Pedang Pelangi 13
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok Bagian 13
Tanpa terasa semua orang bersama sama berpaling kearah Toa tek cUncu.
Tampak pendeta asing itu berdiri disitu dengan tenang, matanya dipicingkan dan sama sekali tak nampak sesuatu gejala yang aneh atau mencurigakan.
"Siapa bilang pinceng sudah kalah"..." teriak Toa tek cuncu dengan suara melengking.
Hoa Tin tin tertawa hambar
"Apakah toa suhu tidak merasa kalau sepasang kakimu terutama ketujuh buah jalan darah disana telah tersentuh oleh bunga pedangku?"
"Oooh... aaah aaaah aaah..."
Bagaikan baru merasakan sekarang Toa tek cuncu tergagap. tapi selang sejenak kemudian ia telah berkata lagi sambil tertawa melengking dengan suara yang tak sedap didengar:
"Sepasang kaki pinceng memang sudah tersentuh oleh bunga pedang lipou sat sehingga tak dapat bergerak. tetapi sepasang tanganku toh masih bisa melancarkan serangan"
Seraya berkata dia menarik hawa murninya dan menerjang kemuka secara beruntun tangannya melancarkan serangkaian bacokan
Tindakan yang dilakukan pendeta itu benar benar diluar dugaan Hoa Tin tin meski jalan darah dikaki lawan sudah tertotok^ nyatanya dia masih mampu untuk melancarkan terkaman
Bukan hanya begitu, serangan yang dilancarkan dengan sepasang telapak tangannya itu benar benar bagaikan sambaran guntur, dua gulung angin pukulan yang bergabung menjadi satu, mewujudkan segulung angin puyuh seperti amukan ombak samudra yang secara langsung menghantam tubuh Hoa Tin tin kehebatannya benar benar menggidikkan hati.
Semua jago yang hadir diarena segera dibuat terkesiap dan masing masing mulai menguatirkan keselamatan Hoa Tin tin, pikirnya :
"hweesio tua ini mempunyai tenaga dalam yang amat sempurna jikalau dia sampai tersapu oleh angin serangannya siapa yang bisa menjamin keselamatan jiwanya ?"
Hoa Tin tin sendiripun merasa kaget bercampur terkesiap^
ia segera menggerakkan tubuhnya dan berkelit kesamping untuk menghindarkan diri.
Didalam anggapannya, setelah jalan darah disepanjang kaki Toa tek cuncu tertotok dia pasti tak mampu bergerak. sedang terkamannya barusan tak lebih hanya mengandalkan tenaga dalamnya yang sempurna asal dia sudah menghindar, tubuhnya yang terjatuh ketanah pasti tak akan mampu untuk berdiri kembali
Siapa tahu ketika serangannya mengenai sasaran yang kosong dan tubuhnya yang gemuk hampir mencapai permukaan tanah, mendadak Toa tek cuncu mengayunkan tangan kirinya keatas tanah sehingga sekali lagi melejit ketengah udara
Setelah berada kembali diudara, sepasang tangannya diputar satu lingkaran lalu dengan teknik ciat ing tay hoat (ilmu pantulan) dia kembalikan semua kekuatan lawan yang ditujukan kepadanya tadi, secara utuh ketubuh Hoa Tin tin Tenaga pukulan tersebut sudah barang tentu jauh lebih dahsyat dan kuat daripada serangan semula, angin puyuh yang menderu deru seperti amukan ombak ditengah samudra, melanda daerah selebar lima enam depa langsung meluncur kedepan.
Ruang tengah yang luasnya belasan kaki ini segera terjadi getaran yang sangat keras pasir dan debu berguguran keatas tanah. saking tebalnya pasir dan debu itu sehingga hampir saja membuat semua orang tak mampu membuka matanya lagi.
Berada dalam keadaan demikian, tiada kesempatan bagi Hoa Tin tin untuk berkelit kesamping terpaksa dia harus menjejakkan sepasang kakinya dan melejit setinggi dua kaki lebih lurus keatas langit langit ruangan-
(Perlu diketahui, ruang tengah dari perkampungan Sau hoa san ceng ini mencapai tiga kaki lebih).
Segulung angin pukulan yang maha dahsyat, bagaikan datangnya air bah mengalir lewat persis dibawah kakinya.
"Blaaammmm. . . "
Terjadilah benturan yang amat keras menggelegar memecahkan keheningan, akibat dari melandanya angin pukulan angin pukulan tersebut sebuah daun jendela beserta dinding tembok setinggi setengah badan manusia yang berada dibawahnya segera ambrol dan terbawa arus hingga sejauh tujuh delapan depa lebih dari posisi semula.
Tapi ditengah gemuruhnya suara dinding dan daun jendela yang sedang ambrol itu kembali terdengar suara benturan keras...
"Blaaammm" Disusul kemudian terlihat sesosok bayangan manusia jatuh terduduk diatas tanah dan tak sanggup merangkak bangun lagi
Tiada orang yang tahu siapakah orang yang terjerambab diatas tanah itu" Serentak mereka berpaling, ternyata Toa tek cuncu yang bertubuh bulat seperti daging babi itu sudah roboh tergeletak di atas tanah...
Diatas punggungnya tampak seorang gadis kecil berbaju merah duduk menungganginya, kepalan kecil tangan kanannya sedang menghantam jalan darah Leng tay hiat di atas kepala Toa tek cuncu, sedangkan kaki kirinya tampak seutas tali melilitnya kencang kencang
Ternyata sewaktu Toa tek cuncu melejit kembali ketengah udara tadi, sinona kecil berbaju merah yang ingin menolong majikannya segera mengeluarkan talinya untuk melilit kaki kiri Hwesio tersebut serta membetotnya secara paksa.
Kemudian dia melompat dan menunggangi diatas punggungnya, tapi karena kuatir si Hwesio itu melejit kembali, maka dengan sekuat tenaga dia hantam jalan darah Leng tay hiatnya
oleh karena perhatian semua orang waktu itu sedang tertuju kearah Hoa Tin tin yang sedang terdorong kearah dinding, maka tak seorangpun yang menaruh perhatian terhadap tindakan dari sinona berbaju merah ini.
Hoa Tin tin segera berseru keras setelah melayang turun kembali keatas tanah "Siau bi, ayoh cepat bangun"
Tapi nona berbaju merah itu seolah olah tidak mendengar bentakan tersebut, tubuhnya sama sekali tak bergerak bukan cuma begitu, mukanya yang mungil kelihatan bersemu merah mulutnya seakan akan terkunci rapat
Siang Han hui segera melihat akan gelagat yang kurang baik, serunya tanpa terasa: "Aduh celaka"
Tubuhnya segera melejit ke depan dan meluncur kesamping Toa tek cuncu, lalu...
"criiing" bianglala perak melintas lewat, sebuah serangan pedang telah dilontarkan ketubuh nona berbaju merah itu.
Tindakan yang berlangsung sangat mendadak ini seketika mengejutkan semua orang, siapapun tidak menyangka kalau ketua Hoa san pay yang amat termashur itu bakal melancarkan sergapan kearah seorang nona cilik yang baru berusia tujuh delapan tahun.
Perlu diketahui, semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata... tahu tahu saja
Plak pedangnya telah menghantam diatas tubuh nona tersebut.
Akibat dari serangan tersebut, tubuh si nona berbaju merah itu mencelat sejauh lima enam depa lebih, sebaliknya pedang song bun kiam yang sudah dipakai siang Han hui selama puluhan tahun itupun ikut tergetar sampai patah menjadi beberapa bagian dan rontok keatas tanah.
Hoa Tin tin segera maju kedepan dan memberi hormat kepada Siang Han hui sambil ujarnya:
"Terima kasih banyak Siang ciangbunjin kau telah menyelamatkan selembar jiwa muridku."
"Tidak berani, tidak berani, ucapan Hoa pangcu terlalu serius..." buru buru Siang Han hui balas memberi hormat.
Ternyata nona berbaju merah itu telah membelenggu kaki toa tek cuncu dengan tali sehingga menariknya dari udara dan terjatuh ketanah, kemudian ia menunggangi punggung pendeta tersebut dan memukuli jalan darah Leng tay hiatnya dengan sekuat tenaga.
Keadaan tersebut boleh dibilang merupakan peristiwa yang memalukan bagi Toa tek cuncu, bayangkan saja dia harus menelan pil pahit karena dipecundangi seorang nona kecil, apalagi tak mengira kalau jalan darah leng tay hiatnya bakal di hantam pula.
Menanti ia sadar akan hal tersebut, tubuhnya sudah keburu tertelungkup diatas tanah macam anjing makan najis.
Padahal hantaman siau bi sesungguhnya tidak terlalu berat tapi leng tay hiat merupakan pusat dari semua syaraf diotak yang mempengaruhi secara langsung kerja otak besar, akibatnya untuk berapa saat dia tak mampu untuk merangkak bangun.
Walaupun begitu tenaga dalam yang dimilikinya terhitung cukup sempurna, begitu merasa kalau jalan darah leng tay hiatnya terserang, dia tak usah mengerahkan tenaga dalamnya lagi, secara otomatis tenaga murni tersebut menghimpun sendiri dijalan darah leng tay hiat serta membendung serangan yang datang dari luar.
Bagaimanapun juga Siau bi masih kecil bagitu kepalanya diayunkan maka tangan tersebut segera terhisap oleh tenaga dalam Toa tek cuncu.
Terasa segulung tenaga yang sangat kuat menembusi lengannya langsung memancar keempat penjuru seketika itu juga badannya tak mampu berkutik lagi.
Siang Han hui yang berpengalaman segera dapat melihat akan gejala tersebut, dia tahu tenaga dalam yang dimiliki Toa tek Cuncu masih jauh lebih tangguh dari kemampuannya, maka dia tak berani memberi pertolongan secara langsung.
Sementara itu siang Han hui telah berpaling ketika menjumpai nona berbaju merah itu belum juga bangkit berdiri cepat cepat serunya:
"Hoa pangcu, cepat kau tengok keadaan muridmu, apakah tubuhnya sudah terluka akibat tergetar oleh tenaga dalam toa suhu itu...?"
Sebelum Hoa Tin tin sempat menjawab, tampak Toa tek Cuncu telah melejit dan melompat bangun dari atas tanah, serunya dengan suara melengking:
"omintohud, dosa, apa yang diucapkan sicu ini memang benar bocah perempuan itu sudah menderita luka dalam akibat getaran tenaga dalam pinceng isi perutnya kini sudah bergeser sehingga boleh dikata jiwanya tak tertolong lagi"
Ternyata didalam waktu singkat dia telah berhasil melepaskan diri dari pengaruh ketujuh totokan jalan darah pada sepasang kakinya...
Cepat cepat Hoa Tin tin memburu ke samping Siau bi serta memeriksa keadaannya
Tampak Siau bi memejamkan matanya rapat rapat selembar wajahnya yang mungil berubah menjadi putih kekuning kuningan, ujung bibirnya masih nampak noda darah, jelas kalau isi perutnya sudah terluka parah dan jiwanya terancam.
Tak terlukiskan rasa terperanjat Hoa Tin tin setelah menyaksikan peristiwa tersebut cepat cepat dia membopong tubuh Siau bi lalu sambil menatap Toa tek Cuncu katanya dengan gusar :
"Toa suhu, kau adalah seorang pendeta mengapa sekeji ini kau lukai seorang bocah kecil ?"
Toa tek Cuncu tertawa melengking :
"Keliru besar perkataan dari li pausat. Siapa suruh dia melancarkan serangan disaat pinceng sedang bertarung melawan lipousat " Apakah pinceng tidak berhak untuk menghadapi sergapannya ?"
Dari pembicaraan tersebut dapatlah disimpulkan kalau dia memang sengaja hendak melukai isi perut Siau bi.
"Tapi selanjutnya toa suhu toh sudah tahu kalau orang yang menyergapmu tak lebih hanya seorang nona cilik, mengapa kau masih saja melancarkan serangan seberat ini?"
sekali lagi Toa tek Cuncu tertawa melengking :
"Kalau toh dia adalah musuh, kenapa mesti kubedakan mana yang besar dan mana yang kecil " Sekalipun kini lipousat harus kehilangan seorang murid tapi pinceng pun telah menderita kalah ditangan lipousat merasa puas."
Paras muka siang Han hui segera berubah menjadi amat serius, pelan pelan dia berkata
"Ilmu sinkang aliran See ih yang dilatih toa suhu jauh berbeda dengan kepandaian biasa untuk melepaskan lonceng diperlukan orang yang memasang lonceng tersebut toa suhu sebagai seorang pendeta yang mengutamakan welas kasih sudah sepantasnya bila kau tolong jiwa nona cilik itu"
"Haaah haaahh.." Toa tek Cuncu mendongakkan kepalanya dan tertawa lengking, "kalau toh sicu mampu untuk menolong bocah itu terlepas dari punggung pinceng, dengan sendirinya kau tentu bisa pula yang menyelamatkan jiwanya, lagi pula jika pinceng bersedia menolongnya, lantas apa artinya kulukai tadi?"
"Toa suhu, sebagai seorang murid Budha, mengapa kau berkata demikian?" tegur Siang Han hui dengan sorot mata memancarkan sinar yang tajam.
"Lantas apa yang mesti pinceng katakan?"
Dalam pada itu Hoa Tin tin telah membopong Siau bi dan menempelkan tangan kirinya diatas jalan darah leng tay hiat nya lalu menyalurkan tenaga dalamnya sedikit demi sedikit.
Apa yang diucapkan Toa tek Cuncu memang benar, dia telah menerima tumbukan tenaga dalam yang sangat kuat sehingga isi perutnya bergeser tempat, itu berarti luka tersebut tak mungkin dapat disembuhkan dengan mengandalkan tenaga murni saja.
Sebenarnya siang Han hui adalah seorang pendekar yang amat sabar dan bijaksana, tapi sikap Toa tek Cuncu yang sadis terhadap seorang bocah dan pandangannya yang begitu dingin terhadap keselamatan jiwa orang lain membuah hawa amarahnya segera berkobar. Dengan kening berkerut dia tertawa keras, kemudian serunya :
"Taysu berdua sebagai pendeta agung yang datang dari See ih, sudah seharusnya menggunakan kewelas kasihan serta kebesaran jiwa untuk mengikat tali persahabatan dengan umat Tionggoan, bila kalian bermaksud mengandalkan ilmu silat untuk memusuhi umat persilatan hmmm Perbuatan tersebut hanya akan mendatangkan banyak kesulitan untuk kalian sendiri"
"sicu, apa maksudmu berkata demikian?" tegur Toa tek Cuncu
Dia seperti tak memahami apa yang dimaksudkan oleh Siang Han hui...
Dengan wajah serius Siang Han hui segera berkata
"Aku orang she Siang minta kepadamu untuk mengobati luka yang diderita nona kecil ini."
"Tidak bisa" Toa tek cuncu segera menggeleng Hoa Tin tin membaringkan tubuh Siau bi ke atas tanah, kemudian ujarnya dengan suara dingin:
"Setelah menderita kekalahan tadi, apakah kau merasa tidak puas...?"
"Betul, bila lipousat mampu mengungguli pinceng dalam pertarungan senjata nanti, pasti akan pinceng obati luka yang diderita siau sicu itu" sahut Toa tek Cuncu sambil tertawa lengking
"Baik, tapi keadaan yang bagaimanakah baru toa suhu anggap sebagai kekalahan?"
Setelah dua kali Toa tek cuncu tak mau mengakui kekalahannya setelah ia berhasil menangkan dua babak pertarungan tadi, sekarang Hoa Tin tin bertindak lebih berhati hati lagi sehingga tidak sampai lawannya mungkir nanti
"Soal itu mah gampang" jawab Toa tek Cuncu, "asalkan li sicu berhasil menusuk pinceng sampai roboh dan kehilangan tenaga untuk melawan, ataupun kau berhasil mementalkan senjata pinceng dari genggaman, pinceng akan mengaku kalah"
"Apakah perkataan dari toa suhu ini bisa dipercaya?"
Toa tek Cuncu segera menunjuk ke arah Toa tat Cuncu, yang berada di hadapannya sambil berkata
"Toa suheng pinceng duduk didepan sana berada dihadapan toa suheng, pinceng tak akan berani mengingkari janji."
Dari sikap hormat Hwesio tersebut terhadap Toa tat Cuncu, Hoa Tin tin tahu bahwa apa yang diucapkan memang benar, maka dia pun segera mendengus : "Bagus sekali, silahkan Taysu meloloskan senjata"
Toa tek Cuncu segera menggapai ke arah hweesio berbaju kuning yang membawa toya penakluk iblis itu sambil serunya.
"Bawa kemari senjataku"
hweesio itu tidak menyahut dan segera maju ke depan serta menyerahkan toya penakluk iblis tersebut kepada Toa tek Cuncu.
Setelah menerima senjata Toa tek segera melintangkannya didepan dada sambil berseru :
"Bila lipousat mampu menyambut sembilan jurus serangan pinceng anggap pula li pousat yang menang"
Toya penakluk iblis adalah sejenis senjata yang sangat berat, ditambah pula tenaga dalamnya yang amat sempurna, akibatnya jurus serangan itu terasa lebih ganas dan dahsyat, orang bisa tak nanti mampu menghadapi sepuluh jurus saja dari serangan tersebut.
Menurut perhitungan pendeta tersebut biarpun tenaga dalam yang dimiliki Hoa Tin tin cukup hebat, bagaimana punjua dia adalah seorang perempuan, tak mungkin perempuan selemah itu sanggup menghadapi sembilan puluh jurus serangannya yang sangat dahsyat itu Hoa Tin tin mendengus marah, pedangnya segera diloloskan kembali dan digenggam ditangan kanan sementara tangan kirinya meloloskan senjata kebutan kemala putih yang semula tergantung ditangannya, lalu beseru dingin : "Silahkan taysu..."
Belum selesai perkataan itu diucapkan, mendadak terdengar suara benturan nyaring berkumandang datang dari kejauhan-Dalam pada itu Hoa siang siang yang menjumpai adiknya tak pernah menggerakkan senjata kebutan kemala putihnya sepanjang bertarung melawan Toa tek Cuncu tadi, dia mengira kebutan mana hanya berupa pelengkap dari dandanannya sebagai rahib.
Tapi setelah melihat Toa tek Cuncu menggunakan toya penakluk iblis dan perempuan itu pun mengeluarkan senjata kebutan kemala putihnya, tiba tiba saja satu ingatan melintas di dalam benatknya, dia segera berpikir:
"Kalau begitu, perempuan tersebut pasti mempunyai jurus yang tangguh dalam permainan senjata kebutannya"
Baru saja ingatan itu lewat, mendadak terdengar suara benturan keras yang makin lama semakin mendekat, dengan wajah berubah ia segera bangkit berdiri.
Tapi saat itulah tampak sesosok bayangan manusia telah menerjang masuk dari luar ruangan, belum juga semua orang melihat wajahnya, sekilas cahaya pedang berwarna hijau telah menggulung Toa tek Cuncu dengan dahsyatnya.
Serangan tersebut datangnya sangat tiba tiba, membuat semua yang hadir dalam ruangan menjadi tertegun.
Hoa Tin tin dengan pedang dan kebutan yang terhunus sudah siap melancarkan serangannya ketika cahaya pedang sipendatang itu menggulung datang, ia dapat merasakan betapa tajamnya angin serangan dan dinginnya hawa pedang Berhubung orang itu menerjang Toa tek Cuncu, otomatis diapun mengundurkan diri kembali dari arena.
Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata, Toa tek Cuncu sama sekali tak menduga kalau ditengah jalan akan muncul seseorang.
Walaupun dia merasakan betapa ganasnya cahaya pedang yang menyambar kearahnya, namun tak sempat lagi untuk menghindar sambil membentak keras toya penakluk iblisnya segera didorong kedepan.
sebagaimana diketahui, toya penakluk iblis itu berat sekali, menyusul ayunan tangannya terasa hembusan angin serangan yang kuat hal ini membuktikan kalau kemampuan serta tenaga dalamnya benar benar luar biasa.
Gerakan dari kedua belah pihak sama sama cepatnya, dalam waktu singkat pedang dan toya itu sudah saling beradu satu sama lainnya. "Traaang..."
Menyusul suara benturan keras kedua sosok bayangan manusia itu saling berpisah.
^oodowoo^ Tenaga dalam yang dimiliki Toa tek Cuncu terbukti berapa kali lipat lebih tangguh ketimbang pendatang tersebut, benturan yang baru saja terjadi membuat orang itu beserta pedangnya mencelat sejauh berapa kaki dari posisi semula.
Akan tetapi toya penakluk iblisnya yang besar seperti lengan lelaki kekar itupun hampir patah menjadi tiga bagian oleh bacokan pedang orang itu dan-..
"Traaang" segera rontok keatas lantai.
Kejadian tersebut sangat mengejutkan Toa tek Cuncu, sambil memegang sisa toya yang patah, untuk berapa saat dia berdiri termangu mangu.
Tiba tiba terdengar Ban Huijin berteriak dengan rasa kaget bercampur gembira : "Dia adalah Huan toako"
Sementara itu Siang Han hui, Seng Bian tong serta Lian Sam Sin sekalian pun dapat melihat dengan jelas bahwa pendatang tersebut tak lain adalah Huan Cu im.
Tampak sepasang matanya merah membara wajahnya merah padam seperti darah, diiringi ruangan kalap seperti orang gila saja dia menerjang Toa tek Cuncu pun merasa terkejut, padahal toya penakluk iblisnya terbuat dari baja murni yang sangat keras, tetapi nyatanya dapat dipatahkan dalam sekali bacokan, hal ini membuktikan kalau pedang yang berada ditangan orang itu adalah sebilah pedang mestika yang tajam, dengan sendirinya kutungan toya tersebutpun tidak akan mampu untuk menandinginya.
Melihat Huan Cu Im menerjang tiba sambil mengayunkan pedangnya cepat cepat dia menyodok toyanya sambil menggeser kaki kanannya kesamping, lalu menyelinap kebelakang tubuh Huan Cu Im dan mementangkan kelima jari tangan kirinya untuk menghantam pinggang anak muda tersebut.
"Aaah, Tayjin eng" pekik siang Han hui dengan kaget setelah melihat gerakan itu Ban Huijin segera berteriak pula
"Huan toako, hati hati belakangmu..."
Seperti diketahui Huan Cu Im telah terkena bubuk obat perangsang Hoa hunjui cing san, pikiran dan kesadarannya kini sudah terpengaruh. Sejak menerjang masuk kedalam ruangan dan melihat ada orang sedang bertarung melawan seorang perempuan sama sekali tak sempat untuk membedakan apakah lelaki itu musuh atau teman, asal ada orang berani bartarung melawan perempuan, segera dianggapnya lelaki itu yang salah.
Maka ia segera melancarkan serangannya terhadap Toa tek Cuncu, dalam keadaan begitu ia tak tahu kalau ayunan pedangnya telah berhasil mematahkan toya penakluk iblis dari Toa tek cuncu tersebut.
Terhadap jeritan kaget dari Ban Huijin barusan, pemuda itupun tidak mendengar apa, dia cuma merasakan kalau musuh sudah menyelinap kebelakang tubuhnya sehingga tanpa berpikir panjang lagi tangan kirinya dibalik dan menghantam kebelakang tubuhnya dengan jurus ekor naga mengebas angin-Oleh karena kesadarannya memang agak menghilang karena pengaruh obat perangsang, dia lupa pula dengan peringatan dari gurunya, tanpa sadar serangan yang dilancarkan itu menggunakan ilmu Hwee Sin pat ciang...
Ketika sepasang telapak tangan saling beradu, angin puyuh menderu deru dari delapan penjuru menyusul kemudian terjadi suara benturan yang amat keras yang mengakibatkan kedua orang tersebut sama sama tergetar mundur sejauh tiga langkah
Bukan hanya begitu, setelah menerobos kedepan Huan Cu Im masih belum berhasil mengendalikan diri, dia harus bergeser dua langkah lagi sebelum berdiri tegak Peristiwa ini bukan saja mengejutkan Toa tek Cuncu, juga mengagetkan Siang Han hui sekalian-Bayangkan saja tenaga dalam yang dimiliki Toa tek Cuncu begitu sempurna, terutama sekali ilmu pukulan Tay jiu eng tersebut merupakan semacam ilmu yang maha dahsyat diantara ilmu pukulan yang lain, namun dalam kenyataan Huan Cu Im sanggup untuk menghadapinya selain maju dua langkah lebih kedepan
Apakah tenaga dalam yang dimilikinya hampir seimbang dengan tenaga dalam yang dimiliki Toa tek Cuncu "
Sudah jelas hal semacam ini tak mungkin terjadi.
Berkilat sepasang mata Hoa Siang siang pikirnya didalam hati.
"Ternyata kepandaian silat yang digunakan bocah keparat ini adalah Sian hong ciang"
Sejak kesadaran Huan Cu Im terganggu, dia bagaikan orang gila saja menerjang musuhnya secara kalap. akibat dari benturannya dengan ilmu Tayjiu eng tubuhnya sampai terdorong maju kebelakang (berhubung serangan itu dilancarkan dengan mendorong kebelakang otomatis bila terkena getaran maka badannya terdorong maju ke muka) Mendadak pemuda itu berpekik nyaring, dia seperti lupa dengan pedang yang berada ditangan kanannya, bagaikan gangsing tubuhnya berputar kencang lalu tangan kirinya diayunkan ke belakang melancarkan lagi sebuah pukulan ke arah Toa tek Cuncu
Sejak menyadari kalau ilmu Tayjiu engnya tak berhasil melukai lawan, Toa tek Cuncu telah sadar kalau kepandaian silat yang dimiliki pemuda tersebut tidak berada dibawah ilmu Tayjiu eng andalannya...
oleh karenanya begitu melihat lawan menyerang lagi ia tak berani gegabah dan segera menangkis dengan dilepaskan serangan tadi, tubuh Huan Cu Im turut berputar bergerak kekanan sebentar ke kiri, sebentar ke depan dan sebentar lagi kebelakang, dalam sekejap mata ia sudah melancarkan delapan buah serangan berantai
Kedelapan buah serangan tersebut semuanya dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, gerakannya aneh dan dahsyat, seketika itu juga seluruh ruangan dipenuhi oleh deruan angin pukulan yang menggulung gulung, keadaannya sungguh mengerikan hati.
Toa tek Cuncu segera menghimpun segenap tenaga yang dimilikinya untuk memberi perlawanan, dia hanya sempat melepaskan tiga buah pukulan Tayjiu eng (sebab ilmu Tay jiu eng memang dilepaskan amat lamban).
Meski kedelapan buah pukulan pemuda itu berhasil juga terbendung semua, toh tubuhnya sempat dibuat terombang ambing sehingga mundur sejauh lima langkah dari posisi semula.
Perlu diketahui, walaupun ilmu pukulan Tay jiu eng merupakan ilmu pukulan yang terhebat dari wilayah See ih, namun Siang hong ciang yang digunakan pemuda tersebut merupakan ilmu sakti dari Lam hay Hong lui bun, kedahsyatannya sama sekali tidak berada dibawah kehebatan Tayjiu eng.
Dengan tiga buah pukulan ia mampu menghadapi delapan pukulan dari Huan Cu im, ini berarti tenaga dalamnya masih jauh lebih unggul dari pemuda tersebut, karena sama artinya dengan satu ia mampu membendung tiga buah pukulan lawan-Akibat dari deruan angin pukulan yang memancar ke delapan penjuru, hampir sebagian besar meja dan kursi yang berada dalam ruangan tersebut roboh bertumpukan, cawan berhamburan kemana mana, membuat para hadirin menjadi tegang dan kaget.
Setelah melepaskan kedelapan buah pukulan tersebut, tiba tiba Huan Cu Im muntah darah segar, menyusul kemudian tubuhnya ikut roboh pula keatas tanah.
Pada saat itulah dari luar ruangan muncul kembali tiga sosok bayangan manusia yang menerjang masuk kedalam ruangan dengan susah payah, mereka adalah Leng Kang to dari Kay pang dan Leng Bwee oh serta Ay Ang Tho dari Pek hoa pang.
Begitu Leng Kang to bertemu dengan Lian Sam sin, dan Leng Bwee oh serta Ay Ang Tho bertemu dengan Hoa Tin tin, serentak mereka berteriak hampir berbareng. "Lian tianglo..."
"Suhu," Sesungguhnya mereka sudah tercekam oleh racun dari obat perangsang Jui cing yok, tapi tekad yang kuat telah mempertahankan mereka hingga kini, mereka selalu berpekik didalam hatinya: "Kami harus dapat meloloskan diri dari sini"
Akan tetapi setelah yang satu bertemu dengan gurunya, ketegangan mereka segera mengendor dan ketiga orang itupun tak sanggup lagi untuk mempertahankan diri, secara beruntun mereka roboh terjengkang ke atas tanah dan tak sadarkan diri
Sejak Huan Cu Im muncul dalam ruangan, sampai keempat orang itu roboh pingsan secara beruntun, waktu berlangsung amat cepat.
Ban Huijin jadi gelisah sekali setelah melihat Huan Cu Im roboh keatas tanah, serta merta dia melompat ke depan dan memburu ke tengah arena.
Menyusul kemudian Lian Sam sin, Siang Han hui serta Seng Bian tong bertiga turut memburu pula ke depan-Hoa Tin tin memburu pula ke tengah arena ketika melihat kedua orang muridnya ikut roboh pingsan-Siapa tahu disaat Huan Cu Im sedang roboh inilah, mendadak tampak sesosok bayangan manusia menerobos masuk dari luar ruangan, dengan suatu gerakan cepat dia menghampiri Huan Cu Im lalu membopongnya dan siap berlalu dari situ.
Toa tek Cuncu segera merentangkan kutungan toyanya menghadang jalan pergi orang itu hardiknya:
"Apa yang hendak kau lakukan dihadapan pinceng?"
"Minggir kau" bentak orang itu sambil mengebaskan tangan kanannya kedepan.
