Pencarian

Pedang Pelangi 14

Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok Bagian 14


Apalagi tenaga dalam yang dimilikinya sekarang telah memperoleh kemajuan yang begitu pesat otomatis ilmu meringankan tubuhnya juga makin menghebat, begitu melejit tubuhnya segera meluncur bagaikan sambaran petir.
Setelah melewati dua bukit didepansana sudah muncul perumahan rakyat yang membentang bersusun susun nampaknya menyerupai sebuah kota.
Burung merpati itu terbang melintasi hutan bambu menuju ke arah kota dan lenyap di kejauhan sana.
"Sayang " diam diam Huan Cu Im berseru dihati Dengan munculnya perumahan rakyat di depan sana, dengan sendirinya anak muda itupun tak bisa menggunakan ilmu meringankan tubuh lagi, sambil memperlambat langkahnya dia mendekati hutan bambu itu.
Tiba tiba dilihatnya seorang kakek dengan membawa tongkat bambu sedang berjalan menuju ke arahnya.
cepat cepat Huan Cu Im menyongsong kedatangannya sambil menyapa : "Permisi, lotiang"
Kakek itu berhenti dan memperhatikan Huan Cu Im sekejap lalu sambil manggut manggut membalas hormat sahutnya
"Ada urusan apa kek koan ?"
"Aku telah tersesat digunung dan sudah berjalan semalaman suntuk sebelum akhirnya tiba disini pagi ini, tolong tanya tempat manakah ini...?"
"Tempat ini bernama Sa cap liphu"
Huan Cu Im merasa kenal sekali dengan nama "Sa cap liphu" tersebut, dia masih ingat ketika lo koan keh mengajaknya pergi kebenteng Hee keh poo tempo hari, mereka melalui kota Sa cap liphu tersebut.
"oooh, kalau begitu tempat ini terletak di Pak shia san?"
seru Huan Cu Im kemudian-
Kampung halamannya berada didusun Kim gou cun yang terletak dikaki bukit selatan pak shia san-Sebagaimana diketahui, wilayah bukit Pak shia san membentang sampai sejauh seratus dua ratus li lebih, padahal dia yang dibesarkan diwilayah dusun Kim gou cun belum pernah melampaui daerah tersebut sejauh sepuluh li, sudah barang tentu dia tak akan mengenalinya.
Sambil tertawa kakek itu segera berkata:
"Tempat ini berada disebelah barat bukit Pak shia san, bila kek koan hendak meneruskan perjalanan, dikota bisa menyewa kereta"
"Terima kasih banyak lotiang" kata Huan Cu Im kemudian sambil menjura
"Tak usah berterima kasih" selesai berkata kakek itu segera mengayunkan tongkatnya dan meneruskan perjalanan.
Dengan menelusuri jalan setapak Huan Cu Im berjalan sejauh satu li lagi sebelum tiba dikota.
Kota Sa cap liphu terletak antara kota Siu shia di utara dengan kota Tong shia di selatan jadi merupakan persimpangan antara dua keresidenan besar, tak heran kalau kota yang tidak begitu besar ini justru ramai sekali dengan orang yang berlalu lalang rumah makan, rumah penginapan pun sangat ramai.
Tempo hari Huan Cu Im bersama Lo koan keh pernah menginap dikota ini tak heran kalau dia masih mengenalinya dengan baik hanya saja kedatangannya kembali yang cuma terpaut berapa bulan lo koan keh telah dipisahkan olehnya begitu jauh
Teringat akan nasib Lo koan keh yang tragis, rasa sedih segera mencekam seluruh perasaannya, tanpa terasa sepasang matanya berkaca kaca.
Waktu itu sudah mendekati tengah hari Huan Cu Im berjalan menuju kesebuah rumah makan yang memakai merek Ho heng lo dan mencari tempat duduk Pelayan menghidangkan air teh sambil bertanya akan pesan apa" Huan Cu Im segera menjawab
"Kau suruh saja pelayan untuk menyiapkan beberapa macam sayur dan hidangan lalu siapkan juga setengah kati arak Siauci"
Pelayan mengiakan dan segera mengundurkan diri.
Berhubung waktu itu mendekat tengah hari, tamu yang bersantap disitu makin lama semakin banyak. suara manusia yang berbicarapun semakin hiruk pikuk.
Pada saat itulah dari arah tangga loteng berjalan naik dua orang lelaki berbaju hijau yang menggembel buntalan berbentuk panjang.
Biarpun kedua orang ini mengenakan jubah panjang, namun dalam sekilas pandangan saja dapat diketahui sebagai anggota persilatan tapi bukan seorang jago tangguh, bisa jadi seorang piautau dari suatu perusahaan piauklok.
Kebetulan sekali pelayan membawa kedua orang itu menempati kursi kosong disisi kirinya.
Begitu duduk. salah seorang diantaranya segera berteriak memesan sayur dan arak.
Pelayan menanyakan sayur apa saja yang dipesan kemudian mengundurkan diri, tak selang berapa saat kemudian hidangan yang dipesan Huan Cu Im telah diantar bersama pesanan kedua orang itu.
Sejak mengetahui kalau kedua orang itu merupakan orang persilatan, Huan Cu Im segera menaruh perhatian secara khusus, sambil pelan minum arak. dia menyadap pembicaraan dari kedua orang itu...
Mendadak terdengar orang yang berada disebelah kiri itu berkata
"sebenarnya apa sih hubungan antara kuil Pau kok si di Ho hui dengan Siauw limpay?"
Begitu membuka suara dia lantas menyinggung soal Siauw limpay tanpa terasa Huan Cu Im berpaling, ternyata orang yang berbicara itu adalah seorang lelaki berwajah gepeng yang berusia tiga puluh tahunan.
Lelaki yang duduk dihadapannya adalah seorang lelaki berusia empat puluh tahunan dia beralis kasar bermata besar dan bertubuh lebih kekar daripada rekannya. Ketika mendengar perkataan itu, ia menyahut sambil tertawa :
"Bukankah kau sudah banyak tahun mengendon diperkampungan Ban kee ceng, masa ketua kuil Pau kok si yang berasal dari Siauw limpay pun tak kau ketahui?"
"Aah, aku toh tidak seperti Hoo loko yang pekerjaan sehari harinya khusus berhubungan dengan pelbagai perguruan, bagaimana mungkin aku bisa mengetahui seluk beluk setiap orang sedemikian jelasnya" Andai kata aku tidak memperoleh perintah dari Go hujin untuk mengikuti loko pergi ke kuil Pau kok si untuk menjemput Hui san taysu mungkin dikota Hap hui terdapat sebuah kuil yang bernama Pau kok si pun tidak kuketahui."
Mendengar pembicaraan tersebut, Huan Cu Im segera berpikir didalam hati:
"Rupanya kedua orang ini berasal dari perkampungan keluarga Ban di bukit Hong san yang mendapat perintah untuk menjemput Hui san taysu dari Siauw limpay"
Sementara silelaki berwajah gepeng itu sembari berbicara, ia penuhi cawan lelaki bermuka merah itu dengan arak. lalu katanya kembali^
"Ho loko, aku dengar Hee tayhiap mempunyai harapan yang paling besar untuk berhasil menjadi bengcu bagaimana kalau menurut pendapatmu?"
"Persoalan itu sulit untuk dibicarakan sebab aku dengar ada beberapa perguruan yang mendukung Sam siang tayhiap Yu Hua Kong, aku rasa hal ini hanya bisa diputuskan oleh para wakil perguruan yang menghadiri pertemuan tersebut"
Kembali lelaki berwajah gepeng itu berkata:
"Benar, kedua orang itu sama sama merupakan pendekar besar masa kini, siapapun yang terpilih memang sama saja"
Mendadak lelaki bermuka merah itu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya
"Aku rasa dalam pemilihan bengcu tahun ini, bisa jadi akan terjadi kesulitan-"
oodwoo "Kesulitan bagaimana?" tanya lelaki bermuka gepeng itu dengan keheranan "memang yang diusulkan pelbagai perguruan kadang kala mencapai dua atau tiga orang, tapi pada akhirnya toh bisa diputuskan juga dengan melakukan pemungutan suara dengan jumlah terbanyak sebagai pemenang biasanya mereka selalu bersatu padu dan saling mendukung belum pernah terjadi perselisHan atau percekcokan macam apapun kesulitan macam apa yang bisa terjadi dalam pertemuan kali ini ?"
"Siaute sendiripun kurang jelas aku cuma mendengar perkataan ini dari pembicaraan cengcu selama berapa hari belakangan ini semua orang dalam perkampungan telah meningkatkan kewaspadaan serta kesiap siagaannya dalam menghadapi segala sesuatu yang tidak diinginkan-.."
"Kalau begitu sau cengcu tentu sudah memperoleh suatu kabar berita yang luar biasa atau bisa jadi orang orang dari kalangan hitam bermaksud melakukan pengacauan dalam pertemuan puncak dibukit Hong san nanti. Hmm Disaat sembilan partai besar sedang berkumpul dibukit Hong san manusia mana yang telah makan nyali beruang sehingga begitu berani mencari keonaran di benteng keluarga Ban-.."
Sementara Huan Cu Im masih mendengarkan dengan seksama, tiba tiba terdengar seseorang yang duduk agak dikejauhan sana bertanya :
"Pelayan, kalau hendak menuju ke kuil Kim Sin siang, kita mesti lewat jalan yang mana ?"
Sebagaimana diketahui, tenaga dalam yang dimiliki saat ini amat sempurna ketajaman mata serta pendengaran pun luar biasa begitu mendengar kata kuil Kim Sin siang, satu ingatan segera melintas dalam benaknya sehingga cepat cepat dia berpaling
Ternyata orang yang berbicara adalah seorang lelaki ceking lagi kecil yang berusia dua puluh tahunan, tubuhnya tinggal kulit pembungkus tulang wajahnya kuning kepucat pucatan seperti orang yang berpenyakitan, sedang tubuhnya mengenakan sebuah jubah panjang berwarna biru yang warnanya sudah luntur hingga mendekati warna putih. Dalam sekilas pandangan saja sudah diketahui bahwa dia adalah seorang yang rudin
Pelayan segera menerangkan arah jalan yang ditempuh kemudian buru buru turun dari loteng.
Huan Cu Im ikut bangkit berdiri, memberekan rekeningnya dan turun dari loteng. waktu itu orang tersebut sudah berada belasan kaki jauhnya, lagipula gerak geriknya sedikit agak mencurigakan
Di dalam menghadapi pelbagai persoalan sekarang pengalaman yang dimiliki Huan Cu Im sekarang sudah jauh lebih matang dan luas ia sudah menduga bahwa orang itu bisa jadi akan berpaling serta memeriksa apakah ada orang yang akan mengikuti perjalanannya.
oleh sebab itu setelah melangkah keluar dari rumah makan ia segera menyelinap kesisi wuwungan rumah sambil berlagak seolah olah seseorang yang sedang berjalan santai Benar juga dugaannya, setelah berjalan tak jauh tiba tiba orang itu berhenti sambil memalingkan kepalanya ke belakang dengan suatu gerakan cepat.
Menyaksikan hal ini Huan Cu Im diam diam tertawa dingin, dia merasa orang itu semakin mencurigakan dan menduga pasti ada hubungannya dengan burung merpati yang membawa surat aneh itu.
Setelah memeriksa kalau dibelakangnya tiada orang lain orang tersebut kembali membalikkan badan serta melangkah masuk ke dalam sebuah toko dengan cepat Berhubung jaraknya kelewat jauh, Huan Cu Im segera mempercepat langkahnya serta memburu kemuka, baru diketahui rumah itu adalah sebuah toko kecil yang dimukanya tergantung sebuah papan nama yang bertuliskan toko Ji keh lo tian-Huan Cu Im segera melanjutkan perjalanannya berjalan jalan mengitari kota, baru diketahui kemudian ternyata dikota tersebut terdapat tiga empat buah rumah makan tapi hanya terdapat sebuah rumah penginapan saja
Hal ini dimungkinkan letak kota Sa cap liphu yang hanya terpaut tiga puluh li dari kota Siu shia disebelah utara dan tiga puluh li dari kota Tong shia disebelah selatan padahal kedua kota tersebut merupakan kota yang amat besar, maka tidak banyak orang yang menginap disana meski banyak yang bersantap dikota tersebut, kecuali bagi mereka yang ada urusan disekitar sana, mereka baru akan menginap dikota tersebut
Berpikir demikian, pemuda itu segera berjalan balik dan menuju ke rumah penginapan satu satunya itu.
Sesungguhnya saat itu baru mendekati tengah hari, bukan saat yang tepat untuk menginap. ketika Huan Cu Im melangkah masuk kedalam rumah penginapan itu, pelayannya kelihatan agak tercengang tapi kemudian cepat cepat menyambut kedatangannya dan bertanya sambil tertawa paksa ^
"Kek koan sedang mencari orang " Ataukah hendak menginap ?"
"Aku tersesat dibukit Pak shia san sampai berapa hari lamanya dan semalam tak bisa tertidur, barusan saja aku tiba disini, maka aku butuh sebuah kamar yang bersih untuk beristirahat, apa kalian mempunyai kamar kelas satu ?"
Mendengar kalau tamunya akan menginap. pelayan itu segera tertawa lebar, sahutnya berulang kali "oooh, ada, ada Di penginapan kami terdapat tiga buah kamar kelas satu yang khusus disediakan bagi para pejabat dan pembesar yang kebetulan lewat disini, selain bersih dan tenang, perabotnya juga kelas satu, malah belum tentu kalah kalau dibandingkan dengan kamar keals satu dikota besar. Tanggung kek koan akan puas setelah melihatnya nanti. silahkan kek koan mengikuti hamba."
Sambil berkata, ia segera berjalan lebih dulu memimpinjalan bagi tamunya.
Huan Cu Im mengikuti pelayan itu menuju ke dalam lalu naik keatas loteng, disitu berjajar tiga buah kamar yang menghadap ke beranda, suasananya memang tenang dan segar
Pelayan itu segera mebukakan pintu mempersilahkan Huan Cu Im masuk lebih dulu, nyatanya ruangan itu memang lebar dengan perabot yang lengkap. Maka katanya kemudian sambil manggut manggut: "Baiklah, aku memilih kamar yang ini saja"
cepat cepat pelayan itu mengundurkan diri, tak selang berapa saat kemudian ia muncul kembali sambil membawa sepoci air teh, katanya lagi sambil tertawa :
"Kek koan silahkan minum teh daun teh yang dipakai adalah daun teh pilihan, biasanya disediakan untuk para tamu yang terhormat, asal dicicipi tentu akan kau ketahui segarnya..."
