Pencarian

Sastrawan Cantik Lembah Merak 6

Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana Bagian 6


membawa secangkir air "kamu sudah siuman nak! sekarang minumlah obat ini! bujuk
Han-fei lun penuh rasa sayang, Han-fei-lun mendorong dua
buah pel kemulut Han-bouw-bian dan menempelkan cangkir
kemulut Han-bouw-bian, Han-bouw-bian menelan obat
"akh...aku berada dimana" Ini dimana?" keluhnya lirih sambil
memegang kepalanya yang pusing, dan samar-samar ia melihat
lelaki tua yang duduk di sampingnya
"akh..kamu rupanya..." keluhnya sambil berusaha duduk, dan
ketika ia melihat kesamping, ia melihat ayahnya terbaring
327 "ayah..! ke...kenapa dengan ayahku!?" teriaknya heran dan
menatap wajah Han-fei-lun dengan tajam
"ayahmu pingsan Bian-ji, sekarang kamu siulian untuk mengatur
nafas dan menormalkan jalan darahmu." Han-bouw-biah hendak
membentak namun tiba-tiba dadanya sesak, dan akhirnya ia
menurut untuk melakukan siulian, Han-fei-lun bangkit
"Tan-ji! setelah ini sepupumu tentu lapar, jadi siapkanlah
makanan!" "baik..biar aku saja Han-kongcu!" sela Tan-bouw sambil berdiri
dan melangkah lebar meninggalkan kamar, dan tidak lama
seorang pelayanpun datang membawa seporsi makanan,
setelah makanan dihidangkan di atas meja, Tan-bouw dan
pelayan meninggalkan kamar.
Han-fei-lun dan Han-liu-tan juga keluar kedepan kamar untuk
memberikan susana tenang bagi Han-bouw-bian, dan kira-kira
sepeminum teh Han-fei-lun mengajak Han-liu-tan masuk
kembali, dan tidak saat mereka duduk Han-bouw-bian sudah
selesai dengan siulannya, matanya dibuka
"sekarang makanlah Bian-ji! ujar Han-fei-lun, Han-bouw bian
memang merasa sangat lapar, lalu ia pun turun dari ranjang dan
duduk dikursi makan, tanpa bicara ia pun melahap makanan
yang dihidangkan. Han-fei-lun senyum melihat sikap keponakannya yang rakus itu
"pelan-pelan saja Bian-ji, sabar itu amat baik untuk diri." Hanbou-bian berhenti sejenak, dan kemudian ia menyuap
makanannya dengan perlahan
"bagaimana dengan ayahku!?" tanyanya sambil mengunyah dan
menatap lekat pada Han-fei-lun
328 "selesaikan dulu makanmu nak! baru hal lain dibicarakan!" sahut
Han-fei-lun, Han-bouw-bian ingin menyela lagi, namun saat ia
kembali menatap mata Han-fei-lun ia jadi tertunduk dan
meneruskan makannya, ia tidak mengerti kenapa ia harus
menuruti perintah orang tua dipannya ini. ia menyuap dan
mengunyah makannanya dan sesekali ia menatap Han-liu-tan,
namun Han-liu-tan tidak menggubris dan asyik menikmati roti
kering dihadapnnya dan sesekali meminum teh.
Akhirnya Han-bouw-bian menyelesaikan makannya, sambil
melap mulutnya ia berkata
"aku sudah selesai makan, apa dan bagaimana dengan ayahku
!?" "Bian-ji! kamu tahu berhadapan dan berbicara dengan siapa?"
Han-bouw-bian terhenyak menunduk
"saya tahu berhadapan dengan siapa! kamu adalah Han-fei-lun
musuh bebuyutan ayah, paman Han-ok-liang dan paman Hanbun-liong." mendengar jawaban Han-bouw-bian yang bernada
datar itu, Han-fei-lun tersenyum arif
"baiklah! Apa yang hendak kamu ketahui tentang ayahmu itu!"
tanya Han-fei-lun tajam sambil menunjuk ke arah ranjang, Hanbouw-bian tercekat mendengar nada suara Han-fei-lun yang
begitu menusuk dan menggetarkan hatinya, ia amat merasakan
aura kejengkelan orang tua didepannya dan itu membuat ia
sontak ciut dan takut. "apakah ayahku baik-baik saja?" tanya dengan nada rendah
"hmh"ayahmu tidak baik-baik saja Bian-ji, karena ayahmu
disamping buta, ia juga tidak bisa lagi menggunakan kedua
tangannya, karena tangannya sudah lumpuh, dan sin-kang
329 ayahmu sudah tidak ada lagi, karena tulang punggung bagian
atas sudah remuk." "ah".ke..kenapa pek-pek tega ber..berbuat se"seperti itu pada
ayah?" "ayahmu sudah berkali-kali kunasehati Bian-ji, dan kali ini pekpek harus melakukannya, supaya ayahmu tidak lagi semenamena." jawab Han-fei-lun tegas, Han-bouw-bian tertunduk dan
diam. "bian-ji, tentunya kamu tahu bahwa apa yang kalian lakukan
belakangan ini sangat menyusahkan dan menyengsarakan
orang banyak, bukan!?" Han-fei-lun menatap keponakannya dan
menunggu reaksinya, namun Han-bouw-bian hanya tertunduk,
lalu Han-fei-lun melanjutkan
"pek-pek yakin bahwa ibumu di Huangsan telah mendidikmu
tentang benar dan salah, dan alangkah naifnya jika apa yang
telah dicanangkan ibumu sejak kecil hingga kamu dewasa, raib
tidak berbekas akibat pengaruh ayahmu yang sesaat sehingga
mengabaikan harapan baik dari ibumu! dimana pertimbanganmu
anakku!?" Han-fei-lun
menatap Han-bouw-bian, Han-bouw bian mendesah lalu berkata
"tapi pek-pek, selaku anak yang berbakti bukankah harus
membantu ayahnya untuk mewujudkan keinginannya?"
"benar, tapi sudahkah kamu menimbang benar tidaknya
keinginan ayahmu, dan apakah keinginan ayahmu ini sejalan
dengan keinginan ibumu, yang juga kamu diwajibkan berbakti
padanya, pek-pek mau tanya padamu! apakah ibumu menginkan
kamu menjadi orang sesat?"
"golongan ayah tidak kenal timbang menimbang sebagaimana
330 dimaksud pek-pek." "lalu kamu sendiri bagaimana" apakah kamu juga tidak mau
menimbang segala perkara, baik benarnya dan mamfaat
mudhoratnya" kamu ini manusia yang dianugerahi Thian dengan
akal pikiran yang merdeka dari dikte manusia namun tetap harus
tunduk pada kehendak Thian, bagaimana Bian-ji!?"
"jelas aku punya pemikiran sendiri, pek-pek."
"nah jika demikian apa dan bagaimana pemikiranmu tentang
sepak terjang yang kalian lakuan belakangan ini" apakah tepat
menurutmu?" "memang tidak tepat pek-pek, namun ayah dan para paman
mempunyai pemikiran lain, dan saya sebagai anak harus
menurutinya." "apakah ini bakti dan sayang pada orangtua yang Bian-ji fahami"
Jika demikian, ketahuilah nak! kamu sangat salah!"
"bagaimana bisa bakti yang saya lakukan salah pek-pek!?"
"salah karena yang kamu lakukan pada ayahmu bukan bakti
Bian-ji, tapi bahkan sebaliknya kamu telah membinasakan
ayahmu sendiri." Han-bouw bian terheyak dan menatap Han-feilun heran, Han-fei-lun tersenyum arif menatap keponakannya
"Bianji coba renungkan! Jelas bahwa kamu tahu apa yang
dilakukan ayahmu tidak tepat, sebagaimana kamu katakan tadi,
namun kamu bukannya mengingatkan tapi ikut membantu dan
mendorong ayahmu lebih terperosok lebih dalam pada
kesesatannya, kenapa kamu tega sekali pada ayahmu Bian-ji!?"
Han-bouw-bian tercenung karena melihat kebenaran yang
dikatakan pek-peknya, ternyata benar dengan keberadaanya
disamping ayahnya dan karena dukungannya telah menambah
331 motivasi bagi ayahnya untuk berbuat tidak benar, saat itu ia
teringat ibunya yang penuh sengsara memperjuangkan hidup
mereka sejak ayahnya meninggalkan mereka, ia teringat
tujuannya merantau adalah untuk membawa ayahnya kembali
kesisi ibunya, mengingat itu tidak terasa air matanya berderai.
"pek-pek" aku ternyata salah dan lupa pada keinginan ibu
untuk membawa ayah kembali."
"hmh".baguslah Bian-ji, jika tahu kamu salah, dan sudah pasti
dibaliknya akan terbit usaha untu memperbaikinya, demikianlah
yang dikatakan sebaik-baik manusia, ketika tahu salah dan
segera memperbaiki diri." ujar Han-fei-lun arif
"lalu apa yang harus saya lakukan pek-pek?"
"sekarang yang mesti kita lakukan adalah mengobati ayahmu,
dan sepertinya akan memakan waktu, jadi karena Tan-ji
sepupumu ada disini, kamu bisa minta pendapatnya!" Hanbouw-bian menatap Han-liu-tan, Han-liu-tan yang masih
terkesima akan pembicaraan dan wejangan pek-peknya tidak
menyangka dialihkan padanya, sehingga ia terkejut
"a..apa..pendapat!" hmh".menurutku pek-pek dan Bian-twako
serta Ong-pek ikut saya ke kun-ming, dan tentunya ayah akan
sangat senang, kemudian pengobatan Ong-pek akan lancar dan
nyaman." ujar Han-liu-tan dengan senyum sumigrah
"sepupumu sudah memberikan pendapat Bian-ji!"
"demikian sungguh bagus, dan saya sangan mengucapkan
terimaksih pada Tan-te, dan saya harus minta maaf atas apa
yang terjadi tadi siang."
"hehehe".permintaan maafmu kuterima Bian-ko, syukurlah hal
yang hampir membuat celaka itu berakhir dengan susana baik
dan damai seperti ini."
332 "kapan rencanamu kembali ke Kun-ming Tan-ji?"
"besok siang Lun-pek."
"apa urusanmu disini sudah selesai!?"
"sudah Lun-pek, paling lama kunjunganku kesini hanya tiga hari,
itupun dua hari karena plesiran saja hehehe..hehehe?" Han-feilun manggut-manggut sembari tersenyum
"hmh..baiklah kalau begitu, sekarang kalian istirahatlah, biar pekpek yang menemani ayahmu Bian-ji! dan kamu Tan-ji! tolong
sampaikan pada pelayan untuk mengantar bubur kesini pagipagi sekali"
"baik pek-pek!" sahut Han-liu-tan lalu segera berdiri dan
mengajak Han-bouw-bian kekamar lain.
Setelah kedua keponakannya pergi, Han-fei-lun segera
membaringkan badan di samping Han-kwi-ong yang pingsan,
dan tidak lama ia pun sudah pulas dalam tidurnya, malam pun
terus merangkak kian larut dan akhirnya syafak merah pun
menghias langit menandakan sang fajar hendak terbit, Han-feilun bangkit dan bangun, saat Han-fei-lun selesai mencuci muka,
Han-kwi-ong siuman, matanya nanar menatap langit-langit, dan
ketika ia hendak menggerakkan kepalanya, ia meringis
kesakitan. "aduhh kepalaku"augh?" keluhnya lalu ia hendak
menggerakkan tangannya unttuk memijit kepalanya, namun
tangan itu tidak bergerak dan terasa nyeri, dan tiba-tiba pintu
kamar diketuk seseorang, Han-fei-lun segera membuka pintu
dan ternyata seorang pelayan
"saya disuruh Han-kongcu merngantar bubur dan teh kekamar
ini loya." "ya..terimakasih sicu dan silahkan masuk!" sahut Han-fei-lun,
333 pelayan itu segera masuk dan meletakkan dua mangkok bubur
dan sepoci teh panas, setelah itu pelayan itu berpamitan untuk
keluar. Han-fei-lun segera mengambil semangkok bubur dan duduk
ditepi ranjang, kemudian ia menyuapi Han-kwi-ong, Han-kwi-ong
yang memang merasa lapar sangat lahap mengunyah dan
menelan bubur itu dan sesekali ia mengeluh dan mendesah,
Han-fei-lun dengan telaten menyuapinya tanpa berkata
sedikitpun, hal ini dikarenakan Han-fei-lun tahu bahwa Han-kwiong tidak ingat apa-apa, akibat totolan yang mengenai pelipis
Han-kwi-ong, ingatan ini akan segera pulih setelah menjalani
pengobatan. Dua mangkok bubur sudah tandas, kemudian Han-fei-lun
memberikan dua buah pel pada Han-kwi-ong, dan baru saja pel
ditelan Han-kwi-ong dua keponakannya sudah muncul
"bagaimana keadaan ayah pek-pek?" tanya Han-bouw-bian
"ayahmu sudah siuman bian-ji dan sudah makan bubur, apa
kalian tidak mandi?"