Termakan kebasan itu, tubuh Toa tek cuncu seperti segumpal daging saja tahu tahu sudah mencelat keudara hingga berjumpalitan beberapa kali.
Peristiwa ini sungguh diluar dugaan siapapun, kontan saja membuat para jago terkesiap dan berdiri tertegun Ketika orang itu menyerobot masuk ke dalam ruangan tadi, para jago yang hadir dalam ruangan tak ada yang menaruh perhatian kepadanya karena itu waktu semua orang sedang heboh dan dibuat panik karena robohnya Huan Cu im, Leng Kang to, Leng Bwee oh dan Ay Ang Tho secara beruntun.
Selain itu gerakan tubuh orang tersebut pun amat cepat, sejak membopong Huan Cu Im sampai siap berlalu, semuanya dilakukan amat cepat hingga hampir tak ada yang melihat jelas orang tersebut.
Sampai dia mengebaskan tangannya dan melemparkan tubuh Toa tek cuncu hingga terpental kebelakang, semua orang baru dapat melihat jelas raut wajahnya, karena saat itu ia terhenti sejenak.
Ternyata dia adalah seorang kakek berusia lima puluh tahunan, berpakaian compang camping, berperawakan ceking lagi jangkung, kepalanya lancip lagi botak. wajahnya kurus, alis matanya kecil dan tipis serta memiliki sepasang mata yang kecil pula.
Namun biji matanya bergerak jeli lagi tajam, sebaris giginya yang kuning menghiasi senyumannya yang ramah dan simpatik.
Meski dia sedang tertawa, namun memberi kesan yang aneh bagi mereka yang memandang.
Sementara Toa tek Cuncu baru saja merangkak bangun, Toa tat Cuncu yang selama ini duduk sambil membungkam dan memejamkan mata itu telah membuka matanya lebar lebar, kemudian katanya:
"Dalam satu gerakan saja sicu dapat menggulingkan sute lolap. ini menunjukkan kalau kau adalah seorang tokoh yang ternama, mengapa tidak menyapa lolap lebih dulu sebelum pergi?"
Sambil berkata lambat lambat, tangan kanan diangkat pula dengan melakukan gerakan mendorong keluar.
Kakek kurus jangkung itu segera tertawa terkekeh kekeh..
"Pengemis rudin tetap pengemis rudin, siapa bilang aku adalah seorang tokoh ternama" Tampaknya toa suhu telah salah melihat"
Dengan tangan kiri membopong Huan Cu im, tangan kanannya segera mencakar seenaknya kedepan lalu membuangnya ke belakang.
Semula semua orang tidak tahu apa yang dilakukan dengan gerakan mencengkeram dan membuang tersebut, tapi disaat kelimajari tangannya melakukan gerakan membuang itulah, terjadi suatu ledakan keras yang memekikkan telinga.
"Blaaaammm..." Tahu tahu kedua belah pintu ruangan sudah tergetar sampai hancur berantakan-Baru sekarang semua orang tahu, rupanya disaat berbicara tadi, secara diam diam Toa tat Cuncu telah menggunakan semacam ilmu "berpisah bukit memukul harimau" untuk melukai lawannya.
Bila ditinjau dari serangannya yang sama sekali tidak menimbulkan suara tapi menimbulkan daya penghancur yang begitu dahsyat, bisa disimpulkan kalau ilmu itu tidak berada dibawah kemampuan ilmu Tayjiu eng.
Tapi kakek jangkung yang bertubuh ceking itupun tak kalah hebatnya, dengan sebuah gerakan mencengkeram ternyata ia berhasil menangkap serangan tanpa wujud dari Toa tat Cuncu serta membuangnya ketempat lain-Hal ini menunjukkan bahwa kedua orang ini sama sama memiliki kepandaian silat yang maha dahsyat. "omintohud"
Toa tat Cuncu membuka matanya lebar lebar dan memancarkan dua sinar tajam yang menggidikkan hati, dia segera merangkap tangannya didepan dada lalu berkata
"Ciat ing Sin kang Ternyata sicu pun seorang murid Buddha, kalau begitu pasti berasal dari Siau limpay sungguh beruntung lolap dapat bersua denganmu"
"Heeh... heee... pengemis rudin bukan murid Buddha, aku terlebih tak berani mendompleng nama baik siau limpay"
Selama berbicara, senyuman ramah selalu menghiasi wajah kakek kurus jangkung itu, kemudian sambil berpaling kearah Toa tek Cuncu, katanya pula sambil tertawa
"Aku si pengemis tua harus pergi, aku tahu ilmu silat yang dimiliki toa suheng mu sangat lihay, aku tak ingin beradu kepandaian dengannya, silahkan toa suhu saja yang menerimakan serangan tersebut."
Tangannya segera diayunkan keudara dan segera didorong kearah Toa tat Cuncu.
Ternyata disaat Toa tat cuncu merangkap sepasang tangannya didepan dada tadi, secara diam diam ia telah melepaskan sebuah pukulan lagi
Tapi kakek jangkung ceking itu berlagak seolah olah tidak tahu, menanti sampai kekuatan tanpa wujud yang menekan tubuhnya sudah tiba, ia baru mengoper kekuatan mana kearah Toa tek cuncu.
Itulah sebabnya dikala Toa tek cuncu baru selesai mendengar perkataan lawan, tiba tiba saja dia merasakan datangnya segulung daya tekanan tanpa wujud yang maha dahsyat menindih tubuhnya, dalam keadaan begini tak sempat lagi dia untuk menghindarkan diri.
Dia kenali tenaga serangan itu sebagai ilmu Tayjiu eng andalan Toa suhengnya, dengan perasaan terkejut segera teriaknya. "Toa suheng..."
Menyusul seruan itu, tubuhnya tak terbendung lagi ikut terdorong sejauh tujuh delapan depa ke belakang Toa tat cuncu yang menyaksikan kejadian ini segera berseru memuji keagungan Budha, segera ia tarik kembali serangannya.
Kakek ceking itu segera tertawa lebar ke arah Toa tat cuncu, lalu membalikkan badan dan siap berlalu dari situ.
Lian Sam Sin jadi gelisah, segera teriaknya keras keras Begitu ia berseru, Siang Han hui, Seng Bian tong, Ban Sian cing serta Ban Huijin sekalian segera mengerubung ke depan-Mendadak kakek ceking itu menarik kembali senyumannya, sambil melotot ke arah Lian Sam Sin serunya:
"Bocah bodoh, masa kau tidak kenal dengan kakek moyangmu sendiri" Ayoh cepat menggelinding pergi"
Tubuhnya berkelebat lewat, secepat sambaran bayangan setan ia sudah menyelinap lewat dari samping Lian Sam Sin dan tiba di halaman luar, lalu dalam sekali gerakan badan lagi bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Lian Sam Sin tertegun setelah mendengar perkataan tersebut, lalu seperti memahami akan sesuatu segera gumamnya.
"Kakek moyang... kakek moyang..." jangan-jangan dia orang tua..."
Dalam pada itu Hoa Tin tin telah berjalan menuju kesamping Leng Bwee oh dan Ay Ang tho, melihat wajah mereka merah membara, bibirnya hitam karena hangus, tanpa terasa keningnya berkerut dan mencorong sinar tajam dari balik matanya, sambil menatap tajam Hoa Siang siang, serunya dingin:
"Cici, apa kau telah melepaskan racun cabul dalam tubuh anak Bwee dan anak Hong?"
Dari cara Hoa Tin tin bertarung melawan Toa tek Cuncu tadi, Hoa Siang siang sudah merasa kalau adiknya yang sudah delapan belas tahun tak berjumpa ini telah memiliki kepandaian silat yang jauh lebih tinggi daripada apa yang diduganya semula.
Untuk sesaat dia ragu untuk bertindak kasar, sebab dia tahu jika terjadi pertarungan, sudah jelas ia tak mempunyai keyakinan untuk berhasil mengungguli pertarungan itu. Maka sambil tertawa katanya:
"Kenapa sih adik mesti marah" Enci kan bermaksud baik kepadamu, agar mereka berempat bisa jadi suami istri yang rukun dan berbahagia" Siapa suruh mereka melarikan diri dari kamar pengantinnya" Sayang lagi menantumu telah dilarikan orang..."
"Tutup mulut" dengan wajah hijau membesi dan nada serius Hoa Tin tin membentak, "ternyata kau telah meracuni mereka dengan obat cabul, hmm... perbuatanmu ini terkutuk dan tak tahu moral. kau hanya memalukan nama baik suhu mendiang."
Dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah botol porselen dan mengambil berapa butir pil yang diberikan kepada Leng Bwee oh, Ay Ang Tho serta Leng Kang to bertiga. Hoa Siang siang tertawa dingin, jengeknya:
"Sudah kukatakan kepadamu sejak tadi, aku sudah bukan anggota Pek hoa pang lagi, kau pun tak usah menyinggung soal mendiang suhu lagi, sedang mengenai bubuk perangsang Pek hoajiu cing san tersebut" Huuuh... tanpa obat penawar racun khusus dariku, jangan harap kau bisa memunahkan daya pengaruhnya."
Berbicara sampai disini, dia segera berpaling sambil serunya lebih jauh:
"Baiklah memandang diatas wajah adikku, daripada membiarkan mereka mampus karena kobaran api birahi, Sau hoa, berikan mereka seorang sebutir pil pemunah racun" Sau hoa memberi hormat dan siap beranjak pergi dari tempat tersebut.
"Tidak usah" cegah Hoa Tin tin dengan marah, "obat cabul semacam itu masih mampu adik punahkan sendiri" Lalu setelah berhenti sejenak, terusnya
"Tapi ada satu hal perlu kukatakan kepada cici, bagaimanapun juga cici adalah murid suhu mendiang, kau selamanya tetap merupakan pelindung hukum dari Pek hoa pang dan selamanya kau tak akan bisa merubah kenyataan tersebut. Bila cici benar benar akan menghianati suhu mendiang, menghianati perkumpulan Pek hoa pang, adik sebagai ketua Pek hoa pang tak bisa melindungi dirimu lebih jauh, terpaksa aku akan melaksanakan hukuman menurut lencana raja bunga, sampai saatnya cici tak usah menyesal lagi..."
Hoa Siang siang mendengus dingin
"Hmmm, memangnya kau anggap lencana raja bunga dapat membatasi ruang gerakku?"
"Aku rasa cici pasti belum lupa bukan dengan perkataan suhu dahulu: Biarpun malaikat atau dewa dari kahyangan pun takkan mampu melawan raja dari seratus bunga. Biarpun cici berhasil melatih kepandaian silat yang bagaimanapun tangguhnya, apa pula yang mesti kutakuti?"
Walaupun perkataan itu lebih bersifat menggertak sambal, namun cukup mendatangkan pengaruh besar bagi batin Hoa Siang siang, sekujur badannya nampak bergetar keras.
Dalam pada itu Leng Kang to, Leng Bwee oh dan Ay Ang Tho telah membuka matanya kembali dan sadar dari pingsannya.
Begitu bertemu dengan suhunya, Leng Bwee oh dan Ay Ang Tho segera menjatuhkan diri berlutut diatas tanah.
Leng Kang to berlutut pula dihadapan Lian Sam sin, sambil menyembah berulang kali serunya dengan air mata bercucuran:
"Tecu menjumpai tiang lo kanan, tecu merasa difitnah orang, harap tiang lo suka memaklumi."
"Bangunlah dahulu Kang to, aku sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut" Sementara mereka masih berbincang bincang terdengar Toa tat cuncu berkata:
"Sute, kau telah berjanji dengan orang akan menyembuhkan luka bocah perempuan itu, cepat kau sembuhkan lukanya, kitapun harus segera berangkat"
Toa tek cuncu kelihatan sangat tunduk dengan setiap perkataan dari toa suhengnya, ia tak berani membangkang dan segera menyahut sambil memberi hormat: "Siaute akan laksanakan perintah"
Dia membalikkan badan lalu mendekati Siau bi, sepasang tangannya bergerak cepat menguruti dada dan lambung bocah perempuan itu, lalu bergeser kesekelilingnya. Melihat itu, Hoa Tin tin segera memberi hormat kepada Toa tat cuncu lalu berkata: "Terima kasih banyak toa suhu"
"omintohud" Toa tat cuncu merangkap tangannya didepan sambil setengah memejamkan matanya, "ternyata dunia persilatan di wilayah Tionggoan memang merupakan sarang naga gua harimau, aku beruntung sekali bisa bersua dengan saudara sekalian, sudah sepantasnya sute ku yang mengerjakan semua ini"
Betul juga, selang seperminum teh kemudian, Toa tek cuncu telah menarik kembali sepasang tangannya sambil menghembuskan napas panjang dan perlahan bangkit berdiri.
Sedangkan Siau bi segera muntahkan darah hitam, menyusul kemudian membuka mata pula dan bangun dari atas tanah.
"Sute, kita segera berangkat," seru Toa tat Cuncu kemudian sambil bangkit berdiri.
"Toa suhu jauh jauh berkunjung keperkampungan kami, sudah seharusnya memberi kesempatan kepada aku yang rendah untuk menjadi tuan rumah yang baik," cepat cepat Hoa Siang siang berseru.
"Siancu tak usah sungkan, lolap berdua hanya kebetulan saja lewat disini sekalian datang berkunjung, kami masih ada urusan lain yang harus diselesaikan"
Habis berkata dia lantas merangkap tangannya didepan dada dan segera beranjak pergi lebih dulu.
Toa tek Cuncu, si burung berkepala sembilan Soh Han sim serta dua orang hweesio berbaju kuning itu segera mengikuti pula di belakangnya...
Hoa Siang siang sebagai tuan rumah tentu saja harus mengantar pergi tamu tamunya. Siang Han hui yang melihat hal ini diam diam merasa geli, pikirnya segera:
"Tampaknya Toa tat Cuncu telah dibuat keder oleh demonstrasi dari kakek kurus jangkung tadi. Sekarang dia tentu tak berani lagi memandang rendah umat persilatan diwilayah Tionggoan sehingga tergesa gesa pergi"
Hoa Tin tin memandang sekejap kearah semua orang, lalu katanya pula sambil memberi hormat:
"Tay hiap sekalian, maaf bila aku harus berangkat lebih dahulu"
"silahkan hoa pangcu" kata Siang Han hui cepat.
Selesai memberi hormat Hoa Tin tin segera bangkit berdiri, tanpa diperintah Hoa hiang segera mengambil lencana bunga dan siap berangkat meninggalkan tempat itu.
Leng Bwee oh memandang sekejap kearah Leng Kang to yang berdiri disisi Lian Sam sin, lalu berpikir:
"Kekasih Leng telah memikul dosa sebagai pembunuh gurunya, bila dia ikut Lian Sam Sin pulang kemarkas, jiwanya pasti akan lenyap. yaaa...jika aku tidak berusaha untuk menolongnya, siapa lagi yang bisa menolongnya?"
Berpikir begitu dia lantas maju ke depan dan berlutut dihadapan gurunya seraya berkata:
"Suhu, tecu mempunyai sebuah permintaan, harap suhu sudi mengijinkan"
"Apa yang ingin kau sampaikan" Berdiri dulu sebelum berbicara" perintah Hoa Tin tin
"Terima kasih suhu"
Setelah bangkit berdiri Leng Bwee oh baru berkata. "Yang ingin tecu katakan adalah persoalan kay pang..."
Tidak sampai muridnya meneruskan perkataan itu, Hoa Tin tin segera menukas:
"Urusan Kay pang bisa diselidiki sendiri oleh Lian tiang lo, buat apa aku banyak bicara?"
"Tidak" seru Leng Bwee oh sambil cepat cepat menjatuhkan diri berlutut, "dalam peristiwa ini hanya tecu dan Ay sumoay yang menyaksikan kejadian itu dengan mata kepala sendiri, dibalik kesemuanya itu tecu yakin ada hal hal yang tak beres..."
Lian Sam Sin segera tergerak hatinya setelah mendengar perkataan itu, cepat cepat dia menjura seraya berkata:
"Hoa pangcu, aku memang sedang menyelidiki rahasia dibalik kejadian tersebut, bila nona Leng bersedia menuturkan kejadian yang sebenarnya, perkumpulan kami tentu akan berterima kasih sekali"
^ooodowooo^ "Ucapan Lian tianglo terlalu serius" kata Hoa Tin tin, "tapi kalau toh begitu, Bwee oh, coba kau tuturkan semua yang telah kau saksikan itu kepada Lian tianglo, lebih jelas tentu saja lebih baik"
"Tecu terima perintah"
setelah menyahut, Leng Bwee oh bangkit berdiri dan berkata kepada Lian Sam sin:
"Beginilah kejadian yang sesungguhnya, waktu itu siauli berdua sedang dalam perjalanan lewat telaga Mo ciu oh, ditepi telaga kami bertemu dengan Huan sauhiap dan nona Ban sedang berpesiar..."
Ban Huijin yang mendengar ia mengungkap kembali peristiwa tersebut, tanpa terasa teringat pula dengan sikap mereka yang main mata dengan Huan Cu im, tentu saja dihadapan orang banyak ia tak berani mengumbar amarahnya, terpaksa dengan hati yang kecut dan menggigit bibir dia berpaling kearah lain-Terdengar Leng Bwee oh bercerita lebih jauh:
"Kemudian nona Ban pergi seorang diri, kami berdua segera menyaksikan ada seseorang sedang membuntuti Huan sauhiap dari kejauhan, gerak gerik orang itu sangat mencurigakan sehingga menimbulkan perasaan curiga dalam hati kami berdua..."
"Siapakah orang itu" tanya Lian Sam Sin tanpa terasa.
"orang itu mengenakan pakaian berwarna abu abu, berusia kurang lebih tiga puluh tahunan dan merupakan seorang lelaki yang bermuka kurus."
"Pada mulanya dia hanya mengikuti di belakang Huan sauhiap. menanti Huan sauhiap membalikkan tubuhnya, diapun sengaja maju memapakinya, hampir saja mereka saling bertumbukan satu sama lainnya."
"Menyusul kemudian dia pun menyampaikan beberapa patah kata kepada Huan sauhiap. dan Huan sauhiap segera pergi mengikutinya"
"Apa saja yang telah mereka bicarakan, apakah nona sempat mendengarnya?" Leng Bwee oh segera menjawab:
"Sayang sekali kami berdua berdiri agak jauh sehingga tidak sempat mendengar isi pembicaraan mereka, tapi kalau dilihat dari cara lelaki berbaju abu abu itu waktu berbicara, tampaknya dia minta kepada Huan sauhiap agar mengikutinya"
Lian Sam Sin segera teringat kembali dengan perkataan Huan Cu im pada malam itu, katanya ada orang yang telah mencatut namanya serta membawa dia pergi kesebuah gedung besar.
Maka sambil manggut manggut katanya:
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apakah nona berdua pun segera mengikutinya pula?"
"Benar, setelah Huan sauhiap pergi mengikuti orang tersebut, kamipun segera mengikutinya karena merasa gerak gerik dari lelaki berbaju abu abu itu sangat mencurigakan, sudah jelas dia tidak mempunyai niat baik, begitu kami berunding maka segera diputuskan untuk menguntit secara diam diam.
Sebetulnya Ban Huijin menaruh rasa kurang simpatik yang mendalam terhadap Leng Bwee oh dan Ay Ang tho, namun setelah mendengar penuturan itu tanpa terasa tanyanya pula
"Bagaimana selanjutnya?"
"Begitulah, kami berduapun menguntil di belakang mereka berdua dari kejauhan, setelah berjalan sekian lama mengitari berapa buah jalan raya dan menelusuri lorong lorong kecil akhirnya dia membawa Huan sauhiap menuju ke sebuah lorong yang amat sepi dan memasuki sebuah gedung besar yang pintu gerbangnya tinggi dan bercat hitam."
"Tempat manakah itu" Apakah nona masih mengingatnya?"
kembali Lian Sam Sin bertanya.
"Kami tak dapat menyebutkan nama jalan tersebut, tapi kami masih ingat dengan jelas jalan menuju kesitu"
"Kalau begitu bagus sekali"
Setelah manggut manggut, Lian Sam Sin berkata lebih jauh
"silahkan nona melanjutkan keteranganmu"
Setelah menarik napas panjang, Leng Bwee oh pun berkata lebih jauh^
"Dari keadaan yang terbentang didepan mata, kami berdua semakin menaruh curiga, sudah jelas terdapat hal hal yang tak beres di balik kesemuanya itu, tapi berhubung saat itu hari belum gelap. kami merasa kurang leluasa untuk melakukan penyelidikan ke dalam. Kami menunggu sampai senja sudah menjelang tiba barulah memanfaatkan kegelapan malam untuk menyelundup masuk ke dalam gedung..."
Setiap hadirin mengerti kalau orang orang dari Pek hoa pang memiliki ilmu kepandaian menyembunyikan diri, selama di sekeliling tempat itu terdapat tetumbuhan, maka mereka dapat memanfaatkan sebagai tempat persembunyian tanpa diketahui orang, itulah sebabnya mereka harus menunggu sampai hari gelap sebelum menyelundup kedalam gedung.
Sementara itu Leng Bwee oh telah berkata lebih jauh
"Didalam gedung itu terdapat banyak sekali ruangan kosong, tampaknya merupakan sebuah gedung kosong yang sudah lama tak ditempati orang. Kami berdua harus memeriksa setiap bangunan rumah itu sampai akhirnya pada ruangan yang terakhir kami jumpai Huan sauhiap berbaring tak sadarkan diri di situ, tampaknya sudah terkena obat tidur.
Saat itu sumoay sudah bermaksud mendobrak pintu untuk menyelamatkan jiwanya, tapi siauli justru menganggap dibalik dibiusnya Huan sauhiap pasti terdapat suatu rencana busuk lainnya, apa salahnya jika dia saksikan tujuan dari orang orang itu..." Mendengar sampai disitu tanpa terasa Lian Sam Sin mengangguk berulang kali. Leng Bwee oh pun berkata lebih jauh.
"Tatkala kami berdua melakukan penggeledahan terhadap gedung tersebut, kami jumpai gedung yang begitu luas dan lebarnya ini hanya dihuni dua orang seorang adalah lelaki berbaju hitam yang menjaga pintu gerbang, yang lain adalah seorang bocah berbaju abu abu yang telah memancing kedatangan Huan sauhiap pin tidak nampak batang hidungnya lagi, entah ke mana ia telah pergi?"
"Siapakah orang orang itu?" sela Ban Huijin lagi.
"Entahlah, tapi sudah jelas mereka bukan anggota Kay pang" Lalu Leng Bwee oh berkata lebih jauh:
"Tak selang berapa saat kemudian, lelaki berbaju hitam yang menjaga pintu gerbang telah muncul dengan diiringi tiga orang, satu diantara ketiga orang tersebut ternyata tak lain adalah lelaki berbaju abu abu yang memancing kedatangan Huan sauhiap tadi, sedangkan dua orang lainnya berdandan pengemis."
"Tunggu sebentar "
Tidak sampai gadis itu melanjutkan ceritanya, Lian Sam Sin telah menukas lebih dulu, kemudian tanyanya dengan gelisah.
"Nona berdua, apakah kalian dapat melihat jelas raut wajah kedua orang pengemis itu?""
Ay Ang Tho yang berdiri disamping gurunya segera menyahut:
"Tentu saja jelas sekali, kedua orang itu mudah sekali dikenali, yang seorang berusia lima puluh tahunan, berkepala gundul, muka bulat seperti tangkwee, tubuhnya gemuk lagi pendek. Sedangkan yang lain berusia sedang, bertubuh tegap dan kekar, sedang di bawah telinga sebelah kanannya terdapat sebuah tahi lalat besar yang ditumbuhi bulu tebel..."
Begitu mendengar ciri ciri khas dari kedua orang tersebut, paras muka Lian Sam Sin berubah hebat dan segera mendengus, agaknya ia sudah tahu siapakah kedua orang itu.
Kata Leng Bwee oh berkata lebih jauh:
"Lelaki berbaju abu abu itu segera menuding kearah bocah berbaju hitam itu sambil ujarnya kepada kedua orang pengemis tadi."
"Dia adalah saudara ciang, bocah penyampai perintah dibawah pimpinan Lengcu"
Kemudian sambil menunjuk kearah pengemis gemuk pendek serta pengemis tegap itu diapun berkata
"Kedua orang ini merupakan Lo loko serta Siang loko dari Kay pang, mereka adalah orang kepercayaan dari Lengcu dan mendapat perintah untuk mengirim bocah keparat she Huan ini menuju ke kuil San Sin bio"
Mendengar ucapan itu, bocah berbaju hitam itu segera menjura seraya berkata:
"Kalau memang kalian berdua mendapat perintah dari Lengcu untuk membawa pergi orang ini, silahkan saja engkoh tua berdua membawanya pergi, hanya saja..."
Tidak sampai bocah berbaju hitam itu menyelesaikan kata katanya, pengemis she Lo itu sudah merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah lencana besi yang segera disodorkan kehadapan bocah itu sambil katanya: "Apakah saudara cilik bermaksud memeriksa lencana ini"
Bocah berbaju hitam itu melihat sekejap lencana yang berada ditangannya, lalu ia baru manggut manggut sambil sahutnya. "silahkan engkoh tua menyimpan kembali lencana itu?"
Menyusul kemudian, pengemis gemuk pendek she Lo itu menurunkan sebuah karung goni dari pundaknya dan memasukkan Huan sauhiap ke dalam karung tersebut dan selanjutnya mereka bertiga pun keluar melalui pintu belakang gedung.
Secara diam diam kami berdua segera menguntil dibelakang mereka hingga akhirnya tiba dikuil Sam Sin bio, sepanjang jalan mereka harus melewati beberapa tempat pos penjagaan Kay pang, tapi semuanya dapat dilalui dengan leluasa setelah pengemis gemuk pendek she Lo itu memberi tanda pada mereka"
Sebenarnya persoalan ini merupakan urusan dalam perkumpulan Kay pang, oleh sebab itu Siang Han hui serta seng Bian tong sekalian tak berani menimbrung.
Tapi disaat Leng Bwee oh telah menyelesaikan penuturannya, Seng Bian tong toh tidak tahan juga segera berkata kepada Siang Han hui dengan setengah berbisik:
"Tampaknya gedung itu merupakan sarang dari Kim ciang lengcu bersama komplotannya " Siang Han hui Cuma manggut manggut tanpa berkata lebih jauh. Maka Leng Bwee oh pun kembali berkata
"Setibanya dikuil San Sin bio, pengemis gemuk pendek she Lo bertiga segera mengeluarkan tubuh Huan sauhiap dari dalam karung goni, mereka bertiga serentak menutupi wajah masing masing dengan kain hitam, dan selanjutnya kami pun mendengar ada orang yang berteriak "Ada mata mata" dari dalam gedung.
^oo@dw@ooo^ Jilid: 27 "Pada saat itulah pengemis she Lo bertiga segera melompat naik ke atas pagar pekarangan yang kemudian disusul para pengejar, tapi orang she Lo itu segera memberi tanda kepada rekannya sambil melompat turun kebawah rupanya pada saat itu pula tubuh Huansauhiap didorong masuk kebalik halaman.
"Nah Lian tianglo, apa yang kemudian terjadi telah kau saksikan sendiri..."
Pelan pelan Lian Sam Sin menghembuskan napas panjang, seraya menjura katanya kemudian :
"Terima kasih nona berdua atas penjelasanmu itu"
Ay Ang Tho memandang sekejap ke arah Lian Sam sin, tiba tiba dia membuang muka sambil berseru :
"Lian tianglo, tampaknya kau seperti tidak percaya dengan perkataan dari Leng suci ?"
"Ang tho, jangan kurang ajar" Hoa Tin tin segera menegur.
Tapi Lian Sam Sin segera tersenyum katanya.
"Tidak apa apa, aku sipengemis tua justru merasa amat berterima kasih kepada nona berdua karena telah menuturkan kejadian yang sebenarnya kepadaku, cuma saja aku sipengemis tua perlu melakukan penyelidikan lebih dulu sambil berusaha mengumpulkan data dan barang bukti sebanyak mungkin, karena tanpa bukti dan data yang jelas biasanya sulit untuk memaksa para durjana itu mengakui kesalahannya..."
"Baiklah, apa yang harus dikemukakan telah selesai dikemukakan, sekarang kami harus pergi dulu" ujar Hoa Tin tin kemudian-
"Betul, kami pun harus segera pergi" kata Siang Han hui pula sambil menjura
Ketika rombongan berjalan keluar dari pintu gerbang perkampungan Sau hoa san ceng ternyata bayangan tubuh dari Hoa Siang siang tidak nampak juga, disitu hanya terdapat Sau hoa seorang yang mengantar keberangkatan tamu tamunya. Melihat itu Hoa Tin tin menghela napas panjang seraya bergumam ^ "Moga moga saja cici tidak terlalu menurut perasaan lagi didalam tindak tanduknya."
Tapi Sau Hoa telah menutup pintu gerbang rapat rapat.
Maka Hoa Tin tin pun segera membari hormat kepada semua orang sambil katanya "Maaf, aku tak akan menghantar saudara sekalian lebih jauh..."
Habis berkata dia lantas melompat naik ke atas tandunya, bocah perempuan berbaju merah Siau bi turut menerobos masuk pula ke dalam tandu, dua lelaki kekar itu segera mengangkat tandu itu dan berlalu dari situ, diikuti Leng Bwee oh, Hoa hiang dan Ay Ang Tho dibelakangnya.
Memandang hingga rombongan tersebut pergi jauh, Siang Han hui baru berkata pelan-"Tampaknya cara kerja maupun tindak tanduk dari Pek hoa pang pangcu ini lurus sekali"
Sambil mengelus jenggotnya seng Bian tong tertawa :
"Aku dengar perkumpulan Pek hoa pang sudah hampir tujuh puluh tahun lamanya bercokol didalam dunia persilatan, tapi belum pernah ada orang yang menyaksikan ilmu silat Pek hoa pang. Setelah kita saksikan hari ini, memang terbukti ilmu silat mereka membentuk satu aliran yang tersendiri kelihatannya cukup untuk menandingi kemampuan sembilan partai besar lainnya..."
