Pencarian

Dewa Iblis 3

Dewa Iblis Karya Tak Diketahui Bagian 3


sangsi pada kehebatan kalian, tapi kenapa Raja begitu
percaya hingga minta bantuan pada kalian?" Gema
Mangit berputar di tengah arena dengan sombong,
membuat semua pendekar yang ada di sana muak dan
ingin menyerang, namun Kyai Koneng menahannya,
Pasukan Kerajaan sudah siap dengan pedang terhulus
untuk menyambut serangan para pendekar.
"hahahahaaaa" sungguh tidak adil jika kami harus
melawan kalian semua, tentu kami kalah jumlah... " Gelak
Gema Langit 198 "Patih Gema Langit, kami ingin membantu kerajaan tanpa
ada rasa paksaan, dan kami sebagai pendekar hanya
ingin bertindak dengan cara kami sendiri, jadi Tuan Gema
Lagit sudi tinggalkan tempat ini untuk mempersiapkan
pasukannya sendiri?" pinta Kyai Banjar
"itu yang aku khawatirkan, kalian bergerak sendiri tanpa
perintah kerajaan, yang akhirnya malah akan merepotkan
kami?" terangnya penuh kesombongan
Tiba-tiba Banjar Kalianget melenting ketengah Arena
"Sesungguhnya apa yang kau ingin kan... !!"
"hahahaha" aku juga termasuk pendekar, jadi pantas
jika bisa turut serta dalam pemilihan ketua ini" "
"tapi kau sudah menjadi Patih dan Pimpinan Pasukan
Kerajaan, tidak mungkin juga menjadi pimpinan Pasukan
Pendekar... " "hahahahaaa... Kata siapa tidak bisa, jika kalian tidak bisa
mengalahkanku, maka kalian harus tunduk dibawah
naungan panji Pasukan Jalayuda?" terangnya membuat
semua terperangah dan ribut, namun banyak yang
menyatakan kesanggupan untuk melawan Patih Gema
Langit, namun dia tidak kekurangan akal, dia juga tahu
bahwa yang berkumpul di sini adalah para pendekar kelas
199 tinggi, dan dia juga tau jika Kyai Banjar dan Kyai Koneng
tidak akan turut serta dalam pemilihan
"namun sungguh tidak adil, jika aku harus melawan kalian
semua, begini saja, kalian pilih dua pendekar untuk
melawanku, jika aku bisa mengalahkan keduanya berarti
kalian kalah?" tawarnya membuat suasana semakin
gaduh, Banjar Kalianget menoleh pada Kyai banjar, dia
hanya mengangguk. "kalau kami menang bagaiana?"?" Tanya Banjar
Kalianget "kalau kalian menang tentu aku akan biarkan kalian
membuat pasukan sendiri semau kalian" jawab Gema
langit enteng seperti meremehkan mereka.
"Baik"!!" jawab Banjar kalianget tegas
"aku yang akan mencoba pertama kali, Paman?" tibatiba Bintang Kusuma maju, membuat Gema Langit
terkejut kemudian tertawa terdahak-dahak
"Bintang Kusuma Keponakanku" aku sudah menjadi
pendekar sebelum kau lahir, jadi jangan coba melawanku,
bagaimana aku bisa menjelaskan pada Kakang Gema
Samudra jika kau cedera ditanganku... " ujar Gema Langit
santai 200 "biarlah saya mencoba ilmu yang selama ini saya pelajari,
saya tau kehebatan paman, saya hanya ingin belajar... "
terang Bintang Kusuma seraya mencabut pedangnya,
Golok Emas yang sejak tadi congkak, melihat sekarang
yang berdiri di tengah Arena adalah Gema Langit,
nyalinya ciut dan mundur, begitupun Mandala, semua
yang hadir semakin mengatur Jarak, Banjar Kalianget
Mundur juga, dia tidak hawatir akan keselamatan Bintang,
karena dia adalah keponakannya sendiri dan Gema Lagit
juga pasti berfikir dua kali untuk melukai Menantu Racun
Barat Itu... "baik"!! Jika kau sudah tidak bisa diperingati, aku tidak
akan segan-segan lagi" Hiaaaat?" Gema Langit
langsung mencabut Gada Emasnya membuat semuanya
terbelalak, begitu juga Banjar Kusuma, tafsirannya keliru,
ternyata Gema Langit sungguh-sungguh bahkan pada
serangan pertama saja dia langsung menggunakan
senjata Hebatnya... TRAAAANGGG" Bintang merusaha menangkis. Namun serangan itu
sungguh dengan tenaga dalam tinggi hingga tubuhnya
terdorong gada yang menempel di pedangnya, kemudian
dia melenting ke atas dan hinggap di belakang Gema
langit... gema langit tidak tinggal Diam, dia terus memburu
Bintang Kusuma" 201 TRAAAAANGGG Dua senjata jembali bertemu, tubuh Bintang bergetar
hebat oleh benturan tenaga yang dahsyat itu, tubuhnya
menggigil seketika, ilmu pamannya sungguh sanga
sahsyat" "Ponaan tidak tau untung" Hiaaat?" Gema langit benarbenar menggunakan seluruh kesaktiannya, menyerang
ponaannya yang kebingungan, Bintang Sadar bahwa
yang dihadapi adalah pamannya sendiri, tidak mungkin
dia menggunakan senjata rahasia atau Jurus Pamungkas,
dia masih Hormat padanya, sadar jika ilmunya tidak
mampu melawan Gema Langit, jika tidak menggunakan
jurus pamungkas dan senjata rahasinya, membuat
Bintang kendurkan tenaga dalam
TRANGGGG" Kembali senjata bertemu, Bintang tidak bisa
mempertahankan pedangnya, pedang itu terpental jauh,
dia harap pamannya menghentikan serangan, melihat dia
kalah. Namun... "Ponaan harus di beri pelajaran... " Kembali Gema langit
kibaskan senjatanya penuh dengan tenaga dalam tinggi
membuat semua terbelalak, Bintang bisa mati, semuanya
terpekik. Bahkan Kyai banjar tidak menyangka akan jadi
begini, hingga dia lambat melompat menolong Bintang"
202 Gada itu melesat cepat akan menghantam kepada
Bintang, Bintang tergagap tidak terpaya, hingga dia hanya
bisa pasrah memejamkan mata...
TRAAAANGGGGG... Gema Langit terpekik hingga mundur beberapa langkah,
Gadanya seperti membentur Bongkahan baja besar, dan
bukan hanya dia yang terkejut, juga semua yang hadir
terbelalak kaget melihat sesosok tubuh kini berdiri di
depan Bintang... Bintang Membuka Mata karena serangan Pamannya tidak
mengenainya, sekarang matanya bisa menatap dengan
jelas pada sosok yang membelakanginya sehingga tidak
bisa melihat wajah orang yang menyelamatkannya, dia
hanya menggunakan Celana Dekil tanpa pakaian,
Rambutnya yang sedikit panjang terterpan angin. Tampak
jelas tubuhnya sangat kekar basah oleh keringat. Di
sebelah tangan kanannya terkepal sebuah Kapak Kayu
Biasa. Semua pendekar dan santri Padepokan Gajah Mungkur
terbelalak tidak percaya, bahkan Kang Darman sampai
mengucek mata beberapa kali memastikan. Sosok tubuh
yang tadi mereka lihat membelah kayu di ujung
padepokan kini berdiri dengan gagah di tengah arena,
bahkan menantang Gema Langit dengan sorot mata yang
tajam. Semua orang tetap tidak percaya jika seorang
203 Kacung atau pekerja Padepokan ini mampu menangkis
serangan Gema Langit yang sangat hebat. Hal itu juga
dirasakan Gema Lagit, dihadapannya hanya tukang kayu
biasa, kenapa memiliki kemampuan untuk menahan
serangannya. "Hahahahahahaaaaa" apakah kalian tidak punya
pendekar Hebat, hingga seorang penebang kayu ini dipilih
melawanku" cibir Gema Langit, semua yang hadir gaduh,
karena mereka tau, ini adalah babak penentuan sesuai
dengan perjanjian Gema langit. Orang yang berdiri
menghadap Gema langit sungguh tidak meyakinkan, dia
hanya bersenjata kapak kayu biasa, bukan senjata hebat
andalan pendekar. Lagipula mereka lihat sendiri tadi dia
tidak berkumpul dengan para pendekar, malah memotong
kayu di ujung sana. Mana mungkin dia menang
menghadapi gema langit "sungguh kau sangat kejam, memperlakukan
keponakanmu sendiri seperti itu... " ujar pemuda itu tegas
dengan mata tajam melihat Gema Langit
"Arya" jika kau mau melawannya... jangan sampai dia
cedera?" teriak Kyai Banjar, semua mata melihat
padanya, ada senyum tenang yang berkembang di bibir
Kyai Banjar dan Kyai Koneng, membuat mereka heran,
apa mungkin Kyai Banjar tidak hawatir jika pilihannya
204 kalah, namun melihat ketenangan mereka sedikit
mengurangi kewas-wasan. "siap Kyai?" jawab Arya tersenyum tenang langsung
berubah dari asalnya yang seperti singa ketika melihat
Gema Langit "Arya"!!" pekik Bintang Kusuma, Arya hanya menoleh
tersenyum tenang "kau kembali dulu, ambil senjatamu biar aku yang akan
menghadapinya" pinta Arya menjabat tangan bintang
"Aku tidak mau melawan Jongos, tidak ada kebanggaan
aku melawannya" ujar Gema Langit Sombong
"sudahlah pak tua pemegang pentungan tikus, jika
pentungan bututmu itu bisa mengenai tubuhku, aku
mengaku kalah?" teriak Arya tidak kalah sombong,
membuat semua yang hadir terbelalak, begitu mudahnya
Pemuda Jongos itu membual
"ucapanmu sungguh seperti pendekar yang paling hebat
anak muda, aku hargai keberanianmu, namun keberanian
saja tidak cukup untuk perdiri di sini, cepat panggil
pendekar yang lain?" teriak Gema Langit sambil
menatap pendekar yang lain penuh tantangan.
205 "bilang saja kau takut melawan kapak hebatku ini" ujar
arya tenang sambil mengamati Kapak Kayunya, Kirana
dan petinggi Padepokan Gajah Mungkur tersenyum,
mereka tidak percaya jika Arya yang dahulu Sadis dan
tegas, sekarang tampak lucu.
"kurang ajar... baik Jongos, akan ku robek mulutmu itu,
namun kemenanganku ini tidak termasuk hitungan,
silahkan kalian persiapkan satu pendekar lagi untuk
melawanku... " teriak Gema langit... melesat
mengayunkan gadanya, Arya malah melempar Kapaknya
kesamping bertangan kosong dan mengatur kuda-kuda
Putri Bulan yang sangat lincah...
Gada Gema Langit menyodok melewati samping kepala
Arya, Arya menunduk dengan cepat dan menusukkan jari
telunjuknya ke ketiak Gema Langit
"Cut... " Ujarnya menyentuh ketiak itu lalu melompat
sambil ketawa lucu, membuat yang melihat terkejut juga
geli, tingkah laku Arya dan kecepatannya, Arya bukannya
mengirimkan pukulan malah main-main menggelitik ketiak
Gema Samudra. Gema Lagit menjadi geram langsung meningkatkan
serangannya" Arya hanya melompat kesana kemari
menghindari serangan maut Gema Langit dengan Gesit
sambil ketawa tenang. 206 Hingga berjalan lima puluh jurus Arya masih bermainmain menghindari serangan Gema Langit, membuat
semua pendekar yang hadir percaya pada kemampuan
Arya yang tadi mereka remehkan.
"Makanya kalau pentungan tikus jangan digunakan
sebagai pemukul manusia, tidak akan kena... tu kan?"
cerocos Arya seraya terus menghindari serangan Gema
Langit yang semakin cepat, namun gerakannya untuk
menghindar tidak kalah cepat. Hingga Nafas Gema Langit
Ngos-ngosan dia masih belum mampu menyentuh tubuh
Arya. Betapa hebat orang yang diremehkan itu, membuatnya
tambah penasaran. Kini dia yakin jika pemuda yang
dilawannya itu bukankan orang sembarangan, dia yakin
dia pendekar hebat yang meNyawar menjadi jongos di
padepokan itu, hal itu juga dirasakan oleh semua yang
melihat... Mahesa ternganga tidak percaya pada orang
yang selalu tidur bersamanya itu, bahkan kapak yang
dipegangnya bergetar, begitupun Kang Darman yang
selama ini selalu memperlakukan Arya dengan kasar,
karena cemburu melihat Arya begitu dekat dengan
Kirana. "sudahlah Gema Langit, hentikan pertarungan itu, bisa
jadi kau kehabisan nafas karena kelelahan mengejarnya,
kau kembali saja pada pasukanmu?" teriak Kyia Banjar...
207 Namun Gema Langit tidak mendengarkan ucapan itu,
terus mengejar Arya walaupun nafasnya telah kembang
kempis, Arya merasa kasihan juga
"apa kyia mau saya selesaikan pertarungan ini?"?"
teriak Arya "asal kau tidak melukainya... !!" Jawab Kyai Banjar...
Tiba-tiba Arya melenting ke udara dan mengambang di
sana, membuat semua mata terbelalak begitu juga Kyai
Banjar dan Kyai Koneng selama hidupnya tidak pernah
melihat ilmu bisa membuat orang melayang di udara...
"Pak Tua... Apakah kau bisa mengejarku kesini, lebih baik
kau menyerah saja" teriak Arya dari atas udara menatap
Gema langit terbelalak hingga mulutnya menganga...
"atau kau ingin merasakan salah satu jurus ku?" JURUS
SABIT BULAN... " teriak Arya menendangkan kakinya di
udara pada sebuah Pohon Beringin besar yang memang
diperitah Kyai banjar untuk di tebang, seketika itu Larikan
sinar kehijauan sangat panas berbentuk bulan sabit
sebesar dua depa melesat dengan cepat menghantam
Pohon Beringin itu

Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

BLAAAAARRRR... 208 Kayu Besar itu tumbang seketika bagaikan tertebas
pedang sangat tajam dan besar, semua mata semakin
terbelalak pada kehebatan orang yang mereka anggap
jongos jitu. Gema langit tergagap seluruh tubuhnya
bergetar hingga tak sadar gadanya jatuh, wajahnya pias,
keringat dingin mengucur dengan deras, dia terduduk
dengan lemas melihat kesaktian lawannya yang begitu
hebat. Dia bisa bayangkan jika Jurus itu dihantamkan ke
bawah, bukan hanya dia yang tidak selamat, namun juga
beberapa pendekar di sekitarnya.
Arya melayang turun dengan pelan dan ringan seperti
kapas, dan hingga di depan Gema Langit.
"Patih" bukan niat saya memamerkan kesaktian di sini,
tapi saya terpaksa agar anda sadar dan melihat, bahwa
musuh yang hendak dihadapi anda itu mungkin lebih
hebat dari saya, dan itu lebih dari satu. Bisa saja
pasukanmu tidak ada yang selamat, makanya disini para
pendekar berkumpul untuk membuat pasukan sendiri
melawan mereka agar pasukan kerajaan tidak banyak
jatuh korban... " apa kau tidak menghargai mereka?""
