Makam Bunga Mawar 18
Makam Bunga Mawar Karya Opa Bagian 18
Tay Cao sudah berkata sambil tertawa dingin: "Dengan cara
bagaimana, nama tempat saja tidak tahu" Leng-hok-hwat
harap berlaku hati-hati dengan setan kecil yang banyak
akalnya ini, jangan sampai tertipu oleh akal muslihatnya."
Leng Biauw Biauw berkata sambil tertawa besar: "Khie
cianbunjin, dalam rimba persilatan dewasa ini, siapakah yang
berani main gila terhadap Leng Biauw Biauw dan Tang Siang
Siang" Kita hendak mengikuti Hee Thian Siang ini untuk
menjumpai May Ceng Ong. Setelah kita membereskan
perselisihan yang lama nanti akan lekas kembali! Kau boleh
menggali lobang untuk mengubur kudamu, tidak usah
mengkuatirkan diri kita!"
Sebelum Khie Tay Cao membuka mulut, Leng Biauw Biauw
sudah berkata kepada Hee Thian Siang sambil tersenyum:
"Hee Thian Siang, kita bersedia menjumpai May Ceng Ong,
kau dengan kera putih ini jalanlah lebih dulu untuk memberi
petunjuk kepada kita!"
Hee Thian Siang dengan hati pilu mengawasi kuda yang
sudah menggeletak menjadi bangkai, kemudian berkata
kepada Khie Tay Cao: "Khie Tay Cao, pada hari pembukaan
partai Ceng-thian-pay nanti, Hee Thian Siang hendak
menuntut balas untuk kuda yang patut dikasihani nasibnya ini.
Kau harus hati-hati untuk memberikan keadilan kepadaku!"
Sehabis berkata demikian, bersama siaopek keduanya lari
menuju ke selatan. Leng Swat Siangjin Leng Biauw Biauw dan Hok-thian Mo-
lie Tang Siang Siang, juga bertindak mengikuti jejak Hee
Thian Siang, hanya Khie Tiay Cao yang menyaksikan itu
dengan wajah pucat pasi, amarahnya meluap-luap, segera
tongkatnya digunakan lagi untuk mengempur batu yang tidak
berdosa. Setelah berjalan melalui 2 puncak gunung Hee Thian Siang
sambil berjalan berkata kepada Leng Biauw Biauw dan Tang
Siang Siang: "Hee Thian Siang ucapkan terima kasih kepada
locianpe berdua yang sudah memberi saluran tenaga kepada
Hee Thian Siang selagi menghadapi kesulitan, hingga Hee
Thian Siang berhasil mencabut tongkat Khie Tay Cao yang
berat itu!" "Urusan sepele ini tak perlu kau sebut-sebut lagi, satu hal
yang aku ingin mendapat keteranganmu. Menurut keterangan
Pek Thao Losat Phao Sam-kow, kau sudah dibokong olehnya
dengan memakan dua butir pil Kiu-han-tim, hingga tulang-
tulang sunsummu pada beku dan waktu itu sudah pingsan,
dengan cara bagaimana kau masih..." Berkata Leng Biauw
Biauw sambil tertawa. Phao Sam-kow meskipun seorang yang sangat kejam dan
jahat, tetapi Hee Thian Siang adalah orang yang masih
dilindungi oleh Tuhan, secara kebetulan Hee Thian Siang
ditemui oleh Ceng-mo Tiong-sun locianpe dan kemudian diberi
pertolongan, bukan saja tulang-tulang sumsun Hee Thian
Siang tidak sampai beku seperti es, sebaliknya malah dengan
dua butir pilnya kiu-han-tan Phao-sam-kow dapat menawarkan
racun api yang berada didalam tubuh Hee Thian Siang!"
Menjawab Hee Thian Siang sambil tertawa.
"Ho. ho, kiranya kau telah ketemu dengan Thian-gwa Ceng-
mo Tiong-sun Seng yang suka mengurusi orang" Tetapi
apakah Liok Giok Jie tahu kalau kau masih belum mati?"
Berkata Leng Biauw Biauw.
"dari mulut Tiong-sun locianpe, dia sudah tahu bahwa Hee
Thian Siang hidup kembali dari kematian, belum mati benar!"
Menjawab Hee Thian Siang sambil menganggukkan kepala!
"Dimana sekarang dia berada?" Bertanya pula Leng Biauw
Biauw. "Ketika dia mendengar keterangan bahwa Hee Thian Siang
masih belum mati dan melihat Hee Thian Siang hendak sadar
kembali, lantas pergi dengan tiba-tiba, katanya selanjutnya dia
akan menyucikan diri, tak mau menemui Hee Thian Siang
lagi!" Menjawab Hee Thian Siang.
Leng Biauw Biauw yang ada hubungannya dengan anak,
ketika mendengar ucapan itu lantas menarik nafas panjang,
hatinya berasa pilu. Hee Thian Siang yang sangat cerdik, melihat sikap Leng
Biauw Biauw ia sudah mengetahui bagaimana perasaan
nyonya tua itu, maka lalu berkata dengan suara lantang: "Leng
locianpe harap jangan kuatir. Nanti setelah pertemuan hari
pembukaan partai baru Ceng-thian-pay selesai, Hee Thian
Siang pun harus melakukan perjalanan keujung dunia, juga
akan menemukan adik Giok!"
Leng Biauw Biauw mendengar ucapan itu perasaannya
mulai lega, tanyanya sambil menatap wajah Hee Thian Siang:
"Kau nanti setelah menemukan Liok Giok Jie, apakah kau
masih akan mengecewakan cintanya terhadap dirimu?"
Wajah Hee Thian Siang menjadi merah, ia menggelengkan
kepala sebagai jawabannya.
Leng Biauw Biauw berkata pula sambil tertawa: "Kalau kau
tak akan mengecewakan harapannya itulah bagus! Apabila
kau melanggar janjimu ini, jangan salahkan kalau aku akan
berlaku kejam terhadapmu, aku nanti juga akan jadikan kau
patung es didalam goa Siang-swat-tong!"
Hee Thian Siang yang beradat tinggi hati dan keras kepala,
terhadap siapapun juga tak mau menyerah, ketika mendengar
ucapan itu, sepasang alisnya berdiri dan berkata: "Leng
locianpe harap jangan mengucapkan demikian, apa sebabnya
Hee Thian Siang tak akan mengecewakan hati Liok Giok Jie
ialah karena hati nurani tidak mengizinkan berbuat demikian,
apalagi semula lantaran dia, Hee Thian siang melakukan
perjalanan jauh kegunung Bi-san, untuk minta restu
dihadapana Makam Bunga Mawar. Bukanlah karena takut
ancaman locianpe, ketahuilah locianpe, bahwa Hee Thian
Siang adalah seorang yang keras kepala, selamanya tak
takut..." Leng Biauw Biauw berkata sambil tertawa geli: "Jikalau kau
bukan seorang yang keras kepala dan tinggi hati, sehingga
menyenangkan orang-orang, bagaiman Liok Giok Jie bisa
jatuh cinta kepadamu" Apa katamu tadi" Kau lantaran dia
telah menempuh perjalanan jauh kegunung Bin-san untuk
minta restu dari Makam Bunga Mawar, apakah artinya itu?"
Hee Thian Siang tahu bahwa Leng Biauw Biauw adalah ibu
kandung Liok Giok Jie, sedangkan Tang Siang Siang adalah
ibu kandung Hok Siu-im. Tetapi ia masih pura-pura tidak tahu
dan menceritakan seluruh perjalanannya mulai pertama pergi
kegunung Bin-san untuk minta restu Makam Bunga Mawar
dan kemudian ia mengadakan hubungan dengan Tiong-sun
Hui Kheng Hok Siu-Im dan Liok giok Jie, ketiga gadis itu
ternyata sama-sama jatuh cinta kepadanya, hingga
menyulitkan dirinya sendiri.
Kiu-thian Mo-lie Tang Siang Siang sehabis mendengar
penuturan itu lantas berkata sambil tertawa: "Peribahasa ada
kata: DIANTARA DUA WANITA ADALAH YANG MENJADI
SUAMINYA YANG SULIT! Tetapi kau masih memikirkan
sekaligus hendak mendapatkan ketiga gadis itu, benar-benar
hebat sekali kau ini!"
Hee Thian Siang mendengar ucapan itu lalu teringat
kepada diri Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang sendiri
yang menikah dengan seorang suami May Ceng Ong hingga
akhirnya timbul kericuhan demikian hebat.
Leng Biauw Biauw mengawasi Tang Siang Siang sejenak,
katanya sambil tersenyum: "Tentang Liok Giok Jie dan Hok
Siu Im kita semua sudah melihatnya, hanya Tiong-sun Hui
Kheng kita hanya tahu bahwa dia adalah anak tunggal Thian-
gwa Ceng-mo Tiong-sun seng. Bagaimana rupanya dan
kepandaian ilmu silatnya" Apakah dapat dibandingkan dengan
Liok Giok Jie dan Hok Siu Im?"
Hee Thian Siang berkata sambil menunjuk bintang-bintang
cemerlang diatas langit: "Liok Giok Jie dan Hok Siu Im, kita
boleh umpamakan bintang cemerlang diatas langit itu. "
"Dan bagaimana dengan Tiong-sun Hui Kheng?" tanya
Tang Siang Siang sambil tersenyum.
Hee Thian Siang sambil memandang bulan purnama diatas
langit, berkata: "Tiong-sun Hui Kheng kita boleh umpamakan
sebagai bulan yang berada dilangit itu!"
Kera putih siaopek yang paham bahasa manusia semula
ketika mendengar Hee Thian siang memuji Liok Giok Jie, Hok
Siu Im dan kemudian menyebut nama Tiong-sun Hui Kheng
perdelikkan sepasang matanya yang merah mengawasi Hee
Thian Siang, tetapi kini setelah dengan disebutnya nama
Tiong-sun Hui Kheng dan disebandingkan dengan rembulan,
lantas unjukkan tertawa girangnya dan sikapnya yang sangat
lucu. Siang Swat Sianjin Leng Biauw Biauw agaknya
menganggap Hee Thian Siang terlalu mengagumi Tiong-sun
Hui-kheng maka lalu berkata: "Aku tidak percaya bahwa
Tiong-sun Hui-kheng adalah seorang gadis yang demikian
baik. Aku ingin mendapat kesempatan untuk menyaksikan
sendiri!" "Tidak perlu mencari lain kesempatan, enci Tiong-sun Hui-
kheng itu kini sedang mengawasi May Ceng Ong locianpe,
disana menantikan kedatangan locianpe berdua" Berkata Hee
Thian Siang sambil tertawa.
Tang Siang Siang mendadak menghentikan langkahnya
dan bertanya sambil mengawasi Hee Thian Siang: "Hee Thian
Siang, kau barangkali sudah membohongi kita, sebetulnya
siapakah yang mengundang kita, May Ceng Ong atau bukan?"
"Harap locianpe jangan kuatir. Hee Thian Siang tak akan
berani mempermainkan locianpe berdua!" Berkata Hee Thian
Siang sambil memberi hormat.
Siang-swat Siangjin Leng Biauw Biauw juga melihat gelagat
telah tertipu oleh Hee Thian Siang, katanya dengan suara
dingin: "Hee Thian Siang, kau jangan coba mengelabui kita
dengan omongan manis lagi, May Ceng Ong tak mungkin
berada didalam rumah makan didesa kecil itu!"
Hee Thian Siang diam-diam mengagumi lihaynya nyonya
itu, ia berkata sambil tersenyum: "Dua locianpe memang betul,
May Ceng Ong locianpe memang tidak berada didalam rumah
minum didesa kecil, waktu itu oleh karena dihadapan goa
Siang-swat-tong terdapat banyak orang-orang Kie-lian-pay,
maka Hee Thian Siang terpaksa tidak berani berkata terus
terang!" Leng Biauw Biauw mengawasi Hee Thian Siang dalam-
dalam, katanya lambat-lambat: "Sekarang kecuali kau dan kita
berdua, sudah tidak ada orang lain lagi, kau seharusnya
sudah boleh berkata terus-terang!"
Hee Thian Siang menganggukkan kepala dan berkata
sambil tersenyum: "May locianpe sekarang ini berada didalam
kamar Bo-ciu-sek dilembah Leng-cui-kok digunung Ko-le-
kong-san!" Tang Siang Siang terkejut, tanyanya: "Jadi, dia sudah pergi
dilembah Leng-cui-kok digunung Ko-le-kong-san?"
Hee Thian Siang menganggukkan kepala, sementara itu
Leng Biauw Biauw lantas berkata: "Kamar Bo-ciu-sek
dilembah Leng-cui-kok adalah tempat kita yang lama, juga
merupakan suatu tempat yang menimbulkan kenangan sedih.
Kita tidak suka mengunjungi tempat itu lagi, ianya dapat
membangkitkan kesedihan perasaan dimasa yang lampau,
sebaiknya kau suruh May Ceng Ong datang sendiri kegoa
Siang-swat-tong digunung Kie-lian-san untuk menyelesaikan
persoalan kita yang lama!"
Sehabis berkata demikian, bersama Tang Siang Siang
hendak membalikkan diri, agaknya tidak mau melanjutkan
perjalanan lagi. Hee Thian Siang yang menyaksikan keadaan demikian,
dalam hati merasa cemas, kembali mengeluarkan kata-kata
untuk membohongi kedua nyonya itu lagi: "Leng dan Tang
locianpe harap jangan tergesa-gesa dulu. Apabila locianpe
berdua tidak mau pergi kelembah Leng-cui-kok digunung Ko-
le-kong-san, maka untuk selanjutnya tidak akan bisa bertemu
lagi dengan May Ceng Ong Locianpe!"
Beberapa patah kata itu benar saja membuat Leng Biauw
Biauw dan Tang Siang Siang membatalkan maksudnya,
sementara itu Leng Biauw Biauw lantas bertanya: "Apa artinya
ucapanmu ini?" Dengan pura-pura bersikap sungguh-sungguh, Hee Thian
Siang berkata: "May locianpe, entah mendapat gangguan apa,
telah kandung maksud hendak menghabiskan jiwa didalam
kamar Bo-ciu-sek itu!"
Mendengar ucapan itu, Kiu-thian Mo-lie tang Siang Siang
berkata kepada Leng Biauw Biauw sambil tertawa dingin:
"Bagaimana dia bisa berubah demikian jauh" Kini ternyata
hendak mengakhiri hidupnya untuk melepaskan tanggung-
jawabnya, kemana perginya sikap galak dan sombong
dahulu?" JILID 19 Leng Biauw Biauw hanya menjawab dengan menggerutu,
sementara itu, Hee Thian Siang telah berkata pula :
"Ketika Hee Thian Siang bersama enci Tiong Sun bersama-
sama pesiar di gunung Ko-le-kong-san, secara kebetulan telah
menolong May locianpwe dalam kesulitannya!
Tetapi tampaknya May locianpwe sudah bertekad dengan
maksudnya hanya terkecuali Leng dan Tang locianpwe, bisa
diundang datang ke kamar Bo ciu sek, untuk berjumpa
dengannya supaya menyelesaikan urusan dahulu, jikalau
tidak, dia akan mengakhiri hidupnya dengan jalan tidak mau
makan!" Leng Biauw Biauw mengerutkan alisnya dan tertawa getir,
lalu berkata kepada Tang Siang Ing : "Apabila dia binasa,
usaha kita selama bertahun-tahun ini bukankah juga akan sia-
sia belaka" Tampaknya kita terpaksa akan berkunjung ke tempat lama
dahulu, kita terpaksa akan melakukan perjalanan ke lembah
Leng cui kok." Tang Siang Siang masih belum menjawab, Hee Thian
Siang sudah melanjutkan ucapannya :
"Enci Tiong-sunku, oleh karena melihat May-locianpwe
terlalu berduka, maka ia berdiam di Ko-le-kong-san untuk
menghiburi May locianpwe, di samping itu ia suruh boanpwe
malam-malam berangkat ke gunung Kie-lian untuk
mengundang kedua locianpwe !"
Kebohongan itu disusun demikian rapi, hingga Leng Biauw
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Biauw dan Tang Siang Siang tidak sampai timbul
kecurigaannya. Maka bersama Hee Thian Siang dan siaopek,
sama-sama pergi menuju ke lembah Leng cui kok di gunung
ko-le-kong-san. Dalam perjalanan, Hee Thian Siang teringat kepada
tindakan Tang Siang Siang yang dahulu pernah menangkap
siaopek dari atas tebing, maka lalu bertanya kepada dua
nyonya tua itu sambil tertawa :
"Gerakan cianpwe berdua sesungguhnya sangat
mengagumkan Hee Thian Siang, entah itu apa namanya, dan
dari golongan mana?"
Leng Biauw Biauw menjawab sambil tertawa :
"Kepandaian ilmu silat kita, semua berasal dari golongan
sesat, gerakanku itu dinamakan Sin mo cit hong, sedang
gerakan Tang locianpwe dinamakan Thian mo bu eng !"
"Kepandaian ilmu sebetulnya tidak perlu dibagi-bagi
golongan baik atau sesat, pelajaran tergantung pada pikiran
dan hatinya, apabila jujur dan benar, sudah tentu akan
menghapus segala kejahatan. Sekalipun belajar dari golongan
baik-baik, apabila hatinya tidak benar-benar mudah saja
berubah menjadi iblis! Apabila menyadari kebenaran dan
menjalani kejahatan, sekalipun iblis juga bisa berubah menjadi
dewa!" berkata Hee Thian Siang sambil tertawa.
"Jika kau tidak pandang hina kepada ilmu dalam dari kita, di
kemudian hari mungkin kita akan menurunkan kepadamu
beberapa bagian!" berkata Kiu thian Moli Tang Siang Siang
sembari tertawa. Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu sangat
girang, baru saja akan mengucapkan terimakasih, Leng Biauw
Biauw sudah bertanya kepadanya :
"Kau kata bahwa setelah selesai pertemuan pembukaan
partai baru Ceng thian pai hendak pergi mencari Liok Giok Ji,
tetapi di dalam dunia yang luas seperti ini. . . ."
Dengan alis berdiri dan nada tegas, Hee THian Siang
memotong : "Dunia meskipun luas, toh tidak mungkin tidak ada
pangkalnya. Lautan meskipun lebar, tetapi sesungguh-
sungguhnya hati itulah merupakan tepinya. Hee Thian Siang
tidak segan melakukan perjalanan ke seluruh jagat, apabila
setahun tidak menemuinya, akan mencari terus sampai
sepuluh tahun, sepuluh tahun pun tidak dapat menemukan,
mencari terus untuk selama-lamanya. . . ."
Leng Biauw Biauw juga memotong ucapan Hee Thian
Siang, katanya sambil tertawa dingin :
"Menurut caramu mencari ini, sekalipun cintamu itu teguh,
tetapi Liok Giok Ji yang harus menantimu bertahun-tahun,
mungkin sudah akan menjadi tua, bukankah akan tetap
menjadi penasaran baginya?"
Hee Thian Siang dapat menangkap maksud ucapan Siang
swat Sianjin Leng Biauw Biauw ada mengandung arti dalam.
Maka lalu memberi hormat dan berkata sambil tertawa :
"Apakah Leng locianpwe dapat menduga, di mana tempat
mengasingkan diri Liok Giok Ji" Tolong locianpwe memberi
petunjuk bagi Hee THian Siang!"
"Kau benar-benar sangat pintar, meskipun aku dapat
menduga tempat di mana Liok Giok Ji berdiam, tempat itu
rasanya tak lebih dari empat tempat. Tetapi aku hanya
berharap kau dapat menemukan padanya di tiga tempat yang
terdahulu. Jika tidak, kau pasti akan membuang banyak waktu
!" berkata Leng Biauw Biauw sambil menganggukkan kepala.
"Tiada tempat yang Leng locianpwe duga tersebut,
dimanakah letaknya tempat itu?"
bertanya Hee Thian Siang.
"Aku tidak dapat memberi penjelasan, harus kau sendiri
yang memikirkan, tiga tempat yang kumaksudkan itu adalah
puncak gunung Kun-lun, goa gunung Tay pa san dan lembah
di gunung Ciong Lam san!" berkata Leng Biauw Biauw sambil
tertawa. Begitu mendengar disebutnya puncak gunung Kun-lun, Hee
Thian Siang tahu bahwa tempat itu yang ditunjuk adalah
tempat dimana Liok Giok Ji dahulu dibesarkan dan dididik
sebagai murid golongan Kun-lun, sedang goa di gunung Tay
pa san yang dimaksud adalah tempat di mana Liok Giok Ji
dahulu telah melakukan perbuatan yang tak diduga-duga
dengannya dahulu, tentang lembah di gunung Ciong lam san,
sebaliknya merasa agak bingung. Pikirnya, "gunung Ciong lam
san terdapat banyak puncak dan lembah-lembah, lembah
manakah yang dimaksudkan dengan lembah gunung Ciong
lam" Apakah yang dimaksudkan itu adalah Lembah Kematian,
yang dahulu pernah digunakan oleh Ketua Lohu pai dan ketua
Tiam cong pai mengadakan pertandingan mati-matian ?"
Setelah berdiam untuk berpikir sekian lama, kembali ia
berkata kepada Leng Biauw Biauw;
"Numpang tanya kepada Leng locianpwe, di mana letak
tempat keempat yang Leng locianpwe maksudkan ?"
Siang Swat Sianjin Leng Biauw Biauw menggeleng-
gelengkan kepala, lalu berkata sambil menghela nafas :
"Apabila Liok Giok Ji berada di tempat keempat yang
kumaksudkan, barangkali sekalipun kau menggunakan
banyak akal, juga tidak ada harapan untuk menyambung
hubungan cinta kasihmu lagi !"
Dengan perasaan heran Hee Thian Siang bertanya :
"Tempat itu sebetulnya terletak di mana?"
"Tempat itu dinamakan Istana Sunyi !" menjawab Leng
Biauw Biauw. Hee Thian Siang oleh karena selama itu belum pernah
mendengar nama "Istana Sunyi" itu, maka alisnya dikerutkan,
tanyanya dengan heran : "Tempat yang dinamakan Istana Sunyi itu, siapakah yang
mendiami" Dimana letaknya?"
"Aku sendiri juga tidak tahu, siapakah yang mendiami
tempat yang dinamakan Istana Sunyi itu" Mengenai letaknya,
lebih-lebih sangat asing, ada yang mengatakan berada di
tengah-tengah gunung Swat san, ada pula orang kata di dasar
Toa-hai. Tetapi aku banyak tahu bahwa tempat itu adalah
tempat berkumpul orang-orang yang telah patah hati, orang-
orang yang berdiam di situ semuanya pernah mengalami
kegagalan dalam hidup atau cinta, maka semuanya sudah
mempunyai riwayat diri sendiri tentang patah hati mereka.
Semuanya sudah berubah menjadi roang-orang yang sifatnya
sedih, yang menjauhi segala keduniawian. Sifat yang aneh itu
sudah menjadi sedemikian rupa, sehingga tidak menginjinkan
seekor burung atau seekor binatang pun juga yang memasuki
golongan mereka!" menjawab Leng Biauw Biauw sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya.
Hee Thian Siang yang mendengar keterangan itu benar-
benar merupakan suatu hal yang belum pernah didengar pada
sebelumnya, tetapi dengan tiba-tiba
timbul perasaan curiganya, sambil menatap Leng Biauw Biauw ia bertanya
pula : "Leng Locianpwee, bagaimana Locianpwee tahu ada
tempat yang dinamakan Istana Sunyi itu" Dan bagaimana
pula bisa tahu jikalau penghuni Istana itu merupakan orang-
orang yang sifatnya sangat aneh?"
"Pertanyaanmu ini memang sangat beralasan. Dengan
secara kebetulan aku berjumpa dengan salah seorang
penghuni aneh di dalam Istana Sunyi itu, dia menasehiati aku
supaya meninggalkan keduniawian dan berdiam disana,
supaya membiarkan kesunyian untuk menghabiskan sisa
hidup kita, barulah aku tahu bahwa di dalam dunia ini ternyata
masih ada suatu tempat yang sangat aneh itu!" Berkata Leng
Biauw Biauw. "Orang aneh itu sudah menasehati locianpwee
meninggalkan keduniawian, bagaimana jawab locianpwee
kepadanya?" "Aku menjawab kepadanya, aku harus menunggu untuk
menyelesaikan persoalan kita lebih dahulu, barulah bisa
mengambil keputusan untuk pergi ke Istana Sunyi itu atau
tidak?" Oleh karena banyak pengalaman hidupnya yang sangat
aneh, terutama setelah bertemu dengan Thian-ie taysu dan
sam-ciok Cinjin, maka Hee Thian Siang tahu benar bahwa di
dalam dunia ini, entah masih ada berapa banyak orang-orang
rimba persilatan bersifat aneh yang berdiam di tempat-tempat
yang sangat asing. Maka ketika mendengar ucapan itu lantas
berkata : "Kalau demikian halnya, orang aneh itu tentunya masih
mengadakan perjanjian dengan locianpwee untuk bertemu
lagi?" "Orang aneh itu menamakan dirinya sendiri, Tuan
Kesunyian. Tindak tanduknya sangat aneh, jejaknya tidak
menentu. Dia bilang bahwa orang yang berdiam di dalam
Istana Sunyi, belum pernah terlibat dalam urusan dunia kang-
ouw, Maka setelah selesai hari pembukaan partai baru Leng-
Thian-Pay nanti, dia akan datang untuk mencari aku lagi!"
Berkata Leng Biauw Biauw sambil menganggukan kepala.
Hee Thian Siang diam-diam mengingat baik-baik tempat-
tempat yang disebutkan itu, sambil melanjutkan perjalanan,
dia bertanya pula kepada Leng Biauw Biauw :
"Persoalan yang masih belum diselesaikan oleh locianpwee
itu apakah persoalan yang menyangkut diri May Ceng Ong
locianpwee?" Leng Biauw Biauw menganggukan kepala dan Lee Thian
Siang pura-pura bertanya lagi :
"Sekarang asal kita sudah tiba di kamar Bo - Sek di lembah
Leng-Cui-Kok, sudah tentu bisa bertemu dengan May
locianpwee, dan bagaimana pikiran Leng locianpwee
mengenai nasehat Tuan Kesunyian itu?"
Leng Biauw Biauw saling berpandangan sejenak dengan
Tang Siang Siang, kemudian dengan sikap agak marah,
jawabnya dengan suara dingin :
"Dalam pertemuan ini, apabila May Ceng Ong membunuh
kita, sudah tentu segala sudah selesai. Apabila kita
membunuh May Ceng Ong aku akan memikirkan nasehat
Tuan Kesunyian dan biarlah dia menyambut kita untuk pergi
bersama-sama ke Istana Kesunyian untuk menghabiskan
hidupku !" Hee Thian Siang mendengar jawaban itu sepasang alisnya
dikerutkan, ia berlaku pura-pura tidak tahu, dan bertanya
kepadanya: "Locianpwee berdua, dengan cara bagaimana telah terbit
permusuhan demikian dalam?"
Tan Siang Siang yang sejak tadi tidak turut bicara, lalu
berkata sambil menggelengkan kepala :
"Inilah merupakan suatu persoalan lama dimasa yang
lampau, terhadap orang luar kita sudah lama tidak mengungkit
lagi, maka kau juga tak perlu bertanya! Kalau waktunya sudah
tiba, kita dengan May Ceng Ong yang hampir duapuluh tahun
lamanya dulu pernah bertemu muka, dan selama ini dia. ."
Hee Thian Siang yang sudah lama memikirkan dengan
cara bagaimana untuk melenyapkan segala ganjalan sakit hati
antara ketiga bakal mertuanya sendiri itu, begitu melihat ada
kesempatan untuk bicara, maka lantas berkata :
"May locianpwe agaknya mempunyai kesulitan yang sangat
besar, agaknya dirundung penderitaan bathin yang sangat
hebat, selama waktu ini setiap hari minum arak sampai
mabok, dan menyanyikan sajak-sajak yang bersifat sedih,
Kadang-kadang jika sudah menyanyikan, lantas menangis
seperti anak kecil!"
Leng Biauw Biauw lantas berkata sambil tertawa dingin,
"Kalau benar dia setiap hari minum sampai mabok dan
bernyanyi-nyanyi, itu suatu bukti bahwa dia bersenang hati,
masih ada kesedihan apa?"
"Meskipun May locianpwe setiap hari minum arak sampai
mabok dan bernyanyi-nyanyi, tetapi arak dalam cawan,
setengahnya dicampur oleh air matanya sendiri, dan sajak
yang dinyanyikan, juga selalu tidak berubah kata-katanya!"
Berkata Hee Thian Siang. Tan Siang Siang berseru: "Oo!" kemudian bertanya sambil
menatap Hee Thian Siang: "Tahukah kau kata-kata apa yang
dinyanyikan olehnya?"
"Kata-kata itu adalah petikan dari sajak penyair besar Li Gi
San di zaman Tong-ouw, setiap hari May locianpwee mabok
arak, pasti menyanyi-nyanyi dengan sajaknya itu, Habis
menyanyi, lantas menangis! Kata-kata yang dinyanyikan itu
selalu adalah : "Penghidupan perempuan lacur ternyata hanya impian,
perempuan beribadat memang tiada prianya: Kalau bukan itu,
dia menyanyikan sajak yang berbunyi, 'Ulat sutera sampai
mati baru habis suteranya, lilin yang menyala sudah menjadi
abu air mata baru kering!"
Leng Biauw Biauw telah mengulangi beberapa kali bunyi
sajak itu, kemudian dengan tiba-tiba berkata dengan Tan
Siang Siang: "Menurut keterangan Hee Thian Siang laote sikap dan
tindak tanduk May Ceng Ong rupa-rupanya sudah mengetahui
keadaan kita yang sebenarnya dimasa lalu, Oleh karenanya
marasa menyesal sekali atas tindakannya yang terburu
napsu!" Kiu-thian Mo-li dan Siang Siang yang adatnya agak lebih
besar daripada Leng Biauw Biauw ketika mendengar ucapan
itu, lantas menganggukkan kepala dan berkata sambil
tersenyum : "Dugaanmu ini mungkin benar, jikalau tidak bagaimana
setiap hari dia menyanyikan sajak Ulat sutera sampai mati
baru habis suteranya, lilin yang menyala sudah menjadi abu,
air mata baru kering ?""
"Tidak perduli ia sudah mengetahui kesulitan kita dahulu,
atau tidak, Dan kini dia sudah menyadari kesalahannya
sehingga setiap hari minum arak untuk melampiaskan
kesusahannya, tetapi sakit hati kita yang sudah tertimbun
selama duapuluh tahun, tidak boleh tidak kita harus
lampiaskan!" Tang Siang Siang menganggukkan kepala dan berkata:
"Itu sudah tentu, dia bukan saja sudah menyakiti hati kita.
tetapi juga sudah mengakibatkan kedua anak perempuan kita
Liok Giok Ji dan Hok Siu Im sampai menjadi merana. . . . ."
Berkata sampai disitu, seolah-olah sadar bahwa terlepasan
omong, maka saat itu lantas diam dan bersama-sama Leng
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Biauw Biauw mengerahkan ilmunya meringankan tubuh,
secepat kilat bergerak menuju kelembah Leng-cui-kok.
Hee Thian Siang dan siaopek masing-masing juga
mengerahkan ilmunya meringankan tubuh untuk mengikuti
jejak dua nyonya tua itu, dalam hati Hee Thian Siang diam-
diam merasa geli, atas sikap bakal mertuanya itu.
Gunung Ko-le-kong-san keadaannya masih tetap seperti
sediakala. Meskipun Leng Biauw Biauw masih merasa perih dalam
pengalamannya dimasa lampau, tetapi ketika tiba ditempat itu,
perasaan dan kenangan manis yang sudah-sudah timbul
kembali, Dengan memandang burung-burung yang
berterbangan hendak pulang kesarang, perasaan terharu
timbul dengan tiba-tiba, dari mulutnya terdengar suara
nyanyian lirih: "Orang-orang lama semua sudah menjadi tua,
burung-burung baru kembali pulang kesarangnya. . . . ."
