Pencarian

Raja Silat 9

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 9


merah sudah mendapatkan kerugian yang tidak ringan,
dengan amat gusarnya dia membentak keras, tubuhnya
secara tiba tiba mendesak maju lebih dekat lagi lalu
melancarkan pukulan menghajar tubuh Lie Loo jie.
Dalam hati Lie Loo jie memangnya tidak bermaksud
mencelakai nyawa dari si penjahat naga merah itu karenana
dia tidak perlu menambahi dengan satu pukukn kembali,
melihat datangnya serangan yang begitu gencar dari Thiat Bok
Taysu dia segera tertawa ter bahak-bahak dan mengundurkan
diri dua kaki jauhnya kebelakang.
"Haaa . . haaa . . Thiat Bok Thaysu!" teriaknya dengan
suara yang amat nyaring. Pada dua tiga puluh tahun yang lalu
sipenjahat naga merah pernah menggetarkan seluruh dunia
persilatan, waktu itu aku betul hetul kagum atas nama
besarnya tetapi siapa iahu. siapa tahu dia cuma seorang
manusia rendah yang tidak tahu malu. Hadiahku pada malam
ini bilamana ingin membalasnya aku siorang tua akan
menantinya pada puncak pertama diatas Cing Jan bulan lima
tanggal lima yang akan datang, selamat tinggal
Selesai berbicara mendadak dia pntar tubuhnya, dengan
menggunakan ilmu meringankan tubuhnya "Liu Im Hwee Si"
atau mengikuti awan terbang melayang dia berlalu dari
tempat itu dengan cepatnya.
Menanti Thiat Bok Thaysu sadar kembali dari lamunannya
hendak melakukan pengejaran Lie Loo jie sudah meninggalkan
tempat itu amat jauh sekali.
Dia menjadi sangat gusar sekali, sambil mendepak
depakkan kakinya ke atas tanah dia Orang memaki tak henti
hentinya, terpaksa dia balik kembali untuk memeriksa keadaan
luka dari penjahat naga merah.
Kita balik pada Lie Loo jie yang berhasil meloloskan diri dari
gencetan Thiat Bok Thaysu serta si penjahat naga merah,
hatinya yang terus menerus memikirkan keselamatan dari
gadis esntik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie sewaktu
dilihatnya Thiat Bok Thaysu tidak melakukan pengejaran,
dengan cepat dia me mengerahkan ilmunya berlari balik
kedalam kuil Siang Lian Si.
Beberapa saat kemudian kuil Siang Lian Si secara samar
samar sudah muncul dihadapannya, saat itulah dia dapat
mendengar suara pertempuran yang amat sengit diselingi
dengan suara kesakitan yang menyayatkan hati berkumandang
datang dengan jelasnya, dia orang segera tahu
pertempuran didalam kuil itu sudah mencapai pada
puncaknya. Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang
lebih dahsyat dia berlari semakin cepat lagi menuju kearab
kuil. Mendadak .. . Suara dengusan kerbau yang amat keras bergema
memenuhi seluruh permukaan, suara itu semakin lama
semakin keras,,dan semakin laa semakin mengerikan
kedengarannya, jelas sang kerbau sudah dibuat kalap.
Sebetulnya sejak kerbau itu menerjang masuk kedalam
kuil, Lie Loo jie sudah mengenal kembali kalau kerbau
tersebut adalah kerbau yang diberikan kepada Liem Tou lalu
menghilang secara mendadak itu, kini mendengus suara
dengusan yang amat cemas dari kerbau itu dia orang segera
tahu kalau gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw le
sudah menemui bahaya, dengan semakin cepat lagi dia berlari
kearah dapan. Sebentar saja dia sudah tiba didalam kuil Siang Lian Si,
ketika dia mendongakkan kepala tetlihatlah diatas wuwungan
rumah terdapat bayangan manusia yang sedang berkelebat
diselingi sambaran sinar golok yang gemerlapan. Tionggoan
Sam Koay. gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw le
mereka itu masing masing orang sedang melawan dua orang
musuh. Hanya didadam sekali pandang dia bisa melihat siapa
menang siapa kalah, dengan disertai suara bentakan yang
amat keras sesosok bayangan manunusia dengan cepatnya
melayang keatas dan menuburk kearah Lie Siauw Ie, hanya
dalam sekali gebrakan saja dimana angin pukulannya
menyambar dua orang hweesio dengan disertai suara jeritan
kesakitan tersapu jatuh dari atas wuwungan rumah.
"Suhu!" teriak Lie Siauw Ie kemudian setelah dilihatnya
siapa orang yang baru saja me nolong dirinya.
Lie Loo jie mana ada kesempatan untuk menjawab, dia
cuma mendengus perlahan sedang tubuhnya dengan amat
cepat melayang kesamping tubuh si gadis cantik pengangon
kambing itu, dengan menggunakan cara yang sama pula dia
membereskan dua orang hweesio yang sedang mendesak
putrinya mati matian itu.
"Ayah, coba kau lihat kerbau itu" teriak gadis cantik
pengangon kambing itu, kemudian setelah si Lie Loo jie
berhasil menyingkirkan ke dua orang hweesio itu.
Lie Loo-jie tidak menyahut, setelah dilihatnya baik si gadis
cantik pengangon kambing maupun Lie Siauw Ie tidak
menemui cidera segera dia memaki.
"Lihat kerbau, kerbau apa " Suruh kalian jangan ikut turun
gunung kenapa kamu orang tidak mau dengar omonganku !!
Ayoh cepat pergi dari sini"
Tetapi sewaktu mendengar perkataan dari gadis cantik
pengangon kambing tak terasa dia pun menunduk ke bawah,
jika tidak masih melihat mengapa begitu dia melihat ke bawah
terasa hatinya berdebar debar dengan amat keras nya,
seluruh tubuhnya terasa mendingin.
Kiranya dibawah ruangan tersebut telah dipenuhi dengan
mayat mayat yang bergelimpangan memenuhi seluruh
permukaan tanah menyerupai sebuah selokan kecil.
Beberapa puluh hweesio lainnya yang masih hidup tampak
sedang melarikan diri dikejar oleh kerbau tersebut dengan
amat kencangnya. Diantara terjangan serta injakkannya yang amat keras
beberapa puluh hweesio tersebut hanya didalam sekejap saja
sudah tinggal beberapa orang saja yang berlari dengan
terbirit-birit sambil berteriak teriak ketakutan,
Dengan perlahan pandangan Lie Loo jie beralih ketempat
lain. seketika itu juga dia menemukan juga kalau diatas
pohonpun sudah di penuhi dengan hweesio yang sedang
bersembunyi disana sambil mulutnya komat kamit membaca
doa minta keselamatan. Situasi yang benar benar sangat mengerikan ini membuat
Lie Loo jie merasa agak tidak tega, baru saja dia hendak
membentak kerbau itu untuk menghentikan gerakannya
meudadak terdengar sipengemis pemabok membentak keras.
"Pergi" "Bluuuk.. ."sipengemis pemabok itu dengan amat cepatnya
berhasil menghajar jatuh seorang bweesio kebawah atap.
Ketika..kerbau tersebut melihat adanya manusia yang jauh
dari atas dengan cepat tubuhnya menerjang maju kedepan,
ditengah injakan injakan yang anat keras serta suara jeritan
ngeri yang menyayat hati, perut hweesio itu sudah pecah dan
terkoyak koyak sehingga isi perut pada berhamburan, seketika
itu juga hweesio itu menemui ajalnya.
Terasa lagi Lie Loo jie gelengkan kepalanya, teriaknya
kemudian dengan suara yang amat nyaring.
"Tiongoan Sam Hiap su!! biarkan mereka pergi saja."
Si siucay buntung, pengemis pemabok serta Thiat Sie
Sianseng ketika mendengsr suara seruan dari Lie Loo jie
dengan cepat meloncat mundur kebelakang membiarkan
kelima orang hweesio tersebut berlari terbirit birit dari sana.
Le Loo jie segera membentak kembali.
"Su!!" Agaknya dia punya maksud untuk menghentikan gerakan
dari kerbau tersebit, siapa tahu setelah mendengar teriakan
tersebut bukannya berhenti bergerak kerbau tersebut malah
semakin mempercepat kejarannya kearah beberapa orang
hweesio itu, Lie Loo jie menjadi keheran heranan.
"Haaa apakah kerbau ini sudah berubah sifatya?"
sebetulnya kerbau adalah sama dengan anjing yang
merupskan binatang paling setia terhadtp majikannya, kenapa
kali ini pengalaman tersebut tidak cocok.
Pada saat pikirannya berputar itulah kerbau tersebut
berhasil menerjang seorang hweesio kembali, terdengar
hweesio itu menjerit kesakitan darah segar segera mengucur -
keluar dengan amat derasnya, pada punggunguya sudah
bertambah dengan dua lubang besar terkena tanduknya
kerbau itu, seketika itu dia juga jatuh binasa.
Lie Loo jie semakin cemas lagi, berturut turut dia berteriak
beberapa kali untuk berusaha menghentikan sang kerbau
yang sudah kalap itu. "Su.Su. Su." Lalu gumamnya seorang diri. "Jika tidak berhenti lagi, aku
segera akan membinasakan dirinya,"
Tetapi kerbau itu sama sekali tidak mau mendengar
bentakannya, dia masih meneruskan terjangannya.
Saat ini. Lie Loo jie benar benar sudah tidak bisa menahan
sabar lagi, bentaknya keras.
Binatang, hutang nyawa harus diganti nyawa kau jangan
salahkan aku siorang tua akan turun tangan jahat kepadamu?"
Tubuhnya dengan cepat melayang turun ke-bawah telapak
tangannya bagaikan kilat cepatnya sudah melancarkan
serangan menghajar punggung ketbau itu.
Jika dibicarakan dari kehebatan serta kesempurnaan dari
ilmu silat Lie Loo jie untuk menbinasakan kerbau itu sama
gampangnya dengan mengsmbil barang dari sakunya sendiri
saja, hal itu merupakan suatu pekerjaan yang sederhana
sekali. Siapa duga kerbau itupun mempunyai perasaan yang amat
tajam sekali, baru saja Lie Loo jie melancarkan serangannya
kedepan mendadak kerbau itu menarik punggungnya kembali
kedalam, dengan disertai suara desiran yang berat kaki
belakangnya melancarkan tendangan lalu kabur dengan amat
cepatnya kedepan. Hanya didalam beberapa kali lompatan saja dia sudah
berada sangat jauh dari kakek itu membuat pukulan dari Lie
Loo jie seketika itu juga menyambar permukaan tanah
membuat pasir serta kerikil pada melayang memenuhi
angkasa. Beberapa saat kemudian kembali kerbau itu berhasil
menyandak seorang hweesio yang sedang lari ketakutan.
"Binatang terkutuk" bentak Lie Loo jie dengan amat
gusarnya. Tubuhnya dengan cepat melayang kedepan mengejar
dibelakang tubuh kerbau itu, dengan tepat mengarah pantat
kerbau tersebut, dia melancarkan dua buah serangan dahsyat
tanpa ada ampun. Kerbau itu seperti dibelakang ada pantatnya, ternyata
dengan cepat sudah menggelindingkan badannya keatas
tanah dan dengan persis berhasil menghindarkan datangnya
serangan tersebut. Terdengar suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati,
angin pukulan dari Lie Loo jie bukannya berbasil
membinasakan kerbau itu sebaliknya dengan tepat
menghatam tubuh hweesio yang sedang lari ketakutan itu,
darah segar segera muncrat dari tubuhnya dan seketika itu
juga menemui ajalnya. Kali ini Lie Loo jie benar benar dibuat kheki sampai
wajahnyapun berubah menjadi pucat ke hijau hijauan,
tangannya dengan cepat melayang kedepan, dua buah
lempengan besi yang selamanya tidak pernah dipergunakan
dengan meninggalkan suara desiran yang amat keras
menyambar kedepan mengancam sepasang mata dari kerbau
itu. Kelihatannya lempengan besi itu segera akan menghajar
sepasang mata dari sang kerbau itu, mendadak dia
menolehkan kepalanya disertai suara ringkikan perlahan,
lempengan besi terse but dengan tepatnya berhasil menghajar
lehernya tetapi sama sekali tidak menimbulkan perubahan
apapun bagi dirinya serangan itu lenyap bagaikan ditelan
gelombang samudra. Sekalipun Lie Loo jie mempunyai pengalaman yang amat
luas dengan pengetahuan tentang kejadian aneh yang amat
banyak kali ini benar berar dibuat tertegun juga oleh kejadian
yang baru saja ditemuinya ini dengan mata terbelalak mulut
melongo dia berdiri tertegun memandangi kerbau itu.
Sedangkan kerbau itupun tidak merasa takut lagi dengan
cepat menghentikan larinya bahkan sepasang matanya yang
bulat dengan gayanya mengejek memandangi dirinya.
Melihat hal itu Lie Loo jie semakin mendongkol, tetapi kali
ini dia bergerak maju dengan langkah yang amat perlahan
sekali, kemudian pikirnya.
"Hmmm. asalkan aku berhasil mendekati badanmu, tidak
akan terlalu sukar lagi untuk menawan kau binatang."
Siapa tahu kejadian yang aneh sekali lagi muncul
dihadapan mukanya .... setiap kali dia maju satu langkah
maka kerbau itu ikut mundur satu langkah kebelakang. boleh
dikata dia tidak bisa mengapa apakan dirinya.
Tidak terasa lagi Lie Loo jie merasa hatinya seperti dibakar,
pikirnya dengan gemas. "Aku si cangkul pualam Lie Sang sudah pernah manjagoi
seluruh dunia persilatan selama puluhan tahun lamanya
ternyata hari ini tidak sanggup untuk menguasai seekor
kerbau saja. Aiii hal ini sungguh memalukan namaku yang
sudah terkenal tersebut."
Berpikir akan hal ini nafsu membunuhnya menjadi timbul
kembali, dengan cepat dia menyalurkan seluruh hawa
murninya pada kedua belah telapak tangannya, dia bersiap
siap menbinasakan kerbau tersebut didalam satu kali pukulan
saja sehingga mukanya sedikit dapat terlindung
Tiba-tiba . .. . Suatu suitan nyaring dari Thiat Bok Thaysu telah
menembus awan berkumandang datang, Lie Loo jie menjadi
kaget, disadari kembali apa yang akan terjadi, dengan cepat
memrandang ke arah Tionggoan Sam Koay, si gadis cantik
pengangon kambing serta Lis Siauw-Ie berseru dengan keras.
"Kalian kenapa tidak pergi dari sini !! Mau tunggu apa lagi
haaa !!"

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Suhu, bagaimana dengan Liem Tou?" tanya Lie Siauw Ie
mendadak ketika teringat kembali kepada diri Liem Tou.
"Apa ?" tanya Lie Loo jie keheranan. "Kau sedang bicara
apa " Kau sudah bertemu dengan Liem Tou?"
"Benar," sahut Lie Siauw Ie membenarkan. "Semula dia
berada diatas pohon siong tetapi sekarang telah ienyap,
kemungkinan sekali dia bersembunyi ditempat lain. jika kita
pergi semua bagaimana dia orang ?"
Perkauan dari Lie Siauw Ie ini diucapkan terlalu mendadak,
membuat Lie Loo jie setengah percaya setengah tidak, untuk
beberapa saat lamanya pikirannya berputar terus dengan
amat kerasnya. Tiba tiba . . . sepertinya dia sedang memahami sesuatu,
dengan tanpa dia sadari kepalanya sudah ditolehkan ke arah
kerbau itu mendatanginya dengan melotot.
