Pencarian

Pedang Pelangi 19

Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok Bagian 19


Hee Im hong tersenyum "Kalau memang saudara Kwa masih ada urusan, silahkan untuk diselesaikan lebih dulu siaute akan menantikan kedatanganmu dirumah."
Maka keputusanpun diambil, Cing Im totiang dari Go bipay bersama sama Siang Han hui dari Hoa san pay dan Hong Ci Cing dari Pat kwa bun berangkat ke benteng keluarga Hee untuk memenuhi undangan.
Hui san taysu dari siau lim pay dan Giok Cing Ci dariBu tong pay menempuh perjalanan bersama sama, Liok Tiong goan dari Heng san pay, Ki Cu ho dari Lak hap bun dan Ki Cu yu serta Cia Yujin dari Tiam cong pay melakukan perjalanan bersama sedangkan ciok Lip sam bergabung dengan menantunya Tong Bun Huan serta putrinya ciok Siu go orang orang itu sengaja menempuh perjalanan secara berkelompok karena mereka beranggapan bahwa didalam pertemuan puncak yang terselenggarakan kali ini, terlalu banyak hal hal yang mencurigakan, oleh sebab itu mereka ingin membicarakannya dalam perjalanan nanti dengan harapan bisa peroleh pemecahannya.
pertemuan puncak bukit Hong sanpun berakhir setelah Ban lo hujin sebagai tuan rumah membubarkan pertemuan, masing masing orang segera minta diri untuk kembali ke rumah masing masing.
Sebenarnya sipeluru baja Seng Bian tong datang menghadiri pertemuan puncak itu bersama sama ketuanya Siang Han hui, tapi setelah perjamuan selesai dia telah mendapat petunjuk dari ketuanya agar pulang dulu ke Kim leng.
Walau dia tidak memahami maksud hati ketuanya, tapi bisa diduga bahwa kehadiran ketuanya dibenteng keluarga Hee untuk memenuhi undangan tersebut pasti mengandung maksud mendalam.
Sebagai jago kawakan, dia merasa tak perlu untuk banyak bertanya lagi karenanya dia pun menggabungkan diri dengan rombongan dari Giok Lip Gam.
An kang tong adalah sebuah kota kecil yang terletak dipersimpangan jalan sungai Cing hua kang apa bila kau hendak menuju ke Swan sia dari bukit Hong san maka pasti akan melalui tempat ini.
Tentu saja jalanan tersebut tidak termasuk jalan raya pemerintah yang lebar melainkan merupakan jalan kecil dusun Tapi berhubung jalan kecil biasanya menyingkat jarak perjalanan sampai sepertiganya oleh karena itu orang lebih suka memilih jalan kecil demi menghemat waktu.
Di tepi jalan kecil menuju kean kang tong terdapat sebuah kedai penjual air teh berhubung letaknya jauh dari kota maupun dusun, biasanya orang akan beristirahat di situ setelah menempuh perjalanan Setengah harian lamanya.
Warung penjual teh ini terbuat dari bangunan gardu persegi enam yang terdiri dari batuan, beberapa buah meja dan kursi yang terbuat dari batu disediakan bagi mereka yang ingin beriStirahat.
oleh karena ramainya tamu yang Sering menggunakan tempat itu sebagai tempat melepaskan lelah, sering kali banyak penjaja makanan yang menggunakan daerah sekitarnya untuk mendagang.
Ketika mendekati tengah hari, dari arah selatan muncul empat orang yang berjalan cepat menuju kearah warung penjual teh itu
Keempat orang tersebut tak lain adalah ketua Heng gi bun ciok Lip si peluru baja Seng Bian tong Tong Bun huan serta istrinya ciok Siu go.
Setelah menempuh perjalanan jauh pagi tadi hingga kini mereka telah berada lima enam puluh li dari bukit Hong san-Matahari di bulan lima yang panas menyengat membuat orang merasa kegerahan, dan tak mampu bertahan diri.
Sambil menyeka peluh yang bercucuran membasahi wajahnya, Seng Bian tong segera berkata sambil tertawa tergelak
"Haaahhh haaahhh haaahhh...kita sudah tiba di gardu penjual teh, sudah belasan tahun lamanya siaute tak pernah melalui jalan ini, pandangan alamnya meski tetap sama, orangnya justru lebih tua."
"Saudara Sneg masih tetap kekar dan sehat selama inipun kau tak nampak tua" ucap Ciok Lip sam segera
"Ayah" sela ciok Ciu go tiba tiba, "mari kita beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan"
"Yaa, saat ini sudah tengah hari, kita memang harus berisitirahat dulu sebelum melanjutkan perjalanan"
Mereka berempatpun bersama sama memasuki gardu.
Ditepi gardu terdapat penjaja makanan dan minuman, seorang nenek berambut putih segera bangkit berdiri dan menyongsong kedatangan mereka seraya berkata
"Apakah kek koan berempat hendak minum teh" Tempat kami bersedia air teh dari Lak san yang termashur, lagi pula sudah didinginkan sedari tadi, rasa haus tentu akan hilang setelah meneguk Secawan, kesegaran badanpun pasti akan pulih kembali"
Ditengah gardu tersedia sepikul air teh dua buah gatung kayu besar, air itu memang disediakan bagi siapa saja yang merasa dahaga dan ingin melepaskan haus, namun biasanya hanya pekerja kasar yang memanfaatkannya karena gayung cuma ada dua dan digunakan siapa saja, jelas kotorannya bukan kepalang.
Berbeda sekali dengan air teh yang dijual nenek itu, selain air tehnya dibuat dari teh pilihan, lagi pula sudah didinginkan sejak tadi, tamu yang hendak minumpun disediakan mangkok yang bersih yang dijamin kebersihannya tentu saja berbeda sekali dengan air teh yang disediakan ditengah gardu itu Setelah keempat orang itu mengambil tempat duduk masing masing Tong Bun huan segera berseru kepada nenek itu
"Toa nio sediakan empat mangkuk teh buat kami"
Nenek itu segera mengiakan dan cepat cepat menyiapkan sepoci air teh dan empat buah mangkuk putih kemudian sambil tertawa paksa katanya lagi
"Tentunya kek koan berempat belum bersantap siang bukan" Kami menyediakan bacang bapao dan kueh lainnya, semua hidangan baru siap pagi tadi, apakah kalian hendak mencicipinya" "
Keempat oran gitu segera meneguk habis air teh masing masing, sementara nenek itu memenuhi kembali cawan mereka yang telah kosong. Ujar ciok siu go kemudian-
"Baiklah toa nio, siapkan empat buah bacang asin dan empat buah ketan."
Nenek itu nampak kegirangan setengah mati baginya pesanan tersebut dapat menghasilkan keuntungan yang lumayan, maka sambil mengiakan berulang kali, dia segera menyiapkan delapan biji bakcang, empat pasang sumpit dan sepiring gula pasir yang semuanya dihidangkan keatas meja.
Bakcang itu sengaja dihidangkan masih utuh dengan pembungkusnya serta memperbolehkan para tamu untuk membuka sendiri tentu saja hal ini demi menjaga kebersihan Biarpun orang belum terlalu memikirkan soal kesehatan dan kebersihan pada masa itu, tapi bila si nenek kurus mengupaskan kulit pembungkus bakcang tersebut dihadapan tamunya dengan tangan yang kering, kurus dan penuh berkeriput, tantu banyak tamu yang akan menganggap hal tersebut menjijikan.
Itulah sebabnya ia mempersilahkan para tamu untuk meng upasnya sendiri.
ciok Siu go segera menerima bakcang tadi, memotong tali pengikatnya dan mengupas semua pembungkusnya, setelah itu, ia baru berkata sambil tertawa.
"Empek Seng, ayah, apakah kalian ingin mencicipi yang manis?"
Dengan jari tangannya yang halus dan lentik, tentu saja lebih terjamin kebersihannya ketimbang tangan si nenek yang keriput. Seng Bian tong segera tertawa terbahak bahak.
"Haa... haa... haa... aku dan ayahmu gemar makan yang asin, hidangan yang manis hanya disukai kalian orang orang muda."
Semua orangpun segera menggerakkan sumpit masing masing untuk melahap semua bakcang yang dipesan-Nyata sekali bakcang yang dibuat nenek itu memang lezat sekali bukan saja empuk nasinya pun gurih dan enak membuat orang jadi ingin makan sebiji lagi. Sambil tertawa nenek itu segera berkata
"Apakah kek kcan ingin menambah dengan beberapa biji lagi?"
ciok Siu go segera mengangkat kepala sambil bertanya
"Empek Seng ayah apakah kalian ingin tambah?"
"Tidak!! sudah cukup" tampik seng Bian tong "jika kalian mau tambah kalian saja yang pesan"
"Tidak kami pun merasa sudah cukup," sahut Tong Bun huan. Seusai berkata ia segera mengangkat cawan dan meneguk air teh itu setegukan namun pada saat itulah mendadak ia merasakan bibir bagian bawahnya terasa kaku.
Sebagaimana diketahui, Tong bun huan adalah sau Cengcu dari keluarga Tong di Szuchuan, sebagai keturunan keluarga Tong yang sangat ahli didalam ilmu beracun, ia segera sadar bahwa lapisan mangkuk yang mereka gunakan telah dlolesi racun oleh seseorang sehingga hal ini menyebabkan bibir bagian bawahnya jadi kaku.
cepat Cepat dia menyembur keluar semua air teh yang telah masuk ke dalam mulutnya itu, kemudian sambil membanting mangkuk tersebut keatas tanah, bentaknya dengan suara dalam:
"Siapa yang berani mengoleskan racun di sisi mangkuk"
Hayo jawab, siapa yang menyuruh kau berbuat begini?"
Tindakan yang dilakukan tersebut segera membuat Giok Lip Sam sekalian jadi tercengang, mereka lebih terkejut lagi setelah mendengar bahwa nenek itu telah mengoleskan racun disisi mangkuk mereka.
Nenek itu nampak dibuat kaget sehingga berdiri bodoh, sepasang matanya terbelalak lebar, diawasinya Tong Bun huan dengan ketakutan lalu sahutnya
"Kongcu... kau, mau apa kau..." Bila kau menganggap air teh kelewat dingin, biarlah aku sinenek memanaskannya sebentar..."
Tong Bun huan tertawa dingin.
"Hee hee heee... kau tak usah berlagak pilon lagi, siapa yang menyuruh kau mengoleskan racun disisi mangkuk kami...?"
-oo0dw0oo Bersambung jilid 39 Jilid 38 Hanya Cing Im totiang dari Go bipay dan Kwa Tiang tay dari Kay pang saja berada dalam keadaan sadar tanpa terpengaruh tapi sekarang mereka pun turut membaringkan diri demi mengelabuhi pandangan orang lain-Soh Han sim yang masuk ke dalam ruangan mengikuti dibelakang Ban lo hujin segera maju beberapa langkah lebih Cepat dan serunya sambil menjura "Lo hujin, sekarang juga akan kuberikan obat penawar racunnya kepada mereka"
Dengan cepat dia membuka sebuah bungkusan kertas dan mengambil sebutir pil berwarna putih yang segera dimasukkan ke dalam mulut Kwa Tiang tay dari Kay pang menyusul kemudian satu persatu dia memberi pil tadi kepada kesembilan orang yang berbaring diatas tanah itu.
(Padahal Cing Im dari Go bipay dan Kwa Tiang tay dari Kay pang hanya pura pura memejamkan matanya berlagak pingsan, namun Soh Han sim tak bisa tidak untuk bersandiwara secara sungguh sungguh dengan mencekoki mereka berdua dengan pil pemunah racun juga ) Dengan seksama Ban lo hujin mengikuti di belakangnya, sampai semua orang telah diberi obat penawar racun itu, dia baru menghembuskan napas lega.
Selesai membagikan obat penawar racun itu Soh Han sim segera mengundurkan diri kedepan pintu kemudian bertepuk tangan dua kali...
Ban Tiong tat yang berdiri dimuka pintu cepat cepat berlari masuk kedalam lalu tanyanya sambil tertawa paksa.
"Soh congkoan apakah kau ada suatu persoalan?"
Sambil membungkukkan tubuhnya membopong tubuh Kwa Tiang tay dari Kay pang Soh Han sim segera berkata.
"Ban congkoan tolong aku boponglah keluar orang orang tersebut."
Sembari berkata dia telah membopong tubuh Kwa Tiang tay dan segera diletakkan kembali ditempat duduknya semula ditengah ruangan sidang
Secara bergilir kedua orang itu segera bekerja keras memindahkan kawanan jago tersebut dari ruang dalam menuju keruang sidang dalam waktu singkat kesembilan orang tadi telah ditempatkan pada kedudukannya semula.
selesai bekerja Soh Han sim baru memberi hormat kepada Ban lo hujin sambil ujarnya:
"Lo hujin, sebentar lagi atasanku bakal tiba disini, sedang orang orang yang berada disinipun dalam seperminum teh kemudian akan sadar kembali, lebih baik Lo hujin mengundurkan diri lebih dulu dari sini, kemudian baru masuk dengan mendampingi atasanku, dengan demikian tindak tandukmu baru tak akan mencurigakan orang"
"Jadi Hee tayhiap telah datang?" tanya Ban lo hujin dengan suara dingin.
"Atasanku mengatakan akan tiba pada tengah hari, semestinya dia atas tiba tepat pada saatnya"
"Baiklah" sahut Ban lo hujin kemudian setelah termenung sejenak, ia membalikkan badan dan beranjak keluar dari ruangan kepada Ban Tiong tat serunya kemudian
"Tiong tat cepat kau undang Siau Cing agar pergi bersamaku keluar kampung untuk menyambut kedatangan Hee tayhiap"
"Baik" sambil mengiakan dengan hormat tergesa gesa Ban Tiong tat mengundurkan diri dari situ
Baru saja Ban lo hujin melangkah keluar dari ruang depan seorang centeng bagian penerimaan tamu telah berlari masuk dengan langkah tergesa gesa begitu melihat Ban lo hujin dia segera menghentikan langkahnya sambil mempersembahkan sebuah kartu nama besar seraya ujarnya
"Lapor lo hujin Hee Bengcu telah datang"
Sementara pembicaraan berlangsung Ban Sian ceng dan Ban Huijin berdua telah muncul bersama Ban Tiong tat.
Ban lo hujin segera mengulapkan tangan kepada centeng itu lalu sambil berpaling ke arah Ban Sian ceng ujarnya.
"Hee tayhiap telah datang kalian berdua ikuti diriku untuk menyambut kedatangannya."
"lbu..." Ban Sian ceng berbisik dengan suara amat lirih dan ragu...