Mendengar itu, Hee Thian Siang lantas berkata sambil
tertawa: "Orang-orang yang lama, kalau benar semua sudah
menjadi tua, maka apa perlunya masih diingat hari-hari yang
sudah lampau" Kedua Locianpwee tentunya tahu, pepatah
yang pernah mengatakan 'walau mendapat sejengkal tanah,
dimana tidak bisa memberi tempat untuk tinggal" Boanpwe
harap Locianpwee semoga bisa berlaku bijaksana dan akur
kembali dengan May Locianpwee, Inilah yang akan
membahagiakan rimba persilatan!"
Mendengar ucapan itu, Tergeraklah hati Leng Biauw Biauw,
ia memandang Hee Thian Siang beberapa kali, kemudian
bertanya; "Kalau kudengar dari perkataanmu ini, rupanya kau sudah
mengetahui suka-duka antara kita dengan May Ceng Ong?"
Ditanya demikian, Hee Thian Siang tidak berani untuk tidak
mengaku, Tetapi ia juga tidak mengaku seluruhnya, jawabnya
sambil tertawa; "Boanpwee pernah dengar dari Duta Bunga Mawar, yang
menceritakan secara singkat, tetapi dimana keadaan yang
sebenarnya, boanpwee belum jelas!"
Kiu-thian Mo-li Tang Siang Siang lalu bertanya;
"Siapakah Duta Bunga Mawar itu ?""
"Duta Bunga Mawar, semuanya ada tiga orang, Mereka
adalah yang dahulu bernama Go Boan Ciu dengan gelarnya
Pelajar Romantis, Boh Jun Yang dengan gelarnya Bu-ceng
Kiam-khek dan Ci Hiang Po yang bergerlar Cian-ceng Ki-su!"
Menjawab Hee Thian Siang.
Leng Biauw Biauw terkejut, lalu bertanya;
"Meraka bertiga bukankah sudah lama menghilang
dipuncak gunung Ngo-bi" Bagaimana bisa menjadi Duta
Bunga Mawar?" Hee Thian Siang menghela napas panjang, kemudian
menjawab; "Tiga Locianpwee itu, dahulu dipuncak gunung Ngo-bi
hanya pura-pura menghilang saja, tetapi sekarang semuanya
sudah benar-benar meninggalkan dunia yang fana ini!"
Ketika mendengar ucapan itu, Leng Biauw Biauw dan Tang
Siang Siang kemudian menceritakan hubungan antara tiga
Duta Bunga Mawar dengan pendekar Wanita Bunga Mawar.
Leng Biauw Biauw sehabis mendengar ceritanya, juga
merasa terharu oleh cinta suci antara tiga Duta Bunga Mawar
itu kepada pendekar Wanita Bunga Mawar, Maka lalu berkata
kepada Tang Siang Siang; "Kedatangan kita kali ini kekamar Bo-ciu-sek apabila May
Ceng Ong benar-benar sudah menyesal dan tahu kesalahannya sendiri, kta juga boleh memberikan sedikit muka
kepadanya, tak usah berbuat keterlaluan!"
Tang Siang Siang yang adatnya lebih lunak sudah tentu
menganggukkan kepala sambil tersenyum.
Hee Thian Siang yang menyaksikan keadaan demikian,
dalam hati diam-diam merasa girang, Pikirnya; 'Apabila aku
berhasil membujuk May Ceng Ong rukun kembali dengan
Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang, bukankah itu berarti
sudah memenuhi janjiku sendiri, untuk melanjutkan cita-cita
Duta Bunga Mawar, yang menghendaki supaya semua
kekasih yang ada hubungan cinta suci dalam dunia ini bisa
hidup rukun jadi suami istri"'
Selagi melamun sendiri, ia sudah masuk kelembah Leng-
cui-kok, Tiba dibawah tebing yang diatasnya terdapat kamar
goa Bo-ciu-sek, Dibawah pohon cemara aneh, yang
bentuknya seperti bunga teratai mekar, tampak berdiri
taywong, bersama Tiong-sun Hui-kheng dengan kudanya, Hee
Thian Siang lalu berkata sambil tertawa;
"Enci Tiong-sun, mari lekas kemari, aku perkenalkan
padamu dengan Siang-swat Sianjiu Leng Biauw Biauw dan
Kiu-thian Mo-li Tang Siang Siang Locianpwee!"
Kiong-sun Hui-kheng segera lari menghampiri lalu berkata
sambil memberi hormat dan tertawa;
"Boanpwee Tiong-sun Hui-kheng, unjuk hormat kepada
Leng dan Tang Locianpwee, atas nama ayah untuk
menanyakan keselamatan kedua Cianpwee!"
Leng Biauw Biauw berkata sambil tertawa;
"Hiantitli tidak perlu banyak memakai peraturan!" Sambil bicara, matanya terus
ditujukan kepada gadis itu.
Oleh karena selama itu ia sendiri menganggap bahwa
putrinya Liok Giok Ji dan putri Tang Siang Siang, Hol Siu Im,
merupakan gadis-gadis yang baik kepandaian ilmu silatnya
maupun wajahnya terdiri dari gadis-gadis pilihan, Maka ketika
mendengar keterangan Hee Thian Siang yang memuji Tiong-
sun Hui-kheng, dalam hati masih kurang percaya, Ia hendak
membuktikan sendiri. Dan kini setelah meng-amati-mati sekian lama, ia telah
mendapat kenyataan bahwa Tiong-sun Hui-kheng lebih
lembut, lebih luwes daripada putrinya sendiri, maka lalu
menghela napas panjang dan berkata kepada Tang Siang
Siang; "Apa yang diucapkan oleh Hee Thian Siang ternyata tidak
salah, Tiong-sun hiantitli ini sesungguhnya merupakan gadis
yang bukan saja cantik, tetapi juga lembut perangainya, Tidak
kecewa dia mengumpamakan sebagai bulan dilangit!"
Tang Siang Siang yang mendengar ucapan itu tertawa geli,
diam-diam dengan menggunakan ilmunya menyampaikan
suara kedalam telinga, ia berkata kepada Leng Biauw Biauw;
"Kau tidak perlu cemburu terhadap putrimu, kita sudah tiba
ditempat lama, sebaliknya lekas menyelesaikan urusan kita
sendiri!" Leng Biauw Biauw mewnganggukkan kepala, matanya
kembali ditujukan kepada Tiong-sun Hui-kheng, dan kemudian
bertanya; "Nona Tiong-sun, dimana sekarang May Ceng Ong
berada?" Dengan menunjuk ketebing tinggi yang diliputi oleh awan,
Tiong-sun Hui-kheng menjawab sambil tersenyum;
"Silahkan dua Locianpwee dengar sendiri!"
Leng Biauw biauw dan Tang Siang Siang berdua sama-
sama pasang telinga, Benar saja terdengar suara orang
bernyanyi yang keluar dari atas tebing, Suara itu
kedengarannya demikian samar-samar, lagu yang dinyanyikan
benar-benar petikan sajak dari Li Gi San yang pernah
dikatakan oleh Hee Thian Siang.
Sebagai orang-orang yang tiba ditempat lama, dan
mendengar pula suara bekas kekasih lamanya, Leng Biauw
Biauw dan Tang Siang Siang sekalipun berhati baja, juga
masih tergerak! Tetapi oleh karena nama baik mereka dahulu pernah
dihina, dan kepandaian ilmu silatnya pernah dimusnahkan,
sehingga suami istri, ibu dan anak semua berpencaran,
Selama dua puluh tahun mereka menderita lahir bathin, sakit
hati itu sesungguhnya sudah dalam sekali, Maka sejenak
setelah tergerak hatinya, hawa amarahnya kembali berkobar,
Leng Biauw Biauw lalu berkata kepada Hee Thian Siang;
"May Ceng Ong sudah berada didalam kamar Bo-ciu-sek,
marilah kita pergi kesana untuk menjumpainya, sekalian untuk
membereskan perhitungan lama, supaya melampiaskan sakit
hati kita selama ini."
Kiu-thia Mo-li Tang Siang Siang tersenyum lalu
menganggukan kepala, kemudian berkata kepada Hee Thian
Siang dan Tiong-sun Hui-kheng;
"Hee laote dan nona Tiong-sun, mari juga sama-sama
masuk kekamar Bo-ciu-sek, Seandainya kami bertiga nanti
berakhir dengan suatu kematian, supaya kalian juga
mengumumkan kepada sahabat-sahabat rimba persilatan
tentang keadaan kita, supaya sahabat-sahabat rimba
persilatan membersihkan nama baik Leng Biauw Biauw dan
Tang Siang Siang!" Hee Thian Siang dan Tiong-sun Hui-kheng tampak Leng
Biauw Biauw dan Tang Siang Siang berdua, meskipun
perasaan lama sudah bangkit kembali, tetapi sakit hati masih
tetap ada, sebetulnya mereka khawatir terhadap May Ceng
Ong, Maka ketika mendengar ucapan itu, ia lantas memberi
hormat dan menerima baik ajakannya, keduanya dengan
menggunakan ilmunya meringankan tubuh, mendaki ketebing
tinggi itu. Tiba digoa Bo-ciu-sek, tampak May Ceng Ong duduk diatas
kursi batu, dia jelas sudah melihat kedatangan Leng Biauw
Biauw, Tang Siang Siang, Hee Thian Siang dan Tiong-sun
Hui-kheng berempat, namun masih menunjukkan sikap yang
sombong, tidak bangkit, juga tidak menghiraukan!
Hee Thian Siang dan Tiong-sun Hui-kheng semua
mengerutkan alisnya, dalam hati diam-diam berpikir; 'May
Ceng Ong ini jelas sudah menyesal atas perbuatannya yang
lalu, tetapi dengan cara bagaimana sekarang bersikap
demikian" Bukankah itu berarti hendak memaksa terjadinya
penumpahan darah"' Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang, sebetulnya
mereka sudah bersepakat dan mengambil keputusan, asal
May Ceng Ong benar-benar sudah menyesal atas kesalahannya sendiri, dan minta maaf kepada mereka berdua,
sudah boleh menghapuskan semua kesalahannya dan rukun
kembali, Tetapi kini melihat sikap May Ceng Ong yang
demikian angkuh dan sombong, sampaipun Kiu-thian Mo-li
Tang Siang Siang yang adatnya tidak demikian keras seperti
Leng Biauw Biauw juga merasa marah. Dengan mengawasi
May Ceng Ong yang duduk diam di atas kursinya, bertanya:
"May Ceng Ong, hari ini kau melihat kita lagi, apakah kau
bersedia membereskan persoalan kita yang sudah lalu?"
Sikap May Ceng Ong saat itu tidak menunjukkan perasaan
senang atau marah, ucapan yang keluar dari mulutnya tidak
keruan maksudnya, ia hanya menjawab dengan suara
hambar: "Penghidupan perempuan lacur ternyata hanya impian,
kediaman perempuan beribadat sebetulnya tiada prianya!"
Leng Biauw Biauw mengeluarkan suara dari hidung
kemudian berkata: "Kalau kau sudah tahu bahwa dahulu kau mendengar
bujukan pendekar pemabokan Bo Bu Yu, yang semuanya
adalah ucapan bohong, maka sekarang bagaimana kau harus
mempertanggung-jawabkan perbuatanmu dahulu yang demikian kejam memusnahkan kepandaian kita dan
membawa lari anak-anak kita?"
Sepasang mata May Ceng Ong tampak mendelik, sikapnya
masih tetap sombong dan tak mau menanggapi pertanyaan
itu. Sikapnya itu seolah-olah merupakan tantangan, bahwa
sekalipun sudah berlaku salah, tetapi apa yang bisa kalian
perbuat" Siang-swat Siangjin Leng Biauw Biauw sudah tak bisa
mengendalikan hawa amarahnya. Dalam keadaan marah ia
mendorongkan tangannya, dengan kekuatan tenaganya yang
hebat, hembusan angin dari tangannya telah menggempur
May Ceng Ong. Leng Biauw Biauw yang hendak dijadikan deking Khi Yay
Cao, dapat diduga betapa hebat kekuatan tenaganya, apalagi
serangannya yang dilakukan dalam keadaan marah, dapat
diduga pula betapa pula hebatnya, Tetapi betapun hebat
serangan itu, May Ceng Ong tidak menyingkir juga tidak
membalas, ia masih tetap duduk diatas kursinya, bibirnya
tersungging sebuah senyuman.
Tang Siang Siang membentak dengan suara marah;
"Apakah kau masih berani berkepala batu, hendak jual
kesombonganmu" Sekarang coba lagi ilmuku Thian-mo Ba-
hong-im-ciang!" Sehabis berkata demikian, tangan kanannya diangkat
tinggi, dari atas melakukan suatu gerakan menekan kearah
May Ceng Ong, Serangan hebat yang dilancarkan oleh Leng
Biauw Biauw tadi, May Ceng Ong masih sanggup
menyambuti, sedikitpun tidak bergerak, tetapi kini serangan
Tang Siang Siang yang dilakukan seolah-olah hanya suatu
gerakan main-main, telah memaksa dia untuk bangkit dari
tempat duduknya. Sebab, kursi batu yang diduduki oleh May Ceng Ong
ternyata sudah digempur hingga retak oleh tekanan kekuatan
tenaga Leng Biauw Biauw, ditambah lagi dengan tekanan ilmu
Thian-mo Bu-bong-im-ciang dari Tang Siang Siang, kursi batu
itu lantas menjadi hancur!
Leng Biauw Biauw baru saja hendak menyerang lagi,
Tiong-sun Hui-kheng buru-buru membujuk dari samping;
"Harap Leng Locianpwee jangan menciptakan satu tragedi
yang membuat penyesalan seumur hidup, Serangan dua
Locianpwee yang dilancarkan dalam keadaan marah sudah
cukup untuk menggempur gunung, sudah tentu May
Locianpwee tidak sanggup lagi!"
Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang yang mendengar
ucapan itu baru memperhatikan keadaan May Ceng Ong,
Benar saja, wajah May Ceng Ong saat itu sudah pucat pasi,
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mulut, hidung, mata, telinga, sudah tampak mengeluarkan
darah, Jelas ia sudah mendapat luka parah bagian dalamnya,
Berdirinya juga tidak bisa tegak, tampaknya sudah
sempoyongan hendak jatuh.
Hee Thian Siang merasa penasaran, ia lompat maju,
mengeluarkan sebutir pil, dimasukkan kedalam mulut May
Ceng Ong, tanyanya dengan perasaan heran;
"May Locianpwee, mereka telah memukulmu, mengapa
Locianpwee tidak membalas?"
May Ceng Ong menghela napas panjang, dari sinar
matanya menunujukkan rasa penyesalan yang amat dalam, ia
mengawasi Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang sejenak,
dengan suara lemah sekali menjawab lambat-lambat;
"Dahulu aku telah menodai nama baiknya, memusnahkan
kekuatan dan kepandaian mereka, membawa lari anak-anak
mereka, sehingga mereka sangat menderita lahir bathin
selama dua puluh tahun, Penderitaan itu kurasa jauh lebih
hebat daripada dua kali serangan tadi! Jikalau aku tidak saja
memancing mereka supaya memukul aku dan aku menerima
dengan rela hati, bagaimana aku bisa membuktikan
penyesalanku?" Sehabis mengucapkan demikian, sekujur badannya
gemetaran, mulutnya mengeluarkan darah lagi, dan akhirnya
jatuh pingsan. Hee Thian Siang hendak memberi pertolongan tetapi
dicegah oleh Leng Biauw Biauw, kata nyonya tua itu;
"Hee laote tidak perlu cemas, dia memiliki kekuatan tenaga
dalam yang sangat sempurna, Meskipun ia tadi rela kami hajar
sampai dalamnya terluka parah, tetapi tidak membahayakan
jiwanya! Kami dengannya memang masih mempunyai
hubungan suami istri, soal memberi pertolongan biarlah kami
yang bertanggung jawab!"
Hee Thian Siang mendengar suara Leng Biauw Biauw agak
parau, ketika ia mengangkat muka benar saja sikap dua
nyonya itu semua sudah terpengaruh oleh keadaan May Ceng
Ong, mereka semua pada mengucurkan air mata.
Tiong-sun Hui-kheng yang lebih cerdik, tahu bahwa dengan
menangisnya Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang itu,
jelas bahwa kedua nyonya itu telah tergerak hatinya, maka
sakit hatinya yang lama sudah tentu lenyap sama-sekali, maka
buru-buru menghampiri dan memberi hormat kepada mereka
seraya berkata; "Tiong-sun Hui-kheng dan Hee Thian Siang masih ada
urusan yang perlu segera diselesaikan hingga tak bisa
berdiam lebih lama disini, maka hendak mohon diri kepada
kedua Locianpwee!" Leng Biauw Biauw diam-diam memuji kecerdikan Tiong-sun
Hui-kheng, ia lantas menganggukkan kepala, disamping itu ia
juga memberi pesan kepada Hee Thian Siang, katanya;
"Hee Thian Siang, May Locianpwee-mu relah dan mandah
kami serang sampai dua kali, dalam diri terlaku parah, Maka
kami masih perlu merawatnya perlahan-lahan oleh karenanya,
maka dalam pertemuan pembukaan partai baru Ceng-tian-pay
nanti, sudah tentu tidak bisa berdiri! Kau nanti setelah selesai
dalam pertemuan itu, jangan lupa apa yang kukatakan
kepadamu tentang empat tempat puncak gunung Kun-lun, goa
gunung Tay-pa-san, lembah gunung Cong-lam dan Istana
kesepian." Hee Thian Siang menerima baik pesan itu, bersama Tiong-
sun Hui-kheng meninggalkan kamar Bo-ciu-sek, dan turun
kelembah Leng-cui-kok. Tiong-sun Hui-kheng memandang mulut goa kamar Bo-ciu-
sek, lantas berkata sambil tersenyum;
"Rembulan akhirnya bulat lagi, kita juga telah
menyelesaikan tugas yang dibebankan pada kita!"
"Meskipun kita sudah berhasil menyelesaikan satu tugas
berat, tetapi aku sendiri sudah mengalami suatu kejadian yang
sangat menyakiti hati!" berkata Hee Thian Siang.
"Kau mengalami suatu kejadian apa lagi?"
"Enci Tiong-sun, pada dewasa ini, kuda berbulu hijau yang
satu hari bisa melakukan perjalanan seribu pal, hanya tinggal
kudamu Ceng-hong-ki ini saja!"
"Kenapa" Bagaimana dengan kuda Cian-li-kiok-hwa-ceng
milik Ki Tay Cao?" "Ai! Kuda itu sebenarnya sudah menjadi milikku karena Ki
Tay Cao sudah kalah dalam pertaruhan, tetapi kemudian
dibinasakan sendiri oleh pemimpin yang jahat dan kejam itu,
Sesungguhnya sangat kasihan, Maka aku telah mengambil
keputusan dalam upacara pembukaan partai baru nanti, aku
bertekad hendak menuntut balas sakit hati untuk kuda itu."
Setelah itu Hee Thian Siang menceritakan semua apa yang
telah terjadi didepan goa Siang Swat-tong, kemudian berkata
pula sambil menghela napas;
"Seandai kuda itu tidak dibinasakan, bukankah akan
menjadi milikku" Dan alangkah baiknya kalau digunakan
sebagai kuda tunggangan, hingga bisa melakukan perjalanan
didunia kang-ouw bersama-sama kudamu!"
Melihat sikap sedih Hee Thian Siang, Tiong-sun Hui-kheng
lalu berkata sambil tersenyum;
"Adik Siang, kau tak usah sedih begitu rupa, kalau benar
kau suka kuda, aku masih ada suatu akal!"
Mendengar ucapan itu, semangat Hee Thian Siang lantas
terbangun, tetapi kemudian menggelengkan kepala dan
berkata sambil menghela napas;
"Enci jangan membohongi aku, kuda Cian-li-kiok-hwa-ceng
bukan saja sudah terkubur digunung Ki-lian, kau juga tidak
mungkin bisa menghidupkan kuda yang sudah mati!"
"Aku bukan kata hendak menghgidupkan Cian-li-kiok-hwa-
ceng, maksudku ialah, kalau kau suka kuda boleh mencari
seekor yang lain." "Kuda biasa mudah didapat, tetapi kuda jempolan susah
dicari, Apalagi kuda yang ku-kehendaki adalah kuda berbulu
hijau seperti kuda enci!"
"Kau jangan cemas dulu, Tunggu setelah pertemuan
digunung Ki-lian nanti selesai, dan kawanan penjahat sudah
terbasmi, aku akan perintahkan Siaopek pergi kedaerah barat
untuk mencari seekor kuda jempolan berbulu hijau!"
"Apakah Siaopek memiliki kepandaian serupa itu?" tanya
Hee Thian Siang terkejut.
Sementara itu Siaopek telah perdengarkan suara siulannya
yang bangga. "Apakah adik Siang tidak pernah dengar kata sajak Sun Go
Kong diangkat sebagai pengurus kuda oleh Giok-hong Tay-
tee, maka keturunan monyet yang sedikit cerdik semuanya
bisa menjinakan kuda" Hanya, Siaopek ini kecuali
menjinakkan, juga pandai melihat sifat kuda!"
Mendengar ucapan itu, Hee Thian Siang lalu berkata
kepada Siaopek; "Siaopek, karena enci Tiong-sun berkata demikian, maka
soal mencari kuda ini, aku serahkan kepadamu!"
Siaopek menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Monyet ini sesungguhnya sangat menyenangkan!" berkata
Hee Thian Siang kepada Tiong-sun Hui-kheng sambil
mengawasi Siaopek. "Dalam perjalanan ini, ada apa lagi dengan Siaopek?"
tanya Tiong-sun Hui-kheng.
"Ketika Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang kedua
Locianpwee itu membicarakan diri Liok Giok Ji dan Hok Sui
Im, aku perumpamakan mereka sebagai bintang dilangit,
Siaopek yang mendengar itu telah unjukkan sikap tidak
senang, rupa-rupanya ia membela enci!"
Wajah Tiong-sun Hui-kheng menjadi merah mengawasi
Siaopek sejenak. Hee Thian Siang sudah berkata lagi sambil tersenyum;
"Tetapi ketika ia dengar aku umpamakan enci sebagai
rembulan dilangit, ia lantas menjadi girang dan tertawa
sendiri!" Mendengar ucapan itu, Tiong-sun Hui-kheng mendadak
ingat suatu hal, maka lalu bertanya;
"Adik Siang, ketika kau minta diri kepada Siang-swat Siang-
jin Locianpwee, aku ingat ia telah pesan padamu, supaya
setelah selesai pertemuan digunung Ki-lian nanti, kau jangan
lupa apa yang dikatakan olehnya tentang tempat-tempat
puncak gunung Kun-lun, goa gunung Kay-pa-san, lembah
kematian digunung Kiong-lam dan Istana kesunyian, Apalah
sebetulnya itu ?" "Sebabnya ialah karena menghilangnya Liok Giok Ji, yang
katanya hendak mensucikan diri, maka Leng Locianpwee lalu
menunjukkan empat tempat itu sebagai ancar-ancar kalau aku
pergi mencari padanya, karena dalam anggapan Leng
Locianpwee kalau benar Liok Giok Ji pergi mengasingkan diri,
pasti tidak luput dari salah satu tempat diantara empat tempat
itu!" "Apa sebabnya Liok Giok Ji hendak pergi mengasingkan
diri ?" Wajah Hee Thian Siang menjadi merah, ia pikir rahasianya
itu sudah tidak dapat disembunyikan lagi, maka lebih baik
diberitahukan terus-terang kepada Tiong-sun Hui-kheng.
Tiong-sun Hui-kheng yang menyaksikan sikap Hee Thian
Siang demikian rupa, merasa semakin heran, maka kembali
bertanya: "Adik Siang, kau yang selamanya suka berlaku tabah,
mengapa sekarang berubah menjadi demikian rupa" Apakah
tindakan Liok Giok Ji itu disebabkan karena perbuatanmu?"
Wajah Hee Thian Siang semakin merah, tetapi ia
memberanikan diri dan menceritakan semua apa yang telah
terjadi didalam goa Tay-pa-san.
Dengan tenang Tiong-sun Hui-kheng mendengarkan cerita
Hee Thian Siang, setelah itu dengan mendadak bergerak dan
lompat keatas kudanya. Hee Thian Siang mengira kekasihnya itu marah, hendak
berlalu meninggalkan dirinya, hingga hatinya merasa cemas,
hampir saja ia mau nangis.
"Enci Tiong-sun, terjadinya peristiwa gila itu, sebetulnya
karena pengaruh bunga aneh yang mengandung daya
perangsang luar biasa, demikian hebat daya perangsang itu
sehingga hawa napsu kami tidak terkendalikan lagi, Apakah
enci tidak bisa memaafkan kesalahanku ini ?"
Tiong-sun Hui-kheng lama tidak bisa menjawab, tali kuda
ditariknya hingga kuda Ceng-hong-ki menggerakkan kakinya,
sebentar kemudian sudah menghilang dari depan mata Hee
Thian Siang. Melihat perubahan sikap Tiong-sun Hui-kheng, Hee Thian
Siang semakin cemas dan pilu, Hingga tak disadarinya sudah
mengucurkan air mata. Pada saat itu, mendadak tampak Taywong dan Siaopek
mengawasi dirinya dengan sinar mata mengejek.
Hee Thian Siang yang sangat cerdik, segera memikir;
'rasanya tidak benar, kalau enci Tiong-sun marah dan
memutuskan hubungan denganku, Sebab kalau demikian
halnya, mengapa tidak membawa Taywong dan Siaopek"'
Berpikir sampai disitu hatinya mulai lega lagi, dengan
menggunakan ilmunya menyampaikan suara kedalam telinga
jarak jauh, ia memanggil-manggil; "Enci Tiong-sun. . . .enci
Tiong-sun. . . . ." Percuma saja ia memanggil-manggil, tempat itu tetap sepi
sunyi, tidak mendapat jawaban dari orang yang
dipanggil. Kalau hati Hee Thian Siang merasa risau, sebaliknya
dengan Siaopek dan Taywong, dua binatang itu semakin
menunjukkan sikapnya yang mengejek, bahkan tertawa besar!
Diejek demikian rupa oleh dua binatang itu, muka Hee
Thian Siang semakin merah, maka lantas membentak;
"Siaopek, kau monyet kecil ini, kalau berani tertawakan aku
lagi, aku nanti akan hajar padamu!"
Baru saja menutup mulut, dari belakang dirinya tiba-tiba
terdengar suara Tiong-sun Hui-kheng yang dibarengi dengan
suara ketawanya; "Kalau kau berani menghajar Siaopek-ku, aku nanti akan
memaafkan kau lagi."
Hee Thian Siang terkejut dan buru-buru berpaling benar
saja Tiong-sun Hui-kheng, yang entah sejak kapan sudah
memutar dan berada dibelakang dirinya sejauh dua tombak
lebih. Bukan kepalang girangnya, maka buru-buru dipanggilnya;
"Enci Tiong-sun. . . . ."
"Kepandaianmu sudah maju pesat, bahkan sudah faham
ilmu Bunga Mawar dan ilmu Menyelamatkan jiwa segala, serta
baru-baru ini kau sudah menelan biji mata ulat kelabang yang
mempunyai khasiat hebat, bagaimana aku memutar
dibelakangmu dengan menuntun Ceng-hong-ki, kau masih
tetap tidak dengar ada suara" Seandai ada musuh datang
hendak membokong kau, bukankah itu sangat berbahaya"
Dengan keadaanmu seperti ini, bagaimana kau nanti bisa
menghadapi Pek-kut-sam-mo dalam pertemuan digunung Ki-
lian?" berkata Tiong-sun Hui-kheng sambil tertawa.
Hee Thian Siang merasa jengah, katanya sambil tertawa
getir; "Enci Tiong-sun, bukannya telingaku sudah kehilangan
daya pendengarannya, melainkan tinadakan enci yang pergi
meninggalkan aku dalam keadaan marah, hingga aku anggap
enci akan memutuskan hubungan denganku, Oleh karenanya,
hingga hatiku merasa cemas. . . ."
Tidak menunggu sampai habis ucapan Hee Thian Siang,
Tiong-sun Hui-kheng sudah memotong;
"Orang yang belajar ilmu silat yang penting adalah
ketenangan hati, sekali pun menghadapi gunung rubuh juga
harus tetap tenang, tanpa menunjukkan sikap gelisah, Jikalau
terganggu sedikit saja sudah bingung pikirannya, bagaimana
masih terhitung orang kosen yang memiliki kekuatan tenaga
dalam sempurna!" Hee Thian Siang takut kalau Tiong-sun Hui-kheng marah
lagi, maka ia tidak berani membantah, sambil memberi hormat
dalam-dalam ia berkata; "Hee Thian Siang mengucapkan banyak-banyak terima
kasih atas nasihat enci, biarlah untuk selanjutnya akan
menjadi perhatianku!"
Melihat sikap demikian, Tiong-sun Hui-kheng juga tertawa.
Kini Hee Thian Siang benar-benar merasa lega, buru-buru
menghampirinya dan berkata sambil tertawa;
"Enci Tiong-sun, apakah enci dapat memaafkan
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perbuatanku itu ?" "Aku toh bukan perempuan cemburu, bagaimana tidak bisa
memaafkan" Apalagi seperti katamu itu, bahwa pada waktu itu
kalian berdua sudah tidak bisa menguasai pikiran dan
perasaan diri karena pengaruh bunga mujijat itu, sudah tentu
aku juga tidak dapat menyalahkan pihak yang manapun juga!"
menjawab Tiong-sun Hui-kheng dengan tenang.
"Kalau benar enci tidak menyalahkan aku, tapi tadi
mengapa enci pergi meninggalkan aku sehingga hatiku
gelisah?" "Digunung Ai-lao-san dahulu kau bisa berpura-pura mati,
sehingga Liok Giok Ji sampai timbul pikiran hendak
mensucikan diri, apakah aku tidak boleh membalas dendam
baginya, supaya kau juga ketakutan dan bingung!" menjawab
Tiong-sun Hui-kheng sambil perdelikkan matanya.
"Enci, mengapa kau timpahkan semua kesalahan kepada
diriku" Perbuatanku digunung Ai-lao-san waktu itu se-mata
hanya menuruti petunjuk empek Tiong-sun saja!" berkata Hee
Thian Siang sambil tertawa getir.
"Sepak terjang ayah, kadang-kadang hanya menuruti
kisikan hatinya sendiri, tidak memikirkan akibatnya, sekarang
Liok Giok Ji telah pergi dengan hati pilu, jikalau kau tidak
mencari kembali, bukan saja akan menghancurkan restu
Makam Bunga Mawar, tetapi buat kau sendiri juga tidak akan
merasa tenang! Dan kalau kau hendak pergi mencari, kemana
kau harus mencarinya". . . . . ."
"Mengenai tempat tujuan Liok Giok Ji, Leng Locianpwee
sudah memberi ancar-ancar empat tempat seperti apa yang
sudah kusebutkan tadi, maka aku pikir setelah pertemuan
digunung Ki-lian nanti selesai, aku segera. . . . ."
Pada saat itu, Tiong-sun Hui-kheng sudah lompat keatas
kudanya lagi dan berkata kepada Hee Thian Siang sambil
menggeser tempat duduknya;
"Adik Siang, naiklah keatas kudaku, kita pergi melakukan
perjalanan jauh!" Secepat kilat Hee Thian Siang sudah lompat dan duduk
dibelakang Tiong-sun Hui-kheng, kemudian bertanya sambil
tersenyum; "Enci hendak kemana ?"
"Ke-puncak gunung Kun-lun!" jawab Tiong-sun Hui-kheng
sambil perintahkan Siaopek dan Taywong mengikut.
"Jadi enci hendak menyertai aku pergi mencari Liok Giok
Ji" Tetapi mengapa harus pergi sekarang, tidak menunggu
sampai pertemuan digunung Ki-lian selesai?"
