Pedang Pelangi 12
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok Bagian 12
Diiringi dua kali benturan nyaring, cangkul bunga itu patah menjadi dua bagian dan rontok ke tanah.
Kedua orang gadis itu segera menjerit kaget kemudian cepat cepat melompat mundur.
Dengan suara parau Huan Cu Im kembali tertawa keras, ia menerjang keluar dari pelataran lalu menjejakkan kakinya keatas tanah dan melompat naik keatas atap rumah-Tiga orang rekannya yang berada dibelakang segera ikut pula melompat naik keatap rumah.
Dicekam oleh perasaa terkejut dan ngeri, dua orang gadis itu segera mengeluarkan sumpitan dari sakunya dan dibunyikan keras keras...
ooood-woooo Tengah hari sudah tiba, dari jalan raya beralas batu hijau diluar perkampungan Sau hoa san Ceng tampak sebuah tandu berwarna hijau yang digotong oleh dua orang penandu bergerak mendekat dengan gerakan amat cepat.
Dibelakang tandu itu mengikuti seorang perempuan bergaun hijau yang berusia tiga puluh tahunan, ditangannya membawa sebuah pot bunga terbuat dari kemala hijau dan di dalam pot bunga tersebut tampak sekuntum bunga Botan yang merah dengan daun yang segar, bunga itu besar sekali seperti mangkok.
Waktu itu memang musim bunga Botan mekar, tapi bunga Botan yang berada di pot tersebut berwarna merah tua, sekilas pandangan saja orang akan tahu kalau bunga itu dari jenis yang aneh.
Padahal bunga itu sebetulnya bunga palsu yang dibuat persis dengan aslinya.
Perempuan berbaju hijau itu meski berjalan mengikuti dibelakang tandu sambil membawa pot bunga, namun langkah kakinya selalu mantap dan teratur, betapa cepatnya si petandu itu berjalan dia tak pernah ketinggalan setengah langkah pun-Kini tandu berwarna hijau tersebut telah berhenti didepan pintu gerbang.
Tirai tandu pun segera bergoyang, tampak sesosok bayangan merah melompat naik ke atas undak undakan batu dengan kecepatan tinggi, ternyata bayangan merah itu adalah seorang gadis kecil berbaju merah.
Gadis cilik ini berusia paling banyak tujuh delapan tahun, mukanya bersih dan manis sehingga kelihatan amat menarik hati.
Ditengah gadis kecil berbaju merah itu memegang sebuah kartu nama merah yang besar, ia langsung menuju ke pintu besar dan mendongakkan kepalanya memandang sekejap kedua gelang pintu yang berada jauh di atas kepalanya itu, sedemikian tinggi letak gelang pintu itu sehingga tangan si nona cilik itupun tak mencapainya.
Dengan tenang gadis cilik itu sendiri di bawah gelang pintu, tangannya segera merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan seutas tali pinggangnya, diujung tali pinggang itu terdapat sebuah bola bunga yang besar, ketka dia menggetarkan tangannya maka tali pinggang itupun meluncur keats dan bola bunga itu persis menembusi salah satu gelang pintu yang berada disebelah kiri serta mengaitnya dengan kencang.
Ooo-dw-ooO Jilid: 24 Gadis cilik itu segera menarik tali pinggangnya tiga kali, dan gelang pintupun ikut bergetar tiga kali mengetuk pintu besar tersebut.
Selesai mengetuk pintu, sekali lagi nona cilik itu menggetarkan tangannya, ternyata bola bunga diujung tali pinggang itu lolos keluar sendiri dari balik gelang tadi dan seperti seekor ular saja meluncur kembali ketangannya gadis itupun menyimpan kembali tali pinggangnya kedalam saku.
Sejak dari mengeluarkan tali pinggang, menggait gelang pintu- mengetuk pintu sampai menyimpan kembali tali pinggang itu, semua gerakan itu dilakukan nona cilik itu dengan cekatan dan cepat, tak beda dengan orang biasa yang mengetuk pintu.
Tak lama kemudian pintu gerbang dibuka orang dan muncul seorang gadis bermuka dingin yang menengok sekejap kearah gadis berbaju merah itu, dengan suara dingin ia segera menegur :
"Kau mencari siapa ?"
"Tolong tanya cici, benarkah tempat ini adalah perkampungan Sau hoa san ceng ?" tanya gadis kecil berbaju merah itu sambil tertawa.
"Benar, kalian mencari siapa ?" tanya gadis itu lagi dengan suara dingin.
Nona kecil berbaju merah itu tetap tersenyum manis, sambil menyodorkan kartu nama merah ditangannya itu ia berkata
"Ketua Pek hoa pang telah tiba, harap cici masuk kedalam untuk memberi laporan."
"ooo " gadis berbaju bunga itu menerima kartu nama tersebut lalu katanya lagi. "harap kalian tunggu sebentar, aku segera akan memberi laporan kepada hujin."
Ketika masuk kembali, pintu gerbang itu ditutup lagi keras keras. Tak selang beberapa saat kemudian, sekali lagi pintu gerbang dibuka orang, lalu gadis tadi muncul kembali seraya berkata dengan suara dingin : "Majikan mempersilahkan kalian masuk"
"cici, majikan kalian mempersilahkan siapa ?" tanya nona kecil berbaju merah itu sambil membelalakkan matanya lebar lebar
"Majikan kami sudah lama menanti di ruang tamu, tentu mempersilahkan Pek hoa pangcu masuk kedalam"
"Waah, kalau begitu tidak benar namanya," ujar nona itu ragu ragu.
"Pangcu suruh aku memberikan kartu namanya, itu berarti majikan kalian sebagai kakak harus datang sendiri untuk menyambut kedatangan ketua kami. Tiba tiba nona berbaju bunga itu menarik mukanya, lalu berseru dengan dingin :
"Majikan kami selamanya tak pernah menyambut sendiri kedatangan tamunya."
"Tapi kali ini merupakan pengecualian" kata nona kecil berbaju merah itu sambil tertawa cekikikan.
"Majikan kami tidak kenal arti pengecualian" Nona kecil berbaju merah itu segera tertawa lagi :
"Silahkan enci masuk untuk memberi laporan katakan saja bahwa pangcu bersikeras minta kepada majikanmu itu untuk datang menyambut kedatangannya."
"Apa yang kau andalkan ?"
"cici cukup masuk kedalam dan menyampaikan perkataanku ini, majikanmu tentu akan mengetahui dengan sendirinya."
Sekali lagi nona berbaju bunga itu melirik sekejap kearah tandu, kemudian menjawab sambil manggut manggut :
"Baiklah aku akan masuk lagi untuk memberikan laporan."
Dia membalikkan badan dan masuk kembali ke dalam ruangan sambil menutup pintu gerbang.
Kali ini dia tak berani berayal lagi dengan langkah yang tergesa gesa dia lari masuk kedalam ruangan, kemudian sambil memberi hormat serunya: "Lapor majikan, Pek hoa pangcu..."
"Apakah dia sudah datang" terdengar suara dari Hoa Siang siang bergema datang dari dalam ruangan.
"Belum, Pek hoa pangcu masih berada di depan pintu"
"Mengapa ia belum masuk juga?" tanya Hoa Siang siang.
"Nona kecil yang menyodorkan kartu nama tersebut mengatakan bahwa majikan harus menyambut sendiri kedatangannya"
"Hmm, apa dia bilang?" Hoa siang siang mendengus.
Nona berbaju bunga itu menjadi gemetar keras, dengan tergagap dia berkata: "Budak... budak..."
"Masuk kau" perintah Hoa Siang siang sambil mendengus.
Nona berbaju bunga itu mengiakan dan masuk kedalam ruangan dengan kepala tertunduk, lalu setelah berlutut diatas tanah ia tak berani berbicara lagi. Hoa Siang siang segera mengulapkan tangannya seraya berkata: "Bangun kau, aku hendak mengajukan pertanyaan kepadamu."
Baik kembali gadis itu menyahut dan bangkit berdiri dengan tangan diluruskan kebawah. "Apa yang telah dia katakan kepadamu?" tanya Hoa Siang siang kemudian
"Gadis kecil itu bilang pangcu telah datang, majikan harus menyambut sendiri kedatangannya . "
"Mengapa?" "Dia bilang: Budak cukup masuk menyampaikan perkataan itu, majikan tentu akan mengetahui dengan sendirinya."
Berubah paras muka Hoa Siang siang setelah mendengar perkataan itu, dia segera bertanya :
"Pek hoa pangcu telah datang dengan membawa serta beberapa...?"
"Hanya dua orang, seorang nona kecil yang mengangsurkan kartu nama itu dan seorang lagi adalah perempuan bergaun hijau yang berusia tiga puluh tahunan-"
Hoa siang siang segera mendengus dingin
"Hmm, orang itu adalah congkoan dari Pek hoa pang mereka, Hoa hiang namanya. oya benda apakah yang dibawa olehnya?"
"Dia sebuah pot bunga yang terbuat dari batu kumala hijau."
Mendadak sekujur badan Hoa Siang siang gemetar keras cepat cepat ia bertanya lagi,
"Sudahkah kau perhatikan dengan jelas, apakah didalam pot bunga itu terdapat sekuntum bunga Botan sebesar mangkuk ?"
Dalam hati kecilnya gadis berbaju bunga itu merasa keheranan, tanpa keluar dari pintu dari mana majikannya bisa mengetahui hal itu dengan begitu jelas " Maka kembali membungkukkan badannya dia menyahut :
"Benar" Paras muka Hoa siang siang berubah hebat, katanya kemudian sambil mendengus : "Hmmm, ternyata dia telah mengundang datang lencana raja bunga"
Gadis berbaju bunga yang berdiri didepan ruangan tak berani bersuara lagi, dia berdiri dengan kepala tertunduk.
Sementara itu Hoa siang siang agaknya sudah diliputi oleh perasaan waspada, tapi juga marah bercampur takut, rambutnya yang berwarna keperak perakan berkibar tiada hentinya
Sampai lama kemudian, dia baru bangkit berdiri dan berseru dengan nyaring :
"Sampaikan perintahku, segenap anggota Sau hoa bun turut aku keluar dari pintu gerbang"
"Budak terima perintah" selesai menyahut gadis berbaju bunga itu siap mengundurkan diri
Tiba tiba Hoa siang siang berseru lagi : "Sambut mereka dari pintu gerbang utama"
Sekali lagi gadis berbaju bunga itu mengiakan, sekalipun dalam hati kecilnya merasa keheranan, namun langkahnya tidak berani berayal. dengan cepat dia keluar dari ruangan tersebut.
Pelan pelan pintu gerbang utama perkampungan Sa u hoa san ceng terbuka lebar dari balik pintu mula mula muncul empat orang gadis berbaju bunga yang membawa pedang, mereka munculkan diri dengan dua orang satu rombongan, pelan pelan menuruni undak undakan batu kemudian berdiri dikedua belah sisi pintu gerbang.
Menyusul kemudian muncul pula empat orang dayang masing masing Sau hoa, cang hoa, Jul hoa dan Ti hoa berempat.
Setelah berada diluar pintu gerbang pun mereka berdiri dikedua belah sisi pintu.
Setelah itu barulah majikan Sau hoa san ceng, Hoa Siang siang munculkan diri dari balik pintu dan pelan pelan menuruni undak undakan batu tersebut Keempat dayangnya segera mengikuti pula di belakangnya menuruni tangga batu itu.
Sementara itu, perempuan berbaju hijau yang membawa pot bunga itu sudah berjalan menuju kedepan tandu dan berdiri tegak di situ dengan wajah serius Hoa siang siang yang sedang menuruni tangga batu segera maju memberi hormat setelah melihat bunga botan yang berada dalampot bunga itu ujarnya dengan serius: "Tecu Hoa siang siang menjumpai Lencana bunga"
Ternyata bunga Botan yang berada dalampot bunga batu kumala hijau itu adalah benda pengenal dari Hoa popo, pendiri perkumpulan Pek hoa pang yang menggetarkan dunia persilatan dimasa lampau. benda itu disebut "hoa ong" atau raja bunga dan merupakan lencana kekuasaan tertinggi didalam perkumpulan Pek hoa pang.
Hoa popo adalah gurunya Hoa Tin tin serta Hoa slang siang sudah merupakan adat kebiasaan bahwa bertemu dengan lencana itu sama halnya seperti bertemu dengan gurunya sendiri, sudah barang tentu Hoa Siang siang harus menaruh hormat terhadap benda ini.
Baru selesai dia memberi hormat, tirai didepan tandu kembali disingkapkan dan bergema keluar seruan merdu dari balik ruangan tandu itu^ "Hoa hu hoat tak usah banyak adat"
Yang dimaksudkan sebagai "Hoa huhoat" tentu saja tak lain adalah Hoa Siang siang setelah adiknya Hoa Tin tin diangkat sebagai ketua perkumpulan Pek hoa pang, dia sendiri diangkat sebagai pelindung hukum perkumpulan.
Menyusul pembicaraan itu dari balik tandu muncul seorang tokoh (rahib perempuan) berbaju hijau yang membawa senjata hud tim (kebutan) di tangannya.
Sekalipun pakaian yang dikenakan adalah jubah rahib, akan tetapi rambutnya disanggul model keraton dengan sebuah tusuk konde indah menghiasi rambutnya, wajahnya cantik dan penuh senyuman ramah, benar benar seorang perempuan berparas cantik. Dia tak lain adalah ketua perkumpulan Pek hoa pang saat ini, Hoa Tin tin
Begitu bersua muka dengan Hoa Tin tin dengan cepat Hoa Siang siang dibuat tertegun dan berdiri melongo Persoalan pertama yang sama sekali di luar dugaannya adalah penampilan adiknya Hoa Tin tin dengan jubah tokoh yang terbuat dari bahan kain kasar, padahal dia tahu adiknya amat menyukai baju baru dengan bahan kain yang halus dan indah.
Persoalan kedua yang membuatnya terkejut bercampur keheranan adalah usia adiknya ini, dia sendiri telah berusia empat puluh tahunan tahun ini, dan berarti adiknya sudah berumur tiga puluh sembilan tahun saat ini.
Namun dalam kenyataannya, ia sudah menanjak tua dan rambutnya sudah banyak ubann sedangkan adiknya masih tetap kelihatan muda dan cantik, malah sekilas pandangan masih mirip dengan seorang nona yang berusia dua puluh tahunan-
Kenyataan tersebut dengan cepat membuat hatinya merasa kecewa, malu dan ririh sendiri, tapi dari Sinipun dapat diketahui betapa pesatnya kemajuan yang dicapai adiknya dalam bidang tenaga dalam.
Dengan sinar mata berkilat kilat Hoa siang siang segera tertawa terkekeh kekeh lalu ujarnya dengan lembut :
"Maaf bila enci datang menyambut agak terlambat atas kehadiran dari adikku."
Hoa Tin tin berjalan menuju kehadapan Hoa Siang siang lalu sambil memberi hormat katanya :
"Adik menjumpai cici "
Pertemuan antara kakak beradik ini ditandai dengan hubungan yang hangat pembicaraan yang luwes, siapa pun tak akan percaya bila selama belasan tahun belakangan ini, kehidupan mereka justru saling bertentangan ibarat api dengan air. Sambil menggenggam tangan adiknya Hoa Siang siang kembali berseru "Adikku, ayoh cepat duduk didalam ruangan-"
"Harap Lencana bunga lewat lebih dulu" tukas Hoa Tin tin sambil mengulapkan tangannya. Berubah paras muka Hoa Siang siang atas perkataan itu namun dia tetap membungkam diri dalam seribu bahasa, didalam hati kecilnya ia berpikir dengan gemas :
"Bagus sekali rupanya kau selalu berusaha memojokkan posisiku dengan mengandalkan lencana bunga hmmm, tunggu saja tanggal mainnya nanti..."
Sementara itu Hoa hiang dengan membawa pot bunga kemala hijau itu sudah melangkah ke depan dan menaiki tangga batu lebih dahulu.
"Heeehh... heh heh... biarpun kita adalah sesama saudara kandung bagaimana pun juga adik toh tamu yang datang dari jauh, silahkan adik masuk lebih dulu," sahut Hoa Siang siang sambil tertawa terkekeh kekeh
Hoa Tin tin masih ingin merendah, tapi Hoa Siang siang telah menarik lengannya dan berseru lagi sambil tertawa :
"Adik tidak usah sungkan sungkan lagi, mari kita masuk bersama sama..."
Sambil bergandengan tangan masuklah kedua orang itu kedalam ruangan tengah, diikuti si nona kecil berbaju merah itu di belakang mereka.
Sementara itu keempat dayang Hoa Siang siang dengan dipimpin oleh Sau hoa pun mengikuti pula dari belakang Dan setelah masuk kedalam ruangan dengan sikap yang sangat hormat Hoa hiang meletakkan pot bunga kemala hijau itu di atas meja utama kemudian dia sendiri berdiri dengan hormat disampingnya
Hoa siang siang dan Hoa Tin tin pun mengambil tempat duduk masing masing seorang gadis berbaju bunga datang menghidangkan air teh. pelan-pelan Hoa Tin tin mendongakkan kepalanya lalu bertanya :
"cici menulis surat mengatakan ada urusan yang hendak dirundingkan denganku, Nah sekarang cici boleh mengutarakannya keluar"
"Heeeh, heeeh, heeeh, sudah hampir belasan tahun lamanya kita bersaudara tak pernah bersua muka, cici rindu sekali padamu, itulah sebabnya kuundang kehadiran adik untuk berkunjung kemari, ke satu akan kugunakan kesempatan ini untuk melepaskan rindu ke dua ada sedikit urusan yang ingin kurundingkan denganmu..."
"Bila cici ada urusan, katakan saja secara berterus terang selama persoalan itu tak melanggar peraturan perguruan siaumoay tentu akan memenuhinya."
"Begini urusannya, kau toh tahu kalau selama ini cici berdiam ditebing Sian hoa gay diluar kota Kim leng, aku mempunyai sebuah peraturan yaitu melarang setiap pengunjung memasuki wilayah inipun dilarang membawa senjata, tapi beberapa hari berselang anggota perguruanmu Leng Bwee oh serta Ay Ang Tho telah menembusi kabut dengan memasuki wilayah terlarangku ini"
Agak berubah paras muka Hoa Tin tin ketika mendengar perkataan itu, segera ujarnya :
"Kedua orang muridku itu berani melanggar peraturan yang telah ditetapkan cici siaumoay pasti akan menjatuhi hukuman yang paling berat kepada mereka"
"Andaikata hanya kedua orang muridmu saja yang datang, sudah pasti cici tak akan banyak beribut dengan mereka."
"Jadi selain kedua orang itu masih ada orang luar?"
"Betul, selain mereka berdua masih terdapat pula dua orang pemuda yang ikut memasuki tebing Sian hoa gay ini, orang pertama adalah murid ketua Kay pang coa coan tiong yang bernama Leng Kang to, sedangkan orang kedua itu adalah kekasih muridmu, sebab kulihat mereka mempunyai hubungan yang begitu akrab dan tak bisa dipisahkan satu sama lainny Bagiku, asalkan ada muda mudi yang saling mencinta, aku tak akan keberatan untuk mengawinkan mereka..."
"Tidak bisa" tukas Hoa Tin tin sambil mendengus pancaran hawa amarah menghiasi wajahnya, "sebelum memperoleh ijin dari gurunya, setiap anggota Pek hoa pang dilarang berhubungan dengan orang luar yang tak dikenal, terutama kaum lelakinya"
Diam diam Hoa Siang siang tertawa dingin tapi diluarnya dia berkata lagi dengan lembut,
"Harap adik jangan emosi dulu, dengarkan cerita cici sampai selesai." Melihat hal ini, diam diam Hoa Tin tin berpikir juga:
"Bila dilihat dari keadaannya, jangan jangan dibalik kesemuanya ini masih terdapat sesuatu yang tak beres?"
Berpikir sampai disini diapun segera menyahut: "silahkan cici menjelaskan lebih jauh"
"Tatkala keempat orang itu terjebak di dalam barisan Mo hoa tin ku, atas pemeriksaan yang kulakukan ditempat dapat diketahui bahwa Leng Kang to dan Huan Cu Im adalah buron yang berhasil diselamatkan kedua orang murid adik dari tangan orang orang kay pang"
"Lhoo... bukankah cici bilang orang she Leng itu adalah murid dari coa pangcu?" tanya Hoa Tin tin keheranan
"Betul" Hoa siang siang membenarkan "sebagai ketua Pek hoa pang, tentunya adik pun sudah mendapat kabar bukan bahwa coa coan tiong telah meninggal dunia?"
"Ya a, soal berita itu memang sudah adik dengar"
"Nah, Leng Kang to inilah sipembunuh, yang telah meracuni coa coan tiong sampai tewas, sudah barang tentu dibalik peristiwa ini pasti masih terdapat dalangnya, tapi urusan itu lebih baik tak usah kita urus. Konon setelah kejadian, Leng Kang to disekap dalam kuil San Sin Bio dan malamnya muncul beberapa orang yang berusaha menyelamatkan jiwanya tapi akibatnya terjebak oleh penjagaan pihak Kay pang yang sangat ketat bahkan berhasil pula membekuk seorang diantaranya, orang itu adalah pemuda yang bernama Huan Cu Im itu..."
"Siapa pula Huan Cu Im itu" Dia berasal dari perguruan mana?" tanya Hoa Tin tin kemudian-Hoa Siang siang segera tertawa dingin didalam hati, pikirnya.
"Huuhh, baru mendengar orang itu she Huan, kau sudah menaruh perhatian yang begitu besar kepadanya."
Sengaja dia tertawa hambar, lalu sahutnya sambil menggeleng:
"Hingga sekarang belum ada yang tahu secara pasti tentang asal usulnya, tapi yang jelas pada malam ini pula muridmu Leng Bwee oh dan Ay Ang Tho telah munculkan diri di San Sin Bio serta menyelamatkan kedua orang itu."
"Hmm benar mati nyali kedua orang murid durhaka itu"
seru Hoa Tin tin dengan gusar, "selama ini Pek hoa pang tak pernah mempunyai sengketa atau perselisihan apapun dengan pelbagai partai serta perguruan didalam dunia persilatan, tapi gara gara peristiwa ini bisa jadi kami akan bermusuhan dengan pihak Kaypang, benar benar keterlaluan " Kemudian setelah berhenti sejenak tanyanya:
"Atas kejadian ini, sudah pasti Kay pang akan memusuhi perkumpulan kami" Hoa Siang siang tertawa dingin.
"Heeeh, heeeh, heeeh, tapi yang paling menggemaskan adalah tindakan keempat orang itu yang sengaja datang mencari cici"
"Ehmm..." Hoa Tin tin manggut manggut, "kalau dilihat dari kisah ceritamu tadi bisa jadi setelah melarikan diri dari kuil San Sin bio, mereka telah dikejar kejar oleh orang orang Kay pang, sehingga tanpa disengaja mereka telah salah memasuki wilayah tebing Sian hoa gay."
Apa yang diduga ketua Pek hoa pang tersebut dalam kenyataan memang merupakan suatu kejadian yang sebenarnya.
Tapi Hoa siang siang segera mendengus dingin, katanya tiba tiba :
"Adik masih belum mengetahui kejadian yang sebenarnya kau tahu, setelah berada di tebing Sian hoa gay ternyata mereka berempat berani mencari gara gara dengan cici."
Dengan perasaan terkejut Hoa Tin tin memandang sekejap kearahnya, kemudian baru berkata :
"cici, hal semacam ini tak mungkin terjadi Leng Bwee oh dan Ay Ang Tho adalah muridku biarpun mereka mempunyai nyali yang amat besar pun tak nanti berani membuat gara gara dengan cici."
"Konon kedatangan mereka bersama di atas tebing Sian hoa gay ini adalah bertujuan minta orang dari cici, malah keempat dayangku telah dipukul roboh semua."
Sambil berkata dia lantas menuding ke arah Sau hoa berempat yang berada pula di sana "Benarkah ada kejadian seperti ini?"
Sekalipun Hoa Tin tin tidak mengetahui sampai dimanakah kepandaian silat yang dimiliki Sau hoa berempat namun dilihat dari tindakan mereka yang selalu mengin di belakang cicinya dapat diduga kalau ilmu silat yang mereka miliki bukan sembarangan-Tanpa terasa timbul kecurigaan didalam hatinya, ia segera bertanya lagi. "Mereka minta orang dari cici"... Siapa yang diminta?"
Lambat laun paras muka Hoa Siang siang berubah menjadi dingin kembali, katanya
"Peristiwa ini timbul karena ulah bocah muda she Huan itu, dia mengatakan kehadirannya didalam dunia persilatan adalah bermaksud untuk mencari jejak ayahnya yang telah lenyap semenjak sepuluh tahun berselang, bocah muda itu memiliki ilmu silat Sian hong ciang dan entah siapa yang memberi kabar kepadanya, ia mengira ayahnya telah ditahan di tebing Sian hoa gay milik cici ini."
Paras muka Hoa Tin tin segera berubah menjadi pucat pias seperti mayat setelah mendengar kalau Huan Cu Im dapat menggunakan ilmu pukulan Sian hong ciang serta berniat mencari jejak ayahnya yang telah hilang semenjak sepuluh tahun berselang untuk berapa saat lamanya ia terbungkam dalam seribu bahasa Sambil tertawa dingin kembali Hoa siang siang berkata :
"Sekarang adik pasti mengerti bukan, bocah muda itu sesungguhnya adalah putra kandung dar iJago berbaju hijau Huan Tay seng"
Hoa Tin tin berusaha untuk menenangkan hatinya, lalu berkata: "Bagaimana mungkin mereka bisa datang ke tempat kediaman cici ?"
"Heeehh... heeehh inilah yang disebut kejadian tidak sesuai dengan kenyataannya, cici harus menanggungkan resiko orang lain" sahut Hoa Siang siang sambil tertawa dingin.
Perkataan tersebut sudah jelas bernada amat berat dan sangat tak sedap didengar. Paras muka Hoa Tin tin agak berubah, tapi ia tetap berkata sambil tersenyum:
"Mungkin apa yang terjadi hanya suatu kesalahan paham saja, bila urusan yang dimaksud cici dengan mengundang kehadiranku adalah masalah tersebut, biar adik minta maaf kepada cici setelah kuajak kedua orang muridku itu pulang nanti, tentu akan kujatuhi hukuman yang amat berat kepada mereka sedangkan mengenai Leng Kang to dan Huan Cu im, apa pun yang hendak cici perbuat terhadap mereka, adik tak berani turut mencampurinya"
"Tadi cici mengatakan bahwa cici harus menanggungkan resiko orang lain apakah adik bisa memahami arti dari perkataan itu" kata Hoa Siang siang sambil tertawa dingin Hoa Tin tin agak tertegun, kemudian sahutnya:
"Aku memang tidak memahami maksudmu, tolong cici suka menjelaskan"
"Sesungguhnya maksudku mengundang kehadiran adik tak lain adalah untuk merundingkan persoalan ini denganmu, sekarang ada orang datang minta orang dariku terpaksa akupun harus minta orang itu dari adik"
"cici, apa maksud perkataanmu itu?" kata Hoa Tin tin dengan perasaan tak senang.
"Bukankah Huan Tay seng hilang lenyap dilembah Pek hoa kok pada sepuluh tahun berselang?"
Bersemu merah wajah Hoa Tin tin setelah mendengar perkataan itu, katanya dengan gemas
"Kita sudah banyak tahun tak bersua muka selama inipun aku selalu menghormati cici, harap cici pun bisa menghormati pula diriku sebagai adikmu"
Hoa Siang siang segera tertawa terkekeh kekeh ^
"Adik adalah ketua Pek hoa pang, otomatis aku harus menghormatimu, tapi bilamana seseorang tak bisa menghormati diri sendiri, bagaimana mungkin orang lain akan menghormati dirinya ?"
"Maksud cici adik tak bisa menghormati diri sendiri ?" seru Hoa Tin tin sambil bangkit berdiri secara mendadak
"Boleh dibilang begitu" sahut Hoa Siang siang masih tetap duduk tak bergerak dari kursinya "pernahkah kau sembunyikan Huan Tay seng didalam lembah Pek hoa kok mu, cici yakin hati kecilmu jauh lebih mengerti daripada aku, apakah kau harus menunggu sampai orang lain yang mengungkapkannya untukmu?"
Gemetar keras sekujur badan Hoa Tin tin saking mendongkolnya, serunya marah: "cici, apa maksudmu yang sebenarnya dengan kata kata yang mengawur itu ?" Hoa Siang siang mencibir sinis, lalu sahutnya dengan dingin :
"Siapa sih yang mengaco belo dan sengaja mengucapkan berita sensasi untukmu"... Bukankah kau telah melahirkan seorang anak perempuan untuk Huan Tay seng"... Kau telah memberi seorang anak untuknya lalu apa pula salahnya memberi dua atau tiga anak lagi baginya" Bahkan lebih banyak pun tidak menjadi soal. Kau bisa berbaik baik untuk selamanya dengannya dilembah Pek hoa kok. Hmmm Mungkin peristiwa semacam ini bisa kau kelabui anak buahmu tapi jangan harap dapat mengelabui cicimu ini, mengerti...?"
Air mata bercucuran membasahi pipi Hoa Tin tin saking mendongkolnya setelah mendengar perkataan itu, dengan suara gemetar katanya kemudian :
"Semua peristiwa lama adalah hasil dari perbuatanmu yang telah mencelakai aku, hanya disebabkan mengincar kedudukan ketua Pek hoa pang kau tak segan segan mengorbankan adik kandungmu sendiri. tetapi akhirnya toh suhu menunjuk aku sebagai ahli waris ketua Pek hoa pang.
Kini peristiwa tersebut sudah berlangsung banyak tahun, tapi kau lagi lagi mengejek aku. Baiklah, kalau toh kita tak mungkin bisa berhubungan sebagai saudara lagi, biar aku mohon diri lebih dulu."
