsyat sekali dan mampu membendung serangan Yu
Bwee dan Han Le dengan baiknya, mampu pula membalas
dengan tidak kalah hebatnya.
Melihat betapa muridnya dan gadis cantik itu tdak mampu
mendesak Song Kim, Bu Beng Kwi merasa penasaran. Dia dapat
melihat betapa lihainya Lee Song Kim dan tahulah dia bahwa
654 murid pertama dari mendiang hai-tok cu agaknya telah
memperoleh kemajuan yang amat hebat. Agaknya, biarpun
mengeroyok dua, muridnya dan nona itu tidak akan mampu
memperoleh kemenangan dalam waktu singkat. Padahal mereka
berada di daerah yang dikuasai musuh, amatlah berbahaya kalau
muncul pasukan Tai Peng yang lebih besar jumlahnya, padahal
dia sendiri sudah luka parah. Sebutir peluru memasuki


Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

punggungnya dan bersarang di dalam tubuhnya. maka, diapun
dengan lembut merebahkan isterinya sambil berbisik, "Aku harus
membantu anak kita." Sheila mengangguk dan Bu Beng Kwi
sejenak mengamati jalannya perkelahian itu, kemudian tiba-tiba
dia mengeluarkan suara melengking tinggi dan panjang, lalu
tubuhnya sudah melayang ke arah Lee Song Kim ! Orang ini
terkejut bukan main. Dia tahu betapa lihainya kakek buruk rupa
itu, maka begitu melihat kakek itu menubruk dari atas, dia
menyambutnya dengan tusukan pedang sambil mengerahkan
seluruh tenaganya. Bu Beng Kwi menyambut pedang itu dengan
tangan kanannya, menangkis dengan tangan diputar bagian siku,
dan tangan kirinya tetap melanjutkan serangan dengan tamparan
ke arah kepala Lee Song Kim.
Lee Song Kim terkejut merasa betapa pedangnya bertemu
dengan tangan yang kerasnya seperti baja dan dia tahu akan
dahsyatnya tamparan itu, maka cepat dia melempar tubuh ke
belakang dengan maksud hendak bergulingan menyelamatkan
diri. Akan tetapi, Han Le yang melihat serangan gurunya, segera
siap siaga dan melihat Lee Song Kim melempar tubuh ke
belakang, dia menyambutnya dngan tendangan.
655 "Dukkk !" Biarpun Lee Song Kim yang tidak sempat mengelak lagi
telah melindungi pahanya yang tertendang dengan tenaga
sinkang, tetap saja tubuhnya terlempar dan terbanting keras, Dia
menjadi marah sekali dan begitu dia meloncat bangun, dia sudah
menodongkan sebuah pistol kepada Han Le ! Dia menyeringai
beringas. "Pengkhianat, mampuslah !" dan diapun menarik pelatuk
pistolnya. "Darrr! Darrr !" Dua kali pistolnya meletus, akan tetapi Han Le
sudah melempar tubuh ke atas tanah dan bergulingan, dan
sebelum Lee Song Kim sempat menembak lagi, pistol di tangan
Han Le yang dicabut cepat sekali telah memuntahkan peluru
panas dengan suara ledakan keras.
Lee Song Kim terhuyung dan saat itu Yu Bwee menusukkan
pedangnya, pertama mengenai pergelangan tangan kanannya
sehingga pistolnya terlepas, kemudian pedang itu menusuk
lambung. Robohlah Lee Song Kim karena dadanya sudah
ditembusi peluru, ditambah lagi dengan tusukan pedang di
lambungnya. Orang yang selama ini malang melintang dan
menjagoi akhirnya roboh berkelojotan dan tewas.
"Ibuuuu ....... Han Le lari menghampiri ibunya dan dia melihat
gurunya sudah pula berlutut dekat tubuh ibunya. Gurunya juga terluk parah, tertembus punggungnya dan kini
gurunya nampak menggigil ketika berlutut di dekat tubuh Sheila
yang suda terengah-engah.
656 Tiba-tiba terdengar suara terompet dan tambur, dan pasukan
pejuang mundur dengan gentar melhat datangnya pasukan besar
Tai Peng yang dipimpin sendiri oleh Raja Ong Siu Coan ! Kiranya
raja ini yang sdang berburu binatang di hutan-hutan daerah itu,
mendengar laporan kimandan pasukan tentang pasukan yang
dipimpin oleh Lee Song Kim terlibat pertempuran dengan pasukan
rakyat pejuang, bahkan sang permaisuri juga sudah membawa
pasukan membantu Lee Song Kim. mendengar ini, Raja Ong Siu
Coan cepat mengerahkan semua pasukan yang ada utuk
mengejar ke tempat pertempuran. Dia marah sekali mendengar
berita bahwa isterinya, sang permaisuri, telah tewas tertembak
oleh panglima Gan Han Le yang memberontak.
