Pencarian

Seruling Sakti 27

Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto Bagian 27


Suasana sangat senyap, membuat si codet mengerutkan kening. Mereka bergegas masuk kedalam, melalui gerbang yang tak tertutup itu, dalam perkampungan tak ada satupun orang terlihat, begitu lengang. Dua hari yang lalu si codet pernah datang ke perkampungan ini, dan saat itu semua terlihat normal.
Si codet memberi isyarat kepada Penjual Aren untuk memeriksa. Keduanya bergerak keseluruh penjuru untuk memeriksa kemungkinan informasi yang bisa didapatkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak berapa lama kemudian, si Penjual Aren sudah menghampiri si codet. Dia membawa sepasang pedang dengan ketebalan yang tidak biasa. Si codet memeriksa pedang itu.
"Apa ini?" Tanya si codet.
Tentu saja si Penjual Aren tahu maksud pertanyaan itu, si codet tidak bertanya karena bentuknya, tapi kenapa ada pedang seperti itu di Perkempungan Menur.
"Pedang ini tidak memiliki insial siapa yang membuat, seperti yang biasa di buat Perkempungan Menur. Tapi dari kekerasannya yang belum optimal, ini belum terlalu lama dibuat. Logam pembentuknya termasuk dari jenis paling baik, aku bisa memastikan bahan dasar ini masih bisa didapat di seputar Kota Sakadhawara. Ada tiga jenis pemasok, dua diantaranya aku kenal, dan mereka tidak memiliki bahan seperti ini. Tinggal memastikan yang satunya. Kesimpulan sementara, pedang ini dibuat di sini."
Si codet mengerutkan kening. "Ada berapa jenis pedang seperti itu?"
"Hanya dua ini saja." Jawab si Penjual Aren
"Apakah ada sisa bahannya?"
"Ti-tidak." "Jadi, apakah kesimpulanmu itu masih mungkin?"
Penjual Aren ini tergagu, "Ti-tidak" rasanya, tidak."
Sahutnya tergagap. Si codet sangat mudah mengkoreksi kesimpulannya. Mungkin dengan dia diharuskan mengikuti si Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
codet, akan mendapatkan pengetahuan baru. Ini cukup menghiburnya.
"Menurutmu, kenapa banyak senjata berpatahan disini?"
pertanyaan si codet seperti menguji, membuat Penjual Aren harus hati-hati menjawab.
"Kurasa, ini seperti pengujian" anggap saja pihak lain atau katakanlah orang dalam perkampungan ini sendiri yang menguji tingkat kekerasan senjata-senjata mereka. Nyatanya tak ada satupun yang bertahan dalam satu tebasan."
Si codet manggut-manggut. "Apa kau tidak melupakan satu hal penting?"
Penjual Aren mengerutkan kening. "Ah ya, tidak adanya jejak-jejak kaki pada bangkai senjata. Orang yang menghancurkan senjata ini pasti memiliki kemahiran tinggi."
"Bisa kupastikan, bukan orang dalam perkampungan."
Gumam si codet. "Lanjutkan?"
Lelaki bernama asli Tuhagana ini mengerutkan kening. "Ya-ya.. kesimpulanku tadi salah besar. Ada orang datang kesini melakukan teror. Bisa kita tinjau dari lenyapnya seluruh penghuni perkampungan ini."
Si codet membenarkan. "Kau belum melihat reruntuhan bangunan, coba kau periksa." Perintahnya, membuat Tuhagana segera bergegas. Meski dirinya cukup teliti, ternyata si codet jauh melebihinya.
Tuhagana memeriksa reruntuhan yang meranggas gosong, namun tiap serpihan kayu bangunan itu ternyata luar biasa keras. Pilar bangunan yang memiliki pecahan serpihan dalam Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besaran sama, hanya ada dua. Artinya orang itu sengaja menghancurkan pilar penyangga bangunan untuk membuatnya runtuh.
"Aku tidak tahu jenis ilmu apa yang menghancurkan pilar kayu ini." Gumamnya setelah berhadapan kembali dengan si codet.
"Tak usah salahkan dirimu. Ilmu di dunia ini memang sangat luas." Kata si codet menerawang salah satu serpihan kayu. "Ada dua jenis ilmu disini, aku bisa memastikan pukulan penghancur yang dipenuhi unsur api, segera diredam dengan pukulan dingin. Bukan sembarang pukulan dingin yang bisa di uapkan suhu, namun dingin yang membekukan dengan menguatkan unsur paling lemah. Arang yang lemah digubah membatu?"
Tuhaguna tercekat. "Apakah yang melakukannya satu orang atau lebih" Lalu pukulan macam apa itu?"
Si codet terdiam, pada masa lalu dirinya sempat di sebut orang dengan julukan Mahaprajna, namanya sendiri memang Prajna. Berhubung karena kepintarannya, orang lain menyematkan Maha didepan namanya. Tapi kemunculan Sadhana, membuatnya dia jungkir balik, analisis sang Serigala lebih tajam dan lebih mumpuni ketimbang dirinya. Tokoh-tokoh terhormat lebih suka berbicara kepada Sadhana, dan sisanya"orang-orang kalangan rendahan, lebih mencari dia.
Karuan saja kondisi ini membuat dirinya marah, dengan semangat tinggi di tantangnya Serigala untuk bertarung, dan akhirnya menjadi penyesalan mendalam bagi Prajna. Sebuah luka yang tidak mungkin hilang menjadi identitas baru.
Mahaprajna menghilang, berganti nama dengan sebutan Ekaj?ti. Si codet menghukum dirinya dengan sebutan untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalangan sudra" Ekaj?ti, terlahir sekali lagi menjadi kalangan rendah. Nama Ekaj?ti sebagai peringatan baginya utuk selalu mengejar kemampuan Sadhana.
Kini, pertanyaan Tuhagana membuat gerahamnya mengembung"kesal! Saat ini dia tidak bisa menjawab, dan itu membuatnya seperti dihantui bayangan Sadhana yang tengah tersenyum mengejek. "Aku.. tidak tahu." Jawab Ekaj?ti jujur menekan kekesalan. "Tapi bisa kusimpulkan orang ini bukan dari keluaran perguruan utama. Ada kemungkinan dia pemegang ilmu mustika."
"Kurasa untuk mempersempit hal ini, kita bisa melacak dari pemasok terakhir."
"Tidak perlu, itu bisa menyusul nanti." Ujar Ekaj?ti menggeleng. "Aku menemukan satu sandi telik, kita akan mengikuti ini."
Keputusan sudah dibuat, namun rasanya Tuhagana masih belum puas. "Jika anda tidak keberatan, aku bisa mengerahkan kekuatan yang sudah kuhimpun di perbatasan timur Kota, untuk memastikan."
Ekaj?ti tersenyum tipis. "Seharusnya itu sudah kau lakukan, tanpa harus bertanya padaku. Pergerakan kita harus efektif."
Lelaki bercodet ini lalu menjelaskan pada Tuhagana tentang jenis dan kegunaan simbol yang dia temukan. Ekaj?ti menyatakan supaya nantinya Tuhagana mengikuti tanda-tanda itu.
Tak menunggu lebih lama, mereka berpisah jalan. Ekaj?ti mengikuti sandi telik, yang sejak awal Jalada sudah mengikuti Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang yang membuat sandi tersebut. Tuhagana berkelebat cepat menuju pusat kota.
Mereka begitu bersemangat bergerak, tanpa sadar sudah menjadi bidak rencana Jaka Bayu. Kosongnya Perkampungan Menur, dan Pedang yang sengaja ditinggal, lalu sandi yang akan tercipta karena kondisi panik" semua sesuai rencana Jaka. Cara pemuda itu "memintal" memang unik, "bulu domba"
memang akan segera dipintal, dan biasanya tidak pernah lepas dari "kotoran" yang menempel pada bulu. Ekaj?ti sekalian sebagai "kotoran", entah akan digunakan atau tidak oleh Jaka, semua tinggal menunggu waktu pula. Menunggu hasil akhir dari rencana Keluarga Keenam yang sudah mendapat undangan resmi dari pihak kerajaan.
===o0o=== Pagi itu di pusat Kota Skandhawara sangat semarak dalam keheningan. Bagaimana itu bisa terjadi" Hening karena tidak ada satupun orang yang berani keluar rumah. Semarak, karena setiap pintu rumah, dalam radius dua pal dari istana ada prajurit berjaga, jalanan begitu lengang. Tuhagana menyumpah panjang pendek, setiap pejalan kaki yang memasuki radius dua pal, langsung diarahkan untuk menyingkir menjauh. Kondisi seperti ini membuat orang-orang yang ditanam di sekitar kota jelas tidak bisa berkutik. Untuk menyelinap di pagi hari seperti ini jelas tidak bisa dilakukan.
Mau tak mau, Tuhaguna hanya bisa mengamati situasi, dia tahu jika kondisi seperti ini diberlakukan, pasti ada kejadian penting di istana, dan kalangan istana sedang bersiap-siap menyambut tamu.
Lelaki ini sudah tinggal di Kota Skandhawara itu selama dua puluh tahun. Seingatnya, dalam kurun waktu tersebut, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya ada empat kali kejadian serupa saat ini. Tapi di masa lalu, pengamanan para prajurit pun hanya berlaku tak lebih dari setengah pal wilayah istana. Diam-diam timbul rasa ingin tahu Tuhaguna.
