Pencarian

Pedang Pelangi 16

Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok Bagian 16


Tapi kesemuanya itu bukan benar benar berkurang atau melemah, hanya kekuatannya saja yang terikat sehingga tak mampu mengembangkan diri.
Menanti Huan Cu Im mengayunkan tangan kirinya ke depan, tenaga pukulan yang semula terikat itu tiba tiba saja seperti terlepas dari ikatan, otomatis kekuatannya mengembang lebar dan berubah menjadi sebuah aliran kekuatan yang maha dahsyat.
Dalam waktu singkat, tenaga pukulannya menyambar seperti guntur, deruan angin serangan bagaikan amukan ombak. bukan saja kekuatannya pulih kembali seperti sedia kala, bahkan setelah mengalami ikatan tersebut serta dibawa berputar satu lingkaran, tenaga kemampuannya menjadi lebih hebat dan kuat dari pada kekuatannya semula.
SEgulung angin puyuh yang maha dahsyat segera menyambar kemuka dan hampir menyelimuti wilayah seluas empat lima depa menerjang serta menggulung tubuh Kwa Tiang tay.
Mimpipun Kwa Tiang tay tidak menyangka kalau siangkong anak sekolahan yang kelihatannya masih muda dan lemah lembut itu ternyata memiliki kepandaian silat yang maha dahsyat.
KEtika dilihatnya angin serangan pukulan udara kosong yang dilepaskan olehnya tahu tahu dikembalikan lagi kearahnya setelah dibawa berputar satu lingkaran ditengah udara, perasaan hatinya jadi amat terkesiap.
Sebagai seorang jago kawakan yang sudah mempunyai pengalaman cukup banyak dalam dunia persilatan, tentu saja dia tahu bahwa tenaga pukulan yang telah dibawa berputar oleh pemuda tersebut tentu akan mengakibatkan kekuasaannya bertambah dahsyat mengakui dihari hari biasa ia sanggup mengerahkan atau menarik kembali kekuatannya sekehendak hati sendiri, tapi sekarang sudah jelas tak akan mampu berbuat hal yang sama lagi.
Tentu saja diapun tak berani menerima ancaman yang maha dahsyat itu dengan keras melawan keras, didalam gugupnya cepat cepat dia menghimpun hawa murni lalu melambung ketengah udara dan meluncur sejauh berapa kaki kearah samping untuk meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Dengan susah payah akhirnya ia berhasil juga melepaskan diri dari ancaman-Dalam pada itu, kawanan jago lainnya yang berada disekeliling tempat itupun telah sama sama melompat kesamping untuk menghindarkan diri.
Menanti tubuhnya telah melayang turun kembali keatas tanah, selembar wajah Kwa Tiang tay berubah menjadi merah padam bagaikan babi panggang, katanya kemudian ketus:
"Tak kusangka Huan siangkong memiliki kepandaian sakti yang luar biasa, aku she Kwa memang tak tahu diri, baiklah hari ini aku mengaku kalah, heeehhh.... heeehhhh Kay pang harus mengakui keunggulan ilmu ciat ing Sin kang dari Siau limpay, hitung hitung hal ini merupakan ketidak mampuannya Kay pang...." Begitu berbicara sampai disitu, ia segera berpaling sambil katanya lagi: "Saudara Song, saudara ong, ayoh kita pergi"
"omitohud....."
Mendadak terdengar suara pujian kepada sang Budha berkumandang datang dari kejauhan sana disusul kemudian terdengar seseorang dengan suara yang tua tapi keras: "Kwa sicu harap tunggu sebentar"
Dari ujung jalan raya muncul seorang pendeta tua berjubah abu abu yang membawa sebuah tongkat, dibelakang pendeta itu mengikuti dua orang pendeta berbaju hijau yang membawa senjata toya pula dengan langkah pelan mereka berjalan mendekat.
Kwa Tiang tay segera menghentikan langkahnya sambil berpaling, pada sewaktu dia melayang turun keatas tanah setelah menghindarkan diri dari angin serangan tadi, pengemis tersebut melihat kedatangan ketiga orang pendeta tersebut dari kejauhan-Walaupun begitu, sekarang dia berlagak kaget dan tercengang lalu sambil menjura dan tertawa ujarnya:
"Ku kira siapa yang telah datang, rupanya Hui san taysu berada disini, tampaknya kau datang untuk membantu anggota perguruanmu bukan" Tapi jangan kuatir, aku sudah bilang tadi, walaupun kami harus mengakui keunggulan dari kepandaian sakti kuil anda, hal ini hanya bisa disalahkan pada ketidak mampuan Kay pang, rasanya toa suhupun tak perlu memberi penjelasan lagi"
KEtika Huan Cu Im mendengar orang yang baru datang adalah Huisan tay su pemimpin Lo han tong dari Siau lim sie, tanpa terasa ia berpaling sambil mengamati wajah pendeta tua itu. Ternyata pendeta agung dari Siau lim sie yang namanya amat termashur dalam dunia persilatan ini tampaknya baru berusia lima puluh tahunan, wajahnya amat saleh dan alim, tubuhnya tinggi besar persis seperti malaikat penakluk iblis.
Sambil membawa senjata toyanya pelan-pelan Hui san taysu berjalan mendekat, kemudian setelah memberi hormat kepada Kwa Tiang tay dan menganggukkan kepala sambil tersenyum terhadap Huan Cu Im dia berkata "Kwa lo sicu salah paham, siau sicu ini sama sekali bukan anggota murid Siau lim pay"
"Kalau begitu ilmu ciat ing Sin kang bukan termasuk satu diantara tujuh puluh dua macam ilmu silat dari Siau lim sie" "
jengek Kwa Tiang tay sambil tertawa dingin.
"Lagi lagi Kwa lo sicu salah paham. Kepandaian silat yang digunakan siau sicu barusan juga bukan ilmu ciat ing sinkang yang menjadi salah satu diantara tujuh puluh dua macam ilmu simpanan kuil kami"
Kwa Tiang tay segera menarik wajahnya dan berkata dengan suara sedingin es.
"Biarpun aku she Kwa tak becus, sampai sekarang belum pernah kudengar kalau didalam dunia persilatan terdapat kepandaian lain yang sama hebatnya seperti ilmu ciau ing sinkang. Tadi toh sudah aku katakan taysu tak perlu memberi penjelasan lagi."
Yap Ling yang mengikuti pembicaraan tersebut menjadi habis kesabarannya, tiba tiba ia berseru dengan jengkel "Kwa pangcu kau harus tahu, kongcu kami bukan anggota murid Siau lim pay lagi pula semua ilmu silat yang ada didunia ini bersumber sama tapi memiliki keistimewaan yang berbeda, bila Kwa pangcu tak mempu mengenali ilmu apa yang digunakan kongcu kami, hal ini cuma bisa disalahkan pada pengetahuanmu yang picik, buat apa sih kau menuduh pihak Siau lim pay dengan tuduhan yang bukan bukan" Atau jangan jangan Kwa pangcu merasa dirimu tak mampu menghadapi kongcu kami maka sekarang kau hendak memperalat lo suhu ini untuk menghadapi kongcu kami" "
Sesungguhnya Kwa Tiang tay memang ada maksud untuk mengadu domba mereka berdua sehingga saling gontok gontokkan sendiri, namun setelah maksud hatinya dibongkar oleh Yap Ling, dari malunya dia menjadi naik darah, dengan mata melotot segera berkata:
"Kenapa mesti aku menuduh pihak Siau lim si" Apa lagi minta bantuan kepada mereka" Kalau toh kongcu kalian yang mampu menggunakan kepandaian tersebut, dikemudian hari Kay Pang nanti akan minta petunjuk lagi dari kongcumu itu"
Agaknya Huan Cu Im sendiripun tak sanggup menahan diri lagi, sambil tertawa nyaring katanya:
"Kwa pangcu, persoalan ini menyangkut urusan pribadi kita berdua, kau tak usah membawa bawa nama Siau lim si dan lebih baik lagi jangan membawa bawa pula nama baik Kay pang, bilamana kau anggap ilmu sakti yang kugunakan adalah ciat ing Sin kang, akupun berjanji tak akan menggunakan kepandaian tersebut untuk menghadapimu lagi, mari kita andaikan kepandaian silat yang dimiliki untuk menemukan siapa menang siapa kalah diantara kita, asal Kwa pangcu menantangku, pasti akan kuiringi keinginanmu itu."
Ketika mendengar kalau pemuda itu berjanji tak akan menggunakan ilmu ciat ing Sin kang lagi, KWa Tiang tay menjadi kegirangan, sambil tertawa segera katanya:
"Bagus sekali, kalau begitu tak ada salahnya kalau kita bertarung sekali lagi untuk menentukan siapa yang lebih unggul diantara kita berdua" Huan Cu Im segera tersenyum ujarnya:
"Aku dengar pertemuan puncak dibukit Hong san segera akan diselenggarakan, aku tebak Kwa pangcu tentu akan menghadiri pertemuan puncak itu bukan" Kebetulan sekali akupun hendak melihat keramaian disitu, bagaimana kalau kita bertemu lagi dibukit Hong san" " Kwa Tiang tay mengerutkan alis matanya yang tebal, kemudian mengangguk
"Baik, kita bertemu lagi dibukit Hong san"
Selesai berkata, dia segera mengulapkan tangannya dan mengajak segenap anggota Kay pang untuk beranjak pergi dari situ.
Hui san taysu segera merangkap tangannya didepan dada seraya berseru: "Kwa lo sicu, baik baik ditengah jalan, lolap tak akan menghantarmu"
Setelah menghantar kepergian Kwa Tiang tay sekalian, pendeta itu memberi hormat kepada Huan Cu Im sambil katanya:
"Lolap ingin mengajukan sebuah pertanyaan kepada siau sicu, apakah siau sicu bersedia menjawabnya" "
Buru buru Huan Cu Im balas memberi hormat seraya menjawab:
"Taysu kelewat merendah, apabil ingin bertanya sesuatu, harap taysu utarakan saja secara langsung"
"omitohud, bolehkah aku tahu siapakah guru siau sicu yang telah mengajarkan kepandaian silat sehebat ini kepadamu" "
Huan Cu Im segere berkata dengan ilmu menyampaikan suara:
"Tempat ini tidak cocok untuk dipakai sebagai tempat berbicara, harap taysu menunggu sampai malam nanti, kita bertemu lagi nanti"
Habis berkata, dia menjura seraya berkata "Perguruanku tak dikenal orang, guruku juga amat jarang berkelana didalam dunia persilatan, jadi sekalipun diutarakan juga belum tentu taysu tahu, maaf aku hendak mohon diri lebih dulu"
Perkataan dari si anak muda tersebut kontan saja membuat hui san taysu menjadi tertegun, diawasi pemuda itu berlalu dari situ tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Biarpun ia sudah sering melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, namun untuk sesaatpun sukar untuk menduga asal usul dari Huan Cu im. Diam diam dia berseru memuji keagungan sang Buddha, kemudian pikirnya:
"Omitohud, ombak belakang sungai Tiangkang mendorong ombak didepannya, orang baru akan menggantikan generasi lama, siausicu ini betul betul merupakan jago silat muda yang paling lihay dan pernah kujumpai selama ini"
Huan Cu Im dan Yap Ling telah kembali kerumah penginapan dan langsung masuk kedalam kamar.
Setelah menutup pintu kamar, Yap Ling baru berkata:
"Huan toako, sebenarnya kau bersungguh hati kepadaku atau tidak..." "
"Eeeei.... sungguh aneh, mengapa secara tiba tiba kau mengajukan pertanyaan semacam ini" "
"Dengan mempertaruhkan seluruh jiwa dan raganya aku mengikutimu, tapi hingga sekarang kau tetap merahasiakan tentang dirimu sehingga aku sama sekali tidak tahu menahu tentang mu"
"Lalu apa yang ingin kau ketahui" " tanya Huan Cu Im kemudian sambil tertawa.
"Pokoknya aku ingin mengetahui semua urusan yang ada sangkut pautnya denganmu, bila kau enggan mengatakannya yaaa sudahlah aku tak akan memaksa"
"Baik, akan kuceritakan kepadamu, Cuma kau ingin mengetahui dari yang mana" "
"Tentu saja lebih baik terperinci" "
Kemudian setelah berpikir sejenak, nona itu menambahkan
"Lebih baik kau Ceritakan saja semenjak masih kecil dulu dan mulai belajar silat."
Huan Cu Im tak mampu menghadapi desakan sinona, terpaksa dia mengisahkan pengalamannya sejak mulai belajar silat dulu, hanya saja bekal pengalamannya yang amat luas didalam dunia persilatan, ia mengerti mana yang boleh diceritakan dan mana yang tidak.
oleh sebab itu dia merahasiakan nama gurunya, dia hanya berkata bahwa guru yang mewariskan ilmu silat kepadanya sama sekali tidak memberitahukan namanya, sehingga dia sendiripun tidak tahu siapa dia orang tua.
Selain itu meski Ci Giok hanya seorang dayang didalam benteng keluarga Hee namun identitas serta asal usulnya amat rahasia, bisa jadi dia merupakan anggota suatu perguruan yang sengaja diselundupkan kesitu, maka diapun tidak membocorkan soal dirinya.
Kemudian tentang Ay Aang Tho dari Pek hoa pang yang kemudian besar adalah adiknya seayah lain ibu, apa yang dialaminya didalam penjara bawah tanah perkampungan San hoa san Ceng dimana mereka dicekoki obat perangsangpun tak diutarakan.
Disamping itu kakek Yu yang mewariskan ilmu Hong lui ing sinkang berulang kali berpesan kepadanya agar tidak mempersoalkan ini kepada siapapun, karena itu diapun tetap merahasiakan sesuatu didalam hati.
Maka dari itu dia menyusun terlebih dulu semua kisah pengalamannya selama ini, setelah menyisihkan hal hal yang tak boleh diutarakan itu secara garis besarnya ia mengisahkan pengalamannya yang lain kepada Yap Ling.
Kisah itu dia khiri sampai dia menderita luka parah diperkampungan San hoa san ceng lalu ditolong kakek Yu, merawat lukanya dalam sebuah kuil bobrok dan bertemu dengan Yap Ling di Sah cap liphu ketika bermaksud akan berangkat ke bukit Hong san-Selesai mendengar kisah itu, dengan kening berkerut Yap Ling segera berseru sambil mendengus "Hmmm, aku sudah tahu kalau kau adalah seorang lelaki romantis, ternyata selain nona Hee Giok yang yang telah dijodohkan kepadamu, kau masih mempunyai seorang nona Ban atau Ban Huijin serta nona Ay. Waaaah, begitu banyak nona yang senang kepadamu bagaimana caramu menghadapinya dikemudian hari" "
Dari paras muka sinona yang merah dan senyumannya yang dipaksakan, Huan Cu imtahu kalau gadis tersebut sedang cemburu tanpa terasa ia berkata sambil tertawa.
