Pencarian

Terbang Harum Pedang Hujan 9

Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long Bagian 9


ternyata dia berbaring dalam pelukan ibunya!
Karena itu dalam pelukan hangat ibunya dia menangis lagi:
"Ibu, mereka mencelakainya, mencelakainya... aku harus balas dendam, demi dia aku harus
balas dendam!" Dia menangis, berteriak, dan merasalelah. Sun-ming yang sedih dan lelah tidak bicara apa-apa.
Dia hanya diam sambil terus memeluk putrinya. Di saat seperti sekarangini apa yang harus dia
katakan" Lu Nan-ren, pemuda yang disukainya, kalau dia mati, dia juga akan sedih. Dia ingat pemuda
itu, demi dia dan putrinya, sampai terluka parah. Dengan khawatir dia mengurusnya. Bisa
dikatakan dia lebih mengkhawatirkan pemuda itu dibandingkan putrinya sendiri.
Belakangan nasib pemuda itu sangat beruntung, dia bertemu dengan orang aneh, lukanya
sembuh, malah mendapatkan rejeki dari orang aneh itu.
226 Tapi sekarang dia telah mati, demi adiknya, Sun-ming merasa sedih, tapi dia berusaha
menghibur putrinya, sebenarnya hatinya juga sakit seperti diperas.
Dia bertanya-tanya pada langit, 'Mengapa begitu kejam terhadap pemuda pemberani, baik,
berpandangan lurus, dan senang menolong ini"'
Tapi sinar matahari terbenam tetap terang seperti biasanya, Tuhan tidak berkata apa-apa,
hanya tangisan putrinya dan desiran angin berhembus yang terdengar. Bumi seakan ditutup
oleh kegelapan malam! Orang itu akan beristirahat selamanya dalam kegelapan. Diam-diam dia
berpikir, 'Lu Nan-ren, selamanya kau akan hidup di dalam hatiku, tidak hanya di dalam hatiku tapi
di hati banyak orang, apakah benar menurut pendapatmu" Kalau benar, aku akan
membisikkan dengan pelan kepadamu...."
0-0-0 BAB 79 Es yang dingin dan api yang panas
Sewaktu Sun-ming dan putrinya sedang berpelukan tanpa bicara.
Di luar hutan, dijalan gunung yang berliku, seorang pemuda yang pembawaannya diam dan
juga tenang, dengan sepasang matanya yang jernih melihat mereka dari balik pepohonan. Angin
musim semi membawa pasir dan debu yang menghembus bajunya yang berwarna kuning. Tapi
matanya tidak beranjak sama sekali.
Semakin lama... Sorot matanya yang terang dan bening tertutup oleh lapisan kebingungan. Melewati lapisan
kebingungan, pohon hijau, debu dan pasir berwarna kuning, berubah menjadi merah muda.
Bayangan kedua orang ini seperti bercahaya terang dan suci.
Karena itu dia mulai melangkah, dia berjalan perlahan ke arah mereka. Suara tangisan semakin
lemah, tapi debaran jantung semakin cepat dan kencang.
Alis Sun-ming berkerut, dia membentak: "Siapa?"
Pemuda itu menghentikan langkahnya, jantungnya berdetak lebih cepat, sorot matanya
mengeluarkan banyak perasaan.
Tapi.... Wajahnya begitu tenang dan diam. Garis wajahnya terlihat jelas. Ini adalah ciptaan Tuhan. Dia
seperti sebuah patung batu yang terbuat dari lempengan batu yang paling keras.
Di bawah sinar matahari terbenam, Ling-lin yang sedang menangis melihat kedatangannya
kemudian bola matanya berputar:
"Ternyata kau!"
Dia menghapus air matanya dan berteriak.
Sorot mata pemuda itu terang, seperti bertambah terang lagi, hatinya yang berat terus
berdebar-debar karena dia merasa senang ternyata Ling-lin tidak lupa padanya, dengan pelan dia
memberi hormat: "Aku, Zhong-jing, aku tidak sengaja berada di sini, kalau Nyonya tidak keberatan aku
memberanikan diri menawarkan bantuan."
Dia bicara kepada Sun-ming tapi matanya melihat Ling-lin terus
Sun-ming bengong melihat pemuda ini, sekarang dia tahu kalau putrinya ternyata kenal
dengan pemuda itu, entah kapan putrinya kenal dengan pemuda ini dan mengapa bisa mengenalnya
dia tidak tahu sama sekali. Karena itu ibu yang hidupnya penuh derita ini mulai cemas dengan
keadaan putrinya. Kecuali rasa khawatir dia juga merasa aneh melihat gerak gerik pemuda yang
terlihat tenang dan berwajah damai ini. Melihat wajah pemuda yang tenang ini dia tidak merasa
khawatir, dia hanya khawatir terhadap sorot mata pemudaku.
Sun-ming telah melewati kehidupan selama 30 tahun lebih, bisa dikatakan dia telah lama
memasuki masyarakat umum, dia ditakdirkan mempunyai ketenangan yang berbeda dengan orang
lain. Dia pun mempunyai sepasang mata yang bisa mengenali jiwa orang.
Belum pernah dia melihat seorang pemuda yang tenang dan tidak banyak bicara. Pemuda ini
mempunyai sorot mata yang bisa menyengat, seperti sebuah gunung berapi yang sudah lama
tertutup oleh es selama ribuan tahun dan membeku, sekarang karena adanya perubahan maka
227 gunung es ini terbuka sedikit celah. Api yang sudah lama tertutup ini sekarang mulai keluar dari
celah. Sun-ming tahu, bila mengulurkan bantuan ada dua orang perempuan yang sedang menangis di
hutan adalah kewajiban dari seorang pendekar yang membela kebenaran dan keadilan, tapi sorot
mata pemuda ini membuatnya terpaku. Dia tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan
pemuda yang menawarkan kebaikan ini.
Zhong-jing berdiri tegak, karena Sun-ming tidak menjawab pertanyaannya, dia menjadi tidak
tenang. Mulutnya terkatup rapat, matanya masih tampak berkilau.
Tiba-tiba Ling-lin dengan pelan berkata:
"Kau datang tepat pada waktunya, baru saja aku ingin mencarimu!"
Sun-ming terkejut, dia merasa aneh, mengapa putrinya bisa bicara seperti itu"
Terlihat wajah Zhong-jing yang tenang tampak berubah sedikit.
"Apa pesan Nona" Aku pasti menurut."
Suaranya pelan dan rendah, sepertinya dia sedang menekan sesuatu, tangan Sun-ming telah
memegang tangan putrinya, dia tidak ingin putrinya mengatakan hal yang membuatnya terkejut,
sekalipun hanya satu kalimat, seperti kata yang diucapkannya tadi.
Terdengar Ling-lin menghembuskan nafas panjang:
"Surat yang tadi kau berikan pada Nan-ren, Tie-ji-wen-hou, Pendekar Lu, apakah kau tahu apa
yang ditulis dalam surat itu?"
Zhong-jing menjawab dengan tegas:
"Guru memang memerintahkan membawa surat itu untuk Pendekar Lu, tapi apa yang tertulis di
dalamnya, aku tidak pernah membaca-nya!"
Ling-lin memejamkan matanya, air mata-nya menetes lagi, terdengar Zhong-jing berkata
dengan pelan: "Nona begitu sedih, apakah Pendekar Lu pergi tanpa pamit?"
Ling-lin mengangguk dan menangis, pelan-pelan Zhong-jing memutar matanya, dengan tidak
bersemangat dia melihat ke arah hutan:
"Nona, kalau ingin bertemu dengan Pendekar Lu, di bulan lima Duan-yang, pergilah ke Nan-hu
Yan-yu-lou, kau pasti akan bertemu dengannya."
Tiba-tiba Ling-lin membuka kedua matanya.
"Apakah benar?"
Cahaya matahari yang terbenam membuat kebingungan berlapis merah muda berubah menjadi
abu, tapi sorot mata itu masih terang dan berkata:
"Bulan lima Duan-yang adalah hari di mana guruku berjanji akan bertemu dengan Pendekar Lu.
Pendekar Lu pasti akan datang ke sana, harap dengan ini Nona bisa menjadi tenang."
Ling-lin memejamkan matanya dan berkata: "Bulan lima Duan-yang... Nan-hu Yan-yu-lou... dia
pasti akan ke sana, pasti akan ke sana... Ibu, aku juga harus ke sana."
Diam-diam Sun-ming menarik nafas, dia sangat mengenal putrinya sama seperti dia sangat
mengenal tilapan bajunya. Dia tahu putrinya sedih tapi tidak sampai putus asa.
Orang yang saling mencintai tidak akan percaya kalau orang yang dicintainya benar-benar
sudah meninggal. Kecuali kalau dia sendiri melihat dengan mata kepala sendiri tubuh yang tidak
bernyawa itu, dan dia sendiri yang memegang tubuh yang sudah dingin....
Ling-lin seperti itu, dia percaya Lu Nan-ren akan keluar dari jurang yang dalam itu, dan secara
mujizat muncul di depannya.
Sun-ming menarik nafas dalam:
"Ling-er, dia tidak akan pergi ke sana!"
Kalimat pendek ini keluar dari mulut seorang ibu yang putrinya sedang sedih, ini adalah
perkataan yang sulit diucapkan.
Mata Zhong-jing secepat kilat melihat Ling-lin dan bertanya:
"Mengapa?" Tapi Ling-lin hanya menggelengkan kepala dan dengan pelan berkata:
"Dia akan ke sana... dia tidak mati, orang seperti dia kalau mati bukankah Tuhan telah berlaku
tidak adil" Apakah benar"...apakah benar?"
228 Kalimat pertama 'apakah benar' dia tujukan kepada ibunya, sedangkan yang kedua dia tujukan
kepada Zhong-jing. Sewaktu sepasang mata yang penuh dengan air mata itu melihat Zhong-jing, Zhong-jing
berusaha menghindarinya, karena sekarang ini banyak hal yang tidak boleh diketahui oleh Ling-lin.
Tapi dia tetap bertanya: "Kalau begitu, sepertinya Pendekar Lu telah mengalami musibah?"
Ling-lin menangis, Sun-ming dengan sedih mengangguk, sampai sekarang dia belum tahu siapa
pemuda ini, lebih baik dia tidak tahu kalau pemuda ini adalah murid Xiao-wu, musuh besar-nya.
Sun-ming hanya menarik nafas: "Nan Ren memang terkena musibah, sepertinya... sepertinya...
Hhhhh, harapan hidupnya tidak banyak, aku harap kau bisa menyampaikan kepada gurumu,
perjanjian di Duan-yang tidak bisa... tidak bisa ditepati!"
Zhong-jing terpaku, tiba-tiba dia menarik nafas panjang, pelan-pelan berkata:
"Tidak disangka, Pendekar Lu tidak bisa bertemu dengan guruku! Sepertinya Pendekar Lu mati
pun tidak bisa menutup mata, musibah memang tidak bisa dihindari. Tadi pagi aku masih sempat
bertemu dengan Pendekar Lu, sekarang dia sudah...."
Kata-katanya belum selesai, Ling-lin sudah meloncat bangun, mencengkram baju ibunya, dia
menangis: "Bu, kita yang akan ke... Nan-hu Yan-yu-lou!"
Sun-ming menarik nafas, dengan penuh kasih sayang dia menepuk-nepuk tangan putrinya, dia
tidak ingin mengatakan kata-kata yang membuat putrinya kecewa, tapi dia tetap harus bicara,
siapa pun walau ilmu silatnya tinggi kalau sudah terjatuh ke jurang yang dalam, harapan untuk
hidup sangat tipis. Karena itu dengan berat hati dia berkata: "Anak bodoh, kehidupan tidak seperti cerita atau
legenda, tidak seindah dongeng. Kehidupan sangat kejam, kehidupan nyata lebih kejam, kalau kita
selalu hidup dalam cerita dongeng yang tidak nyata, bagaimana dengan hidup ini"
"Kalau aku menemanimu ke Nan-hu Yan-yu-lou, itu hanya cerita dongeng saja. Orang yang
sudah mati apakah bisa hidup kembali" Anak bodoh, apakah sampai sekarang kau belum
mengerti?" Zhong-jing dengan sepenuh hati mendengarkan ucapan Sun-ming, seumur hidupnya, belum
pernah dia mendengar nasihat begitu lembut, lebih-lebih tidak terpikirkan olehnya di balik katakata
lembut itu mengandung banyak makna dalam tentang kehidupan.
"Kehidupan sangat kejam... kenyataan lebih kejam lagi... mengapa kehidupan begitu kejam"
Membiarkanku...." Pikirannya belum habis, Ling-lin berteriak lagi:
"Dia pasti akan pergi ke sana, kalau benar dia sudah mati, rohnya yang akan ke sana. Aku tahu
rohnya akan ke sana untuk membunuh Xiao-wu yang jahat!"
Tubuh Sun-ming segera terasa dingin:
"Apa" Xiao-wu?"
Dia mengepal tangannya, sorot matanya yang lembut berubah menjadi ganas.
Dengan pelan dia berdiri, lalu melihat Zhong-jing, sorot mata yang dibencinya, seperti sebuah
pisau, dengan lurus menancap ke hati Zhong-jing.
Zhong-jing merasa dingin, rasa dingin memenuhi sekujur tubuhnya.
Dia menundukkan kepala, sekata demi sekata dia menjelaskan:
"Benar, guruku adalah ketua Tian-zheng-jiao,Xiao-wu!"
Setiap perkataan yang keluar dari mulut-nya, dia merasa sorot mata kejam dan benci seperti
pisau makin dalam menusuk jantungnya. Dia mulai sadar, ibu dan putrinya ini mempunyai dendam
dengan gurunya, dan dendam ini sangat dalam.
Dalam hati dia berteriak:
"Mengapa kehidupan begitu kejam" Mengapa membiarkanku bertemu dengannya?"
Sorot mata Sun-ming seperti ingin melihat isi hati terdalam pemuda ini, dengan mata tidak
berkedip terus melihatnya.
Zhong-jing sama sekali tidak bergerak, sinar matahari terbenam mulai berkurang, awan-awan
yang tadinya berwarna mulai berubah menjadi gelap. Kegelapan diam-diam memasuki hutan,
229 mengenai wajahnya yang pucat. Dalam kegelapan wajahnya bertambah pucat. Matanya yang abu
di dalam kegelapan bertambah abu. Setelah lama.
Sun-ming baru berkata dengan pelan: "Aku tidak akan menyalahkanmu, menyalahkanmu...
setiap hal yang dimiliki seseorang tidak ada hubungannya dengan orang lain, kau adalah murid
Xiao-wu, tapi semua ini tidak ada hubungannya denganmu, kau... kau pergilah!"
Zhong-jing terlihat ragu, dia menarik nafas dan berkata:
"Dendam generasi lama tidak ada hubungannya dengan generasi sekarang, lapang dada seperti
Nyonya baru pertama kali kutemui. Dendam antara guru dan Nyonya bisa dibereskan dengan cara
apa" Di mana pun aku berada, aku akan terus berdoa, berdoa untuk kesehatan Nyonya, musibah
yang menimpa Pendekar Lu aku turut merasa sedih, aku harap Pendekar Lu yang berada di surga,
bisa mengerti isi hatiku, hanya sajahidupku sudah...."
Perkataannya belum selesai, dia sudah menarik nafas panjang membalikkan tubuh dan pergi
dari sana. Sinar matahari terbenam menyinari punggungunya membentuk bayangan panjang,
sepertinya kesedihan hatinya begitu berat.
0-0-0 BAB 80 Terus menerus dinasihati Pandangan Sun-ming mengikuti sosok itu pergi, tiba-tiba dia merasa sedih, dan dia tahu
kesedihan ini bukan karena dirinya juga bukan karena orang lain, tapi karena pemuda yang telah
terikat oleh benang nasib yang panjang.
Dia menoleh ke belakang, melihat mata Ling-lin masih penuh dengan air mata, mata itu sedang
memandang sosok pemuda yang pergi meninggalkan mereka.