Selesai berkata dia segera bangkit berdiri dan siap berlalu dari situ, "Tunggu dulu " bentak Hoa Siang siang.
"cici masih ada urusan apa lagi" tanya Hoa Tin tin sambil menghentikan langkahnya
"Apakah kau tak ingin membawa pergi anak kandungmu itu
?" Hoa Tin tin agak tertegun lalu sahutnya
"Kau adalah supek mereka dan mereka adalah keponakan muridmu, sebagai seorang angkatan yang lebih tua, tentunya kau tak akan sampai menyusahkan mereka bukan ?"
"Bagaimana pula dengan Huan Cu im?" sambung Hoa siang siang lebih jauh, "Huan Tay seng cuma berputra seorang, apakah kau tega menyaksikan putranya tewas ditanganku."
Sekali lagi Hoa Tin tin dibuat tertegun oleh ucapan tersebut, tanyanya kemudian: "Apakah cici bermaksud membunuhnya?"
Hoa siang siang segera tertawa terkekeh kekeh:
"Heeehh... heeehh... tidak mustahil aku dapat berbuat demikian sebab aku tak akan melepaskan setiap orang yang telah melanggar peraturanku dengan begitu saja" Mendengar sampai disini, Hoa Tin tin pun mulai berpikir:
"cici adalah seorang perempuan yang ganas, kejam dan buas, apa yang dia ucapkan dapatpula dilaksanakan menjadi kenyataan aai... apa yang harus kulakukan sekarang?"
Dengan wajah serba salah dia menundukkan kepalanya sambil membungkam diri, selang berapa saat kemudian ia baru berkata: "Lantas apa yang cici kehendaki dariku?"
"Masih ingatkah adik dengan ucapan suhu kita yang telah mampus itu sesaat sebelum menyerahkan lencana bunga kepadamu?"
"Terlalu banyak perkataan yang disampaikan suhu orang tua waktu itu, entah persoalan mana yang cici maksudkan?"
Dengan wajah bersemu kelabu, kembali Hoa Siang siang tertawa dingin :
"Aku masih ingat suhu berkata bahwa aku meski pandai bekerja namun sifat ingin menangku terlampau besar hingga tidak cocok menjadi ketua Pek hoa pang bila aku yang ditunjuk sebagai ketua, sudah pasti akan ribut dan berselisih paham terus dengan pelbagai perguruan dan partai yang ada di dunia ini, dia pun bilang watakmu lembut, penurut meski kurang tegas dalam keputusan tapi Pek hoa pang adalah perguruan yang tidak ingin berselisih dengan perguruan manapun, asal bisa mempertahankan diri hal ini sudah cukup dan asalkan perkumpulan Pek hoa pang bisa hidup turun temurun, biar tidak berkelana dalam dunia persilatanpun tak menjadi soal, karena itulah dia memilih kau menjadi ahli warisnya."
"Waktu itu adik telah menampik berulang kali, sesungguhnya akupun tidak berniat menjadi seorang ketua"
ucap Hoa Tin tin "Pendapatmu itu memang tepat, dewasa ini situasi dalam dunia persilatan berubah-ubah dan tak menentu, lagi pula anak muridmu telah bermusuhan dengan Kaypang, cici sangat kuatir bila kau kurang bijaksana dalam mengambil keputusan sehingga merusak nama baik Pek hoa pang dan menghancurkan hasil karya suhu selama banyak tahun, oleh sebab itu cici beranggapan lebih baik kau tinggalkan saja lencana bunga itu ditempat ini"
Dengan cepat Hoa Tin tin menjadi paham, rupanya dia sengaja berbicara pulang pergi, tujuannya tak lain ingin tetap merebut kedudukan sebagai ketua Pek hoa pang.
"Tidak- aku tak dapat menyerahkan karya perjuangan suhu selama banyak tahun ini kepada cici" demikian ia berpikir didalam hati, "suhu pernah berkata, andaikata cici yang menjadi ketua Pek hoa pang, maka ulahnya akan mengacau dunia persilatan, menambah banyak kesulitan dan kerugian bagi umat manusia, apalagi suhu bermaksud menyerahkan kedudukan tersebut kepadanya, jabatan itu sudah diberikan kepadanya sedari dulu, mengapa harus menunggu sampai delapan belas tahun kemudian dan menerimanya dari tanganku?"
Berpikir sampai disini, tercermin kebulatan tekadnya diwajah perempuan itu, ia sudah bersiap siap untuk menampik permintaan tersebut.
Tapi sebelum ucapan mana sempat diutarakan, tiba tiba terlihat seorang perempuan berbaju bunga muncul dengan langkah tergesa gesa dan memberi laporan: Lapor majikan, diluar telah datang lima orang yang mohon bertemu dengan majikan"
"Apakah mereka telah menerangkan identitasnya?" tanya Hoa Siang siang segera.
"Pemimpin rombongan itu adalah Siang apa Hui dari Hoa san, dia diikuti oleh lo piautau dari perusahaan Seng ki piauklok di Kim leng yang bernama Peluru baja Seng Bian tong serta tianglo kanan dari Kay pang Lian Sam Sin dan dua orang bersaudara Ban dari bukit Hong san."
"Siang apa Hui dari Hoa san?" berubah hebatparas muka Hoa Siang siang, "apakah dia bernama Siang Han hui?"
"Yaa, betul, betul, dia memang bernama Siang Han hui"
sahut nona berbaju bunga itu cepat cepat.
"Jangan jangan ketua Hoa sanpay yang datang?" diam diam Hoa Siang siang berpikir dengan perasaan terkesiap.
"selama ini aku tidak mempunyai perselisihan ataupun permusuhan apa apa dengan pihak Hoa sanpay, mengapa orang orang itu justru datang bersama Lian Sam sin, tianglo dari Kay pang" Waah, jangan jangan kedatangan mereka disebabkan oleh masalah Leng Kang to dan Huan Cu im?"
Berpikir sampai disitu dia segera bangkit berdiri dan serunya dengan cepat: "cepat undang mereka masuk"
"Baik" sahut nona berbaju bunga itu cepat cepat dan segera mengundurkan diri dari situ.
Setelah anak buahnya mengundurkan diri, Hoa Siang siang baru berpaling dan katanya sambil tertawa:
"Adikku, coba kau lihat, pihak Kaypang telah mengundang jago dari Hoa sanpay dan jago dari Hong san datang berkunjung kemari, sudah jelas mereka berniat untuk minta orang kepada cici persoalan diantara kita berdua lebih baik dibicarakan nanti saja, sekarang duduklah lebih dulu, cici sebagai tuan rumah mau tak mau harus keluar untuk menyambut kedatangan mereka"
Tidak sampai Hoa Tin tin menyahut, dia sudah melangkah keluar dari ruangan itu.
Baru saja menuruni tiga langkah tangga batu, serombongan manusia telah muncul dari balik pintu gerbang.
Sebagai orang pertama adalah seorang sastrawan berjubah hijau yang memelihara jenggot hitam, sikapnya anggun dan berwibawa, orang itu bukan lain adalah Siang Han hui ketua Hoa san pay.
Ia tak berani bertindak gegabah lagi, cepat cepat maju kemuka memberi hormat dan katanya.
"Bilamana aku tidak menyambut kedatangan Siang ciangbunjin, Lian tiang lo dan Seng lo piautau dari kejauhan, harap kalian sudi memaafkan-"
Ternyata setelah ketidak pulangan Huan Cu Im semalam suntuk sejak berpisah dengan Ban Hui jin ditelaga Mo Ciu oh, orang orang Seng ki piauklok telah melakukan pencarian secara besar besaran keseluruh pelosok kota tanpa memberikan hasil apapun.
Sampai malam kedua sejak Huan Cu Im lenyap. sipengemis penakluk harimau Lian Sam Sin baru berkunjung ke seng ki piauklok untuk mengisahkan peristiwa yang terjadi di San Sin Bio oleh ulang Leng Bwee oh dan Ay Ang Tho yang telah menculik Leng Kang to serta Huan Cu im.
Baru saat itulah semua orang mendapat tahu kalau Huan Cu Im telah diculik orang, bahkan terlibat dalam peristiwa pembunuhan atas diri coa pangcu dari Kay pang.
Sebagai suatu perkumpulan yang amat besar, Kaypang mempunyai anggota yang tersebar luas disegala pelosok tempat tak lama kemudian mereka mendapat kabar kalau pada malam kejadian terlihat ada empat buah kereta kuda yang bergerak menuju kearah tebing sian hoa gay.
Mereka pun mendapat kabar kalau pemiliksian hoa gay masih mempunyai hubungan dengan Pek hoa pang, maka mereka pun berkesimpulan bahwa orang yang naik kereta kuda tersebut bisa jadi adalah Leng Kang to Huan Cu im, Leng Bwee oh serta Ay Ang tho.
Sebenarnya ketua Hoa sanpay bersama Ban Sian Cing bersaudara telah bersiap sedia berangkat kebukit Hoa sang, tapi berhubung arah tujuan dari keempat buah kereta kuda itu seperti menuju ke An hwee, maka, dia pun bersama Seng Bian tong dan Lian Sam seng melakukan pengejaran ke sana.
Untung saja sepanjang jalan ada laporan dari mata mata Kay pang yang menunjukkan sasaran yang benar, karenanya dengan cepat mereka telah berhasil tiba di perkampungan Sao hoa san ceng.
Sementara itu, walaupun Siang Han hui sebagai ketua rombongan tahu kalau perkampungan tersebut (Sao hoa san ceng) tentu ada sangkut pautnya dengan Pek hoa pang namun berhubung tidak mengetahui siapakah tuan rumahnya, maka merekapun memohon bertamu dengan tata cara yang berlaku.
Mereka jadi tertegun setelah melihat bahwa orang yang menyambut kedatangan mereka adalah seorang perempuan cantik berambut perak. apalagi dengan pengalaman dan pengetahuan yang begitu luas dari Siang Han hui, Seng Bian tong dan Lian Sam Sin pun tidak mengenali siapa gerangan perempuan tersebut.
Hal ini disebabkan Siang siang sudah banyak tahun tak pernah menampakkan diri di dalam dunia persilatan, lagipula pada dua puluh tahun berselang dia masih merupakan seorang nona cilik yang baru berusia dua puluh tahunan-
Tapi setelah kegagalannya dalam bercinta, ditambah pula kedudukan Pek hoa pangcu jatuh ke tangan adiknya, sebagai seorang yang tinggi hati dan berpikiran sempit, kejadian tersebut diterimanya sebagai pukulan batin yang berat sekali.
Akibat dari tekanan batin ini, hanya di dalam berapa bulan saja rambutnya yang semula hitam bersinar telah berubah menjadi keperak perakan...
Biarpun paras mukanya tetap cantik menarik, tapi sebagai orang persilatan yang bertenaga dalam sempurna, seorang nenek berusia delapan puluh tahunan pun masih akan dapat mempertahankan keayuannya, oleh karena itu orang orang yang pertama kali bertemu dengan Hoa siang siang tentu mengira dia adalah seorang nenek yang telah berusia tujuh delapan puluh tahunan. . .
Begitu bersua dengan Hoa Siang siang, diam diam Siang Han hui merasa terkejut, segera pikirnya:
"Tiga puluh tahun berselang aku pernah bersua dengan Hoa popo, dari Pek hoa pang, sedang orang ini berusia dibawah Hoapopo, entah siapa gerangan ini?" Berpikir demikian, sambil tersenyum ia segera menjura seraya berkata:
"Aah, kedatangan aku she Siang sekalian sudah mengganggu ketenangan kalian, tidak usah tuan rumah mesti repot repot menyambut sendiri kedatangan kami"
Jawaban semacam ini ditujukan untuk menghampiri yang berat mencari yang lebih menguntungkan posisinya, sebab ia belum mengetahui asal usul lawannya, biarpun tuan rumah sudah keluar sendiri untuk menyambut kedatangan mereka, tapi ia putuskan lebih baik mendengarkan dulu nada pembicaraannya setelah berada dalam ruangan nanti sebelum mengambil sesuatu keputusan.
Siang Han hui memang tidak malu menjadi seorang ciangbunjin dari suatu perguruan besar, sikapnya yang santai, berbicaranya yang terarah membuat pihak lawan tak berani menganggap enteng dirinya. Sambil tersenyum Hoa siang siang segera berkata:
"Kehadiran saudara sekalian benar benar merupakan kebanggaan dari perkampungan Sau hoa san ceng kami, silahkan masuk untuk minum teh..," sekali lagi Siang han hui dibuat tertegun oleh perkataan tersebut, pikirnya:
"Perkumpulan Pek boa pang menggunakan nama bunga sebagai nama perkumpulannya, semestinya mereka harus menaruh hormat terhadap bunga, tapi sungguh aneh, mengapa perkampungan ini justru menggunakan nama Sau hoa san cung" Kata Sau hoa sudah jelas mengandung makna hendak menyapu habis selaksa bunga, lalu... apa yang sesungguhnya telah terjadi ?"
Seng Bian tong dan Lian Sam Sin sebagai jago jago kawakan yang sangat berpengalaman di dalam dunia persilatan tentu saja dapat menangkap pula ketidak beresan tersebut.
Mereka berdua sama sama tercengang dan keheranan didalam hati, tanpa terasa kedua orang itupun meningkatkan kewaspadaan masing masing terhadap perempuan cantik berambut perak yang berada dihadapannya itu.
Hoa Siang siang segera mempersilahkan tamunya masuk dan membawa kelima orang itu memasuki ruangan tengah.
Sementara itu Hoa Tin tin telah bangkit berdiri pula, namun Siang Han hui sekalian belum pernah bersua dengannya sehingga tidak mengetahui kalau dia adalah Pek hoa pangcu apalagi usia Hoa Tin tin baru sekitar dua puluh tahunan, mereka menganggapnya sebagai seorang murid Hoa siang siang hingga tidak menaruh perhatian
Seng Bian tong yang mengikuti dibelakang Siang Han hui segera melihat pot bunga kemala hijau yang terletak diatas meja begitu melangkah masuk kedalam ruangan, terutama sekali bunga Botan yang amat besar dalampot bunga tersebut, diam diam ia merasa terkejut.
Kuatir kalau ketua perguruannya tidak melihat, ia segera mendehem dan berseru sambil pura pura terkejut:
"Aaah, tidak nyana lencana raja bunga yang pernah menggemparkan dunia dari perkumpulan Pek hoa pang berada disini, jangan jangan tuan rumah perkampungan ini adalah Pek hoa pangcu" Kalau begitu, maafkanlah ketidak tahuan kami"
siang Han hui yang mendengar ucapan tersebut buru buru menjura kepada Hoa siang siang sambil katanya^
"ternyata kau adalah Hoa pangcu, maaf, maaf..."
Tak terlukiskan rasa gembira Hoa Siang siang karena ia dipanggil sebagai pangcu.
Belum sempat ia mengucapkan sesuatu, Hoa Tin tin telah memberi hormat kepada semua orang sambil pelan pelan berkata:
"Hoa Tin tin yang memegang tampuk pimpinan Pek hoa pang, tuan rumah perkampungan ini adalah kakak kandungku Hoa Siang siang"
Perkataan tersebut diutarakan dengan suara yang lembut, halus dan merdu, tapi bagi pendengaran Siang Han hui serta Seng Bian tong justru menimbulkan kerikuhan yang amat sangat.
Siang Han hui segera mengalihkan pandangan matanya, kemudian berseru sambil menjura.
"Harap Hoa pangcu sudi memaafkan, meski aku she Siang sudah lama mendengar nama besarmu, sayang selama ini belum pernah bersua, untuk kesilafan kami harap Hoa pangcu jadi memakluminya" Hoa Tin tin tertawa hambar.
"Semenjak aku menjabat sebagai ketua Pek hoa pang, selama ini memang belum pernah melakukan perjalanan d idalam dunia persilatan karena harus mentaati perintah mendiang guruku, sungguh beruntung hari ini dapat bersua dengan Siang ciangbunjin serta saudara sekalian ditempat ini, silahkan duduk"
^oooodowoooo^ Hoa siang siang sendiripun tak ingin memperlihatkan ketidak akurannya dengan Hoa Tin tin dihadapan orang banyak. sambil tertawa segera ujarnya pula:
"Yaa benar, siang ciangbunjin, Lian tianglo dan Seng lo enghiong adalah tokoh tokoh yang termashur didalam dunia persilatan, sedang dua pendekar muda inipun merupakan pendekar muda dari keluarga Ban dibukit Hong san, kunjungan kalian merupakan suatu kebanggaan bagi kami, silahkan duduk. silahkan duduk"
Sementara semua orang masih berbicara saling merendah, tampak perempuan muda berbaju bunga yang pertama tadi telah masuk kembali dengan langkah tergesa gesa sambil berkata:
"Lapor hujin, congkoan benteng keluarga Hee di Hway lam, Soh Han sim beserta dua orang pendeta agung dari Ngo tay san yang kebetulan lewat disini sengaja datang menyambang
" Mendengar kalau Soh Han sim, si congkoan dari benteng keluarga Hee si Hway lam mengunjungi tempat tersebut, tergerak hati Seng Bian tong dengan cepat, pikirnya^ "janganjangan Pek hoa pang telah bersekongkol dengan Benteng keluarga Hee?" Sementara itu Hoa Siang siang telah berkata.
"Silahkan Siang cianbunjin sekalian duduk dulu, rupanya ada tamu agung lagi yang datang berkunjung sehingga aku perlu menyambut kedatangan mereka, maaf... maaf..."
"silahkan hujin berlalu" sahut Siang Han hui segera.
Mendadak chang hoa, satu diantara empat dayang yang berdiri dikedua sisi ruangan menegur dengan ketus,
"Majikan kami bukan seorang hujin, harap tuan menyebutnya sebagai Siancu"
Seharusnya ucapan tersebut diutarakan oleh Sau hoa, namun berhubung lidah Sau hoa telah dipotong oleh Hoa siang siang sehingga menjadi bisu, maka chang hoalah yang mengutarakan teguran ini.
Siang Han hui menjadi tertegun dan segera merasa tak tenang karena kesilafan itu, dengan muka bersemu merah cepat cepat ia menjura lagi sambil katanya: "Harap siancu sudi memaafkan kesilafanku ini"
"Siang ciangbunjin tak usah merendah" kata Hoa Siang siang sambil tertawa. Lalu sambil berpaling kearah Hoa Tin tin katanya pula.
"Adikku, aku akan pergi sebentar, harap kau mewakili aku untuk menemani mereka"
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku mengerti" sahut Hoa Tin tin-Dengan langkah cepat Hoa Siang siang segera beranjak pergi dari tempat itu. Hoa Tin tin pun berkata pula.
"Siang ciangbunjin, saudara sekalian, silahkan duduk" Diam diam Siang Han hui berpikir lagi.
"Biarpun Pek hoa pangcu ini masih kelihatan sangat muda, nampaknya ia jauh lebih tegas dan mantap dalam setiap tindakan, wataknya pun lebih lurus dan jujur, tapi apa sebabnya dia mengutus anak muridnya untuk menculik Leng Kang to serta Huan Cu im?"
Sembari berpikir masing masing pun mengambil tempat duduk. sementara dua orang gadis berbaju bunga datang menghidangkan air teh.
selang sejenak kemudian, Lian Sam Sin pun menjura sambil berkata pelan-
"Hoa pangcu, nampaknya encimu itujauh lebih tua berapa puluh tahun ketimbang Hoa pangcu, dulu aku si pengemis tua sempat punya peluang untuk berkenalan dengan Hoa popo tapi rasanya belum pernah bertemu dengan encimu itu?" Hoa Tin tin segera tersenyum.
"Dia adalah kakak kandungku, selisih usia cuma satu tahun dariku, tapi sejak berumur dua puluh tahun, rambutnya telah beruban semua..."
"rambutnya telah ubanan semenjak masih muda" seru Lian Sam Sin terkejut bercampur keheranan, "tadinya aku s i pengemis tua masih mengira umurnya sebanding dengan usiaku^.."
Sementara pembicaraan masih berlangsung tampak Hoa siang siang telah muncul kembali diiringi empat pendeta berbaju kuning serta seorang kakek berbaju hijau yang berwajah menyeramkan-Ketika semua orang berpaling, tampak dua orang pendeta tua berjubah kuning yang berjalan di paling depan, seorang berusia enam puluh tahunan dengan perawakan badan tidak terlalu tinggi, berwajah kurus kering, alis mata tebal mata kecil seperti celah saja dan bertampang sangat aneh.
Sedangkan di belakangnya juga berumur enam puluh tahunan, berperawakan badan gemuk seperti gumpalan bola daging, beralis mata tipis kecil dan bertampang jelek.
Kedua orang itu berjalan masuk dengan langkah pelan, sepasang tangannya dirangkapkan dimuka dada dan sama sekali tidak menunjukkan tampang seorang pendeta soleh.
Dua orang pendeta berjubah kuning yang mengikuti dibelakang mereka berperawakan tinggi besar, ditangan kanan mereka memegang sebatang tongkat bergelang emas dan ditangan kirinya membawa sebatang tongkat penakluk iblis sepanjang empat depa. Keduanya mengikuti dibelakang dua orang pendeta tua tersebut dengan ketat. Dipaling belakang adalah siburung berkepala sembilan Soh Han sim...
Begitu muncul didalam ruangan, Soh Han sim segera melayang pandangannya keseluruh ruangan, kemudian serunya sambil tertawa seram:
"Aaah, tak nyana begitu banyak tamu yang hadir disini, Siang ciangbunjin dari Hoa san, Pek hoa pangcu, pelindung hukum bagian kanan dari Kay pang semuanya hadir disini"
"Taysu berdua, tayhiap sekalian, silahkan duduk lebih dulu sebelum kuperkenalkan kalian satu sama lainnya" ucap Hoa siang siang sambil tersenyum.
Pendeta baju kuning yang bertubuh gemuk itu segera memberi hormat kepada pendeta berwajah kurus itu sambil ujarnya: "suheng, silahkan duduk lebih dahulu"
Biarpun tubuhnya gemuk. ternyata nada suaranya tinggi melengking dan lembut seperti suara seorang bocah.
Pendeta tua berwajah ceking itu membuka matanya lalu menutupnya kembali sambil mengiakan, ia sama sekali tidak rikuh ataupun berusaha merendahkan diri, dengan langkah lebar langsung menuju ke kursi utama dan duduk disitu tanpa sungkan sungkan-Kemudian ia baru melayangkan pedangnya dengan suara yang aneh: "Sute, silahkan duduk pula"
"Baik" jawab pendeta bertubuh gemuk itu dengan suara lengking, diapun segera duduk disamping kakak seperguruannya.
Setelah kedua orang itu duduk, pendeta yang membawa toya bergelang emas itu segera maju pula ke depan dan berdiri di belakang kursi pendeta tua berwajah kurus itu, sedangkan pendeta yang membawa toya penakluk iblis berdiri pula dibelakang pendeta bertubuh gemuk itu.
Menyaksikan sikap angkuh dan tidak pandang sebelah mata dari pendeta berjubah kuning itu, tanpa terasa semua orang mengerutkan dahinya rapat rapat.
Sementara itu Hoa Siang siang yang semula gelisah dan menunjukkan sikap tak tenang tadi, kini telah berseri kembali setelah kegadirannya kedua orang pendeta dari Ngo tay san yang merupakan tulang punggung yang bisa diandaikan itu, senyum angkuh kembali menghiasi ujung bibirnya.
Hoa Tin tin merasa amat muak oleh sikap tersebut, tiba tiba ia bangkit berdiri seraya berseru.
"Siang ciangbunjin, saudara sekalian, silahkan duduk"
Terpaksa semua orang mengambil tempat duduk dibawah kedua orang pendeta tersebut setelah semuanya duduk. Hoa Siang siang baru berkata sambil tersenyum manis.
"Baiklah sekarang kuperkenalkan kalian satu sama lainnya, kedua orang taysu ini adalah pendeta agung dari bukit Ngo tay san kuil Tin yoeg wan, yang ini bernama Toa tat cuncu, sedang yang ini adalah Toa tek cuncu"
Kemudian diapun perkenalkan para jago lainnya kepada kedua orang pendeta tersebut.
Sewaktu Toa tat cuncu (pendeta tua berwajah ceking) itu mendengar bahwa orang yang diperkenaikan adalah Siang ciangbunjin dari Hoa sanpay serta Hoa Tin tin dari Pek hoa pang, tiba tiba saja sepasang matanya dibuka lebar lebar serta memancarkan dua cahaya tajam yang sangat menggidikkan hati.
Dia mengamati sekejap raut wajah kedua orang itu, kemudian manggut manggut dan menutup kembali matanya, terhadap pelindung hukum kanan dari Kay pang Lian Sam Sin serta Seng Bian tong sekalian, ia tetap bersikap acuh dan tidak memandang sebelah matapun.
Sudah barang tentu sikapnya yang angkuh dan sama sekali tak tahu adat kesopanan ini menimbulkan perasaan muak dan tak senang hati bagi setiap orang.
Ketika seorang dayang menghidangkan air teh, Toa tat cuncupun tanpa sungkan sungkan segera menyambar cawan dan meneguk air teh yang masih panas dan baru saja mendidih itu hingga habis.
Perbuatannya ini kontan saja menimbulkan perasaan kaget dan terkesiap bagi setiap orang yang hadir disitu, masing masing segera berpikir didalam hati:
"Tampaknya tenaga dalam yang dimiliki Hwesio tua ini benar benar amat sempurna, perbuatannya meneguk habis air teh yang mendidih dihadapan orang banyak pun sudah tentu mengandung suatu maksud tertentu..."
Siang Han hui, ketua Hoa sanpay ini merupakan seorang pendekar besar yang selalu menjunjung tinggi ketenangan hidup, wataknya pun suka mengalah, terhadap demonstrasi kepandaian yang dilakukan pendeta tersebut pun dia hanya menanggapi dengan senyuman-Sebaliknya si pengemis penakluk harimau Lian Sam Sin yang sesungguhnya adalah seorang jagoan yang berhati lurus, segera menunjukkan perasaan tak senangnya setelah melihat tindak tanduk pendeta tua itu, hanya saja ia masih tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Dengan wajah berseri Hoa Siang siang mengamati sekejap wajah tamu tamunya, lalu menegur sambil tersenyum
"Siang ciangbunjin, Lian tianglo sekalian, entah ada urusan apa kalian berkunjung ke perkampungan kami" Dengan senang hati kumohon petunjukmu"
Setelah mempunyai backing yang cukup tangguh sebagai tulang punggungnya, perempuan ini mulai unjuk gigi dengan menanyakan maksud kedatangan tamu tamunya itu. Siang Han hui segera memberi hormat, lalu sahutnya sambil tersenyum:
"Sekalipun tidak siancu tanyakan, akupun akan membeberkan maksud kedatangan kami itu. Aku mempunyai seorang keponakan, putra seorang teman karibku yang bernama Huan Cu Im telah hilang lenyap sejak berapa hari berselang ditepi telaga kota Kim leng, kemudian kudengar ia ditawan kaum kay pang dikuil San Sin Bio dan dituduh terlibat dalam pembunuhan atas diri coa pangcu..."
Tidak sampai perkataan itu selesai diutarakan, Hoa Siang siang telah menukas cepat,
"Siang ciangbunjin, sudah dua puluh tahun lamanya aku berdiam di tebing Sian hoa gay ini dan tak pernah mencampuri urusan dunia persilatan, persoalan yang kau kisahkan itu sama sekali tak ada sangkut pautnya denganku"
"Benar" Siang Han hui masih tetap tersenyum simpul.
"apakah keponakanku ini benar benar terlibat dalam usaha pembunuhan atas coa pangcu atau tidak. pihak Kay panglah yang akan melakukan penyelidikan serta membuktikannya, aku percaya pihak Kay pang tak akan memfitnah orang baik baik. cuma saja, masalahnya menjadi lain karena pada malam itu muncul pula dua murid perempuan perguruan kalian di kuil San Sin Bio serta menculik Huan Cu Im serta Leng Kang to, murid coa pangcu dari tempat kejadian-.."
"Soal ini pun tidak kuketahui" sela Hoa Siang siang.
"Tapi menurut laporan saudara saudara kami" sambung Lian Sam Sin segera, "malam itu siancu telah berangkat dari Sian hoa gay dengan membawa empat buah kereta dimana terdapat dua lelaki dan dua perempuan berada bersama siancu dalam kereta kereta tersebut"
"Benar, pada malam itu memang ada empat orang laki perempuan yang memasuki wilayah Sian hoa gay..." kata Hoa Siang siang dingin.
"Nah, mereka itulah saudara cilik Huan serta Leng Kang to dari perkumpulan kami" seru Lian Sam sin-Hoa Siang siang mendengus dingin:
"IHmm, aku tak peduli siapakah mereka, yang pasti aku mempunyai sebuah peraturan yang berlaku di tebing Sian hoa gay, yaitu tebing Sian hoa gay tertutup bagi setiap pelancong dan pasir terutama umat persilatan yang datang dengan membawa senjata, dalam peristiwa di Sian hoa gay malam itu, diketahui bahwa keempat muda mudi tersebut telah melanggar peraturan yang kutetapkan, itulah sebabnya akupun segera membekuk mereka berempat, apakah tindakanku ini dianggap salah?"