Rupanya dia merekam terjadinya banyak keanehan dan kejanggalan yang sangat mencurigakan didalam pertemuan puncak barusan oleh sebab itu dia mencoba untuk mencari kabar dari pembicaraan dengan ibunya.
cepat cepat Ban lo hujin menukas "Hayo cepatjalan"
Sembari berkata cepat cepat dia berlalu dari situ: Terpaksa Ban Sian ceng dan Ban Huijin harus mengikuti dibelakang ibunya keluar dari perkampungan.
Kawanan jago dari pelbagai daerah yang berkumpul dibukit Hong san untuk menghadiri pertemuan puncak belum lagipada bubar ketika melihat kedatangan Hee Bengcu, tentu saja mereka semua mengurungkan niatnya untuk pergi dan bersama sama mengerubungi.
Ada diantara mereka yang ingin mempererat gabungannya dengan sang Bengcu ada yang ingin berjabatan tangan atau berbicara beberapa patah kata atau ingin menunjukkan bahwa dia kenal dengan Bengcu yang baru ini sehingga bisa dijadikan bahan kesombengan dikemudian waktu.
oleh sebab itu tatkala Hee Bengcu sampai didepan pintu perkampungan Kui Im ceng ia telah dikerubungi oleh pelbagai jago dari berbagai aliran diiringi suara tempik sorak yang gempita suasana ramai sekali
Hee Im hong disebut orang sebagai Hway lam tayhiap selama dua puluh tahun terakhir ini diapun mempunyai nama besar dan kedudukan yang terhormat didalam dunia persilatan, sehingga disanjung dan dihormati orang banyak.
Tapi dikerubuti begitu banyak orang sambil diiringi tempik sorak yang gegap gempita, barupertama kali ini dia rasakan, dan keadaan tersebut benar benar mencerminkan gaya dari seorang Bengcu.
sebagai manusia munafik yang pura pura berwatak baik, tentu saja ia manfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik baiknya untuk menarik simpati orang lain terhadapnya.
Dengan senyum dikulum, ia berjabatan tangan dengan siapa saja dan menyapa siapa pun yang ditemukan olehnya dia ingin menanamkan kesan didalam hati semua orang bahwa Bu lim bengcu kali ini adalah seorang jago yang ramah, jujur, polos dan sUka bergaul dengan siapa saja.
oleh karena itu sepanjang jalan dimana ia lalu, tepuk tangan yang meriah bergema dimana mana hal ini menandakan kalau semua orang merasa amat puas dengan terpilihnya bu lim Bengcu yang baru terpilih ini.
orang yang mengikuti dibelakang Hee bengcu hanya seorang saja, yaitu congkoan dari Benteng keluarga Hee, ciu Kay seng.
Sebagaimana diketahui, didalam benteng keluarga Hee terdapat dua orang congkoan yang seorang adalah si burung berkepala sembilan Soh Han sim sedangkan yang lain adalah ciu Kay seng.
Walaupun kedua orang itu sama sama merupakan seorang congkoan, namun memiliki jabatan serta kedudukan yang berbeda sekali.
ciu Kay seng adalah congkoan yang sesungguhnya dari benteng keluarga Hee yang tugasnya mengatur serta mengurusi semua persoalan tetek bengek dari besar hingga persoalan kecil mengenai benteng keluarga Hee tersebut.
Sebaliknya jabatan Soh Han Sim berbeda sekali tugas yang dipangkunya jauh lebih istimewa karena dialah yang mengurusi masalah besar maupun kecil yang menyangkut dunia persilatan.
Boleh dibilang dia merupakan pembantu utama bagi IHee Im hong didalam usahanya untuk merebut kedudukan Bu lim Bengcu tersebut
Setelah majikannya diangkat sebagai Bu lim Bengcu otomatis dia pun akan menjadi congkoan yang membantu semua urusan yang dihadapi Bu lim Bengcu Itulah sebabnya sekali lagi perlu ditandaskan disini walaupun didalam benteng keluarga Hee mempunyai dua orang congkoan namun kedua orang itu mempunyai kedudukan serta tugas yang jauh berbeda.
Sekarang ciu Kay seng telah berjalan mendekati pintu gerbang kepada petugas penerima tamu yang berdiri diatas undak undakan batu segera serunya,
"Tolong loko sampaikan kedalam katakan saja Hway lam tayhiap Hee Im hong datang menghadap"
Sambil berkata dia segera mempersembahkan selembar kartu nama berwarna merah
Tak lama kemudian dari balik pintu kedua telah muncul Ban lo hujin bersama Ban Sian ceng dan Ban Huijin yang menyambut kedatangan tamunya.
Seharusnya tempat ini adalah perkampungan Kui Im san ceng tempat berkumpulnya sembilan partai besar dan bukan Ban siong san ceng yang merupakan tempat kediaman Ban lo hujin sekeluarga sebagai seorang Bu lim bengcu yang baru terpilih kedatangannya harus disambut sendiri oleh wakil wakil dari sembilan partai besar, jadi bukan disambut oleh Ban lo hujin sebagai tuan rumah.
Akan tetapi berhubung wakil dari sembilan partai besar baru saja makan obat penawar racun dan hingag saat itu belum sadar juga , mau tak mau Ban lo hujin harus tampil sendiri untuk menyambut kedatangan tamunya itu.
Dalam pada itu, Hee Im hong ditengah suara tepuk tangan para jago yang amat ramai telah berjalan mendekati pintu gerbang dengan langkah lebar dan kebetulan juga pada saatnya Ban lo hujin telah munculkan diri didepan pintu itu untuk menyambut kedatangannya .
cepat cepat Hee Im hong maju kedepan dan memberi hormat Seraya berkata
"Selamat bersua enso tua, berhubung sesuatu dan lain hal sehingga kedatangan siaute agak terlambat tidak berani merepotkan enso untuk menyambut sendiri kedatanganku"
Dalam hati kecilnya Ban lo hujin merasa amat membenci dan dendam kepadanya karena orang ini telah merebut kedudukan Bu lim bengcu secara licik dan keji. Ketika mendengar perkataan tersebut sambil tertawa paksa segera ujarnya:
"Hee tayhiap datang dari tempat jauh sudah sepantasnya bila aku menyambut sendiri kedatanganmu"
Ia sama sekali tidak menyebutnya sebagai Bengcu pun tidak menyampaikan ucapan selamat kepadanya.
Hee Im hong bukan manusia sembarangan dari nada pembicaraan Ban lo hujin yang dingin dan hambar ia sudah dapat meraba jalan pemikiran orang. Maka sambil terbahak bahak katanya
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... ucapan enso kelewat serius" Sambil mengangkat tangannya Ban lo hujin berkata lagi.
"Para wakil dari sembilan partai besar sedang berkumpul diruang sidang silahkan Hee tayhiap masuk kedalam."
"Silahkan enso" ucap Hee Im hong pula dengan senyuman menghias seluruh wajahnya.
Sembari berkata dia segera melangkah naik ke undak undakan baru kemudian didampingi Ban lo hujin sendiri mereka masuk kepintu gerbang dan menuju ke ruang kedua diserambi sebelah kiri.
Dalam pada itu Siang Han hui sekalian yang berada dlam ruang sidang telah saar kembali dari pingsannya, sementara Soh Han sim mengundurkan diri secara diam diam Ketika semua orang menjumpai mereka telah tertidur didalam ruang sidang, kontan saja kawanan jago itu menjadi tertegun dan saling berpandangan dengan tercengang.
Selang sesaat kemudian, ketua Heng san pay Liok Tiong goan baru berseru tertahan lebih dulu, kemudian setelah memandang sekejap keadaan disekelilingnya. ia berkata
"Toheng sekalian, apa yang sebenarnya telah terjadi?"
Ki Cu ho, ketua dari Lek hap bun mengisap huncweenya dalam dalam, kemudian ujarnya "Barusan, siaute seperti mendapat sebuah impian"
"Benar, akupun seperti tertidur nyenyak" sambung ciok Lip sam, ketua Heng gi bun cepat.
Ketua Hoa san pay Siang Han hui segera mendapat kesan pula bahwa ia telah tertidur lalu dalam mimpinya dia seperti mendengar ada orang membicarakan tentang situasi dalam petemuan puncak keempa tpartai yang barusan diselenggarakan, dimana dikatakan "Siang tayhiap Yu Huan Tiong telah mendapat sakit sehingga tak bisa menghadiri pertemuan puncak itu karenanya dia menarik diri dari pencalonan dengan mendukung Hway lam tayhiap Hee Im hong menjadi calon tunggal, maka sembilan partai besarpun mengangkat Hee Im hong menjadi Bu lim Bengcu yang baru."
Bukan saja situasi dalam pembukaan pertemuan puncak itu didengar secara jelas bahkan semua persiapan dan pembicaraan yang berlangsung dalam pertemuan itupun terdengar olehnya secara jelas, hal ini memberi kesan seolah olah dia telah mengalami sendiri kejadian tersebut.
Tentu saja ketujuh orang lainnya kecuali Cing Im totiang dan Kwa Tiang tay mengalami keadaan yang sama pula seakan akan ada orang yang membisikkan kesemuanya itu disisi telinga mereka.
Padahal kesemuanya ini tak lebih hanya merupakan hasil karya dari Soh Han sim, dia ingin memberi kesan kepada kawanan jago dari sembilan partai bahwa sesungguhnya mereka telah menghadiri sendiri pertemuan puncak tersebut.
Lama sekali setelah termenung, Siang Han hui baru berpikir lebih jauh.
"jangan jangan dibalik kesemuanya ini masih terdapat rencana busuk lainnya" Atau mungkin kami semua telah diperalat orang tanpa sadar hingga bersama sama memberi suara untuk mendukung Hee Im hong sebagai Bengcu baru
"." Ternyata dalam keadaan tak sadar taadi beberapa orang itu telah dipengaruhi jalan pemikirannya dengan ilmu hipnotis, akibatnya mereka seperti sudah lupa dengan peristiwa racun Kay ko san yang menimpa diri mereka semua semalam.
Kendatipun timbul rasa curiga didalam hati kecilnya, namun untuk berapa saat lamanya sulit bagi mereka untuk membedakannya secara tepat dan jelas. Sambil tertawa nyaring Cing Im totiang segera berseru:
"Toheng bertiga benar benar telah lupa, ketika Ban lo hujin meninggalkan ruangan untuk menyambut kedatangan Hee bengcu tadi, mengapa sekarang jadi kebingUngan sendiri?"
Ketika mendengar perkataan ini ketua Lak hap bun Ki Cu hoo segera mendapat kesan lagi seakan akan ia memang berbuat begitu, maka sambil menghisap huncweenya dan tertawa, ia berkata.
"Tampaknya kau benar benar sudah tua"
Hui san taysU dari SiaU lim pay merasakan pula ada sesUatu yang tak beres dalam kejadian ini, namUn kecurigaan tersebut tidak dlutarakan keluar.
Karena kepalanya masih terasa pening sekali maka dia hanya dudUk bersila sambil memejamkan matanya rapat rapat tanpa ikut mengucapkan sepatah katapUn- Pada saat inilah pintu ruang sidang tiba tiba dibUka orang lebar lebar.
Lalu tampak congkoan dari pertemuan puncak bukit Hong san, Ban Tiong tat menyelinap masuk dengan cepat sambil berseru keras: "Hee Bengcu tiba "
Menurut tradisi yang berlaku, habis pertemuan puncak diselenggarakan, sang bengcu memang dipersilahkan memasuki ruang sidang untuk membicarakan soal masalah besar dunia persilatan bersama para wakil dari sembilan partai besar
Begitu Ban Tiong tat berteriak keras Cing Im totiang dari Go bipay dan Kwa Tiang tay dari Kay pang segera bangkit berdiri dari tempat duduknya.
Sedangkan ketujuh orang lainnya meskpun ragu ragu menghadapi kenyataan tersebut, namun berhubung sudah ada orang yang bangkit berdiri, terpaksa mereka pun ikut bangkit berdiri.
Tampak Hway lam tayhiap Hee Im hong yang bertubuh tinggi besar, didampingi Ban lo hujin telah melangkah masuk ke dalam ruang tersebut.
Ruang sidang merupakan daerah terlarang, kecuali para wakil dari sembilan partai, siapa saja dilarang memasukinya, oleh sebab itu congkoan - centeng keluarga Hee, ciu Kay seng yang datang bersama Hee Im hong dan Ban sian ceng serta Ban Huijin yang mendampingi Ban lo hujin serentak menghentikan langkahnya sampai di luar pintu ruangan saja.
Dua orang dayang berbaju hijau segera muncul menghidangkan air teh setelah itu mengundurkan diri kembali dari sana
ketika dua orang dayang itu sudah mengundurkan diri, sekalian Ban Tiong tat juga memberi hormat sambil mengundurkan diri sekalian dia rapatkan pintu ruangan tersebut.
Dengan senyum cerah menghiasi wajahnya Hee Im hong memberi hormat kepada kesembilan wakil itu kemudian berkata.
"Sesungguhnya siaute tak budi dan kemampuan apa apa dalam dunia persilatan sungguh tak nyana para ciangbunjin taysu dan totiang sekalian telah memandang tinggi diriku dengan melimpahkan tugas berat ini di atas bahuku untuk kejadian tersebut siaute benar benar merasa gugup dan kelabakan."
"Hal ini merupakan keputusan dari kita semua" kata Kwa Tiang tay segera, "dan juga merupakan kehendak orang banyak untuk Bengcu tak usah sungkan sungkan lagi silahkan memasuki sidang."
Setelah merendahkan diri berulang kali Hee Im hong baru berjalan menuju ke kursi utama ditengah meja sidang kemudian setelah memberi hormat kepada Ban lo hujin dan para jago lainnya ia baru berkata
"Enso, para ciangbunjin, taysu dan to heng sekalian silahkan duduk."
Ban lo hujin mengambil tempat duduk di sebuah kursi ada sudut sebelah kiri, begitu ia duduk para jago lainnya pun ikut mengambil tempat duduk masing masing. Cing Im totiang dari Go bipay segera bangkit berdiri lalu ujarnya.
"Sidang yang diselenggarakanpada hari ini merupakan sidang pertama setelah pemilihan Bu lim Bengcu angkatan keempat diputuskan sembilan partai besar, menurut tradisi, didalam sidang ini kita akan memilih dua orang wakil bengcu yang secara bergilir bertugas selama lima tahun untuk membantu pekerjaan bengcu mengurusi masalah besar dunia persilatan untuk itu harap toheng sekalian segera mulai memilih kedua wakilnya."