"Nah, tahu tahu kau berpikir yang tidak tidak. apa sih salahnya bagi seseorang yang melakukan perjalanan dalam dunia persilatan mempunyai kenalan berapa orang lelaki dan beberapa orang perempuan" Apa kah dengan keadaan tersebut maka aku bisa menjadi seseorang lelaki romantis" "
"Memangnya kau bukan" " jengek Yap Ling sambil cemburu.
Buru buru Huan Cu Im meng goyangkan tangannya berulang kali, ujarnya sambil tertawa "Kalau toh kau bersikeras mengatakan begini, yaa, akupun tak dapat berbuat apa apa." Yap Ling mengangkat kepalanya secara tiba tiba, lalu bertanya dengan sedih.
"Huan toako, aku ingin mengajukan sebuah pertanyaan kepadamu dan aku minta... kau dapat menjawabnya dengan sungguh hati...."
Diam diam Huan Cu Im merasa amat terperanjat tapi diluarnya dia bertanya sambil tersenyum.
"Apa sih yang ingin kau tanyakan" "
Dengan wajah bersemu merah karena jengah Yap Ling menunjukkan kepalanya rendah rendah kemudian berkata:
"Setelah kau berkenalan dengan begitu banyak nona, apa kah dikemudian hari kau, kau tak akan melupakan aku" "
Agaknya untuk menyampaikan beberapa patah kata itu, dia harus menggunakan tenaga yang paling besar.
Dengan cepat Huan Cu Im menggenggam tangannya yang halus serta memegangnya kencang kencang, katanya sambil tersenyum, "Aaaah, mana mungkin" " Kembali Yap Ling berkata dengan suara rendah:
"Aku Cuma berharap kau selalu mengenakan topeng itu dan selalu menjadi Huan Peng thia, sehingga akupun selamanya jadi kacung bukumu Siau Ling"
"Didalam perjalananku menuju ke bukit Hong san kali ini, akupun akan kesitu dalam peranan sebagai Huan Peng thia"
"Bagus sekali kalau begitu" kata Yap Ling kegirangan,
"dengan berperan sebagai kacung buku, lalu ditambah dengan sedikit laburan diwajah, tanggung hu congkoan tak akan mengenali diriku lagi"
"Apakah kau tak akan kembali ke benteng keluarga Hee" "
tanya Huan Cu im. Dengan tegas Yap Ling mengelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak!! aku tak akan kembali. Bukankah aku akan berperan sebagai kacung bukumu" " Setelah termenung sejenak Huan Cu Im berkata: "Tentang soal ini...."
Tiba tiba terdengar seseorang mengetuk pintu kamar, kemudian kedengaran suara pelayan sedang berseru.
"Kongcu ya, apakah perlu hamba pesankan sayur dan arak untuk kalian berdua" " Melihat waktu sudh menunjukkan magrib, cepat cepat Huan Cu Im menyahut. "Tidak usah, aku telah berjanji dengan teman akan keluar sebentar." Kemudian sambil bangkit berdiri, serunya "Mari kita pergi"
"sekarang masih terlalu pagi" kata Yap Ling, "jaraknya dengan malam masih cukup lama"
"Tapi lebih baik pergi agak awal, jangan sampai membuat terbengkalainya persoalan besar"
Dengan tergesa gesa kedua orang itu meninggalkan rumah penginapan menuju kekuil Pau kok si, sementara langit langit sudah mulai diliputi kegelapan malam.
Berhubung hari sudah hampir malam, dikuil tersebut sudah tak nampak peziarah lagi, suasana didepan kuil sangat hening dan tak kelihatan seorang manusiapun.
Berhubung paginya tadi mereka bedua telah berkunjung kesana, maka semua arah tujuanpun sudah mereka ingat dengan sebaik baiknya, secara diam diam mereka memutuar kebelakang kuil Pau kok si kemudian melompati pagar pekarangan dan menerobos kedalam.
Kebetulan sekali tempat itu terletak dihalaman depan kamar hongtiang, dibelakangnya terdapat gunung gunungan serta pepohonan bambu yang rimbun.
Baru saja mereka berdua melayang turun keatas tanah, terdengar seseorang telah menegur dengan suara yang rendah dan berat:
"ooooh, rupanya siau sicu telah datang, sudah semenjak tadi lolap menunggu kedatangan kalian disini"
Huan Cu Im segera mengenali suara tersebut sebagai suara tersebut sebagai suara dari ketua kuil Pau kok si, Tek Ceng taysu.
cepat cepat dia mengangkat kepalanya, benar juga tampak Tek ceng taysu dengan membawa tasbehnya sedang berjalan keluar dari balik gua gunung gunungan serta merta dia maju menyongsong sambil berkata:
"Aaah, aku telah menyusahkan lo suhu sehingga harus menunggu agak lama, apakah lo suu telah membicarakan sesuatu dengan Hui san taysu" " Tek ceng taysu segera tersenyum,
"Setelah menghantar susiok masuk kedalam kamar lolap segera datang kemari untuk menunggu kedatangan siau sicu, jadi kami belum sempat membicarakan sesuatu."
Walaupun Tek ceng taysu telah berusia tujuh puluh tahunan, tapi berbicara soal tingkat kedudukan, dia masih terhitung keponakan murid dari Hui san taysu.
"Ehmm, aku lihat saat untuk bersantap malam bagi kuil ini sudah hampir tiba" kata Huan Cu Im lagi, disaat Hui san taysu bersantap nanti, tentunya lo suhu yang akan mendampinginya bukan" "
"Ya, memang begitu" jawab Tek ceng taysu sambil manggut manggut.
"Kalau begitu, disaat bersantap nanti tolong lo suhu memberitahukan kepada Hui san taysu secara diam diam bahwa dalam pertemuan puncak dibukit Hong san kali ini agaknya sudah diancam oleh suatu intrik musuh yang licik dan berbahaya bahkan bisa jadi ada orang hendak membunuh Hui san taysu pada malam nanti, karenanya selesai bersantap nanti, harap dia jangan minum teh."
"Lo suhu cukup menyampaikan kepadanya, harap sampai waktunya nanti silahkan dia melaksanakan semua tindakan menurut petunjuk dari siau sicu she Huan yang akan disampaikan dengan ilmu menyampaikan suara, tanggung sipembunuh gelap itu akan berhasil kita bekuk, disamping itu kumohon kepada lo suhu agar mengumpulkan beberapa orang suhu yang berilmu silat paling tinggi didalam kuil ini seusai bersantap nanti agar bersiap sedia disekeliling tempat ini dan berjaga-jaga jangan sampai si penjahat itu berhasil melarikan diri."
Tek ceng taysu segera manggut manggut.
"Yaa, lolap pasti akan mengatur semuanya dengan rapih dan sempurna...."
Lalu sambil mengawasi Huan Cu Im sekejap dengan pandangan ragu ragu dan tak percaya,
ia bertanya "Benarkah urusannya separah dan segawat ini"
" "Sampai waktunya lo suhu bakal tahu sendiri"
Kembali Tek ceng taysu manggut manggut, "kalau begitu harap siau sicu mengikuti lolap."
Dia membawa Huan Cu Im dan Yap Ling menyebrangi sebuah tanah lapang berumput dengan langkah cepat kemudian menelusuri sebuah serambi dan berhenti didepan sebuah pintu ruangan-Sambil mendorong pintu dan masuk kedalam bisiknya "Didepan sana adalah kamar yang ditempati susiok. Dari sini kesitu dihubungkan dengan sebuah pintu kecil, harap sicu berdua menanti sejenak disini."
Huan Cu Im dan Yap Ling segera mengikuti dibelakangnya dan masuk kedalam ruangan, ternyata kamar itu jelek dan gelap.
"Tak jadi apa apa" sahut Huan Cu Im sambil manggut manggut, "bila lo suhu ada urusan silahkan dulu"
Tek ceng taysu segera merangkap tangannya didepan dada sambil memberi hormat, kemudian mengundurkan diri dari situ sambil merapatkan pintu ruangan tengah. sepeninggal pendeta itu, Yap Ling berbisik "Jangan jangan hwesiotua itu tak percaya dengan kita, maka sengaja menyekap kita disini" "
"Aaaah, tidak mungkin", kata Huan Cu im, "justru aku kawatir dia menaruh Curiga kepada kita, maka kuanjurkan kepadanya agar mempersiapkan jago jago lihaynya agar berjaga jaga disekitar sini, dengan demikian dia pasti akan merasa lega hati."
Antara kamar tersebut dengan kamar sebelah depan hanya dipisahkan dengan sebuah pintu, lagi pula diantara dinding papa terlihat banyak celah celah, ditambah pula lentera telah disulut dalam kamar seberang, hal ini membuat kita bisa menyaksikan semua gerak gerik dikamar depan dengan amat jelas seandainya mata kita ditempelkan diatas celah celah papan dinding itu. "
Huan Cu Im kembali berpikir:
"Tek ceng taysu memang pintar sekali, dengan menempatkan kami berdua disini, hal tersebut memang amat tepat"
Berpikir begitu, diapun mendekati dinding kamar dan mengintip kedalam.
Kamar diseberang mempunyai ruangan yang lebar lebar, dibawah jendela terletak dua buah bangku kecil, disebelah tangannya merupakan sebuah meja kecil berbentuk bulat dan diatas meja terletak sebuah hioloo kecil yang terbuat dari tembaga.
Gum pulan asap dupa mengepul keluar dari balik hioloo secara lamat lamat terendus pula bau harum yang semerbak.
Disudut sebelah utara terdapat sebuah pembaringan diatas pembaringan duduklah seorang pendeta tua berjubah abuabu, diintip dari celah celah dinding hanya nampak bayangan punggungnya saja, dia bukan lain adalah Hui san taysu, ketua lo hantong dari Siau lim si.
pada saat itulah terdengar suara genta bergema dengan nyaringnya membelah keheningan.
Huan Cu Im segera berpikir:
"Suara genta itu tentu dimaksudkan sebagai tanda bahwa saat makan malam telah tiba"
Tak selang beberapa saat kemudian, terdengar suara Tek ceng taysu berkumandang datang dari depan pintu kamar:
"susiok, tecu Tek ceng mohon bertemu"
"Apakah Tek ceng disitu" Silahkan masuk" ucap Hui san taysu sambil mengangkat kepalanya.
Dengan sepasang tangan dirangkapkan didepan dada pelan-pelan Tek ceng taysu masuk kedalam ruangan, setelah memberi hormat katanya dengan pelan:
"Lapor susiok. hidangan makan malam telah siap. tecu khusus datang kemari untuk mengundang susiok bersantap bersama dalam kamar hongtiang." Sambil tersenyum Hui san taysu menjawab "Aku tak lebih hanya kebetulan lewat disini, kau tak usah repot repot harus melayaniku, biarlah kami makan bersama sama dengan rekan lainnya." Dengan sikap meng hormat kembali Tek ceng taysu berkata:
"Dalam satu tahun belum tentu susiok berkunjung satu kali ke kota Lu ciu sebagai tuan rumah sudah sepantasnya bila tecu berusaha menjadi seorang tuan rumah yang baik."
"Kalau begitu, baiklah" pelan-pelan Hui san taysu bangkit berdiri dan turun dari pembaringan-"Silahkan susiok " kata Tek ceng taysu lagi sambil merangkap tangannya didepan dada dan memberi hormat.
Hui san taysu segera melangkah keluar dari ruangan itu diikuti Tek ceng taysu dari belakang.
sepeninggal kedua orang itu, Yap Ling segera berbisik:
"Huan toako mereka telah pergi bersantap. sedang kita harus menunggu sambil menahan perut yang kosong"
"Sabarlah, bila urusan disini telah usai kita segera mencari rumah makan yang terbaik dan bersantap hingga sekenyang kenyangnya."
"Tapi kita harus menunggu sampai kapan" "
"Ssst.... ada orang datang", mendadak Huan Cu Im berbisik lirih.
"Siapa" Jangan jangan Bu tim" "
Sementara masih berbicara, tampak seseorang membuka pintu ruangan dan berjalan masuk kedalam, ternyata yang datang adalah si hwesio kecil yang bertugas diruang hong tiang tadi.
Dia langsung berjalan menuju kemeja bulan ditengah ruangan, membuka penutup hioloo tembaga serta diperiksa sekejap. kemudian memasukkan beberapa batang dupa kedalamnya sambil menaburkan bubuk dupa yang harum, setelah itu menutup kembali penutup hioloo itu.
Kemudian dia menuju kemeja kecil disamping pembaringan dan membereskan cawan, sebelum mengundurkan diri, pintu kamar itu segera dirapatkan kembali.
Dengan ditambahnya bubuk dupa didalam hioloo tersebut, asap hijau yang mengepulpun makin tebal dan bau harum yang menyelimuti seluruh ruangan juga makin tebal, sampai ruangan kecil dibagian belakang pun ikut diliputi oleh bau dupa yang harum.
SEpertanak nasi kemudian, Tek ceng taysu dengan mendampingi susioknya Hui san taysu baru kelihatan balik kembali ke dalam kamar.
hwesio kecil tadi datang menghidangkan airteh, kemudian mengundurkan diri lagi.
Sementara itu Tek ceng taysu duduk disisi paman gurunya sambil melaporkan keadaan kuil Pau kok si belakangan ini kepadanya.
Huan Cu Im dan Yap Ling yang bersembunyi dibelakang diam diam mulai cemas berCampur gelisah, mereka heran kenapa hwesio tua itu masih saja berceloteh dan belum bermaksud mengundurkan diri, padahal waktu itu merupakan saat bagi Bu tim taysu untuk mulai bertindak...
Tek ceng taysu berbincang bincang lagi seperempat jam sambil memberi hormat:
"susiok tentu sudah lelah setelah menempuh perjalanan jauh, silahkan berisitirahat lebih awal, tecu hendak mohon diri lebih dulu..."
Habis berkata, kembali dia memberi hormat lagi kemudian baru mengundurkan diri dari sana.
Dipihak lain, sepasang muda mudi yang bersembunyi didalam kamar gelap sambil menunggu perkembangan situasi merasa gelisah dan cemas, mereka anggap waktu berjalan sangat lamban, bagaikan siput yang sedang merangkak saja.
Menurut perhitungan mereka, seharusnya Bu tim taysu sudah menampakkan dirinya disana, tapi tunggu punya tunggu, bayangan tubuh dari Bu tim taysu belum juga kelihatan-Yap Ling segera menempelkan bibirnya disisi telinga Huan Cu im, lalu berbisik "Heran, kenapa ia belum juga kelihatan" "
Tiba tiba saja Huan Cu Im teringat dengan si hwesio cilik yang diutus untuk menghantar air teh ke dalam ruang Hongtiang, tanpa terasa keningnya berkerut, sambil menempelkan bibirnya disisi telinga Yap Ling segera katanya pula:
"Tadi hongtiang taysu mengutus sihwesio kecil untuk melayani dalam ruangan itu, bagaimana mungkin Butim taysu bisa menyelundup masuk ke kamar."