Dia bergerak menjauh, mengharap ada salah satu dari anak buahnya memberikan tanda. Dan tanda itu ditemukannya menjauh dari pusat kota, mengarah tepat kepondokan didalam komplek kolam ikan. Tuhagana tidak melihat adanya perubahan pada tanda yang sudah disepakati, ini membuatnya yakin.
Tapi, manakala dia akan masuk kedalamnya, sesaat dia merasa ragu. Intuisinya menyatakan ada bahaya di depan sana. Tuhagana membalikan badan" dan nyaris saja dia berteriak kaget saat dibelakangnya ada orang yang tengah menggedong tangan.
"Kau mau masuk?" Tanya lelaki paruh baya itu.
"I-iya?" Tuhagana cepat tanggap menjawab dengan menggeregap, "Sa-saya ingin menawarkan air aren kedalam."
Ya, sehari-harinya dandanan Tuhaga memang seperti seorang penderes air nira, dengan dua bumbung bambu besar digendong.
"Kenapa harus jauh-jauh kemari?" Tanya orang itu dengan kening berkerut.
"Soalnya, pusat kota tak bisa dimasuki, supaya bisa balik modal untuk hari ini, ya.. saya tawarkan kesiapa saja?"
Orang itu manggut-manggut sembari menatap Tuhagana dengan seksama, dia bersuit sejenak lalu melambai pada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerumbulan semak di komplek kolam. Seseorang muncul dan berjalan mendekat.
"Benar, dia penjual aren?" Tanya orang itu pada si pendatang.
"Benar. Dia memiliki kedai di perbatasan luar kota dekat sungai." Jawabnya.
"Sudah berapa lama berjualan?"
"Belasan tahun." sahut si pendatang
"Hm?" orang itu menatap Tuhagana. "Kau masuklah, akan kubeli?"
"Ba-baik..." Atas tanya jawab tadi, Tuhagana menjadi sangat terkesip, untung saja sehari-harinya dia memang benar berjualan air aren. Keraguan membuatnya ingin menghindar dari orang-orang itu, tapi masa sih penjual aren punya kewaspadaan seperti itu" Dengan mengeraskan hati dia melangkahkah kaki kedalam.
Tanda itu berhenti tepat di pintu komplek kolam, pematang menuju bangunan itu cukup lebar, di kanan kiri terlihat gemercik air terdengar karena riuhnya ikan berebut makanan.
Saat memasuki ruangan, Tuhagana menahan sekuat tenaga untuk tetap bertingkah seperti biasa, dia menahan diri untuk tidak berseru kejut. Bagaimana tidak, salah seorang anak buah yang baru dikumpulkan, tengah menyantap bubur.
Pandangannya menatap kosong, tangannya menyendok perlahan, di sebelahnya sudah menumpuk tiga-empat-lima..
sembilan piring bekas bubur. Tuhagana sangat sulit untuk menelan ludah karena perutnya tiba-tiba terasa kejang. Dia tahu metode yang sedang dilakukan orang-orang ini terhadap Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak buahnya serupa ?abda Daharijja"kalimat sejahtera, yang bersifat seperti hipnotis.
Mereka tidak menanyakan apapun, hanya menyuruh si korban makan dan terus makan, tak perduli sang korban merasa sesak, pada saatnya nanti, ?abda Daharijja akan dilepas, mereka akan bertanya satu kali saja, jika korban masih menyangkal, ?abda Daharijja akan membelenggunya lagi, dan dia akan terus makan"makan dan makan, sampai mati.
"Sa-saya letakkan dimana?"
"Taruh saja di situ." Katanya menunjuk meja disamping orang yang tengah makan bubur.
Tuhagana memang kejam, tapi kalau harus membunuh anak buah karena desakan yang tidak perlu, itu belum pernah dilakukan. Aren ini memang enak, tapi juga bisa membunuh kalau kau meminum dibawah kuasa ?abda Daharijja. Setelah mendapat uang, Tuhagana bergegas permisi dan segera pergi, dia ingin sekali menghajar orang-orang itu. Tapi kehadiran salah seorang yang tak terdeteksi olehnya cukup membuat dia sadar, dirinya tengah berhadapan dengan kalangan berilmu tinggi. Hal itu membuatnya berpikir jernih untuk segera menjauh.
Setelah Tuhagana lenyap, podok itu diguncang tawa berderai. Orang yang makan bubur tertawa hampir saja tersendak. Tangannya meraup wajah, dan terlihat wajah tuanya. Dia Ki Alih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jaka" Jaka, akal setanmu memang aneh-aneh! Apa kau tidak kasihan dengan orang itu?" katanya di sela-sela tawanya.
Dari dalam, pemuda yang sudah menyamar menjadi lelaki paruh baya ini tertawa pendek. "Dia memang pejual aren, informasi Penikam tak diragukan. Sayangnya gerakan orang itu tak cukup baik dalam menyembunyikan himpunan hawa murni. Sikapnya juga dibuat terlalu santai, malah makin mencurigakan. Apa paman tidak memperhatikan sorot matanya saat melihat wajahmu tadi" Matanya berekspresi cukup serius. Haha" sungguh penjual aren yang sakti."
Mereka masih sempat bercakap-cakap sesaat, hingga akhirnya seorang paruh baya lain masuk keruangan. "Cukup sudah main-mainnya, kita sudah ditunggu!" Kata Cambuk yang tadi bertanya jawab dengan Jaka di depan komplek kolam, mempermainkan Tuhagana. Orang ini telah mempersiapkan segala keperluan untuk dibawa ke istana.
"Mari?" kata Jaka mendahului keluar.
Ternyata, bendera kebesaran Keluarga Keenam cukup membawa dampak bagi lingkungan sekitar istana.
Pembersihan yang di lakukan besar-besaran oleh pihak kerajaan, membuat orang-orang Tuhagana terpaksa harus menyingkir. Ini malah menguntungkan pihak Jaka. Di mata Penikam, orang-orang semacam itu sangat bisa dibedakan jika dibandingkan penduduk biasa. Mereka meringkus tiga orang dengan cepat, lalu membawanya kedalam komplek kolam. Di sepanjang jalan, Jaka membubuhkan tanda sandi yang didapatnya dari saku mereka. Dan kesudahannya, itu memancing kedatangan Tuhagana, membuat Jaka sekalian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bisa memberi tanda, siapa-siapa orang yang harus mereka waspadai.
===o0o=== Mungkin para prajurit banyak yang menyumpah panjang pendek, dalam bayangan mereka tamu yang akan mereka sambut itu rombongan besar dengan perbawa gagah mengesankan. Tak tahunya hanya empat orang tua saja. Jaka Bayu, Penikam, Cambuk dan Ki Alih. Tampang mereka semua paruh baya, bajunya sederhana saja. Tapi yang membuat istimewa, langkah-langkah kecil mereka ternyata melesatkan tubuh hingga belasan langkah kedepan dengan gerakan lambat"melayang! Ini demonstrasi peringan tubuh yang hebat!
Pratyadhiraksana yang turut menyambut didepan gerbang, terlihat begitu tegang. Jika orang yang sempat dia hadapi beberapa hari lalu adalah salah satu panglima Keluarga Keenam, empat orang itu entah bertindak sebagai apa. Dia cukup mengerti bagusnya kualitas peringan tubuh para pendatang itu.
Rombongan itu di pandu Pratyadhiraksana menuju balai pertemuan. Disana sudah menunggu Sang Raja, Widyabhre dan Mangkubumi Pastarana, lalu terakhir Pratyadhiraksana.
Selain itu, disekitar sang raja juga di kelilingi para senopati tangguh dengan beberapa orang berpakaian pertapa, sorot mata mereka tajam berkilat.
Jaka sesaat memandang berkeliling, lalu mereka memberi hormat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf jika kedatangan kami membuat situasi gaduh." Jaka memulai pembicaraan. "Undangan untuk kami sudah ditebarkan, adakah sesuatu yang bisa kami lakukan?"
Sang Raja memberi isyarat kepada Mangkubumi Pastarana untuk bicara. Dalam saat yang singkat itu, Jaka segera bisa menilai, betapapun seorang raja memang lebih cerdik dan berpengalaman. Dia tidak membiarkan dirinya menjawab pertanyaan. Jika itu terjadi, sama saja menyerahkan kendali negosiasi kepada lawan bicara.
"Apakah anda tahu kenapa tanda ini terpasang?"
Mangkubumi Pastarana memulai dengan pertanyaan setelah mempersilahkan mereka untuk duduk.
"Tidak tahu." Jawab Jaka dengan berhati-hati, agaknya orang itu sudah memulai sebuah penjajagan. "Tapi menilik gelagatnya, pasti ada tamu yang berkunjung kesini. Dan itu cukup merepotkan anda."
Mangkubumi Pastarana tersenyum. "Anda salah. Mereka sama sekali tidak merepotkan?"
Jaka segera berdiri memberi isyarat pada lainnya untuk mengikuti. "Kalau begitu kedatangan kamipun tidak diperlukan." Kata pemuda ini tegas. "Maaf, kami harus segera pergi. Tanda yang kami berikan akan kami tarik kembali, dan hadiah yang diberikan kepada kamipun akan dikembalikan utuh tanpa kekurangan, mulai detik ini Keluarga Keenam bisa dianggap tidak pernah kenal dengan anda semua." Jawaban pemuda ini yang tegas dan diluar dugaan membuat Mangkubumi Pastarana tertegun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Betapa cepatnya orang itu"Jaka, mengambil keputusan, membuat Mangkubumi Pastarana tidak sanggup lagi melakukan nogosiasi dalam posisi yang sama kuat.
