Terbang Harum Pedang Hujan 4
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long Bagian 4
berada di pedang. Orang ini berteriak memilukan!
Begitu dilihat dengan teliti, ternyata dua telinganya sudah putus. Yi-feng marah! Dia berpikir,
'Orang ini benar-benar kejam!'
Tubuhnya yang tergantung di atap segera meluncur turun. Yi-feng mengira orang yang
memegang pedang itu akan segera berlari keluar.
Orang itu dengan dingin melihat keluar jendela, tapi dia tetap duduk dengan tenang di kursinya
dan tidak bergerak sama sekali.
Yi-feng terpaku. Orang itu dengan santai mengambil teh di atas meja kemudian minum sambil
menghadap ke arah jendela. Dia tersenyum, dengan suara senang dia berkata:
"Sahabat di luar jendela yang suka ikut campur urusan orang lain, di luar sangat dingin,
masuklah dan duduk bersamaku!"
Wajah orang ini pucat tapi dia termasuk tampan, kumisnya pendek tapi tidak menambah
kejantanannya. Yi-feng menertawakan dirinya sendiri, mengapa semua hal yang ditemuinya selalu tidak masuk
akal" Orang pucat ini menebas dua telinga orang lain, tapi dia masih bisa duduk dengan tenang.
Yi-feng melihat jendela masih terbuka, maka dia pun masuk dan berdiri di sisi orang yang
masih berlutut itu. Terdengar orang yang memegang pedang itu berkata:
"Sahabat, sungguh hebat kepandaiannya. Sepertinya Anda adalah pendekar yang membela
keadilan! Ha, ha, ha!" tawanya seperti memuji tapi juga seperti menghina.
Yi-feng melotot, dia bertanya:
"Di antara Tuan dan orang ini tersimpan dendam apa" Dia sudah berlutut artinya dia telah
mengaku kalah, mengapa Tuan terus memaksakan kehendak" Bukan karena aku ingin ikut
campur, tapi aku merasa Tuan terlalu kejam!"
Yi-feng selesai bicara, orang itu malah tertawa, tapi laki-laki yang masih berlutut itu tiba-tiba
saja meloncat berdiri. Dia menyerang dada Yi-feng, sambil marah-marah:
"Untuk apa kau ikut campur?"
Kemudian orang itu menyerang dengan ilmu Shao-lin Fu-hu-quan (Ilmu kepalan harimau
mendekam). Sepertinya ilmu Fu-hu-quan ini mengandung tenaga latihan 30 tahun.
Karena serangan orang itu begitu tiba-tiba, hampir saja kepalannya mengenai dada Yi-feng. Yifeng
sama sekali tidak menyangka kalau yang akan menyerangnya adalah orang yang sedang
berlutut bukan orang yang memegang pedang.
Karena terkejut tanpa terasa dia menggeser kakinya. Laki-laki itu berilmu silat tinggi, jurusjurusnya
cepat dan lancar. Sekarang dia sudah mengeluarkan dua kepalannya, dengan cepat dia
menyerang pundak dan dada Yi-feng.
Yi-feng marah besar dan membentak:
"Apakah kau sudah gila?"
Dengan ilmu silatnya yang tinggi dia pun balas menyerang laki-laki itu.
Laki-laki itu dalam 10 jurus masih bisa menahan jurus-jurus Yi-feng, tapi mangkuk dan cangkir
yang ada di atas meja sudah hancur berantakan.
Orang yang memegang pedang masih tetap duduk di kursinya sambil tertawa dingin, tapi
matanya terus memperhatikan langkah-langkah Yi-feng. Kadang-kadang dia menyentil punggung
pedang agar mengeluarkan suara. Entah Yi-feng harus marah atau tertawa, diam-diam dia
memarahi dirinya sendiri karena terlalu banyak ikut campur urusan orang lain.
Sambil marah laki-laki itu terus menyerangnya:
"Mengapa kau melarangku berlutut" Jangankan telinga, nyawa pun akan kuberikan padanya."
85 Karena marah Yi-feng menggerakan telapak tangannya untuk menyerang. Bayangan telapak
tangan mengelilingi laki-laki yang selalu bicara kasar itu.
Orang yang memegang pedang tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Menurut kata orang kuno, lebih baik jangan mencampuri urusan orang lain. Sahabat, apa kita
harus menuruti perkataan orang kuno?"
Yi-feng benar-benar marah kali ini, dia mundur tiga meter, lalu membentak:
"Baiklah, aku tidak akan ikut campur tangan lagi urusan kalian..."
Kata-katanya belum selesai, laki-laki itu datang dan menyerang wajah Yi-feng, dia masih tetap
marah-marah. Jika bisa mungkin Yi-feng dibunuh dengan kata-katanya saat itu juga.
Yi-feng merasa aneh, dia tidak mengerti mengapa laki-laki ini malah ingin membunuhnya"
Padahal Yi-feng berniat menolongnya.
Terdengar laki-laki itu marah lagi:
"Kau benar-benar kurang ajar, kau merusak rencanaku, aku harus membunuhmu sekarang
juga!" Orang yang memegang pedang tetap tertawa, sedangkan Yi-feng masih bengong tidak
mengerti. Diam-diam dia berpikir, 'Dua telinga orang ini sudah putus ditebas oleh orang pucat itu,
aku menolongnya tapi dia malah mengatakan kalau aku telah merusak rencananya, apakah dia
sudah gila" Atau dia bukan orang normal" Hhhh! Aku benar-benar sial!" dengan cara apa pun dia
tidak bisa menjelaskan alasannya, terpaksa dia mengakui kalau dia sedang sial.
0oo0 BAB 29 Si cantik dari dunia persilatan
Karena Yi-feng sedang berpikir, laki-laki itu mengambil kesempatan menyerangnya sambil
membentak: "Jika hari ini aku tidak bisa membunuhmu, aku akan mengganti nama Fu-hu-jin-gang ini!"
Yi-feng baru mengerti ternyata laki-laki ini bernama Fu-hu-jin-gang.
Dia berpikir lagi, 'Mengapa dia berting-kah seperti orang gila"' Nama Fu-hu-jin-gang, Ruan Dacheng
sangat terkenal di Propinsi Si-chuan, dia adalah seorang laki-laki yang sangat terbuka,
sangat dikagumi oleh orang-orang, begitu mendengar nama Fu-hu-jin-gang, Yi-feng merasa
bertambah aneh. Karena Ruan Da-cheng bukan orang gila tapi mengapa sekarang dia berperilaku seperti itu"
Orang yang memegang pedang masih duduk di sana sambil tertawa melihat Yi-feng. Melihat
mereka bertarung tanpa sebab, dia malah sangat senang.
Hanya sebentar mereka sudah bertarung beberapa jurus lagi, tapi Yi-feng sudah tidak tahan
karena kepandaiannya berada di bawah Ruan Da-cheng. Dan di antara dia dan Ruan Da-cheng
tidak ada dendam sama sekali dan dia datang ke sana bermaksud menolongnya, dia tidak berniat
melukainya. Kaki kanan Ruan Da-cheng sudah maju, kepalan tangan kanan dikeluarkan dengan posisi lurus.
Kedua telapaknya melingkar, dengan cepat Yi-feng menyerang ke tenggorokkan dan dada bawah
Fu-hu-jin-gang. Fu-hu-jin-gang menekuk menghindari serangan itu tapi tubuh Yi-feng sudah berputar. Kedua
telapaknya siap memukul tubuh Ruan Da-cheng.
Dua jurus ini sangat ringan juga indah. Jurus ini didapatkannya ketika dia sedang bertarung
dengan Wan Tian-pin ketika mengubah jurus, kecepatannya lebih cepat satu kali lipat
dibandingkan dengan dari orang lain.
Maka sebelum Ruan Da-cheng mengubah jurusnya, dia sudah terkena pukulan dan terjatuh.
Kedua matanya menatap Yi-feng dengan aneh, kenapa Yi-feng bisa mengeluarkan 2 jurus begitu
aneh" Orang yang memegang pedang malah menyentil pedang sambil tertawa:
"Baik! Ini sangat baik! Sahabat, kau benar-benar berilmu tinggi, aku kagum kepadamu."
Mata Yi-feng bergerak dari kiri ke kanan melihat dua orang itu, dia tidak mengerti apa
hubungan di antara mereka" Apakah mereka majikan dan pelayan"
86 Tapi pikirannya segera disingkirkannya jauh-jauh, tidak mungkin Fu-hu-jin-gang menjadi
pelayan. Fu-hu-jin-gang merangkak berdiri dengan marah. Walaupun dia berhasil dipukul dia tidak
terima dan masih ingin bertarung lagi dengan Yi-feng.
Orang yang memegang pedang tertawa: "Sudahlah, Ruan Lao-da, kau bukan lawannya, apalagi
hari ini karena diriku kau sudah mengorbankan 2 telingamu. Kelak jika masih ada kesempatan kau
boleh mencobanya lagi, yang penting...yang penting.. .kau mengerti diriku."
Yi-feng yang sedang kebingungan sekarang bertambah bingung. Dia merasa ingin tertawa
karena orang yang memegang pedang malah menasehati Fu-hu-jin-gang supaya jangan
bertengkar lagi dan dia pun tidak mengerti kenapa mereka bisa sampai bertengkar" Dia harus
melampiaskan kekesal-an ini kepada siapa"
Orang yang memegang pedang itu perlahan berdiri, tersenyum pada Yi-feng.
"Sahabat, siapa marga dan nama anda" Kita bertemu di malam hari seperti ini, aku harap Anda
bisa tinggal dan mengobrol lebih lama denganku."
Dia menuangkan secangkir teh untuk Yi-feng dan tertawa:
"Malam larut seperti ini datang bertamu, terpaksa aku hanya bisa menyuguhkan teh
menggantikan arak." Yi-feng terpaku, dia tidak bisa menebak siapa orang yang membawa pedang ini. Orang ini
terkadang menghinanya, terkadang bertingkah sopan,
Entah dengan cara apa Yi-feng harus menghadapi orang ini" Apa harus bersikap seperti
kawannya" Atau pergi dari sana begitu saja" Dia sungkan duduk berteman dengan orang aneh ini.
Ketika dia sedang ragu, Fu-hu-jin-gang datang menghampirinya malah ingin berteman dengannya.
"Jangan melihat wajahnya yang putih, hatinya tidak sebaik aku. Demi dirimu, telingaku sudah
ditepis, apakah kau tidak merasa kasihan kepadaku sedikit pun?"
Setelah mendengar kata-kata ini, Yi-feng terkejut lagi:
"Apakah benar Ruan Da-cheng sudah gila" Mengapa sekarang dia malah berkata seperti itu?"
Yi-feng benar-benar bingung. Wajah orang yang memegang pedang seperti memerah, tiba-tiba
dia memutar pedangnya membuat pedang itu mengeluarkan warna biru. Dia juga membentak:
"Ruan Lao-da, jangan sembarangan bicara! Mengapa setiap hari kau selalu mengikutiku, jika
kau bukan laki-laki sejati, sejak dulu aku sudah memenggal kepalamu. Kau memintaku menebas
telingamu, aku baru mau melakukannya, apakah aku salah telah bertindak seperti itu?"
Yi-feng benar-benar kebingungan.
Tapi wajah Ruan Da-cheng seperti akan menangis. Wajahnya seperti ayahnya saat meninggal,
dia berdiri tegak, dua telinganya yang telah putus masih meneteskan darah. Melihat Ruan Dacheng,
Yi-feng merasa kasihan juga ingin tertawa, tapi dia pun merasa aneh.
Diam-diam dia berpikir, 'Fu-hu-jin-gang adalah orang terkenal di dunia persilatan, mengapa
sekarang dia menjadi seperti ini"'
Dia melihat orang yang memegang pedang itu kemudan berpikir, 'Jika dia adalah seorang
perempuan, mungkin Ruan Da-cheng melakukan semua ini karena cintanya bertepuk sebelah
tangan, tapi orang ini dari ujung kaki sampai ujung rambutnya tidak mirip perempuan sama
sekali.' Di dunia persilatan banyak perempuan yang berdandan seperti laki-laki. Yi-feng terbiasa
melihatnya tapi dia selalu tahu apakah orang itu adalah perempuan yang sedang menyamar
menjadi laki-laki. Orang yang memegang pedang ini memang berwajah putih juga tidak terlihat kasar tapi kumis
pendek yang tumbuh di atas bibirnya, setiap helainya menempel di kulit, hal seperti ini jarang ada
perempuan yang bisa melakukannya. Kumis yang hanya ditempelkan dengan kumis asli, bagi
orang yang kurang pengalaman sulit untuk dibedakan.
Tapi orang seperti Yi-feng yang banyak pengalaman begitu melihat langsung mengetahui
perbedaannya. Karena itu dia mulai merasa kasihan terhadap Ruan Da-cheng.
Ruan Da-cheng sedang duduk lemas di sana. Seorang laki-laki terkenal bisa menjadi seperti ini,
benar-benar sulit dipercaya!
87 Orang yang memegang pedang itu tersenyum lagi:
"Sejak tadi Tuan diam saja, apakah Tuan tidak sudi berteman denganku?"
Yi-feng sedikit terpaku, dengan gugup menjawab:
"Oh, tidak, tidak! Bukan karena itu"
Sinar matahari mulai masuk melalui jendela.
Di luar jendela ternyata ada sebuah taman yang sangat indah. Sekarang Yi-feng baru tahu,
tempat di mana dia berada sekarang adalah kamar belakang dari seorang yang kaya.
Dia merasa lebih aneh lagi, dia segera membalikkan tubuh melihat orang yang memegang
pedang itu: "Namaku adalah Yi-feng, aku hanya orang kecil di dunia pesilatan. Jika tuan ingin berteman
denganku, aku benar-benar merasa beruntung..."
Sebenarnya dia ingin menanyakan marga dan nama orang itu, karena merasa tidak pantas
maka dia mengurungkan niatnya.
Orang yang memegang pedang itu berkata lagi:"Dengan kepandaian yang Tuan miliki, Tuan
masih mengatakan kalau Tuan adalah orang kecil, apakah Tuan tidak terlalu merendahkan diri?"
Dia pelan-pelan berjalan mendekati jendela. Yi-feng baru melihat ternyata orang ini tidak tinggi,
hanya setinggi sampai batas hidungnya.
Dia segera terpikirkan pada satu hal. Dia tertawa lagi:
"Namaku adalah Xiao Nan, akulah yang baru orang kecil di dunia persilatan. Apa yang terjadi
pada malam ini kau pasti merasa aneh, tapi setelah aku menjelaskannya, Tuan pasti akan segera
mengerti." Yi-feng dengan teliti mendengar semuanya. Orang yang bernama Xiao Nan ini langsung diam.
Dia tidak menjelaskan apa yang telah dia janjikan tadi Yi-feng tetap tidak mengerti.
Xiao Nan tiba-tiba membalikkan tubuh menepuk pundak Ruan Da-cheng, dia mengganti nada
bicaranya: "Ruan Lao Da, untuk apa kau masih berdiri di sini, hari sudah terang!"
Fu-hu-jin-gang mengerutkan keningnya dan berteriak:
"Kau menyuruh marga Yi tetap tinggal sedangkan aku disuruh pergi, mengapa kau begitu
tega?" Kedua mata Xiao Nan membelalak dengan lebar, mata yang bercahaya itu mengeluarkan sinar
setajam silet. Ruan Da-cheng segera menundukkan kepalanya.
Yi-feng menarik nafas, dia merasa kepala-nya membesar, kata-kata Fu-hu-jin-gang malah
membuatnya merasa kasihan padanya hal yang tidak perlu diributkan dia heboh sendiri, maka dia
hanya bisa tersenyum. Yi-feng masih melihat ujung pedang Xiao Nan yang masih menusuk 2 telinga Fu-hu-jin-gang.
Dia merasa ingin muntah, dia juga benci kepada Xiao Nan tapi harus bagaimana lagi" Yang satu
ingin memukul, yang satu lagi minta dipukul" Orang luar bisa berbuat apa"
Karena itu dia dengan sikap hormat dia pun pamit:"Hari sudah terang, aku pamit dulu."
Ruan Da-cheng melotot: "Jika kau pergi, aku juga pergi. Jika kau tidak pergi, aku akan menunggu, kita pergi bersamasama."
Ketika mereka baru melangkah, dari arah taman terdengar suara manja yang berkata:
"Hei, aku baru datang mengapa sudah ada yang akan pergi, apakah kalian tidak senang aku
datang kemari?" Dari luar masuk seseorang, rambutnya digelung, wajahnya cantik. Begitu dia masuk membuat
seisi kamar menjadi ramai.
Dia tertawa dan berkata kepada Xiao Nan:
"Kau tetap mempunyai banyak cara, baru saja datang, hari pertama sudah kedatangan 2 orang
tamu. Kakakmu sudah tinggal di sini selama 3 tahun tapi belum pernah ada yang mencarinya."
Xiao Nan tertawa: "Siapa yang berani mencarimu" Kecuali kalau orang itu sudah memakan empedu harimau untuk
menambah keberaniannya, kalau tidak aku yakin tubuhnya pasti penuh dengan lubang."
Mereka berdua terus bercanda, dan sepertinya mereka sangat akrab.
Ruan Da-cheng dengan bingung berdiri di sana, tapi Yi-feng terus melihat Xiao Nan.
88 0-0-0 BAB 30 Xiao-xiang-fei-zi (putri cantik) di Hunan
Begitu perempuan cantik ini keluar, Yi-feng merasa mengenalnya. Sekarang setelah mendengar
kata-kata Xiao Nan, dia langsung tahu siapa perempuan itu.
Melihat wajah Xiao Nan yang terus berseri-seri, tapi tetap tidak terlihat ada ekspresi, dia lalu
menghubung-hubungkan dengan 'kecemburuan' Ruan Da-cheng, dia jadi mengerti apa yang
terjadi di sana. 'Ternyata Xiao Nan adalah si Cantik dari Hunan, dia bernama Xiao Nan-pin. Pantas saja Ruan
Da-cheng begitu tergila-gila kepadanya, tapi aku tidak sadar kalau dia seorang gadis, Putri Xiao
San-ye kalau telah menyamar, dijamin tidak ada yang mengenalinya.'
Yi-feng melihat perempuan cantik itu dan berpikir, 'Orang itu pasti adalah istri dari Ahli Api,
Huo-shen-ye yang terkenal di dunia persilatan, yang bernama 'La-shou-xi-shi' (Perempuan tangan
pedas), Gu Xiao-jing. Aku pernah bertemu dengannya satu kali, apakah dia masih mengenalku"
Anehnya mengapa kota Jing Dong yang begitu kecil bisa ada 2 cantik dari 4 orang tercantik di
dunia persilatan, dan secara tidak sengaja bertemu denganku."
Dalam kekacauan pikirannya, dia teringat kembali pada istrinya, Xiao-hun-fu-ren Xue Ruo-bi.
Ternyata yang bernama Xiao Nan ini adalah putri kesayangan dari si tangan terampil dan ahli
senjata rahasia Xiao Xi-xiao, Xiao San-ye yang bernama Xiao-xiang-fei-zi...dan wanita cantik
itu adalah istri Huo-shen-ye Yao Qing-yu...La-shou-xi-shi Gu Xiao-jing.
Ketika itu nama 4 orang cantik dari dunia persilatan sangat terkenal. Nomor satu adalah istri Yifeng
'Xiao-hun-fu-ren'. Lalu Xiao-xiang-fei-zi Xiao Nan-pin, 'La-shou-xi-shi' Gu Xiao-jing, dan putri ketua Kun-lun-pai
Zhui-feng, disebut-sebut sebagai '4 orang cantik dari dunia persilatan'.
Kemudian Nyonya Xiao-hun menikah dengan Lu Nan-ren dan tinggal di Jiang-nan. 'La-shou-xishi',
Gu Xiao-jing menikah dengan pembuat senjata nomor satu, Jiao Qing Yu. Xiao-xiang-fei-zi
disukai oleh banyak orang, tapi dia selalu bersikap dingin.
Banyak pendekar yang tergila-gila kepadanya, tapi mereka selalu terluka karena pedangnya,
karena itu pula dunia persilatan marah dibuatnya. Dia juga tenggelam. Nama Kun Lun Yu Nu juga
menghilang dari dunia persilatan.
Karena itu hal tentang '4 cantik dari dunia persilatan'jarang ada yang mengungkitnya lagi.
Xiao Nan-pin tertawa: "Yang satu memanggilku nona, yang satu memanggil adik, aku tidak bisa menjadi seorang lakilaki."
Kemudian dia membersihkan wajahnya. Muncullah seraut wajah cantik.
Yi-feng benar-benar kagum dengan keterampilan tangan mengubah wajah Xiao San-ye. Dia
berpikir, 'Pantas Xiao San-ye pernah muncul dengan 11 nama di dunia persilatan. Jika bukan dia
sendiri yang mengumumkan 11 nama ini, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, dari sini
dapat diketahui bagaimana hebatnya keterampilan tangannya.'
Mata Yi-feng tanpa sengaja melihat Xiao Nan-pin. Gu Xiao-jing tertawa:
"Kalian duduk dulu, aku akan membawa bubur kemari."
Kemudian dia menarik nafas:
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Beberapa tahun ini tubuh Yao Lao Er semakin melemah, sampai sekarang pun belum bangun."
Xiao Nan-pin tertawa: "Apakah kakak ipar belum bangun" Semenjak menikah denganmu, dia tidak pernah sehat."
Setelah bicara seperti itu, wajah Xiao Nan-pin memerah. Gu Xiao-jing juga marah:
"Mulutmu benar-benar tidak bisa dijaga, jika ada yang mau menikah denganmu, dia pasti akan
lebih sial dari Lu Nan-ren!"
Yi-feng diam-diam menarik nafas panjang. Orang dunia persilatan menganggapnya sebagai
pembawa sial, dia merasa malu juga merasa kasihan pada dirinya sendiri, dan merasa tidak perlu
berlama-lama berada di sini, maka dia pun berkata:
"Nona Gu, jangan repot-repot..."
89 Tapi Gu Xiao-jing dengan sepasang mata yang bercahaya melihatnya:
"Hei, mengapa kau tahu kalau aku bermarga Gu?" matanya berkedip-kedip dan berkata lagi,
"Hei, semakin dilihat sepertinya kita pernah bertemu, di mana kita pernah bertemu ya?"
Yi-feng terkejut, dengan cepat dia menyela:
"Aku tidak berkesempatan bisa berkenalan dengan Nona, hanya saja nama 'La-shou-xi-shi'
sangat terkenal, aku sering mendengar nama Nona dan aku bisa tahu secara langsung."
"Oh begitu!" tapi dia tetap tidak percaya dan seperti sedang memikirkan sesuatu.
Yi-feng diam-diam berpikir, 'Aku harus cepat pergi dari sini, jika Huo-shen-ye kemari juga, dia
akan segera mengenaliku. Jika kabar kalau aku berpura-pura mati tersebar ke seluruh dunia
persilatan, aku akan menjadi bahan tertawaan. Tian-zheng-jiao akan kembali mencariku. Saat itu
jika aku ingin berlatih ilmu silat pun akan terganggu karenanya."
Dia segera berjalan ke depan pintu, kemudian berpamitan:
"Maaf, aku sudah mengganggu kalian, aku mohon maaf. Jika ada kesempatan, aku akan
datang berkunjung kembali."
Tanpa menunggu jawaban mereka, dia berjalan keluar. Dia tidak berpikir apakah dia akan
dicurigai karena perbuatannya ini.
Setibanya di taman, pohon-pohon tampak sudah layu, teratai yang terapung di atas kolam pun
hanya tersisa batangnya yang sudah layu. Salju belum mencair angin berhembus sangat dingin.
Dia melangkah dengan cepat, tidak ada waktu untuk menikmati keindahan taman di musim
dingin ini. Dari sudut matanya Yi-feng melihat ada sebuah pintu dicat dengan warna merah dan
dengan cepat dia berjalan ke arah sana.
0-0-0 BAB 31 Terbuka penyamarannya Dengan cepat dia berjalan mendekati pintu kecil itu, tiba-tiba terdengar suara angin yang lewat.
Ternyata La.-shou-xi-shi dan Xiao-xiang-fei-zi dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh
berlari ke depannya. Mereka berdiri menghadang di depan pintu, sambil tertawa melihat Yi-feng.
Yi-feng tidak mengerti apa maksud mereka, tapi Gu Xiao-jing menunjuknya sambil tertawa:
"Jangan pergi dulu! Aku sudah ingat siapa kau, kau adalah Tie-ji-wen-hou, Lu Nan-ren."
"Mungkin mata Nona salah mengenal orang."
Gu Xiao-jing tertawa: "Jangan terburu-buru, aku tidak akan pernah salah melihat orang, aku pernah melihat-mu di
Tai Shan, sekarang aku baru ingat..."
Yi-feng dengan cepat berlari, dia ingin kabur dari sana, Gu Xiao-jing tertawa:
"Kenapa lari?" Dia mencoba mencengkram Yi-feng.
Yi-feng berputar di tengah udara, telapak tangan kanannya menepis Gu Xiao-jing, tapi dia
bergerak ke arah kiri untuk meloncati dinding dan kabur dari sana.
Tapi terdengar suara bentakan:
"Siapa yang berani membuat keributan di sini!"
Yi-feng tidak sempat membalikkan kepala untuk melihat, dia hanya merasakan ada angin
kencang yang menyerang ke rusuk kirinya. Suara angin itu sangat keras, berarti orang yang
melempar senjata rahasia mempunyai tenaga sangat besar, sepertinya senjata rahasia yang
dilempar orang itu akan mengenai Yi-feng.
Pada saat menegangkan itu, terdengar suara POK! Dia melihat di sisi kirinya ada api biru yang
menyala, ternyata ada yang melempar senjata rahasia untuk menghalau senjata rahasia yang
menyerang ke sisi kirinya.
Yi-feng benar-benar terkejut karena dia tahu senjata rahasia yang dilepaskan itu adalah 'Huoshen-
zhu', (Mutiara dewa api) yang ditakuti semua orang.
Karena tidak berkonsentrasi maka pukulannya ke arah Gu Xiao-jing jadi meleset.
Yi-feng tahu kalau dia sudah tidak bisa kabur dari sini, maka dia pun mendarat turun.
Seorang laki-laki pendek dengan cepat datang menghampiri mereka dan membentak:
"Adik Xiao, mengapa kau melepaskan senjata rahasiaku?"
90 Dia berhenti di depan Yi-feng, dia berniat memukul Yi-feng. Ketika melihat Yi-feng dia malah
berteriak: "Bukankah kau adalah Lu Nan-ren, Adik Lu" Mengapa kau bisa berada di sini" Sungguh baik...
baik!" Sambil tertawa dia menarik Yi-feng: "Kabar Burung yang beredar di dunia persilatan
mengatakan kalau kau sudah mati, aku tidak mempercayainya. Senjata Tie-ji milikmu begitu
hebat, mana mungkin kau gampang dibunuh" Aku tahu kau hanya berpura-pura...."
Dia tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Yi-feng:
"Cepat masuk, cepat masuk! Kita masuk untuk mengobrol."
Yi-feng mengangguk tapi dalam hati dia merasa tidak enak, dia memang kenal dengan Yao
Qing-yu. Tapi hubungan mereka tidak terlalu akrab, sekarang dengan ramah dia melayani Yi-feng,
dia juga merasa senang. Tapi sekarang rahasianya sudah terbongkar, pasti akan timbul banyak masalah.
Gu Xiao-jing datang sambil tertawa:
"Tadi dia bersembunyi karena takut identitasnya ketahuan! Hei, Adik Lu, kau seorang pahlawan
terkenal, mengapa sekarang kau seperti itu" Apa yang harus kau takuti" Istri boleh kabur, tapi kau
jangan ikut kabur." Yi-feng...dia sudah bersumpah jika dendamnya belum terbalas, dia tidak akan menggunakan
nama Lu Nan-ren lagi. Karena itu sekarang tetap menggunakan nama Yi-feng... hatinya sekarang
seperti bumbu dapur yang telah diaduk menjadi satu, rasanya sangat kacau.
Walaupun dia tahu kalau suami istri Yao Qing-yu tidak akan mengkhianatinya, identitas-nya
yang sudah terbongkar tetap membuatnya merasa tidak tenang, tapi di sisi lain dia juga merasa
berterima kasih kepada suami istri yang sangat memperhatikan keadaannya. Begitu mendengar
perkataan Gu Xiao-jing, dia teringat kembali pada istrinya, dia memang malu tapi juga marah.
Karena itu dia hanya berdiri terpaku dalam hembusan angin dingin. Otaknya kacau.
Sampai Yao Qing-yu menariknya masuk ke ruang tamu dan menyuruh duduk di sebuah kursi
besar, pikirannya masih bingung.
Dia menjawab semua pertanyaan mereka. Saat mengungkit orang yang memiliki hubungan erat
dengannya di masa lampau, dia mulai merasa tidak tenang.
Karena selama dua tahun ini dia hampir melupakan semua hal yang pernah dialaminya dulu.
Dia selalu berkata pada dirinya sendiri:
"Aku adalah Yi-feng, aku tidak mempunyai nama dan marga, aku hanya orang kecil di dunia
persilatan bukan seorang Tie-ji-wen-hou Lu Nan-ren yang sangat terkenal di dunia persilatan."
Dia sendiri pun hampir lupa pada keadaannya sekarang, tiba-tiba dia ditarik ke masa lalunya,
karena orang-orang ini mengenalnya sebagai Lu Nan-ren.
Dia tertawa sendiri dan berpikir, 'Apa anggapan mereka kepadaku" Apakah mereka
menganggapku sebagai orang yang tidak sanggup menjaga istrinya sendiri"'
Ketika Yao Qing-yu bertanya kepadanya, dia melihat Yi-feng seperti orang kebingungan,
walaupun mereka bertiga tertawa tapi dalam hati mereka kasihan padanya.
Apalagi Xiao Nan-pin, sepasang matanya yang bersinar terang, sejak awal sampai sekarang
selalu melihat Yi-feng. Walaupun Yi-feng bersikap dingin kepadanya atau boleh dikatakan
menghinanya, tapi dia tetap sangat memperhatikan Yi-feng. Malah berlebihan.
Yao Qing-yu tertawa: "Adik Lu, tinggallah selama beberapa hari di sini, aku akan membawamu jalan-jalan. Kau
jangan khawatir, jika kau tidak ingin ada yang mengetahui identitasmu, kami tidak akan
mengatakannya kepada orang lain."
Yi-feng merasa berterima kasih, dia tertawa:
"Terima kasih atas kebaikan Kakak Yao, aku masih mempunyai hal penting, aku harus cepatcepat
kembali ke Zhong-nan-shan."
Yao Qing-yu bertanya: "Apakah kau akan pergi ke Zhong-nan-shan?"
Dia memegang dahinya dan berkata lagi:" Tapi rapat Zhong-nan-shan masih setengah bulan
lagi, aku akan berangkat beberapa hari lagi, mengapa kau tergesa-gesa harus segera ke sana"
Apakah memang ada hal sangat penting?"
91 Yi-feng bertanya karena terkejut:
"Rapat apa yang akan diadakan di Zhong-nan-shan?"
Dia mengira rapat yang diadakan yaitu rapat tentang pembacaan ayat-ayat kitab suci untuk
mendoakan arwah para biksu yang telah meninggal.
"Apakah murid-murid Zhong-nan-shan meninggal semua?"
Yao Qing-yu bertanya: "Apakah kau tidak tahu apa yang terjadi?"
Di Zhong-nan-shan pasti sudah terjadi sesuatu, ketua Zhong-nan-shan, Biksu Miao-ling tiba-tiba
saja meninggal, karena itu Zhong-nan-pai mengundang semua perkumpulan, pada bulan 2 tanggal
24 akan memilih ketua Zhong-nan-shan yang baru. Undangan tersebut baru tiba kemarin malam,
diantar langsung oleh murid Zhong-nan-shan.
"Anehnya aku pernah bertanya kepada murid Zhong-nan-pai itu, kenapa pemimpin mereka
tiba-tiba meninggal" Dia terlihat gugup dan tidak berani menjawab. Kemudian aku bertanya lagi
padanya sudah berapa lama ketua mereka meninggal, dia menjawab baru 2 hari lalu. Mengapa
ketua mereka baru saja meninggal 2 hari, tapi sudah cepat-cepat memilih ketua baru dan murid
yang mengantar undangan ini tidak mengenakan baju hitam (tanda sedang berduka) juga tidak
terlihat sedih. Aku rasa pasti telah terjadi sesuatu di sana!"