Siang Han hui hanya tersenyum tanpa berkata, berangkatlah rombongan tersebut mening gaikan perkampungan Sau hoa san Ceng.
Sepanjang jalan Ban Huijin amat menguatirkan keselamatan Huan Cu im, lama kelamaan dia tak tahan juga untuk bertanya
"Empek Seng, Huan toako telah dilarikan orang bagaimana kita harus berbuat sekarang?"
Seng Bian tong tidak menjawab, sedangkan Siang Han hui segera berpaling dan sahutnya tertawa :
"Nona tak usah kuatir, Huan hiantit telah memperoleh penemuan lain yang menguntungkan dirinya, tak berapa lama lagi mungkin dia akan pulang sendiri"
Mendengar perkataan tersebut, tiba tiba pengemis penakluk harimau Lian Sam Sin mengetuk batok kepala sendiri sambil berseru :
"Sungguh mati, kenapa aku sipengemis tua bisa melupakan dia orang tua ?"
Di dalam keadaan setengah tidak. Huan Cu Im merasa ada dua lembar papan besi yang panas menyengat badan sedang menekan diseluruh tubuhnya.
Lalu dia pun mulai merintih serta bergumam bagaikan orang mengigau peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya, ia merasa napasnya menjadi sesak sehingga tak tahan lagi segera berteriak keras dan membuka matanya kembali.
Ternyata dia sudah berbaring diatas sebuah batu besar, disampingnya berjongkok seorang kakek aneh yang berwajah kurus. saat itu sepasang telapak tangannya sedang bergerak diatas tubuhnya menguruti semua jalan darah yang tersumbat.
Ketika melihat dia sudah sadar kembali, kakek kurus itu segera menarik kembali sepasang tangannya dan berkata sambil tertawa^ "Bagus sekali, akhirnya kau sudah sadar kembali..."
Huan Cu Im segera teringat kembali peristiwa yang telah menimpa dirinya, dimana ia terkena racun perangsang Pek hoa jiu cing san dari Hoa Siang siang, lalu bagaimana obat perangsang itu mulai beraksi dan bagaimana dia menerjang keluar dari penjara beradu delapan pukulan dengan seorang pendeta tua berbaju kuning, lalu roboh tak sadarkan diri...
Bisa jadi kakek inilah yang telah menyelamatkan jiwanya...
Berpikir sampai disini, diapun segera mengamati kakek kurus itu sambil ujarnya :
"Rupanya lotiang yang telah menyelamatkan aku..."
"Jangan berkata begitu dulu" cegat kakek kurus itu,
"sekarang duduklah lebih dulu dan cobalah untuk mengatur pernapasan..."
Huan Cu Im menurut dan segera duduk bersila sambil mengatur pernapasan, segera terasa olehnya hawa murni yang mengalir dalam tubuhnya telah beredar dengan lancar sementara sisa racun Pek hoa jui cing san yang mendekam didalam tubuhnya kini sudah lenyap tak berbekas...
Dengan perasaan gembira yang meluap cepat cepat dia maju kedepan dan memberi hormat seraya berseru ^
"Terima kasih banyak lotiang atas bantuanmu, kini semua racun dalam tubuhku telah punah"
Kakek kurus itu tertawa terkekeh kekeh
"cepat bangun anak muda, kau tak usah berterima padaku, kalau ingin berterima kasih, lebih baik berterima kasihlah kepada pendeta asing itu"
Biarpun wajahnya kurus lagi sempit dan memanjang, namun bila tertawa maka mulutnya nampak lebar lagi besar.
Huan Cu Im menjadi keheranan setelah mendengar perkataan itu segera serunya :
"Aku terkena racun Pek hoa jui cing san yang amat keras daya kerja racunnya apakah bukan lotiang yang telah menolongku?" Kembali kakek kurus itu tertawa terbahak bahak ^
"Haaa... haaa... memang tidak salah kau sudah terkena obat perangsang dari perempuan she Hoa itu."
Kemudian sambil mengawasi wajah Huan Cu Im dengan sepasang matanya yang kecil, dia berkata lebih jauh :
"Aku ingin bertanya padamu, dalam melancarkan delapan buah pukulan terhadap pendeta asing tadi bukankah kau telah mempergunakan ilmu pukulan siang hong ciang?"
"Siang hong ciang" Bukan" Huan Cu Im cepat cepat menggelengkan kepalanya berulang kali. "Ilmu pukulan yang kugunakan tadi bernama Hui Sin pat ciang." Kakek bermuka kurus itu segera menunjukkan perasaan tak senang hati, cepat tegurnya
"Hey.. anak muda, sudah jelas ilmu pukulan yang kau pergunakan adalah ilmu pukulan Siang hong ciang, mengapa kau sengaja merahasiakannya di hadapanku" Apakah kau anggap aku tak dapat menebak asal usulnya?" Huan Cu imjadi tertegun, cepat cepat dia berkata lagi :
"Aku tidak berani membohongi lotiang, sesungguhnya ilmu pukulan yang kupergunakan tadi adalah ilmu pukulan Hwee Sin pat ciang ajaran guruku aku sama sekali tidak bohong"
"Siapakah nama gurumu ?" tanya kakek kurus itu kemudian
"Suhu ku she Ju bernama It koay"
"Ju It koay " sudah sekian puluh tahun aku hidup dalam dunia persilatan namun belum pernah kudengar ada seorang yang bernama Ju It koay atau Ju Ji koay..."
Setelah mengelus kumis tikusnya, kakek kurus itu berkata lebih jauh sambil tertawa terkekeh kekeh :
"Didalam dunia persilatan dewasa ini, tiada ilmu pukulan lain kecuali ilmu pukulan Sian hong ciang dari perguruan Hong lui bun yang sanggup menerima pukulan Tay jiu eng dari perguruan Mi tiong.Jika ilmu pukulan yang kau pergunakan itu bukan Sian hong ciang lantas ilmu pukulan apa ?"
Tidak menanti Huan Cu Im berkata, dia telah berbicara lebih jauh :
"Setelah terkena racun cabul Pek hoa tok tersebut, aku rasa hanya dengan ilmu Sian hong ciang serta Tay jiu eng saja yang mampu memaksa sari racun itu muntah keluar."
"Lotiang, apakah ilmu pukulan sian hong ciang dengan Tay jiu eng dapat pula digunakan untuk memunahkan racun ?"
tanya Huan Cu Im tidak mengerti.
"Untuk memunahkan racun jenis racun lain mungkin kedua ilmu pukulan itu tak akan memberikan kasiat yang jitu, tapi untuk memunahkan pengaruh obat perangsang, kedua ilmu tersebutlah merupakan ilmu pukulan yang paling tepat"
"Aku bodoh dan belum juga mengerti, dapatkah lotiang memberikan sedikit penjelasan agar menambah pengetahuanku yang masih picik ini...?"
"Itu mah gampang sekali"
Setelah tertawa kakek kurus itu berkata lebih jauh :
"Mari anak muda, kita duduk dulu sebelum berbicara maklum kalau orang sudah tua bila kelewat lama berdiri maka otot otot kaki akan terasa linu."
Dia segera duduk diatas batu dan mengajak pemuda tersebut duduk disampingnya.
Baru sekarang Huan Cu Im dapat melihat jelas keadaan disekitar sana ternyata mereka berada d idalam sebuah kuil bobrok tanpa penghuni rumput ilalang tumbuh berserakan dimana mana, debu yang menempel di atas permukaan tanah pun sangat tebal sudah jelas tempat itu sudah lama tak pernah dijamah manusia.
Pemuda itu segera menurut dan duduk disampingnya, menurut pengamatannya waktu itu semestinya sudah menjelang sore hari
Diamatinya wajah kakek kurus itu lekat lekat, kemudian katanya pelan ^
"Aku belum menanyakan nama besar lotiang, sudikah kiranya kau memberitahukan namamu ?"
Kembali kakek kurus itu membuka lebar mulutnya serta tertawa.
"Aku she Yu, berhubung orang lain melihat aku selalu mengangguk dan kelayapan kemana mana tanpa arah tujuan maka orang pun menyebutku Yu liong, di naga keluyuran- Aku merasa tertarik sekali dengan nama tersebut karena lebih enak dipanggil dan lebih enak didengar daripada nama asliku dulu. itulah sebabnya akupun menyebut diriku sebagai Yu liong. eh, tahunya sekali disebut nama itu sudah dipergunakan hampir tujuh puluh tahunan lamanya..."
"oooh, rupanya Yu lotiang sudah berumur tujuh puluh tahunan, tapi kelihatannya kau masih muda sekali menurut taksiranku tadi kau paling banter baru berumur lima enam puluh tahunan ?"
"Haaahhh haaahhh haaahhh, tujuh puluh tahun ?" tiba tiba kakek kurus itu tertawa tergelak. "aku sih dilahirkan dua puluh tujuh berselang dari usia tujuh puluh yang kau kira, nah coba kau hitung sendiri berapa umurku sendiri sekarang?"
"Sembilan puluh tujuh ?" Huan Cu Im menjerit kaget "jadi lotiang sudah berusia sembilan puluh tujuh tahun ?" Yu liong segera tertawa.
"Apakah kau tidak percaya " Tahun berselang aku bertemu muka dengan seorang anak muda yang amat termashur namanya di dalam dunia persilatan, dia telah berusia enam puluh dua tahun, ternyata dia bersikap sok tua saja dihadapanku, katanya umurku paling banter cuma dua tiga tahun lebih muda darinya, dia bilang lote mempunyai tubuh yang sehat dan kekar, hidup sampai usia seratus tahun pun rasanya bukan menjadi persoalan bagimu
"Padahal tahun lalu aku sudah berusia sembilan puluh lima tahun, itu berarti untuk mencapai seratus tahun aku tinggal hidup lima tahun lagi. Betul betul kurang ajar dalam mendongkolku, segera kuhadiahkan tamparan keras diatas wajahnya dan meninggalkan tempat itu. Mungkin sampai sekarang pun dia belum habis mengerti apa sebabnya aku telah menampar mulutnya."
Melihat kakek itu mengalihkan pembicaraan semakin jauh dari pokok persoalan, seakan akan dia sudah lupa akan masalah racun Pek hoa jiu cing san tersebut cepat cepat Huan Cu Im menyela
"Lotiang, kau belum menerangkan kepadaku bagaimana caranya memunahkan racun yang mengeram didalam tubuhku itu ?"
"oya... setelah tertawa Yu liong baru berkata, "hampir saja aku melupakan persoalan ini. Perlu kau ketahui ilmu pukulan Sian hong ciang merupakan salah satu ilmu pukulan yang maha dahsyat dari perguruan Hong lui bun di Lam hay bersama ilmu jari Lui hwee Ci kedua ilmu tersebut disebut orang Hong lui ji coat (dua sakti angin dan guntur) tiada orang persilatan yang sanggup menahan serangan kedua macam ilmu itu dan nyatanya memang ucapan ini bukan mengibul belaka, sebab orang orang Hong lui bun mempelajari ilmu ilmu yang kang yang berhawa panas, karena itulah jarang ada jago silat dikolong langit yang mampu bertahan terhadap serangan jari dan pukulannya itu.
"Bagi setiap orang yang masuk perguruan Hong lui bun maka sejak taraf permulaan mereka sudah dihadapkan pada dua pilHan yaitu mempelajari angin dan guntur. Bila mempelajari Sau yang Sin kang maka dia hanya bisa mempelajari ilmu pukulan sian hong ciang sebaliknya yang mempelajari Tay yan Sin kang hanya bisa belajar ilmujari Lui hwee ci, tidak mungkin bagi satu orang untuk sekaligus mempelajari dua macam ilmu kepandaian tersebut"
"Tapi aku tidak pernah mempelajari Sau yang sinkang"
bantah Huan Cu Im cepat Yu liong hanya tersenyum tanpa memberi tanggapan, terdengar ia berkata lebih jauh :
"Untuk mempelajari ilmu pukulan Sian hong ciang maka seseorang harus mempelajari satu yang Sin kang lebih dulu, sebab tanpa dasar tersebut tak mungkin seseorang dapat menguasai ilmu pukulan angin berpusing itu. Kau tak mengetahui bahwa ilmu yang kau pelajari adalah Sian hong ciang, sudah pasti kaupun tak akan tahu kalau kau telah mempelajari ilmu sau yang Sin kang"
"Mungkin gurumu tidak memberitahukan rahasia tersebut kepadamu disebabkan satu dan lain alasan atau mungkin juga gurumu sendiripun tidak mengetahui persoalan ini baiklah soal tersebut tak perlu kita bahas"
"Justru karena kau sendiri tidak mengetahui bahwa kau telah memiliki ilmu sau yang Sin kang maka setelah terkena obat perangsang Pek hoa tok tersebut seharusnya kau duduk bersila sambil mengatur pernapasan saja, dimana dalam sehari saja racunnya sudah dapat dipunahkan, sebaliknya kau justru menjadi bingung dan gugup setelah keracunan-.."
Tanpa terasa Huan Cu Im terbayang kembali kejadian yang dialaminya waktu itu, dia memang masih tetap sadar walaupun sudah terpengaruh oleh obat perangsang, karenanya diam diam ia merasa kagum sekali dengan perkataan kakek Yu ini, sebab apa yang diucapkan memang tepat semuanya. Sementara itu Yu liong telah berkata lebih jauh :
"Menanti kau menerjang keluar dari gedung dan beradu delapan pukulan dengan Tay tek hweesio, meski saa itu kau belum begitu jelas tentang keadaan yang sebenarnya, tapi ilmu sian hong ciang yang telah kau pelajari semenjak kecil secara otomatis telah kau pergunakan tatkala bertemu dengan musuh dan terancam jiwanya" Huan Cu Im segera manggut manggut.
"Ya a, memang begitulah keadaannya" Yu liong tertawa
"Berhubung tenaga dalammu masih terlalu cetek maka setelah racun obat perangsang pek hoa tok itu mulai bekerja dalam tubuhmu, hampir saja kau tak mampu mengendalikan diri."
"Akan tetapi begitu ilmu pukulan Sian hong ciang dipergunakan dengan sepenuh tenaga apalagi menghadapi ilmu Tay jiu eng yang merupakan ilmu sakti Mi tiong bun, padahal kedua ilmu pukulan itu sama sama merupakan hawa yang kang yang panas dan maha dahsyat akibatnya racun pek hoa tok tersebut menjadi tergencet oleh dua macam hawa panas yang mengembang disekelilingnya itulah sebabnya dalam waktu singkat daya pengaruh racun itu menjadi punah sama sekali.
"Kendatipun begitu tapi seandainya tidak peroleh bantuan dari pendeta asing itu, dengan mengandalkan kekuatan yang kau miliki sendiri rasanya agak sulit juga untuk memaksa keluar pengaruh racun tersebut dari dalam tubuhmu."
"oooh, rupanya begituJadi kalau begitu ilmu pukulan yang kupelajari benar benar adalah ilmu pukulan Siang hong ciang
?" seru Huan Cu Im baru paham.
"Tak bakal salah lagi..." sahut Yu liong sambil tertawa terkekeh, "seandainya ilmu pukulan yang kaupelajari bukan Siang hong ciang akupun tak akan membopongmu sampai kemari"
"Kalau begitu lotiang tentu ada sesuatu petunjuk yang hendak disampaikan kepadaku ?" tanya Huan Cu Im sambil mengawasinya dengan keheranan-Yu liong meraba dagunya pelan, lalu berkata
"Bukankah sudah kukatakan kepadamu tadi Hong lui ji coat tiada tandingannya di kolong langit" Kini kau telah mempelajari ilmu sian hong ciang, tapi siapa pula dikolong langit dewasa ini yang berhasil mempelajari Lui hwee Ci ?"
"Soal ini tidak kuketahui malah akupun baru hari ini mengetahui bahwa ilmu Hwee Sin pat ciang yang kupelajari selama ini sesungguhnya adalah Sian hong ciang..."
"Hong luiji coat sudah lama sekali punah dari perguruan Hong lui bun, Tapi bila ada seorang yang bisa mempelajari satu saja dari kedua macam ilmu sakti tersebut maka tiada orang didunia ini yang mampu menandinginya lagi. Apalagi jika kepandaian tersebut dipelajari oleh kaum jahat, ancaman bahayanya semakin besar lagi. kini aku melihat kau telah mempelajari ilmu Sian hong ciang, oleh karena itu aku ingin mewariskan pula semacam ilmu yang lain kepadamu."
"Maksud lotiang," seru Huan Cu Im ragu ragu.
"Kau telah berhasil mempelajari ilmu pukulan sian hong ciang berarti ada orang lain yang berhasil pula mempelajari ilmu jari Lui hwee ci, andaikata menggunakan sian hong ciang untuk menandingi Lui hwee Ci maka akibatnya kedua belah pihak akan sama sama menderita luka Aku lihat kau jujur dan berhati mulia, itulah sebabnya aku ingin mewariskan ilmu tandingan dari Lui hwee Ci tersebut kepadamu."
"Bukankah lotiang berkata bahwa Hong lui ji coat tiada tandingannya dikolong langit, mengapa kau memiliki ilmu yang bisa menandingi kehebatan ilmu jari itu?"
"Sebenarnya memang tak ada," Yu liong menerangkan-
"cara ini baru berhasil aku temukan setelah lama kupikirkan dan aku pelajari secara seksama."
Huan Cu Im tetap membungkam seriba bahasa, dia hanya mendengarkan saja. Terdengar Yu liong berkata lebih jauh ^
"cerita ini harus mengulang pada kejadian tiga puluh tahun berselang, waktu itu aku sedang berpesiar di bukit Kun lun, di sebuah tebing yang curam dan jauh dari keramaian manusia kutemukan ada bekas tulisan yang tertera diatas batu cadas dibalik lumut yang berada tujuh belas kaki dari permukaan tanah, tulisan itu segera menarik rasa ingin tahuku untuk melihat apa gerangan yang tertera diatas batu tersebut, siapa tahu kalau tulisan itu adalah tinggalan dari para dewa atau malaikat"
Huan Cu Im mendengarkan penuturan itu dengan baik, tentu saja diapun tidak berusaha untuk menimbrung.
Terdengar Yu liong berkata lebih jauh :
"Tebing itu amat curam lagi pula tegak lurus berdiri dihadapanku, biarpun cuma tujuh delapan belas kaki saja tingginya dari permukaan namun keadaan medannya cukup berbahaya. Terpaksa aku gunakan ilmu cecak untuk merayap naik keatas dinding tebing tersebut setelah membersihkan lumut yang menutupi tulisan tadi baru kucoba untuk mengamati tulisannya.
Kau tahu pekerjaan membersihkan lumut pun bukan suatu pekerjaan yang mudah aku harus bekerja sangat keras untuk menghilangkannya.
"Sayang sekali ada sebagian tulisan yang sudah aus dimakan usia sekalipun semua lumut berhasil dibersihkan, tulisan itupun tak dapat dibaca dengan jelas, tapi garis besarnya bisa dipahami dan diraba maknanya. Ternyata tulisan ini dibuat oleh Kiang cin jin dari Kun lunpay"
Berbicara sampai disini dia segera berpaling sambil tanyanya: "Kau pernah mendengar tentang Kiang cinjin dari Kun lunpay ?" Huan Cu Im segera menggelengkan kepalanya berulang kali^ "Tidak- aku belum pernah mendengar nama ini" Yu liong segera manggut manggut :
"Yaa usiamu masih kecil, tentu saja belum pernah mendengar namanya. Kiang cinjin dari Kun lunpay ini adalah orang yang hidup pada akhir dinasti Beng permulaan dinasti cing, jaraknya sampai sekarang sudah dua ratus tahun lamanya Tapi ilmu silat yang dimilikinya sangat hebat, orangnya juga amat membenci akan kejahatan, dia terkenal didalam dunia persilatan sebagai Hu mo cinjin atau tosu penakluk iblis... "
"Tulisan apa yang dia tinggalkan diatas dinding batu itu ?"
tanya Huan Cu im. "Hong lui ing (penggiring angin dan guntur)"
"Apakah Hong lui ing itu?" Yu liong tertawa,
"Hong lui ing adalah sejenis ilmu sakti yang bisa menggiring angin (Siang hong ciang) dan guntur (Lui hwee ci)."
"Apakah ilmu tersebut yang lotiang jelaskan sebagai ilmu sakti yang dapat menandingi ilmu Sian hong ciang serta Hwee lui ci?"
Yu liong menggelengkan kepalanya lalu mengangguk.
"Boleh dibilang begitu, tapi bisa juga dikatakan tidak."
"Apa maksud perkataan ini?"
"Dengarkanlah kututurkan persoalan ini secara pelan pelan"
ujar Yu liong kemudian sambil tertawa, "tulisan yang ditinggalkan Kiang cinjin diatas dinding tersebut pada garis besarnya menerangkan suatu ketika tatkala ia sedang berpesiar ke Kam hay telah menyakslkan kehebatan dari ilmu Sian hong ciang serta Lui hwee Ci dari perguruan Hong lui bun, kedahsyatan dan daya pengaruh kedua macam ilmu tersebut benar benar jarang dijumpai sekali dikolong langit, dia berpendapat bila kedua macam ilmu tersebut digunakan oleh orang lurus dengan tujuan yang baik keadaan masih lumayan, tetapi bila sampai dipelajari oleh kaum durjana yang berambisi besar sudah jelas akan menimbulkan bencana yang tak terkirakan bagi seluruh umat persilatan"
Berbicara sampai disitu dia berhenti sejenak. kemudian baru lanjutnya
"oleh sebab itulah dia telah menggunakan waktu selama tiga bulan lamanya untuk memeras otak dan berusaha menciptakan ilmu yang bisa mengatasi ancaman Hong luiji coat tersebut, yakni ilmu Hong lui ing tersebut ilmu itu digunakan dengan gerakan seperti pedang, tapi menggiring daya pengaruh angin dan guntur yang dahsyat itu sehingga meleset dari sasaran-"
"Apakah Kiang cinjin tidak mewariskan ilmu tersebut kepada anak muridnya?" tanya Huan Cu im.
"Pertanyaan yang bagus," seru Yu liong sambil tersenyum senyum, "berhubung ilmu tersebut diciptakan berdasarkan perubahan dari ilmu silat aliran Hong lui bun yang tak bisa dimasukkan sebagai ilmu silat aliran Kun lunpay maka Kiang cinjin tidak memasukkannya ke dalam deretan ilmu silat Kun lunpay sebaliknya dia mencari tebing curam dibelakang bukitnya serta meninggalkan catatan itu diatas batu untuk diwariskan kepada generasi mendatang.
"Kalau memang ilmu tersebut hendak diwariskan kepada generasi mendatang, apa sebabnya catatan itu ditera pada tebing curam yang berada pada ketinggian tujuh delapan belas kaki" Kecuali seseorang yang memiliki ilmu silat macam lotiang siapa pula yang dapat mempelajarinya?"
"Ya a, agaknya hal ini memang sengaja dilakukan Kiang cinjin untuk mencegah agar ilmu tersebut tidak terjatuh sembarangan orang sebab Kiang cinjin kuatir ilmu Hong lui ing itu terjatuh ketangan yang tidak bertanggung jawab, itulah sebabnya ditinggalkan pada tebing tinggi yang jauh dari jamahan manusia."
Setelah tertawa lebar, Yu liong berkata lebih jauh :
"Setelah berhasil mendapatkan ilmu sakti tersebut tanpa sengaja, aku harus membuang waktu selama tiga hari untuk mempelajarinya, selanjutnya ilmu itupun sudah berapa kali kugunakan dengan mendatang hasil yang luar biasa. Entah bertemu dengan kepandaian sakti macam manapun, bila aku gunakan ilmu tadi ternyata serangan lawan bisa kugiring pada sasaran yang lain tanpa susah payah. Tapi justru karena itu pula timbul kesulitan lain bagiku..."
"Kesulitan apakah itu"
"Siauw limpay mempunyai semacam ilmu coat ing Sin kang yang agak mirip dengan ilmu Hong lui ing tersebut, hanya saja kepandaian mereka itu mempergunakan kedua belah tangan untuk menyambut serangan dengan satu tangan kemudian membuangnya dengan tangan lain, biarpun berbeda dalam penggunaan namun sama dalam teori."
"Apakah orang orang Siauw limpay datang mencari lotiang?" tanya Huan Cu im.
"Betu." Yu liong manggut manggut "sebenarnya berapa orang hweesio dari Siauw lim si merupakan rekan lamaku, rupanya mereka mendengar kabar burung yang mengatakan bahwa aku telah menyelundup masuk kedalam gedung penyimpan kitab mereka serta mencuri kitab pusaka coa ing Sin kangnya. Karena itu mereka mengutus orang mencari aku dan ingin mengatahui darimanakah aku berhasil mempelajari ilmu coat ing sinkang tersebut. Kebetulan sekali aku tidak berada di rumah itu, sebaliknya istriku jauh lebih sulit untuk diajak berbicara, ketika itu dia berkata begini Suamiku adalah teman karib lo hong tiang kalian, itulah sebabnya dia pergi melihat lihat kedalam gedung penyimpan kitab coba kalau kami bukan sahabat, mungkin ketujuh puluh dua macam kitab pusaka kalian sudah kami bawa kabut semua. Suamiku toh tidak mengambil apa apa dari gudang kalian apa pula yang ingin kau tanyakan?"
Ternyata hweesio yang diutus ke rumahku adalah seorang suhu dari Lo han tong kedudukannya dalam siau lim si tidak rendah ketika mendengar perkataan istriku itu, dia menjadi mendongkol sekali maka segera katanya begini:
"Pinceng datang mencari Yu lo sicu karena banyak orang telah menderita luka akibat ilmu coat ing Sin kang tersebut, itulah sebabnya kami datang untuk menanyakan persoalan ini..."
Tapi istriku itu segera menukas :
"Apa lagi yang perlu ditanyakan, waktu itu aku si nenek pun sempat memasuki gudang penyimpan kitab kalian serta mempelajari semacam ilmu silat coba kau lihat jurus seranganku, apakah kau dapat mengenalinya ?"
Sambil berkata dia lantas mencengkeram tubuh si hweesio yang berada tiga kaki jauhnya itu serta melemparkan tubuhnya sejauh lima kaki lebih, bahkan katanya pula :
"Bila kau tak bisa mengenali jurus serangan yang kugunakan ini, lebih baik suruh ketua kalian datang sendiri"
Akhirnya peristiwa itu menjadi makin geger, sekembalinya ke kuil, hweesio itu segera melaporkan kejadian yang telah menimpanya disertai tambahan bumbu disana sini, dia bilang sudah membuktikan kalau lohu berdua memang telah menyelundup ke dalam gudang mereka serta mencuri belajar ilmu silatnya.
"Sudah barang tentu pihak Siau lim si tidak terima berapa orang tianglo nya segera diutus untuk membuat perhitungan dengan kami.
"Aku tahu watak istriku memang keras kepala dan tak sudi mengalah kepada orang lain, akhirnya Siang ciangbunjin dari Hoa sanpay yang turun tangan melerai kejadian tersebut hingga peristiwanya pun tidak berkembang bertambah besar..."
"oooh, jadi Siang lopek yang telah meredakan suasana tersebut ?" kata Huan Cu Im Yu liong tertawa terkekeh,
"Tiga puluh tahun berselang, Siang Han hui baru sebesar kau sekarang..."
"Aaah, tadi lotiang mengatakan bahwa ilmu Hong lui ing dapat menggiring pukulan lawan ke sasaran yang lain serta memunahkannya, tapi bagaimana mungkin bisa melukai orang?"
Tampaknya Yu liong gembira sekali menerima pertanyaan tersebut, dia segera manggut manggut sambil memuji :
"Anak muda, kau memang cerdas dan teliti, tapi bukankah tadi sudah kuterangkan Sebetulnya Hong lui ing cuma dapat memunahkan daya pengaruh dari Hong luiji coat tanpa mampu menandingi kepandaian tersebut, kemudian setelah kupelajari dan kuamati lama sekali, akhirnya berhasil juga kuciptakan suatu cara yang lebih hebat untuk menandingi kepandaian mana"
Huan Cu Im manggut manggut setelah mendengar penjelasan ini. Yu liong segera tertawa lebar sambil berkata :
"coba kaupikirkan, cara apa yang berhasil kuperoleh itu ?"
"Aku tak dapat memikirkannya"
"Haaah... haaa..." Yu liong segera tertawa tergelak.
"andaikata ada orang menggunakan Hong lui Ci untuk menghajarmu, kau tentu akan menggiring serangan jarinya dengan memakai ilmu Hong lui ing bukan " Tapi apa bila tangan kirimu berputar satu lingkaran ke atas bukankah tenaga Lui hwee Ci yang berhasil kau giring tersebut dapat dikembalikan kepada si empunya serangan tersebut " Bahkan dikarenakan memperoleh tenaga giringanmu, akibatnya tenaga serangan yang balik kepada empunya itu menjadi berlipat ganda lebih besar bukankah hal ini akan mempermudah usahamu untuk melumpuhkannya ?" Huan Cu Im segera menjadi paham, serunya cepat :
"Yaa, setelah mendengar keterangan dari lotiang pikiranku benar benar menjadi terbuka"
"Sudahlah" Yu Liong kemudian sambil mendongakkan kepalanya memandang cuaca, "matahari sudah hampir tenggelam mari kita bersantap dulu, setelah kenyang nanti akan kuwariskan simhoat dari ilmu Hong lui ing tersebut kepadamu" Huan Cu Im berpikir sejenak, kemudian tanyanya lagi:
"Lotiang untuk mempelajari ilmu silat yang kau wariskan kepadaku itu apakah aku harus mengangkat dirimu sebagai guru lagi" Padahal aku sudah punya seorang guru."