"ini mau hendak mandi pek-pek, tapi bian-ko hendak melihat
keadaan Ong-pek "sudah kalian pergilah mandi! kamu jangan terlalu
mencemaskan ayahmu bian-ji!"
"baiklah pek-pek, mari tan-te!" sahut Han-bouw-bian,
keduanyapun keluar dari kamar, dan tidak lama Han-fei-lun pun
keluar untuk pergi mandi.
Siang harinya Han-liu-tan beserta kerabatnya berangkat dengan
memakai kereta yang ditarik enam kuda, kereta ini sangat besar
334 dan kuat, bahkan kereta itu sudah sampai keselatan ketika
keluarga Han berkunjung keselatan sepuluh tahun silam, mereka
berempat dengan nyaman duduk didalam kereta , sementara
dua orang sais pegawai keluarga Han duduk didepan menyitir
larinya kuda. "seberapa besar harapan ingatan ayah akan pulih pek-pek?"
tanya Han-bouw-bian "percaya pada pek-pek, hilangnya ingatan ayahmu tidaklah
permanen, setelah menjalani dua bulan pengobatan, ingatannya
akan pulih kembali, yang penting kita tidak usah menarik
perhatian dan mengingatkannya, mendiamkannya sekarang
lebih baik, mengertikah kamu Bian-ji?" Han-bouw-bian
mengangguk lega sambil melihat wajah ayahnya yang terbaring
tenang, kereta kuda bergerak cepat melintasi lembah dan bukit,
dan pada hari keempat saat hari mendapatkan malam mereka
beristirahat dipinggir batang sungai disebuah lembah.
Dua pegawai keluarga Han mendirikan sebuah tenda besar, lalu
setelah itu keduanya membuat tungku masak, sementara Hanliu-tan dan Han-bouw-bian mengumpulkan kayu bakar untuk
membuat api unggun, setelah membersihkan bada dan
bersantap malam , mereka duduk santai didepan tenda sambil
menikmati cerahnya bulan purnama, Han-bouw-bian keluar dari
dalam tenda setelah memberi makan ayahnya.
"pek-pek berkelana untuk meredam tirani yang melanda builim
akhir-akhir ini, lalu apakah pek-pek akan ke utara juga. Karena
disana saya dengar muncul seorang yang menamakan dirinya
Pak-hek-liong" 335 "demikianlah Tan-ji, terlebih pak-hek-liong itu adalah kerabat kita
juga." "jadi pek-pek tahu bahwa pak-hek-liong adalah Liang-siok?" sela
Han-bouw-bian, Han-fei-lun mengangguk
"lalu bagaimana dengan toat-beng-kiam-ong yang berada di
wilayah timur" apakah pek-pek juga akan kesana?"
"sudah pasti Tan-ji, mudah-mudahan saja bibimu Sian-hui dapat
menundukkan pamanmu Han-bun-liong."
"a..apakah di..dia masih hidup?" sela Han-bouw-bian lirih, Hanliu-tan menoleh heran pada Han-bouw-bian
"siapakah dia yang kamu maksud Bian-ko?" Han-bouw-bian
tersadar bahwa pikiran kagetnya terucap sehingga ia gagap
menanggapi pertanyaan Han-liu-tan
"ah"ti"tidak ada Tan-te!" Han-fei-lun tersenyum dan menoleh
kepada Han-bouw-bian "pek-pek tahu bahwa kamu terkejut mendengar Han-sian-hui
masih hidup walhal dia terjatuh kedalam jurang, bukan!?" Hanbouw-bian mengangkat kepala dan menatap pek-peknya
"be..benar aku kaget mendengar bahwa bibi ternyata masih
hidup, pek-pek!" "aih..sykurlah ternyata bibi Hui selamat! dan bibi tidak kurang


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

satu apapun kan pek-pek!?" tanya Han-liu-tan berharap
"benar Tan-ji, bibimu selamat dan tidak kurang satu apapun, dan
saat ini ia sedang berada di wilayah timur untuk mendatangi
liong-siok kalian" jawab Han-fei-lun.
Dua hari kemudian rombongan keluarga Han sampai kekota
Kunming, kedatangan mereka disambut hangat oleh Han-saiku,
terlebih kedatangan saudara tuanya ini membuat emosi dan
336 rindunya bergejolak, dan tidak terasa air mata bahagia keluar
membuncah membasahi pipinya, hari itu Han-saiku menjamu
tiga kerabatnya dengan perasaan bahagia.
"bagaimana kabar kakak ipar dan keluarga disana Lun-ko!?"
"semuanya baik dan sehat Ku-te, dan syukr pada Thiian kamu
dan adik ipar juga dalam keadaan baik-baik saja bukan!?"
"ya..kami sehat dan baik-baik saja Lun-ko, dan bagaimana
ceritanya Lun-ko bertemu dengan Tan-ji?"
"biarlah keponakan kita Bian-ji yang menceritakanya padamu
Ku-te!" sahut Han-fei-lun sembari menoleh pada Han-bouw-bian,
Han-bouw-bian agak risih dan berat hati untuk angkat bicara
pada pertemuan keluarga ini, namun sorot mata pek-peknya
demikian kuat sehingga harus dipenuhi.
"Ku-siok! tentu tahu sendiri bagaimana cara pikir ayah dan
Liang-siok selama ini, lalu karena cara pikir itu ayah dan saya
melakukan hal tidak baik di wilayah ini, oleh karena itu pek-pek
berkelana untuk mendatangi kami, sejak dati xining kami
melarikan diri dari kejaran pek-pek, dan ketika kami sampai di
kota Guiyang, saya dan Tan-te bertemu dan terjadi bentrok, dan
syukurnya sebelum terjadi celaka yang tidak diinginkan pek-pek
muncul dan menundukkan saya dan ayah, lalu pek-pek dan Tante membawa kami ke penginapan bunga ci-lan dan pek-pek
mengobati kami, dan setelah banyak berbincang dengan pekpek mata saya terbuka bahwa sepak terjang kami ini salah, lalu
setelah itu Tan-te menyarankan supaya ikut kesini untuk
melanjutkan pengobatan ayah."
"hmh.....syukurlah Bian-ji bahwa kamu dapat menyadarinya, dan
perkara ayahmu, percayalah siok akan mengusahakan
337 pengobatannya, terlebih pek-pekmu tahu apa yang harus kita
lakukan." ujar Han-sai-ku, lalu Han-sai-ku menoleh pada
saudara tuanya "nah! Lun-ko sebenarnya bagaimana keadaan Ong-ko!?"
"usaha yang kita bisa hanya mengembalikan igatannya, Ku-te,
lebih dari itu Ong-te akan menjadi seorang yang lumpuh kedua
tanganya, dan menjadi orang biasa tanpa tenaga sakti."
"oh begitu, lalu apakah perlu saya memanggilkan tabib untuk
penyembuhan Ong-ko!"
"itu sudah pasti Ku-te, nyeri pada tulang bahu dan punggungnya
harus diobati dengan telaten, jadi besok kamu suruh panggillah
tabib untuk mengobatinya!" Han-sai-ku mengangguk mengerti,
lalu kemudian mereka melanjutkan obrolah hingga larut malam.
Keesokan harinya Han-Liu-tan datang bersama Bao-sinse, Baosinse memeriksa Han-kwi-ong yang mandah saja seperti anak
bayi, ia memijit beberapa tempat dibagian tubuh Han-kwi-ong
"wah". maaf Han-loya saya hanya dapat menyembuhkan
memar dan nyeri pada bahunya ini, tapi remuk tulang pada
bahunya ini amat parah, dan rasanya kedua tangannya ini akan
lumpuh tolal." "ya..ya"tidak apalah Bao-sinse, lalu bagaimana dengan syaraf
dikepalanya?" tanya Han-fei-lun
"syaraf dikepalnya ini sepertinya ada harapan, karena hanya ada
penyumbatan dan darah beku, namun membutuhkan waktu."
"baik! tapi shinse dapat menjalankan pengobatannya kan!?"
tanya Han-sai-ku memastikan
"saya akan usahakan! dan saya akan memulai pengobatannya
besok Han-loya!?" jawab Bao-sinse
"syukurlah kalau demikian dan terimakasih sinse!" Han-Sai-ku
338 merasa lega, lalu mereka mengajak Bao-sinse keluar kamar,
setelah Bao-sinse kembali, mereka duduk diruang tengah
dimana Han-liu-tan dan Han-bouw-bian menunggu.
Keesokan harinya Bao-sinse datang dan memulai pengobatan
Han-kwi-ong, dan menurut Bao-sinse, sebelum memulai
pengobatan syaraf dikepala Han-kwi-ong, memar dibahu dan
punggung harus disembuhkan dulu, pengobatan itu dijalankan
selama satu minggu, dan hasilnya memang baik, Han-kwi-ong
sudah tidak merasa nyeri lagi, sehingga kesan meringis yang
selalu ditunjukkan air mukanya tidak muncul lagi. Dan dua hari
berikutnya Bao-sinse datang pagi-pagi sekali, llalu Han-sai-ku
yang sudah dicukur sehingga gundul dibawa kehalaman
belakang dan didudukkan di atas balai-balai yang sudah
dipersiapkan keluarga Han.
Bao-sinse menotok Han-kwi-ong sehingga tidak mampu
bergerak, kemudian ia mengeluarkan kantong jarumnya, lalu
dengan teliti dan hati-hati Bao-sinse menusukkan beberapa
jarum di bagian pelipis dan dibagian belakang kepala, setelah itu
mereka meninggalkan Han-kwi-ong duduk mematung di
halaman belakang, embun pagi membasahi kepala Han-kwi-ong
yang kelimis, dan keadaan itu berlangsung sampai matahari
terbit, setelah matahari terbit, Bao-sinse kembali dan mencabut
semua jarum, lalu membawa Han-kwi-ong kembali kedalam
rumah, dan pengobatan dilanjutkan besok paginya.
Kita tinggalkan Han-kwi-ong yang sedang menjalani pengobatan
dan mari kila lihat kewilayah utara tepatnya di kota Bianping
sebelah selatan kota Hehat, menjelang sore itu langit diatas kota
339 Bianping sangat mendung, beberapa toko sudah pada tutup dan
jalanan kota sudah sepi, dan beberapa saat kemudian angin
bertiup kencang seiring suara menderu menandakan turunnya
hujan lebat, seorang lelaki paruh baya berperawakan tinggi
melesat dari luar gerbang kota sebelah barat memasuki kota
Bianping, dan ia langsung menuju emperan toko untuk berteduh,
ia mengibas pakaiannya yang sedikit basah sambil
memperhatikan deretan bangunan disekitarnya
"sialan! Tidak ada likoan disekitar sini!" umpatnya jengkel sambil
berjalan mondar-mandir disepanjang emperan toko.
Lelaki yang sudah berumur itu memiliki wajah yang gagah
dengan kumis dan jenggot yang terpelihara baik, wajah simpatik
itu mengundang kekaguman, namun jangan salah dibalik itu
wajah tampan ini harus diwaspadai, karena lelaki gagah ini
sangat telengas, dia adalah orang yang telah merebak momok
menakutkan sepanjang wilayah utara belakangan ini, dia adalah
Han-ok-liang atau yang dikenal dengan julukan Pak-hek-liong,
dia telah membuat sengsara dan menebar maut pada penduduk
kota changcung, Shinyang dan Beijing, dan kali ini sedang
memasuki kota Bianping, dan yang jelas kota ini diambang
malapetaka dengan kemunculannya.
Berselang beberapa saat sebuah rombongan piauwsu
memasuki kota, dan beberapa piauwsu menoleh padanya
"heh kalian berhenti! teriak Han-ok-liang, ketua rombongan tidak
menggubris "jalan terus! jangan pedulikan gelandangan itu!" Han-ok-liang
mendelik marah "bangsat monyet-monyet buduk! berhenti kataku!" bentaknya
340 dengan marah, empat kuda tunggangan dan tiga kuda yang
menarik kereta meringkik karena terkejut, kontan sepuluh
piuawsu itu terperanjat dan mengehentikan langkah, karena
telingan mereka sontak berdenging dan jantung mereka
berguncang hebat, ketua rombongan itupun terkesiap karena
kuda yang ditungganginya hampir melemparkan tubuhnya.
Wajah ketua rombongan itu pucat dan menoleh Han-ok-liang,
hatinya kecut merasakan hebatnya bentakan yang mengandung
sin-kang tersebut, ia melihat anak buahnya semuanya pucat dan
bahkan empat orang duduk menggeloso ditanah dengan bibir
bergetar, dan satu diantaranya muntah-muntah
"a..ada apa tuan menyuruh kami berhenti?" tanya ketua
rombongan dengan nada bergetar
"huh! kamu tahu berhadapan dengan siapa!?"