PASUKAN pengawal Raja Tai Peng ini tentu saja merupakan
pasukan pilihan, dan raja ini memiliki wibawa yang besar
sehingga begitu pasukannya menyerbu, pasukan rakyat pejuang
menjadi gentar. Serbuan pasukan yang dipimpin Raja Ong Siu
Coan ini melegakan hati para sisa pasukan Lee Song Kim.
Mereka tadi sudah ketakutan melihat tewasnya para pembantu
Lee Song Kim yang lihai, seperti Tiat-pi Kim-wan, Seng-jin Sintouw, Sin-kiam Moli, dan Theng Ci di tangan orang-orang muda
yang lihai bukan main. Empat orang pembantu ini tewas ketika
tadi mereka berhadapan dengan Tan Bun Hong, Thio Eng Hui,
dan Yu Bwee sebelum Yu Bwee mencari dan embantu Han Le
menghadapi Lee Song Kim. "Gan Han Le, pengkhianat dan pemberontak jahat ! Menyerahlah
engkau !" bentak Ong Siu Coan sendiri sambil mengamangkan
pedangnya dengan sikap marah.
657 Raja ini duduk di atas seekor kuda yang tinggi besar, sikapnya
gagah bukan main, di kanan kirinya terdapat beberapa orang
yang menodogkan senapan ke arah Han Le dan yang lain-lain.
Akan tetapi pada saat itu, Bu Beng Kwi mengeluarkan teriakan
nyaring dan tahu-tahu tubuhnya sudah melayang ke arah raja itu.
para pengawal yang memegang senapan tidak sempat
menembak, demikian cepat gerakan Bu Beng Kwi dan dia telah
mencengkeram ke arah kepala raja itu.
Ong Siu Coan bukan seorang yang lemah.melihat ada orang
menyerangnya seperti seekor burung rajawali dari angkasa, dia
menambut dengan tusukan pedangnya.
"Trakkk !" Pedang itu ditangkis tangan kakek itu dan sebelum Ong
Siu Coan melanjutkan serangannya, kakek itu telah menyambar
tengkuknya. Raja itu terlempardari atas kuda, tengkuknya masih
dicengkeram dan mereka bergumul di atas tanah. Akan tetapi,
tubuh Ong Siu Coan seketika lemas karena dia telah ditotok dan
kini Bu Beng Kwi memeluknya sambil bersru nyaring.
"Mundur semua, kalau ada yang menyerang dengan senjata api,
akan kubunuh lebih dulu raja kalian ini !"
Pasukan pengawal raja itu menjadi pucat dan tentu saja mereka
tidak berani menyerang, melihat betapa jari-j ari tangan yang
besar itu sudah siap untuk berkata dengan nada penuh ancaman
di dekat telinga Ong Siu Coan.
"Ong Siu Coan, suruh mundur semua pasukanmu, atau demi
Tuhan, akan kuhancurkan kepalamu !"
658 Raja ini terkejut bukan main ketika mendapat kenyataan bahwa
dia telah berada dalam kekuasaan kakek buruk rupa yang amat
lihai itu. Dia juga merasa heran bukan main karena dia mengenal
semua gerakan kakek itu dan ketika kakek itu menotoknya, lalu
mencengkeram dan mengancam dengan cengkeraman pada
pelipisnya, maklumlah dia bahwa kakek ini memiliki ilmu yang
sama sumbernya dengan ilmu silatnya sendiri. Maklum betapa
kakek ini tidak menggertak kosong saja dan bahwa nyawanya
berada dalam taruhan, diapun lalu berseru nyaring, menyuruh
pasukannya menghentikan serangan dan mundur !
Legalah hati Bu Beng Kwi melihat mudurnya pasukan Tai Peng
dan diapun mengendurkan pelukannya, bahkan kini dia
melepaskan pegangannya dan berdiri menghadapi raja yang
masih lemas tertotok itu. Raja Ong Siu Coan mengamati kakek
itu. Teringatlah dia akan pelaporan bawahannya tentang matamata orang kulit putih yang menukarkan dua ratus pucuk senjata
untuk menebus Sheila dan puteranya. Mata-mata itu juga seorang
kakek yang amat buruk ! "Siapakah engkau ...... ?" tanyanya, penasaran karena dia
seorang raja dan seorang ahli silat tingkat tinggi, dapat dibuat
tidak berdaya hanya oleh seorang kakek buruk rupa yang tidak
terkenal. Bu Beng Kwi meraba mukanya sambil berkata, "Sute, lupakah
engkau kepadaku?" Begitu topeng kulit tipis itu dibuka, Ong Siu Coan terbelalak dan
mukanya berubah pucat. 659 "Toa-suheng Koan Jit...... !"