"Apakah dihari hari biasa ketiga kamar tamu kelas satu ini jarang ditempati orang?" Sambil tertawa paksa kembali palayan itu berkata:
"Ucapan kek koan memang benar, letak kota kami diapit oleh dua buah kota yang cukup besar, biasanya kecuali keluarga dari kaum saudaga kaya, tapi hari ini termasuk kek koan ada dua orang yang memilih kamar kelas satu"
Satu ingatan segera melintas dalam benak Huan Cu Im pikirnya kemudian : "jangan-jangan yang dimaksudkan adalah lelaki bermuka kuning kepucat pucatan?" Berpikir demikian, dengan nada menyelidik iapun bertanya kembali ^
"Kalau begitu didalam rumah penginapan ini masih terdapat tamu agung lain yang sedang menginap disini?"
Pelayan itu memandang sekejap keluar pintu sambil tertawa paksa, kemudian sambil merendahkan suaranya ia berbisik :
"Bukan seorang tamu agung yang sedang menempuh perjalanan kek koan itu berpakaian amat sederhana, tapi orangnya justru sosial sekali, sekali keluar uang waah tak pakai hitungan-"
Yang dimaksudkan sebagai mengenakan pakaian orang tersebut tidak terlalu bagus. Selesai berbicara, pelayan itupun bertanya pula "Apakah Kek koan masih ada pesan lain?"
"Ooh, sudah tak ada, pergilah"
Pelayan itu segera memberi hormat dan mengundurkan diri dari situ...
Huan Cu Im menuang secawan teh dan duduk seorang diri didepan jendela sambil pikirnya :
"Aaah tidak benar orang itu baru saja datang untuk menginap. jelas dia bukan penduduk disini padahal burung merpati itu terbang dari bukit Lou Cu san yang jauh dengan membawa surat, jelas orang yang dituju adalah penduduk kota ini, jangan jangan persoalan tersebut sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan lelaki kurus bermuka kuning itu?"
Kemudian ia berpikir lebih jauh :
"Hari ini adalah bulan lima tanggal satu sedang di dalam surat itu dibilang pada kentongan pertama nanti disuruh minta ciamsi kepada dewa tanah dikuil Kim Sin siang, dibalik perintah mana sudah jelas terkandung suatu rahasia yang sangat besar. Ehmmm, pada kentongan pertama malam nanti, aku harus pergi ke kuil Kim Sin siang untuk melihat keadaan "
Pelan pelan dia minum teh sambil memutar otak, kemudian setelah merasa kelewat menganggur pemuda itupun naik ke atas pembaringan dan duduk bersemedi.
Semedinya baru berakhir mendekati malam, teringat akan persoalan di kuil Kim si siang malam nanti, ia segera perintahkan kepada pelayan untuk menghantar hidangan malamnya ke dalam kamar.
Selesai makan malam, dengan alasan dia akan tidur lebih awal, pemuda itu menutup pintu kamarnya dan memadamkan lampu.
Waktu itu hari baru saja gelap, diam diam ia membuka jendela belakang dan siap menerobos keluar dari situ.
Mendadak ia mendengar dari kamar sebelah kanan pun ada orang sedang membuka jendela belakang dengan pelan pelan-Dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya sekarnag, suara jatuhnya bunga pada jarak sepuluh kaki pun dapat mendengar dengan jelas, apalagi suara jendela yang dibuka satu ingatan segera melintas didalam benaknya dan cepat cepat menyembunyikan diri.
Dibalik kegelapan sambil mengintip keluar.
Benar juga, tak lama kemudian nampak sesosok bayangan manusia yang kurus kecil menerobos keluar dari jendela sebelah kanan dan serenteng burung belibis langsung melayang ke atas atap rumah seberang, kemudian sekali menjengak kakinya kembali dia meluncur kejalanan seberang.
Jika dilihat dari gerakan tubuhnya yang ringan dan lincah, kalau bukan lelaki bermuka kuning itu, siapa lagi dirinya "
Tanpa terasa timbul keraguan didalam hati Huan Cu Im sebetulnya tujuan utamanya sekira adalah menyelidiki orang yang akan minta ciamsi kepada dewa tanah dikuil Kim Sin siang tersebut andaikata orang itu adalah si ceking, tentu saja urusannya lebih mudah diselesaikan, tapi seandainya orang yang mohon ciamsi adalah orang lain, apa pula yang hendak diperbuat"
Lagipula meski ditengah hari tadi orang tersebut telah bertanya jalan menuju ke kuil Kim Sin siang, apakah dia mesti menguntilnya lebih jauh"
Daripada menguntilnya, mengapa tak memanfaatkan kesempatan itu untuk menyelidiki saja orang yang berniat mengambil ciamsi dikuil Kim Sin siang"
Untung saja saat itu masih ada setengah jam lebih menjelang kentongan yang pertama akhirnya pemuda itu putuskan untuk menguntil si ceking lebih dulu.
Begitu ingatan tersebut melintas lewat, dia segera menerobos keluar dari jendela, manutup kembali daun jendelanya kemudian baru menengok kembali kearah lelaki bermuka kuning itu, tampak bayangan tubuhnya sudah melintas sejauh puluhan kaki didepan sana Huan Cu Im merasa ilmu meringankan tubuh yang dimiliki seharusnya masih berada jauh diatas orang itu maka diapun tak khawatir akan tertinggal, karenanya diapun menguntil terus dari kejauhan
Dari pembicaraannya dengan pelayan rumah makan, dia sempat mendengar kalau kuil Kim Sin siang terletak di barat laut kota Tong shia. begitu keluar dari kota, lelaki bermuka kuning didepan itu segera berpaling untuk memeriksa apakah ada seseorang dibelakangnya, kemudian sambil mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dia meluncur kearah selatan dengan kecepatan luar biasa.
Huan Cu Im mengikuti dibelakangnya secara ketat, pikirnya
: "Agaknya dia benar benar bermaksud hendak menuju kekuil Kim Sin siang"
Hanya saja dia merasa sangat keheranan, jarak antara Kim Sin siang dengan kota Tong shia paling banter cuma dua puluh li, mengapa orang itu tidak menginap dikota tong shia yang lebih dekat, sebaliknya justru menginap dikota kecil yang jaraknya masih tiga puluh li dari kota Tong shia" Ataukah dibalik kesemuanya itu masih terdapat alasan lainnya"
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki lelaki bermuka kuning itu sangat hebat, sepanjang jalan dia bergerak seperti angin, tak sampai sepertanak nasi kemudian ia sudah tiba di Lu tong Ci kemudian dengan meninggalkan jalan besar dia menempuh jalan kecil berbatu menuju keselatan-Perjalanan ini makan waktu hampir seperminum teh lamanya, menurut perhitungan Huan Cu im, semestinya mereka sudah sampai dikuil Kim Sin siang Pada saat itulah tiba tiba lelaki bermuka kuning itu menghentikan langkahnya sambil membalikkan tubuhnya dengan kecepatan luar biasa...
Tindakan yang dilakukan lelaki itu sama sekali diluar dugaan Huan Cu Im tapi kemampuan yang dimilikinya sekarang jauh berbeda dengan dulu, disaat dia melihat lelaki bermuka kuning itu menghentikan gerakan tubuhnya, bagaikan hembusan angin dia sudah menyelinap kebelakang sebatang pohon disisi jalan.
Dengan gerakan tubuh yang dimilikinya sekarang, sudah barang tentu manusia bermuka kuning itu tak bakal mengira kalau jejaknya sudah dikuntit orang
Ketika lelaki bermuka kuning itu yakin kalau disekeliling sana tiada orang lain kembali dia percepat langkahnya membelok kesebuah jalan setapal disisi bukit.
Huan Cu Im tak berani mengikuti dibelakangnya kelewat dekat maka diapun berjalan pada jarak belasan kakijauhnya dari orang tersebut
Ternyata dikaki bukit itu benar benar terdapat sebuah kuil dilihat dari kejauhan bangunan tersebut gelap gulita, tak nampak cahaya lentera namun secara lamat lamat dapat terlihat kalau bangunan itu adalah sebuah kuil kecil yang tidak kelewat luas disitu cuma terdapat sebuah ruangan pemujaan jelas merupakan sebuah kuil dewa tanah
Dilihat dari sini dapatlah disimpulkan kalau lelaki bermuka kuning itu tak lain adalah orang yang menerima perintah lewat burung merpati untuk memohon ciamsi
Secara diam diam Huan Cu Im menyelinap kesisi kanan kuil itu lebih kurang tujuh delapan kaki didepan kuil merupakan sebuah hutan pohon siong yang lebat, disitulah dia menyembunyikan diri.
Waktu itu lelaki bermuka kuning tersebut sudah tiba dimuka pintu kuil sekali lagi dia berpaling dan memeriksa sekejap sekeliling tempat itu, kemudian ia baru meneruskan langkahnya memasuki ruangan kuil
Didepan pintu tergantung sebuah papan nama yang bertuliskan: Kuil dewa tanah.
Ini berarti mereka tak salah alamat.
Dengan pandangan matanya yang tajam Huan Cu Im memperhatikan sekejap keadaan didalamnya, dibalik pintu ternyata merupakan meja altar ruangan tidak terlalu besar Sesudah memasuki ruangan kuil lelaki bermuka kuning itu segera menghentikan gerakan tubuhnya, dilihat dari caranya melakukan perjalanan sudah jelas dia merupakan seseorang yang amat teliti
Setelah masuk kekuil kembali dia melakukan pemeriksaan yang amat seksama disekeliilng tempati itu dia harus tahu dulu apakah disitu ada orang yang bersembunyi di balik kegelapan atau tidak.
Ketika sorot matanya selesai melakukan pemeriksaan disekitar tempat sana alhasil tidak dijumpai sesuatu yang mencurigakan.
Gerak geriknya kembali menjadi lincah dan cekatan, dia langsung menuju kemuka altar dan mengambil tabung ciamsi yang tersedia, sayang sekali tubuhnya telah menghadang pandangan mata Huan Cu Im sehingga tidak diketahui olehnya apa yang sedang dilakukan
Menyusul kemudian tampak ia membungkukkan badan serta meletakkan sesuatu di bawah meja altar, lalu dia mengembalikan tabung ciamsi itu keatas meja Huan Cu Im menjadi amat keheranan setelah menyaksikan kesemuanya itu, pikirnya : "jangan-jangan dia bukan datang kemari untuk mengambil ciamsi?"
Dalam pada itu lelaki bermuka kuning tersebut sudah membalikkan badan menuju kedinding sebelah kiri, agaknya dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan dimasukkan kedinding sebelah kiri, kemudian dengan cepat dia melejit keluar, naik keatap rumah dan meloncat ke wuwungan-ooooodwooooo
Huan Cu Im tak tahu apa yang hendak diperbuatnya, dengan mengerahkan ketajaman matanya dia mencoba untuk memperhatikan, terlihat olehnya orang itu menuju keantara wuwungan rumah dimana terdapat ukiran sepasang naga yang sedang berebut mutiara
Mendadak dari sakunya dia mengambil sebuah benda dan segera dimasukkan kedalam mulut naga yang berada disebelah kiri. kemudian melayang turun ke atas tanah, memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu baru kemudian menyelinap ke dalam hutan dan menyembunyikan diri dibelakang sebatang pohon siong.
Di saat orang itu menyelinap masuk ke hutan tadi, diam diam Huan Cu Im telah mundur sejauh berapa kaki dari tempat semula, ia menjadi semakin keheranan dan tak habis mengerti setelah menemui orang itu menyembunyikan diri juga disana
Waktu itu kentongan pertama sudah hampir tiba, dari sini terbukti sudah bahwa lelaki bermuka kuning itu bukan orang yang bertugas mengambil ciamsi, melainkan orang yang mendapat perintah untuk mengatur segala sesuatunya Huan Cu Im segera mengambil keputusan disaat orang yang mendapat perintah untuk mengambil ciamsi itu belum tiba, dia harus memeriksa dulu "persiapan" apa saja yang telah dilakukan lelaki berwajah kuning itu.
Yang lebih hebat lagi adalah lelaki bermuka kuning itu seakan akan sengaja mengantar dirinya sendiri, ternyata dia bersembunyi didepannya dengan selisih jarak diantara kedua belah pihak hanya satu kaki saja ini berarti cukup dalam sekali ayunan tangan saja ia sudah dapat membekuk lawannya Untuk membekuknya bukan suatu kerjaan yang sulit tapi dia belum menguasahi penuh terhadap keadaan yang terbentang di hadapannya, tentu saja paling baik kalau tak sampai membiarkan lawannya merasakan akan hal tersebut.
Andaikata peristiwa ini terjadi pada satu bulan berselang tentu saja Huan Cu Im tak bisa melakukannya, tapi sekarang dia sudah berhasil menguasahi ilmu Hong lui im, itu berarti menyergap musuhya tanpa dirasakan oleh pihak lawan bisa dilakukan secara mudah.
Tangan kirinya segera dikebaskan pelan kedepan, memancarkan segulung tenaga murni yang tak berwujud menghantam jalan darah dibelakang tubuh lelaki bermuka kuning itu,
Bagaikan terhembus angin sejuk, dalam keadaan tanpa sadar lelaki bermuka kuning itu segera terlelap tidur Huan Cu Im tak berani berayal lagi, cepat cepat dia menyelinap keluar dari tempat persembunyiannya lalu menerobos masuk kedalam kuil diambilnya tabung ciam si dan diperiksanya, tapi dia segera tertawa geli.
Rupanya dalam tabung ciamsi itu hanya terdapat sebatang ciamsi saja, itu berarti memang sudah disiapkan untuk diambil oleh sipemohon ciamsi tersebut sedangkan batang ciamsi lainnya telah diambil oleh lelaki bermuka kuning itu serta diletakkan dibawah meja
Dengan ketajaman mata Huan Cu im, dalam sekilas pandangan saja ia sudah dengan jelas bahwa ciamsi itu bertuliskan nomor tujuh belas
Pemuda itu segera mengerti, d isaat lelaki bermuka kuning itu menuju ke dinding sebelah kiri tadi bisa jadi ia telah meletakkan sesuatu pesan di dalam kotak surat ciamsi Maka diapun berjalan menuju kedinding sebelah kiri dimana terdapat sebuah almari kayu yang dibagi bagi menjadi kotak kotak yang kecil pemuda itu langsung menuju ke kotak bernomor tujuh belas serta mengambil kertas yang berada disitu. Ketika dibaca, ternyata kertas itu berisi pesan yang berbunyi demikian : Periksa mulut naga yang disisi kiri wuwungan rumah
Berhubung waktu yang tersedia tidak terlalu banyak, cepat cepat dia mengembalikan surat itu kedalam kotak lalu melompat ke luar dari kuil dan melayang keatas wuwungan, dimana terdapat naga dari ukiran batu
Dari mulut naga sebelah kiri ia mendapatkan sebuah bungkusan kain kecil sewaktu bungkusan itu dibuka ternyata isinya banyak sekali, disamping sebuah tabung besi kecil berbentuk bulat, selembar topeng kulit manusia yang tipis, sebuah bungkusan kertas serta selembar kertas surat yang dilipat lipat
Dengan cepat Huan Cu Im membuka lipatan surat itu dan membaca isinya:
"Kuberi sebatang penyembur jarum yang mematikan, selembar topeng kulit manusia bubuk pelenyap tenaga sebungkus, tengah hari tanggal tiga masukkan bubuk pelenyap tenaga dalam air teh. bubuk itu tak berwarna tak berbau setelah bersantap, Hui san akan kehilangan tenaga dalamnya untuk menjaga sesuatu gunakan alat penyembur jarum. Kau boleh mewakili Hui san dengan kedudukan ketua ruang Lo han tong dari Siau lim untuk menghadiri pertemuan.