"Lantas bagaimana sekarang" " tanya Yap Ling.
"Bila dia gagal untuk mencari kesempatan yang baik sehingga tak berhasil menyelundup masuk. sudah pasti dia akan menunggu sampai tengah malam nanti baru menyelundup kemari dengan meyerempet bahaya"
"Aaaai...." Yap Ling menghela napas panjang," Bu tim adalah seorang manusia yang licik dan cekatan, andaikata ia mengetahui kalau ditempat ini sudah mengadakan persiapan tak nanti dia akan turun tangan disini."
"Kalau bukan turun tangan disini, lalu dia akan turun tangan dimana" " tanya Huan Cu Im tertegun.
"Kalau malam ini tak berhasil, dia tentu akan menunggu sampai besok malam." Tiba tiba Huan Cu Im menarik tangan gadis itu sambil bisiknya: "Diluar ada orang"
"Pasti dia yang datang" cepat Yap Ling berbisik agak emosi.
"Bukan! Bisa jadi mereka adalah orang orang yang diutus oleh Tek ceng taysu, sebab dari suara langkah kakinya, jelas mereka berjumlah delapan sampai sembilan orang"
Hal 54 tertukar wajahnya sudah tidak sehormat makan malam tadi.
"Hoooh" Hui san taysu manggut manggut, "persoalan apakah itu, coba katakan saja secara blak blakan."
"Kalau memang begitu akan tecu katakan secara berterus terang" kata Tek ceng taysu kemudian sambil mengawasi pendeta tua itu dengan sorot mata yang tajam. SEtelah berhenti sejenak. pelan-pelan ujarnya "Tecu ingin bertanya pada susiok. apakah tutiap milik susiok dibawa serta" "
Yang dimaksudkan sebagai Tu tiap adalah semacam surat keterangan yang dikeluarkan penguasa pada jaman itu yang menerangkan identitas seorang sebagai pendeta atau rahib.
Sambi tertawa ramah Hui san taysu balik bertanya, "tanpa sebab musabab mengapa kau menanyakan surat tersebut Tu tiap milikku" "
"Bila susiok tidak membawa surat keterangan tu tiap. dan tiba tiba ada orang menyamar sebagai susiok lalu bagaimana caraku untuk membedakan mana yang asli dan mana yang palsu" "
"Aaaah, mana ada orang menyaru sebagai lolap" " kata Hui san sambil tersenyum, "mana mungkin hal ini bisa terjadi" APa perlunya menyaru sebagai lolap" "
Paras muka Tek ceng taysu makin lama berubah semakin dingin dan kaku, katanya lagi ketus:
"Andaikata benar benar ada manusia jahanam yang menyamar sebagai susiok" "
Bagaimanapun juga Hui san taysu adalah seorang jago kawakan yang sudah lama berkelana didalam dunia persilatan setelah tertegun sejenak. sorot matanya yang tajam segera dialihkan kewajah Tek ceng taysu serta memandangnya lekat lekat, tegurnya:
"Tek ceng, kau bisa mengucapkan kata kata semacam ini pasti didasarkan pada berita atau kejadian yang telah kau peroleh, sebetulnya apa yang telah terjadi" "
"Benar", kata Tek ceng taysu bersungguh sungguh,
"tentang adanya seseorang yang menyaru sebagai susiok telah dilakukan penyelidikan yang seksama, dan terbukti memang ada kejadian seperti ini"
"Apakah maksud dan tujuan orang itu menyaru sebagai lolap" " tanya Hui san taysu lagi. Huan Cu Im yang mendengar pertanyaan itu jadi tertegun, segera pikirnya.
"Jangan jangan Tek ceng taysu belum menyampaikan persoalan itu kepadanya" " SEmentara itu Tek ceng taysu telah menjawab sambil tertawa dingin tiada hentinya.
"Apakah maksud tujuannya yang sebetulnya kini lolap sedang melakukan penyelidikan yang seksama dan aku yakin dalam waktu singkat duduknya persoalan bisa diungkap."
Mendadak Yap Ling menempelkan bibirnya disisi telinga Huan Cu Im sambil bisiknya. "Kalau didengar dari nada pembicaraannya, hwesio tua itu kelihatan kurang beres"
Gadis ini memang teliti, rupanya Tek ceng taysu telah merubah panggilannya dari tecu menjadi lolap.
"Jikalau persoalannya telah diselidiki, bagaimana duduk persoalan yang sebenarnya" " tanya Hui san taysu sambil merangkap sepasang tangannya didepan dada. sEkulum senyuman licik segera tersungging diujung bibir Tek ceng taysu katanya "Ada seseorang didepan pintu ingin bertemu dengan susiok, andaikata kau masih ada pertanyaan yang kurang jelas, tak ada salahnya bila kau tanyakan secara langsung kepadanya, tanggung semua urusan akan menjadi jelas"
"Siapa si orang yang dia maksudkan" " bisik Yap Ling tiba tiba.
"Sssstt.... jangan berisik dulu"
Terdengar Hui san taysu telah berkata:
"Siapa sih orang itu" cepat kau undang dia masuk kedalam"
Tek ceng taysu tidak berbicara lagi, dia membalikkan badan dan berjalan menuju kedepan pintu, kemudian sambil memberi hormat katanya: "susiok masuk"
Susiok" Bukankah paman guru Tek ceng taysu adalah seorang ketua dari suatu ruangan atau seorang tianglo dari siau lim si" Pendeta agung mana lagi yang telah datang"
Tanpa terasa Huan Cu Im dan Yap Ling mengalihkan sorot matanya keluar pintu ruangan dengan sepasang mata melotot lebar.
Hui san taysu sendiripun diam diam merasa terkejut bercampur curiga sepasang matanya tanpa terasa dialihkan keluar "omitohud"
Dari luar pintu berkumandang suara pujian kepada sang Buddha dengan suara yang rendah, besar, disusul kemudian tampak seorang pendeta tua berjubah abu abu pelan-pelan masuk kedalam ruangan.
Usia pendeta tua itu tampaknya seperti baru lima puluh tahunan, perawakan tubuhnya tinggi besar, sepasang matanya bersinar tajam, baik suara, wajah, gerak gerik maupun paras persis seperti Hui san taysu.
Ketika Hui san taysu berdiri saling berhadapan dengan orang itu, maka tak ubahnya dia seperti lagi bercermin saja.
Atas terjadinya peristiwa ini bukan saja Hui san taysu jadi terkejut, sekalipun Huan Cu Im dan Yap Ling juga sama sama dibuat tercengang atas terjadinya peristiwa yang sama sekali tak terduga ini.
Cepat cepat Yap Ling berpaling, kemudian bisiknya disisi telinga Huan Cu im: "Dapatkah kau bedakan , mana yang asli dan mana yang palsu" "
Huan Cu Im menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya pelan "Susah untuk membedakan tampaknya permainan ini merupakan permainan busuk dari Bu tim, waah... kalau yang asli dan yang palsu susah dibedakan, urusannya jadi bertambah gawat"
Sementara itu kedua orang Hui san taysu telah berhadapan dan saling mengawasi satu sama lainnya, kemudian Hui san taysu yang pertama berkata sambil memuji keagungan Buddha "omitohud, pinceng tidak lebih hanya ketua ruang Lo han tong dari kuil Siau lim si, menyaru sebagai diriku tak akan memberi manfaat yang terlalu besar, bolehkan aku tahu apa maksud anda berbuat demikian..." "
Ucapan tersebut diutarakan dengan nada suara yang mantap dan lagi sangat berwibawa
Hui san taysu yang muncul belakangan segera merangkap sepasang tangannya didepan dada, kemudian katanya pula:
"Anda datang kemari dengan menyaru sebagai pinceng, justru pincenglah yang ingin bertanya kepadamu, apa maksud berbuat begini" "
Dalam pada itu Tek ceng taysu telah mengundurkan diri kebelakang dan mengasih kedua orang itu sambil tertawa dingin tiada hentinya setelah mempertemukan kedua orang Hui san taysu, seakan akan dia memutuskan akan berpeluk tangan kebelakang membiarkan dua orang Hui san taysu itu menyelesaikan sendiri persoalan tersebut serta menentukan mana yang asli dan mana yang palsu.
"Siancay siancay..." Hui san taysu yang datang duluan segera memandang keangkasa sambil mengucapkan kata
'siancay' dua kali, lalu dengan sorot mata yang memancarkan sinar tajam, ia berkata dengan suara dalam.
"Hidup sebagai murid Buddha, pantang pertama adalah melakukan kejahatan, kedatangan anda dengan menyaru sebagai pinceng tentu disertai dengan suatu maksud tertentu, kebetulan pinceng sebagai ketua Lo hantong dari siau lim pay memang bertugas melindungi agama Buddha dari rongrongan iblis serta melenyapkan kaum durjana dari muka bumi, apabila kau masih juga tidak tahu diri serta enggan bertobat dengan melepaskan topengmu secepatnya, jangan salahkan bila aku bertindak tegas, tapi bila kau tahu salah pincengpun bersedia membebaskanmu."
Hui san taysu yang datang belakangan tetap berdiri tegak ditempat semula, diawasinya Hui san taysu yang pertama dengan pandangan tajam, kemudian katanya:
"Ehmm, bila kulihat tindak tanduk anda, nyata sekali semua gerak gerikmu berdasarkan suatu perencanaan yang sempurna, tapi pinceng sudah puluhan tahun lamanya cerkelana didalam dunia persilatan, kejadian seperti apa saja telah kujumpai, apa lagi soal saru menyaru, kejadian semacam ini bukan sesuatu yang aneh, hanya masalahnya sekarang, cukup mampukah kau berperan terus sebagai pinceng" "
Hui San taysu yang pertama Segera berdiri tertegun Setelah mendengar ucapan tersebut, katanya dengan Suara dalam
-oo0dw0oo Jilid : 33 "Kalau ku dengar dari pembicaraan anda, agaknya kau menantang pinceng untuk berduel?" Hui san taysu yang datang belakangan segera tertawa seram:
"Heeehhhh.... heeeehhh... heeeehhh..., buat kaum beragama belajar silat dimaksudkan untuk menjaga kesehatan badan, selama puluhan tahun terakhir pinceng juga belum pernah melangsungkan pertarungan seru, tapi sebagai umat persilatan, apabila suatu ketika menghadapi jalan buntu dalam menangani suatu persoalan yang tak terpeCahkan biasanya akan menggunakan kepandaian silat untuk dicarikan penyelesaiannya. Kini anda menyamar sebagai lolap. maka lolap wajib meneliti kemampuan anda, mampukan kau bersilat dengan menggunakan kepandaian Siau limpay, bila tak mampu itu berarti kau adalah gadungan" Yap Ling yang mengikuti perkembangan tersebut segera berbisik pada Huan Cu im. "Dia yang dimaksudkan adalah Huisan taysu yang datang belakangan adalah Butim"
"Darimana kau bisa tahu?"
"Nada bicaranya lebih seram dan keji, tetapi ucapannya lembut serta berkekuatan penuh, hal ini membuat orang susah untuk membedakan seCara jelas, tapi setelah ia tertawa tadi aku dapat mengenali identitasnya dengan segera"
SEmentara itu Hui san taysu yang pertama telah memuji keagungan sang Budda sambil katanya:
"Baiklah, kalau toh suheng ingin bertarung melawan pinceng, akan kusambut tiga buah seranganmu, Buddha maha pengasih, moga moga saja kau segera menyadari kesalahanmu serta bertobat. Nah, kalau memang ingin bertarung silahkan kau melancarkan serangan lebih dulu."
Berkilat serentetan sinar aneh dari balik mata Hui san taysu yang datang kebelakang, serunya kemudian sambil tertawa nyaring:
"Haaahhh.... haaahhh..... haaahhh.... kau menyuruh pinceng turun tangan lebih dulu?"
"Sudah pinceng katakan tadi, akan kusambut tiga buah pukulanmu terlebih dulu, silahkan suheng turun tangan lebih dulu" jawab Hui san taysu yang pertama dengan nada suara tetap lembut.
Dengan perasaan tak habis mengerti Yap Ling segera berbisik:
"Biarpun ilmu silat yang dimiliki Bu tim tidak terhitung lemah akan tetapi dia bukan tandingan dari Hui san taysu, jangan jangan dibalik tindakannya ini masih terkandung rencana busuk lainnya?"
"Aku pikir dengan kehadiran Tek ceng taysu disamping arena, tidak mungkin dia berani menggunakan jarum penghancur darahnya dalam keadaan demikian" sahut Huan Cu im. Tiba tiba terdengar Hui san taysu yang datang belakangan tertawa seram, lalu berseru: "Hmmm, kalau begitu berhati hatilah kau"
Pelan pelan dia menghembuskan napas panjang tangan kanannya digetarkan dan segera melepaskan sebuah pukulan dahsyat kemuka.
Sellsih jarak diantara mereka berdua hanya beberapa depa, meski gerakan yang sangat lamban, namun begitu serangan dilepaskan keCepatannya betul betul mengerikan ibarat guntur yang menggelegar diangkasa...
Disaat lawan mempersiapkan serangan tadi Hui san taysu yang pertama telah menarik napas panjang dengan pelan pelan, Tapi begitu hawa murninya dihimpun, tiba tiba saja paras mukanya berubah hebat.
Semua kejadian ini berlangsung dalam waktu singkat tahu tahu terdengar suara benturan keras berkumandang memecahkan keheningan.... "Blaaammm"
Sebuah pukulan yang maha dahsyat dengan cepat bersarang didada Huisan taysu yang pertama.
Pendeta tua itu segera mendengus tertahan dan tubuhnya mundur lima enam dengan sempoyong an sebelum akhirnya roboh terduduk diatas tanah, darah segera menyembur keluar dari mulutnya...
Sambil membesut darah segar dari bibirnya, dia berseru dengan mata terbelalak lebar: "Kalian-..."
Huisan taysu yang datang belakangan segera tertawa terbahak bahak jengeknya:
"Hanya sebuah pukulan dari pinceng saja tak mampu kau hadapi, berani amat kau datang menyaru sebagai pinceng, hmmm, betul betul tak tahu diri."
Begitu ia selesai berkata sambil berpaling kearah Tek ceng taysu segera perintahnya: "Tek ceng, orang ini berani menyaru sebagai diriku, suruh orang menggusurnya pergi."
"Tecu menerima perintah dari susiok" jawab Tek ceng taysu sambil memberi hormat. Lalu sambil bangkit berdiri bentaknya:
"PengawaL...." Bersamaan dengan suara bentakan itu, empat orang pendeta berbaju hijau yang membawa senjata lengkap segera munculkan diri dari luar pintu dan menyahut sambil memberi hormat. "TEcu siap"
Sambil menunjuk kearah Hui san taysu yang pertama dan tergeletak lemas diatas tanah itu, Tek ceng taysu berseru:
"orang ini berani menyamar sebagai susiok. kalian segera menyeretnya pergi."