Dia terbelalak seperti melihat setan saja. "Suheng bukankah
engkau ...... engkau ...... "
Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Dahulu, belasan tahun yang
lalu, sebelum dia menjadi raja, dia melihat dengan mata sendiri
betapa suhengnya ini mengorbankan dirinya untuk menolong
para pemimpin pejuang rakyat, betapa kakak seperguruannya ini
tewas, bahkan lenyap teruruk lorong bawah tanah yang runtuh
akibat alat peledak yang diledakkan oleh Koan Jit untuk menutup
lorong itu sehingga para pimpinan pejuang rakyat dapat
meloloskan diri. Dia melihatnya sendiri. Walaupun tidak dapat
melihat mayat kakek seperguruannya yang teruruk reruntuhan
tanah dan batu, namun dia sempat menemukan sepatunya dan
menangisi sepatu suhengnya itu. dan kini, suhengnya, muncul!
Tentu saja dia tidak mau percaya ini benar suhengnya.
"Memang, sute. Koan Jit telah mati, namanya saja yang mati.
Agaknya Tuhan masih membiarkan tubuhnya hidup dan dia hidup
kembali sebagai Bu Beng Kwi, yaitu aku ini. Dan engkau ......
engkau telah menjadi raja ...... akan tetapi engkau membiarkan
pasukanmu menyeleweng ! Engkau menjadi raja yang menyeleweng, lalim dan gila !"
"Suheng ...... !"
"Sudahlah. sekarang berjanjilah bahwa engkau tidak akan
mengerahkan pasukanmu menyerang kami dan membiarkan
kami semua pergi dari sini dengan aman. Engkau boleh
660 membawa jenazah isterimu, juga para panglimamu. berjanjilah,
biar didengarkan oleh semua orang. Aku masih percaya akan janji
seorang bekas suteku, biar dia sekarang telah menjadi raja
sekalipun. Berjanjilah, atau demi Tuhan, aku terpaksa akan
membunuhmu !" Wajah Ong Siu Coan sebentar pucat sebentar merah. Dia merasa
terkejut, heran, terharu, akan tetapi juga marah. Permaisurinya,
yang merupakan pembantu utamanya, tewas, demikian pula Lee
Song Kim yang merupakan pembantu berharga pula. Dan kini dia
harus berjanji untuk membebaskan mereka semua. Akan tetapi,
nyawanya lebih berharga daripada nyawa semua orang itu.
"Baiklah, aku berjanji takkan mengganggu kalian dan membiarkan
kalian pergi. Akan tetapi, kelak kalau kalian sampai terjatuh ke
dalam tanganku lagi, aku tidak akan memberi ampun, terutama
sekali Gan Han Le !" setelah berkata demikan, dia lalu memberi
isyarat kepada para pembantunya untuk menarik mundur semua
pasukan dan menghentikan pertempuran.
"Aku percaya padamu, sute. Nah, kuharap saja mudah-mudahan
engkau akan dapat mengubah jalan hidupmu dan menjadi
seorang pimpinan patriot yang benar-benar membela rakyat dan
mengusir penjajah." Koan Jit atau Bu Beng Kwi lalu
membebaskan totokan pada tubuh Ong Siu Coan yang segera
pergi menunggangi kudanya dengan muka ditundukkan.
Orang-orangnya lalu mengusung jenazah Tang Ki, Lee Song Kim,
dan yang lain-lain sehingga pasukan itu sibuk mengangkuti
jenazah teman-teman mereka.
661 Setelah Ong Siu Coan pergi menunggangi kudanya, Bu Beng Kwi
terhuyung dan tentu dia sudah roboh kalau saja tidak cepat
dirangkul oleh Han Le. "Suhu ...... !" Koan Jit memandang wajah Han Le dan dia tersenyum.
"Aku ...... aku terluka tembakan ...... Han Le ...... " Diapun
merangkul dan kedua matanya menjadi basah.
Han Le juga mengedipkan matanya untuk mengusir air mata yang
membuat pandangannya kabur. "Suhu ...... " hanya demikian dia
dapat bicara karena keharuan mencekik leher pemuda ini.
Sampai sedemikian rupa suhunya ini membelanya, membela
ibunya, dan kini mengorbankan dirinya lagi, untuk kedua kalinya,
demi keselamatan orang lain. Betapa mulia hati suhunya ini,
agaknya untuk menebus semua penyelewengannya yang pernah
dilakukan di waktu mudanya. Tidak mengherankan kalau ibunya jatuh cinta kepada orang ini.