Mereka sangat menghormati anda. Sehingga tidak mau
melawan anda... saya yakin diantara mereka banyak yang
lebih hebat dari saya... " terang Arya membuat Gema
Langit hanya tertunduk, tidak pernah terbayangkan
sedikitpun jika dia harus takluk hanya oleh jongos
Padepokan Gajah Mungkur. para pendekar yang lain
209 tambah kagum pada pemuda yang mereka anggap
jongos, bukan hanya memiliki ilmu kanuragan hebat,
namun cara bicaranyapun sungguh tegas dan matap
"saya terlalu sombong pada kemampuan pasukan saya
sendiri, saya sakit hati ketika Raja meminta bantuan para
pendekar untuk melawan Kadipaten Ambangan, seakan
tidak percaya pada kami, tapi mendengar penjelasanmu
basuran membuatku sadar, apalagi di Ambangan ada
sosok sesat hebat berjuluk Datuk Pengemis Nyawa... "
terang Gema langit membuat Arya terpekit
"Datuk Pengemis Nyawa?"?" Arya tersentak. Seketika
Kyai Banjar, Kyai Koneng dan Kirana langsung
berhambur kesebelahnya "Sabar Arya... biar aku jelaskan nanti?" Kyai Koneng
berusaha meredam emosi Arya. Melihat orang-orang
terdekatnya khawatir padanya, Arya hanya tersenyum
tenang "Saya bukan yang dulu lagi Kyai, walaupun Datuk
Pengemis Nyawa ada sepuluh lagi, saya tidak akan
terpancing emosi, saya sudah belajar untuk meredamnya"
terangnya membuat yang khawatir terkejut kemudian
tersenyum tenang "Patih Gema Langit, maafkan atas sambutan kami ini,
yang pasti kita masih dalam satu perjuangan untuk
210 mengusir pemberontak... " ujar Kyai banjar, berusaha
membantu Gema langit berdiri
"saya yang minta maaf Kyai... , namun sebelum saya
meninggalkan padepokan ini, izinkan saya tau Nak Mas
yang sangat hebat ini... " pinta Gema lagit melihat Arya,
dan hal itu juga diharapkan oleh para pendekar yang
hadir. "nama saya Arya, saya santri di Padepokan ini, belajar
ilmu agama dan juga ilmu batin pada Kyai Banjar dan
juga Kyai Koneng... " jawab Arya tenang
"tapi saya tidak percaya jika Nak Mas hanya santri biasa,
kehebatan Nak Mas membuktikan bahwa Nak Mas
adalah pendekar sangat hebat" tambah Mandala yang
juga turun mengerumuti Arya bersama pendekar dan
santri padepokan yang penasaran pada pemuda itu, Arya
tidak menjawab, dia takut untuk menjelaskan dirinya yang
asli, melihat sikap Arya Kyai Koneng tersenyum Arif
"dia benar-benar santri yang giat belajar ilmu disini,
berusaha merubah diri dari masalalunya yang tidak bisa
dibilang baik, dan tidak bisa pula bisebut buruk"
terangnya sambil melihat semua pendekar yang semakin
penasaran "jika nanti kalian tau siapa dia, kami harap kalian jangan
mempermasalahkannya, kita lihat sendiri keadaannya
211 sekarang, apakah kalian percaya jika saya katakana dia
orang jahat... ?" pancing Kyai Koneng
"tidak mungkin Kyai?"
"jelas-jelas tadi dia tidak berani melukai Patih Gema
Langit sesuai perintah Kyai, manamungkin dia orang
jahat" "jangan mengada-ngada Kyai?"
Banyak yang berkomentar tidak terima saat Kyai Koneng
mengatakan bahwa Arya adalah orang jahat,
membuatnya tersenyum puas
"walaupun dia orang orang jahat sekalipun, melihat
sekapnya sekarang, saya tidak mungkin memusuhinya,
tapi yang saya tangkap dia adalah pendekar dari gologan
putih yang baik?" komentar Gema Lagit
"benar Kyai, kami melihat dengan pasti, dia tidak malu
bersama dengan santri yang lain, mengaji dan melakukan
kegiatan berat seperti menebang pohon dan mengangkut
air di padepokan ini, manamungkin dia jahat?" bela
Anwar juga tidak terima "terimakasih atas pembelaan kalian pada Arya, tapi dia
benar-benar bekas orang jahat?" jawab Kyai Banjar
212 membuat semua terkejut melihat pada Arya yang
tertunduk, jelas mereka tidak percaya pada ucapan itu.
"Kyai jangan mengada-ada, dia kan hanya mantan orang
jahan, sangat bersukur kita jika ternyata dia sekarang
menjadi orang baik?" bela salah satu pendekar di setujui
pendekar lain, rasa kagum pada Arya lebih tinggi
daripada sekedar kata-kata jahat padanya.
"kyai membuat kami semakin penasaran... apakah dia
merupakan pendekar yang terkenal"!!" kejar Golok
Emas "Sangat terkenal, mungkin semua yang ada di sini pernah
mendengar gelarnya?" tambah Banjar kalianget,
semakin membuat orang penasaran melihat Arya yang
tertunduk malu dilihat dengan sorotan mata kagum oleh
semuanya. "maafkan semua kelakukan saya selama ini, yang
mungkin membuat para pendekar gusar, kelakuan saya
yang tanpa perhitungan, yang hanya mementingkan
kepentingan sendiri" ujar Arya pelan.
"Pendekar muda, rasa sesalmu dan ketulusanmu untuk
berubah, bahkan mondok di sini bersama dengan santri
yang tentu bukan kelasmu. Sudah cukup pantas untuk
menyapu dendam, jika kami punya dendam padamu?"
terang pendekar paruh baya, dibenarkan oleh lainnya
213 "jika nanti kalian telah mengetahui saya yang sebenarnya,
jika ada kesal dan juga dendam di hati kalian, izinkan
saya memikul hukuman yang setimpal" tambah Arya
membuat semua yang hadir turut luruh, bahkan kirana
melinangkan air mata melihat ketulusan Arya...
"sudahlah anak muda... siapapun kamu, kami telah
memaafkan seluruh kesalahanmu selama ini, Kyai Banjar
dan Kyai Koneng serta Patih Gema Langit menjadi
saksinya" tambah Pendekar Paruh Baya itu lagi,
dibenarkan yang lain... "terimakasih atas kemurahan hati tuan-tuan sekalian, dulu
sikapku dipengaruhi dendam yang begitu besar pada
Datuk Pengemis Nyawa... "
"DEWA IBLIS"!!" sentak beberapa bendekar membuat
yang lain terbelalak kaget hingga tersurut satu langkah,
mereka tau hanya Dewa Iblis yang dikenal berani mencari
dan menantang Datuk Pengemis Nyawa.
"ya benar dia adalah Arya yang berjuluk Dewa Iblis?"
yakin Kyai banjar, semua mata menatap tidak percaya
melihat orang yang terkenal sadis dan kejam kini berdiri
dihadapan mereka, sesosok pemuda tampan bertubuh
kekar dengan banyak bekas sayatan di tubuhnya itu
menunduk luruh bahkan melinangkan air mata
penyesalan, seakan tidak percaya orang yang masih
muda itu yang berjuluk Dewa Iblis yang terkenal sangat
214 hebat, mereka menyangka Dewa Iblis berusia lebih tiga
puluh tahunan, tidak mungkin jika orang yang masih
muda seperti Arya telah punya kesaktian sangat hebat
berjuluk Dewa iblis, tapi Kyai Banjar tidak mungkin
bohong, dan tadi mereka telah melihat sendiri kehebatan
Arya yang tergolong langka.
"dia Dewa Iblis, yang terkenal kejam dan sadis, kini berdiri
dihadapan kalian dalam keadaan menyesali
perbuatannya, lalu apa yang ingin kalian lakukan
padanya... !!" Tanya Banjar Kalianget menyadarkan
keterkejutan mereka "dia" dia yang pantas menjadi pemimpin pasukan
pendekar... " Teriak Golok Emas mantap, membuat yang
lain terkejut malah mendukung usulan itu, Arya terbelalak
tidak percaya... "jangan" bukan saya... !! tadi saya tidak berniat ikut
dalam perebuatan jabatan, hanya saja saya tidak tega jika
Patih Gema Samudra melukai Ponaannya sendiri" bela
Arya kebingungan... tapi Pendekar yang lain terus
mengusulkannya, Arya semakin kebingungan melihat
kanan-kiri dan meilhat Kyai Banjar tersenyum padanya.
"maaf tua-tuan, saya tidak pantas. Bahkan Kyai Banjar
tidak memanggil saya untuk turut serta dalam pasukan
pendekar?" terang Arya berusaha minta perlindungan
dari Kyai Banjar, yang memang tidak memanggilnya,
215 membuat semua mata melihat Kyai Banjar heran, karena
orang sehebat Arya tidak dipanggilnya... Kyai Banjar
tersenyum arif "aku memang berencana tidak mau mengajak serta Arya,
karena kita ketahui sendiri bahwa Dewa Iblis sangat
dendam pada Datuk Pengemis Nyawa, dan kita ketahui
bersama bahwa di sana ada Datuk Pengemis Nyawa
yang Asli. Sedangkan Arya baru melampiaskan
dendamnya membunuh kembaran Datuk Pengemis
Nyawa di Rawa Lintah, yang sesungguhnya adalah
muridnya yang bernama Gatot Ngurai, aku hawatir jika dia
ikut serta hanya mementingkan dendamnya saja, dan
mencelakakan pasukan Pendekar... " terang Kyai banjar,
"kami yakini jiwa Arya masih labil, kami tidak mau Dewa
Iblis menjelma sosok mengerikan seperti dulu lagi,
sedangkan sekarang dia dalam proses penyembuhan dari
luka batinnya" tambah Kyai Banjar.
"tapi siapa Kyai yang lebih pantas memimpin pasukan ini
selain dia... " orang yang memiliki Ilmu sangat tinggi dan
rasa perhatian pada sesamanya... " Tanya Bintang
Kusuma yang telah berdiri di samping Patih Gema Langit.
"saya harap izinkan dia memimpin pasukan ini Kyai,
pasukan kami pasti juga mengharapkan kehadirannya... "
pinta Patih Gema Langit 216 "tadi aku khawatir saat kau mengatakan padanya tentang
keberadaan Datuk Pengemis Nyawa di Ambangan, setau
dia Datuk Pengemis Nyawa telah mati, makanya kami
cepat mendatanginya takut sifat liarnya muncul lagi,
ternyata dia tersenyum dan mengatakan bahwa dia tidak
terpancing lagi oleh dendam itu... " kembali Kyai banjar
menjelaskan "lalu apakah Kyai mengizinkan dia menjadi Pimpinan
Kami... " Tanya para pendekar yang lain tidak sadar...
Kyai Banjar Hanya mengangguk tersenyum membuat
yang lain senang, tapi tidak bagi Arya, dia malah
kebingungan "saya... saya tidak pantas memimpin pasukan ini kyai,
saya tidak punya pengalaman apa-apa dalam pasukan,
pasti ada yang lebih layak, namun jika diizinkan saya
ingin turut serta dalam pasukan... !!"
"ya... kau di izinkan turut serta, namun sebagai
pimpinan... kau tenang saja, aku juga akan ikut
mendampingimu... !!" ujar Kyai Koneng
"jangan menolak tanggung jawab yang diberikan orang
banyak padamu... jika kau memang dibutuhkan, kau
harus bernyukur bahwa hidupmu dihargai orang dan bisa
berguna bagi orang banyak... " terang Kyai Banjar
membuat Arya tersentak, kemudian menunduk, dia tidak
pernah berani membantah orang-orang yang telah begitu
217 baik padanya, orang-orang yang telah menganggapnya
keluarga sendiri, seperti Kyai Banjar, Kyai Koneng dan
Banjar Kalianget "baik Kyai... tapi kalau diizinkan saya ingin mengajak
serta Mahesa di samping saya, walau ilmu kanuragannya
tidak sehebat pendekar yang lain, namun kecerdasannya
pasti bisa digunakan untuk menyusun strategi dan tempat
saya berdiskusi" Pinta Arya...
Mahesa yang ingin kembali ke tempat tugasnya
memotong kayu, bahkan tugasnya bertambah setelah
Arya menumbangkan pohon beringin besar diselimuti
rasa kesal karena teman sekamar dan sekerjanya bisa
turut serta dalam pasukan bahkan menjadi pimpinan.
tersentak kaget saat Kyai Banjar memanggilnya
"Mahesa... kau di ajak serta berjuang oleh Arya... apakah
kau mau... ?"" wajah Mahesa langsung merona girang,
bahkan tampak bercak air di matanya saking senangnya
"siap Kyai... !!" teriak mahesa melemparkan kapaknya
menuju kerumunan para pendekar...
"kalau seperti itu saya izin undur kembali ke barak
pasukan, mempersiapkan pertahanan dan serangan,


Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mohon doanya Kyai?" ujar Patih Gema langit sungguh
berbeda dari saat dia datang...
218 Pasukan Jalayuda yang di pimpin Patih Gema Langit
meninggalkan padepokan itu dengan cepat. Sedangkan
Pasukan Pendekar kembali berkumpul di dalam Balai
untuk membahas semua persiapan dan strategi yang
akan dijalankan dalam pertempuran melawan kadipaten
Ambangan yang intinya melawan golongan hitam"
Kirana semakin kagum pada Arya, sosok beberapa bulan
terahir tampak sebagai Jongos dengan pakaian
alakadarnya kini duduk di tengah para pendekar
mengenakan pakaian cukup rapi hingga semakin tampak
ketampanan dan kegagahannya.
"apakah kau masih butuh senjatamu?"?" Tanya Kyai
koneng datang dari dalam membawa benda terbungkus
kain hitam, kemudian membukanya hingga tampak Kayu
Cendanya berwarna kuning... seketika ruangan itu penuh
dengan harum kayu cendanan
"Awas Kyai" kayu itu beracun" " tentak Arya seraya
berkelebat cepat menutup kembali kayu itu, semua yang
hadir gusar ketakutan, karena mereka telah mencium
harum itu, tapi Kyai koneng malah tersenyum tenang
membuka kembali, Arya cepat menutupnya lagi
"kau tenang saja, aku sudah membersihkan racun itu,
kalau kau memang ingin menjadi orang baik, jangan
menggunakan racun lagi... " ujar Kyai Koneng seraya
membuka tutup kayu itu dan mengangkatnya, membuat
219 Arya terperangah. Namun walaupun tanpa racun di Kayu
itu. Kyai Koneng yakin jika kayu itu memiliki kesaktian
yang tinggi jika di pegang Arya, namun jika dipegang
orang lain, kayu itu hanya batang kayu cendana biasa...
Kyai Koneng menyerahkan senjata Arya
"aku juga telah membuatkan sarung untuk senjatamu itu
kakang... " Kirana maju memberikan sebuah jahitan
terbuat dari kulit ular pada Arya, jiwa Arya melambung
saat Kirana menyebutnya kakang, Arya menerima tongkat
itu dan menyarungkannya, sungguh sesuai...
"Trimakasih Kyai. Trimakasih Kirana?" ujar Arya, Kyai
Koneng memegang tangan Arya yang mengepal
tongkatnya dan mengangkat tinggi-tinggi...