"Perkataan siancu terlalu serius, hanya saja Huan Cu Im dan Leng Kang to berdua telibat dalam kecurigaan sebagai pembunuh coa pangcu dan saat ini pihak kami sedang melakukan penyelidikan atas peristiwa tersebut, karena itu kau berharap siancu sudi memberi muka kepada sesama umat persilatan dengan menyerahkan kedua orang tersebut kepadaku sehingga dapat kubawa pulang untuk menerima hukuman"
"Aku rasa hal ini tidak mungkin bisa kukabulkan" tampik Hoa Siang siang segera. "sekalipun mereka telah melanggar peraturan dari Kaypang, andaikata orangnya berada ditangan pihak Kaypang untuk menentukan tapi sayangnya mereka telah melanggar pula peraturan dari tebing Sian hoa gay kami, lagipula orangnya sudah terjatuh ke tanganku, dengan sendirinya aku pula yang berhak untuk menjatuhkan hukuman kepada mereka, masa aturan macam inipun tidak kau pahami"
Mendengar ucapan perempuan tersebut jelas bernada mencari menangnya sendiri, untuk sesaat Lian Sam Sin menjadi tertegun, tanpa terasa ia bertanya lagi:
"Lantas apa rencana siancu selanjutnya dan hukuman apakah yang hendak kau jatuhkan kepadanya?"
Hoa Siang siang segera tertawa terkekeh kekeh:
"Heeeh... heeehh... heeehh.. .soal itu sih belum sampai terpikirkan olehku, cuma bila kau ingin tahu maka dapat kujawab, bila berbicara tentang hukuman yang paling enteng, paling banter aku cuma akan mencongkel keluar sepasang matanya atau mungkin hanya memotong sebuah kakinya, kemudian membebaskan mereka, sebaliknya kalau ditanya soal hukuman berat, bisa jadi aku akan membunuh mereka..."
Ban Huijin menjadi habis kesabarannya setelah mendengar perkataan itu, tiba tiba ia menegur:
"Masa hanya melanggar pantangan memasuki tebing Sian hoa gay pun harus menjalani hukuman yang begitu berat?"
Hoa Siang siang memandang sekejap ke arahnya, kemudian tertawa terkekeh kekeh.
"Adik cilik, setiap rumah tangga, negara pan mempunyai hukum negara, peraturan yang ditetapkan pihak tebing Sian hoa gay ini telah berlangsung sejak dahulu dan selama dua puluh tahun terakhir ini belum pernah ada umat persilatan yang berani mengatakan tidak"
"Tebing Sian hoa gay toh bukan sarang naga gua harimau, apa sih yang kau banggakan?" seru Ban Hui jin semakin naik darah.
"Nah itulah dia" kembali Hoa Siang siang tertawa tergelap
"bila adik cilik tidak puas, silahkan saja mencari waktu di kemudian hari untuk mencoba coba memasuki tebing Sian hoa gay ini"
^ooodwooo^ Jilid: 25 Hoa Tin tin yang mengikuti tingkah laku encinya ini menjadi muak sendiri, mendadak ia berseru sambil berkerut kening :
"cici..." "Ada urusan apa adikku?" tanya Hoa Siang siang sembari mengerling sekejap.
"Membicarakan kembali peristiwa tersebut, sesungguhnya kesalahan terletak pada diriku yang mendidik murid kurang tegas, hingga kedua orang murid murtad itu begitu berani membuat keonaran ditempat ini, seandainya cici ingin menjatuhi hukuman kepada kedua orang murid murtad tersebut, sudah pasti aku tak akan mencampurinya tetapi Huan Cu Im dan Leng Kang to adalah orang orang yang sedang dicari Siang ciangbunjin serta Lian tiang lo sekalian apalagi persoalan ini pun menyangkut soal pembunuhan terhadap coa pangcu dari Kay pang, maka menurut pendapatku demi menjaga kebenaran dalam dunia persilatan alangkah baiknya jika cici melepaskan dua orang tersebut agar bisa mereka bawa pulang."
Untuk kesekian kalinya Hoa Siang siang tertawa terkekeh kekeh :
"Dulu, suhu dia orang tua pernah mengatakan kepadaku bahwa kau kelewat lemah lembut, nyatanya perkataan itu memang benar. coba bayangkan sendiri, sudah dua puluh tahun cici berdiam di tebing Sian hoa gay serta menetapkan peraturan tersebut, selama ini pun pernah ada orang yang begitu berani melanggar peraturanku tersebut, andaikata sekarang kulepaskan Huan Cu Im dan Leng Kang to yang jelas melanggar peraturan tersebut karena kehadiran seorang ciangbunjin dari Hoa san pay dan seorang tianglo dari Kay pang, eeh... bisa jadi besokpun ada orang yang kembali melanggar peraturan, lalu datang pula kembali lagi seorang Hwesio dari Siauw lim pay dan tosu dari Bu tong pay, saat itupun aku harus membebaskan tawanan lagi, padahal setiap umat persilatan hampir semuanya merupakan sobat karib perkumpulan kami, wah akibatnya bukankah peraturan tersebut akan menjadi peraturan yang tertulis hitam diatas putih belaka" Adikku, aku rasa lebih baik jangan mencampuri urusan ini lagi."
"Tidak" dengan tegas dan wajah serius Hoa Tin tin mengucapkan perkataan tersebut kemudian dengan wajah serius terusnya, "peristiwa ini terjadi gara gara ulah kedua orang murid murtadku, jadi bagaimanapun jua aku tetap akan mencampurinya."
"Dengan cara apakah adik akan mencampuri urusan ini?"
"Aku minta cici membebaskan mereka"
Lalu setelah berhenti sejenak, kembali Hoa Tin tin berkata lebih lanjut,
"Semestinya cici sendiripun tahu, tujuan dari Pek hoa pang membentuk perkumpulan adalah mengumpulkan semua anak gadis yatim piatu yang ada didunia ini, menampung mereka dan memelihara mereka agar semuanya bisa tumbuh menjadi dewasa dalam suatu keluarga besar selama ini perkumpulan Pek hoa pang pun tak pernah berniat mencari nama ataupun kedudukan hubungan dengan partai dan perguruan lainnya pun biasa biasa saja"
Semakin mendengar perkataan itu, paras muka Hoa siang siang semakin berubah menjadi serius dan berat, tiba tiba dia menukas:
"Adikku, kau tidak usah menggunakan topi raksasa dari Pek hoa pang untuk memojokkan cici, terus terang saja kukatakan, selama dua puluh tahun terakhir ini, cici sudah tidak menganggap diriku sebagai anggota perkumpulan Pek hoa pang lagi"
"Aaah, siapa yang bilang kalau cici sudah bukan sebagai anggota perkumpulan Pek hoa pang lagi"
Setelah menengok sekejap kearahnya, Hoa Tin tin berkata lebih lanjut,
"Dahulu, suhu telah menunjuk kau untuk menjabat sebagai pelindung hukum paling tinggi dari Pek hoa pang untuk membantu adik dalam menyelesaikan masalah dalam tubuh perkumpulan, itu berarti selama ini kau masih tetap sebagai anggota Pek hoa pang" Hoa siang siang tertawa terkekeh kekeh:
"Heeeh heeeh heeeh suhu si setan tua itu menunjuk aku menjadi pelindung hukum tertinggi dalam perkumpulan" Itu kalau aku setuju, bila aku menolak apa gunanya dia berkata demikian?"
Berubah hebat paras muka Hoa Tin tin karena mendongkolnya, ia berseru agak gemetar: "cici, kau... kau berani mengumpat suhu ?"
"Mengumpat suhu ?" sekali lagi Hoa Siang siang tertawa terkekeh kekeh "semenjak delapan belas tahun berselang ia sudah tidak mempunyai murid macam aku lagi, sudah sejak dulu aku tidak mempunyai guru macam dia, kalau tidak- buat apa kudirikan perguruan menyapu bunga ?"
Pengemis penakluk harimau Lian Sam Sin menjadi amat gusar bercampur mendongkol sesudah mendengar perkataan itu, dengan suara keras segera katanya :
"Biarpun golongan putih dan golongan hitam berbeda dari cara berpikir, bertindak akan tetapi semua golongan mengutamakan rasa hormatnya kepada guru, siapapun tak berani membangkang apalagi menghianatinya, hmmm, selama hidup belum pernah aku si pengemis tua menjumpai manusia cecunguk yang lupa budi dan menghianati perguruan sendiri secara munafik macam dirimu itu"
Hoa Siang siang melirik sekejap kearahnya, kemudian menjawab dengan ketus :
"Lian Sam Sin perkataanmu barusan merupakan pendapat pribadimu sendiri, ataukah berbicara mewakili segenap anggota Kay pang ?"
"Semuanya sama saja" Hoa siang siang segera tertawa dingin ^
"Apalagi kau berbicara mewakili Kay pang lebih baik pulang dulu kemarkasmu dan tanyakan dulu persoalan ini kepada pejabat pangcu perkumpulan Kay pang, tapi bila perkataan itu adalah perkataanmu pribadi, maka..."
Dia sengaja menarik kata terakhir panjang panjang namun tidak melanjutkan perkataan tersebut lebih jauh.
"Tampaknya masih ingin mengucapkan sesuatu?" tegur Lian Sam Sin segera dengan kasar.
"Benar." "Mengapa tidak kau utarakan saja secara terang terangan"
"Seandainya perkataan itu diutarakan oleh Lian Sam Sin pribadi, berarti kau telah mencari gara gara dengan aku Sau hoa buncu, karenanya aku akan menahanmu di sini, dan menyuruh pejabat ketua kalian untuk datang sendiri kemari menebusmu." Lian Sam Sin segera melompat bangun, lalu serunya sambil tertawa nyaring.
"Haaa haha haaa memangnya kau sanggup untuk menahan aku she Lian?"
Melihat kedua belah pihak sudah mulai bersitegang dan jelas pertarungan akan segera berkobar, Hoa Tin tin segera berkerut keningnya, dengan wajah hijau membesi dia bangkit berdiri lalu berseru lantang : "Hoa hiang, ayoh kita pergi saja."
"Adikku, berhenti kau" bentak Hoa Siang siang keras keras.
"Kalau toh dalam hatimu sudah tiada guru lagi, otomatis tiada pula aku si adik, buat apa lagi aku harus tetap berada disini...?"
"Kau tidak boleh pergi"
"Mengapa ?" Agaknya Toa tat cuncu yang duduk dikursi utama itu sudah mulai kehabisan sabarnya, tiba tiba ia membuka matanya dan berkata dengan rendah : "Sute apa sih yang sedang mereka bicarakan ?"
Buru buru Toa tek cuncu membungkukkan badannya dan menjawab dengan hormat :
"Lapor toa suheng, diantara mereka telah terjadi percekcokan dan sekarang ada orang yang ribut hendak pergi dari sini"
"Apa yang mereka cekcokan?" tanya Toa tat cuncu lagi,
"kau suruh mereka semua tetap duduk ditempat masing masing."
"Baik" sahut Toa tek cuncu.
Kemudian dia mengangkat kepalanya dan berseru dengan suaranya yang tinggi melengking "Dengarkan baik baik saudara sekalian, toa suheng ku memerintahkan kepada kalian agar duduk semua ditempat masing masing"
Hoa Tin tin sama sekali tak menggubris seruan tersebut, bahkan duduk pun tidak. Sedangkan Lian Sam Sin berseru dengan diiringi gelak tertawanya yang nyaring : "Haaa haa haaa apakah taysu berdua bermaksud untuk mencampuri urusan ini?"
"Tiada persoalan didunia ini yang tidak bisa dicampuri oleh toa suhengku, bila toa suheng menyuruh kau duduk. maka kau harus duduk kembali."
"Bagus sekali, coba kau suruh Hoa siancu untuk melepaskan orang terlebih dulu"
"Toa suhengku hanya menyuruh kalian duduk kembali ditempat masing masing, tidak menyuruh kalian melepaskan orang, lebih baik kau menurut saja dan segera duduk kembali ketempatmu semula"
"Aku she Lian toh ingin menantang Hoa siancu agar diberi petunjuk, kenapa harus duduk kembali?"
Toa tek cuncu menjadi naik darah ketika melihat pengemis tua itu menolak untuk duduk kembali, ia mendelik sekejap kearahnya, kemudian berseru lengking
"Ini adalah perintah dari toa suhengku, sebetulnya kau bersedia untuk duduk kembali atau tidak?"
Ucapan mana sudah bukan permintaan lagi, tapi lebih mendekati suatu paksaan secara brutal dan kekerasan-Bagaimana pun juga Lian Sam Sin adalah seorang tianglo kanan dari Kay pang hitung hitung dia punya kedudukan yang amat terhormat dalam dunia persilatan sudah barang tentu selama hidupnya belum pernah ia jumpai keadaan seperti ini Tak kuasa lagi ia segera tertawa terbahak bahak. serunya :
"Haah... haah... haa... seandainya aku si pengemis tua menolak untuk duduk?"
"Menolak untuk duduk pun harus tetap duduk"
Soh Han sim yang selama membungkam, tiba tiba berseru sambil tertawa seram :
Lian tianglo adalah salah seorang jagoan tangguh dari Kay pang, dia adalah seorang jagoan yang angkuh dan berpandangan tinggi, belum tentu dia sudi menurut perkataanmu itu
"Bila toa suheng telah menurunkan perintahnya, tak seorang manusia pun yang boleh membangkang" jawab Toa tek cuncu tegas tega
"tak apa jika ia enggan duduk. biar pinceng yang membantunya untuk duduk kembali"
Seusai berkata, pelan pelan dia bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Lian Sam hui.
Semenjak tadi Siang Han hui sudah melihat keanehan dari dua orang pendeta tua berjubah kuning tersebut serta menduga kalau kedua orang itu bisa jadi memiliki semacam kepandaian aneh yang luar biasa.
Ketika menjumpai situasi bertambah tegang, cepat cepat ia berseru dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara :
"Berhati hatilah Lian loko, bisa jadi Hwesio ini memiliki ilmu silat sesat yang sangat lihay lebih baik tak usah beradu kekerasan dengannya"
Dengan senyum dikulum Lian Sam Sin manggut manggut secara diam diam kepada Siang Han hui, lalu katanya pula sambil tertawa nyaring.
"Aku sipengemis tua justru ingin melihat, dengan cara bagaimanakah taysu ini hendak membantu aku untuk duduk kembali ketempat semula."
Siapa tahu baru saja siang Han hui selesai berbisik tadi, mendadak disisi telinganya kedengaran seseorang berkata pula dengan suara yang rendah dan berat.
"Apa yang diucapkan sicu tidak benar, pinceng suheng-te berasal dari tanah barat dan hanya khusus mempelajari ilmu aliran murni dari kaum Buddha, masa kau ibaratkan kepandaian kami sebagai kepandaian sesat yang berbahaya?"
Tak terlukiskan rasa terkejut Siang Han hui menghadapi kejadian ini, ia segera berpikir
"Padahal aku berbicara dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara tapi kenyataannya apa yang kuucapkan dapatpula ditangkap olehnya jangan jangan sihweesio tua ini telah berhasil melatih ilmu Thian oh tong (tembusi telinga langit)?"
Buru buru dia mengangkat kepalanya sambil berpaling kearah samping akan tetapi Toa tat cuncu masih kelihatan memejamkan matanya rapat rapat dan sikapnya acuh tak acuh, sama sekali tidak menunjukkan sesuatu reaksi apapun.
Dalam pada itu, Toa tek cuncu telah berjalan menghampiri Lian Sam sin, katanya sambil tertawa lengking:
"sekarang juga pinceng akan menekanmu agar duduk kembali ketempat semula" Tangan kanannya digerakkan kemuka dan langsung menekan bahu pengemis tua itu.
"Huuh, belum tentu semudah apa yang kau bayangkan"
jengek Lian Sam Sin sambil tertawa nyaring^
Dia membalikkan pula tangan kanannya serta menyongsong kedatangan serangan lawan-Begitu sepasang telapak tangan itu saling beradu, tubuh kedua orang itu sama sama bergetar keras, tapi kalau berbicara soal tenaga dalam kemampuan yang dimiliki Lian Sam Sin masih setingkat lebih rendah daripada kemampuan Toa tek cuncu.
Begitu telapak tangan kanannya ditekan kemuka tak kuasa lagi pergelangan tangan kanannya segera tertekan kebawah.
Untung saja pengalaman yang dimilikinya dalam menghadapi lawan jauh lebih unggul daripada pendalaman Toa tek cuncu, ia sadar bahwa tenaga dalamnya belum mampu melebihi lawan
Secepat kilat tangan kirinya bergerak ke muka, dengan kelima jari tangan yang dipentangkan lebar lebar seperti kaitan, dia cengkeram jalan darah clok mia hiat disikut kanan musuh.
Siapa tahu biarpun Toa tek cuncu berwajah kasar dan gemuk bagaikan seekor babi dungu, tapi begitu tangan, kau baru akan mengetahui betapa cepatnya reaksi pendeta tersebut, bahkan kecepatannya dalam melancarkan serangan sungguh mengagumkan
Baru saja Lian Sam Sin menggerakkan tangan kirinya ternyata telapak tangan kiri Toa tek cuncu sudah menembos datang lebih dulu langsung mengancam kedepan tubuh pengemis tua itu.
Gerak serangannya ini boleh dibilang dilakukan dengan kecepatan luar biasa, bahkan hampir selisih tak seberapa dengan serangannya yang pertama tadi, selisihnya cuma sekejapan mata.
Sambil menyodokkan telapak tangan kirinya kemuka, Toa tek cuncu berseru sambil tertawa nyaring :
"sekarang sicu harus duduk kembali."
Sejak menyambut serangannya yang pertama kali tadi, Lian Sam Sin sudah mengetahui bahwa ia bukan tandingan lawan, oleh sebab itu ia bermaksud menggunakan sergapan tangan kirinya untuk mengubah posisi yang terdesak menjadi lebih baik lagi, bahkan kalau bisa mengurangi sedikit daya tekanan yang dihasilkan dari telapak tangan lawan-Apa mau dibilang telapak tangan kirinya sekarang harus beradu kekerasan pula dengan telapak tangan Toa tek kanan, akibatnya telapak tangan kanannya yang sudah tak mampu mengungguli lawan, kini ditambah pula dengan daya tekanan telapak tangan kirinya membuat pengemis tua itu tidak mampu lagi untuk menahan diri.
Tak ampun lagi tubuhnya tergetar keras dan mundur sejauh tiga langkah secara beruntun, bahkan tak ampun pantatnya terduduk kembali di atas kursi.
"Kraaakkk " Mendadak kursi yang dijatuhi itu tak mampu menampung kekuatan yang maha dahsyat tersebut sehingga retak dan hancur berantakan akibatnya Lian Sam Sin berikut hancuran kursi itu terjatuh keatas tanah.
Selama ini si pengemis penakluk harimau Lian Sam Sin termashur karena ketangguhannya dalam ilmu pukulan, belum pernah ada jago persilatan yang berani beradu pukulan dengannya.
Ironisnya kali ini dia justru harus menelan pil yang paling pahit ditangan orang dalam suatu adu pukulan saja, bahkan sampai terhajar hingga terduduk dilantai, baginya pengalaman semacam ini baru pertama kali dialaminya semenjak ia terjun ke dunia persilatan setengah abad berselang Merah padam selembar wajah Lian Sam Sin seperti babi panggang, dengan geram dia meraung keras, lalu sambil melompat bangun serunya lagi dengan lantang:
"Tenaga sakti taysu sungguh mengagumkan, aku sipengemis tua ingin mencoba berapa jurus lagi ilmu silatmu itu"
Dia memang tak malu menjadi tianglo kanan dari Kay oang sekalipun telah menderita kekalahan pada pertarungan yang pertama, namun kekalahan tersebut tidak membuatnya kehilangan pegangan sehingga melupakan adat kesopanan-Toa tek cuncu memandang sekejap kearahnya, lalu berseru dengan suara lengking: "Sicu minta petunjuk apa?"
Padahal orang lain justru bersungkan kepadanya sehingga menggunakan istilah petunjuk untuk mengartikan tantangan bertarung tapi kenyataannya dia justru balik bertanya kepada orang minta petunjuk soal apa, dari sini bisa disimpulkan bahwa pendeta itu tidak memahami arti kata "petunjuk" yang sebenarnya.
Ketika Siang Han hui melihat pendeta tersebut agaknya tidak mengerti arti kata "petunjuk" yang sebenarnya, tiba tiba teringat akan sesuatu diam diam pikirnya.
"Aaah betul, sudah pasti kedua orang pendeta tua berbaju kuning ini berasal dari wilayah See ih"
Dalam pada itu Lian Sam Sin telah berkata lagi:
"Sepanjang hidupku, selain berapa jurus ilmu memukul kucing sakti boleh dibilang tidak berkepandaian lain, sudah barang tentu aku ingin minta petunjuk toa suhu dalam hal ilmu pukulan"
"Bagus sekali kalau begitu, silahkan Sicu melancarkan serangan lebih dulu " seru Toa tek cuncu sambil tertawa.
"Kalau begitu maaf kalau aku si pengemis tua bertindak lancang..." kata Lian Sam Sin dengan suara yang amat nyaring.
Begitu ucapan tersebut selesai diutarakan, tiba tiba tubuhnya mendesak maju ke muka, sepasang telapak tangannya diayunkan bersama bagaikan dua bilah kampak raksasa yang membacok secara langsung ke tubuh Toa tek cUncu.
Kali ini dia sudah mempersiapkan diri secara matang, karena itu semua gerak serangan dari telapak tangannya hampir semuanya mempergunakan jurus serangan dari ilmu pukulan penakluk harimau yang telah dipelajarinya selama puluhan tahun.
Dengan pengalamannya didalam menghadapi musuh serta pengalamannya dalam berbagai pertarungan, boleh dibilang semua kelemahan yang terdapat dalam permainan ilmu pukulannya itu telah diperbaiki serta diperkokoh lagi.
Itulah sebabnya ilmu pukulan penakluk harimau merupakan kepandaian silat andalannya, ilmu silat kebanggaannya yang membuat ia tersohor, andaikata tidak menemui musuh yang amat tangguh biasanya enggan mengeluarkan ilmu tersebut.
Dan kini setelah ilmu andalannya itu dikembangkan, nyatalah jurus jurus serangannya memang tangguh dengan perubahan yang tak terduga, membuat menjadi was was dan ngeri.
Sebaliknya Toa tek cuncu yang belum berhasil memaksa pengemis penakluk harimau dari Kay pang yang tersohor itu sampai terduduk dilantai dalam satu dua gebrakan, kini mendapat perhatian yang khusus dari hadirin.
Siapa tahu jurus serangan yang dipergunakan olehnya sekarang justru lamban kaku dan sedikit sekali perubahannya dibawah desakan Lian Sam Sin yang beruntun dia seolah olah menjumpai daya tekanan yang amat berat
Dalam tiga jurus serangan yang dilepaskan lawan, dia hanya mampu membalas satu kali, betul ketiga jurus lawan berhasil dibendung semua, namun posisinya kelihatan amat payah
Melihat keadaan ini, diam diam para jago yang hadir dalam arena tertawa dingin sambil berpikir :
"Ternyata hwesio tua ini cuma mempunyai tenaga kasar, padahal ilmu silatnya cuma biasa biasa saja."
Bahkan Hoa Siang siang sendiripun mempunyai pendapat yang sama dengan semua orang pikirnya pula:
"Barusan Soh congkoan malah berkata kalau kedua orang hweesio tua ini adalah jago jago lihay dari See ih yang khusus diundang oleh pihak Benteng keluarga Hee katanya tiada jago dalam daratan Tionggoan saat ini yang sanggup menandinginya, tapi kalau dilihat kemampuannya sekarang, agaknya seperti tidak mempunyai kelebHan yang mengejutkan hati"
Hanya ketua Hoa sanpay Siang Han hui seorang yang berpendapat lain, sebagai seorang jago yang sering membaca buku ilmu pengetahuan serta pengalamannya yang amat luas, semenjak mendengar cara berbicara dari Toa tek cun Cu tadi, ia sudah mulai curiga kalau kedua orang hwesio tua itu berasal dari wilayah See ih
Sekarang diapun melihat gerak serangan yang dipergunakan Toa tek cuncu sangat kaku dan lugu, jauh berbeda dengan kesempurnaan dan keindahan jurus serangan dari daratan Tionggoan, semestinya dia bukan tandingan dari Lian Sam sin-Tapi dalam kenyataannya ketiga jurus serangan yang dilancarkan Lian sam Sin hampir semuanya berhasil dipunahkan olehnya secara mudah dan sederhana, malahan sebuah egosan badanpun sudah mampu memunahkan ancaman tersebut bahkan sering kali memaksa Lian Sam Sin terdesak mundur tiada hentinya
Ditinjau dari sini, bila disimpulkan bahwa gerak serangan yang kaku dan lugu itu justru merupakan intisari dari ilmu silat sebaliknya gerak serangan yang indah justru hanya merupakan kembangan yang tak berarti.
Bukankah demikian" Buktinya ilmu silat yang tercantum dalam kitab cin keng karangan Tat mo cousupun berisikan gerakan gerakan yang sederhana dan bersahaja, tapi kenyataannya justru memiliki keampuhan yang luar biasa.
Sebaliknya ilmu silat yang ada di daratan Tionggoan terlalu beraneka ragam, setiap orang yang kepandaiannya sudah cukup lantas mendirikan perguruan sendiri, jurus jurus serangan yang semula sederhana dan biasa, masing masingpun menciptakan kembangan yang lebih hebat dan indah walaupun sesungguhnya sama sekali tiada artinya.
Tentu saja teori semacam ini tak akan dipahami oleh mereka yang tidak berilmu silat tinggi serta pengetahuan yang mendalam.
Lain halnya dengan Siang Han hui yang memang memperhatikan hal tersebut secara serius, begitu melihat gerakan aneh dari Toa tek cuncu dalam melancarkan serangannya ia segera teringat pula akan teori tersebut yang membuat hatinya benar benar merasa amat terkejut, segara pikirnya :
"Kalau begitu kedua orang pendeta tua berbaju kuning ini benar benar berasal dari wilayah See ih, itu berarti Lian Sam Sin belum tentu mampu untuk menandingi lawannya"
Keadaan pertarungan yang berlangsung antara kedua orang itu sekarang jauh berbeda sekali dengan keadaan semula, kalau tadi mereka saling beradu tenaga dalam sehingga dalam dua gebrakan saja Toa tek cuncu berhasil memaksa Lian Sam Sin terduduk dilantai, maka kali ini Lian Sam Sin mempertaruhkan selembar jiwanya mengajak musuhnya itu beradu kelincahan dan kehebatan jurus serangan
Hampir setiap gerak serangannya yang dilancarkan semuanya mengandung hawa pembunuhan yang mengerikan hati, setiap kebasan ujung bajunya pun selalu mengandung hawa membunuh yang hebat, barang siapa terkena sabetan itu, niscaya jiwanya akan melayang meninggalkan raganya Semua orang dapat melihat betapa dahsyatnya serangkaian serangan berantai yang dilontarkan Lian Sam Sin kali ini, semuanya dilepaskan dengan tenaga penuh serta keceapatan bagaikan sambaran petir jelas dia bertujuan untuk membalas dendam atas kekalahannya tadi dan berhasrat untuk merobohkan musuhnya.
Sebaliknya Toa tek cuncu meng gerakan sepasang tangannya dengan gerakan yang kaku dan sederhana, dibawah serangkaian serangan gencar dari Lian Sam Sin dia tidak berusaha menghindar kekiri maupun kekanan, diapun tidak berusaha membendung ancaman tersebut dengan sepenuh tenaga hanya tangannya diayunkan berulang kali kian kemari.
Serangannya yang dilancarkan memang tidak secepat dan sedahsyat serangan dari Lian Sam Sin sehingga hampir boleh dibilang dalam tiga buah pukulan yang dilepaskan lawan, dia baru berhasil melancarkan sebuah serangan balasan kendati demikian nyatanya sebuah pukulannya itu sudah cukup untuk memunahkan ketiga buah serangan gencar dari Lian Sam sin.
Hanya saja, biarpun ia sanggup mematahkan serangan demi serangan dari Lian Sam Sin tapi gagal untuk meloloskan diri dari kurungan angin serangan lawan Terhadap berlangsungnya pertarungan yang begitu sengit ditengah arena, Toa tat cuncu yang duduk dikursi utama masih tetap membungkam dan memejamkan matanya rapat rapat, ia seperti tidak berteriak dan tak ambil pusing terhadap pertarungan mana. Mendadak terdengar Toa tek cuncu berseru sambil mendengus: "Hanya ini saja kepandaian silat yang dimiliki sicu?"
Dalam pada itu Lian Sam Sin sendiripun sudah habis kesabarannya setelah pertarungannya tidak membawa hasil, mendengar seruan tersebut, segera sahutnya lantang : "Bila taysu mempunyai ilmu simpanan yang hebat, silahkan saja digunakan semua."
"Bagus sekali."
Telapak tangan kanannya segera diayunkan kedepan menyongsong ancaman dari Lian Sam Sin sementara tangan kirinya diayunkan berulang kali melancarkan lima buah serangan dahsyat.
Kelima buah serangan tersebut bagaikan dilepas bersamaan waktunya, kelihatan lima gulung bayangan tangan menyerang datang bersama sama, hawa serangan yang melanda tiba sungguh hebat dan mengerikan sekali.
Akibatnya si pengemis penakluk harimau Lian Sam Sin menjadi terdesak hebat dan harus menghindar kekiri dan kanan sambil kerepotan untuk membendung ancaman mana, ia membentak berulang kali, justru serangannya segera diubah diantara sepasang tangan yang beterbangan, dia melancarkan serangan balasan-Dari posisi menyerang sekarang ia berubah menjadi posisi bertahan dengan mengandalkan jurus jurus maut dari cap pwee sian ki jiu hoat.