Keempat orang pendeta berbaju hijau itu segera mengiakan dan maju kedepan dengan cepat, dua orang diantaranya segera mengempit tubuh Huisan taysu yang pertama dari kiri kanan dan menyeretnya dari atas tanah.
Tampaknya akibat pukulan yang bersarang didadanya itu, Huisan taysu yang pertama telah menderita luka dalam yang amat parah, diawasinya Tek ceng taysu sekejap. lalu katanya dengan napas tersengkal sengkal: "Baaa... bagus sekali renc.... rencana busuk kalian...." Satu ingatan tiba tiba melintas didalam benak Yap Ling, bisiknya segera:
"Huan toako agaknya hongtiang dari kuil ini adalah komplotan dari Butim, apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Untuk sesaat lamanya huan Cu Im sendiripun kehilangan akal, setelah termenung sejenak sahutnya:
"Mari kita keluar dari sini, dengan kedudukanmu sebagai murid hujin dari Lo Cu san dan kedudukanku sebagai utusan lencana perak. kita mengikuti perkembangan sesuai dengan situasi dan kondisi nantinya."
"Yaa. tampaknya kita memang harus berbuat begitu" sahut Yap Ling sambil manggut manggut.
Dengan suara keras Huan Cu Im segera membentak: "Lo suhu, tunggu sebentar"
Ia segera mendorong pintu kamar dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Melihat kemunculan kedua orang itu, dengan wajah berseri Tek ceng taysu segera menyambut kedatangan mereka, ujarnya sambil merangkap sepasang tangannya didepan dada:
"Terima kasih banyak atas peringatan dari siau sicu, ternyata memang ada orang yang datang kemari sambil menyaru sebagai paman guru, untung saja orang tersebut telah berhasil dibekuk sekaran, untuk itu lolap benar benar merasa berterima kasih sekali"
Kemudian sambil berpaling ke arah Hui san taysu yang datang belakangan itu, dia berkata lagi sambil memberi hormat:
"Lapor susiok. dia adalah Huan Siau sicu yang mendapat perintah dari Siang ciangbunjin dari Hoa san untuk menyampaikan kabar kepada kita, andaikata tiada peringatan dari siau sicu ini, belum tentu kita bisa membongkar rencana busuk lawan, malahan bisa jadi susiok telah dikerjai oleh komplotan penyamun...."
Ucapan tersebut diutarakan sangat luwes dan enak sekali didengar, seakan akan mereka betul betul telah berhasil membekuk seseorang yang telah menyaru sebagai Hui san taysu.
Mendengar kata kata tersebut, Huan Cu Im segera meningkatkan kewaspadaannya, dengan pikirnya:
"hwesio tua ini pandai sekali berbicara dan lain dimulut lain dihati, betul betul seorang manusia yang amat licik dan busuk hatinya..."
Sementara itu Hui san taysu yang datang belakangan segera menunjukkan senyum ramah setelah mendengar penjelasan dari Tek ceng taysu katanya dengan lembut
"omitohud, meskipun soal penyaruan atas diri pinceng hanya masalah yang kecil, tapi berbicara buat keselamatan kuil kami serta segenap dunia persilatan, perkara kecil ini bisa berpengaruh besar andaikata sampai terjadi apa apa dosa pinceng tentu akan besar sekali...."


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Untung sekali Siang ciangbunjin dari Hoa sanpay telah mendapat kabar lebih dulu sehingga mengutus siau sicu utnuk mengabarkan persoalan ini kepada kami sehingga sebuah bencana besar dapat dihindari, terutama sekali dalam menghadapi pertemuan puncak di bukit Hong san nanti agaknya pihak musuh berniat untuk memecah belah kesatuan dan persatuan dari partai partai besar, oleh sebab itu tindakan yang telah siau sicu lakukan betul betul merupakan sebuah jasa yang besar bagi umat persilatan seluruhnya, omitohud"
"DEngan tak susah payah taysu telah melaksanakan tugas secara baik, sesungguhnya kaulah yang telah mendapat sebuah jasa amat besar" sela Yap Ling cepat.
Huisan taysu yang datang belakangan ini kelihatan agak tertegun, keudian sambil merangkap tangannya didepan dada ia bertanya: "Siapakah siau sicu?"
"Aku adalah Yap Ling dari Lo Cu san"
"ooooooh, rupanya nona Yap. maaf.... maaf..." cepat cepat Hui san taysu yang datang belakangan memberi hormat.
setelah memperhatikan wajah Yap Ling sekejap. ia bertanya lagi sambil tertawa paksa: "Apakah nona Yap mempunyai tanda kepercayaan?"
Dari dalam sakunya Yap Ling mengeluarkan sebuah lencana bulat yang terbuat dari tembaga dan sambil diperlihatkan kepada pendeta itu katanya:
"Aku adalah kelima dari dua belas bintang, sekarang tentunya taysu sudah percaya bukan?"
Dengan kening berkerut kencang Hui san taysu yang datang belakangan itu termenung beberapa saat lamanya kemudian ia berkata:
"Kalau ingatan pinceng taksalah, agaknya nona Yap pernah memperlihatkan lencana perak kepadaku, apakah ada kejadian semacam ini?" Mendapat pertanyaan tersebut, Yap Ling segera berpikir didalam hati: "Tampaknya dia benar benar adalah Bu tim."
Maka sambil berpaling dan memberi tanda kepada Huan Cu im, katanya lagi: "Huan kongcu, taysu ingin melihat lencana perakmu"
Huan Cu Im menurut dan segera mengeluarkan lencana peraknya dari dalam saku, lalu sambil diperlihatkan ia berkata:
"Harap taysu periksa"
HHui san taysu yang datang belakangan itu memperhatikan sekejap kemudian katanya sambil manggut manggut:
"Ehmmm, tampaknya memang benar"
Tek ceng taysu yang selama ini hanya berdiri membungkam disamping arena, saat itu membentak keras secara tiba tiba: "Mana pengawal?"
Dari luar pintu kembali muncul empat orang pendeta berbaju hijau yang bersenjata lengkap sambil melangkah masuk kedalam ruangan, seru mereka bersama: "Hongtiang ada perintah apa?"
Tadi Huan Cu Im mendengar ada delapan orang yang telah muncul didepan pintu, kini terbukti sudah kalau pendengarannya memang tepat setelah masuk empat orang, jadi bersama Tek ceng taysu jumlahnya persis sembilan orang ini berarti yang tidak terdengar suara langkahnya hanya Huisan taysu yang datang belakangan.
Sambil menuding kearah Huan Cu Im serta Yap Ling, Tek ceng taysu segera membentak: "Tangkap mereka berdua"
Keempat orang pendeta berbaju hijau itu segera mengiakan, dua orang diantaranya mendesak maju kemuka.
Perubahan yang terjadi saat ini benar benar diluar dugaan siapa saja.
Huan Cu Im menjadi tertegun, segera bentaknya:
"Berhenti" Lalu sambil berpaling kearah Tek ceng taysu, ia berseru:
"Losuhu, apa apa an kau ini?"
Tek ceng taysu segera tertawa terbahak bahak
"Haaaahhhh..... haaaahhhh...... haaahhh..... sekarang terbukti sudah kalian berdua adalah komplotan dari kaum penjahat, tentunya siau sicu tak bisa berkata apa apa lagi bukan?"
"Kau......" Huan Cu imamat terkejut berCampur terkesiap.
Hui san taysu yang datang belakangan turut tertawa seram dengan sorot mata memancarkan kelicikan, ia membentak pula dengan suara yang berat dan dalam "Mengapa kalian belum juga turun tangan"
Dua orang diantara keempat pendeta berbaju hijau itu langsung mendekati Huan Cu im, sedangkan dua yang lain mendekati Yap Ling. Dengan kening berkerut Yap Ling segera membentak: "Bu tim, kau berani begini takabur?"
"criiiing" ia meloloskan pedangnya dan disilangkan didepan dada, kemudian bentaknya:
"Siapa diantara kalian berani maju?"
Sambil tertawa hambar Tek ceng taysu berkata:
"Li sicu tidak usah main gertak sambal lagi, ketahuilah dupa yang dipasang dalam hlolo diruangan ini adalah dupa harum liur naga beracun dari See Ih, betapapun hebatnya kepandaian silat yang dimiliki niscaya segenap tenaga dalamnya akan punah padahal kalian sudah mengendus bau dupa itu hampir sepertanak nasi lamanya, bayangkan saja mana mungkin kalian sanggup memberikan perlawanan lagi?"
"Rupanya kalian telah mempersiapkan rencana sebusuk ini untuk menjebak kami?" seru Huan Cu impenuh amarah.
Hui san taysu yang datang belakangan segera tertawa seram:
"Heeehhhh.... heeehhh.... heeehhh... bocah keparat she Huan, budak busuk she Yap, kalian telah menghianati benteng keluarga IHee... hmm Meskipun pinceng tak akan melakukan sesuatu terhadap kalian, tapi setelah kubawa kalian pulang kebenteng keluarga IHee dan diserahkan kepada Cengcu serta hujin, tanggung banyak kenikmatan yang bakal kalian rasakan."
Menyaksikan kedua orang pendeta berbaju hijau itu datang mendekatinya, Huan Cu Im masih saja merasa kurang perCaya, ia segera membentak keras kemudian mengayunkan telapak tangannya kedepan sambil melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Tapi begitu telapak tangannya digerakkan pemuda itu segera merasakan sesuatu hal yang tak beres, betul juga sekujur badannya terasa lemas dan sekali tak bertenaga barang sedikitpun juga, dengan kondisi seperti ini sekalipun serangan berhasil mengenai lawanpun belum tentu akan melukainya.... dalam keadaan seperti ini, diam diam ia berpekik didalam hati: "Habis sudah riwayatku kali ini"
Dengan cepat kedua pendeta berbaju hijau itu telah menghampiri anak muda tersebut, satu dari kiri dan yang lain dari kanan segera bersiap siap untuk membekuknya.
Tapi disaat yang kritis itulah tiba tiba tubuh Huan Cu Im melayang ketengah udara lalu melambung naik keatas atap rumah.
Kedua orang pendeta berbaju hijau itu kontan saja dibuat tertegun dan berdiri melongo.
"cepat kejar" bentak Tek ceng taysu segera.
Dalam pada itu, Huisan taysu yang belakangan itu sudah menjejakkan sepasang kakinya keatas tanah dan melayang keluar dari ruangan untuk melakukan pengejaran-Kedua orang pendeta berbaju hijau itu tak berayal lagi, dengan cepat mereka meloloskan golok masing masing lalu menyusul pula dibelakang Huisan taysu gadungan. Perubahan yang berlangsung lagi lagi berada diluar dugaan siapa saja.
Bukan hanya Tek ceng taysu serta Hui san taysu gadungan saja yang tak pernah menyangka sebelumnya, padahal asap dupa liur naga beracun dari See ih sudah tersohor karena kemanjurannnya, barang siapa terendus bau harum dupa tersebut niscaya hawa murninya akan buyar, tenaga dalamnya punah dan kondisinya tak berbeda seperti manusia biasa.
Tapi dalam kenyataannya sekarang, Huan Cu Im yang nyata sudah kehilangan tenaga dalamnya, mengapa masih sanggup melayang ketengah udara" Kejadian ini benar benar tidak dipahami oleh mereka semua.
PAdahal kalau dibicarakan sesungguhnya dalam hal inipun Huan Cu Im tak pernah menyangka sebelumnya, ia sudah panik ketika mengetahui bahwa tenaga dalamnya telah punah dan pendeta berbaju hijau itu makin mendekatinya dari sisi kiri dan kanan.
Tapi pada saat yang sangat kritis itulah mendadak ujung bajunya terasa mengencang, tahu tahu seperti ikan yang terkena pancingan, tubuhnya terseret keluar dari ruangan dan melambung ketengah udara.
Tentu saja semua kejadian ini bukan dilakukan atas kemampuan sendiri, tapi ada seutas kaitan yang amat lembut telah mengait bajunya serta menyeretnya keluar dari ruangan, kemudian setibanya didepan pintu, tubuhnya dikerek lagi naik keatas wuwungan rumah.
Begitu sepasang kaki Huan Cu Im menempel diatas atap rumah dan belum sempat berdiri tegak, ia sudah mendengar seseorang berbisik dengan suaranya yang merdu: "Huan kongcu, aku berada disini"
Dengan cepat Huan Cu Im berpaling kearah mana berasalnya suara panggilan itu ternyata pada jarak tiga depa dihadapannya berdirilah seorang nona kecil berbaju ungu.
Nona itu paling banter baru berusia enam tujuh belas tahunan, wajahnya mungil, cantik dan masih membawa sifat kekanak kanakan, sementara ditangannya memegang sebuah alat pengail yang panjang lagi lembut waktu itu dia sedang mengawasinya sambil tertawa cekikan.
Nona itu sangat dikenal wajahnya seperti pernah bertemu disuatu tempat tapi untuk sesaat Huan Cu Im tak dapat mengingatnya kembali. Setelah lama sekali diperhatikan akhirnya pemuda itu baru berbisik pelan: "Nona...."
Sambil tertawa lirih nona berbaju ungu itu berkata:
"Aku bernama Siang siau hun, sayang tak ada waktu lagi untuk banyak bicara denganmu, dari beberapa butir pil pemunah racun ini cepat kau telan sebutir diantaranya sedangkan sisanya yang dua butir segera kau bagikan untuk kacung bukumu serta Huisan taysu. Nah, sekarang mereka telah mengejar kemari, akan ku hantar kau turun kebawah dengan segera. cepat kau telan pil pemunah racun itu, seperminum teh kemudian tenaga dalammu baru akan pulih kembali, sekarang aku mau menggoda orang orang itu lebih dulu."
Sambil berkata dia mengangsurkan tangan kirinya kedepan menyerahkan ketiga butir pil dimaksud.
Setelah mendengar penjelasannya itu, dengan cepat Huan Cu Im teringat kembali bahwa Siang Siau un tidak lain adalah nona kecil yang pernah memancingnya keluar dari benteng keluarga Hee di suatu malam serta memberitahukan kepadanya agar selekasnya meninggalkan benteng keluarga IHee..
Sementara itu, Hui san taysu gadungan serta kedua orang pendeta berbaju hijau itu telah mengejar tiba tampak tiga sosok bayangan manusia, satu didepan dua dibelakang seperti burung elang saja meluncur kearah atap rumah dengan kecepatan luar biasa.
Berada dalam kondisi semacam ini, tiada waktu lagi buat Huan Cu Im untuk banyak berpikir, segera disambutnya pil penawar racun itu dan menelan sebutir diantaranya dengan cepat.
Tiba tiba terdengar Siang Siau un berbisik:
"Nah, sekarang kau mesti berhati hati ya, cepat tertawa tergelak sekeras kerasnya. Aku akan menghantarmu turun kebawah."
