Pencarian

Kaki Tiga Menjangan 45

Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung Bagian 45


menyusun kata-kata-nya. sebaiknya kita undang saja seorang ahli Sastra."
Siau Po menyetujuinya, Dia memerintah beberapa anak buahnya untuk membawa
kedua tawanan itu agar dapat mencari seorang ahli sastra di antara serdadu-serdadu
Lo Sat yang telah menyerah.
Tidak lama kemudian, kedua tawanan itu kembali lagi dengan membawa seorang
laki-laki yang bercambang lebat, Pada waktu itu, Bangsa Lo Sat yang mengerti ilmu
surat masih sedikit sekali, Ahli Sastra yang ikut dalam pasukan perang mempunyai
tugas untuk memimpin pembacaan doa dan memberi ceramah agar para serdadu tetap
terbangun semangatnya. Selain itu masih ada satu tugas khusus yang harus dilakukannya, yakni mewakili
para serdadu menulis surat untuk keluarga masing-masing agar para istri dan anakanak
mereka dapat mengetahui keadaan serdadu-serdadu tersebut.
Ahli sastra itu mengenakan seragam serdadu yang kesempitan, Tubuhnya
terbungkus ketat bagai bungkus kacang, maka tampak lucu sekali, Dia ketakutan
setengah mati ketika mengetahui dua orang tawanan sebangsanya mengajaknya
menemui Siau Po. Dia berkata dengan suara tergagap-gagap.
"Tu... han memberkati panglima Cina, semoga seluruh keluarga Pang.. lima Besar
Cina dalam keada... an sehat-se... hat se... lalu!"
Siau Po mempersilahkan orang itu duduk.
"Kau wakili aku menulis sepucuk surat untuk Ratu Sophia kalian," katanya.
Ahli sastra itu segera mengiakan berkali-kali, prajurit Siau Po sudah menyediakan
berbagai perlengkapan alat tulis yang diperlukan. Ahli sastra itu segera mengambil
sebatang pit lalu mulai menulis huruf huruf Lo Sat yang mirip Cengcorang berjalan.
Tapi alat tulis yang digunakan Bangsa Cina berlainan dengan yang digunakan
Bangsa Lo Sat- Pit yang ujungnya berbulu itu sangat lunak, apabila digunakan untuk
menulis, hurufnya jadi tebal tipis tidak karuan. Namun dia tidak berani berkata apaapa,
khawatir ucapannya akan membangkitkan kemarahan panglima Besar Cina itu.
"TuIis begini: "Sejak perpisahan kita tempo hari, siang dan malam aku selalu
merindukan Tuan Puteri. Aku sangat berharap dapat mengambil Tuan Puteri sebagai
istriku...." Kalimat yang dibacakan Siau Po membuat ahli sastra itu bagai disambar petir,
Tangannya gemetar, dan pit yang digenggamnya sampai membuat coretan panjang di
atas kertas. Chekonof segera menjelaskan kepada ahli sastra itu.
"Pembesar Bocah Tiongkok ini merupakan buah hati Tuan Puteri kita. Tuan Puteri
sangat mencintainya. Beliau sering mengatakan bahwa kekasih Bangsa Cina lebih
hebat seratus kali lipat dibandingkan kekasih Bangsa Lo Sat sendiri."
Orang ini ingin mengambil hati Siau Po. itulah sebabnya dia sengaja melebihlebihkan
persoalannya. Ahli sastra itu menganggukkan kepalanya ber-kali-kali.
"BetuI, betul. Memang lebih hebat seratus kali lipat, seratus kali lipat!" ucapnya
berkali-kali pula. Meskipun demikian, biasanya dia menggunakan kata-kata kelas tinggi untuk menulis
surat kepada ratunya, Baru kali ini dia disuruh menulis sepucuk surat cinta, dia tidak
tahu bagaimana harus menulisnya sehingga akhirnya dia mengambil keputusan untuk
menulis apa yang dikatakan Siau Po saja.
Ternyata isinya tidak jauh berbeda dengan surat-surat yang dituIiskan para serdadu
untuk istri mereka di kampung halaman, Hanya saja kata-kata yang diucapkan Siau Po
lebih membuat bulu roma merinding, antara lain: "Kekasihku tersayang", Tadi malam
aku bermimpi bermesraan lagi denganmu", "Aku menciummu seribu kali dan lainlainnya.
Siau Po melihat orang itu menulis dengan cepat sekali, maka hatinya merasa puas
sekali. "Kalian para serdadu Bangsa Lo Sat seenaknya menduduki tanah negara kami, Sri
Baginda gusar sekali karena hal ini, itulah sebab aku diutus untuk memimpin pasukan
perang guna menggempur kalian, sekarang aku sudah berhasil meringkus sejumlah
besar serdadu kalian, Aku akan memotong tubuh mereka sekerat demi sekerat untuk
kujadikan Sia-sunik," katanya pula.
Ahli sastra itu terkejut setengah mati mendengar kata-kata Siau Po. Tanpa sadar dia
berseru. "Oh,Tuhanku!" Siau Po tidak memperdulikan orang itu, dia melanjutkan kata-katanya.
"Tapi, karena memandang muka Tuan Putri yang cantik jelita, untuk sementara aku
tidak memotong mereka. Namun mereka juga tidak akan kulepaskan begitu saja,
sebelum Tuan puteri berjanji kelak tidak akan ada serdadu kalian yang kembali
menduduki tanah Tiongkok kami dengan seenaknya sehingga Negara Tiongkok dan Lo
Sat akan menjadi sahabat untuk selamanya. Namun kalau kau tidak menurut apa yang
kukatakan, aku akan memimpin sejumlah besar pasukan perang menuju Negara Lo Sat
dan membunuh semua laki-Iaki yang ada di sana, Dengan demikian tidak tersisa satu
pun laki-Iaki di Negara Lo Sat yang dapat menemanimu tidur di malam hari. Kalau kau
ingin ada laki-Iaki yang menemanimu tidur, yang tertinggal hanya laki-Iaki Bangsa
Tiongkok kami saja."
Diam-diam ahli sastra merasa tidak puas, dia berkata dalam hati,
-- Kalaupun kau membunuh semua laki-laki Bangsa Lo Sat, yang tertinggal di dunia
ini juga bukan hanya laki-Iaki Bangsa Cina saja, Kata-katamu itu benar-benar tidak
masuk akal, -- Dia juga merasa kata-kata yang kasar itu tidak pantas ditujukan kepada
tuan puterinya, Diam-diam dia merubah kalimat itu menjadi beberapa patah kata-kata
yang manis. Dia membayangkan bahwa Siau Po juga tidak akan mengetahui apa yang ditulisnya,
Namun watak orang ini sangat teliti, Dia khawatir ada jejak yang tertinggal sehingga
rahasianya akan terbongkar Karena itu, beberapa kalimat yang diucapkan Siau Po tadi
diubahnya dengan kata-kata yang manis, tapi ditulisnya dalam bahasa Latin, Setelah
selesai, wajahnya ber-seri-seri dan bibirnya tersenyum.
Terdengar Siau Po berkata kembali.
"Sekarang aku akan mengutus Wang Pat Se Ki dan Cu Ke Juo Fu untuk
membawakan surat ini kepadamu, aku juga mengantarkan beberapa macam hadiah,
Kau ingin menjadi kekasihku atau musuhku, keputusannya ada di tanganmu sendiri."
Ahli sastra itu kembali mengganti kata-katanya yang terakhir dengan ungkapan yang
lebih halus. "Menteri kecil dari Cina mengingat budi besar yang telah diberikan oleh Tuan Puteri,
Sebagai balas jasanya menteri kecil mengirimkan beberapa macam hadiah, seandainya
ada jodoh dalam kehidupan yang akan datang, menteri kecil dengan senang hati
menjadi hamba bagi Tuan Puteri, Namun dalam kehidupan ini, menteri kecil mengharap
kerukunan kedua negara, Bila seluruh serdadu yang tadinya diperintahkan datang
menduduki tanah Cina ditarik kembali, hamba akan semakin mengingat budi besar
Tuan Puteri." Demikian tulis ahli sastra.
Ka limat yang terakhir merupakan ungkapan keegoisan hatinya sendiri. Dia
membayangkan, apabila kedua negara ini tidak bisa didamaikan, maka dia beserta
seluruh serdadu Bangsa Lo Sat yang telah menjadi tawanan patsi akan dihukum mati
untuk melampiaskan kedongkolan hati si panglima besar ini.
Siau Po menunggu sampai orang itu menyelesaikan suratnya, kemudian baru
berkata. "Sudah, begitu saja, coba bacakan sekali lagi!" Si Ahli Sastra mengangkat surat itu
tinggi-tinggi, lalu langsung membacakan sekali lagi isi surat itu. Sampai batas yang
telah diubahnya, dia tetap membacakan apa yang dikatakan Siau Po. Bahasa Lo Sat
Siau Po memang terbatas, apalagi dia tidak mengerti bahasa surat.
Ketika dia mendengar isinya ternyata tidak banyak berbeda dengan yang
dikatakannya, maka hatinya merasa puas. Dia mana mengira ahli sastra itu berani mati
mengubah beberapa bagian dari isi suratnya" Dia pun menganggukkan kepalanya
dengan puas dan memuji. "Bagus sekali!"
Dia mengambil sebuah cap besar yang tertera nama serta pangkatnya untuk
dicapkan di atas sampul sebuah surat. Dengan demikian, surat yang tidak mirip surat
cinta, namun berisi kata-kata mesra, juga tidak mirip surat dinas namun berisi
pernyataan per-damaian kedua negara ini pun selesai sudah, Dia sendiri yang
memasukkan surat tersebut ke dalam ampIop.
Setelah selesai, Siau Po menyuruh ahli sastra itu ke luar untuk menikmati hidangan
yang telah disajikan Kemudian dia memerintahkan seorang ahli sastra Bangsa Ceng
untuk merekatkan surat itu serta menulis beberapa kata pengantar di depannya dengan
menggunakan tulisan Cina.
Di sini kembali terjadi sedikit kekacauan Ahli sastra berkebangsaan Cina ini menulis
nama yang ditujukan oleh surat itu, yakni Ratu Sophia, Namun dalam bahasa Cina, Fi
yang ada di tengah nama sang ratu bisa berarti yang bukan-bukan, maka dia merasa
bahwa kata-kata itu harus diubahnya. Surat ini ditulis demi kerukunan kedua negara,
itulah sebabnya nama Sophia diganti menjadi Sopheisia (Pheisia artinya pelangi
melintasi sebetulnya orang itu benar- benar kekurangan pekerjaan Apa yang ditulisnya
saja tidak dimengerti oleh Siau Po kecuali dia mengenali tulisan namanya sendiri,
sedangkan Bangsa Lo Sat juga belum tentu mengerti Bahasa Cina, maka kemungkinan
tulisan di depan amplop itu tidak akan menjadi perhatian pihak lawan.
Itulah sebabnya, ketika melihat ahli sastra itu menambahkan tulisan panjang di
bagian depan dan blok amplop, Siau Po segera menghentikannya dengan berseru.
"Sudah, sudah! Tulisanmu bagus sekali, bahkan lebih bagus dari tikus Bangsa Lo Sat
tadi!" Dia segera menunjuk seorang wakilnya untuk mengambil beberapa macam bendabenda
berharga, Benda-benda itu merupakan sitaan dari dalam Kota Ya Ke Lung, jadi
dia tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk membelinya. Setelah itu, kembali
dia memerintahkan anak buahnya untuk memanggil Walpatsky dan Chekonof, Kedua
orang itu harus memilih seratus serdadu Lo Sat yang telah menyerahkan diri untuk
mengawal kepulangan mereka ke Negara Lo Sat mengantarkan surat kepada Ratu
Sophia. Tentu saja kedua komandan itu gembira setengah mati. Berulang kali mereka
membungkukkan tubuhnya dan mengucapkan terima kasih. Bahkan mereka juga
menarik tangan Siau Po untuk dicium berkali-kali, jenggot kedua orang itu kasar-kasar
sehingga punggung telapak tangan Siau Po kegelian. Pemuda itu pun tertawa terbahakbahak
sambil menahan rasa geli di tangannya.
Kota Ya Ke Lung kecil sekali sehingga tidak dapat menampung seluruh prajurit
Kerajaan Ceng, karena itu, Siau Po memerintahkan dua orang komandan beserta dua
ribu orang prajurit untuk menjaga di kota tersebut sedangkan dia sendiri membawa
pasukan besarnya bergerak ke arah selatan, sebelumnya dia berpesan kepada Lim
Heng Cu, yaitu salah seorang dari Komandan tersebut bahwa mereka dilarang
menggali sumur di Kota Ya Ke Lung, juga tidak boleh menggali jalan di bawah tanah.
Sisa pasukan yang besar itu mulai bergerak ke selatan, Siau Po memerintahkan para
serdadu Lo Sat yang telah menyerahkan diri untuk mengganti pakaian mereka dengan
seragam prajurit Kerajaan Ceng, Dia juga menyuruh beberapa anak buahnya mengajar
mereka Bahasa Cina, sepanjang jalan mereka diharuskan menghafal bermacammacam
pujian bagi Kaisar Kong Hi. Setelah para serdadu itu hafal luar kepala, dia baru
memerintahkan sejumlah prajurit nya untuk menggiring mereka ke Kotaraja.
Tidak lupa dia menambahkan bahwa mereka sudah harus menyerukan pujian bagi
Kaisar Kerajaan Ceng begitu masuk pintu gerbang Kotaraja dan setelah bertemu
dengan rajanya sendiri Seruan mereka harus di-perkeras, Dia juga mengatakan,
apabila seruan mereka semakin lantang, raja akan semakin suka sehingga ada
kemungkinan jiwa mereka akan diampuni.
Kurang lebih dua puluh hari kemudian, datang firman kaisar Kong Hi menyatakan
salut atas kemenangan mereka. Siau Po dinaikkan lagi pangkatnya menjadi Pangeran
Gunung Puncak Menjangan tingkat dua, sedangkan setiap orang yang berjasa dalam
peperangan ini juga dinaikkan pangkatnya masing-masing satu tingkat.
Selesai membacakan firman, utusan kaisar menyerahkan sebuah kotak kayu
berukiran kepada Siau Po. Anak muda itu menyambutnya sambil mengucapkan terima
kasih, Dia tahu isinya pasti merupakan hadiah pribadi dari Kaisar Kong Hi untuknya.
Ketika dia membuka tutup kotak kayu itu, untuk sesaat dia sempat terpana, isinya
ternyata sebuah mangkok emas. Di dalam mangkok terukir tulisan "Pangeran yang
paling banyak jasa bagi negara", Dia tahu mangkok itu merupakan pemberian Sie Long
dulu, namun tulisannya sudah dihapus dan dicetak ulang serta diganti kata-katanya.
Siau Po ingat mangkok emas itu pernah diletakkan dalam lemari pajangan di rumah
kediamannya yang lama, mengapa tiba-tiba bisa muncul di sini" Dia merenung sejenak,
namun akhirnya mengerti, Tempo hari rumah lamanya sudah diledakkan atas perintah
Kaisar Kong Hi. pasti setelah keadaan aman, para prajurit mengadakan pemeriksaan
dan barang-barangnya yang masih bisa diselamatkan tentu mereka serahkan ke sang
Raja. Akhirnya Kaisar Kong Hi menyuruh orang melebur mangkok emas itu dan
mencetaknya dengan kalimat yang baru.
Kali ini Kong Hi mcnghadiahkannya kembali kepada Siau Po. Maknanya pasti
menyatakan bahwa mangkok nasinya sudah pernah hancur satu kali, sekarang dia
harus menjaganya baik-baik agar tidak rusak untuk kedua kalinya.