"ini adalah tongkat komando pimpinan kalian?" teriak
Kyai Koneng disambut sorak semangat semua yang
hadir... "baik saudara sekalian... dibawah naungan tuhan yang
menciptakan kita, kita berantas kejahatan tegakkan
kebenaran, kita tumpas pemberontak, kita gilas orangorang jahat itu?" teriak Arya semangat, semua yang
hadir sontak berapi-api melihat semangat yang membara
dari mata arya, semuanya terkorar oleh perkataan Arya
yang singkat itu. 220 "kita bicarakan dulu di sini, kita diskusikan semua yang
akan kita lakukan untuk membantu Pajajaran, suara
kalian dalam rapat ini sangat menentukan nasib kita di
medan laga ... " ujar Arya penuh wibawa, Kyai Koneng
dan semua yang kenal Arya tidak percaya jika Arya bisa
berbicara sewibawa itu. Arya tersenyum kecil melirik
Mahesa, karena dia mencuri kata-kata Mahesa, ketika
mereka hendak tidur kebiasaan Mahesa menghayal
menjadi ini dan itu dengan mengeluarkan kata-kata
indahnya, dan arya menangkap semua itu, Mahesa hanya
mengangguk seraya mengangkat jempolnya.
Di luar Kadipaten Ambangan tepatnya sebuah lahan
sangat luas berjejer lebih seribu dua ratus pasukan, yang
terdiri dari kelas Tentara Hingga para masyarakat biasa
juga para perampok dan perompak, pasukan itu dibagi
menjadi delapan kelompok, setiap kelompok dipimpin
satu jendral. Jendral kelompok pertama adalah Patih
Wilyatikta, yang kedua Mahesa Kurawan, Kelompok
Ketiga dipimpin Parit Ganjar, Kelompok ke Empat
dipimpin Ronggo Wengi, Kelompok ke Lima di pimpin
Saudagar Peteng, kelompok ke enam dipimpin Ketua
Partai Golok Beracun Bimaskara, Kelompok ke Tujuh
adalah pasukan yang datang dari Pantai Ruberu
perampok yang sangat terkenal di sana dan dipimpin oleh
ketuanya sendiri Harimau Sendeng, kelompok ke delapan
dipimpin langsung oleh Adipati Layan Kusuma.
221 Di depan barisan tentara itu masih terjejer beberapa tokoh
hebat menunggang kuda, ada Biksu Tapak Maut dari
Tiongkok guru Biksu Ling Pau yang dikalahkan Dewa
Iblis, ada pula yang tidak kalah menggidikkan adalah dua
orang yang menaiki satu kuda, yaitu Nenek Peniup Dupa
yang duduk di depannya Bocah Setan Tua.
Datuk Pengemis Nyawa menunggang kuda cukup besar
berjalan didepan barisan pasukan diikuti dua kuda yang
dinaiki Ninja kembar Jala dan Jalu
"lihat... Betapa besar jumlah pasukan kita"!! Dan lihat
betapa kecil Pajajaran yang ingin kita rebut... !!" teriak
Datuk Pengemis Nyawa yang telah pulih seluruh
kesaktiannya hingga jiwanya kembali muda dan berapiapi.
"Telah begitu Lama Pajajaran selalu mengganggu kita,
kebebasan kita, kesenangan kita, bahkan saudarasaudara kita banyak yang ditangkapnya... sekarang tiba
waktunya kita akan rebut Kerajaan itu untuk kita, dan
kerajaan-kerajan lain juga harus tunduk di bawah kuasa
kita, kita orang-orang pilihan yang dicipta untuk menjadi
orang paling hebat oleh Batara... sekarang tiba untuk
membuktikannya" teriak Datuk Pengemis Nyawa
membakar semangat semua pasukan yang jumlahnya
begitu besar... 222 "senjata kalian biarkan haus darah... bunuh sebanyakbanyaknya pasukan Pajajaran, diatas kematian orang
yang dibunuh kalian, berlimpah kebebasan dan kesengan
yang telah menunggu kalian?" Datuk Pengemis Nyawa
seperti Panglima Perang dengan jiwa muda yang tinggi
semakin membakar semangat pasukannya...
"yang mati di peperangan ini biarkan mati, semuanya juga
pasti mati, yang bisa bertahan hidup, kesenangan dan
kekuasaan akan menyambut. Kita hancurkan
Pajajaran?" Ujar Datuk Pengemis Nyawa seraya
menggebrak kudanya, seiring dengan itu semua
pasukanpun bergerak. Semua penduduk di sekitar area peperangan mengungsi
dengan membawa bekal ala kadarnya, hingga desa-desa
yang dilewati pasukan itu sepi, menjadi santapan empuk
pasukan untuk menjarah semua isi Desa. Orang yang
terpaksa ikut dalam pasukan lambat-laun juga
terpengaruh oleh gaya hidup pasukan yang berasal dari
perampok... kini tidak bisa dibedakan antara pasukan
Patih Wilyatikta, Pasukan Kadipaten Ambangan, pasukan
dari kelas petani dengan pasukan yang terdiri dari
perampok. Mereka sama-sama menikmati hasil jarahan
dari desa yang ditinggal warganya.
Datuk Pengemis Nyawa tertawa senang melihat
kerakusan pasukannya, mereka nanti juga akan rakus
223 melahap musuh-musuhnya, karena janji kebebasan dan
kesenangan yang dia obralkannya.
Patih Gema Langit keluar dari baraknya menyambut
tiliksandi yang dia utus melihat persiapan musuh"
"ada berita apa?" Tanya Gema Langit melihta
tiliksandinya tegang "ampun tuan patih, ternyata pasukan musuh ribuan
jumlahnya?" terangnya
"ah tidak mungkin Kadipaten Ambangan memiliki pasukan
sebanyak itu?" "Hamba melihat pasukan Patih Wilyatikta bergabung juga,
ditambah masyarakat biasa dan para perampok dan
perompak, juga hamba lihat banyak tokoh sakti dunia
persilatan yang membantu?" yakin tilik sandi itu,
membuat Patih Gema Langit terbelalak, tidak
diperhitungkannya jumlah musuh sangat besar sehingga
dia hanya membawa pasukannya sendiri untuk
menyambut. Pasukan Jalayuda yang jumlahnya hanya
seratus lima puluh orang.
"cepat kirim utusan ke kota raja, minta tambahan
pasukan, dan sampaikan jumlah musuh yang sangat
banyak itu, entak kita bisa mempertahankan kerajaan
atau tidak?" geram Gema Langit putus Asa...
224 Di lain tempat pasukan Pendekar juga berangkat
berjumlah seratus tiga puluh orang, mereka tau bahwa
lokasi yang digunakan sebagai aria pertempuran adalah
Daerah Jalu, keselatan dari Bukit Gajah Mungkur...
Perjalanan mereka tidak bisa cepat karena banyak
pendekar yang tidak memiliki kuda untuk digebrak,
bahkan untuk bisa sama, semua yang memiliki kuda juga
meninggalkannya, memutuskan berjalan kaki bersama
pendekar yang lain, kecuali Kyai Koneng yang sudah tua
dan beberapa orang yang tidak begitu memiliki ilmu
peringan tubuh seperti Mahesa. Kecepatan perjalanan
mereka mengimbangi paling cepatnya lari orang yang
memiliki tenaga peringan tubuh paling rendah, agar
pasukan tidak kocar-kacir, dan yang jadi patokan mereka
adalah Golok Emas, karena dia tidak memiliki peringan
tubuh tingga walaupun tenaga dalamnya sangat hebat.
Sesungguhnya Arya bisa melesat sangat cepat bagaikan
terbang, seperti halnya perjalanannya dari Bukit Gembala
ke Rawa Lintah yang bisa ditempuh dua hari-dua malam
oleh Kuda sangat cepat, dia hanya menempuhnya satu
hari setengah malam, itupun karena banyak halangan
dijalan. Kirana berlari tidak jauh dari Arya, walau tidak berani
untuk berdampingan dengannya, dia ingin melihat arya
dengan seksama, meyaksikan orang yang tidak pernah
225 berubah rasa hatinya itu, baik ketika dia masih menjadi
Dewa Iblis yang sadis namun baik, ketika Arya menjadi
santri yang dekil hanya sering mengenakan celana
panjang tanpa pakaian untuk mengusir keringat ketika dia
bekerja, ataupun Arya telah menjadi seperti sekarang,
menajdi sosok pemimpin dengan pakaian yang rapi
perwarna hijau lengan panjang, masih ada mantel yang
menjuntai di punggungnya, sehingga seperti menjadi
saap saat arya berlari, Kyia Banjar memberikan mantel itu
sebagi perlambang bahwa Arya bisa terbang. Dan
sebagai pembeda dengan pasukan yang lain, sehingga
Arya menjadi mencolok dan gampang dicari oleh
pasukannya. Arya sesungguhnya ingin berdampingan dengan Kirana
namun dia malu harus mengambil kesempatan saat
genting seperti sekarang, apalagi di sana ada Kyai
Koneng yang jelas tidak akan mengizinkan dia
berdekatan dengan orang yang bukan muhrim tanpa
kepentingan yang jelas... Arya kecewa karena Kirana ada
di belakangnya sehingga dia tidak bisa melihat sosoknya
ataunpun sekedar mencium seberbak harum yang
terpancar dari tubuh Kirana.
Tiba-tiba Arya mendengar dentingan senjata di kejauhan
"berhenti... " teriak Arya dengaan mengankat tangannya,
kemudian mengibas kesamping memberi perintah agar
226 pasukannya bersembuny, merekapun mengikuti
perinyatah Arya walau tidak tau maksudnya.
"ada apa Arya... !!" Tanya Banjar kalianget yang
kebetulan bersembungi di sebelahnya
"saya mendengar bentakan dan dentingan benda keras di
kejauhan sana... " "ini masih jauh dari daerah Jalu, tidak mungkin
pertempuran telah terjadi di sana?" terang Banjar
kalianget "coba Kakang periksa, tapi jangan buat gerakan, apapun
yang kakang lihat laporkan pada saya... "
"baik... !!" Banjar Kalianget langsung melesat ke arah
yang diperintah Arya. Beberapa orang melesat ke tempat persembunyian Arya
ingin tahu yang terjadi, apalagi mereka melihat Banjar
Kalianget melesat sendirian kearah yang tidak mereka
fahami. Arya pun memberitahu semua yang di dengarnya, dan
memerintah mereka untuk mengabarkan yang lain, agar
mereka tidak penasara... 227 Tidak beberapa lama Banjar Kalianget telah kembali,
melapor pada Arya "di depan ada sebuah desa yang di jarah pemberontak,
mungkin mereka terpisah dari pasukan karena tergiur
pada harta yang ada di desa itu, di desa itu masih banyak
warganya?" terang Banjar kalianget mebuat Arya
terkejut. "berapa jumlah mereka kakang"
"tidak kurang dua puluh orang?"
Setelah mendengar laporan Banjar Kalianget Arya keluar
dari persembunyiannya setelah yakin jika parampok itu
tidak akan lewat saya, Arya memanggil seluruh
pasukannya untuk keluar dan berkumpul, memerintah
Banjar Kalianget mengabarkan semua yang dilihatnya,
setelah Banjar Kalianget menyelesaikan keterangannya,
arya angkat bicara "tujuan asli kita adalah membantu pasukan kerajaan, kita
juga tidak bisa membiarkan kekejaman terjadi di hadapan
kita, namun kita tidak mungkin mengulur waktu" terang
Arya "biar saya yang mengatasi meraka... " Pinta Banjar
Kalianget 228 "jangan sendirian Banjar, ajak serta tiga pendekar lain,
agar urusan disini cepat selesai, kami akan melanjutkaan
perjalanan dan menunggu kalian di Bukit Kuncir tidak jauh


Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari daerah Jalu?" tambah Kyai Koneng...
Banjar Kalianget mengajak serta Kang Darman dan dua
Murid padepokannya ikut serta dan langsung berkelebat
ke tempat terjadinya perampokan itu.
Arya membawa seluruh pasukannya menggunakan jalan
lain Agar lebih cepat sampai di Bukit Kuncir. Dia sebagai
pimpinan sangat hafal seluruh jalan yang ada di tanah
Dipa, karena beberapa tahun ini dia berputar-putar
mencari Datuk pengemis Nyawa, dengan kecerdasannya
dia bisa langsung ingat daerah yang pernah dilewatinya,
walaupun sekali... Patih Gema Langit tidak menyangka jika gerakan
pasukan Ambangan begitu cepatnya sampai di derah
Jalu. Dengan Nanar Gema Langit dapat melihat
gelombang pasukan yang sangat besar, berjejer dari
selatan hingga utara tempat itu, dan pasukannya ada di
tengah Patih Gema Langit dan seluruh pasukan bergidik ngeri,
menyadari mereka kalah jumlah dan kekuatan.
"kalian jangan gentar, sebentar lagi bala bantuan dari
kota raja datang, kita bertahan sekuat tenaga hingga
229 mereka datang... buat formasi sayap burung?" teriak
Patih Gema Langit, seketika pasukannya membentuk
barisan menggerucut di kedepan berlapis tiga, dengan
tombak di tangan kanan menjulur kedepan dan perisai di
tangan kiri melindungi tubuh yang jongkok rendah, itu
adalah formasi paling hebat yang dimiliki Pasukan
Jalayuda. "hahahaha... Gema Langit, jangan terlalu sombong...
pasukanmu begitu kecil dibanding kekuatan kami?"
teriak Layan Kusuma mencibir.
"pertempuran-tetaplah pertempuran, sedikit dan banyak
pasti ada yang hidup dan mati, kita buktikan, pasukan
siapa yang lebih banyak mati... " teriak Patih Gema Langit
dengan semangat tinggi walau musuh sangat melimpah.
"Patih Wilyatikta" bawa serta pasukanmu menumpas
orang sombong itu" teriak Datuk Pengemis Nyawa.
"baik?" Patih Wilyatikta membawa basukannya lebih dua
ratus orang meninggalkan barisan, dia memiliki dendam
kesumat pada Pasukan Jalayuda, berapa kali
pasukannya dibuat kalang-kabut oleh pasukan yang
dipimpin Patih Gema Langit itu.
"seraaaaang...!!" Patih Wilyatikta menghentak kudanya
bersama serbuan seluruh pasukana pada pertahanan
Jalayuda... 230 Pertarungan tidak bisa di elakkan, serbuan Pasukan Patih
Wilyatikta begitu hebat, dentingan senjata tajam pada
perisai pertahan Pasukan Jalayuda memekakkan telinga,
Pasukan Jalayuda bukan hanya bertahan namun juga
kirimkan balasan dengan menyodokkan tombaknya...
hingga bebepara pasukan Patih Wilyatikta banyak yang
terluka. Melihat begitu kokohnya pertahanan Formasi sayap
garuda dan menyaksikan pasukannya manyak yang
terluka Patih Wilyatikta geram, digebrak kuda besarnya
seraya memutar senjata tombak bermata golok Besar
membabat bagian untuk fermasi itu...