Hee Im hong bangkit berdiri dan berkata
"siaute tak becus dan berkemampuan rendah, disamping itu bukan tergolong orang dari sembilan partai besar, karenanya terhadap urusan besar dunia persilatanpun terasa awam ekali, untung sekaliBan bengcu almarhum telah tiga kali menjabat sebagai bengcu, ehingga banyak persoalan telah diatur dengan tradisi serta peraturan yang bagus sekali, karenanya mari kita laksanakan semua tradisi dan peraturan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan.
oleh sebab itu menurut pendapatku, dari kedua orang wakil bengcu yang akan dipilih hari ini, aku harap seorang wakil dari masa jabatan yang lama tetap tinggak menjabat kedudukannya dalam masa jabatan berikut sebab dari dialah siaute ingin mohon petunjuk serta pengarahan, entah bagaimana menurut pendapat saudara sekalian"
"Perkataan bengcu memang tepat sekali" Kwa Tiang tay segera menanggapi, "memang begitulah, untuk itu aku menyatakan sangat setuju, silahkan Bengcu segera menyebutkan namanya."
Hee Im hong mengalihkan sorot matanya kearah Cing Im totiang dari Go bi pay, kemudian sambil menjura katanya.
"Bersediakah saudara Cing Im untuk membantuku?"
Ketujuh orang yang sudah terkena Kay ko san tersebut meski tetap duduk di tempat namun masing masing pihak menaruh keCurigaan yang amat mendalam dihati masing masing, siapapun tak turut berbicara
"Bila kalian semua tak ada usul lain, kita anggap hal ini telah disetujui," seru Kwa Tiang tay lagi Hee Im hong tersenyum, lalu katanya.
"Kalau begitu harap kalian semua memilih seorang wakil Bengcu lagi"
Dengan cepat Cing Im totiang berkata
"Pinto rasa Kay pang adalah suatu perkumpulan besar yang mengutamakan keadilan serta kejujuran, lagi pula termasuk suatu perkumpulan yang besar didalam dunia persilatan ini, anak muridnya tersebar luas sampai dimana mana beritanya tajam bila jabatan wakil bengcu ini diduduki Kwa pangcu, selain dapat membantu pekerjaan bengcu, lagi pula besar sekali manfaatnya, oleh sebab itu kuusulkan kalau Kwa pangcu saja yang menjadi wakil Bengcu untuk angkatan kali ini."
Hee Im hong segera mengalihkan tatapan matanya dan memandang sekejap kearah kawanan jago lainnya, lalu tanyanya sambil tersenyum ramah
"Apakah kalian mempunyai pendapat lain?"
Kembali semua orang terbungkam dalam seribu bahasa.
Melihat hal itu, Hee Im hong segera berkata lagi sambil tertawa.
"Kalau toh kalian semua tidak mempunyai pendapat lain, kita anggap pilihan ini sah"
Tiada orang yang memberikan tepuk tangan, tiada orang yang mengucapkan selamat, dua orang wakil Bengcupun akhirnya terpilih dengan lancar dibawah permainan sandiwara ketiga orang itu.
Ban lo hujin yang mengikuti jalannya pemilihan tersebut, makin dipikir hatinya makin mendongkol, diapun merasa semakin malu terhadap suaminya almarhum, malu kepada semua partai persilatan yang ada di dunia ini, terutama terhadap semua umat persilatan yang ada.
Siapakah yang akan menyangka kalau kedudukan Bu lim Bengcu telah terjatuh ke tangan sekelompok manusia durjana yang mempunyai ambisi besar, dan sampai dimanakah daya pengaruhnya terhadap perkembangan dunia persilatan dimasa mendatang"
Untuk beberapa saat lamanya ia menjadi termangu dan tak tahu apa yang mesti dilakukan.
Sementara itu terdengar Hee Im hong berkata lagi.
"Setelah dua orang wakil Bengcu telah terpilih, apakah saudara sekalian hendak mengajukan suatu usul yang lain"
Ataukah hendak menyampaikan sesuatu pendapat yang berharga?"
Semua orang tetap duduk termenung di tempat semula tanpa bergerak ataupun berkata sepatahpun, hanya Ki Cu ho dari Lek hap bun yang menghisap huncwee tiada hentinya.
Ban lo hujin yang sudah habis sabarnya segera bangkit berdiri seraya berkata
"Menurut pendapatku, kalau toh dari partai lain tiada sesuatu usul atau pendapat, lagi pula saat ini tengah hari sudah lewat, silahkan kalian menuju ke perkampungan Kui Im san ceng untuk bersantap Siang..."
Agaknya Hee Im hong pun telah sadar bahwa pertemuan sidang tersebut tidak akan menghasilkan sesuatu apapun, karenanya iapun segera memanfaatkan kesempatan tersebut dengan menyudahi pertemuan yang sedang berlangsung.
Ujarnya kemudian sambil tersenyum.
"Baiklah, kalau toh kalian semua tiada pendapat atau usul lain, apalagi enso sebagai tuan rumah juga telah mempersiapkan perjamuan, mari kita santap bersama sama."
Ban lo hujin segera bangkit berdiri meninggalkan meja sidang, sementara para jago lainnya mengikuti dari belakang.
"silahkan enso" kata Hee Im hong kemudian sambil mengangkat tangannya.
Ban lo hujin tertawa hambar.
"Bukankah barusan Hee tayhiap mengatakan aku adalah tuan rumah" Sebagai tuan rumah, sudah sepantasnya bila mempersilahkan para tamunya lebih dulu."
Hingga kini ia belum bersedia menyebut Hee Im hong sebagai Bengcu.
"Silahkan Bengcu," ucap Cing Im totiang kemudian sambil mengangkat tangannya.
Kali ini Hee Im hong tidak menampik ia pun segera berjalan lebih dulu menuju ke luar ruangan-Kwa Tiang tay yang sudah diangkat sebagai wakil Bengcu pun tidak sungkan sungkan lagi, dia segera mengikuti di belakang Bengcu.
Hanya Cing Im totiang yang bersikap lebih luwes, sambil tersenyum segera ujarnya. "Toheng sekalian, silahkan"
Semua orang tetap membungkam dalam seribu bahasa, tapi mereka segera beranjak pergi dari sana.
ooooooo Kini, diruang utama telah disiapkan belasan buah meja perjamuan, kain merah menghiasi ruang perjamuan suasananya meriah bagaikan sedang menyelenggarakan pesta perkawinan saja
Dibagian utama terdapat tigabuah meja perjamuan, bagian tengah ditempati oleh bengcu, sedang kedua sisinya adalah para ketua sembilan partai serta wakil wakilnya.
Sedangkan pada delapan meja perjamuan dibagian bawah, khusus disediakan para tamu undangan-Waktu itu kedelapan meja perjamuan yang telah disiapkan sudah penuh dengan manusia, diantaranya termasuk juga ketua Tiam congpay Cia Yujin, ketua Sau hoa bun Hoa Siang siang, sau CungCu dari keluarga Tong di Szuchuan Tong Bun huan dan istrinya ciok Siu go, dewa bermuka merah Lou Siu tong dari Go bipay, peluru baja Seng Bian tong dari Hoa san pay, Ki Cu yu dari Lak hap bun, Ong Tin hay dan Song Jin bin dari kau pay serta para jago dan orang kenamaan lainnya yang diundang secara khusus untuk menghadiri pertemuan puncak ini.
Tak heran kalau suasana dalam perjamuan tersebut sangat ramai dan meriah sekali
Mendadak congkoan pertemuan puncak Ban Tiong tat muncul dalam ruangan dengan langkah tergesa gesa kemudian sambil berdiri ditengah ruangan teriaknya keras keras "Para hadirin sekalian, harap tenang Hee Bengcu telah masuk kemari"
Dengan suara teriakannya yang nyaring begitu seruan dikumandangkan suasana dalam ruangan itu seketika menjadi tenang sekali
Hee Im hong didampingi wakil Bengcu Cing Im totiang dari Go bipay dan Kwa Tiang tay dari Kay pang dan diikuti ketujuh ketua partai besar lainnya dan Ban lo hujin sekeluarga segera munculkan diri di dalam ruang perjamuan-Begitu rombongan tersebut munculkan diri ditengah ruangan Lou Tin tong dari Go bi pay Ong Tin hay dan SongJin bin dari Kay pang serta ketua Sau hoa bun, Hoa siang siang sekalian segera bertepuk tangan menyambut kedatangan mereka, secara otomatis para hadirin yang lainpun turut bertepuk tangan juga.
Dalam waktu singkat seluruh ruangan telah diramaikan oleh suara tepuk tangan yang gegap gempita.
Yang tidak ikut bertepuk tangan hanya segelintir manusia saja, diantaranya ketua Tiam cong pay Cia Yujin peluru baja Seng Bian tong serta sau cungcu dari keluarga Tong di Szuchuan Tong Bun hoan suami istri dan lain lainnya.
Dengan senyuman dikulum Hee Im hong segera menganggukkan kepalanya berulang kali kepada semua orang yang sedang bertepuk tangan disekeliling tempat itu, sementara sorot matanya yang tajam tanpa terasa memperhatikan juga beberapa orang yang tidak ikut bertepuk tangan itu.
Cing Im totiang dari Gobi pay segera mengangkat tangannya mempersilahkan Hee Im hong duduk dikursi utama, kemudian kedua orang wakilnya masing masing menempati di kiri dan kanannya
Urutan tingkat kedudukan tersebut memang sudah ditentukan oleh peraturan sehingga mereka tak perlu saling mengalah atau bersungkan sungkan lagi, dengan begitu para hadirin pun segera dapat mengetahui siapa saja yang telah terpilih menjadi wakil Bengcu pada pemilihan kali ini.
Menyusul kemudian, ketua Hoa sanpay Siang Han hui, ketua Heng sanpay Liok Tiong goan ketua Lak hap bun Ki Cu hoo dan ketua Heng gi bun Ciok Lip sam menempati meja disebelah kiri, sedangkan Hui san taysu dari siau lim pay, ketua Bu tong pay Giok Cing cu, ketua Pat kwa bun Hong Ci Cing dan Ban lo hujin menempati meja perjamuan disebelah kanan.
Ban Sian ceng segera mengundurkan diri untuk semeja dengan Seng Bian tong, sebaliknya Ban Huijin mengundurkan diri untuk bergabung dengan ciok Siu go.
congkoan pertemuan puncak Ban Tiong tat segera memerintahkan anak buahnya untuk membuka perjamuan, pelbagai hidangan lezat dan arak wangipun susul menyusul dihidangkan Saat ini Ban lo hujin baru bangkit berdiri dan mengangkat cawannya seraya berkata,
"Hadirin sekalian, pertemuan puncak keempat bukit Hong san hari ini telah berakhir dengan terpilihnya bengcu serta wakil Bengcu baru, tanggung jawab yang kupikul selama lima tahun terakhir inipun kini sudah berakhir. Hanya satu hal yang membuat hatiku tak tenang adalah ketidak mampuanku untuk menjadi seorang tuan rumah yang baik didalam penyelenggaraan pertemuan puncak kali ini, ketidak mampuan tersebut membuat aku malu terhadap sembilan partai besar, malu juga terhadap segenap umat persilatan ini..."
Ketika mengucap kata kata "malu terhadap sembilan partai besar dan malu juga terhadap segenap umat persilatan"
perkataan itu sengaja diucapkan dengan nada yang berat dan sangat mendalam, sebagian bagi mereka yang memperhatikan dengan seksama segera dapat merasakan pula bahwa beberapa patah kata itu memang diutarakan dengan perasaan yang berat.
Setelah berhenti sejenak kembali dia melanjutkan
"Untuk itu, sengaja kusediakan sedikit hidangan dan arak air untuk menebus kesalahan dan rasa terima kasihku kepada hadirin sekalian-.."
Ketika berbicara sampai disini, tepuk tangan yang meriah segera bergema memenuhi seluruh ruangan-Ban lo hujin menunggu sampai semua orang berhenti bertepuk tangan baru berkata lebih jauh:
"Mumpung para engHiong dari seluruh dunia masih berkumpul disini, aku hendak mengumumkan suatu persoalan yang maha penting kepada kalian semua..."
Berhubung ucapan tersebut diutarakan dengan wajah yang amat serius dan bersungguh sungguh, maka semua orang segera memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama, mereka ingin tahu pengumuman penting apakah yang hendak disampaikan olehnya kepada semua orang" Terdengar Ban lo hujin berkata lebih jauh
"Sejak dulu mendiang suamiku Ban sian ceng berdiam dibukit Hong san, sedang Hong san pun bukan terhitung suatu partai atau perguruan didalam dunia persilatan, tapi semenjak mendiang suamiku menjabat Bu lim Bengcu angkatan pertama, selama tiga puluh tahun terakhir ini semua orang menganggap Hong san sebagai salah satu diantara sembilan partai besar, padahal yang benar keluarga Ban dari bukit Hong san hanya kebetulan berdiam dibukit Hong san dan terpilih sebagai Bengcu dari dunia persilatan.
oleh sebab itu secara khusus hendak kusampaikan pada hari ini bahwa bukit Hong san sudah sepantasnya terhapus dari deretan nama sembilan partai besar, dan mulai terhitung hari ini juga , keluarga Ban dari bukit Hong san mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan, anggota keluarga Ban dari bukit Hong san tidak akan mencampuri utusan dunia persilatan lagi dan tak akan melakukan perjalanan didalam dunia persilatan.
Aku mengerti, selama tiga puluh tahun terakhir ini, keluarga Ban dari bukit Hong san bisa menjadi begini berkat cinta kasih perlindungan serta dukungan dari hadirin sekalian, untuk itu kuucapkan banyak terima kasih. Nah, sebagai rasa terima kasihku ini, kuhormati hadirin sekalian dengan secawan arak. terima kasih, terima kasih..."
Sebagai akhir kata, dia meneguk isi cawannya sampai habis, kemudian menjura ke empat penjuru sambil menyampaikan rasa terima kasihnya.
Pengumuman yang disampaikan Ban lo hujin ini benar benar muncul secara mendadak dan sama sekali diluar dugaan siapapun juga
Berhubung dia mengumumkan peng unduran diri keluarga Ban dari dunia persilatan hal ini membuat para hadirin enggan bertepuk tangan sebab bila bertepuk tangan, bukankah hal ini berarti menyambut gembira pengunduran diri keluarga Ban dari dunia persilatan"
Sementara semua orang masih tertegun dan dibuat tidak habis mengerti, Bu lim bengcu yang baru Hee Im hong telah bangkit berdiri dan berkata sambil tersenyum.
"Enso, walaupun keluarga Ban dari bukit Hong san bukan terhitung sebuah partai atau perguruan, namun diakui oleh setiap orang sebagai keluarga persilatan, oleh sebab itu maka semua orang memasukkan keluarga Ban dari bukit Hong san dalam urusan sembilan partai besar. Bengcu almarhum Ban Sian hong pun mengakuinya, dari sini membuktikan bahwa keluarga Ban dari bukit Hong san memang mempunyai tingkat kedudukan yang sejajar dengan pelbagai partai dan perguruan lainnya.