Meiihat Lie Loo jie memandangi dirinya dengan mata
melotot terdengar kerbau tersebut segera meringkuk keras
lalu jejakkan empat buah kakinya kebelakang dan hanya
dalam beberapa kali loncatan saja dia sudah mengelilingi satu
kali dalam halaman itu lalu dengan kencangnya menerjang
keluar dari pintu kuil. Cuma didalam beberapa saat saja suara derapan kakinya
makin lama semakin menjauh dan akhirnya lenyap dari
pendengaran. Saat ini suara suitan dari Thiat Bok Thaysu berkumandang
kembali, agaknya sebentar lagi dia sudah akan tiba disana
Dangan cepat Lie Loo jie mendesak Tiong goan Sam Koay.
sigadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw le untuk
cepat meninggalkan tempat itu.
Tampak Thiat Si sianseng merangkap tangan nya menjura
lalu ujarnya. Cian pwee kalau memangnya memerintahkan kami berbuat
demikian, boapwee sekali tidak akan berani membantah,
selamat tinggal." Selesai berkata bersama sama dengan kedua orang
temannya mereka meioncat turun dari wuwungan runah
kemudian dengan amat cepat nya berlalu dari sana, hanya di
dalam sekejap saja mereka sudah lenyap dari pandangan.
Sebaliknya sigadis cantik pengangon Kambing serta Lie
Siauw le yang sudah bertemu kembali dengan Lie Loo jie
mana mau pergi dari sana seperti halnya dengan Tionggoan
Sam Koay. mereka tetap berdiri disana dengan ragu ragu.
"Wan jie, Wie jie kenapa kalian tidak pergi juga!!!" Teriak
Lie Loo jie kembali dengan keras." Tenaga dalam dari Thiat
Bok hweesio amat kuat sekali bahkan aku sendiripun tidak
sanggup untuk menandingi dirinya apa kalian kira dengan
kepandaianmu masih bisa bertahan terhadap serangan nya?"
Si gadis cantik pengangon kambing yang melihat Lie Loo jie
menjadi marah dia segera memperlihatkan sifat alemannya,
dia menganggap asalkan dia berbuat demikian tentu ayahnya
akan segera menjadi gembira kembali.
"Tia." ujarnya dengan nada aleman. "Aku serta Ie cici
memangnya mau ikut kau orang tua melakukan perjalanan."
"Tutup mulut." mendadak Lie Loo jie membentak dengan
amat gusarnya. "Apa yang sudah aku pesankan kepada kalian!! Haaa!!
kenapa kalian sengaja tidak mau mendengarkan omonganku!!
sekarang aku tidak mau mengurus kalian lagi, ayoh cepat
pergi dari sini." Suaranya keras nadanyapun amat kasar, sama sekali
berbeda dengan sifatnya pada hari hari biasa.
Sigadis cantik pengangon kambing menjadi sedikit
melengak, lalu dengan mata memerah hampir hampir
menangis serunya. "Tia, kau tidak tahu, , . ."
Sebenarnya dia menceritakan suatu yang ditinggalkan
didalam gua mereka, siapa tahu baru saja dia mengucapkan
sepatah kata suara dengusan kerbau dari luar kuil sudah
bergema kembali tak henti hentinya diikuti suara derapan kaki
yang keras mulai mendekati dari arah jauh
Beberapa orang itu tak terasa lagi sudah mengalihkan
pandangannya keluar kuil sedangkan sigadis cantik pengangon
kambing itupun dengan sendirinya menghentikan pembicaraan
selanjutnya. Didalam sekejap saja kerbau yang telah pergi tadi sudah
menerjang masuk kembali kedalam kuil, tetapi pada
tanduknya kali ini sudah tergantung seseorang.
Meiihat kejadian itu mereka bertiga jadi kebingungan dan
merasa amat terkejut sekali,
Mendadak.... "Touw titi, itu dia Touw titi," teriak Lie Siauw Ie dengan
amat keras. Tubuhnya dengan cepat melayang turun dari wuwungan
rumah dan dengan menyambut datangnya kerbau tersebut dia
menerjang ke depan, agaknya dia bermaksud menyambar
orang yang sudah tergantung pada tanduk kerbau itu
Kiranya hanya dalam sekali pandang itulah Lie Siauw le
sudah mengenal kembali, kalau orang itu adalah Liem Tou.
"Ie jie, jangan." teriak Lie Loo jie dengan terperanjat
sewaktu dipandangnya Lie Siauw Ie menubruk ke arah kerbau
tersebut. Tetapi saat ini Lie Siauw Ie sudah berada kurang lebih
beberapa depa dari kerbau itu, untuk mencegah sudah tidak
sempat lagi kelihatan nya Lie Siauw Ie segera akan kena
sambar oleh kerbau yang sedang menerjang ke arahnya
dengan amat ganasnya itu.
Pada saat Lie Loo jie serta Lie Siauw Ie merasa terperanjat
sehinga keriingat dingin mengucur keluar membasahi bajunya
itulah tiba tiba kerbau itu mundur dua langkah kebelakang, de
ngan bentakan rendah mendadak kerbau itu meloncat melalui
atas kepala lalu menerjang kedalam ruangan kuil yang amat
megah itu. "Suhu .... suhu ..." teriak Lie Siauw Ie dengan amat cemas.
"Dia adalah Liem Tou, suhu kau tolonglah dirinya."
Tanpa menanti jawaban lagi dia pun berlari mengikuti
kerbau tersebut menerjang masuk ke dalam ruangan megah
itu. Lie Loo jie tahu dia mau tidak mau harus turun tangan
untuk memberi bantuan, melihat si gadis cantik pengangon
kambing masih ada di-atas genteng cepat gapenya.
"Ayoh ikut aku turun ke bawah."
Si gadis cantik pengangon kambing dengan cepat melayang
turun ke bawah mengikuti diri Lie Loo jie masuk kedalam
ruangan megah itu. Terasa keadaan didalam ruangan megah itu amat seram
dan dingin sekali, suasananya amat sunyi dan gelap, cuma
ada serentetan sinar yang amat samar memancar keluar
secara samar samar dari patung Budha diatas meja
sembahyangan Lie Loo jie yang terang terangan melihat Lie Siauw Ie
dengan mengikuti kerbau itu menerjang masuk kedalam
ruangan ternyata kini sudah lenyap tak tampak hatinya
menjadi amat keheranan kepada sigadis cantik pengangon
kambing ujarnya dengan suara perlahan-
"cepat perhatikan lebih teliti lagi Lie Siauw Ie sudah pergi
kemana!!" Selesai berkata kepadanya segera berputar menyapu
sekejap kearah sekeliling tempat itu. mendadak disebelah kiri
dekat ujung tembok dia melihat adanya sebuah genta besar
yang tergantung ditengah udara genta itu cuma ditahan
dengan seutas tali tanpa adanya rak untuk menyimpannya,
barang barang yang diatur seperti ini memang sangat
mencurigakan sekali tak terasa lagi Lie Loo jie menjadi curiga
juga sarunya. "Didalam kuil ini tantu ada barang barang yang
mencurigakan sekali, awas jangan sampai kena terjebak."
Baru saja dia merasa amat curiga mendadak dari belakang
badannya terdengar suara benturan yang amat karas sekali
dua buah pintu ruangan itu mendadak sudah tertutup dengan
sangat rapatnya diikuti suara tertawa yang sangat menusuk
telinga bergema melalui seluruh ruangan tersebut.
Lie Loo jie segera bisa menangkap kalau suara itu berasal
dari Thiat bok Thaysu, air mukanya berubah sangat hebat
sambil menyambar tangannya si gadis cantik pengangon
kambing dia meloncat ke kanan,
"Lie sicu kau orang tidak usah gugup, terdengar suara dari
Thiat Bok Thaysu beigema datang, "Kau telah memasuki kuil
Siang Lian si-ku. Kau orang sudah tidak pandang sebelah
mata-pun terhadap kuil Siang Lian si kami ini, kenapa
sekarang menjadi gugup ?" tetapi . .Hee hee, urusnj yang
terjadi didalam dunia memang sukar untuk diduga semula."
Selesai berkata dia kembali tertawa serak, diikuti suara
keagungan Budha yang membetot-kan nyawa.
"Omintohud . . Omintohud."
Suaranya itu kedengarannya amat mengerikan sekali
sehingga membuat bulu kuduk mereka berdua pada berdiri
ditambah pula suasana didalam kuil itu amat menyeramkan
seperti berada diakherat saja wembuat hati mereka berdua
semakin bergidik. Saat ini gadis cantik pengangon kambinglah yang merasa
paling kaget bercampur ketakutan sambil menarik narik
tangan Hek Loo jie tanya nya dengan suara yang amat lirih.
"Tia, kau dengar hweesio kurus kering itu ber bicara dari
mana" kenapa kita tidak bisa melihat dirinya?"
Dalam hati Lie Leo jie tahu dirinya sudah terjerumus
kedalam situasi yang sungguh sungguh membahayakan
keselamatan jiwanya, oleh sebab itu seluruh perhatiannya
sudah dipusatkan pada gerak gerik yang terjadi diruangan itu,
terhadap perkataan itu dari gadis cantik pengangon kambing
itu dia orang sama sekali tidak memberikan jawabannya.
"Sreet" tiba tiba dia orang mencabut keluar goloknya yang
amat tipis dan dicekal kencang kencang ditangannya,
sedangkan sepasang matanya dengan amat tajam sekali
menyapu beberapa kali keseluruh ruangan.
Sikapnya yang amat tegang dari Lie Loo jie baru dilihat
gadis cantik pengangon kambing untuk pertama kalinya, tak
terasa diapun merasa hatinya berdebar dengan amat
kerasnya, dalam hati dia berpikir.
"Apakah hweesio kurus dan hitam pekat itu benar benar
lihay sekali"'' Ketika pikiran ini berkelebat didalam benak nya, mendadak
dia teringat kembali terhadap keselamatan dari Lie Siauw Ie
serta Liem Tou yang tersangkut diatas tanduk kerbau,
"sebenar nya mereka telah pergi ke mana " apakah
merekapun juga terjebak oleh alat rahasia yang ada didalam
kuil ini?" Teringat akan hal ini seperti juga baru saja disiram dengan
sebaskom air dingin hatinya merasa berdesir, bisiknya kembali
kepada Lie Loo jie. "Tia, apakah didalam kuil ini benar benar ada alat
rahasianya" "Wan jie, kau jangan bertanya terus terusan" "seru Lie Loo
jie sewaktu mendengar gadis cantik pengangon kambing
bertanya untuk kedua kalinya.
"Kita harus memperhatikan sekitar tempat ini apakah ada
suatu perubahan yang mencurigakan"
17 Karya : Khu Lung aka. Lahirnya Dedengkot Silat
diterjemahkan oleh Tjan Ing Djoe tahun 1969
Upload by Masrizki di Indozone
Ebook by Dewi Kangzusi http://kangzusi.com/
Jilid 17: Terperangkap Di Dalam Kuil Siang Lian Si
"Tia, Lalu Ie Cici apa mungkin sudah.."
"Tidak usah banyak tanya lagi, aku sudah tahu!' Potong Lie
Loo jie dangan cepat. Berbicara sampai disitu dia segera menarik tangan si gadis
cantik pengangon kambing untuk menyusup dengan cepatnya
kedepan, dia bisa melihat pada dinding pintu itu ternyata telah
terbuka sebuah pintu yang menghubungkan tempat itu
dengan sebuah lorong yang sangat panjang sekali.
Si gadis cantik pengangon kambing menjadi amat girang,
dengan gerakan badan yang Cepat dia siap siap hendak
menerjang masuk terlebih dulu ke dalam lorong.
"Jangan terburu buru, jangan sampai terkena
bokongannya" mendadak teriak Lie Loo jle sambil menarik
tangannya kebelakang. Tubuh gadis cantik pengangon kambing itu segera mundur
baberaba laagkah kebelakang, dan pada saat itu pula
terdengar Thiat Bok Thaysu tertawa kembali dengan amat
seramnya. "Hee .. hee . . heee .. sungguh hebat sekali kau orang,
tidak kuduga si cangkul pualam Lie Sang jadi orang amat teliti
sekali, tapi sekalipun begitu apa gunanya?" saat ini walaupun
kau punya sayappun jangan harap bisa terbang lolos dari
tempat ini." Dengan perlahan pintu tadi ditutup kembali dengan
rapatnya disusul dengan bergemanya suara lonceng yang
berbunyi tak henti hentinya didalam ruangan tersebut.
Kiranya genta yang semula digantung pada ujung tembok
sebelah kiri saat ini secara otomatis sudah bergoyang dengan
amat kerasnya sehingga suaranya memekikkan telinga.
Didalam ruangan kuil yang demikian besar dan ditutup
dengan begitu rapatnya suara pantulan dari gema tersebut
benar benar dahsyat sekali, membuat Lie Loo jie serta gadis
cantik pengangon kambing benar benar kewalahan, untuk
berbicarapun terpaksa harus berteriak teriak keras
Ditengah bergemanya suara genta yang mengacaukan
pikiran terdengar suara tertawa yang mengerikan dari Thiat
Bok Thaysu berkumandang kembali, makinya:
"Hey orang she Lie, tidak kusangka sama sekali kamu
orang ternyata begitu kejamnya, seluruh hweesio dari Siang
Lian Si ku hampir-hampir sudah terbinasa ditanganmu semua,
jika tidak berhasil membalas dendam ini hari aku bersumpah
tidak akan jadi manusia."
Saat ini Lie Loo jie benar benar memperhatikan berasalnya
suara dari Thiat Bok Thaysu, akan tetapi walaupun dia sudah
memperhatikan dengan amat teliti jsngan dikata bayangan
manusia sekalipun letak berasalnya suaranya pun dia tidak
bisa mengetahui. "Mendadak . . ."
"Kraaak. . .kraaak." suara yang amat berisik sekali bergema


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memenuhi seluruh ruangan tersebut.
"Tia, coba kau lihat" terdengar si gadis cantik pengangon
kambing itu berbisik kepada diri Lie Loo jie.
Dengan mengikuti tudingannya Lie Loo jie segera
memandang kesana. tampaklah ketiga buah patung Budha
yang ada dibelakang meja sembahyang itu meloncat turun
dari tempatnya. Ujung kakinya dengan cepat menutul
permukaan lalu dengan gerakan yang amat cepat sekali ketiga
buah patuug itu menyerang ke arah si gadis cantik pengangon
kambing serta diri Lie Loo jie.
Bersamaan waktunya pula ketiga buah patung Budha itu
mementangkan mulutnya secara tiba tiba bagaikan kilat
cepatnya tiga rentetan sinar yang berbeda memancar keluar.
Dan mulut patung Budha yang ada ditengah ternyata sudah
memancar keluar sinar yang amat dingin, dari patung Budha
yang ada disebelah kanan memancar keluar sinar api yang
sangat panas sedangkan dari patung sebelah kiri memancar
keluar sebuah sumber air berwarna hijau tua, sekali pandang
saja sudah tahu bila air itu sangat beracun sekali.
Mendadak Lie Loo jie membentak keras telapak kirinya
dengan keras melancarkan Suatu pukulan dahsyat ke depan
menghantam ke atas patung Budha itu, serunya dengan
cepat. "Wan-jie, cepat menyingkir !"
