Pencarian

Lembah Nirmala 12

Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 12


Begitu masuk kedalam kamar, putri Kim huan merasa lelah sekali, dia menguap pelan dan
serunya: "Hey, tolong kau berjaga-jaga, aku ingin tidur sebentar."
Kemudian seperti teringat akan sesuatu, kembali katanya:
"Apakah kau tak merasa tersiksa dengan saban hari tidur diluar pintu?"
"Mengapa tidak menyewa sebuah kamar lagi dikamar sebelahku" Bukankah tidurmu akan
terasa lebih nyaman?"
sambil merapatkan pintu kamar dan berjongkok diluar pintu, sahut Kim Thia sia: "Tak usah
menyewa kamar lagi, aku sudah terbiasa tidur dilantai."
"sudah terbiasa.........?" putri Kim huan tak percaya ada orang didunia ini yang tak sayang
dengan kesehatan sendiri "Hey, apakah kau miskin sehingga tidak mampu membeli rumah dan
cuma bisa tidur dilantai?"
"sudah, tidurlah, tak usah banyak bertanya lagi" tukas sang pemuda cepat.
"Mengapa kau begitu miskin?" kembali sinona bertanya.
"Nona, kau tak usah bertanya lagi, pokoknya aku sudah terbiasa tidur dihutan dan lantai,
cepatlah tidur....."
"ooooh, kau benar-benar kasihan-.......padahal digunung banyak ular berbisanya, apakah kau
tidak takut............?"
Teringat soal ular berbisa, putri Kim huan teringat kembali dengan pengalamannya dalam hutan
tadi, segera serunya lagi:
"Eeei, aku belum berterima kasih kepadamu, kau telah selamatkan jiwaku. sebagai balas
jasanya aku wajib membelikan sebuah rumah untukmu."
Waktu itu Kim Thia sia sudah merasa lelah sekali, tak sampai perkataan putri Kim huan selesai
diucapkan ia sudah tertidur nyenyak.
selang sesaat kemudian, tiba-tiba gadis itu merasa tak tega, dia mengambil selimut dan keluar
dari kamar, melihat Kim Thia sia tertidur didepan pintu, dia menghela napas dan menyelimuti
tubuhnya. Entah berapa saat sudah lewat.
Dalam tidurnya mendadak Kim Thia sia mendengar suara orang ribut didalam kamar putri Kim
huan, ia segera terjaga dan memasang telinga untuk mendengarkan dengan seksama. Terdengar
suara seorang lelaki sedang berkata dengan nada rendah tapi bertenaga.
"sudah lama aku mencarimu, selama ini aku merasa makan tak enak. tidurpun tak nyenyak.
setiap kali pejamkan mata aku selalu teringat akan dirimu, apakah kau begitu keji dan tak
berperasaan?" "Tiada persoalan yang baik dibicarakan antara kita berdua........." suara putri Kim huan
bergema dengan nada tak senang hati. "Kalau kau menderita, hal ini sebagai akibat mencari
penyakit buat diri sendiri, toh aku tak mempunyai perasaan begitu........."
Kim Thia sia terperanjat sekali, diam-diam pikirnya:
"siapa gerangan lelaki tersebut" mengapa dia mengganggu gadis tersebut" Tampaknya kedua
orang itu sudah pernah mengenal......tapi, bukankah nona itu bangsa asing" Masa dia punya
kenalan disini...........?"
Dicekam pelbagai kecurigaan, pemuda kita tidak langsung menyerbu kedalam kamar tapi
menyadap pembicaraan tersebut secara diam-diam. Terdengar lelaki tadi berkata lagi:
"Nona, aku adalah seorang lelaki yang berperasaan lembut, sekali aku jatuh cinta kepadamu
maka aku sendiripun gagal untuk menguasahi sendiri. Nona, bagaimanapun juga kau tak boleh
bersikap dingin dan hambar kepadaku..........."
" Cukup, kau tak usah mengutarakan ucapan-ucapan yang memuakkan laga, terus terang saja
aku bilang, aku sudah tak berminat lagi untuk berhubungan denganmu"
Jawaban putri Kim huan kedengaran sangat dingin dan kaku, nada pembicaraannya pun tak
sabar. Kim Thia sia segera berpikir lagi:
"Aneh, sejak kapan orang itu masuk kedalam kamar" Padahal didepan pintu, bila dia lewat sini,
aku pasti akan terjaga dari tidurku" Ehmm.........tahu aku sekarang, dia pasti masuk lewat
jendela." Iapun merasa nada pembicaraan pria tersebut amat dikenal, seakan-akan pernah terdengar
disuatu tempat, hanya saja dia tidak bisa mengingatnya kembali.
"Nona" terdengar pria itu merengek lagi. "Untuk menemukan jejakmu, aku telah menelusuri
setiap ujung dunia coba kalau bukan gara-gara urusan genting hingga kebetulan aku masuk
kekota ini dan mendengar banyak orang membicarakan tentang dirimu mungkin seumur hidup aku
tak dapat menemukan dirimu kembali."
"Nona, aku mencintaimu dengan tulus hati mengapa kau justru bersikap dingin dan hambar
kepadaku" tahukah kau, betapa sakit hatiku.........."
suasana menjadi hening sesaat, agaknya putri Kim huan tak mampu menjawab perkataan
tersebut. "sekembalinya kerumah aku telah menceritakan tentang dirimu kepada kedua orang tuaku.
setelah mendengar penuturanku ini dia orang tuapun berharap bisa bertemu denganmu. Nona,
kau harus turut aku pulang kerumahku........"
Kembali Kim Thia sia mendengus dingin, pikirnya dengan sinis:
" Lelaki ini benar-benar tak becus, perbuatan hanya akan memalukan setiap orang lelaki.
HMmm kalau berjumpa nanti, aku harus mennyindirnya habis-habisan-" Kemudian dia berpikir
lagi: "Aku tak percaya kalau seorang gadis cantik memiliki kedudukan yang begitu penting dalam
kehidupan seorang pria, kecuali orang itu gemar main perempuan- Hmmm coba kalau aku, tak
nanti aku mampu mengucapkan kata-kata seperti ini." sementara dia masih berpikir, pria tadi telah
berkata lagi: "Terus terang kubilang, aku telah berhasil mendapat kabar tentang jejak pedang leng gwat
kiam tersebut, asal kau bersedia mengucapkan sepatah kata saja kepadaku, pedang tersebut pasti
akan kupersembahkan kepadamu......."
"Dimanakah benda itu sekarang?" tanya putri Kim huan cepat, agaknya dia menaruh perhatian
besar. Kim Thia sia segera merasakan hatinya bergetar keras, pikirnya pula:
"Entah siapakah orang ini" Darimana dia bisa mengetahui jejak pedang leng gwat kiam"
Ehmmm..........bila ditinjau dari garis besarnya perhatian putri Kim huan atas benda tersebut,
nampaknya dia masih berkeinginan besar untuk mendapatkan senjataku itu. Ehmmm.....aku harus
mulai bersiap sedia."
Tiba-tiba saja timbul keinginannya untuk menyerbu kedalam serta membongkar kedok orangorang
itu tapi sebelum dilakukan ingatan telah melintas pula dalam benaknya.
"Tidak boleh, aku harus menunggu sampai putri Kim huan memberikan jawabannya, aku tak
boleh menggebuk rumput mengejutkan sang ular. Hal ini bisa merugikan diriku sendiri" Terdengar
pria tadi berkata lagi dengan suara rendah dan dalam.
"Harap nona sudi memaafkan, rahasia ini tak bisa kukatakan kepadamu. Gara-gara benda
tersebut serta sebuah mestika yang lain, kami bakal melangsungkan suatu pertarungan yang
sengit karenanya sebelum menang kalah ketahuan, aku tak bisa membocorkan rahasia tersebut
kepadamu." "Hmmm, bicara pulang pergi tak ada gunanya semua" dengus putri Kim huan dengan nada tak
senang hati. "Kau toh mengatakan sendiri, asal aku menginginkan benda itu maka kau akan
mempersembahkan kepadaku, sekarang mengapa kau katakan juga bahwa rahasia ini tak boleh
dibocorkan sebelum menang kalah ditentukan?"
"Nona, walaupun menang kalah belum ketahuan, namun aku berani mengatakan bahwa
pedang leng gwat kiam serta benda mestika yang satunya lagi sudah menjadi benda dalam saku
kami yang setiap saat bisa diambil. Betul musuh memiliki pengaruh yang sangat besar, namun
mereka bukan tandingan dari kami bersaudara, sedang akupun sudah mengatakan kepada abang
seperguruanku, ternyata abang seperguruanku setuju untuk menyerahkan pedang leng gwat kiam
kepadaku, itulah sebabnya aku berani mengatakan bahwa pedang leng gwat kiam pasti akan
menjadi milikmu." "Hmmm, kau tak perlu mengajak aku bergurau, sampai sekarang pedang leng gwat kiam masih
berada ditangan orang lain, tapi kau sudah berani bicara takabur. Hmmm aku paling benci
mendengar kata-kata kosong itu, lebih baik kau angkat kaki saja."
sementara itu Kim Thia sia merasakan hatinya amat berat sekali, dia tak menyangka pedangnya
sudah terjatuh ketangan orang lain- sekalipun ia mampu mengalahkan orang tersebut, belum
tentu senjatanya dapat direbut kembali.
Dalam gelisahnya, timbul keinginan untuk mengintip siapa gerangan orang yang membujuk dan
merayu putri Kim huan tersebut.
Diam-diam ia membuka pintu kamar dan mengintip kedalam, ternyata orang itu adalah seorang
pemuda tampan, dan tak lain adalah abang seperguruannya sendiri, sipedang besi so Bun pin.
Untuk sesaat pemuda kita dibuat tertegun akhirnya sambil menghela napas sedih, pikirnya:
"Betulkan abang seperguruan adalah manusia yang tak berguna?"
Ketika ia merapatkan kembali pintu kamar tersebut, ternyata orang didalam kamar tidak
mengetahui perbuatannya. Terdengar sipedang besi soBun pin merendahkan suaranya dan berbisik secara tiba-tiba:
"Aku tahu kau sangat benci dengan bajingan itu, mumpung dia masih tertidur nyenyak
sekarang, bagaimana kalau kumanfaatkan ini untuk membunuhnya........?"
"Kau tak usah repot-repot, aku bisa melakukannya sendiri"
"Kau tidak mengerti ilmu silat, bagaimana mungkin kau bisa melakukannya......?"
"siapa bilang aku tak bisa" Dia pernah mewariskan berapa jurus ilmu silat kepadaku" kata putri
Kim huan tak senang hati. "Tempat ini sudah tidak membutuhkan dirimu lagi, kau boleh segera
angkat kaki." Hening untuk berapa saat lamanya, jelas sipedang besi so Bun pin telah dibuat gusar oleh
pengusiran tersebut. "Hey...heeeey......kau hendak berbuat apa?" tiba-tiba terdengar putri Kim huan menjerit kaget.
"Coba bayangkan sendiri, bagaimana sikapmu terhadapku bila dibandingka sikapku terhadap
dirimu?" "Enyah kau dari sini, kalau ebrani berbuat lagi aku akan berteriak keras-keras."
"silahkan berteriak. kecuali bocah cecunguk itu, tak seorangpun akan mencampuri urusanmu
dan lagi akupun tak pandang sebelah matapun terhadap bocah keparat itu, percuma kau berteriak
sekalipun tenggorokanmu sampai serakpun.........."
suara langkah kaki yang kacau dan tamparan nyaring berkumandang dari dalam kamar, lalu
terdengar putri Kim huan berseru dengan gemas: "Manusia tak tahu malu, kau berani
mempermainkan aku?" "Siapa suruh kau tak mau turuti kehendakku" Hmmm, jangan salahkan aku bila bermain
kasar......." seru sipedang besi so Bun pin sambil tertawa dingin. "Asal kau menyanggupi
permintaanku, maka apa pun yang kau minta akan kupenuhi, kalau tidak......Hmmmm, lihat saja
apa jadinya nanti." "Tolong......." gadis itu segera menjerit keras.
Jeritan itu mengejutkan Kim Thia sia, juga menggemparkan para tamu lainnya, sebagai pemuda
yang pintar, Kim Thia sia segera mengetahui apa yang terjadi, kontan umpatnya: "Bajingan busuk
so Bun pin, perbuatanmu sangat memalukan-" Dengan cepat dia mendorong pintu dan melangkah
masuk kedalam. Pemandangan yang segera terlihat didepan mata segera mengobarkan hawa amarah didalam
dada pemuda tersebut, ia saksikan sipedang so Bun pin dengan wajah yang bengis sedang
memeluk pinggang putri Kim huan dan memaksa untuk mencium wajahnya.
sebaliknya putri Kim huan dengan wajah terkejut bercampur gusar sedang mendorong
tubuhnya dengan sekuat tenaga.
Dengan langkah lebar Kim Thia sia menyerbu masuk kedalam kamar, lalu tegurnya sambil
mendengus dingin- "Hey pedang besi, kau sebetulnya manusia atau binatang?"
Begitu sipedang besi melepaskan pelukannya, dengan cepat putri Kim huan lari kedepan seraya
berseru: "Hey, dia jahat......cepat kau usir orang itu dari sini."
Dengan pandangan dingin Kim Thia sia memandang sekejap kearahnya, melihat gadis itu pucat
pias karena ketakutan, tiba-tiba saja timbul perasaan girang dihati kecilnya. Dengan nada ketus
jawabnya cepat: "Benar, dia memang jahat, tapi kau sendiripun tidak berbeda jauh dengannya."
"Apa kau bilang?" seru putri Kim huan tertegun.
Kim Thia sia sama sekali tak menggubris dirinya lagi, kepada sipedang besi so Bun pin kembali
ujarnya: "Perempuan ini tak punya perasaan Kau tak perlu mencintainya, sedang aku telah menyanggupi
untuk melindungi keselamatannya, karena itu tak bisa mengingkar janji. sebagai seorang yang
pintar, kuharap kau sudi memandang pada hubungan persaudaraan kita untuk segera angkat kaki
dari tempat ini....."
sipedang besi sama sekali tak memandang sebelah matapun terhadap lawannya, ia segera
tertawa dingin. "Kau berulang kali mengaku sebagai adik seperguruanku. Hmmmm Apakah perkaraanmu itu
tidak keliru besar" Aku heran, mengapa kau masih bertebal muka mengajak berbicara."
"Mau percaya atau tidak terserah padamu sendiri, yang jelas aku adalah murid terakhir dari
simalaikat pedang berbaju perlente. Coba kalau suhu masih hidup, kau pasti akan percaya dengan
perkataanku ini. " "Bocah keparat, kau berani berbicara sembarangan dan mengaku-ngaku sebagai murid
malaikat pedang berbaju perlente. Hmmm manusia macam kau wajib diberi pelajaran."