Pasukan Jalayuda terkejut segera merapatkan perisinya,
namun tenaga dalam yang terkirim bersama kibasan
Tongkat Golok Patih Wilyatikta begitu hebat, sehingga
membuat tiga orang pasukan terjungkal. Tapi walaupun
begitu tidak mudah Patih Wilyatikta menerobos formasi
paling hebat Jalayuda, pasukan lapis dua melompat
menutup celah formasi, lapis ketiga maju menempati lapis
kedua, sedangkan yang terjungkal bangkit lagi ada di
lapis ketiga, dan begitu juga yang dilakukan pasukan
yang lain ketika terjungkal oleh serangan Pasukan
Wilyatikta... Hingga matahari lewat diatas ubun-ubun tak satupun
pasukan Jalayuda yang cedera parah walaupun Patih
231 Wilyatikta turun langsung, berbeda dengan pasukan Patih
Wilyatikta yang banyak bergelimpangan tertusuk tombak.
Melihat hal itu Datuk pengemis Nyawa geram. Jelas jika
pasukan Wilyatikta walaupun lebih banyak, tidak mungkin
menang melawan Pasukan Jalayuda, pasukan paling etit
Kerajaan Pajajaran. "Bimaskara" bawa pasukanmu membantu Patih
Wilyatikta... " Seketika ketua Parta Golok beracun memerintah
pasukannya yang semuanya menggunakan senjata Golok
berhambur menyerang tanpa formasi seperti pasukan
Wilyatiknya, Mereka menyerang dengan kalap tanpa perlu dikomado
ulang Bimaskara, membuat Pasukan Jalayuda terkejut
namun cepat merapatkan barisannya
Pasukan jalayuda seperti kelabang yang diserbu barisan
Semut, serangan Pasukan Patih Wlyatikta yang serangkai
penuh perhitungan ditambah serangan pasukan
Bimaskara yang mengamuk tanpa aturan membuat
pasukan JalaYuda kelabakan, mereka harus menyambut
dua bentuk serangan yang berbeda...
Pasukan Jalayuda semakin kelabakan melihat kegansan
serangan pasukan Bimaskara, mereka bagaiman hariamu
232 yang tanpa aturan, bahkan berali melompat ke atas
barisan pertahan Jalayuda, ketika sang pengerang
tertusuk tombak dan mati diatas pasukan jalayuda, jasat
itu malah dijadikan jembatan penyerang yang lain untuk
masuk ketengah barisan pertahanan Jalayuda...
Kini sudah banyak penyerang yang bisa masuk dan
perperang dengan barisan lapis ketiga di tengah, lapis
pertama terus mempertahankan barisannya, sedangkan
lapis kedua kalangkabut untuk menusukkan tongkatnya
ke luar barisan dan dalam barisan pertahanan yang
sudah penuh dengan musuh. Beberapa pasukan jalayuda
sudah banyak yang merejang nyawa.
Gema Langit terbelalak hebat, tidak menyangka jika
formasi hebatnya bisa ditembus musuh, dia yakin jika
formasi itu tidak akan mampubertahan lama...
"Buat Formasi Bunga?" teriak Gema Langit...
Seketika Pasukan itu terpencar membentuk kelompok
lima orang yang saling adu punggung, tombaknya di
lepas kemudian mencabut pedang... setiap lima orang
membuat formasi bunga, dimana perisai di tangan kiri
menutup badan dan pedang ditangan kanan menjulur ke
depan, formasi itu jika dilihat dari atas seperti bunga yang
mekar. 233 Patih Gema Langit yang sejak tadi ada di tengah barisan
pertahan, kini sudah keluar dan harus terjun dalam
kancah pertempuran. Pertempuran berjalan begitu seru, bunga-bunga itu
diserbu lebah-lebah yang hendah menghisap madu yang
berbentuk darah Pasukan Jalayuda. Dari kedua pasukan
sudah banyak jatuh korban, namun karena jumlah
pasukan Jalayuda memang sedikit, jatuhnya korban
sangat merugikan pihaknya, sedangkan musuh yang
sangat banyak, korban yang jantuh tidak mempengaruhi
serangan mereka... Patih Gema Langit semakin kalap mengibaskan Gada
emasnya pada prajurit musuh, begitupun Patih Wilyatikta
dan Bimaskara yang telah berhasil menjatuhkan bayak
pasukan Jalayuda. Pasukan Jalayuda tinggal empat puluh orang, saat
gelombang bantuan pasukan dari Kota Raja datang
berjumlah empat ratus orang yang dipimpin dua jendral...
Melihat bantuan kerajaan datang... datuk pengemis
Nyawa tidak tinggal diam.
"Mahesa Kurawan... Parid Ganjar... bawa pasukanmu"!!"
teriak Datuk Pengemis Nyawa...
234 Merekapun datang membantu Patih Wilyatikta dan
Bimaskara, Empat Jendral membawa pasukannya
menyerang pasukan kerajaan, walaupun Kerajaan
Pajajaran menambah pasukannya, namun jumlah mereka
masih kalah banyak, hanya pasukan dari empat jendral
musuh yang diturunkan, jumlahnya sudah melebihi semua
pasukan kerajaan yang datang, padalah masih ada
pasukan empat jendral lagi yang belum turun tangan,
jelas jika pertempuran itu tidak imbang.
"Kenapa hanya sedikit yang di utus...!!" Bentak Patih
Gema Langit pada kedua jendral yang mendatanginya"
"Kerajaan konsentrasi menjaga pertahanan di benteng... "
"kami di utus ke sini hanya untuk menarik mundur
pasukan tuan ke Benteng , Kita layani kekuatan musuh di
sana, apalagi kami juga sudah siapkan jebakan di sana"
terang jendral itu semua.
"jika musuh tidak dihentikan disini, dan peperangan terjadi
di benteng, itu sangat rentan, mereka bisa dengan mudah
menerobos benteng, dan raja terancam... !! kalian lihat
pasukanku telah banyak mati sia-sia di sini, kalau
memang hanya untuk mundur, sejak tadi aku tau, dan
pasukanku tidak mungkin separah ini" bentak Gema
Langit penuh amarah 235 "tapi itu perintah Ki Amangkurat"!!" jawab mereka
membuat Gema Langit semakin kesal, tapi dia tidak bisa
menolak perintah Ki Amangkurat sebagai penasehat raja
yang memang terkenal pintar strategi perang.
"lalu bagaimana dengan bantuan Pasukan Pendekar?"
"mereka tidak bisa di harapkan, para pendekar memang
angin-anginan" bentak Gema Langit kembali ke
kudanya" "KITA MUNDUUUUURRRR?" teriak Gema Langit,
semua pasukan kerajaanpun mundur disambut sorak
kemenangan para pemberontak. Patih Gema Langit
benar-benar geram, telah banyak pasukannya yang jadi
korban untuk bertahan menunggu pasukan kerajaan agar
pemberontak bisa ditumpas di daerah Jalu, ternyata dia
malah diperintahkan mundur"!!
Arya dan pasukannya sampai di Bukit Kuncir tanpa
halangan, bukit yang dipenuhi tumbuhan besar, dan ada
satu tumbuhan yang paling besar di tengah bukit,
sehingga jika dilihat dari jauh, bukit itu seperti kepala
dengan rambut di kuncir ke atas.
Semua pasukan interahat mengambil tempat sendiri,
berbincang dengan kelompok isterahatnya, namun tidak
bagi Arya, dia langsung berkelebat ke atas pohon yang
paling besar itu, dari atas sana dia bisa melihat Daerah
236 jalu, namun alis Arya berkerut karena tidak menangkap
kelebatan manusia di sana, apa informasi yang dia terima
salah, peperangan itu bukan di daerah Jalu...
Arya cepat turun mendatangi Kyai Koneng, Banjar
Kalianget, Kirana, Bintang Kusuma dan Mahesa yang
sedang duduk bersama. "Sepertinya saya tidak menangkap sebuah gerakan di
daerah Jalu, coba Bintang carikan orang untuk melihat
keadaan di sana?" "Baik..." Bintang Kusuma memanggil dua orang yang dia
bawa dari Bukit Gembala, dan mengutusnya melihat
situasi di daerah Jalu... lalu berkumpul dengan para
sahabatnya kembali. Yang lainpun membentuk kelompok untuk mengobrol,
ada pula yang isterahan, da nada pula yang
meregangkan tenaga latihan dengan beberapa jurus
miliknya, ada pula yang mengasah senjatanya.
"Bagaimana tindakan yang akan kita lakukan... " pancing
Mahesa untuk mengajak diskusi
"Kita tunggu kedatangan tiliksandi dulu, setelah itu kita
bicarakan yang akan kita lakukan, apalagi Banjar
Kalianget masih belum datang"!!" ujar Kyai Koneng
kuduk bersila dengan tetap memutar tasbihnya.
237 "Arya" jika kita selamat dari pertempuran ini, apa yang
hendak kau lakukan... " Tanya kirana, membuat Arya
terkejut Karena keluar dari topic peperangan, tapi waktu
ini memang tidak ada yang bisa di bicarakan dalam
urusan perang. Bahkan beberapa pendekar banyak yang
mengobrol santai sambil tertawa menghilangkan rasa
tegang. "Tentu aku akan kembali ke Bukit Gajah Mungkur untuk
belajar ilmu agama dan ilmu batin... "
"Tapi tidak selamanya kamu harus tinggal di Gajah
Mungkur kan... ?" tambah Bintag Kusuma
"Ya tentu lah, jika jiwaku benar-bena sudah stabil, aku
akan mendatangi Bukit Gembala, untuk memenuhi janjiku
yang tidak bisa aku tepati ketika perkawinanmu, juga aku
mau minta maaf pada Racun Barat atas keonaran yang
aku ciptakan pada acara pemilihan jodoh itu" " terang
Arya, membuat Bintang Kusuma tergelak bersamaan
dengan Arya, sedangkan yang lain tidak tau apa yang
sedang ditertawakan mereka.
"Tapi tujuanmu setelah keluar dari Gajah mungkur bukan
hanya itu Kan?"" Tanya Kyai Koneng
"Benar Kyai, saya berkeinginan mendatangi seluruh
padepokan dan Guru yang mengajari saya ilmu, guna
meminta maaf di sana, dan menerima segalam macam
238 hukuman yang pantas saya terima?" membuat semua
orang terkejut, mereka tidak mau jika Arya mendapat
celaka karena harus menerima hukuman yang tidak
setimpal dengan perbuatannya, Arya yang polos pasti
akan menerima semua hukuman yang akan dijatuhkan
mereka. Kyai Koneng teringan pada kematian Kyai Prana saudara
seperguruan kakaknya. Melihat semua kebaikan Arya


Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

selama ini dia akan membantunya memohon ampun pada
keturunan Kyai Prana, namun bagaimana dengan
padepokan lain?" yang tidak sealiran dengannya"
"Boleh aku ikut menyertai Kakang... !!?" Tanya Kirana
sedikit malu disela rasa hawatirnya, membuat Arya
terkejut "Trimakasih atas niat baikmu kirana, tapi perjalanann ini
sangat panjang, karena tempat aku belajar ilmu sangat
banyak bukan hanya sepuluh tempat, dan masing-masing
tempat pasti memiliki hukuman yang berbeda dan bisa
menyita waktu lama pula, masih juga tepatnya yang
sangat jauh, seperti di Persia dan juga di Tiongkok?"
terang Arya membuat semua yang mendengar
ternganga... pantas jika Jurus Dewa Iblis sangat hebat
dan jarang dilihat mereka, ternyata Dewa Iblis belajar
pada guru yang begitu banyak hingga keluar Tanah Dipa.
239 Banjar Kalianget datang tanpa tiga santri yang dibawa
serta, penuh dengan darah di pakaiannya, nafasnya
memburu membuat semua pendekar yang santai sejakk
tadi memburunya, ingin mendengar kabar yang dia bawa.
"Mana santri-antri yang lain... " Tanya Kyai Koneng
khawatir "Urusan di desa itu telah selesai, saya dan santri yang
lain selamat, hanya saja lari mereka llebh lambat
sehingga harus saya tingglkan karena ada informasi
penting yang harus saya sampaikan... " ujar Banjar
Kalianget di sela nafasnya yang memburu
"Saya mendengar kabar dari perampok itu, jika jumlah
Pasukan Ambangan sangat banyak hingga lebih satu ribu
prajurit?" terang Banjar membaut semua terbelalak
"Yang tidak kalah mengejutkan lagi, tokoh persilatan yang
membatu Amabangan juga cukup banyak?"
"Mari kita duduk dulu, bicara dengan tenang... " ujar Arya,
setelah Mahesa berbisik padanya, sejak kemarin Mahesa
adalah otaknya, semua keputusan dan pembicaraanya
selalu dibantu Mahesa. Semua pendekarpun duduk, ingin mendengar kabar
penting itu. 240 "Mereka menyebut pendekar dan tokoh yang membantu
Ambangan... " kejar Kyai Koneng.
"Ya" selain Datuk Pengemis Nyawa, yang dikawal dua
muritnya yaitu Jala dan jalu, juga ada Murit Datuk
pengemis Nyawa yang menjadi Jendral Perang, Yaitu
Ronggo Wengi" Banjar menghentikan bicaranya
mengatur nafas "Ternyata benar, dua sosok sakti yang bergelar Nenek
Peniup Dupa dan Bocah Setan tua ada di sana, juga
ditambah Biksu Tapak Maut guru Biksu Ling Pau yang
pernah dikalahkan Arya di Rawa Lintah"
"Dan yang patut kita waspadai juga adalah para Jendral
Perang mereka yang kebanyakan memang pendekar
dunia persilatan dan tokoh hebat, sebut saja Patih
Wilyatikta yang membawa pasukannya membantu
mereka, juga dua kepala pasukan Ambangan, Mahesa
Kurawan dan Parit Ganjar, juga ketua Partai Golok
Beracun Bimaskara, selain itu juga ada Saudagar Peteng,
Harimau Sendeng serta Adipati Layan Kusuma yang juga
memimpin pasukan" Banjar selesaikan Laporannya,
membuat semua orang berfikir, jumlah pasukan mereka
hanya sekira seratusan orang, tidak mungkin jika
melawan pasukan yang lebih seribu orang.
"Jumlah Pasukan Pajajaran juga banyak, bisa
mengimbangi jumlah mereka, alangkah lebih baiknya jika
241 pasukan itu kita pasrahkan pada pasukan kerajaan, kita
sebagai Pasukan Pendekar lebih dihususkan melawan
para pendekar mereka saja... " terang Mahesa memberi
usulan "Masuk akal, Jumlah Pasukan mereka imbang, namun
pasukan Pajajaran tidak akan menang jika para pendekar
mereka juga turun tangan, kita husus melawan
pendekarnya saja... " Kyai Koneng menguatkan usulan
Mahesa "Namun kita harus bisa memancing mereka untuk keluar
dari barisan Pasukan, agar pertarungan tidak
mengganggu peperangan antar pasukan yang bisa jadi
salah sasaran... " terang Arya
"Bagaimana caranya kita memancing mereka keluar dari
Pasukannya?"?" Tanya Bintang Kusuma membuat yang
lain diam, sama-sama berfikir.
Tiba-tiba mahesa mengambil sepotong ranting, lalu
menggaris dua gambar lurus
"Ini deretan Pasukan Pajajaran dan ini deretan Pasukan
Ambangan, jika kita muncul di belakang atau samping
deretan Pasukan Ambangan, yang jelas mereka akan
terkepung oleh pasukan kita dan pasukan Pajajaran,
mereka akan bertahan di tempat, tidak akan keluar?"
terang Mahesa... memberi gambaran.