Yi-feng terpaku lagi. Dia tidak mengerti mengapa murid Zhong-nan-shan yang keracunan tidak mati" Yang mati
malah ketua mereka yang tadinya tidak terkena racun.
Rupanya ketika dia meninggalkan Zhong-nan-shan, telah terjadi perubahan besar di sana. Tapi
apa yang terjadi di sana, dia sendiri tidak tahu.
Dia teringat pada Sun-ming dan putrinya, apakah mereka masih ada di sana" Dia sangat
memperhatikan keadaan mereka, apa alasannya dia bisa seperti itu" Dia sendiri pun tidak tahu
mengapa dia bisa begitu memperhatikan mereka.
Sekarang pikirannya mulai berputar, yang muncul malah sorot mata Sun-ming yang ramah dan
hangat, dia berusaha menahan diri dan tidak mengingat mereka lagi.
Dia mengangkat kepalanya, sorot matanya bertabrakan dengan sorot mata Xiao Nan-pin.
Yi-feng yang berpengalaman mengerti maksud mata Xiao Nan-pin, segera muncul pikiran aneh.
Selama beberapa hari ini dia selalu bertemu dengan hal aneh.
Dia menertawakan perubahan hidup yang dialaminya semua karena perempuan.
"Perempuan...." dia tertawa kecut.
"Aku harus pergi atau tinggal beberapa hari di sini?" dia terombang-ambing ragu. Banyak
alasan yang membuatnya harus tinggal di sana.
Banyak alasan juga yang membuatnya harus segera pergi dari sini. Dia sudah memastikan
kalau murid-murid Zhong-nan-shan yang terkena racun sudah tertolong dan tidak perlu menunggu
obat penawar yang dibawanya.
Tapi dia ingin tahu perubahan apa yang telah terjadi di Zhong-nan-shan dan dia telah bertemu
dengan orang-orang yang ingin dia temui, ini adalah alasan yang membuat dia ingin tinggal lebih
lama. Dia terus berpikir akan terus tinggal atau pergi dari sini, kedua-duanya berdampak pada
perubahan besar terhadap dirinya seumur hidup.
0-0-0 BAB 32 Tempat hangat dan lembut Yi-feng masih terus berpikir apakah harus tinggal atau pergi.
Sambil melihat Xiao Nan-pin, La-shcu-xi-shi tertawa:
"Jika kau mau pergi, pergilah! Jika mau tinggal, tetaplah tinggal di sini. Mengapa seorang lakilaki
sejati begitu sulit mengambil keputusan yang begitu mudah?"
Yao Qing-yu juga tertawa:
"Adik, setelah kita bertemu aku sudah merasa cocok denganmu. Kita mengobrol saja dulu. Jika
kau pergi, berarti kau meremehkan keberadaanku." Dia tertawa lagi, "beberapa hari lagi, kita bisa
92 pergi bersama-sama ke Zhong-nan-shan. Ha, ha, ha! Sepertinya Zhong-nan-shan akan sangat
ramai karena banyak orang yang mengambil kesempatan ini untuk muncul kembali!"
Yang perlu diketahui, seorang ketua dari suatu perkumpulan kebanyakan diwariskan secara
turun temurun, tapi entah mengapa kali ini seperti tidak kepastian apa alasannya.
Cara ini jarang digunakan di dunia persilatan, di sana pasti tidak hanya memilih ketua, akan
terjadi banyak hal di luar kehendak siapa pun.
Yao Qing-yu tertawa: "Pasti banyak keramaian yang bisa kita tonton di sana."
Yi-feng terdiam lama, baru berkata: "Tadinya sebelum rapat, aku ingin segera sampai di Zhong
Nan karena...." Dia menarik nafas lagi, "aku sudah bersumpah jika belum bisa balas dendam, aku
tidak akan menggunakan nama 'Lu Nan-ren' saat muncul kembali...."
"Apakah kau takut orang akan mengenali wajah aslimu dan akan membuat siapa pun merasa
aneh mengapa orang yang telah mati tiba-tiba bisa hidup kembali?" tanya Gu Xiao-jing.
Dia tertawa manja: "Kau benar-benar terlalu banyak berpikir, ini sangat mudah..."
Dia menunjuk Xiao Nan-pin yang terus menatap Yi-feng, lalu berkata:
"Di sini ada Putri Xiao San-ye, asalkan dia bersedia memoles wajahmu, kau sendiri pun belum
tentu bisa mengenali wajahmu sendiri."
Terdengar tawa berderai di ruangan itu.
Huo-shen-ye berkata sambil tertawa:
"Kau benar-benar mempunyai banyak cara!"
Dalam keadaan seperti itu, Yi-feng tidak bisa menolak. Dia berkata:
"Aku akan merepotkan Nona Xiao."
Sorot matanya bertatapan dengan mata Xiao Nan-pin. Kedua mata itu sejak tadi terlihat penuh
perasaan kepada Yi-feng sehingga membuat hati Yi-feng menjadi panas.
Banyak pikiran membuatnya lupa mengalihkan sorot matanya.
Wajah Xiao Nan-pin menjadi merah, dia menundukkan kepala dan berkata:
"Tidak apa-apa!"
Huo-shen-ye tertawa terbahak-bahak, karena Xiao Nan-pin yang berpenampilan seperti seorang
laki-laki tapi sikapnya seperti seorang gadis pemalu, jadi semua itu terlihat sangat lucu.
Sambil tertawa Gu Xiao-jing pun berdiri: "Ini baru mirip sikap seorang laki-laki. Sejak tadi kita
sibuk, aku akan mencarikan makanan untuk kalian."
Tangannya menunjuk Yao Qing-yu:
"Untuk apa kau terus duduk di sini" Cepat bantu aku!"
Awalnya Yao Qing-yu hanya terpaku, tapi setelah melihat isyarat mata dari istrinya, dia segera
melihat Xiao Nan-pin dan segera mengerti maksud istrinya, maka dia pun berpura-pura
menggoyangkan kepala: "Kau selalu menyuruhku bekerja."
Dia membalikkan kepala dan berkata:
"Adik, duduk-duduklah dulu di sini, aku akan segera kembali."
Yi-feng melihat punggung mereka berdua yang meninggalkan ruang tamu. Dia teringat ketika
di Jiang-nan di kota Su-zhou, dia pernah mempunyai keluarga seperti mereka, suasananya tenang,
nyaman, menyenangkan, dan hangat.
Dia hanya bisa menarik nafas.
Dia menatap keluar jendela, pekarangan di sana tidak terlalu luas tapi banyak pohon bunga
dahlia. Di kedua sisi pekarangan ditanami Mei-hua dan tanaman lainnya, sebagian pohon hanya
tersisa ranting yang layu karena udara dingin.
Manusia sulit untuk melepaskan kenangan masa lalunya. Masa lalu seperti bayangan yang
menempel di tubuh setiap orang, saat kesempatan datang kenangan itu akan menyerang hingga
ke jantung. Dengan ekspresi kesepian dia membalikkan kepalanya. Yi-feng hampir lupa di dalam kamar ini,
kecuali dirinya masih ada satu orang lagi. Saat pikirannya kembali ke dunia nyata, dia baru sadar
melihat ada seorang perempuan di sana.
93 Wajahnya tampak penuh pengertian dan jatuh kasian pada Yi-feng. Waktu itu Yi-feng merasa
dia membutuhkan semua ini.
Tapi karena dia sudah lama merasa tertindas, gejolak hatinya tidak sampai terlihat di wajahnya.
Sepi, sangat sepi, hingga angin berhem-bus yang lewat pun bisa terdengar jelas.
Dalam hembusa angin, tercium wangi Mei Hua.
Yi-feng tersenyum: "Apakah Nona Xiao menyukai Mei-hua?"
Sambil malu-malu Xiao Nan-pin menundukkan kepala. Suasana hening lebih menunjukkan
beribu bahasa. Orang kesepian paling mudah menerima perasaan orang lain. Begitu pula dengan Yi-feng
sekarang. Tiba-tiba terdengar tawa manja memecahkan kesunyian. Gu Xiao-jing datang membawa
sebuah nampan besar. "Kalian berdua jangan terus berdiri sambil bengong, hayo makanlah bubur panas ini untuk
mengusir rasa dingin."
Kemudian dia melihat Xiao Nan-pin:
"Kenapa wajah siluman perempuan ini begitu merah, apakah kau telah menghinanya?"
Xiao Nan-pin dengan malu-malu menjawab:
"Jangan berkata kelewatan seperti itu!" Tapi dari sudut matanya dia terus melihat Yi-feng.
Yi-feng merasa senang sekaligus juga bingung. Sekarang dia lupa pada masa lalunya.
Sepertinya dia sudah membagi hidupnya menjadi dua bagian. Sebisa mungkin selama dia
tinggal di keluarga hangat ini, dia akan menikmati ketenangan yang sudah lama dia bisa dia
nikmati. Dia juga menikmati saat-saat manis yang sudah lama dia tidak bisa dia nikmati... kehang-atan
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seorang gadis. Dua hari kemudian di rumah Huo-shen-ye tiba-tiba ramai.
Xiao Nan-pin mengeluarkan sebuah topeng dari dalam tasnya. Topeng tersebut sangat tipis,
terbuat dari kulit manusia, topeng kulit manusia ini sudah lama terkenal di dunia persilatan tapi Yifeng
belum pernah melihatnya. Begitu melihat, membuat bulu kuduknya merinding.
Di balik topeng itu ada beberapa lubang kecil mungkin itu adalah lubang mata, hidung, dan
mulut. Setelah Yi-feng mengenakan topeng itu, dia merasa ingin muntah.
Setelah dipakaikan topeng oleh Xiao Nan-pin, di antara wajah dan topeng diselipkan suatu
benda kemudian Yi-feng pun bercermin, dia tidak bisa mengenali dirinya sendiri.
Karena itu dia bisa merasa tenang bergaul dan bercakap-cakap dengan para tamu yang hadir di
rumah Huo-shen-ye. Di antara teman-teman Huo-shen-ye, Yi-feng kenal dengan beberapa orang
tapi mereka tidak mengenalinya.
Sesudah beberapa hari tinggal di sana, tentu saja hubungan Yi-feng dan Xiao Nan-pin semakin
akrab. Banyak pendekar merasa aneh karenanya, Xiao-xiang-fei-zi yang biasanya terlihat dingin
sekarang terlihat menyukai orang kecil yang tidak terkenal di dunia persilatan.
Pendekar terus berdatangan, dalam waktu sehari terkadang yang datang bertamu jumlahnya
bisa mencapai 10 orang bahkan lebih. Ternyata mereka adalah orang-orang yang akan pergi ke
Zhong-nan-shan untuk menghadiri rapat dan mampir ke sana untuk beristirahat sejenak.
Ada juga beberapa teman dekat Yao Qing-yu, mereka tinggal menetap, sambil menunggu
beberapa hari, untuk pergi bersama-dengan Yao Qing-yu.
Walaupun yang datang sangat banyak tapi mereka hanya pendekar biasa. Murid-murid dari 9
perkumpulan penting tidak terlihat di sana.
Walaupun Yi-feng merasa aneh, tapi dia tidak begitu peduli.
Sekarang dia malah tidak ingin cepat-cepat pergi ke Zhong-nan-shan, tapi Huo-shen-ye malah
sudah bersiap-siap untuk berangkat.
Terpaksa Yi-feng harus meninggalkan tempat yang begitu ramah dan lembut ini.
Bayangan Xiao Nan-pin mengikutinya terus selama beberapa hari ini, perlahan tapi pasti
meninggalkan jejak di benak Yi-feng. Walaupun tidak begitu dalam tapi sulit untuk dilupakan.
94 Hari demi hari berlalu, walaupun tidak lama tinggal di sana tapi kehangatannya sangat terasa.
Karena hal ini pula Yi-feng harus membayar dengan harga mahal, tapi kita tidak akan
membahasnya terlebih dulu karena waktunya belum tiba.
0-0-0 BAB 33 Tujuh pedang pelangi terbang
Udara masih terasa dingin, bumi masih dipenuhi dengan salju.
Di kejauhan, gunung tampak bertumpuk-tumpuk, seperti akan mencapai awan. Langit terlihat
rendah, awan tampak bertumpuk, terus hingga ke tengah gunung.
Ini adalah pemandangan Zhong-nan-shan.
Yi-feng melihat suami istri Yao Qing-yu yang berjalan di depannya. Xiao Nan-pin berjalan di
sisinya. Masih ada beberapa pendekar yang berangkat bersama. Mereka terlihat bersemangat,
karena mereka hampir tiba di tempat tujuan.
Mereka menitipkan kuda-kuda mereka di kota Chang-an. Kemudian melanjutkan perjalanan
dengan berjalan kaki. Mereka sempat berpapasan dengan banyak pendekar di sana. Kebanyakan
dari mereka mengenal Huo-shen-ye, melihat La-shou-xi-shi dan Xiao-xiang-fei-zi, mata mereka
melotot dengan lebar. Xiao Nan-pin tidak suka dipandang seperti itu, dia menolehkan kepalanya dan tertawa kepada
Yi-feng. Tiba-tiba ada seekor kuda berlari dengan kencang ke arah mereka.
Alis Yi-feng sedikit terangkat, tubuhnya sedikit dicondongkan ke sisi, kemudian kurang lebih ada
8 ekor kuda berlari melewati mereka, dan kuda-kuda itu terus berderap di atas salju yang baru
saja mencair. Gu Xiao-jing tampak marah, Huo-shen-ye maju selangkah, kemudian menepis dengan
telapaknya, dia menepis ke arah pantat kuda yang berada di paling belakang. Karena sakit kuda
itu mengangkat kedua kaki depannya, penunggangnya pun ikut berdiri. Ternyata ilmu penunggang
kuda itu sangat tinggi, dia membawa kudanya yang terkejut berputar membentuk sebuah
lingkaran. Kedua kaki penunggang kuda itu seperti mempunyai alat hisap, dia menjepit kakinya
dengan erat di pelana kuda, cemetinya diayunkan, dia membentak, cemeti diarahkan ke Yao Qingyu.
Alis tebal Yao Qing-yu tampak berdiri, dia melangkah ke depan dan dia sudah berada di depan
kebasan cemeti. Kemudian dia melayang-kan telapaknya, dan menepis ke arah leher kuda. Kali ini
dia menggunakan 80% tenaganya. Kuda itu tidak bisa bertahan terhadap tenaga sebesar itu. Kuda
itu roboh dan dari mulutnya keluar buih berwarna putih.
Orang yang berada di atas punggung kuda dengan cepat meloncat tinggi, dia marah dan
membentak: "Apa kalian tidak punya mata dan sudah bosan hidup"!"
Untuk kedua kalinya dia mengayunkan cemetinya ke arah Huo-shen-ye.
Sebenarnya saat Yao Qing-yu memukul kuda dan penunggangnya, itu merupakan suatu
kecerobohan. Tapi sekarang orang itu bertindak lebih ceroboh lagi. Dia tidak melihat dulu siapa
lawannya langsung mengajak bertarung.
Karena ayunan cemeti membuat para pendekar berdatangan ke sana. Yao Qing-yu yang marah
pun sudah mendekati orang itu, penunggang kuda lainnya yang telah berlari terlebih dulu,
membalikkan kepala dan mereka berlari arah menuju tempat Yao Qing-yu dan kawan-kawan.
Yi-feng berdiri di sisi, dia tahu kalau sebentar lagi pasti akan terjadi pertarungan di sana.
Orang itu kembali melayangkan cemetinya ke arah Yao Qing-yu, dia melayangkan cemetinya
dengan cepat, tepat, kejam, tapi juga mantap.
Yao Qing-yu marah, dia tidak berusaha untuk menghindar, dia malah menyambut serangan itu,
dia berniat mengambil ujung cemeti orang itu, dia memperhitungkan waktu dan posisi yang pas.
Orang itu seperti terkejut tapi karena ujung cemetinya telah dicengkram oleh Yao Qing-yu, dia
berteriak: "Roboh!" 95 Dia menarik dengan tenaga penuh, tapi posisi kuda-kuda orang itu begitu mantap, setengah
langkah pun tidak bergeser dari posisi berdirinya.
Yi-feng merasa aneh: "Pesilat tangguh ini entah datang dari mana" Yao Qing-yu termasuk pendekar terkenal, orang
ini masih asing, tapi saat beradu tenaga dalam, mereka sama kuat!"
Terlihat dua penunggang turun dari kudanya, salah satu dari mereka bergerak seperti seekor
burung walet, dengan cepat dia bergerak dan sudah berada di depan, kemudian dia memotong
cemeti yang ditarik oleh Yao Qing-yu menggunakan tangannya. Cemeti itu terputus menjadi dua,
seperti dipotong oleh sebuah pisau tajam.
La-shou-xi-shi tertawa dingin, tangannya melayang, dia menyerang kedua penunggang kuda itu
dengan tangannya, dia masih sempat membentak:
"Roboh!" Tapi lelaki yang memotong cemeti dengan tangan, telah membalikkan tangannya, lalu menyapu
enam titik terang yang ditembakkan Gu Xiao-jing. Empat bintang berhasil ditepis hingga jatuh.
Sedangkan lelaki yang satu lagi, dengan tenang menyapu senjata rahasia yang menyerangnya, dia
menepis dengan potongan pecut yang telah terbagi dua tadi.
Dengan beberapa gerakan mereka berhasil menghalau serangan. Tapi dalam hati masingmasing
mereka tahu kalau mereka telah bertemu dengan orang yang tidak biasa.
Karena itu mereka segera berhenti bertarung. Orang yang memotong cemeti itu melihat ke
sekeliling, kemudian berkata dengan dingin:
"Saudara dan teman-temanku berjalan di jalan masing-masing, tapi kalian malah memukulnya,
apa sebabnya" Aku, Mao Wen-qi ingin mengetahui alasan kalian!"
"Kalian jalan tidak menggunakan mata, kalau semua berjalan seperti kalian, tidak perlu berjalan
lagi! Siapa kalian ini sebenarnya" Mengapa kalian begitu tidak tahu aturan?"
Mao Wen-qi datang dari Chang-bai-shan, mereka telah seharian melakukan perjalanan dengan
menunggang kuda, mereka tidak pernah berjalan dengan pelan juga tidak bisa berjalan dengan
pelan. Mendengar kata-kata Gu Xiao-jing, dia tertawa panjang:
"Baiklah, baiklah, aku Mao Wen-qi, pertama kali datang ke dunia persilatan Zhong-yuan.
Sepertinya perempuan Zhong-yuan selalu ingin menguasai para lelaki."
Logatnya berasal dari utara.
Begitu kata-kata itu keluar, membuat orang-orang Zhong-yuan marah.
Mao Wen-qi tertawa dingin.
"Baiklah, baiklah! Memang Mao Wen-qi mempunyai 4 orang teman, tapi kami tidak berniat
bertarung dengan orang Zhong-yuan, apakah kalian ingin satu lawan satu" Atau satu lawan
banyak orang" Asalkan kalian beritahu kami dulu, kami akan melayani kalian dengan baik!" dia
tertawa dengan sombong. Kedua alis Yao Qing-yu terangkat, dia ingin mengatakan sesuatu, tapi Gu Xiao-jing telah
menyelanya dulu: "Empat orang utan ini datang dari mana" Aku bermarga Gu, berjalan dari utara hingga ke
selatan, belum pernah melihat orang yang tidak tahu aturan seperti kalian!"
Yi-feng selalu berdiri di sisi, dia tidak muncul untuk bicara.
Tapi dia terus menatap keempat orang itu, mata mereka terlihat bersemangat, mereka pun
bergerak dengan lincah. Apalagi lelaki yang bernama Mao Wen-qi itu, tenaga dalamnya sangat
hebat, ilmu telapaknya lebih tinggi dari jurus 'Zhu-sha-zhuang' milik You Da-jun.
Dia tahu kalau keempat orang itu bukan orang kecil, dia berpikir, 'Aku tidak akan membiarkan
mereka ribut karena masalah kecil.'
Dia mendekati Mao Wen-qi lalu memberi hormat, sewaktu Yi-feng berusaha untuk menjelaskan,
wajah Mao Wen-qi berubah dan menunjuknya, lama dia tidak bisa bicara.
Melihat sikap Mao Wen-qi seperti itu, Yi-feng tanpa terasa melangkah mundur karena terkejut.
Dia pun melihat dua orang lainnya, mereka juga sama kagetnya melihat Yi-feng.
Sampai-sampai orang yang sejak tadi hanya duduk di atas kuda langsung turun, dia berdiri
dengan bengong menatap Yi-feng. Karena itu bukan hanya Yi-feng yang merasa aneh, Yao Qingyu,
Xiao Nan-pin, Gu Xiao-jing pun merasa aneh, apa yang keempat orang itu lakukan"
96 Setelah lama Mao Wen-qi baru bisa menguasai dirinya dan dengan suara gemetar dia berkata:
"Adik ketiga, walaupun kau telah melukai kaki kakak tertua, tapi karena sejak kecil kau telah
kuasuh, aku...aku dan kau sudah seperti saudara kandung, jangankan kau berbuat tidak sengaja,
sekalipun kau ingin memotong kedua kakiku, aku tidak akan menyalahkanmu, mengapa kau...."
Dia yang tertua di antara keempat orang itu, dia sampai tidak bisa bicara karena gejolak
hatinya, pelan-pelan dia mendekati Yi-feng, dia berjalan dengan terpincang-pincang.
Kedua orang itu terus memanggil Yi-feng dengan sebutan adik ketiga dan mereka
memanggilnya dengan penuh perasaan, hal ini malah membuat Yi-feng bingung, dia melihat pak
tua pincang itu telah berjalan mendekatinya., entah apa yang harus Yi-feng lakukan.
"Adik ketiga, beberapa tahun ini kau pergi ke mana saja" Mengapa kau menjadi kurus dan
hitam begini" Adik ketiga, kau... kakakmu ini sudah tua, kaki pun sudah tidak bisa bergerak lincah,
kalau bukan karena masih ada sedikit harapan mencarimu, aku benar-benar tidak akan
meninggalkan Chang-bai-shan. Adik ketiga, walau bagaimanapun kau harus ikut kami pulang, kau
mau apa pasti akan kuberikan."
Sambil berkata seperti itu dia menghela nafas, hal ini membuat Yi-feng bingung, pelan-pelan
dia berkata: "Kau...." Gu Xiao-jing pun tampak kebingungan, dia berjalan ke arah mereka, lalu berdiri di depan pak
tua itu: "Hei, apakah kau sudah gila! Siapa yang kau sebut adik ketigamu" Lebih baik kau lihat dengan
jelas terlebih dulu!"
Tubuh pak tua itu tadi sedikit bungkuk, sekarang tiba-tiba saja dia meluruskan tubuhnya, sorot
matanya memancarkan cahaya menakutkan, dia membentak Gu Xiao-jing:
"Siapa kau" Berani sekali mencampuri urusanku!" dia berkata sebentar, kemudian dengan
marah dia membentak: "Ternyata kau, siluman kecil. Kau menarik adik ketiga turun dari Chang-bai-shan!"
Dia membalikkan kepalanya dan memberi perintah:
"Adik kedua dan adik keempat, tangkap perempuan ini!"
Kata-katanya baru selesai, Mao Wen-qi dan kedua lelaki itu berlari dan mengepung Gu Xiaojing.
Kemudian dari balik ikat pinggang mereka mengeluarkan sebuah benda dan
melayangkannya, ternyata itu sebilah pedang panjang. Pedang itu bisa menjadi pedang lemas
atau keras, pedang itu terbuat dari baj a kuat.
Melihat istrinya dihina mereka, Huo-shen-ye membentak dan dari dalam tasnya dia
melayangkan sesuatu ke arah Mao Wen-qi. Dia pun berlari ke arah pak tua pincang itu dan mulai
menyerangnya. Senjata rahasia Huo-shen-ye yang dahsyat itu baru keluar, senjata rahasia itu bernama 'Wuleizhu"
yang sangat terkenal di dunia persilatan. Saat senjata itu mengenai ujung pedang, langsung
meledak, api biru membakar pedang itu.
Mao Wen-qi terkejut, dia melayangkan pedang panjangnya, berniat memadamkan api biru itu,
tapi api berkobar semakin besar, sepertinya api itu akan membakar tangannya. Dalam keadan
bahaya ini, dia tidak bisa banyak berpikir, dia menusukkan pedang sepanjang 1.50 meter itu ke
dalam salju. Hanya terlihat pegangan pedangnya sekitar 10 sentimeter yang mencuat ke atas.
Yao Qing-yu berteriak, dia terus mundur hingga 2-3 meter. Kemudian dia pun roboh. Ternyata
tadi dia menyerang pak tua itu dengan kedua tangannya. Pak tua itu tidak berusaha menghindar,
malah menyambut serangan Yao Qing-yu, terjadilah adu telapak tangan. Yao Qing-yu tergetar.
Gu Xiao-jing berteriak, dia ingin berlari mendekati suaminya, tapi ada seseorang yang sudah
menghadangnya, para pendekar di sana berteriak, ada yang berlari karena melihat Yao Qing-yu
terluka, ada yang marah-marah, tapi tidak ada seorang pun tahu apa yang sebenarnya terjadi di
sana. Orang yang tahu bagaimana hebatnya tenaga dalam pak tua itu, diam-diam memuji.
Xiao Nan-pin yang sejak tadi diam tidak bersuara, sekarang meliha situasi begitu kacau, dia
ingin berlari ke sana, tapi pak tua itu sudah membentak, suaranya besar menutupi suara orang
yang marah-marah dan juga suara hingar bingar di sana. Menggetarkan gendang telinga sehingga
telinga orang-orang di sana berdenging.
97 Pak tua itu melihat ke sekeliling dan berteriak:
"Aku adalah salah satu dari Fei-hong-jian, Hua Pin-qi, sekarang kami sedang membereskan
urusan keluarga, kalau kalian ingin ikut campur berarti kalian ingin bermusuhan dengari Changbai-
pai. Aku nasihati kalian, lebih baik kalian mengurungkan niat kalian itu!" kata-katanya
terdengar sangat sombong, tapi Fei-hong-jian Hua Pin-qi (Pedang pelangi terbang) keenam huruf
ini begitu diucapkan, tidak ada yang berani menyalahkan sikap sombongnya.
Ternyata Fei-hong-jian, Hua Pin-qi adalah ketua Chang-bai-pai. Chang-bai-fei-hong-jian adalah
ilmu pedang dari semua jurus pedang. Dulu dia pernah ke Zhong-yuan dan namanya sangat
terkenal. Tapi sudah sekian lama dia tidak muncul, maka tidak ada seorang pun yang menyangka
kalau pak tua yang pincang itu adalah ketua Chang-bai-pai.
Para pendekar yang berkerumun di sana, walaupun ada yang terkenal, tapi begitu
dibandingkan dengan ketua perkumpulan itu, rasanya mereka masih terlalu jauh.
Semua orang di sana hanya bisa termangu, suara ribut-ribut pun telah berhenti. Suasana
menjadi hening. Hua Pin-qi melihat ke sekeliling, kemudian dia menolehkan kepalanya melihat adik keenamnya,
Gong Tian-qi yang masih bertarung, tapi dia tidak berusaha menghenti-kannya. Dia memutar
kepalanya melihat Lao-san, Zhong Ying-qi yang tergabung dalam Fei-hong-qi-jian, yang telah lama
menghilang tanpa kabar. 0oo0 BAB 34 Salah paham Ternyata setelah wajah Yi-feng dipasang dengan topeng dari kulit manusia, wajahnya menjadi
mirip dengan pendekar ketiga dari Fei-hong-qi-jian yang bernama Zhong Ying-qi. Karena mereka
sangat mirip sampai-sampai saudara seperguruannya pun yang sejak kecil tumbuh bersama tidak
bisa membedakannya. Hua Pin-qi menatap Yi-feng yang diam dan bermuka datar. Dia lebih bisa memastikan kalau Yifeng
benar-benar adik ketiganya yang sejak kecil dirawat dan diurusnya sampai dia dewasa.
Belakangan karena satu dan lain hal, adik ketiganya tanpa sengaja telah melukai kaki kanannya,
karena itu Zhong Ying-qi melarikan diri. Maka dia pun berteriak:
"Adik ketiga, kemarilah, biar kakak tertuamu melihatmu dengan jelas!"
Gu Xiao-jing termasuk salah satu dari '4 cantik dari dunia persilatan' tapi ilmu silatnya tidak
terlalu tinggi. Sekarang dia sedang berusaha melawan pendekar keenam dari Fei-hong-qi-jian,
Gong Tian-qi. Setelah melewati puluhan jurus, dia sudah tidak kuat dan terus berkeringat.
Apalagi dia mengkhawatirkan keselamatan suaminya, maka dia pun berteriak:
"Hei marga Hua, lihat yang jelas dulu, aku adalah La-shou-xi-shi, Gu Xiao-jing, mengapa aku
bisa ada hubungan dengan kalian?"
Baru saja kata-katanya selesai, pedang melintas ke arah tangan kanannya, mantel yang
dipakainya jadi robek dengan garis memanjang.
Hua Pin-qi berkata: "Nama La-shou-xi-shi bukan nama yang baik, adik ketiga, tangkap dia!"
Dari awal hingga sekarang, Yi-feng masih dalam keadaan terpaku, sekarang dia baru mengerti
apa yang terjadi, dan sadar karena dia tanpa sengaja mengenakan topeng kulit maka
membuatnya mirip dengan adik ketiga Hua Pin-qi.
Dia menjadi serba susah, tapi keadaan mengharuskannya bergerak. Xiao Nan-pin terlihat berlari
ke arahnya, dengan pelan dia berkata:
"Kakak Nan, sepertinya salah paham ini harus segera dijelaskan!"
Dari mulutnya tercium bau harum dan menusuk hidung Yi-feng.
Yi-feng tersenyum, dia pun berpikir, 'Kalau perempuan berpendapat seperti tidak memberikan
pendapat, apakah aku tidak tahu kalau semua ini adalah salah paham"'
Dia melihat Xiao Nan-pin, saat itu tepat matanya bertatapan dengan mata Xiao Nan-pin yang
tampak penuh perhatian pada Yi-feng.
Dia tertawa, sekali bergerak dia sudah berada di depan Gu Xiao-jing, katanya:
98 "Hentikan pertarungan!"
Gu Xiao-jing terengah-engah berkata:
"Kalau kau tidak datang, aku akan celaka!"
Dia bersembunyi di balik tubuh Yi-feng, tapi pedang Gong Tian-qi telah menusuk ke arah Yifeng.
Tampak cahaya pedang berkilau, hampir saja mengenai Yi-feng.
Yi-feng tersenyum, sekarang Gong Tian-qi yang terkejut, dia berteriak:
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kakak ketiga..."
Tapi pedangnya telah meluncur, tenaga sudah dikerahkan, pedang pun tidak bisa ditarik, terus
meluncur siap menusuk Yi-feng.
Hua Pin-qi berteriak. Tapi masih dalam keadaan tersenyum, Yi-feng sama sekali tidak menggerakkan bahunya,
tubuhnya tidak ditekuk, dia sudah menjauh 3 meter.
Hua Pin-qi seorang pemimpin dan juga seorang ketua, melihat ilmu meringankan tubuh Yi-feng
begitu tinggi, dia benar-benar kaget:
"Adik ketiga, ilmu silatmu maju pesat!" Yi-feng tersenyum lagi, dia tahu semenjak jalan darah
'Du' dan 'Ren' nya tembus, ilmu silatnya maju pesat. Sampai-sampai ketua Chang-bai-pai pun
mengaguminya. Dia memberi hormat kepada Hua Pin-qi: "Namaku adalah Yi-feng, aku sudah lama mendengar
nama besar Tetua Hua, tapi aku tidak mempunyai kesempatan untuk berkunjung, hari ini kita bisa
bertemu, aku merasa sangat beruntung!"