Selesai membaca surat dimusnahkan"
Ketika selesai membaca surat itu, Huan Cu Im merasa terkejut sekali, pikirnya:
"Ternyata kejadian ini benar benar mengandung suatu rencana besar yang amat keji rupanya mereka hendak mencelakai Hui san taysu dari siauw limpay. Mujur sekali rahasia ini berhasil kuketahui. kalau tidak entah bagaimana jadinya?"
Berpikir sampai disitu cepat cepat dia masukkan kembali bungkusan itu kedalam mulut naga
Semua peristiwa ini berlangsung dalam waktu singkat, ketika pemuda itu mendongakkan kepalanya lagi, darijalan setapak dikaki bukit sudah kelihatan sesosok bayangan tubuh yang tinggi besar sedang bergerak mendekat cepat cepat Huan Cu Im melayang turun kebawah lalu tergesa gesa menyelinap ke dalam hutan pohon siong, mengebaskan tangan kirinya serta membebaskan jalan darah lelaki bermuka kuning itu dari pengaruh totokan Bagi lelaki bermuka kuning itu, sejak jalan darahnya tertotok sampai dibebaskan kembali sekarang, dalam perasaannya dia hanya merasakan matanya sedikit penat dan tanpa terasa terpejam sejenak. oleh karena itu sama sekali tidak menaruh kecurigaan apa apa.
Ketika dilihatnya ada seseorang telah munculkan diri, serta merta dia menghimpun semua perhatiannya untuk mengawasi pendatang tersebut.
Tentu saja Huan Cu Im memperhatikan juga orang itu, dimana matanya memandang ia saksikan sesosok bayangan tubuh yang tinggi besar dengan mengenakan sebuah topi berwarna hitam yang dipakai rendah rendah dan memakai jubah hitam yang lebar sedang bergerak mendekat dengan langkah tubuh yang ringan, dalam sekilas pandangan saja dapat diketahui bahwa dia memiliki ilmu silat yang sangat hebat.
Tatkala sampai dimuka kuil dia kelihatan berhenti sejenak lalu memalingkan kepalanya, dengan sorot matanya yang tajam menggidikkan hati ia perhatikan sekejap hutan siong itu.
Sebab diantara bangunan kuil disekeliling sana, hanya hutan pohon siong itu yang dapat dipergunakan sebagai tempat persembunyian
Memandang sorot matanya yang begitu dingin menggidikkan hati, diam diam Huan Cu Im terkesiap juga dibuatnya, segera pikirannya :
"Betapa keji dan menyeramkannya sorot mata orang ini agaknya dia lebih licik bengis dan buas ketimbang lelaki bermuka kuning itu..."
Manusia berbaju hitam itu berhenti sejenak didepan kuil kemudian baru melengak masuk ke dalam ruangan, langkahnya amat berhati hati dan kewaspadaannya amat tinggi.
Sesampainya dimuka meja altar dan yakin kalau dalam kuil tersebut tidak hadir seseorang yang lain, dia baru mengambil tabung ciamsi yang terletak dimeja, berlutut dengan sujud serta membaca doa, lalu mengangkat tinggi tabung ciamsi serta menggoyangkannya berulang kali.
Menyaksikan adegan ini, kembali Huan Cu Im berpikir.
"Sudah jelas isi ciamsi didalam tabung tersebut hanya sebatang begitu diambil nomor ciamsinya sudah ketahuan, mengapa ia tak berbuat begitu malahan tetap berlutut, bersembahyang serta menggoyangkan tabung ciamsinya"
Agaknya peraturan dari atasan meraka amat ketat sekali, sehingga ketika atasannya memberi perintah agar berlutut dan mohon ciamsi dari dewa tanah, ia benar benar melakukannya dengan penuh sujud tanpa membangkang, disamping itu rupanya diapun kuatir bila gerak geriknya diawasi orang sehingga mau tak mau harus berbuat demikian-oleh karena isi tabung hanya ada sebatang ciamsi, dengan sendirinya dengan cepat pula nomor ciamsinya sudah ketahuan-Dari atas tanah manusia berbaju hitam itu mengambil batang ciamsinya, kemudian bangkit berdiri, menyulut api serta memperhatikan nomornya lalu setelah dikembalikan kedalam tabung, dia menuju dinding sebelah kiri, membuka kotak laci dan mengambil syairnya.
Tulisan itu dibaca sekejap. begitu selesai segera disulut diatas api dan membakarnya sampai menjadi debu, kemudian baru memadamkan api yang disulutnya.
Keluar dari ruangan, dia melompat naik keatas atap rumah, dicarinya patung naga sebelah kiri diwuwungan rumah, mengeluarkan sebuah bungkusan hitam dari balik mulut naga itu kemudian dengan cepat melayang turun keatas tanah Dia kembali kedalam ruangan kuil dan sekali lagi menyulut api membuka buntalan dan membaca pesan yang tertulis disana, sesudah membakar surat itu, dia membereskan bungkusannya, memadamkan api dan mengundurkan diri dari kuil itu.
Dengan mengerahkan ilmu mengentengkan tubuhnya yang sempurna, secepat kilat orang itu meluncur kembali kearah kota Sa cap liphu.
Begitu orang berbaju hitam itu berlalu, lelaki bermuka kuning itupun turut menyelinap keluar dari hutan siong serta menyusulnya dari belakang. Kembali tindakan ini sama sekali diluar dugaan Huan Cu im, segera pikirnya:
"Manusia berbaju hitam itu datang untuk menjalankan perintah, segala sesuatunya juga dilakukan olehnya sesuai dengan petunjuk. lantas apa sebabnya lelaki berwajah kuning itu harus menguntilnya pula" Yaa, tindakan penguntilan yang dilakukan olehnya ini tentu ada sebab sebabnya"
Berpikir sampai disitu, secara diam diam Huan Cu Im segera menguntil pula di belakang lelaki bermuka kuning itu setelah menempuh perjalanan sekian jauh, akhirnya ia sampai dikota Sa cap liphu.
Manusia berbaju hitam yang berada di depan langsung saja berjalan menuju ke ujung jalan, tempat itu berupa sebuah gedung yang amat tinggi, dalam sekilas pandangan saja dapat diketahui bahwa gedung itu milik seorang saudagar kaya atau paling tidak seseorang yang berkedudukan.
Lelaki berbaju hitam itu tidak langsung memasuki gedung tersebut melalui pintu gerbang, melainkan berputar kesisi kiri gedung lalu masuk dengan melompat pagar pekarangan rumah.
Lelaki bermuka kuning itu segera mengikuti pula dibelakangnya dan melompat masuk ke dalam gedung melalui pekarangan rumah.
Huan Cu Im tahu, kedua orang itu adalah manusia manusia berotak yang teliti dan licik, ia tak berani mengambil tindakan gegabah sehingga menyebabkan "memukul rumput mengejutkan sang ular".
Diam diam ia meyelinap sejauh tiga sampai lima kaki jauhnya dari situ, kemudian baru melompat naik keatas pekarangan rumah dan mendekam disitu.
Hanya selisih waktu begitu singkat, ternyata bayangan tubuh manusia berbaju hitam itu sudah lenyap tak berbekas, sedangkan lelaki bermuka kuning itu masih bersembunyi diundak undakan batu, lalu menelusuri serambi samping menyusup lebih kedalam lagi.
Dengan sendirinya ia sedang menguntil di belakang manusia berbaju hitam itu, berarti asal dia diikuti maka tak akan sampai kehilangan jejak.
Tiga sosok bayangan manusia pun berjalan menelusuri serambi yang berliku liku dan dengan cepat memasuki sebuah halaman lain-Tempat itu merupakan sebuah pesanggrahan yang amat hening dan segar, Didepan gedung tumbuh pelbagai macam bunga yang beraneka ragam, ditengah kegelapan tampak bayangan pepohonan bergoyang terhembus angin dan menyebarkan bau harum yang semerbak.
Diatas gedung berjajar tiga buah ruangan, pada ruangan sebelah timur tampak cahaya lentera lamat lamat memancar keluar dari balik jendela
Setibanya disitu lelaki berbaju hitam itu baru melepaskan topinya serta mendehem pelan
Dari balik ruangan segera terdengar seseorang menegur dengan suara parau:
"Siapa disitu?"
"Si congkoan, pinceng yang datang" sahut manusia berbaju hitam itu cepat. Gelak tertawa keras segera berkumandang dari balik ruangan
"Haaah... haaah... haaah... rupanya Bu tim taysu yang datang, silahkan masuk... silahkan masuk"
Pintu ruangan dibuka dan muncul seorang lelaki berjubah biru yang mempersilahkan manusia berbaju hitam itu masuk.
Disaat kedua orang itu melangkah masuk kedalam ruangan, lelaki bermuka kuning serta Huan Cu Im serentak bergerak kemuka serta menyembunyikan diri dibalik bebungahan diluar ruangan-Diam diam Huan Cu Im berpikir didalam hati^
"Rupanya manusia berbaju hitam itu adalah seorang hweesio yang bernama Bu tim. entah siapa pula Si congkoan itu?"
Setelah masuk kedalam ruangan, dibawah sinar lentera terlihatlah dengan jelas bahwa lelaki berbaju hitam itu berkepala gundul nyata dia adalah seorang hweesio yang bertubuh tinggi besar.
Terdengar Si congkoan bertanya dengan lirih:
"Kepergian taysu kekuil Kim Sin siang tentunya untuk memohon ciamsi bukan?"
Sekarang Huan Cu Im baru mengerti, tentunya burung merpati itu terbang kegedung kediamam Si congkoan diserahkan kepada Bu tim Hwesio ini.
Ditinjau dari sini dapat disimpulkan bahwa si congkoan adalah penghubung mereka, sedangkan Bu tim Hwesio adalah seorang Hwesio dari salah satu kuil dikota Sa cap liphu ini sehingga bila mendapat berita harus ada orang yang menyampaikan-Bagi seorang kaya dengan gedung yang begitu megah, tentu saja munculnya burung merpati bukan sesuatu yang aneh atau mudah menarik perhatian orang, berbeda sekali bila langsung terbang kesebuah kuil, sedangkan penerimanya bukan ketua kuil itu, tentu saja hal ini kurang leluasa rasanya.
Sementara itu terdengar Bu tim Hwesio telah menyahut sambil tertawa dengan suara rendah dan dalam,
"Dapat sih sudah dapat, tapi berhubung atasan memerintahkan pinceng untuk melaksanakan suatu tugas yang besar dan maha penting maka pinceng harus berangkat sekarang juga, itulah sebabnya sengaja pinceng datang kemari untuk memohon diri kepada Si congkoan"
Bersusah payah menempuh perjalanan sejauh lima enam puluh li hanya bertujuan minta diri, agaknya hubungan kedua orang ini akrab sekali. Sambil tertawa Si congkoan segera berkata^
"Taysu tak usah bicara begitu, sebagai sesama saudara buat apa kau mesti bersungkan sungkan?"
"Tidak- selama satu tahun pinceng berdiam dikuil Toa kwan si, sudah terlalu banyak jasa baik yang Si congkoan berikan untukku, lagi pula rahasia pinceng pun hanya si congkoan seorang saja yang tahu."
"Taysu, buat apa kau mengucapkan kata kata semacam itu?" kembali Si congkoan menukas.
"Bagaimana pun juga, pinceng harus mengutarakannya kepadamu sebab tugas yang dibebankan kepada pinceng kali ini teramat rahasia dan tak boleh sampai bocor..." Si congkoan segera tertawa terbahak bahak
"Haaah... haah... haah... haah... soal ini tak usah taysu kuatirkan, siaute dan taysu boleh dibilang mempunyai ikatan persaudaraan yang akrab sekali, dalam setahun belakangan inipun siaute bertugas sebagai penyampai berita kepadamu, kapankah tugas itu pernah kulakukan secara keliru?"
"Ehmm, benar juga perkataanmu itu..." Bu tim hweesio tertawa seram, "itulah sebabnya dengan bersusah payah pinceng menempuh perjalanan sejauh puluhan li datang kemari dengan maksud hendak berpesan kepada Si congkoan, janganlah sampai pihak ketiga mengetahui akan rahasiaku ini..."
"Aaah" Mendadak terdengar Si congkoan menjerit kaget, kemudian dengan suara gemetar serunya lagi:
"Kau... kau..."
Agaknya secara tiba tiba ia peroleh serangan yang amat berat dan maha dahsyat. Menyusul kemudian terdengar Bu tim hweesio berkata sambil tertawa seram
"Walaupun pinceng mempunyai ikatan persaudaraan dengan congkoan yang telah berlangsung puluhan tahun lamanya, namun jejak pinceng kali ini hanya boleh diketahui seorang saja, itulah sebabnya terpaksa aku mesti berbuat begini. Loko, kau sudah terkena jarum pemunah darah, satu jam kemudian tubuhmu bakal hancur dan berubah menjadi gumpalan darah kental, rambut dan tulang pun akan ikut hancur pula, tapi kau tak perlu menyesal, dikemudian hari pinceng tentu akan mendoakan arwahmu agar cepat cepat masuk surga"
"Kau... kau sungguh kejam..."
Dengan susah payah sambil menahan rasa sakit yang tak terhingga Si congkoan memegang ujung meja dengan kedua belah tangannya, tubuhnya sangat gontai, tapi secara tiba tiba ia menarik seutas tali yang berada disebelah kanan meja itu.
Begitu tali ditarik... "Kliing... kliing... kliing..." bunyi keleningan bergema tiada hentinya.
Tak disangkal lagi menjelang saat ajalnya Si congkoan telah menarik keleningan tanda bahaya dari gedungnya untuk memberitahukan kejadian tersebut kepada semua penghuninya.
Bu tim hweesio tampak amat terkejut, cepat cepat ia kenakan topinya kembali lalu
Blaamm menendang daun jendela sampai hancur dan menerobos keluar dari situ.
Semua tindakan yang dilakukan dalam sekejap mata ini boleh dibilang cepat sekali, tapi begitu tanda bahaya berbunyi, dari balik gedung telah muncul pula empat lima sosok bayangan hitam yang menerobos masuk lewat pagar pekarangan.
Gerak gerik orang orang itu amat gesit dan cekatan bagaikan monyet, tindak tanduknya mantap dan cekatan, sudah jelas mereka adalah manusia yang berilmu silat tinggi.