"ti..tidak tuan, maafkan atas kelancangan saya, yang tidak
mengenal orang sakti"
"cih! sekarang kamu baru tahu orang sakti, cepat bawakan
payung! "ba..baik tuan." Ketua rombongan itu turun dari kudanya dan
mengambil sebuah payung kedalam kereta, lalu dengan langkah
bergetar ia mendekati Han-ok-liang, Han-ok-liang mengambil
kasar payung itu dari tangannya yang gemetar.
Han-ok-liang berjalan menuju kereta kud, setelah ia duduk
didalam dengan sinis ia berkata
"cepat jalankan kereta! dan biarkan empat orang yang tergeletak
itu! "ta..tapi tuan?" dari dalam kereta Han-ok-liang menyela
"heh monyet apa kamu mau membawa mayat dan
341 meletakkannya didalam kereta!?" ketua rombongan tercenung
lalu melihat melihat kebelakang dimana empat orang
anggotanya yang tergeletak, dan ternyata empat anggotanya itu
sudah meregang nyawa dengan hidung dan telinga
mengeluarkan darah, maka dengan terpaksa ia dan lima orang
anak buahnya menjalankan kereta kuda meninggalkan tempat
itu. Setengah jam kemudian mereka sampai di kantor piauwkiok,
pimpinan piauwkiok dan tiga orang piauwsu lain menyambut
kedatangan mereka, namun mereka heran melihat wajah ketua
piauwsu dan anggotanya pucat pias
"kalian kenapa" wajah kalian nampak pu?" ia tidak melanjutkan
kata-katanya karena saat Han-ok-liang keluar dari dalam kereta
"jangan banyak bertanya, cepat hidangkan makanan dan arak
untukku!" "heh.. kamu ini siapa!?" tanya pimpinan piauwkiok sedikit jengkel
karena merasa diperintah orang
"hehehe".kamu mau tahu siapa saya!" kesini!
ih"plak"plak?" Han-ok-liang tiba-tiba mengulurkan tangan
dan pimpinan piauwkiok mencoba berkelit, namun dua tamparan
entah bagaimana telah mendarat di kedua pipinya,
pandangannya nanar dan kepalanya pusing, sementara dikedua
sudut bibirnya pecah berdarah.
"heh! kalian cepat siapkan makanan dan arak sebelum aku
menghajar kalian semua!" bentak Han-ok-liang pada ketiga
piuawsu yang lain, tiga orang itu dengan hati kecut
melaksanakan perintah Han-ok-liang, sementara ketua
342 rombongan dan dua piauwsu mengangkat tubuh pimpinan
mereka. Han-ok-liang duduk dikursi makan dan menikmati hidangan yang
disediakan, sementara pimpinan piauwkiok dan tiga pembantu
utamanya berdiri dibelakang dengan rasa takut dan rasa
penasaran akan siapa yang telah mempecundangi mereka,
setelah Han-ok-liang selesai makan, ia berdiri dan membalik
badan "sekarang aku mau istirahat, karena hujan lebat dan angin
kencang membuat hawa dingin, jadi carikan wanita cantik untuk
menemaniku!" para piuawsu terkejut dan saling memandang.
"cepat kalian pergi ke rumah plesiran dan panggil ang-giok
kesini!" ujar pimpinan piuawkiok pada pembantunya, dua
pembantunya segera keluar untuk melaksanakan perintah.
Ketika malam tiba dan hujan masih mengguyur kota Bianping,
wanita bernama ang-giok pun datang, wanita muda berumur dua
puluh satu tahun berparas cantik lagi bermata bintang, wanita itu
dibawa kedalam kamar dimana Han-ok-liang sedang berbaring
malas-malasan "ini wanita yang dimaksud tuan!" Han-ok-liang menatap wanita
berparas ayu tersebut, mulutnya tersenyum puas
"bagus! sekarang kalian boleh keluar!" perintah Han-ok-liang,
dua piauwsu itu segera keluar dan menuju ruang tengah dimana
pimpinan mereka bersama piuawsu lainnya menunggu.
Han-ok-liang malam itu bermanja sayang dalam dekapan wanita
panggilan bernama ang-giok yang berpengalaman, sementara
para piuawsu diruang tengah saling kasak-kusuk
343 "siapakah dia liu-te! kalian bertemu dimana!?" tanya pimpinan
piuawkiok pada ketua rombongan
"kami bertemu di gerbang barat dan siapa dia, aku juga tidak
tahu Coa-pangcu." "hmh..apakah orang ini jangan-jangan adalah"..dia" sela
seorang piauwsu "siapa maksudmu Yap-te!?" tanya Coa-pangcu penasaran, dan
rekannya yang lain juga menatap pada she-Yap
"apakah ia ini mungkin adalah pak-hek-liong?" mendengar itu
mereka terkesiap dan makin takut
"kalau orang ini pak-hek-liong, habislah kita semua Coa-pangcu,
apa yang harus kita lakukan?" ujar she-Liu dengan bibir
bergetar, Coa-pangcu terdiam dan bingung akan berbuat apa.
"hmh".selagi kita menuruti kemauannya, nyawa kita
kemungkinan selamat!" desah Coa-pangcu
"benar! sebaiknya kita tidak membuat hal yang membuat dia
murka." sela she-Yap dan yang lain mengangguk membenarkan,
lalu merekapun bubar dan berusaha menenangkan diri, malam
itu semua piuawsu tidak dapat tidur karena takut dan was-was.
Keesokan harinya Han-ok-liang bangun saat matahari sudah
naik tinggi, ia membuka matanya dan menatap wajah ang-giok
yang cantik sedang tersenyum memandang padanya padanya
"tuan sudah bangun!" sapanya sambil menggelung rambutnya
yang kusut terurai, Han-ok-liang bangkit
"kamu tetap disini melayaniku Ang-giok!" Ang-giok tersenyum
manis dan dengan lembut ia berkata
"tuan! Aku mau dan senang melayanimu, tapi bagaimana
dengan Cia-ma ditempatku bekerja!?"
344 "itu biar aku yang urus, dan sekarang kamu temani aku mandi!"
ujarnya sambil turun dari ranjang
"hihihi.....tuan mau dimandiin" hihihi...marilah sayang! kita mandi
bersama." Ang-giok tersenyum genit nakal menggairahkan, lalu
keduanya keluar dari kamar.
Seorang pelayan berpapasan dengan mereka, pelayan itu
terkejut hendak menghindar
"tunggu dulu! hayo tunjukkan pada kami tempat mandi!"
"ba..baik tuan! mari sebelah sini!" sahut pelayan sambil
melangkah membawa orang yang membuat majikannya seperti
mati kutu, hatinya juga ikut was-was dengan keberadaan orang
yang katanya pak-hek-liong
"silahkan kedalam tuan!" ujar pelayan, Han-ok-liang dan anggiok masuk kedalam, dan sebelum menutup pintu Han-ok-liang
berkata sinis "katakan pada majikanmu! untuk mempersiapkan makanan


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk kami!" pelayan mengangguk lalu membalik badan untuk
menyampaikan hal itu kepada majikannya.
Coa-pangcu tanpa banyak komentar menyuruh para pelayan
menyiapkan hidangan, sementara diluar tiga puluh anak
buahnya duduk menganggur dengan hati bingung, kemunculan
Han-ok-liang membuat mereka kecut dan ketakutan, dan mereka
dari tadi pagi sudah dikumpulkan untuk bersiap-siap menghadap
pak-hek-liong, ketika pinpinan mereka keluar dan
menyampaikan bahwa pak-hek-liong sedang mandi dan
sebentar lagi akan makan, dan setelah itu mereka akan
menghadap, hal itu membuat jantung mereka makin berdebar.
345 Waktu yang mereka tunggu pun tiba, Coa-pangcu mengajak
mereka masuk kedalam dan menuju ruang tengah, diruang
tengah Han-ok-liang duduk didampingi Ang-giok yang sedang
bermanja, melihat kedatangan para piuawsu Ang-giok merasa
heran dan hendak bangkit dari pangkuan Han-ok-liang, namun
niatnya itu urung karena bahunya dipeluk Han-ok-liang sehingga
ia mandah saja. tiga puluh piauwsu itu duduk dengan wajah
ketakutan "ada apa!" kenapa kalian kesini dan menggangguku!?"
"maaf tuan, ka..kalau boleh tahu de..dengan si..siapakah kami
berhadapan?" tanya Coa-pangcu terbata-bata, Ang-giok makin
heran akan sikap para piauwsu, ia tidak menyangka bahwa
orang yang dilayaninya ini tidak dikenal oleh pemilik rumah,
sontak darahnya berdesir dipangkuan Han-ok-liang
"hehehe"heh pangcu! bukankah semalam kalian telah
memperkirakan siapa aku ini!"
"ja..jadi be..benar tu..tuan adalah pak-hek-liong?" ujar Coapangcu dengan bibir gemetar.
"benar! aku adalah pak-hek-liong, dan nyawa kalian akan
selamat , jika kalian menuruti segala perintahku, mengerti!?"
"ba-baik tuan! ka..kami akan menuruti segala perintah tuan."
sahut Coa-pangcu, Han-ok-liang tersenyum sinis
"bagus kalau begitu! dan sekarang kalian bekerja sebagaimana
biasa, untung bagi kalian hatiku sedang baik dan nyaman
bersama Ang-giok." ujar Han-ok-liang sambil menjawil dagu
Ang-giok, Ang-giok yang dari tadi terdiam dan tubuhnya bergetar
ketakutan setelah mengetahui orang yang sedang didepannya
ini. Ia memaksakan diri tersenyum manis
"dan kamu cantik! sangat menyenangkan hatiku,
hehehe"hehehe"!" rayu Han-ok-liang sambil meremas paha
346 Ang-giok, Ang-giok berusaha menenangkan hatinya supaya
modnya semalam tidak hilang dan membuat Han-ok-liang
tersinggung yang akan berakibat fatal baginya, Ang-giok menjerit
genit sambil mencubit sayang pipi Han-ok-liang, Han-ok-liang
tertawa lepas dan senang "kalian keluarlah! perintah pak-hek-liong, para piauwsu serentak
berdiri dan meninggalkan ruangan, sesampai diluar Coa-pangcu
menyuruh anggota kembali bekerja, para piauwsu pun kembali
bekerja, she-liu membawa beberapa piauwsu untuk
mengantarkan barang yang dibawanya semalam ketempat
tujuannya, sementara yang lain mengerjakan apa yang perlu
dikerjakan, Coa-pangcu dan tiga pembantunya berada didalam
kantor mengerjakan pembukuan dan hal lain.
Selepas siang seorang pelayan memasuki kantor dan menemui
Coa-pangcu "ada apa kamu kesini A-jin!?" tanya she-Yap, pelayan itu
membungkuk dan berkata "maaf pangcu! pak-hek-liong memerintahkan pada pangcu untuk
menyampaikan pada Cia-ma bahwa Ang-giok tidak akan
kembali." "hmh"apakah itu saja perintahnya!?" tanya Coa-pangcu
memastikan "benar pangcu dan sekarang saya permisi." Jawab A-jin,
"baik"sekarang pergilah kalian berdua dan katakan pada Ciama keinginan pak-hek-liong! ujar Coa-pangcu, she-Yap dan
seorang rekannya segera keluar dan pergi kerumah plesiran
dimana Ang-giok bekerja. 347 Cia-ma seorang wanita paruh baya dengan postur tinggi dan
kurus menyambut kedatangan she-Yap
"hihihi"Yap-pangcu kalian sudah datang, eh mana Ang-giok?"
she-Yap dengan senyum masam melihat Cia-ma clingak-clinguk
menatap keluar "maaf Cia-ma! Ang-giok tidak bisa kembali."
"aih"kenapa tidak bisa kembali, apa yang terjadi padanya,
apakah kalian telah mencelakakannya!" aduh.. rugi aku kalau
begini!" Cia-ma nyerocos dengan pertanyaan bertubi-tubi.
"Cia-ma! Ang-giok tidak kenapa-napa, ini demi keselamatan
kita!" "heh! apa maksud Yap-piauwsu!?" sela seorang lelaki yang
menjadi kepala pengawal Cia-ma, Yap-piauwsu menoleh pada
pengawal berbadan tegap dan kekar itu
"ketahuilah sicu! kota kita telah dimasuki oleh pak-hek-liong, dan
sekarang berada di tempat kami, jika anda tidak percaya!
pergilah kesana dan minta Ang-giok dari dekapannya!"
mendengar itu tiga pengawal Cia-ma terkesiap dan mereka
terdiam, lalu pengawal tadi berkata
"Cia-ma! kita tidak mampu berurusan dengan pak-hek-liong, dan
sebaiknya kita relakan saja Ang-giok bersamanya."