Kata-katanya belum selesai, Hua Pin-qi sudah menyela:
"Adik ketiga, apa maksudmu" Apakah... apakah selama beberapa tahun ini kau belajar pada
guru terkenal" Dan kau tidak mau mengakui kalau kami adalah kakak dan adik seperguruanmu"
Kau...kau tidak boleh melakukan hal ini!" Dia bicara dengan suara bergetar. Para pendekar yang
berkerumun di sekitar sana tidak tahu apa yang terjadi di sana. Mereka hanya melihat Yi-feng
dengan pandangan menghina, karena orang yang telah mengkhianati perkumpulan adalah orang
yang telah melakukan kesalahan besar. Apalagi melihat sikap Hua Pin-qi sekarang, benar-benar
membuat siapa pun menjadi sedih karenanya!
Yi-feng baru berniat akan menjelaskan, tapi Mao Wen-qi sudah mendekatinya dan membentak:
"Adik ketiga, kau benar-benar keterlaluan! Kau dan kakak tertua memang hanya mempunyai
hubungan sebagai kakak dan adik seperguruan, tapi semenjak guru wafat ilmu silat yang kau
miliki semua itu kakak tertua yang mengajar-kannya, sekarang kau bersikap seolah tidak
mengenal kami, tapi mana mungkin kau sampai tidak mau mengenal kami" Kau.. .benar-benar..
.tidak punya perasaan!"
Yi-feng menghela nafas dalam-dalam, dia tahu kalau hal ini sangat sulit untuk dijelaskan.
Tapi di depan orang-orang persilatan, dia tidak bisa membuka topengnya dan menyebutkan
identitasnya begitu saja.
Dia terdiam sebentar, lalu berkat:
"Namaku adalah Yi-feng, mungkin aku mirip dengan adik ketiga Tetua, hingga terjadi salah
paham ini, aku tidak bisa menjelaskan..."
Xiao Nan-pin tiba-tiba berlari ke arah mereka dan berkata:
"Tetua Hua, dengarkan logat bicaranya, sama sekali tidak mirip dengan kalian, apakah dia
orang asli Chang-bai-shan atau bukan bisa langsung ketahuan, logat bicaranya berasal dari Jing
Nan." Diam-diam Yi-feng memuji kepintaran Xiao Nan-pin, dia merasa kalau perempuan biasanya
lebih teliti dalam hal seperti ini, dia memper-hatikan hal yang tidak diperhatikan orang lain.
Hua Pin-qi, Mao Wen-qi, Gong Tian Qi, dan seorang lelaki yang sejak tadi diam saja yang
bernama Huang Zhi Qi, empat orang dari Fei-hong-qi-jian, sekarang hanya bisa termangu, mereka
dengan teliti menatap Yi-feng.
Gu Xiao-jing memapah Yao Qing-yu yang tergetar dan sekarang terluka ke arah mereka, dia
marah kepada Fei-hong-qi-jian.
"Hei marga Hua! Kau sembarangan melukai orang, selama gunung masih menjulang air masih
mengalir, kami suami istri pasti akan mencarimu untuk membalas perbuatanmu ini!"
Dia menghentakkan kakinya lalu melihat ke sekeliling:
99 "Sobat-sobat sekalian, kalian lihat sendiri, ketua Chang-bai-pai tidak bisa mengurus adik
seperguruannya, hingga adiknya malah melarikan diri, maka dia pun menangkap orang yang ada
di jalan dan memaksanya menjadi adik seperguruannya, nama 'Fei-hong-qi-jian' memang terkenal,
dan orang-orang tidak akan berdaya..."
Karena marah, Hua Pin-qi menjadi gemetar, dia marah lalu berteriak:
"Hentikan kata-katamu!" Tapi Gu Xiao-jing malah menghentakkan kakinya lagi, dia mendekat
dan bertanya: "Kau mau apa" Mau apa" Apa karena ilmu silatmu lebih tinggi lalu kau bisa sembarangan
menghina orang" Lihat dulu yang jelas, apakah memang benar dia adalah adik seperguruanmu"
Dunia ini benar-benar aneh, memaksa orang lain menjadi adik seperguruannya!" suaranya
nyaring, bicaranya cepat, membuat Hua Pin-qi tidak bisa menanggapinya, wajahnya tampak
berubah-rubah. 'La-shou-xi-shi' berhenti sejenak, melihat Yi-feng dan Xiao Nan-pin.
"Adik Yi dan Xiao San-mei, kami akan pergi dulu, suamiku terluka, sepertinya kami tidak jadi
pergi ke Zhong-nan-shan!"
Dia menghentakkan kakinya lagi: "Entah mengapa tiba-tiba bisa datang masalah seperti ini.
Hei, Xiao San-mei, cepat bawa Adik Yi pergi dari sini, jangan sampai digigit anjing gila kalau terus
di sini!" Banyak yang tertawa sampai keluar suara, Hua Pin-qi membentak:
"Kalau tidak melihat kau adalah seorang perempuan bodoh, hari ini aku akan membunuhmu!"
Gu Xiao-jing membalikkan kepala dan menjawab:
"Marga Hua, jangan sembarangan bicara! Siapa yang bodoh! Kau atau aku! Siapa yang
memaksa orang lain menjadi adikmu" Adik Yi, kau..."
Yi-feng takut kalau dia akan membocorkan kalau dia sedang menyamar, maka dengan cepat
dia berkata: "Tetua Hua, semua ini hanya salah paham, siapa pun tidak bisa menjelaskan keadaan
sebenarnya, tapi aku berani bersumpah demi Tuhan kalau aku belum pernah bertemu dengan
Tuan, dan aku bukan adik ketiga Tuan, di dunia ini orang yang mirip sangat banyak, kelak kalau
aku bertemu dengan adik ketiga Tuan, aku pasti akan mengabarkan kepadanya tentang hal ini,
sekarang aku pamit dulu..."
Hua Pin-qi membentak: "Apakah kau benar bukan Zhong Ying-qi?"
Yi-feng tersenyum menggelengkan kepala:
"Nama Zhong Ying-qi saja baru sekarang kudengar."
Setelah selesai bicara, Hua Pin-qi bergerak, hanya sebentar di langit tampak ada yang berkilau.
Yi-feng tidak menyangka bayangan pedang siap menindihnya!
Jurus itu cepat seperti kilat, membuat Yi-feng tidak ada waktu untuk berpikir mengapa Hua Pinqi
berniat membunuhnya. Dia hanya merasa jurus Hua Pin-qi seperti air yang ditumpahkan.
Semua tempat seakan terkena jurus ini. Tubuhnya telah tertutup bayangan pedang.
Di antara mati dan hidup, kakinya terus bergeser, dia melihat ada celah di sisi kiri bawah.
Karena telah berpengalaman, dia memutar kakinya dan berlari ke arah kiri.
Baru saja dia bergerak, bayangan yang memenuhi langit itu seakan sudah tahu kalau Yi-feng
akan bergerak ke arah sana, tiba-tiba bayangan yang memenuhi langit itu berubah dari cahaya
menjadi suara yang membawa angin kencang. Dan suara itu mengikuti Yi-feng yang berlari, dia
tidak bisa menghindar lagi. Dia memejamkan matanya, seperti sedang menunggu sabetan pedang.
Perubahan yang terjadi begitu tiba-tiba, setelah semua orang melihat dengan jelas, cahaya biru
telah berada di dada Yi-feng.
Para pendekar berteriak, Xiao Nan-pin hampir pingsan.
Tapi cahaya biru yang berasal dari pedang Hua Pin-qi ketika hampir mengenai dada Yi-feng
tiba-tiba berhenti begitu saja.
Yi-feng membuka matanya, dia melihat kedua mata Hua Pin-qi yang tampak bersemangat
menatapnya. Dalam keadaan serba cepat ini, membuat Yi-feng banyak berpikir mengenai serangan pedang
itu, serangan itu datang saat dia tidak waspada, berarti walaupun dia mengalami sedikit kemajuan
100 untuk tenaga dalamnya tapi untuk kemampuan ilmu silatnya, dia masih berada di bawah orang
lain. Kalau tidak dia tidak akan mengalami peristiwa seperti ini.
Dia merasa menyesal, mengapa sewaktu berada di rumah Yao Qing-yu dia tidak membaca
buku Tian-xing-mi-ji', malah terus menerus merasakan dan menikmati kehangatan seorang
perempuan. "Kalau terus seperti ini, kapan aku bisa membalas dendam?"
Hua Pin-qi menarik pedangnya dan menghela nafas panjang.
Saat seperti ini, tiba-tiba dia menjadi sangat tua, dia menghela nafas kembali dan berkata pada
Mao Wen-qi: "Dia bukan Lao-san...tapi mengapa dia begitu mirip?"
Mao Wen-qi menundukkan kepala, Gon Tian-qi berlari dan menunggang kembali kudanya. Hua
Pin-qi menatap kuda yang telah roboh, pedangnya melayang dan menusuk tubuh kuda itu berkalikali,
diiringi suara ringkikannya, kuda itu pun langsung mati.
Hua Pin-qi menghela nafas lagi, dia berlari ke arah kuda Mao Wen-qi. Tiga ekor kuda dengan
empat orang, seperti kedatangan mereka tadi, sekarang pun mereka kembali berlari dengan
kencang ke arah depan. Yi-feng masih terpana, sewaktu dia mengangkat kepalanya, Xiao Nan-pin tersenyum lembut
kepadanya dan berkata: "Jangan bersedih, pak tua itu memang sangat lihai..."
Yi-feng tersenyum mendengar hiburan yang diberikan Xiao Nan-pin.
Xiao Nan-pin tahu dia tidak perlu bercerita panjang lebar, karena melihat senyum Yi-feng tadi,
dia tahu kalau Yi-feng sudah mengerti kondisinya.
Gu Xiao-jing memapah Yao Qing-yu yang tampak pucat, pelan-pelan dia berjalan ke arah
mereka: "Pak tua itu sepertinya gila, lihat tanpa banyak bicara, dia langsung pergi entah ke mana."
Dia melihat Yi-feng dan Xiao Nan-pin, mulutnya penuh dengan tawa:
"Lukanya tidak begitu berat, tapi juga tidak bisa dianggap ringan, aku harus tetap
mengantarkannya pulang. Hei, San-mei (adik ketiga seperguruan), kau mau ikut pulang
bersamaku, atau ikut dengannya?"
Wajah Xiao Nan-pin menjadi merah, Gu Xiao-jin g tertawa:
"Lebih baik kau ikut dengannya, aku tidak berani membawa siluman perempuan ini."
Dia berkata pada Yi-feng:
"Aku serahkan San-mei ku ini kepadamu. Kau harus berbaik hati padanya, jangan
menghinanya, kalau kau menghinanya, aku tak akan sudi mengampunimu!"
Yi-feng tertawa kecut, wajah Xiao Nan-pin menjadi merah lagi, perempuan ini biasanya terkenal
dengan kekejamannya karena sering membunuh orang. Beberapa hari ini dia terlihat begitu
lembut, orang yang pintar, pasti akan tahu apa yang telah mengubahnya menjadi seperti ini. Sejak
dulu hingga sekarang, kekuatan yang mengubahnya adalah 'cinta'.
Xiao Nan-pin sendiri tidak menyadarinya, entah sejak kapan dia mulai mempunyai perasaan
seperti ini. Awalnya dia berusaha menjelaskan pada dirinya sendiri kalau dia hanya merasa kasihan kepada
laki-laki yang telah kehilangan istri itu.
Tapi sekarang, dia sendiri pun tidak bisa mengingkari kalau itu adalah rasa cinta.
0-0-0 BAB 35 Rapat di Zhong-nan-shan Yi-feng masih terpaku, walaupun tusukan pedang Hua Pin-qi tidak sampai melukainya tapi
ternyata sudah melukai hatinya. Para pendekar tadi sudah berlalu dari sana, tapi sorot mata
mereka terlihat aneh, terkejut, dan sorot itu seperti membayangi di sekeliling Yi-feng,
membuatnya malu untuk mengangkat kepala.
101 Yao Qing-yu dan Gu Xiao-jing sudah pergi dari sana, ketika Yi-feng melihat lagi, matanya
beradu dengan sepasang mata Xiao Nan-pin yang lembut dan penuh perasaan kepadanya. Sorot
mata yang begitu perhatian membuat Yi-feng tersenyum.
Tiba-tiba terdengar suara lonceng dari arah kuil, Xiao Nan-pin mendekatinya:
"Sekarang kita harus naik gunung."
Kemudian dia berkata dengan pelan:
"Maaf, aku sudah membuatmu menghadapi kesulitan seperti ini, anehnya adik ketiga mereka
bisa begitu mirip denganmu!"
"Bukan salahmu..." Yi-feng tersenyum.
Orang yang berkerumun sudah bubar. Dari kejauhan terlihat seorang biksu muda berpakaian
biru mendekati mereka sambil melambaikan tangan:
"Perkumpulan kami sedang mengadakan pemilihan ketua, jika kalian datang untuk mengikuti
rapat ini, cepatlah naik gunung sekarang."
Yi-feng mengucapkan terima kasih kepada biksu muda itu. Dia segera berangkat bersama
dengan Xiao Nan-pin. Karena Xiao Nan-pin masih berpakaian seperti seorang laki-laki, maka
mereka bisa berjalan dengan leluasa.
Baru saja mereka berjalan sebentar, seorang biksu datang lagi, dan bertanya:
"Tuan datang dari mana" Apakah perlu aku membawa Tuan naik gunung?"
Menilik usia biksu itu belum terlalu tua, Yi-feng terpikirkan sesuatu, dia bertanya:
"Aku tidak berani merepotkan Guru, kami akan naik gunung sendiri."
Biksu itu menatap mereka dengan bingung, kemudian tanpa bertanya dia pun pergi.
Di depan ada belokan, di sana terdapat sebuah rak. Di atas rak diletakkan segentong air teh.
Seorang biksu muda sedang menuang-kan teh. Melihat Yi-feng dan Xiao Nan-pin datang, dia
menyapa: "Sahabat, minumlah dulu baru melanjutkan perjalanan."
Yi-feng tertawa dan mengucapkan terima kasih tapi dalam hati dia memikirkan sesuatu.
Terlihat ada 2 biksu muda datang lagi dari arah jalan kecil, pakaian mereka masih terlihat baru
dan berwarna biru. Salah satu dari mereka tertawa kepada Yi-feng:
"Sahabat, cepatlah naik gunung, rapat akan segera dimulai!"
Semakin memanjat naik, Yi-feng semakin merasa curiga. Diam-diam dia berpikir, 'Melihat usia
dan ilmu silat biksu-biksu tadi, dari cara mereka berjalan, paling-paling mereka hanya generasi
ketiga. Tapi Biksu Miao-ling pernah mengatakan murid generasi kedua, karena ilmu silat mereka
tidak terlalu tinggi, mereka sudah keracunan hingga meninggal, dari mana datangnya begitu
banyak biksu muda..."
Ketika dia sedang berpikir, ada 2 biksu muda yang lewat lagi, mereka tersenyum kepada Yifeng.
Xiao Nan-pin melihat mereka dan tertawa:
"Mengapa semua biksu yang kita lihat, semua mengenakan baju baru dan wajah mereka
terlihat sangat gembira, tidak terlihat kalau mereka sedang berduka karena ketua mereka baru
meninggal. Sepertinya biksu-biksu Zhong-nan-shan tidak menjaga peraturan kuil."
Perempuan memang lebih memperhati-kan pakaian.
Yi-feng mendengar perkataaan Xiao Nan-pin, dalam hati terpikirkan sesuatu lagi, 'Biksu-biksu
itu mencurigakan...' Dia bertanya kepada Xiao Nan-pin:
"Apakah kau ingat, biksu-biksu tadi memanggil kita dengan sebutan apa?"
Xiao Nan-pin tampak berpikir sejenak, dia seperti baru menyadarinya:
"Benar, mereka tidak memanggil kita dengan sebutan tuan melainkan 'Sahabat', berarti biksubiksu
tadi hanya berpura-pura."
Xiao Nan-pin berkata lagi:
"Aku curiga, biksu-biksu itu baru memakai pakaiannya itu hari ini, mungkin saja kemarinkemarin
mereka hanya perampok-perampok kecil." Dia tertawa lagi, "sebenarnya aku tidak berniat
menghina mereka, kau lihat mereka dari atas ke bawah, apakah mereka seperti seorang biksu?"
Yi-feng mengerutkan alis, dia merasa curiga juga khawatir, 'Apa yang telah terjadi di Zhongnan-
shan ketika aku pergi mencari obat penawar" Mengapa ketua mereka tiba-tiba bisa
meninggal" Apakah Tuan Jian, Sun-ming, serta putrinya masih berada di Zhong-nan-shan"'
102 Dia mempercepat langkahnya, memutari beberapa belokan. Setiap belokan selalu terlihat ada
1-2 biksu muda yang menjaga dan memberi tamu yang lewat minum. Dia merasa curiga tapi dia
tidak berani bertanya pada biksu-biksu tersebut, karena dia belum mendapatkan bukti. Dia
berharap Tuan Jian dan yang lainnya masih berada di gunung. Jika begitu semua kecurigaan-nya
akan terjawab. Maka dia mempercepat lagi langkah kakinya.
Xiao Nan-pin terus berjalan di sisinya, dia tidak tahu apa yang sedang Yi-feng pikirkan, juga
tidak bisa menebak apa yang sedang Yi-feng pikirkan.
Semenjak dia memakai topeng kulit manusia, ekspresi wajahnya tidak terlihat.
Satu kali belokan lagi mereka sudah berada di depan kuil. Yi-feng masuk dengan tergesa-gesa,
dua pintu kuil berwarna merah sekarang terbuka dengan lebar. Seorang biksu setengah baya
tampak berdiri di sana. Yi-feng berpikir sebentar kemudian berjalan men dekatinya.
Dengan sebelah telapak diberdirikan, biksu itu bertanya kepada Yi-feng. Sikapnya terlihat lebih
serius dibandingkan dengan biksu-biksu muda tadi. Melihat Yi-feng datang, dengan hormat dia
pun bertanya: "Tuan, silahkan langsung ke ruang Lu-zhu, rapat akan mulai, Tuan masih sempat untuk
mengikuti-nya!" Yi-feng mengucapkan terima kasih lalu bertanya:
"Apakah Guru tahu mengenai dua orang laki-laki dan 2 orang perempuan yang tinggal di sini,
apakah mereka masih di sini?"
Karena dia merasa curiga, dia tidak menyebutkan nama Tuan Jian.
Biksu setengah baya itu melihat Yi-feng, sikapnya terlihat lebih hormat lagi lalu berkata:
"Apakah Tuan adalah teman dari 2 tetua yang telah menolong beberapa ratus murid Zhongnan-
pai?" Tiba-tiba dia menarik nafas panjang: "Kedua tetua itu sudah pergi beberapa hari lalu."
Yi-feng segera bertanya: "Apakah Guru mengetahui mereka telah berapa lama pergi dan ke mana perginya mereka"
Apakah mereka meninggalkan pesan?"
Biksu itu menggelengkan kepalanya, dia menarik nafas:
"Jika aku tahu mereka pergi ke mana, aku tidak akan bersikap seperti ini."
Dia melihat ke sekeliling kemudian menarik Yi-feng ke pinggir berkata dengan pelan-pelan:
"Jika Tuan adalah teman dari 2 tetua itu, Tuan pasti tahu mengapa ketua kami bisa meninggal"
Hal ini telah membuat murid-murid Zhong-nan-shan bersedih! Karena itu perkumpulan kami
mengadakan rapat untuk memilih ketua. Siapa saja yang menjadi murid Zhong-nan-shan, dengan
kemampuan ilmu silatnya mereka bisa merebut kedudukan sebagai ketua, tapi..."
Dia bercerita dengan terburu-buru, tiba-tiba dia berhenti bicara. Dari sudut matanya, Yi-feng
melihat ada 2 orang biksu sedang berjalan ke arah mereka. Dari kejauhan mereka sudah memberi
hormat lalu bertanya: "Rapat akbar sudah mulai, di dalam sangat ramai, mengapa Tuan masih belum masuk?"
Mereka berdiri di sisi Yi-feng dan tidak berniat untuk pergi.
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Biksu setengah baya itu tidak bicara lagi, wajahnya yang tadi terlihat serius sekarang penuh
dengan kekhawatiran. Yi-feng membawa Xiao Nan-pin masuk, dia tidak mengerti:
"Dari pembicaraan guru tadi, kematian ketua mereka sangat misterius, mengapa begitu ada
yang datang, pembicaraannya langsung berhenti" Aku salah karena tinggal di rumah Yao Qing-yu
selama beberapa hari. Walaupun hanya beberapa hari tapi aku tidak bisa bertemu dengan Tuan
Jian dan Sun-ming juga putrinya. Di sini telah terjadi banyak hal aneh yang aku sendiri tidak tahu
apa sebabnya." Diam-diam dia menyalahkan dirinya sendiri dia merasa cemas, kemanakah perginya Tuan Jian"
Sambil berpikir, dia berjalan masuk. Begitu me-lihat ke dalam, aula besar itu sudah penuh sesak
dengan tamu-tamu. Dia terpikir-kan sesuatu, diam-diam dia berputar masuk melalui sebuah pintu
kecil dan duduk di dekat dinding.
103 Orang-orang yang ada di dalam memperhatikan seorang pak tua yang sedang berdiri di depan,
tidak ada yang yang memperhatikan Yi-feng ketika dia masuk.
Pak tua itu berkata: "Sudah lama aku tidak berkelana di dunia persilatan, tidak disangka teman-teman belum
melupakanku Dia tertawa lagi: "Kalian memilihku untuk menjadi pembawa acara ini, aku merasa sangat berterima kasih. Rapat
ini bukan rapat biasa, mungkin tidak cukup hanya aku yang membawakan acara, lebih baik kita
pilih beberapa orang lagi, aku takut mataku tidak dapat melihat dengan jelas jurus-jurus dari
murid-murid Zhong-nan-pai."
Dia tertawa lagi, kelihatannya dia sangat berbangga hati menj adi pembawa acara.
Yi-feng tidak mengenali pak tua itu, tapi dia bisa menebak kalau pak tua ini dipilih oleh banyak
orang untuk membawakan acara dalam rapat akbar ini.
Setelah pak tua itu selesai bicara, orang-orang yang ada di ruangan itu segera ribut, mungkin
mereka sedang memilih 2 orang lainnya lagi.
Yi-feng melihat ruangan bagian kiri, kanan, dan tengah, di sana dipenuhi dengan para
pendekar, mereka mengobrol dengan suara kecil. Di sisi ruangan, berdiri biksu-biksu yang
mengenakan baju berwarna biru, mungkin mereka adalah murid-murid Zhong-nan-pai.
Tiba-tiba Xiao Nan-pin menarik lengan bajunya dan berbisik:
"Kakak Nan, bukankah pak tua itu adalah Ba-gua-shen-zhong Fan Chong-pin" Tidak di sangka
dia muncul di Zhong-nan-shan, apakah Kakak Nan mengenalnya?"
Yi-feng menggelengkah kepala:
"Aku tidak kenal dengannya, tapi aku tahu dia sangat terkenal."
Mata dia masih terus melihat para pendekar yang ada di aula itu. Walaupun suasana masih
ribut tapi belum ada seorang pun yang berhasil mereka pilih, mungkin mereka menganggap tidak
ada orang yang pantas membawakan acara.
Fan Chong Pin berdiri di depan meja sembahyang, dia tersenyum, sikapnya terlihat sangat
sombong. Pak tua itu sangat percaya diri, dan sangat menyukai ketenarannya, dia memang
mempunyai ilmu silat tinggi.
Tidak lama kemudian seseorang berdiri di antara kerumunan pendekar. Dia memberi hormat
dan berkata: "Aku ingin menunjuk seseorang, dia masih muda tapi berwibawa. Ilmu silatnya tinggi, cukup
bertanggung jawab." Dia menunjuk ke arah tiang batu yang ada di sisi kanan ruangan, kemudian berkata lagi:
"Aku menunjuk Mei-hua-jian, Pendekar Du yang berdiri di dekat tiang itu."
Dia tertawa terbahak-bahak. Semenjak Tie-ji-wen-hou Lu Nan-ren dikabarkan mati di luar kota
Bao-ding, di dunia persilatan tidak ada yang bisa menandingi ketampanan dan ilmu silat Pendekar
Du. Banyak yang setuju dengan usul orang itu. Xiao Nan-pin yang berdiri di sisi Yi-feng tertawa.
Mei-huan-jian Du Chang-qian dari E-mei adalah junior yang sangat terkenal. Dia, Yi-feng, dan Gu
Zi-ang sama-sama sangat terkenal.
Karena usia ketiga orang itu hampir sebaya begitu pula dengan ilmu silat mereka sama-sama
tinggi, sama-sama tampan dan luwes maka mereka selalu menjadi sosok terkenal.
Sekarang Yi-feng mendengar tiba-tiba ada yang menyebut namanya, dalam hati dia benarbenar
merasa sedih. Siapa pun tidak ada yang menyangka, laki-laki yang duduk di pojok, di
tempat gelap adalah Tie-ji-wen-hou Lu Nan-ren.
Para pendekar beramai-ramai memilih Mei-hua-jian, Du Chang-qin menjadi pembawa acara.
Mei-hua-jian Du Chang-qin memiliki sosok tinggi besar, wajahnya tampan, sebilah pedang terselip
di pinggangnya. "Aku masih muda, ilmu silatku pun rendah mana bisa menanggung beban begitu berat?"
Tapi mereka tidak peduli dan mereka sudah bersorak menyambutnya, akhirnya dia berdiri di sisi
Ba-gua-shen-zheng Fan Zhong-pin. Sikapnya sangat tenang.
Fan Zhong-pin tertawa: 104 "Baiklah, baiklah, di dunia persilatan banyak pesilat muda yang berbakat, aku benar-benar
senang." Dia berkata kepada Mei-hua-jian Du Chang-qin yang berdiri di sisinya:
"Dulu aku dan Guru Xue-yin adalah teman, sekarang Pendekar Du telah tumbuh dewasa,
benar-benar menjadi pemuda tampan dan luwes. Temanku ternyata mempunyai penerus hebat,
aku ikut merasa senang."
Begitu mendengar Fan Zhong-pin membicarakan tentang gurunya, Du Chang-qin segera
membungkukkan tubuhnya sambil mengucapkan terima kasih lalu memberi hormat.
Fan Zhong-pin berkata lagi:
"Kecuali aku yang sudah tua ini serta Pendekar Du yang masih muda, kita akan memilih
kembali satu orang."
Di antara pendekar-pendekar segera ada yang berdiri dan berkata:
"Aku ingin memilih seorang tetua dengan wibawa tinggi, beliau seorang pahlawan tua yang
saat ini sedang duduk di bawah pohon, beliau bernama Wan-sheng-dao, Huang Zheng-gua (Golok
menang sepuluh ribu). Pak Tua Huang di daerah Zhe-jiang, telah mengajar banyak murid. Beliau
seorang yang bertanggung jawab, aku kira beliau sangat pantas menjadi pembawa acara."
Wan-sheng-dao sudah tua, dia sudah ingin keluar sejak tadi, tapi karena namanya belum
disebut dia tidak berani keluar.
"Pak tua ini tidak tahu diri, belum lagi ada sambutan baik dari pendekar lainnya, dia sudah
keluar." Tiba-tiba di antara para pendekar ada yang tertawa dingin, seseorang segera muncul:
"Namaku adalah Qian-yi, orang yang ingin ku perkenalkan adalah diriku sendiri!"
Begitu orang itu keluar dan berkata seperti itu, membuat pendekar-pendekar di sana menjadi
ribut, apalagi orang itu masih terlihat muda tapi sikapnya sangat sombong, tidak menganggap
pendapat orang lain. Orang yang memperkenalkan Wan-sheng-dao segera keluar, dia keluar sambil menunjuk
pemuda itu lalu bertanya:
"Siapa Anda" Aku sering berkelana di dunia persilatan tapi belum pernah melihat orang seperti
kau. Kau anggap dirimu itu siapa" hormatilah Pendekar Huang!"
Pemuda yang bernama Qian-yi itu tetap berdiri di tempatnya. Dia tidak mempedulikan orang
yang protes itu, dia tetap dengan dingin berkata:
"Orang-orang yang kalian tunjuk seharusnya mempunyai ilmu silat tinggi, mata harus jeli baru
bisa menjadi seorang wasit yang adil. memang aku tidak bisa memenuhi semua persyaratan tapi
walau bagaimanapun aku lebih baik dibandingkan pak tua yang sudah terlihat payah ini, maka aku
memberanikan diri memperkenalkan diriku."
Dia selesai bicara, para pendekar di ruangan itu ribut lagi. Hal ini membuatnya marah, nafasnya
terengah-engah, dia berkata:
"Baiklah, baiklah, aku hanya seorang pak tua yang tidak berguna tapi aku ingin mencoba ilmu
silat seperti apa yang kau miliki. Bocah tengik tidak tahu diri, berani-beraninya di depan banyak
pendekar menyombongkan diri. Kita tarung sekarang."
Dia membuka baju panjangnya, lengan bajunya digulung, dia bersiap-siap bertarung dengan
pemuda itu. - 0-0-0 Bersambung jilid 2.... 105 JILID KE DUA BAB 36 Tamu dari kota Qing-hai Qian-yi melihatnya sebentar, Tapi dia tidak menganggapnya. Kesombongannya membuat
pendekar-pendekar menjadi ramai membicarakannya.
Wajah Huang Zhen-guo memucat, dia menyerang dari belakang. Orang yang bernama Qian-yi
itu sama sekali tidak bernama di dunia persilatan, dia tidak bergerak. Pukulan Huan Zhen-guo
tepat mengenai tubuhnya. Para pendekar melihat kepalan Wan-sheng-dao mengenai tubuh pemuda itu, tapi baru saja
kepalannya mengenai baju orang itu, Huang Zhen-guo malah seperti kesurupan, dia melayang di
udara kemudian terjatuh ke bawah.
Pendekar-pendekar di sana menjadi ramai.
Ada yang berteriak: "Jurus 'Zhan-yi-shi-ba-shi' (Baju rendam 18 jurus)!!"
Ternyata pemuda tidak bernama ini menggunakan jurus 'Zhan-yi-shi-ba-shi'. Jurus ini adalah
ilmu silat tingkat tinggi, pendekar-pendekar di sana merasa aneh.
Yi-feng diam-diam mengagumi ilmu silat pemuda itu. Dia merasa aneh:
"Mengapa pemuda ini belum pernah terdengar sekalipun muncul di dunia persilatan?"
Wajah Ba-gua-shen-zhang tampak berubah, pelan-pelan dia melihat pemuda itu dan berkata:
"Sahabat yang masih muda ini ternyata mempunyai ilmu silat begitu tinggi, siapa gurumu"
Apakah beliau adalah Guru Wu-dang?"
Qian-yi tersenyum tapi senyumnya masih terlihat penuh dengan kesombongan, dia menjawab:
"Aku datang dari Qing-hai, guruku pernah menyebutkan nama Tetua Fan. Aku kira Pendekar
Fan tentu masih ingat guruku?"
Wajah Ba-gua-shen-zhang berubah, dia segera memberi hormat:
"Ternyata Pendekar Muda Qian datang dari gunung Bu-ke-ma-yin, gurumu adalah orang yang
berilmu tinggi. Dulu aku pernah bertemu dengannya. Sekarang Pendekar Muda Qian mulai
berkelana di dunia persilatan, ini sangat baik, baik sekali!"
Pendekar-pendekar di sana terkejut melihat ilmu silat pemuda itu, sekarang melihat Ba-guashen-
zhang yang selalu menyombong-kan diri pun begitu menaruh hormat kepada pemuda itu,
mereka jadi bertanya-tanya.
Pemuda yang bernama Qian-yi itu tersenyum, dengan sombong dia berkata:
"Tetua Fan, apakah aku akan terlihat memalukan jika menjadi wasit pertarungan ini?"
106 Segera Ba-gua-shen-zhang tertawa:
"Pendekar Qian adalah murid kesayangan salah satu tetua dunia persilatan, nama tetua ini
adalah 'Pak Tua Tanpa Nama', kalian yang sering berkelana di dunia persilatan pasti pernah
mendengar nama 'Pak tua tanpa nama' dari Qing-hai!"
Begitu mendengar nama 'Pak Tua Tanpa Nama', para pendekar di sana menjadi ramai lagi.
