Pencarian

Raja Silat 8

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 8


pencabut nyawa itu hatiku menjadi kacau, aku rencana besok
pagi mau turun gunung untuk mencari dia, apakah Wan moay
mau menemani aku turun gunung?"
"Ie cici, bukankah Tia menyuruh kita berlatih kepandaian
silat?" bantah gadis cantik pengangon kambing tersebut.
"Bukankah sama saja dengan sewaktu kita bersama-sama
turun gunung menghadiri diatas puncak pertama daerah Ciog
Jan pada bulan lima tanggal lima saat itu masih ada
kesempatan untuk mencarinya?"
Lie Siauw le menggelengkan kepalanya perlahan.
"Suhu memang berpesan begitu, tetapi aku . Ooh, Wan
Moay. Aku benar benar tidak punya cara yang lain lagi, aku
hanya ingin cepat cepat bertemu kembali dengan adik Tou,
Wan Moay mari temani aku turun gunung, nanti bilamana
suhu menegur bisa aku yang memikul semuanya."
Si gadis cantik pengangon kambing tahu walau pun dia
mencegah Lie Siauw le untuk turun gunung juga percuma, dia
pasti tak akan bisa pusatkan perhatiannya uatuk berlatih silat,
setelah termenung beberapa waktu lamanya akhirnya
mengangguk juga. "Baiklah, besok pagi kita turun gunung."
Saking girangnya Lie Siauw le segera menubruk memeluk
diri gadis cantik pengangon kambing erat erat.
"Ooo .... kau betul betul adik yang baik"
Kedua orang gadis itu segera bersama-sama tertawa riang.
Keesokan harinya menyiapkan buntalannya si gadis cantik
pengangon kambing maupun Lie Siauw le segera turun
gunung bersama sama dengan kawanan kambingnya sesudah
menutup pintu gua terlebih dahulu.
Kedua orang yang membawa bekal butiran intan permata
yang mahal harganya sudah tentu tidak takut kekurangan
biaya ditengah jalan. Dengan menumpang sebuah perahu layar mereka
melanjutkan perjalanannya menuju kearah le Cho, melalui
selat Sam Shia setelah mengarungi sungai selama tiga hari
akhirnya sampai juga di daerah keresidenan Oh Cing.
Hari itu perahu yang mereka tumpangi berlabuh dttepi
pantai, pemandangan tempat itu amat indah sekali.
Sewaktu gadis cantik pengangon kambing beserta Lie
Siauw le menikmati keindahan alam
itulah mendadak dari tepian sebelah kiri berkumandang
datang suara bentrokan senjata yang amat ramai sekali
diselingi dengan suara jeritan ngeri yang amat menyeramkan.
"Ie cici" ujar gadis cantik pangangon kambing itu. "Coba
kau dengar ditepi sebelah kiri ada orang yang sedang
melakukan pertempuran sengit, kedengarannya tidak kurang
dari puluhan orang banyaknya, entah mereka bertempur
disebabkan urusan apa. Bagaimana kalau kita pergi melihat
sebentar?" Keinginan dari gadis cantik pengangon kambing ini timbul
karena ingin tahunya, tetapi Lie Siauw le tidak sama dengan
jalan pikirannya. Dia tahu Liem Tou punya banyak musuh, kini
dia masih hidup didunia sudah tentu setiap saat bisa berjumpa
dengan musuh musuh tangguhnya itu, kini setelah mendengar
ada orang sedang bertempur dengan amat seru hatinya
menjadi tertarik, kemungkinan sekali orang yang sedang
bertempur itu adalah diri Liem Tou. Tidak menanti gadis cantik
pengangon kambing itu mendesak untuk kedua kalinya dia
sudah siap meloncat turun dari perahu.
"Baiklah, Wan moay ayoh kita kesana" serunya.
Cepat cepat mereka perintahkan pemilik perahu itu untuk
minggir ketepi, belum sampai perahu itu betul betul mepet
dengan tepian, mereka berdua bagaikan burung walet dengan
sangat ringannya sudah meloncat ke daratan dan lari menuju
kearah pertempuaran itu. Setelah melewati tanah bekas sawah sampailah disebuab
kaki gunung yang ditumbuhi dengan rerumput yang amat
subur terlihatlah berpuluh puluh orang toosu dengan pakaian
hijau kuning tak menentu sedang mengurung tiga orang yang
melawan serangan pedang mereka dengan menggunakan
seluruh tenaga yang ada. Gadis cantik pengangon kambing maupun Lie Siauw Ie
siapa pun tidak tahu asal usul mereka, karenanya saat ini
hanya menonton jalannya pertempuran dari samping.
Terhadap nama nama jagoan Bu lim gadis cantik
pengangon kambing ini pernah mendapat tahu dari ayahnya
Lie Loo jie, sekali pun dia tidak tahu semuanya, tetapi
sebagian besar kenal juga karenanya setelah melihat
dandanan ketiga orang itu tanpa terasa lagi saking herannya
dia sudah menjerit tertahan, pikirnya.
"Orang yang dikurung di tempat itu bukankah anggota
anggota dari Tionggoan Ngo Koay yaitu sisiucay bunutung, si
pengemis pemabok serta Thiat Sie sianseng?" selamanya
mereka bertiga melakukan pekerjaan bajik, kenapa kini
dikeroyok oleh kawanan toosu itu?"
Berpikir sampzj disini s;gera ujarnya kepada Lie Siauw Ie.
"le cici, coba kau lihat orang yang dikeroyok itu bukankah si
siucay buutung, pengemis pemabok serta si Thiat sie sianseng
dari Tionggoan Ngo Koay?"
Swwaktu Liem Tou bersembunyi didalam rumahnya di
gunung Ha Mo Leng dia telah mendengar cerita tentang
Tionggoan Ngo Koay ini dari mulut Liem Tou, karenanya tanpa
terasa diapun menjerit tertahan, ujarnya.
"Kawanan toosu ini pasti bukan orang baik-baik, selamanya
Tionggoan Sam Koay ini melakukan kebajikan, mari kita tolong
mereka" "Ie cici kau belum pernah melakukan perjalanan didalam
dunia kangouw bagaimana bisa tahu kalau toosu itu bukan
manusia baik-baik?" tegur gadis cantik pengangon kambing
itu, "Lebih baik kita menonton saja."
Air muka Sie Siauw le segara berubah merah dan tak bisa
mengucapkan sepatah katapun, sedang didalam hatinya dia
merasa kuatir dan risau atas keselamatan dari si siucay
buntung, si pengemis pemabok serta si Thiat sie sianseng.
Keadaan dari si pengemis berserta kawan-kawannya waktu
ini memang benar benar amat berbahaya, tampak mereka
bertiga dengan pundak menempel pundak masing masing
melawan musuh musuh yang menyerang dari arah depannya,
kipas si siucay buntung, tongkat Tah Kauw Pang dari
pengemis pemabok serta siepoa dari Thiat sie lianseng dengan
menimbulkan suara santar dan sambaran angin yang amat
tajam mempertahan dirinya dari serangan musuh, membuat
toosu-toosu itu tidak berani berlaku gegabah.
Sebaliknya juitru toosu-toosu itu menyerang dengan tidak
mernperdulikaa nyawanya sendiri, terlihatlah diantara puluhan
orang itu hanya ada tiga orang saja ilmu kepandaiannya agak
tinggian. Tetapi siapapun diantara setiap toosu tooosu itu
tidak mau mundur, dengan nekat dia menerjang terus
kedepan membuat pertempuran kali ini benar benar sengit
dan jatuh korban amat banyak sekali.
Si siucay buntung, pengemis pemabok mau pun Thiat Sie
Sianseng dengan air muka sangat serius menghadapi terus
musuh musuhnya yang kalap ini, agaknya pertempuran sengit
ini ditimbulkan aleh suatu urusan yang amat besar.
Pada saat yang amat kritis itulah dari kaki gunung sebelah
kiri secara tiba tiba muncul kembali dua puluh orang Toosu
dengan dandanan sama berlari mendatang.
Salah seorang Toosu berpakaian warna kuning yang
bertindak sebagai pimpinan didalam rombongan itu dari
kejauhan, sudah berteriak keras.
"Saudara-saudara sekalian ayoh pada maju tangkap
bangsat terkutuk ini, walaupun ini hari anak murid dari Bu
tong Pay harus binasa semua kita harus tangkap juga ketiga
orang bangsat terkutuk ini untuk membalaskan dendam sakit
hati dari Ciangbunjin kita."
Toosu toosu itu segera berteriak keras menyambut perintah
pimpinan mereka kemudian maju menyerang lebih nekad lagi.
Si gadis cantik pengangon kambing beserta Lie Siauw te
yang mendengarkan percakapan mereka dari pinggiran saat
ini baru merasa sedikit tidak sabaran, kini mereka baru tahu si
siucay buntung, pengemis pemabok serta si Thiat Sie sianseng
sudah membunuh mereka punya ciangbunjin dan kini mereka
bersama-sama mengerubuti diri mereka bertiga untuk
membalaskan sakit hati Ciangbunjin mereka.
Tiba tiba terdengar pengemis pemabok menggembor
dengan suara keras. "Kalian hidung hidung kerbau dari Bu tong pay yang tidak
tahu diri, sebetulnya dari antara kalian siapa yang sudah
melihat kalau Ciangbunjin si hidung kerbau kalian itu kami
yang bunuh! Mata kalian sudah buta semua yaaah!"
"Anak jadah yang harus dicacah tutup mulut anjingmu!"
balas bentak salah seorang toosu dari antara gerombolan
toosu toosu lainnya. "Pada waktu ini didalam Bu lim siapa
yang tidak tahu kalau Ciangbun suheng kami dibunuh oleh
kalian bertiga" serahkan nyawamu"
Diikuti suara teriakan yang membakar semangat kawan
kawannya. "Ayoh murid murid Bu tong pay. terjang terus maju bunuh
mereka mereka ini." Diikuti dengan suara bentakan yang nyaring Toosu Toosu
sekalian yang mengepung di empat penjuru segera bersama
sama membentak nyaring sehingga menggetarkan seluiuh
dataran pegunungan itu. "Ayoh bunuh!" Bagaikan air bah yang menerjang pantai
mirip juga geiombang dahsyat yang menggulung ditengah
samudra bebas, para Toosu itu dengan mempertaruhkan
nyawanya sendiri melancarkan serangan bergabung mengarah
si siucay buntung, pengemis pemabok serta Thiat Sie sianseng
bertiga. Keadaan yang demikian menegangkan dan mengerikan ini
membuat si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw
le yang menonton di pinggir merasa ikut tegang, keringat
dingin mengucur dengan amat derasnya sedang air mukanya
perlahan demi perlahan berubah menjadi pucat pasi, pikirnya.
"Habis . . habis sudah, walaupun kepandaian mereka
bertiga jauh lebih tinggipun tak akan sanggup untuk menshan
serangan gabungan Toosu-toosu itu yang laksana
menggulungnya ombak dahsyat ditengah samudra bebas."
Tetapi urusan ternyata sudah terjadi jauh diluar dugaan
mereka berdua, sekali pun Bu-tong serta Siauw lim merupakan
dua partai besar yang disegani didalam Bu lim dan kepandaian
silat mereka mempunyai kemampuan yang meyakinkan tetapi
pada saat ini merupakan saat saat lemahnya kedua partai
besar tersebut, sehingga walaupun mereka mempunyai anak
murid yang berjumlah sangat banyak tetapi kini justru
bertemunya dengan tiga orang anggota Tionggoan Ngo Koay
sudah tentu tak sanggup untuk mengapa apakah mereka.
Ketika mereka bertiga milihat para Toosu-Toosu dari
Butong pay itu menyerang mereka dengan tidak
memperdulikan nyawanya sendiri, si siucay buntung,
pengemis pemabok mau pun Thiat Sie sianseng pun terpaksa
menggerakkan senjata andalannya, masing masing orang
sendiri-sendiri, Terdengar suara bentakan yang amat keras masing masing
pihak segera bertemu muka dan terjadilah suatu pertempuran
yang amat sengit. Suara teriak-teriakan ngeri bermuncullan iring mengiring
disertai dengan muncratnya darah segar membasahi empat
penjuru, murid murid Bu tong pay ada tujuh delapan orang
lagi yang celaka di tangan senjata mereka bertiga.
Pertempuran yang sangat menyeramkan inilah membuat
gadis cantik pengangon kambing mau pun Lie Siauw le yang
menonton hampir saja merasa tidak tahan, ujar gadis cantik
pengangon kambing itu tiba tiba.
"le ciei mereka bunuh membunuh dengan demikian
mengerikannya, cepat kita carikan jalan untuk menghindarkan
hal hal yang tidak di inginkan"
"Omonganmu sedikitpun tidak salah," sahut Lie Siauw le
mengangguk. "Kita harus cepat-cepat cari cara yang lain untuk
memisah pertempuran yang mengerikan ini"
Mendadak didalam benaknya berkelebat suatu ingatan,
tambahnya lagi. "Tetapi urusan ini sangat bahaya sekali, sedikit kita salah
bertindak bisa bisa api yang berkobar akan membakar badan
kita sendiri." "Hhmmm . . , benar, bilamana bukannya karena hal itu
sejak tadi aku sudah turun tangan."
Berpikir akan hal ini membuat mereka berdua ragu ragu,
masing masing saling pandang memandang untuk beberapa
waktu lamanya, mereka betul betul dibuat gugup dan
kelabakan sendiri. Mendadak . . suara dengusan kerbau yang berat tetapi
sangat dikenal olehnya berkumandang datang dari tempat
kejauhan, mendengar suara itu baik gadis cantik pengangon
kambing itu maupun Lie Siauw le sendiri masing masing
dibuat melengak, walaupun sampai waktu ini mereka tidak
mengucapkan sepatah katapun juga tetapi anggapan mereka
sudah merasa kalau dengusan kerbau itu mirip sekali dengan
suara dengusan kerbau milik mereka.
Baru saja Lie Siauw le mau membuka mulutnya untuk
berbicara mendadak dari sebelah pinggiran pegunungan itu
terdengar suara derapan kaki yang amat ramai tetapi mantap
berlari mendatang, mereka berdua cepat cepat menoleh
kearah mana ... sedikitpun tidak salah, kerbau itu memang
milik mereka, kerbau yang berada dipuncak Leng Ay gunung
Go bie tempo hari tetapi larinya kali ini amat aneh sekali
bahkan amat cepat sekali.
Terang-terangan tadi terdengar suara dengusannya masih
jauh bagaimana didalam sekejab mata saja sudah tiba disini"
Saking heran dan tertegunnya mereka berdua seketika itu
juga dibuat olehnya melongo longo dan melompong sambil
memandang datangnya kerbau itu dengan pandangan
terpesona. Tampak kaki kerbau itu berlari dengan cepatnya tanpa
menempel tanah, hanya didalam sekejap mata sudah
menerjang ketengah kalangan pertempuran yang sedang
mencapai pada puncak ketegangannya bahkan menerjang kiri
dan kanan samping dengan seenaknya laksana ditempat itu
tak ada orangnya saja.

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kalau hanya menerjang saja masih biasa, kali sambil
menerjang kerbau itu menyepak dan menanduk orang orang
itu, seekor kerbau bagaikan bayangan setan saja menerjang
kesana menerjang kemari tanpa ada yang bisa menahan
serangannya dalam sekejap saja membuat orang-orang yang
sedang bertempur itu menjadi kalang kabut dibuatnya
sehingga suasana menjadi kacau balau termasuk juga
Tionggoan Sam Koay mereka dibuat terheran heran oleh
munculnya kerbau secara misterius ini.