"Mengangkat guru?" tukas Yu liong sambil tertawa terkekeh kekeh, "selama hidup aku tak pernah menerima murid, apalagi dengan usiamu yang masih begitu muda, masih selisih jauh sekali untuk mengangkat diriku menjadi gurumu"
"Betul" seru Huan Cu Im dengan gembira "suhuku sangat baik kepadaku. hubungan kami tak ubahnya seperti ayah dan anak. atau dengan perkataan lain andaikata lotiang ingin menerimaku sebagai murid, terpaksa aku menolak permintaanmu itu."
"Bagus, bagus sekali bocah muda kau memang hebat, tidak lupa kepada budi guru. tidak kemaruk akan ilmu silat memang manusia semacam inilah yang sedang kucari... haaa... haaa...
kalau begitu aku tidak salah memilih." Kemudian dengan wajah berseri orang tua itu berkata lebih jauh:
"Aku hanya ingin mewariskan ilmu silat kepadamu tanpa embel embel hubungan sebagai guru dan murid kau boleh tetap memanggilku sebagai lotiang dan akupun menyebutmu sebagai..."
Sebetulnya dia hendak mengatakan "anak muda" tapi akhirnya dia menggantinya dengan sebutan "sobat kecil"
Setelah bertepuk tangan dan tertawa tergelak, katanya lagi:
"Betul, betul aku merasa amat cocok denganmu, bagaimana kalau kita menjadi sahabat karib saja" Haaa...
haaa..." Dia bangkit berdiri dan mengambil sebuah bungkusan berisi makanan dari atas meja pujaan, kemudian kembali ke lantai dan membuka bungkusan tersebut.
Ternyata isinya berupa ayam panggang, babi panggang, daging sapi masak kecap serta enam tujuh biji bakpao besar.
Katanya kemudian sambil tertawa :
"Semua hidangan ini aku peroleh dari dalam dapur perkampungan Sau hoa san ceng cobalah, rasanya enak sekali."
Kemudian setelah meneguk arak dan menjilati bibirnya dia mengangsurkan poci arak itu kehadapan pemuda tersebut sambil katanya^ "Mari kaupun minum satu tegukan."
"silahkan lotiang minum sendiri aku tak bisa minum arak"
jawab pemuda itu cepat Yu liong segera minta kembali poci araknya sambil minum setegukan lagi, setelah itu baru katanya :
"Kalau begitu makanlah bakpau ini, anak muda memang paling baik tidak minum arak kalau seperti aku ini, sudah kebiasaan minum arak... wah bisa berabe kalau tidak minum arak rasanya hidup tersiksa bagaikan dalam neraka..."
Huan Cu Im tidak sungkan sungkan lagi dia segera mengambil sebiji bakpau, memotong sekerat daging sapi masak kecap dan dimakannya dengan nikmat.
Segera terasa olehnya bahwa kakek she Yu ini bukan saja berilmu silat tinggi, orangnya terbuka dan jujur suka bicara dan tertawa serta amat ramah, dia merasa amat cocok sekali berbicara dengannya, karena bicaranya terbuka tanpa canggung canggung, tak seperti dihadapan Siang Han hui maupun Seng Bian tong tindak tanduk halus, berhati hati serta menjaga sopan santun
Tidak selang berapa saat kemudian dia telah menghabiskan dua biji bakpao dan merasa kenyang sekali Yu liong juga menghabiskan isi pocinya sampai ludas kemudian dia mencomot sekerat paha ayam dan berkata sambil tertawa^ "Mengapa kau tak makan lagi?"
"Aku sudah merasa kenyang."
"Baik, kalau begitu sisanya kita simpan untuk sarapan besok pagi"
Sisa bakpao dan daging yang masih ada segera dibungkusnya kembali ditempat semula katanya
"Mari, sekarang akan kuwariskan teori dari ilmu Hong lui ing tersebut, kau mesti mengingatnya secara baik baik,"
Dia tepuk alas lantai disampingnya menyuruh Huan Cu Im duduk disitu, kemudian dengan jelas dan terang dia mulai menerangkan teori dari ilmu sakti itu, bahkan dijelaskan pula bagaimana caranya menghimpun tenaga, bagaimana caranya
"Menggiring" kekuatan lawan serta bagaimana caranya memunahkan kekuatan tersebut.
Semuanya dia terangkan berulang ulang kali dengan tak bosannya sampai pemuda itu betul betul ingat.
Huan Cu Im sendiri mendengarkan dengan serius serta menghapalkannya didalam hati, kemudian tanyanya^
"Bukankah lotiang pernah menjelaskan bahwa kita harus mengembalikan segenap kekuatan lawan tanpa merubah posisi serta kekuatannya...?" Yu liong segera tertawa lebar
"Dengan dasar ilmu silat yang kumiliki waktu itu, kira kira sepuluh kali lipat lebih dari kemampuanmu sekarang pun paling tidak membutuhkan waktu selama tiga hari untuk mempelajari teori tentang "menggiring", karena itulah menurut perhitunganku, paling tidak kau membutuhkan waktu selama tiga hari juga untuk mempelajari kepandaian tersebut.
Karenanya aku telah membagi ilmu tadi menjadi tiga bagian yang akan kuwariskan dalam tiga malam yang berbeda."
"Malam ini aku hanya akan mewariskan ilmu dasar serta cara berlatih, bila kau telah berhasil mempelajarinya dengan matang, maka dengan berlatih selama tiga bulan saja niscaya ilmu sakti itu dapat kau gunakan secara sempurna." selesai berkata dia lantas bangkit berdiri sambil menambahkan^
"Baiklah, sekarang kau boleh berlatih secara pelan pelan, aku sendiri akan tidur dulu"
Tanpa membuang waktu lagi berjalan menuju kedepan meja, membersihkannya dengan ujung baju, lalu merangkak naik ke atas meja, dan membaringkan diri disana.
Huan Cu Im tak berani berayal lagi, dia segera turun ke pelataran dan mengikuti teori yang telah diajarkan oleh Yu liong tadi pelan pelan menghimpun tenaga melatih diri.
Didalam menggunakan ilmu Hong lui ing tersebut, sesungguhnya tidak terdapat suatu gerakan jurus tertentu, tapi seseorang harus menghimpun segenap tenaga yang dimilikinya kedalam jari tengah dan telunjuk serta pelan pelan menggiring kekuatan lawan-Sudah barang tentu kekuatan yang digunakan mesti persis, tidak terlalu berat tidak terlalu ringan, dengan begitu kekuatan lawan yang memancar datang baru bisa tergiring keluar.
Keterangan dari Yu liong tadipun sudah diberikan secara jelas dan gamblang, ketika didengarkan rasanya memang mudah dimengerti dan tiada sesuatu kesulitan Tapi begitu mulai dilatih, kalau bukan tenaga yang digunakan terlalu besar sehingga sewaktu digerakkan kekuatannya tak mampu terhimpun, tentu tenaga yang dipakai kelewat ringan sehingga disaat hawa murninya hampir menembusi lengan, ternyata menyusut kembali...
Diapun tahu bahwa ilmu yang telah diajarkan kepadanya saat ini harus dilatih dengan tekun sehingga tak sampai menghambat kemajuan yang akan dicapainya besok. sebab sebagaimana telah dikatakan oleh Yu liong, dia telah membagi ilmu Hong lui ing tadi tiga bagian yang akan diajarkan dalam tiga malam secara beruntun.
Karenanya tanpa mengenal lelah dan ngantuk, berulang ulang dia mencoba melatihnya serta mendalaminya.
Pada permulaan latihan, saban kali dia mencoba untuk menghimpun tenaga serta melakukan gerakan menggiring, setiap kali pula ia jumpai bagian bagian yang salah serta tidak tepat, tapi dengan tekun dan gigih dia mempelajari kembali.
Bila dalam latihan yang ia kesalahan maka pada latihan berikutnya dia melakukan perubahan perubahan dan pembetulan pembetulan yang berarti.
Kemudian bila pada latihan berikut dijumpai kesalahan lagi, pembetulan kembali dilakukan-Begitulah seterusnya dia lakukan, pokoknya bila dijumpai kesalahan pada latihannya latihan yang berikut.
Satu jam kemudian, lambat laun dia mulai dapat memahami serta menguasai teori yang diajarkan kepadanya pada malam itu.
Tak terlukiskan rasa gembira Huan Cu Im menjumpai kemajuan yang telah dicapai tanpa terasa dia berlatih lagi hampir satu jam lamanya sebelum pemuda itu merasa puas.
Ketika dilihatnya waktu sudah makin larut malam, sedangkan dua jam lamanya ini dia berlatih tanpa mengenal lelah, sedang Yu liong pun sudah mendengkur nyenyak. maka pemuda itu segera duduk bersila diujung ruangan dan pelan pelan mengatur pernapasan
Kalau pada mula latihannya dia merasa cukup lelah, tapi setelah mengatur napas sekujur tubuh terasa menjadi segar kembali malahan dia seperti memperoleh kemajuan yang lebih pesat daripada keadaan sehari sebelumnya.
Kenyataan tersebut tentu saja amat mengejutkan hatinya, tanpa terasa dia berpikir. "Jangan jangan dengan latihanku barusan, aku telah memperoleh kemajuan yang pesat?"
Dalam girangnya pikiran dan perasaannya makin tenang, ketika latihan dilanjutkan kembali, tidak selang berapa saat kemudian pemuda itu sudah berada dalam keadaan lupa segala galanya.
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Keesokan harinya ketika bangun dari tidur, matahari sudah menyinari seluruh angkasa, pemuda itu merasakan pikirannya segar dan semangatnya menyala nyala, dia tahu tenaga dalamnya pasti memperoleh kemajuan yang pesat berkat latihan ilmu simhoat dari Hong lui ing ajaran Yu liong tersebut.
Ia segera bangkit berdiri sambil menengok kearah meja, tapi Yu liong sudah tak nampak lagi disitu, tapi menurut perkiraannya orang tua itu tak bakal pergi terlalu jauh, dia mencoba mencari kedepan dan belakang kuil tapi disitu pun tak nampak bayangan tubuh dari Yu liong.
Ruangan kuil bagian belakang hampir sebagian besar telah roboh, pada pelataran terdapat sebuah sumur batu, meski ada airnya namun sayang tak ada ember untuk menimba air, terpaksa dia keluar dari kuil tersebut dan mencuci muka disebuah selokan di luar kuil.
Ketika kembali kedalam kuil, ternyata Yu liong belum nampak juga kembali, dia pun segera berpikiri
"Jangan jangan dia sedang turun gunung?"
Memanfaatkan udara pagi yang masih segar, pemuda itu segera mengulangi kembali hasil latihannya semalam.
Setelah melalui latihan yang tekun semalam, kini dia dapat berlatih dengan lancar dan leluasa, banyak bagian yang belum dapat dilakukan olehnya semalam, kini dapat dipahami serta dikuasahi dengan baik, kesemuanya ini tentu saja menambah kegembiraan pemuda tersebut.
Menjelang tengah hari Yu Liong baru kelihatannya muncul kembali sambil membawa seguci arak dan sebungkus makanan
Ketika orang tua itu menjumpai Huan Cu Im sedang melatih diri dengan tekun, tanpa terasa ia segera tertawa seraya memuji:
"Bagus sekali, kemajuan yang berhasil kau capai ternyata lebih cepat setengah hari dari pada dugaanku semula, nah sekarang tak usah berlatih lagi, beristirahatlah dulu. Mari, aku telah membeli bakpao dibawah bukit situ, masih panas lagi..."
Selesai makan siang, Yu Liong pun mewariskan kembali simhoat dari cara menghimpun tenaga serta mengarahkan tenaga, kemudian bagaimana pula cara menghisap kekuatan lawan serta membuangnya kembali
Selesai memberi pelajaran, orang tua itu segera membopong guci araknya dan masuk kedalam ruangan-Dengan cepat Huan Cu Im dapat memahami bahwa teori yang diajarkan Yu liong semalam mengutamakan bagaimana cara mengerahkan tenaga murni, jelas hal itu merupakan simhoat tenaga dalam dari ilmu Hong lui ing.
Sebaliknya teori yang diajarkan kepadanya sekarang adalah bagaimana caranya menggiring kekuatan lawan serta membuangnya kembali, jadi merupakan simhoat tenaga luar dari ilmu Hong lui ing tersebut.
Maka sepeninggalan Yu liong, seorang diri dia berlatih dengan tekun sesuai dengan apa yang diajarkan kepadanya.
Untung saja dia sudah berhasil menguasai tujuh puluh persen dari simhoat tenaga dalam yang dilatihnya semalam sehingga disaat melatih simhoat tenaga luar sekarang, segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar dan leluasa, malahan dari simhoat tenaga luar tersebut ia justru dapat memahami banyak teori yang sulit dari simhoat tenaga dalam yang belum berhasil dipahami sebelumnya.
Hari ini seharian penuh dia melatih diri dengan tekun, kalau pada permulaan latihan dia masih bisa banyak menyerap keterangan keterangan yang sebelumnya belum bisa dipahami, tapi setelah berlatih lebih jauh kecuali dalam mengerahkan tenaga ia berhasil melakukannya lebih lancar dan matang, secara garis besarnya. Dan tak terasa kemajuan telah berhasil dicapainya.
Lambat laun haripun menjadi gelap. Yu liong telah menghabiskan seguci arak dan tertidur ditepi sumur dalam keadaan mabuk.
Huan Cu imtak berani mengganggunya, untung saja Yu liong telah menyediakan bakpao dan sayur untuk menangsal perutnya
Setelah kenyang bersantap. pemuda itu pergi ketepi selokan untuk minum, kembalinya ke kuil dia melatih diri lagi ditengah pelataran sampai larut malam sebelum pergi beristirahat.
Hari ini, disaat dia sedang berlatih ilmu tenaga dalam dan luar, tiba tiba pemuda tersebut merasakan suatu perbedaan dalam hal mengerahkan tenaga sekalipun dia tak bisa merasakan berapa banyakkan kemajuan yang berhasil dicapai olehnya.
Setiap kali dia mencoba untuk mengerahkan tenaga, maka segulung hawa murni pun segera mengalir keluar dengan derasnya, jauh berbeda dengan malam malam sebelumnya, sudah jelas kemajuan yang berhasil diraihnya tidak kecil.
"Anak muda, ayoh cepat bangun, sekarang adalah waktu untuk berlatih lagi" mendadak berkumandang suara teguran keras.
Kalau ditilik dari suaranya, jelas suara itu dari Yu liong.
Dengan cepat Huan Cu Im mendusin dari tidurnya namun ia jumpai langit masih gelap dan fajar belum menyingsing, paling banter baru mencapai kentongan kelima. Tanpa terasa diapun berpikir.
"Kemarin malam kau sudah tidur seharian penuh itulah sebabnya fajar belum lagi menyingsing kau sudah mendusin, masa sepagi ini kau suruh aku bangun untuk latihan?" Berpikir sampai disitu, dia pun segera berseru: "Tapi lotiang... fajar kan belum menyingsing?"
"Benar, fajar memang belum menyingsing, tapi inilah saat yang terbaik untuk latihan, ayoh cepat ikuti aku"
Selesai berkata dia segera membalikkan tubuh dan menuju kebelakang kuil. Terpaksa Huan Cu Im harus bangkit berdiri dan mengikuti dibelakangnya. Sambil menuding kearah sumur ditengah pelataran, Yu liong berkata kemudian.
"Berdirilah kau disitu, sepasang kaki berdiri dengan mata kaki menghisap ke bumi, berdiri secara tegap dan mantap sementara sepasang tangan dengan jari yang ditegangkan melakukan posisi menggiring, kerahkan tenaga dalam ke dalam lengan lalu salurkan lewat kedua jari tangan menuju ke atas, tengah dan bawah sumur, gunakan sepasang tanganmu.
segera bergantian dan coba hisaplah air dalam sumur itu hingga mencapai ketinggian tiga depa dari tepi sumur, sebelum mencapai ketinggian tersebut aku tak berhenti berlatih"
"Menghisap air sumur melampaui mulut sumur setinggi tiga depa" waah apakah tidak susah?" seru Huan Cu Im terkejut.
"Tidak. tidak susah, tiada persoalan yang sulit didunia ini, yang menjadi masalah adalah seorang itu berminat atau tidak"
Kemudian setelah berhenti sejenak, terdengar Yu liong berkata lebih jauh:
"Berbicara menurut bakatmu itu, mungkin dalam satu bulan saja hasil yang kau capai sudah lumayan"
"cuma dalam satu bulan?" sedikit tercengang dan diluar dugaan Huan Cu Im berseru Yu liong segera membuka lebar mulutnya dan tertawa:
"Jika kau adalah seseorang yang belum pernah latihan ilmu silat, maka paling tidak dibutuhkan waktu selama sepuluh tahun sebelum berhasil mencapai tingkatan tersebut, tapi kau sudah memiliki dasar tenaga dalam selama sepuluh tahun, lagipula sudah pernah berlatih ilmu sian hong ciang, maka setelah melatih pula ilmu Hong lui ing berarti kemampuanmu sudah meningkat lipat ganda asal kau sudah menguasahi rahasianya, cukup dalam satu satu bulan saja hasil yang kau raih sudah cukup lumayan"
Huan Cu Im segera mengiakan dan berdiri menurut petunjuk yang diberikan, kemudian sambil mengerahkan tenaga dalamnya, dia menggerakkan sepasang tangannya mencoba menggiring air dalam sumur untuk melonjak keatas Yu liong yang berdiri ditepi arena segera memberi petunjuk serta pembetulan pembetulan dimana perlu, dijelaskan juga bagaimana caranya menghimpun serta mengerahkan tenaga.
Hingga pemuda itu benar benar sudah mengerti, orang tua itu baru diam diam pergi meninggalkan tempat tersebut.
Sejak kecil Huan Cu Im sudah mengikuti gurunya berlatih tenaga dalam, sehingga pada dasarnya dia sudah mempunyai kemampuan sebesar tujuh delapan bagian
Sekalipun ilmu Hong lui ing hanya berupa gerakan tangan, namun sesungguhnya kekuatan intinya adalah tenaga dalam Mula pertama selama dua hari lamanya dia berlatih tanpa hasil apa pun, air sumur yang coba dihisap keatas bukan saja tak beriak, bergerak scdikitpun tidak.
Keadaan semacam ini berlangsung hampir tujuh, delapan hari lamanya, saat itulah permukaan air baru sedikit beriak apabila termakan oleh hisapan tenaga dalamnya.
Menjelang setengah bulan kemudian, air sumur itu sudah mulai melonjak keatas serta membentuk sebuah semburan air.
Dikala Huan Cu Im sudah mulai berhasil menggiring air tersebut, otomatis diapun semakin lancar didalam menggunakan kepandaian tersebut, tak heran kalau pada hari ketiga semburan air itu sudah dapat mencapai ketinggian dua depa.
Kenyataan tersebut sungguh jauh diluar dugaan Huan Cu Im sehingga akibatnya sekujur badannya basah kuyup Tapi pemuda itu merasa gembira sekali, sambil melonjak lonjak seperti anak kecil teriaknya berulang kali:
"Aku telah berhasli, aku telah berhasil"
Mendadak dari belakang tubuhnya terdengar suara Yu liong berkata sambil tertawa:
"Masih selisih amat jauh coba kau lihat muncratan air tersebut membasahi sekujur badanmu, masa macam beginipun kau katakan telah berhasil?"
Ketika Huan Cu Im berpaling, dilihatnya entah sejak kapan Yu liong telah berdiri dibelakang tubuhnya, tanpa terasa dengan wajah memerah dia berkata:
"Tapi paling tidak aku kan berhasil menggiring air sumur itu hingga muncrat ke atas permukaan?"
Yu liong menggelengkan kepala berulang kali, katanya sambil tertawa terkekeh kekeh:
"Hari ini baru mencapai hari kedua puluh. tapi kau telah berhasil menggiring keluar air sumur itu, boleh dibilang kemajuan yang berhasil dicapai amat luar biasa, tapi jaraknya dari keberhasilan masih terlalu jauh. Pertama, gerakan menggiringmu itu baru bisa melakukan gerakan menggiring tanpa berhasil membelenggunya kau harus berlatih sampai air sumur itu dapat kau belenggu menjadi segulung tiang air yang menyembur ke atas tanpa memuncratkan butiran airny kemana mana.
Dan kedua... eh mm, soal kedua masih terlalu awal untuk dibicarakan, lebih baik tunggu saja lima hari kemudian baru kita bicarakan lagi"
Maka diapun menjelaskan kembali teori dan rahasia bagaimana caranya membelenggu yang telah berhasil digiring keluar dari sumur itu.
Mengikuti petunjuknya Huan Cu Im berlatih lagi siang malam dengan tekun, hingga mencapai hari kelima, seperti apa yang dikatakan Yu liong, dia berhasil membelenggu air yang berhasil digiringnya keluar itu menjadi satu garis lurus tanpa menimbulkan percikan bunga air ke empat penjuru.
Melihat hasil yang dicapai anak muda tersebut, dengan girang Yu liong segera berkata:
"Bagus sekali, kau memang tidak menyia-nyiakan pengharapanku, mari sekarang kita berganti lagi dengan ilmu lainnya"
"Tapi lotiang... aku belum berhasil menguasahinya?" kata Huan Cu im.
"Tak lama lagi kau pasti akan berhasil, bukankah satu bulan berselang telah kukatakan, paling tidak kau harus berlatih selama satu bulan sebelum berhasil melatihnya" Sekarang jaraknya dengan satu bulan tinggal lima hari lagi, berarti ilmu yang bakal kau pelajari sekarang merupakan ilmu yang paling akhir, itulah yang kukatakan dulu sebagai cara mengembalikan tenaga lawan tanpa mengurangi sedikitpun kekuatan yang ada"
Setelah menelan air liur, dia meneruskan-
"Sesudah kau berhasil melatih membelenggu air, maka untuk berlatih ilmu meminjam tenaga mengembalikan tenaga pun menjadi lebih gampang lagi, disaat air yang berhasil kau giring keluar dari mulut sumur itu mencapai ketinggian tiga depa, maka kau harus menggunakan gerakan tangan untuk membawa garis air tersebut berputar satu lingkaran di tengah udara, setelah itu mengembalikan air kedalam sumur, cuma kau mesti berlatih sampai tak setitik bunga airpun yang muncrat keempat penjuru sebelum hal ini dinyatakan berhasil"
Menyusul kemudian dia memberi penjelasan pula bagaimana caranya mengerahkan tenaga, menggiring kekuatan keudara kemudian mengembalikannya lagi...
Mengikuti petunjuk yang diberikan Huan Cu Im melatih diri satu kali, dalam anggapannya setelah ia berhasil membelenggu air itu ketengah udara, maka membawanya berputar satu lingkaran diangkasa pun bukan suatu pekerjaan yang sulit.
Siapa tahu begitu dilatih, dia cuma dapat menggiring air itu meluncur lurus keatas udara dan langsung lurus pula tumpah ke bawah tanpa berhasil membawanya berputar satu lingkaran-Apalagi disaat dia mencoba membawa pusaran air itu berputar satu lingkaran diudara tak dapat menggunakan tenaganya secara tepat, sedikit saja dia meleset air telah tumpah kembali kedalam sumur dengan muncrat kemana mana.
Sebaliknya bila tenaga yang digunakan terlau keras, air akan memecah ditengah udara yang berakibat diri sendiri menjadi basah kuyup
Sekarang Huan Cu Im baru tahu bahwa bila berlatih sesuatu maka bagian yang terakhir merupakan bagian yang paling sukar untuk dipelajari.
Tanpa memperdulikan pakaiannya sudah basah kuyup bermandikan keringat, sekali demi sekali dia berlatih terus dengan tiada hentinya, sampai hari keempat malam, ia baru berhasil menguasahi kepandaian tersebut.
Waktu itu tengah malam sudah lewat, Yu liong juga sudah naik keatas meja tidur nyenyak sekali.
Huan Cu Im yang menyaksikan hal itu segera berpikir didalam hati:
"Sampai besok tepat satu bulan sudah lewat, untung saja aku berhasil mencapai yang diharapkan lotiang ini sebelum batas waktunya lewat sehingga tak sampai membuatnya kecewa, besok pagi dia tentu memujiku karenanya aku berhasil menyelesaikan pelajarannya sehari lebih awal,"
Maka diapun duduk bersila disudut ruangan sana untuk mengatur pernapasan-Hampir selama satu bulan terakhir ini, saban malam dia selalu menggunakan duduk semedi untuk menggantikan tidurnya, karena itulah tenaga dalam yang dimilikinya memperoleh kemajuan yang sangat pesat...
Keesokan harinya pagi pagi sekali ketika Huan Cu Im mendusin, ia sudah tidak menjumpai Yu liong berada disitu, pada mulanya dia masih tidak menaruh prasangka apa.
Setelah bangun berdiri dan mendekati meja altar tadi, ia baru menemukan secarik kertas tergeletak disitu, ketika kertas itu diambil, maka terbacalah isinya sebagai berikut:
"Keberhasilan sobat cilik dalam menguasahi ilmu sakti benar benar menggembirakan hati, kini pertemuan puncak dibukit Hong san pada hari Peh cun sudah didepan mata cepatlah berangkat ke Hong san"
Dibawahnya tanpa tanda tangan, tapi dalam sekilas pandangan saja dapat diketahui kalau surat itu ditulis oleh Yu liong.
Selesai membaca surat itu, tanpa terasa Huan Cu Im berdiri termangu mangu, akhirnya ia bergumam:
"Rupanya Yu lotiang telah pergi, orang tua ini benar benar bagaikan naga sakti yang nampak kepala tak kelihatan ekornya"
Setelah meninggalkan kuil bobrok itu, di depan mata terbentang jalan setapak yang amat panjang sekali.
Setelah menempuh perjalanan hampir sejauh dua tiga puluh li kemudian, Huan Cu Im berhenti sambil mengamati keadaan di sekelilingnya, tampak bukit yang tinggi menjulang keangkasa, disekitar situ tak kelihatan bayangan manusia, juga tak nampak jalanan yang keluar dari daerah perbukitan tersebut, kesemuanya ini membuat pemuda itu mulai sangsi dan tak habis berpikir.
"Mungkinkah aku sudah tersesat?" demikian ia mulai berpikir.
Rasa lapar serasa melilit perutnya, waktu sudah mendekati tengah hari, pemuda itu segera bermaksud memburu seekor kelinci lebih dulu untuk mengisi perut.
Baru saja dia akan berjalan menuju ke dalam hutan, mendadak dari sisi hutan didengarnya suara gemerisik lirih disusul seekor burung dara terbang keangkasa, satu ingatan segera melintas didalamnya^
"Mengapa tidak kugunakan burung tersebut untuk mencoba kepandaianku?"
Berpikir demikian, dia segera mengayunkan tangan kirinya menggunakan teknik "menghisap" untuk menggapai ke arah burung dara itu.
Semenjak berlatih ilmu Hong lui ing, tenaga dalam yang dimiliki Huan Cu Im dalam sebulan terakhir ini telah memperoleh kemajuan yang amat pesat.
-oo0dw0oo Jilid: 28 Burung dara yang sedang terbang ke angkasa itu mendadak saja rontok keatas tanah begitu terkena gapaian dari pemuda itu
Setelah ditangkap Huan Cu Im baru menjumpai bahwa sebuah tabung kecil terikat dikaki burung tersebut ini menunjukkan bahwa burung dara itu peliharaan orang.
Baru saja dia bermaksud akan membebaskannya, mendadak sorot matanya tertarik dengan tulisan yang tertera diatas tabung tadi, tulisan tersebut berbunyi: "LO Cu SAN"
"Lo Cu san " Bukankah tempat itu adalah pesanggrahan dari empek Hee yang dikuasahi Sim hujin ?" satu ingatan segera melintas di dalam benak Huan Cu im, "kalau begitu burung dara ini berasal dari bukit Lo Cu san..." Kemudian ia berpikir lebih jauh:
"Empek Hee bermaksud mengincar kedudukan Bu lim Bengcu padahal saat ini pertemuan puncak dibukit Hong san akan diselenggarakan, jangan-jangan surat yang berasal dari bukit Lo Cu san ini mengandung sesuatu rahasia besar ?"
Teringat dengan pesan dari Yu liong yang minta kepadanya untuk pergi ke bukit Hong san, dia tahu pesan tersebut tentu mengandung suatu maksud tertentu hanya tak sampai diterangkan kepadanya.
Lalu apa salahnya kalau dia periksa dulu isi surat yang dibawa burung dara itu"
Berpikir demikian dia lantas melepaskan tabung tembaga itu dari kaki burung merpati itu, membuka penutupnya dan mengeluarkan isinya, ternyata isi surat itu berbunyi demikian:
"Malam je it kentongan pertama, mintalah ciam si kepada Dewa tanah di kuil Kimsin siang"
Suatu berita yang sangat aneh dan dibawahnya sama sekali tidak tercantum tanda tangan
Tiba tiba saja Huan Cu Im teringat dengan pengalamannya ketika menerima perintah rahasia dari Kim elang lengcu sewaktu berada diperusahaan Seng kipiau kiok tempo hari, bukankah isi perintah itupun sangat aneh " Tanggal satu"
Tanggal berapakah hari ini" Mendadak satu ingatan melintasi lagi di dalam benaknya :
"Aaah betul, bukankah aku sedang tersesat" Kenapa tidak kulepaskan burung merpati ini kemudian kuikuti arah yang dituju" Dengan begitu akukan takperlu susah payah mencari jalan ?"
Berpikir sampai disitu diapun memasukkan kembali surat tadi ke dalam tabung dan diikatkan pada kaki burung merpati itu lalu melepaskannya... Burung merpati itu segera pentang sayapnya dan terbang menuju ke arah barat.
Huan Cu Im tak berani berayal lagi, dia segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhn serta mengikuti dari belakang.
Perlu diketahui sejak dari kecil ia sudah terbiasa melakukan perjalanan diantara tanah berbukit sehingga ilmu meringankan tubuhnya sudah memiliki dasar yang kuat.