Tatkala Bu tim hweesio menerjang keluar lewat jendela, kelima sosok bayangan manusia itu sudah memapaki kedatangannya. Terdengar seorang diantaranya segera membentak keras:
"Siapa disitu, berani memasuki perkampungan ditengah malam buta, ayoh cepat berhenti"
Ditengah bentakan, lima orang lelaki berpakaian ringkas dengan golok terhunus telah melakukan pengepungan.
Menanti ia sadar akan datangnya ancaman, segulung tenaga pukulan yang sangat kuat telah menyapu tiba, untuk sesaat dia jadi terdesak hingga mundur terus ke belakang.
Huan Cu Im yang menyaksikan kejadian ini segera berpikir dalam hati:
"Ehmm, tampaknya ilmu silat yang dimiliki hweesio ini sangat hebat, tenaga dalamnya juga amat sempurna "
Sementara itu, Bu tim hweesio yang berhasil mendesak mundur kedua orang lawannya dengan dua serangan tak membuang waktu lebih lama lagi, sepasang kakinya segera dijejakkan ke tanah, bagai seekor bangau abu abu yang melambung diangkasa, dia melesat keluar pagar pekarangan rumah.
Tiga orang lelaki lainnya tidak ambil diam, begitu dilihatnya Bu tim hweesio yang berhasil mendesak mundur rekannya berusaha untuk melarikan diri, serentak mereka membentak keras kemudian menerjang maju kedepan.
Dua orang lelaki yang terdesak mundur tadi segera ikut memburu pula ke depan, bentaknya keras keras
"Bajingan keparat, kau berniat melarikan diri ?"
Lima sosok bayangan manusia bagaikan halilintar mengejar rembulan, langsung meluncur kedepan melakukan pengejaran-Tak lama setelah kelima orang itu memburu kemuka, mendadak terdengar berapa kali dengusan tertahan bergema memecahkan keheningan, menyusul kemudian-..
Bluuk, bluuk,.." Kelima orang lelaki kekar yang mengejar kearah pagar pekarangan itu tahu tahu bergelimpangan jatuh keatas tanah.
Memanfaatkan kesempatan itu Bu tim Hwesio melompat pagar pekarangan serta melarikan diri.
Pada saat itulah terdengar suara langkah kaki bergema datang dari kejauhan, menyusul kemudian terdengar seseorang menegur dengan suara dalam. "Si congkoan, teman dari manakah yang telah berkunjung datang..." Mengikuti teguran itu, muncul tiga orang lelaki dari balik pintu berbentuk rembulan.
orang yang berada dipaling depan adalah seorang lelaki berusia lima puluh tahunan yang berwajah putih bertubuh gemuk. alis mata tebal dan bermata kecil Gerak gerik maupun tingkah lakunya amat santai tapi mencerminkan suatu wibawa, hingga dalam sekilas pandagnan saja dapat diketahui bahwa dia adalah tuan rumah pemilik gedung itu.
orang kedua adalah seorang kakek berjubah hijau yang membawa sebuah huncwee sepanjang tiga depa, usianya antara enam puluh tahunan, alis matanya tajam dengan mata cekung kedalam, sinar tajam yang menggidikkan hati mencorong dari balik matanya itu.
Sedangkan orang ketiga adalah seorang lelaki setengah umur berjubah hijau yang memakai ikat pinggang kemala dengan sebuah pedang tersoren dipinggangnya, dia berusia antara empat puluh tahunan, wajahnya putih bersih dan nampak amat halus.
Begitu melihat kemunculan ketiga orang itu, kelima orang lelaki yang tergeletak diatas tanah itu segera melompat bangun seraya menjura: "Hamba menjumpai cengcu"
Melihat kelima orang lelaki itu meski sudah merangkak bangun namun gerak geriknya nampak kesakitan, dengan rasa heran cengcu yang bertubuh gemuk itu segera bertanya:
"Kenapa dengan kalian?"
Seorang diantaranya segera membungkukkan badan dan memberi hormat seraya menyahut:
"Lapor cengcu, sekujur badan hamba linu dan kaku, tak setitik tenagapun yang dapat dipergunakan"
Jite, kakek berhuncwee yang berada disisinya segera menyela sambil tersenyum, "mereka sudah terkena sergapan musuh"
Sambil berkata dia berjalan menuju kesisi centeng tersebut lalu menekan pinggangnya sambil melakukan gerakan menghisap. setelah itu sambil membuka telapak tangannya ia berkata.
"Ehmm, ternyata dugaanku memang tidak meleset"
Rupanya dalam telapak tangannya sekarang telah bertambah dengan sebatang jarum pendek yang halus seperti bulu kerbau sepanjang satu inci. Dengan rasa kaget bercampur keheranan cengcu itu berseru. "ciangbunjin,jarum emas itu berasal dari perguruan mana?"
Huan Cu Im yang menyembunyikan diri dibalik semak belukar menjadi tertegun sehabis mendengar ucapan mana, pikirnya.
"ciangbunjin" Tak nyana kalau kakek berhuncwee itu adalah seorang ciangbunjin dari suatu partai besar"
Secara beruntun kakek berhuncwee itu menghisap juga jarum jarum perak yang bersarang ditubuh keempat orang lainnya setelah itu dia baru berkata sambil tersenyum.
"cara menggunakan jarum perak ini amat keji dan tak berperi kemanusiaan, caranya berbeda sekali dengan penggunaan jarum bwe coa ciam yang sering digunakan umat persilatan"
Kemudian setelah berpaling kearah lelaki setengah umur yang berikat pinggang kemala itu, ujarnya lagi:
"ciangbunjin mempunyai pengetahuan yang luas sekali, apakah kau dapat mengenali asal usul darijarum tersebut?"
Sekali lagi Huan Cu Im dibuat tertegun, dia tak mengira dalam kota Sa cap liphu yang kecil bisa bersua dengan dua orang ciangbunjin, tanpa terasa timbul keraguan didalam hatinya, ia berpikir.
"Kehadiranku dibalik semak belukar hanya bisa mengelabuhi kaum centeng tersebut tapi jelas tak dapat mengelabuhi mereka, apa yang mesti kulakukan sekarang?"
Dalam pada itu lelaki setengah umur berikat pinggang kemala itu sudah menerima jarum perak tadi serta dilihatnya dengan seksama, lalu sahutnya agak ragu:
"Aku rasa jarum ini mirip sekali dengan senjata tiup yang biasanya digunakan orang orang suku Biau"
Mendadak terdengar cengcu berseru heran:
"Heey kemana perginya Si congkoan" Apakah ia sudah terkena serangan lawan" Mari kita tengok ke dalam "
Belum lagi melangkah, seorang centeng sudah muncul dengan langkah tergesa gesa, kemudian dengan wajah ngeri bercampur ketakutan serunya terbata bata:
"Lapor cengcu... Si... si congkoan-.. dia... mayatnya telah membusuk dengan cepat, sudah sebagian besar tubuhnya yang hancur dan lenyap menjadi cairan darah " Huan Cu Im terkejut sekali mendengar laporan itu, pikirnya dengan cepat:
"Sudah pasti Bu tim Hwesio telah mempergunakan jarum penghancur darahnya "
Sementara itu paras muka si kepala kampung itupun berubah hebat, kemudian seruan kaget,
"Aaah, mana ada kejadian seperti ini?"
Sambil berkata ia membalikkan badan dan siap berlalu dari situ dengan langkah cepat. "Jite, tunggu sebentar" tiba tiba kakek berhuncwee itu mencegah. cungcu itu segera berhenti lalu balik bertanya: "ciangbunjin ada pesan apa?"
"Aku rasa yang pada malam ini bukan cuma seorang saja, bisa jadi masih ada komplotannya bersembunyi disini, apakah jite mengarapkan kemunculan mereka?"
"Aduh celaka" Huan Cu Im segera berpekik dalam hatinya,


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"agaknya dia sudah mengetahuinya akan kehadiran serta lelaki bermuka kuning itu, kalau tidak mengapa mengatakan mereka ?"
Sementara itu si cengcu itu sudah mengiakan, lalu dengan mata bersinar tajam ia membentak dalam dalam-
"Kawanan penyamun yang masih menyembunyikan diri, dengarkan baik baik.
Kalian telah menyelundup masuk kedalam gedung kami, untuk itu jangan harap kalau bisa melarikan diri lagi dari hadapan cia ciangbunjin dari Tiam cong pay serta Ki ciangbunjin dari Lak hak bun, menurut anjuranku, alangkah baiknya jika kalian munculkan diri sendiri saja tanpa dipaksa, dengan begitu mungkin hukuman yang diperoleh punjauh lebih ringan"
Beberapa patah kata yang diutarakan itu segera membuat Huan Cu Im berkerut kening.
Sesungguhnya dia adalah seorang yang baru terjun kedalam dunia persilatan, terhadap orang orang persilatan pun masih terasa asing, tapi tatkala masih berada dalam perusahaan pengangkutan barang Seng kipiau kiok dikota Kim leng tempo hari, ia pernah mendengar tentang nama nama para jago sembilan partai besar serta berbagai aliran lain di saat Siang ciangbunjin dari Hoa sanpay sedang membicarakan tentang soal pertemuan dibukit Hong san dengan empek sengnya, dan nama nama tersebut telah diingatnya baik baik.
Itu berarti kakek berhuncwee tersebut adalah ketua Lak hak bun yang bernama Ki Cu ho, lelaki berikat pinggang kemala adalah ketua Tiam cong pay cia YU jin sedangkan cengcu gedung ini adalah saudara dari Ki Cu ho yang bernama Ki Ci luan
Bu tim Hwesio yang membunuh si congkoan dengan jarum penghancur darahnya kini telah melarikan diri, sedangkan ia dan lelai bermuka kuning itu masih bersembunyi di situ, andaikata jejak mereka sampai ketahuan, membantah pun tak ada gunanya. Padahal untuk melarikan diripun sudah terlambat sekarang
Selain itu dia bukan sekomplotan dengan lelaki bermuka kuning itu, andaikata terjadi pertarungan nanti, haruskah dia...
Melihat tiada orang yang menjawab sesaat kemudian Ki Cu lua n segera membentak pula:
"Hey, bila kalian belum mau juga menampakkan diri dari tempat persembunyian, jangan salahkan kalau aku tak akan bersungkan sungkan lagi..."
"Yaa betul" sambung Ki Cu hoo sambil tertawa dingin, "bila kalian enggan menampilkan diri dari tempat persembunyian, berarti kalian tidak memandang sebelah mata pun terhadap orang orang Lak hap bun kami..."
-oo0dw0oo Jilid: 29 Selesai berkata demikian, dia segera memberi tanda kerdipan mata kepada adiknya, kemudian cepat cepat menjejakkan badan dan bersama sama menerjang kekiri kanan dimana Huan Cu Im menyembunyikan diri, kemudian seorang dari sisi yang berbeda serentak melancarkan serangan dahsyat untuk menggencet tubuh Huan Cu im Pada saat itu pula ketua Tiam cong pay Cia Yujin ikut mendesak kebelakang tubuh si lelaki bermuka kuning itu serta melepaskan sebuah serangan dahsyat.
Huan Cu Im sama sekali tidak menyangka kalau pihak lawan sesungguhnya sudah mengetahui tempat tempat persembunyian mereka berdua bahkan begitu bicara menyerang lantas menyerang serangan yang digunakan juga begitu cepat dan dahsyat.
Dalam waktu singkat kedua gulung angin pukulan itu telah menyambar tiba, daya tekanan yang dihasilkan hampir saja membuat orang menjadi sesak napas Kenyataan ini segera mengejutkan si anak muda itu, tanpa terasa pikirnya:
"Waaah, kenyataannya tenaga serangan gabungan dari dua bersaudara ciangbunjin Lak hap bun memang luar biasa sekali, aku tak boleh memandang enteng kemampuan mereka."
Berada dalam keadaan begini, kecuali dia menggunakan teknik "menggiring" untuk membuang tenaga serangan tersebut ke arah lain, sudah jelas ia bukan tandingan dari kedua orang itu apabila terjadi bentrokan secara kekerasan-Berpikir demikian, sepasang telapak tangannya segera melakukan gerakan aneh dan menggiring kedua gulung angin pukulan itu menuju kebelakang
Gerakannya hanya melulu menggiring serta membuang tenaga serangan lawan kebelakang, ia tak berani melancarkan serangan balasan, apalagi bertarung dengan kedua orang itu Sementara itu Ki Cu huan dan Ki Cu bo yang sedang melancarkan serangan, tiba tiba saja merasakan kedua gulung angin pukulan yang dilontarkan kemuka telah tergelincir kesamping dan berubah arah dengan meluncur kearah lain, tak kuasa serangan mana terbuan percuma kebelakang tubuh orang itu.
Kenyataan mana segera mengejutkan mereka berdua sehingga tanpa sadar mereka mengerahkan tenaga dalamnya sembari menggapai dengan kelima jari yang terpentang lebar untuk menarik kembali kekuatan serangannya itu.
Berbicara menurut kemampuan tenaga dalam yang mereka miliki dihari hari biasa, tenaga serangan yang mereka lancarkan dapat digunakan dan ditarik kembali dengan leluasa, tapi kali ini, entah apa sebabnya ternyata tak mampu ditarik kembali
Malahan Ki Cu luan yang tenaga dalamnya lebih Cetek.
tertarik oleh kekuatan serangan yang dilancarkan sendiri sehingga tubuhnya ikut terhuyung maju satu langkah Huan Cu Im tak berani berayal, menggunakan kesempatan disaat tenaga serangan lawan berhasil digiring kebelakang tubuhnya, dengan suatu gerakan yang amat cepat dia meluncur maju kedepan
Tempat dimana lelaki bermuka kuning itu menyembunyikan diri hanya berjarak lima depa saja dari hadapan Huan Cu im, ketika Cia Yujin melancarkan pukulannya menghajar belakang tubuhnya, dan ia merasa ada angin pukulan yang sangat kuat mengancam dari belakang, dia menjadi terperanjat.
Lelaki bermuka kuning itu sadar, apabila serangan tersebut harus disambut dengan kekerasan dengan tenaga dalam yang jauh ketinggalan dari lawannya, jelas ia tak akan mampu mempertahankan diri.
Dalam gelisah dan cemasnya, terpaksa dia menjatuhkan diri menggelinding diatas tanah sejauh enam tujuh depa lebih untuk menghindarkan diri dari ancaman serangan tersebut, kemudian dengan cepat dia melompat bangun dan siap melarikan diri dari situ
Ketika dia melompat bangun tadi, kebetulan Huan Cu Im juga sedang melompat keluar dari tempat persembunyiannya, menanti pemuda itu menyusup ketempat bekas persembunyiannya tadi, lelaki bermuka kuning itu telah melejit keudara
Dengan gerakan yang sama sama dilakukan dengan kecepatan luar biasa, tanpa terasa kedua orang itu bertindak seolah olah satu orang yang sama.
Sepintas lalu orang mengira Huan Cu Im yang baru saja meloloskan diri dari serangan gabungan Ki Cu ho bersaudara telah melesat kedepan serta bangkit berdiri.