Siau Po berpikir dalam hati, - Si Raja cilik cukup solider terhadapku Antara kami
harus saling take and give. Dia telah mengampuni berbagai kesalahanku dan akupun
tidak boleh merusak nadi naganya -Malam harinya dia mengadakan perjamuan khusus bagi utusan kaisar Selesai
bersantap dia juga menggelar permainan judi.
Kurang lebih dua bulan kemudian, kembali datang firman dari Kaisar Kong Hi.
Namun isinya kali ini ada kerlingan besar dalam pujian bagi dirinya, Kaisar Kong Hi
malah mengatakan bahwa Siau Po mengacau saja. isi firmannya antara lain
mengatakan: - Sebagai laki-laki harus bijaksana, yang terpenting mendahulukan
perasaan sesama manusia, Dalam pandangan Thian Yang Kuasa, manusia di dunia ini
tidak ada perbedaannya. Meskipun Bangsa Lo Sat kasar serta kurang terpelajar, namun
kita harus menghargai pernyataan takluk mereka, Serdadu yang sudah kalah perang
tidak boleh dihina lagi, apalagi mengajarkan mereka menghapal berbagai pujian yang
hanya menjatuhkan derajat mereka sendiri.
Bagaimana perasaan mereka ketika mengetahui apa arti seruan yang mereka eluelukan
tiap hari itu" Dalam pandangan Kaisar Kong Hi sendiri, apa yang dilakukan Siau
Po itu masih bisa dimaafkan, namun dosanya besar sekali dalam pandangan Yang
Kuasa, -Ternyata kali ini ilmu menepuk pantat kuda salah alamat, Yang ditepuknya bukan
pantat kuda tapi kaki kuda sehingga diri sendiri yang tersepak, Untungnya muka Siau
Po cukup tebal, di hadapan utusan kaisar itu dia menyatakan penyesalan yang
sedalam-dalamnya, walaupun dalam hati merasa masa bodoh. Diam-diam dia malah
berpikir. -- Pasti bahasa Cina Bangsa Lo Sat itu kacau balau sehingga Sri Baginda salah
tanggapannya, padahal siapa sih di dunia ini yang tidak senang mendapat pujian" Akhirnya dia memanggil beberapa anak buahnya yang tempo hari diperintah
mengajarkan Bahasa Cina kepada para serdadu Bangsa Lo Sat itu, Dia memaki
mereka habis-habisan, Setelah puas dia malah mengajak mereka berjudi, Tentu saja
cercaan Kaisar Kong Hi dalam firmannya tidak dipikirkan lagi.
Dengan cepat waktu berlalu, musim dingin telah berganti dengan musim semi.
Meskipun kehidupan Siau Po di tempat itu cukup menyenangkan, namun tidak jarang
dia merasa rindu terhadap A Ko, Su Cuan dan istri-istrinya yang lain.
Tentunya dia juga merasa kehilangan kedua putra dan seorang putrinya, Cepatcepat
dia menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan berbagai hadiah untuk dikirim ke
Kotaraja. Keenam istrinya masing-masing mendapat kiriman pakaian serta barangbarang
keperluan lainnya. Namun mereka tahu Siau Po buta huruf, jadi percuma saja bila mereka menulis surat
untuknya, Akhirnya mereka hanya menyampaikan kata-kata lisan lewat prajurit yang
menjadi utusan Siau Po. Dikatakan bahwa seluruh keluarga baik yang besar maupun yang kecil dalam
keadaan baik-baik saja, semoga Thayswe dapat secepatnya kembali ke samping
mereka. Hari ini kembali datang firman dari Kaisar Kong Hi. Selain itu ada sejumlah tentara
pilihan serta beberapa pembesar yang mengiringi kedatangan utusan kaisar tersebut
Mereka diharuskan menemani Siau Po yang akan mengadakan perundingan dengan
pihak Negara Lo Sat sehubungan dengan datangnya balasan surat dari kedua
pangeran dari negara itu.
Tentu saja surat itu juga ditulis oleh sekretaris negara karena kedua pangeran Lo Sat
masih muda belia dan belum berpengalaman dalam masalah politik.
Utusan kaisar membacakan surat balasan dari negara Lo Sat, namun karena katakatanya
yang dalam, dia harus menjelaskan artinya begitu selesai membacakan surat
tersebut, Utusan kaisar tertawa.
"Rupanya Ratu dari Negara Lo Sat tidak pernah melupakan kisah asmaranya dengan
Wi Thayswe. Hadiah yang dikirimkannya juga banyak sekali, Sri Baginda
memerintahkan hamba membawa semuanya ke mari agar dapat diterima langsung oleh
Wi Thay-swe," katanya kemudian.
Siau Po mengangkat tangannya ke atas lalu menjura kepada utusan kaisar itu.
"Terima kasih, terima kasih!" sahutnya. "Bangsa Lo Sat benar-benar tidak tahu etiket
pergaulan seharusnya mereka merendahkan diri dengan mengatakan "Sedikit hadiah
dari Ratu kami", masa membanggakan hadiahnya yang besar. Hadiah yang ditujukan
untuk Sri Baginda baru harus yang berat, tapi kalau mengirimkan hadiah besar untukku,
bukankah akan menjadi bahan tertawaan orang saja?"
"Memang betul, Wi Thayswe menyuruh para prajurit menggiring serdadu Lo Sat yang
telah menyerahkan diri ke Kotaraja, Sri Baginda sendiri yang mengadakan pemeriksaan
Ternyata dalam barisan para serdadu itu ditemukan seorang pejabat tinggi
pemerintahan Negara Lo Sat," kata utusan kaisar itu pula.
Siau Po menunjukkan roman terkejut "Masa ada kejadian seperti itu?" tanyanya
kurang percaya. "Orang ini benar-benar licik. Dia sengaja berbaur dengan para serdadu dan tidak


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pernah memperlihatkan gerak-gerik apapun. Tempo hari Sri Baginda mengadakan
pemeriksaan terhadap para tawanan. Karena susah mengadakan komunikasi, Sri
Baginda mendatangkan seorang penterjemah berkebangsaan HolIand, Sri Baginda
menggunakan Bahasa Latin untuk berbicara dengan Penterjemah itu. Di antara orang
banyak ada seorang serdadu Bangsa Lo Sat, tiba-tiba wajahnya menunjukkan mimik
yang mencurigakan Sri Baginda bertanya apakah dia mengerti Bahasa Latin, tapi orang
itu terus menggelengkan kepalanya, Kemudian Sri Baginda berkata dalam Bahasa
Latin, "Bawa orang ini ke luar dan penggal kepalanya!",
Orang itu terkejut setengah mati lalu dia segera menjatuhkan diri berlutut serta
mengaku bahwa dia memang mengerti Bahasa Latin," kata utusan kaisar itu pula.
"Apa sih Bahasa Latin itu" Mengapa Sri Baginda bisa mengerti Bahasa Latin yang
digunakan sebagian Bangsa Lo Sat?" tanya Siau Po.
"Sri Baginda sangat cerdas, Bahasa Latin sangat populer di kalangan Barat, tentu
saja Sri Baginda mengerti cara menggunakannya," sahut sang utusan.
"Tapi mengapa Sri Baginda tidak mengerti Bahasa Lo Sat malah mengerti Bahasa
Latin yang mereka gunakan?" tanya Siau Po yang masih penasaran.
Utusan kaisar itu kebingungan memberikan jawaban.
"Apa sebenarnya rahasia di balik semua ini tentu saja hamba tidak mengerti, Lain kali
kalau Thayswe bertemu sendiri dengan Sri Baginda, harap jangan lupa menanyakan hal
ini," ujarnya sambil tertawa.
Siau Po menganggukkan kepalanya berkali-kali.
"Kemudian apa yang terjadi dengan orang Lo Sat itu?"
"Sri Baginda menginterogasinya dengan teliti. Perlahan-Iahan rahasianya terkorek
juga. Rupanya orang ini bernama Yalcinsky. Dia Gubernur daerah Ya Ke Lung dan Ni
Pu Ju," sahut Sang utusan.
Orang-orang yang mendengar keterangan itu langsung mendesah terkejut.
"Pangkat orang ini benar-benar tidak rendah," kata Siau Po.
"lya kan" Boleh dibilang di antara para utusan Negara Lo Sat yang didatangkan ke
Negara Timur kita, orang inilah yang pangkatnya paling tinggi. Mungkin ketika terjadi
kekacauan dalam kota Ya Ke Lung, orang ini segera mengganti pakaiannya dengan
seragam para serdadu sehingga untuk sekian lama kedoknya tidak terbuka," sahut
utusan Kaisar itu. Siau Po menggelengkan kepalanya sambil tertawa.
"Bukan begitu, Ketika terjadi kekacauan di Kota Ya Ke Lung tempo hari, hampir
seluruh Bangsa Lo Sat membuka pakaian mereka sehingga telanjang bulat Saking tidak
tahan melawan dingin barulah mereka menyerahkan diri. Dalam keadaan demikian,
tampang mereka semua hampir sama, Mana bisa membedakan mana komandan,
mana serdadu atau pembesarnya"
Memang tidak salah pepatah yang mengatakan "Pangkat seseorang hanya bisa
dikenali dari penampilan luarnya saja", Jadi saudaraku, ini bukan semata-mata
kesalahanku bukan?" Para hadirin tertawa terbahak-bahak, mereka berebut menceritakan situasi
kemenangan yang diperoleh mereka tempo hari.
Utusan Kaisar itu tertawa geli mendengar keterangan tersebut.
"Begitu rupanya! ini juga tidak dapat disalahkan, Sri Baginda berkata bahwa Siau Po
berhasil meringkus Gubernur Ya Ke Lung dan Ni Pu Ju, jasanya ini besar sekali,
sayangnya dia agak ceroboh sehingga mengira orang itu hanya seorang serdadu biasa,
Jadi dalam hal ini hitungannya seri. Dia tidak mendapat hukuman tapi juga tidak
mendapat hadiah apa-apa." Siau Po segera berdiri dan berkata dengan nada
menghormat. "Budi Sri Baginda tidak terkirakan, hamba merasa terharu sekali!"
"Selama enam hari berturut-turut Sri Baginda menginterogasi Yalcinsky, Berbagai
urusan baik yang berhubungan dengan Negara Lo Sat maupun para serdadu nya serta
kekuatan mereka ditanyakan satu persatu oleh Sri Baginda, Bahkan akhirnya Sri
Baginda berhasil mendapatkan sebuah informasi penting, Seperti yang Wi Thayswe
katakan, ketika menyatakan takluk, orang ini tidak mengenakan sehelai benang pun,
namun toh dia berhasil menyembunyikan sejumlah dokumen penting," kata si utusan
pula. Siau Po langsung memaki. "Neneknya! Si Yal entah bau bacin kartu ceki apa ini benar-benar banyak akal
busuknya, lain kali kalau bertemu denganku lagi, aku akan menunjukkan sedikit
kelihaian di hadapannya! Tapi, di mana dia menyembunyikan dokumen penting itu"
Masa dia menyembunyikannya di dalam lubang pan..."
"Ketika para serdadu Lo Sat yang sudah menyatakan takluk harus digiring ke
hadapan Sri Baginda, mereka tentunya sudah diperiksa dengan teliti. Bahkan rambut,
tubuh sampai ketiak pun harus dipentang lebar-lebar. Baju mereka juga dilepaskan
semua. Wi Thayswe kan tahu hati Bangsa Lo Sat itu busuk sekali, bagaimana kalau
mereka menyembunyikan senjata tajam secara diam-diam" Yalcinsky ini juga diperiksa
secara teliti, pada tubuhnya tidak ditemukan apa-apa, tapi Sri Baginda melihat ada
tonjolan pada ketiaknya, Lagipula mata orang itu berkali-kali melirik ke bagian yang
satu ini. Maka Sri Baginda bertanya kepadanya, benda apakah yang dikepit dalam ketiaknya
itu" Yalcinsky menyahut bahwa ketiaknya terluka sehingga dibalut dengan kain kasa,
Tapi Sri Baginda tidak percaya begitu saja, Beliau segera menyuruh orang untuk
membuka perban itu. Wajah Yalcinsky pucat seketika, Wi Thayswe, coba kau tebak apa
yang dikempit dalam ketiaknya?"
"Pasti dokumen berharga yang tadi kau katakan bukan?"
Si utusan menepuk tangannya sambil tersenyum.
"Memang benar, Tidak heran kalau Sri Baginda sering memuji kecerdasan Wi
Thayswe, ternyata sekali tebak langsung jitu, Yang disembunyikan oleh Yalcinsky itu
bukan hanya sebuah dokumen penting, tapi juga merupakan firman rahasia dari kedua
pangeran Negara Lo Sat," sahutnya.
Sang utusan mengeluarkan sebuah surat dari dalam saku pakaiannya kemudian
membacakan isinya. Rupanya surat itu merupakan warisan dari Raja tua Lo Sat untuk
kedua pangerannya, dan ketika Yalcinsky mendapat perintah untuk menjabat sebagai
gubernur di daerah Ya Ke Lung dan Ni Pu Ju, surat warisan itu terus dibawanya untuk
mengingatkan pesan almarhum rajanya.
Isinya antara Iain menyatakan bahwa Negara Cina adalah negara yang sangat besar,
namun sejak jaman dahulu tidak ada seorang pun dari kaisarnya yang berotak cerdas,
Negara besar ini mengalami berbagai kemelut. Berebutan tahta kerajaan seakan sudah
menjadi tradisi bagi bangsa ini. Oleh karena itu Bangsa Lo Sat harus pandai
menggunakan kelemahan mereka untuk menguasai sedikit demi sedikit wilayah Cina.
Yang paling penting adalah mengadu domba bangsa mereka sehingga terjadi
perpecahan di mana-mana. Kalau perlu mengajak bangsa lain untuk bekerja sama
merebut Negara Cina. Apabila sudah berhasil, barulah enyahkan satu per satu bangsa
yang memberikan bantuan sebelumnya.
Setiap kali utusan itu membacakan isi dokumen rahasia, setiap kali pula Siau Po
memaki: "Kentut!" Ketika utusan itu selesai membaca, entah sudah berapa kali ucapan
itu ke luar dari mulutnya.
Si utusan berkata pula. "Sri Baginda menyatakan bahwa watak Bangsa Lo Sat sangat membanggakan diri
mereka sendiri Surat ini dibuat oleh almarhum Raja tua. Yakni ayah dari kedua
pangeran sekarang, Raja itu belum tahu kelihaian bangsa kita.
Bagian 93 Tapi Bangsa Lo Sat yang sekarang sudah kena batunya, tentunya mereka tidak
berani menganggap remeh bangsa kita lagi. Meskipun demikian, di saat mengadakan
perundingan dengan mereka, Sri Baginda berharap Wi Thayswe tahu cara berhadapan
dengan mereka, sebaiknya sikap keras dan lunak harus saling mengimbangi.
"Memang benar, Sri Baginda memang sudah berpesan agar kita menampar pipi
mereka beberapa kali, menendang kaki mereka beberapa kali, setelah itu kita harus
menepuk-nepuk pundak mereka beberapa kali dan mengelus-elus punggung mereka
beberapa kali," sahut Siau Po seperti biasanya. Tidak karuan.