Huan Cu Im menurut dan segera tertawa terbahak bahak mendadak ujung baju bagian belakangnya terasa mengencang, menyusul gelak tertawa itu tubuhnya sudah meluncur kebawah serta memapaki tubuh Huisan taysu gadungan yang sedang menerjang datang itu.
Apa yang terjadi amat mengejutkan Huan Cu im, dia sadar bahwa tenaga dalamnya telah punah, sekarang saat inipun tubuhnya cuma bergelantungan ditengah udara dengan disanggah oleh seutas tali pengaiL. Bagaimana mungkin ia bisa saling bertubrukan secara kekerasan dengan Hui san taysu gadungan" Seandainya pendeta tersebut sambil melancarkan sebuah pukulan bukankah dia akan segera terluka parah"
Tapi tali pengail dari Siang Siau un telah menyambar lagi dengan kecepatan tinggi mau tak mau tubuhnya harus meluncur pula kedepan dengan cepatnya, meskidia tak ingin bertumbukkan dengan Hui san taysu gadungan, tapi kondisinya saat ini membuatnya sama sekali tak mampu menghindarkan diri lagi.
Sementara itu Hui san taysu gadungan baru saja menerjang keluar dari kamar, menjejakkan kakinya ketanah dan tubuhnya baru saja melambung ketengah udara ketika tiba tiba mendengar suara gelak tertawa dari Huan Cu Im serta melihat sesosok bayangan manusia menerjang kearahnya dengan disertai deruan angin tajam seperti bukit Tay san menindih kepala.
Pendeta tua ini orangnya memang licik dan banyak curiga, sebelum duduknya persoalan menjadi jelas, bagaimana mungkin dia bersedia menyerempet bahaya"
Telapak tangannya segera diluruskan sambil melepaskan sebuah pukulan uara kosong kedepan, sementara tubuhnya memanfaatkan peluang itu untuk berjumpalitan beberapa kali dan menyingkir kearah samping arena.
Huan Cu Im menerjang langsung daritengah udara ketika melihat Huisan taysu gadungan langsung melepaskan pukulan kearahnya, diam diam ia berpikir dalam hati: "Aduuuh celaka"
pada saat itulah tiba tiba tubuhnya melambung satu kaki lagi ketengah udara begitu lolos dari ancaman angin pukulan tersebut, tubuhnya segera meluncur lagi ke bawah dengan kecepatan tinggi.
Mendadak terdengar suara Siang Siau un berbisik disisi telinganya
"Huan kongcu, pergunakan sedikit tenaga pada kakimu lalu menerobos masuk melalui jendela, siapkan baik baik pil ditanganmu begitu berada dalam ruang dalam, cepat cepat kau jejalkan pil tersebut kemulut kacung bukumu itu."
Baru saja perkataan itu masuk kedalam telinganya, tahu tahu dia sudah tiba didepan daun jendela. Blaaaam Kedua lembar daun jendela itu segera tertendang sampai terpentang lebar, dengan kecepatan yang tinggi badannya segera menerobos masuk kedalam.
Waktu itu Tek ceng taysu yang berada didalam ruangan kebetulan sedang berdiri membelakangi jendela, ketika mendengar suara benturan keras disusul menerobos masuknya sesosok bayangan manusia, dia nampak amat terkejut dan cepat cepat menghindarkan diri kesisi kanan....
Gerakan tangan dari Siang Siau un memang luar biasa, dia berhasil menghantar tubuh Huan Cu impersis turun dihadapan Yap Ling.
oleh karena sebelumnya Siang Siau un telah memberi pesannya maka Huan Cu Im telah mempersiapkan diri dengan sebaik baiknya, begitu tubuhnya melayang turun, sebutir pil pemunah tekah dijejalkan kemulut Yap Ling dengan cepat.
Kedua orang pendeta berbaju hijau yang bertugas menjaga disamping Yap Ling segera membentak keras ketika dilihatnya Huan Cu Im menerobos masuk lewat jendela dan melayang turun persis didepan kaCung bukunya, mereka mengira anak muda tersebut bermaksud untuk menyelamatkan rekannya ini.
Sepasang golok yang terhunus langsung diayunkan kedepan melancarkan serangkaian bacokan kilat.
sayang sekali, Huan Cu Im datang dengan cepat mundurnya jauh lebih cepat lagi.... "Sreeet....."
Tahu tahu dia sudah meluncur kesebelah kiri, kali ini tubuhnya persis melayang turun dihadapan Hui san taysu yang tulen-Kali ini Huan Cu Im sudah ada pengalaman, ia tak berani berayal lagi, dengan suatu gerakan tangan yang amat cepat ia jejalkan pula sebutir pil pemunah kemulut hwesio tua itu.
Menanti pendeta berbaju hijau yang bertugas menjaga Hui san taysu tulen menyadari kalau musuh mendesak datang tahu tahu Huan Cu Im telah menyingkir lagi kearah lain-Kali ini tubuhnya melayang turun disudut ruangan sebelah kanan sementara kaitan yang mengait ujung baju belakangnya juga dilepas, alat pancingan itu pelan pelan ditarik naik lewat jendela tersebut.
Boleh dibilang semua peristiwa ini berlagnsung dalam wkatu singkat menanti Tek ceng taysu sudah menghindar kesamping dan bisa memandang keadaan disekeliling tempat itu, dilihatnya Huan Cu Im telah duduk bersila disudut ruangan sebelah kanan-Dengan suara menggeledeg dia segera membentak:
"Tangkap keparat itu, hayo cepat tangkap keparat itu."
Pendeta berbaju hijau yang bertugas menjaga didepan Huisan taysu asli terdiri dari empat orang, begitu mendengar perintah dari ketuanya, serentak mereka mengiakan lalu muncul dua diantara pendeta itu menghampiri Huan Cu im.
Dalam pada itu Huisan taysu gadungan berserta kedua orang pendeta berbaju hijau telah buru buru balik kembali kedalam ruangan setelah dilihatnya Huan Cu Im melayang turun kembali dari atas ruangan dan balik kedalam ruangan dengan menerobos jendela.
Begitu masuk kedalam ruagnan, dia segera menjumpai Huan Cu Im telah duduk disudut ruangan tersebut sambil bersemedi, kontan saja dengan napas tersengkal dan penuh amarah dia membentak.
"Bocah keparat, kau berani mempermalukan hudyamU"
Baru saja dia selesai membentak. tiba tiba saja ujUng bajU
sebelah belakangnya terasa kencang, lalu ditarik orang ketengah udara, bukan cuma begitu. "Wesss" tahu tahu badannya telah melayang kehadapan Huan Cu im.
Tek ceng taysu terkejut setelah menyaksikan kejadian ini dia mengira Hui san taysu gadungan dibuat marah karena ulah si anak muda tersebut sehingga sekarang berniat membunuh lawannya itu.
Padahal kalau dilihat dari keadaan Huan Cu Im yang roboh terkulai dalam keadaan lemas itu jelas membuktikan bahwa tenaga dalamnya telah punah.
Dia sadar pemuda itu adalah kemenakan dari Cengcunya (IHee Im hong) dan Cengcunyapun telah menurunkan perintah kepadanya agar membekuknya serta membawanya pulang kebenteng, sudah barang tentu dia tak bisa membiarkan pemuda tersebut menderita luka apapun. Dengan suara menggeledek bentaknya "Hey, mau apa kau?"
Rupanya pendeta ini meski merupakan murid Siau Lim si dan menjadi ketua dikuil Pau kok si, sesungguhnya adalah seorang agen rangkap yang merupakan lengcu lencana emas pula dari benteng keluarga IHee.
Hee Im hong pernah bejanji kepadanya, bila pendeta tua ini bersedia membantunya serta menjadi agen rahasianya, maka bila ia berhasil menduduki jabatan sebagai Bu lim bengcu, pendeta inipun akan diberi imbalan sebagai ketua dari Siau lim pay.
Begitulah, pada saat suara bentakan dari Tek ceng taysu baru saja bergema, tubuh Hui san taysu gadungan yang sedang menerjang kearah Huan Cu Im itu mendadak berganti arah dan Blammm
Tubuhnya langsung menerjang kearah salah seorang pendeta disebelah kanan dari dua orang pendeta baju hijau yang mendapat perintah dari Tek ceng taysu untuk membekuk Huan Cu im.
Tentu saja tubrukan ini terjadi dengan tenaga yang amat besar, kontan saja pendeta pendeta berbaju hiaju yang berada disebelah kanan itu terpental keras dan jatuh terguling sehingga menumbuk diatas dinding ruangan-Sedemikian kerasnya tumbukan itu, si hwesio segera merasakan pandangan matanya berkunang kunang, kepalanya pening dan kakinya sempoyongan tak sanggup berdiri tegak lagi.
Percuma saja si hui san taysu gadungan memiliki ilmu silat yang hebat, dengan posisi badannya yang bergelantungan ditengah udara dan kaki tidak menempel diatas tanah, tentu saja dia sama sekali tak mampu menggunakan sedikit tenagapun.
Setelah saling bertabrakan dengan pendeta baju hijau disebelah kanan itu, dan berputar kali ini menumbuk pendeta berbaju hijau yang disebelah kiri.
Gerakan tubuhnya yang masih melambung diudara itu betul betul cepat sekali, dengan sendirinya pendeta berbaju hitam yang berada disebelah kiri itupun tak sempat untuk menghindarkan diri..... BLaaaammm....
Sekali lagi terjadi benturan yang keras sekali, tak ampun tubuh sihwesio itu mencelat sejauh satu kaki lebih dari posisi semula.
Tenaga yang dihasilkan dalam tubrukan kali ini jauh lebih besar lagi karena saat itu Huisan taysu gadungan mulai meronta dengan sepenuh tenaga dengan menggerak gerakkan sepasang tangan serta kakinya.
Pendeta berbaju hijau itu mendengus tertahan saking kerasnya tubrukan tersebut, badannya terjatuh keatas tanah dan tak mampu bangkit berdiri lagi.
Dalam waktu singkat Tek ceng taysu sudah melihat kalau keadaan tak beres cepat cepat dia bertanya.
"susiok apa yang telah terjadi?"
Huisan taysu gadungan yang berada ditengah udara sama sekali mati kutunya, baru saja dia hendak berkata.
Mendadak tubuhnya meluncur lagi kedepan dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari busur, kali ini dia langsung menerjang kearah Tek ceng taysu.
Tek ceng taysu sendiri sama sekali tidak menyangka kalau pendeta itu akan menerjang kearahnya sebelum perkataannya selesai diucapkan, melihat kejadian ini hatinya jadi terkejut.
Ia bermaksud hendak menghindarkan diri, namun sayang keadaan tak sempat lagi, selain itu diapun cukup mengerti bahwa ilmu silat yang dimiliki Hui san taysu gadungan tidak berada dibawahnya, sudah barang tentu ia tak berani menghadapi secara gegabah.
Berada dalam keadaan demikian, terpaksa sepasang telapak tangannya dipersiapkan dengan mengerahkan tenaga dalam sebesar enam bagian, kemudian telapak tangannya itu cepat cepat didorong kemuka menyongsong kedatangan dari terjangan Hui san taysu gadungan
jurus serangan yang dipergunakan ini merupakan jurus menghadang dipintu menolak harimau dari ilmu pukulan penakluk naga penunduk harimau dari Siau lim si, serangan tersebut merupakan sebuah pukulan bertenaga keras yang lebih diutamakan untuk melindungi diri.
Sesungguhnya Hui san taysu gadungan bisa menerjang kearah Tek ceng taysu tak lain karena bajunya kena dikail orang serta ditarik keatas sehingga bergelantungan, akibatnya dia tak bebas bergerak lagi, semua gerakkannya melayang kian kemari didalam ruangan tak lebih hanya mengikuti saja perintah dari alat pengail yang menggaet badannya.
Ketika tubuhnya siap menerjang kearah Tek ceng taysu kali ini, sesungguhnya pendeta itu bermaksud memberi peringatan kepada rekannya itu, semua niat tersebut segera diurungkan setelah dilihatnya Tek ceng taysu berdiri sambil mempersiapkan sepasang telapak tangannya untuk menyambut kedatangannya.
Tentu saja diapun mengerti bahwa dia tak mampu mengerahkan sedikit tenagapun selama tubuhnya berada diudara, lagi pula untuk diberi penjelasanpun belum tentu akan menjernihkan persoalannya dalam waktu singkat.
SElain daripada itu tentu saja diapun mengenali jurus yang dipergunakan Tek ceng taysu adalah jurus "menghadang dipintu menolak harimau" meski merupakan jurus serangan pertahanan namun kekuatannya sanggup membendung terkaman harimau.
Untuk beberapa saat la manyadia tak sanggup lagi untuk membuka suara selama tubuhnya berada ditengah udara, dia hanya mengandalkan hawa murninya untuk melindungi badan, apa bila sampai berbicara maka dia tak akan mampu mengerahkan tenaga lagi.
Dalam keadaan demikian, terpaksa diapun harus menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk melindungi semua jalan darahnya kemudian menyiapkan telapak tangannya untuk beradu kekerasan dengan Tek ceng taysu.
Biarpun kedua orang ini sekomplotan, tapi didalam bentrokan tersebut kedua belah pihak sama sama mengerahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya.
Gerakan tubuh dari Hui san taysu gadungan benar benar cepat sekali, dalam waktu singkat dia telah menerjang tubuh Tek ceng taysu keras keras:
Begitu empat buah telapak tangan saling beradu satu sama lainnya, segera terjadilah benturan yang amat keras.
Huisan taysu gadungan mengamati posisi yang lebih tak menguntungkan karena tubuhn melambung diudara, meskipunya kekuatan sulit baginya untuk dipergunakan-KArenanya begitu bentakan kekerasan terjadi, seketika itu juga dia merasakan dadanya sakit sekali seperti ditusuk tusuk dengan beribu batang pedang tajam, pandangan matanya menjadi gelap dan tubuhnya tergetar keras sampai mencelat sejauh dua kaki lebih dari posisi semula.
Ketika badannya terjatuh diatas pembaringan hawa darah didalam tubuhnya segera bergolak keras, tenggorokannya terasa anyir dan mulutnya dipenuhi dengan darah.
Masih untung dia sudah cukup berpengalaman dalam menghadapi situasi demikian ini, serta merta ditekannya kembali gejolak hawa darah yang sudah naik ketenggorokan itu, kemudian cepat cepat memejamkan mata serta mengatur pernapasan.
Sebaliknya Tek ceng taysu sendiripun sama saja merasakan tubuhnya bergetar keras, hawa darah didalam dadanya bergolak dan kakiknya limbung sampai mundur sejauh dua langkah lebih setelah menerima terjangan dari Huisan taysu gadungan dengan kekerasan-
Begitu berhasil berdiri tegak, dengan cepat diapun menghimpun tenaga dalamnya sambil mengatur napas.
pada saat itulah dari luar jendela terdengar seseorang berseru sambil tertawa merdu.