Bagaimanapun pihak kerajaanlah yang lebih dulu mengundang Keluarga Keenam. Sebagai "pembeli" nilai tawar mereka tidak cukup kuat.
"Tunggu!" sang raja akhirnya berbicara juga, dia berdiri dan melangkah mendekat, membuat semua orang merasa cemas, bagaimanapun juga tamu mereka tetaplah orang asing, keselamatan Sang Raja jelas menjadi prioritas, membuat Mangkubumi Pastarana dan Pratyadhiraksana turut mengiring maju dengan waspada.
Jaka membalikkan badan. Dengan nada tajam pemuda ini berkata. "Ingat, kami bukan kelompok yang berada dibawah ikatan peraturan manapun, kami tidak mengakui kedaulatan kerajaan manapun. Kami bebas berkehendak, kami tidak pernah menolak musuh, dan tidak takut bermusuhan dengan siapapun. Pun jika ada pihak yang kami akui menjadi kawan, lalu harus menjadi seteru kami, tak menjadi masalah besar bagi kami. Tanda yang kami berikan kepada kerajaan ini hendaknya tidak dipandang ringan. Ini sebagai peringatan buat anda sekalian!"
Nada yang tegas tanpa kompromi itu, lamat-lamat membuat mereka menyadari satu hal; Keluarga dari kalangan persilatan memang tidak bisa di perlakukan sama halnya dengan rakyat jelata, mereka memiliki otoritas penuh terhadap kelompok mereka sendiri. Berbicara dengan merekapun harus menempatkan mereka menjadi satu golongan yang setara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, anggap aku salah bicara. Mari kita duduk dan merundingkan masalah yang ada." Kata Mangkubumi Pastarana menyoja memberi hormat.
"Baik!" sahut Jaka dengan tersenyum, cara Mangkubumi Pastarana memberi hormat, bagi orang lain bisa mendatangkan penyakit, tapi tidak bagi pemuda ini. Apalagi Jaka tidak ingin mengecewakan harapan Ekabhaksa.
Keluarga Keenam harus memiliki nama yang berkibar mentereng. Desakan hawa sakti yang keluar dari gerakan membungkuk Mangkubumi Pastarana berpilin membuat belasan pusaran yang mengerucut menjadi titik-titik tajam, bermaksud mencabik lawan tanpa ampun.
Sang Raja berkerut kening, meski dia tahu apa yang sedang di lakukan Mangkubumi Pastarana kurang sopan, dirinya tak mau mencegah. Bagaimanapun seorang tamu harus tahu diri, kalaupun mereka harus merendahkan diri karena kalah kemampuan, itu wajar. Tapi kalau mereka bisa bersikap jumawa seperti itu, sudah seharusnyalah mereka mengunjukkan kemampuan. Sang Raja kembali ketempatnya sambil memperhatikan dengan seksama.
Jaka balas menyoja, begitu tubuhnya membungkuk titik-titik dingin segera terhampar membuat situasi seperti beku dalam sesaat, ketegangan kian menjadi. Disaat bersamaan, semua orang bisa merasakan ada desakan bagai bola angin yang berpusing diantara Jaka dan Mangkubumi Pastarana. Hawa dingin yang semua terlihat mencekam ruangan, perlahan surut, berganti dengan munculnya belasan sulur bagai pusaran angin, melibas titik-titik tajam hawa sakti Mangkubumi Pastarana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda ini tidak kepalang tanggung pula saat turun tangan, sebab Mangkubumi Pastarana pun tidak sekedar coba-coba dalam mengerahkan kemampuannya.
Krak! Krak! Krak! Belasan kali hawa sakti keduanya bentrok, tak bisa dilihat dengan kasat mata karena terkadang seperti siulet fatamorgana, tapi dilain saat bagai embun yang menguap terkena sinar mentari.
Tiap benturan, membuat Mangkubumi Pastarana
merasakan hawa dingin dan dan panas yang berkali-kali menyambar selubung pertahanan dirinya. Meski tidak menyakitkan, tapi desakan dua hawa yang tidak kunjung putus itu, sangat merepotkan dirinya untuk fokus.
Dilain sisi, Jaka juga merasakan keanehan pada serangan Mangkubumi Pastarana, pusaran hawa sakti yang sudah ditangkisnya, terasa membal, lalu membentuk satu pusaran energi yang baru, demikian seterusnya. Rasanya seperti memotong ekor cicak, dan ekor itu tumbuh lagi"dalam jangka waktu yang dipercepat ribuan kali.
Bagi orang awam, keduanya hanya terlihat seperti sama-sama menyoja dalam waktu yang cukup lama, sampai akhirnya; mereka memutuskan untuk menyudahi "perang"
dalam rangka merebut "angin" untuk bicara.
Jaka segera menarik tenaganya sampai titik nol, membuat serangan Mangkubumi Pastarana yang belum sempat ditarik, bagai bendungan jebol menghantam Jaka tanpa hambatan.
Terlihat senyuman kemenangan tersungging dari semua pihak Mangkubumi Pastarana, termasuk Pratyadhiraksana"meski dia membenci Mangkubumi Pastarana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Mangkubumi Pastarana tidak tersenyum sama sekali, wajahnya terlihat berkerut, bingung. Dia merasa serangannya masuk, telak menghantam. Namun dalam waktu yang sangat singkat, pada jalur pengerahan hawa murninya seperti mendapat guncangan, yang membuat nadinya berdenyut nyeri.
Pratyadhiraksana seperti memahami yang terjadi, dia pun turut menyoja, "Terima kasih banyak atas pengertian anda."
Katanya. Pada saat itu pula Jaka merasa damparan tenaga yang merambat dari kaki hingga kepala, lalu memberikan efek seperti sedang di peras. Terdengar tulang Jaka berderak akibat serangan mendadak itu. Jaka segera mengenali orang itu, dia bisa mengambil jeda serangan pada titik tenaga yang paling lemah, ternyata orang itu yang menyerang dirinya pada malam hari!
"Sama-sama!" sahut Jaka menggerakkan bahu. Kuda-kuda kaki diperkuat, lalu dengan gerakan yang alami Jaka menghentak lutut, memotong aliran hawa sakti lawan. Bahu yang sempat terpilin segera membentuk sebuah satu hentakan"karena dorongan dari lutut, yang segera mengembalikan serangan lawan. Tenaga lawan dibalas dengan cara serupa, memusar pula, merambat cepat membuat Pratyadhiraksana tidak menyangka akan ada balasan seperti itu. Dia merasakan sengatan pada lutut, membuat undur sejengkal langkah. Dari telapak kaki hingga pinggang dirasakan sebuah sengatan lemah, tidak menyakitkan, tapi membuat syarafnya kebas kesemutan.
Kejut tak terkira, membuat Pratyadhiraksana tak berani bertindak sembarangan. Kalau menuruti emosinya, dia pasti Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan segera mengerahkan beberapa ilmu dahsyat yang tak pernah dikeluarkan selama dirinya berada di dalam Kerajaan Kadungga. Tapi jika itu dilakukan, tentu akan menimbulkan kecurigaan, dan akan menciptakan musuh tak terlihat, Sang Raja. Itu berbahaya untuk seluruh rencananya.
Sebagai orang yang cerdik, dia segera mundur satu langkah di belakang Mangkubumi Pastarana, seraya berkata.
"Mari, silahkan duduk kembali." Diapun bersama Mangkubumi Pastarana kemudian undur diri berdiri disamping sang raja.
Jaka sangat menyadari dirinya sudah mendapatkan kendali situasi. Sambil duduk, Jaka menoleh kepada Cambuk.
Padahal debar di dada Cambuk belum hilang akibat ketegangan tadi, tapi Jaka malah memintanya untuk berbicara sebuah masalah, membuat tenggorokannya tercekat sesaat.
Cambuk membuka buntalan yang sudah disiapkan, isinya potongan-potongan senjata yang dihancurkan Jaka sekalian saat mengacau di Perkampungan Menur, ada juga kain yang berisi noda darah, diatas kain itu terdapat lipatan kain lain.
Kemudian secarik kain dengan tulisan.
Melihat hal-hal yang disiapkan oleh anggota Keluarga Keenam, membuat kalang pihak Kerajaan merasa, bahwa; justru mereka yang akan mendengar sebuah kabar, lalu kemudian akan bekerja sama mengatasinya. Padahal sejak semula mereka ingin meminta Keluarga Keenam mengurus pelaku teror tadi malam. Dari yang mengendalikan kini menjadi pihak yang dikendalikan. Demikian perasaan kalangan pihak Kerajaan.
Jaka melihat sedikit kegugupan pada tindakan Cambuk, dia tak mengizinkan kegugupan itu membuat pamor yang sudah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditanam tadi menjadi runtuh. Pemuda ini segera mengambil alih situasi.
"Apa yang ingin dibicarakan?" Tanya pemuda ini memecah hening.
Karena Mangkubumi Pastarana sudah terbentur dengan sikap tegas Jaka, maka orang inipun tidak mau bertele-tele.
"Kami mengalami keadaan cukup rumit?" lalu diceritakan kejadian teror tadi malam, membuat Jaka sekalian hampir saja tertawa.