"Pertama, karena sekarang baru bulan sepuluh, masih jauh
waktunya dengan pertemuan digunung Ki-lian, kita berkelana
didunia Kang-ouw tidak mempunyai pekerjaan apa-apa inilah
merupakan suatu kesempatan baik untuk melakukan
perjalanan kegunung Kun-lun! Kedua, kalau benar Liok Giok Ji
terlibat asmara denganmu, tetapi juga berada dalam kesulitan
karena peristiwa yang menimpa diri ayah-bundanya, Meskipun
timbul pikiran hendak mensucikan diri, tetapi pasti masih
belum tenang pikirannya, bahkan mungkin sangat risau! Dan
kini May Locianpwee sudah rujuk kembali dengan Leng
Locianpwee dan Tang Locianpwee, mengapa kita tidak lekas
memberikan kabar gembira ini kepadanya" Supaya ia juga
merasa girang?" Hee Thian Siang dapat membenarkan pikiran Tiong-sun
Hui-kheng, ia juga mengagumi kepribadiannya yang luhur.
Perjalanan itu dilakukan dengan hati gembira, tanpa dirasa
sudah tiba didaerah pegunungan Kun-lun.
Tiong-sun Hui-kheng perintahkah Siaopek dan Taywong
pergi bermain dibawah gunung, sedang ia sendiri bersama
Hee Thian Siang pergi mendaki puncak Kun-lun.
Tiba didekat Istana Kun-lun-kiong, tempat berkumpulnya
anggota Kun-lun-pay, dari jauh sudah tampak seorang tua
berjubah gerombongan, sedang mundar-mandir didepan
Istana sambil memandang pemandangan alam disekitarnya.
Hee Thian Siang segera dapat mengenali bahwa orang tua
itu adalah sute Ti-hui-cu, yang pernah menggunakan senjata
rahasia berbisa Kun-lun-cek membokong diri Liok Giok Ji
hingga gadis itu hampir binasa, dialah Siang Biauw Yan.
Hee Thian Siang agak terkejut, maka ia lalu merandak dan
berkata kepada Tiong-sun Hui-kheng;
"Enci Tiong-sun, Siang Biauw Yan ini hendak merampas
kedudukan ketua, dialah yang mencelakakan diri Ti Hui Cu,
Imam ini sangat kejam dan rendah moralnya, semua
perbuatannya itu sudah diketahui oleh Liok Giok Ji dan dibuka
rahasianya dihadapan semua murid Kun-lun-pay, Semula aku
duga ia tentu sudah tidak ada muka untuk kembali kegunung
Kun-lun, tetapi mengapa ia sekarang berada disini" Sikapnya
bahkan nampak sangat bangga."
Tiong-sun Hui-kheng berpikir, kemudian berkata dengan
suara perlahan; "Kedatangan kita ini maksudnya ialah hendak mencari Liok
Giok Ji, terhadap urusan lainnya, terpaksa kita jangan
perdulikan dulu, Sekarang coba kita unjuk diri, kita lihat dulu
bagaimana sikapnya, barulah mengambil tindakan."
Hee Thian Siang dapat menyetujui pikiran itu, keduanya
lalu berjalan menghampiri Siang Biauw Yan dengan muka
berseri-seri. Siang Biauw Yan yang menampak kedatangan mereka
secara tiba-tiba itu, sangat heran dan terkejut, apalagi setelah
mengetahui bahwa kedua tetamunya itu adalah Hee Thian
Siang yang pernah menyaksikan Liok Giok Ji ketika membuka
rahasianya dihadapan murid-murid Kun-lun-pay, Tetapi yang
perempuan, ia belum pernah melihat.
Sementara itu Hee Thian Siang bersama Tiong-sun Hui-
kheng sudah berada kira-kira satu tombak dihadapan Siang
Biauw Yan. Dengan maju menyongsong, imam itu berkata;
"Kun-lun-pay sudah mengambil keputusan untuk menutup
pintu selama sepuluh tahun, maka sepuluh tahun ini semua
anggota Kun-lun-pay akan berdiam dan berkumpul dalam
Istana Kun-lun-kiong, untuk mempelajari ilmu kepandaian
yang tinggi dan tidak akan mengadakan perhubungan dengan
orang luar, Ada urusan apa saudara berdua datang kemari,
Silahkan berhenti dulu!"
Hee Thian Siang lantas berhenti dan bertanya sambil
tersenyum; "Oh! Namun aku hendak tanya kepada sahabat Siang,
siapakah yang mengambil keputusan menutup partai Kun-lun
ini ?" "Keputusan penting itu sudah tentu menurut ketetapan
ketuanya!" Ketua Kun-lun-pay Ti-hui-cu, sudah membunuh diri didepan
goa Siang-swat-tong digunung Ki-lian, apakah ia sudah
berubah menjadi setan dan mengeluarkan perintah dari
akhirat?" "Meskipun Ti-hui-cu sudah menutup mata tetapi kedudukan
ketua, toch sudah ada penggantinya, dan tindakannya ini
diambil juga guna mempersiapkan tenaga untuk menyapu
partai Ki-lian, guna menuntut balas sakit hati Toa-suheng dan
Sam-suteku!" "Sahabat Siang, aku hendak tanya padamu, ketua baru itu
kau sendiri ?" "Ditinjau dari tingkatan dan kepandaian, kecuali aku
siapakah diantara anggota Kun-lun yang mempunyai reputasi
untuk memegang jabatan itu ?"
"Maaf aku tidak tahu, kalau begitu cita-cita sahabat Siang
benar-benar kini telah tercapai! Mari, mari, kuperkenalkan
Ciangbunjin dengan enci Tiong-sun Hui-kheng ini!"
Ucapan 'cita-cita telah tercapai' itu, ada mengandung
maksud mengejek, hingga Siang Biauw Yan yang
mendengarkan mukanya menjadi merah seketika, Tetapi ia
terpaksa berlaku pura-pura tidak mengerti, tanyanya lagi;
"Sebetulnya ada urusan apa kalian mendaki gunung Kun-
lun ini ?" "Kami bukan sengaja berkunjung kemari, Karena sedang
melakukan perjalanan kebarat, maka sekalian mampir untuk
menepati perjanjian dengan sahabat lamaku digunung ini."
"Siapa orangnya yang mengadakan perjanjian denganmu
?" "Orang-orang yang mengadakan perjanjian denganku
adalah orang-orang golongan Kun-lun, Tiok Giok dan Phoa
Sa, harap Ciangbunjin perintahkan mereka keluar untuk
bertemu denganku!" Mendengar perkataan itu Siang Biauw Yan diam-diam
merasa geli sendiri, karena tetamunya ini ternyata masih
belum mengetahui bahwa Tiok Giok, Phoa Sa dan In Ya Hok
sudah lama mati dibawah serangan duri berbisa Thian-keng-
cek sudah lama terkubur digunung Tay-pa-san, Tetapi ia
sedikitpun tidak menunjukkan perubahan sikap apa-apa,
katanya sambil menggelengkan kepala;
"Kun-lun-pay sudah bertekad hendak menuntut dendam
sakit hati ketuanya yang dulu, selama sepuluh tahun ini, bukan
saja tidak menerima kunjungan tamu dari luar, sedangkan
para anggotanya sendiri, kecuali yang mendapat giliran pergi
berbelanja keperluan sehari-hari, semua dilarang keluar dari
istana Kun-lun-kiong, Maka apabila kau hendak bertemu
dengan mereka, harus menunggu sepuluh tahun kemudian!"
Hee Thian Siang menyebut nama-nama Tiok Giok bertiga,
ialah hendak menutupi maksud yang sebenarnya, maka ketika
mendengar ucapan itu, lantas berlaku pura-pura acuh tak
acuh, tanyanya lagi sambil tersenyum;
"Kalau benar Tiok Giok dan Phoa Sa dilarang keluar,
bagaimana dengan Liok Giok Ji ?"
Siang Biauw Yan yang sangat licik dan banyak akalnya,
meskipun Hee Thian Siang sudah pura-pura demikian, tetapi
toch masih diketahui maksud yang sebenarnya, maksud Hee
Thian Siang datang ke Kun-lun sebetulnya hendak menemui
Liok Giok Ji. Dari situ ia juga tahu bahwa Liok Giok Ji ternyata masih
hidup, tidak mati dibawah serangan duri berbisa.
Tiong-sun Hui Kheng maksudnya hanya ingin tahu apakah
benar Liok Giok Ji berada digunung Kun-lun, lalu berusaha
mengorek keterangan dari mulut Siang Biauw Yan, katanya
sambil tersenyum; "Siang Ciangbunjin tidak perlu repot-repot, Liok Giok Ji
boleh menemui kami atau tidak, itu terserah kepada
Ciangbunjin sendiri."
Siang Biauw Yan benar-benar sangat lihay, dalam waktu
sekejap itu ia sudah dapat mengarang jawaban bohong,
katanya; "Sebab Liok Giok Ji kini sudah berada didalam istana Kun-
lun-kiong, maka aku sedang memikirkan, kalau aku
memperbolehkan ia bertemu dengan kalian, apakah itu tidak
melanggar perintahku sendiri yang sudah menutup partai ini
selama sepuluh tahun ?"
Ketika mendapat keterangan bahwa Liok Giok Ji berada
digunung Kun-lun, dalam hati Hee Thian Siang diam-diam
merasa girang, tanyanya pula;
"Liok Giok Ji tidak berada dalam istana Kun-lun-kiong, lalu
berada dimana ?" Tampak sikap cemas Hee Thian Siang, Siang Biauw yan
semakin mantap menjalankan akal-akalannya, maka lalu
menjawab; "Liok Giok Ji agaknya sedang terganggu pikirannya, sejak
pulang kegunung kelakuannya banyak berubah, terpaksa aku
suruh dia tinggal menyendiri, Sekarang mungkin berada diatas
puncak gunung!" Karangan itu memang masuk diakal, juga tepat dengan
petunjuk Siang-swat Siangjin Leng Biauw Biauw, maka Hee
Thian Siang dan Tiong-sun Hui Kheng tidak merasa curiga.
"Siang Ciangbunjin, bolehkah Siang Ciangbunjin
mengizinkan aku dan enci Tiong-sun ini pergi menengok Liok
Giok Ji sebentar saja" Mungkin kami dapat menyembuhkan
penyakit dalam hatinya." berkata Hee Thian Siang.
Siang Biauw Yan diam-diam merasa girang, tetapi
diluarnya masih menunjukkan sikap tenang-tenang saja,
Setelah pura-pura memikirnya agak lama, barulah memberi
jawaban seperti terpaksa;
"Aku dapat meluluskan permintaanmu ini mendaki puncak
gunung untuk menjumpai Liok Giok Ji sebentar, tetapi
sebelum matahari tenggelam, kalian harus pergi tidak boleh
datang kegunung ini lagi !"
Dalam hati Hee Thian Siang merasa geli, karena ia
terpaksa harus berlaku merendah, sebab sebelum bertemu
muka dengan Liok Giok Ji, Ia tidak mau bertengkar dengan
orang-orang partai Kun-lun.
Maka setelah mendengar jawaban itu, sudah siap hendak
menuju kepuncak, pikirnya ia hendak membawa pergi Liok
Giok Ji kegunung Ko-le-kong-san, supaya bisa menyaksikan
kebahagiaan ayah-bundanya yang sudah rujuk kembali.
Tiong-sun Hui Kheng yang lebih sabar, sudah tentu tidak
suka menunjukkan sikap kasar untuk menimbulkan kesulitan,
maka setelah mendengar jawaban Siang Biauw Yan, lebih
dulu berkata kepadanya; "Siang Ciangbunjin jangan khawatir, setelah kami
menjumpai Liok Giok Ji, kami hanya perlu beromong-omong
sebentar saja, barangkali tidak perlu sampai matahari
tenggelam sudah akan turun lagi."
"Kalau kalian berkata demikian, silahkan pergi sendiri, maaf
aku tidak bisa mengantar, Tetapi puncak itu terlalu tinggi,
kecuali tumbuhan pohon rotan yang dapat digunakan untuk
pegangan, tiada jalan yang mudah untuk mencapai puncak itu,
Kalau kalian mau aku boleh meminjamkan alat berupa sepatu
yang khusus digunakan untuk mendaki puncak itu," berkata
Siang Biauw Yan sambil menunjuk keatas gunung.
"Tak usah, puncak setinggi beberapa puluh tombak saja
barangkali masih tidak menyulitkan kami berdua," menjawab
Hee Thian Siang. Sehabis berkata demikian, lalu minta diri dan bersama
Tiong-sun Hui Kheng lari kepuncak Kun-lun.
Tak lama kemudian, tibalah mereka ketempat yang dituju,
Benar saja didepan mereka terbentang puncak gunung yang
tingginya kira-kira 70 - 80 tombak.
Tiong-sun Hui Kheng memandang puncak itu sejenak, lalu
berkata kepada Hee Thian Siang;
"Adik Siang, kau lihat puncak ini bukan saja diliputi oleh
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tumbuhan lumut yang sangat tebal, keadaannya juga sangat
aneh, Bagian atas menonjol dan menjulang kelangit,
sedangkan bagian bawah kecil lurus, Seandai tidak ada
tumbuhan pohon rotan yang besar-besar itu dengan kekuatan
dan ilmu meringankan tubuh kita, barangkali masih belum
sanggup mendaki keatasnya."
"Untung masih ada pohon rotan yang dapat kita gunakan
sebagai pegangan, jikalau tidak, masakah kita ada muka
untuk meminjam alat mendaki gunung dari Siang Biauw Yan?"
berkata Hee Thian Siang sambil tertawa.
Sehabis berkata demikian, lalu mengerahkan kekuatan
tenaga dalamnya melesat setinggi empat tombak, sedang
tangannya menyambar sebatang rotan besar digunakan
sebagai pegangan, kemudian dengan beruntun tiga kali ia
jumpalitan, hingga melesat setinggi hampir dua puluh tombak.
Tiong-sun Hui Kheng yang menyaksikan itu, ia berseru
memuji; "Ilmu meringankan tubuh adik Siang benar-benar telah
maju sangat pesat sekali, hampir menandingi kepandaian
Siaopek!" Mendapat pujian seperti itu, Hee Thian Siang merasa
senang, katanya; "Enci Tiong-sun lekas kemari, kau jangan selalu
mengejekku saja, mari kita mendaki kepuncak yang teratas,
untuk menikmati pemandangan alam diwaktu senja!"
Tiong-sun Hui Kheng tersenyum juga melihat perbuatan
Hee Thian Siang tadi, dengan menggunakan rotan yang
tumbuh dipuncak gunung untuk mendaki keatas puncak,
sedang mulutnya masih juga berkata;
"Adik Siang, kau sekarang sudah belajar pintar ngomong,
kupikir apa yang kau ucapkan belum tentu sesuai dengan apa
yang kau pikir didalam hatimu, Kau buru-buru untuk mencapai
kepuncak tertinggi sebetulnya hendak menikmati
pemandangan alam diwaktu senja, ataukah ingin segera
bertemu dengan enci Giok-mu ?"
Wajah Hee Thian Siang merah seketika, lalu merandek,
dan berkata sambil tertawa;
"Kalau enci merasa cemburu, sudahlah kita jangan pergi
saja!" Tiong-sun Hui Kheng yang saat itu sudah berada
disamping Hee Thian Siang, dengan wajah kemerah-merahan
berkata kepada pacarnya; "Adik Siang, kau ini harus dipukul! Mengapa kau
mengucapkan perkataan demikian" Kalau aku ada pikiran
yang bukan-bukan terhadap Liok Giok Ji, perlu apa aku
menganjurkan kau lekas pergi Kegunung Kun-lun" Kau
hendak mendaki atau tidak terserah kepadamu sendiri, kalau
kau berkata demikian, maaf aku tidak dapat menemani kau,
aku dengan Siaopek dan taywong serta kudaku Ceng-hong-ki,
akan pulang saja kedaerah Tiong-goan!"
Ucapan itu membuat Hee Thian Siang bingung, ia buru-
buru meminta maaf kepada gadis itu.
Dua orang itu melanjutkan perjalanannya mendaki puncak
gunung sambil bersenda-gurau, Tanpa dirasa sudah berada
dipuncak yang tertinggi. Tetapi tempat itu hanya tampak kabut putih, dan angin
gunung yang dingin, sedikitpun disitu tidak nampak bayangan
Liok Giok Ji. Tiong-sun Hui Kheng mengerutkan alisnya, Hee Thian
Siang yang agak bingung lalu menunjuk kesebuah lobang goa
yang hanya cukup untuk satu orang, seraya berkata;
"Enci, apakah Liok Giok Ji berada didalam goa ini" Mari
kita lihat!" Tiong-sun Hui Kheng mengawasi keadaan goa itu sejenak,
kemudian berkata sambil menggelengkan kepala dan tertawa
kecil; "Menurut dugaanku, mungkin Liok Giok Ji tidak bisa berada
didalam goa yang sangat kecil itu!"
Hee Thian Siang masih belum mau percaya, ia sudah
mengerahkan tenaganya untuk melompat kedalam goa, dan
dari situ ia melongok kedalam, kemudian berkata dengan
suara terkejut; "Enci, bagaimana kau bisa menebak demikian jitu" Goa ini
hanya sedalam beberapa kaki saja, sudah tentu tidak dapat
dimasuki orang, Goa ini ternyata adalah goa bikinan manusia!"
"Adik Siang, kita yang selalu memikirkan hendak segera
menemukan Liok Giok Ji, selama ini belum pernah memikirkan
secara baik dan memperhatikan sikap dan segala perkataan
Siang Biauw Yan, sehingga tertipu mentah-mentah olehnya. . .
. ." Belum habis ucapannya, dengan tiba-tiba dihidungnya telah
mencium bau hangus yang timbul dari bawah puncak gunung.
Hee Thian Siang juga sudah dapat membaui bau hangus
itu, maka segera bertanya dengan perasaan heran;
"Enci, itu bau apa ?"
Alis Tiong-sun Hui Kheng dikerutkan, lantas menjawab
sambil menggelengkan kepala;
"Bau ini sudah kuduga terlebih dahulu, pasti adalah Siang
Biauw Yan yang membakar rotan-rotan
itu, hendak memutuskan perjalanan pulang kita!"
Hee Thian Siang yang mendengarkan perkataan itu dalam
hati masih ragu-ragu, ia lalu berjalan ketepi untuk melongok
kebawah, benar saja apa yang diucapkan oleh Tiong-sun Hui
Kheng tadi sedikitpun tidak salah, rotan-rotan yang tadi bekas
digunakan untuk mendaki kepuncak itu kini terdapat bau
minyak, dan api sudah mulai berkobar semakin besar.
Wajah Hee Thian Siang berubah seketika, katanya;
"Enci Tiong-sun, kita yang berkali-kali menemukan kejadian
gaib, sehingga kekuatan tenaga banyak mendapat kemajuan,
biarlah kita tunggu saja kepada Siang Biauw Yan, kalau ia
nanti berada diatas sini, aku akan bertindak terhadapnya,
untuk menyingkirkan kawanan penjahat dari golongan Kun-
lun-san!" Tiong-sun Hui Kheng mengawasi Hee Thian Siang sejenak,
katanya perlahan-lahan; "Adik Siang, biasanya kau sangat cerdik, mengapa hari ini
bisa berubah begitu tolol" Orang seperti Siang Biauw Yan itu
yang demikian licik dan banyak akalnya, kalau keadaan
seperti ini, walau api membakar rotan-rotan itu, kukira juga
tidak bisa berbuat apa-apa terhadap kita." berkata Tiong-sun
Hui Kheng dengan alis berdiri.
"Kalau Siang Biauw Yan tidak mendaki kepuncak ini, tetapi
membakar rotan-rotan itu, kukira juga tidak bisa berbuat apa-
apa terhadap kita." berkata pula Hee Thian Siang.
Tiong-sun Hui Kheng balas menanya; "Adik Siang, keadaan
kita sekarang ini sangat berbahaya sekali, kau jangan lagi
coba-coba sombong diri sendiri! Sekarang aku hendak tanya
padamu, diatas puncak gunung tertinggi ini apakah ada
tersedia bahan makanan dan minuman ?"
Ditanya demikian, Hee Thian Siang menggeleng-gelengkan
kepala. Tiong-sun Hui Kheng berkata pula;
"Oleh karena tidak ada bahan makanan dan minuman,
maka perlu apa Siang Biauw Yan datang kemari menghadapi
kita" Sudah cukup asal dia dengan tenang menunggu saja,
biar kita kelaparan sendiri sehingga tidak sanggup berdiam
disini lama, dan kalau hal itu telah terjadi bukankah sangat
mudah baginya untuk menangkap kita" Atau ia terus tidak
menghiraukan kita dan membiarkan kita berdiam disini selama
seminggu dua minggu, dan kita yang berada ditempat dingin
seperti ini, apalagi tidak ada bahan makanan dan minuman,
bukankah akan menjadi setan kelaparan dipunvak gunung
ini?" Hee Thian Siang waktu itu baru merasa gugup, dengan alis
dikerutkan ia berkata; "Enci, jikalau Siang Biauw Yan benar-benar berbuat seperti
apa yang kau katakan tadi, memang benar kita tidak bisa
berbuat apa-apa, hal ini sesungguhnya membuat kita tidak
berdaya sama sekali!"
"Oleh karena itu, maka kita harus tenang-tenang jangan
gugup atau cemas, kita harus memikirkan sesuatu cara
sebaik-baiknya dengan cara bagaimana kita turun dari tempat
setinggi tujuh belas tombak ini, Jikalau kita tidak berbuat
demikian, mungkin tidak bisa lolos dari cengkeraman tangan
Siang Biauw Yan!" berkata Tiong-sun Hui Kheng sambil
menganggukkan kepala. "Justru kau adalah seorang yang sangat pintar, Aku
seorang yang terlalu bodoh, Mari kita sekarang mengadu
kecepatan siapa yang lebih dahulu dapat memikirkan caranya
untuk keluar dari jalan buntu ini!"
Tiong-sun Hui Kheng sementara itu tujukan pandangan
matanya kedaerah disekitarnya, kemudian seolah-olah sudah
menemukan jalan keluar, maka lalu berkata sambil tertawa;
"Adik Siang, apakah kau merasa bahwa oleh karena setiap
kali kau selalu kalah dariku, hingga merasa penasaran?"
Hee Thian Siang tertawa, selagi hendak menjawab, Tiong-
sun Hui Kheng sudah berkata lagi;
"Tetapi kali ini jikalau kau bertaruh denganku, kau pasti
akan kalah lagi!" "Bagaimana enci dapat memastikan aku yang akan kalah
?" "Sebab aku sudah mendapatkan suatu akal yang baik!
Bahkan merupakan suatu akal yang luar biasa bagi kita untuk
turun kebawah!" Hee Thian Siang terheran-heran, tapi ia juga sangat
mengagumi gadis itu, tanyanya;
"Enci benar-benar sangat pintar sekali, akal apakah yang
engaku sudah dapati itu ?"
"Kau boleh juga coba memikirkan, Bilamana tidak ada akal
lain yang lenih baik, baru nanti akan kuceritakan padamu
mengenai akal sederhanaku itu! Sebab pikiranmu mungkin
lebih pintar dariku!"
"Enci tidak perlu memberi muka kepadaku, untuk
selanjutnya aku benar-benar tidak berani mengadu
kecerdasan otak dengan enci lagi, untuk selamanya aku rela
menjadi budakmu saja!"
"Alangkah ganjilnya ucapanmu 'menjadi budak' itu, tetapi
bagi orang yang menjadi budak yang terpenting ialah
kesetiaan, Dan kau sebagai pemuda berandalan yang sangat
romantis dimana-mana kau mempunyai kekasih, Dirimu selalu
tidak terpisah dari persoalan asmara, Mungkin disamping yang
kesatu, masih ada yang kedua, dan dikemudian hari entah
akan ada berapa banyak lagi gundik-gundik yang hendak
engkau kumpulkan?" "Enci, bukankah kau sudah berkata tidak akan cemburu
terhadap Hok Siu In dan Liok Giok Ji" Kenapa sekarang kau
bawa-bawa perasaan cemburumu itu keatas puncak gunung
Kun-lun ini?" bertanya Hee Thian Siang dengan muka merah.
Tiong-sun Hui Kheng yang mendengar pertanyaan itu
lantas tertawa cekikikan, kemudian berkata;
"Aku tidak akan bicara yang bukan-bukan lagi denganmu,
sekarang hendak melaksanakan rencanaku sendiri."
Hee Thian Siang sebetulnya tidak tahu benar siasat apa
yang hendak diambil oleh Tiong-sun Hui Kheng untuk
meloloskan diri dari bahaya ini, maka dengan perasaan
terheran-heran, ia mengawasi segala tindak-tanduknya.
Tiong-sun Hui Kheng dengan sikap tenang-tenang saja dari
pinggangnya mengambil sebuah terompet, kemudian
ditiupnya sehingga dari situ mengeluarkan suara aneh yang
mencapai kejarak jauh. Hee Thian Siang tahu ketika pertama kali bertemu dengan
Tiong-sun Hui Kheng digunung Tay-piat-san, sudah pernah
melihat gadis itu menggunakan terompet seperti itu, maka ia
tahu terompet itu besar sekali gunanya, Dan sekarang kembali
gadis itu menggunakan terompetnya yang luar biasa itu, ketika
suara terompet itu mengalun jauh ia baru sadar maksudnya,
maka lalu berkata sambil tersenyum;
"Apakah enci menggunakan alat ini hendak berbicara
dengan Siaopek dan Taywong!"
"Diatas puncak gunung yang keadaannya demikian tinggi
dan licin ini, hanya Siaopek dan Taywong dua binatang luar
biasa itu yang baru bisa naik turun dengan leluasa!"
"Adik benar-benar goblok, kalau enci perintahkan Siaopek
dan Taywong, untuk membawa sebanyak mungkin rotan-rotan
yang sangat panjang keatas puncak ini, bukankah kita dapat
gunakan untuk merambat turun?" berkata Hee Thian Siang
sambil menepok tangan dan tertawa.
"Tetapi, cara seperti ini terlalu banyak bahayanya! Apabila
kita merambat dan sedang berada ditengah-tengah lantas
dipergoki oleh Siang Biauw Yan, dan kemudian rotan itu
dibakarnya lagi, bukankah kita akan berada dalam keadaan
yang lebih berbahaya?" berkata Tiong-sun Hui Kheng dengan
menggelengkan kepalanya. "Kalau enci tidak berani menempuh bahaya, kita benar-
benar tidak dapat memikirkan cara yang lebih baik lagi!"
"Rencanaku ini boleh dikata suatu rencana yang baik,
rencana itu kunamakan dengan tenang menunggu
kedatangan kelinci yang akan datang membuka kunci
emasnya sendiri!" Hee Thian Siang telah mengulangi berkali-kali ucapan
Tiong-sun Hui Kheng itu, namun ia masih belum dapat
memahami maksud yang sebenarnya, terpaksa bertanya lagi
kepadanya; "Kalau begitu, apakah maksud enci yang sebenarnya
dengan memanggil Siaopek dan Taywong keatas puncak
gunung ini ?" "Kita barangkali memerlukan berdiam sepuluh hari atau
setengah bulan lamanya diatas puncak gunung ini, jikalau kita
tidak minta bantuan Siaopek dan Taywong untuk mencari
barang makanan bagi kita, bukankah kita nanti akan mati
kelaparan disini?" "Jadi kita harus menunggu sepuluh hari atau setengah
bulan lamanya diatas puncak gunung ini ?"
"Itu sudah tentu mengingat perhitunganku, paling sedikit
harus menunggu sepuluh hari kemudian kita baru ada
kemungkinan mendapat pertolongan! Sebelum pertolongan
tiba, bagaimana kita bisa keluar dari tempat bahaya ini ?"
Semakin Hee Thian Siang mendengar, semakin ia merasa
heran, ia bertanya lagi sambil membuka lebar matanya;
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jadi kita masih ada harapan kedatangan pertolongan ?"
"Peribahasa ada kata: Tuhan selalu akan memberi jalan
bantu kepada ummatnya, Sekarang kita sudah berada dijalan
buntu, sudah tentu akan kedatangan Tuan penolong!"
"Siapakah Tuan penolong kita itu!"
"Orang yang akan membuka ikatan itu seharusnya adalah
orang yang mengikatnya itu sendiri!"
"Maksud enci, apakah Siang Biauw Yan ?"
"Hmm! Kecuali Siang Biauw Yan, siapa lagi yang bisa
datang keatas puncak gunung Kun-lun ini untuk memberi
bantuan kepada kita?"
"Bolehkan enci menjelaskan siasat enci yang bagus itu,
supaya pikiranku tidak terganggu begitu ?"
Tiong-sun Hui Kheng minta Hee Thian Siang duduk
bersama-sama diatas sebuah batu, kemudian berkata sambil
tersenyum; "Adik Siang, setiap orang yang melakukan sesuatu
perbuatan yang khianat, untuk membanggakannya bukankah
ingin melihat sendiri hasilnya ?"
Meskipun Hee Thian Siang sudah tahu mengapa Tiong-sun
Hui Kheng dengan tiba-tiba mengajukan pertanyaan demikian,
tetapi ia masih tetap menjawab sembari menganggukkan
kepala; "Enci, itu memang sudah sewajarnya!"
"Atas dasar dugaanku inilah, coba kau pikir, apakah Siang
Biauw Yan nanti tidak akan datang mendaki kepuncak gunung
ini untuk melihat sendiri apakah kita benar-benar sudah mati
kelaparan atau tidak ?"
"Oh, dugaan enci ini memang tepat, Tetapi dengan cara
bagaimana enci tahu bahwa Siang Biauw Yan paling tidak
sepuluh hari kemudian baru akan mendaki gunung ini ?"
"Dalam pikiran Siang Biauw Yan, kita dianggapnya sudah
menjadi barang tawanan dalam jebakannya, Sekalipun tidak
ditindak juga akan mati sendiri, perlu apa dia tergesa-gesa
datang dengan menempuh bahaya ?"
"Mengenai soal ini enci sudah pernah katakan, Siang Biauw
Yan sudah memperhitungkan walaupun kita membawa bekal
rangsum kering dan air, paling lama dalam waktu tiga hari juga
sudah dimakan habis, Kalau ia sepuluh hari kemudian datang
kemari, itu berarti kita sudah menahan lapar selama tujuh hari,
sudah pasti akan mati!"
"Tetapi mengingat ucapanmu tentang kejahatan dan
kekejaman Siang Biauw Yan, aku dapat menduga, Setiap
orang yang licik dan banyak akalnya dan kejam seperti itu,
kalau melakukan sesuatu pasti ia berhati-hati, Dalam waktu
sepuluh hari, ada kemungkinan ia masih belum mau datang, ia
mungkin masih akan menunggu beberapa hari lagi, untuk
menjaga kita masih belum putus napas, Sebab apa bila kita
belum mati benar-benar, kalau ditemukan olehnya pasti akan
berlaku nekad dan bertempur dengannya!"
"Betul! Siang Biauw Yan mengira kita diatas puncak ini
akan kelaparan dan kehausan, dan pasti akan mati, sedang
kita dengan bantuan Siaopek dan Taywong yang
menyediakan barang makanan, dengan enak-enak
menantikan kedatangannya, Ini berarti ia yang terbalik
terjebak oleh kita. . . . . ." Ia berdiam sejenak seolah berpikir, kemudian
katanya pula; "Dengan berbuat demikian, meskipun
itu dapat dinamakan sebagai siasat menantikan kedatangan
kelinci, tetapi keterangan enci yang lainnya mengenai
membuka kunci emas sendiri, bagaimana enci artikan ?"
"Begitu Siang Biauw Yan nanti mendaki puncak ini, kita
tangkap dia hidup-hidup! Lalu, kita boleh meniru cara dia
mendaki kemari, turun dari tempat ini, Bukankah ini dapat
dinamakan ia yang membuka kunci emasnya sendiri telah
menyelamatkan kita ?"
Berkata sampai disitu, dari tepi tebing nampak berkelebat
bayangan putih dan kuning, benar saja siaopek dan taywong
ketika mendengar suara terompet tadi, kedua-duanya sudah
datang kepuncak yang sangat tinggi itu.