"Ratu yang memegang tampuk pemerintahan dinegara Lo Sat sekarang juga licik
sekali. Dalam surat balasannya dia seakan-akan tidak tahu kalau ada pembesarnya
yang sudah tertahan oleh kita. Namun ada beberapa patah kata yang justru membuka
kedoknya sendiri. Dia mengatakan bahwa bersedia mengadakan perundingan dengan
pihak kita, tapi meminta kita mengembalikan para serdadunya yang berhasil kita
tangkap agar dapat diadili di negaranya sendiri," kata utusan kaisar. Siau Po tertawa.
"Enak benar Dia baru menghadiahkan beberapa lembar kulit macan tutul dan
beberapa butir jamrud yang disebutnya sebagai hadiah besar saja lalu mau
mengharapkan kita mengembalikan para serdadu?"
"Sri Baginda juga berpesan, apabila Bangsa Lo Sat benar-benar ingin berdamai
dengan kita, sebetulnya tidak ada salahnya kalau kita memberikan sedikit kelonggaran.
Tapi kita harus membawa pasukan besar ke sana serta mengadakan perjanjian di
bawah tembok kota," kata si utusan pula.
"Apa sih yang dimaksud dengan perjanjian di bawah tembok kota?" tanya Siau Po.
" Kedua negara saling menukar tawanan perang masing-masing, tapi dalam hal ini
klta berada dipihak yang unggul karena tidak ada prajurit dari pihak kita yang tertawan
oleh musuh- Pasukan besar kita mengepung tembok kota. Pihak musuh mengajak
berdamai Kita melakukan perundingan dan menandatangani perjanjian di bawah
tembok kota, itulah yang dinamakan perjanjian di bawah tembok kota, walaupun hal ini
tidak berarti musuh menyatakan takluk terhadap kita, namun setidaknya mereka sudah
mengaku kalah," sahut sang utusan menjelaskan.
"Begitu rupanya, sebetulnya kita toh bisa membawa sejumlah pasukan besar untuk
merebut kembali daerah Ni Pu Ju. Rasanya bukan hal yang terlalu sulit, bukan?" tanya
Siau Po"Sri Baginda berkata, bahwa memenangkan beberapa peperangan lagi hatinya tetap
merasa yakin- Tapi, di depan mata sekarang ini, Lo Sat adalah sebuah negara besar.
Banyak negara kecil yang dikuasainya. Apabila di wilayah Timur pihak mereka
mengalami kekalahan secara berturut-turut, gengsi mereka tentu jatuh di mata dunia.
Dengan demikian akan timbul pemberontakan dari negara-negara kecil yang tadinya
mereka kuasai. Akhirnya pihak Negara Lo Sat akan gusar, mereka akan mengerahkan
segenap kekuatannya untuk menggempur kita.
Pada saat itu, apakah keberuntungan atau musibah yang akan kita dapatkan, kita
masih belum tahu, jadi untuk apa mengambil resiko seberat itu" sedangkan di sebelah
barat Negara Lo Sat masih ada satu negara lain yang tidak kalah kuatnya, yakni Negara
Swiss. Kedua belah pihak itu juga sedang saling menggempur. Negara Lo Sat tentu khawatir
apabila dari sebelah timur ada pihak lain pula yang menyerang. Kita gunakan
kelemahannya ini untuk melakukan negosiasi dengan mereka, setidaknya untuk jangka
waktu yang panjang bangsa kita tidak akan mengalami tekanan dari pihak Negara Lo
Sat," sahut sang utusan menjelaskan.
Semangat Siau Po sedang menyala-nyala setelah memenangkan peperangan kali
ini, ingin rasanya dia membawa pasukan besar untuk menyerang Ni Pu Ju.
Hatinya agak kecewa mendengar sri Baginda mengharapkan dia bernegosiasi
dengan pihak negara Lo sat. Rasanya kurang seru kalau tidak perang. Tapi ini
merupakan keputusan sri Baginda, Tentu saja Siau Po tidak berani membantahnya lagi.
Utusan ini adalah paman sri Baginda, juga merupakan paman istriku, kalau dihitunghiTung
kau adalah generasi tua. Pangkatmu pangeran Tingkat satu, sedangkan aku
belum lama dinaikkan pangkat menjadi pangeran Tingkat Dua.
Kali ini Sri Baginda menyuruhku mengadakan perundingan dengan pihak Lo Sat, kau
justru dijadikan wakilku. Kalau dipertimbangkan lagi, sri Baginda sudah cukup memberi
muka kepadaku, - pikirnya.
Ayah sang utusan yang bernama Tung tu Lai masih saudara kandung ibunda Kaisar
Kong Hi, sedangkan ayah mereka ialah orang Han. jadi sebetulnya Kaisar Kong Hi tidak
asli Bangsa Boan ciu. Dalam tubuhnya masih mengalir setengah darah Han.
Tung tu Lai sudah meninggal, anaknya Tung Kok Bang (utusan) dianugerahi pangkat
pangeran Tingkat satu. Dulu Tung tu Lai menjadi komandan pasukan perang di luar
perbatasan, dia memimpin pasukan Bendera Kuning.
Pada jaman keemasannya, jasa orang itu banyak sekali, dan namanya sangat
terkenal Namun Siau Po selalu merasa nama itu kurang bagus, tu Lai... tu Lai, kalau
diartikan dalam Bahasa Cina bisa mengandung makna orang yang sudah kalah berjudi
tapi tidak mau bayar. Malam hari itu, Siau Po mengadakan perjamuan sekali lagi, selesai bersantap,
seperti biasanya Siau Po mengajak tamunya bermain judi. Tentu saja si utusan raja
tidak menolakMereka bermain sampai larut malam- Tung Kok Bang, utusan raja kalah sampai
enam ratus tail uang perak lebih. Namun orang itu masih tertawa terbahak-bahak- Tidak
sedikit pun tampang orang yang sudah kalah tidak mau membayar Begitu kembali ke
kamarnya, lama Siau Po merenung.
Dia berpikir dalam hati. -Si utusan Raja ini bersikap sportif, untung tidak menuruni nama ayahnya yang Tu
Lai, sudah kalah tidak mau bayar orangnya juga cukup menyenangkan masih kerabat si
Raja Cilik pula, orang ini harus kugaet agar menjadi teman dekat. Keesokan harinya Siau Po mengadakan rapat bersama beberapa -menteri dan
pembesar yang dikirimkan dari Kota raja. Mereka mengatakan bahwa sebaiknya
pasukan perang diberangkatkan sekarang saja karena cepat atau lambat mereka toh
harus melakukan perundingan dengan pihak Negara Lo Sat.
Kalau ditunda lama-lama, bisa-bisa pasukan tentara jadi tidak bersemangat lagi, Siau
Po menyetujui usul itu, lalu memerintahkan dua orang komandannya untuk menyiapkan
pasukan perang dan berangkat hari itujuga ke Kota Ni Pu JuHari itujuga mereka sampai di pesisir pantai. Ada seorang prajuritnya yang
melaporkan bahwa telah datang dua orang komandan yang memimpin sepasukan
serdadu, mereka mengajukan permohonan untuk bertemu dengan wi ThaysweSiau Po menyuruh keduanya menghadap, Rupanya kedua orang itu tidak lain dari
Walpatsky dan chekonof, Siau Po gembira sekali melihat mereka"Bagus, bagus Rupanya Wang Pat se Ki dan cu KeJuc Fu" serunya keras-kerasKedua orang itu segera membungkukkan tubuh sebagai penghormatan lalu
menyerahkan surat balasan dari Ratu sophiaSi Ahli sastra berkebangsaan Lo Sat yang mewakili Siau Po menulis surat masih ikut
dengan rombongan mereka. Tentu saja untuk menjaga kemungkinan apabila tenaganya
diperlukan sewaktu-waktu, Disamping itu, kaisar Kong Hi juga mengutus seorang
penterjemah berkebangsaan Holland untuk membantu Siau Po dalam melakukan
perundingan Siau Po segera memanggil keduanya untuk membacakan surat Ratu
sophia. Si Ahli sastra dari negara Lo Sat telah mengubah sedikit surat Siau Po tempo hari.
Dia khawatir dalam surat balasannya Ratu sophia menyinggung hal yang akan
membongkar rahasianya. Cepat-cepat dia mengambil surat dari tangan Siau Po dan
melihatnya sekilas. Hatinya baru merasa tenang setelah mengetahui isinya. Dia menyerahkan surat itu
kepada Si Penterjemah Holland yang langsung membacakannya dalam Bahasa Cina.
Surat itu menyatakan, bahwa sejak berpisah dengan Siau Po, Ratu sophia juga
selalu merindukan anak muda itu. Dia berharap, setelah perundingan berjalan dengan
lancar, Siau Po bersedia main ke Moskow untuk mengenangkan kembali masa lalu
mereka yang indah. Siau Po mendapat perhatian serta kasih sayang dari dua kepala negara yang
seharusnya menjadi penengah yang adil untuk menghapus segala kesalahpahaman
dan sengketa yang tidak diperlukan. Ratu sophia juga berharap Siau Po akan menjadi
penunjang tercapainya kerukunan kedua belah pihak.
Dalam suratnya Ratu sophia juga mengatakan bahwa Cina dan Lo sat merupakan
dua negara terbesar di Timur danBarat,Bila kedua negara dapat bekerja sama, maka
tidak akan ada negara lain di dunia yang berani mencoba-coba menyerang mereka.
Namun apabila perundingan tidak berjalan sesuai kehendak kedua belah pihaki
maka perang yang panjang tidak akan dapat dihindarkan lagi. Akhirnya baik Negara Lo
sat maupun Negara Cina akan mengalami kerugian besar.
Ratu sophia berharap Siau Po dapat menunaikan tugas ini dengan baik, agar dapat
mendirikanjasa besar bagi Negara Cina, sedangkan Negara Lo sat juga tidak akan
melupakan begitu saja kebaikannya.
Dia juga meminta Siau Po membujuk Kaisar Kong Hi agar bersedia membebaskan
para serdadu Lo sat yang telah tertawan. Dengan demikian mereka dapat kembali ke
keluarga masing-masing yang sudah merasa cemas sekali atas nasib para suaminya.
Ahli Sastra itu sudah selesai membacakan surat dari Ratu sophia, Siau Po melihat
Walpatsky dan chekonof memberikan isyarat dengan kedipan mata. Anak muda itu tahu
masih ada urusan lain yang ingin dibicarakan kedua orang itu, Siau Po segera
menyuruh kedua Ahli sastra Lo sat dan Holland itu meninggalkannya, setelah itu dia
baru bertanya. "Apakah masih ada urusan lain yang ingin kalian bicarakan?"
"Tuan puteri meminta kami menyampaikan pada Pembesar Bocah Tiongkok bahwa
laki-laki bangsa Lo Sat tidak ada yang hebat, justru harus Pembesar Bocah Tiongkok
seorang yang paling hebat di dunia. Tuan puteri merasa rindu sekali kepada Anda. Biar
bagaimana pun hamba berdua harus berhasil mengundang pembesar Bocah Tiongkok
mengunjungi Moskov kata Walpatsky.
Siau Po mendengus satu kali, diam-diam dia berpikir" ini pasti rayuan gaya Lo sat, sama sekali tidak dapat dipercayai Terdengar chekonof berkata lagi.
"Tuan puteri masih mempunyai beberapa macam urusan yang harus dimohonkan
penyelesaiannya kepada Pembesar Bocah Tiongkok, Ada pula sesuatu yang diberikan
oleh Tuan puteri kepada Pembesar Bocah Tiongkok."
Dia melepaskan rantai tembaga yang melilit di lehernya, gandulannya ternyata
sebuah peti besi berbentuk. mini, besarnya kurang lebih dua kali kepalan tangan orang
dewasa. Demikian pula dengan Walpatsky, Kemungkinan kedua orang itu menempuh
jarak jauh, jadi mereka terpaksa menggunakan cara seperti ini untuk menjaga jangan
sampai peti kecil itu hilang di perjalanan atau dicuri orang.
Setelah itu chekonof juga mengeluarkan sebuah anak kunci dari selipan ikat
pinggangnya, Rupanya tutup peti itu digembok rapat Dia menggunakan kuncinya untuk
membuka peti mini di tangan Walpatsky, sedangkan Wafpatsky juga mengeluarkan
anak kuncinya untuk membuka peti mini di tangan chekonof.
Kemudian keduanya menghaturkan peti-peti mini itu dengan hormat ke atas meja
dihadapan Siau Po.

Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siau Po mengangkat peti mini yang pertama, lalu membalikkan Terdengarlah suara
dentingan, ternyata dari dalamnya tumpah puluhan butir batu permata yang indahindahi
sinarnya menyilaukan mata, ada batu safir, ada Jamrud, batu Mira, bahkan
Topaz kuning, sedangkan peti mini yang satunya berisi berlian dan intan yang
besarbesar. Seumur hidupnya, sudah banyak batu permata, emas dan intan berlian yang dilihat
Siau Po. Tapi jumlah sebanyak ini dan bentuknya sebesar ini, benar-benar belum
pernah ditemuinya, sambil tertawa dia berkata.
"Wah, hadiah yang diberikan Tuan puteri benar-benar berat dan besar sekali, aku
merasa tidak kuat menerimanya"
"Tuan puteri juga berkata, seandainya Pembesar Bocah Tiongkok bisa
menyelesaikan pekerjaan besar yang disodorkannya, masih ada hadiah-hadiah menarik
lainnya, seperti sepuluh gadis cantik dari sepuluh negara, yakni India, Nepal,
Pakistan, Polandia, Jerman, Swiss, Polinesia, Denmark dan lain-lainnya. Dijamin semuanya
masih perawan, bukan janda serta berparas cantik bak dewi kayangan, semuanya akan
dipersembahkan kepada Pembesar Bocah Tiongkok" kata Walpatsky
Siau Po tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
"Aku sudah mempunyai tujuh istri, itu saja sudah cukup kesulitan yang kuhadapi.
Ditambah sepuluh gadis cantik lagi, si pembesar Bocah Tiongkok ini bisa melayang
jiwanya." "Tidak akan terjadi hal seperti itu," sahut Walpatsky "Kesepuluh gadis cantik ini
sudah tersedia. Kami sudah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Masing-masing
mempunyai wajah yang tidak kalah ayunya dari sekuntum mawar. Kulit tubuh mereka
putih halus seperti secangkir susu, suara mereka seperti kicauan burung yang merdu."
Tentu saja hati Siau Po agak tergerak mendengarnya "Urusan apa sih yang harus
aku selesaikan?" tanyanya penasaran.
"Pertama, kedua negara hidup rukun, dengan adil membagi kekuasaan, sejak
sekarang tidak ada serdadu lawan yang ditahan," kata Chekonof
Diam-diam Siau Po berpikir-- Ini toh sama dengan keinginan si Raja Cilik, Hal ini
pasti dapat kulakukan dengan baiki" Dia mengerutkan keningnya lalu berkata. "Di
sebelah barat negara Lo sat kalian ada sebuah negara yang bernama Su. Apa gitu,
mereka mengirimkan utusan yang menyatakan ajakan kerja sama. Mereka ingin kami
bersama-sama memimpin pasukan perang guna menggempur Negara Lo sat dari dua
arah. Dengan demikian negara kalian akan kewalahan menghadapinya. Pada saat itu.
Negara Polandia keki jerman keki Hindia Belanda keki semuanya bisa kami kuasai,
maka jika aku menginginkan wanita cantik macam apa atau berapa pun jumlahnya
bukan masalah lagi. Apalagi Tuan puteri kalian hanya mengirimkan masing-masing
seorang dari setiap negara, huh. Tidak cukup menggairahkan"
Kedua Komandan dari negara Lo sat itu terkejut setengah mati mendengar katakatanya.
Pada saat itu negara Swiss dipimpin oleh Raja Charlie ke sebelas.