Kerbau ini seperti ada sukmanya saja tidak perduli dia
menerjang menyepak maupun menanduk orang orang yang
sedang bertempur itu ditepi tidak seorangpun yang terluka
oleh terjangannya yang kalap ini bahkan senjata senjata tajam
yang dicekal oleh toosu toosu itu hanya cukup didalam
seperminuan teh saja sudah pada terlepas dari tangan
mereka, seorang pun tak ada yang lolos.
Toosu-toosu itu menjadi benar benar terperanjat oleh
munculnya keajaiban ini. ketika mereka berusaha untuk
memandang kerbau itu lebih teliti lagi kerbau itu sudah
berkelebat bagaikan angin yang berlalu, sehingga mereka
hanya bisa melihat bayangan kerbau yang kerkelebat
menyambar kesana menyambar kesini saja.
Seketika itu juga membuat Tionggoan Sam-Koay, gadis
cantik pesangon kambing serta
Lie Siauw Ie menjadi melongo dibuatnya, bagaimana pun
juga mereka percaya kalau seekor kerbau yang bodoh dan
tidak berakal itu bisa melakukan pekerjaan seperti ini bahkan
sudah terjadi di depan matanya sendiri, mau tidak percaya
juga tak mungkin bisa. Sewaktu Tionggoan Sam Koay sedang termangu mangu
itulah mendadak kerbau itu dengan k-kecepatan yang luar
biasa sudah menerjang kearah mereka bertiga.
"Celaka. . . " teriaknya tertahan, mereka belum habis
diteriakkan senjata kipas pentungan Tah Kau Pang serta Sie
Poa mereka bertiga sudah dipukul jatuh oleh terjangan kerbau
itu. Tanpa terasa mereka bertiga menjadi amat gusar sekali,
cepat cepat tubuhnya menubruk kedepan merebut kembali
senjatanya masing-masing kemudian putar tubuhnya siap
menerjang ke arah kerbau itu, siapa tahu kerbau tersebut
sudah lari dengan amat cepatnya dari sana dan berada kurang
lebih puluhan kaki jauhnya dan kemudian terdengar lagi suara
derapan kakinya yang amat ramai diselingi dengan suara
dengusan beratnya, hanya dalam sekejap mata dia sudah lari
tanpa bekas. Kini ditengah lapangan itu hanya tinggal para toosu-toosu.
Tionggoan Sam Koay, gadis cantik pengangon kambing serta
Lie Siauw Ie yang berdiri terpaku di tempat masing masing.
Lama sekali . . . tiba tiba terdengar salah seorang murid Bu
tong pay berteriak dengan keras.
"Ayoh maju, bunuh" seketika itu juga mem buat semua
orang menjadi sadar kembali dari lamunannya.
Dengan menggunakan kesempatan itu juga Thiat Sie
sianseng cepat cepat berteriak kepada si siucay buntung serta
si pengemis pemabok. "Ayoh jalan, kita cari si penjahat naga merah untuk bikin
perhitungan." Seketika itu juga mereka bertiga menggerakkan kakinya
bagaikan kilat cepatnya berlari melewati gunung itu untuk
melarikan djri dari sana.
Anak murid dari Bu tong pay sudah tentu tidak mau untuk
melepaskan mereka bertiga dengan begitu saja, bagaikan
kawanan tawon mereka bersama-sama melakuka pengejaran
dengan kencangnya, hanya didalam sekejap mata semua
orang sudah pada pergi dari sana dan kini hanya tinggal
beberapa sosok mayat serta Toosu-toosu yang terluka parah,
mereka yang terluka pada merintih dan mengaduh dengan
lemahnya, keadaannya sangat ngeri dan menyeramkan.
Si gadis cantik pengangon kambing maupun Lie Siauw le
yang memiliki hati yang welas kasih kini melibat pemandangan
yang demikian mengerikan sudah tentu tidak mau berdiam
diri, cepat cepat mereka mendskati Toosu-toosu yang terluka
itu untuk membantu membalut luka luka mereka.
Setelah semuanya selesai barulah mereka berdua kembali
keperahu. Lama sekali Lie Siauw Ie tundukkan kepalanya termenung
terus, si gadis cantik pengangon kambing yang melihat
keadaannya segera mendekati dirinya.
"Cici, kau sedang pikirkan apa " " tanyanya.
"Urusan tadi sungguh aneh sekali," sahut Lis Siauw Ie
sambil memandang kearah tempat kejauhan. "Kau merasa
tidak kalau kerbau itu sedikit mencurigakan ?"
"Ehmmm . . . aku kira peristiwa tadi pasti ada sangkut
pautnya dengan orang yang menghadiahkan intan permata
kepada kita ini, sewaktu kerbau tadi menerjang ke tengah
kalangan pertempuran kecepatannya luar biasa, sebelum aku
melihat lebih jelas lagi kerbau itu sudah berhasil menjatuhkan
senjata senjata orang itu, kemungkinan sekali disamping
kerbau ada seseorang bersembunyi."
"Betul" Teriak Lie Siauw Ie kemudian. "Kenapa aku tak
berpikir sampai disana" Orang itu pasti bersembunyi
disamping kerbau tersebut hanya saja kita tak sempat untuk
meiihat lebih jelas lagi."
Dia berhenti sebentar lalu sambungnya lagi "Wan Moay,
aku lihat memangnya kerbau itu muncul di tempat ini maka
orang itu pun pasti berada tidak jauh dari tempat sini,
bagaimana kalau kita melanjutkan perjalanan melalui darat
saja ?" Gadis cantik pengangon kambing itu tidak punya usul lagi
maka kedua orang itu lalu mendarat di tempat itu, sesudah
menyuruh tukang perahu itu pergi mereka berdua dengan
menunggang seekor kambing melakukan perjalanan kedepan.
Belum jauh mereka berjalan mendadak si gadis cantik
pengangon kambing itu menghentikan tunggangannya.
"Cici, kita mau kemana?"" tanyanya tiba tiba. Diingatkan
akan hal ini Lie Siauw Ie menjadi melengak, tetapi pikirnya
cepat berputar. "Wan moay , bukankah kerbau tadi berlari ke sana?"
ujarnya kemudian sembari menunding kearah Utara, "Lebih
baik kita melanjutkan perjalanan kearah sana."
"Benar. ... benar" jawab gadis cantik pengangon kambing
itu sembari mengangguk. "Bagaimanapun juga kita harus
mengadu nasib, bilamana bisa bertemu yah syukur kalau tidak
bertemu dengan melalui berbagai daerah keresidenan di
daerah Tionggoan ini kita bisa menanti sekalian pertemuan di
puncak pertama di daerah Cing Jan pada bulan kelima tanggal
lima yang akan datang."
Baru saja dia selesai berbicara mendadak di atas tanah
ditepi jalan terlihatlah gambar seekor kerbau dengan dua
tanduknya yang runcing menunjuk kearah Utara tanpa terasa
gadis cantik pengangon kambing itu menjerit tertahan,
serunya. Karya : Chin Hung aka. Lahirnya Dedengkot Silat
diterjemahkan oleh Tjan Ing Djoe tahun 1969
Upload by Masrizki di Indozone
Ebook by Dewi Kangzusi http://kangzusi.com/
Jilid 15: Penjahat Naga Merah
ClCI, COBA KAU LIHAT APA INI " "
Dengan cepat Lie Siauw Ie bungkukkan badannya dan
memeriksa dengan lebih teliti lagi, tampaklah olehnya bahwa
lukisan kerbau itu sedikitpun tak ada tanda tanda yang
istimewa, ujarnya kemudian sesudah berpikir sebentar.
"Aku lihat lukisan ini pasti ada kegunaannya, hanya tak
tahu siapa yang menggambar" Agaknya tanduk kerbau ini
menunjukkan satu arah tertentu, pastilah orang itu
menunjukkan arah sana. Tidak urung arah yang kita tuju adalah sama mari kita ikuti
saja terus." Kedua orang itu segera meloncat turun dari punggung
kambing dan melanjutkan perjalanannya dengan berlari
sedang dibelakang mereka berlari mengikuti terus kawanan
kambing tersebut. Dengan wajah mereka berdua yang amat
cantik dan menggiurkan ditambah kawanan kambing yang
menimbulkan suara gemuruh yang menggetarkan seluruh
bumi, tak perduli mereka tiba ditempat manapun pasti
menarik perhatian orang banyak.
Ternyata dugaan mereka tidak salah setelah mengikuti
tanda panah itu ditempat yang menyolok tampak lagi dua
buah gambar tanduk kerbau dan akhirnya disebuah pohon
basar juga tumbuh dengan dedaunan yang amat lebat
terlihatlah sebuah benda putih persegi panjang yang
digantungkan pada ranting dan berkibar tak henti-hentinya
ditiup angin. Mereka berdua cepat-cepat lari ke sana, setelah dekat
barulah melihat yang semula diduga sebagai benda putih itu
ternyata tak lain adalah kulit pohon yang disayat oleh orang,
sedang diatas pohon itu jelas terlihat beberapa buruf kata
yang ditulis dengan amat jelasnya.
Tulisan itu diukir sedalam beberapa coen hal itu
membuktikan kalau tenaga dalam orang itu sudah mencapai
pada taraf kesempurnaan, si gadis cantik pengangon kambing
itu setelah melihat hal itu diam diam merasa terperanjat
pikirnya. Tulisan ini jalas ditulis dengan menggunakan ilmu jari Kiem
Kong Cie, jika dilihat dari dalamnya tulisan ini jelas tenaga
dalamnya sudah mecapai pada puncaknya, sekalipun Tia
sendiri belum tentu bisa melakukannya.
Ujarnya kemudian kepada Lie Siaw Ie.
"Cici orang yang meninggalkan tulisan ini pasti merupakan
cianpwee yang berkepandaian tinggi, kalau tidak siapa lagi
yang bisa memiliki kepandaian begitu tinggi ?""
"Wan moay cepat berangkat " Tiba tiba Lie Siauw Ie
berteriak dengan keras. "Malam ini dikota Tang Yang suhu mau berunding dengan
orang." Si gadis cantik pengangon kambing menjadi melengak.
"Cici kau bilang apa ?" "Coba kau baca tulisan ini," sen Lie
Siaw Ie sambil menuding kearah tulisan itu.
Waktu itulah si gadis cantik pengangon kambing baru
memperhatikan tulisan pada kulit pohon itu yang kira kira
bermaksud. "Malam ini diluar kota Tang Yang Lie Loo jie akan berkelahi
dengan si penjahat naga merah dikuil Siang Liang Sie, cepat
pergi menonton." Agaknya Lie Siauw Ie tak tahu siapakah si penjahat naga
merah itu, tanyanya kemudian.
"Wan-moay, siapakah si penjahat naga merah itu ?""
"Pada duapuluh tahun yang lalu si penjahat naga merah ini
sudah menggetarkan seluruh dunia kangouw. Pekerjaan
pekerjaan busuk yang dilakukan bukan saja merampok bahkan
membunuh orang semau hatinya. Pada waktu dekat ini tiba
tiba muncul kembali didalam Bulim dan mengganggu banyak
kota besar. Pada dua puluh tahun yang lalu Tia pernah pergi
mencari dia tapi dengan secara tiba tiba dia menyembunyikan
dirinya, tak disangka kali ini bisa bertemu muka kembali,
pertempuran malam ini pasti amat sengit"
"Wan moay kau pernah bertemu dengan orang ini ?" tanya
Lie Siauw Ie kembali. Si gadis cantik pengangon kambing gelengkan kepalanya
"Jago jago pada dua puluh tahun yang lalu mana mungkin
aku pernah menjumpainya, hanya saja . . . ."
Mendadak didalam benaknya berkelebat kembali bayangan
dari Ang in sin pian itu Cungcu dari Ie He Cang, sambungnya
kembali. "Hanya saja Cungcu adalah ahli warisnya, apa kau masih
tak mengerti ?""
"Oooh . . . kiranya Cungcu adalah ahli waris dari seorang
penjahat terkenal dari Bu lim, bilamana orang orang
perkampungan tahu masalah ini mereka pasti tidak akan
membiarkan dia merebut kedudukan sebagai Cungcu. Wan
Moay ayoh berangkat, malam ini kita harus bisa melihat
bagaimana bentuk wajahnya itu penjahat naga merah"
Mareka berdua segera membawa kawanan kambingnya
melakukan perjalanan kembali menuju ke kota Tang Yang, tak
sampai dua jam mereka tiba di dalam kota tersebut. Bukannya
mereka langsung menuju ke dalam kota sebaliknya mencari
terlebih dahulu sebuah rumah penginapan diluar kota untuk
beristirahat bahkan menanyakan pula letak kuil Siang Lian Si
yang letaknya kurang lebih dua puluh li diluar kota sebelah
barat itu. Menanti matahari sudah lenyap dan dibalik gunung berganti
cuaca yaog agak remang remang barulah si gadis cantik
pengangon kambing berpesan kepada si pelayan rumah
penginapan itu: "Kawanan kambing ini untuk sementara kami titipkan disini,
malam ini kami berdua mau masuk ke dalam kota dan belum
tentu kembali., kalian tak usah menunggu."
Pelayan itu segera menyahut dan melaksanakan apa yang
telah diperintahkan. Selesai membereskan pakaian serta tidak lupa menggembol
senjata rahasia, sigadis cantik pengangon kambing serta Lie
Siauw Ie segera berangkat menuju ke kota sebelah barat dan
dari sana berlari menuju kekuil Siang Lian Si.
Jarak dua puluh li bagi orang yang berkepandaian bukanlah
jauh. Tidak sampai satu jam kemudian sudah terlihatlah
bangunan kuil yang berdiri dengan angkernya dipinggiran
sebuah bukit, bangunan kuil tersebut kelihatan amat kokoh
dan angker sekali, apalagi atapnya yang berwarna merah
darah membuat keadaannya semakin serem.
Dengan cepat mereka berdua berkelebat menuju keluar
kuil, ujar si gadis cantik pengangon kambing kemudian
dengan suara lirih. "Ayo kita masuk dan melihat apakah Tia sudah tiba?"
"Wan moay, kita harus lebih berhati hati" Ujar Lie Siauw Ie.
"Jikalau si penjahat naga merah itu datang terlebih dahulu dan
sampai di temui oleh dia sekalipun kita turun tangan bersama
belum tentu bisa menangkan dirinya"
"le cici, kau tidak usah terlalu pandang tinggi dirinya" Sahut
gadis cantik pengangon kambing itu tertawa geli. Ini hari bisa


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memperoleh kesempatan seperti ini kita harus coba coba juga
kepandaiannya. Saat itu bilamana siauw-moay sudah tidak
kuat kau baru turun tangan membantu. Dengan keganasan
serta kelihayan dari Thian Pian Siauw cu pun kita herdua tidak
ada gunanya harus takuti dia orang" bagaimana hebatnya
kepandaian silat si penjahat naga merah ini siapapun tidak ada
yaag tahu, kemungkinan sekali dia hanya sebuah macan
kertas juga belum tentu."
'Bukannya kita takut padanya, hanya saja didalam
melakukan pskerjaan kita harus selalu berhati hati.