"Kini walaupun saudara Siau hong telah ber pulang kealam baka, tapi keturunannya keponakan Sian ceng masih muda dan gagah masa depannya amat cemerlang bercahaya ditengah angkasa, dialah merupakan bibit baru dari keluarga besar marga dari bukit Hong san ini, mengapa enso justru mengumumkan dirimu dari dunia persilatan"
Kendatipun enso mempunyai keinginan untuk berbuat begitu, aku yakin para sobat lama dari seluruh dunia persilatan tak akan menyetujuinya, mengapa masalah tersebut tidak dibica rakan kembali dimasa mendatang saja" Mari, mari kita semua bangkit berdiri dan menghormati keluarga Ban dari bukit Hong san yang telah banyak berjasa bagi segenap umat persilatan didunia ini dengan secawan arak"
Kata kata yang diutarakan tersebut segera merebut simpatik dari banyak orang, tempik sorak yang gegap gempita kembali bergema memenuhi seluruh ruangan, serentak para hadirin mengangkat cawan masing masing serta mengeringkan dalam sekali tegukan.
Ban lo hujin mengeringkan isi cawannya, kemudian berkata.
"Terima kasih. Hee tayhiap terima kasih hadirin sekalian, sejak wafatnya mendiang suamiku, keluarga Ban dari bukit Hong san tinggal aku sijanda dan dua orang anak yatim yang sesungguhnya tak patut untuk berkelana dalam dunia persilatan-Harapanku kini hanyalah anak cucu keluarga Ban hidup tenteram penuh ketenangan dan kedamaian didaerah yang terpencil tanpa mencampuri urusan dunia persilatan lagi, kami hanya ingin menjadi seorang rakyat kecil belaka. Tekadku sudah bulat.. terima kasih banyak atas maksud baik hadirin sekalian mumpung sayur dan arak belum dingin, silahkan kalian mulai bersantap."
Melihat kebulatan tekad Ban lo hujin semua jago pun tidak berkata kata lagi.
Diantara sekian jago yang hadir hanya sipeluru baja Seng Bian tong seorang yang mempunyai pandangan lain setelah menyaksikan pelbagai kejadian dan perkembangan yang berlangsung pada hari ini, terutama dari sikap keras Ban lo hujien yang bertekad bulat hendak mengundurkan diri dari dunia persilatan ia segera menyimpulkan bahwa didalam pertemuan puncak yang diselenggarakan hari ini tentu sudah menjadi suatu yang luar biasa, bahkan bisajadi merupakan suatu golongan untuk menguasahi dunia.
Mungkin juga karena tekanan yang amat besar dari kekuatan yang tersembunyi itu akhirnya Ban lo Hujin baru memutuskan pengunduran dirinya dari keramaian dunia persilatan
Tapi apa yang sesungguhnya telah terjadi dibalik peristiwa besar itu" kekuatan apakah yang dapat memaksa wakil dari sembilan partai besar untuk bertekuk lutut dan tunduk pada kemauan lawan"
Makin dipikir rasa curiganya makin meningkat, makin teliti rasa heran dan ingin tahunya makin merebak ia sadar dibalik pelbagai peristiwa yang terjadi hari ini tersembunyi suatu intri busuk yang amat besar dan tak akan dipaham loleh siapa pun Dalam pada itu, banayk hadirin telah maju kedepan untuk menyampaikan selamat kepada Bengcu serta kedua orang wakilnya, suasana menjadi tiuh dan meriah sekali.
Yaa hal ini dapat dimaklumi, sebab kedudukan Bu lim Bengcu dalam pandangan umat persilatan sesungguhnya tak berbeda jauh dengan kedudukan seorang kaisar yang berdiam dibalik kota terlarang siapakah yang tak ingin menjalin hubUngan yang akrab dengan orang terhormat semacam ini"
BiarpUn hanya menghormati BengcUnya dengan secawan arak. ataupan mengutarakan beberapa kata merendah, hal ini bisa dijadikan pegangan dikemudian hari untuk memperoleh hasil besar yang tak terduga dari dalam dunia persilatan-Tak heran kalau pesta perjamuan itu berlangsung amat meriah dan ramai, boleh dibilang semua hadirin dibuat lupa dengan pengumuman Ban lo hujin barusan yang mengumumkan pengunduran dirinya dari keramaian dunia persilatan-Hingga mendekati magrib, perjamuan tersebut baru berakhir dan bubaran-Hee Im hong segera berkata kepada para wakil sembilan partai besar yang berada di kiri kanannya sambil tersenyum
"Dihari hari biasa, jarang sekali kita semua dapat berkumpul jadi satu seperti dalam pertemuan kali ini, mungkin di waktu biasa para ciangbungjin taysu dan toheng sekalian dibuat sibuk oleh tugas masing masing yang tersebar didelapan penjuru dunia, suatu pertemuan macam begini belum tentu bisa diadakan setiap saat, karenanya ingin sekali kuundang para toheng sekalian untuk menginap selama beberapa hari didalam perkampunganku, entah bagaimanakah pendapat kalian ?"
"omintohud" Hui san taysu dari Siau lim pay segera berseru, "pinceng hanya mendapat perintah untuk menghadiri pertemuan puncak ini, kini pertemuan puncak telah usai, karenanya pinceng harus segera kembali untuk memberi laporan kepada hongtiang kuil kami, mungkin undangan tersebut tak dapat kupenuhi."
Giok ceng totiang dari Bu tong pay segera berkata sambil memberi hormat.
"Keadaan pinto tak jauh berbeda dengan Huisan taysu, aku mesti buru buru pulang ke gunung untuk memberi laporan maaf bila undangan tersebut tak dapat dipenuhi"
Sambil tersenyum Hee Im hong segera berkata kepada Siang Han hui sekalian
"Kalau memang Hui san taysu dan Giok Cing toheng harus cepat cepat pulang gunung untuk memberi laporan, tentu saja siaute tak untuk memaksa, tapi toheng sekalian ketua dari partai partai besar, tentu kalian tak usah kembali ke gunung untuk memberi laporan bukan" Bagaimanapun kalian harus memberi muka muka kepadaku..."
Ketua Heng san pay Liok Tiong goan cepat cepat menjura seraya berkata pula:
"Maaf, sebetulnya dalam partai kami terdapat suatu persoalan yang belum selesai, aku terpaksa meninggalkannya karena harus menghadiri pertemuan puncak ini, setelah pertemuan usai, siaute harus segera pulang lagi untuk menyelesaikan persoalan ini, bila ada waktu senggang dikemudian hari, siaute pasti akan melakukan kunjungan."
Ketua Lak hap bun Ki Cu hoo turut menjura pula seraya berkata
"siaute sudah mempunyai janji lebih dulu dengan Cia ciangbunjin dari Tiam cong pay serta adikku Ki Cu yu untuk pergi ke Tiam cong. Maaf bila aku tak dapat memenuhi undangan Bengcu"
Baru dari mulutnya kedengaran sebutan bengcu diutarakan keluar... Ketua Heng gi bun ciok Lip sam cepat cepat berkata pula "Siaute pun masih ada urusan lain, harap sudi dimaafkan."
Putrinya hampir saja mengalami musibah ketika mertamu di benteng keluarga Hee, tentu saja dia enggan untuk pergi kesana.
Senyuman riang tetap menghiasi wajah Im hong, dia manggut manggutkan kepalanya kepada mereka semua, kemudian berpaling ke arah Siang Han hui serta Hong Ci Cing sambil katanya.
"Apakah Siang ciangbunjin dan Hong ciangbunjin juga enggan memberi muka kepadaku?"
Siang Han hui merasa dalam pertemuan puncak yang baru terselenggara terselubung banyak hal yang mencurigakan, ia menganggap inilah kesempatan baik baik baginya untuk menyelidiki latar belakang kejadian tersebut setelah memperoleh undangan dari Hee Im hong, karena itu sambil berpaling ke arah Hong clo Cing katanya sambil tertawa.
"Setelah Bengcu memberikan undangannya, bagaimana juga kita berdua harus memberi muka, mari kita menginap beberapa hari disana"
Karena siang Han hui telah memutuskan untuk pergi Hong Ci cingpun segera manggut manggut seraya berkata
"Kalau toh Siang toheng hendak ke sana, tentu saja siaute akan menemanimu"
Mendengar itu, Hee Im hong segera tertawa terbahak bahak.


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... terima kasih banyak atas kesudian anda sekalian untuk memberi muka kepadaku, siaute menyambut kedatangan kalian dengan senang hati"
Kwa Tiang tay dari Kay pang segera menjura pula seraya berkata.
"Undangan dari Bengcu pasti akan siaute penuhi, tapi berhubung dalam perkumpulan kami masih ada persoalan yang belum terselesaikan, silahkan Bengcu dan toheng sekalian berangkat lebih dulu, paling lambat tiga hari kemudian siaute akan menyusul sendiri ke sana"
Hee Im hong tersenyum "Kalau memang saudara Kwa masih ada urusan, silahkan untuk diselesaikan lebih dulu siaute akan menantikan kedatanganmu dirumah."
Maka keputusanpun diambil, Cing Im totiang dari Go bipay bersama sama Siang Han hui dari Hoa san pay dan Hong Ci Cing dari Pat kwa bun berangkat ke benteng keluarga Hee untuk memenuhi undangan.
Hui san taysu dari siau lim pay dan Giok Cing Ci dariBu tong pay menempuh perjalanan bersama sama, Liok Tiong goan dari Heng san pay, Ki Cu ho dari Lak hap bun dan Ki Cu yu serta Cia Yujin dari Tiam cong pay melakukan perjalanan bersama sedangkan ciok Lip sam bergabung dengan menantunya Tong Bun Huan serta putrinya ciok Siu go orang orang itu sengaja menempuh perjalanan secara berkelompok karena mereka beranggapan bahwa didalam pertemuan puncak yang terselenggarakan kali ini, terlalu banyak hal hal yang mencurigakan, oleh sebab itu mereka ingin membicarakannya dalam perjalanan nanti dengan harapan bisa peroleh pemecahannya.
pertemuan puncak bukit Hong sanpun berakhir setelah Ban lo hujin sebagai tuan rumah membubarkan pertemuan, masing masing orang segera minta diri untuk kembali ke rumah masing masing.
Sebenarnya sipeluru baja Seng Bian tong datang menghadiri pertemuan puncak itu bersama sama ketuanya Siang Han hui, tapi setelah perjamuan selesai dia telah mendapat petunjuk dari ketuanya agar pulang dulu ke Kim leng.
Walau dia tidak memahami maksud hati ketuanya, tapi bisa diduga bahwa kehadiran ketuanya dibenteng keluarga Hee untuk memenuhi undangan tersebut pasti mengandung maksud mendalam.
Sebagai jago kawakan, dia merasa tak perlu untuk banyak bertanya lagi karenanya dia pun menggabungkan diri dengan rombongan dari Giok Lip Gam.
An kang tong adalah sebuah kota kecil yang terletak dipersimpangan jalan sungai Cing hua kang apa bila kau hendak menuju ke Swan sia dari bukit Hong san maka pasti akan melalui tempat ini.
Tentu saja jalanan tersebut tidak termasuk jalan raya pemerintah yang lebar melainkan merupakan jalan kecil dusun Tapi berhubung jalan kecil biasanya menyingkat jarak perjalanan sampai sepertiganya oleh karena itu orang lebih suka memilih jalan kecil demi menghemat waktu.
Di tepi jalan kecil menuju kean kang tong terdapat sebuah kedai penjual air teh berhubung letaknya jauh dari kota maupun dusun, biasanya orang akan beristirahat di situ setelah menempuh perjalanan Setengah harian lamanya.
Warung penjual teh ini terbuat dari bangunan gardu persegi enam yang terdiri dari batuan, beberapa buah meja dan kursi yang terbuat dari batu disediakan bagi mereka yang ingin beriStirahat.
oleh karena ramainya tamu yang Sering menggunakan tempat itu sebagai tempat melepaskan lelah, sering kali banyak penjaja makanan yang menggunakan daerah sekitarnya untuk mendagang.
Ketika mendekati tengah hari, dari arah selatan muncul empat orang yang berjalan cepat menuju kearah warung penjual teh itu
Keempat orang tersebut tak lain adalah ketua Heng gi bun ciok Lip si peluru baja Seng Bian tong Tong Bun huan serta istrinya ciok Siu go.
Setelah menempuh perjalanan jauh pagi tadi hingga kini mereka telah berada lima enam puluh li dari bukit Hong san-Matahari di bulan lima yang panas menyengat membuat orang merasa kegerahan, dan tak mampu bertahan diri.
Sambil menyeka peluh yang bercucuran membasahi wajahnya, Seng Bian tong segera berkata sambil tertawa tergelak
"Haaahhh haaahhh haaahhh...kita sudah tiba di gardu penjual teh, sudah belasan tahun lamanya siaute tak pernah melalui jalan ini, pandangan alamnya meski tetap sama, orangnya justru lebih tua."
"Saudara Sneg masih tetap kekar dan sehat selama inipun kau tak nampak tua" ucap Ciok Lip sam segera
"Ayah" sela ciok Ciu go tiba tiba, "mari kita beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan"
"Yaa, saat ini sudah tengah hari, kita memang harus berisitirahat dulu sebelum melanjutkan perjalanan"
Mereka berempatpun bersama sama memasuki gardu.
Ditepi gardu terdapat penjaja makanan dan minuman, seorang nenek berambut putih segera bangkit berdiri dan menyongsong kedatangan mereka seraya berkata
"Apakah kek koan berempat hendak minum teh" Tempat kami bersedia air teh dari Lak san yang termashur, lagi pula sudah didinginkan sedari tadi, rasa haus tentu akan hilang setelah meneguk Secawan, kesegaran badanpun pasti akan pulih kembali"
Ditengah gardu tersedia sepikul air teh dua buah gatung kayu besar, air itu memang disediakan bagi siapa saja yang merasa dahaga dan ingin melepaskan haus, namun biasanya hanya pekerja kasar yang memanfaatkannya karena gayung cuma ada dua dan digunakan siapa saja, jelas kotorannya bukan kepalang.
Berbeda sekali dengan air teh yang dijual nenek itu, selain air tehnya dibuat dari teh pilihan, lagi pula sudah didinginkan sejak tadi, tamu yang hendak minumpun disediakan mangkok yang bersih yang dijamin kebersihannya tentu saja berbeda sekali dengan air teh yang disediakan ditengah gardu itu Setelah keempat orang itu mengambil tempat duduk masing masing Tong Bun huan segera berseru kepada nenek itu
"Toa nio sediakan empat mangkuk teh buat kami"
Nenek itu segera mengiakan dan cepat cepat menyiapkan sepoci air teh dan empat buah mangkuk putih kemudian sambil tertawa paksa katanya lagi
"Tentunya kek koan berempat belum bersantap siang bukan" Kami menyediakan bacang bapao dan kueh lainnya, semua hidangan baru siap pagi tadi, apakah kalian hendak mencicipinya" "
Keempat oran gitu segera meneguk habis air teh masing masing, sementara nenek itu memenuhi kembali cawan mereka yang telah kosong. Ujar ciok siu go kemudian-
"Baiklah toa nio, siapkan empat buah bacang asin dan empat buah ketan."