Berhubung gerakan tubuh kedua belah pihak sama sama cepat, dan lagi ditengah kegelapan malam gerakan demi gerakan tersebut tak terlihat oleh mereka secara jelas.
Ki Cu luan dan Ki Cu hoo segera menjengek dingin, lalu secepat kilat menghadap dihadapan lelaki bermuka kuning itu dan masing masing melepaskan sebuah pukulan dahsy untuk menghalangi jalan perginya.
Sementara itu Cia Yujin yang serangannya berhasil dihindari lawan, sudah barang tentu tidak membiarkan musuhnya melarikan diri ketika melihat orang itu berusaha untuk kabur dari situ.
Dengan suatu gerakan yang luar biasa cepatnya dia mendesak maju kedepan- kemudian telapak tangan kanannya diayunkan kedepan mengancam belakang punggungnya Sesungguhnya antara Huan Cu Im dengan silelaki bermuka kuning itu sama sekali tidak saling mengenal dan tak punya hubungan apa apa, sebenarnya dia memang tidak bermaksud menolongnya, tapi kemudian dia merasa persoalan ini menyangkut suatu keadaan yang amat gawat dan tak bisa membiarkan dia mati diujung telapak tangan ketiga orang itu, maka setelah berpikir sejenak. cepat cepat dia bangkit berdiri seraya berteriak keras: "Saudara bertiga, harap jangan bertindak kelewat keji, beri kehidupan kepadanya"
Sambil berseru dengan suatu gerakan cepat dia menyelinap kesamping badan lelaki bermuka kuning itu.
Dalam pada itu silelaki bermuka kuning tersebut baru saja akan melejit keudara ketika sepasang pukulan yang dilepaskan dua bersaudara Ki telah menggencet tiba dengan kekuatan yang luar biasa.
Dia sadar kalau identitas dirinya tak boleh sampai bocor, apalagi dalam menghadapi keadaan demikian kecuali beradu rasanya memang tiada jalan pilihan ke maka sambil menghimpun segenap tenaga yang dimilikinya dia melontarkan sepasang telapak tangannya kedepan untuk menyambut datangnya ancaman tersebut dengan kekerasan, lalu menurut rencananya dia akan menyelinap keluar dengan melalui sisi dua orang itu
Akan tetapi belum sempat sepasang telapak tangannya saling beradu dengan dua orang lawannya, telapak tangan Cia Yujin yang muncul dari belakang tubuhnya telah menempel diatas punggungnya.
Bayangkan saja dengan kekuatannya orang bagaimana mungkin dia mampu menghadapi kerubutan tiga orang jago lihay dunia persilatan sekaligus" Bukankah keadaan itu ibaratnya telur yang diadu dengan batu cadas"
Untung saja disaat ketiga gulung angin pukulan tersebut hampir menggencet tubuhnya Huan Cu Im telah membentak tepat pada saatnya.
Kendatipun demikian lelaki berwajah kuning itu sudah tak mampu mempertahankan diri, dia mendengus tertahan, kakinya menjadi lemas dan segera roboh terjungkal ke atas tanah.
Pada waktu itulah Huan Cu Im menyelinap datang tepat pada saatnya, dengan cepat dia menyambar tubuh lelaki tersebut.
"Siapa anda ?" dengan sorot mata tajam Ki Cu hoo menegur.
Disaat teguran itu menggema, Ki Cu hoo dan Cia Yujin telah membalikkan badannya bersama sama dan mengurung Huan Cu Im dalam posisi segi tiga.
Huan Cu Im yang terkepung ditengah arena sama sekali tidak menguatirkan kepungan itu, sahutnya dengan cepat:
"Sayang sekali aku masih ada urusan lain sehingga tak sempat lagi memberi penjelasan kepada kalian bertiga tapi perlu diketahui bahwa orang ini mempunyai arti yang sangat penting, kalau bisa dibiarkan hidup jauh lebih berharga lagi, untuk itu harap kalian sudi memakluminya"
"Apakah kau bukan satu komplotan dengan mereka ?"
tegur Ki Cu luan sambil tertawa dingin-
"Bukan, aku tidak berkomplot dengan mereka" sahut pemuda itu tegas tegas
"Heeeh... heeeh... heeeh.. tapi siapa yang percaya dengan perkataanmu itu?"
"Dikemudian hari kalian bertiga kan bakal mengetahui dengan sendirinya"
"Hmm, ditengah malam buta kau telah memasuki perkampungan kami sudah jelas kau sekomplotan dengan mereka. Aku tak perlu mengetahui urusan dikemudian hari pokoknya bila kau tidak memberi penjelasan kepadaku malam ini, jangan harap bisa meninggalkan perkampungan keluarga Ki kami barang selangkah pun"
"Tapi semua perkataanku kuutarakan dengan sejujurnya, harap cengcuj angan salah paham" kata Huan Cu Im gelisah.
Sekali lagi Ki Cu luan tertawa dingin :
"Hm... hm... baiklah, kalau memang anda segan berbicara terus terang terpaksa aku akan menahanmu dengan kekerasan"
"cengcu, kalau toh kau mendesakku terus menerus terpaksa aku tidak bisa melayani lebih lama lagi"
"Haah... haah... kau anggap bisa pergi dari sini dengan begitu saja?" jengek Ki Cu luan sambil tertawa terbahak bahak Belum habis gelak tawanya berkumandang, tangan kanannya telah diayunkan ke depan dan secara beruntunan melepaskan enam buah serangan yang semuanya ditujukan kearah Huan Cu im.
"Maaf..." seru Huan Cu Im kemudian Sementara pembicaraan masih berlangsung, dia merangkul pinggang lelaki bermuka kuning itu dengan tangan kanannya, lalu dengan suatu gerakan yang lincah ia melejit keudara, dari situ telapak tangannya diayunkan pula melancarkan sebuah pukulan
Semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata Huan Cu Im yang didesak oleh keadaan terpaksa memutar tangan kirinya satu lingkaran, lalu dengan menggunakan teknik
"menggiring" dia menggiring tenaga pukulan yang dilepaskan Ki Cu luan itu kearah lain-
"Aaah..." Baik Cia Yujin maupun Ki Cu hoo sama sama berseru tertahan saking kagetnya setelah menyaksikan adegan itu.
Perlu diketahui, berhubung Ki Cu luan dapat melihat kalau Huan Cu Im memiliki kepandaian silat yang amat tangguh, maka didalam melancarkan serangannya barusan, dia telah mengeluarkan ilmu silat andalannya selama ini, yakni ilmu pukulan Lak hap ciang yang merupakan ilmu silat paling hebat dalam perguruan Lak hap bun.
Yang dimaksudkan sebagai Lak hap elang adalah sebuah pukulan yang sekali menyerang enam serangan dilancarkan sekaligus enam pukulan yang bergabung jadi satu akan mewujudkan suatu tenaga serangan yang maha dahsyat.
Atau dengan perkataan lain, keenam buah serangan yang dilancarkan olehnya barusan dapat menyumbat enam arah yang berbeda, baik bagian atas, bawah, depan belakang, kiri maupun kanan semuanya dapat dibendungnya sekaligus sehingga membuat kau tak mampu menghindarkan diri.
Siapa tahu, Huan Cu Im cukup membuat gerakan melingkar dengan tangan kirinya saja tahu tahu keenam pukulan yang tergabung dalam Lak hap ciang telah digiring kearah lain Tak heran kalau Cia Yujin maupun Ki Cu hoo menjadi kaget bercampur keheranan setelah menyaksikan kejadian ini.
Pada saat serangan gabungan Lak hap ciang yang dilancarkan Ki Cu luan tergiring kearah yang lain itulah Ki Cu hoo telah berseru sambil tertawa seram: "Heeh heeh heeeh...
bagus sekali, rupanya kau berasal dari partai Siauw lim..."
"Weeesss..." Kembali sebuah pukulan dahsyat dilancarkan dari belakang tubuhnya...
Cia Yujin sebagai ketua Tiam cong pay sebetulnya malam itu hanya kebetulan lewat disana dan bertemu dalam perkampungan tersebut.
Kini setelah melihat Huan Cu Im berhasil berbuat semena mena dihadapan Ki Cu hoo serta dirinya diam diam hatinya menjadi kaget, dia tahu andaikata orang itu sampai berhasil dibawa pergi oleh Huan Cu Im sehingga berita tersebut tersiar dalam dunia persilatan, kejadian ini pasti akan mempengaruhi pamor kedua partai mereka di mata masyarakat ramai.
Karena itulah disaat Ki Cu hoo melancarkan serangannya, diapun segera membentak dengan suara dalam : "Tinggalkan orang itu"
sebuah pukulan udara kosong segera dilancarkan dari sisi samping arena.
Bisa dibayangkan betapa dahsyat dan hebatnya daya serangan yang dilancarkan oleh kedua orang ciangbunjin itu setelah mereka menyerang bersama sama.
Terutama sekali serangan dari Ki Cu ho serangan yang jelas terlihat mengancam belakang tubuh lawan namun ketika sampai ditengah jalan mendadak berubah mejadi serangan miring, arah yang diancam pun berubah menjadi aneh sekali.
Mula mula Huan Cu Im tertegun, tapi ia segera menyadari apa gerangan yang terjadi
Sudah jelas serangan yang dilancarkan Ki Cu hoo bukan ditujukan kebelakang tubuhnya, melainkan mengancam tubuh lelaki bermuka kuning yang berada dikempitan tangan kanannya.
Kejadian tersebut kontan saja menimbulkan perasaan mendongkol dalam hati kecilnya, ia segera berpikir :
"Bagaimana sih orang ini " Barusan toh sudah kujelaskan betapa pentingnya orang ini dan lebih baik dibiarkan hidup.
Hmm, benar benar tak kunyana seorang ciangbunjin dari Lak hap bun yang menganggap dirinya sebagai partai lurus pun dapat melakukan tindakan selicik dan sebusuk ini"
Ingatan itu melintas, secara kebetulan serangan udara kosong yang dilancarkan Cia Yujin telah menyergap sisi kirinya, maka setelah sangsi sejenak diapun berseru dengan lantang:
"ciangbunjin berdua, maaf kalau aku akan berbuat kasar"
Tangan kirinya segera melakukan gerakan melingkar dengan teknik menggiring digiringnya tenaga pukulan Cia Yujin yang maha dahsyat itu kearah datangnya angin serangan dari Ki Cu hoo, sementara dia sendiri segera menjejakkan kakinya keatas tanah dan melompat naik keatas dinding pekarangan
Padahal di dalam serangannya barusan, Cia Yujin telah menggunakan enam sampai tujuh bagian tenaga pukulannya, ketika kemudian dia merasakan bahwa angin serangan yang dilancarkan tiba tiba seperti tersedot oleh suatu kekuatan maha dahsyat hingga kehilangan kontrol dan berbalik menyerang kearah Ki Cu hoo bagaikan bendungan yang jebol dihantam air bah hatinya mejadi terkesiap sekali.
"Saudara Ki, hati hati" dengan cemas bercampur gelisah ia berteriak
Tapi sayang teriakan tersebut sudah terlambat, dua gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat itu telah saling bertumbukan satu sama lain-
"Blaamm" Diiringi suara benturan dahsyat yang amat memekikkan telinga, pusaran angin tajam memancar keempat penjuru dan membuat ujung baju yang dikenakan kedua orang ciangbunjin itu berkibar kencang, akibatnya masing masing pihak terdorong mundur sejauh satu langkah
Dalam pada itu Ki Cu luan masih tertegun ketika menyaksikan pukulan Lak hap ciangnya kena digiring pergi oleh Huan Cu Im (disaat dia masih tertegun itulah, Ki Cu hoo serta Cia Yujin telah melancarkan serangannya) dia semakin tercengang setelah melihat pemuda itu berhasil pula menggiring pukulan Cia Yujin untuk diadukan dengan tenaga serangan kakaknya.
Maka betapa gusarnya dia telah melihat lawannya menggunakan kesempatan tersebut melarikan diri dari situ dengan mengepit tubuh silelaki bermuka kuning, sambil membentak keras teriaknya:
"Bocah keparat, hendak kabur kemana kau?"
Dengan mengeluarkan ilmu meringankan tubuh Patpoh kan cian, dia melakukan pengejaran secara ketat bahkan berada ditengah udara dia melepaskan kembali sebuah pukulan kepunggung Huan Cu im.
Waktu itu Huan Cu Im sudah melompat pagar pekarangan ketika merasakan datangnya sergapan dari arah punggung, tanpa berpaling lagi ia berseru sambil tertawa terbahak bahak
"Haaa, haaa... Ki Cengcu tak usah menghantar lagi, silahkan kembali"
Tangan kirinya diayunkan kebelakang, sementara tubuhnya bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya melesat kemuka dengan lebih cepat lagi
Ayunan tangannya ini kendatipun tidak berniat melukai lawan, tapi bisa dibayangkan betapa dahsyatnya ilmu Hwee hong pat ciang tersebut " (padahal ilmu itu merupakan Sian hong ciang dari perguruan Hong lui bun di Lam hay).
Tahu tahu angin pukulan yang dilancarkan oleh Ki Cu luan itu seakan akan menjumpai gulungan angin berpusing yang maha dahsyat tak ampun lagi tubuhnya tergulung hinggga terlempar sejauh dua kaki lebih d ari posisi semula.
"Blaaamm " Tubuhnya segera terbanting keras keras menyebabkan napasnya terasa menjadi sesak sekali
Sebaliknya dalam peristiwa bentrokan antara Ki Cu hoo dengan Cia Yujin tadi meski dalam serangan tersebut kedua belah pihak tidak menggunakan seluruh tenaganya, namun pukulan udara kosong dari Cia Yujin yang kena digiring oleh Hong lui ing dari Huan Cu Im menyebabkan tenaga serangan itu hampir boleh dibilang satu kali lipat lebih dahsyat dari kekuatan semula.
Untuk menghadapi ancaman tersebut paling tidak Ki Cu hoo pun mesti mengerahkan seluruh tenaga yang dimilikinya oleh sebab itulah terjadi bentrokan tadi bukan saja kedua belah pihak sama sama terdorong mundur satu langkah, disamping itupun mereka rasakan telinganya berdenging dan hatinya berdebar sangat keras.
Pada saat itulah, tiba tiba terdengar suara benturan yang amat keras bergema memecahkan keheningan-Blaaammm..."
Ternyata tubuh Ki Cu luan terlempat jatuh dari tengah udara dan jatuh tak sadarkan diri
Tak terlukiskan rasa kaget Ki Cu hoo menghadapi kejadian semacam ini cepat cepat dia maju mendekat dan secara beruntun menepuk beberapa kali diatas tubuh adiknya.
Selang berapa saat kemudian Ki Cu luan baru dapat meludahkan segumpal riak kental serta membuka matanya kembali sambil melompat bangun ia berseru : "Toako malam ini kita betul betul sudah dipecundangi orang"
Dengan wajah serius Ki Cu hoo menghembuskan napas panjang, kemudian berkata:
"Jite cepat mengatur napas dan coba lakukan pemeriksaan apa ada sesuatu bagian tubuhmu yang menderita luka?"