Waktu itu tiba-tiba dia merasa harus menolong pemuda itu agar dia keluar dari kejahatan dan
sesat. Dia pasti mengerti tentang kehidupan ini dengan dalam. Demi putrinya, demi balas dendam,
dia tidak akan terkubur oleh kesedihan, dia malah bisa hidup sampai sekarang dengan tegar.
Dia merasa walaupun arti kehidupan ini sangat banyak, tapi membangun dunia ini adalah hal
lebih penting. "Bagi manusia, menolong orang yang baik lebih berarti dibandingkan membunuh seorang
penjahat." Tiba-tiba Sun-ming berteriak:
"Kau...kembali dulu!"
Langkah kaki Zhong-jing berhenti, pelan-pelan dia menoleh ke belakang, wajahnya tetap
tenang. Tidak ada yang bisa melihat kegembiraan hati dari ekspresi wajahnya.
Dia terpaku, kata-kata Sun-ming sudah pasti ditujukan padanya, maka dia pun berjalan kembali
ke tempat Sun-ming, dia tidak bicara apa pun. Karena dia tahu diam pun terkadang berarti
bertanya. "Sudah berapa lama kau ikut Xiao-wu?" tanya Sun-ming
Zhong-jing menjawab sambil menundukkan kepala:
"Sejak kecil aku sudah yatim piatu, guru menerimaku mengajariku ilmu silat, karena itu darah
dan tulangku adalah pemberian guru." dia mengerti maksud nyonya baik hati ini bertanya padanya
dan Sun-ming pun tahu arti dari jawaban Zhong-jing.
Sun-ming menarik nafas dan berkata: "Apakah kau tahu di dunia ini banyak orang seperti
dirimu, sejak kecil sudah tidak punya orang tua karena orang tua mereka telah dibunuh oleh Xiaowu."
Zhong-jing menundukkan kepala tidak menjawab.
Dengan perlahan Sun-ming kembali berkata:
"Kita berada di dunia ini harus tahu yang baik dan yang jahat dengan jelas, lebih jelas
dibandingkan dengan budi dan dendam! Aku tahu kau seorang pemuda baik hati juga pintar, kau
tentu mengerti apa yang kumaksud."
Kepala Zhong-jing ditundukkan lebih dalam, mata Sun-ming sudah penuh dengan air mata, dia
masih melanjutkan: 230 "Suamiku, Ling Bei-xiu, dalam hidupnya bila tahu ada yang mendapat kesusahan tangan-nya
pasti akan terulur, tapi... dia dibunuh oleh Xiao-wu, kalau orang yang membunuhnya demi
membela kebenaran, meski hatiku sedih tapi aku tidak akan membalaskan dendam suamiku. Tapi
Bei-xiu dibunuh oleh orang jahat, kecuali hatiku sedih, masih ada amarah, aku harus membalas
dendam kepada Xiao-wu, aku membalas dendam bukan hanya demi suamiku juga demi
orang-orang baik di dunia ini, aku tahu kau sangat mengerti semua ini."
"Kalau Nyonya menyuruhku kembali hanya untuk mendengarkan cerita tentang ini, sekarang
lebih baik aku pamit dulu."
Ling-lin yang sejak tadi terus menangis dan hanya melihat, seperti ingin mengatakan sesuatu,
tapi dilarang oleh Sun-ming, dia hanya bertanya dengan pelan:
"Kemana kau akan pergi?"
Sampai saat ini Zhong-jing belum melihat Sun-ming karena dia tidak berani berhadapan dengan
perempuan yang berpandangan lurus dan baik hati ini, maka dengan kepala masih menunduk dia
menjawab: "Aku akan ke Jia-xing, untuk melapor pada guruku!"
Sun-ming terdiam, tiba-tiba dia menepuk tangan Ling-lin dengan pelan dan dengan mantap dia
berkata: "Mari kita juga pergi ke Jia-xing!"
Ling-lin berbalik menangkap tangan ibunya, sepertinya dia merasa berterima kasih pada ibunya,
tapi dalam hati diam-diam berteriak:
"Dia tidak akan mati... dia akan pergi ke Nan-hu Yan-yu-lou!"
Harapan ini membuat Ling-lin mengangkat kepalanya, dia menatap langit, langit tampak gelap,
awan berwarna telah tertutup oleh kegelapan malam....
Dari Xi-liang-shan menuju Jia-xingjarak-nya cukup jauh, tapi jalan menuju Jia-xing bagi Zhongjing


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaikan sebuah mimpi, mimpi hangat yang bercampur dengan rasa dingin. Ringan
bercampur, dengan berat, hiburan dan mimpi sedih.
Begitu jauh dan lama tapi terasa pendek dan terburu-buru.
Dia sangat tahu dan mengerti, sepanjang jalan Sun-ming yang baik hati selalu memberi nasihat
padanya, apa arti nasihatnya dia tidak ingin tahu, lebih-lebih tidak ingin mengerti, karena
pengertian ini akan membawanya merasa sakit yang keluar dari hati nuraninya.
"Mati rasa!" terkadang Sun-ming berpikir demikian.
"Apakah karena anak ini diajar oleh siluman itu sehingga dia mati rasa?"
Zhong-jing mendengar nasihatnya, tapi wajahnya tetap datar, tetap tenang, seperti tidak ada
perasaan sedikit pun. Pastinya...kecuali dari sorot matanya, dia melihat Ling-lin tanpa sengaja.
Yang aneh adalah perasaan kasihan, polos, dan sikap baik hati yang Ling-lin miliki bisa
membakar hati siapa pun, termasuk Zhong-jing yang tidak berperasaan.
Ling-lin pun sepertinya mati rasa, mati rasanya dikarenakan dia bersedih. Sedih karena
kehilangan orangyang dia cintai.
Mungkin karena dia masih muda, orang-orang akan mengatakan kalau dia masih muda, belum
mengerti apa artinya cinta, dan juga belum merasakan arti benar-benar mencintai.
Tapi perasaannya begitu tulus dan dalam, dia tidak mengerti dan tidak mau mengerti, dia
hanya tahu mencintai dan dicintai, mungkin ini adalah pemberian Tuhan...karena setahunya ini
yang disebut cinta. Pohon Yang Liu, tampak beterbangan. Bulan kelima, bulan lima tanggal empat, matahari musim
semi menyinari jalanan. Jalan seperti direndam air hujan, begitu bersih.
Sawah terlihat kehijauan, semua memperlihatkan cahaya kehidupan. Zhong-jing menoleh ke
sebuah penginapan sepi, karena saat itu Sun-ming dan Ling-lin berdiri di dekat pintu penginapan.
Dia melihat Sun-ming juga Ling-lin, kemudian dari sudut mulutnya terlihat ada sedikit senyum.
Kemudian dengan langkah mantap dia berjalan ke depan.
Tersenyum... Sun-ming dan Ling-lin sangat jelas melihat senyum itu, itu adalah senyum pertama yang
muncul di bibir pemuda itu. Walaupun senyum itu terlihat ada kekhawatiran dan kesedihan karena
231 mereka akan berpisah, tapi senyum itu seperti cahaya yang memancar dari langit gelap. Cukup
membuat Sun-ming yang baik hati merasa senang, hangat, dan terhibur.
Dia merasa dia sudah sekuat tenaga membuat pemuda itu berjalan di jalan lurus, tapi sampai
sekarang dia belum tahu hasil kerja kerasnya apakah berhasil atau gagal.
Karena sekarang Zhong-jing sedikit pun tidak ragu kembali ke tempat gurunya. Walaupun
sepanjang jalan dia belum pernah bertemu dengan orang-orang Tian-zheng-jiao atau hal-hal yang
berkaitan dengan Tian-zheng-jiao, tidak ada satu kekuatan pun yang bisa membuatnya terus
tinggal di sini. Akhirnya dia pun pergi. Matahari telah terbenam. Malam pun tiba.... Semakin lama....
Sun-ming dan Ling-lin tiba-tiba merasa kebingungan dan ketakutan. Apalagi Sun-ming mulai
memikirkan banyak hal yang membuatnya takut.
"Xiao-wu kejam, sadis, dan jahat, dia juga pintar, apakah dia sudah tahu kalau murid
kesayangannya mempunyai perasaan yang dalam kepada istri dan putri dari musuhnya?"
"Kalau dia tahu, hukuman apa yang akan diberikan kepada muridnya.. .Zhong-jing?"
Memikirkan hal ini, hati Sun-ming bergetar:
"Murid-murid Tian-zheng-jiao ada di mana-mana, kami berjalan bersama dengan Zhong-jing,
apakah mereka tidak akan tahu?"
Dia menggelengkan kepala dan berkata pada dirinya sendiri:
"Mereka pasti sudah tahu, tapi mengapa mereka tidak membunuh kami" Apakah karena Zhongjing
atau apakah mereka memancing kami masuk ke dalam jebakan mereka" Atau apakah siluman
Xiao-wu mempunyai rencana lain?"
Sejak tadi Ling-lin terus menundukkan kepalanya berpikir, tiba-tiba dia mengangkat kepalanya
dan bertanya: "Ibu, tadi kau mengatakan apa?" Sun-ming tersenyum dan berkata lembut: "Ling-er, apa yang
sedang kau pikirkan?" Ling-lin menarik nafas panjang: "Aku sedang memikirkan...." terlihat air
matanya lagi, "Aku sedang berpikir besok adalah bulan lima hari Duan-yang, entah...entah...
Hhhhh! Apakah dia akan datang?"
Sun-ming tiba-tiba merasa sedih, sampai saat ini dia baru mengerti mengapa putrinya begitu
mencintai Lu Nan-ren. Karena gadis polos ini tidak mengkhawatirkan siapa pun, sampai bahaya
yang menimpanya pun tidak terpikirkan olehnya, di dalam hatinya hanya ada 5 huruf, 'Apakah dia
akan datang ke sana"'
Lampu tempel bercahaya kuning, menyinari wajah Ling-lin yang merah, Sun-ming dengan
termangu melihat putrinya, terlalu banyak kesedihan, terlalu banyak kebingungan membuatnya
lama tidak bisa berkata-kata, karena dia telah mendapatkan jawaban yang benar, dan jawaban
pastinya adalah: dia tidak akan datang.
0oo0 BAB 81 Saling mengandalkan Ibu dan dan anak ini saling berhadapan, mereka tidak merasa mengantuk. Di luar sudah malam
dan suasana sangat sepi, hanya angin malam yang terus meniup kertas jendela. Kertas jendela
terus berbunyi. Ada satu kalimat yang selalu berputar-putar di tenggorokan Sun-ming, dia ingin
bertanya: "Jika dia tidak datang bagaimana?"
Tapi kalimat ini seperti mempunyai beban yang sangat berat, walaupun dia ingin bertanya tapi
tidak berani. Dia takut jawabannya akan membuat hati putrinya sedih, maka dia hanya
mengatakan: "Hari ini angin sangat besar..."
Kalimat yang santai, kata-kata biasa sudah memancarkan perhatian seorang ibu.
Angin bertiup dan lewat. Tiba-tiba jendela yang tertutup rapat karena ada angin lewat membuat jendela terbuka. Angin
malam akhirnya bertiup ke dalam ruangan ini. Sun-ming dan Ling-lin melihat, bersamaan waktu
mereka berteriak: 232 "Ternyata adalah kau!"
Di dalam kegelapan seorang pemuda yang berbaju kuning, kaki menginjak kusen dan dia
berdiri di jendela. Angin malam terus meniup pakaiannya tapi tubuh dia seperti patung batu sama
sekali tidak bergerak. Dengan penuh tawa Sun-ming berkata:
"Zhong-jing, akhirnya kau datang juga!"
Dalam nada penuh kegembiraan, hati yang terhibur membuat dia yang berdiri di jendela
memejamkan mata. Tapi di dalam hati dia menarik nafas yang panjang. Begitu matanya dibuka,
wajahnya sudah kembali dingin yang sama sekali tidak ada perasaa manusia.
Sun-ming sedikit terkejut, tapi dia tetap dengan lembut berkata:
"Turunlah! Di luar angin sangat besar, di sini masih ada teh panas, kau minum dulu untuk
mengusir dingin kemudian baru memberitahu kepadaku..."
Suara Sun-ming belum selesai tiba-tiba suara CANG... LANG.... Sun-ming dan Ling-lin sudah
terkejut. Zhong-jing sudah mencabut pedangnya.
Cahaya pedang yang dingin dan berwarna hijau menyinari baju ketat diayang berwarna kuning
juga menyinari wajahnya yang pucat, membuat Sun-ming merasa hatinya dingin. Dengan suara
gemetar dia berkata: "Kau...kau untuk apa..."
Sorot mata Zhong-jing terus melihat pedang yang di tangan. Angin bertambah besar, bajunya
berkibar lebih kencang tapi sorot mata dia tidak berkedip...
Dalam keheningan ini membuat orang merasa sulit. Zhong-jing yang diam tiba-tiba berkata
pelan-pelan: "Ketua Tian-zheng-jiao generasi kedua Zhong-jing diperintahkan oleh ketua Tian-zheng-jiao
sendiri, datang untuk mengambil kepala janda dan putri Ling Bei Xiu."
Pada waktu itu Sun-ming seperti terkena ledakan. Dia tidak bisa berdiri, lemas, dan terus
mundur ke belakang. Cangkir dan poci semua terbawa oleh lengan baju jatuh ke bawah.
Mata Sun-ming melotot, dia hampir tidak mempercayai matanya, dan tidak mempercayai
telinganya. "Apa yang kau katakan?" teriak Ling-lin. Sorot mata Zhong-jing masih terus melihat pedang
yang ada di tangannya dan pelan berkata:
"Zhong-jing dari Tian-zheng-jiao diperintahkan datang untuk mengambil kepala kalian. Apakah
harus aku yang membunuh" Harap kalian mengambil keputusan sendiri."
Ling-lin menjadi terkejut tapi kemudian dia tertawa terbahak-bahak:
"Baik! baiklah......yang pasti kau harus bergerak sendiri, apakah kau kira kami akan bunuh
diri" Tapi aku khawatir pembunuh sepertimu belum tentu bisa melawan kami berdua."
Dia sambil tertawa sambil berkata dan tawanya membuat tubuhnya terus bergoyangan, seperti
tiba-tiba menemukan hal yang paling lucu di dunia ini tapi suara tawanya juga terdengar sedih.
Apa arti suara tawa ini" kecuali Zhong-jing tidak ada yang bisa mengerti dan merasakannya. Air
mata sudah menetes ke bawah, siapa yang menangis" Dua mata Ling-lin yang sedang ter-tawa
meneteskan air mata. Tapi sorot mata Zhong-jing masih terus melihat pedang yang berada di tangannya.
Suara tawa Ling-lin berhenti, dia ingin maju melawan Zhong-jing tapi lengan bajunya sudah
ditarik oleh ibunya. Ling-lin dengan suara berat berteriak:
"Ibu..." Sorot mata Sun-ming yang lembut juga baik tapi tegas tidak melihat putrinya, dia hanya
melihat Zhong-jing dan pelan-pelan berkata:
"Kau dengan cara seperti ini menghadapi kami, karena perintah guru tidak boleh ditolak maka
aku mengetahui kesulitanmu. Aku sedikit-pun tidak menyalahkanrnu juga tidak membencimu,
hanya tadi aku merasa heran kenapa sepanjang jalan Xiao-wu tidak membunuh kami, sekarang
aku baru tahu dia ingin kau yang menanggung dosa ini."
Sambil menghembuskan nafas, Sun-ming berkata lagi:
"Aku tidak terbiasa memarahi orang tapi orang seperti Xiao-wu walaupun aku memarahi
dengan bahasa paling kasar, aku masih merasa tidak cukup. Aku tidak sedih karena aku dan
233 anakku, aku sedih karena di dunia persilatan bisa muncul siluman yang begitu jahat!" Diam-diam
dia memejamkan mata. "Aku dan putriku tahu dengan tenaga kami tidak akan bisa lolos dari cengkramannya. Jika kau
tidak membunuh kami malam ini kami juga akan mati di tangan orang lain maka aku sangat
senang jika kau yang membunuh kami. Itu lebih baik dibandingkan mati di tangan murid-murid
Tian-zheng-jiao yang lain. Kau bunuhlah kami, kami berdua tidak akan membalas!"