"Benar benar menyenangkan, Huan kongcu aku tak punya waktu lagi, nah sampai ketemu lagi"
Tek ceng taysu segera menenangkan kepalanya sambil membentak keras.
"Siapa disitu?""
Suasana diluar jendela amat hening, sepi dan tak kelihatan sesosok bayangan manusiapun.
Dengan mencorongkan sinar buas dari balik matanya, Tek ceng taysu segera berjalan menghampiri pembaringan.
Huisan taysu gadungan segera membuka matanya lebar lebar kemudian menegur dengan perasaan terkesiap. "Tek ceng mau apa kau ?"
Tek ceng taysu mengawasi wajah Hui san taysu gadungan dengan sorot mata yang tajam, kemudian berkata dengan nada dalam:
"Bu tim, mengapa kau menyerangku secara tiba tiba"
Apakah setelah keberhasilan menduduki jabatan ketua Lo han tong, kini kau berusaha naik setingkat lagi dengan mengincar kursi ketua Siau lim pay...?"
Semenjak terjadi bentrokan secara kekerasan melawan Tek ceng taysu tadi, isi perut Huisan taysu gadungan telah menderita luka yang cukup parah, meskipun setelah mengatur pernapasan sekian waktu hawa darah yang bergolak telah berhasil diredakan, namun luka itu sama sekali belum sembuh betul.
Sebagai seorang yang licik dan banyak akal muslihatnya, dalam sekilas pandangan mata saja ia sudah melihat kalau Tek ceng taysu berniat tidak menguntungkan terhadapnya.
oleh sebab itu dengan suara rendah dan dalam ia berkata
"Mengapa kau bisa berpendapat begitu" barusan pinceng tak mau bergerak bebas lantaran tubuh ku telah digantung orang ketengah udara dengan peralatan pancingan, selain itu Cengcu memerintahkan pinceng untuk menjabat ketua Lo han tong tak lebih agar dalam pemilihan dipertemuan puncak bukit Hong san nanti beliau berhasil menduduki jabatan Bengcu."
"Sudah cukup lama Siau lim si memimpin dunia persilatan, posisinya cukup berbari dimata masyarakat, oleh karena itu Bengcu amat berharap bisa memperoleh dukungan yang kuat dari pihak Siau lim si apabila Cengcu telah berhasil merebut kursi Bu lim bengcu, paling tidak kedudukan ketua Siau lim si akan terjatuh pula ketanganmu"
Paras muka Tek ceng taysu kembali berubah dingin, berat dan menyeramkan, jengeknya
"Hmmm, aku tak lebih hanya seorang ketua Pao kok si yang berada dibawah perintah Siau lim si, sebaliknya kau yang menjabat ketua lo han tong justru merupakan satu diantara lima tianglo dari siau lim pay, kesempatan untuk naik menjadi ketua Siau lim si tentu saja jauh lebih mudah dan besar ketimbang kesempatan bagiku, bukankah begitu?"
"Apa maksudmu mengucapkan kata kata macam begini dalam keadaan demikian?" tegas Hui san taysu gadungan kemudian, "apakah kau bermaksud membangkan perintah Cengcu?" Tek ceng taysu segera tertawa seram:
"Heeeehhh... heeehhh... heeehhh... siapa bilang aku berani menantang perintah Cengcu" Aku hanya berpendapat bahwa kau memang asalnya bukan anggota Siau lim si, mana boleh orang luar menduduki jabatan sebagai ketua Lo han tong?"
Hui san taysu gadungan segera tertawa serem pula:
"Bila kau membunuh pinceng saat ini, bukankah sama artinya dengan menggagalkan rencana besar Cengcu"
Sudahkah kau pikirkan akibatnya?"
"Haaahhh... haaahhh... haaaahhh.... tentu saja telah kupikirkan masak masak"jawab Tek ceng taysu sambil tertawa tergelak, "aku tak bisa memberi laporan bahwa rahasiamu bocor sehingga tewas ditangan Hui san taysu dari Siau lim pay, padahal pertemuan puncak dibukit Hong san telah berada didepan mata, sedang siau lim si jauh berada diwilayah Ho lam, jelas tak akan sempat bagi mereka untuk mendapat perintah dari mendiang Hui san susiok untuk mewakilinya hadir dalam pertemuan puncak itu, nah coba bayangkan dengan kehadiranku didalam puncak tersebut apakah aku bakal merusak rencana besar Cengcu?"
Berkilat sepasang mata Huisan taysu gadungan setelah mendengar perkataan itu, jawabnya kemudian dingin:
"Kalau begitu, kau sudah berencana hendak membunuh pinceng?"
"Benar" Tek ceng taysu menjawab dengan suara berat,
"sebagai lengcu lencana emas aku berhak membunuh mu, dan lagi aku percaya bengcu tak akan menyalahkan diriku." Lalu setelah manggut manggut sejenak. Hui san taysu gadungan berkata lagi:
"Sayang sekali Cengcu masih mempunyai sebuah perintah rahasia yang mengharuskan aku untuk menyelesaikannya, bila aku gagal melakukan tugas tersebut secara baik, hal ini akan berpengaruh besar pada situasi pada umumnya. Baiklah, agar kau bisa peroleh jasa besar, pinceng rela menyerahkan kesempatan baik ini kepadamu.
Tapi pinceng pun mempunyai sebuah syarat yang harus kupenuhi, bila perintah rahasia itu telah kusampaikan kepadamu nanti dan aku telah mati, kau tak boleh merusak jenasahku, tapi mesti menguburkan dengan upacara yang paling megah sebagai ketua Lo han tong dari Siauw lim pay, apakah kau bersedia mengabulkan permintaanku ini?""
"Baik, aku bersedia?"
Tek ceng taysu sendiripun merupakan seorang yang licik dan banyak akalnya sekalipun dia telah memberikan kesanggupan namun tubuhnya sama sekali tidak maju mendekat, namun tetap menjaga sells ih jarak diantara mereka sejauh lima depa.
"Mana perintah rahasia Cengcu?" tegurnya kemudian.
Jarak lima depa merupakan jarak yang paling ldeal bagl serangan Kim kong ciang andalannya, dalam jarak begini, biasanya orang yang terkena pukulan tersebut pasti akan tewas.
Huisan taysu gadungan sengaja berlagak terengah engah karena sudah kelewat banyak berbicara, dadanya naik turun tak menentu dan peluh membasahi tubuhnya.
Dengan susah payah tangan kanannya merogoh kedalam sakunya mengambil sesuatu benda, lalu dengan suara yang lemah tak bertenaga ia berkata
"Perintah rahasia dari Cengcu adalah mlnta kepada pinceng untuk membunuh mu"
Ternyata benda yang dlkeluarkan dari dalam sakunya adalah tabung jarum penghancur darah itu, begitu perkataan terakhir selesai diucapkan, tiba tiba ia membentak dan jari tangannya menekan tombol diatas tabung tersebut. "sreet...
sreet... sreet..." Dalam waktu singkat lima batang jarum penghancur darah telah melesat kedepan dengan kecepatan luar biasa.
Tampaknya Tek ceng taysu telah mempersiapkan diri sedari tadi begitu melihat pendeta tersebut mengeluarkan tabung jarum tersebut, tentu saja dia tak memberi kesempatan kepada lawannya untuk menggunakan senjata maut itu.
Sambil membentak keras tangan kanannya segera diayunkan kedepan melepaskan sebuah pukulan dengan ilmu Kim kong ciang, sementara tubuhnya dengan cepat mengigos ke samping.
Kedua belah pihak bertindak hampir pada saat yang bersamaan, disamping selisih jarak diantara mereka berduapun hanya lima depa, dengan bidikan jarum penghancur darah yang melesat kedepan tanpa menimbulkan sedikit suarapun, meski Tek ceng taysu sempat berkelit dengan kecepatan tinggi, namun sayang jarak mereka kelewat dekat, ditambah pula jarum itu meluncur dengan kecepatan tinggi, mana mungkin dapat meloloskan diri. Tahu tahu dadanya terasa kaku dan kesemutan, segera jeritnya dengan perasaan kaget: "Racun... racun..."
Ia cuma sempat mengucapkan dua patah kata "racun", tubuhnya kembali gemetar keras kemudian roboh terduduk diatas tanah.
Akan tetapi pukulan Kim kong ciang dari Tek ceng taysu pun telah dipersiapkan semenjak tadi, begitu tenaga serangannya dilepaskan, secepat sambaran kilat angin pukulan itu meluncur ke muka
Padahal Huisan taysu gadungan belum sembuh dari luka dalamnya, bagaimana mungkin ia dapat meloloskan diri dari ancaman tersebut "
Diiringi suara dengusan tertahan, dia memuntahkan darah segar lalu roboh terjengkang ke atas tanah.
Dalam pada itu Huan Cu Im yang telah menelan pil penawar racun hampir seperminum teh berselang, kini telah bebas dari ancaman racun jahat, akan tetapi ia tidak berbuat banyak karena pada saat itulah kedua orang lawannya sedang saling gontok gontokan sendiri memperebutkan kursi ketua Siau lim pay.
oleh sebab itu dia tetap duduk dilantai sambil menyaksikan perkembangan peristiwa itu lebih jauh, diapun berniat memberi tahu sedikit latar belakang dari peristiwa tersebut lewat pembicaraan kedua orang itu.
Disamping itu, dia juga takut Yap Ling melompat bangun begitu bebas dari pengaruh racun, sebab andaikata sampai berbuat begini, bisa jadi Tek ceng taysu serta Hui san taysu gadungan akan mengurungkan gontok gontokan diantara mereka sendiri untuk bersama sama menghadapi mereka lebih dulu.
oleh sebab itu dengan ilmu menyampaikan suara dia memberi peringatan kepada Yap Ling agar jangan bergerak secara sembarangan..
Akan tetapi setelah dia saksikan kedua belah pihak sama sama menderita luka dengan suatu gerakan cepat pemuda itu melompat bangun dari atas tanah.
Waktu itu, dua orang pendeta berbaju hijau yang menjaga disampingnya sedang dicekam perasaan kaget dan gugup (sementara dua orang pendeta berbaju hijau lainnya telah memburu kehadapan ketuanya), melihat Huan Cu Im melompat bangun dari atas tanah, serentak mereka membentak keras dan mengayunkan golok masing masing untuk melancarkan bacokan maut.
Huan Cu Im mengigos ke samping dengan Cekatan, lalu secepat kilat tangan kirinya menyambar gagang golok dari pendeta disebelah kanan yang sedang membacok. disusul kemudian jari tangan kanannya menyedok kemuka dan secara beruntun menotok jalan darah clong tay hiat Ki bun hiat dan ciang bun hiat didada kanannya.
Dengan pergunakan golok habis rampasan dia tangkis bacokan golok yang datang si pendeta baju hijau yang berada di sebelah kiri menyusul kemudian tubuh bagian atasnya berputar kekiri sementara tangan kanannya menerobos maju kemuka mematok jalan darah Ki bun hiat didada kiri lawan-Tindakan yang dilakukan Huan Cu Im barusan benar benar cepat bagaikan sambaran kilat baru saja kedua orang pendeta berbaju hijau itu mengayunkan goloknya, tahu tahu jalan darah mereka telah tertotok...
Dalam pada itu disaat Huan Cu Im bang kit berdiri tadi ternyata Yap Ling mulai melakukan aksinya, tidak seperti IHua Cu Im yang bertindak setelah lawan melancarkan serangannya, dia justru melompat ke muka mencari lawannya secara langsung.
Semenjak melompat bangun tadi, sepasang tangannya memang sudah dipersiapkan secara diam diam mengincar jalan darah kedua orang pendeta yang berada disisi kiri dan kanan maka begitu melejit bangun, serangan pun langsung dilontarkan ke depan.
Semua tindakan tersebut terjadi amat mendadak dan sama sekali tak terduga sebelumnya, mimpi pun pendeta disebelah kanan itu tak mengira akan datangnya ancaman.
Sebelum ingatan kedua sempat melintas lewat jalan darahnya sudah tertotok dan tubuhnya roboh terjungkal keatas tanah.
Pendeta yang berada disebelah kiri jadi terkejut dan segera meningkatkan kewaspadaannya, cepat cepat dia melompat mundur ke belakang untuk meloloskan diri dari totokan setelah itu sambil memutar goloknya melancarkan serangan-Dipihak lain, dua orang pendeta berbaju hijau yang mendekati Tek ceng taysu memeriksa keadaan lukanya, telah menemukan bahwa ketua mereka telah tewas, mereka lebih terperanjat lagi setelah menyaksikan ketiga orang rekan mereka ditawan lawan-
Tanpa diminta lagi kedua orang itu melompat mundur selangkah sambii meloloskan golok dengan cepat, lalu setelah bersuit keatas memanggil dua orang pendeta berbaju hijau yang menjaga Hui san taysu asli, mereka mengayunkan golok serta bersama sama menyerang kearah Yap Ling.
Dua orang pendeta berbaju hijau yang bertugas menjaga Huisan taysu asli sebenarnya enggan beranjak dari posisinya semula, tapi setelah melihat situasi berkembang jadi amat gawat, padahal Hui san taysu asli yang dijaga sama sekali tidak menunjukkan sesuatu gerakanpun akhirnya mereka memutuskan untuk bertindak pula. Sambil meloloskan golok, serentak mereka menyerang ke arah Huan Cu Im rupanya Hui san taysu yang asli itu bukan saja terkena racun dupa liur naga beracun sehingga tenaga dalamnya punah, dadanya sempat pula dihantam satu kali oleh Hui san taysu gadungan sehingga menderita luka dalam yang cukup parah.
oleh sebab itu, kendatipun Huan Cu Im telah menjejalkan pil pemunah racun ke mulutnya dan seperminum teh telah lewat, dimana racun dupa seharusnya telah punah, namun pendeta itu tetap duduk bersila tanpa bergerak agaknya ia memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengatur napas dan menyembuhkan luka dalam yang dideritanya.
Setelah berhasil menaklukkan seorang pendeta berbaju hijau, Yap Ling maju selangkah kedepan sambil memungut pedang pendek miliknya dari atas tanah ketika ia tak tahu kalau tubuhnya sudah terkena dupa naga beracun tadi pedangnya telah dicabut untuk menyerang tapi kemudian direbut seorang pendeta baju hijau dan dibuang ke tanah.
Setelah itu serunya sambil tertawa dingin
"Apakah kalian masih ingin melawan?"
Sambil memutar pedang pendeknya dia maju menyerang kearah tiga orang pendeta itu.
Kalau tadi ia berhasil merobohkan seorang pendeta karena serangan yang dilancarkan amat mendadak dan sama sekali tak terduga, padahal kedelapan pendeta itu merupakan murid pilihan dari Siau lim si yang menjadi komplotan Tek ceng taysu, kepandaian silat yang mereka miliki boleh dibilang amat tangguh.