Sebentar tangan kirinya membacok tangan kanannya menyambar sebentar sebaliknya pula, dibalik serangan terdapat ilmu menangkap dibalik ilmu mencengkeram terdapat pula ilmu pukulan, dalam keadaan begitu meski ia sudah menggunakan ilmu pukulan dan ilmu ki najiu yang paling hebat pun, sayangnya semua usaha tersebut tidak berhasil untuk mendesak mundur Toa tek cuncu. amarah didalam dada Lian Sam sin, rambutnya pada berdiri kaku semua seperti landak serangan dan cengkeramannya semakin gencar dan dahsyat, jurus yang satu lebih cepat daripada jurus berikut serangan yang satu pun lebih hebat daripada serangan yang lain, hal ini membuat jalannya pertarunganpun makin lama semakin bertambah seru dan gencar.
Seluruh ruangan yang besar itu dipenuhi oleh deruan angin serangan yang dahsyat, hawa murni menyesakkan napas keadaan tersebut segera menimbulkan perasaan was was bagi Hoa Siang siang, Hoa Tin tin serta Siang Han hui sekalian orang.
Mendadak Toa tek cuncu mengayunkan tangannya melancarkan sebuah serangan, Lian Sam Sin yang tak sempat menghindar lagi ditambah pula berada dalam keadaan gusar, diapun segera menghimpun tenaga dalamnya sebesar delapan bagian untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut dengan kekerasan-Begitu sepasang telapak tangan saling beradu...
"Plaaakkk" terdengar bunyi yang amat keras.
Akibatnya Lian Sam Sin tak dapat mempertahankan kuda kudanya lagi dan segera beruntun terdorong mundur sejauh tiga langkah lebih, tenggorokannya terasa anyir dan darah segar hampir saja menyembur keluar.
sebaliknya Toa tek cun Cu yang memiliki tenaga dalam lebih sempurnapun ikut tergetar keras sampai hawa darah didalam dadanya bergolak keras, kuda kudanya ikut tergempur hingga badannya terdorong mundur sejauh dua langkah
Setiap langkah mereka terdorong mundur ke belakang, setiap langkah pula mereka meninggalkan bekas telapak kaki sedalam lima inci diatas lantai batu hijau dalam ruangan tersebut
Agaknya bentrokan barusan telah memeras banyak sekali tenaga dalam yang dimiliki kedua orang itu untuk berapa saat mereka saling berdiri tanpa bergerak ataupun melakukan suatu gerakan lagi.
Setelah mengatur pernapasan sejenak. Lian Sam Sin membuka matanya kembali seraya membentak tubuhnya melejit setinggi satu kaki lebih ketengah udara lalu seperti elang sakti menerkam kelinci, tubuhnya langsung menukik kebawah dan menubruk tubuh Toa tek cuncu.
Ketika sampai di tengah udara, telapak tangan kanannya segera diayunkan ke bawah dengan jurus dewa guntur membacok kayu. ia langsung menyerang batok kepala hweesio itu
Serangan ini benar benar amat dahsyat, segulung angin puyuh segera menyapu kebawah dengan dahsyat dan hebatnya
"Aduh celaka " Siang Han hui yang menyaksikan adegan tersebut segera berpekik didalam hati.
Semua orang yang semula duduk. kini pada melompat bangun semua dengan perasaan tegang dan was was.
Sementara itu Toa tek cuncu masih tetap berdiri tak berkutik disitu, tubuhnya yang gemuk seperti babi tetap berdiri ditempat semula tanpa bergeser, sampai ancaman dari Lian Sam Sin hampir mencapai batok kepalanya dia baru menggerakkan lengannya ke atas dengan jurus "Mi tou menjurak ke langit" untuk melancarkan serangan balasan Ledakan keras berkumandang memecahkan keheningan, begitu kedua gulung angin pukulan yang sangat kuat itu saling beradu satu sama lainnya, desingan angin tajam segera menyebar diseluruh ruangan dan memancar keempat penjuru seakan akan gelombang dahsyat menyapu angkasa, keadaannya sungguh mengerikan-Akibat dari bentrokan tersebut, Toa tek cuncu masih tetap berdiri tegak ditempat semula, sebaliknya Lian Sam Sin berjumpalitan berapa kali ditengah udara, namun kerena gagal untuk melenyapkan tenaga getaran lawan, badannya meluncur lagi sejauh dua kaki dari posisinya semula.
Tatkala mencapai tanah, tubuhnya masih juga belum berhasil berdiri tegak. dia harus mundur lagi sejauh satu dua langkah dengan tubuh sempoyongan sebelum akhirnya dapat berdiri tegak. meski begitu rambutnya sudah berdiri kaku semua seperti landak, dadanya naik turun tak menentu, napasnya tersengkal sengkal dan peluh jatuh bercucuran dengan derasnya.
Siang Han hui segera menyaksikan keadaan tidak beres, cepat cepat ia menyelinap maju kedepan dan menempelkan telapak tangannya dibelakang punggung Lian Sam Sin sambil berbisik,
"Saudara Lian cepat kau atur pernapasanmu"
Sebagaimana diketahui, didalam serangannya yang terakhir barusan, Lian Sam Sin telah menggunakan hampir seluruh kekuatan yang dimilikinya tapi setelah digetarkan tenaga serangan dari Toa tek cuncu sehingga hawa murninya tak dapat dilampiaskan keluar akibatnya senjata makan tuan dan hawa serangan itu menyusup kembali kedalam tubuhnya.
Seandainya Siang Han hui tidak segera membantunya dengan menyalurkan tenaga dalamnya dari luar, sehingga hawa murninya yang tersesat balik kembali kejalur yang sebenarnya, bisa jadi pengemis itu akan menderita luka parah dan ilmu silatnya menjadi punah
Lian Sam Sin segera dapat merasakan menyusupnya segulung hawa murni dari jalan darah Leng tay hiat kedalam tubuhnya. kemudian hawa murni yang tersesat pun lambat laun pulih menjadi tenang kembali, ia tahu keadaannya sangat gawat, karena itu dia tak berani berayal lagi dan cepat cepat menenangkan pikiran dan pelan pelan mengatur pernapasan-..
Dalam pada itu Toa tek cuncu dengan wajah yang dingin kaku tanpa emosi memandang sekejap kearah Lian Sam sin, kemudian mengejek sinis: "Sicu, nyatanya kau emmang tidak becus untuk menerima seranganku..."
Sesungguhnya Lian Sam Sin termasuk seorang yang berwatak berangasan dan kasar, meskipun ia sedang memperoleh bantuan tenaga murni dari Siang Han hui untuk menindas hawa murninya yang tersesat namun ucapan dari Toa tek cuncu tersebut segera mengobarkan kembali amarahnya, begitu mendongkol dan jengkelnya sehingga hawa murninya yang sudah memasuki jalan sebenarnya nyaris menyeleweng kembali Siang Han hui cukup mengetahui gawatnya situasi, cepat cepat dia berseru: "Saudara Lian jangan kau layani ulahnya" Sedangkan Ban Hui jin segera berseru pula dengan mendongkol:
"Hwesio gede, menang atau kalah sudah lumrah didalam suatu pertarungan, sebagai seorang pendeta yang beragama, mengapa sih caramu berbicara begitu sombong dan tak tahu diri?"
Toa tek cuncu segera mementangkan mulutnya yang lebar dan tertawa terkekeh kekeh: "Apabila Li pousat tidak terima, silahkan saja terjun kearena untuk mencoba coba"
Ban Huijin yang berangasan tentu saja tak sanggup menahan diri, sambil mendengus serunya:
"Dicoba yaa dicoba, memangnya kau sangka aku takut kepadamu...?"
"criiing..." Dia segera meloloskan pedangnya dan sambil mengangkat kepala berseru lagi^
"Mana senjatamu " Sana, pergilah mengambil senjata andalanmu, nona ingin minta petunjuk dalam ilmu pedang"
"Ha ha ha ha... untuk bertarung melawan lipousat, buat apa pinceng mesti menggunakan senjata ?"
Ban Huijin merasa semakin mengongkol lagi, dia segera menggetarkan pergelangan tangannya sehingga pedang yang dipakai itu bisa mengeluarkan dengungan nyaring, kemudian katanya
"Bagus sekali kalau begitu, berhati hatilah kau si hweesio gede..."
Tanpa membuang waktu lagi, pedangnya langsung diayunkan ke depan membacok dada lawan-Toa tek cuncu menggerakkan tangan kirinya melakukan pancingan ke muka, sementara tangan kanannya masih melintang di depan dada tanpa melepaskan serangan-Dengan suatu gerakan yang amat cepat Ban Huijin melayang ke muka dan menyergap kesebelah kanan Toa tek cuncu, pedangnya segera berputar, lalu mengeluarkan serangan dengan jurus It yao Ci ciu (selembar daun menandakan musim gugur).
cahaya pedang segera menyambar kemuka melepaskan bacokan, menyusul tubuhnya mendesak maju kemuka, tahu tahu serangannya berubah menjadu jurus Taian kui tiam goan langsung menyergap batok kepala Toa tek Cuncu.
Sebagaimana diketahui, ilmu pedang Hong Sin kiam hoat mengutamakan kelincahan dan keringanan, ketiga jurus serangan yang dilancarkan secara berantai ini nyatanya memang ringan, lincah dan cepat, semua serangan datang bagaikan hembusan angin-Sementara dia melancarkan tiga buah serangan secara beruntun dengan kecepatan luar biasa, tangan kanan Toa tek cuncu yang berada didepan dada justru digerakkan kemuka secara pelan pelan menyongsong datangnya ujung pedang itu.
Gerakan ini lambannya luar biasa bahkan tidak membawa desingan angin serangan, kendati begitu Ban Hui jin segera merasakan datangnya segulung kekuatan tanpa wujud yang menggetarkan ujung pedangnya sehingga miring kekanan-Diam diam gadis ini merasa amat terkejut cepat cepat pergelangan tangan kanannya ditarik dengan menarik kembali serangannya, kaki kanan bergeser kesamping pedangnya membentuk bunga pedang lalu berganti menyerang sisi tubuhnya.
Tidak sampai pedang si nona menyerang lagi, Toa tek cuncu telah memutar badan kemudian melepaskan sebuah pukulan berat dengan jurus Tay si pian jiu. Menunggu Ban Huijin berniat untuk melarikan diri, keadaan sudah terlambat.
Terasa segulung desingan angin serangan yang sangat kuat menerjang keatas tubuhnya ia tahu tenaga dalam yang dimilikinya masih selisih terlalu jauh dibandingkan dengan kekuatan lawan, sambil membentak nyaring badannya diputar kencang membentuk selapis cahaya pedang yang segera melindungi seluruh tubuhnya.
Semenjak melihat adiknya terjun kedalam arena ban Sian cing sudah tahu kalau nona itu bukan tandingan Toa tek cuncu sembari meraba gagang pedangnya dia turut maju kedepan dia berdiri tak jauh dari arena.
Sekarang setelah melihat adiknya menjumpai ancaman bahaya, cepat cepat dia meloloskan pedangnya sambil melompat ke muka, dengan jurus awan tebal menututup bukit Hong san, dia cipta ka n selapis kabut pedang untuk merintangi dimukaBan Huijin.
Toa tek cuncu sama sekali tidak menarik kembali serangannya yang telah dilancarkan dia mendesis sinis sambil menambahi kekuatannya dengan berapa bagian lagi, lalu ujung baju kanannya dikebaskan kedepan menerjang tubuh Ban Sian cing.
Semua kejadian segera berlangsung amat cepat, ketika angin serangan itu menumbuk diatas lapisan cahaya pedang pelindung tubuh dari Ban Huijin, segera timbullan suara gemerincing yang amat nyaring.
Menyusul kemudian tubuh Ban Huijin berikut pedangnya bagaikan sebuah bola karet saja menggelinding sejauh satu kaki lebih dengan cepatnya
Begitu keras getaran itu membuat rambut Ban Hui jin menjadi kusur dan dua titik darah menodai ujung bibirnya.
Sementara itu lapisan cahaya pedang yang diciptakan Ban Sian cing sesungguhnya dimaksudkan untuk melindungi adinya, akan tetapi d isaat cahaya pedang itu membentur dengan kekuatan dari Toa tek cuncu, tahu tahu saja... "criing "
cahaya pedang sirap secara mendadak dan pedangnya yang sangat kuat itu sudah putus menjadi dua bagian, sedangkan Ban Sian cing sendiri sempat digetarkan sampai mundur sejauh dua langkah lebih dari posisi semula.
Semua peristiwa yang terjadi ini segera menimbulkan rasa kaget dari semua orang.
Dengan langkah cepat Seng Bian tong maju kemuka memayang tubuh Ban Hui jin, lalu tanyanya dengan cemas:
"Nona Ban apakah tubuhmu terluka?"
Pelan pelan Ban Huijin menarik napas panjang, setelah membereskan rambutnya yang kusut dia berkata.
"Aku baik baik saja Seng lopek. boanpwee tidak sampai menderita luka"
Hoa Tin tin segera mengeluarkan pula sebuah botol porselen dari sakunya serta mengeluarkan sebutir pil berwarna putih, sambil diangsurkan ke depan Ban Hui jin, dia berkata:
"Adikku, pil ini merupakan pil Hiang mi wan dari Pek hoa bun kami, kasiatnya untuk menambah tenaga, cepat kau masukkan kedalam mulut, pil tersebut akan melarut secara pelan pelan"
"Terima kasih banyak" sahut Ban Hui jin sambil menerima pil tersebut.
Ketika dimasukkan ke dalam mulut, betul juga terasa harum semerbak dan manis bagaikan madu.
Dalam pada itu Toa tek cuncu telah tertawa terbahak bahak sambil melayangkan pandangannya kian kemari, ujarnya kemudian dengan suara yang melengking. "Apakah masih ada di antara saudara sekalian yang merasa tidak puas...?"
"Benar" sambung Hoa Siang siang pula sambil tertawa,
"bukankah kedatangan saudara sekalian ke perkampungan sau hoa san ceng ini adalah untuk minta orang" Begini saja, asalkan diantara saudara sekalian ada yang mampu mengungguli Toa tek taysu ini, maka aku akan segera membebaskan orang orang yang kalian minta, bagaimana pendapat kalian semua ?" Waktu itu Siang Han hui serta Lian Sam Sin telah balik kembali ketempat duduknya.
Berhubung diantara beberapa orang yang datang bersama, kini terbukti bahwa Lian Sam Sin serta dua bersaudara ban telah menderita kekalahan secara beruntun di tangan Toa tek cuncu, berarti tinggal Seng Bian tong dan Siang Han hui berdua yang belum turun tangan-Siang Han Hui sebagai seorang ketua dari suatu perguruan besar tentu saja tak dapat turun tangan secara sembarangan, ini berarti tinggal Seng Bian tong seorang yang boleh turun tangan bertarung melawan pendeta tersebut.
Sementara Seng Bian tong masih putar otak dan siap berbicara, mendadak Hoa Tin tin berkata lebih dulu:
"Kalau toh cici sudah menentukan syaratnya, baiklah biar adik yang meminta beberapa petunjuk dari toa suhu ini"
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Perkataannya itu tentu saja sama sekali di luar dugaan siapa pun, untuk sesaat semua orang menjadi tertegun dibuatnya.
"Jadi adik ingin bertarung melawan Toa tok cuncu?" seru Hoa Siang siang ketus.
"Ya a, adik ingin mencoba coba" Hoa Tin tin menyahut sambil tertawa hambar.
Dengan langkah yang lemah gemulai dia berjalan menuju ketengah arena, lalu sambil memberi hormat kepada Toa tek cuncu, katanya.
"Toa suhu, senjata yang kugunakan adalah sebilah pedang, apakah toa suhu akan menggunakan senjata pula?"
"omintohud." Toa tek CUn Cu segera merangkap tangannya didepan dada, "silahkan li pusat menggunakan pedang, biar pinceng memakai sepasang kepalan saja"
"Kalau memang begitu, aku tak akan sungkan sungkan lagi" ucap Hoa Tin tin-Dari balik gaunnya pelan pelan dia meloloskan sebilah pedang panjang yang tipis,
lalu sambil merangkap tangannya dan memberi hormat, ia berkata. "Silahkan toa suhu melancarkan serangan"
"omintohud..." kembali Toa tek cuncu merangkap tangannya didepan dada, "silahkan li pousat melancarkan serangan, pinceng akan menyambut sebisanya"
Hoa Tin tin segera menggerakkan pedangnya menuding kelangit, lalu diputar membentuk sekuntum bunga pedang, katanya dengan suara lembut. "Toa suhu, sambutlah seranganku ini"
Sambil menggetarkan bunga pedangnya, ia mendorong keatas depan...
Bagi umat persilatan, sudah lama mereka dengar tentang nama Pek hoa pang, tapi belum pernah menyaksikan ilmu silat aliran Pek hoa pang, dengan turun tangannya Hoa Tin tin ini, otomatis pula menarik perhatian banyak orang.
Hoa Siang siang telah berpisah selama delapan belas tahun dengan adiknya, ia tak tahu sampai dimanakah tingkatan ilmu pedang yang dimiliki adiknya ini, dan sekarang ada peluang baik baginya untuk mempertahankan tingkatan ilmu silatnya.
oleh sebab itu dengan turun tangannya Hoa Tin tin, maka sorot mata serta perhatian semua orang yang hadir dalam arena, sama sama ditujukan keatas pedangnya.
Terlihat Hoa Tin tin mengangkat pedangnya sambil didorong lagi kedepan, jurus serangannya sangat sederhana, tapi dalam permainannya justru kelihatan indah dan menawan, bagaikan sebatang bunga yang indah sedang mekar.
Ditinjau dari jurus serangan yang pertama saja, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa ilmu pedang Pek hoa kiam hoat memang betul betul merupakan sebuah ilmu pedang yang menarik.
Siang Han hui merupakan seorang ketua Hoa sanpay yang sepanjang hidupnya berlatih ilmu pedang, ilmu Hoa san kiam hoat yang termashur karena lincah dan ringan itu boleh dibilang sudah dikuasahi secara sempurna.
Tapi setelah menyaksikanjurus serangan dari Hoa Tin tin tersebut, diam diam ia mengangguk sambil berpikir:
"Tak nyana Pek hoa pang Cu dapat memainkan pedang panjangnya yang berat dengan begitu ringan dan lembut, dapat disimpulkan bahwa kemampuannya dalam permainan pedang telah mencapai tingkatan yang sempurna "
Toa tek Cuncu dengan perawakan tubuhnya yang gemuk bagaikan gumpalan daging, berdiri nang ditempat sambil memicingkan matanya, dia menunggu sampai bunga pedang tersebut meluncur datang dan hampir tiba dihadapannya, barulah berseru sambil tertawa lengking.
"Serangan yang bagus"
Sepasang telapak tangannya segera dirangkap kearah bunga pedang itu hingga menggemakan suara benturan yang ringan-
"Plaaakkk" Didengar dari suara tadi, otomatis bunga pedang itu tak berhasil dirangkap dengan tangannya.
Sementara dia gagal dengan serangannya, gerak serangan pedang dari Hoa Tin tin telah menyambar tiba lagi, ujung pedangnya segera memercikkan tiga kuntum bunga pedang yang secara terpisah menyerang ketiga buah jalan darah penting ditubuh Toa tek Cuncu
Gerak serangannya ringan dan lembut, gerak langkahnya enteng, ta kubahnya seperti setangkai bunga yang bergoyang kian kemari terhembus angin
Padahal kuntum bunga yang tadi sudah jelas berada ditengah rangkapan tangan Toa tek cuncu, entah bagaimana caranya dia menarik kembali serangannya itu, ternyata didalam waktu singkat telah melancarkan kembali tiga kuntum bunga pedang.
Begitu serangannya kembali mengenai sasaran yang kosong, Toa tek Cuncu segera tahu bahwa musuhnya tidak mudah dihadapi sekalipun hanya seorang wanita, dia segera tertawa lengking, ujung baju kirinya dikebaskan membentuk segulung angin puyuh yang secara cepat menggulung ke arah ketiga kuntum bunga pedang.
Didalam anggapannya, betapa pun besarnya kemampuan yang dimiliki lawan, dengan kebasannya yang mengandung tiga bagian tenaga dalam ini, sekalipun ada tiga bilah pedang pun tidak sulit untuk mematahkannya semua.
Dimana angin puyuh menggulung lewat, letiga kuntum bunga pedang itupun turut lenyap. dengan senyuman dikulum dan memeluk pedang pelan-pelan Hoa Tin tin mundur selangkah, lalu ujarnya dengan suara merdu. "Maaf toa suhu"
Kembali semua orang yang hadir disana dibuat tertegun oleh perkataan ini, mereka tak tahu dengan cara apakah Hoa Tin tin telah mengungguli si Hwesio gemuk tersebut"
Bahkan Siang Han hui yang merupakan seorang ahli pedang pun cuma sempat melihat kalau perempuan itu memiliki kesempurnaan yang luar biasa dalam ilmu pedang, tanpa berhasil mengetahui dengan cara apakah ia meraih kemenangan tersebut"
Toa tek Cuncu segera membelalakkan matanya lebar lebar sambil mengawasi Hoa Tin tin tanpa berkedip. lalu tanyanya:
"Kapan sih pinceng sudah menderita kekalahan?"
Apa yang dia tanyakan tak lain merupakan persoalan yang ingin diketahui pula oleh setiap orang.
Hoa Tin tin segera tersenyum.
"Silahkan toa suhu memeriksa bawah ujung baju kanan sebelah kirimu, kau segera akan paham dengan sendirinya."
Toa tek Cuncu segera membalik ujung baju tangan kirinya dan memandang sekejap. tak kuasa lagi ia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa keras, suaranya tinggi melengking amat tak sedap untuk didengar.
Sebagaimana diketahui, hampir sebagian besar yang hadir disitu adalah jago-jago kelas satu dari dunia persilatan, mereka memiliki ketajaman mata yang luar biasa.
Meski hanya sekilas pandangan saja, namun semua orang dapat melihat dengan jelas bahwa dibawah ujung baju dari Toa tek Cuncu tersebut terdapat tiga buah titik lubang kecil yang berbentuk segitiga.
Sudah jelas lubang itu terjadi disaat dia mengebaskan ujung bajunya tadi dan tertusuk oleh ujung pedang dari Hoa Tin tin-Bayangkan saja, dengan sebilah ujung pedang ternyata secara beruntun bisa membentuk tiga buah lubang kecil, gerak serangan tersebut boleh dibilang luar biasa cepatnya.
Kemudian kalau dilihat dari tusukan pedangnya yang berhasil membentuk tiga titik lubang yang sama besarnya diujung baju lawan, bahkan disaat baju lawan sedang mengebaskan pukulannya untuk memunahkan tusukannya yang tiba, dapat dibuktikan kalau ia mempunyai tenaga dalam yang amat sempurna.
Hoa Siang siang tidak mengira kalau adiknya berhasil memiliki kepandaian yang begitu sempurna dalam permainan pedang, untuk sesaat ia menjadi tertegun, paras mukanya berubah hebat.
Sebenarnya semua orang sudah bersiap siap untuk bersorak memuji setelah melihat Hoa Tin tin memperlihatkan kepandaiannya itu, tapi mereka semua jadi terbungkam setelah mendengar Toa tek cuncu gelak tertawa.
Hoa Tin tin sendiripun dibuat kebingungan oleh gelak tertawa pendeta itu, tak tahan ia segera bertanya.
"Toa suhu, apa sebabnya kau tertawa tergelak ?"
Toa tek cuncu menghentikan suara tertawanya lalu menyahut dengan suara melengking
"Bukankah lipousat bermaksud untuk beradu kepandaian silat dengan pinceng hingga ketahuan siapa yang lebih unggul diantara kita" Apa artinya bila kau mencari keuntungan hanya mengandalkan teknik belaka?"
Semua orang segera merasa bahwa perkataan yang diucapkan pendeta ini terlalu mengada ada dan ingin mencari menangnya sendiri, tapi pendeta itu sendiri justru berbicara secara serius, seakan akan alasannya memang kuat dan bisa diterima.
Diantara semua yang hadir, hanya Siang Han hui seorang yang bisa memahami perkataannya itu, segera pikirnya.
"Mengikuti perkembangan budaya yang berlangsung diwilayah Tiong hoa, jalan pemikiran kita rakyat Tionggoan pun ikut mengalami kemajuan, bagi kami yang penting dalam ilmu silat adalah kesempurnaan serta kelembutan, terutama dalam beradu ilmu, kebanyakan hanya dibatasi sampai saling menutul sehingga tak sampai merusak nama baik orang, karena inilah yang diajarkan ulama sejak dulu.
Berbeda sekali dengan Toa tek Cuncu yang berasal dari wilayah See ih, bagaimana mungkin ia bisa memahami teori semacam ini" Dalam anggapannya, untuk beradu silat maka ukuran menang kalahnya adalah bila satu pihak telah berhasil dirobohkan. Lantas apa artinya dengan tiga lubang kecil yang tertera diujung bajunya itu?" Sementara dia masih berpikir, Hoa Tin tin telah mengangkat kepalanya sambil berkata:
"Menurut anggapan toa suhu, apa yang harus kita perbuat untuk menentukan siapa yang lebih unggul diantara kita?" Toa tek Cuncu tertawa:
"Apabila lipousat dapat mengungguli sepasang telapak tangan pinceng ini, kau akan dianggap benar benar unggul"
Hoa Tin tin segera mengangguk:
"Baiklah, silahkan toa suhu menyerang lebih dulu"
"Hati hatilah kau lipousat" seru Toa tek Cuncu sambil tertawa melengking.
Kali ini dia tidak bersungkan sungkan lagi, kembali ujung baju kirinya dikebaskan kemuka membentuk segulung angin puyuh yang menyambar ke depan, di balik kebasan tersebut tersembunyi sebuah pukulan maut yang dahsyat.
Sementara tangan kanannya dengan kelima jari tangan direntangkan lebar lebar, langsung mencengkeram pedang Hoa Tin tin berbareng dengan kebasan ujung bajunya tadi.
Ilmu silat dari perguruan Pek hoa bun diciptakan oleh Hoa popo, ini sangat menggemari bunga sepanjang hidupnya sehingga hampir setiap gerak serangannya selalu menggunakan nama bunga. Itulah sebabnya semua gerakan pedangnya selalu enteng dan lembut, meski keganasannya tidak berkurang, namun soal kelincahan benar benar merupakan kelebHan yang utama.
Itulah sebabnya begitu ilmu pedang Pek hoa kiam hoat dikembangkan, semua gerakannya seperti bunga yang bergoyang terhembus angin, indah menawan tapi terselip duri di balik rantingnya.
Hoa Tin tin dengan jubah pendetanya yang berwarna hijau, bergerak kian kemari diantara serangan tangan kanan dan kebutan tangan kirinya, sementara pedangnya melancarkan serangan secara berantai, satu jurus belum selesai yang kedua telah dilepaskan.
Bunga pedangpun sekuntum demi sekuntum beterbangan diangkasa, ada kalanya serangan itu berdiri sendiri, ada kalanya pula sampai beberapa kuntum sekaligus, seorang diri ia bergerak kian kemari diantara bunga bunga perak bagaikan kupu kupu yang mencari madu, sebentar berada dimuka, tahu tahu sudah menyelinap ke belakang.
Disaat jurus serangannya baru dilancarkan, orangnya masih berada disebelah kiri, tapi disaat serangan hampir mencapai musuhnya, tubuhnya sudah menyelinap disebelah kanan, seakan akan pedang adalah pedang, orang adalah orang, dua hal yang terpisah.
Dengan peristiwa ini, biarpun tenaga dalam yang dimiliki Toa tek Cuncu lebih sempurna dan pukulan yang dilancarkan lebih dahsyat pun, hampir semuanya mengenai sasaran yang kosong.
Dengan kelincahan menghadapi kekuatan, otomatis kelincahan yang berhasil meraih banyak keuntungan-Toa tek Cuncu dengan mengandalkan kebasan ujung baju kirinya, dan pukulan kanannya, makin menyerang semakin dahsyat, tenaga dalam yang digunakan pun semakin lama semakin bertambah kuat, hampir setiap kebasan dan pukulan yang dilepaskan semuanya disertai dengan tenaga pukulan yang mengerikan hati.
Akan tetapi permainan pedang yang dilancarkan Hoa Tin tin pun makin lama semakin bertambah ringan dan lembut, berpuluh puluh kuntum bunga perak diciptakan olehnya mengelilingi sekeliling tubuhnya se Toa tek Cuncu, bahkan berlapis lapis tiada habisnya.
Dalam waktu singkat kedua sosok bayangan manusia itu seperti bergulingan ditengah tumpukan bunga perak yang tebal, menciptakan suatu pemandangan yang amat indah dan menawan hati.
^oo@dw@oo^ Jilid: 26 Hoa Siang siang yang mengikuti jalannya pertarungan itu makin memandang semakin terkejut, diam diam ia menggertak giginya kencang kencang sambil menyumpahi didalam hati
"Tampaknya si nenek bajingan itu memang pilih kasih, ilmu pedang Pek hoa cing gin (seratus bunga berebut keindahan) dari Pek hoa kiam hoat hanya dia wariskan kepada Tin tin tanpa menyinggung sekalianpun dihadapanku Hmm, kalau begitu kau memang tak pernah menganggap aku sebagai muridmu Hmm... kalau toh demikian jangan salahkan pula jika akupun tidak pernah menganggapmu sebagai guruku."
Yang dia maki sebagai "nenek bajingan" itu tentu saja gurunya, Hoa Popo yang mendirikan perkumpulan Pek hoa pang
Pada saat itulah Hoa Tin tin melompat mundur secara tiba tiba sambil menarik kembali pedangnya, lalu sambil tersenyum dia berkata: "Toa suhu, tentunya kau sudah mengaku kalah bukan sekarang?"
Sekali lagi semua orang dibuat tertegun setelah mendengar perkataan ini, tidak ada yang tahu kepandaian aneh apa yang telah digunakan Pek hoa pangcu dalam serangannya kali ini"
Gelang Kemala 4 Kait Perpisahan Serial 7 Senjata Karya Gu Long Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 10
Diiringi dua kali benturan nyaring, cangkul bunga itu patah menjadi dua bagian dan rontok ke tanah.