Tubuhnya sendiri dengan cepat meloncat sejauh tiga kaki
menghindarkan diri dari serangan gabungan dari ketiga buah
patung Budha itu, si gadis cantik pengangon kambing yang
mendengar suara suara seruan dari ayahnya dia segera tahu
bahaya, tanpa berpikir panjang lagi ujung kakinya segera
menutul ke permukaan tanah tubuhnya dengan cepat sudah
menghindarkan diri dari ketiga buah serangan tersebut,
sehingga dengan demikian serangan dari patung patung
Budha itu mencapai pada sasaran yang kosong.
Siapa tahu patung patung Budha itupun sangat gesit sekali
pada saat mereka berdua meloncat menyingkir itulah patung
patung Budha yang semula berdiri sejajar saat ini mendadak
memencar ke samping kiri, sedangkan patung yang berada di
depan tetap meluncur dengan cepatnya ke arah depan.
Dengan demikian si gadis cantik pengangon kambing benar
benar sudah berhasil menghindarkan diri dari serangan patung
Budha itu tetapi Lie Loo jie kini sudah terdesak oleh serangan
patung Budha yang berada disebelah kiri.
Dia menjadi sangat terperanjat, sama sekali tak terduga
kalau di dalam ruangan itu bisa dipasangi suatu alat alat
rahasia ysng demikian lihaynya, tetapi kenapa tak ada orang
tahu?" Aiii kuil Siang Lian Si ini memang merupakan salah satu kuil
yang masih angker dan tidak boleh dengan secara gegabah
masuk kedalam kuil tersebut.
Tetapi ketika teringat kembali kalau dirinyapun merupakan
seorang jagoan yang terkenal di dalam Bu lim kini ternyata
sudah terkurung didalam kuil tak terasa hatinya merasa gusar
juga, melihat patung Budha menerjang ke arahnya itu dia
segera menyalurkan hawa murninya ke seluruh tubuhnya,
setelah patung Budha tersebut menerjang sampai satu depa
dari dirinya tangan kirinya yang mencekal golok membabat ke
depan sadangkan tangan kanannya dengan mengerahkan
tenaga penuh mengejar ke depan.
Pukulan Lie Loo jie kali ini sudah menggunakan tenaga
sebesar delapan bagian, kalau dihitung kekuatannya diatas
ribuan kati. Walaupun patung Budha tersebut amat lihay sekali tetapi
bagaimana pun juga dia hanyalah barang mati yang tidak tahu
menghindar pukulan pukulan tersebut dengan amat
dahsyatnya menghantam dada patung itu membuatnya
seketika itu juga berhenti tak bergerak kembali.
Lie Loo jie yang melihat patung itu menghentikan
gerakannya dia tidak berani berlaku gegabah, sepasang
matanya dengan amat tajam sskali memperhatikan terus
patung yang berdiri kurang lebih satu depa di depan tubuhnya
itu. Suasana menjadi amat sunyi sekali. . .mendadak dari dada
patung itu mengeluarkan suara hiruk pikuk yang amat ramai
sekali. Lie Loo jie yang tahu tentu ada permainan lagi dia
semakin tidak berani berlaku gegabah. Tampak tangan dari
patung itu dengan perlahan direntangkan ke samping lalu
dengan perlahan diangkat naik keatas, walaupun suasana
didalam ruangan itu amat gelap tetapi Lie Loo jie masih bisa
melihat dengan amat jelas seluruh gerak geriknya.
Tiba tiba sepasang tangan dari patung Buddha yang
diangkat ini ditetapkan di depan dada, Lie Loo jie segera tahu
dia akan berbuat sesuatu di ujung kakinya dengan cepat
menutul permukaan tanah dengan menggunakan jurus" Pek
Hok Cong Thian" atau bangau putih menerjang langit
meloncat ke atas setinggi dua kaki lebib.
Pada saat yang bersamaan dari sepasang tangan patung
Buddha itu menyambar keluar senjata senjata rahasia yang
amat halus sekali dengan memencar dari kiri kanan menghajar
kearah depan. Melihat kejadian itu Lie Loo jie segera merasakan hatinya
bergidik, pikirnya, Sungguh amat bahaya, asalkan aku sedikit berayal
menghindar kesamping kiri atau kanan bukankah aku akan
segara terkena permainan busuknya ini?""
Tubuhnya yang masih ada di tengah udara segera
berjumpalitan, dengan gerakan "Ku Ing Leng Gong" atau
burung elang menembus awan golok tipis ditangan kirinya
digetarkan sehingga menimbulkan berbagai bunga golok yang
amat menyilaukan mata, dengan dahsyatnya dia membacok
kearah patung tersebut. Di mana sinar golok itu berkelebat patung Buddha tersebut
tetap berdiri tidak bergerak.
"Trang...!" dengan menimbulkan suara yarg amat nyaring
bagian kepala dari patung Budha itu sudah terkena tusukan
dari Lie Loo jie. Tiba tiba patung itu merendahkan badannya dari
punggungnya kembali berhamburan jarum jarum kecil yang
menyambar dengan kecepatan luar biasa ke arah atas.
Bokongan senjata rahasia yang meluncur secara tiba tiba
ini benar benar luar biasa. hebatnya, jikalau bukannnya Lie
Loo jie dapat mengikuti perubahan selekas mungkin dia pun
akan terkena serangan tersebut.
Kiranya pada saat Lie Loo jie berhasil menghantam bagian
kepala dari patung Budna it dari jurus "Ku Ing Ban Gong"
cepat ceoat dia mengubah menjadi "Sian Niauw Hua Sih"
burung cerdik mengorek pasir melayang ke arah samping,
dengan demikian diapun telah behasil menghindarkan diri dari
serangan jarum rahasia itu.
Dia menjadi termangu mangu berdiam disamping, dia
orang sama sekali tidak menduga patung Budha itu dipasangi
alat rahasia sehingga demikian lihaynya.
Beberapa saat kemudian dari arah patung itu tetap tidak
memperlihatkan gerak gerik lainnya, bagian pinggangnya
mendadak patah rata jadi dua bagian berbungkuk tidak
bangkit berdiri, saat itulah Lie Loo jie baru teringat serangan
berturut turut sebanyak tiga kali dari alat alat rahasia yang
dipasang di dalam patung tersebut semuanya disebabkan oleh
usikannya sendiri, kemungkinan sekali bila dirinya tidak
mengganggu, alat itupun tidak akan mencelakai dirinya
kembali. Saat ini dia baru menghembuskan napas lega, dengan
perlahan kepalanya menoleh memandang ke arah patung
Budha lainnya yang berdiri pada dinding sebelah kanan.
Waktu itu si gadis cantik pengangon kambing bagaikan sebuah
pa tung saja berdiri termangu mangu ditengah ruangan,
agaknya dia dibuat kebingungan oleh gerak gerik yang amat
aneh dari ketiga buah patung Budha tersebut.
Baru saja Lie Loo jie mau bergerak maju menuju kearahnya
mendadak dia menemukan genta yang besar sejak kapan
ternyata sudah bergeser ke atas kepala si gadis cantik
pengangon kambing tak terasa lagi dia menjadi amat
terperanjat. "Wan jie cepat mundur." bentak Lie Loo jie dengan suara
keras. Baru saja dia selesai berbicara genta besar yang mengarah
tepat di atas kepala si gadis cantik pengangon kambing itu
sudah mulai bergerak turun kebawah, tetapi si gadis cantik
pengangon kambing masin tetap berdiri tertegun tak
bergerak. Lie Loo jie tidak berani berlaku ayal lagi, tubuhnya dengan
cepat meloncat kedepan untuk menyelamatkan kembali
putrinya. Ketika genta tersebut dengan perlahan mulai turun ke
bawah, hanya didalem sekejap sudah berada kurang lebih
beberapa depa diatas kepala gadis cantik pengangon kambing
itu. Lie Loo jie yang melihat keselamatan putrinya terancam,
tubuhnya belum mencapai tempat itu sepasang telapak
tangannya sudah didorong ke depan sehingga terasalah
segulung angin pukulan yang sangat dahsyat menggulung
kedepan. Agaknya saat itulah si gadis cantik pengangon kambing
baru merasakan keadaan yang amat berbahaya bagi dirinya.
"Addduh. . . ."saking kagetnya dia berdiri melongo longo
disana. Untung saja angin pukulan yang dahsyat dari Lie Loo jie
tepat pada saatnya berhasil memukul miring kesamping dan
berdiri kesamping tubuh Lie Loo jie.
Bersamaan dengan melayangnya gadis cantik pengangon
kambing kesamping genta itupun ikut melayang kembali
keatas. Melihat hal itu Lie Loo jie menjadi sangat gusar sekali
tubuhnya melayang ke depan, golok tipis di tangannya
mendadak membabat ke arah rantai baja yang mengikat
genta tersebut sehingga menjadi putus, dengan disertai suara
yang amat keras genta itu jatuh ke atas tanah dan hancur
berantakan. Setelah genta itu berhenti berbunyi suasana seketika itu
juga berubah menjadi sunyi senyap saking sunyinya sehingga
terasa amat menakutkan sekali.
Lie Loo jie dengan tenangnya melayang kembali ke
samping tubuh si gadis cantik pengangon kambing, baru ssja
tangannya memeriksa pergelangan tangan putrinya mendadak
dia merasakan permukaan tanah yang diinjaknya agak kendor
batinya menjadi bergerak.
"Celaka.. . pikirnya.
Dengan menarik tangan putrinya dan melayang ke tengah
udara. Saat itulah permukaan tanah yang semula amat kuat
mendadak dengan menimbulkan suara gemuruh yang amat
keras sudah muncul sebuah liang seluas tubuh, delapan kaki
diikuti mengalirnya air yang amat deras menerjang masuk dari
empat penjuru, Hanya di dalam sekejap saja seluruh ruangan kuil yang
amat megah itu sudah berubah menjadi kolam yang amat
dalam sekali, berapa dalam yang sesungguhnya tidak ada
orang yang tabu. Satu satunya tempat yang tidak tenggelam dalam air cuma
ketiga tempat patung Budha tadi.
Saat ini Lie Loo jie serta si gadis cantik pengangon kambing
masih ada di tengah udara, melihat keadaan yang begitu
mengerikan dari ruangan tersebut serta melihat pula kalau
disekeliling tempat sana sama sekali tidak menemui tempat
untuk berpijak kaki, hatinya diam diam berseru kaget.
"Aduh celaka, kali ini aku akan terjerumus ke dalam
perangkap yang amat lihay dari semua orang orang kuil Siang
Lian Si" Pada saat hatinya terasa amat kacau itulah mendadak
matanya dapat menangkap rantai potongan baja yang semula
digunakan untuk menggantung genta tadi, pikirannya dengan
cepat berputar. Mendadak dia melancarkan pukulan ke depan, dengan
meminjam tenaga pantulan tersebut tubuhnya dengan
menembus ketengah udara meluncur kearah sana dan
menyambar rantai baja itu.
Si gadis cantik pengangon kambing yang mencekal erat
erat tangan ayahnya Lie Loo jie dengan cepat ikut meluncur
kesana, sehingga dengan demikian mereka berdua jadi
bergantungan dengan hanya mengandalkan rantai baja itu
saja. Keadaan benar benar sangat berbahaya sekali sedikit saja
tidak waspada nyawa segera akan melayang, karenanya
mereka berdua sama sekali tidak mengucapkan sepatah
katapun mereka hanya melihat air bah yang semakin lama
semakin memenuhi seluruh ruangan dan berpikir keras untuk
mendapatkan suatu cara untuk meloloskan diri dari sana.
Pada saat itu si gadis cantik pengangon kam bing teringat
kembali keselamatan dari Lie Siauw Ie, teringat dia sudah
masuk kedalam kuil ini hatinya terasa sangat berduka sekali,
tak terasa lagi dua titik air mata menetes membasahi
wajahnya. Titik titik air itu menetes jatuh membasahi tangan Lie Loo
jie membuat dia agak mendongkol, ujarnya sambil
memandang dirinya. "Wan jie, kenapa kau menangis" pada saat dan tempat
seperti ini mana kau orang boleh menangis?"
"Tia, aku teringat kembali kepada Ie cici, maka..."
.aku menangis" kata kata terakhir ini belum sempat
diucapkan Lie Loo jie sudah memotong.
"Suruh kau jangan menangis ya jangan menangis, hati hati
jangan sampai tercebur kedalam air"
Terpaksa si gadis cantik pengangon kambing berhenti
menangis dan mencekal tangan Lie Loo jie semakin kencang
lagi. Sebenarnya saat ini Lie Loo jie serta si gadis cantik
pengangon kambing itu sudah memiliki ilmu meringankan
tubuh yang amat sempurna sehingha bisa melayang di atas
permukaan air, tetapi mereka ragu ragu untuk meloncat turun
dikarenakan dalam hati mereka takut kalau diantara air masih
ada jebakan jebakan yang lain, karenanya mereka tidak


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berlaku gegabah, dengan pusatkan perhatian mereka
berpegangan pada rantai baja menunggu kesempatan yang
baik. Kita sekarang kembali pada Lie Siauw Ie yang melihat
tubuh Liem Tou tersangkut pada tanduk kerbau kemudian dia
dibawa lari dengan cepatnya ke dalam ruangan kuil, dengan
cepatnya dia mengikuti terus dari belakangnya.
Tampak kerbau itu bagaikan sudah hafal dengan keadaan
di tempat itu, dengan cepatnya sudah menerjang kearah
kanan lal lenyap tak berbekas.
Lie Siauw Ie yang ada setahun lamanya mengangkat Lie
Loo jie dari Toen Si Pay sebagai gurunya sudah tentu
kepandaian silatnya memperoleh kemajuan yang sangat
pesat, tenaga dalamnya walaupun tidak bisa menandingi si
gadis cantik pengangon kambing yang berlatih sejak kecil
tetapi dasarnya sangat bagus sekali sehingga ilmu
meringankan tubuhpun sudah amat lihay.
Saat ini melihat kerbau itu lenyap dibilik sebelah kanan,
karena takut sampai ketinggalan dengan cepat menggunakan
ilmu "Liuw Im Hwee Si" dari Toen Si Pay mengejar terus ke
depan. Tampak di balik sebuah pintu tersebut terdapat sebuah
lorong kecil yang berbelok belok ke arah kiri tanpa berpikir
panjang lagi dia mengerahkan seluruh tenaga dalamuya
mengejar terus kedalam. Kurang lebih tiga depa dia berlari segera terlihat kembali
bintang bintang yang penuh menghiasi langit, kiranya tempat
itu merupakan sebuah halaman kecil yang amat tenang dan
dikelilingi tumbuhan bambu yang amat rapat,dari tumbuhan
bambu itu dapat dilihat sebuah bangunan besar dibaliknya,
ruangan disana persis seperti ruangan yang dilihatnya didepan
tadi. Cuma saja ruangan itu jauh lebih mewah dan megah sekali,
lampu menerangi seluruh ruangan sehingga seperti di siang
hari saja, kedua belah pintu terbuka lebar iebar dan tampak
banyak perempuan yang berdandan amat menyolok berjalan
mondar mandir disana. Lie Siauw le yang sedang memandang keadaan itu dalam
keadaan kebingungan mandadak mendengar suara ringkikan
kerbau yang panjang tampak seekor kerbau dengan amat
cepatnya menyusup keluar dan menerjang kedalam ruangan
yang rerang benderang itu.