Ki Cu luan manggut manggut dan segera memejamkan mata sambil mengatur pernapasan dia memeriksa seluruh tubuhnya dengan seksama
Sementara itu Cia Yujin telah berkata sambil menghela napas panjang :
"Saudara Ki... aku lihat kepandaian silat yang dimiliki orang itu masih berada jauh diatas kemampuan kita berdua, andaikata dia mengandaikan kemampuan tersebut untuk menteror dunia persilatan, dapat dibayangkan betapa besarnya kemelut serta yang menimpa dunia persilatan dimasa mendatang" Ki Cu hoo manggut manggut.
"Perkataan Cia ciangbunjin memang benar sudah jelas kepandaian silat yang digunakan orang itu adalah ilmu coat ing Sin kang tapi mungkinkah dia murid SiaUw limpay" Untuk pertemuan puncak dibukit Hong san telah berada didepan mata. Hul su taysu dari ruang Lo han tong kuil Siau lim si pasti turut datang tak ada salahnya kita tanyakan dulu persoalan ini kepadanya kemudian baru membuat pertimbangan lain"
ooooDWoooo Setelah lolos dari perkampungan keluarga Ki, sepanjang jalan Huan Cu Im menempuh perjalanannya dengan amat cepat, sekalipun harus membopong tubuh si lelaki bermuka kuning itu, namun dirasakan tubuh orang itu sangat ringan sehingga tidak menimbulkan rasa lelah baginya.
Tak selang berapa saat kemudian sampailah dia dibawah sebuah kaki bukit dibelakang kota, ketika dilihatnya tiada orang yang mengejar, dia pun menurunkan lelaki bermuka kuning itu ke atas tanah sambil membentak :
"Berdiri baik baik, aku ingin bertanya kepadamu, dan kuperingatkan jangan sekali kali kau mencoba untuk melarikan diri"
Siapa tahu begitu dia mengendorkan tangan kirinya, tahu tahu lelaki bermuka kuning itu jatuh terduduk kembali keatas tanah
Huan Cu Im menjadi tertegun setelah menghadapi kejadian tersebut dengan cepat dia menundukkan kepalanya sambil melakukan pemeriksaan ternyata orang itu telah memejamkan matanya dan jatuh tak sadarkan diri.
Menjumpai keadaan tersebut, cepat cepat dia mencoba untuk memeriksa dengusan napasnya terasa napas orang itu amat lemah sudah jelas luka yang dideritanya amat parah.
"Waah, orang in itak boleh dibiarkan mati dengan begitu saja" dia segera berpikir dalam hati, "apalagi persoalan ini menyangkut suatu masalah yang sangat besar"
Dengan pikiran tersebut maka diapun meraba kedada lelaki bermuka kuning itu dengan maksud hendak memeriksa bagaimanakah detak jantungnya"
Siapa tahu, begitu tangannya meraba diatas dada orang itu, ternyata jari tangannya telah menyentuh dua gumpal daging bulat yang montok dan terasa amat kenyal manatahu ujung jarinya persis meraba diatas putingan kecil yang mengeras diujung bola tadi
Sekalipun sentuhan tersebut tidak langsung mengenai kulit badannya tapi kejadian ini cukup membuatnya terkejut bercampur keheranan, cepat cepat dia menarik kembali tangannya sambil berpikir didalam hati.
"Aaah... Betul betul tidak kusangka kalau lelaki bermuka kuning ini sesungguhnya adalah dandanan dari seorang wanita"
Ingatan lain dengan cepat melintas pula didalam benaknya, dia teringat bahwa di atas tabung tembaga yang diikatkan pada kaki burung merpati itu tertera tulisan yang berbunyi "Lo Cu san" padahal Lo Cu san adalah tempat dimana empek Hee nya mendirikan pesanggrahan dan diurus oleh Sim hujin"
Setelah berpendapat demikian, tentu saja dia semakin tak bisa berpeluk tangan saja membiarkan perempuan itu mati karena luka dalamnya yang parah.
Pemuda itu segera membungkuk dan melakukan pemeriksaan dengan seksama, akhirnya menemukan adanya perbedaan warna kulit dari wajah, dagu serta leher perempuan itu, malah bedanya menyolok sekali. Dengan cepat pemuda itupun berpikir:
"Ya a, sudah pasti dia mengenakan topeng kulit manusia diatas wajahnya..."
Dengan gerakan yang berhati hati sekali dia mencoba untuk menekan kulit muka perempuan itu, lalu menekan pula kulit di bawah lehernya, ternyata pada kulit dibagian wajah terasa ada sesuatu yang keras, dilapisi oleh selapis kulit tipis karena itu dengan hati hati sekali kulit itu disingkapnya secara pelan pelan.
Dalam keadaan begini, Huan Cu Im tak berani berayal lagi dia menyingkap kulit wajah perempuan itu semakin berhati hati lagi, tak selang berapa saat kemudian muncullan selembar kulit wajah lain yang putih dan halus apalagi setelah topeng tersebut tersingkap sama sekali dibawah sorot cahaya rembulan, ia saksikan selembar wajah seorang nona yang cantik dan menarik.
Hanya saja waktu itu matanya terpejam rapat rapat, keningnya berkerut dan wajahnya pucat pias seperti mayat, napasnya sudah melemah sekali... "Waah agaknya luka yang diderita olehnya parah sekali..."
Diam diam Huan Cu Im berkerut kening lalu berpikir lebih jauh :
"Agaknya aku mesti menyalurkan hawa murniku lebih dulu kedalam tubuhnya untuk mempertahankan selembar jiwanya sementara waktu"
Dia segera menempelkan telapak tangan kanannya diatas punggung orang itu, kemudian pelan pelan menyalurkan hawa murninya kedalam tubuh...
Semula dia cuma berharap bisa mempertahankan jiwa orang itu sementara waktu siapa tahu dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya sekarang, dengan hawa murni ya begitu sempurna saluran hawa dalam itu justru merupakan obat paling mujarab untuk menyembuhkan luka dalam akibat terpukul oleh serangan tersebut.
Begitu hawa murni mengalir masuk ke dalam tubuh, denyutan nadi orang itu bertambah kuat, lambat laun napasnya juga normal kembali malahan paras mukanya yang pucat pias kini semakin bersemu merah dan segar kembali sementara penyaluran hawa murni sedang mencapai pada puncaknya, tiba tiba kedengaran gadis itu merintih pelan kemudian tersadar kembali dari pingsannya. cepat cepat Huan Cu Im membentak :
"Kau baru sembuh dari luka dalam yang parah, ikutilah hawa murniku yang mengalir ketubuhmu dan coba atur pernapasan untuk mengikuti aliran tersebut"
"Terima kasih banyak aku ucapkan atas bantuan dari saudara..." gadis itu segera menjawab dengan sengaja merubah nada suaranya menjadi berat, dalam dan kasar.
Kalau pada saat baru mendusin dari pingsannya tadi, dia merintih dengan suara yang lembut lagi merdu, maka kali ini dia berbicara dengan suara yang kasar menirukan suara lelaki.
Huan Cu Im menjadi geli sekali sesudah mendengar hal tersebut, segera katanya lagi :
"Kau tak usah berbicara dulu, yang penting cepat atur pernapasan dan gabungkan hawa murnimu dengan tenaga dalamku."
Gadis itu tidak berani berbicara banyak lagi, dengan mulut membungkam dia segera mengatur pernapasannya dan mengimbangi hawa murni yang mengalir masuk ketubuhnya.
Lebih kurang seperminum teh kemudian, Huan Cu Im telah membantunya mengalirkan hawa murni itu mengelilingi seluruh badan sambil menarik kembali tangannya dia pun berkata kemudian :
"Nah, sudah beres sekarang kita boleh berbincang bincang"
Gadis itu membalikkan badan lalu berkata seraya menjura :
"Budi pertolongan saudara tak pernah akan kulupakan untuk selamanya, entah saudara masih ada petunjuk apa lagi
?" Dari sikap maupun gerak geriknya, Huan Cu Im tahu kalau gadis tersebut masih belum sadar bila topeng kulit manusia yang dikenakan olehnya telah dicopot. Maka sambil sengaja memandang sekejap ke arahnya, dia balik menegur suara dingin "Sebenarnya kau laki laki atau perempuan?"
Mula mula gadis itu nampak tertegun dan memperlihatkan rasa kaget dan gugup, tapi sebentar saja telah menjadi tenang kembali, sambil tertawa dalam sahutnya :
"Saudara memang gemar bergurau, aku toh seorang lelaki sejati masa kau menganggapku sebagai seorang wanita?"
"Baiklah..." kata Huan Cu Im kemudian sambil mengangguk, "kalau toh kau enggan berbicara sejujurnya, terpaksa aku harus menelanjangimu agar bisa diketahui dengan lebih jelas lagi."
Sambil berkata dia sengaja menggerakkan sepasang tangannya berlagak hendak melepaskan pakaian yang dikenakan gadis itu.
Si nona menjadi amat gelisah dan segera mundur melangkah ketakutan tangan kirinya segera dimasukkan kedalam saku, ujarnya sambil tertawa dingin .
"Walaupun saudara telah melepaskan budi pertolongan kepadaku, mengapa kau justru mencemoohku dengan kata kata yang tidak senonoh" Baiklah untuk menghindar segala hal yang tidak diinginkan, lebih baik aku mohon diri lebih dulu." Habis berkata dia segera menjura dan siap meninggalkan tempat tersebut.
Pengalaman yang dimiliki Huan Cu Im sekarang boleh dibilang amat luas dan bertambah matang setelah mengalami pelbagai kejadian selama ini, dari sikap si nona yang masukkan tangan kirinya kedalam saku di saat sedang berCakap cakap tadi, ia segera tahu kalau lawannya tidak bermaksud baik.
Maka sebelum nona itu menjura dia telah bertindak cepat dengan mencengkeram pergelangan tangan kirinya, lalu tertawa dingin katanya :
"Bukankah baru saja kau bilang, budi pertolonganmu tak akan kulupakan untuk selamanya mengapa sekarang justru akan membalas air susu dengan air tuba."
"Aaah Harap saudara lepaskan tanganku, mana mungkin aku,"
Dengan sekuat tenaga dia berusaha meronta dan melepaskan diri dari cengkeraman lawan, sayang sekali, kelima jari tangan Huan Cu Im yang mencengkeram pergelangan tangannya justru amat kuat bagaikan jepitan besi, sudah barang tentu usaha itu segera mengalami kegagalan total.
Sambil tertawa dingin kembali Huan Cu Im berkata :
"coba kau rentangkan telapak tanganmu itu dan biar kuperiksa, apa yang terlihat kemudian akan merupakan bukti yang paling baik untuk perbuatanmu itu Hmm, bila kau menampik jangan salahkan kalau aku tak akan berlaku sungkan sungkan" Merah padam selembar wajah nona itu, cepat ia berkata^
"Baik, baiklah akan kubuka telapak tanganku, akan kubuka segera, tapi kau tak usah mencengkeramku kelewat keras, ayoh cepat kendorkan dulu cengkeramanmu itu"
Sebagai seorang pemuda yang berpengalaman, Huan Cu Im tak sudi tertipu dengan begitu saja, bukan mengendor dia malahan mencengkeram lebih keras lagi
Kontan saja nona itu menjerit kesakitan dan hampir saja jatuh berlutut saking sakitnya, tanpa sadar dia membuka telapak tangannya lebar lebar.
Benar juga, dimana Huan Cu Im mengalihkan sorot matanya, disitu tampaklah tiga batang jarum perak yang lembut seperti bulu kerbau tergeletak diatas telapak tangan ujung jarum itu hitam pekat, jelas telah direndam dalam obat beracun. melihat hal ini, Huan Cu Im segera berseru sambil tertawa seram:
"Heeehh... heeehh... nyatanya kau memang kejam dan tak berperikemanusiaan, dengan susah payah kuselamatkan jiwamu dari cengkeraman orang orang Ki keh ceng, kemudian tak segan segan menghambur tenaga dalam untuk menyembuhkan lukamu, tapi sekarang kau justru hendak membunuhku dengan senjata rahasia beracun."
"Tidak oooh... tidak" seru sinona itu berulang kali kemudian terusnya:
"Aku sama sekali tak bermaksud begitu, aku hanya berniat menggertak saudara serta bergurau saja"
"oooh jadi kau ingin menggurau dengan menggunakan jarum beracun ini ?"
Huan Cu Im segera mengambil ketiga batang jarum beracun itu dari telapak tangannya, kemudian sambil tertawa ia berkata :
"Kalau begitu tentu menyenangkan sekali baiklah biarakupun pergunakan ketiga batang jarum beracun ini untuk bergurau denganmu"
Dengan mengambil sebatang jarum beracun diantaranya, ia siap menusuk telapak tangan nona itu.
Tiba tiba gadis itu gemetar keras, sambil menjerit kaget dengan suara ketakutan teriaknya keras keras ^
"Tunggu sebentar, kau jangan menusukku dengan jarum tersebut"
"Kenapa ?" tanya Huan Cu Im sambil berpaling.
Gadis itu menundukkan kepalanya rendah rendah dengan wajah bersemu merah sahutnya tergagap :
"Sebab aku tidak mempunyai obat pemunahnya"
"Ehmmm tampaknya kau merasa ketakutan sekali, apakah racun yang berada diujung jarum itu sangat lihay ?"
"Benar" "Inikah yang dinamakan jarum penghancur darah ?"
Gadis itu segera mengangkat kepalanya dan memandang pemuda itu sekejap dia berbisik bertanya :
"Jadi kau sudah tahu ?"
Huan Cu Im tetap mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kirinya meski cengkeraman itu sedikit agak mengencor setelah itu baru katanya :
"Ayoh segera menjawab mengapa kau hendak membunuhku dengan menggunakan jarum penghancur darah itu ?"
Si nona menundukkan kepalanya makin rendah : "Aku...
aku tii... tidak..."
"Kau enggan menjawab ?" tanya Huan Cu Im sambil tersenyum ke arahnya.
Selembar wajah nona itu makin merah padam : "Aku... aku benar benar tidak... tidak..."
"Tak usah kaujelaskan pun aku tahu apa yang mendorongmu untuk membunuhku..." Gadis itu tak berani menjawab, dia menundukkan kepalanya semakin rendah.
"Bukankah kau membunuhku karena ingin melenyapkan saksi hidup ?"
Gadis itu tetap membungkam dalam seribu bahasa. Huan Cu Im segera berkata lebih jauh.
"Bukankah kau hendak membungkamkan mulutku karena aku telah menyelamatkan dirimu dari perkampungan keluarga Ki " Padahal apa yang kuketahui justru jauh lebih banyak daripada apa yang kau duga sebelumnya."