"aduh".rugi dong kalau begini! kan kamu tahu bahwa pembesar
Oey menginginkan dilayani Ang-giok nanti malam dan ia sudah
memberi panjar." keluh Cia-ma dengan wajah berkedut muram
"kami hanya ingin menyampaikan hal itu saja, dan sekarang
kami hendak permisi." ujar Yap-piauwsu
"heh! tunggu dulu Yap-piauwsu!" cegah kepala pengawal
"ada apa lagi sicu!?" tanya Yap-piauwsu menoleh, kepala
pengawal melangkah mendekati Yap-piauwsu
348 "sebaiknya Yap-piauwsu ikut menguatkan cerita ini pada orang
suruhan Oey-taijin."
"saya kira tidak perlu sicu!"
"tapi Yap-piauwsu! kalau tidak ia akan meminta denda pada
kami! tolong mengertilah kesulitan kami!" Yap-piauwsu
memandang rekannya "jika demikian Yap-twako! tidak mengapa jika kita memenuhi
permintaan dari pihak Cia-ma!
"baiklah kalau begitu! kapan utusan Oey-taijin menjemput Anggiok?" tanya Yap-piauwsu
"sebentar lagi, mari kita duduk!" pinta kepala pengawal, lalu
merekapun duduk "kalian urus baik-baik situasi ini Ma-kui!" perintah Cia-ma dengan
nada kesal "baik Cia-ma!" sahut kepala pengawal, Cia-ma berlalu dari
hadapan para pengewalnya dengan langkah melengang-lenggok
sambil menggerutu. Satu jam kemudian sebuah kereta bagus berhenti didepan
rumah bordil, empat orang pengawal berseragam dengan sigap
memasuki bangunan, Ma-kiu dan dua wakilnya menyambut
empat utusan tersebut "mana Ang-giok! Kami hendak menjemputnya!"
"maaf hiante, Ang-giok tidak bisa menemui taijin."
"heh! kenapa bisa begitu!" Ang-giok sudah dipanjar oleh taijin,
dan kalian tidak boleh mangkir!"
"maaf hiante, kami tidak bermaksud mangkir dari perjanjian,
namun sekarang Ang-giok ada ditempat dua piauwsu ini."
"kami tidak mau tahu! sekarang cepat bawa Ang-giok kesini
349 supaya kami antar kehadapan Oey-taijin!" ujar utusan itu tegas
sambil melirik dua piauwsu
Yap-piauwsu dan rekannya berdiri dengan hati masam karena
urusan yang berbuntut ini
"hiante! Ang-giok memang berada ditempat kami, dan para
hiante jangan memaksa demi kebaikan kita bersama."
"heh.. Ma-kui! dua piauwsu ini adalah pelanggan kalian,
perjanjian kalian kami tidak mau tahu, jika kalian mangkir! kalian
bayar denda tiga kali lipat pada Oey-taijin!" tuntuk utusan Oeytaijin
"kami tidak ingin mangkir hiante! kalau anda memaksa marilah
kita ketempat piuawsu ini dan bawalah Ang-giok dari sana!"
bantaj Ma-kui kesal, lalu ia keluar dengan langkah lebar
"heh... Ma-sicu! kamu mau buat celaka yah!?"
"utusan ini yang mau bikin celaka! hayo ikut aku ke sana dan
hadapi sendiri pak-hek-liong!" teriak Ma-kui jengkel
"apa!" Pak-hek-liong!" apa dia ada dikota ini!?" teriak para
utusan bersamaan "benar, ia bersama Ang-giok, kalau para hiante dapat membawa
Ang-giok dari tangan pak-hek-liong, kami akan bayar sepuluh
kali lipat pada Oey-taijin!" ujar Ma-kui menantang para utusan,
keadaan jadi hening, para utusan saling pandang.
"Oey-taijin pasti tidak akan senang, ini adalah resiko kalian!
kenapa melemparkan urusan celaka ini pada kami!?" ujar utusan
"baik! saya akan ke tempat piauwsun ini dan saya akan katakan
pada pak-hek-liong bahwa Oey-tajin memaksa Ang-giok
melayaninya, dan kalau tidak Oey-taijin akan menangkap Pakhek-liong!" Ma-kui membalik badan dan berlari, kontan Yap350
piauwsu dan yang lain-lain mengejar Ma-kui
"hei..tunggu dulu Ma-kui! teriak utusan Oey-taijin, Ma-kui
memperlambat larinya dan mereka dapat menyusulnya
"jangan nekat mencelakai majikan kami Ma-kui! baik kami akan
melaporkan pada Oey-taijin, bahwa Ang-giok tidak dapat dibawa
karena Ang-giok ada ditangan pak-hek-liong." ujar utusan.
"demikian lebih baik, kalian tahu!" karena adanya Ang-giok kami
masih selamat." ujar Yap-piauwsu. Ma-kui menatap Yappiauwsu
"pantas kalau begitu, sebab yang saya dengar dikota Beijing,
saat kemunculan pak-hek-liong dibarengi banyak pembunuhan
terjadi, maka saya heran bagimana kalian masih hidup" ujar Makui
"sudahlah Ma-kui, sekarang kami hendak kembali, takut pangcu
kami kenapa-napa." ujar Yap-piauwsu, lalu keduanya segera
berlalu, Ma-kui dan empat utusan kembali ke rumah bordil.
Tiga bulan kota Bianping masih aman-aman saja, tidak ada
makar yang ditimbulkan pak-hek-liong, hanya para warga sudah
banyak yang tahu bahwa pak-hek-liong ada dikota mereka, hati
mereka selalu was-was, Ang-giok memang telaten melayani
pak-hek-liong, dan malam itu seluruh piawsu terkejut mendengar
jeritan Ang-giok, pasalnya malam itu Han-ok-liang meminta Anggiok melayaninya, namun tiba-tiba Ang-giok muntah karena
sudah tiga hari perutnya terasa mual, karena jijik dan marah pakhek-liong menampari muka Ang-giok
"tidak"aouwh "jangan..aouwh"..tolooooong"." jerit Ang-giok
kesakitan "sialan kamu perempuan goblok! kamu muntah didepanku!
351 plak..plak?" "aouw".ti..tidak..jangan maafkan aku tuan"aku tidak bisa
menahan, aku..aku sedang hamil." Keluhnya sambil menangis
"bangsat! kamu hamil!?" bentak Han-ok-liang, lalu ia kembali
menampari muka Ang-giok, Ang-giok menjerit-jerit minta tolong,
namun tidak ada yang datang, para piauwsu malah keluar dan
melarikan diri, karena mereka yakin bahwa kemurkaan pak-hekliong akan merembet pada mereka, lalu pak-hek-liong kembali
mencengkeram rambut Ang-giok dan dengan kesal ia melempar
tubuh Ang-giok kedinding.
"mampus kamu perempuan sundal!"
"aouw..toloooong"!" lolongan Ang-giok terdengar histeris
merobek kesunyian malam saat tubuhnya melayang hendak
menghantam dinding, namun sebelum kepalanya membentur
dinding sebuah bayangan menangkap tubuhnya.
"cukup Ok-liang!" bentak bayangan itu sambil meletakkan Anggiok yang pingsan, dengan sorot mata tajam Han-ok-liang
menatap lelaki didepannya, hatinya sedikit kecut setelah
memperhatikan bahwa yang berdiri didepannya adalah musuh
besarnya Han-fei-lun., Han-fei-lun berketepatan malam itu
memasuki kota Bianping, dia meninggalkan kota Kunming tiga
bulan yang lalu saat hari pertama pengobatan syaraf Han-kwiong, ketika itu ia hendak mencari penginapan, namun ia
dikejutkan suara minta tolong Ang-giok, dengan cepat ia melesat
ke arah suara, dan ia heran melihat banyak para piauwsu yang
berlarian tunggang langgang, dengan mudah ia masuk kedalam
bangunan dan menuju suara umpatan yang terdengar dari
dalam kamar, saat ia membuka pintu jeritan histeris Ang-giok
352 terdengar, Han-fei-lun segera bertindak cepat menyelamatkan
Ang-giok yang dilemparkan ke arah dinding
"mampuslah kamu Fei-lun!" bentak Han-ok-liang sambil
menyerang hebat dengan pedangnya, Han-fei-lun berkelit
dengan cekatan dan sesekali melancarkan serangan balasan,
sabetan pedang Han-ok-liang dalam rangkaian bun-liong-kiam
mengawung mengicar tubuh Han-fei-lun dengan gencar, namun
yang diserang ini bukan orang sembarangan, dengan tenang
sang bengcu melayani permainan pedang yang belum ada
tandingan ini, kilatan pedang berkesiuran diantara bayangan
Han-fei-lun yang cekatan memainkan kipasnya, dan sesekali
terdengar suara dentingan ketika jemari Han-fei-lun menyentil
batang pedang. Han-ok-liang dengan gemas dan marah terus menyerang tapa
henti, datangnya serangan laksana air bah menerpa tubuh
Siauw-taihap, tapi Han-fei-lun tidak keteter walaupun diserang
sedemikian rupa, setelah berlalu seratus jurus lebih, Han-fei-lun
merubah pola perlawanan, dengan jurus "bun-sian-minling-ci"
(jari titah dewa sastra), ilmu su-hoat ini adalah ciptaan Han-feilun dari resapan ilmu pedang yang dikeluarkan Han-ok-liang,
dan tiga puluh jurus kemudian Han-ok-liang mulai terdesak,
tekanan totolan dari gagang kipas mulai membuat Han-ok-liang
kelabakan, serangan yang cepat dan tiba membuat Han-ok-liang
tercekat dan kebingungan.
Dan pada jurus ke lima puluh diawali dengan totolan gagang
kipas pada pergelangan tangan dan membuat Han-ok-liang
terkejut dan berusaha menarik kembali serangannya, disusul
353 dengan serangan jitu totolan dua buah jari yang datang dari
bawah mengarah bawah dagu, Han-ok-liang terkesiap dan
mencoba menebas lengan, namun entah bagaimana lengan itu
raib dan malah jemari itu mematuk pergelangan tangannya
"auh....! trang"tuk"..akh"tuk".tuk?" Han-ok-liang roboh
pingsan, pelipis kanan dan punggungnya kena hantam sodokan
secara bersamaan dan disusul dua totolan pada kedua bahunya.
Han-fei-lun melangkah mendekati Ang-giok yang sudah siuman,
wajahnya yang cantik babak bundas dan bengkak
"kamu ini siapakah nona?" tanya Han-fei-lun lembut
"aku..aku Ang-giok, apakah dia itu mati?"
"tidak"dia hanya pingsan, apakah keluargamu pemilik
piauwkiok ini?" "tidak ingkong, eh"kemana para piauwsu?"
"sepertinya mereka telah melarikan diri, kalau kamu bukan
keluarga piauwsu, lalu kamu siapa" Kemana saya harus
mengantar nona?" "saya penduduk kota ini, saya..saya...tiga bulan yang lalu
bekerja dirumah bordil, tapi sejak pak-hek-liong disini, saya


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibawa para piauwsu kesini."
"hmh.... begitu! lalu apa rencana nona selanjutnya?"
"saya tidak tahu ingkong, saya bingung, apakah yang ingkong
rencanakan setelah dia itu siuman?"
"saya Han-fei-lun! dan saya akan membawanya pulang."
"pulang!" pulang kemana" apakah dia ini keluarga ingkong?"
"benar nona! jadi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas
perlakuannya pada nona."
354 "ingkong! saya ini perempuan lemah, dan saya akan katakan
terus terang karena ingkong adalah keluarga pak-hek-liong,
sebenarnya saya sekarang sedang mengandung anaknya, jadi
saya benar-benar bingung harus bagaimana." Han-fei-lun
menarik nafas panjang dan sejenak berpikir
"baiklah jika demikian kenyataannya, pertama-tama memar di
wajahmu disembuhkan dulu, dan setelah itu kita akan pikirkan
bagaimana nantinya." ujar Han-fei-lun lalu ia membalik badan
dan melangkah mendekati Han-ok-liang dan mengangkatnya ke
atas ranjang. "dimanakah kita mendapatkan tabib dikota ini!?"
"dua blok dari sini ada toko penjual obat, pemiliknya adalah
seorang sinse." "baguslah! dan sekarang nona boleh istirahat dan besok kita
akan mengobati wajahmu."
"baik ingkong, saya akan kekamar sebelah." sahut Ang-giok, lalu
ia keluar dari kamar dan masuk untuk tidur dikamar sebelah, ia
membaringkan diri dan terkadang ia meringis karena nyeri
diwajahnya berdenyut sakit, dan saat larut baru ia dapat tidur.
Dan ketika ia bangun, Lai-sinse sudah berada diruang tengah
duduk bersama Han-fei-lun
"Lai-sinse sudah disini, kesinilah nona biar wajahmu diperiksa!"
ujar Han-fei-lun, Ang-giok duduk didekat Lai-sinse, Lai-sinse
dengan memeriksa keadaan Ang-giok, setelah itu Lai-sinse
mengeluarkan obat yang dibawanya
"pel ini makanlah setiap dua kali sehari, dan salep ini oleskan
tiap pagi, dalam tiga hari memar wajahmu akan sembuh!"