Dia seorang pemuda yang gagah dan pandai mengatur siasat perang. Memang
sudah terdengar desas-desus bahwa raja ini ingin memimpin sendiri pasukannya untuk
menyerang negara Lo sat. Cepat atau lambat hal ini pasti terjadi, para menteri serta
pembesar di Moskov memang sedang mencemaskan masalah ini. Mereka sama sekali
tidak menduga kalau pihak Swiss malah terpikir untuk bekerja sama dengan Cina,
walaupun Lo sat adalah negara yang kuat, tapi mereka juga tidak berani menjamin
pihak mereka tidak akan kalah digempur dari depan dan belakang.
Siau Po memperhatikan tampang kedua utusan itu. Dia tahu ocehannya sudah
termakan oleh mereka. Maka dia berkata pula.
"Tapi, bagaimana pun aku dan Tuan puteri kalian merupakan teman sehati Mana
mungkin aku menerima begitu saja usul negara kasar seperti sui apa tadi" Untungnya
sekarang kaisar kami belum mengambil keputusan yang mantap. Bila pihak kalian
benar-benar ingin berdamai, aku bisa mengusahakan agar utusan dari negara sui apa
itu segera dipulangkan."
Kedua Komandan itu senang sekali mendengar janjinya dan cepat-cepat mereka
menyahut. "Tentu saja pihak kami mau berdamai setulus-tulusnya, sedikit pun kami tidak sudi
berbohong mengenai urusan yang penting ini. Harap pembesar Bocah Tiongkok segera
memulangkan utusan dari Swiss itu, kalau perlu penggal saja batok kepalanya" Siau Po
menggelengkan kepalanya. "Memenggal kepala seorang utusan itu tidak boleh sekali-kali kita lakukan. Apalagi
dia sudah mengirimkan aku sedemikian banyak batu permata, sepuluh wanita pilihan
dari negara nya. Masa aku tidak tahu diri main penggal saja kepala orang itu, iya kan?"
sahut si anak muda ugal-ugalan.
Kedua Komandan Lo sat segera menganggukkan kepalanya berkalUkali, Mereka
berpikir dalam hati. - Rupanya pihak Swiss juga sudah memikirkan segala kemungkinan dengan matangmatang.
Belum apa-apa mereka sudah mengantarkan sejumlah hadiah, strategi mereka
benar-benar jitu, keluar uang dulu belakangan baru menerima kembali berikut
bunganya, Sesaat kemudian mereka berpikir lagi, - Untung pembesar Bocah Tiongkok ini
merupakan kawan sehati Tuan putri kami, kalau tidak urusan ini bisa runyam jadinya "
"Masih ada urusan apalagi yang Tuan Puteri kalian minta kuselesaikan?" tanya Siau
Po pula. Walpatsky tersenyum. "Satu urusan lagi yang harus diselesaikan oleh pembesar Bocah Tiongkok tidak
dapat tidak harus dilakukan dalam istana Kremlin di Moskow "sahutnya sambil
cengarcengir, Siau Po mendengus dingin.
" Lagi-lagi gaya Lo Sat, bisa juga disebut sup perangsang dari Lo Sat, boleh dihirup
tidak boleh dipercaya. " katanya dalam hati.
Sambil tertawa dia berkata pula
"Rupanya kalian para laki-laki Lo Sat benar-benar tidak ada gunanya"
"Bukannya laki-laki Lo sat tidak ada gunanya, melainkan justru Tuan Puteri kami
terlalu merindukan pembesar Bocah Tiongkok." sahut Chekonof,
" Lagi-lagi sup perangsang dari Lo sat, " pikir Siau PoTiraikasih
website http://cerita-silat.co.cc/
"Kalau begitu, tampaknya tidak ada urusan lain yang dipesankan oleh Tuan Puteri
kalian?" tanyanya kemudian.
"Ratu Sophia berharap raja kalian mengeluarkan ijin perdagangan bagi kedua
negara, dengan demikian perekonomian kita akan semakin lancar," sahut Walpatsky
"Kalau jalur perdagangan kedua negara bisa diperlancar, kapan saja Tuan puteri
dapat mengirimkan surat serta menghadiahkan berbagai barang untuk pembesar Bocah
Tiongkok." sambung chekonof. Dalam hati Siau Po memaki
" Maknya. Datang lagi semangkok sup yang lain, " namun diluarnya dia berkata.
"Kalau begitu, niat Tuan puteri melancarkan jalur perdagangan kedua negara adalah
mementingkan pribadinya bukan kepentingan umum?"
"Betul, betul. Apa yang dilakukan Tuan puteri kami demi pembesar Bocah Tiongkok."
sahut Chekonof. "Sekarang aku bukan seorang anak kecil lagi. Kalian tidak boleh memanggilku
dengan sebutan Pembesar Bocah Tiongkok" kata Siau Po.
Kedua Komandan itu segera membungkukkan tubuh mereka dalam-dalam.
"Baiki baik. Kami akan memanggil pembesar orang Dewasa Tiongkok" sahut mereka
serentak. Perlahan-lahan Siau Po mengembangkan seulas senyuman.
"Baiklah. Kalian boleh beristirahat sekarang. Apabila kami berangkat ke Ni Pu Ju,
pokoknya kalian harus ikut serta," katanya kemudian. Kedua orang itu terkejut setengah
mati. Mata mereka saling lirik sekilas.
-Untuk apa pembesar ini datang ke Ni Pu Ju" Apakah dia benar-benar ingin
melakukan penyerangan ke kota itu" - tanya mereka dalam hati.
"Kalian tidak perlu khawatir, aku sudah berjanji kepada Tuan Puteri untuk
mendamaikan kedua negara, Keberangkatan kami ke sana bukan untuk berperang,"
kata Siau Po yang dapat menebak isi hati kedua komandan itu. Kedua orang itu sekali
lagi membungkukkan tubuhnya rendah-rendah. "Terima kasih pembesar Bo-.. eh, orang
Dewasa Tiongkok" Kemudian Walpatsky berkata pula, "Tuan puteri kami mendengar bahwa jembatan
buatan orang Tiongkok bagus sekali. Biarpun danau atau sungai yang bagaimana
lebarnya, orang Tiongkok sanggup membuat jembatan dari batu di atasnya. Di
bawahnya tidak menggunakan penyanggah beton pula. Tuan puteri sangat mencintai
pembesar orang Dewasa Tiongkok. tentu saja beliau juga mencintai barang-barang
buatan Tiongkok. Oleh karena itu. Tuan puteri berharap pembesar orang Dewasa
Tiongkok bersedia mengutus ahli-ahli bangunan untuk pergi ke Moskow dan
membuatkan beberapa buah jembatan di sana. Bila ada jembatan buatan orang
Tiongkok. Tuan Puteri kami akan melaluinya setiap pagi dan senja hari. Menurut beliau,
hal ini sama saja dengan mengenang kembali masa-masa indah bersama Pembesar
orang Dewasa Tiongkok."
Dalam hati Siau Po berpikir, - sup yang dikirimkan perempuan dari Lo sat ini datang
semangkok demi semangkok. Kalau aku terus menghirupnya, lama kelamaan aku pasti
bisa muntah, secara khusus Tuan putri Lo Sat ini mengincar jembatan batu buatan
bangsa kami, ada apa sebenarnya" Pasti ada udang di balik batu. Aku harus hati-hati,
jangan sampai terperangkap jerat yang dipasangnya, " Maka dia berkata.
" Kalau Tuan puteri kalian sangat merindukan aku, tofo tidak perlu menyuruh orang
membuat jembatan di Moskow, pekerjaan ini rumit sekali, jumlah tenaga kerjanya juga
banyaki waktunya lama pula. Biar aku kirimkan beberapa lembar selimut dan bantal
guling saja. Dengan demikian, apabila Tuan Puteri kalian memeluk bantal guling itu dan
mengenakan selimutnya, tidak ubahnya ada laki-laki Tiongkok yang menemaninya di
tempat tidur." Tampang kedua komandan itu jadi aneh kelihatannya. Mereka saling lirik sekilas.
"Ini.,., Ini... rasanya " kata Chekonof tergagap.
Tampaknya otak Walpatsky lebih encer daripada rekannya, dia segera berkata.
"Usul yang dikemukakan Pembesar orang Dewasa Tiongkok tadi memang bagus
sekali. Biar kami saja yang mengantarkan selimut dan bantal dari Tiongkok. Biarpun
Tuan Puteri kami tidak bisa memeluk langsung pembesar orang Dewasa Tiongkok.
tidak banyak bedanya apabila beliau memeluk selimut serta bantal guling dari Tiongkok.
Namun baik selimut maupun bantal guling merupakan benda yang tidak dapat bertahan
lama, satu dua tahun kemudian pasti sudah rusak. Lain halnya dengan jembatan batu,
benda itu bisa menjadi kenangan bagi Tuan puteri kami selama-lamanya. Karena itu,
harap Pembesar orang Dewasa Tiongkok tetap mengirimkan beberapa ahli bangunan
untuk membuatkan jembatan bagi Tuan Puteri kami,"
Mendengar nada bicara kedua orang itu, tampaknya pihak Negara Lo sat sangat
menginginkan pembuatan jembatan batu seperti yang ada di Cina, dia tahu dibalik
semua ini pasti ada intrik yang tidak menguntungkan pihaknya.
Siau Po tidak tahu bahwa pembuatan jembatan di Cina pada masa itu menjadi
kekaguman negara-negara lainnya. Mereka merasa aneh sebuah jembatan batu yang
kekar dapat melintang di atas sungai yang lebar sebetulnya tidak ada intrik apa-apa di
balik semua Pihak Negara Lo sat hanya ingin mempelajari cara pembuatannya. Namun
kalau meminta secara terang-terangan, pihak Raja di Cina pasti akan menolaknya.
Apabila berhasil membujuk Siau Po mendatangkan beberapa ahli bangunan untuk
membuatkan jembatan di Moskov, mereka bisa menyuruh ahli mereka melihat cara
buatannya dan kemudian menirukannya.
Siau Po berpikir lagi dalam hati.
" Apa yang semakin kalian inginkan, bapakmu ini semakin tidak sudi memberikannya
" Maka dia berkata. "Baiklah, aku sudah tahu. Kalian boleh mundur sekarang"
Kedua komandan Lo Sat itu tidak berani banyak bicara lagi. Kemudian setelah
memberikan penghormatan mereka pun mengundurkan diri
Keesokan harinya, pembesar utusan Lo sat yang ada di kota Ni Pu Ju yakni Fedor.
A-Golovin mendapat laporan bahwa pasukan besar Kerajaan ceng telah tiba. Cepatcepat
dia menyuruh seseorang mengantarkan surat yang menyatakan bahwa dia akan
segera menjumpai mereka dan berharap pihak Kerajaan ceng mendirikan kemah di luar
kota tersebut. "Tidak perlu sungkan-sungkan. Biar kami yang mendatanginya sebadai tamu" kata
Siau Po "Para prajurit Kerajaan ceng segera berpencar Lung Pu suki Peng cun dan
Komandan perang yang lainnya memimpin pasukan masing-masing untuk mengepung
seluruh Kota Ni Pu Ju. Bahkan jalan mundur serdadu Lo sat juga ditutup untuk menjaga
kemungkinan mereka melarikan diri. Juga untuk mencegah masuknya bala bantuan dari
pihak Barat, Siau Po sendiri memimpin sepasukan prajurit tepat di depan pintu gerbang
kota itu. Dia menggerakkan tangan sebagai isyarat. Dalam sekejap mata berpuluhpuluh
meriam ditembakkan ke atas sebagai tanda kedatangan mereka.
Para pembesar serta menteri-menteri Lo sat melihat begitu banyaknya prajurit
Kerajaan Ceng telah mengepung di sekitar mereka. Malah semangat para prajurit itu
begitu berkobar-kobar sehingga sedikit banyak membuat ciut nyali lawan.
Golovin sebagai menteri utusan Lo sat segera menyuruh anak buahnya menyiapkan
berbagai macam hadiah untuk dipersembahkan kepada utusan dari Cina, selain itu dia
juga menyampaikan surat yang isinya menyatakan bahwa pimpinan kedua negara telah
bersepakat untuk berdamai.
Untuk menjaga kemungkinan yang tidak diinginkan, sebaiknya tentara kedua belah
pihak jangan terlalu berdekatan, urusan apa pun dapat dirundingkan secara baik-baik.
Bila kedua belah pihak ada satu orang saja yang memulai sengketa, urusannya bisa
gawat. Perdamaian pun jangan diharapkan lagi.
Siau Po segera mengajak para menterinya untuk merundingkan masalah ini- supaya
banyak mengatakan bahwa Bangsa Tionghoa bukanlah bangsa yang tidak tahu adat
istiadat- Karena pihak lain telah meminta secara baik-baik maka Bangsa Tionghoa pun
harus menerimanya- Sopan dulu, perang belakangan.
Siau Po langsung meminta para prajuritnya untuk mundur sejauh beberapa
lie.Golovin melihat prajurit-prajurit Kerajaan ceng telah mengundurkan diri sesuai
permintaannya. Hatinya menjadi lapang.
Dia menulis sepucuk surat lagi untuk Siau Po yang isinya menyatakan bahwa dia
mempunyai empat hidayat yang diharapkannya dapat dipenuhi oleh Siau Po- Pertama,
tempat pertemuan harus dipertengahan antara Kota Ni Pu Ju dan sungai sengelkev.
Kedua, pada waktu pertemuan, utusan dari kedua belah pihak akan didampingi oleh
empat puluh orang pilihannya. Ketiga, juga disiapkan lima ratus prajurit dari negara
masing-masing, serdadu Lo sat menjaga di bawah tembok kota, sedangkan prajurit
Kerajaan Ceng menjaga di sepanjang sungai.
Empat, utusan kedua negara juga dikawal oleh serdadu serta prajurit dari pihak
masing-masing, batasnya dua ratus enam puluh orang. Tidak ada seorang serdadu pun
dari kedua belah pihak yang boleh membawa senjata tajam ataupun senapan api.
Golovin mengajukan keempat hidayat ini justru mengingat banyaknya prajurit
Kerajaan Ceng yang datang, sedangkan serdadu dari pihaknya jauh lebih sedikit. Kalau
jumlah pengawal utusan itu tidak dibatasi kerugian pasti ada di pihaknya.
Siau Po mengajak para menterinya merundingkan persyaratan yang diajukan oleh
Golovin. Mereka merasa permintaan itu dapat dipenuhi, maka waktu pertemuan pun
ditentukan malam hari itu juga Siau Po menyuruh orang mendirikan tenda besar untuk
tempat berlangsungnya pertemuan.
Keesokan harinya, Siau Po, So Ngo Ta dan Tang Kok Bang membawa empat puluh
orang pilihan serta dua ratus prajurit ke tempat pertemuan.
Di depan pintu Ni Pu Ju yang terpentang lebar, tampak cGolovin memimpin sejumlah
pasukan berkuda yang semuanya dilengkapi dengan perisai. Mereka berbaris dengan
rapi, tampak gagah dan berwibawa. Melihat hal itu, Siau Po langsung memaki.