Melihat munculnya seekor binatang yang sangat besar ke
arah mereka para perempuan itu menjadi amat panik, diiringi
suara teriakan teriakan kaget yang amat keras mereka pada
lari terbirit birit meninggalkan tempat tersebut.
Lie Siauw Ie yang melibat munculnya kerbau itu segera
membentak keras dan ikut munculkan dirinya disana, segera
terlihatlah sesosok bayangan putih berkelebat menuju ke
tengah ruangan menyusul kerbau tersebut yang pada saat ini
sudah menerjang ke tengah kamar.
Ternyata kerbau itu tidak melukai seorangpun, dia hanya
berlari kesana kemari menakut nakuti perempuan perempuan
dengan dandanan menyolok itu sehingga membuat mereka itu
pada jatuh bangun dan melarikan diri terbirit-birit dari sana.
Hanya didalam beberapa saat saja sebuah ruangan yang
amat besar sudah ditinggal pergi oleh penghuninya sehingga
kosong melompong. Kerbau itupun sudah berhenti tidak bergerak ditengah
ruangan, Lie Siauw Ie cepat cepat berlari mendekat untuk
menolong diri Liem Tou. Tetapi walaupun dia sudah menggunakan ilmu apapun dan
menggerakkan badannya sebagai mana cepatnya dia tidak
bisa juga mendekati kerbau itu, membuat Lie Siauw Ie saking
gemasnya terus menerus mendepakan kakinya berulang kali
dan memanggil adik Tou tak henti hentinya.
Liem Tou yang berada di tanduk kerbau itu sama sekali
tidak bergerak agaknya dia sudah jatuh tidak sadarkan diri.
Sebaliknya kerbau itu kadang kala sengaja menghadapkan
pantatnya ke depan tubuh Lie Siauw Ie sekalipun begitu
sepertinya dibelakang punggungnya ada mata asalkan Lie
Siauw Ie coba merebut maju ia pasti bergerak untuk
menhindar. Lie Siauw Ie tidak berbuat apa apa lagi, mendadak
tangannya meraup senjata rahasia Kioe Cu Gien Ciamnya siap
disambitkan ke arah kerbau tersebut tapi dia takut sampai
terkena badan Liem Tou yang ada di tanduk terpaksa dia pun
membatalkan niatnya ini, sambil berteriak gemas dia cuma
melototi kerbau itu saja, pikirannya benar benar dibuat
bingung oleh kelakuannya itu.
Sekonyong konyong kerbau itu mendengus panjang
sepasang matanya yang bulat benar melotot keluar lalu
memandang tajam kearah Lie Siaw Ie yang sedang
kebingungan. Lie Siauw Ie yang melihat sifat ganas dari kerbau itu secara
mendadak kambuh kembali tanpa terasa lagi dia sudah
pusatkan seluruh perhatiannya untuk menghadapi segala
kemungkinan. Pada saat itulah kerbau itu menyepakkan kakinya ke
belakang lalu dengan amat cepatnya menerjang ke depan.
Lie Siauw Ie segera membentak keras, pedang panjang di
tangan kanannya diangkat dengan menggunakan jurus" Tok
Coa Cut Tong" atau ular berbisa keluar goa dia meayambut
datangnya kerbau tersebut dengan satu tusukan kilat.
Siapa tahu kerbau itu ternyata sama sekali tidak
menhindarkan diri dari serangan tersebut dengan ganasnya ia
melanjutkan terjangannya kedepan memaksa Lie Siauw Ie
harus menarik kembaii serangannya dan menghindar
kesamping. Pada saat itulah sang kerbau dengan amat cepatnya lewat
disamping badannya membuat Lie Siauw Ie bsnar benar
dibuat mendongkol. Tanpa banyak berpikir lagi tangan kirinya diangkat meraup
senjata rahasia Kioe Cu Gien Ciam lalu disambitkan menghajar
tubuh kerbau tersebut. Waktu ini jaraknya dengan sang kerbau cuma ada
beberapa depa saja, untuk menjawil dengan tanganpun masih
sampai apa lagi melancarkan serangan dengan menggunakan
jarum rahasia begitu banyaknya, didalam sepuluh bagian ada
sembilan pasti mengenai sasarannya.
Tetapi dia cepat, gerakan dari kerbau itu jauh lebih cepat
lagi, baru saja pikirannya sedang berputar dan jarum rahasia
di tangan kirinya baru akan disambitkan ke depan mendadak
ekor dari kerbau itu sudah menyapu ke tangannya dengan
amat dahsyat. Lie Siauw Ie tidak sempat untuk menghindar lagi. Jarum
yang ada di tangan kirinya sudah tersampok jatuh keatas
tanah tidak ketinggalan barang sebatang pun.
Setelah berhasil menyampok Jatuh senjata r hasia kerbau
itu cepat cepat menerjang kembali kedepan dengan amat
cepatnya. Lie Siauw Ie benar benar sangat mendongkol matanya
dengan cepat melotot kearah kerbau itu, tiba tiba. . ."
Matanya dapat melihat si hweesio kurus dan berbadan
hitam atau Thiat Bok Thaysu dengan membawa beberapa
orang hweesio sudah munculkan dirinya di depan pintu
ruangan kuil itu, saat itulah sang kerbau sedang berdiri
menerjang ke arah mereka dengan amat ganasnya.
Kiranya Thiat Bok Thaysu dapat muncul disini kerena
mendapatkan laporan penting dari anak buahnya dan
bertepatan pula sewaktu Lie Loo jie serta si gadis cantik
pengangon kambing sedang menemui bahaya, jika kalau
bukannya Thiat Bok Thaysu berhasil dipancing kemari maka
bencana yang akan ditemui Lie Loo jie serta si gadis cantik
pengangon kambing itu akan jatuh lebih hebat lagi bahkan
keselamatannya pun semakin berbahaya,
Saat ini kerbau itu dengan tidak mengenal lihay sudah
menerjang dengan dahsyatnya ke arah Thiat Bok Thaysu.
Thiat Bok Thaysu yang sudah mendapatkan laporan dari para
hweesio atas kelihayan dari sang kerbau dan tahu pula kaiau
banyak anak buahnya sudah mati di atas ujung tanduk kerbau
itu dia sudah mengambil keputusan untuk membinasakannya,
segera dia tertawa dingin menanti setelah kerbau itu
menerjang hingga dekat sekali dengan tubuhnya mendadak
dengan kecepatnya bagaikan kilat dia melancarkan suatu
pukulan dahsyat menghajar batok kepala kerbau tersebut.
Tidak terduga kerbau itu jauh berbeda dengan kerbau
biasa, baru saja pundak dari Thiat Bok Tnaysu bergerak dia
agaknya sudah tahu apa yang hendak dilakukan olehnya, tiba
tiba tubuhnya yang semula menerjang ke depan kini malah
mundur terus ke belakang tanpa putar badan lagi.
Thiat Bok Tiiaysu sama sekali tidak menyangka sang kerbau
bisa mundur kebelakag sehingga pukulannya mencapai pada
sasaran yang kosong, saking keheranannya dia menjadi berdiri
tertegun, sinar matanya dengan amat dinginnya
memperhatikan kerbau tersebut.
Yang paling membuat dia heran adalah seorang pemuda
gembala berbaju compang camping yang tergantung di antara
tanduknya, agak nya saat ini pemuda itu sedang tertidur lelap,
tetapi gerakan yang bagaimana cepatnyapun dari sang kerbau
sama sekali tidak membuat dia jatuh terguling diatas tanah.
Melihat keanehan dari hal ini tak terasa hatinya menjadi
bergerak, dia segera maju lagi beberapa langkah kedalam
ruangan Tampaklah Lie Siauw Ie dengan melintangkan pedangnya
berdiri tegak di tengah ruangan. dia segera mendengus dingin
tangannya diulapkan segera terlibatlah dua orang bweesio
dengan perlahan mendekati diri Lie Siauw Ie.
Lie Siauw Ie yang melihat gerak gerik mereka di dalam
sekali pandang saja dia sudah tahu kalau mereka
mengandung maksud yang tidak baik, pedangnya segera
dicekal kencang kencang lalu bentaknya dengan nyaring
"Berhenti, jika kalian maju setindak lagi nonamu segera
akan bunuh kalian!" Suara Bentakan dari Lie Siauw Ie ini amat keras dan keren
sekali padahal di dalam hatinya berdebar debar amat keras.
Dia yang melihat munculnya Thiat Bok Thaysu disana segera
merasakan keadaannya sangat berbahaya sekali, untuk
menghindarkan diri tiada jalan lagi terpaksa dengan paksakan
diri menantikan kesempatan yang baik buat meloloskan diri.
Kedua orang hweesio yang baru saja diperintahkan untuk
maju ini bukanlah termasuk hweesio yang dibuat kalang kabut
oleh terjangan sang kerbau tadi, mereka berdua dengan
langkah yaeg mantap terus maju mendekati tubuh Li Siauw Ie.
Melihat hal tersebut Lie Siauw Ie segera tahu kalau
keadaannya sangat berbahaya sekali. Diam diam tangannya
dimasukkan ke dalam saku meraih kembali segenggam
senjata rahasia Kioe Cu Gian Ciem siap menghadapi segala
kemungkinan. Kembali terdengar teriakan dari Thiatt Bok Thaysu, "hati
bocah perempuan itu sangat licik sukar diduga, lebih baik biar
aku sendiri yaag menawan dirinya."
Lie Siaw Ie yaag melihat Thiat Bok Thaysu mau turun
tangan sendiri saking kagetnya air mukanya sudah berubah
pucat pasi, pikirnya didalam hati.
"Suhu yang merupakan jago nomor wahid dari Bu lim pun
masih bukan tandingannya apa lagi aku " Untuk melukai diriku
bukankah dia orang seperti membalikkan tangan gampangnya
" " Aku orang mana mungkin berhasil untuk bertahan diri ?"
Baru saja dia berpikir sampai disana kedua orang hweesio
yang semula perintahkan untuk maju itu kini sudah
mengundurkan dirinya kembali, sedangkan Thiat Bok Thaysu
dengan panduangan yang amat tajam menyapu ke arah
kerbau tetsebut lalu memandang seluruh badannya membuat
Lie siauw Ie bergidik beberapa kali, pedang serta senjata
raflasia Kioe Cu Gien Ciam yang dicekalpun semakin
mengencang dengan mata yang melotot dia memperhatikan
terus seluruh gerak gerik dari Thiat Bok Thaysu.
Mereka saling pandang memandang saling melotot
beberapa waktu lamanya tiba tiba tampak Thiat Bok Thaysu
berkata kembali sambil tertawa seram.
"Hee... hee... kau bocah perempuan sebetulnya ada
hubungan apa dengan tua bangka she Lie itu" sekarang sudah
ada di dalam kendiku He . .. hee siapapun jangan harap bisa
menolong mereka lolos dari kurungannya.
Sehabis berkata dengan pandangan yang amat aneh dia
memandang tajam seluruh lekukan tubuh Lie Siauw Ie.
Bagaimanapun juga Lie Siauw Ie bukanlah seorang yang
tolol, dari pandangan mata serta perubahan wajahnya yang
amat aneh itu ditambah pula dengan banyaknya perempuan
didalam kuil dia segera tahu dinawahnya tentu ada maksud
yang tersembunyi, saking malu dan gusarnya dia segera
membentak keras, pedangnya dengan melancarkan serangan
dahsyat menubruk kearah dirinya.
Thiat Bok Thaysu yang melihat dia orang menjadi malu
bercampur gusar segera tertawa terbahak bahak dengan
seramnya. "Hay bocih perempuan," serunya sambil menyengir cabul.
"Sebelum aku jelaskan omonganku kau sudah mengerti
dengan sendirinya hal ini membuktikan kalau memang
pikiranmu cerdik sekali, haaa . . . haaa . . . bagus, bagus
sekali, baiknya kau menuruti kemauanku saja, dengan begitu
nyawa dari tua bangka she Lie itu pun bisa tertolong.
Lie Siauw Ie yang dibuat amat gusar serangannya menjadi
semakin gencar menghajar sang hweesio cabul.
Thiat Bok Thaysa segera tertawa dingin tubuhnya miring ke
samping menghindarkan diri dari tusukan tersebut. sedang
cengkeramannya yang seperti kuku garuda dengan
dahsyatnya mengancam jalan darah pada pergelangan tangan
nya. Pada saat yang bersamaan pula mendadak terdengar suara
dengusan dari kerbau itu lalu dengan cepatnya menerjang
kearah orang hwee sio yang berada disacapingnya.
Melihat hil tersebut Lie Siauw Ie menjadi sangat girang,
bentaknya. "Bagus ... bagus. . .sekarang sambutlah barang
ini!" Senjata rahasia Kioe Cu Gien Ciam yang ada ditangannya
mendadak disambitkan keluar mengincar seluruh tubuh dari
Thiat Bok Thaysu, Senjata rahasia Kioe Cu Gien Ciam ini halus sekali seperti


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bulu kerbau saja, senjata semacam ini paling sukar untuk
dihindari tetapi manusia semacam Thiat Bok Thaysu sudah
tentu tidak akan memandang dengan sebelah mata, ujung
jubah nya dikebut ke depan sehingga menimbulkan segulung
angin pukulan yang dahsyat menghajar jatuh puluhan senjata
rahasia Kioe Cu Gien-Ciam yang mengancam tubuhnya itu.
Pada saat dia melancarkan serangan pukulan untuk
memukul jatuh senjata rahasia itulah mendadak terdengar
suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati sehingga
menggetarkan seluruh ruangan, seorang hweesio anak
buahnya kembali kena sambar tanduk kerbau itu sahingga
punggungnya berlubang dan binasa seketika itu juga.
Atas kejadian ini dia tidak mau bergebrak lebih lama lagi
melawan Lie Siauw Ie, sepasang lengannya dipentangkan
disertai dengan suara bentakan yang amat nyaring ilmu
beracun "Hek Khie Cie Kang" yang dilatih selama puluhan
tahun untuk kedua kalinya digunakan.
Tampak pada ujung ke sepuluh jarinya secara samar samar
muncul bawa hitam yang makin lama semakin menebal
meluncur ke atas tubuh kerbau.
Lie Siauw Ie yang melihat hal itu walaupun tidak tahu Thiat
Bok Thaysu sedang menggunakan ilmu macam apa tetapi
melihat kedahsyatan dari serangan tersebut segera
mengetahui kalau serangannya itu tentu sedang
menggunakan semacam ilmu yang amat beracun.
Dia orang karena takut kalau serangan tersebut sampai
melukai Liem Tou, dengan cemas teriaknya dengan suara
keras. "Ciag Gouw ko, cepat mundur . . cepat mundur."
Bagaimanapun juga binatang tetap binatang, kerbau yah
tetap kerbau mana mungkin bisa mengerti perkataan dari
manusia" " Bukannya mengundurkan diri dari belakang
sebaliknya dengan disertai dengusannya yang amat panjang
dia malah menyambut datangnya serangan kabut hitam yang
mengancam tubuhnya itu. "Binatang saat kematianmu telah tiba, buat apa kau begitu
bangga" " pikir Thiat Bok Thaysu sewaktu melihat hal itu.
Baru saja dia orang merasa gembira karena kerbau
tersebut bakal terbunuh di bawah serangan beracunnya siapa
tahu tiba tiba dia merasakan serangannya seperti terhalang
oleh sesuatu, tenaga dalamnya sukar untuk disalurkan lancar,
dalam hati dia benar benar merasa keheranan.