Wan-sheng-dao Huang Zhen-guo, ketika mendengar 4 kata ini, segera melarikan diri dari pintu
pinggir. Ketika mendengar nama ini, Yi-feng ikut terkejut, dia terus melihat pemuda yang bernama
Qian-yi ini. Ternyata kabar dunia persilatan yang menyebar bahwa di Qing-hai tepatnya di Gunung Bu-kema-
yin tinggal seseorang berilmu silat tinggi. Selama puluhan tahun orang dunia persilatan
mengetahui tentang keberadaan orang aneh ini, ilmunya sudah sangat sakti, tapi tidak seorang
pun yang pernah bertemu dengan orang ini. Semua orang hanya tahu dia disebut 'Pak Tua Tanpa
Nama'. Qian-yi adalah murid orang aneh ini, maka Ba-gua-shen-zhang pun sangat menghormatinya.
Qian-yi berdiri dengan sombong melihat ke sekeliling ruangan. Ba-gua-shen-zhang berjalan ke
meja sembahyang, memberi hormat kepada biksu Zhong-nan-pai yang ada di belakang meja
sembahyang. "Sekarang para pendekar telah memilih 3 orang untuk menjadi wasit pertarungan, pertarungan
bisa segera dimulai."
Yi-feng melihat biksu setengah baya itu sedang bicara dengan 2 biksu lainnya dengan suara
kecil. Umur kedua biksu itu sudah tua, sambil mendengar perkataan biksu itu, mata mereka
mencari-cari. Yi-feng berpikir, 'Apakah mereka sedang mencariku"'
Salah satu biksu berambut putih berjalan ke arahnya, dia menyapa semua orang kemudian
berkata: "Ketua perkumpulan kami yaitu Biksu Miao-ling karena sakit lalu meninggal. Karena beliau
meninggal secara tiba-tiba maka kedudukan ketua ini tidak sempat diwariskan olehnya kepada
yang berhak menyandang gelar ketua. Maksud kami adalah di antara ratusan murid Zhong-nan-pai
yang berilmu silat tinggi bertarung untuk memperoleh kedudukan ketua Zhong-nan-pai generasi
keenam. Kami berharap para pendekar akan mendukung kami."
"3 orang yang telah kalian pilih adalah orang-orang ternama dari dunia persilatan. Mereka akan
menjadi saksi dalam rapat ini. aku mewakili semua murid Zhong-nan-pai berterima kasih kepada
kalian." Kedua alisnya berkerut, wajahnya sedih dan khawatir, dia berkata:
"Di antara murid-murid Zhong-nan-pai, yang kuketahui yang ikut pemilihan ketua hanya ada 7
orang. Ketujuh orang ini adalah orang-orang terkuat tapi aku berharap orang-orang ini bisa
menjadi penanggung jawab yang handal. Sekarang aku persilakan ketujuh murid Zhong-nan-pai
ini keluar dan memberi salam kepada para pendekar."
Tiba-tiba Ba-gua-shen-zhang tertawa:
"Biksu Miao-fa, apakah Anda tidak berniat mengikuti pemilihan ini?"
Biksu berambut putih itu tertawa:
"Aku sudah tua, tulang dan ototku sudah mengendur, mana bisa aku seperti Tuan Fan yang
begitu bersemangat?"
Fan Chong-pin tertawa: "Aku tahu kalau Guru seperti seekor burung bangau, sangat bebas! Kalau begitu, kita
persilakan saja ketujuh guru ini untuk keluar. Aku yakin semua orang di sini pasti ingin melihat
calon ketua Zhong-nan-pai yang baru."
Pendekar-pendekar setuju dengan usul Fan Chong-pin.
Guru Miao-fa tersenyum, dia berputar ke belakang. Ketujuh biksu Zhong-nan-pai yang
mengenakan baju biru keluar. Ketujuh orang ini ada yang kurus, tinggi, pendek, tua, muda, tidak
ada yang sama, persamaan mereka adalah sama-sama terlihat bersemangat, langkah mereka pun
mantap. Mata mereka bersinar, mereka terlihat seperti pesilat tangguh.
107 Setelah ketujuh biksu itu keluar, telapak tangan mereka tampak menempel menjadi satu,
mereka memberi hormat. Para pendekar berdiri, balas memberi hormat kepada ketujuh biksu itu.
Yang perlu diketahui di antara ketujuh biksu itu, salah satunya akan menjadi ketua Zhong-nanpai
generasi berikutnya. Karena itu pula para pendekar di sana tidak ada yang berani bersikap
kurang ajar. Yi-feng masih berdiri di belakang, dia terus memperhatikan ketujuh biksu itu. Dia mempunyai
firasat tidak enak, rapat akbar ini diadakan pasti ada alasan tertentu. Hanya saja apa alasannya
masih belum terlihat jelas.
Aula itu sangat luas, kecuali di sana tampak para pendekar yang duduk mengelilingi aula, di
tengah ada ruang kosong dengan luas 10 m. Sekarang tampak seorang biksu dengan usia sekitar
30 tahun berdiri di tengah aula, kedua tanganya dikatupkan, lalu memberi hormat. Dia berlutut
dan memberi hormat kepada para leluhur.
"Murid generasi keenam dari Zhong-nan-pai, Xuan-hua, berharap paman guru dan kakak
seperguruan mau memberikan petunjuk."
Kemudian dia pun memasang kuda-kuda, baju biksu panjangnya diselipkan ke tali pinggangnya.
Kedua matanya terbuka dengan lebar, sepertinya ilmu silatnya cukup tinggi.
Setelah Xuan-hua berdiri, para tamu langsung mengetahui ilmu silatnya paling sedikit telah
berusia 20 tahun. Diam-diam banyak yang berpikir, 'Murid-murid Zhong-nan-pai ternyata ada juga
yang berilmu silat tinggi.'
Salah satu biksu berdiri dan berjalan keluar, dia memberi hormat kepada para tamu dan juga
kepada patung dewa. Kemudian dia menyelipkan baju biksunya ke tali pinggang, dia memberi
hormat kepada Xuan-hua, dan kedua tangannya dikatupkan menjadi satu.
"Xuan-ji berharap kakak seperguruan sudi memberikan petunjuk."
Dia berdiri dengan diam, dengan penuh konsentrasi dia siap menghadapi Xuan-hua.
Biksu Xuan-hua membentak, kemudian tangan kirinya dilayangkan, tangan kanannya menepis,
kakinya maju dia bergerak mendekati Xuan-ji. Tiba-tiba kedua tangannya terjulur keluar dan
menyerang, yang satu ke arah wajah, sedangkan yang satu lagi ke perut bagian bawah.
Kaki Xuan-ji bergeser, tubuhnya berputar membentuk lingkaran, kemudian tangan kanannya
menyerang. Dalam ruangan dengan luas 10 m, tampak dipenuhi dengan bayangan telapak tangan, tubuh
mereka bergerak secepat kilat. Ilmu yang mereka pakai adalah ilmu dari perkumpulan mereka.
Selain terlihat ringan tapi kemantapannya tidak hilang. Dalam kemantapannya terasa seperti awan
yang berjalan dihembus angin atau seperti air yang mengalir. Setiap jurus terus bersambung dan
selalu berubah. Saat jurus telapak tangan digunakan, para pemdekar baru mengetahui ternyata ilmu telapak
tangan Zhong-nan-pai begitu sempurna dan bagus.
Sewaktu para pendekar sedang asyik menyaksikan semua jurus kedua biksu itu, tiba-tiba
bayangan mereka terpisah, Biksu Xuan-ji telah berdiri di tempat jauh dan berkata:
"Jurus kakak seperguruan sangat bagus, aku mengaku kalah!"
Dia mengatupkan kedua tangannya, lalu dengan pelan kembali ke tempatnya.
Ba-gua-shen-zhang tertawa tergelak-gelak: "Ini adalah pertarungan antara pesilat tangguh, dan
ini yang baru disebut sebagai orang yang berilmu silat tinggi!"
Dia melihat ke sekeliling, sambil tertawa dia berkata lagi:
"Tadi Guru Xuan-ji hanya kalah 1/2 jurus, tapi dia sudah mengaku kalah, ini sikap yang sangat
baik, harap semua bisa belajar dengan semangat Guru Xuan-ji ini!"
Kemudian dia mengacungkan ibu jarinya, dan tertawa, para pendekar sangat kagum, ada
sebagian tamu yang belum melihat jelas apa yang dilakukan Biksu Xuan-ji, tapi semua ikut
mengacungkan ibu jarinya.
Yang perlu kita ketahui, ini adalah pertarungan untuk mendapatkan posisi sebagai seorang
ketua, tapi Biksu Xuan-ji menganggap menang atau kalah adalah hal biasa, kebesaran hatinya
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
begitu luas, tidak semua orang bisa melakukannya.
Tidak lama kemudian, ada dua orang biksu yang kalah lagi. Dia tetap berdiri di tengah aula,
dan dia adalah Biksu Xuan-hua. Dalam dua kali pertarungan sejak awal mereka bertarung hingga
108 batas yang ditentukan, yang kalah dengan rela hati mundur dari arena, tidak ada yang mencari
gara-gara. Yi-feng diam-diam memuji tindakan murid-murid Zhong-nan-pai. Dia pun kagum kepada Biksu
Xuan-hua yang dalam tiga kali pertarungan masih tampak tenang dan berdiri dengan santai.
Tiba-tiba Mei-hua-jian, Du Chang-qin mendekati Fan Chong-pin lalu bicara dengan pelan.
Terlihat Fan Chong-pin mengangguk-angguk seperti setuju dengan perkataan Du Chang-qin.
0oo0 BAB 37 Bersaing menjadi ketua Dari balik tubuh ketiga biksu itu, muncul seorang biksu berjanggut panjang, dia adalah adik
seperguruan Biksu Miao-ling. Dia berada satu generasi di atas Xuan-hua, maka pada saat biksu ini
keluar, Xuan-hua segera memberi hormat:
"Apakah Paman Guru Kelima akan memberikan petunjuk?"
Biksu itu adalah salah satu murid dari ketua Zhong-nan-pai, yaitu Yu Zhen-ren, yang bernama
Miao-yuan, sekarang dia terlihat tersenyum dan berkata:
"Kita akan bertarung, kau tidak boleh dengan sengaja mengalah padaku, kalau tidak
pertarungan ini akan kehilangan artinya, yaitu perebutan posisi menjadi ketua Zhong-nan-pai."
Dengan hormat Xuan-hua berkata: "Aku akan menuruti apa yang Paman Guru katakan."
Dia berdiri dan siap menyerang, tiba-tiba Ba-gua-shen-zhang datang menghalangi mereka dan
berkata: "Guru, tunggu sebentar! Maksud Pendekar Muda Du tadi, Guru Xuan-hua telah bertarung 3 kali,
dia harus beristirahat dulu, sekarang tiga biksu bertarung dulu, yang menang akan bertarung
kembali dengan Guru Xuan-hua. Apakah kalian setuju dengan usul ini?"
Xuan-hua mundur dari sana.
Miao-yuan menjawab: "Silahkan guru Fan yang mengambil keputusan."
Dalam dua pertarungan kali ini, Biksu Miao-yuan yang menang, kemudian ada Biksu Miao-tong
yang bertarung dengan Biksu Miao-yuan. Tapi dalam beberapa jurus Biksu Miao-tong kalah dari
Biksu Miao-yuan. Para pendekar melihat beberapa orang pesilat tangguh Zhong-nan-pai bertarung untuk
merebut posisi sebagai ketua, mereka terlihat seperti sedang latihan biasa. Sama sekali tidak
terjadi hal berbahaya atau menegangkan. Mereka memuji kebesaran hati murid-murid Zhong-nanpai
yang berlapang dada luas. Tapi mereka juga menyayangkan dalam rapat akbar kali ini tidak
ada tontonan yang menegangkan.
Para pendekar datang dari berbagai tempat jauh. Mereka mempunyai perangai buruk manusia.
Mereka berharap akan terjadi pertarungan berdarah, tapi dari kelima pertarungan yang telah
berlalu, ternyata hanya begitu saja, maka para tamu pun merasa agak kecewa.
Sekarang sisa pertarungan yang ada yaitu pertarungan antara Miao-yuan dan Xuan-hua. Maka
perhatian para pendekar pun tertuju pada mereka berdua. Siapa pun yang menang, dia akan
menjadi ketua Zhong-nan-pai, ini adalah hal penting bagi dunia persilatan.
Ba-gua-shen-zhang tertawa: "Harap kedua guru beristirahat terlebih dulu, setelah itu kembali
bertarung untuk merebut posisi sebagai ketua. Aku masih mempunyai kesempatan menyaksikan
pertarungan antar pesilat tangguh."
Dia membalikkan kepalanya melihat Du Chang-qin dan Qian-yi:
"Apakah kalian pun mempunyai perasaan seperti itu?"
Qian-yi tampak sedang bersandar di sebuah kursi, sejak tadi dia tidak bergerak, sekarang dia
terlihat mengangguk, seperti ada yang ingin dia katakan.
Tiba-tiba Biksu Miao-fa mendekat dan berkata:
"Adik seperguruan Miao-yuan dan keponakan Xuan-hua, lebih baik bertarung sekarang! Yang
menang di hadapan pada pendekar dan patung para dewa akan disumpah menjadi ketua Zhongnan-
pai yang baru, kita tidak butuh upacara lainnya lagi!"
109 Kedua alis Fan Chong-pin berkerut, diam-diam dia merasa aneh, mengapa Biksu Miao-fa yang
biasanya sangat teliti, sekarang begitu terburu-buru" Sebenarnya ini adalah masalah penting,
mengapa beristirahat pun tidak diperbolehkan"
Yi-feng yang masih berdiri di sisi, melihat wajah Miao-fa yang penuh dengan kekhawatiran. Dia
selalu memandang keluar pintu, dia seperti takut pada sesuatu. Takut kalau tiba-tiba seseorang
datang dan mengacaukan keadaan di sana. Maka dia ingin Miao-yuan dan Xuan-hua segera
bertarung untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Xiao Nan-pin tidak peduli dengan semua yang terjadi di sana, dia hanya menyandar dengan
bahagia di sisi Yi-feng. Karena tempat di sana sangat terbatas, semua pendekar terlihat
berdesakan, maka Xiao Nan-pin hampir bersandar ke tubuh Yi-feng. Hal ini tidak terlihat aneh
dalam pandangan orang-orang!
Ruangan itu hening, karena semua sedang berkonsentrasi melihat kedua pesilat tangguh
Zhong-nan-pai yang akan bertarung.
Miao-yuan dan Xuan-h.ua sedang memusatkan pikiran, para biksu Zhong-nan-pai sebelum
bertarung biasanya selalu diam dan mengumpulkan tenaga terlebih dulu. Mereka tidak berani
bertindak ceroboh, tapi pada saat ada yang menang atau kalah, ada salah satu yang segera
mundur, ini adalah sikap yang sangat baik.
Saat semua orang sedang diam dan suasana sangat hening, sampai nafas para tamu pun
terdengar, tiba-tiba para pendekar yang berada di tengah aula, mengeluarkan suara ricuh, mereka
bergeser ke pinggir. Wajah Biksu Miao-fa berubah, Yi-feng pun terkejut. Tebakannya tepat, rapat akbar ini tidak
akan berlalu dengan tenang.
Ba-gua-shen-zhang dan Mei-hua-jian terkejut, dari luar terlihat ada sekelompok biksu berbaju
biru masuk ke dalam aula.
Para pendekar di sana tidak tahu apa yang terjadi. Yang berjalan di baris terdepan adalah
seorang biksu. Tubuhnya kurus kering, pedang panjangnya terselip di punggungnya. Panjang
pedang itu hampir mengenai tanah. Tapi dia tetap berjalan dengan mantap. Sorot matanya tajam,
begitu melihatnya langsung dapat diketahui kalau dia seorang pesilat tangguh.
Sekelompok biksu itu berjumlah 10 orang lebih, masing-masing membawa pedang yang terselip
di punggung mereka. Yang menjadi perhatian Yi-feng adalah baju biksu yang mereka kenakan.
Semua terlihat masih baru, hal ini membuat Yi-feng teringat kembali pada biksu muda yang
mereka temui di kaki gunung.
Biksu kurus kering itu dengan mata elangnya melihat ke sekelilng, kemudian dia tertawa:
"Kakak seperguruan Miao-fa, kau tidak boleh bertindak seperti itu! Aku telah memerintahkan
muridku datang melapor kepada Kakak kalau adikmu yang tidak berguna ini akan datang untuk
meramaikan rapat akbar ini, mengapa Kakak malah membuka rapat ini tanpa menungguku"
Apakah setelah 10 tahun lebih kita tidak bertemu, Kakak telah melupakan adikmu yang tidak
berguna ini?" Kemudian dia melihat para pendekar sambil tertawa dia berkata lagi:
"Aku adalah Biksu Miao-yu, aku adalah salah satu murid Zhong-nan-pai. Kalian telah datang
dari jauh, maka aku memerintahkan para muridku supaya di setiap belokan menyiapkan air teh
untuk para pendekar, kalau kakakku kurang bisa melayani kalian dengan baik, aku yang akan
meminta maaf di sini!"
Begitu perkataannya keluar, membuat para pendekar di sana terpaku karena tiba-tiba saja
muncul orang ini. Yi-feng mengerti dan berpikir, 'Ternyata orang-orang yang menyedikan air minum tadi adalah
murid-murid Biksu Miao-yu. Kalau Biksu Miao-yu adalah murid Zhong-nan-pai, mengapa Biksu
Miao-fa berundak seperti ini?"
Biksu-biksu yang ada di kaki gunung, bersikap seperti biksu yang tadi ditemui Yi-feng di depan
pintu kuil tadi, seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi begitu ada yang datang dia tidak
mengatakannya lebih lanjut. Sekarang kelakuan mereka satu per satu melintas di benak Yi-feng.
Yi-feng tahu kali ini kedatangan Biksu Miao-yu pasti mengandung maksud tertentu. Apa
maksudnya belum terlihat jelas, dia harus menunggu tindakan Biksu Miao-yu selanjutnya.
Para pendekar saling pandang, pikiran mereka sama dengan Yi-feng.
110 Biksu Miao-fa terlihat melotot kepada Biksu Miao-yu, dengan dingin dia berkata:
"Miao-fa tidak berguna, aku tidak berani mengaku sebagai kakak seperguruan Tuan, guru
sudah meninggal, kalau beliau tahu, beliau tidak akan mau mengakui Tuan sebagai muridnya..."
Miao-yu tertawa dingin: "Apa yang Kakak katakan" Walaupun aku telah meninggalkan Zhong-nan-shan selama 10 tahun
lebih, tapi dalam hati aku selalu teringat pada perkumpulan kita ini. Walaupun aku jauh dari
perkumpulan tapi aku tidak pernah merasa terusir dari perguruan kita, apakah hari ini Kakak akan
mengusirku dari perguruan?"
Dengan wajah seram dia berkata lagi: "Sewaktu guru masih hidup pun beliau tidak pernah
mengusirku, karena itu aku tetap murid Zhong-nan-pai. Kalau Kakak tidak suka padaku, tidak
boleh ada balas dendam pribadi. Dan Kakak tidak bisa mengatakan kalau aku bukan murid Zhongnan-
pai lagi!" Wajah Miao-fa tampak lebih marah lagi. Miao-yuan berjalan mendekati Miao-yu dan memberi
hormat. Miao-yu tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha! Baiklah, adik kelima, kau tidak lupa kalau aku
masih kakak seperguruanmu."
Miao-yuan tertawa dan menjawab: "Kami tidak pernah lupa kakak seperguruan, tapi Kakaklah
yang melupakan kami."
Miao-yuan melotot dan membentak: "Aku ingin bertanya pada Kakak, kalau Kakak belum
melupakan perguruan kita, mengapa sewaktu guru meninggal, Kakak tidak datang" Duo-shouzhen-
ren (Biksu tangan banyak) Xie Yuxian terkenal di mana-mana, tapi tidak ada yang tahu
kalau Duo-shou-zhen-ren adalah murid Zhong-nan-pai" Mengapa saat diadakan pemilihan ketua
baru, Kakak baru ingat kalau Kakak adalah murid Zhong-nan-pai" Apakah posisi sebagai ketua
begitu menarik perhatian Kakak?"
Dengan suara lebih keras dia berkata lagi: "Dulu kita kakak beradik berjumlah 6 orang, guru
bersikap paling baik kepada Kakak. Tapi kau tidak menjaga nama baik perguruan, kau mem-buat
kejahatan di dunia persilatan. Walaupun begitu saat guru meninggal, beliau masih saja terus
mengkhawatirkanmu dan tidak berniat mengusirmu keluar dari perguruan. Kakak, kalau kau masih
mempunyai hati nurani, kau harus mengubah sikapmu dan kembalilah ke perguruan kita, tapi
kau... kau malah masuk ke...."
Biksu Miao-yu dengan sikap dingin mendengarkan semuanya, tiba-tiba dia membentak:
"Miao-yuan, jika kau masih terus banyak bicara, di depan banyak pendekar aku akan
menghajarmu. Dasar tidak tahu sopan santun kepada kakak seperguruan sendiri!"
Miao-yuan hanya tertawa dingin:
"Di dunia persilatan, siapa yang tidak kenal dengan Duo-shou-zheng-ren" Aku mengatakannya
atau tidak sepertinya akan sama, hanya saja kata-kata ini menjadi beban di hati, kalau tidak
dibicarakan, hatiku tidak enak!"
Para pendekar baru tahu ternyata biksu tua yang kurus dan kering ini adalah siluman paling
jahat di daerah Si-chuan dan Yun-nan yang berjuluk .. .Duo-shou-zheng-ren.
Mereka lebih-lebih tidak menyangka kalau Duo-shou-zheng-ren Xie Yu-xian adalah murid
Zhong-nan-pai. Hubungan tidak baik antara Biksu Miao-yu dan Zhong-nan-pai baru diketahui para pendekar di
sana, dan dari kata-kata yang terucap oleh Biksu Miao-yuan masih dibahas oleh mereka.
Tapi mereka hanya bicara dengan suara kecil, tidak ada seorang pun yang berani bicara dengan
suara keras. Biksu Miao-fa membentak: "Apalagi kau telah menjadi anggota Tian-zheng-jiao, kau tidak punya hak kembali ke sini dan
merebut posisi sebagai ketua, apakah kau mengira kelakuanmu di luar sana tidak adayang tahu?"
Begitu kata-kata ini keluar membuat Yi-feng bertambah terkejut. Duo-shou-zheng-ren ternyata
masuk menjadi anggota Tian-zheng-jiao. Sekarang dia kembali untuk merebut posisi sebagai
ketua, apa keinginan dia sebenarnya" Semua orang pasti penasaran.
Sepertinya tujuan Tian-zheng-jiao selain ingin menguasai dunia persilatan mereka masih berniat
menguasai semua perkumpulan. Kalau Zhong-nan-pai berhasil mereka kuasai, entah bagaimana
nasib perkumpulan lainnya.
111 Yi-feng beberapa kali ingin keluar dan melabrak Miao-yu, tapi Ba-gua-shen-zhang sudah bicara
dengan keras: "Sesuai dengan aturan yang berlaku, Guru Miao-yu belum dikeluarkan dari perkumpulan Zhongnan-
pai, maka dia tetap menjadi murid Zhong-nan-pai, tapi kalau Guru Miao-yu telah masuk
menjadi anggota Tian-zheng-jiao, aku rasa itu agak sulit...."
Tiba-tiba Biksu Miao-yu tertawa terbahak-bahak, suara tawanya menggetarkan sekeliling aula,
membuat debu yang ada di atas langit-langit tampak berjatuhan.
Para pendekar saling pandang, tawa Miao-yu telah berhenti tapi gemanya terus terdengar.
Biksu Miao-yu membuka matanya yang besar dan berkata:
"Siapa yang mengatakan kalau murid Zhong-nan-pai tidak boleh menjadi anggota Tian-zhengjiao"
Dan siapa yang mengatakan murid Tian-zheng-jiao tidak boleh menjadi murid Zhong-nanpai"
Aku, Miao-yu, walaupun sudah masuk menjadi anggota Tian-zheng-jiao tapi tetap menjadi
murid Zhong-nan-pai, mengapa aku tidak boleh ikut pemilihan ketua?"
Dengan sombong dia melihat ke sekeliling dan tertawa dingin:
"Semua murid Zhong-nan-pai dengarkan kata-kataku dengan jelas, bukan hanya aku, Miao-yu
yang kembali ke Zhong-nan-pai, dari Chang-jiang dan dari kedua sungai, semua pesilat pedang
terkenal masuk perkumpulanku...Zhong-nan-pai."
Dia menunjuk 10 orang lebih biksu berbaju biru yang tadi mengikutinya masuk, lalu dia berkata
lagi: "Tiga bersaudara Lao-shan, Pendekar Hu, dua bersaudara Nan-gong-shuang-jian, Yan-shansan-
jian, Tai-hu-yi-jian. Apakah kalian pernah mendengar nama besar mereka?"
Dia tertawa terbahak-bahak dan berkata lagi:
"Sekarang semua pesilat pedang terkenal telah masuk Zhong-nan-pai, maka Zhong-nan-pai
akan berjaya di dunia persilatan. Guru yang ada di alam sana pasti akan tersenyum karena senang
dan bangga." Dia tertawa sombong. Dia terus menyebutkan nama-nama orang terkenal, maksudnya tidak lain adalah
menyombongkan diri. Para pendekar yang ada di sana tahu apa maksud dari Miao-yu, tapi mereka tidak berani
melawannya. Walaupun dalam hati para pendekar itu marah, tapi tidak ada yang berani bersebrangan
pendapat dengan Tian-zheng-jiao, begitu pula dengan para pesilat pedangyang terkenal itu.
Karena itu semua orang duduk tidak bergerak dan tidak ada seorang pun yang berani bersuara.
Wajah Ba-gua-shen-zhang terlihat tidak suka, sewaktu dia mengerutkan alisnya akan
0-0-0 BAB 38 Lonceng berdentang 10 kali
Tiba-tiba Biksu Miao-yuan yang berdiri di sisi berkata dengan suara besar:
"Jika kau bisa menang dariku, kau boleh merebut posisi sebagai ketua Zhong-nan-pai."
Angin yang dihasilkan dari telapak menyerang ke dada Biksu Miao-yu.
Miao-yu tertawa dingin: "Baiklah, biar kakak melihat kemampuanmu, aku ingin tahu apakah selama beberapa tahun ini
ilmu silatmu mengalami kemajuan?"
Dia bergerak, serangan telapak tangan Biksu Miao-yuan begitu cepat tapi tidak mengenai
sasaran, telapak tangan kanannya ditarik, lalu diputar dan menepis. Jari tangan kirinya diarah-kan
ke bawah siap menotok dada Biksu Miao-yu.
Diiringi tawa Miao-yu, dia menggeser kakinya dan berkata:
"Biar kakak mengalah dulu kepadamu tiga jurus!"
Kedua tangan Miao-yuan menyerang tapi tidak mengenai sasaran lagi, dia menarik kembali
tangannya, kemudian dengan jurus 'Pai Shan Zhang' dia menyerang Miao-yu.
112 Serangan kali ini dilakukan dengan sepenuh tenaga, angin telapak terasa besar, membuat baju
Miao-yu sedikit terangkat. Kali ini kita bisa melihat bagaimana kuatnya ilmu silat yang dimiliki Duoshou-
zheng-ren. Dia bersalto ke belakang, tubuhnya yang kurus kering dengan lurus direbahkan ke bawah, lalu
dengan cara Tie-ban-qiao' (Jembatan papan besi) dengan posisi sangat berbahaya berusaha
menghindari serangan Miao-yuan.
Ilmu Tie-ban-qiao bila dipakai saat pesilat tangguh bertarung, kecuali dilakukan dalam keadaan
terpaksa, biasanya jarang dipergunakan. Karena begitu tubuh bersalto, bagian atas, tengah, dan
bawah akan terlihat ada celah. Artinya itu memberikan kesempatan kepada lawan untuk
menyerang. Bila lawan menyerang dari atas, maka lawan akan mendapat kesempatan untuk
memukul. Dengan mudah Miao-yu menggunakan jurus ini, membuat para pendekar terkejut. Tapi Miao-yu
telah menarik kembali tenaga serangannya, kedua telapaknya menepis ke bawah.
Dalam keadaan seperti itu, dia masih sempat memutar tumitnya, tubuhnya yang telah berada
di bawah telah berganti posisi. Kedua telapak Miao-yuan tidak mengenai sasaran lagi. Sewaktu
tenaga Miao-yuan sudah habis, dan tenaganya belum pulih, tubuh Miao-yu telah terangkat,
telapaknya terangkat dengan posisi miring, dia menyerang ke ketiak kiri Miao-yuan.
Tubuh Miao-yuan bergoyang tapi tidak sampai ambruk, ternyata serangan tadi Miao-yu hanya
menggunakan 50% tenaganya, dia menatap Miao-yuan dan tertawa dingin:
"Adik, kau masih harus belajar beberapa tahun lagi."
Nadanya penuh dengan penghinaan. Tiga kali serangan Miao-yuan tidak mengenai sasaran.
Sekarang sekali Miao-yu memukulnya langsung mengenainya dengan telak. Dia terpaku tidak
mampu bicara. Para pendekar terkejut, mereka melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana hebat-nya ilmu
silat Miao-yuan tadi, tapi sekali Miao-yu menyerangnya, langsung membuat Biksu Miao-yuan kalah.
Mereka terpaku melihat ilmu silat Miao-yu.
Dengan wajah pucat Biksu Miao-fa menghampiri mereka, dengan pelan dia mendorong Biksu
Miao-yuan: "Adik kelima, kau istirahat saja dulu!"
Kemudian kedua matanya terbuka lebar, dia memelototi Miao-yu dan membentak:
"Ternyata selama beberapa tahun ini ilmu silatmu telah maju pesat, walaupun ilmu silatmu
tinggi, tapi kami murid-murid Zhong-nan-pai tidak akan mau mengakui orang yang telah
berkhianat sebagai ketua."
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Miao-yu tertawa terbahak-bahak.
Tiba-tiba ada yang suara tawa yang lebih besar lagi, terdengar dari depan meja sembahyang.
Para pendekar harus menutup telinga dan terus mencari-cari sumber suara itu, ternyata yang
tertawa adalah tamu dari Qing-hai...Qian-yi. Dia melangkah keluar sambil terus tertawa. Sambil
tertawa matanya yang bersorot tajam melihat sekeliling, kemudian tawa itu berubah menjadi tawa
dingin, dia melihat Miao-fa dan dengan pelan berkata:
"Aku benar-benar tidak mengerti, kali ini kalian memilih ketua dan banyak pendekar yang sudah
datang, aku kira ini hanya sekedar demi 'keadilan', Biksu Miao-yu adalah murid Zhong-nan-pai,
mengapa Tuan di depan para pendekar, mungkir atas kata-kata kalian sendiri, bukankah hal ini
lucu?" dia tertawa dengan dingin dan seram.
Biksu Miao-fa membentak: "Ini adalah urusan perkumpulan kami, biar kami sendiri yang membereskannya, kami tidak
butuh bantuan Tuan untuk membereskannya."
Walaupun sedang marah, tapi biksu yang biasanya terlihat kalem ini, ternyata masih bisa
menahan diri. Qian-yi tertawa lagi: "Semua hal yang terjadi di dunia ini, wajib diurus, hal yang terjadi di Zhong-nan-pai, kalau tidak
menginginkan orang luar membereskannya, mengapa membiarkan para pendekar yang telah
datang dari jauh harus turut membereskannya" Apakah kami harus mendengar aturan Tuan?"
Biksu Miao-fa memang tidak pandai bicara, kata-kata Qian-yi membuatnya marah hanya
mampu ditelannya. 113 Miao-yu memberi hormat kepada Qian-yi dan tertawa:
"Tuan telah membela keadilan dunia persilatan, aku ucapkan banyak terima kasih!"
Kemudian dia melanjutkan kembali:
"Mulai hari ini, aku, Miao-yu menjadi ketua Zhong-nan-pai...."
Belum habis berkata, Miao-fa membentak:
"Pengkhianat, turun kau!"
Diiringi suaranya, dia sudah menyerang Miao-yu. Kesepuluh jarinya terbuka dan menceng-kram
Pendekar Guntur 18 Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo Lencana Pembunuh Naga 10
berada di pedang. Orang ini berteriak memilukan!