"Banyak orang berkemampuan hebat disini, kenapa harus kami yang turun tangan?" Tanya Jaka dengan mimik serius.
Mangkubumi Pastarana menghela nafas sejenak. "Kau benar, tapi jika kami harus berkonsentrasi mengejar pelaku, atau berjaga-jaga terhadap pelaku yang kemungkinan akan datang lagi, kekuatan kami menjadi terpecah. Sementara masih banyak persoalan lain yang perlu penanganan secara serius."
"Ah" aku paham." Gumam Jaka.
"Karena itu, Keluarga Keenam sebagai sahabat kami, harus bertindak membantu, bukankah begitu?" Tanya Mangkubumi Pastarana setengah menodong.
Jaka manggut-manggut. "Kau benar, kami tidak keberatan untuk mencari para perusuh itu. Dan, untuk kalian ketahui"
kami membawa beberapa persoalan pelik kepada kalian."
Sang Raja saling pandang dengan para pengikutnya.
"Maksudmu bagaimana?" Sang Raja bertanya bingung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebelum dijelaskan lebih lanjut, kami memerlukan orang yang mengerti tiga jenis kemahiran." Kata Jaka membuat Sang Raja tertegus sesaat.
"Katakan?" "Mpu pembuat senjata, tabib, dan orang yang mengerti jenis baju dan tulisan." Terang Jaka.
Mangkubumi Pastarana mengangguk pada Sang Raja, setelah mendapatkan persetujuan untuk bicara hingga akhir, lelaki ini maju satu langkah dan berkata "Tak perlu tiga orang, cukup aku saja."
Jaka saling pandang dengan Ki Alih sekalian. "Itu malah lebih bagus." Seru Jaka mendekat sambil membawakan apa-apa yang di persiapkan Cambuk. "Silahkan periksa ini."
Pemuda ini memberikan beberapa potongan senjata.
Mangkubumi Pastarana memeriksanya dengan seksama, sebelum akhrnya dia meminta kepada seorang ajudannya untuk membawakan pedang yang biasa di pakai prajurit.
Tanpa ragu, Mangkubumi Pastarana menghantakan pedang itu dengan ayunan kencang tanpa hawa sakti.
Trang! Prak! Lelatu api muncrat, dan ujung pedang yang digunakan Mangkubumi Pastarana patah. "Apa maksudnya ini?" Tanya Mangkubumi Pastarana tidak mengerti, ternyata pedang prajuritnya secara kualitas kalah jauh.
"Kami baru saja menghancurkan beberapa rumah penempa senjata, semuanya memiliki kualitas sebagus ini, bahkan lebih.
Orang-orang yang membuat senjata itu, melakukan jual beli dengan sekelompok pihak yang tidak diketahui. Karena masih di wilayah Kadungga, membuat kami berinisiatif untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghancurkan senjata-senjata mereka. Tapi perihal pembeli, itu urusan kalian" "
"Oh?" barulah Mangkubumi Pastarana sekalian paham, diam-diam mereka memiliki firasat jelek terhadap benda lainnya.
Jika potongan pedang saja bisa bercerita begitu banyak"
bahwa; kemungkinan bahaya peperangan sedang mengintai kerajaan, dengan kekalahan telak dipihak Kadungga"karena senjata mereka kalah kualitas. Tentu, cerita tentang dua benda lainnya tak kalah mendebarkan.
"Kemudian ini." Jaka memberikan kain bernoda darah, menyingkirkan bungkusan kain yang ada diatasnya.
Mangkubumi Pastarana mengamati kain itu dengan seksama, diterawang sesaat. "Tidak ada bekas percikan, hanya rembesan darah. Apakah kain ini tepat dimulut luka?"
Jaka mengangguk, membuat Mangkubumi Pastarana berkerut serius. "Artinya serangan yang dilakukan bukan dengan sabetan senjata, bukan pula pukulan. Tapi sejenis tusukan dengan ujung sangat tajam dan kecil. Namun memiliki daya letus terbatas pada ujungnya, membuat daging atau syaraf yang kena, bisa pecah dan mengalirkan darah cukup deras."
Jaka tidak berkomentar, sebenarnya dia hampir saja mengatakan; "serupa dengan seranganmu yang berkesan tajam", tapi pada forum seperti ini, ucapan tersebut akan sangat membahayakan, karena bisa diolah sedemikian rupa oleh orang-orang yang tak menyukai Mangkubumi Pastarana, untuk menyingkirkan dia dari istana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu apa maksud kain ini?" Tanya Mangkubumi Pastarana berkerut kening.
"Ini terjadi tepat di perbatasan kota ini, apakah tidak ada yang tahu?"
Mangkubumi Pastarana menoleh kepada salah satu senopatinya, tapi dia hanya menunduk, artinya; tidak tahu ada kejadian semacam itu.
"Korbannya adalah salah seorang tetua perguruan yang cukup besar, tak perlu kusebutkan namanya, kini dia dalam perawatan kami, sampai sekarang belum siuman juga."
"Karena luka itu?" Tanya Mangkubumi Pastarana tidak percaya, meskipun luka itu bisa membuat daging koyak, tapi tidak mematikan, tidak membuatnya menjadi terlalu parah.
"Bukan, tapi karena ini?" Jaka mengangsurkan bungkusan yang tadi ditaruh diatas kain penuh bercak darah itu.
Saat Mangkubumi Pastarana membuka, Jaka
menyarankannya untuk hati-hati. "Itu adalah racun yang kami daur ulang kembali dari luka si korban."
Wajah Mangkubumi Pastarana berubah sangat serius.
Meskipun dia tidak memiliki pengetahuan mengenai racun seluas Jaka, tapi cukup mengetahui ciri racun berbahaya dari bentuk dan warnanya. Dengan cepat, Mangkubumi Pastarana menyayat ujung jemarinya, meneteskan darah tepat diatas bubuk racun tersebut.
Cesss! Darah yang tercampur bubuk racun segera menghitam, lalu kain yang digunakan membungkus racun itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
secara perlahan dirambah noda warna hitam"nyaris seluruh bagian.
"Racun apa ini" Sungguh ganas!" desis Mangkubumi Pastarana menyingkirkan kain tersebut.
"Tidak tahu," Jawab Jaka. "Tapi sifatnya memang ganas, begitu masuk kedalam tubuh, akan mengejar darah, sangat sulit menyembuhkan racun seperti ini, karena selain sifatnya yang cepat membaur, racun ini juga mengencerkan darah."
Kata demi kata sudah didengar semua orang, membuat situasi jadi tak nyaman. Sudah tentu Sang Raja pun harus segera bersiap dalam pengamanan yang kian ketat, karena boleh jadi si pemilik racun tidaklah sebaik hati peneror malam kemarin yang hanya "bermain-main" terobos sana sini, gebuk sana-sini.
"Lalu terakhir, ini" silahkan diperiksa." Jaka menyerahkan kain tipis yang berisi tulisan "sedang mengikuti san- - - -"
bagian lanjutan sepertinya sengaja di coret.
Mangkubumi Pastarana kembali meneliti kain. "Kain ini terbuat dari pintalan serat kayu gaharu, sungguh mahal, lagi pula tidak semua orang bisa membelinya. Ini dibuat berdasarkan pesanan kusus. Pemiliknya pasti bukan orang biasa."
"Bisa dari kalangan istana?" Tanya Jaka membuat tiap mata menatap kearahnya. Penyakit dalam kata yang diucapkan Jaka sungguh tidak kecil.
Pratyadhiraksana mengumpat dalam hati, "setan alas!
Dengan ini gerakanku makin terbatas!" dan tentunya bukan Pratyadhiraksana saja yang merasa demikian, pihak lain yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memiliki mata-mata di sekitar Kerajaan Kadungga-pun menjadi was-was.
"Bagaimana dengan jenis tulisannya?" Tanya Jaka.
Lagi-lagi Mangkubumi Pastarana harus menggeram menyaksikan hal terakhir, begitu banyak kepusingan yang bisa menimbulkan kepanikan, telah di bawa Keluarga Keenam.
"Tiap goresannya sungguh cepat, berkesan tergesa.
Artinya dia selalu bergerak mengamati. Tapi siapa itu "san- - - "
yang di maksud?" Tanya Mangkubumi Pastarana membuat wajah Pratyadhiraksana berubah sesaat. Apakah tujuan Keluarga Keenam adalah Sandigdha" Pikirnya gundah.
"Kami tidak menyelidiki sampai sejauh itu, bagaimanapun ini diluar kewenangan kami. Jika kami harus bergerak untuk menyelesaikan permasalahan, harus ada komitmen yang dibangun antara Keluarga Keenam dengan Kadungga!" tegas Jaka.
Mangkubumi Pastarana menatap orang dihadapannya dengan seksama, baru satu orang dari Keluarga Keenam, tapi sudah menimbulkan kerumitan seperti ini. Bagaimana jika mereka bergerak serentak" Mangkubumi Pastarana tak bisa membayangkan. Dia menatap Sang Raja meminta
pertimbangan. "Kalian meminta komitmen, rasanya itu terlampau jauh!"
kata Sang Raja merasa keberatan.
"Terserah anda Yang Mulia?" kata Jaka dengan nada tanpa beban. "Tidak ada kerugian apapun buat kami, toh kewajiban kami menolong Kadungga hanya untuk menangkap penyusup yang menebar ancaman tadi malam. Apa-apa yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami lakukan"dengan berakhir membawa beberapa barang bukti ini, hanya pekerjaan sambil lalu. Hanya sebagai bentuk perhatian terhadap kawan, supaya berhati-hati. Maka ini tidak untuk dikerjakan dengan serius."