Kemelut Di Majapahit 16 Naga Naga Kecil Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall Bunga Ceplok Ungu 7
Tanpa terasa semua orang bersama sama berpaling kearah Toa tek cUncu.
Tampak pendeta asing itu berdiri disitu dengan tenang, matanya dipicingkan dan sama sekali tak nampak sesuatu gejala yang aneh atau mencurigakan.
"Siapa bilang pinceng sudah kalah"..." teriak Toa tek cuncu dengan suara melengking.
Hoa Tin tin tertawa hambar
"Apakah toa suhu tidak merasa kalau sepasang kakimu terutama ketujuh buah jalan darah disana telah tersentuh oleh bunga pedangku?"
"Oooh... aaah aaaah aaah..."
Bagaikan baru merasakan sekarang Toa tek cuncu tergagap. tapi selang sejenak kemudian ia telah berkata lagi sambil tertawa melengking dengan suara yang tak sedap didengar:
"Sepasang kaki pinceng memang sudah tersentuh oleh bunga pedang lipou sat sehingga tak dapat bergerak. tetapi sepasang tanganku toh masih bisa melancarkan serangan"
Seraya berkata dia menarik hawa murninya dan menerjang kemuka secara beruntun tangannya melancarkan serangkaian bacokan
Tindakan yang dilakukan pendeta itu benar benar diluar dugaan Hoa Tin tin meski jalan darah dikaki lawan sudah tertotok^ nyatanya dia masih mampu untuk melancarkan terkaman
Bukan hanya begitu, serangan yang dilancarkan dengan sepasang telapak tangannya itu benar benar bagaikan sambaran guntur, dua gulung angin pukulan yang bergabung menjadi satu, mewujudkan segulung angin puyuh seperti amukan ombak samudra yang secara langsung menghantam tubuh Hoa Tin tin kehebatannya benar benar menggidikkan hati.
Semua jago yang hadir diarena segera dibuat terkesiap dan masing masing mulai menguatirkan keselamatan Hoa Tin tin, pikirnya :
"hweesio tua ini mempunyai tenaga dalam yang amat sempurna jikalau dia sampai tersapu oleh angin serangannya siapa yang bisa menjamin keselamatan jiwanya ?"
Hoa Tin tin sendiripun merasa kaget bercampur terkesiap^
ia segera menggerakkan tubuhnya dan berkelit kesamping untuk menghindarkan diri.
Didalam anggapannya, setelah jalan darah disepanjang kaki Toa tek cuncu tertotok dia pasti tak mampu bergerak. sedang terkamannya barusan tak lebih hanya mengandalkan tenaga dalamnya yang sempurna asal dia sudah menghindar, tubuhnya yang terjatuh ketanah pasti tak akan mampu untuk berdiri kembali
Siapa tahu ketika serangannya mengenai sasaran yang kosong dan tubuhnya yang gemuk hampir mencapai permukaan tanah, mendadak Toa tek cuncu mengayunkan tangan kirinya keatas tanah sehingga sekali lagi melejit ketengah udara
Setelah berada kembali diudara, sepasang tangannya diputar satu lingkaran lalu dengan teknik ciat ing tay hoat (ilmu pantulan) dia kembalikan semua kekuatan lawan yang ditujukan kepadanya tadi, secara utuh ketubuh Hoa Tin tin Tenaga pukulan tersebut sudah barang tentu jauh lebih dahsyat dan kuat daripada serangan semula, angin puyuh yang menderu deru seperti amukan ombak ditengah samudra, melanda daerah selebar lima enam depa langsung meluncur kedepan.
Ruang tengah yang luasnya belasan kaki ini segera terjadi getaran yang sangat keras pasir dan debu berguguran keatas tanah. saking tebalnya pasir dan debu itu sehingga hampir saja membuat semua orang tak mampu membuka matanya lagi.
Berada dalam keadaan demikian, tiada kesempatan bagi Hoa Tin tin untuk berkelit kesamping terpaksa dia harus menjejakkan sepasang kakinya dan melejit setinggi dua kaki lebih lurus keatas langit langit ruangan-
(Perlu diketahui, ruang tengah dari perkampungan Sau hoa san ceng ini mencapai tiga kaki lebih).
Segulung angin pukulan yang maha dahsyat, bagaikan datangnya air bah mengalir lewat persis dibawah kakinya.
"Blaaammmm. . . "
Terjadilah benturan yang amat keras menggelegar memecahkan keheningan, akibat dari melandanya angin pukulan angin pukulan tersebut sebuah daun jendela beserta dinding tembok setinggi setengah badan manusia yang berada dibawahnya segera ambrol dan terbawa arus hingga sejauh tujuh delapan depa lebih dari posisi semula.
Tapi ditengah gemuruhnya suara dinding dan daun jendela yang sedang ambrol itu kembali terdengar suara benturan keras...
"Blaaammm" Disusul kemudian terlihat sesosok bayangan manusia jatuh terduduk diatas tanah dan tak sanggup merangkak bangun lagi
Tiada orang yang tahu siapakah orang yang terjerambab diatas tanah itu" Serentak mereka berpaling, ternyata Toa tek cuncu yang bertubuh bulat seperti daging babi itu sudah roboh tergeletak di atas tanah...
Diatas punggungnya tampak seorang gadis kecil berbaju merah duduk menungganginya, kepalan kecil tangan kanannya sedang menghantam jalan darah Leng tay hiat di atas kepala Toa tek cuncu, sedangkan kaki kirinya tampak seutas tali melilitnya kencang kencang
Ternyata sewaktu Toa tek cuncu melejit kembali ketengah udara tadi, sinona kecil berbaju merah yang ingin menolong majikannya segera mengeluarkan talinya untuk melilit kaki kiri Hwesio tersebut serta membetotnya secara paksa.
Kemudian dia melompat dan menunggangi diatas punggungnya, tapi karena kuatir si Hwesio itu melejit kembali, maka dengan sekuat tenaga dia hantam jalan darah Leng tay hiatnya
oleh karena perhatian semua orang waktu itu sedang tertuju kearah Hoa Tin tin yang sedang terdorong kearah dinding, maka tak seorangpun yang menaruh perhatian terhadap tindakan dari sinona berbaju merah ini.
Hoa Tin tin segera berseru keras setelah melayang turun kembali keatas tanah "Siau bi, ayoh cepat bangun"
Tapi nona berbaju merah itu seolah olah tidak mendengar bentakan tersebut, tubuhnya sama sekali tak bergerak bukan cuma begitu, mukanya yang mungil kelihatan bersemu merah mulutnya seakan akan terkunci rapat
Siang Han hui segera melihat akan gelagat yang kurang baik, serunya tanpa terasa: "Aduh celaka"
Tubuhnya segera melejit ke depan dan meluncur kesamping Toa tek cuncu, lalu...
"criiing" bianglala perak melintas lewat, sebuah serangan pedang telah dilontarkan ketubuh nona berbaju merah itu.
Tindakan yang berlangsung sangat mendadak ini seketika mengejutkan semua orang, siapapun tidak menyangka kalau ketua Hoa san pay yang amat termashur itu bakal melancarkan sergapan kearah seorang nona cilik yang baru berusia tujuh delapan tahun.
Perlu diketahui, semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata... tahu tahu saja
Plak pedangnya telah menghantam diatas tubuh nona tersebut.
Akibat dari serangan tersebut, tubuh si nona berbaju merah itu mencelat sejauh lima enam depa lebih, sebaliknya pedang song bun kiam yang sudah dipakai siang Han hui selama puluhan tahun itupun ikut tergetar sampai patah menjadi beberapa bagian dan rontok keatas tanah.
Hoa Tin tin segera maju kedepan dan memberi hormat kepada Siang Han hui sambil ujarnya:
"Terima kasih banyak Siang ciangbunjin kau telah menyelamatkan selembar jiwa muridku."
"Tidak berani, tidak berani, ucapan Hoa pangcu terlalu serius..." buru buru Siang Han hui balas memberi hormat.
Ternyata nona berbaju merah itu telah membelenggu kaki toa tek cuncu dengan tali sehingga menariknya dari udara dan terjatuh ketanah, kemudian ia menunggangi punggung pendeta tersebut dan memukuli jalan darah Leng tay hiatnya dengan sekuat tenaga.
Keadaan tersebut boleh dibilang merupakan peristiwa yang memalukan bagi Toa tek cuncu, bayangkan saja dia harus menelan pil pahit karena dipecundangi seorang nona kecil, apalagi tak mengira kalau jalan darah leng tay hiatnya bakal di hantam pula.
Menanti ia sadar akan hal tersebut, tubuhnya sudah keburu tertelungkup diatas tanah macam anjing makan najis.
Padahal hantaman siau bi sesungguhnya tidak terlalu berat tapi leng tay hiat merupakan pusat dari semua syaraf diotak yang mempengaruhi secara langsung kerja otak besar, akibatnya untuk berapa saat dia tak mampu untuk merangkak bangun.
Walaupun begitu tenaga dalam yang dimilikinya terhitung cukup sempurna, begitu merasa kalau jalan darah leng tay hiatnya terserang, dia tak usah mengerahkan tenaga dalamnya lagi, secara otomatis tenaga murni tersebut menghimpun sendiri dijalan darah leng tay hiat serta membendung serangan yang datang dari luar.
Bagaimanapun juga Siau bi masih kecil bagitu kepalanya diayunkan maka tangan tersebut segera terhisap oleh tenaga dalam Toa tek cuncu.
Terasa segulung tenaga yang sangat kuat menembusi lengannya langsung memancar keempat penjuru seketika itu juga badannya tak mampu berkutik lagi.
Siang Han hui yang berpengalaman segera dapat melihat akan gejala tersebut, dia tahu tenaga dalam yang dimiliki Toa tek Cuncu masih jauh lebih tangguh dari kemampuannya, maka dia tak berani memberi pertolongan secara langsung.
Sementara itu siang Han hui telah berpaling ketika menjumpai nona berbaju merah itu belum juga bangkit berdiri cepat cepat serunya:
"Hoa pangcu, cepat kau tengok keadaan muridmu, apakah tubuhnya sudah terluka akibat tergetar oleh tenaga dalam toa suhu itu...?"
Sebelum Hoa Tin tin sempat menjawab, tampak Toa tek Cuncu telah melejit dan melompat bangun dari atas tanah, serunya dengan suara melengking:
"omintohud, dosa, apa yang diucapkan sicu ini memang benar bocah perempuan itu sudah menderita luka dalam akibat getaran tenaga dalam pinceng isi perutnya kini sudah bergeser sehingga boleh dikata jiwanya tak tertolong lagi"
Ternyata didalam waktu singkat dia telah berhasil melepaskan diri dari pengaruh ketujuh totokan jalan darah pada sepasang kakinya...
Cepat cepat Hoa Tin tin memburu ke samping Siau bi serta memeriksa keadaannya
Tampak Siau bi memejamkan matanya rapat rapat selembar wajahnya yang mungil berubah menjadi putih kekuning kuningan, ujung bibirnya masih nampak noda darah, jelas kalau isi perutnya sudah terluka parah dan jiwanya terancam.
Tak terlukiskan rasa terperanjat Hoa Tin tin setelah menyaksikan peristiwa tersebut cepat cepat dia membopong tubuh Siau bi lalu sambil menatap Toa tek Cuncu katanya dengan gusar :
"Toa suhu, kau adalah seorang pendeta mengapa sekeji ini kau lukai seorang bocah kecil ?"
Toa tek Cuncu tertawa melengking :
"Keliru besar perkataan dari li pausat. Siapa suruh dia melancarkan serangan disaat pinceng sedang bertarung melawan lipousat " Apakah pinceng tidak berhak untuk menghadapi sergapannya ?"
Dari pembicaraan tersebut dapatlah disimpulkan kalau dia memang sengaja hendak melukai isi perut Siau bi.
"Tapi selanjutnya toa suhu toh sudah tahu kalau orang yang menyergapmu tak lebih hanya seorang nona cilik, mengapa kau masih saja melancarkan serangan seberat ini?"
sekali lagi Toa tek Cuncu tertawa melengking :
"Kalau toh dia adalah musuh, kenapa mesti kubedakan mana yang besar dan mana yang kecil " Sekalipun kini lipousat harus kehilangan seorang murid tapi pinceng pun telah menderita kalah ditangan lipousat merasa puas."
Paras muka siang Han hui segera berubah menjadi amat serius, pelan pelan dia berkata
"Ilmu sinkang aliran See ih yang dilatih toa suhu jauh berbeda dengan kepandaian biasa untuk melepaskan lonceng diperlukan orang yang memasang lonceng tersebut toa suhu sebagai seorang pendeta yang mengutamakan welas kasih sudah sepantasnya bila kau tolong jiwa nona cilik itu"
"Haaah haaahh.." Toa tek Cuncu mendongakkan kepalanya dan tertawa lengking, "kalau toh sicu mampu untuk menolong bocah itu terlepas dari punggung pinceng, dengan sendirinya kau tentu bisa pula yang menyelamatkan jiwanya, lagi pula jika pinceng bersedia menolongnya, lantas apa artinya kulukai tadi?"
"Toa suhu, sebagai seorang murid Budha, mengapa kau berkata demikian?" tegur Siang Han hui dengan sorot mata memancarkan sinar yang tajam.
"Lantas apa yang mesti pinceng katakan?"
Dalam pada itu Hoa Tin tin telah membopong Siau bi dan menempelkan tangan kirinya diatas jalan darah leng tay hiat nya lalu menyalurkan tenaga dalamnya sedikit demi sedikit.
Apa yang diucapkan Toa tek Cuncu memang benar, dia telah menerima tumbukan tenaga dalam yang sangat kuat sehingga isi perutnya bergeser tempat, itu berarti luka tersebut tak mungkin dapat disembuhkan dengan mengandalkan tenaga murni saja.
Sebenarnya siang Han hui adalah seorang pendekar yang amat sabar dan bijaksana, tapi sikap Toa tek Cuncu yang sadis terhadap seorang bocah dan pandangannya yang begitu dingin terhadap keselamatan jiwa orang lain membuah hawa amarahnya segera berkobar. Dengan kening berkerut dia tertawa keras, kemudian serunya :
"Taysu berdua sebagai pendeta agung yang datang dari See ih, sudah seharusnya menggunakan kewelas kasihan serta kebesaran jiwa untuk mengikat tali persahabatan dengan umat Tionggoan, bila kalian bermaksud mengandalkan ilmu silat untuk memusuhi umat persilatan hmmm Perbuatan tersebut hanya akan mendatangkan banyak kesulitan untuk kalian sendiri"
"sicu, apa maksudmu berkata demikian?" tegur Toa tek Cuncu
Dia seperti tak memahami apa yang dimaksudkan oleh Siang Han hui...
Dengan wajah serius Siang Han hui segera berkata
"Aku orang she Siang minta kepadamu untuk mengobati luka yang diderita nona kecil ini."
"Tidak bisa" Toa tek cuncu segera menggeleng Hoa Tin tin membaringkan tubuh Siau bi ke atas tanah, kemudian ujarnya dengan suara dingin:
"Setelah menderita kekalahan tadi, apakah kau merasa tidak puas...?"
"Betul, bila lipousat mampu mengungguli pinceng dalam pertarungan senjata nanti, pasti akan pinceng obati luka yang diderita siau sicu itu" sahut Toa tek Cuncu sambil tertawa lengking
"Baik, tapi keadaan yang bagaimanakah baru toa suhu anggap sebagai kekalahan?"
Setelah dua kali Toa tek cuncu tak mau mengakui kekalahannya setelah ia berhasil menangkan dua babak pertarungan tadi, sekarang Hoa Tin tin bertindak lebih berhati hati lagi sehingga tidak sampai lawannya mungkir nanti
"Soal itu mah gampang" jawab Toa tek Cuncu, "asalkan li sicu berhasil menusuk pinceng sampai roboh dan kehilangan tenaga untuk melawan, ataupun kau berhasil mementalkan senjata pinceng dari genggaman, pinceng akan mengaku kalah"
"Apakah perkataan dari toa suhu ini bisa dipercaya?"
Toa tek Cuncu segera menunjuk ke arah Toa tat Cuncu, yang berada di hadapannya sambil berkata
"Toa suheng pinceng duduk didepan sana berada dihadapan toa suheng, pinceng tak akan berani mengingkari janji."
Dari sikap hormat Hwesio tersebut terhadap Toa tat Cuncu, Hoa Tin tin tahu bahwa apa yang diucapkan memang benar, maka dia pun segera mendengus : "Bagus sekali, silahkan Taysu meloloskan senjata"
Toa tek Cuncu segera menggapai ke arah hweesio berbaju kuning yang membawa toya penakluk iblis itu sambil serunya.
"Bawa kemari senjataku"
hweesio itu tidak menyahut dan segera maju ke depan serta menyerahkan toya penakluk iblis tersebut kepada Toa tek Cuncu.
Setelah menerima senjata Toa tek segera melintangkannya didepan dada sambil berseru :
"Bila lipousat mampu menyambut sembilan jurus serangan pinceng anggap pula li pousat yang menang"
Toya penakluk iblis adalah sejenis senjata yang sangat berat, ditambah pula tenaga dalamnya yang amat sempurna, akibatnya jurus serangan itu terasa lebih ganas dan dahsyat, orang bisa tak nanti mampu menghadapi sepuluh jurus saja dari serangan tersebut.
Menurut perhitungan pendeta tersebut biarpun tenaga dalam yang dimiliki Hoa Tin tin cukup hebat, bagaimana punjua dia adalah seorang perempuan, tak mungkin perempuan selemah itu sanggup menghadapi sembilan puluh jurus serangannya yang sangat dahsyat itu Hoa Tin tin mendengus marah, pedangnya segera diloloskan kembali dan digenggam ditangan kanan sementara tangan kirinya meloloskan senjata kebutan kemala putih yang semula tergantung ditangannya, lalu beseru dingin : "Silahkan taysu..."
Belum selesai perkataan itu diucapkan, mendadak terdengar suara benturan nyaring berkumandang datang dari kejauhan-Dalam pada itu Hoa siang siang yang menjumpai adiknya tak pernah menggerakkan senjata kebutan kemala putihnya sepanjang bertarung melawan Toa tek Cuncu tadi, dia mengira kebutan mana hanya berupa pelengkap dari dandanannya sebagai rahib.
Tapi setelah melihat Toa tek Cuncu menggunakan toya penakluk iblis dan perempuan itu pun mengeluarkan senjata kebutan kemala putihnya, tiba tiba saja satu ingatan melintas di dalam benatknya, dia segera berpikir:
"Kalau begitu, perempuan tersebut pasti mempunyai jurus yang tangguh dalam permainan senjata kebutannya"
Baru saja ingatan itu lewat, mendadak terdengar suara benturan keras yang makin lama semakin mendekat, dengan wajah berubah ia segera bangkit berdiri.
Tapi saat itulah tampak sesosok bayangan manusia telah menerjang masuk dari luar ruangan, belum juga semua orang melihat wajahnya, sekilas cahaya pedang berwarna hijau telah menggulung Toa tek Cuncu dengan dahsyatnya.
Serangan tersebut datangnya sangat tiba tiba, membuat semua yang hadir dalam ruangan menjadi tertegun.
Hoa Tin tin dengan pedang dan kebutan yang terhunus sudah siap melancarkan serangannya ketika cahaya pedang sipendatang itu menggulung datang, ia dapat merasakan betapa tajamnya angin serangan dan dinginnya hawa pedang Berhubung orang itu menerjang Toa tek Cuncu, otomatis diapun mengundurkan diri kembali dari arena.
Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata, Toa tek Cuncu sama sekali tak menduga kalau ditengah jalan akan muncul seseorang.
Walaupun dia merasakan betapa ganasnya cahaya pedang yang menyambar kearahnya, namun tak sempat lagi untuk menghindar sambil membentak keras toya penakluk iblisnya segera didorong kedepan.
sebagaimana diketahui, toya penakluk iblis itu berat sekali, menyusul ayunan tangannya terasa hembusan angin serangan yang kuat hal ini membuktikan kalau kemampuan serta tenaga dalamnya benar benar luar biasa.
Gerakan dari kedua belah pihak sama sama cepatnya, dalam waktu singkat pedang dan toya itu sudah saling beradu satu sama lainnya. "Traaang..."
Menyusul suara benturan keras kedua sosok bayangan manusia itu saling berpisah.
^oodowoo^ Tenaga dalam yang dimiliki Toa tek Cuncu terbukti berapa kali lipat lebih tangguh ketimbang pendatang tersebut, benturan yang baru saja terjadi membuat orang itu beserta pedangnya mencelat sejauh berapa kaki dari posisi semula.
Akan tetapi toya penakluk iblisnya yang besar seperti lengan lelaki kekar itupun hampir patah menjadi tiga bagian oleh bacokan pedang orang itu dan-..
"Traaang" segera rontok keatas lantai.
Kejadian tersebut sangat mengejutkan Toa tek Cuncu, sambil memegang sisa toya yang patah, untuk berapa saat dia berdiri termangu mangu.
Tiba tiba terdengar Ban Huijin berteriak dengan rasa kaget bercampur gembira : "Dia adalah Huan toako"
Sementara itu Siang Han hui, Seng Bian tong serta Lian Sam Sin sekalian pun dapat melihat dengan jelas bahwa pendatang tersebut tak lain adalah Huan Cu im.
Tampak sepasang matanya merah membara wajahnya merah padam seperti darah, diiringi ruangan kalap seperti orang gila saja dia menerjang Toa tek Cuncu pun merasa terkejut, padahal toya penakluk iblisnya terbuat dari baja murni yang sangat keras, tetapi nyatanya dapat dipatahkan dalam sekali bacokan, hal ini membuktikan kalau pedang yang berada ditangan orang itu adalah sebilah pedang mestika yang tajam, dengan sendirinya kutungan toya tersebutpun tidak akan mampu untuk menandinginya.
Melihat Huan Cu Im menerjang tiba sambil mengayunkan pedangnya cepat cepat dia menyodok toyanya sambil menggeser kaki kanannya kesamping, lalu menyelinap kebelakang tubuh Huan Cu Im dan mementangkan kelima jari tangan kirinya untuk menghantam pinggang anak muda tersebut.
"Aaah, Tayjin eng" pekik siang Han hui dengan kaget setelah melihat gerakan itu Ban Huijin segera berteriak pula
"Huan toako, hati hati belakangmu..."
Seperti diketahui Huan Cu Im telah terkena bubuk obat perangsang Hoa hunjui cing san, pikiran dan kesadarannya kini sudah terpengaruh. Sejak menerjang masuk kedalam ruangan dan melihat ada orang sedang bertarung melawan seorang perempuan sama sekali tak sempat untuk membedakan apakah lelaki itu musuh atau teman, asal ada orang berani bartarung melawan perempuan, segera dianggapnya lelaki itu yang salah.
Maka ia segera melancarkan serangannya terhadap Toa tek Cuncu, dalam keadaan begitu ia tak tahu kalau ayunan pedangnya telah berhasil mematahkan toya penakluk iblis dari Toa tek cuncu tersebut.
Terhadap jeritan kaget dari Ban Huijin barusan, pemuda itupun tidak mendengar apa, dia cuma merasakan kalau musuh sudah menyelinap kebelakang tubuhnya sehingga tanpa berpikir panjang lagi tangan kirinya dibalik dan menghantam kebelakang tubuhnya dengan jurus ekor naga mengebas angin-Oleh karena kesadarannya memang agak menghilang karena pengaruh obat perangsang, dia lupa pula dengan peringatan dari gurunya, tanpa sadar serangan yang dilancarkan itu menggunakan ilmu Hwee Sin pat ciang...
Ketika sepasang telapak tangan saling beradu, angin puyuh menderu deru dari delapan penjuru menyusul kemudian terjadi suara benturan yang amat keras yang mengakibatkan kedua orang tersebut sama sama tergetar mundur sejauh tiga langkah
Bukan hanya begitu, setelah menerobos kedepan Huan Cu Im masih belum berhasil mengendalikan diri, dia harus bergeser dua langkah lagi sebelum berdiri tegak Peristiwa ini bukan saja mengejutkan Toa tek Cuncu, juga mengagetkan Siang Han hui sekalian-Bayangkan saja tenaga dalam yang dimiliki Toa tek Cuncu begitu sempurna, terutama sekali ilmu pukulan Tay jiu eng tersebut merupakan semacam ilmu yang maha dahsyat diantara ilmu pukulan yang lain, namun dalam kenyataan Huan Cu Im sanggup untuk menghadapinya selain maju dua langkah lebih kedepan
Apakah tenaga dalam yang dimilikinya hampir seimbang dengan tenaga dalam yang dimiliki Toa tek Cuncu "
Sudah jelas hal semacam ini tak mungkin terjadi.
Berkilat sepasang mata Hoa Siang siang pikirnya didalam hati.
"Ternyata kepandaian silat yang digunakan bocah keparat ini adalah Sian hong ciang"
Sejak kesadaran Huan Cu Im terganggu, dia bagaikan orang gila saja menerjang musuhnya secara kalap. akibat dari benturannya dengan ilmu Tayjiu eng tubuhnya sampai terdorong maju kebelakang (berhubung serangan itu dilancarkan dengan mendorong kebelakang otomatis bila terkena getaran maka badannya terdorong maju ke muka) Mendadak pemuda itu berpekik nyaring, dia seperti lupa dengan pedang yang berada ditangan kanannya, bagaikan gangsing tubuhnya berputar kencang lalu tangan kirinya diayunkan ke belakang melancarkan lagi sebuah pukulan ke arah Toa tek Cuncu
Sejak menyadari kalau ilmu Tayjiu engnya tak berhasil melukai lawan, Toa tek Cuncu telah sadar kalau kepandaian silat yang dimiliki pemuda tersebut tidak berada dibawah ilmu Tayjiu eng andalannya...
oleh karenanya begitu melihat lawan menyerang lagi ia tak berani gegabah dan segera menangkis dengan dilepaskan serangan tadi, tubuh Huan Cu Im turut berputar bergerak kekanan sebentar ke kiri, sebentar ke depan dan sebentar lagi kebelakang, dalam sekejap mata ia sudah melancarkan delapan buah serangan berantai
Kedelapan buah serangan tersebut semuanya dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, gerakannya aneh dan dahsyat, seketika itu juga seluruh ruangan dipenuhi oleh deruan angin pukulan yang menggulung gulung, keadaannya sungguh mengerikan hati.
Toa tek Cuncu segera menghimpun segenap tenaga yang dimilikinya untuk memberi perlawanan, dia hanya sempat melepaskan tiga buah pukulan Tayjiu eng (sebab ilmu Tay jiu eng memang dilepaskan amat lamban).
Meski kedelapan buah pukulan pemuda itu berhasil juga terbendung semua, toh tubuhnya sempat dibuat terombang ambing sehingga mundur sejauh lima langkah dari posisi semula.
Perlu diketahui, walaupun ilmu pukulan Tay jiu eng merupakan ilmu pukulan yang terhebat dari wilayah See ih, namun Siang hong ciang yang digunakan pemuda tersebut merupakan ilmu sakti dari Lam hay Hong lui bun, kedahsyatannya sama sekali tidak berada dibawah kehebatan Tayjiu eng.
Dengan tiga buah pukulan ia mampu menghadapi delapan pukulan dari Huan Cu im, ini berarti tenaga dalamnya masih jauh lebih unggul dari pemuda tersebut, karena sama artinya dengan satu ia mampu membendung tiga buah pukulan lawan-Akibat dari deruan angin pukulan yang memancar ke delapan penjuru, hampir sebagian besar meja dan kursi yang berada dalam ruangan tersebut roboh bertumpukan, cawan berhamburan kemana mana, membuat para hadirin menjadi tegang dan kaget.
Setelah melepaskan kedelapan buah pukulan tersebut, tiba tiba Huan Cu Im muntah darah segar, menyusul kemudian tubuhnya ikut roboh pula keatas tanah.
Pada saat itulah dari luar ruangan muncul kembali tiga sosok bayangan manusia yang menerjang masuk kedalam ruangan dengan susah payah, mereka adalah Leng Kang to dari Kay pang dan Leng Bwee oh serta Ay Ang Tho dari Pek hoa pang.
Begitu Leng Kang to bertemu dengan Lian Sam sin, dan Leng Bwee oh serta Ay Ang Tho bertemu dengan Hoa Tin tin, serentak mereka berteriak hampir berbareng. "Lian tianglo..."
"Suhu," Sesungguhnya mereka sudah tercekam oleh racun dari obat perangsang Jui cing yok, tapi tekad yang kuat telah mempertahankan mereka hingga kini, mereka selalu berpekik didalam hatinya: "Kami harus dapat meloloskan diri dari sini"
Akan tetapi setelah yang satu bertemu dengan gurunya, ketegangan mereka segera mengendor dan ketiga orang itupun tak sanggup lagi untuk mempertahankan diri, secara beruntun mereka roboh terjengkang ke atas tanah dan tak sadarkan diri
Sejak Huan Cu Im muncul dalam ruangan, sampai keempat orang itu roboh pingsan secara beruntun, waktu berlangsung amat cepat.
Ban Huijin jadi gelisah sekali setelah melihat Huan Cu Im roboh keatas tanah, serta merta dia melompat ke depan dan memburu ke tengah arena.
Menyusul kemudian Lian Sam sin, Siang Han hui serta Seng Bian tong bertiga turut memburu pula ke depan-Hoa Tin tin memburu pula ke tengah arena ketika melihat kedua orang muridnya ikut roboh pingsan-Siapa tahu disaat Huan Cu Im sedang roboh inilah, mendadak tampak sesosok bayangan manusia menerobos masuk dari luar ruangan, dengan suatu gerakan cepat dia menghampiri Huan Cu Im lalu membopongnya dan siap berlalu dari situ.
Toa tek Cuncu segera merentangkan kutungan toyanya menghadang jalan pergi orang itu hardiknya:
"Apa yang hendak kau lakukan dihadapan pinceng?"
"Minggir kau" bentak orang itu sambil mengebaskan tangan kanannya kedepan.