Begitu selesai bicara tiba-tiba sipedang besi so Bun pin bergerak maju kedepan melepaskan
sebuah pukulan dahsyat. Angin pukulan yang menderu- deru dengan hebatnya seketika memaksa Kim Thia sia mundur
selangkah kebelakang. "Pedang besi, kau kelewat memojokkan posisimu. Hmmmm, jangan salahkan kalau aku akan
berlaku kasar kepadamu........" seru Kim Thia sia mulai sewot dibuatnya.
Mendadak ia melancarkan sebuah sapuan sementara telapak tangan kirinya melontarkan
sebuah pukulan yang tak kalah dahsyatnya.
Dalam waktu singkat dua gulung tenaga cukulan saling beradu satu sama lainnya. Kim Thia sia
segera merasakan datangnya tenada dorongan yang kuat membuat badannya gontai dan mundur
selangkah. Cepat-cepat putri Kim huan memburu kedepan serta memayang tubuhnya, sewaktu Kim Thia
sia berpaling, hampir saja kepalanya saling beradu dengan wajah gadis itu.
Kontan paras muka gadis itu berubah menjadi merah padam, namun ia tersenyum manis
sebaliknya pemuda kita jadi tertegun.
Hanya sebentar saja, Kim Thia sia telah mendorong tubuh gadis itu sambil berseru dingin:
"Hmmm, siapa yang suruh kau mencampuri urusanku..........."
Kemudian setelah berhenti sejenak. kembali dia menambahkan:
"Kau tak usah berlagak lagi, aku tahu sikap baikmu selama ini hanya sikap berpura-pura saja."
Mendadak terdengar sipedang besi membentak keras: " Keparat, lihat serangan"
sambil menyerobot maju kedepan, serangkaian pukulan dilontarkan secara bertubi-tubi. Kim
Thia sia segera berpikir:
"Berulang kali sipedang besi melancarkan serangan dengan jurus-jurus keji, tampaknya dia
memang berhasrat membinasakan diriku. Hmmm Bila tak kuberi sedikit pelajaran, ia pasti
menganggap diriku sebagai kaum lemah yang dapat dipermainkan semaunya."
Mendadak ia teringat kembali dengan dendam sakit hati gurunya, dengan mata merah
membara ia membentak keras, secara beruntun berapa jurus serangan dari ilmu Tay goan sinkang
dilontarkan kedepan- Ilmu Tay goan sinkang dan Ngo hud kiam hoat merupakan dua jenis ilmu simpanan dari
Malaikat pedang berbaju perlente yang belum sempat diwariskan kepada kesembilan orang
muridnya, bila dibandingkan dengan ilmu silat yang dipelajari kesembilan orang jagoan selama ini,
tentu saja kedua macam ilmu tersebut jauh lebih hebat.
Baru dua gebrakan, sipedang besi sudah dibuat kalang kabut dan gelagapan setengah mati.
sejak terjun kedalam dunia persilatan, belum pernah so Bun pin mengalami kejadian setragis
hari ini, tentu saja dia tak mampu menahan diri, dengan cepat pedang besinya dicabut keluar.
Pada saat itulah mendadak terlihat sesosok bayangan manusia berkelebat masuk kedalam
ruangan dengan kecepatan tinggi.
Putri Kim huan yang melihat kedatangan orang itu kontan saja menjerit kaget:
"Hey, kalian jangan berkelahi dulu, ada orang......"
Ketika sipedang So Bun pin melihat jelas pendatang itu, ia menghentikan segera gerak
serangannya dan menegur dengan keheranan: "sam suheng, dari mana kau bisa tahu kalau aku
berada disini?" orang itu tersenyum, dia melepaskan kain kerudungnya membiarkan rambutnya tergantung
kebawah, ternyata orang itu adalah seorang pemuda berhidung mancung dan berbibir sangat tipis,
dibalik senyuman terselip kebuasan yang menggidikkan hati. Diam-diam Kim Thia sia berpikir.
"sipedang besi menyebutnya sebagai sam suheng, kalau begitu orang ini adalah sipedang
tembaga." Pedang tembagapun merupakan seorang pemuda yang tak kalah tampannya dari pedang besi,
terutama disaat rambutnya dibiarkan terurai dibelakang punggungnya, terasa pancaran kegagahan
yang mengerikan. Tanpa terasa Kim Thia sia memperhatikan pedang tembaga itu berapa kejap.
makin dipandang dia merasa pemuda itu makin tampan sehingga tanpa terasa timbul perasaan
rendah diri pada dirinya.
sementara itu sipedang tembaga tidak berbicara dengan pandangan tercengang dia mengawasi
putri Kim huan. Berapa kejap seakan-akan diapun dibuat terpesona oleh kecantikan wajah gadis
itu. Berapa saat kemudian dia baru berkata:
" Gerak gerik sute telah berada dibawah pengawasan musuh, andai kata kawanan serigala
dungu yang memuakkan itu tidak mengawasi rumah penginapan ini. Mungkin akupun tidak tahu
kalau kau berada disini."
Kemudian setelah berhenti sejenak. sambil menuding kearah putri Kim huan tanyanya sambil
tertawa: "Apakah nona ini yang sering kali sute singgung-singgung?"
"Benar" Pedang tembaga segera tertawa nyaring, pujinya:
"sute memang tak mau memiliki ketajaman mata yang mengagumkan, nona ini boleh dibilang
merupakan gadis paling genit yang pernah kujumpai sepanjang hidupku. Haaaah.....haaaah......"
Dengan kening berkerut sipedang besi bertanya:
"Apakah suheng telah berhasil menghajar buyar kawanan serigala yang memuakan itu?"
Pedang tembaga tertawa. "Untuk membunuh ayam, buat apa mesti memakai golok pembunuh kerbau" Ketika melihat aku
memasuki rumah penginapan ini, kawanan gentong nasi tak berguna itu sudah kabur terbirit-birit
untuk menyelamatkan diri."


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya a, siapa tahu keadaan dan menyelamatkan diri selekasnya memang merupakan tindakan
tepat dari seorang lelaki cerdik."
"Haaaah......haaaaah......" sipedang tembaga tertawa nyaring ketika alis matanya melentik
keatas tampaknya wajahnya yang lebih tampan dan perkasa. Pelan-pelan dia berkata lagi:
"selama ini kita masuk keluar dunia persilatan sambil mempertaruhkan nyawa nama besar yang
diraih bukan hanya nama kosong belaka. sudah barang tentu kawanan cecunguk dan badut itu tak
berani mencari penyakit buat diri sendiri......"
sementara berbicara, sepasang matanya yang jeli tiada hentinya mengawasi wajah putri Kim
huansipedang besi segera menuding kearah Kim Thia sia dan berkata lagi:
"sam suheng, mari siaute perkenalkan kalian, orang inilah pemuda yang mengaku sebagai
murid terakhir dari si Malaikat pedang berbaju perlente Kim Thia sia."
Pedang tembaga agak tertegun, lalu setelah mengamati pemuda itu sekejap. serunya: "Jadi
pemuda inilah orang yang sering sute bicarakan?"
"Benar........benar........" berbicara sampai disini, sipedang besi segera tertawa terbahak-bahak.
"Aku rasa orang ini lebih pantas dianggap sebagai orang sinting.....haaaah........haaaaah......."
"Kau jangan mengaco belo tak karuan" teriak Kim Thia sia dengan wajah berkerut dan tak
senang hati. "Aku bukan orang sinting kalau tak percaya tanyalah nona ini, ia adalah orang yang
paling mengetahui tentang diriku."
"Yaa betul" sahut putri Kim huan cepat. "Cara berbicara maupun tindak tanduknya normal, dia
memang tak pernah berbohong." sambil tersenyum sipedang tembaga berkata:
"Aku tak ambil perduli kau sinting ataukah tidak tahu yang jelas kau mencabut nama besar
orang dan mengaku sebagai murid seorang jago kenamaan memang bisa terjadi, bila kulihat
tampangmu yang gagah dan tubuhmu yang kekar. sesungguhnya tak miri^ seorang cecunguk.
heran mengapa kau justru melakukan perbuatan yang rendah dan hina seperti
ini"sayang......sungguh teramat sayang......."
"Tapi......aku benar-benar adalah murid terakhir dari Malaikat pedang berbaju perlente,
aku........aku berani bersumpah...."
"Baik" sipedang tembaga segera menarik muka dan menatap pemuda itu dengan sorot mata
yang tajam. "Asli atau gadungan, sebentar lagi akan ketahuan hasilnya."
Baru selesai perkataan itu diutarakan, tiba-tiba dia bergerak amat cepat. sepasang tangannya
secepat ular berbisa mengayunkan kedepan melancarkan dua serangan gencar yang mengancam
jalan darah sang seng hiat, Pek hui hiat, Hong wi hiat dan Hoat hiat empat buah jalan darah
penting ditubuh lawansemua
serangan tersebut dilancarkan dengan kecepatan luar biasa dan sama sekali tidak
membawa deruan angin, menanti Kim Thia sia sadar kalau dirinya sedang disergap. Tahu-tahu
jalan darah sang seng hiat nya yang sudah tak terasa kaku dan kesemutan-
Untung saja Kim Thia sia tidak gugup dalam keadaan segawat ini, tiba-tiba saja dia
menghimpun tenaga dalamnya dan menyonsong datangnya serangan itu dengan jurus
"kecerdikan menguasai jagad", sementara tangan yang lain menyerang musuh dengan jurus
"kelincahan menyelimuti empat samudra."
Tampak bayangan pukulan berlapis-lapis dan menyelimuti seluruh angkasa, sipedang tembaga
segera merasakan pandangan matanya menjadi kabur, apa yang dilihat adalah disekeliling situ
bermunculan begitu banyak musuh yang mengancam dirinya dari mana-mana.
Ia merasa serangan lawan ibarat jaring ikan yang mengurung badannya dari empat penjuru,
membuat dirinya susah meloloskan diri...
Dalam keadaan demikian, seandainya Kim Thia sia mengerahkan sedikit tenaga saja untuk
mengancam lawannya, niscaya pedang tembaga akan menderita kekalahan.
Namun Kim Thia sia yang bijaksana dan berhati mulia enggan berbuat demikian, ketika
serangannya mencapai setengah jalan, tiba-tiba dia buyarkan jurus serangan tersebut dan
melompat mundur kebelakang.
Dalam saat itu juga sipedang tembaga sadar kembali dari lamunannya, baru saja Kim Thia sia
menarik sebagian dari serangannya dan belum sempat mengundurkan diri, tenaga pukulannya
yang kuat telah menyambar tiba.
Kim Thia sia sangat terkesiap. sekuat tenaga dia melemparkan tubuhnya kesamping untuk
menghindarkan diri. Dengan gerakan tersebut, walaupun dia berhasil melepaskan diri dari serangan utama, toh tak
urung gagal meloloskan diri dari sambaran angin cukulan yang datang dari samping, akibatnya dia
tergetar keras hingga mundur dengan sempoyongan.
Belum sempat tubuhnya berdiri tegak mendadak muncul kembali sebuah pukulan yang cepat
bagaikan sambaran kilat dari sisi arena dan langsung mengancam diubun-ubunnya. Ternyata
sipenyergap licik itu tak lain adalah sipedang so Bun pin-..... Menghadapi kejadian seperti ini, Kim
Thia sia sgeera berpikir:
"Hmmm, betapa kejamnya hati orang ini, bukan hanya menyergap secara licik, bahkan diapun
tanpa menuruti peraturan persilatan berusaha menghabisi nyawaku........."
Dalam keadaan begini tak sempat lagi baginya untuk menghindarkan diri, terpaksa
disambutnya serangan yang maha dahsyat itu dengan mempergunakan bahunya.
"Blaaaaammmmmmm."
Ditengah benturan yang sangat keras, pemuda itu merasakah bahunya kesakitan, sementara
badannya terjungkal kebelakang dan berjumpalitan beberapa kali, matanya terasa berkunangkunang
dan dadanya terasa sesak sekali......
Pelan-pelan dia merangkak bangun, tampak olehnya sipedang besi sedang mengawasinya
sambil tertawa bangga, senyum dinginpun menghiasi ujung bibirnya, seakan-akan tindakan
sergapannya barusan bukan suatu perbuatan yang memalukan-
Kim Thia sia menjadi teramat berang, hawa amarah serasa membara didalam dadanya, sambil
membentak nyaring sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan kedepan-
"Tunggu sebentar" tiba-tiba sipedang tembaga yang berhasil menenangkan hatinya membentak
nyaring. Kemudian katanya lebih jauh setelah berhenti sebentar:
" Kepandaian silatmu sangat tangguh perbuatanmu tidak mirip perbuatan kaum berandal
kampungan- Mengapa sih kau bersikeras mengaku sebagai adik seperguruanku?"
"Aku tak berhasrat membicarakan persoalan ini" tukas Kim Thia sia ketus. "Bila ingin bertarung
mari kita segera bertarung. Kalau enggan bertarung lebih baik kalian berdua cepat-cepat
tinggalkan tempat ini........"
Merah padam selembar wajah pedang tembaga, katanya kemudian-
"Kalau dugaanku tak salah, kau berniat mencatut nama besar dari Malaikat pedang berbaju
perlente untuk meng katrol namamu hingga menjadi begal, sekalipun sesungguhnya kau tak ingin
mengaku-ngaku, tapi keadaan yang memaksamu untuk menyerempet bahaya ini, bukan
demikian?" "Benar, benar, terserah apapun yang hendak kau bilang......." sahut Kim Thia sia tak senang
hati. Ketika sorot matanya dialihkan kembali kesisi ruangan, paras mukanya kembali berubah hebat.
Entah sejak kapan, ternyata dalam ruangan tersebut telah bertambah lagi dengan seseorang.
orang itu berperawakan tinggi dan berbaju putih keperak-perakkan, sepasang matanya tajam
bercahaya sehingga sekilas pandang ia mirip sekali dengan sebuah arca.
Dia berusia tiga puluh tahunan, berwajah tampan, alis mata yang tebal dan berbibir merah
dengan sebaris gigi yang putih bersih, namun sikapnya agaknya angkuh memberi kesan keren
bagi yang memandang. Ketika melihat kehadiran orang itu, sipedang tembaga dan sipedang besi serentak
menghentikan perbuatan mereka dan bersama-sama hormat seraya berkata: " Rupanya ji suheng
telah berkunjung kemari, terimalah salam hormat dari siaute."
"sute sekalian tak usah banyak adat" sahut sipedang perak sambil mengebaskan ujung
bajunya. suaranya nyaring dan tajam, jelas terlihat bahwa dia memiliki kepandaian silat yang sangat
tangguh. Dengan sikap yang sangat angkuh sipedang perak memandang sekejap kesekeliling ruangan.