Gadis itu segera tertarik oleh perkataan ini, dengan cepat dia berpaling sambil bertanya :
"Apa lagi yang kau ketahui ?" Huan Cu Im tertawa hambar,
"Seperti misalnya apa yang telah kau lakukan di Sah cap liphu, dan apa pula yang hendak dilakukan Bu tim dalam tugasnya kali ini..."
Dengan perasaan terkejut gadis itu segera mengangkat kepalanya dan mengawasi pemuda itu lekat lekat, tegurnya :
"Siapakah kau sebenarnya ?"
Sebenarnya Huan Cu Im mempunyai banyak persoalan yang hendak ditanyakan kepadanya, tapi tiba tiba ia teringat kembali dengan lencana perak yang diserahkan empek Hee kepadanya sebelum dia pergi tempo hari, yaitu peranannya sebagai utusan Gin ciang si ci. Tanpa terasa pikirnya :
"Mengapa aku tidak menggunakan peranan tersebut untuk menggertaknya...?"
Berpikir demikian, diapun tersenyum dan mengambil keluar lencana perak itu dari dalam sakunya, lalu sambil disodorkan ke hadapan nona itu pelan pelan katanya. "Tentunya kau masih kenali bukan benda apakah ini ?"
Mula mula gadis itu nampak agak tertegun setelah menyaksikan lencana perak yang berada dalam telapak tangan Huan Cu Im itu, kemudian sambil membungkukkan badannya memberi hormat dia berseru :
"Aaaah, rupanya kau adalah utusan Lencana Perak. hamba Yap Ling menjumpai utusan." Diam diam Huan Cu Im tertawa gembira apalagi setelah melihat usahanya memberikan hasil, sambil tersenyum diapun berkata : "Asal nona sudah tahu, ini lebih baik lagi"
Setelah menyimpan kembali lencana perak itu kedalam saku, diapun melemparkan topeng kulit manusia tersebut kedepan nona itu sambil katanya lagi : "sekarang, kenakan kembali topeng kulit manusiamu itu"
Merah padam selembar wajah Yap Ling, dengan tersipu segera serunya : "Rupanya utusan telah mencopot topeng kulit manusiaku..."
"Maaf untuk menelusuri asal nona yang sebenarnya terpaksa aku harus berbuat demikian harap nona tidak gusar karenanya"
"Hamba tidak berani"
Memanfaatkan kesempatan disaat masih berbincang bincang tadi, Yap Ling mengenakan kembali topeng kulit manusianya, lalu setelah mengerdipkan matanya berulang kali, dia bertanya lebih lanjut,
"Apakah cengcU yang mengutus Utusan lencana perak untuk membuntuti hamba?"
Maksud dari perkataan itu sudah jelas, yaitu empek Hee yang mengutus dirinya untuk mengawasi gerak gerik tersebut.
Berada dalam keadaan seperti ini, terpaksa Huan Cu Im harus melanjutkan sandiwaranya, maka dia pun mengiakan seraya menjawab^
"Berhubung Ceng Cu tahu kalau urusan ini maha penting dan punya pengaruh yang besar terhadap situasi dunia persilatan, lagi pula Cengcu kuatir kau salah bertindak sehingga menyebabkan persoalan menjadi berabe, karena itu secara diam diam beliau mengutusku kemari untuk melindungi keselamatan jiwamu"
Yap Ling segera mengerdipkan matanya berulang kali sambil berseru dengan gembira^
"Kalau memang demikian, ini lebih baik lagi, padahal aku sendiri pun cuma mendapat perintah untuk membantu Bu tim secara diam diam, jadi tidak usah aku tampilkan diri di hadapan mereka"
"Tapi kau telah melakukan kecerobohan sewaktu berada dalam perkampungan keluarga Ki tadi, andaikata aku tidak turut menampilkan diri untuk menolongmu, bukankah identitasmu segera akan ketahuan?"
"Aaah, tidak mungkin" dengan wajah merah padam, Yap Ling menundukkan kepalanya rendah rendah, "seandainya aku benar benar ditangkap oleh mereka, aku pasti akan menghabisi jiwaku sendiri, oleh sebab itu... oleh sebab itu kau tetap merupakan tuan penolong ku"
Huan Cu Im kembali tertawa:
"Barusan saja kau hendak melenyapkan aku dengan menggunakan jarum penghancur darah masa sekarang telah berubah menjadi tuan penolong mu...?"
"Tadi aku toh belum tahu siapakah dirimu yang sebenarnya"
Lalu sambil mendongakkan kepalanya dengan manja, Yap Ling berkata lebih jauh :
"Berbicara sesungguhnya, kau sama sekali tidak mirip dengan seorang Utusan lencana perak"
Huan Cu Im segera merasakan hatinya berdebar keras, cepat cepat dia berseru. "Apa maksud perkataanmu itu?"
Bersemu merah selembar pipi Yap Ling, tapi berhubung dia mengenakan topeng kulit manusia maka orang lain tak dapat melihat perubahan wajahnya itu dengan jelas, hanya terlihat dia menundukkan kepalanya secara tiba tiba kemudian berkata lirih:
"Kau berbeda sekali dengan Utusan lencana perak lainnya, orang orang itu kebanyakan tinggi hati, bicaranya ketus, dingin dan sama sekali tak berperasaan, ada pula sementara orang yang tampaknya seperti pandai bicara, tapi sikapnya justru cengar cengir tidak tahu sopan santun dan teramat cabul..."
Mendengar perkataan itu, Huan Cu Im segera berpikir didalam hati kecilnya.
"Kalau didengar dari nada pembicaraannya itu, tampaknya orang yang dijadikan sebagai Utusan lencana perak tidak sedikit jumlahnya"
Tapi berhubung perkataan semacam ini tidak leluasa untuk ditanyakan, terpaksa dia hanya meraba dagunya sambil berkata diiringi senyuman. "Lantas manusia macam apakah diriku ini?"
"Bukankah tadi telah kukatakan, kau berbeda sekali dengan mereka..."
"Apa perbedaanku dengan mereka?"
Yap Ling menundukkan kepalanya lebih rendah lagi, jawabnya dengan lirih:
"Kau sangat ramah dan berbudi luhur terhadap orang lain dan sangat... sangat baik..."
Terutama ketika mengucapkan kata katanya yang paling akhir, suaranya begitu lembut ibaratnya suara bisikan nyamuk.
"Sudahlah" kata Huan Cu Im kemudian- "malam ini waktu sudah larut sekali, lebih baik kita pulang untuk beristirahat lebih dulu, bukankah besok pagi kita mesti meneruskan perjalanan lagi ?"
Yap Ling tertawa ringan. "Hari ini baru Je It, besok tanggal dua, padahal tanggal tiga nanti baru ada pekerjaan, apalagi berbicara sesungguhnya kita sendiri tak punya tugas tertentu kecuali melakukan pengamatan secara diam diam, asal perkembangannya tidak menyeleweng dari rel sesungguhnya, buat apa kita mesti buru buru"
"Tapi kitapun tak boleh kelewat memandang enteng duduknya persoalan, sebab perkembangan dari peristiwa ini berpengaruh besar sekali terhadap keadaan dunia persilatan pada umumnya"
Yap Ling manggut manggut, lalu setelah memutar biji matanya dia bertanya lagi: "Apakah besok pagi utusan hendak meneruskan perjalanan bersama sama hamba?"
"Bukankah kita telah saling bersua muka" Tentu saja lebih baik jika kita menempuh perjalanan bersama sama"
Pancaran sinar gembira segera mencorong keluar dari balik mata Yap Ling, serunya
"Bagi hamba, bisa menempuh perjalanan bersama utusan merupakan suatu berkah yang tak pernah kuduga sebelumnya"
"Dalam perjalanan besok pagi, kau tak boleh menyebutku sebagai utusan, lebih baik kita saling membahasai sebagai saudara saja, kau menyebutku saudara Huan dan aku menyebutmu saudara Yap, dengan begitu orang lain tak akan menaruh curiga terhadap kita"
"Hamba mengerti," Yap Ling mengangguk
"Baiklah, mari kita pulang"
Kedua orang itu segera beranjak dari tempat semula dan kembali ke rumah penginapan lalu masing masing memasuki kamar sendiri sendiri dengan menerobosi jendela.
Pengalaman yang dimiliki Huan Cu Im sekarang sudah jauh lebih matang dan luas, tentu saja dia tak akan mempercayai semua perkataan dari Yap Ling dengan begitu saja, karenanya secara diam diam dia menyusup keluar lagi dari kamarnya lalu menyelinap kebawah jendela kamar Yap Ling, disitu dia menempelkan tubuhnya dengan dinding serta memasang telinga untuk mengawasi semua gerak geriknya.
Sengan tenaga dalam yang dimilikinya, setiap gerakan yang terjadi didalam kamar tak ada yang lolos dari pendengarannya. Pada saat itulah tiba tiba saja dia mendengar ada suara orang sedang berbicara didalam kamar, hal mana membuatnya menjadi tertegun.
Ternyata sekembalinya kedalam kamar tadi, baru saja Yap Ling hendak melepaskan pakaian untuk beristirahat, tiba tiba terdengar suara seorang perempuan yang dingin dan kaku menegurnya: "Siau Ling"
"Aai " dengan perasaan terkejut Yap Ling segera berpaling, tapi setelah mengetahui siapakah orang itu, dia memanggil dengan suara lirih: "Ooh rupanya... rupanya Hu congkoan"
Huan Cu Im yang bersembunyi diluar jendela jadi tertegun, pikirnya:
"Wakil congkoan" Siapakah orang itu?" Dalam pada itu dari balik ruangan sudah terdengar perempuan itu menyahut dengan suara deheman yang rendah, berat dan dingin.
"Ehmmm..."

Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sejak kapan hu congkoan masuk kemari?" Yap Ling segera bertanya lagi dengan suara agak gemetar.
"Aku sudah datang sedari tadi "
Kemudian setelah berhenti sejenak. perempuan itu berkata lebih jauh dengan suaranya yang dingin dan kaku:
"Mengapa sampai sekarang kau baru kembali ?"
"Secara diam diam hamba telah mengikuti Lam it sampai diperkampungan keluarga Ki"
"Lam it?" kembali Huan Cu Im berpikir didalam hati,
"mungkin kah Lam it yang dimaksudkan adalah Bu tim hweesio?"
Dalam pada itu perempuan yang dingin kaku itu sudah bertanya lagi: "Apakah semua urusan telah diselesaikan?"
"sudah diselesaikan semua"
"Apa yang dilakukan Lam it di perkampungan keluarga Ki?"
"Sebetulnya Lam it dengan Si congkoan dari perkampungan keluarga Ki adalah sahabat karib, selama ini dia berdiam di kuil Tay kwan si, bila ada perintah rahasia tiba selama ini Si congkoan pula yang menyampaikan pesan rahasia tersebut kepadanya..." Perempuan yang dingin dan kaku itu segera tertawa seram.
"Padahal Si Tay ko adalah orang kita juga, kalau tidak.
masa kita akan menyuruh dia yang menyampaikan semua pesan rahasia tersebut kepada Lam it?"
"Aaah..." Yap Ling tak bisa menahan diri lagi dan segera menjerit tertahan
Agaknya dari teriakan kaget Yap Ling tadi, perempuan yang dingin dan kaku itu telah menangkap sesuatu yang tak beres, segera bertanya^ "Ada apa?"
"Lam itu telah menghabisi nyawa Si congkoan dengan menggunakan tutup beracun"
"Bagus sekali" puji perempuan yang dingin kaku itu,
"tentunya Lam it belum tahu Si Tay ko sebetulnya juga orang kita sendiri sedang Si Tay ko sendiri pun mungkin belum pernah memberitahukan persoalan ini kepadanya, tapi dari sini dapat dibuktikan kalau kedua orang itu memang amat setia"
"Tapi Si congkoan telah mati..."
"Aku tahu..." kata perempuan dingin kaku itu, "agaknya Lam it kuatir kalau Sie Tay ko sampai membocorkan identitasnya sehingga memaksa dia harus melenyapkan saksi hidup tersebut, tapi dari sikapnya yang sedia mengorbankan sahabat demi kepentingan umum, tidak sia sia hujin telah mengangkatnya hingga kedudukan sekarang"
"Tapi... bukankah barusan hu congkoan berkata bahwa Sie Tay ko juga merupakan orang kita sendiri?"
"Betul. dia memang orang kita sendiri" kata perempuan itu,
"tapi tindakan dari Lam it pun tepat sekali. dengan berbuat demikian, jejaknya baru tak akan ketahuan siapapun"
Kemudian setelah berhenti sejenak^ dia berkata lagi:
"Apakah Lam it tidak menemukan jejakmu" Apakah jejak kalian juga tidak diketahui lawan?"
"Menjelang ajalnya Sie congkoan sempat membunyikan lonceng tanda bahaya sehingga berapa orang centeng segera berdatangan di sana, gara gara harus membantu Lam it untuk meloloskan diri, secara diam diam hamba telah melepaskan beberapa batang jarum perak."
"Lantas bagaimana caramu meloloskan diri?"
"Setelah melepaskan jarum perak. hamba segera ikut mengundurkan diri dari situ."
Mendengar kalau gadis itu tidak menyinggung soal luka yang dideritanya serta peristiwa pertemuannya dengan dia, Huan Cu Im merasa lega sekali, karena seandainya kejadian itu sampai disingkap maka dapat dipastikan jejaknya akan segera ketahuan
Walaupun demikian diam diam dia pun merasa amat keheranan, apa sebabnya gadis itu tidak melaporkan apa yang dialaminya kepada Hu congkoan itu"
"Ehmm.. tindakanmu benar benar amat berbahaya"
kedengaran perempuan yang dingin kaku itu berkata lagi, "Cia Yujin dari Tiam cong pay serta Ki Cu hoo dari Lak hap bun keduanya berada diperkampungan keluarga Ki pada malam ini, andaikata sampai mengejutkan mereka berdua, sudah dapat dipastikan kau tak akan mampu untuk meloloskan diri..."
"Darimana hu congkoan bisa mengetahui hal ini?" Yap Ling sengaja bertanya.
"Heeeh... heeeh... heeeh... tentu saja jejak dari orang orang itu kuketahui dengan jelas sekali" sahut si perempuan dingin kaku itu sambil tertawa seram.
"Apakah hu congkoan masih ada petunjuk yang lain?"
"Aku hanya secara kebetulan lewat disini serta menanyakan keadaanmu diseputar sini, baiklah, besok pagi kau boleh berangkat menuju ke Hap hui dan berlalu dari penginapan secara diam diam, andaikata tanda perubahan yang gawat, kau pun tak usah menampakkan diri. Kau harus mengerti, walaupun Lam it merupakan seorang utusan lencana perak.
tapi sebetulnya dialah orang kepercayaan dari hujin, jadi mustahil kalau dia sampai melakukan suatu kesalahan, menanti dia sudah menyelesaikan tugasnya maka kau pun harus segera pulang untuk memberi laporan, jangan sampai salah bertindak kau dalam hal ini..."