242 "Kalau kita muncul dari arah Pasukan Pajajaran dan
menyerang semua pimpinan mereka, yang pasti kita bisa
memancing mereka untuk keluar arena pertempuran... "
semua yang mendengarkan manggut-manggut faham.
"Kita telah mempunyai cara untuk memancing mereka
keluar, lalu sekarang kita fikirkan bersama untuk mencari
lawan tanding yang setimpal dengan masing-masing
musuh, pasti diantara kalian ada yang pernah
menghadapi mereka sebelumnya dan tau kemampuan
mereka, biar saya tidak salah pilih, lebih baik kita yang
merasa mampu melawan siapa, sebutkan saja. Agar tidak
saling rebut musuh... " terang Bintang Kusuma...
"Dari semua pendekar Musuh, kau memilih melawan
siapa Arya?" Tanya Kirana, Arya hanya melihat Kyai
Koneng "Aku harap Arya tidak melawan Datuk Pengemis Nyawa,
aku yang akan menghadapinya?" kata Kyai Koneng
Tegas, dia masih khawatir jika Arya melawan Datuk
Pengemis Nyawa emosinya akan labil lagi
"Aku Siap menghadapi Golok beracun... " ujar Golok
Emas tegas "Patih Wilyatikta pasti berhadapan dengan pamanku Patih
Gema Langit, aku sendiri memilih Ronggo Wengi, aku
punya hutang pati padanya?" geram bintang Kusuma
243 "Aku yang akan menghadapi Bimaskara, dia bekas kakak
seperguruanku yang membelot... " pinta Mandala
"Aku sudah lama geram pada Saudagar Peteng" biar
aku yang menghadapinya" seorang Kakek bertubuh Kate
bertubuh dekil meminta...
"Terimakasih Ki Joko Lawe?" ujar Kyai Koneng pada
kakek itu, lalu melanjutkan bicaranya
"Urusan Adipati Layan kusuma dan kedua ketua
pasukannya, Parit Ganjar dan Mahesa Kurawan kita
pasrahkan pada prajurit kerajaan, kita konsentrasi pada
para pendekarnya saja... " tambah Kyai Koneng,
sedangkan Arya masih diam tidak mampu memilih,
karena dia tidak tau musuhnya
"Aku akan menghadapi Hariamu Sendeng... " Kirana
angkat Bicara... "Masih tersisa empat orang lagi yang harus kita pilih, yaitu
Dua Ninja Jala dan Jalu dan juga Nenep Peniup Dupa
serta Bocah Setan Tua yang sangat sakti itu"
"Saya ingin menjajal ilmu dengan Bocah Setan Tua,
Kyai... " ujar Kang Darman penuh semangat setelah tiba
di Bukit Kuncir bersama dua temannya yang ditinggal
Banjar Kalianget, malah membuat Kyai Koneng terbelalak
244 "Jangan sembarangan kau Darman, kau tidak tau siapa
yang kau pilih itu, dia lebih hebat dari datuk Pengemis
Nyawa walau tubuhnya seperti anak-anak, jika kau ingin
memilih, kau lawan saja Ninja Jalu, tapi jangan sendirian,
kau tidak akan mampu, kau berpasangan dengan Anwar
dan Toyyib untuk melawannya... "
"Saya yang akan melawan Ninja Jalan?" Banjar
kalianget mengambil pilihan
"Kini tinggal Nenek Peniup Dupa dan Bocah Setan Tua,
siapa yang pantas saya pilih Kyai... " Atau saya lawan
mereke berdua sekaligus?" Tanya Arya
"Aku tau ilmumu sangat hebat, tapi mereka bukan
pendekar berpasangan walaupun selalu bersama, mereka
pendekar dari aliran kesaktian yang berbeda, jika kau
mau memilih pilih satu saja, biar satunya dipilih pendekar
yang merasa mampu... " terang Kyai koneng...
Suasana menjadi hening, tidak ada yang angkat bicara
untuk memilih salah satu pendekar tua yang terkenal
sangat hebat itu. Tiba-tiba mereka dikejutkan kedatangan
utusan Bintang Kusuma untuk melihat situasi di Daerah
Jalu. Arya menyambut kedatangan mereka bersama
pendekar yang lain "Apa yang kau lihat?"" Tanya Arya langsung
245 "Pertempuran di Jalu telah selesai, banyak pasukan yang
meninggal di sana baik pasukan Musuh maupun pasukan
Kerajaan, namun dari pasukan kerajaan yang kami lihat
hanya mengenakan pakaian Jalayuda, tak kami temukan
jasat pasukan kerajaan lainnya?" terang mereka,
membuat semuanya heran "Sepertnya pasukan Musuh bergerak ke Kota Raja,
terlihat jelas bekas perjalanan mereka kearah sana, dan
melihat bekas mereka, pasukan musuh sangat banyak?"
tambah mereka semakin meyakinkan laporan Banjar
kalinget bahwa jumlah pasukan musuh mencapai seribu
orang. "Mungkin pasukan kerajaan mundur dan konsentrasi ke
benteng pertahannan... " tebak Mahesa"
"Kita harus cepat bergerak pula, urusan Nenek Peniup
Dupa dan Bocah Setan Tua, biar saya yang menghadapi,
kalau tidak mampu, mohon bantuannya. Dan yang tidak
kebagian tugas melawan Pendekar Musuh, tolong bantu
pasukan Pajajaran" perintah Arya disambut deruan sorak
semangat pasukan yang lain.
Merekapun bergerak dengan cepat menuju Kota raja
mengambil jalan memutar agar tidak bertemu dengan
pasukan musuh di jalan, mereka akan bergabung di
benteng bersama pasukan Pajajaran.
246 Dengan pasukan yang sangat banyak dan keyakianan
mantap terhadap kemampuan serta kehebatan
Ambangan, mereka bergerak langsung bersamaan
menuju Benteng bagian timur, mereka yakin dengan
lautan manusia yang mereka bawa bisa meluluh
rantakkan Pajajaran bagaikan di telan gelombang.
Benteng bagian timur merupakan aria paling luas dari
kedua benteng lainnya... , benteng Barat langsung
bersebelahan dengan sungai cukup besar, Benteng
bagian utara diapit oleh dua bukit, sehingga tidak cocok
untuk area pertempuran besar, bagian setalan langsung
tembok besar yang bersebelahan dengan gunung.
Sesungguhnya dengan banyaknya pasukan yang dimikili,
Ambangan bisa membagi serangan menjadi tiga, melalui
tiga gerbang yang ada, agar konsentrasi pertahanan
Pajajaran pecah. Namun Datuk Pengemis Nyawa mempunyai pendapat
lain, pasukannya yang terdiri dari berbagai golongan tidak
bisa dipisahkan, karena banyak diantara pasukan yang
tidak memiliki kemampuan strategi perang, jiga di pecah
dihawatirkan hanya menguntungkan pihak musuh, apalagi
mereka datang ke daerah musuh dimana mereka punya
pengalaman menguasai medan, jadi pasukan Ambangan
harus tetap dalam komandonya.
247 Hal itu sesungguhnya sangat menguntungkan pihak
Pajajaran, sehingga kekuatan yang mereka miliki bisa
terpusat di benteng timur. Dengan menyisakan beberapa
pasukan di benteng barat dan utara, takut ada serangan
yang tidak disangka. Walaupun seperti itu, kehadiran para pendekar yang
cukup banyak di pihak musuh menjadi pertimbangan yang
tidak bisa dianggap remeh.
Patih Gema Langit masuk ke dalam benteng bersama
beberapa sisa pasukannya yang terkuras tenaga dan
banyak yang terluka. "Kalian konsentrasi bertahan di dalam benteng... "
Perintah Patih Gema Langit
"Tapi Tuan Patih... kami tetap ingin berjuang bersama
dengan tuan, menuntut balas atas kematian sanak famili
dan saudara-saudara kami di Jalu?" tolak mereka.
Membuat Patih Gema Langit salut pada semangat
prajuritnya yang telah tinggal separuh
"Aku tau" tapi pulihkan dulu kesehatanmu, dan
sembuhkan yang terluka, kalian ada di dalam benteng
bukan tidak punya tugas untuk bertempur, kalian harus
mampu menghalang musuh yang telah berhasil masuk
benteng. Kalian merupakan benteng terakhir pertahanan
Pajajaran... " suara Patih Gema Langit sangat berwibawa
248 membuat mereka berkobar kembali semangatnya,
menyadari tugas yang diberikan Patih Gema Langit
sangat besar walaupun tidak berada di luar benteng.
Patih Gema langit kembali keluar benteng melihat
persiapan pasukan Pajajaran berbaris rapat dengan
jumlah yang banyak, dia teringat bagaimana pasukannya
bagaikan anak ayam di kerumunan para elang di daerah
jalu, dan mereka asik berdiri di sini. Namun
kemarahannya harus mampu di redam karena deretan
pasukan itu sebentar lagi juga akan menghadapi
gelombang pasukan musuh, patih Gema Langit terus
bergerak menuju barak yang cukup besar. Dan masuk


Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedalamnya. Disana sudah ada beberapa jendral dan
Patih, serta Ki Amangkurat ada di depan.
"Bagaimanan dengan pasukanmu patih"!!" Tanya Ki
Aangkurat "Aku tidak mau membicarakannya, yang jelas pasukanku
tinggal separuh... " ujarnya dengan geram dan duduk di
mejanya dengan kesal "Kau sendiri yang tidak memberitahu kami, jika akan
menghadang mereka di Jalu... " tegur Patih Gajah Oleng
"Kita tidak usah saling menyalahkan, semua yang kita
lakukan di sini sama untuk mempertahankan Pajajaran,
jasa Pasukan Jalayuda juga tidak sedikit, karena menurut
249 informasi yang aku terima telah banyak pasukan musuh
yang tumbang oleh pasukan Jalayuda... " puji Ki
Amangkurat, namun hal itu tidak membuat Patih Gema
Langit melupakan kekesalannya hingga dia tidak
keluarkan suara. "Bagaimana dengan bantuan para pendekar... ?" Tanya
Ki Amangkurat "Aku tidak melihat batang hidungnya... " Kesal Patih
Gema langit "Menurut tilik sandi, mereka melihat ada empat pendekar
dari Gajah Mungkur sedang mengusir beberapa pasukan
musuh yang menjarah di Desa Kulon" terang salah satu
Jendral Perang "Ada juga masyarakat yang melihat gerombolan manusia
yang berlari cepat dengan beberapa orang menunggang
kuda menuju timur... " terang Jendral yang lain membuat
semuanya terkejut... "Itu pasti pasukan Pendekar"!! Tapi mau kemana
mereka?"" Tanya Ki Amangkurat Heran
"Dasar Pendekar, tidak bisa diharapkan, mereka bergerak
menurut kemauan sendiri... padahal perang di sini... "
Geram Patih Gema Langit...
250 "Mungkin mereka menuju Jalu"!!" tebak Patih Gajah
Oleng, membuat Patih Gema Langit terkejut, dia ingat
kembali informasi yang dia sampaikan sendiri ketika ada
di Gajah Mungkur, bahwa peperagan akan terjadi di Jalu,
mereka tidak akan tau jika arena peperangan dipindah ke
Gerbang Timur. "Ada apa Patih"!!" Tanya Ki Amangkurat melihat wajah
Patih Gema Langit Pias "Benar apa yang disampaikan Gajah Oleng, mereka
menuju Jalu, aku yang menginformasikan pada mereka
bahwa peperangan akan terjadi di jalu, mereka tidak akan
tau bahwa peperangan dipindah ke sini?" semua
terkejut, dan lemas seketika
"Berarti kita tidak bisa mengharapkan kehadiran mereka
secepatnya, kita kerahkan semua kemampuan untuk
melawan musuh?" perintah Ki Amangkurat.
Saat matahari sudah menunjukkan jam tiga sore,
terompet besar menggema saut menyaut di luar barat,
menandakan bahwa pasukan musuh sudah datang...
semua patih dan jendral dengan sigap keluar barak
mengambil kudanya dan menggebrak menuju pasukan
masing-masing, kecuali Patih Gema Langit yang
meninggalkan pasukannya di dalan Benteng,
251 Patih Gema Langit yang menjadi pimpinan Pasukan Elit
Pajajaran memegang komando semua pasukan yang
ada, dia berjalan di depan barisan pasukan diikuti Ki
Amangkurat dengan kudanya.
"Pasukan sekalian?" teriak Patih Gema Langit
"Telah lama kita menikmati kedamaian dan ketenangan di
bawah Raja Pajajaran yang baik dan bijak, jika kita mati di
sini, itu lebih baik dari pada tunduk dibawah pemberontak
yang aslinya adalah perampok, buat apa kita hidup jika
kita terus tertindas dan dihantui kekejaman mereka... "
Bakar Patih Gema Langit "Tapi kita harus berusaha mempertahankan nafas kita,
demi keluarga kita, demi teman-teman kita, demi anak
cucu kita agar bisa bernafas dengan baik, untuk itu, kita
harus membunuh musuh di depan kita, kita pertahankan
hak kita, kita pertahankan kerajaan yang kita cintai ini?"
Patih Gema Langit semakin membakar semangat
prajuritnya, semuanya bersorak sambil mengankat
senjata tinggi-tinggi. Di barisan musuh telah berjejer dengan rapi seperti ketika
di Jalu, walau kini yang ada di belakang Patih Wilyatikta
dan Golok Beracun pasukannya berkurang, namun
semangat mereka untuk menumbangkan pasukan
Pajajaran masih berkobar.
252 "Guru... waktu telah sore... sebentar lagi malam tiba, tidak
mungkin melakukan peperangan, apalagi pasukan Patih
Wilyatikta dan Golok Beracun banyak yang terluka...
mereka butuh istirahat... "
"Aku tau... tapi waktu yang sedikit ini masih punya
kesempatan untuk mengurangi jumlah musuh,
perintahkan pasukan Wilyatikta dan Pasukan Golok
Beracun ditambah pasukanmu untuk mencari lokasi
peristerahatan dan mendirikan tenda... yang lain akan
bertempur di waktu yang sempit ini?" Seringai Datuk
Pengemis Nyawa" Patih Layan kusuma melaksanakan tugas itu"
"Macan Sendeng", Mahesa Kurawan dan Parit Ganjar...
Kirim Pasukanmu ke medan perang?" perintah Datuk
Pengemis Nyawa Sekitar Lima ratus orang di bawah pimpinan tiga panglima
menghambur mengirim serangan, Pasukan Pajajaran
masih di tempatnya menunggu perintah, membuat Datuk
Pengemis Nyawa terkejut, dia mengira Pajajaran akan
mengirimkan pasukan yang imbang pula, kalau seperti itu
tidak mungkin jika pasukan ke Tiga Jendral itu mampu
menembus barisan pertahan musuh yang sangat
banyak... 253 "Ronggo Wengi" Saudagar Peteng" bawa pasukan
kalian pula?" Perintah Datuk Pengemis Nyawa, Tiga
Ratus Pasukan disusulkan dibelakang lima ratus
pasukan, jumlah itu setimpal dengan jumlah pasukan
Pajajaran" "Serbu... " Teriak Mahesa Kurawan yang ada di barisan
paling depan... Pasukan Pajajaran masih ditempatnya.