Namun selama ini ternyata tak sampai memperhatikan putri Kim huan barang sekejappun,
sikapnya mantap dan mencerminkan kegagahan seorang lelaki sejati.
Kim Thia sia paling kagum dengan manusia berhati dingin seperti ini, tanpa terasa dia maju
kedepan dan memberi hormat. Dengan wajah tercengang gedang gerak segera menegur:
"siapakah cuangsu" Rasanya kita belum pernah bersua muka........"
"Aku bernama Kim Thia sia, seorang dusun yang tak mengerti urusan" jawab pemuda itu cepat.
Mendengar perkataan ini, putri Kim huan segera tertawa cekikikan sambil mendesis. "Kau
memang mirip sekali."
suara tertawanya ibarat burung nuri yang berkicau, sangat mempesonakan hati pria. Tak kuasa
sipedang besi danpedang tembaga dibuat termangu- mangu untuk berapa saat lamanya.
Namun sipedang perak seperti tak terpengaruh oleh godaan tersebut, dengan sikap yang tetap
tenang dia berkata: " walaupun Kim Thia sia sauhiap belum lama terjun kedalam dunia persilatan, nama besarmu
telah termashur diseantero jagad, benar-benar seorang jago muda yang luar biasa. Nona, bila kau
menyindirnya dengan perkataan begitu, sikapmu benar-benar kurang tahu hormat."
Dari nada pembicaraan itu, jelas sudah dia senang menegur ketidak sopanan putri Kim huan-
Kim Thia sia semakin kagum dibuatnya cepat-cepat dia menjura seraya berkata lagi:
"saudara kelewat memuji, padahal siaute memang tak becus dan tak lebih hanya seorang
dusun yang tak tahu urusan." Pedang perak tertawa-tawa.
"Aku dengar Kim sauhiap masih mempunyai hubungan perguruan dengan kami bersaudara,
apakah hal ini benar?"
"Betul, aku adalah murid terakhir dari malaikat pedang berbaju perlente, tapi tak seorangpun
yang mau percaya, padahal aku berbicara dengan jujurnya."
Kemudian sambil menatap sekejap kearah pedang besi dengan amarah yang berkobar katanya
lebih jauh: "Mengapa aku mesti mengaku-ngaku, sekalipun Malaikat pedang berbaju perlente adalah
seorang tokoh dunia persilatan yang luar biasa. Namun aku, Kim Thia sia bukan seorang manusia
pengecut yang bisanya hanya membonceng ketenaran orang lain."
"Sute kesepuluh, kau jangan marah" sipedang perak segera berkata sambil tertawa. "Dari
pancaran wajahmu yang gagah dan keren, aku tahu bahwa kau bukan manusia kurcaci yang suka
mencatut nama besar orang lain, aku percaya dengan pengakuanmu itu."
Berbicara sampai disini dia segera berpaling kearah sipedang tembaga dan pedang besi sambil
bertanya lagi: "Sute berduapun tak usah menaruh curiga lagi. Ayoh cepat saling menghormat sebagai sesama
saudara seperguruan."
Dengan perasaan tak senang hati kedua orang itu memanggil "sute" kepada Kim Thia sia,
sebaliknya Kim Thia sia pun memanggil kedua orang itu sebagai "suheng" dengan nada tak
senang. Dengan demikian, maka hubungan sebagai sesama saudara seperguruan pun telah diresmikan
oleh sipedang perak. setelah suasana hening berapa saat, sipedang perak baru berkata lagi:
"Besok adalah hari yang ditentukan untuk berlangsungnya pertarungan penentuan antara kita
bersaudara seperguruan dengan Pek kut sinkun, tokoh kenamaan dari kawasan Kang lam. sebagai
jago pilihan yang diandalkan pihak Kanglam sudah jelas Pek kut sin kun bukan manusia
sembarangan yang boleh dipandang secara gegabah. Apakah sute berdua telah melakukan
persiapan yang matang...........?"
"Semua persiapan telah selesai" jawab pemuda tembaga dan pedang besi serentak.
Kim Thia sia segera teringat kembali dengan kematian murid-murid Empat naga dari Tionggoan
ditangan si "manusia dengki" dalam peristiwa tersebut Pek kut sinkun merupakan orang yang
paling dicurigai, maka timbullah niat untuk menyelidiki persoalan tersebut didalam hatinya.
sementara dia masih termenung, sipedang perak telah berkata lagi sambil tertawa.
"Sute, apabila kau berniat, mari bergabung dengan kami untuk bersama-sama menggempur
Pek kut sinkun bersama anak buahnya."
Kim Thia sia memang sangat berharap akan kesempatan tersebut, dengan cepat dia menjawab:
"Aku terima tawaran ini dengan senang hati, bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga?"
sipedang perak segera manggut-manggut.
"Yaa, undangan Pek kut sin kun adalah esok pagi, tapi kita harus membuat persiapan mulai
sekarang juga." sebagai seorang pemuda yang pintar, dengan cepat Kim Thia sia dapat menangkap bahwa kata
"persiapan" yang diucapkan orang itu mengandung arti yang mendalam sekali, ia segera berpikir:
"Andaikata kawanan jago persilatan yang tanpa sebab musabab mencari gara-gara denganku
tadi adalah pengikut Pek kut sinkung. HHmmmm, kawanan manusia macam begitu memang
pantas dibunuh. seorang lebih sedikit berarti lebih besar kebahagian hidup rakyat"
Berpikir demikian, diapun menjawab:
"Perkataan suheng memang benar, mari kita membuat persiapan sekarang juga."
"Bagaimana dengan gadis ini?" tanya sipedang perak sambil tersenyum.
"Biarlah dia menempuh perjalanan bersama kami, tapi apakah hal ini akan merintangi atau
menghalangi kerja kita?"
sebelum pedang perak memberikan jawabannya, sipedang besi telah berkata duluan.
"Sute terlalu curiga walaupun kemampuan kita belum bisa dibilang tiada tandingannya lagi
dikolong langit, paling tidak masih termasuk jago pilihan. Apa artinya dengan kehadiran nona ini
bersama kita semua?"
Tiba-tiba saja nada pembicaraan sipedang besi berubah menjadi lebih lembut dan ramah
seakan-akan sedang berbicara dengan saudara sendiri saja.
sebagai seorang lelaki yang berjiwa terbuka, tentu saja Kim Thia sia tak akan mengingat-ingat
persoalan lama, dengan cepat sahutnya:
"Baiklah, kalau begitu terpaksa suheng harus membuang tenaga lebih banyak lagi."
"Aaaaah, tak terhitung seberapa, tak terhitung seberapa........." jawab sipedang besi sambil
tertawa nyaring. Kemudian sambil berpaling kearah putri Kim huan katanya lebih jauh:
"Setelah aku melindungi keselamatanmu maka kau tak akan terancam bahaya apa-apa lagi."
"Terima kasih atas maksud baik kalian" ucap putri Kim huan dengan suara lirih. "Tapi
aku.....aku tak ingin pergi........."
Pedang besi jadi tertegun, untuk sesaat lamanya dia tak mampu mengucapkan sepatah
katapun. Iapun tahu bahwa keseganan gadis itu berangkat bersama mereka tak lain dikarenakan
ulahnya, dalam waktu singkat perasaan cinta dan benci bercampur aduk dalam benaknya. Air
mukanya pun turun berubah hebat.
Melihat abang seperguruannya dibuat tersipu-sipu, Kim Thia sia segera membentak nyaring:
"Kalau kau tak mau pergi, lantas apa yang hendak kau lakukan" Apakah kau tidak tahu kalau
sekeliling penginapan ini sudah berjaga-jaga pihak musuh" Apakah kau ingin mencari jalan
kematian buat diri sendiri........?"
Putri Kim huan sedih sekali, teguran yang pedas membuat air matanya hampir saja jatuh
bercucuran, sambil menundukkan kepalanya la berkata kemudian:
"Bila kau memaksa untuk pergi, terpaksa aku hanya akan menuruti perkataanmu."
Diam-diam Kim Thia sia mendengus dingin, dia maju dua langkah kedepan dan berbisik disisi
telinganya sambil tertawa dingin.
"Kau anggap aku berbuat begini karena kehendak hati kecilku" Hmmmm.... ...seandainya
bukan atas usul suhengku, buat apa aku mesti memelihara harimau untuk mencelakai diri sendiri?"
Rupanya sejak dia mendengar putri Kim huan bermaksud melakukan perbuatan keji
terhadapnya, sikapnya terhadap gadis itupun mengalami perubahan 180 derajat.
Kalau semual dia masih menaruh perasaan iba atas nasibnya yang tragis, maka sekarang ia
justru membencinya hingga merasuk ketulang sumsum.
Putri Kim huan bukan gadis yang bodoh, tentu saja dia mengerti apa maksud memelihara
harimau untuk mencelakai diri sendiri tersebut.
Paras mukanya kontan saja berubah hebat, tapi hanya sebentar saja telah pulih kembali seperti
sedia kala, gumamnya lirih:
"Kau telah menaruh salah paham kepadaku, tadi aku sengaja berkata begitu tak lain hanya
ingin melepaskan diri dari orang tersebut."
Dengan kepala tertunduk dan rasa sedih yang luar biasa, pelan-pelan dia beranjak
meninggalkan ruangan dan mengikuti dibelakang keempat orang tersebut.
Ditengah jalan, Kim Thia sia tak bisa menahan diri lagi, tiba-tiba tanyanya: "Suheng, apakah
kau mengetahui kabar berita tentang pedang Leng gwat kiam itu?"
Merah padam selembar wajah sipedang besi, dengan cepat dia segera mengerling sekejap
kearah putri Kim huan, ia sedih dan serba salah untuk sesaat pemuda ini tak tahu apa yang mesti
diperbuatnya. Tapi selang berapa saat kemudian, sahutnya juga: "Pedang itu berada ditangan Pek kut
sinkung.........." Mendadak dari kejauhan sana muncul lima orang lelaki kekar yang berjalan mendekati kearah
mereka, sambil tertawa sipedang tembaga segera berkata:
"Kelima orang itupun merupakan lawan tangguh dari Pek kut sinkun. suheng, sudah seharusnya
kita bersekongkol dengan mereka."
"Benar" jawab pedang perak. "Sejak pianpacu mereka mati secara misterius dibukit terpencil,
lima orang gagah dari Kian an memang sedang menyusun rencana untuk melakukan pembalasan
dendam." Kim Thia sia yang mendengar perkataan tersebut segera teringat kembali dengan
pertemuannya bersama Ciang sianseng tempo hari. Kematian Pianpacu tersebut waktu itu adalah
disebabkan ia mendapat titipan dari Pek kut sinkun untuk menyerahkan kotak Hong toh kepada
Ciang sianseng, tapi akhirnya mati ditangan orang yang mengincar mestika tersebut.
Mendadak ia seperti teringat akan sesuatu, segera gumamnya:
"Aaaaah tidak benar, tidak benar, kalau toh Pek kut sinkun telah menyerahkan kotak Hong toh
kepadanya untuk disampaikan kepada Ciang sianseng, berarti ia tidak mempunyai maksud untuk
membunuh Pianpacu tersebut, sudah pasti dalam peristiwa ini terjadi kesalahan paham. pek kut
sin kunlah dituduh tanpa dasar oleh lima orang gagah dari Kian an.
JILID 23 Sementara itu Kian an ngo hiong sudah berjalan semakin dekat, sipedang perak segera maju
kedepan menyapa kelima orang tersebut, katanya sambil tertawa:
"Aku dengar sebab kematian plan pacu kalian ada sangkut pautnya dengan ketua dari Tiang
pek san, benarkah begitu?"
"Benar, benar" sahut kelima orang itu sambil tertawa. "Semula kami memang mencurigai
kematian plan pacu kami sebagai ulah dari ketua Tiang pek san, kemudian setelah dilakukan
penyelidikan yang seksama dapat kami ketahui bahwa disaat terjadinya peristiwa ini, ketua Tiang
pek san menutupi diri bahkan selama berapa bulan sebelum dan sesudah peristiwa itu tak pernah
meninggaikan bukit Tiang pek san, maka kamipun menaruh perhatiannya terhadap Pek kut sinkun.


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku rasa kecuali dia seorang kedua yang ada sangkut pautnya dengan peristiwa itu lagi."
"Benar, benar apakah kalian sudah menyelidiki sebab musabab terjadinya peristiwa itu?" sela
Kim Thi sia. "Kalau toh Pek kut sinkun telah menyerahkan kotak Hong toh kepada pian pacu
kalian, berarti dia tidak mempunyai kemungkinan untuk membunuhnya, aku rasa sipembunuh
tersebut adalah orang yang berniat merampas mestika itu."
Lima orang gagah dari Kian an mengalihkan perhatiannya kewajah pemuda itu. Salah seorang
diantaranya segera berkata:
"Ooooh rupanya sauhiap. Maaf, maaf, apakah ciang sianseng baik-baik saja?"
Begitu perkataan tersebut diutarakan, sipedang perak bertiga menjadi tertegun dibuatnya.
Kim Thi sia segera menjawab:
"aku baru berpisah satu bulan lamanya, jadi tidak kuketahui bagaimana keadaannya
belakangan ini." Rupanya dia pernah bersua dengan kelima orang ini, sewaktu berjumpa Ciang sianseng pun
hadir disisinya. Karena itu kelima orang tersebut kenal juga dengan dirinya.
"Perkataan sauhiap memang benar" sahut Kian an ngo hiong kemudian. "Kami memang
bermaksud melakukan penyelidikan lagi dengan lebih seksama."
"Kalian mesti lebih waspada......." pesan Kim Thi sia.
Mendadak ia melihat salah satu diantara kelima orang tersebut sedang mengawasi putri Kim
huan dengan wajah penuh kegusaran.
sebaliknya putri Kim huan melengos kearah lain dengan mulut dicibirkan dan wajah menghina.
Kim Thi sia tahu pasti ada sesuatu yang tak beres, cepat dia menegur: "sobat, apakah kau
mempunyai sakit hati dengannya?"
Merah membara paras muka orang itu. Agaknya dia sedang berusaha mengendalikan gejolak
hawa amarahnya, sepatah demi sepatah kata ujarnya kemudian:
"Budak cilik ini tak tahu aturan, setengah bulan berselang dia pernah menitahkan anak buah
raksasanya untuk......."
Berbicara sampai disitu mendadak ia menjadi tergagap dan tak mampu melanjutkan
perkataannya, jelas peristiwa yang memalukan itu sulit diutarakan keluar olehnya. Tiba-tiba putri
Kim huan berpaling, kemudian balas berseru dengan wajah gusar:
"Kau mengatakan siapa yang budak kecil" Hmmm, seandainya kau mau menuruti perkataanku,
tak mungkin dirimu digaploki oleh anak buahku. Kalau sudah tahu bersalah, buat apa banyak
bicara lagi?" Dengan hati mendongkol orang itu mendesak maju kedepan, lalu bentaknya lagi:
"Budak kecil, justru kau yang tak mau membedakan mana yang benar dan mana yang
salah.......hmmm, setelah kutemukan hari ini, akan kutuntut keadilan darimu."