"terimakasih sinse!" Ang-giok menerima obat dan menghaturkan
355 terimakasih, lalu Lai-sinse berpamitan dan diantar Han-fei-lun
sampai keluar. Tiga hari kemudian wajah Ang-giok sudah sembuh, dan pagi itu
saat mereka baru saja selesai makan dan Ang-giok
membersihkan meja makan, tiba-tiba Han-fei-lun mendengar
pergerakan didepan rumah "ada orang yang datang!" gumamnya sambil bangkit dari kursi
dan keluar dari ruang makan, Ang-giok mengikutinya dari
belakang, didepan rumah ternyata Coa-pangcu dan empat orang
anak buahnya "Coa-pangcu!" seru Ang-giok, Coa-pangcu menatap Han-fei-lun
penuh selidik "apakah kamu baik-baik saja nona!?"
"aku baik-baik saja pangcu!" jawan Ang-giol
"lalu bagaimana dengan pak-hek-liong!?"
"apakah Coa-pangcu pemilik tempat ini?" sela Han-fei-lun
"benar ingkong." Jawab Ang-giok, Han-fei-lun merangkap kedua
tangannya dan menjura "maaf pangcu! saya Han-fei-lun dan telah berdiam dirumah
pangcu ini." "Han-fei-lun! eh kalau begitu saya sedang berhadapan dengan
bengcu!" teriaknya dengan hati gembira, lalu ia menjura dan
diikuti empat anak buahnya.
"tidak mengapa bengcu! kami yang harusnya berterimakasih,
karena dengan kedatangan bengcu, malapetaka yang
mengancam kota ini akan berlalu."
"pangcu jangan berlaku sungkan, marilah masuk dan kita bicara
didalam!" lalu merekapun masuk kedalam
356 "dimanakah pak-hek-liong, bengcu!?" tanya Coa-pangcu
penasaran "dia didalam kamar, kalian tidak usah mencemaskannya." Jawab
Han-fei-lun "hehehe"kami tentu tidak cemas, bengcu kan ada disini." ujar
Coa-pangcu dan diiringi tawa renyah para piauwsu, Han-fei-lun
menarik senyum sekilas "baiklah pangcu! karena anda sudah kembali, saya minta izin
untuk bicara berdua dengan Ang-giok!"
"oh..begitu, silahkan bengcu! sahut Coa-pangcu dengan senyum
sumigrah, Han-fei-lun berdiri dan diikuti oleh Ang-giok, keduanya
pergi kedalam kamar dimana Han-ok-liang tidur di atas ranjang,
keadaanya tidak jauh dengan Han-kwi-ong, lumpuh kedua
tangan dan hilang ingatan.
"ada apa ingkong!?" tanya Ang-giok heran
"nona Giok! Kedaanmu sudah pulih, dan empunya rumah sudah
kembali kesini, jadi mengingat keadaanmu yang sedang hamil,
sebaiknya kamu ikut saya kekota shinyang tempat tinggal
kerabatku ini, setelah ia sembuh percaya pada saya! Ia tidak
akan dapat berbuat jahat lagi padamu,bagaimana menurutmu!?"
"tapi siapa sajakah yang ada di sana?" tanya Ang-giok meragu
"disana ada istrinya dan mungkin juga putrinya." Jawab Han-feilun, Ang-giok terdiam dan lama berpikir, kemudian ia berkata
"jika memang demikian, sepertinya saya disini saja." ujar Anggiok
"apa kamu yakin dengan keputusanmu itu?"
"iya, sebab seandainya aku mengikutinya kesana aku tidak akan
merasa nyaman." "hmh"baiklah kalau begitu, mari kita keluar!" ujar Han-fei-lun
357 "sudah selesai pembicaraannya bengcu!" tanya Coa-pangcu
"sudah pangcu! tapi saya minta tolong pada pangcu untuk
mencarikan tempat tinggal bagi Ang-giok, bolehkah!?" Ang-giok
merasa haru betapa ingkong yang ternyata kerabat pak-hekliong ini demikian memikirkan keadaannya
"tentu..tentu bengcu, Ang-giok tempati saja rumah si A-keng dua
blok dari belakang kantor ini!"
"si A-keng itu siapa pangcu!?" tanya Han-fei-lun
"dia adalah pegawai saya, namun dia telah tewas ketika bertemu
dengan pak-hek-liong, jadi saya akan serahkan rumah itu pada
nona giok." "oh pangcu baik sekali, saya haturkan banyak terimakasih pada
pangcu, dan sekali lagi saya minta maaf atas perbuatan pakhek-liong.
"ah..tidak apa-apa bengcu!" sahut Coa-pangcu sedikit heran
kenapa bengcu minta maaf padanya atas kejahatan pak-hekliong, tapi karena ia tahu bengcu ini sangat bijaksana, ia tidak
terlalu jauh memikirkannya.
Lepas siang hari Han-fei-lun dan Coa-pangcu mengantarkan
Ang-giok kerumah yang dimaksud, Coa-pangcu dan anak
buahnya heran melihat pak-hek-liong berjalan dengan
pandangan kosong dan penurut ketika pundaknya didodorong
Han-fei-lun, sesampai dirumah bekas si A-keng, Han-fei-lun
melihat-lihat kedaan rumah diikuti oleh Coa-pangcu
"sekali lagi saya ucapkan terimakasih pada Coa-pangcu yang
telah berbaik hati pada Ang-giok." ujar Han-fei-lun
"hehehe..bengcu jangan membuat saya malu, ini belum
seberapa dibanding jasa bengcu yang telah menyelamatkan
kota kami dari tangan jahat pak-hek-liong, kalau tidak ada lagi
358 bengcu kami hendak pamit karena saya harus kembali
mengumpulkan pegawai saya yang kemarin berlarian."
"bai...baik silahkan pangcu dan saya juga hendak melanjutkan
perjalanan." Coa-pangcu menjura dan dibalas Han-fei-lun,
kemudian merekapun berlalu.
"terimakasih inkong yang telah demikian banyak memikirkan
keadan saya serta membantu saya, uuu..uuu..hiks..hiks..." Anggiok tidak kuasa menahan rasa harunya sehingga tangisnya
tidak terbendung "sudah nona giok! Hanya ini yang dapat saya lakukan akibat dari
perlakuan adik saya yang telah menyengsarakan nona."
"ingkong! Jika anak saya lahir, bolehkah ia berkunjung ketempat
inkong?" "tentu Ang-giok! anakmu adalah kerabat kami, demikian juga
kamu, dan satu lagi kalau kamu izinkan saya akan memberikan
nama pada anakmu ini."
"tentu....jika anakku lahir akan kunamakan dia dengan nama
pemberianmu ingkong, siapakah namanya ingkong?"
"jika anakmu nantinya laki-laki beri nama ia dengan Han-liangfei, tapi jika perempuan beri nama ia Han-bwee-lian." ujar Hanfei-lun.
"baiklah ingkong dan banyak terimakasih atas semuanya!" Hanfei-lun mendehem lalu mendekati Han-ok-liang
"sekarang kami permisi dan jagalah dirimu baik-baik!" Ang-giok
mengangguk, dan melangkah mengikuti Han-fei-lun sampai
dipintu melepas kepergian Han-fei-lun dan Han-ok-liang.
Han-fei-lun melakukan perjalanan cepat, dan tiga minggu
kemudian disaat senja mereka memasuki kota Beijing, Han-fei359
lun membawa Han-ok-liang memasuki sebuah penginapan,
beberapa pelanggan segera menyingkir ketika melihat Han-okliang, bahkan pemilik likoan dengan terbata-bata mendekati
sambil menjura berulang-ulang
"ampunkanlah kami tuan..ka"kami ja..jangan dicelakai, apapun
permintaan tu..tuan akan ka..kami penuhi." Han-fei-lun mengerti
akan hal yang janggal dari orang-orang disekitarnya ini, tentunya
warga kota ini telah dizalimi oleh Han-bun-liong pikirnya
"loya! jangan khawatir, pak-hek-liong ini tidak akan berulah lagi
di tempat ini, sekarang dia bersama saya, nama saya Han-feilun." pemilik likoan terkesima mendengar nama pemilik suara
bernada lembut itu, ia mendongak dan menatap wajah arif
didepannya "benarkah bengcu yang ada didepan saya!?" tanyanya
memastikan dengan wajah sedikit cerah
"benar loya! saya dari kaifeng." Jawab Han-fei-lun, pemilik likoan
segera berdiri dengan wajah gembira lalu kemudian menjura
"syukurlah jika bengcu telah menawan penjahat ini, eh silahkan
duduk Han-taihap, bengcu mau pesan apakah?" Han-fei-lun
tersenyum ramah "loya! tolong disediakan makanan dua porsi untuk kami, dan
minumannya teh saja."
"baik bengcu, akan segera kami hidangkan!" sahut pemilik likoan
seraya berbalik dengan hati ringan, dua pelayan segera
diperintahkan untuk melayani Han-fei-lun, sementara para tamu
yang tadi sempat menyingkir dan melihat kelakuan pemilik
likoan, ketika melihat wajah pemilik likoan berubah cerah, hati
mereka lega dan mereka memberanikan diri kembali kemejanya.
360 "kembalilah tuan-tuan! jangan takut! dia ini bersama saya, dan
maaf atas ketidak nyamanan ini!" teriak Han-fei-lun dengan
seulas senyum ramah. para tamu yang masih mmeragu segera
kembali memasuki likoan dan duduk kembali untuk melanjutkan
makannya yang sempat terhenti.
Dua orang pelayan menghidangkan pesanan Han-fei-lun
"silahkan bengcu! dan kalau masih ada hal lain, bengcu panggil
kami saja" ujar pelayan dengan senyum ramah
"terimakasih siauw-sicu!" sahut Han-fei-lun tersenyum, dua
pelayan itupun undur dan berdiri disisi kasir. Han-fei-lun dengan
perlahan menyuapi Han-ok-liang yang kalem dan tidak banyak
tingkah, ketika ia mengunyah makanan matanya ikut berkedipkedip, hal itu tidak luput dari perhatian para pengunjung, dan
mereka sangat heran karena mengingat setengah tahun yang
lalu pak-hek-iong sangat sadis dan kejam menebar mau di kota
ini. Setelah Han-ok-liang kenyang, Han-fei-lun baru menyantap
makanannya, dengan tenang ia mengunyah makanannya tanpa
memperdulikan para tamu yang nyaris memperhatikan mereka,
tidak lama kemudian Han-fei-lun selesai, lalu ia melambai pada
dua pelayan yang siap menanti panggilannya
"iya bengcu! apa yang dapat kami bantu!?" tanya pelayan
dengan ramah "siauw-sicu! kami hendak menginap barang semalam , kamar
masih adakan?" "masih"kamar ada bengcu!" sahut pelayan sigap
"baguslah kalau begitu." ujar Han-fei-lun sembari berdiri
"apakah sekarang bengcu!?" tanya pelayan itu,
361 "benar siauw-sicu antarkanlah kami!"
"baik! Marilah bengcu!" sahut pelayan itu dan membawa Han-feilun kelantai atas, sementara rekannya membersihkan meja
bekas makan keluarga Han.
Apa yang terjadi dilikoan itu menjadi berita hangat keesokan
harinya, hati mereka lega bahwa bengcu telah turun tangan dan
menundukkan pak-hek-liong,
"kira-kira kenapa yah bengcu demikian perhatian bahkan
katanya bengcu menyuapinya makan." ujar lelaki memulai
pembicaraan dikedai kopi itu
"benar! Aku juga heran Can-twako! kenapa tidak sekalian di
bunuh saja." sahut rekannya
"ah..kalian kan tahu bagaimana sikap bengcu, bengcu itu orang
arif budiman." sela orang ketiga
"sikap bengcu memang kita faham, hanya yang buat penasaran
adalah melelahkan diri mengurus orang jahat seperti pak-hekliong!" sahut she-Can
"hehehe"itu artinya kamu tidak paham akan sikap bengcu!
tentu ada sebab bengcu tidak tega menelantarkannya, dan saya
dengar pak-hek-liong seperti orang bodoh atau mungkin hilang
ingatan." sahut orang ketiga.
"sudah ah".aku pulang dulu mau buka toko kelontong! entar
berabe jika terlambat, bakal diomelin orang rumah!" ujar sheCan bergegas pergi, dua temannya senyam senyum melihat
kepergian she-Can. Kota Shinyang hari itu sangat sibuk sebagaimana biasanya,
demikian pula di ditempat hek-liong-piauwkiok (ekpedisi naga
hitam) para piauwsu sibuk membongkar muat barang, berselang
362 beberapa jam kemudian dua rombongan piauwsu
diberangkatkan, seorang perempuan cantik berumur dua puluh
tigaan keluar dari kantor piauwkiok dan memberikan surat-surat
pada dua ketua rombongan dan beberap wejangan.