Gadis cantik psngangon kambing itu tertawa kembali, dia
tidak banyak bicara lagi tubuhnya segera amelayang masuk
kedalam kuil dan disusul oleh Lie Siauw Ie dari belakang.
Sesudah masuk kedalam halaman kuil Siang Lian si itu
tampaklah sebuah jalan kecil yang panjangnya beberapa kaki
terbentang di tengah halaman, sedang disampingnya
tumbuhlah pohon pobon siong dengan amat lebatnya,
keadaan begitu sunyi tak terdengar sedikit suarapun, suasana
serta keadaan yang begitu sunyi dan begitu menyeramkan
membuat gadis cantik pengangon kambing maupun Lie Siauw
Ie merasa di dalam hatinya merasa berdesir juga. Sedang
perasaan tegangpun mulai mencekam tubuh mereka berdua,
langkah kakinya semakin diperingan sedang semua
perhatiannya ditujukan pada gerak gerik disekelilingnya.
Selesai melewati jalan kecil yang amat panjang itu
dihadapannya muncullah sebuah ruang bangunan yang amat
angker dan megah, pintu ruangan tersebut tertutup dengan
rapat, baru saja gadis cantik pengangon kambing itu mau
memberi tahu kepada Lie Siauw le untuk meloncat naik ke
atas atap mendadak dari luar kuil terdengar suara
pembicaraan beberapa orang.
Gadis cantik pengangon kambing itu tidak berani berlaku
ayal lagi, cepat cepat dia menarik tangan Lie Siauw Ie untuk
bersembunyi dibelakang sebuah pohon besar, ujarnya deagan
suara perlahan. "Ie cici, coba kau dengar, agaknya diluar kuil ada orang
yang sedang berbicara, apakah mungkin Tia atau si panjahat
naga merah sekalian yang sudah datang?"
Lie Siauw Ie hanya gelengkan kepalanya dan
mendengarkan lebih cermat lagi, mendadak pintu kuil terbuka
lebar dan masukklah tiga orang.
Pandangan sigadis cantik pengangon kambing yang lebih
tajam di dalam sekali pandang saja segera bisa melihat kalau
mereka itu adalah si-Thiat sie poa, si siucsy buntung serta si
pengemis pemabok. Terdengar suara dari si siucay buntung sedang berkata.
'Benar, memang ada disini, dahulu aku masih menganggap
si penjauat naga merah ini adalah seorang lelaki sejati tak
disangka dia bisa melakukan pekerjaan yang mencelakai orang
lain ..' "Hmmm, jika ini hari kita bertemu muka lagi jangan sampai
membiarkan dia lolos kembali, kepandaian bangsat itu sangat
lihay." Thiat Sie sianseng tertawa, ujarnya.
"Aku juga. Tidak sampai kentongan ketiga mereka pasti
datang, sejak pertemuan kita setahun yang lalu digunung Wu
san dan si pengemis busuk terluka ditangannya tentu ini hari
kepandaiannya lebih lihay lagi, waktu itu jikalau bukannya aku
mengandalkan gerakan dari Sah cap lak Thian Kang Hwee
Sioe Poo yang punya perubahan aneh dan memancing dia
berlari disekeliling gunung tenteu si pengemis busuk tidak
akan sempat mengobati lukanya dan meloloskan diri dari
sana" Dia berhenti sebentar kemudian sambungnya lagi.
"Jika ditinjau dari keadaan seperti ini lebih baik kita jangan
berhadapan secara langsung dengan dia. Untung saja ini hari
bertambah dengan Lie Loo jie seorang sehingga kedudukan
kita lebih menguntungkan."
"Ha la ha . . . tidak disangka sie poa rongsokanmu itu
masih mempunyai pikiran untuk membokong orang, sungguh
aneh, sungguh sangat aneh ..."
Mendengar omongan itu Thiat Sie sienseng tertawa
terbahak bahak. "Si penjahat naga merah mencelakai orang terlebih dahulu
sehingga membuat para hidung kerbau itu mengejar kita terus
menerus bilamana ini hari kita bisa menguasai dia dengan
menggunakan akal, aku kira hal ini tidak melanggar peraturan
Bu lim. Saat itu mereka sudah berjalan sampai didepan pintu
ruangan yang amat megah itu. Gadis cantik pengangon
kambing maupun Lie Liauw Ie sekarang baru tahu kiranya
toosu toosu Bu tong pay bisa cari mereka untuk balas
dendam, hal ini dikarenakan fitnahan dari si penjahat naga
merah, tidak aneh kalau mereka mau cari si penjahat naga
merah untuk mencari balas.
Ketiga orang itu setelah mengetahui pintu ruangan tertutup
rapat, masing masing saling memandang sekejap, setelah itu
tampak si siucay buntung yang pertama tama menutulkan
ujung kakinya yang tinggal sebelah melayang ke atas atap
rumah disusul si pengemis pemabok serta Thiat Sie sianseng
dan bersembunyi di balik wuwungan rumah.
Dengan tidak mengucapkan sepatah katapun si gadis cantik
pengangon kambing itupan menutulkan kakinya dan meloncat
naik keatas rumah untuk selanjutnya bersembunyi dibalik
wuwungan rumah. Lie Siauw Ie yang melibat gadis cantik peengangon
kambing ikut meloncat naik, diapun siap siap meloncat pula,
siapa tahu mendadak dari luar kuil terdengar suara dengusan
kerbau yang amat berat, seketika itu juga membuat dia
melengak, pikirnya, "Ternyata dia datang juga, ternyata dia dalangnya juga"
Di dalam hati Lie Siauw Ie terus menerus memikirkan diri
Liem Tou dengan sendirinya terhadap manusia misterius itu
diapun menaruh perhatian penuh, kini mendengar suara
dengusan dari seekor kerbau sudah tentu membuat pikirannya
segera berubah. Bukannya dia ikut meloncat naik keatas wuwungan rurmh
sebaliknva malah berlari keluar dari kuil, tidak salah lagi
kurang lebih beberapa kaki diluar kuil berdirilah seekor kerbau.
Cepat cepat Lie Siauw Ie berlari mendekat ke arah kerbau
tersebut, tetapi pada saat yang bersamaan pula kerbau itu
mendadak putar tubuh dan lari dari sana
Lie Siauw Ie menjadi gusar, bentaknya nyaring
"Binatang, kau mau lari kemana?"
Dengan cepat dia kerahkan tenaga dalamnya untuk
mengejar dari belakang, siapa tahu larinya kerbau itu makin
lama semakin kencang semakin cepat, lama kelamaan Lie
Siauw Ie yang mengejar dari belakang semakin mengejar
semakin menjauhi kuil itu.
Lie Siauw Ie menjadi amat gemas, dengan cepat dia
mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya dengan "Liu Im Hui
Sie atau terbang layang mengitari selat dari kitab pusaka Toa
Loo Cin Keng, laksana bertiupnya angin kencang dia mengejar
lebih cepat lagi kearah larinya kerbau itu.
Agaknya kerbau itu mendengar adanya sambaran baju
dibelakangnya, terdengar dia mendengus berat mendadak
larinya dua kali lipat lebih cepat dari semula, membuat Lie
Siauw-Ie sikali lagi ketinggalan lebih jauh.
Lie Siauw Ie menjadi amat gusar, dengan cepat dirautnya
segenggam senjata rahasia Kioe Cu Gien Ciam dan disambit
dengan dahsyatnya kearah kerbau itu.
Siapa tahu seperti juga dibelakang punggungnya ada mata,
mendadak kerbau itu putar tubuhnya dan menyusup ke
sebelah kiri, hanya di dalam sekejap saja sudah lenyap
ditengah gerombolan pohon.
Sekali lagi Lie Siauw Ie membentak dengan keras tubuhnya
dengan cepat ikut menyusup ke dalam semak semak itu,
tetapi pada waktu itulah kerbau tersebut sudah lenyap tanpa
bekas. Tanpa terasa lagi dia menundukkan kepalanya dengan
lemas, dalam bati dia tahu sekalipun mengejar juga tiada
guna karenanya segera dia putar tubuh siap kembali ke arah
kuil Siang Lian Si. Mendadak... suara rintihan yang amat perlahan
berkumandang datang dari sebelah kirinya. Lie Siauw Ie
menjadi amat heran, cepat-cepat dia mencari dimana
berasalnya suara tersebut. Belum sampai puluhan kaki dia
berjalan terlihatlah sesosok tubuh menggeletak di atas tanah,
sedang kerbau tersebut berdiri disamping tubuhnya dan
makan rumput dengan amat tenangnya.
Dalam hati Lie Siauw Ie hanya merasakan hatinya tergetar
amat keras, pikirnya. "Apakah orang ini adalah manusia misterius itu"
Dengan meminjam sinar bintang yang memancarkan
sinarnya remang remang dia pandangi wajah orang itu lebih
teliti lagi, mendadak dia menjadi amat terperanjat, teriaknya.
"Adik Tou, kau . . . kau . . . bagaimana kau berada disini ?"
Tapi . . . tiba tiba bayangan sewaktu Liem Tou jatuh ke
dalam jurang di bawah Jembatan pencabut nyawa terbayang
kembali didalam be naknya, teriaknya lagi.
"Oooh .... adik Tou, kau sungguh sungguh tidak mati, kau
sungguh tidak mati ?"" Bagaimana kau bisa lolos dari maut " "
" Sambil berteriak serta merta tubuhnya menubruk ke dalam
pangkuan Liem Tou yang sedang berbaring di atas tanah,
sedang air mata mengucur keluar dengan amat derasnya.
"Oooh Ie cici, kau " Aku sudah naik ke atas Ie Hee Cung
tapi disana aku tak melihat kau, kiranya kau berada disini . .
"Kau sudah naik ke Ie Hee Cung?" Potong Sie Siauw Ie
cepat. Apa kau telah bertemu dengan ibuku "
Perlahan lahau Liem Tou bangun dan duduk kembali,
mendadak Lie Siauw Ie melihat sinar matanya amat tajam
sekali bahkan amat berbeda dengan setahun yang lalu tanpa
terasa dia jadi tertegun, pikirnya.
"Apakah didalam satu tahun ini adik Tou betul betul sudah
barhasil melatih ilmu silatnya " Kalau tidak bagaimana sinar
matanya bisa begitu tajam dan bersinar " ?"
Waktu ini Liem Tou sedang memandangi wajah Lie Siauw
Ie dengan terpesona agaknya dia mau mengucapkan sesuatu
mandadak dibatalkan kembali.
Melihat perubahan wajahnya itu dalam hati Lie Siauw Ie
merasa berdesir, teriaknya.
"Adik Tou kenapa kau tidak mau berbicara?" Ibuku kenapa
?" Sekali lagi Liem Tou dibuat ragu ragu oleh pertanyaan ini.
akhirnya sahutnya sambil mengangguk.
"Aku sudah bertemu dengan beliau, dia sekarang masih
sehat waalfiat." Agaknya Lie Siauw Ie bisa mepercayai perkataanaya ini,
terdengar dia bertanya kembali.
"Adik Tou. bagaimana kau bisa berbaring disini seorang diri
?"?" "Sesudah aku naik ke atas gunung Ha Mo san dan mencari
kau dimana mana tidak disangka ditengah jalan sudah
bertemu dengan kerbau ini, agaknya dia masih ingat dengan
majikannya melibat aku ada di sana segera dia berjalan
mendekati aku demikianlah dengan menunggang kerbau ini
aku bisa berkelana ke mana mana, setiap kali aku bertemu
dengan orang pasti kutanyakan apakah sudah bertemu
dengan kau, siapa tahu larinya kerbau ini lebih cepat beberapa
kali lipat dari dahulu karena saking lelahnya tak terasa aku
sudah tertidur ditempat ini"
Liem Tou sama sekali tak bicara jujur Kiranya dia yang
sudah mempelajari ilmu dari kitab pusaka "To Kong Pit Liok" di
ruangan sumur kering itu dia tidak memperoleh suatu
kesukaran apa apa dikarenakan dia pernah mempelajari ilmu
silat dari kitab pusaka "Toa Loo Cin Keng' ditambah lagi
latihan tenaga dalamnya sewaktu berada di gua gelap diatas
puncak Ngo Lian-Hong memberikan dasar yang amat bagus
buat dirinya, karena itu tak sampai sebulan lamanya dua jalan
darahnya sudah berbasil ditembusi sehingga kepandaiannya
pun bertambah lipat ganda
Ketika mencapai setahun lamanya baik tenaga dalam
maupun ilmu meringankan tubuhnya sudah mencapai taraf
paling atas. diapun dengan tekun mempelajari isi dsri kitab
pusaka "Toa Loo Cin Keng" sehinggi tanpa dia sadari ilmu
silanya sudah mencapai pada tingkatan paling atas dan boleh
dikata sudah terhitung sebagai jago nomor wahid di dalam Bu
lim. Sebetulnya kitab pusaka To Kong Pit Liok ini berisikan
ajaran rahasia dari ilmu silat ting atas, mana mungkin Lem
Tou bisa berbasil menguasai seluruh isinya hanya di dalam
satu tahun saja " " Dikarenakan di dalam batinya dia terus
menerus merindukan diri Lie Siauw Ie walaupun dia benar
benar belum menguasai dari kitab pusaka "To Kong Pit Liok"
dia keluar juga dari dasar sumur kering itu.
Waktu itu suasana didalam bangunan tersebut amat sunyi
sekali, setelah diperiksa sekali disekitar tempat itu pada
sebuah ruangan kamar ditemuinya sesosok mayat yang kini
tinggal tulang belulangnya saja, dia tahu tengkorak itu pasti
tengkorak wanita yang memberi tahukan tempat disimpannya
kitab pusaka "To-Kong Pit Liok" itu. bahkan dirinya sudah
menyanggupi untuk mencarikan puteranya dan beritahukan
siapakah musuh besarnya. Dia berdiam beberapa waktu lamanya di dalam ruangan itu,
mendadak dibagian dada tengkorak tersebut kelihatan
tertinggal sebuah lempengan perak, cepat cspat dipungutnya
benda itu. Terlihatlah psda sebuah lempengan perak itu terukir
sebuah gambar burung hong yang berkaki tunggal, dia tidak
tahu apa maksud gambar itu dengan perasaan heran
disimpannya benda itu ke dalam saku lalu keluar dari sana.
Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya hanya di
dalam sekejap mata dia telah sampai disamping sungai
dibawah gunung Wu san itu.
Waktu itu cuaca sudah menunjukkan tengah malam,
dikarenakan gembira dan inginnya segera berjumpa dengan
Lie Siauw Ie secepat mungkin membuat dia sedikit lupa
daratan suara suitan panjang segera memecahkan kesunyian,
dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya Liem Tou


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berlari mengikuti tepian sungai, hanya terlihat bayangan hitam
ysug berkelebat dengan cepatnya, dalam sekejap mata saja
lima puluh li sudah dilalui tanpa terasa.
Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang
amat cepat inilah didalam satu malam dia sudah menempuh
suatu perjalanan yang jauh sekali, pada keesokan harinya dia
telah berada didalam kota Ciang Kong dibawah gunung Cing
Jan. Tanpa beristirahat lagi dia melanjutkan perjalanannya
menuju ke atas gunung Ha Mo San.