Begitu dilihat dengan teliti, ternyata dua telinganya sudah putus. Yi-feng marah! Dia berpikir,
'Orang ini benar-benar kejam!'
Tubuhnya yang tergantung di atap segera meluncur turun. Yi-feng mengira orang yang
memegang pedang itu akan segera berlari keluar.
Orang itu dengan dingin melihat keluar jendela, tapi dia tetap duduk dengan tenang di kursinya
dan tidak bergerak sama sekali.
Yi-feng terpaku. Orang itu dengan santai mengambil teh di atas meja kemudian minum sambil
menghadap ke arah jendela. Dia tersenyum, dengan suara senang dia berkata:
"Sahabat di luar jendela yang suka ikut campur urusan orang lain, di luar sangat dingin,
masuklah dan duduk bersamaku!"
Wajah orang ini pucat tapi dia termasuk tampan, kumisnya pendek tapi tidak menambah
kejantanannya. Yi-feng menertawakan dirinya sendiri, mengapa semua hal yang ditemuinya selalu tidak masuk
akal" Orang pucat ini menebas dua telinga orang lain, tapi dia masih bisa duduk dengan tenang.
Yi-feng melihat jendela masih terbuka, maka dia pun masuk dan berdiri di sisi orang yang
masih berlutut itu. Terdengar orang yang memegang pedang itu berkata:
"Sahabat, sungguh hebat kepandaiannya. Sepertinya Anda adalah pendekar yang membela
keadilan! Ha, ha, ha!" tawanya seperti memuji tapi juga seperti menghina.
Yi-feng melotot, dia bertanya:
"Di antara Tuan dan orang ini tersimpan dendam apa" Dia sudah berlutut artinya dia telah
mengaku kalah, mengapa Tuan terus memaksakan kehendak" Bukan karena aku ingin ikut
campur, tapi aku merasa Tuan terlalu kejam!"
Yi-feng selesai bicara, orang itu malah tertawa, tapi laki-laki yang masih berlutut itu tiba-tiba
saja meloncat berdiri. Dia menyerang dada Yi-feng, sambil marah-marah:
"Untuk apa kau ikut campur?"
Kemudian orang itu menyerang dengan ilmu Shao-lin Fu-hu-quan (Ilmu kepalan harimau
mendekam). Sepertinya ilmu Fu-hu-quan ini mengandung tenaga latihan 30 tahun.
Karena serangan orang itu begitu tiba-tiba, hampir saja kepalannya mengenai dada Yi-feng. Yifeng
sama sekali tidak menyangka kalau yang akan menyerangnya adalah orang yang sedang
berlutut bukan orang yang memegang pedang.
Karena terkejut tanpa terasa dia menggeser kakinya. Laki-laki itu berilmu silat tinggi, jurusjurusnya
cepat dan lancar. Sekarang dia sudah mengeluarkan dua kepalannya, dengan cepat dia
menyerang pundak dan dada Yi-feng.
Yi-feng marah besar dan membentak:
"Apakah kau sudah gila?"
Dengan ilmu silatnya yang tinggi dia pun balas menyerang laki-laki itu.
Laki-laki itu dalam 10 jurus masih bisa menahan jurus-jurus Yi-feng, tapi mangkuk dan cangkir
yang ada di atas meja sudah hancur berantakan.
Orang yang memegang pedang masih tetap duduk di kursinya sambil tertawa dingin, tapi
matanya terus memperhatikan langkah-langkah Yi-feng. Kadang-kadang dia menyentil punggung
pedang agar mengeluarkan suara. Entah Yi-feng harus marah atau tertawa, diam-diam dia
memarahi dirinya sendiri karena terlalu banyak ikut campur urusan orang lain.
Sambil marah laki-laki itu terus menyerangnya:
"Mengapa kau melarangku berlutut" Jangankan telinga, nyawa pun akan kuberikan padanya."
85 Karena marah Yi-feng menggerakan telapak tangannya untuk menyerang. Bayangan telapak
tangan mengelilingi laki-laki yang selalu bicara kasar itu.
Orang yang memegang pedang tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Menurut kata orang kuno, lebih baik jangan mencampuri urusan orang lain. Sahabat, apa kita
harus menuruti perkataan orang kuno?"
Yi-feng benar-benar marah kali ini, dia mundur tiga meter, lalu membentak:
"Baiklah, aku tidak akan ikut campur tangan lagi urusan kalian..."
Kata-katanya belum selesai, laki-laki itu datang dan menyerang wajah Yi-feng, dia masih tetap
marah-marah. Jika bisa mungkin Yi-feng dibunuh dengan kata-katanya saat itu juga.
Yi-feng merasa aneh, dia tidak mengerti mengapa laki-laki ini malah ingin membunuhnya"
Padahal Yi-feng berniat menolongnya.
Terdengar laki-laki itu marah lagi:
"Kau benar-benar kurang ajar, kau merusak rencanaku, aku harus membunuhmu sekarang
juga!" Orang yang memegang pedang tetap tertawa, sedangkan Yi-feng masih bengong tidak
mengerti. Diam-diam dia berpikir, 'Dua telinga orang ini sudah putus ditebas oleh orang pucat itu,
aku menolongnya tapi dia malah mengatakan kalau aku telah merusak rencananya, apakah dia
sudah gila" Atau dia bukan orang normal" Hhhh! Aku benar-benar sial!" dengan cara apa pun dia
tidak bisa menjelaskan alasannya, terpaksa dia mengakui kalau dia sedang sial.
0oo0 BAB 29 Si cantik dari dunia persilatan
Karena Yi-feng sedang berpikir, laki-laki itu mengambil kesempatan menyerangnya sambil
membentak: "Jika hari ini aku tidak bisa membunuhmu, aku akan mengganti nama Fu-hu-jin-gang ini!"
Yi-feng baru mengerti ternyata laki-laki ini bernama Fu-hu-jin-gang.
Dia berpikir lagi, 'Mengapa dia berting-kah seperti orang gila"' Nama Fu-hu-jin-gang, Ruan Dacheng
sangat terkenal di Propinsi Si-chuan, dia adalah seorang laki-laki yang sangat terbuka,
sangat dikagumi oleh orang-orang, begitu mendengar nama Fu-hu-jin-gang, Yi-feng merasa
bertambah aneh. Karena Ruan Da-cheng bukan orang gila tapi mengapa sekarang dia berperilaku seperti itu"
Orang yang memegang pedang masih duduk di sana sambil tertawa melihat Yi-feng. Melihat
mereka bertarung tanpa sebab, dia malah sangat senang.
Hanya sebentar mereka sudah bertarung beberapa jurus lagi, tapi Yi-feng sudah tidak tahan
karena kepandaiannya berada di bawah Ruan Da-cheng. Dan di antara dia dan Ruan Da-cheng
tidak ada dendam sama sekali dan dia datang ke sana bermaksud menolongnya, dia tidak berniat
melukainya. Kaki kanan Ruan Da-cheng sudah maju, kepalan tangan kanan dikeluarkan dengan posisi lurus.
Kedua telapaknya melingkar, dengan cepat Yi-feng menyerang ke tenggorokkan dan dada bawah
Fu-hu-jin-gang. Fu-hu-jin-gang menekuk menghindari serangan itu tapi tubuh Yi-feng sudah berputar. Kedua
telapaknya siap memukul tubuh Ruan Da-cheng.
Dua jurus ini sangat ringan juga indah. Jurus ini didapatkannya ketika dia sedang bertarung
dengan Wan Tian-pin ketika mengubah jurus, kecepatannya lebih cepat satu kali lipat
dibandingkan dengan dari orang lain.
Maka sebelum Ruan Da-cheng mengubah jurusnya, dia sudah terkena pukulan dan terjatuh.
Kedua matanya menatap Yi-feng dengan aneh, kenapa Yi-feng bisa mengeluarkan 2 jurus begitu
aneh" Orang yang memegang pedang malah menyentil pedang sambil tertawa:
"Baik! Ini sangat baik! Sahabat, kau benar-benar berilmu tinggi, aku kagum kepadamu."
Mata Yi-feng bergerak dari kiri ke kanan melihat dua orang itu, dia tidak mengerti apa
hubungan di antara mereka" Apakah mereka majikan dan pelayan"
86 Tapi pikirannya segera disingkirkannya jauh-jauh, tidak mungkin Fu-hu-jin-gang menjadi
pelayan. Fu-hu-jin-gang merangkak berdiri dengan marah. Walaupun dia berhasil dipukul dia tidak
terima dan masih ingin bertarung lagi dengan Yi-feng.
Orang yang memegang pedang tertawa: "Sudahlah, Ruan Lao-da, kau bukan lawannya, apalagi
hari ini karena diriku kau sudah mengorbankan 2 telingamu. Kelak jika masih ada kesempatan kau
boleh mencobanya lagi, yang penting...yang penting.. .kau mengerti diriku."
Yi-feng yang sedang kebingungan sekarang bertambah bingung. Dia merasa ingin tertawa
karena orang yang memegang pedang malah menasehati Fu-hu-jin-gang supaya jangan
bertengkar lagi dan dia pun tidak mengerti kenapa mereka bisa sampai bertengkar" Dia harus
melampiaskan kekesal-an ini kepada siapa"
Orang yang memegang pedang itu perlahan berdiri, tersenyum pada Yi-feng.
"Sahabat, siapa marga dan nama anda" Kita bertemu di malam hari seperti ini, aku harap Anda
bisa tinggal dan mengobrol lebih lama denganku."
Dia menuangkan secangkir teh untuk Yi-feng dan tertawa:
"Malam larut seperti ini datang bertamu, terpaksa aku hanya bisa menyuguhkan teh
menggantikan arak." Yi-feng terpaku, dia tidak bisa menebak siapa orang yang membawa pedang ini. Orang ini
terkadang menghinanya, terkadang bertingkah sopan,
Entah dengan cara apa Yi-feng harus menghadapi orang ini" Apa harus bersikap seperti
kawannya" Atau pergi dari sana begitu saja" Dia sungkan duduk berteman dengan orang aneh ini.
Ketika dia sedang ragu, Fu-hu-jin-gang datang menghampirinya malah ingin berteman dengannya.
"Jangan melihat wajahnya yang putih, hatinya tidak sebaik aku. Demi dirimu, telingaku sudah
ditepis, apakah kau tidak merasa kasihan kepadaku sedikit pun?"
Setelah mendengar kata-kata ini, Yi-feng terkejut lagi:
"Apakah benar Ruan Da-cheng sudah gila" Mengapa sekarang dia malah berkata seperti itu?"
Yi-feng benar-benar bingung. Wajah orang yang memegang pedang seperti memerah, tiba-tiba
dia memutar pedangnya membuat pedang itu mengeluarkan warna biru. Dia juga membentak:
"Ruan Lao-da, jangan sembarangan bicara! Mengapa setiap hari kau selalu mengikutiku, jika
kau bukan laki-laki sejati, sejak dulu aku sudah memenggal kepalamu. Kau memintaku menebas
telingamu, aku baru mau melakukannya, apakah aku salah telah bertindak seperti itu?"
Yi-feng benar-benar kebingungan.
Tapi wajah Ruan Da-cheng seperti akan menangis. Wajahnya seperti ayahnya saat meninggal,
dia berdiri tegak, dua telinganya yang telah putus masih meneteskan darah. Melihat Ruan Dacheng,
Yi-feng merasa kasihan juga ingin tertawa, tapi dia pun merasa aneh.
Diam-diam dia berpikir, 'Fu-hu-jin-gang adalah orang terkenal di dunia persilatan, mengapa
sekarang dia menjadi seperti ini"'
Dia melihat orang yang memegang pedang itu kemudan berpikir, 'Jika dia adalah seorang
perempuan, mungkin Ruan Da-cheng melakukan semua ini karena cintanya bertepuk sebelah
tangan, tapi orang ini dari ujung kaki sampai ujung rambutnya tidak mirip perempuan sama
sekali.' Di dunia persilatan banyak perempuan yang berdandan seperti laki-laki. Yi-feng terbiasa
melihatnya tapi dia selalu tahu apakah orang itu adalah perempuan yang sedang menyamar
menjadi laki-laki. Orang yang memegang pedang ini memang berwajah putih juga tidak terlihat kasar tapi kumis
pendek yang tumbuh di atas bibirnya, setiap helainya menempel di kulit, hal seperti ini jarang ada
perempuan yang bisa melakukannya. Kumis yang hanya ditempelkan dengan kumis asli, bagi
orang yang kurang pengalaman sulit untuk dibedakan.
Tapi orang seperti Yi-feng yang banyak pengalaman begitu melihat langsung mengetahui
perbedaannya. Karena itu dia mulai merasa kasihan terhadap Ruan Da-cheng.
Ruan Da-cheng sedang duduk lemas di sana. Seorang laki-laki terkenal bisa menjadi seperti ini,
benar-benar sulit dipercaya!
87 Orang yang memegang pedang itu tersenyum lagi:
"Sejak tadi Tuan diam saja, apakah Tuan tidak sudi berteman denganku?"
Yi-feng sedikit terpaku, dengan gugup menjawab:
"Oh, tidak, tidak! Bukan karena itu"
Sinar matahari mulai masuk melalui jendela.
Di luar jendela ternyata ada sebuah taman yang sangat indah. Sekarang Yi-feng baru tahu,
tempat di mana dia berada sekarang adalah kamar belakang dari seorang yang kaya.
Dia merasa lebih aneh lagi, dia segera membalikkan tubuh melihat orang yang memegang
pedang itu: "Namaku adalah Yi-feng, aku hanya orang kecil di dunia pesilatan. Jika tuan ingin berteman
denganku, aku benar-benar merasa beruntung..."
Sebenarnya dia ingin menanyakan marga dan nama orang itu, karena merasa tidak pantas
maka dia mengurungkan niatnya.
Orang yang memegang pedang itu berkata lagi:"Dengan kepandaian yang Tuan miliki, Tuan
masih mengatakan kalau Tuan adalah orang kecil, apakah Tuan tidak terlalu merendahkan diri?"
Dia pelan-pelan berjalan mendekati jendela. Yi-feng baru melihat ternyata orang ini tidak tinggi,
hanya setinggi sampai batas hidungnya.
Dia segera terpikirkan pada satu hal. Dia tertawa lagi:
"Namaku adalah Xiao Nan, akulah yang baru orang kecil di dunia persilatan. Apa yang terjadi
pada malam ini kau pasti merasa aneh, tapi setelah aku menjelaskannya, Tuan pasti akan segera
mengerti." Yi-feng dengan teliti mendengar semuanya. Orang yang bernama Xiao Nan ini langsung diam.
Dia tidak menjelaskan apa yang telah dia janjikan tadi Yi-feng tetap tidak mengerti.
Xiao Nan tiba-tiba membalikkan tubuh menepuk pundak Ruan Da-cheng, dia mengganti nada
bicaranya: "Ruan Lao Da, untuk apa kau masih berdiri di sini, hari sudah terang!"
Fu-hu-jin-gang mengerutkan keningnya dan berteriak:
"Kau menyuruh marga Yi tetap tinggal sedangkan aku disuruh pergi, mengapa kau begitu
tega?" Kedua mata Xiao Nan membelalak dengan lebar, mata yang bercahaya itu mengeluarkan sinar
setajam silet. Ruan Da-cheng segera menundukkan kepalanya.
Yi-feng menarik nafas, dia merasa kepala-nya membesar, kata-kata Fu-hu-jin-gang malah
membuatnya merasa kasihan padanya hal yang tidak perlu diributkan dia heboh sendiri, maka dia
hanya bisa tersenyum. Yi-feng masih melihat ujung pedang Xiao Nan yang masih menusuk 2 telinga Fu-hu-jin-gang.
Dia merasa ingin muntah, dia juga benci kepada Xiao Nan tapi harus bagaimana lagi" Yang satu
ingin memukul, yang satu lagi minta dipukul" Orang luar bisa berbuat apa"
Karena itu dia dengan sikap hormat dia pun pamit:"Hari sudah terang, aku pamit dulu."
Ruan Da-cheng melotot: "Jika kau pergi, aku juga pergi. Jika kau tidak pergi, aku akan menunggu, kita pergi bersamasama."
Ketika mereka baru melangkah, dari arah taman terdengar suara manja yang berkata:
"Hei, aku baru datang mengapa sudah ada yang akan pergi, apakah kalian tidak senang aku
datang kemari?" Dari luar masuk seseorang, rambutnya digelung, wajahnya cantik. Begitu dia masuk membuat
seisi kamar menjadi ramai.
Dia tertawa dan berkata kepada Xiao Nan:
"Kau tetap mempunyai banyak cara, baru saja datang, hari pertama sudah kedatangan 2 orang
tamu. Kakakmu sudah tinggal di sini selama 3 tahun tapi belum pernah ada yang mencarinya."
Xiao Nan tertawa: "Siapa yang berani mencarimu" Kecuali kalau orang itu sudah memakan empedu harimau untuk
menambah keberaniannya, kalau tidak aku yakin tubuhnya pasti penuh dengan lubang."
Mereka berdua terus bercanda, dan sepertinya mereka sangat akrab.
Ruan Da-cheng dengan bingung berdiri di sana, tapi Yi-feng terus melihat Xiao Nan.
88 0-0-0 BAB 30 Xiao-xiang-fei-zi (putri cantik) di Hunan
Begitu perempuan cantik ini keluar, Yi-feng merasa mengenalnya. Sekarang setelah mendengar
kata-kata Xiao Nan, dia langsung tahu siapa perempuan itu.
Melihat wajah Xiao Nan yang terus berseri-seri, tapi tetap tidak terlihat ada ekspresi, dia lalu
menghubung-hubungkan dengan 'kecemburuan' Ruan Da-cheng, dia jadi mengerti apa yang
terjadi di sana. 'Ternyata Xiao Nan adalah si Cantik dari Hunan, dia bernama Xiao Nan-pin. Pantas saja Ruan
Da-cheng begitu tergila-gila kepadanya, tapi aku tidak sadar kalau dia seorang gadis, Putri Xiao
San-ye kalau telah menyamar, dijamin tidak ada yang mengenalinya.'
Yi-feng melihat perempuan cantik itu dan berpikir, 'Orang itu pasti adalah istri dari Ahli Api,
Huo-shen-ye yang terkenal di dunia persilatan, yang bernama 'La-shou-xi-shi' (Perempuan tangan
pedas), Gu Xiao-jing. Aku pernah bertemu dengannya satu kali, apakah dia masih mengenalku"
Anehnya mengapa kota Jing Dong yang begitu kecil bisa ada 2 cantik dari 4 orang tercantik di
dunia persilatan, dan secara tidak sengaja bertemu denganku."
Dalam kekacauan pikirannya, dia teringat kembali pada istrinya, Xiao-hun-fu-ren Xue Ruo-bi.
Ternyata yang bernama Xiao Nan ini adalah putri kesayangan dari si tangan terampil dan ahli
senjata rahasia Xiao Xi-xiao, Xiao San-ye yang bernama Xiao-xiang-fei-zi...dan wanita cantik
itu adalah istri Huo-shen-ye Yao Qing-yu...La-shou-xi-shi Gu Xiao-jing.
Ketika itu nama 4 orang cantik dari dunia persilatan sangat terkenal. Nomor satu adalah istri Yifeng
'Xiao-hun-fu-ren'. Lalu Xiao-xiang-fei-zi Xiao Nan-pin, 'La-shou-xi-shi' Gu Xiao-jing, dan putri ketua Kun-lun-pai
Zhui-feng, disebut-sebut sebagai '4 orang cantik dari dunia persilatan'.
Kemudian Nyonya Xiao-hun menikah dengan Lu Nan-ren dan tinggal di Jiang-nan. 'La-shou-xishi',
Gu Xiao-jing menikah dengan pembuat senjata nomor satu, Jiao Qing Yu. Xiao-xiang-fei-zi
disukai oleh banyak orang, tapi dia selalu bersikap dingin.
Banyak pendekar yang tergila-gila kepadanya, tapi mereka selalu terluka karena pedangnya,
karena itu pula dunia persilatan marah dibuatnya. Dia juga tenggelam. Nama Kun Lun Yu Nu juga
menghilang dari dunia persilatan.
Karena itu hal tentang '4 cantik dari dunia persilatan'jarang ada yang mengungkitnya lagi.
Xiao Nan-pin tertawa: "Yang satu memanggilku nona, yang satu memanggil adik, aku tidak bisa menjadi seorang lakilaki."
Kemudian dia membersihkan wajahnya. Muncullah seraut wajah cantik.
Yi-feng benar-benar kagum dengan keterampilan tangan mengubah wajah Xiao San-ye. Dia
berpikir, 'Pantas Xiao San-ye pernah muncul dengan 11 nama di dunia persilatan. Jika bukan dia
sendiri yang mengumumkan 11 nama ini, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, dari sini
dapat diketahui bagaimana hebatnya keterampilan tangannya.'
Mata Yi-feng tanpa sengaja melihat Xiao Nan-pin. Gu Xiao-jing tertawa:
"Kalian duduk dulu, aku akan membawa bubur kemari."
Kemudian dia menarik nafas:
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Beberapa tahun ini tubuh Yao Lao Er semakin melemah, sampai sekarang pun belum bangun."
Xiao Nan-pin tertawa: "Apakah kakak ipar belum bangun" Semenjak menikah denganmu, dia tidak pernah sehat."
Setelah bicara seperti itu, wajah Xiao Nan-pin memerah. Gu Xiao-jing juga marah:
"Mulutmu benar-benar tidak bisa dijaga, jika ada yang mau menikah denganmu, dia pasti akan
lebih sial dari Lu Nan-ren!"
Yi-feng diam-diam menarik nafas panjang. Orang dunia persilatan menganggapnya sebagai
pembawa sial, dia merasa malu juga merasa kasihan pada dirinya sendiri, dan merasa tidak perlu
berlama-lama berada di sini, maka dia pun berkata:
"Nona Gu, jangan repot-repot..."
89 Tapi Gu Xiao-jing dengan sepasang mata yang bercahaya melihatnya:
"Hei, mengapa kau tahu kalau aku bermarga Gu?" matanya berkedip-kedip dan berkata lagi,
"Hei, semakin dilihat sepertinya kita pernah bertemu, di mana kita pernah bertemu ya?"
Yi-feng terkejut, dengan cepat dia menyela:
"Aku tidak berkesempatan bisa berkenalan dengan Nona, hanya saja nama 'La-shou-xi-shi'
sangat terkenal, aku sering mendengar nama Nona dan aku bisa tahu secara langsung."
"Oh begitu!" tapi dia tetap tidak percaya dan seperti sedang memikirkan sesuatu.
Yi-feng diam-diam berpikir, 'Aku harus cepat pergi dari sini, jika Huo-shen-ye kemari juga, dia
akan segera mengenaliku. Jika kabar kalau aku berpura-pura mati tersebar ke seluruh dunia
persilatan, aku akan menjadi bahan tertawaan. Tian-zheng-jiao akan kembali mencariku. Saat itu
jika aku ingin berlatih ilmu silat pun akan terganggu karenanya."
Dia segera berjalan ke depan pintu, kemudian berpamitan:
"Maaf, aku sudah mengganggu kalian, aku mohon maaf. Jika ada kesempatan, aku akan
datang berkunjung kembali."
Tanpa menunggu jawaban mereka, dia berjalan keluar. Dia tidak berpikir apakah dia akan
dicurigai karena perbuatannya ini.
Setibanya di taman, pohon-pohon tampak sudah layu, teratai yang terapung di atas kolam pun
hanya tersisa batangnya yang sudah layu. Salju belum mencair angin berhembus sangat dingin.
Dia melangkah dengan cepat, tidak ada waktu untuk menikmati keindahan taman di musim
dingin ini. Dari sudut matanya Yi-feng melihat ada sebuah pintu dicat dengan warna merah dan
dengan cepat dia berjalan ke arah sana.
0-0-0 BAB 31 Terbuka penyamarannya Dengan cepat dia berjalan mendekati pintu kecil itu, tiba-tiba terdengar suara angin yang lewat.
Ternyata La.-shou-xi-shi dan Xiao-xiang-fei-zi dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh
berlari ke depannya. Mereka berdiri menghadang di depan pintu, sambil tertawa melihat Yi-feng.
Yi-feng tidak mengerti apa maksud mereka, tapi Gu Xiao-jing menunjuknya sambil tertawa:
"Jangan pergi dulu! Aku sudah ingat siapa kau, kau adalah Tie-ji-wen-hou, Lu Nan-ren."
"Mungkin mata Nona salah mengenal orang."
Gu Xiao-jing tertawa: "Jangan terburu-buru, aku tidak akan pernah salah melihat orang, aku pernah melihat-mu di
Tai Shan, sekarang aku baru ingat..."
Yi-feng dengan cepat berlari, dia ingin kabur dari sana, Gu Xiao-jing tertawa:
"Kenapa lari?" Dia mencoba mencengkram Yi-feng.
Yi-feng berputar di tengah udara, telapak tangan kanannya menepis Gu Xiao-jing, tapi dia
bergerak ke arah kiri untuk meloncati dinding dan kabur dari sana.
Tapi terdengar suara bentakan:
"Siapa yang berani membuat keributan di sini!"
Yi-feng tidak sempat membalikkan kepala untuk melihat, dia hanya merasakan ada angin
kencang yang menyerang ke rusuk kirinya. Suara angin itu sangat keras, berarti orang yang
melempar senjata rahasia mempunyai tenaga sangat besar, sepertinya senjata rahasia yang
dilempar orang itu akan mengenai Yi-feng.
Pada saat menegangkan itu, terdengar suara POK! Dia melihat di sisi kirinya ada api biru yang
menyala, ternyata ada yang melempar senjata rahasia untuk menghalau senjata rahasia yang
menyerang ke sisi kirinya.
Yi-feng benar-benar terkejut karena dia tahu senjata rahasia yang dilepaskan itu adalah 'Huoshen-
zhu', (Mutiara dewa api) yang ditakuti semua orang.
Karena tidak berkonsentrasi maka pukulannya ke arah Gu Xiao-jing jadi meleset.
Yi-feng tahu kalau dia sudah tidak bisa kabur dari sini, maka dia pun mendarat turun.
Seorang laki-laki pendek dengan cepat datang menghampiri mereka dan membentak:
"Adik Xiao, mengapa kau melepaskan senjata rahasiaku?"
90 Dia berhenti di depan Yi-feng, dia berniat memukul Yi-feng. Ketika melihat Yi-feng dia malah
berteriak: "Bukankah kau adalah Lu Nan-ren, Adik Lu" Mengapa kau bisa berada di sini" Sungguh baik...
baik!" Sambil tertawa dia menarik Yi-feng: "Kabar Burung yang beredar di dunia persilatan
mengatakan kalau kau sudah mati, aku tidak mempercayainya. Senjata Tie-ji milikmu begitu
hebat, mana mungkin kau gampang dibunuh" Aku tahu kau hanya berpura-pura...."
Dia tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Yi-feng:
"Cepat masuk, cepat masuk! Kita masuk untuk mengobrol."
Yi-feng mengangguk tapi dalam hati dia merasa tidak enak, dia memang kenal dengan Yao
Qing-yu. Tapi hubungan mereka tidak terlalu akrab, sekarang dengan ramah dia melayani Yi-feng,
dia juga merasa senang. Tapi sekarang rahasianya sudah terbongkar, pasti akan timbul banyak masalah.
Gu Xiao-jing datang sambil tertawa:
"Tadi dia bersembunyi karena takut identitasnya ketahuan! Hei, Adik Lu, kau seorang pahlawan
terkenal, mengapa sekarang kau seperti itu" Apa yang harus kau takuti" Istri boleh kabur, tapi kau
jangan ikut kabur." Yi-feng...dia sudah bersumpah jika dendamnya belum terbalas, dia tidak akan menggunakan
nama Lu Nan-ren lagi. Karena itu sekarang tetap menggunakan nama Yi-feng... hatinya sekarang
seperti bumbu dapur yang telah diaduk menjadi satu, rasanya sangat kacau.
Walaupun dia tahu kalau suami istri Yao Qing-yu tidak akan mengkhianatinya, identitas-nya
yang sudah terbongkar tetap membuatnya merasa tidak tenang, tapi di sisi lain dia juga merasa
berterima kasih kepada suami istri yang sangat memperhatikan keadaannya. Begitu mendengar
perkataan Gu Xiao-jing, dia teringat kembali pada istrinya, dia memang malu tapi juga marah.
Karena itu dia hanya berdiri terpaku dalam hembusan angin dingin. Otaknya kacau.
Sampai Yao Qing-yu menariknya masuk ke ruang tamu dan menyuruh duduk di sebuah kursi
besar, pikirannya masih bingung.
Dia menjawab semua pertanyaan mereka. Saat mengungkit orang yang memiliki hubungan erat
dengannya di masa lampau, dia mulai merasa tidak tenang.
Karena selama dua tahun ini dia hampir melupakan semua hal yang pernah dialaminya dulu.
Dia selalu berkata pada dirinya sendiri:
"Aku adalah Yi-feng, aku tidak mempunyai nama dan marga, aku hanya orang kecil di dunia
persilatan bukan seorang Tie-ji-wen-hou Lu Nan-ren yang sangat terkenal di dunia persilatan."
Dia sendiri pun hampir lupa pada keadaannya sekarang, tiba-tiba dia ditarik ke masa lalunya,
karena orang-orang ini mengenalnya sebagai Lu Nan-ren.
Dia tertawa sendiri dan berpikir, 'Apa anggapan mereka kepadaku" Apakah mereka
menganggapku sebagai orang yang tidak sanggup menjaga istrinya sendiri"'
Ketika Yao Qing-yu bertanya kepadanya, dia melihat Yi-feng seperti orang kebingungan,
walaupun mereka bertiga tertawa tapi dalam hati mereka kasihan padanya.
Apalagi Xiao Nan-pin, sepasang matanya yang bersinar terang, sejak awal sampai sekarang
selalu melihat Yi-feng. Walaupun Yi-feng bersikap dingin kepadanya atau boleh dikatakan
menghinanya, tapi dia tetap sangat memperhatikan Yi-feng. Malah berlebihan.
Yao Qing-yu tertawa: "Adik Lu, tinggallah selama beberapa hari di sini, aku akan membawamu jalan-jalan. Kau
jangan khawatir, jika kau tidak ingin ada yang mengetahui identitasmu, kami tidak akan
mengatakannya kepada orang lain."
Yi-feng merasa berterima kasih, dia tertawa:
"Terima kasih atas kebaikan Kakak Yao, aku masih mempunyai hal penting, aku harus cepatcepat
kembali ke Zhong-nan-shan."
Yao Qing-yu bertanya: "Apakah kau akan pergi ke Zhong-nan-shan?"
Dia memegang dahinya dan berkata lagi:" Tapi rapat Zhong-nan-shan masih setengah bulan
lagi, aku akan berangkat beberapa hari lagi, mengapa kau tergesa-gesa harus segera ke sana"
Apakah memang ada hal sangat penting?"
91 Yi-feng bertanya karena terkejut:
"Rapat apa yang akan diadakan di Zhong-nan-shan?"
Dia mengira rapat yang diadakan yaitu rapat tentang pembacaan ayat-ayat kitab suci untuk
mendoakan arwah para biksu yang telah meninggal.
"Apakah murid-murid Zhong-nan-shan meninggal semua?"
Yao Qing-yu bertanya: "Apakah kau tidak tahu apa yang terjadi?"
Di Zhong-nan-shan pasti sudah terjadi sesuatu, ketua Zhong-nan-shan, Biksu Miao-ling tiba-tiba
saja meninggal, karena itu Zhong-nan-pai mengundang semua perkumpulan, pada bulan 2 tanggal
24 akan memilih ketua Zhong-nan-shan yang baru. Undangan tersebut baru tiba kemarin malam,
diantar langsung oleh murid Zhong-nan-shan.
"Anehnya aku pernah bertanya kepada murid Zhong-nan-pai itu, kenapa pemimpin mereka
tiba-tiba meninggal" Dia terlihat gugup dan tidak berani menjawab. Kemudian aku bertanya lagi
padanya sudah berapa lama ketua mereka meninggal, dia menjawab baru 2 hari lalu. Mengapa
ketua mereka baru saja meninggal 2 hari, tapi sudah cepat-cepat memilih ketua baru dan murid
yang mengantar undangan ini tidak mengenakan baju hitam (tanda sedang berduka) juga tidak
terlihat sedih. Aku rasa pasti telah terjadi sesuatu di sana!"