Dari pinggangnya siaopek membuka bungkusan, didalam
bungkusan itu terdapat dua ekor ayam panggang dan
sepotong daging. Sedang taywong ada membawa buli-buli besar yang
diberikan oleh Tiong-sun Hui Kheng, didalam buli-buli itu
penuh berisi arak. Tiong-sun Hui Kheng yang melihat kedatangan dua
binatang kesayangannya, lalu bertanya kepada siaopek;
"Siaopek, barang-barang hidangan dan arak ini, apakah
kau bersama taywong dapat mencuri dari istana Kun-lun-kiong
?" Siaopek mengangguk-anggukkan kepala, dan Tiong-sun
Hui Kheng kembali berkata sambil menunjuk Hee Thian Siang;
"Aku dengannya hendak bertapa kira-kira selama setengah
bulan dipuncak gunung Kun-lun ini, tidak memerlukan barang
hidangan yang begini bagus, sudah cukup apabila kau
bersama taywong, setiap tiga hari sekali mengantar makanan
kering dan air! sekarang kau lekas turun sama-sama
menemani Ceng-hong-ki, perjalananmu kemari ini harus
dilakukan dengan hati-hati dan dirahasiakan, jangan sampai
orang lain tahu bahwa kita mendapat supply barang
makanan!" Siaopek mengeluarkan suara dua kali, suatu tanda
mengerti baik pesan majikannya, lalu menarik taywong,
bersama-sama turun dari atas puncak dengan sangat lincah.
Hee Thian Siang yang menyaksikan gerakan siaopek dan
taywong demikian lincah dan gesit, diam-diam menghela
napas. Sementara itu Tiong-sun Hui Kheng sudah berkata sambil
tertawa; "Adik Siang, sekarang disini ada arak dan hidangan lezat,
Mengapa kau masih menghela napas panjang pendek ?"
"Aku sebetulnya mengagumi kepandaian enci yang dapat
menjinakkan kedua binatang itu, tetapi sayang tidak dapat
menjinakkan bangsa burung, alangkah baiknya jikalau kita
juga memelihara seekor burung raksasa yang cerdik! Kalau
kita dapat berbuat begitu, bukankah hari ini kita tidak akan
mendapat kesulitan seperti hari ini ?"
Tiong-sun Hui Kheng menatap Hee Thian Sing sejenak,
lantas berkata sambil tertawa;
"Siapa kata aku tidak dapat menjinakkan bangsa burung"
Hanya burung raksasa yang cerdik lebih susah dihadapi dari
pada binatang cerdik! Nanti setelah urusan digunung Ki-lian
selesai, aku akan berusaha untuk mendidik seekor burung
raksasa yang dapat ditunggangi untukku perlihatkan
kepadamu!" Hee Thian Siang dengan tiba-tiba teringat kepada
persiapan pertama yang diucapkan oleh Tiong-sun Hui Kheng
setengah bulan yang lalu, maka lalu bertanya;
"Enci tadi berkata kepada Siaopek bahwa kita hendak
bertapa setengah bulan lamanya dipuncak gunung yang
dingin ini, Apakah maksudmu?"
"Memang, sudah waktunya kita harus mengaso dan
bertapa disini!" menjawab Tiong-sun Hui Kheng sambil
menganggukkan kepala. "Kita toch tidak melakukan perbuatan yang melanggar hati
nurani, perlu apa harus bertapa?" Bertanya lagi Hee Thian
Siang heran. "Yang kita akan tapakan bukanlah perbuatan kita,
melainkan menapakan ilmu kepandaian kita !"
Hee Thian Siang baru melengak, Tiong-sun Hui Kheng
sudah berkata pula; "Adik Siang, coba kau pikir selama ini, dalam hal
kepandaian ilmu silat, kau sudah mewarisi tiga jurus ilmu silat
Bunga Mawar, tiga jurus ilmu menyelamatkan jiwa, dan
mendapat pula hadiah senjata pusaka bulu burung warna lima
dari Thian-i Taysu, yang dahulu pernah digunakan untuk
menaklukkan kawanan iblis, sedangkan aku juga sudah
mewarisi kepandaian sangat ampuh yang ditinggalkan oleh
Sam-ciok Cinjin, semua sudah cukup digunakan untuk
menghadapi tokoh-tokoh terkuat pada masa ini, akan tetapi,
mengenai dasar latihan kekuatan tenaga dalam, oleh karena
selama ini kita repot mengurusi banyak soal, hingga sedikitpun
tidak mendapatkan kemajuan! Jikalau tidak demikian, kau
yang sudah diwarisi kekuatan tenaga dalam oleh Duta Bunga
Mawar, dengan cara bagaimana didepan pintu goa Siang-
swat-tong, masih belum sanggup mencabut senjata tongkat
ketua partai Ki-lian" Dan akhirnya kau masih memerlukan
bantuan tenaga orang lain, barulah terhindar dari hinaan
orang" Sekarang kita yang kebetulan harus berdiam dipuncak
gunung ini selama setengah bulan, bukankah itu merupakan
suatu kesempatan baik untuk menenangkan hati dan pikiran
kita, membina kekurangan kita yang selama ini tidak kita
perhatikan baik-baik" Apa lagi waktu pertemuan digunung Ki-
lian sudah dekat, selain tokoh-tokoh kuat yang kita sudah
kenal, masih ada tiga iblis Pek-kut Sam-mo dan jago-jago
tokoh kuat yang belum pernah kita hadapi, kita yang sudah
mendapat tugas dari Duta Bunga Mawar, Dengan cara
bagaimana kau masih belum mengadakan persiapan mulai
sekarang" Tempat ini hawanya sangat dingin udaranya juga
bersih, merupakan suatu tempat yang baik sekali bagi orang
yang melatih kekuatan tenaga dalam! Maka itulah kau harus
lekas mempersiapkan diri untuk membina kekuatan tenagamu
sendiri, kecuali waktu makan dan minum serta diwaktu
beristirahat, aku tidak akan banyak bicara denganmu."
Tiong-sun Hui Kheng setelah mengucapkan perkataan itu,
ia sendiri lantas duduk diam untuk bersemedi, tidak
menghiraukan Hee Thian Siang lagi, Sesaat kemudian ia
sudah berada dalam keadaan seperti melupakan dirinya
sendiri. Sedangkan Hee Thian Siang setelah mendengar ucapan
Tiong-sun Hui Kheng yang mengandung arti dalam, juga
merasa malu terhadap dirinya sendiri, Kini setelah
menyaksikan gadis itu sudah mulai bersemedi, dalam hati
lantas timbul perasaan kagumnya, pikirnya; "Enci Tiong-sun-
ku ini, benar-benar seperti bidadari yang turun dari
khayangan, baik sifat perangainya serta kecerdikan dan
pengetahuannya, maupun kepandaian ilmu silatnya, semua
menunjukkan perbedaan yang jauh lebih tinggi dari manusia
biasa. Oleh karena ia telah mengumpamakan Tiong-sun Hui
Kheng sebagai bulan purnama, maka ia sendiri pada saat itu
telah merasakan seolah-olah tidak berarti sama sekali, maka
ia buru-buru mengikuti perbuatan Tiong-sun Hui Kheng, untuk
duduk bersemedi. Puncak diatas gunung Kun-lun itu memang merupakan
suatu tempat yang sangat bagus bagi orang untuk bertapa,
maka Hee Thian Siang dan Tiong-sun Hui Kheng sehabis
melakukan semedinya, segera dapat merasakan faedahnya,
Sekujur badannya serasa enteng, pikirannya juga lega!
Selesai bersemedi, dua orang itu membuka mata lalu
berpandangan sambil tersenyum, mereka tidak mengadakan
percakapan yang tidak ada gunanya.
Demikianlah hari-hari mereka lalui dipuncak gunung
tertinggi gunung Kun-lun-san, tanpa dieasa sepuluh hari telah
berlalu, Selama itu kecuali siaopek dan taywong yang suka
datang membawa makanan kering dan minuman, Siang Biauw
Yan belum pernah muncul disitu.
Tiong-sun Hui Kheng bertanya kepada Hee Thian Siang
sambil tersenyum; "Adik Siang, sekarang kau pasti dapat merasakan hasilnya
bersemedi selama sepuluh hari ini, yang sudah tentu
membawa faedah tidak sedikit bagimu, bukan ?"
"Terima kasih atas petunjuk enci, Selama sepuluh hari ini
dalam melakukan semediku, aku belum pernah memikirkan
hal-hal yang lain, Didalam keadaan demikian aku sudah
berhasil menyempurnakan kepandaian dan kekuatan tenaga
yang diwariskan oleh Duta Bunga Mawar, kugabungkan
dengan ilmu perguruanku Khian-thian-khi-kang, nanti kalau
benar Siang Biauw Yan datang kemari, aku akan coba-coba
dengan ilmu gabungan itu!" Berkata Hee Thian Siang sambil
tertawa. Sehabis berkata demikian, tangan kanannya digerakkan,
ditengah udara melakukan suatu gerakan menekan, sungguh
heran, sebuah batu besar yang terpisah sejarak tiga-empat
tombak jauhnya, lantas tertampak tanda bekas jari tangannya
yang sangat nyata. Tiong-sun Hui Kheng tahu bahwa Hee Thain Siang yang
sudah mendapat warisan tenaga dalam dari Duta Bunga
Mawar, kemudian makan biji mata kelabang ajaib, dan
sekarang ditambah lagi dengan latihannya bersemedi selama
sepuluh hari, maka semua ilmu yang didapatkan itu telah
digabung menjadi satu, dengan demikian maka hawa murni
dan kekuatan tenaga dalamnya sudah pasti tidak dibawah
para ketua partai besar pada dewasa ini! Akan tetapi ia tak
mau menceritakan itu semua dan tidak mau memberi pujian
terlalu tinggi, hanya berkata sambil tersenyum;
"Adik Siang, jikalau kau ingin menggunakan Siang Biauw
Yan sebagai percobaan, barangkali mungkin masih harus
menunggu tiga hari lagi!"
"Enci, kau toh tidak mempunyai ilmu ramal yang bisa
meramalkan hal-hal yang belum terjadi" Dengan cara
bagaimana kau dapat memastikan bahwa tiga hari kemudian
Siang Biauw Yan akan datang kemari ?"
"Ini adalah perhitunganku sendiri!"
"Bagaimana enci dapat menduga demikian pasti ?"
"Sesudah menunggu sepuluh hari, Siang Biauw Yan pasti
akan sangat cemas, ingin sekali menyaksikan akal busuknya
itu berhasil seperti apa yang diperhitungkan olehnya atau
tidak" Tetapi oleh karena dia salah seorang yang sangat licik
dan banyak akal untuk bertindak lebih hati-hati, terpaksa ia
harus menunggu lagi beberapa hari, baru berani datang
kemari!" "Benar. . . . ."
Satu hari lewat satu hari, sesudah hari ketiga belas, Siang
Biauw Yan bukan saja sudah bersabar sedemikian rupa,
tentunya ia akan menghitung-hitung lagi, ia dalam pikirannya
mungkin mengira bahwa kita mungkin bisa tahan sampai
sepuluh hari tidak makan, tetapi selewatnya dianggapnya
tentu tidak sanggup lagi, berdasar perhitungan itulah maka ia
pasti akan diam-diam mendaki kepuncak gunung ini, untuk
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyaksikan dengan mata kepala sendiri !"
Berkata sampai disitu Tong-sun Hui Kheng memberi
penjelasan yang lebih tegas;
"Siang Biauw Yan hendak mencelakakan diri kita dengan
jalan demikian, pasti oleh karena kau sudah mengetahui
perbuatannya yang mencelakakan diri Ti-hui-cu, barulah
hendak membinasakan kita secara diam-diam diatas puncak
gunung ini! Maka dari itu aku bukan saja berani menduga
pada waktu hari ketiga belas ini ia pasti datang, bahkan berani
menduga pula ia akan datang pada waktu tengah malam yang
sunyi!" "Enci, apabila aku dapat mempelajari pikiranmu semacam
ini, pasti banyak sekali gunanya!"
"Untuk memikirkan sesuatu persoalan, meskipun belum
tentu tepat seluruhnya, tetapi apabila kita bisa mengadakan
analisa dengan cermat, kadang-kadang dapat menduga
sebagian besar!" Dua orang itu setelah bercakap-cakap agak lama, lalu
mulai makan dan minum, setelah itu kembali bersemedi
seperti biasa. Waktu tiga hari berlalu dengan cepat, ketika malam tiba,
benar saja selewatnya tengah malam, mereka telah
mendengar suara orang mendaki gunung dengan alat logam,
suara itu kedengaran nyata, seperti orang setindak demi
setindak merambat keatas tebing itu.
Hee Thian Siang yang sudah pasang telinga sejak tadi, lalu
berkata disamping telinga Tiong-sun Hui Kheng sambil
tertawa; "Perhitungan enci benar-benar seperti dewa untuk selanjutnya aku harus memberi julukan kepadamu 'Cu Kat
Liang' wanita, bagaimana ?"
"Adik Siang jangan berkata yang bukan-bukan, mari kita
lekas rebahkan diri ditempat gelap dan pura-pura berlagak
mati, biarlah sebelum Siang Biauw Yan mendapat
pembalasannya, ia akan merasakan kegirangannya lebih
dahulu, mungkin dari mulutnya yang sudah kegirangan kita
nanti dapat mendengar sedikit keterangan tentang Liok Giok Ji
yang sebenarnya ?" Hee Thian Siang menurut, keduanya lalu merebahkan diri
disamping sebuah batu besar yang tempatnya agak gelap.
Suara ketokan batu gunung semakin lama terdengar
semakin dekat, tak lama kemudian imam tua itu benar-benar
sudah muncul dipuncak gunung dengan membawa seutas
rotan yang besar dan panjang.
Hee Thian Siang diam-diam mencuri lihat, tampak sepatu
yang dipakai oleh Siang Biauw Yan, ujungnya ternyata
diperlengkapi dengan sepasang kaitan besi yang tajam,
hingga ia tahu sepatu semacam itulah barangkali yang
digunakan oleh orang-orang Kun-lun-pay untuk mendaki
gunung. Sementara mengenai rotan panjang yang dibawa oleh
Siang BIauw Yan, barangkali karena menganggap dengan
menggunakan semacam itu bagaimana pun juga memerlukan
banyak tenaga, maka ia membawa rotan yang sangat panjang
supaya kalau diwaktu turun nanti bisa lebih mudah.
Begitu tiba diatas puncak, mata Siang Biauw Yan menyapu
keadaan disekitarnya, tampak diri Hee Thian Siang dan Tiong-
sun Hui Kheng kedua-duanya rebah tengkurap didekat batu
besar tanpa bergerak sedikitpun juga, dua orang itu seolah-
olah sudah putus nyawanya.
Menyaksikan keadaan demikian, ia sangat bangga dan
girang sekali, maka lantas melupakan dirinya sendiri dan
mengoceh sendirian; "Barang siapa yang mengetahui rahasiaku pasti mengalami
nasib yang serupa, Thio Giok, Phoa Sa dan In Ya Hok,
semuanya sudah menjadi setan gentayangan digunung Tay-
pa-san, dan bocah Hee Thian Siang ini kini juga sudah
menjadi setan kelaparan diatas puncak gunung ini, maka
kedudukanku sebagai ketua, barangkali sudah aman."
Berkata sampai disitu, barangkali karena terlalu girang ia
sudah tertawa terbahak-bahak sendiri.
Hee Thian Siang kini baru tahu bahwa bukan saja Liok Giok
Ji pernah secara menggelap dengan menggunakan senjata
duri berbisanya sehingga kemudian terjadilah perbuatan yang
tidak diingini dengan dirinya digoa kuno itu, bahkan tiga murid
angkata muda dari golongan Kun-lun, semua juga sudah
dibinasakan cara serupa oleh paman seperguruannya sendiri
yang waktu itu sudah ter-gila dengan kedudukan ketua.
Tetapi Siang Biauw Yan yang masih lupa diri dan dalam
keadaan tertawa, dengan tiba-tiba berkata lagi seorang diri
sambil mengerutkan alisnya;
"Sayang dari sikap dan ucapan Hee Thian Siang, Liok Giok
Ji ternyata masih belum mati, ini akan merupakan suatu
ancaman dan bahaya besar bagiku dikemudian hari,
Sedangkan didunia yang luas ini, kemana aku harus mencari
dia ?" Sambil berbicara, lengan bajunya dikebutkan dengan
perasaan gemas, apa mau, hembusan angin yang keluar dari
kibasan lengan bajunya tadi, telah menyapu buli-buli arak
yang diletakkan dibelakang sebuah batu besar, bersamaan
dengan itu, tulang-tulang ayam dan lain-lainnya juga
berhamburan oleh kebutan tadi.
Siang Biauw Yan yang dengan secara tiba-tiba
menemukan buli-buli arak dan tulang-tulang ayam itu bukan
kepalang terkejutnya, sepasang matanya menunjukkan sinar
beringas, mata itu kembali ditujukan kepada Hee Thian Siang
dan Tiong-sun Hui Kheng yang menggeletak tidak jauh
dibelakang batu tadi. Hee Thian Siang sebetulnya ingin tahu jejak Liok Giok Ji,
oleh karenanya maka ia berlagak mati untuk mendengar
keterangan dari mulut Siang Biauw Yan sendiri dan kini
setelah mengetahui itu semua, maka ia tidak perlu berlagak
mati lagi, Dengan tiba-tiba ia lompat bangun dan berkata
sambil tertawa terbahak-bahak;
"Ciangbunjin, mengapa sekarang baru datang" Hee Thian
Siang dan Tiong-sun Hui Kheng sudah lama menantikan
kedatanganmu, karena hendak mengucapkan terima kasih
kepadamu yang sudah meminjamkan tempat sebaik ini untuk
kita melatih ilmu silat dengan tenang, bahkan dengan baik hati
kau sudah menyediakan arak dan hidangan lezat, maka atas
budimu ini kami berdua tidak akan bisa melupakan!"
Siang Biauw Yan yang sangat licik, sejak melihat buli-buli
arak dan tulang-tulang ayam, sudah mengetahui gelagat tidak
beres, maka diam-diam ia sudah mengerahkan kekuatan
tenaganya untuk membunuh dua anak muda itu.
Maka dari itu, baru saja Hee Thian Siang mengucapkan
perkataan itu, Siang Biauw Yan sudah memperdengarkan
suaranya dari hidung, kemudian lengan bajunya yang
gerombolan dikebutkan, hingga kekuatan tenaga dalam yang
meluncur dari situ telah menggulung Hee Thian Siang dan
Tiong-sun Hui Kheng dengan hebat.
Serangannya secara mendadak itu, selanjutnya bahkan
disusul dengan serangan senjatanya duri berbisa sebanyak
tujuh delapan buah dengan cara bertebaran, mengarahkan
bagian kematian ditubuh Hee Thian Siang dan Tiong-sun Hui
Kheng. Tetapi Hee Thian Siang sudah tahu kekejaman dan
keganasan Siang Biauw Yan, sejak tadi ia sudah siap-sedia,
maka ketika itu ia sudah mengerahkan kekuatan tenaga
dalamnya dari ilmu perguruannya sendiri ketangan kanan,
untuk menyambut serangan Siang Biauw Yan tadi, sedang
tangan kanannya segera membuka jaring wasiat warna
merah, untuk menjaring senjata berbisa Siang Biauw Yan.
Kekuatan tenaga dalam yang keluar dari kedua belah
pihak, waktu itu belum tampak siapa yang lebih hebat, begitu
saling beradu lantas terpecah, tapi senjata rahasia duri
berbisa sebanyak tujuh delapan buah itu sebaliknya dengan
sangat mudah sekali sudah terjaring oleh jaring wasiat Hee
Thian Siang. Bukan kepalang terkejutnya Siang Biauw Yan, sehingga ia
lompat mundur beberapa langkah, Diam-diam merqasa heran,
sebab serangannya dengan lengan jubah tadi yang
menggunakan kekuatan tenaga sepenuhnya, dengan cara
bagaimana dapat dipunahkan dengan tenang oleh lawannya
itu " Hee Thian Siang menyerahkan jaring wasiat yang sudah
berisi senjata duri berbisa kepada Tiong-sun Hui Kheng,
kemudia ia mendekati Siang Biauw Yan dan berkata, katanya
sambil tertawa terbahak-bahak;
"Siang Biauw Yan, oleh karena kau ini telah merebut
kedudukan ketua partaimu dengan cara keji dan beruntun kau
telah mencelakakan secara menggelap kepada Ti-hui-cu dan
Liok Giok Ji, kemudian kau juga sudah membinasakan kepada
murid keponakanmu sendiri Thio Giok, Phoa Sa dan In Ya
Hok, kau ini sesungguhnya merupakan seorang berhati
binatang yang sangat kejam, dosamu seperti itu tidak dapat
bisa diampuni, maka puncak gunung Kun-lun ini, barangkali
merupakan tempatmu yang terakhir dalam dunia ini!"
Siang Biauw Yan sambil mengerahkan kekuatan tenaga
dalamnya, berkata dengan nada suara dingin;
"Apa yang kau maksudkan dengan orang berhati binatang
yang sangat kejam" Apa yang kau maksudkan dengan tempat
terakhir" Aku tidak tahu semua itu, aku hanya tahu didalam
dunia yang penuh kejahatan dan setiap orang berusaha
berebut nama dan kedudukan seperti ini, yang menang boleh
menjadi jago, yang kuat boleh hidup dan yang lemah harus
mati!" Baru saja menutup mulutnya, kembali sudah melancarkan
serangannya yang sangat ganas, dengan ilmunya dari
golongan Kun-lun yang terampuh, lima jari tangan kanannya
dipentang bagaikan kaitan, untuk menyambar tenggorokan
Hee Thian Siang, Ia malah sudah siap apabila Hee Thian
Siang dapat mengelak, ia akan lompat tinggi keatas dengan
menggunakan gerak tipu ilmu silat yang dinamakan Naga
unjuk diri dalam awan tiga kali, hendak membinasakan Hee
Thian Siang. Hee Thian Siang sudah tahu bahwa serangan Siang Biauw
Yan itu meskipun mengandung kekuatan hebat, tetapi hanya
gerak-tipu belaka, imam itu pasti akan menantikan kesempatan selagi dirinya menyambut serangan tadi, barulah
merubah siasatnya melancarkan serangannya yang lebih
ganas. Oleh karena Hee Thian Siang terlalu banyak memiliki
kepandaian ilmu silat dari tokoh-tokoh kenamaan, nyalinya
semakin besar, maka ia sengaja mengiringi kehendak
lawannya, dengan berdiri tegak bagaikan gunung Tay-san,
tangan kirinya digunakan untuk melindungi bagian dada,
sedang tangan kanan digunakan untuk menahan serangan
musuh. Gerak tipu yang digunakan oleh Siang Biauw Yan tadi
sebetulnya boleh digunakan sebagai gertakan belaka, apabila
lawannya menganggap itu sebagai suatu gerak tipu kosong
tidak begitu menghiraukannya, maka ia segara mengerahkan
kekuatan tenaga dalamnya kepada lima jari tangannya untuk
melakukan serangan yang lebih hebat, Apabila dipandang
serangan sungguh-sungguh oleh lawannya, disambut dengan
tenaga penuh, baru ia akan melancarkan serangan yang
mengandung banyak perobahan.
Kini setelah melihat Hee Thian Siang berdiri tegak dan
menggunakan kekuatan tenaga hendak menyambut
serangannya, ia lalu memperdengarkan suara dingin, tangan
kanannya mendesak keluar, tangan kirinya menggunakan
jubahnya untuk mengebut, itu merupakan gerakan seekor
Naga dan kemudian ia lompat melesat setinggi empat tombak
lebih, setelah itu ia membuat gerakan salto dan terus menukik
dalam sikap menyergap, dalam keadaan demikian sepasang
matanya tampak beringas, dua tangannya bergerak seperti
mau menerkam, gerakan itu mengandung hembusan angin
demikian hebat, hingga didaerah sekitar lima enam tombak,
semua sudah terkurung olehnya.
Hee Thian Siang ada maksud hendak menunjukkan
kepandaiannya diahadapan Tiong-sun Hui Kheng, ia sengaja
tidak menghiraukan, sehingga tangannya pun tidak diangkat
untuk menyambut, ia hanya miringkan kepalanya mengawasi
gerakan Siang Biauw Yan, sikapnya sangat tenang dan
sombong sekali. Tiong-sun Hui Kheng menonton dari samping lantas
berseru; "Adik Siang, kau jangan terlalu gegabah! itu adalah ilmu
serangan tangan Naga tiga kali unjuk diri didalam awan, ilmu
terampuh dari golongan Kun-lun!"
Pada saat Tiong-sun Hui Kheng memberikan peringatan
itu, Siang Biauw Yan sudah menerkam kepada Hee Thian
Siang. Hee Thian Siang waktu itu kalau mau menggunakan salah
satu dari ilmu yang didapat dari Duta Bunga Mawar, atau ilmu
yang didapat dari Thian-i Siang-jin, dengan mudah ia dapat
memunahkan serangan hebat Siang Biauw Yan itu.
Tetapi ia sejak bersemedi melatih ilmunya selama sepuluh
hari diatas puncak gunung itu, sudah berhasil
menyempurnahkan kekuatan tenaga dalamnya yang diwarisi
oleh Duta Bunga Mawar, maka ia sengaja tidak menggunakan
ilmunya dari Duta Bunga Mawar dan Thian-i Siang-jin u8ntuk
menghadapi lawannya, sebaliknya ia malah melesat keatas,
ditengah udara ia menggunakan kedua tangannya, dengan
ilmunya Khian-thian-khi-kang dari perguruannya sendiri untuk
mengadu kekuatan dengan Siang Biauw Yan.
Jikalau ditinjau dari kekuatan tenaga dalamnya Hee Thian
Siang pada waktu itu, meskipun boleh dibilang ia lebih kuat
dari pada Siang Biauw Yan, akan tetapi kerena yang satu
menerkam dari atas sedangkan yang lain menyambut dari
bawah, sudah tentu agak merugikan dirinya, maka dalam
mengadu kekuatan itu, kesudahannya menjadi seri, Hee Thian
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siang terpental mundur tiga kaki, dan Siang Biauw Yan
terpental mundur setombak lebih, bedanya ialah yang tersebut
belakangan ini darahnya terasa bergolak, hingga matanya
berkunang-kunang. Tiong-sun Hui Kheng yang menyaksikan itu, lalu berkata
sambil mengerutkan alisnya;
"Adik Siang, mengapa kau tidak menggunakan
kepandaianmu yang terampuh, sebaliknya kau mencari
kesulitan sendiri ?"
Selama itu, Hee Thian Siang sudah berhasil memulihkan
kekuatan tenaga dalamnya, maka ketika mendengar ucapan
itu lantas berkata sambil tersenyum;
"Enci jangan khawatir, karena aku tadi ingin mencoba hasil
yang didapat selama melatih ilmu sepuluh hari diatas gunung
ini, dan kedua aku merasa untuk menghadapi orang seperti
Siang Biauw Yan ini rasanya masih tidak terlalu perlu sampai
harus menggunakan ilmu menyelamatkan jiwa atau tiga jurus
ilmu Duta Bunga Mawar!" Berkata sampai disitu, ia menatap
Siang Biauw Yan dengan sikap mengejek, ia berkata sambil
tertawa dingin: "Siang Biauw Yan, meskipun kau mencuri dan merampas
kedudukan ketua golonganmu, tetapi sekarang juga terhitung
salah seorang ketua dari satu partai, Aku sudah menyambut
dua kali seranganmu, aku merasa bahwa ilmu jari golongan
Kun-lun-pay dan ilmu yang terampuh Naga tiga kali unjuk diri
didalam awan, ternyata hanya bernama kosong belaka,
karena tidak ada buktinya! Pribahasa ada kata: 'Menerima
apa-apa harus balas memberi', maka aku akan
mengembalikan dua kali serangan dari golongan Pak-bin,
biarlah kau yang mendapatkan kedudukan ketua secara tidak
mudah ini untuk merasakan sendiri bagaimana seranganku
ini!" Oleh karena dua kali serangan Siang Biauw Yan tadi telah
gagal semua, sedangkan senjata rahasia duri berbisa juga
sudah terjaring oleh jaring wasiat Hee Thian Siang, maka
waktu itu ia sudah mengerti gelagat tidak baik, terpaksa diam-
diam berusaha memulihkan kekuatan tenaganya dan siap
hendak menggunakan ilmunya yang terakhir tetapi yang
mematikan, Apa mau sebelum ilmunya itu digunakan, Hee
Thian Siang sudah mulai membuka serangannya dengan dua
macam gerak tipu yang dilancarkan olehnya, sudah
menggempur bagian dadanya.
Siang Biauw Yan yang sebelumnya sudah dikatakan
sebagai ketua dari satu partai oleh Hee Thian Siang, sudah
tentu ia tidak ada muka untuk merasa takut, terpaksa
menyambut serangan itu sambil menggigit bibir.
Dua kali beradunya tenaga tadi telah menimbulkan suara
sangat hebat, tampak Siang Biauw Yan mundur terhuyung-
huyung hingga dua langkah, bahkan sudah berada ditepi
tebing. Hee Thian Siang tertawa terbahak-bahak dan berkata;
"Jikalau dilihat dari keadaan seperti ini, sudah cukup aku
mengeluarkan sepulah kali pukulan lagi, namun aku tidak tahu
Ciangbunjin masih berani menyambut beberapa kali?"
Setelah itu, ilmunya Khian-thian-khi-kang dikerahkan, ia
sudah siap hendak mendorong jatuh Siang Biauw Yan
kebawah gunung. Tetapi Siang Biauw Yan yang sudah merasa ditepi tebing,
juga sudah merasa bahwa serangan Hee Thian Siang terlalu
hebat, maka ia buru-buru lompat kesamping, dan pada waktu
itulah ia sudah melontarkan rotan panjangnya yang semula
hendak digunakan untuk merambat turun dari puncak gunung
itu. Rotan panjang itu besar sekali gunanya bagi Hee Thian
Siang dan Tiong-sun Hui Kheng kini ternyata sudah dilempar
kebawah gunung oleh Siang Biauw Yan, maka Hee Thian
Siang yang menyaksikan perbuatan itu menjadi marah, dan
membentak padanya dengan suara keras;
"Siang Biauw Yan, kau demikian kejam, sesungguhnya
sudah tidak dapat diampuni lagi, lebih baik kau serahkan
nyawamu secara baik-baik!"
Selagi hendak menggunakan serangannya dengan ilmunya
yang mematikan, mendadak tampak tangan Siang Biauw Yan
memegang sebuah benda berkilauan.
Benda berkilauan itu berbentuk kumis naga yang
panjangnya hanya satu kaki setengah, tetapi meskipun benda
itu kecil, tetapi dibagian kepala tampak besar, seolah-olah
dibuat oleh seorang ahli yang sangat pandai.
Siang Biauw Yan dengan tangan memegang senjata aneh
itu, sikapnya menunjukkan seolah-olah ada yang diandalkan
hingga dibibirnya tersungging senyuman bangga.
Hee Thian Siang dan Tiong-sun Hui Kheng semula merasa
heran dengan senjata itu, dalam hatinya berpikir: benda
seperti naga kecil ini, apakah senjata aneh Siang Biaw Yan"
Tetapi nampaknya meskipun buatannya sangat bagus, namun
bentuknya agak kecil, rasanya tidak bisa mengeluarkan
serangan hebat. Siang Biaw Yan ketika melihat Hee Thian Siang dan Tiong-
sun Hui Kheng mengawasi senjata di tangannya lalu berkata
sambil tertawa bangga: "Apakah kamu kenal dengan barang ini?"
"Itu hanya sebatang senjata berbentuk naga yang kecil
saja, apa artinya?" berkata Hee Thian Siang.
"Kau masih bau pupuk bawang, pantas kalau kau tidak
kenal dengan senjata pusaka yang tidak ada keduanya ini!"
berkata Siang Biaw Yan dengan sombongnya, setelah ia
berdiam sejenak, lalu berpaling dan berkata kepada Tiong-sun
Hui Kheng : "Usiamu lebih besar, seharusnya kau sudah pernah
mendengar dari ayahmu, tiga puluh tahun berselang, di dalam
rimba persilatan ada seorang aneh luar biasa, yang pandai
membuat berbagai jenis benda yang aneh-aneh, bahkan
namanya sangat terkenal dengan senjata rahasianya."
