Pencarian

Kaki Tiga Menjangan 46

Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung Bagian 46


para serdadu itu. Karena pimpinan mereka sudah terkepung, terpaksa para serdadu itu
membiarkan tubuh mereka diperiksa
Di antara para serdadu itu malah ditemukan dua ratus delapan puluhan pucuk pistol.
Ada serdadu yang membawa dua pucuk di kiri kanan ikat pinggangnya.
Para serdadu yang menjaga di bawah tembok kota Ni Pu Ju melihat ada perubahan
yang telah terjadi Mereka segera bergerak ke depan, namun di lain pihak, prajurit
kerajaan Ceng juga mengikuti tindakan mereka, setelah agak dekat, serdadu Lo sat
dapat melihat bahwa semua pimpinan mereka telah terkepung. Diam-diam mereka
mengeluh dalam hati dan tidak berani maju lagi.
Siau Po bertanya kepada Golovin
"Untuk apa kalian membawa pistol sebanyak ini?"
Golovin menundukkan kepalanya rendah-rendah
"Maaf sebesar-besarnya. Ternyata anak buahku tidak mendengar perintah, diamdiam
mereka membawa senjata api. sekembalinya ke Moskow nanti aku akan
memberikan hukuman berat kepada mereka," sahutnya.
"Saudara-saudaraku sekalian, lepaskan pakaian kalian, lihat apakah ada di antara
kalian yang membawa senjata api" teriak Siau Po dengan suara lantang.
Para prajurit Kerajaan Ceng segera mengiakan Mereka langsung membuka pakaian
masing-masing. Tangan yang satunya diangkat tinggi-tinggi. Ternyata tidak ada
satupun yang membawa senapan api, Golovin merasa malu sekali sehingga kepalanya
tertunduk semakin dalam. Siau Po berteriak lagi dalam Bahasa Lo sat.
"Bangsa Lo sat tidak tahu malu Lepas seluruh pakaian mereka dan lihat apakah
mereka masih menyembunyikan senjata api yang lain atau tidak?" Golovin terkejut
setengah mati. "Kong ciak Tayjin, harap kau membuka budi. Kalau celanaku ini dilepaskan juga, aku
lebih baik bunuh diri"
"Bagaimana pun juga celanamu itu harus dilepaskan" kata Siau Po tegas.
"Harap Tayjin memberi pengampunan sekali ini saja, urusan lainnya aku akan
menurut apa pun yang kau katakan," ujar Golovin dengan nada meratap.
"Tadi pasukan berkuda mu tiba-tiba menerjang datang. Aku begitu ketakutan sampai
bersembunyi di kolong meja, benar-benar membuat malu muka Kong ciak Tayjin ini.
Apa pula yang akan kau lakukan untuk mengatasi hal ini?" tanya Siau Po
Golovin berpikir dalam hati
" Nyalimu sendiri yang kecil Memangnya apa yang bisa kulakukan" - Meskipun
hatinya menggerutu namun di depan matanya tampak ratusan golok yang berkilauan
Karena itu dengan terpaksa dia menyahut, "Aku bersedia mengganti kerugian."
Hati Siau Pojadi gembira mendengarnya. Diam-diam dia bersorak dalam hati.
- ini dia, tidak diminta datang sendiri " Tapi untuk sesaat ia masih belum menemukan
apa yang akan dijadikan pengganti kerugian. Maka dia berseru kepada anak buahnya,
"Potong ikat pinggang Bangsa Lo Sat"
"Terima perintah" sahut seorang komandan. Dia segera memimpin puluhan anak
buahnya maju ke depan. Mereka lalu memotong ikat pinggang para serdadu Lo sat.
Dalam waktu sekejap ikat pinggang ratustan serdadu Lo sat itu telah terputus
semuanya. Mereka terkejut setengah mati, lalu sebera menarik pangkal celana
masingmasing aaar tidak merosot. Siau Po tertawa terbahak-bahak, girang. "Bangsa Lo sat itu Dengan kemenangan kita
kembali keperkemahan" serunya lantang,
-ooo00000oooPada saat itu, yang dikhawatirkan oleh Bangsa Lo sat hanya celana mereka melorot
jatuh kedodoran. Karena itu tidak ada seorang pun yang berani melakukan perlawanan
ketika digiring oleh prajurit-prajurit Ceng. Tang Kok Bang tertawa lebar.
"Siasat Wi Thayswe benar-benar hebat Kami merasa kagum sekali. Dengan
diputusnya ikat pinggang celana Bangsa Lo Sat itu, tidak ubahnya mereka tidak
mempunyai tangan untuk melakukan perlawanan lagi," katanya,
Siau Po tersenyum. "Laki-laki Bangsa Lo sat paling takut kalau celananya dilepas, perempuan bangsa Lo
sat justru tidak takut sama sekali. Bukankah hal ini merupakan suatu keanehan?"
Mendengar kata-katanya, baik So Ngo Ta, Tang Kok Bang maupun yang lainnya jadi
tertawa terbahak-bahak. Rombongan itu segera bergabung dengan prajurit-prajurit lainnya, seorang
komandan menurunkan perintah, anak buahnya bergerak cepat.
Mereka menyingkapkan kain terpal yang menutupi meriam-meriam besar, setelah itu
mereka mendorongnya ke depan, empat ratus moncong meriam ditujukan ke arah
Bangsa Lo sat, Sebetulnya Negara Lo Sat memang mempunyai perlengkapan senjata api dan
meriam yang dahsyat, namun semuanya berada di Moskov, sedangkan di Ni Pu Ju
hanya disediakan jumlah yang terbatas.
Kalau dibandingkan dengan persediaan yang dibawakan oleh Kaisar Kong Hi, baik
senjata maupun jumlah prajuritnya sudah terpaut jauh. Bila Golovin tetap menggunakan
kekerasan, taruhlah siau Po dan yang lainnya mati, akhirnya mereka pasti kalah juga.
Melihat demikian banyaknya moncong meriam yang diarahkan ke pihak mereka,
Golovin dan beberapa pembesar Lo sat lainnya langsung saling memandang.
Mimik wajah mereka menunjukkan perasaan takut, sisa serdadu-serdadu Lo Sat
yang tadinya menjaga di bawah tembok kota terkejut setengah mati melihat pemimpin
mereka telah tertawan. Tanpa berpikir panjang lagi mereka segera menghambur ke
dalam kota Ni Pu J u dan menutup pintu gerbangnya rapat-rapat.
Ketika melarikan diri, mereka sangat tergesa-gesa, sehingga tidak memperhatikan
keadaan di sekitarnya, Mula-mula mereka merasa heran, mengapa tidak tampak
seorang pun dari prajurit Ceng yang melakukan penyerangan.
Perlahan-lahan beberapa orang dari mereka melongokkan kepalanya dari atas
tembok kota. Mata mereka terbelalak saat itulah mereka baru memperhatikan ada
empat ratusan meriam yang moncongnya terarah ke pintu gerbang kota itu. Tentu saja
tidak ada satu pun yang berani keluar apalagi berpikir untuk menolong pemimpin
mereka. Sementara itu, tiga komandan serta wakil komandan serdadu Lo sat telah tertotok
jalan darahnya oleh Songji. Mereka berdiri tegak di tengah arena seperti patung kayu.
Para prajurit Ceng merasa geli melihat pemandangan itu, dan tertawa terkekeh-kekeh,
sedangkan serdadu-serdadu Lo sat yang berdiri di atas tembok kota justru kebingungan
Mereka tidak mengerti mengapa ketiga orang itu berdiri tegak tanpa bergerak sedikit
pun. Siau Po menyuruh anak buahnya menggiring Golovin serta para pembesar lainnya
masuk ke dalam tenda. Di dalam tenda mereka didudukkan di kursi tamu, sementara itu
Siau Po hanya memandangi mereka sambil tersenyum simpul.
Hal ini membuat Golovin semakin marah.
"Kong ciak Tayjin, kau tidak perlu bersandiwara lagi. Kalau mau membunuhku,
silakan" teriaknya lantang.
"Kita kawan baik, mengapa aku harus membunuhmu" Lebih baik kita membicarakan
masalah pembagian wilayah" sahut Siau Po
Dalam hati Siau Po menduga posisinya sudah di atas angin, apa pun yang
dimintanya pihak lawan pasti menurutinya. Tidak tahunya Golovin seorang keturunan
para kesatria di negaranya. Watak orang ini keras kepala.
"Sekarang aku adalah tawananmu, bukan utusan negara tetangga yang datang untuk
melakukan perundingan Di bawah tekananmu, tidak ada yang dapat kita rundingkan
Kalaupun sampai terjadi perundingan hasilnya juga tidak berlaku," kata Golovin dengan
suara sumbang. "Kenapa tidak berlaku?" tanya Siau Po"Keputusannya ada di tanganmu, apa yang harus kita rundingkan" Kau toh tidak bisa
memaksaku untuk melakukan perundingan denganmu" "Kenapa kau mengira aku tidak
bisa memaksamu." "Sebab aku tidak akan menurut" sahut Golovin sengit "Kau boleh menggerakkan
golok menebas batang leherku, atau boleh juga menggunakan senapan menembakku"
Siau Po tertawa mendengar kata-katanya.
"Bagaimana kalau aku menyuruh orang melepaskan celanamu?" tanyanya santai.
Golovin langsung berdiri "Kau...." Tiba-tiba dia merasa celananya merosot, namun cepat-cepat ditariknya ke
atas, padahal tadi dia sedang duduk celananya pasti tidak bisa merosot justru saking
marahnya tiba-tiba dia berdiri, untung saja dia cepat tanggap sehingga rasa malunya
sempat tertolong. Namun adegan itu cukup menimbulkan kegelian di hati para prajurit
Hampir semuanya tertawa menyaksikan kejadian itu.
Saking kesalnya, wajah Golovin berubah putih seperti selembar kertas, Kedua.
tangannya mencengkeram pangkal celana, sikapnya sungguh mengenaskan.
Rasanya dia ingin mengucapkan sesuatu untuk melampiaskan kemarahannya,
namun kedua tangannya tidak bisa digerakkan agar kelihatannya lebih bersemangat.
Akhirnya dia mendengus satu kali lalu duduk kembali di atas kursinya. Terdengar dia
berkata. "Aku adalah utusan negara tetangga yang diperintahkan untuk melakukan
perundingan denganmu, kau tidak boleh menghina aku sedemikian rupa"
"Jangan khawatir, aku tidak menghinamu, sebaiknya kita membicarakan lagi
masalah pembagian wilayah." ujar Siau Po
Golovin mengeluarkan sehelai sapu tangan dari dalam sakunya lalu digunakan untuk
menyumbat mulutnya. Dia bermaksud mengatakan bahwa bagaimana pun dia tidak
sudi lagi membicarakan masalah pembagian wilayah dengan Siau Po
Siau Po tersenyum. Dia menyuruh anak buahnya menyediakan arak dan berbagai
hidangan. Dalam sekejap mata semua hidangan sudah tersaji.
"Silahkan jangan sungkan-sungkan" ajak Siau Po
Golovin merasa tergelitik seleranya mencium bau arak. Dia tidak dapat menahan diri.
Segera dilepaskannya sapu tangan yang menyumpal mulutnya lalu meneguk sampai
kering secawan arak yang ada di hadapannya. Lagi-lagi Siau Po tersenyum.
"Sekarang mulutmu sudah bisa digunakan lagi?" tanyanya.
Golovin tidak menimpali pertanyaan Siau Po, melainkan terus melahap makanan dan
minuman yang tersedia di depannya, ia seakan hendak menunjukkan kepada Siau Po
dan yang lainnya bahwa mulutnya hanya digunakan untuk makan dan minum, bukan
untuk yang lainnya. Siau Po terus menuangkan arak di cawan lawannya. Dia berharap dapat membujuk
Golovin apabila orang itu sudah mabuk nanti. Tidak disangka yang terjadi justru diluar
keinginannya, setelah menghabiskan belasan kati daging sapi rebus dan belasan
cawan arak. Golovin mengambil sapu tangannya kembali dan kembali menyumbat
mulutnya. Melihat keadaan ini, mau tidak mau Siau Po merasa geli juga. Dia menyuruh anak
buahnya menggiring Golovin ke tenda belakang untuk beristirahat. Dia juga berpesan
agar orang itu dijaga dengan ketat, jangan sampai ada kesempatan untuk melarikan diri
sementara itu dia mengajak para menteri dan pembesar istana untuk merundingkan
tindakan selanjutnya. "Orang ini benar-benar keras kepala, sudah pasti dia tidak sudi melakukan
perundingan di bawah tekanan para prajurit kita. Namun kalau membiarkannya pulang
ke rombongannya begitu saja, rasanya tidak rela juga," kata Tang Kok Bang.
"Kurung saja dia selama delapan atau sepuluh hari," usul So Ngo Ta
"Setiap hari kita giring seorang serdadu Lo sat lalu kita bunuh orang itu di hadapan
matanya, lihat apakah dia masih terus berkeras?"
"Kalau kita terlalu memaksakan kehendak sampai dia memilih jalan bunuh diri,
urusannya bisa jadi runyam. Kita menggunakan kekerasan untuk menindas lawan,
apabila masalah ini diselidiki oleh sri baginda, kita pasti terkena dosa," kata Tang
Kok Bang. "Apa yang dikatakan Tang Kokya benar juga. Menggunakan kekerasan juga bukan
jalan ke luar yang terbaiki" sahut so Ngo Ta setelah berpikir kembali.
Mereka mengadakan perundingan sampai sekian lama, namun tidak ada jalan ke
luarnya juga. Memang mereka sudah berhasil meringkus Golovin, meskipun terhitung
sebuah kemenangan, tapi tidak sesuai dengan perintah Kaisar Kong Hi.
Boleh dibilang mereka telah mengacaukan rencana besar kerajaan. Kalau meleset
sedikit saja, tindakan mereka bisa dianggap sebagai dosa besar. Akhirnya para
pembesar istana menyarankan kepada Siau Po untuk melepaskan Golovin.
"Baiklah, Kita tahan dia satu malam ini saja, besok kita lepaskan," ujar Siau Po
Dia lalu kembali ke tendanya. Di dalam tenda itu dia berjalan mondar-mandir sambil
memeras otak tiba-tiba suatu ingatan terlintas di dalam benaknya.
- Dulu aku meniru cara Cu Kek Liang yang membakar Lembah Ular sehingga
berhasil memenangkan peperangan di Ya Ke Lung, sekarang aku mencoba cara yang
kulihat dalam sandiwara Tio yu. "
Dia merenung pula sejenaki akhirnya dia sudah mendapat akal yang bagus
Siau Po segera kembali ke tenda besar. Di sana dia memerintahkan anak buahnya
memanggil si Ahli sastra berkebangsaan Holland, Dia mengajak orang itu berkasakkusuk.
Kemudian minta diajarkan dua puluhan kata dalam bahasa Lo sat. Pemuda konyol itu
langsung menghapalkannya luar kepala, setelah itu dia juga memanggil empat orang
komandan pasukannya lalu menyampaikan beberapa pesan. Akhirnya ke empat orang
itu menerima perintahnya lalu meninggalkan
Sementara itu Golovin tidur di tenda belakang. pikirannya melayang-layang, di satu
pihak dia merasa benci, di satu pihak dia merasa menyesal, mana mungkin dia bisa
pulas sepanjang malam"
Golovin bergolek ke sana ke mari sampai tengah malam dia masih belum bisa
memejamkan matanya. Keadaan di sekelilingnya sunyi senyap. Sayup-sayup terdengar
suara hembusan nafas yang teratur Ternyata ketiga prajurit yang menjaga di depan
tendanya tertidur pulas. Golovin berpikir dalam hati.