Setelah rombongan itu berangkat, para piauwsu yang lain
kembali merapikan gudang, sementara wanita cantik yang tiada
lain adalah Han-liu-ing putri dari Han-ok-liang masuk kembali
kedalam kantor diikuti dua pembantu utamanya
"bagaimana dengan barang Kao-tihu, apakah kita kesana yang
menjemput atau mereka antar kesini! paman Wan!?"
"kita menjemput barang ketempat Kao-tihu, pangcu!" jawab
Wan-bu "baik kalau begitu, segeralah suruh A-cuen dan yang lain
kesana!" perintah Han-liu-ing
"baik pangcu!" jawab Wan-bu dan segera keluar dari kantor, Acuen dan empat rekannya membawa kereta kuda menuju rumah
Kao-tihu. Saat menjelang siang A-cuen sudah kembali ke kantor
piauwkiok, lalu beberapa piauwkiok segera mengangkat
beberapa karung beras kedalam kereta, Wan-bu dan Kao-ban
memandori para piauwsu sekaligus mengkroscek barang
bawaan dan menyesuaikan dengan surat jalannya, Han-liu-ing
keluar dari dalamm kantor, ia baru saja selesai membuat kuitansi
barang untuk diserahkan pada penerima barang ditempat tujuan,


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

namun saat matanya melihat kearah jalan ia berteriak gembira
"pek-pek"!" serunya sambil berlari mendapatkan Han-fei-lun,
Han-fei-lun tersenyum "bagaimana kabarmu Ing-ji!?" sapanya dengan senyum
363 mengembang "aku baik-baik saja Lun-pek! eh bukankah ini ayah!?" serunya
setelah matanya memperhatikan orang disamping pek-peknya.
"benar! ia adalah ayahmu Ing-ji." Han-liu-ing heran melihat
tatapan ayahnya yang kosong
"mari kita kedalam pek-pek!" ujar Han-liu-ing, para piauwsu juga
berhenti bekerja memperhatikan tamu yang datang, hati mereka
juga penasaran melihat majikan tua mereka seperti mayat
berjalan. "apa yang terjadi dengan ayahku pek-pek!?"
"Ing-ji! sebelumnya pek-pek minta maaf padamu dan ibumu!
karena kedua tangan ayahmu sudah lumpuh dan untuk
sementara hilang ingatan, dan yang melakukan ini adalah pekpek sendiri" Han-liu-ing termanggu.
"hmh".mungkin memang harus begini baru ayah dapat
dikendalikan." "pek-pek juga berpikir demikian, bukankah sebaiknya kita
membicarakan hal ini dirumah kalian!?"
"baiklah! tapi pek-pek tunggulah sebentar, saya selesaikan dulu
urusan disini!" Han-fei-lun mengangguk, Han-liu-ing segera
keluar dan berbicara dengan kedua pembantunya, setelah itu ia
masuk kembali dan mengajak pek-peknya keluar, lalu mereka
naik kereta kuda menuju selatan kota dimana ia tinggal bersama
ibunya. Sesampai dirumah, Han-hujin tidak menyangka bahwa anaknya
datang bersama suaminya, hatinya sedih dan nelangsa melihat
keadaan suaminya, namun setelah mendengar cerita tentang
sepak terjang suaminya yang semakin menjadi-jadi, hatinya juga
364 rela bahwa beginilah mungkin yang terbaik bagi suaminya.
"kapan pengobatannya dilakukan kakak ipar!?" tanya Han-hujin
"secepatnya lebih baik Lan-moi, ing-ji! pergilah panggil tabib
kemari!" "baik pek-pek!" sahut Han-liu-ing dan iapun segera pergi, tidak
lama Han-liu-ing datang bersama Yang-sinse, setelah Yan-sinse
memeriksa keadaan Han-ok-liang ia berkata
"Han-loya mengalami sumbatan pada syarafnya, saya tidak
pernah menangani pasien seperti ini, jadi maaf tuan! saya tidak
mampu." Han-liu-ing dan Han-hujin menatap Han-fei-lun
"apakah sinse tidak ada jalan atau mengetahui siapa yang dapat
kami minta tolong!?"
"hmh".cobalah Han-loya menemui Tan-sinse didesa cinbun,
mungkin dia dapat menolong!"
"baiklah Yang-sinse dan terimakasih, Ing-ji! antarkanlah sinse!"
"baik pek-pek dan sekalian aku pergi kedesa cinbun menemui
Tan-sinse." sahut Han-liu-ing, lalu mengajak Yang-sinse keluar..
Menjelang malam Han-liu-ing tiba bersama Tan-sinse, Tan-sinse
segera dibawa kekamar dan memeriksa Han-ok-liang, Tan-sinse
termanggu meneliti bagian kepala Han-ok-liang
"Han-loya dapat pulih kembali, hanya saja ramuan obatnya tidak
ada pada saya, kita harus ke changcun dulu untuk
mendapatkannya." ujar Tan-sinse
"apakah ramuannya Tan-sinse!?" tanya Han-fei-lun
"untuk meracik obatnya, saya butuh akar bunga bulan."
"bagaimanakah bentuk bunga bulan ini?"
"bunga bulan ini batangnya sebesar lengan dan paling tinggi
hanya satu meter, daunnya seperti daun sirih hanya saja ada
365 bercak bulat putih di bagian belakang daunnya."
"apakah penduduk kota changcun kenal dengan bunga bulan
ini?" tanya Han-fei-lun
"orang kebanyakan mungkin tidak, tapi kalau penjual obat pasti
tahu." jawab Tan-sinse
"baiklah sinse, saya akan kesana untuk mengambil bunga itu."
ujar Han-fei-lun "baiklah kalau begitu Han-loya, dan setelah bunga itu
didapatkan, sebaiknya diantar ketempatku, dan aku akan
meraciknya dirumah."
"baik sinse dan terimakasih." sahut Han-fei-lun, lalu Tan-sinse
dajak makan bersama, setelah itu Tan-sinse dibawa kekamar
tamu untuk istirahat. "sebaiknya saya saja yang pergi kekota changcun, pek-pek!"
Han-fei-lun meraih cangkir teh diatas meja dan menyeruputnya
perlahan, lalu kemudian meletakkannya kembali
"biar pek-pek saja, kamu tetaplah disini dan mengurus
pekerjaanmu!" Han-liu-ing tidak membantah lagi, karena suara
pek-peknya demikian kuat dan hatinya harus tunduk.
"bagaimanakah kabar adik ipar sian-hui!?" sela Han-hujin
mengalihkan pembicaraan "semoga saja hui-moi baik-baik saja, karena ia sekarang berada
diwilayah timur, Lan-moi"
"jika mendengar cerita pek-pek, apakah mungkin yang beraksi di
wilayah timur adalah paman Bun-liong!?" sela Han-liu-ing
"besar kemungkinan Ing-ji, semoga bibimu dapat mengatasinya."
sahut Han Fei-lun. "jika mengingat pertarungan paman dan bibi di "kui-san" aku jadi
khawatir pek-pek." ujar Han-liu-ing
366 "kita doakan saja Ing-ji, semoga bibimu tidak mendapat celaka."
sahut Han-fei-lun "lun-ko! sebaiknya istirahat saja, tentunya sudah lelah setelah
melakukan perjalanan panjang." sela Han-hujin
"benar Lan-moi, kamu juga istirahatlah Ing-ji!" sahut Han-fei-lun.
Han-liu-ing mengangguk, Han-fei-lun masuk kekamar yang telah
disediakan, sebentar saja ia sudah pulas tertidur.
Aktivitas penduduk Kota Nanjing nampak lesu, wajah para
penduduk kusut dan muram, kondisi ini sudah berjalan lebih satu
tahun, beberapa bangunan dalam satu gang nampak sepi
karena tidak satupun toko yang buka karena memang tidak lagi
berpenghuni, bahkan dibagian selatan kota banyak sudah
bangunan yang rusak dan hancur, hal itu disebabkan kebakaran
yang terjadi setahun yang lalu, kota ini terkesan penuh tekanan
dan terlantar. Ditengah-tengah kota ada sebuah bangunan yang sangat besar
dan mewah, hal yang menyolok memang jika dibandingkan
dengan bangunan-bangunan lain, bangunan mewah dan besar
itu terdiri dari empat tingkat, memiliki halaman luas yang
ditumbuhi aneka macam bunga, dan pintu gerbang besar
berhiaskan gapura singa dari batu pualam, dibagian belakang
bangunan masih terdapat tanah yang luas, dibagian dalam
bangunan tiap tingkat memiliki ruang tengah dengan aneka
barang antik, kemudian lebih kedalam terdapat beberapa kamar
dan ruang makan yang luas.
Penghuni bangunan itu, disamping seratus pelayan ada empat
orang, yakni seorang pemuda tampan berumur dua puluh lima
367 tahun, dia adalah Han-bun-liong yang berjulukan "toat-bengkiam-ong" dan setelah ia mencengkram kota Nanjing setahun
yang lalu, warga kota memanggilnya dengan tuan timur, lalu
yang kedua adalah wanita paruh baya berumur empat puluh
tujuh tahun, namanya Coa-kim, dikalangan kangowu ia dikenal
dengan julukan "in-sin-ciang", kemudian orang ketiga adalah
lelaki tua berumur tujuh puluh tahun dikenal dengan sebutan
"ban-pi-sin-lo" lalu yang keempat adalah perempuan tua
berumur enam puluh lima tahun berjulukan "ban-eng-li-mo".
Siang itu tuju buah kereta besar dikawal dua puluh orang
bertubuh kekar dan berwajah sangar memasuki halaman
bangunan, kereta terus dibawa kebagian kanan bangunan,
dimana terdapat sebuah bangunan tersendiri berupa gudang,
dua puluh orang itu segera membongkar muat isi tujuh kereta
yang terdiri dari berkarung-karung beras dan gandum, setelah
semua muatan tujuh kereta masuk gudang, kepala pengawal
menemui ban-eng-li-mo yang mengurus bagian pangan tersebut,
kepala pengawal melaporkan hasil pekerjaan mereka.
Menjelang sore dua buah kereta dikawal sepuluh orang
berperawakan kuat, mereka membawa aneka senjata seperti
pedang, golok, joan-pian, tongkat, didepan pintu masuk sebelah
kiri kereta berhenti, lalu bebrapa laki-laki yang membongkat
karung beras tadi membongkar muatan kereta yang terdiri dari
empat buah peti, isi peti berupa barang berharga berupa
perhiasan, barang antik dan pundi uang, dua orang dari mereka
sudah lebih dulu naik ketingkat dua untuk menemui "ban-pi-sinlo" yang menangani urusan upeti dan pajak dari luar kota
Nanjing. 368 Dan pada malam harinya sebuah kereta masuk kehalaman
bangunan dikawal empat orang, dan masuk melalui pintu
sebelah kiri, kepala pengawal langsung menemui Coa-kim
dilantai tiga melaporkan pungutan pajak warga kota Nanjing
berupa pundi-pundi uang, aktiviatas mereka hari itu selesai, lalu
Coa-kim naik ketingkat empat demkian juga Ban-pi-sin-lo dan
ban-eng-li-mo, Han-bun-liong sudah menunggu mereka dimeja
makan yang sudah dipenuhi aneka makanan lezat yang dimasak
oleh juru nasak yang handal, sambil bercakap-cakap tentang
aktivitas hari itu mereka bersantap malam, sementara seratus
pelayan makan di tingkat pertama dan tujuh puluh pengawal
makan ditingkat dua. Melihat hirarki penghuni yang ada dalam bangunan itu, Han-bunliong pantas dipanggil tuan timur yang laksana seorang raja kecil
di kota Nanjing, setelah makan, mereka berbual sambil minum
arak sampai larut malam, dan jika hendak istirahat, mereka
kembali ketingkat masing-masing, Han-bun-liong atau kita
panggil tuan timur masuk keperaduannya dan disana tujuh orang
gadis cantik menyambutnya dengan senyum cerah dan
menawan serta siap melayaninya.
Keesokan harinya aktivitas ditempat tuan timur mulai
menggeliat, tujuh puluh tukang pukul berangkat menuju tempat
operasi masing-masing, seratus pelayan demikian juga, ada
yang bagian bersih-bersih ruangan, ada bagian membersihkan
barang antik, ada yang bagian luar membersihkan taman dan
bunga, sementara Tuan-timur dan tujuh selirnya masih enakenakan bersenda gurau di atas ranjang, lain hal dengan Coa369
kim, ban-pi-sin-lo dan ban-eng-li-mo ketiganya masih pulas
tertidur. Dari gerbang kota sebelah utara seorang gadis cantik
berpakaian warna hijau berjalan memasuki kota nanjing, sebuah
kipas terselip dipinggangnya yang ramping, dibahunya tersampir
sal warna putih, panas hari itu menyengat sehingga membuat
pipi ranum gadis yang berkulit putih itu sedikit memerah,
lehernya yang jenjang basah oleh keringat, demikian dibagian
pelipisnya basah sehingga sinom rambutkan melekat menambah
keanggunannya yang menawan, debu yang melekat
disepatunya menandakan ia dari perjalanan jauh, dan
demikianlah memang, karena sebagaimana diketahui, bahwa ia
diperintahkan saudaranya untuk mengusut tirani yang melanda
wilayah timur. Gadis menawan itu adalah Han-sian-hui yang berjulukan "kongciak-bi-siucai" (sastrawan cantik dari lembah merak) adik dari
"siauw-taihap" bengcu dunia persilatan, setelah memasuki pusat
kota, Han-sian-hui masuk ke dalam sebuah likoan, pengunjung
likoan itu terbilang sedikit, karena hanya ada lima meja yang di
isi oleh pengunjung diantara lima belas meja makan yang
tersedia, seorang pelayan tua dengan senyum ramah
menyambut dan mengajaknya duduk
"lopek! tolong makanan dan lauk ikan lele, serta air putih saja."