Dengan kepandaian siat yang dimiliki sekarang ini untuk
melewati ketiga rintangan bahaya itu sudah tentu tidak
dipandang sebelah matapun olehnya, hanya didalam satu kali
loncatan rintangan maut itu: Sungai Kematian, Tebing maut
serta Jembatan pencabut nyawa sudah dilalui tanpa susah
susah. Hari itu juga dia sudah tiba di perkampungan Ie Hee Cung
di atas gunung Ha Mo Leng, dengan kecepatannya gerakan
waktu ini sudah tentu tak seorang pun yang merasa akan
kunjungannya ini. Pertama tama dia berlari menuju ke rumahnya Lie Siauw
Ie, ketika dilihatnya pintu maupun jendela dikunci dengan
amat rapatnya tanpa disadari dia sudah berdiri tertegun.
Sekalipun dia sudah mencarinya diseluruh pelosok
perkampungan itu jangan dikata Lie Siauw Ie serta ibunya
sekalipun bayangannya pun tak kelihatan, di dalam keadaan
yang apa boleh buat terpaksa dia harus munculkan diri untnk
bertanya kepada seorang rakyat dari perkampungan.
Ketika orang itu melihat kalau yang muncul adalah Liem
Tou walaupun didalam hati dia merasa heran tetapi dengan
sejujurnya mau juga dia menceritakan keadaan yang telah
terjadi atas diri Lie Siauw Ie serta ibunya.
Pada waktu diketahuinya bagaimana Lie Siauw Ie mengikuti
dirinya terjun ke dalam jurang di bawah Jembatan pencabut
nyawa, kemudian ibunyapun ikut binasa karena sedihnya,
untuk beberapa waktu lamanya hampir hampir dia dibuat
jatuh pingsan. Demikianlah sejak hari itu dia tentulah
menangis dengan amat sedihnya didepan kuburan ayahnya.
Karena kejadian itu setiap malam rakyat dari
Perkampungan Ie Hee Cung tentu mendengar adanya suara
tangisan seseorang yang tidak di arah munculnya sehingga
membuat seluruh perkampungan menjadi gempar, tetapi Liem
Tou tidak ingin diketahui kemunculannya disana karenanya
hingga saat ini seluruh rakyat dari perkampungan masih
menganggap peristiwa tersebut sebagai suatu teka teki.
Tiga hari kemudian perasaan masgul yang mengganjal hati
Liem Tou sudah agak mengendor, Waktu itulah dia baru
meninggalkan gunung Ha Me Leng. Disebabkan diapun
mendengar kalau sigadis cantik pengangon kambing ikut
terjun bersama sama Lie Siauw Ie, di didalam hati segera
mengambil keputusan untuk naik keatas gunung Go bie.
Didalam perjalanan ini dia mendengar adanya perampokan
perampokan yang amat dahsyat didalam Bu lim, membuat
hatinya semakin mendendam pada orang orang yang
bermaksud jahat. Diapun heran kenapa siapa s'cangkul pualam Lie Sang
sebagai seseorang dedengkotnya Bu lim hanya berpeluk
tangan saja didalam peristiwa ini.
Karena itulah sewaktu dia tiba diatas gunung Go bie
dengan kata kata pedas dia membuat Thian Pian Siauw cu
menjadi jengkel dan pergi dari sana, kemudian
menghadiahkan intan dan membawa pergi kerbaunya,
disampmg itu mencuri lempengan besi milik Lie Loo jie untuk
mancing dia muncul kembali dalam Bu lim.
Karena tak ingin muncul kembali diantara Lie Loo jie
sekalian makanya sewaktu berada dikuil Siang Lian si dia
hanya memancing Lie-Siauw Ie seorang saja untuk bertemu
dan melepaskan rindunya. Sekalipun saat ini Liem Tou tak mau bicara terus terang
sehingga membuat Lie Siauw Ie menaruh sedikit perasaan
curiga karena cintanya kepadanya membuat dia tidak mau
pikirkan hal ini lagi di dalam hatinya, dia hanya menganggap
dikarenakan banyaknya musuh di dalam Bulim memang
seharusnya dia sedikit menyembunyikan kepandaian silatnya.
Kini berganti Lie Siauw Ie yang menceritakan kisahnya
bagaimana dia ditolong oleh gadis cantik pengangon kambing
kemudian mengangkat Lie Loo jie sebagai suhunya dan
berhasil mempelajari isi dari kitab pusaka Toa Loo Cin Keng,
lalu bagaiman mereka dipancing oleh seorang manusia
misterius sehingga terpaksa turun gunung.
Selesai mendengar kisahnya ini mendadak Liem Tou
menjerit keras. "Oooh Ie cici, kenapa tidak kau katakan sejak tadi"
Pertempuran antar dua jago Bu lim yang memiliki kepandaian
silat yang amat tinggi pasti menarik sekaii, ayoh kita
berangkat" Lie Siauw Ie angkat kepalanya memandang terlebih dulu
keadaan cuaca, setelah diketahui waktu itu sudah
menunjukkan kentongan yang kedua dan takut gadis cantik
pengangon kambing mencari dia ditempat lain, sahutnya.
"Baiklah ayoh kita berangkat"
Mereka berdua segera berjilan keluar dian-tara semak
semak, terlihatlah kerbau itu mengikuti dengan tenangnya dari
belakang. "Entah bagaimana kerbau itu bisa berubah menjadi amat
cerdik dan sakti" ujar Liem Tou lagi. "Ayoh kita naiki saja"
"Sungguh!" seru Lie Siauw Ie ragu, karena dia sudah dua
kali melihat gerak gerik yang aneh dari kerbau itu "Apa ada
kalanya dia meninggalkan dirimu seorang diri"''
Dalam hati diam diam Liem Tou merasa geli, dia tahu tentu
dalam hatinya sudah menaruh perasaan curiga, dengan wajah
yang kebingungan ujarnya. "Cici bagaimana kau bisa bertanya
begini" aku kira dia akan pergi sendiri sewaktu aku tertidur
pulas, kecuali itu dia belum pernah meninggalkan samping
tubuhku" Lie Siauw Ie diam diri tidak berbicara lagi, demikinlah
kedua orang itu segera naik keatas punggung kerbau dan
melarikannya memenuju ke kuil Siang Lian Si.
Sesampainya di depan kuil, terlihatlah suasana di sekeliling
tempat itu masih tetap sunyi senyap saja, ujarnya dengan
suara perlahan. "Adik Tou, entah mereka sudah datang atau belum" Lebih
baik gerak gerik kita sedikit berhati hati"
Liem Tou mengangguk tanda setuju, sesudah meloncat
turun dari tunggangannya dia menepuk punggung kerbau itu.
"Sana pergi sendiri!"
Kerbau itu seperti juga mengerti atas perkataannya,
dengan mendengus perlahan dia meninggalkan tempat itu.
Sesudah memasuki pintu kuil mendadak Lie-Siauw Ie
berkelebat melanjutkan langkahnya dengan bersembunyi
dibalik pohon pohon siong. Liem Tou pun segera mengikuti
dari belakangnya. Terdengar suara yang perlahan ujar Lie Siauw Ie:
"Wan-moay menguntit diri Tionggoan Sam-Koay menuju
kebelakang ruangan ketika dia tidak tampak diriku hatinya
tentu sedang risau dan bingung."
Dengan ketajaman telinga Liem Tou saat ini mendadak dia
dapat mendengar dibalik tembok ada orarg yang sedang
berbicara dengan suara perlahan, ketika di dengar lebih teliti
lagi dia baru tahu itu adalah suara dari Tioag-goan Sam Koay
pikirnya Si pengemis pemabok sudah pernah bertemu dengan aku
ketika masih berada digunung Wu san, walaupun saat itu dia
sedang pusatkan perhatiannya untuk menyembuhkan luka
dalamnya tapi dia tahu atas kehadiranku, jika aku munculkan
diriku saat ini maka rahasiaku pasti akan kebongkar saat ini
juga, untuk mengelabui orang lain akan menjadi lebih sukar
lagi. Berpikir akan hal ini segera ujarnya kepada Lie Siauw Ie.
'Cici kau pergilah kesana, coba lihat dia bersembunyi
dimana, biariah aku bersembunyi disini saja untuk menanti
Kedatangan cici" Lie Siauw Ie segera mengangguk, tampak
tubuhnya dengan amat ringan melayang naik keatas
wuwungan kemudian berlari menuju ke halaman belakang.
Liem Tou yang melihat gerak gerik Lie Siauw Ie amat
ringan dan memang jauh berbeda dengan setahun yang lalu di
dalam hati diam diam ikut bergembira juga, segera dia tidak
mau berdiam diri dengan menggunakan ilmu meringankan
tubuh tingkat tinggi berkelebat mengikuti dengan kencang dari
belakangnya. Liem Tou yang sudah ada diatas wuwungan rumah hanya
dalam sekali pandangan sudah melihat kalau Tionggoan Sam
Koay bersembunyi di balik wuwungan rumah sebelah belakang
dan saat ini sedang guyon, sedang gadis cantik pengangon
kambing bersembunnyi dibalik tembok kurang lebih tiga kaki
dari tempat persembunyian Tionggoan Sam Koay, saat ini dia
sedang melihat ke kanan melihat ke kiri dengan bingungnya.
Liem Tou tahu waktu ini dia pasti sedang risau karena Lie
Siauw Ie tak mengikuti dirinya.
Pada saat itulah Lie Siauw Ie sudah muncul disana, gadis
cantik pengangon kambing itu menjadi semakin bingung
dibuatnya mau panggil takut tempat persembunyiannya
diketahui tidak memanggil tidak mungkin.
Mendadak si siucay buntung membentak dengan amat
keras. "Siapa yang datang 7"
"Aduh celaka " Pikir gadis cantik pengangon kambing di
dalam hati. Bila ditemui oleh mereka kita pasti celaka"
Terlihatlah tubuh Lie Siauw Ie berkelebat dengan amat
cepatnya, laksana dengan seekor kucing dengan lincahnya
sudah meloncat turun dari atas wuwungan dan bersembunyi
dipojokan yang gelap Tampak tiga sosok bayangan berkelebat Tionggoan Sam
Koay sudah muncul diatas atap rumah dan mulai memeriksa
disekeliling tempat itu. Terdenngar si siucay buntung dengan nada keheranan
sedang berkata. "Terang terangan aku dengar suara langkah manusia,
bagaimana melihat orangnya?"
"Perkataan dari kau si siucay buntung sedikit pun tidak
salah," sambung si pengemis pemabok. "Apa mungkin si
penjahat naga merah atau Lie Loo jie"
Mendengar perkataan dari si pengemis pemabok ini tanpa
terasa mereka bertiga sudah putar tubuhnya kembali dan
berdiri bersama sama, saat ini dengan saling pandang
memandang berdiri melongo disana.
Liem Tou yang melihat keadaan mereka segera tahu,
tentunya setelah merasakan pahit getirnya sewaktu melawan
si penjahat naga merah digunung Wu san mereka sudah tahu
kelihayannya dan tidak berani berlaku gegabah. Diam diam
didalam hati merasa geli juga kepingin sekali dia melihat
dengan cara bagaimana mereka bertiga mau menghadapi diri
si penjahat naga merah itu.
Berpikir sampai disini Liem Tou tidak mau berpikir panjang
lagi, segera dia meninggalkan tempat itu untuk bersembunyi
diatas pohon siong. Kentongan ketiga dengan cepat menjelang, tiba tiba dari
dalam kuil Siang Liap si berkumandang suara genta yang
dipukul bertalu talu Dengan perlahan pintu ruangan tengah terbuka dan muncul
puluhan Hweesio gundul dari dalam, masing masing pada
merangkap tangannya didepan dada, semangatnya tinggi dan
mempertahankan keangkeran dari wajahnya masing masing.
Terakhir muncullah seorang Hweesio tua yang kurus kering
seperti lidi dengan kulit badan hitam gelap.
Sesampainya di depan pintu kepalanya yang semula
ditundukkan rendah rendah tiba tiba di angkat keatas dan
memancarkan sinar yang tajam memandang kesekeliling
tempat itu kemudian disusul dengan suatu senyuman yang
amat dingin menghiasi bibirnya.
Dalam hati Liem Tou merasa tergetar amat keras, pikirnya.
"Ini sungguh amat aneh, dengan ketajaman mata dari
Hwiesio tua ini boleh dikata kepandaian silatnya sudah
memcapai taraf kesempurnaan, bagaimana didalam Bulim
tidak pernah terdengar namanya?"
Belum selesai dia berpikir mendadak dari luar kuil muncul
sesosok bayangan hitam yang berkelebat dengan amat
cepatnya menuju kearah kuil, setiap lompatannya bisa
mencapai puluhan kaki jauhnya bahkan secara samar samar
terdengar suara dengusan kerbaunya yang amat nyaring. Liem
Tou tahu orang ini pasti Lie Loo jie atau diri si penjahat naga
merah, dengan sendirinya diapun ikut bersiap diri.
Gerakau orang itu amat cepat sekali, hanya di dalam
sekejap mata dia sudah memasuki pintu kuil, waktu inilah
Liem Tou baru bisa melihat jelas kalau orang itu tidak lain
adalah si penjahat naga merah. Tampak tubuhnya yang kokoh
kekar begitu masuk ke dalam kuil segera jatuhkan diri berlutut
dihadapan Hweesio berwajah hitam itu.
Belum sampai tubuh penjahat naga merah itu mencapai
permukaan tanah Hweesio tua itu sudah kebaskan tangannya
"Tidak perlu!" Sedang matanya diam diam mulai memberi tanda kepada si
penjahat naga merah ita, ujung jarinya dengan gerakan cepat
menunjuk keatas wuwungan rumah.
Melihat kelakuannya itu Liem Tou merasa hatinya tergetar
amat keras, dia tahu Hwsesio tua itu amat lihay sekali dan kini
sedang memberi tahu tempat persembunyian dari gadis cantik
pengangon kambing. Lie Siauw Ie beserta Tionggoan Sam
Koay. Dengan gugup dia mengerahkan kepandaian saktinya,
dengan ilmu untuk menyampaikan suara, ujarnya kepada
orang orang itu. "Hwesio kurus berwajah hitam itu smat lihay. Dia sudah
tahu tempat persembunyian kalian, cepat cepat menyingkir
dan jangan berlaku gegabah"
Baru saja selesai berbicara suara dengusan kerbaunya
berkumandang kembali, tampak sesosok bayangan hitam
bsrkelebat hanya didalam sekejap mata saja sudah memasuki
pinta kuil. "Hmmm .. . sungguh lihay sekali" puji Liem-Tou di dalam


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hati. Terdengar Hweesio kurus berwajah hitam berbisik bisik
kepada si penjahat naga merah.
"Dia sudah datang, kau harus hadapi dirinya sebaik
mungkin." Si penjahat naga merah sedikit mengangguk, mendadak dia
tertawa panjang dengan amat kerasnya sehingga
menggetarkan seluruh bumi, ujarnya keras.
"Loolap menanti kedatangan dari Lie sicu!" Baru saja dia
selesai berkata, tampak sesosok bayangan abu abu
berkelabat, si cangkul pualam Lie Sang dengan dandanan
seorang petani sudah muncul disini, sahutnya.
"Hey penjahat naga merah kau sungguh lihay sekali, apa
yang disiarkan dalam Bu lim agak nya bukanlah omongan
kosong belaka. disini aku Lie Loo jie beri hormat terlebih dulu
" Selesai berkata dia merangkap tangannya memberi hormat
bersamaan pula mataaya berkelebat memandang keadaan
disekeliling tempat itu. Mendadak matanya berhenti diatas tubuh Hweesio tua
berwajah hitam itu, air mukanya segera berubah amat hebat.