Tidak membuat gerakan, namun mereka sudah bersiap
pula... "Lepaskan Panah?"" teriak Ki Amangkurat, membuat
semua pasukan musuh tersentak, begitu juga Datuk
Pengemis Nyawa. Tiba-tiba dari atas benteng keluar lebih
seratus pemanah yang melepaskan panahnya terus
menerus... Tak Ayal pasukan paling depan musuh banyak yang
bergelimpangan, Mahesa Kurana dengan sigap
menangkis panah-panah yang akan menembus
tubuhnya" "Bangsat?"!!" teriak Biksu Tapak Maut melompat dari
kudanya dan berjalan dengan ringan melewati kepalakepala para pasukan Ambangan.
"TAPAK LANGI MEMBENTUR GUNUNG?"" teriak
Biksu Tapak Maut seraya mengebutkan kedua
254 tangannya, seketika gelombang udara sangat hebat
menderu mementalkan semua panah yang terkirim.
Ki Amangkurat dan semua pasukan tergagap hebat,
melihat panah-panah itu berhamburan tidak lagi
mengenai musuh. "Semuanya siap... !!! Serbuuuuu"... " Teriak Patih Gema
Langit, tak ayal semua pasukan bergerak serangkai
menyambut serangan musuh, dengan tetap menaiki kuda
dikibaskannya Gada Emas menghantam musuh yang ada
di depannya, "Bangsat... mereka benar-benar ingin mengahiri perang
sekarang... Panggil Pasukan Bimaskara dan patih
Wilyatikta untuk membantu, dan juga perintahkan
pasukan Layan Kusuma untuk datang kemari?" perintah
Datuk Pengemis Nyawa pada Jalu, melihat pasukannya
telah banyak yang tumbang karena serangan panah yang
tidak diperhitungkannya. Kembali gelombang serangan datang dari pasukan
Wilyatikta dan Bimaskara yang membuat perseteruan
menajdi semaikin ramai, Pasukan Layan Kusuma ada di
belakang Datuk Pengemis Nyawa, sedangkan Nenek
Peniup dupa dan Bocah Setan Tua hany terkekeh gitrang
melihat mayat-mayat bergelimpangan...
255 Patih Gema Langit langsung menyambut kedatangan
Patih Wilyatikya musuh bebuyutannya itu, Patih Gajah
Oleng melawan Macan Sedeng dengan semangat, Biksu
Tapak Maut mengamuk di depan arena tanpa ada orang
yang imbang melawannya, hingga tapaknya membuat
banyak pasukan Pajajaran tumbang, Panglima perang
yang lain berusaha melawan Panglima musuh yang
sangat hebat, bahkan mereka dibantu pasukannya.
Sangat jelas jika kekuatan Pajajaran kalah jauh dibanding
pasaukan Ambangan yang mengamuk membabi buta
tanpa Ampun. Datuk Pengemis Nyawa dan semua yang
ada di sebelahnya sama tertawa senang, tampak di
hayalan mereka dalam waktu singkat Pajajaran bisa
mereka kuasai. "Besok kau telah resmi menjadi Raja Layan"!!" tawa
Datuk Pengemis Nyawa. Disambut gelak tawa kepuasan
lainnya. Pertempuran berjalan dua jam, namun telah banyak
pasukan Ambangan yang berhasil mendaki benteng,
karena Gerbang yang terbuat dari baja tertutup rapat, jadi
untuk membukanya mereka harus mendaki dan membuka
dari dalam. Jika Gerbang telah berhasil di buka, jelas
sudah kemenangan ada di depan mata, kerajaan pasti
bisa di duduki... 256 Datuk Pengemis Nyawa semakin tergelak menyaksikan
pasukannya telah berhasil membunuh tukang panah di
atas benteng. Meteka bersorak girang mengangkat
senjata dan Panji pasukannya karean telah bisa
menguasai atas benteng, namun perjuangan mereka
tidak cukup sampai di sana, Pasukan Jalayuda yang ada
di dalam benteng datang menyerang, hingga kembali
peperangan terjadi dengan sengit disana, tidak kalah
dengan pertempuran yang ada di luar benteng.
Namun Datuk Pengemis Nyawa hanya tersenyum kecut,
walaupun kegigihan pasukan Jalayuda berusaha
menghalang penerobos, namun Pasukan Ambangan satu
persatu menaiki benteng melalui tangga yang mereka
bawa. Dan membantu lainnya berperang melawan
pasukan Jalayuda yang hanya lima puluh orang...
Di luar gerbang, pasukan Pajajaran semakinn terdesak,
walaupun mereka berhasih membunuh banyak musuh,
namun para Panglima yang begitu hebat ditambah
Seorang Biksu yang mengamuk, membuat Pasukan
Pajajaran mengalami kekalahan yang telak, namun
mereka tidak bisa lagi mundur, kalau mereka mundur
tentu harus membuka Gebang, jika Gerbang terbuka
dengan bebas musuh akan menerobos masuk.
"Kita hidup jika Kerajaan kita Utuh, dan jika kerajaan
Runtuh lebih baik kita mati dengan bangga... " Teriak
257 Patih Gema Langit membakar semangat prajuritnya yang
menurun, melihat kekalahan di depan mereka.
Tiba-tiba semuanya dikejutkan oleh terpentalnya Pasukan
Ambangan yang ada di Atas benteng, Baik Patih Gema
Langit maupun Datuk Pengemis Nyawa juga merasa
heran, jika Pasukan Jalayuda yang berperang di sana
bisa membuat musuh yang begitu banyak itu terpental.
Namun kini mata mereka nanar melihat barisan orang
yang berjejer di sepanjang benteng timur, jumlahnya tidak
kurang dari seratus orang dan mereka tidak mengenakan
pakaian tentara, tepat di atas Gerbang berdiri seorang
pemuda berambut sedikit panjang mengenakan pakaian
Hijau dengan mantel warna merah dipunggungnya,
semua orang yang berjejer di atas sana sama
mengenakan sobekan kain warna merah di lengan
kanannya, mereka mengenakan senjata yang beranika
ragam. "Dewa Iblis"!!" Pekik Nenek Peniup Dupa begitu juga
Bocah Setan Tua, Datuk Pengemis Nyawa yang tidak
pernah bertemu dengan sosok yang selalu mencarinya
itu, yang telah membunuh dua muritnya Nyi Pelet Peteng
dan Gatot Gurai menoleh pada jala dan Jalu, mereka
hanya mengangguk membenarkan pekikan Nenek Peniup
Dupa. 258 "Ternyata Pajajaran juga dibantu pendekar?" geram
Pengemis Nyawa "Pasukan Pendekar Talah datang"!!" teriak Patih Gema
Langit dengan semangat mengibaskan Gadanya, Prajurit
Pajajaran yang hamper putus asa kembali bersemangat
melawan pasukan musuh"
"Yang punya tugas membantu prajurit" seraaaang... !! "
teriak Arya... sekitar Sembilan puluh pendekar melompat
dari tembok Benteng yang lumayan tinggi itu dengan
gesit, jika orang biasa tidak mungkin melakukan hal itu"
"Lalu bagaimana ini kyai?" Tanya Arya pada Kyai
Koneng yang berdiri di sampingnya...
"Seperti rencana semula, tugas kita hanya meringkus
para pendekar yang membantu Ambangan, Aku lihat
seorang biksu yang mengamuk di tengah pertempran
begitu hebat... dia harus di keluarkan dari sana, agar tidak
banyak menelan korban prajurit... "
Arya menoleh... melihat sisa pasukannya yang ada di


Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atas tembok "Ki Joko Lawe... sepertinya Saudagar Peteng sudah
kewalahan melawan pendekar yang lain, bagaimana jika
tuan melawan Biksu itu?" tanya Arya, karena dia ingat
259 pada rapat pertama Ki Joto Peteng meminta menghadapi
Saudagar Peteng "Baik?" ujar Ki Joko Lawe melompat turun membabat
beberapa prajurit dengan tongkatnya hingga terpental
menuju Biksu Tapak Maut. "Sepertinya anggapan kita di luar perkiraan, para
Senopati dan Jendral perang kerajaan bisa mengimbangi
para tokoh silat jendral musuh !! sedangkan yang paling
penting adalah otak dari serangan ini, yaitu mereka?"
tunjuk Mahesa pada deretan pasukan Layan Kusuma
yang masih di belakang Datuk Pengemis Nyawa, disana
juga selain Adipati Layan Kusuma juga ada Nenek Peniup
Dupa, Bocah Setan Tua dan juga dua ninja kembar Jala
dan Jalu... "Ya" dan mereka tidak bisa dianggap remeh, kita harus
merubah strategi awal... kita biarkan pertempuran di
bawah sana diselesaikan oleh para prajurit dan para
pendekar lainnya, aku lihat mereka telah imbang, kita
konsentrasi pada mereka saja... " jawab Kyai Koneng...
"Kau tetap di sini, mengatur pasukan pendekar yang ada
di bawah, dan mengabarkan informasi yang terjadi
dengan terompet itu... " perintah Arya pada Mahesa
sambil menunjuk terompet yang tergeletak di lantai.
260 "Sedangkan yang lain ikut Kyai Koneng menggempur
musuh yang ada di sana, aku masih mau membantu
Pasukan sebentar?" perintah Arya, pada Banjar
kalianget, Kirana, Bintang Kusuma, Golok Emas, Mandala
dan beberapa Pendekar yang masih berdiri
disampinganya... mereka hanya mengangguk dan
berkelebat cepat melalui dua samping arena peperangan
menuju seberang, agar gerakan mereka tidak tertahan.
"Bangsat" mereka mau menyerang kita?" bentak Datu
Pengemis Nyawa, Nenek peniup Dupa hanya terkekeh
senang, Arya masih melihat dari atas Gerbang Benteng,
melihat situasi yang lebih penting dia bantu, apakah para
prajurit itu atau para pendekar yang melawan kaum sesat
yang sangat hebat, Arya melihat matahari yang condong ke barat, sebentar
lagi malam tiba, dan tidak mungkin peperangan
diteruskan, suasana akan gelap, walaupun bisa
dipastikan akan muncul renbulan sedikit terang, namun
perang tidak bisa dilanjutkan di suasana yang temaran,
mereka tidak akan leluasa perperang, bisa jadi malah
salah sasaran... Arya menatap prajurit yang bertikai dibawahnya, jika para
pendekar yang sudah terlatih dengan baik tentu suasana
yang temaran tidak akan berpengaruh dengan pandangan
meraka, tapi prajurit-prajurit itu?""
261 "Hiaaaatt?" Kyai Koneng langsung menerjang Datuk
Peniup Dupa. Kirana memilih Jala dan jalu yang dibantu Bintang
Kusuma sebagai lawan tanding, Golok Emas dan
Mandala juga Banjar Kalianegt memilih Nenek Peniup
Dupa dan Bocah Setan Tua, sedangkan pendekar yang
lain seperti Kang Darman dan Anwar melawan Patih
Layan Kusuma dibantu beberapa pendekar lain
mengempur pasukan Adipati Layan
Pertempuran di sebelah timur lebih mengerikan daripada
perang ratusan prajurit yang terjadi di depan Gerbang
Benteng, Ledakan, teriakan dan lentingan tubuh getis
membuat bumi seperti gempa, hingga membuat Prajurit
dari kedua pihak terkejut menghentikan peperangan,
kecuali beberapa orang yang telah diamuk emosi, seperti
para pendekar kedua prajurit sama membuat prajurit
biasa berusaha menghindarinya, bahkan ada yang lari
terbirit-birit melihak keganasan perang yang terjadi,
mereka tidak mengira jika perang yang terjadi di sana
adalah perang antar pendekar, yang mereka tau perang
hanyalah adu ketangkasan menggunakan senjata, namun
yang mereka lihat perkelahian dengan tenaga dalam
tinggi. Prajurit dari Pajajaran hentikan serangan mengindar
mudur dari hentakan tenaga dalam yang sangat luar
262 biasa, begitu juga p?ukan Ambangan yang berasal dari
kelas prajurit karena mereka tau tatakrama perang, jika
matahari sudah condong kebarat, menang atau kalah
perang harus di hentikan, dan dilanjutkan besok pagi.
Tapi prajurit yang berasal dari kelas Perampok dan
Perompak tidak kenal Aturan itu, sehingga para Pasukan
Pendekar dibawah pimpinan Arya tetap harus berjuang
melawan keganasan mereka juga para petinggi pasukan
kedua belah pihak yang telah diamuk emosi...
Para Prajurit dari kedua belah pihak yang telah
menghentikan perang hanya menyaksikan pertempuran
sangat hebat dengan heran, karena tidak menyangka jika
perang ini tanpa aturan, tidak ada jam isterahat, tapi
mereka telah telah ada pula yang terluka, sehingga walau
para pemimpin mereka tetap berperang, mereka enggan
turun tangan, apalagi hal itu tidak melanggar tatakrama
perang. Ternyata pasukan Ambangan yang berasal dari kelas
prajurit hanya sedikit, lebih banyak dari kelas perampok
dan perompak yang tidak kenal aturan, sehingga jumlah
musuh yang mengundurkan diri hanya sedikit, sedangkan
dari pasukan Pajajaran semuanya menghentikan
serangan kecuali para petingginya yang saling bahu
membahu bersama para Pasukan Pendekar melawan
sisa pasukan musuh yang sangat banyak, walaupun para
pendekar memiliki kesaktian yang mumpuni, namun
263 melawan musuh yang begitu banyak dan juga membabi
buta membuat mereka kewalahan juga. Melihat itu semua
adapula yang kembali turun perang namun jumlahnya
sedikit Tiba-tiba semua prajurit yang hanya menyaksikan
disamping terbelalak, bahkan ada yang mengucek
matanya tidak peraya pada penglihatannya, seorang
pemuda yang sejak tadi hanya mengaksikan dari atas
gedung tiba-tiba melayang di udara bagaikan kapas di
terpa angin, matel yang berwarna merah berkibar-kibar
seperti sayap orang terbang"
"Pasukan mundur... " Teriak Arya dari atas udara,
membuat pasukannya terkejut dan melompat mundur
menjauhi lawan. "PUKULAN GADA BUDA?"
"TENDANGAN SABIT BULAN... "
Seketika dari kedua tinjunya menderu angin sangat kuat
dan panas, begitu juga dari tendangan kakinya melayang
larikan sinar cukup terang di suasana temaran berwarna
hijau jukup besar... BLARRRRRR BLARRRRRR 264 Arya terus berputar dengan melepas pukulan dan
tendangan jarak jauhnya dari udara, hingga pasukan
musuh terpental satu persatu, Bahkan Parit Ngurai dan
Macan Sendeng terpental mendapat serangan itu,
sehingga Patih gajah Oleng yang melawan Macan
sendeng berhambur membantu Ki Joko Lawe yang
kewalahan melawan Biksu Tapak Maut, Perseteruan
antara Ki Joko Lawe menggunakan tongkat ditambah
Patih Gajah Oleng dengan parang besar membuat Biksu
Tapak Maut semakin awas menggunakan sekegap
kemampuannya, sekarang bukan lagi ambisi untuk
memenangkan pertempuran, namun lebih berusaha
mempertahankan nafas oleh serangan kedua pendekar.