Prabarini 3 Si Pemanah Gadis Karya Gilang Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan 21
Tay Cao sudah berkata sambil tertawa dingin: "Dengan cara
bagaimana, nama tempat saja tidak tahu" Leng-hok-hwat
harap berlaku hati-hati dengan setan kecil yang banyak
akalnya ini, jangan sampai tertipu oleh akal muslihatnya."
Leng Biauw Biauw berkata sambil tertawa besar: "Khie
cianbunjin, dalam rimba persilatan dewasa ini, siapakah yang
berani main gila terhadap Leng Biauw Biauw dan Tang Siang
Siang" Kita hendak mengikuti Hee Thian Siang ini untuk
menjumpai May Ceng Ong. Setelah kita membereskan
perselisihan yang lama nanti akan lekas kembali! Kau boleh
menggali lobang untuk mengubur kudamu, tidak usah
mengkuatirkan diri kita!"
Sebelum Khie Tay Cao membuka mulut, Leng Biauw Biauw
sudah berkata kepada Hee Thian Siang sambil tersenyum:
"Hee Thian Siang, kita bersedia menjumpai May Ceng Ong,
kau dengan kera putih ini jalanlah lebih dulu untuk memberi
petunjuk kepada kita!"
Hee Thian Siang dengan hati pilu mengawasi kuda yang
sudah menggeletak menjadi bangkai, kemudian berkata
kepada Khie Tay Cao: "Khie Tay Cao, pada hari pembukaan
partai Ceng-thian-pay nanti, Hee Thian Siang hendak
menuntut balas untuk kuda yang patut dikasihani nasibnya ini.
Kau harus hati-hati untuk memberikan keadilan kepadaku!"
Sehabis berkata demikian, bersama siaopek keduanya lari
menuju ke selatan. Leng Swat Siangjin Leng Biauw Biauw dan Hok-thian Mo-
lie Tang Siang Siang, juga bertindak mengikuti jejak Hee
Thian Siang, hanya Khie Tiay Cao yang menyaksikan itu
dengan wajah pucat pasi, amarahnya meluap-luap, segera
tongkatnya digunakan lagi untuk mengempur batu yang tidak
berdosa. Setelah berjalan melalui 2 puncak gunung Hee Thian Siang
sambil berjalan berkata kepada Leng Biauw Biauw dan Tang
Siang Siang: "Hee Thian Siang ucapkan terima kasih kepada
locianpe berdua yang sudah memberi saluran tenaga kepada
Hee Thian Siang selagi menghadapi kesulitan, hingga Hee
Thian Siang berhasil mencabut tongkat Khie Tay Cao yang
berat itu!" "Urusan sepele ini tak perlu kau sebut-sebut lagi, satu hal
yang aku ingin mendapat keteranganmu. Menurut keterangan
Pek Thao Losat Phao Sam-kow, kau sudah dibokong olehnya
dengan memakan dua butir pil Kiu-han-tim, hingga tulang-
tulang sunsummu pada beku dan waktu itu sudah pingsan,
dengan cara bagaimana kau masih..." Berkata Leng Biauw
Biauw sambil tertawa. Phao Sam-kow meskipun seorang yang sangat kejam dan
jahat, tetapi Hee Thian Siang adalah orang yang masih
dilindungi oleh Tuhan, secara kebetulan Hee Thian Siang
ditemui oleh Ceng-mo Tiong-sun locianpe dan kemudian diberi
pertolongan, bukan saja tulang-tulang sumsun Hee Thian
Siang tidak sampai beku seperti es, sebaliknya malah dengan
dua butir pilnya kiu-han-tan Phao-sam-kow dapat menawarkan
racun api yang berada didalam tubuh Hee Thian Siang!"
Menjawab Hee Thian Siang sambil tertawa.
"Ho. ho, kiranya kau telah ketemu dengan Thian-gwa Ceng-
mo Tiong-sun Seng yang suka mengurusi orang" Tetapi
apakah Liok Giok Jie tahu kalau kau masih belum mati?"
Berkata Leng Biauw Biauw.
"dari mulut Tiong-sun locianpe, dia sudah tahu bahwa Hee
Thian Siang hidup kembali dari kematian, belum mati benar!"
Menjawab Hee Thian Siang sambil menganggukkan kepala!
"Dimana sekarang dia berada?" Bertanya pula Leng Biauw
Biauw. "Ketika dia mendengar keterangan bahwa Hee Thian Siang
masih belum mati dan melihat Hee Thian Siang hendak sadar
kembali, lantas pergi dengan tiba-tiba, katanya selanjutnya dia
akan menyucikan diri, tak mau menemui Hee Thian Siang
lagi!" Menjawab Hee Thian Siang.
Leng Biauw Biauw yang ada hubungannya dengan anak,
ketika mendengar ucapan itu lantas menarik nafas panjang,
hatinya berasa pilu. Hee Thian Siang yang sangat cerdik, melihat sikap Leng
Biauw Biauw ia sudah mengetahui bagaimana perasaan
nyonya tua itu, maka lalu berkata dengan suara lantang: "Leng
locianpe harap jangan kuatir. Nanti setelah pertemuan hari
pembukaan partai baru Ceng-thian-pay selesai, Hee Thian
Siang pun harus melakukan perjalanan keujung dunia, juga
akan menemukan adik Giok!"
Leng Biauw Biauw mendengar ucapan itu perasaannya
mulai lega, tanyanya sambil menatap wajah Hee Thian Siang:
"Kau nanti setelah menemukan Liok Giok Jie, apakah kau
masih akan mengecewakan cintanya terhadap dirimu?"
Wajah Hee Thian Siang menjadi merah, ia menggelengkan
kepala sebagai jawabannya.
Leng Biauw Biauw berkata pula sambil tertawa: "Kalau kau
tak akan mengecewakan harapannya itulah bagus! Apabila
kau melanggar janjimu ini, jangan salahkan kalau aku akan
berlaku kejam terhadapmu, aku nanti juga akan jadikan kau
patung es didalam goa Siang-swat-tong!"
Hee Thian Siang yang beradat tinggi hati dan keras kepala,
terhadap siapapun juga tak mau menyerah, ketika mendengar
ucapan itu, sepasang alisnya berdiri dan berkata: "Leng
locianpe harap jangan mengucapkan demikian, apa sebabnya
Hee Thian Siang tak akan mengecewakan hati Liok Giok Jie
ialah karena hati nurani tidak mengizinkan berbuat demikian,
apalagi semula lantaran dia, Hee Thian siang melakukan
perjalanan jauh kegunung Bi-san, untuk minta restu
dihadapana Makam Bunga Mawar. Bukanlah karena takut
ancaman locianpe, ketahuilah locianpe, bahwa Hee Thian
Siang adalah seorang yang keras kepala, selamanya tak
takut..." Leng Biauw Biauw berkata sambil tertawa geli: "Jikalau kau
bukan seorang yang keras kepala dan tinggi hati, sehingga
menyenangkan orang-orang, bagaiman Liok Giok Jie bisa
jatuh cinta kepadamu" Apa katamu tadi" Kau lantaran dia
telah menempuh perjalanan jauh kegunung Bin-san untuk
minta restu dari Makam Bunga Mawar, apakah artinya itu?"
Hee Thian Siang tahu bahwa Leng Biauw Biauw adalah ibu
kandung Liok Giok Jie, sedangkan Tang Siang Siang adalah
ibu kandung Hok Siu-im. Tetapi ia masih pura-pura tidak tahu
dan menceritakan seluruh perjalanannya mulai pertama pergi
kegunung Bin-san untuk minta restu Makam Bunga Mawar
dan kemudian ia mengadakan hubungan dengan Tiong-sun
Hui Kheng Hok Siu-Im dan Liok giok Jie, ketiga gadis itu
ternyata sama-sama jatuh cinta kepadanya, hingga
menyulitkan dirinya sendiri.
Kiu-thian Mo-lie Tang Siang Siang sehabis mendengar
penuturan itu lantas berkata sambil tertawa: "Peribahasa ada
kata: DIANTARA DUA WANITA ADALAH YANG MENJADI
SUAMINYA YANG SULIT! Tetapi kau masih memikirkan
sekaligus hendak mendapatkan ketiga gadis itu, benar-benar
hebat sekali kau ini!"
Hee Thian Siang mendengar ucapan itu lalu teringat
kepada diri Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang sendiri
yang menikah dengan seorang suami May Ceng Ong hingga
akhirnya timbul kericuhan demikian hebat.
Leng Biauw Biauw mengawasi Tang Siang Siang sejenak,
katanya sambil tersenyum: "Tentang Liok Giok Jie dan Hok
Siu Im kita semua sudah melihatnya, hanya Tiong-sun Hui
Kheng kita hanya tahu bahwa dia adalah anak tunggal Thian-
gwa Ceng-mo Tiong-sun seng. Bagaimana rupanya dan
kepandaian ilmu silatnya" Apakah dapat dibandingkan dengan
Liok Giok Jie dan Hok Siu Im?"
Hee Thian Siang berkata sambil menunjuk bintang-bintang
cemerlang diatas langit: "Liok Giok Jie dan Hok Siu Im, kita
boleh umpamakan bintang cemerlang diatas langit itu. "
"Dan bagaimana dengan Tiong-sun Hui Kheng?" tanya
Tang Siang Siang sambil tersenyum.
Hee Thian Siang sambil memandang bulan purnama diatas
langit, berkata: "Tiong-sun Hui Kheng kita boleh umpamakan
sebagai bulan yang berada dilangit itu!"
Kera putih siaopek yang paham bahasa manusia semula
ketika mendengar Hee Thian siang memuji Liok Giok Jie, Hok
Siu Im dan kemudian menyebut nama Tiong-sun Hui Kheng
perdelikkan sepasang matanya yang merah mengawasi Hee
Thian Siang, tetapi kini setelah dengan disebutnya nama
Tiong-sun Hui Kheng dan disebandingkan dengan rembulan,
lantas unjukkan tertawa girangnya dan sikapnya yang sangat
lucu. Siang Swat Sianjin Leng Biauw Biauw agaknya
menganggap Hee Thian Siang terlalu mengagumi Tiong-sun
Hui-kheng maka lalu berkata: "Aku tidak percaya bahwa
Tiong-sun Hui-kheng adalah seorang gadis yang demikian
baik. Aku ingin mendapat kesempatan untuk menyaksikan
sendiri!" "Tidak perlu mencari lain kesempatan, enci Tiong-sun Hui-
kheng itu kini sedang mengawasi May Ceng Ong locianpe,
disana menantikan kedatangan locianpe berdua" Berkata Hee
Thian Siang sambil tertawa.
Tang Siang Siang mendadak menghentikan langkahnya
dan bertanya sambil mengawasi Hee Thian Siang: "Hee Thian
Siang, kau barangkali sudah membohongi kita, sebetulnya
siapakah yang mengundang kita, May Ceng Ong atau bukan?"
"Harap locianpe jangan kuatir. Hee Thian Siang tak akan
berani mempermainkan locianpe berdua!" Berkata Hee Thian
Siang sambil memberi hormat.
Siang-swat Siangjin Leng Biauw Biauw juga melihat gelagat
telah tertipu oleh Hee Thian Siang, katanya dengan suara
dingin: "Hee Thian Siang, kau jangan coba mengelabui kita
dengan omongan manis lagi, May Ceng Ong tak mungkin
berada didalam rumah makan didesa kecil itu!"
Hee Thian Siang diam-diam mengagumi lihaynya nyonya
itu, ia berkata sambil tersenyum: "Dua locianpe memang betul,
May Ceng Ong locianpe memang tidak berada didalam rumah
minum didesa kecil, waktu itu oleh karena dihadapan goa
Siang-swat-tong terdapat banyak orang-orang Kie-lian-pay,
maka Hee Thian Siang terpaksa tidak berani berkata terus
terang!" Leng Biauw Biauw mengawasi Hee Thian Siang dalam-
dalam, katanya lambat-lambat: "Sekarang kecuali kau dan kita
berdua, sudah tidak ada orang lain lagi, kau seharusnya
sudah boleh berkata terus-terang!"
Hee Thian Siang menganggukkan kepala dan berkata
sambil tersenyum: "May locianpe sekarang ini berada didalam
kamar Bo-ciu-sek dilembah Leng-cui-kok digunung Ko-le-
kong-san!" Tang Siang Siang terkejut, tanyanya: "Jadi, dia sudah pergi
dilembah Leng-cui-kok digunung Ko-le-kong-san?"
Hee Thian Siang menganggukkan kepala, sementara itu
Leng Biauw Biauw lantas berkata: "Kamar Bo-ciu-sek
dilembah Leng-cui-kok adalah tempat kita yang lama, juga
merupakan suatu tempat yang menimbulkan kenangan sedih.
Kita tidak suka mengunjungi tempat itu lagi, ianya dapat
membangkitkan kesedihan perasaan dimasa yang lampau,
sebaiknya kau suruh May Ceng Ong datang sendiri kegoa
Siang-swat-tong digunung Kie-lian-san untuk menyelesaikan
persoalan kita yang lama!"
Sehabis berkata demikian, bersama Tang Siang Siang
hendak membalikkan diri, agaknya tidak mau melanjutkan
perjalanan lagi. Hee Thian Siang yang menyaksikan keadaan demikian,
dalam hati merasa cemas, kembali mengeluarkan kata-kata
untuk membohongi kedua nyonya itu lagi: "Leng dan Tang
locianpe harap jangan tergesa-gesa dulu. Apabila locianpe
berdua tidak mau pergi kelembah Leng-cui-kok digunung Ko-
le-kong-san, maka untuk selanjutnya tidak akan bisa bertemu
lagi dengan May Ceng Ong Locianpe!"
Beberapa patah kata itu benar saja membuat Leng Biauw
Biauw dan Tang Siang Siang membatalkan maksudnya,
sementara itu Leng Biauw Biauw lantas bertanya: "Apa artinya
ucapanmu ini?" Dengan pura-pura bersikap sungguh-sungguh, Hee Thian
Siang berkata: "May locianpe, entah mendapat gangguan apa,
telah kandung maksud hendak menghabiskan jiwa didalam
kamar Bo-ciu-sek itu!"
Mendengar ucapan itu, Kiu-thian Mo-lie tang Siang Siang
berkata kepada Leng Biauw Biauw sambil tertawa dingin:
"Bagaimana dia bisa berubah demikian jauh" Kini ternyata
hendak mengakhiri hidupnya untuk melepaskan tanggung-
jawabnya, kemana perginya sikap galak dan sombong
dahulu?" JILID 19 Leng Biauw Biauw hanya menjawab dengan menggerutu,
sementara itu, Hee Thian Siang telah berkata pula :
"Ketika Hee Thian Siang bersama enci Tiong Sun bersama-
sama pesiar di gunung Ko-le-kong-san, secara kebetulan telah
menolong May locianpwe dalam kesulitannya!
Tetapi tampaknya May locianpwe sudah bertekad dengan
maksudnya hanya terkecuali Leng dan Tang locianpwe, bisa
diundang datang ke kamar Bo ciu sek, untuk berjumpa
dengannya supaya menyelesaikan urusan dahulu, jikalau
tidak, dia akan mengakhiri hidupnya dengan jalan tidak mau
makan!" Leng Biauw Biauw mengerutkan alisnya dan tertawa getir,
lalu berkata kepada Tang Siang Ing : "Apabila dia binasa,
usaha kita selama bertahun-tahun ini bukankah juga akan sia-
sia belaka" Tampaknya kita terpaksa akan berkunjung ke tempat lama
dahulu, kita terpaksa akan melakukan perjalanan ke lembah
Leng cui kok." Tang Siang Siang masih belum menjawab, Hee Thian
Siang sudah melanjutkan ucapannya :
"Enci Tiong-sunku, oleh karena melihat May-locianpwe
terlalu berduka, maka ia berdiam di Ko-le-kong-san untuk
menghiburi May locianpwe, di samping itu ia suruh boanpwe
malam-malam berangkat ke gunung Kie-lian untuk
mengundang kedua locianpwe !"
Kebohongan itu disusun demikian rapi, hingga Leng Biauw
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Biauw dan Tang Siang Siang tidak sampai timbul
kecurigaannya. Maka bersama Hee Thian Siang dan siaopek,
sama-sama pergi menuju ke lembah Leng cui kok di gunung
ko-le-kong-san. Dalam perjalanan, Hee Thian Siang teringat kepada
tindakan Tang Siang Siang yang dahulu pernah menangkap
siaopek dari atas tebing, maka lalu bertanya kepada dua
nyonya tua itu sambil tertawa :
"Gerakan cianpwe berdua sesungguhnya sangat
mengagumkan Hee Thian Siang, entah itu apa namanya, dan
dari golongan mana?"
Leng Biauw Biauw menjawab sambil tertawa :
"Kepandaian ilmu silat kita, semua berasal dari golongan
sesat, gerakanku itu dinamakan Sin mo cit hong, sedang
gerakan Tang locianpwe dinamakan Thian mo bu eng !"
"Kepandaian ilmu sebetulnya tidak perlu dibagi-bagi
golongan baik atau sesat, pelajaran tergantung pada pikiran
dan hatinya, apabila jujur dan benar, sudah tentu akan
menghapus segala kejahatan. Sekalipun belajar dari golongan
baik-baik, apabila hatinya tidak benar-benar mudah saja
berubah menjadi iblis! Apabila menyadari kebenaran dan
menjalani kejahatan, sekalipun iblis juga bisa berubah menjadi
dewa!" berkata Hee Thian Siang sambil tertawa.
"Jika kau tidak pandang hina kepada ilmu dalam dari kita, di
kemudian hari mungkin kita akan menurunkan kepadamu
beberapa bagian!" berkata Kiu thian Moli Tang Siang Siang
sembari tertawa. Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu sangat
girang, baru saja akan mengucapkan terimakasih, Leng Biauw
Biauw sudah bertanya kepadanya :
"Kau kata bahwa setelah selesai pertemuan pembukaan
partai baru Ceng thian pai hendak pergi mencari Liok Giok Ji,
tetapi di dalam dunia yang luas seperti ini. . . ."
Dengan alis berdiri dan nada tegas, Hee THian Siang
memotong : "Dunia meskipun luas, toh tidak mungkin tidak ada
pangkalnya. Lautan meskipun lebar, tetapi sesungguh-
sungguhnya hati itulah merupakan tepinya. Hee Thian Siang
tidak segan melakukan perjalanan ke seluruh jagat, apabila
setahun tidak menemuinya, akan mencari terus sampai
sepuluh tahun, sepuluh tahun pun tidak dapat menemukan,
mencari terus untuk selama-lamanya. . . ."
Leng Biauw Biauw juga memotong ucapan Hee Thian
Siang, katanya sambil tertawa dingin :
"Menurut caramu mencari ini, sekalipun cintamu itu teguh,
tetapi Liok Giok Ji yang harus menantimu bertahun-tahun,
mungkin sudah akan menjadi tua, bukankah akan tetap
menjadi penasaran baginya?"
Hee Thian Siang dapat menangkap maksud ucapan Siang
swat Sianjin Leng Biauw Biauw ada mengandung arti dalam.
Maka lalu memberi hormat dan berkata sambil tertawa :
"Apakah Leng locianpwe dapat menduga, di mana tempat
mengasingkan diri Liok Giok Ji" Tolong locianpwe memberi
petunjuk bagi Hee THian Siang!"
"Kau benar-benar sangat pintar, meskipun aku dapat
menduga tempat di mana Liok Giok Ji berdiam, tempat itu
rasanya tak lebih dari empat tempat. Tetapi aku hanya
berharap kau dapat menemukan padanya di tiga tempat yang
terdahulu. Jika tidak, kau pasti akan membuang banyak waktu
!" berkata Leng Biauw Biauw sambil menganggukkan kepala.
"Tiada tempat yang Leng locianpwe duga tersebut,
dimanakah letaknya tempat itu?"
bertanya Hee Thian Siang.
"Aku tidak dapat memberi penjelasan, harus kau sendiri
yang memikirkan, tiga tempat yang kumaksudkan itu adalah
puncak gunung Kun-lun, goa gunung Tay pa san dan lembah
di gunung Ciong Lam san!" berkata Leng Biauw Biauw sambil
tertawa. Begitu mendengar disebutnya puncak gunung Kun-lun, Hee
Thian Siang tahu bahwa tempat itu yang ditunjuk adalah
tempat dimana Liok Giok Ji dahulu dibesarkan dan dididik
sebagai murid golongan Kun-lun, sedang goa di gunung Tay
pa san yang dimaksud adalah tempat di mana Liok Giok Ji
dahulu telah melakukan perbuatan yang tak diduga-duga
dengannya dahulu, tentang lembah di gunung Ciong lam san,
sebaliknya merasa agak bingung. Pikirnya, "gunung Ciong lam
san terdapat banyak puncak dan lembah-lembah, lembah
manakah yang dimaksudkan dengan lembah gunung Ciong
lam" Apakah yang dimaksudkan itu adalah Lembah Kematian,
yang dahulu pernah digunakan oleh Ketua Lohu pai dan ketua
Tiam cong pai mengadakan pertandingan mati-matian ?"
Setelah berdiam untuk berpikir sekian lama, kembali ia
berkata kepada Leng Biauw Biauw;
"Numpang tanya kepada Leng locianpwe, di mana letak
tempat keempat yang Leng locianpwe maksudkan ?"
Siang Swat Sianjin Leng Biauw Biauw menggeleng-
gelengkan kepala, lalu berkata sambil menghela nafas :
"Apabila Liok Giok Ji berada di tempat keempat yang
kumaksudkan, barangkali sekalipun kau menggunakan
banyak akal, juga tidak ada harapan untuk menyambung
hubungan cinta kasihmu lagi !"
Dengan perasaan heran Hee Thian Siang bertanya :
"Tempat itu sebetulnya terletak di mana?"
"Tempat itu dinamakan Istana Sunyi !" menjawab Leng
Biauw Biauw. Hee Thian Siang oleh karena selama itu belum pernah
mendengar nama "Istana Sunyi" itu, maka alisnya dikerutkan,
tanyanya dengan heran : "Tempat yang dinamakan Istana Sunyi itu, siapakah yang
mendiami" Dimana letaknya?"
"Aku sendiri juga tidak tahu, siapakah yang mendiami
tempat yang dinamakan Istana Sunyi itu" Mengenai letaknya,
lebih-lebih sangat asing, ada yang mengatakan berada di
tengah-tengah gunung Swat san, ada pula orang kata di dasar
Toa-hai. Tetapi aku banyak tahu bahwa tempat itu adalah
tempat berkumpul orang-orang yang telah patah hati, orang-
orang yang berdiam di situ semuanya pernah mengalami
kegagalan dalam hidup atau cinta, maka semuanya sudah
mempunyai riwayat diri sendiri tentang patah hati mereka.
Semuanya sudah berubah menjadi roang-orang yang sifatnya
sedih, yang menjauhi segala keduniawian. Sifat yang aneh itu
sudah menjadi sedemikian rupa, sehingga tidak menginjinkan
seekor burung atau seekor binatang pun juga yang memasuki
golongan mereka!" menjawab Leng Biauw Biauw sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya.
Hee Thian Siang yang mendengar keterangan itu benar-
benar merupakan suatu hal yang belum pernah didengar pada
sebelumnya, tetapi dengan tiba-tiba
timbul perasaan curiganya, sambil menatap Leng Biauw Biauw ia bertanya
pula : "Leng Locianpwee, bagaimana Locianpwee tahu ada
tempat yang dinamakan Istana Sunyi itu" Dan bagaimana
pula bisa tahu jikalau penghuni Istana itu merupakan orang-
orang yang sifatnya sangat aneh?"
"Pertanyaanmu ini memang sangat beralasan. Dengan
secara kebetulan aku berjumpa dengan salah seorang
penghuni aneh di dalam Istana Sunyi itu, dia menasehiati aku
supaya meninggalkan keduniawian dan berdiam disana,
supaya membiarkan kesunyian untuk menghabiskan sisa
hidup kita, barulah aku tahu bahwa di dalam dunia ini ternyata
masih ada suatu tempat yang sangat aneh itu!" Berkata Leng
Biauw Biauw. "Orang aneh itu sudah menasehati locianpwee
meninggalkan keduniawian, bagaimana jawab locianpwee
kepadanya?" "Aku menjawab kepadanya, aku harus menunggu untuk
menyelesaikan persoalan kita lebih dahulu, barulah bisa
mengambil keputusan untuk pergi ke Istana Sunyi itu atau
tidak?" Oleh karena banyak pengalaman hidupnya yang sangat
aneh, terutama setelah bertemu dengan Thian-ie taysu dan
sam-ciok Cinjin, maka Hee Thian Siang tahu benar bahwa di
dalam dunia ini, entah masih ada berapa banyak orang-orang
rimba persilatan bersifat aneh yang berdiam di tempat-tempat
yang sangat asing. Maka ketika mendengar ucapan itu lantas
berkata : "Kalau demikian halnya, orang aneh itu tentunya masih
mengadakan perjanjian dengan locianpwee untuk bertemu
lagi?" "Orang aneh itu menamakan dirinya sendiri, Tuan
Kesunyian. Tindak tanduknya sangat aneh, jejaknya tidak
menentu. Dia bilang bahwa orang yang berdiam di dalam
Istana Sunyi, belum pernah terlibat dalam urusan dunia kang-
ouw, Maka setelah selesai hari pembukaan partai baru Leng-
Thian-Pay nanti, dia akan datang untuk mencari aku lagi!"
Berkata Leng Biauw Biauw sambil menganggukan kepala.
Hee Thian Siang diam-diam mengingat baik-baik tempat-
tempat yang disebutkan itu, sambil melanjutkan perjalanan,
dia bertanya pula kepada Leng Biauw Biauw :
"Persoalan yang masih belum diselesaikan oleh locianpwee
itu apakah persoalan yang menyangkut diri May Ceng Ong
locianpwee?" Leng Biauw Biauw menganggukan kepala dan Lee Thian
Siang pura-pura bertanya lagi :
"Sekarang asal kita sudah tiba di kamar Bo - Sek di lembah
Leng-Cui-Kok, sudah tentu bisa bertemu dengan May
locianpwee, dan bagaimana pikiran Leng locianpwee
mengenai nasehat Tuan Kesunyian itu?"
Leng Biauw Biauw saling berpandangan sejenak dengan
Tang Siang Siang, kemudian dengan sikap agak marah,
jawabnya dengan suara dingin :
"Dalam pertemuan ini, apabila May Ceng Ong membunuh
kita, sudah tentu segala sudah selesai. Apabila kita
membunuh May Ceng Ong aku akan memikirkan nasehat
Tuan Kesunyian dan biarlah dia menyambut kita untuk pergi
bersama-sama ke Istana Kesunyian untuk menghabiskan
hidupku !" Hee Thian Siang mendengar jawaban itu sepasang alisnya
dikerutkan, ia berlaku pura-pura tidak tahu, dan bertanya
kepadanya: "Locianpwee berdua, dengan cara bagaimana telah terbit
permusuhan demikian dalam?"
Tan Siang Siang yang sejak tadi tidak turut bicara, lalu
berkata sambil menggelengkan kepala :
"Inilah merupakan suatu persoalan lama dimasa yang
lampau, terhadap orang luar kita sudah lama tidak mengungkit
lagi, maka kau juga tak perlu bertanya! Kalau waktunya sudah
tiba, kita dengan May Ceng Ong yang hampir duapuluh tahun
lamanya dulu pernah bertemu muka, dan selama ini dia. ."
Hee Thian Siang yang sudah lama memikirkan dengan
cara bagaimana untuk melenyapkan segala ganjalan sakit hati
antara ketiga bakal mertuanya sendiri itu, begitu melihat ada
kesempatan untuk bicara, maka lantas berkata :
"May locianpwe agaknya mempunyai kesulitan yang sangat
besar, agaknya dirundung penderitaan bathin yang sangat
hebat, selama waktu ini setiap hari minum arak sampai
mabok, dan menyanyikan sajak-sajak yang bersifat sedih,
Kadang-kadang jika sudah menyanyikan, lantas menangis
seperti anak kecil!"
Leng Biauw Biauw lantas berkata sambil tertawa dingin,
"Kalau benar dia setiap hari minum sampai mabok dan
bernyanyi-nyanyi, itu suatu bukti bahwa dia bersenang hati,
masih ada kesedihan apa?"
"Meskipun May locianpwe setiap hari minum arak sampai
mabok dan bernyanyi-nyanyi, tetapi arak dalam cawan,
setengahnya dicampur oleh air matanya sendiri, dan sajak
yang dinyanyikan, juga selalu tidak berubah kata-katanya!"
Berkata Hee Thian Siang. Tan Siang Siang berseru: "Oo!" kemudian bertanya sambil
menatap Hee Thian Siang: "Tahukah kau kata-kata apa yang
dinyanyikan olehnya?"
"Kata-kata itu adalah petikan dari sajak penyair besar Li Gi
San di zaman Tong-ouw, setiap hari May locianpwee mabok
arak, pasti menyanyi-nyanyi dengan sajaknya itu, Habis
menyanyi, lantas menangis! Kata-kata yang dinyanyikan itu
selalu adalah : "Penghidupan perempuan lacur ternyata hanya impian,
perempuan beribadat memang tiada prianya: Kalau bukan itu,
dia menyanyikan sajak yang berbunyi, 'Ulat sutera sampai
mati baru habis suteranya, lilin yang menyala sudah menjadi
abu air mata baru kering!"
Leng Biauw Biauw telah mengulangi beberapa kali bunyi
sajak itu, kemudian dengan tiba-tiba berkata dengan Tan
Siang Siang: "Menurut keterangan Hee Thian Siang laote sikap dan
tindak tanduk May Ceng Ong rupa-rupanya sudah mengetahui
keadaan kita yang sebenarnya dimasa lalu, Oleh karenanya
marasa menyesal sekali atas tindakannya yang terburu
napsu!" Kiu-thian Mo-li dan Siang Siang yang adatnya agak lebih
besar daripada Leng Biauw Biauw ketika mendengar ucapan
itu, lantas menganggukkan kepala dan berkata sambil
tersenyum : "Dugaanmu ini mungkin benar, jikalau tidak bagaimana
setiap hari dia menyanyikan sajak Ulat sutera sampai mati
baru habis suteranya, lilin yang menyala sudah menjadi abu,
air mata baru kering ?""
"Tidak perduli ia sudah mengetahui kesulitan kita dahulu,
atau tidak, Dan kini dia sudah menyadari kesalahannya
sehingga setiap hari minum arak untuk melampiaskan
kesusahannya, tetapi sakit hati kita yang sudah tertimbun
selama duapuluh tahun, tidak boleh tidak kita harus
lampiaskan!" Tang Siang Siang menganggukkan kepala dan berkata:
"Itu sudah tentu, dia bukan saja sudah menyakiti hati kita.
tetapi juga sudah mengakibatkan kedua anak perempuan kita
Liok Giok Ji dan Hok Siu Im sampai menjadi merana. . . . ."
Berkata sampai disitu, seolah-olah sadar bahwa terlepasan
omong, maka saat itu lantas diam dan bersama-sama Leng
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Biauw Biauw mengerahkan ilmunya meringankan tubuh,
secepat kilat bergerak menuju kelembah Leng-cui-kok.
Hee Thian Siang dan siaopek masing-masing juga
mengerahkan ilmunya meringankan tubuh untuk mengikuti
jejak dua nyonya tua itu, dalam hati Hee Thian Siang diam-
diam merasa geli, atas sikap bakal mertuanya itu.
Gunung Ko-le-kong-san keadaannya masih tetap seperti
sediakala. Meskipun Leng Biauw Biauw masih merasa perih dalam
pengalamannya dimasa lampau, tetapi ketika tiba ditempat itu,
perasaan dan kenangan manis yang sudah-sudah timbul
kembali, Dengan memandang burung-burung yang
berterbangan hendak pulang kesarang, perasaan terharu
timbul dengan tiba-tiba, dari mulutnya terdengar suara
nyanyian lirih: "Orang-orang lama semua sudah menjadi tua,
burung-burung baru kembali pulang kesarangnya. . . . ."