Kedua orang gadis itu segera menjerit kaget kemudian cepat cepat melompat mundur.
Dengan suara parau Huan Cu Im kembali tertawa keras, ia menerjang keluar dari pelataran lalu menjejakkan kakinya keatas tanah dan melompat naik keatas atap rumah-Tiga orang rekannya yang berada dibelakang segera ikut pula melompat naik keatap rumah.
Dicekam oleh perasaa terkejut dan ngeri, dua orang gadis itu segera mengeluarkan sumpitan dari sakunya dan dibunyikan keras keras...
ooood-woooo Tengah hari sudah tiba, dari jalan raya beralas batu hijau diluar perkampungan Sau hoa san Ceng tampak sebuah tandu berwarna hijau yang digotong oleh dua orang penandu bergerak mendekat dengan gerakan amat cepat.
Dibelakang tandu itu mengikuti seorang perempuan bergaun hijau yang berusia tiga puluh tahunan, ditangannya membawa sebuah pot bunga terbuat dari kemala hijau dan di dalam pot bunga tersebut tampak sekuntum bunga Botan yang merah dengan daun yang segar, bunga itu besar sekali seperti mangkok.
Waktu itu memang musim bunga Botan mekar, tapi bunga Botan yang berada di pot tersebut berwarna merah tua, sekilas pandangan saja orang akan tahu kalau bunga itu dari jenis yang aneh.
Padahal bunga itu sebetulnya bunga palsu yang dibuat persis dengan aslinya.
Perempuan berbaju hijau itu meski berjalan mengikuti dibelakang tandu sambil membawa pot bunga, namun langkah kakinya selalu mantap dan teratur, betapa cepatnya si petandu itu berjalan dia tak pernah ketinggalan setengah langkah pun-Kini tandu berwarna hijau tersebut telah berhenti didepan pintu gerbang.
Tirai tandu pun segera bergoyang, tampak sesosok bayangan merah melompat naik ke atas undak undakan batu dengan kecepatan tinggi, ternyata bayangan merah itu adalah seorang gadis kecil berbaju merah.
Gadis cilik ini berusia paling banyak tujuh delapan tahun, mukanya bersih dan manis sehingga kelihatan amat menarik hati.
Ditengah gadis kecil berbaju merah itu memegang sebuah kartu nama merah yang besar, ia langsung menuju ke pintu besar dan mendongakkan kepalanya memandang sekejap kedua gelang pintu yang berada jauh di atas kepalanya itu, sedemikian tinggi letak gelang pintu itu sehingga tangan si nona cilik itupun tak mencapainya.
Dengan tenang gadis cilik itu sendiri di bawah gelang pintu, tangannya segera merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan seutas tali pinggangnya, diujung tali pinggang itu terdapat sebuah bola bunga yang besar, ketka dia menggetarkan tangannya maka tali pinggang itupun meluncur keats dan bola bunga itu persis menembusi salah satu gelang pintu yang berada disebelah kiri serta mengaitnya dengan kencang.
Ooo-dw-ooO Jilid: 24 Gadis cilik itu segera menarik tali pinggangnya tiga kali, dan gelang pintupun ikut bergetar tiga kali mengetuk pintu besar tersebut.
Selesai mengetuk pintu, sekali lagi nona cilik itu menggetarkan tangannya, ternyata bola bunga diujung tali pinggang itu lolos keluar sendiri dari balik gelang tadi dan seperti seekor ular saja meluncur kembali ketangannya gadis itupun menyimpan kembali tali pinggangnya kedalam saku.
Sejak dari mengeluarkan tali pinggang, menggait gelang pintu- mengetuk pintu sampai menyimpan kembali tali pinggang itu, semua gerakan itu dilakukan nona cilik itu dengan cekatan dan cepat, tak beda dengan orang biasa yang mengetuk pintu.
Tak lama kemudian pintu gerbang dibuka orang dan muncul seorang gadis bermuka dingin yang menengok sekejap kearah gadis berbaju merah itu, dengan suara dingin ia segera menegur :
"Kau mencari siapa ?"
"Tolong tanya cici, benarkah tempat ini adalah perkampungan Sau hoa san ceng ?" tanya gadis kecil berbaju merah itu sambil tertawa.
"Benar, kalian mencari siapa ?" tanya gadis itu lagi dengan suara dingin.
Nona kecil berbaju merah itu tetap tersenyum manis, sambil menyodorkan kartu nama merah ditangannya itu ia berkata
"Ketua Pek hoa pang telah tiba, harap cici masuk kedalam untuk memberi laporan."
"ooo " gadis berbaju bunga itu menerima kartu nama tersebut lalu katanya lagi. "harap kalian tunggu sebentar, aku segera akan memberi laporan kepada hujin."
Ketika masuk kembali, pintu gerbang itu ditutup lagi keras keras. Tak selang beberapa saat kemudian, sekali lagi pintu gerbang dibuka orang, lalu gadis tadi muncul kembali seraya berkata dengan suara dingin : "Majikan mempersilahkan kalian masuk"
"cici, majikan kalian mempersilahkan siapa ?" tanya nona kecil berbaju merah itu sambil membelalakkan matanya lebar lebar
"Majikan kami sudah lama menanti di ruang tamu, tentu mempersilahkan Pek hoa pangcu masuk kedalam"
"Waah, kalau begitu tidak benar namanya," ujar nona itu ragu ragu.
"Pangcu suruh aku memberikan kartu namanya, itu berarti majikan kalian sebagai kakak harus datang sendiri untuk menyambut kedatangan ketua kami. Tiba tiba nona berbaju bunga itu menarik mukanya, lalu berseru dengan dingin :
"Majikan kami selamanya tak pernah menyambut sendiri kedatangan tamunya."
"Tapi kali ini merupakan pengecualian" kata nona kecil berbaju merah itu sambil tertawa cekikikan.
"Majikan kami tidak kenal arti pengecualian" Nona kecil berbaju merah itu segera tertawa lagi :
"Silahkan enci masuk untuk memberi laporan katakan saja bahwa pangcu bersikeras minta kepada majikanmu itu untuk datang menyambut kedatangannya."
"Apa yang kau andalkan ?"
"cici cukup masuk kedalam dan menyampaikan perkataanku ini, majikanmu tentu akan mengetahui dengan sendirinya."
Sekali lagi nona berbaju bunga itu melirik sekejap kearah tandu, kemudian menjawab sambil manggut manggut :
"Baiklah aku akan masuk lagi untuk memberikan laporan."
Dia membalikkan badan dan masuk kembali ke dalam ruangan sambil menutup pintu gerbang.
Kali ini dia tak berani berayal lagi dengan langkah yang tergesa gesa dia lari masuk kedalam ruangan, kemudian sambil memberi hormat serunya: "Lapor majikan, Pek hoa pangcu..."
"Apakah dia sudah datang" terdengar suara dari Hoa Siang siang bergema datang dari dalam ruangan.
"Belum, Pek hoa pangcu masih berada di depan pintu"
"Mengapa ia belum masuk juga?" tanya Hoa Siang siang.
"Nona kecil yang menyodorkan kartu nama tersebut mengatakan bahwa majikan harus menyambut sendiri kedatangannya"
"Hmm, apa dia bilang?" Hoa siang siang mendengus.
Nona berbaju bunga itu menjadi gemetar keras, dengan tergagap dia berkata: "Budak... budak..."
"Masuk kau" perintah Hoa Siang siang sambil mendengus.
Nona berbaju bunga itu mengiakan dan masuk kedalam ruangan dengan kepala tertunduk, lalu setelah berlutut diatas tanah ia tak berani berbicara lagi. Hoa Siang siang segera mengulapkan tangannya seraya berkata: "Bangun kau, aku hendak mengajukan pertanyaan kepadamu."
Baik kembali gadis itu menyahut dan bangkit berdiri dengan tangan diluruskan kebawah. "Apa yang telah dia katakan kepadamu?" tanya Hoa Siang siang kemudian
"Gadis kecil itu bilang pangcu telah datang, majikan harus menyambut sendiri kedatangannya . "
"Mengapa?" "Dia bilang: Budak cukup masuk menyampaikan perkataan itu, majikan tentu akan mengetahui dengan sendirinya."
Berubah paras muka Hoa Siang siang setelah mendengar perkataan itu, dia segera bertanya :
"Pek hoa pangcu telah datang dengan membawa serta beberapa...?"
"Hanya dua orang, seorang nona kecil yang mengangsurkan kartu nama itu dan seorang lagi adalah perempuan bergaun hijau yang berusia tiga puluh tahunan-"
Hoa siang siang segera mendengus dingin
"Hmm, orang itu adalah congkoan dari Pek hoa pang mereka, Hoa hiang namanya. oya benda apakah yang dibawa olehnya?"
"Dia sebuah pot bunga yang terbuat dari batu kumala hijau."
Mendadak sekujur badan Hoa Siang siang gemetar keras cepat cepat ia bertanya lagi,
"Sudahkah kau perhatikan dengan jelas, apakah didalam pot bunga itu terdapat sekuntum bunga Botan sebesar mangkuk ?"
Dalam hati kecilnya gadis berbaju bunga itu merasa keheranan, tanpa keluar dari pintu dari mana majikannya bisa mengetahui hal itu dengan begitu jelas " Maka kembali membungkukkan badannya dia menyahut :
"Benar" Paras muka Hoa siang siang berubah hebat, katanya kemudian sambil mendengus : "Hmmm, ternyata dia telah mengundang datang lencana raja bunga"
Gadis berbaju bunga yang berdiri didepan ruangan tak berani bersuara lagi, dia berdiri dengan kepala tertunduk.
Sementara itu Hoa siang siang agaknya sudah diliputi oleh perasaan waspada, tapi juga marah bercampur takut, rambutnya yang berwarna keperak perakan berkibar tiada hentinya
Sampai lama kemudian, dia baru bangkit berdiri dan berseru dengan nyaring :
"Sampaikan perintahku, segenap anggota Sau hoa bun turut aku keluar dari pintu gerbang"
"Budak terima perintah" selesai menyahut gadis berbaju bunga itu siap mengundurkan diri
Tiba tiba Hoa siang siang berseru lagi : "Sambut mereka dari pintu gerbang utama"
Sekali lagi gadis berbaju bunga itu mengiakan, sekalipun dalam hati kecilnya merasa keheranan, namun langkahnya tidak berani berayal. dengan cepat dia keluar dari ruangan tersebut.
Pelan pelan pintu gerbang utama perkampungan Sa u hoa san ceng terbuka lebar dari balik pintu mula mula muncul empat orang gadis berbaju bunga yang membawa pedang, mereka munculkan diri dengan dua orang satu rombongan, pelan pelan menuruni undak undakan batu kemudian berdiri dikedua belah sisi pintu gerbang.
Menyusul kemudian muncul pula empat orang dayang masing masing Sau hoa, cang hoa, Jul hoa dan Ti hoa berempat.
Setelah berada diluar pintu gerbang pun mereka berdiri dikedua belah sisi pintu.
Setelah itu barulah majikan Sau hoa san ceng, Hoa Siang siang munculkan diri dari balik pintu dan pelan pelan menuruni undak undakan batu tersebut Keempat dayangnya segera mengikuti pula di belakangnya menuruni tangga batu itu.
Sementara itu, perempuan berbaju hijau yang membawa pot bunga itu sudah berjalan menuju kedepan tandu dan berdiri tegak di situ dengan wajah serius Hoa siang siang yang sedang menuruni tangga batu segera maju memberi hormat setelah melihat bunga botan yang berada dalampot bunga itu ujarnya dengan serius: "Tecu Hoa siang siang menjumpai Lencana bunga"
Ternyata bunga Botan yang berada dalampot bunga batu kumala hijau itu adalah benda pengenal dari Hoa popo, pendiri perkumpulan Pek hoa pang yang menggetarkan dunia persilatan dimasa lampau. benda itu disebut "hoa ong" atau raja bunga dan merupakan lencana kekuasaan tertinggi didalam perkumpulan Pek hoa pang.
Hoa popo adalah gurunya Hoa Tin tin serta Hoa slang siang sudah merupakan adat kebiasaan bahwa bertemu dengan lencana itu sama halnya seperti bertemu dengan gurunya sendiri, sudah barang tentu Hoa Siang siang harus menaruh hormat terhadap benda ini.
Baru selesai dia memberi hormat, tirai didepan tandu kembali disingkapkan dan bergema keluar seruan merdu dari balik ruangan tandu itu^ "Hoa hu hoat tak usah banyak adat"
Yang dimaksudkan sebagai "Hoa huhoat" tentu saja tak lain adalah Hoa Siang siang setelah adiknya Hoa Tin tin diangkat sebagai ketua perkumpulan Pek hoa pang, dia sendiri diangkat sebagai pelindung hukum perkumpulan.
Menyusul pembicaraan itu dari balik tandu muncul seorang tokoh (rahib perempuan) berbaju hijau yang membawa senjata hud tim (kebutan) di tangannya.
Sekalipun pakaian yang dikenakan adalah jubah rahib, akan tetapi rambutnya disanggul model keraton dengan sebuah tusuk konde indah menghiasi rambutnya, wajahnya cantik dan penuh senyuman ramah, benar benar seorang perempuan berparas cantik. Dia tak lain adalah ketua perkumpulan Pek hoa pang saat ini, Hoa Tin tin
Begitu bersua muka dengan Hoa Tin tin dengan cepat Hoa Siang siang dibuat tertegun dan berdiri melongo Persoalan pertama yang sama sekali di luar dugaannya adalah penampilan adiknya Hoa Tin tin dengan jubah tokoh yang terbuat dari bahan kain kasar, padahal dia tahu adiknya amat menyukai baju baru dengan bahan kain yang halus dan indah.
Persoalan kedua yang membuatnya terkejut bercampur keheranan adalah usia adiknya ini, dia sendiri telah berusia empat puluh tahunan tahun ini, dan berarti adiknya sudah berumur tiga puluh sembilan tahun saat ini.
Namun dalam kenyataannya, ia sudah menanjak tua dan rambutnya sudah banyak ubann sedangkan adiknya masih tetap kelihatan muda dan cantik, malah sekilas pandangan masih mirip dengan seorang nona yang berusia dua puluh tahunan-
Kenyataan tersebut dengan cepat membuat hatinya merasa kecewa, malu dan ririh sendiri, tapi dari Sinipun dapat diketahui betapa pesatnya kemajuan yang dicapai adiknya dalam bidang tenaga dalam.
Dengan sinar mata berkilat kilat Hoa siang siang segera tertawa terkekeh kekeh lalu ujarnya dengan lembut :
"Maaf bila enci datang menyambut agak terlambat atas kehadiran dari adikku."
Hoa Tin tin berjalan menuju kehadapan Hoa Siang siang lalu sambil memberi hormat katanya :
"Adik menjumpai cici "
Pertemuan antara kakak beradik ini ditandai dengan hubungan yang hangat pembicaraan yang luwes, siapa pun tak akan percaya bila selama belasan tahun belakangan ini, kehidupan mereka justru saling bertentangan ibarat api dengan air. Sambil menggenggam tangan adiknya Hoa Siang siang kembali berseru "Adikku, ayoh cepat duduk didalam ruangan-"
"Harap Lencana bunga lewat lebih dulu" tukas Hoa Tin tin sambil mengulapkan tangannya. Berubah paras muka Hoa Siang siang atas perkataan itu namun dia tetap membungkam diri dalam seribu bahasa, didalam hati kecilnya ia berpikir dengan gemas :
"Bagus sekali rupanya kau selalu berusaha memojokkan posisiku dengan mengandalkan lencana bunga hmmm, tunggu saja tanggal mainnya nanti..."
Sementara itu Hoa hiang dengan membawa pot bunga kemala hijau itu sudah melangkah ke depan dan menaiki tangga batu lebih dahulu.
"Heeehh... heh heh... biarpun kita adalah sesama saudara kandung bagaimana pun juga adik toh tamu yang datang dari jauh, silahkan adik masuk lebih dulu," sahut Hoa Siang siang sambil tertawa terkekeh kekeh
Hoa Tin tin masih ingin merendah, tapi Hoa Siang siang telah menarik lengannya dan berseru lagi sambil tertawa :
"Adik tidak usah sungkan sungkan lagi, mari kita masuk bersama sama..."
Sambil bergandengan tangan masuklah kedua orang itu kedalam ruangan tengah, diikuti si nona kecil berbaju merah itu di belakang mereka.
Sementara itu keempat dayang Hoa Siang siang dengan dipimpin oleh Sau hoa pun mengikuti pula dari belakang Dan setelah masuk kedalam ruangan dengan sikap yang sangat hormat Hoa hiang meletakkan pot bunga kemala hijau itu di atas meja utama kemudian dia sendiri berdiri dengan hormat disampingnya
Hoa siang siang dan Hoa Tin tin pun mengambil tempat duduk masing masing seorang gadis berbaju bunga datang menghidangkan air teh. pelan-pelan Hoa Tin tin mendongakkan kepalanya lalu bertanya :
"cici menulis surat mengatakan ada urusan yang hendak dirundingkan denganku, Nah sekarang cici boleh mengutarakannya keluar"
"Heeeh, heeeh, heeeh, sudah hampir belasan tahun lamanya kita bersaudara tak pernah bersua muka, cici rindu sekali padamu, itulah sebabnya kuundang kehadiran adik untuk berkunjung kemari, ke satu akan kugunakan kesempatan ini untuk melepaskan rindu ke dua ada sedikit urusan yang ingin kurundingkan denganmu..."
"Bila cici ada urusan, katakan saja secara berterus terang selama persoalan itu tak melanggar peraturan perguruan siaumoay tentu akan memenuhinya."
"Begini urusannya, kau toh tahu kalau selama ini cici berdiam ditebing Sian hoa gay diluar kota Kim leng, aku mempunyai sebuah peraturan yaitu melarang setiap pengunjung memasuki wilayah inipun dilarang membawa senjata, tapi beberapa hari berselang anggota perguruanmu Leng Bwee oh serta Ay Ang Tho telah menembusi kabut dengan memasuki wilayah terlarangku ini"
Agak berubah paras muka Hoa Tin tin ketika mendengar perkataan itu, segera ujarnya :
"Kedua orang muridku itu berani melanggar peraturan yang telah ditetapkan cici siaumoay pasti akan menjatuhi hukuman yang paling berat kepada mereka"
"Andaikata hanya kedua orang muridmu saja yang datang, sudah pasti cici tak akan banyak beribut dengan mereka."
"Jadi selain kedua orang itu masih ada orang luar?"
"Betul, selain mereka berdua masih terdapat pula dua orang pemuda yang ikut memasuki tebing Sian hoa gay ini, orang pertama adalah murid ketua Kay pang coa coan tiong yang bernama Leng Kang to, sedangkan orang kedua itu adalah kekasih muridmu, sebab kulihat mereka mempunyai hubungan yang begitu akrab dan tak bisa dipisahkan satu sama lainny Bagiku, asalkan ada muda mudi yang saling mencinta, aku tak akan keberatan untuk mengawinkan mereka..."
"Tidak bisa" tukas Hoa Tin tin sambil mendengus pancaran hawa amarah menghiasi wajahnya, "sebelum memperoleh ijin dari gurunya, setiap anggota Pek hoa pang dilarang berhubungan dengan orang luar yang tak dikenal, terutama kaum lelakinya"
Diam diam Hoa Siang siang tertawa dingin tapi diluarnya dia berkata lagi dengan lembut,
"Harap adik jangan emosi dulu, dengarkan cerita cici sampai selesai." Melihat hal ini, diam diam Hoa Tin tin berpikir juga:
"Bila dilihat dari keadaannya, jangan jangan dibalik kesemuanya ini masih terdapat sesuatu yang tak beres?"
Berpikir sampai disini diapun segera menyahut: "silahkan cici menjelaskan lebih jauh"
"Tatkala keempat orang itu terjebak di dalam barisan Mo hoa tin ku, atas pemeriksaan yang kulakukan ditempat dapat diketahui bahwa Leng Kang to dan Huan Cu Im adalah buron yang berhasil diselamatkan kedua orang murid adik dari tangan orang orang kay pang"
"Lhoo... bukankah cici bilang orang she Leng itu adalah murid dari coa pangcu?" tanya Hoa Tin tin keheranan
"Betul" Hoa siang siang membenarkan "sebagai ketua Pek hoa pang, tentunya adik pun sudah mendapat kabar bukan bahwa coa coan tiong telah meninggal dunia?"
"Ya a, soal berita itu memang sudah adik dengar"
"Nah, Leng Kang to inilah sipembunuh, yang telah meracuni coa coan tiong sampai tewas, sudah barang tentu dibalik peristiwa ini pasti masih terdapat dalangnya, tapi urusan itu lebih baik tak usah kita urus. Konon setelah kejadian, Leng Kang to disekap dalam kuil San Sin Bio dan malamnya muncul beberapa orang yang berusaha menyelamatkan jiwanya tapi akibatnya terjebak oleh penjagaan pihak Kay pang yang sangat ketat bahkan berhasil pula membekuk seorang diantaranya, orang itu adalah pemuda yang bernama Huan Cu Im itu..."
"Siapa pula Huan Cu Im itu" Dia berasal dari perguruan mana?" tanya Hoa Tin tin kemudian-Hoa Siang siang segera tertawa dingin didalam hati, pikirnya.
"Huuhh, baru mendengar orang itu she Huan, kau sudah menaruh perhatian yang begitu besar kepadanya."
Sengaja dia tertawa hambar, lalu sahutnya sambil menggeleng:
"Hingga sekarang belum ada yang tahu secara pasti tentang asal usulnya, tapi yang jelas pada malam ini pula muridmu Leng Bwee oh dan Ay Ang Tho telah munculkan diri di San Sin Bio serta menyelamatkan kedua orang itu."
"Hmm benar mati nyali kedua orang murid durhaka itu"
seru Hoa Tin tin dengan gusar, "selama ini Pek hoa pang tak pernah mempunyai sengketa atau perselisihan apapun dengan pelbagai partai serta perguruan didalam dunia persilatan, tapi gara gara peristiwa ini bisa jadi kami akan bermusuhan dengan pihak Kaypang, benar benar keterlaluan " Kemudian setelah berhenti sejenak tanyanya:
"Atas kejadian ini, sudah pasti Kay pang akan memusuhi perkumpulan kami" Hoa Siang siang tertawa dingin.
"Heeeh, heeeh, heeeh, tapi yang paling menggemaskan adalah tindakan keempat orang itu yang sengaja datang mencari cici"
"Ehmm..." Hoa Tin tin manggut manggut, "kalau dilihat dari kisah ceritamu tadi bisa jadi setelah melarikan diri dari kuil San Sin bio, mereka telah dikejar kejar oleh orang orang Kay pang, sehingga tanpa disengaja mereka telah salah memasuki wilayah tebing Sian hoa gay."
Apa yang diduga ketua Pek hoa pang tersebut dalam kenyataan memang merupakan suatu kejadian yang sebenarnya.
Tapi Hoa siang siang segera mendengus dingin, katanya tiba tiba :
"Adik masih belum mengetahui kejadian yang sebenarnya kau tahu, setelah berada di tebing Sian hoa gay ternyata mereka berempat berani mencari gara gara dengan cici."
Dengan perasaan terkejut Hoa Tin tin memandang sekejap kearahnya, kemudian baru berkata :
"cici, hal semacam ini tak mungkin terjadi Leng Bwee oh dan Ay Ang Tho adalah muridku biarpun mereka mempunyai nyali yang amat besar pun tak nanti berani membuat gara gara dengan cici."
"Konon kedatangan mereka bersama di atas tebing Sian hoa gay ini adalah bertujuan minta orang dari cici, malah keempat dayangku telah dipukul roboh semua."
Sambil berkata dia lantas menuding ke arah Sau hoa berempat yang berada pula di sana "Benarkah ada kejadian seperti ini?"
Sekalipun Hoa Tin tin tidak mengetahui sampai dimanakah kepandaian silat yang dimiliki Sau hoa berempat namun dilihat dari tindakan mereka yang selalu mengin di belakang cicinya dapat diduga kalau ilmu silat yang mereka miliki bukan sembarangan-Tanpa terasa timbul kecurigaan didalam hatinya, ia segera bertanya lagi. "Mereka minta orang dari cici"... Siapa yang diminta?"
Lambat laun paras muka Hoa Siang siang berubah menjadi dingin kembali, katanya
"Peristiwa ini timbul karena ulah bocah muda she Huan itu, dia mengatakan kehadirannya didalam dunia persilatan adalah bermaksud untuk mencari jejak ayahnya yang telah lenyap semenjak sepuluh tahun berselang, bocah muda itu memiliki ilmu silat Sian hong ciang dan entah siapa yang memberi kabar kepadanya, ia mengira ayahnya telah ditahan di tebing Sian hoa gay milik cici ini."
Paras muka Hoa Tin tin segera berubah menjadi pucat pias seperti mayat setelah mendengar kalau Huan Cu Im dapat menggunakan ilmu pukulan Sian hong ciang serta berniat mencari jejak ayahnya yang telah hilang semenjak sepuluh tahun berselang untuk berapa saat lamanya ia terbungkam dalam seribu bahasa Sambil tertawa dingin kembali Hoa siang siang berkata :
"Sekarang adik pasti mengerti bukan, bocah muda itu sesungguhnya adalah putra kandung dar iJago berbaju hijau Huan Tay seng"
Hoa Tin tin berusaha untuk menenangkan hatinya, lalu berkata: "Bagaimana mungkin mereka bisa datang ke tempat kediaman cici ?"
"Heeehh... heeehh inilah yang disebut kejadian tidak sesuai dengan kenyataannya, cici harus menanggungkan resiko orang lain" sahut Hoa Siang siang sambil tertawa dingin.
Perkataan tersebut sudah jelas bernada amat berat dan sangat tak sedap didengar. Paras muka Hoa Tin tin agak berubah, tapi ia tetap berkata sambil tersenyum:
"Mungkin apa yang terjadi hanya suatu kesalahan paham saja, bila urusan yang dimaksud cici dengan mengundang kehadiranku adalah masalah tersebut, biar adik minta maaf kepada cici setelah kuajak kedua orang muridku itu pulang nanti, tentu akan kujatuhi hukuman yang amat berat kepada mereka sedangkan mengenai Leng Kang to dan Huan Cu im, apa pun yang hendak cici perbuat terhadap mereka, adik tak berani turut mencampurinya"
"Tadi cici mengatakan bahwa cici harus menanggungkan resiko orang lain apakah adik bisa memahami arti dari perkataan itu" kata Hoa Siang siang sambil tertawa dingin Hoa Tin tin agak tertegun, kemudian sahutnya:
"Aku memang tidak memahami maksudmu, tolong cici suka menjelaskan"
"Sesungguhnya maksudku mengundang kehadiran adik tak lain adalah untuk merundingkan persoalan ini denganmu, sekarang ada orang datang minta orang dariku terpaksa akupun harus minta orang itu dari adik"
"cici, apa maksud perkataanmu itu?" kata Hoa Tin tin dengan perasaan tak senang.
"Bukankah Huan Tay seng hilang lenyap dilembah Pek hoa kok pada sepuluh tahun berselang?"
Bersemu merah wajah Hoa Tin tin setelah mendengar perkataan itu, katanya dengan gemas
"Kita sudah banyak tahun tak bersua muka selama inipun aku selalu menghormati cici, harap cici pun bisa menghormati pula diriku sebagai adikmu"
Hoa Siang siang segera tertawa terkekeh kekeh ^
"Adik adalah ketua Pek hoa pang, otomatis aku harus menghormatimu, tapi bilamana seseorang tak bisa menghormati diri sendiri, bagaimana mungkin orang lain akan menghormati dirinya ?"
"Maksud cici adik tak bisa menghormati diri sendiri ?" seru Hoa Tin tin sambil bangkit berdiri secara mendadak
"Boleh dibilang begitu" sahut Hoa Siang siang masih tetap duduk tak bergerak dari kursinya "pernahkah kau sembunyikan Huan Tay seng didalam lembah Pek hoa kok mu, cici yakin hati kecilmu jauh lebih mengerti daripada aku, apakah kau harus menunggu sampai orang lain yang mengungkapkannya untukmu?"
Gemetar keras sekujur badan Hoa Tin tin saking mendongkolnya, serunya marah: "cici, apa maksudmu yang sebenarnya dengan kata kata yang mengawur itu ?" Hoa Siang siang mencibir sinis, lalu sahutnya dengan dingin :
"Siapa sih yang mengaco belo dan sengaja mengucapkan berita sensasi untukmu"... Bukankah kau telah melahirkan seorang anak perempuan untuk Huan Tay seng"... Kau telah memberi seorang anak untuknya lalu apa pula salahnya memberi dua atau tiga anak lagi baginya" Bahkan lebih banyak pun tidak menjadi soal. Kau bisa berbaik baik untuk selamanya dengannya dilembah Pek hoa kok. Hmmm Mungkin peristiwa semacam ini bisa kau kelabui anak buahmu tapi jangan harap dapat mengelabui cicimu ini, mengerti...?"
Air mata bercucuran membasahi pipi Hoa Tin tin saking mendongkolnya setelah mendengar perkataan itu, dengan suara gemetar katanya kemudian :
"Semua peristiwa lama adalah hasil dari perbuatanmu yang telah mencelakai aku, hanya disebabkan mengincar kedudukan ketua Pek hoa pang kau tak segan segan mengorbankan adik kandungmu sendiri. tetapi akhirnya toh suhu menunjuk aku sebagai ahli waris ketua Pek hoa pang.
Kini peristiwa tersebut sudah berlangsung banyak tahun, tapi kau lagi lagi mengejek aku. Baiklah, kalau toh kita tak mungkin bisa berhubungan sebagai saudara lagi, biar aku mohon diri lebih dulu."