Termakan kebasan itu, tubuh Toa tek cuncu seperti segumpal daging saja tahu tahu sudah mencelat keudara hingga berjumpalitan beberapa kali.
Peristiwa ini sungguh diluar dugaan siapapun, kontan saja membuat para jago terkesiap dan berdiri tertegun Ketika orang itu menyerobot masuk ke dalam ruangan tadi, para jago yang hadir dalam ruangan tak ada yang menaruh perhatian kepadanya karena itu waktu semua orang sedang heboh dan dibuat panik karena robohnya Huan Cu im, Leng Kang to, Leng Bwee oh dan Ay Ang Tho secara beruntun.
Selain itu gerakan tubuh orang tersebut pun amat cepat, sejak membopong Huan Cu Im sampai siap berlalu, semuanya dilakukan amat cepat hingga hampir tak ada yang melihat jelas orang tersebut.
Sampai dia mengebaskan tangannya dan melemparkan tubuh Toa tek cuncu hingga terpental kebelakang, semua orang baru dapat melihat jelas raut wajahnya, karena saat itu ia terhenti sejenak.
Ternyata dia adalah seorang kakek berusia lima puluh tahunan, berpakaian compang camping, berperawakan ceking lagi jangkung, kepalanya lancip lagi botak. wajahnya kurus, alis matanya kecil dan tipis serta memiliki sepasang mata yang kecil pula.
Namun biji matanya bergerak jeli lagi tajam, sebaris giginya yang kuning menghiasi senyumannya yang ramah dan simpatik.
Meski dia sedang tertawa, namun memberi kesan yang aneh bagi mereka yang memandang.
Sementara Toa tek Cuncu baru saja merangkak bangun, Toa tat Cuncu yang selama ini duduk sambil membungkam dan memejamkan mata itu telah membuka matanya lebar lebar, kemudian katanya:
"Dalam satu gerakan saja sicu dapat menggulingkan sute lolap. ini menunjukkan kalau kau adalah seorang tokoh yang ternama, mengapa tidak menyapa lolap lebih dulu sebelum pergi?"
Sambil berkata lambat lambat, tangan kanan diangkat pula dengan melakukan gerakan mendorong keluar.
Kakek kurus jangkung itu segera tertawa terkekeh kekeh..
"Pengemis rudin tetap pengemis rudin, siapa bilang aku adalah seorang tokoh ternama" Tampaknya toa suhu telah salah melihat"
Dengan tangan kiri membopong Huan Cu im, tangan kanannya segera mencakar seenaknya kedepan lalu membuangnya ke belakang.
Semula semua orang tidak tahu apa yang dilakukan dengan gerakan mencengkeram dan membuang tersebut, tapi disaat kelimajari tangannya melakukan gerakan membuang itulah, terjadi suatu ledakan keras yang memekikkan telinga.
"Blaaaammm..." Tahu tahu kedua belah pintu ruangan sudah tergetar sampai hancur berantakan-Baru sekarang semua orang tahu, rupanya disaat berbicara tadi, secara diam diam Toa tat Cuncu telah menggunakan semacam ilmu "berpisah bukit memukul harimau" untuk melukai lawannya.
Bila ditinjau dari serangannya yang sama sekali tidak menimbulkan suara tapi menimbulkan daya penghancur yang begitu dahsyat, bisa disimpulkan kalau ilmu itu tidak berada dibawah kemampuan ilmu Tayjiu eng.
Tapi kakek jangkung yang bertubuh ceking itupun tak kalah hebatnya, dengan sebuah gerakan mencengkeram ternyata ia berhasil menangkap serangan tanpa wujud dari Toa tat Cuncu serta membuangnya ketempat lain-Hal ini menunjukkan bahwa kedua orang ini sama sama memiliki kepandaian silat yang maha dahsyat. "omintohud"
Toa tat Cuncu membuka matanya lebar lebar dan memancarkan dua sinar tajam yang menggidikkan hati, dia segera merangkap tangannya didepan dada lalu berkata
"Ciat ing Sin kang Ternyata sicu pun seorang murid Buddha, kalau begitu pasti berasal dari Siau limpay sungguh beruntung lolap dapat bersua denganmu"
"Heeh... heee... pengemis rudin bukan murid Buddha, aku terlebih tak berani mendompleng nama baik siau limpay"
Selama berbicara, senyuman ramah selalu menghiasi wajah kakek kurus jangkung itu, kemudian sambil berpaling kearah Toa tek Cuncu, katanya pula sambil tertawa
"Aku si pengemis tua harus pergi, aku tahu ilmu silat yang dimiliki toa suheng mu sangat lihay, aku tak ingin beradu kepandaian dengannya, silahkan toa suhu saja yang menerimakan serangan tersebut."
Tangannya segera diayunkan keudara dan segera didorong kearah Toa tat Cuncu.
Ternyata disaat Toa tat cuncu merangkap sepasang tangannya didepan dada tadi, secara diam diam ia telah melepaskan sebuah pukulan lagi
Tapi kakek jangkung ceking itu berlagak seolah olah tidak tahu, menanti sampai kekuatan tanpa wujud yang menekan tubuhnya sudah tiba, ia baru mengoper kekuatan mana kearah Toa tek cuncu.
Itulah sebabnya dikala Toa tek cuncu baru selesai mendengar perkataan lawan, tiba tiba saja dia merasakan datangnya segulung daya tekanan tanpa wujud yang maha dahsyat menindih tubuhnya, dalam keadaan begini tak sempat lagi dia untuk menghindarkan diri.
Dia kenali tenaga serangan itu sebagai ilmu Tayjiu eng andalan Toa suhengnya, dengan perasaan terkejut segera teriaknya. "Toa suheng..."
Menyusul seruan itu, tubuhnya tak terbendung lagi ikut terdorong sejauh tujuh delapan depa ke belakang Toa tat cuncu yang menyaksikan kejadian ini segera berseru memuji keagungan Budha, segera ia tarik kembali serangannya.
Kakek ceking itu segera tertawa lebar ke arah Toa tat cuncu, lalu membalikkan badan dan siap berlalu dari situ.
Lian Sam Sin jadi gelisah, segera teriaknya keras keras Begitu ia berseru, Siang Han hui, Seng Bian tong, Ban Sian cing serta Ban Huijin sekalian segera mengerubung ke depan-Mendadak kakek ceking itu menarik kembali senyumannya, sambil melotot ke arah Lian Sam Sin serunya:
"Bocah bodoh, masa kau tidak kenal dengan kakek moyangmu sendiri" Ayoh cepat menggelinding pergi"
Tubuhnya berkelebat lewat, secepat sambaran bayangan setan ia sudah menyelinap lewat dari samping Lian Sam Sin dan tiba di halaman luar, lalu dalam sekali gerakan badan lagi bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Lian Sam Sin tertegun setelah mendengar perkataan tersebut, lalu seperti memahami akan sesuatu segera gumamnya.
"Kakek moyang... kakek moyang..." jangan-jangan dia orang tua..."
Dalam pada itu Hoa Tin tin telah berjalan menuju kesamping Leng Bwee oh dan Ay Ang tho, melihat wajah mereka merah membara, bibirnya hitam karena hangus, tanpa terasa keningnya berkerut dan mencorong sinar tajam dari balik matanya, sambil menatap tajam Hoa Siang siang, serunya dingin:
"Cici, apa kau telah melepaskan racun cabul dalam tubuh anak Bwee dan anak Hong?"
Dari cara Hoa Tin tin bertarung melawan Toa tek Cuncu tadi, Hoa Siang siang sudah merasa kalau adiknya yang sudah delapan belas tahun tak berjumpa ini telah memiliki kepandaian silat yang jauh lebih tinggi daripada apa yang diduganya semula.
Untuk sesaat dia ragu untuk bertindak kasar, sebab dia tahu jika terjadi pertarungan, sudah jelas ia tak mempunyai keyakinan untuk berhasil mengungguli pertarungan itu. Maka sambil tertawa katanya:
"Kenapa sih adik mesti marah" Enci kan bermaksud baik kepadamu, agar mereka berempat bisa jadi suami istri yang rukun dan berbahagia" Siapa suruh mereka melarikan diri dari kamar pengantinnya" Sayang lagi menantumu telah dilarikan orang..."
"Tutup mulut" dengan wajah hijau membesi dan nada serius Hoa Tin tin membentak, "ternyata kau telah meracuni mereka dengan obat cabul, hmm... perbuatanmu ini terkutuk dan tak tahu moral. kau hanya memalukan nama baik suhu mendiang."
Dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah botol porselen dan mengambil berapa butir pil yang diberikan kepada Leng Bwee oh, Ay Ang Tho serta Leng Kang to bertiga. Hoa Siang siang tertawa dingin, jengeknya:
"Sudah kukatakan kepadamu sejak tadi, aku sudah bukan anggota Pek hoa pang lagi, kau pun tak usah menyinggung soal mendiang suhu lagi, sedang mengenai bubuk perangsang Pek hoajiu cing san tersebut" Huuuh... tanpa obat penawar racun khusus dariku, jangan harap kau bisa memunahkan daya pengaruhnya."
Berbicara sampai disini, dia segera berpaling sambil serunya lebih jauh:
"Baiklah memandang diatas wajah adikku, daripada membiarkan mereka mampus karena kobaran api birahi, Sau hoa, berikan mereka seorang sebutir pil pemunah racun" Sau hoa memberi hormat dan siap beranjak pergi dari tempat tersebut.
"Tidak usah" cegah Hoa Tin tin dengan marah, "obat cabul semacam itu masih mampu adik punahkan sendiri" Lalu setelah berhenti sejenak, terusnya
"Tapi ada satu hal perlu kukatakan kepada cici, bagaimanapun juga cici adalah murid suhu mendiang, kau selamanya tetap merupakan pelindung hukum dari Pek hoa pang dan selamanya kau tak akan bisa merubah kenyataan tersebut. Bila cici benar benar akan menghianati suhu mendiang, menghianati perkumpulan Pek hoa pang, adik sebagai ketua Pek hoa pang tak bisa melindungi dirimu lebih jauh, terpaksa aku akan melaksanakan hukuman menurut lencana raja bunga, sampai saatnya cici tak usah menyesal lagi..."
Hoa Siang siang mendengus dingin
"Hmmm, memangnya kau anggap lencana raja bunga dapat membatasi ruang gerakku?"
"Aku rasa cici pasti belum lupa bukan dengan perkataan suhu dahulu: Biarpun malaikat atau dewa dari kahyangan pun takkan mampu melawan raja dari seratus bunga. Biarpun cici berhasil melatih kepandaian silat yang bagaimanapun tangguhnya, apa pula yang mesti kutakuti?"
Walaupun perkataan itu lebih bersifat menggertak sambal, namun cukup mendatangkan pengaruh besar bagi batin Hoa Siang siang, sekujur badannya nampak bergetar keras.
Dalam pada itu Leng Kang to, Leng Bwee oh dan Ay Ang Tho telah membuka matanya kembali dan sadar dari pingsannya.
Begitu bertemu dengan suhunya, Leng Bwee oh dan Ay Ang Tho segera menjatuhkan diri berlutut diatas tanah.
Leng Kang to berlutut pula dihadapan Lian Sam sin, sambil menyembah berulang kali serunya dengan air mata bercucuran:
"Tecu menjumpai tiang lo kanan, tecu merasa difitnah orang, harap tiang lo suka memaklumi."
"Bangunlah dahulu Kang to, aku sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut" Sementara mereka masih berbincang bincang terdengar Toa tat cuncu berkata:
"Sute, kau telah berjanji dengan orang akan menyembuhkan luka bocah perempuan itu, cepat kau sembuhkan lukanya, kitapun harus segera berangkat"
Toa tek cuncu kelihatan sangat tunduk dengan setiap perkataan dari toa suhengnya, ia tak berani membangkang dan segera menyahut sambil memberi hormat: "Siaute akan laksanakan perintah"
Dia membalikkan badan lalu mendekati Siau bi, sepasang tangannya bergerak cepat menguruti dada dan lambung bocah perempuan itu, lalu bergeser kesekelilingnya. Melihat itu, Hoa Tin tin segera memberi hormat kepada Toa tat cuncu lalu berkata: "Terima kasih banyak toa suhu"
"omintohud" Toa tat cuncu merangkap tangannya didepan sambil setengah memejamkan matanya, "ternyata dunia persilatan di wilayah Tionggoan memang merupakan sarang naga gua harimau, aku beruntung sekali bisa bersua dengan saudara sekalian, sudah sepantasnya sute ku yang mengerjakan semua ini"
Betul juga, selang seperminum teh kemudian, Toa tek cuncu telah menarik kembali sepasang tangannya sambil menghembuskan napas panjang dan perlahan bangkit berdiri.
Sedangkan Siau bi segera muntahkan darah hitam, menyusul kemudian membuka mata pula dan bangun dari atas tanah.
"Sute, kita segera berangkat," seru Toa tat Cuncu kemudian sambil bangkit berdiri.
"Toa suhu jauh jauh berkunjung keperkampungan kami, sudah seharusnya memberi kesempatan kepada aku yang rendah untuk menjadi tuan rumah yang baik," cepat cepat Hoa Siang siang berseru.
"Siancu tak usah sungkan, lolap berdua hanya kebetulan saja lewat disini sekalian datang berkunjung, kami masih ada urusan lain yang harus diselesaikan"
Habis berkata dia lantas merangkap tangannya didepan dada dan segera beranjak pergi lebih dulu.
Toa tek Cuncu, si burung berkepala sembilan Soh Han sim serta dua orang hweesio berbaju kuning itu segera mengikuti pula di belakangnya...
Hoa Siang siang sebagai tuan rumah tentu saja harus mengantar pergi tamu tamunya. Siang Han hui yang melihat hal ini diam diam merasa geli, pikirnya segera:
"Tampaknya Toa tat Cuncu telah dibuat keder oleh demonstrasi dari kakek kurus jangkung tadi. Sekarang dia tentu tak berani lagi memandang rendah umat persilatan diwilayah Tionggoan sehingga tergesa gesa pergi"
Hoa Tin tin memandang sekejap kearah semua orang, lalu katanya pula sambil memberi hormat:
"Tay hiap sekalian, maaf bila aku harus berangkat lebih dahulu"
"silahkan hoa pangcu" kata Siang Han hui cepat.
Selesai memberi hormat Hoa Tin tin segera bangkit berdiri, tanpa diperintah Hoa hiang segera mengambil lencana bunga dan siap berangkat meninggalkan tempat itu.
Leng Bwee oh memandang sekejap kearah Leng Kang to yang berdiri disisi Lian Sam sin, lalu berpikir:
"Kekasih Leng telah memikul dosa sebagai pembunuh gurunya, bila dia ikut Lian Sam Sin pulang kemarkas, jiwanya pasti akan lenyap. yaaa...jika aku tidak berusaha untuk menolongnya, siapa lagi yang bisa menolongnya?"
Berpikir begitu dia lantas maju ke depan dan berlutut dihadapan gurunya seraya berkata:
"Suhu, tecu mempunyai sebuah permintaan, harap suhu sudi mengijinkan"
"Apa yang ingin kau sampaikan" Berdiri dulu sebelum berbicara" perintah Hoa Tin tin
"Terima kasih suhu"
Setelah bangkit berdiri Leng Bwee oh baru berkata. "Yang ingin tecu katakan adalah persoalan kay pang..."
Tidak sampai muridnya meneruskan perkataan itu, Hoa Tin tin segera menukas:
"Urusan Kay pang bisa diselidiki sendiri oleh Lian tiang lo, buat apa aku banyak bicara?"
"Tidak" seru Leng Bwee oh sambil cepat cepat menjatuhkan diri berlutut, "dalam peristiwa ini hanya tecu dan Ay sumoay yang menyaksikan kejadian itu dengan mata kepala sendiri, dibalik kesemuanya itu tecu yakin ada hal hal yang tak beres..."
Lian Sam Sin segera tergerak hatinya setelah mendengar perkataan itu, cepat cepat dia menjura seraya berkata:
"Hoa pangcu, aku memang sedang menyelidiki rahasia dibalik kejadian tersebut, bila nona Leng bersedia menuturkan kejadian yang sebenarnya, perkumpulan kami tentu akan berterima kasih sekali"
^ooodowooo^ "Ucapan Lian tianglo terlalu serius" kata Hoa Tin tin, "tapi kalau toh begitu, Bwee oh, coba kau tuturkan semua yang telah kau saksikan itu kepada Lian tianglo, lebih jelas tentu saja lebih baik"
"Tecu terima perintah"
setelah menyahut, Leng Bwee oh bangkit berdiri dan berkata kepada Lian Sam sin:
"Beginilah kejadian yang sesungguhnya, waktu itu siauli berdua sedang dalam perjalanan lewat telaga Mo ciu oh, ditepi telaga kami bertemu dengan Huan sauhiap dan nona Ban sedang berpesiar..."
Ban Huijin yang mendengar ia mengungkap kembali peristiwa tersebut, tanpa terasa teringat pula dengan sikap mereka yang main mata dengan Huan Cu im, tentu saja dihadapan orang banyak ia tak berani mengumbar amarahnya, terpaksa dengan hati yang kecut dan menggigit bibir dia berpaling kearah lain-Terdengar Leng Bwee oh bercerita lebih jauh:
"Kemudian nona Ban pergi seorang diri, kami berdua segera menyaksikan ada seseorang sedang membuntuti Huan sauhiap dari kejauhan, gerak gerik orang itu sangat mencurigakan sehingga menimbulkan perasaan curiga dalam hati kami berdua..."
"Siapakah orang itu" tanya Lian Sam Sin tanpa terasa.
"orang itu mengenakan pakaian berwarna abu abu, berusia kurang lebih tiga puluh tahunan dan merupakan seorang lelaki yang bermuka kurus."
"Pada mulanya dia hanya mengikuti di belakang Huan sauhiap. menanti Huan sauhiap membalikkan tubuhnya, diapun sengaja maju memapakinya, hampir saja mereka saling bertumbukan satu sama lainnya."
"Menyusul kemudian dia pun menyampaikan beberapa patah kata kepada Huan sauhiap. dan Huan sauhiap segera pergi mengikutinya"
"Apa saja yang telah mereka bicarakan, apakah nona sempat mendengarnya?" Leng Bwee oh segera menjawab:
"Sayang sekali kami berdua berdiri agak jauh sehingga tidak sempat mendengar isi pembicaraan mereka, tapi kalau dilihat dari cara lelaki berbaju abu abu itu waktu berbicara, tampaknya dia minta kepada Huan sauhiap agar mengikutinya"
Lian Sam Sin segera teringat kembali dengan perkataan Huan Cu im pada malam itu, katanya ada orang yang telah mencatut namanya serta membawa dia pergi kesebuah gedung besar.
Maka sambil manggut manggut katanya:
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apakah nona berdua pun segera mengikutinya pula?"
"Benar, setelah Huan sauhiap pergi mengikuti orang tersebut, kamipun segera mengikutinya karena merasa gerak gerik dari lelaki berbaju abu abu itu sangat mencurigakan, sudah jelas dia tidak mempunyai niat baik, begitu kami berunding maka segera diputuskan untuk menguntit secara diam diam.
Sebetulnya Ban Huijin menaruh rasa kurang simpatik yang mendalam terhadap Leng Bwee oh dan Ay Ang tho, namun setelah mendengar penuturan itu tanpa terasa tanyanya pula
"Bagaimana selanjutnya?"
"Begitulah, kami berduapun menguntil di belakang mereka berdua dari kejauhan, setelah berjalan sekian lama mengitari berapa buah jalan raya dan menelusuri lorong lorong kecil akhirnya dia membawa Huan sauhiap menuju ke sebuah lorong yang amat sepi dan memasuki sebuah gedung besar yang pintu gerbangnya tinggi dan bercat hitam."
"Tempat manakah itu" Apakah nona masih mengingatnya?"
kembali Lian Sam Sin bertanya.
"Kami tak dapat menyebutkan nama jalan tersebut, tapi kami masih ingat dengan jelas jalan menuju kesitu"
"Kalau begitu bagus sekali"
Setelah manggut manggut, Lian Sam Sin berkata lebih jauh
"silahkan nona melanjutkan keteranganmu"
Setelah menarik napas panjang, Leng Bwee oh pun berkata lebih jauh^
"Dari keadaan yang terbentang didepan mata, kami berdua semakin menaruh curiga, sudah jelas terdapat hal hal yang tak beres di balik kesemuanya itu, tapi berhubung saat itu hari belum gelap. kami merasa kurang leluasa untuk melakukan penyelidikan ke dalam. Kami menunggu sampai senja sudah menjelang tiba barulah memanfaatkan kegelapan malam untuk menyelundup masuk ke dalam gedung..."
Setiap hadirin mengerti kalau orang orang dari Pek hoa pang memiliki ilmu kepandaian menyembunyikan diri, selama di sekeliling tempat itu terdapat tetumbuhan, maka mereka dapat memanfaatkan sebagai tempat persembunyian tanpa diketahui orang, itulah sebabnya mereka harus menunggu sampai hari gelap sebelum menyelundup kedalam gedung.
Sementara itu Leng Bwee oh telah berkata lebih jauh
"Didalam gedung itu terdapat banyak sekali ruangan kosong, tampaknya merupakan sebuah gedung kosong yang sudah lama tak ditempati orang. Kami berdua harus memeriksa setiap bangunan rumah itu sampai akhirnya pada ruangan yang terakhir kami jumpai Huan sauhiap berbaring tak sadarkan diri di situ, tampaknya sudah terkena obat tidur.
Saat itu sumoay sudah bermaksud mendobrak pintu untuk menyelamatkan jiwanya, tapi siauli justru menganggap dibalik dibiusnya Huan sauhiap pasti terdapat suatu rencana busuk lainnya, apa salahnya jika dia saksikan tujuan dari orang orang itu..." Mendengar sampai disitu tanpa terasa Lian Sam Sin mengangguk berulang kali. Leng Bwee oh pun berkata lebih jauh.
"Tatkala kami berdua melakukan penggeledahan terhadap gedung tersebut, kami jumpai gedung yang begitu luas dan lebarnya ini hanya dihuni dua orang seorang adalah lelaki berbaju hitam yang menjaga pintu gerbang, yang lain adalah seorang bocah berbaju abu abu yang telah memancing kedatangan Huan sauhiap pin tidak nampak batang hidungnya lagi, entah ke mana ia telah pergi?"
"Siapakah orang orang itu?" sela Ban Huijin lagi.
"Entahlah, tapi sudah jelas mereka bukan anggota Kay pang" Lalu Leng Bwee oh berkata lebih jauh:
"Tak selang berapa saat kemudian, lelaki berbaju hitam yang menjaga pintu gerbang telah muncul dengan diiringi tiga orang, satu diantara ketiga orang tersebut ternyata tak lain adalah lelaki berbaju abu abu yang memancing kedatangan Huan sauhiap tadi, sedangkan dua orang lainnya berdandan pengemis."
"Tunggu sebentar "
Tidak sampai gadis itu melanjutkan ceritanya, Lian Sam Sin telah menukas lebih dulu, kemudian tanyanya dengan gelisah.
"Nona berdua, apakah kalian dapat melihat jelas raut wajah kedua orang pengemis itu?""
Ay Ang Tho yang berdiri disamping gurunya segera menyahut:
"Tentu saja jelas sekali, kedua orang itu mudah sekali dikenali, yang seorang berusia lima puluh tahunan, berkepala gundul, muka bulat seperti tangkwee, tubuhnya gemuk lagi pendek. Sedangkan yang lain berusia sedang, bertubuh tegap dan kekar, sedang di bawah telinga sebelah kanannya terdapat sebuah tahi lalat besar yang ditumbuhi bulu tebel..."
Begitu mendengar ciri ciri khas dari kedua orang tersebut, paras muka Lian Sam Sin berubah hebat dan segera mendengus, agaknya ia sudah tahu siapakah kedua orang itu.
Kata Leng Bwee oh berkata lebih jauh:
"Lelaki berbaju abu abu itu segera menuding kearah bocah berbaju hitam itu sambil ujarnya kepada kedua orang pengemis tadi."
"Dia adalah saudara ciang, bocah penyampai perintah dibawah pimpinan Lengcu"
Kemudian sambil menunjuk kearah pengemis gemuk pendek serta pengemis tegap itu diapun berkata
"Kedua orang ini merupakan Lo loko serta Siang loko dari Kay pang, mereka adalah orang kepercayaan dari Lengcu dan mendapat perintah untuk mengirim bocah keparat she Huan ini menuju ke kuil San Sin bio"
Mendengar ucapan itu, bocah berbaju hitam itu segera menjura seraya berkata:
"Kalau memang kalian berdua mendapat perintah dari Lengcu untuk membawa pergi orang ini, silahkan saja engkoh tua berdua membawanya pergi, hanya saja..."
Tidak sampai bocah berbaju hitam itu menyelesaikan kata katanya, pengemis she Lo itu sudah merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah lencana besi yang segera disodorkan kehadapan bocah itu sambil katanya: "Apakah saudara cilik bermaksud memeriksa lencana ini"
Bocah berbaju hitam itu melihat sekejap lencana yang berada ditangannya, lalu ia baru manggut manggut sambil sahutnya. "silahkan engkoh tua menyimpan kembali lencana itu?"
Menyusul kemudian, pengemis gemuk pendek she Lo itu menurunkan sebuah karung goni dari pundaknya dan memasukkan Huan sauhiap ke dalam karung tersebut dan selanjutnya mereka bertiga pun keluar melalui pintu belakang gedung.
Secara diam diam kami berdua segera menguntil dibelakang mereka hingga akhirnya tiba dikuil Sam Sin bio, sepanjang jalan mereka harus melewati beberapa tempat pos penjagaan Kay pang, tapi semuanya dapat dilalui dengan leluasa setelah pengemis gemuk pendek she Lo itu memberi tanda pada mereka"
Sebenarnya persoalan ini merupakan urusan dalam perkumpulan Kay pang, oleh sebab itu Siang Han hui serta seng Bian tong sekalian tak berani menimbrung.
Tapi disaat Leng Bwee oh telah menyelesaikan penuturannya, Seng Bian tong toh tidak tahan juga segera berkata kepada Siang Han hui dengan setengah berbisik:
"Tampaknya gedung itu merupakan sarang dari Kim ciang lengcu bersama komplotannya " Siang Han hui Cuma manggut manggut tanpa berkata lebih jauh. Maka Leng Bwee oh pun kembali berkata
"Setibanya dikuil San Sin bio, pengemis gemuk pendek she Lo bertiga segera mengeluarkan tubuh Huan sauhiap dari dalam karung goni, mereka bertiga serentak menutupi wajah masing masing dengan kain hitam, dan selanjutnya kami pun mendengar ada orang yang berteriak "Ada mata mata" dari dalam gedung.
^oo@dw@ooo^ Jilid: 27 "Pada saat itulah pengemis she Lo bertiga segera melompat naik ke atas pagar pekarangan yang kemudian disusul para pengejar, tapi orang she Lo itu segera memberi tanda kepada rekannya sambil melompat turun kebawah rupanya pada saat itu pula tubuh Huansauhiap didorong masuk kebalik halaman.
"Nah Lian tianglo, apa yang kemudian terjadi telah kau saksikan sendiri..."
Pelan pelan Lian Sam Sin menghembuskan napas panjang, seraya menjura katanya kemudian :
"Terima kasih nona berdua atas penjelasanmu itu"
Ay Ang Tho memandang sekejap ke arah Lian Sam sin, tiba tiba dia membuang muka sambil berseru :
"Lian tianglo, tampaknya kau seperti tidak percaya dengan perkataan dari Leng suci ?"
"Ang tho, jangan kurang ajar" Hoa Tin tin segera menegur.
Tapi Lian Sam Sin segera tersenyum katanya.
"Tidak apa apa, aku sipengemis tua justru merasa amat berterima kasih kepada nona berdua karena telah menuturkan kejadian yang sebenarnya kepadaku, cuma saja aku sipengemis tua perlu melakukan penyelidikan lebih dulu sambil berusaha mengumpulkan data dan barang bukti sebanyak mungkin, karena tanpa bukti dan data yang jelas biasanya sulit untuk memaksa para durjana itu mengakui kesalahannya..."
"Baiklah, apa yang harus dikemukakan telah selesai dikemukakan, sekarang kami harus pergi dulu" ujar Hoa Tin tin kemudian-
"Betul, kami pun harus segera pergi" kata Siang Han hui pula sambil menjura
Ketika rombongan berjalan keluar dari pintu gerbang perkampungan Sau hoa san ceng ternyata bayangan tubuh dari Hoa Siang siang tidak nampak juga, disitu hanya terdapat Sau hoa seorang yang mengantar keberangkatan tamu tamunya. Melihat itu Hoa Tin tin menghela napas panjang seraya bergumam ^ "Moga moga saja cici tidak terlalu menurut perasaan lagi didalam tindak tanduknya."
Tapi Sau Hoa telah menutup pintu gerbang rapat rapat.
Maka Hoa Tin tin pun segera membari hormat kepada semua orang sambil katanya "Maaf, aku tak akan menghantar saudara sekalian lebih jauh..."
Habis berkata dia lantas melompat naik ke atas tandunya, bocah perempuan berbaju merah Siau bi turut menerobos masuk pula ke dalam tandu, dua lelaki kekar itu segera mengangkat tandu itu dan berlalu dari situ, diikuti Leng Bwee oh, Hoa hiang dan Ay Ang Tho dibelakangnya.
Memandang hingga rombongan tersebut pergi jauh, Siang Han hui baru berkata pelan-"Tampaknya cara kerja maupun tindak tanduk dari Pek hoa pang pangcu ini lurus sekali"
Sambil mengelus jenggotnya seng Bian tong tertawa :
"Aku dengar perkumpulan Pek hoa pang sudah hampir tujuh puluh tahun lamanya bercokol didalam dunia persilatan, tapi belum pernah ada orang yang menyaksikan ilmu silat Pek hoa pang. Setelah kita saksikan hari ini, memang terbukti ilmu silat mereka membentuk satu aliran yang tersendiri kelihatannya cukup untuk menandingi kemampuan sembilan partai besar lainnya..."