"Baik" kembali Yap Ling mengiakan
"Bagus sekali, nah aku harus pergi dulu" ucap perempuan dingin kaku itu. Selesai berkata, dia segera berjalan menuju kesisi jendela kamar belakang.
"Hamba ucap selamat jalan untuk hu congkoan" cepat cepat Yap Ling membungkukkan badan memberi hormat.
cepat cepat Huan Cu Im menyelinap ke balik kegelapan rumah serta menyembunyikan diri disitu, belum lama dia mendekam, dari balik jendela belakang sudah terlihat sesosok bayangan hitam melintas lewat dengan kecepatan luar biasa.
Terlihat orang itu menjejakkan ujung kakinya diatas atap rumah, lalu secepat anak panah yang terlepas dari busurnya dia menerobos angkasa dan sekejap kemudian sudah lenyap dari pandangan mata.
Menyaksikan hal ini, diam diam Huan Cu Im berpikir:
"cepat benar gerakan tubuh orang itu, tapi dari situ juga dapat diketahui kalau dia memiliki kepandaian silat yang luar biasa, andaikata aku tidak bernasib mujur serta bertemu dengan kakek Yu, kemungkinan terhadap hu congkoan inipun kemampuan sudah ketinggalan jauh sekali..."
Berpikir sampai disitu diapun balik kembali kebawah jendela serta mengawasi dengan seksama.
Dalam pada itu Yap Ling telah menghembuskan napas lega setelah menghantar kepergian hu congkoan, kemudian tanpa banyak bertingkah lagi dia melepaskan pakaiannya dan beristirahat.
Ditinjau dari sikapnya, jelaslah sudah kalau nona itu sama sekali tidak menaruh kecurigaan apa apa terhadap dirinya, otomatis besokpun dia akan melakukan perjalanan bersama samanya, karena itu dia segera kembali kekamarnya, melepaskan jubah luar dan naik ranjang untuk beristirahat.
Dalam berbaringnya, tanpa terasa pemuda itu berpikir kembali kejadian yang baru berlalu, sampai sekarang ia tetap merasa tak habis mengerti apa sebabnya Yap Ling tak menceritakan kepada hu congkoan tersebut tentang luka yang dideritanya serta pertolongan yang diberikan olehnya kepada gadis itu"
Tapi dengan cepat dia telah memperoleh sebuah kesimpulan, mungkin juga pengawasan mereka terhadap orang sendiri begitu ketat, rasa curiganya terhadap setiap bawahan begitu keras sehingga andaikata gadis itu menceritakan keadaan yang sebenarnya kepada sang hu congkoan, niscaya peristiwa ini akan menimbulkan serangkaian pemeriksaan dan pertanyaan yang seksama, salah salah bisa jadi akan mendatangkan musibah bagi dirinya.
Keesokan harinya ketika fajar baru saja menyingsing, Huan Cu Im sudah mendusin dari tidurnya, baru saja dia keluar kamar, terlihat olehnya Yap Ling sedang berdiri diberanda ruangan sambil bersandar pada pagar, waktu itu si nona sedang mengawasi aneka bunga ditengah halaman-Ketika mendengar suara langkah kakinya yang mendekat, nona itu segera berpaling, lalu sambil tersenyum sapanya:
"Selamat pagi saudara"
Buru buru Huan Cu Im mengangguk seraya menjawab:
"selamat pagi" Pelayan segera muncul sambil membawa air untuk mencuci muka, katanya kemudian sambil tertawa.
"Kek koan berdua rupanya kalian saling mengenal satu dengan lainnya" Huan Cu Im tertawa
"Kalau dibilang memang sangat kebetulan, ketika berada di An khing tempo hari, kebetulan sekali aku dan saudara inipun menginap disebuah rumah penginapan yang sama" Sementara itu Yap Ling sudah menjura sambil bertanya. "Saudara Huan, kau hendak pergi kemana?"
"Siaute hendak pergi ke Hap hui"
"Aaah, tak heran kalau kita dapat bersua kembali disini"
Pancaran sinar gembira segera memancar keluar dari balik mata Yap Ling, kembali katanya^
"Kebetulan sekali akupun bermaksud pergi kekota Hap hui, kalau begitu kita sejalan lagi"
"Waah, bila saudara Yap mau menemaniku sepanjang jalan nanti, tentu hal ini lebih baik lagi," sambut Huan Cu Im dengan wajah gembira pula.
Dengan diutarakannya beberapa patah kata tersebut sebagai langkah permulaan bagi perjalanan mereka, seandainya kemudian orang mengetahui kalau mereka berdua menempuh perjalanan bersama, hal ini tak akan menimbulkan kecurigaan orang lain-Yap Ling menengok ke arahnya, tiba tiba sambil merendahkan suaranya dia berkata:
"Benarkah ini?"
Tiba tiba saja Huan Cu Im menjadi tertegun, sejak berkenalan dengan beberapa orang nona, dia sudah mempunyai cukup pengalaman apabila ada seorang nona yang memandangmu dengan pandangan mesrah dan penuh pancaran sinar terang, apalagi kalau suara pembicaraannya nona itu sudah lembut dan manja, hal ini menandakan kalau dia telah menaruh perasaan cinta kepadamu.
Sekarang, Yap Ling justru memandang ke arahnya dengan sorot mata semacam itu, suara pembicaraannya pun begitu lemah lembut dan manja, meski tampangnya sekarang masih berwujud sebagai seorang lelaki bermuka kuning, tapi sesungguhnya dia tetap seorang gadis yang masih muda belia.
Berada dalam keadaan seperti ini, bagaimana mungkin ia dapat mengungkapkan perasaannya"
Tapi diapun sadar bahwa gadis tersebut merupakan orang yang paling penting dalam kasus dewasa ini, sudah barang tentu dia tak boleh membuatnya kecewa. Mau tak mau Huan Cu Im harus berlagakpilon, sambil tertawa tergelak sahutnya.
"Haa... haaa... haa... tentu saja sungguh sungguh"
"semoga saja apa yang kau ucapkan merupakan kata kata yang sejujurnya" bisik Yap Ling sambil menundukkan kepalanya rendah rendah.
Sekembalinya kekamar Huan Cu Im membersihkan mulut dan muka, kemudian pelayan menyiapkan sarapan bagi mereka berdua
Waktu itu Yap Ling muncul sambil membawa sebuah bungkusan kecil, setelah bersantap. mereka membereskan rekening serta memberi hadiah kepada pelayan-
"Kek koan berdua" sang pelayan segera berkata, "Perlukah hamba carikan sebuah kereta?"
"Baik, pergilah carikan sebuah untuk kami" sahut Yap Ling sambil manggut manggut.
Pelayan itu segera mengiakan dan berlalu dari situ, tak selang berapa saat kemudain ia telah muncul dan berkata sambil tertawa
"Kek koan berdua, keretanya sudah siap di depan pintu, silahkan naik kereta"
Ketika mereka berdua keluar dari pintu penginapan, sebuah kereta kuda berwarnya hitam pekat telah parkir disitu, sang pelayan segera memburu kedepan, menyingkapkan tirai kereta serta mempersilahkan kedua orang tamunya naik keatas kereta itu.
Yap Ling segera menundukkan kepala sambil menerobos masuk kedalam ruangan kereta, serunya:
"Saudara Huan, ayoh cepat naik"
Huan Cu Im segera ikut naik kedalam kereta.
Sementara itu sang pelayan telah membungkukkan tubuhnya dan berkata sambil tertawa,
"Kek koan berdua, bila dikemudian hari lewat sini lagi, jangan lupa hampir dirumah penginapan kami"
Lalu setelah menurunkan tirai kereta, dia berseru pula kepada sikusir kereta. "Langsung berangkat ke Hap hui"
Kusir kereta itu mengangguk seraya mengayunkan cambuknya keudara kedua ekor kuda yang sudah terlatih itu pelan pelan menggerakkan langkahnya menghela kereta itu menelusurijalan raya.
Sekali berada dalam ruang kereta, pelan pelan Yap Ling melepaskan topeng kulit manusia dari atas wajahnya sehingga nampaklah selembar wajahnya yang cantik jelita. Kepada pemuda itu katanya kemudian sambil tertawa: "Saudara Huan, tolong pegang sebentar"
Sambil berkata ia menyodorkan topeng kulit manusia itu ke tangan Huan Cu im.
"Buat apa kau lepaskan topeng tersebut?" tanya Huan Cu Im keheranan-
"Tentu saja aku punya maksud tertentu"
Dalam pembicaraan mana dia mengambil bungkusan kecil itu serta membuka pengikatnya, tapi tiba tiba dia berpaling lalu dengan wajah bersemu merah bisiknya lirihi "Maukah kau memejamkan matamu sebentar saja?"
"Mau apa sih kau ini?"
"Aku hendak bertukar pakaian," jawab Yap Ling lirih,
"sebentar saja sudah selesai"
Huan Cu Im menjadi keheranan, pagi tadi, selagi masih berada di kamar rumah penginapan, gadis itu tidak bertukar pakaian lebih dulu, mengapa dia justru bertukar pakaian didalam ruang kereta ini"
Dengan perasaan curiga dan tidak habis mengerti pemuda itu segera berpikir. "Entah permainan setan apa lagi yang hendak dilakukan olehnya...?"
Tapi sebagai seorang pemuda yang bernyali besar dan berilmu silat tinggi hal ini sama sekali tak diacuhkan, malah sahutnya sambil manggut manggut. "Baiklah"
Dengan wajah bersemu merah kembali Yap Ling berkata.
"Kalau begitu cepatlah pejamkan matamu, bila aku sudah berkata selesai kau baru boleh membuka matamu kembali"
Huan Cu Im menurut dan segera memejamkan matanya rapat rapat, namun dalam hatinya justru mempersiapkan diri dengan sebaik baiknya, dia pergunakan pendengaran sebagai pengganti penglihatan untuk mengamati setiap gerak gerik Yap Ling dengan seksama.
Pada mulanya dia masih menaruh curiga kalau nona tersebut berniat melakukan sesuatu perbuatan terhadapnya, tapi setelah diamati sekian lama, dia baru percaya bahwa nona itu tidak berbohong.
segera terdengar olehnya kalau Yap Ling betul betul sedang melepaskan pakaian luarnya, kemudian menukar dengan pakaian yang diambil dari dalam bungkusan dan membungkus kembali pakaian sendiri didalam bungkusan kecil itu.
-oo0dw0oo Jilid: 30 Dengan tenaga dalamnya yang begitu sempurna, sekalipun sepasang matanya terpejam rapat namun setiap gerak gerik dari Yap Ling dapat diikuti dengan amat jelas seakan akan dipandang secara langsung saja, ketika mengetahui kalau nona itu selain bertukar pakaian ternyata tidak mempunyai tujuan lain, hati menjadi sangat keheranan.
Sebab perbuatan yang dilakukan olehnya sama sekali diluar kebiasaan pada umumnya dan dia masih teringat dengan pesan gurunya dulu, segala sesuatu yang luar biasa pasti terdapat sebab sebab tertentu yang perlu diselidiki. Tapi...
apakah sebab dan alasannya dia sampai berbuat demikian-.."
Tiba tiba terdengar Yap Ling berbisik: "sudah selesai"
Huan Cu Im segera membuka matanya, ternyata Yap Ling telah bertukar pakaian hijau dan berdiri di hadapannya dengan senyum dikulum.
"Tuan" katanya kemudian, "coba kau lihat apakah dandananku ini mirip sekali dengan seorang kacung bukumu?"
Dia memang berperawakan kecil, bermuka bersih, mungil ditambah lagi dengan pakaian serta dandanannya, tak salah lagi nona ini menjadi mirip sekali dengan seorang kacung buku.
apa sebenarnya telah terjadi" segera pikirnya :
"Rupanya dia takut jejaknya akan ketahuan orang setibanya di kota Hap hui nanti, sehingga dia merasa perlu untuk mendandani diri sebagai seorang kacung buku ditengah jalan, nyatanya dia memang tidak berniat jahat kalau begitu aku telah salah menduganya dengan mencurigai dia akan menyergapku disaat aku sedang memejamkan mata tadi..."
Berpendapat begitu, maka diapun bertanya sambil menatap nona itu lekat lekat "Mengapa sih kau harus berperan sebagai seorang kacung buku ?"
Yap Ling segera melemparkan sekulum senyuman misterius, lalu ujarnya dengan manja :
"Bukankah sudah kukatakan tadi aku mempunyai alasan yang kuat untuk berbuat begini, maukah kau jangan bertanya dulu?"
Sambil berkata dia menerima kembali topeng kulit manusianya dari tangan pemuda itu kemudian duduk kembali ditempat semula setelah itu diambilnya sebuah kotak tembaga kecil dari dalam saku, kemudian setelah diletakkan disampingnya, dia rentangkan topeng kulit manusia itu diantara bentangan kedua buah lututnya.
Lalu dia membuka kotak tembaga kecil, ternyata isinya berbentuk enam buak kotak kecil, setiap kotak kecil itu berisikan bubuk semacam bedak yang beraneka warna.
Huan Cu Im tidak tahu apa yang hendak diperbuat nona itu, diawasinya semua gerak gerik nona itu dengan tenang Mula pertama dia menggunakan segumpal kapas yang telah dicelupkan kekotak bagian tengah yang berisikan semacam salep berwarna kuning madu lalu dengan seksama dia gosokkan diatas topeng kulit manusia itu.
Kini Huan Cu Im baru mengerti, rupanya dia hendak menghapuskan warna kuning yang melekat pada topeng kulit manusianya itu, tapi berhubung kereta berjalan cepat dan bergoncang keras, maka dia mesti menggosokkannya secara berhati hati sekali
Tak selang berapa saat kemudian warna kuning diatas topeng kulit manusia itu sudah terhapus dan hilang sama sekali
Yap Ling berpaling dan melemparkan senyuman manis kearah pemuda itu setelah membuang kapas, kali ini dia menggunakan ujung jarinya untuk mengambil semacam pupur lalu digosokkan diatas topeng tadi setelah rata digosok lagi dengan semacam salep sampai berlapis lapis, kemudian ia baru meniupnya berulang kali agar kering, agaknya pekerjaan itu sudah selesai dikerjakan-
Selang berapa saat kemudian Yap Ling baru menyimpan kembali kotak kecilnya ke dalam saku lalu sambil topeng kulit manusia itu dari bentangan sepasang lututnya, ia berkata sambil tertawa^
"Saudara Huan, coba kau kenakan topeng ini"
"Kau suruh aku mengenakan topeng ini?" tanya Huan Cu Im keheranan.
"Yaaa tentu saja" sahut Yap Ling tertawa "aku kan cuma suruh kau mencoba saja mengenakannya "
Huan Cu Im tak dapat untuk menampik permintaan orang, terpaksa diapun menyahut, "Baiklah coba berikan padaku"
Pertemuan Di Kotaraja 6 Musuh Dalam Selimut Karya Liang Ie Shen Sepasang Pendekar Kembar 2
^