Patih Wilyatikta tersurut beberapa langkah menahan
pukulan jarak jauh Arya dengan tongkatnya... saat sudah
berhasil berdiri sempurna, tanpa dia sadari Gada Patih
Gema Langit menghantam kepalanya, namun dia cepat
oleng ke samping saat Ronggo Wengi membabatkan
trisula kembar di kedua tangannya, Ronggo Wengi
berhasil menumbangkan dua pendekar, namun disela
nafas yang memburu dia harus melawan Patih Gema
Langit dengan keganasan Gadanya...
Keganasan Arya melancarkan pukulan dari atas udara
semakin menjadi, apalagi tidak seorangpun yang
menggangguna, hanya beberapa panah yang
265 berseliweran di samping tubuhnya ada pula yang
terpental kembali merenggut nyawa si penyerang.
Tiba-tiba tubuhnya oleng dan menderu keras turun
kebawah, secepat kilat dia jumpalitan guna menjaga
keseimbangan tubuh, agar tubuhnya tidak membentur
bumi dengan telak, dia heran karena jurusnya tidak
berfungsi lagi, bahkann setiap kali dia berusaha
menggunakan jurus itu semakin cepat dia tersedot oleh
sebuah kekuatan yang sangat besar, dia pun
menginjakkan kaki di tanah dengan awas... menendang
tiga orang prajurit yang hendak menyerangnya...
Kini dia tau siapa yang membuat jurusnya tidak bisa
berfungsi, seorang bocah berusia sepuluh tahun,
memusatkan kedua tangannya seperti orang menarik
benang layangan padanya. Dia juga terbelalak kaget
melihat Golok Emas tergeletak tidak berdaya
disampingnya" "Hehehehe" ternyata kau memiliki jurus Cangra
Ngambang yang sudah lama punah anak muda... !!
sebenarnya siapa gurumu?" Bocah itu tersenyum lucu
membuat Arya terbelalak, dia yakin sosok didepannya
adalah Bocah Setan Tua, bukan hanya bisa
mementahkan jurusnya dia juga kenal jurus yang Arya
sendiri tidak tau namanya.
"Cakra Ngambang"!!" arya bertanya
266 "Jurus Aneh milik Setan Akherat, apakah kau
keturunannya Anak Muda?" Tapi kenapa kau membantu
aliran putih... !!" bentak Bocah Setan Tua
Arya teringat pada pemberi jurus yang tanpa di sengaja
dia terima di dasar Jurang cukup dalam, dia terjatuh ke
dasar jurang ketika lari dari Padepokan Kyai Prana, Tiga
hari tiga malam dia ada di dasar jurang itu tanpa tau
bagaimana cara keluar, saat rasa putus ada
menghinggapi hatinya, tiba-tiba tembok jurang bergerak
dan terdengar kekeh orang tua yang kaki dan tangannya
menempel di dinding batu oleh sebuah Akar kayu
cendana, ternyata kakek itu sudah puluhan tahun
terpasung di tempat itu oleh Guru Kyai Prana ketika
masih muda. Ketika Kakek itu tau bahwa Arya telah
membunuh Kyai Prana dia sangat senang... tiba-tiba
tubuhnya tersedot menempel ketubuh si Kaket, dan tanpa
bisa dia tolak aliran tenaga dalam cukup hebat
menembus seluruh urat-uratnya, dia berteriak karena
kepanasan dan rasa sakit bagaikan ribuan jarum masuk
ke tubuhnya, penyaluran tenaga dalam itu berjalan hingga
lima-hari lima malam, awalnya aliran tenaga dalam itu
begitu menyiksa lambat laun aliran tenaga dalam itu sejuk
dan dingin, setelah Kakeh menyalurkan seluruh hawa
murninya dia tertawa dengan puas dan kemudian mati di
dinding batu, baru tubuh Arya terlepas.
267 Sehari semalam tubuhnya menggigil oleh tenaga dalam
yang melimpah, dia berusaha menekan tenaga dalam itu,
setelah ledakan tenaga dalam begitu besar yang dialirkan
si kakek bisa dikontrol, ternyata tubuhnya menjadi ringan
bahkan bisa mengambang, setelah menguburkan si
kakeh dengan layak Arya keluar dari Jurang itu dengan
luapan tenaga dalam. berkat tenaga dalam itu pula, dia
bisa menyerap dengan mudah seluruh Ilmu yang
dipelajari pada bebeprapa tokoh.
Dan Dari Bocah Setan tua itu dia tau nama kakek yang
memberikan tenaga dalam, ternyata berjuluk Setan
Akherat dari golongan sesat yang di pasung Guru Kyai
Prana yang artinya juga Guru Kyai Banjar Banyu Bening,
dan dari Bocah itu pula dia tau nama Jurus Cakra
Ngambang yang di kuasainya.
Arya menatap Bocah Setan Tua dengan telak, jika bocah
itu tau pemilik Jurus Cakra Ngambang dan juga bisa
mementahkan jurus itu, tentu usianya sama dengan
pemilik Jurus Cakra Ngambang atau Setan Akherat.
"Tubuhmu saja yang kecil Kakek Tua, kau sudah tidak
pantas ada di dunia ini, dunia ini sudah milik pemuda
seperti aku... " Ledek Arya"
"Hahahaha... . Besar Juga mulutmu anak muda, sama
seperti gurumu Setan Akherat, yang ternyata kalah di
tangan Ki Ambarawa?" Bocah Setan Tua sama mencibir
268 sambil menepuk-nepuk pantatnya, satu informasi lagi
ditangkap Arya, bahwa Guru Kyai Prana dan Kyai Banjar
bernama Ki Ambarawa"
"Sudah lah bocah" malam telah tiba, lebih baik kau tidur
saja, nanti dimahari ibumu"!! Atau di jewer nenekmu
itu"!" Arya semakin meledek sambil menunjuk Nenek
Peniup Dupa yang meladeni serbuan Bintang Kusuma
dan Kirana setelah Jala dan Jalu tumbang, sedangkan
Banjar Kalianget membantu Kyai Koneng menggempur
Datuk Pengemis Nyawa, Layan Kusuma bertempur
melawan Mandala. Mendapat ledekan Arya, Bocah Setan Tua terbakar emosi
juga "Dia Istriku tau" walau kami tidak menikah... !!" Bentak
Bocah Setan Tua, membuat Arya terbelalak kaget...


Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hahahaaaa" Bocah dekil kawin dengan Nenek
Peot?"?" Suatu pasangan yang serasi"
hahahahaha?" Arya tergelak membuat wajah Setan Tua
memerah, bengitu juga Nenek Peniup Dupa, namun dia
tidak bisa berbuat apa-apa melawan dua penyerang yang
sangat hebat, Nenek Peniup Dupa tersentak kaget"
"Hehehehe" tidak aku sangka... sekian lama
mengasingkan diri, ternyata didunia persilatan
bermunculan tokoh muda yang hebat... " seringainya,
269 sambil mencabut Cakram bintang senjata rahasia Bintang
kusuma dari lengannya... Kirana dan Bintang Kusuma
sama mengatur nafasnya yang memburu, kekompakan
serangan mereka sudah pernah terjalin ketika melawan Si
Buta Sadis... Bocah Setan Tua menggeram sangat hebat hendak
menyerang Arya. "Bocah Setan Tua"!! Kita mundur?" Teriak Nenek
Peniup Dupa berkelebat menjauhi Kirana dan Bintang
Kusuma, Bocah Setan Tua melihat istrinya melompat
menjauh diapun melakukan hal yang sama"
"Awas kau anak muda"!!" Teriak Bocah setan Tua,
seraya mengibaskan tangannya ke depan"
"Pedang Akherat"!! Awas?" Kirana terpekik melihat
kilatan cahaya berwarna merah berbentuk Pedang Besar
menderu ke arah Arya yang tidak siap.
Mendengar teriakan Kirana, Arya tergagap melihat
cahaya merah menyala berbentuk pedang menderu
kearahnya, dia tidak akan sempat menghindar juga untuk
mengumpulkan tenaga dalamnya guna menangkis,
secepat kilat di tariknya Tongkat Cendana yang terselip
dipingganya, dan menghalang serangan itu"
TRAAAAAAANGGGGG... CAASSSSS" CAAASSSSS...
270 Sungguh dahsyat serangan Bocah Setan Tua, bagaikan
pedang tajam dan kuat membentur Senjata Arya, Arya
tersurut kebelakang dan kakinya menembus tanah guna
menghentikan gerakan, namun dia terus tersurut didorong
cahanya pedang merah tingga beberapa pohon sebesar
paha orang dewasa terpental dihantam punggung Arya,
gerakan itu melambat seiring menghilangnya sinar
kemerahan di tengah senjatanya. Jelas senjata Arya yang
seperti baja kuat tergores sedikit dalam
Arya jatuh terduduk menahan sesak di dadanya, darah
segar keluar dari ujung bibirnya, mantel yang dia kenakan
compang-camping karena tersangkut pepohonan,
punggungnya juga sakit, sekitar tiga tombak di depannya
ada dua garis tanah cukup dalam hingga ke ujung
kakinya... Dia berusaha mengalirkan hawa murni guna
menyembuhkan luka dalam. Dia bergidik ngeri
membayangkan jika Kirana tidak memperingatinya,
serangan yang mendadak membuatnya tidak bisa
mengeluarkan tenaga dalam secara maksimal hingga dia
terluka, namun Arya juga bergidik ngeri, serangan
pertama saja telah membuat terluka apalagi kalau dia
harus menghadapinya"
"Kau tidak apa-apa Kang... !!" Kirana khawatir berhambur
bersama Bintang Kusuma 271 "Tidak apa-apa... " ujarnya setelah dirasa aliran darah
kembali normal... "Tinggal Datuk Pengemis Nyawa... " geram Bintang
Kusuma, hendak membantu Kyai Koneng dan Banjar
Kalianget yang kewalahan melawan Iblsi Tua itu, namun
Arya menahan mereka "Kalian bantu pasukan yang lain... biar aku yang
membantu Kyai Koneng... " perintah Arya
"Tapi kakang terluka"!!" larang Kirana
"Kalian juga terluka, cepat bantu pasukan yang lain... "
perintah Arya sambil melihat tubuh Bintang Kusuma dan
Kirana yang penuh dengan luka dan lebam.
Kirana dan Bintang Kuruma tidak bisa menolak, karena
Arya adalah pimpinan mereka, Kirana masih sempat
menoleh hawatir, Arya tersenyum menyakinkan...
Sangat jelas jika Kesaktian Datuk Pengemis Nyawa yang
dia lihat sekarang jauh berbeda dengan Datuk Pengemis
Nyawa yang terbunuh di Rawa Lintah, Kyai Koneng dan
Banjar Kalianget terdesak hebat meladeni gempuran
tangan kaki serta tongkat Jati Kayu Jati yang sedikit
mengepulkan asap kehitaman, sama seperti yang
dipegang Gatot Gurai, tapi bagi Kyia koneng dan Banjar
Kalianget asap beracun itu tidak berpengaruh, karena
272 mereka telah dibekali penangkal racun buatan Pendekar
Racun Barat itu. Tapi jurus Datuk Peniup Dupa yang baru
pulih berkat meminum darah perawan benar-benar
menakutkan... kaki dan tangannya menderu hebat
mengeluarkan bau sangit yang menyesakkan, basih juga
tongkatnya. Kyai Koneng dan Banjar Kalianget banyak mengalami
luka di beberapa bagian tubuhnya, namun mereka tetap
gigih melawan Datuk Pengemis Nyawa yang menyeringai
senang melihat lawannya kewalahan. Walau tampak
diwajahnya kehawatiran karena dua Tokoh paling
diandalkan melarikan diri mundur dari pertempuran, dia
tau jika ilmunya tinggi, namun ditengah gempuran
pasukan pendekar dibeberapa tempat yang menguasai
peperangan bisa jadi malah mengeroyoknya...
Kyai Koneng dan Banjar tersurut dua langkah menerima
kibasan hebat tongkat Datuk Pengemis Nyawa"
"RACUN SELAKSA"... !!" Teriak Arya melompat
mengibaskan tongkat Cendananya, larikan sinar
berjumlah ratusan seperti jarum berwarna merah
menerjang Datuk Pengemis Nyawa, Pengemis Nyawa
tersentak cepat-cepat memutar tongkat menangkis
seluruh serangan Arya... Kyai Koneng terkejut bukan main, dia telah membasuh
pengaruh racun di tongkat itu, tapi Arya masih bisa
273 mengeluarkan racun berbentuk larikan sinar mematikan
dari tongkat yang diyakini Kyai Koneng telah hampa
racun, tapi dia sadar... itu bukan racun biasa, tapi sebuah
jurus yang mempunyai pengaruh seperti racun sehingga
bernama Jurus Racun Selaksa, karean Jarum yang
terkirim bukan lah jarum beracun seperti senjata rahasia
kaum sesat, tapi larikan sinar tenaga dalam yang tercipta
dari harum kayu cendana yang dipadatkan, terbukti ketika
benda-benada itu ditepis Pengemis Nyawa menjelma
udara harum Kayu Cendana.
Pengemis Nyawa mencium Harum itu cepat-cepat
menotok jalan nafasnya, karena menyangka racun, dan
biasanya memang menjadi uap racun seandainya Kyai
Koneng tidak membersihkan Kayu itu...
Melihat Pengemis Nyawa tergagap berusaha menyeka
Uap Racun, Arya tidak tinggal diam, disodokkannya
tongkat kayu cendana ke perut Pengemis Nyawa...
BUGGGGGG... Pengemis Nyawa surut dua langkah ketika serangan itu
telak menghantam perutnya.
Arya berdiri di depan Kyai koneng dan Banjar Kalianget
menatap dengan telak Pengemis Nyawa.
274 "Arya?"!!" Pekik Kyai Koneng hawatir, jika sikap kalap
Arya bangkit kembali saat berhadapan dengan musuh
bebuyutannya itu. "Tenang saja Kyai, saya tidak akan membunuhnya, saya
akan ringkus untuk diserahkan pada Kerajaan Pajajaran...
!!" Jawab Arya untuk menghilangkan kehawatiran guru
spritualnya itu, "Kyai dan Kang Banjar bantu yang lain, suanan sudah
gelap, tidak mungkin jika pasukan berperang lagi"
perintah Arya... mereka hanya mengangguk lalu
berkelebat membantu lainnya, kini dia bisa dengan
leluasa menghadapi Pengemis Nyawa...
Suasana sudah benar-benar gelap di berbagai tempat,
hanya bulan kecil yang mengintip di cakrawala, kecuali
arena pertempuran itu, karena banyak kayu-kayu terbakar
terkena jurus beberapa pendekar, hingga pertempuran
mereka tidak terhalang. Gempuran Pasukan Pendekar semakin menjadi ketika
banyak Tokoh sakti kelompoknya datang membantu.
Biksu Tapak Maut terpental hebat saat serangan Kyai
Koneng menghantap punggungnya, Ki Joko Lawe dan
Gajah Oleng tidak selesai ketika Biktu Tapak Maut
tumbang, mereka berkelebat bersama Kyai Koneng
menghantam musuh yang tersisa...