Dia lembut, pelan tapi berkata dengan berat kemudian 2 mata dipejamkan. Dia benar-benar
menunggu kedatangan Zhong-jing. Ling-lin terus melihat ibunya kemudian dia juga memejamkan
mata, bumi begitu sepi sepertinya angin juga sudah berhenti bertiup.
Tapi Zhong-jing tetap dengan mata tidak berkedip melihat pedangyang berada di tangannya.
Mata Sun-ming dibuka lagi, dia tertawa: "Cepatlah, aku tidak akan menyalahkan-mu! Jika kau
merasa sedih, sesudah kami mati kau kuburkan kami berdua kemudian..."
Tiba-tiba Ling-lin membuka mata dan berkata:
"Nanti berharap di depan mayat atau peti mati kami beritahu kepadaku...beritahu kepadaku
besok apakah dia sudah datang..." suaranya semakin rendah kemudian di sekeliling sepi seperti
semua sudah mati. Tiba-tiba... FENG... pedang panjang Zhong-jing sudah bergerak. Putaran pedang memenuhi ruangan.
Udara benar-benar dingin. Dari jurus ini terlihat Zhong-jing berilmu tinggi. Hal ini membuat Ling-lin
membuka mata, tapi dia tersenyum sedih. Dia memejamkan mata untuk menerima kematian.
Tapi... Pedang di tangan Zhong-jing sudah mengeluarkan suara sepertinya Zhong-jing sudah
mengeluarkan perasaannya di pedang ini lalu dia membalikkan tangan. Sebuah pedang sudah
menusuk tenggorokannya! Sun-ming dan Ling-lin berteriak karena pedang sudah berada depat di
tenggorokan pemuda ini. Karena terkejut, mereka lupa menolong.
Angin lewat lagi... Ada suara yang dingin juga sadis mengikuti angin masuk. Suara angin yang kejam juga
kencang membawa cahaya hitam mengikuti suara angin melewati jendela.
DANG...., gendang emas itu sudah berbunyi! CHANG..., pedang yang dipegang Zhong-jing
terjatuh! Sun-ming dan Ling-lin dengan cepat mundur. Zhong-jing memutarkan pergelangan, dia terkejut
dan memutarkan tubuh. Tampak... Di dalam kegelapan tidak tahu kapan sudah ada bayangan yang tinggi berdiri di luar jendela.
Sun-ming dan Ling-lin walaupun dengan sekuat tenaga mata untuk melihat tapi tetap tidak terlihat
wajahnya. Terlihat sepasang cahaya mata seperti 2 bintangyang berkilauan.
Pada waktu itu juga Sun-ming dan putrinya merasa barang di dalam bumi ini sudah berubah
warna karena mereka tahu bayangan orang yang berdiri di luar jendela adalah ketua Tian-zhengjiao
Xiao-wu. Kemudian tawa dingin mengikut angin masuk, terlihat bayangan orang itu berkata: "Zhongjing,
keluar!" Dengan cepat Zhong-jing sudah berjalan ke depan jendela kemudian meloncat keluar jendela.
Pelan-pelan dia berjalan ke arah bayangan orang ini lalu berlutut dan menundukkan kepala lalu
pelan-pelan berdiri. Satu patah kata juga tidak keluar, sedikit suara tidak ada.
Sun-ming dan Ling-lin terus melihat bayangannya keluar dari jendela. Di kamar terasa semakin
dingin. Ling-ling pelan-pelan berjalan mendekati ibunya. Ibu dan anak ini yang saling
mengandalkan ini sampai sekarang tidak ada orang yang ingin berjauhan.
Karena jika mati, mereka akan mati bersama!
0oo0 BAB 82 Apakah dia datang 234 Perlahan Sun-ming menjulurkan tangan-nya memegang tangan putrinya yang kecil. Tiba-tiba
saja keberaniannya muncul. Walaupun yang berdiri di depan jendela adalah siluman yang tidak
berani dilawan oleh siapa pun tapi demi putrinya dia akan berusaha melawan.
Dia mengepalkan tangannya, lalu pelan-pelan berkata:
"Ling-er, jangan takut!"
Ling-lin menggelengkan kepala dan pelan-pelan berkata:
"Aku tidak takut, aku hanya... sedih, apa dia masih hidup atau sudah mati" Aku tidak tahu...."
Sorot mata Sun-ming dengan cepat melihat keluar jendela, tapi...
Bayangan di luar jendela itu tiba-tiba tertawa dan berkata:
"Kalian tidak perlu takut, aku datang kemari tidak bermaksud mencelakai kalian. Kalian tidak
perlu khawatir." Sun-ming terpaku, terlihat tangan orang itu melayang. Sebuah cahaya berwarna kuning masuk
melewati jendela dan terjatuh ke bawah, ternyata itu adalah sebuah simbal kecil terbuat dari
emas. Bayangan itu berkata lagi:
"Simbal emas ini adalah benda rahasia yang bisa menjaga keselamatan masing-masing di Tianzheng-
jiao, kelak jika kalian berkelana di dunia persilatan dan bertemu dengan hal yang tidak bisa
menyulitkan, keluarkanlah simbal emas ini di tempat ramai dan pukullah 3 kali. Waktu itu pasti
akan ada murid Tian-zheng-jiao yang datang untuk menolong kalian."
Baru saja perkataannya habis, dia sudah berkata lagi:
"Pergilah sekarang!"
Begitu dia bergerak, ternyata sudah berada beberapa puluh meter dari sana. Sun-ming terkejut
dan terpaku. Zhong-jing sepertinya juga terkejut tapi dia segera berlari keluar. Malam yang gelap
itu telah menelan kedua bayangan itu dalam sekejap mata.
Sun-ming dan putrinya saling mendekat, yang pasti mereka sedikit merasa lega tapi di lain
pihak juga bertambah berat. Jika simbal kecil itu tidak mengeluarkan cahaya berkilau, semua ini
serasa mimpi buruk yang membuat siapa pun tidak akan percaya.
"Mengapa siluman Xiao-wu tidak membunuh kami" Dia tidak membunuh kami malah
memberikan simbal emas ini untuk melindungi keselamatan kami?"
Walaupun pertanyaan ini terpikirkan oleh Sun-ming selama 10 tahun, tidak terpikirkan
sampai sekarang apa penyebabnya.
Kabupaten Jia-xing berada di bagian selatan sekitar 2 kilometer, ada sebuah danau yang
ditumbuhi pohon Yang Liu dan bunga teratai, perahu hilir mudik membawa para pelancong yang
datang melancong ke sana. Tempat itulah Nan-hu yang sangat terkenal.
Di tengah-tengah danau Nan-hu (hok: Lam-ouw), airnya berkilauan, terdapat sebuah pulau
kecil. Yan-yu-lou yang sangat terkenal berada di pulau kecil itu.
Bulan 5 Duan-yang (Bei-cun) di pinggir danau banyak para pelancong yang sedang berjalanjalan.
Di permukaan danau banyak perahu kecil yang membawa penumpang, mendayung,
teratai hijau, bunga merah, air yang berkilauan. Hai! Pemandangan begitu indah. Walaupun sudah
memasuki bulan lima tapi di Nan- hu masih seperti musim semi.
Di Yan-yu-lou sepasang bayangan orang tampak sedang bersandar ke pagar. Terdengar suara
laki-laki yang sedang membaca puisi di belakang mereka.
Orang yang membaca puisi itu terdengar penuh semangat.
Tapi begitu melihat, ternyata dia adalah lelaki setengah baya berpakaian biru. Mereka sekalikali
menarik nafas dengan kesal.
Mereka kesal karena sampai sekarang mereka belum melihat orang yang mereka tunggutunggu.....
Lu Nan-ren, dan yang sedang menunggu Lu Nan-ren adalah Sun-ming serta putrinya.
Hari belum begitu terang mereka sudah tiba di Nan-hu. Dia tidak bisa menghalangi keinginan
Ling-lin. Tidak ada yang dipikirkan dan tidak ada yang perlu ditakuti, yang dia pikirkan hanyalah,
"Apakah benar dia akan datang?"
"Mungkin dia tidak akan datang." Hari semakin terang, para pelancong yang datangke Nan-hu
semakin banyak. Tempat wisata di sekitar Nan-hu penuh dengan para pelancong tapi Lu Nan-ren
tetap tidak tampak. 235 Orang yang datang semakin banyak, Ling-lin semakin cemas, sepasang matanya yang bening
mulai tertutup oleh garis-garis merah yang tipis. Dia merasa aneh:
"Mengapa Xiao-wu memilih tempat ini untuk bertemu dengan Lu Nan-ren?"
"Dia tidak datang, mengapa siluman Xiao-wu juga tidak terlihat?"
Ling-lin bertanya terus kepada ibunya.
Sun-ming hanya bisa menggelengkan kepala dengan sedih. Walaupun Xiao-wu sudah datang,


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka tetap tidak akan mengenalinya.
"Apakah dia tidak akan datang" Tidak akan datang...." Kalimat ini terus berputar di dalam hati
Ling-lin, setiap kali pikirannya berputar seperti ada palu yang memukul jantung-nya.
Sore sudah tiba.... Malam pun menjelang.... Di sisi Nan-hu tampak lampu-lampu sudah dipasang. Nan-hu di malam hari terlihat lebih indah
dibandingkan pagi hari. Tapi... "Apakah dia akan datang" Apakah dia akan datang" Datangkah dia....?"
Malam semakin larut.... Orang-orang banyak yang sudah meninggalkan tempat ini....
Lampu-lampu berkilauan, bintang-bintang kelap-kelip di langit, perahu yang berlayar sudah
kembali, dayung menerpa permukaan air. Akhirnya perahu-perahu pun tidak tampak, hanya
tersisa bunga-bunga teratai yang berada di atas permukaan air...... dan masih ada sepasang
bayangan orang yang berada di Yan-yu-lou.
"...dia tidak akan datang!"
Akhirnya Sun-ming mengatakan kalimat yang sangat berat ini. Dia memegang erat tangan Linglin
sedikit pun tidak dilonggarkan.
Tapi Ling-lin seperti mati rasa. Dia melihat bintang-bintang di langit, dia menarik nafas:
"Dia... benar-benar... tidak... datang...."
Tubuhnya lemas, diajatuh pingsan.
Sun-ming sangat terkejut, dia memegang pinggang putrinya dan berteriak:
"Ling-er, bagaimana keadaanmu?"
Tidak ada jawaban, tidak terdengar suara sedikitpun. Di bawah sinar bulan wajahnya yang
cantik tampak sepucat kertas. Tanyannya yang kecil dingin seperti es.
Tiba-tiba.. Sehelai kertas kuning melayang masuk, masuk dari luar jendela. Kertas ini seperti memiliki roh
dan terjatuh di tangan Sun-ming.
Walaupun hari sudah malam tapi kata-kata yang tertulis di atas kertas sangat jelas.
"Sudah lama aku menunggu tapi kau tidak datang. Aku pergi dulu!"
"Xiao-wu!" teriak Sun-ming Dia meloncat ke atas atap, tapi hanya terdengar semilir angin
malam yang berhembus sepoi-sepoi, di sekeliling sana tetap hening seperti tadi. Bintang kelapkelip
tapi tidak terlihat ada bayangan apa pun. Dia terpaku kemudian kembali ke tempat tadi.
Ling-lin yang pingsan sekarang mulai siuman.
Dia menarik nafas panjang, sedih, rasa sakit mengikuti tiupan angin malam terus melayang,
melayang keluar.... o-o-o BAB 83 Hati seperti ular beracun
Malam musim semi yang hening, di jalan yang sepi tiba-tiba terdengar ada yang mengetuk
pintu memecahkan kesunyian malam.
Pelayan penginapan yang bani terbangun, dengan masih terkantuk-kantuk membukakan pintu
penginapan dan dengan terkantuk-kantuk membawa sang tamu...Sun-ming dan putrinya,
melewati teras menuju sebuah kamar. Dan dengan terkantuk-kantuk dia membukakan pintu
kamar.... Tiba-tiba... 236 Terdengar teriakan. Dia mundur 3 langkah!
Pelayan yang tadi terkantuk-kantuk sekarang sudah sadar sepenuhnya. Dengan gemetar dia
menunjuk ke arah kamar yang terbuka dan berteriak:
"Kau... siapa kah?"
Hati Sun-ming bergetar, wajahnya berubah, dia berlari ke depan pintu dan melihat ke dalam.
Tiba-tiba... Dia juga berteriak terkejut. Dengan tangan gemetar dia berteriak:
"Kau... ternyata kau!"
Kedua mata Ling-lin terbuka dan bertanya: "Siapa dia" Apakah dia adalah Nan-ren?" Dia berlari
ke sisi Sun-ming dan melihat ke dalam....
Dia juga berteriak. Dia. menunjuk ke dalam, dengan gemetar dia berteriak: "Kau... mengapa
kau ?" 3 kali teriakan ini ada yang terdengar lebih dulu tapi terjadi dalam waktu bersamaan.
3 orang dengan 6 mata melihat ke dalam. Terlihat di sebuah kursi duduk seorang pemuda
dalam keadaan sedang terpaku. Tubuhnya bersimbah darah, wajahnya pucat, sorot matanya
kosong, tangan kanannya putus dari bagian pundak tapi lukanya tidak dibalut.
Dia bengong melihat Sun-ming dan putrinya, dan dia merasa sepertinya seumur hidup dia tidak
akan pernah melihat mereka berdua, apalagi menjawab pertanyaan Ling-lin.
Dengan cepat Sun-ming berlari ke sisinya. Air mata karena terkejut juga cemas menetes di
wajahnya. Dia hampir tidak percaya dengan penglihatannya sendiri. Dengan cemas dia
bertanya: "Bagaimana... keadaanmu" Kau... mengapa kau tidak menjawab pertanyaanku" Kau...
apa yang terjadi padamu?"
Orang yang duduk tetap tidak bergerak, tidak bergerak sedikit pun....
"Zhong-jing, kau tidak mengenali kami?"
Bola mata Zhong-jing pelan-pelan berputar, akhirnya jatuh di wajah Ling-ling sorot matanya
yang kosong mulai terlihat ada cahaya.
Tapi dia tetap tidak bergerak juga tidak bicara. Dengan hati-hati Sun-ming membalut lukanya.
Dengan lembut dia bertanya:
"Katakan padaku... siapa, siapa yang telah begitu jahat, kejam, dan begitu sadis?"
Zhong-jing tidak menjawab.
Zhong-jing tidak perlu menjawab.
Karena Sun-ming dan putrinya sudah tahu jawabannya:
"Membantah perintah guru, hukumannya adalah dibunuh tapi karena aku baik hati maka hanya
membuatmu cacat. Semua hal terjadi karena dirimu sendiri yang menginginkannya maka kau
harus bertanggung jawab seumur hidup!"
Kertas berwarna kuning, tulisan yang ditulis menggunakan tinta hitam, persis seperti surat yang
diterima oleh Sun-ming di Yan-yu-lou sekarang kertas itu diletakkan di bawah cangkir milik Zhongjing.
Sun-ming segera mengambil dan menyobeknya menjadi dua. Dia tidak menyangka kalau Xiaowu
tega menganiaya muridnya sendiri sehingga menjadi seperti ini.
Dengan lembut dia memapah Zhong-jing. Ketika tangannya memegang daging di tubuh Zhongjing,
tubuh yang biasanya berotot sekarang terasa lembek seperti kapas. Dia sadar ilmu silat
pemuda ini sudah dimusnahkan oleh gurunya yang memiliki hati seperti ular beracun. Dia menarik
nafas panjang dan membaringkan di atas ranjang.
Dia tidak berani dan tidak tega memikir-kan keadaan pemuda ini. Seorang pemuda yang kuat,
tenang, sehat, lincah, dan tampan, sekarang telah berubah menjadi mati rasa, tidak bersemangat
hidup, pucat, bergerak lamban, dan cacat. Perubahan ini hanya terjadi dalam waktu sehari. Diamdiam
Sun-ming menoleh ke belakang. Air matanya menetes lagi. Di luar jendela di ufuk timur
terlihat cahaya putih. Hari telah berganti lagi...