"hehehe..baik siocia! sabar akan kami persiapkan untuk siocia!"
sahut pelayan itu, lalu membalik badan.
Tidak lama pesanan Han-sian-hui pun dihidangkan, dengan
ramah pelayan tua itu mempersilahkan, Han-sian-hui tersenyum
370 dan memulai makannya, dengan tenang ia mengunyah dan
menikmati makannya, sementara dimeja lain pelayan sibuk
membersihkan bekas makan pengunjung yangsudah selesai,
lalu terdengar teriakan ramah pelayan tua menyambut
kedatangan seorang tamu, tamu itu adalah lelaki yang sudah
berumur,kira-kira tiga puluh tahunan, wajahnya biasa-biasa saja,
pakaiannya warna hitam dan kelihatan kumal karena debu
perjalanan, rambutnya yang ikal diikat kuncir kuda dengan pita
warna putih, dari balik punggungnya tersembul gagang pedang
beronce kuning, ia tersenyum memerima sambutan pelayan tua
"silahkan duduk kongcu!" ujar pelayan tua
"terimakasih lopek! tolong segera hidangkan makanan terbaik
kalian, dan satu kati arak!"
"baik koncu! segera akan disiapkan!" sahut pelayan tua dan
kemudian ia membalik badan, lelaki itu memperhatikan
sekelilingnya, sorot matanya demikian bening dibawa alisnya
yang hitam melengkung laksana golok kembar, dan saat ia
melihat Han-sian-hui yang sedang makan, matanya terhenti
karena terpana oleh kecantikan yang terpampang
dihadapannya, Han-sian-hui tidak memperhatikannya, sehingga
lelaki itu lebih leluasa mengagumi wajahnya, namun lelaki itu
malu sendiri dan merasa tidak pantas, lalu ia mengalihkan
pandangan keluar likoan dan didepan dua oarng tamu laki-laki
dan perempuan paruh baya masuk kedalam likoan dan segera
disambut seorang pelayan,
Pesanan lelaki itu tiba dan dihidangkan didepannya, lalu ia pun
bersantap dengan lahap, kelihatan benar bahwa lelaki itu
memang sangat lapar, Han-sian-hui telah menyelesaikan
371 makannya, dan mejanya telah dibersihkan kembali oleh seorang
pelayan, ketika Han-sian-hui berdiri dari kursinya, dua orang
lelaki kekar memasuki likoan, pemilik likoan segera keluar dari
balik mejanya untuk menyambut kedua tamu berwajah garang
itu "silahkan duduk dulu tuan, dan tuan-tuan hendak minum apa?"
tanya pemilik likoan, karena pemilik likoan sedang menyambut
tamu, Han-sian-hui yang tadi berdiri lalu duduk kembali dan
memperhatikan kedua tamu itu.
"minum arak saja Cia-loya!" sahut salah seorang dari keduanya
yakni lelaki kekar bercambang lebat, Cia-loya segera dengan
kebelakang dan mengambil dua guci kecil arak, lalu ia
menghidangkan sendiri di atas meja kedua orang tersebut.
"siapakah kedua orang ini?" pertanyaan itu menggelayut dibenak
Han-sian-hui melihat kejanggalan dan perlakuan istimewa dari
pemilik likoan, Han-sian-hui mengetahui betul bahwa air muka
pemilik likoan itu terkesan takut pada dua orang tamunya ini.
Hal-hal seperti ini menurut Han-sian-hui patut untuk diperhatikan
sehubungan tugasnya menyelidiki tirani yang melanda wilayah
timur. dan hal ini boleh jadi akan menghantarkannya pada
keberadaan "toat-beng-kiam-ong".
Setelah kedua orang itu menghabiskan araknya, Cia-loya segera


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemeja kasir, dan mengambil dua pundi uang, dengan sikap
patuh yang dibuat-buat dan senyum yang dipaksakan, Cia-loya
memeberikan dua kantong pundi itu.
"bagus! kalau beginikan enak, kita tidak capek-capek!
Hahaha..hahaha?" ujar orang yang bercambang sambil tertawa.
"sepertinya telah terjadi pemerasan didepan mataku, tidak bisa
372 aku berpeluk tangan menyaksikan ketidak adilan ini!" ujar lelaki
berambut kuncir kuda dengan seulas senyum lucu dan
memandang kedua orang itu dengan sorot mata tajam.
"sialan! hendak berlagak didepan tuanmu yah!" bentak
sicambang mambalas melototkan matanya
"sudahlah kongcu! kongcu jangan membuat kami makin merasa
sulit!" pinta Cia-loya tidak pada lelaki pengelana itu
"hehehe"loya! yang begini ini tidak boleh dibiarkan." sahut
pemuda itu masih sempat tertawa.
"baggsat! maksud bagaimana!?" bentak kawan sicambang, lelaki
berjenggot kasar "heh! maksudku jelas, akan menghajar orang-orang aniaya
seperti kalian ini!" sahut lelaki kelana itu tenang, wajah dua
orang merah karena marah, lalu sijenggot kasar melayangkan
tanggan hendak memukul wajah lelaki kelana
"buk"auh"brak?" sijenggot kasar menjerit dan tubuhnya
terhuyung melabrak meja, si jenggot kasar bangkit dengan hati
jengkel dan marah, ia tidak menyangka bahwa tidak hanya
pukulannya yang luput malah wajahnya kena bogem dan
tersungkur. Sicambang dengan dengan marah menedang meja dihadapan
lelaki kelana itu, namun ia kecelik ketika meja itu terangkat dan
melayang menghantam dadanya
"iigh"brak". " sipemuda kelana tersenyum-senyum dan
melangkah mendekati dua orang itu, dan dengan bersamaan
kedua orang itu menyerang, namun dengan gerakan gesit
silelaki kelana mamapaki dua serangan itu
"plak-buk"buk"des?" kedua orang itu mengaduh memagangi
373 perut yang terasa mual karena jadi sasaran tendangan dari
sipemuda kelana. "cepat kembalikan uang yang kalian peras dari loya ini!" bentak
lelaki kelana itu, kedua orang itu berusaha bangkit dan
sicambang meletakkan dua kantong pundi uang di atas meja
"tunggulah disini! urusan ini belum selesai! ancam sijenggot
kasar, lalu keduanya pergi sambil menahan nyeri.
"celaka..celaka".celaka kalau sudah begini." Keluh Cia-loya
dengan wajah pucat "loya tenang saja, aku akan bertanggung jawab akan akibat dari
kejadian ini." ujar lelaki kelana dengan tenang.
"kamu..kamu tidak tahu berhadapan dengan siapa kongcu! kalau
hal ini sampai kepada tuan timur, binasalah saya, hancurlah
semua uuuu"uuu"..uu".." keluh Cia-loya lalu menagisi
dirinya, melihat kelakuakn pemilik likoan si pemuda kelana jadi
serba salah dan bingung. "loya tidak usah cemas! kami "goat-kiam-siang" (sepasang
pedang bulan) akan ikut membantu mengatasi keadaan ini." sela
lelaki paruh baya. "benar loya!" tambah teman wanitanya, Cia-loya menatap
pasangan pendekar itu, namun hatinya masih kecut dan tidak
yakin, tapi ia menghentikan tangisnya dan berdiri, lalu pergi
kebelakang "terimakasih siang-taihap telah sudi bahu membahu melawan
ketidak adilan." Ujar silelaki kelana sambil merangkap tangan
sambil menjura "sama-sama taihap! dan kalau boleh tahu siapa dan
darimanakah taihap?" tanya lelaki itu.
374 "saya adalah kam-ci-kun dari qingdao." jawab silelaki kelana
"saya adalah Lu-seng dan ini istri saya bao-bian, kami dari
lembah bulan didaerah kanglam." sahut Lu-seng
memperkenalkan diri dan istrinya
Han-sian-hui berdiri dan melangkah hendak kemeja kasir
"maaf nona!" seru Kam-ci-kun, mendengar seruan itu Han-sianhui berbalik
"ada apakah taihap" kenapa minta maaf?" tanya Han-sian-hui
"meminta maaf karena mungkin dirasa lancang menyeru nona!
dan saya yakin nona adalah orang persilatan yang tidak sudi
melihat kezaliman!?"
"lalu maksud taihap bagaimana, jika benar" lalu bagaimana jika
tidak?" Han-sian-hui balik bertanya
"hehehe"nona membuat bingung saya saja, karena sayang jika
nona tidak memiliki pendirian tentang zalim dan adil."
"lalu bagaimanakah sikap taihap menghadapi orang seperti itu?"
"saya hanya menyayangkan sikapnya!"
"sudahlah Kam-sicu, adat orang didunia persilatan memang
aneh-aneh, jadi kenapa diperdebatkan?" sela Lu-seng, Hansian-hui tersenyum
"terimakasih taihap atas kebijaksanaannya, dan saya juga ingin
melihat bagaimana akhir dari tindakan taihap ini! ujar Han-sianhui sambil menatap Kam-ci-kun dengan senyum tulus, Kam-cikun balas tersenyum, Han-sian-hui pergi kemeja kasir dan
memesan kamar, sementara Kam-ci-kun kembali duduk dan
melanjutkan pembicaraan dengan siang-taihap.
Menjelang sore harinya tujuh orang mendatangi likoan,
diantaranya orang bercambang yang dipecundangi Kam-ci-kun
375 "pemuda jelek itu twako yang meremehkan kita!" ujar sicambang
"keluarlah kamu anak muda! sebelum saya seret dari sana!"
bentak lelaki paruh baya yang memegang tongkat, Kam-ci-kun
dengan langkah tenang keluar
"hehehe"aku sudah disini! apa yang hendak kalian lakukan!?"
tantang Kam-ci-kun dengan tenang, melihat ketenangan pemuda
itu membuat enam orang itu merasa diremehkan, dan dengan
jengkel lelaki bertongkat itu menyerang dengan cepat, Kam-cikun dengan sigap dan gesit berkelit dan memberikan serangan
balasan yang tidak kalah bahayanya
"pantas kamu berani unjuk gigi, ternyata ada isi rupanya!" ujar
lelaki bertongkat, kali ini ia memutar tongkatnya dan dengan
cepat telah melancarkan serangan yang bertubi-tubi ke tempat
berbahaya pada bagian tubuh Kam-ci-kun.
Kam-ci-kun masih dengan tangan kosong meladeni lawannya,
tidak sedikitpun ia terdesak walaupun pertarungan itu tidak
seimbang, dan luar biasanya setelah berjalan tujuh puluh jurus,
lelaki bertongkat mulai kelabakan, sodokan tongkatnya selalu
mental lakibat kibasan sin-kang Kam-cikun, dan disusul
serangan cepat dan membahayakan, sehingga suatu saat ketika
ujung tongkatnya mental, dan sebuah tendangan keras
menggempur kuda-kudanya dan sebuah sikutan penuh sin-kang
telak menghantam dadanya "heghk?" lelaki bertongkat terhuyung kebelakang dan ambruk,
darah mengalir dari sudut bibirnya, melihat rekan mereka roboh,
lima orang itu segera menyerang, namun mereka terkejut saat
dua bayangan ikut terjun kedalam pertarungan, dan tidak ayal
dalam sepuluh gebrakan lima orang itu terjungkal roboh,
sicambang mengkirik ketakutan dan melarikan diri sambil
376 berteriak "kalian tunggulah!" kalian akan merasakan akibatnya!" Kam-cikun dan sepasang pendekar kembali kedalam likoan, kejadian
itu menjadi perhatian orang-orang disekitar likoan, dan Han-sianhui juga menyaksikan dari teras tingkat atas.
"apakah siang-taihap akan ikut menunggu?" tanya Kam-cikun
"tentu dan kita akan menghadapinya bersama-sama." tandas Luseng, Kam-ci-kun mengangguk sambil tersenyum penuh
semangat, enam orang itu bangkit dan meninggalkan tempat
dengan tertatih-tatih, ketika malam tiba seorang pelayan
membawakan sepoci teh dan seguci arak
"Loya menyuruh kami menyediakan minuman ini taihap." ujar
pelayan "sampaikan terimakasih kami pada loya!" sahut Kam-ci-kun, dan
baru saja pelayan berlalu, ban-eng-li-mo muncul dan
mengagetkan dua tamu yang menginap dan sedang makan.