Siang Han hui hanya tersenyum tanpa berkata, berangkatlah rombongan tersebut mening gaikan perkampungan Sau hoa san Ceng.
Sepanjang jalan Ban Huijin amat menguatirkan keselamatan Huan Cu im, lama kelamaan dia tak tahan juga untuk bertanya
"Empek Seng, Huan toako telah dilarikan orang bagaimana kita harus berbuat sekarang?"
Seng Bian tong tidak menjawab, sedangkan Siang Han hui segera berpaling dan sahutnya tertawa :
"Nona tak usah kuatir, Huan hiantit telah memperoleh penemuan lain yang menguntungkan dirinya, tak berapa lama lagi mungkin dia akan pulang sendiri"
Mendengar perkataan tersebut, tiba tiba pengemis penakluk harimau Lian Sam Sin mengetuk batok kepala sendiri sambil berseru :
"Sungguh mati, kenapa aku sipengemis tua bisa melupakan dia orang tua ?"
Di dalam keadaan setengah tidak. Huan Cu Im merasa ada dua lembar papan besi yang panas menyengat badan sedang menekan diseluruh tubuhnya.
Lalu dia pun mulai merintih serta bergumam bagaikan orang mengigau peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya, ia merasa napasnya menjadi sesak sehingga tak tahan lagi segera berteriak keras dan membuka matanya kembali.
Ternyata dia sudah berbaring diatas sebuah batu besar, disampingnya berjongkok seorang kakek aneh yang berwajah kurus. saat itu sepasang telapak tangannya sedang bergerak diatas tubuhnya menguruti semua jalan darah yang tersumbat.
Ketika melihat dia sudah sadar kembali, kakek kurus itu segera menarik kembali sepasang tangannya dan berkata sambil tertawa^ "Bagus sekali, akhirnya kau sudah sadar kembali..."
Huan Cu Im segera teringat kembali peristiwa yang telah menimpa dirinya, dimana ia terkena racun perangsang Pek hoa jiu cing san dari Hoa Siang siang, lalu bagaimana obat perangsang itu mulai beraksi dan bagaimana dia menerjang keluar dari penjara beradu delapan pukulan dengan seorang pendeta tua berbaju kuning, lalu roboh tak sadarkan diri...
Bisa jadi kakek inilah yang telah menyelamatkan jiwanya...
Berpikir sampai disini, diapun segera mengamati kakek kurus itu sambil ujarnya :
"Rupanya lotiang yang telah menyelamatkan aku..."
"Jangan berkata begitu dulu" cegat kakek kurus itu,
"sekarang duduklah lebih dulu dan cobalah untuk mengatur pernapasan..."
Huan Cu Im menurut dan segera duduk bersila sambil mengatur pernapasan, segera terasa olehnya hawa murni yang mengalir dalam tubuhnya telah beredar dengan lancar sementara sisa racun Pek hoa jui cing san yang mendekam didalam tubuhnya kini sudah lenyap tak berbekas...
Dengan perasaan gembira yang meluap cepat cepat dia maju kedepan dan memberi hormat seraya berseru ^
"Terima kasih banyak lotiang atas bantuanmu, kini semua racun dalam tubuhku telah punah"
Kakek kurus itu tertawa terkekeh kekeh
"cepat bangun anak muda, kau tak usah berterima padaku, kalau ingin berterima kasih, lebih baik berterima kasihlah kepada pendeta asing itu"
Biarpun wajahnya kurus lagi sempit dan memanjang, namun bila tertawa maka mulutnya nampak lebar lagi besar.
Huan Cu Im menjadi keheranan setelah mendengar perkataan itu segera serunya :
"Aku terkena racun Pek hoa jui cing san yang amat keras daya kerja racunnya apakah bukan lotiang yang telah menolongku?" Kembali kakek kurus itu tertawa terbahak bahak ^
"Haaa... haaa... memang tidak salah kau sudah terkena obat perangsang dari perempuan she Hoa itu."
Kemudian sambil mengawasi wajah Huan Cu Im dengan sepasang matanya yang kecil, dia berkata lebih jauh :
"Aku ingin bertanya padamu, dalam melancarkan delapan buah pukulan terhadap pendeta asing tadi bukankah kau telah mempergunakan ilmu pukulan siang hong ciang?"
"Siang hong ciang" Bukan" Huan Cu Im cepat cepat menggelengkan kepalanya berulang kali. "Ilmu pukulan yang kugunakan tadi bernama Hui Sin pat ciang." Kakek bermuka kurus itu segera menunjukkan perasaan tak senang hati, cepat tegurnya
"Hey.. anak muda, sudah jelas ilmu pukulan yang kau pergunakan adalah ilmu pukulan Siang hong ciang, mengapa kau sengaja merahasiakannya di hadapanku" Apakah kau anggap aku tak dapat menebak asal usulnya?" Huan Cu imjadi tertegun, cepat cepat dia berkata lagi :
"Aku tidak berani membohongi lotiang, sesungguhnya ilmu pukulan yang kupergunakan tadi adalah ilmu pukulan Hwee Sin pat ciang ajaran guruku aku sama sekali tidak bohong"
"Siapakah nama gurumu ?" tanya kakek kurus itu kemudian
"Suhu ku she Ju bernama It koay"
"Ju It koay " sudah sekian puluh tahun aku hidup dalam dunia persilatan namun belum pernah kudengar ada seorang yang bernama Ju It koay atau Ju Ji koay..."
Setelah mengelus kumis tikusnya, kakek kurus itu berkata lebih jauh sambil tertawa terkekeh kekeh :
"Didalam dunia persilatan dewasa ini, tiada ilmu pukulan lain kecuali ilmu pukulan Sian hong ciang dari perguruan Hong lui bun yang sanggup menerima pukulan Tay jiu eng dari perguruan Mi tiong.Jika ilmu pukulan yang kau pergunakan itu bukan Sian hong ciang lantas ilmu pukulan apa ?"
Tidak menanti Huan Cu Im berkata, dia telah berbicara lebih jauh :
"Setelah terkena racun cabul Pek hoa tok tersebut, aku rasa hanya dengan ilmu Sian hong ciang serta Tay jiu eng saja yang mampu memaksa sari racun itu muntah keluar."
"Lotiang, apakah ilmu pukulan sian hong ciang dengan Tay jiu eng dapat pula digunakan untuk memunahkan racun ?"
tanya Huan Cu Im tidak mengerti.
"Untuk memunahkan racun jenis racun lain mungkin kedua ilmu pukulan itu tak akan memberikan kasiat yang jitu, tapi untuk memunahkan pengaruh obat perangsang, kedua ilmu tersebutlah merupakan ilmu pukulan yang paling tepat"
"Aku bodoh dan belum juga mengerti, dapatkah lotiang memberikan sedikit penjelasan agar menambah pengetahuanku yang masih picik ini...?"
"Itu mah gampang sekali"
Setelah tertawa kakek kurus itu berkata lebih jauh :
"Mari anak muda, kita duduk dulu sebelum berbicara maklum kalau orang sudah tua bila kelewat lama berdiri maka otot otot kaki akan terasa linu."
Dia segera duduk diatas batu dan mengajak pemuda tersebut duduk disampingnya.
Baru sekarang Huan Cu Im dapat melihat jelas keadaan disekitar sana ternyata mereka berada d idalam sebuah kuil bobrok tanpa penghuni rumput ilalang tumbuh berserakan dimana mana, debu yang menempel di atas permukaan tanah pun sangat tebal sudah jelas tempat itu sudah lama tak pernah dijamah manusia.
Pemuda itu segera menurut dan duduk disampingnya, menurut pengamatannya waktu itu semestinya sudah menjelang sore hari
Diamatinya wajah kakek kurus itu lekat lekat, kemudian katanya pelan ^
"Aku belum menanyakan nama besar lotiang, sudikah kiranya kau memberitahukan namamu ?"
Kembali kakek kurus itu membuka lebar mulutnya serta tertawa.
"Aku she Yu, berhubung orang lain melihat aku selalu mengangguk dan kelayapan kemana mana tanpa arah tujuan maka orang pun menyebutku Yu liong, di naga keluyuran- Aku merasa tertarik sekali dengan nama tersebut karena lebih enak dipanggil dan lebih enak didengar daripada nama asliku dulu. itulah sebabnya akupun menyebut diriku sebagai Yu liong. eh, tahunya sekali disebut nama itu sudah dipergunakan hampir tujuh puluh tahunan lamanya..."
"oooh, rupanya Yu lotiang sudah berumur tujuh puluh tahunan, tapi kelihatannya kau masih muda sekali menurut taksiranku tadi kau paling banter baru berumur lima enam puluh tahunan ?"
"Haaahhh haaahhh haaahhh, tujuh puluh tahun ?" tiba tiba kakek kurus itu tertawa tergelak. "aku sih dilahirkan dua puluh tujuh berselang dari usia tujuh puluh yang kau kira, nah coba kau hitung sendiri berapa umurku sendiri sekarang?"
"Sembilan puluh tujuh ?" Huan Cu Im menjerit kaget "jadi lotiang sudah berusia sembilan puluh tujuh tahun ?" Yu liong segera tertawa.
"Apakah kau tidak percaya " Tahun berselang aku bertemu muka dengan seorang anak muda yang amat termashur namanya di dalam dunia persilatan, dia telah berusia enam puluh dua tahun, ternyata dia bersikap sok tua saja dihadapanku, katanya umurku paling banter cuma dua tiga tahun lebih muda darinya, dia bilang lote mempunyai tubuh yang sehat dan kekar, hidup sampai usia seratus tahun pun rasanya bukan menjadi persoalan bagimu
"Padahal tahun lalu aku sudah berusia sembilan puluh lima tahun, itu berarti untuk mencapai seratus tahun aku tinggal hidup lima tahun lagi. Betul betul kurang ajar dalam mendongkolku, segera kuhadiahkan tamparan keras diatas wajahnya dan meninggalkan tempat itu. Mungkin sampai sekarang pun dia belum habis mengerti apa sebabnya aku telah menampar mulutnya."
Melihat kakek itu mengalihkan pembicaraan semakin jauh dari pokok persoalan, seakan akan dia sudah lupa akan masalah racun Pek hoa jiu cing san tersebut cepat cepat Huan Cu Im menyela
"Lotiang, kau belum menerangkan kepadaku bagaimana caranya memunahkan racun yang mengeram didalam tubuhku itu ?"
"oya... setelah tertawa Yu liong baru berkata, "hampir saja aku melupakan persoalan ini. Perlu kau ketahui ilmu pukulan Sian hong ciang merupakan salah satu ilmu pukulan yang maha dahsyat dari perguruan Hong lui bun di Lam hay bersama ilmu jari Lui hwee Ci kedua ilmu tersebut disebut orang Hong lui ji coat (dua sakti angin dan guntur) tiada orang persilatan yang sanggup menahan serangan kedua macam ilmu itu dan nyatanya memang ucapan ini bukan mengibul belaka, sebab orang orang Hong lui bun mempelajari ilmu ilmu yang kang yang berhawa panas, karena itulah jarang ada jago silat dikolong langit yang mampu bertahan terhadap serangan jari dan pukulannya itu.
"Bagi setiap orang yang masuk perguruan Hong lui bun maka sejak taraf permulaan mereka sudah dihadapkan pada dua pilHan yaitu mempelajari angin dan guntur. Bila mempelajari Sau yang Sin kang maka dia hanya bisa mempelajari ilmu pukulan sian hong ciang sebaliknya yang mempelajari Tay yan Sin kang hanya bisa belajar ilmujari Lui hwee ci, tidak mungkin bagi satu orang untuk sekaligus mempelajari dua macam ilmu kepandaian tersebut"
"Tapi aku tidak pernah mempelajari Sau yang sinkang"
bantah Huan Cu Im cepat Yu liong hanya tersenyum tanpa memberi tanggapan, terdengar ia berkata lebih jauh :
"Untuk mempelajari ilmu pukulan Sian hong ciang maka seseorang harus mempelajari satu yang Sin kang lebih dulu, sebab tanpa dasar tersebut tak mungkin seseorang dapat menguasai ilmu pukulan angin berpusing itu. Kau tak mengetahui bahwa ilmu yang kau pelajari adalah Sian hong ciang, sudah pasti kaupun tak akan tahu kalau kau telah mempelajari ilmu sau yang Sin kang"
"Mungkin gurumu tidak memberitahukan rahasia tersebut kepadamu disebabkan satu dan lain alasan atau mungkin juga gurumu sendiripun tidak mengetahui persoalan ini baiklah soal tersebut tak perlu kita bahas"
"Justru karena kau sendiri tidak mengetahui bahwa kau telah memiliki ilmu sau yang Sin kang maka setelah terkena obat perangsang Pek hoa tok tersebut seharusnya kau duduk bersila sambil mengatur pernapasan saja, dimana dalam sehari saja racunnya sudah dapat dipunahkan, sebaliknya kau justru menjadi bingung dan gugup setelah keracunan-.."
Tanpa terasa Huan Cu Im terbayang kembali kejadian yang dialaminya waktu itu, dia memang masih tetap sadar walaupun sudah terpengaruh oleh obat perangsang, karenanya diam diam ia merasa kagum sekali dengan perkataan kakek Yu ini, sebab apa yang diucapkan memang tepat semuanya. Sementara itu Yu liong telah berkata lebih jauh :
"Menanti kau menerjang keluar dari gedung dan beradu delapan pukulan dengan Tay tek hweesio, meski saa itu kau belum begitu jelas tentang keadaan yang sebenarnya, tapi ilmu sian hong ciang yang telah kau pelajari semenjak kecil secara otomatis telah kau pergunakan tatkala bertemu dengan musuh dan terancam jiwanya" Huan Cu Im segera manggut manggut.
"Ya a, memang begitulah keadaannya" Yu liong tertawa
"Berhubung tenaga dalammu masih terlalu cetek maka setelah racun obat perangsang pek hoa tok itu mulai bekerja dalam tubuhmu, hampir saja kau tak mampu mengendalikan diri."
"Akan tetapi begitu ilmu pukulan Sian hong ciang dipergunakan dengan sepenuh tenaga apalagi menghadapi ilmu Tay jiu eng yang merupakan ilmu sakti Mi tiong bun, padahal kedua ilmu pukulan itu sama sama merupakan hawa yang kang yang panas dan maha dahsyat akibatnya racun pek hoa tok tersebut menjadi tergencet oleh dua macam hawa panas yang mengembang disekelilingnya itulah sebabnya dalam waktu singkat daya pengaruh racun itu menjadi punah sama sekali.
"Kendatipun begitu tapi seandainya tidak peroleh bantuan dari pendeta asing itu, dengan mengandalkan kekuatan yang kau miliki sendiri rasanya agak sulit juga untuk memaksa keluar pengaruh racun tersebut dari dalam tubuhmu."
"oooh, rupanya begituJadi kalau begitu ilmu pukulan yang kupelajari benar benar adalah ilmu pukulan Siang hong ciang
?" seru Huan Cu Im baru paham.
"Tak bakal salah lagi..." sahut Yu liong sambil tertawa terkekeh, "seandainya ilmu pukulan yang kaupelajari bukan Siang hong ciang akupun tak akan membopongmu sampai kemari"
"Kalau begitu lotiang tentu ada sesuatu petunjuk yang hendak disampaikan kepadaku ?" tanya Huan Cu Im sambil mengawasinya dengan keheranan-Yu liong meraba dagunya pelan, lalu berkata
"Bukankah sudah kukatakan kepadamu tadi Hong lui ji coat tiada tandingannya di kolong langit" Kini kau telah mempelajari ilmu sian hong ciang, tapi siapa pula dikolong langit dewasa ini yang berhasil mempelajari Lui hwee Ci ?"
"Soal ini tidak kuketahui malah akupun baru hari ini mengetahui bahwa ilmu Hwee Sin pat ciang yang kupelajari selama ini sesungguhnya adalah Sian hong ciang..."
"Hong luiji coat sudah lama sekali punah dari perguruan Hong lui bun, Tapi bila ada seorang yang bisa mempelajari satu saja dari kedua macam ilmu sakti tersebut maka tiada orang didunia ini yang mampu menandinginya lagi. Apalagi jika kepandaian tersebut dipelajari oleh kaum jahat, ancaman bahayanya semakin besar lagi. kini aku melihat kau telah mempelajari ilmu Sian hong ciang, oleh karena itu aku ingin mewariskan pula semacam ilmu yang lain kepadamu."
"Maksud lotiang," seru Huan Cu Im ragu ragu.
"Kau telah berhasil mempelajari ilmu pukulan sian hong ciang berarti ada orang lain yang berhasil pula mempelajari ilmu jari Lui hwee ci, andaikata menggunakan sian hong ciang untuk menandingi Lui hwee Ci maka akibatnya kedua belah pihak akan sama sama menderita luka Aku lihat kau jujur dan berhati mulia, itulah sebabnya aku ingin mewariskan ilmu tandingan dari Lui hwee Ci tersebut kepadamu."
"Bukankah lotiang berkata bahwa Hong lui ji coat tiada tandingannya dikolong langit, mengapa kau memiliki ilmu yang bisa menandingi kehebatan ilmu jari itu?"
"Sebenarnya memang tak ada," Yu liong menerangkan-
"cara ini baru berhasil aku temukan setelah lama kupikirkan dan aku pelajari secara seksama."
Huan Cu Im tetap membungkam seriba bahasa, dia hanya mendengarkan saja. Terdengar Yu liong berkata lebih jauh ^
"cerita ini harus mengulang pada kejadian tiga puluh tahun berselang, waktu itu aku sedang berpesiar di bukit Kun lun, di sebuah tebing yang curam dan jauh dari keramaian manusia kutemukan ada bekas tulisan yang tertera diatas batu cadas dibalik lumut yang berada tujuh belas kaki dari permukaan tanah, tulisan itu segera menarik rasa ingin tahuku untuk melihat apa gerangan yang tertera diatas batu tersebut, siapa tahu kalau tulisan itu adalah tinggalan dari para dewa atau malaikat"
Huan Cu Im mendengarkan penuturan itu dengan baik, tentu saja diapun tidak berusaha untuk menimbrung.
Terdengar Yu liong berkata lebih jauh :
"Tebing itu amat curam lagi pula tegak lurus berdiri dihadapanku, biarpun cuma tujuh delapan belas kaki saja tingginya dari permukaan namun keadaan medannya cukup berbahaya. Terpaksa aku gunakan ilmu cecak untuk merayap naik keatas dinding tebing tersebut setelah membersihkan lumut yang menutupi tulisan tadi baru kucoba untuk mengamati tulisannya.
Kau tahu pekerjaan membersihkan lumut pun bukan suatu pekerjaan yang mudah aku harus bekerja sangat keras untuk menghilangkannya.
"Sayang sekali ada sebagian tulisan yang sudah aus dimakan usia sekalipun semua lumut berhasil dibersihkan, tulisan itupun tak dapat dibaca dengan jelas, tapi garis besarnya bisa dipahami dan diraba maknanya. Ternyata tulisan ini dibuat oleh Kiang cin jin dari Kun lunpay"
Berbicara sampai disini dia segera berpaling sambil tanyanya: "Kau pernah mendengar tentang Kiang cinjin dari Kun lunpay ?" Huan Cu Im segera menggelengkan kepalanya berulang kali^ "Tidak- aku belum pernah mendengar nama ini" Yu liong segera manggut manggut :
"Yaa usiamu masih kecil, tentu saja belum pernah mendengar namanya. Kiang cinjin dari Kun lunpay ini adalah orang yang hidup pada akhir dinasti Beng permulaan dinasti cing, jaraknya sampai sekarang sudah dua ratus tahun lamanya Tapi ilmu silat yang dimilikinya sangat hebat, orangnya juga amat membenci akan kejahatan, dia terkenal didalam dunia persilatan sebagai Hu mo cinjin atau tosu penakluk iblis... "
"Tulisan apa yang dia tinggalkan diatas dinding batu itu ?"
tanya Huan Cu im. "Hong lui ing (penggiring angin dan guntur)"
"Apakah Hong lui ing itu?" Yu liong tertawa,
"Hong lui ing adalah sejenis ilmu sakti yang bisa menggiring angin (Siang hong ciang) dan guntur (Lui hwee ci)."
"Apakah ilmu tersebut yang lotiang jelaskan sebagai ilmu sakti yang dapat menandingi ilmu Sian hong ciang serta Hwee lui ci?"
Yu liong menggelengkan kepalanya lalu mengangguk.
"Boleh dibilang begitu, tapi bisa juga dikatakan tidak."
"Apa maksud perkataan ini?"
"Dengarkanlah kututurkan persoalan ini secara pelan pelan"
ujar Yu liong kemudian sambil tertawa, "tulisan yang ditinggalkan Kiang cinjin diatas dinding tersebut pada garis besarnya menerangkan suatu ketika tatkala ia sedang berpesiar ke Kam hay telah menyakslkan kehebatan dari ilmu Sian hong ciang serta Lui hwee Ci dari perguruan Hong lui bun, kedahsyatan dan daya pengaruh kedua macam ilmu tersebut benar benar jarang dijumpai sekali dikolong langit, dia berpendapat bila kedua macam ilmu tersebut digunakan oleh orang lurus dengan tujuan yang baik keadaan masih lumayan, tetapi bila sampai dipelajari oleh kaum durjana yang berambisi besar sudah jelas akan menimbulkan bencana yang tak terkirakan bagi seluruh umat persilatan"
Berbicara sampai disitu dia berhenti sejenak. kemudian baru lanjutnya
"oleh sebab itulah dia telah menggunakan waktu selama tiga bulan lamanya untuk memeras otak dan berusaha menciptakan ilmu yang bisa mengatasi ancaman Hong luiji coat tersebut, yakni ilmu Hong lui ing tersebut ilmu itu digunakan dengan gerakan seperti pedang, tapi menggiring daya pengaruh angin dan guntur yang dahsyat itu sehingga meleset dari sasaran-"
"Apakah Kiang cinjin tidak mewariskan ilmu tersebut kepada anak muridnya?" tanya Huan Cu im.
"Pertanyaan yang bagus," seru Yu liong sambil tersenyum senyum, "berhubung ilmu tersebut diciptakan berdasarkan perubahan dari ilmu silat aliran Hong lui bun yang tak bisa dimasukkan sebagai ilmu silat aliran Kun lunpay maka Kiang cinjin tidak memasukkannya ke dalam deretan ilmu silat Kun lunpay sebaliknya dia mencari tebing curam dibelakang bukitnya serta meninggalkan catatan itu diatas batu untuk diwariskan kepada generasi mendatang.
"Kalau memang ilmu tersebut hendak diwariskan kepada generasi mendatang, apa sebabnya catatan itu ditera pada tebing curam yang berada pada ketinggian tujuh delapan belas kaki" Kecuali seseorang yang memiliki ilmu silat macam lotiang siapa pula yang dapat mempelajarinya?"
"Ya a, agaknya hal ini memang sengaja dilakukan Kiang cinjin untuk mencegah agar ilmu tersebut tidak terjatuh sembarangan orang sebab Kiang cinjin kuatir ilmu Hong lui ing itu terjatuh ketangan yang tidak bertanggung jawab, itulah sebabnya ditinggalkan pada tebing tinggi yang jauh dari jamahan manusia."
Setelah tertawa lebar, Yu liong berkata lebih jauh :
"Setelah berhasil mendapatkan ilmu sakti tersebut tanpa sengaja, aku harus membuang waktu selama tiga hari untuk mempelajarinya, selanjutnya ilmu itupun sudah berapa kali kugunakan dengan mendatang hasil yang luar biasa. Entah bertemu dengan kepandaian sakti macam manapun, bila aku gunakan ilmu tadi ternyata serangan lawan bisa kugiring pada sasaran yang lain tanpa susah payah. Tapi justru karena itu pula timbul kesulitan lain bagiku..."
"Kesulitan apakah itu"
"Siauw limpay mempunyai semacam ilmu coat ing Sin kang yang agak mirip dengan ilmu Hong lui ing tersebut, hanya saja kepandaian mereka itu mempergunakan kedua belah tangan untuk menyambut serangan dengan satu tangan kemudian membuangnya dengan tangan lain, biarpun berbeda dalam penggunaan namun sama dalam teori."
"Apakah orang orang Siauw limpay datang mencari lotiang?" tanya Huan Cu im.
"Betu." Yu liong manggut manggut "sebenarnya berapa orang hweesio dari Siauw lim si merupakan rekan lamaku, rupanya mereka mendengar kabar burung yang mengatakan bahwa aku telah menyelundup masuk kedalam gedung penyimpan kitab mereka serta mencuri kitab pusaka coa ing Sin kangnya. Karena itu mereka mengutus orang mencari aku dan ingin mengatahui darimanakah aku berhasil mempelajari ilmu coat ing sinkang tersebut. Kebetulan sekali aku tidak berada di rumah itu, sebaliknya istriku jauh lebih sulit untuk diajak berbicara, ketika itu dia berkata begini Suamiku adalah teman karib lo hong tiang kalian, itulah sebabnya dia pergi melihat lihat kedalam gedung penyimpan kitab coba kalau kami bukan sahabat, mungkin ketujuh puluh dua macam kitab pusaka kalian sudah kami bawa kabut semua. Suamiku toh tidak mengambil apa apa dari gudang kalian apa pula yang ingin kau tanyakan?"
Ternyata hweesio yang diutus ke rumahku adalah seorang suhu dari Lo han tong kedudukannya dalam siau lim si tidak rendah ketika mendengar perkataan istriku itu, dia menjadi mendongkol sekali maka segera katanya begini:
"Pinceng datang mencari Yu lo sicu karena banyak orang telah menderita luka akibat ilmu coat ing Sin kang tersebut, itulah sebabnya kami datang untuk menanyakan persoalan ini..."
Tapi istriku itu segera menukas :
"Apa lagi yang perlu ditanyakan, waktu itu aku si nenek pun sempat memasuki gudang penyimpan kitab kalian serta mempelajari semacam ilmu silat coba kau lihat jurus seranganku, apakah kau dapat mengenalinya ?"
Sambil berkata dia lantas mencengkeram tubuh si hweesio yang berada tiga kaki jauhnya itu serta melemparkan tubuhnya sejauh lima kaki lebih, bahkan katanya pula :
"Bila kau tak bisa mengenali jurus serangan yang kugunakan ini, lebih baik suruh ketua kalian datang sendiri"
Akhirnya peristiwa itu menjadi makin geger, sekembalinya ke kuil, hweesio itu segera melaporkan kejadian yang telah menimpanya disertai tambahan bumbu disana sini, dia bilang sudah membuktikan kalau lohu berdua memang telah menyelundup ke dalam gudang mereka serta mencuri belajar ilmu silatnya.
"Sudah barang tentu pihak Siau lim si tidak terima berapa orang tianglo nya segera diutus untuk membuat perhitungan dengan kami.
"Aku tahu watak istriku memang keras kepala dan tak sudi mengalah kepada orang lain, akhirnya Siang ciangbunjin dari Hoa sanpay yang turun tangan melerai kejadian tersebut hingga peristiwanya pun tidak berkembang bertambah besar..."
"oooh, jadi Siang lopek yang telah meredakan suasana tersebut ?" kata Huan Cu Im Yu liong tertawa terkekeh,
"Tiga puluh tahun berselang, Siang Han hui baru sebesar kau sekarang..."
"Aaah, tadi lotiang mengatakan bahwa ilmu Hong lui ing dapat menggiring pukulan lawan ke sasaran yang lain serta memunahkannya, tapi bagaimana mungkin bisa melukai orang?"
Tampaknya Yu liong gembira sekali menerima pertanyaan tersebut, dia segera manggut manggut sambil memuji :
"Anak muda, kau memang cerdas dan teliti, tapi bukankah tadi sudah kuterangkan Sebetulnya Hong lui ing cuma dapat memunahkan daya pengaruh dari Hong luiji coat tanpa mampu menandingi kepandaian tersebut, kemudian setelah kupelajari dan kuamati lama sekali, akhirnya berhasil juga kuciptakan suatu cara yang lebih hebat untuk menandingi kepandaian mana"
Huan Cu Im manggut manggut setelah mendengar penjelasan ini. Yu liong segera tertawa lebar sambil berkata :
"coba kaupikirkan, cara apa yang berhasil kuperoleh itu ?"
"Aku tak dapat memikirkannya"
"Haaah... haaa..." Yu liong segera tertawa tergelak.
"andaikata ada orang menggunakan Hong lui Ci untuk menghajarmu, kau tentu akan menggiring serangan jarinya dengan memakai ilmu Hong lui ing bukan " Tapi apa bila tangan kirimu berputar satu lingkaran ke atas bukankah tenaga Lui hwee Ci yang berhasil kau giring tersebut dapat dikembalikan kepada si empunya serangan tersebut " Bahkan dikarenakan memperoleh tenaga giringanmu, akibatnya tenaga serangan yang balik kepada empunya itu menjadi berlipat ganda lebih besar bukankah hal ini akan mempermudah usahamu untuk melumpuhkannya ?" Huan Cu Im segera menjadi paham, serunya cepat :
"Yaa, setelah mendengar keterangan dari lotiang pikiranku benar benar menjadi terbuka"
"Sudahlah" Yu Liong kemudian sambil mendongakkan kepalanya memandang cuaca, "matahari sudah hampir tenggelam mari kita bersantap dulu, setelah kenyang nanti akan kuwariskan simhoat dari ilmu Hong lui ing tersebut kepadamu" Huan Cu Im berpikir sejenak, kemudian tanyanya lagi:
"Lotiang untuk mempelajari ilmu silat yang kau wariskan kepadaku itu apakah aku harus mengangkat dirimu sebagai guru lagi" Padahal aku sudah punya seorang guru."