Bagaimana dia menghadapi hari-hari mendatang....
Sun-ming mulai merasa menyesal mengapa dia harus pergi ke Xi-liang-shan, jika dia tidak ke
sana banyak hal tidak akan terjadi. Paling sedikit Lu Nan-ren tidak akan jatuh ke dalam jurang
itu.... 237 Dia tidak mengungkapkan pikiran-pikirannya ini karena dia takut akan membuat putrinya
bertambah sedih lagi. Dia hanya dengan pelan berkata: "Tuan Jian dan gurumu mungkin bisa menyembuhkan
lukanya, tapi... ke mana kita harus mencari mereka berdua?"
Ling-lin dengan cemas duduk di dekat jendela melihat langit.
"Mereka mungkin bisa mengobati luka Zhong-jing, tapi... bagaimana dengan Nan Ren" Apakah
mereka bisa menolong Nan Ren keluar dari jurang itu?"
Sun-ming pelan-pelan berkata: "Anak ini lukanya sangat parah, ilmu silatnya pun sudah
musnah, sepertinya dia tidak akan kuat jika harus naik kereta yang berjalan bergoyang-goyang,
terpaksa kita harus menunggu hingga lukanya sembuh... lukanya sembuh... mana mungkin
lukanya bisa sembuh" tubuhnya sudah cacat, luka dalamnya tidak akan bisa sembuh!"
Ling-lin masih bengong sambil melihat ke luar jendela:
"Tapi dia masih hidup, Bu! Paling sedikit dia masih hidup!"
Topik pembicaraan kembali lagi pada Lu Nan-ren. Dia rela mengorbankan semua kebaha-giaan
dan tawanya untuk menggantikan nyawa Lu Nan-ren.
Tapi nyawa dari orang yang sudah mati apakah bisa digantikan oleh sesuatu"
Akhirnya luka Zhong-jing semakin membaik, tangan yang sudah putus tidak akan bisa Uimbuh
kembali, apalagi luka di dalam hati lebih-lebih tidak akan bisa cepat sembuh.
Dari pagi hingga siang, dari siang hingga malam, dari malam hingga pagi lagi... Zhong-jing
hanya duduk termenung. Wajahnya pucat, sorot matanya kosong...kecuali sewaktu dia melihat
Ling-lin tampak ada sedikit cahaya kehidupan tapi sepertinya Ling-lin juga mati rasa.
Mereka tinggal beberapa hari di penginapan. Mereka tidak pernah keluar dari penginapan.
Semua hal yang terjadi di dunia ini sepertinya dalam beberapa hari tidak ada hubungannya
dengan mereka. Yang dipikirkan Zhong-jing hanya Ling-lin. Yang dipikirkan Ling-lin hanya Lu Nan-ren. Dan Sunming,
dia sulit membagi kasih sayangnya pada mereka.
Lu Nan-ren, Ling-lin, Zhong-jing, orang aneh juga terkenal Tuan Jian, serta San-xin-shen-jun.
Akhirnya... Luka Zhong-jing sudah menutup juga mengering, keadaannya sudah tidak berbahaya lagi.
Akhirnya Sun-ming bisa bernafas lega tapi Ling-lin mulai memaksa ibunya untuk kembali ke Xiliang-
shan. "Walaupun seumur hidup tidak bisa bertemu dengan Lu Nan-ren, tapi walau bagaimana pun
aku tetap harus melihat mayatnya!"
Ini adalah keinginan Ling-lin.
0-0-0 BAB 84 Kabar dari udara Pintu kamar tiba-tiba diketuk seseorang.
Ling-lin mengerutkan alis dan membuka pintu. Begitu melihat siapa yang datang, wajahnya
berubah. "Siapakah Tuan" Ada perlu apa mencari kami?"
Di luar pintu berdiri 4 orang laki-laki berbaju warna perak, kepala mereka terbungkus dengan
kain warna perak. Ikat pinggang mereka pun berwarna perak. Mereka membawa baki berwarna
perak. Salah satu dari mereka memberi hormat:
"Kami diperintahkan oleh ketua untuk mengantarkan barang ini, harap diterima!"
Sun-ming terkejut dan bertanya:
"Kalian dari perkumpulan mana" Dan siapa ketua anda?"
Laki-laki itu tersenyum, dia melihat kedua perempuan ini adalah orang persilatan maka sikap
mereka yang canggung tadi berubah jadi santai:
"Perkumpulan kami baru berdiri sebulan yang lalu dan aku yakin kalian belum pernah
mendengar nama perkumpulan kami." Setelah tertawa dia berkata lagi: "Tapi kami berjanji, tidak
238 perlu sampai 3 bulan, semua orang persilatan pasti akan mengenal perkumpulan kami, seperti
kalian mengenal Tian-zheng-jiao!"
Wajah Sun-ming sedikit berubah, kedua alisnya berkerut lebih dalam:
Sun-mmg bertanya: "Setiap rumah menerima hadiah dari perkumpulan kalian, apakah perkumpulan kalian telah
menyiapkan begitu banyak hadiah?"
Dengan tersenyum laki-laki itu menjawab:
"Benar!" Setelah memberi hormat, dia keluar dari kamar dan menutupnya kembali. Sun-ming masih
bingung. Keempat laki-laki berbaju perak itu sudah keluar dari halaman.
"Kalau begitu berarti kalian bukan orang Tian-zheng-jiao" Apa hubungan perkumpulan Anda
dengan Tian-zheng-jiao?"
Dengan serius laki-laki itu menjawab: "Perkumpulan kami tidak ada hubungannya dengan Tianzheng-
jiao dan... kelak kalian akan mengetahuinya juga."
Kemudian dia membungkukkan tubuh memberi hormat dan meletakkan 4 baki perak itu di
atas meja, laki-laki itu melihat Zhong-jing yang duduk terpaku. Sepertinya dia sedikit terkejut.
Sun-ming bertanya lagi: "Siapakah nama ketua kalian" Kita tidak saling kenal mana boleh sembarangan menerima
pemberian ini" Lebih baik kalian bawa kembali barang-barang ini!"
Sun-ming yang berpengalaman curiga dengan maksud mereka memberikan benda-benda itu.
Laki-laki itu tersenyum, perlahan berkata: "Setiap rumah yang ada di kota Jia-xing menerima
hadiah dari perkumpulan kami. Jika kalian tidak mau menerima hadiah kami, dengan alasan apa
aku harus menerangkannya pada atasan kami?"
Sun-ming dan Ling-lin dengan terkejut 4 kotak warna perak ini tersimpan dengan rapi di atas
meja. Sebuah kertas berwarna perak tertempel dengan rapi di ujung kotak. Ada 18 kata yang
tertulis dengan rapi: "Kekuasaan yang memaksa pasti akan musnah, kebenaran akan ditegakkan. Empat kotak
hadiah ini harap diterima dengan senang!
Yang bertanda tangan di bawah adalah, Ketua Zheng-yi-bang."
Siapakah ketua Zheng-yi-bang" Mengapa dia mengeluarkan begitu banyak biaya untuk
memberikan hadiah kepada penduduk kota Jia-xing" Anehnya dia mempunyai begitu banyak uang
dan tenaga. Jangankan barang yang di dalam kotak, kotaknya saja berjumlah ratusan ribu kotak.
Bukan orang biasa yang bisa melakukan tindakan seperti ini.
Sun-ming memang banyak pengalaman tapi dia tetap merasa bingung. Dia tidak menyangka
kalau di dunia ini ada orang yang bisa berbuat seperti ini!
Dia terdiam sebentar, lalu segera berlari keluar. Dia ingin mencari jawaban akan hal ini tapi
keempat laki-laki misterius itu telah menghilang.
Tiba-tiba... Terdengar alunan musik indah mengikuti hembusan angin. Alis Sun-ming berkerut, dia mencari
sumber suara ini. Dia keluar dari kamar dan berlari ke depan penginapan. Di sana sudah banyak
orang yang berkumpul, mereka tampak sedang berbisik-bisik, dia berjalan ke depan, begitu
melihat keadaannya, dia segera menarik nafas panjang, karena... di ujung jalan sana ada
sekelompok kuda dan penunggangnya yang sedang berjalan dengan perlahan. 36 gadis cantik
meniup seruling dan alat musik lain berwarna perak. 36 ekor kuda berwarna putih dan tampak
gagah. pelananya berwarna perak, tali kekangnya pun berwarna perak dituntun 36 pemuda tampan.
Mengikuti alunan musik berjalan dengan pelan, terlihat sebuah tandu berwarna perak, atap tandu
terbuat dari perak asli, tirai berumbai sebanyak 16 buah. Laki-laki yang berpakaian ketat berwarna
perak tampak memegang kipas, mereka berjalan dengan pelan. 72 pasang gadis dan pemuda,
tangan mereka masing-masing membawa sebuah kotak berwarna perak berjalan mengikuti tandu.
Matahari mulai tenggelam. Sinar matahari menyorot barisan misterius. Mungkin mereka adalah
orang-orang Zheng-yi-bang, yang duduk di dalam tandu adalah ketua Zheng-yi-bang. Sun-ming
ingin sekali berlari kesana dan membuka tirai yang menutupi jendela melihat siapa yang duduk di
239 dalam tandu itu. Dia begitu misterius seperti naga sakti yang baru turun dari langit. Siapakah
ketua Zheng-yi-bang"
Dari dulu hingga sekarang banyak orang yang bukan orang terkenal di dunia persilatan. Dari
orang biasa tiba-tiba menjadi orang yang sangat terkenal.
Tapi tidak ada seorang pun seperti ketua Zheng-yi-bang begitu misterius juga aneh....
Diam-diam Sun-ming berpikir. 'Mungkin dia memang sudah terkenal tapi mengapa dia harus
bersikap begitu misterius, apakah.
Pikirannya belum selesai, alunan musik yang tadinya terdengar lembut tiba-tiba menjadi keras
dan gagah. Alunan musik berubah, 72 pasang pemuda dan pemudi itu, tiba-tiba berhenti
melangkah. Tangan melayang, kotak berwarna perak dibuka....
Terdengar suara lonceng kemudian beberapa ratus ekor burung merpati berwarna perak
terbang keluar. Setiap kotak berwarna perak masing-masing berisi 4 ekor burung merpati
berwarna perak. Dan setiap kaki burung merpati itu terikat sebuah kain sepanjang 5-6 meter.
Waktu itu juga.... Terdengar suara lonceng membahana memenuhi langit.
Kain yang diikat di kaki burung tampak melambai-lambai. Ratusan kain tertulis dengan tinta
perak. Di bawah sinar matahari terlihat berkilauan.
Sun-ming melihatnya. Di atas kain ada yang tertulis: Ketua Zheng-yi-bang menentang ketua
Tian-zheng-jiao, Xiao-wu!
Ada yang ditulis: Bulan delapan Zhong-qiu (Tiong-qiu) bertemu di Yan-yu-lou, harap datang.
Di bawah sinar bulan walaupun ada yang penglihatannya kurang tapi tetap bisa membaca
dengan jelas huruf-huruf yang tertulis dengan warna perak itu. Musik berganti lagi, sekarang
alunan musik menjadi siulan dengan nada tinggi.
Terlihat 4 ekor burung merpati memben-tuk satu kelompok ada yang terbang ke timur, ada
yang ke barat, ada yang ke utara, ada juga yang ke selatan. Hanya sebentar mereka telah
menjauh dari sana, hanya terlihat kain tetap berkibar-kibar dan suaraloncengyang terus
berdentang. Tapi... "Ketua Zheng-yi-bang telah menantang ketua Tian-zheng-jiao Xiao-wu."
Berita ini membuat geger dunia persilatan. Kabar ini disebar melalui burung-burung merpati itu
ke selatan, utara, barat, dan timur....
Menyebar ke seluruh dunia persilatan dan menyebar ke setiap penjuru.
0-0-0 BAB 85 Pembicaraan di jendela Setelah barisan itu menjauh, Sun-ming masih tetap berdiri dengan termenung. Dia hanya
mendengar bisikan dan suara terkejut. Dia juga melihat beberapa orang laki-laki berbaju hitam
yang tadinya berada di jalan sekarang diam-diam mengikuti barisan itu.
Dia sedikit ragu-ragu tapi dia melihat di seberang jalan ada 2 orang laki-laki berbaju hitam
dengan pandangan galak melihatnya. Diam-diam dia kembali ke penginapan tapi sebenarnya dia
ingin mengikuti barisan tadi. Pengalaman hidupnya memberitahu kalau keinginannya ini
harus diabaikan. Dia sendiri tahu kalau dia sendiri masih banyak yang harus dikerjakan. Orang
seperti dia masih banyak pekerjaan, tidak perlu mengurusi hal . yang tidak ada hubungannya
dengan dia walaupun hal ini terasa sangat aneh.
Kotak masih ada di atas meja. Sun-ming membaca surat yang ditempel di sudut kotak:


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kekuasaan yang memaksa pasti kalah, kebenaran pasti akan menang..."
Dari sudut mulutnya muncul senyum kecil, putrinya masih tampak duduk termenung di dekat
jendela. Dia melihat sepasang pemuda-pemudi yang tampak bersedih, senyumannya segera hilang.
Banyak kata-kata yang tersimpan di dalam hati. Dia tidak tahu apakah dia harus mengatakannnya
atau tidak. Tapi begitu melihat pemuda itu, dia telah mengambil sebuah keputusan:
240 "Aku harus memberi tahu hal ini kepada-nya, mungkin kegembiraan ini akan mengurangi
hatinya yang takut dan bersedih...."
Melihat pemuda itu dia ingin dengan kekuatannya menyalakan kembali kembang hati yang
telah padam di dalam jiwa pemuda ini. Satu hari telah berlalu lagi. Malam sudah tiba.
Di kota Jia-xing tiba-tiba ada bayangan seperti asap mengikuti hembusan angin. Dia datang
seperti angin, begitu lincah, ringan, dia meluncur dari satu atap ke atap lain, tidak ada yang bisa
melihatnya dengan jelas. Langit bulan 5, bintang-bintang masih berkilauan, dia berhenti di sebuah atap rumah besar
kemudian dia menarik nafas. Dalam helaan nafasnya terdengar ada kesedihan dan rasa cemas tapi
juga bahagia dan gembira seperti seorang pelancong yang berjalan di padang pasir akhirnya tiba
di tujuan. Pandangan matanya seperti kilat berputar dan dia melihat arah dan posisinya berada.
Tanpa ragu lagi dia berlari ke penginapan di mana Sun-ming dan putrinya menginap....
Penginapan sangat sepi, hanya di bagian barat terlihat lampu di sebuah kamar masih menyala
dengan redup. Sorot matanya memancarkan cahaya kegembiraaan. Sekali bergerak, dia bisa
mencapai beberapa meter. Dia sudah masuk di ruangan depan yang ada di kamar itu. Tiba-tiba
dari jendela terdengar helaan nafas sedih dan lesu.
Helaan nafas ini membuat orang yang herilmu meringankan tubuh tinggi ini seperti terkena
hipnotis, tiba-tiba berhenti melangkah dan berdiri di depan jendela.
Terdengar dari jendela suara helaan nafas l.igi. Suara yang pelan, rendah, dan nada penuh
kasih sayang keluar dari mulut seorang perempuan dewasa. Dengan penuh kasih sayang
perempuan itu berkata: "Ling-er, tidurlah dulu, ada hal penting yang ingin kubicarakan dengan Kakak Jing."
"Aku tidak mau tidur, tidak mau, mau bicara apa sampai aku tidak boleh mendengar-nya?"
Suaranya lembut walaupun tidak terlalu keras tapi terdengar keras di malam yang begitu sepi
maka setiap perkataan dengan jelas terdengar di telinga orang yang berdiri di depan jendela.
Pelan-pelan kakinya bergeser, terdengar suara penuh nada kasih sayang berkata lagi:
"Sebenarnya sudah lama aku ingin menyampaikan hal ini padanya tapi... tapi... Ling-er, apa isi
hati ibu, kukira kau pasti sudah tahu. Kematian Nan-ren pasti sangat membuatmu sedih, aku pun
demikian tapi kau masih muda, jalanmu ke depan masih panjang. Kau... kau... kau...."