Selesai berkata dia segera bangkit berdiri dan siap berlalu dari situ, "Tunggu dulu " bentak Hoa Siang siang.
"cici masih ada urusan apa lagi" tanya Hoa Tin tin sambil menghentikan langkahnya
"Apakah kau tak ingin membawa pergi anak kandungmu itu
?" Hoa Tin tin agak tertegun lalu sahutnya
"Kau adalah supek mereka dan mereka adalah keponakan muridmu, sebagai seorang angkatan yang lebih tua, tentunya kau tak akan sampai menyusahkan mereka bukan ?"
"Bagaimana pula dengan Huan Cu im?" sambung Hoa siang siang lebih jauh, "Huan Tay seng cuma berputra seorang, apakah kau tega menyaksikan putranya tewas ditanganku."
Sekali lagi Hoa Tin tin dibuat tertegun oleh ucapan tersebut, tanyanya kemudian: "Apakah cici bermaksud membunuhnya?"
Hoa siang siang segera tertawa terkekeh kekeh:
"Heeehh... heeehh... tidak mustahil aku dapat berbuat demikian sebab aku tak akan melepaskan setiap orang yang telah melanggar peraturanku dengan begitu saja" Mendengar sampai disini, Hoa Tin tin pun mulai berpikir:
"cici adalah seorang perempuan yang ganas, kejam dan buas, apa yang dia ucapkan dapatpula dilaksanakan menjadi kenyataan aai... apa yang harus kulakukan sekarang?"
Dengan wajah serba salah dia menundukkan kepalanya sambil membungkam diri, selang berapa saat kemudian ia baru berkata: "Lantas apa yang cici kehendaki dariku?"
"Masih ingatkah adik dengan ucapan suhu kita yang telah mampus itu sesaat sebelum menyerahkan lencana bunga kepadamu?"
"Terlalu banyak perkataan yang disampaikan suhu orang tua waktu itu, entah persoalan mana yang cici maksudkan?"
Dengan wajah bersemu kelabu, kembali Hoa Siang siang tertawa dingin :
"Aku masih ingat suhu berkata bahwa aku meski pandai bekerja namun sifat ingin menangku terlampau besar hingga tidak cocok menjadi ketua Pek hoa pang bila aku yang ditunjuk sebagai ketua, sudah pasti akan ribut dan berselisih paham terus dengan pelbagai perguruan dan partai yang ada di dunia ini, dia pun bilang watakmu lembut, penurut meski kurang tegas dalam keputusan tapi Pek hoa pang adalah perguruan yang tidak ingin berselisih dengan perguruan manapun, asal bisa mempertahankan diri hal ini sudah cukup dan asalkan perkumpulan Pek hoa pang bisa hidup turun temurun, biar tidak berkelana dalam dunia persilatanpun tak menjadi soal, karena itulah dia memilih kau menjadi ahli warisnya."
"Waktu itu adik telah menampik berulang kali, sesungguhnya akupun tidak berniat menjadi seorang ketua"
ucap Hoa Tin tin "Pendapatmu itu memang tepat, dewasa ini situasi dalam dunia persilatan berubah-ubah dan tak menentu, lagi pula anak muridmu telah bermusuhan dengan Kaypang, cici sangat kuatir bila kau kurang bijaksana dalam mengambil keputusan sehingga merusak nama baik Pek hoa pang dan menghancurkan hasil karya suhu selama banyak tahun, oleh sebab itu cici beranggapan lebih baik kau tinggalkan saja lencana bunga itu ditempat ini"
Dengan cepat Hoa Tin tin menjadi paham, rupanya dia sengaja berbicara pulang pergi, tujuannya tak lain ingin tetap merebut kedudukan sebagai ketua Pek hoa pang.
"Tidak- aku tak dapat menyerahkan karya perjuangan suhu selama banyak tahun ini kepada cici" demikian ia berpikir didalam hati, "suhu pernah berkata, andaikata cici yang menjadi ketua Pek hoa pang, maka ulahnya akan mengacau dunia persilatan, menambah banyak kesulitan dan kerugian bagi umat manusia, apalagi suhu bermaksud menyerahkan kedudukan tersebut kepadanya, jabatan itu sudah diberikan kepadanya sedari dulu, mengapa harus menunggu sampai delapan belas tahun kemudian dan menerimanya dari tanganku?"
Berpikir sampai disini, tercermin kebulatan tekadnya diwajah perempuan itu, ia sudah bersiap siap untuk menampik permintaan tersebut.
Tapi sebelum ucapan mana sempat diutarakan, tiba tiba terlihat seorang perempuan berbaju bunga muncul dengan langkah tergesa gesa dan memberi laporan: Lapor majikan, diluar telah datang lima orang yang mohon bertemu dengan majikan"
"Apakah mereka telah menerangkan identitasnya?" tanya Hoa Siang siang segera.
"Pemimpin rombongan itu adalah Siang apa Hui dari Hoa san, dia diikuti oleh lo piautau dari perusahaan Seng ki piauklok di Kim leng yang bernama Peluru baja Seng Bian tong serta tianglo kanan dari Kay pang Lian Sam Sin dan dua orang bersaudara Ban dari bukit Hong san."
"Siang apa Hui dari Hoa san?" berubah hebatparas muka Hoa Siang siang, "apakah dia bernama Siang Han hui?"
"Yaa, betul, betul, dia memang bernama Siang Han hui"
sahut nona berbaju bunga itu cepat cepat.
"Jangan jangan ketua Hoa sanpay yang datang?" diam diam Hoa Siang siang berpikir dengan perasaan terkesiap.
"selama ini aku tidak mempunyai perselisihan ataupun permusuhan apa apa dengan pihak Hoa sanpay, mengapa orang orang itu justru datang bersama Lian Sam sin, tianglo dari Kay pang" Waah, jangan jangan kedatangan mereka disebabkan oleh masalah Leng Kang to dan Huan Cu im?"
Berpikir sampai disitu dia segera bangkit berdiri dan serunya dengan cepat: "cepat undang mereka masuk"
"Baik" sahut nona berbaju bunga itu cepat cepat dan segera mengundurkan diri dari situ.
Setelah anak buahnya mengundurkan diri, Hoa Siang siang baru berpaling dan katanya sambil tertawa:
"Adikku, coba kau lihat, pihak Kaypang telah mengundang jago dari Hoa sanpay dan jago dari Hong san datang berkunjung kemari, sudah jelas mereka berniat untuk minta orang kepada cici persoalan diantara kita berdua lebih baik dibicarakan nanti saja, sekarang duduklah lebih dulu, cici sebagai tuan rumah mau tak mau harus keluar untuk menyambut kedatangan mereka"
Tidak sampai Hoa Tin tin menyahut, dia sudah melangkah keluar dari ruangan itu.
Baru saja menuruni tiga langkah tangga batu, serombongan manusia telah muncul dari balik pintu gerbang.
Sebagai orang pertama adalah seorang sastrawan berjubah hijau yang memelihara jenggot hitam, sikapnya anggun dan berwibawa, orang itu bukan lain adalah Siang Han hui ketua Hoa san pay.
Ia tak berani bertindak gegabah lagi, cepat cepat maju kemuka memberi hormat dan katanya.
"Bilamana aku tidak menyambut kedatangan Siang ciangbunjin, Lian tiang lo dan Seng lo piautau dari kejauhan, harap kalian sudi memaafkan-"
Ternyata setelah ketidak pulangan Huan Cu Im semalam suntuk sejak berpisah dengan Ban Hui jin ditelaga Mo Ciu oh, orang orang Seng ki piauklok telah melakukan pencarian secara besar besaran keseluruh pelosok kota tanpa memberikan hasil apapun.
Sampai malam kedua sejak Huan Cu Im lenyap. sipengemis penakluk harimau Lian Sam Sin baru berkunjung ke seng ki piauklok untuk mengisahkan peristiwa yang terjadi di San Sin Bio oleh ulang Leng Bwee oh dan Ay Ang Tho yang telah menculik Leng Kang to serta Huan Cu im.
Baru saat itulah semua orang mendapat tahu kalau Huan Cu Im telah diculik orang, bahkan terlibat dalam peristiwa pembunuhan atas diri coa pangcu dari Kay pang.
Sebagai suatu perkumpulan yang amat besar, Kaypang mempunyai anggota yang tersebar luas disegala pelosok tempat tak lama kemudian mereka mendapat kabar kalau pada malam kejadian terlihat ada empat buah kereta kuda yang bergerak menuju kearah tebing sian hoa gay.
Mereka pun mendapat kabar kalau pemiliksian hoa gay masih mempunyai hubungan dengan Pek hoa pang, maka mereka pun berkesimpulan bahwa orang yang naik kereta kuda tersebut bisa jadi adalah Leng Kang to Huan Cu im, Leng Bwee oh serta Ay Ang tho.
Sebenarnya ketua Hoa sanpay bersama Ban Sian Cing bersaudara telah bersiap sedia berangkat kebukit Hoa sang, tapi berhubung arah tujuan dari keempat buah kereta kuda itu seperti menuju ke An hwee, maka, dia pun bersama Seng Bian tong dan Lian Sam seng melakukan pengejaran ke sana.
Untung saja sepanjang jalan ada laporan dari mata mata Kay pang yang menunjukkan sasaran yang benar, karenanya dengan cepat mereka telah berhasil tiba di perkampungan Sao hoa san ceng.
Sementara itu, walaupun Siang Han hui sebagai ketua rombongan tahu kalau perkampungan tersebut (Sao hoa san ceng) tentu ada sangkut pautnya dengan Pek hoa pang namun berhubung tidak mengetahui siapakah tuan rumahnya, maka merekapun memohon bertamu dengan tata cara yang berlaku.
Mereka jadi tertegun setelah melihat bahwa orang yang menyambut kedatangan mereka adalah seorang perempuan cantik berambut perak. apalagi dengan pengalaman dan pengetahuan yang begitu luas dari Siang Han hui, Seng Bian tong dan Lian Sam Sin pun tidak mengenali siapa gerangan perempuan tersebut.
Hal ini disebabkan Siang siang sudah banyak tahun tak pernah menampakkan diri di dalam dunia persilatan, lagipula pada dua puluh tahun berselang dia masih merupakan seorang nona cilik yang baru berusia dua puluh tahunan-
Tapi setelah kegagalannya dalam bercinta, ditambah pula kedudukan Pek hoa pangcu jatuh ke tangan adiknya, sebagai seorang yang tinggi hati dan berpikiran sempit, kejadian tersebut diterimanya sebagai pukulan batin yang berat sekali.
Akibat dari tekanan batin ini, hanya di dalam berapa bulan saja rambutnya yang semula hitam bersinar telah berubah menjadi keperak perakan...
Biarpun paras mukanya tetap cantik menarik, tapi sebagai orang persilatan yang bertenaga dalam sempurna, seorang nenek berusia delapan puluh tahunan pun masih akan dapat mempertahankan keayuannya, oleh karena itu orang orang yang pertama kali bertemu dengan Hoa siang siang tentu mengira dia adalah seorang nenek yang telah berusia tujuh delapan puluh tahunan. . .
Begitu bersua dengan Hoa Siang siang, diam diam Siang Han hui merasa terkejut, segera pikirnya:
"Tiga puluh tahun berselang aku pernah bersua dengan Hoa popo, dari Pek hoa pang, sedang orang ini berusia dibawah Hoapopo, entah siapa gerangan ini?" Berpikir demikian, sambil tersenyum ia segera menjura seraya berkata:
"Aah, kedatangan aku she Siang sekalian sudah mengganggu ketenangan kalian, tidak usah tuan rumah mesti repot repot menyambut sendiri kedatangan kami"
Jawaban semacam ini ditujukan untuk menghampiri yang berat mencari yang lebih menguntungkan posisinya, sebab ia belum mengetahui asal usul lawannya, biarpun tuan rumah sudah keluar sendiri untuk menyambut kedatangan mereka, tapi ia putuskan lebih baik mendengarkan dulu nada pembicaraannya setelah berada dalam ruangan nanti sebelum mengambil sesuatu keputusan.
Siang Han hui memang tidak malu menjadi seorang ciangbunjin dari suatu perguruan besar, sikapnya yang santai, berbicaranya yang terarah membuat pihak lawan tak berani menganggap enteng dirinya. Sambil tersenyum Hoa siang siang segera berkata:
"Kehadiran saudara sekalian benar benar merupakan kebanggaan dari perkampungan Sau hoa san ceng kami, silahkan masuk untuk minum teh..," sekali lagi Siang han hui dibuat tertegun oleh perkataan tersebut, pikirnya:
"Perkumpulan Pek boa pang menggunakan nama bunga sebagai nama perkumpulannya, semestinya mereka harus menaruh hormat terhadap bunga, tapi sungguh aneh, mengapa perkampungan ini justru menggunakan nama Sau hoa san cung" Kata Sau hoa sudah jelas mengandung makna hendak menyapu habis selaksa bunga, lalu... apa yang sesungguhnya telah terjadi ?"
Seng Bian tong dan Lian Sam Sin sebagai jago jago kawakan yang sangat berpengalaman di dalam dunia persilatan tentu saja dapat menangkap pula ketidak beresan tersebut.
Mereka berdua sama sama tercengang dan keheranan didalam hati, tanpa terasa kedua orang itupun meningkatkan kewaspadaan masing masing terhadap perempuan cantik berambut perak yang berada dihadapannya itu.
Hoa Siang siang segera mempersilahkan tamunya masuk dan membawa kelima orang itu memasuki ruangan tengah.
Sementara itu Hoa Tin tin telah bangkit berdiri pula, namun Siang Han hui sekalian belum pernah bersua dengannya sehingga tidak mengetahui kalau dia adalah Pek hoa pangcu apalagi usia Hoa Tin tin baru sekitar dua puluh tahunan, mereka menganggapnya sebagai seorang murid Hoa siang siang hingga tidak menaruh perhatian
Seng Bian tong yang mengikuti dibelakang Siang Han hui segera melihat pot bunga kemala hijau yang terletak diatas meja begitu melangkah masuk kedalam ruangan, terutama sekali bunga Botan yang amat besar dalampot bunga tersebut, diam diam ia merasa terkejut.
Kuatir kalau ketua perguruannya tidak melihat, ia segera mendehem dan berseru sambil pura pura terkejut:
"Aaah, tidak nyana lencana raja bunga yang pernah menggemparkan dunia dari perkumpulan Pek hoa pang berada disini, jangan jangan tuan rumah perkampungan ini adalah Pek hoa pangcu" Kalau begitu, maafkanlah ketidak tahuan kami"
siang Han hui yang mendengar ucapan tersebut buru buru menjura kepada Hoa siang siang sambil katanya^
"ternyata kau adalah Hoa pangcu, maaf, maaf..."
Tak terlukiskan rasa gembira Hoa Siang siang karena ia dipanggil sebagai pangcu.
Belum sempat ia mengucapkan sesuatu, Hoa Tin tin telah memberi hormat kepada semua orang sambil pelan pelan berkata:
"Hoa Tin tin yang memegang tampuk pimpinan Pek hoa pang, tuan rumah perkampungan ini adalah kakak kandungku Hoa Siang siang"
Perkataan tersebut diutarakan dengan suara yang lembut, halus dan merdu, tapi bagi pendengaran Siang Han hui serta Seng Bian tong justru menimbulkan kerikuhan yang amat sangat.
Siang Han hui segera mengalihkan pandangan matanya, kemudian berseru sambil menjura.
"Harap Hoa pangcu sudi memaafkan, meski aku she Siang sudah lama mendengar nama besarmu, sayang selama ini belum pernah bersua, untuk kesilafan kami harap Hoa pangcu jadi memakluminya" Hoa Tin tin tertawa hambar.
"Semenjak aku menjabat sebagai ketua Pek hoa pang, selama ini memang belum pernah melakukan perjalanan d idalam dunia persilatan karena harus mentaati perintah mendiang guruku, sungguh beruntung hari ini dapat bersua dengan Siang ciangbunjin serta saudara sekalian ditempat ini, silahkan duduk"
^oooodowoooo^ Hoa siang siang sendiripun tak ingin memperlihatkan ketidak akurannya dengan Hoa Tin tin dihadapan orang banyak. sambil tertawa segera ujarnya pula:
"Yaa benar, siang ciangbunjin, Lian tianglo dan Seng lo enghiong adalah tokoh tokoh yang termashur didalam dunia persilatan, sedang dua pendekar muda inipun merupakan pendekar muda dari keluarga Ban dibukit Hong san, kunjungan kalian merupakan suatu kebanggaan bagi kami, silahkan duduk. silahkan duduk"
Sementara semua orang masih berbicara saling merendah, tampak perempuan muda berbaju bunga yang pertama tadi telah masuk kembali dengan langkah tergesa gesa sambil berkata:
"Lapor hujin, congkoan benteng keluarga Hee di Hway lam, Soh Han sim beserta dua orang pendeta agung dari Ngo tay san yang kebetulan lewat disini sengaja datang menyambang
" Mendengar kalau Soh Han sim, si congkoan dari benteng keluarga Hee si Hway lam mengunjungi tempat tersebut, tergerak hati Seng Bian tong dengan cepat, pikirnya^ "janganjangan Pek hoa pang telah bersekongkol dengan Benteng keluarga Hee?" Sementara itu Hoa Siang siang telah berkata.
"Silahkan Siang cianbunjin sekalian duduk dulu, rupanya ada tamu agung lagi yang datang berkunjung sehingga aku perlu menyambut kedatangan mereka, maaf... maaf..."
"silahkan hujin berlalu" sahut Siang Han hui segera.
Mendadak chang hoa, satu diantara empat dayang yang berdiri dikedua sisi ruangan menegur dengan ketus,
"Majikan kami bukan seorang hujin, harap tuan menyebutnya sebagai Siancu"
Seharusnya ucapan tersebut diutarakan oleh Sau hoa, namun berhubung lidah Sau hoa telah dipotong oleh Hoa siang siang sehingga menjadi bisu, maka chang hoalah yang mengutarakan teguran ini.
Siang Han hui menjadi tertegun dan segera merasa tak tenang karena kesilafan itu, dengan muka bersemu merah cepat cepat ia menjura lagi sambil katanya: "Harap siancu sudi memaafkan kesilafanku ini"
"Siang ciangbunjin tak usah merendah" kata Hoa Siang siang sambil tertawa. Lalu sambil berpaling kearah Hoa Tin tin katanya pula.
"Adikku, aku akan pergi sebentar, harap kau mewakili aku untuk menemani mereka"
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku mengerti" sahut Hoa Tin tin-Dengan langkah cepat Hoa Siang siang segera beranjak pergi dari tempat itu. Hoa Tin tin pun berkata pula.
"Siang ciangbunjin, saudara sekalian, silahkan duduk" Diam diam Siang Han hui berpikir lagi.
"Biarpun Pek hoa pangcu ini masih kelihatan sangat muda, nampaknya ia jauh lebih tegas dan mantap dalam setiap tindakan, wataknya pun lebih lurus dan jujur, tapi apa sebabnya dia mengutus anak muridnya untuk menculik Leng Kang to serta Huan Cu im?"
Sembari berpikir masing masing pun mengambil tempat duduk. sementara dua orang gadis berbaju bunga datang menghidangkan air teh.
selang sejenak kemudian, Lian Sam Sin pun menjura sambil berkata pelan-
"Hoa pangcu, nampaknya encimu itujauh lebih tua berapa puluh tahun ketimbang Hoa pangcu, dulu aku si pengemis tua sempat punya peluang untuk berkenalan dengan Hoa popo tapi rasanya belum pernah bertemu dengan encimu itu?" Hoa Tin tin segera tersenyum.
"Dia adalah kakak kandungku, selisih usia cuma satu tahun dariku, tapi sejak berumur dua puluh tahun, rambutnya telah beruban semua..."
"rambutnya telah ubanan semenjak masih muda" seru Lian Sam Sin terkejut bercampur keheranan, "tadinya aku s i pengemis tua masih mengira umurnya sebanding dengan usiaku^.."
Sementara pembicaraan masih berlangsung tampak Hoa siang siang telah muncul kembali diiringi empat pendeta berbaju kuning serta seorang kakek berbaju hijau yang berwajah menyeramkan-Ketika semua orang berpaling, tampak dua orang pendeta tua berjubah kuning yang berjalan di paling depan, seorang berusia enam puluh tahunan dengan perawakan badan tidak terlalu tinggi, berwajah kurus kering, alis mata tebal mata kecil seperti celah saja dan bertampang sangat aneh.
Sedangkan di belakangnya juga berumur enam puluh tahunan, berperawakan badan gemuk seperti gumpalan bola daging, beralis mata tipis kecil dan bertampang jelek.
Kedua orang itu berjalan masuk dengan langkah pelan, sepasang tangannya dirangkapkan dimuka dada dan sama sekali tidak menunjukkan tampang seorang pendeta soleh.
Dua orang pendeta berjubah kuning yang mengikuti dibelakang mereka berperawakan tinggi besar, ditangan kanan mereka memegang sebatang tongkat bergelang emas dan ditangan kirinya membawa sebatang tongkat penakluk iblis sepanjang empat depa. Keduanya mengikuti dibelakang dua orang pendeta tua tersebut dengan ketat. Dipaling belakang adalah siburung berkepala sembilan Soh Han sim...
Begitu muncul didalam ruangan, Soh Han sim segera melayang pandangannya keseluruh ruangan, kemudian serunya sambil tertawa seram:
"Aaah, tak nyana begitu banyak tamu yang hadir disini, Siang ciangbunjin dari Hoa san, Pek hoa pangcu, pelindung hukum bagian kanan dari Kay pang semuanya hadir disini"
"Taysu berdua, tayhiap sekalian, silahkan duduk lebih dulu sebelum kuperkenalkan kalian satu sama lainnya" ucap Hoa siang siang sambil tersenyum.
Pendeta baju kuning yang bertubuh gemuk itu segera memberi hormat kepada pendeta berwajah kurus itu sambil ujarnya: "suheng, silahkan duduk lebih dahulu"
Biarpun tubuhnya gemuk. ternyata nada suaranya tinggi melengking dan lembut seperti suara seorang bocah.
Pendeta tua berwajah ceking itu membuka matanya lalu menutupnya kembali sambil mengiakan, ia sama sekali tidak rikuh ataupun berusaha merendahkan diri, dengan langkah lebar langsung menuju ke kursi utama dan duduk disitu tanpa sungkan sungkan-Kemudian ia baru melayangkan pedangnya dengan suara yang aneh: "Sute, silahkan duduk pula"
"Baik" jawab pendeta bertubuh gemuk itu dengan suara lengking, diapun segera duduk disamping kakak seperguruannya.
Setelah kedua orang itu duduk, pendeta yang membawa toya bergelang emas itu segera maju pula ke depan dan berdiri di belakang kursi pendeta tua berwajah kurus itu, sedangkan pendeta yang membawa toya penakluk iblis berdiri pula dibelakang pendeta bertubuh gemuk itu.
Menyaksikan sikap angkuh dan tidak pandang sebelah mata dari pendeta berjubah kuning itu, tanpa terasa semua orang mengerutkan dahinya rapat rapat.
Sementara itu Hoa Siang siang yang semula gelisah dan menunjukkan sikap tak tenang tadi, kini telah berseri kembali setelah kegadirannya kedua orang pendeta dari Ngo tay san yang merupakan tulang punggung yang bisa diandaikan itu, senyum angkuh kembali menghiasi ujung bibirnya.
Hoa Tin tin merasa amat muak oleh sikap tersebut, tiba tiba ia bangkit berdiri seraya berseru.
"Siang ciangbunjin, saudara sekalian, silahkan duduk"
Terpaksa semua orang mengambil tempat duduk dibawah kedua orang pendeta tersebut setelah semuanya duduk. Hoa Siang siang baru berkata sambil tersenyum manis.
"Baiklah sekarang kuperkenalkan kalian satu sama lainnya, kedua orang taysu ini adalah pendeta agung dari bukit Ngo tay san kuil Tin yoeg wan, yang ini bernama Toa tat cuncu, sedang yang ini adalah Toa tek cuncu"
Kemudian diapun perkenalkan para jago lainnya kepada kedua orang pendeta tersebut.
Sewaktu Toa tat cuncu (pendeta tua berwajah ceking) itu mendengar bahwa orang yang diperkenaikan adalah Siang ciangbunjin dari Hoa sanpay serta Hoa Tin tin dari Pek hoa pang, tiba tiba saja sepasang matanya dibuka lebar lebar serta memancarkan dua cahaya tajam yang sangat menggidikkan hati.
Dia mengamati sekejap raut wajah kedua orang itu, kemudian manggut manggut dan menutup kembali matanya, terhadap pelindung hukum kanan dari Kay pang Lian Sam Sin serta Seng Bian tong sekalian, ia tetap bersikap acuh dan tidak memandang sebelah matapun.
Sudah barang tentu sikapnya yang angkuh dan sama sekali tak tahu adat kesopanan ini menimbulkan perasaan muak dan tak senang hati bagi setiap orang.
Ketika seorang dayang menghidangkan air teh, Toa tat cuncupun tanpa sungkan sungkan segera menyambar cawan dan meneguk air teh yang masih panas dan baru saja mendidih itu hingga habis.
Perbuatannya ini kontan saja menimbulkan perasaan kaget dan terkesiap bagi setiap orang yang hadir disitu, masing masing segera berpikir didalam hati:
"Tampaknya tenaga dalam yang dimiliki Hwesio tua ini benar benar amat sempurna, perbuatannya meneguk habis air teh yang mendidih dihadapan orang banyak pun sudah tentu mengandung suatu maksud tertentu..."
Siang Han hui, ketua Hoa sanpay ini merupakan seorang pendekar besar yang selalu menjunjung tinggi ketenangan hidup, wataknya pun suka mengalah, terhadap demonstrasi kepandaian yang dilakukan pendeta tersebut pun dia hanya menanggapi dengan senyuman-Sebaliknya si pengemis penakluk harimau Lian Sam Sin yang sesungguhnya adalah seorang jagoan yang berhati lurus, segera menunjukkan perasaan tak senangnya setelah melihat tindak tanduk pendeta tua itu, hanya saja ia masih tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Dengan wajah berseri Hoa Siang siang mengamati sekejap wajah tamu tamunya, lalu menegur sambil tersenyum
"Siang ciangbunjin, Lian tianglo sekalian, entah ada urusan apa kalian berkunjung ke perkampungan kami" Dengan senang hati kumohon petunjukmu"
Setelah mempunyai backing yang cukup tangguh sebagai tulang punggungnya, perempuan ini mulai unjuk gigi dengan menanyakan maksud kedatangan tamu tamunya itu. Siang Han hui segera memberi hormat, lalu sahutnya sambil tersenyum:
"Sekalipun tidak siancu tanyakan, akupun akan membeberkan maksud kedatangan kami itu. Aku mempunyai seorang keponakan, putra seorang teman karibku yang bernama Huan Cu Im telah hilang lenyap sejak berapa hari berselang ditepi telaga kota Kim leng, kemudian kudengar ia ditawan kaum kay pang dikuil San Sin Bio dan dituduh terlibat dalam pembunuhan atas diri coa pangcu..."
Tidak sampai perkataan itu selesai diutarakan, Hoa Siang siang telah menukas cepat,
"Siang ciangbunjin, sudah dua puluh tahun lamanya aku berdiam di tebing Sian hoa gay ini dan tak pernah mencampuri urusan dunia persilatan, persoalan yang kau kisahkan itu sama sekali tak ada sangkut pautnya denganku"
"Benar" Siang Han hui masih tetap tersenyum simpul.
"apakah keponakanku ini benar benar terlibat dalam usaha pembunuhan atas coa pangcu atau tidak. pihak Kay panglah yang akan melakukan penyelidikan serta membuktikannya, aku percaya pihak Kay pang tak akan memfitnah orang baik baik. cuma saja, masalahnya menjadi lain karena pada malam itu muncul pula dua murid perempuan perguruan kalian di kuil San Sin Bio serta menculik Huan Cu Im serta Leng Kang to, murid coa pangcu dari tempat kejadian-.."
"Soal ini pun tidak kuketahui" sela Hoa Siang siang.
"Tapi menurut laporan saudara saudara kami" sambung Lian Sam Sin segera, "malam itu siancu telah berangkat dari Sian hoa gay dengan membawa empat buah kereta dimana terdapat dua lelaki dan dua perempuan berada bersama siancu dalam kereta kereta tersebut"
"Benar, pada malam itu memang ada empat orang laki perempuan yang memasuki wilayah Sian hoa gay..." kata Hoa Siang siang dingin.
"Nah, mereka itulah saudara cilik Huan serta Leng Kang to dari perkumpulan kami" seru Lian Sam sin-Hoa Siang siang mendengus dingin:
"IHmm, aku tak peduli siapakah mereka, yang pasti aku mempunyai sebuah peraturan yang berlaku di tebing Sian hoa gay, yaitu tebing Sian hoa gay tertutup bagi setiap pelancong dan pasir terutama umat persilatan yang datang dengan membawa senjata, dalam peristiwa di Sian hoa gay malam itu, diketahui bahwa keempat muda mudi tersebut telah melanggar peraturan yang kutetapkan, itulah sebabnya akupun segera membekuk mereka berempat, apakah tindakanku ini dianggap salah?"