- Kalau tidak menuruti kehendak si Pembesar Bocah Cina itu, pasti sulit bagiku untuk
meloloskan diri Besok kalau setan Kecil itu marah dan aku dibunuhnya, bukankah jadi
mati penasaran namanya" Lebih baik aku mengambil resiko untuk mencoba melarikan
diri malam ini juga "
Dengan tergopoh-gopoh dia turun dari balai-balainya. Dekat tempat gantungan baju
ada sehelai selendang, dia menggunakannya untuk menggantikan ikat pinggang agar
celananya tidak merosot, setelah itu dia mengendap-endap ke luar dari tenda.
Tampak ketiga penjaga sedang tidur dengan lelap, Dengan hati-hati Golovin
mengulurkan tangannya untuk mencabut golok yang terselip di pinggang salah seorang
penjaga. Hampir saja dia berhasil meraih gagang golok itu, tiba-tiba si penjaga
tersentak dan bersin. Golovin terkejut setengah mati. Dia segera menyurutkan tangannya kembali
Beberapa saat dia menunggu, namun tidak terlihat gerakan apa-apa. Kembali terpikir
olehnya untuk mengambil golok milik seorang penjaga lainnya.
Namun tiba-tiba penjaga itu juga bergeliat lalu membalikkan tubuhnya. Mulutnya
mengucapkan beberapa patah kata yang tidak jelas, Rupanya orang itu mengigau.
Namun hal ini membuat Golovin tidak berani coba-coba lagi, dan cepat-cepat dia
meninggalkan tenda itu. Dia merasa beruntung karena tidak ketahuan oleh ketiga
penjaga itu. Golovin berjalan terus. Dia memilih tempat yang remang-remang sehingga dirinya
tidak terlihat Tampak olehnya beberapa prajurit sedang meronda. Mereka membawa
sebuah lentera di tangan masing-masing.
Hampir seluruh pelosok dijaga ketat, hanya sebelah barat yang tampak gelap gulita,
Golovin mengendap-endap menuju sebelah barat. Tiba-tiba tiga orang penjaga berjalan
ke arahnya, Golovin segera menyusup ke belakang sebuah tenda yang agak besar,
untung saja dirinya tidak sampai ketahuanpada saat itulah dia mendengar seseorang
dalam tenda berbicara dengan bahasa Lo sat.
"Sebetulnya tidak ada masalah kalau Tayjin tetap ingin menyerang moskov, namun
perjalanan ke sana panjang sekali, kemungkinan banyak bahaya yang akan kita hadapi"
Golovin terkejut setengah mati mendengar kata-kata orang itu. Dia segera
menyingkapkan sedikit bagian bawah tenda dan mengintip ke dalamnya. Hatinya
langsung berdebar-debar. Tampak cahaya di dalam tenda itu berwarna putih terang, pemandangan di dalam
tenda tampak jelas sekali, Siau Po mengenakan jubah kebesarannya dan duduk di
tengah-tengah ruangan. Di sisi kiri kanannya berdiri belasan panglima perang beserta komandan-komandan
pasukan Di depannya berdiri puluhan prajurit Ceng yang semuanya menggenggam
sebatang golok. Di samping Siau Po berdiri si Ahli sastra kebangsaan Holland yang
saat itu sedang berbicara dengan si anak muda.
Terdengar Siau Po menyahut dengan menggunakan Bahasa Lo Sat.
"Kita mengajak Golovin minum arak makan yang enak-enak berbincang-bincang,
semuanya bohong. Biar bicara sampai satu bulan, dua bulan, tiga bulan juga
merupakan kebohongan, sementara itu secara diam-diam prajurit kita bergerak ke
barat. Setiap saat Tuan puteri sophia akan menerima laporan bahwa Golovin masih
berunding dengan kita. Dasar bodoh Tuan puteri tidak takut, setiap hari masih
berpelukan dengan kekasih-kekasihnya. Mendadak pasukan besar Cina sudah sampai
ke Moskov, Mereka diserang dengan cara yang tidak mereka pahami. Kedua pangeran
beserta Tuan puteri Sophia akan ditangkap. Pada saat itu Bangsa Lo Sat akan
menangis, berlutut, menyembah, memohon pengampunan menyatakan takluk"
"Mengenai urusan parang, aku tidak mengerti apa-apa," kata si Ahli sastra Holland,
"Tapi, di satu pihak kita mengajak Bangsa Lo Sat melakukan perundingan sedangkan di
lain pihak kita malah mengerahkan pasukan untuk menggempur ibukota negara
mereka, rasanya tak melanggar etiket. Tuhan pernah bersabda, kita tidak boleh menipu
orang lain untuk kejahatan Kebohongan juga merupakan sebuah dosa."
"Ha ha ha Bangsa Lo sat yang lebih dulu membohongi kita Mula-mula kita sudah
berjanji untuk melakukan perundingan dengan baik-baik, kedua belah pihak tidak boleh


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membekal senjata api. Lihat apa yang dilakukan mereka" Mereka justru membawa
senjata api, walaupun bentuknya lebih pendek tapi tetap saja senjata api namanya.
Mereka bisa berbohong, kita juga bisa. Dia menggigit aku satu kali, aku akan
menggigitnya dua kali" teriak Siau Po. si Ahli sastra terdiam sejenak, kemudian dia
mendesah panjang. "Aku hanya bisa menyarankan kepada Kong ciak Tayjin agar mengurungkan niat ini.
Kalau dua negara besar berperang, yang menjadi korban bukankah umat Tuhan juga"
katanya menasehati. Siau Po mengibaskan tangannya berkali-kali. Jangan bicara lagi. Kami hanya
percaya kepada Pou sat, tidak percaya Tahan sebetulnya kalau si Golovin itu mau
mengalah sedikit dengan memberikan beberapa jengkal tanah kepada Bangsa Cina,
mungkin perundingan ini masih bisa dilanjutkan.
Tapi si Golovin busuk itu tidak mau mengalah sedikit pun juga. Biar kita gempur saja
Kota Moskov, pada saat itu laki-laki Bangsa Lo sat akan kami bunuh semua agar bisa
masuk surga, sedangkan yang perempuannya dibiarkan untuk menjadi istri-istri Bangsa
Cina" semakin mendengarkan hati Golovin semakin tegang.
" Tuhanku, Bangsa Cina yang tidak beradab ini benar-benar tidak memandang
kekuasaan Tuhan, berani-beraninya mulut mereka membual setinggi langit " katanya
dalam hati-Terdengar Siau Po berkata lagi.
"Hari ini aku menyuruh seorang prajurit kecil menyentuh tubuh para komandan Lo sat
dengan ujung jarinya, tahu-tahu mereka tidak bisa bergerak lagi. Apakah kau melihat
kejadian itu?" Si Ahli sastra menganggukkan kepalanya.
"Ya, aku melihatnya. ilmu sihir dari mana itu" Kok ajaib sekali?" tanyanya dengan
tatapan ingin tahu. "Ilmu sihir dari Cina, warisan dari Jengis Khan, dulu Jengis Khan justru
menggunakan ilmu ini untuk menyerang Bangsa Lo sat sehingga mereka berlutut dan
menyatakan takluk. sekarang aku akan menggunakan ilmu yang sama untuk
menggempur mereka. Matilah Bangsa Lo sat sahut Siau Po dengan roman bangga. "
Golovinpun berpikir dalam hati
Dulu Jengis Khan hanya mengerahkan dua laksa prajuritnya untuk menyerang
negara kami, ternyata belasan laksa serdadu kami berhasil dikalahkannya. Kami sudah
menduga mereka pasti menggunakan ilmu sihir sekarang si bocah setan ini akan
menggunakan ilmu itu sekali lagi, gawat Apa yang harus kulakukan" " Terdengar si Ahli
sastra berkata pula. "Tapi kalau dari jauh Bangsa Lo sat sudah menembakkan senapan, ilmu sihir kalian
tentu tidak akan ada gunanya lagi"
Siau Po tertawa. "Memang betul, itulah sebabnya kita harus menjalankan strategi. Di sini kita purapura
mengajak Golovin berunding, sementara itu pasukan besar kita menyusup ke Kota
Moskov, Aku pernah menginjakkan kaki ke ibukota negara tersebut Di dalam kota
banyak suku bangsa apa ya. Tar Tar kalau tidak salah. Mereka mengenakan sejenis
topi berbulu yang lucu. Kebanyakan mencari nafkah sebagai penggembala ternak-prajurit kita harus
bertindak seperti maling kecil selagi tuan rumah meleng, mereka menyusup masuk ke
dalam Kota Moskov dengan menyamar sebagai para gembala- sampai jejak mereka
ketahuan tentu sudah terlambat untuk mempertahankan diri," sahutnya pula.
Tubuh Golovin langsung mengeluarkan keringat dingin.
" siasat si bocah setan ini benar-benar keji- Memang mudah menyamar sebagai para
gembala. Kalau mereka berhasil menyusup ke dalam Kota Moskov lalu menggunakan
ilmu sihir mereka, bencana apa pula yang harus bangsa kami hadapi" "pikirnya.
Golovin tidak tahu ilmu yang digunakan Songji adalah ilmu menotok jalan darah.
Untuk menguasainya harus mempelajari dasar ilmu tenaga dalam tingkat tinggi. Dari
puluhan ribu prajurit Kerajaan Ceng, hanya Songji seorang yang bisa melakukannya,
Golovin justru mengira ilmu itu merupakan warisan turun-temurun.
Setiap orang Bangsa Cina pasti bisa melakukannya Asaljari tangan menyentuh
tubuh, maka orang itu tidak bisa bergerak lagi. Apabila ratusan ribu prajurit Cina
menyusup ke Kota Moskov lalu menggunakan ilmu sihir ini, bukan tidak mungkin dalam
waktu yang singkat Bangsa Lo Sat akan habis mereka basmi.
Bagian 95 Terdengar si Ahli Sastra Holland berkata pula.
"Kalau Kong ciak Tayjin tetap bermaksud mengerahkan pasukan besar Cina
menyusup ke Kota Moskow lalu menggunakan ilmu sihir warisan jengis Khan untuk
meringkus kedua pangeran serta Tuan Puteri Sophia, mungkin memang bisa berhasil.
Tapi rahasia ini harus dijaga rapat-rapat, jangan sampai diketahui oleh Bangsa Lo Sat.
negara Lo Sat adalah negara yang besar sekali, kekuatannya tidak bisa disamakan
dengan jaman jengis Khan dulu."
"Aku sudah pernah ke Kota Moskow, Kelihatan di sana aku sudah melihatnya
dengan jelas sekali. Besok kita lepaskan Golovin, lalu kita ajak berunding lagi. Tentu
saja hanya pura-pura. Apa yang kita usulkan juga pasti tidak akan disetujui olehnya.
Namun kita bisa mengulur waktu, satu hari perjanjian tertunda, berarti prajurit kita
sudah berkurang satu hari dalam perjalanan menuju Moskow."
"Betul, betul. Tapi biar bagaimana sebaiknya Tayjin berhati-hati, sebab urusan ini
berbahaya sekali," sahut si Ahli Sastra.
"Aku tahu. Yang penting kau jangan berkata apa-apa, jangan sampai timbul
kecurigaan di hati Golovin," kata Siau Po. Si Ahli Sastra mengiakan lalu memohon diri.
"Panggil Wang Pat Se Ki dan Cu Ke Juo Fur" teriak Siau Po.
Seorang cong peng berjalan ke luar, tidak lama kemudian dia masuk kembali
bersama Walpatsky dan chekonof
"Besok aku mengutus kalian berdua pergi ke Moskow, Bawakan hadiah-hadiah besar
untuk Tuan puteri sophia, sepanjang jalan banyak perampok, sebaiknya ajak sejumlah
pasukan untuk mengawal kalian," kata Siau Po kepada kedua orang itu.
"Dalam perjalanan dari sini ke Moskow paling-paling ada beberapa maling kecil saja,
namun mereka tidak terialu ganas, Tayjin tidak perlu khawatir," sahut Walpatsky.
"Kau tidak tahu bahwa perampok suku Tar Tar sekarang ganas sekali jumlah mereka
sekali keluar ada delapan sembilan ribu orang. Malah kalau sasarannya kelas kakap,
sekali muncul bisa dua puluh ribuan orang," kata Siau Po pulaWalpatsky dan chekonof saling memandang sekilas, pandangan mata mereka
seakan tidak percaya terhadap apa yang dikatakan Siau Po
" Keberangkatan kalian harus terbagi dua rombongan Wang Pat se Ki memimpin
satu rombongan dengan mengambil jalan utara, sedangkan cu Ke juo Fu memimpin
rombongan lainnya mengambil jalan selatan, Bagaimana" "
"Tidak jadi masalah, jarak yang ditempuh hampir sama jauhnya," sahut Wafpatsky.
Chekonof juga mengiakan, "Baiklah. Hadiah-hadiah serta surat yang telah kupersiapkan biar diserahkan oleh
utusan kami. Kalian hanya jadi pengantar jalan saja. Kalau kerja kalian bagus, ada
hadiah nya besar sekali. Tapi kalau pekerjaan kalian tidak beres, aku akan berpesan
kepada komandan pasukan yang mengawal untuk memenggal batok kepala kalian,"
kata Siau Po- setelah itu dia mengibaskan tangannya,
"Sekarang kalian boleh keluar"
Kedua komandan Lo Sat itu segera mengundurkan diri Siau Po mengambil sejumlah
Leng Ki atau Bendera perintah dan dibagikan kepada para panglima, mulutnya
mengoceh dalam bahasa Cina. Golovin memang tidak mengerti apa yang dikatakannya,
tapi kalau dengan dari gerak-geriknya, dia tahu bahwa para panglima itu sedang
menerima perintah dari Siau Po, lalu setiap orang menepuk dadanya sendiri seperti
sedang mengangkat sumpah. Mulut mereka tidak henti-hentinya bersemi "Moskow
Moskow" Terdengar mulut Siau Po mengoceh beberapa kalimat lagi. Empat orang prajurit
segera mengambil selembar peta dan membawanya ke hadapan siau "Po. jari telunjuk
Siau Po menuding pada sebuah titik biru, lalu menyusuri garis merah sampai pada
kotak bertanda hijau. Meskipun Golovin tidak mengerti huruf Cina dan tidak mengerti pula bahasa yang
mereka gunakan, tapi kebetulan peta itu menghadap kepadanya. Dari bentuk serta
gambarnya dia tahu bahwa Siau Po sedang menunjukkan perjalanan dari Ni PuJu dan
berhenti tepat di Kota Moskov- Mungkin itulah jalur yang akan mereka tempuh besok- Bangsa Cina yang bodoh ini benar-benar jahat. Rupanya sejak semula mereka
sudah mengadakan persiapan untuk menggempur Moskov " pikir Golovin dalam hatiTerdengar Siau Po berbicara kembali dalam bahasa Cina, berulang kali dia
menyebut-nyebut nama "Golovin", para prajurit yang mendengarnya langsung tertawa
terbahak-bahak Golovin berpikir dalam hati- " Kalian pasti menertawakan aku sebagai si TololKalian berhasil menipu ku untuk melakukan perundingan dan akan mengulur waktu.