Kata-katanya berhenti, bayangan di luar tampak gemetar.
Apakah karena terlalu sedih atau malam ' terlalu dingin atau ada alasan yang lain yang
menyebabkan orang itu bergetar"
Tiba-tiba dari dalam jendela terdengar lagi helaan nafas panjang:
"Bu, sekarang aku baru tahu apa yang disebut kesedihan... kesedihan ini akan menemaniku
seumur hidup. Aku merasa ini sudah cukup karena bersamaan datangnya kesedihan masih tersisa
kenangan manis, bukankah ini sangat indah" Bu, tenanglah, lebih baik ibu tidur dulu!"
Suaranya yang sedih seperti lagu indah dan masuk ke telinga bayangan orang itu.
Matanya yang terang seperti ada air mata, telapak tangannya dikepal, pelan-pelan diangkat dan
siap mengetukjendela. Terdengar dari dalam ada yang berkata lagi: "Ling-er, kau benar, sebagian orang tidak
mempunyai apa-apa lagi di dunia ini, sampai-sampai kenangan pun tidak ada, yang ada hanya
kesedihan dan kegelapan."
Dari kertas jendela terlihat bayangan seseorangyang cantik. Bayangan ini mengangguk.
Suara yang penuh kasih berkata lagi: "Demi cinta, Jing-er telah berkorban, aku tidak perlu panjang
lebar menjelaskannya, kau pun pasti sudah tahu. Sedalam apa cintanya padamu, kau
mengetahuinya lebih jelas diban-dingkan diriku. Seumur hidupnya selalu susah dan
kesepian, sekarang dia tidak memiliki apa pun termasuk ilmu silat, hanya ada tubuh yang cacat.
Hati yang telah mati, kesedihannya tidak terbendu ng lagi...."
"Ibu, untuk apa kau mengatakan semua ini kepadaku?"
Suara lembut berubah menjadi tegas: "Ling-er, aku tidak ingin kau bicara sekejam itu. Kalian
sama-sama mempunyai masa depan yang cerah. Demi kita dia rela mengobankan semua
kebahagiaannya. Apakah kita tidak bisa membalas budinya" Ayahmu... sewaktu beliau masih
hidup bukankah beliau sering mengatakan padamu, orang yang tidak tahu balas dendam adalah
241 orang pengecut, orang yang tidak tahu balas budi, lebih rendah dari anjing dan babi. Apakah kau
sudah melupakan kata-kata ini?"
Bayangan di dalam jendela tampak menundukkan kepala...
Demikian juga bayangan di luar jendela tampak menundukkan kepala. Angin berhembus, bumi
begitu gelap. Suara itu kembali berkata lagi:
"Pergilah ke kamar, suruh Jing-er kemari. Hhhh... anak itu sudah beberapa jam hanya duduk
diam di sana, sama sekali tidak bergerak.."
Bayangan di dalam kamar dengan perlahan berdiri dan berjalan dengan pelan, dia menoleh dan
bertanya: "Ibu, kau menyuruhku melakukan sesuatu, aku mengerti maksud ibu, tapi aku harus pergi ke
Xi-liang-shan dulu untuk melihat mayatnya, lalu menguburkannya...."
Belum selesai perkataannya, dia berlari keluar kamar, dari dalam terdengar helaan nafas berat,
di luar jendela terdengar helaan nafas tanpa suara. Lama hanya diam, di dalam kertas jendela
terlihat ada bayangan seseorang yang hitam dan kurus, dan garis wajah bayangan orang ini
sangat jelas dan kuat. Pelan-pelan dia duduk tapi sepatah kata pun tidak ada yang keluar dari mulutnya, sepertinya
dia tidak sudi dengan bahasa apa pun menyampaikan apa yang sedang dia pikirkan di dalam
hatinya. Dia hanya diam dan diam....
Kemudian terdengar suara lembut berkata:
"Jing-er, walaupun kau tidak mau bicara, tapi dari pandangan matamu aku bisa melihat kalau
kau sedang mendengarkan apa yang akan kukatakan."
Tidak ada jawaban, sampai gerakan menggelengkan kepala atau mengangguk tidak ada.
Suara lembut itu berkata lagi:
"Aku ingin memberitahu sesuatu padamu, cintamu kepada Ling-er bukan hanya Ling-er yang
tahu, aku pun sudah tahu, dan kami merasa berterima kasih karenanya, karena di dunia ini
tidak ada hal yang lebih indah daripada cintamu."
Dia berhenti bicara seperti sedang menantikan ekspresi pemuda itu.
Kemudian terdengar suara helaan nafas lagi.
"Demi cintamu... cukup untuk membuat gadis mana pun di dunia ini akan membalas cintamu,
kau... kau istirahatlah, sembuhkan lukamu, setelah lukamu sembuh, aku, aku... akan menikahkan
Ling-er padamu, saat menyembuhkan lukamu, kau tidak perlu cemas lagi, apakah kau mengerti?"
Bayangan di luar jendela tampak gemetar... karena dia mendengar kabar yang mengejutkan.
Bayangan di luar kendela terkejut...demi apakah dia melakukan semua ini"
Dia dengan pelan membalikkan tubuh, tubuhnya tadi bergerak lincah, sekarang tampak berat,
dia berusaha agar suaranya tidak keluar. Tapi beban di dalam hatinya sudah tidak terbendung.
Pembicaraan di dalam kamar masih berlanjut.
Bayangan di luar jendela sudah tidak ingin mendengar kelanjutan pembicaraan itu lagi, dia
membalikkan tubuh dan tubuhnya yang panjang meloncat tinggi. Dia berlari seperti orang gila.
Langit malam di bulan 5, bintang masih berkilau-an, tapi manusia yang ada di kolong langit...
suara helaan nafas, tidak ada kebahagiaan dan kegembiraan.
Bayangan itu menghela nafas seperti hembusan angin malam, menghilang dalam kegelapan.
0-0-0 BAB 86 Memberi perhiasan kepada seorang tuan
Jendela yang tertutup rapat, tiba-tiba dibuka...
Wajah yang tadinya pucat sekarang bercampur dengan rasa terkejut, tegang, tidak ada
ekspresi, sekarang terlihat kegembiraan yang amat kental. Dia melihat cahaya bintang, pelanpelan
berkata: "Apakah hari sudah terang... apakah hari sudah terang?"
242 Terdengar suara lembut yang menjawab: "Bukan hari yang sudah terang, tapi kau harus
melihat dengan mata hatimu, apakah kau mengerti" Kalau kau ingin bahagia, kau harus
membahagiakan dirimu terlebih dulu."
Jendela perlahan ditutup kembali, dia berkata:
"Di luar angin sangat kencang, lukamu belum sembuh total." kemudian dia berkata pada Linglin,
"Ling-er, aku sudah lama mengobrol dengan Kakak Jingmu, sekarang...."
Belum selesai perkataannya, di malam yang hening itu tiba-tiba terdengar derap langkah kuda
yang berlari dengan terburu-buru seperti mengikuti arah angin. Suara itu berhenti di depan
penginapan, kemudian terdengar ada yang menge-tuk pintu dan terdengar suara seseorang...
kemudian terdengar lagi kuda berlari menjauh dari penginapan.
Alis Sun-ming berkerut, dia merasa aneh dan bertanya:
"Mengapa kuda itu berlari dengan terburu-buru?"
Kemudian...Terdengar langkah orang dan suara serak yang bertanya:
"Apakah Nyonya belum tidur?"
Sun-ming bangun dan membuka pintu, tampak pelayan penginapan yang masih ter-kantukkantuk
membawa sebuah kotak yang terbuat dari kayu wangi, dia berdiri di depan kamar dengan
termangu, sambil tertawa dia berkata:
"Tadi ada yang mengantarkan kotak ini, dia menyuruhku memberikan kotak ini kepada Nyonya,
dia juga mengatakan kalau di dalam kotak ini ada benda berharga, maka aku langsung
membawanya ke sini, untung Nyonya belum tidur...."
Sun-ming merasa terkejut, dia berusaha menjawab dengan nada biasa:
"Aku tahu." dia menerima kotak kayu itu dan berkata lagi, "tengah malam seperti ini telah
mengganggumu, aku minta maaf!"
Dia memberi uang tip kepada pelayan itu, kemudian membawa kotak itu masuk ke dalam
kamar. Kotak itu diukir dengan indah.
Kotak kayu seperti ini biasanya digunakan oleh keluarga kaya. Ukiran itu menggambarkan
sepasang burung phoenix, dia bertanya:
"Apa yang tersimpan di dalamnya" Siapa yang mengantarkannya ke sini?"
Ling-lin sama bengongnya dengan ibunya, Sun-ming dengan pelan membuka kotak itu. Tibatiba!
Cahaya berkilau dari pantulan perhiasan keluar dari dalam kotak, Ling-lin bertanya:
"Apa ini, Bu?" Tapi Sun-ming malah gemetar, wajahnya pucat, dan PRAK... kotak kayu itu terjatuh dari
pegangannya. Kotak terjatuh ada mutiara yang jatuh menggelinding ke bawah meja, Ling-lin berteriak, tapi
tangan ibunya masih gemetar, sepucuk surat dipegang dalam tangannya.
Ling-lin menghampiri ibunya dan mengambil surat itu, di bawah cahaya lampu yang redup
terlihat tulisan kaligrafi, setiap kata tertulis dengan indah, di sana tertulis:
"Aku mendengar berita menggembirakan, maka aku memberikan hadiah mutiara dan
perhiasan, cahaya perhiasan akan menyinari wajah pengantin perempuan, semoga bahagia
selamanya!" Kata-kata biasa, kaligrafi biasa, tidak ada nama penerima dan tidak ada nama pengirimnya.
Sebenarnya tidak ada hal yang membuat Sun-ming merasa aneh!
Ling-lin melihat ibunya, tiba-tiba dia mundur tiga langkah dengan lemas dia berteriak:
"Ini darinya! Apakah dia" Apakah dia?"
Pandangan Sun-ming terus melihat mutiara yang masih berjatuhan di lantai, diam-diam dia
berpikir, Apakah benar dia" Apakah mungkin itu dia" Apakah dia tidak mati" Kecuali dia siapa
lagi"' Firasatnya mengatakan kalau orang yang memberikan perhiasan dan mutiara ini adalah dia!
Tapi Sun-ming tetap berkata:
"Ling-er, apa yang kau katakan tadi" Mengapa kau merasa kalau orang itu adalah dia?"
Mata Ling-lin yang besar tampak melotot:
"Ibu, kau juga pasti merasakan kalau pengirim benda-benda ini adalah dia, kalau tidak
mengapa Ibu bisa sampai terkejut seperti ini" Apakah ini benar, Bu?" Ling-lin terus melanjutkan,
243 "apakah benar?" dia sampai memegang erat pundak ibunya, sepertinya dia ingin mendapatkan
kepastian dari mulut ibunya dia ingin membuktikan pemikirannya ini.
"Apa yang kita bicarakan tadi, sepertinya dia sudah mendengarkan semuanya, tapi.... mengapa
dia tidak masuk saja" Apakah... apakah..."
Ling-lin terus berkata sendiri, air matanya mulai menetes lagi, air matanya meleleh, air matanya
lebih berharga dibandingkan dengan inutiarayang berserakan di lantai.
Sun Ling mengelus-elus rambut putrinya: "Anak bodoh, mengapa kau begitu yakin kalau orang
itu adalah dia?" Diluar jendela angin masih terus berhembus tiba-tiba Ling-lin berteriak:
"Dia belum pergi jauh, dia masih ada di luar!" Dengan cepat Ling-ling membuka jendela dan
melihat ke sekelilingnya, tiba-tiba dia berteriak lalu mundur, sambil membentak:
"Siapa kau" Ada keperluan apa datang ke sini?"
Bentakannya belum selesai, terdengar sebuah tawa masuk dari jendela. Dengan bantuan
cahaya bintang, terlihat bayangan orang itu, tubuhnya yang pendek berdiri di depan jendela. Hati
Sun ming benar-benar menjadi dingin, dengan cepat dia mengeluarkan sebuah pisau tajam untuk
memadamkan sumbu lampu, tapi sosok orang itu malah tertawa keras:
"Jangan terkejut, aku tidak berniat jahat!"
Di bawah cahaya lampu, bayangan orang itu masuk melalui jendela, bajunya yang berwarna
kuning tampak berkilau, dia tampak gemuk, tapi gerakannya luwes dan cepat, hal ini membuat
Sun-ming gemetar, dia membentak:
"Siapakah sahabat" Kalau tidak berniat jahat mengapa malam-malam seperti ini mengganggu
waktu istirahat kami, ada urusan apa?"
Orang itu baru berdiri dengan tegak, dia melihat Zhong-jing yang berada di sudut kamar,
kemudian dia memberi hormat kepada Sun-ming:
"Aku adalah Wei Ao-wu, aku dan Pendekar Ling telah beberapa kali bertemu, apakah Nyonya
masih ingat kepadaku?"
Perlahan Sun-ming memasukkan kembali pisaunya, tapi dari pandangannya terlihat kalau dia
merasa aneh, lelaki pendek dan gemuk ini tidak lain adalah 'Qi-hai-yu-zi' Wei Ao-wu yang terkenal
di dunia persilatan. Wei Ao-wu tertawa terbahak-bahak: "Pendengaran Nona Ling benar-benar lihai, aku baru saja
sampai di atas atap, Nona sudah langsung tahu, kelak kalau ada penjahat kecil yang berniat tidak
baik kepada Nona Ling, berarti mata orang itu benar-benar sudah buta!"
Wajah Ling-lin seperti air, dia sama sekali tidak mendengar pujian tadi, Wei Ao-wu tertawa dan
berkata lagi: "Malam-malam seperti ini aku telah mengganggu kalian, aku benar-benar minta maaf, tapi aku
datang ke sini karena Nyonya."
Alis Sun-ming berkerut dan bertanya: "Tuan dan kami tidak saling kenal, kata-kata Tuan tadi
benar-benar membuatku tidak mengerti, apakah dengan masuk ke kamar perempuan, lalu masih
mengatakan..." Sun-ming tahu kalau 'Qi-hai-yu-zi' Wei Ao-wu bisa dipastikan dia adalah orang Tian-zheng-jiao,
maka dia tidak sungkan berkata seperti itu.
Tapi perkataan Sun-ming belum selesai, Wei Ao-wu sudah menyela:
"Aku bicara tidak berkepala dan tidak berbuntut, pantas Nyonya tidak mengerti."
Dia duduk di bangku yang ada di dekatnya, tanpa sungkan dia bercerita:
"Jika Nyonya mengerti apa maksudku, Nyonya tidak akan marah lagi!"
"Hari ini aku mendengar anak buahku melapor, Nyonya sangat tertarik dengan 'Zheng-yi-bang'
maka aku pun segera menyuruh anak buahku mencari tahu mengenai keberadaan mereka.
Sekarang aku mencari Nyonya karena aku berhasil mendapatkan tempat mereka. Apakah Nyonya
tertarik, dengan suka rela aku akan menunjukkan jalan kepada Nyonya."
Diam-diam Sun-ming berpikir, 'Sepertinya dalam Tian-zheng-jiao banyak orang berbakat. Pagi
tadi ketika aku berada di depan pintu penginapan ada 2 laki-laki yang berdiri di depan penginapan
itu bisa langsung menebak. Marga Wei datang kemari pasti ingin menjadikanku batu loncatan
untuk menanyakan jalan."
Diam-diam dia tertawa dingin, dalam hati dia segera menyusun rencana. Dia segera bertanya:
244 "Apakah benar Ketua Wei sudah mengetahui tempat Zheng-yi-bang?"
Wei Ao-wu tertawa terbahak-bahak: "Aku mendapatkan perintah dari ketua kalau sekarang
Nyonya telah menjadi keluarga Tian-zheng-jiao. mana mungkin aku masih berani membohongi
Nyonya?" Sun-ming berusaha menekan amarahnya karena dia sudah mempunyai suatu dugaan. Dia ingin
membuktikan apakah dugaannya ini benar, maka dia pun berkata:
"Apakah sekarang kita bisa pergi?"