Teringat akan ibunya, dia menoleh dan mengeluh,
"Ibuuu ...... !" "Han Le, bawa aku kepada ibumu ......" kini napas
kakek itu terengah-engah. Semua pengerahan tenaga yang
dilakukannya tadi menambah parah lukanya, sehingga kini untuk
bernapaspun amat sukar rasanya.
Han Le membawanya ke dekat ibunya yang juga sudah empasempis napasnya. Bu Beng Kwi rebah miring setengah duduk
memandang isterinya dan Sheila lalu memandang Han Le dengan
kedua mata penuh air mata.
662 "Henry ...... engkau ...... engkau maafkan ibumu dan gurumu ......
Henry ...... " katanya dalam Bahasa Inggris.
"Ibuuuu ...... !" Han Le atau Henry menubruk dan menciumi wajah
ibunya, membasahinya dengan air matanya sendiri.
"Aku ...... akulah yang mohon ampun padamu, ibu ...... " Ibu dan
anak itu saling rangkul sambil menangis. Pada saat itu, Yu Bwee
juga ikut berlutut di dekat Han Le. melihat gadis ini, Han Le lalu
berbisik kepada ibunya dalam bahasa Inggris.
"Ibu, nona ini Yu Bwee, seorang puteri bangsawan peranakan
Mancu, akan tetapi ia berjiwa pendekar dan aku ...... aku amat
cinta padanya, ibu."
Sheila membelalakkan matanya, menatap wajah Yu Bwee yang
cantik dan iapun tersenyum di balik air matanya.
Tangannya bergerak dan ia memegang tangan Yu Bwee.
"Nona ...... " katanya, suaranya lirih sekali namun cukup untuk
dapat ditangkap dan dimengerti oleh gadis yang diajaknya bicara,
"Anakku Han Le ...... mencintaimu ...... maukah engkau ......
menjadi jodohnya ......?"
Yu Bwee mengangkat muka memandang wajah yang pucat dan
amat cantik itu. Mata yang sudah sayu itu masih nampak biru
bening dan rambut yang sudah mulai bercampur putih itu seperti
benang-benang sutera emas dan perak. Pandang mata wanita itu
demikian penuh permohonan, penuh harapan sehingga biarpun
ia merasa malu dan tidak pantas dalam keadaan seperti itu
membicarakan urusan jodoh, merasa tidak tega untuk menolak.
663 Ia melirik ke arah Han Le yang masih merangkul ibunya dan air
matanya bercucuran, dan iapun menarik napas panjang lalu
memandang lagi kepada wanita itu dan mengangguk !
"Ah, terima kasih, nona ..... terima kasih anakku, mantuku ...... "


Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ibu itu kini menoleh kepada Han Le, napasnya memburu,
"Han Le ...... berbahagalah ...... kalian ...... " dan tubuhnya terkulai,
akan tetapi pada saat itu Bu Beng Kwi mencengkeram
pundaknya dan mengguncangnya.
"Sheila ...... ! Tunggu ...... !"
Aneh sekali. wanita yang sudah di ambang kematian itu membuka
lagi matanya, memandang kepada Koan Jit dan berbisik, "Marilah
...... marilah ...... suamiku ...... " Dan kembali ia terkulai dan
napasnya terhenti. "Sheila ...... tunggu aku ...... !" Koan Jit berteriak dan dia muntah
darah, lalu terkulai dan tewas seketika.
"Ibuuu ...... ! Suhuuu ...... !" Han Le merangkul mereka dan
pemuda inipun tak sadarkan diri. Dia merasa menyesal bukan
main mengingat betapa kematian dua orang yang disayang dan
dihormatinya ini disebabkan oleh dia ! Kalau saja dia tidak minggat
meninggalkan mereka ! Kalau saja dia tidak menjadi panglima Tai
Peng. Belum tentu ibu dan gurunya tewas.
Ketika Han Le sadar kembali, Yu Bwee yang menghiburnya.
Hanya gadis ini yang berhasil mengajaknya melepaskan kedua
jenazah itu dari tempat berbahaya itu. Tan Bun Hong dan Thio
664 Eng Hui juga merasa terharu dan mereka pun berkenalan dengan
Han Le dan Yu Bwee, menjadi sahabat karib. Ong Siu Coan
memegang janjinya. Para pendekar itu bersama sisa pasukan
rakyat tidak diganggu sampai mereka mengangkut semua mayat
dari teman-teman mereka keluar dari daerah itu.
Setelah selesai mengubur jenazah ibunya dan gurunya, Han Le
lalu bersama Yu Bwee ikut Bun Hong dan Eng Hui, menghadap
kedua orang suhengnya, yaitu Ceng Kok Han dan Li Hong Cang.