Kim Thi sia cukup mengetahui tabiat putri Kim huan yang gemar membuat gara-gara dimanamana,
dengan wajah masam dia segera maju kedepan dan menegur dengan suara dingin:
"Sebenarnya apa yang terjadi" Cepat katakan, coba kupertimbangkan siapa yang benar dan
siapa yang salah." "Waktu itu tanduku sedang melalui sebuah jembatan kecil, jembatan tersebut amar sempit dan
hanya bisa dilewati tandu saja. saat itulah dia datang dari arah seberang ketika aku suruh dia
menyingkir. Hmmm, dia jahat sekali, bukan saja tidak menyingkir bahkan sambil tertawa tergelak
malah melompat setinggi dua kaki dan melangkahi tanduku. Aku jadi sangat mendongkol maka
kusuruh Hon ciangkun memberi hajaran kepadanya."
"Hanya dikarenakan alasan tersebut?"
"Benar" Dengan kening berkerut Kim Thi sia segera membentak:
"Hmmm, ulahmu benar-benar kelewat batas, kau bukan sri baginda, apa salahnya kalau dia
melompati tandumu" Atas dasar apa kau menyuruh anak buahmu menghajarnya" Hmmm, sudah
kuduga kesalahan pasti berada dipihakmu. Ayoh sekarang minta maaf kepadanya. Kalau tidak aku
akan menghajarmu sampai babak belur."
Buru-buru sipedang perak maju melerai, katanya sambil tertawa:
"sute, buat apa kau mesti marah-marah" Yang sudah lewat biarkan saja lewat, kesalahan toh
berada dikedua belah pihak. apa salahnya bila didamaikan secara baik-baik. Apalagi dia toh
seorang wanita yang menjadi lelaki pantas mengalah kepadanya."
Walaupun perkataan ini enak kedengarannya, namun siapa saja bisa mendengarkan kalau ia
sedang mengumpat kepicikan hati orang tersebut, tak heran paras muka orang itu menjadi merah
padam. Putri Kim huan pun merasa amat sedih, apalagi ditegur oleh Kim Thi sia dihadapan umum. Ia
merasa harga dirinya telah diinjak-injak sehingga tak kuasa lagi air matanya jatuh bercucuran.
selang berapa saat kemudian, ia baru berkata dengan sedih:
"sekarang anak buahku telah mati semua, kau boleh saja menganiaya diriku sesuka hatimu.
Akupun tahu, kau adalah orang yang suka menganiaya diriku kaum lemah........."
"Kau tak usah menilai rendah diriku, aku hanya bekerja sesuai dengan permasalahannya, aku
tak takut kau sindir."
"Tapi perkataan nona ini memang benar?" pedang besi segera menyela. "Aku melihat sute
sering kali menganiaya dirinya..........."
"Yaa betul" sambung s ipedang tembaga. "Mungkln sute sudah menaruh kesan lain kepadanya,
sehingga urusan yang kecil pun kau sengaja besar-besarkan........."
Ditegur oleh dua orang suhengnya, Kim Thi sia menjadi termangu dan bungkam diri dalam
seribu bahasa. Diam-diam iapun berpikir benarkah dia sudah menaruh "kesan buruk" terhadap gadis tersebut"
sewaktu ia terbangun dari tidurnya diluar pintu kamar tempo hari, hatinya sempat dibuat
terharu ketika putri Kim huan menyelimuti tubuhnya, tapi kemudian kesan itu berubah menjadi
buruk setelah ia mendengar pembicaraannya dengan pedang besi.
Dalam pada itu salah satu diantara lima orang gagah dari Kian an telah dibuat rikuh juga oleh
suasana tersebut, terutama setelah menyaksikan keadaan putri Kim huan yang mengenaskan,
pikirnya kemudian: "Aaaai, sudah, sudahlah akupun tak tega memperlakukan gadis secantik ini secara kasar."
Maka tanpa berkata-kata lagi berlalulah lima ornag gagah itu dari hadapan mereka.
Tak selang berapa saat kemudian sampailah mereka didepan sebuah kuil, mendadak pedang
perak menghentikan langkahnya sambil memperhatikan permukaan tanah dengan sorot mata
yang tajam. Rupanya diatas tanah yang becek bekas tertimpa air hujan, terlihat bekas telapak kaki yang
banyak sekali, sekilas pandangan bekas telapak kaki itu nampak kacau, tapi bila diperhatikan
seksama, rasanya jejak itu rapi dan teratur sekali. seakan-akan terdapat serombongan manusia
yang baru lewat dari sana.
"Su sute" ujar pedang perak kemudian. "Coba kau hitung, berapa orang yang baru lewat dari
sini?" Dengan seksama pedang besi memperhatikan tanah, lalu jawabnya serius:
"Semuanya berjumlah dua belas orang, diantara mereka delapan orang memiliki ilmu
meringankan tubuh yang agak sempurna agaknya kemampuan mereka sudah mencapai sepuluh
bagian kesempurnaan." sipedang perak segera tertawa dingin.
"Heeeeh.....heeeeh......heeeeh......ternyata dugaanku memang benar. Pek kut sinkun memang
memiliki delapan orang jagoan yang memiliki kepandaian silat cukup tangguh."
setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya:
"Coba kalian tunggu sebentar, aku segera akan balik kemari."
selesai berkata dia segera melejit keudara bagaikan seekor burung walet. Ditengah udara dia
berjumpalitan secara indah dan menutulkan ujung kaki kirinya pada punggung kaki kanan.
Kemudian badannya melejit setinggi satu kaki lebih dan melayang turun diatas atap kuil bagaikan
seekor rajawali raksasa. Entah disengaja atau tidak- demonstrasi ilmu meringankan tubuh yang dilakukannya ini segera
mendatangkan pujian dari semua yang hadir disana.
Kuil itu nampaknya begitu kuno tapi bila diperhatikan lebih seksama bangunannya selain
berlubang sesungguhnya sudah mempunyai sejarah seratus tahunan.
Dengan gerakan yang sangat ringan sipedang perak bergerak kesana kemari sehingga boleh
dibilang seluruh permukaan atap sudah dijelajahi, tapi entah apa yang dibuatnya.
Tak lama kemudian mendadak wajahnya sudah mandi peluh langkahnya tidak seringan tadi
lagi. Bagaikan diatas bahunya sudah diberi beban yang sangat berat. Melihat kejadian ini sipedang
tembaga segera berseru: "Heran, mengapa ji suheng mengerahkan tenaga dalamnya diatas atap rumah secara
percuma......?" "Yaa, sungguh mengherankan" sambung sipedang besi. "Padahal selama ini ji suheng amat
sayang dengan tenaga dalam sendiri......"
Belum selesai dia bergumam, sipedang perak telah melayang turun kembali keatas tanah dan
berdiri didepan pintu kuil tanpa berbicara.
semua orang dapat melihat dengan jelas wajahnya nampak pucat pias, keringat bercucuran
amat deras sedang napasnya tersengkal-sengkal.
Mendadak terdengar suara gemuruh yang sangat memekikkan telinga, perasaan terkejut semua
orang berpaling, ternyata atap bangunan kuil tadi telah roboh sama sekali keatas tanah.
Debu dan pasir yang berterbangan segera mengotori seluruh wajah pedang perak. akan tetapi
ia tetap berdiri tak bergerak, seakan-akan ia tidak merasakan akan hal itu Pedang perak tak bisa
menahan diri lagi, segera teriaknya: "Ji suheng cepat mundur, berbahaya sekali."
"Tak usah kuatir" sahut sipedang perak sambil berpaling. "Aku cukup mengetahui keadaan."
sambil berkata dia maju kedepan berapa langkah, lalu dengan wajah menyeramkan tertawa
dingin tiada hentinya, seakan-akan ia sedang menantikan sesuatu.
Betul juga, dari balik kuil mendadak bergema dua kali jeritan kesakitan yang memilukan hati,
disusul kemudian terdengar suara benturan yang keras. Pintu kuil telah didobrak orang dan
muncullah serombongan manusia berbaju ringkas yang berdesak-desakan lari keluar dari pintu.
Pedang perak yang sudah menantikan sejak tadi segera bertindak cepat, sepasang telapak
tangannya diayunkan berulang kali. "Blaaaam, blaaaammmm, blaaaammmmmmm"
Tiga pukulan bersarang telak ditubuh tiga orang lelaki kekar yang kabur paling depan.
Jeritan ngeri yang menyayat hatipun segera bergema memecahkan keheningan, tahu-tahu
ketiga orang itu sudah terhajar oleh pukulan yang maha dahsyat itu hingga mencelat sejauh satu
kaki lebih dari posisi semula dan tewas seketika.
suasana menjadi sangat gaduh, disusuk kemudian kawanan lelaki kekar yang berebut keluar
dari pintu pun berlarian menghindar kesamping.
sambil tertawa dingin sipedang perak segera berpaling seraya membentak keras:
"sute bertiga, cepat halangi perjalanan mereka, jangan biarkan orang-orang itu melarikan diri"
Kecuali putri Kim huan, ketiga orang pemuda tersebut segera memahami maksud hati sipedang
perak. mereka tak berani berhayal lagi dan serentak memecahkan diri dalam tiga penjuru dan
menghadang jalan lari orang-orang itu.
Tampaknya kawanan lelaki kekar itupun sudah memiliki disiplin yang keras, mereka hanya kalut
sebentar untuk kemudian dapat menguasahi kembali keadaan disitu.
serentak mereka meloloskan senjata dan membentuk barisan untuk bersiap-siap menghadapi
segala kemungkinan yang diinginkan.
sementara itu sipedang perak sudah bertarung melawan empat orang jago berbaju hitam yang
memiliki kepandaian silat tangguh.
Angin pukulan menderu- deru menyelimuti angkasa, namun keempat lelaki berbaju hitam itu
bukan manusia lemah. Mereka mengurung sipedang perak ditengah arena dalam barisan su siu tin
hoat yang tangguh. sipedang tembaga menghadang dihadapan tiga orang jago, agaknya dia berniat
mendemontrasikan kebolehannya, dengan pukulan yang amat dahsyat ia gempur ketiga orang
musuhnya habis-habisan sehingga mereka hanya mampu menangis saja.
Tapi keadaan yang menguntungkan itu hanya berlangsung sebentar saja, sepuluh gebrakan
kemudian tiba-tiba ketiga orang itu berpekik nyaring kemudian melancarkan pukulan bersamasama.
Enam gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat seketika mendesaknya mundur sejauh satu
langkah. Dalam waktu singkat ketiga orang itu telah berubah arah kembali, kini mereka terbagi dalam
tiga arah dan membentuk barisan sam huan tin hoat yang menyerang maupun menarik diri secara
bersama-sama. Kerja sama mereka amat sempurna membuat serangan sipedang tembaga meski
amat gencar, untuk sesaat pun sulit untuk menghalau musuhnya.
sipedang besi menghadang dua orang musuh, posisinya jauh lebih menguntungkan, apalagi
setiap serangannya selalu berhasil mendesak mundur musuhnya sampai berapa langkah.
Namun seperti juga jalan pikiran sipedang tembaga dia tidak terburu-buru untuk memberesi
musuhnya, tapi justru mendesak mereka yang sampai kalang kabut dan selalu terancam bahaya.
sedang musuh yang bertarung melawan Kim Thi sia adalah manusia berbaju hitam yang
berperawakan jangkung. Kim Thi sia kenali orang ini sebagai orang yang mengepungnya didalam
hutan malam itu dan menyerang dirinya dengan kukunya yang tajam.
oleh sebab itulah sepanjang pertarungan berlangsung, dia selalu bertindak sangat hati-hati,
asalkan musuh menggunakan kukunya yang tajam maka buru-buru dia menghindarkan diri lebih
jauh. sementara itu putri Kim huan hanya mengawasi jalannya pertarungan dari sisi arena, dia sangat
memperhatikan setiap gerakan jurus yang dipergunakan pedang perak dalam menghadapi
musuhnya, kadang kala ia nampak termenung tapi sebentar kemudian berseri, jelas sekali dia
sedang mencuri belajar ilmu silat orang itu.
Dalam pada itu, diam-diam sipedang besi sedang menghitung jumlah musuhnya, termasuk tiga
orang yang telah tewas, jumlahnya tiga belas orang.
sebagai pemuda yang cerdik ia tahu bahwa diantara sekian orang, ada seorang diantaranya
yang menguasahi ilmu meringankan tubuh sebangsa menginjak salju tanpa bekas. semula dia tak
tahu siapakah orang itu, tapi setelah diperhatikan lebih jauh, jawabnya segera ditemukan.
Ia tahu orang itu pastilah si jago gedang setengah umur yang sedang bertarung melawan Kim
Thi sia. Entah mengapa, disaat dia mengetahui kalau musuh yang paling lihay telah menjadi tandingan
Kim Thi sia. Tiba-tiba saja timbul perasaan gembira dihati kecilnya, dia berharap orang itu bisa
membunuh atau melukai atau bahkan membuat Kim Thi sia menjadi cacad seumur hidup.
orang tersebut memang lihay sekali, terutama ilmu Ci ka sian kangnya yang sangat lihay, dalam
keadaan terpaksa Kim Thi sia harus mengeluarkan ilmu tay goan sinkangnya untuk menghadapi
serangan-serangan tersebut.
Dalam waktu singkat, mereka berdua telah bertarung hampir dua puluh gebrakan lebih.
Baru saja Kim Thi sia mengeluarkan dua jurus serangan dari ilmu Tay goan sinkangnya,
manusia berusia setengah umur itu seketika sudah didesaknya hingga mundur tiga langkah lebih.
Hal ini membuat keheranannya semakin bertambah.
Baru saja dia hendak menggunakan jurus serangan yang ketiga, tiba-tiba pemuda itu jadi
terperanjat sekali hingga gerak serangannya tak berani digunakan lebih jauh.
Ternyata secara diam-diam putri Kim huan sedang mencuri belajar ilmu silatnya. Kim Thi sia
bukan takut ilmunya tercuri orang, tapi dia tak ingin gadis itu mempelajari silatnya hingga
menyusahkan dirinya dikemudian hari....