"Neneknya setan Lo sat benar-benar licik. Dalam syarat yang diajukan kemarin
hanya dikatakan bahwa masing-masing utusan boleh membawa pengawal sebanyak
dua ratus enam puluh orang. Kita justru tidak menanyakan pasukan jalan kaki atau
pasukan berkuda. Telah dicantumkan pula bahwa kedua belah pihak tidak boleh
membawa senjata tajam, tidak tahunya mereka justru membawa perisai untuk
melindungi diri" "Hal ini mengingatkan kita bahwa dalam mengadakan perjanjian dengan pihak
mereka kita harus super hati-hati. Kalau kita melakukan setitik kecerobohan saja, kita
bisa tergelincir habis-habisan" kata So Ngo Ta
Sementara kedua orang itu berbicara, pasukan berkuda Lo sat sudah hampir sampai
di hadapan mereka. "Kita ikuti saja perintah sri Baginda, Bangsa kita adalah bangsa yang tahu sopan
santun, tidak suka menggunakan kekerasan. Kita tunjukkan terlebih dahulu niat baik
kita, sebaiknya kita turun dari kuda." ujar Tang Kok Bang.
"Baik, semuanya turun dari kuda" teriak Siau Po memberikan perintah.
Empat puluh orang pilihan yang mengiringi kedatangan memang menunggang kuda.
Mereka segera turun dan berdiri dengan rapi. ,Golovin yang melihat hal itu segera
berseru lantang dan para pengikutnya pun segera turun dari kuda masing-masing.
Kedua belah pihak sama-sama maju untuk berhadapan.
"Utusan Raja dari Negara Lo sat, Golovin mendoakan semoga sri Baginda serta
keluarganya di Tiong goan dalam keadaan sehat-sehat selalu" ujar Golovin dengan
suara lantang. Siau Po menirukan kata-kata lawannya, "Utusan dari Kerajaan ceng mendapat
perintah dari Kaisar Kong Hi untuk mendoakan semoga pangeran-pangeran beserta
seluruh keluarganya di Moskow dalam keadaan sehat-sehat selalu"
Dia membungkukkan tubuhnya memberi hormat lalu menambahkan sedikit, "semoga
Tuan Puteri sophia juga selalu cantik dan berbahagia" Golovin tersenyum simpul Dalam
hati dia berpikir. - Kaisar Cina kok mendoakan semoga Tuan puteri kami selalu cantik dan
berbahagia" Tapi kalau Tuan Puteri mendengarnya, tentu beliau akan merasa senang


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga. Kedua belah pihak segera mengenalkan menteri-menteri dan pembesar dari negara
masing-masing lalu berbasa-basi sedikit, setelah itu masing-masing mengemukakan
pendapat tentang perjanjian yang harus disetujuiSiau Po melihat para pembesar dan menteri dari Negara Lo sat mendengarkan Ahli
sastra Cina membacakan surat kaisar dengan tenang dan sopan, tapi ke dua ratus
enam puluh serdadu negara itu justru sudah melompat naik ke atas kuda masingmasing
dan mengacung-acungkan perisai di tangan mereka tinggi-tinggi. Siau Po yang
melihatnya semakin lama semakin mendongkol.
Ucapan ini dikatakan dalam Bahasa Lo sat. Biasanya bahasa asing yang terucap dari
mulut anak muda ini selalu kacau balau, tapi dalam keadaan serius ternyata dia dapat
menggunakannya dengan baik, Bahkan aksennya mengandung wibawa yang dalam.
"Serdadu kalian benar-benar tidak mengenal sopan santun bertemu dengan
pembesar orang Dewasa Tiongkok seharusnya mereka turun dari kuda dan menunggu
sampai pertemuan selesai"
Golovin menyahut dengan tenang.
"Negara kami mempunyai peraturan tersendiri biarpun berhadapan dengan pangeran
kami sendiri, serdadu pasukan berkuda tidak perlu turun dari tunggangannya
masingmasing" "Daerah ini masuk wilayah Tiongkok. maka kalian harus mengikuti peraturan
Tiongkok pula," kata Siau PoGolovin menggelengkan kepalanya, "Pendapat Tayjin salah ini merupakan tanah
yang telah dikuasai oleh negara kami, jadi peraturan yang harus dipakai adalah
peraturan kami pula," sahutnya.
Pertemuan yang akan diadakan hari itu justru mempersoalkan siapa pemilik tanah
tersebut Hasil keputusan rapat nanti masih belum diketahui, namun utusan kedua belah
pihak negara begitu bertemu sudah berdebat,
"Kalian Bangsa Lo Sat datang ke sebuah tempat, kemudian kalian bangun menjadi
sebuah kota, dengan demikian apakah berarti tanah itu sudah menjadi milik kalian" Di
dunia ini mana ada peraturan seperti itu?" kata Siau Po
"lni merupakan tanah kekuasaan Negara Lo sat kami, itulah sebabnya kami
mendirikan kota di sini, orang Cina toh tidak mendirikan kota di sini, jadi tanah ini
memang milik bangsa kami, Tayjin berani mengakui tanah ini merupakan milik Negara
Cina, apakah ada bukti-bukti yang menguatkannya?" tanya Golovin tak mau kalahSebetulnya kota Ni Pu Ju merupakan daerah bebas tadinya, tidak ada negara mana
pun yang pernah mendebatkan masalah ini. Bahkan dalam buku peta pun tidak tertera
kalau wilayah ini masuk wilayah Cina atau Rusia (Lo Sat).
Tapi sejak kota itu mulai dibangun dan banyak penghuninya yang terdiri dari
berbagai golongan ras, maka Cina dan Rusia pun saling memperebutkannya dan
mengakui wilayah itu sebagai tanah milik negara masing-masing.
Siau Po yang mendapatkan pertanyaan tadi jadi bingung. Kalau dia berdebat dengan
menggunakan Bahasa Lo sat, perbendaharaan kata-katanya dalam bahasa itu terbatas
sekali. Untuk percakapan saja dia sudah kewalahan, apalagi harus bersilat lidah"
Hatinya marah sekali. "lni merupakan tanah Negara Cina Kami mempunyai banyak bukti" teriaknya.
Kemudian dia mengganti kata-katanya dengan menggunakan bahasa daerah Yang-ciu,
kampung kelahirannya, "Maknya. Aku ini pernah menjadi leluhur Bangsa Lo Sat dari generasi ke tujuh belas"
sekali makian terlontar dari mulutnya, kata-katanya ibarat sungai deras yang mengalir
di saat banjir, sampai-sampai nenek kakek buyut, istri dan anak-anak Golovin pun tidak
terhindar dari caci maki nya.
Melihat utusan dari Tiongkok itu marah sekali, menteri-menteri dan pembesar kedua
negara menjadi bingung sekali, jangankan ,Golovin yang tidak mahir berbahasa Cina,
bahkan banyak prajurit dari pihak Siau Po sendiri tidak mengerti apa yang
diucapkannya. Bahasa yang digunakan Siau Po merupakan caci maki dari kalangan rendah di kota
Yang-ciu orang-orang dari keluarga baik-baik dalam kota itu mungkin hanya bisa
menangkap dua atau tiga bagian kata-katanya. Apalagi So Ngo Ta, Tung Kok Bang
yang selamanya tinggal di utara dan mendapat didikan dari kalangan istana"
Setelah memaki panjang lebar, hati Siau Po sudah terasa lapang. Tiba-tiba dia
tertawa terbahak-bahak Walaupun tidak mengerti maksud ucapan Siau Po, tapi melihat mimik wajahnya saja
Gofovin dapat merasakan bahwa anak muda itu sedang melampiaskan kemarahan di
hatinya. Dan ketika dia melihat akhirnya Siau Po tertawa terbahak-bahak, dia malah
terkesima. Untuk sesaat dia menatap Siau Po dengan pandangan terpana.
"Mohon tanya kepada Tayjin, petunjuk apa yang diberikan oleh Tayjin barusan?"
tanyanya kemudian "Harap dimaklumi, bahasa Cina kami terbatas, sedangkan bahasa yang digunakan
Tayjin adalah bahasa tinggi semoga Tayjin bersedia mengulangi satu persatu dan
menjelaskan maknanya agar kami sekalian dapat mengerti."
"Tadi aku mengatakan bahwa kau benar-benar tidak tahu aturan, aku ingin
mengambil nenek moyangmu menjadi istriku." Gofovin tersenyum.
"Ketika masih gadis, nenekku terkenal di Kota Moskow karena kecantikannya.
Banyak bangsawan negara kami yang tergila-gila kepadanya. Ayahnya adalah menteri
Pedrovousky yang gagah- Rupanya Tayjin juga pernah mendengar tentang kecantikan
nenekku. Aku merasa bangga sekali karenanya, sayangnya nenekku sudah mati sejak
tiga puluh delapan tahun yang lalu," sahutnya
"Kalau begitu aku memilih ibumu saja untuk menjadi kekasih atau istriku," kata Siau
Po pula Wajah Golovin semakin berseri-seri, kelihatan kalau hatinya sedang gembira sekali.
"Ibuku juga keturunan orang terkenal wajahnya bersih, kulitnya halus. Beliau pandai
membuat puisi dalam Bahasa Perancis, Di dalam Kota Moskov saja entah ada berapa
puluh pangeran yang jatuh hati kepadanya. Di negara kami ada seorang penyair yang
pernah menuliskan lima puluh lembar puisi untuk ibuku, usianya sekarang sudah enam
puluh tiga tahun, tapi tampangnya tidak melebihi wanita yang berusia tiga puluhan.
Kalau suatu hari pembesar orang Dewasa Tiongkok berkunjung ke Moskow, aku pasti
akan mengenalkan kalian berdua. Tapi untuk menikah rasanya tidak mungkin. Kalau
jadi kekasih hati saja, tentu tidak apa-apa seandainya ibuku juga bersedia"
Kebudayaan barat memang jauh berbeda dengan kebudayaan timur. Bila ada
memuji istri atau ibunya, mereka bukannya cemburu,justru malah merasa bangga.
Bahkan merasa lebih menyenangkan daripada dirinya sendiri yang dipuji.
Siau Po justru salah paham. Dia menyangka Golovin merasa gentar terhadapnya
sehingga ibu sendiri pun rela dipersembahkan baginya. Kemarahan yang menyelimuti
hatinya tadi sirna seketika. Apalagi mendengar nada suaranya, tampaknya Golovin
bersedia mengangkat dirinya sebagai ayah tirinya. sambil tertawa dia berkata pula.
"Bagus, bagus sekali Lain kali kalau aku berkunjung ke Moskov, aku pasti akan
menjadi tamu langganan dalam rumahmu" Dia menarik tangan ,Golovin lalu diajaknya
masuk ke dalam rumah. Pengikut dari kedua negara pun ikut masuk ke dalam tenda yang besar ituRombongan Siau Po duduk di sebelah timur, sedangkan rombongan Golovin di sebelah
barat, 0oo0 "Ratu yang memegang tampuk pemerintahan di negara kami berpesan bahwa dalam
perundingan menuju perdamaian kali ini, pihak kami benar-benar tulus. Kedua belah
pihak harus adil siapa punjangan sampai ada yang menekan pihak lainnya. Karena itu
cula, negara kami mengusulkan untuk menggunakan sungai Hek Liong Kiang sebagai
batas. Bagian utara sungai (Kiang Pak) merupakan wilayah kami, sedangkan sebelah
selatan, yakni Kiang Lam menjadi wilayah Tiongkok. Kalau perundingan ini disetujui,
mulai sekarang serdadu kami tidak boleh menginjakkan kaki ke wilayah selatan dan
prajurit Kerajaan Ceng tidak boleh melintas ke utara," kata Golovin sebagai pembukaan.
" Kalau Kota ya Ke Lung itu termasuk wilayah utara atau selatan?" tanya Siau Po"Letaknya di sebelah utara sungai Kota itu juga dibangun oleh bangsa kami, jadi
termasuk wilayah kekuasaan kami," sahut Golovin.
Mendengar kata-katanya, hawa amarah dalam dada Siau Po meluap lagi.
"Di tengah-tengah Kota ya Ke Lung ada sebuah gunung, tahukah kalian apa nama
gunung itu?" tanyanya.
Golovin menolehkan wajahnya dan bertanya kepada seorang tua yang berdiri di
belakangnya, setelah itu dia baru menjawab.
"Namanya gunung Kocutle"
Siau Po tahu "Kocutle" artinya Menjangan, maka dia berkata.
"Dalam Bahasa Cina disebut Lu Ting san (gunung Puncak Menjangan). Tahukah kau
pangkat apa yang aku jabat sekarang?"
"Tayjin adalah Lu Ting Kong, dalam bahasa kami disebut Kong ciak dari Kocutle,"
sahut Golovin. "Kalau begitu kau sengaja ingin menentang aku. Kau sudah tahu kalau aku ini Lu
Ting Kong, tapi kau sengaja menguasai gunung Lu Ting sanjadi kau menginginkan agar
aku tidak mendapat jabatan sebagai Kong ciak-"
"Tidaki tidaki Kami tidak bermaksud demikian," sahut Golovin cepat.
"Sekarang aku ingin tahu apa jabatanmu?" tanya Siau Po pula.
"Jabatanku sekarang Menteri Lomonosasj"
"Baik, Lomonosasj itu terletak di sebelah mana Tiongkok?"
Golovin sempat terkejut mendengar pertanyaannya, tapi segera tersenyum.
"Lomonosasj terletak di sebelah barat Moskow, mana ada kaitannya dengan Negara
Tiongkok?" "Tadi kau mengatakan bahwa jabatanmu juga berdasar nama suatu tempat yakni
Laomanosasi"." "Laomanosasi," sela Golovin.
Siau Po tidak memperdulikannya, dia tetap melanjutkan kata-katanya.
"Berapa jauh jarak antara Pe King, Kota raja kami dengan Lomona apa tadi" Harus
menempuh perjalanan berapa hari?"
Jarak dari Lomonosasj ke Moskow saja kurang lebih lima ratus li, setidaknya
menempuh perjalanan lima hari. sedangkan ke Kota raja Cina mungkin harus
menghabiskan waktu tiga bulan lebih."
"Taruhlah waktu yang dihabiskan untuk menempuh perjalanan itu kurang lebih tiga
bulan lima hari. Wah, benar-benar perjalanan yang panjang" kata Siau Po pula.
"ya, memang perjalanan yang panjang sekali." sahut Golovin.
"Kalau perjalanannya saja sepanjang itu, sudah pasti wilayah Lomono apa tadi bukan
lagi termasuk wilayah Cina," kata Siau Po pula. Golovin tersenyum.
"Apa yang dikatakan Tayjin memang tepat sekali." Siau Po mengangkat cawan
araknya. "Silahkan minum" ajaknya.
Orang Lo sat gemar minuman keras. Malah mereka memilih tidak makan daripada
tidak meneguk minuman keras. Tapi setidaknya Golovin tahu aturan. Arak sudah sejak
tadi disajikan di depan batang hidungnya, baunya harum semerbak. Namun apabila
tuan rumah belum mempersilahkannya minum, sudah pasti dia tidak berani
menyentuhnya, sekarang mendengar ajakan Siau Po, tentu saja hatinya senang sekali.
Dia segera mengangkat cawan araknya dan meneguknya sekaligus sampai kering.
Seorang prajurit yang bertugas melayani perjamuan itu segera menuangkan arak lagi
ke dalam cawan Golovin. Pembesar dari Moskow itu juga di jamu dengan berbagai
hidangan dari lainnya. Sembari bersantap, iseng-iseng Siau Po bertanya,
"Kapan Tuan utusan berangkat dari Moskov?"
"Kami mendapat perintah dari Tuan puteri pada bulan empat tanggal dua belas. Hari
itu juga kami berangkat dari Moskov," sahut Golovin.
"Bagus, mari kita keringkan lagi cawan ini. Tang Kong ya (Tung Kok Bang) kami ini
kuat minum, kalian harus saling mengeringkan beberapa cawan," kata Siau Po-Tung
Kok Bang segera menyalang Golovin, Masing-masing minum sebanyak tiga cawan.