Dua orang pemimpin pejuang itu merasa berduka mendengar
berita dari sute mereka bahwa suhu mereka telah tewas dalam
pertempuran. "Ibuku juga tewas tertembak, dan suhu meninggal dunia dalam
keadaan gagah perkasa. Beliau mengorbankan nyawanya demi
keselamatan kami berempat yang sudah terancam bahaya maut,"
kata Han Le kepada dua orang suhengnya.
"Sute, syukurlah kalau engkau telah sadar akan penyelewengan
Tai Peng dan melihat betapa gagah perkasanya mendiang suhu,
kami yakin bahwa engkaupun tentu akan mengikuti jejaknya.
Maukah engkau, seperti para pendekar lainnya, bergabung
dengan kami untuk menghadapi Tai Peng dan menghancurkannya?" tanya Ceng Kok Han kepada pemuda itu.
"Tentu saja, Ceng-suheng. Memang sejak dahulu aku bercita-cita
untuk menjadi pejuang, seperti mendiang ayahku, seperti
mendiang guruku. Setelah mengalami sendiri, baru aku yakin
bahwa Tai Peng telah menyeleweng menjadi penjahat-penjahat
yang bukan membela rakyat, melainkan menindas rakyat jelata
665 dengan kedok perjuangan. Akan tetapi aku masih mempunyai
suatu urusan pribadi yang akan kuselesaikan lebih dulu, suheng.
Setelah itu pasti aku akan datang untuk membantu gerakan
suheng dan para pendekar pembela rakyat."
Setelah memenuhi upacara berkabung karena kematian suhunya
dan ibunya, Han Le pergi bersama Yu Bwee, mengunjungi rumah
orang tua Yu Bwee seperti yang diminta gadis itu kepadanya.
Yu Kiang dan Ceng Hiang tentu saja menjadi girang bukan main
ketika mereka melihat pulangnya Yu Bwee, akan tetapi mereka
merasa terheran melihat puteri mereka itu pulang bersama
seorang pemuda tampan. Ketika melihat pemuda itu, Ceng Hiang
dan suaminya sudah dapat menduga bahwa tentu inilah pemuda
yang pernah diceritakan oleh puteri mereka sebagai putera
mendiang Gan Seng Bu itu. Diam-diam mereka mereka merasa
tidak senang bagaimana puteri mereka, seorang gadis, berani
mengajak pulang seorang pemuda! Akan tetapi mereka menahan
sabar dan membalas penghormatan Han Le yang bersama Yu
Bwee menghadap mereka dengan sikap hormat.
"Ayah dan ibu, inilah saudara Gan Han Le yang bersama aku baru
saja mengalami peristiwa hebat dan baru saja lolos dari maut
karena mengalami hal yang amat hebat, ayah dan ibu. Bahkan
dalam peristiwa ini, Gan-toako berhasil menewaskan sang
permaisuri raja Tai Peng, dan kami semua kemudian berhasil
membunuh Lee Song Kim. Akan tetapi Gan-toako juga kehilangan
ibu kandungnya dan gurunya yang tewas dalam pertempuan itu."
666 Mendengar ucapan ini, Ceng Hiang dan Yu Kiang terkejut bukan
main. mereka tidak menduga akan terjadi hal yang sedemikian
hebatnya. "Aih, telah terjadi peristiwa yang demikian hebatnya ?"
tanya Ceng Hiang sambil memandang Han Le. "Kami telah
mendapatkan kembali barang-barang yang dirampok pasukan Tai
Peng, dan menurut penuturan seorang penduduk, yang
mengembalikan adalah seorang perwira muda Tai Peng
berpakaian putih. Engkaukah orangnya yang melakukan itu,
orang muda?" Han Le merasa malu untuk menjawab dan untung terasa olehnya
bahwa Yu Bwee segera menjawab pertanyaan ibunya itu.
"Benar sekali, ibu. Gan-toako inilah yang mengembalikan barangbarang rampokan itu. Gan-toako menjadi panglima pasukan Tai
Peng karena tertipu. Dia ingin berjuang dan dia mengira bahwa
Tai Peng merupakan pasukan pejuang yang gagah. Baru setelah
dia melihat sepak terjang anak buah Lee Song Kim, dia menyadari
dan dia lalu membalik dan menentang Lee Song Kim sehingga
dikeroyok. Aku membantunya dan kami lalu ditangkap." gadis itu
dengan panjang lebar lalu menceritakan segala yang telah terjadi,
betapa mereka ditawan, ia hampir diperkosa akan tetepi tertolong
oleh munculnya dua orang pendekar muda, yaitu Tan Bun Hong
dan Thio Eng Hui. Betapa kemudian di pihak Tai Peng muncul
sang permaisuri dengan pasukannya sehingga mereka terkepung
dan terancam bahaya. Akan tetapi Han Le telah berhasil
menewaskan sang permaisuri dan membebaskannya dari
ancaman maut. Kemudian ia mencritakan tentang munculnya
guru dan ibu Han Le yang membawa pasukan pejuang sehingga
667 terjadi pertempuran yang menewaskan Lee Song Kim, akan tetapi
ibu dan guru Han Le terluka parah.