Kelihatannya dia dibuat terkejut oleh ketajaman matanya.
Lama sekali dia baru terdengar dia buka mulut berkata.
"Tolong tanya apakah Thaysu adalah Thiat-Bok Taysu yang
pernah menggetarkan Bu lim pada tiga puluh tahun yang
lalu?" Hweesio kurus berwajah hitam itu membuka sedikit
matanya kemudian dipejamkan kembali.
"Kalau kau sudah tahu Loolap pada tiga puluh tahun yang
lalu sudah punya nama tentu kau akan melaporkan diri
sebagai boanpwee. kenapa tidak berlaku hormat?" serunya
dengan dingin, "Kau apa tidak tahu kuil Siang Lian si ini adalah
tempat semediku selama tiga puluh tahun ini, selamanya aku
tidak akan membiarkan manusia semacam kau masuk disini
dengan seenaknya." Si pacul pualam Lie Sang ketika melihat dia memaki dirinya,
sekalipun tahu kelihayannya tapi dalam hati merasa mengkel
juga, baru saja mau balas memaki mendadak dari ujung kuil
berkelebat sesosok bayangan putih, gadis cantik pengangon
kambing serta Lie Siauw Ia sudah muncul dihadapannya.
Gadis cantik pengangon kambing itu mana tahu kelihayan
dari Thiat Bok Thaysu, lantas dia tertawa dingin balas
makinya. Hmmm, namamu tidak sesuai dengan sebutannya, apa itu
Thiat Bok Thaysu segala macam.
Hnmm, tidak lebih hanya manusia pandai bicara besar.
Bilamana bukannya ayahku diajak bertanding dengan
muridmu yang suka merampok si penjahat naga merah, kami
tidak akan menginjak tempatmu yang menyeramkan ini."
Si pacul pualam Lie Sang sama sekali tidak menduga kalau
gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie bisa
muncul ditempat itu, segera makinya.
"Wan jie, Ie jie kenapa kalian juga datang?" bukankah
sebelum aku pergi sudah memberi tahu padamu untuk jangan
turun gunung?"?"
Waktu itulah si penjahat naga merah sudah membentak
dengan amat gusar. "Budak darimana berani mengacau disini!"
Sebelumnya si gadis cantik pengangon kambing sudah siap
mau menjawab perkataan ayahnya, kini mendadak mendengar
si penjahat naga merah itu memaki dirinya dia menjadi
jengkel, bentaknya keras "Kau bajingan perampok, aku suruh kau gelinding terlebih
dulu dari sini!' Mendadak tubuhnya dengan kectpatan luar biasa
menerjang ke depan melancarkan serangan dahyat mengarah
lambung si penjahat naga merah itu, melihat datangnya
serangan, si naga merah tidak menjadi gugup, dia membetak
keras ujung bajunya dikebut ke depan mendadak dengan
disertai angin pukulan yang amat santar balas menyerang diri
gadis cantik pengangon kambing itu.
Si cangkul pualam Lie Sang menjadi amat terperanjat,
belum sempat dia membentak untuk putrinya berkelahi, dari
atas atap mendadak berkelebat angin pukulan yang amat
dahsyat menahan datangnya serangan dari penjahat naga
merah itu kemudian disusul munculnya si siucay buntung, si
pengemis pemabok serta si Thiat sie siaaseng tiga orang.
Baru saja mereka bertiga muncul terdengar si siucay
buntung sudah memaki sambil menuding karah penjahat naga
merah. "Kau mau bermusuhan dengan Lie Loo-cianpwee dari partai
Toen si pay, kami tidak mau ikut campur, tetapi ini hari kita
harus selesaikan hutang-hutang kita lebih dulu terang
terangan Ciangbunjin dari Bu tong pay Leng Cing-Cu sudah
dibinasakan dibawah tanganmu kenapa kau memfitnah orang
lain ?" Kenapa kau menuduh kami sehingga hidung hidung
kerbau itu pada mencari kami . . . apa ini termasuk peraturan
Bu lim " ?" Si penjahat naga merah ketika melihat yang muncul adalah
si siucay buntung bertiga segera tahu kalau mereka bertiga
bukanlah tandingannya sendiri, sama sekali dia tak mau
menggubris mereka, kepada Lie Loo jie ujarnya,
"Hey orang she-Lie, kau adalah pimpinan Bu-lim pada
waktu ini Loolap ikut merasa gembira, tetapi omonganmu
harus sedikit genah, kau bilang perampokan perampokan yang
sudah terjadi didaerah Tionggoan adalah perbuatanku bahkan
menganjurkan jago jago didalam Bu-lim memusuhi aku, aku
mau tanya kau berdasarkan apa bisa ngomong begitu " Dan
apa kamu tahu kalau itu pekerjaan dari Loolap ?"
"Ha ha ha ha . . . nama dari si penjahat naga merah
siapapun telah mengenal, selamanya sesudah melakukan
perampokan tidak pernah meninggalkan kehidupan bahkan
meninggalkan ular merah sebagai tanda perampokan.
Perampokan yang telah terjadi baru baru ini semuanya ada
tanda ular merah coba kau pikir jika bukan kau yang berbuat,
siapa lagi ?". "Tidak salah pada dua puluh tahun yang lalu aku pernah
melakukan pekerjaan itu. Bantah si penjahat naga merah itu
Tetapi dua puluh tahun kemudian apa kau berani pastikan aku
yang melakukan pekerjaan itu " Kau berani pastikan tidak ada
orang yang meminjam namaku ?"
Si cangkul pualam Lie Sang yang melihat dia mau mungkir
terus menjadi amat gusar.
"Pinjam namamu atau tidak aku Lie Loo jie tidak mau tahu,
ini hari kita sudah bertemu muka disini, sedikit dikitnya aku
harus basmi kau dari muka bumi."
Liem Tou yang mendengar perkataan ini diam diam memuji
: "Bagus, seharusnya memang begitu."
Si siucay buntung yang melihat selama ini perkataannya tak
digubris tak merasa menjadi gusar juga, mendadak
bentaknya. "Bajingan perampok, lebih baik kita bereskan perhitungan
kita terlebih dahulu."
Kipas ditangannya dengan disertai angin sambaran yang
dahsyat menyambar ke depan, bersama pula teriaknya kepada
kawan kawan lainnya "Hey pengemis busuk, Sie poa rongsokan mari terjang."
Si pengemis pemabok maupun Thiat sie sian iseng tidak
mau berayal lagi, tongkat Tah Kauw Pang serta Sie poa
besinya dengan menerjang dari sebelah kiri dan kanan
bersama sama menerjang ke arah musuhnya.
Melihat datangnya serangan gabungan itu penjahat naga
merah seperti tak melihat sepasang dari sebuah ujung
bajunya yang dikebut kedepan sedang tubuhnya meloncat
mundur dua tiga kaki kebelakang, agaknya dia tidak ingin
bertempur melawan mereka.
Pada saat inilah hweesio berwajah hitam yang bernama
Thiat Bok Thaysu merangkap tangannya memuji pada
Buddha. "O-min to hud" Suarananya walaupun tidak keras tapi di dalam
pendengaran masing masing terasa bagai auman singa yang
amat keras sehinhga menggetarkan hati masing masing.
Liem Tou yang sudah mempelajari ilmu sakti sudah tentu
tidak sampai terpengaruh oleh suara itu, tapi diam diam
diapun merasa terperanjat juga oleh kedahsyatan ilmu itu,
pikirnya. "Bilamana orang ini ikut campur di dalam pertempuran ini,
bukan saja Tionggoan Sam-Koay bukan tandingannya
sekalipun Lie Loo jie sendiri belum tentu bisa memperoleh
kemenangan dari dirinya"
Berpikir sampai disini tanpa terasa lagi seluruh
perhatiannya sudah dipusatkan pada diri Thiat Bok Thaysu,
asalkan dia perlihatkan sedikit gerak gerik maka Liem Tou
bersiap siap turun tangan untuk menolong orang.
Terdengar si siucay buntung sudah membentak kembali.
"Hay bajingan perampok jangan lari aku dengar kau pernah
menggetarkan dunia kangouw dengan mengandalkan cambuk
Cie lion pian, ini hari aku ingin menjajal kepandaianmu
didalam permainan cambuk Cie liong pian ini."
Selesai berkata dengan suara yang lebih dipertinggi
teriaknya. "Pengemis busuk, Sie poa rongsokan ayo serang, hey
bajingan perampok cepat cabut senjatamu!"
Selesai berkata ujung kakinya yang tinggal sebelah sedikit
menutul keatas permukaan tanah kipasnya dengan
menggunakan jurus "Thian-Way Lay Im" atau luar langit,
muncul mega menyerang bawah ketiak dari naga merah itu.
Si pengemis pemabok maupun Thiat Sie Sian seng tidak
akan membiarkan si siucay buntung akan bertempur satu
lawan satu dengan penjahat naga merah itu, mereka berdua
cepat cepat maju menyerang kedepan.
Si penjahat naga merah yang dua kali dikerubuti kini benar
benar dibuat gusar oleh tingkah laku mereka itu, tubuhnya
dengan cepat berputar dua jari tangan kirinya dengan
dahsyatnya. Menjepit datangnya serangan kipas dari si siucay buntung,
sedang telapak kanannya dengan melancarkan dua serangan
berturut turut menyambut datangnya serangan dari si
pengemis pemabok serta Thiat Sie sianseng hanya di dalam
sekejap mata dia harus menahan serangan dari tiga jago
berkepandaian tinggi dari Bu lim kelihatannya sedikitpun tidak
merasa berat. Mendadak Thiat Bok Thaysu mementangkan matanya lebar
lebar, dengan suara yang berat bentaknya.
"Tahan, kuil Siang Lian Si ini bukan tempat untuk
bertempur". Si penjahat naga merah yang mendengar perkataan itu
dengan cepat menarik kembali serangannya dan meloncat
kebelakang. "Benar hey orang she Lie, bentaknya mendadak. Kau tidak
perlu menggunakan dengan menunjuk ketiga manusia aneh
ini untuk bertempur terlebih dulu dengan aku Hmm. .. hmm. .-
jangan harap kau bisa memperolah keuntungan dari
kelicikanmu ini. Si cangkul pualam Lie Sang menjadi amat gusar sekali.
"Bajingan perampok naga merah kau tidak usah
memnfitnah orang dengan kata kata itu, Tionggoan Sam Koay
adalah lelaki sejati tidak mungkin mereka mau diperalat orang
lain. Kau sendiri yang sudah melakukan kecurangan dengan
memfitnah mereka kini malah bilang orang lain yang curang.
Mari. .. mari. . . aku mau coba coba kepandaian silat dari
penjahat naga merah yang pada dua puluh tahun yang lalu
pernah menggetarkan dunia kangouw"
Selesai berkata mendadak sepasang tangannya mencabut
kearah pinggangnya. Sreet . ." pada tangan kanannya sudah bertambah dengan
sebilah golok tipis yang memacarkan sinar mata tajam sedang
pada tangan kirinya bertambah dengan sebuah lempengan
besi sebesar telur itik ujarnya.
"Bajingan perampok naga merah cepat cabut senjatamu
...cambuk Cie liong pian, mari kita bertempur sebanyak tiga
ratus jurus, kita lihat siapa yang lebih kuat di antara kita".
Agaknya si penjahat naga merah itu tidak berani
mengambil keputusan sendiri, dia menoleh sekejap
memandang ke arah Thiat Bok Thaysu, dengan perlahan Thiat
Thiok Thaysu mengangguk, setelah itu barulah dia berani
memberikan jawabannya. "Baiklah orang she Lie, bilamana kau bisa bertahan sampai
kalah dibiwah serangan cambuk Cie Liong pian ku ini sebanyak
tiga ratus jurus maka aku akan mengaku kalah dan mulai saat
ini tidak akan bertemu kembali dengan kau. Tetapi sebelum
itu kau harus tahu perampokan berkali kali yang terjadi
didalam Bu lim bukanlah aku yang melakukan, sudahlah ayoh
kita mulai bertempur."
Dengan cepat tangannya mencabut keluar cambuk Cie
Liong piannya dari pinggang, sedikit pergelangan tangannya
digerakkan cambuk yang semula lemas, seketika itu juga
menjadi tegang laksana sebuah tombak.
Lie Loo jie yang melihat penjahat naga merah itu sudah
mencabut keluar senjatanya, dia tidak berlaku sungkan
sungkan lagi, segera tubuhnya mendesak kedepan
melancarkan serangan dahsyat.
Pada saat yang bersamaan itulah mendadak gadis cantik
pengangon kambing itu berkelebat sambil melintangkan
ssruling pualam didepan dada bentaknya dengan keras.
"Sebelum kau melawan ayahku terlebih dulu harus
mengalahkan seruling pualamku terlebih dulu, kalau tidak . ..
Hmmm kau manusia semacam apa berani melawan
ayahku?"?" Agaknya si penjahat naga merah sama sekali tidak
menduga kalau gadis cantik pengangon kambing itu bisa
menghalangi serangannya, untuk sesaat hawa amarahnya
semakin memuncak. Cambuk Cie Liong piannya dengan tidak menimbulkan
angin sambaran sedikitpun meluncur ke depan laksana
sambaran kilat. Tampak sinar merah berkelabat ujung cambuk
tersebut sudah berada didepan gadis cantik pengangon
kambing itu

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Menanti Lie Wan Giok sadar, kembali bayangan cambuk itu
laksana seekor ular dengan dahsyatnya sudah mengurung
seluruh tubuhnya. Untuk menghindar tidak sempat untuk
melancarkan seranganpun tidak sanggup, di dalam keadaan
yang amat kritis itu dia menjerit keras, tangannya diangkat
keatas siap siap menahan serangan tersebut dengan keras
lawan keras. Dalam hati si penjahat naga merah itu menjadi amat
girang, dia mengira bahwa serangannya kali ini pasti
memenuhi sasarannya, siapa tahu pada saat yang amat kritis
itulah .... Plaaak.. . "disertai suara yang amat nyaring telapak
tangannya terasa tergetar dengan amat kerasnya, sebuah
ranting pohon siong pada saat yang bersamaan jatuh keatas
tanah. Diam diam di dalam hati dia merasa amat terperanjat, pada
saat dia menjadi tertegun itulah mendadak sinar yang amat
dingin berkelebat di depan matanya, golok tipis dari Loo jie
dengan disertai sinar gemerlapan yang menyilaukan mata
bagaikan kilat cepatnya mengurung seluruh tubuhnya.
Si penjahat naga merah tidak berani berlaku ayal, dengan
gusar dia mendengus pergelangan tangannya mengencang
cambuk Ci Liong Piannya dengan memancarkan kabut merah
membalik keasal semula kemudian menangkis datangnya sinar
yang menyilaukan mata itu.
"Traang.. ." cambuk Cie Liong Pian serta golok tipis itu
terbentur menjadi satu membuat percikan bunga api
memenuhi empat penjuru. Lie Loo jie maupun si penjahat
naga merah masing masing mundur dua langkah ke belakang.
Cepat cepat Lie Loo-jie memeriksa goloknya, ketika
dilihatnya tidak mengalami cidera, baru ujarnya dengan serius.