Diam-diam para prajurit kalian malah menyusup ke Moskov untuk menyerang ibukota
kami. Hm Kau kira aku bisa tertipu oleh kalian" Perlahan-lahan dia berdiri - Tuhan memberkati kami sehingga aku dibiarkan
mengetahui rencana jahat Bangsa Cina yang bodoh ini. Hal ini merupakan pertanda
bahwa negara kami masih dilindungi, tidak mungkin terjadi apa-apa. Aku tidak perlu
khawatir Besok toh aku akan dilepaskannya, untuk apa aku mengambil resiko melarikan
diri malam ini" " pikirnya lagi.
Di sebelah barat tampak para penjaga berjalan mondar-mandir tidak henti-hentinya,
namun berbalik di sebelah timur justru berbalik jadi gelap gulita. Dengan
mengendapendap Golovin kembali ke tendanya.
Ternyata ketiga penjaga tadi masih tertidur dengan pulas. Dengan hati-hati dia
masuk ke tenda dan tiduran kembali di atas balai-balai
Keesokkan paginya Golovin disediakan sarapan yang mewah. pembesar Lo Sat itu
menyantapnya tanpa sungkan-sungkan, setelah selesai, dua orang prajurit
menggiringnya ke tenda besar Di dalam tenda itu tampak Siau Po duduk sambil
tersenyum simpul. "Tuan utusan Apakah semalam kau bisa tidur nyenyak?" tanyanyaGolovin mendengus satu kali
"Para penjagamu mengawasiku dengan ketat, tentu saja aku bisa tidur nyenyak"
sahutnya ketus. Siau Po tertawa "Hari ini tentunya kau tidak lagi marahi bukan" Bagaimana kalau kita bicarakan
masalah pembagian wilayah?" tanyanya.
Golovin tidak menjawab, malah mengeluarkan sapu tangan lalu digunakan untuk
menyumpal mulutnya lagi. Siau Po menunjukkan sikap marah"Kalau kau masih keras kepala, aku akan menyuruh orang untuk menebas batang
lehermu" Golovin tidak menunjukkan perasaan gentar sedikit pun.
" Kau toh sudah mengambil keputusan untuk melepaskan hari ini, buat apa buangbuang
energi dengan pura-pura marah seperti ini. Memangnya siapa yang takut
terhadapmu -Ejeknya dalam hati.
Siau Po memaki-maki panjang lebar, tapi tampaknya Golovin tidak
memperdulikannya. Akhirnya dia memperlihatkan mimik kewalahan.
"Baiklah, aku mengakui kegagahanmu Kau boleh kembali ke tempat untuk
beristirahat, sepuluh hari kemudian kita bertemu lagi di sini untuk melakukan
perundingan kembali," kata si anak muda, Golovin berpikir pula dalam hati.
Kau pura-pura marah, tujuanmu sebenarnya adalah mengulur waktu. Kemungkinan
pasukanmu sekarang sudah berangkat menuju Moskov, pokoknya aku tidak akan
terjerat oleh perangkap yang kau pasang "
Maka dia pun berkata, "Terima kasih banyak kalau kau bersedia memulangkan aku.
untuk menunjukkan ketulusan hati kami, aku bersedia merundingkan perjanjian nanti
sore, jadi tidak perlu menunggu sampai sepuluh hari lamanya-" Siau Po tersenyum"Tidak perlu tergesa-gesa. Biar kita sama-sama bisa istirahat dan menenangkan
pikiran Lewat beberapa hari lagi masih ada waktu untuk merundingkannya."
"Pimpinan kedua negara sama-sama berharap masalah ini bisa cepat diselesaikan
setelah itu masih banyak waktu untuk beristirahat." sahut Golovin
"Raja kami tidak tergesa-gesa minta urusan ini diselesaikan Beliau sudah
menyerahkan semuanya kepadaku. Kalau Tuan utusan merasa keberatan, baiklah kita
rundingkan hal ini lima hari kemudian," kata Siau Po
Golovin menggelengkan kepalanya. "Jangan menunda waktu lagi. Kita rundingkan
hari ini juga." "Bagaimana kalau tiga hari lagi kita baru berunding?" tanya Siau Po seakan ingin
mengulur waktu terus. "Tidak Hari ini" sahut Golovin.
"Bagaimana kalau besok?"
"Tidak bisa, harus hari ini" Siau Po menarik nafas panjang
"Kalau kau begitu keras kepala, terpaksa aku yang mengalah. Tapi sebelumnya aku
harus bicara pahitnya dulu. Dalam menentukan pembagian wilayah aku tidak akan
mengalah, setiap jengkal tanah harus ada penawaran dan saling timbang yang terinci,"
sahut Siau Po, Golovin berpikir dalam hati- Dalam pembagian wilayah saja kau ingin melakukan tawar menawar untuk setiap
jengkal tanahnya. Kalau begitu, sampai tawar menawar ini selesai kemungkinan prajurit
kalian sudah masuk ke Kota Moskow, Kau kira aku ini orang tolol" Dia segera berdiri dan berkata," Kalau begitu aku mohon diri sekarang, terima kasih
atas hidangan yang telah Tayjin sajikan"
Siau Po mengantar sampai ke depan tenda, serombongan prajurit mengiringi
pembesar Lo Sat itu sampai ke kota Ni Pu Ju. Namun dua ratus enam puluh serdadu
mereka masih ditahan oleh Siau Po
Golovin berjalan ke luar. Dia melihat pasukan besar Ceng yang kemarin berkumpul di
sekitar tempat itu sudah tidak tampak batang hidungnya lagi.
Hanya tersisa segelintir yang berjaga-jaga di sana. Hatinya semakin kecut melihat
keadaan itu. -Bangsa Cina ini berani berbicara berani berbuat pula. sungguh bangsa yang lihai
dan tidak boleh dianggap enteng - pikirnya dalam hati.
Rombongan menggiring Golovin sampai di depan tenda tempat pertemuan mereka
kemarin. Tampak tiga orang Komandan Lo Sat masih berdiri tegak di tempat semula
tanpa bergerak sedikit pun. Enam prajurit Ceng segera menghampiri mereka.
Terdengar mulut keenam orang itu berseru serentak
"Jengis Khan jengis Khan" Lalu tangan mereka menepuk beberapa kali di tubuh
ketiga komandan tersebut.
Tampak ketiga komandan Bangsa Lo Sat itu menggeliat sedikit. Tubuh mereka
sudah terbebas dari totokan. Tapi karena mereka sudah berdiri tegak selama satu hari
satu malam, otomatis kedua lututnya jadi kesemutan Mereka langsung jatuh terkulai di
atas tanah. Keenam prajurit Ceng tadi segera membimbing mereka bangun lalu membantu
mereka melangkah sejauh belasan depa. Dengan demikian rasa kesemutan di dengkul
para komandan itu sudah jauh berkurang sehingga mereka bisa bergerak sendiri,
Golovin yang melihat kejadian langsung berpikir
- ilmu sihir yang diwariskan oleh jengis Khan ternyata benar-benar lihai. Tidak heran
kalau dulu dia bisa menguasai dunia tanpa tandingan, untung jaman sekarang sudah
ada senapan api, sehingga dengan demikian musuh tidak berani terlalu dekat dengan
kita. Kalau tidak, Bangsa Cina yang barbar itu akan menguasai seluruh dunia,
sedangkan kami yang umat Tuhan malah harus jadi budaknya "
Para prajurit Ceng Pu Ju, setelah itu Golovin menanyakan sihir Bangsa Cina, itu segera mengantar Golovin sampai ke depan pintu gerbang Ni
mereka baru kembali ke tempat semula.
nasib ketiga komandannya itu setelah terkena pengaruh ilmu
Ketiga komandan itu memberikan jawaban yang sama.
"Pada saat itu, tiba-tiba saja terasa ngilu di bagian pinggang dan punggung, lalu tidak
terasa apa-apa lagi, seperti orang yang mati rasa."
"Apakah antara kalian ada yang membawa salib?" tanya Golovin
Ketiga anak buahnya segera melepaskan pakaian mereka. Tampak mereka semua
mengenakan kalung salib, bahkan satu di antara mereka membawa patung kecil yesus
Kristus. Golovin mengerutkan keningnya. Dia berpikir
- ilmu sihir warisan jengis Khan rupanya benar-benar lihai, salib yesus Kristus sekali
pun tidak sanggup mengenyahkan hawa sesatnya "
Dia segera menulis tiga pucuk surat laporan darurat lalu menyuruh lima belas orang
serdadu agar berpencar ke tiga arah yang berlainan untuk menuju ke Moskow
secepatnya. Di dalam suratnya dia menyatakan bahwa prajurit-prajurit Cina dalam
jumlah besar sudah berangkat ke ibukota mereka dan akan melakukan penyerangan
secara diam-diam. Para serdadau itu akan menyamar sebagai gembala-gembala suku Tar Tar, harap
pihak Moskow berhati-hati dan menjaga ketat pintu gerbang kota tersebut.
Kira-kira tengah hari, ketiga serdadu yang diutus oleh Golovin kembali ke Kota Ni Pu
Ju secara berturut-turut. Mereka memberikan laporan yang sama, yakni seluruh jalan
menuju Moskow telah dihadang oleh prajurit Ceng. Begitu utusan Lo Sat bermaksud
menerobos, prajurit Ceng membidik mereka dengan anak panah.
Benar-benar tidak ada akal yang baik untuk menerobos. Maka dari pada mati konyol
lebih baik mereka kembali lagi.
Hati Golovin semakin panik mendengar keterangan para utusannya.
"jalan satu-satunya adalah mempercepat selesainya perundingan Dengan demikian
baru ada kemungkinan mereka menarik kembali para prajuritnya. " pikirnya.
Sore harinya, Golovin membawa lima belas anak buahnya menuju tenda tempat
pertemuan diadakan Kali ini dia tidak membawa seorang pun serdadu suku Ke Lungke
dari pasukan berkudanya. Dia ingin menunjukkan ketulusan niatnya kali ini. Lagipula dia merasa percuma
membawa pasukan berkuda sebanyak apa pun, sebab anak buahnya tidak bisa
menangkal kehebatan ilmu sihir warisan jengis Khan, sebetulnya Golovin berpendidikan
tinggi. Dia sudah mempunyai banyak pengalaman pula. Pada dasarnya dia bukan orang
yang mudah ditipu begitu saja, sayangnya rasa gentar Bangsa Lo Sat terhadap
keperkasaan jengis Khan sudah tertanam sejak jaman dahulu.
Apalagi ilmu menotok jalan darah Songji sudah mencapai taraf yang tinggi sekali, dia
pun melihat buktinya dengan mata kepala sendiri, itulah sebabnya dia percaya penuh
ketika mendengar ocehan Siau Po tentang ilmu sihir warisan Jengis Khan,


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Golovin tiba lebih dulu di tenda pertemuan, tidak lama kemudian Siau Po, So Ngo Ta
dan Tang Kok Bang pun tiba- Siau Po melihat Golovin tidak membawa serdadunya,
maka dia pun menyuruh para prajuritnya untuk mengundurkan diriTiraikasih
website http://cerita-silat.co.cc/
Kedua belah pihak saling berbasa-basi sebentar, mereka tidak mengungkit urusan
kemarin sedikit pun. Mereka segera membicarakan masalah pembagian wilayah.
Golovin berharap perundingan ini dapat cepat diselesaikan makanya dalam segala hal
dia banyak mengalah, sikapnya jauh berlainan dengan Diam-diam Siau Po merasa geli,
dia tahu lakon sandiwara yang dimainkannya tadi malam sudah memperlihatkan hasil,
sebetulnya dia sendiri tidak mengerti sedikit pun urusan pembagian wilayah ini, karena
itu dia juga tidak berani ambil resiko.
Urusan itu diserahkan kepada So Ngo Ta yang berkomunikasi dengan bantuan si
Ahli sastra berkebangsaan Holland.
Tampak Golovin dan So Ngo Ta meletakkan sehelai peta besar di atas meja. Tangan
So Ngo Ta terus menunjuk ke sebelah utara, Golovin mengerutkan keningnya,
telunjuknya yang menunjuk ke utara juga menyurut mundur sedikit demi sedikit sebagai
tanda bahwa dia terus menerus mengalah.
Asal jari tangannya makin naik ke arah utara, berarti wilayah yang dimiliki negara
Cina pun semakin banyakSiau Po memperhatikan kedua orang itu beberapa saat, kemudian hatinya jadi tidak
sabaran. Dia segera berjalan menuju sebuah kursi goyang dan duduk di sana.
Disuruhnya salah seorang prajurit mengambilkan sebuah kotak yang terletak di meja
satu nya, sembari menikmati kue dalam kotak itu, hidungnya mendengungkan irama
"Raba sana raba sini".
Golovin sudah bertekad untuk mengalah, namun So Ngo Ta juga tidak mau terlalu
mendesaki karena khawatir akan terjadi perubahan yang tidak diinginkan. Meskipun
demikian, surat-surat yang harus di-tanda tangani kedua belah pihak memang agak
rumit diselesaikan. Karena surat itu terdiri dari beberapa lembar dan harus diterjemahkan dalam bahasa
negara masing-masing, setelah itu masih ada lembaran lainnya yang dibuat dalam
bahasa Latin sebagai bahasa yang digunakan oleh saksi.
Sampai empat hari lamanya mereka sibuk menyelesaikan dokumen perjanjian,
akhirnya surat-surat itu pun dilanda tangani oleh kedua belah pihakDari So Ngo Ta dan Tang Kok Bang, Siau Po mengetahui bahwa dalam perundingan
ini negara Cina meraih banyak keuntungan, sebab wilayah pembagian yang didapatkan
lebih luas dari pihak Lo Sat.
Malah jauh melebihi batas yang ditentukan oleh Kaisar Kong Hi Dokumen perjanjian
terdiri dari empat bagian, satu dalam Bahasa Lo Sat, satu dalam Bahasa Cina, dan dua
dalam Bahasa Latin. Apabila ada kalimat yang kurang meyakinkan dalam perjanjian kedua belah pihak,
maka dokumen dalam Bahasa Latinlah yang akan dijadikan dasar.
Tibalah saatnya bagi kedua utusan dari negara masing-masing untuk menanda
tangani perjanjian Siau Po mengenali tulisan namanya sendiri, namun kalau disuruh
menggerakkan pit untuk menuliskannya, kadang-kadang membuat salah kaprah.
Huruf Wi ada kalanya ditulis menjadi huruf Cang. Bentuk kedua huruf ini memang
hampir sama, apalagi bagi orang yang buta huruf, sedangkan huruf Po kadang-kadang
ditulisnya sebagai huruf Mai- Hanya huruf siau saja yang masih bisa ditulisnya dengan
benarSeumur hidupnya, jarang sekali melihat wajah Siau Po berubah menjadi merah.
Namun saat ini terlihat berona merah- Bukan karena minum arak, juga bukan karena
marah, melainkan karena hatinya merasa agak malu.
Masa di depan utusan negara lawan dia sebagai seorang pembesar kerajaan tidak
bisa menulis namanya sendiri.
So Ngo Ta paiing memahami diri Siau Po, maka dia berkata.
" Untuk menanda tangani dokumen perjanjian ini yang diperlukan hanya membuat
sebuah guratan tangan saja, Wi Tayjin boleh mencantumkan sebuah huruf "siau" saja
sudah terhitung menanda tangani perjanjian ini."
Siau Po gembira sekali. Dalam hati dia berpikir bahwa huruf "siau" memang
merupakan huruf andalannya, Dia segera mengambil sebatang mopit, di sebelah kiri dia
membuat garis miring seperti kumis, demikian pula di sebelah kanannya.