"Apakah Tuan utusan bulan ini juga sampai di Ni Pu Ju?" tanya Siau Po sambil lalu.
"Kami tiba di sini tanggal lima belas bulan lalu," sahut Golovin,
"Hm, kalian berangkat bulan empat tanggal dua belas, sampai di sini bulan tujuh
tanggal lima belas, perjalanannya saja sudah tiga bulan lebihi" kata Siau Po"Betul, kami menempuh perjalanan selama tiga bulan lebih. UnTung saja musim
dingin sudah berlalu sehingga perjalanan yang harus ditempuh tidak begitu sulit"
Siau Po mengacungkan jempolnya secara tiba-tiba,
"Bagus, Kali ini Tuan utusan benar-benar bersikap jujur. Akhirnya dia mengakui
bahwa Ni Pu Ju bukan termasuk wilayah Lo sat," serunya lantang. Golovin sudah
menenggak belasan cawak arak- Dia mulai mabuk.
"Kapan aku pernah mengakui hal ini?" tanyanya, Siau Po tertawa.
"Dari Lomonosa apa tadi ke Kota raja memerlukan waktu selama tiga bulan lebih
baru bisa sampah perjalanan itu panjang sekali, jadi Lomonosa apa tadi bukan
termasuk wilayah Cina. sedangkan dari Moskov ke Ni Pu Ju juga memerlukan waktu
selama tiga bulan lebihi ini bukan perjalanan yang pendek lho jadi Ni Pu Ju juga tidak
mungkin termasuk wilayah Negara Lo sat."
Golovin mendelikkan matanya lebar-lebar, untuk sesaat dia tidak tahu harus berkata
apa, sampai agak lama dia baru menyahut.
"Negara kami sangat luas, tentu saja tidak dapat disamakan."
"Negara Kerajaan ceng kamijuga bukan negara kecil," kata Siau PoGolovin memaksakan diri untuk mengembangkan seulas senyuman.
"Tay" Tayjin benar-benar suka bergurau. Kedua hal ini mana bisa dibandingbandingkan?"
"Tuan utusan masih bersikeras kalau Ni Pu Ju ini merupakan wilayah Lo sat. Kalau
begitu kita bertukar tempat saja. Kita sama-sama berangkat ke Moskov, Aku akan
memohon pada Ratu Sophia untuk menganugerahkan kepadaku jabatan sebagai
Menteri Lomonansasa apa, dan kau menjabat sebagai Lu Ting Kong, Dengan demikian
maka wilayah Lomonosasa apa itu sudah menjadi wilayah Tiongkok." kata Siau Po
pula. Wajah Golovin langsung berubah merah padam,
"Mana ada aturan seperti itu?" ujarnya.
Hatinya jadi gundah seketika. Dia tahu anak muda ini pernah menjadi kekasih hati
Tuan Putirinya. Kalau sampai wanita itu terkena obat bius Cina anak muda ini,
urusannya bisa runyam. Kemudian dia berpikir pula.
" Wilayah Lomonosasj merupakan wilayah yang subur dan kaya dengan berbagai
produk lokal. Bagaimana kalau Tuan puteri benar-benar memindahkan aku ke kota Ni
Pu Ju ini" Di sini wilayahnya terkenal dingin, penduduknya masih segelintir, hasil
buminya sedikit, bisa celaka aku jadinya. Apalagi pangkatku yang sebenarnya adalah
Pangeran Tingkat satu. Kalau aku berganti jabatan dengan anak muda ini, bukankah
sama saja pangkatku jadi turun" Siau Po melihat air muka Golovin yang serba salah sambil tertawa dia melanjutkan
lagi. "Kau malah bermaksud merebut Kota ya Ke Lung. Dengan demikian aku juga tidak
bisa menjadi Lu Ting Kong lagi" Biarpun nama wilayahmu yang Lomonosa apa itu
kedengarannya kurang enak di telinga, tapi apa boleh buat, tidak ada udang ikan pun
jadi" Golovin berpikir lagi.
" Rasanya tidak mungkin kalau negara Cina ingin mengakui wilayah Lomonosasj
begitu saja. Tapi si bocah Siau Po ini pernah mendirikan jasa bagi Tuan puteri. Bukan
tidak mungkin dia diberikan jabatan untuk mengelola wilayah Lomonosasj, Hal ini bisa
membuat aku repot, sedangkan kami juga bukan serius menginginkan Kota ya Ke Lung,
Toh kota itu sudah diduduki kalian, memangnya kalian bersedia disuruh keluar begitu
saja" " Karena itu dengan wajah tersenyum dia berkata.
"Apabila Tuan utusan mengatakan kota ya Ke Lung merupakan wilayah kalian, ya
tidak apa-apa. Kami akan mengalah. Kedua negara tetap menggunakan sungai Hek
Liong Kiang sebagai patokan. Kota ya Ke Lung dan daerah sepuluh li di sekitarnya
merupakan milik Negara Cina, Hal ini kami biarkan karena memandang muka Tuan
utusan saja. Kami sudah mengalah sebisa-bisanya." Siau Po berpikir dalam hati.
" Kalian sudah kalah perang masih membuka mulut besar Coba kalau kalian yang
memenangkan peperangan ini. Kemungkinan kota Pe King juga harus kami serahkan
kepada kalian " Meskipun demikian di luarnya dia berkata.
"Kita sudah melakukan peperangan satu kali, entah pihak kalian yang menang atau
pihak kami yang menang?"
Golovin mengerutkan keningnya, "Hanya perang kecil, rasanya juga sulit untuk
mengatakan siapa yang menang atau siapa yang kalah. Apalagi Tuan puteri kami
sudah berpesan, demi kerukunan kedua negara, jangan sekali-sekali berperang, itulah
sebabnya kami tidak melakukan pembalasan ketika prajurit Tuan utusan menyerang.
Kalau tidak akhir ceritanya tentu berbeda lagi-" Siau Po jadi marah mendengar
katakatanya. "Jadi kalau Bangsa Lo Sat mengangkat senjata dan menembakkan meriam, bukan
melakukan pembalasan namanya?" teriaknya keras-keras.
"Mereka hanya mempertahankan kota yang dianggap milik negaranya... Bukan
melakukan pembalasan namanya. Kalau benar-benar berperang, tidak mungkin Bangsa
Lo Sat hanya mempertahankan tanpa melakukan pembalasan. Mereka pasti akan
mengeluarkan seluruh persediaan senjata api yang paling hebat dan menyerbu
langsung ke Kota raja Pe King" sahut Golovin.
Siau Po marah sekali. Dalam hati dia memaki, - Neneknya. Kalian bangsa rambut
kuning hanya pandai menggertak. Kalau aku Wi Siau Po sampai termakan gertakanmu,
maka aku akan mengikuti margamu, jadi anakmu atau cucumu Namaku akan kuganti
menjadi Siau Po Pedro "
Dia tahu orang Lo sat selalu menggunakan nama kecil di depan dan marganya di
belakang, tapi justru tidak tahu bahwa Pedro itu nama kecil si utusan, sedangkan
Golovin baru marganya. Kemudian terdengar dia berkata.
"Bagus, bagus sekali Tuan Besar, tahukah kau apa yang paling kuharapkan dalam
hati ini?" "Mengenai hal ini aku tidak tahu, harap Tuan utusan memberikan petunjuk" sahut
Golovin. "Jabatanku sekarang baru Kong ciak (gelar pangeran yang diberikan karena
mendirikan jasa besar), bukan pangeran asli. Aku mengharapkan kenaikan pangkat
sehingga aku bisa menjadi pangeran yang asli atau setidaknya menantu raja," kata Siau
Po " Menjadi pangeran asli atau naik pangkat, memangnya hanya kau yang bercita-cita


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setinggi, itu" -Ejek Golovin dalam hati. Di luarnya dia justru berkata lain.
"Tuan utusan sangat cerdas dan masih muda, perjalanan yang harus ditempuh
masih panjang. Apabila Tayjin mendirikan beberapa jasa lagi, aku yakin lama kelamaan
Tayjin akan dianugerahi pangkat sebagai Ceng ong atau pangeran yang dianggap
sedarah dengan rajanya. Dengan setulus hati aku mendoakan agar cita-cita Tayjin
segera tercapai." Siau Po merendahkan suaranya. "Tapi untuk hal ini aku memerlukan bantuanmu,"
katanya, Golovin tertegun sejenak.
"Tentu saja aku bersedia mengulurkan tangan, tapi entah bantuan apa yang dapat
kuberikan?" tanya Golovin.
Siau Po mendekatkan bibirnya ke daun telinga Golovin dan berkata.
"Kalau menurut peraturan negara kami, seorang harus sanggup memenangkan
peperangan besar barulah dapat dianugerahi kedudukan Pangeran Tingkat satu,
sedangkan sekarang ini negara kami sedang damai-damainya, para pemberontak
sudah terbasmi semua. Untuk menunggu kesempatan baik ini, mungkin dua atau tiga puluh tahun lagi baru
kesampaian, sedangkan dalam perundingan ini kau tidak mau mengalah setindak pun,
sebaiknya kau pimpin sejumlah pasukan besar untuk menggempur Kota raja kami,
kalau perlu sekarang bunuh dulu dua atau tiga orang menteri utusan Istana. Dengan
demikian kedua negara pasti akan berperang. Kau kerahkan seluruh perlengkapan
senjata api dan meriam yang paling dahsyat untuk menyerang Pe King. Dan kami akan
bekerja sama dengan negara Swiss mengerahkan seaenap kekuatan untuk
menggempur Moskow. Lebih baik lagi kalau perangnya berjalan sadis, darah berceceran di mana-mana,
rakyat yang tidak berdosa kita korbankan. Akhirnya toh aku bisa dianugerahi pangkat
yang lebih tinggi, bahkan ada kemungkinan kaisar yang sekarang bersedia
mengangkatku menjadi saudaranya, Tolong deh. Mudah-mudahan kau sudi
memberikan bantuanmu. Tapi bicaranya jangan keras-keras, nanti terdengar oleh orang
lain" Semakin didengarkan hati Golovin semakin terkejut terhadap apa yang dikatakan
Siau Po- Dia berpikir bahwa anak muda ini benar-benar nekad- Demi mendapat jabatan
sebagai pangeran asli saja rela mengadu domba kedua negara agar berperang, malah
bermaksud mengajak negara Swiss bekerja sama untuk menggempur Moskov.
Kalau perang ini sampai terjadi, siapa yang menang atau siapa yang kalah memang
masih belum pasti. Tapi situasi di depan mata ini justru tidak menguntungkan pihaknya.
Diam-diam Golovin menyesal barusan mengungkit-ungkit soal menggempur Kota raja
Pe King segala. Anak muda di hadapannya ini bukannya gentar malah jadi bersemangat umpannya
kali ini sungguh-sungguh salah sasaran. Tapi kalau dia memperlihatkan mimik cemas,
pasti akan dipandang rendah oleh Siau Po- Untuk sesaat dia dilanda kebingungan.
Terdengar Siau Po berkata pula.
"Sayangnya jarak tempat ini ke Moskov terlalu jauh. Kalau mengerahkan tentara
Ceng menyerbu ke sana, kami tidak yakin juga,Jangan-jangan bukannya menang
malah kalah. Kalau sampai hal ini terjadi, sri Baginda tentu akan menyalahkan aku...."
Mendengar ucapan Siau Po yang terakhir, otak Golovin berjalan lancar lagi dan
wajahnya berseri-seri seketika,
"Betul, betul," sahutnya mengiakan
"Sebaiknya Tuan utusan jangan menempuh resiko besar ini."
"Aku toh hanya ingin mendirikan jasa besar agar mendapat kenaikan pangkat,
bukannya benar-benar ingin menghancurkan Negara Lo sat. Lagipula, negara kalian
begitu besar, belum tentu kami sanggup menghancurkannya," kata Siau Po.Kembali
Golovin mengiakannya berkali-kali.
"Begini saja" kata Siau Po dengan suara lirih.
"Kau kerahkan pasukan untuk menggempur Pe King, sedangkan aku akan
mengerahkan pasukan untuk menggempur Ni Pu Ju, Berhasil menggempur Pe King
tentunya merupakan jasamu, berhasil menggempur Ni Pu Ju akan menjadi jasaku. Kita
dua bersaudara memimpin peperangan masing-masing. Apa pendapatmu tentang
siasat yang satu ini?"
Bagian 94 Diam-diam Golovin mengeluh celaka, pasukannya sekarang hanya ada dua ribuan
orang. Untuk merebut kembali Kota Ya Ke Lung saja sudah jadi masalah, apalagi
menggempur Kotaraja Negara Cina"
Dalam hati dia berpikir, kalau tidak mengaku kalahi kemungkinan anak muda ini akan
semakin melantur ke mana-mana. Sambil tertawa getir dia berkata.
"Harap Tayjin jangan mengambil hati atas apa yang aku ucapkan tadi. Memang aku
mengatakan tentang perlengkapan senjata api dan meriam untuk menggempur Kotaraja
Pe King, tapi tentunya aku tidak bersungguh-sungguh, sekarang aku menarik kembali
semua kata-kataku tadi, anggap saja aku tidak pernah mengatakannya." Siau Po
memperlihatkan tampang kebingungan.
"Kata-kata yang sudah diucapkan kok seenaknya ditarik kembali?" tanyanya.
"Aku benar-benar berharap Tayjin sudi melupakan apa yang kukatakan tadi," sahut
Golovin dengan nada lunak.
"Jadi pihakmu bukan benar-benar ada niat untuk menggempur Pe King?"
"Tidak, tidak mungkin kami lakukan hal itu," sahut Golovin tegas.
"Kalian juga tidak bermaksud menguasai Kota ya Ke Lungku lagi?" tanya Siau Po.
"Tidak, kami tidak menginginkannya lagi," sahut Golovin,
"Mengenai Kota Ni Pu Ju ini, berarti kalian juga tidak berani menginginkannya lagi?"
Golovin tertegun. "Ni Pu Ju merupakan wilayah negara kami, harap Tayjin sudi memaafkannya,"
sahutnya kemudian. Siau Po berpikir dalam hati.
" Bila aku meminta Kota Ni Pu Ju, belum tentu dia akan mengabulkan. Coba aku
ingin tahu apa yang akan dikatakannya, jika aku meminta daerah sebelah barat kota Ni
Pu Ju. " Karena itu dia berkata.
"Dalam perundingan kita kali ini, kedua belah pihak harus bertindak adil, jangan
sampai ada yang mengalami kerugian, bukan?"
Golovin menganggukkan kepalanya.
"Betul. Kedua negara sama-sama mempunyai kekuasaan. Paling baik kalau dapat
berdiri sejajar untuk selama-lamanya.",
"Bagus sekali. Kalau wilayah sebelah sana dipotong sampai terlalu dekat kota
Moskov, berarti pihak Lo sat yang rugi. Kalau wilayah sini yang dipotong sampai terlalu
dekat ke Pe King berarti negara Cina yang rugi. sebisanya kita harus mengambil jalan
tengah. Dua ditambah satu sama dengan lima," kata Siau Po
"Apa yang dimaksud dengan dua ditambah satu jumlahnya lima?" tanya Golovin
tidak mengerti "Dari Moskov ke kota Pe King kurang lebih harus menempuh perjalanan selama tiga
bulan, bukan?" tanya Siau Po tanpa menjawab pertanyaan lawannya.
"Betul," sahut Golovin
"Kalau tiga bulan dibagi dua jadi berapa lama?" tanya Siau Po pula.
Golovin tidak mengerti apa maksud pertanyaan Siau Po, maka dia menjawab
seadanya. "Jadi satu setengah bulan."