Nenek itu nampak kegirangan setengah mati baginya pesanan tersebut dapat menghasilkan keuntungan yang lumayan, maka sambil mengiakan berulang kali, dia segera menyiapkan delapan biji bakcang, empat pasang sumpit dan sepiring gula pasir yang semuanya dihidangkan keatas meja.
Bakcang itu sengaja dihidangkan masih utuh dengan pembungkusnya serta memperbolehkan para tamu untuk membuka sendiri tentu saja hal ini demi menjaga kebersihan Biarpun orang belum terlalu memikirkan soal kesehatan dan kebersihan pada masa itu, tapi bila si nenek kurus mengupaskan kulit pembungkus bakcang tersebut dihadapan tamunya dengan tangan yang kering, kurus dan penuh berkeriput, tantu banyak tamu yang akan menganggap hal tersebut menjijikan.
Itulah sebabnya ia mempersilahkan para tamu untuk meng upasnya sendiri.
ciok Siu go segera menerima bakcang tadi, memotong tali pengikatnya dan mengupas semua pembungkusnya, setelah itu, ia baru berkata sambil tertawa.
"Empek Seng, ayah, apakah kalian ingin mencicipi yang manis?"
Dengan jari tangannya yang halus dan lentik, tentu saja lebih terjamin kebersihannya ketimbang tangan si nenek yang keriput. Seng Bian tong segera tertawa terbahak bahak.
"Haa... haa... haa... aku dan ayahmu gemar makan yang asin, hidangan yang manis hanya disukai kalian orang orang muda."
Semua orangpun segera menggerakkan sumpit masing masing untuk melahap semua bakcang yang dipesan-Nyata sekali bakcang yang dibuat nenek itu memang lezat sekali bukan saja empuk nasinya pun gurih dan enak membuat orang jadi ingin makan sebiji lagi. Sambil tertawa nenek itu segera berkata
"Apakah kek kcan ingin menambah dengan beberapa biji lagi?"
ciok Siu go segera mengangkat kepala sambil bertanya
"Empek Seng ayah apakah kalian ingin tambah?"
"Tidak!! sudah cukup" tampik seng Bian tong "jika kalian mau tambah kalian saja yang pesan"
"Tidak kami pun merasa sudah cukup," sahut Tong Bun huan. Seusai berkata ia segera mengangkat cawan dan meneguk air teh itu setegukan namun pada saat itulah mendadak ia merasakan bibir bagian bawahnya terasa kaku.
Sebagaimana diketahui, Tong bun huan adalah sau Cengcu dari keluarga Tong di Szuchuan, sebagai keturunan keluarga Tong yang sangat ahli didalam ilmu beracun, ia segera sadar bahwa lapisan mangkuk yang mereka gunakan telah dlolesi racun oleh seseorang sehingga hal ini menyebabkan bibir bagian bawahnya jadi kaku.
cepat Cepat dia menyembur keluar semua air teh yang telah masuk ke dalam mulutnya itu, kemudian sambil membanting mangkuk tersebut keatas tanah, bentaknya dengan suara dalam:
"Siapa yang berani mengoleskan racun di sisi mangkuk"
Hayo jawab, siapa yang menyuruh kau berbuat begini?"
Tindakan yang dilakukan tersebut segera membuat Giok Lip Sam sekalian jadi tercengang, mereka lebih terkejut lagi setelah mendengar bahwa nenek itu telah mengoleskan racun disisi mangkuk mereka.
Nenek itu nampak dibuat kaget sehingga berdiri bodoh, sepasang matanya terbelalak lebar, diawasinya Tong Bun huan dengan ketakutan lalu sahutnya
"Kongcu... kau, mau apa kau..." Bila kau menganggap air teh kelewat dingin, biarlah aku sinenek memanaskannya sebentar..."
Tong Bun huan tertawa dingin.
"Hee hee heee... kau tak usah berlagak pilon lagi, siapa yang menyuruh kau mengoleskan racun disisi mangkuk kami...?"
-oo0dw0oo Jilid: 39 "Aaah... aahhah..."
Tiba tiba nenek itu menjerit kaget dan berseru agak tergagap:
"Kongcu maksudkan keempat mangkuk itu... tadi...
sebelum kek koan berempat datang kemari..."
Mendadak diawasinya keempat orang itu dengan ragu dan tidak melanjutkan kembali kata katanya.
"Hayo Cepat kau lanjutkan kata kata itu" desak Ciok Siu go segera, Dengan wajah serba salah nenek itu berkata:
"ooo... orang itu memberi sekeping perak kepadaku dan melarang aku mengatakannya..."
Ciok Siu go segera mengambil sekeping perak dan diletakkan diatas meja sambil ujarnya:
"cepat katakan asal kau bersedia berbicara uang ini menjadi milikmu"
"Sungguh?" seru nenek itu sambil memandang uang tersebut dengan pandangan rakus "baik akan kukatakan apa yang sebenarnya terjadi barusan ada seorang kek koan yang mengatakan bahwa sebentar lagi kek koan berempat akan tiba disini ia minta kepadaku si nenek untuk menggunakan keempat mangkuk tersebut untuk menuangkan air teh bagi kalian dan akupun menuruti perkataannya ."
"Bagaimanakan tampang wajah orang itu?" tanya Seng Bian tong kemudian.
Nenek itu berpikir sejenak kemudian baru berkata
"Kek koan itu berusia antara empat puluh tahunan perawakan tubuhnya tidak terlalu tinggi dan memakai jubah panjang berwarna hijau matanya buta satu. Aaah... benar dia punya dua gigi yang besar dan memelihara kumis model tikus... selain itu... jari tangan sebelah kanannya terdiri dari enam buah..."
Tidak sampai perkataan tersebut selesai diutarakan Seng Bian tong sudah membentak dengan suara dalam
"Kurang ajar.. kau berani sekali berbiara yang bukan bukan dihadapanku,"
Nenek itu segera menunjukkan giginya yang putih sambil tertawa cekikikan
"Besar amat emosi orang ini"
Kalau tadinya dia berbicara secara lambat lambat dengan suara yang parah dan berat maka ucapannya sekarang berubah jadi begitu mudadan merdu sekali malah sewaktu tertawa kelihatan barisan giginya yang putih bersih dan amat rapih.
Ciok Lip sam segera membentak
"Siluman perempuan ternyata kau yang sedang bermain gila!!"
Telapak tangannya segera diayunkan ke depan melancarkan sebuah pukulan.
Pada saat yang bersamaan Seng Bian tong melompat bangun juga dari tempat duduknya.
Nenek itu sama sekali tidak menghindar ataupun berkelit malah ujarnya sambil tertawa Cekikikan.
"Ciok loya Cu lebih baik tak usah menghambur tenaga dengan perCuma."
Ciok Lip sam adalah ketua dari Heng gi bun tenaga dalam yang dimilikinya amat sempurna namun anehnya didalam melancarkan serangannya kali initak setitik tenaga dalam pun yang dapat dipancarkan keluar
Kenyataan ini sangat mengejutkan hatinya dengan mata melotot dia segera membentak "Kau..."
Tong Bun huan dan Ciok siu go segera menyadari keadaan yang tak beres baru saja mereka bersiap siap hendak meloloskan pedang masing masing...
Mendadak nenek itu berpaling kearah Tong Bun huan dan berkata sambil tertawa merdu
"Hmm... percuma kau menjadi sau Cengcu dari keluarga Tong keluarga yang menyombongkan diri sebagai paling ahli dalam menggunakan racun nyatanya kalian toh tidak tahu akan perbuatanku ini" Hmmm bila aku sampai membiarkan kalian sadar akan keracunan percuma diriku terhitung satu diantara dua belas tusuk konde emas dari Lo Cu san-.."
Menyusul perkataan itu dia segera melepaskan selembar topeng kulit manusia yang amat tipis dari atas wajahnya dan melepaskan rambut palsunya yang beruban itu.
dalam waktu singkat dihadapan mereka berempat telah muncul seorang gadis muda berwajah cantik yang berambut panjang sebahu
Ciok Lip sam Seng Bian tong Tong Bun huan dan Ciok Siu go berempat segera bangkit berdiri namun mereka tak mampu bergerak lebih jauh karena tubuhnya mendadak jadi kaku seperti patung.
ooooooo Gadis muda itu segera berkata lagi sambil tersenyum manis.
"Aku dapat perintah dari hujin untuk menyambut kedatangan kalian berempat. untung saja kalian berempat sudi memberi muka padaku untuk itu kuucapkan banyak banyak terima kasih"
Hampir pada saat yang bersamaan Hui san taysu dari Siau limpay dan Giok ceng Cu dariBu tong pay yang berada dikaki bukit Bean san disebelah barat pegunungan Hong san telah mengalami pula suatu kejadian.
Dari arah timur membentang kearah barat bukit Bean san terdapat sebuah jalan kecil yang berbatu. Hui san taysu dari Siau limpay dan Giok ceng totiang dari Bu tong pay yang masing masing diikuti anak muridnya sedang menempuh perjalanan menembusi kaki bukit Bean san sebelah barat.
Didepan sana terbentang sebuah tanah berumput yang luas disisi lapangan tampak dua buah kereta kencana yang berwarna hitam pekat dengan kain tirai berwarna putih Seorang wanita cantik berambut panjang bergaun kembang kembang nampak berdiri disisi jala nan agaknya dia sedang menantikan sesuatu disana
Siapakah yang sedang dinantikan oleh perempuan cantik ini" Tentu saja bukan para hwesio atau kaum tosu bukan"
Tapi disaat Hui san taysu dan Giok ceng totiang hampir mendekati tanah lapang itu mendadak dengan wajah berseri dan senyum manis dikulum perempuan cantik itu segera maju menyongsong sambil tegurnya dengan girang:
"Aaah lo totiang dan lo suhu akhirnya tiba juga disini sudah lama sekali siauli menantikan kedatangan kalian disini"
Ternyata orang yang sedang ditunggu tunggu olehnya bukan seorang pemuda yang tampan melainkan tosu tua dan hwesio tua ini
Hui san taysu segera menghentikan langkahnya kemudian menegur.
"Ada urusan apakah li sicu menantikan kedatangan lolap dan Giok ceng toheng di tempat ini?"
Sekali lagi perempuan cantik bergaun kembang kembang itu tertawa genit.
"Aku mendapat perintah dari suhu untuk menantikan kedatangan lo suhu dan lo totiang ditempat ini"
Kemudian dia membalikkan badannya serta menunjuk kearah dua buah kereta kencana yang diparkir dibelakangnya itu sambil berkata lagi
"Apakah kalian sudah melihat kedua buah kereta kencana itu" Suhu berpesan agar mengundang lo suhu dan lo totiang sekalian naik keatas kereta"
"Siapakah suhu dari li sicu?" Hui san taysu segera bertanya.
Gadis cantik bergaun kembang kembang itu memutar sepasang biji matanya yang bening, kemudian menjawab:
"Siapakah suhu ku, lo suhu tentu akan mengetahui dengan sendiri bila kau sudah naik kedalam kereta serta tiba ditempat tujuan, kalau sekarang mah aku tak berani banyak berbicara..."
Sampai disini, dia segera meleletkan lidahnya.
Lidah yang merah lunak dan lembut itu mendatangkan rangsangan yang menggairahkan bagi siapapin yang melihatnya
Hui san taysu segera berkerut kening lalu katanya:
"Li sicu pandai amat bergurau, padahal lolap serta Giok ceng totiang sama sekali tidak kenal dengan gurumu kami tak berani mengganggu ketenangan kalian. harap li sicu segera memberi jalan"
"Kau mengatakan tidak kenal dengan guruku?"
Gadis bergaun kembang kembang itu segera tertawa cekikikan katanya lebih jauh
"Siapa sih yang sejak dilahirkan sudah punya teman banyak" Guruku sudah menunggu lama sekali harap lo suhu dan lo totiang segera naik kedalam kereta."
Agaknya Giok ceng totiang sudah mengetahui kalau gadis tersebut sengaja hendak mencari gara gara, maka dengan suara dalam ia segera menegur, "Li sicu tak usah banyak berbicara lagi hayo cepat menyingkir dari situ"
"oooh, galak benar lo totiang ini, siautit cuma melaksanakan tugas atas perintah guruku, mengapa kau malah membentak bentak diriku" Lo suhu, lo totiang bila kalian enggan memberi muka bagaimana caraku untuk memberi laporan kepada guruku nanti?"
Sambil tertawa nyaring Giok Cing totiang segera menukas,
"Nona tidak usah berlagak pilon lagi, bila kau mempunyai sesuatu maksud tujuan lebih baik utarakan saja secara terus terang"
Dengan wajah bersungguh sungguh nona cantik itu berkata
"Aku berbicara dengan sungguh hati guruku memang benar benar bermaksud mengundang kalian berdua"
Hui san taysu majU selangkah ke depan kemudian sambil merangkap tangannya di depan dada ia berkata,
"Seandainya lolap dan Giok ceng toheng menolak untuk memenuhi undangan tersebut" oooh hal ini mana boleh jadi?"
Tapi setelah mengerdipkan sepasang matanya yang bulat besar dan bening itu dan berpikir sejenak ia berkata lebih jauh
"Suhuku telah berpesan andaikata lo suhu dan lo totiang menolak untuk memenuhi undangan tersebut maka siauli diperintahkan untuk... untuk..."
Mendadak ia menghentikan kata katanya diiringi senyuman yang ramah dan manis Giok ceng totiang segera tersenyum.
"Jadi nona ingin berkelahi melawan Hui san taysu serta pinto ?"
"Benar!!" Setelah mengucapkan jawaban tersebut tiba tiba si nona bergaun kembang kembang itu mengerling sekejap kearah Giok Cing totiang kemudian serunya lagi dengan manis
"Lo totiang kau telah berpikir sampai di mana" Kalian yang satu adalah pendeta agung dari Siau lim si sedangkan yang lain adalah jago kenamaan dari Bu tong pay ilmu silatnya tentu amat hebat. bagaimana mungkin siauli mampu berkelahi melawan kalian berdua" Maksud guruku..."
Sambil tertawa kembali ia berhenti berbicara dan tidak melanjutkan kata katanya itu.
"Apa yang dikatakan gurumu?" Giok Cing tiotiang segera bertanya.
Nona bergaun kembang kembang itu tertawa cekikikan
"Suhu berpesan apa bila lo suhu dan lo totiang enggan ikut pergi maka kami dilarang untuk berkelahi dengan kalian dengan kepandaian kami yang begitu minim bagaimana mungkin dapat menandingin lo suhu serta lo totiang" Tapi kami toh bisa menyeret kalian pergi."