Terakhir dia membuat guratan panjang dengan bagian kakinya agak melengkung
sedikit so Ngo Ta tersenyum, "Sudah, tulisan yang bagus sekali," pujinya, Siau Po
memiringkan kepala untuk meneliti huruf "Siau, yang dibuatnya, kemudian
mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak. So Ngo Ta menjadi heran.
"Apakah ada sesuatu yang lucu dalam pandangan Wi Tayjin?" tanyanya, Siau Po
tertawa. "Coba kau perhatikan huruf ini, bukankah mirip seseorang yang tertotok jalan
darahnya lalu berdiri kaku dengan kedua tangan melebar ke samping?" katanya
So Ngo Ta ikut memperhatikan sekilas, apa yang dikatakan Siau Po memang benar
Dia tahu benak Siau Po saat ini pasti sedang membayangkan Golovin
Bayangan itulah yang akhirnya menjadi inti tulisannya. Dia langsung ikut tertawa geli.
Para pembesar lainnya yang hadir di sana juga ikut tertawa
Golovin mendelikkan matanya memperhatikan orang-orang cina itu. ia tidak mengerti
apa yang ditertawakan oleh mereka
Utusan kedua negara dan para pembesar negara masing-masing segera
menyelesaikan perjanjian tersebut ini merupakan perjanjian pertama yang dibuat oleh
Negara Cina dan Neaara Lo Sat.
Dalam hal ini negara Cina meraih keuntungan besar, wilayah utara yang berhasil
dikuasainya mencapai dua ratus laksa li. Kalau dibandingkan negara Cina yang
sekarang, maka luasnya mencapai satu setengah kali lipat.
Sesuai dengan peraturan pada jaman itu, kedua belah pihak sama-sama
menembakkan meriam ke udara sebanyak empat kali sebagai tanda perjanjian telah
disepakati Meriam milik kerajaan Ceng ada empat ratus lebih, begitu ditembakkan suaranya
menggelegar seakan hendak memecahkan angkasa, sedangkan meriam milik Negara
Lo Sat yang ada di Ni PuJu ada dua puluhan.
Kalau dibandingkan dengan suara meriam milik Kerajaan Ceng, benar-benar ibarat
kicauan burung dan auman singa.
Diam-diam Golovin merasa beruntung, sebab kalau perjanjian itu sampai gagal, dia
tidak dapat membayangkan akibatnya bila harus berperang dengan pasukan Siau PoDapat dipastikan tidak ada satu pun serdadu dari pasukannya yang bisa
menyelamatkan diri. Setelah perjanjian selesai, kedua negara saiing bertukar souvenir, Golovin
menghadiahkan arloji, alat teropong, peralatan dari peraki kulit macan tutul dan
berbagai macam senjata untuk Siau Po dan para pembesar Ceng lainnya.
Sedangkan Siau Po membalasnya dengan memberikan kuda-kuda pilihan, pelana
dari kulit bermutu terbaik, cawan emas, pakaian dari benang sutera, mantel berbulu
binatang dan lainnya, sedangkan untuk para serdadu Lo Sat yang berjumlah dua ratus
enam puluh orang itu Siau Po memberikan masing-masing uang perak senilai dua
puluh tail sebagai pengganti ikat pinggang mereka yang telah diputuskan atas
perintahnya. Diam-diam Golovin masih merasa cemas, entah pasukan Kerajaan ceng yang
diperintahkan menyusup ke kota Moskov sudah ditarik kembali atau belum. Maka dalam
pembicaraan dengan Siau Po selama perjamuan besar di malam harinya, dia terus
melakukan penyelidikan. Namun Siau Po sangat cemas, dia pura-pura tidak tahu apa yang dilakukan Golovin,
pertanyaan orang itu selalu dijawab dengan sangar-sangar.
Dua hari kemudian, Golovin mendapat kabar bahwa ada pasukan besar Kerajaan
Ceng yang mendatangi dari arah barat, Golovin segera memanjat ke atas tembok kota
dan melihat dengan alat peneropong. Dari kejauhan tampak rombongan besar pasukan
berkuda Kerajaaan-Ceng sedang menghambur ke arah kota Ni Puju.
Debu-debu yang terkais oleh kaki kuda sampai mengepul ke udara, Golovin senang
sekali. Dia tahu pasukan besar yang tadinya diperintahkan menyusup ke Kota Moskow
sudah ditarik kembali. Beberapa hari kemudian, tukang-tukang batu panggilan telah menyelesaikan tugu
perbatasan sesuai perjanjian Talisan yang tertera di atas tugu tersebut terdiri dari
Bahasa Cina, Bahasa Lo Sat dan Bahasa Latin.
Setelah selesai, utusan kedua negara beserta para pembesarnya melakukan
upacara peresmian secara sederhana, kemudian mereka saling memohon diri untuk
kembali ke negara masing-masing.
Sebelumnya Siau Po memanggil Walpatsky dan chekonof, dia menyuruh mereka
membawakan hadiah untuk Ratu Sophia, Diantaranya terdapat selimut serta bantal.
Negara utara merupakan wilayah yang tandus, sulit menemukan benda-benda
seperti ini. Siau Po memberikan milik Songji kepada si Taan Puteri Negara Lo Sat.
Sembari tertawa Siau Po berkata.
"Kalau Taan puteri benar-benar merindukan aku, suruh dia bergumul dengan selimut
atau memeluk bantal ini saja."
"Cinta Tuan puteri kami terhadap Tayjin dalam sekali, sedangkan selimut dan bantal
ini cepat rusaki sebaiknya Tayjin memerintahkan beberapa ahli bangunan datang ke
Moskow untuk membuatkan beberapa jembatan. Dengan demikian dalam jangka waktu
yang panjang sekali kenangan terhadap Tayjin masih terpateri dalam hati Tuan puteri"
sahut Walpatsky. sekali lagi Siau Po tertawa lebar.
"Aku sudah mempertimbangkan hal ini, kalian jangan cerewet," katanya.
Ia lantas menyuruh beberapa anak buahnya menggotong ke luar sebuah peti kemas
berukuran besar, yang menggotongnya sampai delapan orang. Tampaknya isi peti itu
berat sekali. Di bagian luar peti kemas terbelenggu rantai tebal yang dilas api
sehingga kuat sekali. "Hadiah ini berarti sekali, kalian harus menjaganya baik-baik dan jangan sampai
terjadi kerusakan dalam perjalanan Begitu Tuan puteri kalian melihatnya, dia pasti
merasa senang." "Hadiah ini akan menimbulkan kenangan sepanjang masa sama halnya dengan
jembatan buatan orang-orang bangsa kami," kata Siau Po pula.
Kedua utusan dari Lo Sat itu tidak berani banyak bertanya. Mereka menyuruh
beberapa serdadunya untuk membawa peti kemas itu. peti itu memang berat sekali,
mungkin lebih dari seribu kati. Bayangkan saja betapa susah payahnya para serdadu Lo
Sat membawa benda itu dari Ni Puju menuju Moskov.
Begilu menerima hadiah itu. Ratu sophia segera menyuruh orang untuk
membukanya, isi peti itu ernyata sebuah patung besar berbentuk Siau Po yang sedang
tersenyum simpul, buatannya halus sekali sehingga tampak hidup. Namun yang
menjadi keistimewaannya, patung itu justru telanjang bulat. Rupanya Siau Po
mendatangkan seoarang ahli pahat patung untuk membuat patung dirinya. Dibagian
cincin patung itu terdapat tulisan "Aku selalu mencintaimu" yang dibuat oleh si Ahli
Sastra kebangsaan Holland dengan menggunakan Bahasa Lo Sat.
Tuan puteri Sophia yang melihat patung itu sampai tertegun beberapa saat. Dia tidak
tahu harus menangis atau tertawa menghadapi kejadian ini. Terbayang olehnya
kecerdasan dan sikap nakal si Pembesar Bocah Tiongkok.
Rasanya tidak ada seorang lain pria Lo Sat yang dapat menandinginya. Akhirnya dia
menatap patung itu dengan sinar mata penuh kerinduan.
Patung ini diletakkan dalam istana Kremlin. Ketika terjadi pemberontakan antara
orang-orang sendiri Ratu Sophia diusir keluar dari istana tersebut, patung Siau Po ini
diperintahkan agar dihancurkan para serdadu yang mendapat tugas tersebut merasa
sayang menghancurkan patung yang bentuknya demikian hidup.
Akhirnya patung itu mereka sembunyikan di sebuah desa terpencil, oleh sebagian
penduduk yang masih primilif, patung itu malah dipuja. Ada orang yang percaya, bila
ingin mendapatkan keturunan bagi pasangan yang mendapat kesulitan, mereka harus
berdoa di depan patung itu lalu meraba bagian bawahnya beberapa kali.
-ooo00000oooTiraikasih website http://cerita-silat.co.cc/
Siau Po memerintahkan anak buahnya untuk segera kembali ke Kotaraja, Begitu
pasukan besar Kerajaan Ceng memasuki perbatasan kota utama negara Cina itu, para
pembesar istana serta ratusan prajurit pilihan sudah menunggu di pintu gerbang kota.
Siau Po mengajak So Ngo Ta, Tung Kok Bang, Pa Hai, Peng Cun, Lim Heng cu dan
beberapa pembesar lainnya pergi menemui Kaisar Kong Hi. sri Baginda merasa puas
sekali dengan hasil kerja Siau Po sehingga menganugerahkan pangkat pangeran Lu
Ting Kong Tingkat satu. sedangkan So Ngo Ta, Tung Kok Bang serta yang lainnya juga
mendapat kenaikan pangkat.
Keesokan harinya Siau Po mendapat panggilan untuk menghadiri perjamuan yang
diadakan oleh Kaisar Kong Hi. Di hadapan para pembesar istana, raja menceritakan
kecerdikan Siau Po sehingga berhasil melaksanakan tugasnya dengan baikSiau Po juga mendapat berbagai hadiah. Tentu saja si anak muda merasa senang
sekali Dalam perjalanannya pulang dari istana, terdengar suara tepukan tangan yang
riuh mengiringi dari belakangnya.
Siau Po merasa bangga sehingga membusungkan dadanya tinggi-tinggi, setiap
tempat yang dilaluinya selalu terdengar suara sorakan orang ramai memujinya.Tiba-tiba
dari pinggir jalan terdengar teriakan seseorang.
"Siau Po Kaulah si anjing buduk yang tidak ingat budi"
Jangan ditanyakan bagaimana terkejutnya hati Siau Po. Dia merasa suara ini tidak
asing bagi telinganya. Ketika dia menolehkan kepala, tampak seorang laki-laki bertubuh
tinggi besar menghambur ke luar dari kerumunan orang banyak- orang itu menudingnya
sambil memaki "Siau Po Kau lah si maling kecil yang pantas ditebas seribu kali Kau tidak sudi
menjadi orang Han yang baik justru menyerahkan diri untuk mengabdi kepada Bangsa
Ceng Kau tidak malu menjadi budak Bangsa Tatcu Kau sudah mencelakai gurumu
sendiri, kau juga mencelakai saudara-saudara seperguruanmu sekarang Raja Tatcu
menganugerahkan pangkat yang tinggi kepadamu sehingga kau merasa besar kepala
Pasti karena hidupmu senang, bukan" Neneknya Locu akan menebas tubuhmu dua
puluh delapan kali dan meng ulungkan kepalamu lima belas kali Aku ingin lihat pada
saat itu apakah kau masih bisa menjadi pangeran Kura-kura atau pangeran Bebek?"
Laki-Iaki itu tidak mengenakan baju. Tampak dadanya penuh dengan bulu yang lebat
Tampangnya garang dan matanya memandang Siau Po dengan sinar menyala-nyala,
ternyata dialah Mao sip Pat, yang mula-mula membawa Siau Po ke Kota raja.
Sementara Siau Po masih tertegun mendengar caci maki orang itu, puluhan prajurit
Ceng sudah menerjang ke depan dan mengepung Mao sip Pat. Laki-laki itu
mengeluarkan sebilah pedang pendek untuk melakukan perlawanan, namun puluhan
prajurit itu sudah mengambil tindakan terhadapnya. Ada yang menudingkan golok ke
lehernya, ada yang merebut pedang pendek dari tangannya dan sisanya segera
menelikung kedua tangan orang itu lalu mengikatnya dengan tali.
Mulut Mao sip Pat tidak henti-hentinya memaki, "Siau Po Kaulah si maling kecil yang
lahir dari rahim seorang pelacur sungguh merupakan suatu kesalahan besar Locu
membawamu ke Kota raja tempo hari Aku merasa berdosa terhadap Tan Kin La m dan
Tan ceng tocu. Aku juga berdosa terhadap para pendekar dari perkumpulan Thian Te
hwee. Hari ini toh aku tidak ingin hidup lagi, biarlah orang-orang di dunia ini tahu
bahwa kaulah si pengkhianat yang menjual temannya sendiri Kaulah si maling budukan yang
lupa budi orang yang ada dalam otakmu hanyalah bagaimana menjabat pangkat yang
tinggi dengan menjadi anjingnya Bangsa Tatcu"
Beberapa prajurit maju untuk menampar mulut Mao sip Pat, tetapi dengan gagah
orang itu terus memaki, tidak memperdulikan rasa sakit sedikit pun. Siau Po segera
memerintahkan para prajurit jangan bertindak kasar, salah seorang prajurit
mengeluarkan sehelai sapu tangan lalu menyumpal mulut Mao sip Pat dengan sapu
tangan itu. Namun Mao sip Pat masih juga mencaci meskipun suaranya berubah aneh dan tidak
terdengar jelas apa yang dimakinya. Siau Po menurunkan perintah kepada anak
buahnya. "Bawa orang ini ke rumahku, jaga baik-baik tapi jangan dipersulit Beri dia makan dan
minum, nanti aku akan menginterogasinya sendiri"
Siau Po kembali ke rumahnya. Di dalam ruangan perpustakaan telah tersedia
hidangan yang lengkap di atas meja. Dia menyuruh orang menggiring Mao sip Pat ke
hadapannya. Namun dia takut Mao sip Pat akan mengambil tindakan keras
terhadapnya, maka dia menyuruh Songji dan Su Cuan untuk menemaninya dengan
menyamar sebagai prajurit Ceng.
Beberapa orang menggiring Mao sip Pat ke hadapan Siau Po. Anak muda itu
menyuruh mereka membebaskan belenggu yang mengikat kedua tangan Mao sip Pat
setelah itu mereka disuruh meninggalkan tempat itu. Siau Po menyambut orang itu
dengan tertawa lebar. "Mao toako, sudah lama kita tidak bertemu. Tentunya keadaanmu baik-baik saja
bukan?" katanya. Mao sip Pat marah sekali.
"Apanya yang baik atau tidak" sejak bertemu denganmu seharusnya keadaanku
baik-baik saja, sekarang sudah pasti tidak baik" sahutnya kasar-Siau Po tetap
tersenyum. "Mao toako, harap duduk dulu, siaute akan menyalang tiga cawan arak untukmu,
semoga kemarahanmu bisa reda, setelah itu kau bisa memberitahukan kesalahan apa
yang telah siaute lakukan. Rasanya masih belum terlambat, bukan?" katanya. Mao sip
Pat melangkah lebar-lebar ke depan.
"Aku akan membunuhmu terlebih dahulu, setelah itu baru minum arak"
Tinjunya yang besar terkepal dan dilayangkan ke arah Siau Po.
Su Cuan menghambur ke depan lalu menangkap tinju Mao sip Pat dengan tangan
kanannya. Dalam waktu yang bersamaan jari tangan kirinya menotok dua kali pada
bagian pundak Mao sip Pat. Detik itu juga tubuh Mao sip Pat menjadi ngilu dan lemas.