"Kemudian muncul Raja Tai Peng sendiri, ibu ! Dia membawa
pasukan besar dan kami semua tentu celaka, terbunuh atau
setidaknya tertawan kalau saja tidak terjadi hal yang amat luar
biasa !" "Hemm, apakah yang telah terjadi ?" tanya Ceng Hiang dan Yu
Kiang dengan hati tertarik dan tegang. Pengalaman puteri mereka
memang amat menegangkan dan berbahaya dan kini mereka
memandang kepada Han Le dengan sinar mata kagum dan suka.
"Locianpwe yang menjadi guru Gan-toako itu, yang telah terkena
tembakan dan terluka parah, tiba-tiba saja dapat menerjang dan
menawan Raja Tai Peng, mengancamnya dan mengundurkan
semua pasukan Tai Peng. Dan ternyata locianpwe itu dapat
menguasai Raja Tai Peng yang kelihatan terkejut dan sudah
mengenalnya baik-baik, bahkan memenuhi permintaannya
sehingga kami semua dibebaskan !"
"Ah, Gan Han Le, siapakah gurumu itu dan apa hubungannya
dengan Raja Ong Siu Coan?"
Han Le menjawab, "Suhu bernama Koan Jit dan beliau adalah
suheng dari Raja Tai Peng."
"Ahhh ...... !" Ceng Hiang tekejut bukan main. "Aku mendengar bahwa tokoh yang bernama Koan Jit telah
668 meninggal dunia, ketika dia menyelamatkan para pendekar
pemimpin pejuang ...... "
Suami isteri itu mengangguk-angguk. "Jadi engkau bahkan telah
membunuh permaisuri Raja Tai Peng" Ia bernama Tang Ki dan
dahulu pernah menjadi sahabat baikku, bahkan kami seperti
saudara saja ...... "
"Ibu! Ia jahat sekali, juga amat lihai. Aku dikeroyoknya bersama
dua orang wanita lainnya yang juga lihai. Aku sudah terluka dan
tentu tewas di tangan permaisuri itu kalau saja Gan- toako tidak
cepat merobohkannya dengan tembakan pistolnya.
Ceng Hiang mengangguk-angguk. "Aku sudah mendengar
betapa ia kini menjadi permaisuri Raja Tai Peng dan membantu
suaminya yang telah menyeleweng. Engkau berhutang budi
kepada pemuda ini ...... "
"Bukan hanya sekali, ibu."
"Hemm, dan apa maksudmu mengajak dia datang menghadap
kami ?" Wajah kedua orang muda itu menjadi merah. "Ibu, kami berdua
telah bertemu muka dengan kedua bengcu Ceng Kok Han dan Li
Hong Cang yang menjadi suheng dari Gan-toako."
Kembali Ceng Hiang tercengang, tak disangkanya bahwa
pemuda yang jelas menarik hati puterinya ini adalah sute dari dua
orang pemimpin rakyat yang amat terkenal itu, terkenal pula di
kalangan pemerintahan karena dua orang pendekar itu
669 melakukan gerakan menentang Tai Peng dan tidak segan-segan
bekerja sama dengan pemerintah. Dua orang itu bagi pemerintah
bukan merupakan pemberontak, melainkan pendekar-pendekar
yang bahkan dianggap menguntungkan pemerintah. Rasa suka
dan kagumnya terhadap Han Le bertambah.
"Lalu, apa maksud dia ikut menghadap kami ?" desaknya pula.
"Ibu, kami berdua sudah bersepakat untuk membantu perjuangan
rakyat menentang pemberontak Tai Peng yang jahat itu. Sebelum
itu, aku ingin pulang dan memberitahukan kepada ibu dan ayah,
dan ...... dan ...... Gan-toako ikut karena ...... karena " Gadis itu
merasa sukar untuk melanjutkan ceritanya. melihat ini, Han Le
merasa kasihan dan diapun menyambung dengan suara yang
halus dan hati-hati. "Harap paman dan bibi memaafkan saya, sesungguhnya, saya
ikut menghadap ke sini sehubungan dengan pesan terakhir dari
ibu saya sebelum beliau meninggal dunia."