Yi-feng terpaku lagi. Dia tidak mengerti mengapa murid Zhong-nan-shan yang keracunan tidak mati" Yang mati
malah ketua mereka yang tadinya tidak terkena racun.
Rupanya ketika dia meninggalkan Zhong-nan-shan, telah terjadi perubahan besar di sana. Tapi
apa yang terjadi di sana, dia sendiri tidak tahu.
Dia teringat pada Sun-ming dan putrinya, apakah mereka masih ada di sana" Dia sangat
memperhatikan keadaan mereka, apa alasannya dia bisa seperti itu" Dia sendiri pun tidak tahu
mengapa dia bisa begitu memperhatikan mereka.
Sekarang pikirannya mulai berputar, yang muncul malah sorot mata Sun-ming yang ramah dan
hangat, dia berusaha menahan diri dan tidak mengingat mereka lagi.
Dia mengangkat kepalanya, sorot matanya bertabrakan dengan sorot mata Xiao Nan-pin.
Yi-feng yang berpengalaman mengerti maksud mata Xiao Nan-pin, segera muncul pikiran aneh.
Selama beberapa hari ini dia selalu bertemu dengan hal aneh.
Dia menertawakan perubahan hidup yang dialaminya semua karena perempuan.
"Perempuan...." dia tertawa kecut.
"Aku harus pergi atau tinggal beberapa hari di sini?" dia terombang-ambing ragu. Banyak
alasan yang membuatnya harus tinggal di sana.
Banyak alasan juga yang membuatnya harus segera pergi dari sini. Dia sudah memastikan
kalau murid-murid Zhong-nan-shan yang terkena racun sudah tertolong dan tidak perlu menunggu
obat penawar yang dibawanya.
Tapi dia ingin tahu perubahan apa yang telah terjadi di Zhong-nan-shan dan dia telah bertemu
dengan orang-orang yang ingin dia temui, ini adalah alasan yang membuat dia ingin tinggal lebih
lama. Dia terus berpikir akan terus tinggal atau pergi dari sini, kedua-duanya berdampak pada
perubahan besar terhadap dirinya seumur hidup.
0-0-0 BAB 32 Tempat hangat dan lembut Yi-feng masih terus berpikir apakah harus tinggal atau pergi.
Sambil melihat Xiao Nan-pin, La-shcu-xi-shi tertawa:
"Jika kau mau pergi, pergilah! Jika mau tinggal, tetaplah tinggal di sini. Mengapa seorang lakilaki
sejati begitu sulit mengambil keputusan yang begitu mudah?"
Yao Qing-yu juga tertawa:
"Adik, setelah kita bertemu aku sudah merasa cocok denganmu. Kita mengobrol saja dulu. Jika
kau pergi, berarti kau meremehkan keberadaanku." Dia tertawa lagi, "beberapa hari lagi, kita bisa
92 pergi bersama-sama ke Zhong-nan-shan. Ha, ha, ha! Sepertinya Zhong-nan-shan akan sangat
ramai karena banyak orang yang mengambil kesempatan ini untuk muncul kembali!"
Yang perlu diketahui, seorang ketua dari suatu perkumpulan kebanyakan diwariskan secara
turun temurun, tapi entah mengapa kali ini seperti tidak kepastian apa alasannya.
Cara ini jarang digunakan di dunia persilatan, di sana pasti tidak hanya memilih ketua, akan
terjadi banyak hal di luar kehendak siapa pun.
Yao Qing-yu tertawa: "Pasti banyak keramaian yang bisa kita tonton di sana."
Yi-feng terdiam lama, baru berkata: "Tadinya sebelum rapat, aku ingin segera sampai di Zhong
Nan karena...." Dia menarik nafas lagi, "aku sudah bersumpah jika belum bisa balas dendam, aku
tidak akan menggunakan nama 'Lu Nan-ren' saat muncul kembali...."
"Apakah kau takut orang akan mengenali wajah aslimu dan akan membuat siapa pun merasa
aneh mengapa orang yang telah mati tiba-tiba bisa hidup kembali?" tanya Gu Xiao-jing.
Dia tertawa manja: "Kau benar-benar terlalu banyak berpikir, ini sangat mudah..."
Dia menunjuk Xiao Nan-pin yang terus menatap Yi-feng, lalu berkata:
"Di sini ada Putri Xiao San-ye, asalkan dia bersedia memoles wajahmu, kau sendiri pun belum
tentu bisa mengenali wajahmu sendiri."
Terdengar tawa berderai di ruangan itu.
Huo-shen-ye berkata sambil tertawa:
"Kau benar-benar mempunyai banyak cara!"
Dalam keadaan seperti itu, Yi-feng tidak bisa menolak. Dia berkata:
"Aku akan merepotkan Nona Xiao."
Sorot matanya bertatapan dengan mata Xiao Nan-pin. Kedua mata itu sejak tadi terlihat penuh
perasaan kepada Yi-feng sehingga membuat hati Yi-feng menjadi panas.
Banyak pikiran membuatnya lupa mengalihkan sorot matanya.
Wajah Xiao Nan-pin menjadi merah, dia menundukkan kepala dan berkata:
"Tidak apa-apa!"
Huo-shen-ye tertawa terbahak-bahak, karena Xiao Nan-pin yang berpenampilan seperti seorang
laki-laki tapi sikapnya seperti seorang gadis pemalu, jadi semua itu terlihat sangat lucu.
Sambil tertawa Gu Xiao-jing pun berdiri: "Ini baru mirip sikap seorang laki-laki. Sejak tadi kita
sibuk, aku akan mencarikan makanan untuk kalian."
Tangannya menunjuk Yao Qing-yu:
"Untuk apa kau terus duduk di sini" Cepat bantu aku!"
Awalnya Yao Qing-yu hanya terpaku, tapi setelah melihat isyarat mata dari istrinya, dia segera
melihat Xiao Nan-pin dan segera mengerti maksud istrinya, maka dia pun berpura-pura
menggoyangkan kepala: "Kau selalu menyuruhku bekerja."
Dia membalikkan kepala dan berkata:
"Adik, duduk-duduklah dulu di sini, aku akan segera kembali."
Yi-feng melihat punggung mereka berdua yang meninggalkan ruang tamu. Dia teringat ketika
di Jiang-nan di kota Su-zhou, dia pernah mempunyai keluarga seperti mereka, suasananya tenang,
nyaman, menyenangkan, dan hangat.
Dia hanya bisa menarik nafas.
Dia menatap keluar jendela, pekarangan di sana tidak terlalu luas tapi banyak pohon bunga
dahlia. Di kedua sisi pekarangan ditanami Mei-hua dan tanaman lainnya, sebagian pohon hanya
tersisa ranting yang layu karena udara dingin.
Manusia sulit untuk melepaskan kenangan masa lalunya. Masa lalu seperti bayangan yang
menempel di tubuh setiap orang, saat kesempatan datang kenangan itu akan menyerang hingga
ke jantung. Dengan ekspresi kesepian dia membalikkan kepalanya. Yi-feng hampir lupa di dalam kamar ini,
kecuali dirinya masih ada satu orang lagi. Saat pikirannya kembali ke dunia nyata, dia baru sadar
melihat ada seorang perempuan di sana.
93 Wajahnya tampak penuh pengertian dan jatuh kasian pada Yi-feng. Waktu itu Yi-feng merasa
dia membutuhkan semua ini.
Tapi karena dia sudah lama merasa tertindas, gejolak hatinya tidak sampai terlihat di wajahnya.
Sepi, sangat sepi, hingga angin berhem-bus yang lewat pun bisa terdengar jelas.
Dalam hembusa angin, tercium wangi Mei Hua.
Yi-feng tersenyum: "Apakah Nona Xiao menyukai Mei-hua?"
Sambil malu-malu Xiao Nan-pin menundukkan kepala. Suasana hening lebih menunjukkan
beribu bahasa. Orang kesepian paling mudah menerima perasaan orang lain. Begitu pula dengan Yi-feng
sekarang. Tiba-tiba terdengar tawa manja memecahkan kesunyian. Gu Xiao-jing datang membawa
sebuah nampan besar. "Kalian berdua jangan terus berdiri sambil bengong, hayo makanlah bubur panas ini untuk
mengusir rasa dingin."
Kemudian dia melihat Xiao Nan-pin:
"Kenapa wajah siluman perempuan ini begitu merah, apakah kau telah menghinanya?"
Xiao Nan-pin dengan malu-malu menjawab:
"Jangan berkata kelewatan seperti itu!" Tapi dari sudut matanya dia terus melihat Yi-feng.
Yi-feng merasa senang sekaligus juga bingung. Sekarang dia lupa pada masa lalunya.
Sepertinya dia sudah membagi hidupnya menjadi dua bagian. Sebisa mungkin selama dia
tinggal di keluarga hangat ini, dia akan menikmati ketenangan yang sudah lama dia bisa dia
nikmati. Dia juga menikmati saat-saat manis yang sudah lama dia tidak bisa dia nikmati... kehang-atan
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seorang gadis. Dua hari kemudian di rumah Huo-shen-ye tiba-tiba ramai.
Xiao Nan-pin mengeluarkan sebuah topeng dari dalam tasnya. Topeng tersebut sangat tipis,
terbuat dari kulit manusia, topeng kulit manusia ini sudah lama terkenal di dunia persilatan tapi Yifeng
belum pernah melihatnya. Begitu melihat, membuat bulu kuduknya merinding.
Di balik topeng itu ada beberapa lubang kecil mungkin itu adalah lubang mata, hidung, dan
mulut. Setelah Yi-feng mengenakan topeng itu, dia merasa ingin muntah.
Setelah dipakaikan topeng oleh Xiao Nan-pin, di antara wajah dan topeng diselipkan suatu
benda kemudian Yi-feng pun bercermin, dia tidak bisa mengenali dirinya sendiri.
Karena itu dia bisa merasa tenang bergaul dan bercakap-cakap dengan para tamu yang hadir di
rumah Huo-shen-ye. Di antara teman-teman Huo-shen-ye, Yi-feng kenal dengan beberapa orang
tapi mereka tidak mengenalinya.
Sesudah beberapa hari tinggal di sana, tentu saja hubungan Yi-feng dan Xiao Nan-pin semakin
akrab. Banyak pendekar merasa aneh karenanya, Xiao-xiang-fei-zi yang biasanya terlihat dingin
sekarang terlihat menyukai orang kecil yang tidak terkenal di dunia persilatan.
Pendekar terus berdatangan, dalam waktu sehari terkadang yang datang bertamu jumlahnya
bisa mencapai 10 orang bahkan lebih. Ternyata mereka adalah orang-orang yang akan pergi ke
Zhong-nan-shan untuk menghadiri rapat dan mampir ke sana untuk beristirahat sejenak.
Ada juga beberapa teman dekat Yao Qing-yu, mereka tinggal menetap, sambil menunggu
beberapa hari, untuk pergi bersama-dengan Yao Qing-yu.
Walaupun yang datang sangat banyak tapi mereka hanya pendekar biasa. Murid-murid dari 9
perkumpulan penting tidak terlihat di sana.
Walaupun Yi-feng merasa aneh, tapi dia tidak begitu peduli.
Sekarang dia malah tidak ingin cepat-cepat pergi ke Zhong-nan-shan, tapi Huo-shen-ye malah
sudah bersiap-siap untuk berangkat.
Terpaksa Yi-feng harus meninggalkan tempat yang begitu ramah dan lembut ini.
Bayangan Xiao Nan-pin mengikutinya terus selama beberapa hari ini, perlahan tapi pasti
meninggalkan jejak di benak Yi-feng. Walaupun tidak begitu dalam tapi sulit untuk dilupakan.
94 Hari demi hari berlalu, walaupun tidak lama tinggal di sana tapi kehangatannya sangat terasa.
Karena hal ini pula Yi-feng harus membayar dengan harga mahal, tapi kita tidak akan
membahasnya terlebih dulu karena waktunya belum tiba.
0-0-0 BAB 33 Tujuh pedang pelangi terbang
Udara masih terasa dingin, bumi masih dipenuhi dengan salju.
Di kejauhan, gunung tampak bertumpuk-tumpuk, seperti akan mencapai awan. Langit terlihat
rendah, awan tampak bertumpuk, terus hingga ke tengah gunung.
Ini adalah pemandangan Zhong-nan-shan.
Yi-feng melihat suami istri Yao Qing-yu yang berjalan di depannya. Xiao Nan-pin berjalan di
sisinya. Masih ada beberapa pendekar yang berangkat bersama. Mereka terlihat bersemangat,
karena mereka hampir tiba di tempat tujuan.
Mereka menitipkan kuda-kuda mereka di kota Chang-an. Kemudian melanjutkan perjalanan
dengan berjalan kaki. Mereka sempat berpapasan dengan banyak pendekar di sana. Kebanyakan
dari mereka mengenal Huo-shen-ye, melihat La-shou-xi-shi dan Xiao-xiang-fei-zi, mata mereka
melotot dengan lebar. Xiao Nan-pin tidak suka dipandang seperti itu, dia menolehkan kepalanya dan tertawa kepada
Yi-feng. Tiba-tiba ada seekor kuda berlari dengan kencang ke arah mereka.
Alis Yi-feng sedikit terangkat, tubuhnya sedikit dicondongkan ke sisi, kemudian kurang lebih ada
8 ekor kuda berlari melewati mereka, dan kuda-kuda itu terus berderap di atas salju yang baru
saja mencair. Gu Xiao-jing tampak marah, Huo-shen-ye maju selangkah, kemudian menepis dengan
telapaknya, dia menepis ke arah pantat kuda yang berada di paling belakang. Karena sakit kuda
itu mengangkat kedua kaki depannya, penunggangnya pun ikut berdiri. Ternyata ilmu penunggang
kuda itu sangat tinggi, dia membawa kudanya yang terkejut berputar membentuk sebuah
lingkaran. Kedua kaki penunggang kuda itu seperti mempunyai alat hisap, dia menjepit kakinya
dengan erat di pelana kuda, cemetinya diayunkan, dia membentak, cemeti diarahkan ke Yao Qingyu.
Alis tebal Yao Qing-yu tampak berdiri, dia melangkah ke depan dan dia sudah berada di depan
kebasan cemeti. Kemudian dia melayang-kan telapaknya, dan menepis ke arah leher kuda. Kali ini
dia menggunakan 80% tenaganya. Kuda itu tidak bisa bertahan terhadap tenaga sebesar itu. Kuda
itu roboh dan dari mulutnya keluar buih berwarna putih.
Orang yang berada di atas punggung kuda dengan cepat meloncat tinggi, dia marah dan
membentak: "Apa kalian tidak punya mata dan sudah bosan hidup"!"
Untuk kedua kalinya dia mengayunkan cemetinya ke arah Huo-shen-ye.
Sebenarnya saat Yao Qing-yu memukul kuda dan penunggangnya, itu merupakan suatu
kecerobohan. Tapi sekarang orang itu bertindak lebih ceroboh lagi. Dia tidak melihat dulu siapa
lawannya langsung mengajak bertarung.
Karena ayunan cemeti membuat para pendekar berdatangan ke sana. Yao Qing-yu yang marah
pun sudah mendekati orang itu, penunggang kuda lainnya yang telah berlari terlebih dulu,
membalikkan kepala dan mereka berlari arah menuju tempat Yao Qing-yu dan kawan-kawan.
Yi-feng berdiri di sisi, dia tahu kalau sebentar lagi pasti akan terjadi pertarungan di sana.
Orang itu kembali melayangkan cemetinya ke arah Yao Qing-yu, dia melayangkan cemetinya
dengan cepat, tepat, kejam, tapi juga mantap.
Yao Qing-yu marah, dia tidak berusaha untuk menghindar, dia malah menyambut serangan itu,
dia berniat mengambil ujung cemeti orang itu, dia memperhitungkan waktu dan posisi yang pas.
Orang itu seperti terkejut tapi karena ujung cemetinya telah dicengkram oleh Yao Qing-yu, dia
berteriak: "Roboh!" 95 Dia menarik dengan tenaga penuh, tapi posisi kuda-kuda orang itu begitu mantap, setengah
langkah pun tidak bergeser dari posisi berdirinya.
Yi-feng merasa aneh: "Pesilat tangguh ini entah datang dari mana" Yao Qing-yu termasuk pendekar terkenal, orang
ini masih asing, tapi saat beradu tenaga dalam, mereka sama kuat!"
Terlihat dua penunggang turun dari kudanya, salah satu dari mereka bergerak seperti seekor
burung walet, dengan cepat dia bergerak dan sudah berada di depan, kemudian dia memotong
cemeti yang ditarik oleh Yao Qing-yu menggunakan tangannya. Cemeti itu terputus menjadi dua,
seperti dipotong oleh sebuah pisau tajam.
La-shou-xi-shi tertawa dingin, tangannya melayang, dia menyerang kedua penunggang kuda itu
dengan tangannya, dia masih sempat membentak:
"Roboh!" Tapi lelaki yang memotong cemeti dengan tangan, telah membalikkan tangannya, lalu menyapu
enam titik terang yang ditembakkan Gu Xiao-jing. Empat bintang berhasil ditepis hingga jatuh.
Sedangkan lelaki yang satu lagi, dengan tenang menyapu senjata rahasia yang menyerangnya, dia
menepis dengan potongan pecut yang telah terbagi dua tadi.
Dengan beberapa gerakan mereka berhasil menghalau serangan. Tapi dalam hati masingmasing
mereka tahu kalau mereka telah bertemu dengan orang yang tidak biasa.
Karena itu mereka segera berhenti bertarung. Orang yang memotong cemeti itu melihat ke
sekeliling, kemudian berkata dengan dingin:
"Saudara dan teman-temanku berjalan di jalan masing-masing, tapi kalian malah memukulnya,
apa sebabnya" Aku, Mao Wen-qi ingin mengetahui alasan kalian!"
"Kalian jalan tidak menggunakan mata, kalau semua berjalan seperti kalian, tidak perlu berjalan
lagi! Siapa kalian ini sebenarnya" Mengapa kalian begitu tidak tahu aturan?"
Mao Wen-qi datang dari Chang-bai-shan, mereka telah seharian melakukan perjalanan dengan
menunggang kuda, mereka tidak pernah berjalan dengan pelan juga tidak bisa berjalan dengan
pelan. Mendengar kata-kata Gu Xiao-jing, dia tertawa panjang:
"Baiklah, baiklah, aku Mao Wen-qi, pertama kali datang ke dunia persilatan Zhong-yuan.
Sepertinya perempuan Zhong-yuan selalu ingin menguasai para lelaki."
Logatnya berasal dari utara.
Begitu kata-kata itu keluar, membuat orang-orang Zhong-yuan marah.
Mao Wen-qi tertawa dingin.
"Baiklah, baiklah! Memang Mao Wen-qi mempunyai 4 orang teman, tapi kami tidak berniat
bertarung dengan orang Zhong-yuan, apakah kalian ingin satu lawan satu" Atau satu lawan
banyak orang" Asalkan kalian beritahu kami dulu, kami akan melayani kalian dengan baik!" dia
tertawa dengan sombong. Kedua alis Yao Qing-yu terangkat, dia ingin mengatakan sesuatu, tapi Gu Xiao-jing telah
menyelanya dulu: "Empat orang utan ini datang dari mana" Aku bermarga Gu, berjalan dari utara hingga ke
selatan, belum pernah melihat orang yang tidak tahu aturan seperti kalian!"
Yi-feng selalu berdiri di sisi, dia tidak muncul untuk bicara.
Tapi dia terus menatap keempat orang itu, mata mereka terlihat bersemangat, mereka pun
bergerak dengan lincah. Apalagi lelaki yang bernama Mao Wen-qi itu, tenaga dalamnya sangat
hebat, ilmu telapaknya lebih tinggi dari jurus 'Zhu-sha-zhuang' milik You Da-jun.
Dia tahu kalau keempat orang itu bukan orang kecil, dia berpikir, 'Aku tidak akan membiarkan
mereka ribut karena masalah kecil.'
Dia mendekati Mao Wen-qi lalu memberi hormat, sewaktu Yi-feng berusaha untuk menjelaskan,
wajah Mao Wen-qi berubah dan menunjuknya, lama dia tidak bisa bicara.
Melihat sikap Mao Wen-qi seperti itu, Yi-feng tanpa terasa melangkah mundur karena terkejut.
Dia pun melihat dua orang lainnya, mereka juga sama kagetnya melihat Yi-feng.
Sampai-sampai orang yang sejak tadi hanya duduk di atas kuda langsung turun, dia berdiri
dengan bengong menatap Yi-feng. Karena itu bukan hanya Yi-feng yang merasa aneh, Yao Qingyu,
Xiao Nan-pin, Gu Xiao-jing pun merasa aneh, apa yang keempat orang itu lakukan"
96 Setelah lama Mao Wen-qi baru bisa menguasai dirinya dan dengan suara gemetar dia berkata:
"Adik ketiga, walaupun kau telah melukai kaki kakak tertua, tapi karena sejak kecil kau telah
kuasuh, aku...aku dan kau sudah seperti saudara kandung, jangankan kau berbuat tidak sengaja,
sekalipun kau ingin memotong kedua kakiku, aku tidak akan menyalahkanmu, mengapa kau...."
Dia yang tertua di antara keempat orang itu, dia sampai tidak bisa bicara karena gejolak
hatinya, pelan-pelan dia mendekati Yi-feng, dia berjalan dengan terpincang-pincang.
Kedua orang itu terus memanggil Yi-feng dengan sebutan adik ketiga dan mereka
memanggilnya dengan penuh perasaan, hal ini malah membuat Yi-feng bingung, dia melihat pak
tua pincang itu telah berjalan mendekatinya., entah apa yang harus Yi-feng lakukan.
"Adik ketiga, beberapa tahun ini kau pergi ke mana saja" Mengapa kau menjadi kurus dan
hitam begini" Adik ketiga, kau... kakakmu ini sudah tua, kaki pun sudah tidak bisa bergerak lincah,
kalau bukan karena masih ada sedikit harapan mencarimu, aku benar-benar tidak akan
meninggalkan Chang-bai-shan. Adik ketiga, walau bagaimanapun kau harus ikut kami pulang, kau
mau apa pasti akan kuberikan."
Sambil berkata seperti itu dia menghela nafas, hal ini membuat Yi-feng bingung, pelan-pelan
dia berkata: "Kau...." Gu Xiao-jing pun tampak kebingungan, dia berjalan ke arah mereka, lalu berdiri di depan pak
tua itu: "Hei, apakah kau sudah gila! Siapa yang kau sebut adik ketigamu" Lebih baik kau lihat dengan
jelas terlebih dulu!"
Tubuh pak tua itu tadi sedikit bungkuk, sekarang tiba-tiba saja dia meluruskan tubuhnya, sorot
matanya memancarkan cahaya menakutkan, dia membentak Gu Xiao-jing:
"Siapa kau" Berani sekali mencampuri urusanku!" dia berkata sebentar, kemudian dengan
marah dia membentak: "Ternyata kau, siluman kecil. Kau menarik adik ketiga turun dari Chang-bai-shan!"
Dia membalikkan kepalanya dan memberi perintah:
"Adik kedua dan adik keempat, tangkap perempuan ini!"
Kata-katanya baru selesai, Mao Wen-qi dan kedua lelaki itu berlari dan mengepung Gu Xiaojing.
Kemudian dari balik ikat pinggang mereka mengeluarkan sebuah benda dan
melayangkannya, ternyata itu sebilah pedang panjang. Pedang itu bisa menjadi pedang lemas
atau keras, pedang itu terbuat dari baj a kuat.
Melihat istrinya dihina mereka, Huo-shen-ye membentak dan dari dalam tasnya dia
melayangkan sesuatu ke arah Mao Wen-qi. Dia pun berlari ke arah pak tua pincang itu dan mulai
menyerangnya. Senjata rahasia Huo-shen-ye yang dahsyat itu baru keluar, senjata rahasia itu bernama 'Wuleizhu"
yang sangat terkenal di dunia persilatan. Saat senjata itu mengenai ujung pedang, langsung
meledak, api biru membakar pedang itu.
Mao Wen-qi terkejut, dia melayangkan pedang panjangnya, berniat memadamkan api biru itu,
tapi api berkobar semakin besar, sepertinya api itu akan membakar tangannya. Dalam keadan
bahaya ini, dia tidak bisa banyak berpikir, dia menusukkan pedang sepanjang 1.50 meter itu ke
dalam salju. Hanya terlihat pegangan pedangnya sekitar 10 sentimeter yang mencuat ke atas.
Yao Qing-yu berteriak, dia terus mundur hingga 2-3 meter. Kemudian dia pun roboh. Ternyata
tadi dia menyerang pak tua itu dengan kedua tangannya. Pak tua itu tidak berusaha menghindar,
malah menyambut serangan Yao Qing-yu, terjadilah adu telapak tangan. Yao Qing-yu tergetar.
Gu Xiao-jing berteriak, dia ingin berlari mendekati suaminya, tapi ada seseorang yang sudah
menghadangnya, para pendekar di sana berteriak, ada yang berlari karena melihat Yao Qing-yu
terluka, ada yang marah-marah, tapi tidak ada seorang pun tahu apa yang sebenarnya terjadi di
sana. Orang yang tahu bagaimana hebatnya tenaga dalam pak tua itu, diam-diam memuji.
Xiao Nan-pin yang sejak tadi diam tidak bersuara, sekarang meliha situasi begitu kacau, dia
ingin berlari ke sana, tapi pak tua itu sudah membentak, suaranya besar menutupi suara orang
yang marah-marah dan juga suara hingar bingar di sana. Menggetarkan gendang telinga sehingga
telinga orang-orang di sana berdenging.
97 Pak tua itu melihat ke sekeliling dan berteriak:
"Aku adalah salah satu dari Fei-hong-jian, Hua Pin-qi, sekarang kami sedang membereskan
urusan keluarga, kalau kalian ingin ikut campur berarti kalian ingin bermusuhan dengari Changbai-
pai. Aku nasihati kalian, lebih baik kalian mengurungkan niat kalian itu!" kata-katanya
terdengar sangat sombong, tapi Fei-hong-jian Hua Pin-qi (Pedang pelangi terbang) keenam huruf
ini begitu diucapkan, tidak ada yang berani menyalahkan sikap sombongnya.
Ternyata Fei-hong-jian, Hua Pin-qi adalah ketua Chang-bai-pai. Chang-bai-fei-hong-jian adalah
ilmu pedang dari semua jurus pedang. Dulu dia pernah ke Zhong-yuan dan namanya sangat
terkenal. Tapi sudah sekian lama dia tidak muncul, maka tidak ada seorang pun yang menyangka
kalau pak tua yang pincang itu adalah ketua Chang-bai-pai.
Para pendekar yang berkerumun di sana, walaupun ada yang terkenal, tapi begitu
dibandingkan dengan ketua perkumpulan itu, rasanya mereka masih terlalu jauh.
Semua orang di sana hanya bisa termangu, suara ribut-ribut pun telah berhenti. Suasana
menjadi hening. Hua Pin-qi melihat ke sekeliling, kemudian dia menolehkan kepalanya melihat adik keenamnya,
Gong Tian-qi yang masih bertarung, tapi dia tidak berusaha menghenti-kannya. Dia memutar
kepalanya melihat Lao-san, Zhong Ying-qi yang tergabung dalam Fei-hong-qi-jian, yang telah lama
menghilang tanpa kabar. 0oo0 BAB 34 Salah paham Ternyata setelah wajah Yi-feng dipasang dengan topeng dari kulit manusia, wajahnya menjadi
mirip dengan pendekar ketiga dari Fei-hong-qi-jian yang bernama Zhong Ying-qi. Karena mereka
sangat mirip sampai-sampai saudara seperguruannya pun yang sejak kecil tumbuh bersama tidak
bisa membedakannya. Hua Pin-qi menatap Yi-feng yang diam dan bermuka datar. Dia lebih bisa memastikan kalau Yifeng
benar-benar adik ketiganya yang sejak kecil dirawat dan diurusnya sampai dia dewasa.
Belakangan karena satu dan lain hal, adik ketiganya tanpa sengaja telah melukai kaki kanannya,
karena itu Zhong Ying-qi melarikan diri. Maka dia pun berteriak:
"Adik ketiga, kemarilah, biar kakak tertuamu melihatmu dengan jelas!"
Gu Xiao-jing termasuk salah satu dari '4 cantik dari dunia persilatan' tapi ilmu silatnya tidak
terlalu tinggi. Sekarang dia sedang berusaha melawan pendekar keenam dari Fei-hong-qi-jian,
Gong Tian-qi. Setelah melewati puluhan jurus, dia sudah tidak kuat dan terus berkeringat.
Apalagi dia mengkhawatirkan keselamatan suaminya, maka dia pun berteriak:
"Hei marga Hua, lihat yang jelas dulu, aku adalah La-shou-xi-shi, Gu Xiao-jing, mengapa aku
bisa ada hubungan dengan kalian?"
Baru saja kata-katanya selesai, pedang melintas ke arah tangan kanannya, mantel yang
dipakainya jadi robek dengan garis memanjang.
Hua Pin-qi berkata: "Nama La-shou-xi-shi bukan nama yang baik, adik ketiga, tangkap dia!"
Dari awal hingga sekarang, Yi-feng masih dalam keadaan terpaku, sekarang dia baru mengerti
apa yang terjadi, dan sadar karena dia tanpa sengaja mengenakan topeng kulit maka
membuatnya mirip dengan adik ketiga Hua Pin-qi.
Dia menjadi serba susah, tapi keadaan mengharuskannya bergerak. Xiao Nan-pin terlihat berlari
ke arahnya, dengan pelan dia berkata:
"Kakak Nan, sepertinya salah paham ini harus segera dijelaskan!"
Dari mulutnya tercium bau harum dan menusuk hidung Yi-feng.
Yi-feng tersenyum, dia pun berpikir, 'Kalau perempuan berpendapat seperti tidak memberikan
pendapat, apakah aku tidak tahu kalau semua ini adalah salah paham"'
Dia melihat Xiao Nan-pin, saat itu tepat matanya bertatapan dengan mata Xiao Nan-pin yang
tampak penuh perhatian pada Yi-feng.
Dia tertawa, sekali bergerak dia sudah berada di depan Gu Xiao-jing, katanya:
98 "Hentikan pertarungan!"
Gu Xiao-jing terengah-engah berkata:
"Kalau kau tidak datang, aku akan celaka!"
Dia bersembunyi di balik tubuh Yi-feng, tapi pedang Gong Tian-qi telah menusuk ke arah Yifeng.
Tampak cahaya pedang berkilau, hampir saja mengenai Yi-feng.
Yi-feng tersenyum, sekarang Gong Tian-qi yang terkejut, dia berteriak:
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kakak ketiga..."
Tapi pedangnya telah meluncur, tenaga sudah dikerahkan, pedang pun tidak bisa ditarik, terus
meluncur siap menusuk Yi-feng.
Hua Pin-qi berteriak. Tapi masih dalam keadaan tersenyum, Yi-feng sama sekali tidak menggerakkan bahunya,
tubuhnya tidak ditekuk, dia sudah menjauh 3 meter.
Hua Pin-qi seorang pemimpin dan juga seorang ketua, melihat ilmu meringankan tubuh Yi-feng
begitu tinggi, dia benar-benar kaget:
"Adik ketiga, ilmu silatmu maju pesat!" Yi-feng tersenyum lagi, dia tahu semenjak jalan darah
'Du' dan 'Ren' nya tembus, ilmu silatnya maju pesat. Sampai-sampai ketua Chang-bai-pai pun
mengaguminya. Dia memberi hormat kepada Hua Pin-qi: "Namaku adalah Yi-feng, aku sudah lama mendengar
nama besar Tetua Hua, tapi aku tidak mempunyai kesempatan untuk berkunjung, hari ini kita bisa
bertemu, aku merasa sangat beruntung!"