Wei Ao-wu mengangguk dan tertawa:
"Asalkan Nyonya bersedia, aku pasti akan menemani Nyonya."
Dengan mata rakus dia terus melihat ke arah perhiasan dan mutiara yang berserakan di bawah.
Sun-ming memasukkan kembali pisaunya dan berkata:
"Ling-er, kau di sini saja temani......beristirahat, aku akan segera kembali!"
Ling-er yang pintar tidak bisa menebak apa yang diinginkan ibunya. Dia masih terpaku, ibunya
sudah membentak: "Ayo, kita pergi sekarang!"
Wei Ao-wu tertawa terbahak-bahak:
"Nona, tunggu sebentar!" Dia berbisik kepada Zhong-jing kemudian baru keluar melalui jendela.
Tadi Ling-lin secara tidak jelas mendengar kata-katanya:
"...asalkan kau mau... pesan ketua... segera akan bisa... aku menasehatimu...."
Tapi Zhong-jing masih duduk dengan termenung dan membuka matanya lebar-lebar seperti
tidak mendengar apa yang Wei Ao-wu katakan. Angin masih berhembus, bintang masih kelap-kelip
di langit. Sun-ming dan Wei Ao-wu sudah pergi jauh.
Suara genderang dari orang yang meronda memecahkan kesepian malam.
Sun-ming berlari di dalam kesepian malam, ilmu silatnya memang tidak begitu tinggi tapi sudah
termasuk lumayan di dunia persilatan. Tidak lama kemudian mereka sudah berada di luar kota,
melewati jembatan kecil dan danau. Danau di malam hari begitu indah. Sun-ming bertanya:


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah kita sudah sampai?"
Wei Ao-wu yang selalu berada di sisi Sun-ming dengan tersenyum menjawab:
"Tidak lama lagi."
Dia berlari semakin cepat, angin meniup baju kuning dan terus berbunyi. Saat melewati sebuah
hutan, dia membuka bajunya yang berwarna kuning dan memakai baju hitam ketat yang sudah
dipakainya sejak tadi. Dengan tersenyum dia pun berkata:
"Nyonya, di depan sana ada beberapa rumah, sebenarnya tempat ini milik seorang pejabat
tinggi di kerajaan, entah mengapa bisa menjadi markas pusat kelompok orang tersebut. Aku
belum pernah ke sana, tapi katanya di sana banyak pepohonan jadi jika Nyonya masuk ke sana
harus berhati-hati. "Jangan sampai terpisah dariku. Memang tampak sepi, tapi sebenarnya tempat ini bagai
kandang harimau..." "Aku hanya akan menemani Nyonya, sebenarnya situasi di sini sangat berbahaya!"
Sun-ming tertawa dingin. Benar saja, di hutan sana ada sebuah rumah besar. Dia menekan
gejolak hatinya dan bertanya kepada dirinya sendiri. "Apakah benar orang yang ada di dalam sana
adalah oiang-orang Zheng-yi-bang" Apakah ketua Zheng-yi bang adalah orang yang kuduga?"
Suara detak jantung sampai terdengar olehnya, jika dugaannya benar, ini tidak akan menjadi
masalah, tapi jika salah, dia secara tidak topan telah masuk ke tempat rahasia perkumpul-an oiang
lain. Bukankah berarti juga mengantar-kan Kematiannya sendiri" Tapi demi mendapatkan jawaban
pasti, dia tidak berpikir panjang lagi. Dua bayangan naik ke bubungan atap. Lampu penginapan
yang ada di kota Jia Xing dari yang tadinya redup sekarang terlihat putih.
Di bumi ini selalu terjadi perubahan, begitu pula dengan manusianya. Tapi perubahan ini
hanyalah perubahan rupa saja. Setelah terjadi perubahan akhir, semua yang terjadi di dunia ini
akan terjadi dalam sekejap saja. Bukankah begitu"
Kalau betul begitu, dari awal hingga akhir bukankah cerita ini akan sangat sedikit" Jika betul
seperti itu aku ingin berkata: "Hal yang terjadi di dunia ini bisa dikatakan telah selesai, hal yang
telah selesai bisa dikatakan belum selesai, karena jarak antara selesai dan belum selesai sangat
pendek. 245 0oo0 Hampir Zhong-qiu (Tiong-qiu), sinar bulan yang terang seperti mata uang perak menyinari kota
Jia-xing. Di kota Jia-xing, di sebuah kebun, kebun yang ditumbuhi pepohonan, di tengahnya berdiri
sebuah rumah megah. Katanya di sini tinggal seorang pejabat tinggi kerajaan. Entah karena alasan apa pejabat itu
dihukum mati bersama dengan seluruh keluarganya. Karena itu tempat dengan pemandangan
sangat indah, besar, serta bangunannya yang kokoh, tidak ada yang mendiami.
Malam itu, pukul 3 dini hari, di tempat yang tidak berpenghuni itu tiba-tiba muncul 2 bayangan
manusia. Kedua bayangan ini meloncat ke atap agak pendek lalu melihat ke kiri dan kanan. Ketika
mereka akan meloncat ke ruang utama, tiba-tiba terdengar siulan dari daun bambu. Suara ini
semakin keras dan saling beradu. Kedua bayangan ini, yang satu bertubuh pendek dan gemuk,
sedangkan yang satu lagi bertubuh kecil dan langsing, sepertinya dia seorang perempuan. Tibatiba
yang gemuk berteriak tertahan:
"Celaka!" Perempuan itu segera bertanya:
"Ketua Wei, ketua Zheng-yi-bang berada di rumah yang mana?"
Kata-katanya belum selesai, di sekeliling pohon muncul sekelompok laki-laki berpakaian perak,
dengan ikat pinggang perak, dan kain pembungkus kepala berwarna perak, di mulut setiap orang
terlihat menggigit selembar daun bambu. Sambil meniup daun tersebut, mereka berjalan ke dalam
hutan. Orang pendek itu adalah 'Cji-hai-yu-zi' Wei Ao-wu yang terkenal di dunia persilatan. Dengan
tergesa-gesa dia berkata:
"Nyonya, situasi di sini tidak menguntungkan, ketua Zheng-yi-bang akan muncul. Aku harus
pergi dulu." Setelah bicara seperti itu dia segera turun dari atap dan berlari ke jalan yang mereka
lewati tadi. Tidak lama kemudian, puluhan lelaki berbaju perak dari segenap penjuru berlari ke arah Wei
Ao-wu. Mereka sama sekali tidak mempedulikan perempuan yang masih berada di atas atap.
Melihat hal seperti itu, perempuan yang berada di atas atap berpikir, 'Munculnya laki-laki
berpakaian perak sepertinya bukan karena aku, apakah ada musuh kuat yang datang kemari?"
Perempuan itu berlari ke dalam hutan ke sebuah tempat yang agak tersembunyi.
Suara siulan dari daun bambu tidak terdengar. Di sekeliling tempat itu kembali sepi.
Semua lelaki berpakaian perak seperti patung hanya berdiri diam. Mereka berdiri seperti angka
satu (Tulisan Cina) dijalan itu. Wajah mereka terlihat sangat tegang sepertinya bernafas pun harus
pelan-pelan. Di langit awan hitam menutupi cahaya bulan. Begitu awan menghilang dan cahaya bulan
muncul kembali, di depan para laki-laki berpa-kaian perak sekitar 10 meter dari sana, berdiri
puluhan laki-laki berpakaian hitam dengan pembungkus kepala berwarna hitam pula, ikat
pinggang mereka pun berwarna hitam. Kedua belah pihak saling berhadapan di lapangan. Sangat
menegangkan! Dalam suasana tegang itu, para laki-laki berpakaian hitam tiba-tiba terbagi menjadi 2 barisan.
Di kerumunan muncul seorang pemuda terpelajar berpakaian kuning. Dia tampan, putih, tidak
berjanggut maupun berkumis tapi terlihat licik. Di belakangnya berdiri seorang pak tua dengan
perawakan gemuk pendek, dia adalah Wei Ao-wu yang tadi berniat kabur.
Pemuda terpelajar berpakaian kuning itu mendekati laki-laki berpakaian perak, tangan kirinya
mengeluarkan kipas lipat. Wei Ao-wu membisikkan seseuatu kepadanya, pemuda itu mengangguk.
Terdengar Wei Ao-wu berkata:
"Ketua Tian-zheng-jiao mengunjungi Zheng-yi-bang."
Tapi barisan laki-laki berpakaian perak itu tidak bergerak, dengan serius mereka berdiri dengan
diam. Terdengar siulan dari daun bambu kemudian barisan lelaki berbaju perak terbagi lagi menjadi
2. Dari tengah muncul seorang laki-laki tinggi dengan wajah persegi, berpakaian perak. Di
246 dadanya terpasang 3 kuntum bunga merah. Laki-laki itu membentak: "Apa itu Tian-zheng-jiao"
Mana ada aturan malam-malam begini datang berkunjung?"
Wei Ao-wu dengan dingin menjawab: "Apakah yang bicara ketua Zheng-yi-bang?"
"Ketua kami tidak akan sembarangan menerima tamu, aku adalah Tombak Perak Tao-chu."
Dengan sombong Wei Ao-wu berkata: "Aku tidak pernah mendengar mendengar nama itu di
dunia persilatan." Ilmu silat Tombak Perak Tao-chu tidak begitu tinggi tapi pengalamannya sangat banyak.
Apalagi ilmu meringankan tubuh, di dunia persilatan dia sudah memiliki nama. Sekarang dia di
hina di depan banyak orang dia tidak tahan. Dia membentak:
"Memang Tao-chu tidak berguna, tapi tidak takut kepada Tian-zheng-jiao."
Wei Ao-wu dengan dingin berkata:
"Orang tidak tahu diri, terimalah seranganku!"
Kakinya menyapu, hal ini membuat Tao-chu dengan cepat meloncat.
Tapi ini adalah serangan tipuan, begitu kakinya turun, dia baru menyerang sungguh-sungguh.
Pukulan ini diarahkan ke perut Tao-chu. Tao-chu masih berada di tengah udara, kali ini serangan
itu pasti mengenai perutnya. Waktu itu sebuah panah berwarna perak sudah meluncur keluar.
Bersamaan dengan sebuah bayangan telapak mengangkat tangan kanan Wei Ao-wu kemudian jari
telunjuk dan jari tengah tangan kanannya menotok ke tengah alis Wei Ao-wu.
Melihat orang yang datang mempunyai ilmu . silat begitu tinggi, Wei Ao-wu segera mundur
menyelamatkan dirinya. Orang yang datang berdiri dengan tegak. Wajahnya tampan, sikapnya
luwes, pakaian abu-abu, tapi bunga yang terpasang di dadanya berjumlah 5 kuntum. Dia
tersenyum: "Akulah ketua Zheng-yi-bang."
Perempuan yang sejak tadi bersembunyi di hutan begitu melihat orang ini, dia pun berseru:
"Ternyata benar. Dia tidak mati... Zhong-jing... harus bagaimana dia?"
Orang terpelajar berbaju kuning emas itu segera maju:
"Perkiraanku tidak meleset, kecuali Lu Nan-ren, siapa yang sanggup mendirikan Zheng-yi-bang
(Perkumpulan Keadilan)?"
Begitu melihat orang itu, hati Lu Nan-ren sudah panas seperti dibakar api tapi dia berusaha
menahan diri. Pelan-pelan dia berkata:
"Xiao-wu, kita sudah berjanji akan bertarung pada hari Zhong-qiu di Yan-yu-lou, tidak
disangka kalian tiba-tiba datang kemari. Baiklah! Sekarang kita bertarung untuk menentu-kan
siapa yang bisa bertahan hidup atau sebaliknya!" Mata Xiao-wu bersorot sadis: "Lu Nan-ren, kau
benar-benar tidak memandangku. Selama 3 tahun ini aku selalu tidak ingin berselisih denganmu.
Jika tidak, walau-pun kau mempunyai 10 nyawa, kau akan mati di tanganku."
Dengan tegas Lu Nan-ren menjawab: "Dendam karena membunuh istri, aku tidak taruh di
dalam hati, tapi kau tidak boleh membunuh Fei-hong-qi-jian yang telah merawatmu seperti
seorang anak dan menyayangimu seperti seorang sahabat...." Dia mengangkat tangan kiri,
memperlihatkan jari kelingkingnya yang putus dan berkata lagi:
"Aku telah bersumpah di depan mayat-mayat Fei-hong-qi-jian jika tidak berhasil membunuhmu,
aku akan bernasib sepertijari ini...."
Lu Nan-ren mulai menyerang nadi-nadi penting di tubuh Xiao-wu.
Dengan lincah Xiao-wu menghindar ke kiri dan kanan, sambil berkata dengan marah:
"Sekarang kau berhasil mendirikan Zheng-yi-l>ang, tapi aku tidak akan membiarkanmu hidup
terus...." Sejak kecil Xiao-wu berlatih ilmu silat di Chang-bai-shan kemudian karena nasibnya 1 Mruntung
dia bertemu dengan 'pak tua tanpa nama' dari Qing-hai. Pak tua aneh ini mengajarkan
semua ilmu silatnya kepada Xiao-wu. Xiao-wu menggabungkan kedua ilmu silat yang telah
diperoleh hingga dia lebih unggul dibandingkan Qian-yi yang sejak kecil telah belajar ilmu silat
kepada pak tua aneh itu. Maka saat mereka bertarung, Xiao-wu bisa menyerang sambil bertahan. Ketika bertahan,
pertahanannya sangat rapat, tidak ada lowongan sedikitpun, ketika menyerang, sangat cepat
seperti kilat dan sangat lihai. Sesudah puluhan jurus berlalu, Lu Nan-ren mulai merasa dia tidak
247 bisa bertahan lagi. Sekarang dia benar-benar merasa ilmu silat Xiao-wu sangat hebat, jika bukan
karena beberapa bulan ini dia berlatih ilmu Tian-xing-mi-ji' mungkin sejak tadi dia sudah kalah.
Catatan yang ada dalam buku Tian-xing-mi-ji adalah catatan tentang ilmu silat yang sangat
tinggi, hanya saja waktu untuk belajar ilmu tersebut terlalu singkat, maka dia hanya bisa
mengeluarkan kemampuannya sebesar 40%.
Dari pihak Xiao-wu, semakin bertarung dia semakin terkejut, hingga terakhir dia merasa jurusjurus
Lu Nan-ren semakin lama semakin aneh. Dia merasa seperti dijadikan umpan, semakin
menyerang, jurus-jurusnya semakin hebat dan leluasa. Jika hari ini dia tidak membunuh Lu Nanren,
kelak dia tentu akan kalah di tangan Lu Nan-ren.
Karena cemas, dia mulai mengeluarkan 3 jurus andalan yang dipelajarinya dari 'pak tua aneh'
itu. Jurus pertama dilancarkan tapi tidak berhasil, lalu jurus kedua juga dikeluarkan, kali ini
jurusnya tampak lebih dahsyat. Dengan jurus-jurus di Tian-xing-mi-ji, Lu Nan-ren berusaha untuk
menghadapinya. Pada jurus ketiga, Lu Nan-ren mulai merasa pusing, di sekelilingnya hanya ada bayangan Xiaowu.
Karena terdesak Lu Nan-ren tidak sengaja mengeluarkan jurus 'tangan terampil Xu-bai' yang
didapatkanya dengan cara mencuri belajar. Jurus ini bernama 'Fu-yun-shou'.
Memang Fu-yun-shou sangat lihai tapi jurus ini hanya bisa digunakan untuk menyerang bukan
untuk bertahan. Xu-bai membuat jurus ini untuk menyerang Tie-mian-gu-xing-ke, Wan Tian-pin,
maka jurus yang keluar adalah serangan yang sangat hebat.
Tapi dengan jurus 'Wu-suo-bu-zhi', Xiao-wu berputar ke belakang Lu Nan-ren dan tangan
kanannya menyerang punggung Lu Nan-ren.