Bagi mereka, ucapan Jaka seperti menerima recehan, membuang emas. Bersedia mengurus masalah kecil, tapi tak mau yang rumit. Dan seperti yang diisyaratkan tadi, jika pihak Kerajaan Kadungga ingin Jaka sekalian menuntaskan, maka ada komitmen yang harus di bangun.
Berdasarkan gagalnya ujian dari Mangkubumi Pastarana untuk merobohkan Keluarga Keenam, ditambah lagi kemahiran mereka dalam mendaur ulang racun, serta bisa mendapatkan secarik kain langka dengan tulisan sandi, rasanya untuk menuntaskan ketiga masalah yang mereka ungkapkan tadi, jadi mudah sekali. Tapi komitmen apa yang diminta oleh Keluarga Keenam, sampai saat ini Sang Raja enggan mencari tahu. Bagaimana jika nanti Keluarga Keenam ternyata mengganggu kedaulatan negerinya" Ini berbahaya!
Entah mengapa, baik Mangkubumi Pastarana maupun Pratyadhiraksana, memiliki pendapat sama, mereka merasa; memanggil Keluarga Keenam itu tindakan yang terlampau terburu, dan bisa pula menjadi kesalahan fatal.
Pratyadhiraksana memastikan Keluarga Keenam akan bertindak layaknya benalu. Dan ini memusingkan! Karena banyak keterbatasan gerak yang bakal di alami Pratyadhiraksana. Padahal sebelumnya dia pernah memerintahkan Sembilan Belantara sekalian untuk mencari tahu tentang Keluarga Keenam. Tanpa diduga, sudah dua kali ini dia bersua, dan semua membawa kerugian baginya! Sudah tentu Pratyadhiraksana merasa dongkol setengah mati!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Raja berunding dengan Mangkubumi Pastarana, dia menanyakan apakah tidak mungkin segala sesuatunya justru merupakan rekayasa Keluarga Keenam untuk mengacau"
Mangkubumi Pastarana tak bisa menjawab pasti, dia berpendapat racun yang dibawa Keluarga Keenam bukanlah sembarang racun yang bisa dibuat dalam jangka waktu singkat.
Sang Raja termenung sesaat. "Baiklah, aku akan mengambil resiko besar dengan mendengarkan apa kemauan kalian."
Jaka tersenyum. "Saya rasa bukan hal yang luar biasa, kami cuma meminta kepercayaan dari pihak kerajaan untuk menyelesaikan semua masalah ini."
"Oh?" Sang Raja terbelalak, lalu tertawa. "Hanya seperti itu?"
"Ya?" sahut Jaka.
"Itu sangat mudah!" serunya lega.
"Tentunya, jika kami harus menyelidik kesana kemari supaya tidak mendapat salah paham dari pihak Kerajaan Kadungga, ada tanda khusus yang bisa kami dapatkan.
Begitu?" ujar Jaka. "Tentu, tentu?" sahut Sang Raja cepat. Tanda kepercayaan yang di minta Keluarga Keenam, itu sama halnya tanda kepercayaan yang di miliki para pejabat kusus yang bertugas berkeliling negeri.
Mangkubumi Pastarana bisa menghela nafas lega, Keluarga Keenam hanya membutuhkan kebebasan bergerak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
secara formal"meskipun mereka tidak membutuhkan itu. Tapi entah kenapa bagi Pratyadhiraksana, tetap ada hal yang aneh. Tapi dibagian mana yang aneh, dia tak tahu.
===o0o=== Pertemuan itu ditutup dengan diberikannya empat lencana emas yang memiliki stempel langsung dari Sang Raja.
Lencana ini menyebutkan Keluarga Keempat dapat bergerak bebas di seluruh wilayah Kadungga. Bahkan untuk bertemu dengan para pejabat yang saat ini hadir-pun, sama mudahnya bertemu penjual tempe. Tanpa tetek bengek birokrasi menyebalkan.
Satu bidak besar sudah digerakkan oleh Jaka, pemuda ini sengaja meniru tulisan yang berada pada krah baju Nekawarnnarengit yang dibunuh Sandigdha. Kecuali potongan senjata yang memang nyata diambil dari Perkampungan Menur. Bukti lain yang bisa "bercerita" adalah murni rekayasa.
Bagaimana dengan "bukti" racun" Itu adalah bentuk reka ulang dari racun yang di gunakan Sandigdha untuk memoles seluruh kereta uangnya, yang dicampur dengan biang racun dari hati merak yang dibuat dengan bisa ular paling keras dari dunia barat"yang juga merupakan pemberian Sandigdha.
Semua yang di lakukan Jaka bukannya tiada arti. Untuk menipu seorang ahli memang butuh keahlian tinggi pula, Jaka bersama Ki Alih dan Jalada berdiskusi cukup intens untuk menciptakan sebuah pukulan berciri seperti yang disimpulkan Mangkubumi Pastarana. "Bukti" pukulan bercampur racun, makin memudahkan Jaka untuk mengarahkan opini. Kain dengan percikan darah beserta racun, digunakan Jaka untuk mengantisipasi pergerakan orang yang melukai Phalapeksa.
Manakala pihak yang berwenang tahu, ada pergerakan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
misterius dengan berbekal racun dan kemahiran tinggi, membuat Jaka mudah mensinkronkan setiap strategi dalam menghadapi beragam situasi di lapangan. Sebab, kali ini sudah ada lencana emas dari Sang Raja di kantongnya.
Lalu, apa alasannya menggunakan kain dengan pintalan serat gaharu" Sesuai opini yang di arahkan Jaka, kain gaharu jelas hanya bisa dinikmati kebanyakan kalangan kerajaan.
Jaka berasumsi, Kwancasakya sudah masuk pula kedalam Kerajaan Kadungga. Dengan menyamakan kalimat yang terdapat di dalam krah baju Nekawarnnarengit, sudah cukup memberikan "teguran" bagi pihak Kwancasakya untuk berhati-hati, agar tidak sembarangan bertindak"mengail diair keruh.
Jaka ingin memberitahu pada Kwancaskya, bahwa; Keluarga Keenam memantau gerakan mereka.
Inilah cara Jaka dalam "memintal bulu domba", siapapun orangnya"dalam hal ini Pratyadhiraksana"pasti akan segera memberi tahu seluruh kejadian di balairung istana kepada Sandigdha. Dengan sendirinya Sandigdha si Tangan Bayangan akan menggeliat mencari pelindung, entah dia akan membawa jejak ini kepada si Tua Bangka, atau justru kepada pihak lain"yang belum Jaka ketahui, itulah garis besar rencana Jaka.
Begitu njelimet, membuang tenaga dan pikiran banyak pihak. Apakah hanya demi mengurus tokoh tingkat lima dalam keluarga Tumparaka saja" Tentu tidak. Pada dasarnya Jaka sangat berkepentingan dengan racun masa lalu yang sedang di jiplak oleh "si entah siapa". Karena pemuda ini sadar, ada hal yang jauh lebih mengerikan sedang dirancang oleh seseorang. Dia harus menghentikannya. Hanya itu!
-o0o- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
123 " Domino Effect : " akhir sebuah
awal [4] Bayangan itu bergerak cepat, lurus. Menerobas hutan, tak perduli pepohonan menghalangi, dia tetap berlari lurus, batang yang menghalangi ditabrak hingga hancur berantakan. Saat mendaki lereng bukit pun, tak perduli batu menghalangi langkahnya, semua di terjang begitu saja, membuatnya rengkah. Dia tak ingin mengurangi kecepatannya, seolah esok sudah tiada hari lagi untuknya. Deru nafas tak beraturan membuat dada mengombak liar, hingga akhirnya di sebuah pondok di salah satu sudut lembah Gunung Khumbaira.
Pondok itu kecil, tapi di belakangnya, ada benteng di kelilingi tembok alami, tebing. Pondok kecil itu tak lebih hanya pintu masuk. Rasanya tak cukup kuat menahan serangan dari orang awam sekalipun. Tapi, lelaki yang memiliki peringan tubuh hebat ini tak berani melangkah lebih jauh, dia duduk bersila di depan podok sambil mengatur nafas. Sebelum mendapatkan izin, selangkahpun tak berani dia tapakkan.
Garis pada tanah padas sepanjang setengah tombok di hadapannya, menjadi aturan baku, "barang siapa melewatinya, jangan pernah memikirkan kehidupan selanjutnya", orang ini masih ingin hidup, dia tak ingin dikurung dalam benteng di belakang pondok itu.
Saat orang itu datang, waktu adalah tengah hari, tapi hingga malam haripun tak ada orang keluar dari pondok, hingga akhirnya pagi dijelang. Pintu pondok terbuka. Bunyi keriyutan pintu yang sudah mulai usang itu serasa menjadi alunan suara paling merdu bagi lelaki ini, matanya berbinar melihat kedepan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terlihat sebatang bambu hitam sebesar lengan keluar lebih dulu dari dalam, selanjutnya dia melihat satu langkah kaki, terlihat begitu berat. Tak berani memandang, orang ini menundukkan kepala. Matanya hanya berani melihat hingga sebatas lutut saja, pandangannya terfokus pada bambu hitam dengan lurik hijau tua, yang lamat-lamat mengeluarkan suara berderak. Sekeliling bambu itu sudah terlihat pecah, hingga saat mendapatkan tekanan tenaga dari atas, saling melengkung, tapi tidak patah. Keleturan bambu itu tak jauh beda dengan rotan"bahkan melebihiya. Lelaki ini tahu sekelumit, ada banyak rahasia dibalik kisah bambu sederhana itu. Tapi kisah Bambu Lentur berwarna kuning tentunya tidak sekelam bambu hitam ini.