Dia tidak dapat mengerahkan tenaga sedikit pun. Tanpa terasa dia jatuh terduduk di
atas kursi. Mao sip Pat terkejut sekaligus marah. Dia berusaha untuk bangun, namun Su Cuan
yang berdiri di belakangnya kembali menggunakan jari tangannya menutul pundaknya


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga di luar kemauan Mao sip Pat terpaksa duduk kembali.
Padahal tubuh Mao sip Pat besarnya dua kali tubuh Su Cuan. Namun dengan
ilmunya yang tinggi wanita itu berhasil menguasai lawannya, sudah tentu hati Mao sip
Pat semakin panas jadinya.
"Hari ini Locu berani memakimu di hadapan orang banyak, dengan demikian Locu
juga tidak memikirkan lagi mati hidup ini. Asal orang-orang di seluruh dunia tahu bahwa
kau Wi Siau Po hanyalah seorang manusia rendah yang mencelakai gurunya sendiri
serta menjual saudara-saudara seperguruannya" makinya.
"Mao toako, aku memang bekerja bagi sri Baginda, tapi apa yang kulakukan adalah
menggempur Bangsa Lo Sat, bukan membunuh Bangsa Han kita. Bagaimana kau bisa
mengatakannya sebagai sebuah pengkhianatan?" tanya Siau Po dengan nada tenang.
"Namun kenapa kau membunuh gurumu, Tan Kin Lam?" Mao sip Pat balik bertanya.
"Kenapa kau mengatakan aku yang mencelakakan guruku" sudah terang guruku
mati di tangan si budak The Kek song" kata Siau Po
"Sampai sekarang kau masih mungkir" Dalam firmannya, sri Baginda terangterangan
menjelaskan masalah ini" sahut Mao sip Pat. Siau Po terkejut setengah mati.
"Mengapa,., dalam firman raja bisa disebutkan bahwa aku yang membunuh guruku?"
Siau Po merasa heran. Diam-diam dia mengerling ke arah Su Cuan.
"Dalam firman beliau beberapa hari yang lalu, sri Baginda memang menyatakan
bahwa kau telah mendirikan jasa besar dalam pemberantasan para pemberontak
seperti Go Pay, Go sam Kui dan yang lain-lainnya, juga dikatakan bahwa kaulah yang
pertama-tama membuat ciut hati para pemberontak dari Taiwan sehingga bawahannya
yang lain tidak mengalami kesulitan merebut pulau itu.
Hal ini memang benar, namun di samping itu masih ada beberapa kalimat yang
isinya menerangkan bahwa kau berhasil membunuh Ketua Pusat Thian Te hwee yakni
Tan Kin Lam, juga tangan kanannya yang sangat dipercaya, Hong ci Tiong.
Dengan demikian seluruh saudara-saudara dari Thian Te hwee yang tersisa scaera
melarikan diri terbirit-birit serta menyembunyikan diri di tempat terpencil karena
takut tertangkap prajurit Kerajaan Ceng, inilah yang tidak benar," sahut Su Cuan menjelaskan
tanpa diminta. Siau Po mengerutkan keningnya.
"Aku masih belum mengerti juga, bagaimana urusan ini bisa dibebankan ke
pundakku?" tanyanya.
"Dengan kata lain kau telah berhasil membunuh Tan Kin Lam dan Hong ci Tiong
sehingga murid-murid Thian Te hwee lainnya kocar-kacir entah kemana. Hal ini dapat
dianggap bahwa perkumpulan Thian Te hwee sudah bubar terpecah belah" sahut Su
Cuan pula. Siau Po melonjak bangun.
"Mana... mana ada urusan seperti itu" Bukankah ini yang dinamakan fitnah?"
teriaknya penasaran Su Cuan menggelengkannya perlahan-lahan, "Hong ci Tiong
adalah seorang mata-mata. Memang betul kita yang membunuhnya, cuma dalam
firmannya sri Baginda menambahkan tiga kata Tan Kin Lam."
Siau Po menjadi panik seketika, Tan Kin Lam adalah guruku yang berbudi tinggi.
Bagaimana mungkin aku mampu mencelakakannya" Firman sri Baginda ini... aih, kau
sudah mendengar apa isi firman itu, mengapa kau tidak mengatakannya kepadaku?"
" Kami sudah pernah merundingkan hal ini. Dalam firmannya sri Baginda
menambahkan tiga kata Tan Kin Lam". Apabila kau mengetahuinya, kau pasti merasa
tidak senang," sahut Su Cuan.
Siau Po mengerti apa yang dimaksudkan dengan
"Kami telah merundingkannya" oleh Su Cuan. Artinya ketujuh istrinya telah
mengadakan perundingan Siau Po menoleh kepada Songji, tampak istrinya itu
menganggukkan kepalanya perlahan-lahan.
"Mo toako, dengan sejujur-jujurnya aku mengatakan bahwa aku tidak mencelakai
guruku, sedangkan Hong ci Tiong merupakan murid murtad dari perkumpulan Thian Te
hwee, dia... dia memberikan laporan kepada sri Baginda mengenai gerak-gerik kami
secara diam-diam...." Mao sip Pat tertawa dingin.
"Oh, jadi kau inilah yang disebut orang baik-baik?" ejeknya.
Siau Po terduduk dengan lemas
"Aku.. aku akan menemui Sri Baginda dan meminta agar beliau merubah" merubah
isi firman itu...." Meskipun mulutnya berkata demikian, namun dia tahu bahwa Kaisar
Kong Hi tidak mungkin merubah isi firmannya hanya karena dia dianggap orang yang
istimewa. Dalam hati dia berpikir.
" Entah anjing penjilat mana yang melaporkan bahwa aku yang membunuh Tan Kin
Lam" Dalam pandangan Sri Baginda, ini merupakan bukti kesetiaanku, tapi apakah...
aku masih terhitung seorang manusia apabila tidak menjelaskan duduk perkaranya" "
Hatinya semakin gelisahi Tanpa dapat mempertahankan diri lagi dia menangis
tersedu-sedu. "Mao toako, cici Cuan, Songji yang baik, aku benar-benar tidak membunuhi guruku"
teriaknya Melihat Siau Po tiba-tiba menangis keras-keras, ketiga orang itu menjadi terkejut, Su
Cuan segera menghampirinya lalu memeluk pundaknya, Dengan lembut dia berkata
"Suhumu dibunuh oleh The Kek song di Pulau Tong sip to. Kami melihatnya dengan
mata kepala sendiri" Dia mengeluarkan sehelai sapu tangan kemudian mengusap air
mata yang membasahi pipi Siau Po
Pada saat itu Mao sip Pat baru tahu bahwa prajurit yang ilmunya tinggi itu ternyata
seorang wanita. Hatinya semakin terkejut, suatu ingatan tiba-tiba melintas dalam
pikiran Siau Po. "Betul Mao toako, si budak Kek song sekarang masih ada di Kotaraja, sekarang kita
bersama-sama menemuinya lalu Toako bisa menanyakan hal ini sampai jelas. Aku
yakin dia tidak berani mengingkari perbuatannya"
Baru berkata sampai di sini, tiba-tiba dari luar terdengar seruan seseorang.
"Firman kaisar tiba To congkoan to Lung mendapat tugas menyampaikan firman
kaisar" Siau Po segera berdiri menghadap ke utara. Tampak To Lung melangkah masuk
dengan wajah berseri-seri. Siau Po langsung menjatuhkan diri berlutut dan menyembah
sebanyak tiga kali. to Lung menunggu anak muda itu menyelesaikan penghormatannya,
baru ia berkata. "Sri Baginda berpesan agar orang yang mengacau di jalanan tadi dibawa untuk
menemui beliau. Kemungkinan Sri Baginda ingin menginterogasinya sendiri" Hati Siau
Po tercekat kaget mendengar kata-katanya.
"Oh, orang itu" Tadi adikmu ini sudah membawanya ke mari dan mengajukan
berbagai pertanyaan secara mendetail, rupanya dia itu orang gila. Kata-katanya ngaco,
semakin lama siaute semakin tidak mengerti apa yang diocehkannya sehingga dengan
kesal siaute terpaksa melepaskannya," sahut Siau PoMendengar sampai di sini, Mao sip Pat tidak dapat menahan kemarahan hatinya lagi.
Dia melonjak bangun sambil menggebrak meja keras-keras, getarannya sampai
membuat mangkuk-mangkuk yang ada di atas meja itu saling beradu.
"Maknya, Wi Siau Po siapa yang kau katakan sebagai orang gila" Akulah orang yang
mengacau di jalanan tadi Aku pula yang memaki-maki Raja Tatcu Meskipun ditebas
dengan seribu golok pun aku tidak takut Mengapa aku harus takut bertemu dengan
seorang Raja Tatcu?" teriaknya lantang.
Diam-diam Siau Po mengeluh. Dia berharap dapat mendustai Kaisar Kong Hi dan to
Lung, setelah itu dia akan melepaskan Mao sip Pat, Ternyata orang itu tidak menyadari
kebaikan hatinya sama sekai, malah sengaja memaki-maki sang Raja di depan umum.
walaupun batok kepalanya ada delapan belas, belum tentu Siau Po sanggup
mempertahankannya lagi. To Lung menarik naIas panjang.
"Saudaraku, kau selalu mengutamakan persahabatanmu dengan orang-orang
kangouw, Daam hal ini toakomu merasa kagum sekali, untuk urusan ini kau telah
berusaha sebaik-baiknya, jangan menyalahkan dirimu sendiri Mari kita berangkat"
katanya. Mao Sip Pat melangkah ke depan pintu. Ketika hendak ke luar tiba-tiba dia
menolehkan kepalanya lalu meludah ke arah Siau Po. Ketika itu pikiran si anak muda
sedang bercabang, yakni memikirkan bagaimana caranya menyelamatkan Mao sip Pat
Tentu saja dia tidak melihat datangnya semburan ludah dari Mao sip Pat, Puih
segumpal air liur itu tepat mengenai matanya. Para prajurit yang melihat kejadian itu
sebera menghunus golok masing-masing lalu menerjang ke arah Mao sip Pat
Siau Po mengibaskan tangannya "Sudahlah, jangan mempersulit dirinya" katanyaAnak buah To Lung langsung maju untuk meringkus orang itu. Dalam sekejap mata
Mao sip Pat sudah berhasil dibelenggu
Siau Po berpikir dalam hati
" Kalau sri Baginda mengajukan pertanyaan kepada Mao toako, mungkin belum
sampai tiga kata saja dia akan dibawa ke luar untuk dipenggal kepalanya. Aku harus
menemui sri Baginda secepatnya. Biar bagaimana aku harus mencari akal untuk
menolong jiwa Mao toako,-Maka dia berkata kepada to Lung,
"To toako, aku akan menghadap sri Baginda untuk menjelaskan duduk persoalannya.
Dengan demikian beliau juga bisa bersiap-siap, jangan sampai orang han yang kasar ini
menyerangnya secara tiba-tiba."
Rombongan itu sampai di istana raja, Siau Po mendengar bahwa Kaisar Kong Hi
berada di ruang perpustakaan. Maka dia memohon untuk menghadap. Sri Baginda
memanggilnya, Siau Po segera masuk lalu berlutut melakukan penghormatan setelah
itu dia baru berdiri " orang yang memaki-makimu juga memaki-makiku di jalanan tadi
teman baikmu, bukan?"
"Kecerdasan Sri Baginda tidak ada yang bisa menandingi dalam urusan apa pun
tidak perlu menebak sampai dua kali," sahut Siau Po.
"Apakah dia orang dari Thian Te hwee?" tanya Kaisar Kong Hi
"Dia tidak pernah menjadi anggota secara resmi, tapi banyak anak murid Thian Te
hwee yang dikenalnya, orang ini sangat kagum kepada guru hamba. Dia mendengar
bahwa dalam firman Sri Baginda ada menyatakan bahwa akulah yang membunuh Tan
Kin Lam. Dia marah sekali sehingga memaki-makiku seenak perutnya. Mengenai Sri
Baginda sendiri, dia tidak berani mengeluarkan cacian sepatah kata pun," sahut Siau
Po. Kaisar Kong Hi tertawa "Antara kau dengan Thian Te hwee tidak ada apa apa lagi, bukan" sejak hari ini kau
tidak pernah menghubungi mereka, kan?"
Siau Po menganggukkan kepalanya
"Benar, Waktu menggempur Negara Lo Sat saja hamba tidak membawa seorang pun
anak murid Thian Te hwee"
"Kalau suatu hari ada teman lamamu dari Thian Te hwee yang datang mencarimu,
apa yang akan kau lakukan?" tanya Kaisar Kong Hi.
"Hamba tidak akan menemuinya, ini untuk menjaga perasaan kurang enak pada
kedua belah pihaki" sahut Siau Po.
Kaisar Kong Hi menganggukkan kepalanya, "Itulah sebabnya aku menyebut nama
Tan Kin Lam dan Hong ci Tiong dalam firmanku tempo hari. Aku justru mencegah
terjadinya banyak masalah bagimu di kemudian hari, Siau Kui Cu, tidak mungkin
menginjakkan kaki pada dua perahu untuk selamanya.Kalau kau memang setia
kepadaku, maka kau harus bekerja untukku dengan sesungguh hati, jangan sekali-kali
kau menceburkan diri dalam kemelut gelombang badai Thian Te hwee. Bila kau
memang ingin sekali menjadi Hiocu perkumpulan Thian Te hwee, maka kau juga harus
mengerahkan segenap kemampuanmu untuk melawanku?"
Siau Po terkejut setengah mati mendengar ucapannya, dia segera menjatuhkan
dirinya berlutut dan menyembah beberapa kali.
"Biar bagaimana pun hamba tidak berani melakukan perlawanan terhadap Sri
Baginda, Di saat kecil hamba memang suka ceroboh melakukan apa pun tanpa berpikir
panjang lagi. Namun sekarang hamba sudah dewasa. Hamba tidak akan melakukan hal
yang bodoh lagi." Kaisar Kong Hi tertawa lebar. "Bagus sekali Besok kau tabas saja batok kepala orang
gila yang memaki-maki kita di tengah jalan itu jangan sekali-sekali dibiarkan hidup."
Kembali Siau Po menyembah "Hari ini hamba dapat bertemu dan mengabdi kepada
sri Baginda, seluruhnya merupakan jasa orang ini. Hamba masih belum mendapat
kesempatan untuk membalas budinya. Maka... maka hamba memberanikan diri untuk
memohon pengampunan baginya. BiarIah" biarlah hamba mengembalikan semua
hadiah yang telah diberikan oleh Sri Baginda, Hamba juga bersedia diturunkan
pangkatnya menjadi pangeran Lu Tiong Kong Tingkat Dua kembali."
Wajah Kaisar Kong Hi berubah seketika, "Apa yang sudah dikatakan oleh seorang
Raja kau anggap sebagai suatu permainan" Anugerah berupa pangeran Lu Ting Kong
Tingkat satu adalah budi yang kuberikan kepadamu. Kau menggunakan hadiah yang
kuberikan untuk melakukan tawar-menawar denganku, tampaknya nyalimu sekarang
sudah besar sekali, ya" bentak sang Raja.
Siau Po menggelengkan kepalanya, "Hamba memang mengajukan harga, tapi Sri
Baginda toh boleh menawar sesuka hati. Kalau sri Baginda keberatan hamba
diturunkan pangkatnya menjadi Lu Ting Kong Tingkat Dua, boleh saja turun lagi menjadi
Tong sip Pak kembali, atau Tong sipji (Anak kecil dari pulau Tong sip)."