"Betul. Kita juga tidak perlu berdebat panjang lebar lagi. Kita kembali saja ke Ibukota
negara masing-masing. Kemudian kau berangkat lagi dari Moskov untuk menempuh
perjalanan selama satu setengah bulan dan aku juga berangkat dari Kota Pe King untuk
menempuh perjalanan selama satu setengah bulan, sampai waktunya tentu kita akan
bertemu bukan?" tanya Siau Po"Betul. Tapi entah Tayjin mempunyai maksud apa melakukan hal ini?"
"Ini merupakan cara yang paling adil untuk membagi wilayah. Tempat kita bertemu
nanti akan menjadi perbatasannya. Tempat itu jaraknya satu setengah bulan perjalanan
dari Moskov, juga memerlukan waktu satu setengah bulan perjalanan dari Kota Pe King.
Kalian tidak rugi, kami pun tidak rugi. Namun berarti peperangan yang kami menangkan
tempo hari, jadi sia-sia. Hitung-hitung malah kalian yang untung," kata Siau Po.
Wajah Golovin langsung berubah merah padam
"Ini". ini.,." Dia melonjak bangun dari tempat duduknya.
Siau Po tertawa. "Tentunya kau juga beranggapan cara ini merupakan cara yang teradil, bukan?"
Golovin langsung mengibaskan tangannya berkali-kali.
"Tidak, tidak bisa Kalau membagi wilayah dengan caramu itu, bukankah berarti
hampir setengah dari wilayah negara kami akan menjadi milik kalian?" protesnya keras.
"Tidak mungkin setengahnya Di sebelah barat negara kalian masih banyak negaranegara
kecil lainnya, toh tanah di wilayah itu tidak perlu dibagi menjadi dua tambah satu
jumlahnya lima dengan negara kami?" saking kesalnya jenggot Golovin sampai berdiri
semua. "Kong ciak Tayjin, kalau kau benar-benar bermaksud membiarkan pertemuan ini
menjadi lancar, seharusnya kau mengemukakan usul yang masuk akal. Cara yang kau
katakan tadi sepertinya ingin menguasai setengah dari tanah negara kamu Ini.... Ini
benar-benar penghinaan namanya"
Dengan marah dia menghentakkan pantatnya di atas kursi sehingga terdengar suara
krek seakan tungkai kaki tempat duduknya retak.
Siau Po kembali merendahkan suaranya.
"Sebetulnya mengadakan perundingan untuk mendamaikan kedua negara seperti ini
kurang seru, bagaimana kalau kita berperang saja?" tanyanya.
Jangan ditanyakan lagi bagaimana perasaan Golovin saat itu. Rasanya dia ingin
menggebrak meja keras-keras sambil berteriak.
"Perang ya Perang. Memangnya aku takut?" Tapi dia membayangkan pula, apabila
peperangan ini sampai terjadi, akibatnya benar-benar parah, sedangkan menilik situasi
sekarang, tipis sekali kemungkinan dia bisa menang.
Karena itu terpaksa diu menahan kekesalan hatinya dan memilih berdiam diri.
Tiba-tiba Siau Po mengulurkan tangannya untuk menggebrak meja keras-keras, lalu
tertawa terbahak-bahak. "Ada, ada Aku masih mempunyai cara lain yang lebih adil untuk menentukan batas
wilayah negara masing-masing." Dia mengeluarkan dua butir dadu dari balik sakunya
lalu ditiupnya satu kali,
" Kau toh tidak bersedia melakukan parang dengan kami, tapi kau juga tidak
menggunakan cara dua tambah satu jumlahnya lima. Mari kita taruahan lempar dadu
saja, umpamanya jarak antara Pe King dan Moskov seribu li, kita bagi jadi sepuluh
bagian setiap bagiannya seribu li. Kita adu lempar dadu sepuluh kali, siapa yang
menang akan mendapatkan wilayah seribu li dari perbatasan Kalau rejekimu bagus dan
kau berhasil memenangkan sepuluh kali taruhan, maka kota Pe King akan menjadi milik
Negara Lo sat kalian," katanya.
Golovin mendengus dingin.
"Bagaimana kalau pada lemparan yang sepuluh kali itu aku kalah semuanya?" Siau
Po tertawa. "Sebaiknya kau sendirilah yang mengatakannya."
"Apakah tanah negara kami yang luasnya mencapai laksaan li itu harus aku
persembahkan kepada kalian?"
"Rasanya nasibmu juga tidak mungkin seburuk itu. Kalau kau bisa menang satu kali
saja, berarti kau sudah mempertahankan seribu li tanah kalian. Dua kali menang
menjadi dua ribu li. Enam kali menang jadi enam ribu li, kalian malah sudah meraih
keuntungan," kata Siau Po.
Golovin semakin marah. "Untung apanya" jarak sejauh seribu li masih terhitung tanah negara Lo sat kami.
Dua ribu li, tujuh ribu li, delapan ribu li juga masih terhitung wilayah negara kami"
sejak tadi Siau Po dan Golovin saling berdebat.
Si Ahli sastra dari Kota raja tidak henti-hentinya menterjemahkan. Mula-mula So Ngo
Ta dan Tang Kok Bang serta beberapa pembesar lainnya merasa marah karena
Golovin dengan seenaknya menentukan sungai Hek Liong Kiang sebagai pembatas
kedua negara. Namun akhirnya mereka mendengar si penterjemah menceritakan perdebatan antara
Siau Po dan Golovin. Mereka mendengar bagaimana si anak muda menggunakan cara
yang berbeda-beda untuk menaklukkan utusan Lo sat itu.
Siau Po malah mengajak Golovin mengerahkan pasukannya untuk menggempur
Kota Pe King. Tentu saja mereka jadi bingung. Tapi mereka juga sadar bahwa Bangsa
Lo sat adalah bangsa kasar yang tidak tahu etiket kenegaraan.
Malah belakangan mereka mendengar Siau Po mengajukan cara yang aneh untuk
membagi wilayah kedua negara sehingga sang utusan Lo sat menjadi keblinger
menghadapinya. Terakhir Siau Po justru mengajak lawannya taruhan lempar dadu.
Diam-diam para pembesar dari Kerajaan ceng itu berpikir.
- Bangsa Lo sat licik dan pandai menggunakan kelemahan orang. Mereka tidak
pernah memakai peraturan, untung kami mempunyai seorang raja yang bijaksana serta
cerdas. Beliau bisa berpikir untuk mengirimkan Wi Tayjin ini sebagai utusan untuk
mengadakan perundingan dengan pihak Lo sat.
Mungkin hanya Wi Tayjin ini seorang pula yang dapat memikirkan bermacam-macam
akal busuk untuk menandingi kelihaian Bangsa Lo sat "
Sebetulnya So Ngo Ta, Tang Kok Bang maupun pembesar lain di istana hanya
berpura-pura baik dan hormat di hadapan Siau Po, namun di belakangnya mereka
justru memandang remeh. Hanya karena kebetulan si anak muda merupakan bawahan
yang paling disayang oleh sang Raja, mereka terpaksa mengambil hatinyaLagi pula, dalam sikapnya sehari-hari Siau Po sering menunjukkan kebodohannya
sendiri. Lagaknya kadang-kadang kelewat norak, sedangkan kali ini sri Baginda
memerintahkan anak muda itu menjadi utusan untuk membicarakan masalah
perdamaian dengan Negara Lo sat.
Tadinya mereka mengira anak muda ini hanya akan mempermalukan nama negara
dengan tindakannya yang konyol Tidak disangka kecerdasan sri Baginda memang tidak
dapat diragukan lagi, pilihannya selalu tepat kalau sekarang yang diutus mendamaikan
kedua negara bukan Siau Po, urusannya malah bisa jadi perang besar.
Mungkin dalam seluruh istana, tidak ada orang lain lagi yang lebih cocok
melaksanakan tugas ini semakin mendengarkan perdebatan yang diterjemahkan oleh
Ahli sastra dari istana, mereka semakin kagum terhadap si anak muda itu. Tentu saja
semua ini berkat kepandaian Kaisar Kong Hi pula. Mendengar sampai di sini, tiba-tiba
So Ngo Ta menukas. "Moskov memang asalnya milik negara Cina kami juga."
si Ahli sastra berkebangsaan Holland langsung menterjemahkan kata-kata So Ngo
Ta. Tentu saja Golovin jadi terkejut setengah mati- Dia berpikir dalam hatiAnak muda ini sudah mengoceh yang bukan-bukan, itu sih masih tidak apa-apa, kok
engkau si tua bangka malah ikut-ikutan mengacau" Bagaimana mungkin negara kami
bisa menjadi milik negara Cina"
Terdengar so Ngo Ta berkata kembali
" Kalau menilik pembicaraan Tuan utusan barusan, wilayah yang sudah pernah
diduduki oleh Bangsa Lo sat berarti sudah menjadi milik bangsa kalian, bukan?"
"Memang benar kok Tanpa hujan tanpa angin kau mengatakan bahwa kota Moskov
juga terhitung milik negara kalian, ini benar-benar merupakan lelucon yang paling tidak
lucu sepanjang hidupku," sahut GolovinDan negara kalian terdiri dari berbagai suku, ada Elos atau apa yang besar ada pula
Elos kecil Elos putih dan sebagainya, bukan?" tanya so Ngo Ta pula.
"Memang benar, Lo sat adalah negara besar, sudah pasti suku bangsanya juga
banyak-" "Tapi suku bangsa kami juga banyak sekali Ada orang Boan ciu, orang Mongol,
orang Han, suku Biau, suku Hwe, Tibet dan lain sebagainya lagi."
"Memang benar Lo sat merupakan negara besar. Cina juga merupakan negara
besar. Boleh dibilang Lo sat dan cina merupakan dua negara terbesar yang ada di
dunia sekarang ini" sahut Golovin
"Tampaknya para serdadu yang dibawa oleh Tuan utusan kali ini sebagian besar
terdiri dari orang-orang suku Ke Lungke" kata so Ngo Ta pula. Golovin tersenyum
simpul. "Ke Lungke merupakan suku bangsa yang paling gagah perkasa dari negara Lo sat
kami" "Kalau begitu, suku bangsa yang lain seperti Elos apa tadi tidak ada yang
kegagahannya melebihi suku Ke Lungke?" tanya so Ngo Ta
Tidak bisa dikatakan demikian Suku Ke Lungke merupakan rakyat negara Lo sat.
Suku Elos yang anda katakanjuga terdiri dari rakyat negara Lo sat- Tidak ubahnya
seperti suku Boan ciu. Han maupun suku Biao dalam negara Cina kalian." so Ngo Ta
menganggukkan kepalanya. "ltu dia. Makanya Moskov juga terhitung wilayah Cina kami," katanya
Sejak tadi Siau Po hanya mendengarkan perdebatan antara kedua orang itu. Dia
tidak mengerti maksud yang terkandung dalam ucapan so Ngo Ta, jarak antara tempat
itu dengan Moskov memang laksaan li. Mana mungkin Moskov bisa menjadi milik Cina
sebelumnya" Tapi dia mendengar pembicaraan so Ngo Ta yang berputar-putar,
sedangkan semakin lama urat hijau di kening Golovin semakin menonjol, pertanda
orang itu sudah gusar sekali. Maka tanpa berpikir panjang dia turut berkata.
"Moskov memang aslinya milik Negara Cina kami. justru raja-raja bangsa kami
berjiwa besar satu orang dikirim untuk bertani di sana, seabad kemudian sudah lupa
budi" Tentu saja Golovin tidak mengerti maksud ucapan Siau Po, tapi dia dapat merasakan
bahwa pembicaraan orang-orang dari negara Cina ini semakin lama semakin
melenceng dari jalurnya. Tidak mirip dengan orang yang beradab tinggi.
Maka dia pun tertawa dingin, "Hm, dulu aku pernah mendengar bahwa Bangsa Cina
sangat sopan tutur katanya, rata-rata berpendidikan tinggi. Tak disangka... he" he"
semuanya justru tukang mengibul yang tidak sanggup memperlihatkan bukti apa-apa."
Tuan utusan adalah seorang Menteri besar, taruhlah pendidikannya tidak seberapa
tinggi, tapi setidaknya mengerti sejarah Negara Lo sat, bukan"? tanya so Ngo Ta pula.
"Sejarah negara kami mempunyai dokumen yang tersimpan rapi. Bukan hanya


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ucapan di bibir yang tidak ada bukti apa-apa," sahut Golovin tegas.
"Bagus sekali, jaman dulu Negara Cina kami mempunyai seorang kaisar yang
bernama Jengis Khan...."
Mendengar disebutnya nama raja jengis Khan, tanpa sadar Golovin menjerit: "Aduh"
Dalam hati dia mengeluh. " Celaka Celaka Kenapa aku sampai melupakan hal yang satu itu" " Terdengar so
Ngo Ta melanjutkan kata-katanya..
"Bangsa Cina kami menyebut jengis Khan sebagai Goan Thaycou, Karena beliaulah
yang mendirikan Dinasti Goan. Beliau aslinya orang Mongol seperti yang Tuan utusan
kemukakan tadi, baik orang Boan ciu, orang Mongol, orang Han, semuanya sama saja,
termasuk suku bangsa Cina kami. Pada saat itu pasukan Mongol ia pernah menuju
barat untuk menggempur Negara Lo sat, bahkan terjadi peperangan sebanyak
beberapa kali, sejarah negara kalian mempunyai dokumen yang tertulis, pasti bukan
sekedar isapan jempol belaka. Tolong jelaskan, dalam beberapa kali peperangan itu,
apakah Bangsa Cina kami yang meraih kemenangan atau Bangsa Lo Sat kalian yang
menang?" Golovin membisu, sampai sekian lama dia baru menyahut. "Bangsa Mongollah yang
menang" "Suku Mongol terhitung Bangsa Cina juga," kata so Ngo Ta.
Untuk beberapa saat Golovin mendelikkan matanya lebar-lebar, akhirnya dia
menganggukkan kepalanya juga.
Siau Po mana tahu cerita sejarah, apalagi yang satu ini. Mendengar perdebatan
antara so Ngo Ta dan Golovin, semangatnya jadi terbangun seketika.
"Kalau Bangsa Cina dan Bangsa Lo Sat berperang, sudah pasti Bangsa Lo Sat yang
kalah, Kebisaan kalian belum seberapa. Lain kali kalau kita berperang lagi, sebaiknya
bangsa kami menggunakan sebelah tangan saja. Kalau memenangkan suatu
peperangan terlalu mudah rasanya kurang seru juga," katanya.
Golovin menatapnya dengan pandangan marah. Dalam hati dia berpikir
- Sayang Tuan puteri telah berpesan wanti-wanti, dalam pertemuan kali ini,
bagaimanapun harus berdamai, tidak boleh angkat senjata, Kalau tidak. berdasarkan
hinaan kalian atas Bangsa Lo sat saja, aku akan mengajak kau berduel sampai mati "
Siau Po tertawa terkekeh-kekeh, lalu bertanya kepada so Ngo Ta. "sotoako, bagaimana
caranya jengis Khan dapat mengalahkan Bangsa Lo Sat?"