Mendengar itu, Hee Thian Siang lantas berkata sambil
tertawa: "Orang-orang yang lama, kalau benar semua sudah
menjadi tua, maka apa perlunya masih diingat hari-hari yang
sudah lampau" Kedua Locianpwee tentunya tahu, pepatah
yang pernah mengatakan 'walau mendapat sejengkal tanah,
dimana tidak bisa memberi tempat untuk tinggal" Boanpwe
harap Locianpwee semoga bisa berlaku bijaksana dan akur
kembali dengan May Locianpwee, Inilah yang akan
membahagiakan rimba persilatan!"
Mendengar ucapan itu, Tergeraklah hati Leng Biauw Biauw,
ia memandang Hee Thian Siang beberapa kali, kemudian
bertanya; "Kalau kudengar dari perkataanmu ini, rupanya kau sudah
mengetahui suka-duka antara kita dengan May Ceng Ong?"
Ditanya demikian, Hee Thian Siang tidak berani untuk tidak
mengaku, Tetapi ia juga tidak mengaku seluruhnya, jawabnya
sambil tertawa; "Boanpwee pernah dengar dari Duta Bunga Mawar, yang
menceritakan secara singkat, tetapi dimana keadaan yang
sebenarnya, boanpwee belum jelas!"
Kiu-thian Mo-li Tang Siang Siang lalu bertanya;
"Siapakah Duta Bunga Mawar itu ?""
"Duta Bunga Mawar, semuanya ada tiga orang, Mereka
adalah yang dahulu bernama Go Boan Ciu dengan gelarnya
Pelajar Romantis, Boh Jun Yang dengan gelarnya Bu-ceng
Kiam-khek dan Ci Hiang Po yang bergerlar Cian-ceng Ki-su!"
Menjawab Hee Thian Siang.
Leng Biauw Biauw terkejut, lalu bertanya;
"Meraka bertiga bukankah sudah lama menghilang
dipuncak gunung Ngo-bi" Bagaimana bisa menjadi Duta
Bunga Mawar?" Hee Thian Siang menghela napas panjang, kemudian
menjawab; "Tiga Locianpwee itu, dahulu dipuncak gunung Ngo-bi
hanya pura-pura menghilang saja, tetapi sekarang semuanya
sudah benar-benar meninggalkan dunia yang fana ini!"
Ketika mendengar ucapan itu, Leng Biauw Biauw dan Tang
Siang Siang kemudian menceritakan hubungan antara tiga
Duta Bunga Mawar dengan pendekar Wanita Bunga Mawar.
Leng Biauw Biauw sehabis mendengar ceritanya, juga
merasa terharu oleh cinta suci antara tiga Duta Bunga Mawar
itu kepada pendekar Wanita Bunga Mawar, Maka lalu berkata
kepada Tang Siang Siang; "Kedatangan kita kali ini kekamar Bo-ciu-sek apabila May
Ceng Ong benar-benar sudah menyesal dan tahu kesalahannya sendiri, kta juga boleh memberikan sedikit muka
kepadanya, tak usah berbuat keterlaluan!"
Tang Siang Siang yang adatnya lebih lunak sudah tentu
menganggukkan kepala sambil tersenyum.
Hee Thian Siang yang menyaksikan keadaan demikian,
dalam hati diam-diam merasa girang, Pikirnya; 'Apabila aku
berhasil membujuk May Ceng Ong rukun kembali dengan
Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang, bukankah itu berarti
sudah memenuhi janjiku sendiri, untuk melanjutkan cita-cita
Duta Bunga Mawar, yang menghendaki supaya semua
kekasih yang ada hubungan cinta suci dalam dunia ini bisa
hidup rukun jadi suami istri"'
Selagi melamun sendiri, ia sudah masuk kelembah Leng-
cui-kok, Tiba dibawah tebing yang diatasnya terdapat kamar
goa Bo-ciu-sek, Dibawah pohon cemara aneh, yang
bentuknya seperti bunga teratai mekar, tampak berdiri
taywong, bersama Tiong-sun Hui-kheng dengan kudanya, Hee
Thian Siang lalu berkata sambil tertawa;
"Enci Tiong-sun, mari lekas kemari, aku perkenalkan
padamu dengan Siang-swat Sianjiu Leng Biauw Biauw dan
Kiu-thian Mo-li Tang Siang Siang Locianpwee!"
Kiong-sun Hui-kheng segera lari menghampiri lalu berkata
sambil memberi hormat dan tertawa;
"Boanpwee Tiong-sun Hui-kheng, unjuk hormat kepada
Leng dan Tang Locianpwee, atas nama ayah untuk
menanyakan keselamatan kedua Cianpwee!"
Leng Biauw Biauw berkata sambil tertawa;
"Hiantitli tidak perlu banyak memakai peraturan!" Sambil bicara, matanya terus
ditujukan kepada gadis itu.
Oleh karena selama itu ia sendiri menganggap bahwa
putrinya Liok Giok Ji dan putri Tang Siang Siang, Hol Siu Im,
merupakan gadis-gadis yang baik kepandaian ilmu silatnya
maupun wajahnya terdiri dari gadis-gadis pilihan, Maka ketika
mendengar keterangan Hee Thian Siang yang memuji Tiong-
sun Hui-kheng, dalam hati masih kurang percaya, Ia hendak
membuktikan sendiri. Dan kini setelah meng-amati-mati sekian lama, ia telah
mendapat kenyataan bahwa Tiong-sun Hui-kheng lebih
lembut, lebih luwes daripada putrinya sendiri, maka lalu
menghela napas panjang dan berkata kepada Tang Siang
Siang; "Apa yang diucapkan oleh Hee Thian Siang ternyata tidak
salah, Tiong-sun hiantitli ini sesungguhnya merupakan gadis
yang bukan saja cantik, tetapi juga lembut perangainya, Tidak
kecewa dia mengumpamakan sebagai bulan dilangit!"
Tang Siang Siang yang mendengar ucapan itu tertawa geli,
diam-diam dengan menggunakan ilmunya menyampaikan
suara kedalam telinga, ia berkata kepada Leng Biauw Biauw;
"Kau tidak perlu cemburu terhadap putrimu, kita sudah tiba
ditempat lama, sebaliknya lekas menyelesaikan urusan kita
sendiri!" Leng Biauw Biauw mewnganggukkan kepala, matanya
kembali ditujukan kepada Tiong-sun Hui-kheng, dan kemudian
bertanya; "Nona Tiong-sun, dimana sekarang May Ceng Ong
berada?" Dengan menunjuk ketebing tinggi yang diliputi oleh awan,
Tiong-sun Hui-kheng menjawab sambil tersenyum;
"Silahkan dua Locianpwee dengar sendiri!"
Leng Biauw biauw dan Tang Siang Siang berdua sama-
sama pasang telinga, Benar saja terdengar suara orang
bernyanyi yang keluar dari atas tebing, Suara itu
kedengarannya demikian samar-samar, lagu yang dinyanyikan
benar-benar petikan sajak dari Li Gi San yang pernah
dikatakan oleh Hee Thian Siang.
Sebagai orang-orang yang tiba ditempat lama, dan
mendengar pula suara bekas kekasih lamanya, Leng Biauw
Biauw dan Tang Siang Siang sekalipun berhati baja, juga
masih tergerak! Tetapi oleh karena nama baik mereka dahulu pernah
dihina, dan kepandaian ilmu silatnya pernah dimusnahkan,
sehingga suami istri, ibu dan anak semua berpencaran,
Selama dua puluh tahun mereka menderita lahir bathin, sakit
hati itu sesungguhnya sudah dalam sekali, Maka sejenak
setelah tergerak hatinya, hawa amarahnya kembali berkobar,
Leng Biauw Biauw lalu berkata kepada Hee Thian Siang;
"May Ceng Ong sudah berada didalam kamar Bo-ciu-sek,
marilah kita pergi kesana untuk menjumpainya, sekalian untuk
membereskan perhitungan lama, supaya melampiaskan sakit
hati kita selama ini."
Kiu-thia Mo-li Tang Siang Siang tersenyum lalu
menganggukan kepala, kemudian berkata kepada Hee Thian
Siang dan Tiong-sun Hui-kheng;
"Hee laote dan nona Tiong-sun, mari juga sama-sama
masuk kekamar Bo-ciu-sek, Seandainya kami bertiga nanti
berakhir dengan suatu kematian, supaya kalian juga
mengumumkan kepada sahabat-sahabat rimba persilatan
tentang keadaan kita, supaya sahabat-sahabat rimba
persilatan membersihkan nama baik Leng Biauw Biauw dan
Tang Siang Siang!" Hee Thian Siang dan Tiong-sun Hui-kheng tampak Leng
Biauw Biauw dan Tang Siang Siang berdua, meskipun
perasaan lama sudah bangkit kembali, tetapi sakit hati masih
tetap ada, sebetulnya mereka khawatir terhadap May Ceng
Ong, Maka ketika mendengar ucapan itu, ia lantas memberi
hormat dan menerima baik ajakannya, keduanya dengan
menggunakan ilmunya meringankan tubuh, mendaki ketebing
tinggi itu. Tiba digoa Bo-ciu-sek, tampak May Ceng Ong duduk diatas
kursi batu, dia jelas sudah melihat kedatangan Leng Biauw
Biauw, Tang Siang Siang, Hee Thian Siang dan Tiong-sun
Hui-kheng berempat, namun masih menunjukkan sikap yang
sombong, tidak bangkit, juga tidak menghiraukan!
Hee Thian Siang dan Tiong-sun Hui-kheng semua
mengerutkan alisnya, dalam hati diam-diam berpikir; 'May
Ceng Ong ini jelas sudah menyesal atas perbuatannya yang
lalu, tetapi dengan cara bagaimana sekarang bersikap
demikian" Bukankah itu berarti hendak memaksa terjadinya
penumpahan darah"' Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang, sebetulnya
mereka sudah bersepakat dan mengambil keputusan, asal
May Ceng Ong benar-benar sudah menyesal atas kesalahannya sendiri, dan minta maaf kepada mereka berdua,
sudah boleh menghapuskan semua kesalahannya dan rukun
kembali, Tetapi kini melihat sikap May Ceng Ong yang
demikian angkuh dan sombong, sampaipun Kiu-thian Mo-li
Tang Siang Siang yang adatnya tidak demikian keras seperti
Leng Biauw Biauw juga merasa marah. Dengan mengawasi
May Ceng Ong yang duduk diam di atas kursinya, bertanya:
"May Ceng Ong, hari ini kau melihat kita lagi, apakah kau
bersedia membereskan persoalan kita yang sudah lalu?"
Sikap May Ceng Ong saat itu tidak menunjukkan perasaan
senang atau marah, ucapan yang keluar dari mulutnya tidak
keruan maksudnya, ia hanya menjawab dengan suara
hambar: "Penghidupan perempuan lacur ternyata hanya impian,
kediaman perempuan beribadat sebetulnya tiada prianya!"
Leng Biauw Biauw mengeluarkan suara dari hidung
kemudian berkata: "Kalau kau sudah tahu bahwa dahulu kau mendengar
bujukan pendekar pemabokan Bo Bu Yu, yang semuanya
adalah ucapan bohong, maka sekarang bagaimana kau harus
mempertanggung-jawabkan perbuatanmu dahulu yang demikian kejam memusnahkan kepandaian kita dan
membawa lari anak-anak kita?"
Sepasang mata May Ceng Ong tampak mendelik, sikapnya
masih tetap sombong dan tak mau menanggapi pertanyaan
itu. Sikapnya itu seolah-olah merupakan tantangan, bahwa
sekalipun sudah berlaku salah, tetapi apa yang bisa kalian
perbuat" Siang-swat Siangjin Leng Biauw Biauw sudah tak bisa
mengendalikan hawa amarahnya. Dalam keadaan marah ia
mendorongkan tangannya, dengan kekuatan tenaganya yang
hebat, hembusan angin dari tangannya telah menggempur
May Ceng Ong. Leng Biauw Biauw yang hendak dijadikan deking Khi Yay
Cao, dapat diduga betapa hebat kekuatan tenaganya, apalagi
serangannya yang dilakukan dalam keadaan marah, dapat
diduga pula betapa pula hebatnya, Tetapi betapun hebat
serangan itu, May Ceng Ong tidak menyingkir juga tidak
membalas, ia masih tetap duduk diatas kursinya, bibirnya
tersungging sebuah senyuman.
Tang Siang Siang membentak dengan suara marah;
"Apakah kau masih berani berkepala batu, hendak jual
kesombonganmu" Sekarang coba lagi ilmuku Thian-mo Ba-
hong-im-ciang!" Sehabis berkata demikian, tangan kanannya diangkat
tinggi, dari atas melakukan suatu gerakan menekan kearah
May Ceng Ong, Serangan hebat yang dilancarkan oleh Leng
Biauw Biauw tadi, May Ceng Ong masih sanggup
menyambuti, sedikitpun tidak bergerak, tetapi kini serangan
Tang Siang Siang yang dilakukan seolah-olah hanya suatu
gerakan main-main, telah memaksa dia untuk bangkit dari
tempat duduknya. Sebab, kursi batu yang diduduki oleh May Ceng Ong
ternyata sudah digempur hingga retak oleh tekanan kekuatan
tenaga Leng Biauw Biauw, ditambah lagi dengan tekanan ilmu
Thian-mo Bu-bong-im-ciang dari Tang Siang Siang, kursi batu
itu lantas menjadi hancur!
Leng Biauw Biauw baru saja hendak menyerang lagi,
Tiong-sun Hui-kheng buru-buru membujuk dari samping;
"Harap Leng Locianpwee jangan menciptakan satu tragedi
yang membuat penyesalan seumur hidup, Serangan dua
Locianpwee yang dilancarkan dalam keadaan marah sudah
cukup untuk menggempur gunung, sudah tentu May
Locianpwee tidak sanggup lagi!"
Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang yang mendengar
ucapan itu baru memperhatikan keadaan May Ceng Ong,
Benar saja, wajah May Ceng Ong saat itu sudah pucat pasi,
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mulut, hidung, mata, telinga, sudah tampak mengeluarkan
darah, Jelas ia sudah mendapat luka parah bagian dalamnya,
Berdirinya juga tidak bisa tegak, tampaknya sudah
sempoyongan hendak jatuh.
Hee Thian Siang merasa penasaran, ia lompat maju,
mengeluarkan sebutir pil, dimasukkan kedalam mulut May
Ceng Ong, tanyanya dengan perasaan heran;
"May Locianpwee, mereka telah memukulmu, mengapa
Locianpwee tidak membalas?"
May Ceng Ong menghela napas panjang, dari sinar
matanya menunujukkan rasa penyesalan yang amat dalam, ia
mengawasi Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang sejenak,
dengan suara lemah sekali menjawab lambat-lambat;
"Dahulu aku telah menodai nama baiknya, memusnahkan
kekuatan dan kepandaian mereka, membawa lari anak-anak
mereka, sehingga mereka sangat menderita lahir bathin
selama dua puluh tahun, Penderitaan itu kurasa jauh lebih
hebat daripada dua kali serangan tadi! Jikalau aku tidak saja
memancing mereka supaya memukul aku dan aku menerima
dengan rela hati, bagaimana aku bisa membuktikan
penyesalanku?" Sehabis mengucapkan demikian, sekujur badannya
gemetaran, mulutnya mengeluarkan darah lagi, dan akhirnya
jatuh pingsan. Hee Thian Siang hendak memberi pertolongan tetapi
dicegah oleh Leng Biauw Biauw, kata nyonya tua itu;
"Hee laote tidak perlu cemas, dia memiliki kekuatan tenaga
dalam yang sangat sempurna, Meskipun ia tadi rela kami hajar
sampai dalamnya terluka parah, tetapi tidak membahayakan
jiwanya! Kami dengannya memang masih mempunyai
hubungan suami istri, soal memberi pertolongan biarlah kami
yang bertanggung jawab!"
Hee Thian Siang mendengar suara Leng Biauw Biauw agak
parau, ketika ia mengangkat muka benar saja sikap dua
nyonya itu semua sudah terpengaruh oleh keadaan May Ceng
Ong, mereka semua pada mengucurkan air mata.
Tiong-sun Hui-kheng yang lebih cerdik, tahu bahwa dengan
menangisnya Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang itu,
jelas bahwa kedua nyonya itu telah tergerak hatinya, maka
sakit hatinya yang lama sudah tentu lenyap sama-sekali, maka
buru-buru menghampiri dan memberi hormat kepada mereka
seraya berkata; "Tiong-sun Hui-kheng dan Hee Thian Siang masih ada
urusan yang perlu segera diselesaikan hingga tak bisa
berdiam lebih lama disini, maka hendak mohon diri kepada
kedua Locianpwee!" Leng Biauw Biauw diam-diam memuji kecerdikan Tiong-sun
Hui-kheng, ia lantas menganggukkan kepala, disamping itu ia
juga memberi pesan kepada Hee Thian Siang, katanya;
"Hee Thian Siang, May Locianpwee-mu relah dan mandah
kami serang sampai dua kali, dalam diri terlaku parah, Maka
kami masih perlu merawatnya perlahan-lahan oleh karenanya,
maka dalam pertemuan pembukaan partai baru Ceng-tian-pay
nanti, sudah tentu tidak bisa berdiri! Kau nanti setelah selesai
dalam pertemuan itu, jangan lupa apa yang kukatakan
kepadamu tentang empat tempat puncak gunung Kun-lun, goa
gunung Tay-pa-san, lembah gunung Cong-lam dan Istana
kesepian." Hee Thian Siang menerima baik pesan itu, bersama Tiong-
sun Hui-kheng meninggalkan kamar Bo-ciu-sek, dan turun
kelembah Leng-cui-kok. Tiong-sun Hui-kheng memandang mulut goa kamar Bo-ciu-
sek, lantas berkata sambil tersenyum;
"Rembulan akhirnya bulat lagi, kita juga telah
menyelesaikan tugas yang dibebankan pada kita!"
"Meskipun kita sudah berhasil menyelesaikan satu tugas
berat, tetapi aku sendiri sudah mengalami suatu kejadian yang
sangat menyakiti hati!" berkata Hee Thian Siang.
"Kau mengalami suatu kejadian apa lagi?"
"Enci Tiong-sun, pada dewasa ini, kuda berbulu hijau yang
satu hari bisa melakukan perjalanan seribu pal, hanya tinggal
kudamu Ceng-hong-ki ini saja!"
"Kenapa" Bagaimana dengan kuda Cian-li-kiok-hwa-ceng
milik Ki Tay Cao?" "Ai! Kuda itu sebenarnya sudah menjadi milikku karena Ki
Tay Cao sudah kalah dalam pertaruhan, tetapi kemudian
dibinasakan sendiri oleh pemimpin yang jahat dan kejam itu,
Sesungguhnya sangat kasihan, Maka aku telah mengambil
keputusan dalam upacara pembukaan partai baru nanti, aku
bertekad hendak menuntut balas sakit hati untuk kuda itu."
Setelah itu Hee Thian Siang menceritakan semua apa yang
telah terjadi didepan goa Siang Swat-tong, kemudian berkata
pula sambil menghela napas;
"Seandai kuda itu tidak dibinasakan, bukankah akan
menjadi milikku" Dan alangkah baiknya kalau digunakan
sebagai kuda tunggangan, hingga bisa melakukan perjalanan
didunia kang-ouw bersama-sama kudamu!"
Melihat sikap sedih Hee Thian Siang, Tiong-sun Hui-kheng
lalu berkata sambil tersenyum;
"Adik Siang, kau tak usah sedih begitu rupa, kalau benar
kau suka kuda, aku masih ada suatu akal!"
Mendengar ucapan itu, semangat Hee Thian Siang lantas
terbangun, tetapi kemudian menggelengkan kepala dan
berkata sambil menghela napas;
"Enci jangan membohongi aku, kuda Cian-li-kiok-hwa-ceng
bukan saja sudah terkubur digunung Ki-lian, kau juga tidak
mungkin bisa menghidupkan kuda yang sudah mati!"
"Aku bukan kata hendak menghgidupkan Cian-li-kiok-hwa-
ceng, maksudku ialah, kalau kau suka kuda boleh mencari
seekor yang lain." "Kuda biasa mudah didapat, tetapi kuda jempolan susah
dicari, Apalagi kuda yang ku-kehendaki adalah kuda berbulu
hijau seperti kuda enci!"
"Kau jangan cemas dulu, Tunggu setelah pertemuan
digunung Ki-lian nanti selesai, dan kawanan penjahat sudah
terbasmi, aku akan perintahkan Siaopek pergi kedaerah barat
untuk mencari seekor kuda jempolan berbulu hijau!"
"Apakah Siaopek memiliki kepandaian serupa itu?" tanya
Hee Thian Siang terkejut.
Sementara itu Siaopek telah perdengarkan suara siulannya
yang bangga. "Apakah adik Siang tidak pernah dengar kata sajak Sun Go
Kong diangkat sebagai pengurus kuda oleh Giok-hong Tay-
tee, maka keturunan monyet yang sedikit cerdik semuanya
bisa menjinakan kuda" Hanya, Siaopek ini kecuali
menjinakkan, juga pandai melihat sifat kuda!"
Mendengar ucapan itu, Hee Thian Siang lalu berkata
kepada Siaopek; "Siaopek, karena enci Tiong-sun berkata demikian, maka
soal mencari kuda ini, aku serahkan kepadamu!"
Siaopek menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Monyet ini sesungguhnya sangat menyenangkan!" berkata
Hee Thian Siang kepada Tiong-sun Hui-kheng sambil
mengawasi Siaopek. "Dalam perjalanan ini, ada apa lagi dengan Siaopek?"
tanya Tiong-sun Hui-kheng.
"Ketika Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang kedua
Locianpwee itu membicarakan diri Liok Giok Ji dan Hok Sui
Im, aku perumpamakan mereka sebagai bintang dilangit,
Siaopek yang mendengar itu telah unjukkan sikap tidak
senang, rupa-rupanya ia membela enci!"
Wajah Tiong-sun Hui-kheng menjadi merah mengawasi
Siaopek sejenak. Hee Thian Siang sudah berkata lagi sambil tersenyum;
"Tetapi ketika ia dengar aku umpamakan enci sebagai
rembulan dilangit, ia lantas menjadi girang dan tertawa
sendiri!" Mendengar ucapan itu, Tiong-sun Hui-kheng mendadak
ingat suatu hal, maka lalu bertanya;
"Adik Siang, ketika kau minta diri kepada Siang-swat Siang-
jin Locianpwee, aku ingat ia telah pesan padamu, supaya
setelah selesai pertemuan digunung Ki-lian nanti, kau jangan
lupa apa yang dikatakan olehnya tentang tempat-tempat
puncak gunung Kun-lun, goa gunung Kay-pa-san, lembah
kematian digunung Kiong-lam dan Istana kesunyian, Apalah
sebetulnya itu ?" "Sebabnya ialah karena menghilangnya Liok Giok Ji, yang
katanya hendak mensucikan diri, maka Leng Locianpwee lalu
menunjukkan empat tempat itu sebagai ancar-ancar kalau aku
pergi mencari padanya, karena dalam anggapan Leng
Locianpwee kalau benar Liok Giok Ji pergi mengasingkan diri,
pasti tidak luput dari salah satu tempat diantara empat tempat
itu!" "Apa sebabnya Liok Giok Ji hendak pergi mengasingkan
diri ?" Wajah Hee Thian Siang menjadi merah, ia pikir rahasianya
itu sudah tidak dapat disembunyikan lagi, maka lebih baik
diberitahukan terus-terang kepada Tiong-sun Hui-kheng.
Tiong-sun Hui-kheng yang menyaksikan sikap Hee Thian
Siang demikian rupa, merasa semakin heran, maka kembali
bertanya: "Adik Siang, kau yang selamanya suka berlaku tabah,
mengapa sekarang berubah menjadi demikian rupa" Apakah
tindakan Liok Giok Ji itu disebabkan karena perbuatanmu?"
Wajah Hee Thian Siang semakin merah, tetapi ia
memberanikan diri dan menceritakan semua apa yang telah
terjadi didalam goa Tay-pa-san.
Dengan tenang Tiong-sun Hui-kheng mendengarkan cerita
Hee Thian Siang, setelah itu dengan mendadak bergerak dan
lompat keatas kudanya. Hee Thian Siang mengira kekasihnya itu marah, hendak
berlalu meninggalkan dirinya, hingga hatinya merasa cemas,
hampir saja ia mau nangis.
"Enci Tiong-sun, terjadinya peristiwa gila itu, sebetulnya
karena pengaruh bunga aneh yang mengandung daya
perangsang luar biasa, demikian hebat daya perangsang itu
sehingga hawa napsu kami tidak terkendalikan lagi, Apakah
enci tidak bisa memaafkan kesalahanku ini ?"
Tiong-sun Hui-kheng lama tidak bisa menjawab, tali kuda
ditariknya hingga kuda Ceng-hong-ki menggerakkan kakinya,
sebentar kemudian sudah menghilang dari depan mata Hee
Thian Siang. Melihat perubahan sikap Tiong-sun Hui-kheng, Hee Thian
Siang semakin cemas dan pilu, Hingga tak disadarinya sudah
mengucurkan air mata. Pada saat itu, mendadak tampak Taywong dan Siaopek
mengawasi dirinya dengan sinar mata mengejek.
Hee Thian Siang yang sangat cerdik, segera memikir;
'rasanya tidak benar, kalau enci Tiong-sun marah dan
memutuskan hubungan denganku, Sebab kalau demikian
halnya, mengapa tidak membawa Taywong dan Siaopek"'
Berpikir sampai disitu hatinya mulai lega lagi, dengan
menggunakan ilmunya menyampaikan suara kedalam telinga
jarak jauh, ia memanggil-manggil; "Enci Tiong-sun. . . .enci
Tiong-sun. . . . ." Percuma saja ia memanggil-manggil, tempat itu tetap sepi
sunyi, tidak mendapat jawaban dari orang yang
dipanggil. Kalau hati Hee Thian Siang merasa risau, sebaliknya
dengan Siaopek dan Taywong, dua binatang itu semakin
menunjukkan sikapnya yang mengejek, bahkan tertawa besar!
Diejek demikian rupa oleh dua binatang itu, muka Hee
Thian Siang semakin merah, maka lantas membentak;
"Siaopek, kau monyet kecil ini, kalau berani tertawakan aku
lagi, aku nanti akan hajar padamu!"
Baru saja menutup mulut, dari belakang dirinya tiba-tiba
terdengar suara Tiong-sun Hui-kheng yang dibarengi dengan
suara ketawanya; "Kalau kau berani menghajar Siaopek-ku, aku nanti akan
memaafkan kau lagi."
Hee Thian Siang terkejut dan buru-buru berpaling benar
saja Tiong-sun Hui-kheng, yang entah sejak kapan sudah
memutar dan berada dibelakang dirinya sejauh dua tombak
lebih. Bukan kepalang girangnya, maka buru-buru dipanggilnya;
"Enci Tiong-sun. . . . ."
"Kepandaianmu sudah maju pesat, bahkan sudah faham
ilmu Bunga Mawar dan ilmu Menyelamatkan jiwa segala, serta
baru-baru ini kau sudah menelan biji mata ulat kelabang yang
mempunyai khasiat hebat, bagaimana aku memutar
dibelakangmu dengan menuntun Ceng-hong-ki, kau masih
tetap tidak dengar ada suara" Seandai ada musuh datang
hendak membokong kau, bukankah itu sangat berbahaya"
Dengan keadaanmu seperti ini, bagaimana kau nanti bisa
menghadapi Pek-kut-sam-mo dalam pertemuan digunung Ki-
lian?" berkata Tiong-sun Hui-kheng sambil tertawa.
Hee Thian Siang merasa jengah, katanya sambil tertawa
getir; "Enci Tiong-sun, bukannya telingaku sudah kehilangan
daya pendengarannya, melainkan tinadakan enci yang pergi
meninggalkan aku dalam keadaan marah, hingga aku anggap
enci akan memutuskan hubungan denganku, Oleh karenanya,
hingga hatiku merasa cemas. . . ."
Tidak menunggu sampai habis ucapan Hee Thian Siang,
Tiong-sun Hui-kheng sudah memotong;
"Orang yang belajar ilmu silat yang penting adalah
ketenangan hati, sekali pun menghadapi gunung rubuh juga
harus tetap tenang, tanpa menunjukkan sikap gelisah, Jikalau
terganggu sedikit saja sudah bingung pikirannya, bagaimana
masih terhitung orang kosen yang memiliki kekuatan tenaga
dalam sempurna!" Hee Thian Siang takut kalau Tiong-sun Hui-kheng marah
lagi, maka ia tidak berani membantah, sambil memberi hormat
dalam-dalam ia berkata; "Hee Thian Siang mengucapkan banyak-banyak terima
kasih atas nasihat enci, biarlah untuk selanjutnya akan
menjadi perhatianku!"
Melihat sikap demikian, Tiong-sun Hui-kheng juga tertawa.
Kini Hee Thian Siang benar-benar merasa lega, buru-buru
menghampirinya dan berkata sambil tertawa;
"Enci Tiong-sun, apakah enci dapat memaafkan
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perbuatanku itu ?" "Aku toh bukan perempuan cemburu, bagaimana tidak bisa
memaafkan" Apalagi seperti katamu itu, bahwa pada waktu itu
kalian berdua sudah tidak bisa menguasai pikiran dan
perasaan diri karena pengaruh bunga mujijat itu, sudah tentu
aku juga tidak dapat menyalahkan pihak yang manapun juga!"
menjawab Tiong-sun Hui-kheng dengan tenang.
"Kalau benar enci tidak menyalahkan aku, tapi tadi
mengapa enci pergi meninggalkan aku sehingga hatiku
gelisah?" "Digunung Ai-lao-san dahulu kau bisa berpura-pura mati,
sehingga Liok Giok Ji sampai timbul pikiran hendak
mensucikan diri, apakah aku tidak boleh membalas dendam
baginya, supaya kau juga ketakutan dan bingung!" menjawab
Tiong-sun Hui-kheng sambil perdelikkan matanya.
"Enci, mengapa kau timpahkan semua kesalahan kepada
diriku" Perbuatanku digunung Ai-lao-san waktu itu se-mata
hanya menuruti petunjuk empek Tiong-sun saja!" berkata Hee
Thian Siang sambil tertawa getir.
"Sepak terjang ayah, kadang-kadang hanya menuruti
kisikan hatinya sendiri, tidak memikirkan akibatnya, sekarang
Liok Giok Ji telah pergi dengan hati pilu, jikalau kau tidak
mencari kembali, bukan saja akan menghancurkan restu
Makam Bunga Mawar, tetapi buat kau sendiri juga tidak akan
merasa tenang! Dan kalau kau hendak pergi mencari, kemana
kau harus mencarinya". . . . . ."
"Mengenai tempat tujuan Liok Giok Ji, Leng Locianpwee
sudah memberi ancar-ancar empat tempat seperti apa yang
sudah kusebutkan tadi, maka aku pikir setelah pertemuan
digunung Ki-lian nanti selesai, aku segera. . . . ."
Pada saat itu, Tiong-sun Hui-kheng sudah lompat keatas
kudanya lagi dan berkata kepada Hee Thian Siang sambil
menggeser tempat duduknya;
"Adik Siang, naiklah keatas kudaku, kita pergi melakukan
perjalanan jauh!" Secepat kilat Hee Thian Siang sudah lompat dan duduk
dibelakang Tiong-sun Hui-kheng, kemudian bertanya sambil
tersenyum; "Enci hendak kemana ?"
"Ke-puncak gunung Kun-lun!" jawab Tiong-sun Hui-kheng
sambil perintahkan Siaopek dan Taywong mengikut.
"Jadi enci hendak menyertai aku pergi mencari Liok Giok
Ji" Tetapi mengapa harus pergi sekarang, tidak menunggu
sampai pertemuan digunung Ki-lian selesai?"