Tadinya Kaisar Kong Hi bermaksud menakut-nakuti Siau Po agar kelak tidak berani
membangkang lagi terhadapnya. Tak disangka anak muda ini benar-benar ibarat "Katak
dalam tempurung" walaupun pangkatnya sudah tinggi sekali, wataknya masih
kampungan gayanya yang tengil tidak pernah berubah. Dalam hati Kaisar Kong Hi jadi
kesal sekaligus geli. "Berdiri kau" bentaknya pura-pura garang, Siau Po menyembah satu kali lagi
kemudian baru bangkit. Kaisar Kong Hi masih memasang tampang cemberut.
"Kau ingin melakukan tawar-menawar denganku. Baiklah, Kalau kau meminta aku
mengampuni pemberontak itu, maka kau harus membayarnya dengan batok kepalaku
sendiri" katanya seolah-olah serius.
Wajah Siau Po justru dipasang semurung mungkin.
"Tawaran Sri Baginda terlalu serius dan sadis, bagaimana kalau harganya dinaikkan
sedikit lagi?" "Baik aku akan menaikkannya sedikit Begini saja, biar bagian paling vital di bawah
tubuhmu dipotong saja, jadi kau bisa menjadi Thay-kam yang sebenarnya di istana ini,"
kata Kaisar Kong Hi. "Coba naikkan harganya sedikit lagi." pinta Siau Po
"Tidak. Harga sudah mantap, Kalau kau tidak membunuh orang itu, berarti kau tidak
setia terhadapku, seseorang itu apabila setia ya setia, tidak ya tidak. Memangnya ada
tawar-menawar?" kata Kaisar Kong Hi.
"Kepada Sri Baginda sudah pasti hamba menyerahkan kesetiaan Terhadap teman
namanya setia kawan atau solider, terhadap ibu namanya berbakti, terhadap istri
namanya cinta..." Kong Hi tertawa terbahak-bahak mendengar kata-katanya.
"Kau memang bocah paling serakah. Kalau mau apa-apa tidak pernah tanggungtanggung.
Bagus, aku merasa kagum sekali Besok tengah hari, pokoknya kau harus
membawa sebuah batok kepala ke hadapanku. Kalau bukan batok kepala orang itu, ya
batok kepalamu sendiri"
Siau Po merasa tidak berdaya. Dia segera menyembah sekali lagi lalu
mengundurkan diri Ketika ia sampai di depan pintu, terdengar Kong Hi bertanya. "Tentunya kau
bermaksud kabur lagi, bukan?"
"Kali ini hamba tidak berani lagi. Hamba hanya ingin pulang ke rumah lalu berbaring
di atas tempat tidur untuk berpikir baik-baik. Paling bagus kalau hamba menemukan
jalan ke luar yang ideal. Dengan demikian hamba tetap setia terhadap Sri Baginda,
tidak berdosa terhadap teman sekaligus dapat mempertahankan batok kepala ini,"
sahut Siau Po Kong Hi tersenyum. "Baiklah, Aku sudah lama tidak bertemu dengan Kian Leng
kongcu. Kalau kau pulang nanti, sampaikan agar dia menemui kakaknya ini. Aku sudah
rindu sekali kepadanya." setelah berhenti sejenak dia melanjutkan kembali, "Sekalian
ke enam istrimu yang lain dan tiga orang anakmu juga suruh bawa untuk menemui Thay
Hou. Thay Hou pernah mengatakan bahwa kau telah mendirikan jasa besar, beliau
ingin memberi hadiah untuk istri-istri dan anak-anakmu," katanya.
"Terima kasih atas budi yang dilimpahkan sri Baginda dan Thay Hou. Biarpun tubuh
ini harus hancur, rasanya masih belum cukup untuk membalas budi tersebut." Siau Po
melangkah mundur dua tindak, tanpa dapat menahan mulutnya dia berkata pula.
"Hamba pernah mengatakan bahwa sri Baginda adalah sang Buddha, sedangkan
hamba yang menjadi Sun Go Kongnya. Apa pun yang hamba lakukan, tetap hamba
tidak bisa melepaskan diri dari cengkeraman Sri Baginda."
Kong Hi tersenyum simpul. "Kau sendiri juga sangat cerdas, jadi kau tidak perlu
sungkan-sungkan terhadapku."
Siau Po melangkah ke luar dari ruang perpustakaan. Tidak henti-hentinya dia
menarik naIas panjang. - Sri Baginda sengaja menahan ke tujuh istri dan ketiga anakku. Dia tahu dengan
cara ini aku tidak mungkin sampai hati meninggalkan mereka apalagi pakai kabur
segala, " pikirnya dalam hati.
Ketika sampai di koridor panjang, tampak To Lung menghampirinya.
"Saudara Wi, Thay Hou memanggil istri-istri dan anak-anakmu. Kali ini keluargamu
pasti banjir hadiah lagi, selamat" Siau Po menjura.
"Semua ini berkat rejeki to Toako puIa," sahutnya. To Lung tersenyum.
"Sebelum menjalankan tugas tempo hari, saudara Wi berpesan kepadaku untuk
menagihkan hutang kepada The Kek song. Boleh dibilang sudah hampir delapan puluh
bagiannya yang dibayar, jumlah yang sudah terkumpul mencapai dua ratus laksa tail
lebih. Nanti aku akan menyuruh orang mengantarnya ke rumah Adik Wi," kata To Lung,
Siau Po tertawa. "llmu To toako ternyata hebat juga. Dalam waktu yang begitu singkat sudah berhasil
menagih begitu banya-" Kemudian dengan penuh kebencian dia berkata pula, "Maknya
si bocah Kek song itu Kalau mengingat guruku yang mati di tangannya, rasanya belum
puas sebelum berhasil membalaskan dendam ini. Dan orang gila yang memaki-maki di
jalanan tadi juga karena perbuatannya itu"


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semakin memikirkan hatinya semakin kesal. "To toako, harap kau membawa anak
buahmu lebih banyak lagi, sekarang juga kita tagih lagi hutangnya" katanya pula.
Mendengar Siau Po ingin menagih hutang lagi kepada Kek song, tentu saja hati to
Lung menjadi senang sekali. Apalagi hari ini dia ditemani oleh Lu Ting Kong Tingkat
satu, wibawanya pasti tampak semakin besar.
Dia segera menyuruh wakilnya menggantikannya untuk sementara. Kemudian dia
memerintahkan salah seorang komandannya agar mempersiapkan seratus cong peng
pilihan untuk menyertai Siau Po dan dirinya menuju tempat kediaman The Kek song.
Pangkat Kek song sekarang adalah Kong ciak. Kalau dibandingkan dengan Siau Po
ibarat langit dan bumi. Apalagi Kek song merupakan pihak musuh yang telah
menyatakan takluk. Sedang Siau Po mendapat pangkatnya dari berbagai jasa yang telah didirikannya,
walaupun dihitung dari urutan tidak terpaut jauh tapi isinya justru berbeda sekali.
Di atas pintu gerbang gedung kediaman Kek song terdapat papan yang bertulisan
"Hai Tin Kong Hu", namun tintanya warna hitam. Jauh berbeda dengan gedung
kediaman Siau Po yang papannya ditulis dengan tinta air emas. Melihat keadaan itu,
setidaknya hati Siau Po merasa bangga juga.
"Merek yang terpasang di atas rumah budak ini masih tidak bisa menyaingi gedung
kediamanku," katanya.
Para prajurit Kerajaan ceng sudah biasa menagih hutang ke rumah Kek song,
setidaknya muncul dua tiga hari sekali, jadi mereka tidak menunggu sampai penjaga
pintu melaporkan kedatangan mereka, semuanya main selonong saja, Siau Po masuk
ke ruang tamu dan duduk di atas sebuah kursi, sedangkan To Lung duduk di sisinya.
Bagian 96 Kek Song mendengar panglima Besar Bu yan Thayswe Wi Siau Po datang
berkunjung. Dia jadi kebingungan seketika. Tapi dia tidak berani menolak pertemuan
dengan Siau Po. Karena itu dia segera mengganti pakaiannya dengan jubah
kebesarannya lalu dengan membusungkan dada dia keluar menemui musuh
dedengkotnya. Dari jauh sudah terdengar suara panggilannya yang lantang.
"Wi Tayjin" Kek Song segera menjura dalam-dalam.
Siau Po tidak berdiri, dia tetap duduk di atas kursi sambil mengangkat sebelah
kakinya, kepalanya mendongak ke atas lalu mendengus satu kali.
"To toako, bocah Kek Song itu benar-benar tidak tahu sopan santun. Kita sudah
datang setengah hari lebih tapi dia tidak memperdulikannya sama sekali. Bukankah
kelakuannya itu menunjukkan bahwa dia tidak memandang sebelah mata terhadap
kita?" katanya seakan tidak melihat kemunculan Kek Song.
"Memang benar, orang bilang hutang nyawa dibayar nyawa, hutang uang dibayar
uang. Dia selamanya suka menyurutkan kepala seperti seekor kura-kura. Memangnya
orang itu bisa bersembunyi untuk selamanya?" sahut To Lung.
Kek Song marah sekali, Namun di bawah tekanan orang, mau tidak mau dia harus
menundukkan kepalanya, Kedua orang di hadapannya ini, yang satu seorang panglima
Besar, sedangkan yang satunya lagi seorang Komandan Pengawal Istana.
Ada pun dirinya sendiri tidak mempunyai kekuasaan apa-apa, pangkatnya hanya
berdasarkan nama saja, walaupun punya kedudukan tapi dalam bidang apapun dia
masih tidak berbeda dari rakyat biasa.
Terpaksa dia menahan rasa kesal dalam hatinya. Dia segera membungkukkan
tubuhnya dalam-dalam dan menyapa sekali lagi.
"Wi Tayiin, to Congkoan, semoga kalian berdua sehat-sehat saja"
Perlahan-lahan Siau Po menurunkan kepalanya. Matanya menatap Kek song yang
berdiri dengan tubuh membungkuk di hadapannya tajam-tajam, Siau Po memiringkan
kepalanya, kemana perginya The Kek song yang tampan" yang terlihat di hadapannya
justru seorang laki-laki setengah baya ujang tubuhnya kurus kering, wajahnya pucat,
matanya kuyu. Rambutnya sebagian sudah memutih. Siau Po semakin penasaran. eh, kalau dilihat
lama-lama tidak terlalu tua juga. Namun tampangnya kurang bersemangat, rasanya
Siau Po kenal dengan orang ini. cuma dulunya orang ini tidak memelihara jenggot.
siapa lagi kalau bukan The Kek song"
Beberapa tahun saja tidak bertemu tampang orang ini sudah bertambah tua dua tiga
puluhan tahun, Mula-mula Siau Po memang merasa bingung, namun akhirnya dia
mengerti selama beberapa tahun belakangan ini Kek song sudah mengalami berbagai
penderitaan. Karena itulah tampangnya menjadi tua dan tubuhnya semakin lama semakin kurus,
timbul sedikit perasaan iba dalam hati Siau Po. Tapi kalau dia mengingat kembali orang
ini pernah membunuh gurunya dengan kejam, kemarahannya timbul pula. sembari
tertawa dingin dia bertanya.
"Siapa kau?" "Hamba The Kek song. Mengapa Tayjin tidak mengenali hamba lagi?" sahut Kek
song, Siau Po menggelengkan kepalanya,
"The Kek song" Bukankah si bocah Kek song itu sudah menjadi Raja Muda di
Taiwan" Mengapa dia bisa ada di Kotaraja" oh, kau pasti barang palsu"
"Hamba sudah mengabdi kepada Kerajaan Ceng yang besar. Berkat budi besar Sri
Baginda hamba mendapat pangkat Kong ciak pula," sahut Kek song.
"Oh begitu rupanya. Dulu kau pernah membual di Taiwan bahwa pada suatu hari
nanti kau akan menyerang Kotaraja dan meringkus Sri Baginda, Lalu kau juga
mengatakan entah akan menuntaskan segalanya sepanjang apa atau sependek apa.
Apakah semua kata-kata itu tidak ada hitungannya?" tanya Siau Po pula. Keringat
dingin di punggung Keksong mengalir semakin deras.
" Dia ingin memperberat dosaku sehingga mengoceh yang tidak-tidaki biar
bagaimana sri Baginda selalu mendengarkan apapun yang dikatakannya, tidak mungkin
dia mendengarkan apa yang kukatakan, " pikirnya dalam hati.
Sejak To Lung membawa anak buahnya datang menagih piutang, hari-hari yang
dilalui Kek song terasa semakin berat, satu hari serasa satu tahun. Dari seluruh harta
bendanya yang dibawa dari Taiwan, boleh dibilang hampir delapan puluh persen nya
telah disita oleh congkoan beserta anak buahnya ini.
Sebagian besar dari emas permatanya telah dijual untuk membayar hutang. Entah
sudah berapa ribu kali dia menyatakan penyesalan dalam hatinya sendiri seharusnya
dia jangan menyerah kalau tahu urusan belakangannya begini gawat.
Ketika sie Long membawa pasukannya datang menyerang, paling tidak dia bisa
melakukan perlawanan mati-matian, toh belum tentu pihak mereka yang kalah. Kalau
dia sampai mati dalam peperangan, dia juga tidak perlu merasa berdosa terhadap para
leluhurnya. Tidak di-sangka-sangka setelah menyerahkan diri dia masih harus mengalami
berbagai hinaan, terutama dari pemuda yang sekarang berada di hadapannya ini.
Mendengar ucapan Siau Po barusan, rasanya dia memilih mati daripada hidup,
"To toako, dulu The ongya ini benar-benar sok. Belum lama ini adikmu mendapat
selentingan bahwa ada orang yang akan datang ke Kotaraja untuk menjemput
pangeran ini agar dapat menduduki tahtanya kembali di Taiwan, The ongya, apa yang
dikatakan penghubung mu itu" siaute ingin mendapat penjelasan yang selengkapnya
agar tidak mendapat kesulitan bila melapor pada sri Baginda nanti," kata Siau Po pula.
"Wi Tayjin, harap Anda ulurkan tanganmu yang mulia. Apa yang dikatakan Tayjin tadi
benar-benar tidak pernah terjadi-..."
"Eh. kok aneh To toako, bukankah kita berhasil meringkus seorang pemberontak"
Dia telah membuka mulut memakiku dan Sri Baginda, Dia mengaku sebagai bawahan
lama The ongya. Dia mengatakan bahwa tuan mudanya telah disiksa di Kotaraja ini
karena itu dia datang untuk membalas dendam. Dia bilang ingin membasmi seluruh
Bangsa Boan ceng Tatcu apa itu," kata Siau Po
Mendengar sampai di sini, Kek song tidak dapat menahan kegelisahan hatinya lagi.
Dia menjatuhkan diri berlutut di depan Siau Po, lalu dengan suara meratap dia berkata
"Ampun, Wi Tayjin Dosa hamba yang dulu memang besar sekali sehingga
seharusnya patut mendapat hukuman mati. Harap Tayjin berwelas asih. Kalau Tayjin
membukakan jalan kehidupan bagi hamba, Thian di atas tentu akan memberkati Tayjin
sekeluarga" Siau Po tertawa dingin.
"Ketika membunuh guruku tempo hari, apakah kau pernah membayangkah apa yang
akan kau alami sekarang?"
Tiba-tiba dari ruangan dalam melangkah ke luar seseorang. Tubuhnya tinggi kurus,
tampangnya dingin. Dia bukan lain daripada It Kiam Bu Hiat Pang Ci Hoan. Dia
menghambur ke sisi The Kek song lalu membangunkannya. Kemudian dia menoleh
kepada Siau Po seraya berkata.