"Pada waktu itu jengis Khan memerintahkan bawahannya untuk mengerahkan
pasukan mereka menuju barat, jumlah tentaranya hanya dua laksa orang. Tapi ternyata
mereka sanggup membasmi puluhan laksa serdadu Lo sat, Cucu Jengis Khan,
panglima Besar Pa to juga seorang pahlawan. Dia memimpin pasukan perang dan
secara gemilang berhasil menduduki Kota Moskov, Malah negara Polandia dan
sekitarnya pun berhasil dikuasainya selama puluhan tahun sejak kejadian itu, para
pembesar Moskov terpaksa menuruti perkaTaan Bangsa cina, saat itu suku Mongol dari
bangsa kita tinggal di tenda yang ditempeli emas permata. Bangsa Lo sat secara
berturut-turut datang menyembah Kalau bangsa kita senang menyepak pantat mereka,
orang-orang Lo Sat, tidak berani mengaduh sedikitpun. Kalau ingin tampar juga
demikian. Malah mereka harus berteriak 'Lagi, lagi', kalau tidak, kepalanya bisa kena
penggal." Wajah Golovin sebentar hijau sebentar putih memucat Apa yang dikatakan oleh so
Ngo Ta memang berdasarkan sejarah, bukan cerita yang dikarang-karang, cuma
Bangsa Lo sat selamanya tidak pernah mengakui Bangsa Mongol merupakan Bangsa
Cina juga. Tapi pada saat ini Mongol memang sudah termasuk wilayah Cina, Kalau mau
diperdebatkan bukan urusan yang mudah.
Tuan utusan, rasanya masalah membagi wilayah ini tidak perlu kita lanjutkan lagi,
sebaiknya kau kembali saja ke negara mu dan tanyakan pada Tuan puteri kalian kapan
Moskov akan dikembalikan kepada Cina" Aku juga ingin cepat-cepat kembali ke Pe
King untuk mengumpulkan kulit kerbau dan emas- sebab aku ingin segera membuat
sebuah tenda dari emas seperti jaman jengis Khan dulu, setelah itu aku akan
meratakan istana Kremlin dan mendirikan tenda emasku itu di atasnya. Pada waktu itu
aku akan mengundang Tuan Puteri sophia tidur di dalamnya. Ha ha ha ha" kata Siau Po
sambil tertawa terbahak-bahaki
Mendengar sampai di sini, Golovin tidak bisa menahan kemarahan hatinya lagi.
Tampak dia menerjang ke luar tenda lalu memberi perintah dengan suara lantang.
Terdengarlah suara derap kaki kuda yang riuh. Dua ratus lebih pasukan berkuda
langsung menerjang datang.
Siau Po terkejut setengah mati.
"Aduh Makhluk berbulu itu mengajak perang, lebih baik kita kabur saja" teriaknya.
Tang Kok Bang sudah berpengalaman menghadapi perang yang bagaimanapun,
maka dia tidak sudi mengalah begitu saja.
"Wi Kong ya tidak perlu panik, kalau memang mesti berperang, kita layani saja.
Memangnya kita takut kepada mereka" katanya.
Terdengar suara teriakan lantang dari pasukan berkuda, seluruh tubuh Siau Po
gemetaran. Dia menundukkan kepalanya dan menyusup ke kolong meja, Tang Kok
Bang dan So Ngo Ta saling memandang. Mimik wajah mereka mengandung
kekhawatiran juga. Tenda disingkap, seseorang masuk dengan langkah lebar. Dialah komandan
pasukan yang mengawal kedatangan Siau Po, Dia berseru dengan suara lantang.
"Lapor Thayswe"."
Tapi dia tidak melihat panglima besarnya, Siau Po yang bersembunyi di bawah
kolong meja mengenali suara Lim Heng Cu, maka dia menjawab.
"Aku" aku ada... di-" sini, Ka." lian semua." cepat-cepat menyelamatkan.,, di,., ri."."
Lim Heng Cu berjongkoki lalu berkata kepada panglimanya yang bersembunyi di
kolong meja " Lapor Panglima serdadu Lo sat hanya besar suaranya Kita tidak boleh
menunjukkan kelemahan. Kalau memang mau dienyahkan, enyahkan saja maknya
sekalian" Siau Po mendengar suaranya yang gagahi perasaannya menjadi jauh lebih tenang.
Dia segera keluar dari tempat persembunyiannya. Tadi keadaan memang terlalu
mendadak, sehingga tanpa berpikir panjang lagi dia menyusup ke kolong meja, padahal
biasanya Siau Po juga bukan orang yang terlalu penakut. Maka dia menepuk dadanya
sendiri dan berkata. "Bagus, Kalau mau dienyahkan, enyahkan saja neneknya sekalian Bapakmu ini juga
keturunan para kesatria. Kegagahan baru tidak maju, eh bukan, kegagahan barulah
berharga" Tanpa menunda waktu lagi, dia menarik tangan Lim Heng Cu dan diajaknya
ke luar dari tenda. Sampai di luar tenda, dia melihat pasukan berkuda Negara Lo Sat berputaran
mengelilingi tenda. Entah sejak kapan para serdadu itu sudah menggenggam golok di
tangan masing-masing dan mengacungkannya tinggi-tinggi. Golovin berseru lantang,
para serdadu itu segera memencarkan diri sejauh dua ratus depa.
Mereka langsung membagi diri menjadi sepuluh kelompok Setiap kelompok terdiri
dari dua puluh enam prajurit berkuda. Tiba-tiba terdengar suara teriakan keras,
beramai-ramai mereka menerjang ke arah Siau Po.Siau Po menjerit.
"Aduh Emak" Dia segera membalikkan tubuh untuk menyusup kembali ke dalam
tenda, tapi tiba-ttba suatu ingatan melintas dalam benaknya.
" Kalau Setan-setan Lo sat ini memang berniat membunuhku biar bersembunyi di
dalam tenda juga tetap bisa diseret ke luar oleh mereka, tapi muka ini mau ditaruh
dimana" Karena itu, meskipun tubuhnya gemetar dan wajahnya berubah menjadi
kelabu, dia tetap berdiri tegak di tempatnya"Sebarkan barisan untuk melindungi wi Thay-swe" teriak Lim Heng Cu memberikan
perintahnya. Terdengar salah seorang prajurit menyahut. "Baik"
Prajurit Kerajaan Ceng yang berjumlah dua ratus enam puluh orang itu pun segera
berpencar dan berbaris rapi melindungi Siau Po dan para pembesar lainnya. Diam-diam
Siau Po mencabut belatinya yang tajam dari balik kaus kakinya.
- Kalau memang setan Lo sat itu mau main kasar, lebih baik kita ajak duel saja, tidak
usah sungkan-sungkan lagi " pikirnya dalam hati. Dia segera menghambur ke hadapan
So Ngo Ta dan berseru, "so Toako, jangan takut, aku akan melindungimu"
So Ngo Ta sebetulnya Menteri Politik, dia tidak pernah berperang, sejak tadi dia
memang sudah ketakutan setengah mati, maka dengan suara bergetar dia menyahut.
"Toa... ko hanya... bi... sa menyerah" kan semua... nya kepada saudara,., Wi-"
Tampak sepuluh kelompok padukan berkuda itu menerjang datang, jaraknya kurang
lebih lima depa, seorang komandan berteriak lantang. Dalam waktu bersamaan dua
ratus enam puluh serdadu Lo sat itu menarik tali kendali kudanya masing-masing, dan
gerakan kaki kuda pun berhenti sekali lagi sang komandan memberikan aba-aba,
pasukan berkuda itu langsung membagi diri menjadi dua kelompok.
Kelompok berjumlah seratus tiga puluh orang, demikian pula dengan kelompok
kanan. Mereka lalu bergeraki sebagian ke utara, sebagian ke selatan. Kira-kira
mencapai jarak dua ratusan depa mereka berputar lagi, lalu kembali ke tempat semula
dan berhenti pada jarak seratusan depa, lalu kembali ke tempat semula dan berhenti
pada jarak seratusan depa.
Gerakan mereka teratur sekali, tidak ada kekacauan sedikit pun. Dapat dipastikan
bahwa mereka merupakan pasukan berkuda yang sudah terlatih baik,
Golovin tertawa terbahak-bahak "Kong ciak Tayjin, bagaimana pendapatmu tentang
serdadu Lo sat kami?" tanyanya dengan suara lantang.
Sampai saat ini Siau Po baru tahu bahwa dia hanya pamer kekuatan, Tentu saja si
anak muda jadi marah bukan main.
"Itu kan gaya monyet-monyet yang membuat pertunjukkan dalam sirkus Kalau
digunakan untuk berperang, sedikit pun tidak ada gunanya" sahutnya kesal. Golovin
juga meluap amarahnya. "Kita coba sekali lagi" serunya. Dalam hati dia berpikir, - sekali ini aku akan
menyuruh mereka menerjang sampai ke depan mata kalian. Aku ingin lihat kalian akan
lari ketakutan atau tidak. " "Renggut topi para prajurit itu" perintahnya sekali lagi.
Seorang komandan menurunkan perintah atasannya, dua ratus orang pasukan
berkuda kembali menerjang ke arah prajurit Kerajaan ceng.
"Tebas kaki kuda" teriak Siau Po
"Terima perintah Kalian dengar Tebas kaki kuda jangan melukai siapa pun" seru Lim
Heng cu. Terdengar suara derap kaki kuda seperti guntur yang menggelegar di siang hari,
jarak mereka semakin lama semakin mendekat Lima puluh depa, tiga puluh depa,
sepuluh depa, tujuh depa, lima depa. Tiba-tiba Lim Heng cu berseru, "Gelinding
kedepan gerakkan golok kalian"
Rupanya pihak Siau Po juga sudah menduga Bangsa Lo sat pasti tidak berlaku jujur.
Walaupun dalam perjanjian dikatakan masing-masing pihak tidak boleh membawa
senjata tajam, namun diam-diam para prajurit Kerajaan ceng menyembunyikan golok di
balik pakaian masing-masing. Begitu mendengar perintah Lim Heng Cu, dua ratusan
prajurit itu segera menggelindingkan tubuhnya ke atas tanah sembari menebaskan
golokDua ratus enam puluh prajurit kerajaan Ceng ini merupakan orang-orang pilihan.
Mereka rata-rata mahir memainkan ilmu golok. Ketika tubuh mereka menggelinding ke
depan sambil menebaskan goloknya, senjata itu tidak memperlihatkan sinar sedikit pun.
Hal ini saking cepatnya gerakan tangan mereka.
Para serdadu Lo Sat melihat prajurit-prajurit Kerajaan ceng menggelinding di atas
tanah, mereka jadi heran. Padahal serdadu-serdadu Lo sat yang menjaga di kota ya Ke
Lung sudah pernah kena batu prajurit Kerajaan Ceng, tapi sayangnya yang mati sudah
mati, yang hidup justru sudah menyerahkan diri kepada pihak Cina, sedangkan pasukan
berkuda yang melakukan perlawanan kali ini merupakan serdadu-serdadu yang baru
didatangkan dari Moskov bersama-sama dengan Golovin.
Mereka belum mengerti kelihaian prajurit Siau Po- Dalam hati mereka justru berpikir,
- Berkelahi cara apa itu" Kalian sendiri yang menggelinding di atas tanah, kalau sampai
mati terinjak kaki kuda, jangan sampai kalian menyalahkan orang lain Dalam sekejap mata rombongan yang pertama sudah menerjang tiba- Mereka masih
belum mengerti permainan apa yang dijalankan prajurit Kerajaan Ceng, Tahu-tahu
tampak sebagian kuda terkulai jatuh setelah meringkik keras, Menyusul beberapa puluh
ekor kuda kembali terkulai dalam keadaan yang sama.
Semuanya berlangsung dengan cepat Kira-kira seratusan ekor kuda pihak lawan
telah tertebas kakinya sehingga jatuh saling menimpa. Keadaan jadi kacau balau.
Pihak Lo sat sudah melihat ketidak beresan ini, Golovin segera memerintahkan
serdadu-serdadunya untuk menarik tali kendali kuda dan membalik. Dalam waktu yang
sama Lim Heng Cu juga memerintahkan anak buahnya untuk menghambur kembali ke
pasukan masing-masing. Dari pihak Kerajaan ceng hanya ada belasan orang yang terluka, itu pun hanya luka
tidak serius. sambil menahan rasa sakit para prajurit itu kembali ke posisi
masingmasing dan berdiri tegak. Sebagian besar serdadu Lo sat terpelanting dari kudanya. Beberapa diantaranya
tertindih tubuh kuda yang berat, sedangkan lainnya terpental mengenai tubuh temannya
sendiri. Terdengar suara rintihan kesakitan di sana-sini.
Hanya sisanya yang berhasil melarikan diri jauh-jauh. Teman-temannya yang lain
cuma bisa berdiri dengan mulut ternganga dan pandangan terpana serta tidak tahu apa
yang harus mereka lakukan,
Saat itu Golovin dan beberapa puluh pembesar Lo sat lainnya justru berada di
tengah-tengah arena, mereka tidak menduga akan terjadi hal demikian, sebagian besar
pasukannya sudah tidak berdaya, sebagian lagi melarikan diri jauh-jauh- Siau Po yang
pandai segera memanfaatkan kesempatan itu. "sebagian prajurit mengepung para
pembesar lawan" serunya
Lim Heng Cu menerima perintahnya, sebagian prajuritnya disebar untuk mengepung
para pembesar lawan, mereka melintangkan golok masing-masing ke samping
sehingga membentuk lingkaran golok. Asal Siau Po berteriak sekali lagi, seluruh golok
di tangan prajurit itu akan menebas ke depan.
Bila hal ini sampai terjadi, bukankah rombongan Golovin akan menjadi bola daging"
Melihat situasi saat ini, komandan pasukan berkuda suku Ke Lungke segera
melarikan kudanya mendekat sambil berteriak
"Jangan melukai orang jangan melukai orang"
Siau Po menolehkan kepalanya kepada Song ji yang mengenakan seragam prajurit
Ceng. "Ke sana dan totoklah jalan darah mereka" perintahnya.
Songji mengiakan, tubuhnya berkelebat ke arah komandan pasukan berkuda tadi lalu
menotok jalan darah di pinggangnya, setelah itu dia juga menotok jalan darah di
punggung sang Wakil Komandan.
Seorang Komandan pasukan kecil menyusupkan tangannya ke dalam saku lalu
mengeluarkan sepucuk pistol.
"Jangan bergerak" teriaknya.
Dengan gerakan cepat Songji menarik salah seorang serdadu Lo sat yang berada
paling dekat dengannya, Dia menggunakan orang itu sebagai perisai sehingga
komandan tadi tidak berani menembak
"Jangan bergerak" teriak komandan itu sekali lagi
Songji menghempaskan tubuh serdadu yang ditariknya tadi ke depan. Komandan
pasukan kecil itu terkejut, dia menggeser tubuhnya untuk menghindar tapi gerakan
Songji lebih cepat, dia menerjang ke arah komandan itu serta mengulurkan jarinya
untuk menotok jalan darah di dada orang itu.
Setelah itu dia merebut pistol dari tangannya dan terdengarlah Dorr Songji
melepaskan tembakan ke udara
"Bagus Dalam persyaratan yang ditentukan tidak boleh ada yang membawa senapan
api, dasar kalian Bangsa Lo sat tidak bisa dipercayai teriak Siau Po sambil berjalan ke
depan beberapa langkah. Dia menuding Golovin sambil berkata,
"Hei, suruh anak buahmu membuang senjatanya masing-masing, dan harus turun
dari kudanya. Bagi siapa yang membawa senjata api harus menyerahkannya kepada
kami" Golovin melihat situasi di depan matanya tidak menguntungkan bagi pihaknya,
terpaksa meneruskan perintah Siau Po kepada bawahannya
Serdadu suku Ke Lungke itu terpaksa membuang goloknya masing-masing dan turun
dari kudanya, Siau Po menyuruh anak buahnya melakukan penggeledahan terhadap
Wanita Iblis 25 Si Penakluk Dewa Iblis Karya Lovely Dear Naga Jawa Negeri Di Atap Langit 6
^