"Bajingan perampok naga merah, permainan cambukmu
sangat hebat dan bukan nama kosong belaka. Dengan
kepandaian silatmu sekarang ini memang didalam Bu lim
sukar ada tandingan kenapa kau gemar melakukan
perampokan yang merupakan pekerjaan rendah " sungguh
aku orang She Lie tidak paham"
Saat ini si penjahat naga merah sedang melintangkan
cambuknya didepan dada siap menerima serangan musuh,
ketika mendengar perkataan itu dia semakin gusar.
"Orang she Lie kau jangan memfitnah orang seenaknya
saja" bentaknya dengan keras. "Sejak tadi aku sudah jelaskan,
perampokan yang terjadi didaerah Tionggoan bukan aku yang
melakukan, kau dengar tidak"
Lie Loo jie menjadi melengak Sebenarnya dia bisa turun
dari gunung Go bie dan melakukan perjalanan dikarenaka
hatinya terbakar oleh kata kata Liem Tou. Sesudah bsrada
didaerah Tionggoan dia dengar kalau setiap tempat yang
mengalami perampokan tentu tertinggal tanda ular merah dia
pastikan hal itu pekerjaan si penjahat naga merah, ini hari dia
berjanji untuk bertempur disini sebetulnya memang
dikarenakan urusan itu. Ketika si penjahat naga merah melihat Lie Loo jie dibuat
tertegun oleh perkataannya dengan gusar sambungnya lagi.
"Loolap berani berjanji dengan kamu orang sudah tentu
tidak akan takut kau menggunakan akal licik sekalipun akalmu
jauh lebih hebat aku juga takkan takut padamu."
Bersamaan waktu selesainya dia berbicara cambuk Cie
Liong Piannva digetarkan sedang tubuhnya maju dua langkah
kedepan dan melototi musuhnya dengan amat gusar.
Lie Loo jie merupakan jagoan Bu Lim angkatan tua, kini
dihadapan Tionggoan Sam Koay, gadis cantik pengangon
kambing serta Lie Siauw Ie mendapat malu serta makian dari
si penjahat naga merah itu tak urung merasa gusar juga.
"Bajingan perampok naga merah kau jangan sembarangan
memaki orang, aku si cangkul pualam Lie Siang jadi orang suk
terang terangan mana mau menggunakan akal licik melukai
dirimu " ?" Mendadak si penjahat naga merah tertawa terbahak bahak,
dengan wajah yang amat adem serunya.
"Orang she Lie, kau tak perlu menempelkan emas pada
wajah sendiri, sebelum malam ini karena mendengar kata
orang aku menganggap kau sebagai seorang jagoan yang
patut dihormati tak disangka kaupun merupakan manusia
rendah yang tak tahu malu . . .."
Sekonyong konyong dia mempertinggi suara nya,
bentaknya dengan keras "Orang she Lie aku mau tanya,
perjanjian kita malam ini untuk bertanding didalam kuil Siang
Lian si sama sekali tak diketahui oleh ketiga orang itu kedua
perempuan itu adalah muridmu aku tidak mau ungkap lagi
tetapi ketiga orang anggota dari Tionggoan Ngo Koay itu
sudah bersembunyi disini, terang terangan kau sengaja
mengatur rencana untuk membokong aku apa hal ini tak bisa
dikatakan manusia rendah?"
Pikiran Lie Loo jie segera berputar, setelah lewat beberapa
lama waktu dia pikir memang benar perkataan dia itu, karena
tidak sanggup memberikan jawabannya dengan amat gusar
jawabnya. "Tionggoan Ngo Koay dengan aku Lie Sang tak ada sangkut
pautnya, dia mau datang kesini apa hubungannya dengan aku
orang " Kau bajingan rampok tidak usah banyak putar lidah
lagi menambah dosa orang lain. Bila kau sudah merasa jeri
lebih baik ini hari mengundurkan diri dari Bu lim saja dan tidak
melakukan pekerjaan jahat lagi, maka aku Lie Sang tidak akan
mengapa apakan kamu orang apabila tidak, jangan salahkan
aku turun tangan berat terhadap dirimu, perkataanku sudah
cukup jelas sekarang kau pikirlah lebih jelas lagi"
Si penjahat naga merah tertawa terbahak bahak baru saja
mau mengucapkan beberapa patah kata yang menyindir diri
Lie Loo jie mendadak si siucay buntung, pengemis pemabok
dan Thiat Sie sianseng sudah melayang ke hadapannya,
sambil menuding ke depan wajahnya maki mereka.
"Bangsat gundul yang tidak tahu malu, hutang lama di
antara kita belum dilunasi sudah mau mencari gara cara lagi,
kau sungguh keterlaluan. Ayoh serang."
Berkali kali Tionggoan Sam Koay melancarkan serangan
mendesak terus terhadap dirinya, tak urung si penjahat naga
merah itu menjadi gusar juga. napsu membunuhnya timbul
dengan gusarnya ia membentak keras.
Jubah bajunya berkilat laksana kilat cepatnya dia
berkelebat ke samping menghindarkan diri dari semua
ancaman serangan ketiga senjata tajam itu, kakinya sedikit
miring kesamping tubuhnya mendadak menjatuhkan diri
kebelakang sedang cambuk Cie Liong piannya dengan disertai
sambaran angin yang amat santar menotok ke arah si siucay
buntung yang berada paling depan.
Si siucay buntung yang punya pengalaman luas di dalam
menghadapi lawan sudah tentu tahu akan kelihayannya,
kipasnya disontek keatas sedang tubuhnya tetap bergerak
dengan meminjam kesempatan ini meloncat mundur beberapa
kaki jauhnya Agaknya si penjahat naga merah memang sengaja mencari
gara gara pada dia seorang saja, si pengemis pemabok
maupun si Thiat Sie sian seng dia tidak mau gubris sama
sekali. Tampak tangannya sedikit digetarkan ujung cambuknya
segera berubah menjadi suatu bunga bunga berwarna merah
darah yang amat banyaknya, sedikit ujung baju sebelah
kirinya dikebutkan, bunga bunga warna merah darsh itu
dengan dahsyatnya mengurung seluruh tubuh si siucay
buntung itu. Si pengemis pemabok serta Thiat Sie sianseng yang melihat
penjahat naga merah itu hanya mencari gara gara pada si
siucay buntung seorang didalam hati merasa amat terperanjat,
mereka tahu seluruh kepandaian silatnya yang paling
diandalkan adalah permainan cambuk Cie liong Pian ini bahkan
permainannya amat ganas, dahsyat dan mengerikan, sudah
pasti si siucay buntung bukan tandingannya.
Segera mereka bersama sama membentak keras toya Tah
Kauw Pang dari si pengemis pemabok menyerang dari sebelah
kiri sedang Sie Poa dari Thiat Sie sianseng menyerang dari
kanan, bersama sama dengan mempertaruhkan nyawa masing
masing menerjang dengan hebatnya mengancam punggung
penjahat naga merah itu. Saat ini dalam hati Lie Loo jie tahu kalau mereka tahu
bertiga bukanlah tandingan dari penjahat naga merah itu,
tetapi dia sudah berjanji terlebih dulu untuk tidak turun
tangan sudah tentu tidak leluasa, buatnya untuk membantu
makanya dia terpaksa hanya monoton jalannya pertempuran
dari samping tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Liem Tou yang menyembunyikan diri di balik pohon siong
disamping terus menerus memperhatikan dan bersiap diri
terhadap hweesio kurus berwarna hitam si Thiat Bok Thaysu
itu dia pun sudah bersiap sedia untuk turun tangan menolong
orang setiap saat, kini ketika dilihatnya si pengemis pemabok
serta Thiat Sie sian seng menyerang punggung penjahat naga
merah itu dengan hebatnya, segera dia tahu sekalipun Si
siucay lolos dari bahaya tetapi penjahat naga merah itupun
akan berusaha menolong dirinya pula.
Ternyata dugaannya sedikitpun tidak salah. ketika penjahat
naga merah mendengar dari belakang badannya menyambar
datang suara angin serangan dia segera tahu dirinya tidak
mampu untuk menahannya, bilamana dirinya tidak mau
menggubris serangan itu sekalipun cambuknya akan berhasil
melukai diri siucay buntung itu tetapi dirinyapun tidak
terhindar akan terluka parah juga.
Berpikir sampoi disini dia segera menyentak kembali
cambuknya pergelangan tangannya diputar dengan jurus "Kim
Liong Ban Cou" atau naga emas mengebas tiang, tubuhnya
tanpa berputar lagi cambuk Cie Liong Piannya diputar
disekeliling tubuhnya untuk melindungi tubuhnya.
Walaupun kepandaian silat dari pengemis pemabok serta
Thiat Sie sianseng bukan tandingan dari penjahat naga merah
itu tetapi mereka pun sudah memiliki kepandaian yang amat
lama di dalam menghadapi musuh musuhnya, begitu
dilihatnya penjahat naga merah itu menghindarkan diri dari
serangan tersebut dengan putarkan cambuknya di sekeliling
tubuhnya mereka segera tahu mungkin di dalam hal ini sudah
tersembunyi suatu serangan mematikan.
Ketika dilihatnya si siucay buntung sudah lolos dari bahaya
merekapun cepat cepat menarik kembali serangan serangan
yang mendesak. Tubuh mereka cepat cepat diperendah, kuda kudanya
diperkuat oleh senjata senjata yang semula menyerang musuh
mendadak ditarik kembali kebelakang sedang ujung kakinya
dengan bersamaan waktunya menutul permukaan tanah dan
melayang mundur kedua belah sisi.
Ketika menoleh kembali ke arah penjahat naga merah itu
tampaklah dia masih berdiri ditempat semula, saat ini cambuk
Cie Liong Piannya sudah ditarik kembali dan dilipatkan pada
pergelangan tangannya hanya saja sepasang matanya dengan
memancarkan sinar kemarahan yang memuncak memandang
dengan gusarnya kearah mereka bertiga, sepatah kata pun
tidak diucapkan. Tiga orang yang kini sudih menduduki tiga tempat dengan
bentuk segitigapun dengan tajamnya memperhatikan terus
gerak gerik dari penjahat naga merah itu. Diam diam Tiat Siesianseng
mulai memukul pulang pergi bijii biji Sie poanya
untuk melihat bahaya atau tidaknya.
Wajahnya kelihatan sebentar berubah girang sebentar
berubah murung dan sebentar lagi berubah menjadi agak
kebingungan, agaknya dia menemui suatu urusan yang rumit.
Baru saja dia berpikir dengan keras mendadak terdengar
penjahat naga merah sudah membentak dengan keras.
"Orang she Lie, kau tunggulah sebentar Ketiga manusia
aneh ini sudah bosan hidup, biarlah aku bereskan mereka
terlebih dulu kemudian baru cari kau kembali!"
Suaranya mendadak berubah menjadi amat dingin
sambungnya kembali. Jilid 16: Pertempuran Di Kuil Siang Lian Si
"TIONGGOAN NGO KOAY JUGA merupakan jagoan yang
sudah ternama didalam Bu lim, dua puluh tahun yang lalu
sewaktu kalian baru saja muncul aku sudah pernah dengar
nama kalian, ini hari apa kalian bertiga betul betul mau
mencari gara gara dengan aku orang?"
Selesai berkata sapasang matanya dengan tidak henti2-nya
berkelebat memandang ketiga orang itu bergantian.
Sekalipun Thiat Sie sianseng belum selesai menghitungkan
nasib mereka tapi mendengar perkataan itu segera sahutnya.
"Penjahat naga merah hanya seorang bajingan saja
didalam Bu lim, kini kami bertiga berani mencari kau entah itu
bencana atau bahagia kau takkan menjerikan hati siapapun,
semua ini dikarenakan hati bajinganmu yang tidak jujur dan
sudah memfitnah orang lain sehingga hidung hidung kerbau
dari Bu tong pay mengejar kami terus. Hmm, kau mau
menakutkan siapa lagi."
"Hmm, baiklah," teriak penjahat naga merah itu sambil
mendengus dingin. "Mari kalian rasakan kelihayan dari permainan cambuk Cie
Liong Pian ku ini, bila aku kecundang ditangan kalian sejak ini
hari takkan muncul kembali didalam Bu lim"
"Bagus" sambung Thiat Sie siauseng dikalahkan oleh
permainan cambukmu itu didalam tiga puluh jurus, bukan saja
kami serahkan nyawa kami bahkan sejak ini hari didalam Bu
lim kekurangan nama kami bertiga"
Si cangkul pualam yang mendengar percakapan mereka
berempat diam diam pikirnya didalam bati.
"Salah, salah. Jika ditinjau dari permainan cambuk naga
merah ini dia memang mempunyai kelihayan yang melebihi
orang lain, seharusnyalah Thiat Sie sianseng itu hanya
dikarenakan gusarnya tetapi dengan ucapannya ini berarti
juga dia sudah terlaiu memandang rendah musuhnya"
Berpikir sampai disini dalam hati Lie Loo jie segera muncul
keinginannya untuk membantu Tionggoan Sam Koay, ujarnya
kemudian. "Pertemuan malam ini sebetulnya merupakan urusan kami
berdua dengan penjahat nga merah. siapa yang mau kalian
kacau dengan jalan" Bilamana kalian benar benar punya minat
untuk bertempur lawan bajingan tua ini kenapa kau sebelum
ada rencana bertempur tidak janjikan lain waktu ditempat lain
juga" Buat apa kalian mengganggu perjanjianku dengan


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya " ?" Beberapa patah perkataan dari Lie Loo jie ini bila didengar
kelihatan kalau mengandung nada teguran, si siucay buntung
yang sifatnya agak keras dan kasar ketika mendengar
perkataan itu didalam hatinya merasa tidak puas, baru saja
dia membuka mulutnya membantah, Thiat Sie sianseng yang
diantara mereka bertiga mempunyai pikiran amat cermat
segera tahu maksud hati dari Lie Lo jie itu, dengan gugup dia
membungkuk untuk memberi hormat.
Lie Loo jie loocianpwae tak tahu kejahatan hati diri
penjahat naga merah itu sudab mencapai puncaknya, pada
tahun yang lalu bukan saja sudah melukai pengemis tua diatas
gunung Wu san bahkan setelah membinasakan ciangbunjin Bu
tong pay Leng Cing Ci dan membiarkan mayatnya
mengggeletak ditengah hutan dia memfitnah urusan itu
kepada kami. Hal ini membuat hidung hidung dari kerbau Bu
tong Pay menjadi percaya benar benar dan mengejar kami
terus untuk menuntut balas.
Dia berhenti sebentar untuk menghela napas panjang,
kemudian sambungnya lagi.
"Ini hari mendadak kami menemukan tanda kepala kerbau
yang cianpwee tinggalkan, waktu itulah kami baru tahu
cianpwee sudah berjanji dengan penjahat naga merah untuk
bertempur disini, kami bertiga memangnya sedang mencari
dia maka segera kami bertiga berangkat kesini untuk mencari
balas, sama sekali kami tidak punya maksud untuk
mengganggu cianpwee, harap dimaafkan. . . dimaafkan.
Beberapa perkataan ini seketika itu membuat Lie Loo jie
berdiri tertegun, apa itu tanda kepala kerbau?"?"