Apa lagi Siau lim si memang termashur karena kehebatan permainan golok. toyaserta pukulan tangan kosongnya, serangan gabungan dari ketiga bilah golok tersebut benar benar ibarat sambaran kilat datangnya, deruan angin yang memekikkan telinga, cahaya golok yang menyilaukan mata menambah hebatnya ancaman tersebut.
Yap Ling dengan pedang pendeknya segera merasa kewalahan dan keteter menghadapi kerubutan ketiga orang pendeta itu
Tujuh delapan jurus kemudian, selain menangkis serangan lawan, lambat laun dia mulai kehilangan daya kemampuannya untuk melancarkan serangan balasan-
"Traaanng..." Mendadak terjadi benturan nyaring yang menimbulkan percikan bunga api...
Bagaimanapunjua Yap Ling tetap merupakan seorang nona kecil, bagaimana mungkin tenaga dalamnya dapat menandingi kehebatan tiga orang murid Siau lim si yang khusus berlatih ilmu gwa ban itu "
Beberapa kali bacokan lawan memaksanya harus menangkis dengan kekerasan, tapi akibatnya lamat lamat lengan kanannya menjadi kaku dan kesemutan, sementara langkahnya pun mulai mundur dengan sempoyongan Ditengah serangkaian bentrokan kekerasan yang menggetarkan sukma itulah, seorang pendeta berbaju hijau disebelah kiri yang slap mendesak kemuka tiba tiba saja roboh terjungkal ke atas tanah tanpa menimbulkan sedikit suarapun.
Dengan wajah berseri Yap Ling segera menangkis kepalanya sambil berseru^ "Toako, cepat kau bantu aku untuk membunuh orang yang ini "
Sambil berkata, tangan kirinya segera menuding kearah pendeta berbaju hijau yang berada ditengah itu.
Si pendeta yang dituding jadi amat terperanjat, dia mengira ada musuh sedang menyergapnya dari belakang, cepat cepat dia putar goloknya melindungi dada kemudian berpaling kebelakang.
pada saat pikirannya sedang bercabang dan tangan kiri Yap Ling sedang menuding kearah depan itulah, sebatang jarum penghancur darah telah disambitkan kedepan-Pendeta itu segera sadar kalau dirinya tertipu ketika ia berpaling dan tidak menjumpai sesosok bayangan manusiapun, belum habis ingatan lain melintas, dadanya sudah terasa kaku dan napasnya sesak^ tak sempat mengucapkan sepatah katapun ia segera roboh terjungkal ketanah dan tewas seketika.
Yap Ling segera merasakan semangatnya berkobar kembali, sambil menuding dengan pedang pendeknya, ia membentak:
"Sekarang tinggal kau seorang, dalam tiga jurus mendatang nona akan mencabut selembar jiwa anjingmu"
Sambil melompat dia melancarkan serangan tusukan dengan gencar.
Sementara itu kedua orang pendeta baju hijau yang menerjang Huan Cu Im telah berhasil dirobohkan anak muda tersebut hanya didalam beberapa jurus saja, ini berarti dalam ruangan tersebut hanya tinggal dia orang Kenyataan tersebut membuat hatinya bergidik, Cepat Cepat dia lepaskan dua bacokan berantai yang memaksa Yap Ling mundur selangkah kebelakang, memanfaatkan kesempatan tersebut cepat cepat dia membalikkan badan dan lari ke kamar.
"Kau hendak kabur kemana?" bentak Yap Ling nyaring.
Dengan suatu langkah cepat dia mengejar kedepan, sebelum tubuhnya tiba tangan kirinya kembali diayunkan kemuka, sebatang jarum penghancur darah lagi lagi melesat ke muka tanpa menimbulkan sedikit suarapun.
Baru saja pendeta berbaju hijaU itu melangkah keluar dari pintu ruangan,jarum beracun tersebut telah bersarang telah ditubuhnya, tak ampun lagi ia segera roboh terjungkal keatas tanah dan tewas seketika.
-oo0dw0oo Jilid 34 Menanti Yap Ling membalikkan kembali tubuhnya, ia menyaksikan Huan Cu Im telah menempelkan telapak tangannya di pinggang Hui san taysu sedang membantunya mengobati luka dalam yang diderita.
Biasanya keadaan seperti ini merupakan keadaan paling rawan dantak boleh terganggu Sekalipun juga , maka secara diam diam ia mendekati jenasah Tek Ceng taysu serta memeriksa keadaan lukanya, ternyata dada kirinya yang terbidik jarum penghancur darah, kini sudah mulai membusuk dan hancur.
Cepat-cepat dia merobek pakaian yang dipakai pendeta itu dengan ujung pedangnya Triiing....
Sebuah lencana emas berbentuk bulat terjatuh keatas tanah ketika diamati dan diperiksa, segera dikenalinya benda tersebut sebagai lencana emas yang diberikan benteng keluarga Hee kepada seorang Lencu lencana emas.
Ketika saku Tek Ceng taysu diperiksa lebih lanjut, ternyata selain lencana emas itu tidak nampak sesuatu benda lainnya.
Diapun segera mendekati pembaringan dan membalik tubuh Bu tim taysu. Ternyata pendeta inipun telah putus nyawa sedari tadi, dari sakunya ia mendapatkan sebuah lencana perak. sebuah botol porselen keCil dan beberapa tahil hancuran uang perak. Menyaksikan benda tersebut, nona inipun segera berpikir:
"Ternyata kedudukan Butim adalah seorang utusan lencana perak....."
Topeng kulit manusia yang dikenakan Butim taysu segera dicopotnya, kemudian membuka tangan kiri Butim yang menggenggam dan mengambil tabung berisi jarum penghancur darah itu.
Pada saat itulah tiba tiba terdengar dua kali suara benturan keras bergema memecahkan keheningan-....
Blammm. ... BLaaammm. . .
Ketika dia berpaling, segera ditemuinya kedua orang pendeta berbaju hijau yang ditotok jalan darahnya oleh Huan Cu Im tadi dan sebetulnya masih berdiri kaku bagaikan patung disitu entah apa sebabnya tahu tahu sudah roboh terjungkal keatas tanah.
Dengan perasaan keheranan ia segera mendekati kedua orang itu serta diperiksa keadaaannya dengan seksama.....
Entah sejak kapan, ternyata punggung kedua orang tu sudah tertancap jarum penghancur darah, malah dari bekas lukanya telah muncul sebuah lubang yang besar dan mulai membusuk.
Aneh, siapa yang telah membidikkan jarum penghancur darah kearah tubuh mereka" ingatan tersebut segera melintas dalam benaknya.
Hatinya jadi tergetar, cepat cepat dia memeriksa pula kedua orang pendeta yang dirobohkan Huan Cu Im serta pendeta yang ditotok jalan darahnya olehnya tadi.
Begitu diperiksa nona itu terkesiap. ternyata ketiga orang pendeta yang semula berbaring diatas tanah, kinipun sudah tewas semua terhajar jarum penghancur darah. Dengan perasaan terkejut Yap Ling segera berpikir.
"Kalau dilihat dari luka yang diderita kelima orang ini, sudah jelas peristiwa ini baru saja terjadi..."
Sambil menggenggam pedang pendeknya erat erat ia bergerak secepat kilat menuju kebelakang ruangan dan menerjang masuk kebalik sebuah pintu kecil.
Tempat itu merupakan sebuah ruangan kecil dimana ia bersama Huan Cu Im pernah bersembunyi. Tempatnya kecil dan terbuka, dalam sekilas pandangan saja dapat terlihat kalau disitu tak nampak sesosok bayangan manusia pun.
Tapi ia temukan pintu kecil yang tembus dengn bagian belakang ruangan dalam keadaan terbuka, padahal sewaktu mereka tinggalkan ruangan tersebut bersama Tek ceng taysu tadi, pintu itu sudah ditutup rapat rapat.
Dengan terbukanya kembali pintu tersebut, berarti barusan ada orang benar benar bersembunyi disana.
Sambil menggenggam tabung jarum penghancur darah ditangan kirinya dan pedang pendek ditangannya Yap Ling melesat dari ruangan sambil memeriksa sekejap keadaan disekeliling tempat itu, namun tak sesosok bayangan manusiapun yang nampak. Tiba tiba satu ingatan melintas dalam benaknya , segera pikirnya:
"Saat ini Huan toako sedang membantu Hui san taysu untuk mengobati lukanya mengapa aku meninggalkannya sendiri" jangan jangan musuh menggunakan siasat memanCing harimau turun gunung untuk memanCing kepergianku?"
Beg itu ingatan tersebut melintas, cepat cepat dia membalikkan badan sambil menerjang masuk kedalam ruangan.
Segera terlihat olehnya Huan Cu Im masih duduk tak bergerak ditempat semula, sementara telapak tangannya masih menempel diatas jalan darah Leng tay hiat ditubuh Hui san taysu.
Nona itu baru bisa menghembuskan napas lega setelat melihat kedua orang itu tak kekurangan sesuatu apapun, dengan pedang terhunus dia lakukan penjagaan ketat dalam ruangan tersebut.
Keadaan ini berlangsung lebih kurang sepertanak nasi lamanya....
Akhirnya Hui san taysu menghembuskan napas panjang dan merangkap tangannya didepan dada sambil membuka matanya dia berbisik: "omitohud, terima kasih banyak siau sicu atas bantuanmu"
Huan Cu Im yang telah menarik kembali telapak tangannya segera menyahut sambil tersenyum:
"Taysu kelewat merendah, andaikata taysu tidak memiliki tenaga dalam yang sempurna, bantuanku juga perCama...."
Yap Ling segera menyimpan kembali pedang pendeknya dan berseru dengan wajah berseri: "Apakah lo suhu telah sembuh kembali?"
Pelan pendeta Hui san taysu bangkit berdiri lalu menjawab sambil merangkap tangannya didepan dada:
"Sesungguhnya tenaga dalam pinceng telah punah tadi, luka dalam yang kuderitapun sangat gawat, untung ada bantuan dari kalian berdua sehingga nyawa pinceng berhasil lolos dari lubang jarum. Baiklah, akupun takakan berterima kasih kepada kalian cuma ada satu hal mohon Siau Sicu Suka memberi penjelasan."
"Taysu kelewat sungkan," cepat cepat Huan Cu Im balas memberi hormat, "bila taysu ingin menanyakan sesuatu, harap kau utarakan saja seCara langsung."
"Pinceng masih ingat ketika bersua dengan siau sicu ditengah jalan siang tadi, siau sicu telah memberitahukan kepada pinceng bahwa ada persoalan hendak dibicarakan malam ini, kalau didengar dari nada pembicaraan siau sicu itu tampaknya kau seperti telah menduga bakal terjadinya peristiwa malam ini bolehkah aku tahu dari mana kalian bisa menduga kesitu?" Huan Cu Im segera tersenyum.
"Justru karena persoalan yang akan menimpa taysu pada malam inilah aku dan nona Yap khusus datang ke Lu ciu, hanya saja kami tak mengira kalau ketua kuil Pau kok si pun merupakan komplotan musuh nyaris kita diperCundangi olehnya dan kehilangan nyawa dengan peCuma, coba kalau bukan dibantu jago lihay seCara diam diam, entah bagaimanakah akibatnya...."
Hui san taysu segera memberi hormat kepada Yap ling, serunya: "Ooooh..... rupanya li sicu, maaf bila pinceng kurang hormat."
Dengan wajah bersemu merah Yap Ling mengerdipkan matanya berulang kali, kemudian bertanya:
"Aaaah betul.., Huan toako, dari mana kau dapatkan obat penawar raCun itu?" Huan Cu Im tersenyum.


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau jangan terburu napsu dulu, pertanyaan dari taysu belum sempat kujawab hingga selesai"
Kemudian sambil berpaling kearah Hui san taysu, katanya lebih lanjut:
"Aku rasa apa yang telah dibicarakan oleh Tek ceng hongtiang serta Bu tim yang menyaru sebagai taysu tadi tentu sudah taysu dengar semua bukan?"
"omitohud" Hui san taysu segera memuji keagungan sang Budha, " sama sekali tak kuduga kalau Tek ceng si binatang yang sejak kecil hidup dalam kuil Siau lim si ini dapat tersesat dan terjerumus kedalam cengkeraman iblis. Waktu itu racun yang pinceng idap baru saja punah, meski luka dalam yang kuderita amat parah, namun semua pembicaraan mereka berdua dapat pinceng ikuti dengan jelas."
Kemudian sambil mengawasi Huan Cu Im lekat lekat ia bertanya lebih jauh: "Dari mana siau sicu bisa mengetahui tentang rencana keji yang mereka persiapkan itu?"
"Aaaah, sebetulnya kejadian ini hanya kebetulan saja, aku mengetahui tanpa disengaja" sahut Huan Cu Im tersenyum.
Maka seCara ringkas diapun menceritakan bagaimana ketika dia hendak berangkat kebukit Hong san, tiba tiba tersesat dibukit Pak shia san karena terdorong perut yang lapar maka diapun menangkap seekor burung merpati yang maksudnya hendak dipakai untuk mengisi perut, siapa tahu dikaki burung itu ditemukan sebuah tabung yang berisikan surat dengan tulisan "Malam tanggal satu datang kekuil Kim Sin teng untuk minta Ciamsi kepada Dewa tanah."
Karena itu diapun berangkat ke Sah cap li bu, disuatu rumah makan kebetulan didengarnya ada orang menanyakan arah jalan ke Kim Sin teng, pertanyaan tersebut menimbulkan perhatiannya, maka malam itu diapun menguntil dibelakang manusia berbaju hitam tadi sehingga menemukan rahasia peminta ciam dikuil tersebut, lalu bagaimana Bu tim membunuh congkoan Sle Tay ko dari perkampungan keluarga Ki dan bagaimana dia selamatkan jiwa Yap Ling.
Mendengar pemuda tersebut menceritakan kembali kejadian lampau dengan muka bersemu merah Yap Ling menundukkan kepalanya rendah rendah dan membungkam diri dalam seribu bahasa.
Selanjutnya Huan Cu impun menceritakan bagaimana dia membujuk Yap Ling untuk meninggalkan jalan sesat dan kembali kejalan benar, lalu bagaimana memberi kabar ke kuil Pao kok si dan seterusnya...
Selesai mendengar keterangan itu, Hui san taysu berseru memuji keagungan Buddha tiada hentinya, kemudian berkata:
"Padahal Hee poocu mempunyai nama yang tersohor dan disegani semua umat persilatan didunia ini, betul betul tak kusangka kalau dia berambisi untuk menduduki kursi Bu lim bengCu. lebih lebih tak kunyana kalau dia bisa mengatur rencana sekeji ini untuk mencelakai orang lain- omitohud.., Peristiwa ini benar benar patut dikutuk" Ia memandang mayat dari Tek ceng taysu dan Butim, kemudian berkata lebih jauh:
"Kedua orang murid Buddha yang telah murtad ini betul betul mencari penyakit buat diri sendiri, siapa yang berbuat jahat dia akan menerima pula akibatnya. Tapi selain kedua orang itu, apakah mereka masih mempunyai komplotan yang lain?"