"Pertama, karena sekarang baru bulan sepuluh, masih jauh
waktunya dengan pertemuan digunung Ki-lian, kita berkelana
didunia Kang-ouw tidak mempunyai pekerjaan apa-apa inilah
merupakan suatu kesempatan baik untuk melakukan
perjalanan kegunung Kun-lun! Kedua, kalau benar Liok Giok Ji
terlibat asmara denganmu, tetapi juga berada dalam kesulitan
karena peristiwa yang menimpa diri ayah-bundanya, Meskipun
timbul pikiran hendak mensucikan diri, tetapi pasti masih
belum tenang pikirannya, bahkan mungkin sangat risau! Dan
kini May Locianpwee sudah rujuk kembali dengan Leng
Locianpwee dan Tang Locianpwee, mengapa kita tidak lekas
memberikan kabar gembira ini kepadanya" Supaya ia juga
merasa girang?" Hee Thian Siang dapat membenarkan pikiran Tiong-sun
Hui-kheng, ia juga mengagumi kepribadiannya yang luhur.
Perjalanan itu dilakukan dengan hati gembira, tanpa dirasa
sudah tiba didaerah pegunungan Kun-lun.
Tiong-sun Hui-kheng perintahkah Siaopek dan Taywong
pergi bermain dibawah gunung, sedang ia sendiri bersama
Hee Thian Siang pergi mendaki puncak Kun-lun.
Tiba didekat Istana Kun-lun-kiong, tempat berkumpulnya
anggota Kun-lun-pay, dari jauh sudah tampak seorang tua
berjubah gerombongan, sedang mundar-mandir didepan
Istana sambil memandang pemandangan alam disekitarnya.
Hee Thian Siang segera dapat mengenali bahwa orang tua
itu adalah sute Ti-hui-cu, yang pernah menggunakan senjata
rahasia berbisa Kun-lun-cek membokong diri Liok Giok Ji
hingga gadis itu hampir binasa, dialah Siang Biauw Yan.
Hee Thian Siang agak terkejut, maka ia lalu merandak dan
berkata kepada Tiong-sun Hui-kheng;
"Enci Tiong-sun, Siang Biauw Yan ini hendak merampas
kedudukan ketua, dialah yang mencelakakan diri Ti Hui Cu,
Imam ini sangat kejam dan rendah moralnya, semua
perbuatannya itu sudah diketahui oleh Liok Giok Ji dan dibuka
rahasianya dihadapan semua murid Kun-lun-pay, Semula aku
duga ia tentu sudah tidak ada muka untuk kembali kegunung
Kun-lun, tetapi mengapa ia sekarang berada disini" Sikapnya
bahkan nampak sangat bangga."
Tiong-sun Hui-kheng berpikir, kemudian berkata dengan
suara perlahan; "Kedatangan kita ini maksudnya ialah hendak mencari Liok
Giok Ji, terhadap urusan lainnya, terpaksa kita jangan
perdulikan dulu, Sekarang coba kita unjuk diri, kita lihat dulu
bagaimana sikapnya, barulah mengambil tindakan."
Hee Thian Siang dapat menyetujui pikiran itu, keduanya
lalu berjalan menghampiri Siang Biauw Yan dengan muka
berseri-seri. Siang Biauw Yan yang menampak kedatangan mereka
secara tiba-tiba itu, sangat heran dan terkejut, apalagi setelah
mengetahui bahwa kedua tetamunya itu adalah Hee Thian
Siang yang pernah menyaksikan Liok Giok Ji ketika membuka
rahasianya dihadapan murid-murid Kun-lun-pay, Tetapi yang
perempuan, ia belum pernah melihat.
Sementara itu Hee Thian Siang bersama Tiong-sun Hui-
kheng sudah berada kira-kira satu tombak dihadapan Siang
Biauw Yan. Dengan maju menyongsong, imam itu berkata;
"Kun-lun-pay sudah mengambil keputusan untuk menutup
pintu selama sepuluh tahun, maka sepuluh tahun ini semua
anggota Kun-lun-pay akan berdiam dan berkumpul dalam
Istana Kun-lun-kiong, untuk mempelajari ilmu kepandaian
yang tinggi dan tidak akan mengadakan perhubungan dengan
orang luar, Ada urusan apa saudara berdua datang kemari,
Silahkan berhenti dulu!"
Hee Thian Siang lantas berhenti dan bertanya sambil
tersenyum; "Oh! Namun aku hendak tanya kepada sahabat Siang,
siapakah yang mengambil keputusan menutup partai Kun-lun
ini ?" "Keputusan penting itu sudah tentu menurut ketetapan
ketuanya!" Ketua Kun-lun-pay Ti-hui-cu, sudah membunuh diri didepan
goa Siang-swat-tong digunung Ki-lian, apakah ia sudah
berubah menjadi setan dan mengeluarkan perintah dari
akhirat?" "Meskipun Ti-hui-cu sudah menutup mata tetapi kedudukan
ketua, toch sudah ada penggantinya, dan tindakannya ini
diambil juga guna mempersiapkan tenaga untuk menyapu
partai Ki-lian, guna menuntut balas sakit hati Toa-suheng dan
Sam-suteku!" "Sahabat Siang, aku hendak tanya padamu, ketua baru itu
kau sendiri ?" "Ditinjau dari tingkatan dan kepandaian, kecuali aku
siapakah diantara anggota Kun-lun yang mempunyai reputasi
untuk memegang jabatan itu ?"
"Maaf aku tidak tahu, kalau begitu cita-cita sahabat Siang
benar-benar kini telah tercapai! Mari, mari, kuperkenalkan
Ciangbunjin dengan enci Tiong-sun Hui-kheng ini!"
Ucapan 'cita-cita telah tercapai' itu, ada mengandung
maksud mengejek, hingga Siang Biauw Yan yang
mendengarkan mukanya menjadi merah seketika, Tetapi ia
terpaksa berlaku pura-pura tidak mengerti, tanyanya lagi;
"Sebetulnya ada urusan apa kalian mendaki gunung Kun-
lun ini ?" "Kami bukan sengaja berkunjung kemari, Karena sedang
melakukan perjalanan kebarat, maka sekalian mampir untuk
menepati perjanjian dengan sahabat lamaku digunung ini."
"Siapa orangnya yang mengadakan perjanjian denganmu
?" "Orang-orang yang mengadakan perjanjian denganku
adalah orang-orang golongan Kun-lun, Tiok Giok dan Phoa
Sa, harap Ciangbunjin perintahkan mereka keluar untuk
bertemu denganku!" Mendengar perkataan itu Siang Biauw Yan diam-diam
merasa geli sendiri, karena tetamunya ini ternyata masih
belum mengetahui bahwa Tiok Giok, Phoa Sa dan In Ya Hok
sudah lama mati dibawah serangan duri berbisa Thian-keng-
cek sudah lama terkubur digunung Tay-pa-san, Tetapi ia
sedikitpun tidak menunjukkan perubahan sikap apa-apa,
katanya sambil menggelengkan kepala;
"Kun-lun-pay sudah bertekad hendak menuntut dendam
sakit hati ketuanya yang dulu, selama sepuluh tahun ini, bukan
saja tidak menerima kunjungan tamu dari luar, sedangkan
para anggotanya sendiri, kecuali yang mendapat giliran pergi
berbelanja keperluan sehari-hari, semua dilarang keluar dari
istana Kun-lun-kiong, Maka apabila kau hendak bertemu
dengan mereka, harus menunggu sepuluh tahun kemudian!"
Hee Thian Siang menyebut nama-nama Tiok Giok bertiga,
ialah hendak menutupi maksud yang sebenarnya, maka ketika
mendengar ucapan itu, lantas berlaku pura-pura acuh tak
acuh, tanyanya lagi sambil tersenyum;
"Kalau benar Tiok Giok dan Phoa Sa dilarang keluar,
bagaimana dengan Liok Giok Ji ?"
Siang Biauw Yan yang sangat licik dan banyak akalnya,
meskipun Hee Thian Siang sudah pura-pura demikian, tetapi
toch masih diketahui maksud yang sebenarnya, maksud Hee
Thian Siang datang ke Kun-lun sebetulnya hendak menemui
Liok Giok Ji. Dari situ ia juga tahu bahwa Liok Giok Ji ternyata masih
hidup, tidak mati dibawah serangan duri berbisa.
Tiong-sun Hui Kheng maksudnya hanya ingin tahu apakah
benar Liok Giok Ji berada digunung Kun-lun, lalu berusaha
mengorek keterangan dari mulut Siang Biauw Yan, katanya
sambil tersenyum; "Siang Ciangbunjin tidak perlu repot-repot, Liok Giok Ji
boleh menemui kami atau tidak, itu terserah kepada
Ciangbunjin sendiri."
Siang Biauw Yan benar-benar sangat lihay, dalam waktu
sekejap itu ia sudah dapat mengarang jawaban bohong,
katanya; "Sebab Liok Giok Ji kini sudah berada didalam istana Kun-
lun-kiong, maka aku sedang memikirkan, kalau aku
memperbolehkan ia bertemu dengan kalian, apakah itu tidak
melanggar perintahku sendiri yang sudah menutup partai ini
selama sepuluh tahun ?"
Ketika mendapat keterangan bahwa Liok Giok Ji berada
digunung Kun-lun, dalam hati Hee Thian Siang diam-diam
merasa girang, tanyanya pula;
"Liok Giok Ji tidak berada dalam istana Kun-lun-kiong, lalu
berada dimana ?" Tampak sikap cemas Hee Thian Siang, Siang Biauw yan
semakin mantap menjalankan akal-akalannya, maka lalu
menjawab; "Liok Giok Ji agaknya sedang terganggu pikirannya, sejak
pulang kegunung kelakuannya banyak berubah, terpaksa aku
suruh dia tinggal menyendiri, Sekarang mungkin berada diatas
puncak gunung!" Karangan itu memang masuk diakal, juga tepat dengan
petunjuk Siang-swat Siangjin Leng Biauw Biauw, maka Hee
Thian Siang dan Tiong-sun Hui Kheng tidak merasa curiga.
"Siang Ciangbunjin, bolehkah Siang Ciangbunjin
mengizinkan aku dan enci Tiong-sun ini pergi menengok Liok
Giok Ji sebentar saja" Mungkin kami dapat menyembuhkan
penyakit dalam hatinya." berkata Hee Thian Siang.
Siang Biauw Yan diam-diam merasa girang, tetapi
diluarnya masih menunjukkan sikap tenang-tenang saja,
Setelah pura-pura memikirnya agak lama, barulah memberi
jawaban seperti terpaksa;
"Aku dapat meluluskan permintaanmu ini mendaki puncak
gunung untuk menjumpai Liok Giok Ji sebentar, tetapi
sebelum matahari tenggelam, kalian harus pergi tidak boleh
datang kegunung ini lagi !"
Dalam hati Hee Thian Siang merasa geli, karena ia
terpaksa harus berlaku merendah, sebab sebelum bertemu
muka dengan Liok Giok Ji, Ia tidak mau bertengkar dengan
orang-orang partai Kun-lun.
Maka setelah mendengar jawaban itu, sudah siap hendak
menuju kepuncak, pikirnya ia hendak membawa pergi Liok
Giok Ji kegunung Ko-le-kong-san, supaya bisa menyaksikan
kebahagiaan ayah-bundanya yang sudah rujuk kembali.
Tiong-sun Hui Kheng yang lebih sabar, sudah tentu tidak
suka menunjukkan sikap kasar untuk menimbulkan kesulitan,
maka setelah mendengar jawaban Siang Biauw Yan, lebih
dulu berkata kepadanya; "Siang Ciangbunjin jangan khawatir, setelah kami
menjumpai Liok Giok Ji, kami hanya perlu beromong-omong
sebentar saja, barangkali tidak perlu sampai matahari
tenggelam sudah akan turun lagi."
"Kalau kalian berkata demikian, silahkan pergi sendiri, maaf
aku tidak bisa mengantar, Tetapi puncak itu terlalu tinggi,
kecuali tumbuhan pohon rotan yang dapat digunakan untuk
pegangan, tiada jalan yang mudah untuk mencapai puncak itu,
Kalau kalian mau aku boleh meminjamkan alat berupa sepatu
yang khusus digunakan untuk mendaki puncak itu," berkata
Siang Biauw Yan sambil menunjuk keatas gunung.
"Tak usah, puncak setinggi beberapa puluh tombak saja
barangkali masih tidak menyulitkan kami berdua," menjawab
Hee Thian Siang. Sehabis berkata demikian, lalu minta diri dan bersama
Tiong-sun Hui Kheng lari kepuncak Kun-lun.
Tak lama kemudian, tibalah mereka ketempat yang dituju,
Benar saja didepan mereka terbentang puncak gunung yang
tingginya kira-kira 70 - 80 tombak.
Tiong-sun Hui Kheng memandang puncak itu sejenak, lalu
berkata kepada Hee Thian Siang;
"Adik Siang, kau lihat puncak ini bukan saja diliputi oleh
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tumbuhan lumut yang sangat tebal, keadaannya juga sangat
aneh, Bagian atas menonjol dan menjulang kelangit,
sedangkan bagian bawah kecil lurus, Seandai tidak ada
tumbuhan pohon rotan yang besar-besar itu dengan kekuatan
dan ilmu meringankan tubuh kita, barangkali masih belum
sanggup mendaki keatasnya."
"Untung masih ada pohon rotan yang dapat kita gunakan
sebagai pegangan, jikalau tidak, masakah kita ada muka
untuk meminjam alat mendaki gunung dari Siang Biauw Yan?"
berkata Hee Thian Siang sambil tertawa.
Sehabis berkata demikian, lalu mengerahkan kekuatan
tenaga dalamnya melesat setinggi empat tombak, sedang
tangannya menyambar sebatang rotan besar digunakan
sebagai pegangan, kemudian dengan beruntun tiga kali ia
jumpalitan, hingga melesat setinggi hampir dua puluh tombak.
Tiong-sun Hui Kheng yang menyaksikan itu, ia berseru
memuji; "Ilmu meringankan tubuh adik Siang benar-benar telah
maju sangat pesat sekali, hampir menandingi kepandaian
Siaopek!" Mendapat pujian seperti itu, Hee Thian Siang merasa
senang, katanya; "Enci Tiong-sun lekas kemari, kau jangan selalu
mengejekku saja, mari kita mendaki kepuncak yang teratas,
untuk menikmati pemandangan alam diwaktu senja!"
Tiong-sun Hui Kheng tersenyum juga melihat perbuatan
Hee Thian Siang tadi, dengan menggunakan rotan yang
tumbuh dipuncak gunung untuk mendaki keatas puncak,
sedang mulutnya masih juga berkata;
"Adik Siang, kau sekarang sudah belajar pintar ngomong,
kupikir apa yang kau ucapkan belum tentu sesuai dengan apa
yang kau pikir didalam hatimu, Kau buru-buru untuk mencapai
kepuncak tertinggi sebetulnya hendak menikmati
pemandangan alam diwaktu senja, ataukah ingin segera
bertemu dengan enci Giok-mu ?"
Wajah Hee Thian Siang merah seketika, lalu merandek,
dan berkata sambil tertawa;
"Kalau enci merasa cemburu, sudahlah kita jangan pergi
saja!" Tiong-sun Hui Kheng yang saat itu sudah berada
disamping Hee Thian Siang, dengan wajah kemerah-merahan
berkata kepada pacarnya; "Adik Siang, kau ini harus dipukul! Mengapa kau
mengucapkan perkataan demikian" Kalau aku ada pikiran
yang bukan-bukan terhadap Liok Giok Ji, perlu apa aku
menganjurkan kau lekas pergi Kegunung Kun-lun" Kau
hendak mendaki atau tidak terserah kepadamu sendiri, kalau
kau berkata demikian, maaf aku tidak dapat menemani kau,
aku dengan Siaopek dan taywong serta kudaku Ceng-hong-ki,
akan pulang saja kedaerah Tiong-goan!"
Ucapan itu membuat Hee Thian Siang bingung, ia buru-
buru meminta maaf kepada gadis itu.
Dua orang itu melanjutkan perjalanannya mendaki puncak
gunung sambil bersenda-gurau, Tanpa dirasa sudah berada
dipuncak yang tertinggi. Tetapi tempat itu hanya tampak kabut putih, dan angin
gunung yang dingin, sedikitpun disitu tidak nampak bayangan
Liok Giok Ji. Tiong-sun Hui Kheng mengerutkan alisnya, Hee Thian
Siang yang agak bingung lalu menunjuk kesebuah lobang goa
yang hanya cukup untuk satu orang, seraya berkata;
"Enci, apakah Liok Giok Ji berada didalam goa ini" Mari
kita lihat!" Tiong-sun Hui Kheng mengawasi keadaan goa itu sejenak,
kemudian berkata sambil menggelengkan kepala dan tertawa
kecil; "Menurut dugaanku, mungkin Liok Giok Ji tidak bisa berada
didalam goa yang sangat kecil itu!"
Hee Thian Siang masih belum mau percaya, ia sudah
mengerahkan tenaganya untuk melompat kedalam goa, dan
dari situ ia melongok kedalam, kemudian berkata dengan
suara terkejut; "Enci, bagaimana kau bisa menebak demikian jitu" Goa ini
hanya sedalam beberapa kaki saja, sudah tentu tidak dapat
dimasuki orang, Goa ini ternyata adalah goa bikinan manusia!"
"Adik Siang, kita yang selalu memikirkan hendak segera
menemukan Liok Giok Ji, selama ini belum pernah memikirkan
secara baik dan memperhatikan sikap dan segala perkataan
Siang Biauw Yan, sehingga tertipu mentah-mentah olehnya. . .
. ." Belum habis ucapannya, dengan tiba-tiba dihidungnya telah
mencium bau hangus yang timbul dari bawah puncak gunung.
Hee Thian Siang juga sudah dapat membaui bau hangus
itu, maka segera bertanya dengan perasaan heran;
"Enci, itu bau apa ?"
Alis Tiong-sun Hui Kheng dikerutkan, lantas menjawab
sambil menggelengkan kepala;
"Bau ini sudah kuduga terlebih dahulu, pasti adalah Siang
Biauw Yan yang membakar rotan-rotan
itu, hendak memutuskan perjalanan pulang kita!"
Hee Thian Siang yang mendengarkan perkataan itu dalam
hati masih ragu-ragu, ia lalu berjalan ketepi untuk melongok
kebawah, benar saja apa yang diucapkan oleh Tiong-sun Hui
Kheng tadi sedikitpun tidak salah, rotan-rotan yang tadi bekas
digunakan untuk mendaki kepuncak itu kini terdapat bau
minyak, dan api sudah mulai berkobar semakin besar.
Wajah Hee Thian Siang berubah seketika, katanya;
"Enci Tiong-sun, kita yang berkali-kali menemukan kejadian
gaib, sehingga kekuatan tenaga banyak mendapat kemajuan,
biarlah kita tunggu saja kepada Siang Biauw Yan, kalau ia
nanti berada diatas sini, aku akan bertindak terhadapnya,
untuk menyingkirkan kawanan penjahat dari golongan Kun-
lun-san!" Tiong-sun Hui Kheng mengawasi Hee Thian Siang sejenak,
katanya perlahan-lahan; "Adik Siang, biasanya kau sangat cerdik, mengapa hari ini
bisa berubah begitu tolol" Orang seperti Siang Biauw Yan itu
yang demikian licik dan banyak akalnya, kalau keadaan
seperti ini, walau api membakar rotan-rotan itu, kukira juga
tidak bisa berbuat apa-apa terhadap kita." berkata Tiong-sun
Hui Kheng dengan alis berdiri.
"Kalau Siang Biauw Yan tidak mendaki kepuncak ini, tetapi
membakar rotan-rotan itu, kukira juga tidak bisa berbuat apa-
apa terhadap kita." berkata pula Hee Thian Siang.
Tiong-sun Hui Kheng balas menanya; "Adik Siang, keadaan
kita sekarang ini sangat berbahaya sekali, kau jangan lagi
coba-coba sombong diri sendiri! Sekarang aku hendak tanya
padamu, diatas puncak gunung tertinggi ini apakah ada
tersedia bahan makanan dan minuman ?"
Ditanya demikian, Hee Thian Siang menggeleng-gelengkan
kepala. Tiong-sun Hui Kheng berkata pula;
"Oleh karena tidak ada bahan makanan dan minuman,
maka perlu apa Siang Biauw Yan datang kemari menghadapi
kita" Sudah cukup asal dia dengan tenang menunggu saja,
biar kita kelaparan sendiri sehingga tidak sanggup berdiam
disini lama, dan kalau hal itu telah terjadi bukankah sangat
mudah baginya untuk menangkap kita" Atau ia terus tidak
menghiraukan kita dan membiarkan kita berdiam disini selama
seminggu dua minggu, dan kita yang berada ditempat dingin
seperti ini, apalagi tidak ada bahan makanan dan minuman,
bukankah akan menjadi setan kelaparan dipunvak gunung
ini?" Hee Thian Siang waktu itu baru merasa gugup, dengan alis
dikerutkan ia berkata; "Enci, jikalau Siang Biauw Yan benar-benar berbuat seperti
apa yang kau katakan tadi, memang benar kita tidak bisa
berbuat apa-apa, hal ini sesungguhnya membuat kita tidak
berdaya sama sekali!"
"Oleh karena itu, maka kita harus tenang-tenang jangan
gugup atau cemas, kita harus memikirkan sesuatu cara
sebaik-baiknya dengan cara bagaimana kita turun dari tempat
setinggi tujuh belas tombak ini, Jikalau kita tidak berbuat
demikian, mungkin tidak bisa lolos dari cengkeraman tangan
Siang Biauw Yan!" berkata Tiong-sun Hui Kheng sambil
menganggukkan kepala. "Justru kau adalah seorang yang sangat pintar, Aku
seorang yang terlalu bodoh, Mari kita sekarang mengadu
kecepatan siapa yang lebih dahulu dapat memikirkan caranya
untuk keluar dari jalan buntu ini!"
Tiong-sun Hui Kheng sementara itu tujukan pandangan
matanya kedaerah disekitarnya, kemudian seolah-olah sudah
menemukan jalan keluar, maka lalu berkata sambil tertawa;
"Adik Siang, apakah kau merasa bahwa oleh karena setiap
kali kau selalu kalah dariku, hingga merasa penasaran?"
Hee Thian Siang tertawa, selagi hendak menjawab, Tiong-
sun Hui Kheng sudah berkata lagi;
"Tetapi kali ini jikalau kau bertaruh denganku, kau pasti
akan kalah lagi!" "Bagaimana enci dapat memastikan aku yang akan kalah
?" "Sebab aku sudah mendapatkan suatu akal yang baik!
Bahkan merupakan suatu akal yang luar biasa bagi kita untuk
turun kebawah!" Hee Thian Siang terheran-heran, tapi ia juga sangat
mengagumi gadis itu, tanyanya;
"Enci benar-benar sangat pintar sekali, akal apakah yang
engaku sudah dapati itu ?"
"Kau boleh juga coba memikirkan, Bilamana tidak ada akal
lain yang lenih baik, baru nanti akan kuceritakan padamu
mengenai akal sederhanaku itu! Sebab pikiranmu mungkin
lebih pintar dariku!"
"Enci tidak perlu memberi muka kepadaku, untuk
selanjutnya aku benar-benar tidak berani mengadu
kecerdasan otak dengan enci lagi, untuk selamanya aku rela
menjadi budakmu saja!"
"Alangkah ganjilnya ucapanmu 'menjadi budak' itu, tetapi
bagi orang yang menjadi budak yang terpenting ialah
kesetiaan, Dan kau sebagai pemuda berandalan yang sangat
romantis dimana-mana kau mempunyai kekasih, Dirimu selalu
tidak terpisah dari persoalan asmara, Mungkin disamping yang
kesatu, masih ada yang kedua, dan dikemudian hari entah
akan ada berapa banyak lagi gundik-gundik yang hendak
engkau kumpulkan?" "Enci, bukankah kau sudah berkata tidak akan cemburu
terhadap Hok Siu In dan Liok Giok Ji" Kenapa sekarang kau
bawa-bawa perasaan cemburumu itu keatas puncak gunung
Kun-lun ini?" bertanya Hee Thian Siang dengan muka merah.
Tiong-sun Hui Kheng yang mendengar pertanyaan itu
lantas tertawa cekikikan, kemudian berkata;
"Aku tidak akan bicara yang bukan-bukan lagi denganmu,
sekarang hendak melaksanakan rencanaku sendiri."
Hee Thian Siang sebetulnya tidak tahu benar siasat apa
yang hendak diambil oleh Tiong-sun Hui Kheng untuk
meloloskan diri dari bahaya ini, maka dengan perasaan
terheran-heran, ia mengawasi segala tindak-tanduknya.
Tiong-sun Hui Kheng dengan sikap tenang-tenang saja dari
pinggangnya mengambil sebuah terompet, kemudian
ditiupnya sehingga dari situ mengeluarkan suara aneh yang
mencapai kejarak jauh. Hee Thian Siang tahu ketika pertama kali bertemu dengan
Tiong-sun Hui Kheng digunung Tay-piat-san, sudah pernah
melihat gadis itu menggunakan terompet seperti itu, maka ia
tahu terompet itu besar sekali gunanya, Dan sekarang kembali
gadis itu menggunakan terompetnya yang luar biasa itu, ketika
suara terompet itu mengalun jauh ia baru sadar maksudnya,
maka lalu berkata sambil tersenyum;
"Apakah enci menggunakan alat ini hendak berbicara
dengan Siaopek dan Taywong!"
"Diatas puncak gunung yang keadaannya demikian tinggi
dan licin ini, hanya Siaopek dan Taywong dua binatang luar
biasa itu yang baru bisa naik turun dengan leluasa!"
"Adik benar-benar goblok, kalau enci perintahkan Siaopek
dan Taywong, untuk membawa sebanyak mungkin rotan-rotan
yang sangat panjang keatas puncak ini, bukankah kita dapat
gunakan untuk merambat turun?" berkata Hee Thian Siang
sambil menepok tangan dan tertawa.
"Tetapi, cara seperti ini terlalu banyak bahayanya! Apabila
kita merambat dan sedang berada ditengah-tengah lantas
dipergoki oleh Siang Biauw Yan, dan kemudian rotan itu
dibakarnya lagi, bukankah kita akan berada dalam keadaan
yang lebih berbahaya?" berkata Tiong-sun Hui Kheng dengan
menggelengkan kepalanya. "Kalau enci tidak berani menempuh bahaya, kita benar-
benar tidak dapat memikirkan cara yang lebih baik lagi!"
"Rencanaku ini boleh dikata suatu rencana yang baik,
rencana itu kunamakan dengan tenang menunggu
kedatangan kelinci yang akan datang membuka kunci
emasnya sendiri!" Hee Thian Siang telah mengulangi berkali-kali ucapan
Tiong-sun Hui Kheng itu, namun ia masih belum dapat
memahami maksud yang sebenarnya, terpaksa bertanya lagi
kepadanya; "Kalau begitu, apakah maksud enci yang sebenarnya
dengan memanggil Siaopek dan Taywong keatas puncak
gunung ini ?" "Kita barangkali memerlukan berdiam sepuluh hari atau
setengah bulan lamanya diatas puncak gunung ini, jikalau kita
tidak minta bantuan Siaopek dan Taywong untuk mencari
barang makanan bagi kita, bukankah kita nanti akan mati
kelaparan disini?" "Jadi kita harus menunggu sepuluh hari atau setengah
bulan lamanya diatas puncak gunung ini ?"
"Itu sudah tentu mengingat perhitunganku, paling sedikit
harus menunggu sepuluh hari kemudian kita baru ada
kemungkinan mendapat pertolongan! Sebelum pertolongan
tiba, bagaimana kita bisa keluar dari tempat bahaya ini ?"
Semakin Hee Thian Siang mendengar, semakin ia merasa
heran, ia bertanya lagi sambil membuka lebar matanya;
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jadi kita masih ada harapan kedatangan pertolongan ?"
"Peribahasa ada kata: Tuhan selalu akan memberi jalan
bantu kepada ummatnya, Sekarang kita sudah berada dijalan
buntu, sudah tentu akan kedatangan Tuan penolong!"
"Siapakah Tuan penolong kita itu!"
"Orang yang akan membuka ikatan itu seharusnya adalah
orang yang mengikatnya itu sendiri!"
"Maksud enci, apakah Siang Biauw Yan ?"
"Hmm! Kecuali Siang Biauw Yan, siapa lagi yang bisa
datang keatas puncak gunung Kun-lun ini untuk memberi
bantuan kepada kita?"
"Bolehkan enci menjelaskan siasat enci yang bagus itu,
supaya pikiranku tidak terganggu begitu ?"
Tiong-sun Hui Kheng minta Hee Thian Siang duduk
bersama-sama diatas sebuah batu, kemudian berkata sambil
tersenyum; "Adik Siang, setiap orang yang melakukan sesuatu
perbuatan yang khianat, untuk membanggakannya bukankah
ingin melihat sendiri hasilnya ?"
Meskipun Hee Thian Siang sudah tahu mengapa Tiong-sun
Hui Kheng dengan tiba-tiba mengajukan pertanyaan demikian,
tetapi ia masih tetap menjawab sembari menganggukkan
kepala; "Enci, itu memang sudah sewajarnya!"
"Atas dasar dugaanku inilah, coba kau pikir, apakah Siang
Biauw Yan nanti tidak akan datang mendaki kepuncak gunung
ini untuk melihat sendiri apakah kita benar-benar sudah mati
kelaparan atau tidak ?"
"Oh, dugaan enci ini memang tepat, Tetapi dengan cara
bagaimana enci tahu bahwa Siang Biauw Yan paling tidak
sepuluh hari kemudian baru akan mendaki gunung ini ?"
"Dalam pikiran Siang Biauw Yan, kita dianggapnya sudah
menjadi barang tawanan dalam jebakannya, Sekalipun tidak
ditindak juga akan mati sendiri, perlu apa dia tergesa-gesa
datang dengan menempuh bahaya ?"
"Mengenai soal ini enci sudah pernah katakan, Siang Biauw
Yan sudah memperhitungkan walaupun kita membawa bekal
rangsum kering dan air, paling lama dalam waktu tiga hari juga
sudah dimakan habis, Kalau ia sepuluh hari kemudian datang
kemari, itu berarti kita sudah menahan lapar selama tujuh hari,
sudah pasti akan mati!"
"Tetapi mengingat ucapanmu tentang kejahatan dan
kekejaman Siang Biauw Yan, aku dapat menduga, Setiap
orang yang licik dan banyak akalnya dan kejam seperti itu,
kalau melakukan sesuatu pasti ia berhati-hati, Dalam waktu
sepuluh hari, ada kemungkinan ia masih belum mau datang, ia
mungkin masih akan menunggu beberapa hari lagi, untuk
menjaga kita masih belum putus napas, Sebab apa bila kita
belum mati benar-benar, kalau ditemukan olehnya pasti akan
berlaku nekad dan bertempur dengannya!"
"Betul! Siang Biauw Yan mengira kita diatas puncak ini
akan kelaparan dan kehausan, dan pasti akan mati, sedang
kita dengan bantuan Siaopek dan Taywong yang
menyediakan barang makanan, dengan enak-enak
menantikan kedatangannya, Ini berarti ia yang terbalik
terjebak oleh kita. . . . . ." Ia berdiam sejenak seolah berpikir, kemudian
katanya pula; "Dengan berbuat demikian, meskipun
itu dapat dinamakan sebagai siasat menantikan kedatangan
kelinci, tetapi keterangan enci yang lainnya mengenai
membuka kunci emas sendiri, bagaimana enci artikan ?"
"Begitu Siang Biauw Yan nanti mendaki puncak ini, kita
tangkap dia hidup-hidup! Lalu, kita boleh meniru cara dia
mendaki kemari, turun dari tempat ini, Bukankah ini dapat
dinamakan ia yang membuka kunci emasnya sendiri telah
menyelamatkan kita ?"
Berkata sampai disitu, dari tepi tebing nampak berkelebat
bayangan putih dan kuning, benar saja siaopek dan taywong
ketika mendengar suara terompet tadi, kedua-duanya sudah
datang kepuncak yang sangat tinggi itu.