Tia benar." Ujar gadis cantik pengangon kam bing itu
mendadak ketika melihatnya Wajah ayabnya diliputi oleh
perasaan amat bingung." Wan jie serta le cici bisa menemui
tempat ini semuanya dikarenakan bantuan tanda kepala
kerbau itu kalau tidak mana mungkin kami tahu kalau Tia
ada disini?"?" Liem Tou yang mendengarkan omongan mereka itu diam
diam merasa amat geli pikirnya
"Bilamana bukannya tindakanku itu malam ini kau Lie Loo
jie akan menemui kesulitan untuk keluar dari kuil Siang lian si
ini". Lie Loo jie segara termenung berpikir beberapa saat
lamanya dia benar benar merasa tidak paham bagaimana bisa
timbul urusan ini. Mendadak makinya kepada penjahat naga merah itn
dengan gusar. Bajingan tua, kau sedang mempersiapkan permainan apa
terhadapku aku orang" aku kira perbuatan itu tentu kau yang
lakukan kalau tidak mana mungkin ada orang ketiga yang
tahu"' Penjahat naga merah itu ketika mendengar Lie Loo jie
menyalahkan peristiwa ini kepada dirinya dalam hati menjadi
amat gusar sekali. Sebetulnya perjanjian untuk bertempur didalam kuil Siang
lian si ini adalah siasat liciknya, karena Thiat Bok Thaysu
adalah susiok-nya dia bersiap siap untuk mengerubuti Lie Loo
jie hingga binasa setelah itu Thian Pian Siauw cu serta Au Hay
Ong Bo dari Kiam Thian Pay dia tidak akan takut lagi.
Siapa tahu siasatnya yang licik ini sudah diganggu oleh
munculnya Tionggoan Sam Koay, gadis cantik pengangon
kambing serta Lie Siauw le bahkan kini Lie Loo jie malah
melemparkan kesalahan itu kepadanya sudah tentu
kegusarannya tidak bisa ditahan lagi.
Saking gusarnya penjahat naga merah ini tidak sanggup
untuk mengucapkan sepatah kata pun hawa murninya segera
dikerahkan keseluruh tubuhnya, telapak kirinya mendadak
dibabat kearah Lie Loo jie dengan dahsyatnya segera
terasalah segulung angin pukulan yang amat dahsyat
membelah bumi. Bersamaan waktunya pula cambuk Cie Liong Pian ditangan
kanannya dengan amat cepat di sontek menotok dada Lie Loo
jie. Lie Loo jie ying melihat penjahat naga merah itu
menyerang dirinya dengan tidak bersuara, segera berteriak
"Bagus sekali!' Kuda kudanya segera diperkuat, bersamaan pula telapak
kirinya didorong kedepan naenyambut datangnya serangan
tersebut dia bersiap-siap untuk menerima serangan musuh
dengan keras lawan keras.
Siapa tahu baru saja Lie Loo jie mendorong telapak
tangannya mendadak terasa olehnya datangnya angin
serangan amat aneh sekali, dalam hati dia menjadi amat
terperanjat, dengan gusarnya dia berteriak keras, sinar golok
segera berkelebat diikuti berkelebatnya bayangan abu abu,
tubuhnya dengan amat cepat sudah melayang sejauh dua
puluh kaki jauhnya. Saking gusarnya selutuh tubuh Lie Loo jie
kelihatan gemetar dengan amat keras.
Kiranya serangan telapak dari penjahat naga merah tadi
adalah sebuah serangan kosong belaka, sedang serangan
cambuk Cie Liong Pian yang disusul dari belakang merupakan
serangan yang sungguh sungguh, menanti setelah Lie-Loo jie
angkat telapak tangannya untuk menyambut datangnya
serangan cambuk Cie Liong Piannya mendadak dengan
menembus angin pu kulan menyambut datangnya serangan
tersebut. Jika bukannya Lie Loo jie mengubah gerakanannya yang
berbenturan dengan ujung cambuk pasti akan menemui
kerugian besar. Lie Loo jie sama sekali tidak menduga kalau penjahat naga
merah itu amat licik, setelah termenung sebentar dari dalam
sakunya dia mengambil keluar lempengan besinya.
Golok tipis ditangan kanannya dengan menggunakan jurus
"Pek Liong Hwee Thian" atau naga putih kembali ke langit
berjalan kekedudukan Hong pintu ke Tong Kong menusuk
dada penjahat naga merah itu.
Ujung cambuk dari penjahat naga merah itu dengan cepat
dikibaskan kedepan dengan menggunakan jurus "Yu Liong
Tiauw Su" ntau naga berputar kehilangan kepala tepat
menutupi dadanya, kaki kirinya segera bergeser satu langkah
kedepan sedang cambuk dengan disertai angin serangan yang
amat santar dengan datar membabat kedepan.
Lie Loo jie tidak mau memperlihatkan kelemahannya entah
dengan menggunakan gerakan apa tiba tiba tubuhnya dengan
mendatar melayang keatas dan dengan mudahnya berhasil
menghindarkan diri dari serangan tersebut. Begitu kakinya
mencapai permukaan tanah golok tipis segera memainkan
ilmu golok "Toa Loo Ciet cap Jie To Hoat" yang meliputi ilmu
golok dari berbagai aliran, terlihat sinar yang menyilaukan
mata memenuhi angkasa hanya didalam sekejap mata dia
sudah melancarkan sembilan jurus banyaknya bahkan setiap
jurus memiliki perubahan yang amat aneh sekali
Liem Tou yang bersembunyi dibalik pohon Siong diam diam
memuji atas kelihayan permainan goloknya.
"Ilmu golok yang bagus"
Penjahat naga merah itu agaknya juga tahu kelihayan
musuhnya, ketika melihat serangan ter sebut segera dia tahu
Lie Loo jie sudah mengeluarkan ilmu "Toa Loo To Hoat" yang
dia pingin menjajalnya dia tidak berani berlaku ayal lagi
cambuk Cie Liong Piannya diputar ke atas dengan
menggunakan ilmu "Liong Hwee Pian Hoat" cambuk diputar
sehingga berubah menjadi gulungan merah yang amat
berkelebat diantara sambaran golok yang menyilaukan mata
itu. Pertempuran sengit antara Lie Loo jie serta penjahat naga
merah saat ini dilakukan dengan amat cepatnya, didalam
pandangan Tiongoan Sam Koay, gadis cantik pengangon
kambing serta Lie Siauw Ie mereka hanya melihat bayangan
berkelabat simpang siur tanpa bisa lihat lihat jurus jurus apa
yang sudah mereka gunakan.
Tetapi Liem Tou yang sudah berhasil mempelajari kitab
pusaka To Kong Pit Liok adalah lain, dia dapat melihat setiap
jurus jurus serangan yang dimainkan kedua orang itu, bahkan
setiap orang tidak ada jang mau mengalah masing masing
dengan menggunakan jurus jurus yang ampuh untuk
nengalahkan pihak lawannya, keadaaan waktu itu betul batul
amat bahaya sekali. Liem Tou yang menonton jalannya pertempuran tersebut
diam diam dalam hati merasa amat terperanjat.
Dia tahu kepandaian silat dari mereka berdua seimbang
apalagi kini bertemu musuh tangguh, untuk beberapa saat
lamanya tentu tidak mungkin bisa diputuskan siapa yang
menang, dia yang berdiri disamping dengan tenangnya mulai
memperhatikan setiap jurus jurus serangan mereka kemudian
secara diam diam mengingatnya didalam hati.
Kurang lebih seperminum teh kemudian Lie Loo jie serta
penjahat naga merah itu sudah bertempur mencapai dua ratus
jurus banyaknya. Akhirnya Liam Tou dapat melihat juga gerakan dari
penjahat naga merah itu semakin lama semakin perlahan,
sebaliknya serangan dari Lie Loo jie semakin mengencang
bahkan berkali kali berubah dengan, berbagai macam ilmu
golok yang berbeda beda. Liem Tou yang melihat akan hal itu diam-diam merasa
amat girang pikirnya. "Akhirnya Lie Loo jie bisa menangkan satu tingkat dari
penjahat naga merah itu"
Pada saat yang amat tegang itulah mendadak .... Thiat Bok
Thaysu yang berdiri dipinggiran memuji keagungan Bnuda.
"O-min-to-hud" Dengan perlahan lahan dia mulai berjalan mendekati
kalangan dimana Lie Loo- jie serta penjahat naga merah
sedang bertempur dengan amat sengitnya, setelah terdengar
puluhan hwee sio yang selama ini berdiam diri terus menerus
mulai bersama sama memuji Budha.
"O . . Min . . To . . Hud . . "
Mendadak mereka mulai membaca doa doa untuk
kematian. "Doa kematian" ini biasanya dibaca oleh para hweesio
hweesio sebelum jenazah yang hendak dikebumikan itu
dimakamkan, tapi bagaimana bisa dibaca pada saat ini?"?"
Kalau cuma itu masih tidak mengapa, bersamaan waktu itu
juga didalam sekejap mata puluhan hweesio hweesio itu mulai
menyebar disekeliling kuil Siang Lian Si itu, setiap termbok
setiap pintu semuanya ada hweesio yang menjaga hanya saja
mereka sama sekali tidak mencabut senjata tajam masing
masing tetapi dengan tenangnya terus membaca doa
kemattan itu. Liem Tou yang melihat adanya perubahan secara tiba tiba
ini segera merasa ada sedikit urusan yang tidak beres, ketika
melihat ketengah kalangan lagi terlihatlah kekalahan penjahat
naga merah sudah mulai kelihatan dengan nyata, permainan
cambuknya mulai kacau sedangkan keringat dingin dengan
sangat derasa mengucur keluar membasahi seluruh badannya.
Sambaran angin dari golok tipis Lie Loo jie pun semakin
lama semakin dahsyat, bukan saja menimbulkan hawa
sambaran yang menggidikkan bahkan puluhan kaki
disekelilingnya dilindungi oleh sinar golok yang amat rapat itu.
Tapi Thiat Bok Thaysu semakin berjalan semakin
mendekat, pada luarnya sekalipun kelihatan dia masih
pejamkan matanya seperti tidak ada urusan padahal Liem Tou
tabu setiao tindak dia maju kedepan berarti Lie Loo jie
semakin bertambah bahaya lagi keadaannya.
Pada saat inilah sisiucay buntung, pengemis pemabok,
Thiat Sie Sianseng, gadis cantik pengangon kambing serta Lie
Siauw Ie sudah melihat adanya perubahan, secara mendadak
itu, mereka tahu semua sudah terjatuh didalam ku rungan
orang lain. Tanpa terasa lagi mereka menjadi amat gusar, bersama
sama dengan amat dahsyatnya menubruk kearah Thiat Bok
Thaysu. Thiat Bok Thaysu sama sekali tidak ambil perduli, hanya
dengan perlahan lahan pujinya lagi.
"O mi to hud" Sepasang mata dari Liem Tou segera berputar dengan
amat tajamnya, mendadak dari aats ubun ubun Thiat Bok
Taysu itu muncul segumpul hawa hitam yang amat tipis, dia
tahu tentunya dia sedang mengerahkan ilmunya yang
beracun, tanpa terasa lagi hatinya semakin me rasa terkejut.
Pikirannya dengan cepat berkelebat, tanpa pikir panjang
lagi tenaga dalamnya dikerahkan segera terasalah segulung
sambaran angin amat dahsyat menggulung keluar.
Ternyata Thiat Bok Thaysu amat libay sekali, hanva sedikit
Liem Tou bergerak dia segera sudah berasa, bahkan tahu
kalau musuhnya memiliki ilmu silat yang amat lihay, air
mukanya segera berubah amat hebat, sepasang matanya
yang semula dipejamkan rapat rapat kini dipentangkan lebar
lebar dengan pandangan yang amat dingin bentaknya.
"Siapa!" Seluruh jarinya yang smat tajam dengan cepat
dipentangkan, bagaikan meluncurkan jarum jarum kecil dari
ujung jarinya segera tampaklah segulung hawa hitam
meluncur kearah po hon siong itu dengan cepat menyambut
datangnya sambaran angin dari Liem Tou itu.
Mendadak Thiat Bok Thaysu mendengus dengan berat,
sepasang telapaknya dibalik dengan menghadap keatas dia
melancarkan dua gulung angin yang dahsyat membantu hawa
hitamnya tadi, dengan paksa akhirnya berhasil juga menahan
datangnya angin serangan dari Liem Tou tadi.
Pada waktu itulah senjata senjata tajam dari Tionggoaa
Sam Koay, gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie
sudah menubruk kearah tubuhnya.
Thiat Bok Thaysu yang baru saja turun tangan siapa akan
tahu sudah bertemu dengan musuh yang tangguh didalam
hatinya benar benar merasa amat terkejut bercampur gusar,
sebetulnya dia ingin melemparkan kemangkelan ini pada
tubuh ke lima orang tersebut, tetapi pukulan yang amat
dahsyat dari Liem Tou tadi sudah membuat hatinya merasa
sedikit jeri. Akhirnya dia terpaksa manahan sabar, tubuhnya melayang
mundur tiga kaki dari tempat itu dan berdiri tertegun.
Gadis cantik pengangon kambing yang melibat Thiat Bok


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thaysu sudah berhasil dipaksa mundur sedang si penjahat
naga merah itupun sudah dibuat kalang kabut oleh serangan
gencar golok tipis ayahnya di dalam hati merasa amat girang
sekali, dia tahu sipenjahat naga merah sudah berhasil dikuasai
ayahnya. Mendadak Thiat Bok Thaysu membentak dengan keras
juga, tubuhnya yang kurus kering dan berwarna hitam gelap
itu bagaikan kilat cepatnya sudah melayang kedepan,
bersamaan pula waktunya hweesio hweesio yang berdiri
ditempat keempat penjuru mulai membentak keras, mereka
bersama sama mencabut keluar senjatanya mating masing
kemudian dengan ganasnya mulai mengurung tempat itu.
Tionggoan Sam Koay, gudis cantik pengangon kambing
serta Lie Siauw le sama sekali tidak menduga kalau Thiat Bok
Thaysu bisa melakukan hal ini dengan amat cepat, baru saja
mendengar suara bentakannya bayangan manusia sudah
berkelebat dengan amat rapat disekeliling tempat itu.
Ketika mereka berlima sadar kembali hendak mencabut
keluar ssnjatanya untuk menangkis waktu sudah terlambat,
sepasang telapak tangan dari Ihiat Bok Thaysu sudah
berkelebat dihadapan mereka berlima siap untuk mencabut
nyawanya. Mendadak . . . , disaat yang amat kritis itu dari belakang
tubuhnya secara tiba tiba terdengar suara dengusan yang
amat berat, seketika itu juga beberapa orang merasakan
telinganya amat panas sekali.
Thiat Bok Thaysu merasa amat gusar sekali selagi dia
membentak keras, matanya dengan cepat kelihatannya
memandang ke empat penjuru sedang air mukanya jelas
memperlihatkan perasaan heran dan ragu ragunya.
Para hweesio yang maju menyerang kini sudah berada
tepat dihadapan Tionggoan Sam-Koay, gadis cantik
pengangon kambing serta Lie Siauw Ie, seketika itu juga
terjadilah pertempuran sengit diantara mereka.
Sebaliknya pertempuran Lie Loo jie dengan si penjahat
naga merah itupun telah mencapai pada puncaknya, terdengar
Lie Loo jie membentak dengan amat kerasnya.
"Lepas !" Terlihat sinar merah berkelebat, cambuk Cie Liong Pian
ditangan penjahat naga merah itu segera terlepas dari
tangannya dan melayang tersangkut diatas dahan pohon
siong. Tetapi disaat yang bersamaan pula Thiat Bok Thayau sudah
membentak keras "Tahan." Para hweesio yang sedang bertempur segera menarik
kembali senjatanya masing-masing dan mundur kebelakang.