"Mengenai pembunuhan atas diri Tan Cong tocu tempo hari, semuanya merupakan
gagasanku, sama sekali tidak ada kaitannya dengan The Kongcu, Bila kau ingin
membalas dendam, silahkan mencariku"
Selama ini Siau Po memang agak gentar berhadapan dengan Pang Ci Hoan. Melihat
kegarangan orang itu, tubuhnya jadi lemas seketika, sikapnya yang sombong tadi tidak
kelihatan lagi. Tubuhnya terhenyak di atas kursi seakan tidak mempunyai tenaga lagi.
"Apakah kau ingin memukul orang?" tanyanya dengan suara gemetar. To Lung
segera bangkit dari tempat duduknya.
"Mana orang?" teriaknya.
Dalam sekejap mata muncul puluhan anak buahnya ke dalam ruangan dan
mengambil posisi mengurung Pang Ci Hoan dan The Kek song.
Melihat begitu banyaknya anak buah di pihaknya, hati Siau Po terasa agak lega.
Orang ini berani bersikap kurang ajar dalam wilayah istana kerajaan. Dia benarbenar
tidak memandang sebelah mata terhadap Sri Baginda kita yang mulia. Cepat
ringkus dia" serunya kemudian.
Empat orang pengawal istana segera tampil ke depan, lalu memborgol kedua lengan
Pang Ci Hoan, Pang Ci Hoan tidak melakukan perlawanan. Malah dengan suara
lantang dia berkata. " Kami telah menyatakan takluk pada pihak Kerajaan Ceng, Sri Baginda
menganugerahkan pangkat Hai Tin Kong kepada The Kongcu, sedangkan aku
dianugerahi pangkat Tiong seng Pak- ucapan seorang kaisar ibarat emas beratnya,
beliau pernah mengatakan bahwa apa yang sudah lalu biarkan berlalu Wi Tayjin, kau
sengaja mencari gara-gara agar bisa mendirikan jasa lagi, bukan" sebaiknya kita
bersama-sama menghadap sri Baginda dan memohon beliau yang menentukan siapa
yang bersalah di antara kita" Siau Po tertawa dingin"Oh jadi kau sendiri orang baik" He he, rupanya It Kiam Bu Hiat Pang Ci Hoan
adalah pendekar yang gagah perkasa Aneh Mengapa sampai hari ini aku baru
mengetahuinya?" ejek Siau Po
"Sejak tiba di Kotaraja ini kami selalu mendapat penjagaan yang ketat selamanya
kami tidak pernah bertemu dengan orang luar. Kami terlebih-lebih tidak berani
melakukan dosa sekecil apa pun. Para siwi ini tidak henti-hentinya datang ke mari
meminta uang. Kami selalu menyediakannya sesuai dengan kemampuan kami. Kami
tidak merasa berat hati karenanya.
Wi Tayjin, apabila kau ingin mencari masalah untuk menambah kesalahan kami,
perlu kau ketahui bahwa Sri Baginda berpandangan luas. Mungkin kau sendiri yang
salah kaprah nantinya" kata Pang Ci Hoan pula.
Orang ini mempunyai pengalaman yang luas dan bernyali besar Tidak bisa
membandingkannya dengan The Kek song. Apa yang dikatakannya mengandung dalih
yang kuat. Untuk sesaat Siau Po sendiri juga merasa sulit berdebat dengannya
Dalam hati Siau Po sadar bahwa kedua orang itu merupakan musuh-musuh yang
telah menyatakan takluk, memang tidak menjadi masalah kalau hanya datang untuk
memberikan sedikit hinaan saja, namun apabila benar-benar ingin menjatuhkan
mereka, Sri Baginda hanya perlu menanyakan beberapa kata saja maka kedoknya bisa
terbongkar. Apalagi bila Sri Baginda sampai tahu bahwa tujuan kedatangannya untuk
membalaskan dendam bagi Tan Kin Lam, kaisar itu pasti akan menyalahkan dirinya.
Tanpa terasa hatinya menjadi lunak seketika, namun mulutnya masih tidak mengaku
salah. "Kemarin kami berhasil meringkus seorang pemberontak. Dia sendiri yang
mengatakan bahwa kedatangannya ke Kotaraja ini justru ingin menjemput The Kong cu
pulang ke Taiwan, Memangnya apa yang dikatakan orang itu hanya kebohongan
belaka?" "Orang itu hanya mengoceh sembarangan, mana boleh dianggap serius" Harap Wi
Tayjin sudi menyeret orang itu ke mari, biar kita bicara secara berhadapan sehingga
kita bisa mengetahui apakah dia bohong atau tidak" sahut Pang Ci Hoan.
"Kau bersedia berhadapan dengan orang itu" Bagus sekali. Benar-benar suatu hal
yang paling bagus Eh, ngomong-ngomong, The ongya, kapan akan kau lunasi
hutangmu itu?" Tandanya mengganti topik pembicaraan secara tiba-tiba.
Pang Ci Hoan mendengar kata-kata Siau Po yang ngalor-ngidul tidak karuan. Dia
menduga anak muda ini khawatir urusan ini diperpanjang. Tentunya dia hanya
mengada-ada saja. Pang Ci Hoan merasa bahwa masalah ini sudah terlanjur panjang,
sebaiknya diteruskan saja sampai ke hadapan Sri Baginda.
Apalagi dia tahu bahwa Sri Baginda yang sekarang ini otaknya cerdas sekali.
Meskipun usianya masih sangat muda, namun caranya memimpin tampuk
pemerintahan justru bijaksana sekali. Raja pasti bisa membedakan siapa yang bersalah
dalam masalah ini. Bila dia tidak menggunakan kesempatan yang baik ini, kemungkinan untuk
selamanya mereka harus terus menerima tekanan dari berbagai pihaki Mereka
sebetulnya sudah didesak sedemikian rupa oleh si pemuda tengit ini. Dalam hati dia
berpikir, semut saja kalau diinjak pasti mengigit, apalagi mereka sebagai manusia.
Daripada menadah saja leher mereka dijerat tali gantungan, toh apa salahnya kalau
mencoba-coba nasib. Maka dia pun berkata.
"Wi Tayjin, mari kita bawa orang itu ke hadapan Sri Baginda?"
Siau Po terkejut setengah mati. Dia membayangkan akibatnya apabila urusan ini
diteruskan sampai ke hadapan Sri Baginda, Tapi Siau Po bukan orang yang sudi
mengakui kelemahannya begitu saja.
"Bagus sekali Ringkus dulu kedua orang ini agar mereka dapat menikmati
kenyamanan dalam penjara, satu atau dua tahun kemudian kita baru bawa urusan ini ke
pengadilan" To Lung menjadi serba salah. Dia tahu masalahnya sekarang jadi gawat. Kalau dia
hanya membawa beberapa pengawal untuk menagih hutang saja, tidak menjadi
persoalan, namun kalau benar-benar memasukkan kedua orang ini ke dalam penjara,
bagaimanapun mereka harus mendapat ijin dari firman raja.
Apalagi raja sendiri yang pernah menyatakan akan membebaskan mereka dari
hukuman. Sebagai bukti keputusannya, Sri Baginda malah menganugerahkan pangkat
untuk kedua orang ini. "Wi Tayjin, sebaiknya kita laporkan dulu kejadian ini kepada Sri Baginda, setelah itu
kita baru boleh meringkusnya" kata To Lung dengan suara rendah.
Hati Kek song menjadi lega seketika.
"Betul, Aku toh tidak melakukan kesalahan apa-apa, mengapa harus ditangkap"
katanya Menghitung arah angin justru merupakan salah satu keahlian Siau Po Maka dia
segera berkata "Salah atau tidak, kita masih belum tahu. Tapi hutangmu kepada ku justru belum
lunas juga, apa yang akan kau lakukan" Aku ingin tanya, kau akan membayar hutang
atau ikut denganku?"
Mendengar Siau Po masih memberinya peluang untuk memilih, hati Kek song
semakin lapang. Dia segera menyahut.
"Aku akan membayar hutangku. Aku akan membayar hutangku"
Selesai berkata dia langsung masuk ke dalam rumah. Tidak lama kemudian dia
keluar lagi dengan membawa setumpuk uang. Disamping itu masih ada dua pelayannya
yang keluar dengan membawa nampan berisi perhiasan.
"Wi Tayjin, hamba sudah menguras seluruh lemari, hamba benar-benar tidak punya
apa-apa lagi, jumlah semuanya paling-paling empat laksa tail saja. sisanya hamba tidak
mungkin bisa membayar lagi," kata Keksong kemudian.
"Tidak bisa membayar lagi" Aku tidak percaya. Coba kita masuk bersama-sama
untuk mencari lagi" jawab Siau Po dengan mata mendelik, "Ini... ini.... Rasanya kurang
leluasa,.,." "Kami toh tidak melakukan kesalahan apa-apa. Wi Tayjin bermaksud menggeledah
tempat tinggal kami" Boleh saja. Tapi apakah Wi Tayjin membawa surat ijin dari Sri
Baginda atau sepotong surat dari pengadilan?" tanya Pang Ci Hoan. Siau Po tertawa.
"ini bukan penggeledahan namanya, The ongya sendiri yang mengatakan bahwa dia
tidak bisa membayar hutangnya lagi. Aku rasa dia berbohong. Kemungkinan dia masih
sanggup membayar lebih banyak lagi, Lagipula, siapa tahu di dalam rumahnya dia
bukan hanya menyimpan uang serta emas saja, tetapi masih menyembunyikan
sejumlah senapan api, pistol, meriam api, meriam air dan sebagainya.
Kalau dia sendiri lupa di mana dia menyimpan barang-barang itu, kami toh
mempunyai banyak tenaga. Kami bersedia membantu mencarinya," sahut anak muda
itu seenaknya. "Mana berani hamba menyembunyikan barang-barang itu" Lagipula pangkat hamba
hanya Kong ciaki maka sebutan ong ya tidak pantas hamba terima" sahut Kek song.
Siau Po menoleh kepada to Lung.
"To toako, coba tolong kau hitung semuanya, berapa kira-kira jumlahnya?"
To Lung mengajak dua anak buahnya menghitung jumlah uang dan perhiasan yang
diserahkan Kek song tadi.
Jumlah uangnya ada tiga laksa empat ribu tiga ratus tail, sedangkan sisanya
merupakan perhiasan-perhiasan yang tidak ada harganya. Kami tidak bisa
memperkirakan harganya" sahut To Lung.
Siau Po mengulurkan tangannya untuk memeriksa perhiasan-perhiasan yang ada di
atas nampan. Tiba-tiba dia mengambil sebatang tusuk konde.
"Aduh, To toako, lihat ini, Bukankah Sri Baginda disebut Naga yang perkasa dan


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

permaisurinya dipanggil Burung Hong yang suci" Mengapa selir budak The Keksong ini
berani mengenakan tusuk konde berbentuk. burung Hong" Apakah dia menyamakan
dirinya sebagai permaisuri Raja?" teriak Siau Po-Pang Ci Hoan marah sekali
mendengar kata-katanya. "Wi Tayjin Kalau kau bermaksud mencari tulang di dalam telur ayam, maka hari ini
juga aku akan mengadu jiwa denganmu Dalam setiap keluarga yang berada apalagi
kaum bangsawan, siapa yang anak gadis atau istrinya tidak memiliki tusuk konde
burung Hong" Aku yakin setiap gadis atau selir dari para pembesar di istana ini
semuanya memiliki tusuk konde burung Hong"
"Rupanya selama ini Pang Tayjin sudah membuka mata lebar-lebar terhadap setiap
gadis para pembesar di istana" Hebat, hebat Hehehehe, tampaknya matamu
mempunyai rejeki yang lumayan sehingga bisa menikmati kecantikan setiap putri
bangsawan di Kotaraja ini. Coba katakan, gadis mana yang paling cantik dalam
pandanganmu" Apakah kau sudah berhasil melihat selir Kong cin ong atau puteri
tunggal Penasehat Raja?" ejek Siau Po.
Saking kesalnya Pang Ci Hoan sampai tidak dapat berbicara, wajahnya berubah
merah padam. Hatinya merasa agak takut juga. Dia tahu bahwa anak muda ini
mempunyai hubungan dekat dengan kaisar sekarang. Kalau ocehannya sampai tersiar
di luaran, apalagi ditambahi berbagai bumbu, kemungkinan dirinya akan mengalami
nasib sial. The Kek song tidak henti-hentinya membungkukkan tubuhnya sambil
berkata. "Wi Tayjin, urusan ini kami serahkan kepada Wi Tayjin saja, .Mohon Tayjin bersedia
memberikan bantuan" Siau Po melihat beberapa patah kata ucapannya berhasil membuat ciut nyali Pang Ci
Hoan sehingga membisu, selagi benderanya masih berkibar maka dia harus
menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Tampak dia tertawa terbahakbahak
"To toako, muka adikmu ini rupanya masih kalah jauh dibandingkan dengan dirimuTo toako datang menagih hutang, hasilnya dua ratus laksa tail lebih, sedangkan adikmu
ini turun tangan sendiri hasilnya justru jauh dari memuaskan."
"Dengan sebenar-benarnya hamba memang tidak punya apa-apa lagi. Hamba tidak
berani mendustai Wi Tayjin, apalagi berpura-pura dengan niat tidak mau membayar,"
sahut Kek Song. "Mari kita pulang Lewat sepuluh hari atau setengah bulan kemudian, setelah The
ongya mendapat kiriman dari Taiwan, baru kita datang menagih lagi" kata Siau Po
Tentu saja Pang Ci Hoan dapat mendengar nada bicara Siau Po yang masih terus
mengaitkan The Kek song dengan Taiwan, Kata-katanya seakan menyatakan bahwa
tuan mudanya masih bersekongkol dengan negara yang dikuasainya dulu, ini
merupakan dosa yang berat sekali karena terhitung pengkhianatan.
Kalau urusannya tidak cepat-cepat dijelaskan, selamanya mereka akan dicap
sebagai pembangkang Pemerintah. Maka dia menyahut dengan suara lantang.
"Kami selalu menjaga diri sesuai dengan hukum, tidak berani melakukan perbuatan
yang memberatkan diri kami sendiri. Apa yang dikatakan oleh Wi Tayjin dan to
Congkoan, semuanya harus kita sampaikan kepada Sri Baginda, Kalau tidaki meskipun
dunia ini luas, kemungkinan kita tidak mempunyai tempat untuk berpijak lagi" Siau Po
tertawa. "Kalian ingin tempat untuk menginjakkan kaki" Ada, ada The ongya dan Pang
Ciangkun bisa kembali ke Taiwan. Bukankah disana ada tempat yang luas sekali"
Kalian berdua tentunya ingin merundingkan tempat yang akan digunakan untuk
menginjak kaki, kalau begitu sebaiknya kami tidak mengganggu lebih lama lagi,"
katanya. Tanpa menunggu jawaban dari lawannya, Siau Po segera menarik tangan to Lung
dan diajaknya meninggalkan tempat kediaman Kek song.
-ooo00000oooSetiba di rumahnya, Siau Po segera menyuruh orangnya menyiapkan meja
perjamuan. Diundangnya para pengawal untuk minum arak bersama-sama, To Lung
memerintahkan anak buahnya pergi mengangkut empat buah peti dari rumahnya.