"Menyeret kami ?" kembali Giok Cing totiang tersenyum
"bagaimana cara menyeretnya ?"
"Suhu bilang bila tamunya enggan datang maka kami disuruh menyeretnya walaupun menyeret tamu bersifat memaksa tapi hal ini toh masih mencerminkan ketulusan hati majikan kami sekalipun tamunya tetap menolak, toh tak akan bentrok sehingga saling bertarung ?"
"Apakah nona hendak menyeret kami ?"
Gadis bergaun kembang kembang itu segera balik bertanya
"Apakah kalian berdua benar benar tidak bersedia ikut kami" Bila kalian memang keberatan terpaksa kamipun akan menyeret kalian berdua..."
"omintohud" Hui san taysu dari Siau lim si segera merangkap tangannya dimuka dada sambil berseru memuji keagungan sang Buddha, "apabila li sicu tidak menyingkir lagi dari situ, terpaksa lolap tak akan berlaku sungkan sungkan lagi"
Nona bergaun kembang kembang itu segera mencibirkan bibirnya dan berseru dengan suara mengambik.
"Dengan susah payah aku menempuh perjalanan jauh untuk menyambut kedatangan kalian disini, masa kalian tak mau mengikuti diriku ?"
"Li sicu, hayo cepat menyingkir dari situ" bentak Hui san taysu dengan suara dalam. Ujung baju kirinya tiba tiba dikebaskan ke depan denan kecepatan luar biasa.
Kepandaian yang dipergunakan untuk melancarkan serangan tersebut tak lain adalah ilmu Siu li kau kun yang merupakan salah satu ilmu sakti dari Siau limpay.
Begitu ujung baju tersebut dikebaskan ke depan, terasalah segulung tenaga pukulan yang amat lembut dan halus menyambar ke tubuh sinona bergaun kembang kembang itu Sesungguhnya si hwesio tua itu memang tak berniat melukai lawannya ia tak lebih hanya bermaksud mendesak nona bergaun kembang kembang itu agar mundur beberapa langkah dari tanah berumput itu sehingga jalan perginya tidak terhadang lagi.
Berbicara dari daya kemampuan yang dimilikinya, untuk memindahkan sinona bergaun kembang kembang sejauh beberapa langkah dari posisinya semula dengan tenaga dalam, sebetulnya bukan termasuk kejadian yang luar biasa.
Siapa tahu baru saja hwesio tua ini mengebaskan ujung bajunya, tiba tiba nona bergaun kembang itu miringkan tubuhnya dengan lincah seperti pohon yang liu terhembus angin dengan sebat sekali ia berhasil meloloskan diri dari ancaman tersebut. Mendadak teriaknya keras keras
"Hey, kalian cepat keluar mari kita turun tangan bersama untuk menyeret lo suhu dan lo totiang itu naik ke atas kereta."
Begitu dia berteriak. mendadak kain tirai yang berada dimuka pintu ruang kereta kencana tersebut disingkap orang, lalu bagaikan hembusan angin puyuh bermunculan tujuh orang gadis bergaun kembang kembang semua. Ditengah suara cekikikan yang ramai dan merdu bagaikan segerombolan kupu kupU yang beterbangan diatas bunga, mereka menyerobot ke arah Hui san taysu serta Giok Cing totiang.
Serentak dua orang anggota Lo han tong dari Siau lim si serta dua orang murid Bu tong pay yang berdiri disamping bertindak maju kemuka sambil membentak.: "Hey, apa yang hendak kalian lakukan?"
Kawanan gadis itu hampir semuanya memakai gaun kembang dan berusia diantara tujuh delapan belas tahunan, hal ini membuat kau sukar untuk membedakan lagi manakah pemimpin yang barusan telah berbicara dengan Hui san taysu serta Giok Cing totiang tadi. pada saat itulah terdengar seseorang berseru dengan suara yang amat merdu. "Lebih baik seret dulu keempat hwesio cilik dan tosu cilik itu naik keatas kereta"
"Benar" sambung yang lain dengan cepat, "mari kita seret mereka naik ke ataS kereta"
Maka ketujuh depalan orang nona itupun maju bersama Sama menerjang ke arah dua orang hwesio dan dua orang tosu itu sambil berseru dengan suara merdu: "Suhu silahkan naik keatas kereta "
"Totiang mari kita berangkat"
Dengan delapan orang nona harus menghadapi empat orang hwesio dan totiang berarti seorang harus berhadapan dengan dua orang lawan,
Kedua orang nona yang cantik dan manja itu, seorang dari kiri yang lain dari kanan segera menarik tangan para hwesio dan tosu itu sambil menyeret mereka menuju ke arah kereta kuda.
Kedua orang murid Lo han tong dari Siau lim si serta dua orang anggota Bu tong pay itu rata rata sudah berusia empat puluh tahunan, ilmu silat mereka sangat hebat dan berpengalaman sangat luas.
Tapi kali ini, entah apa sebabnya ternyata tak mampu berkutik atau memberi perlawanan barang sedikitpun setelah menghadapi kawanan nona nona cantik ini.
Ketika mereka diseret dan didorong oleh kawanan gadis itu menuju kearah kereta bagaikan orang yang terkena sihir saja, ternyata mereka tidak meronta atau melawan sebaliknya membiarkan diri mereka diseret dan didorong menuju kearah kereta dengan langkah sempoyongan.
Suara tertawa cekikikan yang merdu dan ramai segera mengiringi keberangkatan mereka menuju kearah kereta.
Dengan cepat Hui san taysu telah melihat bahwa keadaan tak beres, buru buru dia berseru dengan suara rendah
"Toheng, tampaknya kawanan gadis ini sedikit agak aneh, coba kau lihat, mereka telah turun tangan terlebih dulu terhadap mereka" (maksudnya keempat orang pengikut mereka).
Berbicara sampai disini, ia segera menjejakkan sepasang kakinya keatas tanah, lalu bagaikan seekor bangau abu abu dia menerjang kehadapan kereta kuda itu sambil bentaknya keras keras.
"Lepaskan mereka!!"
Kedua buah kereta kuda itu diparkir ditanah berumput, sedangkan tanah berumput itu berada ditepi jalan setapak yang jaraknya satu dua kaki saja.
Pada waktu itu, kedelapan orang nona bergaun kembang kembang itu sudah menyeret keempat orang hwesio dan tosu itu hingga tiba dimuka kereta, betapa terkejutnya mereka setelah melihat datangnya terjangan dari sihwesio tua dari tengah udara, jeritan kaget segera bergema memeCah keheningan.
Jeritan tajam menandakan kalau mereka terkejut, namun hal ini bukan berarti mengalahkan langkah mereka, sebab orang orang itu tetap melanjutkan perjalanannya dengan menyeret keempat orang korbannya naik keatas kereta.
Mendadak dari balik kereta muncul sebuah tangan yang kurus kering mencengkeram korban korban tersebut satu per satu dalam waktu singkat seorang hwesio telah diseret masuk kedalam kereta, menyusul kemudian cakar maut itu muncul kembali dan seorang hwesio lagi lagi terseret masuk.
Disana Hui san taysu telah menerjang tiba, kedelapan orang gadis bergaun kembang kembang itu telah menyebarkan diri, empat orang diantaranya segera menyongsong kedatangannya sambil berseru dengan gembira.
"Suhu tua, kaupun telah datang"
serentak mereka bergerak maju ke muka dan mengelilingi Hui san taysu rapat rapat. Terdengar seorang diantara gadis gadis tersebut berteriak lagi
"Suhu tua, kaupun kemarilah"
Suhu tua diiringi seruan seruan yang merdu ada tiga empat orang diantaranya yang segera menggerakkan jari jari tangan mereka yang lentik untuk menarik ujung baju hwesio tua itu bahkan ada pula yang menyelinap ke belakang tubuhnya serta mendorong dorong tubuhnya. Mereka semua seakan akan tidak tahu kalau hwesio tua ini adalah ketua Lo han tong dari Siau lim si yang memiliki ilmu silat sangat hebat mereka pun seakan akan tak pernah mempersiapkan diri untuk mengadapi serangan si hwesio tua itu dengan kekerasan.
Semantara keempat orang itu mengerubuti Hui san taysu maka keempat orang gadis lainnya segera berlarian pula mengerubuti Giok ceng totiang "Totiang tua, marilah ikut kami"
"Totiang tua, silahkan naik ke atas kereta "
Seperti juga rekan rekan lainnya, dengan cepat mereka menarik dan mendorong tubuh Giok ceng totian menuju ke arah kereta.
Berada dalam keadaan begini, tentu saja Hui san taysu tak akan membiarkan lawannya mendekati dirinya, dengan suara menggeledek dia segera membentak " jangan salahkan kalau pinceng akan turun tangan tanpa sungkan sungkan lagi "
Ditengah bentakan keras mendadak kedua ujung bajunya dikebaskan keluar dengan yang telah digunakan untuk mengebut ke arah si nona bergaun kembang kembang itu.
Kalau tadi dia hanya bermaksud untuk menggeserkan tubuh si nona bergaun kembang kembang itu dari posisinya semula sehingga gerakannya dilakukan amat pelan dan kekuatan yang dipakaipun lembut dan halus tanpa wujud apapun.
Berbeda sekali dengan tindakan yang dilakukan olehnya saat ini, setelah menyaksikan anak murid Siau lim si dan Bu tong pay yang mereka bawa diseret kedalam kereta, ia sadar bahwa kawanan siluman perempuan itu tidak mudah untuk dihadapi.
Sekali lagi sepasang ujung bajunya digetarkan keras keras, dua gulung tenaga serangan yang amat kuat, seperti gulungan ombak ditengah samudra langsung menerjang ke empat penjuru dengan kekuatan yang maha dahsyat.
jangan lagi tenaga manusia dinding pekarangan atau batupun pasti akan roboh dan hancur berantakan bila terlanggar tenaga serangannya itu.
Jeritan kaget segera bergema memecahkan keheningan, keempat orang gadis bergaun kembang kembang itu bagaikan kupu kupu yang terhembus angin puyuh serentak terbang memisahkan diri ke empat penjuru, bagitu dahsyatnya ancaman ini, hingga ujung baju yang mereka kenakan berkibar kencang
Mereka semua dengan gerakan tubuh yang begitu ringan seperti kupu kupu saja semuanya berhasil meloloskan diri dengan selamat.
ooooooo Sekalipun angin serangan yang dilancarkan hwesio tua maha dahsyat bagaikan amukan angin topan, nyatanya gadis gadis tersebut seperti tahu bagaimana caranya untuk menghindarkan diri.
Dengan menggerakkan tubuh mereka ke kiri dan kananentah bagaimana caranya, yang jelas kawanan gadis itu berhasil meloloskan diri dari daya tekanan yang maha dahsyat itu, malahan mereka dapat menyerobot maju lagi sambil meneruskan gerakan menarik dan mendorong tubuh si hwesio tua itu.
Tak terlukiskan rasa terkejut Hui san taysu menghadapi kejadian ini, dengan seksama diawasinya gerakan tubuh mereka sewaktu meloloskan diri dari ancaman serangannya, dimana ia memperhatikan segera tampaknya bahwa keempat gadis itu telah menyentilkan kesepuluh jari tangannya secara bersama sama disaat mereka sedang melejit untuk menyebarkan diri tadi.
Dari balik sela sela jari tangan mereka yang lentik dan indah, segera berhamburan sepuluh gulung asap tipis berwarna merah yang pada hakekatnya sulit untuk diperhatikan dengan mata telanjang begitu menyebar ke udara, asap tadi segera lenyap dan tidka berwujud lagi.
Satu ingatan segera melintas dalam benak hwesio tua itu, cepat cepat ia menutup semua pernapasannya lalu sepasang telapak tangannya diayunkan berulang kali melancarkan serangkaian serangan dahsyat.
Gerakan tubuh dari keempat orang gadis bergaun kembang kembang itu memang indah dan luar biasa, apa bila angin serangannya menyerang kesebelah timur, maka mereka yang berada diposisi timur segera bergerak mundur kebelakang bagaikan sedang menari saja
Tapi dibalik tarian yang indah menawan itu justru terkandung gerakan tubuh yang paling hebat dan tepat untuk melepaskan diri dari ancaman angin pukulan.
Disaat mereka yang berada di timur bergerak mundur, maka mereka yang berada di sebelah barat akan segera memanfaatkan kesempatan itu untuk menerobos masuk ke dalam dan menarik narik kembali ujung bajumu.
Begitu angin pukulanmu ditujukan kesebelah barat, maka mereka yang berada diposisi barat segera bergerak mundur ke belakang sementara mereka yang berada disebelah timur kembali menarik narik tanganmu
Begitulah keadaan selanjutnya, hal ini membuat kau akan menjadi pusing dan panik sendiri.
"Suhu tua, kau jangan jangan galak, kenapa sih mesti membacok tubuh kami?" terdengar seorang diantara gadis gadis bergaun kembang kembang itu berseru. Begitu seorang bersuara, yang lain pun segera ikut ikutan:
"Yaa betul, suhu tua, kau toh tak pantas memukul orang yang berbaik hati kepadamu, apa lagi kau tak pernah berbuat salah kepadamu, kenapa kau mesti bersikap galak?"
Tentu saja pernapasan seseorang tak mungkin bisa dihentikan untuk jangka waktu yang panjang, setelah berulang kali melepaskan serangannya mau tak mau Hui san taysu harus berganti udara. Padahal bubuk merah yang disebarkan lawan tak berbau dan tak berwarna lama kelamaan orang pasti tak akan memperhatikan ancaman darinya lagi.
"Aaah, tosu tua mau membunuh orang?" tiba tiba dari pihak lain kedengaran seseorang berteriak keras.
Setelah melepaskan beberapa buah serangan, keadaan Hui san taysu dipihak lain-Walaupun ilmu pukulan Tek kok ciang dari Bu tong pay adalah semacam ilmu pukulan yang khusus menahan kekerasan dengan kelembutan dan barang siapa terkena angin serangan tersebut tubuhnya akan mencelat jauh kedepan sana, tapi nyatanya kepandaian tersebut tak bermanfaat apa apa dalam menghadapi keempat gadis bergaun kembang kembang itu.
dalam keadaan begini, dengan kening berkerut ceng Im totiang segera meloloskan pedangnya sambil membentak.
"Maaf, apabila kalian ribut terus tak mau mundur dari situ, jangan salahkan apabila pinto akan melakukan pembunuhan secara besar besaran"
pedangnya segera diayunkan kemuka, serentetan cahaya pedang berwarna hijau segera menyapu kedepan bagaikan serentetan biang lala panjang, serangan itu tertuju ke arah kuda yang berada disebelah kiri.
(Kereta kuda yang berada disebelah kiri itu tak lain adalah kereta dimana keempat anggota Siau limpay dan Bu tong pay tersekap tadi).