"Pesan terakhir ibumu " Lalu apa pesan itu ?" Ceng Hiang
bertanya. Kini Han Le yang tidak dapat melanjutkan keterangannya karena
dia merasa sungkan sekali. Dan Yu Bwee yang kini menolongnya.
"Ibu, sebelum ibu kandung Gan-toako meninggal dunia, beliau
menjodohkan kami dan ..... dan saya sudah menyetujuinya. Saya
tidak tega untuk menolak permintaannya terakhir itu ...... " gadis
itu menundukkan muka yang menjadi merah.
670 Ceng Hiang mengerutkan alisnya, diam-diam ia merasa geli
menyaksikan tingkah polah kedua orang muda itu. "Bwee-ji (anak
Bwee), jadi engkau mau menjadi jodoh Gan Han Le ini hanya
karena ingin memenuhi permintaan terakhir dari ibunya" Tidak
ada alasan lain?" "Sungguh aneh dan tidak baik sekali kalau perjodohan dilakukan
hanya karena tidak tega menolak permintaanseorang yang mau
meninggal dunia. Apakah engkau ingin mengorbankan seluruh
kehidupanmu hanya untuk itu ?" kata pula Yu Kiang.
"Ibu, ayah, tentu saja bukan hanya untuk itu, akan tetapi kami ......
kami berdua ...... telah saling setuju ...... "
"Paman dan bibi, saya telah berani lancang jatuh cinta kepada
adik Yu Bwee, harap ji-wi (kalian) sudi memaafkan saya." Gan Le
menyambung, tidak ingin melihat Yu Bwee sendirian saja
menghadapi keadaan yang membuat mereka merasa kikuk dan
rikuh itu. Suamii isteri itu saling pandang dan merekapun tersenyum.
melihat ini, Yu Bwee lalu merangkul ibunya. "Ibu dan ayah ......
setuju, bukan ?" "Tentu saja kami setuju kalau kalian berdua sudah saling
mencinta," kata Yu Kiang.
"Akan tetapi kami berdua tidak akan menikah sebelum Tai Peng
dapat dihancurkan !" kata Yu Bwee dan Han Le mengangguk
tegas menyetujui. 671 "Baiklah, akan tetapi, Han Le. Kami setuju dengan satu syarat,
yaitu kalian boleh membantu gerakan pasukan rakyat untuk
menghancurkan Tai Peng. Setelah itu, kalau timbul perang antara
para pejuang dengan pemerintah, kalian tidak boleh mencampuri.
Tentu engkau dapat memaklumi perasaan kami," kata Ceng
Hiang. Han Le mengangguk. Dia mengerti. Bagaimanapun juga, ibu
gadis yang dicintanya ini adalah keturunan Mancu sehingga tentu
amat tidak enak kalau kelak dia sebagai mantunya ikut memusuhi
Bangsa Mancu ! Setelah tinggal di dusun itu selama tiga hari, Han Le dan Yu Bwee
berangkat, kembali ke perbatasan untuk membantu perjuangan
pasukan rakyat yang dipimpin oleh Ceng Kok Han dan Li Hong
Cang, bergabung dengan para pendekar, di bawah pimpian Ceng
Kok Han. Pasukan rakyat yang dipimpin Ceng Kok Han dan Li Hong Cang,
dibantu oleh para pendekar, makin lama menjadi semakin kuat
karena para petani banyak yang membantu dan masuk menjadi
sukarelawan. Makin hebat pasukan ini menyerang kedudukan Tai
Peng dari segala penjuru.
Sebaliknya, setelah kematian permaisurinya, Tang Ki, dan
panglimanya, Lee Song Kim dan anak buahnya, kedudukan Tai
Peng menjadi lemah. Ong Siu Coan semakin aneh-aneh
tindakannya, semakin gila dan tidak mampu lagi mempertahankan kekuatannya yang dahulu. Apalagi para
perwiranya melakukan penyelewengan-penyelewengan, hanya
672 mengejar kesenangan sendiri saja dan tidak setia lagi kepada Tai
Peng. Oleh karena itu, hantaman-hantaman yang dilakukan oleh
pasukan rakyat itu membuat pasukan Tai Peng mundur terus dan
kedudukan mereka menjadi semakin lemah. sedikit demi sedikit,


Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

daerah yang dikuasai pasukan Tai Peng dapat direbut oleh
pasukan pejuang rakyat, dan pasukan itu terpaksa mengundurkan
diri ke Nan-king, kotaraja mereka.
Akhirnya, Nan-king dikepung oleh pasukan pejuang rakyat yang
semakin kuat itu karena kepercayaan rakyat menjadi semakin
besar terhadap pasukan ini.
Harga diri rakyat diangkat, kebanggan mereka bangkit karena
yang kini menyerang Tai Peng bukan pasukan Kerajaan Mancu,
melainkan pasukan rakyat jelata.