Tenaga dalamnya segera dilipat gandakan kelihatan seluruh
jalur hitam seketika itu juga mengumpul menjadi segulung
awan yang sangat hitam yang amat tebal dengan
memecahkan udara menerjang kedepan.
Kerbau itu tetap tidak dibuat jeri, ekornya yang panjang
dengan sekonyong konyong dikebaskan sehingga menjadi
mengencang bagaikan pit, secara aneh sekali dari ujung
kedua belab tanduk kerbau itu mendadak menerjang keluar
segulung angin pukulan yang menyambut datangnya serangan
dari Thiat Bok Thaysu sehingga punah menjadi angin yang
berlalu. Thiat Bok Thaysu segera merasakan situasi yang tidak
mengutungkan bagi dirinya air mukanya segera berubah
meringis kejam tububnya mundur tujuh delapan tindak dan
dengan cepat menarik kembali hawa pukulan beracunnya.
Sekalipun gerakannya cepat tetapi baru saja berhasil
menarik separuh dari tenaga pukulan hawa beracun yang
separuhnya lagi sudah berhasil dipunahkan sehingga buyar tak
berbekas di dalam seluruh ruangan.
Kali ini Thiat Bok Thaysu benar benar dibuat amat gusar
sekali, dia orang sama sekali tidak menyangka ilmunya yang
didapatkan dengan susah payah selama puluhan tahun
dengan mencari benda benda beracun yang sudah berusia
ratusan tahun dan ulat, ulat yang banyak ada di dasar
kuburan ternyata sudah punah separuh bagian hanya di dalam
sekejap saja Sepasang matanya dengan amat tajam sekali
memperhatikan diri Liem Tou yang tergantucg di atas tanduk
kerbau itu, mendadak bentanknya dengan suara yang amat
keras. Bangsat cilik, siapa kau orang?""
Dengan pengetahuan serta pengalaman yang luas dari
Thiat Bok Thaysu mana mungkin dia orang tidak mengenal
para jago jago yang ada didalam Bu lim?" kini melihat sang
kerbau ternyata bisa memunahkan ilmu pukulan beracunnya
sudah tentu dia orang tidak mau percaya karena itu didalam
anggapannya sudah tentu Liem Tou yang tergantung di atas
tanduk kerbau itulah yang sudah bermain main dengan
dirinya. Tetapi sekalipun Thiat Bok Thaysu sudah berteriak teriak
beberapa kali Liem Tou tetap tertidur dengan amat
nyenyaknya sama sekali tidak bergerak.
Pada saat itulah mendadak terdengar kerbau itu
mendengus panjang sambil mendepakkan kakinya kebelakang,
kepalanya ditundukkan dengan dahsyatnya ia menerjang ke
arah tubuh Thiat Bok Thaysu.
Thiat Bok Thaysu menjadi teramat gusar, ujung jubahnya
dikebutkan ke depan melancarkan satu pukulan dahsyat
menghantam tubuh kerbau itu. pada saat dia sedang augkat
tangan nya itulah mendadak terasa segulung angin pukulan
yang jauh lebih kuat dengan dahsyatnya sudah menggulung
menghantam tubuhnya, dia menjadi terperanjat dengan cepat
serangannya ditarik dengan tergesa gesa lalu meloncat
kesamping untuk menghindarkan diri.
Tibt tiba kerbau itu miringkan badannya ekornya yang
panjang dengan dahsyatnya menghajar scoraug hweesio yang
berdiri disampingnya. "Aduh. .." disertai dengan suara teriakan kesakitan yang
amat mengerikan hweesio tersebut terjatuh ke atas tanah
tidak dapat bangun kembali.
Gerakan kerbau itu tidak berhenti sampai di situ saja,
tubuhnya dengan amat cepatnya menerjang kambali kearah
Thiat Bok Thaysu. Thiat Bok Thaysu yang melihat berturut turut kerbau
tersebut berhasil membinasakan dua orang anak buahnya
dengan sangat mudah hatinya dibuat benar benar ketakutan,
kini melihat datangnya terjangan yang sangat dahsyat dia
tidak berani menyambut keras lawan keras.
Tubuhnya meloncat ke samping lalu melirik sekejap ke arah
Lie Siauw Ie yang berdiri di depannya, hatinya menjadi
bergerak pikirnya. "Terjangan yang secara mendadak dari kerbau ini sangat
aneh sekali, tentunya dia ada sangkut pautnya dengan Lie Loo
jie itu, sedangkan perempuan inipun anak murid Lie Loo jie
lebih baik aku tawan dia terlebih dulu lalu dengan cara yang
lain berusaha untuk menangkan pertempuran kali ini."
Berpikir akan hal ini tubuhnya yang berkelebat ke samping
memdekati tubuh Lie Siauw Ie.
Sebaliknya Lie Siauw Ie yang melihat sang kerbau itu terus
menerus mendesak, Thiat Bok-Thaysu geser kesamping
perhatiannya segera dipusatkan seluruhnya ke sana, terhadap
mara bahaya yang bakal mengancam dia orang sama sekali
tidak merasakan. Thiat Bok Thaysu yang mempunyai perawakan kurus kering
sewaktu melihat Lie Siauw Ie sama sekali tidak mengadakan
persiapan dalam hati diam diam merasa amat girang sekali,
dia tahu asalkan kali ini berhasil mencapai hasil maka
pertempuran malam ini seluruh kemenangan akan diperoleh
dirinya. Dengan perlahan tenaga dalamnya disalurkan dengan
penuh ke atas dua belah telapak tangannya, sewaktu dia
melihat kerbau itu menerjang kembali kearahnya dan melihat
jaraknya dengan Lie Siauw Ie cuma tinggal beberapa kaki saja
tanpa berpikir panjang lagi tubuhnya segera meloncat keatas
lalu berjumpalitan ditengah udara mendesak ke arabnya.
"Hey bocah perempuan, terimalah seranganku ini"
bentaknya dengan amat keras.
Kedua belah telapak tangannya yang sudah dipersiapkan
sejak tadi pada saat inilah bagaikan menggulungnya ombak di
tengah samudra menggencet dari kedua belah samping Lie
Siauw Ie sedang tuhuhnyapun mendesak lebih mendekat
berusaha mencengkram mangsanya.
Menanti Lie Siauw Ie sadar kembali apa yang telah terjadi
kedua belah samping badannya sudah terhalang oleh angin
pukulan dari Thiat Bok Thaysu itu, untuk menghindarkan
kesamping tidak dapat lagi terpaksa dia mundur ke belakang.
Tetapi pada saat dia agak ragu ragu itulah cengkeraman
dari Thiat Bok Thaysu sudah tiba dihadapannya membuat dia
menjadi amat terperanjat, dengan air muka ketakutan
teriaknya keras. "Aouw adik Tou tolong.. .!"
Melihat untuk menghindarkan diri tiada jalan lain lagi, Lie
Siauw Ie segera pejamkan matanya pasrah terhadap semua
perbuatan dari Thiat Bok Thaysu.
Pada saat yang amat kritis itulah mendadak terdengar
suara dengusan kerbau yang amat berat lalu disusul dengan
suara jeritan Liem Tou. "Toloag .. tolong . . !"
Baru saja suara itu lenyap dari pendengaran mendadak
terdengar Thiat Bok Thaysu menjerit ngeri lalu terhuyung
huyung mengundurkan diri kebelakang sambil muntahkan
darah segar. Kerbau itu terayata sudah berdiri dengen tenangnya
disamping badannya sedangkan Liem Tou berbaring diatas
tanduk kerbau sambil tangannya diobat abitkan tidak keruan.
'Aduh tolong . . tolong . ."
Gerak geriknya amat lucu sekali seperti sedang
menghadapi bahaya. Lie Siauw Ie yang melihat hal itu tanpa men perdulik?n
keselamatan jiwanya sendiri pedang yang ada ditangannya
segera melancarkan tusukan mengancam tubuh kerbau itu
sedang tangannya yang lain dengan amat cepatnya
menyambar tubuh Liem Tou yang tersangkut diatas tanduk
kerbau iiu. Belum sempat pedangnya melancarkan serangan
mendadak dia merasakan pinggangnya seperti dililit dengan
sesuatu tahu tahu tubuhnya sudah terangkat oleh lilitan ekor
kerbau dan dijatuhkan keatas punggungnya.
"Aaaiih Ie cici, akhirnya kau datang juga" terdengar Liem
Tou sambil tertawa girang memeluk pinggangnya kencang
kencang. "Kau sudah kemana selama ini?"" eeeh sekarang
kita berada dimana?"
Lie Siauw le yang melihat Liem Tou sudah sadar kembali
dari pulasnya seketika itu juga sudah melupakan kalau baru
saja dia lolos dari bahaya dan lupa juga kalau pada saat ini dia
sudah berada diatas punggung kerbau, sahutnya dengan amat
girang. "Oooh adik Tou kau sungguh mengagetkan diriku,
bagaimana kau orang bisa tergantung diatas tanduk kerbau?"
"Aku sendiripun tidak tahu" jawab Liem Tou sambil
gelengkan kepalanya. "Sewaktu aku melibat hweesio hweesio itu amat lihay
sekali, maka cepat cepat aku melarikan diri keluar kuil, siapa
sangka aku sudah kena pukul rubuh oleh dua orang hweesio
jahanam. Setelah itu semuanya aku tidak tahu, sampai baru saja aku
sadar kembali dan melihat cici baru meloncat kemari."
Mendengar perkataan itu Lie Siauw Ie segera tertawa
cekikikan. "Mana mungkin aku bisa meloncat kemari. Kan terang
terangan aku dililit oleh ekor kerbau ini ".,
Pada mukanya Liem Tou sengaja berpura pura bingung
padahal dalam hati diam diam merasa geli, pikirnya.
Jikalau bukannya aku sudah menolong dirimu kemungkinan
sekali kau kini sudah berada di dalam cengkeraman Thiat Bok
Thaysu ini, tetapi kini aku harus mengelabui dirimu untuk
sementara waktu karena musuhku terlalu banyak, jikalau
berita ini sampai tersiar diluaran sekalipun pun aku memiliki
kepandaian yang lebih tinggi pun belum tentu berhasil
menahan kerubutan dari orang orang kalangan Hek to yang
begitu banyak." Setelah tertawa cekikikan Lie Siauw Ie berkata kembali.
"Tidak kusangka kerbau itu yang sudah menolong dirimu,
tetapi kerbaumu itu terlalu ganas sekali, seluruh hweesio
penghuni kuil Siang Lian Si ini hampir sebagian besar
terbunuh oleh serudukan tanduknya."
"Haaa sungguh ?" Dia benar benar mempunyai kepandaian
seperti itu ?" tanya Liem Tou keheranan.
Padahal dalam hati dia sedang berpikir.
"Ie cici kau sama sekali tak tahu kejahatan serta kecabulan
dari hweesio hweesio penghuni kuil ini, bila sejak tadi kau
sudah tiba di dalam ruangan ini dan melihat perempuan
perempuan itu maka akan segera tahu kalau mereka it anak
gadis orang orang dusun yang ditawan mereka untuk
kesenangan, coba kau bayangkan kerbauku atau dia yang
lebih jahat dan ganas ?"
Pada waktu itulah kerbau tersebut mendadak meloncat
turun dari tempat ketinggian mereka berdua yang sedang
berbicara sama sekali tidak memperhatikan akan hal ini hingga
hampir hampir saja terlempar jatuh dari atas punggung
kerbau, sedangkan Liem Tou pun tahu bila kerbau itu
kehilangan tenaga bantuannya mana mungkin bisa
memenangkan Thiat Bok-Thuysu yang amat libay?"
Thiat Bok Thaysu yang telah terluka mana berani
bertempur dengan kerbau itu, dengan cepat dia ngeloyor pergi
dari sana melalui pintu pintu sebelah kanan
Ketika kerbau itu melihat dia lari pergi dengan cepat
menyerbu kembali kedepan mengejar dari arah belakang,
sedikitpun ia tak mau mengendorkan kejarannya.
Sewaktu tadi Lie Loo jie sedang bertempur dengan amat
serunya melawan si penjahat naga merah, Liem Tou
melakukan pemeriksaan yang amat teliti sekali terhadap
keadaan diseluruh ruangan kuil itu sehingga diapun
mengetahui bagaimana sifat yang sebenarnya dari hweesio
tersebut. Kini melihat dia telah melarikan diri melalui pintu sebelah
kanan dia orang segera mengetahui kalau tempat itu
merupakan sebuah jalan rahasia, karenanya dengan amat
kencang dia membuntuti terus dari belakangnya.


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ternyata dugaannya sedikipun tidak salah, tempat tersebut
memangnya merupakan sebuah jalan rahasia yang amat
panjang sekali dan saat itu Thiat Bok Thaysu sedang
melarikan dirinya kedalam.
Pikirnya Liem Tou kemudian.
Orang ini jika kalau dibiarkan tinggal didalam Bu lim terus
tentu akan menimbulkan bencana saja, lebih baik aku basmi
saja dia orang selekas mungkin."
Berpikir sampai disitu tangannya diam diam segera meraba
ke samping telinga dari kerbau itu, sang kerbau segera
mengerti dan mendengus panjang.
Dengan meminjam kesempatan itulah diam-diam Liem Tou
membalikkan pergelangan tangannya lalu melancarkan satu
pukulan dahsyat menghajar belakang punggung Thiat Bok
Thaysu. Seluruh gerakkannya ini dilakukan sangat hati hati sekali
sehingga Lie Siauw Ie yang ada dibelaksngnya sama sekali
tidak menyangka kalau dia orang sedang mengerahkan tenaga
dalamnya untuk menghajar tubuh Thiat Bok Thay su.
Tampak sambil menoleh dia tertawa ringan.
"Adik Tou, ujarnya perlahan. Kiranya didalam kuil inipun
ada jalan rahasianya. kerbau ini sangat lihay sekali jangan
sampai terkena bokongan dari hweesio keparat itu."
Thiat Bok Thaysu yang benar benar sudah terdesak melihat
datangnya serangan tersebut dia orang tidak berani
menyambut, dengan menahan getaran yang amat hebat dari
luka dalamnya tanpa palingkan kepalanya lagi dengan sekuat
tenaga dia meloncat kearah jalan rahasia itu dan di dalam
beberapa kali kelebatan saja sudah lenyap dari padangan.
Liem Tou yang takut dia orang lolos dari pengawasannya,
segera mengempit kencang kencang perut kerbaunya dengan
amat cepatnya kerbau tersebut segera menerjang pula kearah
dalam jalan rahasia. Setelah berbelok belok beberapa kali akhirnya Lie Siauw Ie
hanya merasakan pandangannya menjadi terang
pemandangan yang dilihatnya sama sekali berubah.
Tampak ruangan tersebut amat mewah dan megah sekali
laksana sebuah istana kaisar seluruh dinding serta tiang
pilarnya tersebuat dari batu pualam yang amat menyilaukan
mata, tempat itu mana mirip dengan sebuah bangunan kuil
dari kaum beribadat" tak tertahan lagi dia berseru keras.
"Aaaah, adik Tou tempat ini mirip sekali dengan sebuah
istana kaisar. . . ."
Liem Tou yang sedang pusatkan seluruh perhatiannya
untuk menangkap Thiat Bok Thaysu mendengar perkataan itu
dia cuma mengangguk saja, sahutnya.