Begitu pikirannya bercabang, manusia berbaju hitam itu segera manfaatkan kesempatan yang
sangat baik itu untuk melancarkan serangan balasan, tiga buah pukulan dan dua serangan jadi
tangannya yang dilancarkan secara beruntun memaksa tubuhnya mundur sejauh tiga langkah
lebih. sementara itu putri Kim huan sudah mulai menirukan gerakan yang dicuri lihatnya tadi, tapi dia
seperti mengalami sesuatu kesulitan, tahu-tahu gerakan tersebut terhenti sampai ditengah jalan.
sampai lama sekali ia termenung, namun kesulitan tersebut tak berhasil juga dipecahkan, maka
dia memperhatikan kembali kearah arena pertarungan.
Dengan cepat ia melihat bahwa Kim Thi sia sudah tidak mengeluarkan jurus-jurus tangguhnya
lagi. Ia sadar, sudah pasti pemuda itu tidak membiarkan dirinya mencuri belajar jurus ampuhnya
itu, tentu saja peristiwa mana membuat hatinya menjadi tak senang.
sebagai seorang jago yang berpengalaman manusia berbaju hitam itupun sadar bahwa
kesempatan yang sangat baik ini tak boleh disia-siakan dengan begitu saja. Dalam waktu singkat
dia menyerang dengan jurus " menuding kearah Peng ho" serta "sambil tertawa menunjuk langit
selatan" dari ilmu jari Ci ka sian kangnya.
Desingan angin tajam yang menderu- deru menyelimuti angkasa dan seketika mengurung Kim
Thi sia ditengah arena. Kim Thi sia berhasil meloloskan diri dari serangan tangan kiri, namun gagal menghindarkan diri
dari serangan jari tangan kanan-"sreeeetttt......."
Kontan saja bajunya tersambar robek hingga lengannya menderita luka memanjang, dengan
perasaan terkejut bercampur gusar ia segera membentak keras dan sekali lagi mengeluarkan ilmu
Tay goan sinkangnya. Manusia berbaju hitam itu segera mendengus tertahan dan mundur selangkah kebelakang,
menggunakan peluang itu Kim Thi sia melirik kembali kearah putri Kim huan.
Ketika dilihatnya gadis itu memusatkan perhatiannya lagi untuk mencuri belajar ilmu silatnya
dengan hawa amarah yang meluap segera teriaknya keras-keras:
"sudah kubilang jangan mencuri belajar ilmu silatku mengapa sih kau nekat terus Jangan
sampai bikin hatiku marah, hmmm" Aku bisa tak acuh kepadamu sepanjang hidup,"
Putri Kim huan menjadi terkejut sekali, pikirnya menjadi kaku dan jurus serangan yang baru
saja diingatnya menjadi kacau kembali.
sipedang besi yang mengikuti pembicaraan itu segera tertawa nyaring, tiba-tiba dia mendesak
mundur dua orang musuhnya, kemudian berkata dengan lantang:
" Nona, perhatikanlah permainanku ini, ilmu pukulan yang kugunakan adalah ilmu-ilmu silat
maha sakti." sembari berseru dia bergeser kesamping lalu memutar dirinya kebelakang, ketika serangan dari
kedua orang lawannya sudah menyebar lewat, ia segera memutar telapak tangannya yang
menghajar salah seorang musuhnya hingga sempoyongan-
" Inilah jurus pertama, menangkap naga dibalik pintu"
Menanti orang itu sudah berdiri tegak. mendadak tangannya menyapu kembali kebawah
dengan kecepatan luar biasa, ketika dua orang musuhnya membentak keras gusar sambil
melancarkan serangan balasan, sipedang besi sedikitpun tidak gugup,
Ia menunggu sampai serangan musuhnya hampir mengena diatas badannya, mendadak napas
ditarik dalam-dalam dan tubuhnya berjongkok kebawah.
Menanti serangan kedua orang musuhnya sudah menyambar lewat dari sisi badannya, dengan
secepat kilat dia melompat bangun kembali sementara itu telapak tangan kirinya membabat keluar
membendung serangan musuh sedangkan tangan kanannya melepaskan serangan yang dahsyat.
serangan tersebut dilancarkan dengan cepat dan luar biasa, sasarannyapun. terarah secara jitu,
tak ayal bahu salah seorang musuhnya terhajar secara telak. Diiringi jeritan kesakitan, orang itu
segera jatuh berjumpalitan diatas tanah. Terdengar ia berseru lagi sambil tertawa nyaring:
"Inilah jurus yang kedua, lengan merah menaklukkan harimau"
Putri Kim huan sangat gembira, sambil tertawa merdu serunya berulang kali:
"Benar-benar serangan ilmu pukulan yang amat hebat, dalam satu gebrakan saja dapat


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merobohkan seorang musuh........."
" Cepat lihat nona, inilah jurus yang ketiga."
Menyusul seruan itu, jerit kesakitan kembali bergema memecahkan keheningan.
Kasihan dua orang lelaki tersebut, hakekatnya mereka dijadikan bulan-bulanan oleh sipedang
besi. Pukulan kiri kanannya membuat kepala mereka pening tujuh keliling dan mengeluh kesakitan
tiada hentinya. "Hey, kau harus mengajarkan ilmu pukulan itu kepadaku" teriak putri Kim huan tiba-tiba.
"Tentu saja nona, asal kau mau belajar. Akupun rela mewariskan segenap kepandaian silatku
kepadamu." "Tidak. tak usah semuanya, yang jelek tak usah diajarkan sebab aku segan mempelajari ilmu
silat yang tak berguna."
"Waah, nona terlalu memandang rendah kemampuanku, kau tahu ilmu pukulan maupun ilmu
pedang yang kupelajari rata-rata merupakan ilmu silat pilihan yang amat hebat......."
"Berapa lama yang dibutuhkan untuk mempelajari semua kepandaian tersebut.....?"
"soal itu......soal ini mah tergantung pada kecerdasan serta daya tangkapmu."
"Bagaimana menuruti pendapatmu tentang diriku?"
sambil berkata gadis itu segera memperlihatkan sekulum senyumannya yang sangat menawan
hati. si pedang besi segera merasakan hatinya berdebar ker sampai lama sekali dia termangu,
kemudian baru katanya: "Nona adalah gadis tercantik dan terpintar yang pernah kujumpai selama hidupku. Aku yakin
dalam hal mempelajari ilmu silatpun kau tak perlu membutuhkan waktu yang cukup lama."
sementara itu Kim Thi sia telah berhasil pula melukai manusia berbaju hitam itu, sambil
memegangi perutnya orang itu berjongkok diatas tanah sambil berkerut muka menahan rasa
kesakitan yang luar biasa.
Melihat orang itu mengerang kesakitan, Kim Thi sia yang berhati bajik tak tega melanjutkan
serangannya, ia segera menarik kembali pukulannya dan mengundurkan diri dari situ.
sipedang besi yang menyaksikan kejadian ini tidak berbicara sepatah katapun,
mendadak ia melejit dua kaki ketengah udara lalu dari situ dia lepaskan sebuah pukulan yang
dahsyat sekali kebawah. Manusia berbaju hitam yang pada dasarnya sudah terluka parah itu kontan saja mengeluh
kesakitan, darah segar menyembur keluar dari mulutnya dan ia jatuh pingsan seketika itu juga.
sipedang besi yang segera melayang turun keatas tanah kembali melepaskan dua buah pukulan
gencar kearah kedua orang musuhnya.
Dua orang manusia berbaju hitam lawannya itu sesungguhnya sudah kepayahan, apalagi kena
diterjang serangan dahsyat tersebut, mereka tak mampu menahan diri lagi dan tewas seketika.
Kim Thi sia merasa sangat tak puas, dia tak mengira sipedang besi begitu kejam dan tak
berperi kemanusiaan sehingga orang yang sudah terlukapun masih digempur secara kejam.
Dalam keadaan begini dia berpura-pura melengos kearah lain dan berlagak tidak melihat
kejadian tersebut. sipedang tembaga pun sudah berhasil meringkus musuhnya, namun dia menderita sedikit
kerugian, terutama terjadi dihadapan putri Kim huan, nampaknya ia merasa kehilangan muka
sehingga selama ini hanya berdiri membungkam bagaikan patung. Putri Kim huan memandang
sekejap kearahnya tiba-tiba ia berseru keheranan: "Hey, kau terluka?"
Merah padam selembar wajah pedang tembaga, sambil tertawa getir dia menggelengkan
kepalanya seraya berkata:
"Aaaah, tidak apa-apa, tidak apa-apa hanya luka sekecil ini kenapa mesti dirisaukan?" Pelanpelan
putri Kim huan berjalan mendekatinya, kemudian menegur dengan lembut:
"Coba lihat, darah telah meleleh keluar masa keadaan beginipun dibilang tidak apa-apa?"
Dari sakunya dia mengambil sapu tangannya yang putih bersih lalu membalut luka tadi dengan
lembut. Ketika lengan sipedang tembaga tergenggam oleh tangannya yang lembut itu. Hampir saja
pemuda tersebut tak percaya kalau hal tersebut merupakan suatu kenyataan. Rasa sakit pada
lengannya seketika hilang tak berbekas, diawasinya nona itu dengan termangu- mangu sementara
perasaan dalam hatinya terasa bergolak keras.
Ia merasa biarpun harus mengorbankan selembar jiwanyapun dia rela, asal keadaan seperti ini
bisa terulang kembali atas dirinya. Dengan suara terharu bisiknya kemudian:
"Aku......aku tak tahu bagaimana mesti berterima kasih kepadamu. Aku.......biarlah aku lakukan
sendiri...." "sudahlah, jangan bergerak dulu, coba lihat, darahnya mengalir makin lama semakin banyak."
Dengan lemah lembut dan penuh perhatian kembali dia menyeka darah yang mengalir keluar
itu dengan sapu tangannya.
" Kalian orang laki-laki memang senang berlagak jantan" ia berbisik lembut. "Coba lihat, sudah
terluka pun masih tak diurus......aaai, benar-benar."
Sekali lagi sipedang tembaga menatap wajah nona itu lekat-lekat, kecantikan wajahnya,
kelembutannya dan kecerdikannya tiba-tiba saja membangkitkan suatu ambisi yang tak terkendali
dalam hati kecil pemuda ini.
"cukup, cukup,......kau jangan bergerak lagi, coba lihat, darah bisa mengalir makin deras....."
kedengaran gadis itu berseru lagi.
"Terima kasih......terima kasih......." sekali demi sekali sipedang tembaga mengulangi perkataan
tersebut, sementara pikirannya melayang memikirkan kesoal lain.
Dalam pada itu pedang besi merasa sangat tak senang hati setelah menyaksikan putri Kim
huan merawat luka suhengnya dengan begitu lembut dan mesra . Dia sangat berharap bisa
mengalami keadaan seperti abang seperguruannya itu.
Coba tahu bakal begini, dia pasti akan membiarkan tubuhnya dilukai musuh dalam pertarungan
tadi, agar dia pun memperoleh kesempatan untuk merasakan kelembutan tangan gadis tersebut.
sipedang perak yang berhasil menghajar musuhnya jalan mendekat dengan wajah berseri,
serunya sambil tertawa: "Haaaaah.....haaaaah......haaaaah.......dengan tindakan kita ini, Pek kut sinkun pasti akan
dibuat keder lebih dulu........."
Kim Thi sia yang telah mengubur mayat-mayat musuhpun telah berkumpul kembali dengan
rekan-rekan lainnya. Baru saja dia muncul, putri Kim huan telah berjalan menghampiri sambil berbisik: "so Bun pin
bersedia mengajarkan ilmu silatnya kepadaku, gembirakah kau..........?"
Kim Thi sia tertegun, namun melihat wajah gadis itu berseri-seru, diapun tak ingin
menghilangkan rasa gembiranya, dengan singkat sahutnya:
"Bila ia bersedia mengajarkan ilmunya kepadamu, pergilah belajar, kenapa mesti bertanya lagi
kepadaku?" Mendadak terdengar pedang tembaga berteriak keras:
"Ayoh kita segera berangkat, jangan ngobrol terus membuang waktu."
Agaknya perkataan itu sengaja ditujukan kepada Kim Thi sia. Ketika pemuda tersebut
mendongakkan kepalanya terlihat wajah pemuda itu masam dan amat tak senang hati. Dia tak
tahu apa sebabnya abang seperguruannya itu mendongkol kepadanya, terpaksa dia hentikan
pembicaraan dan menempuh perjalanan kembali dengan langkah lebar.
Berapa li kemudian dari depan situ tiba-tiba muncul sesosok bayangan manusia yang bergerak
dengan kecepatan tinggi. sipedang perak segera menengok sekejap kedepan, lalu katanya sambil tertawa:
"ooooh, rupanya hanya seorang nona, kukira Pek kut sinkun yang telah datang kemari."
Kim Thi sia berjalan dipaling depan, ia tidak mendengar perkataan dari sipedang perak. Disaat
"nona" itu melintas lewat dari sisi tubuhnya, ia seperti mengendus bau harum yang tipis.
Merasa keheranan, pemuda itu segera berpaling dan mengawasi bayangan manusia itu dengan
seksama. Tampaknya sinona itupun seperti menemukan sesuatu, tiba-tiba dia menghentikan langkahnya
seraya berpaling. "Aaaaaah......." dengan perasaan bergetar keras Kim Thi sia seegra berseru tertahan-
"Bukankah kau......kau adalah nona Nyoo soat hong?"
Gadis itupun kelihatan agak tertegun, lalu berseru pula keheranan: "Kau adalah Kim Thi
sia......." Dibalik nada seruan tadi terselip luapan rasa gembira yang amat sangat, seakan-akan tanpa
disengaja telah bersua dengan seorang sahabat kentalnya.
Gadis ini memang tak lain adalah Nyoo soat hong, gadis pertama yang dikenal Kim Thi sia
ketika baru turun dari gunung. Dia terhitung adik angkatnya pula sebab dengan kakak gadis
tersebut, mereka adalah saudara angkat.
Kedua orang itu sama-sama dicekam rasa gembira yang meluap, meski ada beribupatah kata
ingin disampaikan, namun pada saat perjumpaan tersebut ternyata taksepatah katapun sanggup
diutarakan. sampai lama kemudian Nyoo soat hong baru berbisik,
"Waaaah, sekarang kau sudah menjadi seorang manusia yang luar biasa......."
"Aaaah, siapa yang bilang" Manusia sebesar diriku ini tak becus dan tak mampu melakukan
apa-apa........" merah padam selembar wajah Kim Thi sia. "Bagaimana dengan keadaanmu
sendiri" Mana kakak angkatku" Apakah dia sehat-sehat saja......."
"Aaaai, segala sesuatunya bagaikan impian....." keluh sinona yang dulunya berhati keras tapi
kini nampak mengalami perubahan yang besar sekali. setelah tertawa getir terusnya:
"Aku dan abangku sudah berupaya kesana kemari dengan mengerahkan segenap kemampuan
yang dimiliki, namun bukan saja tak berhasil menyelidiki musuh besar pembunuh ayahku, hampir
saja nyawa kami turut melayang. Kalau dulu aku seorang periang, maka sekarang.....aaai."