Kata-katanya belum selesai, Hua Pin-qi sudah menyela:
"Adik ketiga, apa maksudmu" Apakah... apakah selama beberapa tahun ini kau belajar pada
guru terkenal" Dan kau tidak mau mengakui kalau kami adalah kakak dan adik seperguruanmu"
Kau...kau tidak boleh melakukan hal ini!" Dia bicara dengan suara bergetar. Para pendekar yang
berkerumun di sekitar sana tidak tahu apa yang terjadi di sana. Mereka hanya melihat Yi-feng
dengan pandangan menghina, karena orang yang telah mengkhianati perkumpulan adalah orang
yang telah melakukan kesalahan besar. Apalagi melihat sikap Hua Pin-qi sekarang, benar-benar
membuat siapa pun menjadi sedih karenanya!
Yi-feng baru berniat akan menjelaskan, tapi Mao Wen-qi sudah mendekatinya dan membentak:
"Adik ketiga, kau benar-benar keterlaluan! Kau dan kakak tertua memang hanya mempunyai
hubungan sebagai kakak dan adik seperguruan, tapi semenjak guru wafat ilmu silat yang kau
miliki semua itu kakak tertua yang mengajar-kannya, sekarang kau bersikap seolah tidak
mengenal kami, tapi mana mungkin kau sampai tidak mau mengenal kami" Kau.. .benar-benar..
.tidak punya perasaan!"
Yi-feng menghela nafas dalam-dalam, dia tahu kalau hal ini sangat sulit untuk dijelaskan.
Tapi di depan orang-orang persilatan, dia tidak bisa membuka topengnya dan menyebutkan
identitasnya begitu saja.
Dia terdiam sebentar, lalu berkat:
"Namaku adalah Yi-feng, mungkin aku mirip dengan adik ketiga Tetua, hingga terjadi salah
paham ini, aku tidak bisa menjelaskan..."
Xiao Nan-pin tiba-tiba berlari ke arah mereka dan berkata:
"Tetua Hua, dengarkan logat bicaranya, sama sekali tidak mirip dengan kalian, apakah dia
orang asli Chang-bai-shan atau bukan bisa langsung ketahuan, logat bicaranya berasal dari Jing
Nan." Diam-diam Yi-feng memuji kepintaran Xiao Nan-pin, dia merasa kalau perempuan biasanya
lebih teliti dalam hal seperti ini, dia memper-hatikan hal yang tidak diperhatikan orang lain.
Hua Pin-qi, Mao Wen-qi, Gong Tian Qi, dan seorang lelaki yang sejak tadi diam saja yang
bernama Huang Zhi Qi, empat orang dari Fei-hong-qi-jian, sekarang hanya bisa termangu, mereka
dengan teliti menatap Yi-feng.
Gu Xiao-jing memapah Yao Qing-yu yang tergetar dan sekarang terluka ke arah mereka, dia
marah kepada Fei-hong-qi-jian.
"Hei marga Hua! Kau sembarangan melukai orang, selama gunung masih menjulang air masih
mengalir, kami suami istri pasti akan mencarimu untuk membalas perbuatanmu ini!"
Dia menghentakkan kakinya lalu melihat ke sekeliling:
99 "Sobat-sobat sekalian, kalian lihat sendiri, ketua Chang-bai-pai tidak bisa mengurus adik
seperguruannya, hingga adiknya malah melarikan diri, maka dia pun menangkap orang yang ada
di jalan dan memaksanya menjadi adik seperguruannya, nama 'Fei-hong-qi-jian' memang terkenal,
dan orang-orang tidak akan berdaya..."
Karena marah, Hua Pin-qi menjadi gemetar, dia marah lalu berteriak:
"Hentikan kata-katamu!" Tapi Gu Xiao-jing malah menghentakkan kakinya lagi, dia mendekat
dan bertanya: "Kau mau apa" Mau apa" Apa karena ilmu silatmu lebih tinggi lalu kau bisa sembarangan
menghina orang" Lihat dulu yang jelas, apakah memang benar dia adalah adik seperguruanmu"
Dunia ini benar-benar aneh, memaksa orang lain menjadi adik seperguruannya!" suaranya
nyaring, bicaranya cepat, membuat Hua Pin-qi tidak bisa menanggapinya, wajahnya tampak
berubah-rubah. 'La-shou-xi-shi' berhenti sejenak, melihat Yi-feng dan Xiao Nan-pin.
"Adik Yi dan Xiao San-mei, kami akan pergi dulu, suamiku terluka, sepertinya kami tidak jadi
pergi ke Zhong-nan-shan!"
Dia menghentakkan kakinya lagi: "Entah mengapa tiba-tiba bisa datang masalah seperti ini.
Hei, Xiao San-mei, cepat bawa Adik Yi pergi dari sini, jangan sampai digigit anjing gila kalau terus
di sini!" Banyak yang tertawa sampai keluar suara, Hua Pin-qi membentak:
"Kalau tidak melihat kau adalah seorang perempuan bodoh, hari ini aku akan membunuhmu!"
Gu Xiao-jing membalikkan kepala dan menjawab:
"Marga Hua, jangan sembarangan bicara! Siapa yang bodoh! Kau atau aku! Siapa yang
memaksa orang lain menjadi adikmu" Adik Yi, kau..."
Yi-feng takut kalau dia akan membocorkan kalau dia sedang menyamar, maka dengan cepat
dia berkata: "Tetua Hua, semua ini hanya salah paham, siapa pun tidak bisa menjelaskan keadaan
sebenarnya, tapi aku berani bersumpah demi Tuhan kalau aku belum pernah bertemu dengan
Tuan, dan aku bukan adik ketiga Tuan, di dunia ini orang yang mirip sangat banyak, kelak kalau
aku bertemu dengan adik ketiga Tuan, aku pasti akan mengabarkan kepadanya tentang hal ini,
sekarang aku pamit dulu..."
Hua Pin-qi membentak: "Apakah kau benar bukan Zhong Ying-qi?"
Yi-feng tersenyum menggelengkan kepala:
"Nama Zhong Ying-qi saja baru sekarang kudengar."
Setelah selesai bicara, Hua Pin-qi bergerak, hanya sebentar di langit tampak ada yang berkilau.
Yi-feng tidak menyangka bayangan pedang siap menindihnya!
Jurus itu cepat seperti kilat, membuat Yi-feng tidak ada waktu untuk berpikir mengapa Hua Pinqi
berniat membunuhnya. Dia hanya merasa jurus Hua Pin-qi seperti air yang ditumpahkan.
Semua tempat seakan terkena jurus ini. Tubuhnya telah tertutup bayangan pedang.
Di antara mati dan hidup, kakinya terus bergeser, dia melihat ada celah di sisi kiri bawah.
Karena telah berpengalaman, dia memutar kakinya dan berlari ke arah kiri.
Baru saja dia bergerak, bayangan yang memenuhi langit itu seakan sudah tahu kalau Yi-feng
akan bergerak ke arah sana, tiba-tiba bayangan yang memenuhi langit itu berubah dari cahaya
menjadi suara yang membawa angin kencang. Dan suara itu mengikuti Yi-feng yang berlari, dia
tidak bisa menghindar lagi. Dia memejamkan matanya, seperti sedang menunggu sabetan pedang.
Perubahan yang terjadi begitu tiba-tiba, setelah semua orang melihat dengan jelas, cahaya biru
telah berada di dada Yi-feng.
Para pendekar berteriak, Xiao Nan-pin hampir pingsan.
Tapi cahaya biru yang berasal dari pedang Hua Pin-qi ketika hampir mengenai dada Yi-feng
tiba-tiba berhenti begitu saja.
Yi-feng membuka matanya, dia melihat kedua mata Hua Pin-qi yang tampak bersemangat
menatapnya. Dalam keadaan serba cepat ini, membuat Yi-feng banyak berpikir mengenai serangan pedang
itu, serangan itu datang saat dia tidak waspada, berarti walaupun dia mengalami sedikit kemajuan
100 untuk tenaga dalamnya tapi untuk kemampuan ilmu silatnya, dia masih berada di bawah orang
lain. Kalau tidak dia tidak akan mengalami peristiwa seperti ini.
Dia merasa menyesal, mengapa sewaktu berada di rumah Yao Qing-yu dia tidak membaca
buku Tian-xing-mi-ji', malah terus menerus merasakan dan menikmati kehangatan seorang
perempuan. "Kalau terus seperti ini, kapan aku bisa membalas dendam?"
Hua Pin-qi menarik pedangnya dan menghela nafas panjang.
Saat seperti ini, tiba-tiba dia menjadi sangat tua, dia menghela nafas kembali dan berkata pada
Mao Wen-qi: "Dia bukan Lao-san...tapi mengapa dia begitu mirip?"
Mao Wen-qi menundukkan kepala, Gon Tian-qi berlari dan menunggang kembali kudanya. Hua
Pin-qi menatap kuda yang telah roboh, pedangnya melayang dan menusuk tubuh kuda itu berkalikali,
diiringi suara ringkikannya, kuda itu pun langsung mati.
Hua Pin-qi menghela nafas lagi, dia berlari ke arah kuda Mao Wen-qi. Tiga ekor kuda dengan
empat orang, seperti kedatangan mereka tadi, sekarang pun mereka kembali berlari dengan
kencang ke arah depan. Yi-feng masih terpana, sewaktu dia mengangkat kepalanya, Xiao Nan-pin tersenyum lembut
kepadanya dan berkata: "Jangan bersedih, pak tua itu memang sangat lihai..."
Yi-feng tersenyum mendengar hiburan yang diberikan Xiao Nan-pin.
Xiao Nan-pin tahu dia tidak perlu bercerita panjang lebar, karena melihat senyum Yi-feng tadi,
dia tahu kalau Yi-feng sudah mengerti kondisinya.
Gu Xiao-jing memapah Yao Qing-yu yang tampak pucat, pelan-pelan dia berjalan ke arah
mereka: "Pak tua itu sepertinya gila, lihat tanpa banyak bicara, dia langsung pergi entah ke mana."
Dia melihat Yi-feng dan Xiao Nan-pin, mulutnya penuh dengan tawa:
"Lukanya tidak begitu berat, tapi juga tidak bisa dianggap ringan, aku harus tetap
mengantarkannya pulang. Hei, San-mei (adik ketiga seperguruan), kau mau ikut pulang
bersamaku, atau ikut dengannya?"
Wajah Xiao Nan-pin menjadi merah, Gu Xiao-jin g tertawa:
"Lebih baik kau ikut dengannya, aku tidak berani membawa siluman perempuan ini."
Dia berkata pada Yi-feng:
"Aku serahkan San-mei ku ini kepadamu. Kau harus berbaik hati padanya, jangan
menghinanya, kalau kau menghinanya, aku tak akan sudi mengampunimu!"
Yi-feng tertawa kecut, wajah Xiao Nan-pin menjadi merah lagi, perempuan ini biasanya terkenal
dengan kekejamannya karena sering membunuh orang. Beberapa hari ini dia terlihat begitu
lembut, orang yang pintar, pasti akan tahu apa yang telah mengubahnya menjadi seperti ini. Sejak
dulu hingga sekarang, kekuatan yang mengubahnya adalah 'cinta'.
Xiao Nan-pin sendiri tidak menyadarinya, entah sejak kapan dia mulai mempunyai perasaan
seperti ini. Awalnya dia berusaha menjelaskan pada dirinya sendiri kalau dia hanya merasa kasihan kepada
laki-laki yang telah kehilangan istri itu.
Tapi sekarang, dia sendiri pun tidak bisa mengingkari kalau itu adalah rasa cinta.
0-0-0 BAB 35 Rapat di Zhong-nan-shan Yi-feng masih terpaku, walaupun tusukan pedang Hua Pin-qi tidak sampai melukainya tapi
ternyata sudah melukai hatinya. Para pendekar tadi sudah berlalu dari sana, tapi sorot mata
mereka terlihat aneh, terkejut, dan sorot itu seperti membayangi di sekeliling Yi-feng,
membuatnya malu untuk mengangkat kepala.
101 Yao Qing-yu dan Gu Xiao-jing sudah pergi dari sana, ketika Yi-feng melihat lagi, matanya
beradu dengan sepasang mata Xiao Nan-pin yang lembut dan penuh perasaan kepadanya. Sorot
mata yang begitu perhatian membuat Yi-feng tersenyum.
Tiba-tiba terdengar suara lonceng dari arah kuil, Xiao Nan-pin mendekatinya:
"Sekarang kita harus naik gunung."
Kemudian dia berkata dengan pelan:
"Maaf, aku sudah membuatmu menghadapi kesulitan seperti ini, anehnya adik ketiga mereka
bisa begitu mirip denganmu!"
"Bukan salahmu..." Yi-feng tersenyum.
Orang yang berkerumun sudah bubar. Dari kejauhan terlihat seorang biksu muda berpakaian
biru mendekati mereka sambil melambaikan tangan:
"Perkumpulan kami sedang mengadakan pemilihan ketua, jika kalian datang untuk mengikuti
rapat ini, cepatlah naik gunung sekarang."
Yi-feng mengucapkan terima kasih kepada biksu muda itu. Dia segera berangkat bersama
dengan Xiao Nan-pin. Karena Xiao Nan-pin masih berpakaian seperti seorang laki-laki, maka
mereka bisa berjalan dengan leluasa.
Baru saja mereka berjalan sebentar, seorang biksu datang lagi, dan bertanya:
"Tuan datang dari mana" Apakah perlu aku membawa Tuan naik gunung?"
Menilik usia biksu itu belum terlalu tua, Yi-feng terpikirkan sesuatu, dia bertanya:
"Aku tidak berani merepotkan Guru, kami akan naik gunung sendiri."
Biksu itu menatap mereka dengan bingung, kemudian tanpa bertanya dia pun pergi.
Di depan ada belokan, di sana terdapat sebuah rak. Di atas rak diletakkan segentong air teh.
Seorang biksu muda sedang menuang-kan teh. Melihat Yi-feng dan Xiao Nan-pin datang, dia
menyapa: "Sahabat, minumlah dulu baru melanjutkan perjalanan."
Yi-feng tertawa dan mengucapkan terima kasih tapi dalam hati dia memikirkan sesuatu.
Terlihat ada 2 biksu muda datang lagi dari arah jalan kecil, pakaian mereka masih terlihat baru
dan berwarna biru. Salah satu dari mereka tertawa kepada Yi-feng:
"Sahabat, cepatlah naik gunung, rapat akan segera dimulai!"
Semakin memanjat naik, Yi-feng semakin merasa curiga. Diam-diam dia berpikir, 'Melihat usia
dan ilmu silat biksu-biksu tadi, dari cara mereka berjalan, paling-paling mereka hanya generasi
ketiga. Tapi Biksu Miao-ling pernah mengatakan murid generasi kedua, karena ilmu silat mereka
tidak terlalu tinggi, mereka sudah keracunan hingga meninggal, dari mana datangnya begitu
banyak biksu muda..."
Ketika dia sedang berpikir, ada 2 biksu muda yang lewat lagi, mereka tersenyum kepada Yifeng.
Xiao Nan-pin melihat mereka dan tertawa:
"Mengapa semua biksu yang kita lihat, semua mengenakan baju baru dan wajah mereka
terlihat sangat gembira, tidak terlihat kalau mereka sedang berduka karena ketua mereka baru
meninggal. Sepertinya biksu-biksu Zhong-nan-shan tidak menjaga peraturan kuil."
Perempuan memang lebih memperhati-kan pakaian.
Yi-feng mendengar perkataaan Xiao Nan-pin, dalam hati terpikirkan sesuatu lagi, 'Biksu-biksu
itu mencurigakan...' Dia bertanya kepada Xiao Nan-pin:
"Apakah kau ingat, biksu-biksu tadi memanggil kita dengan sebutan apa?"
Xiao Nan-pin tampak berpikir sejenak, dia seperti baru menyadarinya:
"Benar, mereka tidak memanggil kita dengan sebutan tuan melainkan 'Sahabat', berarti biksubiksu
tadi hanya berpura-pura."
Xiao Nan-pin berkata lagi:
"Aku curiga, biksu-biksu itu baru memakai pakaiannya itu hari ini, mungkin saja kemarinkemarin
mereka hanya perampok-perampok kecil." Dia tertawa lagi, "sebenarnya aku tidak berniat
menghina mereka, kau lihat mereka dari atas ke bawah, apakah mereka seperti seorang biksu?"
Yi-feng mengerutkan alis, dia merasa curiga juga khawatir, 'Apa yang telah terjadi di Zhongnan-
shan ketika aku pergi mencari obat penawar" Mengapa ketua mereka tiba-tiba bisa
meninggal" Apakah Tuan Jian, Sun-ming, serta putrinya masih berada di Zhong-nan-shan"'
102 Dia mempercepat langkahnya, memutari beberapa belokan. Setiap belokan selalu terlihat ada
1-2 biksu muda yang menjaga dan memberi tamu yang lewat minum. Dia merasa curiga tapi dia
tidak berani bertanya pada biksu-biksu tersebut, karena dia belum mendapatkan bukti. Dia
berharap Tuan Jian dan yang lainnya masih berada di gunung. Jika begitu semua kecurigaan-nya
akan terjawab. Maka dia mempercepat lagi langkah kakinya.
Xiao Nan-pin terus berjalan di sisinya, dia tidak tahu apa yang sedang Yi-feng pikirkan, juga
tidak bisa menebak apa yang sedang Yi-feng pikirkan.
Semenjak dia memakai topeng kulit manusia, ekspresi wajahnya tidak terlihat.
Satu kali belokan lagi mereka sudah berada di depan kuil. Yi-feng masuk dengan tergesa-gesa,
dua pintu kuil berwarna merah sekarang terbuka dengan lebar. Seorang biksu setengah baya
tampak berdiri di sana. Yi-feng berpikir sebentar kemudian berjalan men dekatinya.
Dengan sebelah telapak diberdirikan, biksu itu bertanya kepada Yi-feng. Sikapnya terlihat lebih
serius dibandingkan dengan biksu-biksu muda tadi. Melihat Yi-feng datang, dengan hormat dia
pun bertanya: "Tuan, silahkan langsung ke ruang Lu-zhu, rapat akan mulai, Tuan masih sempat untuk
mengikuti-nya!" Yi-feng mengucapkan terima kasih lalu bertanya:
"Apakah Guru tahu mengenai dua orang laki-laki dan 2 orang perempuan yang tinggal di sini,
apakah mereka masih di sini?"
Karena dia merasa curiga, dia tidak menyebutkan nama Tuan Jian.
Biksu setengah baya itu melihat Yi-feng, sikapnya terlihat lebih hormat lagi lalu berkata:
"Apakah Tuan adalah teman dari 2 tetua yang telah menolong beberapa ratus murid Zhongnan-
pai?" Tiba-tiba dia menarik nafas panjang: "Kedua tetua itu sudah pergi beberapa hari lalu."
Yi-feng segera bertanya: "Apakah Guru mengetahui mereka telah berapa lama pergi dan ke mana perginya mereka"
Apakah mereka meninggalkan pesan?"
Biksu itu menggelengkan kepalanya, dia menarik nafas:
"Jika aku tahu mereka pergi ke mana, aku tidak akan bersikap seperti ini."
Dia melihat ke sekeliling kemudian menarik Yi-feng ke pinggir berkata dengan pelan-pelan:
"Jika Tuan adalah teman dari 2 tetua itu, Tuan pasti tahu mengapa ketua kami bisa meninggal"
Hal ini telah membuat murid-murid Zhong-nan-shan bersedih! Karena itu perkumpulan kami
mengadakan rapat untuk memilih ketua. Siapa saja yang menjadi murid Zhong-nan-shan, dengan
kemampuan ilmu silatnya mereka bisa merebut kedudukan sebagai ketua, tapi..."
Dia bercerita dengan terburu-buru, tiba-tiba dia berhenti bicara. Dari sudut matanya, Yi-feng
melihat ada 2 orang biksu sedang berjalan ke arah mereka. Dari kejauhan mereka sudah memberi
hormat lalu bertanya: "Rapat akbar sudah mulai, di dalam sangat ramai, mengapa Tuan masih belum masuk?"
Mereka berdiri di sisi Yi-feng dan tidak berniat untuk pergi.
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Biksu setengah baya itu tidak bicara lagi, wajahnya yang tadi terlihat serius sekarang penuh
dengan kekhawatiran. Yi-feng membawa Xiao Nan-pin masuk, dia tidak mengerti:
"Dari pembicaraan guru tadi, kematian ketua mereka sangat misterius, mengapa begitu ada
yang datang, pembicaraannya langsung berhenti" Aku salah karena tinggal di rumah Yao Qing-yu
selama beberapa hari. Walaupun hanya beberapa hari tapi aku tidak bisa bertemu dengan Tuan
Jian dan Sun-ming juga putrinya. Di sini telah terjadi banyak hal aneh yang aku sendiri tidak tahu
apa sebabnya." Diam-diam dia menyalahkan dirinya sendiri dia merasa cemas, kemanakah perginya Tuan Jian"
Sambil berpikir, dia berjalan masuk. Begitu me-lihat ke dalam, aula besar itu sudah penuh sesak
dengan tamu-tamu. Dia terpikir-kan sesuatu, diam-diam dia berputar masuk melalui sebuah pintu
kecil dan duduk di dekat dinding.
103 Orang-orang yang ada di dalam memperhatikan seorang pak tua yang sedang berdiri di depan,
tidak ada yang yang memperhatikan Yi-feng ketika dia masuk.
Pak tua itu berkata: "Sudah lama aku tidak berkelana di dunia persilatan, tidak disangka teman-teman belum
melupakanku Dia tertawa lagi: "Kalian memilihku untuk menjadi pembawa acara ini, aku merasa sangat berterima kasih. Rapat
ini bukan rapat biasa, mungkin tidak cukup hanya aku yang membawakan acara, lebih baik kita
pilih beberapa orang lagi, aku takut mataku tidak dapat melihat dengan jelas jurus-jurus dari
murid-murid Zhong-nan-pai."
Dia tertawa lagi, kelihatannya dia sangat berbangga hati menj adi pembawa acara.
Yi-feng tidak mengenali pak tua itu, tapi dia bisa menebak kalau pak tua ini dipilih oleh banyak
orang untuk membawakan acara dalam rapat akbar ini.
Setelah pak tua itu selesai bicara, orang-orang yang ada di ruangan itu segera ribut, mungkin
mereka sedang memilih 2 orang lainnya lagi.
Yi-feng melihat ruangan bagian kiri, kanan, dan tengah, di sana dipenuhi dengan para
pendekar, mereka mengobrol dengan suara kecil. Di sisi ruangan, berdiri biksu-biksu yang
mengenakan baju berwarna biru, mungkin mereka adalah murid-murid Zhong-nan-pai.
Tiba-tiba Xiao Nan-pin menarik lengan bajunya dan berbisik:
"Kakak Nan, bukankah pak tua itu adalah Ba-gua-shen-zhong Fan Chong-pin" Tidak di sangka
dia muncul di Zhong-nan-shan, apakah Kakak Nan mengenalnya?"
Yi-feng menggelengkah kepala:
"Aku tidak kenal dengannya, tapi aku tahu dia sangat terkenal."
Mata dia masih terus melihat para pendekar yang ada di aula itu. Walaupun suasana masih
ribut tapi belum ada seorang pun yang berhasil mereka pilih, mungkin mereka menganggap tidak
ada orang yang pantas membawakan acara.
Fan Chong Pin berdiri di depan meja sembahyang, dia tersenyum, sikapnya terlihat sangat
sombong. Pak tua itu sangat percaya diri, dan sangat menyukai ketenarannya, dia memang
mempunyai ilmu silat tinggi.
Tidak lama kemudian seseorang berdiri di antara kerumunan pendekar. Dia memberi hormat
dan berkata: "Aku ingin menunjuk seseorang, dia masih muda tapi berwibawa. Ilmu silatnya tinggi, cukup
bertanggung jawab." Dia menunjuk ke arah tiang batu yang ada di sisi kanan ruangan, kemudian berkata lagi:
"Aku menunjuk Mei-hua-jian, Pendekar Du yang berdiri di dekat tiang itu."
Dia tertawa terbahak-bahak. Semenjak Tie-ji-wen-hou Lu Nan-ren dikabarkan mati di luar kota
Bao-ding, di dunia persilatan tidak ada yang bisa menandingi ketampanan dan ilmu silat Pendekar
Du. Banyak yang setuju dengan usul orang itu. Xiao Nan-pin yang berdiri di sisi Yi-feng tertawa.
Mei-huan-jian Du Chang-qian dari E-mei adalah junior yang sangat terkenal. Dia, Yi-feng, dan Gu
Zi-ang sama-sama sangat terkenal.
Karena usia ketiga orang itu hampir sebaya begitu pula dengan ilmu silat mereka sama-sama
tinggi, sama-sama tampan dan luwes maka mereka selalu menjadi sosok terkenal.
Sekarang Yi-feng mendengar tiba-tiba ada yang menyebut namanya, dalam hati dia benarbenar
merasa sedih. Siapa pun tidak ada yang menyangka, laki-laki yang duduk di pojok, di
tempat gelap adalah Tie-ji-wen-hou Lu Nan-ren.
Para pendekar beramai-ramai memilih Mei-hua-jian, Du Chang-qin menjadi pembawa acara.
Mei-hua-jian Du Chang-qin memiliki sosok tinggi besar, wajahnya tampan, sebilah pedang terselip
di pinggangnya. "Aku masih muda, ilmu silatku pun rendah mana bisa menanggung beban begitu berat?"
Tapi mereka tidak peduli dan mereka sudah bersorak menyambutnya, akhirnya dia berdiri di sisi
Ba-gua-shen-zheng Fan Zhong-pin. Sikapnya sangat tenang.
Fan Zhong-pin tertawa: 104 "Baiklah, baiklah, di dunia persilatan banyak pesilat muda yang berbakat, aku benar-benar
senang." Dia berkata kepada Mei-hua-jian Du Chang-qin yang berdiri di sisinya:
"Dulu aku dan Guru Xue-yin adalah teman, sekarang Pendekar Du telah tumbuh dewasa,
benar-benar menjadi pemuda tampan dan luwes. Temanku ternyata mempunyai penerus hebat,
aku ikut merasa senang."
Begitu mendengar Fan Zhong-pin membicarakan tentang gurunya, Du Chang-qin segera
membungkukkan tubuhnya sambil mengucapkan terima kasih lalu memberi hormat.
Fan Zhong-pin berkata lagi:
"Kecuali aku yang sudah tua ini serta Pendekar Du yang masih muda, kita akan memilih
kembali satu orang."
Di antara pendekar-pendekar segera ada yang berdiri dan berkata:
"Aku ingin memilih seorang tetua dengan wibawa tinggi, beliau seorang pahlawan tua yang
saat ini sedang duduk di bawah pohon, beliau bernama Wan-sheng-dao, Huang Zheng-gua (Golok
menang sepuluh ribu). Pak Tua Huang di daerah Zhe-jiang, telah mengajar banyak murid. Beliau
seorang yang bertanggung jawab, aku kira beliau sangat pantas menjadi pembawa acara."
Wan-sheng-dao sudah tua, dia sudah ingin keluar sejak tadi, tapi karena namanya belum
disebut dia tidak berani keluar.
"Pak tua ini tidak tahu diri, belum lagi ada sambutan baik dari pendekar lainnya, dia sudah
keluar." Tiba-tiba di antara para pendekar ada yang tertawa dingin, seseorang segera muncul:
"Namaku adalah Qian-yi, orang yang ingin ku perkenalkan adalah diriku sendiri!"
Begitu orang itu keluar dan berkata seperti itu, membuat pendekar-pendekar di sana menjadi
ribut, apalagi orang itu masih terlihat muda tapi sikapnya sangat sombong, tidak menganggap
pendapat orang lain. Orang yang memperkenalkan Wan-sheng-dao segera keluar, dia keluar sambil menunjuk
pemuda itu lalu bertanya:
"Siapa Anda" Aku sering berkelana di dunia persilatan tapi belum pernah melihat orang seperti
kau. Kau anggap dirimu itu siapa" hormatilah Pendekar Huang!"
Pemuda yang bernama Qian-yi itu tetap berdiri di tempatnya. Dia tidak mempedulikan orang
yang protes itu, dia tetap dengan dingin berkata:
"Orang-orang yang kalian tunjuk seharusnya mempunyai ilmu silat tinggi, mata harus jeli baru
bisa menjadi seorang wasit yang adil. memang aku tidak bisa memenuhi semua persyaratan tapi
walau bagaimanapun aku lebih baik dibandingkan pak tua yang sudah terlihat payah ini, maka aku
memberanikan diri memperkenalkan diriku."
Dia selesai bicara, para pendekar di ruangan itu ribut lagi. Hal ini membuatnya marah, nafasnya
terengah-engah, dia berkata:
"Baiklah, baiklah, aku hanya seorang pak tua yang tidak berguna tapi aku ingin mencoba ilmu
silat seperti apa yang kau miliki. Bocah tengik tidak tahu diri, berani-beraninya di depan banyak
pendekar menyombongkan diri. Kita tarung sekarang."
Dia membuka baju panjangnya, lengan bajunya digulung, dia bersiap-siap bertarung dengan
pemuda itu. - 0-0-0 Bersambung jilid 2.... 105 JILID KE DUA BAB 36 Tamu dari kota Qing-hai Qian-yi melihatnya sebentar, Tapi dia tidak menganggapnya. Kesombongannya membuat
pendekar-pendekar menjadi ramai membicarakannya.
Wajah Huang Zhen-guo memucat, dia menyerang dari belakang. Orang yang bernama Qian-yi
itu sama sekali tidak bernama di dunia persilatan, dia tidak bergerak. Pukulan Huan Zhen-guo
tepat mengenai tubuhnya. Para pendekar melihat kepalan Wan-sheng-dao mengenai tubuh pemuda itu, tapi baru saja
kepalannya mengenai baju orang itu, Huang Zhen-guo malah seperti kesurupan, dia melayang di
udara kemudian terjatuh ke bawah.
Pendekar-pendekar di sana menjadi ramai.
Ada yang berteriak: "Jurus 'Zhan-yi-shi-ba-shi' (Baju rendam 18 jurus)!!"
Ternyata pemuda tidak bernama ini menggunakan jurus 'Zhan-yi-shi-ba-shi'. Jurus ini adalah
ilmu silat tingkat tinggi, pendekar-pendekar di sana merasa aneh.
Yi-feng diam-diam mengagumi ilmu silat pemuda itu. Dia merasa aneh:
"Mengapa pemuda ini belum pernah terdengar sekalipun muncul di dunia persilatan?"
Wajah Ba-gua-shen-zhang tampak berubah, pelan-pelan dia melihat pemuda itu dan berkata:
"Sahabat yang masih muda ini ternyata mempunyai ilmu silat begitu tinggi, siapa gurumu"
Apakah beliau adalah Guru Wu-dang?"
Qian-yi tersenyum tapi senyumnya masih terlihat penuh dengan kesombongan, dia menjawab:
"Aku datang dari Qing-hai, guruku pernah menyebutkan nama Tetua Fan. Aku kira Pendekar
Fan tentu masih ingat guruku?"
Wajah Ba-gua-shen-zhang berubah, dia segera memberi hormat:
"Ternyata Pendekar Muda Qian datang dari gunung Bu-ke-ma-yin, gurumu adalah orang yang
berilmu tinggi. Dulu aku pernah bertemu dengannya. Sekarang Pendekar Muda Qian mulai
berkelana di dunia persilatan, ini sangat baik, baik sekali!"
Pendekar-pendekar di sana terkejut melihat ilmu silat pemuda itu, sekarang melihat Ba-guashen-
zhang yang selalu menyombong-kan diri pun begitu menaruh hormat kepada pemuda itu,
mereka jadi bertanya-tanya.
Pemuda yang bernama Qian-yi itu tersenyum, dengan sombong dia berkata:
"Tetua Fan, apakah aku akan terlihat memalukan jika menjadi wasit pertarungan ini?"
106 Segera Ba-gua-shen-zhang tertawa:
"Pendekar Qian adalah murid kesayangan salah satu tetua dunia persilatan, nama tetua ini
adalah 'Pak Tua Tanpa Nama', kalian yang sering berkelana di dunia persilatan pasti pernah
mendengar nama 'Pak tua tanpa nama' dari Qing-hai!"
Begitu mendengar nama 'Pak Tua Tanpa Nama', para pendekar di sana menjadi ramai lagi.