Tujuan dari serangannya itu tentu saja berusaha untuk meloloskan dari keempat orang nona itu dan berusaha menolong keempat orang muridnya.
Tapi disaat serangannya hampir mencapai tirai kereta itulah, tiba tiba dari balik kain tirai kereta muncul sebuah cakar tangan yang kurus kering, dimana kelima jari tangannya itu menyambar, ternyata ujung pedang tersebut berhasil dicengkeramnya erat erat bahkan ditarik masuk ke dalam.
Tindakan tersebut sama sekali diluar dugaan Giok Cing totiang, padahal serangan pedangnya itu memang tertuju ke arah kereta tersebut, tapi pihak lawan bukan saja tak takut dengan ketajaman pedangnya, malah sambil menggenggam menariknya ke belakang bukankah hal ini sama artinya dengan melipat gandakan kekuatan serangannya "
Dalam terkejutnya cepat cepat Giok Cing totiang menghentikan gerakan tubuhnya lalu dengan sekuat tenaga pergelangan tangan kanannya meronta ke belakang Tapi saat itulah orang yang berada didalam kereta itu telah mengerahkan seluruh tenaganya untuk membetot kedalam, sedangkan Giok Cing totiang juga mengerahkan tenaga keluar, akibatnya kedua belah pihak sama sama saling membetot satu dengan lainnya.
Seandainya kejadian ini berlangsung pada situasi dan kondisi yang berbeda, maka kekuatan kedua belah pihak adalah seimbang dan siapapun tidak menderita kerugian apa apa, tapi berbeda sekali dengan keadaan pada waktu itu.
Keempat orang nona bergaun kembang kembang yang tadinya berhasil didesak mundur sejauh dua langkah oleh serangan pedang dari Giok Cing totiang, kini berbalik menerjang kembali kedepan bagaikan kupu kupu yang terbang diangkasa. Mendadak terdengar seorang diantaranya berseru keras
Sambil berseru ada empat buah telapak tangan yang lembut mendorong punggung Giok Cing totiang.
Berada dalam keadaan begini, tosu dari Bu tong pay ini terpaksa harus mengendorkan tangan kanannya sambil melepaskan pedangnya, kemudian sambil membentak keras dan membalikkan badan sambil melancarkan serangan dengan kedua belah tangannya.
Dengan cepat kedua orang gadis bergaun kembang kembang yang mendorong tubuh tosu itu menyelinap ke samping dan menghindarkan diri.
Saat itulah dua orang gadis bergaun kembang kembang lainnya bertindak cepat, mereka mengayunkan tangannya ke muka, dua buah sapu tangan kecil yang diayunkan segera menyiarkan bau harum yang semerbak.
Giok Cing totiang amat terperanjat cepat cepat ia menutup pernapasan sendiri.
Akan tetapi di saat Giok Cing totiang melepaskan pedangnya sambil membalikkan badan tadi, orang yang berada dalam kereta itu telah merebut pedangnya dan dengan menggunakan gagang pedang ia totok jalan darah Giok -heng hiat di belakang kepala Giok Cing totiang dengan jurus Tayhe jatuh terjungkir.
Giok Cing totiang segera merasakan pandangan matanya jadi gelap sedangkan keempat nona bergaun kembang kembang itu bersorak sorai dengan gembiranya. "Totiang tua sudah naik "
Keempat orang itu segera bekerja cepat dengan mendorong tubuh Giok Cing totiang naik keatas kereta.
Dengan begitu, kini tinggal Hui san taysu seorang.
Setelah menaikkan tubuh Giok Cing totiang ke dalam kereta, keempat orang nona bergaun kembang kembang itu kembali mengerubuti Hui san taysu secara ketat.
"Suhu tua, kini totiang tua sudah naik ke dalam kereta, silahkan kaupun naik ke atas kereta"
Sekarang Hui san taysu sudah tahu bahwa kawanan gadis bergaun kembang kembang itu bukan manusia sembarangan, dia pun tak dapat meraba identitas serta asal usulnya, dalam kaget dan marahnya ia segera mengeluarkan ilmu pukulan penakluk naga dan harimau, suatu pukulan dari Siau limpay yang maha dahsyat dan dihari hari biasa jarang digunakan.
Dalam waktu singkat pakaian yang dikenakan pendeta tua itu telah menggelembung besar seperti sebuah lampu lentera, dibalik gelembung itu penuh berisikan hawa murni yang luar biasa, sembari mengepal sepasang tinjunya kencang kencang, dia membentak dengan mata melotot amat besar
"Siapakah diantara kalian yang berani maju?"
Dengan cepat dua buah pukulan yang dahsyat segera dilontarkan kedepan-Ilmu ciang hong bu hoa kun dari Siau limpay adalah sejenis ilmu pukulan yang mengandalkan tenaga kang, begitu serangan dilancarkan daya kemampuannya sanggup menghancurkan batuan cadas dan merobohkan kayu besar, kehebatannya sungguh luar biasa dan sangat mengerikan hati.
Keempat orang ncna bergaun kembang kembang yang termakan oleh tenaga serangan tersebut, serentak membubarkan diri ke empat penjuru bagaikan kupu kupu yang terhembus angin kencang
Tentu saja mereka bukan terlempar tenaga serangan pendeta tua itu, melainkan menghindarkan diri secara lincah.
Kebetulan sekali dua orang gadis lain yang sedang memburu kehadapan hwesio itu tiba tiba saja mereka menjerit kaget seperti dua orang orangan yang terbuat dari rumput kering saja mereka menarik dan terlempar sejauh satu dua kaki lebih dari tempat semula.
Dua orang rekan lainnya segera menyadari akan datangnya ancaman bahaya, cepat cepat mereka miringkan badannya dan menghindarkan diri kesamping.
Hui san taysu sebagai ketua Lo han tong dari kuil Siau lim si sesungguhnya memiliki kepandaian silat yang maha dahsyat tapi setelah melancarkan serangan dengan ilmu clong Liong ho hou bun tadi, ia segera merasakan ada sesuatu yang tak beres.
Berbicara dari tenaga dalam yang dimilikinya, biarpun dia harus melancarkan lima enam ratus buah pukulan dengan sepenuh tenaga pun hal ini bukan suatu kesulitan baginya, ia pun tak bakal merasakan tenaganya tersendat sendat.
Tapi sekarang, baru dua serangan yang dilancarkan, ia sudah merasakan kekuatannya tersendat sendat dan tenaganya tak sesuai dengan keinginan didalam hati.
Tak terlukiskan rasa kaget pendeta tua itu ia sadar hal ini pastilah disebabkan bubuk merah yang disentilkan dari ujung kuku jari keempat orang siluman perempuan tadi, jangan jangan bubuk tersebut adalah sebangsa bubuk pembuyar tenaga"
Yang membuatnya lebih terperanjat bercampur keheranan adalah hilangnya daya kemampuan dari ilmu pukulan ciang Liong ho hou bun tersebut.
Diantara tujuh puluh dua macam ilmu silat aliran Siau limpay, ilmu pukulan ciang Liong ho hou bun menempati ururan kesembilan, dimana angin serangan tersebut dilancarkan, kekuatannya luar biasa sekali, apalagi bila terkena ditubuh, andaikata tidak matipun korbannya pasti akan terluka parah.
Justru karena hebatnya, maka selama ini berlaku larangan kepada murid siau limpay pada umumnya untuk berlatih kepandaian tersebut, hanya para tiangloo atau anggota pelindung hukum dari ruang Lo teng yang diijinkan melatih ilmu tersebut. Itupun disertai dengan embel embel larangan untuk dipakai secara sembarangan-Tapi dengan amat jelas dia menyaksikan ada dua orang gadis bergaun kembang kembang yang terkena pukulannya sehingga mencelat ke belakang, siapa tahu kedua orang gadis yang sedang meronta ronta waktu mencelat tadi, begitu mencapai atas tanah ternyata dapat berdiri dengan santai di sedikitpun tidak menunjukkan gejala terluka.
Bukan saja sama sekali tidak terluka oleh serangan tersebut malahan begitu mencapai tanah, sepasang kakinya segera menjejak ke atas lalu seperti dua gulung cahaya pelangi meluncur kembali dengan kecepatan luar biasa.
Padahal sela maini belum pernah ada seorang manusiapun yang dapat meloloskan diri dari seranagn ciang Liong hu hou kun tersebut dalam keadaan selamat.
Sudah hampir dua puluh tahun lamanya Hui san taysu memangku jabatan sebagai ketua Lo han tong dari Siau lim si, sedang tugas dari ruang Lo han tong adalah mengadakan hubungan kontak dengan pelbagai perguruan didunia persilatan, dengan sendirinya pengalaman serta pengetahuannya amat luas.
Tatkala ia saksikan kedua orang gadis bergaun kembang kembang itu sama sekali tidak terluka oleh serangan ciang Liong hu hou ciang, semua hatinya agak terkejut, kemudian seperti memahami akan Sesuatu segera pikirnya dengan perasaan terkesiap
"jangan jangan yang mereka pergunakan adalah tarian iblis langit ?"
Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata, secara beruntun sipendeta tua itu sudah melancarkan dua buah pukulan, ia merasa kekuatannya tersendat sendat, namun dalam situasi yang begitu kritis dan berbahaya ini, apabila ia tidak melancarkan serangan lagi, itu berarti dirinya akan tertangkap lawan-Sekali lagi ia membentak keras, ditariknya napas dalam dalam lalu segenap kekuatan yang dimilikiya dihimpun menjadi satu, kepalan kanannya melakukan sapuan kekiri untuk mendesak mundur ketiga orang nona bergaun kembang kembang yang bertugas memanfaatkan kesempatan untuk mendekatinya. menyusul kemudian tubuhnya berjongkok dan kaki kanannya melancarkan sebuah sapuan Sau tong tui untuk menyambar ketiga orang yang berada disebelah kiri.
Dalam perhitungannya cukup dnegan kedua buah serangan tersebut ia sudah berhasil mendesak keenam orang itu kesamping, lalu sambil melontarkan sepasang kepalannya ia bisa mendesak mundur dua orang yang mendesak kearahnya.
dengan begitu secara otomatis diapun bisa meloloskan diri dari ancaman mereka.
Betul hawa murninya tersendat sendat seperti tak lancar, tapi ia masih mampu untuk menahan diri serta melepaskan diri dari musibah tersebut, ia yakin musuh musuhnya belum tentu dapat mengejarnya.
Tentu saja jalan pemikiran ini memang tepat dan bagus, karenanya tanpa pedulikan kedudukannya sebagai ketua ruang lo han tong dari kuil Siau lim si lagi, dia segera mengambil keputusan untuk angkat kaki dari sana.
Sayang sekali dia sudah salah perhitungan, ketika kepalan kanannya diayunkan ke depan, daya kekuatannya sudah jauh lemah, menanti kaki kanannya melancarkan sapuan, tubuh yang sebenarnya melejit ke udara itu mendadak kehilangan tenaga sama sekali, bukan saja dia gagal untuk melompat pergi dari sana, malahan sebaliknya ia jatuh terjebak ke atas tanah.
Kedelapan orang gadis bergaun kembang kembang itu segera melompat maju ke depan, yang menggotong badan menggotong badan, yang mengangkat kaki pun mengangkat kaki diiringi suara tertawa cekikikan yang ramai, mereka menaikkan tubuh pendeta tua keatas kereta.


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hui san taysu dapat mengikuti semua kejadian itu dengan jelas, sayang ia tak berdaya untuk melawan karena sama sekali tak berkekuatan lagi, dalam keadaan demikian terpaksa ia pejamkan matanya rapat rapat sambil berbisik dalam hati.
"omintohud, omintohud..."
ooooooo sia an Cu adalah suatu tempat yang terletak antara perbukitan an hui dengan Kang say, bila berjalan menuju ke arah selatan, tempat itu adalah kuil Thio Ong Bio yang sudah termasuk kedalam wilayah Kang san-
Walaupun tempat itu sudah jauh meninggalkan daerah pegunungan Hong san , namun jarang sekali orang berlalu lalang disana, dilihat dari tanah perbukitan yang tinggi rendah tidak mereka, seakan akan tempat itu masih termasuk kaki bukit Hong san-Antara Sin un ciu dengan kuil Thio Ong Bio terdapat sebuah bukit kecil, letaknya persis pada lintas antaraan hui dengan Kay say, letaknya begitu tapi setiap orang yang melalui tempat tersebut harus melalui bukit tersebut.
Saat itu waktu menunjukkan tengah hari. matahari dibulan lima terasa panas sekali bagaikan sangat api ditambah pula saat itu merupakan saat yang terpanas
Sebagian besar orang yang melalui jalan bukit itu rata rata bermandikan keringat, melepaskan pakaian dibagian dadanya dan merasa sangat dahaga. Saat itulah, tampak ada empat bayangan manusia berjalan menuruni bukit itu, Keempat orang ini bukan saja tidak mandi keringat pun tidak membuka kanCing baju bagian dadanya bahkan gerak gerik mereka kelihatan amat lembut dan gagah.
Mereka tak lain adalah ketua Heng san pay Liok Tiong goan yang baru turun dari perkampungan Kui Im san ceng di bukit Hong san, bersama ketua Lek hap bun Ki Cu ho, ketua Tiam cong pay Cia Yujin dan adik dari Ki Cu ho yaitu Ki Cu yu.
Dari keempat orang tersebut, tiga diantaranya adalah ketua suatu perguruan besar, sedang yang lain adalah pemilik perkampungan keluarga Ki, tentu saja sikap mereka jauh berbeda dengan orang biasa.
Dibawah tebing Siau ni nia terbentak sungai dengan air yang jernih serta sebuah hutan pohon siong disisi hutan terdapat beberapa buah batu Cadas yang khusus disediakan bagi orang untuk melepaskan lelah
Sambil menghentikan langkahnya Ki Cu ho segera berpaling dan katanya sambil tertawa:
"Saudara Liok. saudara Cia bagaimana kalau kita beristirahat sejenak disini sebelum melanjutkan perjalanan kembali ?" Liok Tiong goan tertawa terbahak bahak
"Haahh... haah... haah... nampaknya saudara Ki sudah ketagihan merokok, kau ingin duduk sebentar untuk merokok bukan...?"
"Tempat ini memang sangat indah dan lagi rindang" ujar Cia Yujin pula, "tak ada salahnya kalau kita beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan"
Mereka pun mencari tempat duduk masing masing diseputar tempat yang rindang itu.
Baru saja Ki Cu hoo mengisi huncweenya dengan tembakau dan belum sempat disulut api,
tiba tiba... Suara tertawa merdu bergema dari balik hutan, lalu kedengaran seseorang menegur "Apakah kalian berempat baru tiba sekarang?"
Menyusul perkataan itu, dari balik hutan muncul seorang perempuan cantik berambut perak dan berwajah seperti bunga tho.