Kim Thi sia dapat melihat kemurungan dan bekas penderitaan yang membekas diwajah nona
yang cantik. Dia tahu selama ini mereka pasti sudah banyak merasakan pahit getirnya
penghidupan, kalau tidak mustahil gadis tersebut akan berkeluh kesah.
"Mana abangmu" Kau belum mengatakan hal ini kepadaku" seru Kim Thi sia kemudian setelah
termangu sejenak. "Dia berada dikota, aku memang hendak bertemu dengannya, tak disangka disini telah bersua
denganmu lebih dulu."
"Haaaah......haaaah......haaaah.......kalau begitu aku segera akan bersua kembali dengan abang
angkatku." Tiba-tiba sipedang tembaga menyela:
"Sute, kau memang pandai bergaul sehingga siapa saja kau kenal, nona ini sangat hebat dalam
ilmu meringankan tubuh, aku percaya dia pastilah seorang pendekar wanita dari perguruan
kenamaan, mengapa kau tidak perkenalkan kepada kami semua?"
"ooooh, tentu saja, tentu saja......." secara ringkas Kim Thi sia pun mencerirakan asal usul Nyoo
soat hong kepada semua orang.
sementara itu Nyoo soat hong segera maju kedepan dan memberi hormat kepada sipedang
perak, peang tembaga serta pedang besi.
Tatkala ia menyaksikan disitu hadir pula seorang gadis yang cantik jelita bak bidadari dari
khayangan, perasaannya segera bergetar keras. Melihat itu buru-buru Kim Thi sia menerangkan:
"Dia bukan bangsa Han.....kau tahu, dia mempunyai asal usul yang hebat. Dia masih terhitung
putri dari kaisar negeri Kim saat ini." Nyoo soat hong nampak terkejut bercampur keheranan,
segera katanya: "Belum pernah kutemui seorang putri raja kecuali mendengarnya dari kisah cerita.
Waaah.......tak disangka kecantikan seorang putri raja benar-benar luar biasa........"
sipedang tembaga segera menyela:
"Nona, kau tentu teman intim suteku bukan" Bila tak keberatan mari kita masuk kota bersamasama,
dengan begitu sutepun punya teman."
Merah padam selembar wajah Nyoo soat hong, kata "intim" terasa berbau porno untuk
diartikan dalam hubungan antara laki dan perempuan, tapi diapun tidak menyangkal sebab
sebagai adik angkatnya, hubungan mereka boleh dibilang intim sekali.
sementara itu putri Kim huan telah mengamati pula gadis tersebut berapa kejap. Terasa
olehnya walaupun nona itu penuh berdebu namun tak kehilangan kecantikan wajahnya, terutama
hubungannya yang begitu akrab dengan Kim Thi sia, diam-diam ia merasa amat tak senang hati.
Nyoo soat hong sendiri merupakan gadis yang tahu diri, selama berada dihadapan orang
banyak. ternyata ia tak pernah menyinggung masalah keluarganya.
Namun ketika ia mendapat tahu kalau Kim Thi sia hendak bertarung melawan Pek kut sinkun,
gadis tersebut segera menyatakan kesediaannya untuk turut serta bersamanya.
sebab sedikit banyak kematian ayahnya memang melibatkan pula tokoh persilatan tersebut.
Bukan cuma begitu, malah kedatangan mereka kekota itupun berniat untuk menyambangi pek
kut sinkun. Entah mengapa, sejak kehadiran Nyoo soat hong dalam rombongan itu, sipedang tembaga
kelihatan gembira sekali, dia sering mencari alasan untuk berbincang atau bergurau dengan putri
Kim huan. Hanya sipedang besi seorang yang merasa tak senang hati, agaknya dia sudah merasakan
bahwa sam suhengnyapun menaruh minat yang besar atas diri putri Kim huan.
Hanya pedang perak sendiri yang membungkam dalam seribu bahasa, memang begitulah
wataknya, sekalipun menghadapi masalah yang besarpun, perasaan hatinya tak pernah
diungkapkan keluar. Tiba didalam kota, kehadiran empat pria dan dua wanita ini segera menggemparkan disekeliling
lorong jalanan. Tak lama kemudian berita kedatangan mereka sudah disampaikan kepada Pek kut sinkun, maka
menjelang magrib, muncullah serombongan manusia persilatan lagi kekota tersebut.
Kawanan jago persilatan yang muncul kemudian ini memiliki perbedaan yang menyolok dari
kawanan jago lainnya, dari sorot mata mereka yang tajam menggidikkan hati dapat disimpulkan
kalau mereka semua memiliki kepandaian silat yang sangat tangguh.
setibanya didalam kota, rombongan tersebut segera membaurkan diri dengan masyarakat lain
beristirahat dalam rumah makan-
Ketika sipedang perak sekalian memasuki sebuah rumah makan, sipedang besi segera
merasakan akan hal ini, sambil tertawa dingin ia segera berkata:
"Ji suheng, rupanya kakek panca bisa yang kita paling benci pun telah datang kemari. Rupanya
perencanaan Pek kut sinkun cukup sempurna."
"sute tak perlu kuatir" sahut pedang perak cepat. "Walaupun kelima manusia cebol itu punya
sedikit nama didalam dunia persilatan, namun mereka tak ada nilainya dihadapan kami, bila
mereka berani menyerang datang, malam ini juga kita habisi mereka semua."
sementara pembicaraan berlangsungl kebetulan disisi mereka lewat dua orang jago persilatan
yang bertubuh kekar dan berwajah penuh tahi lalat, agaknya mereka sempat mendengar
pembicaraan tersebut hingga tanpa terasa mendengus dingin.
Mendengar dengusan itu, dengan kening berkerut sipedang perak segera tertawa dingin,
jengeknya: "Keparat busuk. rupanya kalian adalah sepasang pedang langkah sakti........"
Kemudian setelah berhenti sejenak. terusnya:
"Bukankah sepanjang pedang langkah saktipun terhitung manusia kenamaan" Kenapa sewaktu
lewat disamping kami harus tundukkan kepala" oooh, rupanya kalian tak berani mencabut kumis
harimau....haaaah....haaaah...haaaaaah......."
Ketika mengucapkan perkataan tersebut, dia sengaja berbicara dengan suara keras sehingga
dua orang lelaki itucun ikut mendengar dengan jelas sekali.
seketika itu juga sepasang pednag langkah sakti menghentikan langkahnya dan berpaling
sambil melotot penuh kegusaran.
"Ada apa?" sipedang besi segera menjengek sambil tertawa dingin. "Apakah kalian tidak terima
dengan perkataan suhengku itu?"
sambil berkata, dia menerjang maju kedepan dan langsung melancarkan sebuah pukulan
dahsyat. Dengan gerakan cepat dua orang itu memencarkan diri kekiri dan kanan sambil beruntun
melepaskan tiga buah tendangan dan sebuah pukulan.
sipedang besi segera membungkukkan badan, dari bacokan dia merubah jurus serangannya
menjadi dorongan dan melepaskan dua buah pukulan berantai.
sepasang pedang langkah sakti menjengek dingin, mereka membalikkan telapak tangannya lalu
menyambut ancaman tersebut dengan keras melawan keras. "Blaaaammmmmm. ......"
Ditengah benturan keras, kedua belah pihak sama-sama tergetar mundur sejauh tiga langkah
dari posisi semula. Pedang besi segera berkerut kening, baru saja dia akan melancarkan serangan lagi, mendadak
dari depan pintu sana muncul lima orang kakek ceking yang bertubuh cebol.
"Hey pedang besi, kau jangan bertindak keterlaluan" bentakan keras segera bergema
memecahkan keheningan. "Hmmmm, tunggu saja sampai esok pagi, akan datang orang yang
menuntut keadilan darimu."
Jangan dilihat kelima orang itu bertubuh cebol pun kecil, ternyata suara bentakannya keras
bagaikan suara guntur. sipedang perak segera tampil kedepan menghadang dihadapan sipedang besi, sahutnya
kemudian dengan suara dalam:
"Baik, sampai jumpa esok pagi."
Dalam pada itu, Nyoo soat hong dengan sorot matanya yang tajam ikut mengawasi pula gerak
gerik kelima orang itu, mendadak ia seperti menemukan sesuatu, dengan wajah terkejut
bercampur gugup dia mendekati Kim Thi sia lalu berbisik dengan cemas:
"Aduh celaka saudara Thi sia, kakak ku telah ditangkap orang-orang itu, ayolah kau cepat
selamatkan dia" Kecemasan dan kegugupan yang menyelimuti wajah sinona seketika membuat Kim Thi sia turut
terkejut, serunya kebingungan:
"Apa kau bilang" Adik Hong, apa kau bilang" saudara Jin hui ditangkap orang......?"
Nyoo soat hong segera menunjuk kearah seorang manusia berbaju putih yang duduk bersama
serombongan jago, lalu serunya:
"Coba lihat, bukankah orang itu adalah abangku" Lihatlah, dia sama sekali tak bergerak, sudah
pasti jalan darahnya telah ditotok."
Kim Thi sia segera menengok kearah yang ditunjuk. betul juga, ia segera kenali pemuda
berbaju putih itu sebagai kakak angkatnya, Nyoo jin hui yang sudah berpisah dengannya selama
berapa waktu. Perasaan hatinya yang semula tenang kontan saja bergolak keras, katanya kemudian-
"Waaaah celaka, bila Nyoo jin hui sampai terjatuh ketangan mereka, dia pasti akan menderita
siksaan- Adik Hong, kau tak usah cemas, aku pasti akan berusaha untuk menyelamatkan jiwanya .
" Kedua orang itu berbicara dengan suara lirih, karenanya sipedang perak sekalian sama sekali
tidak mendengar. sedang Kim Thi sia pun tidak mengatakan persoalan ini kepada mereka, ia
membalikkan badan lalu lari mendekati orang-orang tersebut.
Buru-buru Nyoo soat hong menyusul kedepan, ditengah jalan ia sudah meloloskan pedangnya
siap menyerang. Tiba dihadapan pemuda berbaju putih itu Kim Thi sia segera mengamati orang tersebut dengan


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seksama, kebetulan orang berbaju putih pun mendongakkan kepalanya, begitu empat mata
bertemu, nampak bibirnya bergetar ingin mengucapkan sesuatu namun tak sepatah katapun yang
sanggup diutarakan. Dengan cepat Kim Thi sia berpikir:
"Aaaah, saudara Jin hui, sudah lama kita tak bersua, tak disangka kita akan bersua kembali
dalam suasana begini."
sementara itu kawanan jago persilatan yang duduk semeja dengan pemuda berbaju putihpun
sudah merasakan akan kehadiran Kim Thi sia yang diliputi kebengisan itu, mereka saling
berpandangan sekejap. kemudian tiga orang diantaranya bangkit berdiri dan mendekati pemuda
kita sambil menegur: "Sobat, ada urusan apa kau?"
Agaknya orang-orang itupun tahu bahwa Kim Thi sia bukan manusia sembarangan yang bisa
dihadapi dengan begitu saja, apalagi ia berada satu rombongan dengan sipedang perak sekalian.
Karena itu meski diluar mereka tak berkata apa-apa, namun secara diam-diam sudah
mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Kim Thi sia yang bernyali besar sama sekali tak gentar menghadapi kawanan jago tersebut,
dengan angkuh katanya: "Tanpa urusan aku tak akan datang kemari, terus terang saja, tujuanku kemari adalah untuk
meminta orang" "Meminta orang?" seorang lelaki bercodet yang berdiri disisi paling kiri segera menjengek.
"Siapa yang kau minta" Tentunya sobat tak akan mengatakan batok kepalaku yang diminta
bukan?" Melihat sikap menjengek dari orang tersebut, Kim Thi sia menjadi sangat mendongkol, segera
sahutnya dingini "Bila kalian tidak menyerahkan orang yang kuminta, kemungkinan besar harus meminta batok
kepalamu lebih dulu."
seraya berkata dia segera bertolak pinggang dan mengawasi lawannya dengan sikap
menentang. Lelaki itu sebetulnya berasal dari golongan perampok, dia sudah terbiasa melakukan segala
kejahatan, maka sambil menarik wajahnya dia berseru dengan buas:
"Manusia keparat, bila kau memang pingin mampus, jangan salahkan bila aku bertindak
kejam." Lalu sambil menjengek sinis bentaknya keras-keras: "Bocah keparat, lihat serangan-"
sebuah telapak tangan yang besar dan dahsyat langsung menyambar kedepan dengan sangat
hebatnya. Kim Thi sia membentak nyaring lalu melancarkan sebuah bacokan pula kedepan.
"Blaaaammmmmm. Ditengah benturan keras, kedua belah pihak sama-sama tergetar mundur sejauh tiga langkah
lebih. Merasa bertemu dengan tandingannya, lelaki utu semakin berang kembali teriaknya: "Maknya,
aku tak percaya sibabi hutan sakti tak mampu mengungguli dirimu........"
Kembali sebuah pukulan dahsyat dilontarkan dengan tangan kanannya.
Kim Thi sia memang paling ahli dalam sistim pertarungan semacam ini, melihat gerak serangan
yang digunakan lelaki itu amat sesuai dengan keinginan hatinya, ia menjadi kegirangan setengah
mati. sambil memperkokoh kuda-kudanya dia pun tidak menghindarkan diri, sebaliknya sambil maju
setengah langkah dia sambut datangnya ancaman tersebut dengan kekerasan-
Dalam waktu singkat tangan lelaki tersebut sudah menyambar pinggangnya serta memeluk
dengan kencang, pikirnya dengan geram:
"Bocah keparat yang tak tahu diri, dengan jurus "babi hutan mencabut pohon" ku ini, akan
kuhancur lumatkan tubuhmu menjadi perkedel."
Dia ingin mendemonstrasikan kebolehannya didepan rekan-rekan lainnya maka begitu
tangannya berhasil merangkul pinggang lawan- dia segera membetotnya kencang-kencang
dengan maksud mematahkan pinggang musuh kemudian telapak tangan yang lain diayunkan
untuk menghajar ubun-ubunnya.
sayang seribu kali sayang perhitungannya meleset sama sekali, sejak terjun kedunia persilatan
Kim Thi sia memang tersohor karena pertarungan kerasnya, bila dibandingkan dengan si babi
hutan sakti ini, entah tenaganya berpa kali lebih hebat.
sekarang dia memang sengaja tak menghindar dan membiarkan lawannya merangkul
pinggangnya, tapi begitu musuh mulai membetot pinggangnya, tiba-tiba saja dia meronta serta
meloloskan diri dari cengkeraman lawan, disusuk kemudian bentaknya keras-keras: "Telur busuk.
kau anggap Kim toaya bisa dipermainkan semau hati sendirinya.......?"