Wan-sheng-dao Huang Zhen-guo, ketika mendengar 4 kata ini, segera melarikan diri dari pintu
pinggir. Ketika mendengar nama ini, Yi-feng ikut terkejut, dia terus melihat pemuda yang bernama
Qian-yi ini. Ternyata kabar dunia persilatan yang menyebar bahwa di Qing-hai tepatnya di Gunung Bu-kema-
yin tinggal seseorang berilmu silat tinggi. Selama puluhan tahun orang dunia persilatan
mengetahui tentang keberadaan orang aneh ini, ilmunya sudah sangat sakti, tapi tidak seorang
pun yang pernah bertemu dengan orang ini. Semua orang hanya tahu dia disebut 'Pak Tua Tanpa
Nama'. Qian-yi adalah murid orang aneh ini, maka Ba-gua-shen-zhang pun sangat menghormatinya.
Qian-yi berdiri dengan sombong melihat ke sekeliling ruangan. Ba-gua-shen-zhang berjalan ke
meja sembahyang, memberi hormat kepada biksu Zhong-nan-pai yang ada di belakang meja
sembahyang. "Sekarang para pendekar telah memilih 3 orang untuk menjadi wasit pertarungan, pertarungan
bisa segera dimulai."
Yi-feng melihat biksu setengah baya itu sedang bicara dengan 2 biksu lainnya dengan suara
kecil. Umur kedua biksu itu sudah tua, sambil mendengar perkataan biksu itu, mata mereka
mencari-cari. Yi-feng berpikir, 'Apakah mereka sedang mencariku"'
Salah satu biksu berambut putih berjalan ke arahnya, dia menyapa semua orang kemudian
berkata: "Ketua perkumpulan kami yaitu Biksu Miao-ling karena sakit lalu meninggal. Karena beliau
meninggal secara tiba-tiba maka kedudukan ketua ini tidak sempat diwariskan olehnya kepada
yang berhak menyandang gelar ketua. Maksud kami adalah di antara ratusan murid Zhong-nan-pai
yang berilmu silat tinggi bertarung untuk memperoleh kedudukan ketua Zhong-nan-pai generasi
keenam. Kami berharap para pendekar akan mendukung kami."
"3 orang yang telah kalian pilih adalah orang-orang ternama dari dunia persilatan. Mereka akan
menjadi saksi dalam rapat ini. aku mewakili semua murid Zhong-nan-pai berterima kasih kepada
kalian." Kedua alisnya berkerut, wajahnya sedih dan khawatir, dia berkata:
"Di antara murid-murid Zhong-nan-pai, yang kuketahui yang ikut pemilihan ketua hanya ada 7
orang. Ketujuh orang ini adalah orang-orang terkuat tapi aku berharap orang-orang ini bisa
menjadi penanggung jawab yang handal. Sekarang aku persilakan ketujuh murid Zhong-nan-pai
ini keluar dan memberi salam kepada para pendekar."
Tiba-tiba Ba-gua-shen-zhang tertawa:
"Biksu Miao-fa, apakah Anda tidak berniat mengikuti pemilihan ini?"
Biksu berambut putih itu tertawa:
"Aku sudah tua, tulang dan ototku sudah mengendur, mana bisa aku seperti Tuan Fan yang
begitu bersemangat?"
Fan Chong-pin tertawa: "Aku tahu kalau Guru seperti seekor burung bangau, sangat bebas! Kalau begitu, kita
persilakan saja ketujuh guru ini untuk keluar. Aku yakin semua orang di sini pasti ingin melihat
calon ketua Zhong-nan-pai yang baru."
Pendekar-pendekar setuju dengan usul Fan Chong-pin.
Guru Miao-fa tersenyum, dia berputar ke belakang. Ketujuh biksu Zhong-nan-pai yang
mengenakan baju biru keluar. Ketujuh orang ini ada yang kurus, tinggi, pendek, tua, muda, tidak
ada yang sama, persamaan mereka adalah sama-sama terlihat bersemangat, langkah mereka pun
mantap. Mata mereka bersinar, mereka terlihat seperti pesilat tangguh.
107 Setelah ketujuh biksu itu keluar, telapak tangan mereka tampak menempel menjadi satu,
mereka memberi hormat. Para pendekar berdiri, balas memberi hormat kepada ketujuh biksu itu.
Yang perlu diketahui di antara ketujuh biksu itu, salah satunya akan menjadi ketua Zhong-nanpai
generasi berikutnya. Karena itu pula para pendekar di sana tidak ada yang berani bersikap
kurang ajar. Yi-feng masih berdiri di belakang, dia terus memperhatikan ketujuh biksu itu. Dia mempunyai
firasat tidak enak, rapat akbar ini diadakan pasti ada alasan tertentu. Hanya saja apa alasannya
masih belum terlihat jelas.
Aula itu sangat luas, kecuali di sana tampak para pendekar yang duduk mengelilingi aula, di
tengah ada ruang kosong dengan luas 10 m. Sekarang tampak seorang biksu dengan usia sekitar
30 tahun berdiri di tengah aula, kedua tanganya dikatupkan, lalu memberi hormat. Dia berlutut
dan memberi hormat kepada para leluhur.
"Murid generasi keenam dari Zhong-nan-pai, Xuan-hua, berharap paman guru dan kakak
seperguruan mau memberikan petunjuk."
Kemudian dia pun memasang kuda-kuda, baju biksu panjangnya diselipkan ke tali pinggangnya.
Kedua matanya terbuka dengan lebar, sepertinya ilmu silatnya cukup tinggi.
Setelah Xuan-hua berdiri, para tamu langsung mengetahui ilmu silatnya paling sedikit telah
berusia 20 tahun. Diam-diam banyak yang berpikir, 'Murid-murid Zhong-nan-pai ternyata ada juga
yang berilmu silat tinggi.'
Salah satu biksu berdiri dan berjalan keluar, dia memberi hormat kepada para tamu dan juga
kepada patung dewa. Kemudian dia menyelipkan baju biksunya ke tali pinggang, dia memberi
hormat kepada Xuan-hua, dan kedua tangannya dikatupkan menjadi satu.
"Xuan-ji berharap kakak seperguruan sudi memberikan petunjuk."
Dia berdiri dengan diam, dengan penuh konsentrasi dia siap menghadapi Xuan-hua.
Biksu Xuan-hua membentak, kemudian tangan kirinya dilayangkan, tangan kanannya menepis,
kakinya maju dia bergerak mendekati Xuan-ji. Tiba-tiba kedua tangannya terjulur keluar dan
menyerang, yang satu ke arah wajah, sedangkan yang satu lagi ke perut bagian bawah.
Kaki Xuan-ji bergeser, tubuhnya berputar membentuk lingkaran, kemudian tangan kanannya
menyerang. Dalam ruangan dengan luas 10 m, tampak dipenuhi dengan bayangan telapak tangan, tubuh
mereka bergerak secepat kilat. Ilmu yang mereka pakai adalah ilmu dari perkumpulan mereka.
Selain terlihat ringan tapi kemantapannya tidak hilang. Dalam kemantapannya terasa seperti awan
yang berjalan dihembus angin atau seperti air yang mengalir. Setiap jurus terus bersambung dan
selalu berubah. Saat jurus telapak tangan digunakan, para pemdekar baru mengetahui ternyata ilmu telapak
tangan Zhong-nan-pai begitu sempurna dan bagus.
Sewaktu para pendekar sedang asyik menyaksikan semua jurus kedua biksu itu, tiba-tiba
bayangan mereka terpisah, Biksu Xuan-ji telah berdiri di tempat jauh dan berkata:
"Jurus kakak seperguruan sangat bagus, aku mengaku kalah!"
Dia mengatupkan kedua tangannya, lalu dengan pelan kembali ke tempatnya.
Ba-gua-shen-zhang tertawa tergelak-gelak: "Ini adalah pertarungan antara pesilat tangguh, dan
ini yang baru disebut sebagai orang yang berilmu silat tinggi!"
Dia melihat ke sekeliling, sambil tertawa dia berkata lagi:
"Tadi Guru Xuan-ji hanya kalah 1/2 jurus, tapi dia sudah mengaku kalah, ini sikap yang sangat
baik, harap semua bisa belajar dengan semangat Guru Xuan-ji ini!"
Kemudian dia mengacungkan ibu jarinya, dan tertawa, para pendekar sangat kagum, ada
sebagian tamu yang belum melihat jelas apa yang dilakukan Biksu Xuan-ji, tapi semua ikut
mengacungkan ibu jarinya.
Yang perlu kita ketahui, ini adalah pertarungan untuk mendapatkan posisi sebagai seorang
ketua, tapi Biksu Xuan-ji menganggap menang atau kalah adalah hal biasa, kebesaran hatinya
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
begitu luas, tidak semua orang bisa melakukannya.
Tidak lama kemudian, ada dua orang biksu yang kalah lagi. Dia tetap berdiri di tengah aula,
dan dia adalah Biksu Xuan-hua. Dalam dua kali pertarungan sejak awal mereka bertarung hingga
108 batas yang ditentukan, yang kalah dengan rela hati mundur dari arena, tidak ada yang mencari
gara-gara. Yi-feng diam-diam memuji tindakan murid-murid Zhong-nan-pai. Dia pun kagum kepada Biksu
Xuan-hua yang dalam tiga kali pertarungan masih tampak tenang dan berdiri dengan santai.
Tiba-tiba Mei-hua-jian, Du Chang-qin mendekati Fan Chong-pin lalu bicara dengan pelan.
Terlihat Fan Chong-pin mengangguk-angguk seperti setuju dengan perkataan Du Chang-qin.
0oo0 BAB 37 Bersaing menjadi ketua Dari balik tubuh ketiga biksu itu, muncul seorang biksu berjanggut panjang, dia adalah adik
seperguruan Biksu Miao-ling. Dia berada satu generasi di atas Xuan-hua, maka pada saat biksu ini
keluar, Xuan-hua segera memberi hormat:
"Apakah Paman Guru Kelima akan memberikan petunjuk?"
Biksu itu adalah salah satu murid dari ketua Zhong-nan-pai, yaitu Yu Zhen-ren, yang bernama
Miao-yuan, sekarang dia terlihat tersenyum dan berkata:
"Kita akan bertarung, kau tidak boleh dengan sengaja mengalah padaku, kalau tidak
pertarungan ini akan kehilangan artinya, yaitu perebutan posisi menjadi ketua Zhong-nan-pai."
Dengan hormat Xuan-hua berkata: "Aku akan menuruti apa yang Paman Guru katakan."
Dia berdiri dan siap menyerang, tiba-tiba Ba-gua-shen-zhang datang menghalangi mereka dan
berkata: "Guru, tunggu sebentar! Maksud Pendekar Muda Du tadi, Guru Xuan-hua telah bertarung 3 kali,
dia harus beristirahat dulu, sekarang tiga biksu bertarung dulu, yang menang akan bertarung
kembali dengan Guru Xuan-hua. Apakah kalian setuju dengan usul ini?"
Xuan-hua mundur dari sana.
Miao-yuan menjawab: "Silahkan guru Fan yang mengambil keputusan."
Dalam dua pertarungan kali ini, Biksu Miao-yuan yang menang, kemudian ada Biksu Miao-tong
yang bertarung dengan Biksu Miao-yuan. Tapi dalam beberapa jurus Biksu Miao-tong kalah dari
Biksu Miao-yuan. Para pendekar melihat beberapa orang pesilat tangguh Zhong-nan-pai bertarung untuk
merebut posisi sebagai ketua, mereka terlihat seperti sedang latihan biasa. Sama sekali tidak
terjadi hal berbahaya atau menegangkan. Mereka memuji kebesaran hati murid-murid Zhong-nanpai
yang berlapang dada luas. Tapi mereka juga menyayangkan dalam rapat akbar kali ini tidak
ada tontonan yang menegangkan.
Para pendekar datang dari berbagai tempat jauh. Mereka mempunyai perangai buruk manusia.
Mereka berharap akan terjadi pertarungan berdarah, tapi dari kelima pertarungan yang telah
berlalu, ternyata hanya begitu saja, maka para tamu pun merasa agak kecewa.
Sekarang sisa pertarungan yang ada yaitu pertarungan antara Miao-yuan dan Xuan-hua. Maka
perhatian para pendekar pun tertuju pada mereka berdua. Siapa pun yang menang, dia akan
menjadi ketua Zhong-nan-pai, ini adalah hal penting bagi dunia persilatan.
Ba-gua-shen-zhang tertawa: "Harap kedua guru beristirahat terlebih dulu, setelah itu kembali
bertarung untuk merebut posisi sebagai ketua. Aku masih mempunyai kesempatan menyaksikan
pertarungan antar pesilat tangguh."
Dia membalikkan kepalanya melihat Du Chang-qin dan Qian-yi:
"Apakah kalian pun mempunyai perasaan seperti itu?"
Qian-yi tampak sedang bersandar di sebuah kursi, sejak tadi dia tidak bergerak, sekarang dia
terlihat mengangguk, seperti ada yang ingin dia katakan.
Tiba-tiba Biksu Miao-fa mendekat dan berkata:
"Adik seperguruan Miao-yuan dan keponakan Xuan-hua, lebih baik bertarung sekarang! Yang
menang di hadapan pada pendekar dan patung para dewa akan disumpah menjadi ketua Zhongnan-
pai yang baru, kita tidak butuh upacara lainnya lagi!"
109 Kedua alis Fan Chong-pin berkerut, diam-diam dia merasa aneh, mengapa Biksu Miao-fa yang
biasanya sangat teliti, sekarang begitu terburu-buru" Sebenarnya ini adalah masalah penting,
mengapa beristirahat pun tidak diperbolehkan"
Yi-feng yang masih berdiri di sisi, melihat wajah Miao-fa yang penuh dengan kekhawatiran. Dia
selalu memandang keluar pintu, dia seperti takut pada sesuatu. Takut kalau tiba-tiba seseorang
datang dan mengacaukan keadaan di sana. Maka dia ingin Miao-yuan dan Xuan-hua segera
bertarung untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Xiao Nan-pin tidak peduli dengan semua yang terjadi di sana, dia hanya menyandar dengan
bahagia di sisi Yi-feng. Karena tempat di sana sangat terbatas, semua pendekar terlihat
berdesakan, maka Xiao Nan-pin hampir bersandar ke tubuh Yi-feng. Hal ini tidak terlihat aneh
dalam pandangan orang-orang!
Ruangan itu hening, karena semua sedang berkonsentrasi melihat kedua pesilat tangguh
Zhong-nan-pai yang akan bertarung.
Miao-yuan dan Xuan-h.ua sedang memusatkan pikiran, para biksu Zhong-nan-pai sebelum
bertarung biasanya selalu diam dan mengumpulkan tenaga terlebih dulu. Mereka tidak berani
bertindak ceroboh, tapi pada saat ada yang menang atau kalah, ada salah satu yang segera
mundur, ini adalah sikap yang sangat baik.
Saat semua orang sedang diam dan suasana sangat hening, sampai nafas para tamu pun
terdengar, tiba-tiba para pendekar yang berada di tengah aula, mengeluarkan suara ricuh, mereka
bergeser ke pinggir. Wajah Biksu Miao-fa berubah, Yi-feng pun terkejut. Tebakannya tepat, rapat akbar ini tidak
akan berlalu dengan tenang.
Ba-gua-shen-zhang dan Mei-hua-jian terkejut, dari luar terlihat ada sekelompok biksu berbaju
biru masuk ke dalam aula.
Para pendekar di sana tidak tahu apa yang terjadi. Yang berjalan di baris terdepan adalah
seorang biksu. Tubuhnya kurus kering, pedang panjangnya terselip di punggungnya. Panjang
pedang itu hampir mengenai tanah. Tapi dia tetap berjalan dengan mantap. Sorot matanya tajam,
begitu melihatnya langsung dapat diketahui kalau dia seorang pesilat tangguh.
Sekelompok biksu itu berjumlah 10 orang lebih, masing-masing membawa pedang yang terselip
di punggung mereka. Yang menjadi perhatian Yi-feng adalah baju biksu yang mereka kenakan.
Semua terlihat masih baru, hal ini membuat Yi-feng teringat kembali pada biksu muda yang
mereka temui di kaki gunung.
Biksu kurus kering itu dengan mata elangnya melihat ke sekelilng, kemudian dia tertawa:
"Kakak seperguruan Miao-fa, kau tidak boleh bertindak seperti itu! Aku telah memerintahkan
muridku datang melapor kepada Kakak kalau adikmu yang tidak berguna ini akan datang untuk
meramaikan rapat akbar ini, mengapa Kakak malah membuka rapat ini tanpa menungguku"
Apakah setelah 10 tahun lebih kita tidak bertemu, Kakak telah melupakan adikmu yang tidak
berguna ini?" Kemudian dia melihat para pendekar sambil tertawa dia berkata lagi:
"Aku adalah Biksu Miao-yu, aku adalah salah satu murid Zhong-nan-pai. Kalian telah datang
dari jauh, maka aku memerintahkan para muridku supaya di setiap belokan menyiapkan air teh
untuk para pendekar, kalau kakakku kurang bisa melayani kalian dengan baik, aku yang akan
meminta maaf di sini!"
Begitu perkataannya keluar, membuat para pendekar di sana terpaku karena tiba-tiba saja
muncul orang ini. Yi-feng mengerti dan berpikir, 'Ternyata orang-orang yang menyedikan air minum tadi adalah
murid-murid Biksu Miao-yu. Kalau Biksu Miao-yu adalah murid Zhong-nan-pai, mengapa Biksu
Miao-fa berundak seperti ini?"
Biksu-biksu yang ada di kaki gunung, bersikap seperti biksu yang tadi ditemui Yi-feng di depan
pintu kuil tadi, seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi begitu ada yang datang dia tidak
mengatakannya lebih lanjut. Sekarang kelakuan mereka satu per satu melintas di benak Yi-feng.
Yi-feng tahu kali ini kedatangan Biksu Miao-yu pasti mengandung maksud tertentu. Apa
maksudnya belum terlihat jelas, dia harus menunggu tindakan Biksu Miao-yu selanjutnya.
Para pendekar saling pandang, pikiran mereka sama dengan Yi-feng.
110 Biksu Miao-fa terlihat melotot kepada Biksu Miao-yu, dengan dingin dia berkata:
"Miao-fa tidak berguna, aku tidak berani mengaku sebagai kakak seperguruan Tuan, guru
sudah meninggal, kalau beliau tahu, beliau tidak akan mau mengakui Tuan sebagai muridnya..."
Miao-yu tertawa dingin: "Apa yang Kakak katakan" Walaupun aku telah meninggalkan Zhong-nan-shan selama 10 tahun
lebih, tapi dalam hati aku selalu teringat pada perkumpulan kita ini. Walaupun aku jauh dari
perkumpulan tapi aku tidak pernah merasa terusir dari perguruan kita, apakah hari ini Kakak akan
mengusirku dari perguruan?"
Dengan wajah seram dia berkata lagi: "Sewaktu guru masih hidup pun beliau tidak pernah
mengusirku, karena itu aku tetap murid Zhong-nan-pai. Kalau Kakak tidak suka padaku, tidak
boleh ada balas dendam pribadi. Dan Kakak tidak bisa mengatakan kalau aku bukan murid Zhongnan-
pai lagi!" Wajah Miao-fa tampak lebih marah lagi. Miao-yuan berjalan mendekati Miao-yu dan memberi
hormat. Miao-yu tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha! Baiklah, adik kelima, kau tidak lupa kalau aku
masih kakak seperguruanmu."
Miao-yuan tertawa dan menjawab: "Kami tidak pernah lupa kakak seperguruan, tapi Kakaklah
yang melupakan kami."
Miao-yuan melotot dan membentak: "Aku ingin bertanya pada Kakak, kalau Kakak belum
melupakan perguruan kita, mengapa sewaktu guru meninggal, Kakak tidak datang" Duo-shouzhen-
ren (Biksu tangan banyak) Xie Yuxian terkenal di mana-mana, tapi tidak ada yang tahu
kalau Duo-shou-zhen-ren adalah murid Zhong-nan-pai" Mengapa saat diadakan pemilihan ketua
baru, Kakak baru ingat kalau Kakak adalah murid Zhong-nan-pai" Apakah posisi sebagai ketua
begitu menarik perhatian Kakak?"
Dengan suara lebih keras dia berkata lagi: "Dulu kita kakak beradik berjumlah 6 orang, guru
bersikap paling baik kepada Kakak. Tapi kau tidak menjaga nama baik perguruan, kau mem-buat
kejahatan di dunia persilatan. Walaupun begitu saat guru meninggal, beliau masih saja terus
mengkhawatirkanmu dan tidak berniat mengusirmu keluar dari perguruan. Kakak, kalau kau masih
mempunyai hati nurani, kau harus mengubah sikapmu dan kembalilah ke perguruan kita, tapi
kau... kau malah masuk ke...."
Biksu Miao-yu dengan sikap dingin mendengarkan semuanya, tiba-tiba dia membentak:
"Miao-yuan, jika kau masih terus banyak bicara, di depan banyak pendekar aku akan
menghajarmu. Dasar tidak tahu sopan santun kepada kakak seperguruan sendiri!"
Miao-yuan hanya tertawa dingin:
"Di dunia persilatan, siapa yang tidak kenal dengan Duo-shou-zheng-ren" Aku mengatakannya
atau tidak sepertinya akan sama, hanya saja kata-kata ini menjadi beban di hati, kalau tidak
dibicarakan, hatiku tidak enak!"
Para pendekar baru tahu ternyata biksu tua yang kurus dan kering ini adalah siluman paling
jahat di daerah Si-chuan dan Yun-nan yang berjuluk .. .Duo-shou-zheng-ren.
Mereka lebih-lebih tidak menyangka kalau Duo-shou-zheng-ren Xie Yu-xian adalah murid
Zhong-nan-pai. Hubungan tidak baik antara Biksu Miao-yu dan Zhong-nan-pai baru diketahui para pendekar di
sana, dan dari kata-kata yang terucap oleh Biksu Miao-yuan masih dibahas oleh mereka.
Tapi mereka hanya bicara dengan suara kecil, tidak ada seorang pun yang berani bicara dengan
suara keras. Biksu Miao-fa membentak: "Apalagi kau telah menjadi anggota Tian-zheng-jiao, kau tidak punya hak kembali ke sini dan
merebut posisi sebagai ketua, apakah kau mengira kelakuanmu di luar sana tidak adayang tahu?"
Begitu kata-kata ini keluar membuat Yi-feng bertambah terkejut. Duo-shou-zheng-ren ternyata
masuk menjadi anggota Tian-zheng-jiao. Sekarang dia kembali untuk merebut posisi sebagai
ketua, apa keinginan dia sebenarnya" Semua orang pasti penasaran.
Sepertinya tujuan Tian-zheng-jiao selain ingin menguasai dunia persilatan mereka masih berniat
menguasai semua perkumpulan. Kalau Zhong-nan-pai berhasil mereka kuasai, entah bagaimana
nasib perkumpulan lainnya.
111 Yi-feng beberapa kali ingin keluar dan melabrak Miao-yu, tapi Ba-gua-shen-zhang sudah bicara
dengan keras: "Sesuai dengan aturan yang berlaku, Guru Miao-yu belum dikeluarkan dari perkumpulan Zhongnan-
pai, maka dia tetap menjadi murid Zhong-nan-pai, tapi kalau Guru Miao-yu telah masuk
menjadi anggota Tian-zheng-jiao, aku rasa itu agak sulit...."
Tiba-tiba Biksu Miao-yu tertawa terbahak-bahak, suara tawanya menggetarkan sekeliling aula,
membuat debu yang ada di atas langit-langit tampak berjatuhan.
Para pendekar saling pandang, tawa Miao-yu telah berhenti tapi gemanya terus terdengar.
Biksu Miao-yu membuka matanya yang besar dan berkata:
"Siapa yang mengatakan kalau murid Zhong-nan-pai tidak boleh menjadi anggota Tian-zhengjiao"
Dan siapa yang mengatakan murid Tian-zheng-jiao tidak boleh menjadi murid Zhong-nanpai"
Aku, Miao-yu, walaupun sudah masuk menjadi anggota Tian-zheng-jiao tapi tetap menjadi
murid Zhong-nan-pai, mengapa aku tidak boleh ikut pemilihan ketua?"
Dengan sombong dia melihat ke sekeliling dan tertawa dingin:
"Semua murid Zhong-nan-pai dengarkan kata-kataku dengan jelas, bukan hanya aku, Miao-yu
yang kembali ke Zhong-nan-pai, dari Chang-jiang dan dari kedua sungai, semua pesilat pedang
terkenal masuk perkumpulanku...Zhong-nan-pai."
Dia menunjuk 10 orang lebih biksu berbaju biru yang tadi mengikutinya masuk, lalu dia berkata
lagi: "Tiga bersaudara Lao-shan, Pendekar Hu, dua bersaudara Nan-gong-shuang-jian, Yan-shansan-
jian, Tai-hu-yi-jian. Apakah kalian pernah mendengar nama besar mereka?"
Dia tertawa terbahak-bahak dan berkata lagi:
"Sekarang semua pesilat pedang terkenal telah masuk Zhong-nan-pai, maka Zhong-nan-pai
akan berjaya di dunia persilatan. Guru yang ada di alam sana pasti akan tersenyum karena senang
dan bangga." Dia tertawa sombong. Dia terus menyebutkan nama-nama orang terkenal, maksudnya tidak lain adalah
menyombongkan diri. Para pendekar yang ada di sana tahu apa maksud dari Miao-yu, tapi mereka tidak berani
melawannya. Walaupun dalam hati para pendekar itu marah, tapi tidak ada yang berani bersebrangan
pendapat dengan Tian-zheng-jiao, begitu pula dengan para pesilat pedangyang terkenal itu.
Karena itu semua orang duduk tidak bergerak dan tidak ada seorang pun yang berani bersuara.
Wajah Ba-gua-shen-zhang terlihat tidak suka, sewaktu dia mengerutkan alisnya akan
0-0-0 BAB 38 Lonceng berdentang 10 kali
Tiba-tiba Biksu Miao-yuan yang berdiri di sisi berkata dengan suara besar:
"Jika kau bisa menang dariku, kau boleh merebut posisi sebagai ketua Zhong-nan-pai."
Angin yang dihasilkan dari telapak menyerang ke dada Biksu Miao-yu.
Miao-yu tertawa dingin: "Baiklah, biar kakak melihat kemampuanmu, aku ingin tahu apakah selama beberapa tahun ini
ilmu silatmu mengalami kemajuan?"
Dia bergerak, serangan telapak tangan Biksu Miao-yuan begitu cepat tapi tidak mengenai
sasaran, telapak tangan kanannya ditarik, lalu diputar dan menepis. Jari tangan kirinya diarah-kan
ke bawah siap menotok dada Biksu Miao-yu.
Diiringi tawa Miao-yu, dia menggeser kakinya dan berkata:
"Biar kakak mengalah dulu kepadamu tiga jurus!"
Kedua tangan Miao-yuan menyerang tapi tidak mengenai sasaran lagi, dia menarik kembali
tangannya, kemudian dengan jurus 'Pai Shan Zhang' dia menyerang Miao-yu.
112 Serangan kali ini dilakukan dengan sepenuh tenaga, angin telapak terasa besar, membuat baju
Miao-yu sedikit terangkat. Kali ini kita bisa melihat bagaimana kuatnya ilmu silat yang dimiliki Duoshou-
zheng-ren. Dia bersalto ke belakang, tubuhnya yang kurus kering dengan lurus direbahkan ke bawah, lalu
dengan cara Tie-ban-qiao' (Jembatan papan besi) dengan posisi sangat berbahaya berusaha
menghindari serangan Miao-yuan.
Ilmu Tie-ban-qiao bila dipakai saat pesilat tangguh bertarung, kecuali dilakukan dalam keadaan
terpaksa, biasanya jarang dipergunakan. Karena begitu tubuh bersalto, bagian atas, tengah, dan
bawah akan terlihat ada celah. Artinya itu memberikan kesempatan kepada lawan untuk
menyerang. Bila lawan menyerang dari atas, maka lawan akan mendapat kesempatan untuk
memukul. Dengan mudah Miao-yu menggunakan jurus ini, membuat para pendekar terkejut. Tapi Miao-yu
telah menarik kembali tenaga serangannya, kedua telapaknya menepis ke bawah.
Dalam keadaan seperti itu, dia masih sempat memutar tumitnya, tubuhnya yang telah berada
di bawah telah berganti posisi. Kedua telapak Miao-yuan tidak mengenai sasaran lagi. Sewaktu
tenaga Miao-yuan sudah habis, dan tenaganya belum pulih, tubuh Miao-yu telah terangkat,
telapaknya terangkat dengan posisi miring, dia menyerang ke ketiak kiri Miao-yuan.
Tubuh Miao-yuan bergoyang tapi tidak sampai ambruk, ternyata serangan tadi Miao-yu hanya
menggunakan 50% tenaganya, dia menatap Miao-yuan dan tertawa dingin:
"Adik, kau masih harus belajar beberapa tahun lagi."
Nadanya penuh dengan penghinaan. Tiga kali serangan Miao-yuan tidak mengenai sasaran.
Sekarang sekali Miao-yu memukulnya langsung mengenainya dengan telak. Dia terpaku tidak
mampu bicara. Para pendekar terkejut, mereka melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana hebat-nya ilmu
silat Miao-yuan tadi, tapi sekali Miao-yu menyerangnya, langsung membuat Biksu Miao-yuan kalah.
Mereka terpaku melihat ilmu silat Miao-yu.
Dengan wajah pucat Biksu Miao-fa menghampiri mereka, dengan pelan dia mendorong Biksu
Miao-yuan: "Adik kelima, kau istirahat saja dulu!"
Kemudian kedua matanya terbuka lebar, dia memelototi Miao-yu dan membentak:
"Ternyata selama beberapa tahun ini ilmu silatmu telah maju pesat, walaupun ilmu silatmu
tinggi, tapi kami murid-murid Zhong-nan-pai tidak akan mau mengakui orang yang telah
berkhianat sebagai ketua."
Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Miao-yu tertawa terbahak-bahak.
Tiba-tiba ada yang suara tawa yang lebih besar lagi, terdengar dari depan meja sembahyang.
Para pendekar harus menutup telinga dan terus mencari-cari sumber suara itu, ternyata yang
tertawa adalah tamu dari Qing-hai...Qian-yi. Dia melangkah keluar sambil terus tertawa. Sambil
tertawa matanya yang bersorot tajam melihat sekeliling, kemudian tawa itu berubah menjadi tawa
dingin, dia melihat Miao-fa dan dengan pelan berkata:
"Aku benar-benar tidak mengerti, kali ini kalian memilih ketua dan banyak pendekar yang sudah
datang, aku kira ini hanya sekedar demi 'keadilan', Biksu Miao-yu adalah murid Zhong-nan-pai,
mengapa Tuan di depan para pendekar, mungkir atas kata-kata kalian sendiri, bukankah hal ini
lucu?" dia tertawa dengan dingin dan seram.
Biksu Miao-fa membentak: "Ini adalah urusan perkumpulan kami, biar kami sendiri yang membereskannya, kami tidak
butuh bantuan Tuan untuk membereskannya."
Walaupun sedang marah, tapi biksu yang biasanya terlihat kalem ini, ternyata masih bisa
menahan diri. Qian-yi tertawa lagi: "Semua hal yang terjadi di dunia ini, wajib diurus, hal yang terjadi di Zhong-nan-pai, kalau tidak
menginginkan orang luar membereskannya, mengapa membiarkan para pendekar yang telah
datang dari jauh harus turut membereskannya" Apakah kami harus mendengar aturan Tuan?"
Biksu Miao-fa memang tidak pandai bicara, kata-kata Qian-yi membuatnya marah hanya
mampu ditelannya. 113 Miao-yu memberi hormat kepada Qian-yi dan tertawa:
"Tuan telah membela keadilan dunia persilatan, aku ucapkan banyak terima kasih!"
Kemudian dia melanjutkan kembali:
"Mulai hari ini, aku, Miao-yu menjadi ketua Zhong-nan-pai...."
Belum habis berkata, Miao-fa membentak:
"Pengkhianat, turun kau!"
Diiringi suaranya, dia sudah menyerang Miao-yu. Kesepuluh jarinya terbuka dan menceng-kram
Pendekar Guntur 18 Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo Lencana Pembunuh Naga 10