Jurus 'Fu-yun-shou' Lu Nan-ren menjadi gagal. Dia merasa di belakang tubuhnya ada tenaga
kuat yang menyerang. Dalam situasi seperti ini, dia mengerahkan tenaga dalam ke punggungnya
siap menerima pukulan Xiao-wu. Tapi ketika telapak yang kuat hampir mengenai punggungnya,
tiba-tiba sesosok bayangan kurus secepat kilat datang pada mereka, dengan dua kakinya orang itu
menendang kepala Xiao-wu.
Demi menyelamatkan dirinya, Xiao-wu terpaksa menarik kembali telapaknya dan meloncat ke
belakang. Walaupun demikian Lu Nan-ren tetap terdorong maju beberapa langkah karena
punggungnya sempat terkena angin pukulan dari telapak Xiao-wu yang hebat.
Orang yang datang dengan cara seperti itu tampak tujuannya hanya ingin menyelamatkan Lu
Nan-ren. Begitu Xiao-wu berhenti menyerang, orang itu pun pun berhenti menyerang dan
bersuara: "Adik Xiao, apa kau masih mengenalku?"
Setelah diamati, Xiao-wu baru melihat orang yang datang itu bertubuh kurus seperti kayu,
tulang rusuknya terlihat dengan jelas, tulang pipinya pun sangat tinggi dan masih ada kumis. Di
atas baju peraknya tertancap 6 kuntum bunga merah. Dalam hati Xiao-wu marah, 'Tidak disangka,
Perampok Utara yang terkenal dengan julukan Tie-mian-gu-xing-ke ternyata telah masuk Zhengyi-
bang....' Wajah Wan Tian-pin yang pucat tersenyum: "Adik Xiao, ketika berada di Wu-liang-shan kau
telah menolongku, membuatku bisa bertahan hidup hingga saat ini, tapi sekarang aku belum bisa
membalas budi ini, aku merasa malu. Sekarang aku...."
Xiao-wu sudah menyela: "Tetua tidak perlu banyak bercerita tentang masa lalu, sekarang aku
sudah tahu kalau Tetua telah masuk Zheng-yi-bang maka mulai saat ini kau adalah musuh Tianzheng-
jiao." Otot di wajah Wan Tian-pin terus bergetar, dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia tampak
bimbang, kemudian terdengar dia menarik nafas panjang, lalu dia membalikkan tubuh pergi, saat
ini secepat kilat Xiao-wu bergerak memukul nadi penting di punggung Wan Tian-pin.
Wan Tian-pin sama sekali tidak menyangka kalau Xiao-wu akan menyerang dan ingin
membunuhnya, dia tidak sempat menghindar dari serangan ini. Tubuhnya terpental, darah segera
muncrat keluar dari mulutnya dan dia roboh seketika itu juga.
Karena serangannya berhasil, Xiao-wu tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Siapa yang berani bermusuhan denganku, harus mati!"
248 Di belakang seorang laki-laki berbaju perak, terbang keluar, seorang yang berambut acak
acakan, janggutnya saling membelit, bajunya berwarna perak, bagian depannya tidak terkancing,
terlihat bulu dadanya yang tebal. Seorang laki-laki tinggi dan besar mencengkram baju belakang
Xiao-wu dan membentak: "Orang hina, bisanya hanya menyerang orang dari belakang!"
Xiao-wu terkejut, dia mencoba meloloskan diri dari cengkraman ini, terdengar BREEET... bagian
belakang bajunya telah sobek.
Xiao-wu menoleh, kembali dia terkejut, ternyata yang mencengkramnya adalah Pencuri Selatan
si Tangan Terampil Xu-bai.
Di baju depan Xu-bai terpasang 6 kuntum bunga merah, jelas dia pun telah masuk Zheng-yibang.
Xiao-wu sama sekali tidak menyangka Lu Nan-ren bisa menyatukan Pencuri Selatan dan
Perampok Utara yang telah saling bermusuhan selama puluhan tahun, bisa membuat mereka
masuk Zheng-yi-bang. Xiao-wu adalah pesilat tangguh yang sangat licik. Dia melihat ke pinggir kiri dan kanannya, ada
dua ketua berbaju emas, dia merasa situasinya tidak menguntungkan, lawan tampak sangat kuat
maka dia tanpa ingat gengsi lagi, dia membentak lalu melarikan diri dari sana.
Tangan Terampil Xu-bai yang mempunyai ilmu meringankan tubuh tinggi, tidak memberi
kesempatan baginya untuk lari. Dia membentak: "Jangan kabur, diam di sana!"
Dia ingin mengejar tapi ketua Zheng-yi-bang sudah berteriak:
"Tetua Xu, musuh yang sudah kalah jangan dikejar lagi, cepat kemari untuk melihat keadaan
Tetua Wan, sepertinya beliau tidak akan tertolong lagi...."
Walaupun Tangan Terampil Xu-bai bermusuhan dengan Wan Tian-pin sudah sepuluh tahun
lebih, permusuhan di antara mereka juga sangat dalam tapi begitu melihat dia terluka parah
karena diserang dari belakang, dalam hati dia juga ikut merasa sedih. Pelan-pelan dia berjalan
mendekati Wan Tian-pin. Lu Nan-ren memeluk Wan Tian-pin yang mulutnya penuh dengan darah, nafasnya sudah
sangat lemah, air mata Lu Nan-ren menitik setetes demi setetes ke wajah Wan Tian-pin. Dengan
lemah Wan Tian-pin berkata:
"Baik, baik! Aku sudah dipukul oleh Xiao-wu dengan begitu hutangku telah lunas. Aku tidak
berhutang budi lagi kepadanya...."
Lu Nan-ren tetap memeluknya dan dengan gemetar berkata:
"Tetua Wan, aku pasti akan membalaskan sakit hatimu ini... aku pasti akan membalaskan
dendammu...." Tampak Wan Tian-pin tidak tahan, tubuhnya terus gemetar dan merintih kesakitan.
Segera tangan kanan Lu Nan Jen di tempelkan ditubuh Wan Tian-pin, dengan mengerahkan
tenaga dalam, pelan-pelan dia menyalurkan pada tubuh Wan Tian-pin, beberapa menit kemudian
kepalanya sudah berkeringat.
Tangan Terampil Xu-bai menarik nafas dan berkata:
"Ketua, jangan menghamburkan tenaga dalammu, nadi Lao Wan nya sudah putus, sepertinya
dia tidak akan tertolong lagi!"
Wajah Wan Tian-pin memperlihatkan kalau dia sangat kesakitan, dengan suara berdengung
seperti nyamuk dia berkata:
"Lao Xu, jika aku mati, musuhmu berkurang satu lawan di dunia ini. Ha, ha, ha! Sebenarnya
aku tidak mau mati lebih dulu darimu...."
Wan Tian-pin bukan orang yang takut mati, sekarang walaupun sudah mendekati ajal tapi kata
kata Wan Tian-pin masih terdengar sangat gagah, malah Tangan Terampil Xu-bai dengan suara
sedih berkata: "Lao Wan, jika kau mati kau sudah tenang, tidak perlu mendengar perintah ketua lagi. Aku
masih harus mengabdi selama 10 tahun kepada Zheng-yi-bang! Jika kau sudah masuk surga,
tolong disana pesankan tempat untukku. Jangan-jangan jika aku mati tempat di surga sudah
penuh sesak dan aku disuruh pergi ke neraka!"
Dengan sedih Wan Tian-pin berkata:
"Baiklah, baik! baik!"
249 Ternyata ketika Wan Tian-pin dan Xu-bai berjanji di Xi-liang-shan, siapa pun yang mendapatkan
alat cahaya berputar berarti dialah yang akan menjadi pemenangnya, maka mereka bersamasama
turun ke jurang. Tapi karena tali kurang panjang mereka malah mendapat bahaya.
Jurang sangat terjal, dinding ditumbuhi lumut membuat tangan tidak bisa memegang apa pun
di dinding itu, maka mereka berdua tidak berani mengambil resiko untuk turun tapi karena Wan
Tian-pin sangat ingin menang maka dengan cakar elang dia menancapkan jari-jarinya ke dinding


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan dengan cara seperti itulah dia turun ke jurang.
Tapi Xu-bai tidak sabaran, setelah ikut Wan Tian-pin turun sejauh 10 meter, dia berteriak tapi
dia tidak bisa turun. Akhirnya dia terpikir satu cara. Dari balik dadanya dia mengeluarkan senjata rahasia berjenis
biao. Biao ini ditancapkan ke sela-sela batu. Dengan cara menancapkan biao secara bergantian
mencabut dia pun bisa turun ke jurang.
Dengan cara seperti itu hanya sebentar dia berhasil mendekati Wan Tian-pin.
Karena Wan Tian-pin sudah lama tidak menggunakan senjata rahasia maka di badannya tidak
tersimpan benda keras. Dia tahu dengan cara yang dilakukan Xu-bai sekarang ini, dia pasti akan
kalah, dia tidak bisa menerima kekalahan itu. Maka muncullah pikiran jahat.
Dengan berpura-pura tenaganya tidak cukup, dia melepas tangan kirinya hanya dengan tangan
kanan dia menggelantung di dinding jurang, keadaannya sangat berbahaya!
Xu-bai yang mendapat kesempatan segera turun ke sisi Wan Tian-pin. Dia menotok nadi Wan
Tian-pin di bagian tulang rusuk dengan dua jarinya.
Sebetulnya maksud Wan Tian-pin menggelantung di dinding gua adalah menunggu Xu-bai,
ketika Xu-bai datang Wan Tian-pin akan menotoknya, dan dia akan berayun menggunakan tangan
kanannya, kaki kirinya mengikuti ayunan tangan, dia akan menendang nadi pingsan Xu-bai. Tapi
karena Wan Tian-pin menggelantung terlalu lama, tangan sudah tidak bertenaga maka dia tidak
bisa mengayunkan tangannya. Dia terkejut, kaki kirinya menendang dia siap mati bersama Xu-bai.
Xu-bai sama sekali tidak menyangka kalau Wan Tian-pin memiliki niat untuk mati bersama.
Mereka berdua saling menotok nadi pingsan, karena itu tubuh mereka seperti dua batu besar
meluncur ke bawah. Mungkin nasib mereka memang bagus dan dewa kematian belum berniat
menjemput mereka, akhirnya mereka berdua terjatuh di atas sebuah pohon yang tumbuh keluar
dari sela-sela dindingjurang.
Begitu Lu Nan-ren turun mengikuti tali untuk mencari mereka berdua, baru setengah jalan,
putri Wan Tian-pin, Wan-hong karena cemburu, telah memotong tali dan Lu Nan-ren seperti
sebuah batu besar terjatuh ke bawah. Secara kebetulan dia pun terjatuh ke pohon itu.
Lu Nan-ren mencengkram dahan pohon dengan erat, dia baru melihat Wan Tian-pin dan Xu-bai
juga berada di sana tapi mereka dalam keadaan pingsan. Lu Nan-ren sangat gembira. Dengan
bantuan tali yang dibawanya, dia mengikatkan tali itu ke dahan pohon dan membiarkan tali itu
terjulur ke bawah. Dengan bantuan tali Lu Nan-ren membawa Xu-bai dan Wan Tian-pin turun. Dengan bersusah
payah dia baru bisa membuka totokan mereka. Mereka saling menotok nadi pingsannya maka
setelah mereka sadar, mereka tidak memiliki tenaga untuk bertarung.
Mereka berdua adalah laki-laki bersifat keras tapi mereka juga orang yang tahu membalas budi.
Kali ini mereka tidak mati karena telah ditolong oleh Lu Nan-ren maka mereka sangat berterima
kasih kepadanya. Dengan menggunakan kesempatan ini Lu Nan-ren menasehati agar mereka menghilangkan
permusuhan yang terjadi di antara mereka. Tapi utak mereka benar-benar seperti batu, sama
sekali tidak mau menerima saran Lu Nan-ren. Lu Nan-ren jadi berteriak marah: "Aku telah
menolong kalian berdua, aku tidak ingin kalian membalas budi, aku hanya meminta kalian dalam
waktu 10 tahun ini jangan bertarung lagi."
Wan Tian-pin dan Xu-bai adalah orang yang tahu diri, mereka setuju dalam waktu 10 tahun ini
mereka tidak akan bertengkar dan juga mau menerima perintah apa pun dari Lu Nan-ren. Inilah
alasan mengapa Pencuri Selatan dan Perampok Utara yang sangat terkenal bisa masuk Zheng-yibang.
Tadinya Lu Nan-ren tidak setuju pada perjanjian ini tapi ketika melihat tempat yang tidak jauh
darinya ada alat cahaya berputar yang terjatuh dari tubuh kedua tetua itu, saat dia mengambilnya,
250 alat itu segera bergoyang dengan kencang. Dibantu oleh Wan Tian-pin dan Xu-bai mereka berhasil
menemukan sebuah tempat penyimpan harta karun yang telah tersimpan selama ratusan tahun
dan dalam jumlah banyak. Karena itu Lu Nan-ren mengubah pikirannya dan menerima perjanjian mereka, Lu Nan-ren juga
menggunakan harta karun itu untuk mendirikan Zheng-yi-bang (perkumpulan keadilan) untuk
melawan Tian-zheng-jiao. Lu Nan-ren sama sekali tidak menyangka kalau perkumpulan yang baru didirikannya selama
beberapa bulan ini harus kehilangan orang terpenting, maka kesedihan pun tidak bisa di
bendungnya. Tiba-tiba wajah Wan Tian-pin menjadi merah. Lu Nan-ren tahu ini adalah ciri-ciri orang yang
akan meninggal maka dia pun memeluk Wan Tian-pin dengan erat.
Dengan wajah yang tersenyum lemas Wan Tian-pin berkata:
"Seumur hidup Tian-pin telah banyak berbuat dosa, mati pun tidak perlu ada yang disesalkan,
hanya ada satu hal yang membuatku tidak tenang."
Dengan suara gemetar Lu Nan-ren berkata: "Nyawaku merupakan pemberian Tetua, hal apa
yang Nan-ren bisa lakukan?"
Wan Tian-pin muntah darah lagi tapi tetap tertawa dia berkata:
"Kalau begitu putriku Wan-hong, aku t itipkan kepada Ketua."
Hal ini membuat Lu Nan-ren terkejut: "Ini... ini...."
Tadinya dia ingin menolak tapi melihat keadaan Wan Tian-pin dia tidak ingin membuatnya
kecewa, dia menjawab: "Sepulangku nanti, aku akan mengatakan pada semua orang di perkumpulan ini kalau aku akan
menikah dengan putri Tetua."
Wan Tian-pin tertawa dengan senang. Dia muntah darah lagi. Dengan lemah dia berkata:
"Menantu... yang baik, me..nan...tu... menantu baik...."
Sinar bulan menyinari wajah Wan Tian-pin yang pucat. Sambil tersenyum Wan Tian-pin
meninggalkan dunia ini. Lu Nan-ren menangis sekeras-kerasnya. Xu-bai ikut menangis:
"Lao Wan, ilmu silatku tidak sehebat dirimu .."
Perempuan yang sejak tadi bersembunyi di hutan sekarang berjalan ke depan Wan Tian-pin
dan berteriak: "Kakak ipar!" Perempuan ini tidak lain adalah Nyonya Pendekar San-xiang, Sun-ming. Lu Nan-ren dengan
suara gemetar bertanya: "Ling... Ling-lin... apa dia baik-baik saja?"
Sun-ming tertawa dengan terpaksa:
"Nan-ren, kau tidak perlu merasa khawatir, aku bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik.
Pada hari pernikahanmu nanti, Ling-er dan Jing-er juga akan menikah. Hong-er sangat baik, kau
harus baik-baik kepadanya."
Dia berhenti sebentar lalu berkata lagi: "Mengenai upacara pemakaman kakak ipar, aku tidak
bisa banyak membantu. Besok aku harus berangkat ke Jin-ling dengan Ling-er dan Jing-er. Kau
tahu tentang Jing-er...Hhhh! Jin-ling adalah tempat ramai, mungkin baik untuk keadaan Jing-er."
Lu Nan-ren hanya bisa menjawab Oh! Oh! Dia sedih dan kebingungan.