Dari pinggangnya siaopek membuka bungkusan, didalam
bungkusan itu terdapat dua ekor ayam panggang dan
sepotong daging. Sedang taywong ada membawa buli-buli besar yang
diberikan oleh Tiong-sun Hui Kheng, didalam buli-buli itu
penuh berisi arak. Tiong-sun Hui Kheng yang melihat kedatangan dua
binatang kesayangannya, lalu bertanya kepada siaopek;
"Siaopek, barang-barang hidangan dan arak ini, apakah
kau bersama taywong dapat mencuri dari istana Kun-lun-kiong
?" Siaopek mengangguk-anggukkan kepala, dan Tiong-sun
Hui Kheng kembali berkata sambil menunjuk Hee Thian Siang;
"Aku dengannya hendak bertapa kira-kira selama setengah
bulan dipuncak gunung Kun-lun ini, tidak memerlukan barang
hidangan yang begini bagus, sudah cukup apabila kau
bersama taywong, setiap tiga hari sekali mengantar makanan
kering dan air! sekarang kau lekas turun sama-sama
menemani Ceng-hong-ki, perjalananmu kemari ini harus
dilakukan dengan hati-hati dan dirahasiakan, jangan sampai
orang lain tahu bahwa kita mendapat supply barang
makanan!" Siaopek mengeluarkan suara dua kali, suatu tanda
mengerti baik pesan majikannya, lalu menarik taywong,
bersama-sama turun dari atas puncak dengan sangat lincah.
Hee Thian Siang yang menyaksikan gerakan siaopek dan
taywong demikian lincah dan gesit, diam-diam menghela
napas. Sementara itu Tiong-sun Hui Kheng sudah berkata sambil
tertawa; "Adik Siang, sekarang disini ada arak dan hidangan lezat,
Mengapa kau masih menghela napas panjang pendek ?"
"Aku sebetulnya mengagumi kepandaian enci yang dapat
menjinakkan kedua binatang itu, tetapi sayang tidak dapat
menjinakkan bangsa burung, alangkah baiknya jikalau kita
juga memelihara seekor burung raksasa yang cerdik! Kalau
kita dapat berbuat begitu, bukankah hari ini kita tidak akan
mendapat kesulitan seperti hari ini ?"
Tiong-sun Hui Kheng menatap Hee Thian Sing sejenak,
lantas berkata sambil tertawa;
"Siapa kata aku tidak dapat menjinakkan bangsa burung"
Hanya burung raksasa yang cerdik lebih susah dihadapi dari
pada binatang cerdik! Nanti setelah urusan digunung Ki-lian
selesai, aku akan berusaha untuk mendidik seekor burung
raksasa yang dapat ditunggangi untukku perlihatkan
kepadamu!" Hee Thian Siang dengan tiba-tiba teringat kepada
persiapan pertama yang diucapkan oleh Tiong-sun Hui Kheng
setengah bulan yang lalu, maka lalu bertanya;
"Enci tadi berkata kepada Siaopek bahwa kita hendak
bertapa setengah bulan lamanya dipuncak gunung yang
dingin ini, Apakah maksudmu?"
"Memang, sudah waktunya kita harus mengaso dan
bertapa disini!" menjawab Tiong-sun Hui Kheng sambil
menganggukkan kepala. "Kita toch tidak melakukan perbuatan yang melanggar hati
nurani, perlu apa harus bertapa?" Bertanya lagi Hee Thian
Siang heran. "Yang kita akan tapakan bukanlah perbuatan kita,
melainkan menapakan ilmu kepandaian kita !"
Hee Thian Siang baru melengak, Tiong-sun Hui Kheng
sudah berkata pula; "Adik Siang, coba kau pikir selama ini, dalam hal
kepandaian ilmu silat, kau sudah mewarisi tiga jurus ilmu silat
Bunga Mawar, tiga jurus ilmu menyelamatkan jiwa, dan
mendapat pula hadiah senjata pusaka bulu burung warna lima
dari Thian-i Taysu, yang dahulu pernah digunakan untuk
menaklukkan kawanan iblis, sedangkan aku juga sudah
mewarisi kepandaian sangat ampuh yang ditinggalkan oleh
Sam-ciok Cinjin, semua sudah cukup digunakan untuk
menghadapi tokoh-tokoh terkuat pada masa ini, akan tetapi,
mengenai dasar latihan kekuatan tenaga dalam, oleh karena
selama ini kita repot mengurusi banyak soal, hingga sedikitpun
tidak mendapatkan kemajuan! Jikalau tidak demikian, kau
yang sudah diwarisi kekuatan tenaga dalam oleh Duta Bunga
Mawar, dengan cara bagaimana didepan pintu goa Siang-
swat-tong, masih belum sanggup mencabut senjata tongkat
ketua partai Ki-lian" Dan akhirnya kau masih memerlukan
bantuan tenaga orang lain, barulah terhindar dari hinaan
orang" Sekarang kita yang kebetulan harus berdiam dipuncak
gunung ini selama setengah bulan, bukankah itu merupakan
suatu kesempatan baik untuk menenangkan hati dan pikiran
kita, membina kekurangan kita yang selama ini tidak kita
perhatikan baik-baik" Apa lagi waktu pertemuan digunung Ki-
lian sudah dekat, selain tokoh-tokoh kuat yang kita sudah
kenal, masih ada tiga iblis Pek-kut Sam-mo dan jago-jago
tokoh kuat yang belum pernah kita hadapi, kita yang sudah
mendapat tugas dari Duta Bunga Mawar, Dengan cara
bagaimana kau masih belum mengadakan persiapan mulai
sekarang" Tempat ini hawanya sangat dingin udaranya juga
bersih, merupakan suatu tempat yang baik sekali bagi orang
yang melatih kekuatan tenaga dalam! Maka itulah kau harus
lekas mempersiapkan diri untuk membina kekuatan tenagamu
sendiri, kecuali waktu makan dan minum serta diwaktu
beristirahat, aku tidak akan banyak bicara denganmu."
Tiong-sun Hui Kheng setelah mengucapkan perkataan itu,
ia sendiri lantas duduk diam untuk bersemedi, tidak
menghiraukan Hee Thian Siang lagi, Sesaat kemudian ia
sudah berada dalam keadaan seperti melupakan dirinya
sendiri. Sedangkan Hee Thian Siang setelah mendengar ucapan
Tiong-sun Hui Kheng yang mengandung arti dalam, juga
merasa malu terhadap dirinya sendiri, Kini setelah
menyaksikan gadis itu sudah mulai bersemedi, dalam hati
lantas timbul perasaan kagumnya, pikirnya; "Enci Tiong-sun-
ku ini, benar-benar seperti bidadari yang turun dari
khayangan, baik sifat perangainya serta kecerdikan dan
pengetahuannya, maupun kepandaian ilmu silatnya, semua
menunjukkan perbedaan yang jauh lebih tinggi dari manusia
biasa. Oleh karena ia telah mengumpamakan Tiong-sun Hui
Kheng sebagai bulan purnama, maka ia sendiri pada saat itu
telah merasakan seolah-olah tidak berarti sama sekali, maka
ia buru-buru mengikuti perbuatan Tiong-sun Hui Kheng, untuk
duduk bersemedi. Puncak diatas gunung Kun-lun itu memang merupakan
suatu tempat yang sangat bagus bagi orang untuk bertapa,
maka Hee Thian Siang dan Tiong-sun Hui Kheng sehabis
melakukan semedinya, segera dapat merasakan faedahnya,
Sekujur badannya serasa enteng, pikirannya juga lega!
Selesai bersemedi, dua orang itu membuka mata lalu
berpandangan sambil tersenyum, mereka tidak mengadakan
percakapan yang tidak ada gunanya.
Demikianlah hari-hari mereka lalui dipuncak gunung
tertinggi gunung Kun-lun-san, tanpa dieasa sepuluh hari telah
berlalu, Selama itu kecuali siaopek dan taywong yang suka
datang membawa makanan kering dan minuman, Siang Biauw
Yan belum pernah muncul disitu.
Tiong-sun Hui Kheng bertanya kepada Hee Thian Siang
sambil tersenyum; "Adik Siang, sekarang kau pasti dapat merasakan hasilnya
bersemedi selama sepuluh hari ini, yang sudah tentu
membawa faedah tidak sedikit bagimu, bukan ?"
"Terima kasih atas petunjuk enci, Selama sepuluh hari ini
dalam melakukan semediku, aku belum pernah memikirkan
hal-hal yang lain, Didalam keadaan demikian aku sudah
berhasil menyempurnakan kepandaian dan kekuatan tenaga
yang diwariskan oleh Duta Bunga Mawar, kugabungkan
dengan ilmu perguruanku Khian-thian-khi-kang, nanti kalau
benar Siang Biauw Yan datang kemari, aku akan coba-coba
dengan ilmu gabungan itu!" Berkata Hee Thian Siang sambil
tertawa. Sehabis berkata demikian, tangan kanannya digerakkan,
ditengah udara melakukan suatu gerakan menekan, sungguh
heran, sebuah batu besar yang terpisah sejarak tiga-empat
tombak jauhnya, lantas tertampak tanda bekas jari tangannya
yang sangat nyata. Tiong-sun Hui Kheng tahu bahwa Hee Thain Siang yang
sudah mendapat warisan tenaga dalam dari Duta Bunga
Mawar, kemudian makan biji mata kelabang ajaib, dan
sekarang ditambah lagi dengan latihannya bersemedi selama
sepuluh hari, maka semua ilmu yang didapatkan itu telah
digabung menjadi satu, dengan demikian maka hawa murni
dan kekuatan tenaga dalamnya sudah pasti tidak dibawah
para ketua partai besar pada dewasa ini! Akan tetapi ia tak
mau menceritakan itu semua dan tidak mau memberi pujian
terlalu tinggi, hanya berkata sambil tersenyum;
"Adik Siang, jikalau kau ingin menggunakan Siang Biauw
Yan sebagai percobaan, barangkali mungkin masih harus
menunggu tiga hari lagi!"
"Enci, kau toh tidak mempunyai ilmu ramal yang bisa
meramalkan hal-hal yang belum terjadi" Dengan cara
bagaimana kau dapat memastikan bahwa tiga hari kemudian
Siang Biauw Yan akan datang kemari ?"
"Ini adalah perhitunganku sendiri!"
"Bagaimana enci dapat menduga demikian pasti ?"
"Sesudah menunggu sepuluh hari, Siang Biauw Yan pasti
akan sangat cemas, ingin sekali menyaksikan akal busuknya
itu berhasil seperti apa yang diperhitungkan olehnya atau
tidak" Tetapi oleh karena dia salah seorang yang sangat licik
dan banyak akal untuk bertindak lebih hati-hati, terpaksa ia
harus menunggu lagi beberapa hari, baru berani datang
kemari!" "Benar. . . . ."
Satu hari lewat satu hari, sesudah hari ketiga belas, Siang
Biauw Yan bukan saja sudah bersabar sedemikian rupa,
tentunya ia akan menghitung-hitung lagi, ia dalam pikirannya
mungkin mengira bahwa kita mungkin bisa tahan sampai
sepuluh hari tidak makan, tetapi selewatnya dianggapnya
tentu tidak sanggup lagi, berdasar perhitungan itulah maka ia
pasti akan diam-diam mendaki kepuncak gunung ini, untuk
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyaksikan dengan mata kepala sendiri !"
Berkata sampai disitu Tong-sun Hui Kheng memberi
penjelasan yang lebih tegas;
"Siang Biauw Yan hendak mencelakakan diri kita dengan
jalan demikian, pasti oleh karena kau sudah mengetahui
perbuatannya yang mencelakakan diri Ti-hui-cu, barulah
hendak membinasakan kita secara diam-diam diatas puncak
gunung ini! Maka dari itu aku bukan saja berani menduga
pada waktu hari ketiga belas ini ia pasti datang, bahkan berani
menduga pula ia akan datang pada waktu tengah malam yang
sunyi!" "Enci, apabila aku dapat mempelajari pikiranmu semacam
ini, pasti banyak sekali gunanya!"
"Untuk memikirkan sesuatu persoalan, meskipun belum
tentu tepat seluruhnya, tetapi apabila kita bisa mengadakan
analisa dengan cermat, kadang-kadang dapat menduga
sebagian besar!" Dua orang itu setelah bercakap-cakap agak lama, lalu
mulai makan dan minum, setelah itu kembali bersemedi
seperti biasa. Waktu tiga hari berlalu dengan cepat, ketika malam tiba,
benar saja selewatnya tengah malam, mereka telah
mendengar suara orang mendaki gunung dengan alat logam,
suara itu kedengaran nyata, seperti orang setindak demi
setindak merambat keatas tebing itu.
Hee Thian Siang yang sudah pasang telinga sejak tadi, lalu
berkata disamping telinga Tiong-sun Hui Kheng sambil
tertawa; "Perhitungan enci benar-benar seperti dewa untuk selanjutnya aku harus memberi julukan kepadamu 'Cu Kat
Liang' wanita, bagaimana ?"
"Adik Siang jangan berkata yang bukan-bukan, mari kita
lekas rebahkan diri ditempat gelap dan pura-pura berlagak
mati, biarlah sebelum Siang Biauw Yan mendapat
pembalasannya, ia akan merasakan kegirangannya lebih
dahulu, mungkin dari mulutnya yang sudah kegirangan kita
nanti dapat mendengar sedikit keterangan tentang Liok Giok Ji
yang sebenarnya ?" Hee Thian Siang menurut, keduanya lalu merebahkan diri
disamping sebuah batu besar yang tempatnya agak gelap.
Suara ketokan batu gunung semakin lama terdengar
semakin dekat, tak lama kemudian imam tua itu benar-benar
sudah muncul dipuncak gunung dengan membawa seutas
rotan yang besar dan panjang.
Hee Thian Siang diam-diam mencuri lihat, tampak sepatu
yang dipakai oleh Siang Biauw Yan, ujungnya ternyata
diperlengkapi dengan sepasang kaitan besi yang tajam,
hingga ia tahu sepatu semacam itulah barangkali yang
digunakan oleh orang-orang Kun-lun-pay untuk mendaki
gunung. Sementara mengenai rotan panjang yang dibawa oleh
Siang BIauw Yan, barangkali karena menganggap dengan
menggunakan semacam itu bagaimana pun juga memerlukan
banyak tenaga, maka ia membawa rotan yang sangat panjang
supaya kalau diwaktu turun nanti bisa lebih mudah.
Begitu tiba diatas puncak, mata Siang Biauw Yan menyapu
keadaan disekitarnya, tampak diri Hee Thian Siang dan Tiong-
sun Hui Kheng kedua-duanya rebah tengkurap didekat batu
besar tanpa bergerak sedikitpun juga, dua orang itu seolah-
olah sudah putus nyawanya.
Menyaksikan keadaan demikian, ia sangat bangga dan
girang sekali, maka lantas melupakan dirinya sendiri dan
mengoceh sendirian; "Barang siapa yang mengetahui rahasiaku pasti mengalami
nasib yang serupa, Thio Giok, Phoa Sa dan In Ya Hok,
semuanya sudah menjadi setan gentayangan digunung Tay-
pa-san, dan bocah Hee Thian Siang ini kini juga sudah
menjadi setan kelaparan diatas puncak gunung ini, maka
kedudukanku sebagai ketua, barangkali sudah aman."
Berkata sampai disitu, barangkali karena terlalu girang ia
sudah tertawa terbahak-bahak sendiri.
Hee Thian Siang kini baru tahu bahwa bukan saja Liok Giok
Ji pernah secara menggelap dengan menggunakan senjata
duri berbisanya sehingga kemudian terjadilah perbuatan yang
tidak diingini dengan dirinya digoa kuno itu, bahkan tiga murid
angkata muda dari golongan Kun-lun, semua juga sudah
dibinasakan cara serupa oleh paman seperguruannya sendiri
yang waktu itu sudah ter-gila dengan kedudukan ketua.
Tetapi Siang Biauw Yan yang masih lupa diri dan dalam
keadaan tertawa, dengan tiba-tiba berkata lagi seorang diri
sambil mengerutkan alisnya;
"Sayang dari sikap dan ucapan Hee Thian Siang, Liok Giok
Ji ternyata masih belum mati, ini akan merupakan suatu
ancaman dan bahaya besar bagiku dikemudian hari,
Sedangkan didunia yang luas ini, kemana aku harus mencari
dia ?" Sambil berbicara, lengan bajunya dikebutkan dengan
perasaan gemas, apa mau, hembusan angin yang keluar dari
kibasan lengan bajunya tadi, telah menyapu buli-buli arak
yang diletakkan dibelakang sebuah batu besar, bersamaan
dengan itu, tulang-tulang ayam dan lain-lainnya juga
berhamburan oleh kebutan tadi.
Siang Biauw Yan yang dengan secara tiba-tiba
menemukan buli-buli arak dan tulang-tulang ayam itu bukan
kepalang terkejutnya, sepasang matanya menunjukkan sinar
beringas, mata itu kembali ditujukan kepada Hee Thian Siang
dan Tiong-sun Hui Kheng yang menggeletak tidak jauh
dibelakang batu tadi. Hee Thian Siang sebetulnya ingin tahu jejak Liok Giok Ji,
oleh karenanya maka ia berlagak mati untuk mendengar
keterangan dari mulut Siang Biauw Yan sendiri dan kini
setelah mengetahui itu semua, maka ia tidak perlu berlagak
mati lagi, Dengan tiba-tiba ia lompat bangun dan berkata
sambil tertawa terbahak-bahak;
"Ciangbunjin, mengapa sekarang baru datang" Hee Thian
Siang dan Tiong-sun Hui Kheng sudah lama menantikan
kedatanganmu, karena hendak mengucapkan terima kasih
kepadamu yang sudah meminjamkan tempat sebaik ini untuk
kita melatih ilmu silat dengan tenang, bahkan dengan baik hati
kau sudah menyediakan arak dan hidangan lezat, maka atas
budimu ini kami berdua tidak akan bisa melupakan!"
Siang Biauw Yan yang sangat licik, sejak melihat buli-buli
arak dan tulang-tulang ayam, sudah mengetahui gelagat tidak
beres, maka diam-diam ia sudah mengerahkan kekuatan
tenaganya untuk membunuh dua anak muda itu.
Maka dari itu, baru saja Hee Thian Siang mengucapkan
perkataan itu, Siang Biauw Yan sudah memperdengarkan
suaranya dari hidung, kemudian lengan bajunya yang
gerombolan dikebutkan, hingga kekuatan tenaga dalam yang
meluncur dari situ telah menggulung Hee Thian Siang dan
Tiong-sun Hui Kheng dengan hebat.
Serangannya secara mendadak itu, selanjutnya bahkan
disusul dengan serangan senjatanya duri berbisa sebanyak
tujuh delapan buah dengan cara bertebaran, mengarahkan
bagian kematian ditubuh Hee Thian Siang dan Tiong-sun Hui
Kheng. Tetapi Hee Thian Siang sudah tahu kekejaman dan
keganasan Siang Biauw Yan, sejak tadi ia sudah siap-sedia,
maka ketika itu ia sudah mengerahkan kekuatan tenaga
dalamnya dari ilmu perguruannya sendiri ketangan kanan,
untuk menyambut serangan Siang Biauw Yan tadi, sedang
tangan kanannya segera membuka jaring wasiat warna
merah, untuk menjaring senjata berbisa Siang Biauw Yan.
Kekuatan tenaga dalam yang keluar dari kedua belah
pihak, waktu itu belum tampak siapa yang lebih hebat, begitu
saling beradu lantas terpecah, tapi senjata rahasia duri
berbisa sebanyak tujuh delapan buah itu sebaliknya dengan
sangat mudah sekali sudah terjaring oleh jaring wasiat Hee
Thian Siang. Bukan kepalang terkejutnya Siang Biauw Yan, sehingga ia
lompat mundur beberapa langkah, Diam-diam merqasa heran,
sebab serangannya dengan lengan jubah tadi yang
menggunakan kekuatan tenaga sepenuhnya, dengan cara
bagaimana dapat dipunahkan dengan tenang oleh lawannya
itu " Hee Thian Siang menyerahkan jaring wasiat yang sudah
berisi senjata duri berbisa kepada Tiong-sun Hui Kheng,
kemudia ia mendekati Siang Biauw Yan dan berkata, katanya
sambil tertawa terbahak-bahak;
"Siang Biauw Yan, oleh karena kau ini telah merebut
kedudukan ketua partaimu dengan cara keji dan beruntun kau
telah mencelakakan secara menggelap kepada Ti-hui-cu dan
Liok Giok Ji, kemudian kau juga sudah membinasakan kepada
murid keponakanmu sendiri Thio Giok, Phoa Sa dan In Ya
Hok, kau ini sesungguhnya merupakan seorang berhati
binatang yang sangat kejam, dosamu seperti itu tidak dapat
bisa diampuni, maka puncak gunung Kun-lun ini, barangkali
merupakan tempatmu yang terakhir dalam dunia ini!"
Siang Biauw Yan sambil mengerahkan kekuatan tenaga
dalamnya, berkata dengan nada suara dingin;
"Apa yang kau maksudkan dengan orang berhati binatang
yang sangat kejam" Apa yang kau maksudkan dengan tempat
terakhir" Aku tidak tahu semua itu, aku hanya tahu didalam
dunia yang penuh kejahatan dan setiap orang berusaha
berebut nama dan kedudukan seperti ini, yang menang boleh
menjadi jago, yang kuat boleh hidup dan yang lemah harus
mati!" Baru saja menutup mulutnya, kembali sudah melancarkan
serangannya yang sangat ganas, dengan ilmunya dari
golongan Kun-lun yang terampuh, lima jari tangan kanannya
dipentang bagaikan kaitan, untuk menyambar tenggorokan
Hee Thian Siang, Ia malah sudah siap apabila Hee Thian
Siang dapat mengelak, ia akan lompat tinggi keatas dengan
menggunakan gerak tipu ilmu silat yang dinamakan Naga
unjuk diri dalam awan tiga kali, hendak membinasakan Hee
Thian Siang. Hee Thian Siang sudah tahu bahwa serangan Siang Biauw
Yan itu meskipun mengandung kekuatan hebat, tetapi hanya
gerak-tipu belaka, imam itu pasti akan menantikan kesempatan selagi dirinya menyambut serangan tadi, barulah
merubah siasatnya melancarkan serangannya yang lebih
ganas. Oleh karena Hee Thian Siang terlalu banyak memiliki
kepandaian ilmu silat dari tokoh-tokoh kenamaan, nyalinya
semakin besar, maka ia sengaja mengiringi kehendak
lawannya, dengan berdiri tegak bagaikan gunung Tay-san,
tangan kirinya digunakan untuk melindungi bagian dada,
sedang tangan kanan digunakan untuk menahan serangan
musuh. Gerak tipu yang digunakan oleh Siang Biauw Yan tadi
sebetulnya boleh digunakan sebagai gertakan belaka, apabila
lawannya menganggap itu sebagai suatu gerak tipu kosong
tidak begitu menghiraukannya, maka ia segara mengerahkan
kekuatan tenaga dalamnya kepada lima jari tangannya untuk
melakukan serangan yang lebih hebat, Apabila dipandang
serangan sungguh-sungguh oleh lawannya, disambut dengan
tenaga penuh, baru ia akan melancarkan serangan yang
mengandung banyak perobahan.
Kini setelah melihat Hee Thian Siang berdiri tegak dan
menggunakan kekuatan tenaga hendak menyambut
serangannya, ia lalu memperdengarkan suara dingin, tangan
kanannya mendesak keluar, tangan kirinya menggunakan
jubahnya untuk mengebut, itu merupakan gerakan seekor
Naga dan kemudian ia lompat melesat setinggi empat tombak
lebih, setelah itu ia membuat gerakan salto dan terus menukik
dalam sikap menyergap, dalam keadaan demikian sepasang
matanya tampak beringas, dua tangannya bergerak seperti
mau menerkam, gerakan itu mengandung hembusan angin
demikian hebat, hingga didaerah sekitar lima enam tombak,
semua sudah terkurung olehnya.
Hee Thian Siang ada maksud hendak menunjukkan
kepandaiannya diahadapan Tiong-sun Hui Kheng, ia sengaja
tidak menghiraukan, sehingga tangannya pun tidak diangkat
untuk menyambut, ia hanya miringkan kepalanya mengawasi
gerakan Siang Biauw Yan, sikapnya sangat tenang dan
sombong sekali. Tiong-sun Hui Kheng menonton dari samping lantas
berseru; "Adik Siang, kau jangan terlalu gegabah! itu adalah ilmu
serangan tangan Naga tiga kali unjuk diri didalam awan, ilmu
terampuh dari golongan Kun-lun!"
Pada saat Tiong-sun Hui Kheng memberikan peringatan
itu, Siang Biauw Yan sudah menerkam kepada Hee Thian
Siang. Hee Thian Siang waktu itu kalau mau menggunakan salah
satu dari ilmu yang didapat dari Duta Bunga Mawar, atau ilmu
yang didapat dari Thian-i Siang-jin, dengan mudah ia dapat
memunahkan serangan hebat Siang Biauw Yan itu.
Tetapi ia sejak bersemedi melatih ilmunya selama sepuluh
hari diatas puncak gunung itu, sudah berhasil
menyempurnahkan kekuatan tenaga dalamnya yang diwarisi
oleh Duta Bunga Mawar, maka ia sengaja tidak menggunakan
ilmunya dari Duta Bunga Mawar dan Thian-i Siang-jin u8ntuk
menghadapi lawannya, sebaliknya ia malah melesat keatas,
ditengah udara ia menggunakan kedua tangannya, dengan
ilmunya Khian-thian-khi-kang dari perguruannya sendiri untuk
mengadu kekuatan dengan Siang Biauw Yan.
Jikalau ditinjau dari kekuatan tenaga dalamnya Hee Thian
Siang pada waktu itu, meskipun boleh dibilang ia lebih kuat
dari pada Siang Biauw Yan, akan tetapi kerena yang satu
menerkam dari atas sedangkan yang lain menyambut dari
bawah, sudah tentu agak merugikan dirinya, maka dalam
mengadu kekuatan itu, kesudahannya menjadi seri, Hee Thian
Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siang terpental mundur tiga kaki, dan Siang Biauw Yan
terpental mundur setombak lebih, bedanya ialah yang tersebut
belakangan ini darahnya terasa bergolak, hingga matanya
berkunang-kunang. Tiong-sun Hui Kheng yang menyaksikan itu, lalu berkata
sambil mengerutkan alisnya;
"Adik Siang, mengapa kau tidak menggunakan
kepandaianmu yang terampuh, sebaliknya kau mencari
kesulitan sendiri ?"
Selama itu, Hee Thian Siang sudah berhasil memulihkan
kekuatan tenaga dalamnya, maka ketika mendengar ucapan
itu lantas berkata sambil tersenyum;
"Enci jangan khawatir, karena aku tadi ingin mencoba hasil
yang didapat selama melatih ilmu sepuluh hari diatas gunung
ini, dan kedua aku merasa untuk menghadapi orang seperti
Siang Biauw Yan ini rasanya masih tidak terlalu perlu sampai
harus menggunakan ilmu menyelamatkan jiwa atau tiga jurus
ilmu Duta Bunga Mawar!" Berkata sampai disitu, ia menatap
Siang Biauw Yan dengan sikap mengejek, ia berkata sambil
tertawa dingin: "Siang Biauw Yan, meskipun kau mencuri dan merampas
kedudukan ketua golonganmu, tetapi sekarang juga terhitung
salah seorang ketua dari satu partai, Aku sudah menyambut
dua kali seranganmu, aku merasa bahwa ilmu jari golongan
Kun-lun-pay dan ilmu yang terampuh Naga tiga kali unjuk diri
didalam awan, ternyata hanya bernama kosong belaka,
karena tidak ada buktinya! Pribahasa ada kata: 'Menerima
apa-apa harus balas memberi', maka aku akan
mengembalikan dua kali serangan dari golongan Pak-bin,
biarlah kau yang mendapatkan kedudukan ketua secara tidak
mudah ini untuk merasakan sendiri bagaimana seranganku
ini!" Oleh karena dua kali serangan Siang Biauw Yan tadi telah
gagal semua, sedangkan senjata rahasia duri berbisa juga
sudah terjaring oleh jaring wasiat Hee Thian Siang, maka
waktu itu ia sudah mengerti gelagat tidak baik, terpaksa diam-
diam berusaha memulihkan kekuatan tenaganya dan siap
hendak menggunakan ilmunya yang terakhir tetapi yang
mematikan, Apa mau sebelum ilmunya itu digunakan, Hee
Thian Siang sudah mulai membuka serangannya dengan dua
macam gerak tipu yang dilancarkan olehnya, sudah
menggempur bagian dadanya.
Siang Biauw Yan yang sebelumnya sudah dikatakan
sebagai ketua dari satu partai oleh Hee Thian Siang, sudah
tentu ia tidak ada muka untuk merasa takut, terpaksa
menyambut serangan itu sambil menggigit bibir.
Dua kali beradunya tenaga tadi telah menimbulkan suara
sangat hebat, tampak Siang Biauw Yan mundur terhuyung-
huyung hingga dua langkah, bahkan sudah berada ditepi
tebing. Hee Thian Siang tertawa terbahak-bahak dan berkata;
"Jikalau dilihat dari keadaan seperti ini, sudah cukup aku
mengeluarkan sepulah kali pukulan lagi, namun aku tidak tahu
Ciangbunjin masih berani menyambut beberapa kali?"
Setelah itu, ilmunya Khian-thian-khi-kang dikerahkan, ia
sudah siap hendak mendorong jatuh Siang Biauw Yan
kebawah gunung. Tetapi Siang Biauw Yan yang sudah merasa ditepi tebing,
juga sudah merasa bahwa serangan Hee Thian Siang terlalu
hebat, maka ia buru-buru lompat kesamping, dan pada waktu
itulah ia sudah melontarkan rotan panjangnya yang semula
hendak digunakan untuk merambat turun dari puncak gunung
itu. Rotan panjang itu besar sekali gunanya bagi Hee Thian
Siang dan Tiong-sun Hui Kheng kini ternyata sudah dilempar
kebawah gunung oleh Siang Biauw Yan, maka Hee Thian
Siang yang menyaksikan perbuatan itu menjadi marah, dan
membentak padanya dengan suara keras;
"Siang Biauw Yan, kau demikian kejam, sesungguhnya
sudah tidak dapat diampuni lagi, lebih baik kau serahkan
nyawamu secara baik-baik!"
Selagi hendak menggunakan serangannya dengan ilmunya
yang mematikan, mendadak tampak tangan Siang Biauw Yan
memegang sebuah benda berkilauan.
Benda berkilauan itu berbentuk kumis naga yang
panjangnya hanya satu kaki setengah, tetapi meskipun benda
itu kecil, tetapi dibagian kepala tampak besar, seolah-olah
dibuat oleh seorang ahli yang sangat pandai.
Siang Biauw Yan dengan tangan memegang senjata aneh
itu, sikapnya menunjukkan seolah-olah ada yang diandalkan
hingga dibibirnya tersungging senyuman bangga.
Hee Thian Siang dan Tiong-sun Hui Kheng semula merasa
heran dengan senjata itu, dalam hatinya berpikir: benda
seperti naga kecil ini, apakah senjata aneh Siang Biaw Yan"
Tetapi nampaknya meskipun buatannya sangat bagus, namun
bentuknya agak kecil, rasanya tidak bisa mengeluarkan
serangan hebat. Siang Biaw Yan ketika melihat Hee Thian Siang dan Tiong-
sun Hui Kheng mengawasi senjata di tangannya lalu berkata
sambil tertawa bangga: "Apakah kamu kenal dengan barang ini?"
"Itu hanya sebatang senjata berbentuk naga yang kecil
saja, apa artinya?" berkata Hee Thian Siang.
"Kau masih bau pupuk bawang, pantas kalau kau tidak
kenal dengan senjata pusaka yang tidak ada keduanya ini!"
berkata Siang Biaw Yan dengan sombongnya, setelah ia
berdiam sejenak, lalu berpaling dan berkata kepada Tiong-sun
Hui Kheng : "Usiamu lebih besar, seharusnya kau sudah pernah
mendengar dari ayahmu, tiga puluh tahun berselang, di dalam
rimba persilatan ada seorang aneh luar biasa, yang pandai
membuat berbagai jenis benda yang aneh-aneh, bahkan
namanya sangat terkenal dengan senjata rahasianya."
Prabarini 3 Si Pemanah Gadis Karya Gilang Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan 21