275 Parit Ganjar dan Mahesa Kurawan berhasil di bekuk,
bersama Bimaskara dan Saudagar Peteng, Macan
Sendeng harus meninggalkan Nyawanya bersama
beberapa anak buahnya, begitu juga Patih Wilyatikta yang
pecah kepalanya terhantam Gada Gema langit, Adipati
Layan Kusuma remuk kepalanya namun masih hidup,
Ronggo Wengi menghilang bersama beberapa sisa
pasukan Ambangan yang lari terbirit-birit.
Beberapa Pasukan Pajajaran yang hanya menyaksikan di
samping kini berhambur dengan girang ketengah medan
perang memungut sisa peninggalan musuh dan menolong
semua pasukan yang terluka juga membawa pasukan
yang mati... Bantuan Kaum pendekar benar-benar punya pengaruh
besar, bahkan dari Pasukan Pendekar yang meninggal
dunia hanya sepuluh orang, diantaranya golok Emas,
yang lain hanya terluka"
Saat semua pasukan sibuk berebut sisa perang dan juga
menolong pasukan yang terluka, para Pendekar tanpa
merasa sakit terhadap lukanya membuat pagar betis
menyaksikan pertempuran sangat hebat dua pendekar di
kejauhan. Mereka tidak membuat gerakan, karena Kyai
Koneng menghalangnya, dan pasti akan bertindak jika
terjadi apa-apa pada Arya, Bahkan Patih Gema Langit
memerintahkan sisa pasukan Jalayuda bersiap dengan
276 panahnya, Pasukan elit yang terkenal paling mahir
menggunakan Panah dan formasi perang.
Pasukan Pendekar dan juga Pasukan Kerajaan tidak ada
yang berani mendekati arena pertempuran dua pendekar
yang menciptakan gempa dan Taufan di kejauhan... kilatkilat dan lentingan tubuh begitu cepat silih berganti
bertahan dan menyerang, bahkan hanya orang berilmu
tinggi yang bisa menyaksikan pertempuran itu, pendekar
kelas rendah apalagi prajurit kerajaan melihatnya hanya
sebuah bayangan berkelebat cepat dan kilatan-kilatan
cahaya yang menciptakan ledakan dahsat...
Beberapa kali Arya melepaskan Jurus Gada Buda, Sabit
Bulan dan Beliung Samudra, juga tak jarang melepas
Jurus Racun Selaksa, namun musuhnya bisa bertahan
dengan hebat" Dewa Iblis Maupun Pengemis Nyawa sama mengatur
nafasnya yang memburu"
"Aku tau nafasku tidak bisa diselamatkan, karena temantemanmu di sana telah menunggu menyerang, tapi aku
harus membunuhmu pula?" bentak Pengemis Nyawa
dengan nafas memburu, pakaiannya telah copangcamping terkena serangan Arya, dia tidak bisa
menggunakan Jurus Pencabut Nyawa yang bisa
menyedot organ dalam musuhnya, karena dia tau Arya
memilikit tenaga dalam sangat tinggi, dia pasti bisa
277 bertahan begitu lama, dan saat itu dia tidak bisa melepas
jurusnya jika pendekar lain menyerang.
Arya juga mengatur nafasnya, sangat jelas bekas pukulan
Bocah Setan Tua masih berpengaruh di tubuhnya, walau
tak ada serangan Pengemis Nyawa yang mengenainya,
darah segar mengalir di mulutnya oleh luka dalam yang
semakin parah... "Sekarang kau lihat dengan jelas... orang yang
keluarganya telah kau bantai, baru aku saja yang
mengharap nafasmu, bagaimana jika yang lain juga
menuntuk yang sama, nyawa mu tentu tidak akan cukup...
" cibir Arya sambil menyeka darah dibibirnya...
"Mulutmu sangat besar anak muda, kau tidak tau dengan
siapa berhadapan, kesaktianku sedang dipuncaknya
karena barusaja melakukan upacara Bedah Bumi, dan
biar kau lihat apa yang aku maksud itu?" bentak
Pengemis Nyawa... Tiba-tiba Pengemis Nyawa berteriak Hebat menghadap
keatas... tubuhnya yang bunggkuk tegak, Tongkat yang
dia pegang jatuh... seketika angin menghempas keras di
sekitar Tubuh Pengemis Nyawa hingga Arya harus sedikit
melindungi matanya oleh debu yang bertebaran.
Mata Arya terbelalak menyaksikan perubahan bentuk
tubuh Pengemis Nyawa. Urat-uranya menegang dan
278 membesar seperti kayu rotan, lengannya yang kurus
membesar, paha dan kakinya juga tubuhnya berisi padat
hingga pakaian yang dikenakan robek. Hanya kepala
yang tetap Pengemis Nyawa
Kini Arya bisa melihat dengan Nyata, tubuh Pengemis
Nyawa kekar dengan otot-otot besar seperti kayu rotan,
Pengemis Nyawa menyeringai menakutkan menatap Arya
penuh amarah... semua yang melihat tersentak kaget,
karena baru kali ini melihat perubahan bentuk tubuh
Pengemis Nyawa yang mengerikan
"Apa bedanya tubuhmu sekarang dan yang tadi pengeis
jelek"!!" Ledek Arya membuat Pengemis Nyawa
semakin geram "Kau ingin tau?" Sambut ini?"
Weeeeeesssss... BUUUUUUKKKKKKKK Tubuh Arya terpental seketika, dengan susah payah dia
menahan laju lontaran tubuhnya dan hingga di tanah


Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memegang dada yang terasa remuk, kini pengemis
Nyawa menyeringai puas di tempat Arya semula berdiri...
279 Arya tidak bisa menangkap kelebatan Pengemis Nyawa,
dia benar-benar cepat, Arya menyeka Darah yang
semakin banyak keluar di mulutnya...
Arya melompat "SABIT BULAN... " teriaknya melepas
tendangan jarak jauh, seketika Larikan Cahanya seperti
bulan sabit berwarna kebiruan sebesar tiga depa orang
dewasa menderu ke tubuh Pengemis Nyawa... Pengemis
Nyawa hanya menyeringai tetap di tempatnya...
TANGGGGGG... Dengan tenang Pengemis Nyawa menangkis serangan itu
menggunakan Lengan Besarnya hingga terpental
menghantam kayu besar... Arya terbelalak kaget, begitu
mudahnya musuh menangkis serangan mautnya itu...
"Gada Buda... " Arya melepas pukulan berupa angin
padat menderu ke tubuh Pengemis Nyawa, lagi lagi
Pengemis Nyawa hanya mengibaskan sebelah lengannya
menghalang serangan Arya Belum puas keterkejutan Arya, kini dia kirimkan Beliung
Samudra, berupa hembusan angin sangat kuat hingga
beberapa benda yang ada di hadapannya terpental,
namun Pengemis Nyawa hanya silangkan kedua lengan
di depan tubuh, dan tidak bergeming sedikitpun oleh
deruan taufan itu, membuat Arya semakin terbelalak...
280 "Sudah seranganmu"!!" Bentak Pengemis Nyawa...
BLAAARRR" Lagi-lagi Tubuh Arya terpental jauh dihantam tubuh
pengemis nyawa yang sangat cepat... Arya berusaha
bangkit" BLAARRRR... Kembali tubuh Arya terpental jauh... Pengemis Nyawa
terkekeh puas melihat musuhnya tidak bisa berbuat apaapa, menjadi kucing-kungingan serangannya"
Pasukan Jalayuda melepas panah pada pengemis
Nyawa, bukannya dia pindah... malah panah-panah itu
dibiarkan saja menghantam tubuhnya yang kebal, hanya
menangkap beberapa panah yang lewat diatas
kepalanya, dan mengembalikan pada mereka, seketika
beberapa Pasukan jalaYuda terjungkal terkena Panah
yang dikembalikan Pengemis Nyawa... semua mata
bergidik ngeri, bahkan ketakutan untuk turut membantu
Dewa Iblis mengalahkan Pengemis Nyawa...
Arya berusaha bangkit menahan sakit yang sangat di
sekujur tubuhnya... "Arya" serang kepalanya... !!" teriak Mahesa... yang ada
di barisan Prajurit... 281 "Bangsattt... !!" Teriak Pengemis Nyawa mengirimkan
pukulan Jarak-jauh ke Mahesa, semua terkejut tidak
menyangka jika Mahesa akan diserang"
BLARRRRR?" Tubuh Mahesa terjungkal jauh hingga menghantam
tembok benteng... dan menggelosor kaku merejang
nyawa seketika, Kyai Koneng dan lainya berhambur
menagkap tubuh Mahesa"
Arya terbelalak nanar melihat nasib temannya itu, dan
benar apa yang di sampaikan Mahesa, hanya kepala
Pengemis Nyawa yang tidak berubah, bahkan ketika ada
serangan Panah, Pengemis Nyawa seolah melindungi
kepala saja... Pengemis Nyawa tersenyum sinis melihat nasib Mahesa,
tiba-tiba dia tersentak ketika merasakan hawa panas dari
sampingnya, sebuah Larikan cahaya berbentun Bulan
Sabit cukup besar menderu ke arahnya, dia hanya
tersenyum mengibaskan tangan, namun dia heran karena
tidak melihat sosok penyerangnya...
Ternyata tubuh Arya melayang di Udara
"RACUN SELAKSA"!!" Teriak Arya, ratusan sinar
sebesar jarum menderu cepas susul menyusul membuat
Pengemis Nyawa kelabakan, karena tangan kanan
282 sedang menangkis Jurus Sabit Bulan, dia hanya bisa
menggunakan tangan kiri untuk mengibas serangan
ratusan cahaya seperti jarum.
CRASSSS" SRASSSSS... CRASSSSSS...
Walaupun beberapa jarum berhasil di pentalkan, namun
tak ayal... jarum-jarum lain telak menusuk wajahnya yang
mendongak, wajah itu seperti tertusuk jarum cukup
panas, bahkan mata kirinya pecah...
Pengemis Nyawa berteriak hebat seiring dengan
tubuhnya yang mengempes berubah pada bentuk
semula" "Jurus Pencabut Nyawa... " Teriak Pengemis Nyawa
mengarahkan tangannya pada Arya yang masih
mengambang... Arya tidak mengangka jika Pengemis
Nyawa akan menggukan jurus mautnya itu... tak Ayal
tubuhnya terlonjak seketika, isi dadanya seperti tersedot
keluar dengan cepat, dia tidak kuat menahan serangan
itu, hingga jatuh terjungkal ke tanah... darah segar
muncrat dari mulutnya "Seraaaaaanggggg... " Kyai Koneng berteriak memberi
komando pada puluhan Pendekar dan petinggi kerajaan,
serempak mereka berhambur cepat menuju Pengemis
Nyawa yang tidak melepas Jurusnya pada Arya"
283 Tak ayal para pedekar dan petinggi kerajaan membantai
tubuh Pengemis Nyawa dengan bebas hingga luluh lantak
tidak berbekas dan mati mengenaskan, sedangkan Arya
terlentang dengan nafas memburu di tanah... matanya
menatap langit penuh bintang, tubuhnya kaku dengan
darah segar mengalir dimulutnya...
"Arya... !!" Teriak beberapa pendekar dan juga Kirana
yang melinangkan air mata melihat nasip pujaannya...
Kyai Koneng yang melihat hal itu cepat mengibas
beberapa pendekar yang mengerumuni Arya, membuat
mereka terkejut namun membiarkan saja apa yang
dilakukan Kyia Koneng. Kyai Koneng mengangkat tubuh
Arya hingga duduk "Pegang tubuhnya agar tidak jatuh?" perintah Kyai
Koneng, dua orang yang ada di sebelah Arya
memegangnya, kyai Koneng Bersila di belakang tubuh
Arya dan menempelkan kedua tangannya pada punggung
Arya. Pendekar yang lain tersentak dan mengerti apa
yang dilakukan Kyai Koneng, merekapun dengan cepat
juga bersial menempelkan tagan ke punggung Kyai
koneng, yang lain juga menempelkan tangan ke
punggung di depannya"
Hawa sejuk keluar dari telapak tangan sekian pendekar
mengalir melewati tubuh pendekar yang lain hingga
bermuara ditubuh Arya... 284 Kirana hanya menyeka darah yang keluar dari mulut Arya
dengan melinangkan Air Mata,
"Aaak... " Arya memuntahkan darah beku sebesar jempol
tangan beberapa buah, hingga nafasnya kembali normal,
diapun bersila merapalkan kangan, menerima aliran hawa
murni dari beberapa pendekar...
"Sudah cukup"!!" Pinta Arya
"Tapi lukamu sangat parah... !!" ujar Kirana
"Kalau tenagaku masih ada dan aku sadar, tenaga
dalamku tidak hanya menyedot hawa murni tapi tenaga
dalam lainnya?" terang Arya membuat yang lain tekejut,
cepat-cepat hentikan kiriman hawa murni, pantas mereka
merasa ada hawa lain yang menyedot tenaga dalamnya
secara samar. "Itu Hawa penyedot Setan Akherat"!!" pekik Kyai
Koneng" Namun Arya tidak menanggapinya memusatkan tenaga
dalam guna menyembuhkan tenaga dalamnya...
"Siapa Setan Akherat itu Kyai?"?" " Tanya Bintang
Kusuma 285 "Tokoh Sesat sakti mandraguna yang tidak bisa
dikalahkan pada zamannya, dan tidak bisa mati sebelum
Tenaga dalamnya dikirim pada orang lain, tapi setau
aku... Setan Akherat berhasil di jebak Guru Kyai Banjar
dan di pasung di suatu tempat yang tidak ada seorangpun
tau, jika Arya memiliki Hawa Penyedot milik Setan Akerat
Berarti... ?"?" semua mata terbelalak melihat sosok
pemuda yang kini masih memulihkan tenaganya.
"Pantas dua kali dia terkena jurus Penyedot Nyawa
namun tubuhnya bisa bertahan dan cepat pulih"!!" pekik
Kyai Koneng semakin terkejut pada sosok yang masih
duduk bersila. "Mujur Dewa Iblis telah menjadi orang baik, dan ada di
pihak kita... kalau tidak"!!" bincang pendekar yang lain,
mereka jadi berbincang hangat tentang sosok Dewa iblis
yang mereka kagumi, apalagi ketika Bintang Kusuma
turut serta... "Aku selalu melihat jurus yang berbeda setiap dia
mengalahkan musuh, waktu di rawa lintah, dia
mengalahkan Biksu Ling Pau dengan jurus Gada Buda,
lalu mengalahkan Pendekar Kelilawar Hitam dengang
Jurus beliung Samudra, juga ketika di bukit Gembala
mengalahakn Nyi Pelet Peteng dengan jurus Sabit Bulan,
barusan aku melihat jurus yang lain lagi untuk
mengalahkan Pengemis Nyawa, yaitu Jurus Racun
286 Selaksa... entah dia masih memiliki jurus simpanan apa
lagi... yang jelas sangat hebat... " Cerita Bintang Kusuma
membuat mereka tambah asik memperbincangkan Dewa
Iblis daripada hasil perang yang telah mereka
menangkan. 287 Imbauan Pendekar 1 Si Pemanah Gadis Karya Gilang Kisah Para Penggetar Langit 1
^