"Ehmm . ."tempat itu tidak mirip dengan sebuah kuil,
tentunya mereka adalah kaum perampok yang sengaja
menyamar sebagai hweesio. ..kiranya kerbauku sudah tidak
salah membinasakan orang orang.
Matanya yang jeli dengan amat tajamnya menyapa
keseluruh ruangan itu tetapi ditengah bangunan megah
laksana istana tersebut sama sekali tidak tampak adanya
sesosok bayangan manusia pun membuat Liem Tou diam diam
merasa keheranan pikirnya.
Perempuan yang dikumpulkan Thiat Bok Thaysu tadi pada
berkumpul disini mencari kesenangan dan melakukan
permainan kotornya kenapa sekarang pada lenyap tak tampak
seorangpun, mereka sudah pergi ke mana " Apa mungkin
masih ada tempat lainnya "
Berpikir sampai disitu segera ujarnya kepada diri Lie Siauw
Ie. Tadi kerbau ini membawa kita kemari sudah tentu ia
bermaksud untuk menangkap Thiat Bok Thaysu itu, cuma saja
tidak tahu dia sudah pergi kemana, Ie cici, coba kau lihat
adakah tempat yang patut kita curigai ?"
Tiba tiba tiba Lie Siauw Ie teringat atas perkataan dari
Thiat Bok Thaysu yang mengatakan Lie Loo jie sekarang
sedang terkurung, ujarnya kepada Liem Tou kemudian.
' "Adik Tou, kelihatan dia sudah pergi dari sini, bagaimana
kalau kita lihat lihat di tempat luaran ?""
'Baik," sahut Liem Tou menyetujui. "Tetapi kuil Siang Lian
Si ini benar benar sangat kotor dan merupakan tempat mesum
yang sangat cabul, nanti setelah aku bertemu dengan itu Si
"Hui Tui Jie" aku mau usulkan agar kuil ini dihancurkan dari
pada meninggalkan bencana di kemudian hari."
Selesai berkata dia kirim satu ciuman mesra ke atas pipinya
Lie Siauw Ie. "E-eehmmram . . .. kau jangan nakal, seru Lie Siauw le
sambil mencubit pahanya. Siapa yang beritahukan kepadamu
kalau suhuku mempunyai julukan sebagai Hui Tui Jie " " Kau
harus ingat ingat terus si cangkul pualam Lie Sang adalah
jagoan berkepandaian tinggi nomor wahid pada saat ini,
karena dia orang paling suka mengasingkan diri dan tak
gemar meucampari persoalan dunia kangouw maka orang
orang Bu lim memberikan julukan sebagai partai Toen Si Pay.
Mendengar perkataan teraebut Liem Tou segera berpura
pura bertanya. "Jika didengar dari pembicaraan Ie cici dia orang paling
tidak suka mencampuri urusan dunia kangouw kenapa kali ini
bisa munculkan diri untuk mencari gara gara dengan si
penjahat naga marah ?"
Perkataan ini memang kalau dibicarakan sangat aneh
sekali, jawab Lie Siauw Ie kemudian sambil menghembuskan
napas panjang. Di dalam Bu lim saat ini muncul seorang
jagoan tanpa bernama yang amat misterius sekali, orang itu
sudah membuat Thian Pian Siauw cu menjadi mendongkol dan
berlalu dari atas gunung bahkan mengolok olok suhu tidak
berani turun gunung, oooh, dia masih tinggalkan sepucuk
surat" Berbicara sampai disini mendadak Lie Siauw Ie dengan
sinar mata yang aneh mempehatikaa Liem Tou dengan
pandangan yang amat tajam.
Dalam hati Lie Toum segera tahu kalau dia orang telah
mengingat ingat kembali bal hal yang mencurigakan hatinya,
cepat cepat dengan nada kebingungan tanyanya lagi.
"Di mana pisau belati pemberian Wan moay kepadamu
itu?" Tiba tiba tanya Lie Siauw Ie sambil memperhatikan
wajahnya tajam tajam. "Aaah . . pisau belati itu sudah hilang sewak tu tempo hari
aku terjatuh dari Jembatan pencabut nyawa, waah . . waah
pisau belati itu benar benar amat tajam sekali, sungguh amat
sayang barang tersebut sudah hilang"
Lie Siauw Ie yang mendengar perkataan itu sama sekali
tidak menaruh curiga sedikitpun dan tidak mendesak lebih
banyak lagi, sekali lagi dia memperingatkan Liem Tou untuk
melarikan kerbaunya kembali ke dalam ruangan kuil yang
megah itu, Liem Tou segera mengangguk dan menepuk-nepuk kepala
kerbaunya. Hey Gouw koko ayoh kembali" serunya keras.
Kerbau itu dengan mengikuti jalan keluar dari jalan rahasia
itu berlari ke depan tetapi ketika sampai didepan tampaklah
pintu jalan rahasia itu sudah tertutup dengan sebuah pintu
besi yang amat kuat Liem Toa dengan terburu buru meloncat turun dan
menariknya, tetapi sedikitpun tidak bergeming, sekalipun
sudah kerahkan seluruh tenaga dalamnya pintu itu tetap tidak
dapat terbuka. Terpaksa sambil mengangkat bahu ujarnya. "Waduh.
..pintunya sudah terhalang, terpaksa kita hsrus mencari jalan
keluar yang lain". "Lalu bagaimana baiknya?" Seru Lie Siauw Ie dengan amat
cemasnya. Jika kita tidak bisa mencari jalan keluar maka
hweesio itupun tidak mungkin sudah lolos dari tempat ini.
Jelas sekali daiam hati Lie Siauw Ie pun merasa gugup
sekali, cepat cepat dia meloncat turun dari punggung kerbau
untuk mendekati pintu tersebut dan mendorongnya
kebelakang, tetapi pintu tersebut tetap tak ber gerak
sedikitpun juga. "Sudah, sudahlah seru Liem Tou kemudian. Sekalipun kau
menariknya sekuat tenaga juga tidak berguna, lebih baik kita
mencari cara yang lain saja"
Selesai berkata matanya dengan oerJahan menyapu
keadaan disekeliling tempat itu mendadak matanya tertumbuk
dengan empat buah pilar besar vaug ada di tengah ruangan,
hatinya menjadi bergerak.
Pikirnya didalam hati. Ruangan didalam kuil Siang Lian Si ini dibuat sedemikian
bagus dan sempurnanya sudah tentu didalamnya dipasangi
alat alat rahasia, asalkan aku orang memeriksanya lebih teliti
bukankah segera akan memperoleh jalan keluar"
Berpikir sampai disini dia segera berjalan mendekati pilar
pertama yang berukiran naga dari emas, dengan pandangan
yang teliti dia memeriksa seluruh bagian dari pilar tersebut.
Pada saat itulah ruangan istana yang semula terang
benderang bagaikan disiang hari mendadak menjadi padam
sehingga suasana menjadi amat gelap tidak dapat untuk
melihat kelima jarinya sendiri.
Liem Tou menjadi sangat terperanjat dia takut Thiat Bok
Thaysu sudah menggukan siasatlicik untuk melukai mereka
dengan menggunakan alat alat rahasia dengan cepat
tubuhnya meloncat mendekati samping tubuh Lie Siauw Ie.
"Ie cici, kita benar benar terkurung ditempat ini" serunya
perlahan Siapa tahu baru saja dia selesai berbicara mendadak
terdengar suara mendeburnya air yang amat keras
berkumandang memenuhi seluruh ruangan.
Sepasang mata diri Liem Tou tersebut bisa melihat di
tempat kegelapan seperti disiang hari saja, sekali sapu saja
dia sudah bisa melibat pada dinding sebelah kiri serta sebelah
kanan dari ruangan istana itu mendadak sudah terbuka
sebuah lubang yang amat besar sekali seluas dua kaki persegi,
dua gulung air yang menderu dengan dahsyatnya mengalir
keluar dengan amat derasnya memenuhi seluruh ruangan,
kederasan disana jika dibandingkan dengan aliran air disungai
Sam Sia diatas gunung Wu San boleh dikata dua kali lipatnya.
Didalam sekejap saja air yang menggenangi ruangan istana
itu sudah meninggi selutut, melihat keadaan yang amat
berbahaya Liem Tou tegera berteriak.
"Ie cici, hweesio jahanam itu sudah mulai melancarkan
serangannya, kau tidak mengerti ilmu di dalam air lebih baik
cepat cepat naik keatss punggung kerbau saja.
"Adik lalu bagaimana dengan kau" " balas tanya Lie Siauw
Ie dengan amat cemas. "Kau jangan mengurusi diriku, apakah kau sudah lupa kalau
aku pandai didalam ilmu menyelam " Air tidak berhasil
mengurung diriku" Sewaktu mereka berbicara itulah air sudah mulai meninggi
sepinggang, mendadak ditengah kegelapan memancar sinar
yang amat terang sekali berkelebat datang.
Lie Siauw Ie dengan memegang sebuah mutiara sedang
berteriak dengan suara keras.
"Adik Tou kau tidak akan kegelapan lagi, ini aku kasih buat
dirimu" "Tidak usah, kau pakailah sendiri" Sahut Liem Tou sewaktu
dilihatnya dia orang mau menghadiahkan barang pusaka dari
suhunya itu kepadanya. "Pagi hari maupun malam buat aku
orang adalah sama saja, hmm, harus dipukul . . harus dipukul.
. . kau ini bagaimana toh" apa kau sudah lupa sewaktu masih
ada dipuncak Ngo Lian Hong aku sudah berhasil melatih
mataku untuk melihat di tengah kegelapan?"
"Aaah, betul. . . betul . , . aku memang harus dipukul, lalu
kita mau keluar dari mana?"
"Kau jangan cemas dulu, kita pasti akan memperoleh cara
untuk keluar dari sini"
Dengan mengikuti aliran air yang amat deras dia
memperhatikan sejenak keadaan disekelilingnya lalu
sambungnya. "Ie cici, untuk sementara kau tunggulah aku ditempat ini,
aku akan pergi sebentar dan segera akan kembali lagi"
Sejak semula Lie Siauw Ie sudah dibuat gugup hatinya oleh
keganasan air yang mengalir dengan amat derasnya, segera
serunya dengan gugup. "Aaaah .... kau jangan pergi, kamu mau kemana " " Jika air
ini menggenangi sampai keatap lalu bagi mana ?"
"Mana mungkin" ujar Liem Tou tertawa. "Kau tidak
mengerti ilmu berenang sebaliknya kerbau itu merupakan
jagoan di dalam ilmu berenang"
Selesai berkata dia memperendah tubuhnya dan menyelam
ke dalam air, sebenarnya dia orang bisa berjalan diatas
permukaan air dengan menggunakan ilmu meringankan
tubuhnya tetapi dia tidak mau berbuat demikian disebabkan
dia tidak ingin Lie Siauw Ie tahu akan kepandaian silat yang
dimikinya sehingga berita ini tersiar luas dikalangan Bu lim dan
mempersulit pekerjaannya dikemudian hari.
Saat ini air sudah meninggi sampai diatas kepalanya! Lie
Siauw Ie dengan menunggang kerbaunya mengambang
mengikuti aliran air. Liem Tou sekali lagi mendongakkan kepala nya ke atas
permukaan air, ketika dilihatnya Lie Siauw Ie sudah lolos dari
mara bahaya segera dia berseru.
"Ie Cici, aku pergi dulu"
Sekali lagi badannya menyusup ke dalam air dan menyelam
mengikuti arus air. Beberapa saat kemudian dikarenakan tekanan air semakin
lama semakin deras dia tidak dapat maju kembali barang
selangkah langkah pun, pikirannya segera berputar . . .
mandadak dia menemukan suatu cara.
Telapak tangannya dengan mengerahkan tenaga dalam
melancarkan suatu pukulan dahsyat kedepan sehirgga
terbukalah sebuah lorong di tengah air, cepat cepat tubuhnya
maju beberapa langkah kedepan menanti air tersebut
menutup kembali pukulan yang kedua menyusul kembali ....
akhirnya perlahan demi perlahan dia berhasil mendekati gua
air tersebut. Tetapi dia semakin mendekati gua itu kelihatan aliran dari
air yang mengalir keluar semakin deras sehingga sukar untuk
ditahan bahkan sampai pukulan saktinyapun tidak bisa
terhindar sudah tentu tubuhnya tidak dapat ma ju lebih dekat


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi. Pada sampai saat sekarang ini dia tidak dapat maju
kedepan, tidak punya tempat untuk digunakan sebagai tempat
mempertahankan diri sehingga tak kuasa lagi tubuhnya
terpental mundur kembali beberapa kaki jauhnya.
Bersamaan pula dia mendadak dia merasakan pinggangnya
terbentur dengan suatu barang dengan cepat dia menoleh
kebelakang terlihatlah barang yang baru saja ditumbuk
olehnya adalah badan dari kerbau itu terpaksa sekali lagi dia
memukul keatas permukaan.
Terlihatlah saat ini air semakin lama semakin memenuhi
seluruh ruangan, Lie Siauw Ie dengan tangan memegang
mutiara dan duduk di atas punggung kerbau, sikapnya amat
gugup dan ketakutan sikali, sewaktu melihat Liem Tou
munculkan dirinya diatas permukaan air segera teriaknya
dengan suara yang amat keras.
Adik Tou sebentar lagi air akan meninggi hingga sampai
diatas ruangan ini, kita harus berbuat bagaimana?".
Dalam hati Liem Tou pun merasa amat cemas sekali,
sembari menjejak air serunya kembali terhadap Lie Siauw Ie.
Ie cici kau jangan cemas, air ini tidak akan
menenggelamkan kita. Selesai berkata sekali lagi tubuhnya menyusup kedalam air
dan berenang menuju kearah dimana berasalnya aliran air itu,
setelah berenang sampai tidak bisa maju kembali sekali lagi
dengan menggunakan angin pukulannya paksakan diri maju
lebih dekat lagi. Tidak lama kemudian dia sudah hampir sampai didepan
pintu gua itu, tanpa berpikir panjang lagi tubuhnya dengan
cepat miring kesamping mendadak bergeser beberapa langkah
kedepan menghindarkan diri dari pintu gua tersebut, ternyata
gulungan air disana jauh lebih kecil bahkan tidak terasa
adanya tekanan yang amat kuat, diam diam mengerahkan
hawa murninya lalu berturut turut melancarkan air pukulan
berantai, tubuhnya dengan amit cepat menyusup maju
kembali beberapa kaki kedepan dan tepat tiba disamping gua
dimana air tersebut mengalir keluar.
Dia tidak berani berlaku ayal lagi, tangannya dengan cepat
memegang dinding batu disamping gua tersebut dan
memegangnya erat erat lalu dengan cepatnya muncul kembali
ke atas permukaan air. Tampaklah air tersebut saat ini sudah hampir mencapai
keatap. Lie Siauw Ie yang ada diatas punggung kerbau sedang
bungkukkan badannya menghindarkan diri dari benturan
dengan atap ruangan. Jilid 18: Penjahat Naga Merah Mengganas kembali
Dengan cepat Liem Tou menggapai ke arahnya dan
menunjukkan jalan keluar buat dirinya, Lie Siauw Ie menyahut
dan memerintahkan kerbaunya untuk berjalan maju.