Prak! Prak! Derak bambu terdengar makin kencang, seolah muncul beban ratusan kati yang harus disangga. Meski ujung bambu menempel di tanah, tapi tak sekalipun menimbulkan goresan.
"Hiaaaa!" mendadak si penghuni pondok berteriak kencang, hawa sakti bergulung-gulung saling tumpuk membuncah, membuat tanah dalam radius dua puluh tombak retak merata.
Membuat lelaki yang tengah bersimpuh ini terpelating berguling-guling. Hempasan hawa sakti bagai letusan mortar bergulung-gulung melanda seputar dua puluh tombak kedepan. Belasan pohon sepelukan orang dewasa miring, nyaris tercabut dari akarnya.
Lelaki itu hanya bisa menyingkir dengan lutut gemetar, hanya pelepasan udara untuk menghela hawa sakti saja sudah membuat kondisi ruyam begini, apalagi jika dia bersungguh-sungguh. Setelah dirasa tak ada hempasan hawa sakti, dia mendekat dan duduk berlutut lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hening menggigit. Desau angin seolah tak bisa mendekat pada wilayah diseputar lelaki bertongkat bambu.
"Kemari!" katanya dengan suara yang lembut, membuat dia makin bergetar, konon orang itu akan timbul sikap kejinya saat berbicara ramah padamu.
Dengan takut-takut, si pendatang mendekat, kepalanya belum berani diangkat sejak tadi. Iapun tidak berani berbicara"takut salah, dengan cekatan diletakkan bungkusan yang digendongnya tadi. Bungkusan itu menyegel sebuah tempurung kelapa.
Penghuni pondokan bambu ini berkerut kening, di guncangnya secara perlahan, tidak ada terbit suara dari dalam. Dengan sekali remas, tempurung itu hancur, menyisakan selembar gulungan.


Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hanya ada tulisan singkat. "Gunakan dia."
Membuat penghuni pondok ini tersenyum tipis. "Maafkan aku." Katanya seraya menyerahkan lembaran itu.
Tidak berprasangka apapun, di bacanya tulisan itu. "Ma-maksudnya apa?" untuk kali pertama dia baru berani mendongakkan kepala dengan tangan sedikit bergetar.
Hampir saja dia menjerit kaget, bukan karena tampang si penghuni pondok, tapi karena dia bisa merasakan senyum tipis dari wajahnya adalah keramahan yang membawa berita tak baik baginya. Keinginan bertahan hidup merupakan indera terpeka yang dimiliki manusia, demikian pula dengan si pendatang, begitu melihat senyum, dia berupaya mundur sekuat tenaga. Peringan tubuh andalannya terkembang sempurna, tubuhnya melejit kebelakang dengan pesat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kurang dalam satu helaan nafas saja, tiga puluh tombak sudah ditempuh dalam kondisi masih menghadap si penghuni pondok bambu. Saat tubuhnya membalik, untuk kembali menghela dengan kecepatan maksimal, baru dirasakan ada keanehan. Tubuhnya tak lagi bisa bergerak, seolah ada tangan tak terlihat menahan gerakan. Perlahan tubuhnya yang sedang melayang, turun menyentuh tanah.
Masih dalam kondisi membelakangi, dia terseret perlahan menuju penghuni pondok bambu, terseret makin mendekati rumah bambu. Pada saat garis yang menggores tanah sudah terlewat, rasa putus asa sudah melingkupi dirinya.
"Dari pada aku harus menjadi budaknya seumur hidup, lebih baik aku mati dengan gegap gempita!" pikirnya dengan tekad bulat. Tubuhnya segera membalik, lalu ditubruknya si penghuni pondok itu sekuat tenaga.
Kemahiran paling menonjol adalah peringan tubuh, dengan sendirinya hawa sakti orang ini tak cukup bagus saat difokuskan pada pukulan yang bersumber dari Perguruan Walet Hijau, Hawa Membuyar Berkirim. Hanya karena tenaga yang terfokus pada kaki untuk melejitkan peringan tubuh, memang sangat baik, membuat bobot pukulannya dapat naik berkali lipat. Tinju menderu dengan kuat, memecah angin dikanan kiri, langsung mengarah kepala si penghuni pondok.
Buuk! Pukulan mendarat mentah-mentah di wajah, membuat lelaki keluaran Perguruan Walet Hijau ini menyeringai. Pukulan miliknya merupakan salah satu ilmu andalan perguruan, jika dipukulkan pada benda, bisa merembet pada objek di belakangnya. Jika dipukulkan secara langsung, bisa dirambatkan sesuka hati keorgan lawan. Dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saat ini pukulannya dirambatkan ke jantung lawan.
Membuatnya pecah! "Nyaman sekali." Desis si penghuni pondok membuat senyum girang segera lenyap dari wajah orang itu. Ternyata pukulan itu tak membawa hasil, kengerian langsung terbayang di wajahnya, manakala penghuni pondok itu mencengeram kepalan pukulan, menariknya dengan kuat membuat dia berlutut dengan kepala mendongak.
"Ilmu hebat, sayang sudah pernah kurasakan di masa lalu, ini tidak berguna buatku." Katanya sambil mencengkeram ubun-ubun lawan. "Kau harus merasa terbormat, akan menjadi bagian diriku." Desisnya lirih.
Di saat bersamaan lelaki dari Perguruan Walet Hijau merasakan seluruh himpunan hawa murninya tersedot keluar melalui ubun-ubun.
"Aaarhg!" raungan kesakitan memantul melalui dinding-dinding tebing. Dalam sela-sela kesakitannya karena hawa murninya bobol sederas itu. Lelaki ini mengutuk membabi buta. "Aku menyesal telah mempercayaimu" sungguh keji, sungguh keji! Kau" seorang Delapan Sahabat?"suaranya tercekat sesaat. ?"Empat Penjuru akan membayar ini semua!"
Merasakan tenaganya berkurang drastis, satu tangannya yang bebas, meraba ke balik baju, diambilnya sebuah benda sebesar ujung kelingking.
Si penghuni pondok bambu, membiarkan kelakukan korbannya. Dia tidak merasa terancam sama sekali. Saat ini dia sedang mencerna dan menikmati curahan hawa murni korban.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hiaaa!" dengan sekuat tenaga lelaki itu melemparkan bola itu keatas dengan mengibaskan tangan kebelakang, kekuatan terakhir hawa murni yang masih tersisa dan keputusasaan membuatnya tak perduli jika lengannya harus patah akibat lemparan yang bertolak belakang itu.
Saat bola itu sudah mencapai titik tertinggi, barulah penghuni pondok bambu itu menyesalkan atas
kecerobohannya. Bola itu meletus memancarkan asap putih, membuat burung-burung diseputar lembah itu segera terbang berkumpul mengerumuni asap. Bola itu seperti isyarat pemberitahuan, Perguruan Walet Hijau memiliki cara yang sangat unik dalam berkirim kabar. Saat bola asap itu dirumuni burung, dan burung-burung itu akan menjadi daya tarik sejumlah burung lain, hingga akhirnya kumpulan burung yang banyak itu akan menarik perhatian orang, mereka akan berputar-putar seperti membentuk payung raksasa di sekitar ledakan bola asap, hingga berhari-hari lamanya.
Menyaksikan burung-burung mulai berputar-putar diatas sana, lelaki ini malah tersenyum. Meskipun nanti akan banyak gangguan, tapi itu tak membuatnya kawatir, makin banyak orang datang kemari, makin banyak "santapan" bergizi yang bisa di cernanya. Dengan langkah sangat lambat, orang ini kembali masuk kedalam pondoknya sambil menyeret tubuh sang korban.
===o0o=== Arwah Pedang sedang melintas diseputar Gunung Khumbaira, dia memperoleh permohonan dari salah seorang karibnya untuk mencari adiknya yang hilang, kabar terakhir menyatakan sang adik yang berprofesi menjadi petugas telik sandi Kerajaan Rakahayu. Langkah Arwah Pedang tersendat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena melihat kumpulan burung-burung berputar-putar diangkasa secara tidak wajar.
Adik sang kawan, pernah menjadi murid Perguruan Walet Hijau, atas tanda yang ditimbulkan burung-burung itu membuat Arwah Pedang curiga. Ada kemungkinan, dia sedang dalam kesulitan. Segera di burunya tempat dibawah burung-burung itu berputar berkeliling.
Langkah kaki Arwah Pedang telah membawanya menuju pondok kecil, tiba-tiba kuduknya dibangkitkan oleh semacam perasaan yang misterius. Selama hidup, Arwah Pedang tidak pernah merasakan takut. Tapi entah kenapa, pondok kecil itu mendatangkan rasa seram di hatinya. Lamat-lamat dari dalam lelaki jangkung ini bisa merasakan ada letupan hawa murni yang terbit dan membuyar bersama udara. Letupan hawa murni itu cepat sekali menghilang dan secepat itupula timbul, membuat Arwah Pedang tak berani melangkahkan kaki lebih dalam.