"Perkataan siancu terlalu serius, hanya saja Huan Cu Im dan Leng Kang to berdua telibat dalam kecurigaan sebagai pembunuh coa pangcu dan saat ini pihak kami sedang melakukan penyelidikan atas peristiwa tersebut, karena itu kau berharap siancu sudi memberi muka kepada sesama umat persilatan dengan menyerahkan kedua orang tersebut kepadaku sehingga dapat kubawa pulang untuk menerima hukuman"
"Aku rasa hal ini tidak mungkin bisa kukabulkan" tampik Hoa Siang siang segera. "sekalipun mereka telah melanggar peraturan dari Kaypang, andaikata orangnya berada ditangan pihak Kaypang untuk menentukan tapi sayangnya mereka telah melanggar pula peraturan dari tebing Sian hoa gay kami, lagipula orangnya sudah terjatuh ke tanganku, dengan sendirinya aku pula yang berhak untuk menjatuhkan hukuman kepada mereka, masa aturan macam inipun tidak kau pahami"
Mendengar ucapan perempuan tersebut jelas bernada mencari menangnya sendiri, untuk sesaat Lian Sam Sin menjadi tertegun, tanpa terasa ia bertanya lagi:
"Lantas apa rencana siancu selanjutnya dan hukuman apakah yang hendak kau jatuhkan kepadanya?"
Hoa Siang siang segera tertawa terkekeh kekeh:
"Heeeh... heeehh... heeehh.. .soal itu sih belum sampai terpikirkan olehku, cuma bila kau ingin tahu maka dapat kujawab, bila berbicara tentang hukuman yang paling enteng, paling banter aku cuma akan mencongkel keluar sepasang matanya atau mungkin hanya memotong sebuah kakinya, kemudian membebaskan mereka, sebaliknya kalau ditanya soal hukuman berat, bisa jadi aku akan membunuh mereka..."
Ban Huijin menjadi habis kesabarannya setelah mendengar perkataan itu, tiba tiba ia menegur:
"Masa hanya melanggar pantangan memasuki tebing Sian hoa gay pun harus menjalani hukuman yang begitu berat?"
Hoa Siang siang memandang sekejap ke arahnya, kemudian tertawa terkekeh kekeh.
"Adik cilik, setiap rumah tangga, negara pan mempunyai hukum negara, peraturan yang ditetapkan pihak tebing Sian hoa gay ini telah berlangsung sejak dahulu dan selama dua puluh tahun terakhir ini belum pernah ada umat persilatan yang berani mengatakan tidak"
"Tebing Sian hoa gay toh bukan sarang naga gua harimau, apa sih yang kau banggakan?" seru Ban Hui jin semakin naik darah.
"Nah itulah dia" kembali Hoa Siang siang tertawa tergelap
"bila adik cilik tidak puas, silahkan saja mencari waktu di kemudian hari untuk mencoba coba memasuki tebing Sian hoa gay ini"
^ooodwooo^ Jilid: 25 Hoa Tin tin yang mengikuti tingkah laku encinya ini menjadi muak sendiri, mendadak ia berseru sambil berkerut kening :
"cici..." "Ada urusan apa adikku?" tanya Hoa Siang siang sembari mengerling sekejap.
"Membicarakan kembali peristiwa tersebut, sesungguhnya kesalahan terletak pada diriku yang mendidik murid kurang tegas, hingga kedua orang murid murtad itu begitu berani membuat keonaran ditempat ini, seandainya cici ingin menjatuhi hukuman kepada kedua orang murid murtad tersebut, sudah pasti aku tak akan mencampurinya tetapi Huan Cu Im dan Leng Kang to adalah orang orang yang sedang dicari Siang ciangbunjin serta Lian tiang lo sekalian apalagi persoalan ini pun menyangkut soal pembunuhan terhadap coa pangcu dari Kay pang, maka menurut pendapatku demi menjaga kebenaran dalam dunia persilatan alangkah baiknya jika cici melepaskan dua orang tersebut agar bisa mereka bawa pulang."
Untuk kesekian kalinya Hoa Siang siang tertawa terkekeh kekeh :
"Dulu, suhu dia orang tua pernah mengatakan kepadaku bahwa kau kelewat lemah lembut, nyatanya perkataan itu memang benar. coba bayangkan sendiri, sudah dua puluh tahun cici berdiam di tebing Sian hoa gay serta menetapkan peraturan tersebut, selama ini pun pernah ada orang yang begitu berani melanggar peraturanku tersebut, andaikata sekarang kulepaskan Huan Cu Im dan Leng Kang to yang jelas melanggar peraturan tersebut karena kehadiran seorang ciangbunjin dari Hoa san pay dan seorang tianglo dari Kay pang, eeh... bisa jadi besokpun ada orang yang kembali melanggar peraturan, lalu datang pula kembali lagi seorang Hwesio dari Siauw lim pay dan tosu dari Bu tong pay, saat itupun aku harus membebaskan tawanan lagi, padahal setiap umat persilatan hampir semuanya merupakan sobat karib perkumpulan kami, wah akibatnya bukankah peraturan tersebut akan menjadi peraturan yang tertulis hitam diatas putih belaka" Adikku, aku rasa lebih baik jangan mencampuri urusan ini lagi."
"Tidak" dengan tegas dan wajah serius Hoa Tin tin mengucapkan perkataan tersebut kemudian dengan wajah serius terusnya, "peristiwa ini terjadi gara gara ulah kedua orang murid murtadku, jadi bagaimanapun jua aku tetap akan mencampurinya."
"Dengan cara apakah adik akan mencampuri urusan ini?"
"Aku minta cici membebaskan mereka"
Lalu setelah berhenti sejenak, kembali Hoa Tin tin berkata lebih lanjut,
"Semestinya cici sendiripun tahu, tujuan dari Pek hoa pang membentuk perkumpulan adalah mengumpulkan semua anak gadis yatim piatu yang ada didunia ini, menampung mereka dan memelihara mereka agar semuanya bisa tumbuh menjadi dewasa dalam suatu keluarga besar selama ini perkumpulan Pek hoa pang pun tak pernah berniat mencari nama ataupun kedudukan hubungan dengan partai dan perguruan lainnya pun biasa biasa saja"
Semakin mendengar perkataan itu, paras muka Hoa siang siang semakin berubah menjadi serius dan berat, tiba tiba dia menukas:
"Adikku, kau tidak usah menggunakan topi raksasa dari Pek hoa pang untuk memojokkan cici, terus terang saja kukatakan, selama dua puluh tahun terakhir ini, cici sudah tidak menganggap diriku sebagai anggota perkumpulan Pek hoa pang lagi"
"Aaah, siapa yang bilang kalau cici sudah bukan sebagai anggota perkumpulan Pek hoa pang lagi"
Setelah menengok sekejap kearahnya, Hoa Tin tin berkata lebih lanjut,
"Dahulu, suhu telah menunjuk kau untuk menjabat sebagai pelindung hukum paling tinggi dari Pek hoa pang untuk membantu adik dalam menyelesaikan masalah dalam tubuh perkumpulan, itu berarti selama ini kau masih tetap sebagai anggota Pek hoa pang" Hoa siang siang tertawa terkekeh kekeh:
"Heeeh heeeh heeeh suhu si setan tua itu menunjuk aku menjadi pelindung hukum tertinggi dalam perkumpulan" Itu kalau aku setuju, bila aku menolak apa gunanya dia berkata demikian?"
Berubah hebat paras muka Hoa Tin tin karena mendongkolnya, ia berseru agak gemetar: "cici, kau... kau berani mengumpat suhu ?"
"Mengumpat suhu ?" sekali lagi Hoa Siang siang tertawa terkekeh kekeh "semenjak delapan belas tahun berselang ia sudah tidak mempunyai murid macam aku lagi, sudah sejak dulu aku tidak mempunyai guru macam dia, kalau tidak- buat apa kudirikan perguruan menyapu bunga ?"
Pengemis penakluk harimau Lian Sam Sin menjadi amat gusar bercampur mendongkol sesudah mendengar perkataan itu, dengan suara keras segera katanya :
"Biarpun golongan putih dan golongan hitam berbeda dari cara berpikir, bertindak akan tetapi semua golongan mengutamakan rasa hormatnya kepada guru, siapapun tak berani membangkang apalagi menghianatinya, hmmm, selama hidup belum pernah aku si pengemis tua menjumpai manusia cecunguk yang lupa budi dan menghianati perguruan sendiri secara munafik macam dirimu itu"
Hoa Siang siang melirik sekejap kearahnya, kemudian menjawab dengan ketus :
"Lian Sam Sin perkataanmu barusan merupakan pendapat pribadimu sendiri, ataukah berbicara mewakili segenap anggota Kay pang ?"
"Semuanya sama saja" Hoa siang siang segera tertawa dingin ^
"Apalagi kau berbicara mewakili Kay pang lebih baik pulang dulu kemarkasmu dan tanyakan dulu persoalan ini kepada pejabat pangcu perkumpulan Kay pang, tapi bila perkataan itu adalah perkataanmu pribadi, maka..."
Dia sengaja menarik kata terakhir panjang panjang namun tidak melanjutkan perkataan tersebut lebih jauh.
"Tampaknya masih ingin mengucapkan sesuatu?" tegur Lian Sam Sin segera dengan kasar.
"Benar." "Mengapa tidak kau utarakan saja secara terang terangan"
"Seandainya perkataan itu diutarakan oleh Lian Sam Sin pribadi, berarti kau telah mencari gara gara dengan aku Sau hoa buncu, karenanya aku akan menahanmu di sini, dan menyuruh pejabat ketua kalian untuk datang sendiri kemari menebusmu." Lian Sam Sin segera melompat bangun, lalu serunya sambil tertawa nyaring.
"Haaa haha haaa memangnya kau sanggup untuk menahan aku she Lian?"
Melihat kedua belah pihak sudah mulai bersitegang dan jelas pertarungan akan segera berkobar, Hoa Tin tin segera berkerut keningnya, dengan wajah hijau membesi dia bangkit berdiri lalu berseru lantang : "Hoa hiang, ayoh kita pergi saja."
"Adikku, berhenti kau" bentak Hoa Siang siang keras keras.
"Kalau toh dalam hatimu sudah tiada guru lagi, otomatis tiada pula aku si adik, buat apa lagi aku harus tetap berada disini...?"
"Kau tidak boleh pergi"
"Mengapa ?" Agaknya Toa tat cuncu yang duduk dikursi utama itu sudah mulai kehabisan sabarnya, tiba tiba ia membuka matanya dan berkata dengan rendah : "Sute apa sih yang sedang mereka bicarakan ?"
Buru buru Toa tek cuncu membungkukkan badannya dan menjawab dengan hormat :
"Lapor toa suheng, diantara mereka telah terjadi percekcokan dan sekarang ada orang yang ribut hendak pergi dari sini"
"Apa yang mereka cekcokan?" tanya Toa tat cuncu lagi,
"kau suruh mereka semua tetap duduk ditempat masing masing."
"Baik" sahut Toa tek cuncu.
Kemudian dia mengangkat kepalanya dan berseru dengan suaranya yang tinggi melengking "Dengarkan baik baik saudara sekalian, toa suheng ku memerintahkan kepada kalian agar duduk semua ditempat masing masing"
Hoa Tin tin sama sekali tak menggubris seruan tersebut, bahkan duduk pun tidak. Sedangkan Lian Sam Sin berseru dengan diiringi gelak tertawanya yang nyaring : "Haaa haa haaa apakah taysu berdua bermaksud untuk mencampuri urusan ini?"
"Tiada persoalan didunia ini yang tidak bisa dicampuri oleh toa suhengku, bila toa suheng menyuruh kau duduk. maka kau harus duduk kembali."
"Bagus sekali, coba kau suruh Hoa siancu untuk melepaskan orang terlebih dulu"
"Toa suhengku hanya menyuruh kalian duduk kembali ditempat masing masing, tidak menyuruh kalian melepaskan orang, lebih baik kau menurut saja dan segera duduk kembali ketempatmu semula"
"Aku she Lian toh ingin menantang Hoa siancu agar diberi petunjuk, kenapa harus duduk kembali?"
Toa tek cuncu menjadi naik darah ketika melihat pengemis tua itu menolak untuk duduk kembali, ia mendelik sekejap kearahnya, kemudian berseru lengking
"Ini adalah perintah dari toa suhengku, sebetulnya kau bersedia untuk duduk kembali atau tidak?"
Ucapan mana sudah bukan permintaan lagi, tapi lebih mendekati suatu paksaan secara brutal dan kekerasan-Bagaimana pun juga Lian Sam Sin adalah seorang tianglo kanan dari Kay pang hitung hitung dia punya kedudukan yang amat terhormat dalam dunia persilatan sudah barang tentu selama hidupnya belum pernah ia jumpai keadaan seperti ini Tak kuasa lagi ia segera tertawa terbahak bahak. serunya :
"Haah... haah... haa... seandainya aku si pengemis tua menolak untuk duduk?"
"Menolak untuk duduk pun harus tetap duduk"
Soh Han sim yang selama membungkam, tiba tiba berseru sambil tertawa seram :
Lian tianglo adalah salah seorang jagoan tangguh dari Kay pang, dia adalah seorang jagoan yang angkuh dan berpandangan tinggi, belum tentu dia sudi menurut perkataanmu itu
"Bila toa suheng telah menurunkan perintahnya, tak seorang manusia pun yang boleh membangkang" jawab Toa tek cuncu tegas tega
"tak apa jika ia enggan duduk. biar pinceng yang membantunya untuk duduk kembali"
Seusai berkata, pelan pelan dia bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Lian Sam hui.
Semenjak tadi Siang Han hui sudah melihat keanehan dari dua orang pendeta tua berjubah kuning tersebut serta menduga kalau kedua orang itu bisa jadi memiliki semacam kepandaian aneh yang luar biasa.
Ketika menjumpai situasi bertambah tegang, cepat cepat ia berseru dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara :
"Berhati hatilah Lian loko, bisa jadi Hwesio ini memiliki ilmu silat sesat yang sangat lihay lebih baik tak usah beradu kekerasan dengannya"
Dengan senyum dikulum Lian Sam Sin manggut manggut secara diam diam kepada Siang Han hui, lalu katanya pula sambil tertawa nyaring.
"Aku sipengemis tua justru ingin melihat, dengan cara bagaimanakah taysu ini hendak membantu aku untuk duduk kembali ketempat semula."
Siapa tahu baru saja siang Han hui selesai berbisik tadi, mendadak disisi telinganya kedengaran seseorang berkata pula dengan suara yang rendah dan berat.
"Apa yang diucapkan sicu tidak benar, pinceng suheng-te berasal dari tanah barat dan hanya khusus mempelajari ilmu aliran murni dari kaum Buddha, masa kau ibaratkan kepandaian kami sebagai kepandaian sesat yang berbahaya?"
Tak terlukiskan rasa terkejut Siang Han hui menghadapi kejadian ini, ia segera berpikir
"Padahal aku berbicara dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara tapi kenyataannya apa yang kuucapkan dapatpula ditangkap olehnya jangan jangan sihweesio tua ini telah berhasil melatih ilmu Thian oh tong (tembusi telinga langit)?"
Buru buru dia mengangkat kepalanya sambil berpaling kearah samping akan tetapi Toa tat cuncu masih kelihatan memejamkan matanya rapat rapat dan sikapnya acuh tak acuh, sama sekali tidak menunjukkan sesuatu reaksi apapun.
Dalam pada itu, Toa tek cuncu telah berjalan menghampiri Lian Sam sin, katanya sambil tertawa lengking:
"sekarang juga pinceng akan menekanmu agar duduk kembali ketempat semula" Tangan kanannya digerakkan kemuka dan langsung menekan bahu pengemis tua itu.
"Huuh, belum tentu semudah apa yang kau bayangkan"
jengek Lian Sam Sin sambil tertawa nyaring^
Dia membalikkan pula tangan kanannya serta menyongsong kedatangan serangan lawan-Begitu sepasang telapak tangan itu saling beradu, tubuh kedua orang itu sama sama bergetar keras, tapi kalau berbicara soal tenaga dalam kemampuan yang dimiliki Lian Sam Sin masih setingkat lebih rendah daripada kemampuan Toa tek cuncu.
Begitu telapak tangan kanannya ditekan kemuka tak kuasa lagi pergelangan tangan kanannya segera tertekan kebawah.
Untung saja pengalaman yang dimilikinya dalam menghadapi lawan jauh lebih unggul daripada pendalaman Toa tek cuncu, ia sadar bahwa tenaga dalamnya belum mampu melebihi lawan
Secepat kilat tangan kirinya bergerak ke muka, dengan kelima jari tangan yang dipentangkan lebar lebar seperti kaitan, dia cengkeram jalan darah clok mia hiat disikut kanan musuh.
Siapa tahu biarpun Toa tek cuncu berwajah kasar dan gemuk bagaikan seekor babi dungu, tapi begitu tangan, kau baru akan mengetahui betapa cepatnya reaksi pendeta tersebut, bahkan kecepatannya dalam melancarkan serangan sungguh mengagumkan
Baru saja Lian Sam Sin menggerakkan tangan kirinya ternyata telapak tangan kiri Toa tek cuncu sudah menembos datang lebih dulu langsung mengancam kedepan tubuh pengemis tua itu.
Gerak serangannya ini boleh dibilang dilakukan dengan kecepatan luar biasa, bahkan hampir selisih tak seberapa dengan serangannya yang pertama tadi, selisihnya cuma sekejapan mata.
Sambil menyodokkan telapak tangan kirinya kemuka, Toa tek cuncu berseru sambil tertawa nyaring :
"sekarang sicu harus duduk kembali."
Sejak menyambut serangannya yang pertama kali tadi, Lian Sam Sin sudah mengetahui bahwa ia bukan tandingan lawan, oleh sebab itu ia bermaksud menggunakan sergapan tangan kirinya untuk mengubah posisi yang terdesak menjadi lebih baik lagi, bahkan kalau bisa mengurangi sedikit daya tekanan yang dihasilkan dari telapak tangan lawan-Apa mau dibilang telapak tangan kirinya sekarang harus beradu kekerasan pula dengan telapak tangan Toa tek kanan, akibatnya telapak tangan kanannya yang sudah tak mampu mengungguli lawan, kini ditambah pula dengan daya tekanan telapak tangan kirinya membuat pengemis tua itu tidak mampu lagi untuk menahan diri.
Tak ampun lagi tubuhnya tergetar keras dan mundur sejauh tiga langkah secara beruntun, bahkan tak ampun pantatnya terduduk kembali di atas kursi.
"Kraaakkk " Mendadak kursi yang dijatuhi itu tak mampu menampung kekuatan yang maha dahsyat tersebut sehingga retak dan hancur berantakan akibatnya Lian Sam Sin berikut hancuran kursi itu terjatuh keatas tanah.
Selama ini si pengemis penakluk harimau Lian Sam Sin termashur karena ketangguhannya dalam ilmu pukulan, belum pernah ada jago persilatan yang berani beradu pukulan dengannya.
Ironisnya kali ini dia justru harus menelan pil yang paling pahit ditangan orang dalam suatu adu pukulan saja, bahkan sampai terhajar hingga terduduk dilantai, baginya pengalaman semacam ini baru pertama kali dialaminya semenjak ia terjun ke dunia persilatan setengah abad berselang Merah padam selembar wajah Lian Sam Sin seperti babi panggang, dengan geram dia meraung keras, lalu sambil melompat bangun serunya lagi dengan lantang:
"Tenaga sakti taysu sungguh mengagumkan, aku sipengemis tua ingin mencoba berapa jurus lagi ilmu silatmu itu"
Dia memang tak malu menjadi tianglo kanan dari Kay oang sekalipun telah menderita kekalahan pada pertarungan yang pertama, namun kekalahan tersebut tidak membuatnya kehilangan pegangan sehingga melupakan adat kesopanan-Toa tek cuncu memandang sekejap kearahnya, lalu berseru dengan suara lengking: "Sicu minta petunjuk apa?"
Padahal orang lain justru bersungkan kepadanya sehingga menggunakan istilah petunjuk untuk mengartikan tantangan bertarung tapi kenyataannya dia justru balik bertanya kepada orang minta petunjuk soal apa, dari sini bisa disimpulkan bahwa pendeta itu tidak memahami arti kata "petunjuk" yang sebenarnya.
Ketika Siang Han hui melihat pendeta tersebut agaknya tidak mengerti arti kata "petunjuk" yang sebenarnya, tiba tiba teringat akan sesuatu diam diam pikirnya.
"Aaah betul, sudah pasti kedua orang pendeta tua berbaju kuning ini berasal dari wilayah See ih"
Dalam pada itu Lian Sam Sin telah berkata lagi:
"Sepanjang hidupku, selain berapa jurus ilmu memukul kucing sakti boleh dibilang tidak berkepandaian lain, sudah barang tentu aku ingin minta petunjuk toa suhu dalam hal ilmu pukulan"
"Bagus sekali kalau begitu, silahkan Sicu melancarkan serangan lebih dulu " seru Toa tek cuncu sambil tertawa.
"Kalau begitu maaf kalau aku si pengemis tua bertindak lancang..." kata Lian Sam Sin dengan suara yang amat nyaring.
Begitu ucapan tersebut selesai diutarakan, tiba tiba tubuhnya mendesak maju ke muka, sepasang telapak tangannya diayunkan bersama bagaikan dua bilah kampak raksasa yang membacok secara langsung ke tubuh Toa tek cUncu.
Kali ini dia sudah mempersiapkan diri secara matang, karena itu semua gerak serangan dari telapak tangannya hampir semuanya mempergunakan jurus serangan dari ilmu pukulan penakluk harimau yang telah dipelajarinya selama puluhan tahun.
Dengan pengalamannya didalam menghadapi musuh serta pengalamannya dalam berbagai pertarungan, boleh dibilang semua kelemahan yang terdapat dalam permainan ilmu pukulannya itu telah diperbaiki serta diperkokoh lagi.
Itulah sebabnya ilmu pukulan penakluk harimau merupakan kepandaian silat andalannya, ilmu silat kebanggaannya yang membuat ia tersohor, andaikata tidak menemui musuh yang amat tangguh biasanya enggan mengeluarkan ilmu tersebut.
Dan kini setelah ilmu andalannya itu dikembangkan, nyatalah jurus jurus serangannya memang tangguh dengan perubahan yang tak terduga, membuat menjadi was was dan ngeri.
Sebaliknya Toa tek cuncu yang belum berhasil memaksa pengemis penakluk harimau dari Kay pang yang tersohor itu sampai terduduk dilantai dalam satu dua gebrakan, kini mendapat perhatian yang khusus dari hadirin.
Siapa tahu jurus serangan yang dipergunakan olehnya sekarang justru lamban kaku dan sedikit sekali perubahannya dibawah desakan Lian Sam Sin yang beruntun dia seolah olah menjumpai daya tekanan yang amat berat
Dalam tiga jurus serangan yang dilepaskan lawan, dia hanya mampu membalas satu kali, betul ketiga jurus lawan berhasil dibendung semua, namun posisinya kelihatan amat payah
Melihat keadaan ini, diam diam para jago yang hadir dalam arena tertawa dingin sambil berpikir :
"Ternyata hwesio tua ini cuma mempunyai tenaga kasar, padahal ilmu silatnya cuma biasa biasa saja."
Bahkan Hoa Siang siang sendiripun mempunyai pendapat yang sama dengan semua orang pikirnya pula:
"Barusan Soh congkoan malah berkata kalau kedua orang hweesio tua ini adalah jago jago lihay dari See ih yang khusus diundang oleh pihak Benteng keluarga Hee katanya tiada jago dalam daratan Tionggoan saat ini yang sanggup menandinginya, tapi kalau dilihat kemampuannya sekarang, agaknya seperti tidak mempunyai kelebHan yang mengejutkan hati"
Hanya ketua Hoa sanpay Siang Han hui seorang yang berpendapat lain, sebagai seorang jago yang sering membaca buku ilmu pengetahuan serta pengalamannya yang amat luas, semenjak mendengar cara berbicara dari Toa tek cun Cu tadi, ia sudah mulai curiga kalau kedua orang hwesio tua itu berasal dari wilayah See ih
Sekarang diapun melihat gerak serangan yang dipergunakan Toa tek cuncu sangat kaku dan lugu, jauh berbeda dengan kesempurnaan dan keindahan jurus serangan dari daratan Tionggoan, semestinya dia bukan tandingan dari Lian Sam sin-Tapi dalam kenyataannya ketiga jurus serangan yang dilancarkan Lian sam Sin hampir semuanya berhasil dipunahkan olehnya secara mudah dan sederhana, malahan sebuah egosan badanpun sudah mampu memunahkan ancaman tersebut bahkan sering kali memaksa Lian Sam Sin terdesak mundur tiada hentinya
Ditinjau dari sini, bila disimpulkan bahwa gerak serangan yang kaku dan lugu itu justru merupakan intisari dari ilmu silat sebaliknya gerak serangan yang indah justru hanya merupakan kembangan yang tak berarti.
Bukankah demikian" Buktinya ilmu silat yang tercantum dalam kitab cin keng karangan Tat mo cousupun berisikan gerakan gerakan yang sederhana dan bersahaja, tapi kenyataannya justru memiliki keampuhan yang luar biasa.
Sebaliknya ilmu silat yang ada di daratan Tionggoan terlalu beraneka ragam, setiap orang yang kepandaiannya sudah cukup lantas mendirikan perguruan sendiri, jurus jurus serangan yang semula sederhana dan biasa, masing masingpun menciptakan kembangan yang lebih hebat dan indah walaupun sesungguhnya sama sekali tiada artinya.
Tentu saja teori semacam ini tak akan dipahami oleh mereka yang tidak berilmu silat tinggi serta pengetahuan yang mendalam.
Lain halnya dengan Siang Han hui yang memang memperhatikan hal tersebut secara serius, begitu melihat gerakan aneh dari Toa tek cuncu dalam melancarkan serangannya ia segera teringat pula akan teori tersebut yang membuat hatinya benar benar merasa amat terkejut, segara pikirnya :
"Kalau begitu kedua orang pendeta tua berbaju kuning ini benar benar berasal dari wilayah See ih, itu berarti Lian Sam Sin belum tentu mampu untuk menandingi lawannya"
Keadaan pertarungan yang berlangsung antara kedua orang itu sekarang jauh berbeda sekali dengan keadaan semula, kalau tadi mereka saling beradu tenaga dalam sehingga dalam dua gebrakan saja Toa tek cuncu berhasil memaksa Lian Sam Sin terduduk dilantai, maka kali ini Lian Sam Sin mempertaruhkan selembar jiwanya mengajak musuhnya itu beradu kelincahan dan kehebatan jurus serangan
Hampir setiap gerak serangannya yang dilancarkan semuanya mengandung hawa pembunuhan yang mengerikan hati, setiap kebasan ujung bajunya pun selalu mengandung hawa membunuh yang hebat, barang siapa terkena sabetan itu, niscaya jiwanya akan melayang meninggalkan raganya Semua orang dapat melihat betapa dahsyatnya serangkaian serangan berantai yang dilontarkan Lian Sam Sin kali ini, semuanya dilepaskan dengan tenaga penuh serta keceapatan bagaikan sambaran petir jelas dia bertujuan untuk membalas dendam atas kekalahannya tadi dan berhasrat untuk merobohkan musuhnya.
Sebaliknya Toa tek cuncu meng gerakan sepasang tangannya dengan gerakan yang kaku dan sederhana, dibawah serangkaian serangan gencar dari Lian Sam Sin dia tidak berusaha menghindar kekiri maupun kekanan, diapun tidak berusaha membendung ancaman tersebut dengan sepenuh tenaga hanya tangannya diayunkan berulang kali kian kemari.
Serangannya yang dilancarkan memang tidak secepat dan sedahsyat serangan dari Lian Sam Sin sehingga hampir boleh dibilang dalam tiga buah pukulan yang dilepaskan lawan, dia baru berhasil melancarkan sebuah serangan balasan kendati demikian nyatanya sebuah pukulannya itu sudah cukup untuk memunahkan ketiga buah serangan gencar dari Lian Sam sin.
Hanya saja, biarpun ia sanggup mematahkan serangan demi serangan dari Lian Sam Sin tapi gagal untuk meloloskan diri dari kurungan angin serangan lawan Terhadap berlangsungnya pertarungan yang begitu sengit ditengah arena, Toa tat cuncu yang duduk dikursi utama masih tetap membungkam dan memejamkan matanya rapat rapat, ia seperti tidak berteriak dan tak ambil pusing terhadap pertarungan mana. Mendadak terdengar Toa tek cuncu berseru sambil mendengus: "Hanya ini saja kepandaian silat yang dimiliki sicu?"
Dalam pada itu Lian Sam Sin sendiripun sudah habis kesabarannya setelah pertarungannya tidak membawa hasil, mendengar seruan tersebut, segera sahutnya lantang : "Bila taysu mempunyai ilmu simpanan yang hebat, silahkan saja digunakan semua."
"Bagus sekali."
Telapak tangan kanannya segera diayunkan kedepan menyongsong ancaman dari Lian Sam Sin sementara tangan kirinya diayunkan berulang kali melancarkan lima buah serangan dahsyat.
Kelima buah serangan tersebut bagaikan dilepas bersamaan waktunya, kelihatan lima gulung bayangan tangan menyerang datang bersama sama, hawa serangan yang melanda tiba sungguh hebat dan mengerikan sekali.
Akibatnya si pengemis penakluk harimau Lian Sam Sin menjadi terdesak hebat dan harus menghindar kekiri dan kanan sambil kerepotan untuk membendung ancaman mana, ia membentak berulang kali, justru serangannya segera diubah diantara sepasang tangan yang beterbangan, dia melancarkan serangan balasan-Dari posisi menyerang sekarang ia berubah menjadi posisi bertahan dengan mengandalkan jurus jurus maut dari cap pwee sian ki jiu hoat.