Sun-ming maju beberapa langkah kemudian berkata:
"Aku pergi sekarang! Jika ada waktu mainlah ke Jin-ling...."
Lu Nan-ren masih memeluk mayat Wan Tian-pin, sambil melihat sosok Sun-ming yang semakin
jauh..... 10 tahun sudah berlalu. Dalam kurun waktu 10 tahun ini Tian-zheng-jiao selalu berseberangan
dengan Zheng-yi-bang... dan bersamaan dengan itu ada dua perkumpulan rahasia lainnya yang
semakin membesar. Mereka adalah 'Tian-du' dan Tian-mei'.
Karena itu..... BAB 87 Keluarga ayah cacat ibu gila
251 Kota Hang-zhou adalah kota terkenal di Tiongkok, banyak pemandangan indah di sana, apalagi
Xi-hu (hok: See Ouw). Pemandangan di sana bisa dikatakan sangat terkenal. Ada pepatah
Tiongkok yang mengatakan: di atas adalah surga, di bawah adalah Shu-hang (Shu-zhou dan
Hang-zhou). Dari sini dapat diketahui kalau Hang-zhou sangat terkenal sejak jaman dulu.
Dari Xi-hu kita bisa menyewa perahu untuk melewati Ye-fen kemudian berjalan ke gunung
berliku, dan tiba di kuil Ling-feng.
Kuil Ling-feng tidak begitu terkenal di Hang-zhou, mungkin karena gunung itu sangat tinggi dan
kuilnya sangat kecil maka sangat jarang para pelancong yang datang berkunjung. Sebenarnya
pemandangan di kuil Ling-feng sangat indah. Di sebelah utara ada gunung kecil, di sana ada
sebuah pondok bernama 'Wang-hai-ting' (pondok melihat l.ait). Dari pondok ini kita bisa melihat
Sungai Qian-tang juga pemandangan Xi-hu.
Di dalam kuil di bagian barat di sana tamannya banyak ditumbuhi pohon Mei-hua.
Sekarang adalah bulan sembilan musim dingin. Matahari telah terbenam. Seorang remaja
berusia 14-15 tahun sedang berjalan mondar mandir ditaman.
Remaja ini sangat tampan, berdahi lebar, mata bagus, apalagi sorot matanya terlihat sangat
jernih. Sebenarnya bulan sembilan cuaca biasanya masih dingin tapi dia masih mengenakan baju
putih tipis tapi tidak terlihat kalau dia kedinginan.
Dia seperti cemas dan seperti sedang menunggu kedatangan seseorang. Semua sedang belajar
membaca kitab suci terdengar suara mereka juga harumnya bunga Mei-hua.
Tiba-tiba remaja ini berteriak:
"An-ying-fu-xiang (jurus bayangan gelap timbul wangi)."
Dia berlari hampir seperti terbang.
Ilmu silat An-ying-fu-xiang memang hebat. Di tempat dimana suara itu terdengar, seorang
biksu tinggi besar muncul. Sambil tertawa dia berkata:
"Wei-er, jurus 'An-ying-fu-xiang' milikmu lebih bagus dariku!"
Remaja berbaju putih itu memberi hormat kepada biksu tua dan berkata:
"Paman terlalu memuji. Wei-er terus berlatih selama beberapa hari tapi hasilnya tidak begitu
memuaskan. Tadi karena aku terdengar ada yang membaca kitab suci dan juga mencium
harumnya Mei-hua maka aku tidak sengaja telah memperagakannya tapi aku tidak tahu apakah
jurusku betul atau salah?"
Biksu beralis merah ini berkata lagi: "Ilmu meringankan tubuh ini kugunakan ketika aku belum
menjadi biksu, karena telah bertindak membela kebenaran maka seorang pendekar tua bermarga
Xu mengajariku jurus ini untuk memberi pujian. Tapi selama beberapa tahun ini aku tidak bisa
menguasainya dengan baik. Hhhh! Tidak disangka hanya beberapa hari belajar kau sudah
mendapat kemajuan begitu cepat!"
Biksu beralis merah melihat remaja itu lagi lalu bertanya:
"Wei-er, apakah kau tahu mengapa aku selalu tidak mau menerimamu menjadi muridku?"
Mata besar remaja ini berkedip:
"Paman, sampai sekarang aku terus memikirkan hal ini tapi aku tidak pernah bisa
mendapatkankan jawabannya. Apakah karena Wei-er bodoh dan...."
Biksu beralis merah itu menggelengkan kepala:
"Bukan! Bukan itu! Jangan berpikir demikian. Tubuh dan tulangmu sangat baik, bisa dikatakan
di antara ratusan remaja pun jarang ada. Karena ini pula aku tidak menerimamu menjadi murid.
Aku takut kau akan kehilangan kesempat-an untuk berguru kepada orang yang lebih berbakat.
Apalagi...aku... hhhh, yang terpenting kau akan bertemu dengan seorang guru yang ribuan kali
lipat lebih baik dariku."
Remaja berbaju putih itu dengan nada tidak senang berkata:
"Paman, menurut orang-orang jika satu hari telah menjadi guru, maka seumur hidup dia akan
menjadi guru. Wei-er sejak kecil sudah belajar ilmu silat pada Paman, bukankah Paman telah
mengajariku ilmu silat yang bernama 'An-ying-fu-xiang'. Paman tidak mengaku kalau Wei-er
adalah murid Paman tapi dalam hati Wei-er selalu menganggap paman adalah guru Wei-er."
Biksu beralis merah itu menarik nafas panjang, dia segera menuntun Wei-er dan berkata:
252 "Aku sangat ingin menerimamu menjadi muridku tapi aku hanya bisa jurus-jurus silat yang
sederhana. Jika aku mengajarimu, itu akan mengganggumu belajar silat. Jurus 'An-ying-fu-xiang'
itu tidak sama, jika aku tidak memiliki ilmu meringankan tubuh ini, mungkin aku sudah mati 10 kali
lebih." Alis remaja berbaju putih ini berkerut karena mendengar kata-kata biksu tadi mengenai
kematian. Dengan lembut biksu beralis merah itu bertanya:
"Wei-er, apakah penyakit ibumu kambuh lagi?"
Dengan sedih remaja berbaju putih itu mengangguk:
"Tadi siang ibu masih dalam keadaan normal, sore hari ketika ayah pulang entah apa sebabnya
ibu marah-marah kemudian penyakitnya kambuh lagi. Ayah terkejut dan pergi. Tadi sewaktu ibu
berbaring di tempat tidur dia menangis dan terus memanggil... Nan-ren!... Nan Ren...."
Lu Nan-ren (Nan=selatan, Ren=orang).
Biksu beralis merah itu mengerutkan alisnya dan berkata:
"Penyakit ibumu sangat aneh. Selama beberapa tahun ini aku jarang mendengar dia kambuh.
Menurutku mungkin dulu dia terlalu sedih. Kesedihan ini membuatnya sangat terguncang hingga
sampai sekarang belum sembuh-sembuh...."
"Paman, ibuku harus minum obat apa baru
bisa sembuh?" "Penyakit di hati harus diobati dengan hati. Jika hati ibumu sudah terbuka tidak perlu minum
obat apa pun, dia pasti akan sembuh."
Remaja berbaju putih itu meneteskan air mata:
"Harus... dengan... cara... apa... baru bisa membuat ibu membuka hatinya?"
Biksu beralis merah itu mengelus tangan Wei-er, dia menghibur:
"Tidak perlu terburu-buru, nanti tidak akan ada gunanya. Asalkan ibumu bisa bertemu dengan
orang ini dia bisa sembuh. Tapi aku kira kapan kita bisa mencari orang ini, ayahmu mungkin sudah
mencarinya terlebih dulu bila ibumu sekali lagi terguncang mungkin pikirannya bisa sembuh."
Remaja ini menghapus air matanya dan berkata:
"Paman, aku pulang dulu!"
Dari balik bajunya biksu ini mengeluarkan sebungkus obat dan memberikannya pada Wei-er:
"Obat ini berikan kepada ibumu supaya pikirannya tenang."
Remaja ini sepertinya terbiasa menerima obat itu. Dia mengangguk dan membawa obat itu
pergi dari kuil Ling-feng.
Kuil Ling-feng mempunyai sebuah lapangan, bila berbelok ke kiri akan menuju gunung. Di sana
ada sebuah rumah beratap merah yang berhadapan dengan Xi-hu.
Setiba di pekarangan, dia mendorong pintu pekarangan. Baru saja membuka sebelah daun
pintu, dari dalam terlihat ada bayangan merah, Kemudian dia bersembunyi di balik tubuh remaja
berbaju putih, dari dalam keluar lagi seorang anak laki laki berumur sekitar 8-9 tahun. Anak lakilaki
ini bermata besar dan beralis tebal. Dia tampak terlihat seperti seekor kerbau. Melihat yang
datang adalah remaja berbaju putih, dia berteriak:
"Kakak Tertua, kakak perempuan merebut pedang kayuku!"
Dengan tertawa remaja berbaju putih berkata:
"Kerbau yang baik, nanti Kakak akan mengambil pedang kayu itu, kalian jangan bertengkar
Dia memegang gadis berbaju merah yang bersembunyi di belakangnya. Gadis itu berteriak:
"Kakak licik, Kakak berpihak pada kerbau air, tidak membantu Xuan-uan. Xuan-xuan akan
membuat kacau, Xuan-xuan akan...."
Remaja berbaju putih itu mengerutkan alis. Melihat adiknya begitu galak entah apa yang harus
dia lakukan. "Kakak Xuan, nanti ibu akan terbangun padahal ibu baru saja tertidur. Jika dia bangun pasti
akan marah-marah lagi...." dari pekarangan muncul lagi seorang anak gadis berbaju hijau.
Begitu melihat gadis berbaju hijau itu, dia berkata:
"Kau tidak perlu mengurusku, aku tidak takut kepada ibu. Ibu hanya membenciku, tidak ada
orang yang sayang kepada Xuan-xuan!"
Kemudian dia melihat pemuda berbaju putih, dia juga menangis.
253 "Adik Xuan, jangan menangis, jika menangis Kakak akan marah." kata remaja itu
"Kakak harus membantu Xuan-xuan dan berpihak pada Xuan-xuan, artinya Kakak sayang Xuanxuan
dan Xuan-xuan akan berhenti menangis."
Remaja itu tidak mempunyai cara lain, terpaksa dia berkata:
"Kerbau air, berikan pedang kayu itu pada kakak kedua."
Di antara keempat anak itu hanya kerbau yang terjelek. Dia tidak mirip kedua kakaknya. Gadis
kecil berbaju merah dan hijau itu seperti anak kembar, mereka sangat mirip dan sangat cantik.
Tapi mereka juga tidak mirip dengan pemuda berbaju putih itu.
Kerbau air dengan marah berkata:
"Kakak kedua selalu merebut pedangku. Ayah baru membelikan pedang kayu ini untukku.
Setelah selesai bermain Kakak harus mengembalikannya padaku."
Tapi Xuan-xuan ingin bermain licik: "Aku tidak akan mengembalikan kepadamu, orang hitam!
Ayah menyayangimu, apa pun akan dibelikan untukmu. Kami tidak akan kebagian, ayah hanya
sayang kepadamu, tidak menyayangi kami, mainan ini tidak akan kukembalikan."
Kerbau air siap akan menangis lagi. Gadis kecil berbaju hijau kelibatan lebih tenang, umurnya
baru 10 tahun lebih sedikit, dia sangat cantik. Dari balik bajunya dia mengeluarkan gundu
berwarna-warni dan memberikannya pada kerbau air.
"Jangan menangis lagi, kakak ketiga akan memberikan gundu ini kepadamu."
Dengan senang kerbau air menerima gundu berwarna itu dan dia mengucapkan terima kasih
kepada kakak ketiga. Masalah pedang kayu sudah dilupakannya, dia berlari ke pekarangan untuk
berrmain. Xuan-xuan tampak cemberut, kemudian dia melempar pedang kayu itu ke dinding hingga patah
menjadi 2 bagian. Dengan marah dia berkata:
"Siapa yang butuh pedang jelek itu?"
Dengan terkejut gadis berbaju hijau itu berkata:
"Kakak kedua, mengapa kau mematahkan pedang itu" Jika ayah pulang, dia pasti akan
memarahimu!" Dengan keras Xuan-xuan menjawab: "Siapa yang takut kepada ayah! Dia bukan ayahku, dia
tidak mirip dengan kita, hanya kerbau ini yang mirip dengannya."
Remaja berbaju putih itu marah:
"Adik kedua, jika kau sembarangan bicara lagi, kakak akan memukulmu!"
"Kakak juga tidak menyukai Xuan-xuan, ibu menyayangi Yun-yun, ayah menyayangi kerbau air,
hanya Xuan-xuan tidak ada yang menyayangi." Remaja berbaju putih itu marah: "Siapa yang tidak
sayang kepadamu" Lihat sendiri Yun-yun sangat penurut, dia memberikan kelereng yang
disukainya kepada kerbau, sedangkan kau" Seharian kau hanya membuat keributan, siapa yang
akan menyayangi gadis liar sepertimu. Kau harus belajar seperti Yun-yun."
"Kakak sayang Yun-yun, tidak sayang kepada Xuan-xuan!"
Dia berlari kebawah gunung. Remaja berbaju putih itu memanggil-manggil terus:
"Xuan-xuan, kembalilah! Kembali!" Yun-yun juga berteriak:
"Kakak jangan lari terus, sebentar lagi ayah akan pulang!"


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dari bawah gunung tampak seorang laki-laki setengah baya berjalan ke arah mereka, dia
bertubuh hitam, mukanya lebar dan alisnya tebal. Kulitnya yang hitam bertambah hitam karena
cahaya gelap. Dia tidak tampan juga tidak jelek, hanya saja kedua telinganya habis ditebas,
meninggalkan bekas luka berbentuk bulat.
Laki-laki setengah baya itu berjalan tepat mencengkram Xuan-xuan yang sedang lari turun
gunnug. Begitu melihat yang mencengkramnya adalah ayahnya, dia memberontak.
Laki-laki setengah baya itu berkata:
"Gadis kecil, kau mulai nakal lagi, ayo ikut aku pulang!"
Xuan-xuan mencium bau arak yang menyengat. Dia tahu kalau ayahnya mabuk lagi. Setiap kali
jika ayahnya mabuk, dia pasti akan memukul lebih keras lagi dia merasa sangat takut. Tapi
tangannya sudah terpegang, terpaksa dia menendang laki-laki itu dan dengan nada takut berkata:
"Lepaskan aku! Lepaskan aku!"
Karena terus ditendang, laki-laki itu jadi marah dan dia pun menampar Xuan-xuan yang masih
muda. Karena sakit, Xuan-xuan terus berteriak:
254 "Lepaskan aku, kau jahat, kau bukan ayahku, bukan ayahku!"
Laki-laki itu melepaskan Xuan-xuan, dalam hati dia berpikir, 'Aku bukan ayahnya, mana boleh
aku memukulnya. Kalau begitu bukankah aku jadi tukang pukul anak"'
Fu-hu-jin-gang, Ruan Da-cheng yang tinggal di propinsi Si-chuan adalah pesilat yang sangat
terkenal, sifatnya sangat terbuka, banyak yang suka kepadanya, meski istrinya tidak begitu waras.
Dia sangat menyayangi istrinya maka dia pun membawa istrinya pergi jauh meninggalkan
kampung halamannya, pindah ke tempat yang pemandangannya indah agar istrinya bisa
beristirahat dan cepat sembuh.
Tapi sudah 10 tahun berlalu penyakit istrinya tidak membaik, kesedihan dalam hatinya sangat
dalam. Kalau kesal, dia hanya bisa marah-marah atau memukuli 3 anak yang memang bukan anak
kandungnya. Ini adalah hal yang sangat wajar, tapi dia sangat sayang kepada putra kandungnya.
Ternyata ketika dia menikahi istrinya ini, istrinya sudah mempunyai anak yang berusia 3 tahun
lebih. Seorang anak yang baru berusia beberapa bulan, selain itu dia mengandung seorang anak
Tokoh Besar 6 Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Iblis Sungai Telaga 24
^