Dulu, dia pernah mendengar cerita, jika merasakan aura hawa sakti yang memendar redup dan kuat secara simultan, mengartikan ada seseorang menguasai semacam teknik terlarang yang sanggup meyedot hawa murni lawan. Tak perduli kau menyerang beberapa kali, tiap hawa sakti yang menghampirinya akan disedot tuntas.
Tanpa sadar keringat dingin mengucur membuat punggung Arwah Pedang basah, dia tak pernah ragu dalam bertindak, tapi tiba-tiba saja dia harus menghadapi keraguan terbesar dalam hidupnya. Dengan perlahan lelaki jangkung ini mengundurkan langkah, dia benar-benar tidak berani melanjutkan langkah mendekati pondok itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padahal, seandainya keputusan untuk memasuki pondok bambu dibuat Arwah Pedang, dia bisa menghindarkan bencana dalam dunia persilatan. Di dalam pondok, lelaki yang sudah menguras tuntas hawa murni seorang murid Perguruan Walet Hijau, terlihat sedang kesulitan mencerna tenga saktinya. Desakan dari belasan jenis hawa murni yang sudah diserapnya membuat simpul-simpul penguasaan hawa itu tak kuat menampung. Saat ini, kondisinya berada pada titik terlemah.
===o0o=== Jaka sedang meneliti gulungan yang diperoleh dari bawah kandang sapi. Berkali-kali dahinya berkerut, seluruh isi tulisan menggunakan bahasa bersayap dan umum, terlihat tidak begitu penting, tapi Jaka paham, ini semua sangat penting.
Sehingga harus disamarkan secara rumit. Pemuda ini merasa sedang membaca sebuah cerita, judulnya sangat aneh: Lintasan garis dalam tujuh tautan. Hingga akhirnya atas pengetahuan dari ragam sandi yang juga ada dalam rontal-rontal tersebut, Jaka bisa menyimpulkan tentang hal-hal yang coba diurai dalam catatan tersebut. Sebuah garis dengan tujuh lintasan"
Dalam cerita itu, Jaka bisa sedikit mengambil kesimpulan ada semacam transaksi yang pernah, sedang, dan akan berjalan antara orang yang menulis cerita dengan sebuah garis dengan tujuh lintasan. Jaka tidak tahu, macam apa garis dengan tujuh lintasan itu. Namun dalam kisah yang di ceritakan ini, fungsi garis dengan tujuh lintasan seperti pengawas, pemberi peringatan, dan sesekali mengesksekusi.
Atas fungsi-fungsi itupun Jaka baru bisa mengambil kesimpulan dengan susah payah setelah mentransalasikan dengan simbol dan kode dalam rontal sebelumnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kota Pagaruyung?" pikirnya setelah harus mengutak-atik kalimat"membongkar lalu menyusun dengan kalimat lain.
Pagaruyung ada salah satu yang dihasilkan dari utak-atik gatuk itu, dan Jaka tahu, kota itu adalah kota terujung Kerajaan Kadungga yang berbatasan langsung dengan Kerajaan Rakahayu. "Apakah yang disebut garis ini ada disana?"
Jaka menimang-nimang apakah dirinya perlu kesana untuk memperjelas segala sesuatunya. Tapi mestinya, pihak Sandigdha"Keluarga Tumparaka, sudah mengambil tindakan atisipasi, mengingat tempat persembunyian mereka sudah diacak-acak.
Tok-tok! Pintu kamarnya di ketuk, "Sebentar!" sahut Jaka sambil membereskan gulungan itu dan menyimpannya. Dia segera membuka pintu, terlihat wajah Ki Alih sangat serius. "Ada apa paman?" Tanya Jaka dengan kening berkerut.
"Kita harus segera bergegas menuju Pratyantara." Katanya tegas.
Jaka tak banyak bertanya, pasti ada hal penting yang membuat Ki Alih begitu serius. Cambuk menyertai perjalanan Jaka dan Ki Alih. Dari rumah batu markas sementara Jaka, untuk mencapai tempat yang disenyalir sebagai kantor pusat Pratyantara, bagi orang-orang seperti mereka cukup dalam satu hari satu malam, mereka sudah tiba.
Mereka pernah menggunakan nama Pratyantara untuk transaksi dengan Kerajaan Kadungga, tak disangka sekarang harus menuju markas mereka untuk meneliti sesuatu. Tak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jauh dari bangunan yang disenyalir sebagai markas Pratyantara. Seorang lelaki bertubuh gemuk menyambut ketiganya.
"Yang manakah Mahapandra?" dia bertanya, maklum saja mereka dalam kondisi menyamar, maka orang itu tak mengenal.
Jaka tidak menjawab, hanya mengangkat tangannya memberi isyarat.
"Mohon mengikuti saya?" katanya dengan hormat.
Ki Alih beserta Cambuk saling pandang, mereka membiarkan Jaka masuk kedalam bangunan.
"Kau tidak memberitahukan apapun padanya, kakang?"
Tanya Cambuk pada Ki Alih.
"Aku tidak berani." Sahutnya singkat.
Cambuk mengerutkan kening, meskipun Jaka orang yang sangat terkendali, tapi manakala menghadapi suatu kabar yang mengejutkan, entah reaksi apa yang akan di lakukannya" Mereka menerima kabar dari mata-mata yang di tugaskan Penikam, beberapa penyusup yang di tanamkan di perkumpulan Pratyantara, sudah disapu bersih, dan itu termasuk Ratnatraya.
Ratnatraya bukan dari kalangan persilatan, bukan pula kerabat Jaka, tapi wanita berusia pertengahan tigapuluhan itu sangat dekat dengan Jaka, pada suatu kesempatan Jaka pernah mengatakan pada mereka, bahwa; dia bersyukur punya kakak perempuan yang memperhatikan segala sesuatu urusannya. Cambuk tahu, yang di maksud kakak perempuan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah Ratnatraya. Seorang wanita yang diselamatkan Jaka dari sekapan pejabat gila. Ratnatraya ditahan dengan belasan orang wanita lain, mereka dijadikan budak nafsu seorang pejabat yang memiliki hubungan dengan kalangan tokoh hitam. Ratnatraya sekalian dijadikan alat untuk mengorek informasi dari tokoh-tokoh pesilat. Setiap hari mereka harus mengkonsumsi obat perangsang. Pendek kata, Ratnatraya sudah mati sebelum kematian itu sendiri datang.
Bahkan setelah diselamatkan Jaka Bayu, wanita itu lebih memilih mati. Tapi atas ketelatenan Jaka dalam mengentaskan kecanduan atas obat perangsang yang mematikan syaraf-syarafnya, membuat Ratnatraya memilih mengikuti Jaka.
Ki Alih masih teringat dialog yang membuat dadanya sesak.
"Kau sudah menyelamatkanku, membuatku kembali menjadi wanita normal, memberikanku sebuah pengormatan pula" jika tidak kau izinkan aku mengikutimu, lebah baik aku mati." Ucap Ratnatraya tegas.
Waktu itu Jaka tidak punya pilihan lagi. "Mengikutiku akan sangat menyulitkan kehidupanmu." Katanya saat itu Ratnatraya tertawa getir. "Bagiku, saat ini tidak ada kehidupan sulit yang melebih kesulitanku sebelumnya?" Ya, Ki Alih dapat membenarkan alasan itu, bagi seorang wanita, dipaksa melacur"membuatnya harus terkena beragam penyakit kelamin, kecanduan perangsang, dan tak lagi punya pengharapan hidup, jelas merupkan puncak siksaan hidup.
Memangnya apa lagi yang lebih sulit dari pada itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka menerimanya, perhatian pemuda itu pada Ratnatraya memang dilakukan semata-mata supaya wanita itu memiliki semangat hidup lagi. Hubungan keduanya sangat dekat, bukan sebagai kekasih tentunya, tapi seperti kakak beradik.
Ratnatraya membalas penghormatan Jaka dengan mencurahkan segenap perhatiannya untuk kebaikan Jaka Bayu. Mulai dari pakaian, makanan, hingga memaksa pemuda itu beristirahat jika sudah masanya. Dan pada suatu ketika, Ratnatraya meminta pada Jaka untuk diberikan tugas tertentu.
Dia merasa malu hanya menjadi beban Jaka.
Jaka tahu, penolakannya akan membuat Ratnatraya mengancam untuk bunuh diri lagi. Maka dia berdiskusi dengan Penikam, tempat manakah yang paling baik dan aman untuk wanita seperti Ratnatraya. Dan jawaban waktu itu adalah Perkumpulan Pratyantara. Ratnatraya sudah empat bulan berada disana, dia berprofesi sebagai mata-mata yang merangkap menjadi juru masak. Dan hingga kini"
Ki Alih menghirup udara dalam-dalam. Dia memperhatikan rumah itu terus, menduga-duga apakah yang akan di lakukan Jaka dengan situasi saat ini" Dari dalam rumah muncul lelaki yang tadi meminta Jaka untuk masuk.
"Tu-tuan, bisakah anda berdua masuk?"
Cambuk saling pandang dengan Ki Alih, tanpa bertanya keduanya mengikut masuk. Mereka hanya melihat punggung Jaka di ruangan paling belakang, pemuda ini berdiri di pintu masuk kamar membelakangi mereka. Dia berdiri tertegun.
Cambuk mencoba mengintip dari sisi tubuh Jaka, terlihat di pembaringan sosok wanita yang sudah membujur kaku, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertutup kain menyisakan wajah cantiknya yang sudah membeku.