Sebentar tangan kirinya membacok tangan kanannya menyambar sebentar sebaliknya pula, dibalik serangan terdapat ilmu menangkap dibalik ilmu mencengkeram terdapat pula ilmu pukulan, dalam keadaan begitu meski ia sudah menggunakan ilmu pukulan dan ilmu ki najiu yang paling hebat pun, sayangnya semua usaha tersebut tidak berhasil untuk mendesak mundur Toa tek cuncu. amarah didalam dada Lian Sam sin, rambutnya pada berdiri kaku semua seperti landak serangan dan cengkeramannya semakin gencar dan dahsyat, jurus yang satu lebih cepat daripada jurus berikut serangan yang satu pun lebih hebat daripada serangan yang lain, hal ini membuat jalannya pertarunganpun makin lama semakin bertambah seru dan gencar.
Seluruh ruangan yang besar itu dipenuhi oleh deruan angin serangan yang dahsyat, hawa murni menyesakkan napas keadaan tersebut segera menimbulkan perasaan was was bagi Hoa Siang siang, Hoa Tin tin serta Siang Han hui sekalian orang.
Mendadak Toa tek cuncu mengayunkan tangannya melancarkan sebuah serangan, Lian Sam Sin yang tak sempat menghindar lagi ditambah pula berada dalam keadaan gusar, diapun segera menghimpun tenaga dalamnya sebesar delapan bagian untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut dengan kekerasan-Begitu sepasang telapak tangan saling beradu...
"Plaaakkk" terdengar bunyi yang amat keras.
Akibatnya Lian Sam Sin tak dapat mempertahankan kuda kudanya lagi dan segera beruntun terdorong mundur sejauh tiga langkah lebih, tenggorokannya terasa anyir dan darah segar hampir saja menyembur keluar.
sebaliknya Toa tek cun Cu yang memiliki tenaga dalam lebih sempurnapun ikut tergetar keras sampai hawa darah didalam dadanya bergolak keras, kuda kudanya ikut tergempur hingga badannya terdorong mundur sejauh dua langkah
Setiap langkah mereka terdorong mundur ke belakang, setiap langkah pula mereka meninggalkan bekas telapak kaki sedalam lima inci diatas lantai batu hijau dalam ruangan tersebut
Agaknya bentrokan barusan telah memeras banyak sekali tenaga dalam yang dimiliki kedua orang itu untuk berapa saat mereka saling berdiri tanpa bergerak ataupun melakukan suatu gerakan lagi.
Setelah mengatur pernapasan sejenak. Lian Sam Sin membuka matanya kembali seraya membentak tubuhnya melejit setinggi satu kaki lebih ketengah udara lalu seperti elang sakti menerkam kelinci, tubuhnya langsung menukik kebawah dan menubruk tubuh Toa tek cuncu.
Ketika sampai di tengah udara, telapak tangan kanannya segera diayunkan ke bawah dengan jurus dewa guntur membacok kayu. ia langsung menyerang batok kepala hweesio itu
Serangan ini benar benar amat dahsyat, segulung angin puyuh segera menyapu kebawah dengan dahsyat dan hebatnya
"Aduh celaka " Siang Han hui yang menyaksikan adegan tersebut segera berpekik didalam hati.
Semua orang yang semula duduk. kini pada melompat bangun semua dengan perasaan tegang dan was was.
Sementara itu Toa tek cuncu masih tetap berdiri tak berkutik disitu, tubuhnya yang gemuk seperti babi tetap berdiri ditempat semula tanpa bergeser, sampai ancaman dari Lian Sam Sin hampir mencapai batok kepalanya dia baru menggerakkan lengannya ke atas dengan jurus "Mi tou menjurak ke langit" untuk melancarkan serangan balasan Ledakan keras berkumandang memecahkan keheningan, begitu kedua gulung angin pukulan yang sangat kuat itu saling beradu satu sama lainnya, desingan angin tajam segera menyebar diseluruh ruangan dan memancar keempat penjuru seakan akan gelombang dahsyat menyapu angkasa, keadaannya sungguh mengerikan-Akibat dari bentrokan tersebut, Toa tek cuncu masih tetap berdiri tegak ditempat semula, sebaliknya Lian Sam Sin berjumpalitan berapa kali ditengah udara, namun kerena gagal untuk melenyapkan tenaga getaran lawan, badannya meluncur lagi sejauh dua kaki dari posisinya semula.
Tatkala mencapai tanah, tubuhnya masih juga belum berhasil berdiri tegak. dia harus mundur lagi sejauh satu dua langkah dengan tubuh sempoyongan sebelum akhirnya dapat berdiri tegak. meski begitu rambutnya sudah berdiri kaku semua seperti landak, dadanya naik turun tak menentu, napasnya tersengkal sengkal dan peluh jatuh bercucuran dengan derasnya.
Siang Han hui segera menyaksikan keadaan tidak beres, cepat cepat ia menyelinap maju kedepan dan menempelkan telapak tangannya dibelakang punggung Lian Sam Sin sambil berbisik,
"Saudara Lian cepat kau atur pernapasanmu"
Sebagaimana diketahui, didalam serangannya yang terakhir barusan, Lian Sam Sin telah menggunakan hampir seluruh kekuatan yang dimilikinya tapi setelah digetarkan tenaga serangan dari Toa tek cuncu sehingga hawa murninya tak dapat dilampiaskan keluar akibatnya senjata makan tuan dan hawa serangan itu menyusup kembali kedalam tubuhnya.
Seandainya Siang Han hui tidak segera membantunya dengan menyalurkan tenaga dalamnya dari luar, sehingga hawa murninya yang tersesat balik kembali kejalur yang sebenarnya, bisa jadi pengemis itu akan menderita luka parah dan ilmu silatnya menjadi punah
Lian Sam Sin segera dapat merasakan menyusupnya segulung hawa murni dari jalan darah Leng tay hiat kedalam tubuhnya. kemudian hawa murni yang tersesat pun lambat laun pulih menjadi tenang kembali, ia tahu keadaannya sangat gawat, karena itu dia tak berani berayal lagi dan cepat cepat menenangkan pikiran dan pelan pelan mengatur pernapasan-..
Dalam pada itu Toa tek cuncu dengan wajah yang dingin kaku tanpa emosi memandang sekejap kearah Lian Sam sin, kemudian mengejek sinis: "Sicu, nyatanya kau emmang tidak becus untuk menerima seranganku..."
Sesungguhnya Lian Sam Sin termasuk seorang yang berwatak berangasan dan kasar, meskipun ia sedang memperoleh bantuan tenaga murni dari Siang Han hui untuk menindas hawa murninya yang tersesat namun ucapan dari Toa tek cuncu tersebut segera mengobarkan kembali amarahnya, begitu mendongkol dan jengkelnya sehingga hawa murninya yang sudah memasuki jalan sebenarnya nyaris menyeleweng kembali Siang Han hui cukup mengetahui gawatnya situasi, cepat cepat dia berseru: "Saudara Lian jangan kau layani ulahnya" Sedangkan Ban Hui jin segera berseru pula dengan mendongkol:
"Hwesio gede, menang atau kalah sudah lumrah didalam suatu pertarungan, sebagai seorang pendeta yang beragama, mengapa sih caramu berbicara begitu sombong dan tak tahu diri?"
Toa tek cuncu segera mementangkan mulutnya yang lebar dan tertawa terkekeh kekeh: "Apabila Li pousat tidak terima, silahkan saja terjun kearena untuk mencoba coba"
Ban Huijin yang berangasan tentu saja tak sanggup menahan diri, sambil mendengus serunya:
"Dicoba yaa dicoba, memangnya kau sangka aku takut kepadamu...?"
"criiing..." Dia segera meloloskan pedangnya dan sambil mengangkat kepala berseru lagi^
"Mana senjatamu " Sana, pergilah mengambil senjata andalanmu, nona ingin minta petunjuk dalam ilmu pedang"
"Ha ha ha ha... untuk bertarung melawan lipousat, buat apa pinceng mesti menggunakan senjata ?"
Ban Huijin merasa semakin mengongkol lagi, dia segera menggetarkan pergelangan tangannya sehingga pedang yang dipakai itu bisa mengeluarkan dengungan nyaring, kemudian katanya
"Bagus sekali kalau begitu, berhati hatilah kau si hweesio gede..."
Tanpa membuang waktu lagi, pedangnya langsung diayunkan ke depan membacok dada lawan-Toa tek cuncu menggerakkan tangan kirinya melakukan pancingan ke muka, sementara tangan kanannya masih melintang di depan dada tanpa melepaskan serangan-Dengan suatu gerakan yang amat cepat Ban Huijin melayang ke muka dan menyergap kesebelah kanan Toa tek cuncu, pedangnya segera berputar, lalu mengeluarkan serangan dengan jurus It yao Ci ciu (selembar daun menandakan musim gugur).
cahaya pedang segera menyambar kemuka melepaskan bacokan, menyusul tubuhnya mendesak maju kemuka, tahu tahu serangannya berubah menjadu jurus Taian kui tiam goan langsung menyergap batok kepala Toa tek Cuncu.
Sebagaimana diketahui, ilmu pedang Hong Sin kiam hoat mengutamakan kelincahan dan keringanan, ketiga jurus serangan yang dilancarkan secara berantai ini nyatanya memang ringan, lincah dan cepat, semua serangan datang bagaikan hembusan angin-Sementara dia melancarkan tiga buah serangan secara beruntun dengan kecepatan luar biasa, tangan kanan Toa tek cuncu yang berada didepan dada justru digerakkan kemuka secara pelan pelan menyongsong datangnya ujung pedang itu.
Gerakan ini lambannya luar biasa bahkan tidak membawa desingan angin serangan, kendati begitu Ban Hui jin segera merasakan datangnya segulung kekuatan tanpa wujud yang menggetarkan ujung pedangnya sehingga miring kekanan-Diam diam gadis ini merasa amat terkejut cepat cepat pergelangan tangan kanannya ditarik dengan menarik kembali serangannya, kaki kanan bergeser kesamping pedangnya membentuk bunga pedang lalu berganti menyerang sisi tubuhnya.
Tidak sampai pedang si nona menyerang lagi, Toa tek cuncu telah memutar badan kemudian melepaskan sebuah pukulan berat dengan jurus Tay si pian jiu. Menunggu Ban Huijin berniat untuk melarikan diri, keadaan sudah terlambat.
Terasa segulung desingan angin serangan yang sangat kuat menerjang keatas tubuhnya ia tahu tenaga dalam yang dimilikinya masih selisih terlalu jauh dibandingkan dengan kekuatan lawan, sambil membentak nyaring badannya diputar kencang membentuk selapis cahaya pedang yang segera melindungi seluruh tubuhnya.
Semenjak melihat adiknya terjun kedalam arena ban Sian cing sudah tahu kalau nona itu bukan tandingan Toa tek cuncu sembari meraba gagang pedangnya dia turut maju kedepan dia berdiri tak jauh dari arena.
Sekarang setelah melihat adiknya menjumpai ancaman bahaya, cepat cepat dia meloloskan pedangnya sambil melompat ke muka, dengan jurus awan tebal menututup bukit Hong san, dia cipta ka n selapis kabut pedang untuk merintangi dimukaBan Huijin.
Toa tek cuncu sama sekali tidak menarik kembali serangannya yang telah dilancarkan dia mendesis sinis sambil menambahi kekuatannya dengan berapa bagian lagi, lalu ujung baju kanannya dikebaskan kedepan menerjang tubuh Ban Sian cing.
Semua kejadian segera berlangsung amat cepat, ketika angin serangan itu menumbuk diatas lapisan cahaya pedang pelindung tubuh dari Ban Huijin, segera timbullan suara gemerincing yang amat nyaring.
Menyusul kemudian tubuh Ban Huijin berikut pedangnya bagaikan sebuah bola karet saja menggelinding sejauh satu kaki lebih dengan cepatnya
Begitu keras getaran itu membuat rambut Ban Hui jin menjadi kusur dan dua titik darah menodai ujung bibirnya.
Sementara itu lapisan cahaya pedang yang diciptakan Ban Sian cing sesungguhnya dimaksudkan untuk melindungi adinya, akan tetapi d isaat cahaya pedang itu membentur dengan kekuatan dari Toa tek cuncu, tahu tahu saja... "criing "
cahaya pedang sirap secara mendadak dan pedangnya yang sangat kuat itu sudah putus menjadi dua bagian, sedangkan Ban Sian cing sendiri sempat digetarkan sampai mundur sejauh dua langkah lebih dari posisi semula.
Semua peristiwa yang terjadi ini segera menimbulkan rasa kaget dari semua orang.
Dengan langkah cepat Seng Bian tong maju kemuka memayang tubuh Ban Hui jin, lalu tanyanya dengan cemas:
"Nona Ban apakah tubuhmu terluka?"
Pelan pelan Ban Huijin menarik napas panjang, setelah membereskan rambutnya yang kusut dia berkata.
"Aku baik baik saja Seng lopek. boanpwee tidak sampai menderita luka"
Hoa Tin tin segera mengeluarkan pula sebuah botol porselen dari sakunya serta mengeluarkan sebutir pil berwarna putih, sambil diangsurkan ke depan Ban Hui jin, dia berkata:
"Adikku, pil ini merupakan pil Hiang mi wan dari Pek hoa bun kami, kasiatnya untuk menambah tenaga, cepat kau masukkan kedalam mulut, pil tersebut akan melarut secara pelan pelan"
"Terima kasih banyak" sahut Ban Hui jin sambil menerima pil tersebut.
Ketika dimasukkan ke dalam mulut, betul juga terasa harum semerbak dan manis bagaikan madu.
Dalam pada itu Toa tek cuncu telah tertawa terbahak bahak sambil melayangkan pandangannya kian kemari, ujarnya kemudian dengan suara yang melengking. "Apakah masih ada di antara saudara sekalian yang merasa tidak puas...?"
"Benar" sambung Hoa Siang siang pula sambil tertawa,
"bukankah kedatangan saudara sekalian ke perkampungan sau hoa san ceng ini adalah untuk minta orang" Begini saja, asalkan diantara saudara sekalian ada yang mampu mengungguli Toa tek taysu ini, maka aku akan segera membebaskan orang orang yang kalian minta, bagaimana pendapat kalian semua ?" Waktu itu Siang Han hui serta Lian Sam Sin telah balik kembali ketempat duduknya.
Berhubung diantara beberapa orang yang datang bersama, kini terbukti bahwa Lian Sam Sin serta dua bersaudara ban telah menderita kekalahan secara beruntun di tangan Toa tek cuncu, berarti tinggal Seng Bian tong dan Siang Han hui berdua yang belum turun tangan-Siang Han Hui sebagai seorang ketua dari suatu perguruan besar tentu saja tak dapat turun tangan secara sembarangan, ini berarti tinggal Seng Bian tong seorang yang boleh turun tangan bertarung melawan pendeta tersebut.
Sementara Seng Bian tong masih putar otak dan siap berbicara, mendadak Hoa Tin tin berkata lebih dulu:
"Kalau toh cici sudah menentukan syaratnya, baiklah biar adik yang meminta beberapa petunjuk dari toa suhu ini"
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Perkataannya itu tentu saja sama sekali di luar dugaan siapa pun, untuk sesaat semua orang menjadi tertegun dibuatnya.
"Jadi adik ingin bertarung melawan Toa tok cuncu?" seru Hoa Siang siang ketus.
"Ya a, adik ingin mencoba coba" Hoa Tin tin menyahut sambil tertawa hambar.
Dengan langkah yang lemah gemulai dia berjalan menuju ketengah arena, lalu sambil memberi hormat kepada Toa tek cuncu, katanya.
"Toa suhu, senjata yang kugunakan adalah sebilah pedang, apakah toa suhu akan menggunakan senjata pula?"
"omintohud." Toa tek CUn Cu segera merangkap tangannya didepan dada, "silahkan li pusat menggunakan pedang, biar pinceng memakai sepasang kepalan saja"
"Kalau memang begitu, aku tak akan sungkan sungkan lagi" ucap Hoa Tin tin-Dari balik gaunnya pelan pelan dia meloloskan sebilah pedang panjang yang tipis,
lalu sambil merangkap tangannya dan memberi hormat, ia berkata. "Silahkan toa suhu melancarkan serangan"
"omintohud..." kembali Toa tek cuncu merangkap tangannya didepan dada, "silahkan li pousat melancarkan serangan, pinceng akan menyambut sebisanya"
Hoa Tin tin segera menggerakkan pedangnya menuding kelangit, lalu diputar membentuk sekuntum bunga pedang, katanya dengan suara lembut. "Toa suhu, sambutlah seranganku ini"
Sambil menggetarkan bunga pedangnya, ia mendorong keatas depan...
Bagi umat persilatan, sudah lama mereka dengar tentang nama Pek hoa pang, tapi belum pernah menyaksikan ilmu silat aliran Pek hoa pang, dengan turun tangannya Hoa Tin tin ini, otomatis pula menarik perhatian banyak orang.
Hoa Siang siang telah berpisah selama delapan belas tahun dengan adiknya, ia tak tahu sampai dimanakah tingkatan ilmu pedang yang dimiliki adiknya ini, dan sekarang ada peluang baik baginya untuk mempertahankan tingkatan ilmu silatnya.
oleh sebab itu dengan turun tangannya Hoa Tin tin, maka sorot mata serta perhatian semua orang yang hadir dalam arena, sama sama ditujukan keatas pedangnya.
Terlihat Hoa Tin tin mengangkat pedangnya sambil didorong lagi kedepan, jurus serangannya sangat sederhana, tapi dalam permainannya justru kelihatan indah dan menawan, bagaikan sebatang bunga yang indah sedang mekar.
Ditinjau dari jurus serangan yang pertama saja, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa ilmu pedang Pek hoa kiam hoat memang betul betul merupakan sebuah ilmu pedang yang menarik.
Siang Han hui merupakan seorang ketua Hoa sanpay yang sepanjang hidupnya berlatih ilmu pedang, ilmu Hoa san kiam hoat yang termashur karena lincah dan ringan itu boleh dibilang sudah dikuasahi secara sempurna.
Tapi setelah menyaksikanjurus serangan dari Hoa Tin tin tersebut, diam diam ia mengangguk sambil berpikir:
"Tak nyana Pek hoa pang Cu dapat memainkan pedang panjangnya yang berat dengan begitu ringan dan lembut, dapat disimpulkan bahwa kemampuannya dalam permainan pedang telah mencapai tingkatan yang sempurna "
Toa tek Cuncu dengan perawakan tubuhnya yang gemuk bagaikan gumpalan daging, berdiri nang ditempat sambil memicingkan matanya, dia menunggu sampai bunga pedang tersebut meluncur datang dan hampir tiba dihadapannya, barulah berseru sambil tertawa lengking.
"Serangan yang bagus"
Sepasang telapak tangannya segera dirangkap kearah bunga pedang itu hingga menggemakan suara benturan yang ringan-
"Plaaakkk" Didengar dari suara tadi, otomatis bunga pedang itu tak berhasil dirangkap dengan tangannya.
Sementara dia gagal dengan serangannya, gerak serangan pedang dari Hoa Tin tin telah menyambar tiba lagi, ujung pedangnya segera memercikkan tiga kuntum bunga pedang yang secara terpisah menyerang ketiga buah jalan darah penting ditubuh Toa tek Cuncu
Gerak serangannya ringan dan lembut, gerak langkahnya enteng, ta kubahnya seperti setangkai bunga yang bergoyang kian kemari terhembus angin
Padahal kuntum bunga yang tadi sudah jelas berada ditengah rangkapan tangan Toa tek cuncu, entah bagaimana caranya dia menarik kembali serangannya itu, ternyata didalam waktu singkat telah melancarkan kembali tiga kuntum bunga pedang.
Begitu serangannya kembali mengenai sasaran yang kosong, Toa tek Cuncu segera tahu bahwa musuhnya tidak mudah dihadapi sekalipun hanya seorang wanita, dia segera tertawa lengking, ujung baju kirinya dikebaskan membentuk segulung angin puyuh yang secara cepat menggulung ke arah ketiga kuntum bunga pedang.
Didalam anggapannya, betapa pun besarnya kemampuan yang dimiliki lawan, dengan kebasannya yang mengandung tiga bagian tenaga dalam ini, sekalipun ada tiga bilah pedang pun tidak sulit untuk mematahkannya semua.
Dimana angin puyuh menggulung lewat, letiga kuntum bunga pedang itupun turut lenyap. dengan senyuman dikulum dan memeluk pedang pelan-pelan Hoa Tin tin mundur selangkah, lalu ujarnya dengan suara merdu. "Maaf toa suhu"
Kembali semua orang yang hadir disana dibuat tertegun oleh perkataan ini, mereka tak tahu dengan cara apakah Hoa Tin tin telah mengungguli si Hwesio gemuk tersebut"
Bahkan Siang Han hui yang merupakan seorang ahli pedang pun cuma sempat melihat kalau perempuan itu memiliki kesempurnaan yang luar biasa dalam ilmu pedang, tanpa berhasil mengetahui dengan cara apakah ia meraih kemenangan tersebut"
Toa tek Cuncu segera membelalakkan matanya lebar lebar sambil mengawasi Hoa Tin tin tanpa berkedip. lalu tanyanya:
"Kapan sih pinceng sudah menderita kekalahan?"
Apa yang dia tanyakan tak lain merupakan persoalan yang ingin diketahui pula oleh setiap orang.
Hoa Tin tin segera tersenyum.
"Silahkan toa suhu memeriksa bawah ujung baju kanan sebelah kirimu, kau segera akan paham dengan sendirinya."
Toa tek Cuncu segera membalik ujung baju tangan kirinya dan memandang sekejap. tak kuasa lagi ia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa keras, suaranya tinggi melengking amat tak sedap untuk didengar.
Sebagaimana diketahui, hampir sebagian besar yang hadir disitu adalah jago-jago kelas satu dari dunia persilatan, mereka memiliki ketajaman mata yang luar biasa.
Meski hanya sekilas pandangan saja, namun semua orang dapat melihat dengan jelas bahwa dibawah ujung baju dari Toa tek Cuncu tersebut terdapat tiga buah titik lubang kecil yang berbentuk segitiga.
Sudah jelas lubang itu terjadi disaat dia mengebaskan ujung bajunya tadi dan tertusuk oleh ujung pedang dari Hoa Tin tin-Bayangkan saja, dengan sebilah ujung pedang ternyata secara beruntun bisa membentuk tiga buah lubang kecil, gerak serangan tersebut boleh dibilang luar biasa cepatnya.
Kemudian kalau dilihat dari tusukan pedangnya yang berhasil membentuk tiga titik lubang yang sama besarnya diujung baju lawan, bahkan disaat baju lawan sedang mengebaskan pukulannya untuk memunahkan tusukannya yang tiba, dapat dibuktikan kalau ia mempunyai tenaga dalam yang amat sempurna.
Hoa Siang siang tidak mengira kalau adiknya berhasil memiliki kepandaian yang begitu sempurna dalam permainan pedang, untuk sesaat ia menjadi tertegun, paras mukanya berubah hebat.
Sebenarnya semua orang sudah bersiap siap untuk bersorak memuji setelah melihat Hoa Tin tin memperlihatkan kepandaiannya itu, tapi mereka semua jadi terbungkam setelah mendengar Toa tek cuncu gelak tertawa.
Hoa Tin tin sendiripun dibuat kebingungan oleh gelak tertawa pendeta itu, tak tahan ia segera bertanya.
"Toa suhu, apa sebabnya kau tertawa tergelak ?"
Toa tek cuncu menghentikan suara tertawanya lalu menyahut dengan suara melengking
"Bukankah lipousat bermaksud untuk beradu kepandaian silat dengan pinceng hingga ketahuan siapa yang lebih unggul diantara kita" Apa artinya bila kau mencari keuntungan hanya mengandalkan teknik belaka?"
Semua orang segera merasa bahwa perkataan yang diucapkan pendeta ini terlalu mengada ada dan ingin mencari menangnya sendiri, tapi pendeta itu sendiri justru berbicara secara serius, seakan akan alasannya memang kuat dan bisa diterima.
Diantara semua yang hadir, hanya Siang Han hui seorang yang bisa memahami perkataannya itu, segera pikirnya.
"Mengikuti perkembangan budaya yang berlangsung diwilayah Tiong hoa, jalan pemikiran kita rakyat Tionggoan pun ikut mengalami kemajuan, bagi kami yang penting dalam ilmu silat adalah kesempurnaan serta kelembutan, terutama dalam beradu ilmu, kebanyakan hanya dibatasi sampai saling menutul sehingga tak sampai merusak nama baik orang, karena inilah yang diajarkan ulama sejak dulu.
Berbeda sekali dengan Toa tek Cuncu yang berasal dari wilayah See ih, bagaimana mungkin ia bisa memahami teori semacam ini" Dalam anggapannya, untuk beradu silat maka ukuran menang kalahnya adalah bila satu pihak telah berhasil dirobohkan. Lantas apa artinya dengan tiga lubang kecil yang tertera diujung bajunya itu?" Sementara dia masih berpikir, Hoa Tin tin telah mengangkat kepalanya sambil berkata:
"Menurut anggapan toa suhu, apa yang harus kita perbuat untuk menentukan siapa yang lebih unggul diantara kita?" Toa tek Cuncu tertawa:
"Apabila lipousat dapat mengungguli sepasang telapak tangan pinceng ini, kau akan dianggap benar benar unggul"
Hoa Tin tin segera mengangguk:
"Baiklah, silahkan toa suhu menyerang lebih dulu"
"Hati hatilah kau lipousat" seru Toa tek Cuncu sambil tertawa melengking.
Kali ini dia tidak bersungkan sungkan lagi, kembali ujung baju kirinya dikebaskan kemuka membentuk segulung angin puyuh yang menyambar ke depan, di balik kebasan tersebut tersembunyi sebuah pukulan maut yang dahsyat.
Sementara tangan kanannya dengan kelima jari tangan direntangkan lebar lebar, langsung mencengkeram pedang Hoa Tin tin berbareng dengan kebasan ujung bajunya tadi.
Ilmu silat dari perguruan Pek hoa bun diciptakan oleh Hoa popo, ini sangat menggemari bunga sepanjang hidupnya sehingga hampir setiap gerak serangannya selalu menggunakan nama bunga. Itulah sebabnya semua gerakan pedangnya selalu enteng dan lembut, meski keganasannya tidak berkurang, namun soal kelincahan benar benar merupakan kelebHan yang utama.
Itulah sebabnya begitu ilmu pedang Pek hoa kiam hoat dikembangkan, semua gerakannya seperti bunga yang bergoyang terhembus angin, indah menawan tapi terselip duri di balik rantingnya.
Hoa Tin tin dengan jubah pendetanya yang berwarna hijau, bergerak kian kemari diantara serangan tangan kanan dan kebutan tangan kirinya, sementara pedangnya melancarkan serangan secara berantai, satu jurus belum selesai yang kedua telah dilepaskan.
Bunga pedangpun sekuntum demi sekuntum beterbangan diangkasa, ada kalanya serangan itu berdiri sendiri, ada kalanya pula sampai beberapa kuntum sekaligus, seorang diri ia bergerak kian kemari diantara bunga bunga perak bagaikan kupu kupu yang mencari madu, sebentar berada dimuka, tahu tahu sudah menyelinap ke belakang.
Disaat jurus serangannya baru dilancarkan, orangnya masih berada disebelah kiri, tapi disaat serangan hampir mencapai musuhnya, tubuhnya sudah menyelinap disebelah kanan, seakan akan pedang adalah pedang, orang adalah orang, dua hal yang terpisah.
Dengan peristiwa ini, biarpun tenaga dalam yang dimiliki Toa tek Cuncu lebih sempurna dan pukulan yang dilancarkan lebih dahsyat pun, hampir semuanya mengenai sasaran yang kosong.
Dengan kelincahan menghadapi kekuatan, otomatis kelincahan yang berhasil meraih banyak keuntungan-Toa tek Cuncu dengan mengandalkan kebasan ujung baju kirinya, dan pukulan kanannya, makin menyerang semakin dahsyat, tenaga dalam yang digunakan pun semakin lama semakin bertambah kuat, hampir setiap kebasan dan pukulan yang dilepaskan semuanya disertai dengan tenaga pukulan yang mengerikan hati.
Akan tetapi permainan pedang yang dilancarkan Hoa Tin tin pun makin lama semakin bertambah ringan dan lembut, berpuluh puluh kuntum bunga perak diciptakan olehnya mengelilingi sekeliling tubuhnya se Toa tek Cuncu, bahkan berlapis lapis tiada habisnya.
Dalam waktu singkat kedua sosok bayangan manusia itu seperti bergulingan ditengah tumpukan bunga perak yang tebal, menciptakan suatu pemandangan yang amat indah dan menawan hati.
^oo@dw@oo^ Jilid: 26 Hoa Siang siang yang mengikuti jalannya pertarungan itu makin memandang semakin terkejut, diam diam ia menggertak giginya kencang kencang sambil menyumpahi didalam hati
"Tampaknya si nenek bajingan itu memang pilih kasih, ilmu pedang Pek hoa cing gin (seratus bunga berebut keindahan) dari Pek hoa kiam hoat hanya dia wariskan kepada Tin tin tanpa menyinggung sekalianpun dihadapanku Hmm, kalau begitu kau memang tak pernah menganggap aku sebagai muridmu Hmm... kalau toh demikian jangan salahkan pula jika akupun tidak pernah menganggapmu sebagai guruku."
Yang dia maki sebagai "nenek bajingan" itu tentu saja gurunya, Hoa Popo yang mendirikan perkumpulan Pek hoa pang
Pada saat itulah Hoa Tin tin melompat mundur secara tiba tiba sambil menarik kembali pedangnya, lalu sambil tersenyum dia berkata: "Toa suhu, tentunya kau sudah mengaku kalah bukan sekarang?"
Sekali lagi semua orang dibuat tertegun setelah mendengar perkataan ini, tidak ada yang tahu kepandaian aneh apa yang telah digunakan Pek hoa pangcu dalam serangannya kali ini"
Gelang Kemala 4 Kait Perpisahan Serial 7 Senjata Karya Gu Long Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 10