"hihihi".bocah jelek! apa kamu yang pamer kepandaian di kota
ini!?" "hehehe"tidak pamer nenek, hanya anak buahmu saja yang
tidak tahu diri." sahut Kam-ci-kun
"hihihi".boleh..bolehlah nyalimu bocah jelek, dan sekarang
coba tunjukkan sama nenek kebolehanmu!" ujar ban-eng-li-mo,
lalu ia menyerang dengan cengkraman cepat, Kam-ci-kun
berkelit, namun serangan si nenek sudah datang lagi dengan
kecepatan semakin tinggi.
Kam-cikun terus berkelit dan tidak sempat membalas, kali ini
Kam-ci-kun dibuat sibuk, walaupun perlahan tapi pasti Kamcikun sudah menguasai posisinya, dan ini membuat ban-eng-li377
mo harus memuji kecepatan lawan mudanya ini, Kam-ci-kun
sudah dapat menyusun serangan balasan, serangan Kam-ci-kun
tidak kalah hebatnya dan membuat ban-li-mo tidak lagi
menganggap remeh, pertarungan itu berpindah keluar likoan,
dan tempo permainan pun semakin cepat, dan hawa sin-kang
menyebar menggetarkan arena pertarungan, dan seratus jurus
sudah berlalu namun pertarungan masih alot menegangkan.
Ban-eng-li-mo semakin kesal, maka ia menyerang diiringi
pekikan sakti yang meraung merobek kesunyian malam, dan ini
membuat para tamu terkejut dan menerima nasib naas, dua
pelayan yang berada dibelakang dekat meja Han-sian-hui roboh
tewas dengan gendang telinga pecah, konsentrasi Kam-ci-kun
buyar dan pertahannanya lemah sehingga ia mulai terdesak
hebat, lalu sebuah cakaran dahsyat merobek bahunya, nyerinya
luar biasa, dan pada serangan berikutnya ayunan tongkat akan
menghantam kepala Kam-ci-kun yang sudah sempoyongan, tapi
saat jaraknya tinggal sejengkal dari kepala Kam-ci-kun
"trang"buk"! tongkat itu melenceng dan menghantam bahu
kam-ci-kun, kam-ci-kun langsung roboh pingsan, dengan gemas
dan memekik kuat ban-eng-li-mo menyerang Lu-seng yang
menggalkan serangannya, Lu-seng hanya sebentar mampu
mempertahankan posisinya, setelah itu ia sudah terdesak hebat,
namun istrinya langsung terjun datang membantu, serangan
ban-eng-li-mo terpecah, dan kali ini keadaan terbalik ban-eng-limo keteteran menerima serangan dari sepasang pendekar itu.
Karena desakan yang diterimanya semakin gencar,
pekikannyapun mulai melemah, terlebih tenaganya sudah mulai
melemah, kilatan sabetan pedang sepasang pendekar
378 mengincar nyawa tuanya, dan beberapa luka telah membuat ia
semakin payah, namun untung bagi ban-eng-li-mo karena tibatiba ban-pi-sin-lo datang membantu, kontan keadaan terbalik,
"kamu sudah datang peot! mari kita ganyang sepasang
cecunguk ini!" teriak ban-eng-li-mo menjadi lebih semangat, dan
bantuan ban-pi-sin-lo ini kontan membalik keadaan, sepasang
pendekar terdesak hebat, kekuatan perpaduan pedang sepsang
pendekar terpecah, Ban-pi-sin-lo sambil senyum manyun
merangsak mendesak Lu-seng, dan akhirnya sebuh tendangan
keras menghantam lambung Lu-seng ia terhuyung kebelakang
dan sebuah pukulan mau akan memecahkan kepala Lu-seng,
Bao-bian terkesiap melihat suaminya, tapi mau bagaimana ia
juga tidak bisa keluar dari serangan ban-eng-li-mo.
"ih..ssshhh?" ban-pi-sin-lo menjerit lirih sambil terduduk,
tangannya yang hendak mencengkram sontak ngilu dan lemas,
singkangnya berbalik sehingga menyengat lengannya, Lu-seng
selamat, Bao-bian mencelat mendapatkan suaminya, karena
ban-eng-juga heran melihat rekannya yang meringis kesakitan
"kamu kenapa peot!?" tanya ban-eng-li-mo heran
"aku tidak tahu apa yang menyerangku, hmh"mungkin disekitar
sini ada orang sakti." Keluh ban-pi-sin-lo.
"sudah! kita cukupkan saja, mari kita pulang!" ujar ban-eng-li-mo,
lalu keduanya lesap dari tempat itu, keduanya tidak menyadari
bahwa sebuah bayangan kilat sedang mengikuti mereka.
Puluhan pengawal sedang berkumpul dihalaman luas itu, ketika
dua pimpinan mereka muncul mereka menyambut dengan hati
penasaran, Ban-pi-sin-lo dan ban-eng-li-mo langsung masuk
kedalam, dan diruang dalam Han-bun-liong dan Coa-kim sudah
379 menunggu "bagaimana li-mo!" apa kalian sudah mebereskannya!?" tanya
Han-bun-liong "sudah liong-ji, tiga orang itu sudah kami hajar, dan seorang dari
mereka akan tewas, karena racun pembusuk tulang telah
mengeram di tubuhnya." jawab ban-eng-li-mo
"lalu kenapa demikian lama sehingga hampir pagi begini, apakah
kalian terluka?" tanya Coa-kim
"kami hanya kecapean Coa-kim,." sahut ban-eng-li-mo sembari
menuang arak, Han-bun-liong berdiri
"kalian istirahatlah!" ujarnya sambil melangkah menuju tangga,
namun matanya terkesima melihat kemunculan Han-sian-hui
dari atas tangga "rupanya kamu hudup makmur diatas derita warga kota ini bunko!" tiga orang pem,bantu Han-bun-liong terkejut dan segera
berdiri, coa-kim terkejut melihat adik bengcu ini masih hidup
"hmh".ternyata kamu masih hidup, dan apa maksudmu datang
kemari!?" "bun-liong! orang-orang di wilayah timur ini mengeluhkan
tindakan jahatmu, dan kelakuanmu itu tidak dapat dibiarkan!"
"cih"kamu dan kakmu selalu menunjuk lagak dan membuat
ong-ko dan liang-ko ketakutan, dan aku tidak takut pada kalian!"
ujar Han-bun-liong sinis "dia ini siapa liong-ji!?" sela ban-eng-li-mo penasaran, dan
memandang tajam pada Han-sian-hui
"dia bukan siapa-siapa, dan kalian usirlah dia dari sini!" peritah
Han-bun-liong, dua tokoh tua itu segera menyerang Han-bunliong, hanya Coa-kim terjun menyerang setengah hati, karena ia
tahu betul bagaimana orang yang hendak dihadapi ini.
380 Han-sian-hui menghalau tiga serangan itu dengan "bun-lie-hoat"
(jurus tarian sastra) jurus lembut ini demikian lembut namun
mengandung kibasan tenaga sin-kang yang kuat, serangan yang
datang dari tiga penjuru itu semuanya mental dan membuat tiga
lawannya terkejut, lalu ban-pi-sin-lo melepaskan sabuknya dan
menyerang dengan hebat, sesaat Han-sian-hui dicecar tiga
macam senjata dengan serangan dahsyat, Han-sian-hui
merubah jurusnya "liang-hok-bun-hoat" (jurus sastra penakluk
sukma)" hurus su-hoat ini membuat tiga lawannya bingung
sehingga daya serang mereka mengendur, dan kelabakan ketika
serangan jurus melukis ini menekan pertahanan mereka, dan
baru dua puluh jurus Coa-kim sudah ambruk karena leher dan
lambungnya kena totol, nafasnya sesak dan mukan pucat
seputih kertas. Dua tokoh tua itu terkejut sesaat, namun mereka harus kembali
bertahan dari serangan ilmu su-hoat yang luar biasa itu, baneng-li-mo mulai mengeluarkan pekikakn mautnya dan membalas
menyerang, namun harapannya untuk melemahkan mental
lawannya ini sehingga ia dapat mengambil untung, namun
buntung baginya, sebuah gerakan melukis yang aneh berkiblat
cepat ke arahnya dan ia tercekat
"tuk..tuk..."dua totolan ampuh telah bersarang di kening dan
dadanya yang kurus, tanpa bersambat ia tumbang dengan nafas
senin kamis, wajahnya berkedut menahan sakit yang luar biasa.


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ban-pi-sin-lo kini tinggal sendiri, dan sekali gebrak dengan
serangan cepat sebuah gerak su-hoat yang membingungkan
membuat ban-pi-sin-lo terdesak hebat, dan pada jurus ke dua
puluh, Ban-pi-sin-lo tidak dapat bertahan
381 "tuk...tuk....tuk..." tiga totolan sakti menghantam lambung,
punggung dan belakang kepala ban-pi-sin-lo, laksana nangka
jatuh ban-pi-sin-lo ambruk bergedebuk tewas seketika.
Han-bun-liong dengan cepat menyerang dengan ilmu
pedangnya yang luar biasa Han-sian-hui melompat dan dari atas
ia merubah gerakannya dengan "bun-sian-minling-ci" (jari titah
dewa sastra)" serangan bun-liong selalu patah dan terbentur,
Han-bun-liong membarengi serangannya dengan pukulan sakti
jarak jauh, lalu kemudian ia mengejar dengan kilatan bun-liongsian-kiam, pertempuran berjalan seru dan menegangkan,
gempuran pukulan sakti yang luput menjebol dinding ruangan
sehingga hancur lluluh, sin-kang dan gin-kang yang hampir
imbang itu berkutat saling menekan, pagi sudah berubah siang,
pertempuran diruangan yang luas itu terpaksa pindah keluar,
karena ruangan itu sudah bergetar dan kemungkinan akan
roboh,karena banyak tiang penyanggah yang hancur dan jebol.
Dan ternyata benar, karena baru tiga puluh jurus berlalu,
bangunan mewah itu runtuh menimbulkan suara gemuruh dan
tempat itu bergetar kuat, naas bagi Coa-kim dan ban-eng-li-mo
yang masih bertarung nyawa, tergencet material runtuhan, Hanbun-liong makin mendongkol sehingga ia mempergencar
serangannya, Han-bun-liong dengan apik melayani serangan
saudaranya ini, karena tenaga mereka seimbang pertarungan itu
sangat seru dan menegangkan, berkali-kali benturan sin-kang
berdentum memekakkan telinga dan arena pertarungan itu
sudah porak poranda laksana dilanda topan.
382 Han-sian-hui berpikir harus menyudahi pertempuran yang
hampir seharian ini, sebentar lagi malam akan tiba, dengan
sebuah salto yang indah ia menjauh dan mendarat dengan
ringan, lalu dengan cepat ia merubah jurusnya, kali ini Han-sianhui mengeluarkan jurus barunya yakni "beng-sin-ciang" (telapak
sakti arwah) jurus yang dimotori thian-te-siulian ini bergerak
kokoh dan memapaki serangan hebat dari Han-bun-liong
"bum...eit..." Han-bun-liong terkejut, tenaganya seperti amblas
dan membrotot keluar tanpa dapat dicegah, ia hendak menarik
tangannya yang menempel namun ia makin panik karena
tangannya menempel kuat terhisap, dia meringis pucat dan
tenaganya terus merembes dan membuat tubuhnya makin
lemah, lalu Han-sian-hui dengan sebuah gerakan siulian
menghentikan tenaga hisap tersebut, dan Han-bun-liong yang
masih sadar segera bergerak mengayun pedangnya ke arah
leher Han-sian-hui, Han-sian-hui mengelak dengan sikap kayang
dan kakinya yang penuh sin-kang melesat menghantam bawah
dagu Han-bun-liong t "prak..." takpelak dagu itu hancur dan tulang lehernya patah dan
ia ambruk tewas dengan kepala terkulai.
Han-sian-hui terkesima melihat kepala saudaranya yang terkulai
lemah dan tidak terasa matanya berkaca-kaca, Han-sian-hui
melihat sekelilingnya, ternyata para penduduk sedang berdiri
menonton dari kejauhan, ia mengangkat tubuh saudaranya dan
meninggalkan tempat itu, para penduduk segera menyerbu
reruntuhan bangunan mereka berusaha mengambil harta benda
yang tertimpa rentuhan, hati mereka bersorak kegirangan akan
akhir dari tirani yang menghantui mereka, sementara diluar kota
Nanjing Han-sian-hui menguburkan jasad Han-bun-liong,
383 semalaman ia duduk di pinggir makam Han-bun-liong, dan
Keesokan harinya Han-sian-hui meninggalkan makam Han-bunliong, dan di punggung Han-sian-hui tersampir pedang naga
sastra. TAMAT. 384 Payung Sengkala 11 Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya S H Mintardja Maling Romantis 5
^