Beberapa saat kemudian sesudah membuang tenaga yang
amat besar akhirnya dia berhasil bersatu kembali dengan Liem
Tou untuk siap melewati gua itu mencari jalan keluar.
Kita balik pada Lie Loo jie serta si gadis cantik pengangon
kambing yang tergantung di dalam ruangan kuil tersebut,
keadaannya pada saat ini benar benar sangat mencemaskan
sekali, sepasang mata mereka dengan terbelalak memandang
kearah telaga air yang amat tenang sama sekali tidak tampak
gerakan yang mencurigakan.
Karena mereka takut didalam air sudah dipasang alat alat
rahasia karenanya sampai saat ini mereka masih tidak berani
menggunakan ilmu meringankan tubuhnya untuk berjalan di
atas permukaan air, mereka takut pula jikalau Thiat Bok
Thaysu dengan mengambil kesempatan ini melancarkan
serangan yang akan mengancam jiwa mereka.
Lewat beberapa saat kemudian si gadis cantik pengangon
kambing sudah merasa tidak sabaran lagi, bisiknya kepada Lie
Loo jie. "Tia, ayolah kita turun ke bawah saja, kita harus
bergantungan sampai kapan disini?" apa lagi bergantung
seperti begini harus membuang tenaga amat banyak, lebih
baik kita meloncat turun saja."
"Wan jie kau bisa bartahan sabar sahut Lie-Loo jie dengan
suara yang amat halus, jika lihat dari barang barang yang
diatur di dalam kuil Siang Lian si ini kemungkinan sekali di
bawah telaga ini sudah dipasang sesuatu alat rahasia yang
amat berbahaya, apalagi kita tidak tahu berapa dalamnya air
kolam ini jika didalamnya dia sudah pasangi sesuatu benda
sedikit kita salah menginjak tentu akan terkena jebakannya,
lebih baik kita menunggu sebentar lagi.
Dengan amat tenangnya mereka berdua menunggu
kembali entah seberapa lamanya sedangkan sampai saat itu
dari pihak Thiat Bok Thay su pun sama sekali tidak
memperlihatkan gerak gerik yang mencurigakan.
Keadaan semakin tenang Lie Loo jie semakin dibuat tegang
lagi, sedetikpun dia orang tidak pernah memecahkan
perhatian untuk mengawasi air kolam serta keadaan di
sekeliling ruangan kuil itu.
Beberapa saat kembali berlalu dengan tenangnya,
mendadak. . ." Permukaan air yang semula tenang mendadak beriak dan
bergelombang dengan amat kerasnya diikuti gelembung
gelembung air yang memenuhi permukaan kolam. Segera
terdengar suara dari Thiat Bok Thaysu yang berteriak dengan
amat gusarnya. "Hey orang she Lie, ini hari anggap saja aku kurang
waspada sehingga terjatuh ketanganmu asalkan nyawaku
masih ada pada bulan lima tanggal lima yang akan datang aku
pasti akan mencari dirimu diatas puncak pertama diatas Cing
Jan, saat ini aku bisa melepaskan kamu orang satu kali tetapi
lain kali. .. Hmmam. kau pasti akan binasa ditanganku".
Selesai berkata suasana kembali menjadi hening sekali,
saat ini Lie Loo jie benar benar di buat kebingungan, dia orang
mana mau mempercayai perkataannya?" cepat cepat ujarnya
kepada putrinya si gadis cantik pengangon kambing.
"Entah si hweesio sedang memainkan permainan setan apa
lagi" kita jangan cepat mempercayai perkataannya, lebih baik
kita sedikit berjaga jaga.
Saat ini keadaan di dalam ruangan kuil itu sangat gelap
sekali sehingga sukar untuk melihat lima jarinya sendiri, baik
Lie Loo jie maupun si gadis cantik pengangon kambing dengan
perhatian penuh terus menerus memperhatikan gelembung
gelembung air yang semakin banyak di atas permukaan air
tersebut. Tiba tiba terdengar si gadis cantik pengangon kambing
berseru dengan amat kaget
"Tia coba kau lihat, kenapa di tengah air itu amat terang
sekali?" Padahal sejak tadi Lie Loo jie sudah dapat melihatnya,
cuma saja tidak sampai diutarakan keluar. Kini ketika
dilihatnya sinar terang itu semakin lama semakin membesar
semakin lama semakin jelas hatinyapun terasa semakin
menegang di dalam anggapannya Thiat Bok Thaysu sudah
mengeluarkan permainan kotornya lagi.
"Wan-jie berhati hati" serunya kepada si gadis cantik
pengangon kambing memberi peringatan, kemungkinan sekali
hweesio terkutuk itu mengeluarkan permainan terkutuknya."
Siapa tahu baru saja dia selesai berkata mendadak dari
permukaan tanah memancar keluer tiang tiang setinggi dua,
tiga kaki keatas disusul munculnya seekor binatang besar dari
dasar air tersebut. Melihat binatang itu kembali si gadis cantik pengangon
kambing itu berteriak kaget.
"Aduh.. .seekor kerbau, lalu Ie cici serta Liem Tou bocah
cilik tukang mencelakai orang sudah pergi kemana?""
Lie Loo jie yang melihat munculnya kerbau itu didalam
benaknya segera teringat kembali pemandangan sewaktu ia
membinasakan para hweesio di luar kuil, hawa amarahnya
sekali lagi berkobar di dalam hatinya.
"Kurang ajar, kembali kerbau terkutuk ini."
Lalu ujarnya kapada si gadis cantik pengangonn kambing.
"Binatang ini jika dibiarkan hidup terus cuma akan
mendatangkan bahaya saja buat manusia, kau tunggulah
sebentar disini aku mau turun kesana membinasakan dirinya"
Gadis cantik pengangon kambing yang pernah tinggal
bersama sama kerbau itu diatas gunung Go bie dalam hatinya
tahu benar kerbau ini penurut sekali, terhadap pembunuhan
secara besar besaran terhadap para hweesio hweesio di kuil
itu sekalipun dia melihat dengan mata kepala sendiri tapi dia
masih tidak man percaya kalau sang kerbau telah berubah
sifat. "Tia, kau jangan binasakan kerbau itu, ujarnya dengan
gugup. Aku lihat kerbau ini beebuat demikian tentu ada sebab
sebabnya, lebih baik kau orang tua ampuni nyawanya sekali
ini. Lie Loo jie tidak mau menggubris, tangannya mengendor
melepaskan pegangannya pada rantai baja itu lalu
berjumpalitan di tengah udara dan menubruk ke bawah,
sahutnya. Jika dibiarkan hidup lama lagi, kemungkinan tidak ada
oraag yang bisa meaguasai dirinya kembali.
Bersamaan dengan gerakannya itu tubuhnya meluncur
kebawah sedang tangannya dengan dahsyat melancarkan
pukulan gencar menghantam ke bawah membuat permukaan
air pada muncrat muncrat ke empat penjuru.
Agaknya kerbau itupun merasakan adanya bahaya yang
mengancam, kepalanya segera diangkat mendengus panjang.
Saat itu angin pukulan telah menghantam ke bawah,
kelihatannya kerbau itu dengan cepat akan terbinasa di
tangan Lie Loo jie. Tiba tiba dari samping tubuhnya muncrat keluar butiran air
yang amat besar, diikuti munculnya Liem Tou sambil
meaggendong erat erat tubuh Lie Siauw Ie.
"Hey, Hui Tui Jie, jangan melukai kerbauku" teriak Liem
Tou dengan suaranya yang amat keras.
Lie Loo jie menjadi tertegun, dengan cepat dia menarik lagi
angin pukulannya, saat itu Liem Tou sudah melempar tubuh
Lie Siauw Ie yang kecil ramping itu kearah Lie Loo jie.
Lie Loo jie tidak bisa berbuat apa apa lagi terpaksa dia
menyambut datangnya tubuh Lie Siauw Ie sedangkan
tubuhnya yang hampir mencapai permukaan air dengan cepat
mengerahkan tenaga dalamnya kembali sedikit menutul ujung
tanduk sang kerbau itu dengan menggunakan jurus Pek Hok
Cong Thian atau bangau putih menerjang ke langit, tubuhnya
dengan lurus meloncat keatas dan menyambar kembali rantai
baja itu untuk bergantungan.
Dan pada saat bersamaan pula Liem Tou dengan cepat
berenang kemudian menaiki pungguug kerbaunya, teriaknya
dengan keras kepada Lie Loo jie.
"Hey Hui Tui Jie sudah lama kita tidak bertemu, walaupun
larimu sangat cepat sekali tetapi kali ini tidak bisa menandingi
kecepatan dari larinya kerbauku, tadi kenapa kau orang mau
membinasakan dirinya ?"
Lie Loo jie yang melihat munculnya Liem Tou secara tiba
tiba di dalam ruangan itu diam diam hatinya merasa ragu ragu
bercampur curiga pikirnya.
Selama setahun ini entah bocah gendeng ini pergi kemana
saja" Terang terangan tadi aku melihat dia orang tergantung
di atas tanduk kerbaunya dalam keadaan terluka bagaimana
sekarang bisa jadi sehat waalfiat kembali "
Tak terasa lagi dengan mengggunaksn sepasang biji
matanya yang jeli dan tajam dia orang memperhatikan diri
Liem Tou dengan sanngat telitinya, tampak sinar matanya
amat halus sekali, kedua belah keningnya terlihat biasa
agaknya sama sekali tidak mengerti akan ilmu silat, Tetapi
sewaktu teringat kembali akan keganasan dari kerbaunya dia
menjadi khekie juga. Aku lihat kerbaumu, itu memang cepat sekali, tetapi aku
rasa semakin lama kerbaumu itu akan jadi seekor kerbau liar
yang ganas. Hui Tui Jie kau jangan omong guyon. Seru Liem Tou
membantah. Kerbauku bukan saja larinya cepat bahkan bisa
membedakan mana yang jahat mana yang baik, asalkan orang
jahat pasti dia akan bertemu dengan tandingannya.
Mendengar perkataan itu Lie Loo jie menjadi semakin
gusar, pikirnya. Terang terangan bocah cilik ini sedang mencari bahan
guyon buat diriku, di badan orang jahat tidak ada tanda tanda
yang lain juga tidak ada bau yang istimewa, cuma binatang
saja bagaimana bisa membedakan hal itu?"
Baru saja dia mau berbicara untuk memberi sedikit nasehat
pada diri Liem Tou mendadak terdengar Lie Siauw Ie sudah
menimbrung. Suhu perkataan dari adik Tou sama sekali tidak
palsu, hal ini memang benar benar nyata.
Siapa yang suruh kau banyak omong?" maki Lie Loo jie
dengan wajah keren, sekalipun kau berbicara lebih banyak
akupun tidak akan percaya, manusia saja kadang kala tidak
bisa membedakan baik buruknya manusia apalagi seekor
kerbau." Lie Siuuw Ie tidak mau ambil perduli makian dari Lie Loo jie
ini timbrungnya kembali. "Tapi sedikitnya para hweesio dari kuil Siang Lian si tidak
ada seorangpun yang baik"
"Sudah. . . sudahlah, si gadis cantik pengangon kambing
dengan cepat. Ie cici kau jangan berbicara lagi.
Lagi ujarnya pula kepada Lie Loo jie.
Tia, tidak usah banyak omong lagi, coba kau lihat kita
bergantungan di atas rantai baja seperti macam apa?" cepat
kita cari akal untuk keluar dari sini "
Lie Loo jie segera merasa bahwa perkataannya sedikitpun
tidak salah, ujarnya kemudian kepada Liem Tou.
Liem Tou aku dua kali menolong kau orang lolos dari
kematian. Kenapa kau selalu mencari ribut dengan aku si
orang tua?" sekarang kau bilang punya kerbau yang
berkepandaian lihay coba aku lihat kau bisa keluar kuil ini
tidak" Apa yang sukar?" sahut Liem Tou tertawa. Jika kerbauku ini
tidak bisa keluar dari ruangan kuil seperti ini mana mungkin
bisa disebut kerbau ajaib?"
"Hee . .. sejak kapan kerbaumu ini mendapat julukan
sebagai kerbau ajaib?"


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kerbau yang tidak seperti kerbau biasa sudah tentu disebut
sebagai kerbau ajaib. Sembari memberikan jawabannya ia
memperhatikan dengan amat teliti di sekeliling tempat itu,
terlihatlah dinding empat penjuru dari ruangan itu terbuat dari
baja yang amat kuat dan tidak ada jalan yang bisa ditembus.
Jalan semula yang dilaluinya tadi beserta kerbaunyapun kini
sudah tertutup oleh pintu baja yang amat kuat, jika ditinjau
dari keadaan sekarang ini agaknya satu satunya jalan untuk
menerjang keluar hanyalah melalui jalan pintu depan saja.
Liem Tou yang melihat tempat itu dapat di coba coba
dengan diam diam dia kerahkan tenaga dalamnya yang
disalurkan kearah lengannya, bersamaan pula dengan
menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara perintahnya
kepada sang kerbau. "Su ". Seperti baru saja mendapat firman kaisar, kerbau itu
dengaa cepat dongakkan kepalanya mendengus panjang,
dengan berenang dia menerjang terus ke arah pintu depan.
Walaupun gerakannya amat perlahan tetapi jauh berbeda
dari binatang biasa, hanya di dalam sekejap saja sang kerbau
sudah tiba disamping pintu depan. Diam diam Liem Tou
menjepit perutnya sehingga kerbau itu kesakitan dan
menundukkan kepalanya menerjang pintu depan dengan
mengambil kesempatan inilah Liem Tou melancarkan satu
pukulan dahsyat ke depan.
Braak . . . dengan disertai suara bentrokan yang amat
keras pintu besar itu berhasil dipukul hancur sehingga
terpental lebar lebar. Lie Loo jie, Lie Siauw Ie serta gadis Cantik pengangon
kambing yang melibat kehebatan tersebut sudah menganggap
hal itu hasil dari terjangan sang kerbau tak terasa lagi sudah
pada merasa bergidik dan menjulurkan lidahnya kekaguman.
Lie Loo jie yang melihat pintu ruangan kuil itu terbuka
dengan amat girangnya cepat-cepat berseru. Ie jie Wan jie,
cepat lari keluar. Perkataannya baru saja salesai diucapkan dengan
menggunakan gerakkan tubuh Hwee Yan Cuan Lian atau
burung walet melewati pagar dia sudah berkelebat keluar
diikuti oleh si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw
Ie dari belakangnya. Siapa tahu baru saja Lie Loo jie mencapai pinggiran pintu
mendadak dari bawah permukaan tanah terdengar suara
desiran yang keras di dalam sekejap saja seluruh air yang
menggenangi ruangan itu lenyap tak berbekas sebaliknya
permukaan tanah dari ruangan kuil yang sebenarnya secara
tiba tiba menaik lebih tinggi sedang pada saat yang
bersamaan pula Lie Loo jie sedang melewati pintu, kurang
sedikit saja dia akan terbentur dengan pintu itu.
Melibat hal itu gadis cantik pengangon kambing menjadi
sangat kaget sekali. "Tia hati hati teriaknya dengan keras."
Dia menjadi agak tertegun, tampaklah bayangan hitam
berkelebat di depannya, patung Buddha yang semula berada
di depan pintu kini sudah mumbul kembali ke atas dan
menghalangi di depan tubuhnya.
Saat ini sepasang lengannya yang terbuat dari besi sedang
dipentangkan siap merangkul pinggang dari Lie Loo jie.