Melihat ini, orang-orang Barat tidak tinggal diam pula. Mereka
memang waspada dan cerdik, dan dapat mempergunakan setiap
kesempatan demi keuntungan mereka. Mereka melihat betapa
lemahnya Tai Peng, oleh karena itu, untuk menyenangkan hati
pemerintah Mancu dan juga rakyat, mereka lalu membantu
gerakan pasukan rakyat itu. Seorang jenderal mereka, Jenderak
Gordon, terjun menjadi penasihat dan pelatih pasukan sejata api
yang disumbangkan oleh orang kulit putih kepada pasukan rakyat
pejuang. Akhirnya, pasukan Tai Peng dapat dihancurkan dan pada tahun
1864, kotaraja Nan-king dikepung. Sebelum kotaraja ini jatuh,
lebih dahulu terjadi peristiwa yang semakin melemahkan
perlawanan Tai Peng, yaitu matinya Raja Ong Siu Coan ! Raja
673 gila ini akhirnya mati membunuh diri karena putus
harapan.Setelah dia meninggal dunia karena membunuh diri,
pertahanan kotaraja menjadi kacau dan lemah, semangat para
pasukannya hampir padam dan dengan mudah kotaraja Nan-king
diduduki pasukan rakyat pejuang. Habislah sudah riwayat Tai
Peng yang cukup menggemparkan itu.
Menurut catatan sejarah, pasukan rakyat yang dipimpin oleh dua
orang pemimpin rakyat ini, bukan hanya berhasil menghancurkan
Tai Peng, melainkan memadamkan pemberontakanpemberontakan lainnya, di antaranya pemberontakan Nian-fei
yang dipadamkan pada tahun 1867, bahkan pemberontakan
bangsa Turki yang dipimpin Yakub Beg juga dapat dihancurkan
dalam tahun 1877. Akan tetapi, setelah semua pemberontakan
dapat dihancurkan, terjadi perbedaan pendapat antara Ceng Kok
Han dan Li Hong Cang, Ceng Kok Han tidak mau melanjutkan
perjuangan dan tidak mau mengganggu pemerintah Ceng
(Mancu) lagi. Ceng Kok Han membubarkan pasukannya. Akan
tetapi tidak demikian halnya dengan Li Hong Cang. Pendekar ini
mempetahankan pasukannya, bahkan kelak pasukannya akan
memegang peranan penting dalam sejarah Cina, bahkan memiliki
saham besar sekali dalam pendirian negara republik dan jatuhnya
Kerajaan Mancu kelak. Setelah Tai Peng jatuh, para pendekar banyak yang
mengundurkan diri, termasuk Han Le dan Yu Bwee. Juga Tan Bun
Hong dan Thio Eng Hui, Dua pasangan ini mengundurkan diri lalu
menikah dan selanjutnya hidup dengan tenteram tanpa
mencampuri lagi urusan perang.
674 Bagaimana dengan Ibu Suri Cu Si " Janda ini sungguh luar biasa
sekali. Biarpun dahulu ia hanya seorang selir, akan tetapi kini ia
menjadi seorang yang paling berkuasa di dalam Kerajaan Mancu
dan dengan hati membaja dan otak yang amat cerdik, ia mampu
mempertahankan kedudukannya itu sampai matinya ! Setelah Tai
Peng jatuh, ia masih tetap memegang kendali Kerajaan Mancu
selama empat puluh tahun lagi karena ia meninggal dalam tahun
1908 ! Bagaimana tercela sekalipun jalan hidupnya, namun tak
seorangpin dapat menyangkal bahwa Cu Si merupkan seorang
wanita luar biasa sekali, menguasai negara yang sedemikian
besarnya dengan rakyat sedemikian banyaknya, selama hampir
setengah abad, atau kurang lebih empat puluh tujuh tahun ia
menjadi orang nomor satu di negaranya !
Demikianlah, cerita ini berakhir sampai di sini dengan catatan
pengarang bahwa betapapun mulianya sebuah perjuangan
dimulai, kalau kelanjutannya meninggalkan jalan kebenaran dan
keadilan, seperti yang dilakukan Tai Peng, akhirnya akan
mengalami kehancuran pula. Berbahagialah bangsa yang
dipimpin oleh patriot-patriot yang dengan murni memegang teguh
jalan kebenaran dan keadilan seperti yang dicita-citakan pada
awal perjuangan.Semoga ada manfaatnya, di samping sebagai
bacaan hiburan di kala senggang.
TAMAT Lereng Lawu, akhir Mei 1981
675 Seruling Sakti 18 Pendekar Sejagat Seri Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Bara Naga 7
^