Telapak tangannya segera diayunkan dan menghajar kebawah.
sibabi hutan sakti merupakan seorang manusia kasar yang tak pernah memakai otaknya,
selama ini dia kelewat percaya dengan keampuhan jurus "babi hutan mencabut pohon"nya dimana
ia sudah berulang kali meremukkan tulang pinggang musuh.
Tapi sayang kali ini dia salah perhitungan, menanti tenaga pukulan musuh terasa sudah
mengancam punggungnya, untuk menghindarkan diri jelas sudah tak sempat lagi.
Kim Thi sia yang mempamerkan kekuatannya hingga mengagetkan lawannya segera
menambahi kekuatannya dengan dua bagian-"Kraaaaakkkk......"
Begitu tenaga pukulannya menghantam dipunggung sibabi hutan sakti, orang segera menjerit
kesakitan dengan suara yang memilukan hati. Tulang punggungnya seketika hancur berapa bagian
dan pingsanlah orang itu.
Bagaikan bukit karang yang ambruk, tubuh sibabi hutan sakti yang tinggi besar roboh
terjengkang keatas tanah, kontan saja peristiwa itu menggemparkan semua jago.
Padahal semua orang tahu bahwa sibabi hutan sakti memiliki tenaga yang luar biasa dengan
daya tahan yang mengagumkan, siapa tahu hari ini dia telah dibuat keok oleh seorang pemuda tak
dikenal, tentu saja mereka tak mengira kalau pemuda tak dikenal itu sesungguhnya adalah Kim
Thi sia yang termashur karena paling susah dihadapi.
Ketika berhasil merobohkan musuhnya, Kim Thi sia segera memberi tanda kepada Nyoo soat
hong agar jangan bertindak gegabah, kemudian teriaknya dengan lantang:
" Kalian semua harus tahu, aku datang kemari untuk minta orang karena orang itu mempunyai
hubungan denganku, kalian harus membebaskannya. Kalau tidak......hmmm, sibabi hutan ini
merupakan contoh yang paling jelas."
Kelima kakek cebol yang duduk disekitar situpun tidak bergerak dari posisi semula, lama sekali
mereka awasi pemuda tersebut lekat-lekat, kemudian salah seorang yang berada dipaling ujung
sebelah timur bertanya dengan lantang:
"Aku ingin bertanya kepadamu, sebetulnya persoalan ini atas prakara dirimu sendiri ataukah
atas suruhan dari sipedang perak."
"Aku sudah lama kenal dengan orang itu, tentu saja atas prakarsa diriku sendiri" jawab Kim Thi
sia cepat. Mendengar jawaban itu, sikakek segera tertawa dingin.
"Heeeeh......heeeeeh.......heeeeeh.......aku tahu, kau satu komplotan dengan sipedang perak.
aku lihat lebih baik akui saja bahwa niat meminta orang tadi merupakan prakarsa dirinya,
bukankah kalian hendak menggunakan alasan ini untuk mencari gara-gara dengan kami?"
"Ngaco belo" teriak Kim Thi sia makin gusar. "Persoalan ini sama sekali tak ada hubungannya
dengan sipedang perak. hey tua bangka, kau tak usah banyak berbicara lagi, katakan saja kau
bersedia membebaskan orang itu atau tidak?"
Kembali kakek itu tertawa dingin-
"Baik, anggap saja aku memang ngaco belo......"
Kemudian sambil berpaling kearah sipedang perak sekalian, teriaknya lagi dengan lantang:
"Hey pedang perak, katakan saja, bukankah hal ini atas prakarsamu yang ingin mengajukan
pertarungan" sebenarnya apa maksud tujuanmu yang sebenarnya?"
Ketika Kim Thi sia berpaling dia menyaksikan sipedang perak sekalian telah balik kembali
kesana dan mengikuti jalannya peristiwa dengan tenang. Tiba-tiba saja pemuda itu merasa
menyesal, pikirnya: "Aaaai, jelas akulah yang membuat gara-gara dalam peristiwa ini, aku telah mendatangkan
kerepotan baginya." Tapi teringat akan makian kakek cebol itu, amarahnya seketiak meluap. tiba-tiba dia mendesak
maju kedepan, lalu dnegan menggunakan jurus "kecerdikan menyelimuti jagad" dari ilmu Tay
goan sinkang, ia lancarkan sebuah serangan yang dahsyat kedepan-
Berubah hebat paras muka kakek itu sambil membentak keras dia melompat bangun dari
tempat duduknya, lalu dari tengah udara dia membentangkan telapak tangannya langsung
menghajar keatas ubun-ubun pemuda tersebut.
Begitu ia mulai bertindak keempat orang kakek ceking lainnya pun turut bangkit dari tempat
duduknya dan berhubungan keluar rumah makan-
Agaknya sipedang perak pun sadar bahwa situasi memaksa mereka untuk melangsungkan
pertarungan, ia segera memberi tanda kepada sipedang besi dan pedang tembaga lalu masingmasing
mengancam posisi yang berbeda untuk mengamati gerak gerik musuh.
sementara itu Kim Thi sia telah terlibat dalam pertarungan sengit melawan orang ketiga dari
kakek panca bisa. Kepandaian silat yang dimiliki kakek ceking tersebut benar-benar sangat hebat, tenaga pukulan
hawa panasnya yang menderu- deru mengurung Kim Thi sia ditengah arena.
Namun Kim Thi sia pun tidak lemah, sambil mengerahkan ilmu Tay goan sinkangnya dia
lancarkan serangan berulang kali untuk menjebolkan pertahanan musuh yang berusaha
mengurungnya itu. Dalam waktu singkat mereka sudah terlibat dalam suatu pertarungan yang
amat seru. Ketiga Nyoo soat hong mengayunkan pedangnya ikut menyerbu kedepan, ia segera dihadang
oleh seorang pelajar berambut panjang, dengan cepat mereka berduapun terlibat dalam
pertarungan sengit. Dalam pada itu sipedang perak telah berkata kepada putri Kim huan-
"Nona, aku tahu kau tak mengerti ilmu silat, akupun takut kau akan terluka dalam pertarungan
masal nanti, karenanya kuminta nona suka mempertimbangkan bagaimana kalau berada disisiku
saja, sebab dengan berbuat begitu maka kemungkinan terluka akan menjadi kecil.......apakah
nona bersedia menerima tawaranku ini?"
Putri Kim huan memutar biji matanya sebentar, dengan cepat dia memahami maksud hati
sipedang perak. maka dengan langkah lebar dia berjalan kesisi pemuda tersebut.
sambil tersenyum sipedang perak segera berkata kepada pedang tembaga serta pedang besi,
"sam sute, coba kau hadapi lotoa dan loji dari kakek panca bisa, sedang losu dan longo
dihadapi su sute, yang lainnya serahkan saja kepadaku untuk dibereskan, entah bagaimana
pendapat sute berdua?"
sipedang tembaga melirik sekejap kearah putri Kim huan, lalu sahutnya dengan suara dalam:
"Aku turur perintah"
Kemudian bersama sipedang besi so Bun pin, mereka mendekati musuh-musuhnya dan segera
terlibat dalam pertarungan seru.
Menanti kedua orang adik seperguruannya telah pergi, sipedang perak baru berpaling kearah
putri Kim huan sambil bertanya:
"Nona, benarkan kau menaruh minat yang besar terhadap ilmu silat?"
"Yaa, sejak dua tiga hari berselang, aku mulai tertarik dengan kepandaian silat" sahut putri Kim
huan sambil tersenyum. "Dulu aku sudah mengabaikan kebaikannya, tapi sekarang, setelah
berada diluaran seorang diri Aku baru sadar bahwa ilmu silat merupakan bekal yang sangat
penting." sambil tertawa pedang perak segera berseru:
"Aaaah, rupanya nona bisa tertarik pada ilmu silat karena sudah memahami arti penting dari
kepandaian tersebut......."
Mendadak terdengar suara bentakan keras dari Kim Thi sia memotong pembicaraan mereka
berdua, tampak pemuda itu dengan rambut kusut sedang mendekati kakek bermuka hitam
dihadapannya selangkah demi selangkah.
Mendadak oemuda itu melancarkan serangan dengan jurus "mengebas baju membersihkan
debu" ditangan kirinya dan jurus " angin menyambar merobohkan pohon- ditangan kanannya
memaksa kakek bermuka hitam itu mundur sampai sejauh satu kaki lebih terlihat jelas pukulan
yang dilancarkan kakek bermuka hitam itu nyata tak mampu membendung gerak majunya.
melihat akan kejadian ini, sambil menghela napas panjang sipedang perak berkata:
"Ilmu pukulan yang dimiliki Kim sute benar-benar sangat hebat dan mengagumkan sekali."
Mendadak putri Kim huan mendongakkan kepalanya, lalu bertanya:
"Bukankah kau adalah abang seperguruannya" sepantasnya kaupun menguasahi ilmu pukulan
tersebut, masa kau tidak bisa?"
sipedang perak nampak tertegun sejenak lalu dengan sorot matanya yang tajam bagaikan
sembilu dia mengawasi Kim Thi sia sekejap, seakan-akan ada sesuatu perkataan yang hendak
diutarakan, namun akhirnya niat tersebut diurungkan-
"Apakah aku telah salah berbicara?"" tanya putri Kim huan kemudian. sambil menggelengkan
kepalanya sipedang perak menghela napas panjang, katanya:
"Nona, jangan salah paham, aku sedang berpikir apa sebabnya adik seperguruanku ini bisa
menguasahi ilmu pukulan yang begitu aneh dan sakti." Putri Kim huan segera tertawa.
"Padahal masalahnya sangat gampang sekali, bisa jadi suhumu hanya mewariskan ilmu
tersebut kepadanya dan tidak diajarkan kepadamu......"
Mendadak ia merasakan perubahan aneh pada wajahnya, tanpa terada gadis ini berhenti
berbicara dan mengawasinya dengan termangu, pikirnya lebih lanjut:
"sungguh aneh orang ini, lagaknya seakan-akan sudah tiada orang yang dipercayai lagi didunia
ini, tak heran kalau suhunya hanya mewariskan ilmu silat simpanan tersebut kepada Kim Thi sia
seorang." Padahal waktu itu sipedang perak sedang mengenang kembali suatu peristiwa yang tak pernah
terlupakan olehnya... Dia merasa dihadapannya seakan-akan terdapat segumpal darah segar, diatas genangan darah
terkapar tiga sosok mayat perempuan mereka semua adalah anak keluarga Malaikat pedang
berbaju perlente. Tak lama kemudian gurunya pulang, mereka kakak adik seperguruan yang berjumlah sembilan
orangpun bersembunyi dibalik kegelapan lalu disaat gurunya tak siap. sembilan bilah pedang
mestika pun menyerang secara serentak ketubuhnya, kemudian toa suheng dan dia mengerahkan
segenap kekuatan yang dimiliki melancarkan bacokan dahsyat kemuka.....
Gurunya tak mampu menahan diri dan segera roboh terkapar diatas tanah, maka merekapun
bersepakat untuk memotong lidahnya, mencukil matanya, memotong rambut, tulang, telinga, otot
nadi, lengan dan kakinya.
JILID 24 "Apakah gurunya itu....... belum mati juga?"
Maka diapun berpikir lebih jauh.
Bisa jadi gurunya yang hampir sekarat dan duduk dikuda kurusnya telah bertemu dengan Kim
Thi sia ditengah jalan, kecerdikan dan kegagahan Kim Thi sia segera menimbulkan rasa terharu
dihati gurunya itu hingga sebagai balas jasanya dia wariskan ilmu silat simpanannya itu kepada
pemuda tersebut. Ini berarti Kim Thi sia pasti mengetahui perbuatan mereka yang terkutuk itu, dia pasti
mendapat pesan dari Malaikat pedang berbaju perlente untuk berpura-pura mengikat tali
hubungan dengan mereka, kemudian setelah kesempatan yang baik tiba, dia akan melaksanakan
harapan si Malaikat pedang berbaju perlente itu....
Dengan termangu-mangu diawasinya Kim Thi sia tanpa berkedip, dia merasa seakan-akan
Malaikat pedang berbaju perlente telah berdiri dihadapannya. Tiba-tiba saja dia merasa bergidik
dan mendusin kembali lamunannya.......
Makin dipikir sipedang perak merasakan persoalannya semakin gawat, dengan wajah berubah
hebat akhirnya dia membatin:
"Sudah jelas aku sedang memelihara harimau untuk mencelakai diri sendiri. Mungpung
sayapnya belum tumbuh secara utuh, kenapa aku tidak berupaya untuk melenyapkan sekarang
juga sehingga akibat yang lebih fatal bisa dihindari?"
Lain gumamnya lebih jauh:
"Yaa betul, aku mesti memakai akal untuk memancingnya agar dia membeberkan dulu rahasia
ilmu silat andalannya itu. Kemudian baru membungkamkan mulutnya untuk selamanya. Atau
paling tidak nama serta pamorku harus meningkat lebih tenar dan tersohor."
Lambat laun sekulum senyuman yang susah diduga artinya tersungging diujung bibirnya, dia
mengepal tinjunya kencang-kencang sambil melirik sekejap kearah Kim Thi sia, agaknya sebuah
keputusan besar telah diambil.
Mendadak segulung desingan angin tajam menyambar lewat dari belakang punggungnya.
Ia segera menarik kembali senyumannya seraya membalikkan badan seraya tiba-tiba sambil
melepaskan sebuah gempuran balasan.
orang itu segera mendengus tertahan dan berjongkok keatas tanah dengan napas terengahengah.
sipedang perak tertawa dingin, tiba-tiba bentaknya lagi dengan suara keras: "Kaupun harus
roboh" Ditengah bentakan keras sebuah serangan jari tangannya mendadak disodokkan kearah
seseorang yang sedang menyergap datang dari belakang tubuhnya........
Desingan angin tajampun menderu- deru ditengah udara, belum sempat ruyung penjang orang
itu dipergunakan, tahu-tahu jalan darahnya sudah tersambar serangan jari tangan itu, sepasang
lututnya menjadi lemas lalu roboh terjungkal keatas tanah. Pada saat itulah terdengar Kim Thi sia
membentak keras: "Kena"
Ketika putri Kim huan mendongakkan kepalanya ia saksikan kakek bermuka hitam pekat macam
pantat kuali itu sudah jatuh terjungkal keatas tanah dan roboh terkapar.
Wajahnya yang hitam kini berubah jadi pucat pias seperti mayat. napasnya terengah-engah dan
tak sanggup lagi untuk merangkak bangun. sambil tertawa Kim Thi sia segera berkata kepada
sipedang perak: "suheng, kemampuanku betul-betul tidak becus, masa setengah harian lamanya baru bisa
merobohkan dia" sipedang perak segera tersenyum.