"Mengangkat guru?" tukas Yu liong sambil tertawa terkekeh kekeh, "selama hidup aku tak pernah menerima murid, apalagi dengan usiamu yang masih begitu muda, masih selisih jauh sekali untuk mengangkat diriku menjadi gurumu"
"Betul" seru Huan Cu Im dengan gembira "suhuku sangat baik kepadaku. hubungan kami tak ubahnya seperti ayah dan anak. atau dengan perkataan lain andaikata lotiang ingin menerimaku sebagai murid, terpaksa aku menolak permintaanmu itu."
"Bagus, bagus sekali bocah muda kau memang hebat, tidak lupa kepada budi guru. tidak kemaruk akan ilmu silat memang manusia semacam inilah yang sedang kucari... haaa... haaa...
kalau begitu aku tidak salah memilih." Kemudian dengan wajah berseri orang tua itu berkata lebih jauh:
"Aku hanya ingin mewariskan ilmu silat kepadamu tanpa embel embel hubungan sebagai guru dan murid kau boleh tetap memanggilku sebagai lotiang dan akupun menyebutmu sebagai..."
Sebetulnya dia hendak mengatakan "anak muda" tapi akhirnya dia menggantinya dengan sebutan "sobat kecil"
Setelah bertepuk tangan dan tertawa tergelak, katanya lagi:
"Betul, betul aku merasa amat cocok denganmu, bagaimana kalau kita menjadi sahabat karib saja" Haaa...
haaa..." Dia bangkit berdiri dan mengambil sebuah bungkusan berisi makanan dari atas meja pujaan, kemudian kembali ke lantai dan membuka bungkusan tersebut.
Ternyata isinya berupa ayam panggang, babi panggang, daging sapi masak kecap serta enam tujuh biji bakpao besar.
Katanya kemudian sambil tertawa :
"Semua hidangan ini aku peroleh dari dalam dapur perkampungan Sau hoa san ceng cobalah, rasanya enak sekali."
Kemudian setelah meneguk arak dan menjilati bibirnya dia mengangsurkan poci arak itu kehadapan pemuda tersebut sambil katanya^ "Mari kaupun minum satu tegukan."
"silahkan lotiang minum sendiri aku tak bisa minum arak"
jawab pemuda itu cepat Yu liong segera minta kembali poci araknya sambil minum setegukan lagi, setelah itu baru katanya :
"Kalau begitu makanlah bakpau ini, anak muda memang paling baik tidak minum arak kalau seperti aku ini, sudah kebiasaan minum arak... wah bisa berabe kalau tidak minum arak rasanya hidup tersiksa bagaikan dalam neraka..."
Huan Cu Im tidak sungkan sungkan lagi dia segera mengambil sebiji bakpau, memotong sekerat daging sapi masak kecap dan dimakannya dengan nikmat.
Segera terasa olehnya bahwa kakek she Yu ini bukan saja berilmu silat tinggi, orangnya terbuka dan jujur suka bicara dan tertawa serta amat ramah, dia merasa amat cocok sekali berbicara dengannya, karena bicaranya terbuka tanpa canggung canggung, tak seperti dihadapan Siang Han hui maupun Seng Bian tong tindak tanduk halus, berhati hati serta menjaga sopan santun
Tidak selang berapa saat kemudian dia telah menghabiskan dua biji bakpao dan merasa kenyang sekali Yu liong juga menghabiskan isi pocinya sampai ludas kemudian dia mencomot sekerat paha ayam dan berkata sambil tertawa^ "Mengapa kau tak makan lagi?"
"Aku sudah merasa kenyang."
"Baik, kalau begitu sisanya kita simpan untuk sarapan besok pagi"
Sisa bakpao dan daging yang masih ada segera dibungkusnya kembali ditempat semula katanya
"Mari, sekarang akan kuwariskan teori dari ilmu Hong lui ing tersebut, kau mesti mengingatnya secara baik baik,"
Dia tepuk alas lantai disampingnya menyuruh Huan Cu Im duduk disitu, kemudian dengan jelas dan terang dia mulai menerangkan teori dari ilmu sakti itu, bahkan dijelaskan pula bagaimana caranya menghimpun tenaga, bagaimana caranya
"Menggiring" kekuatan lawan serta bagaimana caranya memunahkan kekuatan tersebut.
Semuanya dia terangkan berulang ulang kali dengan tak bosannya sampai pemuda itu betul betul ingat.
Huan Cu Im sendiri mendengarkan dengan serius serta menghapalkannya didalam hati, kemudian tanyanya^
"Bukankah lotiang pernah menjelaskan bahwa kita harus mengembalikan segenap kekuatan lawan tanpa merubah posisi serta kekuatannya...?" Yu liong segera tertawa lebar
"Dengan dasar ilmu silat yang kumiliki waktu itu, kira kira sepuluh kali lipat lebih dari kemampuanmu sekarang pun paling tidak membutuhkan waktu selama tiga hari untuk mempelajari teori tentang "menggiring", karena itulah menurut perhitunganku, paling tidak kau membutuhkan waktu selama tiga hari juga untuk mempelajari kepandaian tersebut.
Karenanya aku telah membagi ilmu tadi menjadi tiga bagian yang akan kuwariskan dalam tiga malam yang berbeda."
"Malam ini aku hanya akan mewariskan ilmu dasar serta cara berlatih, bila kau telah berhasil mempelajarinya dengan matang, maka dengan berlatih selama tiga bulan saja niscaya ilmu sakti itu dapat kau gunakan secara sempurna." selesai berkata dia lantas bangkit berdiri sambil menambahkan^
"Baiklah, sekarang kau boleh berlatih secara pelan pelan, aku sendiri akan tidur dulu"
Tanpa membuang waktu lagi berjalan menuju kedepan meja, membersihkannya dengan ujung baju, lalu merangkak naik ke atas meja, dan membaringkan diri disana.
Huan Cu Im tak berani berayal lagi, dia segera turun ke pelataran dan mengikuti teori yang telah diajarkan oleh Yu liong tadi pelan pelan menghimpun tenaga melatih diri.
Didalam menggunakan ilmu Hong lui ing tersebut, sesungguhnya tidak terdapat suatu gerakan jurus tertentu, tapi seseorang harus menghimpun segenap tenaga yang dimilikinya kedalam jari tengah dan telunjuk serta pelan pelan menggiring kekuatan lawan-Sudah barang tentu kekuatan yang digunakan mesti persis, tidak terlalu berat tidak terlalu ringan, dengan begitu kekuatan lawan yang memancar datang baru bisa tergiring keluar.
Keterangan dari Yu liong tadipun sudah diberikan secara jelas dan gamblang, ketika didengarkan rasanya memang mudah dimengerti dan tiada sesuatu kesulitan Tapi begitu mulai dilatih, kalau bukan tenaga yang digunakan terlalu besar sehingga sewaktu digerakkan kekuatannya tak mampu terhimpun, tentu tenaga yang dipakai kelewat ringan sehingga disaat hawa murninya hampir menembusi lengan, ternyata menyusut kembali...
Diapun tahu bahwa ilmu yang telah diajarkan kepadanya saat ini harus dilatih dengan tekun sehingga tak sampai menghambat kemajuan yang akan dicapainya besok. sebab sebagaimana telah dikatakan oleh Yu liong, dia telah membagi ilmu Hong lui ing tadi tiga bagian yang akan diajarkan dalam tiga malam secara beruntun.
Karenanya tanpa mengenal lelah dan ngantuk, berulang ulang dia mencoba melatihnya serta mendalaminya.
Pada permulaan latihan, saban kali dia mencoba untuk menghimpun tenaga serta melakukan gerakan menggiring, setiap kali pula ia jumpai bagian bagian yang salah serta tidak tepat, tapi dengan tekun dan gigih dia mempelajari kembali.
Bila dalam latihan yang ia kesalahan maka pada latihan berikutnya dia melakukan perubahan perubahan dan pembetulan pembetulan yang berarti.
Kemudian bila pada latihan berikut dijumpai kesalahan lagi, pembetulan kembali dilakukan-Begitulah seterusnya dia lakukan, pokoknya bila dijumpai kesalahan pada latihannya latihan yang berikut.
Satu jam kemudian, lambat laun dia mulai dapat memahami serta menguasai teori yang diajarkan kepadanya pada malam itu.
Tak terlukiskan rasa gembira Huan Cu Im menjumpai kemajuan yang telah dicapai tanpa terasa dia berlatih lagi hampir satu jam lamanya sebelum pemuda itu merasa puas.
Ketika dilihatnya waktu sudah makin larut malam, sedangkan dua jam lamanya ini dia berlatih tanpa mengenal lelah, sedang Yu liong pun sudah mendengkur nyenyak. maka pemuda itu segera duduk bersila diujung ruangan dan pelan pelan mengatur pernapasan
Kalau pada mula latihannya dia merasa cukup lelah, tapi setelah mengatur napas sekujur tubuh terasa menjadi segar kembali malahan dia seperti memperoleh kemajuan yang lebih pesat daripada keadaan sehari sebelumnya.
Kenyataan tersebut tentu saja amat mengejutkan hatinya, tanpa terasa dia berpikir. "Jangan jangan dengan latihanku barusan, aku telah memperoleh kemajuan yang pesat?"
Dalam girangnya pikiran dan perasaannya makin tenang, ketika latihan dilanjutkan kembali, tidak selang berapa saat kemudian pemuda itu sudah berada dalam keadaan lupa segala galanya.
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Keesokan harinya ketika bangun dari tidur, matahari sudah menyinari seluruh angkasa, pemuda itu merasakan pikirannya segar dan semangatnya menyala nyala, dia tahu tenaga dalamnya pasti memperoleh kemajuan yang pesat berkat latihan ilmu simhoat dari Hong lui ing ajaran Yu liong tersebut.
Ia segera bangkit berdiri sambil menengok kearah meja, tapi Yu liong sudah tak nampak lagi disitu, tapi menurut perkiraannya orang tua itu tak bakal pergi terlalu jauh, dia mencoba mencari kedepan dan belakang kuil tapi disitu pun tak nampak bayangan tubuh dari Yu liong.
Ruangan kuil bagian belakang hampir sebagian besar telah roboh, pada pelataran terdapat sebuah sumur batu, meski ada airnya namun sayang tak ada ember untuk menimba air, terpaksa dia keluar dari kuil tersebut dan mencuci muka disebuah selokan di luar kuil.
Ketika kembali kedalam kuil, ternyata Yu liong belum nampak juga kembali, dia pun segera berpikiri
"Jangan jangan dia sedang turun gunung?"
Memanfaatkan udara pagi yang masih segar, pemuda itu segera mengulangi kembali hasil latihannya semalam.
Setelah melalui latihan yang tekun semalam, kini dia dapat berlatih dengan lancar dan leluasa, banyak bagian yang belum dapat dilakukan olehnya semalam, kini dapat dipahami serta dikuasahi dengan baik, kesemuanya ini tentu saja menambah kegembiraan pemuda tersebut.
Menjelang tengah hari Yu Liong baru kelihatannya muncul kembali sambil membawa seguci arak dan sebungkus makanan
Ketika orang tua itu menjumpai Huan Cu Im sedang melatih diri dengan tekun, tanpa terasa ia segera tertawa seraya memuji:
"Bagus sekali, kemajuan yang berhasil kau capai ternyata lebih cepat setengah hari dari pada dugaanku semula, nah sekarang tak usah berlatih lagi, beristirahatlah dulu. Mari, aku telah membeli bakpao dibawah bukit situ, masih panas lagi..."
Selesai makan siang, Yu Liong pun mewariskan kembali simhoat dari cara menghimpun tenaga serta mengarahkan tenaga, kemudian bagaimana pula cara menghisap kekuatan lawan serta membuangnya kembali
Selesai memberi pelajaran, orang tua itu segera membopong guci araknya dan masuk kedalam ruangan-Dengan cepat Huan Cu Im dapat memahami bahwa teori yang diajarkan Yu liong semalam mengutamakan bagaimana cara mengerahkan tenaga murni, jelas hal itu merupakan simhoat tenaga dalam dari ilmu Hong lui ing.
Sebaliknya teori yang diajarkan kepadanya sekarang adalah bagaimana caranya menggiring kekuatan lawan serta membuangnya kembali, jadi merupakan simhoat tenaga luar dari ilmu Hong lui ing tersebut.
Maka sepeninggalan Yu liong, seorang diri dia berlatih dengan tekun sesuai dengan apa yang diajarkan kepadanya.
Untung saja dia sudah berhasil menguasai tujuh puluh persen dari simhoat tenaga dalam yang dilatihnya semalam sehingga disaat melatih simhoat tenaga luar sekarang, segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar dan leluasa, malahan dari simhoat tenaga luar tersebut ia justru dapat memahami banyak teori yang sulit dari simhoat tenaga dalam yang belum berhasil dipahami sebelumnya.
Hari ini seharian penuh dia melatih diri dengan tekun, kalau pada permulaan latihan dia masih bisa banyak menyerap keterangan keterangan yang sebelumnya belum bisa dipahami, tapi setelah berlatih lebih jauh kecuali dalam mengerahkan tenaga ia berhasil melakukannya lebih lancar dan matang, secara garis besarnya. Dan tak terasa kemajuan telah berhasil dicapainya.
Lambat laun haripun menjadi gelap. Yu liong telah menghabiskan seguci arak dan tertidur ditepi sumur dalam keadaan mabuk.
Huan Cu imtak berani mengganggunya, untung saja Yu liong telah menyediakan bakpao dan sayur untuk menangsal perutnya
Setelah kenyang bersantap. pemuda itu pergi ketepi selokan untuk minum, kembalinya ke kuil dia melatih diri lagi ditengah pelataran sampai larut malam sebelum pergi beristirahat.
Hari ini, disaat dia sedang berlatih ilmu tenaga dalam dan luar, tiba tiba pemuda tersebut merasakan suatu perbedaan dalam hal mengerahkan tenaga sekalipun dia tak bisa merasakan berapa banyakkan kemajuan yang berhasil dicapai olehnya.
Setiap kali dia mencoba untuk mengerahkan tenaga, maka segulung hawa murni pun segera mengalir keluar dengan derasnya, jauh berbeda dengan malam malam sebelumnya, sudah jelas kemajuan yang berhasil diraihnya tidak kecil.
"Anak muda, ayoh cepat bangun, sekarang adalah waktu untuk berlatih lagi" mendadak berkumandang suara teguran keras.
Kalau ditilik dari suaranya, jelas suara itu dari Yu liong.
Dengan cepat Huan Cu Im mendusin dari tidurnya namun ia jumpai langit masih gelap dan fajar belum menyingsing, paling banter baru mencapai kentongan kelima. Tanpa terasa diapun berpikir.
"Kemarin malam kau sudah tidur seharian penuh itulah sebabnya fajar belum lagi menyingsing kau sudah mendusin, masa sepagi ini kau suruh aku bangun untuk latihan?" Berpikir sampai disitu, dia pun segera berseru: "Tapi lotiang... fajar kan belum menyingsing?"
"Benar, fajar memang belum menyingsing, tapi inilah saat yang terbaik untuk latihan, ayoh cepat ikuti aku"
Selesai berkata dia segera membalikkan tubuh dan menuju kebelakang kuil. Terpaksa Huan Cu Im harus bangkit berdiri dan mengikuti dibelakangnya. Sambil menuding kearah sumur ditengah pelataran, Yu liong berkata kemudian.
"Berdirilah kau disitu, sepasang kaki berdiri dengan mata kaki menghisap ke bumi, berdiri secara tegap dan mantap sementara sepasang tangan dengan jari yang ditegangkan melakukan posisi menggiring, kerahkan tenaga dalam ke dalam lengan lalu salurkan lewat kedua jari tangan menuju ke atas, tengah dan bawah sumur, gunakan sepasang tanganmu.
segera bergantian dan coba hisaplah air dalam sumur itu hingga mencapai ketinggian tiga depa dari tepi sumur, sebelum mencapai ketinggian tersebut aku tak berhenti berlatih"
"Menghisap air sumur melampaui mulut sumur setinggi tiga depa" waah apakah tidak susah?" seru Huan Cu Im terkejut.
"Tidak. tidak susah, tiada persoalan yang sulit didunia ini, yang menjadi masalah adalah seorang itu berminat atau tidak"
Kemudian setelah berhenti sejenak, terdengar Yu liong berkata lebih jauh:
"Berbicara menurut bakatmu itu, mungkin dalam satu bulan saja hasil yang kau capai sudah lumayan"
"cuma dalam satu bulan?" sedikit tercengang dan diluar dugaan Huan Cu Im berseru Yu liong segera membuka lebar mulutnya dan tertawa:
"Jika kau adalah seseorang yang belum pernah latihan ilmu silat, maka paling tidak dibutuhkan waktu selama sepuluh tahun sebelum berhasil mencapai tingkatan tersebut, tapi kau sudah memiliki dasar tenaga dalam selama sepuluh tahun, lagipula sudah pernah berlatih ilmu sian hong ciang, maka setelah melatih pula ilmu Hong lui ing berarti kemampuanmu sudah meningkat lipat ganda asal kau sudah menguasahi rahasianya, cukup dalam satu satu bulan saja hasil yang kau raih sudah cukup lumayan"
Huan Cu Im segera mengiakan dan berdiri menurut petunjuk yang diberikan, kemudian sambil mengerahkan tenaga dalamnya, dia menggerakkan sepasang tangannya mencoba menggiring air dalam sumur untuk melonjak keatas Yu liong yang berdiri ditepi arena segera memberi petunjuk serta pembetulan pembetulan dimana perlu, dijelaskan juga bagaimana caranya menghimpun serta mengerahkan tenaga.
Hingga pemuda itu benar benar sudah mengerti, orang tua itu baru diam diam pergi meninggalkan tempat tersebut.
Sejak kecil Huan Cu Im sudah mengikuti gurunya berlatih tenaga dalam, sehingga pada dasarnya dia sudah mempunyai kemampuan sebesar tujuh delapan bagian
Sekalipun ilmu Hong lui ing hanya berupa gerakan tangan, namun sesungguhnya kekuatan intinya adalah tenaga dalam Mula pertama selama dua hari lamanya dia berlatih tanpa hasil apa pun, air sumur yang coba dihisap keatas bukan saja tak beriak, bergerak scdikitpun tidak.
Keadaan semacam ini berlangsung hampir tujuh, delapan hari lamanya, saat itulah permukaan air baru sedikit beriak apabila termakan oleh hisapan tenaga dalamnya.
Menjelang setengah bulan kemudian, air sumur itu sudah mulai melonjak keatas serta membentuk sebuah semburan air.
Dikala Huan Cu Im sudah mulai berhasil menggiring air tersebut, otomatis diapun semakin lancar didalam menggunakan kepandaian tersebut, tak heran kalau pada hari ketiga semburan air itu sudah dapat mencapai ketinggian dua depa.
Kenyataan tersebut sungguh jauh diluar dugaan Huan Cu Im sehingga akibatnya sekujur badannya basah kuyup Tapi pemuda itu merasa gembira sekali, sambil melonjak lonjak seperti anak kecil teriaknya berulang kali:
"Aku telah berhasli, aku telah berhasil"
Mendadak dari belakang tubuhnya terdengar suara Yu liong berkata sambil tertawa:
"Masih selisih amat jauh coba kau lihat muncratan air tersebut membasahi sekujur badanmu, masa macam beginipun kau katakan telah berhasil?"
Ketika Huan Cu Im berpaling, dilihatnya entah sejak kapan Yu liong telah berdiri dibelakang tubuhnya, tanpa terasa dengan wajah memerah dia berkata:
"Tapi paling tidak aku kan berhasil menggiring air sumur itu hingga muncrat ke atas permukaan?"
Yu liong menggelengkan kepala berulang kali, katanya sambil tertawa terkekeh kekeh:
"Hari ini baru mencapai hari kedua puluh. tapi kau telah berhasil menggiring keluar air sumur itu, boleh dibilang kemajuan yang berhasil dicapai amat luar biasa, tapi jaraknya dari keberhasilan masih terlalu jauh. Pertama, gerakan menggiringmu itu baru bisa melakukan gerakan menggiring tanpa berhasil membelenggunya kau harus berlatih sampai air sumur itu dapat kau belenggu menjadi segulung tiang air yang menyembur ke atas tanpa memuncratkan butiran airny kemana mana.
Dan kedua... eh mm, soal kedua masih terlalu awal untuk dibicarakan, lebih baik tunggu saja lima hari kemudian baru kita bicarakan lagi"
Maka diapun menjelaskan kembali teori dan rahasia bagaimana caranya membelenggu yang telah berhasil digiring keluar dari sumur itu.
Mengikuti petunjuknya Huan Cu Im berlatih lagi siang malam dengan tekun, hingga mencapai hari kelima, seperti apa yang dikatakan Yu liong, dia berhasil membelenggu air yang berhasil digiringnya keluar itu menjadi satu garis lurus tanpa menimbulkan percikan bunga air ke empat penjuru.
Melihat hasil yang dicapai anak muda tersebut, dengan girang Yu liong segera berkata:
"Bagus sekali, kau memang tidak menyia-nyiakan pengharapanku, mari sekarang kita berganti lagi dengan ilmu lainnya"
"Tapi lotiang... aku belum berhasil menguasahinya?" kata Huan Cu im.
"Tak lama lagi kau pasti akan berhasil, bukankah satu bulan berselang telah kukatakan, paling tidak kau harus berlatih selama satu bulan sebelum berhasil melatihnya" Sekarang jaraknya dengan satu bulan tinggal lima hari lagi, berarti ilmu yang bakal kau pelajari sekarang merupakan ilmu yang paling akhir, itulah yang kukatakan dulu sebagai cara mengembalikan tenaga lawan tanpa mengurangi sedikitpun kekuatan yang ada"
Setelah menelan air liur, dia meneruskan-
"Sesudah kau berhasil melatih membelenggu air, maka untuk berlatih ilmu meminjam tenaga mengembalikan tenaga pun menjadi lebih gampang lagi, disaat air yang berhasil kau giring keluar dari mulut sumur itu mencapai ketinggian tiga depa, maka kau harus menggunakan gerakan tangan untuk membawa garis air tersebut berputar satu lingkaran di tengah udara, setelah itu mengembalikan air kedalam sumur, cuma kau mesti berlatih sampai tak setitik bunga airpun yang muncrat keempat penjuru sebelum hal ini dinyatakan berhasil"
Menyusul kemudian dia memberi penjelasan pula bagaimana caranya mengerahkan tenaga, menggiring kekuatan keudara kemudian mengembalikannya lagi...
Mengikuti petunjuk yang diberikan Huan Cu Im melatih diri satu kali, dalam anggapannya setelah ia berhasil membelenggu air itu ketengah udara, maka membawanya berputar satu lingkaran diangkasa pun bukan suatu pekerjaan yang sulit.
Siapa tahu begitu dilatih, dia cuma dapat menggiring air itu meluncur lurus keatas udara dan langsung lurus pula tumpah ke bawah tanpa berhasil membawanya berputar satu lingkaran-Apalagi disaat dia mencoba membawa pusaran air itu berputar satu lingkaran diudara tak dapat menggunakan tenaganya secara tepat, sedikit saja dia meleset air telah tumpah kembali kedalam sumur dengan muncrat kemana mana.
Sebaliknya bila tenaga yang digunakan terlau keras, air akan memecah ditengah udara yang berakibat diri sendiri menjadi basah kuyup
Sekarang Huan Cu Im baru tahu bahwa bila berlatih sesuatu maka bagian yang terakhir merupakan bagian yang paling sukar untuk dipelajari.
Tanpa memperdulikan pakaiannya sudah basah kuyup bermandikan keringat, sekali demi sekali dia berlatih terus dengan tiada hentinya, sampai hari keempat malam, ia baru berhasil menguasahi kepandaian tersebut.
Waktu itu tengah malam sudah lewat, Yu liong juga sudah naik keatas meja tidur nyenyak sekali.
Huan Cu Im yang menyaksikan hal itu segera berpikir didalam hati:
"Sampai besok tepat satu bulan sudah lewat, untung saja aku berhasil mencapai yang diharapkan lotiang ini sebelum batas waktunya lewat sehingga tak sampai membuatnya kecewa, besok pagi dia tentu memujiku karenanya aku berhasil menyelesaikan pelajarannya sehari lebih awal,"
Maka diapun duduk bersila disudut ruangan sana untuk mengatur pernapasan-Hampir selama satu bulan terakhir ini, saban malam dia selalu menggunakan duduk semedi untuk menggantikan tidurnya, karena itulah tenaga dalam yang dimilikinya memperoleh kemajuan yang sangat pesat...
Keesokan harinya pagi pagi sekali ketika Huan Cu Im mendusin, ia sudah tidak menjumpai Yu liong berada disitu, pada mulanya dia masih tidak menaruh prasangka apa.
Setelah bangun berdiri dan mendekati meja altar tadi, ia baru menemukan secarik kertas tergeletak disitu, ketika kertas itu diambil, maka terbacalah isinya sebagai berikut:
"Keberhasilan sobat cilik dalam menguasahi ilmu sakti benar benar menggembirakan hati, kini pertemuan puncak dibukit Hong san pada hari Peh cun sudah didepan mata cepatlah berangkat ke Hong san"
Dibawahnya tanpa tanda tangan, tapi dalam sekilas pandangan saja dapat diketahui kalau surat itu ditulis oleh Yu liong.
Selesai membaca surat itu, tanpa terasa Huan Cu Im berdiri termangu mangu, akhirnya ia bergumam:
"Rupanya Yu lotiang telah pergi, orang tua ini benar benar bagaikan naga sakti yang nampak kepala tak kelihatan ekornya"
Setelah meninggalkan kuil bobrok itu, di depan mata terbentang jalan setapak yang amat panjang sekali.
Setelah menempuh perjalanan hampir sejauh dua tiga puluh li kemudian, Huan Cu Im berhenti sambil mengamati keadaan di sekelilingnya, tampak bukit yang tinggi menjulang keangkasa, disekitar situ tak kelihatan bayangan manusia, juga tak nampak jalanan yang keluar dari daerah perbukitan tersebut, kesemuanya ini membuat pemuda itu mulai sangsi dan tak habis berpikir.
"Mungkinkah aku sudah tersesat?" demikian ia mulai berpikir.
Rasa lapar serasa melilit perutnya, waktu sudah mendekati tengah hari, pemuda itu segera bermaksud memburu seekor kelinci lebih dulu untuk mengisi perut.
Baru saja dia akan berjalan menuju ke dalam hutan, mendadak dari sisi hutan didengarnya suara gemerisik lirih disusul seekor burung dara terbang keangkasa, satu ingatan segera melintas didalamnya^
"Mengapa tidak kugunakan burung tersebut untuk mencoba kepandaianku?"
Berpikir demikian, dia segera mengayunkan tangan kirinya menggunakan teknik "menghisap" untuk menggapai ke arah burung dara itu.
Semenjak berlatih ilmu Hong lui ing, tenaga dalam yang dimiliki Huan Cu Im dalam sebulan terakhir ini telah memperoleh kemajuan yang amat pesat.
-oo0dw0oo Jilid: 28 Burung dara yang sedang terbang ke angkasa itu mendadak saja rontok keatas tanah begitu terkena gapaian dari pemuda itu
Setelah ditangkap Huan Cu Im baru menjumpai bahwa sebuah tabung kecil terikat dikaki burung tersebut ini menunjukkan bahwa burung dara itu peliharaan orang.
Baru saja dia bermaksud akan membebaskannya, mendadak sorot matanya tertarik dengan tulisan yang tertera diatas tabung tadi, tulisan tersebut berbunyi: "LO Cu SAN"
"Lo Cu san " Bukankah tempat itu adalah pesanggrahan dari empek Hee yang dikuasahi Sim hujin ?" satu ingatan segera melintas di dalam benak Huan Cu im, "kalau begitu burung dara ini berasal dari bukit Lo Cu san..." Kemudian ia berpikir lebih jauh:
"Empek Hee bermaksud mengincar kedudukan Bu lim Bengcu padahal saat ini pertemuan puncak dibukit Hong san akan diselenggarakan, jangan-jangan surat yang berasal dari bukit Lo Cu san ini mengandung sesuatu rahasia besar ?"
Teringat dengan pesan dari Yu liong yang minta kepadanya untuk pergi ke bukit Hong san, dia tahu pesan tersebut tentu mengandung suatu maksud tertentu hanya tak sampai diterangkan kepadanya.
Lalu apa salahnya kalau dia periksa dulu isi surat yang dibawa burung dara itu"
Berpikir demikian dia lantas melepaskan tabung tembaga itu dari kaki burung merpati itu, membuka penutupnya dan mengeluarkan isinya, ternyata isi surat itu berbunyi demikian:
"Malam je it kentongan pertama, mintalah ciam si kepada Dewa tanah di kuil Kimsin siang"
Suatu berita yang sangat aneh dan dibawahnya sama sekali tidak tercantum tanda tangan
Tiba tiba saja Huan Cu Im teringat dengan pengalamannya ketika menerima perintah rahasia dari Kim elang lengcu sewaktu berada diperusahaan Seng kipiau kiok tempo hari, bukankah isi perintah itupun sangat aneh " Tanggal satu"
Tanggal berapakah hari ini" Mendadak satu ingatan melintasi lagi di dalam benaknya :
"Aaah betul, bukankah aku sedang tersesat" Kenapa tidak kulepaskan burung merpati ini kemudian kuikuti arah yang dituju" Dengan begitu akukan takperlu susah payah mencari jalan ?"
Berpikir sampai disitu diapun memasukkan kembali surat tadi ke dalam tabung dan diikatkan pada kaki burung merpati itu lalu melepaskannya... Burung merpati itu segera pentang sayapnya dan terbang menuju ke arah barat.
Huan Cu Im tak berani berayal lagi, dia segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhn serta mengikuti dari belakang.
Perlu diketahui sejak dari kecil ia sudah terbiasa melakukan perjalanan diantara tanah berbukit sehingga ilmu meringankan tubuhnya sudah memiliki dasar yang kuat.
Kemelut Di Majapahit 16 Naga Naga Kecil Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall Bunga Ceplok Ungu 7