"Bila kulihat dari gerakan tubuh beberapa orang suhu itu, sudah jelas mereka adalah anak murid kuil ini, tadi akupun cuma menotok jalan darah mereka saja, bila taysu ingin mengetahui yang lebih jelasnya silahkan kau tanyai mereka semua."
"orang orang itu sudah mati semua" tiba tiba Yap Ling berseru.
"Mana mungkin?" seru Huan Cu Im segera, "tadi aku cuma menotok jalan darah mereka saja bagaimana mungkin mereka bisa mati?"
"Mereka telah tewas oleh jarum penghancur darah, satu jam empat puluh lima menit lagi tubuh mereka akan hancur dan berubah menjadi segumpal air dan darah."
Dengan wajah berubah Huan Cu Im segera berteriak:
"Apakah kau...."
"Bukan aku" pekik Yap Ling segera, "barusan ada orang bersembunyi diruang belakang sana membisikkan jarum penghancur darah itu seCara diam diam" SECara ringkas diapun menceritakan apa yang telah dilihatnya tadi.
Selesai mendengar keterangan tersebut Huan Cu Im segera berkata sambil menghela napas:
"Kalau begitu didalam kuil ini pasti masih ada komplotan....."
"omitohud, siancay siancay" bisik Hui san taysu pelan,
"peristiwa ini benar benar merupakan ketidak beruntungan bagi Siau lim si sungguh tak nyana diantara murid murid Buddha pun masih terdapat juga sampah masyarakat, pinceng benar benar amat menyesal karena di hari hari biasa kurang pengawasan kearah sana."
Dia adalah ketua ruang lo han tong yang khusus mengurusi masalah hubungan antar perguruan dalam dunia persilatan, Pau kok si semestinya berada dibawah pengawasannya juga .
Tapi kenyataannya sekarang meski ketuanya sudah berkhianat namun ia tidak tahu menahu, tak heran kalau hatinya menjadi amat pedih.
Dari dalam sakunya Yap ling mengeluarkan topeng kulit manusia yang diperolehnya dari Bu tim, lalu sambil diserahkan kepada Hui san taysu katanya:
"Ininlah salah satu bukti kesalahan yang diperlakukan Hee poocu, tak ada salahnya bila taysu mengungkap rencana busuk mereka dalam pertemuan puncak dibukit Hong san nanti, asal dia gagal merebut kursi bengcu kemungkinan besar badai pembunuhan yang melanda dalam dunia persilatan bisa dicegah."
Setelah menerima topeng kulit manusia itu Hui san taysu menggelengkan kepalanya berulang kali seraya berkata:
"Susah susah nama besar Hee poocu sudah terlanjur termashur didalam dunia persilatan- Pinceng rasa sulit untuk membongkar kedok kejahatannya hanya dengan mengandalkan topeng kulit manusia saja, apa lagi topeng tersebut memerankan diri pinceng. Bukan saja ia dapat mencuci tangan sebersih bersihnya, bahkan sebaliknya dia bisa menuduh kejadian tersebut sebagai perebutan kekuasaan dalam tubuh kuil kami. Bukankah hal tersebut akan membuat pinceng mencari penyakit buat diri sendiri....?"
"Taysu mungkin belum tahu" seru Yap ling, "apabila Heepocu sampai berhasil menduduki kursi bulim bengcu, maka dunia persilatan tak akan pernah memperoleh hari yang tenang lagi."
Tentu saja si nona ini tak akan menguatirkan siapa yang bakal menduduki kursi Bu lim bengcu, yang dikuatirkan olehnya sekarang hanya satu yakni bila Hee poocu berhasil menjadi bengcu, meski dunia ini lebar, Huan toako dan dirinya sudah pasti tak bisa hidup dengan tenang lagi.
"Ucapan nona memang benar" kata Hui san taysu sambil merangkap tangannya didepan dada. "setiba dibukit Hong san nanti, akan pinceng runding persoalan ini dengan semua orang sebelum mengambil suatu keputusan." Ketika berbicara sampai disitu, tiba tiba saja dia berseru kaget.
Ternyata disaat dia masih mengucapkan beberapa patah inilah Tek ceng taysu dan delapan pendeta berbaju hijau lainnya yang semula masih berbaring diatas tanah, kini sudah hilang lenyap tak berbekas sebagai gantinya diatas tanah tinggal beberapa gumpal air berwarna kuning saja. Yap Ling segera menerangkan:
"Berhubung jarum yang bersarang ditubuh mereka adalah jarum penghancur darah, maka setelah racun itu akan mulai menyebar, seluruh tubuh korban akan hancur dan luluh menjadi cairan berwarna kuning."
"Buddha maha pengasih, siancay siancay" bisik Hui san taysu berseru berulang kali.
"Seharusnya dunia persilatan melarang penggunaan senjata rahasia sekeji dan sejahat itu."
"Apa gunanya dilarang" Kau melarang mereka menggunakannya, tapa orang lain toh sama saja bisa menggunakannya?" ucap Yap Ling, "dalam beberapa ratus tahun belakangan ini, larangan tidak pernah bermanfaat apa apa. cara yang terbaik tentu saja membiarkan mereka menggunakan senjata rahasia yang sama untuk menghadapi senjata yang sama pula, inilah sistem dengan racun melawan racun, dengan gigi dibalas gigi, biar kawanan manusia jahanam itu jera sendiri...."
Berbicara sampai disitu mendadak ia berseru tertahan, kemudian katanya lagi:
"Toako, hari sudah siang. Kita harus berangkat, biar taysu sendiri yang menyelesaikan persoalan disini. "
"Bila sicu berdua hendak pergi, silahkan pergi tanpa sungkan sungkan" cepat Hui san taysu berseru.
Huan Cu Im dan Yap ling segera menjura kepada hwesio tua itu lalu mengundurkan diri dari ruangan dan berlalu dari kuil tersebut dengan jalan melompati pagar pekarangan itu.
Sementara Huan Cu Im sudah meninggalkan kuil tadi, tiba tiba Yap ling menarik tangannya seraya berbisik:
"Sst, kita harus seCepatnya melompat masuk lagi kedalam kuil...."
"Hey, lucu amat kau ini" Bukankah kau sendiri yang mengajakku pergi dari sana" Buat apa mesti balik lagi?"
"Sudahlah, kau tak usah banyak bertanya dulu, yang penting ikuti saja petunjukku. Tanggung tak bakal salah jalan"
"Baik, baik, aku akan menuruti perkataanmu."
Yap Ling segera tertawa Cekikikan, dia menggandeng tangan Huan Cu Im lalu bisiknya lagi:
"SEwaktu masuk lagi kedalam kuil nanti, jangan sekali kali kita bersuara atau memperlihatkan diri. Pokoknya kemunculan kita kembali mesti dirahasiakan sebaik baiknya, apa bila nanti kau mendengar seruanku, cepatlah turun tangan serta merebut benda yang berada ditangan orang itu. Nah, jangan sampai lupa."
"Siapa sih yang kau maksudkan?" tanya Huan Cu Im keheranan
"Sekarang tak usah kau tanyakan dulu, yang penting laksanakan saja perintahku itu sebaik baiknya."
"Baiklah" "Kalau begitu mari kita masuk segera"
Tanpa membuang waktu lagi, dia segera menjejakkan sepasang kakinya keatas tanah, kemudian bagaikan seekor burung walet yang menggunting air dia melompati pagar pekarangan dan menerobos masuk kedalam kuil tanpa menimbulkan sedikit suarapun.
Huan Cu Im pun tak berani berayal lagi serta merta dia melompati pula pagar pekarangan dan melayang masuk kedalam kuil.
Tap Ling segera memberi tanda dengan kode tangan, kedua orang itu cepat menyembunyikan diri dibalik kegelapan-
Pada saat itulah terlihat sesosok bayangan manusia sedang munculkan diri dari kejauhan dengan tengah bersembunyi setengah tidak^ meskipun gerak geriknya amat cekatan dan lincah, namun perbuatannya justru amat mencurigakan.
Makin lama orang itu semakin mendekat setelah jaraknya tinggal beberapa kaki dari hadapan mereka berdua, Huan Cu Im baru mengenali orang itu sebagai Hong to taysu, petugas penerima tamu dari kuil Pau kok si.
Sementara itu, Hong to taysu telah mendekati telah mendekati kamar yang didiami Hui san taysu setelah berhenti didepan pintu, ia memberi hormat sambil menyapa: "Apakah Susiok telah tidur?"
Hui san taysu baru saja menghantar kepergian Huan Cu Im berdua, tentu saja dia belum tidur segera tegurnya: "Siapa yang berada didepan pintu?"
"Tecu Hong to ada urusan yang penting hendak disampaikan kepada Susiok"
"Silahkan masuk"
"Tecu mohon permisi"
Dengan sikap yang munduk munduk dan menaruh hormat, dia melangkah masuk kedalam ruangan-Yap Ling segera menarik tangan Huan Cu im, mereka menyelinap kebawah jendela dengan gerakan cepat lalu setelah menyembunyikan diri mereka mengintip kedalam.
Begitu masuk kedalam ruangan, Hong to taysu segera memberi hormat kepada Hui san taysu kemudian baru berkata: "Tecu menjumpai Susiok"
"Urusan penting apakah yang hendak kau sampaikan kepadaku?"
Hong to taysu mengangkat kepalanya secara tiba tiba ia seperti baru melihat ada seseorang berbaring diatas pembaringan dengan perasaan terkejut segera serunya:
"Susiok apakah disini telah terjadi sesuatu?"
"Kenapa" Apakah kaupun sudah tahu?"
"Benar" sahut Hong to taysu dengan hormat, "tatkala tecu sedang melakukan perondaan tadi, telah berhasil ditangkap oleh seorang mata mata dari sakunya tecu berhasil mendapatkan sebuah tabung jarum menurut pengakuannya..."
Sambil berkata dari dalam sakunya dia mengeluarkan tabung jarum berwarna hitam dan dipersembahkan kehadapan Hui san taysu dengan kedua belah tangannya. Yap Ling menjadi amat gelisah setelah menyaksikan kejadian itu buru buru serunya "Toako cepat kau lumpuhkan orang itu?"
Dengan suatu gerakan cepat Huan Cu Im segera melepaskan sebuah totokan udara kosong yang persis menghajar jalan darah Thian hu hiat diatas bahu kanan Hong to taysu. Hui san taysu segera mengangkat kepalanya sambil membentak: "Siapa yang berada diluar jendela?"
"Aku taysu" sahut Huan Cu im.
Hampir bersamaan waktunya mereka berdua melompat masuk lewat jendela.
Melihat kemunculan kedua orang itu, kejut berCampur keheranan Hui san taysu segera bertanya:
"SEtelah pergi mengapa kalian balik kembali" Apakah ada sesuatu yang akan disampaikan" "
SEtelah tertawa Cekikikan Yap Ling berkata:
"Aku sengaja balik kembali bernama Huan toako, karena kami hendak membantu taysu untuk membersihkan kuil Hau kok sie dari komplotan pencoleng"
"Toako coba kau sentuh lengannya pelan saja"
Huan Cu Im menurut dan segera menyentuh lengan Hong to taysu, tiba tiba saja tampak segumpal bayangan jarum melincur kedepan tanpa menimbulkan sedikit suarapun jarum jarum itu langsung membidik keatas papan pembaringan tersebut. Yap Ling kembali berkata:
"Sekarang taysu pasti sudah melihatnya dengan jelas bukan" Untung saja toako turun tangan dengan cepat sehingga ibu jarinya belum keburu memencet tombol tabung, andai kata ia tidak bermaksud membunuh taysu, mengapa jari tangannya menempel diatas tombol tadi?"
"omitohud" bisik Hui san taysu dengan wajah termangu mangu, "siancay, siancay..."
Sementara itu Huan Cu Im telah bertanya pula dengan keberanian: "Adikku, darimana kau bisa mengetahui akan hal ini?"
"Ditinjau dari tindakannya membunuh beberapa orang pendeta berbaju hijau yang telah tertotok itu dengan jarum penghancur darah, terbukti bahwa dia memang berniat melenyapkan saksi hidup, tapi mengapa ia mesti melenyapkan saksi hidup" Tentu saja hal ini disebabkan dalam kuil Pau kok si masih ada komplotannya, ia takut mereka mengakui hal tersebut kepada kita"
"Perhitungan nona memang tepa sekali, tapi justru karena itu jiwa pinceng lagi lagi berhasil diselamatkan."
Yap Ling menundukkan kepalanya sambil tertawa, segera ujarnya lagi:
"Tatkala aku berusaha mengejar keluar tadi, sama sekali tak kutemukan sesosok bayangan manusiapun, akupun lantas menduga bahwa orang ini memiliki ilmu meringankan tubuh yang sempurna, dan pula pikirannya licik dan berbahaya.
Karenanya kuputuskan untuk tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut."
"Aku pun menduga bahwa orang itu segan turun tangan karena kehadiran toako dan diriku disitu, tapi yang pasti dia tentu bersembunyi sambil mengawasi gerak gerik kita"
"Maka aku sengaja mengajak toako pergi dari sini, padahal secara diam diam balik kembali sembari mengintip. ternyata dugaanku tak salah, orang itu memang tak sabar menunggu tak lama setelah kami berpamitan dia telah munculkan diri mohon bertemu."
"Kecerdasan nona benar benar membuat pinceng merasa amat kagm" seru Hui san taysu kemudian-Yap Ling tertawa bangga, ia segera merampas tabung jarum itu dari tangan Hong to taysu, kemudian sambil menyerahkan kepada Hui san taysu katanya: "sekarang penjahatnya sudah tertangkap basah, taysupun boleh memeriksanya" Sambil berkata, dia segera menepuk bebas jalan darah Hong to taysu yang tertotok.
Agaknya Hong to taysu sadar kalau dia tak bisa menyangkal sambil menjatuhkan diri dan menyembah berulang kali, serunya:
"Susiok. tecu memang bersalah dan pantas mati, kesemuanya ini merupakan kebodohan tecu sendiri yang mempercayai perkataan Tek ceng suheng, sehingga melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Moga moga Susiok mau berbaik hati dengan memeberi sebuah kesempatan bagi tecu untuk menempuh hidup baru, untuk itu tecu merasa berterima kasih sekali...."
"Bedebah..." umpat Hui san taysu sambil menekan tasbehnya, "cepat katakan, apa yang telah disampaikan Tek ceng kepadamu?"
"Menurut Tek ceng suheng, dia adalah seorang Lengcu lencana emas yang tak lama lagi akan menjadi ketua siau lim si, bila tecu bersedia menuruti perkataannya maka diapun akan mengangkat tecu menjadi ketua disini."
Misteri Pulau Neraka 14 Rumah Judi Pancing Perak Pendekar 4 Alis Karya Khu Lung Tembang Tantangan 19
^