Dia bukan lain aalah ketua Sau hoa bun Hoa Siang siang yang pernah ditemui dipertemuan puncak bukit Hong san, dibelakangnya mengikuti pula empat orang dayang berbaju hijau. semuanya berwajah kaku dan dingin mendatangkan kesan menyeramkan bagi siapapun yang memandangnya.
Melihat kemunculan Hoa siang siang yang sangat mendadak itu, keempat orang itu serentak meningkatkan kewaspadaan masing masing
Apalagi Sao hoa bun ini diingat dari rambutnya yang beruban seharusnya sudah berusia tujuh delapan puluh tahun, tapi berbicara dari wajahnya yang segar seperti baru berusia tujuh delapan belas tahunan hal ini sudah menimbulkan kecurigaan yang besar bagi mereka.
Dengan pandangan tajam Liok Tiong goan memperhatikan sekejap wajah Hoa siang siang lalu sambil menjura ia berkata
"Nyonya, kita seperti telah bersua dibukit Hong san ?"
"Aku bukan nyonya, aku adalah Sau hoa buncu" ucap Hoa Siang siang sambil tersenyum. "oooh..."
Liok Tiong goan menjura sambil katanya lagi, "Rupanya kau adalah Hoa buncu, maaf, maaf..."
Ki Cu hoo menyulut huncweenya dengan api kemudian mengisapnya beberapa kali setelah itu dia bertanya.
"Apakah Hoa buncu pun kebetulan lewat disini ?"
Tiba tiba Hoa siang sian tertawa cekikikan, setelah mengerling sekejap dengan genit, ia berkata sambil tertawa merdu: "Aku toh sedang menunggu kalian"
Walaupun ucapan tersebut mirip kata permainan, tapi sudah jelas dibalik perkataan itu masih terdapat sesuatu yang tak beres.
"Apa maksud dari perkataan Hoa buncu itu?" Cia Yujin segera bertanya.
Sebagai seorang ketua perguruan, di hari hari biasa dia jarang sekali bergurau, karenanya sikap Hoa Siang siang yang genit dan jalang itu segera menimbulkan perasaan muak didalam hatinya:
sekali lagi Hoa Siang siang tertawa merdu
"Masa kau masih belum paham" Aku mendapat perintah untuk menunggu kalian disini"
Cia Yujin segera menarik mukanya, kemudian menegur:
"Aku paling tidak senang bergurau dengan orang lain, lebih baik Hoa buncu jangan bergurau"
Melihat sikap keras lawan bicaranya, dengan cepat Hoa Siang siang menarik wajahnya pula setelah mendengus serunya:
"Kau anggap aku sedang bergurau denganmu" Hmmm manusia she Cia maCam dirimu itu tak pantas...."
"Hoa buncu, harap kau jangan salah paham..." cepat cepat Ki Cu yu menengahi
"Salah paham" Hoa siang siang segera tertawa dingin, "Cia Yujin, tak ada salahnya kuberitahukan kepadamu, sudah cukup lama aku menantikan kedatanganmu disini yang kutunggu tak lain adalah kau manusia she Cia, nah manusia she Cia kau tak usah kembali ke bukit Tiam cong lagi "
"Hmmm, dengan kemampuan Hoa buncu apakah kau bisa menghalangi niatku ?" jengek Cia Yujin sambil tertawa dingin-Ketika Ki Cu ho melihat kedua belah pihak makin berbicara makin kaku, cepat cepat ia bangkit berdiri dan mendekati kedua orang tersebut sambil katanya:
"Kalian berdua sama sama sebagai ketua suatu perguruan besar, kenapa sih hanya disebabkan sepatah dua patah kata yang tak berarti sudah saling gontok gontokan sendiri."
Dengan sinar mata yang tajam, Hoa siang siang mendengus dingin-
"Hey orang she cia, dihapanku lebih baik kau menyerahkan diri saja dari pada melawan"
-Cia Yujin amat gusar sekali, tiba tiba ia membentak nyaring: "Perempuan siluman, besar nian baCot anjingmu itu"
"Hmm, apakah baCotku besar atau tidak sebentar kau toh akan mengetahui dengan sendirinya."
Menyusul perkataan itu Hoa Siang siang segera berpaling ujarnya kepada keempat orang dayang berbaju hijau itu.
"Siapa diantara kalian yang hendak mewakili aku untuk membekuk Cia Yujin?"
Dari keempat orang dayang tersebut, Sau Hoa segera menampilkan dirinya, setelah memberi hormat kepada Hoa Siang siang, dia maju ketengah arena
Sebagaimana telah diketahui, lidahnya telah dipotong sehingga tak mampu berbicara lagi, oleh sebab itu dia tetap membungkam diri dalam seribu bahasa. Sambil mengulapkan tangannya, Hoa Siang siang segera berseru: "Baiklah, sekarang juga kau maju dan bekuk dia, bila berani melawan, bunuh saja"
sekali lagi Sao hoa membungkukkan badannya memberi hormat sebagai ganti jawabann "Budak turut perintah"
Ia segera membalikkan badan sambii mengangkat tangan kanannya ke atas. "criiing..."
pedangnya yang telah diloloskan dari sarungnya itu segera diarahkan kehadapan Cia jin, sementara matanya menatap wajah lawannya tanpa berkedip maksudnya "Ayoh cabutlah pedangmu "
Hampir edan rasanya Cia Yujin menghadapi semaCam ini, bagaimana pun juga dia adalah ciangbunjin dari Tiam congpay, tapi pihak lawan Cuma mengutus seorang dayangnya untuk menghadapinya bahkan sempat melontarkan kata kata seperti "bila berani melawan, bunuh saja" jelas ucapan tersebut merupakan suatu cemoohan dan penghinaan yang sangat besar baginya.
Saking tak bisa menahan diri lagi, ia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa seram, lalu bentaknya keras keras:
"Hoa Siang siang kau memang terlalu menghina orang lain, jika punya kepandaian lebih baik maju sendiri, mari kita bertarung sampai salah seorang diantara kita roboh binasa "
"Hmm kau masih belum pantas untuk bertarung melawanku"jengek Hoa Siang siang dingin-Dalam pada itu Sau hoa telah melotot ke arah Cia Yujin dengan pandangan tajam, pedangnya digetarkan berulang kali sampai memperdengarkan suara dengungan nyaring artinya
"Mengapa kau belum juga mencabut keluar pedangmu?"
Liok Tiong goan yang menyaksikan peristiwa itu segera berkerut kening, katanya kemudian
"Hoa buncu, sebenarnya persilatan apakah yang terjalin antara kau dengan saudara cia" Persilatan yang bisa diselesaikan secara damai lebih baik diselesaikan saja dengan baik baik, apakah kau sama sekali tak sudi memberi muka kepada siaute maupun Ki ciangbunjin...?"
Tiba tiba Hoa Siang sian tertawa terkekeh kekeh.
"Hoa buncu apa yang kau tertawakan ?" Liok Tiong goan segera menegur.
"Liok ciangbunjin kau anggap aku hanya menunggu Cia Yujin seorang ?"
Dari perkataan tersebut, sudah jelas dia membuka maksud tujuan yang sebenarnya Sambil balas mengawasi lawannya lekat lekat Liok Tiong goan balik menegur: "Jadi Hoa buncu masih menanti orang lain" Siapakah dia ?"
Tiba tiba senyum manis yang semula menghiasi wajah Hoa Siang siang lenyap tak berbekas, dengan suara dingin ia segera menegur,
"Menurut pendapatmu, Cia Yujin datang kemari bersama siapa saja..?"
Mendengar ucapan mana, Liok Tiong goan segera tertawa terbahak bahak:
"Haaahhh... haaahhh haaahhh... maksud Hoa Buncu kau sedang menunggu kami berempat ?"
Ki Cu hoo segera menghembuskan asap huncweenya sambil maju selangkah ke depan, katanya pula sambil tertawa nyaring.
"Bagus sekali tampaknya Hoa buncu bermaksud membekuk kami semua, bukankah begitu ?"
Hoa siang siang menggerakkan pergelangan tangannya serta mempermainkan jari tangannya yang diberi cat kuku itu, lalu katanya pelan-"Masih ada seorang lagi yang belum datang"
"Siapakah dia " tanya Liok Tiong goan cepat.
"Tentu saja siaute"
kedengaran seorang menyambung dari kejauhan sana.
Suara itu muncul dari atas tebing.
Tanpa terasa semua orang berpaling ke arah mana berasalnya suara tersebut, tampak serombongan manusia sedang berlari menuruni tebing itu.
orang yang berjalan dipaling muka adalah seorang lelaki berperawakan tinggi besar, dia tak lain adalah pejabat pangcu dari Kay pang Kwa Tiang tay yang baru saja diangkat menjadi wakil Bengcu.
Dua orang yang berada di belakangnya adalah tianglo bagian latihan Ong Tin hay serta tiang lo bagian hukuman Seng Jin bin, disamping itu terdapat pula delapan orang murid Kay pang yang menggembol karung goni dan membawa tongkat kayu. Dengan gerakan yang cepat sekali mereka berdatangan kehadapan para jago.
Tidak menunggu perintah dari Kwa Tiang tay lagi, dengan cepat kedelapan orang murid Kay pang itu menyebarkan diri kesekeliling tempat itu
Hoa Siang siang mengangkat kepalanya sambil memperhatikan sekejap keadaan di sekeliling tempat itu, lalu ujarnya sambil tertawa.
"Kwa hu bengcu, kenapa sampai sekarang baru tiba ?"
Kwa Tiang tay tertawa tergelak.
"Tentunya kedatangan siaute belum terhitung terlambat bukan?"
Yaa, memang tepatpada waktunya," jawab Hoa Siang siang sambil mengangguk
Ki Cu ho yang menjumpai hal ini segera melirik sekejap kearah Liok Tiong goan, lalu ujarnya.
"Rupanya saudara Kwa telah mengadakan janji dengan Hoa Buncu."
sikap Kwa Tiang tay nampak sangat aneh dengan senyum tak senyum dia berkata:
"Padahal kamipun tidak berniat apa apa, Bengcu hanya berharap engkoh tua berempat sudi memberi muka kepadanya dengan mampir sejenak diBenteng keluarga Hee."
Dari perkataan tersebut keadaan menjadi semakin jelas, terutama mereka memang sengaja diutus oleh Hee Bengcu untuk melakukan penghadangan disana.
Ki Cu ho segera menghentak huncweenya sambil menegur dengan suara mendongkol.
"Sebenarnya apa maksud Hee Im hong?"
Kwa Tiang tay segera tertawa seram.
"BengCu hanya ingin mengundang kalian berempat mampir sebentar dibenteng keluarga Hee kami sama sekali tidak bermaksud apa apa."
Seandainya kami enggan pergi?" tanya Liok Tiong goan-
"Semua wakil dari pelbagai partai dan aliran telah berdatangan semua disana, bila Cuma kalian berempat yang keberatan, aku rasa hal ini kurang baik."
Padahal dari para wakil sembilan partai besar hanya ketua Hoa san pay Siang Han hui serta ketua Pat Kwa bun Hong Ci Cing bersedia mengUnjUngi benteng keluarga Hee sementara lainnya telah kembali ke gunung masing masing. Tapi sekarang Kwa Tiang tay justru mengatakan bahwa para wakil telah kesana semua bukankah hal ini berarti Hui san taysu dari Siau limpay Giok Cing totiang dari Bu tong pay Ciok Lip sam dari Heng gi bun Tong Bun huan dari keluarga Tong san sarta peluru baja Seng Bian tong sekalian telah dihadang jalan perginya serta dipaksa menuju ke benteng keluarga Hee"
-oo0dw0oo Jilid: 40 Sekalipun Liok Tiong goan tidak mau mempercayainya seratus persen, namun dia pun tidak membantah kemungkinan tersebut diam diam hatinya merasa amat bergetar.
Kendatipun demikian, perasaan hatinya itu tidak sampai diperlihatkan diatas wajahnya, sambil tertawa dingin ujarnya kemudian:
"Ketika Hee Im hong menyampaikan undangannya kemarin, kami telah menjelaskan kepadanya bahwa kami semua harus segera pulang ke gunung karena masih ada urusan lain, waktu itu diapun tidak memaksa kenapa Kwa loke justru menyusul kemari serta mengundang kami secara kekerasan ditengah jalan " Beginilah Caramu terhadap tamu
?" "Tak ada salahnya bila Kwa loko menyampaikan kepada Hee Bengcu bahwa kami masih ada urusan dan tak mungkin memenuhi undangannya biar maksud hatinya itu kami terima didalam hati saja"
Kwa Tiang tay segera merentang sepasang tangannya lebar lebar kemudian berkata:
"Siaute hanya datang kemari melaksanakan perintah dari BengCu apabila loko berempat menampik bagaimana mungkin siaute dan Hoa buncu mempertanggung jawabkan diri?"
"Sekali kami bilang tidak selamanya tidak. apakah Kwa loko hendak memaksa dengan menggunakan kekerasan?" seru Ki Cu hoo mulai gusar. Hoa Siang Siang segera tertawa terkekeh kekeh:
"Kwa hu bengCu aku lihat tak gunanya banyak berbicara keempat setan tua ini tak bakal melelehkan air mata sebelum melihat peti mati"
Cia Yujin segera berseru pula sambil tertawa tergelak:
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... saudara Ki, saudara Liok agaknya Hee Im hong memang sudah mempUnyai rencana bUSUk kita tak usah banyak berbicara lagi dengan mereka"
"criing " Ia membalikkan tangannya dan meloloskan pedang dari sarung kemudian sambil melotot kearah Sau hoa bentaknya keras keras.
"Harap nona menyingkir dari situ aku orang she Cia ingin mencoba kehebatan dari Hoa Siang siang siluman perempuan ini. ingin kulihat sampai dimanakah kehebatan yang dimilikinya sehingga begitu berani berbicara secara sesumbar."
Sau hoa yang berdiri dihadapan Cia Yujin tentu saja enggan menghindarkan diri melihat lawannya meloloskan pedang iapun tak berani berayal lagi. "sreet "
pedangnya segera digetarkan keras sambil melancarkan sebuah tusukan ke depan
Sebagai seorang ketua dari suatu perguruan besar Cia Yujin sungkan untuk bertarung melawan seorang dayang pedangnya segera didorong kemuka dengan taktik
"menempel" dan. criiing dia telah membuang tusukan pedang lawan keluar.
Dalam gerak serangannya barusan ia telah menggunakan salah satu diantara sembilan rahasia ilmu silat Tiam congpay asalkan pedang lawan kena ditempel oleh ujung pedangnya maka pihak lawan pasti akan punah, sehingga tubuhnya turut bergeser apalagi bagi mereka yang bertenaga dalam rendah bisa jadi tubuhnya akan menerjang ke muka sejauh satu kaki lebih.
Keturunan Pendekar 4 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Memanah Burung Rajawali 18
^