"Paman Alih," Jaka memanggil dengan suara parau.
"Ya?" "Mulai saat ini, Pratyantara menjadi tanggung jawabmu."
Ki Alih mengiyakan. "Apakah aku harus mencari pembunuhnya?" lanjutnya bertanya.
Jaka tidak menjawab. Hanya mengangguk.
"Apa yang harus kulakukan padanya?"
Jaka membalikan badan, dalam sekilas mereka bisa melihat tatapan Jaka seperti mengeluarkan percikan api, begitu tajam menakutkan. Pemuda ini mengatupkan matanya sesaat. "Temukan motifnya, kenapa dia harus membunuh orang-orang kita" membunuh Ratnatraya!" desis Jaka dengan suara dalam.
"Dia terbunuh karena apa?" Cambuk bertanya dengan wajah meringis, karena pinggangnya di sikut Ki Alih secara mendadak. Kepalan Arhat Tujuh terlihat mendelik, mengingatkan Cambuk supaya tidak bertanya disaat seperti ini.
"Tidak apa paman?" gumam Jaka sembari menutup pintu kamar. Dia menoleh kepada lelaki gemuk. "Aku sendiri yang akan memakamkannya, kau dan teman-temanmu tidak perlu repot."
Sambil mengangguk mengiyakan takzim, si gemuk undur diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka duduk dengan perasaan tegang, tangannya terkepal erat. Membuat Cambuk merasa bersalah atas pertanyaan tadi.
"A-aku sudah memeriksanya?" kata Jaka dengan parau.
"Dia meninggal karena keletihan" keletihan yang luar biasa!"
setelah berbicara demikian Jaka menghembuskan nafas panjang. "Aku akan memakamkannya sekarang, setelah itu aku akan kembali. Paman sekalian urus persoalan disini hingga tuntas!" katanya singkat dan berlalu dari hadapan mereka.
Ki Alih dan Cambuk hanya bisa mengiyakan saja, Cambuk terbelalak saat tanpa sengaja tangannya menyentuh kursi yang tadi diduduki Jaka. Kursi dari kayu jati yang keras itu sudah menjadi bubuk, rupanya pemuda yang sehari-hari sangat terkendali inipun, tengah bermasalah menahan marah, membuat kursi harus hancur lebur karena tak kuat menahan pancaran hawa saktinya.
Jaka masuk kekamar itu lagi. Di tepi pembaringan, Jaka menatap Ratnatraya dengan mata berkaca-kaca. "Kau hampir mengakhiri hidup karena rasa malumu" kenapa pula sekarang karena mengikutiku, kau harus meninggal dengan cara begini?" sesal Jaka menyalahkan dirinya. Pemuda ini sudah melakukan pemeriksaan, Ratnatraya tewas karena kecanduan lagi, dan keletihan. Letih karena harus bercinta terus menerus. Entah berapa lelaki yang menggilir wanita malang itu. Mengingat hal itu, membuat amarah Jaka meluap lagi. Tapi pemuda ini menahannya, dia tidak ingin karena rasa marah, membuat dirinya melakukan pembalasan. Dan bertindak semena-mena.
Dari luar, Ki Alih dan Cambuk mendengar "dak-duk" didalam kamar, nampaknya Jaka berniat membuat makam di dalam Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamar. Mereka berdua tidak berani masuk membantu.
Keduanya membiarkan Jaka memberikan penghormatan terakhir pada Ratnatraya
===o0o=== 124 --0o~Didit-dw*kz~o0- --0o~Didit-dw*kz~o0- ---0o~Didit-dw*kz~o0- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Document Outline SERULING SAKTI Daftar Isi : 1 - Pertemuan Rahasia 2 - Cakar Darah Mayat 3 - Sang Pocong 4 - Biro Pengiriman Golok Sembilan
5 - Perkumpuan Pratyantara
6 - Riyut Atirodra 7 - Beliau, Jaka Bayu 8 - Bersiasat 9 - Kota Pagaruyung 10 - Perjumpaan Dengan Calon Guru
11 - Sekelumit Kisah Jaka Bayu
12 - Telaga Batu 13 - Menjumpai Tokoh Perguruan Naga Batu
14 - Beruluk Salam Menukar Muslihat
15 - Kisah Lampau Dalam Catatan Ki Lukita
16 - Kejutan Untuk Penyatron
17 - Penjebak Terjebak 18 - Geliat Perkumpulan Rahasia
19 - Tawanan dari Perguruan Sampar Angin
20 - Lima Pelindung Putih
21 - Menjumpai Para Sesepuh
22 - Intai Mengintai 23 - Perjumpaan Yang Tak Sesuai Rencana
24 - Singo Lugas, Matahari Dua Bukit
25 - Sobat Baru dari Perguruan Walet Hijau
26 - Bertukar Jurus 27 - Koordinasi Taktik 28 - Menguji Pancawisa Mahatmya (Lima Racun Yang Mematikan)
29 - Memunahkan Pancawisa Mahatmya
30 - Sebuah Cita-Cita 31 - Sambutan Aneh 32 - Diuji Aliran Garis Tujuh Lintasan
33 - Uji Kesaktian 34 - Improvisasi Ilmu 35 - Informasi Terbaru 36 - Menjadi Murid Resmi 37 - Menabur 'Salah Paham'
38 - Konklusi 'Kesalahpahaman'
39 - Muasal Tenaga Semu 40 - Upaya Penyembuhan Rubah Api
41 - Menuntaskan Pengobatan Rubah Api
42 - Siasat Mematik Api 43 - Bertutur Kisah Lampau
44 - Kisah Perguruan Macan Lingga 1
45 - Kisah Perguruan Macan Lingga 2 (Perjumpaan Yang Mengesankan)
46 - Kisah Perguruan Macan Lingga 3 (Ki Gede Aswantama)
47 - Sedikit Pengungkapan Aktifitas Rahasia
48 - Jejak Pedang Baja Biru
49 - Menebar Takut Berbalut Lisan
50 - Persiapan Melatih Ilmu Dasar
51 - Berlatih Ilmu Dasar 52 - Bertukar Ilmu- Siapa Berlatih, Siapa Melatih"
53 - Berselisih Pendapat 54 - Meditasi Batu Mulia 55 - Hari Kedua Berakhir 56 - 'Mengkonfirmasi Identitas', Menarik Simpati
57 - Menggeser Bidak Pemabuk Berkaki Cepat
58 - Munculnya 'Kerabat Dekat'
59 - Juragan-Hartawan Anityapura (Tak Kenal Maaf)
60 - Mengelola Informasi Terkini
61 - Menjumpai Sobat Dari Sampar Angin
62 - Kampung Misterius Di Tengah Kota
63 - Ketua Bayangan Perguruan Naga Batu
64 - Menyambung Kepingan Informasi
65 - Momok Wajah Ramah 66 - Setindak Mendekat Sasaran
67 " Melepas Jejak 68 " Menautkan Bukti
69 - Hari Keempat 70 - Perjumpaan Kedua 71 " Serigala 72 " Samira 73 " Beruang 74 " Menyibak Rerumputan Mengejutkan Ular
75-Arwah Pedang 76 - Obat Peredam Masalah
77 - Kepalan Arhat Tujuh 78 " Membesarkan Bibit Api dan Angin
79 " Melacak Jejak 80 " Memeras Bantuan
81 " Tamu-tamu Hebat
82 " Bertanding Lagi
83 " Mencapai Kesepakatan
84 " Hastin Hastacapala
85 " Mengguncang Gua Batu
86 " "Peralatan Masak" Gelombang Pertama
87 " Wingit Laksa 88 " Pertarungan Sunyi
89 " Melucuti Kedok 90 " Bhre 92 " Autopsi 93 " Meruntuhkan Semangat Lawan
94 " Penguntitan 95 " "Peralatan Masak" Gelombang Dua (")
96 " Hari Kelima 97 " Kesimpulan Awal
98 " Jalada, Sang Baginda
99 " Kesimpulan Sementara
100 " Mengenalkan Identitas
101 " Labrak! 102 " Adu Licin 103 " Menghentikan Satu Pergerakan
104 " Domino Effect : Dua Bakat
105 " Domino Effect : Prawita Sari
106 " Domino Effect: Memastikan Kegagalan Rencana
107 " Domino Effect : Tugas Aneh
108 " Domino Effect : Tugas Terakhir (")
109 " Domino Effect : Intrik Dalam Intrik
110 " Domino Effect : Rejeki Tak Akan Kemana
111 " Domino Effect : Sambil Menyelam Minum Susu
112 " Domino Effect : Domba dan Kambing Hitam
113 " Domino Effect : Domba dan Kambing Hitam
114 " Domino Effect : Semilir Angin Sebelum Badai
115 " Domino Effect : Musibah dan Hikmah, Seiring Sejalan
116 " Domino Effect : Lembah Halimun (1)
117 " Domino Effect : Lembah Halimun (2)
118-Domino Effect : Menjangkau Ufuk Masalah
119 " Domino Effect : Setitik kesadaran
120 " Domino Effect : ... akhir sebuah awal [1]
121 " Domino Effect : " akhir sebuah awal [2]
122 " Domino Effect : " akhir sebuah awal [3]
123 " Domino Effect : " akhir sebuah awal [4]
Mayat Kesurupan Roh 2 Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe Karya G K H Pendekar Panji Sakti 3
^