Terdengar Lie Loo jie sembari tertawa panjang dengan
amat nyaring ujarnya. Bajingan tua, pada dua puluh tahun yang lalu untung kau
cepat cepat bersembunyi sehingga aku tidak sempat bertemu
muka dengan kau, tapi ini hari boleh dikata aku benar banar
merasa puas." Selesai berkata dia tertawa panjang dengan nyaring
membuat penjshat naga merab saking jengkelnya mendengus
tak henti hentinya. Seluruh tubuhnya seperti dikerumuni
berjuta juta semut gemetar dengan amat kerasnya. Lama
sekali barulah ujarnya. "Sen.. senjata. . .senjata Loolap. . .Loolap sudah terlepas,
kita.. .kita. . .coba coba lagi dalam ..dalam permainan ilmu
pukulan". "Ha ha ha.. .hey bajingan tua, jika kau merssa tidak puas
marilah aku menyambut seranganmu kembali."
"Bagus" Kuda kudanya ditekan kebelakang, mendadak telapak
tangannya dengan disertai angin pukulan yang amat dahsyat
menggulung kedepan. Tiba tiba Lie Loo jie menyingkir kesamping dua langkah,
bentaknya. "Tahan, biar aku bicara lebih dulu. Bajingan tua, malam ini
aku tidak ada kesempatan buat bertanding kembali, jika kau
benar benar ingin mengadu ilmu pukulan baiknya pada bulan
lima tanggal lima kita bertemu kembali diatas puncak pertama
didaerah Cing Jan." Agaknya pertempuran tadi cukup melatih dirinya ysng
untuk pertama kali sejak puluhan tshun yang lalu bertemu
dengan musuh amat tangguh ketika mendengar Lie Loo jie
berkata begitu hatinya menjadi amat girang.
"Baik, Loohu sampai waktunya pasti datang." Mendadak
Thiat Bok Thaysu yang berdiri disamping tertawa dingin.
"Sutit harap jangan percaya omongannya sehingga tidak
terjatuh didalam siasatnya yang licin, menurut pendapat
susiokmu pertempuran senjata tadi sedikit mencurigakan,
bukannya sutit betul betul dikalahkan olehnya".
Sipenjahat naga merah yang secara tiba tiba mendengar
perkataan yang sama sekali tidak genah dari Thiat Bok Tbaysu
ini tak terasa lagi sudah dibuat melengak, pikirnya didalam
hati: "Hmm. . . dia orang sedang menerangkan soal apa
kepadaku dengan melalui kata kata itu" Terpaksa dia bungkam
dalam seribu bahasa. Lie Loo jie sendiripun merasa datangnya perkataan tersebut
terlalu mendadak. "Lalu menurut pendapat dari Thaysu kau orang merasa ada
sebab sebab lain apa lagi" tanyanya dingin.
"Hey si cangkul pualam Lie Sang, namamu terkenal
diseluruh dunia kangouw, tetapi aku orang sama sekali tidak
menduga kalau namamu itu kosong belaka tidak sesuai
dengan orangnya, urusanmu sendiri tidak tahu malah tanya
orang lain, apa macamnya itu" Maki Thiat Bok Tbaysu sambil
melototkan matanya. "Secara terang terangan kau orang
sudah sembunyikan pembantu yang bersembunyi ditempat
kegelapan lalu secara diam diam membokong orang lain
kenapa kau sekarang mungkir kembali" he ...hee . . . mungkin
kau masih bisa mengelabuhi mata orang lain, tetapi jangan
harap bisa lolos dari pandangan Loolap."
Lie Loo jie yang mendengar perkataan itu semakin dibuat
bingung. "Hmm jika kau memastikan disekitar tempat ini ada orang
yang hadir akan tetapi dengan cara bersembunyi, sekarang
saja coba engkau katakan siapa siapa orang yang hadir tanpa
diundang. Ayoh jawab dan tunjukkan. Hmmm. Kalau bicara
jangan sembarangan tanpa ujung tanpa ekor sehingga
membuat semua orang kebingungan."
Siapa tahu dia berbicara mendadak dari luar kuil Siang Lian
Si berkumandang datang suara derapan kaki yang amat santer
sekali dari tempat kejauhan yang semakin lama semakin
mendekat, pikiran Lie Looajie segera berputar, pikirnya.
"Eeeeei ..... apa sungguh sungguh ada beberapa orang
yang hadir kesini ?"
Suara derapan kaki itu dengan amat cepatnya sudah
sampai di depan kuil membuat para hweesio, Lie Loo jie
maupun Tionggoan San Koay sekalipun yang mendengar
suara aneh itu menjadi melengak semua dibuatnya.
"Hmmm. Silahkan kawan kawan tampakkan diri untuk
bertemu dengan Loolap" seru Thiat Bok Thaysu dengan suara
yang amat dingin. Baru saja dia selesai berkata mendadak . ."Braaak " dua
buah pintu kuil yang semula tertutup rapat secara tiba tiba
terbuka lebar lalu dari luar kuil menerjang masuk seekor
binataeg yang agak samar samar.
Semua orang yang melibat masuknya seekor binatang ke
dalam kuil dongan gerakan yang begitu ganas dalam hati diam
diam merasa sangat terkejut sekali, walapun masing masing
orang memiliki kepandaian silat yang amat lihay tetapi
kejadian yang muncul diluar dugaan ini membuat hati mereka
merasa keder juga, masing masing dengan cepat
mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan.
Tetapi ketika binatang aneh itu sudah melewati pintu
mendadak dia berhenti tidak bergerak sama sekali bahkan
secara perlahan lahan ia mulai memperdengarkan suara
dengusan yang sangat rendah, saat itulah semua orang baru
dapat melihat kalau binatang tersebut adalah seekor kerbau.
Seketika itu juga Thiat Bok Thaysu maupun si penjahat
naga merab menjadi tersipu sipu sedangkan Lie Loo jie serta
Tionggoan Sam Koay bersama sama tertawa terbahak bahak.
"Oooh . . . kiranya yang Thaysu maksudkan dengan orang
yang bersembunyi ditempai kegelapan dan membuantu aku
secara diam diam adalah manusia macam ini " ejek Lie Loo jie
dengan cepat. "Haaa, haaa . . . kalau memangnya demikian
bukankah Thaysu kau orang sudah terlalu pandang hina
Sutemu sendiri" Walaupun beberapa perkataan dari Lie Loo jie hanya
bernada guyon tetapi dihadapan hweesio yang begitu banyak
mana mau Thiat Bok Thaysu berdiam diri saja.
"Hey orang she Lie" Bentaknya dengan amat gusar, kau
manusia anjing . . . jangan salahkan bencana yang menimpa
kau orang saat ini adalah disebabkan kesalahanmu sendiri,
ayoh pada cabut keluar senjata tajam kalian ... kita jangan
kasih mereka lolos barang seorang pun."
Tubuhnya segera menubruk kedepan terlebih dahulu sambil
meluncurkan satu pukulan menghajar tubuh Lie Loo jie,
sedangkan para hweesio yang ada diempat penjurupun
dengan disertai suara bentakan yang gegap gempita sehingga
menggetarkan seluruh permukaan bagaikan menggulungnya
air bah dengan dahsyatnya menghantam diri Tiongoan Sam
Koay serta si gadis cantik pengangon kambing.
Melihat suasana tersebut Lie Loo jie segera tahu bahwa
suatu pertempuran yang amat sengit bakal terjadi, buat
dirinya sendiri dia orang sama sekali tidak kuatir tetapi hatinya
merasa amat cemas terhadap diri Lie Siauw le serta si gadis
cantik prngangoH kambing, teriaknya kemudian dengan suara
keras. "Wan jie, Ie jie.. . hati hati kalian menghadapi musuh."
Saat ini angin pukulan dari Thiat Bok Thaysu sudah sampai,
untuk menghindarkan diri tidak sempat lagi terpaksa dengan
memperkuat kuda-kuda dia menerima datangnya serangan
tersebut dengan keras lawan keras.
"Braak. . ." dua gulung angin pukulan yang amat dahsyat
menghantam menjadi satu sehingga mengakibatkan getarnya
seluruh permukaan. Tampak tubuh Thiat Bok Thaysu cuma sedikit bergoyang
sebaliknya Lie Loo jie terdesak mundur dua langkah
kebelakang bahkan kedua belah lengannya mulai terasa amat
linu sekali, tak tertahan dalam hati dia merasa bergidik juga,
pikirnya. "Bajingan tua itu tidak kusangka sekali dia orang bisa
memiliki tenaga dalam yang demikian dahsyat. . . kelihatannya
pertempuran malam ini agak merugikan pihakku.
Baru saja dia berpikir sampai disitu mendadak-terasa
segulung angin pukulan yang jauh lebih dahsyat dari tadi
menghantam tubuhnya dengan amat keras, dia menjadi
terkejut dan menggeliat kesamping.
Kiranya dengan mengambil kesempatan itu Thiat Bok
Thysu sekali lagi melancarkan serangannya yang amat
dahsyat sedangkan mulut nya berteriak,
"Hey tua bangka kau orang masih tunggu apa lagi!!"
Sipenjahat naga merah yang mendengar teriakan dari
paman gurunya ini tidak berani ber laku ayal lagi, ujung
jubahnya dikebut kedepan dengan disertai hawa pukulan yang
amat dahsyat dia melancarkan bokongan dari sebelah
samping. Melihat serangan gabungan dari mereka berdua dalam hati
Lie Loo jie segera menjadi paham kembali, kiranya si penjahat
naga merah sengaja mengundang dirinya untuk bertanding
dikuil Siang Liang Si karena ditempat itu sudah diatur satu
jebakan yang amat kejam sekali, dalam hati diapun sadar
bahwa pertempurannya malam ini sangat mempengaruhi
nama baiknya dikemudian hati, sedikit dia berbuat ceroboh
maka nama besar yang didapatkannya selama puluhan tahun
ini akan hancur berantakan sama sekali, bahkan nyawapun
sukar untuk dipertahankan.
Karenanya dia tidak berani menghadapi dua orang musuh
tangguh sekaligus hatinya terus menerus mengkuatirkan
keselamatan si gadis cantik pengangon kambing serta Lie
Siauw Ie, secara diam diam dia melirik sekejap ke arah
mereka. Walaupun musuh musuhnya dengan saling berhadapan,
ujung kakinya dengan cepat menutul permukaan tanah untuk
menghindarkan diri dari serangan gabungan dari Thiat Bok
Thaysu serta si penjahat naga merah.
Kelihatannya si gadis cantik pengangon kambing, Lie Siauw
Ie serta Tionggoan Sam Koay sekalian sedang bertempur
dengan sengitnya melawan hweesio hweesio itu, tetapi hal
yang bikin benar benar hatinya merasa terperanjat ada lah
kepandaian silat yang demikian tingginya dari pada hweesio
hweesio itu, walaupun saat ini mereka berlima masih bisa
mempertahankan dirinya tetapi jika waktu berlangsung lebih
lama lagi urusan tentunya akan menjadi berubah.
Lie Loo jie yang melihat situasi yang sangat tidak
menguntungkan bagi dirinya segera memikirkan satu akal
didalam benaknya saat ini dia tidak banyak bertingkah dengan
Thiat Bok Thaysu sekalian, tiba tiba tubuhnya meloncat ke
tengah udara lalu berjumpalitan dan berlalu dari sana.
'Thiat Bok Thaysu serta si penjahat naga merah mana mau
melepaskan dia orang begitu saja dengan cepat mereka
mengejar dari belakang, empat buah telapak tangan bersama
sama melancarkan tenaga pukulan laksana menggulungnya
ombak ditengah samudra. Lie Loo jie segera mengerahkan tenaga murninya,
mendadak dia bersuit panjang sehingga laksana pekikan naga
sakti membuat suaranya bergema sampai beberapa li jauhnya,
terhadap datangnya serangan dari kedua orang itu dia sama
sekali tak menggubris, ujang kakinya menutul permukaan
tanah lagi lalu meloncat naik ke atas wuwungan rumah.
"Ayoh pergi dari sini." Serunya dengan keras. "Kita cari
tempat yang sunyi untuk menggebrak sepuas hati."
Diikuti dengan beberapa kali loncatan dia berlalu menuju ke
halaman belakang dari kuil tersebut.
Ternyata Thiat Bok Thaysu serta si penjahat naga merah


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak berpikir panjang lagi dan mengikuti dari belakang,
walaupua mereka berdua tidak percaya atas perkataan dari
Lie-Loo jie itu tetapi dalam hati menganggap Lie Loo jie mau
melarikan dirinya karena itu masing masing segera meloncat
ke atas wuwungan rumah untuk melakukan pengejaran
dengan sangat cepatnya, Lie Loo jie yang melihat akalnya
termakan oleh pihak musuh hatinya merasa sangat senang
sekali, dia berlari terus dengan sangat cepatnya menuju
kedepan. Kurang lebih seperminum teh kemudian sudah dirasakan
mereka telah jauh meninggalkan kuil Siang Lian Si mendadak
sambil putar badannya dia berhenti berlari dan pada saat
itulah terlihat Thiat Bok Thaysu serta si penjahat naga merah
sedang menyusul datang dari puluhan kaki dibelakang
tubuhnya. Lie Loo jie tidak ragu ragu legi, hawa murninya segera
disalurkan dari pusar mengelilingi seluruh tubuhnya dengan
disertai suatu pukulan angin yang sangat dahsyat dia
melancarkan suatu pukulan menghantam ke arah depan
sehingga membuat dua kaki disekeliling tempat itu segera
terkurung didalam angin pukulannya.
Thiat Bok Thaysu yang pandawgan serta penglihatannya
lebih tajam segera merasakan situasi yang berbeda, teriaknya
dengan cepat. "Awas !" Bersama sama sipenjahat naga merah mareka berpencar
menjadi dua dengan berdiri pada suatu arah yang berlawanan.
Tetapi saat ini Lie Loo jie sudah punya suatu pegangan
yang kuat. tubuhnya mendadak maju dua langkah ke depan
dan gerakan itu khusus mencari penjahat naga merah tak
menunggu sampai dia orang berdiri dengan tegak berturut
turut dia melancarkan tiga pukulan gencar menghantam
tubuhnya. Si penjahat naga merah yang berada didalam situasi
semacam ini boleh dikata berwda ditengah keadaan yang
amat berbahaya, tetapi bagaimanapun dia bukanlah manusia
yang memiliki kepandaian rendah dengan susah payah dia ber
hasil juga menghindarkan diri dari dua buah serangan yang
pertama tetapi ketika serangan yang ketiga menyusul dia tidak
sanggup untuk menghindar kembali, terpaksa dengan keras
lawan Keras dia menerima datangnya serangan tersebut.
Tetapi didalam keadaan amat gugup mana dia orang
sanggup menerima datangnya serangan yang amat dahsyat
itu. "Braak," ditengah suara bentrokan yang amat keras
tubuhnya dengan sempoyongan mundur tujuh, delapan
langkah kebelakang darah segar muncrat keluar dari mulutnya
dengan kepala berasa pening sekali, jelas sekali dia sudah
menderita luka dalam yang tidak ringan.
Thiat Bok Thaysu sama sekali tidak menyangka Lie Loo jie
bisa memperlihatkan permainan ini, melihat si penjahat naga
Pendekar Guntur 7 Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo Prabarini 6
^