Lie Loo jie benar benar amat terperanjat sekali.
"Celaka ..." teriaknya keras.
Di dalam keadaan yang amat kritis tubuhnya dengan cepat
melayang beberapa kali menjauh tempat tersebut sedangkan
hatinya merasa berdebar debar amat kerasnya.
Pikiran kagetnya belum lenyap dari benaknya tiba tiba ....
"Braak..." terdengar suara bentrokan yang amat keras
patung Buddha itu sudah kena tubruk kerbau yang sedang
menerjang dari belakangnya sehingga seketika itu juga hancur
berantakan menjadi lima bagian kecil kecil.
Bersamaan dengan itu pula terdengar suara tertawa
terbahak bahak yang amat keras dari Liem Tou.
"Huui Tui Jie jangan takut, asalkan ada kerbau ajaibku
disini tanggung kau tidak akan menemui kerugian".
Lie Loo jie yang dikatai begitu mau tertawa tidak dapat
mau marahpun sungkan dengan wajah yang adem dia
berjalan keluar dari pintu ruangan lalu memandang kearah
Liem Tou tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Saat ini si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw
Ie pun mengikuti dari belakangnya berjalan keluar, setelah
memandang cuaca yang mendekati fajar pandangannya
segera beralih ke arah Liem Tou yang sedang duduk diatas
punggung kerbaunya. Selama setahun ini kelihatannya dia bertambah tampan dan
gagah, sepasang matanya walaupun tidak memancarkan sinar
aneh tetapi bening bagaikan kaca jeli laksana mutiara cuma
saja pakaian yang dipakai terlalu kotor dan sudah koyak koyak
sehingga tidak sedap dipandang.
Melihat potongannya si gadis cantik pengangon kambing
segera tertawa cekikikan, ujarnya.
"Koko muka hijau selama setahun ini Ie cici setiap hari
merindukan dirimu kau sudah pergi ke mana saja?""
Begitu perkataan tersebut diucapkan keluar baik Lie Siauw
Ie maupun Liem Tou menjadi amat malu, air mukanya
seketika itu juga berubah memerah, mereka merasa amat
malu bercampur gembira sedangkan Liem Tou juga tidak
banyak membantah cuma dengan tertawa malu malu dia
bungkam dalam seribu bahasa.
Lie Siauw Ie segera memberitahukan apa yang
diketahuinya kemarin malam dari Liem Tou.
Seiama setahun ini adik Tou berlontang lantung di dalam
dunia kangouw dan berkelana ke seluruh daerah Tionggoan
ini. "Hmmm, Liem Tou" tiba tiba Lie Loo jie mendengus dengan
amat dinginnya, orang budiman tidak akan main umpet
umpetan, sejak kapan kitab pusaka To Kong Pit Liok kau
dapatkan " " Ayoh cepat bilang !"
Mendengar perkataan tersebut Liem Tou jadi sangat
terperanjat, diam diam pikirnya.
"Aku masih mengira dia tidak dapat melihat keadaanku
yang sebenarnya, kiranya dia tidak ingin membuka kartu di
tengah orang banyak. Baru saja dia mau menceritakan kisah yang sebenarnya
terdengar Lie Loo jie sudah melanjutkan kata katanya.
"Jikalau kitab pusaka To Kong Pit Liok itu tidak kamu ambil
ambil kemungkinan sekali barang itu akan diambil oleh orang
lain." Dengan perkataannya ini jelas membuktikan kalau
perkataannya tadi cuma merupakan dugaannya saja dan
bukan karena dia sudah bisa melihat kalau dirinya telah
memiliki kepandaian silat yang amat tinggi sekali.
Tetapi kini Lie Loo jie sudah berbicara kalau tidak
diberitahu tidak enak tetapi kalau di beri tahu juga tidak baik
sekalipun dia adalah seorang yang cerdik tetapi di dalam
keadaan yang kepepet dia tidak dapat mengucapkan sepatah
katapun juga, dengan wajah yang berubah merah seperti
kepiting rebus duduk dengan malunya di atas punggung
kerbau. Lie Loo jie sekalian yang melihat lama sekali dia tidak
mengucapkan sepatah katapun tak terasa pada menengok ke
arahnya dengan disertai penuh harapan, mereka sangat
mengharapkan Liem Tou sudah berhasil memperoleh kitab
pusaka To Kong Pit Liok itu.
Mendadak Lie Loo jie mendepakkan kakinya ke atas tanah
lalu makinya terhadap si gadis cantik psngangon kambing
serta Lie Siauw Ie. "Kalian berdua bisa mengambil keputusan sendiri untuk
turun gunung, sudah tentu kalian tidak membutuhkan aku
orang lagi yang ikut mengurus bukan?"
Sambil berkata mendadak sepasang telapak tangannya
melancarkan serangan ke depan sehingga terasalah segulung
angin pukulan laksana bertiupnya topan melanda permukaan
tanah di samping badannya sehingga membuat pasir dan batu
krikil pada berterbangan memenuhi angkasa.
Tubuhnya pada saat itu pula dengan kecepatan bagaikan
kilat meloncat ke atas lantas berlalu dari tempat itu.
Ketika si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw
Ie sadar kembali Lie Loo jie sudah ada puluhan kaki jauhnya
dari sana. Didalam keadaan lemas, tak terasa lagi si gadis cantik
pengangon kambing melelehkan air matanya, panggilnya
dengan keras. "Tia ...!" Belum selesai dia mengucapkan kata kata selanjutnya Lie
Loo jie sudah berjumpalitan kembali di tengah udara lalu
lenyap dibalik tembok pekarangan kuil Siang Lian Si.
Kini tinggal gadis cantik pengangon kambing serta Lie
Siauw Ie saling berpandangan, tertawa si gadis cantik
pengangon kambing itu dengan setengah berbisik ujarnya.
"Ie Cici selamanya ia belum pernah marah seperti bal ini,
aku ingin pulang ke gunung."
Wan moay semuanva ini aku yang salah ujar Lie Siauw Ie
dengan nada menyesal. Lain kali jika bertemu kembali dengan suhu aku tentu akan
memberitahukan kepada suhu dia orang tua untuk tidak
menyalahkan dirimu lagi, semua ini hanyalah kesalahanku
seorang. Sambil berkata tak terasa lagi dari ujung matanya yang jeli
menetes keluar titik air mata yang membasahi pipinya.
Liem Tou yang melibat mereka berdua pada menangis,
dengan bingung hiburnya. "Wan moay, Ie cici kalian jangan menangis lagi, lain kali
jika bertemu kembali dengan Lie Loo cianpwee biarlah aku
membantu kalian berbicara, aku tentu akan menyuruh dia
orang jangan menyalahkan diri kalian kembali, tetapi
kalianpun salah kenapa tidak mau mendengar nasehat dia
orang tua. Si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie
dapat turun gunung tanpa pamit sebetulnya dikarenakan
hendak mencari diri Liem Tou, kini mendengar dari nada
ucapannya dia malah sebaliknya menyalahkan tindakan
mereka berdua tak terasa lagi si gadis cantik pengangon
kambing melototi dirinya sekejap sebaliknya Lie Siauw Ie
semakin merasakan hatinya tidak enak sekali.
"Adik Tou bentaknya dengan nyaring.
"Kau sedang bilang apa" kita turun gunung tanpa pamit
semuanya dikarenakan kau, tidak kusangka sama sekali kau
bisa mengucapkan kata kata seperti ini"
Liem Tou sebenarnyapun sudah tahu dia cuma sengaja
berbicara untuk menggoda mereka saja apalagi diapun tahu
Lie Loo jie bukan bersungguh sungguh sedang memarahi
mereka sebaliknya dikarenakan berturut turut dikalahkan olah
kelihayan kerbau ajaibnya ini sehingga untuk melindungi
kewibawaan serta mukanya sengaja dia berpura pura marah
dan mengambil kesempatan itu untuk berlalu dari sana.
Kini mendengar bentakan dari Lie Siauw Ie, ia segera
tertawa kecil, mohonnya dengan suara setengah merengek.
"Oooh Ie cici aku cuma berguyon saja. bagaimana kalian
sudah menganggapnya bersungguh sungguh" urusan ini
bukanlah dikarenakan kesalahan dari kalian berdua, lain kali
jika bertemu kembali dengan Lie Loo cianpwee biarlah aku
suruh dia orang pukul diriku satu kali untuk merendahkan
hawa amarahnya. 'Hmm, siapa yang mau berguyon dengan dirimu?" bentak
Lie Siauw Ie sambil melotot. Jikalau kau orang sampai kena
pukul suhu, mungkin tulangpun akan remuk.
"Remuk ya biar remuk toh, siapa suruh kau berdua turun
gunung tanpa pamit."
Sekalipun tulangku dipukul remuk aku juga tidak bisa
berkata apa apa lagi. Perkataannya ini diucapkan sangat lucu sekali membuat si
gadis cantik pengangon kambing menjadi tertawa cekikikan.
Hujan segera reda dan awan tersapu bersih kelihatan sekali
wajahnya semakin cantik. "Wan Moay moay kau
mentertawakan apa?" Seru Liem Tou dengan suara yang
keras. Apakah kau kira omonganku sudah salah?"
Sepasang mata yang amat jeli dari si gadis cantik
pengangon kambing segera melirik sekejap ke arah Liem Tou
lalu melirik pula ke arah Lie Siauw Ie, ujarnya sambil tertawa.
Jika kalau ayahku sampai memukul remuk tulangmu
kemungkinan sekali hati Ie cici pun akan ikut hancur lebur.
Liem Tou yang mendengar perkataan tersebut benar benar
merasa sangat kegirangan.
Eeeeeh.. omongan kok lucu sekali serunya sambil tertawa
geli. Lie locianpwee pukul badanku bagaimana sakit di
badannya Ie cici?"' Lie Siauw Ie yang mendengar tanya jawab dari si gadis
cantik pengangon kambing serta Liem Tou sejak tadi tadi
sudah dibuat kemalu maluan, wajahnya memerah hingga
sampai dilehernya. "Sudah. . .sudahlah." serunya dengan manja, Wan moay
kau jangan cari gara gara terus, coba kau lihat cuaca sudah
mulai terang tanah, orang yang melakukan perjalananpun
sudah tidak sedikit ayo kita kembali ke rumah penginapan.
"Ehmmm tetapi kuil Siang Lian si ini merupakan tempat
mesum yang amat kotor jika tidak dibakar bukankah hanya
meninggalkan bencana buat orang lain?""
Lie Siauw Ie lantas mengangguk tanda menyetujui, baru
saja dia mau menjawab Liem Tou sudah keburu berkata.
Menurut penglihatanku para hweesio dari kuil ini
kebanyakan sudah mati atau terluka aku kira tidak ada
kekuatan lagi buat mereka untuk berbuat jahat aku kira
sekalipun kuil Siang Lian si ini tidak kita hancurkan orang lain
sama saja akan menghancurkannya, buat apa kita repot-repot
membuang tenaga?""
"Betul, perkataannya sedikitnun tidak salah" sela si gadis
cantik pengangon kambing menyetujui. Kalau begitu cepat
kita berangkat kembali ke rumah penginapan."
Mereka bertiga setelah mengambil Keputusan ini, si gadis
cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie segera meloncat
keluar melewati tembok pekarangan sedangkan Liem Tou
dengan menunggang kerbau berjalan keluar melalui pintu
depan.

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sesampainya di jalan raya mereka segera mempercepat
langkahnya kembali ke kota. Tidak selang lama kemudian
sampailah mereka di depan rumah penginapan di luar kota di
mana mereka menitipkan kambing kambingnya itu.
Dari tempat kejauhan tampaklah orang yang sedang
berkerumun di depun rumah penginapan itu agaknya kurang
lebih berada di atas ratusan orang banyaknya.
Melihat hal ini si gadis cantik pengangon kambing menjadi
keheranan dibuatnya. "Eeeeh sudah terjadi urusan apa?"
Tubuhnya dengan cepat menerobos terlebih dahulu ke
depan seorang kakek yang berada di sana cepat katanya.
"Aeey orang tua. sebenarnya didalam penginapan ini terjadi
urusan apa" Sewaktu si kakek tua itu melihat si gadis cantik pengangon
kambing adalah seorang perempuan yang sangat cantik sekali,
semula dibuat tertegun tetapi sebentar kemudian sambil
menghela napas panjang sahutnya.
"Aaaaiii . . , tahun ini semakin lama semakin berbahaya,
nona, pernahkah kamu orang mendengar nama penjahat naga
merah " Jika kau kepingin mengetahui urusan ini, cuma tahu
namanya saja tentu mengetahui sendiri apa yang telah terjadi
di tempat ini." Mendengar disebutnya nama si penjahat naga merah, si
gadis cantik pengangon kambing menjadi amat terperanjat
sekali. "Apakah kemarin malam si penjahat naga merah sudah
menggerayangi rumah penginapan ini " tanyanya dengan
cemas. Memang aneh sekali, lalu besarkah kerugian yang di derita
di dalam rumah penginapan ini ?"
"Kerugian . " Seru kakek tua itu sambil memandang
sekejap ke arah gadis cantik pengangon kambing itu. Kalau
tempat yang sudah digerayangi oleh si penjahat naga merah
sudah tentu barangnya akan ludas semuanya.
Si gadis cantik pengangon kambing yang secara tiba tiba
mendengar kemarin malam si penjahat naga merah sudah
melakukan pencuriannya kembali sudah tentu tidak mau
percaya, bukankah kemarin malam jelas sekali si penjahat
naga merah sedang melakukan pertempuran sengit melawan
ayahnya, bagaimana dia melakukan pencuriannya ditempat
ini" Tak tertahan lagi saking herannya pergelangan tangan
kakek tua itu dicekal semakin kencang teriaknya.
Didalam dunia ini mana mungkin bisa terjadi urusan ini,
coba kau orang tua jelaskan lebih terang lagi.
Kakek tua yang pergelangan tangannya di cekal erat erat
oleh gadis cantik pengangon kambing itu segera merasakan
kesakitan sehingga menyusup ke dalam tulang sumsumnya,
teriaknya dengan keras. "Aduh tolong ... ! "
Saking sakitnya dia jatuh tak sadarkan diri ke arah
belakang, waktu itulah si gadis cantik pengangon kambing
menjadi gugup apalagi kakek itu pada saat ini pucat pasi
bagaikan mayat. Saat itulah orang orang yang sedang menonton keramaian
dengan suara yang ramai pada berpindah mengerubungi diri
gadis cantik pengangon kambing.
Untung saja Lie Siauw Ie serta Liem Tou cepat datang, Lie
Siauw Ie yang sejak kecil sudah terbiasa menghadapi segala
perubahan yang terjadi secara mendadak dengan cepat maju
ke depan menepuk punggung kakek itu.
Sebentar kemudian kakek tua itu baru sadar kembali dari
pingsannya, si gadis cantik pengangon kambing segera minta
maaf berulang kali mengiringi kakek tua itu berlalu dari sana
sambil mengelus elus pergelangan tangannya
si gadis cantik pengangon kambing yang kepingin cepat
cepat mengetahui keadaan yang sesungguhnya segera
ujarnya kepada Liem-Tou. "Hay Koko muka hijau kau tunggu sebentar di sini biarlah
aku serta Ie cici pergi kesana memeriksa sebentar ."
Biang Ilmu Hitam 1 Sang Ratu Tawon Pendekar 4 Alis Seri 9 Karya Khulung Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 31
^