"Kemampuanmu tak jelek kau tahu, kepandaian silat orang ini kelewat tangguh. sute yang bisa
merobohkan dia dalam setengah jam saja sudah terhitung sangat hebat."
sementara dihati kecilnya dia berpikir:
"Bocah keparat ini betul-betul menggidikkan hati, bila keadaan seperti ini dibiarkan berlangsung
terus, tak sampai setengah tahun kemudian niscaya dia telah berhasil melampaui kemampuanku."
Tiba-tiba kakek bermuka pantat kuali yang sudah roboh terkapar ditanah itu melompat bangun,
kemudian dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya melepaskan babatan maut
kelambung anak muda tersebut.
Gerak serangannya ini dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, itulah sebabnya
disaat Kim Thi sia tidak sadar akan datangnya sergapan tersebut. Ujung telapak tangan lawan
sudah berada empat inci didepan perutnya, dalam keadan begini jelas ia tak berkesempatan lagi
untuk menghindarkan diri, terpaksa sebuah pukulan dilontarkan secara tergesa-gesa untuk
membendung datangnya ancaman tadi. "Blaaaaammmmmm........"
Ditengah benturan dahsyat, kakek itu mencelat kebelakang dan tewas seketika, sebaliknya Kim


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thi sia mundur dengan sempoyongan lalu jatuh berjumpalitan diatas tanah. Dengan wajah
berubah hebat buru-buru putri Kim huan memburu maju kemuka. Tiba-tiba.......
"Jangan bergerak" sipedang perak yang berada dibelakangnya membentak keras.
Disusul kemudian tampak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat diikuti munculnya
bayangan manusia lain dari arah yang berlawanan.
Kedua sosok bayangan manusia itu bertemu satu dengan lainnya hampir pada saat yang
bersamaan. "Blaaaaammmmmm......."
Benturan dahsyat segera bergema memecahkan keheningan, kedua belah pihak sama-sama
jatuh keatas tanah. Untuk berapa saat lamanya putri Kim huan berdiri termangu- mangu saking kagetnya, menanti
kesadarannya pulih kembali sipedang perak telah memayang tubuh Kim Thi sia, sementara diatas
tanah telah bertambah dengan sesosok mayat.
Putri Kim huan menjumpai mayat itu tewas dalam keadaan yang mengerikan, ia tak tega
melihat lebih jauh dan buru-buru berjalan menghampiri sipedang perak.
Ia sadar, orang tersebut berniat menyergapnya dari belakang, untung sipedang perak tiba pada
saatnya dan membinasakan orang tersebut.
Dalam pada itu, paras muka Kim Thi sia kelihatan agak pucat, peluh dingin bercucuran
bagaikan air hujan, sewaktu berbicarapun nampak agak kepayahan. "Terima kasih suheng,
aku......aku tidak apa-apa."
Baru saja sipedang perak hendak berbicara, sorot matanya telah menangkap sesuatu ditengah
arena, buru-buru dia melejit ketengah udara sambil berseru cepat: " Kim sute, perhatikan nona
baik-baik, jangan sampai musuh melukai dirinya."
Ternyata posisi sipedang besi sangat gawat, musuhnya dari dua kini telah berubah menjadi
empat bahkan semuanya merupakan jago-jago kelas satu dari dunia persilatan yang menyerang
dan mendesak terus menerus secara gencar. sipedang besi jadi kelabakan dan keteter sangat
hebat, posisinya kritis sekali.
Untung saja keadaan tersebut segera diketahui sipedang perak hingga dengan cepat dia
mengambil keputusan untuk memberi bantuan.
"Terima kasih suheng" bisik sipedang besi kepayahan.
sambil berkata dia lepaskan sebuah tendangan kilat ketubuh seorang musuhnya, diasaat lawan
berkelit, diapun manfaatkan peluang tersebut dengan mengayunkan pedang besinya membacok
dua orang musuh yang berada disisi kiri sipedang perak yang melihat keadaan tersebut segera
berpikir. "Kalau dilihat tenaga dalamnya yang makin melemah, agaknya ia sudah tidak sanggup lagi
untuk mempertahankan diri"
Ia menjadi tak tega, maka sesudah melepaskan dua buah pukulan dahsyat untuk mendesak
mundur si lo su dan lo ngo setengah langkah, buru-buru bisiknya kepada sipedang besi:
"sute, pergilah beristirahat, biar aku yang menghadapi mereka disini........."
sipedang besi tak sungkan-sungkan, dia segera mengundurkan diri dari arena pertarungan dan
mencari tempat sepi untuk mengatur pernapasan.
Kepandaian silat dari sipedang perak ternyata jauh melampaui kemampuan sipedang besi,
begitu ia terjun kearena pertarungan, situasipun seketika berubah. serangan musuh yang gencar
seketika terdesak balik, maka suatu pertarungan snegitpun segera berkobar.
Tampaknya Pek kut sinkun cukup mengetahui bahwa sipedang perak beserta rombongannya
bakal muncul disitu, sadar akan ketangguhan ilmu silat musuh, maka jago-jago yang dikirim
kesitupun boleh dibilang merupakan jago-jago pilihan yang sangat tangguh.
sementara itu Nyoo soat hong sudah tak sabar lagi menghadapi musuhnya setelah tiga macam
ilmu pedang yang digunakan belum berhasil juga mengalahkan sipelajar tersebut.
Dalam jengkelnya ia segera membentak nyaring, lalu dengan mengeluarkan ilmu pedang
simpanannya Ya li kiam hoat dia menegur musuhnya habis-habisan.
Betul juga, pelajar setengah umur itu segera terdesak mundur selangkah dari posisi semula.
Namun Kim Thi sia segera mendapatkan kalau gelagat tak beres, sebab ia saksikan pelajar
setengah umur itu sejak awal hingga sekarang bolak balik cuma memakai semacam ilmu pukulan
saja untuk membendung serangan pedang sinona yang gencar. Ini berarti kepandaian
sesungguhnya dari orang tersebut belum digunakan sama sekali.
Jangan dilihat Kim Thi sia orangnya kasar, sesungguhnya dia berhati tajam dan teliti, walaupun
hanya melihat sekejap kepandaian lawan, namun ia tahu kalau kungfu yang sesungguhnya dari
orang tersebut mungkin masih lima kali lipat lebih hebat dari sekarang.
Menyadari kalau keadaan sangat gawat pelan-pelan dia pun berjalan mendekati Nyoo soat
hong. Mendadak putri Kim huan berteriak sambil menarik muka.
"Hey, apakah kau tidak akan menuruti perintah abang seperguruanmu?"
"Dia perintahkan apa?" tanya Kim Thi sia sambil berhenti.
"Bukankah dia menyuruh kau menjaga aku?" setelah berhenti sejenak dan menatap pemuda itu
tajam-tajam desaknya lebih jauh. "seandainya aku sampai dilukai mereka, apa jadinya?"
"suruhlah sipedang besi, dia pasti lebih tertarik dengan tugas memacam ini ketimbang aku."
Tiba-tiba putri Kim huan berlarian menghampiri sipedang besi so Bun pin, kemudian dengan
wajah berseri-seri serunya:
"so Bun pin, cepat katakan, dalam hal manakah nona itu jauh lebih bagus ketimbang aku?"
Pertanyaan yang muncul secara tiba-tiba ini kontan saja membuat sipedang besi jadi tertegun,
dengan perasaan tak mengerti dia gelengkan kepalanya sambil berkata:
"soal ini......maaf kalau aku tak bisa menjawab pertanyaanmu itu, sebab belum pernah kupikir
kesitu serta melakukan uji perbandingan." Putri Kim huan mendongkol sekali, serunya kemudian:
"Baiklah, kalau tak sanggup menjawab menyingkirlah agak jauhan, tunggu sampai kau bisa
menjawab pertanyaanku itu baru datang mencari aku lagi....."
Ketanggor batunya sipedang besi so Bun pin jadi sangat terkejut, segera pikirnya:
"Waaaah, rupanya tabiat putri Kim huan belakangan ini telah mengalami perubahan yang besar
sekali, sedikit-sedikit dia lantas marah, sebetulnya apa yang terjadi?" Tapi untuk menarik simpatik
gadis tersebut, sambil tertawa segera katanya lagi: "Terus terang kubilang, tak setitikpun nona
Nyoo bisa menandingi kecantikanmu."
Mendengar ucapan tersebut, paras muka putri Kim huan yang semula cemberut seketika dihiasi
dengan senyuman kembali. "Benarkah itu" Kau tidak berbohong?" tegurnya genit.
"Kecantikan nona tiada tandingannya dikolong langit, kalau ada orang mengatakan kau tak
cantik, orang itu pasti buta matanya buat apa mesti berbohong" Tapi........"
setelah berhenti sejenak. terusnya lagi:
"Aku sungguh tak habis mengerti, kenapa nona bertanya begitu" Apakah kau sendiripun tak
tahu bahwa bidadari dari khayanganpun tak bisa menandingi kecantikanmu?"
Putri Kim huan kembali tersenyum lembut membuat sipedang besi so Bun pin tak mampu
menahan diri lagi dan pelan-pelan berjalan mendekatinya. Tampak gadis itu menggelengkan
kepalanya seraya berkata:
"Aku sendiripun tak bisa mengemukakan apa alasannya, tapi yang jelas hanya dengan bertanya
begitu, hatiku baru merasa nyaman sekali........"
Mendadak terdengar Kim Thi sia berteriak dengan suara nyaring:
"Adik soat hong, jangan bertindak gegabah orang itu lihay sekali, cepat mundur....aduh......."
Ketika putri Kim huan mendongakkan kepalanya, dia menyaksikan Kim Thi sia sedang menarik
tangan Nyoo soat hong sambil melepaskan sebuah pukulan untuk membendung serangan pelajar
setengah umur itu. Menyaksikan adegan tersebut, entah mengapa tahu-tahu muncul perasaan kesal dalam hati
putri kim huan, segera pikirnya:
"Betul-betul tak tahu malu, baru bertemu sikapnya sudah begitu mesra-, huuuh betul-betul
manusia biadab yang tidak mengenal tata kesopanan."
Pelan-pelan dia tundukkan kepalanya dan tak mau menengok kearah Kim Thi sia dan Nyoo soat
hong lagi. Melihat kekesalan dan kesedihan yang menyelimuti wajah gadis tersebut, pelan-pelan sipedang
besi so Bun pin menghampirinya dan menggenggam tangannya yang putih halus itu sambil
berbisik: "Nona tak usah marah lagi, aku tahu hatimu tak gembira......."
"so Bun pin, hampir saja air mata kujatuh bercucuran......" ucap putri Kim huan sedih.
Ternyata ia tidak melepaskan diri dari genggaman pemuda tersebut, bahkan membiarkan
pemuda itu menggenggamnya dengan mesra.
sebaliknya sipedang besi yang sudah ketanggor batunya dulu, kali inipun tak berani bersikap
kelewat batas. sambil menggenggam mesrah tangan sinona, hiburnya:
"Nona adalah bidadari yang anggun sedang dia....dia tak lebih cuma lelaki miskin yang hidup
bergelandangan dalam dunia persilatan."
"Yaa benar" putri Kim huan mengangguk. "Dia cuma seorang gelandangan, kenapa aku harus
marah kepadanya?" sipedang besi hendak mengucapkan sesuatu lagi, namun tiba-tiba dia merasa ada sepasang
mata yang dingin menyeramkan sedang mengawasinya tanpa berkedip.
Maka diapun berlagak tetap berbincang-bincang dengan gadis itu secara santai. Padahal secara
diam-diam ia mulai melepaskan genggamannya pada tangan sinona.
Ternyata orang yang mengawasinya tidak lain adalah sipedang tembaga, abang
seperguruannya, betapapun hatinya tak senang hati, namun dia tidak berani kemukakan diluar,
sengaja tegurnya sambil tertawa:
"Apakah suheng kelelahan" Bagaimana kalau aku menggantikan kedudukanmu?"
sambil menggempur mundur seorang musuh, sipedang tembaga segera menjawab dengan
suara dalam: "Bila sute mempunyai kegembiraan, tak ada salahnya menggantikan kedudukanku ini."
sipedang besi adalah pemuda cerdik, mendengar perkataan tersebut ia merasa makin tak
senang hati, namun diluarnya mau tak mau dia mesti berlagak wajar. Padahal sikap
permusuhannya pun dari Kim Thi sia sekarang sudah beralih pada sipedang tembaga, pikirnya:
"Jelas sudah suheng menaruh maksud tertentu terhadapnya, aku harus berusaha menyusun
rencana agar ia membenci dirinya."
Dalam pada itu sipelajar setengah umur itu sudah berpekik nyaring, suara pekikannya
melengking dan mengalun tiada hentinya ditengah udara.
Mendengar pekikan tersebut sipedang perak segera berpaling, lalu serunya sambil tertawa
dingin: "sobat, hebat juga tenaga dalammu, mungkin tiada orang yang bisa menandingi dirimu saat ini.
sayang kau selalu menyembunyikan kepandaianmu sesungguhnya. Hmmmm, coba kalau bukan
begitu, aku pasti akan minta pelajaran berapa jurus darimu." Buru-buru Kim Thi sia melompat
mundur selangkah kebelakang, la lu pikirnya pula:
"orang ini sengaja menyembunyikan kepandaian saktinya, coba kalau suara pekikannya tidak
membongkar kemampuannya itu, mungkin sipedang perakpun tak akan mengetahuinya. Boleh
dibilang orang ini berbahaya sekali. Aku sebagai orang yang harus menghadapinya mesti bersikap
lebih berhati-hati."
sementara itu pelajar setengah umur itu mengira Kim Thi sia sudah dibuat terkejut oleh suara
pekikannya tadi sehingga mundur tanpa sebab. Tanpa terasa dia mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak. "Haaaah.....haaaaah......haaaaah......bukankah kau adalah Kim Thi sia, manusia yang paling
susah dilayani" Bila dipertimbangkan menurut berita yang tersebar dalam dunia persilatan,
bukankah aku pantas untuk kau hadapi......"
Berbicara sampai disitu, kembali dia tertawa terbahak-bahak. Kim Thi sia terkejut sekali,
pikirnya: "Belum pernah kujumpai orang tersebut, dari mana dia bisa mengetahui asal usul serta
identitasku sejelas ini?"
Berpikir sampai disini, dia semakin menganggap orang ini tak gampang dihadapi
diam-diam hawa murninya yang dihimpun dalam telapak tangannya mencapai sepuluh bagian,
maksudnya untuk menghajar mundur musuhnya dalam sekali pukulan kalau bisa. sementara itu,
diluarnya dia berkata dengan tenang: "Benar, akulah Kim Thi sia, darimana kau bisa tahu?" Pelajar
setengah umur itu tertawa terbahak-bahak.
Rahasia Kampung Garuda 2 Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung Pendekar Guntur 7
^