Ketika dibuka isinya ternyata uang peraki emas permata dan berbagai benda berharga
lainnya-sembari tertawa dia berkata
"Setelah menagih selama beberapa bulan, sebagian besar harta kekayaan Kek Song
sudah terkumpul di sini. Wi Tayjin, harap kau terima semuanya "
Siau Po mengambil segepok uang kertas yang jumlahnya sekitar belasan laksa tail.
"Si Anjing buduk itu telah membunuh guruku, tapi Sri Baginda justru
menganugerahkan pangkat untuknya. Rasanya dendam kesumat ini tidak mungkin
terbalas lagj. Terima kasih atas bantuan to toako dan saudara-saudara lainnya yang
telah mempersulit dirinya selama ini. Setidaknya kedongkolan dalam hati ini. agak
terlampiaskan juga, guruku tidak mempunyai siapa-siapa lagi. Aku akan menggunakan
uang ini dengan menyuruh, rakyat di Taiwan membuatkan sebuah tugu peringatan bagi
beliau, Dengan demikian jasanya akan dikenang sepanjang masa. sisanya harap to
toako ambil dan bagikanjuga kepada para saudara siwi yang telah bercapek lelah"
katanya. To Lung mengibaskan tangannya berkali-kali. "Tidak bisa, tidak bisa uang ini
merupakan hutang yang dibayarkan oleh Kek song, saudara Wi hanya meminta sedikit
bantuan dari saudara-saudara siwi ini untuk menagih ke rumahnya beberapa hari sekali.
Masa jasa sekecil itu saja harus diperhitungkan" Lagipula kita toh orang sendiri, mana
boleh meminta bagian saudara Wi?" Siau Po tertawa.
"Terus terang saja, harta benda di rumah adikmu ini sudah terlalu banyak sehingga
aku sendiri bingung bagaimana harus menggunakannya. Antara sahabat yang baik
seharusnya susah sama-sama senang juga sama-sama. Mengapa harus dibedabedakan?"
Biar dibujuk bagaimana pun, To Lung tetap tidak mau menerima uang pemberian
Siau Po.Mereka terus berdebat sampai wajah keduanya merah
Akhirnya para siwi menerima uang sebanyak seratus laksa tail sebagai ongkos capek
mereka menagih, sedangkan tiga puluh laksa tail lagi dibagikan kepada prajurit pasukan
berkuda, sisanya yang dibawa sendiri oleh To Lung untuk dimasukkan ke dalam kamar
Siau Po Para siwi yang bertugas di istana ataupun di luar istana segera membagi-bagikan
uang jatah itu sedikitnya masing-masing menerima beberapa tail uang perak semuanya
merasa gembira sekali. Mereka makan minum sampai puas untuk merayakannya
sesudahnya mereka segera menggelar meja judi di taman lalu mulai permainan judi
Karena semuanya merupakan sahabat baik Siau Po, maka Siau Po bermain dengan
jujur. Berbeda dengan biasanya yang selalu mencari kesempatan untuk curang. Mereka
berjudi sampai kentungan dua lebih. Tiba-tiba Siau Po berkata kepada To Lung.
"To toako, masih ada satu hal lagi yang adikmu ini ingin meminta bantuan dari
Toako" Peruntungan To lung sedang bagus, hatinya juga gembira sekali.
"Baik, urusan apa pun silahkan saudara Wi katakan" sahutnya sambil tertawa.
Namun tiba-tiba dia teringat sesuatu sehingga dia segera menambahkan, "Asal bukan
yang satu ini yakni orang gila yang memaki-maki Sri Baginda dan Adik Wi di jalanan
kemarin. Sri Baginda telah meminta agar aku menjaganya dengan ketat. Besok pagi
saudara Wi sendiri yang harus mengutungkan kepalanya. Kalau saudara Wi meminta
agar aku melepaskannya, bisa-bisa besok batok kepalaku sendiri yang harus
dipisahkan dari lehernya."
Persoalan yang ingin dimintakan bantuan oleh Siau Po justru masalah yang satu ini.
siapa sangka sebelum dia mengatakan apa-apa To lung sudah menembaknya. Dalam
hati dia berpikir. " Sri Baginda memang melebihi peramal ulung, apapun bisa ditebak olehnya,
Bahkan uang sebesar seratus laksa tailpun tidak dapat digunakan untuk menebus
selembar nyawa Mao Toako, Hatinya jadi panas, rasanya dia ingin kembali ke rumah Kek song untuk menagih
hutangnya lagi. Tapi kalau dipikir-pikir, tampang si Kek song sungguh mengenaskan
seandainya bisa menekan orang bernyali semut seperti dia, toh tidak bisa dianggap
seorang pendekar Dia merenung sejenak kemudian berkata.
"Mengenai orang gila itu, Sri Baginda memang sudah berpesan wanti-wanti. Biarpun
nyaliku sebesar langit juga tidak berani melepaskannya. Hari ini kita ke rumah si Kek
Song untuk menagih hutang, dia sendiri sih tidak jadi masalah, yang membuat hatiku
mendongkol justru tangan kanannya, si Pang Ci Hoan itu. Lagaknya setinggi langit, dia
benar-benar tidak memandang sebelah mata terhadap kita. Kalau mengingat kembali,
rasanya aku tidak sanggup menela n penghinaan tadi"
Beberapa siwi yang mendengarkan dari samping segera menyatakan persetujuan
mereka atas apa yang dikatakan Siau Po
"Apa yang kita hadapi hari ini memang membuat hati jadi kesal Wi Tayjin tidak perlu
memikirkannya, sekarang juga kita kembali ke sana. Dia toh hanya seorang panglima
yang kalah dalam peperangan, berani-beraninya bersikap garang di hadapan kita.
Menghadapi orang yang kasar seperti dia apakah kita juga harus memakai aturan?"
sahut seseorang di antara mereka.
"Urusan menjadi anak kura-kura seperti ini tidak boleh dilakukan secara terangterangan.
Kalau sampai tersiar di luaran, nama saudara-saudara siwi pula yang jelek"
kata Siau Po"Memang benar, saudara Wi memang bisa mempertimbangkan segala hal sampai
jauh" sahut To Lung cepat.
"To toako juga tidak perlu turun tangan sendiri urusan ini biar diselesaikan oleh Tio
toako dan cio toako saja," kata Siau Po sembari menggapaikan tangannya kepada Tio
Kong Lian dan cio ci Hian.
"Kalian melamar sebagai anak buah Cin Tou tong dari bagian depan, katakan bahwa
ada urusan genting yang ingin kalian rundingkan bersama Pang Ci Hoan. Meskipun
hatinya curiga tapi aku yakin dia tidak berani menolak
Sampai tengah perjalanan kalian harus membelenggu kaki dan tangannya.
Kemudian tutup matanya dengan kain hitam serta sumpal mulutnya dengan sapu
tangan, setelah itu kalian ajak dia berputar-putar beberapa kali baru bawa dia ke mari.
Di sini kalian boleh memukulnya sepuas hati. Kalau dia sudah tidak sadar, kalian lepas
seluruh pakaiannya lalu antar dia ke atas tempat tidur selir kesayangan Cin Toutong"
kata Siau Po menjelaskan rencananya.
Para siwi tertawa terbahak-bahak, mereka memuji siasat bagus yang dikemukakan
oleh Siau Po. Para siwi yang bertugas dalam istana memang tidak cocok dengan para
prajurit barisan depan, setiap kali bertemu selalu ada saja yang terlibat dalam
perkelahian. Sebetulnya Komandan bagian barisan depan itu dijabat oleh Akili, Tapi tempo hari
orang itu sudah terperangkap oleh jerat yang dipasang Siau Po sehingga dijebloskan
dalam penjara. Walaupun akhirnya dia dibebaskan, namun Sri Baginda menyalahkan
kecerobohan orang itu yang dikatakan tidak becus melaksanakan tugas, itulah
sebabnya Akili dipecat dari jabatannya dan sekarang kedudukannya dijabat oleh
seseorang bermarga Cin. Selama ini, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi sudah sering
terjadi perselisihan antara To Lung dengan Cin Toutong ini. namun keduanya
berpangkat tinggi sehingga sama-sama merasa apa boleh buat terhadap lawannya.
Itulah sebabnya To Lung yang maling senang mendengar siasat Siau Po barusan.
"Si budak Cin ini terkenal takut istri. Meskipun dia mempunyai beberapa orang selir,
tapi tidak ada seorang pun yang berani dibawanya pulang ke rumah selir kedelapan
yang baru diambilnya tinggal di daerah Tiam Cui Ceng. Cin Toutong belum pernah
bermalam di tempat itu. Kita telanjangi Pang Ci Hoan lalu kita letakkan di atas tempat
tidur selir barunya itu. Yakin Cin Toutong akan mencak-mencak karenanya, walaupun
ada kemungkinan dia curiga semua ini adalah perbuatan kita, tapi asal tidak ada
seorang pun yang membocorkan rahasia ini, dia tidak akan bisa membuktikan apaapa,"
katanya. Para siwi segera melepaskan lencana di pakaian masing-masing lalu melangkah ke
luar sambil tertawa cekikikan,
-ooo00000ooooSiau Po dan to Lung duduk di ruang tamu. Mereka minum arak sembari menunggu
laporan dari para siwi yang sedang menjalankan tugas. Anak buah Siau Po yang
mengamati kejadian yang sedang berlangsung lalu menjelaskan secara berurutan apa
yang mereka lihat Para siwi sudah sampai di depan gedung Tiong seng Pak Hu, Mereka mengetuk
pintu dan mengaku sebagai utusan Cin Toutong, Pang Ci Hoan keluar menyambut
kedatangan mereka. Dia bermaksud mengundang para siwi itu masuk untuk minum
arakNamun Tio Kong Lian mengatakan bahwa dia mendapat tugas dari Cin Toutong
untuk mengundang Pang Ci Hoan agar segera menemuinya karena akan diajak
merundingkan masalah desas-desus dari Taiwan yang tampaknya sangat penting
Tidak lama kemudian datang lagi laporan bahwa Pang Ci Hoan sudah naik ke dalam
tandu, Para siwi mengangkutnya ke sebelah barat kota. Para siwi sudah berhasil
meringkus Pang Ci Hoan. Beberapa prajurit yang menyertainya juga dibelenggu.
Para siwi menggiring mereka ke bagian utara kota. Ketika ditanya oleh penjaga pintu
gerbang, para siwi mengaku sebagai prajurit barisan depan pimpinan Cin Toutong,
Pang Ci Hoan yang ditutup matanya dan disumpal mulutnya pasti dapat mendengar
dengan jelas, sekarang rombongan orang-orang itu sedang menuju ke mari..
Kurang lebih sepembakaran hio kemudian, para siwi telah menggiring Pang Ci Hoan
memasuki rumah Siau Po. Tio Kong Lian berseru dengan suara lantang.
"Lapor kepada Cin Toutong, pemberontak Pang Ci Hoan sudah datang"
Tangan kanan Siau Po dikepalkan lalu dipukulkan ke depan keras-keras sebagai
tanda bahwa para siwi harus memukuli Pang Ci Hoan.
"Pemberontak Pang Ci Hoan berani bersekongkol dengan penjahat, Cin Toutong
menurunkan perintah agar memberi pelajaran yang keras" teriak beberapa orang siwi
pula. Dalam sekejap mata pukulan-pukulan dan tendangan segera mendarat di tubuh
Pang Ci Hoan. sebetulnya ilmu Pang Ci Hoan tinggi sekali, orangnya juga teliti. Ketika
para siwi datang menjemputnya tadi, dalam hati dia sudah menduga ada sesuatu yang
tidak beres. Kalau dia memang berniat kabur, meskipun jumlah para siwi itu cukup
banyak dia yakin belum tentu dirinya akan tertangkap.
Tapi sejak menyerahkan diri, dia sudah mendapat pangkat yang cukup tinggi. Dalam
hati dia berpikir, biarpun pihak lawan ada maksud mencelakainya, tapi Sri Baginda toh
orang yang cerdas dan bijaksana. Pasti beliau akan mempertimbangkan siapa yang
bersalah. Maka dia menurut saja dibawa pergi lalu dibelenggupua, namun karena serakah dan
tamak pangkat, akhirnya dia malah kena pukulan sampai setengah mati. Hal ini
membuktikan bahwa ilmu yang tinggi tanpa pertimbangan yang matang dalam
mengambil keputusanjuga merupakan suatu kesalahan.
Siau Po melihat mulut dan hidung Pang Ci Hoan mengalirkan darah. Hatinya terasa
agak lega, setidaknya dia sudah berhasil membalas dendam gurunya walau cuma
sedikit. Tapi kalau pemukulan ini dilanjutkan, kemungkinan orang ini bisa mati benar-benar.
Karena itu dia sebera memberi isyarat dengan gerakan tangan agar nara siwi jangan
memukulinya lagi, Siau Po menyuruh mereka melepaskan seluruh pakaian Pang Ci
Hoan lalu mengikat tangan dan kakinya dengan tali.
To Lung tertawa geli melihat keadaan orang itu.
"Sekarang juga angkut dia ke rumah selir muda Cin Toutong" katanya. Cio Ci Hian
juga ikut tertawa. "Paling baik kalau seluruh pakaian selir muda itu juga dilepaskan lalu dijejerkan
keduanya di atas pembaringan," sarannya.
Para siwi tertawa terbahak-bahak mereka menyatakan setuju, To Lung ingin melihat
bagaimana tampang Cin Toutong ketika melihat istri mudanya telanjang bulat dan tidur
berdampingan dengan lelaki lain. Maka dia berkata. "Kali ini biar aku sendiri yang
memimpin kepergian mereka"
Beberapa siwi segera menggotong Pang Ci Hoan, Baru saja rombongan itu
bermaksud berangkat, tiba-tiba dari luar menghambur masuk dua orang prajurit lalu
segera menghadap Siau Po " Lapor kepada Wi Tayjin, di depan rumah selir ke delapan Cin Toutong sekarang
sedang kacau balau. Terjadi perkelahian besar-besaran? orang-orang di dalam ruangan
itu terkejut setengah mati,
- Mungkinkah ada orang yang membocorkan rahasia" Kalau Cin Toutong sudah
mengadakan persiapan, maka urusan ini bisa gawat " Pikir mereka dalam hati-
"Siapa yang berkelahi?" tanya Siau Po"Kami berdelapan mendapat tugas dari Wi Tayjin untuk melakukan pengintaian di
sekitar rumah istri mudanya Cin tou tong. Tiba-tiba ada serombongan Nio Cu Kun yang
datang menyerbu ke rumah itu-jumlah mereka lebih dari empat puluh orang..." sahut
salah seorang prajurit. Siau Po mengerutkan keningnya.
"Apa sih Nio Cu Kun itu?" tanyanya tidak mengerti.
"Harap WiTayjin ketahui, rombongan orang-orang ini terdiri dari para wanita berkaki
besar. Ada yang membawa papan gilasan, ada yang membawa kemoceng (Bulu ayam),
dan ada pula yang membawa palang pintu. Mereka menerjang ke halaman rumah selir
muda Cin Toutong lalu berkelahi dengan para penjaga di sana. Mereka kemudian
menyeret ke luar seorang wanita yang kurus kecil dan mencambukinya dengan pecut,"
sahut prajurit itu pula "Kok ada kejadian seaneh itu" Coba kalian selidiki lagi" perintah Siau Po
Kedua prajurit itu mengiakan lalu menjalankan tugas yang diberikan kepada mereka.
Tidak lama kemudian salah seorang dari mereka kembali lagi lalu melaporkan: Cin
Toutong telah berangkat ke rumah selir mudanya dengan menunggang kuda. Rupanya
Kisah Sepasang Rajawali 16 Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Mencari Bende Mataram 2
^